UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA FACULTY OF ECONOMICS INTERNATIONAL CLASS

Transcription

UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA FACULTY OF ECONOMICS INTERNATIONAL CLASS
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
FACULTY OF ECONOMICS
INTERNATIONAL CLASS
COVER SHEET FOR GROUP ASSIGNMENTS
Group Name
: Neraca
Student Name
: Agus Hermanto
Student ID : 17109
Student Name
: Intan Junita
Student ID : 17128
Student Name
: Marchelin
Student ID : 17145
Student Name
: Hany
Student ID : 17422
Course Title
: Manajemen Keuangan
Course Code : KEU230
Instructor
: Alex Jatmiko Wibowo
Semester
: III
Assignment Title : Analisis Modal Kerja Perusahaan
Due Date
: Senin, 23 November 2009
Please ensure that you have met the following requirements prior submitting your assignment
by ticking ( ) the boxes
Submitted on A4 paper
2 spacing
4 cm margin (left), 3 cm margin (top, bottom and right)
Pages stapled
Appropriate typing, spellings, and citations
Paginated
DECLARATION
I declare that the assignment presented here is entirely my own work except where
otherwise indicated.
Signature/s
Date
I.
PROFIL PERUSAHAAN (PT. DELTA DUNIA PETROINDO)
PT. Delta Dunia Petroindo Tbk. (selanjutnya disebut perseroan), semula
bernama PT. Daeyu Orchid Indonesia Tbk. (yang berstatus PMDN), yang
sebelumnya bernama PT. Daeyu Poleko Indonesia (yang berstatus PMA), didirikan
berdasarkan akta notaris No. 117 tanggal 26 November 1990. Pada awal berdirinya,
perusahaan ini bertempat (kedudukan) di Jalan Blora No. 21 Jakarta Pusat, kemudian
pada tahun 2005 pindah ke Jalan Raya Solo-Sragen, Km. 22, Purwosuman-Sidoharjo,
Kabupaten Sragen, yang sekaligus dengan pergantian nama dari PT. Daeyu Orchid
Indonesia Tbk. menjadi PT. Delta Dunia Petroindo (DOID). Pada tahun yang sama
ini pula izin perluasan bidang usaha perusahaan, yang kemudian menjadi
perindustrian, perdagangan, pertambangan, pengangkutan darat dan jasa, disetujui
oleh Menteri Kehakiman dan HAM Republik Indonesia
Perusahaan ini memulai usaha komersialnya pada tahun 1992.
Di dalam perjalanan perseroan, perseroan (perusahaan) ini mulai mencatatkan
sahamnya di Bursa Efek Jakarta pada tanggal 29 Mei 2001, ditandai dengan
keberhasilannya memperoleh Surat Pernyataan Efektif dari Ketua Badan Pengawas
Pasar Modal (BAPEPAM) untuk melakukan “Penawaran Umum Perdana Saham
Biasa Atas Nama” sejumlah 70.020.00 lembar dengan nominal Rp 100 pada harga
penawaran Rp 150.
Perusahaan yang sekarang telah mengakuisisi BUMA (PT. Bukit Makmur
Mandiri Utama) ini juga pernah melakukan RUPSLB (Rapat Umum Pemegang
1
2
Saham Luar Biasa) tentang perubahan pengurus perseroan. Selanjutnya pada bulan
Maret 2003, perseroan menjual anak perusahaan (PT. Orchid Beautiful Garment
Indonesia), namun 9 bulan kemudian perseroan membeli saham PT. Delta Merlin
Sandang Textile. Kemudian pada bulan juni 2005 perseroan melakukan RUPSLB
tentang perubahan pengurus perseroan dan berganti nama menjadi PT. Delta Dunia
Petroindo, Tbk. Setelah berubah nama menjadi PT. Delta Dunia Petroindo, Tbk.,
perseroan mengadakan RUPSLB dan mengambil keputusan untuk menjual anak
perusahaan PT. Delta Merlin Sandang Textile serta akuisisi PT. Margamas Griya
Realty, PT. Nusamakmur Ciptasarana dan PT. Sanurhasta Mitra dan mengadakan
perubahan kegiatan usaha utama, mengadakan pemecahan nilai saham dari Rp. 100,menjadi Rp. 50,- per lembar saham, menambah direksi, dan komisaris, merubah
kantor perseroan menjadi di Jakarta.
Pada 2008, perseroan telah melakukan perubahan bisnis inti dari industri dan
perdagangan garment menjadi perusahaan properti yang mengakibatkan penjualan
saham anak perusahaan, PT Delta Merlin Sandang Tekstile dan perseroan melakukan
pembelian 99,9% saham PT Margamas Griya Realti dan 99,9% saham PT
Nusamakmur Citpasentosa.
Kepengurusan:
Direksi :
Kom. Utama dan Independen: Siswanto
Dir. Utama : Gunawan Angkawibawa
Kom. Independen
: Steven Cahyadi
Direktur
Komisaris
: Benny Wirawansa
Corp. Secretary: R. Suhendra Wirjawan
: Hendry Kurniawan L.
II.
II.1
ANALISIS HUBUNGAN STRUKTUR MODAL DENGAN
NILAI PERUSAHAAN
Grafik Hubungan DER dan Closing Price Saham DOID
Grafik II.2. Closing Price
Grafik II.1. DER
Tahun
DER (%)
Close (Rp)
2004
1,8667
120
2005
1,6052
170
2006
1,0258
120
2007
2,0514
1.170
2008
0,1896
500
Tabel II.1. DER dan Closing Price Saham DOID tahun 2004-2008
3
4
Grafik II.3.Hubungan DER dan Closing Price Saham DOID tahun 2004-2008
II.2 Analisis Hubungan Struktur Modal dengan Nilai Perusahaan
(Kaitannya dengan Teori Struktur Modal)
Struktur modal merupakan kombinasi modal yang digunakan perusahaan
untuk mendanai aset perusahaan. Struktur modal perusahaan memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap nilai perusahaan. Penetapan kebijakan struktur modal
yang baik dapat meningkatkan nilai perusahaan yang akan mempengaruhi tingkat
kepercayaan pasar terhadap prospek perusahaan dan menjadi daya tarik bagi
investor untuk membeli saham perusahaan.
Berdasarkan Grafik Hubungan DER dan Closing Price saham DOID di atas,
diketahui bahwa diketahui bahwa penurunan DER dari tahun 2004 ke 2005
menyebabkan harga saham mengalami peningkatan yakni dari 120 menjadi 170.
Hal ini disebabkan beberapa faktor. Pertama, karena tingkat kepercayaan pasar
5
akan prospek perusahaan ini pada tahun 2005 meningkat, karena pada tahun
tersebut perusahaan berhasil membeli saham PT. Delta Merlin Sandang Textile
yang pada waktu itu pendapatannya lebih tinggi dari DOID sendiri dan hal
tersebut dapat menaikkan emiten ini. Selain itu, tingkat hutang yang berkurang
sebagaimana ditunjukkan oleh penurunan DER, memperlihatkan bahwa pada
tahun tersebut perusahaan berhasil melunasi beberapa persen dari hutangnya,
sehingga proporsi antara dana yang berasal dari internal dan dana yang berasal
dari eksternal (hutang jangka panjang), untuk ukuran perusahaan saat itu, bisa
seimbang (struktur modal perusahaan mulai membaik) yang pada akhirnya
berakibat pada peningkatan kepercayaan pasar yang menyebabkan meningkatnya
daya tarik investor untuk membeli saham perusahaan. Hal ini pada akhirnya akan
menyebabkan naiknya nilai perusahaan yang ditunjukkan dengan peningkatan
closing price saham DOID.
Keadaan struktur modal pada tahun 2005 berbeda dengan tahun berikutnya.
Dimana pada tahun 2006, meski DER terus mengalami penurunan sebanyak 57,94
poin, yang berarti perusahaan berhasil mengurangi dananya yang berasal dari
hutang, tetapi harga penutupan saham DOID pada tahun tersebut malah turun ke
Rp 120 dari Rp 170. Hal ini di karenakan kombinasi dana (hutang jangka panjang
dan modal sendiri) yang digunakan perusahaan untuk mendanai aset perusahaan
tidak seimbang, dengan kata lain, struktur modal DOID saat itu memburuk.
Karena proporsi hutang sudah berada di bawah batas minimal saat DOID
melakukan pengurangan penggunaan dana yang berasal dari eksternal.
Harga saham menjadi sangat tinggi pada tahun 2007 yaitu mencapai Rp
1.170 karena DER mengalami peningkatan yang tinggi, sebanyak 102,56 poin
6
dari tahun sebelumnya, yakni dari 102,58 menjadi 205,14. Hal tersebut
mengartikan bahwa DER berpengaruh terhadap kepercayaan para investor untuk
menanamkan modalnya pada perusahaan ini, meski ini berarti tingkat penggunaan
hutang untuk kegiatan pendanaan perusahaan menjadi naik. Hal ini dikarenakan
tingkat kebutuhan dana untuk perusahaan ini sudah sedemikian meningkat karena
pertumbuhan perusahaan, dan dana dari internal sudah tidak cukup untuk
membiaya semua kegiatan perusahaan, sehingga pilihan pihak manajemen untuk
menaikkan penggunaan dana dari luar perusahaan yang berupa hutang (debt)
adalah pilihan yang baik. Kebijakan struktur modal yang diambil pihak
manajemen pada tahun 2007 ini, menyebabkan kepercayaan pasar akan prospek
DOID meningkat, sehingga menarik investor untuk membeli saham DOID, yang
akhirnya menaikkan nilai DOID yang ditandai dengan naiknya harga saham
DOID.
Pada Tahun 2008, DER DOID mengalami penurunan cukup tajam sekitar
186,18 poin dari tahun sebelumnya, yaitu dari 205,14 menjadi 18,96. Ini
menyebabkan closing price saham DOID pada tahun tersebut juga ikut turun
menjadi Rp 500 dari harga sebelumnya sebesar Rp 1.170. Sama dengan yang
pernah dialami DOID pada tahun 2006, yaitu saat manajemen perusahaan ini
mencoba mengurangi penggunaan dana yang bersumber dari pihak eksternal.
Akibatnya juga sama, closing price DOID menjadi turun. Hal ini menunjukkan
bahwa kebijakan struktur modal yang diambil pihak manajemen saat itu cukup
buruk. Perubahan-perubahan yang dilakukan perusahaan ini pada tahun 2008,
seperti perubahan bisnis inti dari industri dan perdagangan garment menjadi
perusahaan properti yang mengakibatkan penjualan saham anak perusahaan, PT
7
Delta Merlin Sandang Tekstile dan pembelian 99,9% saham PT Margamas Griya
Realti dan 99,9% saham PT Nusamakmur Citpasentosa, menunjukkan
pertumbuhan perusahaan yang saat itu yang cukup meningkat, sehingga keputusan
untuk mengurangi penggunaan dana yang bersumber dari pihak eksternal adalah
pilihan yang kurang baik, karena pada saat itu DOID seharusnya justru menambah
dananya dengan penggunaan dari eksternal/hutang (debt). Untuk memenuhi
kebutuhan dana saat itu perusahaan menjual saham anak perusahaannya, PT Delta
Merlin Sandang Tekstile, yang justru berakibat pada turunnya kepercayaan pasar
akan propek DOID, karena pasar melihat bahwa DOID saat itu menanggung
resiko yang cukup tinggi dari keputusannya untuk membeli 99,9% saham PT
Margamas Griya Realti dan 99,9% saham PT Nusamakmur Ciptasentosa,
sementara DOID sendiri waktu itu butuh dana yang lebih untuk pendanaan aset
dalam perusahaan tersebut, sehingga keputusannya untuk menjual saham anak
perusahaannya saat itu terkesan sebagai cara DOID untuk mengurangi
kemungkinan manajemen menanggung resiko yang berlebihan. Pada akhirnya
nilai perusahaan ini pun turun dengan ditunjukkan penurunan dari harga
sahamnya, karena kepercayaan dari pasar yang berkurang akibat kesalahan
pengambilan kebijakan sturuktur modal.
III.
ANALISIS MANAJEMEN MODAL KERJA PERUSAHAAN
Modal Kerja Perusahaan (Rp)
Tahun
Modal Kerja Operasi
Bersih Perusahaan
Modal Kerja
2004
2005
2006
2007
2008
-237.243.459.927,00
344.423.526.477,00
241.017.997.532,00
454.490.767.498,68
248.882.736.471,00
295.231.561.268,00
373.974.850.776,00
299.708.446.473,00
646.699.047.364,93
101.626.779.697,00
Tabel III.1. Modal Kerja Perusahaan dan CCC
Grafik III.1. Modal Kerja Perusahaan
8
CCC (hari)
305,3692
304,8800
212,5090
299,1860
9
Grafik III.2. CCC
Perusahaan dalam setiap kegiatan usahanya tentu melakukan pembelanjaan
untuk menjalankan kegiatannya. Pembelanjaan berkaitan dengan modal kerja.
Salah satu aspek dari modal kerja adalah kas. Jumlah kas yang baik adalah yang
mencukupi, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Pengelolaan kas pada
perusahaan dapat dihitung dengan sikius konversi kas (CCC), yaitu lamanya
perusahaan mengkonversi bahan baku menjadi barang jadi, lamanya perusahaan
mendapatkan kas dari piutangnya, dan lamanya perusahaan dalam menangguhkan
hutang. CCC yang semakin cepat menandakan likuiditas perusahaan semakin baik
dan juga semakin sedikit modal yang digunakan untuk mendanai aktiva lancar
(modal kerja).
Berdasarkan Tabel dan Grafik Modal Kerja Dan CCC di atas, diketahui
bahwa pada tahun 2004 modal kerja operasi bersih perusahaan yang diperoleh
dari selisih aktiva lancar operasi dan hutang lancar operasi pada tahun tersebut
adalah sekitar Rp -237.243.459.927,00 dan modal kerja perusahaan waktu itu
10
yang diperoleh dari penjumlahan kas, piutang usaha dan persediaan sebanyak Rp
295.231.561.268,00. Ini menunjukkan bahwa pada tahun 2004 dengan waktu ratarata dana perusahaan terikat pada aktiva lancar (CCC) sekitar 305,3692 hari,
perusahaan banyak menggunakan modal untuk pendanaan aktiva lancar. Namun,
modal yang digunakan tersebut kebanyakan berasal dari sumber-sumber eksternal
yang berupa hutang lancar.
Pada tahun 2005, waktu rata-rata dana DOID terikat dengan aktiva lancar
turun sekitar 0,4892 dari sebelumnya 305,3692 menjadi 304,8800 hari. Penurunan
CCC ini mencerminkan menurunnya modal yang digunakan untuk pendanaan
aktiva lancar (modal kerja). Tetapi meski terjadi penurunan penggunaan modal
dalam pendanaan aktiva lancar, modal kerja operasi bersih perusahaan saat itu
justru naik menjadi Rp 344.423.526.477,00 dan modal kerja yang juga naik,
hingga mencapai Rp 373.974.850.776,00. Dari hasil pengamatan pada laporan
keuangan DOID, diketahui bahwa ternyata pada tahun tersebut, penurunan CCC
sepertinya merupakan cerminan penurunan proporsi hutang yang digunakan
perusahaan untuk kegiatan pendanaan aktiva lancar. Karena pada tahun 2005
tersebut hutang lancar dari perusahaan garment ini turun jauh di bawah
proporsinya pada tahun 2004. Namun, meskipun pada tahun 2005 tersebut
proporsi hutang lancar DOID menurun, tetapi modal kerja bersih dan modal kerja
kotor tetap naik, hal ini sepertinya dipengaruhi oleh naiknya harga saham DOID
saat itu yang juga merupakan sumber modal kerja dari perusahaan, sehingga
naiknya harga saham tersebut memberi suntikan bagi modal kerja, selain juga
karena penambahan modal dari pemilik perusahaan ini.
11
Keadaan pada tahun 2005 ini berbeda dengan keadaan pada tahun 2006.
Modal kerja perusahaan, baik modal kerja operasi bersih perusahaan maupun
modal kerja (kotor), mengalami penurunan yang cukup besar, menjadi Rp
241.017.997.532,00 dan Rp 299.708.446.473,00 dari tahun sebelumnya.
Penurunan ini ditunjukkan dengan penurunan CCC DOID saat itu yang menjadi
212,5090 hari, 92,371 hari lebih rendah dari tahun sebelumnya. Hal ini
dipengaruhi beberapa hal. Seperti yang dijelaskan pada bagian II, dimana pada
tahun 2006 harga saham DOID jatuh, yang juga berakibat pada menurunnya dana
dari sumber modal kerja yang satu ini, sehingga modal kerja DOID pun ikut
turun. Selain itu, penurunan modal kerja juga dikarenakan menurunnya
penggunaan proporsi hutang lancar untuk kegiatan pendanaan perusahaan.
Di tahun 2007, CCC DOID naik 86,677 hari dari tahun sebelumnya dan
menjadi 299,1860 hari. Kenaikan ini berbanding lurus dengan kenaikan modal
kerja operasi bersih DOID dan modal kerja kotornya yang cukup tajam, yang
masing-masing naik menjadi Rp 454.490.767.498,68 dan Rp 646.699.047.364,93
dari tahun sebelumnya. Naiknya CCC pada tahun 2007, menunjukkan bahwa
penggunaan modal untuk pendanaan aktiva lancar pada tahun tersebut juga naik,
yang pada akhirnya berdampak pada naiknya jumlah modal kerja, baik modal
kerja bersih, ataupun modal kerja kotor. Naiknya modal kerja pada tahun 2007 ini
dikarenakan sumber modal kerja seperti saham, saat itu harganya sedang naik,
sehingga perusahaan mendapatkan suntikan modal yang cukup banyak untuk
menambah jumlah persediaannya dan menambah jumlah aktiva lancarnya.
Pada tahun 2008, CCC perusahaan belum dapat didefinisikan, karena
berdasarkan data (laporan keuangan) yang diperoleh, jumlah hutang dagang dan
12
harga pokok penjualan pada tahun ini belum diketahui secara pasti. Namun,
berdasarkan jumlah modal kerja operasi bersih perusahaan dan modal kerja kotor
perusahaan pada tahun 2008, yang mengalami penurunan dari tahun sebelumnya
menjadi Rp 248.882.736.471,00 dan Rp 101.626.779.697,00, dapat dipastikan
bahwa CCC DOID pada tahun 2008 mengalami penurunan. Penurunan ini
dikarenakan berkurangnya modal yang digunakan perusahaan untuk mendanai
aktivanya. Seperti telah diketahui bahwa pada tahun 2008, terjadi penurunan
ekspansi dana dari sumber-sumber modal kerja, seperti saham dan hutang lancar.
Karena pada tahun tersebut, harga saham DOID jatuh Rp 1.050 di bawah harga
penutupan pada tahun sebelumnya. Hal ini menyebabkan DOID kehilangan
pasokan modal untuk pendanaan aktiva lancarnya. Hal ini diperparah oleh
penurunan penggunaan proporsi hutang pada tahun tersebut.
IV.
IV.1
KESIMPULAN
Hubungan Antara Harga Saham dan Struktur Modal
Kebijakan stuktur modal merupakan kebijakan tentang kombinasi (bauran)
dari segenap sumber pendanaan jangka panjang yang digunakan perusahaan.
Kebijakan struktur modal akan berpengaruh positif terhadap nilai saham melalui
penciptaan bauran atau kombinasi sumber dana (hutang jangka panjang dan modal
sendiri) sehingga mampu memaksimalkan nilai saham. Dalam kondisi tertentu
perusahaan dapat memenuhi kebutuhan dananya dengan mengutamakan sumbersumber dari dalam perusahaan, akan tetapi ada kalanya juga kebutuhan dana
sudah sedemikian meningkat karena pertumbuhan perusahaan, dan dana internal
telah di gunakan semua, maka tidak ada pilihan lain selain menggunakan dana
yang berasal dari luar perusahaan yang berupa hutang (debt).
Kebijakan mengenai struktur modal melibatkan tradeoff antara resiko dan
tingkat pengembalian, penambahan hutang memperbesar resiko perusahaan tetapi
sekaligus juga memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan. Resiko yang
makin tinggi akibat membesarnya hutang cenderung menurunkan harga saham,
tetapi meningkatnya tingkat pengembalian yang diharapkan akan menaikkan
harga saham tersebut. Struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang
mengoptimalkan keseimbangan antara resiko dan pengembalian, sehingga
memaksimumkan harga saham.
IV.2
MODAL KERJA PERUSAHAAN
Modal kerja merupakan dana yang harus tersedia dalam perusahaan yang
dapat digunakan untuk membelanjai kegiatan operasinya sehari-hari, misalnya
13
14
untuk memberikan persekot pembelian bahan mentah, membayar upah buruh, gaji
pegawai, dan sebagainya, dimana uang atau dana yang telah dikeluarkan itu
diharapkan akan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam waktu yang
pendek melalui hasil penjualan produknya.
Peningkatan atau penurunan modal kerja suatu perusahaan dapat terlihat
dari peningkatan atau penurunan CCC (siklus konversi kas) perusahaan tersebut.
Semakin pendek CCC, semakin sedikit modal yang digunakan untuk mendanai
aktiva lancar (modal kerja). Hal ini nampak pada hasil analisa terhadap laporan
keuangan DOID dari tahun 2004-2005. Di sana, nampak bahwa saat CCC
memendek, modal kerja juga akan mengalami penurunan. Demikian pula
sebaliknya, saat CCC memanjang, modal kerja akan naik.
Modal kerja yang akan digunakan sebaiknya tersedia dalam jumlah yang
cukup agar dapat memberikan keuntungan yang maksimal sehingga suatu
perusahaan bisa beroperasi secara ekonomis dan juga modal kerja yang cukup
dapat menekan biaya perusahaan menjadi rendah, menunjang segala kegiatan
operasi perusahaan secara teratur. Selain itu, pemilikan modal kerja yang cukup
akan memberikan beberapa keuntungan, antara lain memungkinkan perusahaan
dapat membayar semua kewajibannya tepat pada waktunya, memungkinkan
perusahaan tersebut untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk
melayani konsumen, dan memungkinkan perusahaan tersebut untuk dapat
beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh
barang atau jasa yang dibutuhkan.
15
Penetapan besarnya modal kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan berbedabeda, salah satunya bergantung pada jenis perusahaan. Kebijakan perusahaan
dalam mengelola jumlah modal secara tepat akan mengakibatkan keuntungan,
sedangkan akibat dari penanaman modal kerja yang kurang tepat akan
mengakibatkan kerugian.
Perusahaan harus hati-hati dalam menangani masalah keuangan dalam
pengelolaan sumber dan penggunaan modal kerja. Kenaikan dalam modal kerja
mungkin ditunjukkan dalam kas, efek, piutang maupun dalam persediaan atau
adanya penurunan atau berkurangnya hutang lancar, dan adanya kenaikan dalam
modal kerja ini akan diinterpretasikan bergantung kepada sumber-sumber yang
menyebabkan kenaikan tersebut. Apabila seluruh perubahan tersebut semuanya
berasal dari hasil operasi perusahaan, maka hal ini akan dinilai sebagai hal yang
amat baik atau menguntungkan dibandingkan dengan kenaikan modal kerja yang
berasal dari pengeluaran hutang jangka panjang.
Berdasarkan hasil analisis terhadap DOID, sumber-sumber modal kerja,
yaitu:
a. Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi jangka
pendek).
b. Penjualan aktiva tidak lancar.
c. Penjualan saham atau obligasi.
PERHITUNGAN
DEBT TO EQUITY RATIO
→ Tahun 2004
→ Tahun 2005
→ Tahun 2006
→ Tahun 2007
→ Tahun 2008
MODAL KERJA PERUSAHAAN PT. DELTA DUNIA PETROINDO Tbk
→ Tahun 2004
•
Modal kerja operasi bersih perusahaan
= aktiva lancar operasi – hutang lancar operasi
= Rp 302.805.850.100 – Rp 540.049.310.027
= Rp -237.243.459.927,00
•
Modal kerja
= kas + piutang usaha + persediaan
= Rp 77.468.317.618 + Rp (18.704.254.413 + 8.500.708.965) + Rp
190.558.280.272
= Rp 295,231,561,268.00
→ Tahun 2005
•
Modal kerja operasi bersih perusahaan
= aktiva lancar operasi–hutang lancar operasi
= Rp 381.233.394.758 – Rp 36.809.868.281
= Rp 344,423,526,477.00
•
Modal kerja
= kas + piutang usaha + persediaan
= Rp 5.206.734.071 + Rp 15.587.279.005 + Rp 353.180.837.700
= Rp 373,974,850,776.00
→ Tahun 2006
•
Modal kerja operasi bersih perusahaan
= aktiva lancar operasi – hutang lancar operasi
= Rp 312.274.232.845,93 – Rp 71.256.909.580
= Rp 241,017,997,532.00
•
Modal kerja
= kas + piutang usaha + persediaan
= Rp 21.946.964.182 + Rp 40.282.472.660 + Rp 237.479.009.631
= Rp 299,708,446,473.00
→ Tahun 2007
•
Modal kerja operasi bersih perusahaan
= aktiva lancar operasi–hutang lancar operasi
= Rp 694.498.148.235 – Rp 240.007.380.736,32
=Rp 454,490,767,498.68
•
Modal kerja
= kas + piutang usaha + persediaan
= Rp 78.036.783.970 + Rp 59.904.760.366.93 + Rp 508.757.503.028,00
= Rp 646,699,047,364.93
→ Tahun 2008
•
Modal kerja operasi bersih perusahaan
= aktiva lancar operasi – hutang lancar operasi
= Rp 264.036.300.708 – Rp 15.153.564.237
= Rp 248,882,736,471.00
•
Modal kerja
= kas + piutang usaha + persediaan
= Rp 556.267.412 + Rp 885.653.250 + Rp 100.184.859.035
= Rp 101,626,779,697.00
CASH CONVERSION CYCLE (CCC) PT. DELTA DUNIA PETROINDO Tbk
→ Tahun 2004
CCC = (DSO (Days of sales Outstanding) + DSI (Days Of Sales in Inventorys) –
DPO (Days of Paybles Outstanding)
=
=
→ Tahun 2005
CCC = (DSO (Days of sales Outstanding) + DSI (Days Of Sales in Inventory)) –
DPO (Days of Paybles Outstanding)
=
=
→ Tahun 2006
CCC = (DSO (Days of sales Outstanding) + DSI (Days Of Sales in Inventory)) –
DPO (Days of Paybles Outstanding)
=
=
→ Tahun 2007
CCC = (DSO (Days of sales Outstanding) + DSI (Days Of Sales in Inventory)) –
DPO (Days of Paybles Outstanding)
=
=
→ Tahun 2008
CCC = (DSO (Days of sales Outstanding) + DSI (Days Of Sales in Inventory)) –
DPO (Days of Paybles Outstanding)
=
=
REFERENSI
www.idx.co.id
http://www.duniainvestasi.com/bei/charts/DOID
http://www.asiasecurities.co.id/sys12x/images/stories/2009/Agustus/dn_20090828
.pdf\
http://www.duniainvestasi.com/bei/prices/stock
http://www.duniainvestasi.com/bei/intradays/chart
http://id.wikipedia.org/wiki/Delta_Dunia_Petroindo
Atmaja, Lukas Setia, Manajemen Keuangan, Edisi Revisi, Penerbit Andi,
Yogyakarta, 2001.
Pojok Bursa Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
R-1