UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA FACULTY OF ECONOMICS INTERNATIONAL CLASS
Transcription
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA FACULTY OF ECONOMICS INTERNATIONAL CLASS
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA FACULTY OF ECONOMICS INTERNATIONAL CLASS COVER SHEET FOR GROUP ASSIGNMENTS Group Name : Neraca Student Name : Agus Hermanto Student ID : 17109 Student Name : Intan Junita Student ID : 17128 Student Name : Marchelin Student ID : 17145 Student Name : Hany Student ID : 17422 Course Title : Manajemen Keuangan Course Code : KEU230 Instructor : Alex Jatmiko Wibowo Semester : III Assignment Title : Analisis Modal Kerja Perusahaan Due Date : Senin, 23 November 2009 Please ensure that you have met the following requirements prior submitting your assignment by ticking ( ) the boxes Submitted on A4 paper 2 spacing 4 cm margin (left), 3 cm margin (top, bottom and right) Pages stapled Appropriate typing, spellings, and citations Paginated DECLARATION I declare that the assignment presented here is entirely my own work except where otherwise indicated. Signature/s Date I. PROFIL PERUSAHAAN (PT. DELTA DUNIA PETROINDO) PT. Delta Dunia Petroindo Tbk. (selanjutnya disebut perseroan), semula bernama PT. Daeyu Orchid Indonesia Tbk. (yang berstatus PMDN), yang sebelumnya bernama PT. Daeyu Poleko Indonesia (yang berstatus PMA), didirikan berdasarkan akta notaris No. 117 tanggal 26 November 1990. Pada awal berdirinya, perusahaan ini bertempat (kedudukan) di Jalan Blora No. 21 Jakarta Pusat, kemudian pada tahun 2005 pindah ke Jalan Raya Solo-Sragen, Km. 22, Purwosuman-Sidoharjo, Kabupaten Sragen, yang sekaligus dengan pergantian nama dari PT. Daeyu Orchid Indonesia Tbk. menjadi PT. Delta Dunia Petroindo (DOID). Pada tahun yang sama ini pula izin perluasan bidang usaha perusahaan, yang kemudian menjadi perindustrian, perdagangan, pertambangan, pengangkutan darat dan jasa, disetujui oleh Menteri Kehakiman dan HAM Republik Indonesia Perusahaan ini memulai usaha komersialnya pada tahun 1992. Di dalam perjalanan perseroan, perseroan (perusahaan) ini mulai mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta pada tanggal 29 Mei 2001, ditandai dengan keberhasilannya memperoleh Surat Pernyataan Efektif dari Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) untuk melakukan “Penawaran Umum Perdana Saham Biasa Atas Nama” sejumlah 70.020.00 lembar dengan nominal Rp 100 pada harga penawaran Rp 150. Perusahaan yang sekarang telah mengakuisisi BUMA (PT. Bukit Makmur Mandiri Utama) ini juga pernah melakukan RUPSLB (Rapat Umum Pemegang 1 2 Saham Luar Biasa) tentang perubahan pengurus perseroan. Selanjutnya pada bulan Maret 2003, perseroan menjual anak perusahaan (PT. Orchid Beautiful Garment Indonesia), namun 9 bulan kemudian perseroan membeli saham PT. Delta Merlin Sandang Textile. Kemudian pada bulan juni 2005 perseroan melakukan RUPSLB tentang perubahan pengurus perseroan dan berganti nama menjadi PT. Delta Dunia Petroindo, Tbk. Setelah berubah nama menjadi PT. Delta Dunia Petroindo, Tbk., perseroan mengadakan RUPSLB dan mengambil keputusan untuk menjual anak perusahaan PT. Delta Merlin Sandang Textile serta akuisisi PT. Margamas Griya Realty, PT. Nusamakmur Ciptasarana dan PT. Sanurhasta Mitra dan mengadakan perubahan kegiatan usaha utama, mengadakan pemecahan nilai saham dari Rp. 100,menjadi Rp. 50,- per lembar saham, menambah direksi, dan komisaris, merubah kantor perseroan menjadi di Jakarta. Pada 2008, perseroan telah melakukan perubahan bisnis inti dari industri dan perdagangan garment menjadi perusahaan properti yang mengakibatkan penjualan saham anak perusahaan, PT Delta Merlin Sandang Tekstile dan perseroan melakukan pembelian 99,9% saham PT Margamas Griya Realti dan 99,9% saham PT Nusamakmur Citpasentosa. Kepengurusan: Direksi : Kom. Utama dan Independen: Siswanto Dir. Utama : Gunawan Angkawibawa Kom. Independen : Steven Cahyadi Direktur Komisaris : Benny Wirawansa Corp. Secretary: R. Suhendra Wirjawan : Hendry Kurniawan L. II. II.1 ANALISIS HUBUNGAN STRUKTUR MODAL DENGAN NILAI PERUSAHAAN Grafik Hubungan DER dan Closing Price Saham DOID Grafik II.2. Closing Price Grafik II.1. DER Tahun DER (%) Close (Rp) 2004 1,8667 120 2005 1,6052 170 2006 1,0258 120 2007 2,0514 1.170 2008 0,1896 500 Tabel II.1. DER dan Closing Price Saham DOID tahun 2004-2008 3 4 Grafik II.3.Hubungan DER dan Closing Price Saham DOID tahun 2004-2008 II.2 Analisis Hubungan Struktur Modal dengan Nilai Perusahaan (Kaitannya dengan Teori Struktur Modal) Struktur modal merupakan kombinasi modal yang digunakan perusahaan untuk mendanai aset perusahaan. Struktur modal perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan. Penetapan kebijakan struktur modal yang baik dapat meningkatkan nilai perusahaan yang akan mempengaruhi tingkat kepercayaan pasar terhadap prospek perusahaan dan menjadi daya tarik bagi investor untuk membeli saham perusahaan. Berdasarkan Grafik Hubungan DER dan Closing Price saham DOID di atas, diketahui bahwa diketahui bahwa penurunan DER dari tahun 2004 ke 2005 menyebabkan harga saham mengalami peningkatan yakni dari 120 menjadi 170. Hal ini disebabkan beberapa faktor. Pertama, karena tingkat kepercayaan pasar 5 akan prospek perusahaan ini pada tahun 2005 meningkat, karena pada tahun tersebut perusahaan berhasil membeli saham PT. Delta Merlin Sandang Textile yang pada waktu itu pendapatannya lebih tinggi dari DOID sendiri dan hal tersebut dapat menaikkan emiten ini. Selain itu, tingkat hutang yang berkurang sebagaimana ditunjukkan oleh penurunan DER, memperlihatkan bahwa pada tahun tersebut perusahaan berhasil melunasi beberapa persen dari hutangnya, sehingga proporsi antara dana yang berasal dari internal dan dana yang berasal dari eksternal (hutang jangka panjang), untuk ukuran perusahaan saat itu, bisa seimbang (struktur modal perusahaan mulai membaik) yang pada akhirnya berakibat pada peningkatan kepercayaan pasar yang menyebabkan meningkatnya daya tarik investor untuk membeli saham perusahaan. Hal ini pada akhirnya akan menyebabkan naiknya nilai perusahaan yang ditunjukkan dengan peningkatan closing price saham DOID. Keadaan struktur modal pada tahun 2005 berbeda dengan tahun berikutnya. Dimana pada tahun 2006, meski DER terus mengalami penurunan sebanyak 57,94 poin, yang berarti perusahaan berhasil mengurangi dananya yang berasal dari hutang, tetapi harga penutupan saham DOID pada tahun tersebut malah turun ke Rp 120 dari Rp 170. Hal ini di karenakan kombinasi dana (hutang jangka panjang dan modal sendiri) yang digunakan perusahaan untuk mendanai aset perusahaan tidak seimbang, dengan kata lain, struktur modal DOID saat itu memburuk. Karena proporsi hutang sudah berada di bawah batas minimal saat DOID melakukan pengurangan penggunaan dana yang berasal dari eksternal. Harga saham menjadi sangat tinggi pada tahun 2007 yaitu mencapai Rp 1.170 karena DER mengalami peningkatan yang tinggi, sebanyak 102,56 poin 6 dari tahun sebelumnya, yakni dari 102,58 menjadi 205,14. Hal tersebut mengartikan bahwa DER berpengaruh terhadap kepercayaan para investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan ini, meski ini berarti tingkat penggunaan hutang untuk kegiatan pendanaan perusahaan menjadi naik. Hal ini dikarenakan tingkat kebutuhan dana untuk perusahaan ini sudah sedemikian meningkat karena pertumbuhan perusahaan, dan dana dari internal sudah tidak cukup untuk membiaya semua kegiatan perusahaan, sehingga pilihan pihak manajemen untuk menaikkan penggunaan dana dari luar perusahaan yang berupa hutang (debt) adalah pilihan yang baik. Kebijakan struktur modal yang diambil pihak manajemen pada tahun 2007 ini, menyebabkan kepercayaan pasar akan prospek DOID meningkat, sehingga menarik investor untuk membeli saham DOID, yang akhirnya menaikkan nilai DOID yang ditandai dengan naiknya harga saham DOID. Pada Tahun 2008, DER DOID mengalami penurunan cukup tajam sekitar 186,18 poin dari tahun sebelumnya, yaitu dari 205,14 menjadi 18,96. Ini menyebabkan closing price saham DOID pada tahun tersebut juga ikut turun menjadi Rp 500 dari harga sebelumnya sebesar Rp 1.170. Sama dengan yang pernah dialami DOID pada tahun 2006, yaitu saat manajemen perusahaan ini mencoba mengurangi penggunaan dana yang bersumber dari pihak eksternal. Akibatnya juga sama, closing price DOID menjadi turun. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan struktur modal yang diambil pihak manajemen saat itu cukup buruk. Perubahan-perubahan yang dilakukan perusahaan ini pada tahun 2008, seperti perubahan bisnis inti dari industri dan perdagangan garment menjadi perusahaan properti yang mengakibatkan penjualan saham anak perusahaan, PT 7 Delta Merlin Sandang Tekstile dan pembelian 99,9% saham PT Margamas Griya Realti dan 99,9% saham PT Nusamakmur Citpasentosa, menunjukkan pertumbuhan perusahaan yang saat itu yang cukup meningkat, sehingga keputusan untuk mengurangi penggunaan dana yang bersumber dari pihak eksternal adalah pilihan yang kurang baik, karena pada saat itu DOID seharusnya justru menambah dananya dengan penggunaan dari eksternal/hutang (debt). Untuk memenuhi kebutuhan dana saat itu perusahaan menjual saham anak perusahaannya, PT Delta Merlin Sandang Tekstile, yang justru berakibat pada turunnya kepercayaan pasar akan propek DOID, karena pasar melihat bahwa DOID saat itu menanggung resiko yang cukup tinggi dari keputusannya untuk membeli 99,9% saham PT Margamas Griya Realti dan 99,9% saham PT Nusamakmur Ciptasentosa, sementara DOID sendiri waktu itu butuh dana yang lebih untuk pendanaan aset dalam perusahaan tersebut, sehingga keputusannya untuk menjual saham anak perusahaannya saat itu terkesan sebagai cara DOID untuk mengurangi kemungkinan manajemen menanggung resiko yang berlebihan. Pada akhirnya nilai perusahaan ini pun turun dengan ditunjukkan penurunan dari harga sahamnya, karena kepercayaan dari pasar yang berkurang akibat kesalahan pengambilan kebijakan sturuktur modal. III. ANALISIS MANAJEMEN MODAL KERJA PERUSAHAAN Modal Kerja Perusahaan (Rp) Tahun Modal Kerja Operasi Bersih Perusahaan Modal Kerja 2004 2005 2006 2007 2008 -237.243.459.927,00 344.423.526.477,00 241.017.997.532,00 454.490.767.498,68 248.882.736.471,00 295.231.561.268,00 373.974.850.776,00 299.708.446.473,00 646.699.047.364,93 101.626.779.697,00 Tabel III.1. Modal Kerja Perusahaan dan CCC Grafik III.1. Modal Kerja Perusahaan 8 CCC (hari) 305,3692 304,8800 212,5090 299,1860 9 Grafik III.2. CCC Perusahaan dalam setiap kegiatan usahanya tentu melakukan pembelanjaan untuk menjalankan kegiatannya. Pembelanjaan berkaitan dengan modal kerja. Salah satu aspek dari modal kerja adalah kas. Jumlah kas yang baik adalah yang mencukupi, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Pengelolaan kas pada perusahaan dapat dihitung dengan sikius konversi kas (CCC), yaitu lamanya perusahaan mengkonversi bahan baku menjadi barang jadi, lamanya perusahaan mendapatkan kas dari piutangnya, dan lamanya perusahaan dalam menangguhkan hutang. CCC yang semakin cepat menandakan likuiditas perusahaan semakin baik dan juga semakin sedikit modal yang digunakan untuk mendanai aktiva lancar (modal kerja). Berdasarkan Tabel dan Grafik Modal Kerja Dan CCC di atas, diketahui bahwa pada tahun 2004 modal kerja operasi bersih perusahaan yang diperoleh dari selisih aktiva lancar operasi dan hutang lancar operasi pada tahun tersebut adalah sekitar Rp -237.243.459.927,00 dan modal kerja perusahaan waktu itu 10 yang diperoleh dari penjumlahan kas, piutang usaha dan persediaan sebanyak Rp 295.231.561.268,00. Ini menunjukkan bahwa pada tahun 2004 dengan waktu ratarata dana perusahaan terikat pada aktiva lancar (CCC) sekitar 305,3692 hari, perusahaan banyak menggunakan modal untuk pendanaan aktiva lancar. Namun, modal yang digunakan tersebut kebanyakan berasal dari sumber-sumber eksternal yang berupa hutang lancar. Pada tahun 2005, waktu rata-rata dana DOID terikat dengan aktiva lancar turun sekitar 0,4892 dari sebelumnya 305,3692 menjadi 304,8800 hari. Penurunan CCC ini mencerminkan menurunnya modal yang digunakan untuk pendanaan aktiva lancar (modal kerja). Tetapi meski terjadi penurunan penggunaan modal dalam pendanaan aktiva lancar, modal kerja operasi bersih perusahaan saat itu justru naik menjadi Rp 344.423.526.477,00 dan modal kerja yang juga naik, hingga mencapai Rp 373.974.850.776,00. Dari hasil pengamatan pada laporan keuangan DOID, diketahui bahwa ternyata pada tahun tersebut, penurunan CCC sepertinya merupakan cerminan penurunan proporsi hutang yang digunakan perusahaan untuk kegiatan pendanaan aktiva lancar. Karena pada tahun 2005 tersebut hutang lancar dari perusahaan garment ini turun jauh di bawah proporsinya pada tahun 2004. Namun, meskipun pada tahun 2005 tersebut proporsi hutang lancar DOID menurun, tetapi modal kerja bersih dan modal kerja kotor tetap naik, hal ini sepertinya dipengaruhi oleh naiknya harga saham DOID saat itu yang juga merupakan sumber modal kerja dari perusahaan, sehingga naiknya harga saham tersebut memberi suntikan bagi modal kerja, selain juga karena penambahan modal dari pemilik perusahaan ini. 11 Keadaan pada tahun 2005 ini berbeda dengan keadaan pada tahun 2006. Modal kerja perusahaan, baik modal kerja operasi bersih perusahaan maupun modal kerja (kotor), mengalami penurunan yang cukup besar, menjadi Rp 241.017.997.532,00 dan Rp 299.708.446.473,00 dari tahun sebelumnya. Penurunan ini ditunjukkan dengan penurunan CCC DOID saat itu yang menjadi 212,5090 hari, 92,371 hari lebih rendah dari tahun sebelumnya. Hal ini dipengaruhi beberapa hal. Seperti yang dijelaskan pada bagian II, dimana pada tahun 2006 harga saham DOID jatuh, yang juga berakibat pada menurunnya dana dari sumber modal kerja yang satu ini, sehingga modal kerja DOID pun ikut turun. Selain itu, penurunan modal kerja juga dikarenakan menurunnya penggunaan proporsi hutang lancar untuk kegiatan pendanaan perusahaan. Di tahun 2007, CCC DOID naik 86,677 hari dari tahun sebelumnya dan menjadi 299,1860 hari. Kenaikan ini berbanding lurus dengan kenaikan modal kerja operasi bersih DOID dan modal kerja kotornya yang cukup tajam, yang masing-masing naik menjadi Rp 454.490.767.498,68 dan Rp 646.699.047.364,93 dari tahun sebelumnya. Naiknya CCC pada tahun 2007, menunjukkan bahwa penggunaan modal untuk pendanaan aktiva lancar pada tahun tersebut juga naik, yang pada akhirnya berdampak pada naiknya jumlah modal kerja, baik modal kerja bersih, ataupun modal kerja kotor. Naiknya modal kerja pada tahun 2007 ini dikarenakan sumber modal kerja seperti saham, saat itu harganya sedang naik, sehingga perusahaan mendapatkan suntikan modal yang cukup banyak untuk menambah jumlah persediaannya dan menambah jumlah aktiva lancarnya. Pada tahun 2008, CCC perusahaan belum dapat didefinisikan, karena berdasarkan data (laporan keuangan) yang diperoleh, jumlah hutang dagang dan 12 harga pokok penjualan pada tahun ini belum diketahui secara pasti. Namun, berdasarkan jumlah modal kerja operasi bersih perusahaan dan modal kerja kotor perusahaan pada tahun 2008, yang mengalami penurunan dari tahun sebelumnya menjadi Rp 248.882.736.471,00 dan Rp 101.626.779.697,00, dapat dipastikan bahwa CCC DOID pada tahun 2008 mengalami penurunan. Penurunan ini dikarenakan berkurangnya modal yang digunakan perusahaan untuk mendanai aktivanya. Seperti telah diketahui bahwa pada tahun 2008, terjadi penurunan ekspansi dana dari sumber-sumber modal kerja, seperti saham dan hutang lancar. Karena pada tahun tersebut, harga saham DOID jatuh Rp 1.050 di bawah harga penutupan pada tahun sebelumnya. Hal ini menyebabkan DOID kehilangan pasokan modal untuk pendanaan aktiva lancarnya. Hal ini diperparah oleh penurunan penggunaan proporsi hutang pada tahun tersebut. IV. IV.1 KESIMPULAN Hubungan Antara Harga Saham dan Struktur Modal Kebijakan stuktur modal merupakan kebijakan tentang kombinasi (bauran) dari segenap sumber pendanaan jangka panjang yang digunakan perusahaan. Kebijakan struktur modal akan berpengaruh positif terhadap nilai saham melalui penciptaan bauran atau kombinasi sumber dana (hutang jangka panjang dan modal sendiri) sehingga mampu memaksimalkan nilai saham. Dalam kondisi tertentu perusahaan dapat memenuhi kebutuhan dananya dengan mengutamakan sumbersumber dari dalam perusahaan, akan tetapi ada kalanya juga kebutuhan dana sudah sedemikian meningkat karena pertumbuhan perusahaan, dan dana internal telah di gunakan semua, maka tidak ada pilihan lain selain menggunakan dana yang berasal dari luar perusahaan yang berupa hutang (debt). Kebijakan mengenai struktur modal melibatkan tradeoff antara resiko dan tingkat pengembalian, penambahan hutang memperbesar resiko perusahaan tetapi sekaligus juga memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan. Resiko yang makin tinggi akibat membesarnya hutang cenderung menurunkan harga saham, tetapi meningkatnya tingkat pengembalian yang diharapkan akan menaikkan harga saham tersebut. Struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang mengoptimalkan keseimbangan antara resiko dan pengembalian, sehingga memaksimumkan harga saham. IV.2 MODAL KERJA PERUSAHAAN Modal kerja merupakan dana yang harus tersedia dalam perusahaan yang dapat digunakan untuk membelanjai kegiatan operasinya sehari-hari, misalnya 13 14 untuk memberikan persekot pembelian bahan mentah, membayar upah buruh, gaji pegawai, dan sebagainya, dimana uang atau dana yang telah dikeluarkan itu diharapkan akan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam waktu yang pendek melalui hasil penjualan produknya. Peningkatan atau penurunan modal kerja suatu perusahaan dapat terlihat dari peningkatan atau penurunan CCC (siklus konversi kas) perusahaan tersebut. Semakin pendek CCC, semakin sedikit modal yang digunakan untuk mendanai aktiva lancar (modal kerja). Hal ini nampak pada hasil analisa terhadap laporan keuangan DOID dari tahun 2004-2005. Di sana, nampak bahwa saat CCC memendek, modal kerja juga akan mengalami penurunan. Demikian pula sebaliknya, saat CCC memanjang, modal kerja akan naik. Modal kerja yang akan digunakan sebaiknya tersedia dalam jumlah yang cukup agar dapat memberikan keuntungan yang maksimal sehingga suatu perusahaan bisa beroperasi secara ekonomis dan juga modal kerja yang cukup dapat menekan biaya perusahaan menjadi rendah, menunjang segala kegiatan operasi perusahaan secara teratur. Selain itu, pemilikan modal kerja yang cukup akan memberikan beberapa keuntungan, antara lain memungkinkan perusahaan dapat membayar semua kewajibannya tepat pada waktunya, memungkinkan perusahaan tersebut untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk melayani konsumen, dan memungkinkan perusahaan tersebut untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan. 15 Penetapan besarnya modal kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan berbedabeda, salah satunya bergantung pada jenis perusahaan. Kebijakan perusahaan dalam mengelola jumlah modal secara tepat akan mengakibatkan keuntungan, sedangkan akibat dari penanaman modal kerja yang kurang tepat akan mengakibatkan kerugian. Perusahaan harus hati-hati dalam menangani masalah keuangan dalam pengelolaan sumber dan penggunaan modal kerja. Kenaikan dalam modal kerja mungkin ditunjukkan dalam kas, efek, piutang maupun dalam persediaan atau adanya penurunan atau berkurangnya hutang lancar, dan adanya kenaikan dalam modal kerja ini akan diinterpretasikan bergantung kepada sumber-sumber yang menyebabkan kenaikan tersebut. Apabila seluruh perubahan tersebut semuanya berasal dari hasil operasi perusahaan, maka hal ini akan dinilai sebagai hal yang amat baik atau menguntungkan dibandingkan dengan kenaikan modal kerja yang berasal dari pengeluaran hutang jangka panjang. Berdasarkan hasil analisis terhadap DOID, sumber-sumber modal kerja, yaitu: a. Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi jangka pendek). b. Penjualan aktiva tidak lancar. c. Penjualan saham atau obligasi. PERHITUNGAN DEBT TO EQUITY RATIO → Tahun 2004 → Tahun 2005 → Tahun 2006 → Tahun 2007 → Tahun 2008 MODAL KERJA PERUSAHAAN PT. DELTA DUNIA PETROINDO Tbk → Tahun 2004 • Modal kerja operasi bersih perusahaan = aktiva lancar operasi – hutang lancar operasi = Rp 302.805.850.100 – Rp 540.049.310.027 = Rp -237.243.459.927,00 • Modal kerja = kas + piutang usaha + persediaan = Rp 77.468.317.618 + Rp (18.704.254.413 + 8.500.708.965) + Rp 190.558.280.272 = Rp 295,231,561,268.00 → Tahun 2005 • Modal kerja operasi bersih perusahaan = aktiva lancar operasi–hutang lancar operasi = Rp 381.233.394.758 – Rp 36.809.868.281 = Rp 344,423,526,477.00 • Modal kerja = kas + piutang usaha + persediaan = Rp 5.206.734.071 + Rp 15.587.279.005 + Rp 353.180.837.700 = Rp 373,974,850,776.00 → Tahun 2006 • Modal kerja operasi bersih perusahaan = aktiva lancar operasi – hutang lancar operasi = Rp 312.274.232.845,93 – Rp 71.256.909.580 = Rp 241,017,997,532.00 • Modal kerja = kas + piutang usaha + persediaan = Rp 21.946.964.182 + Rp 40.282.472.660 + Rp 237.479.009.631 = Rp 299,708,446,473.00 → Tahun 2007 • Modal kerja operasi bersih perusahaan = aktiva lancar operasi–hutang lancar operasi = Rp 694.498.148.235 – Rp 240.007.380.736,32 =Rp 454,490,767,498.68 • Modal kerja = kas + piutang usaha + persediaan = Rp 78.036.783.970 + Rp 59.904.760.366.93 + Rp 508.757.503.028,00 = Rp 646,699,047,364.93 → Tahun 2008 • Modal kerja operasi bersih perusahaan = aktiva lancar operasi – hutang lancar operasi = Rp 264.036.300.708 – Rp 15.153.564.237 = Rp 248,882,736,471.00 • Modal kerja = kas + piutang usaha + persediaan = Rp 556.267.412 + Rp 885.653.250 + Rp 100.184.859.035 = Rp 101,626,779,697.00 CASH CONVERSION CYCLE (CCC) PT. DELTA DUNIA PETROINDO Tbk → Tahun 2004 CCC = (DSO (Days of sales Outstanding) + DSI (Days Of Sales in Inventorys) – DPO (Days of Paybles Outstanding) = = → Tahun 2005 CCC = (DSO (Days of sales Outstanding) + DSI (Days Of Sales in Inventory)) – DPO (Days of Paybles Outstanding) = = → Tahun 2006 CCC = (DSO (Days of sales Outstanding) + DSI (Days Of Sales in Inventory)) – DPO (Days of Paybles Outstanding) = = → Tahun 2007 CCC = (DSO (Days of sales Outstanding) + DSI (Days Of Sales in Inventory)) – DPO (Days of Paybles Outstanding) = = → Tahun 2008 CCC = (DSO (Days of sales Outstanding) + DSI (Days Of Sales in Inventory)) – DPO (Days of Paybles Outstanding) = = REFERENSI www.idx.co.id http://www.duniainvestasi.com/bei/charts/DOID http://www.asiasecurities.co.id/sys12x/images/stories/2009/Agustus/dn_20090828 .pdf\ http://www.duniainvestasi.com/bei/prices/stock http://www.duniainvestasi.com/bei/intradays/chart http://id.wikipedia.org/wiki/Delta_Dunia_Petroindo Atmaja, Lukas Setia, Manajemen Keuangan, Edisi Revisi, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2001. Pojok Bursa Universitas Atma Jaya Yogyakarta. R-1