A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia

Transcription

A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia
A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
N
A
N
GA
N
A
DEW
K
ET
N
AHANA
P
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia
A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
2009
Dewan Ketahanan Pangan
Departemen Pertanian
World Food Programme
Copyright © 2009
Dewan Ketahanan Pangan, Departemen Pertanian RI and World Food Programme (WFP)
All rights reserved. No part of this publication may be reproduced or transmitted, in any form or by any means, without permissions.
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia
A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
2009
Published by: Dewan Ketahanan Pangan, Departemen Pertanian RI and WFP
Cover Design/Lay Out: Ratna Wardhani
Printed by: PT Enka Deli Jakarta
ISBN: 978-979-99549-1-6
Size: 297 mm x 420 mm
No. of Pages: 210
WFP Disclaimer
The Boundaries and names shown and the designations used on the maps in this book do not imply official endorsment or acceptance by the United Nations.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
THE PRESIDENT
OF THE REPUBLIC OF INDONESIA
PESAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
MESSAGE OF THE PRESIDENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA
Pangan adalah kebutuhan dasar manusia sehingga pemenuhannya bukan hanya untuk memenuhi hak asasi setiap
rakyat Indonesia atau hanya sebagai kewajiban moral saja, tetapi juga merupakan investasi ekonomi maupun sosial
dalam rangka pembentukan generasi yang lebih baik pada masa yang akan datang. Pemerintah Indonesia menyadari
sepenuhnya peran strategis pangan sehingga Pemerintah memandang perlu untuk melakukan revitalisasi pertanian,
kehutanan, dan perikanan sejak tahun 2005.
Food is human basic necessity. Therefore, its fulfillment is not only to satisfy basic human rights or moral obligation of
the Indonesian people, but also become economic as well as social investment to have better generation in the future.
Indonesian Government realizes this strategic role of food. Consequently, the Government considered the necessity of
revitalizing agriculture, forestry and fishery since 2005.
Saya sungguh berbahagia mengetahui bahwa pelaksanaan pembangunan selama lima tahun terakhir ini telah mampu
menekan jumlah penduduk rawan pangan. Dengan demikian, Indonesia telah mampu menunjukkan komitmennya
kepada dunia untuk mengurangi kerawanan pangan, sebagaimana yang telah disepakati dalam Millennium Development
Goals. Saya juga menyadari bahwa hasil pembangunan selama ini tentu tidak dapat memuaskan semua pihak, tetapi
dengan bekal Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia 2009 (Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
2009), Pemerintah dapat lebih memfokuskan dan memprioritaskan sumber dayanya untuk menangani masalah pangan
secara menyeluruh. Peta tersebut akan membantu kita memahami akar permasalahan sebagai dasar penyusunan
kebijakan dan strategi pengurangan penduduk rawan pangan.
I am very pleased to note that our development during the last five years has been able to reduce food insecure population in
the country. Hence, Indonesia has shown its commitment to the world to reduce food insecurity as agreed in the Millennium
Development Goals. I also realize that the result of the development would not satisfy all stakeholders. However, with the
Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 2009, the Government could focus and prioritize its resources to address
the key issues of food insecurity in a comprehensive manner. The Atlas would provide us with the necessary understanding of
its root causes and hence would help in making appropriate policies and strategies in reducing food insecure population.
Saya juga menilai bahwa dokumen ini akan membekali pihak berwenang di daerah, Gubernur, Bupati/Walikota,
beserta seluruh jajarannya terkait, dengan melakukan analisis menyeluruh mengenai semua dimensi ketahanan dan
kerentanan pangan. Dengan analisis ini, Dewan Ketahanan Pangan di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota dapat
mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengurangi jumlah penduduk rawan pangan di daerah masingmasing.
I also see that this document would provide Regional Authorities, Governors and Regents/Mayors, a comprehensive analysis
of all dimensions of food security and vulnerability. With this analysis, the Food Security Council at the provincial and district/
city levels could take necessary measures to reduce food insecure population in their respective regions.
Kehadiran buku Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia 2009 (Food Security and Vulnerability Atlas of
Indonesia 2009) ini, kiranya bermanfaat pula bagi semua pihak dan dapat menjadi salah satu referensi dalam rangka
upaya kita bersama meningkatkan produksi dan ketahanan pangan yang akan dijalankan oleh Pemerintah sampai
tahapan tahun 2014 mendatang.
The Food and Vulnerability Atlas of Indonesia 2009 is expected to bring benefit for all stakeholders and could be a reference
to our jointly effort to increase the food production and security as part of the Government program until 2014.
Jakarta, 22 Maret 2010
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Jakarta, 22 March 2010
PRESIDENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA,
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
MENTERI PERTANIAN
REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PERTANIAN
REPUBLIK INDONESIA
Sambutan Menteri Pertanian
A Message from the Minister of Agriculture
Ketahanan Pangan merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional Kabinet Indonesia Bersatu. Melalui Revitalisasi
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, pemerintah berupaya meningkatkan ketersediaan pangan. Hasilnya, pada tahun
2008 yang lalu, Indonesia telah mencapai swasembada kembali dan mampu melepaskan diri dari krisis pangan dunia
di tahun tersebut. Tidak hanya dalam aspek ketersediaan saja, pemerintah juga berupaya untuk meningkatkan akses
kesehatan bagi seluruh penduduk Indonesia, serta akses infrastruktur untuk memperlancar distribusi pangan. Hasilnya,
#KK@ OA?QNEPU EO KJA KB PDA CKRANJIAJP LNEKNEPEAO @QNEJC PDA LNAOE@AJ?U KB !N % 0QOEHK =I>=JC 6Q@DKUKJK 1DNKQCD
terlihat adanya perubahan yang cukup nyata dalam hal akses terhadap fasilitas kesehatan, umur harapan hidup yang
lebih tinggi dan balita kurang gizi yang semakin menurun.
Sesuai dengan perkembangan pemekaran wilayah kabupaten, Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan (Food Security
and Vulnerability Atlas – FSVA) yang dihasilkan oleh Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan c.q. Badan Ketahanan
Pangan, mencakup 32 provinsi dan 346 kabupaten serta merupakan konsolidasi berbagai aspek yang terkait dengan
ketahanan pangan, seperti ketersediaan pangan, akses dan distribusi pangan serta gizi dan kesehatan. Saya yakin
CNE?QHPQNA#KNAOPNU=J@#EODANU/AREP=HEV=PEKJPDACKRANJIAJPD=O>AAJ?KJOEOPAJPHUEJ?NA=OEJCBKK@=R=EH=>EHEPU1DANAOQHP
S=OPD=P&J@KJAOE=S=O=>HAPKNAC=EJOAHBOQBł?EAJ?UEJ=J@SANA=>HAPKAO?=LABNKICHK>=HBKK@?NEOEOEJPD=PUA=N
+KPKJHUEJBKK@=R=EH=>EHEPU=OLA?POPDACKRANJIAJPEO=HOKEILNKREJC>=OE?EJBN=OPNQ?PQNAPKOIKKPD=J@ATLA@EPABKK@
@EOPNE>QPEKJEILNKRAIAJPKBLAKLHA=??AOOPK>=OE?DA=HPDB=?EHEPEAO1DAOAABBKNPOD=RANAOQHPA@EJEILNKRAIAJPKBDA=HPD
=J@JQPNEPEKJEJ@E?=PKNOOQ?D=O=??AOOPKDA=HPDB=?EHEPEAOHEBAATLA?P=J?U=P>ENPD=J@QJ@ANSAECDPQJ@AN?DEH@NAJSDE?D
=NALKOEPERAEILNKRA@
1DA#KK@0A?QNEPU=J@3QHJAN=>EHEPUPH=O„#03?KRANEJCLNKREJ?AO@EOPNE?POEOPKLNKRE@AEILKNP=JPPKKHOBKN
@A?EOEKJI=GEJCEJP=NCAPEJC=J@NA?KIIAJ@=PEKJOBKNNAOLKJ@EJCPKBKK@EJOA?QNEPU=PPDALNKREJ?E=H=J@@EOPNE?PHARAH1DEO
PH=OLNK@Q?A@FKEJPHU>UPDA0A?NAP=NE=PKBPDA#KK@0A?QNEPU KQJ?EH=J@PDA4KNH@#KK@-NKCN=IIA?KJOKHE@=PA@I=JU
variables of the food security aspects such as food availability, food access and distribution, and health and nutrition.
bahwa FSVA ini dapat dijadikan referensi dan pedoman bagi upaya-upaya penurunan kerawanan pangan sebagai
tindak lanjut komitmen Indonesia dalam pencapaian *EHHAJEQI!ARAHKLIAJP$K=HO.
Saya berharap, bahwa penyusunan FSVA tidak berhenti sampai kabupaten saja, tetapi juga mencakup sampai ke
4A=NAOQNAPD=PPDEOPH=OSKQH@OANRA=OPKKHPKLNEKNEPEVAKQNABBKNPPKNA@Q?ABKK@EJOA?QNEPU=OKQNBKHHKSQL=?PEKJOPK
tingkat desa, sehingga setiap tingkatan pemerintahan (provinsi dan kabupaten/kota) dapat memprioritaskan dan
PDA*EHHAJJEQI!ARAHKLIAJP$K=HO4EPDPDEOPH=OABBA?PERAIKJEPKNEJC=J@A=NHUS=NJEJCOUOPAI?KQH@>AEILHAIAJPA@
mensinerjikan sumberdaya yang dimiliki untuk menurunkan kerawanan pangan. Tidak hanya itu, dengan FSVA ini,
,B?KQNOASASEODPD=PPDEOABBKNPSKQH@?KJPEJQAQLPKPDAREHH=CAHARAHOKA=?DCKRANJIAJP=QPDKNEPEAO?KQH@LNEKNEPEVAEPO
resources to reduce food insecurity in their respective regions.
pemantauan dini dapat lebih ditingkatkan lagi agar kejadian kerawanan pangan dapat dideteksi lebih dini, sehingga
tidak menimbulkan dampak negatif yang sangat besar bagi korbannya.
Penyusunan FSVA ini telah mulai dilakukan sejak awal 2009. Sehubungan dengan itu saya mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Dr. Ir. Anton Apriyantono, MS, Menteri Pertanian Kabinet Indonesia Bersatu I yang telah berkontribusi
besar sehingga FSVA ini dapat tersusun. Terima kasih juga saya sampaikan kepada 4KNH@#KK@-NKCN=IIA (WFP)
atas kerja sama yang telah berlangsung sangat baik selama ini, dan saya tetap mengharapkan agar kerja sama tersebut
dapat berjalan lebih baik lagi, sehingga transfer of technology, knowledge and skill dapat ditularkan kepada provinsi dan
kabupaten/kota.
2L@=PEJC#KK@&JOA?QNEPUPH=OĠ#&
D=O>AAJOP=NPA@A=NHUSDE?DEOJKSNA=@UPK>AH=QJ?DA@=O#KK@0A?QNEPU
=J@3QHJAN=>EHEPUPH=OĠ#03
4APDANABKNASKQH@HEGAPKATPAJ@KQN=LLNA?E=PEKJPK!NJPKJLNEU=JPKJK=O*EJEOPAN
KB CNE?QHPQNA EJ PDA LNAREKQO ?=>EJAP Ġ(=>EJAP &J@KJAOE= ANO=PQ &
BKN DEO R=HQ=>HA EJLQPO =J@ HA=@ANODEL @QNEJC PDA
@ARAHKLIAJP KB #03 4A SKQH@ HEGA =HOK PK ATPAJ@ KQN =LLNA?E=PEKJ PK PDA 4#- BKN PDEO AJPDQOE=OPE? ?KHH=>KN=PEKJ
=J@SEODPKD=RA>APPAN=J@IKNA>AJAł?E=H?KHH=>KN=PEKJEJPDABQPQNAAOLA?E=HHUEJPDABKNIOKBPN=JOBANKBPA?DJKHKCU
GJKSHA@CA=J@OGEHHPKPDALNKREJ?E=HO†=J@@EOPNE?PO†KBł?ANO
Menteri Pertanian/
Ketua Harian Dewan Ketahanan Pangan
*EJEOPANKBCNE?QHPQNA
"TA?QPERA D=ENI=JKBPDA#KK@0A?QNEPU KQJ?EH
Ir. H. Suswono, MMA
&N%0QOSKJK**
Kata Pengantar
Preface
United Nations World Food Programme (WFP) menghargai tinggi upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia
1DA2JEPA@+=PEKJO4KNH@#KK@-NKCN=IIAĠ4#-
?KIIAJ@OPDA$KRANJIAJPKB&J@KJAOE=BKNEPOABBKNPOEJP=?GHEJCPDA
untuk mencapai target Millenium Development Goals, termasuk upaya pengentasan kemiskinan dan kelaparan. Sejak
*EHHAJEQI!ARAHKLIAJP$K=HOEJ?HQ@EJCPD=PKBNA@Q?EJCLKRANPU=J@DQJCAN0EJ?ASDAJPDAłNOP#KK@&JOA?QNEPU
PH=O S=O H=QJ?DA@ PDA SKNH@ D=O OAAJ I=JU @N=I=PE? ?D=HHAJCAO %ECD BKK@ =J@ BQAH LNE?AO BKHHKSA@ >U PDA ?QNNAJP
tahun 2005, ketika Peta Kerawanan Pangan (Food Insecurity Atlas) yang pertama diluncurkan, dunia telah mengalami
perubahan besar. Tingginya harga pangan dan bahan bakar disusul oleh krisis keuangan yang masih berlangsung,
berdampak pada tingginya angka kemiskinan dan kelaparan di seluruh dunia. Secara global, jumlah penduduk dunia
yang mengalami kelaparan telah mencapai satu milyar orang. Oleh karena itu, kita harus secara cepat dan tepat
łJ=J?E=H?NEOEOD=RAEJ?NA=OA@PDAJQI>ANKBPDADQJCNULKKNPDNKQCDKQPPDASKNH@$HK>=HHUPDAJQI>ANKBLAKLHAOQBBANEJC
BNKIDQJCANJKSAT?AA@OKJA>EHHEKJ HA=NHUSAJAA@PK=?PSEPDPDAO?=HA=J@QNCAJ?UNAMQENA@PK=?DEARAOQOP=EJ=>HA
global food security.
mengambil tindakan yang diperlukan untuk mencapai ketahanan pangan yang berkelanjutan.
“Pemenuhan Ketahanan Pangan Bagi Semua” telah menjadi prioritas utama Pemerintah Indonesia. WFP dan Dewan
Ketahanan Pangan (DKP), telah bekerjasama meluncurkan Peta Kerawanan Pangan (FIA) pada tahun 2005. Atlas
PANOA>QP IAJCE@AJPEłG=OE G=>QL=PAJ OA>=C=E @=AN=D N=S=J L=JC=J U=JC IAI>QPQDG=J LNEKNEP=O LAJ=JC=J=J
khusus dan bertujuan untuk menyediakan sarana bagi para pengambil kebijakan dalam menentukan sasaran dan
intervensi untuk mengatasi kerawanan pangan dan gizi di tingkat provinsi dan kabupaten. Berdasarkan FIA 2005,
ļ"JOQNEJC#KK@0A?QNEPUBKNHH‡D=O>AAJ=PKLLNEKNEPUBKNPDA$KRANJIAJPKB&J@KJAOE=1KCAPDANSEPDPDA+=PEKJ=H#KK@
0A?QNEPU KQJ?EHĠ#0 PDA4#-FKEJPHULNK@Q?A@=J@H=QJ?DA@PDAłNOP#KK@&JOA?QNEPUPH=OEJ1DAPH=OE@AJPEłA@
LNEKNEPU@EOPNE?PO=OBKK@EJOA?QNASDE?DNAMQENA@QNCAJP=PPAJPEKJ=J@EO=EIA@=PLNKRE@EJCEJBKNI=PEKJBKN@A?EOEKJ
I=GANO EJ P=NCAPEJC =J@ NAOLKJ@EJC PK PDA BKK@ =J@ JQPNEPEKJ EJOA?QNEPU =P LNKREJ?E=H =J@ @EOPNE?P HARAHO #KHHKSEJC PDA
LQ>HE?=PEKJKBPDAPH=OPDA$KRANJIAJPKB&J@KJAOE=@EOLANOA@20IEHHEKJPKPDAOA@EOPNE?PO1DAPH=OEO
-AIANEJP=D&J@KJAOE=IAJC=HKG=OEG=J=JCC=N=JHA>ED@=NE20FQP=>=CEG=>QL=PAJPANOA>QP0==PEJE=PH=OEJE
telah terintegrasi dalam rencana tahunan pemerintahan melalui instansi ketahanan pangan di pusat dan di daerah.
JKSBQHHUEJPACN=PA@SEPDEJPDACKRANJIAJPOUOPAI=J@PDA#KK@0A?QNEPU,Bł?AO
Diterbitkannya Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan (FSVA) Indonesia tahun 2009, yang merupakan pemuktakhiran
dari FIA tahun 2005 merupakan wujud dari kerjasama terbaru antara WFP dan DKP. Peta ini menunjukkan bahwa
meskipun Indonesia telah mencapai kemajuan di sektor ekonomi dan ketahanan pangan di tahun-tahun terakhir,
menciptakan ketahanan pangan bagi seluruh rakyat tetap menjadi tantangan bersama. Dan hasilnya adalah ditetapkannya
G=>QL=PAJLNEKNEP=OU=JCIAIANHQG=JLAND=PE=JHA>ED>AO=N@=NELAIANEJP=DLQO=PLNKREJOE@=JG=>QL=PAJQJPQG
1DA H=PAOP ?KHH=>KN=PEKJ >APSAAJ 4#- =J@ #0 >NEJCO QO PDA #KK@ 0A?QNEPU 3QHJAN=>EHEPU PH=O Ġ#03
KB &J@KJAOE=
intervensi secara multi sektoral. Perbandingan antara indikator dalam FIA 2005 dan FSVA 2009 menunjukkan adanya
LAN>=EG=JU=JCOECJEłG=J@EI=J=231G=>QL=PAJPAH=DIAJC=H=IELAN>=EG=JLANEJCG=P
Saya berharap dan yakin bahwa Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan ini akan digunakan oleh para pengambil
kebijakan dan praktisi pembangunan karena atlas ini memberikan arah prioritas kebutuhan dan rekomendasi kegiatan
secara konkrit. Dengan upaya bersama antara para pemangku kepentingan, secara bersama kita merancang strategi
dan menjalankan strategi ketahanan pangan secara efektif, dengan prioritas utama terhadap masyarakat miskin dan
kelompok yang paling rawan pangan. Kami berharap kerjasama yang berkelanjutan dalam memastikan ketahanan
pangan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Coco Ushiyama
Perwakilan & Direktur
World Food Programme, Indonesia
SDE?DEO=JQL@=PAKBPDALNAREKQOPH=O1DAPH=OODKSOPD=P@AOLEPA&J@KJAOE=†OEILNAOOERAA?KJKIE?=J@
BKK@OA?QNEPU=?DEARAIAJPOEJPDANA?AJPL=OP=PP=EJEJCBKK@OA?QNEPUBKN=HH?KJPEJQAOPK>A=?KHHA?PERA?D=HHAJCA/AOQHPO
LNEKNEPEOA RQHJAN=>HA @EOPNE?PO SDE?D JAA@ DECDAN =PPAJPEKJ BNKI PDA ?AJPN=H LNKREJ?E=H =J@ @EOPNE?P CKRANJIAJPO BKN
R=NEKQOIQHPEOA?PKN=HEJPANRAJPEKJO)ARAHOKBRQHJAN=>EHEPUPKBKK@OA?QNEPUOPEHHR=NUOQ>OP=JPE=HHU>UCAKCN=LDE?NACEKJSEPDEJ
&J@KJAOE= KIL=NEJCEJ@E?=PKNOBNKIPKPDANA=NANAI=NG=>HAEILNKRAIAJPOSEPD31@EOPNE?POEILNKREJC
their ranking.
&PEOIUDKLA=J@>AHEABPD=PPDEOQL@=PA@#KK@0A?QNEPU3QHJAN=>EHEPUPH=OSEHH>AQOA@>ULKHE?UI=GANO=J@@ARAHKLIAJP
LN=?PEPEKJANO=OEPLNKRE@AO=JKRANREASKBJAA@O=J@KBBANONA?KIIAJ@=PEKJOBKN=?PEKJEJ=?KJ?NAPA=J@LNEKNEPEVA@I=JJAN
U?KHH=>KN=PERAABBKNPOSEPDL=NPJANO=J@NAHAR=JPOP=GADKH@ANOSA?=JPKCAPDAN@AOECJ=J@EILHAIAJP=JABBA?PERABKK@
OA?QNEPUOPN=PACUSEPDLNEKNEPUPKPDALKKNAOP=J@PDAIKOPBKK@EJOA?QNA4AHKKGBKNS=N@PKKJCKEJCL=NPJANODELPKAJOQNA
food security for all in Indonesia.
K?K2ODEU=I=
/ALNAOAJP=PERA KQJPNU!ENA?PKN
4KNH@#KK@-NKCN=IIA&J@KJAOE=
Ucapan Terima Kasih
Acknowledgments
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia ini tidak akan mungkin diselesaikan tanpa dukungan dan perhatian
secara pribadi dari Ir. H. Suswono, MMA, Menteri Pertanian & Ketua Harian Dewan Ketahanan Pangan Indonesia,
demikian juga dengan pendahulu beliau, Dr. Ir. Anton Apriyantono. Inspirasi, motivasi dan perhatian yang konsisten
1DA#KK@0A?QNEPU=J@3QHJAN=>EHEPUPH=OKB&J@KJAOE=?KQH@JKPD=RA>AAJ?KILHAPA@SEPDKQPPDALANOKJ=HEJPANAOPO=J@
OQLLKNPKB%"&N%0QOSKJK**PDA*EJEOPANKBCNE?QHPQNA"TA?QPERA D=ENI=JKBPDA#KK@0A?QNEPU KQJ?EHKB
dari Dr. Ir. Achmad Suryana, merupakan suatu yang tak ternilai. Dr. Ir. Tjuk Eko Hari Basuki, M.St memberikan
kepemimpinan yang sangat baik dalam setiap tahap dalam penyelesaian atlas ini. Terima kasih terutama ditujukan
kepada Ir. Sugiarto, MM, Ir. Iwan Fortuna Malonda, M.com, Ir. Ali Marsaban, MSi dan Tono, SP dari Badan Ketahanan
Pangan (BKP), Departemen Pertanian dan Thi Van Hoang, Dipayan Bhattacharyya, Dedi Junadi dan Helmiati Kadir dari
WFP untuk analisis dan persiapan hingga buku ini dapat dipublikasikan. Peran serta dari berbagai instansi pemerintah
dan institusi non pemerintah, juga masukan-masukan dari provinsi dan kabupaten merupakan suatu yang sangat
dihargai. Terima kasih untuk dukungan dana dari AUSAID.
&J@KJAOE==OSAHH=ODEOLNA@A?AOOKN!N&NJPKJLNEU=JPKJK1DAEJOLEN=PEKJIKPER=PEKJ=J@?KJOEOPAJP=PPAJPEKJLNKRE@A@
>U!N&N?DI=@0QNU=J=!ENA?PKN$AJAN=HKB+=PEKJ=H#KK@0A?QNEPUCAJ?U!N&N1FQG"GK%=NE=OQGE*0PLNKRE@A@
AT?AHHAJPHA=@ANODEL=P=HHOP=CAOKBPDAPH=O@ARAHKLIAJP*Q?DKBPDA?NA@EPBKNQJ@ANP=GEJCPDA=J=HUOEO=J@>NEJCEJC
KQPPDEOLQ>HE?=PEKJCKAOPK&N0QCE=NPK**&N&S=J#KNPQJ=*=HKJ@=*?KI&NHE*=NO=>=J*0E@=J1KJK0-KBPDA
#KK@0A?QNEPUCAJ?U*EJEOPNUKBCNE?QHPQNA1DE3=J%K=JC!EL=U=JD=PP=?D=NUU=!A@E'QJ=@E=J@%AHIE=PE(=@ENKB
4#-1DA=?PERANKHAKB=SE@AN=JCAKB$KRANJIAJP=J@JKJCKRANJIAJP=HEJOPEPQPEKJOPKCAPDANSEPDPDANE?DEJLQPOBNKI
PDALNKREJ?E=H=J@@EOPNE?PKBł?E=HONAI=EJL=NPE?QH=NHU=LLNA?E=PA@1DAOQLLKNPKBQO&!EODECDHU=?GJKSHA@CA@
Table Of Contents
Daftar Isi
Kontributor
RINGKASAN EKSEKUTIF
xv
xvii
Contributors
EXECUTIVE SUMMARY
BAB 1 PENDAHULUAN
1
CHAPTER 1
1.1
1.2
1.3
1
3
5
1.1
1.2
1.3
Latar Belakang dan Dasar Pemikiran Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia
Kerangka Konsep Ketahanan Pangan dan Gizi
Indikator yang digunakan FSVA
23
CHAPTER 2
2.1
2.2
2.3
23
31
32
2.1
2.2
2.3
BAB 3 AKSES TERHADAP PANGAN DAN PENGHIDUPAN
37
CHAPTER 3
3.1
3.2
3.3
37
42
42
3.1
3.2
3.3
BAB 4 PEMANFAATAN PANGAN
55
CHAPTER 4
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
55
57
59
59
59
62
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
BAB 5 KERENTANAN TERHADAP KERAWANAN PANGAN TRANSIEN
79
CHAPTER 5
5.1
5.2
5.3
5.4
5.5
79
80
82
84
85
5.1
5.2
5.3
5.4
5.5
95
CHAPTER 6
Penduduk Di Bawah Garis Kemiskinan
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
Akses Terhadap Infrastruktur Dasar (Listrik dan Jalan)
Konsumsi Pangan
Akses terhadap Fasilitas Kesehatan
Penduduk dengan Akses kurang memadai ke Air Bersih
Perempuan Buta Huruf
Status Gizi
Dampak (Outcome) dari Status Kesehatan
Bencana Alam
Fluktuasi Curah Hujan
Daerah Puso
Perubahan Iklim dan Ketahanan Pangan
Deforestasi Hutan
BAB 6 KERENTANAN TERHADAP KERAWANAN PANGAN KRONIS
BERDASARKAN INDEKS KETAHANAN PANGAN KOMPOSIT
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
INTRODUCTION
Background and Rationale of Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Food and Nutrition Security Conceptual Framework
Indicators used for the FSVA
BAB 2 KETERSEDIAAN PANGAN
Produksi
Rasio Konsumsi Normatif Per Kapita terhadap Produksi Pangan (Peta 2.1)
Tantangan Utama Pemenuhan Kecukupan
xv
FOOD AVAILABILITY
Production
Per Capita Normative Consumption to Production Ratio (Map 2.1)
Main Challenges for Adequacy Fullfilment
FOOD AND LIVELIHOOD ACCESS
Population Below Poverty Line
Open Unemployment Rate (OUR)
Access to Basic Infrastructure (Electricity and Road)
FOOD UTILIZATION
Food Consumption
Access to Health facilities
Population with limited access to improved drinking water
Female Illiteracy
Nutritional status
Health Outcome
VULNERABILITY TO TRANSIENT FOOD INSECURITY
Natural Disasters
Rainfall Fluctuation
Damaged Areas
Climate Change and Food Security
Deforestation
VULNERABILITY TO CHRONIC FOOD INSECURITY BASED ON
COMPOSITE FOOD SECURITY INDEX
xvii
1
1
3
5
23
23
31
32
37
37
42
42
55
55
57
59
59
59
62
79
79
80
82
84
85
95
xi
DAFTAR TABEL
1=>AH
1=>AH
1=>AH
1=>AH
Tabel 2.3
1=>AH
Tabel 3.2
1=>AH
1=>AH
1=>AH
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
1=>AH
Tabel 5.2
Tabel 5.3
Tabel 5.4
1=>AH
Tabel 6.2
Tabel 6.3
Tabel 6.4
Tabel 6.5
LIST OF TABLES
&J@EG=PKN-AP=(AP=D=J=J@=J(ANAJP=J=J-=JC=J&J@KJAOE=
-NK@QGOE0ANAHE=-KGKG@=J2I>EQI>E=J„
-NK@QGOE-=@E@=J'=CQJCĠ
24
28
1=>HA
1=>HA
1=>HA
&J@E?=PKNOQOA@BKNPDA#KK@0A?QNEPU=J@3QHJAN=>EHEPUPH=OKB&J@KJAOE=
-NK@Q?PEKJKB*=FKN ANA=HO=J@1Q>ANO
-NK@Q?PEKJKB-=@@U=J@*=EVAĠ
-NK@QGOE2>E(=UQ@=J2>E'=H=NĠ
Produksi Total Serealia per tahun dan Laju Pertumbuhan Produksi untuk periode
'QIH=D@=J-ANOAJP=OA-KLQH=OE@E=S=D$=NEO(AIEOGEJ=J+=OEKJ=H
Jumlah kabupaten-kabupaten yang memiliki lebih dari 30% penduduk hidup
@E>=S=DC=NEOGAIEOGEJ=JP=DQJ
1EJCG=P-AJC=JCCQN=J1AN>QG=Ġ1-1
IAJQNQP-NKREJOE„
29
30
1=>HA
1=>HA
38
39
1=>HA
1=>HA
-NK@Q?PEKJKB =OO=R==J@0SAAP-KP=PKĠ
1KP=H ANA=H-NK@Q?PEKJ>UUA=N=J@-NK@Q?PEKJ$NKSPD/=PABKNPDA-ANEK@KB
$
+QI>AN=J@-AN?AJP=CAKB-KLQH=PEKJAHKS+=PEKJ=H-KRANPU)EJA
+QI>ANKB@EOPNE?POSEPDIKNAPD=JLAKLHA >AHKSLKRANPUHEJAEJ
1=>HA
,LAJ2JAILHKUIAJP/=PAĠ,2/O
>U-NKREJ?A„
-ANOAJP=OANQI=DP=JCC=P=JL==GOAOGAHEOPNEGLANLNKREJOEP=DQJ
(KJOQIOE(=HKNE@=J-NKPAEJLAN(=LEP=LAN%=NEL=@=1EC=$KHKJC=J1AN>=S=D
dari Golongan Pengeluaran Bulanan per Kapita
Persentase Rumah Tangga dengan Akses yang sangat terbatas Ke Air Bersih dan
Sarana Pelayanan Kesehatan
Persentase Perempuan Buta Huruf
Persentase underweightt dan stuntingg pada balita
45
56
1=>HA
1=>HA
58
1=>HA
60
63
1=>HA
1=>HA
-AN?AJP=CAKB%KQOADKH@OSEPDKQP=??AOOPKAHA?PNE?EPU>ULNKREJ?A
-AN =LEP=LAN!=U =HKNEA=J@-NKPAEJ KJOQILPEKJ=IKJC1DNAA)KSAOP*KJPDHU
LAN =LEP="TLAJ@EPQNAĠ*- "
H=OOAO
-AN?AJP=CAKB%KQOADKH@OSEPDHEIEPA@=??AOOPKEILNKRA@@NEJGEJCS=PAN=J@
KIIQJEPU%A=HPD AJPAN
#AI=HA&HHEPAN=?U/=PA
-AN?AJP=CAKBQJ@ANSAECDP=J@OPQJPA@QJ@ANłRAUA=NO?DEH@NAJ
Angka Harapan Hidup Tingkat Provinsi
+AC=N=QP=I=U=JCIAJC=H=IE>AJ?=J==H=I„
Ringkasan tabel bencana alam yang terjadi di Indonesia dan kerusakannya selama
LANEK@A„
Perbandingan Area Puso Padi akibat Banjir dan Kekeringan terhadap Luas Area
1=J=I-=@EP=DQJ„
63
80
1=>HA
1=>HA
1=>AH
83
1=>HA
)EBA"TLA?P=J?U>ULNKREJ?A
1KLJ=PQN=H@EO=OPANDEP?KQJPNEAO@QNEJC„
0QII=NUKBJ=PQN=H@EO=OPANOSDE?DK??QNNA@EJ&J@KJAOE=@QNEJC„=J@
AOPEI=PA@?=QOA@@=I=CA
-NKLKNPEKJKBL=@@U@=I=CA@=NA=O=IKJCPKP=HL=@@U?QHPER=PA@=NA=O?=QOA@
>UŃKK@O=J@@NKQCDPO@QNEJC„
Perbandingan Area Puso Jagung akibat Banjir dan Kekeringan terhadap Luas Area
1=J=I'=CQJCP=DQJ„
(=>QL=PAJU=JC-=HEJC/AJP=JAN@=O=NG=J&J@AGO(AP=D=J=J-=JC=J(KILKOEP
Faktor penentu utama Kerawanan Pangan per Prioritas
Strategi penentu utama Ketahanan Pangan dan Gizi per Provinsi
Perubahan tingkat kerentanan terhadap kerawanan pangan kronis antara
83
1=>HA
96
99
1=>HA
1=>HA
1=>HA
1=>HA
-NKLKNPEKJKB*=EVA@=I=CA@=NA=O=IKJCPKP=HI=EVA?QHPER=PA@=NA=O?=QOA@
>UŃKK@O=J@@NKQCDPO@QNEJC„
DECDANRQHJAN=>HA@EOPNE?PO>=OA@KJ KILKOEPA#KK@0A?QNEPU&J@AT
*=EJ@APANIEJ=JPOKB#KK@&JOA?QNEPULAN-NEKNEPU
*=EJ!APANIEJ=JPOKB#KK@=J@+QPNEPEKJ0A?QNEPULAN-NKREJ?A
D=JCAOEJRQHJAN=>EHEPUPK?DNKJE?BKK@EJOA?QNEPU>UEJ@ERE@Q=HEJ@E?=PKNOEJ
1=>HA
PDA#03=O?KIL=NA@PK#&PDA
D=JCAOEJN=JGOKB@EOPNE?POEJPDA#&>=OA@KJ KILKOEPA#KK@OA?QNEPU&J@AT
113
FSVA 2009 dan FIA 2005 berdasarkan indikator individu
Perubahan peringkat kabupaten di FIA 2005 berdasarkan Indeks
Ketahanan Pangan Komposit
DAFTAR GAMBAR
$=I>=N (AN=JCG=(KJOAL(AP=D=J=J-=JC=J@=J$EVE
$=I>=N -NK@QGOE0ANA=HE=-KGKG@=J2I>EQI>E=J„
Gambar 2.2 Total Luas Panen Padi (ha) di Pulau Sumatera
xii
LIST OF
F FIGURES
3
24
24
#ECQNA
#ECQNA
#ECQNA
#KK@=J@+QPNEPEKJ0A?QNEPU KJ?ALPQ=H#N=IASKNG
-NK@Q?PEKJKB*=FKN ANA=HO=J@1Q>ANO – 1KP=H-=@@U%=NRAOPA@NA=OĠD=
EJ0QI=PAN=&OH=J@
3
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Gambar 2.3 Total Luas Panen Padi (ha) di Pulau Jawa
$=I>=N -NK@QGOE-=@E@EA>AN=L=-NKREJOE@E&J@KJAOE=„
$=I>=N !=AN=D0AJPN=-NK@QGOE-=@E1=DQJ„
$=I>=N
$=I>=N
$=I>=N
$=I>=N
$=I>=N
Gambar 3.2
$=I>=N
-NK@QGOE'=CQJC@=AN=D0AJPN=LNK@QGOE1=DQJ„
-NK@QGOE2>E(=UQ!=AN=D0AJPN=-NK@QGOE1=DQJ„
-NK@QGOE2>E'=H=N!=AN=D0AJPN=-NK@QGOE1=DQJ„
-NKUAGOE-AJ@Q@QG&J@KJAOE=*AJQNQP-QH=Q@=J+=OEKJ=H1=DQJ„
0QI>ANLAJ@=L=P=JQP=I=IAJQNQPGH=OEłG=OEOAGPKN=H
Moda Transportasi di Indonesia
AJ?=J==H=IU=JCPANF=@E@E&J@KJAOE=LAN-NKREJOEOAH=I=LANEK@A„
Gambar 5.2 Angka Deforestasi di dalam dan luar Kawasan hutan di Indonesia, 2003 –2006
$=I>=N 'QIH=DG=>QL=PAJU=JCNAJP=JL=@=-NEKNEP=O>AN@=O=NG=J&J@AGO(AP=D=J=J-=JC=J
Komposit
Gambar 6.2 Jumlah kabupaten yang rentan pada Prioritas 2 berdasarkan Indeks Ketahanan Pangan
Komposit
Gambar 6.3 Jumlah kabupaten yang rentan pada Prioritas 3 berdasarkan Indeks Ketahanan Pangan
Komposit
Gambar 6.4 Kerangka intervensi untuk meningkatkan ketahanan pangan
25
26
26
26
#ECQNA
#ECQNA
#ECQNA
1KP=H-=@@U%=NRAOPA@NA=OĠD=
EJ'=R=&OH=J@
-=@@U-NK@Q?PEKJEJOKIA-NKREJ?AOEJ&J@KJAOE=
/E?A-NK@Q?PEKJ AJPANOEJ„
32
40
44
#ECQNA
#ECQNA
#ECQNA
#ECQNA
#ECQNA
#ECQNA
#ECQNA
*=EVA-NK@Q?PEKJ AJPANOEJ
=OO=R=-NK@Q?PEKJ AJPANOEJ
0SAAP-KP=PKAO-NK@Q?PEKJ AJPANOEJ„
&J@KJAOE=J-KLQH=PEKJ-NKFA?PEKJ??KN@EJCPK&OH=J@=J@+=PEKJ=H6A=N„
*=EJEJ?KIAOKQN?AO=??KN@EJCPKOA?PKN=H
*K@AOKB1N=JOLKNP=PEKJEJ&J@KJAOE=
+=PQN=H@EO=OPANOSDE?DK??QNNA@EJ&J@KJAOE=>APSAAJ>ULNKREJ?A
86
#ECQNA
#ECQNA
!ABKNAOP=PEKJEJOE@AKNKQPOE@ABKNAOP=NA=OEJ&J@KJAOE=
+QI>ANKBRQHJAN=>HA@EOPNE?POKB-NEKNEPU>=OA@KJ
@
KILKOEPA#KK@0A?QNEPU&J@AT
#ECQNA
+QI>ANKBRQHJAN=>HA@EOPNE?POKB-NEKNEPU>=OA@KJ
@
KILKOEPA#KK@0A?QNEPU&J@AT
98
#ECQNA
+QI>ANKBRQHJAN=>HA@EOPNE?POKB-NEKNEPU>=OA@KJ
@
KILKOEPA#KK@0A?QNEPU&J@AT
#ECQNA
&JPANRAJPEKJBN=IASKNGPKEILNKRABKK@OA?QNEPU
DAFTAR PETA
LIST OF MAPS
9
*=L
&J@AT*=LKB0QI=PAN=&OH=J@O
-AP=&J@AGO-QH=Q'=S=
-AP=&J@AGO-QH=Q=HE+1@=J+11
-AP=&J@AGO-QH=Q(=HEI=JP=J
-AP=&J@AGO-QH=Q0QH=SAOE
-AP=&J@AGO-QH=Q*=HQGQ*=HQGQ2P=N=-=LQ=@=J-=LQ==N=P
/=OEK(KJOQIOE+KNI=PEB-AN(=LEP=PAND=@=L-NK@QGOEANOED0ANA=HE=
35
*=L
*=L
*=L
*=L
*=L
*=L
&J@AT*=LKB'=R=&OH=J@O
&J@AT*=LKB=HE+1=J@+11&OH=J@O
&J@AT*=LKB(=HEI=JP=J&OH=J@O
&J@AT*=LKB0QH=SAOE&OH=J@O
&J@AT*=LKB*=HQGQ*=HQGQ2P=N=-=LQ==J@-=LQ==N=P&OH=J@O
/=PEKKB-AN =LEP=+KNI=PERA KJOQILPEKJPK+AP ANA=H-NK@Q?PEKJ
11
13
-AP=
Peta 3.2
Peta 3.3
-AP=
Peta 4.2
Peta 4.3
-AJ@Q@QG%E@QL@E=S=D$=NEO(AIEOGEJ=J
Desa yang Tidak Bisa Dilalui Kendaraan Roda Empat
Rumah Tangga tanpa Akses terhadap Listrik
/QI=D1=JCC=@AJC=JGOAOGA#=OEHEP=O(AOAD=P=JGI
Rumah Tangga tanpa Akses ke Air Bersih
Perempuan Buta Huruf
49
53
69
*=L
*=L
*=L
*=L
*=L
*=L
-KLQH=PEKJ)EREJCAHKS-KRANPU)EJA
3EHH=CAOJKP??AOOE>HA>U#KQN4DAAH3ADE?HA
%KQOADKH@OSEPDKQP??AOOPK"HA?PNE?EPU
%KQOADKH@OSEPD??AOOPK%A=HPD#=?EHEPEAOGI
%KQOADKH@OSEPDKQP??AOOPK HA=J4=PAN
#AI=HA&HHEPAN=?U
Peta 4.4
Peta 4.5
-AP=
Berat Badan Anak (< 5 Tahun) di Bawah Standar
Angka Harapan Hidup
-AJUEIL=JC=J QN=D%QF=JĠ
@=NE@E*QOEI(AI=N=Q@E>=J@EJCG=J
dengan Rata-Rata 30 tahun
-AJUEIL=JC=J QN=D%QF=JĠ
@=NE@E*QOEI%QF=J@E>=J@EJCG=J@AJC=J
Rata-Rata 30 tahun
89
*=L
*=L
*=L
*=L
2J@ANSAECDP DEH@NAJĠģUA=NO
)EBA"TLA?P=J?U
/=EJB=HH!ARE=PEKJĠ
@QNEJCEJ!NU0A=OKJ-ANEK@O?KIL=NA@PK
6A=NORAN=CA
/=EJB=HH!ARE=PEKJĠ
@QNEJCEJ4AP0A=OKJ-ANEK@O?KIL=NA@PK
6A=NORAN=CA
Peta Deforestasi di Indonesia untuk periode 2003 - 2006
93
*=L
-AP=
-AP=&J@AGO-QH=Q0QI=PAN=
-AP=
-AP=
-AP=
-AP=
-AP=
-AP=
-AP=
Peta 5.3
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
*=LKB!ABKNAOP=PEKJEJ&J@KJAOE=@QNEJCLANEK@O
xiii
-AP=
Peta 6.2
Peta 6.3
-AP=(ANAJP=J=J1AND=@=L(AN=S=J=J-=JC=J&J@KJAOE=
Peta Kerentanan Terhadap Kerawanan Pangan Pulau Sumatera
Peta Kerentanan Terhadap Kerawanan Pangan Pulau Jawa
*=L
*=L
*=L
3QHJAN=>EHEPUPK#KK@&JOA?QNEPU*=LKB&J@KJAOE=
3QHJAN=>EHEPUPK#KK@&JOA?QNEPU*=LKB0QI=PAN=&OH=J@O
3QHJAN=>EHEPUPK#KK@&JOA?QNEPU*=LKB'=R=&OH=J@O
Peta 6.4
Peta Kerentanan Terhadap Kerawanan Pangan Pulau Bali, Nusa Tenggara Barat
dan Nusa Tenggara Timur
Peta Kerentanan Terhadap Kerawanan Pangan Pulau Kalimantan
Peta Kerentanan Terhadap Kerawanan Pangan Pulau Sulawesi
-AP=(ANAJP=J=J1AND=@=L(AN=S=J=J-=JC=J-QH=Q*=HQGQ*=HQGQ2P=N=-=LQ=@=J
Papua Barat
*=L
*=L
*=L
*=L
3QHJAN=>EHEPUPK#KK@&JOA?QNEPU*=LKBPDA&OH=J@KB=HE+QO=1AJCC=N==N=P=J@
+QO=1AJCC=N=1EIQN
3QHJAN=>EHEPUPK#KK@&JOA?QNEPU*=LKB(=HEI=JP=J&OH=J@O
3QHJAN=>EHEPUPK#KK@&JOA?QNEPU*=LKB0QH=SAOE&OH=J@O
3QHJAN=>EHEPUPK#KK@&JOA?QNEPU*=LKBPDA&OH=J@KB*=HQGQ*=HQGQ2P=N=-=LQ=
=J@-=LQ==N=P
Peta 6.5
Peta 6.6
-AP=
DAFTAR LAMPIRAN
LIST OF ANNEXES
)=ILEN=J
)=ILEN=J
)=ILEN=J
-AN>=J@EJC=J!=BP=N(=>QL=PAJ@E#&@=J#03
&J@EG=PKN(APANOA@E==J-=JC=J
&J@EG=PKN&J@EG=PKNGOAOPAND=@=L-=JC=J
JJAT
JJAT
JJAT
KIL=NEOKJHEOPKB@EOPNE?POEJ#&=J@#03
#KK@R=EH=>EHEPU&J@E?=PKN
#KK@??AOO&J@E?=PKNO
131
)=ILEN=J
)=ILEN=J
&J@EG=PKN&J@EG=PKNGOAOPAND=@=L(AOAD=P=J@=J$EVE
(QIQH=PEB QN=D%QF=J0AH=I=*QOEI%QF=JĠ,GPK>ANLNEH
@=J*QOEI(AI=N=Q
ĠLNEH0ALPAI>AN
QJPQG-ANEK@A„
-NEJ?EL=H KILKJAJPJ=HUOEO (PCA-Analisis Komponen Utama): Untuk Analisa
Hubungan Antar Indikator Ketahanan Pangan
Peringkat Kabupaten Berdasarkan Indikator Individu dan Indeks Ketahanan Pangan
Komposit
JJAT
JJAT
JJAT
JJAT
%A=HPD=J@+QPNEPEKJ&J@E?=PKNO
/=EJB=HH QIQHH=PERA@QNEJC4AP0A=OKJLANEK@OĠ,?PK>ANLNEH
=J@
!NU0A=OKJĠLNEH0ALPAI>AN
BKNPK-ANEK@O
-NEJ?EL=H KILKJAJPJ=HUOEOġJ=HUVEJC/AH=PEKJODELOIKJC#KK@0A?QNEPU
Indicators
/=JGEJCKB!EOPNE?PO=OA@KJ&J@ERE@Q=H&J@E?=PKNO=J@ KILKOEPA#KK@0A?QNEPU
&J@AT
)=ILEN=J
Lampiran 6.2
xiv
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Contributors
Kontributor
Tim Pengarah / Steering Committee
2.
3.
4.
5.
!N&N1FQG"GK%=NE=OQGE*0PĠ=@=J(AP=D=J=J-=JC=J
Coco Ushiyama (World Food Programme)
Wiwik Arumwati, MSi (Badan Pusat Statistik)
Dr. Ina Hernawati (Departemen Kesehatan)
Dr. Nyoman Suida (Menko Kesra)
!NO0KANKOK%=@EU=JPK*0EĠ=@=J*APAKNKHKCE(HEI=PKHKCE@=J$AKłOEG=
Tim Pelaksana / Technical Working Group
2.
3.
4.
5.
6.
8.
20.
&N0QCE=NPK**Ġ=@=J(AP=D=J=J-=JC=J
Thi Van Hoang (World Food Programme)
Ir. Ali Marsaban, MSi (Badan Ketahanan Pangan)
Ir. Kresnawan, MSc (Departemen Kesehatan)
Ir. Eman Sumarna, MSc (Departemen Kesehatan)
Dr. Kecuk Suharyanto (Badan Pusat Statistik)
DI=@RAJVKN=0"Ġ=@=J-QO=P0P=PEOPEG
Dr. Arif Haryana (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional - BAPPENAS)
+QNU=@E*0EĠ=@=J*APAKNKHKCE(HEI=PKHKCE@=J$AKłOEG=
&N%=NEOJK**Ġ-QO=P!=P=@=J&JBKNI=OE!AL=NPAIAJ-ANP=JE=J
&N&S=J*=HKJ@=*?KIĠ-QO=P!EOPNE>QOE-=JC=J!AL=NPAIAJ-ANP=JE=J
'KGK1KA>EU=JPK00KOĠ-QO=P!EOPNE>QOE-=JC=J!AL=NPAIAJ-ANP=JE=J
&N%=O=JQ@@EJ/QIN=Ġ=@=J(AP=D=J=J-=JC=J
1KJK0-Ġ=@=J(AP=D=J=J-=JC=J
1KJU-=JF=EP=JĠ=@=J(AP=D=J=J-=JC=J
!EL=U=JD=PP=?D=NUU=Ġ4KNH@#KK@-NKCN=IIA
!A@E'QJ=@EĠ4KNH@#KK@-NKCN=IIA
(AECK,>=N=Ġ4KNH@#KK@-NKCN=IIA
%AHIE=PE(=@ENĠ4KNH@#KK@-NKCN=IIA
Rina Djuariah (Departemen Kehutanan)
#5%ANSEN=S=JĠ!AL=NPAIAJ(ADQP=J=J
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Badan Ketahanan Pangan Provinsi / Provincial Food Security Office
Š
Š
Š
Š
Š
Š
Š
Š
Š
Š
Š
Š
Š
Š
Š
Š
Š
Š
Š
Š
Š
Š
Š
Š
Š
Š
Š
Š
Š
Š
Š
Š
Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan, Nanggroe Aceh Darussalam
Badan Ketahanan Pangan, Sumatera Utara
Badan Ketahanan Pangan, Sumatera Barat
Badan Ketahanan Pangan, Riau
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, Kepulauan Riau
Badan Koordinasi Penyuluhan dan Ketahanan Pangan, Jambi
Badan Ketahanan Pangan, Sumatera Selatan
Badan Ketahanan Pangan, Bengkulu
Badan Ketahanan Pangan, Bangka Belitung
Badan Ketahanan Pangan Daerah, Lampung
Badan Ketahanan Pangan, Banten
Badan Ketahanan Pangan Daerah, Jawa Barat
Badan Ketahanan Pangan, Jawa Tengah
Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan, D.I. Yogyakarta
Badan Ketahanan Pangan, Jawa Timur
Bidang Ketahanan Pangan, Bali
Badan Ketahanan Pangan Daerah, Nusa Tenggara Barat
Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan, Nusa Tenggara Timur
Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan, Kalimantan Barat
Badan Ketahanan Pangan, Kalimantan Tengah
Badan Ketahanan Pangan, Kalimantan Selatan
Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan, Kalimantan Timur
Badan Ketahanan Pangan, Sulawesi Utara
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, Gorontalo
Badan Ketahanan Pangan, Sulawesi Tengah
Badan Ketahanan Pangan Daerah, Sulawesi Selatan
Badan Ketahanan Pangan, Sulawesi Tenggara
Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Daerah, Sulawesi Barat
Tim Kerja Ketahanan Pangan pada Dinas Pertanian, Maluku
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Daerah, Maluku Utara
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, Papua
Dinas Pertanian, Peternakan dan Ketahanan Pangan, Papua Barat
xv
EXECUTIVE SUMMARY
RINGKASAN EKSEKUTIF
1.
LATAR BELAKANG
1.
B
BACKGROUND
Untuk dapat melaksanakan intervensi yang terkait dengan ketahanan pangan dan gizi, Pemerintah Indonesia masih
PANQO IAJEJCG=PG=J O=N=J= QJPQG LAJAJPQ=J P=NCAP EJPANRAJOE O=O=N=J OA?=N= CAKCN=łO !AJC=J @QGQJC=J @=NE
World Food Programme (WFP) yang memiliki pengalaman di bidang analisis dan pemetaan ketahanan pangan,
1DANAD=O>AAJ=?KJOP=JPJAA@BKNPDA$KRANJIAJPKB&J@KJAOE=PKEILNKRACAKCN=LDE?=HP=NCAPEJCKBIKNARQHJAN=>HA
=NA=OBKNBKK@=J@JQPNEPEKJOA?QNEPUNAH=PA@EJPANRAJPEKJO/A?KCJEVEJC4KNH@#KK@-NKCN=IIAĠ4#-
ATLANPEOAEJBKK@
OA?QNEPU =J=HUOEO =J@ I=LLEJC EJ PDA #KK@ 0A?QNEPU KQJ?EH Ġ#0 ?D=ENA@ >U PDA -NAOE@AJP KB &J@KJAOE= SDKOA
maka pada tahun 2003 Dewan Ketahanan Pangan (DKP), yang diketuai oleh Presiden Republik Indonesia, dengan
sekretariat DKP yang berada di Badan Ketahanan Pangan (BKP), bekerjasama dengan WFP dalam pembuatan Peta
Kerawanan Pangan (FIA) tingkat nasional. FIA yang pertama di buat dan diluncurkan tahun 2005 dan mencakup
G=>QL=PAJ @E LNKREJOE )A>ED @=NE 20 FQP= PAH=D @E=HKG=OEG=J KHAD LAIANEJP=D QJPQG G=>QL=PAJ
U=JCN=S=JL=JC=J@=JEJPANRAJOE@EIQH=EP=DQJPH=OU=JCGA@Q=@AJC=JFQ@QH>=NQļ-AP=(AP=D=J=J
dan Kerentanan Pangan (FSVA)” yang mencakup 346 Kabupaten di 32 provinsi, akan diluncurkan pada akhir 2009
0A?NAP=NE=PEOPDA#KK@0A?QNEPUCAJ?UĠ#0
?KHH=>KN=PA@SEPD4#-PK@ARAHKLPDAJ=PEKJ=H#KK@&JOA?QNEPUPH=OĠ#&
BKN
&J@KJAOE=1DAłNOP#&S=O@ARAHKLA@=J@H=QJ?DA@EJ=J@?KRANA@NQN=H@EOPNE?POEJLNKREJ?AO*KNAPD=J20
IEHHEKJSANA=HHK?=PA@>UPDA$KRANJIAJPPK@EOPNE?POE@AJPEłA@=OBKK@EJOA?QNA=J@EJPANRAJPEKJO>AC=JEJ
1DAOA?KJ@PH=OSEPD=JASPEPHAļ#KK@0A?QNEPU=J@3QHJAN=>EHEPUPH=OĠ#03
‡?KRANEJCNQN=H@EOPNE?POEJ
LNKREJ?AOSEHH>AH=QJ?DA@>UAJ@KBKNA=NHU=J@EPD=O=HNA=@U>AAJBQHHUEJPACN=PA@EJPK=JJQ=HCKRANJIAJP
SKNGLH=JO=J@>Q@CAP=NU=HHK?=PEKJO4#-D=O>AAJLNKRE@EJCPA?DJE?=H=J@łJ=J?E=HOQLLKNPPKS=N@OPDA@ARAHKLIAJP
=P=Q=S=HP=DQJ@EI=J=GACE=P=JEJEPAH=DPANEJPACN=OE@=H=INAJ?=J=P=DQJ=J@=J=HKG=OE=JCC=N=JP=DQJ=J
pemerintah. Sejak 2003, WFP telah memberikan dukungan teknis dan anggaran untuk pembuatan dan penerapan
FIA dan FSVA.
=J@EILHAIAJP=PEKJKBPDA#&=J@#03OEJ?A
2.
2.
TUJUAN FSVA 2009
OBJECTIVE OF THE
OB
E FSVA 2009
Seperti halnya FIA, FSVA menyediakan sarana bagi pengambil kebijakan dalam hal penentuan sasaran
dan memberikan rekomendasi untuk intervensi kerawanan pangan dan gizi di tingkat provinsi dan
kabupaten.
)EGAPDA#&PDA#03OANRAO=O=J important tool for decision making in targeting and developing
recommendations for responding to food and nutrition insecurity at the provincial and district levels.
AN@=O=NG=J=J=HEO=EJ@EG=PKNU=JCPANG=EP@AJC=JGAP=D=J=JL=JC=JU=JC>AN=O=H@=NE@=P=OAGQJ@AN@=NELANEK@A
OANP=&J@AGO(AP=D=J=J-=JC=J(KILKOEPĠ>AN@=O=NG=JGKILKOEPEJ@EG=PKN
#03@=L=PIAJF=S=>
a daerah yang paling rawan ketahanan
tiga pertanyaan kunci terkait ketahanan dan kerawanan pangan yaitu: Di mana
J=HUVA@EJ@E?=PKNONAH=PA@PKBKK@OA?QNEPU>=OA@KJKBł?E=HHUEOOQA@OA?KJ@=NU@=P=KBPDALANEK@=J@
?KILKOEPAKBPDAIPK@ANERA= KILKOEPA#KK@0A?QNEPU&J@AT=HHKSPDA#03PK=JOSANPDNAAGAUMQAOPEKJONAH=PA@PK
BKK@OA?QNEPU=J@EPORQHJAN=>EHEPUġ Where are the higher vulnerable to food insecurity (by province, district); How Many
pangannya (per provinsi, kabupaten); Berapa banyak
k penduduk (perkiraan penduduk); dan Mengapa
a mereka
paling rawan (penentu utama untuk kerawanan pangan)?.
=NAPDAUĠAOPEI=PA@LKLQH=PEKJ
Ģ=J@Why=NAPDAUDECDANRQHJAN=>HAĠI=EJ@APANIEJ=JPOBKNBKK@EJOA?QNEPU
y
3.
TEMUAN UTAMA FSVA 2009 VS FIA 2005
3.
KEY FINDINGS OF THE FSVA 2009 VS. FIA 2005
3.1
Ketersediaan Pangan
3.1
Food availability
»
%=OEHLANP=JE=JIAJEJCG=PĠH=FQLAJEJCG=P=JOAGEP=NLANP=DQJOAH=I=
@=JIAJ?=L=E
pada tahun 2008. Produksi padi dan jagung meningkat, sedangkan produksi ubi kayu dan ubi jalar relatif stabil,
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
»
CNE?QHPQN=HKQPLQPEOCNKSEJC=P=DECDN=PAĠ=>KQPLANUA=N@QNEJC
=J@NA=?DA@EJ
/E?A=J@I=EVALNK@Q?PEKJEJ?NA=OA@SDEHALNK@Q?PEKJKB?=OO=R==J@OSAAPLKP=PKAOS=ONAH=PERAHUOP=>HA=J@
xvii
dan produksi kacang kedelai dan kacang tanah menurun. Pada umumnya, mayoritas daerah di Indonesia
merupakan daerah swasembada/surplus pangan dalam hal produksi serealia, dan ketersediaan pangan pada
tingkat nasional memadai.
»
Namun demikian, beberapa kabupaten di provinsi Papua dan provinsi Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Kalimantan
LNK@Q?PEKJKBOKU>A=J=J@CNKQJ@JQPONA@Q?A@&JCAJAN=HPDAI=FKNEPUKB&J@KJAOE=JPANNEPKNUEOBKK@OAHBOQBł?EAJP
EJ?ANA=HLNK@Q?PEKJ=J@BKK@=R=EH=>EHEPU=PPDAJ=PEKJ=HHARAHEO=@AMQ=PA
»
Tengah, sebagian provinsi Maluku dan Maluku Utara mengalami kekurangan serealia.
3.2
»
Akses terhadap Pangan
Akses terhadap pangan untuk penduduk miskin merupakan gabungan dari kemiskinan, kurangnya pekerjaan
3.2
»
tetap, pendapatan tunai yang rendah dan tidak tetap serta terbatasnya daya beli merupakan tantangan yang
>AO=N -=@= P=DQJ PAN@=L=P FQP= KN=JC Ġ
DE@QL @E >=S=D C=NEO GAIEOGEJ=J J=OEKJ=H
Ġ20---
%=ILENLAJ@Q@QGIEOGEJPEJCC=H@ELA@AO==J@=JHA>ED@=NEPKP=HLAJ@Q@QG
miskin tinggal di Pulau Jawa.
%KSARAN @EOPNE?PO EJ -=LQ= LNKREJ?A =J@ OKIA @EOPNE?PO EJ /E=Q LNKREJ?A (ALQH=Q=J /E=Q '=I>E (=HEI=JP=J
1AJC=DL=NPOKB*=HQGQ=J@*=HQGQ2P=N=LNKREJ?AOSANA?ANA=H@Ał?EAJP
Food access
)EIEPA@=??AOOPKBKK@BKNPDALKKN=O=NAOQHPKB?KI>EJ=PEKJKBLKRANPUH=?GKBOP=>HAAILHKUIAJPHKS=J@
ENNACQH=N?=ODEJ?KIA=J@HEIEPA@LQN?D=OEJCLKSANNAI=EJA@=CNA=PAN?D=HHAJCA&JLAN?AJPKB
PDALKLQH=PEKJĠIEHHEKJLAKLHA
HERA@>AHKSPDAJ=PEKJ=HLKRANPUHEJAĠ-QN?D=OEJC-KSAN-=NEPU20
LAN@=U
HIKOPLAN?AJPKBPDALKKNHERA@EJNQN=H=NA=O=J@IKNAPD=JLAN?AJPKBPDAPKP=HHERA@KJ'=R=
Island.
»
Sejak tahun 2003, 26 provinsi telah berhasil menurunkan tingkat kemiskinannya. Akan tetapi, terdapat
5 provinsi yang tingkat kemiskinannya tetap yaitu provinsi Sulawesi Utara, Papua, DKI Jakarta, Sumatera Barat
dan Jawa Barat.
»
0EJ?ALNKREJ?AOD=RA>AAJ=>HAPKNA@Q?APDALKRANPUN=PA>QPłRALNKREJ?AOĠ0QH=SAOE2P=N=-=LQ=
!(&'=G=NP=0QI=PAN==N=P=J@'=S==N=P
D=RAJKP
»
-=@=P=DQJLAJ@Q@QGIEOGEJPANGKJOAJPN=OE@ELNKREJOEĠ-=LQ=-=LQ==N=P*=HQGQ+11$KNKJP=HK
@=J +!
!=NE LNKREJOE PAN@=L=P LNKREJOE PEJCG=P GAIEOGEJ=JJU= I=OED HA>ED PEJCCE @=NE N=P=N=P=
J=OEKJ=H@=JLNKREJOE-=LQ=IAIEHEGELNAOAJP=OALAJ@Q@QGIEOGEJPANPEJCCEĠ
»
&JLKRANPUS=O?KJ?AJPN=PA@EJOETLNKREJ?AOĠ-=LQ=-=LQ==N=P*=HQGQ+11$KNKJP=HK=J@+!
,QP
KBLNKREJ?AOLNKREJ?AOD=@=LKRANPUHARAHDECDANPD=JPDAJ=PEKJ=H=RAN=CASEPD-=LQ=LNKREJ?AD=REJC
PDADECDAOPLNKLKNPEKJKBLKKNLAKLHAĠ
»
2JPQGPEJCG=PG=>QL=PAJLAN>A@==JPEJCG=PGAIEOGEJ=JHA>EDFAH=O!=NE(=>QL=PAJ(=>QL=PAJ
IAIEHEGE PEJCG=P GAIEOGEJ=J HA>ED PEJCCE @=NE N=P=N=P= J=OEKJ=H !E =JP=N= G=>QL=PAJ PANOA>QP
»
*KNALNKJKQJ?A@@EBBANAJ?AOATEOP>APSAAJ@EOPNE?PO,QPKB@EOPNE?PO@EOPNE?POD=@LKRANPUN=PAODECDAN
PD=JPDAJ=PEKJ=H=RAN=CAIKJCPDAI@EOPNE?POD=@IKNAPD=JKBLAKLHAHEREJC>AHKSPDAJ=PEKJ=H
65 Kabupaten memiliki lebih dari 30% penduduk hidup di bawah garis kemiskinan nasional.
poverty line.
»
1EJCG=P -AJC=JCCQN=J 1AN>QG= Ġ1-1
L=@= P=DQJ IAJC=H=IE LAJQNQJ=J D=ILEN @E>=J@EJCG=J
tahun 2003. Penurunan TPT tersebut tidak sebanding dengan pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan
bervariasi antar wilayah.
»
1DA,LAJ2JAILHKUIAJP/=PAĠ,2/
EJ@A?NA=OA@>UJA=NHUBNKI&PONA@Q?PEKJD=OJKP>AAJ
?KIIAJOQN=PASEPDPDAA?KJKIE?CNKSPDEJPDA?KQJPNU=J@R=NEA@>UNACEKJO
»
)A>ED@=NE@=NEOAIQ=@AO=@E&J@KJAOE=PE@=GIAIEHEGE=GOAOF=H=JU=JC@=L=P@EH=HQEKHADGAJ@=N==J
roda empat.
»
*KNAPD=JKB=HH&J@KJAOE=JREHH=CAO@E@JKPD=RA=??AOOPKNK=@O?KJJA?PA@>UBKQNSDAAHA@RADE?HAO
N
»
%=ILEN NQI=D P=JCC= @E &J@KJAOE= PE@=G IAIEHEGE =GOAO HEOPNEG GOAO HEOPNEG U=JC PAN>=P=O Ġ— terdapat di empat provinsi (NTT, Papua, Papua Barat, dan Sulawesi Barat).
»
+A=NHUKBDKQOADKH@OEJ&J@KJAOE=@E@JKPD=RA=??AOOPKAHA?PNE?EPU??AOOPKAHA?PNE?EPUS=OL=NPE?QH=NHU
HEIEPA@Ġ—
EJBKQNLNKREJ?AOĠ+11-=LQ=-=LQ==N=P=J@0QH=SAOE=N=P
3.3
»
Pemanfaatan Pangan dan Situasi Gizi
-=@=P=DQJN=P=N=P==OQL=JAJANCED=NE=J=@=H=DGG=H@=J=OQL=JLNKPAEJOA>AO=NCN=I
3. 3
»
&JPDA=RAN=CA@=EHUAJANCUEJP=GAS=OG?=H=J@PDALNKPAEJEJP=GAS=OCN=IO>KPDOQNL=OOA@
PDAJ=PEKJ=H/A?KIIAJ@A@!=EHUHHKS=J?AĠ/!
1DAOAD=@EJ?NA=OA@>UOEJ?A%KSARANPDAHKSAOP
PDNAAATLAJ@EPQNA?H=OOAO?KJOQIA@KJHUG?=H?=LEP=@=UKNHAOO=J@PDAEN@EAPNAI=EJA@MQ=JPEP=PERAHU
EJ=@AMQ=PA=J@MQ=HEP=PERAHUEI>=H=J?A@
»
,RAN=HHKBDKQOADKH@OD=@=??AOOPKPDAJA=NAOPDA=HPDB=?EHEPEAOHK?=PA@SEPDEJłRAGISDE?DOECJEł?=JPHU
keduanya sudah melampaui Angka Kecukupan Gizi (AKG) nasional. Angka ini meningkat 3,3% dibandingkan
P=DQJ+=IQJ@AIEGE=JQJPQGPEC=CKHKJC=JLAJCAHQ=N=JPANAJ@=DD=JU=IAIEHEGE=OQL=JGG=H
kapita/hari atau kurang, dan proporsi makanan mereka kurang serta tidak seimbang secara kuantitatif dan
kualitatif.
»
Secara nasional, 94% rumah tangga memiliki akses ke fasilitas kesehatan terdekat kurang dari 5 km, dan angka
EJEIAJEJCG=POA?=N=OECJEłG=JFEG=@E>=J@EJCG=JP=DQJPAN=GDEN
xviii
Food Utilization and the Nutritional Situation
EILNKRA@@QNEJCPDAH=OPłRAUA=NO
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
»
0A?=N=J=OEKJ=HNQI=DP=JCC=PE@=GIAIEHEGE=GOAOPAND=@=L=ENIEJQIU=JCH=U=GGOAOPANAJ@=D
terdapat di provinsi Kalimantan Barat, Papua Barat, Lampung dan Kalimantan Tengah.
»
,J=RAN=CAKBDKQOADKH@O@E@JKPD=RA=??AOOPKEILNKRA@@NEJGEJCS=PAN1DALKKNAOP=??AOOS=OEJ
(=HEI=JP=J=N=P-=LQ==N=P)=ILQJC=J@(=HEI=JP=J1AJC=DLNKREJ?AO
»
-=@=P=DQJ=JCG=LANAILQ=J>QP=DQNQBJ=OEKJ=HOA>AO=NJCG=LANAILQ=J>QP=DQNQB
PANPEJCCEPAN@=L=P@E-=LQ=Ġ
+1Ġ
@=J=HEĠ
-=@=PEJCG=PG=>QL=PAJPAN@=L=P@=NE
346 kabupaten memiliki perempuan buta huruf sedikitnya 20%.
»
,RAN=HHEJPDAJ=PEKJ=HBAI=HAEHHEPAN=?UN=PAS=O1DADECDAOPEHHEPAN=?UN=PAS=OEJ-=LQ=Ġ
+1Ġ
=J@=HEĠ
LNKREJ?AOPPDA@EOPNE?PHARAHKQPKB@EOPNE?POD=@=JEHHEPAN=?UN=PAKBKN
»
-=@= P=DQJ =JCG= underweightt pada balita (gabungan dari kurang gizi kronis dan akut) nasional
=@=H=D =JCG= PANOA>QP PAH=D IAJ?=L=E P=NCAP *!$ J=IQJ I=O=H=D GAOAD=P=J I=OU=N=G=P I=OED
berada pada tingkat yang kurang. Terdapat perbedaan pencapaian yang cukup besar antar provinsi dimana
LNKREJOEIAILQJU=ELNAR=HAJOE underweightt diatas prevalensi nasional. 45 Kabupaten dari 346 kabupaten
mempunyai prevalensi underweightO=JC=PPEJCCEĠ—
1EJCG=PLNAR=HAJOE
t
underweightt tertinggi terdapat
di provinsi NTT, Maluku, Kalimantan Selatan, NAD, Sulawesi Barat dan Gorontalo.
»
&JPDAJ=PEKJ=HN=PAKBQJ@ANSAECDPĠIETA@?DNKJE?=J@=?QPAI=HJQPNEPEKJ
S=OSDE?DIAPPDA*!$
CK=H>QPOPEHHS=O=LKKNHARAHKBLQ>HE?DA=HPDOECJEł?=J?A%QCA@EOL=NEPEAO>APSAAJNACEKJONAI=EJA@SEPD
LNKREJ?AOD=REJCQJ@ANSAECDPN=PAODECDANPD=JPDAJ=PEKJ=HN=PAU@EOPNE?PKQPKB@EOPNE?POD=@=RANUDECD
LNAR=HAJ?AKBQJ@ANSAECDPĠ—
%ECDANQJ@ANSAECDPS=OBKQJ@EJ+11*=HQGQ(=HEI=JP=J0AH=P=J+!
0QH=SAOE=N=P=J@$KNKJP=HKLNKREJ?AO
»
g adalah 36,8%, angka ini tergolong tinggi untuk tingkatan
Prevalensi nasional untuk kurang gizi kronis (stunting)
GAOAD=P=J I=OU=N=G=P 0A?=N= J=OEKJ=H LNKREJOE IAIEHEGE LNAR=HAJOE U=JC O=JC=P PEJCCE ĠĠ— @=J
LNKREJOEH=EJJU=IAIEHEGELNAR=HAJOEU=JCPEJCCEĠ
-=@=PEJCG=PG=>QL=PAJ@=NEG=>QL=PAJ
memiliki prevalensi stuntingg yang sangat tinggi. Tingkat prevalensi stuntingg tertinggi terdapat di provinsi NTT,
»
1DA J=PEKJ=H LNAR=HAJ?A KB OPQJPEJC Ġ?DNKJE? I=HJQPNEPEKJ
S=O N=JGA@ =P = DECD HARAH KB LQ>HE? DA=HPD
OECJEł?=J?A&JPKP=HLNKREJ?AOD=@=RANUDECDLNAR=HAJ?AĠ—
=J@=JKPDANLNKREJ?AOD=@=DECD
LNAR=HAJ?AĠ
PPDA@EOPNE?PHARAHKQPKB@EOPNE?POD=@=RANUDECDLNAR=HAJ?AKBOPQJPEJC%ECDAN
OPQJPEJCS=OBKQJ@EJ+11*=HQGQ0QI=PAN=0AH=P=J+!0QH=SAOE=N=P=J@+1LNKREJ?AO&JOQII=NU
IKNA
Maluku, Sumatera Selatan, NAD, Sulawesi Barat dan NTB. Secara global, wilayah Indonesia Bagian Timur
memiliki angka kurang gizi lebih tinggi.
»
3.4
»
JCG= N=P=N=P=D=N=L=J DE@QL @E &J@KJAOE= L=@=P=DQJ =@=H=D P=DQJ !AH=L=J@=NE LNKREJOE
IAIEHEGE=JCG=D=N=L=JDE@QLP=DQJ=P=QHA>ED-=@=PEJCG=PG=>QL=PAJ@=NEG=>QL=PAJIAIEHEGE
=JCG=D=N=L=JDE@QLP=DQJ=P=QHA>ED
Daerah yang rawan yang memerlukan prioritas lebih tinggi
(Di mana, Berapa Banyak, dan Mengapa?)
Indeks Ketahanan Pangan Komposit digunakan untuk menjawab ketiga pertanyaan diatas dengan merangking
dan memetakan 346 kabupaten yang memiliki data lengkap untuk 9 indikator terkait kerawanan pangan
GNKJEO!E=JP=N=G=>QL=PAJPANOA>QPI=G=@EPAP=LG=JG=>QL=PAJ@AJC=JLNEKNEP=OU=JCHA>EDPEJCCE
U=JCPAN@ENE@=NEG=>QL=PAJ-NEKNEP=OG=>QL=PAJ-NEKNEP=O@=JG=>QL=PAJ-NEKNEP=O@AJC=J
jumlah penduduk sekitar 25 juta. 246 kabupaten lainnya dikelompokkan menjadi Prioritas 4-6. Perhatian
I=HJQPNEPEKJS=OOECJEł?=JPHUDECDANEJPDAA=OPANJL=NPKBPDA?KQJPNU
»
3.4
1DA=RAN=CAHEBAATLA?P=J?US=OUA=NOEJ"ECDPKQPKBLNKREJ?AOD=@PDAHEBAATLA?P=J?UKBKN
IKNAUA=NOPPDA@EOPNE?PHARAHKQPKB@EOPNE?POD=@PDAHEBAATLA?P=J?UKBKNIKNAUA=NO
Regions of higher vulnerability required higher priority
(Where, How Many and Why?)
»
1DA KILKOEPA #KK@ 0A?QNEPU &J@AT S=O QOA@ PK =JOSAN PDAOA PDNAA MQAOPEKJO >U N=JGEJC =J@ I=LLEJC @EOPNE?POSDE?DD=@?KILHAPA@=P=OAPOKB=HHJEJAEJ@E?=PKNONAH=PA@PK?DNKJE?BKK@EJOA?QNEPUIKJCPDAI
@EOPNE?PO=NAN=JGA@=ODECDANLNEKNEPUġKB-NEKNEPUKB-NEKNEPU=J@KB-NEKNEPUSEPD=PKP=HAOPEI=PA@
LKLQH=PEKJKBIEHHEKJLAKLHA1DANAI=EJEJC@EOPNE?PO=NA?H=OOEłA@=O-NEKNEPEAO%ECDAN=PPAJPEKJODKQH@
>AL=E@PK@EOPNE?POKB-NEKNEPEAO
»
1DA@EOPNE?POEJPDA-NEKNEPUN=JGEJC=NA?KJ?AJPN=PA@EJ-=LQ=Ġ
+11Ġ
-=LQ==N=PĠ
=J@=JKPDAN
łRALNKREJ?AOĠ
SEPD=LLNKTEI=PAHUIEHHEKJLAKLHA1DAENRQHJAN=>EHEPUPKBKK@EJOA?QNEPUEOI=EJHU=PPNE>QPA@
PKDECDLKRANPUJK=??AOOPKAHA?PNE?EPUDECDQJ@ANSAECDP=IKJCQJ@ANłRA?DEH@NAJJK=??AOO>UBKQNSDAAHA@
vehicles and no clean water.
»
1DA@EOPNE?POEJPDA-NEKNEPUN=JGEJC=NA?KJ?AJPN=PA@EJ(=HEI=JP=J=N=PĠ
+11Ġ
+!Ġ
-=LQ=
Ġ
=J@=JKPDANJEJALNKREJ?AOĠ
SEPD=LLNKTEI=PAHUIEHHEKJLAKLHA1DAI=EJ@APANIEJ=JPOBKNPDAEN
RQHJAN=>EHEPU =NA OEIEH=N PK PDKOA KB -NEKNEPU PDKQCD SEPD = OHECDPHU ?D=JCA@ KN@ANġ DECD QJ@ANSAECDP =IKJC
QJ@ANłRA?DEH@NAJJK=??AOOE>EHEPU>UBKQNSDAAHA@RADE?HAOJK?HA=JS=PANDECDLKRANPUHARAHO=J@SEPDKQP=??AOO
to electricity.
U=JCHA>ED>AO=NLANHQ@E>ANEG=JGAL=@=G=>QL=PAJU=JCPANI=OQG@=H=I-NEKNEP=O
»
G=>QL=PAJ-NEKNEP=OG=>QL=PAJ@ELNKREJOE-=LQ=G=>QL=PAJ@E+11G=>QL=PAJ@E-=LQ==N=P
dan 8 kabupaten di 5 provinsi lainnya, dengan jumlah penduduk sekitar 5,3 juta. Tingkat kerentanan terhadap
kerawanan pangan terutama disebabkan karena tingginya angka kemiskinan, tidak ada akses listrik, tingginya
underweightt pada balita, tidak ada akses jalan kendaraan roda empat dan tidak ada sumber air bersih.
»
!=NEG=>QL=PAJ@E-NEKNEP=OG=>QL=PAJ@ELNKREJOE(=HEI=JP=J=N=PG=>QL=PAJ@E+11G=>QL=PAJ
@E+!G=>QL=PAJ@E-=LQ=@=JG=>QL=PAJ@ELNKREJOEH=EJJU=@AJC=JFQIH=DLAJ@Q@QGOAGEP=N
FQP=KN=JC-AJAJPQQP=I=GANAJP=J=JL=JC=J@E-NEKNEP=OD=ILENO=I=@AJC=J-NEKNEP=OIAOGELQJ
urutannya sedikit berubah yaitu: tingginya angka underweightt pada balita, tidak ada akses kendaraan roda
empat, tidak ada sumber air bersih, tingginya tingkat kemiskinan dan tidak ada terhadap akses listrik.
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
xix
»
Dari 40 kabupaten Prioritas 3, 6 kabupaten di provinsi Kalimantan Tengah, 5 kabupaten di Sulawesi Tengah,
4 kabupaten di NTB dan 25 kabupaten di 16 provinsi lainnya, dengan jumlah penduduk sekitar 12 juta.
Kerentanan terhadap tingkat kerawanan pangan pada Prioritas 3 terutama disebabkan karena tingginya angka
»
underweightt pada balita, tingginya angka kemiskinan, tidak ada akses air bersih, tingginya rasio kebutuhan
serealia vs produksi, dan tidak ada akses listrik.
3.5
»
Perbandingan peringkat kabupaten FSVA 2009 dan FIA 2005
Tingkat kerentanan kabupaten di FIA 2005 dibandingkan dengan FSVA 2009, berdasarkan data dari
The 40 districts in the Priority 3 ranking are concentrated in Kalimantan Tengah (6), Sulawesi Tengah (5), NTB
(4), and another 16 provinces (25), with approximately 12 million people. Their vulnerability to food insecurity
EOI=EJHU=PPNE>QPA@PKDECDQJ@ANSAECDP=IKJCQJ@ANłRA?DEH@NAJDECDLKRANPUHARAHOJK=??AOOPK?HA=JS=PAN
a high ratio of cereal requirement vs. its production, and without access to electricity.
3.5
»
9 indikator individu yang berhubungan dengan kerawanan pangan kronis. Secara umum terjadi perbaikan
untuk seluruh indikator (9 indikator). Kabupaten-kabupaten di Prioritas 1-3 mempunyai tingkat perbaikan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan kabupaten Prioritas 4-6.
Comparison of the district ranking of the FSVA 2009 and the FIA 2005
The levels of vulnerability of districts in the FIA 2005 are compared to those in the FSVA 2009, based on the values
of each of nine individual indicators related to chronic food insecurity. Overall improvement has been seen in all
nine indicators. The levels of improvement are higher in the districts of Priorities 1-3 than those in Priorities 4-6.
»
-AN>=EG=J U=JC O=JC=P OECJEłG=J PAN@=L=P L=@= EJ@EG=PKN =GOAO PAND=@=L B=OEHEP=O GAOAD=P=J =JCG= D=N=L=J
hidup dan angka underweight L=@= >=HEP= -AJ?=L=E=J =C=G NAJ@=D PAN@=L=P @=H=I D=H N=OEK GKJOQIOE JKNI=PEB
PAND=@=L GAPANOA@E==J OANA=HE= =GOAO GAJ@=N==J NK@= AIL=P @=J LANAILQ=J >QP= DQNQB
»
More positive changes are observed in the access to health facilities, life expectancy at birth, and underweight
=IKJCQJ@ANłRA?DEH@NAJ1DA=?DEARAIAJPEOHKSANEJPDAN=PEKKBJKNI=PERA?KJOQILPEKJPK?ANA=H=R=EH=>EHEPU
accessibility by four-wheeled vehicles and female illiteracy.
»
Perubahan peringkat (rangking) 265 kabupaten dari FIA 2005 dibandingkan dengan kabupaten di FSVA
>AN@=O=NG=J EJ@AGO (AP=D=J=J -=JC=J (KILKOEP -AN>=EG=J U=JC OECJEłG=J PANHED=P L=@= @=NE
265 Kabupaten (87%) yang mengalami perbaikan peringkat. Proporsi kabupaten yang mengalami perbaikan
peringkat hampir sama antara Prioritas 1-3 (86%) dan Prioritas 4-6 (88%).
»
Changes in the rankings of 265 districts from the FIA 2005 are compared to those in the FSVA 2009 based on
their Composite Food Security Index. A remarkable improvement is observed with 231 out of 265 districts (87%)
having recorded improved rankings. The proportion of improved districts is similar between Priorities 1-3 (86%)
and Priorities 4-6 (88%).
»
Dari 100 kabupaten Prioritas 1-3 di FIA 2005, 44 kabupaten mengalami perbaikan dari kabupaten Prioritas
1-3 dan berpindah menjadi kabupaten Prioritas lebih rendah yaitu Prioritas 4-6 di FSVA 2009. 42 kabupaten
yang lain peringkatnya mengalami perbaikan namun masih masuk kabupaten Prioritas 1-3. 12 kabupaten
»
Among 100 districts of Priorities 1-3 in the FIA 2005, 44 successfully graduated from Priorities 1-3 and moved
down to the lower Priorities 4-6 in the FSVA 2009. Another 42 districts have improved ranks but were still ranked
in Priorities 1-3. At the same time, 12 districts have downgraded ranks. Deterioration in these 12 districts was
lainnya masuk menjadi kabupaten Prioritas yang lebih tinggi. Berpindahnya 12 kabupaten tersebut terutama
disebabkan oleh rendahnya akses jalan terhadap kendaraan roda empat, atau meningkatnya angka kemiskinan,
=P=Q IAJEJCG=PJU= N=OEK GKJOQIOE JKNI=PEB LAN G=LEP= PAND=@=L GAPANOA@E==J OANA=HE= LANAILQ=J >QP=
DQNQB =P=Q C=>QJC=J @=NE EJ@EG=PKN PANOA>QP
»
Dari 165 kabupaten di Prioritas 4-6 di FIA 2005, 145 kabupaten mengalami perbaikan peringkat, 19 kabupaten
menurun peringkatnya, dan 6 kabupaten berpindah ke Prioritas 1-3 di FSVA 2009. Penurunan peringkat dari
19 kabupaten ini terutama disebabkan oleh menurunnya akses kendaraan roda empat, meningkatnya rasio
mainly related to the lowered levels of accessibility for four-wheeled vehicles, or an increased poverty rate, or an
increased ratio of per capita normative consumption to cereal availability, female illiteracy, or a combination of
these.
»
Among 165 districts of Priorities 4-6 in the FIA 2005, 145 have improved ranks, whereas 19 have lower ranks, and
6 of them moved into Priorities 1-3 in the FSVA 2009. Deterioration in these 19 districts was mainly attributed to
lowered levels of accessibility for four-wheeled vehicles, an increased ratio of per capita normative consumption to
GKJOQIOE JKNI=PEB LAN G=LEP= PAND=@=L GAPANOA@E==J OANA=HE= IAJEJCG=PJU= =JCG= LANAILQ=J >QP= DQNQB
meningkatnya kemiskinan atau angka underweightt pada balita, atau gabungan dari indikator tersebut.
?ANA=H=R=EH=>EHEPUDECDANBAI=HAEHHEPAN=?UEJ?NA=OA@LKRANPUN=PAOKNQJ@ANSAECDP=IKJCQJ@ANłRA?DEH@NAJKN=
combination of these.
Dari 100 kabupaten Prioritas 1-3 di FSVA 2009, terdapat 62 kabupaten yang berasal dari FIA 2005 (56 di Prioritas
1-3, 6 kabupaten di Prioritas 4-6) dan 38 kabupaten baru/pemekaran (dari 82 kabupaten pemekaran sejak 5 tahun
PAN=GDEN
(QN=JCJU= P=P= GAHKH= U=JC ABAGPEB @=J PAN>=P=OJU= OQI>AN @=U= I=JQOE= @=J G=L=OEP=OJU= @E@QC= IANQL=G=J
B=GPKN U=JC IAJAJPQG=J PEJCCEJU= PEJCG=P GANAJP=J=J PAND=@=L GAN=S=J=J L=JC=J @E G=>QL=PAJG=>QL=PAJ D=OEH
Among 100 districts of Priorities 1-3 in the FSVA 2009, 62 districts are from the FIA 2005 (56 of Priories 1-3, 6 of Priorities
=J@=NAJASHUAOP=>HEODA@@EOPNE?POĠKQPKBJAS@EOPNE?PO?NA=PA@@QNEJCPDAL=OPłRAUA=NO
)=?GKBEJOPEPQPEKJ=H
and human resources and capacities, amongst other reasons, may also have contributed to levels of higher vulnerability to
food insecurity in the new districts.
pemekaran.
xx
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Peta Kerentanan Terhadap Kerawanan Pangan Indonesia
Vulnerability to Food Insecurity Map of Indonesia
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
xxi
CHAPTER 1
INTRODUCTION
1.1 LATAR BELAKANG DAN DASAR PEMIKIRAN PETA
KETAHANAN DAN KERENTANAN PANGAN INDONESIA
1.1 BACKGROUND AND RATIONALE OF FOOD SECURITY
AND VULNERABILITY ATLAS OF INDONESIA
&J@KJAOE= U=JC IAIEHEGE LAJ@Q@QG FQP= @AJC=J >AN=JAG= N=C=I >Q@=U= OKOEKAGKJKIE @=J HAP=G CAKCN=łO
IAJ@Q@QGELANEJCG=P@=NEJAC=N=QJPQG&J@AGO-AI>=JCQJ=J*=JQOE=Ġ%QI=J!ARAHKLIAJP&J@AT tahun
*AOGELQJ&J@KJAOE=IAJC=H=IELAIQHED=JU=JC?QGQL>AN=NPEOAF=GGNEOEOAGKJKIEP=DQJJ=IQJI=O=H=D
kemiskinan, kerawanan pangan dan gizi masih cukup besar dan beragam antar provinsi dan kabupaten. Indonesia
P
*EHHAJJEQI!A?H=N=PEKJ (2000),
sebagai salah satu negara yang ikut menandatangani 4KNH@#KK@0QIIEPĠ
@=J
&J@KJAOE= DKIA PK = LKLQH=PEKJ KB JA=NHU IEHHEKJ LAKLHA SEPD @ERANOA CAKCN=LDE?=H ?HEI=PE? OK?EKA?KJKIE? =J@
?QHPQN=H?KJ@EPEKJON=JGOPDKQPKB?KQJPNEAOEJPDA%QI=J!ARAHKLIAJP&J@ATEJ!AOLEPANAI=NG=>HA
NA?KRANUOEJ?APDAA?KJKIE??NEOEOLKRANPUBKK@EJOA?QNEPU=J@I=HJQPNEPEKJOPEHHATEOPSEPDH=NCA@EOL=NEPEAO>APSAAJ
LNKREJ?AO=J@@EOPNE?PO&J@KJAOE==O=OECJ=PKNUPKPDA4KNH@#KK@0QIIEPĠ
=J@PDA*EHHAJJEQI!A?H=N=PEKJĠ
D=O?KJPEJQKQOHUNAEJBKN?A@EPOABBKNPOPK=?DEARA$K=HKBPDA*EHHAJJEQI!ARAHKLIAJP$K=HOĠ*!$O
>UD=HREJCPDA
PANQOIAJANQOIAILANGQ=PQL=U=JU=QJPQGIAJ?=L=EPQFQ=JGA@=NE *EHHAJJEQI!ARAHKLIAJP$K=HO (MDG), yaitu
IAJQNQJG=JLNKLKNOELAJ@Q@QGU=JCPEJCG=PLAJ@=L=P=JJU=@E>=S=D20LAND=NE@=JLNKLKNOELAJ@Q@QGU=JC
IAJ@ANEP=GAH=L=N=JIAJF=@EOAPAJC=DJU=L=@=P=DQJ
JQI>ANKBLAKLHAHEREJC>AHKS20-QN?D=OEJC-KSAN-=NEPUĠ---
=J@LAKLHAOQBBANEJCBNKIDQJCAN>UPDAUA=N
0A>AHQI P=DQJ PE@=G =@= O=N=J= QJPQG IAJC=J=HEO= @=J IAJCGH=OEłG=OE GAP=D=J=J @=J GANAJP=J=J L=JC=J
di Indonesia. Karena data yang tersedia hanya ada pada tingkat nasional, maka variasi data antar daerah tidak
terlihat dengan jelas. Hal ini menyebabkan sulitnya menentukan daerah dan alokasi sumber daya untuk menanggulangi
kerawanan pangan di daerah yang rentan. Pada tahun 2002, Dewan Ketahanan Pangan (DKP) dan Badan Ketahanan
Pangan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Jawa Timur memulai pembuatan percontohan Peta Kerawanan
-NEKN PK PDANA S=O JK PKKH PK =J=HUVA =J@ ?H=OOEBU BKK@ OA?QNEPU =J@ RQHJAN=>EHEPU EJ PDA ?KQJPNU +=PEKJ=H HARAH
=CCNAC=PA@@=P=DE@OQ>J=PEKJ=HR=NE=PEKJO)=?GKB@EOPNE?PHARAH@EO=CCNAC=PA@@=P=@E@JKP=HHKSBKN@AłJEJCDKPOLKPO=J@
BK?QOEJCNAOKQN?AOPKP=?GHABKK@EJOA?QNEPUEJIKNARQHJAN=>HA=NA=O&JPDA+=PEKJ=H#KK@0A?QNEPU KQJ?EHKBPDA
$KRANJIAJPKB&J@KJAOE==J@PDALNKREJ?E=H#KK@0A?QNEPU,Bł?AKB+QO=1AJCC=N==N=PĠ+1
=J@'=S=1EIQNLNKREJ?AO
initiated a pilot Provincial Food Insecurity Atlas.
Pangan tingkat provinsi.
Pada tahun 2003-2005, DKP, Badan Ketahanan Pangan provinsi dan kabupaten bekerja sama dengan World Food
!QNEJCPDA+=PEKJ=H#KK@0A?QNEPU KQJ?EHLNKREJ?E=H=J@@EOPNE?P#KK@0A?QNEPU,Bł?AOEJ?KHH=>KN=PEKJSEPD
Programme (WFP) menyusun Peta Kerawanan Pangan Indonesia (Food Insecurity Atlas-FIA) yang diluncurkan pada
bulan Agustus 2005. FIA 2005 tersebut menggambarkan pemeringkatan situasi ketahanan pangan pada 265 kabupaten
di 30 provinsi.
PDA2JEPA@+=PEKJO4KNH@#KK@-NKCN=IIAĠ4#-
I=@AOQ>OP=JPE=HABBKNPOPKLNK@Q?A=J=PEKJ=H#KK@&JOA?QNEPUPH=O
Ġ#&
SDE?DS=OKBł?E=HHUH=QJ?DA@EJQCQOP1DA#&N=JGA@PDAKRAN=HHBKK@OA?QNEPUOEPQ=PEKJ=PPDA@EOPNE?P
HARAHKBNQN=H@EOPNE?POEJLNKREJ?AO
Atlas ini terbukti menjadi sarana yang penting dalam penentuan target intervensi yang berhubungan dengan masalah
GAP=D=J=JL=JC=J@=JCEVEOA?=N=CAKCN=łOL=@=G=>QL=PAJU=JCNAJP=JAN@=O=NG=J#&-AIANEJP=D&J@KJAOE=
PAH=DIAJC=HKG=OEG=J=JCC=N=JHA>ED@=NE/L*EHU=N=P=Q20FQP=>=CEG=>QL=PAJU=JCL=HEJCN=S=J
pangan dan segera melakukan intervensi pada tahun 2006.
1DAPH=OD=OLNKRAJPK>A=JEILKNP=JPPKKHBKNNAłJEJCPDACAKCN=LDE?=HP=NCAPEJCKBPDAIKOPRQHJAN=>HA@EOPNE?POBKNBKK@
Menindaklanjuti penyusunan FIA tersebut dilakukan pelatihan mengenai metodologi FIA ke seluruh provinsi di
Indonesia. Sedikitnya sepuluh dari provinsi tersebut (NTB, NTT, Banten, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan,
Papua, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Sulawesi Tenggara) telah berhasil membuat FIA tingkat provinsi.
#KHHKSEJCPDALQ>HE?=PEKJKBPDAłNOPJ=PEKJ=H#KK@&JOA?QNEPUPH=OLNKREJ?E=HKBł?E=HOSANAPN=EJA@KJ#&IAPDK@KHKCU
1AJĠ
LNKREJ?AOD=RAOQ??AOOBQHHU@ARAHKLA@PDAENKSJLNKREJ?E=H#&Oġ+1+11=JPAJ'=S=1EIQN'=S=1AJC=D
(=HEI=JP=J0AH=P=J-=LQ=0QI=PAN==N=P0QI=PAN=0AH=P=J0QH=SAOE1AJCC=N=
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
OA?QNEPU=J@JQPNEPEKJNAH=PA@EJPANRAJPEKJO=OA@KJPDA#&PDA$KRANJIAJP=HHK?=PA@IKNAPD=J/LIEHHE=N@
Ġ20IEHHEKJ
PKDECDANRQHJAN=>HA@EOPNE?PO=J@EJEPE=PA@EIIA@E=PAEJPANRAJPEKJOEJ
1
BAB/Chapter 1
BAB 1
PENDAHULUAN
Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan intervensi multi sektoral secara terintegrasi dan
PANGKKN@EJ=OE0A>AHQIP=DQJLNKCN=ILAJQNQJ=J=JCG=GAIEOGEJ=J?AJ@ANQJCļPKL@KSJ” yang dilakukan oleh
hanya salah satu sektor atau instansi, dan hanya berfokus pada penyebab langsung bukan pada akar permasalahan
1DA ?KILHATEPU KB LKRANPU NAMQENAO IQHPEOA?PKN=H SAHH EJPACN=PA@ =J@ ?KKN@EJ=PA@ EJPANRAJPEKJO -NEKN PK LKRANPU
NA@Q?PEKJIA=OQNAO=LLA=NA@PK>AEILHAIAJPA@RANPE?=HHUļPKL@KSJ‡>U=OEJCHAOA?PKNKNEJOPEPQPEKJI=EJHUBK?QOA@KJ
EIIA@E=PA?=QOAON=PDANPD=JNKKPKJAO=J@PDANABKNAQJHEGAHUPK>AOQOP=EJA@
kemiskinan itu sendiri sehingga program tersebut tidak berkelanjutan.
0AF=GP=DQJLAIANEJP=DIAHQJ?QNG=J-NKCN=I+=OEKJ=H-AI>AN@=U==J*=OU=N=G=PĠ-+-*
*=J@ENEQJPQG
meningkatkan efektivitas penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja. Melalui PNPM Mandiri
dirumuskan kembali mekanisme upaya penanggulangan kemiskinan yang melibatkan unsur masyarakat, mulai dari
tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi. PNPM Mandiri diperkuat dengan berbagai program
pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh berbagai departemen/sektor dan pemerintah daerah, di antaranya
adalah:
Š Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (Departemen Pertanian - PUAP);
Š Pengembangan Desa Siaga (Departemen Kesehatan);
Š Pengembangan Desa Mandiri Energi (Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral – DME);
Š Program Aksi Desa Mandiri Pangan (Departemen Pertanian – DEMAPAN);
Š Pemberdayaan Masyarakat di Daerah Lahan Kering (Departemen Pertanian - PIDRA);
Š Pengembangan Kredit Usaha Rakyat (Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah - KUR)
dan lain-lain.
&JPDA+=PEKJ=H-KRANPU/A@Q?PEKJ-NKCN=IIAPDNKQCD KIIQJEPU"ILKSANIAJPĠ-+-**=J@ENE
S=OH=QJ?DA@
PKEJ?NA=OAPDAABBA?PERAJAOOKBPDALKRANPU=HHARE=PEKJLNKCN=IIA=J@?NA=PAFK>KLLKNPQJEPEAO1DNKQCD-+-**=J@ENE
=IA?D=JEOIKBLKRANPU=HHARE=PEKJEJRKHREJC?KIIQJEPEAOEJPDALH=JJEJCEILHAIAJP=PEKJIKJEPKNEJC=J@AR=HQ=PEKJOP=CAO
D=O>AAJNABKNIQH=PA@-+-**=J@ENED=O>AAJOPNAJCPDAJA@=HKJCSEPDKPDAN?KIIQJEPUAILKSANIAJPLNKCN=IIAO
SDE?D=NAEILHAIAJPA@>UR=NEKQO@AL=NPIAJPOOA?PKNO=J@HK?=HCKRANJIAJPEJ?HQ@EJCġ
Š
Š
Š
Š
Š
Š
/QN=HCNE>QOEJAOO"ILKSANIAJPĠ*EJEOPNUKBCNE?QHPQNA-2-
Ģ
0AHBHANP3EHH=CAĠ*EJEOPNUKB%A=HPD!AO=0E=C=
Ģ
"JANCU0AHB0QBł?EAJ?U3EHH=CAĠ*EJEOPNUKB"JANCU=J@*EJAN=H/AOKQN?AO!AO=*=J@ENE"JANCE
Ģ
#KK@0AHB0QBł?EAJ?U3EHH=CAĠ*EJEOPNUKBCNE?QHPQNA!AO=*=J@ENE-=JC=J
Ģ
-=NPE?EL=PKNU&JPACN=PA@!ARAHKLIAJPEJ/=EJBA@NA=OĠ*EJEOPNUKBCNE?QHPQNA-&!/
Ģ
NA@EPBKN0I=HH*A@EQI"JPANLNEOAĠ*EJEOPNUKB KKLAN=PERAO=J@0I=HH"JPANLNEOA(2/
=J@KPDANO
Menurunkan tingkat kemiskinan, kerawanan pangan dan kesenjangan antar wilayah tetap merupakan tantangan yang
besar bagi pihak perencana dan pengambil kebijakan. Luasnya wilayah, keanekaragaman budaya dan terkonsentrasinya
penduduk miskin di daerah tertentu merupakan hambatan untuk menentukan tingkat kerawanan pangan mereka.
Selain itu, pembentukan sejumlah kabupaten baru dalam 3 tahun terakhir menyebabkan perlunya analisis dan
pemetaan ketahanan pangan yang lebih mutakhir. Oleh karena itu, FIA yang pertama perlu dimuktahirkan untuk
/A@Q?EJCLKRANPUBKK@EJOA?QNEPU=J@NACEKJ=H@EOL=NEPEAONAI=EJO=I=FKN?D=HHAJCABKNLH=JJANO=J@@A?EOEKJI=GANO
&J@KJAOE=EO=R=OP?KQJPNUOL=PE=HDAPANKCAJAEPU=J@?QHPQN=H@ERANOEPU-KKNLAKLHA>AEJC?KJ?AJPN=PA@EJOLA?Eł?=NA=O
?KJPEJQA PK >A OECJEł?=JP ?KJOPN=EJPO BKN @APANIEJEJC PDAEN RQHJAN=>EHEPU PK BKK@ EJOA?QNEPU O L=NP KB = @A?AJPN=HEV=PEKJ
LKHE?U=JQI>ANKBJAS@EOPNE?POD=RA>AAJAOP=>HEODA@@QNEJCPDAH=OPPDNAAUA=NO1DABKK@OA?QNEPUOP=PQOKBPDAOAJAS
@EOPNE?POJAA@A@PK>A=J=HUVA@=J@I=LLA@1DQOPDANAS=O=?NQ?E=HJAA@PKQL@=PAPDAłNOPJ=PEKJ=H#&PKNAŃA?PJAS
menggambarkan perkembangan situasi ketahanan pangan terkini.
@ARAHKLIAJPOEJPDAKRAN=HHBKK@OA?QNEPUOEPQ=PEKJ
Peluncuran FIA 2005 ternyata masih menyebabkan kesalahpahaman mengenai pengertian pemeringkatan kabupaten.
y di indikasikan secara langsung bahwa kabupaten-kabupaten peringkat bawah
Kata kerawanan pangan (food insecurity)
adalah kabupaten yang memiliki penduduk rawan pangan. Oleh karena itu, peta nasional kedua ini diberi judul
baru yaitu “Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia-Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA)” untuk
menghindari kesalahpahaman pengertian tersebut. Perubahan nama Peta Kerawanan Pangan (FIA) menjadi Peta
1DAPANIļBKK@EJOA?QNEPU‡EJPDAłNOP#&IECDPD=RA?NA=PA@=IEOQJ@ANOP=J@EJCKJPDA@AłJEPEKJKBPDA@EOPNE?P
N=JGEJC&POAAIOPK>AEJPANLNAPA@@ENA?PHUPD=PEJ=@EOPNE?PEJPDAHKSAOPN=JG=HHPDALAKLHASANABKK@EJOA?QNA1DAOA?KJ@
J=PEKJ=HPH=OSEPD=JASPEPHAļ#KK@0A?QNEPU=J@3QHJAN=>EHEPUKB&J@KJAOE=Ġ#03
‡=EIOPK=RKE@OQ?D=IEOQJ@ANOP=J@EJC
1DA#03ATPAJ@OPDAQJ@ANOP=J@EJCKBPDABKK@OA?QNEPU?KJ?ALP>=OA@KJEPOPDNAA@EIAJOEKJOĠBKK@=R=EH=>EHEPU=??AOO
Ketahanan dan Kerentanan Pangan (FSVA) dilakukan dengan pertimbangan untuk memperjelas pengertian mengenai
konsep ketahanan pangan berdasarkan tiga dimensi ketahanan pangan (ketersediaan, akses dan pemanfaatan pangan)
dalam semua kondisi bukan hanya pada situasi kerawanan pangan saja. Pertimbangan yang kedua, FSVA juga bermaksud
untuk mengetahui berbagai penyebab kerawanan pangan secara lebih baik atau dengan kata lain kerentanan terhadap
kerawanan pangan, bukan hanya kerawanan pangan itu sendiri. Pembuatan FSVA ini mencakup 346 kabupaten di
32 provinsi dimana kegiatan ini sudah terintegrasi dalam rencana tahunan dan alokasi anggaran tahunan pemerintah.
Seperti halnya FIA pertama, FSVA menyediakan sarana bagi para pengambil kebijakan untuk secara cepat dalam
IAJCE@AJPEłG=OE@=AN=DU=JCHA>EDNAJP=J@EI=J=EJRAOP=OE@=NE>AN>=C=EOAGPKNOALANPELAH=U=J=JF=O=LAI>=JCQJ=J
manusia dan infrastuktur yang berkaitan dengan ketahanan pangan dapat memberikan dampak yang lebih baik
terhadap penghidupan, ketahanan pangan dan gizi masyarakat.
2
PKBKK@=J@QPEHEV=PEKJKBPDABKK@
PK=JU?EN?QIOP=J?AN=PDANPD=JKJHUEJ=BKK@EJOA?QNAOEPQ=PEKJ0A?KJ@HUPDA#03EO
=HOKIA=JPPK>APPAN=@@NAOOR=NEKQO@APANIEJ=JPOKBBKK@EJOA?QNEPUKNEJKPDANSKN@OPDARQHJAN=>EHEPUPKBKK@EJOA?QNEPU
N=PDANPD=JKJHUBKK@EJOA?QNEPUEPOAHB1DA#03?KRANONQN=H@EOPNE?POKBLNKREJ?AOEJPDA?KQJPNU=J@EPOLNK@Q?PEKJ
D=O>AAJBQHHUEJPACN=PA@EJPK=JJQ=HCKRANJIAJPSKNGLH=JO=J@>Q@CAP=NU=HHK?=PEKJO
)EGAPDAłNOP#&PDA#03LNKRE@AOEJBKNI=PEKJPKKHOBKN@A?EOEKJI=GANOPKMQE?GHUE@AJPEBUPDAIKNARQHJAN=>HA=NA=OSDANA
EJRAOPIAJPOEJ@EBBANAJPOANRE?AODQI=J@ARAHKLIAJP=J@EJBN=OPNQ?PQNANAH=PA@PKBKK@OA?QNEPUSEHHD=RAIKNAEIL=?PKJ
livelihoods, food and nutritional security of the people.
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
1DA#03EOPDALNK@Q?PKB=J=?PERAL=NPE?EL=PEKJKB=HHLNKREJ?E=H#KK@0A?QNEPU,Bł?AOQJ@ANPDAHA=@ANODELKBPDA+=PEKJ=H
#KK@0A?QNEPUCAJ?U=J@SEPD4#-OQLLKNP
1.2 KERANGKA KONSEP KETAHANAN PANGAN DAN GIZI
1.2 FOOD
F
AND
D NUTRITION
N SECURITY
T CONCEPTUAL
L FRAMEWORK
Pada 4KNH@ #KK@ 0QIIEP
P Ġ
ketahanan pangan @E@AłJEOEG=J OA>=C=Eġ ‡(AP=D=J=J L=JC=J PANF=@E =L=>EH=
OAIQ= KN=JC OA?=N= PANQO IAJANQO >=EG OA?=N= łOEG OKOE=H @=J AGKJKIE IAILQJU=E =GOAO QJPQG L=JC=J U=JC
memadai/cukup, bergizi dan aman, yang memenuhi kebutuhan pangan mereka dan pilihan makanan untuk hidup
secara aktif dan sehat”.
PPDA4KNH@#KK@0QIIEPĠ
food securityS=O@AłJA@=Oġ‡#KK@OA?QNEPUATEOPOSDAJ=HHLAKLHA=P=HHPEIAOD=RA
y
LDUOE?=HOK?E=H=J@A?KJKIE?=??AOOPKOQBł?EAJPO=BA=J@JQPNEPEKQOBKK@PKIAAPPDAEN@EAP=NUJAA@O=J@BKK@LNABANAJ?AO
for an active and healthy life”.
Pada FSVA 2009, analisis dan pemetaan dilakukan berdasarkan pada pemahaman mengenai ketahanan dan
kerentanan pangan dan gizi seperti yang tercantum dalam Kerangka Konsep Ketahanan Pangan dan Gizi
Ġ$=I>=N
&J PDA #03 PDA =J=HUOEO =J@ I=LLEJC EO >=OA@ KJ =J QJ@ANOP=J@EJC KB food and nutrition security and
vulnerability DECDHECDPA@EJPDA#KK@=J@+QPNEPEKJ0A?QNEPU KJ?ALPQ=H#N=IASKNGĠ#ECQNA
$=I>=N(AN=JCG=(KJOAL(AP=D=J=J-=JC=J@=J$EVE
#ECQNA#KK@=J@+QPNEPEKJ0A?QNEPU KJ?ALPQ=H#N=IASKNG
Sumber: WFP, Januari 2009
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Source: WFP, January 2009
3
BAB/Chapter 1
FSVA merupakan hasil dari peran aktif Badan Ketahanan Pangan provinsi dibawah koordinasi dari Badan Ketahanan
Pangan Pusat dengan dukungan dari WFP.
a. Ketahanan Pangan
a. Food Security
!E &J@KJAOE= 2J@=JCQJ@=JC +K P=DQJ PAJP=JC -=JC=J IAJC=NPEG=J (AP=D=J=J -=JC=J OA>=C=E GKJ@EOE
terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun
mutunya, aman, merata dan terjangkau.
&J&J@KJAOE=#KK@)=S+K@AłJA@#KK@0A?QNEPU=O=?KJ@EPEKJSDAJ=HHLAKLHAEJPDADKQOADKH@OD=RAOQBł?EAJP
BKK@=P=HHPEIAONALNAOAJPA@=OOQBł?EAJPMQ=JPEPU=J@MQ=HEPUKBBKK@EJO=BA=J@=?DEAR=>HA?KJ@EPEKJO
Sebagaimana FIA 2005, FSVA dibuat berdasarkan tiga pilarr ketahanan pangan: (i) ketersediaan pangan; (ii)
akses terhadap pangan; dan (iii) pemanfaatan pangan.
)EGAPDAłNOP#&PDA#03EO>=OA@KJ three pillarsKBBKK@OA?QNEPUġĠE
food availability;
y (ii) food access; and (iii)
food utilization.
Ketersediaan pangan adalah PANOA@E=JU= L=JC=J OA?=N= łOEG
G di daerah, yang diperoleh baik dari hasil
produksi domestik, impor/perdagangan maupun bantuan pangan. Ketersediaan pangan ditentukan dari produksi
domestik, masuknya pangan melalui mekanisme pasar, stok pangan yang dimiliki pedagang dan pemerintah, serta
bantuan pangan baik dari pemerintah maupun dari badan bantuan pangan. Ketersediaan pangan dapat dihitung pada
tingkat nasional, provinsi, kabupaten atau tingkat masyarakat.
Food availabilityy is the physical presence of foodEJPDA=NA=KB?KJ?ANJPDNKQCD=HHBKNIOKB@KIAOPE?LNK@Q?PEKJ
d
?KIIAN?E=HEILKNPO=J@BKK@=E@#KK@=R=EH=>EHEPUEO@APANIEJA@>UBKK@LNK@Q?PEKJEJPDA=NA=PN=@A@BKK@>NKQCDPEJPK
PDA=NA=PDNKQCDI=NGAPIA?D=JEOIOOPK?GDAH@>UPN=@ANO=J@EJCKRANJIAJPNAOANRAO=J@PN=JOBANO>UPDACKRANJIAJP
=J@KNBKK@=E@=CAJ?EAO#KK@=R=EH=>EHEPUIECDP>A=CCNAC=PA@=PPDAJ=PEKJ=HNACEKJ=H@EOPNE?PKN?KIIQJEPUHARAH
Akses Pangan adalah kemampuan rumah tangga untuk memperoleh cukup pangan, baik yang berasal
dari produksi sendiri, pembelian, barter, hadiah, pinjaman dan bantuan pangan maupun kombinasi diantara kelimanya.
Ketersediaan pangan di suatu daerah mungkin mencukupi, akan tetapi tidak semua rumah tangga memiliki akses yang
memadai baik secara kuantitas maupun keragaman pangan melalui mekanisme tersebut di atas.
Food access is a household’s ability to acquire=@AMQ=PA=IKQJPOKBBKK@PDNKQCDKJAKN=?KI>EJ=PEKJKBKSJ
DKIALNK@Q?PEKJ=J@OPK?GOLQN?D=OAO>=NPANCEBPO>KNNKSEJC=J@BKK@=E@#KK@I=U>A=R=EH=>HAEJPDA=NA=>QPJKP
=??AOOE>HAPK?ANP=EJDKQOADKH@OEBPDAU?=JJKP=?MQENA=OQBł?EAJPMQ=JPEPUKN@ERANOEPUKBBKK@PDNKQCDPDAOAIA?D=JEOIO
Pemanfaatan pangan merujuk pada penggunaan pangan oleh rumah tangga, dan kemampuan individu
Food utilization refers to households’ use of the food to which they have access, and individuals’ abilityy to absorb
QJPQGIAJUAN=L@=JIAIAP=>KHEOIAV=PCEVEĠGKJRANOEV=PCEVEOA?=N=AłOEAJKHADPQ>QD
-AI=JB==P=JL=JC=JFQC=
meliputi cara penyimpanan, pengolahan dan penyiapan makanan termasuk penggunaan air dan bahan bakar selama
proses pengolahannya serta kondisi higiene, budaya atau kebiasaan pemberian makan terutama untuk individu yang
memerlukan jenis makanan khusus, distribusi makanan dalam rumah tangga sesuai kebutuhan masing-masing individu
(pertumbuhan, kehamilan, menyusui dll), dan status kesehatan masing-masing anggota rumah tangga.
=J@IAP=>KHEVAPDAJQPNEAJPO„PDA?KJRANOEKJABł?EAJ?UKBPDA>K@U#KK@QPEHEV=PEKJEJ?HQ@AOPDAS=UEJSDE?DBKK@EOOPKNA@
processed and prepared, including water and cooking fuel used, and hygiene conditions, feeding practices (particularly for
individuals with special food needs), the sharing of food within the household according to the needs (growth, pregnancy,
H=?P=PEKJAP?
=J@PDADA=HPDOP=PQOKBA=?DDKQOADKH@IAI>AN
Produksi dan ketersediaan pangan yang cukup di tingkat nasional dan provinsi tidak secara otomatis menjamin
0QBł?EAJP J=PEKJ=HHARAH =J@ NACEKJ=H BKK@ LNK@Q?PEKJ =J@ =R=EH=>EHEPU @K JKP CQ=N=JPAA BKK@ OA?QNEPU =P DKQOADKH@ =J@
ketahanan pangan pada tingkat rumah tangga dan individu. Pangan mungkin tersedia dan dapat diakses namun sebagian
anggota rumah tangga mungkin tidak mendapat manfaat secara maksimal apabila kelompok ini tidak memperoleh
distribusi pangan yang cukup, baik dari segi jumlah maupun keragaman atau apabila kondisi tubuh mereka tidak
memungkinkan penyerapan makanan karena penyiapan makanan yang tidak tepat atau karena sedang sakit.
EJ@ERE@Q=HHARAHO#KK@I=U>A=R=EH=>HA=J@=??AOOE>HA>QP?ANP=EJDKQOADKH@IAI>ANOI=UJKP>AJAłPBQHHUEBPDAU@KJKP
NA?AERA=J=@AMQ=PAOD=NAKBPDABKK@EJPANIOKBMQ=JPEPU=J@@ERANOEPUKNEBPDAEN>K@EAO=NAQJ=>HAPK=>OKN>BKK@>A?=QOA
of poor food preparation or sickness.
Kerangka konsep ketahanan pangan mempertimbangkan ketersediaan pangan, akses terhadap pangan dan
1DABKK@OA?QNEPU?KJ?ALPQ=HBN=IASKNG?KJOE@ANOBKK@=R=EH=>EHEPUBKK@=??AOO=J@BKK@QPEHEV=PEKJ=O?KNA@APANIEJ=JPO
pemanfaatan pangan sebagai aspek-aspek utama penopang ketahanan pangan serta menghubungkan aspek-aspek
tersebut dengan kepemilikan aset rumah tangga, strategi penghidupan, dan lingkungan politik, sosial, kelembagaan dan
ekonomi. Dengan kata lain, status ketahanan pangan suatu rumah tangga, atau individu ditentukan oleh interaksi dari
faktor lingkungan pertanian (=CNKAJRENKJIAJP=H), sosial ekonomi dan biologi dan bahkan faktor politik.
KBBKK@OA?QNEPU=J@HEJGOPDAOAPKDKQOADKH@O†=OOAPAJ@KSIAJPOHERAHEDKK@OPN=PACEAO=J@PDALKHEPE?=HOK?E=HEJOPEPQPEKJ=H
=J@A?KJKIE?AJRENKJIAJP&JKPDANSKN@OPDABKK@OA?QNEPUOP=PQOKB=JUDKQOADKH@KNEJ@ERE@Q=HEOPULE?=HHU@APANIEJA@>U
PDAEJPAN=?PEKJKB=>NK=@N=JCAKB=CNKAJRENKJIAJP=HOK?EKA?KJKIE?=J@>EKHKCE?=HB=?PKNO=J@PKOKIAATPAJPLKHEPE?=H
factors.
Kerawanan pangan dapat bersifat kronis atau sementara/transien. Kerawanan pangan kronis adalah
Food insecurity can be chronic or transitory. Chronic food insecurityEO=HKJCPANIKNLANOEOPAJPEJ=>EHEPUPKIAAPIEJEIQI
y
ketidakmampuan jangka panjang atau yang terus menerus untuk memenuhi kebutuhan pangan minimum. Keadaan ini
BKK@NAMQENAIAJPO=J@EOQOQ=HHU=OOK?E=PA@SEPDOPNQ?PQN=HQJ@ANHUEJC?KJPATPQ=HB=?PKNOPD=P@KJKP?D=JCAMQE?GHUOQ?D=O
4
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
HK?=H?HEI=PAOKEHPULAHK?=HCKRANJ=J?AOUOPAILQ>HE?EJBN=OPNQ?PQNAH=J@PAJQNAEJPANAPDJE?NAH=PEKJOA@Q?=PEKJHARAHAP?
Transitory food insecurityEO=ODKNPPANIKNPAILKN=NUEJ=>EHEPUPKIAAPIEJEIQIBKK@NAMQENAIAJPOSDE?DEOIKOPHU
y
=OOK?E=PA@SEPD@UJ=IE?B=?PKNOPD=P?=J?D=JCAMQE?GHUOQ?D=OEJBA?PEKQO@EOA=OAOJ=PQN=H@EO=OPANO@EOLH=?AIAJP?D=JCA
kebutuhan pangan minimum. Keadaan ini biasanya terkait dengan faktor dinamis yang berubah dengan cepat seperti
penyakit infeksi, bencana alam, pengungsian, berubahnya fungsi pasar, tingkat besarnya hutang, perpindahan penduduk
(migrasi) dll. Kerawanan pangan sementara yang terjadi secara terus menerus dapat menyebabkan menurunnya
kualitas penghidupan rumah tangga, menurunnya daya tahan, dan bahkan bisa berubah menjadi kerawanan pangan
kronis.
KBI=NGAPBQJ?PEKJEJCHARAHKBEJ@A>PA@JAOOIECN=PEKJAP?/ALA=PA@PN=JOEPKNUBKK@EJOA?QNEPU?=JHA=@PKPDA@ALHAPEKJKB
=DKQOADKH@†OHERAHEDKK@O@ACN=@A@NAOEHEAJ?A=J@?DNKJE?BKK@EJOA?QNEPU
b. Ketahanan Gizi
b. Nutrition Security
Ketahanan gizi @E @AłJEOEG=J OA>=C=E ļ=GOAO łOEG AGKJKIE HEJCGQJC=J @=J OKOE=H PAND=@=L =OQL=J I=G=J=J
seimbang, air layak minum, kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan dasar dan pendidikan dasar”. Ini berarti bahwa
Nutrition securityEO@AłJA@=OļLDUOE?=HA?KJKIE?AJRENKJIAJP=H=J@OK?E=H=??AOOPK>=H=J?A@@EAPO=BA@NEJGEJC
y
S=PANAJRENKJIAJP=HDUCEAJALNEI=NUDA=HPD?=NA=J@LNEI=NUA@Q?=PEKJ‡1DEOEILHEAOPD=PPDANAEO=?KI>EJ=PEKJKBBKK@
ketahanan gizi membutuhkan kombinasi dari komponen makanan dan non-makanan.
=J@JKJBKK@?KILKJAJPOEJJQPNEPEKJOA?QNEPU
Ketahanan gizi yang ditunjukkan oleh status gizi merupakan tujuan akhir dari ketahanan pangan, kesehatan dan pola
+QPNEPEKJOA?QNEPUI=JEBAOPA@EJJQPNEPEKJ=HOP=PQOEOPDAQHPEI=PAKQP?KIAKBBKK@OA?QNEPUDA=HPD=J@?=NALN=?PE?AO=P
pengasuhan tingkat individu. Kerawanan pangan adalah salah satu dari 3 penyebab utama masalah gizi. Penyebab
utama lainnya adalah status kesehatan dan kondisi kesehatan lingkungan masyarakat, dan pola pengasuhan. Oleh
karena itu, di manapun terjadi kerawanan pangan, maka akan beresiko kekurangan gizi, termasuk kekurangan gizi
mikro. Namun demikian, ini tidak berarti bahwa kerawanan pangan adalah penyebab satu-satunya masalah gizi kurang,
tanpa mempertimbangkan faktor kesehatan dan pola asuh seperti kurangnya akses ke air layak minum, sanitasi, fasilitas
dan pelayanan kesehatan, rendahnya kualitas pola asuh dan pemberian makan anak serta tingkat pendidikan ibu.
PDA EJ@ERE@Q=H HARAH #KK@ EJOA?QNEPU EO KJA =IKJCOP PDNAA QJ@ANHUEJC ?=QOAO KB I=HJQPNEPEKJ 1DA KPDAN PSK ?=QOAO =NA
DA=HPDOP=PQO=J@LQ>HE?DA=HPDAJRENKJIAJP=J@?=NALN=?PE?AO1DANABKNASDANARANPDANAEOBKK@EJOA?QNEPUPDANAEO=
NEOGKBI=HJQPNEPEKJEJ?HQ@EJCIE?NKJQPNEAJP@Ał?EAJ?EAO&PODKQH@JKP>A=OOQIA@PD=PBKK@EJOA?QNEPUEOPDAOKHA?=QOAKB
I=HJQPNEPEKJSEPDKQP?KJOE@ANEJCLKOOE>HADA=HPD=J@?=NA?=QO=HB=?PKNOOQ?D=OH=?GKB=??AOOPK?HA=J@NEJGEJCS=PAN
O=JEP=PEKJDA=HPDB=?EHEPEAO=J@DA=HPD?=NAEJ=@AMQ=PA?DEH@?=NA=J@BAA@EJCLN=?PE?AOLKKNI=PANJ=HA@Q?=PEKJAP?
c. Kerentanan
c. Vulnerability
Kerentanan terhadap kerawanan pangan mengacu pada suatu kondisi yang membuat suatu masyarakat yang beresiko
rawan pangan menjadi rawan pangan. Tingkat kerentanan individu, rumah tangga atau kelompok masyarakat ditentukan
oleh tingkat keterpaparan mereka terhadap faktor-faktor resiko/goncangan dan kemampuan mereka untuk mengatasi
situasi tersebut baik dalam kondisi tertekan maupun tidak.
3QHJAN=>EHEPUPKBKK@EJOA?QNEPUNABANOPK=BQHHN=JCAKBB=?PKNOPD=PLH=?ALAKLHA=PNEOGKB>A?KIEJCBKK@EJOA?QNA1DA
@ACNAAKBRQHJAN=>EHEPUKBEJ@ERE@Q=HODKQOADKH@OKNCNKQLOKBLAKLHAEO@APANIEJA@>UPDAENATLKOQNAPKPDANEOGB=?PKNO=J@
their ability to cope with or withstand stressful situations.
1.3 INDIKATOR YANG
Y
DI GUNAKAN FSVA
1.3 INDICATORS USED FOR THE FSVA
Kerawanan pangan merupakan isu multi-dimensional yang memerlukan analisis dari berbagai parameter tidak
D=JU=LNK@QGOE@=JGAPANOA@E==JL=JC=JO=F=*AOGELQJPE@=G=@=?=N=OLAOEłGQJPQGIAJCQGQNGAP=D=J=JL=JC=J
kompleksitas ketahanan pangan dapat disederhanakan dengan menitikberatkan pada tiga dimensi yang berbeda
#KK@EJOA?QNEPUEO=IQHPE@EIAJOEKJ=HEOOQASDE?DJAA@O=J=J=HUOEOKBR=NEKQOL=N=IAPANON=PDANPD=JNAHUEJCKJBKK@
LNK@Q?PEKJ=J@=R=EH=>EHEPU=HKJA4DEHAPDANAEOJKOEJCHA@ENA?PIA=OQNAKBBKK@OA?QNEPUPDA?KILHATEPUKBBKK@OA?QNEPU
?=J>AOEILHEłA@>UBK?QOEJCKJPDNAA@EOPEJ?P>QPEJPANNAH=PA@@EIAJOEKJOġ=CCNAC=PA@BKK@=R=EH=>EHEPUDKQOADKH@BKK@
namun saling berkaitan yaitu ketersediaan pangan, akses pangan oleh rumah tangga dan pemanfaatan pangan oleh
individu.
=??AOO=J@EJ@ERE@Q=HBKK@QPEHEV=PEKJ
Indikator yang dipilih dalam FSVA ini berkaitan dengan tiga pilar ketahanan pangan tersebut berdasarkan konsepsi
Kerangka Konsep Ketahanan Pangan dan Gizi. Disamping itu, pemilihan indikator juga tergantung pada ketersediaan
@=P=L=@=PEJCG=PG=>QL=PAJ&J@EG=PKNU=JC@ECQJ=G=JQJPQG#03PANPAN=L=@=1=>AH
Indicators selected for the FSVA are related to three food security pillars, based on their interrelation as indicated in the Food
=J@+QPNEPEKJ0A?QNEPU KJ?ALPQ=H#N=IASKNG=J@@ALAJ@KJ@=P==R=EH=>EHEPU=PPDA@EOPNE?PHARAHKB&J@KJAOE=&J@E?=PKNO
used for the FSVA are presented in Table 1.1.
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
5
BAB/Chapter 1
biasanya terkait dengan faktor strukural, yang tidak dapat berubah dengan cepat, seperti iklim setempat, jenis tanah,
sistem pemerintah daerah, kepemilikan lahan, hubungan antar etnis, tingkat pendidikan, dll. Kerawanan Pangan
Sementara (Transitory food insecurity) adalah ketidakmampuan jangka pendek atau sementara untuk memenuhi
!=NEEJ@EG=PKNU=JC@ECQJ=G=JL=@=#&EJ@EG=PKNPAH=D@ELEHED@=J@ECQJ=G=J@=H=I#03OAPAH=DIAH=HQE
proses review oleh tim pengarah (0PAANEJC KIIEPPAA) dan tim pelaksana (1A?DJE?=H 4KNGEJC $NKQL) FSVA yang
telah dibentuk untuk pemuktahiran FSVA. Karena data mengenai angka kematian bayi (&JB=JP*KNP=HEPU/=PA - IMR)
,QPKBEJ@E?=PKNOQOA@EJPDA#&PDENPAAJĠ
D=RA>AAJOAHA?PA@PK>AQOA@BKNPDA#03PDNKQCD=NAREAS
LNK?AOO?=NNEA@KQP>UPDAIAI>ANOKBPDA0PAANEJC KIIEPPAA=J@1A?DJE?=H4KNGEJC$NKQLSDE?DS=OBKNIA@BKNPDA
QL@=PAKBPDA#03)=?GKB@=P=KJ&JB=JP*KNP=HEPU/=PAĠ&*/
HA@PKAT?HQ@EJCPDEOEJ@E?=PKNBNKIPDA#03PPDAO=IA
tidak tersedia, maka indikator tersebut dikeluarkan dari indikator FSVA. Sebaliknya, data kurang gizi kronis (pendek/
stunting
L=@=>=HEP=@=L=P@E=I>EH@=NE@=P=/&0("0!0G=JPAP=LE@=P=PANOA>QPPE@=G@EI=OQGG=JGA@=H=I
g
perhitungan indeks ketahanan pangan komposit, tetapi tetap dianalisis dan dijelaskan dalam laporan secara deskritif.
PEIA@=P=KJ?DNKJE?I=HJQPNEPEKJĠOPQJPEJC
=IKJCQJ@ANłRAUA=NOKH@?DEH@NAJEO@ANERA@BNKIPDANA?AJP=OE?%A=HPD
/AOA=N?D Ġ/&0("0!0 %KSARAN PDEO @=P= EO JKP QOA@ BKN ?=H?QHP=PEJC PDA ?KILKOEPA BKK@ OA?QNEPU EJ@AT &P EO
=J=HUVA@=J@@AO?NE>A@KJHUEJPDAJ=NN=PERANALKNP
FSVA dikembangkan dengan menggunakan 9 indikator kerawanan pangan kronis dan 4 indikator kerawanan pangan
sementara/transien. Peta komposit kerawanan pangan dihasilkan dari kombinasi semua indikator kerawanan pangan
1DA#03D=O>AAJ@ARAHKLA@>UQOEJCJEJAĠ
?DNKJE?BKK@EJOA?QNEPUEJ@E?=PKNO=J@BKQNĠ
PN=JOEPKNUBKK@EJOA?QNEPU
EJ@E?=PKNO1DA?KILKOEPABKK@EJOA?QNEPUI=LEOLNK@Q?A@>U?KI>EJEJC=HHJEJAĠ
?DNKJE?BKK@EJOA?QNEPUEJ@E?=PKNO=BPAN
=OOECJEJCSAECDPO@ANERA@BNKI=-NEJ?EL=H KILKJAJPOJ=HUOEO1DKQCD@=P=KJOPQJPEJCEO=R=EH=>HAEPS=O@A?E@A@PK
kronis dengan menggunakan pembobotan berdasarkan -NEJ?EL=H KILKJAJPJ=HUOEO. Meskipun data stuntingg tersedia,
namun untuk peta komposit ketahanan pangan telah disepakati hanya menggunakan data balita gizi kurang dan buruk
(underweight)
t saja sehingga FSVA masih dapat diperbandingkan dengan data FIA 2005.
Seperti pada FIA 2005, daerah perkotaan (urban) tidak diikutsertakan dalam FSVA karena ketahanan pangan
masyarakat perkotaan membutuhkan analisis secara terpisah dan akan dipertimbangkan pada FSVA selanjutnya. Peta
ini menunjukkan situasi ketahanan pangan di 346 kabupaten yang umumnya daerah pedesaan (rural) di 32 provinsi
QOAKJHUQJ@ANSAECDP@=P=BKN?KILEHEJCPDABKK@OA?QNEPUI=LSDE?DSKQH@=HHKSBKNLKOOE>HA?KIL=NEOKJSEPDNAOQHPOKB
PDA#&
0EIEH=NPKPDA#&QN>=J=NA=O=NAJKPEJ?HQ@A@EJPDEO#03=OQN>=JBKK@OA?QNEPUNAMQENAO=OAL=N=PA=J=HUOEOPD=P
SEHHLKOOE>HU>A?KJOE@ANA@EJPDABQPQNA1DAI=LO@ALE?PPDABKK@OA?QNEPUOEPQ=PEKJEJ@EOPNE?POSDE?D=NALNA@KIEJ=JPHU
EJNQN=H=NA=OKBLNKREJ?AOKBPDA?KQJPNU
di Indonesia.
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Ketahanan Pangan tingkat pusat, provinsi
dan kabupaten serta publikasi dari Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Kesehatan, Departemen Kehutanan,
=@=J+=OEKJ=H-AJ=JCCQH=JC=JAJ?=J=Ġ+-
@=J=@=J*APAKNKHKCE(HEI=PKHKCE@=J$AKłOEG=Ġ*($
!=P=
U=JC@ECQJ=G=JQJPQG=J=HEO=EJE>AN=O=H@=NE@=P=P=DQJLANEK@AP=DQJA>AN=L=EJ@EG=PKNIANQL=G=J
data individu, sedangkan indikator yang lain merupakan data rumah tangga atau masyarakat. Peta komposit yang
dikembangkan dari indikator-indikator tersebut hanya mengindikasikan situasi ketahanan pangan secara umum di
suatu kabupaten. Pada kabupaten yang tahan pangan, sebagaimana diperlihatkan pada peta komposit, tidak berarti
bahwa semua kecamatan dan desa dalam kabupaten tersebut tahan pangan. Sama halnya juga dengan daerah-daerah
yang rawan pangan. Analisa lanjut sampai ke tingkat kecamatan perlu dilakukan untuk menganalisi lebih jauh titik-titik
rawan pangan.
Peta-peta dibuat dengan menggunakan pola warna yang seragam yaitu gradasi warna merah dan hijau. Gradasi warna
merah menunjukkan variasi tingkat kerawanan pangan dan gradasi warna hijau menggambarkan kondisi yang lebih
baik. Pada kedua kelompok warna tersebut, warna yang semakin tua menunjukkan tingkat yang lebih tinggi dalam hal
GAP=D=J=J=P=QGAN=S=J=JL=JC=J(H=OEłG=OE@=P=Ġthreshold) pada peta untuk indikator individu sama dengan yang
t
digunakan pada FIA 2005, kecuali data berat balita di bawah standar (underweight
U=JCIAJCCQJ=G=J>=P=OGH=OEłG=OE
masalah kesehatan masyarakat dari Badan Kesehatan Dunia (WHO, 2000). Pembulatan nilai terdekat ke angka rataN=P=J=OEKJ=H@E=I>EHOA>=C=E=I>=JC>=P=O=JP=N=GAHKILKGCN=@=OES=NJ=IAN=D@=JDEF=Q&J@AGOLAP=O=IL=E
IANQL=G=J@=BP=NLNKREJOE@=JG=>QL=PAJU=JC@ECQJ=G=J@=H=I=J=HEOEO@=JLAIAP==JEJE
6
HH@=P=S=O?KHHA?PA@BNKIOA?KJ@=NUOKQN?AO>U@EOPNE?PLNKREJ?E=H=J@?AJPN=HBKK@OA?QNEPUKBł?AO=J@BNKILQ>HE?=PEKJO
KBPDA AJPN=HQNA=QKB0P=PEOPE?OĠ-0
*EJEOPNUKB%A=HPD*EJEOPNUKB#KNAOPNU+=PEKJ=H!EO=OPAN*=J=CAIAJPCAJ?U
Ġ+-
=J@*APAKNKHKCU HEI=PKHKCU=J@$AKLDUOE?=HCAJ?UĠ*($
HH@=P=QOA@BKNPDA=J=HUOEOEJPDA#03S=O
LNEI=NEHUBKNPDALANEK@KB0KIAEJ@E?=PKNOSANA=PPDAEJ@ERE@Q=HHARAHSDANA=OKPDANOSANAAEPDAN=PPDA
DKQOADKH@KN?KIIQJEPUHARAH1DA?KILKOEPAI=L@ANERA@BNKIPDAOAEJ@E?=PKNOEOKJHUEJ@E?=PERAKBPDAKRAN=HHBKK@OA?QNEPU
OEPQ=PEKJEJ@EOPNE?POBKK@OA?QNA@EOPNE?P=OEJ@E?=PA@EJPDA?KILKOEPAI=L@KAOJKPJA?AOO=NEHUIA=J=HHEPOOQ>@EOPNE?PO
=J@REHH=CAOSKQH@>ABKK@OA?QNA1DAO=IAEOPNQABKNPDABKK@EJOA?QNA=NA=OBKHHKSQL=PPDAOQ>@EOPNE?PHARAHODKQH@
be undertaken to further identify hotspots.
1DAI=LO=NALNK@Q?A@QOEJC=QJEBKNI?KHKQNL=PPANJEJOD=@AOKBNA@=J@CNAAJ1DAOD=@AOKBNA@@AJKPAR=NEKQO
degrees of food insecurity while shades of green depict a relatively better status. In both colours, the darker shades indicate
DECDAN@ACNAAOKBBKK@OA?QNEPUKNEJOA?QNEPU1DAPDNAODKH@OEJPDAI=LOBKNEJ@ERE@Q=HHARAHEJ@E?=PKNO=NAPDAO=IA=OEJ
PDA#&AT?ALPBKN?DEH@QJ@ANSAECDPSDE?DJKSQOAPDA4KNH@%A=PD,NC=JEV=PEKJ†OPDNAODKH@OBKNLQ>HE?DA=HPD
OECJEł?=J?AĠ4%,
-NEI=NEHUPDAJA=NAOPNKQJ@A@łCQNAOKBPDAJ=PEKJ=H=RAN=CAO=NA?KJOE@ANA@=OPDA?QPKBB
LKEJPO>APSAAJPDAOD=@AOKBNA@=J@CNAAJ&J@AT*=LOPKHEOPLNKREJ?AO=J@@EOPNE?POEJ?HQ@A@EJPDA=J=HUOEO=J@
I=LLEJC
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
REFERENCES
i. BAPPENAS/UNDP. Laporan Pencapaian *EHHAJJEQI!ARAHKLIAJP$K=HO&J@KJAOE=
ii. Dewan Ketahanan Pangan dan World Food Programme. Peta Kerawanan Pangan Indonesia (FIA), 2005.
i.
ii.
iii. UNDP. Laporan Pembangunan Manusia, 2008.
iv. World Food Programme. KILNADAJOERA#KK@0A?QNEPU=J@3QHJAN=>EHEPUJ=HUOEO$QE@AHEJAO,
A@EOEGA
v. World Food Programme."IANCAJ?U#KK@0A?QNEPUOOAOOIAJP%=J@>KKG, edisi kedua, 2009.
iii. 2+!-%QI=J!ARAHKLIAJP/ALKNP
iv. 4KNH@#KK@-NKCN=IIA KILNADAJOERA#KK@0A?QNEPU=J@3QHJAN=>EHEPUJ=HUOEO$QE@AHEJAOOPA@EPEKJ
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
v.
--"+02+!--NKCNAOONALKNPKJ*EHHAJJEQI!ARAHKLIAJP$K=HO
+=PEKJ=H#KK@0A?QNEPU KQJ?EHKBPDA$KRANJIAJPKB&J@KJAOE==J@4KNH@#KK@-NKCN=IIA#KK@&JOA?QNEPUPH=OKB
&J@KJAOE=
4KNH@#KK@-NKCN=IIA"IANCAJ?U#KK@0A?QNEPUOOAOOIAJP%=J@>KKGJ@A@EPEKJ
7
BAB/Chapter 1
DAFTAR PUSTAKA
Provinsi/
Province
NAD
NAD
NAD
NAD
NAD
NAD
NAD
NAD
NAD
NAD
NAD
NAD
NAD
NAD
NAD
NAD
NAD
Sumatera Utara
Sumatera Utara
Sumatera Utara
Sumatera Utara
Sumatera Utara
Sumatera Utara
Sumatera Utara
Sumatera Utara
Sumatera Utara
Sumatera Utara
Sumatera Utara
Sumatera Utara
Sumatera Utara
Sumatera Utara
Sumatera Utara
Sumatera Utara
Sumatera Utara
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Sumatera Barat
Sumatera Barat
Sumatera Barat
Sumatera Barat
Sumatera Barat
Sumatera Barat
Sumatera Barat
Sumatera Barat
Sumatera Barat
Sumatera Barat
Sumatera Barat
Riau
Riau
Riau
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Kode/
Code
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
Kabupaten/
District
Simeulue
Aceh Singkil
Aceh Selatan
Aceh Tenggara
Aceh Timur
Aceh Tengah
Aceh Barat
Aceh Besar
Pidie
Bireuen
Aceh Utara
Aceh Barat Daya
Gayo Lues
Aceh Tamiang
Nagan Raya
Aceh Jaya
Bener Meriah
Nias
Mandailing Natal
Tapanuli Selatan
Tapanuli Tengah
Tapanuli Utara
Toba Samosir
Labuhan Batu
Asahan
Simalungun
Dairi
Karo
Deli Serdang
Langkat
Nias Selatan
Humbang Hasundutan
Pakpak Bharat
Samosir
Serdang Bedagai
Kepulauan Mentawai
Pesisir Selatan
Solok
Sawahlunto/ Sijunjung
Tanah Datar
Padang Pariaman
Agam
Lima Puluh Koto
Pasaman
Solok Selatan
Dharmasraya
Pasaman Barat
Kuantan Sengingi
Indragiri Hulu
Indragiri Hilir
Provinsi/
Province
Riau
Riau
Riau
Riau
Riau
Riau
Kepulauan Riau
Kepulauan Riau
Kepulauan Riau
Kepulauan Riau
Jambi
Jambi
Jambi
Jambi
Jambi
Jambi
Jambi
Jambi
Jambi
Sumatera Selatan
Sumatera Selatan
Sumatera Selatan
Sumatera Selatan
Sumatera Selatan
Sumatera Selatan
Sumatera Selatan
Sumatera Selatan
Sumatera Selatan
Sumatera Selatan
Bengkulu
Bengkulu
Bengkulu
Bengkulu
Bengkulu
Bengkulu
Bengkulu
Bengkulu
Bangka Belitung
Bangka Belitung
Bangka Belitung
Bangka Belitung
Bangka Belitung
Bangka Belitung
Lampung
Lampung
Lampung
Lampung
Lampung
Lampung
Lampung
Lampung
Kode/
Code
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
Kabupaten/
District
Pelalawan
Siak
Kampar
Rokan Hulu
Bengkalis
Rokan Hilir
Karimun
Bintan
Natuna
Lingga
Kerinci
Merangin
Sarolangun
Batang Hari
Muaro Jambi
Tanjung Jabung Timur
Tanjung Jabung Barat
Tebo
Bungo
Ogan Komering Ulu
Ogan Komering Ilir
Muara Enim
Lahat
Musi Rawas
Musi Banyu Asin
Banyuasin
Ogan Komering Ulu Selatan
Ogan Komering Ulu Timur
Ogam Ilir
Bengkulu Selatan
Rejang Lebong
Bengkulu Utara
Kaur
Seluma
Muko-Muko
Lebong
Kepahiang
Bangka
Belitung
Bangka Barat
Bangka Tengah
Bangka Selatan
Belitung Timur
Lampung Barat
Tanggamus
Lampung Selatan
Lampung Timur
Lampung Tengah
Lampung Utara
Way Kanan
Tulang Bawang
9
BAB/Chapter 1
Peta Indeks Pulau Sumatera
Index Map of Sumatera Islands
Provinsi/
Province
Banten
Banten
Banten
Banten
Jawa Barat
Jawa Barat
Jawa Barat
Jawa Barat
Jawa Barat
Jawa Barat
Jawa Barat
Jawa Barat
Jawa Barat
Jawa Barat
Jawa Barat
Jawa Barat
Jawa Barat
Jawa Barat
Jawa Barat
Jawa Barat
Kode/
Code
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
Kabupaten/
District
Pandeglang
Lebak
Tangerang
Serang
Bogor
Sukabumi
Cianjur
Bandung
Garut
Tasikmalaya
Ciamis
Kuningan
Cirebon
Majalengka
Sumedang
Indramayu
Subang
Purwakarta
Karawang
Bekasi
Provinsi/
Province
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Kode/
Code
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
Kabupaten/
District
Cilacap
Banyumas
Purbalingga
Banjarnegara
Kebumen
Purworejo
Wonosobo
Magelang
Boyolali
Klaten
Sukoharjo
Wonogiri
Karanganyar
Sragen
Grobogan
Blora
Rembang
Pati
Kudus
Jepara
Provinsi/
Province
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Jawa Tengah
D.I.Yogyakarta
D.I.Yogyakarta
D.I.Yogyakarta
D.I.Yogyakarta
Jawa Timur
Jawa Timur
Jawa Timur
Jawa Timur
Jawa Timur
Jawa Timur
Jawa Timur
Kode/
Code
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
Kabupaten/
District
Demak
Semarang
Temanggung
Kendal
Batang
Pekalongan
Pemalang
Tegal
Brebes
Kulon Progo
Bantul
Gunung Kidul
Sleman
Pacitan
Ponorogo
Trenggalek
Tulungagung
Blitar
Kediri
Malang
Provinsi/
Province
Jawa Timur
Jawa Timur
Jawa Timur
Jawa Timur
Jawa Timur
Jawa Timur
Jawa Timur
Jawa Timur
Jawa Timur
Jawa Timur
Jawa Timur
Jawa Timur
Jawa Timur
Jawa Timur
Jawa Timur
Jawa Timur
Jawa Timur
Jawa Timur
Jawa Timur
Jawa Timur
Jawa Timur
Jawa Timur
Kode/
Code
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
Kabupaten/
District
Lumajang
Jember
Banyuwangi
Bondowoso
Situbondo
Probolinggo
Pasuruan
Sidoarjo
Mojokerto
Jombang
Nganjuk
Madiun
Magetan
Ngawi
Bojonegoro
Tuban
Lamongan
Gresik
Bangkalan
Sampang
Pamekasan
Sumenep
11
BAB/Chapter 1
Peta Indeks Pulau Jawa
Index Map of Java Islands
Provinsi/
Province
Bali
Bali
Bali
Bali
Bali
Bali
Bali
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Barat
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Kode/
Code
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193
194
195
196
197
198
Kabupaten/
District
Jembrana
Tabanan
Badung
Gianyar
Klungkung
Bangli
Karang Asem
Buleleng
Lombok Barat
Lombok Tengah
Lombok Timur
Sumbawa
Dompu
Bima
Sumbawa Barat
Provinsi/
Province
Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Timur
Kode/
Code
199
200
201
202
203
204
205
206
207
208
209
210
211
212
213
Kabupaten/
District
Sumba Barat
Sumba Timur
Kupang
Timor Tengah Selatan
Timor Tengah Utara
Belu
Alor
Lembata
Flores Timur
Sikka
Ende
Ngada
Manggarai
Rote Ndao
Manggarai Barat
13
BAB/Chapter 1
Peta Indeks Pulau Bali, NTB dan NTT
Index Map of Bali, NTB and NTT Islands
Provinsi/
Province
Kalimantan Barat
Kalimantan Barat
Kalimantan Barat
Kalimantan Barat
Kalimantan Barat
Kalimantan Barat
Kalimantan Barat
Kalimantan Barat
Kalimantan Barat
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Tengah
Kalimantan Tengah
Kalimantan Tengah
Kalimantan Tengah
Kalimantan Tengah
Kalimantan Tengah
Kalimantan Tengah
Kalimantan Tengah
Kalimantan Tengah
Kalimantan Tengah
Kalimantan Tengah
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Selatan
Kalimantan Selatan
Kalimantan Selatan
Kalimantan Selatan
Kalimantan Selatan
Kalimantan Selatan
Kalimantan Selatan
Kalimantan Selatan
Kalimantan Selatan
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Kalimantan Timur
Kalimantan Timur
Kalimantan Timur
Kalimantan Timur
Kalimantan Timur
Kalimantan Timur
Kalimantan Timur
Kalimantan Timur
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Kode/
Code
214
215
216
217
218
219
220
221
222
223
224
225
226
227
228
229
230
231
232
233
234
235
236
237
238
239
240
241
242
243
244
245
246
247
248
249
250
251
252
253
254
255
256
Kabupaten/
District
Sambas
Bengkayang
Landak
Pontianak
Sanggau
Ketapang
Sintang
Kapuas Hulu
Sekadau
Melawi
Kotawaringin Barat
Kotawaringin Timur
Kapuas
Barito Selatan
Barito Utara
Sukamara
Lamandau
Seruyan
Katingan
Pulang Pisau
Gunung Mas
Barito Timur
Murung Raya
Tanah Laut
Kotabaru
Banjar
Barito Kuala
Tapin
Hulu Sungai Selatan
Hulu Sungai Tengah
Hulu Sungai Utara
Tabalong
Tanah Bumbu
Balangan
Pasir
Kutai Barat
Kutai Kartanegara
Kutai Timur
Berau
Malinau
Bulungan
Nunukan
Penajam Paser Utara
15
BAB/Chapter 1
Peta Indeks Pulau Kalimantan
Index Map of Kalimantan Islands
Kode/
Code
257
258
259
260
261
262
263
264
265
266
267
268
269
270
271
272
273
274
275
276
277
278
279
280
281
282
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Kabupaten/
District
Bolaang Mongondow
Minahasa
Sangihe Talaud
Kepulauan Talaud
Minahasa Selatan
Minahsa Utara
Boalemo
Gorontalo
Pohuwato
Bone Bolanga
Banggai Kepulauan
Banggai
Morowali
Poso
Donggala
Toli Toli
Buol
Parigi Moutong
Toja Una-Una
Selayar
Bulukumba
Bantaeng
Jeneponto
Takalar
Gowa
Sinjai
Provinsi/
Province
Sulawesi Selatan
Sulawesi Selatan
Sulawesi Selatan
Sulawesi Selatan
Sulawesi Selatan
Sulawesi Selatan
Sulawesi Selatan
Sulawesi Selatan
Sulawesi Selatan
Sulawesi Selatan
Sulawesi Selatan
Sulawesi Selatan
Sulawesi Selatan
Sulawesi Barat
Sulawesi Barat
Sulawesi Barat
Sulawesi Barat
Sulawesi Barat
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Tenggara
Kode/
Code
283
284
285
286
287
288
289
290
291
292
293
294
295
296
297
298
299
300
301
302
303
304
305
306
307
308
Kabupaten/
District
Maros
Pangkajene Kepulauan
Barru
Bone
Soppeng
Wajo
Sidenreng Rappang
Pinrang
Enrekang
Luwu
Tana Toraja
Luwu Utara
Luwu Timur
Majene
Polewali Mandar
Mamasa
Mamuju
Mamuju Utara
Buton
Muna
Konawe
Kolaka
Konawe Selatan
Bombana
Wakatobi
Kolaka Utara
17
BAB/Chapter 1
Peta Indeks Pulau Sulawesi
Index Map of Sulawesi Islands
Provinsi/
Province
Maluku
Maluku
Maluku
Maluku
Maluku
Maluku
Maluku
Maluku Utara
Maluku Utara
Maluku Utara
Maluku Utara
Maluku Utara
Maluku Utara
Papua
Papua
Papua
Papua
Papua
Papua
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Kode/
Code
309
310
311
312
313
314
315
316
317
318
319
320
321
322
323
324
325
326
327
Kabupaten/
District
Maluku Tenggara Barat
Maluku Tenggara
Maluku Tengah
Buru
Kepulauan Aru
Seram Bagian Barat
Seram Bagian Timur
Halmahera Barat
Halmahera Tengah
Kepulauan Sula
Halmahera Selatan
Halmahera Utara
Halmahera Timur
Merauke
Jayawijaya
Jayapura
Nabire
Yapen Waropen
Biak Numfor
Provinsi/
Province
Papua
Papua
Papua
Papua
Papua
Papua
Papua
Papua
Papua
Papua
Papua
Papua Barat
Papua Barat
Papua Barat
Papua Barat
Papua Barat
Papua Barat
Papua Barat
Papua Barat
Kode/
Code
328
330
331
332
333
334
336
337
338
339
340
341
342
343
344
345
346
347
348
Kabupaten/
District
Paniai
Mimika
Boven Digoel
Mappi
Asmat
Yahukimo
Tolikara
Sarmi
Keerom
Waropen
Supiori
Fak-Fak
Kaimana
Teluk Wondana
Teluk Bintuni
Monokwari
Sorong Selatan
Sorong
Raja Ampat
19
BAB/Chapter 1
Peta Indeks Pulau Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat
Index Map of Maluku, Maluku Utara, Papua and Papua Barat Islands
Indikator / Indicator
'H¿QLVLGDQ3HUKLWXQJDQ'H¿QLWLRQDQG&RPSXWDWLRQ
BAB/Chapter 1
7DEHO,QGLNDWRU3HWD.HWDKDQDQGDQ.HUHQWDQDQ3DQJDQ,QGRQHVLD
7DEOH,QGLFDWRUVXVHGIRUWKH)RRG6HFXULW\DQG9XOQHUDELOLW\$WODVRI,QGRQHVLD
Sumber Data / 'DWD6RXUFH
.HWHUVHGLDDQ3DQJDQ )RRG$YDLODELOLW\
1.
1.
Rasio konsumsi normatif per kapita terhadap
ketersediaan bersih ‘padi + jagung + ubi kayu + ubi
jalar’
Per capita normative consumption to net ‘rice + maize +
cassava + sweet potato’ availability ratio
1.
Data rata-rata produksi bersih tiga tahun (2005-2007) padi, jagung, ubi kayu dan ubi jalar pada tingkat kabupaten dihitung
dengan menggunakan faktor konversi standar. Untuk rata-rata produksi bersih ubi kayu dan ubi jalar dibagi dengan 3 (faktor
konversi serealia) untuk mendapatkan nilai yang ekivalen dengan serealia. Kemudian dihitung total produksi serealia yang layak
dikonsumsi.
2.
Ketersediaan bersih serealia per kapita per hari dihitung dengan membagi total ketersediaan serealia kabupaten dengan jumlah
populasinya (data penduduk pertengahan tahun 2006).
3.
Data bersih serealia dari perdagangan dan impor tidak diperhitungkan karena data tidak tersedia pada tingkat kabupaten.
4.
Konsumsi normatif serealia/hari/kapita adalah 300 gram/orang/hari.
5.
Kemudian dihitung rasio konsumsi normatif perkapita terhadap ketersediaan bersih serealia per kapita. Rasio lebih besar dari 1
PHQXQMXNNDQGDHUDKGH¿VLWSDQJDQGDQGDHUDKGHQJDQUDVLROHELKNHFLOGDULDGDODKVXUSOXVXQWXNSURGXNVLVHUHDOLD
1.
'LVWULFWOHYHOWULHQQLXPDYHUDJHQHWSURGXFWLRQRIULFHDQGPDL]HZDV¿UVWFDOFXODWHGE\XVLQJVWDQGDUGFRQYHUVLRQ
factors. For cassava and sweet potato, production was divided by three (cereal equivalent factor) to transform it into a cereal
equivalent. Total cereal production available for human consumption was then calculated.
2.
Per capita daily net cereal availability was then computed by dividing the total district cereal availability by its population (population
data for mid-2006).
3.
Net import and trade of cereal were not considered, as data at the district level was not available.
4.
Normative cereal consumption/capita/day was taken as 300 grams/person/day.
5.
The ratio of per capita normative consumption to per capita net cereal availability was computed. Ratio from ‘1’ and above shows
IRRGGH¿FLWDUHDZKLOHOHVVWKDQµ¶LQGLFDWHVDFHUHDOVXUSOXVDUHD
Badan Ketahanan Pangan Provinsi dan Kabupaten,
(data 2005-2007)
3URYLQFLDODQG'LVWULFW)RRG6HFXULW\2I¿FHV
(2005-2007 data)
$NVHV3DQJDQGDQ3HQJKLGXSDQ )RRGDQG/LYHOLKRRGV$FFHVV
2.
Persentase penduduk hidup di bawah garis kemiskinan
Nilai rupiah pengeluaran per kapita setiap bulan untuk memenuhi standar minimum kebutuhan-kebutuhan konsumsi pangan dan non
pangan yang dibutuhkan oleh seorang individu untuk hidup secara layak. Garis kemiskinan nasional menggunakan US$ 1,55 (PPP Purchasing Power Parity) per orang per hari.
Data dan Informasi Kemiskinan, BPS Tahun 2007,
Buku 2: Kabupaten
2.
Percentage of people below poverty line
7KH,QGRQHVLDQUXSLDKYDOXHRIWKHPRQWKO\SHUFDSLWDH[SHQGLWXUHUHTXLUHGWRIXO¿ODPLQLPXPVWDQGDUGRIIRRGDQGQRQIRRGEDVLF
FRQVXPSWLRQ7KHQDWLRQDOSRYHUW\OLQHLVGH¿QHGDWWKH3XUFKDVLQJ3RZHU3DULW\33386SHUSHUVRQSHUGD\
\
Data and information on poverty, BPS 2007, Book 2:
District
3.
Persentase desa yang tidak memiliki akses penghubung
yang memadai
Lalu-lintas antar desa yang tidak bisa dilalui oleh kendaraan roda empat.
PODES (Potensi Desa) 2008, BPS
3.
Percentage of villages with inadequate connectivity
Percentage of villages whose inter-village roads that are not accessible by four-wheeled vehicles.
PODES (Village Potential Survey) 2008, BPS
4.
Persentase rumah tangga tanpa akses listrik
Persentase rumah tangga yang tidak memiliki akses terhadap listrik dari PLN dan/atau non PLN, misalnya generator.
SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) 2007,
BPS
4.
Percentage of households without access to electricity
Percentage of households who do not have access to electricity from state and/or non-state sources, namely generators.
SUSENAS (National Socio-Economic Survey) 2007,
BPS
SUSENAS 2007, BPS
3HPDQIDDWDQ3DQJDQ)RRG8WLOL]DWLRQ
5.
Angka harapan hidup pada saat lahir
Perkiraan lama hidup rata-rata bayi baru lahir dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas sepanjang hidupnya.
5.
Life expectancy at birth
The average numbers of years that a newborn infant would live if the mortality pattern at the time of birth prevails throughout the
child’s life.
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
21
7DEHOODQMXWDQ,QGLNDWRU3HWD.HWDKDQDQGDQ.HUHQWDQDQ3DQJDQ,QGRQHVLD
7DEOHFRQWG,QGLFDWRUVXVHGIRUWKH)RRG6HFXULW\DQG9XOQHUDELOLW\$WODVRI,QGRQHVLD
Indikator / Indicator
Sumber Data / 'DWD6RXUFH
'H¿QLVLGDQ3HUKLWXQJDQ'H¿QLWLRQDQG&RPSXWDWLRQ
6.
Berat badan balita di bawah standar 8QGHUZHLJKW
Anak di bawah lima tahun yang berat badannya kurang dari -2 Standar Deviasi (-2 SD) dari berat badan normal pada usia dan jenis
kelamin tertentu (Standar WHO 2005).
RISKESDAS (Riset Kesehatan Dasar) 2007,
Departemen Kesehatan
6.
Children underweight
&KLOGUHQXQGHU¿YHZKRVHZHLJKWVDUHOHVVWKDQ6WDQGDUG'HYLDWLRQ6'IURPWKHLUDJHDQGJHQGHUVSHFL¿FUHIHUHQFHZHLJKWV
(2005 WHO Standards)
RISKESDAS (Basic Health Research) 2007,
Ministry of Health
7.
Perempuan buta huruf
Persentase perempuan di atas 15 tahun yang tidak dapat membaca atau menulis.
SUSENAS 2007, BPS
7.
Female Illiteracy
Percent of females above 15 years who cannot read or write.
8.
Persentase rumah tangga tanpa akses ke air bersih
Persentase rumah tangga yang tidak memiliki akses ke air minum yang berasal dari air leding/PAM, pompa air, sumur atau mata air
yang terlindung.
8.
Percentage of householsds without access to improved
drinking water
Percentage of households who do not have access to tap water, protected wells/boreholes, or protected spring water.
9.
Persentase rumah tangga yang tinggal lebih dari 5 km
dari fasilitas kesehatan
Persentase rumah tangga yang tinggal pada jarak lebih dari 5 kilometer dari fasilitas kesehatan (rumah sakit, klinik, puskesmas,
dokter, juru rawat, bidan yang terlatih, paramedik, dan sebagainya).
RISKESDAS 2007, Departemen Kesehatan
9.
Percentage of households living more than 5 km away
from health facilities
7KHSHUFHQWDJHRIKRXVHKROGVZKRVHSODFHRIUHVLGHQFHLVORFDWHGPRUHWKDQ¿YHNLORPHWUHVIURPDKHDOWKIDFLOLW\KRVSLWDOFOLQLF
community health centre, doctor, nurse, trained midwife, paramedic, etc.).
RISKESDAS (Basic Health Research) 2007,
Ministry of Health
SUSENAS 2007, BPS
.HUHQWDQDQ7HUKDGDS.HUDZDQDQ3DQJDQ7UDQVLHQ 9XOQHUDELOLW\WR7UDQVLHQW)RRG,QVHFXULW\
10. Bencana alam
Data bencana alam yang terjadi di Indonesia dan kerusakannya selama periode 2000 – 2007
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB),
2009
10. Natural disasters
Natural disasters which occurred in Indonesia between 2000 and 2007 and estimated caused damage
National Disaster Management Agency (BNPB), 2009
11. Penyimpangan curah hujan
1.
Data rata-rata tahunan curah hujan pada musim hujan dan kemarau selama 10 tahun terakhir (1997-98 sampai 2007-08)
dihitung.
%DGDQ0HWHRURORJL.OLPDWRORJLGDQ*HR¿VLND%0.*
2008
2.
Kemudian dihitung persentase dari perbandingan nilai rata-rata 10 tahun terhadap nilai normal rata-rata 30 tahun (1971-2000).
1.
/DVW\HDUV¶WRDQQXDODYHUDJHUDLQIDOOGXULQJGU\DQGUDLQ\VHDVRQZDV¿UVWFRPSXWHG
2.
The percent difference between 10 years average and the 30 years normal average (1971-2000) was then calculated.
11. Rainfall deviation
Meteorological, Climatology and Geophisic Agency
(BMKG) 2008
12. Persentase daerah puso
Persentase dari daerah ditanami padi yang rusak akibat kekeringan, banjir dan organisme pengganggu tanaman (OPT).
Departemen Pertanian, 2008
12. Percentage of damaged area
3HUFHQWDJHRISDGG\DUHDGDPDJHGE\GURXJKWÀRRGSHVWLQIHVWDWLRQ.
Ministry of Agriculture, 2008
13. Deforestasi hutan
Deforestasi adalah perubahan kondisi penutupan lahan dari hutan menjadi non hutan. Angka deforestasi hutan berdasarkan
analisis citra satelit Landsat pada tahun 2002/2003 dan 2005/2006.
Penghitungan Deforestasi Indonesia tahun 2008,
Departemen Kehutanan
13. Deforestation
Deforestation is the changes of landcover from forest type to non forest type. Deforestation rate based on the analysis of Landsat
satellite imagery during 2002/2003 and 2005/2006 periods.
Deforestation Calculation in Indonesia 2008, Ministry of
Forestry
22
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Ketersediaan Pangan adalah GAPANOA@E==JL=JC=JOA?=N=łOEG
G di suatu wilayah dari segala sumber, baik itu
produksi pangan domestik, perdagangan pangan dan bantuan pangan. Ketersediaan pangan ditentukan oleh produksi
pangan di wilayah tersebut, perdagangan pangan melalui mekanisme pasar di wilayah tersebut, stok yang dimiliki oleh
pedagang dan cadangan pemerintah, dan bantuan pangan dari pemerintah atau organisasi lainnya.
Food availabilityy is the physical presence of foodEJPDA=NA=KB?KJ?ANJPDNKQCD=HHBKNIOKB@KIAOPE?LNK@Q?PEKJ
d
?KIIAN?E=HEILKNPO=J@BKK@=E@#KK@=R=EH=>EHEPUEO@APANIEJA@>UBKK@LNK@Q?PEKJEJPDA=NA=PN=@A@BKK@>NKQCDPEJPK
PDA=NA=PDNKQCDI=NGAPIA?D=JEOIOOPK?GODAH@>UPN=@ANO=J@EJCKRANJIAJPNAOANRAO=J@PN=JOBANO>UPDACKRANJIAJP
=J@KNBKK@=E@=CAJ?EAO
Produksi pangan tergantung pada berbagai faktor seperti iklim, jenis tanah, curah hujan, irigasi, komponen produksi
pertanian yang digunakan, dan bahkan insentif bagi para petani untuk menghasilkan tanaman pangan.
#KK@LNK@Q?PEKJ@ALAJ@OKJR=NEKQOB=?PKNOOQ?D=O?HEI=PAOKEHPULAN=EJB=HHENNEC=PEKJ=CNE?QHPQN=HLNK@Q?PEKJEJLQPO=J@
PA?DJKHKCEAO=J@=HOKEJ?AJPERAOBKNB=NIANOPKLNK@Q?ABKK@?NKLO
Pangan meliputi produk serealia, kacang-kacangan, minyak nabati, sayur-sayuran, buah-buahan, rempah, gula, dan
produk hewani. Karena porsi utama dari kebutuhan kalori harian berasal dari sumber pangan karbohidrat, yaitu
#KK@?NKLOEJ?HQ@ALNK@Q?POKB?ANA=HO=J@PQ>ANOLQHOAOJQPO=J@KEHOAA@ORACAP=>HAOBNQEPOOLE?AOOQC=N=J@=JEI=H
sekitar separuh dari kebutuhan energi per orang per hari, maka yang digunakan dalam analisa kecukupan pangan yaitu
karbohidrat yang bersumber dari produksi pangan pokok serealia, yaitu padi, jagung, dan umbi-umbian (ubi kayu dan
ubi jalar) yang digunakan untuk memahami tingkat kecukupan pangan pada tingkat provinsi maupun kabupaten.
LNK@Q?POA?=QOAPDAI=FKNLKNPEKJKB@=EHU?=HKNEAEJP=GAEOOQLLHEA@>U?=N>KDU@N=PAOSDE?DEO=>KQPD=HBKBPDAPKP=H
AJANCUNAMQENAIAJPLANLANOKJLAN@=UPDA=J=HUOEOKBPDABKK@LNK@Q?PEKJEOI=@A>=OA@KJ?ANA=HOĠNE?AI=EVA
=J@
PQ>ANOĠ?=OO=R=OSAAPLKP=PK
PKQJ@ANOP=J@PDAHARAHKBBKK@OQBł?EAJ?U=PPDALNKREJ?E=H=J@@EOPNE?PHARAH
2.1 PRODUKSI
2.1 PRODUCTION
Pemerintah Indonesia telah mempromosikan produksi pertanian dan mengadopsi beberapa parameter perlindungan
QJPQGL=N=LAP=JE-ANP=JE=JĠPANI=OQGLAPANJ=G=JGADQP=J=J@=JLANEG=J=J
PAH=D>ANGKJPNE>QOEOAGEP=N
pada Produk Domestik Bruto Indonesia dalam 4 tahun terakhir. Angka pertumbuhan sektor pertanian adalah sekitar
LAN P=DQJ OAH=I= P=DQJ @=J IAJ?=L=E L=@= P=DQJ &JE @=L=P @E>=J@EJCG=J @AJC=J
keberhasilan sektor lain yang cukup tinggi dan memiliki kemungkinan kontribusi yang cukup besar dalam meningkatkan
ketahanan pangan, menurunkan kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi.
1DA$KRANJIAJPKB&J@KJAOE=D=O>AAJLNKIKPEJC=CNE?QHPQN=HLNK@Q?PEKJ=J@D=O=@KLPA@OARAN=HLNKPA?PEKJIA=OQNAO
BKNEPOB=NIANOCNE?QHPQNAĠEJ?HQ@EJCHERAOPK?GBKNAOPNU=J@łODANEAO
D=O>AAJ?KJPNE>QPEJC>APSAAJKBPDA$NKOO
!KIAOPE?-NK@Q?PKB&J@KJAOE=KRANPDAL=OPBKQNUA=NO1DAOA?PKNS=OCNKSEJC=P=N=PAKB=>KQPLANUA=N@QNEJC
=J@NA=?DA@EJ?KIL=N=>HAPKOKIAKPDANDECDLANBKNI=J?AOA?PKNO=J@LNKRE@EJCOECJEł?=JP
KLLKNPQJEPEAOBKN?KJPNE>QPEJCPKEILNKRA@BKK@OA?QNEPULKRANPUNA@Q?PEKJ=J@@UJ=IE?A?KJKIE?CNKSPD
Beras merupakan makanan pokok utama di Indonesia dan 23% dari hasil pertanian adalah beras. Jagung dan ubi
G=UQ =@=H=D GKIK@EPE U=JC ?QGQL @ELANDEPQJCG=J QJPQG I=O= IAJ@=P=JC @=J IANQL=G=J @=NE PKP=H D=OEH
LANP=JE=J$QH=IAN=DIEJU=GGAH=L=O=SEP@=JG=NAPIAJ?=GQL@=NEPKP=HLNK@QGOELANP=JE=J%=OEHLAPANJ=G=J
berkontribusi sebanyak 5% dari hasil pertanian dimana unggas merupakan komponen terbesar.
/E?AEO=LNEI=NUOP=LHAEJPDA&J@KJAOE=J@EAPSDE?DI=GAOQL=NKQJ@KBPKP=H=CNE?QHPQN=HKQPLQP*=EVA=J@?=OO=R=
=NAPSKKPDANLNEJ?EL=HOP=LHAO=??KQJPEJCBKN=BQNPDANKBPKP=H=CNE?QHPQN=HKQPLQP0QC=N?=JAL=HIKEH=J@NQ>>AN
I=GAQL)ERAOPK?GLNK@Q?PO?KJPNE>QPAKB=CNE?QHPQN=HKQPLQPSEPDLKQHPNU>AEJCPDAH=NCAOP?KILKJAJP
0AH=I=OALQHQDP=DQJPAN=GDENLNK@QGOEOANA=HE=PANQOIAJEJCG=PĠ)ED=P1=>AH@=J$=I>=N
LAJEJCG=P=J
!QNEJC PDA H=OP PAJ UA=NO ?ANA=H LNK@Q?PEKJ D=O ?KJPEJQKQOHU EJ?NA=OA@ Ġ0AA 1=>HA =J@ #ECQNA 1DA EJ?NA=OA
S=O I=EJHU =PPNE>QPA@ PK ATL=J@A@ H=J@ ?QHPER=PEKJ =J@ EJ?NA=OA@ LNK@Q?PEREPU SEPD PDA AT?ALPEKJ KB &J PANOA>QPPANQP=I=@EOA>=>G=JKHADLAJEJCG=P=JHQ=OP=J=I@=JLAJEJCG=P=JLNK@QGPEREP=OGA?Q=HEP=DQJ-=@=
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
23
BAB/Chapter 2
CHAPTER 2
FOOD AVAILABILITY
BAB 2
KETERSEDIAAN PANGAN
P=DQJ LNK@QGOE >AN=O IAJEJCG=P OA>=JU=G Ġ FQP= PKJ
@=NE P=DQJ OA>AHQIJU= OADEJCC= LNK@QGOE
IAJ?=L=E FQP= PKJ 0QNLHQO LNK@QGOE >AN=O U=JC ?QGQL PEJCCE L=@= P=DQJ @=J @EH=LKNG=J QJPQG
LANP=I=G=HEJU=OAF=GPANF=@EJU=GNEOEOAGKJKIEP=DQJD=HEJE>ANDQ>QJC=JAN=P@AJC=JEJEOE=PEB-NAOE@AJ
NE?ALNK@Q?PEKJS=OQL>UĠIEHHEKJPKJO
KRANPDALNAREKQOUA=NNA=?DEJCIEHHEKJPKJO1DEOD=O>AAJ
OQLLKNPA@>UPDA-NAOE@AJP†OEJEPE=PERAPKEJ?NA=OANE?ALNK@Q?PEKJ>UPSKIEHHEKJPKJO&J=J@&J@KJAOE=S=O
OAHBOQBł?EAJP EJNE?A LNK@Q?PEKJ BKN PDA łNOP PEIA OEJ?A PDA łJ=J?E=H?NEOEO4EPDNA@Q?A@ JAA@ BKN EILKNPO
Indonesia untuk meningkatkan produksi beras sebanyak 2 juta ton. Dengan menurunnya permintaan terhadap impor
beras, harga beras berangsur-angsur menjadi stabil sejak pertengahan 2008 dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Swasembada beras telah membantu Indonesia dalam menangani meningkatnya harga pangan di dunia tanpa melakukan
impor beras.
NE?ALNE?AONAI=EJA@NAH=PERAHUOP=>HABNKIIE@?KIL=NA@SEPDPDAUA=N>ABKNA0AHBOQBł?EAJ?UEJNE?ADAHLOLKOEPEKJ
&J@KJAOE=PKI=J=CAPQN>QHAJPLANEK@OKBOK=NEJCBKK@LNE?AOSEPDKQPEILKNP=PEKJKBNE?A
7DEHO3URGXNVL6HUHOLD3RNRNGDQ8PELXPELDQµ7RQV
7DEOH3URGXFWLRQRI0DMRU&HUHDOVDQG7XEHUVµ7RQV
Serealia / &HUHDO
Jagung/Maize
10,169
9,204
9,677
9,347
9,654
10,910
11,225
12,524
11,609
13,287
10,761
Padi/Paddy
49,237
50,866
51,899
50,461
51,490
52,079
54,088
54,151
54,455
57,157
52,588
1,935
1,666
1,828
1,749
1,772
1,998
1,902
1,857
1,854
1,886
1,845
14,696
16,459
16,089
17,055
16,913
18,474
19,425
19,321
19,986
19,988
17,841
Ubi Jalar/Sweet Potato
Ubi Kayu/Cassava
5DWDUDWD7DKXQ
\HDUDYHUDJH
Sumber/Source: BPS, 2007 Statistik Indonesia
$=I>=Nġ-NK@QGOE0ANA=HE=-KGKG@=J2I>EQI>E=JĠĺ1KJ
#ECQNAġ-NK@Q?PEKJKB*=FKN ANA=HO=J@1Q>ANOĠĺ1KJO
Produksi / Production (000 Ton)
70,000
60,000
50,000
40,000
30,000
Jagung/Maize
Padi/Paddy
20,000
Ubi Jalar/Sweet Potato
10,000
Ubi Kayu/Cassava
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Tahun / Year
-=@= P=DQJ PKP=H LNK@QGOE OANA=HE= @=J QI>EQI>E=J IAJ?=L=E FQP= PKJ >AN=O FQP= PKJ F=CQJC
FQP=PKJQ>EG=UQ@=JFQP=PKJQ>EF=H=N-NK@QGOEAIL=PGKIK@EP=OPANOA>QP@EP=DQJHA>EDPEJCCEFEG=
@E>=J@EJCG=J@AJC=JLNK@QGOEN=P=N=P=P=DQJ=JP=DQJPAN=GDENU=JCIAJ?=L=EFQP=PKJQJPQGL=@EFQP=
&JPDAPKP=H?ANA=H=J@PQ>ANLNK@Q?PEKJNA=?DA@IEHHEKJPKJOKBNE?AIEHHEKJPKJOKBI=EVAIEHHEKJ
PKJOKB?=OO=R==J@IEHHEKJPKJOKBOSAAPLKP=PKAO-NK@Q?PEKJEJS=ODECDANPD=J=RAN=CA=JJQ=HLNK@Q?PEKJ
łCQNAOKRANPDAH=OPUA=NOġIEHHEKJPKJOKBNE?AĢIEHHEKJPKJOKBI=EVAĢIEHHEKJPKJOKB?=OO=R=Ģ=J@
PKJQJPQGF=CQJCFQP=PKJQJPQGQ>EG=UQ@=JFQP=PKJQJPQGQ>EF=H=N
IEHHEKJPKJOKBOSAAPLKP=PKAO
24
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Gambar 2.2: Total Luas Panen Padi (ha) di Pulau Sumatera
#ECQNAġ1KP=H-=@@U%=NRAOPA@NA=OĠD=
EJ0QI=PAN=&OH=J@
Gambar 2.3: Total Luas Panen Padi (ha) di Pulau Jawa
#ECQNAġ1KP=H-=@@U%=NRAOPA@NA=OĠD=
KJ'=R=&OH=J@
2,500,000
700,000
600,000
Sumatera Utara
500,000
Sumatera Selatan
400,000
Lampung
Sumatera Barat
300,000
Nanggroe Aceh Darussalam
Riau
200,000
Jambi
100,000
2,000,000
1,500,000
Jawa Barat
1,000,000
BAB/Chapter 2
800,000
Luas Panen / Harvested Areas (ha)
Luas Panen / Harvested Areas (ha)
900,000
Jawa Tengah
Jawa Timur
Banten
500,000
D.I. Yogyakarta
Bengkulu
0
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
1998
2007
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Tahun / Year
Tahun/Year
Padi
Paddy
y
J=HEO=@=P=@=NE-0PAND=@=LLNK@QGOEL=@EP=DQJ=JPEJCG=PLNKREJOEQJPQGP=DQJ„@=L=P@EHED=PL=@=
Gambar 2.2 dan 2.3 yang menunjukkan total luas panen padi di Pulau Sumatera dan Jawa.
-NKREJ?E=HHARAH=JJQ=HNE?ALNK@Q?PEKJ@=P=BKNK>P=EJA@BNKIPDA-0S=O=J=HUVA@=J@LNAOAJPA@EJ#ECQNA
=J@!=P=ODKSA@PKP=HD=NRAOPA@=NA=OQJ@ANNE?A?QHPER=PEKJEJ'=R==J@0QI=PAN=&OH=J@O
Seluruh provinsi di Pulau Jawa, kecuali Jawa Barat, dapat mempertahankan total luas panen padi mereka. Seluruh
provinsi di pulau Sumatera, kecuali Provinsi Sumatera Selatan menunjukkan total luas panen padi yang hampir stabil
=P=Q>ANŃQGPQ=PEBOAH=I=O=PQ@AG=@APAN=GDENEJE%=HEJEPANQP=I=@EOA>=>G=J=@=JU=R=NE=OEEGHEI@=JH=D=JLANP=JE=J
HH LNKREJ?AO KJ '=R= EOH=J@ AT?ALP '=R= =N=P I=J=CA@ PK I=EJP=EJ PDAEN PKP=H NE?A ?QHPER=PA@ =NA=O HH LNKREJ?AO KJ
0QI=PAN=&OH=J@AT?ALP0QI=PAN=0AH=P=JLNKREJ?AD=@OAAJAEPDAN=HIKOPOP=>HAKNŃQ?PQ=PEJCPKP=HNE?A?QHPER=PA@=NA=O
@QNEJCPDAH=OP@A?=@A HEI=PE?R=NE=>EHEPU=J@N=EJBA@B=NIEJCLN=?PE?AOSANAI=EJHUNAOLKJOE>HABKNPDAOAŃQ?PQ=PEKJO
tadah hujan. Sumatera Selatan merupakan satu-satunya provinsi yang mengalami peningkatan produksi secara stabil
selama periode yang sama.
0QI=PAN=0AH=P=JS=OPDAKJHULNKREJ?ASDE?DATLANEAJ?A@=OPA=@UEJ?NA=OAEJNE?A?QHPER=PEKJ@QNEJCPDAO=IALANEK@
-NK@QGOEL=@E@EOA>=CE=J>AO=N0QI=PAN=@=J'=S=IAJEJCG=POA?=N=OP=>EHU=EPQ@=NEFQP=PKJL=@=P=DQJ
IAJF=@EFQP=PKJL=@=P=DQJ0A?=N=GDQOQO0QI=PAN=0AH=P=J'=I>EAJCGQHQ@=J)=ILQJC@E0QI=PAN=
@=J OAHQNQD LNKREJOE @E '=S= IAJ?=P=P LAJEJCG=P=J D=OEH U=JC OECJEłG=J J=IQJ D=OEH LNK@QGOE L=@E @E -QH=Q '=S=
/E?ALNK@Q?PEKJEJIKOPKB0QI=PAN==J@'=R=OPA=@EHUEJ?NA=OA@BNKIIEHHEKJPKJOEJPKIEHHEKJPKJOEJ
-=NPE?QH=NHU0QI=PAN=0AH=P=J'=I>EAJCGQHQ=J@)=ILQJCEJ0QI=PAN==J@=HHLNKREJ?AOEJ'=R=NA?KN@A@OECJEł?=JP
EJ?NA=OAOEJPDAENUEAH@O=HPDKQCDKJ'=R=EOH=J@PDAUEAH@D=@>AAJŃQ?PQ=PEJCARANUBASUA=NO1DAI=EJNE?ALNK@Q?PEKJ
>ANŃQGPQ=OE@=NEP=DQJGAP=DQJ@=LQJOAJPN=LNK@QGOEL=@E@ELQH=Q'=S==@=H=D'=S==N=P'=S=1EIQN'=S=
Tengah. Sedangkan di pulau Sulawesi adalah Sulawesi Selatan, dan di Pulau Sumatera adalah Sumatera Utara dan
Sumatera Selatan (Gambar 2.5).
=NA=OKJ'=R=EOH=J@SANA'=S==N=P'=S=1EIQN'=S=1AJC=DSDEHAKJ0QH=SAOE&OH=J@EPS=O0QH=SAOE0AH=P=J=J@KJ
0QI=PAN=EOH=J@EPS=O0QI=PAN=2P=N==J@0QI=PAN=0AH=P=JĠ#ECQNA
Jagung
g g
Maize
-=@=P=DQJLNK@QGOEF=CQJCIAJ?=L=EFQP=PKJD=HEJEIAJQJFQGG=J=@=JU=GAJ=EG=J@E=P=OFQP=PKJ
@=NEPEJCG=PLNK@QGOEP=DQJ*AJEJCG=PJU=LNK@QGPEREP=OĠ@=NEPKJLANDAGP=N@EP=DQJIAJF=@EPKJ
LANDAGP=N@EP=DQJ
>ANO=I=@AJC=JIAJEJCG=PJU=HQ=OLAJ=J=I=JF=CQJCIAI>ANEG=JGKJPNE>QOEPAND=@=L
GAOAHQNQD=JLAJEJCG=P=JLNK@QGOEEJE-=JAJLAP=JE@E'=S=L=@=P=DQJ=@=H=DOA>AO=NFQP=PKJ=P=Q
&JI=EVALNK@Q?PEKJNA=?DA@IEHHEKJPKJOODKSEJC=JEJ?NA=OAKBIKNAPD=JIEHHEKJPKJOBNKIPDA
LNK@Q?PEKJHARAH1DAEJ?NA=OA@LNK@Q?PEREPUĠBNKIPKJOD=EJPKPKJOD=EJ
=HKJCSEPDPDAEJ?NA=OA@
I=EVA?QHPER=PA@=NA=?KJPNE>QPA@PKPDEOKRAN=HHLNK@Q?PEKJEJ?NA=OA#=NIANO†D=NRAOPEJ'=R=S=OIEHHEKJPKJO@QNEJC
@=NEPKP=HLNK@QGOEJ=OEKJ=H-QH=Q0QI=PAN=PAP=LOA>=C=EOAJPN=LNK@QGOEF=CQJCPAN>AO=NGA@Q=@EP=DQJU=EPQ
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
SDE?DNALNAOAJPOKBPDA?KQJPNU†OPKP=HLNK@Q?PEKJ0QI=PAN=NAI=EJOPDAOA?KJ@H=NCAOPI=EVALNK@Q?PEKJ=NA=
EJSEPD=OD=NAKBKBPDAPKP=HLNK@Q?PEKJBKHHKSA@>U0QH=SAOEĠ
1DAI=EJI=EVALNK@Q?PEKJLNKREJ?AO
25
OA>AO=N@=NEPKP=HLNK@QGOEJ=OEKJ=H@EEGQPEKHAD0QH=SAOEĠ
@=LQJLNKREJOEU=JCIAJF=@EOAJPN=LNK@QGOE
jagung di pulau Jawa adalah Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Di pulau Sumatera yang menjadi daerah sentra
produksi jagung adalah provinsi Lampung dan Sumatera Utara (Gambar 2.6).
KJ'=R=EOH=J@SANA'=S=1EIQN'=S=1AJC=D=J@'=S==N=P,J0QI=PAN=EOH=J@PDAI=EJI=EVALNK@Q?PEKJLNKREJ?AO
SANA)=ILQJC=J@0QI=PAN=2P=N=Ġ#ECQNA
$=I>=Nġ-NK@QGOE-=@E@E>A>AN=L=-NKREJOE@E&J@KJAOE=„
#ECQNAġ-=@@U-NK@Q?PEKJEJOKIA-NKREJ?AOEJ&J@KJAOE=„
12,000
4,000
3,500
Produksi / Production (000 Ton)
Produksi / Production (000 Ton)
10,000
3,000
2,500
2,000
1,500
1,000
8,000
6,000
4,000
2,000
500
-
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
1998
1999
2000
2001
2002
Tahun / Year
2003
2004
2005
2006
2007
Tahun / Year
NAD
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Jawa Barat
$=I>=Nġ!=AN=D0AJPN=-NK@QGOE-=@E1=DQJ„
#ECQNAġ/E?A-NK@Q?PEKJ AJPANOEJ„
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
$=I>=Nġ-NK@QGOE'=CQJC!=AN=D0AJPN=-NK@QGOE1=DQJ„
#ECQNAġ*=EVA-NK@Q?PEKJ AJPANOEJ–
12,000
4,000
10,000
8,000
6,000
Sumatera Utara
Sumatera Selatan
Jawa Barat
4,000
Jawa Tengah
Jawa Timur
2,000
Sulawesi Selatan
3,500
3,000
2,500
Jawa Timur
2,000
Jawa Tengah
1,500
Lampung
1,000
Sulawesi Selatan
Sumatera Utara
500
Jawa Barat
-
0
2003
2004
2005
Tahun / Year
26
Produksi / Production (000 Ton)
Produksi / Production (000 Ton)
4,500
2006
2007
2003
2004
2005
2006
2007
Tahun / Year
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Cassava
(AOAHQNQD=JLNK@QGOEQ>EG=UQ>AN=@=L=@=PEJCG=PU=JCO=I=L=@=P=DQJ@=J+=IQJLNK@QGOEQ>EG=UQ
IAJEJCG=P@=NE1KJD=@EP=DQJGA1KJD=@EP=DQJ-QH=Q'=S=PAP=LIAJF=@EOAJPN=LNK@QGOE
Q>EG=UQPAN>AO=NJ=OEKJ=HU=EPQOA>AO=N@=NEPKP=HLNK@QGOEJ=OEKJ=H@EEGQPEKHAD0QI=PAN=OA>AO=N@=LQJ
1DAKRAN=HHLNK@Q?PEKJKB?=OO=R=NAI=EJA@=PPDAO=IAHARAHEJ=J@6EAH@ODKSARANOPA=@EHUEJ?NA=OA@BNKI
PKJOD=EJPKPKJOD=EJ'=R=&OH=J@NAI=EJA@PDAH=NCAOP?=OO=R=LNK@Q?PEKJ?AJPNAEJPDA?KQJPNU
SEPD=OD=NAKBPKP=HLNK@Q?PEKJ0QI=PAN=†OOD=NA?=IAJATPSEPD1DAI=EJ?=OO=R=LNK@Q?PEKJLNKREJ?AOKJ
provinsi yang menjadi sentra ubi kayu untuk pulau Jawa adalah Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, DI. Yogyakarta.
!ELQH=Q0QI=PAN=U=JCIAJF=@E@=AN=DOAJPN=LNK@QGOEQ>EG=UQ=@=H=DLNKREJOE)=ILQJCĠ$=I>=N
'=R=EOH=J@SANA'=S=1EIQN'=S=1AJC=D'=S==N=P!&6KCU=G=NP=,J0QI=PAN=EOH=J@PDA?=OO=R=LNK@Q?PEKJ?AJPNA
S=O)=ILQJCLNKREJ?AĠ#ECQNA
Ubi Jalar
Sweet Potato
-NK@QGOEP=DQJ=JQ>EF=H=NPAP=L>AN=@=L=@=PEJCG=PD=ILENGKJOP=JOAH=I=P=DQJ„U=EPQOAGEP=NFQP=
ton. Pulau Jawa, Sumatera, dan Papua merupakan sentra produksi ubi jalar utama. Adapun provinsi yang menjadi
sentra ubi jalar untuk pulau Jawa adalah Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Di Pulau Sumatera yang menjadi
daerah sentra produksi ubi jalar adalah provinsi Sumatera Utara. Di Pulau Papua yang menjadi sentra produksi adalah
JJQ=HLNK@Q?PEKJKBOSAAPLKP=PKNAI=EJA@=HIKOP?KJOP=JP@QNEJC=P=NKQJ@IEHHEKJPKJO'=R=0QI=PAN=
=J@-=LQ=SANAPDAI=EJLNK@Q?PEKJ?AJPANO1DAI=EJOSAAPLKP=PKLNK@Q?PEKJLNKREJ?AOKJ'=R=EOH=J@SANA'=S==N=P
'=S=1EIQN=J@'=S=1AJC=D1DALNK@Q?PEKJ?AJPANBKNOSAAPLKP=PKAOKJ0QI=PAN=EOH=J@S=O0QI=PAN=2P=N=LNKREJ?A
SDEHAKJ-=LQ=EOH=J@EPS=O-=LQ=LNKREJ?AĠ#ECQNA
4EPDB=NIANO†EJ?HEJ=PEKJPK?QHPER=PADECDR=HQA?NKLOOSAAP
provinsi Papua (Gambar 2.8). Dengan meningkatnya kecenderungan petani dalam menanami tanaman bernilai jual
tinggi, produksi ubi jalar (dan ubi kayu) akan tetap berada di tingkat ini atau bahkan menurun di masa mendatang.
LKP=PKAOĠ=J@?=OO=R=
LNK@Q?PEKJSEHHNAI=EJ=PPDEOHARAHKNARAJ@A?HEJAEJPDAJA=NBQPQNA
$=I>=Nġ-NK@QGOE2>E(=UQ!=AN=D0AJPN=-NK@QGOE1=DQJ„
#ECQNAġ =OO=R=-NK@Q?PEKJ AJPANOEJ„
$=I>=Nġ-NK@QGOE2>E'=H=N!=AN=D0AJPN=-NK@QGOE1=DQJ„
#ECQNAġ0SAAP-KP=PKAO-NK@Q?PEKJ AJPANOEJ„
600
6,000
5,000
4,000
Lampung
Jawa Timur
3,000
Jawa Tengah
2,000
Jawa Barat
D.I. Yogyakarta
1,000
Produksi / Production (000 Ton)
Produksi / Production (000 Ton)
7,000
500
400
Jawa Barat
300
Papua
Jawa Timur
200
Jawa Tengah
Sumatera Utara
100
Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Timur
-
0
2003
2004
2005
2006
2007
Tahun / Year
2003
2004
2005
2006
2007
Tahun / Year
1=>AH IAJQJFQGG=J >=DS= LNKREJOE @=NE LNKREJOE IAJC=H=IE LAJEJCG=P=J LNK@QGOE PKP=H OANA=HE= U=JC
>AN>A@=>A@=L=@=LANEK@A@E>=J@EJCG=JLNK@QGOEP=DQJ@AJC=JLAJEJCG=P=JOA>AO=N@E'=S=
1EIQN@=J@E$KNKJP=HK-=@=LANEK@AU=JCO=I=LNKREJOEIAJC=H=IELAJQNQJ=JLNK@QGOEPKP=HOANA=HE=
1=>HAEJ@E?=PAOPD=PKQPKBLNKREJ?AOEJ?NA=OA@EJPKP=H?ANA=HLNK@Q?PEKJ@QNEJC=O?KIL=NA@SEPD
N=JCEJCBNKIEJ'=R=1EIQNPKEJ$KNKJP=HK,RANPDAO=IALANEK@PKP=H?ANA=HLNK@Q?PEKJ@A?HEJA@EJ
OETLNKREJ?AOĠ+!0QI=PAN=2P=N=+110QH=SAOE0AH=P=J-=LQ==J@-=LQ==N=P
SEPDPDACNA=PAOP@A?HEJAEJ-=LQ=
yaitu NAD, Sumatera Utara, NTT, Sulawesi Selatan, Papua dan Papua Barat. Dimana penurunan produksi tertinggi
PAN@=L=P@E-=LQ=Ġ
GAIQ@E=J@EEGQPEKHAD-=LQ==N=PĠ
Ġ>U
BKHHKSA@>U-=LQ==N=PĠ>U
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
27
BAB/Chapter 2
Ubi Kayu
y
7DEHO3URGXNVL3DGLGDQ-DJXQJWRQ
7DEHO3URGXFWLRQRI3DGG\DQG0DL]HLQPHWULFWRQV
Provinsi/
Province
No
Padi/3DGG\
-DJXQJ0DL]H
1,552,078
1,411,650
1,350,748
1,533,369
69,219
77,747
94,426
96,838
125,155
1
Nanggroe Aceh Darussalam
1,547,499
2
Sumatera Utara
3,403,075
3,418,782
3,447,394
3,007,636
3,265,834
687,268
712,560
735,456
682,024
804,850
3
Sumatera Barat
1,823,739
1,875,188
1,907,390
1,889,489
1,938,120
76,011
118,170
157,147
202,298
223,233
4
Riau
414,237
454,186
424,095
429,380
490,087
30,779
42,122
36,421
34,728
40,410
5
Kepulauan Riau
-
-
312
332
343
-
-
584
895
893
6
Jambi
7
Sumatera Selatan
8
Bengkulu
9
Bangka Belitung
10
11
12
D.K.I. Jakarta
7,558
13,465
13,335
6,197
8,002
59
55
67
66
39
13
Jawa Barat
8,776,889
9,602,302
9,787,217
9,418,572
9,914,019
443,669
549,442
587,186
573,263
577,513
14
Jawa Tengah
8,123,839
8,512,555
8,424,096
8,729,291
8,616,855
1,926,243
1,836,233
2,191,258
1,856,023
2,233,992
15
D.I. Yogyakarta
652,280
692,998
670,703
708,163
709,294
204,129
211,730
248,960
223,620
258,187
16
Jawa Timur
8,914,995
9,002,025
9,007,265
9,346,947
9,402,029
4,181,550
4,133,762
4,398,502
4,011,182
4,252,182
17
Bali
793,260
788,360
786,961
840,891
839,775
89,819
68,424
81,884
78,105
69,209
18
Nusa Tenggara Barat
1,422,440
1,466,757
1,367,869
1,552,627
1,526,347
64,228
71,276
96,458
103,963
120,612
19
Nusa Tenggara Timur
509,419
552,205
461,007
511,911
505,628
566,123
622,811
552,440
582,964
514,360
20
Kalimantan Barat
1,027,122
1,060,652
1,023,684
1,107,661
1,225,259
83,320
102,555
127,458
136,777
154,118
21
Kalimantan Tengah
490,080
590,434
492,250
491,712
562,473
9,136
969
2,400
7,367
3,971
22
Kalimantan Selatan
1,410,141
1,519,432
1,598,835
1,636,840
1,953,868
30,158
45,686
48,103
58,283
100,957
23
Kalimantan Timur
430,286
486,167
499,558
541,171
567,501
10,856
12,412
11,180
14,411
11,620
24
Sulawesi Utara
369,930
407,358.00
432,624
454,902
494,950
144,308
150,128
195,305
242,714
406,759
25
Gorontalo
156,158
163,094
167,152
192,583
200,421
183,490
251,214
400,046
416,222
572,785
26
Sulawesi Tengah
738,607
725,725
716,906
739,777
857,508
48,281
53,450
67,618
66,433
119,324
27
Sulawesi Selatan
4,003,079
3,552,835
3,390,397
3,365,509
3,635,139
704,273
674,716
705,995
696,084
969,955
28
Sulawesi Tenggara
334,307
322,362
339,847
349,429
423,316
87,650
78,147
73,153
74,672
97,037
29
Sulawesi Barat
-
-
253,886
301,616
312,676
-
-
17,343
18,109
26,633
30
Maluku
31,189
36,148
37,239
49,833
57,132
7,895
12,477
14,262
14,888
15,685
31
Maluku Utara
60,131
51,800
57,945
59,215
48,531
3,778
5,056
9,914
10,727
10,793
32
Papua
57,889
63,367
60,810
68,319
81,678
4,839
6,040
6,164
6,843
7,053
33
Papua Barat
-
-
24,702
27,073
28,204
-
-
3,317
3,130
2,428
578,346
579,404
579,635
544,597
586,630
26,773
27,540
29,679
29,288
30,028
1,977,345
2,260,794
2,320,110
2,456,251
2,753,044
59,261
65,234
75,566
73,896
84,081
413,375
414,741
441,276
378,377
470,469
52,723
50,012
84,089
82,296
83,385
12,173
18,763
19,027
16,506
24,390
2,050
3,199
2,762
2,956
2,736
Lampung
1,966,293
2,091,996
2,124,144
2,129,914
2,308,404
1,087,751
1,216,974
1,439,000
1,183,982
1,346,821
Banten
1,691,923
1,812,495
1,861,776
1,751,468
1,816,140
24,465
25,102
29,751
24,417
20,723
Total Indonesia
Sumber/Source
r
: BPS, 2007 Statistik Indonesia
28
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
7DEHOODQMXWDQ3URGXNVL8EL.D\XGDQ8EL-DODUWRQ
7DEHOFRQWG3URGXFWLRQRI&DVVDYDDQG6ZHHW3RWDWRLQPHWULFWRQV
8EL.D\XCassava
8EL-DODU6ZHHW3RWDWR
76,370
63,867
53,424
46,504
41,558
24,066
22,938
22,985
16,238
15,187
Sumatera Utara
411,943
464,960
509,796
452,450
438,573
135,699
117,295
115,728
102,712
117,641
Sumatera Barat
122,440
117,437
114,199
133,095
114,551
44,954
55,484
50,392
53,758
53,793
49,485
47,922
41,668
47,586
51,784
10,758
11,390
10,848
11,123
12,814
-
-
3,526
6,899
7,077
-
-
1,540
1,463
1,472
1
Nanggroe Aceh Darussalam
2
3
4
Riau
5
Kepulauan Riau
6
Jambi
7
Sumatera Selatan
8
9
10
Lampung
11
Banten
12
D.K.I. Jakarta
949
815
791
804
628
-
-
-
-
-
13
Jawa Barat
1,651,482
2,074,022
2,068,981
2,044,674
1,922,840
346,853
389,640
390,386
389,043
375,714
14
Jawa Tengah
3,469,795
3,663,236
3,478,970
3,553,820
3,410,469
139,486
144,076
144,598
123,485
143,364
15
D.I. Yogyakarta
764,409
817,398
920,909
1,016,270
976,610
7,578
6,439
6,522
6,236
5,496
16
Jawa Timur
3,786,882
3,963,478
4,023,614
3,680,567
3,423,630
167,611
165,039
150,564
150,540
149,811
17
Bali
137,891
142,221
155,808
159,058
174,189
64,887
72,534
88,510
92,078
91,187
18
Nusa Tenggara Barat
88,568
88,030
92,991
87,041
88,527
20,565
20,886
19,430
19,372
13,007
19
Nusa Tenggara Timur
808,004
1,041,279
891,783
938,010
794,121
85,165
126,406
99,748
111,279
102,375
20
Kalimantan Barat
228,585
207,832
243,251
250,173
221,630
15,430
13,556
12,364
14,356
13,882
21
Kalimantan Tengah
114,176
112,319
73,866
65,661
67,617
10,603
16,594
9,711
9,645
8,619
22
Kalimantan Selatan
71,758
67,292
80,377
82,389
117,322
18,666
21,487
24,106
26,335
31,143
23
Kalimantan Timur
96,312
89,389
93,885
101,249
105,395
26,904
25,962
22,574
26,334
30,855
24
Sulawesi Utara
36,553
57,314.00
68,463
82,416
74,406
22,897
32,392
38,671
37,345
35,475
25
Gorontalo
9,436
14,507
12,211
9,410
7,432
3,721
5,384
3,309
3,557
2,974
26
Sulawesi Tengah
48,558
45,106
48,256
52,791
70,858
24,650
27,903
23,768
26,886
29,079
27
Sulawesi Selatan
607,287
586,350
464,435
567,749
514,277
74,583
76,496
53,513
54,303
58,819
28
Sulawesi Tenggara
210,742
263,972
256,467
238,039
239,271
22,985
25,695
24,823
24,432
27,588
29
Sulawesi Barat
-
-
56,717
40,413
45,921
-
-
9,475
6,194
9,304
30
Maluku
31
Maluku Utara
32
Papua
33
Papua Barat
52,602
44,446
39,780
40,779
44,794
22,000
27,325
28,370
29,261
36,363
158,042
248,844
179,952
228,321
150,133
20,446
22,573
24,465
20,747
21,515
Bengkulu
82,945
59,659
79,934
113,488
76,924
54,741
35,368
45,921
51,184
32,131
Bangka Belitung
21,371
22,138
19,234
17,264
18,666
4,203
5,179
4,117
3,820
5,144
4,984,616
4,673,091
4,806,254
5,499,403
6,394,906
41,082
45,769
44,602
42,586
46,772
154,820
163,969
144,110
143,561
117,550
38,647
38,618
41,276
34,373
33,694
Total Indonesia
83,716
91,351
94,995
103,260
105,761
7,793
15,298
16,701
20,081
20,929
103,297
144,313
142,680
123,833
118,354
28,387
35,533
34,533
33,673
35,199
40,927
48,150
33,959
37,825
34,450
512,427
298,543
273,876
290,424
306,804
-
-
25,897
21,838
17,834
-
-
19,543
21,375
18,702
Sumber/Source
r
: BPS, 2007 Statistik Indonesia
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
29
BAB/Chapter 2
Provinsi/
Province
No
7DEHO3URGXNVL7RWDO6HUHDOLDSHUWDKXQGDQ/DMX3HUWXPEXKDQ3URGXNVLXQWXNSHULRGH
7DEHO7RWDO&HUHDO3URGXFWLRQE\\HDUDQG3URGXFWLRQ*URZWK5DWHIRUWKH3HULRGRI
Provinsi/
Province
No
Produksi Total Serealia/7RWDO&HUHDO3URGXFWLRQ
/DMX3HUWXPEXKDQ*URZWK5DWH
1
Nanggroe Aceh Darussalam
1,717,154
1,716,630
1,582,485
1,510,328
1,715,269
-0.11
2
Sumatera Utara
4,637,985
4,713,597
4,808,374
4,244,822
4,626,898
-0.24
3
Sumatera Barat
2,067,144
2,166,279
2,229,128
2,278,640
2,329,697
12.70
4
Riau
505,259
555,620
513,032
522,817
595,095
17.78
5
Kepulauan Riau*
6
Jambi
7
Sumatera Selatan
8
Bengkulu
0
0
5,962
9,589
9,785
64.12
679,721
678,715
677,464
643,925
697,815
2.66
2,215,094
2,597,445
2,600,093
2,779,215
3,008,773
35.83
603,784
559,780
651,220
625,345
662,909
9.79
9
Bangka Belitung
39,797
49,279
45,140
40,546
50,936
27.99
10
Lampung
8,079,742
8,027,830
8,414,000
8,855,885
10,096,903
24.97
1,909,855
2,040,184
2,076,913
1,953,819
1,988,107
4.10
8,566
14,335
14,193
7,067
8,669
1.20
11
Banten
12
D.K.I. Jakarta
13
Jawa Barat
11,218,893
12,615,406
12,833,770
12,425,552
12,790,086
14.00
14
Jawa Tengah
13,659,363
14,156,100
14,238,922
14,262,619
14,404,680
5.46
15
D.I. Yogyakarta
16
Jawa Timur
17
18
19
20
21
Kalimantan Tengah
623,995
720,316
578,227
574,385
642,680
2.99
22
Kalimantan Selatan
1,530,723
1,653,897
1,751,421
1,803,847
2,203,290
43.94
23
Kalimantan Timur
564,358
613,930
627,197
683,165
715,371
26.76
24
Sulawesi Utara
573,688
647,192
735,063
817,377
1,011,590
76.33
25
Gorontalo
352,805
434,199
582,718
621,772
783,612
122.11
26
Sulawesi Tengah
860,096
852,184
856,548
885,887
1,076,769
25.19
27
Sulawesi Selatan
5,389,222
4,890,397
4,614,340
4,683,645
5,178,190
-3.92
28
Sulawesi Tenggara
655,684
690,176
694,290
686,572
787,212
20.06
29
Sulawesi Barat*
0
0
337,421
366,332
394,534
16.93
30
Maluku
130,593
155,274
163,197
188,062
199,507
52.77
31
Maluku Utara
195,593
236,702
245,072
227,448
212,877
8.84
32
Papua
616,082
416,100
374,809
403,411
429,985
-30.21
33
Papua Barat*
0
0
73,459
73,416
67,168
-8.51
1,628,396
1,728,565
1,847,094
1,954,289
1,949,587
19.72
17,051,038
17,264,304
17,579,945
17,189,236
17,227,652
1.04
Bali
1,085,857
1,071,539
1,113,163
1,170,132
1,174,360
8.15
Nusa Tenggara Barat
1,595,801
1,646,949
1,576,748
1,763,003
1,748,493
9.57
Nusa Tenggara Timur
1,968,711
2,342,701
2,004,978
2,144,164
1,916,484
-2.65
Kalimantan Barat
1,354,457
1,384,595
1,406,757
1,508,967
1,614,889
19.23
* Provinsi baru hasil pemekaran di tahun 2004/2005 / New provinces in 2004/2005
Sumber/Source
r
: Statistik Indonesia, 2003-2007, BPS
30
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
2.2 PER CAPITA NORMATIVE CONSUMPTION TO PRODUCTION
RATIO (MAP 2.1)
Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa indikator ketersediaan pangan yang digunakan dalam
analisis ketahanan pangan komposit adalah konsumsi normatif per kapita terhadap produksi pangan. Rasio tersebut
menunjukkan apakah suatu wilayah mengalami surplus produksi serealia dan umbi-umbian.
O@EO?QOOA@EJPDALNAREKQO?D=LPANPDABKK@=R=EH=>EHEPUEJ@E?=PKNQOA@BKNPDA?KILKOEPABKK@OA?QNEPU=J=HUOEOEOPDALAN
?=LEP=JKNI=PERABKK@?KJOQILPEKJPKBKK@LNK@Q?PEKJN=PEK1DAN=PEKODKSOQOSDAPDAN=J=NA=EOOAHBOQBł?EAJPEJPANIO
of cereal and tuber production.
Perhitungan produksi pangan tingkat kabupaten dilakukan dengan menggunakan data rata-rata produksi tiga tahunan
Ġ„
QJPQGGKIK@EP=OL=@EF=CQJCQ>EG=UQ@=JQ>EF=H=NG=NAJ=OQI>ANAJANCEQP=I=@=NE=OQL=JAJANCE
makanan berasal dari serealia dan umbi-umbian. Pola konsumsi pangan di Indonesia menunjukkan bahwa hampir 50%
dari kebutuhan total kalori berasal dari tanaman serealia. Data rata-rata bersih dari komoditi padi, jagung, ubi kayu
dan ubi jalar dihitung dengan menggunakan faktor konversi baku. Untuk produksi bersih rata-rata ubi kayu dan ubi
F=H=N=C=NOAP=N=@AJC=J>AN=OI=G=D=NQO@EG=HEG=J@AJC=JĠGC>AN=O=P=QF=CQJCAGER=HAJ@AJC=JGCQ>EG=UQ
The calculation of food production at the district level was carried out by using the average data of three years production
Ġ
BKNNE?AI=EVA?=OO=R==J@OSAAPLKP=PKAO>A?=QOAPDAI=EJAJANCUOKQN?AKBBKK@AJANCUEJP=GA?KIAO
BNKI?ANA=HO=J@PQ>ANO#KK@?KJOQILPEKJL=PPANJOEJ&J@KJAOE=ODKSA@PD=PJA=NHUKBPDAPKP=H?=HKNEAJAA@O?KIAO
BNKI ?ANA=H =J@ PQ>ANO 1DA JAP =RAN=CA LNK@Q?PEKJ KB NE?A I=EVA ?=OO=R= =J@ OSAAP LKP=PKAO S=O ?=H?QH=PA@ QOEJC
the standard conversion factors. The net average production of cassava and sweet potatoes was converted to the cereal
dan ubi jalar dalam hal nilai kalori). Kemudian dihitung total produksi serealia yang layak dikonsumsi. Ketersediaan
bersih serealia per kapita dihitung dengan membagi total ketersediaan serealia kabupaten dengan jumlah penduduk
(data penduduk pertengahan tahun 2006). Data bersih serealia dari perdagangan dan impor tidak diperhitungkan
G=NAJ=@=P=PANOA>QPPE@=GPANOA@E=@EPEJCG=PG=>QL=PAJAN@=O=NG=JLNKłHGKJOQIOE&J@KJAOE=GKJOQIOEJKNI=PEB
serealia/hari/kapita adalah 300 gram. Kemudian dihitung konsumsi normatif perkapita terhadap rasio produksi. (lihat
)=ILEN=Jġ&J@EG=PKNGAPANOA@E==JL=JC=J
AMQER=HAJPO>U@ERE@EJCPQ>ANLNK@Q?PEKJ>UĠGCKBNE?AKNI=EVAEOAMQER=HAJPPKGCOKB?=OO=R==J@OSAAPLKP=PKAO
EJPANIOKB?=HKNEł?R=HQA
1DAJPKP=H?ANA=HAMQER=HAJPLNK@Q?PEKJS=O?=H?QH=PA@+AP?ANA=H=R=EH=>EHEPULAN?=LEP=S=O
?=H?QH=PA@>U@ERE@EJCPDAPKP=H@EOPNE?P?ANA=HAMQER=HAJPLNK@Q?PEKJ>UPDALKLQH=PEKJJQI>ANAOPEI=PA@=PPDAIE@@HAUA=N
KBPDEOPDNAAUA=NLANEK@EAKB+AP?ANA=H@=P=BNKIPN=@EJC=J@EILKNPOSANAJKP?KQJPA@>A?=QOAPDA@=P=S=O
JKP=R=EH=>HA=PPDA@EOPNE?PHARAH=OA@KJPDA&J@KJAOE=J?KJOQILPEKJLNKłHAPDAJKNI=PERA?ANA=H?KJOQILPEKJLAN@=U
LAN?=LEP=EOCN=IO1DAJPDALAN?=LEP=JKNI=PERA?KJOQILPEKJPKLNK@Q?PEKJN=PEKS=O?=H?QH=PA@ĠOAAJJATġ
Food availability indicators).
-AP=IAJCC=I>=NG=J>=DS=OA>=CE=J>AO=NSEH=U=D&J@KJAOE==@=H=DOS=OAI>=@=@=H=ILNK@QGOEL=JC=JOANA=HE=
U=JC @EPQJFQGG=J KHAD CN=@=OE GAHKILKG S=NJ= DEF=Q OA@=JCG=J @=AN=D@=AN=D U=JC @AłOEP @EPQJFQGG=J @AJC=J
gradasi kelompok warna merah, yang pada umumnya daerah tersebut tidak atau kurang cocok untuk memproduksi
tanaman serealia. Kondisi iklim, kelayakan tanah, berulangnya bencana alam (kekeringan, banjir, dan lain sebagainya)
IANQL=G=JB=GPKNGAJ@=H=H=EJU=JCIAJUA>=>G=JGAPE@=GI=ILQ=J@=AN=D@=AN=D@AłOEPPANOA>QP@=H=IIAJ?=L=E
swasembada produksi tanaman serealia.
*=LEHHQOPN=PAOPD=PPDAI=FKNEPUKB&J@KJAOE=JPANNEPKNUS=OBKK@OAHBOQBł?EAJPEJ?ANA=HLNK@Q?PEKJSDE?DEOEJ@E?=PA@
>UCN=@=PEKJOEJPDACNAAJ?KHKNCNKQLSDEHAPDA@Ał?EP=NA=O=NAEJ@E?=PA@>UCN=@=PEKJOEJPDANA@?KHKNCNKQLO HEI=PE?
?KJ@EPEKJOH=J@OQEP=>EHEPUNA?QNNAJPNQN=H@EO=OPANOĠ@NKQCDPOŃKK@OAP?
SANAB=?PKNOSDE?D?KJOPN=EJA@PDA=>EHEPUKBPDAOA
@Ał?EP@EOPNE?POPK=?DEARAOAHBOQBł?EAJ?UEJ?ANA=HLNK@Q?PEKJ
A>AN=L= G=>QL=PAJ @E LNKREJOELNKREJOE U=JC IAJC=H=IE @AłOEP OANA=HE= =@=H=Dġ -=LQ= @=J /E=Q (ALQH=Q=J /E=Q
'=I>E (=HEI=JP=J 1AJC=D *=HQGQ OANP= *=HQGQ 2P=N= -AJUA>=> @AłOEPJU= GAPANOA@E==J OANA=HE= @E >A>AN=L=
G=>QL=PAJ PANOA>QP IAHELQPEġ Ġ
IAHQ=OJU= LANGA>QJ=J GAH=L= O=SEP H=@= DEP=I G=NAP F=I>Q IAPA ?KGH=P @=J
lain – lain, (2) meluasnya areal pertambangan terbuka, (3) daerah rawa, (4) sistem produksi padi lahan kering yang
memiliki produktivitas yang rendah, dan (5) kurangnya ketersediaan lahan untuk bercocok tanam dibandingkan dengan
0KIA @EOPNE?PO EJ PDA BKHHKSEJC LNKREJ?AO SANA BKQJ@ @Ał?EP EJ ?ANA=H LNK@Q?PEKJġ -=LQ= /E=Q (ALQH=Q=J /E=Q '=I>E
(=HEI=JP=J1AJC=D*=HQGQ=J@*=HQGQ2P=N=1DANA=OKJOBKN?ANA=H@Ał?EAJ?UEJPDAOA@EOPNE?POEJ?HQ@A@ġĠ
ATPAJOERA
LH=JP=PEKJOKBL=HIKEH>H=?GLALLANNQ>>AN?=ODASJQPO?K?K=AP?ĢĠ
H=NCA=NA=OQJ@ANKLAJ?=OPIEJEJCĢĠ
OS=ILU
=NA=OĢĠ
@NUH=J@L=@@ULNK@Q?PEKJOUOPAISDE?DD=RARANUHKSLNK@Q?PEREPUĢ=J@Ġ
HAOO=NA==R=EH=>HABKN?QHPER=PEKJ
?KIL=NA@PKPDALKLQH=PEKJ@AJOEPU&J=@@EPEKJI=JU?ANA=HOQNLHQO=NA=OKBPAJATLANEAJ?A@J=PQN=H@EO=OPANO@QAPK
kepadatan penduduk. Selain itu juga banyak daerah surplus tanaman serealia yang sering mengalami bencana alam
karena penebangan hutan yang tidak dapat dihindari, kekeringan atau banjir. Hal ini akan mengancam keberlangsungan
tingkat produksi saat ini dan di masa yang akan datang. Jelas bahwa ketersediaan pangan yang cukup merupakan suatu
prasyarat yang mutlak untuk ketahanan pangan, namun demikian prasyarat tersebut belum cukup untuk menjamin
ketahanan pangan di tingkat rumah tangga dan individu.
QJ=RKE@=>HA@ABKNAOP=PEKJ@NKQCDPKNŃKK@1DEOSEHHPDNA=PAJ?QNNAJP=J@BQPQNALNK@Q?PEKJOQOP=EJ=>EHEPUHPDKQCDEPEO
NA?KCJEVA@PD=P=@AMQ=PABKK@=R=EH=>EHEPUEO=J=>OKHQPALNANAMQEOEPAKBBKK@OA?QNEPUPDEOLNANAMQEOEPAEOJKPAJKQCDPK
guarantee food security at the household and individual level.
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
31
BAB/Chapter 2
2.2 RASIO KONSUMSI NORMATIF PER KAPITA TERHADAP
PRODUKSI PANGAN (PETA 2.1)
2.3 TANTANGAN
T
UTAMA PEMENUHAN KECUKUPAN
2.3 MAIN CHALLENGES FOR ADEQUACY FULLFILMENT
Laju peningkatan kebutuhan pangan lebih cepat dibandingkan dengan laju peningkatan kemampuan produksi.
Disamping itu peningkatan produktivitas tanaman di tingkat petani relatif stagnan, karena terbatasnya kemampuan
produksi, penurunan kapasitas kelembagaan petani, serta kualitas penyuluhan pertanian yang jauh dari memadai.
Semakin terbatasnya kapasitas produksi pangan nasional, disebabkan oleh: (i) berlanjutnya konversi lahan pertanian
ke penggunaan non pertanian; (ii) menurunnya kualitas dan kesuburan lahan akibat kerusakan lingkungan; (iii) semakin
The increase in food needs is faster than the increase in rate of production. In addition, the increase of crop productivity
=PB=NIANO†HARAHOD=O>AAJNAH=PERAHUOP=CJ=JP@QAPKHEIEPA@LNK@Q?PEKJ?=L=?EPUNA@Q?A@B=NIANO†EJOPEPQPEKJ=H?=L=?EPU
EJ=@AMQ=PAMQ=HEPUKB=CNE?QHPQN=HATPAJOEKJOANRE?AO=J@@A?HEJEJCEJRAOPIAJPEJNQN=HEJBN=OPNQ?PQNA)EIEP=PEKJOKJJ=PEKJ=H
BKK@LNK@Q?PEKJEJ?HQ@AġĠE
?KJPEJQA@?KJRANOEKJKB=CNE?QHPQN=HH=J@EJPKJKJ=CNE?QHPQN=HQOAĢĠEE
@A?NA=OA@H=J@MQ=HEPU
=J@BANPEHEPU@QAPKAJRENKJIAJP=H@=I=CAĢĠEEE
EJ?NA=OEJCHUHEIEPA@=J@QJ?ANP=EJS=PAN=R=EH=>EHEPUBKNBKK@LNK@Q?PEKJ@QA
terbatas dan tidak pastinya ketersediaan air untuk produksi pangan akibat kerusakan hutan; (iv) rusaknya sekitar 30
persen prasarana pengairan, dimana seharusnya dilakukan rehabilitasi sebanyak 2 kali dalam 25 tahun terakhir; (v)
persaingan pemanfaatan sumber daya air dengan sektor industri dan pemukiman; (vi) kerusakan yang disebabkan
oleh kekeringan maupun banjir semakin tinggi karena fungsi perlindungan alamiah telah sangat berkurang; (vii) masih
tingginya proporsi kehilangan hasil panen pada proses produksi, penanganan hasil panen dan pengolahan pasca
panen, masih menjadi kendala yang menyebabkan penurunan kemampuan penyediaan pangan dengan proporsi yang
PKBKNAOP@AOPNQ?PEKJĢĠER
@ACN=@A@ENNEC=PEKJEJBN=OPNQ?PQNA=LLNKTEI=PAHUKBSDE?DNAMQENA@NAD=>EHEP=PEKJPSE?AEJ
PDAH=OPUA=NOĢĠR
?KILAPEPEKJEJS=PANNAOKQN?AQPEHEV=PEKJSEPDEJ@QOPNE=H=J@NAOE@AJPE=HOA?PKNOĠRE
@=I=CAO?=QOA@
>UEJ?NA=OA@@NKQCDPO=J@ŃKK@O@QAPK@A?NA=OA@J=PQN=HLNKPA?PEKJBQJ?PEKJOĢĠREE
=DECDLNKLKNPEKJKBD=NRAOPHKOOEJ
LNK?AOOAOKBLNK@Q?PEKJUEAH@D=J@HEJC=J@LKOPD=NRAOPLNK?AOOEJCĢĠREEE
?HEI=PA?D=JCAĢĠET
?KILAPEPEKJ>APSAAJBKK@BKN
?KJOQILPEKJ=J@>EKBQAHLNK@Q?PEKJ
cukup tinggi; (viii) perubahan iklim; dan (ix) persaingan antara pangan untuk konsumsi dan produksi biofuel.
Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi di Indonesia menjadi tantangan lain yang perlu dihadapi dalam pemenuhan
GA>QPQD=JL=JC=J1=DQJLAJ@Q@QG&J@KJAOE=@ELANGEN=G=J=G=JIAJ?=L=EFQP=FES=L=>EH=GA>QPQD=J
pangan untuk penduduk ini tidak dapat terpenuhi maka akan mengakibatkan Indonesia menjadi negara pengimpor
1DADECDN=PAKBLKLQH=PEKJCNKSPDEJ&J@KJAOE=S=O=JKPDAN?D=HHAJCAEJBQHłHHEJCBKK@JAA@O1DALKLQH=PEKJKB&J@KJAOE=
EOLNA@E?PA@PKNA=?DIEHHEKJLAKLHA>U&BPDABKK@JAA@OBKNPDEOLKLQH=PEKJ?=JJKP>AIAP&J@KJAOE=SEHH
>A?KIA=JAPBKK@EILKNPEJC?KQJPNU
pangan.
$=I>=Nġ-NKUAGOE-AJ@Q@QG&J@KJAOE=IAJQNQP-QH=Q@=J+=OEKJ=H1=DQJ„ĠT
#ECQNAġ&J@KJAOE=J-KLQH=PEKJ-NKFA?PEKJ=??KN@EJCPK&OH=J@=J@+=PEKJ=H6A=N„ĠT
Penduduk / Population (x 1000)
300,000
250,000
200,000
INDONESIA
150,000
Jawa
Sumatera
Sulawesi
100,000
Kalimantan
Bali & Nusa Tenggara
50,000
Maluku & Papua
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Tahun / Year
Sumber: Proyeksi Penduduk Indonesia Per Provinsi 2005-2015, BPS, 2007
Source: Indonesian Population Projection according to Province, Year 2005-2015, BPS, 2007
32
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Strategies
g for improving
p
g food availability
y
Kebijakan ketersediaan pangan secara nasional tahun 2005-2009 diarahkan kepada beberapa hal yaitu: (i)
Meningkatkan kualitas sumberdaya alam dan lingkungan; (ii) Mengembangkan infrastruktur pertanian dan pedesaan;
(iii) Meningkatkan produksi pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri; dan (iv) Mengembangkan
kemampuan pengelolaan cadangan pangan pemerintah dan masyarakat.
+=PEKJ=HLKHE?UKJBKK@=R=EH=>EHEPUBKNPDALANEK@„=EIA@PKġ
ĠE
EJ?NA=OAPDAMQ=HEPUKBJ=PQN=H=J@AJRENKJIAJP=HNAOKQN?AOĢĠEE
EILNKRAPDA=CNE?QHPQN=HEJBN=OPNQ?PQNA=J@HARAHOKBNQN=H
@ARAHKLIAJPĢĠEEE
EILNKRABKK@LNK@Q?PEKJPKBQHłHHPDABKK@NAMQENAIAJPEJPDA?KQJPNUĢ=J@ĠER
EILNKRAPDA?=L=?EPUPK
I=J=CACKRANJIAJP=J@?KIIQJEPUBKK@OPK?GO
Di bawah ini adalah kegiatan operasional kunci yang dilakukan untuk menjamin dan meningkatkan ketersediaan
pangan adalah:
0KIAKLAN=PEKJ=H=?PEREPEAOPKI=EJP=EJBKK@=R=EH=>EHEPU=NA=OBKHHKSOġ
2.
3.
4.
5.
6.
1.
3.
-AJCAI>=JC=JH=D=J=>=@EFQP=D=H=D=JO=S=D>ANENEC=OE@=JFQP=D=H=D=JGANEJC
Pengembangan konservasi dan rehabilitasi lahan.
Pelestarian sumberdaya air dan pengelolaan daerah aliran sungai.
Pengembangan dan penyediaan benih, bibit unggul, dan alat mesin pertanian.
Pengaturan pasokan gas untuk memproduksi pupuk.
Pengembangan skim permodalan bagi petani/nelayan.
"TL=JOEKJKBLANI=JAJP=CNE?QHPQN=HH=J@>UIEHHEKJDA?P=NAOKBENNEC=PA@H=J@=J@IEHHEKJDA?P=NAOKB@NUH=J@
&ILNKRAIAJPKBH=J@?KJOANR=PEKJ=J@NAD=>EHEP=PEKJ
KJOANR=PEKJKBS=PANNAOKQN?AO=J@S=PANODA@O
&ILNKRAIAJP=J@LNKREOEKJKBOAA@ODU>NE@OAA@O=J@=CNE?QHPQN=HI=?DEJANU
/ACQH=PEKJKB)-$BKNBANPEHEVANLNK@Q?PEKJ
&ILNKRAIAJPKB?=LEP=HO?DAIAOBKNB=NIANOłODANIAJ
Peningkatan produksi dan produktivitas (perbaikan genetik & teknologi budidaya).
8. Pencapaian swasembada 5 komoditas strategis: padi (swasembada berkelanjutan), jagung (2008), kedelai
Ġ
CQH=Ġ
@=J@=CEJCĠ
9. Penyediaan insentif investasi di bidang pangan termasuk industri gula, peternakan, dan perikanan.
Penguatan penyuluhan, kelembagaan petani/nelayan dan kemitraan.
&J?NA=OEJCLNK@Q?PEKJ=J@LNK@Q?PEREPUĠCAJAPE?IK@Eł?=PEKJ=J@?QHPER=PEKJPA?DJKHKCU
?DEAREJCOAHBOQBł?EAJ?UBKNłRAOPN=PACE??KIIK@EPEAOġL=@@UĠ?KJPEJQKQOOAHBOQBł?EAJ?U
I=EVAĠ
OKU>A=J
Ġ
OQC=NĠ
=J@IA=PĠ
$EREJCEJ?AJPERAOBKNEJRAOPIAJPEJOQC=N?=JARAPANEJ=NU=J@łODANUEJ@QOPNEAO
0PNAJCPDAJEJCATPAJOEKJB=NIANłODANIAJEJOPEPQPEKJO=J@L=NPJANODEL
Selain itu juga dilakukan kebijakan lain, yaitu:
&J=@@EPEKJPDABKHHKSEJC=NAOQLLKNPEJCLKHE?EAOġ
Menata Pertanahan dan Tata Ruang dan Wilayah, melalui:
Š Pengembangan reformasi agraria
Š Penyusunan tata ruang daerah dan wilayah
Š -AN>=EG=J=@IEJEOPN=OELANP=J=D=J@=JOANPEłG=OEH=D=J
Š Pengenaan sistem perpajakan progresif bagi pelaku konversi lahan pertanian subur dan yang mentelantarkan
lahan pertanian
1. )=J@NABKNI=J@OL=PE=HLH=JJEJCPDNKQCDġ
Š EILNKREJC=CN=NE=JNABKNI
Š developing regional spatial planning
Š EILNKREJCH=J@=@IEJEOPN=PEKJ=J@?ANPEł?=PEKJ
Š EILKOEJC=LNKCNAOERAP=TOUOPAIPKPDKOASDK=NA?KJRANPEJCBANPEHAH=J@=J@=>=J@KJEJC=CNE?QHPQN=HH=J@
2. Mengembangkan Cadangan Pangan
Š Pengembangan cadangan pangan pemerintah (nasional, daerah dan desa) sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan Pasal 5
Š Pengembangan lumbung pangan masyarakat
3. Menjaga Stabilitas Harga Pangan
Š Pemantauan harga pangan pokok secara berkala untuk mencegah jatuhnya harga gabah/beras di bawah
&ILNKREJCBKK@OPK?GO
Š !ARAHKLEJCCKRANJIAJPBKK@OPK?GOĠ=PJ=PEKJ=H@EOPNE?P=J@REHH=CAHARAH
=??KN@EJCPK$KRANJIAJP/ACQH=PEKJJK
D=LPANKJ#KK@0A?QNEPU
Š !ARAHKLEJC?KIIQJEPUBKK@OPK?GO
3. *=EJP=EJEJC#KK@-NE?A0P=>EHEPU
Š *KJEPKNEJCPDALNE?AOKBOP=LHABKK@ONACQH=NHUPKLNARAJP=OD=NL@A?NA=OAKBL=@@ULNE?AOPK>AHKSPDA$KRANJIAJP
Harga Pembelian Pemerintah (HPP)
Š Pengelolaan pasokan pangan dan cadangan penyangga untuk stabilitas harga pangan seperti yang tercantum
@=H=I&JLNAO+KIKN1=DQJPAJP=JC(A>EF=G=J-AN>AN=O=JĢ0(*AJ(KKN@EJ=PKNE@=JC-ANAGKJKIE=J
dan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat No. KEP-46/M.EKON/08/2005 dan Nomor 34/KEP-34/
KEP/MENKO/KESRA/VIII/2005 tentang Pedoman Umum Koordinasi Pengelolaan Cadangan Beras Pemerintah;
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 22 Tahun 2005 tentang Penggunaan Cadangan pangan Pemerintah
untuk Pengendalian Harga, dan Surat menteri Pertanian kepada Gubernur dan Bupati Walikota se-Indonesia
+KIKN--*P=JCC=HI=NAPPAJP=JC-AJCAHKH==J =@=JC=J-=JC=J
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
-=@@U-NK?QNAIAJP-NE?A
Š *=J=CEJCPDABKK@OQLLHU=J@>QBBANOPK?GOPKOP=>EHEVABKK@LNE?AOEJ=??KN@=J?ASEPDPDAATEOPEJCNACQH=PEKJOOP=PA@
EJġĠ&JLNAOJKKJ/E?A-KHE?UĢ0( KKN@EJ=PEJC*EJEOPNUKB"?KJKIU=J@ KKN@EJ=PEKJ*EJEOPNUKB0K?E=H
4AHB=NAJK("-*"(,+=J@+KIKN("-("-*"+(,("0/3&&&KJ$QE@AHEJAOKJ
KKN@EJ=PEKJ*=J=CAIAJPKB$KRANJIAJP/E?A0PK?GOĢ/ACQH=PEKJKB*EJEOPNUKB KIIAN?AJKKJPDA
QOAKBCKRANJIAJPBKK@OPK?GOPKOP=>EHEVALNE?A=J@)APPANKB*EJEOPNUKBCNE?QHQPQNAPKPDA$KRANJKNO=J@DA=@OKB
@EOPNE?POEJ&J@KJAOE=JK--*KJ*=N?DKJ#KK@0PK?G*=J=CAIAJP
33
BAB/Chapter 2
Strategi
g untuk meningkatkan
g
ketersediaan pangan
p g
4. Meningkatkan Aksesibilitas Rumah Tangga terhadap Pangan
Š Pemberdayaan masyarakat miskin dan rawan pangan
Š Peningkatan efektivitas program Raskin
Increasing household accessibility to food
Š "ILKSANEJCLKKN=J@BKK@EJOA?QNALAKLHA
Š &ILNKREJCPDAABBA?PERAJAOOKBPDA/EOAOQ>OE@ULNKCN=IIAĠ/0(&+
5. *AH=GQG=J!ERANOEłG=OE-=JC=J
Š -AJEJCG=P=J@ERANOEłG=OEGKJOQIOEL=JC=J@AJC=JCEVEOAEI>=JCĠ-ANLNAO+K1=DQJ
Š Pemberian makanan tambahan untuk anak sekolah (PMTAS)
Š Pengembangan teknologi pangan
Š !ERANOEłG=OEQO=D=P=JE@=JLAJCAI>=JC=JL=JC=JHKG=H
&ILHAIAJPEJC#KK@!ERANOEł?=PEKJ
Š &J?NA=OEJCBKK@?KJOQILPEKJ@ERANOEł?=PEKJPDNKQCD>=H=J?A@@EAPĠ-ANLNAO+K
Š &ILHAIAJPEJCOQLLHAIAJP=NUBAA@EJCLNKCN=IIAOBKNO?DKKH?DEH@NAJĠ-*10
Š &ILNKREJCBKK@PA?DJKHKCU
Š !ERANOEBUEJC=CNE>QOEJAOO=J@@ARAHKLEJCHK?=HBKK@O
DAFTAR PUSTAKA
REFERENCES
i.
ii.
EEE
iv.
E
EE
EEE
ER
Dewan Ketahanan Pangan. Kebijakan Umum Pemantapan Ketahanan Pangan Nasional, 2006.
Departemen Pertanian. Rencana Pembangunan Pertanian 2005-2009.
=@=J-QO=P0P=PEOPEG-NKUAGOE-AJ@Q@QG&J@KJAOE=-AN-NKREJOE
Dewan Ketahanan Pangan dan World Food Programme. Peta Kerawanan Pangan Indonesia (FIA), 2005.
+=PEKJ=H#KK@0A?QNEPU KQJ?EH+=PEKJ=H-KHE?UKJ#KK@R=EH=>EHEPU
*EJEOPNUKBCNE?QHPQNA+=PEKJ=H!ARAHKLIAJPKBCNE?QHPQNA
+=PEKJ=H0P=PEOPE?,Bł?A-KLQH=PEKJ-NKFA?PEKJ=??KN@EJCPK-NKREJ?A6A=N
+=PEKJ=H#KK@0A?QNEPU KQJ?EHKBPDA$KRANJIAJPKB&J@KJAOE==J@4KNH@#KK@-NKCN=IIA#KK@&JOA?QNEPUPH=O
KB&J@KJAOE=
34
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
BAB/Chapter 2
Peta 2.1 / Map 2.1
Rasio Konsumsi Normatif Per Kapita terhadap Produksi Bersih Serealia
Ratio of Per Capita Normative Consumption to Net Cereal Production
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
35
CHAPTER 3
FOOD AND LIVELIHOOD ACCESS
Akses terhadap pangan merupakan salah satu dari 3 pilar ketahanan pangan. Indikator ini merupakan salah satu
indikator utama yang digunakan untuk analisis di FIA 2005 dan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan (FSVA) ini.
#KK@=??AOOEOKJAKBPDAPDNAALEHH=NOKBBKK@OA?QNEPU&PEOKJAKBPDAGAUEJ@E?=PKNOQOA@EJ=J=HUVEJCPDA#&=J@
this Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA).
Akses Pangan adalah kemampuan rumah tangga untuk memperoleh cukup pangan, baik yang berasal dari produksi
sendiri, stok, pembelian, barter, hadiah, pinjaman dan bantuan pangan. Ketersediaan pangan di suatu daerah mungkin
mencukupi, akan tetapi tidak semua rumah tangga memiliki akses yang memadai baik secara kuantitas maupun
#KK@ =??AOO EO = DKQOADKH@†O =>EHEPU PK =?MQENA =J =@AMQ=PA =IKQJP KB BKK@ PDNKQCD KJA KN = ?KI>EJ=PEKJ KB KSJ
DKIALNK@Q?PEKJOPK?GOLQN?D=OAO>=NPANCEBPO>KNNKSEJC=J@BKK@=E@#KK@I=U>A=R=EH=>HA>QPJKP=??AOOE>HAPK
?ANP=EJDKQOADKH@OEBPDAU?=JJKP=?MQENA=OQBł?EAJPMQ=JPEPUKN@ERANOEPUKBBKK@PDNKQCDPDAOAIA?D=JEOIO#KK@=??AOO
keragaman pangan melalui mekanisme tersebut di atas. Akses pangan tergantung pada daya beli rumah tangga yang
ditentukan oleh penghidupan rumah tangga tersebut. Penghidupan terdiri dari kemampuan rumah tangga, modal/aset
ĠOQI>AN@=U==H=IłOEGOQI>AN@=U=I=JQOE=AGKJKIE@=JOKOE=H
@=JGACE=P=JU=JC@EH=GQG=JQJPQGIAIAJQDE
kebutuhan hidup dasar – penghasilan, pangan, tempat tinggal, kesehatan dan pendidikan. Rumah tangga yang tidak
memiliki sumber penghidupan yang memadai dan berkesinambungan, sewaktu-waktu dapat berubah, menjadi tidak
berkecukupan, tidak stabil dan daya beli menjadi sangat terbatas, yang menyebabkan tetap miskin dan rentan terhadap
@ALAJ@OKJDKQOADKH@LQN?D=OEJCLKSANSDE?DEO@APANIEJA@>UDKQOADKH@HERAHEDKK@O)ERAHEDKK@O?KILNEOAPDADKQOADKH@†O
?=L=>EHEPEAO?=LEP=HO=OOAPOĠJ=PQN=HLDUOE?=HDQI=JA?KJKIE?=J@OK?E=H
=J@=?PEREPEAONAMQENA@PKOA?QNA>=OE?JAA@O
EJ?KIABKK@ODAHPANDA=HPD=J@A@Q?=PEKJ1DKOASDK@KJKPD=RAOQOP=EJ=>HA=J@=@AMQ=PAHERAHEDKK@OSDE?DEJPQNJHA=@
PKEJ=@AMQ=PA=J@OP=>HAEJ?KIA=J@HEIEPA@LQN?D=OEJCLKSANNAI=EJLKKN=J@RQHJAN=>HAPKBKK@EJOA?QNEPU
kerawanan pangan.
0A?=N= CHK>=H LAJ@Q@QG U=JC PEJCG=P LAJ@=L=P=JJU= @E >=S=D 20 ĠPurchasing Power Parity/PPP)
y
per hari
menurut Bank Dunia, di kelompokkan sebagai penduduk miskin. Pemerintah Indonesia menggunakan garis kemiskinan
J=OEKJ=HOA>AO=N20---LAND=NEĠ/LKN=JC>QH=JL=@=P=DQJ
D=NEQJPQGGALANHQ=JLANAJ?=J==J
Semakin besar jumlah penduduk miskin di suatu provinsi atau kabupaten maka akses terhadap pangan akan semakin
rendah dan angka kerawanan pangan akan semakin tinggi.
$HK>=HHUEJ@ERE@Q=HOSDKHERA>AHKSPDA4KNH@=JG†O20-QN?D=OEJC-KSAN-=NEPUĠ---
LAN@=U=NA?=PACKNEVA@=O
LKKNLAKLHA&J&J@KJAOE=PDA$KRANJIAJPQOAOPDAJ=PEKJ=HLKRANPUHEJAKB20---LAN@=UĠ/LLANOKJ
IKJPDEJ
BKNLH=JJEJCLQNLKOAO1DACNA=PANPDAJQI>ANKBLKKNLAKLHAEJ=NACEKJKN=@EOPNE?PPDAHKSANPDA=??AOO
to food and the higher the food insecurity.
3.1 PENDUDUK DI BAWAH GARIS KEMISKINAN
3.1 POPULATION BELOW THE POVERTY LINE
Pada dekade yang lalu, Pemerintah Indonesia telah melakukan upaya yang berarti untuk mengurangi tingkat kemiskinan
@E&J@KJAOE=AN@=O=NG=JC=NEOGAIEOGEJ=J@QJE=Ġ20---
OAF=GP=DQJ&J@KJAOE=PAH=DIAJ?=L=EP=NCAP
yang ditetapkan dalam *EHHAJEQI!ARAHKLIAJP$K=H untuk mengurangi jumlah penduduk miskin menjadi setengahnya
L=@=P=DQJU=EPQOA>AO=N@=NELAJ@Q@QGJ=OEKJ=H
!QNEJC PDA H=OP @A?=@A PDA $KRANJIAJP KB &J@KJAOE= D=O I=@A OQ>OP=JPE=H ABBKNPO PKS=N@O NA@Q?EJC LKRANPU EJ PDA
?KQJPNU=OA@KJPDALNAREKQOCHK>=HLKRANPUHEJAĠ20---
OEJ?A&J@KJAOE=D=O=HNA=@UNA=?DA@EPO*EHHAJJEQI
!ARAHKLIAJP$K=HP=NCAPKBD=HREJCPDAJQI>ANKBPDALKKN>UOAP=PKBPDAJ=PEKJ=HLKLQH=PEKJ
+=IQJ=@=FQP=KN=JCĠ
U=JCDE@QL@E>=S=DC=NEOGAIEOGEJ=JJ=OEKJ=HĠ20---
L=@=P=DQJ
U=JCGQN=JCHA>EDOAP=N=@AJC=J=JCG=OA>AHQIGNEOEOL=@=P=DQJĠFQP=KN=JCU=JCDE@QL@E>=S=D
C=NEOGAIEOGEJ=JL=@=P=DQJ
%=ILEN@=NELAJ@Q@QGIEOGEJPEJCC=H@E@=AN=DLA@AO==J!=J@=NEOAHQNQD
I=OU=N=G=PIEOGEJPANOA>QPHA>ED@=NEPEJCC=H@ELQH=Q'=S=
%KSARAN=??KN@EJCPKPDAJ=PEKJ=HLKRANPUHEJAĠ20---
ĠIEHHEKJ
KBPDALKLQH=PEKJSANA@AłJA@
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
=OLKKNEJSDE?DS=OJA=NHUPDAO=IA=OPDAJQI>ANEJPDALNA?NEOEOUA=NKBĠIEHHEKJLAKLHA>AHKSPDA
LKRANPUHEJAEJ
HIKOPKBPDALKKNLAKLHAHERA@EJNQN=H=NA=O,QPKBPDAPKP=HLKKNLAKLHAIKNAPD=J
HERA@KJ'=R=EOH=J@
37
BAB/Chapter 3
BAB 3
AKSES TERHADAP PANGAN DAN
PENGHIDUPAN
7DEHO-XPODKGDQ3HUVHQWDVH3RSXODVLGL%DZDK*DULV.HPLVNLQDQ1DVLRQDO
7DEOH1XPEHUDQG3HUFHQWDJHRI3RSXODWLRQ%HORZ1DWLRQDO3RYHUW\/LQH
Provinsi/Province
No
-XPODK1XPEHU
-XPODK1XPEHU
%
%
-XPODK1XPEHU
%
1
Nanggroe Aceh Darussalam
1,166.4
28.69
1,149.7
28.28
1,083.7
26.65
2
Sumatera Utara
1,840.2
14.68
1,897.1
15.01
1,768.5
13.90
3
Sumatera Barat
482.8
10.89
578.7
12.51
529.2
11.90
4
Riau
600.4
12.51
564.9
11.85
574.5
11.20
5
Kepulauan Riau
317.8
10.97
304.6
12.18
281.9
10.27
6
Jambi
1429
11.88
1,446.9
11.37
1,331.8
19.15
7
Sumatera Selatan
361.2
21.01
360.0
20.99
370.6
22.13
8
Bengkulu
1,572.6
22.18
1,638.0
23.00
1,661.7
22.19
9
Bangka Belitung
95.3
9.74
117.4
10.91
95.1
9.54
10
Lampung
148
21.42
163.0
22.77
148.4
10.30
11
Banten
316.2
8.86
407.1
9.79
405.7
4.61
12
D.K.I. Jakarta
5,137.6
3.61
5,712.5
4.57
5,457.9
13.55
13
Jawa Barat
6,533.5
13.06
7,100.6
14.49
6,557.2
20.43
14
Jawa Tengah
625.8
20.49
648.7
22.19
633.5
18.99
15
D.I. Yogyakarta
7,139.9
18.95
7,678.1
19.15
7,155.3
19.98
16
Jawa Timur
830.5
19.95
904.3
21.09
886.2
9.07
17
Bali
228.4
6.72
243.5
7.08
229.1
6.63
18
Nusa Tenggara Barat
1,136.5
25.92
1,156.1
27.17
1,118.6
24.99
19
Nusa Tenggara Timur
1,171.2
28.19
1,273.9
29.34
1,163.6
27.51
20
Kalimantan Barat
629.8
14.24
626.7
15.24
584.3
12.91
21
Kalimantan Tengah
230.9
10.73
212.8
11.00
210.3
9.38
22
Kalimantan Selatan
235.7
7.23
278.5
8.32
233.5
7.01
23
Kalimantan Timur
299.1
10.57
335.5
11.41
324.8
11.04
24
Sulawesi Utara
201.4
9.34
249.4
11.54
250.1
11.42
25
Gorontalo
527.5
29.05
553.5
29.13
557.4
22.42
26
Sulawesi Tengah
1,280.6
21.80
1,112.0
23.63
1,083.4
14.11
27
Sulawesi Selatan
450.5
14.98
466.8
14.57
465.4
21.33
28
Sulawesi Tenggara
255
21.45
273.8
23.37
241.9
27.35
29
Sulawesi Barat
-
-
205.2
20.74
189.9
19.03
30
Maluku
411.5
32.28
418.6
33.03
404.7
31.14
31
Maluku Utara
118.6
13.23
116.8
12.73
109.9
11.97
32
Papua
-
-
284.1
41.52
266.8
39.31
33
Papua Barat
1,028.2
40.83
816.7
41.34
793.4
40.78
Total Indonesia
Sumber/Source: Diolah dari Susenas Modul Konsumsi 2005-2007, BPS/Susenas Module of Consumption 2005-2007, BPS
1=>AH IAJQJFQGG=J >=DS= OAH=I= P=DQJ LANOAJP=OA LAJ@Q@QG IEOGEJ J=OEKJ=H D=ILEN PE@=G
IAJC=H=IELANQ>=D=JU=EPQL=@=P=DQJIAJF=@EL=@=P=DQJ0A>=CE=J>AO=NLAJ@Q@QG
miskin tersebar di 6 provinsi, yaitu Papua, Papua Barat, Maluku, NTT, Gorontalo dan NAD. Dari 33 provinsi, terdapat
38
1=>HA ODKSO PD=P @QNEJC PDA J=PEKJ=H LKRANPU N=PA S=O =HIKOP QJ?D=JCA@ BNKI EJ PK
EJ-KRANPUS=O?KJ?AJPN=PA@EJOETĠ
LNKREJ?AOġ-=LQ=-=LQ==N=P*=HQGQ+11$KNKJP=HK=J@+!
,QPKBLNKREJ?AOLNKREJ?AOD=@=LKRANPUHARAHDECDANPD=JPDAJ=PEKJ=H=RAN=CAEJSEPD-=LQ=LNKREJ?AD=REJC
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
LNKREJOEU=JCIAIEHEGEPEJCG=PGAIEOGEJ=J@E=P=ON=P=N=P=J=OEKJ=HP=DQJ@EI=J=LNKREJOE-=LQ=IANQL=G=J
LNKREJOE@AJC=JLNKLKNOELAJ@Q@QGIEOGEJU=JCL=HEJCPEJCCEĠ
LNKREJOEPAH=D@=L=PIAJCQN=JCEPEJCG=P
kemiskinan sejak tahun 2003. 5 provinsi yang tingkat kemiskinannya tidak berkurang persentasenya adalah Sulawesi
PDADECDAOPLNKLKNPEKJKBEPOLKLQH=PEKJ?H=OOEBUEJC=OLKKNĠ
1SAJPUOETĠ
LNKREJ?AOD=RA>AAJ=>HAPKNA@Q?A
PDALKRANPUN=PAOEJ?A#ERAĠ
D=RAJKP>AAJ=>HAPKNA@Q?APDALKRANPUN=PAġ0QH=SAOE2P=N=-=LQ=!(&'=G=NP=
0QI=PAN==N=P=J@'=S==N=P1SKĠ
LNKREJ?AOSDE?D@E@JKPATEOPEJ-=LQ==N=P=J@0QH=SAOE=N=PD=@
Utara, Papua, DKI Jakarta, Sumatera Barat dan Jawa Barat. Terdapat 2 provinsi baru yang tidak termasuk dalam
FIA 2005 yaitu Papua Barat dan Sulawesi Barat, dimana telah mengalami peningkatan dalam mengurangi tingkat
GAIEOGEJ=JL=@=P=DQJ@=J
I=@ALNKCNAOOEJNA@Q?EJCLKRANPUN=PABNKIPK
Data tingkat kabupaten mengenai persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan nasional menunjukkan
LAN>A@==JPEJCG=PGAIEOGEJ=JU=JCFAH=O=JP=NG=>QL=PAJĠ-AP=
!=NE(=>QL=PAJU=JC@E=J=HEOEOG=>QL=PAJ
mempunyai tingkat kemiskinan lebih tinggi dari rata-rata nasional. Diantara kabupaten-kabupaten tersebut, terdapat
65 kabupaten yang memiliki 30% penduduk hidup di bawah garis kemiskinan nasional (Tabel 3.2). Oleh karena itu,
program penanggulangan kemiskinan harus diprioritaskan ke kabupaten-kabupaten tersebut.
1DA@EOPNE?PHARAH@=P=KJPDALAN?AJP=CAKBLAKLHAHEREJC>AHKSPDAJ=PEKJ=HLKRANPUHEJAODKSOIKNALNKJKQJ?A@@EBBANAJ?AO
>APSAAJPDA@EOPNE?POĠ*=L
,QPKB@EOPNE?PO@EOPNE?POD=@LKRANPUN=PAODECDANPD=JPDAJ=PEKJ=H=RAN=CA
IKJCPDAI@EOPNE?POD=@IKNAPD=JKBLAKLHAHEREJC>AHKSPDAJ=PEKJ=HLKRANPUHEJAĠ1=>HA
1DQOLKRANPU
=HHARE=PEKJABBKNPOODKQH@LNEKNEPEVAPDAOA@EOPNE?PO
Provinsi/
Province
No
BAB/Chapter 3
7DEHO-XPODKNDEXSDWHQNDEXSDWHQ\DQJPHPLOLNLSHQGXGXNKLGXSGLEDZDKJDULVNHPLVNLQDQWDKXQ
7DEOH1XPEHURIGLVWULFWVZLWKPRUHWKDQSHRSOHEHORZSRYHUW\OLQHLQ
-XPODKNDEXSDWHQ\DQJPHPLOLNLSHQGXGXN
KLGXSGLEDZDKJDULVNHPLVNLQDQ
1XPEHURI'LVWULFWVZLWKPRUHWKDQSHRSOH
EHORZSRYHUW\OLQH
1
Nangroe Aceh Darussalam
6
2
Sumatera Utara
2
3
Kepulauan Riau
1
4
Sumatera Selatan
2
5
Bengkulu
3
6
Lampung
1
7
Jawa Tengah
4
8
Jawa Timur
4
9
Nusa Tenggara Timur
7
10
Gorontalo
2
11
Sulawesi Tengah
1
12
Maluku
7
13
Maluku Utara
1
14
Papua Barat
7
15
Papua
17
Total
Sumber/Source: Diolah dari Susenas Modul Konsumsi 2005-2007, BPS / Susenas Module of Consumption 2005-2007, BPS
Sebagian besar wilayah Indonesia bagian timur kurang cocok untuk lahan pertanian pangan, oleh karena itu peningkatan
penghidupan rumah tangga masih menjadi suatu tantangan. Meskipun Indonesia telah mencapai target MDG dalam
mengurangi jumlah penduduk miskin menjadi setengahnya pada tingkat nasional, akan tetapi beberapa kabupaten
akan tetap tinggi tingkat kemiskinannya apabila upaya yang dilakukan tidak efektif dan sangat penting untuk menangani
masalah kemiskinan langsung ke akar-akarnya.
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
4EPDPDAI=FKNEPUKBA=OPANJ&J@KJAOE=JKPOQEP=>HABKNDECDUEAH@?NKLLNK@Q?PEKJEILNKRAIAJPOEJDKQOADKH@O†HERAHEDKK@O
SEHHNAI=EJ?D=HHAJCEJCHPDKQCDPDA?KQJPNUD=O=?DEARA@PDA*!$P=NCAPKBIKNAPD=JD=HREJCPDAJQI>ANKBPDALKKN
=PPDAJ=PEKJ=HHARAHI=JU@EOPNE?POSEHHNAI=EJOECJEł?=JPHULKKNEB?KJ?ANPA@ABBKNPO=NAJKPI=@AABBA?PERAHU=J@QNCAJPHU
to tackle root causes of poverty.
39
$=I>=Nġ0QI>ANLAJ@=L=P=JQP=I=IAJQNQPGH=OEłG=OEOAGPKN=H@=JOQ>OAGPKN=H
#ECQNAġ*=EJEJ?KIAOKQN?AO=??KN@EJCPKOA?PKN=H=J@OQ>OA?PKN=H?H=OOEł?=PEKJ
Sumber/Source: PODES 2008, BPS
$=I>=NIAJCC=I>=NG=J@AJC=JFAH=OPAJP=JC@KIEJ=OEOAGPKNLANP=JE=JOA>=C=EOQI>ANLAJ@=L=P=JI=OU=N=G=P
Di samping pendapatan yang diperoleh dari hasil panen tanaman pangan, perkebunan juga merupakan salah satu
OQI>ANLAJ@=L=P=JU=JCOECJEłG=JGA@Q=@E>=JU=GSEH=U=D@E&J@KJAOE=U=JC@EEGQPEKHADLANEG=J=JH=QP!AJC=J
produktivitas pertanian yang peningkatannya relatif stagnan dalam beberapa tahun terakhir, fragmentasi lahan yang
relatif tinggi di wilayah padat penduduk dan pengaruh curah hujan yang tak menentu di wilayah bagian timur kawasan
Indonesia, berdampak kurang menguntungkan pada masyarakat yang bergantung terhadap produksi tanaman pangan
(di lahan sendiri ataupun sistem bagi hasil) sebagai sumber pendapatan utama. Sehingga mengakibatkan banyak dari
#ECQNAODKSO=?HA=N@KIEJ=J?AKBPDA=CNE?QHPQN=HOA?PKN=OLAKLHAO†OKQN?AKBEJ?KIAL=NPBNKIPDAEJ?KIA@ANERA@
BNKI?NKLD=NRAOPLH=JP=PEKJAIANCA@=OPDAOA?KJ@OECJEł?=JPOKQN?AKBEJ?KIAEJI=JUL=NPOKBPDA?KQJPNUBKHHKSA@
>UOA=S=PANłODANEAO4EPD=CNE?QHPQN=HLNK@Q?PEREPUNAI=EJA@OP=CJ=JPEJNA?AJPUA=NODECDH=J@BN=CIAJP=PEKJEJ@AJOAHU
populated regions and erratic rainfall in the eastern part of the country, the people dependant on crop production (on their
KSJH=J@KNOD=NA?NKLLEJC>=OEO
=OPDAI=FKNOKQN?AKBEJ?KIA=NA=@RANOAHU=BBA?PA@NAOQHPEJCEJI=JUKBPDAIAEPDAN
falling below or hovering around the poverty line.
mereka yang jatuh di bawah atau berada di sekitar garis kemiskinan.
40
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
No
Provinsi/Province
1
Nanggroe Aceh Darussalam
2
Sumatera Utara
3
Sumatera Barat
4
Riau
5
6
12.5
10.43
9.84
10.98
11.51
10.1
11.5
11.87
10.31
13.91
10.24
9.79
Kepulauan Riau
8.59
6.62
6.22
Jambi
8.56
9.33
9.34
7
Sumatera Selatan
6.15
6.04
4.68
8
Bengkulu
6.85
9.13
7.58
8.1
8.99
6.49
-
12.24
9.01
9
Bangka Belitung
10
Lampung
11
Banten
14.73
11.4
12.57
12
D.K.I. Jakarta
14.73
14.59
13.08
13
Jawa Barat
8.51
8.02
7.7
14
Jawa Tengah
5.05
6.31
6.1
15
D.I. Yogyakarta
16
Jawa Timur
17
18
8.45
8.19
6.79
14.23
18.91
15.75
Bali
4.03
6.04
3.77
Nusa Tenggara Barat
8.93
8.9
6.48
19
Nusa Tenggara Timur
5.46
3.65
3.72
20
Kalimantan Barat
8.61
8.53
6.47
21
Kalimantan Tengah
4.85
6.68
5.11
22
Kalimantan Selatan
6.18
8.87
7.62
23
Kalimantan Timur
9.04
13.43
12.07
24
Sulawesi Utara
14.4
14.62
12.35
25
Gorontalo
7.63
10.31
8.39
26
Sulawesi Tengah
13.58
12.76
11.25
27
Sulawesi Selatan
8.92
9.67
6.4
28
Sulawesi Tenggara
9.79
7.62
7.16
29
Sulawesi Barat
-
6.45
5.45
30
Maluku
12.3
13.72
12.2
31
Maluku Utara
8.88
6.9
6.05
32
Papua
7.12
5.83
5.01
33
Papua Barat
-
10.17
9.46
Total Indonesia
BAB/Chapter 3
7DEOH2SHQ8QHPSOR\PHQW5DWH285VE\3URYLQFH±
Sumber/Source: Diolah dari hasil Survey Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), BPS 2005-2007/
Based on National Labor Force Survey, BPS 2005-2007
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
41
3.2 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT)
3.2 OPEN
O N UNEMPLOY
OYMENT
T RATE
E (OUR)
Sumber utama data ketenagakerjaan adalah Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas). Sejak tahun 2005, Sakernas
dilakukan sebanyak dua kali dalam setahun yaitu pada bulan Pebruari dan Agustus. Dalam rangka menyesuaikan dengan
1DA I=EJ OKQN?A KB I=JLKSAN @=P= EO PDA +=PEKJ=H )=>KQN #KN?A 0QNRAU Ġ0=GANJ=O
0EJ?A 0=GANJ=O D=O >AAJ
?KJ@Q?PA@PSE?A=UA=NEJ#A>NQ=NU=J@QCQOP&JKN@ANPK=@=LPPKPDA&JPANJ=PEKJ=H)=>KQN,NC=JEV=PEKJ†OJAS?KJ?ALP
konsep baru dari Organisasi Tenaga Kerja International (ILO), maka konsep status ketenagakerjaan dan pengangguran
PAN>QG=PAH=D@ELANHQ=OOAF=G0=GANJ=OP=DQJ1KP=HJCG=P=J(ANF==@=H=DLAJ@Q@QGQOE=P=DQJ=P=QHA>ED
yang pada minggu lalu bekerja, atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan pengangguran (sedang
mencari pekerjaan atau sedang mempersiapkan suatu usaha).
>KPDAILHKUIAJPOP=PQO=J@KLAJQJAILHKUIAJPD=O>AAJATPAJ@A@OEJ?APDA0=GANJ=O1DAPKP=HH=>KQNBKN?A=NA
LAKLHA=CA@=J@KRANSDKSANASKNGEJCĢPAILKN=NEHU=>OAJPBNKISKNG>QPD=REJCFK>OĢ=J@PDKOASDK@E@JKPD=RA
work and were looking for work, in the previous week.
Konsep pengangguran terbuka saat ini mencakup penduduk yang aktif mencari pekerjaan, penduduk yang sedang
mempersiapkan usaha/pekerjaan baru, penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin
mendapatkan pekerjaan serta penduduk yang tidak aktif mencari pekerjaan dengan alasan sudah mempunyai pekerjaan
,LAJ QJAILHKUIAJP JKS ?KJOEOPO KB PDA LKLQH=PEKJ SDK SANA HKKGEJC BKN SKNG LKLQH=PEKJ SDK AOP=>HEODEJC = JAS
>QOEJAOOłNIAOP=>HEODIAJP LKLQH=PEKJ SDK SANA BAAHEJC DKLAHAOO KB CAPPEJC = FK> =J@ LKLQH=PEKJ SDK D=RA I=@A
=NN=JCAIAJPOPKOP=NPSKNGEJC>QPJKP=?PQ=HHUOP=NPA@UAP1DAPKP=H,LAJ2JAILHKUIAJP/=PAĠ,2/
EOPDAN=PEKKBPKP=H
KLAJQJAILHKUIAJPKRANPKP=HH=>KQNBKN?A
tetapi belum mulai bekerja. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah perbandingan total pengangguran terbuka di
bagi dengan jumlah angkatan kerja.
Tabel 3.3 menunjukkan bahwa pada tingkat nasional, TPT tidak mengalami perubahan, masih berada pada kisaran di
=P=OOAH=I=P=DQJ@=JIAJC=H=IELAJQNQJ=JOAGEP=NIAJF=@EL=@=P=DQJD=HEJE
menunjukkan bahwa terjadi penurunan hampir 2% dari tahun 2003. Hal ini menunjukkan bahwa penurunan angka
kemiskinan terjadi secara perlahan-lahan, peningkatan upah buruh sebagai hasil dari pertumbuhan ekonomi memiliki
1=>HAODKSOPD=P=PPDAJ=PEKJ=HHARAHPDA,2/NAI=EJA@QJ?D=JCA@=POHECDPHU=>KRA@QNEJC=J@
NA@Q?A@>U=NKQJ@PKEJEJ@E?=PEJC=@A?NA=OA>UJA=NHUBNKI1DEOOQCCAOPOPD=PPDACN=@Q=HHU
NA@Q?EJCLKRANPU=J@NEOEJCNA=HS=CAO=O=NAOQHPKBPDAA?KJKIE?CNKSPDD=@OKIALKOEPERAABBA?PKJPDAAILHKUIAJP
OEPQ=PEKJ=PPDAJ=PEKJ=HHARAH@QNEJC%KSARANPDANAEOJK?KILAHHEJCARE@AJ?APD=PPDA=@RANOA?D=JCAOEJ
>A>AN=L=@=IL=GLKOEPEBPAND=@=LOEPQ=OE1-1PEJCG=PJ=OEKJ=HOAH=I=P=DQJ+=IQJ@AIEGE=JPE@=G=@=
bukti yang mendukung bahwa perubahan negatif pada status ketenagakerjaan selama masa resesi krisis telah hilang.
Pengangguran terus terjadi sejak tahun 2005 tetapi tingkat penurunannya belum sebanding dengan pertumbuhan
ekonomi Indonesia.
PDAAILHKUIAJPOP=PQOSEPJAOOA@EJPDAS=GAKBPDA?NEOEOEJ@Q?A@NA?AOOEKJD=RA@EO=LLA=NA@2JAILHKUIAJPD=O>AAJ
?KJP=EJA@OEJ?A>QPEPONA@Q?PEKJD=OJKP>AAJ?KIIAJOQN=PASEPDPDAA?KJKIE?CNKSPDEJPDA?KQJPNU
-AN>A@==J PEJCG=P LAJC=JCCQN=J >AN>A@=>A@= =JP=N LNKREJOE -=@= P=DQJ PEJCG=P LAJC=JCCQN=J PANPEJCCE
PAN@=L=P@E=JPAJĠ
@EEGQPEKHAD'=S==N=P!(&'=G=NP=0QH=SAOE2P=N=@=J*=HQGQĠ
OA@=JCG=J
U=JCPANAJ@=D=@=H=D+11Ġ
'EG=@E>=J@EJCG=J@AJC=JP=DQJPAN@=L=P@=NELNKREJOEIAJC=H=IE
LAJQNQJ=J1-1L=@=P=DQJ+=IQJD=JU==@=LNKREJOEPANOA>QPU=JCIAJC=H=IELAJQNQJ=JHA>ED@=NE
U=EPQ /E=Q Ġ
@=J (ALQH=Q=J /E=Q Ġ
-=@= O==P U=JC >ANO=I==J PAN@=L=P LNKREJOE U=JC IAJC=H=IE
peningkatan TPT (Kalimantan Tengah naik 0,26% dan Kalimantan Timur naik 3,03%).
!EOL=NEPEAOEJQJAILHKUIAJPNAI=EJA@DECD>APSAAJNACEKJO&JPDADECDAOP,2/S=OBKQJ@EJ=JPAJĠ
3.3 AKSES TERHADAP INFRASTRUKTUR DASAR
(LISTRIK DAN JALAN)
3.3 ACCESS TO BASIC INFRASTRUCTURE
(ELECTRICITY
T AND
D ROADS
S)
Kurangnya akses terhadap infrastruktur menyebabkan ”kemiskinan lokal”, dimana masyarakat yang tinggal di daerah
PANEOKHEN=P=QPANLAJ?EH@AJC=JGKJ@EOECAKCN=łOU=JCOQHEP@=JGAPANOA@E==JL=O=NU=JC>QNQGOADEJCC=GQN=JCIAIEHEGE
kesempatan ekonomi dan pelayanan jasa yang memadai. Kelompok miskin ini tidak atau masih kurang mendapatkan
akses terhadap program pembangunan pemerintah.
)=?GKB=??AOOPKEJBN=OPNQ?PQNANAOQHPOEJļHK?=HEVA@LKRANPU‡SDANALAKLHAHEREJCEJEOKH=PA@NAIKPA=NA=OSEPDCAKCN=LDE?=H
@EBł?QHPEAO=J@LKKNI=NGAPHEJG=CAOH=?G>KPDA?KJKIE?KLLKNPQJEPEAO=J@=@AMQ=PAHARAHOKBOANRE?A@AHERANU1DAOALKKN
LAKLHAD=RAJKKNHEIEPA@=??AOOPKCKRANJIAJP@ARAHKLIAJPLNKCN=IIAO
Investasi pada infrastruktur – khususnya infrastruktur transportasi (jalan, pelabuhan, bandara, dan lain-lain), listrik,
infrastuktur pertanian (irigasi), dan fasilitas pendidikan dan kesehatan – dapat sepenuhnya mengubah suatu wilayah
sehingga menciptakan landasan pertumbuhan ekonomi dan partisipasi yang lebih besar dari masyarakat yang tinggal
&JRAOPIAJPO EJ EJBN=OPNQ?PQNA L=NPE?QH=NHU PN=JOLKNP=PEKJ EJBN=OPNQ?PQNA ĠNK=@O LKNPO =ENLKNPO AP?
AHA?PNE?EPU =CNE?QHPQN=H
EJBN=OPNQ?PQNAĠENNEC=PEKJ
A@Q?=PEKJ=H=J@DA=HPDB=?EHEPEAO?=J?KILHAPAHUPN=JOBKNI=JU=NA=PDQO?NA=PEJCPDA>=OEOBKN
A?KJKIE?CNKSPD=J@CNA=PANL=NPE?EL=PEKJKBLAKLHAHEREJCEJNAIKPA=NA=O
BKHHKSA@ '=S= =N=P !(& '=G=NP= 0QH=SAOE 2P=N= =J@ *=HQGQ Ġ
SDEHA PDA HKSAOP ,2/ S=O EJ +11 Ġ
KIL=NA@SEPDKQPKBLNKREJ?AONA@Q?A@PDA,2/OEJ%KSARANKJHUPSKKBPDAINA?KN@A@=NA@Q?PEKJ
>UIKNAPD=JSDE?DSANA/E=QĠ>U
=J@(=LQH=Q=J/E=QĠ>U
PPDAO=IAPEIAPDA,2/EJ?NA=OA@EJ
AECDPLNKREJ?AOĠ>UEJ(=HEI=JP=J1AJC=DPKEJ(=HEI=JP=J1EIQN
di daerah terpencil.
42
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
&JBN=OPNQ?PQNA@ARAHKLIAJPEJ&J@KJAOE=LH=UA@=GAUNKHAEJ?NA=PEJCCNKSPD=J@NA@Q?EJCLKRANPUEJPDAPDNAA@A?=@AO
>ABKNAPDA?NEOEO#NKIPKPDA&J@KJAOE=JA?KJKIUCNAS=P=J=JJQ=HN=PAKB=J@LAN?=LEP=EJ?KIA
NA=?DA@20EJ
0AH=I=P=DQJPAN=GDENOAGPKNGKIQJEG=OE@=JPN=JOLKNP=OEPQI>QDN=P=N=P=LANP=DQJ)EOPNEG@=JC=O@ELED=G
H=EJ>ANPQI>QDGQN=JC@=NEOAH=I=LANEK@AU=JCO=I=
,RANPDAH=OPBKQNUA=NOPDAPN=JOLKNP=J@?KIIQJE?=PEKJOA?PKNCNAS=P=J=JJQ=HN=PAKB"HA?PNE?EPU=J@C=OKJ
PDAKPDAND=J@CNAS=PHAOOPD=JLAN=JJQI@QNEJCPDAO=IALANEK@
Pada Indonesia &JBN=OPNQ?PQNA0QIIEPP (2005) menghasilkan pernyataan bersama untuk menginvestasikan lebih banyak
sumber daya untuk pembangunan jalan, suplai air, energi, telekomunikasi dan infrastruktur dasar lainnya adalah sangat
penting untuk menopang pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan standar hidup masyarakat.
1DA &J@KJAOE= &JBN=OPNQ?PQNA 0QIIEP Ġ
LNK@Q?A@ = FKEJP OP=PAIAJP PK EJRAOP =@@EPEKJ=H NAOKQN?AO EJ NK=@O S=PAN
OQLLHEAOAJANCUPAHA?KIIQJE?=PEKJO=J@KPDAN>=OE?EJBN=OPNQ?PQNAOANRE?AOPD=P=NAREP=HPKOQOP=EJA?KJKIE?CNKSPD=J@
EILNKRALAKLHA†OHEREJCOP=J@=N@O
Pada sektor pertanian, faktor yang menyebabkan tingkat pendapatan yang rendah adalah rendahnya harga komoditas
pertanian di tingkat petani/produsen (B=NIC=PALNE?A) di daerah pedesaan dibandingkan dengan harga di perkotaan
untuk komoditas dengan kualitas yang sama (komoditas belum dirubah atau diproses). Rendahnya harga komoditas
pertanian di tingkat petani merupakan akibat dari tingginya biaya transportasi untuk pemasaran hasil pertanian dari
desa surplus. Biaya transportasi akan lebih tinggi pada moda transportasi selain moda kendaraan bermotor – melewati
jalan setapak dan jalan kecil dengan tenaga manusia atau hewan, misalnya pada daerah yang tidak memiliki akses jalan
&JPDA=CNE?QHPQNAOA?PKNKJANA=OKJBKNHKSEJ?KIAOEOPDAHKSB=NIC=PALNE?AOEJNQN=H=NA=O?KIL=NA@PKPDAQN>=JLNE?A
BKNPDAO=IACKK@OKBPDAO=IAMQ=HEPUĠJKPUAPPN=JOBKNIA@KNLNK?AOOA@
#=NIC=PALNE?AO=NAHKS=O=NAOQHPKBDECDNA=H
PN=JOLKNP?KOPOBKNNQN=HI=NGAP=>HAOQNLHQOAO1N=JOLKNP?KOPO=NAARAJDECDANBKN=JUPN=JOLKNPIAPDK@OKPDANPD=JIKPKN
RADE?HAKRANPN=?GO=J@PN=EHO>UDQI=JLKNPANOKN=JEI=HOBKNAT=ILHAEJ=NA=OSEPDKQPNK=@O&J=N=LE@=OOAOOIAJPKB
?=QOAOKBLKRANPUEJłRAKB&J@KJAOE=†O@EOPNE?POREHH=CANOEJEOKH=PA@=NA=OE@AJPEłA@DECDPN=JOLKNP?KOPO=O=I=FKN?=QOA
of poverty.
yang memadai. Dalam sebuah kajian cepat terhadap penyebab kemiskinan di 5 kabupaten di Indonesia, masyarakat
desa di daerah terpencil mengeluhkan tingginya biaya transportasi sebagai penyebab utama kemiskinan.
Harga komoditas pertanian di tingkat petani yang lebih menguntungkan akan menyebabkan tingkat pendapatan yang
baik pula bagi masyarakat petani. Namun pendapatan yang lebih tinggi bagi penduduk pedesaan terpencil itu sendiri
belumlah cukup. Hal ini masih perlu didukung dengan akses terhadap pelayanan jasa, dan investasi infrastruktur agar
dapat lebih menjamin pendapatan yang lebih baik bagi masyarakat pertanian.
Dengan pengembangan akses jalan, maka guru–guru dapat lebih bersemangat untuk mengajar di sekolah–sekolah
di pedesaan miskin, yang pada gilirannya juga dapat meningkatkan sumber daya manusia di wilayah miskin tersebut.
Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dapat menjangkau petani pedesaan dalam menyediakan bantuan teknis dan
informasi lainnya. Masyarakat pedesaan dapat menjangkau pusat kesehatan lebih baik, sehingga angka kematian anak
dapat dikurangi. Manfaat pembangunan akses jalan di pedesaan yang berpenduduk miskin akan sangat dirasakan
dalam peningkatan aspek sosial maupun ekonomi penduduk desa tersebut.
Keterbelakangan infrastruktur menghalangi laju perkembangan dari suatu wilayah. Infrastruktur yang lebih baik akan
menarik investasi yang lebih besar pada berbagai sektor, hal itu akan memberikan daya dorong terhadap penghidupan
berkelanjutan. Akses jalan memberikan akses yang lebih baik ke pasar bagi para produsen, penjual dan pembeli.
Akses juga merupakan penghubung yang penting terhadap pusat pertumbuhan suatu daerah. Jalan memungkinkan
orang untuk mengakses lebih baik terhadap pelayanan dasar lainnya seperti pendidikan, kesehatan, dan sebagainya
yang sangat penting untuk memperbaiki standar kehidupan. Daerah yang terhubungkan dengan baik oleh jalan akan
menerima dukungan infrastruktur lain yang memperkuat penghidupan masyarakat.
Sektor non–pertanian pedesaan di negara berkembang, seperti Indonesia, dapat berkontribusi terhadap pertumbuhan
AGKJKIE LAJ?ELP==J H=L=JC=J GANF= @ERANOEłG=OE LAJCDE@QL=J @=J LAJCQN=JC=J GAIEOGEJ=J GOAO PAND=@=L
EJBN=OPNQGPQN@EE@AJPEłG=OEG=JOA>=C=EOA>Q=DB=GPKNU=JCIAILAJC=NQDELAGANF==J@=JLAJ@=L=P=JJKJLANP=JE=J
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
%ECDANB=NIC=PALNE?AOIA=JDECDANEJ?KIAOBKNLAKLHAEJ=CNE?QHPQNAQPDECDANEJ?KIAOBKNEOKH=PA@NQN=HLKLQH=PEKJO
=NAJKPAJKQCD&PODKQH@>AOQLLKNPA@>U=??AOOPKOANRE?AO=J@EJBN=OPNQ?PQNAEJRAOPIAJPOPKCQ=N=JPAA>APPANEJ?KIABKN
PDAB=NIEJC?KIIQJEPEAO
4EPDEILNKRA@NK=@=??AOOPA=?DANOIECDP>AIKNASEHHEJCPKOP=BBLKKNNQN=HO?DKKHOEJ?NA=OEJCDQI=J?=LEP=HEJPDAOA
LKKNNACEKJOCNE?QHPQN=HATPAJOEKJSKNGANOSKQH@>A=>HAPKNA=?DB=NIANOLNKRE@EJCPA?DJE?=HGJKSDKS=J@=@RE?APK
EJ?NA=OALNK@Q?PEREPU/QN=HREHH=CANO?KQH@NA=?DDA=HPDOP=PEKJO=J@?DEH@IKNP=HEPUIECDP>ANA@Q?A@1DAIQHPELHEANABBA?PO
KBEILNKRA@NK=@=??AOOEJREHH=CAOSEHH>ANAŃA?PA@EJPDAREHH=CANO†EILNKRA@A?KJKIE?=J@OK?E=H?=LEP=HO
2J@AN@ARAHKLIAJPKBEJBN=OPNQ?PQNADEJ@ANOPDACNKSPDN=PAKB=NACEKJAPPANEJBN=OPNQ?PQNASEHH=PPN=?PCNA=PANEJRAOPIAJPO
EJ=HHOA?PKNOPDQOCEREJCLKSANBKNOQOP=EJ=>HAHERAHEDKK@O/K=@=??AOOLNKRE@AOCNA=PANI=NGAP=??AOOPKLNK@Q?ANOOAHHANO
=J@>QUANO/K=@=??AOOSEHHCERAIKNAKLLKNPQJEPEAOPKLAKLHAPK=??AOO>=OE?OANRE?AOOQ?D=OA@Q?=PEKJDA=HPD=J@OKKJ
SDE?DSEHH?KJPNE>QPAPKS=N@O>APPANHEREJCOP=J@=N@O4AHH?KJJA?PA@NACEKJOSEPDNK=@OSEHH=HOKNA?AERAKPDANEJBN=OPNQ?PQNA
OQLLKNPSDE?DSEHHOPNAJCPDAJPDA?KIIQJEPEAO†HERAHEDKK@O
1DANQN=HJKJB=NIOA?PKNEJ@ARAHKLEJC?KQJPNEAOHEGA&J@KJAOE=?=J?KJPNE>QPAPKA?KJKIE?CNKSPDAILHKUIAJPCAJAN=PEKJ
HERAHEDKK@@ERANOEł?=PEKJ=J@LKRANPUNA@Q?PEKJ??AOOPKEJBN=OPNQ?PQNAEOE@AJPEłA@=O=B=?PKNPD=P=BBA?POJKJB=NINQN=H
AILHKUIAJP=J@EJ?KIA!=P=BNKIDKQOADKH@OEJNQN=H&J@KJAOE=QOA@>U$E>OKJ=J@,HERE=Ġ
ODKSA@PD=P
43
BAB/Chapter 3
Pembangunan infrastruktur di Indonesia memainkan peran kunci dalam menciptakan pertumbuhan dan pengurangan
GAIEOGEJ=J@=H=IPEC=@AG=@APAN=GDENOA>AHQIGNEOEOP=DQJ!=NEP=DQJO=IL=EP=DQJLANAGKJKIE=J
&J@KJAOE=PQI>QDN=P=N=P=LANP=DQJ@=JLAJ@=L=P=JLANG=LEP=IAJ?=L=E20@EP=DQJ
pedesaan. Data dari 4.000 rumah tangga di daerah pedesaan Indonesia yang digunakan oleh Gibson dan Olivia
(2008) menunjukkan bahwa kualitas 2 jenis infrastruktur kunci (jalan dan listrik) mempengaruhi baik pada pekerjaan
maupun tingkat pendapatan dari usaha non-pertanian.
PDAMQ=HEPUKBPSKGAUPULAOKBEJBN=OPNQ?PQNAĠNK=@O=J@AHA?PNE?EPU
=BBA?PO>KPDAILHKUIAJP=J@EJ?KIABNKIJKJB=NI
enterprises.
Gambar 3.2: Moda Transportasi di Indonesia
$=I>=Nġ*K@AOKB1N=JOLKNP=PEKJEJ&J@KJAOE=
Sumber/Source: PODES 2008, BPS
Sumber/Source: PODES 2008, BPS
0A?=N=J=OEKJ=HHA>ED@=NEOAHQNQD@AO=@E&J@KJAOE=PE@=G@=L=P@EF=JCG=QKHADGAJ@=N==JNK@=L=@=IQOEI
PANPAJPQ@EP=DQJĠ@=P=@=NE0QNRAE-0-,!"0
-AP=IAILANHED=PG=J>=DS=GKJAGPEłP=OF=H=JQJPQG
kendaraan roda 4 masih sangat terbatas di beberapa provinsi, khususnya di sebagian besar Jambi, sebagian Riau,
Sumatera Selatan, sebagian besar Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur,
keseluruhan Papua dan sebagian besar Papua Barat, sebagian dari NTT dan Maluku.
44
,RAN=HHIKNAPD=JPSAHRALAN?AJPĠ
KBPDAREHH=CAOEJ&J@KJAOE=SANAJKP=??AOOE>HA>UBKQNSDAAHA@RADE?HAO=P?ANP=EJ
PEIAOKBPDAUA=NEJ1DEOEO>=OA@QLKJPDA-03EHH=CAO-KPAJPE=H0QNRAUĠ-,!"0
*=L@ALE?POPDA
LAN?AJP=CAKBREHH=CAOSEPDKQP=??AOOPKBKQNSDAAHA@RADE?HANK=@O&PODKSOPD=PPDA=??AOOE>EHEPU>UBKQNSDAAHA@RADE?HAO
S=OL=NPE?QH=NHUEJ=@AMQ=PAEJL=NPOKB'=I>E/E=Q0QI=PAN=0AH=P=J(=HEI=JP=J=N=P(=HEI=JP=J1AJC=D(=HEI=JP=J
0AH=P=J=J@(=HEI=JP=J1EIQNPDASDKHAKB-=LQ==J@IKOPKB-=LQ==N=PL=NPOKB+11=J@*=HQGQ
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
7DEHO3HUVHQWDVHUXPDKWDQJJDWDQSDDNVHVNHOLVWULNSHUSURYLQVLWDKXQ
7DEOH3HUFHQWDJHRI+RXVHKROGVZLWKRXWDFFHVVWRHOHFWULW\E\SURYLQFH
Provinsi/
Province
7DQSD$NVHVNH/LVWULN
:LWKRXW$FFHVVWR(OHFWULFLW\
1
Nanggroe Aceh Darussalam
2
Sumatera Utara
9.04
3
Sumatera Barat
13.08
4
Riau
15.16
5
Kepulauan Riau
6
Jambi
17.35
7
Sumatera Selatan
19.48
8
Bengkulu
22.65
9
Bangka Belitung
10
Lampung
11
Banten
12
D.K.I. Jakarta
0.32
13
Jawa Barat
2.23
14
Jawa Tengah
2.24
15
D.I. Yogyakarta
1.47
16
Jawa Timur
2.89
17
Bali
2.04
18
Nusa Tenggara Barat
15.29
19
Nusa Tenggara Timur
61.32
20
Kalimantan Barat
23.03
21
Kalimantan Tengah
26.00
22
Kalimantan Selatan
8.67
23
Kalimantan Timur
8.83
24
Sulawesi Utara
25
Gorontalo
23.29
26
Sulawesi Tengah
25.87
27
Sulawesi Selatan
12.32
28
Sulawesi Tenggara
28.70
29
Sulawesi Barat
31.06
30
Maluku
25.02
31
Maluku Utara
27.26
32
Papua
53.63
33
Papua Barat
32.74
Total Indonesia
14.58
7.23
7.77
BAB/Chapter 3
No
18.88
6.82
5.16
Sumber/Source: Indikator Kesejahteraan Rakyat SUSENAS 2007, BPS/:HOIDUHLQGLFDWRUVRI686(1$6%36
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
45
Gambar 3.2 menunjukkan bahwa jalan merupakan moda transportasi utama di Indonesia. Akan tetapi, ada beberapa
provinsi dimana moda transportasi air masih menjadi bagian penting dari moda transportasinya. Kurang memadainya
kualitas jalan atau bahkan tidak tersedianya akses jalan menunjukkan bahwa pembangunan jalan oleh pemerintah
#ECQNAODKSOPD=PNK=@PN=RAHEOPDAI=EJIK@AKBPN=JOLKNPEJ&J@KJAOE=%KSARANPDANA=NAOARAN=HLNKREJ?AOSDANA
S=PANS=UO =HOK BKNI = OECJEł?=JP L=NP KB PDA PN=JOLKNP=PEKJ IK@A -KKN MQ=HEPU NK=@O KN ARAJ JK NK=@O =P =HH =HOK
IA=JPD=PCKRANJIAJPOANRE?AOOAH@KIAJPANPDANACEKJ&JOARAN=H@EOPNE?POLAKLHA=HOKQOA@IKPKN>K=PO=O=IK@AKB
belum menjangkau daerah tersebut. Di sebagian kabupaten, masyarakat juga menggunakan perahu motor sebagai
moda transportasinya. Akan tetapi, karena data yang akurat untuk moda transportasi air tidak tersedia, kami tidak
dapat menggunakan transportasi air sebagai salah satu indikator akses infrastuktur.
PN=JOLKNP=PEKJ%KSARAN@QAPKH=?GKB=R=EH=>HA=J@NAHE=>HA@=P=KJS=PANPN=JOLKNP=PEKJPDEOEJ@E?=PKNS=OJKPQOA@=O
an indicator for infrastructure access.
Demikian juga, akses listrik merupakan suatu indikator pendekatan yang baik untuk melihat tingkat kesejahteraan
ekonomi dan peluang penghidupan suatu daerah. Akses listrik di tingkat rumah tangga memberikan peluang bagi
GKJ@EOEGADE@QL=JU=JCHA>ED>=EG0AOQ=E@AJC=J020"+0Ġ0QNRAE0KOE=H"GKJKIE+=OEKJ=H
NQI=D
0EIEH=NHU=??AOOPKAHA?PNE?EPUEO=CKK@EJ@E?=PKNKBA?KJKIE?SAHB=NA=J@HERAHEDKK@KLLKNPQJEPEAOBKN=NACEKJ"HA?PNE?EPU
access at the household level provides opportunities for better living conditions. According to the SUSENAS (National
0K?EK"?KJKIE?0QNRAU
KBDKQOADKH@OEJ&J@KJAOE=D=RA=??AOOPKAHA?PNE?EPU=O?KIL=NA@PKEJPDA
tangga di Indonesia memiliki akses listrik, ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan data SUSENAS 2002 yang hanya
88%. Variasi rumah tangga yang tidak memiliki akses listrik pada tingkat provinsi yaitu terendah di DKI Jakarta sebesar
@=JPANPEJCCE@E+11OA>AO=N1=>AHIAJQJFQGG=J>=DS==GOAOPAND=@=LHEOPNEGU=JCO=JC=PPAN>=P=O
(lebih dari 30%) terdapat di 4 provinsi, yaitu Provinsi Nusa Tenggara Timur, Papua, Papua Barat dan Sulawesi Barat.
020"+01DAR=NE=PEKJKBDKQOADKH@OSEPDKQP=??AOOPKAHA?PNE?EPU=PPDALNKREJ?E=HHARAHOPEHHNAI=EJA@DECDN=JCEJC
BNKIEJ!(&'=G=NP=PKEJ+111=>HAODKSOPD=PDKQOADKH@OSEPDKQP=??AOOPKAHA?PNE?EPUEOL=NPE?QH=NHU
DECDĠIKNAPD=J
EJPDABKQNĠ
LNKREJ?AOKB+QO=1AJCC=N=1EIQN-=LQ=-=LQ==N=P=J@0QH=SAOE=N=P
Pada tingkat kabupaten, 99,43% rumah tangga di kabupaten Yahukimo (Papua) tidak memiliki akses terhadap listrik,
PPDA@EOPNE?PHARAHKBDKQOADKH@OEJ6=DQGEIKĠ-=LQ=
D=RAJK=??AOOPKAHA?PNE?EPUSDEHA=HIKOP=HHDKQOADKH@OEJ
sementara hampir semua rumah tangga di di Demak, Jawa Tengah memiliki akses listrik (Lampiran 2 dan Peta 3.3).
Hal ini menunjukkan rendahnya pembangunan infrastruktur di banyak kabupaten. Peta 3.3 menunjukkan persentase
rumah tangga tanpa akses terhadap listrik.
!AI=G'=S=1AJC=D@E@D=RA=??AOOPKAHA?PNE?EPUĠJJAT=J@*=L
1DEOEJ@E?=PAOPDAEJBN=OPNQ?PQNAQJ@AN@ARAHKLIAJP
KBI=JU@EOPNE?PO*=L@ALE?POPDALAN?AJP=CAKBDKQOADKH@OSEPDKQPAHA?PNE?EPU
Strategi untuk Meningkatkan Akses ke Infrastruktur Dasar
Strategies for Improving Access to Basic Infrastructure
Perbaikan akses infrastruktur memerlukan biaya investasi yang sangat besar. Pada umumnya, kabupaten dan provinsi
PE@=GIAIEHEGE=JCC=N=JU=JCIAI=@=EQJPQGLAJCAI>=JC=JEJBN=OPNQGPQNPANOA>QP1ANHA>EDH=CEPKLKCN=łU=JCOQHEP
membuat proyek-proyek pengembangan infrastruktur menjadi sangat mahal. Pemerintah daerah perlu menggali
&ILNKRAIAJPKBEJBN=OPNQ?PQNA=??AOONAMQENAORANUDECDHARAHOKBEJRAOPIAJP&JCAJAN=H@EOPNE?PO=J@LNKREJ?AO@KJKPD=RA
=@AMQ=PANARAJQAOBKNEJBN=OPNQ?PQNAEILNKRAIAJP*KNAKRANPKLKCN=LDE??KJOPN=EJPOI=GAEJBN=OPNQ?PQNA@ARAHKLIAJP
atau menciptakan peluang-peluang untuk membuka sumber pendapatan baru untuk dapat membiayai pembangunan
infrastruktur dasar tersebut atau mendapat suntikan dana atau anggaran dari Pemerintah pusat. Daya dorong
ekonomi yang diperoleh sebagai hasil dari peningkatan infrastruktur akan memberikan peluang-peluang yang lebih
besar kepada pemerintah untuk memperoleh lebih banyak pendapatan. Akses ke infrastruktur dasar merupakan
kunci bagi kesejahteraan ekonomi dan upaya pengentasan kemiskinan.
LNKFA?PORANUATLAJOERA)K?=HCKRANJIAJPOJAA@PKATLHKNAJASS=UOBKNNARAJQACAJAN=PEKJ?NA=PAKLLKNPQJEPEAOPKKLAJ
JASEJ?KIAOKQN?AOKNPKCAPEJFA?PEKJKBBQJ@OKN>Q@CAPBNKIPDA?AJPN=HCKRANJIAJPPKłJ=J?APDA>=OE?EJBN=OPNQ?PQNA
1DALQODEJCLKSANKBPDAA?KJKIU=O=NAOQHPKBEILNKRA@EJBN=OPNQ?PQNALNKRE@AOCNA=PANKLLKNPQJEPEAOBKNPDACKRANJIAJP
PKC=EJIKNAEJ?KIA??AOOPK>=OE?EJBN=OPNQ?PQNAOEOPDAGAUPKA?KJKIE?CNKSPD=J@LKRANPUNA@Q?PEKJ
Strategi untuk Pengurangan Kemiskinan, Peningkatan Akses Terhadap Pangan
dan Penghidupan
Strategies for Reducing Poverty, Improving Food and Livelihood Access
Sebagai langkah awal untuk meningkatkan sinergisitas dan langkah-langkah konkrit penanggulangan kemiskinan,
Pemerintah sejak tahun 2005, telah menetapkan arah kebijakan penanggulangan kemiskinan dan atau Strategi
Nasional Penanggulangan Kemiskinan (SNPK) sebagai strategi jangka panjang 2005-2025, yang implementasinya
dilakukan melalui program-program penanggulangan kemiskinan sebagaimana tertuang dalam Rencana Kerja
Pemerintah. Selain itu, untuk mencapai target penurunan angka kemiskinan dan pengangguran, Pemerintah sejak
O=łNOPOPALPKEJ?NA=OAPDAOUJANCE?=J@?KJ?NAPA=?PEKJOPKNA@Q?ALKRANPUPDA$KRANJIAJPD=OLNAL=NA@=+=PEKJ=H
-KRANPU/A@Q?PEKJ0PN=PACUĠ+-/0
BKNPDALANEK@1DAEILHAIAJP=PEKJKBPDA+-/0EO?=NNEA@KQPPDNKQCD
LKRANPU=HHARE=PEKJLNKCN=IIAO=OOP=PA@EJPDA$KRANJIAJP4KNG-H=J&J=@@EPEKJEJKN@ANPK=?DEARAP=NCAPOPKS=N@O
NA@Q?EJCLKRANPU=J@PDAQJAILHKUIAJPN=PAOEJ?APDA$KRANJIAJPD=O?KJOKHE@=PA@=J@EJPACN=PA@EPOLKRANPU
NA@Q?PEKJLNKCN=IIAOEJPKPDNAACNKQLOġ
E@=J@0K?E=H-NKPA?PEKJ-NKCN=IIAOĠLNKPA?PEKJ=J@BQHłHHIAJPKB?KIIQJEPU
P=DQJIAH=GQG=JGKJOKHE@=OE@=JEJPACN=OELNKCN=ILNKCN=ILAJ=JCCQH=JC=JGAIEOGEJ=J@=H=IPEC=GAHKILKG
>=OE?NECDPO>=OA@OANRE?AO
KIIQJEPU"ILKSANIAJP-NKCN=IIAOĢ=J@
0I=HH=J@*E?NKQOEJAOO"ILKSANIAJP
46
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
LNKCN=ILAJ=JCCQH=JC=JGAIEOGEJ=JU=GJEġ
(AHKILKG-NKCN=I=JPQ=J@=J-ANHEJ@QJC=J0KOE=HĠLANHEJ@QJC=J
dan pemenuhan hak-hak layanan dasar masyarakat), 2) Kelompok Program Pemberdayaan Masyarakat; dan 3)
Kelompok Program Pemberdayaan Usaha Mikro dan Kecil. Demikian pula halnya di tingkat daerah, dengan mengacu
-NKCN=IIAO0EIEH=NHU=PPDANACEKJ=HHARAH>=OA@KJPDA+=PEKJ=H-KRANPU/A@Q?PEKJ0PN=PACUPDANACEKJ=HCKRANJIAJPO
D=RA@ARAHKLA@PDANACEKJ=HLKRANPUNA@Q?PEKJOPN=PACU=OPDA@ENA?PEKJBKNLKHE?EAOKJHKJCPANILKRANPUNA@Q?PEKJ
pada Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan, Pemerintah Daerah telah menetapkan strategi penanggulangan
kemiskinan daerah sebagai arah dan kebijakan penanggulangan kemiskinan jangka panjang.
Kebijakan dan program Pemerintah dalam pengurangan kemiskinan perlu diarahkan pada aspek pengendalian dalam
mengeksploitasi sumber daya alam dengan memperhatikan kepedulian atas pengamanan dan kelestarian lingkungan
alam Indonesia. Serta perlunya dukungan fasilitasi penguatan akses masyarakat miskin terhadap kredit mikro
khususnya untuk kaum perempuan miskin dan usaha skala kecil dan menengah, dengan mekanisme yang sesuai
1DA$KRANJIAJP†OLKHE?EAO=J@LNKCN=IIAOEJLKRANPUNA@Q?PEKJODKQH@>A@ENA?PA@PKPDA?KJPNKHKBJ=PQN=HNAOKQN?AO
ATLHKEP=PEKJSEPD=PPAJPEKJKJOA?QNEPU=J@PDALNAOANR=PEKJKBJ=PQN=HAJRENKJIAJPKB&J@KJAOE=1DANAEO=CNA=PJAA@PK
OQLLKNPPDAB=?EHEP=PEKJBKNEJ?NA=OEJCLKKN?KIIQJEPEAO†=??AOOPKIE?NK?NA@EPAOLA?E=HHUBKNLKKNBAI=HAO=J@BKNOI=HH
=J@IA@EQIOEVA@AJPANLNEOAOSEPDIA?D=JEOIO>=OA@KJNACEKJOLA?Eł??D=N=?PANEOPE?O
Indonesia perlu mempertahankan fokusnya pada pengembangan ekonomi pro-masyarakat miskin untuk menurunkan
PEJCG=PGAIEOGEJ=J-AJCAJ@=HE=JEJŃ=OEO=JC=PLAJPEJCQJPQGIAILANP=D=JG=J@=U=>AHEI=OU=N=G=PIEOGEJGDQOQOJU=
harga komoditas pokok seperti beras, jagung dan umbi-umbian. Peningkatan akses terhadap layanan dasar seperti
pendidikan, kesehatan dan gizi, termasuk keluarga berencana, dan terhadap infrastruktur dasar seperti sanitasi, air
&J@KJAOE=JAA@OPKI=EJP=EJEPOBK?QOKJLNKLKKNA?KJKIE?CNKSPDPK>NEJC@KSJPDALKRANPUN=PAO KJPNKHHEJCEJŃ=PEKJEO
AOOAJPE=HPKI=EJP=EJEJCPDALQN?D=OEJCLKSANKBPDALKKNAOLA?E=HHUPDALNE?AKB>=OE??KIIK@EPEAOOQ?D=ONE?AI=EVA=J@
PQ>ANO&ILNKREJC=??AOOPK>=OE?OANRE?AOHEGAA@Q?=PEKJDA=HPD?=NA=J@JQPNEPEKJEJ?HQ@EJCB=IEHULH=JJEJC=J@PK>=OE?
EJBN=OPNQ?PQNAOQ?D=OO=JEP=PEKJ?HA=JS=PANNK=@OI=NGAPOAHA?PNE?EPUAP?SEHHD=RAPK>A=??KN@A@PDADECDAOPLNEKNEPU
bersih, jalan, pasar, listrik dan lain-lain harus disepakati sebagai prioritas utama. Sektor pertanian perlu direvitalisasi
melalui investasi di bidang infrastruktur seperti pembangunan jalan dan pasar pedesaan, meningkatkan partisipasi
sektor swasta dalam pengolahan – hasil pertanian, penelitian dan penyuluhan pertanian.
1DA=CNE?QHPQN=HOA?PKNJAA@OPK>ANARERA@PDNKQCDEJ?NA=OA@EJRAOPIAJPEJEJBN=OPNQ?PQNAOHEGANQN=HNK=@O=J@I=NGAPO=J@
PDAEJ?NA=OA@L=NPE?EL=PEKJKBPDALNER=PAOA?PKNEJ=CNKLNK?AOOEJCNAOA=N?D=J@ATPAJOEKJOANRE?AO
Seluruh strategi penanggulangan kemiskinan harus secara terintegrasi dan melibatkan masyarakat miskin dalam
upaya pengentasan kemiskinan sehingga kemampuan atau keberdayaan mereka dapat meningkat. Terbukti bahwa
dengan melibatkan dan membangun keberdayaan masyarakat dapat menjadi sangat efektif dalam upaya pengentasan
HHLKRANPUNA@Q?PEKJOPN=PACEAOSEHHD=RAPK>AEJPACN=PA@=J@LKKN?KIIQJEPEAOIQOP>AAJC=CA@EJLKRANPUNA@Q?PEKJ
ABBKNPOOKPD=PPDAEN?=L=?EPEAO=NAAJD=J?A@"RE@AJ?AODKSOPD=PEJRKHREJC=J@>QEH@EJCPDA?=L=?EPUKB?KIIQJEPEAOEO
kemiskinan. Sistem keamanan sosial yang kuat dan terstruktur, baik dalam bentuk bantuan sosial langsung tunai bagi
mereka yang sangat rentan atau sistem keamanan sosial berdasarkan program pemberdayaan masyarakat miskin
terpadu dan terarah perlu dikembangkan serta diperkuat.
ATPNAIAHUABBA?PERAEJLKRANPU=HHARE=PEKJABBKNPONK>QOP=J@OPNQ?PQNA@OK?E=HOA?QNEPUOUOPAIAEPDANEJPDABKNIKB@ENA?P
?=ODOK?E=H=OOEOP=J?ABKNPDKOASDK=NARQHJAN=>HAKN=OK?E=HOA?QNEPUOUOPAI>=OA@KJEJPACN=PA@=J@ABBA?PERALKKN
?KIIQJEPUAILKSANIAJPLNKCN=IIAJAA@OPK>AAOP=>HEODA@KNOPNAJCPDAJA@
Adaptasi terhadap perubahan anomali iklim ( HEI=PA D=JCA@=LP=PEKJ) akan menjadi salah satu faktor kunci yang
menjamin kesinambungan perbaikan akses pangan dan penghidupan rumah tangga yang tergolong miskin dan rentan.
HEI=PE? D=JCA @=LP=PEKJ SEHH >A KJA KB PDA GAU B=?PKNO PD=P SEHH CQ=N=JPAA OQOP=EJ=>HA EILNKRAIAJPO EJ BKK@ =J@
HERAHEDKK@=??AOOKBPDARQHJAN=>HADKQOADKH@O0I=HHDKH@ANB=NIANOODKQH@>ALNKPA?PA@BNKID=NRAOPHKOOAO=O=NAOQHPKB
Petani kecil harus dilindungi dari gagal panen yang disebabkan oleh anomali iklim melalui inisiatif perlindungan sosial
yang inovatif.
?HEI=PE?ODK?GOPDNKQCDEJJKR=PERAOK?E=HLNKPA?PEKJEJEPE=PERAO
!ERANOEłG=OEI=P=LAJ?=D=NE=J=G=JIAJEJCG=PG=JGAP=D=J=JGAHQ=NC=NAJP=JPAND=@=LOAC=H=CKJ?=JC=J0Q=PQNQI=D
tangga akan dapat menanggulangi dengan lebih baik jika mereka memiliki lebih dari satu jenis sumber pendapatan.
Umumnya, telah diamati bahwa rumah tangga rentan menggunakan strategi penanganan masalah yang kurang tepat
selama masa sulit, dan sulit untuk diubah. Hal ini terutama disebabkan oleh kurangnya sumber pendapatan ke-2 di
)ERAHEDKK@@ERANOEł?=PEKJSEHHAJD=J?APDANAOEHEAJ?AKBRQHJAN=>HADKQOADKH@O=C=EJOP=JUODK?GO1DAOADKQOADKH@OSEHH>A
=>HAPK?KLA>APPANEBPDAUD=RAIKNAPD=JKJAOKQN?AKBEJ?KIA*KOPHUEPD=O>AAJK>OANRA@PD=PRQHJAN=>HADKQOADKH@O
=@KLP JAC=PERA ?KLEJC OPN=PACEAO @QNEJC =@RANOA PEIAO I=JU KB SDE?D =NA ENNARANOE>HA 1DEO EO I=EJHU @QA PK H=?G KB
OA?KJ@=NUOKQN?AOKBEJ?KIA>AUKJ@PDAENLNEJ?EL=HHERAHEDKK@OJUSAHHPDKQCDPKQPHERAHEDKK@@ERANOEł?=PEKJLNKCN=IIA
HQ=NI=P=LAJ?=D=NE=JQP=I=0AIQ=LNKCN=I@ERANOEłG=OEI=P=LAJ?=D=NE=JU=JC@ENAJ?=J=G=JOA?=N=I=P=JC@=L=P
menjawab tantangan ini, dengan demikian meningkatkan kemampuan rumah tangga untuk meningkatkan standar
hidup mereka tanpa menggunakan strategi penanganan yang keliru.
?=J=@@NAOOPDEO?D=HHAJCAPDANA>UAJD=J?EJCDKQOADKH@O†=>EHEPUPKEILNKRAPDAENHEREJCOP=J@=N@OSEPDKQP=@KLPEJC=JU
D=NIBQHOPN=PACEAO
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
47
BAB/Chapter 3
dengan kewilayahan.
DAFTAR PUSTAKA
REFERENCES
i.
ii.
iii.
iv.
i.
ii.
--"+02+!-)=LKN=J-AJ?=L=E=J*EHHAJJEQI!ARAHKLIAJP$K=HO&J@KJAOE=
Dewan Ketahanan Pangan dan World Food Programme (WFP). Peta Kerawanan Pangan Indonesia (FIA), 2005.
Badan Pusat Statistik. Statistik Indonesia tahun 2008.
Badan Pusat Statistik. Potensi Desa 2008.
v. (AIAJPANE=J-ANAJ?=J==J-AI>=JCQJ=J+=OEKJ=H&J@KJAOE=0PN=PACE-AI>=JCQJ=J+=OEKJ=H
2005-2025.
vi. (=JPKN*AJPANE+AC=N=-ANAJ?=J==J-AI>=JCQJ=J+=OEKJ=H--"+0/AJ?=J=GOE+=OEKJ=H-=JC=J
@=J$EVE„Ġ/+-$„
vii. Food and Agriculture Organization (FAO) and United Nations Development Programme (UNDP), 2009.
Combating Hunger - A Seven Point Agenda.
viii. World Food Programme (WFP). Emergency Food Security Assessment Handbook, 2nd edition, 2009.
48
--"+02+!--NKCNAOONALKNPKJ*EHHAJJEQI!ARAHKLIAJP$K=HO
+=PEKJ=H#KK@0A?QNEPU KQJ?EHKBPDA$KRANJIAJPKB&J@KJAOE==J@4KNH@#KK@-NKCN=IIA#KK@&JOA?QNEPUPH=OKB
&J@KJAOE=
iii. +=PEKJ=H0P=PEOPE?OCAJ?U0P=PEOPE?=H6A=N>KKGKB&J@KJAOE=
iv. +=PEKJ=H0P=PEOPE?OCAJ?U3EHH=CA-KPAJPE=H0QNRAU
v. *EJEOPNUKB-H=JJEJC=J@"?KJKIE?!ARAHKLIAJPKB&J@KJAOE=+=PEKJ=H!ARAHKLIAJP0PN=PACUBKN
vi. *EJEOPNUKB-H=JJEJC=J@"?KJKIE?!ARAHKLIAJPKB&J@KJAOE=+=PEKJ=H-H=JKB?PEKJKJ#KK@=J@+QPNEPEKJ
BKN
vii. #KK@=J@CNE?QHPQNA,NC=JEV=PEKJĠ#,
=J@2JEPA@+=PEKJO!ARAHKLIAJP-NKCN=IIAĠ2+!-
KI>=PEJC
%QJCAN0ARAJ-KEJPCAJ@=
viii. 4KNH@#KK@-NKCN=IIA"IANCAJ?U#KK@0A?QNEPUOOAOOIAJP%=J@>KKGJ@A@EPEKJ
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
BAB/Chapter 3
Peta 3.1 / Map 3.1
Penduduk Hidup di Bawah Garis Kemiskinan
Population Living Below Poverty Line
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
49
BAB/Chapter 3
Peta 3.2 / Map 3.2
Desa yang Tidak Bisa Dilalui Kendaraan Roda Empat
Villages not Accessible by Four Wheel Vehicle
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
51
BAB/Chapter 3
Peta 3.3 / Map 3.3
Rumah Tangga tanpa Akses terhadap Listrik
Households without Access to Electricity
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
53
CHAPTER 4
FOOD UTILIZATION
BAB 4
PEMANFAATAN PANGAN
yang bisa di akses oleh rumah tangga, dan b) kemampuan individu untuk menyerap zat gizi - pemanfaatan makanan
OA?=N=AłOEAJKHADPQ>QD
1DAPDEN@LEHH=NKN@EIAJOEKJKBBKK@OA?QNEPUEOBKK@QPEHEV=PEKJ#KK@QPEHEV=PEKJNABANOPKġ=
DKQOADKH@O†QOAKBPDABKK@PK
SDE?DPDAUD=RA=??AOO=J@>
EJ@ERE@Q=HO†=>EHEPUPK=>OKN>JQPNEAJPO„PDA?KJRANOEKJABł?EAJ?UKBBKK@>UPDA>K@U
Pemanfaatan pangan oleh rumah tangga tergantung pada: (i) fasilitas penyimpanan dan pengolahan makanan dimiliki
oleh rumah tangga; (ii) pengetahuan dan praktek yang berhubungan dengan penyiapan makanan, pemberian makan
#KK@QPEHEV=PEKJ>UDKQOADKH@O@ALAJ@OKJġĠE
PDAB=?EHEPEAOPDAUD=RABKNBKK@OPKN=CA=J@LNK?AOOEJCĢĠEE
PDAENGJKSHA@CA
and practices in relation to food preparation, the feeding of young children and other dependent individuals including
untuk balita dan anggota keluarga lainnya yang sedang sakit atau sudah tua dipengaruhi oleh pengetahuan yang
rendah dari ibu dan pengasuh, adat/kepercayaan dan tabu; (iii) distribusi makanan dalam keluarga; dan (iv) kondisi
kesehatan masing-masing individu yang mungkin menurun karena penyakit, higiene, air dan sanitasi yang buruk dan
kurangnya akses ke fasilitas kesehatan dan pelayanan kesehatan.
OE?G=J@AH@ANHULAKLHASDE?DI=U>AEIL=ENA@>UHKSA@Q?=PEKJKBIKPDANO=J@?=NACERANO?QHPQN=H>AHEABO=J@P=>KKOĢ
ĠEEE
DKSBKK@EOOD=NA@SEPDEJPDADKQOADKH@Ģ=J@ĠER
PDAOP=PAKBDA=HPDKBA=?DEJ@ERE@Q=HSDE?DI=U>AEIL=ENA@>U
disease, poor hygiene, water, sanitation, lack of access to health facilities and health care.
Bab ini menggambarkan data tentang pola konsumsi pangan penduduk. Karena terbatasnya data pada tingkat
kabupaten, maka penjelasan dibatasi hanya pada tingkat provinsi. Analisa dan peta untuk indikator lainnya (akses
terhadap fasilitas kesehatan, air bersih, perempuan buta huruf, dampak terhadap kesehatan dan gizi) untuk tingkat
kabupaten, akan disajikan dalam bagian berikutnya.
1DEO?D=LPANODKSOBKK@?KJOQILPEKJL=PPANJKBLKLQH=PEKJ!QAPKJKJ=R=EH=>EHEPUKB@=P==PPDA@EOPNE?PHARAHATLH=J=PEKJO
4.1 KONSUMSI PANGAN
4.1 FOOD CONSUMPTION
Konsumsi pangan yang disajikan pada FSVA ini menunjukkan tingkat asupan energi penduduk yang dinyatakan dalam
energi (Kkal) per kapita per hari, dan asupan protein dinyatakan dalam gram per kapita per hari. Konsumsi pangan
dihitung berdasarkan pengeluaran untuk makanan dalam rumah tangga selama sebulan dari sampel yang di survei
OAPE=LP=DQJ!=P=EJE@ELQ>HEG=OEG=J@=H=I020"+0
#KK@?KJOQILPEKJLNAOAJPA@EJPDEO#03EJ@E?=PAOPDAHARAHKBAJANCUEJP=GAKBPDALKLQH=PEKJSDE?DEOATLNAOOA@EJAJANCU
Ġ(?=H
LANLANOKJLAN@=U=J@LNKPAEJEJP=GAATLNAOOA@EJCN=IOLANLANOKJLAN@=U#KK@?KJOQILPEKJS=O?=H?QH=PA@
>=OA@KJIKJPDHUATLAJ@EPQNAKJBKK@=PPDADKQOADKH@HARAHKBPDA=JJQ=HHUOQNRAUA@NALNAOAJP=PERAO=ILHA!=P=S=O
LQ>HEODA@EJPDA020"+0
(KJOQIOEL=JC=JLANG=LEP=@E020"+0@EDEPQJC>AN@=O=NG=JOP=J@=NQIQIP=JL=IAILAND=PEG=JFAJEO
kelamin dan usia. Metode ini berbeda dengan apa yang telah diterapkan pada Peta Gizi Indonesia (Nutrition Map of
Indonesia) yang dikeluarkan pada tahun 2006, dimana dalam peta gizi tersebut jenis kelamin dan usia (Skala Amsterdam)
digunakan. Oleh karena itu, tidak disarankan untuk membandingkan hasil dari dua publikasi yang berbeda.
#KK@?KJOQILPEKJEJ020"+0S=O?=H?QH=PA@LAN?=LEP=BKNPDACAJAN=HLKLQH=PEKJSEPDKQPP=GEJCEJPK=??KQJP
Pola Konsumsi Pangan
Food Consumption Pattern
Pada tingkat nasional, secara umum terjadi peningkatan pola konsumsi pangan berdasarkan data SUSENAS 2002
t
dan data FIA 2005. Keranjang makanan (food basket
@EP=DQJHA>ED>ANR=NE=OE@AJC=JGKJOQIOEOANA=HE=@=J
P PDA J=PEKJ=H HARAH BKK@ ?KJOQILPEKJ L=PPANJO ?KJPEJQA PK EILNKRA 1DEO S=O K>OANRA@ EJ PDA 020"+0 =J@
NALKNPA@EJPDA#&1DABKK@>=OGAPEJS=OIKNA@ERANOEłA@SEPD=HKSANMQ=JPEPUKB?ANA=HO=J@PQ>ANO=J@
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
=NAHEIEPA@PKPDALNKREJ?E=HHARAHJ=HUOEO=J@I=LOKBPDAKPDANOAHA?PA@EJ@E?=PKNOĠ=??AOOPKDA=HPDB=?EHEPEAOEILNKRA@
@NEJGEJCS=PANBAI=HAEHHEPAN=?U=J@DA=HPD=J@JQPNEPEKJKQP?KIA
BKNPDA@EOPNE?PHARAH=NA>ALNAOAJPA@EJPDAOQ>OAMQAJP
sections.
PDAENOAT=J@=CA1DEOIAPDK@EO@EBBANAJPBNKIPD=P=LLHEA@EJPDA+QPNEPEKJ*=LKB&J@KJAOE=H=QJ?DA@EJEJSDE?D
PDA=CAOATOPNQ?PQNAOP=J@=N@ĠKNIOPAN@=IO?=HA
S=OQOA@1DANABKNAEPEOJKP=@REO=>HAPK?KIL=NANAOQHPO@ANERA@
BNKIPDAOAPSK@EBBANAJPLQ>HE?=PEKJO
55
BAB/Chapter 4
Pilar ketiga dari ketahanan pangan adalah pemanfaatan pangan. Pemanfaatan pangan meliputi: a) Pemanfaatan pangan
umbi-umbian lebih sedikit dan lebih banyak mengkonsumsi produk hewani, susu dan produk makanan dari susu, buah
dan sayur, kacang-kacangan, minyak dan lemak yang mengandung lebih banyak protein dan zat gizi mikro (vitamin
dan mineral).
CNA=PANMQ=JPEPUKB=JEI=HLNK@Q?POIEHG=J@@=ENULNK@Q?PORACAP=>HAO=J@BNQEPOHACQIAOKEH=J@B=PSDE?DLNKRE@A@
IKNALNKPAEJO=J@IE?NKJQPNEAJPOĠREP=IEJO=J@IEJAN=HO
-=@=P=>AHN=P=N=P==OQL=JAJANCED=NE=JL=@=P=DQJ=@=H=D(G=HG=LEP=D=NEEJE>AN=NPEHA>EDPEJCCE
dari Angka Kecukupan Gizi nasional (AKG nasional adalah 2.000 Kkal). Asupan protein sebesar 56,25 gram/kapita/
hari yang memenuhi AKG nasional (52 gram). Sebelas persen total asupan energi berasal dari protein dimana angka ini
OAOQ=E@AJC=JLNKLKNOEU=JC@ENAGKIAJ@=OEG=JĠ
OQL=JAJANCE@=JLNKPAEJIAJEJCG=P@E>=J@EJCG=J
dengan data pada SUSENAS 2002.
&J1=>HAPDA=RAN=CA@=EHUAJANCUEJP=GAEJS=O?=H?QH=PA@=P(?=HLANOKJ@=UDECDANPD=JPDAJ=PEKJ=H
/A?KIIAJ@A@!=EHUHHKS=J?AĠ/!OAP=P(?=H
1DALNKPAEJEJP=GAS=OCN=IOLANOKJ@=U=HOKOQNL=OOA@
PDA J=PEKJ=H /! ĠOAP =P CN=IO
-NKPAEJ LNKRE@A@ KB PDA PKP=H AJANCU EJP=GA SDE?D S=O =HOK EJ HEJA SEPD PDA
NA?KIIAJ@A@ LNKLKNPEKJ Ġ
KPD AJANCU =J@ LNKPAEJ EJP=GAO EJ?NA=OA@ >U =O ?KIL=NA@ SEPD PD=P EJ
020"+0
7DEHO.RQVXPVL.DORULGDQ3URWHLQSHU.DSLWDSHU+DULSDGD7LJD*RORQJDQ7HUEDZDKGDUL*RORQJDQ3HQJHOXDUDQ%XODQDQSHU.DSLWD
7DEOH3HU&DSLWDSHU'D\&DORULHDQG3URWHLQ&RQVXPSWLRQDPRQJ7KUHH/RZHVW0RQWKO\SHU&DSLWD([SHQGLWXUH03&(&ODVVHV
.HORPSRN0DNDQDQ
)RRG*URXSV
*RORQJDQ3HQJHOXDUDQ%XODQDQSHU.DSLWD
0RQWKO\3HUFDSLWD([SHQGLWXUH&ODVV03&(
03&(5S
03&(5S
5DWDUDWD1DVLRQDO
1DWLRQDO$YHUDJH
03&(5S
Kalori/&DORULH
3URWHLQJ
Kalori/&DORULH
3URWHLQJ
Kalori/&DORULH
3URWHLQJ
Kalori/&DORULH
3URWHLQJ
Padi-padian/Cereals
866.83
20.79
980.87
23.22
997.83
23.5
1,055.74
24.88
Umbi-umbian/Tubers
124.82
0.65
94.83
0.55
73.06
0.44
73.1
0.49
22.71
3.69
29.39
4.76
38.51
6.29
47.76
7.86
2.51
0.14
8.4
0.46
14.72
0.84
29.37
1.73
6
0.4
12.96
0.84
21.99
1.37
38.12
2.22
Sayuran/Vegetables
38.79
2.93
43.54
3.12
46.96
3.23
51.36
3.49
Kacang-kacangan/Legumes
33.17
2.85
48.36
4.25
59.92
5.22
69.64
5.98
Ikan/Fish
Daging/Meat
Telur dan susu/Eggs and milk
Buah-buahan/Fruits
24.61
0.26
29.78
0.33
39.86
0.44
51.18
0.58
129.56
0.39
176.58
0.44
213.74
0.51
248.06
0.58
Minuman/Beverages
56.1
0.63
79.9
0.82
95.75
0.93
115.23
1.12
Bumbu-bumbuan/Spices
8.01
0.34
11.23
0.49
14.25
0.62
17.28
0.73
Makanan lain/Mics. food items
15.81
0.31
30.46
0.6
43.72
0.88
59.42
1.19
Makanan jadi/Prepared food
59.77
1.59
105.66
2.91
156.37
4.35
194.05
5.4
+ 11%
+ 22%
+ 25%
+ 32%
+ 22%
+ 30%
+ 3.3%
+ 3.3%
69%
67%
83%
83%
91%
94%
103%
108%
Minyak dan lemak/Oil and fats
Total
% perubahan jika dibandingkan SUSENAS
2002/&KDQJHDVFRPSDUHGZLWK686(1$6
2002 (FIA, 2005)
% AKG nasional/ The level of meeting the
national RDA (2,000 Kcal and 52 gr of
protein/person /day)
Source: SUSENAS 2007
-=@=PEJCG=PEJ@ERE@Q@=P=IAJQJFQGG=J=@=JU=LAJEJCG=P=JU=JCOECJEłG=JL=@=GKJOQIOEL=JC=J@EOAIQ=
golongan Pengeluaran Bulanan per Kapita ((*KJPDHU-AN =LEP="TLAJ@EPQNA (MPCE)), termasuk tiga golongan terendah.
P PDA EJ@ERE@Q=H HARAH OECJEł?=JPHU EILNKRA@ BKK@ ?KJOQILPEKJ S=O NALKNPA@ EJ EJ =HH PDA *KJPDHU -AN =LEP=
"TLAJ@EPQNAĠ*- "
?H=OOAOEJ?HQ@EJCPDAPDNAAHKSAOP?H=OOAOIKJCPDAPDNAAHKSAOP?H=OOAOLNAOAJPA@EJP=>HAPDA
1=>AHIAJQJFQGG=J@=P=LAJEJCG=P=JGKJOQIOEL=JC=JL=@=PEC=CKHKJC=JPANAJ@=DQJPQGAJANCEU=JC>ANR=NE=OE
=JP=N=@=J@=J=JP=N==J@QJPQGLNKPAEJ
HARAHKBEJ?NA=OAR=NEA@>APSAAJ=J@BKNAJANCU=J@>APSAAJ=J@BKNLNKPAEJ
56
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Namun, untuk asupan energi dan protein dari 3 golongan MPCE terendah masih jauh lebih rendah dibandingkan
dengan AKG nasional dan lebih rendah dari rata-rata angka nasional. Semakin rendah MPCE, semakin besar tingkat
kekurangan energi dan protein. Tingkat kekurangan energi bervariasi antara 9% di golongan terendah ke-3 (MPCE
%KSARAN>KPDAJANCU=J@LNKPAEJEJP=GAOKBPDAPDNAAHKSAOP*- "?H=OOAONAI=EJA@IQ?DHKSANPD=JPDAJ=PEKJ=H/!
=J@HKSANPD=JPDAJ=PEKJ=H=RAN=CA1DAHKSANPDA*- "PDADECDANPDA@Ał?EPKBAJANCU=J@LNKPAEJS=OOAAJ1DAHARAH
KBAJANCU@Ał?EPR=NEA@>APSAAJEJPDAPDEN@HKSAOP?H=OOĠ*- "
=J@EJPDAłNOPHKSAOP?H=OOĠ*- "
SDEHA
@=J@ECKHKJC=JPANAJ@=DGAĠ*- "
OAIAJP=N=GAGQN=JC=JLNKPAEJ>ANR=NE=OE=JP=N=@=J%=H
EJEIAJQJFQGG=J>=DS=LAJ@Q@QGCKHKJC=JPANAJ@=DGAĠ*- "ģ/L
IAJCGKJOQIOED=JU=@=NE
PDALNKPAEJ@Ał?EPS=O>APSAAJ=J@NAOLA?PERAHU1DEOL=NPE?QH=NHUIA=JOPD=PLAKLHAKBPDAłNOPHKSAOP?H=OO
Ġ*- "ģ/L
?KJOQIA@KJHUKBJ=PEKJ=HNA?KIIAJ@A@@=EHUAJANCU=HHKS=J?A=J@KBJ=PEKJ=H
($J=OEKJ=HQJPQGAJANCE@=J@=NE($J=OEKJ=HQJPQGLNKPAEJ
NA?KIIAJ@A@@=EHULNKPAEJ=HHKS=J?A
Seperti situasi yang digambarkan SUSENAS 2002, asupan dari tiga golongan terendah tidak hanya kekurangan energi
@=J LNKPAEJ PAP=LE FQC= PE@=G OAEI>=JC OA?=N= GQ=HEP=O @AJC=J LNKLKNOE PAN>AO=N Ġ
@=NE PKP=H AJANCE U=JC
berasal dari serealia dan umbi-umbian dibandingkan dengan rata-rata nasional (55%). Namun demikian, perlu dicatat
>=DS=LNKLKNOEAJANCEU=JC>AN=O=H@=NEOANA=HE=@=JQI>EQI>E=JIAJQNQJL=@=P=DQJ@E>=J@EJCG=J@AJC=J
020"+0U=JC>ANGEO=N=JP=N=@=J
0EIEH=NHUPKPDAOEPQ=PEKJEJ020"+0PDA@EAPKBPDAOAPDNAAHKSAOP?H=OOAONAI=EJA@JKPKJHUAJANCU=J@LNKPAEJ
@Ał?EAJP>QP=HOKMQ=HEP=PERAHUEI>=H=J?A@SEPD=H=NCANLNKLKNPEKJĠ
KBPKP=HAJANCU>AEJCLNKRE@A@>U?ANA=HO
=J@PQ>ANO=O?KIL=NA@PKPDAJ=PEKJ=H=RAN=CAĠ
+ARANPDAHAOOEPODKQH@>AJKPA@PD=PPDALNKLKNPEKJKBAJANCU
?KIEJCBNKI?ANA=HO=J@PQ>ANONAI=NG=>HUNA@Q?A@EJ=O?KIL=NA@SEPDPD=PEJ020"+0SDAJEPD=@N=JCA@
>APSAAJ=J@
0QI>ANLNKPAEJQP=I=>AN=O=H@=NEOANA=HE=@=JQI>EQI>E=JĠ
OA@=JCG=J=JCG=N=P=N=P=J=OEKJ=H=@=H=D
*AOGELQJL=@=P=DQJPANHED=P=@=LAN>=EG=J@AJC=JHA>ED>=JU=GLNKPAEJ@=NEI=G=J=JH=EJĠEG=J@=CEJC
PAHQNG=?=JCG=?=JC=JO=UQNO=UQN=J@=J>Q=D>Q=D=J
1=DQJGKJOQIOEL=JC=JDAS=JEĠEG=J@=CEJCPAHQN
OQOQ
U=JC IAJC=J@QJC V=P CEVE GQ=HEP=O PEJCCE PANQP=I= REP=IEJ @=J IEJAN=H IAJEJCG=P OA?=N= OECJEłG=J L=@=
CKHKJC=JPANAJ@=DGAĠ*- "/L
OA@=JC=JG=JL=@=CKHKJC=J*- "@=J*- "PE@=G
0EIEH=NHUPDAI=FKNOKQN?AKBLNKPAEJOEJPDAEN@EAPOPEHH?=IABNKI?ANA=HO=J@PQ>ANOĠ
SDANA=OPDAJ=PEKJ=H
=RAN=CAS=OHPDKQCD=JEILNKRAIAJPS=OK>OANRA@EJSEPDIKNALNKPAEJO?=IABNKIKPDANBKK@OĠłODIA=P
ACCOHACQIAORACAP=>HAOBNQEPO
&PODKQH@>AAILD=OEVA@PD=PPDA?KJOQILPEKJKB=JEI=HBKK@OĠłODIA=PACCIEHG
SDE?D?KJP=EJ>APPANMQ=HEPUJQPNEAJPOAOLA?E=HHUREP=IEJO=J@IEJAN=HOS=OKJHUOECJEł?=JPHUEJ?NA=OA@EJEJPDAPDEN@
HKSAOP?H=OOĠ*- "/L
SDEHAEPNAI=EJA@=HIKOPQJ?D=JCA@EJPDA*- "=J@*- "?H=OOAO
ada perubahan.
KJOAMQAJPHU=@@EPEKJ=H=OOEOP=J?AEOOPEHHNAMQENA@PKEILNKRAPDAAJANCUEJP=GA=J@LNKPAEJKBPDAPDNAAHKSAOP*- "
?H=OOAOPPDAO=IAPEIAJQPNEPEKJA@Q?=PEKJBKNLKLQH=PEKJKJPDAEILKNP=J?AKBBKK@OKPDANPD=J?ANA=HO=J@PQ>ANO=J@
PDAJAA@PKEJ?NA=OA?KJOQILPEKJKBPDAOABKK@OODKQH@>AEJPAJOEłA@=?NKOOPDALNKREJ?AO
BAB/Chapter 4
Dengan demikian, perlu usaha untuk memperbaiki asupan energi dan protein pada tiga golongan MPCE terendah.
Di samping itu, perlu penyuluhan gizi untuk masyarakat di seluruh provinsi tentang pentingnya bahan pangan selain
serealia dan umbi-umbian dan perlunya meningkatkan konsumsi makanan selain serealia dan umbi-umbian di semua
provinsi.
4.2 AKSES TERHADAP FASILITAS KESEHATAN
4.2 ACCESS TO HEALTH FACILITIES
*AJQNQP 020"+0 &J@KJAOE= IAIEHEGE NQI=D O=GEP @AJC=J FQIH=D PAIL=P PE@QN @=J LQOGAOI=O&JE>AN=NPE>=DS=OAPE=LLQOGAOI=ON=P=N=P=IAH=U=JEKN=JC@=OAGEP=N@KGPANĠPE@=G
PANI=OQG@KGPANCECE
@=JOAPE=L@KGPANN=P=N=P=IAH=U=JEKN=JC'EG='=G=NP=@=JE>QGKP=LNKREJOE@EGAHQ=NG=J
??KN@EJCPK020"+0&J@KJAOE=D=@DKOLEP=HOSEPD>A@O=J@?KIIQJEPUDA=HPD?AJPANO
ĠLQOGAOI=O
1DEO IA=JO PD=P A=?D LQOGAOI=O OANRA@ LAKLHA KJ =RAN=CA 1DANA SANA =>KQP @K?PKNO
ĠAT?HQ@EJC@AJPEOPO
SEPDA=?D@K?PKNOANREJCLAKLHAKJ=RAN=CA&B'=G=NP==J@LNKREJ?E=H?=LEP=HO=NAAT?HQ@A@
dari data, maka jumlah orang yang dilayani oleh masing-masing puskesmas dan dokter akan lebih tinggi. Angka
>ANGEO=N=JP=N=KN=JCLANLQOGAOI=O@ELNKREJOE-=LQ=O=IL=E@ELNKREJOE=JPAJ2JPQG@KGPAN=JCG=
EJE>ANR=NE=OE@=NEKN=JC@ELNKREJOEAJCGQHQO=IL=E@ELNKREJOE*=HQGQ
PDAJQI>ANKBLAKLHAOANRA@>UA=?DDA=HPD?AJPAN=J@@K?PKNSKQH@>AIQ?DDECDAN&PN=JCA@BNKILAKLHALAN
LQOGAOI=OEJ-=LQ=LNKREJ?APKEJ=JPAJLNKREJ?A-AN@K?PKNEPR=NEA@BNKILAKLHAEJAJCGQHQLNKREJ?A
PKEJ*=HQGQLNKREJ?A
Tabel 4.2 menunjukkan 94% rumah tangga memiliki akses ke fasilitas kesehatan terdekat dengan jangkauan sekitar
1=>HAODKSOPD=PKBDKQOADKH@OD=@=??AOOPKPDAJA=NAOPDA=HPDB=?EHEPEAOHK?=PA@SEPDEJGI1DALKKNAN=??AOO
5 km. Akses ke fasilitas kesehatan untuk Kalimantan Barat, Sulawesi Barat, NTT, Papua, NAD, Maluku dan Sulawesi
Tenggara lebih sulit, di mana hanya kurang dari 90% rumah tangga yang memiliki akses ke fasilitas kesehatan dalam
jangkauan sekitar 5 km. Di DKI Jakarta, Jawa Tengah dan DI Yogyakarta, hampir semua rumah tangga memiliki akses
ke fasilitas kesehatan dalam jangkauan sekitar 5 km.
S=OEJ(=HEI=JP=J=N=P0QH=SAOE=N=P+11-=LQ=+!*=HQGQ=J@0QH=SAOE1AJCC=N=SDANAHAOOPD=JKB
DKQOADKH@OD=@=??AOOSEPDEJGI&J!(&'=G=NP='=S=1AJC=D=J@!&6KCU=G=NP==HIKOP=HHDKQOADKH@OD=@=??AOO
SEPDEJGI
0A?=N=QIQI=GOAOPAND=@=LB=OEHEP=OGAOAD=P=JIAJEJCG=POA?=N=OECJEłG=J@=H=I>A>AN=L=P=DQJPAN=GDEND=HEJE
terutama disebabkan oleh meningkatnya investasi pemerintah pusat dan daerah untuk pembangunan dan renovasi
,RAN=HHPDA=??AOOPKPDADA=HPDB=?EHEPEAOD=O>AAJOECJEł?=JPHUEILNKRA@@QNEJCPDAH=OPUA=NOIKOPHU@QAPKEJ?NA=OA@
EJRAOPIAJPKBPDA?AJPN=H=J@HK?=HCKRANJIAJPKJ?KJOPNQ?PEKJ=J@NAJKR=PEKJKBDA=HPDEJBN=OPNQ?PQNAOEJ=HHNACEKJO
infrastruktur kesehatan di seluruh Indonesia.
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
57
7DEHO3HUVHQWDVHUXPDKWDQJJDGHQJDQDNVHV\DQJVDQJDWWHUEDWDVNHDLUEHUVLKGDQVDUDQDSHOD\DQDQNHVHKDWDQ
7DEOH3HUFHQWDJHRIKRXVHKROGZLWKOLPLWHGDFFHVVWRLPSURYHGGULQNLQJZDWHUDQGFRPPXQLW\KHDOWKFHQWHU
Provinsi/
Province
No
5XPDK6DNLW
+RVSLWDOV
Puskesmas/
&RPPXQLW\+HDOWK
Center
Dokter/
Doctors
57GHQJDQDNVHV\DQJVDQJDWWHUEDWDV
NHIDVLOLWDVNHVHKDWDQ!.P
3HUFHQWDJHRI+RXVHKROGZLWKOLPLWHG
DFFHVVWR&RPPXQLW\+HDOWK&HQWHU!.P
57GHQJDQDNVHV\DQJVDQJDWWHUEDWDV
NHVXPEHUDLUEHUVLK\DQJDPDQ
3HUFHQWDJHRI+RXVHKROGZLWKOLPLWHGDFFHVV
WRLPSURYHGGULQNLQJZDWHU
1
Nanggroe Aceh Darussalam
33
311
365
10.80
31.04
2
Sumatera Utara
129
463
921
4.90
24.91
3
Sumatera Barat
41
228
310
6.60
31.27
4
Riau
40
156
372
6.30
47.99
5
Kepulauan Riau
17
148
248
2.70
17.18
6
Jambi
32
259
373
6.10
44.35
7
Sumatera Selatan
8
Bengkulu
9
140
246
5.00
36.13
21
248
279
4.40
54.11
9
Bangka Belitung
7
51
88
7.30
26.54
10
Lampung
0
51
182
4.40
41.79
11
Banten
121
341
645
7.50
15.87
12
D.K.I. Jakarta
136
1,002
1,246
0.00
1.22
13
Jawa Barat
174
871
1,716
3.70
16.41
14
Jawa Tengah
34
117
295
2.00
13.65
15
D.I. Yogyakarta
166
929
1,306
2.30
11.07
16
Jawa Timur
26
180
335
3.40
11.05
17
Bali
33
112
257
3.50
13.16
18
Nusa Tenggara Barat
13
134
153
3.80
14.01
19
Nusa Tenggara Timur
25
253
269
14.20
40.82
20
Kalimantan Barat
28
211
210
16.30
76.66
21
Kalimantan Tengah
11
163
149
5.20
54.26
22
Kalimantan Selatan
26
204
295
5.20
36.27
23
Kalimantan Timur
28
192
220
5.60
28.55
24
Sulawesi Utara
20
142
232
6.70
19.53
25
Gorontalo
19
145
173
7.30
19.21
26
Sulawesi Tengah
61
374
402
6.80
28.08
27
Sulawesi Selatan
15
153
130
7.90
22.60
28
Sulawesi Tenggara
4
55
77
10.40
27.85
29
Sulawesi Barat
30
Maluku
31
32
33
Papua Barat
0
66
67
14.50
35.69
18
142
35
10.40
20.33
Maluku Utara
6
64
38
8.10
31.30
Papua
9
83
54
12.70
61.57
17
246
122
6.60
37.84
Total Indonesia
58
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
4.3 POPULATION WITH LIMITED ACCESS TO IMPROVED DRINKING
WATER
AN@=O=NG=JL=@=P=>AH@E=P=OOA>=JU=GNQI=DP=JCC=PE@=GIAILQJU=E=GOAOPAND=@=L=ENH=U=GIEJQI
ĠOQIQNPANHEJ@QJCOQIQN>KNI=P==EN=ENHA@AJC@=J=ENDQF=J
P=DQJ
OLNAOAJPA@EJPDAP=>HA=>KRADKQOADKH@OEJPDA?KQJPNU@E@JKPD=RA=??AOOPKEILNKRA@@NEJGEJCS=PAN
ĠLNKPA?PA@SAHH>KNADKHAOLNEJCS=PANP=LS=PAN=J@N=EJS=PAN
EJ
-NKREJOEU=JCIAILQJU=E=GOAOO=JC=PPAN>=P=OPAND=@=L=ENH=U=GIEJQI=@=H=D(=HEI=JP=J=N=PĠP=JL==GOAO
Papua Barat (62%), Lampung dan Kalimantan Tengah (54%). Meskipun demikian, Kalimantan Barat tetap mengalami
LAJEJCG=P=JS=H=QLQJI=OEDO=JC=POA@EGEPĠP=JL==GOAOPAND=@=L=ENH=U=GIEJQI@EP=DQJIAJF=@E
@EP=DQJ
OA@=JCG=J!(&'=G=NP=IAJC=H=IELAJEJCG=P=JU=JCL=HEJCPEJCCEU=EPQ@=NEP=JL==GOAOPAND=@=L
=ENH=U=GIEJQIL=@=P=DQJIAJF=@EL=@=P=DQJ2JPQGPEJCG=PG=>QL=PAJPAN@=L=P@=NE
kabupaten yang memiliki sedikitnya 40% rumah tangga tanpa akses terhadap air layak minum.
1DALNKREJ?AOD=REJCPDALKKNAOP=??AOOSANA(=HEI=JP=J=N=PĠSEPDKQP=??AOO
-=LQ==N=PĠ
)=ILQJC=J@
(=HEI=JP=J1AJC=DĠ
4DEHAKJHU=OHECDPEILNKRAIAJPEOOAAJEJ(=HEI=JP=J=N=PĠSEPDKQP=??AOOEJ
ROEJ
=NAI=NG=>HULKOEPERA?D=JCAS=ONALKNPA@EJ!(&'=G=NP=SEPDPDALNKLKNPEKJKBDKQOADKH@OSEPDKQP
=??AOO>AEJCNA@Q?A@BNKIEJPKEJ0KIAKQPKB@EOPNE?POD=@KNIKNAKBDKQOADKH@O
SEPDKQP=??AOOPKEILNKRA@@NEJGEJCS=PAN
Jawa Barat, Banten dan Jawa Timur dilaporkan memiliki akses yang lebih baik yaitu sekitar 90% rumah tangga
mempunyai akses terhadap air minum yang aman.
1DA>APPAN=??AOOS=ONALKNPA@EJ'=S==N=P=JPAJ=J@'=S=1EIQNSDANA=NKQJ@KNIKNAKBDKQOADKH@OD=@
=??AOOPKEILNKRA@@NEJGEJCS=PAN
4.4 PEREMPUAN BUTA HURUF
4.4 FEMALE
E ILLITERACY
Seperti di ketahui bahwa melek huruf perempuan terutama ibu dan pengasuh anak sangat berpengaruh terhadap
status kesehatan dan gizi, dan menjadi hal yang sangat penting dalam pemanfaatan pangan. Studi di berbagai negara
menunjukan bahwa tingkat pendidikan dan kesadaran ibu dapat menjelaskan situasi gizi anak-anak di negara-negara
berkembang. Hal ini sudah terbukti secara global bahwa kekurangan gizi berkaitan erat dengan tingkat pendidikan
ibu.
1DAHEPAN=?UKBSKIAJAOLA?E=HHUIKPDANO=J@?=NACERANOKBUKQJC?DEH@NAJEOSAHHGJKSJPKEJŃQAJ?APDADA=HPD=J@
JQPNEPEKJ=HOP=PQO=J@DAJ?AEO=RANUEILKNP=JP@APANIEJ=JPKBBKK@QPEHEV=PEKJ0PQ@EAOSKNH@SE@AD=RAODKSJPD=PPDA
>=OE?IKPDAN†OHARAHKBA@Q?=PEKJ=J@=S=NAJAOOATLH=EJPDAJQPNEPEKJ=HOEPQ=PEKJKB?DEH@NAJEJ@ARAHKLEJC?KQJPNEAO&PD=O
>AAJLNKRAJCHK>=HHUPD=PQJ@ANJQPNEPEKJEOOPNKJCHU?KNNAH=PA@SEPDIKPDAN†OA@Q?=PEKJ=HHARAH
0A?=N=J=OEKJ=HPAN@=L=PLANAILQ=J>QP=DQNQB@EP=DQJ1=>AHIAJQJFQGG=JLANOAJP=OALANAILQ=J
buta huruf di setiap provinsi. Angka perempuan buta huruf terendah terdapat di Sulawesi Utara, DKI Jakarta, Maluku
dan Gorontalo dengan persentase kurang dari 5%. Sedangkan, angka buta huruf tertinggi terdapat di Papua, dimana
@=NE LANAILQ=J =@=H=D >QP= DQNQB Ġ
@EEGQPE KHAD +1 Ġ
@=J =HE Ġ
-=@= PEJCG=P G=>QL=PAJ
sebanyak 66 dari 346 kabupaten mempunyai perempuan buta huruf sedikitnya 20%.
1DA LNKLKNPEKJ KB BAI=HAO ?H=OOEłA@ =O EHHEPAN=PA EJ EO 1=>HA ODKSO PDA LNKLKNPEKJO BKN A=?D LNKREJ?A
#ASANPD=JłRALAN?AJPĠ
KBBAI=HAOSANAEHHEPAN=PAEJ0QH=SAOE2P=N=!(&'=G=NP=*=HQGQ=J@$KNKJP=HKLNKREJ?AO
1DADECDAOPEHHEPAN=?UN=PAS=OEJ-=LQ=SDANAKJAEJARANUPDNAASKIAJSANAEHHEPAN=PAĠ
BKHHKSA@>U+1Ġ
=J@
=HEĠ
PPDA@EOPNE?PHARAHKQPKB@EOPNE?POD=@PDABAI=HAEHHEPAN=PAN=PA=PKNIKNA
4.5 STATUS GIZI
4.5 NUTRITIONAL STATUS
Ketahanan pangan merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi status kesehatan dan gizi. Status gizi anak
ditentukan oleh asupan makanan dan penyakit yang dideritanya. Status gizi anak balita diukur dengan 3 indikator
yaitu:
#KK@OA?QNEPUEOKJAKB@APANIEJ=JPO?KJPNE>QPEJCPKCKK@DA=HPD=J@JQPNEPEKJ=HOP=PQOKBLAKLHA1DAJQPNEPEKJ=HOP=PQOKB
=?DEH@EO=JKQP?KIAKBSD=PPDA?DEH@A=PO=OSAHH=O@EOA=OAOODADAEOOQBBANEJCBNKI+QPNEPEKJOP=PQOKBUKQJC?DEH@NAJ
=CA@QJ@ANłRAUA=NOKH@EOIA=OQNA@>UEJ@E?=PKNOġ
Gizi kurang dan buruk/underweightt (berat badan berdasarkan umur -BB/U- dengan Zscore kurang dari -2 dari
median menurut referensi WHO 2005, yang mengacu kepada gabungan dari kurang gizi akut dan kronis);
1. 2J@ANSAECDPĠ=SAECDPBKN=CAN=PEKKBHAOOPD=JVO?KNAOKBPDAIA@E=JKBPDA4KNH@%A=HPD,NC=JEV=PEKJ
4%,NABANAJ?ASDE?DNABANOPKIETA@=?QPA=J@?DNKJE?I=HJQPNEPEKJ
Ģ
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
59
BAB/Chapter 4
4.3 PENDUDUK DENGAN AKSES KURANG MEMADAI KE
AIR BERSIH
2. Pendek/stuntingg (tinggi badan berdasarkan umur -TB/U- dengan Zscore kurang dari -2 dari median menurut
referensi WHO 2005, yang mengacu ke kurang gizi kronis jangka panjang); dan
0PQJPEJCĠ=DAECDPBKN=CAN=PEKKBHAOOPD=JVO?KNAOKBPDAIA@E=JKBPDA4%,NABANAJ?ASDE?DNABANOPK
LANOEOPAJPHKJCPANI?DNKJE?I=HJQPNEPEKJ
Ģ=J@
3. Kurus/wastingg (berat badan berdasarkan tinggi badan -BB/TB- dengan Zscore kurang dari -2 dari median menurut
referensi WHO 2005, yang mengacu kepada kurang gizi akut atau baru saja mengalami kekurangan gizi).
3. 4=OPEJCĠ=SAECDPBKNDAECDPN=PEKKBHAOOPD=JVO?KNAOKBPDAIA@E=JKBPDA4%,NABANAJ?ASDE?DNABANOPK
=?QPAKNNA?AJPI=HJQPNEPEKJ
7DEHO3HUVHQWDVH3HUHPSXDQ%XWD+XUXI
7DEOH3HUFHQWDJHRI)HPDOH,OOLWHUDF\
No
Provinsi/
Province
3HUHPSXDQ%XWD+XUXI
)HPDOH,OOLWHUDF\
1
Nanggroe Aceh Darussalam
11.30
2
Sumatera Utara
3
Sumatera Barat
5.86
4
Riau
5.53
5
Kepulauan Riau
6.62
6
Jambi
9.32
7
Sumatera Selatan
6.79
8
Bengkulu
9.70
9
Bangka Belitung
10
Lampung
5.79
9.04
11.00
11
Banten
9.32
12
D.K.I. Jakarta
3.06
13
Jawa Barat
14
Jawa Tengah
15
D.I. Yogyakarta
19.14
16
Jawa Timur
19.65
17
Bali
20.66
18
Nusa Tenggara Barat
26.78
19
Nusa Tenggara Timur
15.41
20
Kalimantan Barat
16.61
21
Kalimantan Tengah
5.94
22
Kalimantan Selatan
10.18
23
Kalimantan Timur
7.14
24
Sulawesi Utara
1.67
25
Gorontalo
4.83
26
Sulawesi Tengah
8.34
27
Sulawesi Selatan
18.25
28
Sulawesi Tenggara
13.55
29
Sulawesi Barat
17.89
30
Maluku
31
Maluku Utara
32
Papua
32.07
33
Papua Barat
13.07
Total Indonesia
8.75
17.08
4.48
8.17
Sumber/Source: SUSENAS 2007, BPS
60
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
.ODVL¿NDVL
6WXQWLQJ
:DVWLQJ
< 10%
< 20%
< 5%
Acceptable
Kurang
10-19%
20-29%
5-9%
Buruk
20-29%
30-39%
•
•
Baik
Sangat Buruk
8QGHUZHLJKW
1DA 4%, ?H=OOEłAO PDA HARAH KB LQ>HE? DA=HPD OECJEł?=J?A KB JQPNEPEKJ=H OEPQ=PEKJ EJ = ?ANP=EJ ?KQJPNU NACEKJ KN @EOPNE?P
=??KN@EJCPKPDAHARAHKBQJ@ANSAECDPOPQJPEJC=J@S=OPEJC=OBKHHKSOġ
&ODVVL¿FDWLRQ
8QGHUZHLJKW
6WXQWLQJ
:DVWLQJ
< 10%
< 20%
< 5%
Poor
10-19%
20-29%
5-9%
10-14%
Serious (high)
20-29%
30-39%
10-14%
•
Critical (very high)
•
•
•
Pada FIA 2005 hanya data gizi kurang dan buruk (underweight)
t yang tersedia, tidak terdapat data stunting. Oleh karena
itu, indeks ketahananan pangan komposit dan pemetaan hanya menggunakan data underweight. Sedangkan pada
FSVA 2009, data underweightt dan stuntingg tersedia. Namun disepakati untuk menggunakan data underweight saja pada
indikator komposit dan pemetaan agar dapat dibandingkan dengan FIA 2005. Data stuntingg hanya akan ditampilkan
pada Tabel 4.4 sebagai tambahan informasi untuk menjelaskan dampak kerawanan pangan kronis.
!QNEJCLNAL=N=PEKJKBPDA#&@=P=KJQJ@ANSAECDPS=O=R=EH=>HA>QPJKPOPQJPEJC1DANABKNAPDA KILKOEPA#KK@
0A?QNEPU &J@AT S=O ?=H?QH=PA@ =J@ I=LLA@ QOEJC PDEO QJ@ANSAECDP KJHU &J PDA #03 @=P= KJ >KPD QJ@ANSAECDP
=J@OPQJPEJCSANA=R=EH=>HA%KSARANKJHU@=P=KJQJ@ANSAECDPS=O>AAJQOA@BKNPDA KILKOEPA#KK@OA?QNEPU&J@AT
=J@I=LLEJCPKLANIEP?KIL=NEOKJSEPDPDANAOQHPOKB#&0PQJPEJC@=P=EOLNAOAJPA@EJ1=>HA=O=@@EPEKJ=H
EJBKNI=PEKJPKATLH=EJPDAEIL=?PKB?DNKJE?BKK@EJOA?QNEPU
*AJQNQP@=P=/EOAP(AOAD=P=J!=O=NĠ/&0("0!0U=JC@EH=GQG=JL=@=P=DQJ@=J@EHQJ?QNG=JKHAD!AL=NPAIAJ
Kesehatan pada bulan Desember 2008), prevalensi gizi buruk nasional pada balita adalah 5,4%, dan Gizi Kurang
t
=@=H=DOADEJCC=PKP=HCEVEGQN=JC@=J>QNQGĠunderweight
IAJF=@E%=HEJEIAJQJFQGG=J>=DS=I=O=H=D
GAOAD=P=J I=OU=N=G=P >AN=@= L=@= PEJCG=P U=JC GQN=JC IAJQNQP GH=OEłG=OE 4%, ĠHED=P GH=OEłG=OE @E=P=O
JCG=
tersebut telah mencapai target Rencana Pembangunan Jangka Menengah untuk pencapaian program perbaikan gizi
(20%) maupun target *EHHAJJEQI!ARAHKLIAJP$K=HOL=@=Ġ
L=@=P=DQJ
??KN@EJCPK*EJEOPNUKB%A=HPD†O=OE?%A=HPD/AOA=N?DĠ/&0("0!0@=P=?KHHA?PA@EJH=QJ?DA@EJ!A?AI>AN
>U*EJEOPNUKB%A=HPD
PDAJ=PEKJ=HLNAR=HAJ?AKBOARANAQJ@ANSAECDP=IKJCQJ@AN?DEH@NAJS=O=J@IK@AN=PA
QJ@ANSAECDPS=OI=GEJCPKP=HQJ@ANSAECDPN=PA=PSDE?DEON=JGA@=PLKKNHARAHKBLQ>HE?DA=HPDOECJEł?=J?A
=??KN@EJCPKPDA4%,?H=OOEł?=PEKJ1DEON=PA=HNA=@U=?DEARA@PDAP=NCAPKB>KPD*A@EQI1ANI!ARAHKLIAJP-H=JBKN
+QPNEPEKJ-NKCN=IĠ
=J@*EHHAJJEQI!ARAHKLIAJP$K=HOĠ
EJ
4=H=QLQJ@AIEGE=JPAN@=L=PLAN>A@==JLAJ?=L=E=JU=JC?QGQL>AO=N@E>A>AN=L=LNKREJOE0A>=JU=GLNKREJOE
mempunyai prevalensi underweightt diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara,
Sumatera Barat, Riau, Jambi, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku,
Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua. Kejadian gizi buruk dan kurang sangat tinggi di Indonesia bagian Timur.
%KSARANPDANA=NADQCA@EOL=NEPEAOEJPDAQJ@ANSAECDPN=PA>APSAAJLNKREJ?AO,JPKP=HLNKREJ?AOD=REJC=DECDAN
QJ@ANSAECDP ?KIL=NA@ PK PDA +=PEKJ=H =RAN=CA SANA +=JCCNKA ?AD !=NQOO=H=I 0QI=PAN= 2P=N= 0QI=PAN= =N=P
/E=Q '=I>E +QO= 1AJC=N= =N=P +QO= 1AJCC=N= 1EIQN (=HEI=JP=J =N=P (=HEI=JP=J 1AJC=D (=HEI=JP=J 0AH=P=J
(=HEI=JP=J1EIQN0QH=SAOE1AJC=D0QH=SAOE1AICC=N=$KNKJP=HK0QH=SAOE=N=P*=HQGQ*=HQGQ2P=N=-=LQ==N=P
=J@-=LQ=LL=NAJPHUI=HJQPNEPEKJEOOECJEł?=JPHUDECDANEJA=OPANJL=NPKBPDA?KQJPNU
Pada tingkat provinsi, hanya satu provinsi (NTT) dengan prevalensi underweightt pada balita yang sangat buruk
Ġ—
OALANPEU=JC@EGH=OEłG=OEKHAD4%,@E=P=O0AIAJP=N=EPQLNKREJOEH=EJJU=IAIEHEGELNAR=HAJOE underweight
yang buruk (20-29%). Pada tingkat kabupaten, terdapat 45 dari 348 kabupaten memiliki prevalensi underweightt yang
sangat buruk.
PPDALNKREJ?E=HHARAHKJHUKJALNKREJ?AĠ+11
D=@=RANUDECDLNAR=HAJ?AKBQJ@ANSAECDPĠ—
=IKJCUKQJC?DEH@NAJ
=OLAN4%,†O?H=OOEł?=PEKJ@EO?QOOA@=>KRA&JPDAIA=JPEIA=JKPDANLNKREJ?AOD=@=DECDLNAR=HAJ?AKBQJ@ANSAECDP
Ġ
PPDA@EOPNE?PHARAHKQPKB@EOPNE?POD=@=RANUDECDLNAR=HAJ?AKBQJ@ANSAECDP
G=>QL=PAJ@AJC=JLNAR=HAJOE underweightL=@=>=HEP=PANPEJCCE>ANPQNQPPQNQP=@=H=Dġ?AD1AJCC=N=Ġ
/KPA
t
1KL@EOPNE?POD=REJCPDADECDAOPN=PAOKBQJ@ANSAECDPSANA?AD1AJCC=N=Ġ
/KPA+@=KĠ
(=LQH=Q=JNQ
+@=KĠ
(=LQH=Q=JNQĠ
1EIKN1AJC=D0AH=P=JĠ
0EIAQHQAĠ
?AD=N=P!=U=Ġ
*=IQFQ2P=N=Ġ
1=L=JQHE2P=N=Ġ
(QL=JCĠ
@=JQNQĠ
0A@=JCG=JG=>QL=PAJ@AJC=J
t
prevalensi underweightL=@=>=HEP=PANAJ@=D=@=H=D$E=JU=NĠ
1=>=J=JĠ
=JPQHĠ
=@QJCĠ
Minahasa (8,0%) Halmahera Utara (8,8%), Bondowoso (8,8%), Karawang (9,4%), Halmahera Tengah (9,5%) dan
Magetan (9,6%).
Ġ
1EIKN1AJC=D0AH=P=JĠ
0EIAQHQAĠ
?AD=N=P!=U=Ġ
*=IQFQ2P=N=Ġ
1=L=JQHE
2P=N= Ġ
(QL=JC Ġ
=J@ QNQ Ġ
*A=JSDEHA @EOPNE?PO D=REJC = HKS LNAR=HAJ?A SANA $E=JU=N
Ġ
1=>=J=JĠ
=JPQHĠ
=@QJCĠ
*EJ=D=O=Ġ
%=HI=DAN=2P=N=Ġ
KJ@KSKOKĠ
(=N=S=JCĠ
%=HI=DAN=1AJC=DĠ
=J@*=CAP=JĠ
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
61
BAB/Chapter 4
4%,IAJCGH=OEłG=OEG=JI=O=H=DCEVEOA>=C=EI=O=H=DGAOAD=P=JI=OU=N=G=P@EOQ=PQJAC=N=LNKREJOE=P=QG=>QL=PAJ
berdasarkan tingkat underweight, stuntingg dan wastingg sebagai berikut:
Kekurangan gizi kronis (stunting)
g pada balita banyak ditemukan di Indonesia. Secara nasional, prevalensi balita pendek
dan balita sangat pendek (stunting
g =@=H=D OA>AO=N @E P=DQJ =JCG= EJE IAJQJFQGG=J >=DS= I=O=H=D
GAOAD=P=JI=OU=N=G=P>AN=@=L=@=PEJCG=PU=JC>QNQG>AN@=O=NG=JGH=OEłG=OE4%,0A>=JU=GLNKREJOEIAILQJU=E
DNKJE?I=HJQPNEPEKJĠOPQJPEJC
EOSE@AHULNAR=EHEJC=IKJCUKQJC?DEH@NAJEJPDA?KQJPNU,RAN=HHJ=PEKJ=HLNAR=HAJ?AKB
OPQJPEJCS=OEJN=JGA@=PDECDHARAHKBLQ>HE?DA=PDOECJEł?=J?A=??KN@EJCPKPDA4%,?H=OOEł?=PEKJ&J
PKP=HLNKREJ?ANALKNPA@D=REJC=OPQJPEJCLNAR=HAJ?ADECDANPD=JPDAJ=PEKJ=H=RAN=CASANA+!0QI=PAN=2P=N=
prevalensi stuntingg di atas prevalensi nasional, yaitu NAD, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Nusa
Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara dan Papua Barat.
0QI=PAN=0AH=P=J)=ILQJC=JPAJ+QO=1AJCC=N==N=P+QO=1AJCC=N=1EIQN(=HEI=JP=J=N=P(=HEI=JP=J1AJC=D
(=HEI=JP=J0AH=P=J0QH=SAOE1AJC=D0QH=SAOE1AJCC=N=$KNKJP=HK0QH=SAOE=N=P*=HQGQ*=HQGQ2P=N==J@-=LQ=
=N=P
Pada tingkat provinsi, prevalensi stuntingL=@=>=HEP=>AN=@=L=@=ļPEJCG=PU=JCO=JC=P>QNQG‡Ġ—
U=JCPAN@=L=P
g
@ELNKREJOE-NAR=HAJOE>=HEP= stuntingL=@=‡PEJCG=P>QNQG‡Ġ
PAN@=L=P@ELNKREJOEH=EJJU=-NKREJOE+11
g
merupakan satu-satunya provinsi yang berada pada tingkat prevalensi sangat buruk pada ke dua indikator tersebut
P PDA LNKREJ?E=H HARAH PDA LNAR=HAJ?A KB OPQJPEJC S=O ļRANU DECD‡ Ġ— =IKJC ?DEH@NAJ QJ@AN łRA UA=NO KH@ EJ
LNKREJ?AO1DALNAR=HAJ?AKBOPQJPEJCS=OļDECD‡Ġ
EJLNKREJ?AO+11EOPDAKJHULNKREJ?AD=REJC>KPD
underweight and stunting rates at a very high level.
(underweightt dan stunting).
g
-=@=PEJCG=PG=>QL=PAJPAN@=L=P@=NEG=>QL=PAJU=JC>AN=@=L=@=PEJCG=PLNAR=HAJOEU=JCO=JC=P>QNQG!E
=JP=N=G=>QL=PAJG=>QL=PAJPANOA>QPPAN@=L=PG=>QL=PAJ@AJC=JLNAR=HAJOE>=HEP= stuntingg tertinggi yaitu Seram
=CE=J 1EIQN Ġ
+E=O 0AH=P=J Ġ
?AD 1AJCC=N= Ġ
0EIAQHQA Ġ
1=L=JQHE 2P=N= Ġ
Aceh Barat Daya (60,9%), Sorong Selatan (60,6%), Timor Tengah Utara (59,6%) Goya Lues (59,5%) dan Kapuas
PPDA@EOPNE?PHARAHKQPKB@EOPNE?POD=RA=RANUDECDLNAR=HAJ?AKBOPQJPEJCIKJCPDAI@EOPNE?POSEPDPDA
DECDAOPOPQJPEJCLNAR=HAJ?ASANA0AN=I=CE=J1EIQNĠ
+E=O0AH=P=JĠ
?AD1AJCC=N=Ġ
0EIAQHQA
g
%QHQĠ
0A@=JCG=JG=>QL=PAJU=JCIAILQJU=ELNAR=HAJOE stuntingPANAJ@=D=@=H=D0=NIEĠ
4=FK
Ġ
(=IL=NĠ
)QSQ1EIQNĠ
$NK>KC=JĠ
(ALQH=Q=J0QH=Ġ
/KG=J%QHQĠĠ
)QSQ2P=N=Ġ
=@QJCĠ
@=J0HAI=JĠ
4=FKĠ
(=IL=NĠ
)QSQ1EIQNĠ
$NK>KC=JĠ
(ALQH=Q=J0QH=Ġ
/KG=J%QHQĠ
)QSQ2P=N=Ġ
=@QJCĠ
@=J0HAI=JĠ
4.6 DAMPAK (OUTCOME)
E DARI STATUS KESEHATAN
4.6 HEALTH
H OUTCOME
Angka harapan hidup merupakan dampak dari status kesehatan dan gizi. Rata-rata angka harapan hidup di Indonesia
L=@=P=DQJ=@=H=DP=DQJJCG=D=N=L=JDE@QLPANPEJCCEPAN@=L=P@E!&6KCU=G=NP=Ġ
@=JPANAJ@=D
PAN@=L=P@E+1Ġ
!AH=L=J@=NELNKREJOEIAIEHEGE=JCG=D=N=L=JDE@QLP=DQJ=P=QHA>ED-=@=PEJCG=P
G=>QL=PAJPAN@=L=P@=NEG=>QL=PAJU=JCIAIEHEGE=JCG=D=N=L=JDE@QLP=DQJ=P=QHA>ED
)EBAATLA?P=J?UEJ=JKQP?KIAKBDA=HPD=J@JQPNEPEKJOP=PQO&JPDA?KQJPNUPDA=RAN=CAKBHEBAATLA?P=J?US=OUA=NOEJ
1DADECDAOPHEBAATLA?P=J?US=ONALKNPA@EJ!&6KCU=G=NP=Ġ
=J@PDAHKSAOPEO+1Ġ
"ECDPKQPKB
LNKREJ?AOD=@PDAHEBAATLA?P=J?UKBKNIKNAUA=NOPPDA@EOPNE?PHARAHKQPKB@EOPNE?POD=@PDAHEBAATLA?P=J?U
KBKNIKNAUA=NO
Strategi untuk memperbaiki status gizi dan kesehatan kelompok rentan
Strategies for improving health and nutrition status of nutritionally vulnerable groups
Meskipun target *EHHAJJEQI!ARAHKLIAJP$K=H (MDG) untuk menurunkan angka prevalensi underweightt pada balita
sudah tercapai di Indonesia, namun masalah gizi kronis (stunting)
g masih tetap tinggi. Masalah gizi kronis merupakan
akibat kurang optimalnya pertumbuhan janin dan bayi di usia dua tahun pertama kehidupannya, terutama karena
gabungan dari kurangnya asupan gizi, paparan terhadap penyakit yang tinggi serta pola pengasuhan yang kurang
tepat. Semua faktor ini dapat menyebabkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki, yang akhirnya dapat menyebabkan
4DEHAPDA*EHHAJJEQI!ARAHKLIAJP$K=HOAPBKNNA@Q?EJCPDALNAR=HAJ?AN=PAKBQJ@ANSAECDP=IKJCQJ@ANłRAUA=NOKH@
?DEH@NAJD=O>AAJ=?DEARA@EJ&J@KJAOE=?DNKJE?I=HJQPNEPEKJĠOPQJPEJC
NAI=EJO=P=DECD=J@RANUDECDHARAH=?NKOOPDA
?KQJPNU DNKJE?I=HJQPNEPEKJEONAOQHPA@BNKILKKNBAP=HCNKSPD=J@NA@Q?A@CNKSPDEJPDAłNOPPSKUA=NOKBHEBAI=EJHU
@QAPK=?KI>EJ=PEKJKBEJ=@AMQ=PAJQPNEAJPEJP=GADECD@EOA=OAATLKOQNA=J@LKKN?=NEJCLN=?PE?AO&P?=QOAOENNARANOE>HA
@=I=CAOHA=@OPKOQ>OP=JPE=HEJ?NA=OAOKBQJ@ANłRAIKNP=HEPU=J@PDAKRAN=HH@EOA=OA>QN@AJ
Ġ
1=L=JQHE2P=N=Ġ
?AD=N=P!=U=Ġ
0KNKJC0AH=P=JĠ
1EIKN1AJC=D2P=N=Ġ
$KU=
)QAOĠ
=J@(=LQ=O%QHQĠ
4DANA=O@EOPNE?POSEPDPDAHKSAOPOPQJPEJCLNAR=HAJ?A=NA0=NIEĠ
meningkatnya beban penyakit dan kematian pada balita.
g L=@= QOE= @EJE @=L=P IAJCD=I>=P LANGAI>=JC=J łOEG @=J IAJP=H U=JC =GDENJU=
Kurang gizi, terutama stunting
mempengaruhi prestasi dan tingkat kehadiran di sekolah. Anak yang kurang gizi lebih cenderung untuk masuk sekolah
lebih lambat dan lebih cepat putus sekolah. Dampak ke masa depannya adalah mempengaruhi potensi kemampuan
mencari nafkah, sehingga sulit keluar dari lingkaran kemiskinan. Anak yang menderita kurang berat badan menurut
62
"=NHU QJ@ANJQPNEPEKJ AOLA?E=HHU OPQJPEJC HA=@O PK NA@Q?A@ LDUOE?=H =J@ IAJP=H @ARAHKLIAJP @QNEJC UKQJC =CAO SDE?D
OQ>OAMQAJPHU=BBA?POO?DKKHLANBKNI=J?A=J@=PPAJ@=J?A2J@ANJKQNEODA@?DEH@NAJ=NAIKNAHEGAHUPKOP=NPO?DKKHH=PAN=J@
@NKLKQPA=NHEAN1DEO@AR=OP=PEJCEIL=?PKJA=NHU@ARAHKLIAJP=@RANOAHU=BBA?POPDAENEJ?KIAA=NJEJCLKPAJPE=HBKNHEBA
I=GEJCEPRANU@EBł?QHPPKNEOAKQPKBLKRANPU&J=@@EPEKJQJ@ANJKQNEODA@?DEH@NAJSDKLQPKJSAECDPN=LE@HU=PH=PANOP=CAOKB
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
umur (kurang gizi) dan secara cepat berat badannya meningkat, maka pada dewasa cenderung untuk menderita
penyakit kronik yang terkait gizi (kencing manis, tekanan darah tinggi dan penyakit jantung koroner). Dampak jangka
panjang, oleh kurang gizi pada masa anak-anak juga menyebabkan rendahnya tinggi badan dan pada ibu-ibu dapat
?DEH@DKK@=J@=@KHAO?AJ?A=NAIKNAHEGAHUPK@ARAHKL?DNKJE?@EOA=OAOĠ@E=>APAODULANPAJOEKJ=J@?KNKJ=NUDA=NP@EOA=OA
NAH=PA@PKJQPNEPEKJ1DAHKJCPANI@=I=CA?=QOA@>UA=NHU?DEH@DKK@QJ@ANJQPNEPEKJ=HOKEJ?HQ@AOODKNPAN=@QHPDAECDP=J@
HKS>ENPDSAECDP>=>EAO>KNJPKSKIAJSDE?DLANLAPQ=PAOPDALNK>HAIEJPDAJATPCAJAN=PEKJ
melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), yang akhirnya menyebabkan terulangnya lingkaran masalah
ini pada generasi selanjutnya.
7DEHO3HUVHQWDVH XQGHUZHLJKWW dan VWXQWLQJ
J pada balita
7DEOH3HUFHQWDJHRIXQGHUZHLJKWDQGVWXQWHGXQGHU¿YH\HDUVFKLOGUHQ
Provinsi/
Province
1
Nanggroe Aceh Darussalam
2
Sumatera Utara
3
Sumatera Barat
4
Riau
5
Kepulauan Riau
6
Jambi
7
Sumatera Selatan
8
Bengkulu
%HUDW%DGDQGL%DZDK6WDQGDUG
$QDNWDKXQ
&KLOGUHQ\UV8QGHUZHLJKW
7LQJJL%DGDQGL%DZDK6WDQGDUG
$QDNWDKXQ
&KLOGUHQ\UV6WXQWLQJ
No
Provinsi/
Province
26.50
44.60
1
Nanggroe Aceh Darussalam
68.40
22.70
43.10
2
Sumatera Utara
69.10
20.20
36.50
3
Sumatera Barat
68.80
21.40
33.00
4
Riau
71.00
12.40
26.10
5
Kepulauan Riau
69.60
18.90
36.40
6
Jambi
68.60
18.20
44.70
7
Sumatera Selatan
69.00
16.70
36.00
8
Bengkulu
69.20
$QJND+DUDSDQ+LGXSWDKXQ
/LIH([SHFWDQF\\HDU
9
Bangka Belitung
18.30
35.60
9
Bangka Belitung
68.50
10
Lampung
17.50
38.70
10
Lampung
68.80
11
Banten
16.60
38.90
11
Banten
64.50
12
D.K.I. Jakarta
12.90
26.70
12
D.K.I. Jakarta
72.80
13
Jawa Barat
15.00
35.40
13
Jawa Barat
67.60
14
Jawa Tengah
16.00
36.40
14
Jawa Tengah
70.90
15
D.I. Yogyakarta
10.90
27.60
15
D.I. Yogyakarta
73.10
16
Jawa Timur
17.40
34.80
16
Jawa Timur
68.90
17
Bali
11.40
31.00
17
Bali
70.60
18
Nusa Tenggara Barat
24.80
43.70
18
Nusa Tenggara Barat
61.20
19
Nusa Tenggara Timur
33.60
46.70
19
Nusa Tenggara Timur
66.70
20
Kalimantan Barat
22.50
39.20
20
Kalimantan Barat
66.10
21
Kalimantan Tengah
24.20
42.80
21
Kalimantan Tengah
70.90
22
Kalimantan Selatan
26.60
41.80
22
Kalimantan Selatan
62.60
23
Kalimantan Timur
19.30
35.20
23
Kalimantan Timur
70.60
24
Sulawesi Utara
15.80
31.20
24
Sulawesi Utara
72.00
25
Gorontalo
25.40
39.90
25
Gorontalo
65.90
26
Sulawesi Tengah
27.60
40.30
26
Sulawesi Tengah
65.90
27
Sulawesi Selatan
17.60
29.10
27
Sulawesi Selatan
69.40
28
Sulawesi Tenggara
22.70
40.50
28
Sulawesi Tenggara
67.20
29
Sulawesi Barat
25.40
44.50
29
Sulawesi Barat
67.20
30
Maluku
27.80
45.80
30
Maluku
66.80
31
Maluku Utara
22.80
40.20
31
Maluku Utara
65.10
32
Papua
21.20
37.60
32
Papua
67.90
33
Papua Barat
23.20
39.40
33
Papua Barat
67.60
Total Indonesia
Sumber/Source: RISKESDAS, Departemen Kesehatan/MoH, 2007
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Total Indonesia
BAB/Chapter 4
No
7DEHO$QJND+DUDSDQ+LGXS7LQJNDW3URYLQVL
7DEOH/LIH([SHFWDQF\E\3URYLQFH
Sumber/Source: SUSENAS 2007, BPS
63
Untuk dapat mempertahankan pencapaian MDG mengenai prevalensi underweightt dan menurunnya kasus stunting,
maka intervensi gizi harus segera direncanakan dan dilakukan secara efektif pada semua tingkat, mulai dari rumah
tangga sampai tingkat nasional. Untuk mencegah dan mengatasi masalah kekurangan gizi secara efektif, perlu prioritas
1KOQOP=EJPDA=?DEARA@*!$KJQJ@ANSAECDP=J@NA@Q?ADECDN=PAOKBOPQJPEJCJQPNEPEKJEJPANRAJPEKJOODKQH@>ALH=JJA@
=J@EILHAIAJPA@QNCAJPHU=J@IKNAABBA?PERAHU=P=HHHARAHOBNKIDKQOADKH@PKJ=PEKJ=HHARAH1KABBA?PERAHULNARAJP=J@
PNA=P@EBBANAJPBKNIOKBQJ@ANJQPNEPEKJEPEOEILKNP=JPPD=PJQPNEPEKJ=HHURQHJAN=>HACNKQLO=NALNEKNEPEVA@QJ@ANHUEJCIQHPE
untuk kelompok rentan gizi, memahami penyebab kurang gizi adalah multidimensi, intervensi yang tepat dan efektif
untuk mengatasi penyebabnya, dan meningkatkan komitmen serta investasi dalam bidang gizi.
@EIAJOEKJ=H?=QOAO=NAQJ@ANOPKK@=LLNKLNE=PA=J@ABBA?PERAEJPANRAJPEKJOPK=@@NAOOE@AJPEłA@?=QOAO=NAOAHA?PA@=J@
?KIIEPIAJP=J@EJRAOPIAJPEJJQPNEPEKJEOEJ?NA=OA@
Berikut ini adalah rekomendasi untuk mengatasi masalah gizi:
1DABKHHKSEJCJQPNEPEKJOPN=PACEAO=NANA?KIIAJ@A@ġ
Fokus pada kelompok rentan gizi, termasuk:
1. #K?QOKJJQPNEPEKJ=HHURQHJAN=>HACNKQLOEJ?HQ@EJCġ
a. Anak usia di bawah dua tahun. Usia dua tahun pertama di dalam kehidupan adalah usia yang paling kritis
y karena mencegah kurang gizi pada usia ini akan
sehingga disebut “jendela peluang (window of opportunity)”
sangat berarti untuk kelompok ini pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Meskipun kerusakan
sudah terjadi dan seharusnya dihindari sejak dari usia 9 bulan sampai usia 24 bulan, kerentanan anak terhadap
penyakit dan resiko kematian masih tetap tinggi di usia lima tahun pertama. Itulah sebabnya banyak intervensi
kesehatan dan gizi yang difokuskan pada anak bawah lima tahun. Intervensi kesehatan dan gizi harus difokuskan
pada anak di bawah dua tahun, akan tetapi apabila anggaran memadai maka perlu dilakukan juga untuk anak
=
DEH@NAJUKQJCANPD=JPSKUA=NOKB=CA1DAłNOPPSKUA=NOKBHEBA=NAIKOP?NEPE?=HSDE?DEOGJKS=OļSEJ@KSKB
KLLKNPQJEPU‡>A?=QOALNARAJPEJCQJ@ANJQPNEPEKJ=PPDEO=CA>AJAłPOPDAI=J@OK?EAPUPDNKQCDKQPPDANAOPKBPDAEN
HEBAHPDKQCDIKOP@=I=CAEO@KJA=J@ODKQH@>ALNARAJPA@BNKI?KJ?ALPEKJĠEAIKJPDO
PKIKJPDOKB=CA
?DEH@NAJ†ORQHJAN=>EHEPUPK@EOA=OAO=J@NEOGKB@A=PDNAI=EJODECD@QNEJCłNOPłRAUA=NO1D=P†OSDUI=JUDA=HPD=J@
JQPNEPEKJEJPANRAJPEKJOBK?QOKJ=HHQJ@ANłRAO%A=HPD=J@JQPNEPEKJEJPANRAJPEKJOODKQH@LNEKNEPEVAQJ@ANPSKUA=NO
?DEH@NAJ=J@EBNAOKQN?AOLANIEPQJ@ANłRAUA=NO?DEH@NAJ
di bawah lima tahun.
b. Anak-anak kurang gizi ringan. Kelompok ini memiliki resiko lebih tinggi untuk meninggal karena meningkatnya
kerentanan terhadap infeksi. Anak yang terdeteksi kurang gizi seharusnya dirawat dengan tepat untuk
mencegah mereka menjadi gizi buruk.
> *K@AN=PAHUI=HJKQNEODA@?DEH@NAJ1DAUD=RA=DECDANNEOGKB@UEJC@QAPKEJ?NA=OA@OQO?ALPE>EHEPUPKEJBA?PEKJO
1DA@APA?PA@IK@AN=PAHUI=HJKQNEODA@?DEH@NAJODKQH@>ALNKLANHUPNA=PA@PKLNARAJPBNKI>A?KIEJCOARANAHU
I=HJKQNEODA@
c. Ibu hamil dan menyusui karena kelompok ini memerlukan kecukupan gizi bagi pertumbuhan dan perkembangan
janin, dan untuk menghasilkan ASI (air susu ibu) untuk bayi mereka.
? -NACJ=JP=J@H=?P=PEJCSKIAJ>A?=QOAPDAUD=RACNA=PANJQPNEPEKJ=HJAA@OBKNBAP=HCNKSPD=J@@ARAHKLIAJP=J@
BKNLNK@Q?EJC>NA=OPIEHGBKNPDAENEJB=JPO
d. Penderita penyakit kronis seperti tuberkulosis dan atau HIV/AIDS. Perlu gabungan intervensi pengobatan
medis, cakupan gizi yang baik, peningkatan ketahanan pangan rumah tangga dan pendidikan perilaku.
@
e. Kurang gizi mikro untuk semua kelompok umur, terutama pada anak-anak, ibu hamil dan menyusui. Kekurangan
gizi mikro pada semua kelompok umur cukup tinggi disebabkan karena asupan karbohidrat yang tinggi,
NAJ@=DJU==OQL=JLNKPAEJĠDAS=JEO=UQN@=J>Q=D
O=UQN@=J>Q=DOANP=I=G=J=JU=JC>ANBKNPEłG=OE-=@=
kondisi ini biasanya tingkat stunting pada balita juga cukup tinggi.
A *E?NKJQPNEAJP @Ał?EAJ?EAO =IKJC LAKLHA KB =HH =CA CNKQLO AOLA?E=HHU UKQJC ?DEH@NAJ LNACJ=JP =J@ H=?P=PEJC
SKIAJ*E?NKJQPNEAJP@Ał?EAJ?EAO=NA=OOQIA@PK>ASE@AOLNA=@EJPDALKLQH=PEKJ@QAPKDA=REHU?=N>KDU@N=PA
>=OA@@EAPOHKSEJP=GAKBLNKPAEJOĠ=JEI=HORACAP=>HAOBNQEPO
=J@BKNPEłA@BKK@O&JPDEO?KJPATPOPQJPEJCEOQOQ=HHU
widely prevalent.
2. Perencanaan dan penerapan intervensi multi-sektoral untuk mengatasi TIGA penyebab dasar kekurangan gizi
(pangan, kesehatan dan pengasuhan).
-H=J=J@EILHAIAJPIQHPEOA?PKN=HEJPANRAJPEKJOPK=@@NAOO1%/""QJ@ANHUEJC?=QOAOĠBKK@DA=HPD=J@?=NANAH=PA@
of undernutrition.
Satu sektor saja (sektor kesehatan atau pendidikan atau pertanian) tidak dapat mengatasi masalah gizi secara
efektif karena masalah tersebut adalah multi sektor.
OEJCHA OA?PKN =HKJA ĠDA=HPD KN A@Q?=PEKJ KN =CNE?QHPQNA
?=JJKP ABBA?PERAHU =@@NAOO IQHPEB=?APA@ ?=QOAO KB PDA
LNK>HAI
a.
a.
Intervensi langsung dengan manfaat langsung terhadap gizi (terutama melalui Sektor Kesehatan):
Š
Memperbaiki gizi dan pelayanan ibu hamil, terutama selama 2 trimester pertama usia kehamilan: makan
lebih sering, beraneka ragam, dan bergizi; minum pil besi atau menggunakan suplemen gizi mikro tabur
(Sprinkle) setiap hari; memeriksakan kehamilan sekurangnya 4 kali selama periode kehamilan.
64
DNKJE?=HHU EHH LAKLHA OQBBANEJC BNKI PQ>AN?QHKOEO =J@ KN %&3&!0 *A@E?=H PNA=PIAJP CKK@ JQPNEPEKJ EILNKRA@
DKQOADKH@BKK@OA?QNEPU=J@>AD=REKN=HA@Q?=PEKJODKQH@>A?KI>EJA@
!ENA?PEJPANRAJPEKJOSEPD@ENA?P>AJAłPOBKNJQPNEPEKJĠIKOPHUPDNKQCD%A=PD0A?PKN
ġ
Š
&ILNKREJCI=PANJ=HJQPNEPEKJ=J@?=NAAOLA?E=HHU@QNEJCPDAOA?KJ@D=HBKBLNACJ=J?UġBNAMQAJP@ERANOEłA@=J@
JQPNEPEKQOIA=HOĢ@=EHUP=GEJCENKJP=>HAPOKNIQHPELHAIE?NKJQPNEAJPLKS@ANĠ0LNEJGHA
Ģ=PHA=OP=JPAJ=P=H?=NA
?DA?GQLO@QNEJC=LNACJ=J?U
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Š
Promosi menyusui ASI selama 0-24 bulan: inisiasi menyusui dini segera sesudah bayi lahir; menyusui ASI
eksklusif sampai 6 bulan pertama, melanjutkan pemberian ASI sampai 24 bulan; melanjutkan menyusui
walaupun anak sakit.
Š
-NKIKPEJC >NA=OPBAA@EJC @QNEJC IKJPDOġ EJEPE=PEKJ KB >NA=OPBAA@EJC =O OKKJ =O =BPAN >ENPDĢ AT?HQOERA
>NA=OPBAA@EJCQLPKłNOPOETIKJPDOĢ?KJPEJQA@>NA=OPBAA@EJCQLPKIKJPDOĢ?KJPEJQA@>NA=OPBAA@EJC@QNEJC
?DEH@†OOE?GJAOO
Š
Meningkatkan pola pemberian makanan tambahan untuk anak usia 6-24 bulan: mulai pemberian makanan
Š
&ILNKREJC ?KILHAIAJP=NU BAA@EJC KB IKJPDO ?DEH@NAJġ OP=NP ?KILHAIAJP=NU BAA@EJC BNKI PD IKJPDĢ
P=I>=D=JOAF=G=J=G>ANQOE=>QH=JĢLAI>ANE=JI=G=J=JHA>EDOANEJCFQIH=DOA@EGEP>AN=JAG=N=C=I
dan bergizi (pangan hewani, telur, kacang-kacangan, polong-polongan, kacang tanah, sayur, buah dan
minyak); hindari pemberian jajan yang tidak sehat.
BNAMQAJPOI=HH@ERANOEłA@=J@JQPNEPEKQOIA=HOĠ=JEI=HBKK@OACCO>A=JLA=OLA=JQPORACAP=>HAOBNQEPO
oil); avoiding unhealthy snacks.
Š
Pemantauan berat dan tinggi badan bayi 0-24 bulan atau jika sumber daya memungkinkan, untuk anak
0-59 bulan secara teratur, untuk mendeteksi kurang gizi secara dini sehingga bisa dilakukan intervensi
sedini mungkin. Meningkatkan komunikasi mengenai berat badan anak, cara mencegah dan memperbaiki
kegagalan berat dan tinggi anak dengan keluarga.
Š
/ACQH=NIKJEPKNEJCSAECDP=J@DAECDPKBIKJPDOKNIKJPDO?DEH@NAJEBNAOKQN?AOLANIEPPKA=NHU
@APA?PA@I=HJQPNEPEKJBKNPEIAHUEJPANRAJPEKJ"JD=J?A?KIIQJE?=PEKJSEPDB=IEHEAOKJ?DEH@†OSAECDPS=UOPK
prevent and correct weight and height failure.
Š
Mengatasi masalah kurang gizi akut pada balita dengan menyediakan fasilitas dan manajemen berbasis
masyarakat berdasarkan pedoman dari WHO/UNICEF dan Departemen Kesehatan.
Š
#=?EHEPU>=OA@=J@?KIIQJEPU>=OA@I=J=CAIAJPKB=?QPAI=HJQPNEPEKJ=IKJCQJ@ANłRA?DEH@NAJ=??KN@EJC
*AILAN>=EGE=OQL=JCEVEIEGNKġLNKIKOEC=N=I>ANUK@EQIĢLAJC=JAG=N=C=I=J=OQL=JI=G=J=JĢBKNPEłG=OE
Š
&ILNKREJCIE?NKJQPNEAJPEJP=GAġLNKIKPEJCEK@EVA@O=HPĢ@ERANOEłA@@EAPĢBKNPEłA@BKK@OĢENKJP=>HAPOBKNLNACJ=JP
SKIAJĢOAIE=JJQ=HREP=IEJOQLLHAIAJP=PEKJBKNIKJPDO?DEH@NAJĠKNIKJPDOEBNAOKQN?AOLANIEP
=J@H=?P=PEJCIKPDANOSEPDEJOPIKJPD=BPAN>ENPDĢ@ASKNIEJC
Š
&JPAJOEBUEJC DA=HPD =J@ JQPNEPEKJ EJBKNI=PEKJA@Q?=PEKJ?KIIQJE?=PEKJ Ġ&" KJ PDAOA @ENA?P =J@ EJ@ENA?P
EJPANRAJPEKJO >U QOEJC R=NEKQO ?D=JJAHO ĠI=OO IA@E= REHH=CA HKQ@OLA=GANO REHH=CA ARAJPO AP?
PK =@@NAOO
JKPKJHUIKPDANO=J@?=NACERANO>QP=HOKREHH=CA=J@NAHECEQOHA=@ANODQO>=J@O=J@KPDANB=IEHUIAI>ANO
=@KHAO?AJPOPA=?DANOATPAJOEKJSKNGANO?KIIQJEPUOANRE?ALNKRE@ANO
makanan; pemberian pil besi untuk ibu hamil; pemberian vitamin A setiap 6 bulan sekali untuk anak 6-24
>QH=JĠ=P=Q=J=G>QH=JFEG==HKG=OE=JCC=N=JIAJ?QGQLE
OANP=E>QIAJUQOQE@=H=IF=JCG=S=GPQ
bulan setelah melahirkan atau masa nifas; pemberian obat cacing.
Š
Mengintensifkan kegiatan penyuluhan atau pendidikan informasi kesehatan dan gizi (&" ) baik secara
langsung maupun tidak langsung, dengan bermacam-macam media (media massa, pengeras suara di
mushola, perayaan hari besar dll.) untuk menjangkau tidak hanya ibu dan pengasuh anak, tetapi juga
kepala desa, pemuka desa, pemuka agama, para suami dan anggota keluarga lain, remaja putri, guru,
tenaga penyuluh, penyedia pelayanan masyarakat.
b. Intervensi tidak langsung dengan manfaat tidak langsung terhadap gizi (terutama melalui sektor di luar
kesehatan)
b.
&J@ENA?PEJPANRAJPEKJSEPDEJ@ENA?P>AJAłPOBKNJQPNEPEKJĠIKOPHUPDNKQCDJKJDA=HPDOA?PKNO
Š
Promosi pemanfaatan halaman rumah: pemanfaatan halaman rumah dengan cara menanam sayuran,
buah-buahan, kacang-kacangan; memelihara unggas (ayam, bebek); dan memelihara ikan.
Š
-NKIKPEJCDKIAOPA=@=CNE?QHPQNAġDKIAC=N@AJEJCKBRACAP=>HAOBNQEPO>A=JOLA=JQPOĢOI=HH=JEI=HDQO>=J@NU
Ġ?DE?GAJ@Q?GO
Ģ=J@łODLKJ@
Š
Mobilisasi kepemimpinan berbasis masyarakat dari kepala desa, pemuka agama, PKK, kelompok tani dan
Š
*K>EHEVEJC ?KIIQJEPU>=OA@ HA=@ANODELO KB REHH=CA DA=@ NAHECEKJ HA=@ANO SKIAJ†O =OOK?E=PEKJ B=NIANO†
lain-lain, untuk terlibat dalam intervensi gizi terutama keterlibatan pada saat pendidikan higiene dan gizi.
Š
Memperbaiki air minum: meningkatkan akses terhadap sumber air bersih untuk rumah tangga dan
sekolah-sekolah; promosi minum air matang sebagai ganti air mentah; membuat tangki penampung air
untuk menyimpan air hujan; meminta anak untuk membawa air minum ke sekolah untuk penghilang rasa
association, etc. in nutrition interventions, particularly in hygiene and nutrition education.
Š
&ILNKREJC@NEJGEJCS=PANġEJ?NA=OEJC=??AOOPKEILNKRA@S=PANOKQN?AO=PDKQOADKH@O=J@O?DKKHOĢLNKIKPEJC
the drinking of boiled water instead of raw water; constructing water tanks to collect water during rainy
seasons; encouraging students to bring drinking water to school to prevent thirsty.
dahaga.
Š
Memperbaiki higiene dan sanitasi: mencuci tangan sebelum makan dan setelah dari toilet; memperbaiki
sistem pembuangan limbah; pembuangan sampah/limbah yang tepat dan benar.
Š
&ILNKREJC DUCEAJA =J@ O=JEP=PEKJġ D=J@ S=ODEJC >ABKNA IA=HO =J@ =BPAN PKEHAPOĢ EILNKREJC OAS=CA OUOPAIĢ
LNKLANS=OPAAT?NAPEKJ@EOLKO=H
Š
Meningkatkan status kaum perempuan; meningkatkan pendidikan kaum perempuan, memperbaiki
Š
&ILNKREJCSKIAJ†OOP=PQOġEJ?NA=OEJCBAI=HAA@Q?=PEKJEILNKREJCGJKSHA@CAOGEHHOKJ?DEH@?=NA=J@BAA@EJCĢ
AJD=J?EJCOD=NA@NAOLKJOE>EHEPUKBDQO>=J@O=J@KPDANB=IEHUIAI>ANOEJ?DEH@?=NA=J@BAA@EJC
pengetahuan/kemampuan pengasuhan dan pemberian makan anak; meningkatkan pembagian tanggung
jawab suami dan anggota keluarga dalam pengasuhan dan pemberian makan anak.
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
65
BAB/Chapter 4
Š
PK4%,2+& "#=J@*K%CQE@AHEJAO
Š
Memperkuat kapasitas pemerintah di tingkat provinsi dan kabupaten dalam hal merencanakan,
melaksanakan, memantau dan mengevaluasi intervensi gizi.
Perlu dipahami bahwa intervensi tidak langsung ini hanya bersifat melengkapi intervensi langsung, bukan pengganti
intervensi gizi langsung.
3. Prioritas dan peningkatan investasi serta komitmen dalam hal gizi untuk mengatasi masalah gizi
Š
0PNAJCPDAJEJC?=L=?EPEAOKBPDANAH=PA@LNKREJ?E=H@EOPNE?PKBł?E=HOEJLH=JJEJCEILHAIAJPEJCIKJEPKNEJC=J@
evaluating nutrition interventions.
&P ODKQH@ >A AILD=OEVA@ PD=P PDA EJ@ENA?P EJPANRAJPEKJO =NA ?KILHAIAJP=NU PK >QP ODKQH@ JKP OQ>OPEPQPA BKN @ENA?P
nutrition interventions.
3. -NEKNEPEVA=J@EJ?NA=OAEJRAOPIAJPEJJQPNEPEKJ=J@?KIIEPIAJPPKOKHRAJQPNEPEKJLNK>HAIO
Dampak ekonomi akibat kekurangan gizi pada anak-anak adalah sangat tinggi. Kekurangan gizi pada anak
akan menyebabkan hilangnya produktivitas pada masa dewasa, dan tingginya biaya pelayanan kesehatan dan
pendidikan. Ada beberapa macam bentuk dari malnutrisi pada masa anak-anak yang dapat menyebabkan hilangnya
1DAA?KJKIE??KOPOKB?DEH@QJ@ANJQPNEPEKJ=NARANUDECD DEH@QJ@ANJQPNEPEKJHA=@OPKHKOOAOEJ=@QHPLNK@Q?PEREPU=J@
DECDDA=HPD?=NA=J@A@Q?=PEKJ?KOP1DANA=NAR=NEKQOBKNIOKB?DEH@DKK@I=HJQPNEPEKJPD=P?=QOALNK@Q?PEREPUHKOOAO
EJ =@QHPDKK@ =OOK?E=PA@ SEPD HKSAN ?KCJEPERA =>EHEPU -NKPAEJAJANCU I=HJQPNEPEKJ EO =OOK?E=PA@ SEPD = HKOO ENKJ
produktivitas mereka pada masa dewasa yang berkaitan dengan rendahnya kemampuan kognitif. Kekurangan
@Ał?EAJ?U=JAIE=SEPD=HKOO=J@EK@EJA@Ał?EAJ?USEPD=HKOOEJ=@QHPLNK@Q?PEREPU DEH@DKK@I=HJQPNEPEKJ
=HOKHA=@OPKLNK@Q?PEREPUHKOOAOEJI=JQ=HH=>KN
AJANCELNKPAEJ>ANGKJOPNE>QOEOA>AO=N@=NEDEH=JCJU=LNK@QGPEREP=OL=@=I=O=@AS=O=GAGQN=JC=JV=P>AOE
Ġ=JAIE=
>ANGKJPNE>QOEOA>AO=N@=JGAGQN=JC=JV=PUK@EQIOA>AO=N*=HJQPNEOEL=@=I=O==J=G=J=GFQC=
berpotensi menyebabkan hilangnya produktivitas tenaga kerja kasar.
Investasi di bidang gizi merupakan salah satu jenis intervensi pembangunan yang paling efektif dari segi biaya,
karena memiliki rasio manfaat-biaya yang tinggi, bukan hanya untuk individu, tetapi juga pembangunan negara
yang berkelanjutan, sebab intervensi ini dapat melindungi kesehatan, mencegah kecacatan dan dapat memacu
produktivitas ekonomi dan menjaga kelangsungan hidup.
&JRAOPIAJPOEJJQPNEPEKJ=NA=IKJCPDAIKOP?KOPABBA?PERA@ARAHKLIAJPEJPANRAJPEKJO>A?=QOARANUDECD>AJAłPPK
cost ratios, not only for individuals, but also for sustainable growth of countries, because they protect health, prevent
@EO=>EHEPU>KKOPA?KJKIE?LNK@Q?PEREPU=J@O=RAHERAO
Konsensus Copenhagen menetapkan bahwa pemberian vitamin dan mineral ke anak kurang gizi merupakan
investasi terbaik di dunia ini. Pemberian zat-zat gizi mikro dalam bentuk kapsul vitamin A dan seng kepada 80%
@=NEFQP==J=GU=JCGAGQN=JC=JREP=IEJAOAJOE=HD=JU=IAI>QPQDG=J>E=U=OA>AO=N20FQP=LANP=DQJ
1DA KLAJD=CAJ KJOAJOQON=JGOPDALNKREOEKJKBREP=IEJO=J@IEJAN=HOPKQJ@ANJKQNEODA@?DEH@NAJ=OPDASKNH@†O
>AOPEJRAOPIAJP-NKRE@EJCIE?NKJQPNEAJPOBKNKBPDAIEHHEKJ?DEH@NAJSDKH=?GAOOAJPE=HREP=IEJOEJPDABKNIKB
REP=IEJ?=LOQHAOLHQO=?KQNOAKBVEJ?OQLLHAIAJPOSKQH@?KOPFQOP20IEHHEKJLANUA=NSDEHACAJAN=PEJC=JJQ=H
OAIAJP=N= I=JB==P P=DQJ=J U=JC @ELANKHAD @=NE LAI>ANE=J V=PV=P CEVE P=I>=D=J PANOA>QP HA>ED @=NE 20 milyar.
>AJAłPOSKNPDIKNAPD=J20>EHHEKJ
-NEKNEP=OPANEJCCEGAPEC=@=NEGKJOAJOQOPANOA>QP=@=H=DBKNPEłG=OEV=PCEVEIEGNKOALANPEC=N=I>ANUK@EQI@=J
BKNPEłG=OEI=G=J=J@AJC=JV=P>AOE!EI=J=OAPE=L@KH=NU=JC@EGAHQ=NG=J=G=JIAI>ANEG=JI=JB==PHA>ED@=NE
US$ 9.
1DAPDEN@PKLLNEKNEPUN=JGA@S=OIE?NKJQPNEAJPBKNPEł?=PEKJEJRKHREJCPDAEK@EV=PEKJKBO=HP=J@BKNPEł?=PEKJKB>=OE?BKK@
EPAIOSEPDENKJ"=?D@KHH=NOLAJPKJPDEOSKQH@NAOQHPEJ>AJAłPOKBIKNAPD=J20
/AOA=N?DD=OODKSJPD=PIAJĠ=CA@UA=NO
EJ$Q=PAI=H=SDKNA?AERA@=JQPNEPEKQOOQLLHAIAJPSDAJPDAUSANA
Hasil penelitian menunjukkan bahwa laki-laki (umur 25-42 tahun) di Guatemala yang menerima zat-zat gizi
tambahan ketika mereka berumur 0-2 tahun dapat bekerja dengan jam kerja yang jauh lebih lama (lebih dari 46%)
dibandingkan dengan laki-laki yang tidak menerima zat-zat gizi tambahan. Hal ini menunjukkan bahwa investasi gizi
pada masa anak-anak dapat memacu pertumbuhan ekonomi seseorang dan seluruh masyarakat.
66
UA=NOKB=CAA=NJA@DECDANDKQNHUS=CAOĠKJ=RAN=CADECDAN
PD=JIAJSDK@E@JKPNA?AERAPDAOQLLHAIAJP
1DEOEJ@E?=PAOPD=PEJRAOPIAJPEJA=NHU?DEH@DKK@JQPNEPEKJ?=J@NERAA?KJKIE?CNKSPDBKNEJ@ERE@Q=HO=OSAHH=OSDKHA
societies.
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
REFERENCES
i.
Dewan Ketahanan Pangan dan World Food Programme (WFP). Peta Kerawanan Pangan Indonesia, 2005.
E
EE
EEE
ER
R
!AL=NPAIAJ(AOAD=P=J/EOAP(AOAD=P=J!=O=NĠ/&0("0!0
=@=J-QO=P0P=PEOPEGĠ-0
0P=PEOPEG&J@KJAOE=P=DQJ
=@=J-QO=P0P=PEOPEGĠ-0
(KJOQIOE(=HKNE@=J-NKPAEJQJPQGPEJCG=P&J@KJAOE=@=J-NKREJOE
(=JPKN*AJPANE+AC=N=-ANAJ?=J==J-AI>=JCQJ=J+=OEKJ=H--"+0/AJ?=J=GOE+=OEKJ=H-=JC=J
@=J$EVEĠ/+-$
EE
EEE
ER
R
+=PEKJ=H#KK@0A?QNEPU KQJ?EHKBPDA$KRANJIAJPKB&J@KJAOE==J@4KNH@#KK@-NKCN=IIA#KK@&JOA?QNEPUPH=OKB
&J@KJAOE=
*EJEOPNUKB%A=HPDKB&J@KJAOE==OE?%A=HPD/AOA=N?DĠ/&0("0!0
+=PEKJ=H0P=PEOPE?OCAJ?U0P=PEOPE?=H6A=N>KKGKB&J@KJAOE=
+=PEKJ=H0P=PEOPE?OCAJ?U KJOQILPEKJKB =HKNEA=J@-NKPAEJKB&J@KJAOE==J@PDA-NKREJ?A
*EJEOPNUKB-H=JJEJC=J@"?KJKIE?!ARAHKLIAJPKB&J@KJAOE=+=PEKJ=H-H=JKB?PEKJKJ#KK@=J@+QPNEPEKJBKN
RE 4KNH@#KK@-NKCN=IIA"IANCAJ?U#KK@0A?QNEPUOOAOOIAJP%=J@>KKGJ@A@EPEKJ
REE 4KN@#KK@-NKCN=IIA=J@!QP?D)EBA=J@*=PANE=HO0?EAJ?AO KIL=JUĠ!0*
1AJ*EJQPAOPK)A=NJ>KQP+QPNEPEKJ
-NKCN=IIEJC
REEE 4KNH@%A=HPD,NC=JEV=PEKJ4KNH@%A=HPD/ALKNP$AJAR=ġ4%,
ET KLAJD=CAJ KJOAJOQODPPLġSSS?KLAJD=CAJ?KJOAJOQO?KI
T %K@@EJKPP'ADNI=J'/*=HQ??EK'#HKNAO/*=NPKNAHH/"BBA?PKB=JQPNEPEKJEJPANRAJPEKJ@QNEJCA=NHU?DEH@DKK@
?DEH@DKK@KJA?KJKIE?LNK@Q?PEREPUEJ$Q=PAI=H=J=@QHPO1DA)=J?APĢġĠ#EJ@EJCġIAJĠ=CA@
25-42 years) in Guatemala who received a nutritious supplement when they were 0-2 years of age earned on
average 46% higher hourly wages).
KJA?KJKIE?LNK@Q?PEREPUEJ$Q=PAI=H=J=@QHPO1DA)=J?APĢġĠ#EJ@EJCġIAJĠ=CA@UA=NO
EJ$Q=PAI=H=SDKNA?AERA@=JQPNEPEKQOOQLLHAIAJPSDAJPDAUSANAUA=NOKB=CAA=NJA@KJ=RAN=CADECDAN
hourly wages).
BAB/Chapter 4
vi. World Food Programme (WFP). "IANCAJ?U#KK@0A?QNEPUOOAOOIAJP%=J@>KKG, Edisi ke-2, 2009.
vii. World Food Programme (WFP) dan Dutch Life serta Materials Sciences Company (DSM). 1AJ*EJQPAOPK)A=NJ
>KQP+QPNEPEKJ-NKCN=IIEJC
viii. World Health Organization (WHO). 4KNH@%A=HPD/ALKNP$AJAR=ġ4%,
ix. Copenhagen Consensus. http://www.copenhagenconsensus.com
x. Hoddinott, J, Behrman JR, Maluccio JA, Flores R, Martorell R Effect of a nutrition intervention during early
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
67
BAB/Chapter 4
Peta 4.1 / Map 4.1
Rumah Tangga dengan Akses ke Fasilitas Kesehatan > 5 km
Households with Access to Health Facilities > 5 km
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
69
BAB/Chapter 4
Peta 4.2 / Map 4.2
Rumah Tangga tanpa Akses ke Air Bersih
Households without Access to Clean Water
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
71
BAB/Chapter 4
Peta 4.3 / Map 4.3
Perempuan Buta Huruf
Female Illiteracy
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
73
BAB/Chapter 4
Peta 4.4 / Map 4.4
Berat Badan Anak (< 5 Tahun) di Bawah Standar
Underweight Children (< 5 Years)
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
75
BAB/Chapter 4
Peta 4.5 / Map 4.5
Angka Harapan Hidup
Life Expectancy
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
77
CHAPTER 5
VULNERABILITY TO TRANSIENT
FOOD INSECURITY
Kerentanan terhadap bencana alam dan goncangan mendadak lainnya dapat mempengaruhi ketahanan pangan suatu
wilayah baik sementara ataupun dalam jangka waktu panjang. Ketidak-mampuan untuk memenuhi kebutuhan pangan
3QHJAN=>EHEPU PK J=PQN=H @EO=OPANO =J@ KPDAN ODK?GO ?=J EJŃQAJ?A BKK@ OA?QNEPU PAILKN=NEHU KN BKN =J ATPAJ@A@ LANEK@
1DA EJ=>EHEPU PK IAAP BKK@ JAA@O BKN = PAILKN=NU LANEK@ EO GJKSJ =O PN=JOEAJP BKK@ EJOA?QNEPU OQ@@AJ J=PQN=H KN
y Bencana alam atau bencana
secara sementara dikenal sebagai kerawanan pangan sementara (transient food insecurity).
teknologi yang terjadi tiba-tiba, bencana yang terjadi secara bertahap, perubahan harga atau goncangan terhadap
L=O=NALE@AIEGLAJU=GEPGKJŃEGOKOE=H@=JH=EJH=EJ@=L=PIAJUA>=>G=JPANF=@EJU=GAN=S=J=JL=JC=JOAIAJP=N=
Kerawanan pangan sementara dapat berpengaruh terhadap satu atau semua dimensi ketahanan pangan seperti
ketersediaan pangan, akses terhadap pangan dan pemanfaatan pangan.
PA?DJKHKCE?=H@EO=OPAN=OHKSKJOAP@EO=OPANLNE?AKNI=NGAPODK?GODA=HPDALE@AIE?O?EREH?KJŃE?POAP??=J=HHHA=@PK
PN=JOEAJPBKK@EJOA?QNEPU1N=JOEAJPBKK@EJOA?QNEPU?=J=BBA?PKJAKN=HH@EIAJOEKJOKBBKK@OA?QNEPUPD=PEOBKK@=R=EH=>EHEPU
BKK@=??AOO=J@KNBKK@QPEHEV=PEKJ
Kerawanan pangan sementara dapat juga dibagi menjadi dua sub-kategori: menurut siklus, di mana terdapat suatu
1N=JOEAJPBKK@EJOA?QNEPUEOOKIAPEIAO@ERE@A@EJPKPSKOQ>?=PACKNEAOġ?U?HE?=HSDANAPDANAEO=NACQH=NL=PPANJPKBKK@
pola yang berulang terhadap kondisi rawan pangan, misalnya, “musim paceklik” yang terjadi dalam periode sebelum
panen, dan sementara, yang merupakan hasil dari suatu goncangan mendadak dari luar pada jangka pendek seperti
GAGANEJC=J=P=Q>=JFEN(KJŃEGOELEHFQC=PANI=OQG@=H=IG=PACKNECKJ?=JC=JOAIAJP=N=S=H=QLQJ@=IL=GJAC=PEBJU=
PAND=@=LGAP=D=J=JL=JC=JU=JC@EOA>=>G=JKHADGKJŃEG@=L=P>ANH=JFQPQJPQGF=JCG=S=GPQU=JCH=I=!AJC=JG=P=
lain, kerawanan pangan sementara dapat mempengaruhi orang-orang yang berada pada kondisi rawan pangan kronis
dan juga orang-orang yang terjamin pangannya pada keadaan normal.
EJOA?QNEPUBKNAT=ILHAPDAļHA=JOA=OKJ‡PD=PK??QNOEJPDALANEK@FQOP>ABKNAD=NRAOPĢ=J@PAILKN=NUSDE?DEOPDANAOQHP
KB=ODKNPPANIATKCAJKQOODK?GOQ?D=O=@NKQCDPKNŃKK@ EREH?KJŃE?PEO=HOK=PAILKN=NUODK?G=HPDKQCDPDAJAC=PERA
EIL=?P KJ BKK@ OA?QNEPU @QA PK ?KJŃE?P KBPAJ ?KJPEJQAO KRAN ATPAJ@A@ LANEK@O KB PEIA &J KPDAN SKN@O PN=JOEAJP BKK@
EJOA?QNEPU=BBA?POJKPFQOPPDKOASDK=NA?DNKJE?=HHUBKK@EJOA?QNA>QP=HOKKPDANOSDK=NABKK@OA?QNAEJJKNI=HPEIAO
Di dalam bab ini kerawanan pangan dianalisa dari segi lingkungan hidup. Faktor lingkungan dan kemampuan masyarakat
untuk mengatasi goncangan sangat menentukan apakah suatu negara atau wilayah dapat mempertahankan ketahanan
pangannya. Tinjauan ketahanan pangan dan gizi dari sudut pandang lingkungan hidup meliputi perhatian terhadap
pengelolaan tanah, konservasi dan pengelolaan air, konservasi keanekaragaman hayati, peningkatan teknologi prapanen, pelestarian lingkungan hidup dan pengelolaan hutan. Deforestasi hutan melalui eksploitasi sumber daya
=H=IŃQGPQ=OE?QN=DDQF=JLANOAJP=OA@=AN=DļLQOK‡@=JLANOAJP=OA@=AN=DU=JCPANGAJ=>=JFEN@=JP=J=DHKJCOKN
&JPDEO?D=LPANBKK@EJOA?QNEPUEO=J=HUVA@BNKI=JAJRENKJIAJP=HLANOLA?PERA"JRENKJIAJP=HB=?PKNO=J@LAKLHA†O=>EHEPUPK
?KLASEPD=ODK?GARAJPQ=HHU@APANIEJASDAPDAN=?KQJPNUKN=NACEKJSEHH>A=>HAPK=?DEARABKK@OA?QNEPU1DAAJRENKJIAJP=H
LANOLA?PERAKBBKK@=J@JQPNEPEKJOA?QNEPUSEHHEJRKHRA=PPAJPEKJPKOKEHI=J=CAIAJPS=PAND=NRAOPEJC=J@I=J=CAIAJP
?KJOANR=PEKJ KB >EK@ERANOEPU =J@ EILNKRA@ LKOPD=NRAOP PA?DJKHKCU AJRENKJIAJP=H LNKPA?PEKJ =J@ BKNAOP I=J=CAIAJP
!ABKNAOP=PEKJKRANATLHKEP=PEKJKBJ=PQN=HNAOKQN?AON=EJB=HHŃQ?PQ=PEKJ=J@PDALAN?AJP=CAKBPDA=NA==BBA?PA@>UŃKK@O
=J@H=J@OHE@AO=NAOKIAKBPDAEJ@E?=PKNOQOA@EJPDEOOA?PEKJPKATLH=EJPN=JOEAJPBKK@EJOA?QNEPUEJ&J@KJAOE=
merupakan beberapa indikator yang di gunakan dalam bab ini untuk menjelaskan kerawanan pangan sementara di
Indonesia.
5.1 BENCANA ALAM
5.1 NATURAL
N
L DISASTERS
Pada sub-bab ini menyoroti sebab-sebab utama kerawanan pangan sementara, yang timbul akibat bencana alam.
Indonesia merupakan salah satu negara yang paling rawan terhadap bencana alam di dunia, berdasarkan pada kejadian
besar yang didokumentasikan oleh AJPAN BKN /AOA=N?D KJ PDA "LE@AIEKHKCU KB !EO=OPANO (CRED), Brussel, Belgia
1DAI=EJ?=QOAOBKNPN=JOEAJPBKK@EJOA?QNEPU=NAJ=PQN=H@EO=OPANO&J@KJAOE=EOKJA=IKJCOPPDAIKOPJ=PQN=H@EO=OPAN
LNKJA?KQJPNEAOEJPDASKNH@>=OA@KJI=FKNARAJPONA?KN@A@>UPDA AJPNABKN/AOA=N?DKJPDA"LE@AIEKHKCUKB!EO=OPANO
Ġ /"!
NQOOAHOAHCEQIĠ1=>HA
Ġ1=>AH
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
79
BAB/Chapter 5
BAB 5
KERENTANAN TERHADAP KERAWANAN
PANGAN TRANSIEN
7DEHO1HJDUDXWDPD\DQJPHQJDODPLEHQFDQDDODPVHODPD –
7DEOH7RS1DWXUDOGLVDVWHUKLWFRXQWULHVGXULQJ±
-XPODK.HMDGLDQ
1RRI(YHQWV
-XPODK.HMDGLDQ
1RRI(YHQWV
China
38
United States
23
United States
31
China
20
India
21
India
20
Phillipines
20
Indonesia
17
Indonesia
20
Phillipines
16
Afghanistan
13
Pakistan
10
Vietnam
11
Japan
8
Pakistan
9
Mexico
7
Bangladesh
8
Algeria
7
Romania
8
Haiti
7
Sumber/Source: Annual Disaster Statistical Review, 2006 and 2007,
Epidemiology of Disasters, Brussels, Belgium.
Centre for Research on the E
AN@=O=NG=J@=P=@=NE+-PANF=@EHA>ED@=NEGAF=@E=J>AJ?=J==H=IOAH=I=LANEK@AP=DQJU=JC
??KN@EJC PK PDA $KRANJIAJP KB &J@KJAOE= IKNA PD=J J=PQN=H @EO=OPAN ARAJPO K??QNNA@ EJ &J@KJAOE= @QNEJC PDA
PAH=DIAJUA>=>G=JHA>ED@=NEKN=JCIAJEJCC=H@QJE=!=P=>AJ?=J==H=IJ=OEKJ=HPANOA>QPIAIEHEGEHA>ED
banyak jenis kejadian bencana daripada database CRED dan termasuk kejadian tingkat besar kecilnya bencana yang
meliputi: angin topan, banjir, kekeringan, letusan gunung berapi, gempa bumi, Tsunami, tanah longsor, abrasi pantai,
epidemik, hama tanaman, kebakaran hutan dan pemukiman. Kejadian bencana Tsunami di NAD pada 26 Desember
PAH=DIAJUA>=>G=JHA>ED@=NEKN=JCIAJEJCC=HOANP=IAJUA>=>G=JGANQCE=JU=JCO=JC=P>AO=NL=@=
sektor ekonomi.
LANEK@KBSDE?D?=QOA@KRAN@A=PDOĠ1=>HA
1DEOJ=PEKJ=HHEOPEJ?HQ@AOIKNAARAJPOPD=JPDA
/"!@=P=>=OA=J@EJ?HQ@AO>KPDOI=HH=J@H=NCANARAJPOKBI=JUPULAOġ1ULDKKJ#HKK@!NKQCDP3KH?=JE?"NQLPEKJ
"=NPDMQ=GA1OQJ=IE)=J@OHE@A4=RA=J@>N=OEKJ"LE@AIE?-AOP&JBAOP=PEKJ#KNAOP#ENAO=J@0APPHAIAJP#ENAO1DA
$=I>=N IAJQJFQGG=J NEJCG=O=J >AJ?=J= =H=I U=JC PANF=@E @E PE=L LNKREJOE @E &J@KJAOE= L=@= LANEK@A (AF=@E=J>AJ?=J==H=IL=HEJCOANEJCPANF=@E@E'=S=1AJC=DGAIQ@E=J@EEGQPEKHAD'=S==N=P'=S=1EIQN@=J
Sulawesi Selatan.
+=PQN=H @EO=OPANO SDE?D =BBA?PA@ A=?D LNKREJ?A EJ &J@KJAOE= @QNEJC =NA LNAOAJPA@ EJ #ECQNA +=PQN=H
@EO=OPANOIKOPBNAMQAJPHUK??QNNA@EJ'=S=1AJC=DBKHHKSA@>U'=S==N=P'=S=1EIQN=J@0QH=SAOE0AH=P=J
5.2 FLUKTUASI CURAH HUJAN
5.2 RAINFALL FLUCTUATION
Variabilitas iklim secara langsung mempengaruhi berbagai aspek dari ketahanan pangan, khususnya dalam hal
ketersediaan pangan dan distribusi pangan. Peristiwa bencana alam seperti kekeringan dan banjir, berkaitan dengan
G=N=GPANEOPEG @=J ŃQGPQ=OE ?QN=D DQF=J (AGANEJC=J @=J >=JFEN @EOA>=>G=J KHAD >AO=NJU= R=NE=OE ?QN=D DQF=J U=JC
HEI=PAR=NE=>EHEPU@ENA?PHUEJŃQAJ?AOI=JUB=?APOKBBKK@OA?QNEPUL=NPE?QH=NHUBKK@=R=EH=>EHEPU=J@BKK@@EOPNE>QPEKJHIKOP
=HHJ=PQN=H@EO=OPANARAJPOEJ?HQ@EJC@NKQCDPOŃKK@O=J@SEJ@OPKNIO=NA?KJJA?PA@SEPD?D=N=?PANEOPE?O=J@ŃQ?PQ=PEKJKB
N=EJB=HHKPD@NKQCDPO=J@ŃKK@O=NA?=QOA@>UH=NCAR=NE=PEKJOEJPDAPKP=HN=EJB=HHNA?AERA@EJA=?DCAKCN=LDE?=H@EREOEKJ
@EPANEI= KHAD OAPE=L SEH=U=D CAKCN=łO 3=NE=OE ?QN=D DQF=J @E &J@KJAOE= O=JC=P @ELAJC=NQDE KHAD >AN>=C=E B=GPKN
baik global, regional maupun lokal. Faktor global antara lain adalah fenomena El Niño, La Niña, dan Dipole Mode,
sedangkan faktor regional antara lain Sirkulasi Monsun, Madden Julian Oscillation (MJO), dan suhu muka laut perairan
Indonesia. Sementara itu, faktor lokal yang berpengaruh adalah ketinggian tempat, posisi bentangan suatu pulau,
sirkulasi angin darat dan angin laut, serta tutupan lahan suatu wilayah.
/=EJB=HHR=NE=PEKJEJ&J@KJAOE=EOEJŃQAJ?A@>UOKIACHK>=HNACEKJ=HKNHK?=HB=?PKNO$HK>=HB=?PKNO?=JEJ?HQ@A"H+EÇK)=
+EÇ==J@!ELKHA*K@ASDEHAPDANACEKJ=HB=?PKNO=NAIKJOKKJ?EN?QH=PEKJ*=@@AJ'QHE=J,O?EHH=PEKJĠ*',
=J@PDAOA=
OQNB=?APAILAN=PQNAEJ&J@KJAOE=0A=1DAHK?=HB=?PKNO?=JEJ?HQ@AAHAR=PEKJEOH=J@LKOEPEKJPDA?EN?QH=PEKJKBH=J@=J@OA=
>NAAVAO=J@PDAH=J@?KRANKB?ANP=EJ=NA=O
80
&J@E=J,?A=JPOQJ=IEKB!A?AI>ANEJSDE?DIKNAPD=J&J@KJAOE=J@EA@?=QOA@PDAIKOPB=P=HEPEAO
?KQLHA@SEPDDQCAA?KJKIE?HKOOAO
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
7DEHO
5LQJNDVDQWDEHOEHQFDQDDODP\DQJWHUMDGLGL,QGRQHVLDGDQNHUXVDNDQQ\DVHODPDSHULRGH±
7DEOH
6XPPDU\RIQDWXUDOGLVDVWHUVZKLFKRFFXUUHGLQ,QGRQHVLDGXULQJ±DQGHVWLPDWHGFDXVHGGDPDJH
Kejadian/
(YHQWV
# Kejadian/
(YHQWV
Angin Topan/Typhoon
419
Banjir dan Tanah Longsor/Flood and Landslides
Terluka/
,QMXUHG
0HQLQJJDO
'HDWKV
83
5XPDK5XVDN%HUDW
6HYHUH'DPDJHG
+RXVHV
139
5XPDK5XVDN5LQJDQ
/LJKW'DPDJHG
+RXVHV
21,350
.HUXJLDQ-XWD5S
'DPDJHPLOOLRQ,'5
21,337
2,504
/DKDQ3HUWDQLDQ
5LFH)LHOG
+D
945
115
773
7,343
25,402
40,424
5,602
80,324
1,548
940
18,840
105,741
115,579
35,390
1,019,123
Epidemi/Epidemic
94
875
Gelombang pasang dan Abrasi/ Wave and abrasion
80
Banjir/Flood
Gempa Bumi dan Tsunami/Earthquake and Tsunami
Gempa Bumi/Earthquake
-
-
-
-
-
174
2,526
2,325
,3 5
0
101
37
129,508
37,120
181,399
645
42,756,612
58,437
164
7,277
1,326
289,790
307,191
796
1,993
Hama Tanaman/Pest Infection
4
-
-
-
-
0
320
Kebakaran Hutan/Forest Fire
37
8
-
-
-
0
-
Kebakaran Pemukiman/Settlement Fire
485
157
6
21,968
424
16,707
6
Kekeringan/Drought
960
55
-
-
-
1
1,624,260
Letusan Gunung Api/Volcano Eruption
52
10
1,241
7
3,
3,859
0
47,536
569
1,362
315
23,751
18,277
12,898
323,658
Tanah Longsor/Landslides
r
TOTAL
Sumber/Source: http://dibi.bnpb.go.id
$=I>=NġAJ?=J==H=IU=JCPANF=@E@E&J@KJAOE=LAN-NKREJOEOAH=I=LANEK@A„
#ECQNAġ+=PQN=H@EO=OPANOSDE?DK??QNA@EJ&J@KJAOE=>APSAAJ„>ULNKREJ?A
900
800
600
500
BAB/Chapter 5
Kejadian / Events
700
400
300
200
100
DI Yogyakarta
Sumatera Utara
Sumatera Selatan
Sumatera Barat
Sulawesi Utara
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Barat
Riau
Papua Barat
Papua
Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Barat
Nanggroe Aceh Darussalam
Maluku Utara
Maluku
Lampung
Kepulauan Riau
Kalimantan Timur
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Barat
Jawa Timur
Jawa Tengah
Jawa Barat
Jambi
Gorontalo
DKI Jakarta
Bengkulu
Banten
Bangka-Belitung
Bali
0
Sumber/Source: http://dibi.bnpb.go.id
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
81
Pengaruh dari iklim yang ekstrim pada musim hujan menyebabkan banjir dan pada musim kemarau menyebabkan
kekeringan. Iklim juga dapat menyebabkan perkembangan organisme pengganggu tanaman (OPT) secara eksplisit.
Dengan adanya banjir, kekeringan dan OPT dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak sempurna dan mungkin
1DAATPNAIA?HEI=PA?=QOAOŃKK@O@QNEJCPDAN=EJUOA=OKJ=J@EJPDA@NUOA=OKJEP?=QOAO@NKQCDP1DA?HEI=PA?KQH@
=HOKB=RKQNPDA@ARAHKLIAJPKBLAOPEJBAOP=PEKJĠ,-1
EJ=JATLHE?EPI=JJAN1DAK??QNNAJ?AKBŃKK@@NKQCDP=J@LAOP
EJBAOP=PEKJ=@RANOAHU=BBA?PO?NKLCNKSPD=J@I=UHA=@PK?NKLB=EHQNA
menyebabkan gagal panen.
!Q=LAP=U=JC@EO=FEG=J@E>=S=DIAJCC=I>=NG=JLNAOAJP=OALAJUEIL=JC=J?QN=DDQF=JLANEK@AP=DQJPAN=GDEN
Ġ
PAND=@=L JKNI=HJU= ĠN=P=N=P= ?QN=D DQF=J P=DQJ LANEK@A OAHQNQD &J@KJAOE= QJPQG
musim kemarau ( April sampai September) dan musim hujan (Oktober sampai Maret).
1SKI=LO=NALNAOAJPA@PK@AO?NE>APDALAN?AJP=CAKBN=EJB=HH@ARE=PEKJKBPDAUA=NOĠ
=C=EJOPPDA=RAN=CA
IKJOKKJN=EJB=HH>=OA@KJPDAUA=NOJKNI=HN=EJB=HH@=P=Ġ
=?NKOO&J@KJAOE=@QNEJCPDA@NUOA=OKJĠLNEHPK
0ALPAI>AN
=J@N=EJUOA=OKJĠ,?PK>ANPK*=N?D
Beberapa wilayah Indonesia memiliki curah hujan di bawah batas normal jika dibandingkan rata-rata 30 tahun pada
IQOEIGAI=N=QĠ@EPQJFQGG=J@=H=IS=NJ=IAN=D@E-AP=
!=AN=DU=JCIAIEHEGE?QN=DDQF=J@E>=S=DJKNI=H
diantaranya: sebagian besar pulau Jawa, provinsi Kalimantan Tengah, bagian selatan Kalimantan Barat dan Kalimantan
Timur, Pangkal Pinang, sebagian besar Bali dan Nusa Tenggara Timur, bagian timur Sulawesi Tenggara, beberapa
0KIA KB &J@KJAOE=†O NACEKJO ATLANEAJ?A@ >AHKS JKNI=H N=EJB=HH ?KIL=NA@ PK PDA UA=N =RAN=CA N=EJB=HH @=P= @QNEJC
PDA@NUOA=OKJEJPDALANEK@ĠNA@OD=@AEJ*=L
1DA>AHKSJKNI=HN=EJB=HH=NA=EJ?HQ@A@IKOPKB'=R=
EOH=J@(=HEI=JP=J1AJC=DPDAOKQPDANJL=NPKB(=HEI=JP=J=N=P=J@(=HEI=JP=J1EIQN-=JCG=H-EJ=JCIKOPKB=HE
=J@+QO=1AJCC=N=1EIQNPDAA=OPANJL=NPKB0QH=SAOE1AJCC=N=OKIANACEKJOEJ0QH=SAOE0AH=P=J-QH=Q0AN=I=J@
daerah di Sulawesi Selatan, Pulau Seram, dan Papua Barat. Sementara itu, selama musim hujan (Peta 5.2), daerah
yang mengalami penurunan intensitas curah hujan adalah Sumatera bagian utara, tengah dan selatan, Kalimantan Barat
bagian selatan, Kalimantan Tengah, sebagian kecil pulau Jawa, bagian utara Papua dan Papua Barat.
-=LQ==N=P%KSARAN@QNEJCPDAN=EJUOA=OKJĠOAA*=L
PDA=NA=OATLANEAJ?A@@A?NA=OEJCN=EJB=HHEJPAJOEPUSANA
PDAJKNPDANJPDA?AJPN=H=J@OKQPDANJL=NPOKB0QI=PAN=PDAOKQPDANJL=NPKB(=HEI=JP=J=N=P(=HEI=JP=J1AJC=DOKIA
L=NPOKB'=R=EOH=J@=J@PDAJKNPDANJL=NPKB-=LQ==J@-=LQ==N=P
AN@=O=NG=JLAP=@=JI=G=@=AN=DU=JCIAJC=H=IELAJQNQJ=J?QN=DDQF=J@EIQOEIGAI=N=Q@=JIQOEI
hujan adalah Jambi bagian barat, sebagian Lampung, Pangkal Pinang, beberapa daerah di Jawa, sebagian Kalimantan
Tengah dan Kalimantan Barat, bagian timur Sulawesi Tenggara, dan sebagian Papua Barat.
0KIA =NA=O SEHH >A ATLA?PA@ PK ATLANEAJ?A @A?NA=OA@ N=EJB=HH EJPAJOEPU EJ >KPD @NU =J@ N=EJU OA=OKJO L=NPE?QH=NHU
PDA SAOPANJ L=NP KB '=I>E )=ILQJC -=JCG=H -EJ=JC OKIA L=NPO KB '=R= (=HEI=JP=J 1AJC=D =J@ (=HEI=JP=J =N=P
PDAA=OPANJL=NPKB0QH=SAOE1AJCC=N==J@-=LQ==N=P1DAOAłJ@EJCO=NALNAOAJPA@EJ*=LO=J@
Dengan adanya kecenderungan penurunan curah hujan di beberapa wilayah Indonesia maka variasi curah hujan akan
tidak menguntungkan bagi kelanjutan pertanian. Deforestasi dalam skala yang besar dan emisi karbon merupakan
O=H=DO=PQB=GPKNU=JCIAJUA>=>G=J=@=JU=ŃQGPQ=OE@=JLANQ>=D=J?QN=DDQF=JPANOA>QP
OPDAI=FKNL=NPKBPDA?KQJPNUEOB=?A@SEPDPDAPNAJ@KB@A?NA=OEJCN=EJB=HHN=EJB=HHR=NE=PEKJSKQH@>AQJB=RKQN=>HA
BKNOQOP=EJ=>HA=CNE?QHPQNA)=NCAO?=HA@ABKNAOP=PEKJ=J@?=N>KJAIEOOEKJO=NAPDAI=FKNB=?PKNONAOLKJOE>HABKNN=EJB=HH
ŃQ?PQ=PEKJ
5.3 DAERAH PUSO
5.3 DAMA
D
GED AREAS
!=AN=D LQOK @E@AłJEOEG=J OA>=C=E OQ=PQ @=AN=D LNK@QGOE L=JC=J U=JC NQO=G G=NAJ= @EOA>=>G=J KHAD >AJ?=J=
@=I=CA@=NA=EO@AłJA@=OKJAOQBBANEJC@A?NA=OA@?NKLLNK@Q?PEKJ@QAPKJ=PQN=H@EO=OPANOĠŃKK@O@NKQCDPOH=J@OHE@AO
alam (banjir, kekeringan, longsor) dan penularan hama oleh organisme penggangu tanaman (OPT). Produksi dan
produktivitas tanaman pangan sangat di pengaruhi oleh kondisi iklim dan cuaca. Kegiatan budidaya tanaman sebaiknya
mempertimbangkan kondisi tersebut dengan menggunakan informasi perubahan musim, iklim dan cuaca. Data BMKG
P=DQJIAJQJFQGG=J>=DS=OAH=I=IQOEIDQF=JPAN@=L=P@=AN=D@AJC=J?QN=DDQF=JJKNI=H
daerah diatas normal dan 38,64 % lainnya lainnya dibawah normal. Pada saat yang sama, selama musim kemarau pada
P=DQJ?QN=DDQF=J@E&J@KJAOE=@=AN=D?QN=DDQF=JJU=JKNI=H@=AN=D@E=P=OJKNI=H@=J
=J@KNLAOPEJBAOP=PEKJ1DALNK@Q?PEKJ=J@LNK@Q?PEREPUKBBKK@?NKLO=NAEJŃQAJ?A@>UPDA?HEI=PE?=J@SA=PDAN?KJ@EPEKJO
1DA ?NKL ?QHPER=PEKJ =?PEREPU ODKQH@ ?KJOE@AN PDAOA ?KJ@EPEKJO >U QOEJC BKNA?=OP EJBKNI=PEKJ KJ OA=OKJ=HEPU ?HEI=PA =J@
SA=PDAN ?D=JCAO *($ @=P= EJ ODKSA@ PD=P @QNEJC PDA N=EJU OA=OKJ KB PDA N=EJB=HH NA?AERA@ S=O =P
= JKNI=H HARAH KB EJPAJOEPU S=O =>KRA PDA JKNI=H =J@ S=O >AHKS *A=JSDEHA @QNEJC PDA @NU
OA=OKJKBPDAN=EJB=HHEJ&J@KJAOE=S=O=PPDAJKNI=HHARAHKBEJPAJOEPUS=O=>KRAPDAJKNI=H=J@
>AHKS1DA>ACEJJEJCKBPDA@NUOA=OKJEJ&J@KJAOE=S=OKJPEIAA=NHEAN=J@@AH=UA@EJ
?KIL=NEOKJSEPDPDAOP=NPPEIAOLA?Eł?=HHU@AłJA@BKN=NACEKJEJ=JKNI=HUA=N0EIEH=NHUPDA>ACEJJEJCKBPDAN=EJU
@=AN=D@E>=S=DJKNI=H(KJ@EOELANIQH==J=S=HIQOEIGAI=N=Q@E&J@KJAOE=L=@=P=DQJPAN@=L=P
@=AN=DJKNI=HPAP=LHA>EDI=FQ@=NEF=@S=H@=J@=AN=DH=EJJU=IAJC=H=IEGAPANH=I>=P=JIQOEI
kemarau dibanding rata-rata normal.
Tabel 5.3 dan 5.4 menunjukkan data dari Departemen Pertanian yang menggambarkan persentase luas kerusakan
tanaman padi dan jagung (Puso) dibandingkan dengan luas tanam yang disebabkan oleh banjir dan kekeringan pada
LANEK@A@=J
82
OA=OKJEJ&J@KJAOE=S=OKJPEIAA=NHEAN=J@@AH=UA@
1=>HAO=J@LNAOAJP@=P=LNKRE@A@>UPDA*EJEOPNUKBCNE?QHPQNAKJPDALNKLKNPEKJKBL=@@U=J@I=EVA@=I=CA@
=NA=O=IKJCPDANAOLA?PERA?QHPER=PA@=NA=OSDE?DSANA?=QOA@>UŃKK@O=J@@NKQCDPO@QNEJC=J@
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
7DEHO 3HUEDQGLQJDQDUHDSXVRSDGLDNLEDWEDQMLUGDQNHNHULQJDQWHUKDGDSOXDV
DUHDWDQDPSDGLWDKXQ
7DEHO 3HUEDQGLQJDQDUHDSXVRMDJXQJDNLEDWEDQMLUGDQNHNHULQJDQWHUKDGDSOXDV
DUHDWDQDPMDJXQJWDKXQ
7DEHO 3URSRUWLRQRISDGG\GDPDJHGDUHDVDPRQJWRWDOSDGG\FXOWLYDWHGDUHDV
FDXVHGE\ÀRRGVDQGGURXJKWVGXULQJ
7DEHO 3URSRUWLRQRIPDL]HGDPDJHGDUHDVDPRQJWRWDOPDL]HFXOWLYDWHGDUHDV
FDXVHGE\ÀRRGVDQGGURXJKWVGXULQJ
.HNHULQJDQ'URXJKWV
%DQMLU)ORRGV
Provinsi/
Province
No
.HNHULQJDQ'URXJKWV
%DQMLU)ORRGV
1
Nanggroe Aceh Darussalam
7.7780
5.2454
0.1743
-
1
Nanggroe Aceh Darussalam
2.9679
2.1374
-
-
2
Sumatera Utara
1.4304
0.3506
0.0170
-
2
Sumatera Utara
0.2728
0.0905
-
0.0109
3
Sumatera Barat
0.1879
0.0935
0.0065
-
3
Sumatera Barat
0.0721
1.9684
-
-
4
Riau
0.6352
0.7848
-
0.0102
4
Riau
0.1094
-
-
-
-
-
-
-
5
Kepulauan Riau*
-
-
-
-
6
Jambi
1.1115
4.8411
0.1852
-
0.0833
0.0077
-
-
5
Kepulauan Riau*
6
Jambi
0.2062
0.9440
0.1138
0.0267
7
Sumatera Selatan
0.5504
0.3367
0.0822
-
7
Sumatera Selatan
8
Bengkulu*
-
-
-
-
8
Bengkulu*
-
-
-
-
9
Bangka Belitung*
-
-
-
-
9
Bangka Belitung*
-
-
-
-
10
Lampung
0.1425
0.0345
0.0986
0.0038
10
Lampung
0.0072
-
0.0150
-
11
Banten
0.6291
1.0631
1.4394
0.9961
11
Banten*
-
-
-
-
12
D.K.I. Jakarta*
12
D.K.I. Jakarta*
-
-
-
-
0.9249
2.7413
1.9932
13
14
-
-
-
-
Jawa Barat
0.0026
0.0062
-
-
Jawa Tengah
0.0169
0.0727
0.0960
0.1909
-
0.3447
0.0171
0.5383
0.0156
0.2798
-
0.1334
-
-
-
1.7360
13
Jawa Barat
2.1162
14
Jawa Tengah
0.8941
1.2367
0.2552
0.4118
15
D.I. Yogyakarta
0.0068
0.0562
0.0431
0.4161
15
D.I. Yogyakarta
16
Jawa Timur
0.4912
0.7529
0.0257
0.2092
16
Jawa Timur
-
-
-
-
17
Bali
18
Nusa Tenggara Barat
0.3816
0.1071
0.0074
0.5820
0.0277
-
-
-
17
Bali*
18
Nusa Tenggara Barat
0.1772
0.1636
0.0357
1.1563
19
Nusa Tenggara Timur
-
-
0.0277
1.9856
19
Nusa Tenggara Timur
20
Kalimantan Barat
0.0495
0.1766
0.1997
-
20
Kalimantan Barat
-
0.1818
-
-
0.1306
0.0671
-
21
Kalimantan Tengah
-
-
-
-
22
Kalimantan Selatan
0.0352
0.0854
-
-
-
0.0331
-
21
Kalimantan Tengah
-
22
Kalimantan Selatan
2.8394
0.5764
0.2049
0.0040
23
Kalimantan Timur
0.1196
-
0.0166
-
23
Kalimantan Timur
0.0165
24
Sulawesi Utara
0.6124
0.0019
0.0190
-
24
Sulawesi Utara
0.0170
0.0043
-
-
25
Gorontalo
0.2161
-
-
-
25
Gorontalo
0.5538
0.1453
0.4035
-
26
Sulawesi Tengah
0.4116
1.0590
-
0.0127
26
Sulawesi Tengah
-
0.1506
-
-
27
Sulawesi Selatan
2.4526
1.5004
1.1462
0.0681
27
Sulawesi Selatan
0.5800
0.2393
0.1463
0.2157
28
Sulawesi Tenggara
-
-
1.8886
-
28
Sulawesi Tenggara
-
-
0.0660
-
29
Sulawesi Barat*
-
-
-
-
29
Sulawesi Barat*
-
-
-
-
30
Maluku*
-
-
-
-
30
Maluku*
-
-
-
-
31
Maluku Utara*
-
-
-
-
31
Maluku Utara*
-
-
-
-
32
Papua*
-
-
-
-
32
Papua*
-
-
-
-
Papua Barat*
-
-
-
-
Papua Barat*
-
-
-
-
33
Total Indonesia
* Provinsi yang mempunyai tingkat kerusakan sangat kecil sehingga dapat diabaikan / These provinces reported very negligible damaged areas
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
33
Total Indonesia
* Provinsi yang mempunyai tingkat kerusakan sangat kecil sehingga dapat diabaikan / These provinces reported very negligible damaged areas
83
BAB/Chapter 5
Provinsi/
Province
No
1=>AHIAJQJFQGG=J>=DS=OA?=N=J=OEKJ=HGANQO=G=JP=J=I=JL=@E=GE>=P>=JFENOA>AO=N@EP=DQJ
@=J@EP=DQJ-=@=P=DQJGANQO=G=JP=J=I=JL=@EPANPEJCCEPAN@=L=P@E+!Ġ
(=HEI=JP=J
0AH=P=JĠ
0QH=SAOE0AH=P=JĠ
@=J'=S==N=PĠ
!EP=DQJ+!I=OED>AN=@=@EPEJCG=PPAN=P=O
1=>HAODKSOPD=PPDAL=@@U=NA=O@=I=CA@>UŃKK@O=??KQJPA@BKNĠKBPDAPKP=HL=@@U=NA=O
EJ=J@
EJ&JPDADECDAOPL=@@U@=I=CA@=NA=S=OBKQJ@EJ+!Ġ
(=HEI=JP=J0AH=P=JĠ
0QH=SAOE
0AH=P=JĠ
=J@'=S==N=PĠ
&J+!?KJPEJQA@PK>AN=JGA@=PPDAPKLĠ
BKHHKSA@>U0QH=SAOE
Ġ
@EEGQPEKHAD0QH=SAOE0AH=P=JĠ
'=S=1AJC=DĠ
@=J=JPAJĠ
0AH=P=JĠ
'=S=1AJC=DĠ
=J@=JPAJĠ
Pada periode yang sama, secara nasional kerusakan tanaman padi akibat kekeringan sebesar 0,68% di tahun 2006 dan
@EP=DQJ0AH=I=LANEK@A@Q=P=DQJPANOA>QP'=S==N=PIANQL=G=J@=AN=DU=JCL=HEJC>=JU=GIAJC=H=IE
GANQO=G=JĠ@E@=J@E
-ANEJCG=PGA@Q=@EP=DQJ=@=H=D=JPAJ-ANHQ@EC=NEO>=S=DE>=DS=
2 provinsi (NTT dan NTB), pada tahun 2006 mempunyai proporsi kerusakan tanaman padi yang sangat rendah, akan
PAP=LEL=@=P=DQJGA@Q=LNKREJOEPANOA>QPIAJC=H=IE@=IL=GGAGANEJC=JU=JCOECJEłG=JOADEJCC=IAJAIL=PE
,RANPDAO=IALANEK@@NKQCDPO@=I=CA@=PKP=HKBKBPDA?KQJPNU†OL=@@U?QHPER=PA@=NA=OEJ=J@
EJ&J>KPDUA=NO'=S==N=PS=O=BBA?PA@PDAIKOPĠEJ=J@EJ
1DAOA?KJ@IKOP=BBA?PA@
LNKREJ?AEJS=O=JPAJ&PODKQH@>AIAJPEKJA@PD=PPSKLNKREJ?AO+11=J@+1SDE?DD=@NALKNPA@=RANUOI=HH
LNKLKNPEKJ KB L=@@U @=I=CA@ =NA=O EJ SANA OECJEł?=JPHU=BBA?PA@ >U @NKQCDPO EJ =J@ SANA OQ>OAMQAJPHU
N=JGA@=OPDAOA?KJ@=J@PDEN@IKOP=BBA?PA@NAOLA?PERAHU=BPAN'=S==N=P
peringkat kedua dan ketiga setelah Jawa Barat.
1=>AHIAJQJFQGG=J>=DS=OA?=N=J=OEKJ=HGANQO=G=JP=J=I=JF=CQJC=GE>=P>=JFENOA>AO=N@EP=DQJ
@=JD=ILEN@EP=DQJ-=@=P=DQJGANQO=G=JP=J=I=JL=@EPANPEJCCEPAN@=L=P@E+!Ġ
@=J
'=I>EĠ
0A>=HEGJU=L=@=P=DQJGANQO=G=JPANPEJCCEPAN@=L=P@E'=I>EĠ
GAIQ@E=J@EEGQPEKHAD+!
Ġ
1=>HAODKSOPD=PPDAI=EVA=NA=O@=I=CA@>UŃKK@O=??KQJPA@BKNĠKBPDAPKP=HI=EVA=NA=O
EJ=J@
JA=NHUEJ&JPDADECDAOPI=EVA@=I=CA@=NA=OSANABKQJ@EJ+!Ġ
=J@'=I>EĠ
&JEJ
?KJPN=OPI=EVA?QHPER=PEKJS=O@=I=CA@PDAIKOPEJ'=I>EĠ
BKHHKSA@>U+!Ġ
Pada periode yang sama, secara nasional kerusakan tanaman jagung akibat kekeringan sebesar 0,04 % di tahun 2006
@=J@EP=DQJ-=@=P=DQJ-NKREJOE$KNKJP=HK'=I>E@=J0QH=SAOE0AH=P=JIANQL=G=J@=AN=DU=JC
paling banyak mengalami kerusakan dibandingkan dengan provinsi lainnya meskipun tingkat kerusakannya lebih kecil
@=NE-=@=P=DQJ=HE@=J+1IANQL=G=J@=AN=DU=JCIAJC=H=IEGANQO=G=JL=HEJCPEJCCEU=EPQOA>AO=N
@=J
,RANPDAO=IALANEK@@NKQCDPO@=I=CA@KBPDAPKP=HI=EVA?QHPER=PA@=NA=OEJ=J@EJ&J
$KNKJP=HK'=I>E=J@0QH=SAOE0AH=P=JSANAIKNA=BBA?PA@PD=JKPDANLNKREJ?AO=HPDKQCDPDAEN@=I=CA@N=PAOSANAOPEHH
HAOOPD=J&J=HE=J@+1NALKNPA@PDADECDAOP@=I=CAHARAHO=P=J@NAOLA?PERAHU
5.4 PERUBAHAN IKLIM DAN KETAHANAN PANGAN
5.4 CLIMATE CHANGE AND FOOD SECURITY
Dalam hubungannya dengan perubahan iklim, mungkin keprihatinan yang paling besar bagi Indonesia adalah pengaruh
perubahan iklim terhadap ketahanan pangan. Perubahan iklim meningkatkan presipitasi, evaporasi, surface water
runoff dan kelembaban tanah. Pada akhirnya hal-hal tersebut akan berdampak pada pertanian dan ketahanan pangan.
(AGANEJC=J U=JC @EOA>=>G=J KHAD "H +EJK @E P=DQJ >AN@=IL=G L=@= DAGP=N L=@E 0Q=PQ IK@AH
&JNAH=PEKJPK?HEI=PA?D=JCALAND=LOPDAH=NCAOP?KJ?ANJBKN&J@KJAOE=EOEPOEIL=?PKJBKK@OA?QNEPU HEI=PA?D=JCA
EO =HPANEJC LNA?ELEP=PEKJ AR=LKN=PEKJ OQNB=?A S=PAN NQJKBB =J@ OKEH IKEOPQNA HARAHO 1DAOA EJ PQNJ SEHH D=RA ABBA?PO KJ
=CNE?QHPQNA=J@PDQOBKK@OA?QNEPU1DA@NKQCDPO?=QOA@>UPDA"H+EÇKARAJP=BBA?PA@D=KBNE?ALH=JPEJC
S=O@AH=UA@SDE?DOQ>OAMQAJPHUHA@PK=OPQJPA@?NKL=J@NA@Q?A@LNK@Q?PEREPUIK@AHOEIQH=PEJCPDAEIL=?POKB?HEI=PA
?D=JCAKJ?NKLOĠ$K@@=N@&JOPEPQPAKB0L=?A0PQ@EAO2(*APAKNKHKCE?=H,Bł?A
ODKSO=@A?NA=OAEJPDA?NKLD=NRAOPEJ
OEIQH=OE@=IL=GLANQ>=D=JEGHEIPAND=@=LL=JC=JĠ$K@@=N@&JOPEPQPAKB0L=?A0PQ@EAO2(*APAKNKHKCE?=H,Bł?A
menunjukkan penurunan terhadap hasil panen pangan di Jawa Timur dan Jawa Barat. Perubahan iklim akan mengurangi
kesuburan tanah sebesar 2% sampai 8%, dimana diperkirakan hasil panen padi menurun sebesar 4% , kacang kedelai
@=JF=CQJCLANP=DQJ
'=S==N=P=J@'=S=1EIQN1DEOOEIQH=PEJCIK@AH=HOK@AIKJOPN=PAOPD=P?HEI=PA?D=JCASEHHHEGAHUNA@Q?AOKEHBANPEHEPU>U
PKNAOQHPEJCEJLNKFA?PA@@A?NA=OAOKBNE?AUEAH@>UOKU>A=JOUEAH@>U=J@I=EVAUEAH@>ULANUA=N
Untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim terhadap ketahanan pangan, pada tahun 2009 pemerintah telah
melakukan upaya-upaya sebagai berikut:
JPE?EL=PEJCPDAEIL=?PKB?HEI=PA?D=JCAKJPDABKK@OA?QNEPUOEPQ=PEKJPDA$KRANJIAJPKB&J@KJAOE=D=OLNKLKOA@PDA
BKHHKSEJCOPN=PACEAO@QNEJCġ
Menyebarkan informasi prakiraan cuaca dan kalender pertanian;
2. Melakukan penanaman varietas yang memerlukan air relatif sedikit;
3. Menanam palawija hemat air;
4. Menanam varietas yang sesuai dengan kondisi suatu daerah;
1. 1K@EOOAIEJ=PAEJBKNI=PEKJKJSA=PDANBKNA?=OPO=J@PDA=CNE?QHPQN=H?=HAJ@=NĢ
84
1KLNKIKPALH=JP=PEKJKB?NKLR=NEAPEAOPD=PJAA@HAOOS=PANBKNCNKSPDĢ
3. 1K?QHPER=PA=OA?KJ@?NKLOOQ?D=OI=EVA?=OO=R=OSAAPLKP=PKAOLQHOAOĠ-=H=SEF=
PD=PJAA@OHAOOS=PANĢ
1K?QHPER=PALH=JPO=LLNKLNE=PAPKPDAOLA?Eł??KJ@EPEKJOKB=HK?=PEKJĢ
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
5. Memberikan bantuan benih tahan kekeringan dan benih palawija untuk rotasi tanaman padi; dan
6. Pengawasan dan monitoring secara intensif pada daerah-daerah yang mempunyai resiko tinggi terkena
kekeringan.
1K@EOPNE>QPA@NKQCDPNAOEOP=JPOAA@O=J@OA?KJ@?NKLOAA@OBKNPDANKP=PEKJKBNE?A?NKLOĢ=J@
1KEJPAJOERAHUOQLANREOA=J@IKJEPKN=NA=O=PDECDANNEOGKB>AEJC=BBA?PA@>U@NKQCDP
5.5 DEFORESTASI HUTAN
5.5 DEFORESTATION
Indonesia merupakan salah satu negara mega biodiversiti yang terletak dalam lintasan distribusi keanekaragaman
D=U=PE>AJQ=OE=@=JQOPN=HE=OANP=@=N=P=JS=HH=?A=ĠIEO=HJU=LAI>=CE=J@=AN=D>EKCAKCN=łQJPQGGAHKILKG
kepulauan Indonesia yang dipisahkan oleh samudera mulai dari benua Asia sampai dengan Australia). Kepulauan
&J@KJAOE=EOKJAKBPDAIAC=>EK@ERANOEPU?KQJPNEAOEJPDASKNH@PD=PEOHK?=PA@EJPDA>EKHKCE?=H@ERANOEPUPN=?GKBPDAOE=J
=J@QOPN=HE=J?KJPEJAJPO=J@4=HH=?A=ĠEA=>EKCAKCN=LDE?=H@AOECJ=PEKJBKN=CNKQLKB&J@KJAOE=JEOH=J@OOAL=N=PA@>U
@AALS=PANOPN=EPOBNKIPDAOE=J=J@QOPN=HE=J?KJPEJAJP=HODAHRAO
1DAEOH=J@OKB4=HH=?A=HEA>APSAAJ0QJ@=H=J@ĠPDA
Wallacea terletak antara Sundaland (Peninsula Malaya, Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Bali) ke barat, dan dekat
,OA=JE=PANI=OQGQOPN=HE=@=J-=LQ=+QCEJEGAOAH=P=J@=JPEIQN1KP=HSEH=U=D4=HH=?A==@=H=DGIb
*=H=U-AJEJOQH=0QI=PN=KNJAK'=R==J@=HE
PKPDASAOP=J@+A=N,?A=JE=EJ?HQ@EJCQOPN=HE==J@+AS$QEJA=PK
PDAOKQPD=J@A=OP1DAPKP=HH=J@=NA=KB4=HH=?A=EOGIb
Indonesia memiliki hutan tropis ketiga terluas di dunia sehingga sangat penting peranannya sebagai bagian dari paruparu bumi serta menstabilisasi iklim global. Sejumlah besar masyarakat, terutama di Sumatera bagian tengah dan
selatan, Kalimantan dan Papua bergantung pada hutan untuk kehidupan mereka.
Indonesia has the third highest area of tropical forest in the world and plays a key role as a lung of the earth as well as
?KJPNE>QPEJCPKS=N@OOP=>EHEOEJCPDACHK>=H?HEI=PAH=NCALNKLKNPEKJKBPDAJ=PEKJ=HLKLQH=PEKJAOLA?E=HHUEJ?AJPN=H=J@
OKQPDANJL=NPOKB0QI=PAN=(=HEI=JP=J=J@-=LQ=@ALAJ@OKJPDABKNAOPBKNEPOHERAHEDKK@
Pengelolaan hutan di Indonesia dilaksanakan melalui penetapan hutan untuk kepentingan fungsi konservasi, hutan
lindung, hutan budidaya dan kawasan hutan. Luas kawasan hutan Indonesia termasuk perairan berdasarkan Keputusan
Menteri Kehutanan tentang Penunjukkan Kawasan Hutan dan Perairan serta Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK)
=@=H=DOA>AO=NFQP=D=(=S=O=JDQP=J@=JLAN=EN=JPAN@ENE=P=OFQP=D=G=S=O=JGKJOANR=OELAN=EN=J
FQP=D=G=S=O=JDQP=JGKJOANR=OED=DQP=JLNK@QGOE@=JFQP=D=DQP=JHEJ@QJC
1DA BKNAOP I=J=CAIAJP EJ &J@KJAOE= EO ?=NNEA@ KQP PDNKQCD PDA @APANIEJ=PEKJ KB BKNAOP =J@ EPO ?KJOANR=PEKJ BQJ?PEKJ
LNKPA?PA@=NA==J@?QHPER=PA@=NA=1DAPKP=H=NA=KBPDA?KQJPNU†OBKNAOPA@=NA=OEJ?HQ@EJCH=J@=J@I=NEJA?KJOANR=PEKJ
S=O?=H?QH=PA@>=OA@KJPDA#KNAOPNU*EJEOPAN†O!A?EOEKJKJPDALLKEJPIAJPKBBKNAOP=J@I=NEJA?KJOANR=PEKJ=NA=O
=J@PDA#KNAOP*=L$KRANJ=J?ACNAAIAJPĠ1$%(
&PS=OAOPEI=PA@=P=LLNKTEI=PAHUIEHHEKJD==J@?KJOEOPA@
KBIEHHEKJD=KBI=NEJA?KJOANR=PEKJIEHHEKJD=KBH=J@?KJOANR=PEKJ=NA=IEHHEKJKBLNKPA?PA@=NA==J@
Ketergantungan masyarakat terhadap hutan masih cukup tinggi terutama masyarakat yang berada di dalam dan sekitar
hutan untuk memenuhi kebutuhan akan lahan pertanian dan sumber penghidupan lainnya. Berdasarkan data PODES
@=JLAP=G=S=O=JDQP=JQJPQGLNKREJOEPAN@=L=P@AO=Ġ
@=NEPKP=H@AO=U=JC>AN=@=@E
@=H=IG=S=O=JDQP=J@=J@AO=Ġ
>AN=@=@EPALEG=S=O=JDQP=J-=@=GAHKILKG@AO=U=JC>AN=@=@E
@=H=IG=S=O=JDQP=JPAN@=L=P@AO=Ġ
U=JCIAILQJU=EI=P=LAJ?=D=NE=JQP=I=@=NEOAGPKNLANP=JE=J
1DA@ALAJ@AJ?UKBLAKLHAKJPDABKNAOPEOOPEHHMQEPADECDL=NPE?QH=NHU=IKJCOPLAKLHASDKHERAEJKNJA=NPDABKNAOPO=J@
SDKNAMQENA=CNE?QHPQN=HH=J@PKIAAPPDAENHERAHEDKK@JAA@O=OA@KJPDAKRANH=UEJCKB-,!"0=J@BKNAOP=NA=OEJ
LNKREJ?AOEPS=OBKQJ@PD=PREHH=CAOĠ
ĠKQPKB=PKP=HREHH=CAO
SANAHK?=PA@EJBKNAOP=NA=O=J@
=JKPDANREHH=CAOĠ
SANAHK?=PA@JA=NPKBKNAOPOIKJCPDABKNIANĠ
REHH=CAOD=@PDAENI=EJ
EJ?KIAOKQN?ABNKIPDA=CNE?QHPQN=HOA?PKNĢ=IKJCPDAH=PPAN=CNE?QHPQNAS=OPDAI=FKNEJ?KIAOKQN?AEJ=HIKOPKB
0A@=JCG=JL=@=GAHKILKG@AO=H=EJJU=OQI>ANI=P=LAJ?=D=NE=JEJEPAN@=L=PL=@=D=ILEN@AO=
the villages.
0AF=H=J@AJC=JLANGAI>=JC=JLAI>=JCQJ=JJ=OEKJ=H>AN>=C=E=GPEłP=OLAI>=JCQJ=JPAH=DIAJUA>=>G=JLANQ>=D=J
penggunaan lahan. Perubahan penutupan lahan pada kawasan hutan berjalan dengan cepat yang dapat menyebabkan
menurunnya kondisi hutan dan berkurangnya luas penutupan hutan.
&JHEJASEPDPDACNKSPDEJJ=PEKJ=H@ARAHKLIAJPR=NEKQO=?PEREPEAOD=RA?=QOA@?D=JCAOEJH=J@QPEHEV=PEKJ)=J@?KRAN?D=JCA
EJBKNAOP=NA=OD=OK??QNNA@MQE?GHUHA=@EJCPK@APANEKN=PA@BKNAOP?KJ@EPEKJO=J@@A?NA=OA@BKNAOP=NA=O
“Emisi karbon” biasanya disetarakan dengan pembakaran di tambang batubara atau negara yang berasap. Penebangan
ļ =N>KJAIEOOEKJ‡EOQOQ=HHUAMQ=PA@SEPD?K=H>QNJEJCLKSANLH=JPOKNOIKCAJRAHKLA@?EPEAO)AOOSE@AHU=LLNA?E=PA@
EOPDANKHAKBPNAAO=O=OKQN?AKBAIEOOEKJO4DAJ=PNAA@EAOKN=BKNAOPEO?QPPDA?=N>KJEONAHA=OA@>=?GEJPKPDA
=PIKOLDANA4DANA=OPDAPSK>ECCAOP?=N>KJAIEPPANO DEJ==J@PDA2JEPA@0P=PAOD=RA?K=HLH=JPO=J@?=NOPK>H=IA
&J@KJAOE=EOPDA?KQJPNUN=JGA@PDEN@=J@LNK@Q?AOLAN?AJPKBEPO?=N>KJAIEOOEKJOBNKIBKNAOPO&J@KJAOE=†OI=CJEł?AJP
@ELPANK?=NLBKNAOPO=D=N@SKK@R=HQA@BKNEPOPEI>AN=NA=HIKOPAJPENAHUCKJAKJDA=REHULKLQH=PA@'=R=EOH=J@!QNEJC
pohon merupakan sumber dari emisi yang diakui secara terbatas. Ketika pohon mati atau terjadi penebangan hutan,
maka karbon hilang ke atmosfer. Hal ini merupakan bukti nyata tentang keberadaan tantangan besar lingkungan
(dan juga peluang). Cina dan Amerika Serikat merupakan 2 emiter terbesar yang berasal dari tambang batubara dan
pembakaran asap kendaraan. Indonesia berada di peringkat ke 3 emiter terbesar dimana 85 % emisi karbon berasal
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
85
BAB/Chapter 5
IEHHEKJD=KB?QHPER=PA@=NA=
dari sektor kehutanan. Indonesia memiliki hutan !ELPANK?=NL=?A= yang luas (jenis kayu keras yang paling berharga)
@EI=J=OA>=CE=J>AO=ND=ILEND=>EO@ELQH=Q'=S=U=JCLAJ@Q@QGJU=L=@=P0AH=I==JH=D=JDQP=J@E0QI=PAN=
>ANGQN=JC@=J@E(=HEI=JP=J@EI=J=DQP=JPANOA>QPIANQL=G=JDQP=J@=P=N=JNAJ@=DU=JCIANQL=G=J
PDAO0QI=PN=HKOPLAN?AJPKBEPOBKNAOPO=J@(=HEI=JP=JHKOPLAN?AJPIQ?DKBEPHKSH=J@BKNAOPNE?DEJN=NA
?NA=PQNAOHEGAPDA0QI=PN=JNDEJK?ANKO=J@PDAKN=JCQP=J
tempat hidup satwa langka seperti Badak Sumatera dan Orang utan.
)=FQ @ABKNAOP=OE OAHQNQD @=N=P=J &J@KJAOE= OAH=I= LANEK@A =@=H=D OA>AO=N FQP= D=P=DQJ JCG=
@ABKNAOP=OEEJEIAHELQPE@ABKNAOP=OE@E@=H=IG=S=O=JDQP=JOA>AO=NFQP=D=P=DQJ@=JFQP=D=P=DQJ@EHQ=N
G=S=O=JDQP=J)=FQ@ABKNAOP=OE@EG=S=O=JDQP=JEJE>ANGQN=JCFEG=@E>=J@EJCG=J@AJC=JH=FQ@ABKNAOP=OEP=DQJ
2000 yang sebesar 2,28 juta ha/tahun. Hal ini merupakan pertanda yang positif dan segala upaya perlu dilakukan untuk
melanjutkan pengurangan laju deforestasi hutan di masa mendatang.
1DA @ABKNAOP=PEKJ N=PA EJ &J@KJAOE= @QNEJC S=O IEHHEKJ D=UA=N 1DA @ABKNAOP=PEKJ N=PA ?KRANA@ IEHHEKJD=LANUA=NEJBKNAOP=NA==J@IEHHEKJD=LANUA=NKQPOE@ABKNAOP=NA=ĠPDA=NA=OODKSJQJ@AN,PDAN2OA
1DEO@ABKNAOP=PEKJN=PAS=OOHKSANPD=J@QNEJCPDALANEK@SDAJPDAN=PAD=@>AAJIEHHEKJD=UA=N1DEO
is a positive sign and efforts should be continued to further reduce the deforestation rate.
Walaupun banyak pengurangan hutan yang disebabkan oleh penebangan hutan dan produk kehutanan lainnya terutama
g telah meluas. Pembukaan lahan kelapa
plywood. Akan tetapi, beberapa tahun terakhir pembalakan liar (illegal logging)
sawit yang semakin luas juga merupakan ancaman lainnya. Kelapa sawit akhir-akhir ini digunakan sebagai bahan biofuel
@EI=J= D=H EJE =G=J IAJUA>=>G=J LAI>QG==J H=D=J HA>ED >=JU=G -=@= LANEK@A LAI>QG==J H=D=J
kelapa sawit di Indonesia bertambah sebesar 56% melalui penebangan hutan yang kaya akan keanekaragaman hayati.
HPDKQCDIQ?DKBPDABKNAOPHKOOS=O@QAPKD=NRAOPEJCBKNPEI>AN=J@BKNAOPLNK@Q?POL=NPE?QH=NHULHUSKK@EJNA?AJPUA=NO
EHHAC=HHKCCEJCD=O>AAJOLNA=@EJCN=LE@EJ?NA=OAKBKEHL=HILH=JP=PEKJOEO=JKPDANPDNA=P-=HIKEHD=ONA?AJPHU>AAJ
NA?KCJEVA@=O=OKQN?AKB>EKBQAHSDE?DSEHHAJ?KQN=CAIKNALH=JP=PEKJO#NKIPKKBPDAATL=J@A@KEH
L=HI LH=JP=PEKJO EJ &J@KJAOE= K??QNNA@ >U ?QPPEJC >EK@ERANOEPUNE?D BKNAOPO JKPDAN @EOPQN>EJC PNAJ@ EO PDA ?KJRANOEKJ KB
LA=PBKNAOPOSDE?DDKH@DQCA=IKQJPOKB?=N>KJEJPKLH=JP=PEKJO,J?APDABKNAOPEO?QPPDALA=P@NEAOKQPNAHA=OEJCEPO
Gambar 5.2: Angka deforestasi di dalam dan luar kawasan hutan di Indonesia, 2003 – 2006 (ha/tahun)
#ECQNAġ!ABKNAOP=PEKJEJOE@AKNKQPOE@ABKNAOP=NA=OEJ&J@KJAOE=„ĠD=UA=N
300,000
ha/year
250,000
200,000
150,000
100,000
50,000
Papua Barat
Papua
Maluku Utara
Maluku
Sulawesi Barat
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tengah
Gorontalo
Sulawesi Utara
Kalimantan Timur
Kalimantan Selatan
Kalimantan Tengah
Kalimantan Barat
Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Barat
Bali
Jawa Timur
D.I. Yogyakarta
Jawa Tengah
Jawa Barat
D.K.I. Jakarta
Banten
Lampung
Bangka Belitung
Bengkulu
Sumatera Selatan
Jambi
Kepulauan Riau
Riau
Sumatera Barat
Sumatera Utara
Nanggroe Aceh Darussalam
-
Sumber/Source: Departemen Kehutanan, 2008
86
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Faktor lainnya adalah konversi lahan gambut menjadi lahan perkebunan dimana akan menyebabkan emisi karbon
dalam jumlah sangat besar. Ketika hutan ditebang, lahan gambut mengering, mengeluarkan karbon dan meningkatkan
resiko terhadap kebakaran yang dapat terjadi bertahun-tahun. Penyebab lain berkurangnya hutan adalah kebakaran
?=N>KJ=J@N=EOEJCPDANEOGKBłNAOSDE?D?=JOIKH@ANBKNUA=NO,PDANNA=OKJOBKNPDA@A?NA=OAEJBKNAOP?KRANEJ?HQ@A
BKNAOPłNAOBKNAOP?KJRANOEKJBKN=CNE?QHPQNAQOEJCOH=OD=J@>QNJEJCPA?DJEMQAO?KJRANOEKJKBBKNAOPA@H=J@EJPKOAPPHAIAJP
PN=JOIECN=PEKJIEJEJC=?PEREPUAP?
hutan, pembukaan hutan untuk permukiman/transmigrasi, pertambangan dll.
Data deforestasi hutan yang digunakan di dalam Atlas ini diperoleh berdasarkan analisis citra satelit Landsat pada
tahun 2002/2003 dan 2005/2006. Gambar 5.3 menunjukkan angka deforestasi hutan tahunan di dalam dan luar
kawasan hutan tingkat provinsi selama periode 2003-2006. Kalimantan Timur berada pada peringkat pertama untuk
angka deforestasi hutan, diikuti oleh Riau, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Tengah.
1DA@ABKNAOP=PEKJ@=P=S=O>=OA@KJPDA=J=HUOEOKB)=J@O=PO=PAHHEPAEI=CANU@QNEJCPDA=J@
LANEK@O#ECQNAODKSOPDA=JJQ=H@ABKNAOP=PEKJN=PAEJOE@A=J@KQPOE@ABKNAOP=NA=O@QNEJC=PPDALNKREJ?E=H
HARAH(=HEI=JP=J1EIQND=@PDADECDAOP@ABKNAOP=PEKJN=PABKHHKSA@>U/E=Q+QO=1AJCC=N=1EIQN=J@0QH=SAOE1AJC=D
provinces.
!AJC=J =JCG= H=FQ @ABKNAOP=OE OA>AO=N GEN=GEN= FQP= D= LAN P=DQJ I=G= =J?=I=J PAND=@=L DQP=JDQP=J @E
Indonesia masih mengkhawatirkan. Deforestasi hutan akan memberi dampak terhadap ketahanan pangan penduduk
miskin pedesaan yang hidup di dalam atau di dekat kawasan hutan dan yang bergantung pada keanekaragaman hayati
dan habitat alam untuk penghidupannya karena hutan merupakan sumber utama dari buah-buahan, tumbuhan obat,
dan tumbuhan yang dapat dimakan. Pada tahun 2006, terdapat sekitar 88 juta penduduk yang tinggal di dalam atau
4EPD=@ABKNAOP=PEKJN=PAKB=>KQPIEHHEKJDA?P=NAOLANUA=N&J@KJAOE=†OBKNAOPO=NAQJ@ANOANEKQOPDNA=P1DAHKOO
KBBKNAOP?KRANSEHHEIL=?PKJBKK@OA?QNEPUKBPDANQN=HLKKNSDKHERAEJKNJA=NBKNAOP=NA=O=J@@ALAJ@KJPDABKNAOPO†
>EK@ERANOEPU=J@J=PQN=HLNK@Q?POBKNPDAENHERAHEDKK@O>A?=QOAPDABKNAOPEOPDAENI=FKNOKQN?AKBBNQEPOIA@E?EJ=HLH=JPO=J@
A@E>HALH=JPO&JPDANASANAIEHHEKJLAKLHAHEREJCEJKNJA=NBKNAOP=NA=O1DALKKNAOPNQN=HLAKLHA=NAHEGAHUPK
OQBBANłNOP=J@IKOPSDAJPDKOAD=>EP=PO=NA@ACN=@A@KNEILKRANEODA@
Dari segi kelangsungan lingkungan hidup, maka degradasi hutan akan memberi dampak terhadap sumber air. Erosi
tanah sebagai akibat dari pembersihan lapisan penutup tanah, akan menyebabkan sedimentasi/endapan pada jalan air,
yang dapat mengakibatkan dampak negatif terhadap kegiatan di hilir atau dataran rendah. Kekurangan air juga akan
mempengaruhi sistem pertanian, perikanan dan pengoperasian bendungan.
#NKI=JAJRENKJIAJP=HOQOP=EJ=>EHEPULANOLA?PERABKNAOP@ACN=@=PEKJSEHH=HOKEIL=?PKJS=PANNAOKQN?AO0KEHANKOEKJ=O=
NAOQHPKBCNKQJ@?KRAN?HA=N=J?ASEHHHA=@PKOA@EIAJP=PEKJKBS=PANS=UOPD=PI=UD=RA=JAC=PERAEIL=?PKJ=?PEREPEAOEJ
@KSJOPNA=IKNHKSH=J@=NA=O4=PANODKNP=CAOSEHH=HOK=BBA?P=CNE?QHPQN=HOUOPAIOłODANEAO=J@@=IKLAN=PEKJO
Rehabilitasi hutan dan lahan mutlak perlu dilakukan untuk mengurangi laju degradasi hutan sehingga dapat
mempertahankan daya dukung hutan terhadap kehidupan. Upaya rehabilitasi hutan dan lahan diupayakan pemerintah
melalui kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) yang menargetkan rehabilitasi hutan dan lahan seluas 5 juta ha
selama tahun 2003-2009.
#KNAOP=J@H=J@NAD=>EHEP=PEKJIQOP>A?=NNEA@KQPPKNA@Q?APDA@ACN=@=PEKJN=PAKBBKNAOP#KNAOP=J@H=J@NAD=>EHEP=PEKJ
ABBKNPO=NAHA@>UPDA$KRANJIAJPPDNKQCDPDABKNAOP=J@H=J@NAD=>EHEP=PEKJ=?PEREPEAOĠ/%)
SEPD=P=NCAPKBNAD=>EHEP=PEJC
łRAIEHHEKJD=KBBKNAOP=J@H=J@>APSAAJ=J@
Strategi untuk Ketahanan Pangan Berkelanjutan
Strategies for Sustainable Food Security
Seperti dijelaskan sebelumnya, daerah yang sekarang ini dalam kondisi tahan pangan mungkin tidak selamanya berada
OIAJPEKJA@A=NHEAN=J=NA=PD=PEO?QNNAJPHUAJFKUEJCBKK@OA?QNEPUOEPQ=PEKJI=UJKPNAI=EJBKK@OA?QNABKNARANQJHAOO
dalam kondisi tahan pangan apabila tidak ada strategi dan upaya yang dilakukan oleh petani dan pengambil kebijakan
secara lingkungan berkelanjutan. Selain itu, dampak bencana juga dapat menyebabkan suatu daerah mengalami
kemunduran beberapa tingkat, apabila daerah tersebut tidak memiliki kesiapsiagaan terhadap bencana yang memadai.
Strategi berikut direkomendasikan untuk seluruh kabupaten yang rentan di Indonesia berkaitan untuk mencapai
ketahanan pangan berkelanjutan.
OPN=PACEAO=J@LN=?PE?AOPD=P=NA=@KLPA@>UPDAB=NIANO=J@PDALKHE?UI=GANO=NAAJRENKJIAJP=HHUOQOP=EJ=>HA*KNAKRAN
EIL=?PKB@EO=OPANO?KQH@=HOKLQHH>=?G=NACEKJI=JUOPALOEBPDA=NA=@KAOJKPD=RAAJKQCD@EO=OPANLNAL=NA@JAOO
1DA BKHHKSEJC OPN=PACEAO =NA NA?KIIAJ@A@ BKN =HH RQHJAN=>HA @EOPNE?PO KB &J@KJAOE= EJ KN@AN PK =?DEARA OQOP=EJ=>HA BKK@
security.
a. Reforestasi (Penghutanan kembali) dan menurunkan tingkat deforestasi: Kabupaten-kabupaten di Pulau Sumatera
(Jambi, Sumatera Selatan dan Bengkulu) dan seluruh kabupaten di Pulau Kalimantan sebaiknya memulai membuat
rencana komprehensif untuk menurunkan tingkat deforestasi dan regenerasi hutan yang telah terdegradasi
= /ABKNAOP=PEKJ=J@OHKSEJC@KSJ@ABKNAOP=PEKJġ1DA@EOPNE?POEJ'=I>E/E=Q0QI=PAN=0AH=P=JAJCGQHQEJ0QI=PAN=
&OH=J@O=J@=HHPDA@EOPNE?POEJ(=HEI=P=JODKQH@AI>=NGQLKJ=?KILNADAJOERALH=JBKNOHKSEJC@KSJ@ABKNAOP=PEKJ=J@
NACAJAN=PEKJKB?QNNAJPHUA=NI=NGA@@ACN=@A@BKNAOPO K=OP=H=NA=OODKQH@?KJ?AJPN=PAKJI=JCNKRANACAJAN=PEKJ
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
87
BAB/Chapter 5
dekat kawasan hutan. Masyarakat pedesaan yang paling miskinlah yang pertama dan paling menderita bila mana
habitat-habitat tersebut dirusak atau dimusnahkan.
sekarang ini. Daerah pesisir perlu memperhatikan regenerasi hutan bakau (mangrove). Upaya yang sama juga
perlu dilakukan oleh provinsi di Pulau Jawa, NTB, NTT dan Pulau Sulawesi. Dampak dari perubahan iklim bagi
Indonesia adalah rendahnya curah hujan akan tetapi kadang-kadang dengan intensitas curah hujan yang tinggi.
Kabupaten dengan tutupan vegetasi yang sangat sedikit akan memiliki potensi yang tinggi terhadap banjir bandang
dan tanah longsor.
0EIEH=N ABBKNPO =NA =HOK JA?AOO=NU EJ '=R= +1 +11 =J@ 0QH=SAOE EOH=J@O =O SAHH O = NAOQHP KB ?HEI=PA ?D=JCA
&J@KJAOE=EOATLA?PA@PKD=RAHKSANN=EJB=HH@=UO>QPOKIAPEIAOSEPDDECDANN=EJB=HHEJPAJOEPU!EOPNE?POSEPDRANUHEPPHA
b. Pembangunan Daerah Aliran Sungai (DAS): Terutama di Jawa, NTB dan NTT, seluruh kabupaten di provinsi
tersebut diharapkan memiliki rencana pembangunan DAS yang terintegrasi untuk meningkatkan kualitas tanah
dan manajemen perairan. Pada satu sisi, hal ini akan meningkatkan produktivitas tanah dengan naiknya hasil panen
sedangkan di sisi yang lain, penggunaan teknik lokal yang tepat akan menciptakan pertanian yang berkelanjutan
bagi penghidupan masyarakat.
> 4=PANODA@ @ARAHKLIAJPOġ -=NPE?QH=NHU EJ '=R= +1 =J@ +11 =HH PDA @EOPNE?PO ODKQH@ LH=J BKN EJPACN=PA@ S=PANODA@
@ARAHKLIAJP LNKFA?PO BKN EILNKRA@ OKEH =J@ S=PAN I=J=CAIAJP ,J KJA D=J@ PDA IA=OQNAO SEHH AJD=J?A H=J@
LNK@Q?PEREPUBKNDECDAN?NKLUEAH@=J@KJPDAKPDAND=J@QOAKB=LLNKLNE=PAEJ@ECAJKQOPA?DJEMQAOSEHH?NA=PA=IKNA
sustainable agricultural livelihoods for the people.
c. Kesiapsiagaan bencana dan rencana kontinjensi: Kabupaten-kabuten yang sering mengalami kejadian bencana
harus menyusun rencana kontinjensi tingkat masyarakat dan membentuk kelembagaan dan struktur badan
penanggulangan bencana untuk pengurangan resiko bencana.
? !EO=OPAN LNAL=NA@JAOO =J@ ?KJPEJCAJ?U LH=JJEJCġ 1DA @EOPNE?PO PD=P BNAMQAJPHU ATLANEAJ?A @EO=OPANO ODKQH@ LNAL=NA
?KIIQJEPU HARAH ?KJPEJCAJ?U LH=JO =J@ LQP JA?AOO=NU OPNQ?PQNAO =J@ EJOPEPQPEKJO EJ LH=?A BKN CNA=PAN @EO=OPAN NEOG
reduction.
d. Sistem kesiapsiagaan dini dan kewaspadaan: Sistem kesiapsiagaan dan kewaspadaan yang inovatif untuk pangan
@=JCEVELANHQ@E>AJPQG@EOAHQNQDG=>QL=PAJU=JCN=S=J>AJ?=J=QJPQGIAJCE@AJPEłG=OENAOEGKOA?=N=?AL=P@=J
mengambil langkah-langkah perbaikan untuk mitigasi dampak bencana yang terjadi di masa mendatang.
@ "=NHUS=NJEJC=J@OQNRAEHH=J?AOUOPAIġ&JJKR=PERABKK@=J@JQPNEPEKJA=NHUS=NJEJC=J@OQNRAEHH=J?AOUOPAIJAA@PK>A
LQPEJLH=?AEJ=HH@EO=OPANLNKJA@EOPNE?POBKNPEIAHUE@AJPEBUEJCNEOGO=J@QJ@ANP=GEJC?KNNA?PERAIA=OQNAOPKIEPEC=PA
LKOOE>HAEIL=?POKB=JUEILAJ@EJC@EO=OPANO
e. Membentuk lembaga penginderaan jauh tingkat provinsi: Pemerintah Indonesia perlu mempertimbangkan secara
seksama pembentukan lembaga penginderaan jauh untuk melakukan analisis yang luas secara terpisah dan
desiminasi data citra satelit seperti penggunaan lahan, kebakaran hutan, banjir, tutupan vegetasi, air tanah dan
parameter kunci lainnya untuk manajemen sumberdaya alam secara ilmiah pada tingkat lokal.
A 0APPEJC QL KB NACEKJ=H NAIKPA OAJOEJC =CAJ?EAOġ 1DA $KRANJIAJP KB &J@KJAOE= ODKQH@ OANEKQOHU ?KJOE@AN OAPPEJC QL
KB NACEKJ=H NAIKPA OAJOEJC =CAJ?EAO BKN CNA=PAN @EO=CCNAC=PA@ =J=HUOEO =J@ @EOOAIEJ=PEKJ KB O=PAHHEPA @=P= KJ H=J@
QOABKNAOPłNAŃKK@ORACAP=PEKJ?KRANCNKQJ@S=PAN=J@KPDANGAUL=N=IAPANOBKNIKNAO?EAJPEł?J=PQN=HNAOKQN?A
I=J=CAIAJP=PHK?=HHARAHO
f.
Mengintegrasi masalah perubahan iklim ke semua kebijakan dan program: Pemerintah pada semua tingkatan,
lembaga PBB dan LSM lainnya harus menjamin bahwa semua kebijakan dan program yang dibangun mereka
untuk Indonesia harus menitikberatkan kepada tantangan perubahan iklim. Lembaga-lembaga tersebut juga harus
menjamin bahwa kebijakan dan program mengenai perubahan iklim harus pro-rakyat miskin agar mereka dapat
lepas dari kemiskinan.
RACAP=PERA?KRANSEHHD=RAPDA@=JCANKBEJ?NA=OA@Ń=ODŃKK@O=J@H=J@OHE@AO
B
*=EJOPNA=IEJC?HEI=PA?D=JCAEOOQAOEJ=HHLKHE?EAO=J@LNKFA?POġ1DACKRANJIAJP=P=HHHARAHO2+=J@KPDAN+$,O
ODKQH@AJOQNAPD=P=HHPDALKHE?EAO=J@LNKCN=IIAO@ARAHKLA@>UPDAIBKN&J@KJAOE==@AMQ=PAHU=@@NAOOPDA?D=HHAJCAO
KB?HEI=PA?D=JCACAJ?EAO=HOKIQOPAJOQNAPD=PPDALKHE?EAO=J@LNKCN=IIAO=@@NAOOEJC?HEI=PA?D=JCAD=RAPK>A
LNKLKKNEJJ=PQNABKNPDAIPK>AOQ??AOOBQH
DAFTAR PUSTAKA
REFERENCES
E
ii.
iii.
ER
E /=EJB=HH@=P=BKN„UA=NO*($
EE
=H?QH=PEKJKJ!ABKNAOP=PEKJEJ&J@KJAOE=*EJEOPNUKB#KNAOPNU
EEE 0PN=PACE?!=P=KJ#KNAOPNU*EJEOPNUKB#KNAOPNU
ER &@AJPEł?=PEKJKB3EHH=CAOHK?=PA@EJ#KNAOPNA=O+=PEKJ=H0P=PEOPE?O,Bł?A=J@*EJEOPNUKB#KNAOPNU
!=P= QN=D%QF=J1=DQJ„*($
Penghitungan Deforestasi Indonesia. Departemen Kehutanan. 2008
Data Stategis Kehutanan. Departemen Kehutanan. 2008
&@AJPEłG=OE!AO=!=H=I(=S=O=J%QP=J=@=J-QO=P0P=PEOPEG@=J!AL=NPAIAJ(ADQP=J=J
88
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
BAB/Chapter 5
Peta 5.1 / Map 5.1
Penyimpangan Curah Hujan (%) dari 1997 - 2007 di Musim Kemarau dibandingkan dengan Rata-Rata 30 Tahun
Rainfall Deviation (%) during 1997 - 2007 in Dry Season Periods compared to 30 Years Average
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
89
BAB/Chapter 5
Peta 5.2 / Map 5.2
Penyimpangan Curah Hujan (%) dari 1997 - 2007 di Musim Hujan dibandingkan dengan Rata-Rata 30 Tahun
Rainfall Deviation (%) during 1997 - 2007 in Wet Season Periods compared to 30 Years Average
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
91
BAB/Chapter 5
Peta 5.3 / Map 5.3
Peta Deforestasi di Indonesia untuk periode 2003 - 2006
Map of Deforestation in Indonesia during 2003 - 2006 periods
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
93
BAB 6
KERENTANAN TERHADAP KERAWANAN
PANGAN KRONIS BERDASARKAN INDEKS
KETAHANAN PANGAN KOMPOSIT
0A>=C=EI=J= @EOA>QPG=J @E @=H=I => >=DS= GKJ@EOE GANAJP=J=J PAND=@=L GAN=S=J=J L=JC=J GNKJEO OA?=N=
komposit di tentukan berdasarkan 9 indikator yang berhubungan dengan ketersediaan pangan, akses pangan dan
penghidupan, serta pemanfaatan pangan dan gizi, yang dijelaskan secara rinci pada Bab Dua, Tiga dan Empat. Peta
GANAJP=J=JPAND=@=LGAN=S=J=JL=JC=JGKILKOEPĠ-AP=
@E>Q=P@AJC=JIAJCDEPQJC&J@AGO(AP=D=J=J-=JC=J
Komposit, dengan menggabungkan indikator-indikator yang bobotnya yang ditetapkan melalui Analisis Komponen
Utama (-NEJ?EL=H KILKJAJPJ=HUOEO
Ġ)=ILEN=J
CHAPTER 6
VULNERABILITY TO CHRONIC FOOD
INSECURITY BASED ON COMPOSITE
FOOD SECURITY INDEX
O IAJPEKJA@ EJ D=LPAN ,JA PDA ?KILKOEPA RQHJAN=>EHEPU PK ?DNKJE? BKK@ EJOA?QNEPU S=O @APANIEJA@ >=OA@ KJ JEJA
EJ@E?=PKNO@AP=EHA@EJ D=LPAN1SK1DNAA=J@#KQNSDE?D=NANAH=PA@PKBKK@=R=EH=>EHEPUBKK@=??AOO=J@HERAHEDKK@O=J@
BKK@QPEHEV=PEKJ=J@JQPNEPEKJ1DARQHJAN=>EHEPUI=LKB?KILKOEPABKK@EJOA?QNEPUĠ*=L
S=OI=@A>U?KILQPEJC=
KILKOEPA#KK@0A?QNEPU&J@ATPDNKQCD?KI>EJEJCEJ@E?=PKNOSEPDSAECDPO=OOECJA@>UPDA-NEJ?EL=H KILKJAJPJ=HUOEO
ĠJJAT
Peta komposit menjelaskan kepada kita bahwa kondisi kerentanan terhadap kerawanan pangan suatu kabupaten di
sebabkan oleh kombinasi dari berbagai dimensi kerawanan pangan. Kemudian, dengan melihat seluruh peta individu
1DA?KILKOEPAI=LOPAHHQOSDAPDAN=@EOPNE?PEORQHJAN=>HAPKBKK@EJOA?QNEPU@QAPK=?KI>EJ=PEKJKBR=NEKQOBKK@OA?QNEPU
NAH=PA@B=?PKNO1DAJ>UHKKGEJC=P=HHEJ@ERE@Q=HI=LOKJA?=JE@AJPEBUI=EJ?=QOAOKBBKK@EJOA?QNEPU=J@RQHJAN=>EHEPUEJ
I=G=GEP=@=L=PIAJCE@AJPEłG=OELAJUA>=>QP=I=GKJ@EOEGAN=S=J=J@=JGANAJP=J=JL=JC=J@EOQ=PQG=>QL=PAJ
Harus disebutkan bahwa penyebab kerawanan dan kerentanan pangan antar satu wilayah dengan wilayah lainnya
bervariasi, dengan demikian cara penyelesaiannya juga berbeda. Peta dan laporan ini membantu kita untuk memahami
perbedaan dan kesamaan dasar di antara kabupaten-kabupaten, dan dengan demikian akan membantu para pembuat
kebijakan untuk mengambil langkah-langkah yang tepat dalam menangani isu-isu paling kritis yang relevan untuk
daerah mereka.
=@EOPNE?P&PODKQH@>AIAJPEKJA@PD=P?=QOAOKBBKK@EJOA?QNEPU=J@RQHJAN=>EHEPUR=NU>APSAAJPDANACEKJO=J@DAJ?APDA
OKHQPEKJBKN=PP=EJEJCBKK@OA?QNEPUSEHH=HOK@EBBAN1DAI=LO=J@NALKNPDAHLQOPKQJ@ANOP=J@PDA>=OE?@EBBANAJ?AO=J@
OEIEH=NEPEAO>APSAAJ@EOPNE?PO=J@PDANABKNASEHHDAHL@A?EOEKJI=GANOPKP=GA=LLNKLNE=PAOPALOPK=@@NAOOPDAIKOP?NEPE?=H
issues relevant in their areas.
Sesuai dengan kesepakatan Tim Penyusun, Tim Pengarah dan BKP Pusat maupun BKP provinsi pada workshop
#03U=JC@EH=GQG=JP=JCC=H*AEI=G=@EPAP=LG=JG=>QL=PAJLNEKNEP=O>AN@=O=NG=JLANEJCG=PEJ@AGO
GAP=D=J=J L=JC=J GKILKOEP PANAJ@=D ,HAD G=NAJ= EPQ LAP= GKILKOEP IAJCC=I>=NG=J G=>QL=PAJ LNEKNEP=O
@=H=IGAHKILKGCN=@=OES=NJ=IAN=DU=EPQIAN=DPQ=Ġ-NEKNEP=O
IAN=DĠ-NEKNEP=O
@=JIAN=DIQ@=Ġ-NEKNEP=O
3). Kelompok warna merah tua menunjukkan kabupaten-kabupaten yang harus mendapat prioritas khusus dalam
O=CNAA@>UPDA0PAANEJC KIIEPPAA1A?DJE?=H4KNGEJC$NKQLKB#03+=PEKJ=H#KK@0A?QNEPUCAJ?U=J@-NKREJ?E=H#KK@
0A?QNEPU,Bł?A=PPDA#03SKNGODKLKNC=JEVA@KJ„*=ULNEKNEPU@EOPNE?PO=NAOAHA?PA@>=OA@KJPDAENHKSAOP
?KILKOEPABKK@OA?QNEPUEJ@AT1DANABKNAPDA?KILKOEPAI=LEHHQOPN=PAOPDAOA@EOPNE?POEJ@=NGNA@OD=@AOĠ-NEKNEPU
NA@OD=@AOĠ-NEKNEPU
=J@HECDPNA@OD=@AOĠ-NEKNEPU
1DA@=NGANOD=@AOEILHU@EOPNE?POPD=PJAA@DECDANLNEKNEPUEJD=J@HEJC
BKK@EJOA?QNEPULNK>HAIO=J@EILNKRABKK@OA?QNEPU
Pemetaan ini menggambarkan tingkat kemungkinan terjadinya kerawanan pangan suatu kabupaten secara relatif
dibandingkan dengan kabupaten lainnya. Dengan perkataan lain, kabupaten-kabupaten yang berwarna merah memiliki
tingkat resiko kerawanan pangan yang lebih besar dibandingkan kabupaten-kabupaten yang berwarna hijau sehingga
IAIANHQG=JLAND=PE=JOACAN=*AOGELQJ@AIEGE=J-NEKNEP=OĠS=NJ=IAN=DPQ=
PE@=G>AN=NPEOAIQ=LAJ@Q@QGJU=
berada dalam kondisi rawan pangan. Sebaliknya juga pada kabupaten di Prioritas 6 (warna hijau tua) tidak berarti
1DAI=LLEJCKJHUDECDHECDPOPDAHEGAHULNAR=HAJ?AKBBKK@EJOA?QNEPUEJNAH=PERAPANIO&JKPDANSKN@OPDA=NA=OEJNA@OD=@AO
D=RADECDANBKK@EJOA?QNEPUHARAH=J@JAA@EIIA@E=PA=PPAJPEKJ%KSARANEPODKQH@>AATLH=EJA@PD=P=@EOPNE?PODKSJEJ
@=NGNA@Ġ-NEKNEPU
@KAOJKPIA=JPD=P=HHLAKLHAHEREJCPDANA=NABKK@EJOA?QNA0EIEH=NHU=@EOPNE?PEJCNAAJĠ-NEKNEPU
@KAOJKPIA=JPD=P=HHLAKLHAHEREJCPDANAD=RAAJKQCDBKK@
bahwa semua penduduknya tahan pangan.
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
95
BAB/Chapter 6
peningkatan ketahanan pangan dan penanganan masalah kerawanan pangan.
7DEHO
7DEOH
.DEXSDWHQ\DQJSDOLQJUHQWDQEHUGDVDUNDQ,QGHNV.HWDKDQDQ3DQJDQ.RPSRVLW
KLJKHUYXOQHUDEOHGLVWULFWVEDVHGRQ&RPSRVLWH)RRG6HFXULW\,QGH[
Provinsi/
Province
Papua
Papua
Papua
Papua
Papua
Sumatera Barat
Maluku
Nusa Tenggara Timur
Papua
Papua Barat
Papua
Nusa Tenggara Timur
Sumatera Utara
Papua
Papua
Maluku
Papua
Nusa Tenggara Timur
Maluku
Sumatera Utara
Jawa Timur
Kalimantan Barat
Papua Barat
Papua Barat
Papua Barat
Nusa Tenggara Timur
Papua Barat
Nusa Tenggara Timur
Papua
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Barat
Papua
Nusa Tenggara Timur
Nanggroe Aceh Darussalam
Kalimantan Barat
Kalimantan Barat
Sulawesi Tengah
Riau
Sulawesi Tenggara
Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Barat
Sulawesi Barat
Kalimantan Barat
Papua
Kalimantan Barat
Maluku
Kalimantan Selatan
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Papua
96
Kabupaten/
District
Yahukimo
Paniai
Tolikara
Jayawijaya
Asmat
Kepulauan Mentawai
Seram Bagian Timur
Timor Tengah Selatan
Mappi
Teluk Wondana
Waropen
Sumba Barat
Nias Selatan
Boven Digoel
Supiori
Buru
Nabire
Sumba Timur
Kepulauan Aru
Nias
Sampang
Landak
Teluk Bintuni
Sorong Selatan
Kaimana
Manggarai Barat
Monokwari
Manggarai
Sarmi
Kupang
Kapuas Hulu
Melawi
Yapen Waropen
Belu
Simeulue
Sekadau
Ketapang
Banggai Kepulauan
Indragiri Hilir
Bombana
Timor Tengah Utara
Lombok Barat
Mamasa
Bengkayang
Biak Numfor
Sambas
Maluku Tenggara Barat
Barito Kuala
Alor
Sintang
Mimika
3HULQJNDW/
5DQN
Prioritas/
3ULRULW\
Provinsi/
Province
Kabupaten/
District
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
Nanggroe Aceh Darussalam
Maluku
Nusa Tenggara Timur
Nanggroe Aceh Darussalam
Sulawesi Tenggara
Nusa Tenggara Timur
Nanggroe Aceh Darussalam
Jawa Timur
Kalimantan Timur
Papua
Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Timur
Papua
Nusa Tenggara Barat
Jawa Timur
Kalimantan Tengah
Jawa Timur
Nusa Tenggara Barat
Nanggroe Aceh Darussalam
Nanggroe Aceh Darussalam
Kalimantan Barat
Nusa Tenggara Barat
Kalimantan Selatan
Sulawesi Tengah
Papua Barat
Maluku
Kalimantan Tengah
Jambi
Jawa Timur
Papua Barat
Maluku Utara
Banten
Kalimantan Timur
Kalimantan Tengah
Nusa Tenggara Barat
Sulawesi Tengah
Sulawesi Tenggara
Kalimantan Selatan
Bengkulu
Kalimantan Tengah
Sulawesi Tengah
Papua Barat
Sulawesi Tengah
Kalimantan Tengah
Kalimantan Tengah
Kepulauan Riau
Sumatera Utara
Kalimantan Barat
Sulawesi Tengah
Gayo Lues
Maluku Tenggara
Sikka
Nagan Raya
Buton
Ende
Aceh Singkil
Sumenep
Nunukan
Merauke
Lembata
Rote Ndao
Keerom
Lombok Tengah
Pamekasan
Murung Raya
Probolinggo
Lombok Timur
Aceh Jaya
Aceh Utara
Sanggau
Dompu
Balangan
Donggala
Raja ampat
Seram Bagian Barat
Seruyan
Tanjung Jabung Timur
Bangkalan
Sorong
Halmahera Selatan
Lebak
Malinau
Pulang Pisau
Bima
Buol
Kolaka Utara
Hulu Sungai Utara
Seluma
Kapuas
Morowali
Fak-Fak
Toja Una-Una
Lamandau
Gunung Mas
Natuna
Mandailing Natal
Pontianak
Parigi Moutong
3HULQJNDW/
5DQN
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
Prioritas/
3ULRULW\
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
1=>HAODKSODECDANRQHJAN=>HA@EOPNE?P>=OA@KJPDA?KILKOEPABKK@EJOA?QNEPU*KOPL=NPOKB-=LQ=-=LQ==N=P
*=HQGQA=OPANJL=NPOKB'=R=+1+11JKNPDANJ=J@SAOPANJL=NPOKB(=HEI=JP=J?AJPN=H=J@OKQPDA=OPANJ0QH=SAOE
SAOPANJ=J@JKNPDANJL=NPKB0QI=PAN==NA=IKJCPDAOAPKLLNEKNEPU@EOPNE?POEJPANIOKBPDAENRQHJAN=>EHEPUPKBKK@
IANQL=G=JG=>QL=PAJU=JCPANI=OQG@=H=ILNEKNEP=OQP=I=I=O=H=DN=S=JL=JC=J
insecurity.
$=I>=NIAILANHED=PG=J>=DS=OA>=CE=J>AO=NG=>QL=PAJNAJP=JPAND=@=LGAN=S=J=JL=JC=J-NEKNEP=OPAN@=L=P
@E4EH=U=D1EIQN&J@KJAOE=!=NEG=>QL=PAJU=JCU=JCPANI=OQG@=H=I-NEKNEP=OG=>QL=PAJ@E=JP=N=JU=
berada di provinsi Papua, enam berada di Nusa Tenggara Timur, dan lima lainnya berada di Papua Barat.
#ECQNAODKSOPD=PI=JUKBPDA@EOPNE?POIKOPRQHJAN=>HAPKBKK@EJOA?QNEPUKB-NEKNEPU=NAHK?=PA@EJ"=OPANJ&J@KJAOE=
IKJC@EOPNE?POKB-NEKNEPU=NAEJ-=LQ=LNKREJ?AOETEJ+QO=1AJCC=N=1EIQN=J@łRAEJ-=LQ==N=PLNKREJ?A
$=I>=Nġ'QIH=DG=>QL=PAJU=JCNAJP=JL=@=-NEKNEP=O>AN@=O=NG=J&J@AGO(AP=D=J=J-=JC=J(KILKOEP
#ECQNAġ+QI>ANKBRQHJAN=>HA@EOPNE?POKB-NEKNEPU>=OA@KJ KILKOEPA#KK@0A?QNEPU&J@AT
Gambar 6.2: Jumlah kabupaten yang rentan pada Prioritas 2 berdasarkan Indeks Ketahanan Pangan Komposit
#ECQNAġ+QI>ANKBRQHJAN=>HA@EOPNE?POKB-NEKNEPU>=OA@KJ KILKOEPA#KK@0A?QNEPU&J@AT
(=>QL=PAJ U=JC NAJP=J PAND=@=L GAN=S=J=J L=JC=J @=J PANI=OQG G=PACKNE -NEKNEP=O OA?=N= QIQI @EOA>=>G=J
KHADġ Ġ
-AJ@Q@QG DE@QL @E>=S=D C=NEO GAIEOGEJ=J J=OEKJ=H Ġ
/QI=D P=JCC= P=JL= =GOAO PAND=@=L HEOPNEG
(3) Prevalensi underweightt pada balita, (4) Desa yang tidak bisa dilalui kendaraan roda 4, dan (5) Rumah tangga tanpa
JJATEJ@E?=PAOPD=P@EOPNE?POSEPDDECDANRQHJAN=>EHEPUPKBKK@EJOA?QNEPU=J@N=JGA@=O-NEKNEPU=NACAJAN=HHUNAH=PA@
PKġĠ
-KLQH=PEKJHEREJC>AHKSPDAJ=PEKJ=HLKRANPUHEJAĠ
%KQOADKH@OSEPDKQP=??AOOPKAHA?PNE?EPUĠ
-NAR=HAJ?AN=PA
KB QJ@ANSAECDP =IKJC ?DEH@NAJ QJ@AN łRA UA=NO Ġ
3EHH=CAO PD=P ?=J JKP >A =??AOOA@ >U BKQNSDAAHA@ RADE?HAO =J@
Ġ
%KQOADKH@OSEPDKQP=??AOOPK?HA=JS=PAN
akses terhadap air bersih (lihat Lampiran 6.2).
Dari 30 kabupaten yang rentan terhadap rawan pangan yang merupakan Prioritas 2 seperti yang terlihat pada
$=I>=NGA>=JU=G=J>AN=@=@E(=HEI=JP=J=N=PĠG=>QL=PAJ
+11ĠG=>QL=PAJ
+!ĠG=>QL=PAJ
@=J
Papua (3 kabupaten).
IKJC@EOPNE?PORQHJAN=>HAPKBKK@EJOA?QNEPU=J@N=JGA@=O-NEKNEPULNAOAJPA@EJ#ECQNAPDAI=FKNEPU=NAHK?=PA@
EJ(=HEI=JP=J=N=PĠOARAJ@EOPNE?PO
+11ĠłRA@EOPNE?PO
+!ĠBKQN@EOPNE?PO
=J@-=LQ=ĠPDNAA@EOPNE?PO
Lampiran 6.2 menunjukkan bahwa kabupaten yang rentan terhadap rawan pangan Prioritas 2 pada umumnya
&P EO ODKSJ EJ JJAT PD=P @EOPNE?PO RQHJAN=>HA PK BKK@ EJOA?QNEPU =J@ N=JGA@ =O -NEKNEPU =NA CAJAN=HHU NAH=PA@ PKġ
@EOA>=>G=JKHADġĠ
-NAR=HAJOE underweightt pada balita, (2) Desa yang tidak bisa dilalui kendaraan roda 4, (3) Rumah
tangga tanpa akses terhadap air bersih, (4) Persentase penduduk hidup dibawah garis kemiskinan nasional, (5) Rumah
tangga tanpa akses terhadap listrik.
Ġ
-NAR=HAJ?AKBQJ@ANSAECDP=IKJC?DEH@NAJQJ@ANłRAUA=NOĠ
3EHH=CAOPD=P?=JJKP>A=??AOOA@>UBKQNSDAAHA@
RADE?HAO Ġ
%KQOADKH@O SEPDKQP =??AOO PK ?HA=J S=PAN Ġ
-KLQH=PEKJ HEREJC >AHKS PDA J=PEKJ=H LKRANPU HEJA =J@ Ġ
%KQOADKH@OSEPDKQP=??AOOPKAHA?PNE?EPU
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
97
BAB/Chapter 6
1=>AHIAJQJFQGG=JG=>QL=PAJU=JCL=HEJCNAJP=J>AN@=O=NG=JEJ@AGOGAP=D=J=JL=JC=JGKILKOEP!=NE
kabupaten tersebut, sebagian besar berada di Provinsi Papua, Papua Barat, Maluku, bagian timur pulau Jawa, NTB,
NTT, bagian utara dan barat Kalimantan, bagian tengah dan tenggara Sulawesi, dan bagian barat dan timur Sumatera
Gambar 6.3: Jumlah kabupaten yang rentan pada Prioritas 3 berdasarkan Indeks Ketahanan Pangan Komposit
#ECQNAġ+QI>ANKBRQHJAN=>HA@EOPNE?POKB-NEKNEPU>=OA@KJ KILKOEPA#KK@0A?QNEPU&J@AT
Gambar 6.3. menunjukkan bahwa kabupaten yang rentan terhadap rawan pangan Prioritas 3 terdapat di Kalimantan
Tengah (6 kabupaten), diikuti oleh Sulawesi Tengah (5 kabupaten) dan Nusa Tenggara Barat (4 kabupaten).
#ECQNAEJ@E?=PAOPD=P=PJQI>ANKBRQHJAN=>HA@EOPNE?POPKBKK@EJOA?QNEPU=O-NEKNEPUEOIKOPHUHK?=PA@EJ(=HEI=JP=J
1AJC=DLNKREJ?AĠOET@EOPNE?PO
BKHHKSA@>U0QH=SAOE1AJC=DĠłRA@EOPNE?PO
=J@+QO=1AJCC=N==N=PĠBKQN@EOPNE?PO
(=>QL=PAJNAJP=JPAND=@=LGAN=S=J=JL=JC=J-NEKNEP=OOA?=N=QIQI@EOA>=>G=JKHADġĠ
-NAR=HAJOE underweight
pada balita, (2) Persentase penduduk hidup dibawah garis kemiskinan nasional, (3) Rumah tangga tanpa akses terhadap
air bersih, (4) Rasio konsumsi normatif per kapita terhadap produksi, (5) Rumah tangga tanpa akses terhadap listrik.
!EOPNE?PORQHJAN=>HAPKBKK@EJOA?QNEPU=J@N=JGA@=O-NEKNEPU=NACAJAN=HHUNAH=PA@PKġĠ
-NAR=HAJ?AN=PAKBQJ@ANSAECDP
=IKJC?DEH@NAJQJ@ANłRAUA=NOĠ
-KLQH=PEKJHEREJC>AHKSPDAJ=PEKJ=HLKRANPUHEJAĠ
%KQOADKH@OSEPDKQP=??AOOPK
?HA=JS=PANĠ
-AN?=LEP=JKNI=PERA?KJOQILPEKJPKLNK@Q?PEKJN=PEK=J@Ġ
%KQOADKH@OSEPDKQP=??AOOPKAHA?PNE?EPU
Lampiran 6.2 secara jelas menyoroti indikator-indikator yang berhubungan dengan peringkat indeks komposit dari
OQ=PQG=>QL=PAJ4=NJ=OAHIAJQJFQGG=JLAJCCKHKJC=JNAH=PEBLAJPEJCJU=OQ=PQEJ@EG=PKNU=JCOECJEłG=JL=@=OQ=PQ
1DA=JJAT?HA=NHUDECDHECDPOPDAEJ@E?=PKNOPD=P=NANAOLKJOE>HABKNPDA?KILKOEPAEJ@ATN=JGEJCKB=@EOPNE?P0D=@A@
?AHHO@AJKPAPDADECDANNAH=PERAEILKNP=J?AKB?ANP=EJEJ@E?=PKNĠO
BKN=?ANP=EJ@EOPNE?P
kabupaten tertentu.
Misalnya, penyebab utama kerentanan terhadap kerawanan pangan di kabupaten Yahukimo di Papua yang berada
L=@=GAHKILKG-NEKNEP=O=@=H=DNAJ@=DJU==GOAOPAND=@=LL=JC=J@=JLAJCDE@QL=JĠPEJCCEJU=FQIH=DLAJ@Q@QG
miskin, rendahnya akses terhadap jalan dan listrik) dan rendahnya kondisi kesehatan dan gizi terutama terbatasnya
akses terhadap air bersih.
#KNAT=ILHAPDAI=EJNA=OKJOBKNRQHJAN=>EHEPUPKBKK@EJOA?QNEPUEJ6=DQGEIK@EOPNE?PEJ-=LQ=N=JGA@=O-NEKNEPUSANA
HKS=??AOOPKBKK@=J@HERAHEDKK@@QAPK=DECDJQI>ANKBLKKNLAKLHAHEIEPA@=??AOOPKNK=@O=J@AHA?PNE?EPULKKNDA=HPD
=J@JQPNEPEKJ=H?KJ@EPEKJOAOLA?E=HHUHEIEPA@=??AOOPK?HA=JS=PAN
Sedangkan untuk kabupaten Timor Tengah Selatan di Provinsi NTT penyebab utama kerawanan pangan adalah
rendahnya akses pangan dan penghidupan (tingginya jumlah penduduk miskin, akses terhadap listrik yang rendah),
rendahnya kondisi kesehatan dan gizi (akses terhadap air bersih, tingginya angka kurang gizi) dan tingkat buta huruf
perempuan.
OBKN1EIKN1AJC=D0AH=P=J@EOPNE?PEJ+11-NKREJ?AI=EJ?=QOAOKBBKK@EJOA?QNEPUSANA=HOKHKS=??AOOPKBKK@=J@
HERAHEDKK@Ġ=DECDJQI>ANKBLKKNLAKLHAHKSAHA?PNE?EPU=??AOON=PA
LKKNDA=HPD=J@JQPNEPEKJ=H?KJ@EPEKJOĠHKS=??AOOPK
?HA=JS=PANDECDI=HJQPNEPEKJ
=J@=DECDBAI=HAEHHEPAN=?UN=PA
!AIEGE=JFQC=IAOGELQJG=>QL=PAJAJCG=HEO@E/E=Q>AN=@=L=@=GAHKILKGĺ(=>QL=PAJ-NEKNEP=O†U=JC>ANS=NJ=
0EIEH=NHU=HPDKQCDAJCG=HEO@EOPNE?PEJ/E=QEOEJPDAĺ!EOPNE?PKB-NEKNEPU†SEPD=CNAAJ?KHKNSDE?DEJ@E?=PAO=>APPANBKK@
hijau yang menunjukkan situasi ketahanan pangan yang lebih baik, namun beberapa indikator masih harus diperhatikan
antara lain produksi dan ketersediaan pangan, akses terhadap jalan yang dapat dilalui kendaraan roda 4 dan air bersih,
serta underweight.
OA?QNEPUOEPQ=PEKJ=PPAJPEKJEOOPEHHNAMQENA@PK=@@NAOOEOOQAONAH=PA@PKBKK@LNK@Q?PEKJ=J@=R=EH=>EHEPU=??AOOPKNK=@O
QO=>HA>UBKQNSDAAHA@RADE?HAO=J@?HA=JS=PAN=OSAHH=OQJ@ANSAECDP
98
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
)DNWRUSHQHQWXXWDPD.HUDZDQDQ3DQJDQSHU3ULRULWDV
0DLQGHWHUPLQDQWVRI)RRG,QVHFXULW\SHU3ULRULW\
)DNWRU3HQ\HEDE
&DXVHV
Prioritas 1
3ULRULW\
1. Kemiskinan
1. Poverty
2. Tanpa akses terhadap listrik
2. Without access to electricity
3. 8QGHUZHLJKWW pada balita
8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH
4. Tidak bisa dilalui kendaraan roda 4
4. Without access to roads usable by four-wheeled vehicles
5. Tanpa akses terhadap air bersih
5. Without access to clean water
3ULRULWDV
3ULRULW\
1. 8QGHUZHLJKWW pada balita
8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH
2. Desa yang tidak bisa dilalui kendaraan roda 4
2. Without access to roads usable by four-wheeled vehicles
3. Tanpa akses terhadap air bersih
3. Without access to clean water
4. Kemiskinan
4. Poverty
5. Tanpa akses terhadap listrik
5. Without access to electricity
3ULRULWDV
3ULRULW\
1.
8QGHUZHLJKWW pada balita
8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH
2.
Kemiskinan
2. Poverty
3.
Tanpa akses terhadap air bersih
3. Without access to clean water
4.
Tidak memadainya produksi pangan pokok
,QVXI¿FLHQWVWDSOHIRRGSURGXFWLRQ
5.
Tanpa akses terhadap listrik
5. Without access to electricity
3ULRULWDV
3ULRULW\
1. 8QGHUZHLJKWW pada balita
8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH
2. Kemiskinan
2. Poverty
3. Tidak memadainya produksi pangan pokok
,QVXI¿FLHQWVWDSOHIRRGSURGXFWLRQ
4. Tanpa akses terhadap air bersih
4. Without access to clean water
5. Tanpa akses terhadap listrik
5. Without access to electricity
3ULRULWDV
3ULRULW\
1. Tidak memadainya produksi pangan pokok
,QVXI¿FLHQWVWDSOHIRRGSURGXFWLRQ
2. 8QGHUZHLJKWW pada balita
8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH
3. Kemiskinan
3. Poverty
4. Tanpa akses terhadap air bersih
4. Without access to clean water
3ULRULWDV
3ULRULW\
1. Tidak memadainya produksi pangan pokok
,QVXI¿FLHQWVWDSOHIRRGSURGXFWLRQ
2. Kemiskinan
2. Poverty
3. 8QGHUZHLJKWW pada balita
8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
BAB/Chapter 6
7DEHO
7DEOH
99
Dengan overlaying peta kerentananan terhadap kerawanan pangan kronis dan peta kerentanan terhadap kerawanan
pangan sementara, kita dapat melihat daerah-daerah yang saling tumpang tindih (overlap). Hal ini akan menjadi dasar
pengembangan rencana kontijensi (contingency plan) yang lebih baik dengan melibatkan masyarakat yang terkena
UKRANH=UEJCPDARQHJAN=>EHEPUI=LKB?DNKJE?BKK@EJOA?QNEPU=J@PDARQHJAN=>EHEPUI=LKBPN=JOEPKNUBKK@EJOA?QNEPUSA?=J
OAAPDAKRANH=LLEJC=NA=O1DEOSEHH>APDA>=OEOBKNPDA@ARAHKLIAJPKB>APPAN?KJPEJCAJ?ULH=JO>UEJRKHREJCPDA=BBA?PA@
?KIIQJEPEAOEJ@EO=OPANLNAL=NA@JAOO=?PEREPEAO
bencana dalam kegiatan kesiagaan menghadapi bencana.
Karena penyebab terjadinya kerawanan pangan adalah berbeda-beda, maka cara penanggulangannya juga akan
berbeda-beda pada setiap provinsi dan kabupaten. Kabupaten dan provinsi diharapkan mengadopsi rekomendasi
berikut ini dalam usaha untuk menangani situasi kerawanan dan kerentanan pangan.
0EJ?APDA?=QOAOKBBKK@EJOA?QNEPU=NA@EBBANAJPOKHQPEKJOSEHH=HOKR=NU>ULNKREJ?A=J@@EOPNE?P!EOPNE?PO=J@LNKREJ?AO
ODKQH@=@KLPPDABKHHKSEJCNA?KIIAJ@=PEKJOEJPDAENABBKNPOPK=@@NAOOBKK@EJOA?QNEPU=J@EPORQHJAN=>EHEPU
Upaya-upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan harus ditekankan pada penyebab utama kerawanan pangan
"BBKNPOPKEILNKRABKK@OA?QNEPUODKQH@=@@NAOOPDAI=EJ?=QOAOKBBKK@EJOA?QNEPU=OLNAOAJPA@EJ=PDA@E=CN=I>AHKS
seperti yang digambarkan pada diagram di bawah ini.
Gambar 6.4: Kerangka intervensi untuk meningkatkan ketahanan pangan
!
" #!
#ECQNAġ&JPANRAJPEKJBN=IASKNGPKEILNKRABKK@OA?QNEPU
! "
#
!
$ % &$'( !
$ % )!
$ !
$ !
$
% $
&%'( % )
% $
% $
Strategi peningkatan ketahanan pangan perlu dilakukan melalui pendekatan jalur ganda (PSEJPN=?G=LLNK=?DAO) yaitu:
#KK@OA?QNEPUEILNKRAIAJPOPN=PACEAOJAA@PK>AEILHAIAJPA@PDNKQCDPSEJPN=?G=LLNK=?DAOġ
Pendekatan jangka pendek: Membangun ekonomi berbasis pertanian dan pedesaaan untuk menyediakan lapangan
1. &IIA@E=PA=LLNK=?Dġ!ARAHKLIAJPKB=CNE?QHPQN=H=J@NQN=H>=OA@A?KJKIEAOPKLNKRE@AAILHKUIAJP=J@EJ?KIAĢ
kerja dan pendapatan;
2. Pendekatan jangka menengah dan panjang: Memenuhi pangan bagi kelompok masyarakat miskin dan rawan
pangan melalui pendekatan pemberdayaan dengan melibatkan partisipasi dan peran aktif seluruh pemangku
kepentingan.
100
*A@EQIPKHKJCANPANI=LLNK=?Dġ-NKRE@ABKK@BKNPDALKKN=J@BKK@EJOA?QNA?KIIQJEPEAOPDNKQCD=JAILKSANIAJP
approach supporting active participation of villagers and various stakeholders.
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
7DEHO
7DEOH
6WUDWHJLSHQHQWXXWDPD.HWDKDQDQ3DQJDQGDQ*L]LSHU3URYLQVL
0DLQ'HWHUPLQDQWVRI)RRGDQG1XWULWLRQ6HFXULW\SHU3URYLQFH
6WUDWHJL3HQLQJNDWDQ3DQJDQGDQ*L]L
)RRGDQG1XWULWLRQ,PSURYHPHQW6WUDWHJ\
1DQJURH$FHK'DUXVVDODP
Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah
perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK (Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga), bidan desa dan
institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan
kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan
dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dengan menekankan bukan hanya kepada ibu-ibu saja tetapi juga
kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek.
7KHKLJKUDWHRIXQGHUZHLJKWDPRQJXQGHU¿YHFKLOGUHQUHTXLUHVSDUWLFXODUDWWHQWLRQRIWKHORFDOJRYHUQPHQW7KHORFDO
government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives
and other health institutions to improve access to better quality of health care and services. Health and nutrition education
VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG
should address not only the mothers but also fathers, adolescent girls, grandparents etc.
Penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan perlu ditangani secara optimal dengan melibatkan berbagai sektor
dan institusi termasuk pemerintah, sektor publik dan swasta, dan masyarakat sipil serta masyarakat miskin itu sendiri.
Pembangunan fasilitas air bersih perlu di teruskan.
The population living below the poverty line needs to be handled optimally by involving various sectors and institutions
including government, public and private sectors, civil society, communities and the people themselves. Building clean
water facilities also needs to be continued.
Intervensi utama perlu dilakukan dalam:
‡ 8QGHUZHLJKWW pada balita
‡ Kemiskinan
‡ Tanpa akses ke air bersih
Key interventions are needed in:
‡ 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH
‡ Poverty
‡ Without access to clean water
6XPDWHUD8WDUD
Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah
perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK (Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga), bidan desa dan
institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan
kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan
dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dengan menekankan bukan hanya kepada ibu-ibu saja tetapi juga
kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek.
7KHKLJKUDWHRIXQGHUZHLJKWDPRQJXQGHU¿YHFKLOGUHQUHTXLUHVSDUWLFXODUDWWHQWLRQRIWKHORFDOJRYHUQPHQW7KHORFDO
government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives
and other health institutions to improve access to better quality of health care and services. Health and nutrition education
VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG
should address not only the mothers but also fathers, adolescent girls, grandparents etc.
Akses terhadap air bersih dan listrik perlu di tingkatkan melalui pembangunan sarana air bersih dan listrik.
Access to clean water and electricity needs to be increased through building these facilities.
Intervensi utama perlu dilakukan dalam:
‡ 8QGHUZHLJKWW pada balita
‡ Kemiskinan
‡ Tanpa akses ke air bersih
‡ Tanpa akses ke listrik
Key interventions are needed in:
‡ 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH
‡ Poverty line
‡ Without access to clean water
‡ Without access to electricity
6XPDWHUD%DUDW
Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah
perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK, bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses
ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan
higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dengan
menekankan bukan hanya kepada ibu-ibu tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek.
7KHKLJKUDWHRIXQGHUZHLJKWDPRQJXQGHU¿YHFKLOGUHQUHTXLUHVSDUWLFXODUDWWHQWLRQRIWKHORFDOJRYHUQPHQW7KHORFDO
government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives
and other health institutions to improve access to better quality of health care and services. Health and nutrition education
VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG
should address not only the mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc.
Intervensi utama perlu dilakukan dalam:
‡ 8QGHUZHLJKWW pada balita
Key interventions are needed in:
‡ 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH
Riau memiliki rasio konsumsi normatif per kapita yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan produksi bersih serelianya,
hal ini menunjukkan rendahnya kecukupan pangan pokok karena kekurangan produksi pangan. Beberapa upaya perlu
GLODNXNDQXQWXNPHQLQJNDWNDQNDSDVLWDVSURGXNVLWHUXWDPDPHODOXLXSD\DSHQLQJNDWDQSURGXNWL¿WDV6HMDODQGHQJDQKDO
tersebut, promosi konsumsi makanan lokal yang ada juga perlu digalakkan.
Riau has per capita normative consumption higher than its net cereal production which indicates low staple food selfVXI¿FLHQF\GXHWRIRRGSURGXFWLRQVKRUWDJHV(IIRUWVVKRXOGEHPDGHWRLQFUHDVHSURGXFWLRQFDSDFLW\HVSHFLDOO\WKURXJK
increasing productivity. In parallel, consumption of locally available foods should be promoted.
Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah
perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK, bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses
ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan
7KHKLJKUDWHRIXQGHUZHLJKWDPRQJXQGHU¿YHFKLOGUHQUHTXLUHVSDUWLFXODUDWWHQWLRQRIWKHORFDOJRYHUQPHQW7KHORFDO
government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives
and other health institutions to improve access to better quality of health care and services. Health and nutrition education
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
101
BAB/Chapter 6
Riau
7DEHOODQMXWDQ 6WUDWHJLSHQHQWXXWDPD.HWDKDQDQ3DQJDQGDQ*L]LSHU3URYLQVL
7DEOHFRQWG 0DLQ'HWHUPLQDQWVRI)RRGDQG1XWULWLRQ6HFXULW\SHU3URYLQFH
6WUDWHJL3HQLQJNDWDQ3DQJDQGDQ*L]L
)RRGDQG1XWULWLRQ,PSURYHPHQW6WUDWHJLHV
Riau
higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dengan
menekankan bukan hanya kepada ibu-ibu tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek.
Pembangunan akses yang cukup terhadap air bersih perlu di tingkatkan.
VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG
should address not only the mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc.
Development of adequate access to clean water needs to be increased.
Intervensi utama perlu dilakukan dalam:
‡ Produksi makanan pokok yang kurang memadai
‡ 8QGHUZHLJKWW pada balita
‡ Tanpa akses ke air bersih
Key interventions are needed in:
‡ ,QVXI¿FLHQWVWDSOHIRRGSURGXFWLRQ
‡ 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH
‡ Without access to clean water
Jambi
Ketersediaan air bersih dan konsumsi pangan yang cukup merupakan dua hal yang harus dipenuhi untuk mewujudkan
ketahanan pangan rumahtangga. Oleh karena itu pemerintah perlu membangun sarana air bersih untuk memenuhi
NHEXWXKDQSHQGXGXN3HQLQJNDWDQSURGXNVLSDQJDQSHUOXGLSURPRVLNDQGHQJDQFDUDLQWHQVL¿NDVLGLYHUVL¿NDVLPDXSXQ
HNVWHQVL¿NDVLXQWXNPHPDVWLNDQEDKZDNHEXWXKDQPDV\DUDNDWWHUSHQXKLVHKLQJJDNHWDKDQDQSDQJDQSDQJDQNHOXDUJD
dapat ditingkatkan.
Adequate clean water and food consumption are areas of focus for improving household food security. Government needs
to build clean water access facilities to meet the needs of the population. Increasing food production should be promoted
WKURXJKLQWHQVL¿FDWLRQGLYHUVL¿FDWLRQDVZHOODVH[WHQVLRQWRHQVXUHWKHFRPPXQLWLHV¶QHHGVDUHIXOO\PHWDQGKRXVHKROG
food security is improved.
Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah
perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK, bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses
ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan
higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dengan
menekankan bukan hanya kepada ibu-ibu tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek.
$ KLJK UDWH RI XQGHUZHLJKW DPRQJ XQGHU¿YH FKLOGUHQ UHTXLUHV SDUWLFXODU DWWHQWLRQ RI WKH ORFDO JRYHUQPHQW 7KH ORFDO
government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives
and other health institutions to improve access to better quality of health care and services. Health and nutrition education
VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG
should address not only the mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc.
Intervensi utama perlu dilakukan dalam:
‡ Tanpa akses ke air bersih
‡ Produksi makanan pokok yang kurang memadai
‡ 8QGHUZHLJKWW pada balita
Key interventions are needed in:
‡ Without access to clean water
‡ ,QVXI¿FLHQWVWDSOHIRRGSURGXFWLRQ
‡ 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH
Sumatera Selatan
Penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan perlu ditangani secara optimal dengan melibatkan berbagai sektor dan
institusi termasuk pemerintah, sektor publik dan swasta, dan masyarakat sipil serta masyarakat miskin itu sendiri melalui
program pemberdayaan masyarakat dan pembangunan ekonomi produktif.
The population living below the poverty line needs to be handled optimally by involving various sectors and institutions
including government, public and private sectors, civil society, communities and the people themselves, through community
empowerment and productive economic development.
Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah
perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK, bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses
ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan
higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dengan
menekankan bukan hanya kepada ibu-ibu saja tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek.
Akses terhadap air bersih perlu di tingkatkan melalui pembangunan sarana air bersih.
7KHKLJKUDWHRIXQGHUZHLJKWDPRQJXQGHU¿YHFKLOGUHQUHTXLUHVSDUWLFXODUDWWHQWLRQRIWKHORFDOJRYHUQPHQW7KHORFDO
government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives
and other health institutions to improve access to better quality of health care and services. Health and nutrition education
VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG
should address not only the mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc.
Access to clean water needs to be increased through building clean water facilities.
Intervensi utama perlu dilakukan dalam:
‡ Kemiskinan
‡ 8QGHUZHLJKWW pada balita
‡ Tanpa akses ke air bersih
Key interventions are needed in:
‡ Poverty
‡ 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH
‡ Without access to clean water
%HQJNXOX
Penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan perlu ditangani secara optimal dengan melibatkan berbagai sektor dan
institusi termasuk pemerintah, sektor publik dan swasta, dan masyarakat sipil serta masyarakat miskin itu sendiri. Program
pembangunan yang berpihak pada masyarakat miskin lewat pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan dan dilaksanakan
secara efektif. Pembangunan sarana dan prasarana untuk pengentasan kemiskinan juga sangat penting untuk dilakukan.
Perhatian diperlukan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap air bersih melalui pembangunan sarana air bersih,
listrik dan pelayanan kesehatan.
102
Population living below poverty line need to be handled optimally by involving various sectors and institutions including
government, public and private sectors, civil societies, community and people themselves. A pro-poor development
programme through community empowerment can be relevant and be effectively implemented. Infrastructure development
for poverty reduction is also crucial. Attention is required to increase people’s access to clean water through building water
facilities, to electricity and health services.
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
7DEHOODQMXWDQ 6WUDWHJLSHQHQWXXWDPD.HWDKDQDQ3DQJDQGDQ*L]LSHU3URYLQVL
7DEOHFRQWG 0DLQ'HWHUPLQDQWVRI)RRGDQG1XWULWLRQ6HFXULW\SHU3URYLQFH
6WUDWHJL3HQLQJNDWDQ3DQJDQGDQ*L]L
)RRGDQG1XWULWLRQ,PSURYHPHQW6WUDWHJLHV
%HQJNXOX
Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah
perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK (Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga), bidan desa dan
institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan
kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan
dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dengan menekankan bukan hanya kepada ibu-ibu saja tetapi juga
kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek.
7KHKLJKUDWHRIXQGHUZHLJKWDPRQJXQGHU¿YHFKLOGUHQUHTXLUHVSDUWLFXODUDWWHQWLRQRIWKHORFDOJRYHUQPHQW7KHORFDO
government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives
and other health institutions to improve access to better quality of health care and services. Health and nutrition education
VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG
should address not only the mothers but also fathers, adolescent girls, grandparents etc.
Intervensi utama perlu dilakukan dalam:
‡ Kemiskinan
‡ Tanpa akses terhadap air bersih
‡ Tanpa akses terhadap listrik
‡ 8QGHUZHLJKWW pada balita
Key interventions are needed in:
‡ Poverty
‡ Without access to clean water
‡ Without access to electricity
‡ 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH
/DPSXQJ
Penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan perlu ditangani secara optimal dengan melibatkan berbagai sektor dan
institusi termasuk pemerintah, sektor publik dan swasta, dan masyarakat sipil serta masyarakat miskin itu sendiri.
The population living below the poverty line needs to be handled optimally by involving various sectors and institutions
including government, public and private sectors, civil society, communities and the people themselves.
Selain itu, pemerintah juga perlu meningkatkan akses terhadap air bersih dan listrik.
In addition, government needs to improve access to clean water and electricity.
Intervensi utama perlu dilakukan dalam:
‡ Kemiskinan
‡ Tanpa akses ke air bersih
‡ Tanpa akses ke listrik
Key interventions are needed in:
‡ Poverty
‡ Wthout access to clean water
‡ Without electricity access
%DQJND%HOLWXQJ
Bangka Belitung memiliki tingkat konsumsi normatif per kapita yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan produksi bersih
serelianya hal ini menunjukkan rendahnya kecukupan pangan pokok karena kekurangan produksi pangan. UpayaXSD\DSHUOXGLODNXNDQXQWXNPHQLQJNDWNDQNDSDVLWDVSURGXNVLNKXVXVQ\DPHODOXLSHQLQJNDWDQSURGXNWL¿WDV-LNDSRWHQVL
peningkatan produksi terbatas maka kekurangan pangan perlu dipenuhi melalui impor pangan dari daerah lain yang
surplus.
Bangka Belitung has per capita normative consumption higher than its net cereals production which indicates low staple
IRRGVHOIVXI¿FLHQF\GXHWRIRRGSURGXFWLRQVKRUWDJHV(IIRUWVVKRXOGEHPDGHWRLQFUHDVHSURGXFWLRQFDSDFLW\HVSHFLDOO\
WKURXJKLQFUHDVLQJWKHSURGXFWLYLW\,ILQFUHDVLQJSURGXFWLRQSRWHQWLDOLVOLPLWHGWKHIRRGGH¿FLWVKRXOGEHFRYHUHGWKURXJK
importing foods from other surplus areas.
Hal lain yang perlu mendapat perhatian dari Pemda adalah masih tingginya angka underweight pada balita. Pemda perlu
menggerakan kembali peran Posyandu, PKK, Bidan Desa, serta lembaga-lembaga pelayanan kesehatan lainnya untuk
meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Pendidikan mengenai kesehatan dan gizi perlu
diintensifkan untuk meningkatkan higiene, ppola pengasuhan dan praktek pemberiaan makan dengan menggunakan
berbagai macam sarana komunikasi dan tidak hanya terbatas pada ibu-ibu saja, akan tetapi juga mencakup bapak, remaja
putri dan kakek-nenek.
$KLJKUDWHRIXQGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YHUHTXLUHVSDUWLFXODUDWWHQWLRQIURPWKHORFDOJRYHUQPHQW7KHORFDO
government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives
and other health institutions to improve access to a better quality of health care and services. Health and nutrition education
VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG
should address not only mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc.
Intervensi utama perlu dilakukan dalam:
‡ Tidak memadainya produksi pangan pokok
‡ 8QGHUZHLJKWW pada balita
Key interventions are needed in:
‡ ,QVXI¿FLHQWVWDSOHIRRGSURGXFWLRQ
‡ 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH
Kepulauan Riau memiliki tingkat konsumsi normatif per kapita yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan produksi bersih
serelianya, hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat kekurangan produksi pangan. Beberapa upaya yang perlu dilakukan
XQWXN PHQLQJNDWNDQ NDSDVLWDV SURGXNVL NKXVXVQ\D PHODOXL XSD\D SHQLQJNDWDQ SURGXNWL¿WDV SHQJJXQDDQ ELELW XQJJXO
atau peningkatan luas areal. Jika potensi peningkatan produksi terbatas, maka kekurangan pangan harus dipenuhi melalui
impor makanan dari daerah lain yang surplus.
Kepulauan Riau has per capita normative consumption higher than its net cereal production which indicates low staple
IRRGVHOIVXI¿FLHQF\GXHWRIRRGSURGXFWLRQVKRUWDJHV(IIRUWVVKRXOGEHPDGHWRLQFUHDVHSURGXFWLRQFDSDFLW\HVSHFLDOO\
through increasing the productivity, using good quality seeds or increasing cultivation areas. If increasing production
SRWHQWLDOLVOLPLWHGWKHIRRGGH¿FLWVKRXOGEHFRYHUHGWKURXJKLPSRUWLQJIRRGVIURPRWKHUVXUSOXVDUHDV
Intervensi utama perlu dilakukan dalam:
‡ Produksi makanan pokok yang kurang memadai
Key interventions are needed in:
‡ Insuffcient staple food production
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
103
BAB/Chapter 6
Kepulauan Riau
7DEHOODQMXWDQ 6WUDWHJLSHQHQWXXWDPD.HWDKDQDQ3DQJDQGDQ*L]LSHU3URYLQVL
7DEOHFRQWG 0DLQ'HWHUPLQDQWVRI)RRGDQG1XWULWLRQ6HFXULW\SHU3URYLQFH
6WUDWHJL3HQLQJNDWDQ3DQJDQGDQ*L]L
)RRGDQG1XWULWLRQ,PSURYHPHQW6WUDWHJLHV
-DZD%DUDW
Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah
perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK, bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses
ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan
higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dengan
menekankan bukan hanya kepada ibu-ibu saja tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek.
$ KLJK UDWH RI XQGHUZHLJKW DPRQJ XQGHU¿YH FKLOGUHQ UHTXLUHV SDUWLFXODU DWWHQWLRQ RI WKH ORFDO JRYHUQPHQW 7KH ORFDO
government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives
and other health institutions to improve access to better quality of health care and services. Health and nutrition education
VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG
should address not only the mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc.
Intervensi utama perlu dilakukan dalam:
‡ 8QGHUZHLJKWW pada balita
Key interventions are needed in:
‡ 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH
-DZD7HQJDK
Penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan perlu ditangani secara optimal dengan melibatkan berbagai sektor dan
institusi termasuk pemerintah, sektor publik dan swasta, dan masyarakat sipil serta masyarakat miskin itu sendiri.
The population living below the poverty line needs to be handled optimally by involving various sectors and institutions
including government, public and private sectors, civil society, communities and the people themselves.
Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah
perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK, bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses
ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan
higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dengan
menekankan bukan hanya kepada ibu-ibu saja tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek.
$ KLJK UDWH RI XQGHUZHLJKW DPRQJ XQGHU¿YH FKLOGUHQ UHTXLUHV SDUWLFXODU DWWHQWLRQ RI WKH ORFDO JRYHUQPHQW 7KH ORFDO
government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives
and other health institutions to improve access to a better quality of health care and services. Health and nutrition education
VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG
should address not only the mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc.
Hal lain yang perlu mendapat prioritas adalah rendahnya tingkat pendidikan perempuan. Program pendidikan, baik formal
(program pendidikan 9 tahun, pendidikan gratis) dan pendidikan non-formal (Kejar Paket A, B dan Bimbingan Masyarakat)
perlu di diperhatikan dan dilaksanakan.
Another focus of attention is the low female education level. Education programmes, both formal (nine-year education
programmes, free education) and informal education (Chase Package A, B, and community guidance) need to be
considered and implemented.
Intervensi utama perlu dilakukan dalam:
‡ Kemiskinan
‡ 8QGHUZHLJKWW pada balita
‡ Perempuan Buta Huruf
Key interventions are needed in:
‡ Poverty
‡ 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH
‡ Female illiteracy
',<RJ\DNDUWD
Penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan perlu ditangani secara optimal dengan melibatkan berbagai sektor dan
institusi termasuk pemerintah, sektor publik dan swasta, dan masyarakat sipil serta masyarakat miskin itu sendiri.
The population living below the poverty line needs to be handled optimally by involving various sectors and institutions
including government, public and private sectors, civil societies, community and people themselves.
Hal lain yang perlu mendapat prioritas adalah rendahnya tingkat pendidikan perempuan. Program pendidikan, baik formal
(program pendidikan 9 tahun, pendidikan gratis) dan pendidikan non-formal (Kejar Paket A, B dan Bimbingan Masyarakat)
perlu di diperhatikan dan dilaksanakan.
Another focus of attention is the low female education level. Education programmes, both formal (nine-year education
programmes, free education) and informal education (Chase Package A, B, and community guidance) need to be
considered and implemented.
Intervensi utama perlu dilakukan dalam:
‡ Kemiskinan
‡ Perempuan Buta Huruf
Key interventions are needed in:
‡ Poverty
‡ Female illiteracy
-DZD7LPXU
Penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan perlu ditangani secara optimal dengan melibatkan berbagai sektor dan
institusi termasuk pemerintah, sektor publik dan swasta, dan masyarakat sipil serta masyarakat miskin itu sendiri.
The population living below the poverty line needs to be handled optimally by involving various sectors and institutions
including government, public and private sectors, civil society, communities and the people themselves.
Tingginya angka underweight pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah
perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK, bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses
ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan
higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dan tidak
hanya terbatas kepada ibu-ibu saja tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek.
$ KLJK UDWH RI XQGHUZHLJKW DPRQJ XQGHU¿YH FKLOGUHQ UHTXLUHV SDUWLFXODU DWWHQWLRQ RI WKH ORFDO JRYHUQPHQW 7KH ORFDO
government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives
and other health institutions to improve access to a better quality of health care and services. Health and nutrition education
VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG
should address not only the mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc.
Hal lain yang perlu mendapat prioritas adalah rendahnya tingkat pendidikan perempuan. Program pendidikan, baik formal
(program pendidikan 9 tahun, pendidikan gratis) dan pendidikan non-formal (Kejar Paket A, B dan Bimbingan Masyarakat)
perlu di diperhatikan dan dilaksanakan.
Another focus of attention is the low female education level. Education programmes, both formal (nine-year education
programmes, free education) and informal education (Chase Package A, B, and community guidance) need to be
considered and implemented.
104
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
7DEHOODQMXWDQ 6WUDWHJLSHQHQWXXWDPD.HWDKDQDQ3DQJDQGDQ*L]LSHU3URYLQVL
7DEOHFRQWG 0DLQ'HWHUPLQDQWVRI)RRGDQG1XWULWLRQ6HFXULW\SHU3URYLQFH
6WUDWHJL3HQLQJNDWDQ3DQJDQGDQ*L]L
)RRGDQG1XWULWLRQ,PSURYHPHQW6WUDWHJLHV
-DZD7LPXU
Intervensi utama perlu dilakukan dalam:
‡ Kemiskinan
‡ 8QGHUZHLJKWW pada balita
‡ Perempuan Buta Huruf
‡ Rendahnya angka harapan hidup pada saat lahir
Key interventions are needed in:
‡ Poverty
‡ 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH
‡ Female illiteracy
‡ Low life expectancy at birth
%DQWHQ
Banten memiliki tingkat konsumsi normatif per kapita yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan produksi bersih serelianya
hal ini menunjukkan rendahnya kecukupan pangan pokok karena kekurangan produksi pangan. Upaya-upaya perlu
GLODNXNDQXQWXNPHQLQJNDWNDQNDSDVLWDVSURGXNVLPLVDOQ\DPHODOXLSHQLQJNDWDQSURGXNWL¿WDVSHQJJXQDDQELELWXQJJXO
atau peningkatan luas areal sehingga terjadi peningkatan kapasitas produksi.
Banten has a per capita normative consumption higher than its net cereals production which indicates low staple food
VHOIVXI¿FLHQF\ GXH WR IRRG SURGXFWLRQ VKRUWDJHV (IIRUWV VKRXOG EH PDGH WR LQFUHDVH SURGXFWLRQ FDSDFLW\ HVSHFLDOO\
through increasing the production capacity such as increasing the productivity, using good quality seeds, or increasing the
cultivation area.
Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian dari Pemda. Pemda perlu menggerakan kembali
peran Posyandu, PKK, Bidan Desa, serta lembaga-lembaga pelayanan kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses
ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Pendidikan mengenai kesehatan dan gizi perlu diintensifkan untuk
meningkatkan higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai macam sarana
komunikasi dan tidak hanya terbatas pada ibu-ibu saja, akan tetapi juga mencakup bapak, remaja putri dan kakeknenek.
$ KLJK UDWH RI XQGHUZHLJKW DPRQJ FKLOGUHQ XQGHU ¿YH UHTXLUHV SDUWLFXODU DWWHQWLRQ RI WKH ORFDO JRYHUQPHQW 7KH ORFDO
government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives
and other health institutions to improve access to a better quality of health care and services. Health and nutrition education
VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG
should address not only the mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc.
Intervensi utama perlu dilakukan dalam:
‡ Tidak memadainya produksi pangan pokok
‡ 8QGHUZHLJKWW pada balita
‡ Rendahnya angka harapan hidup pada saat lahir
Key interventions are needed in:
‡ ,QVXI¿FLHQWVWDSOHIRRGSURGXFWLRQ
‡ 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH
‡ Low life expectancy at birth
%DOL
Ketahanan pangan di provinsi Bali relatif terjamin seperti yang terlihat dari semua indikator ketahanan pangan. Bali harus
melanjutkan usaha-usaha terbaiknya untuk memelihara tingkat komitmen saat ini, untuk meningkatkan kondisinya. Akan
tetapi, rendahnya angka melek huruf perempuan perlu mendapatkan perhatian dan hal ini harus mendapat prioritas untuk
meningkatkannya.
Food security in Bali is relatively satisfactory as indicated by various food security indicators. Bali should continue its efforts
to maintain the current commitment level and reinforce its achievements. However, low female literacy remains a concern
and adequate attention to improve it should be given.
Intervensi utama perlu dilakukan dalam:
‡ Perempuan Buta Huruf
Key interventions are needed in:
‡ Female Illiteracy
Penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan perlu ditangani secara optimal dengan melibatkan berbagai sektor dan
institusi termasuk pemerintah, sektor publik dan swasta, dan masyarakat sipil serta masyarakat miskin itu sendiri melalui
program pemberdayaan masyarakat dan pembangunan ekonomi produktif.
The population living below the poverty line needs to be handled optimally by involving various sectors and institutions
including government, public and private sectors, civil society, communities and the people themselves, through community
empowerment and productive economic development.
Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian dari Pemda. Pemda perlu menggerakan kembali
peran Posyandu, PKK, Bidan Desa, serta lembaga-lembaga pelayanan kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses
ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Pendidikan mengenai kesehatan dan gizi perlu diintensifkan untuk
meningkatkan higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai macam sarana
komunikasi dan tidak hanya terbatas pada ibu-ibu saja, akan tetapi juga mencakup bapak, remaja putri dan kakeknenek.
$ KLJK UDWH RI XQGHUZHLJKW DPRQJ XQGHU¿YH FKLOGUHQ UHTXLUHV SDUWLFXODU DWWHQWLRQ RI WKH ORFDO JRYHUQPHQW 7KH ORFDO
government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives
and other health institutions to improve access to a better quality of health care and services. Health and nutrition education
VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG
should address not only the mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc.
Hal lain yang perlu mendapat prioritas adalah rendahnya tingkat pendidikan perempuan. Program pendidikan, baik formal
(program pendidikan 9 tahun, pendidikan gratis) dan pendidikan non-formal (Kejar Paket A, B dan Bimbingan Masyarakat)
perlu diperhatikan dan dilaksanakan.
Another focus of attention is the low female education level. Education programmes, both formal (nine-year education
programmes, free education) and informal education (Chase Package A, B, and community guidance) need to be
considered and implemented.
Intervensi utama perlu dilakukan dalam:
‡ Kemiskinan
‡ 8QGHUZHLJKWW pada balita
Key interventions are needed in:
‡ Poverty
‡ 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
105
BAB/Chapter 6
1XVD7HQJJDUD%DUDW
7DEHOODQMXWDQ 6WUDWHJLSHQHQWXXWDPD.HWDKDQDQ3DQJDQGDQ*L]LSHU3URYLQVL
7DEOHFRQWG 0DLQ'HWHUPLQDQWVRI)RRGDQG1XWULWLRQ6HFXULW\SHU3URYLQFH
6WUDWHJL3HQLQJNDWDQ3DQJDQGDQ*L]L
)RRGDQG1XWULWLRQ,PSURYHPHQW6WUDWHJLHV
1XVD7HQJJDUD%DUDW
‡
‡
Rendahnya angka harapan hidup pada saat lahir
Perempuan Buta Huruf
‡
‡
Low life expectancy at birth
Female illiteracy
1XVD7HQJJDUD7LPXU
Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah
perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK, bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses
ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan
higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dan tidak
hanya terbatas kepada ibu-ibu saja tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek.
$YHU\KLJKUDWHRIXQGHUZHLJKWDPRQJXQGHU¿YHFKLOGUHQUHTXLUHVSDUWLFXODUDWWHQWLRQRIWKHORFDOJRYHUQPHQW7KHORFDO
government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives
and other health institutions to improve access to a better quality of health care and services. Health and nutrition education
VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG
should address not only the mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc.
$NVHV\DQJFXNXSWHUKDGDSOLVWULNGDQDLUEHUVLK\DQJSHUOXGLWLQJNDWNDQVHFDUDGLJQL¿NDQ
$GHTXDWHDFFHVVWRHOHFWULFLW\DQGFOHDQZDWHUQHHGVWREHVLJQL¿FDQWO\LPSURYHG
Penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan perlu ditangani secara optimal dengan melibatkan berbagai sektor dan
institusi termasuk pemerintah, sektor publik dan swasta, dan masyarakat sipil serta masyarakat miskin itu sendiri melalui
program pemberdayaan masyarakat dan pembangunan ekonomi produktif.
The population living below the poverty line needs to be handled optimally by involving various sectors and institutions
including government, public and private sectors, civil society, communities and the people themselves, through community
empowerment and productive economic development.
Intervensi utama perlu dilakukan dalam:
‡ 8QGHUZHLJKWW pada balita
‡ Tanpa akses ke listrik
‡ Kemiskinan
‡ Tanpa akses ke air bersih
Key interventions are needed in:
‡ 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH
‡ Wihout access to electricity
‡ Poverty
‡ Without access to clean water
.DOLPDQWDQ%DUDW
Akses terhadap air bersih, jalan dan listrik perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah.
Pemerintah perlu membangun sarana air bersih, membangun/merehabilitasi jalan dan memperluas akses terhadap listrik
agar dapat memenuhi kebutuhan penduduk.
Access to clean water, roads and electricity requires particular attention from the local government. Government needs
WREXLOGFOHDQZDWHUDFFHVVIDFLOLWLHVFRQVWUXFWRUUHKDELOLWDWHURDGVDQGH[WHQGHOHFWULFLW\DFFHVVWRIXO¿OWKHQHHGVRIWKH
population.
Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah
perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK, bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses
ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan
higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dengan
menekankan bukan hanya kepada ibu-ibu tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek.
$ KLJK UDWH RI XQGHUZHLJKW DPRQJ FKLOGUHQ XQGHU ¿YH UHTXLUHV SDUWLFXODU DWWHQWLRQ RI WKH ORFDO JRYHUQPHQW 7KH ORFDO
government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives
and other health institutions to improve access to a better quality of health care and services. Health and nutrition education
VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG
should address not only the mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc.
Intervensi utama perlu dilakukan dalam:
‡ Tanpa akses ke air bersih
‡ Tanpa akses penghubung yang memadai
‡ 8QGHUZHLJKWW pada balita
‡ Tanpa akses ke listrik
Key interventions are needed in:
‡ Without access to clean water
‡ Without adequate connection access
‡ 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH
‡ Without electricity access
.DOLPDQWDQ7HQJDK
Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah
perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK, bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses
ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan
higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dengan
menekankan bukan hanya kepada ibu-ibu tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek.
$ KLJK UDWH RI XQGHUZHLJKW DPRQJ FKLOGUHQ XQGHU ¿YH UHTXLUHV SDUWLFXODU DWWHQWLRQ RI WKH ORFDO JRYHUQPHQW 7KH ORFDO
government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives
and other health institutions to improve access to a better quality of health care and services. Health and nutrition education
VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG
should address not only the mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc.
Akses terhadap air bersih, jalan dan listrik perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah perlu
membangun sarana air bersih, membangun/merehabilitasi jalan dan memperluas akses terhadap listrik agar dapat
memenuhi kebutuhan penduduk.
Access to clean water, roads and electricity requires particular attention from the local government. Government needs
WREXLOGFOHDQZDWHUDFFHVVIDFLOLWLHVFRQVWUXFWRUUHKDELOLWDWHURDGVDQGH[WHQGHOHFWULFLW\DFFHVVWRIXO¿OWKHQHHGVRIWKH
population.
106
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
7DEHOODQMXWDQ 6WUDWHJLSHQHQWXXWDPD.HWDKDQDQ3DQJDQGDQ*L]LSHU3URYLQVL
7DEOHFRQWG 0DLQ'HWHUPLQDQWVRI)RRGDQG1XWULWLRQ6HFXULW\SHU3URYLQFH
6WUDWHJL3HQLQJNDWDQ3DQJDQGDQ*L]L
)RRGDQG1XWULWLRQ,PSURYHPHQW6WUDWHJLHV
.DOLPDQWDQ7HQJDK
Intervensi utama perlu dilakukan dalam:
‡ 8QGHUZHLJKWW pada balita
‡ Tanpa akses ke air bersih
‡ Tanpa akses ke listrik
‡ Tanpa akses penghubung yang memadai
Key interventions are needed in:
‡ 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH
‡ Without access to clean water
‡ Without access to electricity
‡ Without adequate access by road
Kalimantan Selatan
Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah
perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK, bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses
ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan
higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dengan
menekankan bukan hanya kepada ibu-ibu tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek.
$ KLJK UDWH RI XQGHUZHLJKW DPRQJ FKLOGUHQ XQGHU ¿YH UHTXLUHV SDUWLFXODU DWWHQWLRQ RI WKH ORFDO JRYHUQPHQW 7KH ORFDO
government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives
and other health institutions to improve access to a better quality of health care and services. Health and nutrition education
VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG
should address not only the mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc.
Air bersih dan konsumsi pangan yang cukup merupakan dua hal yang harus dipenuhi untuk mewujudkan ketahanan pangan
rumahtangga. Oleh karena itu Pemerintah perlu membangun sarana air bersih untuk memenuhi kebutuhan penduduk.
Adequate clean water and food consumption are areas of focus for improving household food security. Government needs
WREXLOGFOHDQZDWHUDFFHVVIDFLOLWLHVWRIXO¿OWKHQHHGVRIWKHSRSXODWLRQ
Intervensi utama perlu dilakukan dalam:
‡ 8QGHUZHLJKWW pada balita
‡ Angka harapan hidup pada saat lahir
‡ Tanpa akses ke air bersih
Key interventions are needed in:
‡ 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH
‡ Low life expectancy at birth
‡ Without access to clean water
Kalimantan Timur
Akses terhadap air bersih, jalan dan listrik perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah.
Pemerintah perlu membangun sarana air bersih, membangun atau merehabilitasi jalan dan memperluas akses terhadap
listrik agar dapat memenuhi kebutuhan penduduk.
Access to clean water, roads and electricity requires particular attention from the local government. Government needs
WREXLOGFOHDQZDWHUDFFHVVIDFLOLWLHVFRQVWUXFWRUUHKDELOLWDWHURDGVDQGH[WHQGHOHFWULFLW\DFFHVVWRIXO¿OWKHQHHGVRIWKH
population.
Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah
perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK, bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses
ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan
higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dengan
menekankan bukan hanya kepada ibu-ibu tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek.
$ KLJK UDWH RI XQGHUZHLJKW DPRQJ FKLOGUHQ XQGHU ¿YH UHTXLUHV SDUWLFXODU DWWHQWLRQ RI WKH ORFDO JRYHUQPHQW 7KH ORFDO
government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives
and other health institutions to improve access to a better quality of health care and services. Health and nutrition education
VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG
should address not only the mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc.
Intervensi utama perlu dilakukan dalam:
‡ Tanpa akses ke air bersih
‡ 8QGHUZHLJKWW pada balita
‡ Tanpa akses penghubung yang memadai
Key interventions are needed in:
‡ Without access to clean water
‡ 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH
‡ Without adequate access by road
Sulawesi Utara memiliki tingkat konsumsi normatif per kapita yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan produksi bersih
serelianya, hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat kekurangan produksi pangan. Beberapa upaya perlu dilakukan
XQWXNPHQLQJNDWNDQNDSDVLWDVSURGXNVLWHUXWDPDPHODOXLXSD\DSHQLQJNDWDQSURGXNWL¿WDV6HMDODQGHQJDQKDOWHUVHEXW
promosi konsumsi makanan lokal yang ada juga perlu digalakkan
6XODZHVL 8WDUD KDV SHU FDSLWD QRUPDWLYH FRQVXPSWLRQ KLJKHU WKDQ LWV QHW FHUHDO SURGXFWLRQ ZKLFK LQGLFDWHV ORZ VWDSOH
IRRGVHOIVXI¿FLHQF\GXHWRIRRGSURGXFWLRQVKRUWDJHV(IIRUWVVKRXOGEHPDGHWRLQFUHDVHSURGXFWLRQFDSDFLW\HVSHFLDOO\
through increasing the productivity. In parallel, consumption of locally available foods should be promoted.
Intervensi utama perlu dilakukan dalam:
‡ Produksi makanan pokok yang kurang memadai
Key interventions are needed in:
‡ ,QVXI¿FLHQWVWDSOHIRRGSURGXFWLRQ
6XODZHVL7HQJDK
Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah
perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK, bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
$ KLJK UDWH RI XQGHUZHLJKW DPRQJ FKLOGUHQ XQGHU ¿YH UHTXLUHV SDUWLFXODU DWWHQWLRQ RI WKH ORFDO JRYHUQPHQW 7KH ORFDO
government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives
107
BAB/Chapter 6
6XODZHVL8WDUD
7DEHOODQMXWDQ 6WUDWHJLSHQHQWXXWDPD.HWDKDQDQ3DQJDQGDQ*L]LSHU3URYLQVL
7DEOHFRQWG 0DLQ'HWHUPLQDQWVRI)RRGDQG1XWULWLRQ6HFXULW\SHU3URYLQFH
6WUDWHJL3HQLQJNDWDQ3DQJDQGDQ*L]L
)RRGDQG1XWULWLRQ,PSURYHPHQW6WUDWHJLHV
6XODZHVL7HQJDK
ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan
higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dengan
menekankan bukan hanya kepada ibu-ibu tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek.
and other health institutions to improve access to a better quality of health care and services. Health and nutrition education
VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG
should address not only the mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc.
Penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan perlu ditangani secara optimal dengan melibatkan berbagai sektor dan
institusi termasuk pemerintah, sektor publik dan swasta, dan masyarakat sipil serta masyarakat miskin itu sendiri melalui
program pemberdayaan masyarakat dan pembangunan ekonomi produktif.
The population living below the poverty line needs to be handled optimally by involving various sectors and institutions
including government, public and private sectors, civil society, communities and the people themselves, through community
empowerment and productive economic development.
Pembangunan akses listrik yang memadai perlu terus ditingkatkan.
Development of adequate access to electricity needs to be continuously improved.
Intervensi utama perlu dilakukan dalam:
‡ 8QGHUZHLJKWW pada balita
‡ Kemiskinan
‡ Tanpa akses ke Listrik
Key interventions are needed in:
‡ 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH
‡ Poverty
‡ Without access to electricity
6XODZHVL6HODWDQ
Perempuan buta huruf di Sulawesi Selatan masih tinggi. Perhatian khusus diperlukan untuk meningkatkan tingkat
pendidikan perempuan. Program pendidikan, baik formal (program pendidikan 9 tahun, pendidikan gratis) dan pendidikan
non-formal (Kejar Paket A, B dan Bimbingan Masyarakat) perlu di diperhatikan dan dilaksanakan.
Female illiteracy rates in Sulawesi Selatan are still high. Particular attention should be focused on improving low female
education level. Education programmes, both formal (nine-year education programmes, free education) and informal
education (Chase Package A, B, and community guidance) need to be considered and implemented.
Penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan perlu ditangani secara optimal dengan melibatkan berbagai sektor dan
institusi termasuk pemerintah, sektor publik dan swasta, dan masyarakat sipil serta masyarakat miskin itu sendiri melalui
program pemberdayaan masyarakat dan pembangunan ekonomi produktif.
The population living below the poverty line needs to be handled optimally by involving various sectors and institutions
including government, public and private sectors, civil societies, community and people themselves, through community
empowerment and productive economic development.
Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah
perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK, bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses
ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan
higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dengan
menekankan bukan hanya kepada ibu-ibu tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek.
$ KLJK UDWH RI XQGHUZHLJKW DPRQJ FKLOGUHQ XQGHU ¿YH UHTXLUHV SDUWLFXODU DWWHQWLRQ RI WKH ORFDO JRYHUQPHQW 7KH ORFDO
government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives
and other health institutions to improve access to a better quality of health care and services. Health and nutrition education
VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG
should address not only the mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc.
Intervensi utama perlu dilakukan dalam:
‡ Perempuan Buta Huruf
‡ Kemiskinan
‡ 8QGHUZHLJKWW pada balita
Key interventions are needed in:
‡ Female illiteracy
‡ Poverty
‡ 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH
6XODZHVL7HQJJDUD
Penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan perlu ditangani secara optimal dengan melibatkan berbagai sektor dan
institusi termasuk pemerintah, sektor publik dan swasta, dan masyarakat sipil serta masyarakat miskin itu sendiri melalui
program pemberdayaan masyarakat dan pembangunan ekonomi produktif.
The population living below the poverty line needs to be handled optimally by involving various sectors and institutions
including government, public and private sectors, civil societies, community and people themselves, through community
empowerment and productive economic development.
Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah
perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK, bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses
ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan
higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dengan
menekankan bukan hanya kepada ibu-ibu saja tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek.
$ KLJK UDWH RI XQGHUZHLJKW DPRQJ FKLOGUHQ XQGHU ¿YH UHTXLUHV SDUWLFXODU DWWHQWLRQ RI WKH ORFDO JRYHUQPHQW 7KH ORFDO
government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives
and other health institutions to improve access to a better quality of health care and services. Health and nutrition education
VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG
should address not only the mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc. Family Welfare Empowerment
Pembangunan akses listrik yang memadai perlu terus ditingkatkan.
Development of adequate access to electricity needs to be continuously improved.
Intervensi utama perlu dilakukan dalam:
‡ Kemiskinan
‡ 8QGHUZHLJKWW pada balita
‡ Tanpa akses ke Listrik
Key interventions are needed in:
‡ Poverty
‡ 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH
‡ Without access to electricity
108
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
7DEHOODQMXWDQ 6WUDWHJLSHQHQWXXWDPD.HWDKDQDQ3DQJDQGDQ*L]LSHU3URYLQVL
7DEOHFRQWG 0DLQ'HWHUPLQDQWVRI)RRGDQG1XWULWLRQ6HFXULW\SHU3URYLQFH
6WUDWHJL3HQLQJNDWDQ3DQJDQGDQ*L]L
)RRGDQG1XWULWLRQ,PSURYHPHQW6WUDWHJLHV
*RURQWDOR
Penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan perlu ditangani secara optimal dengan melibatkan berbagai sektor dan
institusi termasuk pemerintah, sektor publik dan swasta, dan masyarakat sipil serta masyarakat miskin itu sendiri.
The population living below the poverty line needs to be handled optimally by involving various sectors and institutions
including government, public and private sectors, civil societies, community and people themselves.
Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah
perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK, bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses
ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan
higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dengan
menekankan bukan hanya kepada ibu-ibu saja tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek.
$ KLJK UDWH RI XQGHUZHLJKW DPRQJ FKLOGUHQ XQGHU ¿YH UHTXLUHV SDUWLFXODU DWWHQWLRQ RI WKH ORFDO JRYHUQPHQW 7KH ORFDO
government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives
and other health institutions to improve access to a better quality of health care and services. Health and nutrition education
VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG
should address not only the mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc.
Intervensi utama perlu dilakukan dalam:
‡ Kemiskinan
‡ 8QGHUZHLJKWW pada balita
Key interventions are needed in:
‡ Poverty
‡ 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH
6XODZHVL%DUDW
Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah
perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK, bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses
ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan
higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dengan
menekankan bukan hanya kepada ibu-ibu saja tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek.
$ KLJK UDWH RI XQGHUZHLJKW DPRQJ FKLOGUHQ XQGHU ¿YH UHTXLUHV SDUWLFXODU DWWHQWLRQ RI WKH ORFDO JRYHUQPHQW 7KH ORFDO
government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives
and other health institutions to improve access to a better quality of health care and services. Health and nutrition education
VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG
should address not only the mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc.
Intervensi utama perlu dilakukan dalam:
‡ 8QGHUZHLJKWW pada balita
Key interventions are needed in:
‡ 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH
Penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan perlu ditangani secara optimal dengan melibatkan berbagai sektor dan
institusi termasuk pemerintah, sektor publik dan swasta, dan masyarakat sipil serta masyarakat miskin itu sendiri.
The population living below the poverty line needs to be handled optimally by involving various sectors and institutions
including government, public and private sectors, civil societies, community and people themselves.
Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah
perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK, bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses
ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan
higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dengan
menekankan bukan hanya kepada ibu-ibu tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek.
$ KLJK UDWH RI XQGHUZHLJKW DPRQJ FKLOGUHQ XQGHU ¿YH UHTXLUHV SDUWLFXODU DWWHQWLRQ RI WKH ORFDO JRYHUQPHQW 7KH ORFDO
government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives
and other health institutions to improve access to a better quality of health care and services. Health and nutrition education
VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG
should address not only the mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc.
Pembangunan dan rehabilitasi sarana prasarana seperti jalan, listrik dan pelayanan kesehatan perlu terus ditingkatkan.
Construction and rehabilitation of infrastructure such as roads, electricity and health facilities needs to be increased.
'DULVHNWRUSHUWDQLDQSHQLQJNDWDQSURGXNVLSHUOXWHUXVGLWLQJNDWNDQEDLNPHODOXLXVDKDLQWHQVL¿NDVLHNVWHQVL¿NDVLGDQ
peningkatan sarana prasarana pertanian.
,QWKHDJULFXOWXUDOVHFWRUSURGXFWLRQQHHGVWREHLQFUHDVHGWKURXJKLQWHQVL¿FDWLRQDQGH[WHQVLRQHIIRUWVDQGDJULFXOWXUH
infrastructure improvement.
Intervensi utama perlu dilakukan dalam:
‡ Kemiskinan
‡ 8QGHUZHLJKWpada balita
‡ Tanpa akses penghubung yang memadai
‡
Produksi makanan pokok yang kurang memadai
‡ Tanpa akses ke listrik
Key interventions are needed in:
‡ Poverty
‡ 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH
‡ Without adequate access by road
‡ ,QVXI¿FLHQWVWDSOHIRRGSURGXFWLRQ
‡ Without access to electricity
0DOXNX8WDUD
3HQLQJNDWDQ SURGXNVL SHUOX WHUXV GLWLQJNDWNDQ EDLN PHODOXL XVDKD LQWHQVL¿NDVL HNVWHQVL¿NDVL GDQ SHQLQJNDWDQ VDUDQD
prasarana pertanian. Akses terhadap listrik dan penghubung yang memadai perlu terus ditingkatkan.
)RRG SURGXFWLRQ QHHGV WR EH LQFUHDVHG WKURXJK LQWHQVL¿FDWLRQ DQG H[WHQVLRQ HIIRUWV DQG YLD DJULFXOWXUH LQIUDVWUXFWXUH
improvement. Access to electricity and adequate access by road needs to be increased.
Penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan perlu ditangani secara optimal dengan melibatkan berbagai sektor dan
institusi termasuk pemerintah, sektor publik dan swasta, dan masyarakat sipil serta masyarakat miskin itu sendiri.
The population living below the poverty line needs to be handled optimally by involving various sectors and institutions
including government, public and private sectors, civil societies, community and people themselves.
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
109
BAB/Chapter 6
0DOXNX
7DEHOODQMXWDQ 6WUDWHJLSHQHQWXXWDPD.HWDKDQDQ3DQJDQGDQ*L]LSHU3URYLQVL
7DEOHFRQWG 0DLQ'HWHUPLQDQWVRI)RRGDQG1XWULWLRQ6HFXULW\SHU3URYLQFH
6WUDWHJL3HQLQJNDWDQ3DQJDQGDQ*L]L
)RRGDQG1XWULWLRQ,PSURYHPHQW6WUDWHJLHV
0DOXNX8WDUD
Intervensi utama perlu dilakukan dalam:
‡ Produksi makanan pokok yang kurang memadai
‡ Tanpa akses ke listrik
‡ Tanpa akses penghubung yang memadai
‡ Kemiskinan
Key interventions are needed in:
‡ ,QVXI¿FLHQWVWDSOHIRRGSURGXFWLRQ
‡ Without access to electricity
‡ Without adequate access by road
‡ Poverty
3DSXD%DUDW
Papua Barat memiliki tingkat konsumsi normatif per kapita yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan produksi bersih
serelianya, hal ini menunjukkan rendahnya kecukupan pangan pokok karena kekurangan produksi pangan. Beberapa
XSD\DSHUOXGLODNXNDQXQWXNPHQLQJNDWNDQNDSDVLWDVSURGXNVLWHUXWDPDPHODOXLXSD\DSHQLQJNDWDQSURGXNWL¿WDV6HMDODQ
dengan hal tersebut, promosi konsumsi makanan lokal yang ada juga perlu digalakkan.
Papua Barat has per capita normative consumption higher than its net cereal production which indicates low staple food
VHOIVXI¿FLHQF\ GXH WR IRRG SURGXFWLRQ VKRUWDJHV (IIRUWV VKRXOG EH PDGH WR LQFUHDVH SURGXFWLRQ FDSDFLW\ HVSHFLDOO\
through increasing the productivity. In parallel, consumption of locally available foods should be promoted.
Penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan perlu ditangani secara optimal dengan melibatkan berbagai sektor dan
institusi termasuk pemerintah, sektor publik dan swasta, dan masyarakat sipil serta masyarakat miskin itu sendiri melalui
program pemberdayaan masyarakat dan pembangunan ekonomi produktif.
The population living below the poverty line needs to be handled optimally by involving various sectors and institutions
including government, public and private sectors, civil societies, community and people themselves, through community
empowerment and productive economic development.
Pembangunan akses yang cukup terhadap listrik, air bersih, dan fasilitas transportasi perlu ditingkatkan.
Development of adequate access to electricity, clean water, and transportation facilities needs to be increased.
Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah
perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK, bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses
ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan
higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dengan
menekankan bukan hanya kepada ibu-ibu tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek.
$YHU\KLJKUDWHRIXQGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YHUHTXLUHVSDUWLFXODUDWWHQWLRQRIWKHORFDOJRYHUQPHQW7KHORFDO
government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives
and other health institutions to improve access to a better quality of health care and services. Health and nutrition education
VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG
should address not only the mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc.
Intervensi utama perlu dilakukan dalam:
‡ Produksi makanan pokok yang kurang memadai
‡ Kemiskinan
‡ Tanpa akses penghubung yang cukup
‡ Tanpa akses ke listrik
‡ 8QGHUZHLJKWW pada balita
Key interventions are needed in:
‡ ,QVXI¿FLHQWVWDSOHIRRGSURGXFWLRQ
‡ Poverty
‡ Without adequate access by road
‡ Without access to electricity
‡ 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH
Papua
Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah
perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK, bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses
ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan
higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dengan
menekankan bukan hanya kepada ibu-ibu tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek.
$YHU\KLJKUDWHRIXQGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YHUHTXLUHVSDUWLFXODUDWWHQWLRQRIWKHORFDOJRYHUQPHQW7KHORFDO
government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives
and other health institutions to improve access to a better quality of health care and services. Health and nutrition education
VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG
should address not only the mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc.Family Welfare Empowerment
Penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan perlu ditangani secara optimal dengan melibatkan berbagai sektor dan
institusi termasuk pemerintah, sektor publik dan swasta, dan masyarakat sipil serta masyarakat miskin itu sendiri melalui
program pemberdayaan masyarakat dan pembangunan ekonomi produktif.
The population living below the poverty line needs to be handled optimally by involving various sectors and institutions
including government, public and private sectors, civil societies, community and people themselves, through community
empowerment and productive economic development.
Pembangunan akses yang cukup terhadap listrik, air bersih, dan fasilitas transportasi perlu di tingkatkan.
Papua memiliki tingkat konsumsi normatif per kapita yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan produksi bersih serelianya,
hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat kekurangan produksi pangan. Beberapa upaya perlu dilakukan untuk
PHQLQJNDWNDQNDSDVLWDVSURGXNVLWHUXWDPDPHODOXLXSD\DSHQLQJNDWDQSURGXNWL¿WDV6HMDODQGHQJDQKDOWHUVHEXWSURPRVL
konsumsi makanan lokal yang ada juga perlu digalakkan.
Rendahnya tingkat pendidikan perempuan juga perlu mendapat perhatian khusus. Program pendidikan, baik formal
(program pendidikan 9 tahun, pendidikan gratis) dan pendidikan non-formal (Kejar Paket A, B dan Bimbingan Masyarakat)
perlu di diperhatikan dan dilaksanakan.
110
Development of adequate access to electricity, clean water, and transportation facilities needs to be increased.
Papua has per capita normative consumption higher than its net cereal production which indicates low staple food selfVXI¿FLHQF\GXHWRIRRGSURGXFWLRQVKRUWDJHV(IIRUWVVKRXOGEHPDGHWRLQFUHDVHSURGXFWLRQFDSDFLW\HVSHFLDOO\WKURXJK
increasing the productivity. In parallel, consumption of locally available foods should be promoted.
Particular attention should be focused on improving the low female education level. Education programmes, both formal
(nine-year education programmes, free education) and informal education (Chase Package A, B, and community guidance)
need to be considered and implemented.
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
7DEHOODQMXWDQ 6WUDWHJLSHQHQWXXWDPD.HWDKDQDQ3DQJDQGDQ*L]LSHU3URYLQVL
7DEOHFRQWG 0DLQ'HWHUPLQDQWVRI)RRGDQG1XWULWLRQ6HFXULW\SHU3URYLQFH
6WUDWHJL3HQLQJNDWDQ3DQJDQGDQ*L]L
)RRGDQG1XWULWLRQ,PSURYHPHQW6WUDWHJLHV
Papua
Key interventions are needed in:
‡ 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH
‡ Poverty
‡ Wthout access to clean water
‡ Without access to electricity
‡ ,QVXI¿FLHQWVWDSOHIRRGSURGXFWLRQ
‡ Without adequate access by road
‡ Female illiteracy rates
Perubahan tingkat kerentanan terhadap kerawanan pangan kronis antara FSVA 2009 dan FIA
2005 berdasarkan indikator individu
Changes in vulnerability to chronic food insecurity between the FSVA 2009 and the FIA 2005
based on individual indicators
Untuk mengetahui berapa jumlah kabupaten dari FIA 2005 (total 265 kabupaten) yang mengalami perbaikan,
penurunan atau tidak mengalami perubahan (tetap) pada indikator tertentu sejak tahun 2005, maka tingkat kerentanan
kabupaten pada FIA 2005 dibandingkan dengan FSVA 2009 berdasarkan 9 indikator individu yang berhubungan
dengan kerawanan pangan kronis. Delapan puluh dua (82) kabupaten baru hasil pemekaran daerah yang terdapat
di FSVA 2009 tidak dimasukkan dalam analisis perbandingan ini karena kabupaten tersebut baru dibentuk dalam
5 tahun terakhir.
&JKN@ANPKE@AJPEBUDKSI=JUKB@EOPNE?POEJ#&D=RANA?KN@A@=JEILNKRAIAJPKN@APANEKN=PEKJKNQJ?D=JCEJCEJ
=?ANP=EJEJ@E?=PKNOEJ?APDAENHARAHKBRQHJAN=>EHEPUEO?KIL=NA@SEPDPD=PEJPDA#03>=OA@KJJEJAEJ@ERE@Q=H
EJ@E?=PKNONAH=PA@PK?DNKJE?BKK@EJOA?QNEPU"ECDPUPSKĠ
JAS@EOPNE?POKB#03=NAJKPEJ?HQ@A@EJPDEO?KIL=NEOKJ
>A?=QOAPDAUD=RAKJHU>AAJOAPQL@QNEJCPDAL=OPłRAUA=NO
Tabel 6.4 menunjukkan terjadinya perbaikan pada seluruh indikator (9 indikator). Perbandingan antara kelompok
G=>QL=PAJ-NEKNEP=O@AJC=JGAHKILKGG=>QL=PAJ-NEKNEP=OIAJQJFQGG=JPANF=@EJU=LAN>=EG=JU=JC
OECJEłG=JL=@=OA>=CE=J>AO=NG=>QL=PAJ@EGA@Q=GAHKILKGEJEL=@=EJ@EG=PKNN=OEKGKJOQIOEJKNI=PEBLANG=LEP=
terhadap ketersediaan serealia dan persentase rumah tangga tanpa akses listrik (P<0,05). Tingkat perbaikan pada
EJ@EG=PKNH=EJJU=FQC=?QGQLPEJCCEPANQP=I=L=@=GAHKILKGG=>QL=PAJ-NEKNEP=O=G=JPAP=LELAN>A@==J
perbaikan ini tidak berbeda secara statistik. Perbaikan kabupaten tersebut kemungkinan disebabkan oleh keberhasilan
1=>HAODKSO=JKRAN=HHEILNKRAIAJPEJ=HHJEJAEJ@E?=PKNO KIL=NEJC@EOPNE?POKB-NEKNEPEAOSEPD@EOPNE?POKB
-NEKNEPEAONARA=HO=OECJEł?=JPHUDECDANLNKLKNPEKJKBEILNKRA@@EOPNE?POEJPDABKNIANCNKQLBKNPSKEJ@E?=PKNOSDE?D=NA
PDAN=PEKKBLAN?=LEP=JKNI=PERA?KJOQILPEKJPK?ANA=H=R=EH=>EHEPU=J@PDALAN?AJP=CAKBDKQOADKH@OSEPDKQPAHA?PNE?EPU
Ġ-ģ
)ARAHOKBEILNKRAIAJPBKNPDANAI=EJEJCOARAJEJ@E?=PKNO=NA=HOKOHECDPHUDECDAN=IKJC@EOPNE?POKB-NEKNEPEAO
%KSARANPDAOA@EBBANAJ?AO=NAJKPOP=PEOPE?=HHU@EBBANAJP1DAEILNKRAIAJPO=NAHEGAHU=PPNE>QPA@PKLKOEPERANAOQHPOKB
PDAREHH=CA@ARAHKLIAJPLNKCN=IIAOHA@>UPDA*EJEOPNUKBCNE?QHPQNA=J@DECDANLNEKNEPEV=PEKJBKNPDAIKNARQHJAN=>HA
program pembangunan pedesaan yang dikoordinasi oleh Departemen Pertanian serta tingginya prioritas dari
program-program tersebut terhadap kabupaten yang lebih rentan pada beberapa tahun terakhir. Program tersebut
di antaranya adalah Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP), Pengembangan Desa Mandiri Energi (DME),
Program Aksi Desa Mandiri Pangan (DEMAPAN) dan Pemberdayaan Masyarakat di Daerah Lahan Kering (PIDRA).
@EOPNE?PO@QNEJCPDAH=OPUA=NO1DAOAEJ?HQ@APDA/QN=HCNE>QOEJAOO"ILKSANIAJPĠ-2-
#KK@0AHB0QBł?EAJ?U3EHH=CA
Ġ!*-
"JANCU0AHB0QBł?EAJ?U3EHH=CAĠ!*"
=J@-=NPE?EL=PKNU&JPANCN=PA@!ARAHKLIAJPEJ/=EJBA@NA=OĠ-&!/
Apabila kita melihat pada tiap 9 indikator tersebut, terdapat perubahan yang lebih baik yang ditunjukkan dengan
)KKGEJCEJPKA=?DKBPDAJEJAEJ@E?=PKNOEPEOBKQJ@PD=P=IKNALKOEPERA?D=JCAI=JEBAOPA@>U=SE@AN@EBBANAJ?A>APSAAJ
perbedaan yang tinggi antara kabupaten yang mengalami perbaikan dengan kabupaten yang mengalami penurunan,
seperti terlihat pada indikator akses terhadap fasilitas kesehatan (selisih antara kabupaten yang mengalami perbaikan
dengan kabupaten yang mengalami penurunan sebesar 94%), angka harapan hidup (selisih 92%) dan underweight
pada balita (selisih 66%). Pada saat yang sama, pencapaian terlihat lebih rendah pada rasio konsumsi normatif per
PDALNKLKNPEKJKBEILNKRA@@EOPNE?POSEPDPD=PKB@APANEKN=PA@@EOPNE?POEOK>OANRA@EJPDA=??AOOPKDA=HPDB=?EHEPEAOĠ
LKEJP@EBBANAJ?A
HEBAATLA?P=J?U=P>ENPDĠLKEJP
=J@QJ@ANSAECDP=IKJCQJ@ANłRA?DEH@NAJĠLKEJP
PPDAO=IA
PEIAPDA=?DEARAIAJPEOHAOOREOE>HAEJPDAN=PEKKBJKNI=PERA?KJOQILPEKJPK?ANA=H=R=EH=>EHEPUĠLKEJP
=??AOOE>EHEPU
BKNBKQNSDAAHA@RADE?HAOĠLKEJP
=J@BAI=HAEHHEPAN=?UĠLKEJP
&PODKQH@>AAILD=OEVA@PD=P=IKJC@EOPNE?PO
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
111
BAB/Chapter 6
Intervensi utama perlu dilakukan dalam:
‡ underweightt pada balita
‡ Kemiskinan
‡ Tanpa akses ke air bersih
‡ Tanpa akses ke listrik
‡ Produksi makanan pokok yang kurang memadai
‡ Tanpa akses penghubung yang cukup
‡ Perempuan Buta Huruf
7DEHO3HUXEDKDQWLQJNDWNHUHQWDQDQWHUKDGDSNHUDZDQDQSDQJDQNURQLVDQWDUD)69$GDQ),$EHUGDVDUNDQLQGLNDWRULQGLYLGX
7DEOH&KDQJHVLQYXOQHUDELOLW\WRFKURQLFIRRGLQVHFXULW\E\LQGLYLGXDOLQGLFDWRUVLQWKH)69$DVFRPSDUHGWRWKH),$
Availability
Kabupaten / Districts
# Kab / district
Poverty
% Kab / district # Kab / district
Road
Electricity
Life
# Kab / district
# Kab / district
# Kab / district
# Kab / district
# Kab / district
# Kab / district
# Kab / district
100 Kabupaten Prioritas 1, 2 dan 3 / 100 districts of Priorities 1, 2 and 3:
Meningkat / Improved
64
64%
70
70%
59
59%
88
88%
98
98%
Tetap / Unchanged
0
0%
0
0%
2
2%
1
1%
0
0%
Menurun / Deteriorated
36
36%
30
30%
39
39%
11
11%
2
2%
165 Kabupaten Prioritas 4, 5 dan 6 / 165 districts of Priorities 4, 5 and 6:
Meningkat / Improved
82
50%
104
63%
86
52%
119
72%
156
95%
Tetap / Unchanged
0
0%
0
0%
15
9%
0
0%
0
0%
Menurun / Deteriorated
83
50%
61
37%
64
39%
46
28%
9
5%
146
55%
174
66%
145
55%
207
78%
254
96%
0
0%
0
0%
17
6%
1
0%
0
0%
119
45%
91
34%
103
39%
57
22%
11
4%
Total 265 Kabupaten / districts
Meningkat / Improved
Tetap / Unchanged
Menurun / Deteriorated
Underweight
Kabupaten / Districts
# Kab / district
Flit
# Kab / district
# Kab / district
Water
Health
# Kab / district
# Kab / district
# Kab / district
# Kab / district
# Kab / district
100 Kabupaten Prioritas 1, 2 dan 3 / 100 districts of Priorities 1, 2 and 3:
Meningkat / Improved
86
86%
64
64%
82
82%
96
96%
Tetap / Unchanged
1
1%
1
1%
1
1%
0
0%
Menurun / Deteriorated
13
13%
35
35%
17
17%
4
4%
165 Kabupaten Prioritas 4, 5 dan 6 / 165 districts of Priorities 4, 5 and 6:
Meningkat / Improved
134
81%
96
58%
132
80%
162
98%
Tetap / Unchanged
1
1%
0
0%
0
0%
0
0%
Menurun / Deteriorated
30
18%
69
42%
33
20%
3
2%
220
83%
160
60%
214
81%
258
97%
Tetap / Unchanged
2
1%
1
0%
1
0%
0
0%
Menurun / Deteriorated
43
16%
104
39%
50
19%
7
3%
Total 265 Kabupaten / districts
Meningkat / Improved
Availability
Poverty
Road
Electricity
Life
Underweight
Flit
Water
Health
112
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Rasio konsumsi normatif per kapita terhadap ketersediaan serealia / Per capita normative consumption to cereal availability ratio
Persentase penduduk hidup di bawah garis kemiskinan / Percentage of people below poverty line
Persentase desa yang tidak memiliki akses penghubung yang memadai / Percentage of villages with inadequate connectivityy
Persentase rumah tangga tanpa akses listrik / Percentage of households without access to electricityy
Angka harapan hidup pada saat lahir / Life expectancy at birth
Berat badan balita di bawah standar / 8QGHUZHLJKWUDWHRIXQGHUFKLOGUHQ
Perempuan buta huruf / Female Illiteracyy
Rumah tangga tanpa akses ke air bersih / Householsds without access to improved drinking water
Persentase rumah tangga yang tinggal lebih dari 5 km dari fasilitas kesehatan / Percentage of households living more than 5 km away from Health facilities
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
kapita terhadap ketersediaan serealia (selisih 10%), akses penghubung dengan roda 4 (selisih 16%) dan perempuan
buta huruf (selisih 21%). Harus ditekankan bahwa di antara 165 kabupaten Prioritas 4-6 terdapat proporsi yang sama
antara kabupaten yang mengalami perbaikan dengan kabupaten yang mengalami penurunan yaitu pada indikator
of Priorities 4-6, there have been equal proportions of improved and deteriorated districts based on the ratio of per capita
normative consumption to cereal availability (50% improved while another 50% deteriorated).
rasio konsumsi normatif per kapita terhadap ketersediaan serealia (50% kabupaten mengalami perbaikan dan 50%
kabupaten mengalami penurunan).
Perubahan peringkat 265 kabupaten berdasarkan Indeks Ketahanan Pangan
Komposit FIA 2005
Changes in the ranks of 265 districts based on Composite Food Security Index
in the FIA 2005
Untuk mengetahui perubahan peringkat (rangking) 265 kabupaten dari FIA 2005, peringkat tiap kabupaten yang
ditentukan berdasarkan Indeks Ketahanan Pangan Komposit pada FIA 2005 dibandingkan dengan FSVA 2009. Data
Angka Kematian Bayi (Infant Mortaly Rate-IMR) tidak tersedia di FSVA 2009 sehingga kemungkinan akan mempengaruhi
In order to identify changes in the ranks of 265 districts from 2005, the rank of each district determined based on the
Composite Food Security Index in the FIA 2005 is compared with that in FSVA 2009. It should be noted that the exclusion
of the Infant Mortality Rate (IMR) in FSVA 2009 might have affected the overall result. However, given there has been
k pada angka
keseluruhan hasil analisis ini. Akan tetapi, selama 5 tahun terakhir tidak terjadi kejadian luar biasa (outbreak)
kematian bayi di Indonesia, sehingga dapat di asumsikan bahwa IMR masih berada pada tingkat yang sama seperti
FIA 2005. Perlu dicatat juga bahwa IMR hanya merupakan salah satu dari sepuluh (10) indikator yang digunakan
untuk perhitungan Indeks Ketahanan Pangan Komposit. Oleh karena itu, pengaruh IMR terhadap keseluruhan hasil
analisis kemungkinan berada pada tingkat yang dapat diterima sehingga mengindikasikan kemungkinan untuk dapat
diperbandingkan.
JKI=FKNIKNP=HEPUKQP>NA=G=IKJCEJB=JPO@QNEJCPDAH=OPłRAUA=NOEJPDA?KQJPNUEP?=J>A=OOQIA@PD=PPDA&*/D=O
at least been remained at the same level. It should also be noted that the IMR is only one among ten indicators used for
?=H?QH=PEJCPDA KILKOEPA#KK@0A?QNEPU&J@AT1DANABKNAEPOEJŃQAJ?AKJPDAAJPENANAOQHPEOLNK>=>HU=P=J=??ALP=>HAHARAH
allowing for possible indicative comparison.
Tabel 6.5: Perubahan peringkat kabupaten di FIA 2005 berdasarkan Indeks Ketahanan Pangan Komposit
Table 6.5: Changes in ranks of districts in FIA 2005 based on Composite Food Security Index
% Kabupaten/
Districts
# Kabupaten di Prioritas
yang Sama/ Districts
stayed on in the same
Priorities
100 Kabupaten Prioritas 1, 2 dan 3 / 100 districts of Priorities 1, 2 and 3:
Meningkat / Improved
86
86%
Tetap / Unchanged
1
1%
Menurun / Deteriorated
12
12%
Tidak ada data / No data*
1
1%
165 Kabupaten Prioritas 4, 5 dan 6 / 165 districts of Priorities 4, 5 and 6:
Meningkat / Improved
145
77%
Tetap / Unchanged
1
1%
Menurun / Deteriorated
19
22%
Total 265 Kabupaten/districts
Meningkat / Improved
231
87%
Tetap / Unchanged
2
1%
Menurun / Deteriorated
31
12%
Tidak ada data / No data*
1
-
# Kabupaten yang naik ke
Prioritas 1-3 / Districts moved
to Higher Priorities (1-3)
( Penurunan / Deteriorated)
42
1
12
13
# Kabupaten yang turun ke Prioritas
lebih rendah (4-6) / Districts moved to
Lower Priorities (4-6)
( Peningkatan / Improved )
44
6
BAB/Chapter 6
Kabupaten / Districts
# Kabupaten/
Districts
Note:
* Tidak dimasukan dalam analisis Indeks Ketahanan Pangan Komposit di FSVA 2009 karena data tidak komplit
Excluded from Composite Food Security Index in FSVA 2009 due to its incomplete data
** 38 kabupaten (dari 82 kabupaten) yang baru dibentuk berada di peringkat Prioritas 1-3 di FSVA 2009
38 out of 82 new districts are ranked as of Priorities 1-3 in FSVA 2009
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
113
1=>AHIAJQJFQGG=JLAN>=EG=JU=JCO=JC=POECJEłG=J@=NELANEJCG=PG=>QL=PAJ@EI=J=G=>QL=PAJ@=NE
G=>QL=PAJĠ
PAH=DIAJC=H=IELAN>=EG=JLANEJCG=PGKILKOEPJU=-AN>=EG=JLANEJCG=PNAH=PEBD=ILENO=I=
=JP=N=GAHKILKGG=>QL=PAJ-NEKNEP=OĠ
@=J-NEKNEP=OĠ
Table 6.5 shows a remarkable improvement in the ranks of 265 districts, with 231 of them (87%) having recorded their
improved ranks. The level of improved ranks is relatively similar between districts of Priorities 1-3 (86%) and those of
Priorities 4-6 (88%).
!E=JP=N=G=>QL=PAJ-NEKNEP=O@E#&G=>QL=PAJĠ-QJ?=G'=U=@E-NKREJOE-=LQ=
PE@=GPANI=OQG@=H=I
=J=HEOEOLAN>=J@EJC=JEJEG=NAJ=@=P=G=>QL=PAJ-QJ?=G'=U=PE@=GHAJCG=LQJPQG=J=HEOEO&J@AGO(AP=D=J=J-=JC=J
(KILKOEP@E#03!=NEG=>QL=PAJĠ@EHQ=N-QJ?=G'=U=
@E#&G=>QL=PAJPAH=D>AND=OEHGAHQ=N
@=NE -NEKNEP=O @=J >ANLEJ@=D GA LANEJCG=P LNEKNEP=O U=JC HA>ED NAJ@=D Ġ-NEKNEP=O @E #03 42 G=>QL=PAJ
H=EJJU=IAJC=H=IELAN>=EG=JLANEJCG=PFQC==G=JPAP=LEI=OEDPANI=OQG@=H=I-NEKNEP=O-=@=O==PU=JCO=I=
G=>QL=PAJPQNQJLANEJCG=PJU=-AJQNQJ=JLANEJCG=PGAG=>QL=PAJPANOA>QPQIQIJU=>ANG=EP=J@AJC=JNAJ@=DJU=
Among 100 districts of Priorities 1-3 in the FIA 2005, one district (Puncak Jaya in Papua) is excluded from this comparison
due to its incomplete data for calculating the Composite Food Security Index in the FSVA 2009. Out of the remaining 99
districts, 44 successfully graduated from Priorities 1-3 and moved down to lower Priorities 4-6 in the FSVA 2009. Another
42 districts have improved ranks but remain in these Priorities 1-3. At the same time, 12 districts have downgraded ranks.
Their deterioration in rank has been mainly related to the lower accessibility for four-wheeled vehicles, or an increased
poverty rate, higher ratio of per capita normative consumption to cereal availability, female illiteracy, or a combination of
=GOAOLAJCDQ>QJC@AJC=JNK@==P=QJ=EGJU==JCG=GAIEOGEJ=J=P=QPEJCCEJU=N=OEKGKJOQIOEJKNI=PEBLANG=LEP=
PAND=@=LGAPANOA@E==JOANA=HE=LANAILQ=J>QP=DQNQB=P=QGKI>EJ=OE@=NE>A>AN=L=EJ@EG=PKNPANOA>QP
some of these.
!E=JP=N= G=>QL=PAJ -NEKNEP=O @E #& PAN@=L=P G=>QL=PAJ U=JC IAJC=H=IE LAJQNQJ=J LANEJCG=P
@EI=J= G=>QL=PAJ @E=JP=N=JU= I=OQG GA -NEKNEP=O @E #03 -AJQNQJ=J LANEJCG=P PANOA>QP QIQIJU=
>ANG=EP=J@AJC=JNAJ@=DJU==GOAOLAJCDQ>QJC@AJC=JNK@==P=QPEJCCEJU=N=OEKGKJOQIOEJKNI=PEBLANG=LEP=
Among 165 districts of Priorities 4-6 in the FIA 2005, 19 have worsened ranks, and 6 of them moved to higher Priorities
1-3 in the FSVA 2009. The deterioration has been mainly attributed to lower accessibility for four-wheeled vehicles, or higher
ratio of per capita normative consumption to cereal availability, or increased female illiteracy, poverty rate or underweight
t
PAND=@=LGAPANOA@E==JOANA=HE==P=QJ=EGJU=LANAILQ=J>QP=DQNQB=P=Q=JCG=GAIEOGEJ=J@=J underweightL=@=
>=HEP==P=QGKI>EJ=OE@=NE>A>AN=L=EJ@EG=PKNPANOA>QP
=IKJC?DEH@NAJQJ@ANłRAKN=?KI>EJ=PEKJKBOKIAPDAOA
!=NEG=>QL=PAJ-NEKNEP=O@E#03PAN@=L=PG=>QL=PAJU=JC>AN=O=H@=NE#&Ġ@E-NEKNEP=O
G=>QL=PAJ@E-NEKNEP=O
@=JG=>QL=PAJ>=NQLAIAG=N=JĠ@=NEG=>QL=PAJLAIAG=N=JOAF=GP=DQJ
PAN=GDEN
(QN=JCJU=P=P=GAHKH=U=JCABAGPEB@=JPAN>=P=OJU=OQI>AN@=U=I=JQOE=@=JG=L=OEP=OJU=@E@QC=IANQL=G=J
B=GPKN U=JC IAJAJPQG=J PEJCCEJU= PEJCG=P GANAJP=J=J PAND=@=L GAN=S=J=J L=JC=J @E G=>QL=PAJG=>QL=PAJ D=OEH
Among 100 districts of Priorities 1-3 in the FSVA 2009, 62 districts were shown in the FIA 2005 (56 of Priories 1-3, 6
KB-NEKNEPEAO
=J@=NAJASHUAOP=>HEODA@@EOPNE?POĠKQPKBJAS@EOPNE?PO?NA=PA@@QNEJCPDAL=OPłRAUA=NO
)=?G
of institutional and human resources and capacities, amongst other reasons, may also have contributed to levels of higher
vulnerability to food insecurity in the new districts.
pemekaran.
114
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
BAB/Chapter 6
Peta 6.1 / Map 6.1
Peta Kerentanan Terhadap Kerawanan Pangan Indonesia
Vulnerability to Food Insecurity Map of Indonesia
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
115
Provinsi/
Province
NAD
NAD
NAD
NAD
NAD
NAD
NAD
NAD
NAD
NAD
NAD
NAD
NAD
NAD
NAD
NAD
NAD
Sumatera Utara
Sumatera Utara
Sumatera Utara
Sumatera Utara
Sumatera Utara
Sumatera Utara
Sumatera Utara
Sumatera Utara
Sumatera Utara
Sumatera Utara
Sumatera Utara
Sumatera Utara
Sumatera Utara
Sumatera Utara
Sumatera Utara
Sumatera Utara
Sumatera Utara
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Sumatera Barat
Sumatera Barat
Sumatera Barat
Sumatera Barat
Sumatera Barat
Sumatera Barat
Sumatera Barat
Sumatera Barat
Sumatera Barat
Sumatera Barat
Sumatera Barat
Riau
Riau
Riau
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Kode/
Code
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
Kabupaten/
District
Simeulue
Aceh Singkil
Aceh Selatan
Aceh Tenggara
Aceh Timur
Aceh Tengah
Aceh Barat
Aceh Besar
Pidie
Bireuen
Aceh Utara
Aceh Barat Daya
Gayo Lues
Aceh Tamiang
Nagan Raya
Aceh Jaya
Bener Meriah
Nias
Mandailing Natal
Tapanuli Selatan
Tapanuli Tengah
Tapanuli Utara
Toba Samosir
Labuhan Batu
Asahan
Simalungun
Dairi
Karo
Deli Serdang
Langkat
Nias Selatan
Humbang Hasundutan
Pakpak Bharat
Samosir
Serdang Bedagai
Kepulauan Mentawai
Pesisir Selatan
Solok
Sawahlunto/ Sijunjung
Tanah Datar
Padang Pariaman
Agam
Lima Puluh Koto
Pasaman
Solok Selatan
Dharmasraya
Pasaman Barat
Kuantan Sengingi
Indragiri Hulu
Indragiri Hilir
Provinsi/
Province
Riau
Riau
Riau
Riau
Riau
Riau
Kepulauan Riau
Kepulauan Riau
Kepulauan Riau
Kepulauan Riau
Jambi
Jambi
Jambi
Jambi
Jambi
Jambi
Jambi
Jambi
Jambi
Sumatera Selatan
Sumatera Selatan
Sumatera Selatan
Sumatera Selatan
Sumatera Selatan
Sumatera Selatan
Sumatera Selatan
Sumatera Selatan
Sumatera Selatan
Sumatera Selatan
Bengkulu
Bengkulu
Bengkulu
Bengkulu
Bengkulu
Bengkulu
Bengkulu
Bengkulu
Bangka Belitung
Bangka Belitung
Bangka Belitung
Bangka Belitung
Bangka Belitung
Bangka Belitung
Lampung
Lampung
Lampung
Lampung
Lampung
Lampung
Lampung
Lampung
Kode/
Code
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
Kabupaten/
District
Pelalawan
Siak
Kampar
Rokan Hulu
Bengkalis
Rokan Hilir
Karimun
Bintan
Natuna
Lingga
Kerinci
Merangin
Sarolangun
Batang Hari
Muaro Jambi
Tanjung Jabung Timur
Tanjung Jabung Barat
Tebo
Bungo
Ogan Komering Ulu
Ogan Komering Ilir
Muara Enim
Lahat
Musi Rawas
Musi Banyu Asin
Banyuasin
Ogan Komering Ulu Selatan
Ogan Komering Ulu Timur
Ogam Ilir
Bengkulu Selatan
Rejang Lebong
Bengkulu Utara
Kaur
Seluma
Muko-Muko
Lebong
Kepahiang
Bangka
Belitung
Bangka Barat
Bangka Tengah
Bangka Selatan
Belitung Timur
Lampung Barat
Tanggamus
Lampung Selatan
Lampung Timur
Lampung Tengah
Lampung Utara
Way Kanan
Tulang Bawang
117
BAB/Chapter 6
Peta 6.2 / Map 6.2
Peta Kerentanan Terhadap Kerawanan Pangan Pulau Sumatera
Vulnerability to Food Insecurity Map of Sumatera Islands
Peta 6.3 / Map 6.3
Peta Kerentanan Terhadap Kerawanan Pangan Pulau Jawa
Vulnerability to Food Insecurity Map of Java Islands
Code
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
District
Pandeglang
Lebak
Tangerang
Serang
Bogor
Sukabumi
Cianjur
Bandung
Garut
Tasikmalaya
Ciamis
Kuningan
Cirebon
Majalengka
Sumedang
Indramayu
Subang
Purwakarta
Karawang
Bekasi
Province
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Code
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
District
Cilacap
Banyumas
Purbalingga
Banjarnegara
Kebumen
Purworejo
Wonosobo
Magelang
Boyolali
Klaten
Sukoharjo
Wonogiri
Karanganyar
Sragen
Grobogan
Blora
Rembang
Pati
Kudus
Jepara
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Province
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Jawa Tengah
D.I.Yogyakarta
D.I.Yogyakarta
D.I.Yogyakarta
D.I.Yogyakarta
Jawa Timur
Jawa Timur
Jawa Timur
Jawa Timur
Jawa Timur
Jawa Timur
Jawa Timur
Code
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
District
Demak
Semarang
Temanggung
Kendal
Batang
Pekalongan
Pemalang
Tegal
Brebes
Kulon Progo
Bantul
Gunung Kidul
Sleman
Pacitan
Ponorogo
Trenggalek
Tulungagung
Blitar
Kediri
Malang
Province
Jawa Timur
Jawa Timur
Jawa Timur
Jawa Timur
Jawa Timur
Jawa Timur
Jawa Timur
Jawa Timur
Jawa Timur
Jawa Timur
Jawa Timur
Jawa Timur
Jawa Timur
Jawa Timur
Jawa Timur
Jawa Timur
Jawa Timur
Jawa Timur
Jawa Timur
Jawa Timur
Jawa Timur
Jawa Timur
Code
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
District
Lumajang
Jember
Banyuwangi
Bondowoso
Situbondo
Probolinggo
Pasuruan
Sidoarjo
Mojokerto
Jombang
Nganjuk
Madiun
Magetan
Ngawi
Bojonegoro
Tuban
Lamongan
Gresik
Bangkalan
Sampang
Pamekasan
Sumenep
BAB/Chapter 6
Province
Banten
Banten
Banten
Banten
Jawa Barat
Jawa Barat
Jawa Barat
Jawa Barat
Jawa Barat
Jawa Barat
Jawa Barat
Jawa Barat
Jawa Barat
Jawa Barat
Jawa Barat
Jawa Barat
Jawa Barat
Jawa Barat
Jawa Barat
Jawa Barat
119
Peta 6.4 / Map 6.4
Peta Kerentanan Terhadap Kerawanan Pangan Pulau Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur
Vulnerability to Food Insecurity Map of the Island of Bali, Nusa Tenggara Barat and Nusa Tenggara Timur
Bali
Bali
Bali
Bali
Bali
Bali
Bali
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Barat
Kode/
Code
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193
194
195
196
197
198
Kabupaten/
District
Jembrana
Tabanan
Badung
Gianyar
Klungkung
Bangli
Karang Asem
Buleleng
Lombok Barat
Lombok Tengah
Lombok Timur
Sumbawa
Dompu
Bima
Sumbawa Barat
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Provinsi/
Province
Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Timur
Kode/
Code
199
200
201
202
203
204
205
206
207
208
209
210
211
212
213
Kabupaten/
District
Sumba Barat
Sumba Timur
Kupang
Timor Tengah Selatan
Timor Tengah Utara
Belu
Alor
Lembata
Flores Timur
Sikka
Ende
Ngada
Manggarai
Rote Ndao
Manggarai Barat
BAB/Chapter 6
Provinsi/
Province
121
Peta 6.5 / Map 6.5
Peta Kerentanan Terhadap Kerawanan Pangan Pulau Kalimantan
Vulnerability to Food Insecurity Map of Kalimantan Islands
Kode/
Code
214
215
216
217
218
219
220
221
222
223
224
225
226
227
228
229
230
231
232
233
234
235
236
237
238
239
240
241
242
243
244
245
246
247
248
249
250
251
252
253
254
255
256
Kabupaten/
District
Sambas
Bengkayang
Landak
Pontianak
Sanggau
Ketapang
Sintang
Kapuas Hulu
Sekadau
Melawi
Kotawaringin Barat
Kotawaringin Timur
Kapuas
Barito Selatan
Barito Utara
Sukamara
Lamandau
Seruyan
Katingan
Pulang Pisau
Gunung Mas
Barito Timur
Murung Raya
Tanah Laut
Kotabaru
Banjar
Barito Kuala
Tapin
Hulu Sungai Selatan
Hulu Sungai Tengah
Hulu Sungai Utara
Tabalong
Tanah Bumbu
Balangan
Pasir
Kutai Barat
Kutai Kartanegara
Kutai Timur
Berau
Malinau
Bulungan
Nunukan
Penajam Paser Utara
BAB/Chapter 6
Provinsi/
Province
Kalimantan Barat
Kalimantan Barat
Kalimantan Barat
Kalimantan Barat
Kalimantan Barat
Kalimantan Barat
Kalimantan Barat
Kalimantan Barat
Kalimantan Barat
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Tengah
Kalimantan Tengah
Kalimantan Tengah
Kalimantan Tengah
Kalimantan Tengah
Kalimantan Tengah
Kalimantan Tengah
Kalimantan Tengah
Kalimantan Tengah
Kalimantan Tengah
Kalimantan Tengah
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Selatan
Kalimantan Selatan
Kalimantan Selatan
Kalimantan Selatan
Kalimantan Selatan
Kalimantan Selatan
Kalimantan Selatan
Kalimantan Selatan
Kalimantan Selatan
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Kalimantan Timur
Kalimantan Timur
Kalimantan Timur
Kalimantan Timur
Kalimantan Timur
Kalimantan Timur
Kalimantan Timur
Kalimantan Timur
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
123
Peta 6.6 / Map 6.6
Peta Kerentanan Terhadap Kerawanan Pangan Pulau Sulawesi
Vulnerability to Food Insecurity Map of Sulawesi Islands
Kabupaten/
District
Bolaang Mongondow
Minahasa
Sangihe Talaud
Kepulauan Talaud
Minahasa Selatan
Minahsa Utara
Boalemo
Gorontalo
Pohuwato
Bone Bolanga
Banggai Kepulauan
Banggai
Morowali
Poso
Donggala
Toli Toli
Buol
Parigi Moutong
Toja Una-Una
Selayar
Bulukumba
Bantaeng
Jeneponto
Takalar
Gowa
Sinjai
Provinsi/
Province
Sulawesi Selatan
Sulawesi Selatan
Sulawesi Selatan
Sulawesi Selatan
Sulawesi Selatan
Sulawesi Selatan
Sulawesi Selatan
Sulawesi Selatan
Sulawesi Selatan
Sulawesi Selatan
Sulawesi Selatan
Sulawesi Selatan
Sulawesi Selatan
Sulawesi Barat
Sulawesi Barat
Sulawesi Barat
Sulawesi Barat
Sulawesi Barat
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Tenggara
Kode/
Code
283
284
285
286
287
288
289
290
291
292
293
294
295
296
297
298
299
300
301
302
303
304
305
306
307
308
Kabupaten/
District
Maros
Pangkajene Kepulauan
Barru
Bone
Soppeng
Wajo
Sidenreng Rappang
Pinrang
Enrekang
Luwu
Tana Toraja
Luwu Utara
Luwu Timur
Majene
Polewali Mandar
Mamasa
Mamuju
Mamuju Utara
Buton
Muna
Konawe
Kolaka
Konawe Selatan
Bombana
Wakatobi
Kolaka Utara
BAB/Chapter 6
ah
ah
ah
ah
ah
ah
ah
ah
ah
an
an
an
an
an
an
an
Kode/
Code
257
258
259
260
261
262
263
264
265
266
267
268
269
270
271
272
273
274
275
276
277
278
279
280
281
282
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
125
Peta 6.7 / Map 6.7
Peta Kerentanan Terhadap Kerawanan Pangan Pulau Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat
Vulnerability to Food Insecurity Map of the Island of Maluku, Maluku Utara, Papua and Papua Barat
Kode/
Code
309
310
311
312
313
314
315
316
317
318
319
320
321
322
323
324
325
326
327
Kabupaten/
District
Maluku Tenggara Barat
Maluku Tenggara
Maluku Tengah
Buru
Kepulauan Aru
Seram Bagian Barat
Seram Bagian Timur
Halmahera Barat
Halmahera Tengah
Kepulauan Sula
Halmahera Selatan
Halmahera Utara
Halmahera Timur
Merauke
Jayawijaya
Jayapura
Nabire
Yapen Waropen
Biak Numfor
Provinsi/
Province
Papua
Papua
Papua
Papua
Papua
Papua
Papua
Papua
Papua
Papua
Papua
Papua Barat
Papua Barat
Papua Barat
Papua Barat
Papua Barat
Papua Barat
Papua Barat
Papua Barat
Kode/
Code
328
330
331
332
333
334
336
337
338
339
340
341
342
343
344
345
346
347
348
Kabupaten/
District
Paniai
Mimika
Boven Digoel
Mappi
Asmat
Yahukimo
Tolikara
Sarmi
Keerom
Waropen
Supiori
Fak-Fak
Kaimana
Teluk Wondana
Teluk Bintuni
Monokwari
Sorong Selatan
Sorong
Raja Ampat
BAB/Chapter 6
Provinsi/
Province
Maluku
Maluku
Maluku
Maluku
Maluku
Maluku
Maluku
Maluku Utara
Maluku Utara
Maluku Utara
Maluku Utara
Maluku Utara
Maluku Utara
Papua
Papua
Papua
Papua
Papua
Papua
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
127
LAMPIRAN-LAMPIRAN/
ANNEXES
Lampiran 1.1: Perbandingan Daftar Kabupaten di FIA 2005 dan FSVA 2009 (BPS, Des 2007)
Annex 1.1: Comparison list of districts in FIA 2005 and FSVA 2009 (BPS, Dec 2007)
FIA 2005
Nanggroe Aceh Darussalam
Simeulue
Aceh Singkil
Aceh Selatan
Aceh Tenggara
Aceh Timur
Aceh Tengah
Aceh Barat
Aceh Besar
Pidie
Bireuen
Aceh Utara
Mandailing Natal
Tapanuli Selatan
Tapanuli Tengah
Tapanuli Utara
Toba Samosir
Labuhan Batu
Asahan
Simalungun
Dairi
Karo
Deli Serdang
Langkat
Simeulue
Aceh Singkil
Aceh Selatan
Aceh Barat Daya
Aceh Tenggara
Gayo Lues
Aceh Timur
Aceh Tamiang
Aceh Tengah
Bener Meriah
Aceh Barat
Nagan Raya
Aceh Jaya
Aceh Besar
Pidie
Pidie Jaya*
Bireuen
Aceh Utara
Nias
Nias Selatan
Mandailing Natal
Tapanuli Selatan
Tapanuli Tengah
Tapanuli Utara
Humbang Hasundutan
Toba Samosir
Samosir
Labuhan Batu
Asahan
Batu Bara*
Simalungun
Dairi
Pakpak Bharat
Karo
Deli Serdang
Serdang Bedagai
Langkat
Sumatera Barat
Kepulauan Mentawai
Pesisir Selatan
FSVA 2009
Sumatera Barat
Sumatera Utara
Nias
FIA 2005
FSVA 2009
Solok
Sawahlunto/ Sijunjung
Tanah Datar
Padang Pariaman
Agam
Lima Puluh Koto
Pasaman
FIA 2005
FSVA 2009
Sumatera Selatan
Solok
Solok Selatan
Sawahlunto/ Sijunjung
Dharma Raya
Tanah Datar
Padang Pariaman
Agam
Lima Puluh Kota
Pasaman
Pasaman Barat
Ogan Komering Ulu
Ogan Komering Ilir
Muara Enim
Lahat
Musi Rawas
Musi Banyu Asin
Ogan Komering Ulu
Ogan Komering Ulu Selatan
Ogan Komering Ulu Timur
Ogan Komering Ilir
Ogan Ilir
Muara Enim
Lahat
Empat Lawang*
Musi Rawas
Musi Banyu Asin
Banyuasin
Riau
Kuantan Sengingi
Indragiri Hulu
Indragiri Hilir
Pelalawan
Siak
Kampar
Rokan Hulu
Bengkalis
Rokan Hilir
Kuantan Sengingi
Indragiri Hulu
Indragiri Hilir
Pelalawan
Siak
Kampar
Rokan Hulu
Bengkalis
Rokan Hilir
Kepulauan Riau
Bengkulu
Bengkulu Selatan
Rejang Lebong
Bengkulu Utara
Kepulauan Bangka Belitung
Karimun
Bintan
Bangka
Natuna
Lingga
Belitung
Jambi
Kerinci
Merangin
Sarolangun
Batang Hari
Muaro Jambi
Tanjung Jabung Timur
Tanjung Jabung Barat
Tebo
Bungo
Bengkulu Selatan
Kaur
Seluma
Rejang Lebong
Lebong
Kepahiang
Bengkulu Utara
Mukomuko
Kerinci
Merangin
Sarolangun
Batang Hari
Muaro Jambi
Tanjung Jabung Timur
Tanjung Jabung Barat
Tebo
Bungo
Bangka
Bangka Barat
Bangka Tengah
Bangka Selatan
Belitung
Belitung Timur
Lampung
Lampung Barat
Tanggamus
Lampung Selatan
Lampung Timur
Lampung Tengah
Lampung Utara
Way Kanan
Tulang Bawang
Lampung Barat
Tanggamus
Lampung Selatan
Lampung Timur
Lampung Tengah
Lampung Utara
Way Kanan
Tulang Bawang
Kepulauan Mentawai
Pesisir Selatan
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
131
Lampiran 1.1 (lanjutan): Perbandingan Daftar Kabupaten di FIA 2005 dan FSVA 2009 (BPS, Des 2007)
Annex 1.1 (contd): Comparison list of districts in FIA 2005 and FSVA 2009 (BPS, Dec 2007)
FIA 2005
FSVA 2009
Banten
Pandeglang
Lebak
Tangerang
Serang
Garut
Tasikmalaya
Ciamis
Kuningan
Cirebon
Majalengka
Sumedang
Indramayu
Subang
Purwakarta
Karawang
Bekasi
Pandeglang
Lebak
Tangerang
Serang
Bogor
Sukabumi
Cianjur
Bandung
Bandung Barat*
Garut
Tasikmalaya
Ciamis
Kuningan
Cirebon
Majalengka
Sumedang
Indramayu
Subang
Purwakarta
Karawang
Bekasi
Jawa Tengah
Cilacap
Banyumas
Purbalingga
Banjarnegara
Kebumen
Purworejo
Wonosobo
Magelang
Boyolali
Klaten
Sukoharjo
Wonogiri
Karanganyar
Sragen
Grobogan
Blora
Rembang
Pati
132
FSVA 2009
Jawa Tengah
Jawa Barat
Bogor
Sukabumi
Cianjur
Bandung
FIA 2005
Cilacap
Banyumas
Purbalingga
Banjarnegara
Kebumen
Purworejo
Wonosobo
Magelang
Boyolali
Klaten
Sukoharjo
Wonogiri
Karanganyar
Sragen
Grobogan
Blora
Rembang
Pati
Kudus
Jepara
Demak
Semarang
Temanggung
Kendal
Batang
Pekalongan
Pemalang
Tegal
Brebes
Kudus
Jepara
Demak
Semarang
Temanggung
Kendal
Batang
Pekalongan
Pemalang
Tegal
Brebes
Kulon Progo
Bantul
Gunung Kidul
Sleman
Jawa Timur
Pacitan
Ponorogo
Trenggalek
Tulungagung
Blitar
Kediri
Malang
Lumajang
Jember
Banyuwangi
Bondowoso
Situbondo
Probolinggo
Pasuruan
Sidoarjo
Mojokerto
Jombang
Nganjuk
Madiun
Magetan
Ngawi
Bojonegoro
Tuban
Lamongan
FSVA 2009
Jawa Timur
D.I. Yogyakarta
Kulon Progo
Bantul
Gunung Kidul
Sleman
FIA 2005
Pacitan
Ponorogo
Trenggalek
Tulungagung
Blitar
Kediri
Malang
Lumajang
Jember
Banyuwangi
Bondowoso
Situbondo
Probolinggo
Pasuruan
Sidoarjo
Mojokerto
Jombang
Nganjuk
Madiun
Magetan
Ngawi
Bojonegoro
Tuban
Lamongan
Gresik
Bangkalan
Sampang
Pamekasan
Sumenep
Gresik
Bangkalan
Sampang
Pamekasan
Sumenep
Bali
Jembrana
Tabanan
Badung
Gianyar
Klungkung
Bangli
Karang Asem
Buleleng
Jembrana
Tabanan
Badung
Gianyar
Klungkung
Bangli
Karang Asem
Buleleng
Nusa Tenggara Barat
Lombok Barat
Lombok Tengah
Lombok Timur
Sumbawa
Dompu
Bima
Lombok Barat
Lombok Tengah
Lombok Timur
Sumbawa
Sumbawa Barat
Dompu
Bima
Nusa Tenggara Timur
Sumba Barat
Sumba Timur
Kupang
Timor Tengah Selatan
Timor Tengah Utara
Belu
Alor
Lembata
Flores Timur
Sikka
Ende
Ngada
Sumba Barat
Sumba Timur
Sumba Barat Daya*
Sumba Tengah*
Kupang
Rote Ndao
Timor Tengah Selatan
Timor Tengah Utara
Belu
Alor
Lembata
Flores Timur
Sikka
Ende
Ngada
Nagekeo*
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Lampiran 1.1 (lanjutan): Perbandingan Daftar Kabupaten di FIA 2005 dan FSVA 2009 (BPS, Des 2007)
Annex 1.1 (contd): Comparison list of districts in FIA 2005 and FSVA 2009 (BPS, Dec 2007)
FIA 2005
Nusa Tenggara Timur
Manggarai
Ketapang
Sintang
Kapuas Hulu
Manggarai
Manggarai Barat
Sambas
Bengkayang
Landak
Pontianak
Sanggau
Sekadau
Ketapang
Kayong Utara*
Sintang
Melawi
Kapuas Hulu
Pasir
Kutai Barat
Kutai
Kutai Timur
Berau
Malinau
Bulungan
Nunukan
Bolaang Mongondow
Minahasa
Kotawaringin Timur
Kapuas
Barito Selatan
Barito Utara
Kotawaringin Barat
Sukamara
Lamandau
Kotawaringin Timur
Seruyan
Katingan
Kapuas
Pulang Pisau
Gunung Mas
Barito Selatan
Barito Timur
Barito Utara
Murung Raya
Kalimantan Selatan
Tanah Laut
Kotabaru
Banjar
Barito Kuala
Tapin
Hulu Sungai Selatan
Hulu Sungai Tengah
Hulu Sungai Utara
Tabalong
Tanah Laut
Kotabaru
Tanah Bumbu
Banjar
Barito Kuala
Tapin
Hulu Sungai Selatan
Hulu Sungai Tengah
Hulu Sungai Utara
Balangan
Tabalong
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Sangihe Talaud
FIA 2005
Pasir
Penajam Paser Utara
Kutai Barat
Kutai Kartanegara
Kutai Timur
Berau
Malinau
Bulungan
Nunukan
Bolaang Mongondow
Bolaang Mongondow Utara*
Minahasa
Minahasa Selatan
Minahasa Tenggara*
Minahasa Utara
Kepulauan Sangihe
Kep, Siau Tagolandang Biaro*
Kepulauan Talaud
Bantaeng
Jeneponto
Takalar
Gowa
Sinjai
Maros
Pangkajene Kepulauan
Barru
Bone
Soppeng
Wajo
Sidenreng Rappang
Pinrang
Enrekang
Luwu
Tana Toraja
Luwu Utara
Gorontalo
Gorontalo
Boalemo
Pohuwato
Gorontalo
Gorontalo Utara*
Bone Bolanga
Muna
Kendari
Kolaka
Sulawesi Tengah
Banggai Kepulauan
Banggai
Morowali
Poso
Donggala
Toli Toli
Buol
Banggai Kepulauan
Banggai
Morowali
Poso
Tojo Una-Una
Donggala
Parigi Moutong
Toli Toli
Buol
Selayar
Bulukumba
Selayar
Bulukumba
Buton
Buton Utara*
Bombana
Wakatobi
Muna
Konawe**
Konawe Selatan
Konawe Utara*
Kolaka
Kolaka Utara
Sulawesi Barat
Majene
Polewali Mamasa
Mamuju
Majene**
Polewali Mandar**
Mamasa
Mamuju Utara
Mamuju
Maluku
Maluku Tenggara Barat
Maluku Tenggara
Sulawesi Selatan
Bantaeng
Jeneponto
Takalar
Gowa
Sinjai
Maros
Pangkajene Kepulauan
Barru
Bone
Soppeng
Wajo
Sidenreng Rappang
Pinrang
Enrekang
Luwu
Tana Toraja
Luwu Utara
Luwu Timur
Sulawesi Tenggara
Buton
Boalemo
FSVA 2009
Sulawesi Selatan
Sulawesi Utara
Kalimantan Tengah
Kotawaringin Barat
FSVA 2009
Kalimantan Timur
Kalimantan Barat
Sambas
Bengkayang
Landak
Pontianak
Sanggau
FIA 2005
FSVA 2009
Maluku Tengah
Maluku Tenggara Barat
Maluku Tenggara
Kepulauan Aru
Maluku Tengah
133
Lampiran 1.1 (lanjutan): Perbandingan Daftar Kabupaten di FIA 2005 dan FSVA 2009 (BPS, Des 2007)
Annex 1.1 (contd): Comparison list of districts in FIA 2005 and FSVA 2009 (BPS, Dec 2007)
FIA 2005
FSVA 2009
Maluku
Buru
Halmahera Tengah
Seram Bagian Barat
Seram Bagian Timur
Buru
Merauke
Jayawijaya
Halmahera Barat**
Kepulauan Sula
Halmahera Selatan
Halmahera Utara
Halmahera Tengah
Halmahera Timur
Jayapura
Nabire
Yapen Waropen
Papua Barat
Biak Numfor
Fak Fak
Manokwari
Sorong
FSVA 2009
Papua
Maluku Utara
Maluku Utara
FIA 2005
Fak Fak
Kaimana
Monokwari
Teluk Wondana
Teluk Bintuni
Sorong
Sorong Selatan
Raja Ampat
Paniai
Puncak Jaya
Mimika
Merauke
Boven Digoel
Mappi
Asmat
Jayawijaya
Yahukimo
Pegunungan Bintang
Tolikara
Jayapura
Sarmi
Keerom
Nabire
Yapen Waropen
Waropen
Biak Numfor
Supiori
Paniai
Puncak Jaya
Mimika
* Kabupaten pemekaran di tahun 2007, jadi tidak termasuk dalam analisis FSVA / New districts developed in 2007, therefore excluded in FSVA analysis
** Hanya berubah nama / only change in name
134
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Lampiran 2.1: Indikator Ketersediaan Pangan
Annex 2.1: Food Availability Indicator
No
Kabupaten /
District
Produksi Rata-rata
Produksi Total
Produksi Rata-rata Produksi Rata-rata
Ubi Kayu & Ubi Jalar/
Serealia Pokok/
Padi/ Average Paddy Jagung / Average
Average Cassava &
Total Major Cereal
Maize Production
Production
Sweet Potato Production
Production
2005-2007
2005-2007
(Ton)
2005-2007
(Ton)
(Ton)
Total Populasi/
Total Population
(2006)
Produksi Bersih Serealia
per Kapita per Hari/
Net Cereal Production
per Kapita per Day (g)
(Ton)
Rasio Konsumsi Normatif
terhadap Produksi Bersih
per Kapita/
Normative Consumption to
Net Per Capita
Production Ratio
Peringkat/
Rank
Nanggroe Aceh Darussalam
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Simeulue
Aceh Singkil
Aceh Selatan
Aceh Tenggara
Aceh Timur
Aceh Tengah
Aceh Barat
Aceh Besar
Pidie
Bireuen
Aceh Utara
Aceh Barat Daya
Gayo Lues
Aceh Tamiang
Nagan Raya
Aceh Jaya
Bener Meriah
24,644.23
10,074.69
41,817.15
56,707.60
75,134.95
17,042.15
25,511.53
78,747.88
114,152.28
82,399.65
118,237.98
28,148.76
26,118.21
42,050.57
49,809.68
7,090.65
8,853.18
56.97
1,299.77
747.38
69,122.38
1,606.94
365.62
881.88
679.25
950.31
2,159.62
4,331.00
1,428.98
224.66
5,076.32
1,272.16
135.38
662.22
181.76
1,794.59
1,094.15
888.30
1,447.66
807.58
624.44
1,906.07
1,912.06
2,074.32
1,935.41
298.82
142.24
1,632.32
797.78
235.92
521.17
24,882.96
13,169.05
43,658.68
126,718.28
78,189.55
18,215.34
27,017.85
81,333.20
117,014.65
86,633.60
124,504.38
29,876.57
26,485.11
48,759.22
51,879.63
7,461.94
10,036.57
79,602
152,480
193,126
171,261
308,708
163,350
151,901
301,213
477,328
354,065
498,709
116,606
72,974
237,237
123,918
61,018
107,925
856
237
619
2,027
694
306
487
740
672
670
684
702
994
563
1,147
335
255
0.35
1.27
0.48
0.15
0.43
0.98
0.62
0.41
0.45
0.45
0.44
0.43
0.30
0.53
0.26
0.90
1.18
99
291
165
10
140
273
212
127
148
150
143
138
67
189
51
261
288
39,704.84
87,607.17
192,876.49
66,092.55
64,278.97
62,475.56
177,919.82
94,002.34
228,117.01
52,926.12
49,288.08
196,624.62
206,469.03
20,046.17
40,332.49
7,854.98
16,639.30
193,678.50
293.66
2,820.37
9,118.64
3,102.88
9,606.04
9,538.00
3,060.30
18,612.59
237,857.37
83,794.02
220,965.96
59,313.91
62,513.70
212.32
1,989.86
12,961.57
623.16
19,456.81
2,706.54
1,033.89
4,655.34
3,130.75
4,022.19
3,881.92
1,241.44
4,951.72
64,173.75
1,680.26
2,079.30
30,175.99
2,538.65
3,424.32
1,255.02
393.83
783.66
45,859.34
42,705.05
91,461.43
206,650.46
72,326.18
77,907.20
75,895.47
182,221.56
117,566.66
530,148.13
138,400.40
272,333.34
286,114.53
271,521.39
23,682.81
43,577.37
21,210.38
18,046.12
258,994.64
442,064
413,666
629,229
297,936
256,520
168,814
987,312
1,038,390
841,274
267,696
342,719
1,634,575
1,013,800
270,996
152,834
33,930
130,552
604,508
265
606
900
665
832
1,232
506
310
1,727
1,416
2,177
480
734
239
781
1,713
379
1,174
1.13
0.50
0.33
0.45
0.36
0.24
0.59
0.97
0.17
0.21
0.14
0.63
0.41
1.25
0.38
0.18
0.79
0.26
284
170
89
152
106
43
205
269
15
31
9
215
128
290
116
17
249
48
Sumatera Utara
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
Nias
Mandailing Natal
Tapanuli Selatan
Tapanuli Tengah
Tapanuli Utara
Toba Samosir
Labuhan Batu
Asahan
Simalungun
Dairi
Karo
Deli Serdang
Langkat
Nias Selatan
Humbang Hasundutan
Pakpak Bharat
Samosir
Serdang Bedagai
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
135
Lampiran 2.1 (lanjutan): Indikator Ketersediaan Pangan
Annex 2.1 (contd): Food Availability Indicator
Kabupaten /
District
No
Produksi Total
Produksi Rata-rata
Produksi Rata-rata Produksi Rata-rata
Serealia Pokok/
Ubi
Kayu
&
Ubi
Jalar/
Padi/ Average Paddy Jagung / Average
Total Major Cereal
Average Cassava &
Production
Maize Production
Production
Sweet
Potato
Production
2005-2007
2005-2007
(Ton)
2005-2007
(Ton)
(Ton)
Total Populasi/
Total Population
(2006)
Produksi Bersih Serealia
per Kapita per Hari/
Net Cereal Production
per Kapita per Day (g)
(Ton)
Rasio Konsumsi Normatif
terhadap Produksi Bersih
per Kapita/
Normative Consumption to
Net Per Capita
Production Ratio
Peringkat/
Rank
Sumatera Barat
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
Kepulauan Mentawai
Pesisir selatan
Solok
Sawahlunto/ Sijunjung
Tanah Datar
Padang Pariaman
Agam
Lima Puluh Kota
Pasaman
Solok Selatan
Dharmasraya
Pasaman Barat
517.53
124,099.35
143,541.05
39,932.72
108,725.77
114,090.32
129,332.57
107,937.08
100,197.76
44,364.49
16,396.99
52,382.18
69.57
8,972.61
1,082.92
279.93
4,782.22
1,468.06
6,272.31
3,726.56
2,707.93
561.14
946.55
48,411.21
673.39
3,239.86
4,977.05
666.10
6,975.27
3,200.09
8,224.09
5,667.86
1,376.57
783.45
6,893.28
2,110.00
1,260.50
136,311.82
149,601.02
40,878.75
120,483.26
118,758.46
143,828.96
117,331.49
104,282.26
45,709.08
24,236.83
102,903.39
66,199
429,646
347,264
192,837
334,399
381,865
426,790
327,227
248,973
128,698
170,384
322,544
52
869
1,180
581
987
852
923
982
1,148
973
390
874
5.75
0.35
0.25
0.52
0.30
0.35
0.32
0.31
0.26
0.31
0.77
0.34
330
96
47
180
72
100
84
73
50
76
246
94
17,707.66
7,977.37
61,361.51
17,796.44
11,198.54
14,306.14
20,550.57
20,331.20
70,969.35
645.48
1,708.42
11,120.01
9,782.92
743.77
2,882.17
2,514.77
392.09
866.14
1,326.47
1,291.68
1,372.05
840.57
1,479.26
3,646.59
1,955.74
1,769.57
1,153.31
19,679.61
10,977.47
73,853.57
28,419.92
13,421.57
20,834.90
25,021.09
22,492.87
72,988.79
249,606
295,291
647,512
253,308
302,182
555,146
346,848
708,363
421,310
216
102
312
307
122
103
198
87
475
1.39
2.95
0.96
0.98
2.47
2.92
1.52
3.45
0.63
295
319
268
272
316
318
298
323
218
9.77
6.08
161.72
5.11
187.07
274.43
172.82
140.96
304.50
1,111.67
588.21
334.33
501.33
1,392.18
922.75
480.39
210,568
121,770
91,426
85,884
7
31
28
15
45.99
9.58
10.85
19.58
347
342
343
346
91,778.37
37,663.67
21,833.90
18,321.52
19,712.76
75,151.88
33,962.86
16,955.53
16,292.28
7,131.94
1,647.01
918.14
1,029.54
8,954.89
1,622.24
369.55
387.74
3,168.93
7,259.17
2,873.37
837.40
862.06
3,772.77
2,084.63
677.56
693.73
2,118.59
106,169.48
42,184.06
23,589.44
20,213.13
32,440.42
78,858.75
35,009.97
18,036.99
21,579.80
306,494
277,595
205,090
211,897
295,319
207,340
239,016
246,044
250,934
949
416
315
261
301
1,042
401
201
236
0.32
0.72
0.95
1.15
1.00
0.29
0.75
1.49
1.27
80
233
266
285
277
61
240
297
292
Riau
48
49
50
51
52
53
54
55
56
Kuantan Sengingi
Indragiri Hulu
Indragiri Hilir
Pelalawan
Siak
Kampar
Rokan Hulu
Bengkalis
Rokan Hilir
Kepulauan Riau
57
58
59
60
Karimun
Bintan
Natuna
Lingga
Jambi
61
62
63
64
65
66
67
68
69
Kerinci
Merangin
Sarolangun
Batang Hari
Muaro Jambi
Tanjung Jabung Timur
Tanjung Jabung Barat
Tebo
Bungo
136
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Lampiran 2.1 (lanjutan): Indikator Ketersediaan Pangan
Annex 2.1 (contd): Food Availability Indicator
Kabupaten /
District
No
Produksi Rata-rata
Produksi Total
Produksi Rata-rata Produksi Rata-rata
Ubi Kayu & Ubi Jalar/
Serealia Pokok/
Padi/ Average Paddy Jagung / Average
Average Cassava &
Total Major Cereal
Production
Maize Production
Sweet Potato Production
Production
2005-2007
2005-2007
(Ton)
2005-2007
(Ton)
(Ton)
Total Populasi/
Total Population
(2006)
Produksi Bersih Serealia
per Kapita per Hari/
Net Cereal Production
per Kapita per Day (g)
(Ton)
Rasio Konsumsi Normatif
terhadap Produksi Bersih
per Kapita/
Normative Consumption to
Net Per Capita
Production Ratio
Peringkat/
Rank
Sumatera Selatan
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
Ogan Komering Ulu
Ogan Komering Ilir
Muara Enim
Lahat
Musi Rawas
Musi Banyu Asin
Banyuasin
Ogan Komering Ulu Selatan
Ogan Komering Ulu Timur
Ogan Ilir
20,171.02
245,343.38
89,215.81
81,723.23
111,075.75
109,783.77
336,436.03
33,512.57
244,164.04
92,272.18
538.08
8,869.74
2,750.89
4,467.46
1,613.09
30,050.26
12,907.28
1,052.30
5,008.83
1,233.34
3,429.40
18,527.90
2,453.44
2,418.36
2,098.36
7,070.45
7,725.66
1,144.61
9,258.18
1,298.09
24,138.50
272,741.02
94,420.14
88,609.06
114,787.20
146,904.48
357,068.98
35,709.49
258,431.05
94,803.61
259,161
672,037
643,573
550,128
484,245
484,076
757,450
322,466
565,134
365,148
255
1,112
402
441
649
831
1,292
303
1,253
711
1.18
0.27
0.75
0.68
0.46
0.36
0.23
0.99
0.24
0.42
287
54
239
226
157
107
39
275
42
133
32,514.32
33,477.43
48,687.31
19,378.63
38,438.76
21,729.36
21,640.57
15,097.61
2,967.21
33,496.50
5,056.06
1,651.88
12,337.52
12,728.98
226.42
3,770.97
420.84
23,730.39
3,524.67
848.87
219.96
6,090.06
608.03
1,961.04
35,902.37
90,704.33
57,268.04
21,879.37
50,996.24
40,548.40
22,475.02
20,829.63
131,738
242,212
332,721
106,477
158,676
131,931
86,896
114,699
747
1,026
472
563
881
842
709
498
0.40
0.29
0.64
0.53
0.34
0.36
0.42
0.60
126
63
219
190
91
105
135
208
1,980.33
578.96
664.38
173.96
7,607.98
663.99
614.69
158.42
356.30
287.77
880.80
161.39
1,790.66
1,035.37
1,003.46
830.30
1,725.27
530.10
4,385.69
1,772.75
2,024.14
1,292.02
10,214.06
1,355.48
256,354
135,051
152,461
138,220
153,861
88,990
47
36
36
26
182
42
6.40
8.34
8.25
11.71
1.65
7.19
333
339
338
344
301
335
73,225.97
139,914.07
233,938.48
209,607.58
297,620.38
69,890.29
81,482.86
181,210.03
2,563.50
30,885.67
333,605.82
353,715.96
292,236.54
95,101.84
31,298.63
35,506.25
3,834.28
14,797.81
65,359.76
239,377.97
554,636.38
198,107.46
107,158.74
605,477.20
79,623.74
185,597.56
632,904.06
802,701.52
1,144,493.31
363,099.59
219,940.23
822,193.48
380,184
824,486
1,312,328
929,234
1,146,141
558,905
362,199
763,328
574
617
1,321
2,367
2,736
1,780
1,664
2,951
0.52
0.49
0.23
0.13
0.11
0.17
0.18
0.10
182
166
35
6
3
14
18
2
Bengkulu
80
81
82
83
84
85
86
87
Bengkulu Selatan
Rejang Lebong
Bengkulu Utara
Kaur
Seluma
Muko-Muko
Lebong
Kepahiang
Bangka Belitung
88
89
90
91
92
93
Bangka
Belitung
Bangka Barat
Bangka Tengah
Bangka Selatan
Belitung Timur
Lampung
94
95
96
97
98
99
100
101
Lampung Barat
Tanggamus
Lampung Selatan
Lampung Timur
Lampung Tengah
Lampung Utara
Way Kanan
Tulang Bawang
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
137
Lampiran 2.1 (lanjutan): Indikator Ketersediaan Pangan
Annex 2.1 (contd): Food Availability Indicator
Kabupaten /
District
No
Produksi Rata-rata
Produksi Total
Produksi Rata-rata Produksi Rata-rata
Ubi Kayu & Ubi Jalar/
Serealia Pokok/
Padi/ Average Paddy Jagung / Average
Average Cassava &
Total Major Cereal
Production
Maize Production
Sweet Potato Production
Production
2005-2007
2005-2007
(Ton)
2005-2007
(Ton)
(Ton)
Total Populasi/
Total Population
(2006)
Produksi Bersih Serealia
per Kapita per Hari/
Net Cereal Production
per Kapita per Day (g)
(Ton)
Rasio Konsumsi Normatif
terhadap Produksi Bersih
per Kapita/
Normative Consumption to
Net Per Capita
Production Ratio
Peringkat/
Rank
Banten
102
103
104
105
Pandeglang
Lebak
Tangerang
Serang
0.38
0.50
1.75
0.70
113
173
306
229
2,053,720
492
375
600
439
810
315
847
1,310
979
1,070
539
767
395
0.98
0.54
0.54
0.61
0.80
0.50
0.68
0.37
0.95
0.35
0.23
0.31
0.28
0.56
0.39
0.76
274
191
193
210
250
174
227
110
267
103
36
75
58
198
121
243
1,621,664
1,490,665
816,720
859,668
1,203,230
717,439
752,136
1,153,234
928,164
1,126,165
813,657
978,808
799,595
856,296
1,318,286
637
398
415
524
521
661
671
481
681
523
590
1,298
544
950
1,433
0.47
0.75
0.72
0.57
0.58
0.45
0.45
0.62
0.44
0.57
0.51
0.23
0.55
0.32
0.21
161
241
234
199
201
155
149
214
145
200
177
37
197
79
27
293,896.60
237,523.79
206,803.64
253,775.21
6,272.43
6,968.42
450.19
7,900.81
12,052.37
14,751.80
3,301.32
17,435.00
312,221.39
259,244.00
210,555.14
279,111.02
1,074,560
1,183,282
3,365,956
1,786,389
796
600
171
377,639.47
379,311.37
325,356.43
351,388.08
215,560.63
306,707.11
180,362.10
239,407.84
235,136.26
294,216.40
342,132.41
609,355.71
534,655.61
105,678.28
543,998.95
294,687.69
16,674.69
24,393.42
41,543.56
230,765.32
43,388.66
16,400.99
20,142.89
5,152.68
930.04
52,832.40
38,459.76
1,048.39
2,650.34
11,490.88
211.73
157.70
39,567.20
42,678.69
62,350.65
155,579.54
46,129.84
36,847.06
43,377.35
68,484.00
1,573.32
17,804.39
111,416.06
777.56
6,749.57
433,881.35
446,383.48
429,250.63
737,732.94
305,079.14
359,955.16
243,882.34
313,044.52
237,639.62
364,853.19
492,008.23
611,181.66
544,055.53
151,320.49
548,446.11
3,901,881
2,190,548
2,110,466
4,109,934
2,229,069
1,644,612
1,522,048
1,058,596
2,068,227
1,179,605
1,029,187
1,710,387
1,393,569
769,575
1,957,849
305
558
557
295,976.26
358,797.54
197,328.93
91,335.90
75,782.26
206,608.54
153,919.79
86,284.79
151,184.48
127,850.84
178,653.54
150,638.75
145,148.11
130,936.55
265,090.00
315,613.74
11,245.17
11,322.52
26,470.38
77,370.32
15,304.99
12,074.49
92,070.77
47,502.30
95,861.52
34,961.90
19,995.13
259,574.47
22,378.11
27,411.63
371,980.40
7,005.80
7,893.20
5,894.88
11,369.01
6,881.13
6,972.90
5,975.13
3,988.48
6,927.82
1,502.68
4,556.15
59,006.91
5,392.39
4,354.76
1,715.07
377,048.51
216,544.65
123,701.16
164,521.60
228,794.65
172,967.18
184,330.69
202,675.27
230,640.19
215,118.11
175,190.03
463,729.49
158,707.06
296,856.38
689,309.21
428
Jawa Barat
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
Bogor
Sukabumi
Cianjur
Bandung
Garut
Tasikmalaya
Ciamis
Kuningan
Cirebon
Majalengka
Sumedang
Indramayu
Subang
Purwakarta
Karawang
Bekasi
34,151.33
4,235.42
1,130.86
Jawa Tengah
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
Cilacap
Banyumas
Purbalingga
Banjarnegara
Kebumen
Purworejo
Wonosobo
Magelang
Boyolali
Klaten
Sukoharjo
Wonogiri
Karanganyar
Sragen
Grobogan
138
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Lampiran 2.1 (lanjutan): Indikator Ketersediaan Pangan
Annex 2.1 (contd): Food Availability Indicator
Kabupaten /
District
No
Produksi Total
Produksi Rata-rata
Produksi Rata-rata Produksi Rata-rata
Serealia Pokok/
Ubi Kayu & Ubi Jalar/
Padi/ Average Paddy Jagung / Average
Total Major Cereal
Average Cassava &
Maize Production
Production
Production
Sweet Potato Production
2005-2007
2005-2007
(Ton)
2005-2007
(Ton)
(Ton)
Total Populasi/
Total Population
(2006)
Produksi Bersih Serealia
per Kapita per Hari/
Net Cereal Production
per Kapita per Day (g)
Rasio Konsumsi Normatif
terhadap Produksi Bersih
per Kapita/
Normative Consumption to
Net Per Capita
Production Ratio
(Ton)
Peringkat/
Rank
Jawa Tengah
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
Blora
Rembang
Pati
Kudus
Jepara
Demak
Semarang
Temanggung
Kendal
Batang
Pekalongan
Pemalang
Tegal
Brebes
180,337.10
85,512.32
244,241.29
79,411.01
109,288.26
281,242.89
96,662.51
92,399.12
118,231.50
114,658.26
123,205.29
198,323.66
157,154.30
251,065.90
184,842.54
72,109.31
42,305.90
4,010.37
10,969.44
48,662.25
42,126.33
123,497.01
65,141.74
22,702.07
15,498.82
42,573.14
58,215.43
42,682.94
1,314.52
1,797.98
10,782.08
1,172.50
7,199.84
999.10
1,854.32
3,625.08
2,031.15
2,338.76
931.40
1,882.00
951.04
1,967.05
366,494.15
159,419.61
297,329.28
84,593.88
127,457.55
330,904.24
140,643.16
219,521.21
185,404.39
139,699.09
139,635.50
242,778.79
216,320.77
295,715.89
829,745
570,870
1,165,159
764,563
1,058,064
1,017,884
890,898
694,949
925,620
676,152
837,906
1,344,597
1,406,796
1,765,564
1,210
765
699
303
330
891
433
865
549
566
457
495
421
459
0.25
0.39
0.43
0.99
0.91
0.34
0.69
0.35
0.55
0.53
0.66
0.61
0.71
0.65
45
123
139
276
263
90
228
97
195
186
223
209
231
222
55,703.42
83,712.17
110,032.55
21,501.69
19,907.37
151,428.04
21,723.11
14,685.92
13,402.84
241,934.86
6,948.25
91,891.03
117,022.37
503,395.44
164,998.76
373,840
880,435
683,444
1,008,264
673
364
2,018
448
0.45
0.82
0.15
0.67
147
252
11
224
77,653.53
114,528.00
49,632.05
89,975.76
158,398.01
249,887.14
156,074.44
125,988.03
89,299.56
37,783.02
16,324.53
26,588.40
304,034.88
437,353.72
203,050.38
255,809.59
310,732.83
463,220.04
551,101
885,804
671,326
977,446
1,069,056
1,445,675
1,511
1,353
829
717
796
878
0.20
0.22
0.36
0.42
0.38
0.34
202,098.69
105,285.61
237,489.52
61,323.04
121,433.96
143,960.39
180,038.08
99,826.67
102.49
67,513.17
107,023.84
123,390.92
107,313.79
18,716.55
23,908.54
16,480.04
44,230.34
2,963.30
50,953.09
38,618.57
132.03
8,065.10
7,256.48
21,300.98
509,277.51
314,965.59
678,009.15
434,458.47
310,736.01
251,576.30
370,892.38
394,624.04
94,587.72
220,944.28
310,996.90
366,982.07
2,380,227
1,013,365
2,294,832
1,521,780
703,671
618,040
1,037,866
1,432,809
1,730,897
983,952
1,248,434
993,902
586
852
809
782
1,210
1,115
979
755
150
615
682
1,012
0.51
0.35
0.37
0.38
0.25
0.27
0.31
0.40
2.00
0.49
0.44
0.30
23
33
108
132
112
93
178
101
111
115
46
53
74
125
310
167
144
64
D.I. Yogyakarta
151
152
153
154
Kulon Progo
Bantul
Gunung Kidul
Sleman
136,327.40
Jawa Timur
156
157
158
159
160
Pacitan
Ponorogo
Trenggalek
Tulungagung
Blitar
Kediri
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
Malang
Lumajang
Jember
Banyuwangi
Bondowoso
Situbondo
Probolinggo
Pasuruan
Sidoarjo
Mojokerto
Jombang
Nganjuk
155
70,306.91
196,837.70
64,118.77
128,050.81
136,010.28
186,744.50
199,865.04
190,963.43
416,611.08
356,655.39
145,071.71
104,652.61
139,901.21
256,178.79
94,353.19
145,366.01
196,716.58
222,290.17
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
139
Lampiran 2.1 (lanjutan): Indikator Ketersediaan Pangan
Annex 2.1 (contd): Food Availability Indicator
Kabupaten /
District
No
Produksi Rata-rata
Produksi Total
Produksi Rata-rata Produksi Rata-rata
Ubi Kayu & Ubi Jalar/
Serealia
Pokok/
Padi/ Average Paddy Jagung / Average
Average Cassava &
Total
Major
Cereal
Maize Production
Production
Sweet Potato Production
Production
2005-2007
2005-2007
(Ton)
2005-2007
(Ton)
(Ton)
Total Populasi/
Total Population
(2006)
Produksi Bersih Serealia
per Kapita per Hari/
Net Cereal Production
per Kapita per Day (g)
(Ton)
Rasio Konsumsi Normatif
terhadap Produksi Bersih
per Kapita/
Normative Consumption to
Net Per Capita
Production Ratio
Peringkat/
Rank
Jawa Timur
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
555,691.76
615,926.73
256,252.62
237,664.58
258,259.68
117,587.92
340,258.07
1,010
909
1,331
962
1,419
1,420
612
708
818
403
921
0.30
0.33
0.23
0.31
0.21
0.21
0.49
0.42
0.37
0.74
0.33
30
29
168
136
109
238
85
58.08
969.20
3,168.56
3,152.11
10,364.27
18,602.25
32,279.71
4,167.69
31,115.15
138,780.74
73,360.61
104,885.92
41,504.09
48,228.61
84,786.03
84,765.09
250,412
404,704
398,638
426,704
164,988
211,674
380,156
610,512
340
940
504
673
689
624
611
380
0.88
0.32
0.60
0.45
0.44
0.48
0.49
0.79
257
81
206
146
141
163
169
248
13,295.46
6,226.32
26,335.73
27,819.63
5,136.23
10,175.55
3,798.87
9,273.02
5,667.51
3,661.32
3,593.20
1,194.74
4,418.18
335.49
126,293.29
197,313.47
183,922.36
188,328.76
74,749.93
139,929.44
38,183.19
783,024
825,891
1,053,100
403,272
206,641
410,241
95,316
442
655
478
1,279
991
934
1,098
0.68
0.46
0.63
0.23
0.30
0.32
0.27
225
156
217
41
69
83
56
62,555.75
20,455.65
43,329.30
127,045.07
46,094.15
10,753.87
2,335.04
3,896.85
14,699.48
5,823.79
114,682.82
38,382.66
63,518.94
149,084.53
64,260.09
409,916
217,491
363,300
412,296
766
484
479
991
842
0.39
0.62
0.63
0.30
0.36
122
213
216
70
236,657.49
206,886.02
403,420.15
436,462.76
281,236.97
198,048.74
81,080.83
117,808.43
112,085.00
60,633.21
227,447.37
29,992.37
134,099.44
68,800.05
100,449.43
19,589.01
16,442.58
36,458.71
61,081.62
1,064.70
3,712.10
1,392.00
1,284.38
11,550.81
13,183.78
16,047.60
19,515.77
103,724.81
185,419.65
153,925.31
156,915.93
68,418.96
125,335.71
34,048.83
41,373.20
15,591.97
16,292.80
7,339.98
12,342.15
196,102.70
123,454.85
319,341.71
336,033.62
228,378.22
404,958.90
166,384.80
98,871.14
81,468.40
48,399.97
69,592.52
Jembrana
Tabanan
Badung
Gianyar
Klungkung
Bangli
Karang asem
Buleleng
65
87
34
78
642,024
623,292
830,258
1,242,844
1,072,710
1,187,968
1,147,433
919,448
864,894
799,267
1,012,250
21,739.78
21,385.35
40,834.92
12,652.06
46,076.57
12,919.09
8,786.99
20,985.02
64,706.28
8,554.75
43,218.18
Madiun
Magetan
Ngawi
Bojonegoro
Tuban
Lamongan
Gresik
Bangkalan
Sampang
Pamekasan
Sumenep
18,815.01
62,045.82
43,243.52
87,777.07
Bali
184
185
186
187
188
189
190
191
Nusa Tenggara Barat
192
193
194
195
196
197
198
Lombok Barat
Lombok Tengah
Lombok Timur
Sumbawa
Dompu
Bima
Sumbawa Barat
Nusa Tenggara Timur
199
200
201
202
203
140
Sumba Barat
Sumba Timur
Kupang
Timor Tengah Selatan
Timor Tengah Utara
208,985
104
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Lampiran 2.1 (lanjutan): Indikator Ketersediaan Pangan
Annex 2.1 (contd): Food Availability Indicator
No
Kabupaten /
District
Produksi Rata-rata
Produksi Total
Produksi Rata-rata Produksi Rata-rata
Ubi Kayu & Ubi Jalar/
Serealia Pokok/
Padi/ Average Paddy Jagung / Average
Average Cassava &
Total Major Cereal
Maize Production
Production
Sweet Potato Production
Production
2005-2007
2005-2007
(Ton)
2005-2007
(Ton)
(Ton)
Total Populasi/
Total Population
(2006)
Produksi Bersih Serealia
per Kapita per Hari/
Net Cereal Production
per Kapita per Day (g)
(Ton)
Rasio Konsumsi Normatif
terhadap Produksi Bersih
per Kapita/
Normative Consumption to
Net Per Capita
Production Ratio
Peringkat/
Rank
Nusa Tenggara Timur
204
205
206
207
208
209
210
211
212
213
Belu
Alor
Lembata
Flores Timur
Sikka
Ende
Ngada
Manggarai
Rote Ndao
Manggarai Barat
8,833.40
4,616.50
4,302.51
8,554.00
12,033.18
9,306.03
23,641.66
66,530.12
14,849.42
39,860.84
69,951.04
11,432.28
14,789.65
22,646.17
22,382.03
8,372.27
26,440.95
20,645.85
9,120.51
10,286.42
10,537.27
2,398.60
2,338.63
3,893.23
5,365.19
2,024.90
2,991.96
5,740.53
166.00
4,665.07
89,321.71
18,447.38
21,430.79
35,093.40
39,780.40
19,703.20
53,074.57
92,916.50
24,135.93
54,812.33
394,668
177,085
102,339
225,356
275,874
238,119
250,320
495,146
110,629
195,605
620
285
574
427
395
227
581
514
598
768
0.48
1.05
0.52
0.70
0.76
1.32
0.52
0.58
0.50
0.39
164
280
183
230
242
294
179
202
175
120
149,892.07
45,578.27
106,358.49
123,489.92
43,090.53
81,503.74
33,744.75
21,110.42
18,352.14
14,608.77
410.06
95,006.56
4,834.90
13,094.60
1,621.84
804.54
2,169.12
732.86
782.76
332.95
1,084.03
3,686.18
28,456.37
7,874.02
6,445.64
5,329.27
7,223.78
2,747.09
2,746.87
1,640.55
151,386.16
144,271.01
139,649.76
144,458.54
51,158.01
87,637.55
43,137.65
24,590.36
21,881.77
16,582.27
480,995
198,300
313,126
690,690
377,211
481,788
350,486
208,971
173,380
163,272
862
1,993
1,222
573
372
498
337
322
346
278
0.35
0.15
0.25
0.52
0.81
0.60
0.89
0.93
0.87
1.08
98
13
44
184
251
207
259
265
255
281
8,789.75
17,892.17
137,169.00
10,554.41
15,286.50
2,365.09
11,047.29
8,913.02
20,748.60
33,978.47
5,649.02
15,048.01
8,721.12
629.00
33.14
2,227.38
183.12
174.69
42.44
107.55
31.39
57.26
306.65
18.02
87.49
35.75
3,398.57
1,572.08
4,015.02
807.28
1,051.74
761.28
678.93
380.23
1,265.07
5,428.99
626.84
470.55
408.30
12,817.33
19,497.39
143,411.39
11,544.81
16,512.93
3,168.80
11,833.77
9,324.64
22,070.94
39,714.12
6,293.88
15,606.06
9,165.18
204,589
306,448
354,700
118,300
115,350
34,000
48,918
94,890
131,342
116,066
81,624
77,965
81,034
172
174
1,108
267
392
255
663
269
460
937
211
548
310
1.75
1.72
0.27
1.12
0.76
1.17
0.45
1.11
0.65
0.32
1.42
0.55
0.97
305
304
55
283
244
286
154
282
221
82
296
196
270
Kalimantan Barat
214
215
216
217
218
219
220
221
222
223
Sambas
Bengkayang
Landak
Pontianak
Sanggau
Ketapang
Sintang
Kapuas Hulu
Sekadau
Melawi
Kalimantan Tengah
224
225
226
227
228
229
230
231
232
233
234
235
236
Kotawaringin Barat
Kotawaringin Timur
Kapuas
Barito Selatan
Barito Utara
Sukamara
Lamandau
Seruyan
Katingan
Pulang Pisau
Gunung Mas
Barito Timur
Murung Raya
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
141
Lampiran 2.1 (lanjutan): Indikator Ketersediaan Pangan
Annex 2.1 (contd): Food Availability Indicator
Kabupaten /
District
No
Produksi Rata-rata
Produksi Total
Produksi Rata-rata Produksi Rata-rata
Ubi Kayu & Ubi Jalar/
Serealia Pokok/
Padi/ Average Paddy Jagung / Average
Average Cassava &
Total Major Cereal
Maize Production
Production
Sweet Potato Production
Production
2005-2007
2005-2007
(Ton)
2005-2007
(Ton)
(Ton)
Total Populasi/
Total Population
(2006)
Produksi Bersih Serealia
per Kapita per Hari/
Net Cereal Production
per Kapita per Day (g)
(Ton)
Rasio Konsumsi Normatif
terhadap Produksi Bersih
per Kapita/
Normative Consumption to
Net Per Capita
Production Ratio
Peringkat/
Rank
Kalimantan Selatan
237
238
239
240
241
242
243
244
245
246
247
Tanah Laut
Kota Baru
Banjar
Barito Kuala
Tapin
Hulu Sungai Selatan
Hulu Sungai Tengah
Hulu Sungai Utara
Tabalong
Tanah Bumbu
Balangan
82,998.57
39,891.84
121,393.12
165,273.37
127,550.80
100,746.18
81,409.53
68,803.59
69,668.86
38,910.42
54,532.59
40,637.59
11,951.65
624.34
65.19
1,264.53
1,923.52
626.39
598.49
940.03
1,653.05
532.12
13,284.48
19,828.88
2,305.32
2,110.60
1,069.72
2,094.84
2,331.85
450.76
3,055.95
4,012.45
2,318.78
136,920.64
71,672.36
124,322.77
167,449.16
129,885.04
104,764.53
84,367.77
69,852.84
73,664.83
44,575.91
57,383.49
260,742
269,024
470,160
266,298
150,676
206,000
239,692
211,734
189,363
216,348
101,025
1,439
730
724
1,723
2,362
1,393
964
904
1,066
564
1,556
0.21
0.41
0.41
0.17
0.13
0.22
0.31
0.33
0.28
0.53
0.19
25
129
130
16
7
32
77
88
59
188
22
24,393.24
23,982.54
110,435.20
24,503.86
16,779.39
11,142.99
18,864.69
23,689.41
39,718.92
1,252.08
530.26
1,855.35
1,000.60
717.71
248.85
2,088.57
1,333.47
1,677.41
1,598.16
3,124.26
7,187.29
1,284.98
1,877.02
1,374.57
3,099.14
4,187.76
2,692.41
27,243.47
27,637.06
119,477.84
26,789.43
19,374.11
12,766.41
24,052.41
29,210.64
44,088.73
178,166
154,334
504,587
179,668
156,650
52,606
105,448
116,693
122,234
419
491
649
409
339
665
625
686
988
0.72
0.61
0.46
0.73
0.89
0.45
0.48
0.44
0.30
232
211
158
236
258
153
162
142
71
161,839.92
31,836.46
308.38
1,382.90
45,450.99
21,462.88
61,303.20
49,525.80
422.40
519.00
42,058.60
10,075.00
4,569.33
2,065.90
2,564.16
6,336.05
1,501.19
3,173.55
227,712.45
83,428.16
3,294.95
8,237.95
89,010.78
34,711.43
485,376
293,160
191,746
75,207
277,097
170,577
1,285
780
47
300
880
558
0.23
0.38
6.37
1.00
0.34
0.54
40
118
332
278
92
192
14,742.33
64,066.67
6,217.33
9,680.67
97,300.29
99,790.07
199,107.47
11,110.29
559.49
1,689.67
549.84
878.25
112,602.11
165,546.41
205,874.65
21,669.21
118,082
428,186
109,822
126,956
2,613
1,059
5,136
468
0.11
0.28
0.06
4
60
1
220
Kalimantan Timur
248
249
250
251
252
253
254
255
256
Pasir
Kutai Barat
Kutai
Kutai Timur
Berau
Malinau
Bulungan
Nunukan
Penajam Paser Utara
Sulawesi Utara
257
258
259
260
261
262
Bolaang Mongondow
Minahasa
Sangihe Talaud
Talaud
Minahasa Selatan
Minahasa Utara
Gorontalo
263
264
265
266
142
Boalemo
Gorontalo
Pohuwato
Bone Bolango
0.64
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Lampiran 2.1 (lanjutan): Indikator Ketersediaan Pangan
Annex 2.1 (contd): Food Availability Indicator
No
Kabupaten /
District
Produksi Rata-rata
Produksi Total
Produksi Rata-rata Produksi Rata-rata
Ubi Kayu & Ubi Jalar/
Serealia Pokok/
Padi/ Average Paddy Jagung / Average
Average Cassava &
Total Major Cereal
Production
Maize Production
Sweet Potato Production
Production
2005-2007
2005-2007
(Ton)
2005-2007
(Ton)
(Ton)
Total Populasi/
Total Population
(2006)
Produksi Bersih Serealia
per Kapita per Hari/
Net Cereal Production
per Kapita per Day (g)
Rasio Konsumsi Normatif
terhadap Produksi Bersih
per Kapita/
Normative Consumption to
Net Per Capita
Production Ratio
(Ton)
Peringkat/
Rank
Sulawesi Tengah
267
268
269
270
271
272
273
274
275
Banggai Kepulauan
Banggai
Morowali
Poso
Donggala
Toli Toli
Buol
Parigi Moutong
Tojo Una-Una
928.91
81,719.89
21,524.11
35,750.76
137,213.17
40,501.73
13,177.80
130,464.38
2,512.67
728.72
7,477.88
1,658.34
4,275.37
35,882.33
1,078.98
2,437.91
4,964.06
21,460.71
1,164.85
1,293.40
1,049.83
868.27
6,223.45
1,108.04
502.92
899.93
492.56
2,822.48
90,491.17
24,232.28
40,894.41
179,318.95
42,688.75
16,118.62
136,328.37
24,465.94
152,822
291,808
173,237
143,428
459,144
193,503
113,044
360,853
161,809
51
850
383
781
1,070
604
391
1,035
414
5.93
0.35
0.78
0.38
0.28
0.50
0.77
0.29
0.72
331
102
247
117
57
171
245
62
235
3,279.16
110,409.31
35,054.83
43,796.96
62,303.33
108,890.34
51,754.22
106,214.21
57,351.63
41,916.23
281,434.42
109,382.89
5,399.96
7,925.98
1,221.86
25,473.99
5,564.95
76,461.46
3,413.23
15,811.57
799.90
1,211.27
4,143.81
466.27
2,159.81
999.67
1,795.68
2,076.09
1,282.97
5,908.47
3,150.44
1,395.40
12,688.23
201,088.19
150,446.58
197,216.46
90,720.34
305,849.35
81,699.45
127,128.45
59,652.18
44,552.46
372,710.92
133,584.48
225,422.61
208,773.23
250,034.17
37,348.37
132,945.30
66,223.16
78,986.90
73,417.44
116,415
383,730
170,548
329,028
250,480
586,398
221,915
297,639
289,302
158,958
203,543.26
192,750.49
244,555.48
16,385.95
129,419.13
56,536.51
64,836.80
66,749.01
4,009.11
82,752.90
114,169.88
127,945.51
22,852.07
120,497.54
26,532.00
5,102.67
1,500.65
1,424.95
87,132.69
23,735.32
19,719.54
15,023.07
3,683.02
18,886.33
2,243.19
3,778.18
10,999.66
5,273.03
696,698
227,190
373,989
246,880
340,188
183,861
317,814
446,782
298,863
219,492
299
1,436
2,417
1,642
992
1,429
1,009
1,170
565
768
1,466
1,611
1,651
2,317
2,014
557
1,146
406
724
916
1.00
0.21
0.12
0.18
0.30
0.21
0.30
0.26
0.53
0.39
0.20
0.19
0.18
0.13
0.15
0.54
0.26
0.74
0.41
0.33
279
26
5
20
68
28
66
49
187
119
24
21
19
8
12
194
52
237
131
86
7,059.90
5,002.73
75,886.56
54,132.26
46,978.50
21,469.10
5,381.99
12,426.43
42,081.80
2,429.02
3,403.12
3,802.90
2,186.48
644.87
289.85
30,655.30
20,408.97
6,304.46
2,511.97
4,829.92
4,105.54
12,314.19
531.22
50,141.64
67,493.50
84,620.03
60,047.35
55,611.32
27,761.13
12,959.06
6,203.05
271,093
290,193
265,678
273,144
235,542
107,166
98,221
95,288
507
637
873
602
647
710
361
178
0.59
0.47
0.34
0.50
0.46
0.42
0.83
1.68
204
160
95
172
159
134
253
303
Sulawesi Selatan
276
277
278
279
280
281
282
283
284
285
286
287
288
289
290
291
292
293
294
295
Selayar
Bulukumba
Bantaeng
Jeneponto
Takalar
Gowa
Sinjai
Maros
Pangkajene Kepulauan
Barru
Bone
Soppeng
Wajo
Sidenreng Rappang
Pinrang
Enrekang
Luwu
Tana Toraja
Luwu Utara
Luwu Timur
Sulawesi Tenggara
296
297
298
299
300
301
302
303
Buton
Muna
Konawe
Kolaka
Konawe Selatan
Bombana
Wakatobi
Kolaka Utara
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
143
Lampiran 2.1 (lanjutan): Indikator Ketersediaan Pangan
Annex 2.1 (contd): Food Availability Indicator
Kabupaten /
District
No
Produksi Total
Produksi Rata-rata
Produksi Rata-rata Produksi Rata-rata
Serealia Pokok/
Ubi
Kayu
&
Ubi
Jalar/
Padi/ Average Paddy Jagung / Average
Total Major Cereal
Average Cassava &
Production
Maize Production
Production
Sweet
Potato
Production
2005-2007
2005-2007
(Ton)
2005-2007
(Ton)
(Ton)
Total Populasi/
Total Population
(2006)
Produksi Bersih Serealia
per Kapita per Hari/
Net Cereal Production
per Kapita per Day (g)
(Ton)
Rasio Konsumsi Normatif
terhadap Produksi Bersih
per Kapita/
Normative Consumption to
Net Per Capita
Production Ratio
Peringkat/
Rank
Sulawesi Barat
304
305
306
307
308
Majene
Polewali Mamasa
Mamasa
Mamuju
Mamuju Utara
3,688.31
84,772.61
27,013.20
43,723.78
8,264.84
480.31
3,871.68
1,787.89
11,229.91
452.57
2,824.27
2,418.25
4,816.16
4,976.11
365.93
6,992.89
91,062.55
33,617.25
59,929.80
9,083.34
131,632
355,392
121,344
284,099
98,724
146
702
759
578
252
2.06
0.43
0.40
0.52
1.19
312
137
124
181
289
Maluku Tenggara Barat
Maluku Tenggara
Maluku Tengah
Buru
Kepulauan Aru
Seram Bagian Barat
Seram Bagian Timur
1,742.43
36.58
6,994.85
14,967.85
142.58
2,910.99
-
11,094.07
292.88
1,177.24
811.22
238.82
301.78
253.45
4,415.05
1,293.58
12,045.42
10,781.76
447.33
3,488.42
1,771.79
17,251.55
1,623.04
20,217.51
26,560.83
828.72
6,701.19
2,025.24
152,933
128,352
327,397
127,136
70,172
140,907
79,363
309
35
169
572
32
130
70
0.97
8.66
1.77
0.52
9.27
2.30
4.29
271
340
309
185
341
315
326
Halmahera Barat
Halmahera Tengah
Kepulauan Sula
Halmahera Selatan
Halmahera Utara
Halmahera Timur
2,651.03
3,721.14
482.88
4,776.34
12,086.53
20,383.20
1,355.20
543.00
488.40
517.00
1,341.80
1,370.00
7,432.05
5,269.02
6,968.22
9,669.98
8,436.32
7,976.49
95,910
32,823
127,509
180,289
178,891
62,790
327
796
171
227
335
1,297
0.92
0.38
1.76
1.32
0.90
0.23
264
114
308
293
262
38
Merauke
Jayawijaya
Jayapura
Nabire
Yapen Waropen
Biak Numfor
Paniai
Puncak Jaya
Mimika
Boven Digoel
Mappi
Asmat
Yahukimo
32,894.18
419.42
681.38
2,427.65
80.82
188.45
-
341.35
741.25
680.24
654.64
271.84
282.50
417.59
255.63
2,275.86
39,936.47
3,247.35
8,795.22
1,980.62
2,805.00
7,882.78
1,451.84
2,303.04
1,344.94
444.08
74.81
17,094.07
164,158
221,721
96,796
169,933
74,155
104,820
118,860
117,512
132,690
33,140
69,290
65,190
144,192
593
508
130
191
86
81
191
40
55
111
19
3
342
0.51
0.59
2.30
1.57
3.48
3.72
1.57
7.54
5.47
2.70
15.99
95.42
0.88
176
203
314
299
324
325
300
337
329
317
345
348
256
Maluku
309
310
311
312
313
314
315
Maluku Utara
316
317
318
319
320
321
11,438.28
9,533.16
7,939.50
14,963.32
21,864.65
29,729.69
Papua
322
323
324
325
326
327
328
329
330
331
332
333
334
144
164.23
30.46
901.20
35,511.38
41,097.14
4,608.98
11,877.51
2,333.27
3,087.50
8,300.37
1,707.48
2,655.72
1,344.94
474.53
74.81
17,995.26
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Lampiran 2.1 (lanjutan): Indikator Ketersediaan Pangan
Annex 2.1 (contd): Food Availability Indicator
Kabupaten /
District
No
Produksi Rata-rata
Produksi Total
Produksi Rata-rata Produksi Rata-rata
Ubi Kayu & Ubi Jalar/
Serealia Pokok/
Padi/ Average Paddy Jagung / Average
Average Cassava &
Total Major Cereal
Maize Production
Production
Sweet Potato Production
Production
2005-2007
2005-2007
(Ton)
2005-2007
(Ton)
(Ton)
Total Populasi/
Total Population
(2006)
Produksi Bersih Serealia
per Kapita per Hari/
Net Cereal Production
per Kapita per Day (g)
(Ton)
Rasio Konsumsi Normatif
terhadap Produksi Bersih
per Kapita/
Normative Consumption to
Net Per Capita
Production Ratio
Peringkat/
Rank
Papua
335
336
337
338
339
340
Pegunungan Bintang
Tolikara
Sarmi
Keerom
Waropen
Supiori
39,690
22,769
13,230
182
667
146
135
355
41
1.65
0.45
2.05
2.23
0.84
7.26
302
151
311
313
254
336
63,384
39,811
21,700
51,084
163,186
58,017
93,259
39,094
43
93
64
336
171
59
94
90
7.03
3.21
4.66
0.89
1.75
5.07
3.20
3.33
334
321
327
260
307
328
320
322
29.70
34.68
34.68
564.78
-
41.29
390.78
245.31
498.32
243.14
14.21
6,130.41
11,001.69
1,494.48
1,417.88
2,143.85
185.41
6,201.39
11,392.48
1,774.48
1,950.89
2,951.77
199.62
93,555
46,789
33,274
86.27
248.69
55.30
459.15
8,169.86
56.56
2,594.36
371.93
61.71
56.62
105.41
290.90
1,690.33
55.98
405.87
149.13
838.84
1,051.44
348.91
5,518.44
333.66
1,140.78
191.68
766.05
986.82
1,356.76
509.62
6,268.49
10,193.86
1,253.32
3,191.91
1,287.12
Papua Barat
341
342
343
344
345
346
347
348
Fak-fak
Kaimana
Teluk Wondama
Teluk Bintuni
Manokwari
Sorong Selatan
Sorong
Raja Ampat
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
145
Lampiran 3.1: Indikator-Indikator Akses terhadap Pangan
Annex 3.1: Food Access Indicators
Kabupaten /
District
No
Penduduk Dibawah
Garis Kemiskinan /
People Below
Poverty Line
(%)
Desa tanpa Akses
ke Jalan /Villages
Without
Access to Road
(%)
Peringkat/
Rank
Rumah Tangga tanpa
Akses ke Listrik /
Households Without
Access to Electricity
(%)
Peringkat/
Rank
32.26
28.54
24.72
21.60
28.15
24.41
32.63
26.69
33.74
27.18
33.16
28.63
32.31
22.19
33.61
29.28
26.55
302
272
235
202
267
231
307
253
315
256
311
275
304
207
314
281
252
27.32
9.30
18.92
10.92
14.75
14.35
28.14
9.13
17.62
10.50
18.56
20.12
30.20
5.14
21.86
40.17
9.98
246
127
197
141
162
160
250
125
185
136
194
203
259
89
215
298
130
13.04
13.68
4.03
2.34
12.11
8.12
18.13
5.13
6.30
5.76
7.51
1.52
11.81
7.04
6.28
10.53
13.36
245
254
148
113
237
195
278
164
177
170
188
96
232
184
176
218
251
31.75
18.74
20.33
27.47
20.06
15.28
12.33
15.26
14.84
15.82
14.47
5.67
18.23
33.84
18.84
22.42
27.76
11.84
300
164
186
260
181
113
73
112
108
124
101
4
158
316
166
210
261
69
50.71
28.24
29.51
8.69
11.47
315
251
257
122
144
324
8.45
13.24
7.93
5.42
16.01
2.52
2.66
3.77
43.33
6.25
30.29
7.27
3.92
121
153
113
90
170
56
60
76
303
102
261
106
79
41.76
13.16
13.08
11.56
14.40
5.73
11.16
1.81
4.27
15.98
1.53
2.03
4.69
44.39
3.47
19.23
15.38
2.47
Peringkat/
Rank
Nanggroe Aceh Darussalam
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Simeulue
Aceh Singkil
Aceh Selatan
Aceh Tenggara
Aceh Timur
Aceh Tengah
Aceh Barat
Aceh Besar
Pidie
Bireuen
Aceh Utara
Aceh Barat Daya
Gayo Lues
Aceh Tamiang
Nagan Raya
Aceh Jaya
Bener Meriah
Sumatera Utara
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
146
Nias
Mandailing Natal
Tapanuli Selatan
Tapanuli Tengah
Tapanuli Utara
Toba Samosir
Labuhan Batu
Asahan
Simalungun
Dairi
Karo
Deli Serdang
Langkat
Nias Selatan
Humbang Hasundutan
Pakpak Bharat
Samosir
Serdang Bedagai
249
247
230
257
169
227
105
155
269
97
109
157
329
140
281
263
116
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Lampiran 3.1 (lanjutan): Indikator-Indikator Akses terhadap Pangan
Annex 3.1 (contd): Food Access Indicators
Kabupaten /
District
No
Penduduk Dibawah
Garis Kemiskinan /
People Below
Poverty Line
(%)
Peringkat/
Rank
Rumah Tangga tanpa
Akses ke Listrik /
Households Without
Access to Electricity
(%)
Peringkat/
Rank
Desa tanpa Akses
ke Jalan /Villages
Without
Access to Road
(%)
Peringkat/
Rank
Sumatera Barat
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
Kepulauan Mentawai
Pesisir selatan
Solok
Sawahlunto/ Sijunjung
Tanah Datar
Padang Pariaman
Agam
Lima Puluh Kota
Pasaman
Solok Selatan
Dharmasraya
Pasaman Barat
15.99
13.21
17.59
15.35
7.72
17.12
12.59
14.79
17.92
17.43
14.42
13.76
126
85
148
115
16
139
Kuantan Sengingi
Indragiri Hulu
Indragiri Hilir
Pelalawan
Siak
Kampar
Rokan Hulu
Bengkalis
Rokan Hilir
78
106
152
144
99
88
67.58
20.21
16.53
15.96
6.41
10.88
9.00
17.17
32.79
17.04
7.76
25.57
331
204
176
168
103
140
124
182
276
180
112
233
39.53
0.00
2.70
4.26
0.00
4.26
3.66
0.00
6.25
9.38
0.00
0.00
320
1
122
153
1
153
145
1
175
212
1
1
19.03
14.63
14.57
18.07
6.01
10.73
21.86
10.69
9.41
169
103
102
154
6
59
203
57
42
17.40
13.75
33.28
18.70
7.36
6.94
24.53
15.23
19.37
184
156
280
195
108
105
231
164
200
3.35
15.98
54.92
12.71
5.31
4.12
9.27
32.57
11.86
139
270
338
242
166
151
210
313
233
Karimun
Bintan
Natuna
Lingga
8.69
11.73
8.74
30.06
30
68
32
284
11.84
7.97
21.17
24.38
146
116
210
229
20.37
9.80
23.66
10.87
287
213
297
223
Kerinci
Merangin
Sarolangun
Batang Hari
Muaro Jambi
Tanjung Jabung Timur
Tanjung Jabung Barat
Tebo
Bungo
11.30
12.10
16.11
15.42
7.13
13.44
12.79
8.69
7.63
63
71
129
116
9
86
79
31
15
15.99
17.75
20.57
17.76
10.65
37.21
34.59
23.52
14.05
169
187
207
188
137
292
283
226
158
3.60
7.91
9.92
6.19
3.01
44.09
17.91
10.48
1.39
142
194
214
174
130
328
276
217
93
Riau
48
49
50
51
52
53
54
55
56
Kepulauan Riau
57
58
59
60
Jambi
61
62
63
64
65
66
67
68
69
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
147
Lampiran 3.1 (lanjutan): Indikator-Indikator Akses terhadap Pangan
Annex 3.1 (contd): Food Access Indicators
Kabupaten /
District
No
Penduduk Dibawah
Garis Kemiskinan /
People Below
Poverty Line
(%)
Desa tanpa Akses
ke Jalan /Villages
Without
Access to Road
(%)
Peringkat/
Rank
Rumah Tangga tanpa
Akses ke Listrik /
Households Without
Access to Electricity
(%)
15.69
22.50
19.87
26.32
32.93
33.60
17.72
18.96
16.03
21.57
122
212
177
250
309
313
150
167
128
201
16.35
26.64
17.22
18.85
28.78
22.35
22.25
48.58
26.51
25.79
175
243
183
196
254
218
217
312
242
237
2.67
17.53
0.96
3.20
10.73
13.76
38.83
20.75
4.71
15.00
120
274
85
135
221
255
318
288
158
259
35.24
16.38
22.74
38.18
36.45
20.06
18.08
17.55
321
131
214
328
324
182
155
146
34.57
17.99
27.70
39.97
31.03
32.10
20.50
13.51
282
192
248
297
267
273
205
155
0.63
1.28
2.47
2.53
4.12
0.78
6.10
1.87
69
92
116
119
152
78
173
10.53
11.59
7.41
10.36
6.71
15.58
56
67
11
51
8
117
7.39
13.11
6.06
2.23
15.49
10.28
110
152
100
52
166
134
0.00
0.00
1.75
0.00
0.00
0.00
1
1
102
1
1
1
24.77
22.17
26.94
27.21
22.06
32.16
25.96
13.03
236
205
254
258
204
301
248
81
43.09
30.70
14.45
13.09
12.39
19.34
49.18
22.42
302
266
161
151
148
199
314
219
19.90
9.23
1.20
1.56
2.99
3.64
3.81
15.42
284
209
90
98
129
144
147
264
Peringkat/
Rank
Peringkat/
Rank
Sumatera Selatan
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
Ogan Komering Ulu
Ogan Komering Ilir
Muara Enim
Lahat
Musi Rawas
Musi Banyu Asin
Banyuasin
Ogan Komering Ulu Selatan
Ogan Komering Ulu Timur
Ogan Ilir
Bengkulu
80
81
82
83
84
85
86
87
Bengkulu Selatan
Rejang Lebong
Bengkulu Utara
Kaur
Seluma
Muko-Muko
Lebong
Kepahiang
106
Bangka Belitung
88
89
90
91
92
93
Bangka
Belitung
Bangka Barat
Bangka Tengah
Bangka Selatan
Belitung Timur
Lampung
94
95
96
97
98
99
100
101
Lampung Barat
Tanggamus
Lampung Selatan
Lampung Timur
Lampung Tengah
Lampung Utara
Way Kanan
Tulang Bawang
148
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Lampiran 3.1 (lanjutan): Indikator-Indikator Akses terhadap Pangan
Annex 3.1 (contd): Food Access Indicators
Kabupaten /
District
No
Penduduk Dibawah
Garis Kemiskinan /
People Below
Poverty Line
(%)
Peringkat/
Rank
Desa tanpa Akses
ke Jalan /Villages
Without
Access to Road
(%)
Peringkat/
Rank
16.05
20.05
3.62
5.55
171
202
74
93
11.94
14.06
0.91
0.97
235
256
83
87
83
125
161
110
172
157
91
147
170
175
119
193
136
104
107
7
2.95
5.74
8.08
1.06
2.15
3.12
1.74
0.94
1.27
1.15
0.74
2.64
1.18
1.90
2.67
1.44
65
96
117
23
50
67
44
21
30
27
17
59
28
46
61
38
2.10
7.63
11.21
1.59
4.72
0.28
0.58
0.00
0.71
0.60
0.72
6.71
0.00
0.52
1.94
2.67
110
191
228
100
159
51
67
1
74
68
76
182
1
65
107
121
213
211
289
257
290
189
303
142
153
208
93
232
143
197
240
5.49
0.72
5.84
5.67
3.24
1.93
3.40
1.22
1.35
1.36
0.71
0.95
0.41
2.17
1.12
92
16
97
95
68
47
71
29
33
35
14
22
4
51
26
2.46
0.00
0.00
0.36
1.09
0.81
0.38
0.00
0.37
0.00
0.00
115
1
1
56
89
80
59
1
58
1
1
54
1
63
75
Peringkat/
Rank
Rumah Tangga tanpa
Akses ke Listrik /
Households Without
Access to Electricity
(%)
15.64
14.43
7.18
9.47
120
100
10
43
13.10
15.98
18.49
15.00
19.31
18.15
13.94
17.58
19.07
19.77
15.63
20.96
16.84
14.70
14.83
6.66
22.59
22.46
30.24
27.18
30.25
20.49
32.29
17.37
18.06
22.27
14.02
Banten
102
103
104
105
Pandeglang
Lebak
Tangerang
Serang
Jawa Barat
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
Bogor
Sukabumi
Cianjur
Bandung
Garut
Tasikmalaya
Ciamis
Kuningan
Cirebon
Majalengka
Sumedang
Indramayu
Subang
Purwakarta
Karawang
Bekasi
Jawa Tengah
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
Cilacap
Banyumas
Purbalingga
Banjarnegara
Kebumen
Purworejo
Wonosobo
Magelang
Boyolali
Klaten
Sukoharjo
Wonogiri
Karanganyar
Sragen
Grobogan
24.44
17.39
21.24
25.14
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
0.34
0.00
0.48
0.71
149
Lampiran 3.1 (lanjutan): Indikator-Indikator Akses terhadap Pangan
Annex 3.1 (contd): Food Access Indicators
Kabupaten /
District
No
Penduduk Dibawah
Garis Kemiskinan /
People Below
Poverty Line
(%)
Peringkat/
Rank
Rumah Tangga tanpa
Akses ke Listrik /
Households Without
Access to Electricity
(%)
Peringkat/
Rank
Desa tanpa Akses
ke Jalan /Villages
Without
Access to Road
(%)
Peringkat/
Rank
Jawa Tengah
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
Blora
Rembang
Pati
Kudus
Jepara
Demak
Semarang
Temanggung
Kendal
Batang
Pekalongan
Pemalang
Tegal
Brebes
53
83
113
86
84
1.69
0.00
0.49
0.00
0.00
4.82
0.00
0.69
0.35
0.00
1.41
3.60
1.05
0.67
101
1
64
1
1
161
1
72
55
1
94
143
88
71
2.14
1.28
3.11
0.79
49
31
66
19
0.00
0.00
0.69
0.00
1
1
73
1
3.81
1.43
1.77
1.71
1.61
0.71
3.24
3.49
4.68
2.69
3.61
2.62
6.67
1.39
0.23
0.91
1.11
0.49
77
37
45
43
39
14
68
72
85
62
73
58
104
36
2
20
25
7
4.09
0.66
1.27
0.37
0.00
0.29
0.00
0.00
0.40
0.46
0.91
2.21
2.12
0.00
0.28
0.33
0.00
1.76
150
70
91
57
1
52
1
1
60
61
82
112
111
1
50
53
1
104
21.46
30.71
19.79
10.73
10.44
23.50
12.34
16.55
20.70
20.79
20.31
22.79
18.50
27.93
199
292
176
58
55
221
75
134
191
192
185
216
162
263
0.69
0.30
0.50
0.46
0.69
0.13
1.08
1.64
1.35
2.25
4.58
7.93
4.72
4.66
28.61
19.43
28.90
12.56
274
173
278
76
23.31
18.23
22.79
17.83
16.47
18.98
15.66
20.09
18.57
15.33
24.23
15.60
27.42
19.88
13.05
14.86
21.21
23.79
219
159
217
151
132
168
121
184
163
114
230
118
259
178
82
109
196
227
12
3
8
6
12
1
24
41
33
D.I. Yogyakarta
151
152
153
154
Kulon Progo
Bantul
Gunung Kidul
Sleman
Jawa Timur
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
150
Pacitan
Ponorogo
Trenggalek
Tulungagung
Blitar
Kediri
Malang
Lumajang
Jember
Banyuwangi
Bondowoso
Situbondo
Probolinggo
Pasuruan
Sidoarjo
Mojokerto
Jombang
Nganjuk
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Lampiran 3.1 (lanjutan): Indikator-Indikator Akses terhadap Pangan
Annex 3.1 (contd): Food Access Indicators
Kabupaten /
District
No
Penduduk Dibawah
Garis Kemiskinan /
People Below
Poverty Line
(%)
Peringkat/
Rank
Rumah Tangga tanpa
Akses ke Listrik /
Households Without
Access to Electricity
(%)
Peringkat/
Rank
Desa tanpa Akses
ke Jalan /Villages
Without
Access to Road
(%)
Peringkat/
Rank
1
1
61
84
1
133
66
118
206
134
138
Jawa Timur
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
Madiun
Magetan
Ngawi
Bojonegoro
Tuban
Lamongan
Gresik
Bangkalan
Sampang
Pamekasan
Sumenep
20.98
16.87
23.33
26.37
28.51
25.79
23.98
31.56
39.42
32.43
32.98
194
137
220
251
271
247
229
298
330
306
310
4.23
0.42
1.70
2.52
1.96
0.63
1.28
10.25
9.61
2.70
19.46
10
31
132
128
63
201
0.00
0.00
0.46
0.93
0.00
3.16
0.56
2.49
9.14
3.17
3.31
Jembrana
Tabanan
Badung
Gianyar
Klungkung
Bangli
9.92
7.46
4.28
5.98
9.14
7.48
8.95
8.68
46
12
2
5
36
13
34
28
1.63
0.77
0.54
0.65
6.01
3.82
6.06
2.45
40
18
9
11
99
78
100
54
0.00
0.78
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
1
77
1
1
1
1
1
1
28.97
25.74
25.60
28.78
28.57
25.12
28.63
279
246
245
277
273
239
276
11.18
20.90
21.70
5.62
21.58
16.11
5.92
142
209
214
94
213
172
98
0.00
0.81
0.00
8.48
0.00
5.08
8.16
1
79
1
198
1
163
196
42.96
39.08
333
329
295
326
286
82.41
65.98
59.87
79.63
67.59
10.42
12.18
9.17
8.75
4.05
216
239
208
201
149
82
5
42
56
48
Bali
184
185
186
187
188
189
190
191
Karang asem
Buleleng
Nusa Tenggara Barat
192
193
194
195
196
197
198
Lombok Barat
Lombok Tengah
Lombok Timur
Sumbawa
Dompu
Bima
Sumbawa Barat
Nusa Tenggara Timur
199
200
201
202
203
Sumba Barat
Sumba Timur
Kupang
Timor Tengah Selatan
Timor Tengah Utara
31.32
37.43
30.12
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
339
328
325
338
332
151
Lampiran 3.1 (lanjutan): Indikator-Indikator Akses terhadap Pangan
Annex 3.1 (contd): Food Access Indicators
Kabupaten /
District
No
Penduduk Dibawah
Garis Kemiskinan /
People Below
Poverty Line
(%)
Peringkat/
Rank
Rumah Tangga tanpa
Akses ke Listrik /
Households Without
Access to Electricity
(%)
Peringkat/
Rank
Desa tanpa Akses
ke Jalan /Villages
Without
Access to Road
(%)
21.02
28.49
34.45
14.38
19.15
20.33
16.69
31.41
28.26
27.96
195
270
319
98
171
187
135
297
268
264
66.93
55.00
60.20
41.92
51.61
35.51
58.41
77.96
66.37
75.41
330
319
326
301
317
286
323
336
329
335
12.98
26.29
9.30
11.95
15.00
21.13
9.09
12.14
0.00
32.23
244
302
211
236
259
290
205
238
1
312
14.00
11.88
24.95
8.26
7.97
18.12
17.10
15.05
10.25
19.50
92
70
237
23
18
156
138
111
49
174
8.33
25.79
47.49
10.25
31.08
32.99
40.85
35.01
33.63
39.21
119
237
310
132
268
278
299
285
281
295
23.37
38.71
32.05
13.43
18.67
28.03
28.57
24.77
43.42
53.85
296
317
311
252
280
305
306
299
326
337
8.66
11.33
9.30
10.43
8.61
9.00
7.76
11.25
8.68
9.18
9.29
12.34
8.91
27
64
41
52
26
35
17
61
29
37
40
74
33
2.91
22.55
30.53
31.44
34.91
30.37
55.62
36.89
24.75
23.02
36.07
26.12
69.48
64
221
265
271
284
263
321
291
232
222
287
240
333
2.35
13.66
45.16
25.26
22.33
15.63
13.25
35.64
10.56
38.30
22.40
2.94
20.97
114
253
331
300
292
268
250
315
219
316
293
128
289
Peringkat/
Rank
Nusa Tenggara Timur
204
205
206
207
208
209
210
211
212
213
Belu
Alor
Lembata
Flores Timur
Sikka
Ende
Ngada
Manggarai
Rote Ndao
Manggarai Barat
Kalimantan Barat
214
215
216
217
218
219
220
221
222
223
Sambas
Bengkayang
Landak
Pontianak
Sanggau
Ketapang
Sintang
Kapuas Hulu
Sekadau
Melawi
Kalimantan Tengah
224
225
226
227
228
229
230
231
232
233
234
235
236
152
Kotawaringin Barat
Kotawaringin Timur
Kapuas
Barito Selatan
Barito Utara
Sukamara
Lamandau
Seruyan
Katingan
Pulang Pisau
Gunung Mas
Barito Timur
Murung Raya
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Lampiran 3.1 (lanjutan): Indikator-Indikator Akses terhadap Pangan
Annex 3.1 (contd): Food Access Indicators
Kabupaten /
District
No
Penduduk Dibawah
Garis Kemiskinan /
People Below
Poverty Line
(%)
Peringkat/
Rank
Rumah Tangga tanpa
Akses ke Listrik /
Households Without
Access to Electricity
(%)
Peringkat/
Rank
Desa tanpa Akses
ke Jalan /Villages
Without
Access to Road
(%)
Peringkat/
Rank
Kalimantan Selatan
237
238
239
240
241
242
243
244
245
246
247
Tanah Laut
Kota Baru
Banjar
Barito Kuala
Tapin
Hulu Sungai Selatan
Hulu Sungai Tengah
Hulu Sungai Utara
Tabalong
Tanah Bumbu
Balangan
45
20
60
62
22
65
4.20
22.46
3.30
10.72
16.92
10.49
13.40
11.41
7.28
13.86
16.29
81
220
70
138
179
135
154
143
107
157
174
4.48
8.63
14.58
39.00
9.16
7.43
5.33
19.63
3.05
15.56
6.58
156
199
258
319
207
187
167
283
131
266
180
16.00
14.04
12.59
17.51
9.27
23.60
22.31
20.02
17.59
127
95
77
145
39
224
209
180
149
11.51
27.37
7.36
29.64
14.10
17.79
16.69
36.67
3.99
145
247
108
258
159
189
177
289
80
6.40
22.42
8.81
17.78
11.01
29.63
8.64
52.23
0.00
178
294
202
275
225
310
200
335
1
13.17
10.31
17.20
15.77
16.54
10.14
84
50
140
123
133
47
9.13
3.72
19.26
8.72
2.48
4.99
125
75
198
123
55
88
3.25
1.96
10.82
12.42
1.76
11.86
137
108
222
240
103
233
29.21
32.32
29.74
30.60
280
305
283
291
32.94
277
245
256
211
10.71
5.80
0.00
7.84
220
172
1
192
7.62
8.61
4.24
8.17
8.42
9.68
8.14
11.16
11.25
8.22
11.35
14
25
1
21
24
Kalimantan Timur
248
249
250
251
252
253
254
255
256
Pasir
Kutai Barat
Kutai
Kutai Timur
Berau
Malinau
Bulungan
Nunukan
Penajam Paser Utara
Sulawesi Utara
257
258
259
260
261
262
Bolaang Mongondow
Minahasa
Sangihe Talaud
Talaud
Minahasa Selatan
Minahasa Utara
Gorontalo
263
264
265
266
Boalemo
Gorontalo
Pohuwato
Bone Bolango
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
27.29
29.49
21.53
153
Lampiran 3.1 (lanjutan): Indikator-Indikator Akses terhadap Pangan
Annex 3.1 (contd): Food Access Indicators
Kabupaten /
District
No
Penduduk Dibawah
Garis Kemiskinan /
People Below
Poverty Line
(%)
Peringkat/
Rank
Rumah Tangga tanpa
Akses ke Listrik /
Households Without
Access to Electricity
(%)
Peringkat/
Rank
Desa tanpa Akses
ke Jalan /Villages
Without
Access to Road
(%)
Peringkat/
Rank
Sulawesi Tengah
267
268
269
270
271
272
273
274
275
Banggai Kepulauan
Banggai
Morowali
Poso
Donggala
Toli Toli
Buol
Parigi Moutong
Tojo Una-Una
27.92
17.28
28.27
28.02
23.59
22.18
25.50
23.69
30.22
262
141
269
265
223
206
243
225
288
51.47
16.23
33.06
23.37
28.58
23.02
47.16
32.69
23.37
316
173
279
224
253
222
309
275
224
12.95
3.11
16.25
3.21
15.36
4.82
2.78
2.79
17.36
243
132
271
136
262
161
123
124
273
20.45
13.56
12.12
24.55
13.80
14.13
13.87
20.08
23.93
14.73
18.84
5.45
11.36
8.05
10.44
22.79
21.24
19.91
14.03
10.21
188
87
72
234
89
97
90
183
228
105
165
3
66
19
54
215
198
179
94
48
17.81
15.66
22.03
12.09
4.95
7.45
24.43
8.36
8.32
15.21
17.88
7.95
17.67
10.05
5.42
9.91
25.90
30.29
25.69
15.47
190
167
216
147
87
111
230
120
118
163
191
115
186
131
90
129
239
261
234
165
6.76
1.59
1.49
0.88
0.00
4.79
20.00
0.97
0.00
7.41
7.53
2.86
2.84
2.86
5.77
5.43
18.50
18.06
15.34
8.91
183
99
95
81
1
160
285
86
1
186
190
126
125
126
171
168
279
277
261
204
23.27
25.35
23.70
25.35
18.31
20.51
24.51
26.29
218
242
226
241
160
190
233
249
44.41
41.62
26.14
27.17
36.70
31.24
25.72
30.42
307
300
241
244
290
269
236
264
7.52
6.69
13.10
5.14
7.08
29.50
11.00
11.11
189
181
248
165
185
309
224
226
Sulawesi Selatan
276
277
278
279
280
281
282
283
284
285
286
287
288
289
290
291
292
293
294
295
Selayar
Bulukumba
Bantaeng
Jeneponto
Takalar
Gowa
Sinjai
Maros
Pangkajene Kepulauan
Barru
Bone
Soppeng
Wajo
Sidenreng Rappang
Pinrang
Enrekang
Luwu
Tana Toraja
Luwu Utara
Luwu Timur
Sulawesi Tenggara
296
297
298
299
300
301
302
303
154
Buton
Muna
Konawe
Kolaka
Konawe Selatan
Bombana
Wakatobi
Kolaka Utara
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Lampiran 3.1 (lanjutan): Indikator-Indikator Akses terhadap Pangan
Annex 3.1 (contd): Food Access Indicators
Kabupaten /
District
No
Penduduk Dibawah
Garis Kemiskinan /
People Below
Poverty Line
(%)
Peringkat/
Rank
Rumah Tangga tanpa
Akses ke Listrik /
Households Without
Access to Electricity
(%)
Peringkat/
Rank
Desa tanpa Akses
ke Jalan /Villages
Without
Access to Road
(%)
Peringkat/
Rank
Sulawesi Barat
304
305
306
307
308
Majene
Polewali Mamasa
Mamasa
Mamuju
Mamuju Utara
23.55
24.96
25.51
10.43
9.22
222
238
244
53
38
12.76
20.77
48.19
43.95
31.72
150
208
311
306
272
10.00
11.28
58.76
15.45
12.70
215
229
341
265
241
Maluku Tenggara Barat
Maluku Tenggara
Maluku Tengah
Buru
Kepulauan Aru
Seram Bagian Barat
Seram Bagian Timur
44.15
35.98
36.03
31.34
36.88
37.85
39.83
335
322
323
296
325
327
332
28.83
36.17
12.66
47.01
63.31
25.71
55.48
255
288
149
308
327
235
320
53.19
26.44
15.61
44.04
28.57
25.84
85.48
336
303
267
327
306
301
343
Halmahera Selatan
Halmahera Utara
Halmahera Timur
16.19
30.18
14.07
12.95
9.63
21.54
130
287
96
80
44
200
32.28
27.99
43.83
38.95
28.47
24.06
274
249
305
294
252
228
16.43
8.82
40.94
19.61
24.14
8.22
272
203
323
282
298
197
Merauke
Jayawijaya
Jayapura
Nabire
Yapen Waropen
Biak Numfor
Paniai
Puncak Jaya
Mimika
Boven Digoel
Mappi
Asmat
Yahukimo
31.56
50.31
30.91
45.56
43.54
46.98
52.18
52.11
32.73
29.52
34.04
33.49
48.34
299
342
293
337
334
339
346
344
308
282
318
312
341
31.37
90.45
10.85
55.91
39.84
21.54
90.81
23.93
48.83
93.75
87.66
99.43
270
341
139
322
296
212
342
227
313
27.38
75.40
13.04
55.63
28.57
3.74
87.59
86.39
42.35
56.82
23.36
20.14
95.75
304
342
245
339
306
146
345
344
325
340
295
286
347
Maluku
309
310
311
312
313
314
315
Maluku Utara
316
317
318
319
320
321
Halmahera Barat
Halmahera Tengah
Kepulauan Sula
Papua
322
323
324
325
326
327
328
329
330
331
332
333
334
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
343
340
345
155
Lampiran 3.1 (lanjutan): Indikator-Indikator Akses terhadap Pangan
Annex 3.1 (contd): Food Access Indicators
Kabupaten /
District
No
Penduduk Dibawah
Garis Kemiskinan /
People Below
Poverty Line
(%)
Peringkat/
Rank
Rumah Tangga tanpa
Akses ke Listrik /
Households Without
Access to Electricity
(%)
Peringkat/
Rank
Desa tanpa Akses
ke Jalan /Villages
Without
Access to Road
(%)
Peringkat/
Rank
Papua
335
336
337
338
339
340
Pegunungan Bintang
Tolikara
Sarmi
Keerom
Waropen
Supiori
52.11
45.30
31.20
27.07
46.93
53.25
344
336
294
255
338
347
100.00
43.47
17.08
78.42
71.88
346
304
181
337
334
99.11
93.20
40.16
21.31
48.00
7.89
348
346
321
291
334
193
39.57
35.22
53.34
51.37
47.34
28.05
33.84
30.07
331
320
348
343
340
266
317
285
18.37
52.38
94.79
38.92
59.38
30.26
16.71
20.55
193
318
344
293
324
260
178
206
6.42
11.63
34.43
47.42
47.03
40.85
44.55
3.49
179
231
314
333
332
322
330
141
Papua Barat
341
342
343
344
345
346
347
348
156
Fak-fak
Kaimana
Teluk Wondama
Teluk Bintuni
Manokwari
Sorong Selatan
Sorong
Raja Ampat
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Lampiran 4.1: Indikator-Indikator Akses terhadap Kesehatan dan Gizi
Annex 4.1: Health and Nutrition Indicators
No
Kabupaten/
District
Angka Harapan
Perempuan
Peringkat/
Hidup / Life
Buta Huruf/
Rank
Expectancy
Female
(tahun / year)
Illiteracy (%)
Peringkat/
Rank
Berat Badan
Balita dibawah
Standar/
Underweight
Children
< 5 years (%)
Peringkat/
Rank
Tinggi Badan Balita
di bawah Standar/
Stunting Children
< 5 years (%)
RumahTangga
dengan Jarak
5 km dari Fasilitas
Kesehatan/
Households
> 5 km from Health
Facilities (%)
Peringkat/
Rank
Rumah Tangga
Tanpa Akses ke Air
Bersih/ Households
Without Access to
Clean
Drinking Water
(%)
Peringkat/
Rank
Nanggroe Aceh Darussalam
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Simeulue
Aceh Singkil
Aceh Selatan
Aceh Tenggara
Aceh Timur
Aceh Tengah
Aceh Barat
Aceh Besar
Pidie
Bireuen
Aceh Utara
Aceh Barat Daya
Gayo Lues
Aceh Tamiang
Nagan Raya
Aceh Jaya
Bener Meriah
4.59
22.15
17.95
8.61
10.05
5.73
15.04
8.05
20.54
6.65
12.89
14.03
29.15
6.31
18.63
12.98
6.48
32
293
252
107
135
54
216
95
284
74
185
201
326
67
262
188
70
62.75
64.27
66.61
69.11
69.41
69.31
69.69
70.42
68.94
72.22
69.41
66.30
66.73
68.09
69.31
67.84
67.31
23
46
112
253
267
262
275
295
238
338
267
101
118
205
261
193
158
39.6
21.0
24.9
48.8
21.8
15.1
29.9
20.1
23.7
32.8
35.5
39.1
19.5
21.4
36.0
29.0
13.7
342
185
245
346
201
80
301
171
226
321
329
340
159
194
331
291
49
63.9
48.9
46.5
66.9
40.8
47.7
37.1
39.4
38.3
51.9
35.7
60.9
59.5
41.0
43.6
47.2
55.6
6.9
14.1
12.3
0.9
13.9
11.2
3.7
19.1
3.1
7.2
22.5
0.7
16.9
7.9
22.6
20.2
14.5
196
294
278
43
291
255
135
323
123
203
332
36
315
215
333
326
297
76.11
52.80
38.12
23.13
52.04
46.50
35.02
19.51
18.11
14.94
39.66
31.23
52.35
34.60
41.07
28.40
31.22
327
274
202
120
271
245
185
94
82
66
210
167
272
183
218
153
166
20.13
3.02
2.71
7.64
6.54
3.58
5.31
6.62
5.66
4.84
3.38
4.42
7.55
34.94
4.72
5.58
8.06
6.27
283
13
9
89
72
16
43
73
52
38
15
29
88
333
34
48
96
65
68.98
63.43
66.93
242
31
130
173
227
298
210
225
229
187
328
281
235
234
180
126
269
37.3
26.1
27.3
27.8
38.3
12.8
22.7
26.2
26.3
19.4
15.0
22.9
11.4
32.0
30.1
24.5
11.5
26.1
334
258
276
282
339
33
211
260
262
156
75
213
18
319
303
240
20
50.5
54.1
28.9
41.8
61.1
39.4
47.0
39.9
42.9
55.9
45.0
39.9
46.7
67.1
47.3
54.6
34.8
39.6
15.8
11.7
7.4
8.7
12.4
24.2
6.6
4.0
3.2
1.4
7.2
0.4
11.7
21.8
7.1
2.2
5.8
0.4
305
264
210
231
280
336
190
143
126
61
203
22
264
330
200
94
172
22
76.14
44.73
42.55
48.49
38.39
42.59
40.79
19.24
20.22
55.51
19.75
11.13
30.94
71.67
49.79
48.56
76.18
18.45
328
238
225
Sumatera Utara
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
Nias
Mandailing Natal
Tapanuli Selatan
Tapanuli Tengah
Tapanuli Utara
Toba Samosir
Labuhan Batu
Asahan
Simalungun
Dairi
Karo
Deli Serdang
Langkat
Nias Selatan
Humbang Hasundutan
Pakpak Bharat
Samosir
Serdang Bedagai
67.56
68.64
70.52
68.16
68.59
68.67
67.70
71.85
69.83
68.92
68.85
67.64
66.81
69.46
68.76
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
231
258
254
203
226
215
92
101
285
96
48
163
316
263
255
329
83
157
Lampiran 4.1 (lanjutan): Indikator-Indikator Akses terhadap Kesehatan dan Gizi
Annex 4.1 (contd): Health and Nutrition Indicators
Kabupaten/
District
No
Angka Harapan
Perempuan
Peringkat/
Hidup / Life
Buta Huruf/
Rank
Expectancy
Female
(tahun / year)
Illiteracy
(%)
Peringkat/
Rank
Berat Badan
Balita dibawah
Standar/
Underweight
Children
< 5 years (%)
Peringkat/
Rank
Tinggi Badan Balita
di bawah Standar/
Stunting Children
< 5 years (%)
RumahTangga
dengan Jarak
5 km dari Fasilitas
Kesehatan/
Households
> 5 km from Health
Facilities (%)
Peringkat/
Rank
Rumah Tangga
Tanpa Akses ke Air
Bersih/ Households
Without Access to
Clean
Drinking Water
(%)
Peringkat/
Rank
Sumatera Barat
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
Kepulauan Mentawai
Pesisir selatan
Solok
Sawahlunto/ Sijunjung
Tanah Datar
Padang Pariaman
Agam
Lima Puluh Kota
Pasaman
Solok Selatan
Dharmasraya
Pasaman Barat
13.42
10.97
6.02
10.23
6.12
8.78
4.47
7.94
5.17
5.48
8.53
5.65
193
156
59
140
61
112
31
94
41
47
105
50
68.24
66.54
65.65
65.99
69.94
67.63
68.56
67.42
66.50
64.32
65.31
64.42
213
110
81
89
286
178
224
167
109
47
71
51
19.7
25.5
22.1
23.9
14.1
22.2
19.8
14.9
25.9
27.3
27.2
27.6
162
252
204
228
55
206
165
72
256
276
274
280
32.8
37.5
36.2
46.1
40.0
35.0
35.4
29.5
48.7
34.7
30.4
45.3
49.3
10.9
1.5
4.3
11.0
2.5
7.6
3.6
14.7
5.9
11.4
11.5
348
250
65
147
252
105
213
134
299
175
259
262
74.21
40.21
36.40
43.54
35.24
39.45
27.76
49.78
37.76
39.85
31.20
53.75
322
212
192
230
188
209
146
262
199
211
164
279
8.92
3.96
8.15
4.28
5.73
3.95
68.05
68.55
70.70
68.48
71.23
68.10
67.08
70.06
67.01
201
223
301
220
319
206
140
288
137
18.2
18.2
24.0
19.0
136
136
230
150
264
216
120
235
7.87
120
22
98
27
54
21
60
99
92
233
32.4
33.0
41.1
31.1
28.8
20.4
24.5
30.7
37.9
3.7
4.6
21.1
2.1
1.2
0.3
3.1
5.0
7.1
140
154
328
89
52
21
125
158
199
48.67
44.53
96.87
31.20
29.42
23.96
51.10
64.98
68.65
256
237
343
164
155
122
268
302
310
Karimun
Bintan
Natuna
Lingga
15.07
9.37
13.16
16.12
217
126
191
229
69.76
69.57
67.96
69.70
280
272
198
276
16.6
14.0
20.0
15.6
108
52
168
89
31.0
50.0
35.1
45.2
0.6
5.5
0.0
0.5
34
167
1
28
34.50
23.11
58.39
24.79
182
119
290
127
Kerinci
Merangin
Sarolangun
Batang Hari
Muaro Jambi
Tanjung Jabung Timur
Tanjung Jabung Barat
Tebo
Bungo
10.67
8.63
10.95
8.70
10.60
17.07
12.23
9.38
8.67
149
108
155
110
148
241
176
128
109
70.40
67.61
68.93
68.49
69.11
69.33
69.07
68.70
66.37
294
175
236
221
252
263
249
230
105
14.4
17.2
18.0
17.7
26.7
15.5
18.5
11.4
24.4
62
124
134
128
269
87
142
18
235
46.4
38.7
40.3
33.6
25.3
35.2
42.1
40.9
43.9
2.7
1.4
1.8
3.0
8.6
1.3
3.2
1.5
2.1
111
60
79
122
230
53
126
64
93
31.32
42.12
53.69
50.67
40.94
98.35
74.88
40.22
45.96
169
222
278
266
216
345
324
213
243
Riau
48
49
50
51
52
53
54
55
56
Kuantan Sengingi
Indragiri Hulu
Indragiri Hilir
Pelalawan
Siak
Kampar
Rokan Hulu
Bengkalis
Rokan Hilir
6.06
8.21
26.4
23.0
17.1
24.4
24.3
Kepulauan Riau
57
58
59
60
Jambi
61
62
63
64
65
66
67
68
69
158
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Lampiran 4.1 (lanjutan): Indikator-Indikator Akses terhadap Kesehatan dan Gizi
Annex 4.1 (contd): Health and Nutrition Indicators
Kabupaten/
District
No
Angka Harapan
Perempuan
Peringkat/
Hidup / Life
Buta Huruf/
Rank
Expectancy
Female
(tahun / year)
Illiteracy
(%)
Peringkat/
Rank
Berat Badan
Balita dibawah
Standar/
Underweight
Children
< 5 years (%)
Peringkat/
Rank
Tinggi Badan Balita
di bawah Standar/
Stunting Children
< 5 years (%)
RumahTangga
dengan Jarak
5 km dari Fasilitas
Kesehatan/
Households
> 5 km from Health
Facilities (%)
Peringkat/
Rank
Rumah Tangga
Tanpa Akses ke Air
Bersih/ Households
Without Access to
Clean
Drinking Water
(%)
Peringkat/
Rank
Sumatera Selatan
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
Ogan Komering Ulu
Ogan Komering Ilir
Muara Enim
Lahat
Musi Rawas
Musi Banyu Asin
Banyuasin
Ogan Komering Ulu Selatan
Ogan Komering Ulu Timur
Ogan Ilir
5.42
9.27
3.86
5.11
6.52
5.61
8.93
5.31
11.41
5.32
46
124
19
40
71
49
121
43
163
45
69.10
67.33
67.09
67.24
64.14
69.07
66.88
69.16
68.16
65.40
250
162
141
154
39
248
129
255
209
75
17.1
23.6
28.1
9.8
20.6
20.0
14.4
16.2
13.6
19.7
120
222
285
11
180
168
62
101
46
162
43.6
57.6
44.1
43.5
48.7
37.0
45.5
45.5
38.5
44.9
5.9
8.4
15.0
11.0
2.4
8.6
1.6
12.0
6.0
9.5
175
219
302
252
100
227
70
272
179
238
29.45
43.68
28.07
47.32
44.86
52.50
64.78
59.65
20.00
50.03
156
231
150
250
239
273
301
294
99
264
9.05
8.89
15.63
12.33
11.35
11.40
8.59
8.84
123
119
224
179
160
162
106
115
67.00
66.22
69.03
66.36
65.00
67.40
65.55
63.37
136
98
245
103
64
164
76
29
16.8
21.6
15.8
15.3
18.5
19.7
20.6
13.7
111
198
93
84
142
162
180
49
52.1
39.4
34.3
33.1
34.1
33.9
46.9
40.9
0.0
0.1
0.0
0.0
0.0
0.0
0.4
0.0
1
15
1
1
1
1
22
1
59.91
54.41
74.06
42.27
77.67
51.57
50.69
38.10
296
282
321
223
331
270
267
201
8.97
7.27
12.77
6.96
13.65
7.03
122
83
183
78
197
80
66.99
68.97
67.53
67.64
67.22
67.99
135
241
169
181
153
199
21.0
16.9
20.5
14.9
23.1
15.0
185
113
178
72
218
75
36.1
36.0
27.9
33.4
42.4
44.4
16.8
7.4
6.7
5.9
1.7
4.4
314
210
191
175
74
149
18.50
30.85
49.20
18.48
30.61
49.41
86
162
260
85
160
261
8.46
10.89
14.20
12.24
12.43
11.53
12.23
10.56
103
153
205
178
181
167
176
146
66.26
68.16
67.78
69.65
68.81
67.36
68.93
68.11
99
211
191
274
233
163
237
207
14.4
19.2
14.0
17.7
18.4
23.2
17.9
15.2
62
151
52
128
141
219
133
82
42.0
44.1
35.1
54.4
32.1
44.5
45.1
49.5
7.9
8.5
2.8
3.3
3.0
3.7
11.2
6.0
215
225
116
128
119
135
255
179
47.76
40.94
24.59
36.09
65.15
68.10
45.89
55.61
252
216
126
190
304
308
242
287
Bengkulu
80
81
82
83
84
85
86
87
Bengkulu Selatan
Rejang Lebong
Bengkulu Utara
Kaur
Seluma
Muko-Muko
Lebong
Kepahiang
Bangka Belitung
88
89
90
91
92
93
Bangka
Belitung
Bangka Barat
Bangka Tengah
Bangka Selatan
Belitung Timur
Lampung
94
95
96
97
98
99
100
101
Lampung Barat
Tanggamus
Lampung Selatan
Lampung Timur
Lampung Tengah
Lampung Utara
Way Kanan
Tulang Bawang
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
159
Lampiran 4.1 (lanjutan): Indikator-Indikator Akses terhadap Kesehatan dan Gizi
Annex 4.1 (contd): Health and Nutrition Indicators
Kabupaten/
District
No
Angka Harapan
Perempuan
Peringkat/
Hidup / Life
Buta Huruf/
Rank
Expectancy
Female
(tahun / year)
Illiteracy
(%)
Peringkat/
Rank
Berat Badan
Balita dibawah
Standar/
Underweight
Children
< 5 years (%)
Peringkat/
Rank
Tinggi Badan Balita
di bawah Standar/
Stunting Children
< 5 years (%)
RumahTangga
dengan Jarak
5 km dari Fasilitas
Kesehatan/
Households
> 5 km from Health
Facilities (%)
Peringkat/
Rank
Rumah Tangga
Tanpa Akses ke Air
Bersih/ Households
Without Access to
Clean
Drinking Water
(%)
Peringkat/
Rank
Banten
102
103
104
105
Pandeglang
Lebak
Tangerang
Serang
6.40
17.01
7.93
14.32
68
240
93
207
63.09
63.11
65.32
62.29
25
26
72
16
20.4
14.1
12.9
23.7
176
55
34
226
44.5
31.1
39.2
45.5
12.0
30.4
3.5
5.0
272
342
131
159
42.76
29.92
6.06
26.73
227
157
15
141
12.77
10.10
8.80
4.16
5.99
7.25
7.02
10.51
14.42
11.50
4.24
23.68
14.81
8.29
12.10
10.17
183
136
114
25
58
82
79
144
208
166
26
300
214
101
175
137
67.63
66.12
64.96
68.78
64.42
67.32
66.77
67.12
64.92
65.57
67.10
65.62
68.95
66.20
65.70
68.43
179
91
63
232
50
160
122
146
62
77
142
79
239
96
84
219
15.9
13.6
14.8
15.7
16.2
16.2
15.6
12.7
22.2
19.8
12.7
18.8
16.1
12.1
9.4
14.2
94
46
69
92
101
101
89
31
206
165
31
148
100
24
8
60
31.7
39.8
45.1
45.0
41.8
43.4
33.4
35.0
34.1
42.4
33.0
35.5
40.8
30.7
34.4
27.8
6.3
11.7
8.4
1.0
5.6
6.0
2.5
2.7
1.3
4.0
6.2
3.1
1.0
3.7
1.7
0.6
188
264
219
46
169
179
105
111
54
143
187
123
46
135
74
34
26.19
37.81
23.78
9.43
27.72
43.31
25.52
10.45
11.44
19.54
19.04
6.24
8.68
48.42
8.86
8.67
139
200
121
36
145
229
131
45
50
95
88
17
32
253
33
31
16.22
10.87
14.70
18.15
14.78
18.31
16.41
19.29
20.96
17.13
16.10
26.57
22.36
25.81
17.20
231
152
210
257
211
258
233
274
287
242
228
319
294
315
244
69.86
69.52
69.40
68.51
69.11
69.71
69.20
69.90
70.11
70.93
70.04
72.04
71.92
71.94
69.21
283
270
265
222
251
278
257
285
289
310
287
332
329
330
258
12.6
10.1
12.9
14.8
14.1
11.6
15.1
13.4
16.6
21.3
14.1
11.7
16.9
17.2
10.3
29
12
34
69
55
21
80
43
108
191
55
22
113
124
14
26.2
26.8
36.1
37.4
34.6
40.8
39.6
35.4
25.8
41.1
31.4
29.6
47.3
39.4
21.8
2.8
0.9
2.4
4.4
2.4
3.5
2
1.5
8.3
0.5
1.3
1.3
3.0
2.1
2.1
116
43
100
149
100
131
84
65
218
28
54
54
119
90
90
21.42
20.43
26.11
22.83
19.23
17.17
10.07
13.99
17.81
7.70
3.27
16.16
10.36
4.08
32.32
111
106
136
118
91
75
40
58
79
24
5
69
42
8
174
Jawa Barat
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
Bogor
Sukabumi
Cianjur
Bandung
Garut
Tasikmalaya
Ciamis
Kuningan
Cirebon
Majalengka
Sumedang
Indramayu
Subang
Purwakarta
Karawang
Bekasi
Jawa Tengah
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
Cilacap
Banyumas
Purbalingga
Banjarnegara
Kebumen
Purworejo
Wonosobo
Magelang
Boyolali
Klaten
Sukoharjo
Wonogiri
Karanganyar
Sragen
Grobogan
160
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Lampiran 4.1 (lanjutan): Indikator-Indikator Akses terhadap Kesehatan dan Gizi
Annex 4.1 (contd): Health and Nutrition Indicators
Kabupaten/
District
No
Angka Harapan
Perempuan
Peringkat/
Hidup / Life
Buta Huruf/
Rank
Expectancy
Female
(tahun / year)
Illiteracy
(%)
Peringkat/
Rank
Berat Badan
Balita dibawah
Standar/
Underweight
Children
< 5 years (%)
Peringkat/
Rank
Tinggi Badan Balita
di bawah Standar/
Stunting Children
< 5 years (%)
RumahTangga
dengan Jarak
5 km dari Fasilitas
Kesehatan/
Households
> 5 km from Health
Facilities (%)
Peringkat/
Rank
Rumah Tangga
Tanpa Akses ke Air
Bersih/ Households
Without Access to
Clean
Drinking Water
(%)
Peringkat/
Rank
Jawa Tengah
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
Blora
Rembang
Pati
Kudus
Jepara
Demak
Semarang
Temanggung
Kendal
Batang
Pekalongan
Pemalang
Tegal
Brebes
170
251
141
147
255
265
286
278
245
304
71.01
69.75
72.62
69.41
70.39
70.31
72.21
72.16
67.40
69.38
68.13
66.97
67.86
66.75
313
279
343
266
293
292
337
336
166
264
208
134
195
120
20.9
18.5
15.2
17.8
21.3
21.5
15.3
13.1
14.1
17.0
21.0
21.5
17.7
21.0
183
142
82
132
191
196
84
40
55
116
185
196
128
185
45.5
49.6
42.2
39.8
36.6
42.9
29.0
32.3
42.0
40.1
42.2
40.3
38.7
48.7
7.2
2.2
1.6
1.2
5.4
0.3
1.1
2.3
0.5
0.2
0.4
0.0
1.5
0.0
203
94
70
51
165
20
48
97
28
16
22
1
65
1
17.48
6.16
5.99
6.25
16.52
8.38
19.14
19.20
9.80
10.63
10.96
10.36
9.58
11.40
78
16
14
18
74
27
89
90
39
46
47
42
37
49
17.51
19.10
35.78
14.78
247
271
336
211
73.47
70.95
70.75
74.10
344
311
302
346
14.6
7.4
13.4
10.1
66
3
43
12
27.2
30.1
32.6
25.1
1.5
6.1
2.3
0.5
65
186
97
28
27.23
4.75
27.82
5.75
142
11
147
13
14.10
22.59
13.57
9.62
15.11
12.56
18.05
27.59
28.21
22.02
36.66
28.79
31.19
20.01
6.20
11.99
11.08
15.13
202
296
196
131
219
182
256
321
323
292
337
325
328
282
64
172
157
220
70.67
69.06
70.91
70.80
70.25
68.99
68.22
66.35
62.33
66.45
62.36
62.72
60.33
63.15
69.89
69.58
69.85
68.27
300
247
308
305
290
244
212
102
17
107
18
22
4
28
284
273
282
215
13.0
15.0
13.5
10.5
10.9
12.3
12.5
18.1
30.4
17.0
8.8
19.3
24.3
19.3
15.9
13.8
19.4
20.9
39
75
45
15
16
26
27
135
307
116
6
153
233
153
94
51
156
183
26.9
33.4
33.0
27.5
36.6
28.7
34.4
37.8
42.7
39.0
33.2
39.0
32.3
28.9
40.4
25.7
39.6
34.5
1.6
1.9
2.7
0.8
3.5
4.2
4.5
3.4
1.8
3.7
13.2
2.6
3.7
1.4
3.0
3.4
0.4
0.9
70
83
111
41
131
145
151
129
80
135
285
107
135
61
119
129
22
43
44.02
20.23
33.65
7.86
11.83
7.32
12.36
7.33
13.34
14.45
22.63
12.21
28.02
4.40
2.71
6.71
7.80
8.53
234
102
177
26
51
21
53
22
55
62
117
52
148
9
2
19
25
28
24.42
18.65
19.30
15.24
11.96
17.88
10.29
10.59
18.02
18.81
20.86
19.55
17.31
23.85
306
263
275
221
D.I. Yogyakarta
151
152
153
154
Kulon Progo
Bantul
Gunung Kidul
Sleman
Jawa Timur
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
Pacitan
Ponorogo
Trenggalek
Tulungagung
Blitar
Kediri
Malang
Lumajang
Jember
Banyuwangi
Bondowoso
Situbondo
Probolinggo
Pasuruan
Sidoarjo
Mojokerto
Jombang
Nganjuk
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
161
Lampiran 4.1 (lanjutan): Indikator-Indikator Akses terhadap Kesehatan dan Gizi
Annex 4.1 (contd): Health and Nutrition Indicators
Kabupaten/
District
No
Angka Harapan
Perempuan
Peringkat/
Hidup / Life
Buta Huruf/
Rank
Expectancy
Female
(tahun / year)
Illiteracy
(%)
Peringkat/
Rank
Berat Badan
Balita dibawah
Standar/
Underweight
Children
< 5 years (%)
Peringkat/
Rank
Tinggi Badan Balita
di bawah Standar/
Stunting Children
< 5 years (%)
RumahTangga
dengan Jarak
5 km dari Fasilitas
Kesehatan/
Households
> 5 km from Health
Facilities (%)
Peringkat/
Rank
Rumah Tangga
Tanpa Akses ke Air
Bersih/ Households
Without Access to
Clean
Drinking Water
(%)
Peringkat/
Rank
Jawa Timur
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
Madiun
Magetan
Ngawi
Bojonegoro
Tuban
Lamongan
Gresik
Bangkalan
Sampang
Pamekasan
Sumenep
18.97
17.40
21.43
23.87
24.47
18.96
11.65
35.39
54.88
34.16
39.01
267
246
291
305
307
266
168
335
342
331
340
68.43
70.50
68.99
66.79
Jembrana
Tabanan
Badung
Gianyar
Klungkung
Bangli
Karang asem
Buleleng
17.63
19.41
14.30
26.28
28.61
25.70
38.33
23.43
67.17
67.73
70.30
62.90
61.11
62.70
64.23
218
297
243
125
150
188
291
24
10
21
44
15.6
9.6
12.9
13.2
18.7
16.0
16.0
24.4
31.2
27.0
29.4
89
10
34
41
146
97
97
235
314
271
294
31.8
45.0
38.8
33.5
37.7
39.7
28.4
41.9
48.0
51.8
47.9
1.8
0.8
5.2
7.3
2.6
6.0
1.3
5.8
13.2
9.1
4.9
80
41
162
209
107
179
54
172
285
236
156
2.73
3.27
10.39
9.59
6.75
18.47
13.41
8.94
28.17
16.23
13.46
3
5
44
38
20
84
56
34
151
70
57
248
276
206
317
324
313
339
298
71.63
74.32
71.64
71.99
68.95
71.40
67.77
68.65
325
348
326
331
240
322
190
228
12.2
7.1
7.4
6.8
12.9
11.7
19.8
14.9
25
2
3
1
34
22
165
72
33.2
25.5
24.8
25.8
28.3
37.5
39.0
35.4
11.4
2.7
0
0.2
2
2.4
14.7
1.7
259
111
1
16
84
100
299
74
17.42
8.57
3.31
2.90
26.18
24.40
37.50
15.70
77
29
7
4
138
125
198
67
34.46
37.38
26.47
14.16
26.25
19.87
16.74
332
338
318
203
316
281
237
59.54
59.82
59.16
60.40
60.70
62.01
60.76
2
3
1
5
7
14
8
27.6
18.2
25.5
27.8
30.0
33.2
21.4
280
136
252
282
302
322
194
41.7
45.1
43.1
48.2
42.3
46.6
46.6
11.8
1.6
1.3
0.2
4.9
4.5
5.6
269
70
54
16
156
151
169
16.49
23.96
14.14
5.64
4.45
13.14
8.61
72
122
59
12
10
54
30
29.78
21.40
13.40
21.33
15.64
327
290
192
288
225
64.11
61.42
64.77
66.40
67.27
38
12
59
106
156
30.3
24.7
37.9
40.2
37.5
305
243
338
343
336
49.1
42.3
51.4
57.0
59.6
11.4
25.0
11.1
34.7
16.4
259
338
254
347
308
76.10
60.71
326
297
283
298
171
Bali
184
185
186
187
188
189
190
191
Nusa Tenggara Barat
192
193
194
195
196
197
198
Lombok Barat
Lombok Tengah
Lombok Timur
Sumbawa
Dompu
Bima
Sumbawa Barat
Nusa Tenggara Timur
199
200
201
202
203
162
Sumba Barat
Sumba Timur
Kupang
Timor Tengah Selatan
Timor Tengah Utara
54.62
61.26
31.84
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Lampiran 4.1 (lanjutan): Indikator-Indikator Akses terhadap Kesehatan dan Gizi
Annex 4.1 (contd): Health and Nutrition Indicators
No
Kabupaten/
District
Angka Harapan
Perempuan
Peringkat/
Hidup / Life
Buta Huruf/
Rank
Expectancy
Female
(tahun / year)
Illiteracy
(%)
Peringkat/
Rank
Berat Badan
Balita dibawah
Standar/
Underweight
Children
< 5 years (%)
Peringkat/
Rank
Tinggi Badan Balita
di bawah Standar/
Stunting Children
< 5 years (%)
RumahTangga
dengan Jarak
5 km dari Fasilitas
Kesehatan/
Households
> 5 km from Health
Facilities (%)
Peringkat/
Rank
Rumah Tangga
Tanpa Akses ke Air
Bersih/ Households
Without Access to
Clean
Drinking Water
(%)
Peringkat/
Rank
Nusa Tenggara Timur
204
205
206
207
208
209
210
211
212
213
Belu
Alor
Lembata
Flores Timur
Sikka
Ende
Ngada
Manggarai
Rote Ndao
Manggarai Barat
7.1
16.5
10.0
0.4
13.3
1.7
21.3
264
281
248
200
311
241
22
287
74
329
39.04
21.73
24.86
1.65
36.63
20.67
10.32
41.85
27.46
48.95
204
113
128
1
193
107
41
220
143
258
49.5
47.6
38.9
27.6
42.3
39.7
35.0
58.9
47.5
54.2
5.2
24.8
32.2
11.9
18.9
22.7
23.6
30.0
18.7
17.5
162
337
344
270
322
334
335
341
320
316
90.49
74.82
79.12
93.40
73.48
58.48
69.16
65.03
69.64
63.08
339
323
333
340
320
291
312
303
313
300
39.7
40.9
48.0
54.0
48.1
57.1
45.0
27.8
44.7
44.8
49.4
30.3
38.6
0.7
8.5
7.1
4.8
0.5
1.4
14.0
3.9
0.2
8.4
8.9
5.0
5.2
36
225
200
155
28
61
292
141
16
219
233
159
162
17.91
53.94
81.72
58.89
55.55
47.18
48.98
66.17
54.92
81.71
63.02
80
281
336
292
286
249
259
305
284
335
299
228
337
19.64
10.67
10.00
15.33
11.98
13.75
7.72
16.19
13.76
8.88
279
149
134
222
171
199
90
230
200
117
64.72
65.89
66.17
67.17
68.06
64.16
66.77
66.65
66.78
65.75
57
87
94
149
202
41
121
114
123
86
33.9
31.6
31.0
29.8
36.7
33.6
26.6
37.3
40.8
30.1
325
316
312
299
332
324
267
334
345
303
43.4
48.3
40.9
40.8
49.6
42.2
46.8
38.3
54.2
52.2
11.7
12.5
10.5
17.15
16.46
16.60
20.79
16.78
21.38
13.55
11.37
18.55
10.92
243
234
236
285
238
289
194
161
261
154
60.48
68.40
64.72
67.03
67.61
66.69
67.68
66.26
67.22
67.53
6
217
56
138
176
116
184
100
152
170
26.0
29.3
20.3
16.5
22.9
24.5
21.0
32.4
28.7
29.4
257
292
174
106
213
10.40
3.81
8.84
2.88
3.05
7.31
2.77
8.46
6.13
12.06
1.03
3.83
3.88
143
17
115
12
14
84
10
103
62
173
2
71.05
69.16
70.43
68.08
71.57
67.67
66.93
67.85
67.18
67.30
67.55
67.67
67.83
316
254
296
203
324
183
131
194
151
157
171
182
192
18.7
20.8
25.2
23.2
29.7
25.5
30.8
29.8
26.3
22.3
30.4
16.7
27.3
146
182
250
219
298
252
310
299
262
208
307
Kalimantan Barat
214
215
216
217
218
219
220
221
222
223
Sambas
Bengkayang
Landak
Pontianak
Sanggau
Ketapang
Sintang
Kapuas Hulu
Sekadau
Melawi
240
185
320
290
294
Kalimantan Tengah
224
225
226
227
228
229
230
231
232
233
234
235
236
Kotawaringin Barat
Kotawaringin Timur
Kapuas
Barito Selatan
Barito Utara
Sukamara
Lamandau
Seruyan
Katingan
Pulang Pisau
Gunung Mas
Barito Timur
Murung Raya
18
20
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
110
276
42.79
88.20
163
Lampiran 4.1 (lanjutan): Indikator-Indikator Akses terhadap Kesehatan dan Gizi
Annex 4.1 (contd): Health and Nutrition Indicators
Kabupaten/
District
No
Angka Harapan
Perempuan
Peringkat/
Hidup / Life
Buta Huruf/
Rank
Expectancy
Female
(tahun / year)
Illiteracy
(%)
Peringkat/
Rank
Berat Badan
Balita dibawah
Standar/
Underweight
Children
< 5 years (%)
Peringkat/
Rank
Tinggi Badan Balita
di bawah Standar/
Stunting Children
< 5 years (%)
RumahTangga
dengan Jarak
5 km dari Fasilitas
Kesehatan/
Households
> 5 km from Health
Facilities (%)
Peringkat/
Rank
Rumah Tangga
Tanpa Akses ke Air
Bersih/ Households
Without Access to
Clean
Drinking Water
(%)
Peringkat/
Rank
Kalimantan Selatan
237
238
239
240
241
242
243
244
245
246
247
Tanah Laut
Kota Baru
Banjar
Barito Kuala
Tapin
Hulu Sungai Selatan
Hulu Sungai Tengah
Hulu Sungai Utara
Tabalong
Tanah Bumbu
Balangan
11.21
15.00
10.38
14.78
12.06
8.39
9.33
12.39
9.80
13.56
14.18
158
215
142
211
173
102
125
180
133
195
204
67.62
64.72
64.04
60.82
66.67
63.14
64.15
61.87
62.54
63.99
61.12
177
55
37
9
115
27
40
13
19
36
11
17.0
22.9
35.6
25.1
28.2
24.8
31.0
34.2
25.1
20.4
34.4
116
213
330
247
286
244
312
326
247
176
327
41.0
35.2
49.9
43.7
38.1
47.8
45.2
50.4
42.0
31.8
47.4
12.6
5.7
2.3
9.5
6.9
1.1
2.7
2.0
6.0
12.0
11.9
283
171
97
238
196
48
111
84
179
272
270
57.56
46.71
50.53
70.54
37.46
34.43
25.79
37.08
40.74
44.52
35.22
289
246
265
314
197
181
133
194
214
236
187
11.42
6.81
7.53
5.91
8.27
15.69
11.22
15.76
10.86
164
76
86
57
100
226
159
227
151
72.06
69.70
67.68
68.08
69.16
68.01
72.52
70.84
71.04
333
277
185
204
256
200
341
306
315
28.2
17.1
22.0
14.6
13.6
19.6
31.7
26.5
14.3
286
120
202
66
46
160
317
265
61
43.5
31.7
36.5
31.1
38.9
27.3
52.1
52.0
42.3
3.9
10.1
9.6
16.4
8.4
15.8
6.7
4.5
5.5
141
242
240
308
219
305
191
151
167
46.93
53.79
32.15
56.86
47.39
59.86
72.18
71.69
31.88
247
280
173
288
251
295
318
317
172
2.29
1.18
4.33
1.52
1.34
1.27
8
3
28
6
5
4
70.97
72.07
72.28
70.86
71.72
72.10
312
334
339
307
327
335
17.3
8.1
14.4
23.5
14.0
16.0
126
5
62
221
52
97
30.7
42.5
31.3
31.8
29.6
30.2
14.2
2.6
8.4
14.6
10.1
8.6
295
107
219
298
242
227
35.78
14.89
43.74
14.14
14.55
21.72
189
65
232
59
64
112
6.27
5.90
4.43
4.60
65
56
30
33
67.32
67.10
67.07
67.60
159
143
139
174
24.4
235
279
222
274
41.3
44.2
31.2
38.7
22.0
7.2
10.4
1.8
331
203
246
80
24.13
17.98
28.75
14.54
124
81
154
63
Kalimantan Timur
248
249
250
251
252
253
254
255
256
Pasir
Kutai Barat
Kutai
Kutai Timur
Berau
Malinau
Bulungan
Nunukan
Penajam Paser Utara
Sulawesi Utara
257
258
259
260
261
262
Bolaang Mongondow
Minahasa
Sangihe Talaud
Talaud
Minahasa Selatan
Minahasa Utara
Gorontalo
263
264
265
266
164
Boalemo
Gorontalo
Pohuwato
Bone Bolango
27.4
23.6
27.2
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Lampiran 4.1 (lanjutan): Indikator-Indikator Akses terhadap Kesehatan dan Gizi
Annex 4.1 (contd): Health and Nutrition Indicators
Kabupaten/
District
No
Angka Harapan
Perempuan
Peringkat/
Hidup / Life
Buta Huruf/
Rank
Expectancy
Female
(tahun / year)
Illiteracy
(%)
Peringkat/
Rank
Berat Badan
Balita dibawah
Standar/
Underweight
Children
< 5 years (%)
Peringkat/
Rank
Tinggi Badan Balita
di bawah Standar/
Stunting Children
< 5 years (%)
RumahTangga
dengan Jarak
5 km dari Fasilitas
Kesehatan/
Households
> 5 km from Health
Facilities (%)
Peringkat/
Rank
Rumah Tangga
Tanpa Akses ke Air
Bersih/ Households
Without Access to
Clean
Drinking Water
(%)
Peringkat/
Rank
Sulawesi Tengah
267
268
269
270
271
272
273
274
275
Banggai Kepulauan
Banggai
Morowali
Poso
Donggala
Toli Toli
Buol
Parigi Moutong
Tojo Una-Una
19.42
22.56
34.21
20.37
41.90
39.26
33.20
35.05
21.93
93
116
180
105
221
207
176
186
114
304
54
290
339
161
217
191
295
107
212
235
172
28
20.36
30.38
15.93
16.49
25.41
26.10
34.03
34.76
32.70
17.36
25.48
14.20
22.49
7.34
21.30
31.27
31.54
53.64
28.03
37.33
104
159
68
72
129
135
179
184
175
76
130
61
115
23
110
168
170
277
149
196
6.0
8.9
16.4
17.7
12.5
18.7
179
233
308
28.32
27.52
39.26
317
281
320
0.7
13.0
36
284
19.98
41.60
52.94
20.31
20.83
152
144
207
98
219
275
103
108
20
197
65
49
43
32
58
45
30
23.6
24.9
21.6
21.7
33.4
31.7
29.6
26.5
27.8
222
245
198
200
323
317
297
265
282
39.9
41.7
46.7
29.5
45.3
33.4
43.0
44.8
30.6
11.2
1.5
16.1
6.8
7.2
0.0
8.7
11.3
7.7
255
65
307
195
138
132
62
128
50
62.66
67.95
65.11
64.36
64.22
63.66
64.77
64.27
63.39
15.10
23.71
27.90
35.22
24.56
25.38
18.78
24.65
19.66
19.51
22.56
19.22
24.53
15.38
19.08
14.45
16.96
19.03
12.91
10.21
218
301
322
334
309
312
264
310
280
277
295
273
308
223
270
209
239
269
186
139
67.33
71.02
72.38
64.55
68.38
71.07
71.07
70.78
68.27
67.92
68.59
71.30
69.54
71.42
71.23
74.25
72.55
74.06
70.91
70.61
161
314
340
53
216
318
317
303
214
196
226
321
271
323
320
347
342
345
309
299
11.3
16.5
19.3
20.3
27.1
16.9
14.7
16.8
18.9
15.4
22.3
13.2
20.0
18.5
15.0
16.2
15.5
16.3
14.8
12.6
17
106
153
174
272
113
68
111
149
86
208
41
168
142
75
101
87
105
69
29
27.3
29.9
37.6
26.6
30.8
32.8
29.0
27.8
27.8
38.5
34.3
28.7
18.6
25.8
26.1
34.9
26.4
34.5
24.8
21.7
10.4
12.1
2.9
4.3
4.2
6.0
14.0
15.5
1.3
13.6
26.5
5.1
8.2
6.7
14.2
2.6
7.5
9.0
5.8
0.5
246
276
118
147
145
179
292
25.75
17.67
11.88
314
250
169
145
187
254
232
126
67.55
65.69
66.47
66.36
67.16
67.10
67.69
65.14
172
83
108
104
148
144
186
66
28.2
15.0
21.3
23.0
26.2
26.7
30.3
19.2
286
75
191
216
260
269
305
151
50.1
40.2
31.7
39.8
45.5
31.0
52.7
34.9
7.54
11.47
4.77
4.14
10.20
9.75
6.13
9.38
5.65
87
165
35
24
203
1
231
258
214
Sulawesi Selatan
276
277
278
279
280
281
282
283
284
285
286
287
288
289
290
291
292
293
294
295
Selayar
Bulukumba
Bantaeng
Jeneponto
Takalar
Gowa
Sinjai
Maros
Pangkajene Kepulauan
Barru
Bone
Soppeng
Wajo
Sidenreng Rappang
Pinrang
Enrekang
Luwu
Tana Toraja
Luwu Utara
Luwu Timur
Sulawesi Tenggara
296
297
298
299
300
301
302
303
Buton
Muna
Konawe
Kolaka
Konawe Selatan
Bombana
Wakatobi
Kolaka Utara
10.52
12.93
17.97
16.33
9.37
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
165
Lampiran 4.1 (lanjutan): Indikator-Indikator Akses terhadap Kesehatan dan Gizi
Annex 4.1 (contd): Health and Nutrition Indicators
Kabupaten/
District
No
Angka Harapan
Perempuan
Peringkat/
Hidup / Life
Buta Huruf/
Rank
Expectancy
Female
(tahun / year)
Illiteracy
(%)
Peringkat/
Rank
Berat Badan
Balita dibawah
Standar/
Underweight
Children
< 5 years (%)
Peringkat/
Rank
Tinggi Badan Balita
di bawah Standar/
Stunting Children
< 5 years (%)
RumahTangga
dengan Jarak
5 km dari Fasilitas
Kesehatan/
Households
> 5 km from Health
Facilities (%)
Peringkat/
Rank
Rumah Tangga
Tanpa Akses ke Air
Bersih/ Households
Without Access to
Clean
Drinking Water
(%)
Peringkat/
Rank
Sulawesi Barat
304
305
306
307
308
Majene
Polewali Mamasa
Mamasa
Mamuju
Mamuju Utara
13.10
22.87
19.13
16.50
7.19
189
297
272
235
81
64.43
64.18
70.78
67.76
67.44
52
42
304
189
168
19.6
21.2
37.0
22.5
39.1
160
190
333
210
340
40.7
41.8
47.4
49.5
42.9
8.4
0.0
18.5
10.3
0.0
219
1
319
245
1
16.37
19.90
68.75
46.32
43.75
71
97
311
244
233
Maluku Tenggara Barat
Maluku Tenggara
Maluku Tengah
Buru
Kepulauan Aru
Seram Bagian Barat
Seram Bagian Timur
0.48
2.07
4.07
18.50
4.80
4.79
7.85
1
7
23
260
37
36
91
63.73
67.40
65.33
66.75
67.11
66.21
65.21
34
165
73
119
145
97
69
29.3
31.3
28.4
37.5
40.2
23.9
30.9
292
315
289
336
343
228
311
34.4
46.9
51.2
38.8
53.0
30.9
67.4
8.6
9.3
7.0
31.8
12.3
15.4
16.6
227
237
198
343
278
303
312
20.95
9.17
18.75
53.02
45.67
20.04
26.14
109
35
87
276
241
100
137
Halmahera Barat
Halmahera Tengah
Kepulauan Sula
Halmahera Selatan
Halmahera Utara
Halmahera Timur
9.57
8.88
8.14
13.14
8.78
6.44
130
117
97
190
112
69
63.72
65.36
63.96
64.82
64.92
64.33
33
74
35
60
61
27
9
34
128
6
120
48.2
48.0
23.6
52.3
37.0
31.9
10.9
0.0
1.7
19.8
2.0
10.6
250
1
74
324
84
249
36.19
25.91
26.64
33.92
39.20
70.63
191
134
140
178
206
48
12.5
9.5
12.9
17.7
8.8
17.1
Merauke
Jayawijaya
Jayapura
Nabire
Yapen Waropen
Biak Numfor
Paniai
Puncak Jaya
Mimika
Boven Digoel
Mappi
Asmat
Yahukimo
6.82
70.17
6.67
31.30
18.97
2.80
61.69
8.72
23.59
17.96
52.46
85.64
77
344
75
330
267
11
343
111
299
253
341
346
62.03
65.93
66.83
66.96
66.57
65.72
66.85
66.96
69.26
66.17
65.64
65.62
66.03
15
88
127
133
111
85
128
132
259
93
80
78
90
22.0
22.8
17.5
20.5
18.2
19.4
27.1
24.4
25.1
20.1
23.6
25.7
202
212
127
178
136
156
272
235
247
171
222
255
26.4
49.8
33.3
34.9
36.1
34.9
50.0
33.5
37.6
35.6
30.9
49.5
5.4
14.7
5.9
12.2
0.7
32.9
33.8
29.8
6.3
18.2
20.8
13.3
20.1
165
299
175
277
36
345
346
340
188
318
327
287
325
47.09
77.07
51.56
59.32
67.58
42.50
95.22
44.04
68.36
67.71
98.85
95.17
248
330
269
293
306
224
342
235
309
307
346
341
Maluku
309
310
311
312
313
314
315
Maluku Utara
316
317
318
319
320
321
315
Papua
322
323
324
325
326
327
328
329
330
331
332
333
334
166
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Lampiran 4.1 (lanjutan): Indikator-Indikator Akses terhadap Kesehatan dan Gizi
Annex 4.1 (contd): Health and Nutrition Indicators
Kabupaten/
District
No
Angka Harapan
Perempuan
Peringkat/
Hidup / Life
Buta Huruf/
Rank
Expectancy
Female
(tahun / year)
Illiteracy
(%)
Peringkat/
Rank
Berat Badan
Balita dibawah
Standar/
Underweight
Children
< 5 years (%)
Peringkat/
Rank
Tinggi Badan Balita
di bawah Standar/
Stunting Children
< 5 years (%)
RumahTangga
dengan Jarak
5 km dari Fasilitas
Kesehatan/
Households
> 5 km from Health
Facilities (%)
Peringkat/
Rank
Rumah Tangga
Tanpa Akses ke Air
Bersih/ Households
Without Access to
Clean
Drinking Water
(%)
Peringkat/
Rank
Papua
335
336
337
338
339
340
Pegunungan Bintang
Tolikara
Sarmi
Keerom
Waropen
Supiori
79.67
24.67
23.78
18.42
5.72
345
311
302
259
53
65.17
65.66
66.13
66.62
64.59
65.29
68
82
92
113
54
70
15.9
24.1
17.0
29.4
30.5
94
232
116
294
309
50.8
16.7
30.7
57.4
46.3
2.1
13.3
10.2
2.2
2.0
12.0
90
287
244
94
84
272
97.40
44.94
75.83
79.42
73.44
344
240
5.20
31.20
13.68
17.65
23.81
27.01
5.08
7.43
42
329
198
249
303
320
39
85
69.27
69.06
66.78
67.26
67.12
66.19
66.71
65.15
260
246
124
155
147
95
117
67
22.1
24.5
26.6
25.4
18.2
35.2
20.1
24.0
204
240
267
251
136
328
171
230
42.2
37.2
45.3
40.9
44.6
60.6
29.9
47.3
11.7
6.8
11.7
0.7
2.5
1.1
7.3
16.7
263
194
268
40
104
48
208
313
30.31
77.84
39.06
89.19
48.83
30.70
25.57
37.27
158
332
205
338
257
161
132
195
325
334
319
Papua Barat
341
342
343
344
345
346
347
348
Fak-fak
Kaimana
Teluk Wondama
Teluk Bintuni
Manokwari
Sorong Selatan
Sorong
Raja Ampat
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
167
Lampiran 5.1: Kumulatif Curah Hujan Selama Musim Hujan (Oktober - Maret) dan Musim Kemarau (April - September) untuk Periode 1997 - 2007
Annex 5.1: Rainfall Cumullative during Wet Season periods (October - March) and Dry Season (April - September) for 1997 to 2007 Periods
Akumulasi Curah Hujan Okt-Mar/Rainfall Accumulation Oct-Mar
No
Akumulasi Curah Hujan Apr-Sep/Rainfall Accumulation Apr-Sep
Kabupaten / District
30 tahun/ years normal
10 tahun/ years (1997/98-2007/08)
Deviasi / Deviation (%)
30 tahun/ years normal
10 tahun/ years (1997/98-2007/08)
Deviasi / Deviation (%)
Nanggroe Aceh Darussalam
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Simeulue
Aceh Singkil
Aceh Selatan
Aceh Tenggara
Aceh Timur
Aceh Tengah
Aceh Barat
Aceh Besar
Pidie
Bireuen
Aceh Utara
Aceh Barat Daya
Gayo Lues
Aceh Tamiang
Nagan Raya
Aceh Jaya
Bener Meriah
1,774.00
1,941.66
2,075.00
1,464.78
1,112.00
1,062.60
2,044.26
1,057.66
1,086.23
1,079.48
894.79
2,075.00
1,464.78
1,112.00
2,044.26
2,044.26
1,062.60
1,710.67
1,495.67
1,824.50
917.94
2,065.42
843.03
1,013.00
945.00
771.83
1,824.50
917.94
2,065.42
2,065.42
-
96.43
77.03
87.93
82.55
101.04
79.71
93.26
87.54
86.26
87.93
82.55
101.04
101.04
-
862.00
1,120.80
1,101.00
959.36
925.00
667.09
1,315.41
470.83
344.24
469.26
493.93
1,101.00
959.36
925.00
1,315.41
1,315.41
667.09
831.00
961.67
1,073.83
874.97
1,392.39
351.87
407.67
487.50
399.00
1,073.83
874.97
1,392.39
1,392.39
-
96.40
85.80
97.53
94.59
105.85
74.74
118.43
103.89
80.78
97.53
94.59
105.85
105.85
-
1,653.88
2,055.50
2,421.83
1,945.00
1,526.96
956.50
102.60
94.76
94.79
81.87
113.95
92.86
1,404.65
979.83
1,819.53
1,703.73
1,039.50
1,159.82
1,028.01
1,653.88
1,526.96
1,703.73
956.50
1,159.82
107.55
73.82
101.31
107.36
71.00
92.34
102.49
102.60
113.95
107.36
92.86
92.34
1,123.96
1,491.02
1,394.00
1,344.03
619.00
399.00
840.39
892.13
1,313.00
1,004.00
568.00
916.92
879.00
1,123.96
619.00
1,004.00
399.00
916.92
1,136.62
1,177.00
1,368.94
1,078.00
702.00
427.50
1,051.35
947.70
1,110.78
890.46
548.00
901.29
797.67
1,136.62
702.00
890.46
427.50
101.13
78.94
98.20
80.21
113.41
107.14
125.10
106.23
84.60
88.69
96.48
98.30
90.75
101.13
113.41
88.69
107.14
98.30
Sumatera Utara
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
168
Nias
Mandailing Natal
Tapanuli Selatan
Tapanuli Tengah
Tapanuli Utara
Toba Samosir
Labuhan Batu
Asahan
Simalungun
Dairi
Karo
Deli Serdang
Langkat
Nias Selatan
Humbang Hasundutan
Pakpak Bharat
Samosir
Serdang Bedagai
1,612.00
2,169.18
2,555.00
2,375.77
1,340.00
1,030.00
1,306.02
1,327.40
1,796.00
1,587.00
1,464.00
1,256.04
1,003.00
1,612.00
1,340.00
1,587.00
1,030.00
1,256.04
901.29
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Lampiran 5.1 (lanjutan): Kumulatif Curah Hujan Selama Musim Hujan (Oktober - Maret) dan Musim Kemarau (April - September) untuk Periode 1997 - 2007
Annex 5.1 (contd): Rainfall Cumullative during Wet Season periods (October - March) and Dry Season (April - September) for 1997 to 2007 Periods
Akumulasi Curah Hujan Okt-Mar / Rainfall Accumulation Oct-Mar
No
Akumulasi Curah Hujan Apr-Sep / Rainfall Accumulation Apr-Sep
Kabupaten / District
30 tahun / years normal
10 tahun / years (1997/98-2007/08)
Deviasi / Deviation (%)
30 tahun / years normal
10 tahun / years (1997/98-2007/08)
Deviasi / Deviation (%)
Kepulauan Mentawai
Pesisir selatan
Solok
Sawahlunto/ Sijunjung
Tanah Datar
Padang Pariaman
Agam
Lima Puluh Kota
Pasaman
Solok Selatan
Dharmasraya
Pasaman Barat
2,805.00
1,882.72
1,448.45
1,501.45
1,260.69
2,287.40
1,383.15
1,444.36
2,270.38
1,448.45
1,501.45
2,270.38
2,642.00
1,575.56
1,371.68
1,195.97
1,219.82
2,141.22
1,380.14
1,635.00
2,068.29
1,371.68
1,195.97
2,068.29
94.19
83.69
94.70
79.65
96.76
93.61
99.78
113.20
91.10
94.70
79.65
91.10
1,560.00
842.82
652.34
714.41
481.52
1,156.67
675.21
709.70
1,355.14
652.34
714.41
1,355.14
1,250.00
809.31
658.91
677.80
497.94
942.88
757.92
750.27
1,286.53
658.91
677.80
1,286.53
80.13
96.02
101.01
94.88
103.41
81.52
112.25
105.72
94.94
101.01
94.88
94.94
Kuantan Sengingi
Indragiri Hulu
Indragiri Hilir
Pelalawan
Siak
Kampar
Rokan Hulu
Bengkalis
Rokan Hilir
1,614.16
1,445.77
1,224.71
1,866.00
1,547.86
1,689.94
1,922.43
1,443.69
1,972.27
1,218.16
1,317.95
1,080.48
1,645.25
1,603.96
1,427.80
1,808.95
1,306.53
1,923.40
75.47
91.16
88.22
88.17
103.62
84.49
94.10
90.50
97.52
721.97
650.49
607.03
1,178.00
906.93
781.55
818.18
728.18
777.41
737.00
660.06
641.64
1,123.00
888.39
747.23
848.71
538.17
822.10
102.08
101.47
105.70
95.33
97.96
95.61
103.73
73.91
105.75
Karimun
Bintan
Natuna
Lingga
1,106.72
1,703.44
1,262.55
1,262.55
1,084.27
1,257.20
1,125.33
1,125.33
97.97
73.80
89.13
89.13
1,025.85
1,082.85
676.03
676.03
778.00
848.30
624.57
624.57
75.84
78.34
92.39
92.39
Kerinci
Merangin
Sarolangun
Batang Hari
Muaro Jambi
Tanjung Jabung Timur
Tanjung Jabung Barat
Tebo
Bungo
1,289.58
2,079.00
1,735.00
1,631.00
1,514.41
1,703.98
1,728.00
1,577.00
2,081.00
1,377.41
1,465.87
1,467.15
1,321.68
1,276.20
1,592.63
1,730.76
1,047.00
1,401.50
106.81
70.51
84.56
81.04
84.27
93.47
100.16
66.39
67.35
645.00
894.00
757.00
571.00
646.23
854.87
780.00
572.00
871.00
702.44
838.50
660.06
567.22
683.53
704.50
712.11
595.50
769.50
108.91
93.79
87.19
99.34
105.77
82.41
91.30
104.11
88.35
Sumatera Barat
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
Riau
48
49
50
51
52
53
54
55
56
Kepulauan Riau
57
58
59
60
Jambi
61
62
63
64
65
66
67
68
69
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
169
Lampiran 5.1 (lanjutan): Kumulatif Curah Hujan Selama Musim Hujan (Oktober - Maret) dan Musim Kemarau (April - September) untuk Periode 1997 - 2007
Annex 5.1 (contd): Rainfall Cumullative during Wet Season periods (October - March) and Dry Season (April - September) for 1997 to 2007 Periods
Akumulasi Curah Hujan Okt-Mar/Rainfall Accumulation Oct-Mar
No
Akumulasi Curah Hujan Apr-Sep/Rainfall Accumulation Apr-Sep
Kabupaten / District
30 tahun/ years normal
10 tahun/ years (1997/98-2007/08)
Deviasi / Deviation (%)
30 tahun/ years normal
10 tahun/ years (1997/98-2007/08)
Deviasi / Deviation (%)
Sumatera Selatan
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
Ogan Komering Ulu
Ogan Komering Ilir
Muara Enim
Lahat
Musi Rawas
Musi Banyu Asin
Banyuasin
Ogan Komering Ulu Selatan
Ogan Komering Ulu Timur
Ogan Ilir
1,868.66
1,892.70
2,340.60
2,574.29
1,816.17
1,788.75
1,788.75
1,868.66
1,868.66
1,892.70
1,827.36
1,617.07
2,005.91
2,275.31
1,542.33
1,786.08
1,786.08
1,827.36
1,827.36
1,617.07
97.79
85.44
85.70
88.39
84.92
99.85
99.85
97.79
97.79
85.44
716.21
600.88
776.63
842.14
750.38
672.66
672.66
716.21
716.21
600.88
610.56
516.33
694.35
829.51
543.55
620.12
620.12
610.56
610.56
516.33
85.25
85.93
89.41
98.50
72.44
92.19
92.19
85.25
85.25
85.93
2,556.47
1,781.95
2,275.67
2,556.47
2,556.47
2,275.67
1,781.95
1,781.95
2,305.10
1,792.43
2,076.34
2,305.10
2,305.10
2,076.34
1,792.43
1,792.43
90.17
100.59
91.24
90.17
90.17
91.24
100.59
100.59
1,372.47
671.74
1,020.00
1,372.47
1,372.47
1,020.00
671.74
671.74
1,286.44
896.11
821.00
1,286.44
1,286.44
821.00
896.11
896.11
93.73
133.40
80.49
93.73
93.73
80.49
133.40
133.40
1,764.46
1,624.82
1,764.46
1,764.46
1,764.46
1,624.82
1,438.81
1,563.54
1,438.81
1,438.81
1,438.81
1,563.54
81.54
96.23
798.79
622.00
81.54
81.54
81.54
96.23
798.79
798.79
798.79
622.00
552.48
549.36
552.48
552.48
552.48
549.36
69.17
88.32
69.17
69.17
69.17
88.32
1,597.64
1,370.00
1,521.67
1,901.00
2,096.55
2,034.12
1,787.57
1,680.00
1,158.81
1,310.99
1,529.78
1,678.46
1,717.57
1,768.91
1,644.00
1,334.33
72.53
95.69
100.53
88.29
81.92
86.96
91.97
79.42
718.81
454.00
418.25
514.00
519.55
507.92
593.41
580.00
447.18
367.78
439.82
476.58
417.82
427.36
-
62.21
81.01
105.16
92.72
80.42
84.14
-
Bengkulu
80
81
82
83
84
85
86
87
Bengkulu Selatan
Rejang Lebong
Bengkulu Utara
Kaur
Seluma
Muko-Muko
Lebong
Kepahiang
Bangka Belitung
88
89
90
91
92
93
Bangka
Belitung
Bangka Barat
Bangka Tengah
Bangka Selatan
Belitung Timur
Lampung
94
95
96
97
98
99
100
101
170
Lampung Barat
Tanggamus
Lampung Selatan
Lampung Timur
Lampung Tengah
Lampung Utara
Way Kanan
Tulang Bawang
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Lampiran 5.1 (lanjutan): Kumulatif Curah Hujan Selama Musim Hujan (Oktober - Maret) dan Musim Kemarau (April - September) untuk Periode 1997 - 2007
Annex 5.1 (contd): Rainfall Cumullative during Wet Season periods (October - March) and Dry Season (April - September) for 1997 to 2007 Periods
Akumulasi Curah Hujan Okt-Mar/Rainfall Accumulation Oct-Mar
No
Akumulasi Curah Hujan Apr-Sep/Rainfall Accumulation Apr-Sep
Kabupaten / District
30 tahun/ years normal
10 tahun/ years (1997/98-2007/08)
30 tahun/ years normal
10 tahun/ years (1997/98-2007/08)
2,678.00
1,755.00
1,533.00
1,341.00
1,869.97
1,989.25
1,551.33
1,197.96
69.83
113.35
101.20
89.33
809.90
770.00
498.00
365.00
610.26
885.00
595.36
307.00
75.35
114.94
119.55
84.11
2,698.00
2,337.00
2,190.00
1,666.00
2,774.00
2,055.00
1,887.00
1,875.00
2,564.00
1,333.00
2,036.00
1,519.00
3,374.00
2,291.00
1,293.00
1,461.00
2,536.48
1,931.46
1,900.31
1,695.56
2,300.43
2,157.53
1,808.18
1,916.86
2,124.71
1,549.71
1,755.56
1,374.15
2,060.17
2,198.44
1,073.59
1,301.82
94.01
82.65
86.77
101.77
82.93
104.99
95.82
102.23
82.87
116.26
86.23
90.46
61.06
95.96
83.03
89.10
1,318.00
745.00
666.00
453.00
903.00
460.00
410.00
307.00
358.00
317.00
458.00
325.00
992.00
534.00
253.00
222.00
1,199.45
740.73
629.31
407.64
567.03
393.20
413.80
252.83
206.87
239.07
274.54
273.18
456.14
429.63
179.82
207.73
91.01
99.43
94.49
89.99
62.79
85.48
100.93
82.35
57.79
75.42
59.94
84.06
45.98
80.45
71.07
93.57
2,111.00
2,093.00
2,607.00
3,148.00
3,337.00
2,264.00
3,149.00
2,055.00
1,892.00
1,415.00
1,661.00
1,792.00
2,178.00
1,939.00
2,058.66
2,354.92
2,422.63
3,052.59
2,603.76
2,165.63
3,487.51
2,565.88
1,669.69
1,521.32
1,731.02
1,588.08
2,318.30
1,717.55
97.52
112.51
92.93
96.97
78.03
95.65
110.75
124.86
88.25
107.51
104.22
88.62
106.44
88.58
876.00
548.00
622.00
561.00
849.00
404.00
837.00
349.00
365.00
237.00
270.00
315.00
407.00
306.00
526.06
479.97
411.80
719.50
454.96
226.00
745.40
338.88
209.38
186.45
184.60
140.09
302.92
202.49
60.05
87.59
66.21
128.25
53.59
55.94
89.06
97.10
57.36
78.67
68.37
44.47
74.43
66.17
Deviasi / Deviation (%)
Deviasi / Deviation (%)
Banten
102
103
104
105
Pandeglang
Lebak
Tangerang
Serang
Jawa Barat
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
Bogor
Sukabumi
Cianjur
Bandung
Garut
Tasikmalaya
Ciamis
Kuningan
Cirebon
Majalengka
Sumedang
Indramayu
Subang
Purwakarta
Karawang
Bekasi
Jawa Tengah
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
Cilacap
Banyumas
Purbalingga
Banjarnegara
Kebumen
Purworejo
Wonosobo
Magelang
Boyolali
Klaten
Sukoharjo
Wonogiri
Karanganyar
Sragen
Grobogan
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
171
Lampiran 5.1 (lanjutan): Kumulatif Curah Hujan Selama Musim Hujan (Oktober - Maret) dan Musim Kemarau (April - September) untuk Periode 1997 - 2007
Annex 5.1 (contd): Rainfall Cumullative during Wet Season periods (October - March) and Dry Season (April - September) for 1997 to 2007 Periods
Akumulasi Curah Hujan Okt-Mar/Rainfall Accumulation Oct-Mar
No
Akumulasi Curah Hujan Apr-Sep/Rainfall Accumulation Apr-Sep
Kabupaten / District
10 tahun/ years (1997/98-2007/08)
30 tahun/ years normal
10 tahun/ years (1997/98-2007/08)
Deviasi / Deviation (%)
30 tahun/ years normal
1,355.00
1,474.00
1,914.00
2,302.00
2,574.00
2,060.00
1,817.00
1,940.00
1,754.00
2,032.00
1,786.00
1,984.00
1,482.00
1,450.00
1,755.96
1,276.11
2,761.97
2,599.27
2,252.23
1,687.42
1,698.29
1,811.73
1,756.44
1,887.71
1,929.70
2,628.03
1,501.22
1,524.68
129.59
86.57
144.30
112.91
87.50
81.91
93.47
93.39
100.14
92.90
108.05
132.46
101.30
105.15
290.00
283.00
408.00
335.00
196.00
277.00
393.00
375.00
364.00
400.00
332.00
325.00
279.00
285.00
312.00
164.00
487.85
426.40
245.18
222.82
244.27
290.18
373.82
407.15
313.77
372.45
224.45
252.18
107.59
57.95
119.57
127.28
125.09
80.44
62.16
77.38
102.70
101.79
94.51
114.60
80.45
88.48
1,847.00
1,678.00
1,700.00
1,746.00
1,834.25
1,682.45
1,969.46
1,582.57
99.31
100.27
115.85
90.64
322.00
139.00
107.00
102.77
181.51
146.42
33.23
73.94
69.81
58.80
1,947.00
1,384.00
1,344.00
1,805.00
1,692.00
1,748.00
2,233.00
1,313.00
949.00
1,548.00
1,199.00
1,492.00
1,670.00
1,757.00
2,472.00
1,662.00
2,017.00
2,035.05
1,564.84
1,451.80
1,562.24
1,457.00
2,340.14
2,014.18
1,491.33
1,132.85
1,348.33
1,053.07
1,200.67
1,307.88
1,914.49
2,689.42
1,149.93
1,542.89
104.52
113.07
108.02
86.55
86.11
133.88
90.20
113.58
119.37
87.10
87.83
80.47
78.32
108.96
108.80
69.19
76.49
305.00
215.00
268.00
303.00
294.00
224.00
645.00
164.00
314.00
197.00
112.00
175.00
234.00
260.00
342.00
200.00
416.00
238.95
118.18
-
78.35
54.97
57.63
64.03
57.48
102.80
49.63
70.73
80.66
76.60
58.60
53.51
55.38
96.45
66.85
46.77
26.31
Deviasi / Deviation (%)
Jawa Tengah
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
Blora
Rembang
Pati
Kudus
Jepara
Demak
Semarang
Temanggung
Kendal
Batang
Pekalongan
Pemalang
Tegal
Brebes
D.I. Yogyakarta
151
152
153
154
Kulon Progo
Bantul
Gunung Kidul
Sleman
260.00
249.00
Jawa Timur
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
172
Pacitan
Ponorogo
Trenggalek
Tulungagung
Blitar
Kediri
Malang
Lumajang
Jember
Banyuwangi
Bondowoso
Situbondo
Probolinggo
Pasuruan
Sidoarjo
Mojokerto
Jombang
Nganjuk
154.45
194.00
169.00
230.27
320.09
116.00
253.27
150.91
65.64
93.64
129.58
250.77
228.64
93.55
109.45
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Lampiran 5.1 (lanjutan): Kumulatif Curah Hujan Selama Musim Hujan (Oktober - Maret) dan Musim Kemarau (April - September) untuk Periode 1997 - 2007
Annex 5.1 (contd): Rainfall Cumullative during Wet Season periods (October - March) and Dry Season (April - September) for 1997 to 2007 Periods
Akumulasi Curah Hujan Okt-Mar/Rainfall Accumulation Oct-Mar
No
Akumulasi Curah Hujan Apr-Sep/Rainfall Accumulation Apr-Sep
Kabupaten / District
30 tahun/ years normal
Deviasi / Deviation (%)
30 tahun/ years normal
10 tahun/ years (1997/98-2007/08)
Deviasi / Deviation (%)
1,792.03
1,477.27
2,118.86
1,318.52
1,329.71
1,377.57
1,156.27
1,198.45
1,005.46
111.58
94.03
113.07
97.74
87.14
93.84
89.49
117.96
85.64
248.00
246.00
375.00
267.00
231.00
326.00
270.00
145.00
220.00
126.91
210.94
305.09
194.36
200.09
218.82
175.09
126.45
174.94
51.17
85.75
81.36
72.80
86.62
67.12
64.85
87.21
79.52
368.96
557.09
284.45
471.07
632.80
630.42
323.98
269.50
413.00
397.29
155.15
361.45
378.45
501.64
212.36
100.68
111.94
71.32
54.54
76.73
59.81
79.57
65.55
37.36
10 tahun/ years (1997/98-2007/08)
Jawa Timur
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
Madiun
Magetan
Ngawi
Bojonegoro
Tuban
Lamongan
Gresik
Bangkalan
Sampang
Pamekasan
Sumenep
1,606.00
1,571.00
1,874.00
1,349.00
1,526.00
-
Jembrana
Tabanan
Badung
Gianyar
Klungkung
Bangli
Karang asem
Buleleng
1,726.58
1,673.07
1,587.81
1,354.97
1,380.81
1,996.08
1,069.12
1,284.96
1,690.82
2,742.41
1,604.33
1,333.15
1,283.92
2,146.19
1,621.05
1,221.79
97.93
163.92
101.04
98.39
92.98
107.52
151.62
95.08
1,227.00
1,019.00
1,235.00
1,287.00
1,095.00
999.00
1,286.10
1,490.63
1,422.00
1,711.15
1,263.00
1,141.22
1,117.89
1,395.28
121.49
139.55
138.55
98.14
104.22
111.90
108.49
208.00
107.00
172.00
81.00
84.00
70.00
98.15
196.07
90.95
185.64
77.00
58.36
62.73
74.09
94.27
85.00
107.93
95.06
69.48
89.61
75.49
1,933.00
842.00
1,547.00
1,464.00
1,058.00
2,211.35
861.03
1,597.32
2,139.14
-
114.40
102.26
103.25
146.12
-
207.00
42.00
32.00
192.00
55.00
235.66
40.44
32.18
214.29
-
113.85
96.30
1,468.00
1,292.00
1,016.00
1,174.00
Bali
184
185
186
187
188
189
190
191
Nusa Tenggara Barat
192
193
194
195
196
197
198
Lombok Barat
Lombok Tengah
Lombok Timur
Sumbawa
Dompu
Bima
Sumbawa Barat
Nusa Tenggara Timur
199
200
201
202
203
Sumba Barat
Sumba Timur
Kupang
Timor Tengah Selatan
Timor Tengah Utara
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
100.57
111.61
-
173
Lampiran 5.1 (lanjutan): Kumulatif Curah Hujan Selama Musim Hujan (Oktober - Maret) dan Musim Kemarau (April - September) untuk Periode 1997 - 2007
Annex 5.1 (contd): Rainfall Cumullative during Wet Season periods (October - March) and Dry Season (April - September) for 1997 to 2007 Periods
Akumulasi Curah Hujan Okt-Mar/Rainfall Accumulation Oct-Mar
No
Akumulasi Curah Hujan Apr-Sep/Rainfall Accumulation Apr-Sep
Kabupaten / District
30 tahun/ years normal
10 tahun/ years (1997/98-2007/08)
104.61
114.52
93.13
111.15
86.69
141.48
116.24
86.78
80.34
380.00
83.00
25.00
74.00
82.00
135.00
166.00
602.00
89.00
145.00
298.50
83.40
61.80
44.30
68.67
184.88
461.79
56.91
116.20
78.55
100.48
83.51
54.02
50.86
111.38
76.71
63.94
80.14
1,708.42
1,492.36
2,218.45
1,743.79
2,651.18
1,679.93
1,873.13
2,721.43
2,651.18
1,873.13
85.32
90.34
95.21
97.57
112.82
84.87
98.47
100.75
112.82
98.47
992.94
852.00
1,134.00
1,025.23
1,037.27
811.92
987.24
1,538.29
1,037.27
987.24
937.01
835.64
1,016.36
974.94
1,095.07
677.69
963.28
1,482.57
1,095.07
963.28
94.37
98.08
89.63
95.09
105.57
83.47
97.57
96.38
105.57
97.57
1,421.27
1,483.79
1,808.26
1,638.92
1,959.98
1,421.27
1,421.27
1,483.79
1,483.79
1,808.26
1,808.26
1,638.92
1,959.98
83.83
82.18
85.21
84.12
93.74
83.83
83.83
82.18
82.18
85.21
85.21
84.12
93.74
773.35
754.64
726.00
817.44
894.52
773.35
773.35
754.64
754.64
726.00
726.00
817.44
894.52
612.72
489.29
535.51
568.99
623.90
612.72
612.72
489.29
489.29
535.51
535.51
568.99
79.23
64.84
73.76
69.61
69.75
79.23
79.23
64.84
64.84
73.76
73.76
69.61
69.75
30 tahun/ years normal
10 tahun/ years (1997/98-2007/08)
1,109.00
933.00
692.00
1,147.00
911.00
973.00
1,783.00
2,761.00
1,559.00
1,382.00
1,160.11
1,068.44
1,068.22
1,012.55
843.50
2,522.56
3,209.37
1,352.91
1,110.29
2,002.46
1,652.00
2,330.00
1,787.18
2,350.00
1,979.41
1,902.27
2,701.09
2,350.00
1,902.27
1,695.52
1,805.57
2,122.00
1,948.27
2,090.93
1,695.52
1,695.52
1,805.57
1,805.57
2,122.00
2,122.00
1,948.27
Deviasi / Deviation (%)
Deviasi / Deviation (%)
Nusa Tenggara Timur
204
205
206
207
208
209
210
211
212
213
Belu
Alor
Lembata
Flores Timur
Sikka
Ende
Ngada
Manggarai
Rote Ndao
Manggarai Barat
Kalimantan Barat
214
215
216
217
218
219
220
221
222
223
Sambas
Bengkayang
Landak
Pontianak
Sanggau
Ketapang
Sintang
Kapuas Hulu
Sekadau
Melawi
Kalimantan Tengah
224
225
226
227
228
229
230
231
232
233
234
235
236
174
Kotawaringin Barat
Kotawaringin Timur
Kapuas
Barito Selatan
Barito Utara
Sukamara
Lamandau
Seruyan
Katingan
Pulang Pisau
Gunung Mas
Barito Timur
Murung Raya
2,090.93
623.90
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Lampiran 5.1 (lanjutan): Kumulatif Curah Hujan Selama Musim Hujan (Oktober - Maret) dan Musim Kemarau (April - September) untuk Periode 1997 - 2007
Annex 5.1 (contd): Rainfall Cumullative during Wet Season periods (October - March) and Dry Season (April - September) for 1997 to 2007 Periods
Akumulasi Curah Hujan Okt-Mar/Rainfall Accumulation Oct-Mar
No
Akumulasi Curah Hujan Apr-Sep/Rainfall Accumulation Apr-Sep
Kabupaten / District
30 tahun/ years normal
10 tahun/ years (1997/98-2007/08)
Deviasi / Deviation (%)
30 tahun/ years normal
10 tahun/ years (1997/98-2007/08)
Deviasi / Deviation (%)
2,115.77
1,487.81
1,965.52
1,901.61
1,542.77
1,701.50
1,696.59
1,610.98
1,749.73
1,487.81
1,610.98
1,938.93
1,412.23
1,879.28
1,946.84
1,544.44
1,863.09
1,473.53
1,589.19
1,416.01
1,412.23
1,589.19
91.64
94.92
95.61
102.38
100.11
109.50
644.66
993.95
569.67
441.30
422.46
530.97
521.63
480.04
595.17
993.95
480.04
461.64
880.24
462.59
457.54
443.84
587.22
418.75
455.38
417.92
880.24
455.38
71.61
88.56
81.20
103.68
105.06
110.59
80.28
94.86
70.22
88.56
94.86
1,439.45
1,180.00
1,245.48
1,161.00
1,088.23
2,231.65
1,533.13
1,914.83
1,439.45
1,607.60
1,122.00
1,469.26
974.83
1,251.89
2,143.99
1,443.52
1,843.52
1,607.60
111.68
95.08
117.97
83.96
115.04
96.07
94.16
96.28
111.68
1,041.23
712.00
769.35
663.00
608.88
1,663.80
897.13
1,280.38
1,041.23
967.33
602.67
726.95
565.17
533.80
1,502.51
963.80
1,263.80
967.33
92.90
84.64
94.49
85.24
87.67
90.31
107.43
98.70
92.90
1,450.00
2,308.00
2,400.00
2,400.00
2,308.00
2,308.00
1,450.01
2,484.85
2,404.46
2,404.46
2,484.85
2,484.85
100.00
107.66
100.19
100.19
107.66
107.66
739.00
761.00
965.00
965.00
761.00
761.00
700.53
735.65
1,003.07
1,003.07
735.65
735.65
94.79
96.67
103.95
103.95
96.67
96.67
594.00
1,261.00
594.00
1,261.00
1,144.52
1,144.52
90.76
90.76
765.00
534.00
765.00
534.00
578.30
578.30
108.30
108.30
Kalimantan Selatan
237
238
239
240
241
242
243
244
245
246
247
Tanah Laut
Kota Baru
Banjar
Barito Kuala
Tapin
Hulu Sungai Selatan
Hulu Sungai Tengah
Hulu Sungai Utara
Tabalong
Tanah Bumbu
Balangan
86.85
98.65
80.93
94.92
98.65
Kalimantan Timur
248
249
250
251
252
253
254
255
256
Pasir
Kutai Barat
Kutai
Kutai Timur
Berau
Malinau
Bulungan
Nunukan
Penajam Paser Utara
Sulawesi Utara
257
258
259
260
261
262
Bolaang Mongondow
Minahasa
Sangihe Talaud
Talaud
Minahasa Selatan
Minahasa Utara
Gorontalo
263
264
265
266
Boalemo
Gorontalo
Pohuwato
Bone Bolango
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
175
Lampiran 5.1 (lanjutan): Kumulatif Curah Hujan Selama Musim Hujan (Oktober - Maret) dan Musim Kemarau (April - September) untuk Periode 1997 - 2007
Annex 5.1 (contd): Rainfall Cumullative during Wet Season periods (October - March) and Dry Season (April - September) for 1997 to 2007 Periods
Akumulasi Curah Hujan Okt-Mar/Rainfall Accumulation Oct-Mar
No
Akumulasi Curah Hujan Apr-Sep/Rainfall Accumulation Apr-Sep
Kabupaten / District
30 tahun/ years normal
10 tahun/ years (1997/98-2007/08)
836.53
571.00
2,064.00
1,300.20
427.98
1,072.46
594.00
427.98
1,300.20
786.74
738.08
1,117.43
428.05
1,379.81
428.05
1,117.43
1,201.51
1,121.45
2,047.00
2,075.00
2,553.94
1,927.97
1,189.00
2,953.05
2,575.12
2,391.64
1,119.89
1,010.00
809.42
1,104.00
1,108.39
1,054.31
2,020.82
2,245.20
2,887.39
2,148.76
1,274.51
3,067.67
2,409.88
30 tahun/ years normal
10 tahun/ years (1997/98-2007/08)
Deviasi / Deviation (%)
94.05
129.26
85.94
100.02
128.66
100.02
85.94
643.00
540.16
616.00
818.00
338.55
819.00
765.00
338.55
818.00
636.54
642.93
752.92
368.81
852.85
368.81
752.92
99.00
119.02
92.04
108.94
104.13
108.94
92.04
92.25
94.01
98.72
108.20
113.06
111.45
107.19
103.88
93.58
99.35
95.15
121.35
99.01
122.71
512.64
984.16
473.00
194.04
264.06
427.60
1,463.95
278.68
339.19
514.80
1,164.25
652.73
728.08
748.00
100.59
114.33
83.65
110.88
98.66
98.66
646.00
701.00
915.00
579.16
1,358.94
1,358.94
364.03
814.02
474.39
131.06
293.67
282.57
1,592.73
294.46
240.00
255.94
1,545.54
750.17
812.36
675.56
570.09
579.71
705.38
448.25
1,344.67
1,344.67
71.01
82.71
100.29
67.55
111.21
66.08
108.80
105.66
70.76
49.72
132.75
114.93
111.58
90.31
88.25
82.70
77.09
77.40
98.95
98.95
103.24
99.35
81.23
160.76
81.23
103.24
103.24
160.76
362.00
881.00
753.00
586.91
814.10
591.92
915.67
591.92
586.91
586.91
915.67
162.13
92.41
78.61
124.58
78.61
162.13
162.13
124.58
Deviasi / Deviation (%)
Sulawesi Tengah
267
268
269
270
271
272
273
274
275
Banggai Kepulauan
Banggai
Morowali
Poso
Donggala
Toli Toli
Buol
Parigi Moutong
Tojo Una-Una
Sulawesi Selatan
276
Selayar
277
278
279
280
281
282
283
284
285
286
287
288
289
290
291
292
293
294
295
Bulukumba
Bantaeng
Jeneponto
Takalar
Gowa
Sinjai
Maros
Pangkajene Kepulauan
Barru
Bone
Soppeng
Wajo
Sidenreng Rappang
Pinrang
Enrekang
Luwu
Tana Toraja
Luwu Utara
Luwu Timur
1,567.75
1,403.00
1,491.00
1,508.65
1,706.92
1,706.92
2,376.00
1,065.61
1,225.63
801.39
1,354.74
1,577.04
1,604.04
1,247.19
1,672.86
1,683.98
1,683.98
1,248.00
1,169.00
1,124.00
1,038.00
1,124.00
1,248.00
1,248.00
1,038.00
1,288.41
1,161.43
913.07
1,668.65
913.07
1,288.41
1,288.41
1,668.65
Sulawesi Tenggara
296
297
298
299
300
301
302
303
176
Buton
Muna
Konawe
Kolaka
Konawe Selatan
Bombana
Wakatobi
Kolaka Utara
735.00
753.00
362.00
362.00
735.00
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Lampiran 5.1 (lanjutan): Kumulatif Curah Hujan Selama Musim Hujan (Oktober - Maret) dan Musim Kemarau (April - September) untuk Periode 1997 - 2007
Annex 5.1 (contd): Rainfall Cumullative during Wet Season periods (October - March) and Dry Season (April - September) for 1997 to 2007 Periods
Akumulasi Curah Hujan Okt-Mar/Rainfall Accumulation Oct-Mar
No
Akumulasi Curah Hujan Apr-Sep/Rainfall Accumulation Apr-Sep
Kabupaten / District
30 tahun/ years normal
10 tahun/ years (1997/98-2007/08)
Deviasi / Deviation (%)
30 tahun/ years normal
10 tahun/ years (1997/98-2007/08)
Deviasi / Deviation (%)
Sulawesi Barat
304
305
306
307
308
Majene
Polewali Mamasa
Mamasa
Mamuju
Mamuju Utara
1,173.83
1,203.42
1,203.42
1,818.00
1,203.42
1,091.69
996.74
996.74
1,752.95
996.74
93.00
82.83
82.83
96.42
82.83
390.35
609.80
609.80
416.00
609.80
344.49
689.70
689.70
448.25
689.70
88.25
113.10
113.10
107.75
113.10
Maluku Tenggara Barat
Maluku Tenggara
Maluku Tengah
Buru
Kepulauan Aru
Seram Bagian Barat
Seram Bagian Timur
1,263.66
1,810.00
1,782.00
950.00
1,810.00
1,782.00
1,782.00
1,251.42
1,603.48
1,656.50
920.49
1,603.48
1,656.50
1,656.50
99.03
88.59
92.96
96.89
88.59
92.96
92.96
531.04
559.00
922.00
380.00
559.00
922.00
922.00
542.25
514.63
726.00
347.10
514.63
726.00
726.00
102.11
92.06
78.74
91.34
92.06
78.74
78.74
Halmahera Barat
Halmahera Tengah
Kepulauan Sula
Halmahera Selatan
Halmahera Utara
Halmahera Timur
1,293.94
1,245.30
1,293.94
1,293.94
1,293.94
1,245.30
1,247.46
1,330.25
1,247.46
1,247.46
1,247.46
1,330.25
96.41
106.82
96.41
96.41
96.41
106.82
785.48
1,093.17
785.48
785.48
785.48
1,093.17
699.80
1,040.00
699.80
699.80
699.80
1,040.00
89.09
95.14
89.09
89.09
89.09
95.14
Merauke
Jayawijaya
Jayapura
Nabire
Yapen Waropen
Biak Numfor
Paniai
Puncak Jaya
Mimika
Boven Digoel
Mappi
Asmat
Yahukimo
1,171.27
1,124.71
1,220.51
2,343.98
1,972.00
1,573.74
1,543.02
1,093.00
2,712.00
1,171.27
1,171.27
1,171.27
1,124.71
1,409.92
1,223.52
974.84
2,259.08
1,911.60
1,381.37
1,556.37
1,223.52
2,796.90
1,409.92
1,409.92
1,409.92
1,223.52
120.37
108.79
79.87
96.38
96.94
87.78
100.87
111.94
103.13
120.37
120.37
120.37
108.79
211.46
577.88
471.99
1,362.89
1,279.00
1,099.21
946.08
508.00
2,523.00
211.46
211.46
211.46
577.88
360.14
690.76
441.35
1,609.50
1,159.90
810.81
861.56
690.76
2,575.30
360.14
360.14
360.14
690.76
170.31
119.53
93.51
118.09
90.69
73.76
91.07
135.98
102.07
170.31
170.31
170.31
119.53
Maluku
309
310
311
312
313
314
315
Maluku Utara
316
317
318
319
320
321
Papua
322
323
324
325
326
327
328
329
330
331
332
333
334
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
177
Lampiran 5.1 (lanjutan): Kumulatif Curah Hujan Selama Musim Hujan (Oktober - Maret) dan Musim Kemarau (April - September) untuk Periode 1997 - 2007
Annex 5.1 (contd): Rainfall Cumullative during Wet Season periods (October - March) and Dry Season (April - September) for 1997 to 2007 Periods
Akumulasi Curah Hujan Okt-Mar/Rainfall Accumulation Oct-Mar
No
Akumulasi Curah Hujan Apr-Sep/Rainfall Accumulation Apr-Sep
Kabupaten / District
30 tahun/ years normal
10 tahun/ years (1997/98-2007/08)
Deviasi / Deviation (%)
30 tahun/ years normal
10 tahun/ years (1997/98-2007/08)
Deviasi / Deviation (%)
Papua
335
336
337
338
339
340
Pegunungan Bintang
Tolikara
Sarmi
Keerom
Waropen
Supiori
1,124.71
1,124.71
1,220.51
1,220.51
1,972.00
1,573.74
1,223.52
1,223.52
974.84
974.84
1,911.60
1,381.37
108.79
108.79
79.87
79.87
96.94
87.78
577.88
577.88
471.99
471.99
1,279.00
1,099.21
690.76
690.76
441.35
441.35
1,159.90
810.81
119.53
119.53
93.51
93.51
90.69
73.76
1,541.40
1,541.40
1,709.94
1,709.94
1,709.94
1,263.91
1,263.91
1,263.91
1,454.00
1,454.00
1,212.06
1,212.06
1,212.06
1,056.97
1,056.97
1,056.97
94.33
94.33
70.88
70.88
70.88
83.63
83.63
83.63
1,437.21
1,437.21
716.07
716.07
716.07
958.00
958.00
958.00
1,303.60
1,303.60
539.83
539.83
539.83
858.75
858.75
858.75
90.70
90.70
75.39
75.39
75.39
89.64
89.64
89.64
Papua Barat
341
342
343
344
345
346
347
348
178
Fak-fak
Kaimana
Teluk Wondama
Teluk Bintuni
Manokwari
Sorong Selatan
Sorong
Raja Ampat
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Lampiran 6.1
Principal Component Analysis (PCA-Analisis Komponen Utama):
Untuk Analisa Hubungan Antar Indikator Ketahanan Pangan
Annex 6.1
Principal Component Analysis:
Analyzing Relationships Among Food Security Indicators
Salah satu bidang ilmu statistik yang disebut analisa multivariat atau analisa faktor menyediakan beberapa teknik untuk
A domain of statistics called factor or multivariate analysis offers several techniques for multi-dimensional data analysis in
analisa data multi dimensi yang dapat melihat hubungan antara macam-macam indikator ketahanan pangan. Principal
Component Analysis (PCA-Analisis Komponen Utama) adalah sebuah teknik analisa multivariat yang dapat diterapkan
pada variabel kontinu. Tujuan PCA adalah untuk melihat dan menggambarkan hubungan mendasar antar variabel
dengan cara membuat indikator baru (disebut ‘faktor’ atau ‘komponen utama’) yang menggambarkan hubungan
asosiasi antar variabel. PCA dapat diterapkan pada indikator-indikator ketahanan pangan (mencakup ketersediaan
pangan, akses dan pemanfaatan pangan).
order to capture the essence of the relationship among various indicators of food security. Principal Component Analysis
(PCA) is one technique of multivariate analysis that applies to continuous variables. The objective of PCA is to identify
and describe the underlying relationships amongst the variables by creating new indicators (called ‘factors’ or ‘principal
components’) that capture the essence of the associations between variables. A single PCA can be applied to food security
indicators in general (covering food availability, access, utilization).
PCA adalah proses mengurangi data untuk serangkaian variabel yang mengukur sebuah kategori tertentu (misalnya
Akses pangan) yang dapat dioptimalkan menjadi komponen utama untuk mengetahui hubungan antar variabel asal
dari beberapa variabel yang relevan dengan ketahanan pangan. Masing-masing komponen utama tersebut menjadi
indikator baru yang merupakan ringkasan terbaik dari hubungan linier antar variabel awal. Komponen utama pada
PCA sesuai dengan banyaknya komponen pada variabel awal. Namun, kontribusi masing-masing komponen utama
Suppose one has several variables relevant to food security. PCA is essentially a process of data reduction. A series of
variables measuring a particular category (e,g, food access) are optimized into principal components capturing the essence
of the relationships among initial variables. Each principal component is thus a new indicator that represents the “best”
summary of the linear relationship among the initial variables. PCA yields as many principal components as there are initial
variables. However, the contribution of each principal component in explaining the total variance found amongst districts
SEHHLNKCNAOOERAHU@A?NA=OABNKIPDAłNOPLNEJ?EL=H?KILKJAJPPKPDAH=OPO=NAOQHP=HEIEPA@OAPKBLNEJ?EL=H?KILKJAJPO
dalam menjelaskan varian total yang ada di Kabupaten akan lambat laun berkurang dari komponen utama yang
pertama sampai yang terakhir. Dengan demikian, hanya akan ada beberapa komponen utama yang akan menjelaskan
keberagaman utama dari matriks dan komponen utama yang hanya mempunyai kekuatan penjelasan yang minim
dapat dihilangkan dari analisa. Jadi, diperoleh pengurangan data dengan tingkat kehilangan informasi yang relatif
kecil.
explain the majority of the matrix variability and principal components with little explanatory power can be removed from
the analysis. The result is data reduction with relatively little loss of information.
Untuk analisis FSVA, PCA telah digunakan sebagai dasar pembobotan masing-masing indikator yang dapat
For the current exercise, PCA has been used to derive the weights of individual indicators that could then be combined to
digabungkan untuk menghitung indeks komposit. PCA dapat digunakan untuk menghitung pembobotan yang
dapat menjelaskan hubungan antar indikator setelah indikator-indikator kerawanan pangan kronis disepakati oleh
tim pengarah dan tim pelaksana (SC-TWG) FSVA.
calculate a composite index. As the Steering Committee and Technical Working Group (SC-TWG) for FSVA agreed upon a
list of indicators of chronic food insecurity, the PCA helped in deriving the weights that best explain the relationship among
these indicators.
Semua indikator pada awalnya dibuat ‘unidirectional’ – semakin besar nilainya, semakin tinggi tingkat kerentanannya.
Data tersebut kemudian distandarisasi dengan menggunakan Z-skor. Z-skor dihitung dengan cara mengurangi rata-rata
nilai indikator yang terkait di sebuah kabupaten dan kemudian dibagi dengan standar deviasi dari indikator tersebut.
HHPDAEJ@E?=PKNOSANAłNOPI=@AQJE@ENA?PEKJ=H„DECDANPDAR=HQADECDANPDARQHJAN=>EHEPU1DA@=P=S=OPDAJOP=J@=N@EVA@
using Z-scores. Z-scores are computed by subtracting the mean of an indicator from the individual value pertaining to
a district and then dividing it by the standard deviation of the indicator. Z-score values could be both positive as well as
Angka Z-skor bisa positif atau negatif; angka rata-rata selalu ‘nol’ dan standar deviasi Z-skor selalu ‘satu’. PCA
dihitung dengan angka Z-skor. ‘Pembobotan’ atau ‘factor loadings’ diambil dari ‘Rotated Component Matrix (Matriks
Komponen yang Dirotasi)’, dan diambil dari 3 komponen dengan Eigenvalues lebih dari ‘satu’ dan komponenkomponen ini menjelaskan hampir dua pertiga variasi yang ada. Angka pada tabel di bawah merupakan pembobotan
yang digunakan untuk menghitung Composite Food Security Index - Indeks Komposit Ketahanan Pangan (CFSI), terlihat
dalam bentuk persamaan. Semakin tinggi angka CFSI, maka semakin tinggi tingkat kerentanannya.
negative; the mean should be always ‘zero’ and the standard deviation of the Z-scores should be always ‘one’. The PCA
was run with these Z-scores. The ‘weights’ or ‘factor loadings’ are taken from the ‘Rotated Component Matrix’, extracted
from 3 components with Eigenvalues more than ‘one’ and these components explained almost two-third of the variations.
The highlighted values in the table below are the loadings that were taken to compute the Composite Food Security Index
(CFSI), shown below in the form of an equation. Higher the value of the CFSI, higher is the degree of vulnerability, relatively
speaking.
CFSI = CP_ratio*0,534+BPL*0,598+Electricity*0,746+Road*0,771+Illiteracy*0,911+Life_Exp*0,802+ Underweight*0,783+Water*0,759+Health*0,604
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
179
Bobot dari Indikator-indikator Ketahanan Pangan dari Rotated Component Matrix, PCA
Weight for Food Security Indicators from the Rotated Component Matrix under PCA
Indicators
(Z-Score)
Component
1
2
3
0.534
-0.122
-0.176
BPL
0.287
0.317
0.598
Electricity
0.746
0.350
0.305
Road
0.771
0.077
0.346
Illiteracy
0.011
-0.048
0.911
Life_Exp
CP_ratio
-0.064
0.802
0.199
Underweight
0.305
0.783
-0.080
Water
0.759
0.101
0.074
Health
0.604
0.196
0.096
Metode Ekstraksi: Principal Component Analysis; Metode yang dirotasi: Varimax dengan Kaiser Normalization.
Extraction Method: Principal Component Analysis; Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.
a, Rotation converged in 4 iterations.
Berdasarkan skor komposit, di buat skor per kabupaten di rangking dan dari tingkat kerawanan pangan terdapat
Finally, based on the composite scores, the districts were ranked and top 100 districts in terms of food insecurity were
100 kabupaten yang tergolong ‘Kabupaten Prioritas’ dalam hal intervensi ketahanan pangan. Perlu dicatat bahwa
pembagian kabupaten ke dalam beberapa kelompok prioritas tidak berdasarkan metode ilmiah.
considered as ‘Priority Districts’ in terms of food security interventions. It should be noted that divisions of districts into various
LNEKNEPUCNKQLOEODKSARANJKP>=OA@KJ=JUO?EAJPEł?IAPDK@
180
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Lampiran 6.2: Peringkat Kabupaten Berdasarkan Indikator Individu dan Indeks Ketahanan Pangan Komposit
Annex 6.2: Ranking of Districts Based on Individual Indicators and Composite Food Security Index
Catatan:
Rank Avai:
Peringkat rasio konsumsi normatif per kapita terhadap
ketersediaan serealia
Rank of Per capita normative consumption to cereal
availability ratio
Rank Pov:
Peringkat penduduk hidup di bawah garis kemiskinan
Rank of people below poverty line
Rank Road:
Peringkat desa yang tidak memiliki akses penghubung
yang memadai
Rank of villages with inadequate connectivityy
Rank Elec:
Peringkat rumah tangga tanpa akses listrik
Rank of households without access to electricity
Rank Life:
Peringkat angka harapan hidup pada saat lahir
Rank of Life Expectancy at birth
Rank U5:
Peringkat berat badan balita di bawah standar
Rank of underweight rate of under 5 children
Rank Flit:
Peringkat perempuan buta huruf
Rank of female Illiteracyy
Rank Water:
Peringkat rumah tangga tanpa akses ke air bersih
Rank of households without access to improved
drinking water
Rank Health:
Peringkat rumah tangga yang tinggal lebih dari 5 km
dari fasilitas kesehatan
Rank of households living more than 5 km away from
Health facilities
Pertama, seluruh indikator individu disusun
peringkatnya berdasarkan nilai masing-masing,
peringkat yang lebih tinggi menunjukkan tingkat
kerawanan yang semakin tinggi. Peringkat ini
kemudian disusun menurut peringkat komposit untuk
menunjukkan faktor utama yang menyebabkan
peringkat kabupaten berada pada 100 kabupaten
prioritas.
$OOLQGLYLGXDOLQGLFDWRUVDUH¿UVWUDQNHGDFFRUGLQJWR
their values, showing higher ranks to higher degree of
vulnerability. These ranks are then sorted by composite
ranking to demonstrate the major factors responsible
for the composite rank of each district to be within the
priority 100 districts.
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
181
Lampiran 6.2 (lanjutan): Peringkat Kabupaten Berdasarkan Indikator Individu dan Indeks Ketahanan Pangan Komposit
Annex 6.2 (contd): Ranking of Districts Based on Individual Indicators and Composite Food Security Index
182
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Lampiran 6.2 (lanjutan): Peringkat Kabupaten Berdasarkan Indikator Individu dan Indeks Ketahanan Pangan Komposit
Annex 6.2 (contd): Ranking of Districts Based on Individual Indicators and Composite Food Security Index
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
183
Lampiran 6.2 (lanjutan): Peringkat Kabupaten Berdasarkan Indikator Individu dan Indeks Ketahanan Pangan Komposit
Annex 6.2 (contd): Ranking of Districts Based on Individual Indicators and Composite Food Security Index
184
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Lampiran 6.2 (lanjutan): Peringkat Kabupaten Berdasarkan Indikator Individu dan Indeks Ketahanan Pangan Komposit
Annex 6.2 (contd): Ranking of Districts Based on Individual Indicators and Composite Food Security Index
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
185
Lampiran 6.2 (lanjutan): Peringkat Kabupaten Berdasarkan Indikator Individu dan Indeks Ketahanan Pangan Komposit
Annex 6.2 (contd): Ranking of Districts Based on Individual Indicators and Composite Food Security Index
186
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Lampiran 6.2 (lanjutan): Peringkat Kabupaten Berdasarkan Indikator Individu dan Indeks Ketahanan Pangan Komposit
Annex 6.2 (contd): Ranking of Districts Based on Individual Indicators and Composite Food Security Index
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
187
Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan - BKP
World Food Programme
N
K
A
N
GA
N
A
DEW
Departemen Pertanian
Jl. Harsono RM No. 3, Ragunan
Jakarta 12550
Indonesia
Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan
Tel. : (62) 21 - 7816652, 7806938
Fax. : (62) 21 - 7816652, 7806938
ET
N
AHANA
P
Wisma Kyoei Prince, 9th Floor
Jl. Jendral Sudirman Kav. 3
Jakarta 10220
Indonesia
Tel. : (62) 21 - 5709004
Fax. : (62) 21 - 5709001
www.wfp.org