Buletin Pelaut - ITF Seafarers

Transcription

Buletin Pelaut - ITF Seafarers
Buletin Pelaut
Federasi Buruh Transport Internasional
no. 23/2009
Ind
on
es
ia
Apapengaruhkrisis
dalamindustri
pelayaranbagi
pelaut?
Patrice Terraz
Menolongandauntuktetapsurvivedilaut
KampanyeITFmelawankapal-kapalFOC
Aktivitas ITF dalam industri maritime dipelopori dengan
kampanye yang dilaksanakan oleh Serikat-Serikat Buruh
Pelaut dan Buruh B/M diseluruh dunia melawan
pengalihan kapal-kapal kedalam Bendera Kemudahan
(FOC) yang oleh pemilik kapal dilakukan untuk
menghindari peraturan-peraturan nasional, ketentuan
ketenagakerjaan dan pengawasan serikat-serikat buruh.
Kampanye tersebut mempunyai dua sisi kepentingan,
yaitu : secara politis, ITF berjuang bersama pemerintah
berbagai Negara dan lembaga-lembaga internasional
untuk memastikan adanya “hubungan langsung”antara
pemilik kapal dan bendera/kebangsaan suatu kapal; dari
sisi industrial, serikat-serikat buruh afiliasi ITF berupaya
untuk diterapkannya ketentuan upah minimum dan
standar sosial yang layak disemua kapal-kapal FOC.
Hal itu berarti bahwa serikat-serikat buruh yang ada
dinegara-negara dimana pemilik kapal yang
sesungguhnya berada harus membuat persetujuan
menyangkut kondisi pengerjaan yang minimal sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan oleh Komite
Kebijakan ITF – suatu lembaga kerjasama antara pelaut
dan buruh B/M yang mensupervisi kampanye-kampanye
industrial. Dalam beberapa tahun ini, ITF telah
mengupayakan negosiasi suatu perjanjian kolektif
www.itfseafarers.org
internasional dengan para pemilik kapal, baik dalam
kelompok diskusi terbatas maupun besar yang
dilaksanakan dalam Forum Perundingan Internasional
(International Bargaining Forum/IBF), guna membuat
suatu standar yang tidak hanya berimbang tetapi juga
fleksibel.
Para pelaut yang bekerja dikapal-kapal FOC selalu
ditekan dan diinstruksikan untuk tidak berhubungan
dengan ITF. Demikian juga halnya mereka
menandatangani kontrak yang tidak dipahami isinya.
Bahkan ada juga beberapa pengusaha kapal yang
sebelumnya telah menandatangani perjanjian ITF
kemudian melakukan penipuan dan membayar awak
kapalnya dengan upah yang lebih rendah – praktek ini
dikenal dengan nama pembukuan ganda (double bookkeeping).
Para pelaut dikapal-kapal FOC yang menghadapi
masalah pengupahan, kondisi kerja atau berbagai
keluhan lainnya menyangkut perlakuan-perlakuan yang
mereka alami dapat langsung menghubungi ITF (lihat
alamat dan nomor telepon kami di halaman 21) atau anda
dapat menghubungi salah satu inspektur kami
dipelabuhan manapun diseluruh dunia (lihat peta dan
rincian alamatnya dihalaman tengah).
Buletin Pelaut ITF
Dipublikasi dibulan Maret
2008 oleh ITF, 49/60 Borough
Road, London SE1 1DR,
United Kingdom
Telepon: +44 (0) 20 7403 2733
Fax: +44(0) 20 7357 7871
Email: [email protected]
Website: www.itfglobal.org
Buletin Pelaut ini
dipublikasikan dalam bahasa
Inggris, Arab, Cina, Jerman,
Indonesia, Jepang, Polandia,
Rusia, Spanyol, Tagalog dan
Turki. Anda bisa
memperolehnya dengan
menghubungi kantor ITF
sesuai alamat diatas.
Q
Q
Q
Q
Q
Q
no. 23/2009
4-13
Kilas Berita Bagaimana ITF menolong para pelaut
14-16 Krisis Ekonomi Apa dampak krisis global bagi pelaut
17-19 Akses yang sulit Bagaimana pengaruh ISPS Code terhadap
kebebasan pelaut dalam lima tahun terakhir?
20
Para aktivis di India Proyek baru di Asia yang mendidik para
pelaut untuk memeriksa kapal
21-24 Para Inspektur ITF 4 halaman panduan untuk menghubungi
Inspektur ITF diseluruh dunia
25
Bendera Kemudahan Daftar terbaru
26
Fakta dan data Data armada dunia
27-29 Pembunuhan di Laut Laporan khusus tentang para pelaut
perikanan Birma dan tindakan-tindakan pelanggaran hak azasi manusia
yang mereka alami
30
Gunakan ini Apakah anda membutuhkan bantuan? Isilah lembaran
ini dan fax ke ITF agar kami dapat mengetahuinya
31
Saran-saran seputar kontrak Bacalah ini sebelum anda
menandatangani kontrak
32-33 Hebei Spirit Cerita dibalik tuduhan kriminal terhadap dua orang
pelaut India
34-35 Bersatu kita teguh Sejarah kerjasama antara buruh B/M dan
pelaut
36-37 Sambutan hangat Proyek-proyek baru yang dibiayai ITF
Seafarers’Trust untuk membantu pelaut : tengok beberapa diantaranya
38-39 Sirius Star Kisah dari seorang awak yang kapalnya dibajak
40-41 ITF seafarers website Tujuh alasan untuk mengakses
Foto Kover : Reuters/STR New
42
Kuis Seberapa tahukan anda tentang ITF? Ujilah pengetahuan anda
Federasi Buruh Transport Internasional
Pembayaran Gaji dan biaya
pemulangan krew Rusia
Federasi Buruh
Internasional (ITF) adalah
suatu federasi
internasional dari serikatserikat buruh transport,
yang mewakili 4,5 juta
buruh sektor transportasi
yang ada di 148 negara
didunia. ITF didirikan
tahun 1896 dan
mengorganisir para buruh
dari delapan seksi industri
transportasi, yaitu : pelaut,
kereta api, angkutan jalan
raya, penerbangan sipil,
buruh pelabuhan,
pelayaran pedalaman,
perikanan dan pariwisata.
ITF juga mewakili buruh
transport ditingkat dunia
dan mempromosikan
kepentingan-kepentingan
mereka melalui kampanye
global dan aksi solidaritas.
ITF juga adalah salah satu
dari 10 Federasi Buruh
Global yang tergabung
dalam Konfederasi Serikat
Buruh Internasional (ITUC)
dan yag merupakan bagian
dari kelompok serikat
buruh global.
Seorang awak yang ditelantarkan di
pelabuhan Liverpool Inggris telah
memenangkan perjuangan dalam
mendapatkan tunggakan gaji yang belum
dibayarkan dan biaya pemulangan.
14 pelaut Rusia yang bekerja di atas kapal
Stalingrad, yang dimiliki oleh perusahaan
Rusia SakhalinMor Trans, telah berhutang
empat bulan gaji, sekira 85.000 euro (US $
113.000). Kapal telah ditangkap karena tidak
membayar tagihan-tagihan.
Dan Bunkering, perusahaan kreditor
utama, membuat pengajuan untuk penjualan
kapal, dan berjanji akan membayar sejumlah
. 50.000 di awal sebagai pembayaran untuk
menutup biaya pemulangan dan bagian dari
gaji pekerja yang belum dibayarkan, dengan
sisanya akan dibayar dalam waktu 14 hari
sejak dikeluarkannya putusan pengadilan
terkait jumlah yang harus dibayar.
Inspektur ITF Tommy Molloy berkomentar
"Ini adalah hasil yang baik untuk para awak,
dan pengacara yang mewakili mereka pantas
mendapat pujian untuk pekerjaan ini."
Dia menambahkan: "Kelompok-kelompok
setempat telah membantu mengumpulkan
uang untuk makanan dan kebutuhan lainnya
bagi para awak, mereka telah ditelantarkan
tanpa bekal hidup sama sekali."
Q
Kasus Kokkola ditutup dengan
kemenangan krew
Para pelaut telah mendapatkan kenaikan gaji
hampir US $ 1.000.000 setelah aksi bersama
buruh yang dimulai selama minggu aksi Laut
Baltik.
Selama minggu aksi tersebut, satu tim
inspeksi Finlandia berkunjung ke Idefix
Bulker yang berbendera Hong Kong di
Kokkola dan menemukan bahwa 24 awak
kapalnya tidak memiliki perjanjian kerja
bersama (PKB) jenis apapun. Manajemen
kapal yang jelas dimiliki atau dioperasikan
orang Denmark telah didelegasikan kepada
Cosco Wallem di Hong Kong.
The Finnish Seaman's Union (FSU)
merespon dengan meminta perusahaan
untuk menandatangani PKB standar ITF bagi
para awak kapal dan membayar gaji sesuai
dengan perjanjian tersebut. Cosco Wallem
mengakui belum ada PKB tetapi mereka
berkata mereka akan menandatangani PKB
dengan serikat pekerja Hong Kong. FSU,
setelah berkonsultasi dengan serikat pekerja
di Hong Kong, menanggapi pernyataan
tersebut dengan mengatakan bahwa hal
tersebut tidak dapat diterima.
Untungnya, ada waktu untuk negosiasi
karena kegiatan bongkar kapal telah
diperlambat oleh hujan deras dan muatan
kayu gelondongan baru tiba, tetapi setelah
dua minggu pembicaraan hasilnya masih
www.itfseafarers.org
Kilas berita
belum memuaskan.
FSU memutuskan tidak memiliki pilihan lain
kecuali memboikot kapal. Serikat buruh B/M
setempat, yang merupakan anggota dari
Finlandia Transport Workers' Union (Serikat
Pekerja Transportasi Finlandia) AKT,
menunjukkan dukungan mereka dengan
menghentikan kegiatan muat kapal.
Boikot tersebut memiliki efek langsung dan
pemilik sepakat untuk melindungi kapal
tersebut dengan PKB standar ITF dan
membayar gaji para pekerja yang tertunggak
sebesar US $ 99.289.
Perjanjian tersebut ditandatangani pada
tanggal 23 Oktober 2008 dan FSU, dengan
dukungan dari rekan B/M, mengakhiri boikot
pada siang hari di hari yang sama, sementara
masih ada waktu untuk kegiatan muat kapal.
Uang iuran tiba pada tanggal 27 Oktober dan
tunggakan gaji dibayarkan kepada para awak
di hadapan Inspektur ITF Jan Orn, bersama
dengan rekannya Simo Nurmi, yang telah
mendampingi selama kasus tersebut
berlangsung.
Kesepakatan Gaji untuk Para
Pelaut Estonia
Sekira 2000 pelaut Estonia mendapatkan
keuntungan dari kesepakatan upah tiga
tahun setelah negosiasi panjang antara
Serikat Pekerja (SP) mereka dan perusahaan
feri multinasional pengusaha.
Estonian Seaman’s Independent Union
(ESIU) yang berafiliasi dengan ITF, mewakili
pelaut yang bekerja di atas kapal Tallink
Grup, mencapai kesepakatan saat negosiasi
yang dimulai pada bulan Januari 2008.
Kesepakatan tersebut memberikan 2000
pelaut kenaikan upah 25 persen September
lalu, yang akan diikuti oleh sembilan persen
pada tahun 2009 dan enam persen pada
2010. Pekerja dengan masa kerja lebih dari
empat dan sembilan tahun juga akan
menerima bonus senioritas masing-masing 5
atau 10 persen mulai 1 April 2009.
Penyelesaian terjadi setelah peringatan
akan adanya aksi mogok selama 1 jam pada
tanggal 4 Agustus ketika lima feri dihentikan
di ibukota Estonia, Tallinn, serta di
pelabuhan-pelabuhan di Helsinki, Finlandia,
dan Stockholm, Swedia, dimana SP-SP
Finlandia dan Swedia juga mengadakan aksi
solidaritas.
"Kami dapat menerima keinginan
perusahaan untuk mengamankan pekerjaan
dan membayar gaji selama tiga tahun ke
depan," kata Kaia Vask, ketua ESIU.
"Kenaikan ini akan memotivasi karyawan
dan membantu meningkatkan kualitas
layanan di feri. Sistem bonus senioritas juga
merupakan pengakuan atas input
ketrampilan (skill) dan pengalaman pekerja.
Manajemen perusahaan juga telah berjanji
akan mencarikan solusi untuk masalah lain
➡
www.itfseafarers.org
Dengan bantuan ITF, awak kapal memenangkan pembayaran US$100,000.
Pemogokan di Venedikt menghasilkan pembayaran
Para pelaut Ukraina akhirnya mendapatkan
tuntutan gaji yang tertunggak setelah mogok
sesuai anjuran ITF. Muzaffer Civelek,
Inspektur ITF di Turki, menjelaskan apa yang
terjadi.
agar dapat naik ke atas kapal, sehingga kami
pergi bersama-sama dan memberikan uang US
$ 50.000 – kepada Nakhoda. Dia meletakkan
uang di tempat yang aman, disaksikan oleh para
awak kapal.
●3 Juni 2008: Mualim-I dari kapal niaga
Venedikt menghubungi ITF, saat kapal sedang
melintasi Selat Dardanelles, dalam perjalanan
ke Rusia. Mualim-I tersebut mengatakan
kepada ITF tentang adanya 13 awak asal Ukraina
di kapal, dengan empat bulan gaji yang belum
dibayarkan, berjumlah total US $ 100,000.
Mereka meminta bantuan dari ITF. Kami terus
melakukan kontak hingga kapal tiba di Istanbul,
saya sarankan agar awak tersebut melewati
Bosphorus, dan menunggu labuh jangkar.
●12 Juni: Nakhoda menelpon saya dan
memberitahukan bahwa manajer telah
menekan dia agar segera berlayar ke Rusia, dan
mengatakan jika sisa uang akan dibayar di sana.
Saya kemudian menelpon pencharter kapal,
mereka berkata pada saya bahwa mereka telah
menghentikan kesepakatan mereka dengan
manajer tersebut. Pencharter menawarkan
rencana pembayaran kepada awak kapal. Jika
awak membawa kapal ke Rusia, pencharter
akan membayar gaji mereka secara tunai di atas
kapal di pelabuhan. Kami membahas masalah
tersebut dan membuat keputusan untuk
menawarkan alternatif. Semua awak kapal
menuntut agar gaji mereka yang tertunggak
dibayarkan secara tunai di Istanbul, dan jika
perusahaan memberikan surat jaminan atas gaji
mereka berikutnya, mereka akan berlayar ke
Rusia. Perusahaan tidak membalas. Jadi, saya
memberikan peringatan kepada mereka bahwa
kami telah siap untuk mengajukan permohonan
ke pengadilan agar dilakukan penangkapan
terhadap kapal. Proses pengadilan akan
menghabiskan waktu berbulan-bulan.
●7 Juni: Kapal tiba di Istanbul, dan awak kapal
melabuhkan kapalnya. Manajer menekan para
awak untuk berlayar, tapi mereka menolak
sampai saya kunjungi.
●10 June: Setelah tiga hari penuh badai, saya
mengunjungi kapal tersebut dengan seorang
pengacara, dan bertemu dengan tim di atas
kapal. Konsulat Ukraina datang untuk
memberikan bantuan bahasa. Saya
menjelaskan beberapa kemungkinan solusi
untuk keadaan tersebut. Setelah berbagai
pertimbangan, awak memutuskan untuk tetap
melakukan mogok. Seorang pengacara
setempat mengumpulkan dokumen hukum
yang berlaku yang dapat membuat pengadilan
Turki menangkap kapal karena gaji yang belum
dibayarkan.
●11 Juni: Agen kapal menawarkan uang kepada
para krew agar mau berlayar, tetapi mereka
menolak untuk membiarkan dia masuk. Agen
tersebut meminta saya untuk membantu dia
●14 Juni: Seorang agen baru kapal menelpon
saya. Dia mengatakan mereka siap untuk
membayar gaji yang belum dibayar; sejumlah
US $ 98.478. Nakhoda dan awak juga akan
menerima surat jaminan dari pemilik. Para awak
kapal sepakat untuk berlayar ke Rusia. Tiga hari
kemudian, beberapa awak menelpon saya dan
mengatakan bahwa mereka telah menerima
sisa dari uang mereka yang dibayar tunai di
Rusia di atas kapal.
Buletin Pelaut ITF 2009
5
Kilas berita
“ Serikat-serikat pekerja
tersebut melakukan
demonstrasi dan gerak
jalan damai untuk
melobi pemerintah dan
membrifing media
tentang kasus para
pelaut tersebut. Mereka
akhirnya dibebaskan
pada akhir November
2008, setelah ditahan
selama dua bulan.”
➡
Pelaut Estonia sedang mogok
yang diangkat ESIU di meja perundingan. Ini
merupakan kemenangan bagi kita semua”.
Stephen Cotton, Koordinator Maritim ITF,
menambahkan: "Kedua belah pihak dapat
saling mengucapkan selamat pada diri
sendiri karena telah berhasil mencapai
sebuah hasil positif, dan kita juga senang
melihat bahwa ESIU tidak hanya memberikan
keuntungan bagi anggotanya, tetapi juga
meningkatkan secara signifikan jumlah
keanggotaan mereka selama negosiasi ".
Krew dari kapal yang dibajak
dibebaskan
Afiliasi ITF membantu melobi untuk
membebaskan 22 pelaut di atas kapal yang
dibajak oleh para perompak Somalia tahun
lalu.
Nasional Seafarers Union of India (NUSI)
yang berafiliasi ke ITF dan Maritime Union of
India (MUI) melakukan lobi bersama-sama
untuk membebaskan para pelaut yang ada di
atas kapal Stolt Valor; 18 dari awak adalah
orang India. Serikat-serikat pekerja tersebut
melakukan demonstrasi dan gerak jalan
damai untuk melobi pemerintah dan
Pelajaran untuk Pelaut
membrifing media tentang kasus para pelaut
tersebut.
Mereka akhirya dibebaskan pada akhir
November 2008, setelah ditahan selama dua
bulan. Lima awak kapal berkumpul kembali
dengan keluarga mereka di Mumbai, sisa
awak India lainnya tidak lama kemudian juga
tiba di Delhi. Awak yang berasal dari negaranegara lain di Asia Tenggara juga sudah
kembali ke kampung halaman mereka.
Abdulgani Serang, Sekretaris Jenderal
NUSI, berkata: "Kami sangat bersyukur
bahwa para pelaut semuanya telah
dibebaskan. Usaha-usaha yang telah
dilakukan oleh persaudaraan pelayaran India
secara keseluruhan, yang bergabung
bersama dalam menunjukkan solidaritas
kepada para pelaut, patut mendapatkan
pujian”.
Awak Filipina Menerima Gaji
Awak Filipina dari kapal Silver Constellation
menerima tunggakan gaji dan dipulangkan
dari Cornwall, Inggris, setelah perjuangan
panjang untuk mendapatkan upah yang
belum dibayarkan tersebut. ITF membantu
awak menyepakati penyelesaian
pembayaran akhir yang dapat mereka terima
pada 16 Februari 2009.
Awak kapal telah melakukan aksi mogok
selama dua bulan saat berada diperairan
Skotlandia, tetapi kapal kemudian tidak
dapat dijalankan ketika berada di Falmouth,
Inggris, dengan ketentuan lebih rendah yang
berlaku pada saat dilakukannya perundingan
terkait tunggakan gaji serta pemulangan.
Awak kapal kehabisan makanan pada saat
berada di perairan Cornish, tetapi menerima
pasokan darurat dari Misi Pelaut setempat.
Norrie McVicar, Koordinator ITF untuk
➡
Meskipun ITF telah berhasil memenangkan tuntutan dari banyak pelaut, masih terdapat beberapa
kasus di mana kami tidak dapat membantu. Misalnya, seorang janda pelaut Filipina yang menulis
surat ke ITF untuk minta bantuan. Suaminya mempunyai kontrak sembilan bulan di suatu kapal.
Empat bulan memasuki masa kontrak, pelaut tersebut merasa tidak sehat. Ia berkata kepada
Mualim-Inya tentang kondisi kesehatannya dan bahkan meminta untuk memperpendek kontrak
kerjanya. Tetapi permintaan tersebut tidak dihiraukan. Hal ini mungkin karena Mualim-I itu merasa
bahwa pelaut tersebut tidak serius, atau apakah karena pelaut tersebut kurang ngotot meminta.
Pelaut tersebut tidak pernah menerima pemeriksaan medis dan tidak menyelesaikan kontrak
kerjanya. Pada hari setelah ia tiba di rumah, ia langsung periksa ke rumah sakit setempat. Dia
didiagnosis menderita hyperthyroidism. Selama perawatan, dia juga terkena penyakit lain dan
akhirnya meninggal dalam waktu dua bulan setelah turun dari kapal. Semua biaya perawatan medis
dan biaya pemakaman dibayar oleh pelaut dan keluarganya. ITF melakukan pendekatan ke
perusahaan dengan bantuan Serikat Pekerja afiliasi kita, meminta untuk pembayaran kompensasi
sukarela bagi janda dan keluarga tersebut tetapi kami tidak mendapatkan apa-apa.
Pelajaran untuk pelaut adalah bahwa, bila Anda merasa sangat sakit, Anda harus bersikeras untuk
dapat periksa ke dokter. Buatlah permintaan resmi dan secara tertulis. Dalam demikian, akan
memungkinkan untuk melakukan klaim terhadap kelalaian sebab sudah ada permintaan tertulis dari
pelaut. Tanpa bukti tertulis, akan sangat sulit untuk membuktikan kelalaian perusahaan. Perusahaan
dapat dengan mudah menyangkal bahwa pelaut belum pernah meminta perawatan medis atau
pemulangan.
6
Buletin Pelaut ITF 2009
www.itfseafarers.org
Akhirnya Pulang: Awak Kapal Derbent.
Mengapa Anda harus selalu mencari
informasi tentang kapal...
Kisah tentang pentingnya pengecekan
terhadap status suatu kapal sebelum Anda
bekerja kapal tersebut, dipaparkan oleh Fusao
Ohori, Inspektur ITF di Jepang.
Pada 1 Januari 2008, sebuah kapal terdampar di
sebuah sebuah pulau kecil di bagian utara
Jepang, di mana badai salju sedang berlangsung,
dengan suhu sekitar minus 20 derajat celcius.
Para awak mencoba untuk menggerakkan kapal
lagi tetapi tetap tidak bisa.
Penjaga pantai Jepang (JCG) tidak menemukan
adanya korban jiwa di kapal dan mengusulkan
kepada awak untuk meninggalkan kapal. Tetapi
para awak bersikeras untuk tetap di atas kapal
dan mencoba untuk mengeluarkan kapal. Mereka
hanya meminta makanan dan air dari penjaga
pantai tersebut. Para awak akhirnya memutuskan
untuk meninggalkan kapal pada tanggal 6
Februari, dan tiba di Wakkanai, Hokkaido.
Saya bertemu dengan para awak tersebut,
untuk membantu pemulangan mereka dan untuk
menangani upah mereka yang tertunggak. Ketika
saya bertemu dengan empat awak asal Ukraina
dan 10 asal Rusia. Saya baru tahu kalau nama
kapal tersebut adalah Derbent dan tidak
berbendera: registernya dari Kamboja tetapi
telah enam bulan habis masa berlakunya. Kapal
tersebut masih melakukan pelayaran antara
Korea dan Rusia, memuat ikan hidup dan
kepiting.
Menurut para awak Ukraina, gaji mereka yang
tertunggak selama lebih dari 14 bulan berkisar US
$ 65.000, dan rencananya dengan gaji tersebut
mereka ingin langsung pulang dari Jepang. Para
awak Rusia juga membenarkan kalau mereka
belum mendapatkan bayaran selama beberapa
bulan.
Sementara mereka tinggal di fasilitas umum di
Wakkanai, tim Inspektur ITF di Jepang
menghubungi manning agent di Kiev, Ukraina,
Kedutaan Ukraina dan Kedutaan Rusia di Tokyo,
agen setempat, JCG, dan inspektur ITF di Ukraina
dan Korea serta ITF London.
Kami juga menemukan rincian informasi
pemilik kapal yang dapat dihubungi, V and V, di
Moskow dan operator kapal, Ttex Trading, di
Korea dan meminta mereka untuk membayar
tunggakan gaji serta pemulangan para awak.
Namun, pemilik mengatakan bahwa perusahaan
tersebut hampir bangkrut, sehingga tidak
mungkin membayar biaya untuk mengeluarkan
kapal, biaya agen setempat, biaya akomodasi
untuk para awak serta tunggakan gaji mereka. Dia
tidak menyebutkan dimana dia atau kapan ia bisa
ke Jepang. Operator hanya menegaskan bahwa
itu adalah tanggung jawab pemilik, bukan
operator.
JCG yang juga berusaha untuk mencari jalan
untuk memulangkan para awak melalui
pemerintah Jepang. Biayanya mencapai lebih dari
US $ 200,000 termasuk biaya untuk
“ Pemilik mengatakan bahwa perusahaan tersebut hampir
bangkrut, sehingga tidak mungkin membayar biaya untuk
mengeluarkan kapal, biaya agen setempat, biaya
akomodasi untuk para awak serta tunggakan gaji
mereka”.
www.itfseafarers.org
mengeluarkan bahan bakar minyak dari kapal.
Pemerintah kota kecil tersebut telah
mengeluarkan biaya sebesar itu dan tidak mau
mengeluarkan biaya lagi.
Sementara itu, saya menulis surat ke kedutaan
besar Rusia dan Ukraina di Tokyo, untuk meminta
mereka memaksa pemilik memulangkan para
awak kembali ke negara asal mereka, membayar
tunggakan gaji dan mengeluarkan kapal. Para
awak Ukraina juga menulis surat petisi ke
kedutaan.
Usaha kami akhirnya membuahkan hasil: para
awak Ukraina dipulangkan pada tanggal 14
Februari oleh pemerintah mereka dan awak Rusia
dipulangkan pada 19 Februari dengan kapal
patroli JCG.
Saya mencoba untuk menghubungi pemilik
namun tidak ada tanggapan. Derbent hanya
ditinggal begitu saja disana: pemerintah
setempat akhirnya harus mengeluarkan biaya
untuk membersihkan tempat tempat tersebut
dan memotong kapal.
Kasus ini memperlihatkan pentingnya semua
awak kapal untuk mendapatkan informasi
tentang suatu kapal sebelum mereka berada di
atasnya. Dengan mengakses Equasis atau
website pelaut ITF, mereka dapat menemukan
data tentang kapal, seperti tahun pembuatan,
gross tonase, jenis kapal, nama dan alamat
pemilik dan pengelola, catatan-catatan PSC,
nomor ID awak dan kebangsaan serta apakah
kapal tersebut telah dilindungi oleh perjanjian ITF
atau belum.
Dengan mengetikkan nama kapal atau nomor
IMO, pelaut dapat mengetahui apakah kapal
tersebut akan membahayakan atau memiliki
kondisi kerja yang buruk.
●Lihat www.equasis.org or “Look Up a Ship”di
www.itfseafarers.org
Buletin Pelaut ITF 2009
7
Informasi
online gratis
tentang kapal
Apakah anda ingin mengetahui
lebih banyak tentang kapal tempat
anda bekerja?
l
Apakah anda ingin mengetahui
benarkah kapal anda dilindungi
dengan perjanjian kolektif ITF?
l
Apakah anda ingin mengetahui
secara jelas tentang data
keselamatan kapal anda?
l
Jika ya maka anda dapat mengunjungi
www.equasis.org untuk mendapatkan informasi
online gratis tentang kapal.
Di website ini anda bebas mencari informasi
tentang kapal termasuk data pemiliknya dan
pemeriksaan PSC terakhir. Website ini juga
mencakup informasi tentang ITF, terutama
menyangkut perjanjian-perjanjian kerja ITF yang
masih berlaku dikapal, ringkasan data awak
kapal dan tanggal maupun lokasi terakhir kapal
diperiksa oleh ITF.
Untuk mengakses informasi tersebut, anda
harus mendaftar terlebih dahulu dan
pendaftaran tersebut gratis serta mudah.
Cara mendaftar
l Ketik www.equasis.org
l Pilih ‘ Registration’ pada bagian sebelah kiri
menu
l Jika anda setuju dengan aturan dan
persyaratannya, pilih ‘ Accept’ yang ada pada
bagian bawah halaman
l Setelah format pendaftaran muncul, masukkan
username dan password anda dan masukkan
nama, alamat, email dan data lainnya.
l Apabila proses ini sudah anda selesaikan,
maka anda akan menerima konfirmasi
pendaftaran yang lengkap, sesudah itu anda
dapat menggunakan layanan untuk mencari
data kapal.
Bagaimana cara menggunakan layanan
Anda dapat mencari nama, call sign atau nomor
IMO suatu kapal. Apabila anda mencari data
suatu kapal maka yang pertama kali muncul
adalah :
l Informasi kapal – nama, type, bendera, tahun
pembangunan.
l Manajemen – data-data pemilik kapal.
l Biro Klasifikasi
l Manajemen keselamatan.
l Informasi tentang asuransi P&I.
Anda dapat memilih pada tampilan menu
sebelah atas:
l Sertifikasi kapal.
l Data Inspeksi dan pengawakan – inspeksi PSC,
PSC tentang awak kapal, ILO, ITF dll.
l Sejarah kapal – Bendera, sejarah kepemilikan
dll.
➡
Inggris dan Irlandia, mendesak perusahaan
untuk memperoleh apa yang menjadi hak
para awak , dan penyelesaian akhir terkait
sisa gaji sekitar US $ 204.000, yang
tertunggak sejak Juli 2008, telah dibayarkan
pada tanggal 16 Februari.
Silver Constellation tetap di Falmouth
untuk perbaikan dengan 21 awak baru
berkebangsaan India. Sementara itu, afiliasi
ITF di Hong Kong telah melakukan PKB, yang
disetujui ITF, yang melindungi kapal
tersebut.
Pembajakan yang semakin
tidak terkendali
Hidup dan kehidupan para pelaut telah
berada di bawah ancaman peningkatan
pembajakan setahun terakhir ini.
Setiap saat disurat kabar, hampir 200
insiden telah dilaporkan pada tahun 2008
ke Pusat Pelaporan Perompakan pada
International Maritime Bureau (IMB). Ini
merupakan sebuah peningkatan dramatis.
Somalia, Nigeria dan Indonesia adalah
merupakan tempat-tempat rawan
perompakan internasional.
Tindak perompakan yang dilaporkan
terjadi pada 2008 meliputi 115 penguasaan
kapal, 31 pembajakan kapal, dan 23
pembakaran kapal. Secara keseluruhan 581
awak kapal dijadikan sandera, termasuk
sembilan tewas dan tujuh hilang, diduga
telah mati.
Direktur IMB, Capt Pottengal Mukundan,
berkata: "Peningkatan frekuensi
pembajakan dan tingkat kekerasan telah
menimbulkan keprihatinan yang mendalam
pada industri perkapalan dan semua pelaut.
Jenis serangan, jumlah yang dijadikan
sandera dan tebusan yang harus dibayar
untuk membebaskan kapal, semuanya
mengalami peningkatan yang besar”.
Momok yang bernama perompakan telah
membawa akibat-akibat yang serius bagi
para pelaut. Selain resiko yang jelas seperti
dijadikan tebusan, meningkatnya biaya bagi
pemilik kapal juga dapat mempengaruhi
situasi pekerjaan dan tingkat upah.
Beberapa kapal telah mengambil rute lebih
jauh, dengan biaya yang lebih besar, untuk
menghindari daerah rawan perompakan.
Premi asuransi meningkat. Beberapa biaya
akan harus ditanggung oleh konsumen,
tetapi pekerja juga mungkin berada dalam
bahaya.
Tahun lalu, ITF merundingkan kondisikondisi kerja bagi banyak pelaut, membuat
para pelaut mendapatkan upah tambahan
dan hak-haknya serta keluarga mereka akan
menerima kompensasi apabila mereka
meninggal pada saat melewati Teluk Aden,
sebuah daerah rawan perompakan. Tetapi
serangan-serangan tersebut seharusnya
ditangkal sejak tahap dini, sehingga ITF
meminta dilakukannya tindakan tegas dari
ITF meluncurkan website
versi beberapa bahasa
Website ITF untuk pelaut akan diluncurkan
dalam tiga bahasa. Alamat website
tersebut, www.itfseafarers.org akan
tersedia dalam bahasa Cina, Rusia dan
Spanyol pada akhir 2009.
Website pelaut tersebut diluncurkan
sebagai "sumber multi informasi" bagi
pelaut dimanapun, terlepas seberapa
meleknya mereka dengan komputer atau
seberapa bagus atau buruk perlengkapan
yang mereka gunakan untuk
mengaksesnya.
Versi bahasa yang baru, akan
memungkinkan para pelaut dari seluruh
dunia untuk mendapatkan informasi dan
berkomunikasi dengan ITF dan dengan
pelaut lainnya dengan lebih mudah.
Untuk informasi lebih lanjut terkait website
pelaut ITF, lihat halaman 40.
militer untuk menanggulangi masalah
perompakan. ITF juga meminta pihak militer
untuk menggunakan kapal-kapal induk
guna melakukan serangan-serangan
kepada para perompak, bukan sematamata mengambil pendekatan defensif.
Pelaut memperoleh
kompensasi cacat sebesar
US $ 76.000
ITF telah membantu seorang pelaut
sehingga mendapatkan kompensasi cacat
yang cukup besar, terima kasih atas
koordinasi yang baik antara Jepang dan
Chili.
Pada Januari 2008, Shoji Yamashita,
Koordinator ITF di Jepang, menerima telepon
darurat dari Juan Luis Villalon, Inspektur ITF
di Valparaiso, Chili. Pelaut Nibaldo Leon
terluka di kapal ikan Niitaka Maru yang
berbendera Jepang pada bulan Juni 2007.
Dokter menyampaikan bahwa dia harus
kehilangan pekerjaan sebagai penangkap
ikan, namun dia belum menerima apapun
dari pemilik, Nissui Shipping.
ITF di Jepang melakukan diskusi dengan
departemen perikanan serikat pekerja
pelaut Jepang dan mengambil keputusan
untuk mendukung Leon. Yamashita
menyediakan informasi lengkap untuk Leon
melalui Villalon.
Leon dan Nissui Shipping telah
mengadakan pertemuan untuk
merundingkan sebuah penyelesaian pada
tanggal 28 Januari 2008 di Chili. Sayangnya
ini tidak berhasil. Pengacara yang terlibat
terus bernegosiasi, dan JSU juga tetap gigih
bernegosiasi dengan Nissui Shipping.
Mereka akhirnya mencapai kesepakatan
pada tanggal 20 Agustus 2008 untuk memulai
➡
www.itfseafarers.org
Kilas berita
ITF Inspekur di New Zealand, Grahame McLaren, bertemu dengan
awak kapal yang senang di kapal IVS Nightingale.
Sebuah kapal yang
menyenangkan
Para inspektur tidak selamanya menemukan masalah,
contohnya seperti saat melakukan inspeksi di kapal IVS
Nightingale, di pelabuhan Timaru, South Island, New
Zealand. Inspektur saat naik kekapal dibulan Agustus tidak
menemukan masalah dengan kapal, gaji atau kondisi kerja
(kecuali jaring pengaman digangway yang perlu diganti).
Gambar diatas adalah saat Inspektur ITF New Zealand,
Grahame McLaren (memakai rompi ITF) dan Ketua Cabang
Maritime Union New Zealand di Timaru, Kevin Forde,
memeriksa kapal dan bertemu dengan Nakhoda, para
perwira dan awak kapal tersebut.
www.itfseafarers.org
Buletin Pelaut ITF 2009
9
Kilas berita
Perjuangan hukum yang panjang untuk mendapatkan hak-hak dalam Aturan Kompensasi Pekerja
Seorang Masinis Filipina telah memperoleh
kompensasi atas cedera pada matanya yang
terjadi lima tahun yang lalu. Paquito
sebelumnya bekerja sebagai Masinis-II di
kapal general cargo kebangsaan Hong Kong
pada saat dia mendapat kecelakaan kerja
pada tahun 2003. Pada tanggal 3 September
2003, ia diperintahkan oleh Nakhoda untuk
memperbaiki tangga sebelah kanan ruang
akomodasi bersama dengan KKM. Pada saat
KKM berusaha meluruskan bagian tangga
yang bengkok dengan menggunakan godam,
pecahan-pecahan logam terbang dan
mengenai Masinis-II tersebut, hingga
menyebabkan mata kanannya buta total.
Pada saat kejadian ini, dia berusia 54 tahun.
Perjanjian kontrak kerja Paquito adalah
dengan standar Philippines Overseas
Employment Administration (POEA), yang
dibuat untuk melindungi hak para pelaut
Filipina. Hal ini berarti bahwa UU di Filipina
mengatur hubungan perjanjian kontrak kerja,
dan jika ada perselisihan akan diselesaikan
melalui arbitrasi di Filipina. Perjanjian
tersebut juga menetapkan jumlah minimum
yang harus dibayar ke pelaut bilamana
mengalami cedera atau kematian. "SyaratSyarat dan Ketentuan yang Mengatur Tenaga
Kerja Pelaut Filipina di atas Kapal Ocean
Going " POEA telah dimasukkan ke dalam
kontrak kerja Paquito.
Adalah hal yang tidak aneh bagi pemilik
kapal untuk melakukan dua perjanjian
dengan pelaut Filipina, Yang pertama dalam
format yang disetujui oleh POEA untuk
mematuhi persyaratan Filipina, dan yang
kedua, untuk memenuhi persyaratan hukum
lainnya. Dalam hal ini, selain dari perjanjian
POEA yang dilaksanakan di Filipina, kontrak
kerja lainnya dengan judul "Agreement and
Lists of Crew (Perjanjian dan Daftar Awak)"
juga telah ditandatangani antara pemilik
kapal dan Paquito untuk mematuhi undangundang Hong Kong. Karena itu, syarat-syarat
dari kontrak Paquito terdapat dalam format
kontrak kerja POEA maupun Hong Kong.
Pelaut memperoleh
kompensasi setelah
perjuangan selama 5 tahun
di proses pengadilan tinggi. Walaupun dia
memohon kepada pengadilan untuk naik
banding, putusan Penitera tetap berlaku.
Paquito tidak mau menyerah. Dia
membawa proses tersebut keluar untuk
menuntut Kompensasi Pekerja di Hong Kong
pada bulan Agustus 2005, sementara itu
perusahaan pelayaran tersebut memulai
arbitrasi di Filipina pada tanggal 23
September 2005. Paquito berada dalam
kesulitan keuangan, sehingga ia memohon
diberikan bantuan hukum dari lembaga
bantuan hukum Hong Kong yang kemudian
dikabulkan. Perwakilan dari afiliasi pelaut
Hong Kong bertindak sebagai pengacara
untuk membantunya.
Perusahaan pengapalan tersebut tetap
pada pendirian
Sebagai respon terhadap tindakan Paquito,
perusahaan pengapalan tersebut tetap pada
pendiriannya terkait proses hukum pelaut
tersebut. Perusahaan juga mengatakan jika
gugatan-gugatan yang diajukan pelaut
tersebut harus dirujuk ke arbitrase. Ada
bagian dalam kontrak POEA yang
mengatakan: "Dalam kasus-kasus gugatan
dan perselisihan yang timbul akibat
pekerjaan ini, pihak-pihak yang dilindungi
oleh sebuah perjanjian kerja bersama
seharusnya mengajukan gugatan atau
perselisihan tersebut ke yurisdiksi asal dan
khusus/eksklusif untuk arbiter atau panel
arbiter”.
Hakim pengadilan distrik menyatakan
bahwa para hakim pengadilan distrik
mengatakan bahwa ini adalah gugatan
Tuntutan/Gugatan atas Kompensasi
Paquito pertama mengajukan
tuntutan/gugatan atas kompensasi kerugian
dan penderitaan yang dideritanya di Filipina
dimulai dengan proses arbitrase dihadapan
National Labour Relations Commission
(Komisi Nasional Hubungan
Ketenagakerjaan), pada tanggal 5 November
2003. Kemudian, dia mulai menjalani proses
hukum lewat peradilan maritim (dengan kata
lain, terhadap kapal) Rainbow Joy di
Singapura pada 30 Desember 2003.
15 Januari pada 2004, ia mencabut
pengajuan gugatan di Filipina. Sementara itu,
pemilik kapal meminta untuk diteruskannya
proses yang ada di Singapura dengan
sejumlah alasan. Panitera pengadilan
dibujuk agar proses di Singapura tetap
berlangsung. Paquito mengajukan banding
terhadap keputusan tersebut, tetapi ditolak
10
Buletin Pelaut ITF 2009
”Hakim pengadilan distrik
menyatakan bahwa para
hakim pengadilan distrik
mengatakan bahwa ini
adalah gugatan pelaut
yang timbul akibat
Employee’s Compensation
Ordinance dan bukan
gugatan yang timbul
akibat pekerjaan, dengan
kata lain: bukan gugatan
terhadap kontrak”.
pelaut yang timbul akibat Employee’s
Compensation Ordinance(ECO) dan bukan
gugatan yang timbul akibat pekerjaan,
dengan kata lain: bukan gugatan terhadap
kontrak.
Kompensasi menurut ECO harus dipenuhi
sepanjang orang yang terluka adalah
seorang karyawan dan kecelakaan terjadi
pada saat melaksanakan tugas pekerjaan.
Gugatan pelaut tersebut tidak berada pada
ranah klausul arbitrasi dan pelaut meminta
haknya melalui ketentuan hukum terkait hak
yang disediakan oleh ECO berdasarkan atas
statusnya sebagai seorang karyawan.
Pengusaha jelas salah kalau mengandalkan
klausul arbitrase untuk penyelesaian proses
ini.
Hakim menyimpulkan pada bulan Juni
2006 bahwa pengadilan distrik mempunyai
yurisdiksi eksklusif terkait gugatan ECO
terlepas dari adanya perjanjian arbitrase
antara pihak-pihak.
Yang menarik adalah gugatan ECO harus
diperiksa di pengadilan distrik dan
menjadikan gugatan dapat diputuskan oleh
arbitrase, dan oleh sebab itu, gugatan pelaut
tidak boleh berhenti di proses tersebut
karena akhirnya akan dirujuk ke arbitrase.
Namun, perusahaan pelayaran tersebut
tetap mengajukan banding di pengadilan
tinggi terkait putusan hakim pengadilan
distrik.
Hakim pengadilan tinggi mengabulkan
banding dan mengesampingkan putusan
pengadilan distrik.
Hakim kemudian memutuskan pada bulan
Februari 2007 bahwa proses hukum tetap
berjalan dan gugatan pelaut akan dirujuk ke
arbitrase, sesuai dengan perjanjian kontrak
POEA.
Walapun Paquito telah gagal lagi dalam
proses pengadilan banding untuk dapat
meneruskan proses hukum diluar negerinya,
departmen bantuan hukum HK tetap
membantu pelaut tersebut dan akhirnya
diberikan ijin untuk naik banding di
pengadilan tingkat akhir diluar.
Sidang mendukung pandangan bahwa
tidak ada kekuatan hukum untuk proses ECO
di arbitrase. Bulan April 2008, pengadilan
menyimpulkan bahwa perjanjian arbitrase
dan poin-poin yurisdiksi eksklusif diputuskan
harus memihak pelaut tersebut. Ini berarti
bahwa Paquito berhak atas kompensasi
menurut Aturan Kompensasi Pekerja, sebuah
kemenangan untuk akal sehat dan dan hakhak pelaut.
www.itfseafarers.org
Danny Cornelissen/Port Pictures NL
melakukan
l Mau
mogok
l Baca dulu ini!
➡
Buruh pelabuhan Italia menginginkan tidak adanya toleransi terkait pemenuhan standar keselamatan
negosiasi di Chile antara para pengacara
untuk menghasilkan resolusi awal.
Negosiasi-negosiasi yang dilakukan gagal,
sehingga pengacara Leon memutuskan untuk
melanjutkan ke meja hijau. ITF yang terus
bernegosiasi dengan perusahaan Nissui
Shipping, dan akhirnya pada tanggal 2
Desember 2008 Nissui Shipping setuju
membayar US $ 76.000 untuk kompensasi
cacat Leon. Ia setuju untuk menerima
keputusan ini dan berterima kasih kepada ITF
atas bantuannya.
Serikat-serikat pekerja Italia
mogok atas kematian buruh
B/M
Serikat-serikat buruh pelabuhan di Italia
melakukan mogok baru-baru ini sebagai
protes atas buruknya sistim keselamatan
tempat kerja yang telah menyebabkan
serangkaian kematian di sejumlah
pelabuhan dinegara tersebut.
●Anda dapat mengakses berita tentang ITF
dan serikat buruh pelaut di:
www.itfseafarers.org/maritime_news.cfm
www.itfseafarers.org
Mogok tersebut, yang diserukan oleh
Serikat-serikat Buruh utama Italia, FILTCGIL, FIT-CISL dan Uiltrasporti-semua
berafiliasi ke ITF – dipicu oleh sejumlah
kecelakaan fatal. Ini termasuk kematian
seorang buruh B/M, Giuliano Fenelli, yang
tergencet krane di La Spezia dan dua korban
lagi oleh peralatan pelabuhan lainnya, sejak
awal Januari.
Dalam sebuah pernyataan bersama,
Serikat-serikat buruh tersebut mengatakan:
" Jelas bahwa sekarang kita menghadapi
kondisi darurat dalam hal keselamatan kerja
di pelabuhan."
Mereka menambahkan: "Hal-hal yang
menyebabkan kecelakaan itu, terkait
dengan langkah-langkah keselamatan kerja
yang sudah lama dijanjikan, namun tidak
pernah direalisasikan."
Sekretaris ITF Dockers'Section Frank Leys
berkomentar: "Ada kebutuhan untuk
pendekatan yang memastikan tidak adanya
toleransi terkait praktek-praktek dan kondisi
di tempat kerja yang tidak aman dan kondisi
di dermaga-dermaga maupun terminalterminal. Perundang-undangan nasional dan
konvensi internasional memiliki peran
penting yang dapat dimainkan – Berbagai
negara harus mengesahkan dan
menerapkan Konvensi ILO 152 dan code of
practice keselamatan dan kesehatan di
pelabuhan. ITF perwakilan Eropa, dengan
ETF, akan terus bekerja sama dengan badan-
➡
ITF berkomitmen untuk membantu
para pelaut yang bekerja dikapalkapal FOC guna memperoleh upah
yang layak dan dilindungi oleh
perjanjian kolektif.
Kadangkala para pelaut disuatu
tempat harus melakukan suatu
tuntutan hukum dipengadilan
setempat. Dilain waktu dapat juga
melakukan boikot terhadap suatu
kapal. Setiap aksi yang dilakukan
harus sesuai dengan kondisi daerah
tersebut. Tindakan yang
dibenarkan disuatu Negara, dapat
saja dipersalahkan dinegara lain.
Hal pertama yang harus anda
lakukan adalah menghubungi
perwakilan ITF setempat. Anda
dapat menghubunginya melalui
alamat email dan nomor telepon
yang ada pada halaman tengah
buletin ini. Anda membutuhkan
saran dan petunjuk mengenai
situasi setempat sebelum
melakukan tindakan apapun.
Hukum dibeberapa Negara tidak
memperbolehkan anda maupun
teman-teman anda melakukan
mogok dan untuk kasus demikian
maka perwakilan ITF setempat akan
menjelaskan kepada anda.
Dibanyak Negara, kunci untuk
memenangkan perselisihan adalah
dengan pemogokan. Namun sekali
lagi, anda harus memperhatikan
petunjuk dari perwakilan ITF
setempat. Anda berhak melakukan
pemogokan dimanapun selama
kapal anda berada dipelabuhan dan
bukannya dilaut.
Dalam aksi pemogokan maka
yang paling pokok adalah semua
orang harus tetap disiplin, teratur
dan kompak. Dan ingat, hak untuk
mogok adalah hak asasi setiap
orang yang dijamin dibanyak
Negara, baik oleh hukum maupun
konstitusi Negara tersebut.
Apapun yang anda pilih untuk
dilakukan, jangan lupa berbicara
terlebih dahulu dengan wakil ITF
setempat sebelum anda
melakukannya. Dengan bekerja
sama kita dapat memenangkan
perjuangan demi keadilan dan hakhak kita.
Kampanye ITF melawan pelayaran dibawah standar dan kapal-kapal FOC
Fakta dan data tahun 2008
➨Para inspektur ITF telah
mengunjungi total 9.580
kapal dalam tahun 2008.
➨Pengupahan dan kondisi
kerja sesuai perjanjian ITF
telah ditandatangani di 31
negara selama tahun 2008.
➨Kampanye FOC ITF telah
menghasilkan total lebih
dari 18,8 juta US Dollar
sebagai pembayaran
kekurangan gaji dan
kompensasi untuk awak
kapal dalam tahun 2008.
➨ITF mempunyai 125
petugas Inspektur
dipelabuhan-pelabuhan
yang ada di 45 negara
diseluruh dunia.
➨Dalam tahun 2008,
pelaut-pelaut anggota
serikat buruh afiliasi ITF
dan awak kapal dikapalkapal FOC melakukan aksi
12
Buletin Pelaut ITF 2009
industrial untuk
mendukung kampanye ITF
di 21 negara di empat
benua.
➨Pengupahan dan kondisi
kerja sesuai perjanjian ITF
telah ditandatangani di 31
negara selama tahun 2008.
➨82% inspeksi dilakukan
oleh ITF dikapal-kapal FOC
(lihat daftar FOC dihalaman
25) dengan perhatian
khusus terhadap berbagai
kekurangan dikapal-kapal
tersebut.
➨Jumlah pelaut yang
dilindungi dengan
perjanjian kolektif ITF
ditahun 2008 sejumlah
232.946 (ditahun 2007
berjumlah 209.950)
www.itfseafarers.org
Kilas berita
”Para awak kapal
kemudian menerima
banyak bantuan. Hanya
dalam waktu beberapa
hari saja, masyarakat
telah memberikan
bantuan makanan yang
cukup untuk satu bulan”.
➡
Kapal AP Light : awaknya terlantar tanpa gaji sampai ITF terlibat
badan internasional seperti ILO dan
International Maritime Organization serta
operator-operator pelabuhan global untuk
membuat pelabuhan lebih aman”.
ITF memenangkan US $ 70.000
untuk Pelaut Rusia
Pelaut Rusia telah menerima gaji mereka
yang tertunggak, setelah ITF terjun untuk
membantu.
Pada Januari 2007, seorang KKM
berkebangsaan Rusia di kapal niaga AP Light
menelpon ITF dan mengatakan kapal
tersebut tidak aman, dan bahwa
perusahaannya menuggak pembayaran gaji
para awaknya. Tim Aksi ITF menelpon Port
State Control Slovenia dan meminta agar
dilakukan inspeksi terhadap kapal tersebut.
Banyak kekurangan ditemukan dan kapal
ditahan oleh otoritas pelabuhan. Pemilik
kapal mengurus kapal untuk dikirim ke
galangan perbaikan kapal. Sementara itu, ITF
bernegosiasi dengan pemilik terkait gaji
KKM, serta pemulangannya. Awak kapal
lainnya memutuskan untuk tidak mengikuti
keputusan Masinis tersebut dan memilih
tetap tinggal.
Pada Januari 2008, seorang krew dari kapal
tersebut menelpon dan mengatakan bahwa
mereka belum dibayar selama lima bulan.
Kapal telah berada di galangan kapal
Slovenia selama satu tahun. Perusahaan
www.itfseafarers.org
berada dalam kesulitan keuangan yang
parah. Salah satu kapal mereka yang lain
juga telah ditahan di Turki pada saat yang
sama AP Light menunggak gaji para awak.
Kapal satunya lagi juga baru saja dijual
menyusul aksi dari afiliasi di Turki karena
alasan yang sama.
Dongli Hur dari Tim Aksi ITF melakukan
negosiasi alot dengan perusahaan Rusia
tersebut dan perusahaan bersedia
membayar US $ 22.000, sepertiga dari upah
tertunggak.
Branko Krznaric, ITF Agreements
Development Manager, mengunjungi
kesembilan awak kapal untuk mengetahui
kondisi mereka. Dia menemukan para awak delapan dari Rusia dan satu dari Ukraina telah kehabisan makanan, dan hidup dari
memancing. Ia kemudian melibatkan media
lokal, dengan melakukan konferensi pers.
Para awak kapal kemudian menerima banyak
bantuan. Hanya dalam waktu beberapa hari
saja, masyarakat telah memberikan bantuan
makanan yang cukup untuk satu bulan.
Pemilik ingin membayar sisa upah, tetapi
tidak mampu karena galangan kapal
meminta . 1.3 juta untuk biaya perbaikan. ITF
terus melakukan negosiasi dengan calon
pembeli juga dengan galangan kapal.
Pada akhirnya galangan kapal sepakat
untuk mengurangi tagihan menjadi hanya .
630,000 50 persen pengurangan dari
tagihan yang seharusnya. Kapal terjual pada
bulan Juli 2008 dan seluruh awak kapal
mendapatkan bayaran dan dipulangkan.
Total sejumlah US $ 70.000 dari gaji
tertunggak telah dilunasi.
Buletin Pelaut ITF 2009
13
Krisis ekonomi
Pelaut mulai
merasakan
sengatannya
Krisis ekonomi global
telah menerpa dunia
dengan cepat dan
hebat, dan industri
pelayaran telah
merasakan
pukulannya; BRENDA
KIRSCH melihat apa
yang telah terjadi dan
implikasinya bagi
pelaut.
Latar belakang
Pada tahun 2007, ketika kekhawatiran mulai
muncul di Amerika Serikat terkait perusahaanperusahaan keuangan yang melakukan
strategi mengambil risiko tinggi untuk
mendorong masyarakat berpenghasilan
rendah agar mau membeli properti,
nampaknya, pada awalnya, hanya akan
memberikan kesulitan sedikit di tingkat lokal
saja.
Tapi apa yang awalnya hanya sebagai
investasi spekulatif dan dalam jangkauan
perusahaan pembiayaan AS ternyata
mempengaruhi ekonomi di seluruh dunia – dan
berpengaruh terhadap pekerjaan dan
penghidupan jutaan orang. Efek dari masalah
kredit tersebut datang begitu cepat, dan masih
akan berlangsung selama beberapa waktu ke
depan. Industri pelayaran, dan masa depan
para pelaut, tengah mendapat hantaman.
Dengan tekanan kredit yang begitu dalam,
order-order mulai menurun untuk
pengangkutan produk-produk dari pabrikpabrik di Cina, India dan Asia Tenggara.
Akibatnya adalah penurunan terhadap
permintaan kapal kontainer untuk transportasi
barang dari Asia ke Eropa dan Amerika Utara.
Sementara itu, perusahaan pengapalan
menghentikan rencana ekspansi dan
pertumbuhan-termasuk pemesanan untuk
kapal baru.
Terjerembabnya penghasilan dan
berkurangnya akses terhadap kredit juga
mempengaruhi permintaan untuk liburan
dengan kapal pesiar dan industri perkapalan
lainnya.
Kejadian ini telah langsung berpengaruh
terhadap lalu lintas perkapalan, dan secara
jangka panjang berimbas pada industri
pembuatan kapal dan kapasitas masa depan
ketika ekonomi mengalami perbaikan.
Belum lagi, harga bahan bakar minyak yang
lebih tinggi serta penurunan produksi dan
pasokan minyak telah menghantam industri
perkapalan setahun belakangan. Dan ancaman
perompakan di Teluk Aden telah memaksa
kapal-kapal mengambil rute yang lebih jauh,
lebih mahal dari Asia ke Eropa, yang akan
menaikkan biaya-biaya impor.
Krisis menghantam industri
pelayaran
Penurunan ekonomi internasional mulai
menghantam industri perkapalan selama
“ Bahkan sebelum adanya pengurangan dalam
lalu lintas pengiriman menghantam
pekerjaan pelaut, para awak kapal telah
merasakan dampaknya pada gaji mereka. “
14
Buletin Pelaut ITF 2009
www.itfseafarers.org
Jonathan Kirn / Alamy
Kapal-kapal yang sedang berlabuh di Singapura, bulan November 2008, pelabuhan kontener terbesar di dunia, Singapura melaporkan penurunan lalu lintas kapal
pertama kali sejak tahun 2001.
tahun 2008. Penurunan dramatis yang terjadi
pada kapal-kapal curah dengan sistim charter
telah menerpa para operator dan pemilik
kapal besar.
Memburuknya kondisi juga menggerogoti
demikian dalam tarif angkutan kapal.
Hingga Juni 2008, volume kargo yang
diangkut oleh kapal kontainer mulai anjlok.
Pada kuartal kedua angka-angka
menunjukkan pertumbuhan ke semua tujuan
di Barat telah turun hingga 5,24% dari
sebelumnya 11,62% pada kuartal pertama,
dan lebih dari 20% setahun sebelumnya.
Lalu lintas kapal kontainer ke bagian utara
Eropa tercatat hanya tumbuh 3,6%
dibandingkan pertumbuhan 9,3% pada
kuartal pertama. Pada bulan Juni 2008, total
volume untuk semua tujuan ke Barat
mengalami kenaikan kurang dari 1 persen,
dibandingkan dengan angka 9,35% lebih
tinggi pada Mei 2008.
Industri perkapalan kembali terguncang
akibat rontoknya bursa saham AS, menyusul
Efek
Filipina
Sejumlah besar pelaut
didunia ini-lebih dari
300.000nya-berasal dari
Filipina, dan ekonomi
Filipina berhutang
banyak pada
penghasilan orang-
www.itfseafarers.org
jatuhnya bank investasi Lehman Brothers
pada bulan September, dan meningkatnya
tekanan kredit bagi usaha. Pemerintah
Amerika Serikat kemudian menyuntikkan
dana talangan untuk mengeluarkan
perusahaan asuransi AIG-yang dihantam
krisis saat perusahaan ini berada pada
ambang kehancuran- yang merupakan
perusahaan asuransi kapal besar yang juga
pemilik Pelabuhan-Pelabuhan Amerika,
perusahaan pengelola pelabuhan terbesar di
AS.
Biasanya setiap menjelang Natal akan ada
kenaikan perdagangan kargo dari Asia ke
Eropa, tetapi hal itu tidak terjadi pada 2008.
Stephen roach, direktur perusahaan
investasi Morgan Stanley, yang memberikan
peringatan pada pertemuan puncak Industri
Perkapalan Dunia di Cina pada bulan
November 2008 tentang kondisi
keterpurukan ekonomi yang dapat
berlangsung selama sedikitnya dua tahun.
orangnya yang berada di
luar negeri. Lebih dari
12% ekonomi negara
tersebut tergantung
pada kiriman uang dari
luar negeri dari orangorang Filipina yang
bekerja di berbagai
industri, termasuk
pelayaran-total kiriman
uang berjumlah US$ 13,7
miliar dari Januari sampai
Oktober 2008. Nilai dari
pendapatan tersebut
telah terkena pukulan
dengan jatuhnya dolar
dan meningkatkan inflasi
di negara tersebut.
Beberapa orang
Filipina yang bekerja di
luar negeri telah keluar
dari pekerjaan karena
kebangkrutan,
pemecatan,
restrukturisasi dan
pengurangan kapasitas
produksi. Pemerintah
Filipina telah membuat
kebijakan "paket subsidi
gaji" sebagai akibat
penguranganpengurangan yang
disebabkan oleh krisis
keuangan global.
Pelaut merasakan dampaknya
Bahkan sebelum adanya pengurangan dalam
lalu lintas pengiriman dengan kapal
menghantam pekerjaan pelaut, para awak
kapal telah merasakan dampaknya pada gaji
mereka. Banyak pelaut dibayar dalam dolar
AS yang nilainya jatuh pada pertengahan
2008. Hal ini memberikan pengaruh secara
langsung terhadap pelaut dan keluarga
mereka - serta konsekuensi ekonomi yang
harus ditanggung, seperti Filipina, yang
tergantung pada devisa luar negerinya (lihat
berita dalam kotak).
Sebuah survei tentang pelaut (terutama
perwira) oleh Shiptalk Recruitment pada
bulan Juli 2008 menemukan bahwa banyak
dari mereka telah tertekan oleh jatuhnya
dolar - lebih dari 70 persen mengatakan
bahwa gaji mereka tidak dapat mengimbangi
biaya hidup di rumah.
Ada kekhawatiran yang semakin menguat
bahwa perusahaan akan berusaha untuk
menunda - atau bahkan memotong - gaji para
awak. Pengurus Serikat Pekerja Afiliasi ITF,
Nautilus Inggris, mengatakan sudah mulai
menangani permintaan penundaan gaji baik
dari kapal-kapal kontainer maupun pesiar.
Keterpurukan ekonomi ini juga
meningkatkan ketakutan para awak yang
khawatir ditinggalkan dalam keadaan yang
sulit, tanpa bekal dan tidak mendapatkan
apa-apa seandainya kapal mengalami
kebangkrutan pada saat mereka di tempat
transit. ITF saat ini sedang memfinalisasi
acuan bagi para Inspektur tentang cara
menangani insiden dan memberikan bantuan
pada awak ketika kapal ditelantarkan atau
perusahaan mengalami kebangkrutan.
Tidak hanya pemotongan untuk upah –
bahaya yang ada sekarang ini adalah
pengurangan pekerjaan dan meningkatnya
pengangguran di kalangan pelaut. Fabrizio
menambahkan bahwa ITF terus memantau
perkembangan pasar, dan telah sejumlah
➡
Buletin Pelaut ITF 2009
15
Krisis ekonomi
Kerugian besar :
beberapa
korban
diantaranya
●Industrial Carriers selaku operator
kapal-kapal curah kering dan tanker
Ukrania mengalami kebangkutan dibulan
Oktober 2008-total 52 kapal yang
dioperasikan oleh mereka dalam status
charter.
● Perusahaan pelayaran Taiwan Yang
Ming Marine Transport menghentikan
operasi dua kapal kontenernya dalam
tahun 2008, yang akan diikuti dengan
delapan kapal lagi dipertengahan 2009.
● Perusahaan milik pemerintah Singapura
Neptune Orient Lines (NOL) dan
partnernya MOL dan Hyundai Merchant
Marine telah menghentikan kegiatan 40
kapalnya, dan NOL telah mengurangi
Masalah dilaut?
● Apakah anda mendapat masalah
dengan jumlah upah yang tidak
seperti biasanya anda terima? Jika
iya berarti itu tandanya ada
masalah ekonomi menimpa
perusahaan anda. Anda dapat
menghubungi serikat pekerja anda
atau Inspektur yang terdekat
dengan tempat anda atau langsung
ke ITF dinomor telepon :
+44(20)79409287.
● Informasi tentang apa yang
harus anda lakukan apabila kapal
anda bermasalah dilaut, kunjungi :
www.itfseafarers.org-abandonedseafarers.cfm
16
Buletin Pelaut ITF 2009
kapasitas kapal kontenernya sampai
dengan 25% dibeberapa trayek.
● Singapore Pacific International Lines
dan Wan Hai Lines Taiwan menunda
kerjasama pengangkutan Asia-Eropa
mereka dibulan Desember 2008
● Perusahaan pengangkutan kontener
jarak jauh CKYH Alliance, yang didalamnya
bergabung Coscon, K Line, Yang Ming dan
Hanjin Shipping, mengurangi kapasitas
mingguannya dari Asia ke Eropa Utara
sampai dengan 9% di bulan November
2008, dan Hanjin Shipping mengurangi
operasi kapalnya ditrayek Amerika-Eropa.
● Perusahaan Denmark, Maersk Container
Shipping Line-terbesar diduniamemangkas kegiatannya di trayek AsiaEropa, Asia-Amerika Tengah dan
Transpacific dan menghentikan operasi
kapal-kapal kontener 20 feet. Perusahaan
melihat terjadinya penurunan volume
angkutan sebesar 3% setiap tahunnya
ditrayek Asia-Eropa pada triwulan ketiga
tahun 2008-menyusul penurunan sebesar
2% ditriwulan kedua 2008-untuk pertama
kalinya terjadi penurunan volume dalam
40 tahun perusahaan pengangkutan
kontener melayani trayek tersebut.
● CMA CGM dan China Shipping
memutuskan kerjasama mereka ditrayek
Asia-Eropa.
● Mediterranean Shipping Co (MSC)
–Perusahaan pengangkutan kontener
terbesar kedua didunia- memangkas
kapasitas kapal mereka sebesar 5 % dirute
Asia-Eropa dan menghentikan trayek
antara Asia dan Laut Hitam.
● Perusahaan Korea Selatan C&Line
menghentikan operasi dibulan Oktober
2008 – sebelumnya perusahaan ini
mengoperasikan kapal yang dicharternya
dilebih dari 20 trayek di Asia.
● NYK Line, salah satu perusahaan
pelayaran terbesar di Jepang, memangkas
rencana ekspansi armadanya sekitar 25%dari 50 kapal menjadi 60 kapal.
● Evergreen Marine Corp Group, Taiwan,
dilaporkan kehilangan 94%
pendapatannya di kwartal ketiga 2008.
● Galangan kapal Korea Selatan
menderita kerugian lebih besar dari yang
diperkirakan.
● Galangan kapal Jepang, Tsuji Heavy
Industries, mendekati kebangkrutan
dengan adanya penundaan pembangunan
46 kapal yang telah dipesan sebelumnya.
● Perusahaan ferry terkemuka Inggris
P&O Ferries dan Red Funnel memangkas
trayek dan menghentikan perekrutan
krewnya.
Pelaut mulai
merasakan
sengatannya
➡
pelaut mendapatkan gaji mereka yang belum
dibayarkan dan dipulangkan ke kampung
halaman mereka.
Dalam jangka panjang, industri ini dapat
terkena hantaman seiring dengan para
perwira yang meninggalkan pekerjaannya,
hal ini akan berakibat kurangnya para
ketersediaan perwira dan kru yang terlatih
jika ekonomi kembali membaik. ITF
menegaskan adanya kebutuhan untuk
pelatihan bagi para perwira kapal, untuk
sekarang dan untuk masa depan yang lebih
cerah.
● Brenda Kirsch adalah seorang wartawan
freelance di London.
Pelaut yang menderita akibat kegiatan dan
upah yang cenderung menurun.
www.itfseafarers.org
ISPS code
Aksesyanghilang
P
Duckdalben
ada tanggal 1 Juli 2009 International Ship
and Port Facility Security Code (ISPS)
yang kontroversial akan merayakan hari
jadinya yang kelima di seluruh dunia.
Pelaksanaan ISPS ini telah membuat para
pelaut diperlakukan seperti orang yang
berpotensi menjadi teroris dan telah membuat
mereka merasa seperti penjahat dan peran
mereka direndahkan.
Setelah serangan teror di Amerika pada
tanggal 11 September 2001 pemerintah
Amerika Serikat mendesakkan suatu aturan
baru untuk meningkatkan standar keselamatan
di pelabuhan-pelabuhan internasional, serta di
atas kapal berbobot lebih dari 500 GT. Hal ini
dapat terlaksana dengan sangat baik: pada
akhir tahun 2002 aturan ini akhirnya diterima
sebagai ISPS. Sejak saat itu, aturan ini telah
menjadi komponen dari konvensi internasional
Safety of Life at Sea (SOLAS) dan mulai 1 Juli
2004 telah diwajibkan baik untuk fasilitas kapal
maupun pelabuhan.
Sejak diperkenalkannya aturan tersebut,
kondisi kerja para pelaut mulai berubah secara
menyolok. Khususnya bagi pelaut yang berasal
dari negara-negara Muslim yang merasa bahwa
Jan Oltmanns,Chaplain
di Hamburg, berbicara
dengan seorang pelaut
di pintu gerbang.
www.itfseafarers.org
Para pelaut merasa
lebih sulit untuk
bergerak bebas,
karena adanya ISPS
Code. ROY PAUL
melaporkan.
gerakan mereka dibatasi. Sebagian besar dari
wilayah pelabuhan sekarang juga menjadi
daerah terlarang. Dalam beberapa hal, ini telah
menyulitkan pelaut, apalagi banyak pelabuhan
yang mempunyai penafsiran sendiri tentang
aturan tersebut. Satu sisi, pelaut masih
merupakan bagian yang penting dari
pengoperasian kapal, tetapi beberapa operator
tidak memasukkan mereka dalam memberikan
interpretasi tentang cara menerapkan aturan
tersebut.
Rev. Jan Oltmanns adalah Chaplain dari salah
satu wisma Pelaut terbesar, "Duckdalben"
yang berada di Hamburg, dimana lebih dari 100
tamu dari jumlah total 156 negara melakukan
kunjungan sehari-hari. Dia mengatakan:
"Pelaut adalah salah satu yang paling terkena
dampak dari aturan ISPS Code. Mereka
memberitahu kami bahwa disamping kurang
memiliki waktu di pelabuhan, sekarang mereka
juga harus melalui pemeriksaan-pemeriksaan
mirip dengan yang ada di bandara,
sebagaimana yang harus dilalui oleh para
pelancong yang akan bepergian untuk berlibur
atau berbisnis.
➡
ISPS code
Ratapan
Seorang Pelaut
Sinarajah Govindasamy adalah
penyanyi, pengarang lagu,
penghibur dan tukang sulap
Malaysia yang telah melakukan
pertunjukan di Asia tenggara dan
banyak bagian lain di dunia dengan
nama panggung Sina. Dia telah
menjadi anggota dari staf wisma
Pelaut Duckdalben sejak pembukaan
wisma tersebut pada tahun 1986.
Setelah dikenalkannya ISPS Code, ia
berbicara kepada banyak pelaut dari
daerah asal yang Muslim dan
mendengar keluhan mereka.
Dia mengatakan: "Saya telah
berbicara kepada para pelaut
Indonesia dan menemukan bahwa
mereka terkadang juga merasa tidak
suka dengan ISPS Code. Sehingga
saya menulis lagu ini. Lagu-lagu
saya bernuansa perdamaian dan
yang menjadi poin saya adalah jika
pelaut berasal dari negara di mana
terjadi perang, hal ini akan
mempengaruhi atau mengganggu
kehidupan mereka sehari-hari,
dengan kecemasan terkait
kesejahteraan keluarga dan temanteman mereka di kampung halaman”.
Sina telah mengirimkan salinan dari
lagu ini ke para pemimpin dunia
termasuk Bush, Presiden AS
sebelumnya dan sekarang dia juga
akan kirimkan ke Presiden Obama.
Sina berkata: "Saya menonton
CNN dan Presiden Obama
mengatakan dalam kampanye
pemilihan umumnya bahwa ia
merencanakan untuk lebih
melindungi perbatasan Amerika
Serikat dan pelabuhan di New York
sebagai upaya keamanan melawan
terorisme. Para pelaut bukanlah
teroris, mereka hanya ingin mencari
sesuap nasi untuk nafkah sehari-hari
keluarga mereka. Saya akan
mengingatkan Presiden bahwa
ketika dia minum secangkir kopi di
pagi hari ada kemungkinan kopi
tersebut sebelumnya telah diangkut
oleh sebuah kapal dimana para
pelaut bekerja dan dia juga harus
ingat bahwa 95% dari kargo dunia
diangkut oleh kapal yang diawaki
para pelaut. "
Pelaut dapat mendengarkan lagu
lewat internet di
www.duckdalben.de/duckdalben/
downloads/
18
Buletin Pelaut ITF 2009
www.itfseafarers.org
Standar keamanan baru
membuat pengunjung
sangat sulit untuk naik
kekapal
Aksesyanghilang
➡
Banyak orang telah mengalami beberapa
pemeriksaan seperti di bandara dan ini
menghabiskan waktu dan menyebabkan
keterlambatan mereka. Bagaimana perasaan
mereka jika pemeriksaan-pemeriksaan itu
dilakukan setiap kali mereka memasuki atau
meninggalkan kediaman atau tempat kerja
mereka sendiri? Demikianlah perasaan yang
berkembang di antara banyak pelaut dan
mereka telah ”dikriminalisasi”oleh ISPS code”.
Banyak Chaplain telah mengungkapkan
keprihatinan mereka tentang apa arti ISPS
Code bagi pelaut dalam kehidupan mereka
sehari-hari. Artinya, dengan upah minimum
internasional mereka dipaksa untuk
melakukan panggilan telepon selular yang
mahal kekeluarga mereka karena boks-boks
telepon yang ada disekitar pelabuhan
dipisahkan dari mereka oleh pagar pembatas.
Akses kefasilitas rekreasi dibuat lebih sulit dan
di atas kapal peralatan keselamatan mereka
juga terkunci demi "keamanan publik" yang
lebih dihargai ketimbang keamanan bagi para
pelaut yang bekerja di atas kapal.
Disetiap kapal, para awak kapal hanya
memiliki sedikit kesempatan untuk pesiar
kedarat karena harus menghabiskan waktu
mereka di pelabuhan di tempat-tempat
pemeriksaan, membuat daftar pengunjung dan
memberikan pas keamanan. Mereka harus
melakukan ini seakan untuk menghemat biaya
penjaga keamanan. Kadang-kadang ini juga
berarti penghalangan terhadap kunjungan
resmi dari pengurus serikat pekerja atau
pengurus wisma pelaut ke para awak kapal,
www.itfseafarers.org
sebagaimana yang telah diinstruksikan oleh
perusahaan yang mengatakan bahwa tidak
memiliki tamu yang berkunjung akan lebih
menjamin kapal akan aman. Masalah yang
lebih besar bagi pelaut timbul jika kapal
berlayar dekat dengan pelabuhan dikampung
halaman mereka dan keluarga mereka tidak
diperbolehkan untuk mengunjungi mereka di
atas kapal. Pernah dilaporkan, di satu
pelabuhan, penjaga keamanan telah meminta
para isteri pelaut untuk membayar agar mereka
bisa memperoleh pas pelabuhan untuk dapat
naik ke kapal. Biaya yang dikenakan empat kali
lebih mahal dari biaya pas yang resmi.
Bahaya sepadan lainnya, adalah pagar dan
tangga yang diletakkan terlalu dekat dengan
tepi dermaga seakan tidak ingin memberikan
ruang gerak apapun. Kondisi seperti ini
berbahaya dan dapat menyebabkan pelaut
terjatuh kedalam air, terutama bila permukaan
tanah licin atau pada saat gelap.
Jadi mari kita berharap banyak pemerintah
dan otoritas pelabuhan akan membuat
interpretasi ulang terkait aturan tersebut.
Mereka harus menyadari bahwa pelaut
“ Banyak Chaplain telah
mengungkapkan
keprihatinan mereka
tentang apa arti ISPS
Code bagi pelaut dalam
kehidupan mereka
sehari-hari .”
merupakan bagian dari perang melawan
terorisme dan sehingga mereka seharusnya
diperlakukan dengan hormat dan bermartabat
sepantasnya. Dalam survei yang dilakukan oleh
ITF satu tahun setelah pelaksanaan aturan ini,
58% dari responden serikat pekerja pelaut
mengatakan bahwa hak pelaut untuk pesiar
kedarat telah ditolak-masalah tertentu dialami
di pelabuhan-pelabuhan AS. Meskipun
faktanya ISPS Code secara jelas menyatakan
bahwa negara mana saja harus memberikan
”dan mengakui”kebutuhan pelaut untuk
berpesiar kedarat dan mengakses fasilitas
kesejahteraan yang ada didarat, termasuk
perawatan medis.
ITF akan memperkenalkan sebuah sistem
pelaporan baru yang di dalamnya termasuk
meminta inspektur-inspektur ITF untuk
mencatat kasus-kasus pelaut yang ditolak
aksesnya untuk turun kedarat atau tidak
diperbolehkan meninggalkan kapal mereka.
Jon Whitlow, Sekretaris ITF Seafarers' Section,
berkata: "Peningkatan keamanan di sektor
kelautan harus dilaksanakan dengan cara yang
memberikan perlindungan hak-hak manusia
dari pelaut. Ini termasuk mereka harus
diperbolehkan untuk turun kedarat. Sistem
pelaporan yang baru akan menunjukkan
kepada kita tingkat dari masalah-masalah
tersebut dan membantu kami memastikan
bahwa ISPS Code dan langkah-langkah terkait
keamanan lainnya harus dilaksanakan dengan
benar”.
● Pelaut dapat bergabung dalam diskusi dan
melaporkan situasi pada saat mereka ditolak
untuk turun kedarat dengan cara log on ke
www.itfseafarers.org
● Roy Paul adalah Assistant Administrative
Officer dari ITF Seafarers'Trust.
Buletin Pelaut ITF 2009
19
Kampanye anti Bendera Kemudahan
Pelaut India semakin aktif
ara pelaut di India dapat memperoleh
manfaat dari inisiatif baru untuk
meningkatkan kemampuan inspektorat
ITF di kawasan tersebut. Sebuah program baru
pelatihan kampanye anti bendera kemudahan
(FOC) akan memberdayakan serikat-serikat
pekerja setempat untuk melaksanakan
inspeksi, dan memastikan bahwa kondisi kerja
para pelaut dikapal cukup baik.
Peningkatan jumlah pelaut sudah mulai
nampak di anak benua India, dengan lebih dari
70.000 pelaut India aktif bekerja pada semua
jenis kapal, baik berbedera nasional maupun
FOC.
Walaupun ada keterpurukan ekonomi, India
masih menjadi pemain kunci dalam
keseluruhan pertumbuhan perekonomian
dunia. Terdapat permintaan yang kuat untuk
ekspor dan impor bahan-bahan mentah, serta
barang-barang produksi. Faktor-faktor ini
menyebabkan peningkatan kegiatan
transportasi pengapalan barang ke, dari dan di
wilayah India sendiri. Diperkirakan akan terjadi
kenaikan jumlah pelaut di wilayah ini.
Ini berarti bahwa terdapat peningkatan
permintaan untuk bantuan dan informasi
dari Inspektorat ITF (FOC) India/Sri Lanka.
Serikat-serikat pekerja yang berafiliasi ke ITF
telah meminta tambahan pelatihan bagi
aktivis, untuk meningkatkan kampanyekampanye FOC di tingkat akar rumput.
ITF sangat senang untuk membantu
kegiatan ini.
P
Mengembangkan aktivis serikat pekerja
Program pelatihan ini bertujuan untuk
mengembangkan para aktivis serikat pekerja
setempat yang berasal dari para buruh B/M
dan serikat pekerja pelaut.
Kanan:
Para peserta di sesi
pelatihan aktivis
ITF
FINLAY McINTOSH melaporkan tentang program pelatihan
calon aktivis bagi para pelaut India.
Mereka perlu:
• Memiliki pemahaman tentang kampanye
Bendera Kemudahan (FOC) ITF.
• Mengenali cara-cara aktivis merespon dan
membantu pelaut.
• Memahami peran kampanye FOC dan
bagaimana hal tersebut berdampak pada
buruh B/M (terbinanya solidaritas).
• Mengidentifikasi aktivis yang berdedikasi
dan tertarik untuk mengembangkan potensi
mereka terkait kampanye FOC.
Merupakan hal penting bila kita dapat
menggunakan pengetahuan dari para
inspektur ITF, sehingga mereka dapat
mengajarkan dan menyampaikan
pengalaman mereka ke para aktivis.
Keberhasilan Inspektorat India tergantung
pada bagaimana mendidik buruh B/M dan
pelaut tentang kenapa mereka harus
mendukung, dan aktif dalam kampanye FOC.
Kapal-kapal FOC yang dilindungi oleh
perjanjian ITF perlu diinspeksi dan dipastikan
kepatuhannya terhadap peraturan; mereka
yang belum dilindungi, perlu dilakukan
tekanan untuk memastikan bahwa para
pemilik kapal bersedia melindungi kapalnya
dengan perjanjian yang dapat diterima oleh
ITF.
Tanggapan positif
ITF menerima respon yang sangat positif dari
para aktivis-beberapa dari mereka telah
terlibat dalam FOC weeks of action yang lalu
dan mendapatkan kesempatan untuk
meningkatkan pengetahuan mereka tentang
kampanye FOC. Mereka merasa bahwa hal
tersebut sangat bermanfaat karena
Inspektur-Inspektur lokal India
melaksanakan pelatihan dalam bahasa
setempat yakni Malayalam (Kochi) and Tamil
(Chennai).
Para inspektur juga memainkan peran
yang sangat positif dalam peran mereka
menularkan pengetahuan dan pengalaman,
yang menghasilkan diskusi-diskusi yang
bermanfaat terkait kampanye FOC dan
pelaksanaan inspeksi kapal.
"Keuntungan utama dari pelatihan ini
adalah jika inspektur ITF sedang berhalangan
dan untuk kegiatan FOC lainnya, aktivis yang
sudah terlatih dapat naik kekapal dan
membantu pelaut atau para pelaut”, kata
Inspektur Thomas Sebastian. "Masukan
yang diterima dari para aktivis
mengungkapkan bahwa mereka sudah
percaya diri untuk naik kekapal. Penggunaan
bahasa lokal mendapatkan sambutan dari
semua peserta”.
Pelatihan ini juga menghasilkan
penandatanganan di dua kapal, memastikan
bahwa pelaut dilindungi oleh Perjanjian
Kerja Bersama ITF-yang dapat dilaksanakan
dipelabuhan Chennai dan dipelabuhan
Kochi. Dua kapal berbendera India telah
sepakat untuk menandatangani perjanjian
dengan serikat pekerja setempat untuk
melindungi awak kapal.
Mahendra Sharma, Assistant Regional
Secretary ITF, mengatakan bahwa kantor dia
berkomitmen untuk membangun kapasitas
serikat pekerja lokal untuk melindungi
pelaut dari eksploitasi para pemilik kapal,
termasuk rendahnya upah dan penelantaran.
"Kami ada rencana untuk mengumpulkan
semua aktivis serikat pekerja yang telah
mendapatkan pelatihan untuk melakukan
inspeksi di semua kapal berbendera
kemudahan kapal di kawasan ini", ujarnya.
● Finlay McIntosh adalah anggota Actions
Team, Maritime Operations Department, ITF.
“ Kami ada rencana untuk
mengumpulkan semua aktivis
serikat pekerja yang telah
mendapatkan pelatihan untuk
melakukan inspeksi di semua
kapal berbendera kemudahan
kapal di kawasan ini.”
20
www.itfseafarers.org
4 halaman panduan bagi anda untuk menghubungi ITF
Inspektur ITF
KANTOR PUSAT
49/60 Borough Road, London
SE1 1DR, United Kingdom
Tel: +44(0)20 7403 2733
Fax: +44(0)20 7357 7871
Telex: 051 8811397 ITF LDN G
Email: [email protected]
Website: www.itfglobal.org
KANTOR REGIONAL AFRIKA
PO Box 66540, Nairobi, Kenya
Tel: +254(0)20 444 80 19
Fax: +254(0)20 444 80 20
Email:
[email protected]
KANTOR AFRIKA BARAT
1450 Avenue Kwame Nkrumah,
11 BP 832, CMS Ouagadougou 11,
Burkina Faso
Tel: +226(0)50 30 19 79
Fax: +226(o)50 33 31 01
Email: [email protected]
KANTOR WILAYAH ARAB
PO Box 925875, Amman 11190,
Jordan
Tel/Fax: +962(0)6 569 94 48
Email: [email protected]
KANTOR REGIONAL
ASIA/PASIFIK
Tamachi Kotsu Building 3-2-22,
Shibaura, Minato-ku, Tokyo
108-0023, Japan
Tel: +81(0)3 3798 2770
Fax: +81(0)3 3769 4471
Email: [email protected]
KANTOR SUB-REGIONAL ASIA
12D College Lane, New Delhi
110001, India
Tel: +91(0)11 2335 4408/7423
Fax: +91(0)11 2335 4407
Email: [email protected]
KANTOR REGIONAL EROPA
European Transport Workers’
Federation (ETF), Rue du Midi
165, B-1000 Brussels, Belgium
Tel: +32(0)2 285 4660
Fax: +32(0)2 280 0817
Email: [email protected]
KANTOR SUB-REGIONAL EROPA
21/1 Sadovaya Spasskaya, Office
729, 107217 Moscow, Russia
Tel: +7 495 782 0468
Fax: +7 095 782 0573
Email: [email protected]
Website: www.itf.ru
KANTOR REGIONAL AMERIKA
TENGAH
Avenida Rio Branco 26-11 Andar,
CEP 20090-001 Centro, Rio de
Janeiro, Brazil
Tel: +55(0)21 2223 0410/2233
2812
Fax: +55(0)21 2283 0314
Email: [email protected]
Website: www.itf-americas.org
KANTOR SUB-REGIONAL
KARIBIA
198 Camp Street,
Cummingsburg, Georgetown,
Guyana
Tel: +592(0)22 71196/54285
Fax: +592(0)22 50820
Email: [email protected]
Segera hubungi salah satu inspektur kami jika anda memerlukan
bantuan dan jika anda bekerja dikapal berbendera kemudahan
atau kapal asing lainnya yang tidak dilindungi dengan perjanjian
kerja dengan serikat buruh anda. Jika ditempat tersebut tidak
ada Inspektur ITF, segera hubungi Action Unit dikantor pusat ITF
atau hubungi kantor-kantor perwakilan ITF terdekat (lihat
disebelah kiri).
ARGENTINA
Buenos Aires
lRoberto Jorge Alarcón*
Tel/Fax: +54(0)11 4331 4043
Mobile: +54(0)911 4414 5687
Email: [email protected]
Rosario
lRodolfo Vidal
Tel/Fax: +54(0)341 425 6695
Mobile: +54(0)911 4414 5911
Email: [email protected]
AUSTRALIA
Fremantle
lAdrian Evans
Tel: +61(0)8 9335 0500
Fax: +61(0)8 9335 0510
Mobile: +61(0)401 692 528
Email: [email protected]
Melbourne
lMatt Purcell
Tel: +61(0)3 9329 5477
Fax: +61(0)3 9328 1682
Mobile: +61(0)418 387 966
Email: [email protected]
Sydney
lDean Summers*
Tel: +61(0)2 9267 9134
Fax: +61(0)2 9267 4426
Mobile: +61(0)419 934 648
Email: [email protected]
Townsville
lGraham Bragg
Tel: +61(0)7 4771 4311
Fax: +61(0)7 4721 2459
Mobile: +61(0)419 652 718
Email: [email protected]
BELGIUM
Antwerp
lJoris De Hert*
Tel: +32(0)3 224 3413
Fax: +32(0)3 224 3449
Mobile: +32(0)474 842 547
Email: [email protected]
lMarc Van Noten
Tel: +32(0)3 224 3419
Fax: +32(0)3 224 3449
Mobile: +32(0)475 775 700
Email: [email protected]
Zeebrugge
lChristian Roos
Tel: +32(0)2 549 1103
Fax: +32(0)2 549 1104
Mobile: +32(0)486 123 890
Email: [email protected]
BRAZIL
Paranaguá
lAli Zini
Tel/Fax: +55(0)41 3422 0703
Mobile: +55(0)41 9998 0008
Email: [email protected]
Rio de Janeiro
lLuiz Fernando Duarte de Lima*
Tel: +55(0)21 2233 2812
Fax: +55(0)21 2283 0314
Mobile: +55(0)21 9480 5336
Email: [email protected]
lAirton Vinicius Broto Lima
Tel: +55(0)21 2233 2812
Fax: +55(0)21 2283 0314
Mobile: +55(0)21 9480 5337
Email: [email protected]
Santos
lRenialdo Donizete Salustiano de
Freitas
Tel/Fax: +55(0)13 3219 1843
Mobile: +55(0)13 9761 0611
Email: [email protected]
CANADA
Halifax
lGerard Bradbury
Tel: +1(0)902 455 9327
Fax: +1(0)902 454 9473
Mobile: +1(0)902 441 2195
Email: [email protected]
Hamilton
lMike Given
Tel: +1(0)905 227 5212
Fax: +1(0)905 227 0130
Mobile: +1(0)905 933 0544
Email: [email protected]
Montreal
lPatrice Caron
Tel: +1(0)514 931 7859
Fax: +1(0)514 931 0399
Mobile: +1(0)514 234 9962
Email: [email protected]
Vancouver
lPeter Lahay*
Tel: +1(0)604 251 7174
Fax: +1(0)604 251 7241
Mobile: +1(0)604 418 0345
Email: [email protected]
Turku
lJan Ö rn
Tel: +358(0)9 613 110
Fax: +358(0)9 739 287
Mobile: +358(0)40 523 3386
Email: [email protected]
FRANCE
Dunkirk
lPascal Pouille
Tel: +33(0)3 28 66 45 24
Fax: +33(0)3 28 21 45 71
Mobile: +33(0)6 80 23 95 86
Email: [email protected]
Le Havre
lFrançois Caillou*
Tel: +33(0)2 35 26 63 73
Fax: +33(0)2 35 24 14 36
Mobile: +33(0)6 08 94 87 94
Email: [email protected]
Marseille
lYves Reynaud
Tel: +33(0)4 91 54 99 37
Fax: +33(0)4 91 33 22 75
Mobile: +33(0)6 07 68 16 34
Email: [email protected]
St Nazaire
lGeoffroy Lamade
Fax: +33(0)2 40 22 70 36
Mobile: +33(0)6 60 30 12 70
Email: [email protected]
Sète
lStéphanie Danjou
Fax: +33(0)1 48 51 59 21
Mobile: +33(0)6 27 51 35 78
Email: [email protected]
INDIA
Calcutta
lChinmoy Roy
Tel: +91(0)332 459 7598
Fax: +91(0)332 459 6184
Mobile: +91(0)98300 43094
Email: [email protected]
Chennai
lK Sree Kumar
Tel: +91(0)44 2522 3539 / 5983
Fax: +91(0)44 2526 3343
Mobile: +91(0)44 93 8100 1311
Email: [email protected]
Haldia
lNarain Chandra Das Adhikary
Tel: +91(0)32 2425 2203
Fax: +91(0)32 2425 3577
Mobile: +91(0)94 3451 7316
Kandla
lML Bellani
Tel: +91(0)28 3622 6581
Fax: +91(0)28 3622 0332
Mobile: +91(0)98 2522 7057
Email: [email protected]
Kochi
lThomas Sebastian
Tel: +91(0)484 233 8249 / 8476
Fax: +91(0)484 266 9468
Mobile: +91(0)98950 48607
Email: [email protected]
Mumbai
lKersi Parekh
Tel: +91(0)22 2261 6951 / 6952
Fax: +91(0)22 2265 9087
Mobile: +91(0)98205 04971
Email: [email protected]
lHashim Sulaiman
Tel: +91(0)22 2261 8368 / 8369
Fax: +91(0)22 2261 5929
Mobile: +91(0)9967 218893
Email: [email protected]
Tuticorin
lDM Stephen Fernando
Tel: +91(0)461 2326 519 / 2339 195
Fax: +91(0)461 2311 668
Mobile: +91(0)94431 59137
Email: [email protected]
Visakhapatnam
lBV Ratnam
Tel: +91(0)891 2502 695 / 2552 592
Fax: +91(0)891 2502 695
Mobile: +91(0)98481 98025
Email: [email protected]
Q
CHILE
Valparaiso
lJuan Luis Villalon Jones
Tel: +56(0)32 221 7727
Fax: +56(0)32 275 5703
Mobile: +56(0) 9250 9565
Email: [email protected]
COLOMBIA
Cartagena
lMiguel Sánchez
Tel: +57(0)5 666 4802
Fax: +57(0)5 658 3496
Mobile: +57(0)3 10 657 3399
Email: [email protected]
CROATIA
Dubrovnik
lVladimir Glavocic
Tel: +385(0)20 418 992
Fax: +385(0)20 418 993
Mobile: +385(0)98 244 872
Email: [email protected]
Rijeka
lPredrag Brazzoduro*
Tel: +385(0)51 325 343
Fax: +385(0)51 213 673
Mobile: +385(0)98 211 960
Email: [email protected]
Sibenik
lMilko Kronja
Tel: +385(0)22 200 320
Fax: +385(0)22 200 321
Mobile: +385(0)98 336 590
Email: [email protected]
ESTONIA
Tallinn
lJaanus Kuiv
Tel/Fax: +372(0)6 116 390
Mobile: +372(0)523 7907
Email: [email protected]
FINLAND
Helsinki
lSimo Nurmi*
Tel: +358(0)9 615 202 55
Fax: +358(0)9 615 202 27
Mobile: +358(0)40 580 3246
Email: [email protected]
lIlpo Minkkinen
Tel: +358 (0)9 615 202 53
Fax: +358 (0)9 615 202 27
Mobile: +358 (0)40 728 6932
Email: [email protected]
GERMANY
Bremen
lAli Memon*
Tel: +49(0)421 330 3333
Fax: +49(0)421 330 3366
Mobile: +49(0)171 571 2388
Email: [email protected]
Hamburg
lUlf Christiansen
Tel: +49(0)40 2800 6811
Fax: +49(0)40 2800 6822
Mobile: +49(0)171 641 2694
Email: [email protected]
lUdo Beyer
Tel: +49(0)40 2800 6812
Fax: +49(0)40 2800 6822
Mobile: +49(0)172 971 0254
Email: [email protected]
Rostock
lHartmut Kruse
Tel: +49(0)381 670 0046
Fax: +49(0)381 670 0047
Mobile: +49(0)171 641 2691
Email: [email protected]
GREECE
Piraeus
lStamatis Kourakos*
Tel: +30(0)210 411 6610 / 6604
Fax: +30(0)210 413 2823
Mobile: +30(0)69 77 99 3709
Email: [email protected]
lAntonios Maounis
Tel: +30(0)210 411 6610 / 6604
Fax: +30(0)210 413 2823
Mobile: +30(0)69 44 57 0910
Email: [email protected]
ICELAND
Reykjavik
lBergur Thorkelsson
Tel: +354(0)551 1915
Fax: +354(0)562 5215
Mobile: +354(0)860 9906
Email: [email protected]
IRELAND
Dublin
lKen Fleming
Tel: +353(0)1 874 3735
Fax: +353(0)1 874 3740
Mobile: +353(0)87 647 8636
Email: [email protected]
ISRAEL
Haifa
lMichael Shwartzman
Tel: +972(0)4 852 4289
Fax: +972(0)4 852 4288
Mobile: +972(0)544 699 282
Email: [email protected]
ITALY
Genoa
lPiero Luigi Re
Tel: +39(0)10 25 18 675
Fax: +39(0)10 25 18 683
Mobile: +39(0)335 707 0988
Email: [email protected]
Leghorn/Livorno
lBruno Nazzarri
Tel: +39(0)58 68 25 251
Fax: +39(0)58 68 96 178
Email: [email protected]
Naples
lPaolo Serretiello
Tel/Fax: +39(0)81 26 50 21
Mobile: +39(0)335 482 706
Email: [email protected]
Palermo
lFrancesco Saitta
Tel/Fax: +39(0)91 32 17 45
Mobile: +39(0)338 698 4978
Email: [email protected]
➡
bersambung sesudah peta
Inspektur ITF
Menolong pelaut
diseluruh dunia
Federasi Buruh Transp
is
Reykjavik
+354(0)551 1915 U
kantor sub-reg
R
cdn
gb
kantor pusat itf
Vancouver +1(0)604 251 7174
U
Hamilton +1(0)905 227 5212 UMontreal +1(0)514 931 7859
Seattle U
U Halifax +1(0)902 455 9327
U
+1(0)206 633 1614
usa
Portland U
U New York +1(0)718 832 6600 (ext 240)
+1(0)503 347 7775
U Baltimore +1(0)410 882 3977
Los Angeles U
+1(0)562 493 8714
New Orleans
U Morehead City +1(0)252 726 3033
+1(0)504 581 3196
Houston U
U
+1(0)713
TampaU
659 5152
+1(0)321 UMiami
784 0686 +1(0)321 783 8876
mex
R
Rb
kantor regional eropa (etf)
Haifa U
+972(0)4 852 4289 il
R
hkj kantor wil
e
Las Palmas
+34(0)928 467 630 U
Manzanillo
+52(0)314 332 8834 U
U
Veracruz
+52(0)229 932 1367
U San Juan +1787(0)783 1755
pr
Panama City pa
+507(0) 264 5101 U
bf R
U Cartagena +57(0)5 666 4802
kantor afrika barat
ngr
R kantor sub-regional karibia
co
Lagos U
+234(0)1 793 6150
gu
eak
kantor regionaal afrika
R
U Mombas
+254(0)41
ITF HEAD OFFICE
london
+44 (0)20 7403 2733
br
kantor regional interamerika
Santos R
+55(0)13 3219 1843U U Rio de Janeiro +55(0)21 2233 2812
U
Paranaguá +55(0)41 3423 5005
KANTOR REGIONAL AMERIKA TENGAH
rio de janeiro
+55 (0)21 2223 0410
KANTOR SUB-REGIONAL KARIBIA
georgetown
+592 (0)22 71196
ra
Valparaiso U
+56(0)32 221 7727
rch
Rosario +54(0)341 425 6695
U
U Buenos Aires
+54(0)11 4331 4043
za
Cape TownU
+27(0)21 461 9410
U Durban
+27(0)31 909 1087
KANTOR REGIONAL EROPA
brussels
+32 (0)2 285 4660
KANTOR SUB-REGIONAL EROPA
moscow
+7 495 782 0468
Data kontak secara lengkap dari para inspektur ITF, kunjungilah www.itfglobal.org/seafarers/msg-contacts.cfm
Q
Q
Q
rus
Mosjøen
U
s
fin
Gä vle
U Turku
U St Petersburg
Oslo
U U
U Stockholm U Helsinki
Tallinn
Porsgrunn
U
est
U Gothenburg
U
Stavanger
U
Aberdeen U
lv URiga
Helsingborg
U
U Klaipeda
lt
Liverpool
Rostock U
irl
Gdynia
U
U
Hamburg
USzczecin
DublinU gb
U
nl U Bremen
pl
BristolU Tilbury U Rotterdam
U UZeebrugge
U U
b Antwerp
ua
Dunkirk
d
Le HavreU
Odessa
U
USt Nazaire
n
port Internasional
f
Trieste
ro
hr
U Constanta
RavennaUURijeka
U U Sibenik
Bilbao U Marseille Genoa U
U Dubrovnik
U i
Sète U U Livorno
U Istanbul
p
Rome
e
U
U
Lisbon
Barcelona Naples U
tr
U Taranto
U
Valencia U
gr
U Piraeus
PalermoU
U Algeciras
Vigo U
rus
gional eropa
Vladivostock
+7(0)423 251 2485
U
Aberdeen
+44(0)1224 582 688
kantor regionl asia/pasifik RUChiba +81(0)50 1291 7326
Tokyo +81(0)35 410 8330
j UU
Seoul+82(0)2 716 2764
Yokohama +81(0)45 451 5585
UU
UOsaka +81(0)66 612 1004
Inchon rok
U
+82(0)32 881 9880 Pusan
+82(0)51 469 0401/0294
layah arab
Naples +39(0)81 26 50 21
kantor sub regional asia
R
U ind
Mumbai
+91(0)22 2261 6951
UVisakhapatnam
+91(0)891 2502 695
Chennai +91(0)44 2522 3539
U
Kochi U UTuticorin
+9(0)484 233 8249
+91(0)461 2326 519
Algeciras
+34(0)956 657 046
Odessa +380(0)482 429 901
Antwerp +32(0)3 224 3413
Oslo +47(0)22 825 835
Barcelona
+34(0)93 481 2766
Palermo +39(0)91 32 17 45
Bilbao +34(0)94 493 5659
Taipei
U
+886(0)2251 50302rc
U
Calcutta +91(0)332 459 7598
Taichung
U
+886(0)2658 4514
UHaldia +91(0)32 2425 2203
Kandla
+91(0)28 3622 6581 U
Bremen +49(0)421 330 3333
U Manila +63(0)2 536 82 87
U Cebu City +63(0)32 256 16 72
rp
Constanta
+40(0)241 618 587
Riga +371(0)7 073 436
Dublin +353(0)1 874 3735
Rijeka +385(0)51 325 343
Dubrovnik
+385(0)20 418 992
Rome +39(0)64 42 86 317
Gdynia +48(0)58 661 60 96
Genoa +39(0)10 25 18 675
Gothenburg
+46(0)10 480 31 21
KANTOR WILAYAH ARAB
amman
+962 (0)6 569 94 48
Hamburg
+49(0)40 2800 6811
KANTOR AFRIKA BARAT
ouagadougou
+226 (0)50 30 19 79
KANTOR REGIONAL ASIA/PASIFIK
tokyo
+81 (0)3 3798 2770
KANTOR SUB-REGIONAL ASIA
new delhi
+91 (0)11 2335 4408/7423
aus
U Townsville
+61(0)7 4771 4311
Helsingborg
+46(0)31 42 95 31
Fremantle
+61(0)8 9335 0500 U
Porsgrunn
+47(0)35 548 240
Ravenna
+39(0)54 44 23 842
Gä vle +46(0)10 480 37 62
sa
1 2495 244
Piraeus +30(0)210 411 6610
Bristol +44(0)151 427 3668
Dunkirk
+33(0)3 28 66 45 24
KANTOR REGIONAL AFRIKA
nairobi
+254 (0)20 444 80 19
Mosjøen +47(0)75 175 135
Helsinki
+358(0)9 615 202 55
Rostock
+49(0)381 670 0046
Rotterdam
+31(0)10 215 1166
St Nazaire
+33(0)2 40 22 54 62
St Petersburg
+7(0)812 718 6380
Sète +33(0)6 27 51 35 78
Sibenik +385(0)22 200 320
Stavanger +47(0)51 840 549
Stockholm
+46(0)8 791 4100
Szczecin +48(0)91 423 97 07
U Sydney +61(0)2 9267 9134
Istanbul +90(0)216 347 3771
Tallinn +372(0)6 116 390
Klaipeda +370(0)46 410 447
Melbourne
+61(0)3 9329 5477 U
Taranto +39(0)99 47 07 555
nz
Wellington
+64(0)4 801 7613 U
Le Havre
+33(0)2 35 26 63 73
Tilbury +44(0)20 8989 6677
Lisbon +351 (0)21 391 8150
Trieste +39(0)40 37 21 832
Liverpool
+44(0)151 639 8454
Turku +358(0)9 613 110
Valencia +34(0)96 367 1263
Livorno +39(0)58 68 25 251
Vigo +34(0)986 221 177
Marseille
+33(0)4 91 54 99 37
Zeebrugge +32(0)2 549 1103
4 halaman panduan bagi anda untuk menghubungi ITF
➡
Inspektur ITF
Ravenna
lGiovanni Olivieri*
Tel: +39(0)54 44 23 842
Fax: +39(0)54 45 91 852
Mobile: +39(0)335 526 8464
Email: [email protected]
Rome
lCarla Marchini
Tel: +39(0)64 42 86 317
Fax: +39(0)64 40 29 91
Mobile: +39(0)335 644 9980
Email: [email protected]
Taranto
lGianbattista Leoncini
Tel/Fax: +39(0)99 47 07 555
Mobile: +39(0)335 482 703
Email: [email protected]
Trieste
lPaolo Siligato
Tel/Fax:+39(0)40 37 21 832
Mobile: +39(0)348 445 4343
Email: [email protected]
MEXICO
Manzanillo
lHonorio Alberto Galván Aguilar
Tel: +52(0)314 332 8834
Fax: +52(0)229 931 6797
Mobile: +52(0)1 314 122 9212
Email: [email protected]
Veracruz
lEnrique Lozano
Tel/Fax: +52(0)229 932 1367 / 3023
Mobile: +52(0)1 229 161 0700
Email: [email protected]
NETHERLANDS
Rotterdam
lRuud Touwen*
Tel: +31(0)10 215 1166
Fax: +31(0)10 423 3933
Mobile: +31(0)65 331 5072
Email: [email protected]
lEd Booister
Tel: +31(0)10 215 1166
Fax: +31(0)10 423 3933
Mobile: +31(0)65 331 5073
Email: [email protected]
lDebbie Klein
Tel: +31(0)10 215 1166
Fax: +31(0)10 423 3933
Mobile: +31(0)65 318 2734
Email: [email protected]
lAswin Noordermeer
Tel: +31(0)10 215 1166
Fax: +31(0)10 423 3933
Mobile: +31(0)65 333 7522
Email: [email protected]
Manila
lRodrigo Aguinaldo
Tel: +63(0)2 536 82 87
Fax: +63(0)2 536 82 86
Mobile: +63(0)917 811 1763
Email: [email protected]
POLAND
Gdynia
lAndrzej Koscik
Tel: +48(0)58 661 60 96
Fax: +48(0)58 661 60 53
Mobile: +48(0)602 233 619
Email: [email protected]
Szczecin
lAdam Mazurkiewicz
Tel: +48(0)91 423 97 07
Fax: +48(0)91 423 93 30
Mobile: +48(0)501 539 329
Email: [email protected]
PORTUGAL
Lisbon
lJoão de Deus Gomes Pires
Tel: +351 (0)21 391 8150
Fax: +351 (0)21 391 8159
Mobile: +351 (0)91 936 4885
Email: [email protected]
Q
JAPAN
Chiba
lShigeru Fujiki
Tel: +81(0)50 1291 7326
Fax: +81(0)3 3733 2627
Mobile: +81(0)90 9826 9411
Email: [email protected]
Osaka
lMash Taguchi
Tel: +81(0)66 612 1004 / 4300
Fax: +81(0)66 612 7400
Mobile: +81(0)90 7198 6721
Email: [email protected]
Tokyo
lShoji Yamashita*
Tel: +81(0)35 410 8330
Fax: +81(0)35 410 8336
Mobile: +81(0)90 3406 3035
Email: [email protected]
Yokohama
lFusao Ohori
Tel: +81(0)45 451 5585
Fax: +81(0)45 451 5584
Mobile: +81(0)90 6949 5469
Email: [email protected]
KENYA
Mombasa
lJuma Khamis
Tel: +254(0)41 2495 244
Fax: +254(0)41 2495 117
Mobile: +254(0)721 738053
Email: [email protected]
KOREA
Inchon
lKwang-Jo Ko
Tel: +82(0)32 881 9880
Fax: +82(0)32 884 3228
Mobile: +82(0)11 440 4611
Email: [email protected]
Pusan
lSang Gi Gim
Tel: +82(0)51 469 0401 / 0294
Fax: +82(0)51 464 2762
Mobile: +82(0)11 585 2401
Email: [email protected]
lBae Jung Ho
Tel: +82(0)51 463 4828
Fax: +82(0)51 464 8423
Mobile: +82(0)11 832 4628
Email: [email protected]
Seoul
lHye Kyung Kim*
Tel: +82(0)2 716 2764
Fax: +82(0)2 702 2271
Mobile: +82(0)11 441 1232
Email: [email protected]
LATVIA
Riga
lNorbert Petrovskis
Tel: +371(0)7 073 436
Fax: +371(0)7 383 577
Mobile: +371(0)29 215 136
Email: [email protected]
LITHUANIA
Klaipeda
lAndrey Chernov
Tel/Fax: +370(0)46 410 447
Mobile: +370(0)699 28198
Email: [email protected]
NEW ZEALAND
Wellington
lKathy Whelan*
Tel: +64(0)4 801 7613
Fax: +64(0)4 384 8766
Mobile: +64(0)21 666 405
Email: [email protected]
NIGERIA
Lagos
lHenry Akinrolabu
Tel/Fax: +234(0)1 793 6150
Email: [email protected]
NORWAY
Mosjøen
lPål Aanes
Tel: +47(0)75 175 135
Fax: +47(0)75 176 558
Mobile: +47(0)48 246 633
Email: [email protected]
Oslo
lNils Pedersen*
Tel: +47(0)22 825 835 / 425 872
Fax: +47(0)22 423 056
Mobile: +47(0)90 148 487
Email: [email protected]
lAngelica Gjestrum
Tel: +47(0)22 825 824
Fax: +47(0)22 423 056
Mobile: +47(0)97 729 357
Email: [email protected]
Porsgrunn
lTruls M Hellenes
Tel: +47(0)35 548 240
Fax: +47(0)35 548 023
Mobile: +47(0)90 980 487
Email: [email protected]
Stavanger
lAage Baerheim
Tel: +47(0)51 840 549
Fax: +47(0)51 840 501
Mobile: +47(0)90 755 776
Email: [email protected]
PANAMA
Panama City
lLuis Fruto
Tel: +507(0) 264 5101
Fax: +507(0) 269 9741
Mobile: +507(0)66 178 525
Email: [email protected]
PHILIPPINES
Cebu City
lJoselito O Pedaria
Tel: +63(0)32 256 16 72
Fax: +63(0)32 253 25 31
Mobile: +63(0)920 970 0168
Email: [email protected]
PUERTO RICO
San Juan
lFelipe García-Cortijo
Tel: +1787(0)783 1755
Fax: +1787(0)273 7989
Mobile: +1787(0)410 1344
Email: [email protected]
ROMANIA
Constanta
lAdrian Mihalcioiu
Tel: +40(0)241 618 587
Fax: +40(0)241 616 915
Mobile: +40(0)722 248 828
Email: [email protected]
RUSSIA
St Petersburg
lSergey Fishov*
Tel/Fax: +7(0)812 718 6380
Mobile: +7(0)911 096 9383
Email: [email protected]
lVictor Soloviov
Tel/Fax: +7(0)812 714 9732
Mobile: +7(0)812 965 5224
Email: [email protected]
Vladivostock
lPetr Osichansky
Tel/Fax: +7(0)423 251 2485
Mobile: +7(0)423 270 6485
Email: [email protected]
SOUTH AFRICA
Cape Town
lCassiem Augustus
Tel: +27(0)21 461 9410
Fax: +27(0)21 462 1299
Mobile: +27(0)82 773 6366
Email: [email protected]
Durban
lSprite Zungu*
Tel/Fax: +27(0)31 909 1087
Mobile: +27(0)82 773 6367
Email: [email protected]
SPAIN
Algeciras
lJosé M Ortega
Tel: +34(0)956 657 046
Fax: +34(0)956 632 693
Mobile: +34(0)699 436 503
Email: [email protected]
Barcelona
lJoan Mas García
Tel: +34(0)93 481 2766
Fax: +34(0)93 298 2179
Mobile: +34(0)629 302 503
Email: [email protected]
Bilbao
lMohamed Arrachedi
Tel: +34(0)94 493 5659
Fax: +34(0)94 493 6296
Mobile: +34(0)629 419 007
Email: [email protected]
Las Palmas
lVictor Conde
Tel: +34(0)928 467 630
Fax: +34(0)928 465 547
Mobile: +34(0)676 057 807
Email: [email protected]
Valencia
lGermán Arias
Tel: +34(0)96 367 1263 / 0645
Fax: +34(0)96 367 1263
Mobile: +34(0)605 189 125
Email: [email protected]
Vigo
lLuz Baz
Tel/Fax: +34(0)986 221 177
Mobile: +34(0)660 682 164
Email: [email protected]
SWEDEN
Gä vle
lPeter Lövkvist
Tel: +46(0)10 480 37 62
Fax: +46(0)87 23 18 03
Mobile: +46(0)70 626 77 89
Email: [email protected]
Gothenburg
lGöran Nilsson
Tel: +46(0)10 480 31 21
Fax: +46(0)31 13 56 77
Mobile: +46(0)76 100 65 12
Email: [email protected]
lGöran Larsson
Tel: +46(0)10 480 31 14
Fax: +46(0)31 13 56 77
Mobile: +46(0)70 626 77 88
Email: [email protected]
Helsingborg
lSven Save
Tel: +46(0)31 42 95 31
Fax: +46(0)42 37 43 45
Mobile: +46(0)70 57 49 713
Email: [email protected]
Stockholm
lCarl Tauson*
Tel: +46(0)8 791 4100
Fax: +46(0)8 212 595
Mobile: +46(0)70 59 26 896
Email: [email protected]
lAnnica Barning
Tel: +46(0)8 454 8405
Fax: +46(0)8 411 6940
Mobile: +46(0)70 57 49 714
Email: [email protected]
TAIWAN
Taichung
lSanders Chang
Tel: +886(0)2658 4514
Fax: +886(0)2658 4517
Mobile: +886(0)955 415 705
Email: [email protected]
Taipei
lHuang Yu-Sheng*
Tel: +886(0)2251 50302
Fax: +886(0)2250 61046 / 78211
Mobile: +886(0)933 906 398
Email: [email protected]
TURKEY
Istanbul
lMuzaffer Civelek
Tel: +90(0)216 347 3771
Fax: +90(0)216 347 4991
Mobile: +90(0)535 663 3124
Email: [email protected]
UKRAINE
Odessa
lNataliya Yefrimenko
Tel: +380(0)482 429 901 / 902
Fax: +380(0)482 429 906
Mobile: +380(0)503 366 792
Email: [email protected]
UNITED KINGDOM
Aberdeen
lNorrie McVicar*
Tel: +44(0)1224 582 688
Fax: +44(0)1224 584 165
Mobile: +44(0)7768 652 257
Email: [email protected]
lNeil Keith
Tel: +44(0)1224 582 688
Fax: +44(0)1224 584 165
Mobile: +44(0)7748 841 939
Email: [email protected]
Bristol
lBill Anderson
Tel/Fax: +44(0)151 427 3668
Mobile: +44(0)7876 794 914
Email: [email protected]
Liverpool
lTommy Molloy
Tel: +44(0)151 639 8454
Fax: +44(0)151 346 8801
Mobile: +44(0)7764 182 768
Email: [email protected]
Tilbury
lChris Jones
Tel: +44(0)20 8989 6677
Fax: +44(0)20 8530 1015
Mobile: +44(0)7921 022 600
Email: [email protected]
UNITED STATES
Baltimore
lArthur Petitpas
Tel: +1(0)410 882 3977
Fax: +1(0)410 882 1976
Mobile: +1(0)443 562 3110
Email: [email protected]
Houston
lShwe Tun Aung
Tel: +1(0)713 659 5152
Fax: +1(0)713 650 8629
Mobile: +1(0)713 447 0438
Email: [email protected]
Los Angeles
lStefan Mueller-Dombois
Tel: +1(0)562 493 8714
Fax: +1(0)562 493 7190
Mobile: +1(0)562 673 9786
Email: [email protected]
Miami
lHans Saurenmann
Tel: +1(0)321 783 8876
Fax: +1(0)321 783 2821
Mobile: +1(0)305 360 3279
Email: [email protected]
Morehead City
lTony Sacco
Tel/Fax: +1(0)252 726 9796
Mobile: +1(0)252 646 2093
Email: [email protected]
New Orleans
lDwayne Boudreaux*
Tel: +1(0)504 581 3196 (ext 7)
Fax: +1(0)504 568 9996
Mobile: +1(0)504 442 1556
Email: [email protected]
New York
lEnrico Esopa*
Tel: +1(0)718 832 6600 (ext 240)
Fax: +1(0)718 832 8870
Mobile: +1(0)201 417 2805
Email: [email protected]
Portland
lMartin Larson
Fax: +1(0)503 286 1223
Mobile: +1(0)503 347 7775
Email: [email protected]
Puerto Rico
See separate listing for Puerto Rico
Seattle
lLila Smith
Tel: +1(0)206 533 0995
Fax: +1(0)206 533 0996
Mobile: +1(0)206 818 1195
Email: [email protected]
lJeff Engels*
Tel: +1(0)206 633 1614
Fax: +1(0)206 675 1614
Mobile: +1(0)206 331 2134
Email: [email protected]
Tampa
lTony Sasso
Tel: +1(0)321 784 0686
Fax: +1(0)321 784 0522
Mobile: +1(0)321 258 8217
Email: [email protected]
*Sebagai Koordinator ITF
ANTIGUA AND BARBUDA
BAHAMAS
BARBADOS
BELIZE
BERMUDA
BOLIVIA
BURMA/MYANMAR
CAMBODIA
CAYMAN ISLANDS
COMOROS
CYPRUS
EQUATORIAL GUINEA
FRANCE (second register)
GEORGIA
GERMANY (second register)
LEBANON
LIBERIA
GIBRALTAR
HONDURAS
MALTA
MARSHALL ISLANDS
JAMAICA
Bendera Kemudahan
MAURITIUS
MONGOLIA
NETHERLANDS ANTILLES
NORTH KOREA
PANAMA
SÃO TOMÉ & PRÍ NCIPE
SRI LANKA
ST. VINCENT & THE GRENADINES
TONGA
VANUATU
Ini adalah bendera-bendera kebangsaan kapal yang oleh
Federasi Buruh Internasional disebut BENDERA KEMUDAHAN
Sebagai tambahan, ada negara-negara tertentu tempat pendaftaran kapal yang melaksanakan pendaftaran dari kapal ke kapal yang beroperasi dibawah bendera kemudahan.
KANTOR ITF, 49-60 BOROUGH ROAD, LONDON SE1 1DR TEL: +44 (0)20 7403 2733 FAX: +44 (0)20 7357 7871 EMAIL: [email protected] INTERNET: WWW.ITFGLOBAL.ORG
Armada kapal se-dunia
35 negara bendera kapal ranking atas
(ranking berdasarkan tonase,
1 Januari 2008)
Jumlah
kapal
(diatas 1o0gt)
35 negara pemilik kapal rangking atas
Gross tonase GT (m)
(jutaan)
1Januari
2007
Usia
rata-rata
kapal
(berdasarkan tonase
1 Januari 2008)
Jumlah
kapal
(diatas 1,000gt)
Gross
Tonase
(jutaan)
Usia
rata-rata
(kapal)
1
Panama*
7,605
168.2
155.0
19
1
Japan
3,526
110.0
9
2
Liberia*
2,171
76.6
68.4
12
2
Greece
3,121
103.3
16
3
Bahamas*
1,430
43.7
40.8
15
3
Germany
3,223
69.2
8
4
Singapore
2,257
36.3
32.2
10
4
China
3,317
54.3
20
5
Marshall Islands*
1,099
36.0
32.8
10
5
United States
1,760
35.4
18
6
Hong Kong (China)
1,242
35.8
32.7
12
6
Norway
1,825
33.7
15
7
Greece
1,478
35.7
32.0
22
7
South Korea
1,136
23.5
17
8
Malta*
1,421
27.8
24.8
16
8
Denmark
856
21.2
12
9
China
3,799
24.9
23.5
23
9
Hong Kong (China)
650
20.1
12
10 Cyprus*
985
19.0
19.0
14
10
United Kingdom
865
20.1
13
11
598
14.7
14.8
16
11
Singapore
869
17.7
15
12 United Kingdom
1,637
13.4
12.1
20
12
Taiwan
589
17.5
13
13 South Korea
2,946
13.1
10.5
25
13
Italy
771
14.3
16
14 Italy
1,564
13.0
12.6
22
14
Russia
2,129
13.8
24
Norway (NIS second register)
15 Germany
885
12.9
11.4
21
15
Canada
418
12.1
21
16 Japan
6,519
12.8
12.8
15
16
India
538
9.7
17
17 United States
6,416
11.3
11.1
26
17
Malaysia
393
8.9
16
152
9.2
8.4
12
18
Turkey
1,024
8.5
19
18 Bermuda* (United Kingdom)
19 India
1,417
9.2
8.4
18
19
Belgium
234
7.3
14
435
9.0
8.2
17
20
Saudi Arabia
165
7.3
15
21 Antigua and Barbuda*
1,130
8.6
7.9
11
21
Sweden
364
7.1
14
22 Russia
3,481
7.6
8.0
24
22
United Arab Emirates
425
6.5
21
23 Malaysia
1,151
7.0
6.4
16
23
France
358
6.4
11
24 Netherlands
1,258
6.1
5.8
17
24
Netherlands
755
6.2
13
25 St Vincent*
1,048
5.9
6.1
25
25
Iran
179
5.9
16
26 Indonesia
4,469
5.7
5.3
21
26
Indonesia
850
5.3
23
27 Philippines
1,840
5.1
5.1
28
27
Spain
377
3.5
17
28 Turkey
1,252
5.0
4.8
25
28
Kuwait
69
3.4
16
572
4.0
3.9
32
29
Switzerland
161
2.9
15
20 Denmark (DIS second register)
29 Sweden
30 Iran
508
3.6
5.2
22
30
Thailand
342
2.7
23
1,490
3.4
3.4
26
31
Brazil
143
2.5
22
32 Thailand
858
2.8
2.9
26
32
Ukraine
469
2.3
25
33 Canada
927
2.8
2.8
31
33
Finland
140
2.1
17
34 Taiwan
629
2.7
2.8
26
34
Israel
72
2.0
18
35 Kuwait
212
2.4
2.2
24
35
Monaco
73
1.9
17
97,504
774.9
721.9
22
41,184
756.1
22
31 Norway
Total armada dunia
Sumber: Lloyd’s Register of Shipping. * Tercatat sebagai bendera kemudahan
26
Buletin Pelaut ITF 2009
Total armada dunia
Sumber: Lloyd’s Register of Shipping
www.itfseafarers.org
Sekitar 1200 pelaut
Birma yang tidak
memiliki dokumen
berada di Pulau Tual,
Indonesia. Banyak
di antara mereka
yang melarikan diri
dari kekerasan luar
biasa.
“ Dia dihadapkan dengan
pilihan yang sulit: tetap
berada di kapal ikan dan
mati, atau kabur dari
kapal ketika berlabuh di
Tual.”
www.itfseafarers.org
Pembunuhan di laut
D
ari udara, Pulau Tual nampak sangat
indah menawan. Pohon kelapa yang
melambai-lambai dan pantai laksana
mutiara-putih dan berpadu dengan biru laut
teduh dari Laut Banda, belahan timur
Indonesia. Namun bagi ratusan Pelaut Birma,
yang terperangkap disana, Tual adalah
laksana penjara.
Dari temuan terakhir misi ITF ke pulau
tersebut, kemungkinan sekira 700 hingga
1200 pelaut tidak berdokumen yang
melarikan diri dari Birma berada di Tual dan
pulau-pulau sekitarnya, yang terletak hampir
3.000 kilometer sebelah timur Jakarta,
ibukota Indonesia.
Mereka kabur dari pembunuhan ditengah
laut dan kondisi kerja yang brutal untuk
mencari selamat di Indonesia, namun mereka
tetap hidup dalam ketakutan akan ditangkap
dan dideportasi kembali ke Thailand atau ke
diktator militer di kampung halaman mereka.
Banyak dari pelaut yang ditelantarkan,
antara lain Soe Min dan temannya Saing
Winna, begitu berhati-hati dalam
mendapatkan makanan atau bertani di
pedalaman hutan dari pulau tersebut.
Bagi mereka, pulau yang terpencil, tidak
terlalu dikenal, ribuan kilometer dari tanah
air mereka-yang diperintah oleh militer,
bukanlah surga.
"Kami tinggal di sini karena kami tidak
punya pilihan. Kami tidak ingin tinggal di
negara lain. Semua orang ingin kembali ke
kampung halaman”, kata Winna.
"Orang-orang Birma disini sudah
mendapat banyak masalah," kata Min.
"Tidak masalah kecil, tetapi masalah besar.
Mereka merindukan Birma dan menghadapi
banyak kesulitan. Saya telah melihat orangorang begitu putus asa, tertawa dan
menangis, di depan saya. Ini adalah cara
mereka mengungkapkan perasaannya”.
DAVID BROWNE melaporkan
kekejaman yang tiada taranya
yang dialami oleh para Pelaut
Birma.
Soe Min, yang mengatakan dia dihadapkan
dengan pilihan yang sulit: tetap berada di
kapal dan mati, atau kabur dari kapal ketika
berlabuh di Tual, telah tampil sebagai
pemimpin dari para pelaut yang diasingkan
tersebut; dikuatkan dengan perkawinannya
dengan Popi, seorang wanita setempat yang
memiliki rumah kecil diujung sebuah desa.
Kebrutalan di atas kapal
Kami bertemu Min dan delapan pelaut Birma
lainnya di sebuah hutan tempat
persembunyian mereka.
Berusia 33, dengan tinggi sedang, dan
nampak kuat, dia desersi dari ketentaraan di
Burma dan melarikan diri dari negara
tersebut setelah dia diperintahkan untuk
melakukan pembunuhan masal terhadap
penduduk desa yang tidak berdosa.
"Bila kita memasuki desa, anda dapat
pastikan bahwa desa tersebut akan
mendapatkan masalah," katanya.
"Ada yang berkelahi dan menembak.
Komandan memerintahkan kami untuk
membunuh setiap orang di desa dan
membakarnya. Kita harus mengikuti
perintah-perintahnya. Beberapa orang tidak
tahu apa-apa. Pernah ada beberapa anak
laki-laki yang berusia 15 tahunan. Kami
membunuh mereka semua”.
Tetapi di laut, yang bekerja secara ilegal di
atas kapal Thailand, dengan dokumen palsu
Thailand dan janji-janji upah, Min memasuki
sebuah dunia yang sama brutalnya dengan
➡
Buletin Pelaut ITF 2009
27
Pelaut perikanan
Pemimpin Serikat
Pekerja Aung Thu Ya
(kiri): " Jelas bahwa ini
adalah kejahatan. "
SoeMin (kanan): yang
temannya dipukuli
sampai mati.
Saing Winna (ujung
kanan): dijual ke
perbudakan.
➡
Pembunuhan di laut
yang dia telah lari darinya.
Dia ingat pembunuhan terhadap seorang
temannya di laut.
"Sejak kami meninggalkan Thailand teman
saya mabuk laut, dan ia belum terbiasa
dengan pekerjaan. Nakhoda tidak
menyukainya sama sekali. Teman saya tidak
dapat berbicara bahasa Thailand, sehingga
tidak memahami yang dikatakan oleh
Nakhoda”.
"Air mulai menggenangi geladak dan
seekor cumi-cumi terjatuh keluar dari
keranjang. Nakhoda berteriak agar ia
mengambilnya, tetapi dia tidak mengerti.
Kemudian, cumi-cumi jatuh keluar kapal”.
"Nakhoda turun dan memukul dia dengan
sebuah pipa. Teman saya mengangkat
tangannya ketika pukulan pertama
menghantam sehingga kedua tanggannya
patah. Pukulan yang kedua mematahkan
tulang punggungnya”.
”Kemudian dia memukul bagian belakang
kepalanya. Ia terjatuh di geladak. Ada
beberapa pekerja Thailand di dekatnya.
Nakhoda menjatuhkan pipa, mencuci
tangannya dan kembali ke ruang kemudi. Dia
memerintahkan orang-orangnya untuk
menceburkannya ke laut. Kami lihat dia
masih hidup”.
"Ketika ia kembali ke ruang kemudi,
Nakhoda mengambil pengeras suara dan
memberi peringatan pada semua orang:
"Kalian lihat apa? Kembali ke tempat kerja.
Jika kamu ingin jadi seperti dia, maka
bertingkahlah seperti dia! ".
Soe Min juga menyaksikan pembunuhan
28
Buletin Pelaut ITF 2009
mengerikan lainnya yang dilakukan oleh
Nakhoda Thailand.
"Seseorang buang air besar di samping
kapal”, katanya. "Beberapa awak
melaporkan hal tersebut kepada nakhoda.
Nakhoda turun, melihat sekitar, mengambil
sebuah pipa, kemudian dia pukulkan sekali
ke orang tersebut. Kami melihat dia dipukul.
Tetapi kami tidak melihat di bagian mana dia
dipukul. Badannya langsung terjatuh ke
laut”.
"Setelah kejadian itu, pada saat sibuk,
semua orang takut untuk buang air besar
atau kencing. Beberapa orang terpaksa
buang air dicelana dengan terus bekerja. "
Saing Winna, berusia 45, adalah bujang
dan hidup sebatangkara di Tual. Dia dari
suku Chin etnis minoritas Birma, yang
dikenal dengan kisahnya sebagai pejuang di
hutan bersama tentara sekutu melawan
pasukan Jepang pada Perang Dunia II, ia
melarikan diri dari razia polisi dan imigrasi
dengan bersembunyi di dalam hutan.
"Saya pikir kami orang perahu dari Birma
mati seperti anjing dan babi. Saya dijual
sebagai budak oleh calo, yang mengoper
saya dari satu tempat ke tempat lain. Pada
akhirnya, saya dijual ke perusahaan
penangkapan ikan di Mahachai, dekat
Bangkok”, katanya.
"Ketika saya berada di sebuah kapal
Thailand seorang koki Thailand memukul
salah satu orang Birma dengan batangan
besi di depan mata saya. Nakhoda kemudian
bertanya apakah orang tersebut telah mati
atau belum. Saya bilang kepadanya: "Dia
belum meninggal, biarkan saya bersamanya,
saya akan merawatnya”.
"Orang tersebut dipukul di bagian
belakang kepalanya hingga otaknya keluar.
Saya rengkuh dia. Sejam kemudian dia
meninggal; orang muda tersebut meninggal
sejam kemudian.
"Kami tidak dapat kembali ke Birma, kami
tidak memiliki kontak hubungan. Bila kami
memiliki kontak kami tidak memiliki uang.
Kami telah mendapat banyak kesulitan di
Birma, sehingga kami tidak dapat kembali”.
Diaspora Orang Burma
Para pelaut yang terdampar di Tual adalah
bagian dari 3 juta orang Birma yang
merupakan diaspora besar, lari dari 60 tahun
perang saudara, sejak tahun 1960-an, sebuah
suksesi ke rezim militer yang brutal di tanah
air. ITF memperkirakan terdapat lebih dari
250.000 pelaut perikanan Birma bermigrasi,
termasuk pekerja perempuan ditempattempat pengolahan ikan, dalam milaran dolar
industri perikanan Thailand yang berorientasi
ekspor. Tetapi hanya 70.000 yang terdaftar
legal.
Seperti Saing Winna, mayoritas pekerja
telah diperdagangkan ke seluruh perbatasan
Thailand- Birma yang mudah dilewati dan
dijual dari agen ke agen dalam genggaman
Mafia Perikanan Thailand.
Setelah berada di atas kapal ikan Thailand,
mereka diberikan dokumen palsu Thailand,
dan bekerja membanting tulang selama 14
hingga 20 jam per-shif dengan bayaranUS$ 50
sebulan.
Yang beruntung bisa mendapatkan bayaran
US$ 9,000 sebagai bonus di akhir kontrak,
tetapi hanya setelah tiga sampai lima tahun
pelayaran.
Pemimpin dalam pengasingan dari Serikat
Pekerja Pelaut Birma yang berafiliasi ke ITF,
Aung Thu Ya, yang berbasis di Bangkok,
mendampingi kami dalam kunjungan ke Pulau
Tual.
Ia berkata: "Nakhoda maupun Skipper
www.itfseafarers.org
Pelaut perikanan
Bagaimana situasi di
Burma?
Diktator militer Birma telah
memerintah selama
beberapa dekade. Ini adalah
salah satu pelanggaran
terburuk terhadap HAM dan
hak-hak serikat pekerja di
dunia. Tidak hanya kerja
paksa dan tindakan
sewenang-wenang terhadap
manusia dan serikat pekerja
yang serius dan dalam skala
besar, lebih dari itu, tidak
ada kebebasan berserikat
dan tidak ada demokrasi.
Sumber: ITUC
Mengapa buruh migran
rentan?
Banyak Pelaut perikanan
dari Birma bekerja di
Thailand, untuk melepaskan
diri dari situasi yang
dijelaskan di atas. Buruh
migran ini sangat rentan
terhadap eksploitasi,
khususnya pemerasan dan
kekerasan fisik, di tangan
penyelundup, pengusaha,
atau polisi setempat.
Banyak pekerja tidak
dibayar dengan upah
minimum, dan tergantung
pada kebaikan majikan
mereka.
Apakah ITF lakukan untuk
membantu pelaut
perikanan Birma?
ITF Fisheries Section
Committee mengadopsi
sebuah resolusi pada bulan
April 2007 yang terkait
dengan kematian
mengerikan 39 pelaut
perikanan Birma yang
bekerja di kapal ikan
Thailand telah melakukan kekejaman diluar
kemanusiaan terhadap para pelaut Birma.
Kekejaman tersebut tidak hanya ditujukan
terhadap individu tetapi juga kelompokkelompok kami.
"Situasi ekonomi negara kami saat ini
sangat miskin dan lebih rendah daripada
Thailand.
Itulah mengapa orang Birma direndahkan
dan dieksploitasi.
Mereka memperlakukan kami orang
perahu Burma dengan cara tidak adil dan
kasar. Mereka menyiksa pelaut kami tetapi
kekayaan dan kemakmuran mereka
tergantung pada kami”.
Kesatuan Pelaut Indonesia yang berafiliasi
dengan ITF, kini sedang menyelidiki keadaan
buruk dari para pelaut Birma yang
ditelantarkan di Tual.
Melly Passal, Petugas Penghubung KPI di
Pulau Tual, berkata: "KPI bekerja sangat
keras untuk memantau situasi ini. Kami
mendapatkan data dan informasi dari
Syahbandar, kemudian kami menghubungi
imigrasi, pemilik kapal dan pengusaha dan
bilang ke mereka untuk menghentikan
intimidasi, pemukulan dan kejahatan
kriminal di laut. Kami pelaut, mereka juga
pelaut”.
"Ini jelas merupakan tindak pidana, karena
tidak seorangpun boleh membunuh orang
lain. Dia harus berpikir bahwa dia manusia
dan saya juga manusia. Kita harus dapat
hidup bersama. Jika seorang manusia
melakukan pembunuhan terhadap manusia
lain, itu melanggar hukum: hukum Indonesia
dan hukum internasional. Sama saja”.
Otoritas yang berwenang di Indonesia
sedikit demi sedikit mulai menyadari
kekejaman yang diderita oleh para pelaut
perikanan Birma yang bekerja di kapal
www.itfseafarers.org
Thailand di perairan
Indonesia. Komite
mendesak pemerintah
Indonesia untuk mengambil
tindakan untuk mencegah
perbuatan jahat melanggar
HAM yang mencengangkan
di perairan Indonesia dan
meminta otoritas Thailand
untuk memberikan sanksi
yang tepat terhadap warga
negara yang terlibat dalam
eksploitasi kejam terhadap
buruh migran.
ITF telah mulai dengan
proyek tiga tahun untuk
pengorganisasian di Asia
timur jauh yang disponsori
oleh yayasan FES pada
2008. Proyek ini berfokus
pada pelaut perikanan
Filipina, Indonesia dan
Birma yang ada di Thailand,
dengan tujuan untuk
Thailand. Johannes Saija, pejabat kepala
imigrasi di Tual, berkata kepada ITF: "Pada
mulanya, ketika mereka pertama kali datang
ke sini, apakah mereka Birma, Kamboja, India
atau Thailand, mereka semua berdokumen
Thailand.
"Karena kekerasan yang mereka derita di
tangan bos kapal, mereka tidak ingin kembali
ke kapal. Jadi, mereka turun di Tual dan
membuat masalah sehingga masyarakat
setempat melaporkannya ke kantor imigrasi
dan kami menangkap dan mendeportasi
mereka”.
"Kami merasa kasihan pada mereka.
Beberapa ada pula yang tinggal di hutan; ada
yang tinggal bersama masyarakat setempat.
Sulit bagi mereka untuk mendapatkan
makanan, sehingga lebih baik bagi mereka
jika imigrasi mengambil dan membawa
mereka kekantor ini dan mengirim mereka
pulang ke negara mereka”.
Sel tahanan imigrasi
Walaupun kantornya besar, Kantor Imigrasi
Tual hanya memiliki dana dan fasilitas untuk
menahan dua belas tahanan pada waktu
tertentu. Dan, lebih ironisnya, departemen
tersebut mengandalkan bos-bos kapal
Thailand yang niat baiknya diragukan, untuk
mendeportasi mereka ke Thailand, yang
hanya memperbarui siklus balas dendam.
Diwawancarai di sel tahanan imigrasi Tual,
Phyoe Maung Maung, berusia 24, dia berkata
bahwa dia melompat dari kapal dan
bersembunyi di Tual selama empat bulan
sebelum ditangkap.
"Kami akan kembali kapal Thailand. Kami
tidak bisa membayangkan masalah apa yang
mungkin kami hadapi, " katanya.
Rekan sesama tahanan Birma lainnya, Ko
meningkatkan kondisi kerja
dan kehidupan para
penangkap ikan di kawasan
ini.
ITF Fiseheries Section dan
afiliasinya lebih lanjut
mencoba untuk meyakinkan
masyarakat internasional
untuk membantu upaya ini.
Mereka juga bekerja melalui
ITF Seafarers' Turst dengan
organisasi kesejahteraan
yang relevan dalam
mengembangkan proyekproyek yang tepat yang
dapat membantu pelaut
perikanan Birma.
ITF kawasan Asia / Pasifik
telah menyelenggarakan
beberapa kegiatan dalam
beberapa tahun terakhir di
Thailand untuk memperbaiki
kondisi kerja dan kehidupan
dari buruh migran Birma.
Yasha itu jelas stres berat memikirkan dirinya
akan terpaksa harus terpisah dari istri yang
orang setempat serta dua anak
perempuannya yang masih kecil.
"Salah satunya berumur dua tahun, yang
satunya lagi bahkan baru setahun lebih
sedikit. Saya harus menyekolahkan mereka
sedangkan istri saya tidak memiliki
pekerjaan. Saya satu-satunya pencari
nafkah”, ia menghiba. "Saya merasa begitu
sedih untuk anak-anak. Saya akan kembali
jika mereka tidak menangkap saya lagi. Kami
tidak tahu apakah mereka akan memukuli
kami, menendang kami, atau membunuh
kami di laut. Kami akan beruntung jika tiba
masih dalam keadaan utuh”.
● David Browne adalah wartawan freelance
dan reporter yang melakukan investigasi.
” Kami tidak tahu apakah
mereka akan memukuli
kami, menendang kami,
atau membunuh kami di
laut. Kami akan
beruntung jika tiba
masih dalam keadaan
utuh.”
Buletin Pelaut ITF 2009
29
Federasi Buruh Transport Internasional
Anda butuh bantuan?
Jika ya, kirimkan fax ini kepada kami …
Kepada : ITF Actions Team, Maritime Operations Department (fax:+44 20 7940 9285 atau +44 20 7357 7871)
Hal
: Mohon bantuan
Data-data anda/Your details
Nama lengkap/Your name (will be treated in confidence)
Tel/HP/Your contact number(s)
Posisi dikapal (contohnya: AB)
Kewarganegaraan
Your position on board (for example, AB)
Your nationality
Data-data kapal/Details of the ship
Nama kapal/Ship name
Type kapal/Type of ship
Bendera/Flag
Nomer IMO/IMO number
Lokasi terakhir kapal/Current location of the ship
Pelabuhan tujuan + ETA/Next port of call + ETA
Jumlah & Kewarganegaraan awak kapal
Number of crew/nationalities
Jenis & jumlah muatan
Type of cargo/quantity on board
Nama pemilik/operator kapal
Name of shipowner/operator
Apa masalahnya?/What is the problem?
Uraikan masalah anda dengan jelas
Describe the problem (giving as much detail as possible)
Berapa lama masalah ini sudah anda alami?
How long have you been experiencing this problem?
Apakah anda pernah mengalami masalah yang sama? (tolong jelaskan)
Are there others experiencing similar problems on board? (Please give details)
Sudah berapa lama anda dikapal?
How long have you been on board this ship?
Bantuan apa yang anda inginkan? (contohnya : gaji yang belum terbayar, pemulangan dll)
What kind of help are you looking for? (for example, recovery of wages, repatriation etc)
Patrice Terraz
Hati-hati sebelum tandatangan kontrak :
saran dari ITF apabila akan bekerja dilaut.
Q
Jaminan terbaik bagi kejelasan kondisi kerja dilaut semata-mata hanya dengan menandatangani kontrak sesuai
perjanjian kolektif ITF. Apabila tidak bisa, maka berikut ini adalah langkah-langkah yang perlu diperhatikan.
Jangan bekerja disuatu kapal tanpa
kontrak tertulis.
A
A
Jangan pernah menandatangani blanko
kontrak kosong atau suatu kontrak
yang nantinya akan mengikat anda dengan
ketentuan-ketentuan dan persyaratanpersyaratan yang tidak lazim atau tidak
dimengerti oleh anda.
Periksalah apakah kontrak yang anda
tandatangani telah sesuai dengan PKB.
Jika ya, pastikan bahwa anda mengetahui
dengan jelas ketentuan-ketentuan dari PKB,
dan simpanlah sebuah salinannya bersama
dengan kontrak anda.
A
A
A
Pastikan bahwa masa kontrak anda
telah tercantum dengan jelas.
Jangan menandatangani suatu kontrak
yang dapat memberikan kewenangan
kepada pemilik kapal untuk merubahnya
secara sepihak selagi anda masih terikat
dengan kontrak yang lama. Apapun yang
telah disetujui dalam kontrak hanya dapat
dirubah dengan persetujuan bersama.
Harus selalu memastikan bahwa
kontrak tersebut dengan jelas
menyatakan upah pokok yang menjadi hak
anda dan pastikan pula bahwa dasar jam
kerja anda ditulis dengan jelas (misalnya 40,
44 atau 48 jam per minggu). ILO menyatakan
bahwa jam kerja dasar harus maksimum 48
jam per minggu (208 jam per bulan).
A
www.itfseafarers.org
Pastikan bahwa kontrak yang
ditandatangani dengan jelas mengatur
tentang waktu lembur yang dibayarkan dan
berapa nilainya. Bisa saja jumlah pembayaran
lembur yang dihitung per-jamnya secara
keseluruhan lebih besar dari upah pokok
anda. Atau mungkin ada pembayaran lembur
tetap sebagai suatu jaminan lembur bulanan,
dalam hal ini maka besarnya untuk jam kerja
yang dilaksanakan melampaui waktu lembur
yang telah dijamin, harus dengan jelas
dinyatakan. ILO menetapkan bahwa semua
jam kerja lembur harus dibayar minimum 1,25x
pembayaran normal per-jamnya.
A
Pastikan bahwa kontrak anda dengan
jelas menyatakan berapa jumlah hari
cuti yang dibayarkan yang harus anda terima
setiap bulan. ILO menetukan pembayaran hari
cuti tidak boleh kurang dari 30 hari per-tahun
(2,5 hari per-bulan kalender).
A
Pastikan bahwa pembayaran upah
pokok, lembur dan cuti tertera dengan
jelas dan terperinci dalam kontrak.
A
A
Jangan menandatangani kontrak yang
memungkinkan pemilik kapal
menahan atau menerima sebagian dari upah
anda selama masa kontrak. Anda berhak
sepenuhnya atas pembayaran upah yang
diperoleh pada setiap akhir bulan kalender.
A
Sadarilah bahwa setiap kontrak
pekerjaan tidak selalu mencantumkan
rincian tunjangan tambahan. Karena itu anda
harus mencoba untuk mendapatkan
konfirmasi/kepastian (lebih baik dalam
perjanjian tertulis atau hak kontrak) tentang
besarnya kompensasi yang dibayarkan
kepada anda apabila:
• Sakit atau kecelakaan selama masa
kontrak
• Meninggal dunia (jumlah yang harus
dibayarkan kepada ahli waris)
• Tenggelamnya kapal
• Kehilangan barang pribadi akibat
tenggelamnya kapal.
• PHK sebelum selesai kontrak.
A
Jangan pernah menandatangani kontrak
yang menyatakan bahwa anda
bertanggung jawab atas sebagian/seluruh
biaya penempatan atau pemulangan anda.
Pastikan bahwa anda diberi dan
menerima sebuah salinan kontrak yang
anda tandatangani.
Jangan menandatangani kontrak yang
memungkinkan pemilik kapal menahan
atau menerima sebagian dari upah anda
selama masa kontrak. Anda berhak
sepenuhnya atas pembayaran upah yang
diperoleh pada setiap akhir bulan kalender.
Ingat …apapun ketentuan dan
persyaratanya sebuah
kontrak/perjanjian yang secara suka rela
anda setujui, secara hukum akan dianggap
sah dan mengikat.
A
A
A
ITF Seafarers’ Bulletin 2009
31
Kriminalisasi Pelaut
C
aptain Jasprit Chawla dan Mualim-I
Syam Chetan mengalami sebuah tahun
yang menyedihkan diukur dengan
standar siapapun. Kedua perwira tersebut
ditahan di Korea sejak Desember 2007,
setelah terjadinya tumpahan minyak yang
secara umum dipahami bahwa itu bukan
kesalahan mereka. Mereka tidak bersalah,
dibebaskan, dan kemudian kembali ditahan
sambil menunggu tuntutan banding. Tuntutan
yang kedua ini, menyatakan bahwa keduanya
dinyatakan bersalah. Meskipun mendapat
kecaman secara luas, otoritas Korea tetap
menahan kedua perwira tersebut dan
memisahkan mereka dari keluarga mereka.
Kampanye untuk membebaskan kedua
perwira ini telah membuat ITF dan kalangan
pelayaran bekerja sama pada tingkat yang
belum pernah terjadi sebelumnya.
Perusahaan yang mempekerjakan kedua
perwira tersebut, V Ships, terus mendukung
mereka sepanjang berlangsungnya cobaan
ini. ITF, institusi pelayaran dan serikat pekerja
pelaut India semuanya menentang putusan
yang ditetapkan oleh pengadilan Korea.
Banyak aktivis serikat pekerja dan lainnya
telah meluncurkan protes, termasuk satu blog
yang mengungkapkan kemuakan, dan satu
video YouTube yang menunjukkan peristiwa
tubrukan kapal tersebut dengan penjelasan
tentang tuduhan yang menggelikan terhadap
kedua laki-laki ini.
Tindakan ITF dan kalangan pelayaran
akhirnya memberikan tekanan pada
pemerintah Korea untuk membebaskan kedua
Hebei ini dengan jaminan pada bulan Januari
tahun ini, sementara menunggu hakim
pengadilan tertinggi menentukan nasib
mereka. Pada saat berita ini masuk cetak,
putusan belum dikeluarkan dan ITF masih
terus berkampanye untuk ke-dua-nya agar
diperbolehkan pulang. Berikut adalah kisah
lengkapnya.
15 bulan di neraka
7 Desember 2007: Sebuah Crane Barge yang
sedang ditarik Tug Boat milik Samsung Heavy
Industries collided bertubrukan dengan VLCC
Hebei Spirit akibat putusnya tali toing. Tidak
ada korban yang dilaporkan, namun tabrakan
tersebut telah melubangi tiga dari lima tangki
yang ada di VLCC dan mengakibatkan
bocornya sekira 10.800 ton minyak. Dua
perwira Hebei Spirit ditahan di Korea, sambil
menunggu persidangan.
24 Juni 2008: Persidangan menyimpulkan
bahwa para perwira Hebei Spirit tidak
bersalah, sebagaimana para personil kapal
tongkang. Nakhoda dari dua Tug Boat
dinyatakan bersalah. Samsung Heavy
Industries juga didenda. Meskipun
dibebaskan dari tuduhan, baik Nakhoda
maupun Mualim-I tetap ditahan di Korea,
karena jaksa memohon banding terhadap
putusan tersebut, sehingga kasusnya
32
Buletin Pelaut ITF 2009
Dukungan
kepada dua
Hebei
ITF dan kalangan pelayaran telah bekerja sama untuk
mengeluarkan dua kru Hebei dari penjara, namun
kampanye belum selesai, kata NICHOLA SMITH.
diteruskan hingga ke pengadilan tingkat
berikutnya.
7 Juli 2008: ITF memohon kepada pihak
berwenang Korea Selatan untuk
membolehkan ke-dua-nya pulang. Didukung
oleh V-Ships, kedua laki-laki tersebut memberi
jaminan bahwa mereka akan kembali untuk
persidangan berikutnya.
ITF Maritime Coordinator, Stephen Cotton,
berkata: "Captain Chawla dan Mualim-I
Chetan meminta agar bisa pulang. Kami tidak
dapat melihat adanya alasan untuk tidak
memperbolehkan mereka pulang”.
ITF bekerjasama dengan lembaga pelayaran
lainnya, termasuk Bimco, International
Chamber of Shipping, International Shipping
Federation, Intercargo, Intertanko,
Internasional Group of P & I Clubs dan Asosiasi
Pemilik Kapal Hong Kong, memrotes dengan
keras.
Mereka mengeluarkan pernyataan bersama
yang isinya menyatakan keterkejutan dan
keprihatinan besar mereka terkait berita
tentang putusan pengadilan Korea, dan
menyebutnya "tidak tepat, tidak masuk akal
dan bertentangan dengan HAM kedua laki-laki
tersebut", sehingga jelas bahwa mereka akan
terus kampanye untuk pelepasan kedua
perwira ini. Hal tersebut merupakan sebuah
langkah yang tidak biasa bagi institusi
pelayaran karena biasanya mereka menjauh
dari hal-hal seperti itu, tidak ingin mencampuri
kedaulatan negara.
Juli-November 2008: Pengadilan Korea tidak
mungkin dipindahkan dan kedua perwira akan
tetap ditahan bermil-mil jauhnya dari
kampung halaman dan keluarga mereka di
India.Kedua officer ini khawatir dengan reaksi
di rumah terhadap berita tersebut, dan apakah
keluarga mereka dapat mengatasi stres terkait
penahanan tersebut. Chetan baru saja
melewatkan ulang tahun pertama anaknya.
Tindakan yang tidak adil dari pengadilan
Korea dimana pengadilan berkeinginan untuk
mendapatkan kompensasi kerugian dengan
menimpakan kesalahan kepada para pelaut
“Mereka tidak bersalah, dibebaskan, dan kemudian
kembali ditahan sambil menunggu tuntutan banding.
Tuntutan yang kedua ini, menyatakan bahwa keduanya
dinyatakan bersalah. Meskipun mendapat kecaman secara
luas, otoritas Korea tetap menahan kedua perwira tersebut
dan memisahkan mereka dari keluarga mereka”.
www.itfseafarers.org
Syam Chetan (kedua dari kiri) dan Jasprit Chawla (kedua dari kanan) bersama keluarganya.
yang tidak bersalah, mulai khawatir akan
seperti apa jadinya jika mereka diijinkan untuk
pulang.
Sementara itu, protes terus berlanjut.
Sekjen ITF David Cockroft bertemu pejabat
kementerian kehakiman di Seoul atas nama
kedua laki-laki tersebut.
Di India, serikat pekerja pelaut menggelar
demonstrasi bersama di Mumbai. Protes
tersebut membuat pemerintah India berjanji
untuk membawakan masalah tersebut ke
pemerintah Korea dan IMO, disamping janji
dari Konsul Korea untuk mengangkat
permasalahan ini di Seoul. Abdulgani Serang,
sekjen dari National Union of Seafarers of
India, bersama dengan rekan dari serikat
pekerja pelaut India lainnya memastikan
bahwa, permasalahan kedua Hebei ini harus
tetap menjadi prioritas agenda serikat pekerja
di seantero dunia.
19 November 2008: Pertemuan ITF Seafarers'
Section menetapkan akan melakukan “segala
upaya untuk memastikan dilepaskannya
Nakhoda dan Mualim-I Hebei Spirit dan
diakhirinya ketidakadilan yang ditujukan
kepada mereka ".
Selanjutnya dibulan yang sama, serikatserikat pekerja maritim dan perusahaan
pelayaran akan bergabung untuk mengecam
penahanan kedua perwira yang masih
berlangsung, juga perlakuan terhadap
mereka. Yang berjanji untuk melakukan
apapun supaya dapat memastikan mereka
dilepaskan. Kedua belah pihak menyatakan
bahwa akibat dari tabrakan dan tertumpahnya
minyak tidak dapat dituduhkan sebagai
kelalaian apapun dari kedua perwira tersebut
dan dakwaan bersalah yang didakwakan
kepada mereka dibawah hukum Korea Selatan
memberikan perlakuan yang tidak adil serta
bertentangan dengan hak asasi manusia.
www.itfseafarers.org
26 November 2008: Pada pembukaan
pertemuan IMO Maritime Safety Committee di
London, ITF mendukung intervensi yang kuat
yang berpihak pada kedua perwira India yang
ditahan, Hong Kong dan Cina, menyatakan:
"Kami bersimpati dengan kedua orang
tersebut yang terkena dampak tertumpahnya
minyak di Korea Selatan dan mengakui bahwa
Capt. Chawla dan Mualim-I Chetan telah
dinyatakan tidak bersalah dalam hal
tumpahnya minyak pada akhir Desember.
Kami mengakui bahwa pemerintah Korea tidak
dapat mencampuri sistem peradilan tetapi
kami meminta mereka untuk melakukan
segala hal yang memungkinkan kedua pelaut
tersebut dipulangkan secepatnya. Para pelaut
di seluruh dunia dan perwakilan mereka
sangat prihatin terkait perlakuan tidak adil
terhadap kedua laki-laki ini. "
10 Desember 2008: Putusan pengadilan telah
diumumkan. Menjelang keluarnya putusan,
serikat-serikat pekerja maritim di seluruh
dunia telah berjanji memberikan dukungan
mereka dengan mendatangi kedutaankedutaan besar Korea di negara masingmasing dan menyerahkan surat protes kepada
otoritas dan pemerintah Korea, serta
menggelar demonstrasi.
Meskipun aksi-aksi tersebut berlangsung,
Chawla dan Chetan tetap divonis bersalah dan
dihukum masing-masing 18 bulan dan delapan
bulan.
Kecaman luar biasa keras ditujukan pada
putusan tersebut. Bagi ITF, Cotton berkata:
"Ini bukan keadilan. Bahkan dekat pun tidak.
Apa yang kita lihat hari ini adalah
pengambinghitaman dan penolakan untuk
mempertimbangkan bukti yang lebih luas
menimbulan pertanyaan tentang kepantasan
pengadilan. Keputusan ini benar-benar
membingungkan dan beraroma balas
dendam”.
Ini adalah bentuk sentimen yang
digaungkan oleh kalangan industri tertentu.
14 Januari 2009: ITF dan kalangan pelayaran
memutuskan untuk memberikan tekanan
lebih lanjut pada pemerintah Korea. Mereka
mengumumkan protes bersama di London,
bersama dengan diplomat internasional dan
kegiatan kampanye. Hanya satu hari setelah
pengumuman pertemuan protes, pengadilan
tinggi membebaskan kedua laki-laki ini
dengan jaminan.
Februari 2009: Berbicara beberapa saat
setelah dibebaskan dengan jaminan, Chawla
berkata: "Kami sangat lega bisa keluar dari
penjara, masih lebih baik keluar penjara
dengan jaminan." Kedua orang ini telah
mendengar tentang kampanye untuk
membebaskan mereka dan upaya-upaya
serikat pekerja India, pemerintah India, ITF dan
afiliasinya.
"Terima kasih untuk semua dukungan yang
terus menerus diberikan. Kami benar-benar
sangat merasa terbantu sepanjang waktu ini
dan kami tidak akan dapat melalui semua ini
tanpa dukungan-dukungan tersebut, "ungkap
Chawla.
Kedua laki-laki ini masih belum pulang pada
saat tulisan ini dibuat, namun semua penuh
harap bahwa sorotan internasional akan tetap
diberikan pada Korea, yang akan mendorong
pengadilan tertingginya untuk membuat
keputusan yang tepat dan menghapuskan
semua cacat hukum mereka, sehingga mereka
dapat kembali pulang ke rumah. Sebagaimana
dikatakan oleh Chawla: "Kita semua berharap
bahwa kami dapat pulang ke rumah dan
bersama keluarga kami kembali."
● Nichola Smith, Section Assistant untuk
Agreements Team dalam the Maritime
Operations Department di kantor pusat ITF.
Buletin Pelaut ITF 2009
33
Buruh B/M di Asia tenggara memperlihatkan dukungan mereka untuk pelaut dengan memperlambat kegiatan selama berlangsungnya week of action.
B
uruh B/M, stevedores, longshoremen
dan wharfies – sebutan ini mungkin saja
berbeda ditiap negara, bahkan dalam
bahasa Inggris, tetapi pekerjaan yang
membutuhkan keterampilan dalam penanganan
kargo adalah salah satu hal yang secara tradisi
dihormati oleh para pelaut, walaupun ada
tekanan pada mereka untuk menangani kargo
sendiri. Serikat Buruh B/M dan pelaut sepakat
jika pelaut harus menggunakan kemampuan
mereka dalam melayarkan suatu kapal dan
membawanya ke pelabuhan, dan buruh B/M
harus menggunakan skill mereka untuk
menangani dan membongkar muatan yang
dibawa oleh pelaut. Hal tersebut diakui dalam
perjanjian kerja bersama ITF, yang menyatakan
bahwa awak kapal tidak diperbolehkan
menangani kargo.
Organisasi serikat buruh B/M merupakan
serikat pekerja yang melindungi dan
memperjuangkan hak buruh B/M memiliki
sejarah panjang, dan seringkali militan. Salah
satu contoh pada masa awal adalah mogok
buruh B/M pada 1886, ketika tenaga kerja yang
dieksploitasi menuntut "docker’s tanner (enam
pence buat B/M)" – upah enam pence per jam.
Mogok tersebut tidak hanya berhasil, bahkan
aksi tersebut meletakkan dasar bagi perekrutan
pekerja kasual (informal) ke dalam serikat
pekerja, dan dasar bagi perkembangan Serikat
Pekerja Transportasi dan Pekerja Umum, yang
menjadi salah satu serikat pekerja/buruh yang
terbesar dan paling kuat di Inggris.
Salah satu contoh dimasa awal buruh B/M
dan pelaut yang bekerjasama dalam solidaritas
34
Buletin Pelaut ITF 2009
Bersatu
adalah saat mogok buruh B/M Rotterdam pada
tahun 1896. Frank Leys, Sekretaris dari ITF
Dockers' Section dan seorang mantan buruh
B/M di Antwerp, mengatakan bahwa
permasalahan pada saat itu sama sebagaimana
sekarang, yakni pengenalan "teknologi baru”.
Pada akhir abad ke-19 teknologi baru pada saat
itu adalah penggunaan krane untuk
membongkar muatan. Saat mogok di
Rotterdam, para buruh B/M meminta rekan
mereka yang ada di Eropa untuk mendukung
mereka termasuk kepada para awak di kapalkapal Inggris untuk tidak menangani muatan.
Aksi solidaritas tersebut mengarah pada
pembentukan International Federation of Ship,
Dock and River Workers (Federasi pekerja kapal,
buruh b/m dan angkutan sungai), yang
merupakan cikal bakal ITF. "penanganan kargo
sejak saat itu menjadi pekerjaan dengan skill
(keahlian)”. kata Frank, dan salah satu yang
menggunakan berbagai peningkatan
penggunaan teknologi. Hasilnya adalah
berkurangnya tenaga kerja B/M sebab teknologi
telah menggantikan sebagian besar pekerjaan
yang berat-berat. "Buruh B/M di Antwerp,
misalnya, telah berkurang setengahnya menjadi
BRENDA KIRSCH melihat
hubungan sejarah antara
pelaut dan buruh B/M dalam
aksi-aksi industrial.
7000 sejak saya bekerja di sana 20 tahun yang
lalu”.
Teknologi juga telah mengubah kegiatan kerja
yang dilakukan di kapal. "Kapal menjadi
semakin besar, dan awak kapal semakin kecil,"
ia mengemukakan. Tetapi penerapan teknologi
baru harus digunakan untuk kepentingan para
pekerja yang terlibat di dalamnya- dan tidak
untuk mengexploitasi mereka.
"Para pelaut seharusnya tidak dipaksa untuk
menangani kargo," kata Frank."Ada risiko
kelelahan ketika mereka tiba dipelabuhan, dan
waktu mempersiapkan perjalanan berikutnya
www.itfseafarers.org
Buruh B/M
Solidaritas
dipelabuhan
Buruh B/M dan pelaut bekerja
bersama dalam kampanyekampanye bersama, seperti
minggu-minggu aksi ITF yang
ditujukan pada kapal-kapal
berbendara kemudahan.
Selama week of action di
wilayah Baltik Oktober lalu,
demonstrasi oleh pelaut dan
buruh B/M
di Jerman telah membuat
pemilik kapal Stena Carrier
yang berbendera Swedia untuk
menyetujui agar tidak
menyuruh pelaut melakukan
kegiatan B/M.
"Kapal ini melakukan
perdagangan secara teratur
antara Swedia dan Jerman”,
ujar Dongli Hur dari ITF.
"Sebelumnya, kegiatan
lashing muatan dilakukan oleh
buruh B/M bersama dengan
pelaut. Namun, Stena telah
mulai memerintahkan pelaut
untuk melakukan kegiatan
lashing tanpa melibatkan
buruh B/M. Setelah diminta
oleh serikat buruh B/M, maka
tim weeks of action ITF Jerman
melaksanakan aksi rally
selama satu jam untuk
menentang perusahaan”.
"Dalam perundingan,
perusahaan setuju bahwa
mereka tidak akan
memerintahkan pelaut untuk
melakukan pekerjaan yang
biasa dilakukan oleh buruh
B/M - sebuah kemenangan
baik bagi pelaut maupun buruh
B/M”.
Dongli menambahkan
bahwa minggu aksi melibatkan
aktivis pelaut dan buruh B/M
serta pengurus serikat
pekerja/buruh dari 10 negara.
"Bukan hanya pelaut dan
buruh B/M dapat saling
belajar, tetapi aksi tersebut
juga memperlihatkan
hubungan kerja yang erat
antara pelaut dan buruh B/M.
Hal ini secara jelas ingin
menyampaikan sebuah pesan
kepada pemilik kapal bahwa
bila buruh/pelaut bersatu,
kami tidak akan pernah bisa
dikalahkan”.
Selama satu minggu aksi di
Asia tenggara pada November
kita teguh
sudah lebih pendek, menganggu waktu
istirahat. Mereka seharusnya tidak diminta
untuk melakukan pekerjaan buruh B/M yang
seharusnya dilakukan oleh orang-orang yang
terlatih dan memiliki peralatan pelindung yang
benar”.
Konvensi dan kampanye
Kegiatan B/M dan penanganan kargo diatur
dalam dua konvensi ILO, yaitu konvensi no. 152
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (B/M) dan no.
137 (Konvensi Kegiatan B/M). Keduanya telah
diratifikasi oleh masing-masing 26 dan 24
negara. Frank Leys mengemukakan bahwa
rendahnya jumlah ratifikasi tidak berarti bahwa
berbagai pemerintah tidak mendukung untuk
perlindungan kondisi kerja buruh B/M,
masalahnya hal-hal terkait kesehatan dan
keselamatan seringkali ditangani oleh tingkat
wilayah atau lokal dari yurisdiksi nasional suatu
negara. Banyak klausul dalam C152 dan C137
juga telah diterjemahkan ke dalam perundangundangan nasional, serta kebijakan perusahaan,
dia melaporkan.
Itu tidak dimaksudkan untuk mengatakan
bahwa tidak ada orang yang ingin mengurangi
● Jika Anda diminta untuk melakukan kegiatan B/M ...
● Jika Anda diminta untuk mengikat, mengamankan,
memuat/membongkar atau menangani kargo .....
Anda harus menghubungi SERIKAT PEKERJA ANDA ATAU
INSPEKTUR ITF TERDEKAT.
www.itfseafarers.org
2008, buruh B/M Indonesia
menunjukkan solidaritas
mereka dengan menunda
pekerjaan di kapal pemilik
Jepang yang ditemukan oleh
para inspektur ITF tidak
memiliki perjanjian kontrak
Japanese Seamen’s Union
(JSU).
Setelah empat jam
pembicaraan yang melibatkan
ITF, serikat buruh dan pemilik
kapal serta operator kapal,
sebuah kesepakatan
ditandatangani.
Buruh B/M juga bergabung
dengan pelaut dalam protes
dan pertemuan akbar di Korea
Selatan, dan di Kobe dan
Osaka, di Jepang, buruh B/M
menghentikan kegiatan B/M
pada kapal yang dimiliki oleh
KK, yang menjadi target dari
aksi tersebut.
hak bila bicara tentang hak-hak pekerja. Pada
tahun 2006 ada gerakan untuk
memperkenalkan directive (aturan) baru Uni
Eropa untuk mengizinkan awak kapal
membongkar muatan, tetapi kelihatannya tidak
jalan setelah adanya "tekanan serius dari para
buruh B/M Uni Eropa" lapor Leys. "Dengan
bersatu padu, dan menunjukkan bahwa mereka
bangga menjadi buruh B/M, hal ini dapat
dikalahkan”.
ITF Dockers' Section menjalankan kampanye
"pelabuhan kemudahan" untuk menetapkan
standar yang dapat diterima bagi buruh B/M di
pelabuhan di seluruh dunia. Pertumbuhan
privatisasi dan globalisasi juga berarti bahwa
hanya empat perusahaan internasional saja
sekarang ini telah menangani 58 persen dari
pelabuhan-pelabuhan di seluruh dunia.
Perusahaan tersebut adalah Dubai Ports World,
PSA (Port of Singapore Authority) International,
AP Moller-Maersk dan Hutchison Port Holdings.
Kampanye ini berusaha untuk melindungi
buruh B/M dan kondisi kerja mereka yang
dihadapkan pada kasualisasi (peng-informalan), privatisasi dan teknologi baru. Kesehatan
dan keselamatan merupakan permasalahan
dimana perusahaan dan karyawan dapat dan
harus menyatukan kemampuan.
Sebagaimana dikatakan oleh Leys: "Jika tidak
ada B/M sama sekali, siapa yang akan
mengulurkan tangan untuk membantu bila Anda
berada dalam kesulitan?"
● Brenda Kirsch adalah wartawan freelance di
London.
Buletin Pelaut ITF 2009
35
I
TF Seafarers'Trust adalah yayasan sosial
yang didedikasikan untuk memberikan
manfaat bagi para pelaut di dunia.
Selama 28 tahun lembaga ini telah
memberikan hibah untuk gedung, minibus,
peralatan dan fasilitas bagi pelaut. Saat
anda berkunjung ke pelabuhan, coba cari
stiker-stiker yang nempel pada fasilitas
milik yayasan ini yang diperuntukkan bagi
pelaut dan petugas kunjungan kapal.
Sebuah survei terhadap 4000 pelaut pada
tahun 2007 memberitahukan kepada kami
apa yang paling dibutuhkan pelaut di
pelabuhan, yakni fasilitas komunikasitermasuk sambungan telepon internasional
dan email yang murah-, transportasi gratis
dan informasi tentang fasilitas yang tersedia
di atau dekat dengan pelabuhan (lokasi
telepon, toko-toko, taksi). Atas dasar ini kami
telah memfokuskan memberikan hibah
untuk membuat hal-hal tersebut dan pada
2008 ini kami telah memberikan hampir £ 1
juta untuk kendaraan transportasi pelaut.
Fasilitas komunikasi bagi pelaut yang
terbaik ditempatkan di atas kapal. ITF sedang
bekerja terkait akses pribadi yang murah
untuk telepon dan teks bagi pelaut di atas
kapal mereka, namun hal ini akan
membutuhkan waktu sehingga untuk
sementara ini kami berkomitmen untuk
menempatkan fasilitas komunikasi di
pelabuhan-pelabuhan.
Beberapa layanan untuk pelaut diberikan
melalui fasilitas yang bagus yang disediakan
dengan harga yang wajar di wisma-wisma
pelaut, atau melalui penyediaan transportasi
ke kota yang dilayani oleh petugas
kunjungan kapal. Badan amal ini mendorong
badan-badan kesejahteraan dan otoritas
pelabuhan untuk menyiapkan layanan
kesejahteraan pelaut di pelabuhanpelabuhan yang belum memiliki.
Badan-badan ini membuat komite
kesejahteraan pelabuhan, yang
mempertemukan perwakilan dari pemerintah
nasional maupun daerah, serikat pekerja,
pemilik kapal, gereja, otoritas pelabuhan,
agen, dan pihak lain yang terlibat dalam
sektor maritim. Bersama, mereka membuat
organisasi lokal yang mampu menangani
dana dan mempekerjakan petugas
kunjungan kapal dan sopir.
Sementara yayasan ini akan menyediakan
dana awal untuk memulai, komite lokal harus
meneruskan serta melanjutkan dengan dana
sendiri.
D
i Amerika Latin, pada beberapa
pelabuhan telah terwujud, dan
sekarang wisma-wisma dan petugaspetugas kunjungan kapal dimana
sebelumnya tidak ada apa-apa. Dalam
rentang empat tahun program Komite
Kesejahteraan Pelaut Internasional, kami
telah membuatkan wisma-wisma pelaut
dipelabuhan Puerto Cortés di Honduras,
Puerto Limon di Kosta Rika, Balboa di
Panama, Guayaquil di Ekuador,
Buenaventura dan Barranquilla di Kolombia,
www.itfseafarers.org
Yayasan Pelaut ITF
Sambutan hangat
TOM HOLMER menjelaskan
bagaimana ITF
Seafarers'Trust membantu
mendanai wisma-wisma
pelaut baru dan proyekproyek telekomunikasi.
Gambar kiri: Pelaut sedang bersantai di
sebuah wisma pelaut di pelabuhan
Barranquilla, Kolombia
dan Ensenada di Meksiko. Selain pelabuhanpelabuhan ini, di mana tidak ada fasilitas
untuk pelaut sebelumnya, kami juga telah
meningkatkanfasilitas dan layanan yang
sudah ada di pelabuhan Cartagena,
Kolombia dan Progreso, Meksiko.
Semua wisma dan layanan yang mereka
tawarkan dijalankan oleh komite lokal,
terutama dengan dukungan dari para
sukarelawan dari gereja setempat, dan
mereka mengunjungi kapal dan memberikan
layanan transportasi untuk pelaut kewisma
dan ke kota. Mereka ada disana untuk
menawarkan persahabatan dan layanan
yang mungkin tidak dianggap perlu bagi
mereka yang tidak berlayar: komunikasi
dengan keluarga dan teman-teman; minum
bersama dengan orang-orang yang tidak
berada pada kapal yang sama; membeli
beberapa kebutuhan dan cindera mata.
Wisma pelaut bukanlah organisasi besar
bertaraf dunia, dan staf mereka dapat saja
merasa terisolasi. Oleh sebab itu, yayasan ini
memberikan dukungan buat staf, apakah itu
dalam bentuk dana awal untuk membantu
memenuhi biaya menjalankan wisma pada
saat awal, atau dalam bentuk pelatihan
sehingga mereka dapat bertemu dengan
orang-orang yang punya pengalaman
bertahun-tahun dalam menjalankan wisma
pelaut atau pusat-pusat konseling.
ITF di Amerika Latin juga aktif dalam
membantu untuk mendukung inisiatif ini.
Sekretaris ITF Kawasan Amerika Latin,
Antonio Fritz, yang juga mantan pelaut, telah
memberikan dukungan yang bermanfaat
bagi wisma regional di Rio. Perubahan di
kawasan ini ini sedemikian besar. Lima tahun
yang lalu hampir tidak ada fasilitas apapun di
Amerika Latin; sekarang telah ada beberapa
wisma yang menawarkan berbagai macam
layanan untuk semua pelaut.
"Perubahan luar biasa merupakan
kombinasi antara niat, tekad, serta pelatihan
dan dukungan, terima kasih untuk proyek
khusus yang dibuat oleh ITF Seafarers'
Trust", kata Antonio Fritz.
“Yayasan ini mendorong badan-badan kesejahteraan
dan otoritas pelabuhan untuk menyiapkan layanan
kesejahteraan pelaut di pelabuhan-pelabuhan yang
belum memilikinya”.
"Proyek ini membantu menggabungkan
upaya dan keahlian untuk menyediakan
lebih banyak layanan bagi pelaut yang
berkunjung ke kawasan ini”.
Daerah lain di belahan dunia ini juga telah
menjadi target yayasan untuk dibuka dan
dioperasikannya wisma-wisma, yaitu di
Eropa Timur, Samudera Hindia, Afrika Barat
telah memiliki program ini dalam sepuluh
tahun terakhir, dan saat ini ada dua program
yang sedang berjalan di Asia Selatan dan
Asia Tenggara.
Di semua wilayah tersebut, Anda akan
menemukan pelabuhan-pelabuhan yang
sebelumnya tidak ada layanan yang
disediakan bagi pelaut, sekarang telah
menyediakan fasilitas-fasilitas
kesejahteraan pelaut. Fasilitas ini bisa dalam
bentuk kafe internet di dalam pelabuhan,
atau mungkin sebuah mobil yang
menyediakan layanan transportasi buat
Anda jika mau ke kota, tetapi ini semua akan
tergantung dari jumlah, kebutuhan dan
permintan pelaut dipelabuhan tersebut.
D
isamping proyek-proyek baru,
yayasan juga masih memberikan
bantuan agar tercipta kinerja yang
baik di wisma-wisma pelaut yang sudah
didirikan. Belum lama ini, termasuk proyekproyek bantuan untuk perbaikn misi pelaut
Jerman di Altona, Hamburg; dana yang cukup
besar juga diberikan untuk membantu
penggantian kendaraan yang sudah tua
untuk pelabuhan di Inggris, dan kendaraan
serta peralatan untuk wisma-wisma di
Skandinavia dan Amerika Serikat. Saat ini
dinilai bukan saat yang tepat untuk
menyediakan dana hibah besar untuk
bangunan gedung besar, tetapi bagi wismawisma yang masih digunakan dengan baik
oleh para pelaut maka yayasan akan
membantu sebisanya.
● Anda akan menemukan informasi lebih
lanjut tentang ITF Seafarers'Trust (Badan
amal ITF) di:
www.itf.org.uk/seafarerstrust
● Apakah pelabuhan yang Anda kunjungi
tidak memiliki fasilitas telepon atau email
dan ada kebutuhan untuk itu? Anda dapat
memberitahu kami tentang ini, atau hubungi
kami dan sertakan komentar atau saran
lainnya dengan mengirimkan email ke:
[email protected]
Tom Holmer adalah Administrative Officer
dari Seafarers'Trust.
www.itfseafarers.org
Buletin Pelaut ITF 2009
37
Perompakan
Musibah Sirius Star
Sirius Star yang telah
disergap oleh perompak
Somalia tahun lalu.
MIKEGERBER berbicara
dengan awak kapal tersebut
tentang kisah penyekapan
yang dialaminya selama
57 hari.
“Ketakutan terbesar kami
adalah jika seseorang
sampai tertembak secara
tidak sengaja. Mereka
secara tidak sengaja telah
menembak salah seorang
teman mereka sendiri. “
38
Buletin Pelaut ITF 2009
aat VLCC Sirius Star tertawan di Kenya, 25
awak kapalnya dijadikan sandera oleh para
perompak Somalia. James Grady, seorang
anggota afiliasi ITF Nautilus, adalah salah satu
diantara tawanan tersebut.
Masinis-II tersebut merupakan salah satu dari
dua pelaut Inggris – satunya lagi adalah KKM, Peter
French, yang disandera ketika kapal dirampas di
lepas pantai Kenya pada bulan November 2008.
Para awak, yang juga termasuk dari Polandia,
Arab Saudi dan Filipina, ditawan di kapal saat
berlangsungnya negosiasi soal tebusan. Kapal
tanker yang dimiliki oleh Vela International Marine
dengan kapasitas 318.000 dwt - sedang
mengangkut sekira 2,2 juta barel minyak senilai
US$ 100 juta, menjadi sasaran yang menggiurkan
bagi perompak.
"Dimulai pada tangga 15 November, sekitar
pukul 08:55 waktu setempat para perompak sudah
berada di atas kapal dan pada pukul 09:12 ada
perintah dari ruang anjungan kapal untuk berhenti”,
seingat James. "Ini bukan merupakan hal yang
mengejutkan. Mereka sudah terlihat pertama kali
sekitar satu jam sebelum mereka naik ke atas kapal,
sekira dua mil jauhnya, di atas sebuah speedboat,
terlihat kecil di laut”.
Yang mengejutkan adalah tempat terjadi
pembajakan, yakni 450 mill Tenggara Mombasa,
jauh di sebelah selatan kawasan perompakan di
dunia "yang paling rawan", Somalia.
"Awalnya kami semua takut tentang apa yang
akan terjadi berikutnya”, kata James. "Kami
membayangkan akan disekap dalam satu kabin”.
Namun, para awak kapal begitu lega, karena hal
itu tidak pernah terjadi. Meski, para perompak
melakukan banyak kegiatan. "Mereka mulai
melakukan pencurian, mengitari kabin mengambil
ponsel, uang tunai, dsb. Mereka lakukan hal ini
beberapa kali. Saya telah lima kali didatangi oleh
mereka secara langsung”, kata James. "Saya telah
menyembunyikan sebagian besar barang saya, tapi
saya kehilangan sekitar £ 100 uang tunai, berbagai
mata uang, dompet dan jam saya”.
Perompak tidak terlalu merazia ruang mesin.
"Kami mengatakan kepada mereka itu terlalu
berbahaya kalau mereka kesana sendiri, dan
mereka selalu takut jika turun kesana. Mereka
hanya turun kesana sekitar empat kali, hanya untuk
menggeledah laci-laci di ruang kontrol untuk
menemukan telepon selular, uang tunai, bukan
alat-alat. Ketika mereka mengambil ponsel, mereka
memberikan kembali kartu SIM-nya. Mereka tidak
tertarik dengan kartu kredit”.
Sirius Star diminta untuk berlayar 500 mil
jauhnya dari kawasan lego jangkar oleh para
perompak. "Setelah kami di Somalia, kami tidak
tahu berapa banyak orang yang berada di atas kapal
karena kami tidak dibolehkan keluar, kalaupun
diizinkan hanya sekitar 5 menit”, kata James. ”Jadi
S
kami tidak pernah tahu berapa banyak jumlah
mereka, tapi dugaan saya diwaktu-waktu tertentu
mereka berjumlah sekitar 20 hingga 25 orang.
Mereka melakukan shif pergantian; yang dilakukan
kira-kira setiap empat hari. Saya pikir ini seperti
industri cottage, tidak ada keju besar di darat, kita
hanya dapat melihat orang-orang tersebut. Ada 33
orang yang tinggal di atas kapal dalam dua hari
terakhir, karena saya mengambil foto mereka dari
lubang pipa saluran”.
James merasa, hubungan dengan para perompak
selama 57-hari musibah tersebut cukup bervariasi,
tetapi umumnya mereka memperlakukan awak
kapal dengan cukup baik. "Kami melakukan
kegiatan sebagaimana biasa dilakukan sehari-hari
tanpa terlalu banyak kesulitan, menjalankan mesin
seperti biasa, pekerjaan yang mereka tidak bisa
lakukan. Banyak dari yang dilakukan hanya untuk
membuat orang-orang sibuk, agar pikiran mereka
bisa keluar dari situasi yang mereka hadapi".
ames bisa melihat bahwa rekan-rekannya
dianjungan berada dalam tekanan yang lebih
besar. "Mereka [para perompak] bersama
dengan mereka sepanjang waktu, juga tidur dan
makan disana. Ruang anjungan sama sekali tidak
pernah merasa tenang, mereka begitu stres seperti
yang anda bisa lihat.
"Orang-orang ini membawa senapan
Kalashnikovs, dan senjata-senjata tersebut seakanakan terlepas dari pundak mereka ke geladak.
Ketakutan terbesar kami adalah jika seseorang
sampai tertembak secara tidak sengaja. Mereka
secara tid ak sengaja telah menembak salah
seorang teman mereka sendiri. Kami tidak tahu apa
yang terjadi dengan orang tersebut, kami hanya
mendengar letusan dari senjata otomatis, dan
mereka membawa orang tersebut ke dalam untuk
bertemu dengan Mualim-I dengan luka di tangan,
dengan peluru masih di dalamnya”.
Sebagian besar waktu perompak digunakan
untuk mengunyah narkoba yang bernama mirra
(atau khat). Hal ini, kata James, membuat mereka
"lupa segalanya" dan tenang. "Bila mereka telah
menelan banyak mirra, hidup terasa
menyenangkan. Jika tanpa itu, mereka menjadi
agak gugup.
Kejadian paling menegangkan yang dia ingat,
adalah pada malam 2 Desember. "Ada satu regu
menggantikan shif sebelumnya, lima orang ada di
atas kapal, dan mereka mengira akan diserang dari
belakang. "Apa yang membuat mereka senewen
adalah ketika mereka tersorot cahaya yang
menerangi dari belakang. Sebenarnya, sorot lampu
itu berasal dari sebuah mercusuar yang jauhnya
sekira 15 mil.
"Bandit-bandit bodoh”, kata James. "Nakhoda
meyakinkan pada mereka bahwa itu adalah
mercusuar karena dia menunjukkan peta pada
J
www.itfseafarers.org
mereka. Malam itu saya adalah Masinis Jaga, dan
saya mendapat telepon dari anjungan, dan ketika
saya tiba di sana saya menemukan orang-orang
Somalia tersebut sangat gelisah. Butuh waktu yang
lama untuk meyakinkan mereka - mereka selalu
berpikir bahwa kami sedang melakukan sesuatu.
Itu adalah malam yang sangat menakutkan, benarbenar sulit meyakinkan mereka pada saat itu. Hari
berikutnya, mulai tenang lagi”.
Para awak kapal khawatir tentang apa yang
dirasakan oleh keluarga mereka. "Mereka tidak
dapat melihat situasi hari-hari anda, dan imajinasi
anda bisa membawa anda terlalu jauh."
Sesekali, para perompak memberikan ijin untuk
menelpon ke rumah dari anjungan. "Hal utama
yang ingin disampaikan adalah bahwa kami dalam
kondisi aman dan tidak ada bahaya yang
mengancam, karena hal utama bagi para perompak
tersebut adalah kapal, meskipun kami tetap
merasa tidak nyaman", tambah James.
"Selama kejadian itu, mereka memenuhi
makanan mereka sendiri; hanya menjelang saatsaat terakhir mereka lebih banyak memakan
makanan kami, tapi kami tidak pernah kekurangan
makanan maupun air. Beberapa minggu lalu
mereka mengijinkan kami untuk pergi memancing,
didepan ruang akomodasi di geladak utama. Ini
membantu persediaan makanan menjadi lebih
lama”.
Apakah perompakan meningkat?
Pembajakan laut selalu tinggi,
menurut International Maritime
Bureau’s Piracy Reporting Center
(PRC). Angka tahun 2008 sudah
melampaui semua catatan sejak PRC
mulai membuat laporan perompakan
dunia pada tahun 1991.
Apa lagi yang telah berubah?
Perompakan selalu menjadi
persoalan. Tetapi seranganserangannya telah meningkat di
Teluk Aden, dengan 111 kejadian
dilaporan di wilayah ini, sebuah
peningkatan hampir 200% dari tahun
2007. Semua jenis kapal menjadi
target sasaran. Para perompak juga
www.itfseafarers.org
Cobaan berat bagi para awak ini akhirnya
berakhir ketika uang tebusan US$ 2 juta dijatuhkan
dari udara ke para perompak. "Kami menyadari
adanya negosiasi, tetapi kami tidak berada di
antara pihak yang bernegosiasi. Mereka (Vela)
benar-benar khawatir tentang keselamatan kami –
dan itu benar-benar terbukti, karena pada saat
uang tersebut dijatuhkan pada tanggal 9 Januari,
kami semua berada di geladak, 10 kaki jauhnya
sehingga pesawat terbang dapat menghitung
jumlah kami untuk memastikan bahwa kami semua
ada disana, dan kemudian pesawat lewat untuk
kedua kalinya dan menjatuhkan setengah dari uang
tersebut dengan parasut ke laut. Sekitar pukul dua
pada siang hari, pesawat tersebut datang kembali
dengan bagian uang kedua”.
etengah dari mereka meninggalkan
kapal sekira pukul 16:30. Kemudian ada
sebuah kecelakaan kapal, salah satu
kapal mereka terbalik. Pada saat itu kami
diberitahu kalau empat orang dinyatakan hilang.
Terbaliknya perahu, menjadikan kami tertunda.
Sisanya, para perompak meninggalkan kapal pada
tanggal 10 Januari”.
Para pelaut cenderung sangat tabah; James
merasa bahwa Peter French mengulasnya dengan
baik dalam sebuah wawancara di Mail on Sunday:
"Di laut serangan yang sangat buruk bisa terjadi,
“S
dan anda harus berurusan dengan hal tersebut."
Meskipun demikian, Vela tetap menggunakan
psikiater untuk memberikan konseling pada para
awak kapal tentang kemungkinan pasca trauma.
"Dokter mengatakan kepada kami bahwa
kadang-kadang hal semacam ini dapat terjadi
beberapa bulan kemudian”, kata James. "Untuk
saat ini, saya tahu lima orang Eropa [awak kapal]
senang dengan pengalaman mereka; perusahaan
juga telah memberikan kompensasi atas hilangnya
perlengkapan dan uang pribadi”.
James mengatakan bahwa ia mendukung
ditaruhnya lebih banyak kapal perang untuk
menghentikan perompakan.
Tetapi awak Sirius Star begitu marah
mengetahui suatu insiden pada saat disandera.
"Sebuah kapal perang Jerman menangkap para
perompak, dan atas perintah pemerintah Jerman,
senjata mereka dilucuti, menurut BBC, dan dikirim
kembali ke Somalia. Hal ini membuat kami sangat
kesal sebab mereka hanya dilucuti senjata mereka
dan kemudian dikirim pulang, sebab mereka begitu
mudah dibiarkan pergi, padahal mereka akan dapat
dengan mudah mendapatkan senjata baru dan
datang kembali”.
●Ini merupakan versi artikel yang sudah diedit
yang awalnya muncul di Nautilus Telegraph.
Diperairan yang berbahaya
lebih baik persenjataannya dari
tahun-tahun sebelumnya dan siap
untuk menyerang dan melukai awak
kapal.
Apa yang dilakukan oleh ITF?
Pelaut yang dilindungi oleh Perjanjian
Kerja Bersama ITF selalu
mendapatkan manfaat khusus ketika
bertugas di wilayah-wilayah yang
diangggap kawasan resiko tinggi atau
perang. Mereka dapat memilih untuk
ke darat sebelum kapal mereka
memasuki wilayah tersebut. Jika
awak kapal memilih untuk tetap
berlayar ke wilayah tersebut, mereka
akan menerima bonus setara dengan
100% dari gaji pokoknya saat kapal
sedang transit. Sebagai
tambahannya, jika terjadi kematian
atau cacat pada pelaut maka
kompensasinya adalah dua kali lipat
dari yang biasanya.
Tahun lalu, ITF dan rekan
pengusaha dalam Forum
Perundingan Internasional sepakat
untuk memperluas area resiko tinggi
yang mencakup semua Teluk Aden.
Area resiko tinggi dikaji dan
ditentukan secara teratur.
ITF memiliki hak hadir permanen di
International Maritime Organization
dan secara kontinyu melobi semua
sektor industri yang terlibat untuk
mendapatkan solusi jangka panjang
atas perompakan.
●Untuk informasi lebih lanjut
tentang perompakan lihat
www.icc-ccs.org
●Untuk bantuan dan saran lihat
www.itfseafarers.org/ITI-piracy.cfm
●Untuk mengetahui apakah kapal
anda dilindungi oleh PKB ITF lihat
www.itfseafarers.org/look_up_ship2.
cfm
Buletin Pelaut ITF 2009
39
Tujuh alasan untuk mengun
Pastikan hak-hak anda terpenuhi
Anda bisa mendapatkan saran dan
bimbingan terkait hak-hak anda dalam PKB
ITF dan konvensi internasional. Kunjungi
situs ini sebelum anda naik kapal....
Belajar lebih lanjut tentang masalahmasalah pokok
Kami mempunyai serangkaian informasi faktual yang
dapat anda gunakan terkait permasalahan terpenting,
dari masalah perompakan dan kriminalisasi hingga
pesiar kedarat dan keselamatan. Jika anda ingin
mengetahui hal-hal yang mendasar, anda akan
menemukan penjelasan yang sangat bagus disini. Dan,
jika anda perlu informasi lebih lanjut, kami akan
menunjukkan kepada anda arah yang tepat dengan
link-link serta sumberdaya yang bermanfaat.
Selalu mendapatkan informasi terkini
terkait berita kelautan
Bagian artikel berita kami selalu diperbarui paling tidak
seminggu sekali dengan berita-berita yang paling
relevan bagi pelaut. Anda dapat selalu membacanya
dengan teratur agar selalu mendapatkan informasi
terkait perkembangan-perkembangan yang sedang
terjadi.
Dan ini adalah cara kami membuatnya
Layout dan navigasi yang
sederhana di dalam situs
memudahkan anda untuk
menemukan apa yang anda
perlukan.
40
Buletin Pelaut ITF 2009
Fitur hal yang berkaitan
mengelompokkan link-link yang
bermanfaat serta dokumen terkait
sehingga anda bisa mendapatkan
pandangan yang menyeluruh
tentang permasalahanpermasalahan.
www.itfseafarers.org
jungi www.itfseafarers.org
Cari tahu informasi tentang kapal
Anda dapat mencari tahu informasi tentang
nama kapal atau nomor IMO-nya. Database
kami akan memberikan informasi apakah
kapal tersebut dilindungi oleh PKB ITF.
Kami menyarankan agar anda mengecek
dulu informasinya sebelum anda bergabung
dengan suatu kapal, jika memungkinkan,
karena sistim juga akan memberi tanda jika
ada masalah sebelumnya, misalnya ada gaji
yang tidak dibayar.
Menemukan Inspektur dan Serikat Pekerja ITF
Jika anda memerlukan bantuan, seorang
Inspektur ITF akan dapat membantu. Atau
hubungi Serikat Pekerja afiliasi setempat untuk
pertanyaan tentang keanggotaan. Dengan
mudah anda tinggal memilih negara dari daftar
lengkap yang tersedia terkait dengan semua
Inspektur dan Serikat Pekerja.
Selalu mendapatkan informasi tentang
industri pelayaran
Blog Inspektur menawarkan informasi dan saran
terkini. Di dalamnya termasuk informasi dan
pendapat tentang industri pelayaran menurut
pandangan para Inspektur. Para Inspektur di
berbagai kawasan memberikan kontribusi
melalui cara pandang mereka yang unik.
Berhubungan dengan pelaut lain
Berbagi informasi atau mendiskusikan permasalahan
di Crew Talk Forums. Setelah melakukan proses
registrasi yang mudah, anda dapat mengirimkan
tulisan tanpa menyebut nama dan chatting terkait isu
yang mempengaruhi anda dengan pelaut yang lain.
Lebih mudah untuk anda gunakan
ITF Seafarers punya loading
yang cepat, format text-only
untuk pengguna yang koneksi
internetnya lambat.
www.itfseafarers.org
Dan jika anda tidak dapat
menemukan hal yang anda
perlukan, anda dapat melakukan
pencarian. Alat pencarian baru dapat
bekerja sebagaimana Google,
sehingga mudah untuk
menggunakannya.
Buletin Pelaut ITF 2009
41
Uj
ip
en
an get
da ah
ua
n
KUI
S
sipil, pariwisata, buruh B/M,
pelayaran sungai & danau,
perikanan, kereta api,
transportasi jalan
raya/darat.
6. Tidak. ITF tidak dapat
menyuplai awak kapal ke
perusahaan perkapalan.
7. Semuanya benar
8. d. US$ 18,8 juta
9. Flag of Convenience
10. Kapal yang membawa
bendera sebuah negara di
luar negara pemilik kapal,
manajemen atau awak
kapal.
11. Sekira sepertiga jumlah
kapal dan satu setengah
tonase
12. Bolivia dan Mongolia.
13. 125 di 45 negara.
14. Global Mariner.
15. 10 jam.
16. Cina (122.000), Filipina
(120.000), Turki (85.000)
17. POEA.
18. Hebei Spirit.
19. Fakta bahwa pelaut
tinggal dan bekerja di atas
kapal serta perlu untuk ke
luar pantai dan akses ke
fasilitas-fasilitas yang ada di
pelabuhan, termasuk
perawatan medis.
20. Bergabung dengan
serikat pekerja/buruh.
Buletin Pelaut ITF 2009
Pengetahuan Pelaut
15. Menurut STCW 95, berapa lama waktu
istirahat paling sedikit yang harus dipunyai
oleh pelaut dalam periode 24 jam?
16. Tiga negara dengan awak kapal terbesar
adalah?
17. Dengan otoritas yang mana, pelaut
Filipina harus mendapatkan cap/stempel atas
perjanjian kontrak kerjanya?
18. Apakah nama kapal yang melibatkan
kasus dua orang pelaut India yang telah
dikriminalisasi oleh pengadilan Korea?
19. Apa yang perlu dipertimbangkan oleh
pemerintah berbagai negara ketika
merencanakan keamanan pelabuhan?
20. Bagaimana anda dapat memastikan hakhak kerja anda akan lebih terlindungi selama
masa krisis ekonomi?
a. Bermanis muka ke bos
b. Bergabung dengan serikat
pekerja/buruh
c. Mengambil pekerjaan apa saja yang
bisa didapatkan
Jawaban
42
Bendera Kemudahan (FOC)
9. FOC singkatan dari apa?
10. Apakah definisi dari kapal FOC?
11. Berapa banyak proporsi armada dunia
yang armadanya berlayar dengan bendera
kemudahan (FOC)?
12. Dua negara kebangsaan kapal FOC yang
negaranya hanya daratan dan tidak memiliki
garis pantai?
13. Berapa jumlah Inspektur ITF di seluruh
dunia?
14. Apakah nama kapal eksebisi ITF yang
berlayar keliling dunia untuk menandai hari
jadi 50 tahun ITF untuk kampanye FOC?
1. International Transport
Workers’ Federation
2. 1896.
3. 681 di 148 negara di
seluruh dunia, mewakili 4,5
juta pekerja/buruh
transportasi
4. David Cockroft.
5. Pelaut, penerbangan
ITF
1. Apakah kepanjangan dari ITF?
2. Kapan ITF didirikan?
3. Berapa banyak serikat pekerja/buruh
dalam ITF?
4. Siapakah nama Sekjen ITF?
5. Dapatkah Anda menyebutkan delapan
sektor industri transportasi yang diwakili ITF?
6. Dapatkah ITF mencarikan pekerjaan buat
saya?
7. Dimana saja dari yang di bawah ini ITF
berkantor?
a. Burkina Faso
b. Amman
c. Moscow
8. Pada tahun 2008, berapa banyak jumlah
uang yang berhasil ITF perjuangkan untuk gajigaji pelaut yang tertunggak?
a. US$ 9 juta
b. US$ 9,1 juta
c. US$ 13,8 juta
d. US$ 18,8 juta
www.itfseafarers.org
KECELAKAAN
s
u
r
a
h
KAPAL
t
u
Para pelagetahuinya!
men
Jika kapal anda mengalami kecelakaan, anda
harus tahu bahwa ada aturan internasional yang
mengatur tentang bagaimana anda harus
diperlakukan secara wajar dalam suatu
penyidikan dan/atau ditahan oleh penyidik akibat
kecelakaan tersebut.
Aturan tersebut merupakan petunjuk bersama
IMO/ILO tentang Penanganan yang layak
terhadap pelaut dalam peristiwa kecelakaan
kapal.
Aturan tersebut mengatur bahwa pelaut harus
diperlakukan secara layak oleh pemerintah
setempat dimana kecelakaan terjadi, negara
bendera kapal, negara asal pelaut dan pemilik
kapal.
Sangat penting bagi anda untuk memahami hakhak anda yang diatur dalam petunjuk ini sehingga
jika anda disidik atau ditahan akibat suatu
kecelakaan kapal, anda sudah paham apa yang
harus anda perbuat dan apa keinginan anda.
Jika anda disidik tentang suatu kecelakaan yang menimpa kapal
anda :
Apabila anda menganggap perlu, mintalah didampingi
pengacara sebelum anda menjawab setiap pertanyaan
atau membuat pernyataan apapun kepada para penyidik
baik itu dari pemerintah dimana kecelakaan itu terjadi
atau dari negara bendera kapal, sehingga anda tidak
membuat suatu kesalahan yang nantinya akan dipakai
melawan anda dengan tuduhan criminal atau dalam
proses hukum lainnya.
Hubungi perusahaan anda dan/atau serikat buruh anda
untuk mendapatkan saran-saran atau bantuan.
Pastikan bahwa anda memahami betul semua yang anda
katakan.
Informasi lengkap tentang Fair Treatment Guidelines
dapat diakses di : www.itfglobal.org/fairtreatment atau
www.marisec.org/fairtreatment
Jika anda merasa tidak mengerti sesuatu apapun :
• mintalah kepada penyidik untuk menghentikan pertanyaannya.
• mintalah bantuan penerjemah apabila anda membutuhkan.
Sangat penting bagi anda untuk pertama-tama melindungi diri anda.
Selanjutnya ikutilah saran-saran yang diberikan oleh perusahaan,
serikat buruh atau pengacara anda, dan yang paling penting,
keterangan yang anda berikan kepada para penyidik harus
berdasarkan sukarela.
Lindungi kepentingan anda dalam suatu kejadian kecelakaan kapal
Bacalah panduan tentang perlakuan yang layak bagi anda
Pahami hak-hak anda
Jika tidak mungkin, mintalah bantuan!
a
d
n
a
e
n
i
l
n
o
n
a
h
a
Persingg
Website untuk pelaut dari sumber terpercaya
Penjelasan tentang
hak-hak anda
Dapatkan informasi
terkait kapal anda
Pelajari dimana
mendapatkan bantuan
pada saat ada masalah
Temukan apa yang dapat
dilakukan oleh serikat
pekerja/buruh untuk anda
Online dengan rekan
pelaut
Menghubungi ITF