Saya Anak Indonesia - Wahana Visi Indonesia

Transcription

Saya Anak Indonesia - Wahana Visi Indonesia
WAHANA VISI INDONESIA
mitra World Vision
Kasih&Peduli
Volume 21 / 2010
Kevin Jenkins
Presiden World Vision Sapa Warga Cilincing
Berkunjung ke Kalimantan Barat
Tahun Pemenuhan Hak Anak
Saya Anak Indonesia
Mampu Meraih Cita dan Mimpi!
Dari Redaksi
Peringatan
Hari Anak
Nasional
B
angsa Indonesia merayakan Hari Anak Nasional
setiap tanggal 23 Juli. Namun rangkaian kegiatan
perayaan Hari Anak Nasional 2010 telah dimulai
sejak Juni, diselenggarakan oleh segenap komponen bangsa
(Kementerian, Lembaga Pemerintah, swasta, dan masyarakat)
baik di pusat, provinsi, kabupaten/kota dan Perwakilan RI di
Luar Negeri.
Acara puncak Hari Anak Nasional 2010 jatuh pada tanggal 23
Juli 2010, bertempat di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta.
Acara ini dihadiri oleh Bapak Presiden Republik Indonesia, Ibu
Negara, beberapa Menteri serta para pejabat.
Ya, perayaan Hari Anak Nasional cukup meriah! Bahkan
World Vision Indonesia serta mitra utamanya Wahana Visi
Indonesia juga tidak ketinggalan dalam kegiatan perayaan Hari
Anak Nasional ini di wilayah-wilayah pengembangannya.
Di lain pihak, fakta berbicara bahwa setiap tahun 13 juta anak
menderita kekurangan gizi di Indonesia. Sekitar 7,6 juta anak
balita terhambat dalam pertumbuhan fisiknya. Yang paling
menyedihkan ialah bahwa lebih 500 dari anak-anak balita ini
meninggal setiap hari oleh penyebab yang sebetulnya dapat
dicegah, seperti komplikasi sewaktu kelahiran dan kehamilan,
pneumonia akut dan diare.
Kiranya penyelenggaraan Hari Anak Nasional ini tidak hanya
sekedar kegiatan seremonial,
tetapi ditujukan untuk kepentingan
anak, yaitu pemenuhan hak
dasar anak. Perayaan ini kiranya
meningkatkan komitmen semua
pihak dan menyebar-luaskan
informasi tentang pentingnya
hak-hak anak, terutama hak
untuk mendapat pendidikan,
pengasuhan,
perlindungan,
perawatan kesehatan, dan gizi
yang cukup.
Salam,
Redaksi
2 | Kasih&Peduli Vol.21/2010
Kasih & Peduli
WAHANA VISI INDONESIA
mitra World Vision
Diterbitkan oleh Wahana Visi Indonesia
bekerja sama dengan World Vision.
Pembina Wahana Visi Indonesia
Mars. Madya (Purn.) B. Y. Sasmito Dirdjo
Dr. Nafsiah Mboi, M.D. Ped., MPH
Rev. Dr. Kadarmanto Hardjowasito
Dr. Frieda Mangunsong, M.Ed.
Maria Hartiningsih
Drs. Ruddy Koesnadi
Rev. Ester Mariani Ga, M.Si.
Pengawas Wahana Visi Indonesia
Drs. Utomo Josodirdjo
Yozua Makes, S.H., LL.M., M.M.
Tim Redaksi
Emilia K. Sitompul, Priscilla Christin,
Katarina Hardono, John Nelwan,
Johnson L. Tobing, Damaris Sarangnga,
B. Marsudiharjo, Donna Hattu,
Shirley Fransiska, Lukas J. Ginting,
Juliarti Sianturi, Hendro Suwito,
Sari Estikarini, Beatrice Mertadiwangsa,
Joseph Soebroto
Graphic Designer
Mario Omega
Cover
Anak-anak Sumba Barat, NTT
Korespondensi dan perubahan alamat
harap sampaikan ke:
Wahana Visi Indonesia
Jl. Wahid Hasyim No. 31, Jakarta 10340
tel. 62-21 3907818, fax. 62-21 3910514
World Vision Indonesia
Jl. Wahid Hasyim No. 33 Jakarta 10340
tel. 62-21 31927467, fax. 62-21 3107846
Sajian Utama
Rangkaian Kegiatan Perayaan
Ulang Tahun ke-50
World Vision Dimulai
B. Marsudiharjo
W
mendukung pekerjaan World Vision
dan yang punya komitmen terhadap
mereka yang miskin dan tertinggal,”
kata Trihadi Saptoadi.
orld Vision Indonesia
mengawali
serangkaian
kegiatan perayaan ulang
tahun ke-50 pengabdiannya kepada
masyarakat dengan mengundang para
mitra yang selama ini mendukung
pekerjaan
kemanusiaan
yang
dilakukan organisasi.
“Indonesia tumbuh begitu pesat, tapi
kita tahu masih demikian banyak
orang-orang yang tertinggal di bawah
garis kemiskinan. Jadi saya kira kita
masih membutuhkan kerja keras
bersama,” Trihadi menambahkan.
Acara kick off yang dihadiri Menteri
Sosial Salim Segaf Al Jufri dan World
Vision International President Kevin
Jenkins ini dilakukan di Jakarta 13
April lalu.
Menteri Sosial Salim Segaf secara
kasar menghitung-hitung bahwa
Cindera mata untuk Salim Segaf Al Jufri, Menteri Sosial, dalam 50 tahun World Vision telah
Anak-anak dari Kelompok Belajar dari Kevin Jenkins, President World Vision International menyalurkan bantuan tidak kurang
Anak (KBA) yang dilayani World
Vision di Jakarta ikut meramaikan pesta ulang tahun ini
dengan mementaskan tari dan permainan biola. Penyanyi
Filipina, Christian Bautista, juga menghibur para tamu dengan
menyanyikan sebuah lagu.
Direktur Nasional World Vision Indonesia Trihadi Saptoadi
dengan tulus menyambut seluruh tamu dan mengucapkan
terima kasih kepada hadirin yang memenuhi Gedung Aneka
Bakti, Kementerian Sosial.
.
“Saya ingin menyampaikan betapa kami
mendapat kehormatan bekerja sama
dengan Bapak Ibu semua. Semua orang di
ruangan ini adalah mitra-mitra kami, yang
l Sidharta,
Fotografer: Michae
Johnson Tobing,
d Vision
Dokumentasi Worl
Vol.21/2010 Kasih&Peduli | 3
Sajian Utama
dari US$500 juta untuk
masyarakat Indonesia.
”Tapi yang tidak kalah
penting adalah semangat,
etos
kerja,
kepekaan
hati, kebersamaan untuk
membangun
masyarakat
kita.
World
Vision
memberikan
bantuanbantuan yang bermartabat,
yang ujung-ujungnya adalah
kemandirian itu sendiri. Ini
adalah sesuatu yang pantas
kita berikan apresiasi, ucapan terima
kasih, dan bahkan penghargaan,” tegas Menteri Salim Segaf.
”Tapi setiap tahun World Vision mampu mengumpulkan tidak
kurang dari US$ 2,5 milyar di 100 negara,” kata Menteri Salim
Segaf.
Pada kesempatan itu, Kevin Jenkins meluncurkan buku ”50
Years of Service in Indonesia”, yang ditulis oleh penulis senior
Hendro Suwito. Buku ini mengisahkan perjalanan World
Vision selama setengah abad di Indonesia.
World Vision pada hari istimewa itu memberikan penghargaan
kepada TK dan PAUD di Susukan, Kelompok Ananda di Aceh
dan Kelompok Swadaya Masyarakat di Sanggau, yang telah
memberikan kontribusi secara signifikan untuk anak-anak dan
masyarakat. (K&P)
Menteri memberikan pujian karena bantuan itu muncul bukan
saja dari perusahaan-perusahaan besar, tetapi dikumpulkan
dari sejumlah orang yang memberikan US$ 30.
Program air bersih
Papua
Bantuan ke Aceh
4 | Kasih&Peduli Vol.21/2010
Sajian Utama
Saya Anak Indonesia,
Mampu Meraih Cita dan Mimpi!
Juliarti Sianturi
M
eskipun Indonesia sudah meratifikasi Konvensi
Hak Anak sejak 1990, pemenuhan hak anak dirasa
belum optimal. Hak anak yang dirangkum dalam
empat hak utama, yaitu hak hidup, hak tumbuh kembang,
hak perlindungan, dan hak partisipasi, belum menjadi agenda
utama dari setiap komponen bangsa.
Sebagai bukti, masih banyak anak-anak Indonesia yang belum
memiliki akses penuh terhadap pendidikan, kesehatan,
dan kehidupan yang layak. Bahkan masih banyak anak
Indonesia yang mengalami kekerasan. Data Komisi Nasional
Perlindungan Anak mengungkapkan bahwa sejak bulan Januari
hingga Juni 2010 terdapat 676.849 kasus pelanggaran terhadap
hak anak.
kebijakan, seperti kepada para pejabat pemerintah di
Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, Kementerian
Kesejahteraan Rakyat, Kementerian Pendidikan Nasional,
Komisi Perlindungan Anak Indonesia, dan Kementerian
Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak (Meneg PP dan PA), Linda Amalia Sari, mengapresiasi
kegiatan FPMN ini dan berharap agar anak-anak dapat
berkontribusi dalam mencegah tindak kekerasan pada anak,
salah satunya perdagangan anak, karena pihak Kementerian
tidak dapat menanggulanginya sendirian..
Hari Anak Nasional (HAN) yang diperingati setiap 23 Juli
menjadi momentum yang tepat bagi seluruh komponen
bangsa untuk memperbarui komitmen untuk memenuhi hak
anak.
World Vision Indonesia bersama mitranya, Wahana
Visi Indonesia, dalam rangka memperingati HAN 2010
menyelenggarakan berbagai kegiatan di wilayah dampingannya
dan secara khusus pada tahun 2010 ini mengadakan Forum
Pemimpin Muda Nasional (FPMN) dengan tema “Saya Anak
Indonesia. Saya Bisa Jadi Pemimpin Dunia!”
Sekitar 200 anak dari 10 provinsi (Nanggroe Aceh Darussalam,
Sumatra Utara, Sumatera Barat, DKI Jakarta, Jawa Timur,
Kalimantan Barat, Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Timur,
Maluku Utara, dan Papua) berkumpul di Wisma Kinasih,
Cibinong, Depok, tanggal 5-10 Juli 2010 lalu. Anak-anak ini
adalah anak-anak pilihan dari seluruh wilayah dampingan
World Vision Indonesia dan Wahana Visi Indonesia.
Tanggal 7 Juli 2010 para peserta FPMN dibagi dalam lima
kelompok untuk berkunjung ke Prof. Yohanes Surya, Ph.D.,
fisikawan yang mengembangkan metode belajar Matematika
dan Fisika dengan cara yang asyik dan menyenangkan; Remy
Silado, sutradara, sastrawan, tokoh teater; Pertanian Organik
yang dikelola oleh Yayasan Bina Sarana Bakti; Universitas
Terbuka; dan ke Komunitas Peduli Kampung Halaman
(KALAM) di Bogor.
Keesokan harinya, anak-anak ini juga diberi kesempatan untuk
mengungkapkan aspirasi mereka kepada para pengambil
Prof. Yohanes Surya sedang mengajarkan Fisika dengan cara yang
menyenangkan kepada anak-anak peserta Forum Pemimpin Muda Nasional
2010. (Fotografer: Johnson L. Tobing)
Anak-anak asyik menerbangkan layang-layang buatan mereka sendiri
sebagai simbol untuk menyampaikan ungkapan mimpi, cita-cita, dan harapan
mereka demi tercapainya hidup yang utuh sepenuhnya. (Fotografer:
Michael Sidharta)
Vol.21/2010 Kasih&Peduli | 5
Sajian Utama
Di akhir pertemuan, Menteri berharap agar para peserta
FPMN menjadi pemimpin-pemimpin muda nasional.
Agar anak mendapat pemahaman yang penuh tentang isuisu anak di seputar lingkungan mereka, maka mereka juga
disuguhkan pelatihan dengan tema ”Gaul yang Ok”, dibawakan
oleh Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia, ”Kekuatan
untuk Menjadi Bintang” oleh psikolog Evans Garey, ”Stop
Bullying” oleh Yayasan Semai Jiwa Amin, ”Bahagianya Tinggal
di Keluarga Harmonis” oleh Fokus Pada Keluarga, dan
”Bergaul Dengan Teknologi” oleh PT Sony Indonesia.
Sebagai bentuk lanjut dari perwujudan aspirasi dan mimpi
mereka, anak-anak peserta FPMN membuat layang-layang
yang menorehkan tekad bahwa mereka mampu menjadi
pemimpin di masa depan.
Maka Jumat (9/7), langit biru nan cerah yang menghiasi Pantai
Jimbaran, Ancol, dipenuhi dengan layang-layang aspirasi
buatan anak-anak.
“Mari membangun negara kita,” tulis seorang anak perempuan
di layang-layangnya. “Maju terus pemimpin muda,” tulis anak
yang lain.
“Saya menggambar anak-anak saling berpegangan tangan yang
menyimbolkan bahwa kami semua (anak-anak) dapat meminta
orang-orang dewasa untuk menyadari hak-hak kami,” kata
Agus Satriandi (13), perwakilan anak dari Pontianak, dengan
antusias.
6 | Kasih&Peduli Vol.21/2010
Anak-anak peserta FPMN 2010 ini juga merasa senang karena
kakak-kakak dari KPMG, salah satu perusahaan jasa keuangan
skala internasional, ikut bersama mereka mewarnai dan
menghias layang-layang.
Nola Theodora, salah seorang staf KPMG, menuturkan
bahwa para staf KPMG merasa senang mengikuti kegiatan
bersama anak-anak peserta FPMN ini. Selain karena mereka
mendapat pengalaman baru, mereka dapat melihat bahwa
anak-anak di daerah ternyata memiliki kemampuan yang tak
kalah dari anak-anak yang biasanya mereka temui.
”Memang bagus, ya. Teman-teman juga bilang. Mereka hebathebat banget ya. Berani terus pintar-pintar. Saya sudah terjun
di dunia anak sudah lama, emang biasa sama anak-anak.
Teman-teman saya yang ga biasa sama anak-anak excited
banget. Mereka bisa melihat sisi yang belum pernah mereka
lihat sebelumnya. Anak-anak di sini memang ok banget.”
KPMG memang telah beberapa kali menjadi mitra Wahana
Visi Indonesia dalam rangka melaksanakan kegiatan Corporate
Social Responsibility (CSR)-nya.
Nola sendiri sudah tidak asing lagi dengan Wahana Visi
Indonesia karena dia adalah penyantun seorang anak di
wilayah layanan Wahana Visi di Sikka, Nusa Tenggara Timur.
Nola menganggap kegiatan ini bermanfaat bagi anak-anak dan
berharap mereka di kemudian hari menjadi anak-anak yang
berkualitas.
Sajian Utama
”Mereka anak-anak yang mungkin secara ekonomi kurang,
tapi bersyukur ada Wahana Visi yang bisa menyokong mereka.
Harapannya, walaupun mereka berada dalam keluarga yang
kurang beruntung, mereka bisa menjadi luar biasa nantinya.”
ini, dihadiri oleh 850 anak dan 300 orang dewasa, bertempat
di Lamno, Aceh Jaya, pada tanggal 28-29 Juli 2010.
Kristina dari Keerom, Papua, menyatakan kegembiraannya
mengikuti kegiatan FPMN ini karena dia dapat bertemu
dengan teman-teman baru dari seluruh Indonesia.
”Air Susu Ibu (ASI) merupakan hak anak untuk kelangsungan
hidup dan tumbuh kembang secara optimal. ASI juga
dapat membentuk perkembangan intelegensia, rohani dan
perkembangan emosional,” ujar Wakil Bupati Aceh Jaya, Tgk
Zamzami A. Rani, dalam sambutannya.
Tak berbeda dengan Kristina, Mikha, anak santun dari
Sanggau, Kalimantan Barat, menyatakan rasa senangnya
mengikuti berbagai kegiatan dalam acara ini.
Di Aceh Barat, perayaan HAN ditandai dengan
diselenggarakannya Kongres Anak Aceh Barat yang
menghasilkan Deklarasi Anak Aceh Barat, pada 17-18 Juli 2010.
”Sepanjang saya ikut acara ini, saya sangat senang karena bisa
bertemu dengan teman-teman dari daerah lain.”
Serangkaian kegiatan anak yang memadukan kreativitas, seni,
dan kecerdasan dihadirkan dalam Pameran Seni dan Budaya
Anak Aceh Besar bertema “Lihat Aku, Aku Bisa”. Pameran ini
dilangsungkan di Lhoknga, pada 29-31 Juli 2010.
Di luar FPMN, wilayah dampingan World Vision Indonesia
dan Wahana Visi Indonesia, seperti wilayah Aceh Jaya, Aceh
Barat, Aceh Besar, dan Nias, memperingati HAN 2010 dengan
mengadakan berbagai kegiatan menarik dan menyenangkan.
Di Aceh Jaya, misalnya, World Vision Indonesia bekerja sama
dengan jajaran pemerintah Kabupaten Aceh Jaya, DPRK Aceh
Jaya serta mitra lainnya menyelenggarakan berbagai kegiatan.
Mulai dari pameran, talkshow, hingga pentas drama.
Perayaan HAN tahun ini juga dirangkai dengan peringatan
Pekan ASI Sedunia yang diperingati setiap tanggal 1-7 Agustus
setiap tahunnya.
Kegiatan yang bertema ”Berkat ASI, Hidup Sehat dan
Pendidikan Berkualitas, Anak Aceh Berprestasi dan Mandiri”
Nola Theodora, staf KPMG dan sekaligus seorang
penyantun anak, merasa senang dapat terlibat dalam
kegiatan FPMN 2010 karena menyadarkannya dan
rekan-rekannya sesama staf KPMG akan potensi anakanak daerah yang luar biasa. (Fotografer: Juliarti Sianturi)
Di Nias, tepatnya di STT Sunderman, Gunung Sitoli, pada 2223 Juli 2010 lalu, World Vision Indonesia bersama mitranya
Wahana Visi Indonesia mengadakan pameran dan lokakarya
bertema ”Anak Nias Pemimpin Masa Depan” dengan
menghadirkan Magdalena Sitorus dari Komisi Perlindungan
Anak Indonesia sebagai pembicara.
Hari Anak Nasional menjadi momen berharga dalam rangka
pengupayaan pemenuhan hak anak sehingga anak-anak di
Indonesia dapat meraih setiap cita dan mimpi mereka.
Ayo, kita dukung setiap usaha pemenuhan hak anak dengan
memastikan bahwa kita sudah memberikan yang terbaik bagi
anak! (K&P)
Para peserta FPMN 2010 menyatakan aspirasi mereka kepada seluruh pihak untuk
peduli dan mendengarkan suara mereka demi terwujudnya Indonesia yang Ramah
Anak. (Fotografer: Michael Sidharta)
Vol.21/2010 Kasih&Peduli | 7
Inspirasi
Modifikasi Adat untuk
Mewujudkan Cita-cita
Pendidikan Anak
Teks dan foto: Andries Kooswinanto
di Unkris Kupang dan tinggal di
rumah kerabatnya. Usahanya
tak sia-sia, Soli diterima
di fakultas keguruan yang
diinginkannya.
Pemborosan Pesta Adat
Kematian dan Tu’u Belis
B
elza S. Hayon bangga membaca SMS anaknya, Soli, yang
menceritakan bahwa ia akan menyelesaikan tugas akhir
kuliahnya.
Balza S. Hayon (35) adalah pendatang dari Alor yang beristri
orang Rote. Dia sangat bersyukur saaat anaknya Soli Aryanti
Hayon kelahiran 1986 bisa menyelesaikan SMA-nya dan
melanjut ke perguruan tinggi.
Ia terkenang saat kelas 1 SD, Soli berkenalan dengan World
Vision Indonesia ADP Rote dan menjadi anak santunnya. Berkat
dukungan World Vision Soli bisa menyelesaikan pendidikannya
hingga SMA, termasuk dukungan saat berkuliah di Kupang.
Beberapa tahun lalu anak pertama dari enam bersaudara ini
ingin melanjut ke sekolah keguruan di suatu perguruan tinggi
di kota Kupang. Ia sadar ayahnya yang tukang ojek dan ibunya
yang membuka kios di depan rumah pasti tak akan mampu
membiayainya. Namun tekadnya bulat. Soli nekad mendaftar
8 | Kasih&Peduli Vol.21/2010
Banyak anak yang punya
tekad seperti Soli, namun
tak semua bisa mewujudkan
impiannya.
Budaya
Rote
dalam pemborosan pesta adat
kematian sangatlah tinggi.
Puluhan ekor sapi (sampai
40-an ekor) bisa dipotong
untuk pesta kematian yang
merupakan pemberian dari
tetangga maupun kerabat yang
menjadi utang keluarga duka
kepada si pemberi. Ini belum
terhitung hewan kecil seperti
babi. Hal ini menjadikan utang
yang turun-temurun.
Seperti halnya budaya Tu’u Belis pada upacara pesta kawin
di mana si tuan pesta akan mengundang tamu dalam acara
kumpul tangan dan si tamu akan memberi komitmen
menyumbang sejumlah uang atau hewan saat menjelang pesta
nikah yang akan diselenggarakan. Kemudian disajikan makanan
dan pulangnya dibawakan potongan daging yang cukup besar.
Dan jika pada saatnya pernikahan seperti yang direncanakan
tuan pesta dan si tamu yang pernah memberi komitmen tak
mampu memberikan sejumlah uang, maka dikenakanlah sanksi
adat. Dan inilah yang merupakan utang turun-temurun karena
pesta adat kematian maupun pesta pernikahan tak hanya
sekali saja dalam setahun. Belum lagi tu’u untuk membangun
rumah, membeli motor, dan hal konsumtif lainnya.
Masalah Tu’u Belis ternyata tidak sesederhana yang kita
bayangkan. Tu’u Belis bisa berdampak pada kesenjangan
ekonomi karena ada kelompok sosial yang bisa memanfaatkan
Inspirasi
keuntungan dari situasi tersebut selain bisa berakibat
masyarakat saling berutang. Kondisi ini masih ada di sebagian
besar masyarakat Rote sehingga bukan tak mungkin terjadi
kemiskinan bersama (shared poverty). Kerja keras masyarakat
hanya untuk membayar utang secara turun-temurun.
Reformasi Budaya
John Ndolu (48), staf ADP Rote yang kemudian terpilih
menjadi “Maneleo” atau raja kecil di Leo Kunak, memahami
dampak dari budaya pemborosan ini. John Ndolu yang terbuka
wawasannya karena berbagai pelatihan yang didapat akhirnya
berusaha memodifikasi budaya dan bukan menghapusnya.
Uang yang terkumpul saat Tu’u Pendidikan akan dimasukkan
ke bank dan hanya bisa diambil oleh orangtua dan si Manileo
setelah ada bukti kuitansi pembayaran kuliah. Artinya,
uang hasil Tu’u Pendidikan tak bisa disalahgunakan untuk
kepentingan konsumtif karena ada kontrol dari Manileo.
Andai si anak DO kuliah, maka uang sisa Tu’u Pendidikan
harus dikembalikan ke kas Manileo dan akan digunakan untuk
membiayai anak yang kuliah lainnya.
Soli adalah salah satu dari 10 orang (4 perempuan dan 6 lakilaki) Rote dari Leo Kunak yang mendapat berkat dari Tu’u
Pendidikan.
Tak henti-hentinya dia berusaha mensosialisasikan pentingnya
hidup hemat sehingga tak ada utang yang turun-temurun.
Akhirnya, Leo Kunak menyepakati untuk menyederhanakan
pesta adat kematian dan tu’u belis. Tak perlu memotong
sedemikian banyak hewan korban. Hewan yang dipotong
secukupnya saja saat pesta ucapan syukur kematian. Dan
saat adat kumpul tangan, yaitu mengumpulkan kerabat, cukup
menyajikan kue saja sehingga terjadi penghematan besar.
Memang belum semua Maneleo menerapkan revitalisasi
budaya seperti yang John Ndolu lakukan. Masih banyak Leo
lain yang tetap mempertahankan budaya yang cenderung
mengarah pada pemborosan tersebut.
Alasannya adalah melestarikan nilai adat, namun di balik
itu semua sebenarnya ada alasan ekonomi. Mereka sudah
terlanjur menyertakan uang mereka dalam Tu’u dan mereka
ingin mendapatkan kembali uang tersebut. Mereka ingin Tu’u
harus tetap berjalan hingga uang mereka kembali.
Ada juga alasan yang bersifat moral, yaitu mereka sudah
telanjur menikmati uang orang lain atau bahkan leluhurnya
menikmati uang orang lain sehingga berpesan kepada anakanaknya agar membayar utang mereka.
Tu’u Pendidikan
John Ndolu sebagai staf World Vision yang selalu peduli pada
anak akhirnya melihat peluang juga untuk mewujudkan impian
anak-anak Rote yang hidup dengan keterbatasan ekonomi
untuk melanjutkan kuliah. Ia ingin bahwa generasi Profesor
Herman Johanes ataupun Adrianus Mooy akan terus berlanjut.
Akhirnya, timbul idenya untuk menjadikan Tu’u Belis menjadi
Tu’u Pendidikan di Leo yang dia pimpin. Metodenya sama,
namun Tu’u Pendidikan bersifat sumbangan sukarela dan tidak
dicatat sebagai utang. Ini merupakan sistem kepedulian sosial
untuk mengangkat anak Rote ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi.
Budaya tu’u belis ditransformasi
jadi budaya tu’u pendidikan yang
membebaskan.
Saat Balza S. Hayon, ayah Soli, mengundang kerabatnya
sekitar 200 orang di Leo Kunak untuk Tu’u Pendidikan
dengan pemberian paling sedikit Rp 10.000, maka didapatlah
lebih dari Rp 10.000.000, jumlah yang cukup membantu untuk
melanjutkan kuliah anaknya beberapa tahun yang lalu.
Penutup
Reformasi Budaya yang dilakukan ADP Rote bukan untuk
menghapus budaya luhur Rote, namun menyederhanakan
untuk penghematan dan memotong rantai kemiskinan yang
diakibatkan oleh utang turun-menurun sehingga kebutuhan
anak, terutama hak mendapatkan pendidikan tinggi. terpenuhi.
Upaya ini belum berakhir dan masih akan terus diupayakan
sehingga terjadi reformasi budaya di seluruh Bumi Ti’I Langga.
(K&P)
Penulis adalah CDC Wahana Visi Indonesia di Rote
Vol.21/2010 Kasih&Peduli | 9
Inspirasi
Thaibatul Membangunkan
Koperasi Baital
Achyar Rasyidi
yang dimiliki sangat minim, maka
belum tercapai cita-cita untuk
mendirikan koperasi tersebut.
Awalnya mereka hanya bergabung
dalam kelompok arisan saja.
“Setiap bulannya kami arisan,”
kata Thaibatul.
Pertemuan arisan ini kemudian
didampingi oleh World Vision
setiap bulannya. Di sela-sela
pertemuan, staf World Vision
memberikan penyuluhan tentang
pengelolaan ekonomi rumah
tangga dan tentang pentingnya
kelompok simpan pinjam.
K
erja keras dan semangat tanpa menyerah sudah
menjadi ciri khas perempuan sederhana ini. Nama
Thaibaitul Aini (44) sekarang sudah banyak dikenal
di desanya sebagai seorang tokoh perempuan yang sanggup
mengubah pandangan jelek masyarakat tentang koperasi.
Berawal dari kelompok simpan pinjam sampai kini lahir
koperasi simpan pinjam yang beranggotakan 44 orang ibu-ibu
dari Desa Bitai dan desa sekitarnya di Aceh.
Thaibatul sangat ingin mendirikan koperasi di desanya agar
para ibu rumah tangga lainnya bisa bersama-sama memajukan
perekonomian desa. Ia pun memilih bergabung menjadi
anggota koperasi yang sudah ada. Kebetulan ada koperasi
yang mengajaknya bergabung dengan persyaratan awal harus
menyetor uang awal Rp50 ribu, yang ternyata adalah koperasi
fiktif dan tidak jelas.
“Katanya, kalau mau mendirikan koperasi, harus ada uang
Rp15 juta. Dari mana uang itu, saya kan orang miskin? Jadi,
saya putuskan jadi anggota koperasi saja dengan setor Rp 50
ribu. Ternyata uang saya cuma diambil saja, dan saya tidak
mendapatkan apa-apa,” kata Thaibatul polos.
Pada awalnya ibu-ibu PKK Gampong Bitai sangat berkeinginan
untuk mendirikan sebuah koperasi. Tetapi berhubung ilmu
10 | Kasih&Peduli Vol.21/2010
“Karena
didampingi
oleh
World Vision, kami sekarang
tahu bagaimana cara mengelola
ekonomi rumah tangga dan
mengelola kelompok simpan pinjam,” kata Thaibatul lagi.
Ia mengajak 30 orang ibu-ibu untuk bergabung di kelompok
simpan pinjam dengan simpanan pokok Rp 100 ribu dan
simpanan wajib Rp 10 ribu. Pada bulan Sepetember 2009
mereka sudah mulai menjalankan kegiatan simpan pinjam,
dengan tahap pertama anggota yang meminjam sebanyak 5
orang dan jumlah pinjaman Rp 500 ribu per orang.
Akhirnya, pada bulan Mei 2010 setelah didampingi oleh
World Vision melalui Asosiasi LKM Aceh, kelompok ini telah
dinaikkan statusnya menjadi badan hukum koperasi.
“Kami sangat senang, akhirnya setelah bekerja keras
menjalankan apa yang sudah diajarkan oleh World Vision
dan Asosiasi LKM Aceh, kelompok kami sudah punya badan
hukum koperasi. Saat ini anggota kami sudah bertambah
menjadi 44 orang,” ujar Thaibatul lagi dengan tersenyum
riang.
World Vision bukan hanya membantu dari segi manajemen,
namun juga memberikan bantuan sarana berupa peralatan
dan perlengkapan pendukung koperasi. “Tanpa dukungan dari
World Vision, kami tidak mungkin bisa seperti sekarang ini,”
kata Thaibatul.
Inspirasi
Kejujuran dan keihklasan serta tidak membedakanbedakan status sosial dalam melayani masyarakat
menjadi moto koperasi. Menurut dia, visi koperasi
sangatlah penting untuk dapat menjadi kenyataan. Visi
koperasi ke depan adalah menjadi sebuah lembaga
mikro kebanggaan masyarakat Gampong Bitai
khususnya dan berkualitas dalam memberikan layanan
jasa keuangan secara berkelanjutan. Sedangkan misi
utama memaksimalkan pelayanan kepada masyarakat
tanpa membedakan status sosial.
Thaibatul menjadi janda tahun 2000. Suami pertamanya
meninggal karena sakit setelah mereka hidup bersama
selama sembilan tahun. Dari suami pertama dia
mendapat empat orang anak.
Kisah sedihnya tidak berhenti hanya di situ. Setelah
ditinggal mati oleh suaminya, empat tahun kemudian
tiga orang anaknya menyusul ayahnya karena terseret
gelombang tsunami. Tuhan hanya menyisakan satu
orang anak laki-laki, yaitu Faifal Misbahul (16 tahun).
Thaibatul hampir putus asa karena tekanan ekonomi
rumah tangga dan kehilangan tiga orang anaknya.
”Saya dan anak laki-laki saya selamat dari tsunami karena
pada pagi hari itu seperti biasanya, saya mengantarkan
anak untuk ikut les ilmu bela diri Taekwondo di Simpang
Tiga Lamteumen,” kata Thaibatul sambil menyeka air
matanya.
Tiga orang anaknya yang lain masih tidur di rumah,
sehingga ikut hilang tertelan ombak tsunami yang
menghancurkan rumahnya di Gampong Bitai
Paska tsunami, setelah 4 tahun menjanda, ia kemudian
mendapat jodoh seorang duda dengan dua orang anak
(Furqansyah, 20 tahun, dan Muhammad, 30 tahun) yang
bernama M. Nasir (55) yang berprofesi sebagai montir
bengkel. Dari pernikahan ini dia mendapatkan satu
orang anak perempuan bernama Liza Azkia Izah (4).
Pekerjaan Thaibatul sehari-harianya adalah sebagai
pembuat keripik pisang, namun akhir-akhir ini usahanya
macet karena bahan baku pisang harganya semakin
mahal, sehingga laba yang didapat sangat tipis.
”Karena labanya sangat tipis, jadi saya bergabung dengan
teman lainnya yang membuat keripik, sehingga modal
bisa bertambah untuk membeli bahan baku yang lebih
banyak dengan harga yang lebih murah,” kata Thaibatul.
(K&P)
Saya Ingin Menjadi
seperti Ibu Saya!
Teks dan foto: Beatrice Mertadiwangsa
S
udah
lama
sosok
perempuan yang dulu
sering muncul di layar
kaca ini tak terlihat. Ditemui
di sebuah hotel berbintang
di kawasan Jakarta Selatan,
perempuan yang dikenal
dengan
nama
Becky
Tumewu ini berbagi cerita.
“Kesibukan saya sekarang
ini adalah menjadi MC di
acara-acara off air dan juga
menjadi pengajar public
speaking di Talkinc. Peran lainnya adalah menjadi ibu bagi kedua
anak saya dan juga manajer rumah tangga,” ujarnya saat ditanya
tentang kesehariannya saat ini.
Walaupun memiliki jadwal yang sangat padat, Becky tetap mau
mendukung pelayanan Wahana Visi Indonesia dengan menjadi
Hope Ambassador. “Buat saya menjadi Hope Ambassador adalah
kegiatan yang sangat positif. Bisa mengajak orang lain untuk mau
peduli akan kehidupan anak-anak Indonesia yang membutuhkan
bantuan, sama saja dengan memberikan harapan akan masa depan
yang lebih baik bagi mereka.”
“Saya ingin menjadi seperti ibu saya! Dari kecil saya melihat ibu saya
begitu sosial, selalu membantu orang-orang yang membutuhkan
tanpa pamrih. Untuk itulah saya bergabung menjadi penyantun
anak melalui Wahana Visi Indonesia.” Tambahnya lagi, ”Saya
percaya Wahana Visi Indonesia memiliki program yang baik, juga
realisasi yang sama baiknya bagi masyarakat yang dilayani.”
Saat ini Becky memiliki 10 anak santun di tiga wilayah yang
berbeda. Apa harapannya bagi anak-anak ini? “Saya berharap
anak-anak santun saya tumbuh menjadi anak-anak yg bersyukur
dan selalu punya harapan yang positif. Saya juga ingin anak-anak
ini merasa bahwa masih banyak orang peduli dengan mereka
sehingga kelak mereka juga menjadi orang-orang yang peduli
dengan orang lain.”
Menutup perbincangan, Becky berpesan kepada pembaca
majalah Kasih & Peduli, ”Mari kita bantu anak-anak Indonesia
supaya mereka bisa menjadi generasi penerus bangsa yang
membanggakan dan penuh harapan!” (K&P)
Penulis adalah staf Aceh Development Program
Vol.21/2010 Kasih&Peduli | 11
Seputar Anak
Bantuan World Vision
Membuat Shirley Senang
Teks dan foto: B. Marsudiharjo
Sejak gempa bumi menggoyang Sumatra Barat, Shirley Octaviani (12)
masih dihantui rasa takut bahwa sewaktu-waktu gempa masih bisa terjadi.
K
e n y a t a a n
bahwa
rumah
keluarganya belum
direnovasi yang rusak
akibat bencana gempa
pada 30 September 2009
lalu semakin menambah
rasa takutnya.
“Saya senang mendapat pakaian seragam karena pakaian
seragam saya yang dulu sudah usang dan kotor,” katanya.
Akan
tetapi,
Shirley
bertekad untuk tidak
ketakutan
sepanjang
waktu.
Dia
setiap
hari pergi ke sekolah
walaupun dia serta teman-temannya hanya belajar di ruang
kelas sementara/darurat.
Selain itu, World Vision juga menndistribusikan bubuk
penjernih air kepada masyarakat. Sebelum bencana gempa,
masyarakat umumnya menggunakan air hujan sebagai
air minum dan masak. Bak penampung air hujan mereka
umumnya rusak akibat gempa. Dengan bubuk penjernih air,
mereka bisa menjernihkan air sungai dalam waktu singkat
sehingga layak dikonsumsi. (K&P)
Sebelum bencana, Shirley dan keluarganya hidup dalam
kemiskinan. Orangtuanya hanyalah petani dan mereka
harus menghidupi tujuh orang anak. Karena beras
dari hasil pertanian mereka tidak cukup, maka
keluarga ini bergantung pada raskin yang
didistribusikan pemerintah.
Shirley biasa membantu orangtuanya
bekerja di sawah atau mengerjakan
pekerjaan rumah, seperti mencuci piring
atau menyapu halaman.
Kehidupan keluarga yang susah mendorong
Shirley untuk rajin belajar agar kelak hidupnya
lebih baik. Kerja kerasnya tidaklah sia-sia karena
dia berhasil menduduki peringkat dua di kelasnya.
“Saya bercita-cita menjadi polwan. Dengan memakai
seragam, seorang polwan selalu tampak hebat,” kata
Shirley.
World Vision telah membantu menyediakan ruang
kelas sementara, peralatan sekolah, pakaian
seragam, meja dan kursi di sekolah Shirley di
Kecamatan VII Koto Sei Sariek, Kabupaten
Pariaman, Sumatra Barat.
12 | Kasih&Peduli Vol.21/2010
World Vision juga mendistribusikan keperluan keluarga,
seperti selimut, tikar, terpal, sabun, sikat gigi, dan odol
untuk masyarakat di Sei Sariek, daerah Shirley, dan bagi
12.350 keluarga lainnya di Kabupaten Padang Pariaman dan
Kabupaten Padang Panjang.
Seputar Anak
Matematika Tidak Lagi
Menakutkan
Teks dan foto: Fatmawati
R
endahnya kompetensi para guru di ADP Kurima
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
rendahnya mutu pendidikan.
World Vision berusaha memecahkan masalah ini dengan
memfasilitasi guru-guru honorer ke SD Advent Maima dan
SD YPPK Hepuba. Guru-guru ini sebelumnya telah mendapat
pelatihan di Surya Institute, mitra World Vision di sektor
pendidikan.
Banyak siswa dari kedua sekolah ini mendapat manfaat
dari upaya ini. Ertina Hisage (13), siswa SD Advent Maima,
mengatakan bahwa kedatangan guru baru itu telah membantu
siswa untuk mengerjakan soal-soal matematika dengan lebih
cepat.
“Sebelumnya, saya tidak suka pelajaran matematika. Setelah
Kak Ika mengajar di sekolah ini, semua siswa menjadi suka
matematika dan mendapat nilai tinggi dalam matematika,” kata
Ertina tentang guru barunya itu.
Sekarang Ertina duduk di kelas 1 SMP Advent Sogokmo. Dia
menduduki peringkat dua di kelasnya.
Ertina adalah anak kedua dari empat bersaudara. Kakaknya
duduk di kelas 1 SMA di Jayapura. Adiknya duduk di kelas 2 SD,
sedangkan adik bungsunya (3) belum sekolah.
Orangtua Ertina adalah petani. Mereka menanam ubi jalar dan
sayur-sayuran serta beternak ikan di kolam untuk menghidupi
keluarga. Orangtua ini mengharapkan agar semua anaknya bisa
berpendidikan tinggi dan mendapat pekerjaan yang bagus.
Ertina juga sangat senang mendapat surat dari sponsornya di
Austria.
Ertina (ketiga dari kiri) bersama teman-teman. sekolahnya
“Sponsor saya menceritakan kegiatannya dalam surat dan
meminta saya untuk menuliskan kegiatan saya sepulang
sekolah. Dia bilang dia merindukan saya dan meminta saya
agar membalas suratnya,” kata Ertina, sambil menambahkan
bahwa sponsornya selalu mendorong agar Ertina rajin belajar.
Ertina seorang gadis yang berbakat dan ramah. Dia tidak
hanya pintar dalam pelajaran di sekolah, tetapi dia juga pintar
bernyanyi dan main volley.
“Saya ingin jadi perawat kelak agar saya bisa merawat orangtua
atau keluarga bila mereka sakit,” kata Ertina. (K&P)
Penulis adalah Community Development Coordinator
Ertina (kanan bawah) yang ramah senang
bergaul dengan anak-anak tetangganya.
Vol.21/2010 Kasih&Peduli | 13
Seputar Anak
Tahun Pemenuhan Hak Anak
Asteria T. Aritonang
World Vision selain
mendukung dana,
bersama Wahana
Visi mendukung
pelaksanaan Konsultasi
Anak di lima lokasi:
Jayapura, Banda Aceh,
Tentena, Kupang, dan
Pontianak
Ada 3 metodologi yang digunakan: 1. Kajian
Hukum, 2. Penelitian Topikal, 3. Konsultasi
Anak (ini yang terpenting) di 14 provinsi,
melibatkan hampir 400 anak.
T
ahun 2010 adalah tahun yang penting bagi pelaksanaan
Hak Anak di Indonesia. Tepat 20 tahun yang lalu,
Indonesia meratifikasi Konvensi PBB mengenai Hak
Anak, melalui Keppres No. 36 / 1990.
Dengan meratifikasi Konvensi tersebut, Pemerintah Indonesia
terikat pada pemenuhan hak anak, dan wajib memasukkan
laporan, laporan pertama adalah dua tahun pasca ratifikasi,
dan selanjutnya tiap lima tahun. Pada tahun 2007 Pemerintah
Indonesia seharusnya sudah memasukkan laporan yang ke-3
dan ke-4 (digabung karena laporan periode sebelumnya
ditolak), namun Pemerintah Indonesia baru mengirimkannya
pada April 2009.
Sejak Juli 2007, 5 Konsorsium INGO (Child Fund, Plan, Save
the Children, Terres des Hommes Netherlands, dan World
Vision) bekerja bersama Koalisi NGO Pemantau Hak Anak
(terdiri dari sekitar 30 NGO lokal) mempersiapkan laporan
alternatif untuk juga disampaikan kepada Komite Hak Anak
PBB. Mengingat keterlambatan Pemerintah mengirimkan
laporan, maka produk yang sudah ada hingga saat ini barulah
Laporan Tinjauan, yang akan diolah menjadi Laporan Alternatif
- setelah diperbandingkan dengan Laporan versi Pemerintah.
14 | Kasih&Peduli Vol.21/2010
World Vision selain mendukung dana,
bersama
Wahana
Visi
mendukung
pelaksanaan Konsultasi Anak di lima lokasi:
Jayapura, Banda Aceh, Tentena, Kupang, dan Pontianak. Para
fasilitator lokal dari Wahana Visi adalah: Noak, Lusi Silaban,
Ermina, Caecilia Putri (ex staf), Tuhu Sendiko.
Tanggal 25 Mei 2010, telah berlangsung acara peluncuran, di
Teater Kecil - Taman Ismail Marzuki. Para fasilitator lokal ini
pun hadir, beserta beberapa anak perwakilan dari daerah.
Diharapkan dukungan dari semua rekan khususnya di wilayah
terkait untuk memfasilitasi pertemuan dengan Pemerintah,
untuk melaporkan Laporan Tinjauan KHA ini, sekaligus
mendiskusikan rekomendasi-rekomendasi yang dihasilkan.
Kami di tingkat nasional juga akan terus memastikan agar
laporan ini tidak berhenti di sini saja, tapi ditindaklanjuti
menjadi Laporan Alternatif untuk Komite Hak Anak PBB, dan
beberapa rekomendasi tingkat nasional dapat diwujudkan.
Sehingga pada periode pelaporan berikut yang s.d. 2012 sudah
banyak kemajuan yang dicapai Indonesia, sekaligus Indonesia
bisa memiliki sistem pemantauan yang lebih baik hingga ke
tingkat masyarakat. (K&P)
Penulis adalah Direktur Advokasi World Vision Indonesia
Tali Kasih
Berkunjung ke Kalimantan Barat
Riani T. Soerjodibroto
Dokumentasi World Vision
P
ada bulan April 2010 ada ajakan dari Wahana Visi
Indonesia untuk mengunjungi anak santun di Singkawang.
Saya menyambutnya dengan antusias. Jika saya berangkat
sendiri, maka sangat kecil kemungkinannya untuk dapat tiba
di sana.
Pada hari Kamis 27 Mei pagi, rombongan kami yang terdiri dari
16 orang berangkat dari Jakarta ke Pontianak. Dari Pontianak
kami menempuh jalan darat ke Singkawang.
Keesokan paginya kami pergi melihat Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD) di Desa Mekar Baru yang mayoritas penduduknya
adalah etnis Melayu beragama Muslim. Mata pencarian
penduduk adalah sebagai petani karet. Kepala desanya seorang
ibu rumah tangga.
Masyarakat di sini semakin menyadari pentingnya pendidikan
bagi anak usia dini. Sebelum ada PAUD, kegiatan anak-anak
tidak terarah, banyak yang membantu orangtua di kebun
karet. Sekarang hak anak-anak sudah diperhatikan. Sekalipun
sepulang sekolah mereka masih bertugas membantu orangtua,
namun sekarang mereka mempunyai kesempatan untuk
menikmati masa kanak-kanak mereka dengan bermain.
Setelah makan siang, kami melanjutkan perjalanan ke Posyandu
di Desa Habang yang mayoritas penduduknya adalah suku
Dayak beragama Kristen. Di Desa Habang, anak-anak
mempertunjukkan kebolehannya menari.
Kunjungan berikutnya pada hari Sabtu 29 Mei adalah ke Desa
Sake di Kabupaten Bengkayang yang mayoritas penduduknya
dari suku Dayak. Wahana Visi menyumbangkan perpustakaan
untuk sekolah dasar negeri di sini.
Siang harinya kami ke Desa Keranji, berkumpul di gereja. Kami
bernyanyi bersama anak-anak, berbagi pengalaman dengan
masyarakat setempat. Anak-anak di sini bisa bersekolah
sampai sekolah dasar saja, karena tidak ada SLTP. Untuk ke
sekolah, mereka harus berjalan jauh melewati sungai.
Terakhir, kami berkesempatan untuk merefleksikan
pengalaman masing-masing. Setiap peserta merasa beroleh
penyadaran diri yang inspiratif, memberikan masukan dan
mengaitkannya dengan latar belakang pengalaman pribadi.
Seorang peserta menyampaikan bahwa ia akan berpikir panjang
untuk minum kopi di Cafe di Jakarta yang harganya setelah
pajak sekitar Rp37.000 per cangkir. Empat cangkir kopi per
bulan sudah bisa membuat perubahan besar dan berkontribusi
memberikan kesempatan bagi anak-anak Indonesia untuk hidup
lebih baik melalui pendidikan, kesehatan, dan pengembangan
ekonomi masyarakat.
Keberadaan Wahana Visi sangat membantu masyarakat
dalam pengadaan tenaga pendidik untuk sekolah, juga
tenaga kesehatan untuk pos pelayanan kesehatan. Di bidang
pendidikan, Wahana Visi melaksanakan program Menciptakan
Masyarakat Peduli Pendidikan (Creating Learning Community
for Children/CLCC). Dengan pendekatan pembelajaran yang
kreatif dan menyenangkan, anak-anak termotivasi untuk
pergi ke sekolah karena tertarik pada sekolah sebagai tempat
yang menyenangkan. Beberapa sekolah sudah menerapkan
pendekatan lanjutan, seperti membuat sekolah hijau, sekolah
bersih atau sekolah ramah anak.
Kampanye tabungan pendidikan oleh Wahana Visi, kini ratusan
keluarga telah memiliki tabungan pendidikan untuk anak-anak
mereka. Pola pikir menabung ini perlu ditingkatkan karena
banyak orang yang memiliki pola pikir berbelanja dan berutang
sehingga ketika anak membutuhkan biaya untuk masuk sekolah
yang lebih tinggi, orangtua bingung menyediakan dananya. (K&P)
Penulis adalah salah seorang sponsor Wahana Visi Indonesia
Vol.21/2010 Kasih&Peduli | 15
Tali Kasih
Kunjungan Perdana
Sponsor ke Sikka!
Teks dan foto: Beatrice Mertadiwangsa
T
anggal 13 Agustus 2010 pukul 04.30 WIB, kesunyian
Terminal 1A Bandara Soekarno Hatta dipecahkan oleh
ramainya obrolan 10 orang wanita. Mereka adalah
para penyantun Wahana Visi Indonesia. Seluruh peserta
nampak bersemangat karena mereka adalah rombongan
perdana yang ikut dalam program kunjungan penyantun ke
Sikka, Nusa Tenggara Timur.
Dalam kunjungan yang pertama ini, peserta dibawa untuk
mengunjungi beberapa desa yang dilayani oleh Wahana Visi
Indonesia seperti Wolonterang, Wogalirit, Magetlegar
serta Kloangpopot. Di desa-desa tersebut, peserta berbaur
mendapatkan kesempatan untuk mengunjungi posyandu dan
bermain bersama anakanak binaan Wahana
Selain berkunjung
Visi Indonesia.
ke wilayah layanan,
staf Wahana Visi
Indonesia di Sikka
telah menyiapkan
jadwal spesial bagi
penyantun, yaitu
kunjungan ke daerah
wisata tersohor Danau
Kelimutu dan wisata
Nilo pada hari Minggu.
16 | Kasih&Peduli Vol.21/2010
Khusus pada tanggal
17 Agustus, peserta
diajak untuk merayakan
kemeriahan peringatan
Hari
Kemerdekaan
dengan
mengikuti
upacara serta berbagai
perlombaan di SDI &
SMP Habibola.
Dan
yang paling dinantikan
tentunya
adalah
kesempatan bertemu
dengan anak santun. Seluruh penyantun rupanya telah
menyiapkan hadiah istimewa bagi anak santunnya. Tentunya
disertai nasihat dan motivasi bagi anak santun agar rajin
belajar demi masa depan. Kesempatan ini juga digunakan
penyantun untuk berkenalan dengan orangtua anak.
Yang istimewa dari kunjungan ke Sikka ini adalah selain
berkunjung ke wilayah layanan, staf Wahana Visi Indonesia di
Sikka telah menyiapkan jadwal spesial bagi penyantun, yaitu
kunjungan ke daerah wisata tersohor Danau Kelimutu dan
wisata Nilo di hari Minggu.
Tertarik untuk ikut serta? Tunggu informasi kunjungan
penyantun selanjutnya dari kami! (K&P)
Para penyantun telah menyiapkan hadiah istimewa bagi anak santunnya.
Sosok
Melayani Sampai
Lanjut Usia, Siapa Takut?
Sony Anin
T
anggal 12 setiap bulan menjadi hari yang sibuk bagi Orpa
Paulina Panie. Pada hari ini, Orpa yang biasa dipanggil
Mama Orpa (63 tahun) melayani di Posyandu Tuabolok,
Kelurahan Mokdale, Kecamatan Lobalain, Kabupaten Rote
Ndao.
Mama Orpa sudah mengabdikan diri sebagai kader posyandu
sejak tahun 1983, yaitu sejak posyandu pertama kali dibuka di
Kelurahan Mokdale.
Tugas tersebut tetap diembannya sampai sekarang, walaupun
dalam tugasnya sehari-hari Mama Orpa hanya bekerja
sendirian.
Pada awalnya, Mama Orpa bekerja bersama empat rekannya,
yaitu Sarlin Manu, Ase Ndolu, Berta Mesak, dan Berta Ndolu
karena diminta oleh kepala desa.
kali, pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS) dilakukan di
rumah bila dia bertugas sampai sore di posyandu.
“Saya tetap mempunyai tanggung jawab untuk melakukan
tugas ini walaupun orang bilang saya sudah dalam usia
pensiun,” ujar Mama Orpa.
”Saya merasa menjadi kader itu hanya sebagai pelayanan,
tetapi tidak ingin mendapatkan sesuatu dari situ,” ujar
Mama Orpa.
Mama Orpa akan terus berjuang untuk meningkatkan
kesehatan ibu dan anak di Mokdale. Dia berharap agar
posyandu tetap berjalan dengan aktif. (K&P)
Penulis adalah Fasilitator di wilayah dampingan Rote
Namun dalam perjalanan pelayanannya, teman-teman
seangkatannya berhenti. Ada penggantian kader, tetapi
semuanya tidak bertahan dengan alasan masing-masing.
Mama Orpa mengenang tugasnya pada tahun 1990-an ketika
pemerintah menggalakkan program Keluarga Berencana
(KB). Dia bersama rekannya mengajak para ibu di Posyandu
Tuabolok untuk ikut program KB.
Banyak ibu yang menolak karena berbagai alasan. Salah satunya
karena ketiadaan biaya. Mama Orpa dengan ikhlas membantu
semampunya dengan membayar biaya pemasangan KB. Ketika
ibu yang dibantunya sudah memiliki uang, barulah mereka
menggantinya.
Saat ini, Mama Orpa menangani anak-anak di posyandu yang
kehadirannya setiap layanan posyandu rata-rata sekitar 20
anak. Total anak yang dilayani berjumlah sekitar 80 anak.
World Vision memfasilitasi Posyandu Tuabolok dengan
melengkapi peralatannya, seperti alat timbang, meja, kursi, dan
peralatan lainnya.
Mama Orpa sering bertugas seharian mulai dari mendaftar,
menimbang, mencatat dan memberikan penyuluhan. Sering
on
Dokumentasi World Visi
dan ibu
lelah untuk melayani anak
Mama Orpa tak kenal kata
ingkatan
pen
nya
apai
terc
i
bolok dem
melalui Posyandu Tua
di Kelurahan Mokdale.
kesehatan ibu dan anak
Vol.21/2010 Kasih&Peduli | 17
Sosok
Titik Balik Hidupku Karena
Kelahiran Putriku
Laura A. Ginting
T
itik balik. Itulah yang dialami oleh Dalizomasi Waruwu
atau yang biasa dipanggil Ama Juang.
anaknya jadi hampir mati,”
kenang Ama Juang.
Sosok Ama Juang adalah sosok yang ditakuti oleh penduduk
desanya, yaitu Desa Lolozirugi di Kecamatan Mandrehe. Ama
Juang dahulu dikenal masyarakat memiliki banyak ‘ilmu hitam’.
Mertua
Ama
Juang
memintanya untuk membakar
semua jimatnya, minta ampun
serta berdoa kepada Tuhan
agar istrinya bisa selamat.
Ama Juang menolak, karena
dia merasa bahwa jimat-jimat
itu
diperolehnya
dengan
susah payah. Selain itu,
“ilmu-ilmu” tersebut adalah
kebanggaannya.
Saat itu, Ama Juang sudah memiliki dua orang anak lakilaki, dan dia sangat merindukan seorang anak perempuan.
Ternyata, harapan Ama Juang terkabul. Istri Ama Juang, yang
biasa dipanggil Ina Juang, mengandung dan melahirkan bayi
perempuan yang cantik.
Ama Juang sangat gembira. Namun kegembiraan tersebut
tidak dapat bertahan lama, karena ternyata Ina Juang
mengalami pendarahan hebat, dan ari-arinya tidak mau keluar.
Saat itu petugas kesehatan pun tidak mampu berbuat banyak.
Ama Juang memberi kesaksian
ketika peluncuran CHN (Child
Health Now) di Nias
“Mana yang lebih penting, itu
semua atau istri dan anakmu?” teriak mertua saya.
Ina Juang berada dalam kondisi kritis. Ada kepercayaan
masyarakat desa di Nias, bahwa penyakit biasanya disebabkan
oleh niat jahat seseorang yang dendam atau benci. Keadaan
seperti ini biasa disebut “penyakit kiriman”.
Karena dia tidak tahan melihat penderitaan istrinya, dengan
bantuan doa seorang pendeta Ama Juang membakarnya
sampai habis. Tidak lama kemudian ari-ari dalam perut istrinya
bisa keluar dan nyawa Ina Juang pun selamat.
Hal tersebut saat itu juga diyakini oleh Ama Juang. “Di hadapan
istri saya dan orang-orang yang ada di rumah saat itu, saya
berjanji jika istri saya sampai meninggal, saya akan bunuh habis
orang-orang yang saya duga menyebabkan istri saya sekarat.”
Kejadian ini menjadi titik balik kehidupan Ama Juang. “Saat itu
saya sadar, bahwa kuasa Tuhan jauh lebih dahsyat dari segala
kuasa di dunia ini. Segala ‘ilmu’ dan kuasa yang saya pikir bisa
membuat saya hebat ternyata sia-sia.”
Namun ternyata bukan itu yang
dikehendaki Tuhan. “Mertua
saya datang dan memarahi
saya, katanya ini semua garagara saya jahat sehingga
Saat ini Ama Juang sedang mengikuti kuliah S-1 Universitas
Terbuka di Nias, di sela-sela kesibukannya sebagai Fasilitator
Pengembangan World Vision. (K&P)
Penulis adalah Sponsorship Relations Officer
Dokumentasi World Vision
Beberapa kegiatan ketika peluncuran CHN (kampane kesehatan anak) di Nias.
Sinergi
Kiat Masyarakat Rote Ndao
Menghadapi Rawan Pangan
Andries Kooswinanto
L
Lakamola Mbule mengandung arti hendaknya para petani jika
bertanam harus menanam sembilan jenis tanaman yang bisa
menjadi makanan pokok orang Rote zaman dahulu.
Gunung Lakamola adalah gunung kecil yang terdapat di
wilayah Bilba, Rote Timur.
Tanaman tersebut adalah jagung khas Rote (mbela hiak),
jagung biasa (mbelak), kacang nasi (fufue kakao), kacang turis
(tulis), padi ladang (hakde), labu (nggela), botok (semacam
wijen), wijen (lenga), dan gula air (tuak).
El Nino yang terjadi hingga Mei lalu mengakibatkan beberapa
kabupaten di NTT mengalami kekeringan yang berdampak
pada gagal tanam dan gagal panen. Akibatnya, masyarakat
mengalami kurang pangan, balita mengalami gizi buruk, angka
kriminalitas meningkat, dan bukan tidak mungkin akan terjadi
perang antar desa atau perang suku.
Semua tanaman tersebut bisa dikatakan hanya memerlukan air
yang minim. Selain gula air, semua bisa sebagai pengganti beras
sehingga orang Rote zaman dahulu tidak pernah kekurangan
pangan meski terjadi kemarau panjang.
akamola Mbule Sio adalah suatu kearifan lokal daerah
Rote Ndao, pulau paling selatan di wilayah Indonesia,
yang berarti sembilan bulir makanan pokok dari Gunung
Lakamola.
Mengapa perang suku? Bencana kelaparan menyebabkan harga
bahan pangan meningkat. Dengan meningkatnya harga bahan
pangan, maka masyarakat tak bisa menjangkaunya sehingga
mereka mencuri. Pencurian yang biasa di desa-desa adalah
mencuri hewan ternak di desa tetangga dan ini bisa menyulut
perang antar desa atau perang suku.
Memang sekarang kebutuhan makanan pokok tergantung
hanya pada padi sawah yang penanamannya memerlukan
banyak air. Para petani melupakan semangat nenek moyangnya.
Alangkah indahnya jika semangat Lakamola Mbule Sio bisa
diterapkan lagi. Niscaya kekurangan pangan atau bencana
kelaparan bisa dihindari. (K&P)
Penulis adalah CDC Wahana Visi Indonesia di Rote
Rote sangat kering pada musim kemarau.
Dokumentasi World Vision
Vol.21/2010 Kasih&Peduli | 19
Sinergi
Nilam Menumbuhkan
Harapan Baru
Teks dan foto: Hendro Suwito
B
agi ratusan masyarakat
yang terkena dampak
tsunami di Aceh Barat
dan Aceh Jaya, tanaman
nilam (patchouli) membawa
harapan
baru
untuk
menyongsong masa depan
yang lebih menjanjikan.
Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam sudah puluhan
tahun dikenal luas sebagai
produsen minyak nilam,
bahan dasar minyak wangi.
Minyak nilam Aceh dikenal
memiliki kualitas terbaik di
dunia. Tak heran, minyak
nilam dari Aceh sudah
mengalir
ke
produsenprodusen utama parfum
dunia, seperti yang ada di
Perancis dan negara-negara
lain.
Konflik
berkepanjangan
membuat produksi minyak nilam Aceh nyaris lumpuh.
Beberapa provinsi telah mengisi kekosongan ini. Tetapi,
kualitas minyak nilam dari luar Aceh memang masih tidak
seprima nilam Aceh.
Sejak World Vision menopang kehidupan masyarakat
pada tiga tahun masa tanggap darurat setelah tsunami, dari
dialog-dialog dengan masyarakat, World Vision sudah mulai
mendorong masyarakat untuk kembali menerjuni usaha
budidaya nilam. Ketika sejumlah penduduk di daerah Lamno,
Aceh Jaya, mulai membudidayakan nilam kembali, World
Vision bahkan mendatangkan mesin khusus untuk menyuling
minyak nilam.
Pendampingan intensif yang dilakukan mulai menampakkan
hasilnya sejak 2009. Kelompok-kelompok usaha bersama
mulai bermunculan dan masyarakat secara perlahan tapi pasti
mulai menikmati hasil dari jerih-payah mereka.
Ronny Ichwan, manajer program World Vision di Aceh Barat,
juga sangat optimis budidaya nilam akan mampu mengangkat
20 | Kasih&Peduli Vol.21/2010
kehidupan banyak warga masyarakat. Satu liter minyak
nilam pada bulan Juli 2010 dihargai sekitar Rp 300.000
oleh pembeli di tingkat petani. Jika seorang petani mampu
mengembangkan nilam dalam jumlah yang memadai, tidak
sulit bagi mereka untuk menghasilkan 10-20 liter minyak
setiap kali panen.
Sebuah lembaga dari Jerman, ujar Tasnim Abdul Jalil,
koordinator program peningkatan pendapatan World
Vision di Aceh Jaya, memperkirakan kebutuhan nilam dunia
sekitar 18 juta ton setiap tahun. Permintaan minyak nilam
dari Indonesia, apalagi dari Aceh, akan terus kuat pada
tahun-tahun mendatang.
Kontribusi minyak nilam Aceh hingga tahun 2009 masih
sekitar 30 persen dari seluruh ekspor nilam dari Indonesia.
Sebagian besar ekspor nilam dihasilkan dari Jawa,
Kalimantan dan provinsi-provinsi lain di Sumatra. Dengan
situasi keamanan yang semakin baik, para petani nilam di
Aceh punya peluang untuk mengembangkan produksinya
pada tahun-tahun mendatang. (K&P)
Sinergi
Semiloka Surabaya
Kota Layak Anak
Teks dan foto: Lukas Ginting
S
ekitar 150 orang anak Surabaya dengan penuh antusias
terlibat dalam pengembangan visi tentang Surabaya yang
layak bagi anak pada tanggal 28-30 Juni 2010 yang lalu.
Acara yang bertempat di Hotel New Grand Park ini diberi
judul Semiloka Surabaya Kota Layak Anak (SKLA).
Selain anak-anak, dalam acara ini juga hadir berbagai dinas
dari Pemerintah Kota Surabaya yang disebut Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD), dan berbagai unsur sipil, seperti
berbagai LSM dan yayasan, perguruan tinggi, karang taruna,
dan lain-lain.
Kota Layak Anak (KLA) dipandang krusial untuk menjadi
sebuah agenda nasional mengingat masih terbatasnya
kebijakan pemerintah untuk mengintegrasikan isu hak anak ke
dalam perencanaan pembangunan dan belum terintegrasinya
hak perlindungan anak ke dalam pembangunan kabupaten/
kota.
Surabaya sebagai kota layak
anak harus memenuhi kriteria
empat hak anak, yaitu hak
hidup, hak tumbuh-kembang,
hak perlindungan, dan hak
partisipasi.
Seorang wakil anak membacakan visi anak tentang
Surabaya Kota Layak Anak (SKLA).
Salah satu kelompok merumuskan bahwa kota yang layak anak
itu ialah kota di mana anak-anak bisa berobat gratis, ada taman
bermain, tidak ada guru killer, polisi tidur tidak mengganggu
sepeda. Kelompok yang lainnya mengatakan bahwa Surabaya
sebagai kota layak anak harus memenuhi kriteria empat hak
anak, yaitu hak hidup, hak tumbuh-kembang, hak perlindungan,
dan hak partisipasi.
Pak Ichsan, Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan
Keluarga Berencana Kota Surabaya sangat terkesan dengan
rumusan visi anak-anak tentang Kota Surabaya yang layak anak.
”Pemerintah Kota Surabaya sejak dua tahun lalu sudah punya
ide untuk melibatkan anak dalam mengembangkan konsep
Kota Surabaya layak anak ini,” kata Pak Ichsan. (K&P)
Untuk mempercepat terwujudnya pengembangan KLA,
Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan menjadikan
model KLA ini sebagai prioritas program dalam bidang
kesejahteraan dan perlindungan anak dengan menetapkan
tujuh aspek penting dalam pengembangan KLA, yaitu
kesehatan, pendidikan, sosial, hak sipil dan partisipasi,
perlindungan hukum, perlindungan ketenaga-kerjaan, dan
infrastruktur.
Khusus untuk kota Surabaya, ada tiga tambahan, yaitu
pembangunan spiritual dan karakter anak, lingkungan hidup
dan pariwisata, serta koordinasi kewilayahan.
Dalam merumuskan pemikiran tentang kota layak anak, anakanak Surabaya dilibatkan melalui perwakilan.
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
sedang berdiskusi tentang SKLA.
Vol.21/2010 Kasih&Peduli | 21
Berita dalam Gambar
Presiden World
Vision Sapa Warga
Cilincing
B. Marsudiharjo
P
residen World Vision International Kevin Jenkins dalam kunjungan
pertamanya ke Indonesia menyempatkan diri untuk mengunjungi anak-anak
dan para ibu di Cilincing, Jakarta Utara, pada hari Rabu (14/4).
Dalam pertemuannya dengan para ibu di sebuah bangunan yang biasa mereka
gunakan untuk pertemuan rutin, Kevin mengungkapkan rasa terima kasih kepada
para ibu karena mau bekerja secara sukarela untuk anak-anak.
“Sungguh menyenangkan bisa bertemu dengan Anda. Terima kasih banyak karena
ibu-ibu
mau membantu anak-anak yang tinggal di wilayah ini. Saya
berharap apa yang ibu-ibu lakukan bisa menjadi contoh di
wilayah lain,” kata Kevin.
“World Vision peduli pada setiap anak. Jika
Anda mau bergandengan tangan membantu
anak-anak, ini akan menjadi kekuatan
yang luar biasa,” ia menambahkan.
Kevin secara khusus mengunjungi
rumah Marni, ibu bayi berumur 21
bulan bernama Rennie, yang pernah
diidentifikasi mengalami malnutrisi.
Sejak World Vision melakukan
pendampingan secara khusus dan
mendorong Marni memberikan ASI
kepada anaknya, Rennie berangsur
membaik.
Kevin dan istri juga tidak melewatkan
kesempatan untuk menengok para
warga yang mencari rejeki sebagai
pengupas kerang di wilayah Kali Baru.
(K&P)
22 | Kasih&Peduli Vol.21/2010
Berita dalam Gambar
arta
Fotografer: Michael Sidh
Vol.21/2010 Kasih&Peduli | 23
Kiprah Anak
FPA Pancawu Lo’e
Merayakan Hari Kartini
dan Pendidikan Nasional
Elsy Tepare
S
esuai dengan program kerja tahunan yang telah kami buat,
maka tanggal 24 April 2010 Kelompok Pengembangan
Anak (KPA) dan Forum Pengembangan Anak (FPA)
“Pancawu Lo’e” Desa Sangira, Kabupaten Poso, mengadakan
rapat bersama pendamping anak, posko perlindungan anak,
BPD, dan pemerintah desa. Sayangnya pendeta jemaat yang
kami harapkan hadir pada pertemuan tersebut berhalangan
datang.
Dalam pertemuan ini kami membicarakan rencana persiapan
mengadakan perayaan Hari R.A. Kartini yang digabungkan
dengan Hari Pendidikan Nasional. Dari pertemuan rapat
tersebut akhirnya kami memutuskan bahwa kegiatan akan
dilaksanakan tanggal 2 Mei 2010, pukul 15.00 WITA.
Kegiatannya berupa lomba cerdas cermat, lomba peragaan
busana, lomba kebersihan taman KPA, dan ditutup dengan
ibadah syukur. Pada acara tersebut kami sekaligus melakukan
penutupan dan ibadah syukur atas selesainya latihan keybord
yang diikuti 30 anak Sangira, yang difasilitasi Wahana Visi di
wilayah Poso, selama dua bulan terakhir.
Pada kegiatan kali ini kami kembali mulai mencoba berinisiatif
membuat kegiatan tanpa ada bantuan biaya sepersen pun
dari Wahana Visi di wilayah Poso seperti kegiatan Paskah
lalu. Tentunya perayaan hari R.A. Kartini dan Hari Pendidikan
Nasional membutuhkan biaya yang tidak sedikit agar semua
anak di desa kami bisa terlibat.
Seorang anak peserta lomba peragaan busana kebaya.
Dokumentasi World VIsion
Tetapi kondisi tersebut terus memacu kreativitas kami. Atas
inisiatif pengurus dan pendamping anak, kami memohon
bantuan kepada pendeta jemaat untuk membantu kami dalam
hal dana. Puji Tuhan, kami pun diberikan dana sebesar Rp
500.000.
kami. Tidak disangka, mereka pun bersedia membantu kami.
Tanggal 29 April 2010, sekitar tiga hari sebelum kegiatan, kami
pun membuat bazar makanan dan mengantarkan makanan
tersebut kepada karyawan-karyawan PT Bukaka.
Kami sangat bersyukur karena selalu diberikan dukungan
dalam melaksanakan kegiatan yang diprakarsai oleh anak.
Namun ternyata dana yang telah diberikan gereja tersebut
masih sangat kurang. Jadi, dana tersebut kami kembangkan
dengan membuat bazar makanan.
Makanan tersebut berjumlah 51 bungkus, laku terjual seharga
Rp 20.000/bungkus. Dari modal Rp500.000 kami berhasil
melipat-gandakan keuntungan menjadi sebesar Rp 520.000.
Jadi, dana yang berhasil kami kumpulkan untuk kegiatan
perayaan Hari R.A. Kartini dan Hari Pendidikan Nasional
berjumlah Rp 1.020.000.
Kami mencoba menghubungi karyawan PT Bukaka untuk
membantu kami mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan
Tanggal 2 Mei 2010 tepat pada hari Minggu, kami pun
mengadakan kegiatan perayaan Hari R.A. Kartini dan Hari
24 | Kasih&Peduli Vol.21/2010
Kiprah Anak
Pendidikan Nasional. Semua anak, khususnya peserta lomba,
telah tiba di gedung gereja sekitar pukul 14.00 dengan
pakaian kebayanya masing-masing. Karena masih mengatur
perlengkapan yang akan digunakan saat lomba dan ibadah,
seperti sound system, maka kegiatan dimulai pukul 16.00.
Kegiatan ini, selain diikuti oleh anak-anak, dihadiri pula oleh
orangtua, pihak Wahana Visi di wilayah Poso, pendeta dan
majelis jemaat. Jumlah peserta yang hadir hari itu kurang lebih
160 orang. Kegiatan diawali dengan lomba cerdas cermat mata
pelajaran.
Sementara lomba berlangsung, keenam dewan juri yang
diambil dari masing-masing KPA mengadakan penilaian
kebersihan taman yang ada di sekitar gereja. Taman tersebut
sudah dikelola oleh KPA 1-6.
Lomba cerdas cermat diikuti oleh 6 KPA dan masing-masing
KPA berjumlah 3 orang. Jadi, semua peserta berjumlah 18
orang. Lomba tersebut dibimbing oleh Ibu Kristin Launto,
sebagai posko anak.
Setelah lomba cerdas cermat mata pelajaran selesai,
dilanjutkan dengan lomba peragaan busana kebaya. Lomba ini
diwakili oleh tiga orang dari masing-masing KPA.
Jumlah peserta peragaan busana kebaya ada 18 orang. Dan
setelah peragaan busana selesai, semua peserta lomba
peragaan busana berkumpul di altar gereja, dan menyanyikan
lagu “Ibu Kita Kartini”.
Selanjutnya ádalah acara ibadah. Ibadah dipimpin oleh Irvan
Tongena. Ibadah diisi puji-pujian oleh kelompok anak dari
masing-masing KPA, diiringi dengan organ, karena setiap KPA
Fotografer: Donna Hattu
sudah mengutus lima orang untuk mengikuti latihan keyboard.
Ibadah juga diiringi dengan Singers berjumlah 10 orang.
Keseluruhan acara ibadah diperankan oleh anak.
Tanpa terasa kegiatan lima jam itu pun berakhir. Kegiatan
pun diakhiri dengan berbagai sambutan dari berbagai pihak,
seperti gereja, pendamping anak, dan Wahana Visi di wilayah
Poso. Kiranya ini boleh terus menjadi penyemangat bagi kami
kelompok-kelompok anak untuk dapat berkreasi seluasluasnya semandiri mungkin. (K&P)
Penulis adalah reporter anak dari FPA Desa Sangira, Kabupaten Poso
Kami sangat
bersyukur karena
selalu diberikan
dukungan dalam
melaksanakan
kegiatan yang
diprakarsai oleh anak.
Fotografer: Donna Hattu
Vol.21/2010 Kasih&Peduli | 25
Kiprah Anak
Riski Ingin Sosialisasi Bahaya
HIV & AIDS di Dolly
Teks dan foto: Lukas Ginting
R
iski adalah seorang remaja yang terkesan pendiam.
Namun, kalau diajak bicara, ternyata dia cukup luwes.
Gadis berusia 17 tahun yang bernama lengkap Siti
Riskiatul Aini ini sekarang duduk di kelas 3 SMK jurusan
Administrasi Perkantoran.
Dalam pendidikan formal, Wahana Visi membantu
kelangsungan sekolahnya, seperti bantuan uang sekolah, buku
tulis, dan berbagai peralatan sekolah lainnya.
Riski dan teman-teman merasa mendapat banyak sekali
pengetahuan tentang HIV&AIDS. Dia juga merasa sudah tahu
bagaimana cara mempresentasikan pengetahuan tersebut
kepada orang lain.
Riski tinggal di Kelurahan Putat Jaya, Surabaya. Kelurahan ini
termasuk bagian dari ADP Surabaya 2, wilayah binaan Wahana
Visi Indonesia yang didanai oleh World Vision Australia. Dia
dulu bergabung dengan program Wahana Visi karena pada ”Daerah kami kan dekat Dolly, yaitu lokalisasi pelacuran
di Surabaya. Dalam waktu
tahap awal kehadiran Wahana
mendatang,
kami
ingin
Riski sangat senang bergabung
Visi di Putat Jaya, dia didata
mengadakan sosialisasi bahaya
sebagai salah seorang anak
dengan kegiatan Forum Anak. Dia dan pencegahan HIV&AIDS
santun.
merasakan banyak manfaat dari
dan sex bebas di Dolly. Kami
juga ingin menyadarkan para
Setelah menginjak usia remaja
kegiatan forum anak yang dibina
pekerja seks komersial agar
(teenager), Riski bergabung
Wahana Visi ini.
mereka keluar dari sana dan
dengan Forum Anak ’da Bajay
mencari pekerjaan yang baik(daerah tercinta Banyu Urip
dan Putat Jaya), wilayah ADP Surabaya 2. Bahkan saat ini dia baik,” kata Riski.
menjadi ketua FA ’da Bajay.
”Kami berani sosialisasi ke sana karena kami telah mendapat
Riski sangat senang bergabung dengan kegiatan Forum Anak. pelatihan tentang LDK, hak anak, dan motivasi. Strateginya,
Dia merasakan banyak manfaat dari kegiatan forum anak yang kami akan bekerja sama dengan LSM-LSM lain,” ungkap Riski
mengakhiri pembicaraan. (K&P)
dibina Wahana Visi ini.
”Saya dan teman-teman telah mengikuti
banyak pelajaran dari Wahana Visi,
seperti les bahasa Inggris, komputer,
jurnalistik, fotografi dan sebagainya,”
kata Riski.
”Selain itu, kami juga telah diberi
pelatihan tentang LDKA. Itu yang
membuat saya mampu dan percaya diri
jadi ketua FA ’da Bajay sekarang ini,”
tambah Riski.
Kegiatan anak yang pernah diikuti
Riski: HAN (Hari Anak Nasional),
Seminar Peer Educator (SSI – Sahabat
Sumber Informasi), LDKA (Latuhan
Dasar Kepemimpinan Anak), Seminar
Sex Education, seminar-seminar lain,
dan sosialisasi mandiri (sendiri tanpa
Riski sudah terlatih melakukan presentasi.
FP).
26 | Kasih&Peduli Vol.21/2010
Harapan
“Bag of Hopes” Hadirkan
Senyuman di Wajah Mereka!
Teks dan foto: Beatrice Mertadiwangsa
K
unjungan penyantun ke Sikka, 13-18 Agustus
lalu, sekaligus menjadi ajang penyerahan
sebagian paket peralatan sekolah bagi anakanak di Sikka.
Sebulan lamanya program penggalangan dana “Bag
of Hopes” yang diprakarsai oleh Toko Buku Times
dijalankan. Untuk setiap Rp50.000 yang disumbangkan
pelanggannya, Times akan memberikan sebuah paket
peralatan sekolah yang terdiri dari tas sekolah, buku
tulis, pensil warna, dan peralatan tulis lainnya untuk
seorang anak di Sikka. Ternyata sambutan pelanggan
Times sangat baik, dan hasil yang terkumpul dari
program ini melampaui target semula, yaitu 1.000
paket. Ada 3.500 paket peralatan sekolah yang
akhirnya terkumpul.
Penyerahan simbolik kepada 400 anak-anak usia SD
dilakukan pada hari Sabtu, 14 Agustus 2010 di dua sekolah,
yaitu SDI Hebar dan SDI Pelibaler. Diserahkan langsung oleh
Jo Lee Wai Ching, selaku CEO PT Times Prima Indonesia,
serta didampingi dua staf Times lainnya, Pricila Taarea dan
Herlia Feronica Sumendap, paket peralatan sekolah tersebut
disambut gembira oleh anak-anak di kedua SD tersebut.
kegembiraan mereka pun turut merasakan sukacita.
Bagaimana tidak? Tatkala rombongan tiba di sekolah dan
melihat kaki-kaki kecil tak bersepatu serta sebuah buku tulis
kusam tanpa bungkus di tangan kebanyakan anak-anak Sikka,
timbul keharuan dan keyakinan bahwa keputusan memberikan
paket untuk mereka adalah tepat.
Bukan hanya anak-anak Sikka yang tersenyum gembira
memperoleh peralatan sekolah, wakil-wakil dari Times dan
seluruh peserta kunjungan penyantun yang menyaksikan
Semoga dengan paket peralatan sekolah yang baru dan
lengkap, anak-anak di Sikka lebih semangat untuk belajar dan
dapat menggapai cita-cita mereka. (K&P)
Berminat untuk membantu anak – anak di Sikka agar dapat
memperoleh hidup dan harapan untuk masa depan yang lebih baik?
Bergabunglah dengan program Penyantunan Anak sekarang juga!
Klik
www.wvindonesia.org
untuk informasi lebih lengkap.
Kami mengucapkan terima kasih kepada beberapa perusahaan yang sudah demikian setia dalam
mendukung pendanaan program-program sosial dan kemanusiaan Wahana Visi Indonesia
Gift Catalogue
Katalog Hadiah (Gift Catalogue) adalah
hadiah-hadiah berharga untuk kehidupan
anak-anak yang lebih baik. Mulai dengan
memberikan kelambu atau peralatan
sekolah hingga paket pertanian,
membantu anak-anak agar suatu saat
bisa menolong diri sendiri.
Jika Anda ingin berpartisipasi, silakan
hubungi
(021) 390 7818 atau e-mail ke
[email protected]
Vol.21/2010 Kasih&Peduli | 27
Harapan
Kukuruyuk Galang
Kepedulian
Teks dan foto: Beatrice Mertadiwangsa
“
Kukuruyuuuuuukk …!!! Kukuuuruuuyuuukkk
…!!!” suara ayam jantan terdengar di Mall eX,
akhir Agustus lalu. Dan di atrium utama mall
tersebut, terlihatlah seekor ayam jantan raksasa
bertengger dengan gagahnya tepat di depan panggung.
Oh..,. ternyata ayam ini bukan ayam biasa, melainkan
sebuah celengan ayam jantan raksasa dengan panjang
dan tinggi masing-masing 2,5 meter serta lebar 3 meter!
Ayam jantan tersebut hadir di Mall eX dalam rangka
“Rooster Goes to Mall”, sebuah kampanye kepedulian
sekaligus penggalangan dana bagi pemenuhan kebutuhan
penyantun untuk anak-anak binaan Wahana Visi Indonesia,
khususnya di wilayah Halmahera
Utara,
Sikka, dan Maro.
Mengambil
konsep
roadshow, ayam jantan
ini dihadirkan di
penghujung minggu
selama dua minggu
berturut-turut
di dua mall yang
berbeda,
yaitu eX
28 | Kasih&Peduli Vol.21/2010
(27-29 Agustus) dan Puri
Indah Mall (3-5 September).
Lewat celengan ini, Wahana
Visi Indonesia ingin mengajak pengunjung kedua mall tersebut
untuk mulai peduli akan kehidupan anak-anak yang kurang
beruntung dengan berdonasi secara unik. Setiap orang yang
ingin ikut serta bisa menukarkan donasi mereka dengan
sebuah koin yang juga berukuran raksasa dan memasukannya
ke dalam celengan ayam ini. Ayam akan otomatis berbunyi
ketika koin telah dimasukkan, sebagai lambang satu harapan
baru telah diberikan bagi anak Indonesia.
Rooster Goes to Mall juga dimeriahkan oleh
penampilan Sanggar Merah Putih, siswa-siswi dari
beberapa sekolah serta artis pendukung Wahana Visi
Indonesia, seperti Project Pop dan Delon.
Kini si ayam jantan telah kembali ke kandangnya. Namun
masih banyak anak-anak Indonesia yang membutuhkan
uluran tangan kita. Mari tularkan semangat
kukuruyuk si ayam jantan
dengan
mengumandangkan
kesempatan berbagi kepada
sesama, melalui program
Penyantunan Anak. (K&P)
Opini
Pemimpin Masa Depan,
Pemimpin Dunia
Trihadi Saptoadi
W
orld Vision Indonesia pada tahun 2010 ini
memasuki 50 tahun pelayanan dan kemitraan
di Indonesia. Serangkaian kegiatan dilakukan
untuk terus mengajak para pemimpin bangsa, masyarakat
dan keluarga agar meningkatkan komitmen bersama dalam
mengupayakan pemenuhan hak anak dan pemberantasan
kemiskinan. National Young Leaders Forum atau Forum
Pemimpin Muda Nasional adalah salah satu kegiatan tersebut.
Forum Pemimpin Muda Nasional melibatkan anak-anak dari
daerah pelayanan World Vision Indonesia dan mitranya
Wahana Visi Indonesia, serta perwakilan anak dari wilayah
program beberapa lembaga/organisasi lain yang diundang. Para
peserta ini dipilih karena mereka adalah anak-anak yang aktif
menyuarakan dan berperan dalam memperbaiki kualitas hidup
teman sebayanya dan masyarakat sekitarnya.
Dalam Forum ini, para pemimpin muda difasilitasi untuk
mengetahui, memahami, menyajikan dan membagi keberhasilan
dan tantangan pemenuhan hak anak dari berbagai wilayah di
Indonesia. Mereka juga diberi kesempatan untuk bertemu
dengan berbagai tokoh-tokoh nasional yang melakukan
berbagai terobosan dalam bidang masing-masing, baik dalam
pemerintahan, pendidikan, pertanian maupun budaya.
Kepada para pemimpin muda ini, saya ingin menyampaikan
harapan agar kalian sungguh-sungguh mengikuti kegiatan ini dan
menimba sebanyak mungkin pelajaran. Jika kembali ke tempat
asal, bagikanlah semuanya ini kepada keluarga dan temanteman kalian. Tetaplah bersemangat untuk mengejar mimpi
dan cita-cita kalian untuk melayani keluarga, masyarakat, dan
bangsa kita. Percayalah bahwa kalian bisa menjadi pemimpin
dunia, mulailah dari lingkungan kalian.
Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada seluruh panitia,
mitra, and tokoh-tokoh nasional yang berpartisipasi dan telah
bekerja keras menyiapkan Forum ini. Semua kerja keras ini
adalah investasi yang sangat berharga dalam upaya pemenuhan
hak anak di Indonesia. (K&P)
Trihadi Saptoadi, Direktur Nasional World Vision Indonesia
l Sidharta,
Fotografer: Michae
d Vision
Dokumentasi Worl
Vol.21/2010 Kasih&Peduli | 29
Cuplikan Peristiwa
Aksi Donor Darah untuk
Dukung Kesehatan Ibu
dan Anak
Bekerjasama dengan Palang Merah Indonesia (PMI), acara
ini merupakan bagian rangkaian kegiatan untuk memberikan
dukungan terhadap peningkatan kualitas kesehatan ibu
dan anak di Indonesia. Hampir 50 staf terlihat antusias saat
mendonorkan darahnya.
Mike Eleonora, salah seorang staf World Vision memberikan
tanggapan secara positif terhadap pelaksanaan aksi donor
darah ini. Meskipun sempat merasa takut karena merupakan
pengalaman pertamanya mendonorkan darah, namun hal itu
tidak menyurutkan niat Mike untuk membantu sesama yang
membutuhkan.
Sigit Sulistyo, Maternal
Child
Health
&
Nutrition
Capacity
Building
Specialist,
memberikan klarifikasi
terhadap
beberapa
mitos yang masih
banyak beredar di
masyarakat dan sering
membuat orang enggan untuk mendonorkan darahnya. Salah
satu mitos tersebut adalah “bahwa donor darah membuat
berat badan pendonor menjadi naik”.
Kuatnya mitos yang beredar salah satunya disebabkan oleh
minimnya pengetahuan tentang donor darah. Padahal donor
darah sangat bermanfaat untuk kesehatan individu serta
mempercepat pembentukan sel darah baru. (K&P)
Sari Estika Rini
Bantuan World Vision untuk
Korban Gempa Biak
Pada 20 Juni, World Vision Indonesia mendistribusikan 267
tenda dan 52 keperluan keluarga kepada masyarakat yang
terkena dampak gempa di desa-desa Kainui I, Kainui II, and
Manawi Kecamatan Angkaisera di Serui, ibu kota Kabupaten
Yapen.
Serui adalah salah
satu wilayah yang
terkena
dampak
gempa paling parah
di
Papua
barubaru ini. Gempa
berkekuatan
7,1
pada skala Richter
mengguncang bagian
utara wilayah Papua
sekitar pukul 18.15 pada 16 Juni.
Sejumlah 80 dari 98 rumah di Desa Kanui I mengalami rusak
total, 74 rumah dari 141 rumah di Desa Kanui II rusak total,
dan 52 rumah di Desa Manawi habis disapu air pasang akibat
gempa.
Penduduk di ketiga desa ini tinggal di tenda yang dibangun di
depan bekas rumah mereka atau di depan gereja.
Menurut laporan pemda setempat, hingga 19 Juni telah tiga
orang di Kecamatan Angkaisera meninggal, 14 hilang, 2 luka
parah; 2 orang di Yapen Selatan meninggal dan 13 luka parah.
Bencana ini telah mengakibatkan 4.868 orang tinggal di tendatenda darurat. Laporan ini belum mencakup semua wilayah di
Serui karena beberapa lokasi sulit dijangkau. (K&P)
Johny Noya & Enda Balina, Humanitarian and Emergency Affairs
Microsoft Menyumbangkan Software kepada World Vision Indonesia
Pada 26 Agustus yang baru lalu, Microsoft menyetujui
untuk menyumbangkan software senilai US$79.649 yang
terdiri dari WinPro 7, Project & Visio Pro 2007, Window
Server 2008 Enterprise, dan Forefront Threat Management
Gateway kepada World Vision Indonesia. Dengan adanya
donasi ini, World Vision Indonesia akan diperlengkapi
dengan Windows 7 secara gratis di seluruh wilayah kerjanya,
baik di pusat maupun di daerah-daerah!
Software ini akan menjamin bahwa teknologi informasi
di kantor nasional maupun kantor lapangan akan berjalan
dengan stabil, up to date, dan aman. Hal ini juga akan
30 | Kasih&Peduli Vol.21/2010
meningkatkan efisiensi teknologi kita di semua program
transformasional di sepuluh provinsi Indonesia di mana
kita melayani sekitar 95.000 anak-anak dan ratusan ribu
penduduk miskin.
Menurut Tricia Iskandar, Microsoft Indonesia Community
Affairs Manager, ini merupakan pertama kalinya Microsoft
memberikan donasi berupa software dengan nilai yang
substansial kepada satu Organisasi Non Pemerintah seperti
World Vision Indonesia. (K&P)
Esther K. Sianipar, Cross Sector Partnering Specialist
Pesan Direktur
Kepedulian Terus Meningkat
K
ondisi ekonomi masih tidak menentu. Pertumbuhan
ekonomi dilaporkan semakin meningkat. Tetapi, para
pengamat juga menekankan bahwa kualitas kehidupan
jutaan masyarakat miskin juga semakin merosot akibat daya beli
yang semakin lemah.
Emilia K. Sitompul
General Manager
Wahana Visi Indonesia
Secara umum, kemiskinan memang masih menjadi masalah utama
bagi jutaan keluarga Indonesia, termasuk jutaan anak-anak mereka.
Banyak keluarga masih tidak berdaya menyediakan kehidupan yang
berkualitas -- baik dari sisi kesehatan, pendidikan, dan lingkungan
hidup – bagi anak-anaknya. Ini adalah kenyataan yang masih sangat
memprihatinkan kita semua.
Pada sisi yang lain, di tengah ketidak-pastian akan masa depan,
kami juga melihat kepedulian masyarakat terhadap mereka yang
masih menderita juga terus meningkat. Ini terlihat nyata di antara
para pendukung program santunan anak yang dijalankan oleh
Wahana Visi Indonesia.
Melalui dukungan para sponsor dari Jakarta dan beberapa kota
lain, program-program pengembangan masyarakat jangka panjang
yang kami jalankan dapat terus berjalan dan ribuan anak-anak
keluarga miskin mendapat peluang mengakses layanan kesehatan,
pendidikan, dan kehidupan yang lebih baik.
Dengan berjalannya waktu, kami percaya masyarakat yang kita
dampingi akan dapat menciptakan terobosan-terobosan bagi masa
depan mereka. Kami bersyukur karena dapat menjalin kemitraan
dengan Anda semua untuk memastikan proses transformasi ini
dapat berlangsung dengan lancar dan nyata.
Mari kita terus dukung program ini karena kepedulian
Anda dapat membawa dampak yang luar biasa.
Vol.21/2010 Kasih&Peduli | 31
WAHANA VISI INDONESIA
mitra World Vision

Similar documents

Volume 18, 2009 - Wahana Visi Indonesia

Volume 18, 2009 - Wahana Visi Indonesia Sebagai contoh, di SMU IPEKA Sunter, Jakarta Utara, sudah lebih 30 siswa yang jadi penyantun anak-anak dari keluarga tak mampu di berbagai daerah di Indonesia. Sedangkan SMU ini baru

More information

Bersama Kita Pasti Bisa

Bersama Kita Pasti Bisa bekerja sama dengan World Vision. Pembina Wahana Visi Indonesia Mars. Madya (Purn.) B. Y. Sasmito Dirdjo Dr. Nafsiah Mboi, M.D. Ped., MPH Rev. Dr. Kadarmanto Hardjowasito Dr. Frieda Mangunsong, M.E...

More information