LAPORAN KERJA TEKNIK PENGUKURAN CURAH HUJAN DENGAN MENGGUNAKAN TIPE MANUALRAINGAUGE) OLEH :

Transcription

LAPORAN KERJA TEKNIK PENGUKURAN CURAH HUJAN DENGAN MENGGUNAKAN TIPE MANUALRAINGAUGE) OLEH :
LAPORAN KERJA
TEKNIK PENGUKURAN CURAH HUJAN DENGAN MENGGUNAKAN TIPE
MANUAL (MANUALRAINGAUGE) DI STASIUN METEOROLOGI BLANG BINTANG
OLEH :
IMAM TAFASYI
(11123003)
PROGRAM STUDI DIII MANAJEMEN INFORMATIKA
SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER
STIMIK U€BUDIYAH INDONESIA
BANDA ACEH
2014
i
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, serta
shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW karena
berkat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktek
(LKP)
yang
berjudul
€TEKNIK
PENGUKURAN
CURAH
HUJAN
DENGAN
MENGGUNAKAN TIPE MANUAL (MANUAL RAINGAUGE) DI STASIUN METEOROLOGI
BLANG BINTANG•. Penulisan menyadari bahwa sepenuhnya dalam penyusunan
laporan kerja praktek ini jauh dari kesempurnaan.
Dalam penyelesaian Laporan Kerja Praktek (LKP) ini penulis banyak
menerima bimbingan dan bantuan serta dorongan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu dengan rasa penuh hormat, tulus dan ikhlas penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Ketua STMIK U€budiyah Indonesia Bapak Agus Ariyanto, SE, M.Si.
2. Ketua Prodi D-III Manajemen Informatika Bapak Faisal Tifta Zany, S.Si.,
M.Sc.
3. Pembimbing Laporan Bapak Faisal Tifta Zany, S.Si., M.Sc.
4. Pembimbing Lapangan Bapak Suyitno Tejo Arianto.
5. Ayahanda Bachtiar, dan Ibunda Samsidar, SE yang telah memberikan
segala bentuk pengorbanan, nasehat, cinta dan kasih sayang tiada batas
serta do€a tulusnya untuk penulis sehingga penulis bisa dapat
menyelesaikan Laporan Kerja Praktek (LKP) ini.
ii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN €€€€€€€€€€€€€€€€€€...
KATA PENGANTAR €€€€€€€€€€€€€€€€€€€€...
i
ii
DAFTAR ISI €€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€... iii
DAFTAR TABEL €€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€.. iv
DAFTAR GAMBAR €€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€.
v
DAFTAR GRAFIK €€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€... vi
DAFTAR LAMPIRAN €€€€€€€€€€€€€€€€€€€€.
BAB I
vii
PENDAHULUAN€€€€€€€€€€€
..........................
1.1 Latar Belakang Masalah €.. €€€€€€€€€€€.
1.2 Struktur Organisasi €€€..€€€€€€€€€€...
1.3 Permasalahan€€€€€€..
2
TINJAUAN PUSTAKAAN€€€€€
2.1 Curah Hujan€€€€€€€€...
€€€
€€€
€€..
€€€
€€ €€€€€
2.4 Faktor Terjadinya Hujan €€€€€€...
7
€€ 9
€€€.
10
€€€€€€..
2.5 Jarak Pandang Mendatar€. €€€€€€€€
11
€€€€.. 14
2.6 Intensitas Badai Guntut€€ €€€€€€€€€€€
2.7 Jenis-Jenis Pengukuran Curah Hujan €€€€€€€€€
iii
6
7
.€€€
€€€€€.
5
5
€ €€€€€€€
2.2 Pengamatan Curah Hujan€€€€
2.3 Insensitas Hujan €€€€€€€€
...
€€€€€€€€.
1.5 Mamfaat Kuliah Kerja Praktek €€€.€...
BAB II
1
€€€€€€€€€€
1.4 Tujuan Kuliah Kerja Praktek€€€.
1
€. 15
1
BAB III
METODE PENELITIAN€€.€€€€€€€€€€€€€ 19
3.1 Tempat Dan Waktu€€€€€€€€€€€€€€€.. 19
3.2 Alat Dan Bahan€€€€€€..
3.3 Cara Kerja€€€...
3.4
€€ €€€€€€€€
€€€€€€€€€€€
Instalasi Atau Pemasangan€€€.
€€€
€€€
3.5 Data Dan Hasil Pengamatan€€€€€€€€.
BAB IV
4.1
PENUTUP €€€€
Kesimpulan €€€€€€
€€€€
€€€€€€€€€€€€.. 27
DAFTAR PUSTAKA €€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€. 28
LAMPIRAN-LAMPIRN €€€€€€€€€€€€€€€€€€€.. 29
19
€€€€€€
€€€€
€€€€€€€€€€€€.. 27
iv
19
21
22
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. DaftarAlat Yang Digunakan €€€€€€€€€€€€€€... 19
Tabel 3.2 Data Curah Hujan Kota Banda Aceh Tahun 2013 €€€€€€.... 20
Tabel 3.3 Curah hujan rata-rata Kota Banda 2013 €€€€€€€€€€€ 25
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar2.1.Awan Cumulonimbus (Cb) (Sumber :http//epod.usra.edu) €€€
Gambar 2.2 Asap €€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€ 13
Gambar 2.3 Kabut €€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€.. 14
vi
12
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 3.1 Curah hujan rata-rata Kota Banda Aceh 2013€€€€€€€€.. 26
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Cuaca dan Iklim salah satu hal penting dalam dunia penerbangan.
Merupakan suatu kondisi udara yang terjadi di permukaan bumi akibat adanya
penerbangan dan pemerataan energi yang berasal dari sinar matahari yang di
terima oleh permukaan bumi. Termasuk perubahan, pertumbuhan dan penglihatan
suatu fenomena. Indonesia beriklim tropis, sehingga banyak pancaran matahari
yang mengenai permukaan bumi. Hal ini menyebabkan pertumbuhan awan cukup
besar sepanjang tahun.
Cuaca dan iklim termasuk dalam unsur meteorologi, dimana unsur-unsur
meteorologi seperti pertumbuhan awan, tekanan udara, curah hujan, suhu, angin,
radiasi, kelembaban udara dan yang lainnya sangat berpengaruh terhadap sistem
penerbangan sehingga badan meteorologi menjadi bagian terpenting dalam dunia
penerbangan. Bahkan setiap Bandar udara selalu ada bagian observasi cuaca yang
akan memberikan informasi mengenai cuaca lepas landas, cuaca di lapangan,
cuaca untuk pendaratan, dan cuaca sepanjang jalur yang di tempuh semua diukur
bahkan setiap jamnya, agar diperoleh data yang selalu baru dan tepat.
Cuaca penerbangan diperuntukan khusus untuk dunia penerbangan, baik
untuk saat lepas landas, mendarat maupun selama penerbangan. Informasi cuaca
ini diberikan setiap waktu pada saat pesawat akan merencanakan penerbangan
yang disesuaikan dengan jadwal penerbangan. Informasi cuaca untuk penerbangan
pada saat lepas landas, selama perjalanan dan mendarat meliputi beberapa unsur
cuaca, yaitu angin, jarak pandang. Jenis awan dan suhu.
Perlunya menganalisa curah hujan untuk mengetahui banyaknya curah
hujan yang terjadi di suatu daerah dan dapat menimbulkan dampak positif dan
negative seperti:
1
2
Dampak negatifnya dari banyaknya curah hujan adalah :
1. Hujan menyebabkan karat atau korosi terhadap logam karena mengandung
NH3
2. Hujan membatasi gerakan nelayan, sehingga nelayan tidak dapat melaut
3. Hujan dapat menyebabkan melapetakan sungai meluap dan banjir
4. Hujan dapat mengganggu khususnya untuk dunia penerbangan. Jika hujan
lebat pesawat tidak bisa take of landing karena berpengaruh pada jarak
pandang (visibility)
Sedangkan dampak positif seperti :
1. Hujan mempengaruhi iklim dan cuaca.
2. Hujan mengandum NH3, sehingga dapat memberikan suplai nutrisi kepada
tenaman, terutama tanaman berubi.
3. Hujan mengurangi polusi udara, karena butiran-butiran materi yang ada di
dalam udara akan turun bersama hujan.
4. Hujan akan masuk ke tanah (mengalami infiltrasi) dan tersimpan di dalam
tanah sebagai air tanah.
1.2 Struktur Organisasi
Pengamatan meteorologi untuk pertama kali di lakukan pada tanggal 01
Januari 1758 di Batavia (Jakarta). Secara resmi pengamatan dilakukan pada
gedung kantor Ekaligus rumah jawatan meteorologi pada saat itu di jalan Arif
Rahma Hakim No,3 Jakarta pada tahun 1866 yang didirikan oleh pemerintah
colonial Belanda dengan nama Magnetisch En Meteorologi Observatoiun dengan
kepala bernama DR.Bersma. sejak saat itu kegiatan meteorologi dan Geofisika
selalu diadakan ditempat tersebut sampai kemudian dipindahkan kekawasan
kemayoran di Jl. Anggara 1 No.2 Jakarta pusat, selak beroprasi dari zaman
colonial belanda sampai sekarang Badan Meteorologi dan Geofisika telah
beberapa kali mengalami perubahan nama. Pada zaman kependudukan Jepang
3
dinamakan Kisho kausu kusho yang berada dibawah kepemimpinan peperangan,
setalah kemerdekaan namanya berubah menjadi jawaban lembaga direktorat pusat
sehingga menjadi Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) dibawah
Departemen perhubungan.
Keberadaan BMKG sekarang ini bedasarkan surat keputusan presiden
No.45,46,47 dan 48 tahun 2002 tanggal 1 Juni 2002. Bedasarkan SK tersebut,
maka BMKG berubah stasiun menjadi lembaga pemerintahan Non Departemen
(LPND) yang di pimpin oleh seorang kepala Badan.
Sebagai salah satu sub-sektor dalam pembangunan nasional sebagai tugas
BMKG adalah menunjang keselamatan masyarakat dan pembangunan, agama,
parawisata, kesehatan,olah raga dan sektor lainnya. Sesuai dengan PP No.25 tahun
2000
yang merupakan kewenangan dari BMKG untuk melaksanakan jasa
Meteorologi dan Geofisika bagi masyarakat dan pembangunan nasional dan kota
guna menunjuk keselamatan masyarakat dan pembangunan serta penanggulan
bencana.
Untuk mengoptimalkan tujuan tersebut, BMKG terdiri dari posisi teknis
sebagai berikut :
1. Secara nasional BMKG terdiri dari 5 balai wilayah yang terdiri dari 112
Stasiun Meteorologi penerbangan dan Meteorologi maritime, 17 stasiun
klimatologi,29 stasiun geofisika dan stasiun pengamatan cuaca global.
2. Didaerah-daerah,kegiatan BMKG dilaksanakan oleh Unit Pelaksanaan Tehnis
(UPT) yang terdiri dari stasiun-stasiun untuk melaksanakan unsure
pengamatan meteorologi dan geofisika.
3. Stasiun Meteorologi Blang Bintang Aceh yang berada dibawah balai wilayah
1 medan adalah salah satu pengamatan BMKG dibidang Meteorologi
penerbangan yang melaksanakan kegiatan pengamatan cuaca, pengumpulan
dan penyebaran data, analisa yang dilakukan untuk keselamatan penerbangan
dan dukungan bagi data pembangunan, pertanian, iklim, pengendalian
terhadap dampak lingkungan serta bencana alam.
4
4. Tugas teknis harian dilaksanakan meliputi pengamatan cuaca, synoptic
(pengamatan
cuaca
permukaan),
Aeorologi
(pengamatan
udara
atas
Upperwinds) dan forecast (perkiraan cuaca)
Sarana dan Fasilitas
Stasiun Meteorologi Blang Bintang Aceh terdiri dari beberapa fasilitas,
diantaranya :
1.
Taman alat Meteorologi yang terdiri dari :
 Satu unit sangkar Meteorologi (sangkar untuk Psyhrometer) yang berisi
termometer bola basah, yang berfungsi untuk mengukur kelembaban.
Termometer bola kering yang berfungsi untuk mengukur suhu udara.
 Satu unit Psyhometer rambut berfungsi untuk mengukur kelembaban suhu
udara, dimana rambut tersebut lebih peka terhadap perubahan cuaca.
 Satu unit Camble Stok yang berfungsi untuk mengukur lamanya
penyinaran matahari.
 Satu unit Anemometer sistem digital berfungsi untuk mengukur arah
kecapatan angin secara digital.
 Satu unit Panci terbuka penguapan berfungsi untuk mengetahui jumlah
penguapan selama 24 jam.
 Satu unit Penakar hujan obs berfungsi untuk mengukur curah hujan yang
dilakukan oleh observer (pengamat).
 Satu unit Penakar hujan otomatis model helman yang berfungsi untuk
mengukur curah hujan secara otomatis.
 Satu uni Thedolit berfungsi untuk mengukur arah kecapatan angin diatas
ketinggian lebih dari 10 meter dengan menggunakan balon udara sebagai
media pengamatan.
 Satu unit Wind Speed measurement (anemometer) berfungsi untuk
mengukur kecepatan angin secara otomatis.
 Satu unit Barometer berfungsi untuk mengukur tekana udara.
5
2.
Satu ruang Aerologi yang terdiri dari :
 Satu unit Ploting Board dapat digunakan untuk memplot hasil data yang
diperoleh dari pengamatan arah dan kecepatan angin melalui theodolid.
 Balon udara dapat digunakan sebagai media yang dipaskan ke udara untuk
mengamati arah dan kecepatan angin melalui theodolid.
 Tabung Gas digunakan untuk mengisi gas kedalam balon udara.
3.
Satu ruang komunikasi yang terdiri 1 unit radio SSB FT-180A yang berfungsi
sebagai alat komunikasi jaringan antara BMKG.
4.
Satu ruang pengolahan data yang terdiri dari 2 unit komputer PC berfungsi
untuk mengelola data-data Meteorologi yang di peroleh dari hasil
pengamatan dan sebagai alat yang bisa digunakan keperluan BMKG.
1.3 Permasalahan
Curah hujan adalah jatuhan butir-butir atau tetes hujan yang mencapai
permukaan bumi. Dalam Kuliah Kerja Praktek ingin diketahui bagaimna teknik
pengukuran curah hujan dengan menggunakan penakar hujan jenis manual
(manual raingauge) dan untuk mengetahui hubungan curah hujan terhadap
penerbangan.
1.4 Tujuan Kuliah Kerja Praktek
Tujuan dilakukannya Kuliah Kerja Praktek ini di stasiun Meteorologi
Blang Bintang adalah :
1. Memberikan informasi tentang cuaca dan curah hujan yang berguna
bagi Informasi penerbangan, petani dan sebagainya
2. Untuk mengetahui besarnya curah hujan rata-rata di daerah blang
bintang
3. Memberikan pemahaman tentang pengambilan data curah hujan pada
saat KKP berlangsung.
6
1.5 Mamfaat Kuliah Kerja Praktek
Adapun mamfaat dari Kuliah Kerja Praktek ini adalah sebagai berikut :
1. Mempererat hubungan kerja sama antara STMIK U€BUDIYAH
jurusan Manajemen Informatika dengan stasiun Meteorologi Blang
Bintang.
2. Memberikan pemahaman tentang tekhnik pengambilan data curah
hujan pada saat Kuliah Kerja Praktek ini berlangsung.
3. Memberikan informasi tentang pengaruh tingginya intensitas hujan
dan curah hujan terhadap penerbangan di daerah Blang Bintang.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Curah Hujan
Curah hujan adalah jatuhan butir-butir atau tetesan hujan yang mencapai
permukaan bumi. Jumlah curah hujan adalah curah hujan yang mencapai
permukaan selama jangka waktu yang ditentukan dan dinyatakan dalam ukuran
kedalamannya, dengan ketentuan bahwa tidak ada air yang hilang karena
penguapan air atau mengalir.
Curah hujan diukur dengan menggunakan alat untuk curah hujan yang
tertentu selinder dengan bagian atas terbuka (untuk menerima butiran air hujan
yang jatuh). Alat ini di pasang di tempat terbuka, sehingga air hujan akan diterima
langsung oleh alat ini. Bagian atas yang terbuka dipasang pada ketinggian 20cm di
atas permukaan tanah yang di tanami rumput untuk menghindari masuknya air
percikan dari permukaan tanah (Lakitan,1985).
Curah hujan dapat diukur dengan alat pengukur curah hujan otomatis atau
yang manual. Alat-alat pengukur tersebut harus di letakkan pada daerah yang
masih alamiah, sehingga curah hujan yang terukur dapat mewakili wilayah yang
luas. Salah satu pengukur hujan manual yang paling banyak di pakai adalah tipe
manual (manual raingauge). Atau sering di sebut ombrometer. Curah hujan dari
pengukuran alat ini dihitung dari volume air hujan dibagi luas dengan mulut
penakar. Alat tipe manual ini merupakan alat baku dengan mulut penakar seluas
100 cm2 dan di pasang dengan ketinggian mulut penakar 1,2 meter dari
permukaan tanah (Sutedjo,dkk 2005).
Alat pengukur hujan otomatis biasanya memakai prinsip pelampung,
timbangan dan jungkitan. Keuntungan menggunakan alat ukur otomatis ini antara
lain seperti, waktu terjadinya hujan dapat diketahui, intensitas setiap terjadinya
hujan dapat di hitung, pada beberapa tipe alat, pengukuran tidak harus dilakukan
7
8
tiap hari karena priode pencatatannya lebih dari sehari, dan beberapa keuntungan
lain (Handoko,1994).
Tinggi curah hujan diasumsikan sama disekitar tempat penakaran, luasan
yang tercakup oleh sebuah penakaran hujan bergantung pada homogenitas
daerahnya maupun kondisi cuaca lainnya. Kecepatan asumsi ini tergantung dari
kecepatan angin, keterbukaan lapangan, luas alat penampung serta tinggi alat dari
permukaan tanah. Penakar hujan di bagi dalam golongan yaitu tipe manual dan
tipe otomatis. Bila yang diinginkan hanya jumlah hujan harian, maka dipakai tipe
manual. Informasi lebih banyak di peroleh dari alat otomatis. Alat yang di pakai
yang ada di lapangan. Makin canggih suatu alat makin banyak keterampilan dan
kemampuannya (BayongTjasyono,2004).
Presipitasi dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk atau unsur-unsur
presipitasi yakni pertama, hujan. Hujan adalah butiran-butiran air yang jatuh ke
bumi dalam bentuk cair. Butir-butir hujan mempunyai garis tengah 0,08-6 mm.
macam-macam hujan yaitu hujan halus, hujan rintik-rintik dan hujan lebat.
Perbedaan terutama pada besarnya buti-butir. Hujan lebat biasanya turun sebentar
saja dari awan Cumulonimbus. Hujan semacam ini dapat amat kuat dengan
intensitas yang amat besar. Kedua salju, terjadi karena sublimasi uap air pada
suhu dibawah titik beku. Bentuk dasar dari salju adalah hexagonal akan tetapi hal
ini tergantung dari suhu dan cepatnya sublimasi. Dan yang ketiga, hujan Es.
Hujan es jatuh pada waktu hujan guntur dari awan Cumulonimbus. Di dalam
awan terdapat konveksi dari udara panas dan lembab. Dalam seperti, waktu
terjadinya hujan dapat diketahui, intensitas setiap terjadinya hujan dapat di hitung,
pada beberapa tipe alat, pengukuran tidak harus dilakukan tiap hari karena priode
pencatatannya lebih dari sehari, dan beberapa keuntungan lain (Handoko,1994).
Curah hujan diukur dalam harian, bulanan,dan tahunan.curah hujan yang
jatuh di wilayah Indonesia di pengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
1 Bentuk medan atau topografi
2 Arah lereng medan
9
3 Arah angin yang sejajar dengan garis pantai, dan
4 Jarak perjalanan angin diatas medan datar.
Bedasarkan butiran-butiran yang dicurahkan, hujan dapat dibedakan
menjadi empat macam,yaitu:

Hujan gerimis (Drizzle) yaitu hujan ini mempunyai diameter
butiran-butiran kurang dari 0,5 mm.

Hujan salju (Snow) yaitu hujan salju terdiri dari Kristal-kristal es
yang temperaturnya berada dibawah titik beku.

Hujan batu es yaitu hujan ini berbentuk curahan es yang turun di
dalam cuaca panas dari awan yang temperaturnya di bawah titik
beku.

Hujan deras (rain) yaitu curahan air yang turun dari awan yang
temperaturnya di atas titik beku dan butirannya sebesar 7 mm.
2.2 Pengamatan curah hujan
Hujan dapat dibedakan atas beberapa jenis antara lain :
1.
Hujan tiba-tiba (Shower)
Shower jatuh dari awan konvektif (Cu,Cb) saat mulai dan berakhirnya
dan berlangsung dengan tiba-tiba. Intensitasnya berubah dengan cepat,
biasanya berlangsung dengan waktu yang pendek. Awan konvektifyang
menimbulkan Shower mungkin tambak tumbuh sebelum Shower mulai, atau
awan tersebut bergerak mendekati stasiun.
2.
Hujan sebentar-sebentar (Intermitten rain)
Hujan ini jatuh dari awan yang berlapis, yang umumnya menutup atau
hamper menutup atau hampir menutup seluruh langit. Keadaan awan masih
menutup atau hampir menutup langit, meskipun hujan berhenti. Kadangkadang dasar awan tampak menerang atau meninggi, tetapi tampa adanya
10
lapisan awan yang terputus dengan jelas. Hujan ini berlangsung sebentar
putus, sebentar berhenti.
3.
Hujan terus menerus (Contiuous rain)
Hujan ini jatuh dari awan berlapis yang biasanya padat dan menutup
seluruh langit. Di laporkan sebagai hujan terus menerus jika selama sejam
yang lalu berlangsung terus menerus tanpa terputus.
2.3 Intensitas Hujan
Intensitas hujan keperluan pengamatan dibedakan dalam tiga tingkatan :
a). Hujan ringan, hujan yang di nyatakan ringan jika:
 Intensitas hujan rendah
 Laju pengumpulan curah hujan didalam alat penakar hujan
berlangsung lambat (tidak lebih dari 0.5 mm tiap jam).
 Tetes-tetes hujan yang besar jarang atau sebagian besar terdiri dari
tetes-tetes hujan kecil.
b). Hujan sedang, hujan ini di nyatakan sedang jika :

Hujan jatuh cukup cepat membentuk genangan diatas lekukan tanah.

Laju pengumpulan curah hujan di dalam alat penakar berlangsung
antara 0,5 sampai dengan 4 mm tiap jam.
c). Hujan lebat, hujan ini dinyatakan lebat jika:

Curah hujan menimbulkan suara gemuruh diatas atap dan memercik
jika jatuh diatas jalan atau permukaan benda yang keras.

Laju pengumpulan curah hujan didalam alat penakar hujan lebih
dari 4 mm tiap jam.

Terdiri dari hujan deras dari badai Guntur maupun hujan deras yang
terjadi tanpa Guntur.
11
2.4 Faktor terjadinya hujan
Adapun factor-faktor yang mempengaruhi hujan antara lain : Awan, angin,
kabut, dan asap.
a. Awan
Awan adalah kumpulan titik-titik air yang banyak jumlahnya dan berletak
pada titik kondensasi serta melayang-layang tinggi di udara kelihatan seperti asap
bewarna putih atau kelabu di langit. Jika langit sedang cerah awan terlihat
bewarna
putih.
Dengan
berbagai
bentuk
kadang-kadang
bergumpal-
gumpal,kadang tersebar tipis, terbentuk seperti sisik ikan, atau bergaris-garis
seratdan terlihat bergumpal. Tak lama kemudian berubah bentu, bertebaran di
bawa oleh angin (Handoko,1994).
Ada bermacam-macam jenis awan bedasarkan level ketinggian, yaitu awan
rendah, menengah, dan tinggi. Dalam penerbangan awan yang sangat berpengaruh
adalah jenis awan rendah yaitu awan Cumulonimbus(Cb), pada umunya awan Cb
sangat ditakuti dalam penerbangan karena dapat mengakibatkan updraft (arus
naik), downdraft (arus turun), dan windshear (perubahan kecepatan secara tibatiba), yang apabila pesawat berada di dalam atau bawah awan ini pada saat lepas
landas, sebelum mendarat, maupun pada saat terbang akan mengakibatkan
ketidakstabilan posisi pesawat yang dapat berkaitan fatal (Lakitan,1985).
Awan Cb juga berpotensi menimbulkan bencana yang di timbulkan cuaca
buruk seperti turbulensi yang kuat pada pesawat sekalian itu dapat menimbulkan
kilat, badai guruh, putting beliung dan hujan deras kadang-kadang hujan deras
dari awan Cumulonimbus terjadi hujan es dan angin rebut.
12
Gambar2.1 awan Cumulonimbus (Cb) (Sumber :http//epod.usra.edu)
b. Angin
Angin adalah udara yang bergerak akibat adanya perbedaan tekanan
dengan arah aliran angin dari yang memiliki tekana yang tinggi ke tempat yang
rendah atau dari daerah yang memiliki suhu atau temperature rendah ke wilayah
bersuhu tinggi. Unsure arah angin ini di perlukan untuk menentukan dari mna dan
kemana
pesawat
tersebut
lepas
landas
maupun
mendarat
dengan
memperhitungkan kecepatan angin yang sedang terjadi, sedangkan selama
perjalanan di manfaatkan untuk mempertahankan posisi pesawat saat di udara.
Perubahan arah dan kecepatan angin permukaan angin yang signifikan di
laporkan seketika itu juga untuk kesalamatan penerbangan saat lepas landas
maupun mendarat. Pesawat terbang akan melakukan pendaratan dan lepas menuju
arah datangnya angin, namun juga memperhatikan landasan contoh : pada
landasan yang memanjang dari barat hingga timur, jika angin berasal dari barat
maka pesawat akan lepas landas maupun landing menuju barat, jika angin berasal
dari timur maka pesawat akan lepas landas maupun landing menuju timur, pada
landasan yang memanjang dari utara hingga selatan, jika angin berasal dari selatan
maka pesawat akan lepas landas maupun landing menuju selatan, jika angin berasl
dari utara maka pesawat akan lepas landas maupun landing menuju utara.
13
c.Asap
Asap (smoke) merupakan salah satu alasan mengapa pesawat ditunda
pendaratannya karena memang jarak penglihatan (visibility) sangat minimal
karena pengaruh asap kabut yang begitu tebal sehingga menyebabkan landasan
pacu (runway) tidak tampak sama sekal, kalaupun di paksa maka keadaan ini akan
fatal dan dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan penerbangan karena pesawat
akan mendarat bukan tepat dilandasan pacu melainkan diluar landasan yang sering
kita sebut dengan over shut atau under shut.
Gambar 2.2 Asap
Bahaya yang ditimbulkan akibat jarak pandang yang berkurang karena
terselimuti oleh asap dank abut tebal dalam istilah penerbangan disebut
disorientasi ruang yang di sertai dengan gejala vertigo dan motion sickness. Selain
organ mata ada organ lain yang turut terlibat dalam terjadinyan disorientasi ruang
dalam penerbangan adalah organ keseimbangan (kanalissemisrkularis) yang
berada di telinga tengah dan organ kulit dan persendian sebagai organ
propioseptik (subcutan dan persendian). Stimulus yang disampaikan akan di
terima oleh reseptor dan diteruskan ke batang otak untuk nantinya organ akan
memberikan respon terhadap gerakan pesawat (Handoko,1994)
d. Kabut dan mist
14
Kabut adalah tetes-tetes air sangat kecil yang melayang-layang di udara
mencapai permukaan tanah dan mengakibatkan berkurangnya penglihatan
mengdatar pada permukaan bumi. Tetes-tetes kecil ini dapat dilihat dengan mata
biasa, jika berada pada
suatu tempat yang cukup terang. Mereka bergerak
mengikuti gerakan udara yang ada, udara dalam keadaan kabut akan terasa
lembab sejuk atau basah. Udara di nyatakan berkabut jika penglihatan mendatar di
dalam kabut kurang1 km dan lembab nisbi (RH) antara 98% - 100%.
Mist adalah tetes-tetes air mikroskopi (hanya dapat dilihat dengan
mikroskop) atau partikel-partikel hygrogkopis basah yang melayang di udara
mencapai permukaan tanah, dapat mengurangi penglihatan mendatar pada
permukaan bumi. Umumnyan di dalam mist tidak terasa lembab. Mist dinyatakan
terjadi jika : penglihatan mendatar di dalam mist sama atau lebih dari 1 km dan
kelembaban (RH) antara 95% - 97% (Handoko, 1994).
Gambar 2.3 Kabut
2.5 Jarak pandang mendatar (Horizontal Visibility)
Penglihatan mendatar dalam meteorology adalah jarak terjauh dimana
sebuah benda hitam dengan ukuran yang sesuai tepat dapat dilihat dan dikenal
15
dengan latar belakang langit. Jarak penglihatan mendatar di nyatakan dalam km
atau kurang dari 1km dinyatakan dalam meter.
Jarak pandang untuk penerbangan dikenal dengan Runway Visual Range,
(RVR) merupakan alat meteorologi yang memberikan informasi jarak pandang
maksimum (visibility) didaerah sekitar runway, RVR biasanya di pasang sebagai
kelengkapan fasilitas Instrumen Landing Sistem (ILS) kejadian-kejadian yang
dapat mengurangi jarak pandang.
Untuk pesawat yang tidak otomatis, informasi jarak pandang vertical
maupun horizontal. Jarak pandang vertical adalah saat pesawat akan melakukan
pendaratan saat masih di udara, hal ini penting untuk mengetahui posisi dan sisa
runway landasan agar pendaratan dapat dilakukan dengan tepat sedangkan. Jarak
pandang horizontal adalah saat pesawat sudah mulai mendarat didekat permukaan
(Sutedjo,dkk 2005).
Suhu udara dalam penerbangan sangat erat kaitannya dengan pemuaian
udara apabila suhu tinggi udara memuai, begitu pula sebaiknya. Suhu yang tinggi
dapat juga memacu meningkatkan daya angkat yang harus dihasilkan pesawat
yang nantinya akan mempengaruhi terhadap penggunaan bahan bakar.
Apabila pesawat menjadirenggang, dapat mengurangi daya angkap
pesawat apabila suhu lebih rendah menyebabkan pesawat memiliki daya angkat.
Sehingga saat lepas landas, maupun terbang di udara akan dapat mengurangi daya
angkat yang harus di hasilkan pesawat sehingga dapat mengurangi pengguna bhan
bakar.
2.6 Intensitas Badai Guntur
a). Badai Guntur
Badai Guntur hebat jika Guntur di dengar dengan sangat tajam dan keras
dan di sertai terjadinya kilat yang hampir terus menerus. Keadaan ini biasa di
sertai dengan adanya hujan yang lebat, kadang-kadang disertai rambun atau salju,
terutama bagi daerah-daerah di luar tropis. Di samping itu, terjadinya yang hebat
16
ini umumnya ditandai adanya penurunan suhu yang cepat dan kecepatan angin
tinggi sebekumnya atau bersamaan dengan datangnya badai guntur ini dapat
mencapai 22 knots.
Badai Guntur yang intensitasnya dibawah intensitas badai guntur hebat,
dilaporkan sebagai badai guntur saja, tanpa di bedakan ringan atau sedang
(PUUM,1996).
b). Kilat
Sambaran kilat pada pesawat terbang akan merusak peralatan navigasi,
juga sistem peralatan lainnya dalam pesawat. Selain itu sinar yang silau yang di
pancarkan oleh kilat secara terus-menerus akan mengganggu pilot dalam
penerbanagn pesawat, dalam hal ini pesawat yang digunakan bukanlah pesawat
otomatis (Tim BMKG, 1996)
2.7 Jenis-jenis Pengukur Curah Hujan
Macam-macam alat pengukur curah hujan yaitu :
1.
Penakar hujan jenis otomatis (Pluviograf)
Alat pengukur hujan otomatis biasanya memakai prinsip pelampung,
timbangan dan jungkitan. Keuntungan menggunakan alat ukur otomatis ini antara
lain seperti, waktu terjadinya hujan dapat diketahui, intensitas setiap terjadinya
hujan dapat dihitung, pada beberapa tipe alat, pengukuran tidak harus dilakukan
tiap hari karena priode pencatatannya lebih dari sehari, dan beberapa keuntungan
lain. Alat perekam curah hujan ini terdiri dari beberapa tipe, diantaranya:
-
Tipe pelapung
-
Tipe panic miring (Tiping bucket)
-
Tipe timbangan
17
2.
Penakar hujan manual (manual raingauge).
Salah satu pengukur hujan manual yang paling banyak dipakai adalah tipe
manual (manaual raingauge), atau sering disebut ombrometer. Curah hujan dari
pengukuran alat ini dihitung dari volume air hujan dibagi dengan luas mulut
penakar. Alat tipe pengukur (manual raingauge). Ini merupakan alat baku dengan
mulut penakar seluas 100 cm2 dan dipasang dengan ketinggian mulut penakar 1,2
meter dari permukaan tanah (Soapangkat, 2002).
Jumlah curah hujan dicatat dalam inchi atau millimeter (1 inchi = 25,4
mm). jika curah jumlah hujan 1 mm, maka menunjukkan tinggi air hujan yang
menutupi permukaan adalah 1 mm, jika air tersebut tidak meresap ke dalam tanah
atau menguap ke atmosfer. Untuk melakukan pengukuran hujan tersebut
diperlukan alat pengukur curah hujan yaitu alat penakar hujan biasa (manual
raingauge). Alat-alat tersebut harus sesuai dengan aturan yang di terapkan oleh
WMO (World Meteorological Organization) atau aturan yang telah disepakati
secara nasional di suatu negara. Alat penakar hujan biasa merupakan alat ukur
yang tidak dapat mencatat sendiri (noonrecording), penakar hujan ini merupakan
tipe kolektor yang menggunakan gelas ukur,dan merupakan jenis yang paling
banyak digunakan di Indonesia sejak abad yang lalu hingga sekaran, sehingga
merupakan tipe yang standar di negara kita. Penakar hujan biasanya di buat dari
lembaran seng (aluminium) untuk mengurangi pemanasan atau penguapan air
akibat dari radiasi matahari.
Adapun hal-hal yang perlu di perhatikan mengenai penakar hujan biasa ini
adalah :
1. Penakar hujan harus di pasang di lapangan terbuka, tanpa ada gangguan di
sekitar penakar, seperti pohon dan bangunan, kabel atau entene yang
melintang di atasnya, jarak yang terdekat antara pohon dan bangunan
dengan penakar hujan adalah 1 kaki tinggi pohon bangunan tersebut.
2. Penakar hujan tidak boleh di pasang pada tanah miring (lereng bukit),
puncak bukit diatas atap.
18
3. Penakar hujan dipasang dengan disekrup atau dipaku pada balok yang
dicat putih dan di tanam pada pondasi beton sehingga tinggi penakar hujan
dari permukaan corong sampai permukaan tanah 120 cm, letak penampang
corong harus datar (horizontal) dan bukaan kran diberi gembok sebagai
pengaman.
4. Penakar harus dip agar keliling dengan kawat, ukuran 1,5m x 1.5 m
dengan tinggi 1 m, agar tidak dapat di ganggu binatang dan orang yang
tidak kepentingan.
5. Corong harus bersih dari kotoran yang bisa menutupi lubang.
6. Kran harus sering di bersihkan,jika terjadi bocoran harus segera dig anti
atau diperbaiki.
7. Bak penampung harus dibersihkan dari endapan dan debu, dengan cara
menuangkan air dalam kran terbuka.
8. Gelas penakar digunakan untuk menghitung jumlah curah hujan harus
dijaga tetap bersih dan disimpan di tempat yang aman dan jangan
sampaipecah dah gelas harus dikeringkan dengan kain bersih.
BAB III
METEODELOGI PENELITIAN
3.1 TempatdanWaktu
KuliahkerjapraktekinidilaksanakanpadainstansiBadanMeterologiKlimatolo
gidanGeofisika
(BMKG)
Nanggroe
Aceh
Darusallam(NAD),
denganmenganalisaTeknikpengukurancurahhujandenganmenggunakanalat manual
(manual raingauge). Sedangkanwaktupelaksanaan KKP inidimulaipadabulan
February 2014-Maret 2014.
3.2 AlatdanBahan
PengukurancurahhujandenganmenggunakanObservatoriummemerlukanper
alatansebagaiberikut :
Tabel 3.1 Daftaralat yang digunakan
NO
NamaAlat
Keterangan
1
Penakarcurahhujan manual
1 Buah
2
Gelaspengukur
1 Buah
3.3 Cara Kerja
Pengamatancurahhujandenganmenggunakanalatpenakarhujanbiasadilakuk
andengancarasebagaiberikut :
1. Pengamatancurahhujanharusdilakukantiap 3 jam sekalidimulaipada jam
07.00 wib / 00 UTC.
2. Krandibukadangelaspenakarhujandiletakkandibawahkran, krandibuka agar
air
dapatditampungdalamgelaspenakar,
jikapengukurcurahhujandiperkirakanmelebihi
25
makasebelummencapaiskala
kranditutupdahulu,
25
19
mm
mm,
20
dilakukanpembacaandan
di
catat,
kemudiandilanjutkanpengukuransampaidalambakpenakarhabis,
seluruh
yang dicatattadidijumlahkan.
3. Untukmenghindarikesalahan
parallax,
pembacaancurahhujanpadagelaspenakardilakukantepatpadadasarmeniskus
nya.
4. Biladasar
meniscus
tidaktepatpadagarisskala,
diambilgaris/
skalamakaterdekatdengandasarmeniskusnyatadi.
5. Biladasar
meniscus
nyatepatpadapertengahanantaraduagaris/
skalamakadiambilataudibacakeangka yang lebihtinggiberikutnya.
6. Untukpembacaankecildari 0,1 mm, padahujanditulisangka 0(nol) dantetap
di nyatakansebagaiharihujan.
7. Sesudahpengambilan data, kranditutupkembali.
21
Gambar 3.1 Alatpenakarhujandengangelaspenakarnya
Keterangangambar :
1. Mulutpenakarluas 100cm2 (garistengah= 11,3 cm) terbuatdarikuningan,
harusterpasang horizontal.
2. Pipasempitmenyalurkan air krankedalamtabungkolektor.
3. Tabungkolektordengankapasitas 3-5 Liter setaradengan 300-500 mm
curahhujan.
4. Kran
5. Tiangpenyangga.
3.4 Instalasiataupemasangan
Untukstasiun-stasiunmeteorologi
yang
sudahmempunyaitamanalat,
lokasipemasangandisesuaikandenganpolatamantersebutdandiletakkan
area
tamanalattersebut.
Pemasanganalatpenakarhujanjenis
di
manual
dalam
di
luartamanharusmemperhatikanhal-halsebagaiberikut :
1. Dipilihtempat yang datar, bebasdaripenggunapohon-pohonsemakberlukar,
danbangunanumum
2. Tanah
tersebutdiberipagaruntukmencegahgangguanbinatang,
sertauntukperlindunganterhadapanginkeras.
3.5 Data HasilPengamatan
Menentukancurahhujan rata-rata
22
Curahhujandiwilayah Banda Aceh setiaptahunatausetiapharinyaberbedabeda.Untukmenyederhanakannya,
makadapatditentukancurahhujan
bulandenganmenggunakanpersamaansebagaiberikut :
=
(R1 + R2 +€€.+R
Keterangan :
= Curahhujan rata-rata (mm)
= Jumlah hari hujan
R1, R2, Rn= Curahhujantiapharipengamatan
n)
rata-rata
23
Tabel 3.2 Data curahhujankota Banda Aceh bulanJanuari • Desember 2013
24
Keterangan :
-
= Tidakadacurahhujan
TTU = Tidakterhitung
MM = Satuancurahhujandalam millimeter (mm)
25
Contohperhitungancurahhujan rata-rata yang digunakanpadabulanJanuari
2013, bulaninimemiliki 15 harihujan.
=
(1.0 + 97.7 + 0.7 + 69.9 + 1.8 + 9.6 + 19.2 + 13.4 + 3.8 + 9.7 + 0.7 + 1.2 +
2.2 + 0.8 +
=
18.1)
(249.8)
= 16.65 mm
Dari hasilperhitungan di atascurahhujan rata-rata bulananpadabulanJanuari
di stasiun Meteorology BlangBintangadalahsebesar 16.65 mm. Dari data
tersebutdapat
di
lihatbesarnyacurahhujan
untuksetiapbulanselengkapnyadapat di lihatpada table dibawah.
rata-rata
26
Tabel 3.3 Curah hujan rata-rata Kota Banda Aceh bulanan bulan Januari •
Desember 2013
NamaBulan (2013)
NO
JumlahCurahhujan
N (hari)
(mm)
(
)
1
Januari
249.8
15
16.65
2
Pebruari
102.5
14
7.3214
3
Maret
89.7
8
11.21
4
April
106.2
12
9.582
5
Mai
102.1
13
7.7385
6
Juni
133.6
12
11.87
7
Juli
83.8
9
9.3111
8
Agustus
40.4
11
5.8818
9
September
164.6
7
23.514
10
Oktober
56.6
11
5.1455
11
November
122.8
15
8.187
12
Desember
214.8
20
11.147
27
Grafik
3.1
Curahhujan
rata-rata
Kota
Banda
Aceh
bulanandariBulanJanuarisampaiBulanDesember 2013.
300
250
200
150
curah hujan
hari hujan
100
Nilai Rata-rata
50
Desember
November
Oktober
September
Agustus
Juli
Juni
Mai
April
Maret
Februari
Januari
0
Dari hasil penelitian di atas dapat disebutkan curah hujan tertinggi yaitu di
Bulan Januari jumlah curah hujan dalam satuan millimeter yaitu sebesar 249.8
mm dan jumlah hari hujan sebanyak 15 hari dalam sebulan dan hasil rata-ratanya
sebesar 16.65 mm.Sedangkan data curah hujan terendah yaitu di bulan Desember
dengan curah hujan sebesar 214.8 mm dan jumlah hari hujannya 20 hari dalam
satu bulan dan nilai rata-rata dari hasil curah hujannya adalah 11.147 mm, Dan
data curah hujan sedang yaitu di bulan Juni dengan kapasitas curah hujannya
sebesar 133.6 mm dengan hari hujannya sebanyak 12 hari dalam sebulan dan nilai
rata-rata dari hasil curah hujannya sebesar 11.87 mm.
BAB III
METEODELOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu
Kuliah kerja praktek ini dilaksanakan pada instansi Badan Meterologi
Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Nanggroe Aceh Darusallam(NAD), dengan
menganalisa Teknik pengukuran curah hujan dengan menggunakan alat manual
(manual raingauge). Sedang kan waktu pelaksanaan KKP ini dimulai pada bulan
February 2014-Maret 2014.
3.2 Alat dan Bahan
Pengukuran
curah
hujan
dengan
menggunakan
Observatorium
memerlukan peralatan sebagai berikut :
Tabel 3.1 Daftaralat yang digunakan
NO
Nama Alat
Keterangan
1
Penakar curah hujan manual
1 Buah
2
Gelas pengukur
1 Buah
3.3 Cara Kerja
Pengamatan curah hujan dengan menggunakan alat penakar hujan biasa
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Pengamatan curah hujan harus dilakukan tiap 3 jam sekali dimulai pada
jam 07.00 wib / 00 UTC.
2. Kran dibuka dan gelas penakar hujan diletakkan dibawah kran, kran
dibuka agar air dapat ditampung dalam gelas penakar, jika pengukur curah
hujan diperkirakan melebihi 25 mm, maka sebelum mencapai skala 25 mm
kran ditutup dahulu, dilakukan pembacaan dan di catat, kemudian
19
20
dilanjutkan pengukuran sampai dalam bak penakar habis, seluruh yang
dicatat tadi dijumlahkan.
3. Untuk menghindari kesalahan parallax, pembacaan curah hujan pada gelas
penakar dilakukan tepat pada dasar meniskusnya.
4. Bila dasar meniscus tidak tepat pada garis skala, diambil garis/ skala maka
terdekat dengan dasar meniskusnya tadi.
5. Bila dasar meniskusnya tepat pada pertengahan antara dua garis/ skala
maka diambil atau dibaca keangka yang lebih tinggi berikutnya.
6. Untuk pembacaan kecil dari 0,1 mm, pada hujan ditulis angka 0(nol) dan
tetap di nyatakan sebagai hari hujan.
7. Sesudah pengambilan data, kran ditutup kembali.
21
Gambar 3.1 Alat penakar hujan dengan gelas penakarnya
Keterangan gambar :
1. Mulut penakar luas 100cm2 (garistengah= 11,3 cm) terbuat dari kuningan,
harus terpasang horizontal.
2. Pipa sempit menyalurkan air kran kedalam tabung kolektor.
3. Tabung kolektor dengan kapasitas 3-5 Liter setara dengan 300-500 mm
curah hujan.
4. Kran
5. Tiang penyangga.
3.4 Instalasi atau pemasangan
Untuk stasiun-stasiun meteorologi yang sudah mempunyai taman alat,
lokasi pemasangan disesuaikan dengan pola taman tersebut dan diletakkan di
dalam area taman alat tersebut. Pemasangan alat penakar hujan jenis manual di
luar taman harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Dipilih tempat yang datar, bebas dari pengguna pohon-pohon semak
berlukar, dan bangunan umum.
2. Tanah tersebut diberi pagar untuk mencegah gangguan binatang, serta
untuk perlindungan terhadap angin keras.
3.5 Data Hasil Pengamatan
Menentukan curah hujan rata-rata
Curah hujan diwilayah Banda Aceh setiap tahun atau setiap harinya
berbeda-beda. Untuk menyederhanakannya, maka dapat ditentukan curah hujan
rata-rata bulan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
=
(R1 + R2 +€€.+R
n)
22
Keterangan :
= Curah hujan rata-rata (mm)
= Jumlah hari hujan
R1, R2, Rn= Curah hujan tiap hari pengamatan
23
Tabel 3.2 Data curah hujan kota Banda Aceh bulanJanuari • Desember 2013
Keterangan :
-
= Tidak ada curah hujan
TTU = Tidak terhitung
MM = Satuan curah hujan dalam millimeter (mm)
24
Contoh perhitungan curah hujan rata-rata yang digunakan pada bulan
Januari 2013, bulan ini memiliki 15 hari hujan.
=
(1.0 + 97.7 + 0.7 + 69.9 + 1.8 + 9.6 + 19.2 + 13.4 + 3.8 + 9.7 + 0.7 + 1.2 +
2.2 + 0.8 +
=
18.1)
(249.8)
= 16.65 mm
Dari hasil perhitungan di atas curah hujan rata-rata bulanan pada bulan
Januari di stasiun Meteorology Blang Bintang adalah sebesar 16.65 mm. Dari data
tersebut dapat di lihat besarnya curah hujan rata-rata untuk setiap bulan
selengkapnya dapat di lihat pada table dibawah.
25
Tabel 3.3 Curah hujan rata-rata Kota Banda Aceh bulanan bulan Januari •
Desember 2013
Nama Bulan (2013)
NO
Jumlah
Curah N (hari)
hujan (mm)
(
1
Januari
249.8
15
16.65
2
Pebruari
102.5
14
7.3214
3
Maret
89.7
8
11.21
4
April
106.2
12
9.582
5
Mai
102.1
13
7.7385
6
Juni
133.6
12
11.87
7
Juli
83.8
9
9.3111
8
Agustus
40.4
11
5.8818
9
September
164.6
7
23.514
10
Oktober
56.6
11
5.1455
11
November
122.8
15
8.187
12
Desember
214.8
20
11.147
)
26
Grafik 3.1 Curah hujan rata-rata Kota Banda Aceh bulanan dari Bulan Januari
sampai Bulan Desember 2013.
300
250
200
150
curah hujan
hari hujan
100
Nilai Rata-rata
50
Desember
November
Oktober
September
Agustus
Juli
Juni
Mai
April
Maret
Februari
Januari
0
Dari hasil penelitian di atas dapat disebutkan curah hujan tertinggi yaitu di
Bulan Januari jumlah curah hujan dalam satuan millimeter yaitu sebesar 249.8
mm dan jumlah hari hujan sebanyak 15 hari dalam sebulan dan hasil rata-ratanya
sebesar 16.65 mm. Sedangkan data curah hujan terendah yaitu di bulan Desember
dengan curah hujan sebesar 214.8 mm dan jumlah hari hujannya 20 hari dalam
satu bulan dan nilai rata-rata dari hasil curah hujannya adalah 11.147 mm, Dan
data curah hujan sedang yaitu di bulan Juni dengan kapasitas curah hujannya
sebesar 133.6 mm dengan hari hujannya sebanyak 12 hari dalam sebulan dan nilai
rata-rata dari hasil curah hujannya sebesar 11.87 mm.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari hasil kuliah kerja praktek yang telah dilakukan di Stasiun
Meteorologi Blang Bintang Banda Aceh dapat disimpulkan :
1. Curah hujan rata-rata bulanan dalam waktu satu tahun berbeda-beda.Curah
hujan tertinggi pada bulan Januari 249.8 mm.Curah hujan terendah pada
bulan Agustus 40.4 mm.Factor terjadinya curah hujan dipebgaruhi oleh
awan, asap, dank abut.Alat pengukur curah hujan manual mudah digunakan
serta perawatannya tidak sukar.
2. Dengan menggunakan penakar hujan jenis manual metode pengambilan
datanya sangat mudah, Pengamatan curah hujan harus dilakukan tiap 3 jam
sekali dimulai pada jam 07.00 wib / 00 UTC
3. Di Stasiun Meteorologi Blang Bintang terdapat 2 alat penakar hujan yaitu
penakar hujan jenis otomatis (Pluviograf) dan penakar hujan jenis manual
(manual raingauge) dari kedua alat tersebut alat yang paling sering
digunakan ialah alat penakar hujan manual alat ini lebih mudah di gunakan
di bandingkan penakar hujan otomatis.
27
28
DAFTAR PUSTAKA
Bayong Tjasyono, Klimatologi Edisi kedua, ITB, Bandung, 2004
Handoko.
1994.
Klimatologi
Dasar,
landasan
pemahaman
fisika
atmosferdan unsure-unsur iklim, PT Dunia Pustaka Jaya, Jakarta.
Lakitan. 1985. Dasar-Dasar Klimatologi. PT Raja Gravindo Persada.
Pedoman Unsur-Unsur Meteorologi, Badan Meteorologi dan Geofisika,
Jakarta, 1996.
Sutedjo, Mul Suryani dan Kartasapoetra. 2005. Pengantar Ilmu Tanah. PT
RINEKA CIPTA, Jakarta.
Sri Hartono BR, Analisa Hidrolog, Pr Gramdedia Pustaka Utama, Jakarta,
1993.
Soepangkat Ah. Mg, Alat-Alat Meteorologi, Badan Meteorologi dan
Geofisika, Jakarta.
28
28
28
28
28
28