MANAJEMEN LABA:MENGAPABANYAKMENGUNDANG KONTROVERSI?
Transcription
MANAJEMEN LABA:MENGAPABANYAKMENGUNDANG KONTROVERSI?
ISSN :1907-6304 MANAJEMEN LABA:MENGAPABANYAKMENGUNDANG KONTROVERSI? Earning Management: Why have been Inviting a lot of Controversy? Jaryanto *) Abstract Earnings management have been inviting a lot of controversy.One sidet earnings management represent the action which it do not trespass theexisting regulation and go into effect the public but on the other side earnings management viewed as a form of accounting manipulation. Earnings Management will make the reliability from earning become redacted. This matter is caused by in earnings management there are deflection of measurement income (boosted up or degraded) and report the profit which did not representational faithfulness such as those which ought to be reported. Earnings Management occurs when managers use judgment in financial reporting and in structuring transactions to alter financial reports to either mislead some stakeholders about the underlying economic performance of the companyt or to influence contractual outcomes that depend on reported accounting number. Management practice earnings management because of following factors: The of Bonus of Plan Hypothesis, The Debt to Equity Hypothesis (Debt Covenant Hypothesis) The Political Cost Hypothesis (Size Hypothesis). Keyword; Earning Management, performance, financial reporting Abstrak Managemen laba telah mengundang banyak kontroversi. Disatu sisi manajemen laba merupakan tindakan yang tidak menyalahi peraturan yang ada dan berlaku umum tetapi disisi lain manajemen laba dipandang sebagai bentuk pemanipulasian akuntansi. Dengan adanya praktek manajemen laba reliabilitas dari laba akan tereduksi. Hal inidisebabkan karena didalam manajemen laba terdapat pembiasan pengukuran income (dinaikkan atau diturunkan) dan melaporkan laba yang tidak representationally faithfulness seperti yang seharusnya dilaporkan. Managemen laba terjadi ketika manager menggunakan judgment pada pelaporan keuangan dan transaksi yang terjadi untuk merubah laporan keuangan baik untuk menyesatkan beberapa stakeholder tentang kinerja perusahaan atau untuk mempengaruhi contractual outcomes yang tergantung pada angkaangka akuntansi. Praktik managemen laba dipengaruhi oleh beberapa factor sebagai berikut: The of Bonus of Plan Hypothesis, The Debt to Equity Hypothesis (Debt Covenant Hypothesis) The Political Cost Hypothesis (Size Hypothesis). K.ata kunei; manajemen laba, kinerja, pelaporan keuangan "') Dosen Universitas Sebelas Maret Surakarta Fokus Ekonomi Vol.3 No.1Juni2008 :24 - 34 1. Latar Belakang Manajemen laba adalah campur tangan manajemen dalam proses penyusunan laporan keuangan eksternal guna mencapai tingkat laba tertentu dengan tujuan untuk menguntungkan dirinya sendiri atau perusahaannya sendiri. Peluang untuk mendistorsi laba tersebut timbul karena metode aku.ntansi memberikan peluang bagi manajemen untuk mencatat suatu fakta tertentu dengan cara yang berbeda dan peluang bagi manajemen untuk melibatkan subyektifitas dalam menentukan estimasi. Praktek manajemen laba cukup banyak mengundang kontroversi. Disatu sisi manajemen laba merupakan tindakan yang tidak menyalahi peraturan yang ada dan berlaku umum tetapi disisi lain manajemen laba dipandang sebagai bentuk pemanipulasian aku.ntansi. Dengan adanya praktek manajemen laba reliabilitas dari laba akan tereduksi. Hal ini disebabkan karena didalam manajemen laba terdapat pembiasan pengukuran income (dinaikkan atau diturunkan) dan melaporkan laba yang tidak representationally faithfulness seperti yang seharusnya dilaporkan. Standar Aku.ntansi Keuangan memberikan kelonggaran dalam memilih metode aku.ntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan. Kelonggaran dalam metode ini dapat dimanfaatkan untuk mengbasilkan nilai laba yang berbeda-beda disetiap perusahaan. Praktik seperti ini dapat memberkan dampak terhadap kualitas laba yang dilaporkan. Dewasa inimanajemen laba diterapkan dalam berbagai macam bentuk dan untuk berbagai macam tujuan baik untuk tujuan pribadi manajer maupun untuk tujuan perusahaan. Pertanyaannya sekarang adalah mengapa manajemen laba banyak mengundang kontroversi terutama kaitannya dengan praktik aku.ntansi? 2. Telaah Teori 2. 1. Manajemen Laba Manajemen laba merupakan manipulasi laba yang dilakukan pihak manajemen untuk mencapai tujuan tertentu. Manipulasi dilakukan agar laba nampak sebagaimana yang diharapkan. Berikut ini beberapa definisi dari manajemen laba: Schipper (1989,92): "...a purposeful intervention in the external financial reporting process, with the intent of obtaining some private gain (as opposed to, say, merely facilitating the neutral operation of the process) .... "(emphasis added). Healy and Wahlen (1999,368}: "Earnings management occurs when managers use judgment in financial reporting and in structuring transactions to alter financial reports to either mislead some stakeholders about the underlying economic performance of the company, or to irifluence contractual outcomes that depend on reported accounting numbers" (emphasis added}. Scott (1997) dalam Julia Halim dkk (2005) mendefinisikan manajemen laba sebagai berikut; "Given that managers can choose accounting policies from a set (for example, GAAP), it is natural to expect that they will choose policies so as to maximize their own utility and/or the market value of the firm". Dari defmisi tersebut manajemen laba merupakan pemilihan kebijakan aku.ntansi oleh manajer dari standar aku.ntansi yang ada dan secara alamiah dapat memaksimumkan utilitas mereka dan atau nilaipasar perusahaan. Scott (1997) dalamJulia Halimdkk (2005) membagi cara pemahaman atas manajemen laba menjadi dua. Pertama, melihatnya sebagai perilaku oportunistik manajer untuk memaksimumkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontak utang, dan political costs (Opportunistic Earnings Management). Kedua, dengan MANAlEMEN LABA:MENGAPA BANYAK MENGUNDANG KONTROVERSI? Jiltyllnto 25 memandang manajemen laba dari perspektif efficient contracting (Efficient Earnings Management), dimana manajemen laba memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak. Selanjutnya Healy & Wahlen dalam Rashidah & Fairuzanah (2006) menyatakan bahwa Earnings management occurs: ... when managers use judgement in financial reporting and in structuring transactions to alter financial reports to either mislead some stakeholders about the underlying economic performance of the company, or to influence contractual outcomes that depend on reported accounting numbers (Healy and Wahlen, 1999, p. 6). 2.2.Faktor-faktor Pendorong Manajemen Laba Tiga hipotesis PossitiveAccounting Theory yang dapat dijadikan dasar pemahaman tindakan manajemen laba yang dirumuskan oleh Watts and Zimmerman (1986) dalam Julia Halim dkk (2005) adalah : a. The Bonus Plan Hypothesis Pada perusahaan yang memiliki rencana pemberian bonus, manajer perusahaan akan lebih memilih metode akuntansi yang dapat menggeser laba dari masa depan ke masa kini sehingga dapat menaikkan laba saat ini.Hal ini dikarenakan manajer lebih menyukai pemberian upah yang lebih tinggi untuk masa kini.Dalam kontrak bonus dikenal dua istilah yaitu bogey (tingkat laba terendah untuk mendapatkan bonus) dan cap (tingkat laba tertinggi). Jika laba berada di bawah bogey, tidak ada bonus yang diperoleh manajer sedangkanjika laba berada di atas cap, manajer tidak akan mendapat bonus tambahan. Jika laba bersih berada di bawahbogey, manajer cenderung memperkecil laba dengan harapan memperoleh bonus lebih besar pada periode berikutnya, demikian pula jika laba berada di atas cap. Jadi hanya jika laba bersih berada di antara bogey dan cap, manajer akan berusaha menaikkan laba bersih perusahaan. b. The Debt to Equity Hypothesis (Debt Covenant Hypothesis) Pada perusahaan yang mempunyai rasio debt to equity tinggi, manajer perusahaan cenderung menggunakan metode akuntansi yang dapat meningkatkan pendapatan atau laba. Perusahaan dengan rasio debt to equity yang tinggi akan mengalami kesulitan dalam memperoleh dana tambahan dari pihak kreditor bahkan perusahaan terancam melanggar perjanjian utang. c. The Political Cost Hypothesis (Size Hypothesis) Pada perusahaan besar yang memiliki biaya politik tinggi, manajer akan lebih memilih metode akuntansi yang menangguhkan laba yang dilaporkan dari periode sekarang ke periode masa mendatang sehingga dapat memperkecillaba yang dilaporkan.Biaya politik muncul dikarenakan profitabilitas perusahaan yang tinggi dapat menarik perhatian media dan konsumen. Fokus Ekonomi Vol.3 No.1Juni2008 :24 - 34 Scott (2000:302) mengemukakan beberapa motivasi terjadinya manajemen laba: a. Bonus Purposes Manajer yang memiliki infonnasi atas laba bersih perusahaan akan bertindak secara oportunistic untuk melakukan manajemen laba dengan memaksimalkan laba saat ini. Manajer yang bekerja di perusahaan dengan rencana bonus akan berusaha mengatur laba yang dilaporkan agar dapat memaksimalkan bonus yang akan diterimanya. b. Political Motivations Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang dilaporkan pada perusahaan publik:. Perusahaan cenderung mengurangi laba yang dilaporkan karena adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan peraturan yang lebih ketat. Perusahaan-perusahaan besar dan industri strategis cenderung menurunkan laba untuk mengurangi visibilitasnya khususnya selama periode kemakmuran tinggi. Tindakan ini dilakukan untuk memperoleh kemudahan dan fasilitas dari pemerintah misalnya subsidi. c. Taxation Motivations Perpajakan merupakan salah satu alasan utama mengapa perusahaan mengurangi laba yang dilaporkan. Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang paling nyata. Dengan mengurangi laba yang dilaporkan maka perusahaan dapat meminimalkan besamya pajak yang harus dibayarkan kepada pemerintah. d. Pergantian CEO CEO yang akan habis masa penugasannya atau pensiun akan melakukan strategi memaksimalkan laba untuk meningkatkan bonusnya. Demik:ian pula CEO yang kinerjanya kurang baik akan cenderung memaksimalkan laba untuk mencegah atau membatalkan pemecatannya. e. Initial Public Offering (IPO) Pada saat perusahaan go public, infonnasi keuangan yang ada dalam prospektus merupakan sumber informasi yang penting.Informasi ini dapat dipakai sebagai sinyal kepada calon investor tentang nilai perusahaan. Untuk mempengaruhi keputusan calon investor maka manajer berusaha menaik:kan laba yang dilaporkan. t: Pentingnya Memberikan Informasi Kepada Investor Infonnasi mengenai kinerja perusahaan harus disampaikan kepada investor sehingga pelaporan laba perlu disajikan agar investor tetap menilai bahwa perusahaan tersebut dalam kinerja yang baik. 1.3. Teknik Manajemen Laba Teknik: manajemen laba menurut Setiawati dan Na'im (2000) dalam Rahmawati (2006) dapat dilakukan dengan tiga teknik: yaitu: a. Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntami Cara manajemen mempengaruhi laba melalui judgment (perkiraan) terhadap estimasi akuntansi antara lain estimasi tingkat piutang tak tertagih, estimasi kurun waktu depresiasi aktiva tetap atau amortisasi aktiva tak berwujud, estimasi biaya garansi dan lain-lain. b. Mengubah metode akuntami Perubahan metode akunatansi yang digunakan untuk mencatat suatu transaksi, contoh: merubah metode depresiasi aktiva tetap dari metode depresiasi angka tahun ke metode depresiasi garis lurus. MANAlEMEN LABA:MENGAPA BANYAK MENGUNDANG KONTROVERSI? Jiltyllnto 27 c. Menggeser periode biaya atau pendapatan. Contoh rekayasa periode biaya atau pendapatan antara lain : mempercepat/menunda pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan sampai pada periode akuntansi berikutnya, mempercepat/menunda promosi sampai periode berikutnya, mempercepat/menunda pengiriman produk ke pelanggan, mengatur saat penjualan aktiva tetap yang sudah idak terpakai. 2.4. Pola Manajemen Laba Pola manajemen laba menurut Scott (2000) Rahmawati (2006) dapat dilakukan dengan cara: a. Taking a Bath Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru dengan melaporkan kerugian dalamjumlah besar.Tindakan ini diharapkan dapat meningkatkan laba dimasa datang. b. Income Minimization Dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat profitabilitas yang tinggi sehingga jika laba pada periode mendatang diperkirakan turun drastis maka dapat diatasi dengan mengambillaba periode sebelumnya. c. Income Ma:rimization Dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas income maximization bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar.Pola ini dilakukan oleh perusahaan yang melakukan pelanggaran petjanjian hutang. d Income Smoothing Perataan laba (income smoothing) merupakan suatu bentuk manajemen laba yang mencerminkan hasil ekonomi, tidak sebagaimana keadaannya, tetapi merupakan penampilan yang diinginkan manajemen. Income smoothing mengandalkan tidak pada pemalsuan atau penyimpangan, tetapi pada peluang luas yang terdapat dalam alternatif prinsip akuntansi yang berterima unwm (GAAP) dan penjabarannya. Sasaran utamanya adalah untuk melunakkan variabilitas laba setiap tahunnya, dengan mengalihkan pendapatan dari tahun yang baik ke tahun yang buruk. Dalam hal ini pendapatan masa yang akan datang dapat dialihkan ke tahun sekarang atau sebaliknya, demikian pula halnya dengan biaya dapat dimodiflkasi dengan mengalihkan beban atau kerugian dari periode ke periode. Contohnya adalah pengurangan biaya diskresi (discretionary cost; seperti biaya iklan dan litbang) pada tahun berjalan untuk memperbaiki laba periode betjalan, kebijakan ini disebut real smoothing. Real smoothing mengacu pada penetapan waktu berlangsungnya transaksi-transaksi aktual seperti pengeluaran biaya iklan dan litbang.Artificial smoothing dapat dilakukan melalui prosedur-prosedur akuntansi dengan pengalokasian biaya atau pendapatan dari satu periode ke periode lain. Dalam hal ini, dapat dilakukan perubahanprosedur akuntansi tertentu (misalnya; metode depresiasi tertentu) untuk mencapai laba yang relatif stabil. Sedangkan classificatory smoothing merupakan pengklasifikasian elemen-elemen laporan laba rugi untuk mengurangi variasi laba dari periode ke periode melalui extraordinary item Income Smoothing Vs Agency theory Salah satu penyebab yang dapat mendorong manajer untuk melakukan income smoothing melalui tiga dimensi yaitu real, artificial dan classificatory smoothing adalah adanya perhatian investor yang selama ini cenderung terpusat pada informasi laba tanpa memperhatikan proses Fokus Ekonomi Vol.3 No.1Juni2008 :24 - 34 yang digunakan untuk mencapai tingkat laba tersebut. Oleh karen.a itu, man.ajer memanfaatkan h.al tersebut untuk melakukan income smoothing yang bertujuan untuk menstabilkan laba sesuai kepentingannya.Hal ini dilakukan untuk menarik perhatian investor, dengan harapan investor dapat memiliki motivasi yang tinggi untuk berinvestasi dalam perusahaan yang memiliki laba relatif stabil tersebut. Penyebab lain man.ajemen melakukan perataan laba dengan cara memilih metode akuntansi adalah untuk memaksimumkan kepuasan dan kemakmurannya.Pernyataan inisangat terkait dengan agency theory (teori agensi).Teori keagenan dapat dipandang sebagai suatu versi dari game theory, yang membuat suatu model kontraktual antara dua atau lebih orang (pihak), dimana salah satu pihak disebut agent dan pihak yang lain disebut principal. Principal mendelegasikan pertanggungjawaban atas decision making kqJada agent, h.al ini dapat pula dikatakan bahwa principal memberikan suatu amanah kepada agent untuk melaksanakan tugas tertentu sesu.ai dengan kontrak kerja yang telah disepakati. Wewenang dan tanggungjawab agent maupun principal diatur dalam kontrak kerja atas persetujuan bersama. Perusahaan mempunyai banyak kontrak, misalnya kontrak kerja antara perusahaan dengan para man.ajernya dan kontrak pinjaman antara perusahaan dengan krediturnya. Kedua jenis kontrak tersebut seringkali dibuat berdasarkan angka laba bersih. Sehingga dapat dikatakan bahwa teori agensi mempunyai implikasi terhadap akuntansi. Kontrak kerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kontrak kerja antara pemilikmodal dengan manajer perusahaan. Pemilikmodal atau investor disebut sebagai principal, sedangkan manajer disebut sebagai agent. Dimana antara agent dan principal ingin memaksimumkan utility masing-masing dengan informasi yang dimiliki. Tetapi di satu sisi, agent memiliki informasi yang lebih banyak (full information) dibanding dengan principal di sisi lain, sehingga menimbulkan adanya asimetri information.Informasi yang lebih banyak dimiliki oleh manajer dapat memicu untuk melakukan tindakan-tindakan sesuai dengan keinginan dan kepentinganuntuk memaksimumkan utilitynya.Sedangkan bagi pemilik modal dalam hal ini investor akan sulit untuk mengontrol secara efektiftindakan yang dilakukan oleh man.ajemen karena hanya memiliki sedikit informasi yang ada.Oleh karena itu, terkadang kebijakan-kebijakan tertentu yang dilakukan oleh manajemen perusahaan, misalnya; tindakan untuk melakukan perataan laba melalui real, artificial dan classificatory smoothing, tanpa sepengetahuan pihak pemilikmodal atau investor. Namun dapat dipastikan bahwa pada akhirnya akan menimbulkan suatu gejolak, ketika investor memperhatikan proses tirciptanya laba akibat tindakan perataan yang dilakuk.an manajemen, yang pada gilirannya kebijakan tersebut memiliki pengaruh terhadap motivasi investor untuk melakukan investasi. Dalam income smoothing diasumsikan investor adalah orang yang menolak risiko. Salah satu ukuran risiko bagi investor yang akan dihindari adalah adanya laba perusahaan yang tidak stabil dari periode ke periode. Laba yang tidak stabil akan memberikan dividen yang sulit untuk diprediksi dan bahkan tidak ada kepastian tentang dividen yang akan diterima investor dimasa datang. Sebaliknya, investor lebih cenderung terhadap laba perusahaan yang relatif stabil sepanjang periode, sehingga mempengaruhi motivasi investor untuk berinvestasi. Hal ini didasarkan pula bahwa pola laba periodik yang stabil dapat mendukung tingkat dividen yang lebih tinggi diperoleh investor dibandingkan pola laba periodik yang fluktuatif juga menyatakan bahwa motivasi yang maulorong dilakukannya income smoothing adalah untuk memperbaiki hubungan antara perusahaan dengan pihak luar perusahaan seperti; investor, kreditur dan pemerintah. MANAlEMEN LABA:MENGAPA BANYAK MENGUNDANG KONTROVERSI? Jiltyllnto 29 3. Pembahasan 3.1. Manajemen Laba dan Asimetris lnformasi Agency theory mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara Manajer sebagai agen dan pemilik sebagai prinsipal.Asimetri informasi munculketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemegang saham dan stakeholder lainnya. Dikaitkan dengan peningkatan nilai perusahaan, ketika terdapat asimetri informasi manajer dapat memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada investor guna memaksimisasi ni1ai saham perusahaan.Sinyal yang mberikan dapat dilakukanmelalui pengungkapan (disclosure) informasi akuntansi. Asimetri informasi adalah suatu keadaan d.imana manajer memiliki akses informasi atas prospekperusahaan yang tidak dimilikioleh pihak luar perusahaan.Agency theory mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara manajer (agent) dengan pemilik. (principal).Penelitian Richardson (1998) dalam Julia Halim et all, 2005 menunjukkan adanya hubungan antara asimetri informasi denganmanajemen laba.Ketika asimetri informasi tinggi, stakeholder tidakmemiliki sumber daya yang cukup, insentif, atau akses atas informasi yang relevan untuk memonitor tindakan manajer, dimana hal ini memberikan kesempatan atas praktek manajemen laba. Adanya asimetri informasi akan mendorong manajer untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinetja manajer. Laporan keuangan sebagai sarana informasi yang ditujukan untuk mengurangi asimetris informasi antara manajemen danpemilik perusahaan memiliki keJemahan tertentu. Walaupun proses penyusunan laporan keuangan telah diatur oleh suatu estindar yang ditetapkan oleh profesi akuntan sendiri namun perlu disadari bahwa laporan keuangan mengandung banyak asumsi, penilaian serta pilihan metode penghitungan yang dapat digunakan oleh pembuatnya. Adanya pilihan kebijakan akuntansi dalam standar yang dapat digunakan membuat manajemen memiliki cukup keleluasaan untuk memanipulasi laporan keuangan tersebut. Pilihan metode akuntansi yang secara sengaja dipilih oleh manajemen untuk tujuan tertentu dikenal dengan sebutan manajemen laba. Standar akuntansi sendiri mengantisipasi dampak informasi asimetri dengan mengharuskan manajemen melakukan pengungkapan penuh atas kondisi keuangan perusahaan dalam laporan keuangan. Prinsip pengungkapan penuh inidiharapkan dapat membantu pe:ngguna laporan keuangan untuk menilai kondisi perusahaan sebelum membuat suatu keputusan ekonomi. Asimetri informasi memungkinkan manajemen sebagai pembuat laporan keuangan melakukan manajemen laba demi kepentingan tertentu. Dilain pihak adanya prinsi pengungkapan penuh dapat digunakan untuk mengurangi asimetris informasi yang pada akhirnya juga dapat mengurangi kemungkinan dilakukannya manajemen laba oleh pihak manajemen. 3.2. Manajemen Laba dan Tingkat Pengungkapan Asimetri informasi yang terjadi antara manajer dengan pemegang saham sebagai pengguna laporan keuangan menyebabkan pemegang saham tidak dapat mengamati seluruh kinerja dan prospek perusahaan secara sempurna. Dalam situasi dimana pemegang saham memiliki informasi yang lebih sedikit dari manajer, manajer dapat memanfaatkan fleksibilitas yang dimilikinya untuk melakukan manajemen laba. Tingkat pengungkapan dalam laporan keuangan akan membantu pemegangsaham memahami isi dan angka yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Hasil penelitian Julia Halim dkk (2005) menyimpulkan bahwa manajemen laba berpengaruh positif signiflkan pada tingkat pengungkapan laporan keuangan. Dengan demikian, peningkatan pengungk:apan Fokus Ekonomi Vol.3 No.1Juni2008 :24 - 34 menyebabkan fleksibilitas manajer untuk: melakukan manajemen laba akan berkurang karena berkurangnya asimetri informasi antara manajemen dengan pemegang saham dan pengguna laporan keuangan lainnya. Penelitian mengenai hubungan manajemen laba dan tingkat pengungkapan telah dilakukan oleh Lobo and Zhou (2001) dalam Julia Halim dkk (2005) yang meneliti 1444 perusahaan dalam 5 tahun penelitian dan menemukan bukti kuat bahwa kualitas pengungkapan berkorelasi negatif dengan manajemen laba.Penelitian yang sama dilakukan oleh Sylvia Veronica dan Yanivi Bachtiar (2003) yang meneliti laporan keuangan tahun 1999 dan menemukan hasil yang sama dimana manajemen laba dan tingkat pengungkapan memiliki hubungan yang negatif. Dalam laporan keuangan, manajemen akan melakukan pengungkapan yang seperlunya, hal ini dilakukan agar manajemen dapat mempraktekkan manajemen laba untuk mencapai tujuan tertentu. Jika manajemen melakukan pengungkapan informasi keuangan perusahaan seminimum mungkin maka kondisi asimetri informasi akan terjadi sehingga memberikan keleluasaan bagi manajer untuk: melakukan manajemen laba. 3.3. Manajemen Laba dan IPO Initial public offerings (IPO) merupakan penawaran saham suatu perusahaan private yang pertama kali kepada publik. Penawaran ini bertujuan memperoleh tambahan dana untuk membiayai dan mengembangkan usahanya.Pada saat melakukan penawaran perusahaan harus menyediakan prospektus yang berisi informasi keuangan dan non keuangan dimana informasi keuangan terdiri dari neraca (balance sheet), laporan laba rugi (income statement), laporan arus kas (cash flow statement), dan penjelasan atas laporan keuangan (notes offmancial statement).Sedangkan informasi non keuangan berisi informasi mengenai underwriter, auditor independen, konsultan hukum, nilai penawaran saham, prosentase saham yang ditawarkan, umur perusahaan, dan informasi lain yang mendukung. Informasi dalam prospektus tersebut dibutuhkan investor dalam proses pembuatan keputusan di bursa. Informasi dalam prospektus tersebut akan memberikan gambara n mengenai kondisi, prospek ekonomi, rencana investasi, serta ramalan laba dan dividen yang akan dijadikan dasar dalam pembuatan keputusan rasional mengenai resiko dan nilai saham yang ditawarkan perusahaan. Selama ini jarang ada media yang meliput kondisi suatu perusahaan selama tiga tahun terakhir sebelum perusahaan tersebut go public sehingga investor cenderung menyandarkan diri kepada prospektus untuk mengetahui informasi dan menilai perusahaan yang go public tersebut. Sedikitnya informasi yang tersedia menyebabkan investor cenderung menyandarkan diri pada informasi yang dicantumkan dalam prospektus. Sedikitnya informasi yang tersedia mendorong dan memotivasi manajer melaporkan informasi yang menguntungkan dengan mempercantik laporan keuangannya melalui permainan akrual untuk: mengatur tingkat laba yang dilaporkan. Adanya hubungan antara informasi akuntansi dan harga ekuitas pada saat penawaran mengarahkan pada anggapan bahwa perusahaan memiliki dorongan untuk melakukan manipulasi kinerja yang dapat meningkatkan penerimaan melalui pengaturan tingkat laba yang dilaporkan (earnings management). Dilihat dari sudut pandang akuntansi ada dua keterbatasan investor dalam menginterprestasikan laporan keuangan, pertama kriteria penyajian elemen laporan keuangan yang rentan terhadap kebijakan manajer. Sehingga manajer memiliki peluang untuk menetapkan rekayasa kebijakan, sebab akuntansi memang memberikan peluang bagi manajer untuk mencatat fakta tertentu dengan cara tertentu dan melibatkan subjektifitas dalam penyusun estimasi. Kedua, tidak adanya MANAlEMEN LABA:MENGAPA BANYAK MENGUNDANG KONTROVERSI? Jiltyllnto 31 observasi yang sempurna, mengingat tidak semua kebijakan maoajer dapat diobservasi oleh investor. K.edua keterbatasan investor itulah yang memberi peluang bagi manajer untuk lebih bersikap oportunis dengan mengelola laba demi keuntungannya sendiri (moral hazard). Sikap oportunis tersebut sebenamya merupakan sikap curang (fraud) manajer yang diimplikasikan dalam laporan keuangan pada saat penawaran perdana, walaupun pasca penawaran maoajer tidak mampu lagi melanjutkan sikap curangnya yang tercermin dari penurunan kinerja perusahaannya. Sehingga meski dalam jangka pendek perusahaan mampu mempertahankan kinerja yang dilaporkan dengan lebih tinggi tersebut (overperformance), dalamjangka panjang penurunan kinerja akan tetap terjadi. Menurut Healy dan Palepu (1993), ada tiga kondisi yang menyebabkan komunikasi melalui laporan keuangan tidak sempurna dan tidak transparan yaitu: (1) dibandingkan dengan investor, maoajer memiliki informasi lebih banyak tentang strategi dan operasi bisnis yang dikelolanya, (2) kepentingan manajer tidak selalu selaras dengan kepentingan investor, dan (3) ketidaksempurnaan dari aturan akuntansi dan audit. Leuz et al. (2003) melakukan studi komparatif internasional tentang maoajemen laba dan proteksi investor dengan sampel31 negara, yang meliputi periode pengamatan dari tahun 1990 sampai tahun 1999. Dalam penelitian ini Indonesia termasuk sebagai sampel. Tujuan penelitiannya adalah untuk memberikan bukti empirik adanya perbedaan manajemen laba di berbagai negara, dan perbedaan tersebut dikarenakan adanya perbedaan proteksi terhadap investor. Bedasarkan pada nilai rata-rata skor maoajemen laba, Indonesia berada pada urutan ke 15 dari 31 negara.Artinya, Indonesia berada pada tingkat menengah, tingkat terendah maoajemen laba adalah Amerika Serikat. Jika dibandingkan dengan negara ASEAN yang ikut terpilih sebagai sampel yaitu: Malaysia, Filipina, dan Thailand, maka Indonesia adalah yang paling besar tingkat maoajemen labanya. 3.4. Manajemen Laba dan Dewan Komisaris Dewan Komisaris diyakini memiliki peran penting dalam pengelolaan perusahaan khususnya dalam memonitor manajemen puncak (Fama dan Jansen, 1983 dalam Linda Kusumaning, 2004). Beasley (1996) meneliti hubungan antara proporsi dewan komisaris dan kecurangan (fraud) laporan keuangan. Hasil penelitiannya membuktikan bahwa perusahaan yang melakukan kecurangan mempunyai persentase dewan komisaris ekstemal yang signiflkan lebih rendah daripada perusahaan yang tidak melakukan kecurangan. Sejalan dengan pendapat tersebut Park and Shin, 2004 dalam Hafiza dan Susela Devi, 2006 menyatakan theorize that the board of directors is the most important internal control mechanisms that are responsible to monitor the actions of top management. The board of directors have the main duty to ensure that management is behaving in the best interest of shareholders by monitoring management activity.Hasil penelitian Rashidah & Fairuzanah, 2006 menyimpulkan bahwa manajemen laba berhubungan positif dengan ukuran dewan komisaris. Adanya kewajiban dibentuknya komite audit pada perusahaan-perusahaan publik oleh Bursa Efek Jakarta menunjukkan bahwa BEJ ingin meningkatkan pengawasan terhadap pengelolaan perusahaan sehingga dapat mengurangi aktivitas manajemen laba melalui akrual discretioner. 4. Kesimpulan Manajemen laba adalah campur tangan manajemen dalam proses penyusunan laporan keuangan eksternal guna mencapai tingkat laba tertentu dengan tujuan untuk menguntungkan dirinya sendiri atau perusahaannya sendiri. Peluang untuk mendistorsi laba tersebut timbul karena metode Fokus Ekonomi Vol.3 No.1Juni2008 :24 • 34 akuntansi memberikan peluang bagi manajemen untuk mencatat suatu fakta tertentu dengan cara yang berbeda dan peluang bagi manajemen untuk melibatkan subyektifitas dalam menentukan estimasi. Praktek manajemen laba cukup banyak mengundang kontroversi. Disatu sisi manajemen laba merupakan tindakan yang tidak menyalahi peraturan yang ada dan berlaku unmm tetapi disisi lain manajemen laba dipandang sebagai bentuk pemanipulasian akuntansi. Dengan adanya praktek manajemen laba reliabilitas dari laba akan tereduk:si Watts and Zimmerman (1986) dalam Julia Halim dkk (2005) adalah: (a) The Bonus Plan Hypothesis (b) The Debt to Equity Hypothesis (Debt Covenant Hypothesis) (c) The Political Cost Hypothesis (Size Hypothesis). Scott (2000:302) mengemukakan beberapa motivasi terjadinya manajemen laba:(a) Bonus Pwposes (b) Political Motivations (c) Taxation Motivations (d) Pergantian CEO (e) Initial Public Offering (IPO) (f) Pentingnya Memberikan Informasi Kepada Investor. Teknik manajemen laba menurut Setiawati dan Na'im (2000) dalam Rahmawati (2006) dapat dilakukan dengan tiga teknik yaitu: (a) Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi (b) Mengubah metode akuntansi (c) Menggeser periode biaya atau pendapatan. Sedangkan pola manajemen laba menwut Scott (2000) Rahmawati (2006) dapat dilakukan dengan cara: (a) Taking a Bath (b) Income Minimization (c) Income Maximization (d) Income Smoothing. Daftar Pustaka BeasleyM. 1996. An Empirical Analysis of the Relation Between The Board of Director Compotition and Financial Statement Fraud. Contemporary Accounting Research 15: 124. Hafiza Aishah Hashim & Susela Devi. 2006. The Impact of Board Characteristics on Earnings Quality:Evidence from Malaysian Listed Companies. Proceedeng J8lh Asian Pacific Conference. Healy P.M & K.G Palepu. 1993. The Effect of Firms Financial Disclosure Strategies on Stock Prices. Accounting Horizons. Volume 7 No.1Maret 1993: 1-11. Julia Halim, Carmel Meiden & Rudolf Lumban Tobing.2005. Pengaruh Manajemen /aha Pada Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang Termasuk Dalam Indeks LQ-45. SNA VIll Solo, 15 - 16 September 2005. Katherine Schipper and Linda Vmcent. Earnings Quality. Accounting Horizons Supplement 2003: pp97-110. Leuz CNanda & P.O. Wysocki. 2003. Earnings Management and Investor Protection: an International Comparation. Journal of Financial Economics. Volume 69: 505-527. Linda Kusumaning Wedari. 2004. Ana/isis Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris dan Keberadaan Komite Audit Terhadap Aktivitas Manajemen Laba. Simposium Nasional Akuntansi. MANAlEMEN LABA:MENGAPA BANYAK MENGUNDANG KONTROVERSI? Jiltyllnto 33 Mursalim. 2005. Income Smoothing dan Motivasi Investor: Studi Empiris Pada Investor di BEJ. SNA VIII Solot 15 -16 September 2005 Paul M.Healy and James M. Wahlen. A Review of the Earning Management Literature and Its Implications for Standard Setting. Commentaryt Harvard University and University Bloomington at Indiana. Accounting Horizons voll3 no. 4 Desember 1999 pp 365-383 Rahmawati, Yacob Suparno, Nurul Qomariyah. 2006. Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Praktik manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan Publik Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. SNA IX Padang. Rashidah Abdul Rahman and Fairuzana Haneem Mohamed Ali. 2006. Board, Audit Committee, Culture and Earnings Management: Malaysian Evidence. Manajerial Auditing Journalt Volume21 Issue7:783-804 tahun2006. Scottt WilliamR.2000. FinancialAccountingTheory. USA: Prentice Hall. Sylvia Veronica dan Yanivi S. Bachtiar (2003)t Hubungan Antara Manajemen Laba Dengan 1ingkat Pengungkapan Laporan Keuangan. SNA VIII Solot 15- 16 September 2005. Fokus Ekonomi Vol.3 No.1Juni2008 :24 - 34