Pedoman Teknis Audit Energi

Transcription

Pedoman Teknis Audit Energi
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
Jln. Jenderal Gatot Subroto Kav 52-53,
Telp/fax: 021 - 5252746, Jakarta Selatan 12950
PEDOMAN TEKNIS
AUDIT ENERGI
DALAM
IMPLEMENTASI KONSERVASI ENERGI DAN
PENGURANGAN EMISI
CO2 DI SEKTOR INDUSTRI (FASE 1)
PUSAT PENGKAJIAN INDUSTRI HIJAU
DAN LINGKUNGAN HIDUP
BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM
DAN MUTU INDUSTRI (BPKIMI)
2011
PEDOMAN TEKNIS
AUDIT ENERGI DALAM
IMPLEMENTASI KONSERVASI ENERGI DAN PENGURANGAN
EMISI CO2 DI SEKTOR INDUSTRI (FASE 1)
PEMBINA
Menteri Perindustrian
M.S Hidayat
PENANGGUNG JAWAB
Arryanto Sagala
TIM PENGARAH
Tri Reni Budiharti
Shinta D. Sirait
TIM PENYUSUN
Rafles Simatupang
Muhammad Hafiz
Nugroho Adi Sasongko
TIM EDITOR
Sangapan
Denny Noviansyah
Yuni Herlina Harahap
Juwarso Gading
Budiando Panggaribuan
Wiwiek Sari Wijiastuti
DITERBITKAN OLEH
Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup
Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim, dan Mutu Industri
DICETAK OLEH
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
ii
PEDOMAN TEKNIS
AUDIT ENERGI Dalam IMPLEMENTASI KONSERVASI ENERGI
Dan PENGURANGAN EMISI CO2 Di SEKTOR INDUSTRI (FASE
1)
Edisi I. Jakarta : Kementerian Perindustrian, Januari 2011
vi + 34 hlm.
Disajikan dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
Alamat Penerbit:
Kementerian Perindustrian
Jl. Gatot Subroto Kav. 52-53
Jakarta Selatan 12950
ISBN:.................................
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga Pedoman Teknis Audit Energi di
Industri dalam rangka Implementasi Konservasi Energi dan
Pengurangan Emisi CO2 di Sektor Industri (Fase 1) ini
dapat diselesaikan pada waktunya.
Pedoman Teknis ini disusun untuk meningkatkan
pengetahuan dalam pelaksanaan konservasi energi dan
pengurangan emisi CO2 di sektor industri yang telah
dibahas oleh. unsur pemerintah, tenaga ahli dan praktisi.
Diharapkan Pedoman Teknis ini bermanfaat bagi
para pihak yang berkepentingan dalam menerapkan
konservasi energi dan pengurangan emisi CO2 di sektor
industri. Akhir kata kami mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
Pedoman ini.
Jakarta, Januari 2011
Badan Pengkajian Kebijakan,
Iklim dan Mutu Industri
Kepala,
Arryanto Sagala
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................
DAFTAR ISI .......................................................................
BAB I
PENDAHULUAN ..............................................
iv
v
1
1.1.
Jenis Audit Energi
…………………….……..…
1
1.2.
Tujuan Audit Energi ...........................................
4
METODOLOGI PELAKSANAAN …………….....
6
Goal Seek Method ............................................
Pareto Chart ......................................................
Metode 5 W + 1 H .............................................
Metode Pengamatan dan Pengukuran ..............
7
7
8
9
PROSEDUR DAN TEKNIS PELAKSANAAN ....
10
3.1.
Prosedur ...........................................................
10
3.2.
Teknis Pelaksanaan Kegiatan…………...………
14
3.2.1.
3.2.2.
3.2.3.
3.2.4.
17
17
18
3.2.5.
3.2.6.
3.2.7.
Survei Awal Industri ………………………………
Pelatihan (in-house training) …………………….
Melakukan Pengkajian Energi …………………..
Analisi Data dan Peluang Penghematan Energi
………………………………………………………
Studi Kelayakan (Feasibility Study) ……………
Diskusi ……………………………………………..
Menyusun Laporan ………………………………
BAB IV
PEMBANGUNAN BASELINE…………………...
24
BAB V
PERANGKAT PENGUKURAN ENERGI ……...
26
BAB VI
LAPORAN AUDIT .............................................
28
BAB II
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
BAB III
DAFTAR PUSTAKA .......................................................
LAMPIRAN ........................................................................
21
22
23
23
29
30
v
BAB I
PENDAHULUAN
Proses manajemen energi yang efektif
haruslah berdasarkan pada tujuan yang telah ditetapkan
dan harus diuraikan secara rinci tindakan-tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Untuk
memberi batasan suatu program manajemen energi di
industri, perlu ditentukan secara teliti jenis dan jumlah
energi yang digunakan di setiap tingkat proses
manufaktur. Oleh karena itu, diperlukan suatu prosedur
pencatatan penggunaan energi secara sistimatis dan
berkesinambungan.
Pengumpulan data kemudian
diikuti dengan analisa dan pendefinisian kegiatan
konservasi energi yang akan dilaksanakan.
Gabungan antara pengumpulan data, analisa
data dan definisi kegiatan konservasi disebut sebagai
audit energi.
1.1 Jenis Audit Energi
Jangkauan audit energi dimulai dari survei data
sederhana hingga pengujian data yang sudah ada
secara rinci, digabungkan dengan uji coba pabrik secara
khusus, yang dirancang untuk menghasilkan data baru.
Lamanya pelaksanaan suatu audit bergantung pada
besar dan jenis fasilitas proses pabrik dan tujuan dari
audit itu sendiri.
Survei awal atau Audit Energi Awal (AEA) dapat
dilaksanakan dalam waktu satu atau dua hari untuk
Halaman 1 dari 32
instalasi pabrik yang sederhana, namun untuk instalasi
pabrik yang lebih komplek diperlukan waktu yang lebih
lama. AEA terdiri dari dua bagian, yaitu:
1. Survei manajemen energi.
Surveyor (atau auditor energi) mencoba untuk
memahami kegiatan manajemen yang sedang
berlangsung dan kriteria putusan investasi yang
mempengaruhi proyek konservasi.
2. Survei energi (teknis)
Bagian teknis dari AEA secara singkat
mengulas kondisi dan operasi peralatan dari
pemakai energi yang penting (misalnya boiler
dan sistem uap) serta instrumentasi yang
berkaitan dengan efisiensi energi. AEA akan
dilakukan dengan menggunakan sesedikit
mungkin instrumentasi portable. Auditor energi
akan bertumpu pada pengalamannya dalam
mengumpulkan data yang relevan dan
mengadakan observasi yang tepat, sehingga
memberikan diagnosa situasi energi pabrik
secara cepat.
AEA sangat berguna untuk mengenali sumbersumber pemborosan energi dan tindakan-tindakan
sederhana yang dapat diambil untuk meningkatkan
efisiensi energi dalam jangka pendek.
Contoh tindakan yang dapat diidentifikasi
dengan mudah ialah hilang atau cacatnya insulasi,
kebocoran uap dan udara-tekan, peralatan yang tidak
dapat digunakan, kurangnya kontrol yang tepat
Halaman 2 dari 32
terhadap perbandingan udara dan bahan bakar di dalam
peralatan
pembakar.
AEA
seharusnya
juga
mengungkapkan kurang sempurnanya pengumpulan
dan penyimpanan analisa data, dan area dimana
pengawasan manajemen perlu diperketat. Hasil yang
khas dari AEA ialah seperangkat rekomendasi tentang
tindakan berbiaya rendah yang segera dapat
dilaksanakan dan rekomendasi audit yang lebih
ekstensif untuk menguji dengan lebih teliti area pabrik
yang terpilih.
Audit Energi Terinci (AET) biasanya dilakukan
sesudah AEA, dan akan membutuhkan beberapa
minggu bergantung pada sifat dan kompleksitas pabrik.
Selain mengumpulan data pabrik dari catatan yang ada,
instrumentasi portable digunakan untuk mengukur
parameter operasi yang penting yang dapat membantu
team mengaudit energi dalam neraca material dan
panas pada peralatan proses. Uji sebenarnya yang
dijalankan serta instrumen yang diperlukan bergantung
pada jenis fasilitas yang sedang dipelajari, serta tujuan,
luas dan tingkat pembiayaan program manajemen
energi.
Jenis uji yang dijalankan selama audit energi
terinci mencakup uji efisiensi pembakaran, pengukuran
suhu dan aliran udara pada peralatan utama yang
menggunakan bahan bakar, penentuan penurunan
faktor daya yang disebabkan oleh berbagai peralatan
listrik, dan uji sistem proses untuk operasi yang masih di
dalam spesifikasi.
Halaman 3 dari 32
1.2 Tujuan Audit Energi
Setelah mendapatkan hasil uji, auditor energi
menganalisa hasil tersebut melalui suatu kalkulasi
dengan menggunakan materi pendukung yang ada
(misalnya tabel, bagan). Kemudian hasil uji tersebut
digunakan untuk menyusun neraca energi, dimulai dari
setiap peralatan yang diuji dan selanjutnya instalasi
pabrik seluruhnya. Dari neraca energi, dapat ditentukan
efisiensi peralatan dan ada tidaknya peluang
penghematan biaya energi.
Setelah itu, dilakukan
pengujian lebih rinci terhadap setiap peluang, perkiraan
biayanya dan manfaat dari pilihan-pilihan yang telah
ditentukan.
Dalam beberapa hal, auditor energi tidak dapat
memberikan rekomendasi mengenai suatu investasi
khusus, mengingat resikonya atau karena total
investasinya terlalu besar. Dalam hal ini, auditor energi
akan memberikan suatu rekomendasi mengenai studi
kelayakan (misalnya penggantian boiler, perubahan
tungku pembakaran, penggantian sistem uap air dan
perubahan proses).
Hasil akhir AET akan berupa laporan terinci yang
memuat rekomendasi disertai dengan manfaat dan
biaya terkait serta program pelaksanaannya.
Secara umum cukup sulit untuk menyimpulkan
besarnya penghematan yang dapat diidentifikasi melalui
audit energi. Namun begitu, penghematan biasanya
mendekati jumlah yang cukup berarti, sekalipun melalui
audit energi yang paling sederhana. Sebagai petunjuk
kasar,
audit
energi
awal
diharapkan
dapat
Halaman 4 dari 32
mengidentifikasi penghematan sebesar 10 persen, yang
umumnya dapat dicapai melalui tindakan house keeping
pada instalasi pabrik atau tindakan lain yang
memerlukan investasi modal kecil. Audit energi terinci
seringkali dapat mencapai penghematan sebesar 20
persen atau lebih untuk jangka menengah dan panjang.
Halaman 5 dari 32
BAB II
METODOLOGI PELAKSANAAN
Adalah pemahaman tujuan pekerjaan, yaitu
untuk melakukan identifikasi potensi penghematan
energi pada sarana/fasilitas produksi dan peralatan
pengguna energi, yang bertujuan untuk mengetahui
pola penggunaan energi & potensi penghematan energi.
Sehingga sasaran-sasaran yang akan dicapai, seperti :
 Menurunnya intensitas penggunaan energi di
industri.
 Meningkatnya peran serta industri dalam
program konservasi energi.
 Pengurangan ketergantungan terhadap BBM.
 Pengurangan pencemaran yang dapat merusak
kualitas lingkungan.
 Peningkatan daya saing produk.
 Peningkatan effisiensi penggunaan energi dalam
berproduksi.
Agar dapat terwujud secara benar dan terarah,
maka perlu dilakukan pendekatan-pendekatan yang
memenuhi kapasitas dan kebutuhan dari hal – hal yang
menjadi output/ keluaran aktivitas. Beberapa metode
yang dapat digunakan dalam pelaksanaan asesmen
energi antara lain adalah:
Halaman 6 dari 32
2.1.
Goal Seek Method.
Intensitas
Konsumsi
Energi
(IKE),
merupakan parameter utama yang harus dicari dan
ditentukan, baik pada sistem proses produksi
maupun pada peralatan utility (boiler, chiller,
compressor, pompa, dll). Dengan besaran/nilai IKE
tersebut dapat dikembangkan menjadi formulasi dan
simulasi analisis peluang penghematan energi.
2.2.
Pareto Chart;
Merupakan grafik yang dapat dijadikan
alat/tools untuk menentukan permasalahan utama
atau identifikasi masalah inti.
Mekanisme
pendekatan masalah menggunakan pareto chart,
sebagai berikut :
 Tentukan karakterisitik mutu, misalnya teknologi
pengguna energi terbesar sebagai kunci untuk
diasumsikan bahwa persentase penghematan
yang akan diperoleh memiliki nilai energi yang
besar, meskipun untuk sementara belum
diketahui berapa persen potensi hemat energi
yang akan didapat. Apabila prosentase potensi
yang diperoleh kecil, dikalikan dengan kapasitas
yang besar, maka nilai yang diperoleh cukup
signifikan.
 Untuk memperoleh bobot pengguna energi
terbesar, maka dilakukan stratifikasi objek
peralatan.
Halaman 7 dari 32

Dari hasil stratifikasi diperoleh sebaran objek
(peralatan pengguna energi) mulai pengguna
energi terbesar hingga ke peralatan pengguna
energi yang terkecil.
2.3.
Metode 5W + 1H
Digunakan untuk mencari akar masalah
(sumber pemborosan yang dapat dikonversi menjadi
potensi / peluang hemat energi) pada peralatan
pengguna energi yang telah ditentukan dari hasil
pareto chart.
Mekanisme pendekatan masalah
menggunakan metode 5W + 1H, sebagai berikut :
 Where; untuk menemukan dimana sumber yang
berpotensi terjadinya pemborosan energi.
 What;
untuk
mengidentifikasi
apa
yang
menyebabkan hingga terjadinya pemborosan
energi.
 Why; untuk mengidentifikasi penyebab hal itu
terjadi;
 Who; untuk mengidentifikasi siapa yang menjadi
trigger
(aktor
utama)
terjadinya
potensi
pemborosan energi pada peralatan yang sedang
diteliti.
Analisa berdasarkan 5M (Man/ Manpower,
Machine, Material, Metode, Mother Nature /
lingkungan kerja).
 When; untuk mengidentifikasi waktu terjadinya
masalah, dapat didiskusikan dengan operator
apakah kejadiannya bersifat siklus, tidak menentu
Halaman 8 dari 32

ataukah ada pengaruh dari proses operasi
peralatan lain.
How; Bagaimana mengatasi akar masalah
(sumber pemborosan yang dapat dikonversi
menjadi potensi/peluang hemat energi) tersebut.
2.4.
Metode pengamatan dan pengukuran;
Untuk melihat efektifitas, dan performansi
operasi peralatan yang ada. Data-data primer
(pengamatan langsung dan hasil pengukuran) dan
data sekunder (log-sheet dan hasil wawancara)
sangat diperlukan untuk membantu di dalam analisa
Neraca Massa dan Energi (Mass & Heat Balance).
Hasil pengukuran yang diambil berdasarkan
pertimbangan peningkatan efektifitas dan effisiensi
peralatan (menghindari terjadinya penurunan
performa akibat efek kegiatan effisiensi energi).
Halaman 9 dari 32
BAB III
PROSEDUR DAN TEKNIS PELAKSANAAN
3.1 Prosedur
Pelaksanaan audit energi merupakan gabungan
interaksi antara tim auditor dan obyek audit. Agar
interaksi berjalan dengan baik dan efektif, langkahlangkah yang perlu dilakukan adalah:
- Inisiasi kegiatan audit;
- Penyiapan/preparasi pelaksanaan audit;
- Pelaksanaan audit;
- Evaluasi dan Pelaporan
Gambar 1 merupakan bagan alir pelaksanaan
audit yang menggambarkan berbagai kegiatan awal
calon pelaksana sampai ke kegiatan akhir audit energi.
Tahap 1 dan Tahap 2 merupakan tahapan yang
dilakukan oleh calon auditor sampai pada kesimpulan
apakah audit dapat dilakukan secara keseluruhan atau
hanya dilakukan pada beberapa bagian berdasarkan
evaluasi awal yang dilakukan.
Halaman 10 dari 32
Gambar 1. Bagan Alir Tahapan Pelaksanaan Audit
Energi
Halaman 11 dari 32
Setelah mendapatkan kesimpulan bahwa
pelaksanaan audit akan dilakukan, maka perlu
ditentukan berbagai langkah atau prosedur yang akan
dilakukan. Prosedur yang dipakai akan bervariasi
menurut ruang lingkup audit yang diusulkan serta
menurut ukuran dan jenis fasilitas. Prosedur berikut ini
secara
umum
biasa
digunakan
untuk
pelaksanaan/eksekusi audit energi .
Langkah 1:
Perencanaan keseluruhan kegiatan audit yang akan
dilakukan. Tindakan ini mencakup penentuan tujuan
audit, pembagian fasilitas pabrik menjadi bagian
pelaksanaan atau cost center, pemilihan anggota team
audit serta pemberian tanggung jawabnya, dan
pemilihan instrumen yang diperlukan.
Langkah 2:
Inisiasi pertemuan dan diskusi teknis dengan tim
pendamping industri obyek.
Langkah 3:
Pengamatan singkat lapangan (walk through survey)
yang sekaligus dapat melakukan in house training
terhadap tim pendamping industri obyek.
Langkah 4:
Pengumpulan data pemakaian energi dan data produksi
yang diambilkan dari bagian atau cost center tertentu
(form data sheet, data historis, dan lain-lain). Jika
Halaman 12 dari 32
diperlukan, dapat diadakan uji coba sistem/peralatan
untuk mendapatkan data tambahan mengenai unjuk
kerja dari peralatan khusus serta unit-unit atau cost
center tertentu.
Langkah 5:
Pengolahan data dan evaluasi awal untuk mendapatkan
neraca energi, neraca massa, intensitas energi serta
mengidentifikasi peluang penghematan energi (PPE).
Hasil identifikasi PPE selanjutnya dianalisis untuk
menghasilkan daftar PPE berdasarkan besaran
penghematan yang mungkin diperoleh.
Langkah 6:
Presentasi dan diskusi dengan tim pendamping industri
obyek terhadap berbagai temuan dan hasil daftar PPE
awal yang diperoleh. Langkah ini dilakukan sekaligus
untuk melakukan klarifikasi berbagai data dan informasi
sehingga pada saat pelaksanaan analisis rinci dilakukan
dengan basis data dan informasi yang benar dan juga
dapat diterima oleh kedua pihak.
Langkah 7:
Melakukan evaluasi dan analisis rinci terhadap PPE
yang diperoleh.
Langkah 8:
Menyusun Laporan audit energi mencakup berbagai
rekomendasi PPE dan manajemen energi yang
disampaikan kepada industri obyek.
Halaman 13 dari 32
3.2 Teknis Pelaksanaan Kegiatan




Audit energi merupakan aktivitas /kegiatan teknis
yang sistematis, bertujuan untuk mencari PPE pada
suatu fasilitas pengguna energi (mesin / peralatan yang
terdapat di suatu plant). Output audit energi, berupa
laporan peluang penghematan energi pada suatu cost
center (pusat-pusat biaya energi) yang dapat dicapai
setelah dilakukan pengamatan, pengukuran, dan
analisa energi (perhitungan & pertimbangan energi).
Fokus audit energi mengidentifikasi, mengukur
serta menghitung penyimpangan / anomali dari
penggunaan energi, yang umumnya terjadi apabila
energi tersebut berinteraksi dengan mesin (peralatan
yang menggunakan energi), manusia, dan metode yang
berada dalam suatu sistem proses (proses produksi,
dll).
Dengan demikian fokus operasi Audit energi
mencakup ;
Mesin, melakukan pengukuran dan penilaian kinerja
operasi mesin.
Manusia, melakukan pengamatan dan evaluasi
karakteristik manusia yang sedang berinteraksi dalam
suatu proses produksi.
Metode, melakukan pengamatan dan evaluasi
optimalisasi metode yang digunakan dalam suatu
sistem produksi.
Material, melakukan pengamatan dan evaluasi material
dalam system produksi (produktifitas)
Halaman 14 dari 32

Mother Nature, mengamati kondisi lingkungan kerja
(apakah mendukung performance operator atau tidak).
Di dalam pelaksanaannya, tahapan yang
dilakukan disesuaikan dengan technical approach,
dimana data dan informasi merupakan input (data
driven) yang akan diproses dengan metode, tools / alat,
serta teknik-teknik pemecahan masalah untuk
mendapatkan hasil audit energi yang akurat.
Halaman 15 dari 32
Gambar 2. Tahapan pelaksanaan kegiatan audit energi
di sektor industri
Halaman 16 dari 32
Secara garis besar teknis pelaksanaan kegiatan
audit energi di sektor industri adalah sebagai berikut :
3.2.1. Survei Awal Industri
Kegiatan survei ini bertujuan untuk mendapatkan
data awal, penyampaian technical message dan
rencana kerja ke industri yang akan diaudit.
Diharapkan dari kunjungan ini terjalin komunikasi,
kordinasi kerja dan sinergi antara pihak industri
dengan auditor.
3.2.2. Pelatihan (in-house training)
Sebelum melakukan audit energi, sebaiknya pihak
auditor memberikan pelatihan (in-house training)
mengenai teknik konservasi energi kepada
staf/personel yang diusulkan oleh pihak industri
obyek. Kegiatan pelatihan (in-house training) ini
ditujukan untuk memberikan bimbingan kepada
SDM industri dalam melakukan audit energi dan
teknik-teknik konservasi energi. Kegiatan pelatihan
(in-house training) ini meliputi:
a. Pemberikan materi mengenai pengelolaan
energi dan teknik-teknik konservasi energi
b. Pemberian evaluasi kepada peserta pelatihan
guna menentukan SDM yang akan turut serta
mengikuti audit energi bersama dengan
konsultan
c. Pembentukkan tim pendamping audit energi
(team Industri Obyek).
Halaman 17 dari 32
3.2.3. Melakukan Pengkajian Energi
Setelah melaksanakan pelatihan (in-house training),
tahap selanjutnya adalah melakukan pengkajian
energi. Tahapan yang perlu dilakukan di dalam
pelaksanaan pengkajian energi ini adalah sebagai
berikut :
a. Identifikasi budaya hemat energi dan upayaupaya konservasi energi
Di dalam pelaksanaan audit energi identifikasi
budaya hemat energi dan upaya-upaya
konservasi energi dilakukan dengan cara
wawancara guna mengevaluasi penghematan
energi yang telah dilakukan oleh industri.
b. Pengumpulan data
Pengumpulan data pada pelaksanaan audit
energi ditujukan untuk mendapatkan informasi
mengenai kondisi performa peralatan pengguna
energi dan teknologi yang digunakan serta
kondisi operasi proses pada masing-masing
peralatan pengguna energi.
Data yang
terkumpul berupa data sekunder dan primer.
Data sekunder ini diperlukan untuk
mendapatkan informasi mengenai spesifikasi
design peralatan pengguna energi dan kondisi
operasi pada masing-masing unit, yang akan
digunakan untuk mendukung analisis data
primer dan evaluasi selanjutnya.
Halaman 18 dari 32
i.
Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder yang dikumpulkan pada
setiap industri yang dilakukan assesmen energi
antara lain mencakup :
 Informasi umum industri, deskripsi proses, plot
plan, plant Layout
 Data desain peralatan utama;
 Informasi mengenai data-data kegiatan
modifikasi yang pernah dilakukan, baik dalam
rangka peningkatan efisiensi, reliabilitas,
kapasitas maupun konservasi energi;
 Pasokan dan distribusi penggunaan energi
(Energi Reference and Energi Balance) untuk
keseluruhan
plant
dan
masing-masing
proses/peralatan utama.
 Profil konsumsi energi. Data histories
penggunaan energi (harian, bulanan dan
tahunan) untuk keseluruhan plant dan masingmasing proses/peralatan utama.
 Profil konsumsi material, produksi dan limbah.
Data histories penggunaan material proses,
produksi dan produk limbah yang dihasilkan
(harian, bulanan dan tahunan) untuk
keseluruhan
plant
dan
masing-masing
proses/peralatan utama.
ii. Pengumpulan Data Primer
Pengumpulan data primer dilakukan melalui
survei dan pengukuran lapangan guna untuk
mendapatkan informasi data teknis dan operasi
aktual serta spesifikasi peralatan yang berkaitan
Halaman 19 dari 32
dengan operasional peralatan pengguna energi di
industri. Kegiatan pengumpulan data primer ini
diawali dengan walk-trough ke lapangan
mengetahui kondisi operasi peralatan pengguna
energi serta menentukan titik-titik pengukuran
yang diperlukan.
Data operasi aktual pada masing-masing unit
antara lain meliputi: input& output, spesifikasi
peralatan, konsumsi energi, kondisi operasi
(temperatur,
tekanan,
flow
rate)
serta
faktor/parameter lain yang turut menentukan
operasi yang akan dikumpulkan berdasarkan data
logsheet peralatan pengguna energi.
Dalam pengumpulan data primer ini dilakukan
juga wawancara dengan pihak manajemen,
operator dan atau penanggung jawab bidang
energi menyangkut kegiatan pola pengoperasian
pabrik, modifikasi atau retrofitting / revamping
yang pernah dilakukan, baik dalam rangka
peningkatan efisiensi, reliabilitas, kapasitas
maupun konservasi energi. Untuk memudahkan
dalam pengumpulan data primer, dalam survei
lapangan ini dilakukan dengan menggunakan
kuisioner yang mana pengisiannya akan dipandu
oleh konsultan sehingga semua pertanyaan yang
ada pada kuisioner dapat dijawab oleh responden.
Data dan parameter proses pada kondisi
operasi aktual yang tidak tercatat dari logsheet
pabrik ataupun ruang kendali (control room) tetapi
diperlukan dalam evaluasi, dapat diperoleh
dengan cara melakukan pengukuran langsung
Halaman 20 dari 32
(load
survey)
dan
parameter-parameter
pengoperasian seperti: tekanan, suhu, laju alir
(flow rate) yang diukur dengan menggunakan alat
ukur portable.
Pengukuran dilakukan pada kondisi beban
operasi normal dengan memperhatikan prosedur
operasi yang dijalankan, meliputi:
pengukuran temperatur, kelembaban, tekanan,
flow rate, kondisi kelistrikan (tegangan, arus, daya,
faktor daya, dan lain-lain), serta parameterparameter lainnya yang diperlukan untuk
dianalisis.
3.2.4. Analisis Data dan Peluang Penghematan Energi
Dari hasil pengumpulan data, selanjutnya
dilakukan analisis data.
Analisis tersebut
dimaksudkan untuk mengetahui secara rinci
besarnya potensi penghematan energi yang dapat
dilakukan dan menyusun rekomendasi langkahIangkah penghematan energi berdasarkan kriteria;
tanpa biaya, biaya rendah, biaya sedang dan biaya
tinggi yang dapat ditindaklanjuti oleh pihak industri.
i.
ii.
Kegiatan analisis data meliputi:
Analisis sumber energi dan konsumsi energi
pada peralatan pengguna energi;
Mass and Heat Balance; untuk menghitung
seberapa besar utilitas penggunaan energi dan
losses energi pada suatu sistem proses dan
masing-masing peralatan pengguna energi;
Losses energi ini kemudian dianalisa untuk
Halaman 21 dari 32
iii.
iv.
v.
vi.
vii.
viii.
dipertimbangkan berapa biaya (khusus yang
bersifat medium dan high cost implementasi)
yang harus dikeluarkan untuk mengkonversi
losses tersebut menjadi potensi hemat energi.
Menganalisis/inventarisasi konsumsi energi
terhadap produk yang dihasilkan atau intensitas
energi terhadap alur proses maupun peralatan
pengguna energi sebagai parameter untuk
mengetahui tingkat efektifitas dan efisiensi
penggunaan energi;
Menganalisis
performance
dan
efisiensi
peralatan pengguna dan penghasil energi;
Menentukan benchmark intensitas energi;
Identifikasi potensi konservasi energi guna
mengetahui
tingkat
efisiensi
peralatan
pengguna energi;
Menganalisis secara teknik dan ekonomi untuk
mengetahui kelayakan potensi konservasi
energi;
Rekomendasi langkah-langkah implementasi
potensi / peluang konservasi energi disusun
berdasarkan skala prioritas biaya implementasi
(no cost / low cost, medium cos, dan high cost).
3.2.5. Studi Kelayakan (Feasibility Study)
Berbagai peluang penghematan energi yang
diperoleh selanjutnya didiskusikan dengan pihak
industri. Dari berbagai peluang penghematan energi
tersebut kemudian dipilih beberapa peluang untuk
dianalisis kelayakannya. Panduan pelaksanaan Studi
Halaman 22 dari 32
Kelayakan dapat dilihat di Pedoman Teknis Studi
Kelayakan, Kementerian Perindustrian-ICCTF, 2011.
3.2.6. Diskusi
Penyelenggaraan diskusi dilakukan untuk
memaparkan dan membahas hasil-hasil audit energi
beserta rekomendasinya dengan pihak industri dan
pihak-pihak yang berkepentingan dengan kegiatan audit
energi tersebut.
3.2.7. Menyusun Laporan
Saat laporan disiapkan, semua data yang
terkumpul dan perhitungan yang dibuat dimasukkan ke
dalam laporan tersebut. Temuan-temuan serta saransaran dibahas dan beberapa saran dikemukakan untuk
segera dijalankan dan beberapa lainnya diberikan untuk
pengkajian lanjutan yang lebih rinci.
Halaman 23 dari 32
BAB IV
PEMBANGUNAN BASELINE
Baseline energi merupakan suatu persamaan
linier sederhana yang menggambarkan hubungan
tingkat produksi terhadap energi yang dibutuhkan.
Adanya Perbaikan/ improvement dapat berpengaruh
pada nilai intercept dan slope dari garis baseline
energi.

Apabila industri mengganti peralatan dengan yang
lebih hemat, maka garis intercept akan turun;
Apabila industri melakukan pola operasi yang
efisien, maka sudut garis slope akan turun;
CHART CONTROL IKE (IMR METHOD)
3000
y = a + bx
2500
kWh

2000
Slope
1500
1000
Intercept
2500
3000
3500
4000
4500
5000
ton
Gambar 3. Grafik Pengendalian Intensitas Konsumsi
Energi (IMR method)
Halaman 24 dari 32
Sehingga secara agregat garis baseline akan
berubah (lebih turun dan lebih landai), sehingga untuk
mendapatkan suatu tingkat produksi energi yang
dibutuhkan, kWh lebih kecil dibandingkan sebelumnya.
Dengan demikian, disini akan terjadi efisiensi energi.
Halaman 25 dari 32
BAB V
PERANGKAT PENGUKURAN ENERGI
Beberapa alat pengukuran konsumsi energi
yang sering dipergunakan dalam pelaksanaan asesmen
energi antara lain adalah:
 Power Analyzer
Secara umum, analisis daya digunakan untuk
menjelaskan fluktuasi beban kVA yang terhubung
dengan beban yang sebenarnya.
 Clamp pada Tester Power
Penjepit pada tester daya adalah pengukur
perangkat listrik untuk menentukan Tegangan, Arus,
Tegangan / arus puncak, efektif / reaktif / daya nyata
(satu-fase atau 3-fase), Faktor Daya, Reaktivitas,
sudut fasa, Frekuensi, deteksi Fase (3 - tahap),
Tegangan / level harmonis arus (sampai 20).
 Lux meter
Lux meter digunakan untuk mengukur tingkat
pencahayaan / tingkat kuat cahaya iluminasi.
 Pengukuran Kelembaban
Kelembaban meter adalah jenis instrumen audit
energi yang digunakan untuk mengukur tingkat
kelembaban.
 Anemometer
Anemometer adalah jenis instrumen audit energi
yang digunakan untuk mengukur kecepatan aliran
udara.
Halaman 26 dari 32






Manometer
Manometer adalah alat audit energi yang digunakan
untuk mengukur perbedaan tekanan antara dua titik
pengukuran. Manometer biasa digunakan dalam
pipa distribusi (udara, air dan gas), peralatan seperti
kompresor dan pompa.
Sound meter
Sound meter adalah alat yang digunakan untuk
mengukur tingkat kebisingan dalam desibel (dB).
Sound meter digunakan pada hampir semua
peralatan industri, seperti memutar mesin dan pipa
distribusi.
Sound
meter
dapat
membantu
memberikan diagnosis dini kebocoran dan
menentukan tingkat kesehatan kerja.
Pengukuran Putaran
Kecepatan pengukuran yang digunakan untuk
mengukur kecepatan rotasi objek dengan rotasi unit
per menit (RPM).
Analyzer Gas Buang
Audit energi instrumen yang digunakan untuk
mengukur gas buang untuk mendapatkan efisiensi
pembakaran bahan bakar.
Meter Aliran Air
Instrumen audit energi yang digunakan untuk
mengukur aliran air.
Detektor Kebocoran
Instrumen audit energi yang digunakan untuk
mendeteksi lokasi kebocoran dari sistem distribusi
gas.
Halaman 27 dari 32
BAB VI
LAPORAN AUDIT
Seluruh kegiatan audit energi disusun menjadi
suatu Laporan Audit Energi yang berisi seluruh tahapan
pelaksanaan kegiatan, hasil pengumpulan dan
pengolahan data, identifikasi peluang penghematan
energi (PPE), evaluasi dan analisis PPE yang dilengkapi
dengan kesimpulan dan rekomendasi yang disampaikan
kepada pihak industri obyek. Contoh susunan pelaporan
audit energi dapat dilihat pada Lampiran 1.
Halaman 28 dari 32
DAFTAR PUSTAKA
Pemerintah Indonesia.(2010). PP No.70, 2009,
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia tentang
Konservasi Energi. Jakarta
BSNI. (2000). SNI 03 - 6196 - 2000 tentang
Prosedur Audit Energi pada Bangunan Gedung.
Jakarta.
PT KONEBA (Persero). (1995). Manual Audit Energi
di Sektor Industri. Jakarta.
CIPEC.(2002). Energi Efficiency Planning and
Management Guide, Natural Resource Canada,
Ottawa.
Bureau of Energi Efficiency (BEE). (2004). General
Aspect of Energi Management and Audit Energi.
New Delhi.
PT. EMI (Persero). (2008). Prosedur dan Instruksi
kerja audit energi. Jakarta.
Halaman 29 dari 32
LAMPIRAN
Outline Contoh susunan pelaporan audit energi di
industri
RINGKASAN EKSEKUTIF
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Target Pencapaian
1.3 Lingkup Audit
1.4 Metodologi dan Teknis Pelaksanaan Audit
BAB II
DESKRIPSI PABRIK
2.1 UMUM
2.1.1 Informasi Umum Pabrik
2.1.2 Layout dan Deskripsi Proses
2.1.3 Plant Layout
2.2 DESKRIPSI PROSES UTAMA
2.2.1 Process #1 (SEBUTKAN), dst
2.2.2 Faktor-Faktor Pengaruh Proses
2.3 POTRET DAN POLA PENGGUNAAN ENERGI
2.3.1 Sumber-Sumber Energi
2.3.2 Distribusi Energi
- Bahan Bakar
 Referensi energi
- Energi Listrik
 Referensi energi
- Energi Panas (Uap)
 Referensi energi
2.3.3 Profile Konsumsi dan Intensitas Energi
Halaman 30 dari 32
2.4
BAB
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
- Total Pabrik
- Proses Utama
- Fasilitas Pendukung
SISTEM MONITORING ENERGI
2.4.1 Sensors dan Peralatan Ukur
2.4.2 Monitoring & Reporting
2.4.3 Organisasi Energi
2.4.4 Histori Pelaksanaan Konservasi Energi
III IDENTIFIKASI PELUANG PENGHEMATAN
ENERGI
PROSES UTAMA 1,2,3 DST.
UTILITAS
- Pembangkit listrik
- Pembangkit Uap
- Sistem Refrigerasi dan AC
- Pompa dan Kompresor
- Lainnya (sebutkan)
SISTEM PENERANGAN
SISTEM DISTRIBUSI LISTRIK
LAINNYA (SEBUTKAN)
BAB IV ANALISIS PELUANG KONSERVASI ENERGI
a. PROSES UTAMA 1,2,3 DST.
b. UTILITAS
- Pembangkit listrik
- Pembangkit Uap
- Sistem Refrigerasi dan AC
- Pompa dan Kompresor
- Lainnya (sebutkan)
c. SISTEM PENERANGAN
d. SISTEM DISTRIBUSI LISTRIK
Halaman 31 dari 32
e. LAINNYA (SEBUTKAN)
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1 KESIMPULAN
5.2 REKOMENDASI
Halaman 32 dari 32
MINISTRY OF INDUSTRY
Jln. Jenderal Gatot Subroto Kav 52-53,
Telp/fax: 021 - 5252746, Jakarta Selatan 12950
TECHNICAL GUIDELINE for
AUDIT ENERGY
In
IMPLEMENTATION OF ENERGY CONSERVATION
AND CO2 EMISSION REDUCTION IN INDUSTRIAL
SECTOR (PHASE 1)
CENTER FOR GREEN INDUSTRY AND
ENVIRONMENT ASSESSMENT
AGENCY FOR INDUSTRIAL POLICY, CLIMATE
AND QUALITY ASSESSMENT
2011
TECHNICAL GUIDELINE for
AUDIT ENERGY
In
IMPLEMENTATION OF ENERGY CONSERVATION AND CO 2
EMISSION REDUCTION IN INDUSTRIAL SECTOR (PHASE 1)
FOUNDER
Minister of Industry
M.S Hidayat
ADVISOR
Arryanto Sagala
STEERING COMMITTEE
Tri Reni Budiharti
Shinta D. Sirait
AUTHORS
Rafles Simatupang
Muhammad Hafiz
Nugroho Adi Sasongko
EDITORS
Sangapan
Denny Noviansyah
Yuni Herlina Harahap
Juwarso Gading
Budiando Pangaribuan
Wiwiek Sari Wijiastuti
PUBLISHED BY
Center for Green Industry and Environment Assessment
Agency for Industrial Policy, Climate and Quality Assessment
PRINTED BY
MINISTRY OF INDUSTRY
ii
TECHNICAL GUIDELINE for
AUDIT ENERGY In IMPLEMENTATION Of ENERGY
CONSERVATION And CO2 EMISION REDUCTION In
INDUSTRIAL SECTOR (PHASE 1)
st
1 Edition. Jakarta : Ministry of Industry, January 2011
vi + 31 pg.
Version: Presented in Bahasa Indonesia and English
Publisher Address:
Ministry of Industry
Jl. Gatot Subroto Kav. 52-53
Jakarta Selatan 12950
ISBN: ...................
iii
FOREWORD
Praise the Lord giving us His mercy and grace so
this Technical Guideline for Audit Energy within the
framework of Implementation of Energy Conservation and
CO2 Emission Reduction in Industrial Sector (Phase 1) can
be finalized in time.
This Technical Guideline is structured to enhance
knowledge in implementation of energy conservation and
reduction of CO2 emission and have been discussed by
governments, experts and practitioners.
It is expected that this Technical Guideline is useful
for the related parties to implement energy conservation
and reduction of CO2 emission. Finally, we would like to
thank all those who have participated in the preparation of
this guideline.
Jakarta,
January 2011
Head of
Agency for Industrial Policy,
Climate and Quality Assessment
Arryanto Sagala
iv
TABLE OF CONTENTS
FOREWORD .....................................................................
RABLE OF CONTENTS ...................................................
CHAPTER I
INTRODUCTION ......................................
iv
v
1
1.1.
Type of Energy Audit ………………………..
1
1.2.
Energy Audit Purpose...............................
3
IMPLEMENTATION METHODOLOGY .......
5
Goal Seek Method ....................................
Pareto Chat ..............................................
5W + 1H Method .........................................
Methods of Observation and Measurement.
5
6
6
7
PROCEDURE AND TECHNICAL
IMPLEMENTATION ....................................
9
3.1.
Procedure ................................................
9
3.2.
Activity Implementation Techniques ……….
12
3.2.1.
3.2.2.
3.2.3.
3.2.4.
Industrial Initial Survey……………………….
Training (in-house training) …………………
Carry out Energy Assessment ……………..
Data Analysis and Energy Savings
Opportunities …………………………………
Feasibility Study ……………………………..
Discussion ……………………………………
Compiling Reports …………………………..
15
15
16
CHAPTER IV
BASELINE DEVELOPMENT ……………….
22
CHAPTER V
ENERGY MEASUREMENT DEVICES ……
24
CHAPTER VI
AUDIT REPORT ......................................
26
CHAPTER II
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
CHAPTER III
3.2.5.
3.2.6.
3.2.7.
REFERENCE ..................................................................
APPENDIX
19
20
20
21
27
28
v
CHAPTER I
INTRODUCTION
Effective energy management process should be
based on the intended purposes and the necessary
actions to achieve the goals must be described in detail.
To impose boundaries an energy management program
in industry, it is necessary to determine accurately the
type and amount of energy used at each level of the
manufacturing process. Therefore we need a procedure
of recording the use of systematic and sustainable
energy. Data collection further followed by analyzing
and defining of energy conservation activities which
would implemented.
The combination of data collection, data analysis
an defining of conservation activities is called the energy
audit.
1.1 Type of Energy Audit
Energy audit coverage started from the simple
data survey to the test of existing data in detail,
combined with special factory test, designed to generate
new data. The duration of the implementation of an audit
depends on the size and type of plant processes facility
and objectives of the audit itself.
Initial survey or Preliminary Energy Audit (PEA)
can be implemented within one or two days for simple
factory installation, but for more complex plant
Page 1 of 30
installations may take longer. PEA consists of two parts,
namely:
1. The survey of energy management,
Surveyor (or energy auditor) tries to understand
the management of ongoing activities and criteria
of investment decisions which affect the
conservation project.
2. Survey of energy (technical)
Technical part of the PEA briefly reviewed the
state and operation of equipment from important
energy users (such as boilers and steam
systems) and instrumentation related to energy
efficiency. PEA will be done in a much less
portable instrumentation. Energy auditors will rely
on their experience in collecting relevant data and
conduct appropriate observations, thus giving the
quickly energy situation diagnosis of the plant.
PEA is very useful to identify the sources of
energy wastage and simple actions that can be taken
to improve energy efficiency in the short term.
Examples of actions that could be identified
easily is the missing or flawed insulation, steam and
air-press leakage, instruments that cannot be used,
the lack of precise control of air and fuel ratio in
combustion equipment. PEA should also reveal the
less perfect of the collection and storage of data
analysis, and areas where management oversight
needs to be tightened. The PEA typical results are a
Page 2 of 30
set of recommendations on low-cost measures that
can be implemented immediately and a more
extensive audit recommendations for more detail
testing with a selected area of the factory.
Detailed Energy Audit (DEA) is usually
performed after the PEA, and will require several
weeks depending on the nature and complexity of the
plant. In addition to data collected on the plant from
the existing records, portable instrumentation is used
to measure critical operating parameters that can
assist teams in conducting energy audits of material
and heat balance in the process equipment. Actual
test run and the necessary instruments depend on the
type of facility being studied, as well as purpose, size
and level of financing energy management program.
Type of test which run during detailed energy
audit includes combustion efficiency test, temperature
and air flow measurement in the main equipment that
uses fuel, determining the decrease in power factor
caused by various electrical equipment and process
system test for operation that are still within
specification.
1.2.
Energy Audit Purpose
After obtaining the test results, the energy
auditors analyze these results through a calculation
using
the
existing
supporting material
(e.g tables, charts). Then the test results are used to
formulate the energy balance, started from each
under-tested equipment and subsequently for the
Page 3 of 30
factory
installation
entirely. From
the energy
balance, it can be determined the efficiency of
equipment and the presence or absence of
energy cost savings opportunities. After that, a more
detail test on each opportunity, estimated costs
and benefits of those choices that have been
determined is conducted.
In some cases, the energy auditor cannot
provide recommendations regarding a particular
investment, due to the risks or because the total
of investment is too large. In such cases, the energy
auditor will provide a recommendation regarding the
feasibility study (e.g. replacement of boilers,
furnaces, water vapor system and the process
changing).
The final DEA result will be a detail report
containing recommnedation along with benefits and
related costs and implementation program.
In general, it is quite difficult to deduce the
amount of savings that can be identified through the
energy audits. However, savings are usually close
to significant numbers, even through the simplest
energy
audit. As
a rough
guide, the
initial
energy audits are expected to identify savings
of 10 percent, which generally can be achieved
through
house-keeping
action at
the factory
installation, or other actions that require little capital
investment.
Detailed energy audits
can
often achieved savings of 20 percent or more
for medium and long term period.
Page 4 of 30
CHAPTER II
IMPLEMENTATION METHODOLOGY
Is the understanding of job objectives, namely to
identify potential energy savings in facilities / equipment
of production facilities and energy users, which aims to
determine patterns of energy use and energy saving
potential. So the goals to be achieved, such as:
 Reduced intensity of energy use in industry.
 Increased participation of industry in energy
conservation programs.
 Reducing dependence on oil fuel
 Reducing
pollution that can damage
environmental quality.
 Increasing competitiveness of the product.
 Increased efficiency of energy use in production
In order to be realized correctly and directed, it is
necessary approaching that meet the capacity and
needs of the things that become the activities
output. Several methods that can be used in the
implementation of energy assessment include:
2.1. Goal Seek Method.
Energy Consumption Intensity (ECI), is the main
parameter that should be sought and determined, both
in production process systems and utility equipment
(boiler, chiller, compressor, pump, etc.). With the
amount / value of ECI, it can be developed into a
Page 5 of 30
formulation and simulation analysis of energy saving
opportunities.
2.2.
Pareto Chart;
This is a graph that can be used as a tool to
determine the main issues or the identification of core
issues. Mechanism approaches of the problem by using
the pareto chart are as follows:
 Determine characteristics of quality, for example
the biggest energy user equipment as a key to
be identified with the assumption that the
percentage of savings to be obtained has a great
energy value, although for a while yet known
what percentage of potential energy saving
which will be obtained. Although the percentage
of the potency obtained is small, when multiplied
by a large capacity, then the obtained value is
significant.
 To obtain the portion of the largest energy user,
then the stratification of the equipment object is
performed.
 The stratification result will show the distribution
of the energy using equipment, from the largest
down to the smallest energy consuming
equipment.
2.3.
5W + 1H Method.
This method been use to find the root of the
problem (the source of waste that can be converted
Page 6 of 30
into potential / energy-saving opportunities) at
the
energy user equipment which has been determined
from the pareto chart. Approach mechanism of the
problem using the method 5W + 1H, as follows:

Where, to find where is the potential source of
energy wastage.

What, to identify what has led up to the waste of
energy.

Why, to identify the causes of it happened;

Who: to identify who is the trigger (main actor) of
potential waste of energy on equipment that
being investigated.
Analysis is
based 5M
(Man / Manpower,
Machine, Material, Method, Mother Nature /
Work Environment).

When; to identify the time of when the problem
occurs, can be
discussed
with
the operator whether the incidence is cyclical,
erratic or influence from the operation of other
equipment

How: to find the way of how to solve the root
problem (the source of waste that can be
converted into
potential
/ energy –saving
opportunities).
2.4.
Methods of observation and measurement;
To see the effectiveness, and operating
performance
of
existing
equipment,
Page 7 of 30
primary data (direct
observation
and
measurement results) and secondary data (logsheets and interview results) are needed
to assist in the analysis of Mass and Energy
Balance (Mass & Heat Balance). The results
of measurements taken under consideration to
increase the effectiveness and efficiency of
equipment (avoid any loss in performance due
to the effects of energy efficiency activities).
Page 8 of 30
CHAPTER III
PROCEDURE AND TECHNICAL IMPLEMENTATION
3.1 Procedure
Implementation of energy audit is combined of
interaction between the audit team and audit object. In
order that the interaction is going well and effectively,
the steps that need to be addressed:
- Initiation of audit activities;
- Preparation of audit;
- Conducting an audit;
- Evaluation and Reporting
Figure 1 is a flow chart illustrating the
implementation of audit beginning from implementing
various
candidate
activities
until
the energy
audit activities end.
Step 1 and Step 2 are steps that being taken by
the prospective auditors until the audit can be done as
whole or only done in some part based on initial
evaluation.
After getting conclusion that the audit will be
conducted, it is necessary to determine the various
steps or procedures to be performed. The procedures
that been used will be vary according to the
proposed scope of audit as well as by size and type
of facility. The following procedure is generally used
for the implementation / execution of energy audits.
Page 9 of 30
Figure 1. Flow chart energy audit phase
Page 10 of 30
Step 1:
Planning the overall audit activities that to be
performed. This includes determining the audit
objectives, division of plant facilities to be part of
execution or cost center. The selection of audit team
members and giving responsibilities, and the selection
of the necessary instruments.
Step 2:
Initiation of meetings and technical discussions with
the assistancy team of industry object.
Step 3:
Brief observation of the field (walk through surveys)
that at once can be done also in-house training to
assistancy team of industry object.
Step 4:
Data collection of energy consumption and production
data are taken from a part or a particular cost center
(data sheet form, historical data, etc.). If necessary,
conduct testing system / equipment to obtain
additional data of performance from the specific
equipment and the units or a specific cost center.
Step 5:
Data processing and initial evaluation to obtain the
energy balance, mass balance, energy intensity and to
identify energy saving opportunities (ESO). ESO
identification results is then analyzed to produce a list
of energy saving opportunities (ESO) based on the
amount of savings that might be obtained.
Page 11 of 30
Step 6:
Presentation and discussion with the assistancy team
of industry object on the initial ESO lists for findings
and the results obtained. Those steps are done at the
same time to clarify the various data and information
so that at the time of execution of a detailed analysis
is conducted on the correct data basis and information
and also it can be accepted by both parties.
Step 7:
Conduct detailed evaluation and analysis on the
provided ESO.
Step 8:
Develop energy audit report includes a numbers of
recommendation of ESO and management of energy
that delivered to industrial objects.
3.2 Activity Implementation Techniques
Energy audit is a systematic activity / technical
activities, aimed to explore the potential / energy saving
opportunities in the energy consuming facilities
(machinery / equipment contained in a plant). Energy
audit output is energy saving opportunities in the form of
reports on a cost center (centers of energy costs) that
can be achieved after the observation, measurement,
and analysis of energy (energy calculation and
consideration).
Focus of energy audits is to identify, measure
and calculate the deviations / anomalies of energy use,
Page 12 of 30
which generally occurs when the energy is interacting
with machines (equipment that uses energy), human,
and methods that are in a process system (production
processes, etc.).
Thus the focus of energy audits operations
include;
 Machinaries, take measurements and assessment
of the engine operating performance.
 Man, make observations and evaluation of human
characteristics that are interacting in a production
process.
 Methods, make observations and evaluation of
optimization methods
 used in a production system.
 Materials, observation and evaluation of materials
in the production system (productivity)
 Mother Nature, observe the conditions of work
environment (whether support or not to the
operator performance).
In the implementation, the steps being taken are
adjusted with technical approach, where data and
information are the input (data driven) that will be
processed with the methods, tools / equipment, as
well as problem-solving
techniques
to
obtain
an accurate energy audit results.
Page 13 of 30
Figure 2. Phase of energy audit activities in industrial sector
Page 14 of 30
In general, the technical implementation of
energy audit activities in the industral sector are as
follows:
3.2.1. Industrial Initial Survey
This survey aims to obtain preliminary data,
delivery of technical message and work plan to the
industry is being audited. The expectation from this
visit
is
established
communication,
work
coordination and synergy between the industry with
the auditors.
3.2.2. Training (in-house training)
Before performing an energy audit, the auditor
should provide training (in-house training) on energy
conservation techniques to the staff / personnel
proposed by the industry. Training activities (inhouse training) are intended to provide guidance to
the Industrial Human Resources in energy
management in conducting energy audits and
energy conservation techniques. The training
activities (in-house training) consists of:
a. Provide materials on energy management and
energy conservation techniques
b. Provide the evaluation to the workshop
participants to determine who (human resources)
that will participate follow energy audits in
conjunction with consultant
c. Establish energy audit escort team (team of
object Industry).
Page 15 of 30
3.2.3. Carry out Energy Assessment
After conducting the training (in-house training),
the next step is to conduct an assessment of
energy. Steps that need to be done in the
implementation of this energy assessment are as
follows:
a. Identification of energy-saving culture and
energy conservation efforts
In the implementation of energy audits,
identification of energy-saving culture and
energy conservation efforts are carried out by
interviewing in order to evaluate the energy
savings that have been done by industry.
b. Data collection
The collection of data on the implementation of
energy audit aimed to obtain information about
the condition of the performance of energyconsuming equipment and technology used and
the process operating conditions in each of
energy-consuming
equipment. The
data
collected in the form of secondary and primary
data.
Secondary data are needed to obtain
information on design specifications and energyconsuming equipment operating conditions in
each unit, which will be used to support the
primary data analysis and further evaluation.
i.
Collecting of Secondary data
Secondary
data that
collected at each
industry that conducted energy assessment
include the following:
Page 16 of 30
 General
information
of
industry,
process description, plot plan, plant layout
 Design data of major equipment ;
 Information on the
data
modification
activity ever undertaken, both in order to
increase efficiency,
reliability,
capacity
and energy conservation;
 Supply and distribution of energy use (Energy
Reference and
Energy Balance) for the
whole plant and each
process / major
equipment.
 Energy consumption profile. Historical data of
energy use (daily, monthly and yearly) for the
whole plant and each process / major
equipment.
 Material consumption, production and waste
profile. Historical data of process material
used, products
and waste
generated
production (daily, monthly and yearly) for the
whole plant and each
process / major
equipment.
ii. Primary Data Collection
The primary data is collected through surveys
and field measurements in order to
obtain
information and technical data and specifications
of the actual operation of equipment related to the
operation of energy user equipment in industry.
Primary data collection has started with a walktrough the pitch, knowing energy user equipment
Page 17 of 30
operating conditions
and determination the
measurement points that are required.
Actual operating data on each unit includes:
input & output, specification of equipment, energy
consumption, operating conditions (temperature,
pressure, flowrate) and other factor or parameters
that contribute in determining the operations that to
be compiled based on data logsheet energy user
equipment.
In primary data collection was carried out also
interview with
management, operators and or
persons who responsible in the energy sector
related to activity patterns of plant operations,
modifications or retrofitting / revamping has ever
done,
both in order to increase efficiency,
reliability, capacity and energy conservation. To
facilitate the collection of primary data, the field
survey was conducted using the questionnaire in
which filling will be guided by the consultant so
that all applicable questions on the questionnaire
can be answered by respondents.
Data and process
parameters on the
actual
operating conditions that are not recorded from
logsheet plant or control room but required in the
evaluation, can be
obtained
by
direct
measurement
(load
survey)
and
operating parameters such
as
pressure,
temperature, flow rate were measured using a
portable measuring instrument.
Measurements were taken at normal operating
load conditions due to the operating/running
procedures, including:
Page 18 of 30
The measurement of temperature, humidity,
pressure,
flow
rate,
electrical
conditions
(voltage, current, power, power factor, etc.), as well
as other parameters that required for analysis.
3.2.4. Data
Analysis
and
Energy
Savings
Opportunities
From the results of data collection, data analysis
is then performed. The analysis was intended to
find out in detail the amount of potential energy
savings that can be done and make
recommendation steps for energy savings based on
the criteria, no cost, low-cost, medium cost and
high cost that can be performed upon by the
industry.
Data analysis activities include:
i. Analyze
energy
sources
and
energy
consumption in energy consuming equipment;
ii. Mass and Heat Balance; to calculate how much
the utility of energy use and energy losses in a
system of processes and each energyconsuming equipment; Energy Losses is then
analyzed to consider how much it costs (the
special character of the medium and high cost of
implementation) to be issued to convert losses
into potential energy saving.
iii. Analyze / inventory of energy consumption of
products produced or the intensity of energy on
process flow and process energy user
equipment as a parameter to determine the level
of effectiveness and efficiency of energy use;
Page 19 of 30
iv.
v.
vi.
vii.
viii.
Analyze performance and efficiency of
energy
user equipment and energy producer equipment;
Determine benchmark of energy intensity;
Identify the energy conservation
potency in
order to determine the level of energy efficiency
from energy user equipment;
Analyze the technical and economic feasibility to
determine the potency of energy conservation;
Recommended implementation of potency
/
energy conservation opportunities that have
been prepared on the priority scale of
implementation
costs
(no cost
/ low cost, medium cost, and high cost).
3.2.5. Feasibility Study
Various energy
saving
opportunities were
then discussed with the industry. Of the various
energy saving opportunities are then selected a few
opportunities to analyze its feasibility. Feasibility
Study implementation Guideline can be found in
Technical Guideline of Feasibility Study, Ministry of
Industry - ICCTF, 2011.
3.2.6. Discussion.
Executing
of discussion
was
conducted
to describe and study
the result
of
energy
audits and its recommendations to the industry
and interested parties on the energy audit activities.
Page 20 of 30
3.2.7. Compiling Reports.
At the time the report is being prepared, all the
collected data and calculations are included in the
report. The findings and suggestions were discussed
and some suggestions put forward tobe executed
and several others are given for more detailed
assessment.
Page 21 of 30
CHAPTER IV
BASELINE DEVELOPMENT
Energy baseline is a simple linear equation that
describes the correlation between level production and
energy needed. The existence of repair/improvement
can affect the value of intercept and slope of the energy
baseline.
 When industry willing to replace equipment with
more efficient, then the intercept line will go down;
 If the industry did the efficient operation pattern,
then the angle of slope line will go down;
CHART CONTROL IKE (IMR METHOD)
3000
y = a + bx
kWh
2500
2000
Slope
1500
1000
Intercept
2500
3000
3500
4000
4500
5000
ton
Figure 3. Graphic of Energy Consumption Intensity
Control (IMR method)
Page 22 of 30
So that the aggregate baseline will change
(more and more sloping down), so as to
obtain
a required level of energy production, kWh less than
the previous. Thus, there has been energy efficiency.
Page 23 of 30
CHAPTER V
ENERGY MEASUREMENT DEVICES
Some energy consumption measurement
tools that are often used in the implementation of energy
assessment include:

Power Analyzer
In general, power analysis is used to explain kVA
fluctuations load which connected with the actual
load.

Clamp On Tester Power
Clamp on tester power is a meter of electrical
devices that use for dtermining the voltage, current,
voltage/current peak, effective /reactive / apparent
power (single-phase or 3-phase), Power Factor,
reactivity,
phase
angle,
frequency,
phase detection (3 -phase), voltage / current
harmonic levels (up to 20)

Lux meter
Lux meter is
used to measure
the level
illumination / strong level of light illumination.

of
Humidity Measurement
Moisture meter is a type of energy audit
instruments used to measure the humidity level.

Anemometers
Anemometers are the type of energy audit
instruments used to measure air flow velocity.
Page 24 of 30

Manometers
Manometer is a tool used to measure the pressure
difference
between
two
measuring
points. Manometer is used in the distribution pipes
(air, water and gas), equipment such as
compressors and pumps.

Sound meter
Sound meter is a tool used to measure the noise
level in decibels (dB). Sound meters are used in
almost all industrial equipment, such as rotating
machinery and pipe distribution. Sound meters can
help to provide early diagnosis and determine the
level of leakage occupational health.

Rotation Measurement
The used speed of measurement for measuring
the rotation speed of the object is the rotation
of units per minute (RPM).

Flue Gas Analyzer
Energy audit instrument is used to measure the
exhaust gas for fuel combustion efficiency.

Water Flow Meter
Energy
audit instrument used
water flow.

to measure
Leak Detector
Energy audit instrument used to detect the location
of leaks from gas distribution system.
Page 25 of 30
CHAPTER VI
AUDIT REPORT
All the energy audit activities are organized into
the Energy Audit Report containing all stages of
implementation of activities, the results of collecting
and processing data, identify opportunities for energy
saving, Energy saving opportunities evaluation and
analysis which completed with conclusions and
recommendations, presented to the industrial object.
Example of energy audit reporting can be found in
Appendix 1.
Page 26 of 30
REFERENCE
Indonesian Government. (2010). PP No.70, 2009, the
Indonesian Government Regulation on the Energy
Conservation;
BSNI. (2000). SNI 03 - 6196-2000 about Energy Audit
Procedures in Buildings
KONEBA PT (Persero). (1995). Manual of Energy
Audits in Industrial Sector, Jakarta.
CIPEC. (2002). Energy Efficiency Planning and
Management Guide, Natural Resource Canada,
Ottawa.
Bureau of Energy Efficiency (BEE). (2004). General
Aspect of Energy Management and Energy
Audits, New Delhi.
PT. EMI (Persero). (2008). Procedures and Work
Instructions of Energy Audits, Jakarta.
Page 27 of 30
APPENDIX
Table of content of example of energy audit reporting in
Industry
EXECUTIVE SUMMARY
CHAPTER I INTRODUCTION
1.1 Background
1.2 Target Achievement
1.3 Scope of Audit
1.4 Methodology and Technical Implementation of
Audit
CHAPTER II FACTORY DESCRIPTION
2.1 GENERAL
2.1.1 Factory General Information
2.1.2 Layout and Process Description
2.1.3 Plant Layout
2.2 DESCRIPTION OF MAIN PROCESS
2.2.1 Process #1 (LISTED), etc
2.2.2 Influenced Factors on Process
2.3 PORTRAIT AND PATTERNS OF ENERGY USE
2.3.1 Energy Sources
2.3.2 Energy Distribution
- Fuel
 Energi Reference
- Electrical Energy
 Energy References
- Thermal Energy (Steam)
 Energy Reference
2.3.3 Consumptionand Energy Intensity Profile
Page 28 of 30
-
Total Plant
Main Process
Support Facilities
2.4 ENERGY MONITORING SYSTEM
2.4.1 Sensors and Measuring Equipment
2.4.2 Monitoring & Reporting
2.4.3 Energy Organization
2.4.4 Implementation
History of
Energy
Conservation
CHAPTER III IDENTIFICATION OF ENERGY SAVING
OPPORTUNITIES
3.1. MAIN PROCESS 1,2,3 ETC.
3.2. UTILITY
- Electricity Generator
- Steam Generator
- Refrigeration and Air Conditioning Systems
- Pump and Compressors
- Other (specify)
3.3. LIGHTING SYSTEM
3.4. ELECTRICAL DISTRIBUTION SYSTEM
3.5. OTHER (SPECIFY)
CHAPTER
IV
ANALYSIS
ON
ENERGY
CONSERVATION OPPORTUNITIES
4.1. MAIN PROCESS 1,2,3 ETC.
4.2. UTILITY
- Electrical Generator
- Steam Generator
- Refrigeration and Air Conditioning Systems
- Pump and Compressors
Page 29 of 30
- Other (specify)
4.3. LIGHTING SYSTEM
4.4.ELECTRICAL DISTRIBUTION SYSTEM
4.5. OTHER (SPECIFY)
CHAPTER V. CONCLUSIONS AND
RECOMMENDATIONS
5.1 CONCLUSION
5.2 RECOMMENDATIONS
Page 30 of 30