Hizmet - Fethullah Gülen Chair
Transcription
Hizmet - Fethullah Gülen Chair
1 2 3 Biografi M. Fethullah Gülen 4 501 Mengenal Fethullah Gülen M 6 02 uhammad Fethullah Gülen adalah seorang tokoh kharismatik dan cendekiawan muslim-Turki terkemuka, pemikir, penulis, penyair, pemimpin opini dan aktivis pendidikan yang mendukung terwujudnya dialog antar agama dan budaya, ilmu pengetahuan, demokrasi dan spiritualitas, menentang berbagai tindak kekerasan atas nama agama dan perubahan pandangan agama menjadi sebuah ideologi politik. Fethullah Gülen juga giat mempromosikan terjalinnya kerjasama menuju sebuah peradaban dunia yang damai, sebagai bentuk oposisi dari perselisihan dan pertentangan di dunia. Beliau berkata: “Be so tolerant that your bosom becomes wide like the ocean. Become inspired with faith and love of human beings. Let there be no troubled souls to whom you do not offer a hand and about whom you remain unconcerned.”(Fethullah Gülen, Criteria or Lights of the Way. London: Truestar). “Jadilah orang yang begitu toleran sehingga dadamu meluas laksana samudera dan dibimbing oleh iman dan cinta kepada sesama manusia. Jangan sampai ada jiwa-jiwa yang menderita dan terabaikan yang tidak mendapatkan uluran tanganmu.” (Fethullah Gülen, Criteria or Lights of the Way. London: Truestar). Kami percaya bahwa Fethullah Gülen serta pencerahan masyarakat sipil yang diilhami oleh pandangannya, yang dikenal sebagai layanan hizmet (civil society)secara signifikan patut mendapatkan perhatian karena alasan-alasan berikut: Otoritas dan Pengaruh Fethullah Gülen Fethullah Gülen sangat dikenal dan dihormati di kalangan umat Islam Turki serta muslim dari seluruh dunia sebagai seorang muslim otoritatif utama dan kharismatis dari golongan Sunni, yang merupakan 87-90% dari populasi muslim di dunia. Fethullah Gülen juga seorang filosof, penyair, penulis produktif, juga seorang aktivis pendidikan dan pemimpin opini. Para pengikutnya di Turki diperkirakan mencapai hingga jutaan orang. Pengaruh Gülen di luar Turki berkembang setiap hari seiring diterjemahkannya karya-karyanya ke berbagai bahasa termasuk Inggris, Arab, Rusia, Jerman, Spanyol, Urdu, Bosnia, Albania, Melayu dan bahkan Indonesia. Selain publikasi cetak, ide-ide Gülen dapat pula diakses oleh populasi dunia yang semakin meningkat melalui siaran radio swasta dan jaringan-jaringan televisi yang bersimpati terhadap pandangan Gülen. Sikap publik terhadap berbagai tindak kekerasan, teror dan bunuh diri: Fethullah Gülen telah diakui karena sikapnya yang konsisten dalam melawan kombinasi antara kekerasan dan retorika yang mengatas namakan agama. Gülen tidak Secara lebih khusus; saja piawai dalam *Fethullah Gülen merupakan tokoh cendikiawan muslim pertama yang secara menyampaikan terbuka mengutuk serangan 11 September pesan-pesan Islam (dalam sebuah iklan di Washington Post). *Fethullah Gülen membantu menerbitkan dan kemanusiaan sebuah buku ilmiah mengenai perspektif via lisan, tangannya Islam atas serangan teror dan bunuh diri, mengutuk tindakan tersebut atas dasar juga sangat terlatih kemanusiaan dan agama. dalam kerja tulis menulis. *Fethullah Gülen tidak hanya mengekspresikan pandangan-pandan Dia seorang pendidik, pegan ini bagi para pembaca Barat, mikir, penulis, penyair, dan namun Beliau menyuarakannya pula dalam mimbar-mimbar khutbah di pengilham. Dengan demikian masjid-masjid pada ribuan jemaat umat Islam. antara lidah dan tangannya *Fethullah Gülen secara tegas metelah terjalin kerjasama yang nolak segala bentuk serangan bunuh diri. apik dan sangat produktif. *Fethullah Gülen, dalam wawancaranya kepada surat kabar Turki, Jepang, Kenya dan Amerika, secara (Ahmad Syafi’i Ma’arif ) tegas mengutuk penggunaan alasan politik, ideologi dan agama dalam membenarkan tindakan teroris. 703 *Fethullah Gülen muncul di banyak stasiun Kerjasama Peradaban televisi dan secara terbuka mengutuk tinda- Fethullah Gülen mempromosikan kerjasama kan tersebut. antar peradaban sebagai oposisi dari beragam bentuk pertikaian melalui dialog, saling penPionir dalam Dialog antar Agama gertian dan penyatuan nilai-nilai moral berFethullah Gülen aktif mempromosikan dia- sama. Sebagai pemimpin opini masyarakat log antar agama dan budaya selama lebih dari sipil, Gülen juga terus mendukung upaya satu dekade, dimulai jauh sebelum terjadinya Turki untuk bergabung ke dalam Uni Eropa tragedi 11 September. Di Turki, Ia dikenal dan mengatakan bahwa hubungan ini akan Fethullah Gülen telah membawa angin segar dalam menjalin menguntungkan kedua belah pihak. hubungan antara penduduk mayoritas dikenal dan dihormati muslim dengan berbagai agama minoritas Penekanan pada Dimensi Spiritual di kalangan umat seperti Kristen Ortodoks Yunani, Kristen Iman Ortodoks Armenia, Katolik, dan juga Menilik pada latar belakang pendidikan IslamTurki serta komunitas Yahudi. Di luar Turki, ide- dasar Gülen yang dididik dalam disiplin Muslim dari seluruh ide Gülen tentang dialog antar agama spiritual, Fethullah Gülen dikenal karetelah mengilhami banyak orang untuk na penekanannya pada spiritualitas Islam dunia sebagai seorang mendirikan organisasi yang terlibat da- (yang dikenal di Barat sebagai tasawuf), sarjana Muslim utama lam dialog dengan tujuan yang sama dan penekanan ini pada akhirnya membawa yaitu adanya saling pengertian, sikap sikap untuk dapat merangkul sesama manuberwibawa dari golongan empati, hidup berdampingan secara sia. Karena representasi Gülen tentang cinta, Sunni, yang merupakan -87 damai, dan saling bekerjasama. Upa- kasih sayang dan pendekatan dengan hati, Gülen dalam dialog dan toleransi sangat terbuka bagi semua masalah kemanu%90 dari populasi Muslim yadiakui secara pribadi oleh mendiang siaan, Gülen juga dikenal oleh beberapa kalandi dunia.. Paus Yohanes Paulus II dan Kepala gan sebagai “Rumi modern”. Gülen bahkan Rabbi Sephardic Israel, serta per- sempat diminta oleh Şefik Can, guru betemuan dengan para pemimpin dari sar(mursyid) Sufi masa kini, keturunan Rumi berbagai denominasi Kristen. yang juga seorang penulis, untuk menuliskan kata pengantar buku tentang kehidupan Rumi dan ajarannya. Fethullah Gülen sendiri menulis sebanyak dua volume buku tentang 804 tasawuf dalam bahasa Inggris yang digunakan sebagai buku acuan untuk para pemikir terkemuka dari program universitas dalam tema tradisi tradisi Barat dan dapat berkomunikasi mereka. Gülen menekankan fleksibilispiritual dunia. dengan mereka secara nyaman melalui tas dalam prinsip -prensip Islam terkait dengan tata negara dan tulisan-tulisan dan penyampaiannya. Harmonisasi Sains dan Iman kompatibilitasnya dengan demokrasi Fethullah Gülen melihat ilmu pengePro-Demokrasi sejati. tahuan dan iman tidak hanya komFethullah Gülen mengakui patibel tetapi saling melengkapi. Se- demokrasi sebagai satu-satunya sistem hingga Gülen mendorong penelitian politik pemerintahan yang layak. ilmiah dan kemajuan teknologi demi Gülen mencela pengubahan agama kebaikan semua umat manusia. menjadi ideologi politik namun Beliau tetap mendorong semua warga negara Dimensi Intelektual untuk ambil bagian dan bertanggung Gülen dikenal dengan baik di antara jawab dalam kehidupan politik negara 905 Solusi bagi Berbagai Masalah Sosial yang menyentuh Dasar Permasalahan “Di negara asalnya, Turki, Gülen bukan hanya dikenal sebagai seorang pemikir dan tokoh pencerahan, tapi juga dikenal sebagai ulama yang sangat hebat.” (Harian Republika 11 Feb. 2013) 1006 Sisi yang paling mencolok dari kehidupan Fethullah Gülen adalah fakta bahwa visi dan ide-ide Beliau tidak menjadi retorika belaka melainkan telah diwujudkan secara global sebagai proyek masyarakat sipil. Diperkirakan, ratusan organisasi pendidikan seperti sekolah dasar dan menengah, universitas, dan sekolah bahasa telah dibangun di seluruh dunia yang diinspirasi oleh Fethullah Gülen dan disponsori oleh para pengusaha lokal, para pendidik yang altruistik dan para orang tua murid yang berdedikasi. Beberapa contoh penting dari sekolah-sekolah tersebut termasuk yang berada di wilayah tenggara Turki, di Asia Tengah, beberapa negara di Afrika, Timur Jauh dan Eropa Timur. Terlepas dari lokasi mereka, sekolah-sekolah ini menjadi simbol harmonisasi hubungan antaragama dan antarbudaya, keberhasilan penyatuan antara iman dan akal serta dedikasi untuk melayani kemanusiaan. Terutama di daerah-daerah yang sarat konflik seperti di Filipina, di wilayah tenggara Turki dan Afghanistan, kehadiran lembaga-lembaga ini membantu mengurangi kemiskinan dan meningkatkan ke- sempatan pendidikan, yang pada gilirannya mampu menurunkan daya tarik kelompok teroris dengan agenda eksklusif yang beroperasi di negara-negara tersebut. Selain berkontribusi pada harmoni sosial, sekolah-sekolah ini menghasilkan pemenang dalam kompetisi sains internasional dan matematika. Proyek Masyarakat Sipil Lainnya Proyek-proyek sipil lainnya yang terinspirasi dan terdorong oleh ide-ide Fethullah Gülen adalah termasuk organisasi-organisasi bantuan, organisasi pembangunan berkelanjutan, organisasi media, asosiasi profesi, dan lembaga medis. Siapakah Fethullah Gülen? M uhammad Fethullah Gülen lahir pada tahun 27 April 1941 di Korucuk, sebuah desa kecil di Anatolia yang berpenduduk hanya sekitar 60–70 kepala keluarga. Desa ini termasuk distrik Hasankale (Pasinler) dalam wilayah kota Erzurum. Leluhur Gülen berasal dari distrik Ahlat (Khalat) yang bersejarah dan termasuk dalam wilayah provinsi Bitlis yang terletak di kaki gunung. Pada zaman dulu, keturunan Rasulullah Saw. ada yang berhijrah ke Bitlis untuk menyelamatkan diri dari kezaliman penguasa Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah. Di tempat itu mereka menjadi pembimbing spiritual bagi masyarakat sehingga semangat ke-Islaman merasuk ke dalam jiwa suku-suku Turki yang tinggal di kawasan ini. Fethullah Gülen lahir di keluarga yang sangat agamis dan sarat akan semangat ke-Islaman yang kental, dari pasangan suami-istri yang sangat taat. Kakeknya yang bernama Syamil Agha adalah sosok yang mencerminkan sikap sungguh-sungguh dan teguh dalam beragama. Sosok inilah yang memiliki ikatan sangat kuat dengan sang Cucu, Fethullah Gülen. Ayah Gülen bernama Ramiz Gülen. Semasa hidupnya, Ramiz Gülen terkenal sebagai pribadi yang berpengetahuan tinggi, taat, dan cerdas. Tidak pernah sekali pun Ramiz 11 07 Gülen melewatkan waktunya untuk melakukan sesuatu yang sia-sia. Selain itu, Beliau juga masyhur dengan kemurahan hati dan kedermawanannya. Nenek Gülen dari pihak ayah bernama Munise Hanim. Munise dikenal sebagai seorang tokoh wanita yang sangat taat beragama dan ketaatanya itu tercermin dari kehidupannya se- 1208 hari-hari. Nenek Gülen dari pihak ibu bernama Khadijah Hanim. Dia berasal dari kalangan bangsawan yang terkenal dengan kelembutan dan kesantunannya. Ibu Gülen bernama Rafiah Hanim. Dia adalah seorang pengajar al-Qur’an bagi kaum wanita di desanya dan terkenal dengan perangainya yang sopan dan menyukai kebaikan. Dalam keluarga seperti ini itulah M. Fethullah Gülen tumbuh dewasa. Itulah sebabnya sejak dini Ia telah belajar membaca al-Qur’an dari ibundanya, dan ketika usiannya baru menginjak empat tahun, Muhammad Fethullah Gülen telah mampu mengkhatamkan al-Qur’an hanya dalam waktu satu bulan. Setiap tengah malam ibundanya bangun untuk menyampaikan nasehat dan mengajari Gülen bacaan al-Qur’an. Jauh sebelum dia dilahirkan, rumah yang didiami Fethullah Gülen telah menjadi tempat berkunjung bagi banyak ulama yang tinggal di kawasan tersebut. Ramiz Gülen ayahnya memang diketahui sangat mencintai para ulama dan gemar bersilaturahmi dengan mereka, hingga hampir tiap hari ada saja ulama yang dijamu di rumahnya. Itulah sebabnya sejak Fethullah Gülen masih sangat belia, Ia telah terbiasa berkumpul bersama para ulama sampai akhirnya Beliau pun menyadari bahwa dirinya tumbuh di dalam sebuah keluarga yang dihiasi dengan ilmu dan ajaran tasawuf. Pada saat itu, seorang ulama bernama Muhammed Lutfi yang berasal dari Alvar diakui oleh Fethullah Gülen telah memberi pengaruh besar pada dirinya, sampai-sampai hampir setiap kata yang terlontar dari mulut Muhammed Lutfi disimak dengan baik oleh Gülen. “Seakan-akan kata-kata beliau adalah ilham yang datang dari alam lain,” demikian komentar Gülen mengenai Muhammed Lutfi gurunya. Bahkan setelah puluhan tahun berlalu, Fethullah Gülen pernah melontarkan sebuah pernyataan tentang Muhammed Lutfi “Saya dapat mengatakan bahwa saya telah berutang banyak kepada beliau atas semua yang telah beliau ajarkan dan membentuk karakter serta kepribadian saya.” Fethullah Gülen mulai belajar bahasa Arab dan Persia dari ayahnya yang diketahui sangat giat menelaah berbagai buku dan tidak pernah terhenti merapalkan al-Qur’an di mana pun dia berada. Ramiz Gülen, ayah Gülen, sangat mencintai Rasulullah Saw. dan banyak membaca buku tentang sejarah beliau. Di dalam rumahnya, siapa pun dapat menemukan tumpukan buku-buku sirah Rasulullah yang lusuh karena terlalu sering dibaca. Itulah sebabnya, salah satu nilai terpenting yang ditanamkan Ramiz Gülen kepada putranya, Fethullah Gülen, adalah kecintaan ke- pada Rasulullah Saw. dan para sahabat . Jadi, jika Anda ingin memahami kepribadian Fethullah Gülen, terlebih dulu harus memahami warisan paling berharga yang diberikan ayahnya, yaitu cinta yang dalam kepada Rasulullah dan para sahabat. Pendidikan Dasar dan Kepribadian Fethullah Gülen Takdir Allah rupanya telah menetapkan Fethullah Gülen tumbuh dewasa di tengah kondisi yang sangat kondusif bagi pembentukan kepribadiannya sehingga beliau pun menjadi sosok yang memiliki energi luar biasa, sangat aktif, pemberani, berpandangan tajam terhadap sejarah, sekaligus memiliki hati yang semangatnya tak pernah padam. Itulah sebabnya Gülen kecil tumbuh menjadi pribadi yang sangat penyantun dan selalu menjaga hubungan baik dengan karib kerabatnya. Disebabkan sifatnya yang sangat peduli kepada keluarga besarnya maka sejak remaja Gülen telah merasakan duka mendalam ketika harus menyaksikan ada di antara kerabatnya yang kesusahan, termasuk ketika ayah kandungnya tertimpa musibah yang disusul dengan kematian kakek dan neneknya. Semua kejadian itu benar-benar memengaruhi hati Gülen muda hingga nyaris membuatnya menempuh jalan hidup sebagai seorang darwis sufi. Untungnya takdir Allah menuntun Gülen untuk terus mendalami semua cabang ilmu baik yang termasuk ilmu agama dan spiritualitas, maupun ilmu-ilmu umum dan filsafat. Pendidikan yang telah dimulai Gülen dari rumahnya sendiri kemudian berlanjut dalam lembaga pendidikan resmi yang terdapat di kota Erzurum. Sementara pendidikan spiritual yang juga telah dimulai oleh 13 09 1410 ayah kandungnya, kemudian dilanjutkan oleh Gülen dengan berguru pada M. Lutfi Efendi. Berkat pendidikan yang diterimanya dari gurunya ini, pendidikan spiritual Gülen pun tidak terputus dan terus berlangsung di sepanjang hidupnya secara berdampingan dengan ilmu-ilmu ke-Islaman. Fethullah Gülen menimba ilmu-ilmu ke-Islaman dari beberapa orang ulama besar yang salah satu di antaranya adalah Osman Bektas yang merupakan seorang ahli fikih paling terkemuka di masanya. Dari gurunya ini, Gülen mempelajari ilmu-ilmu nahwu, balaghah, fikih, ushulul fiqh, dan aqaid. Pada masa-masa inilah, Fethullah Gülen mulai mengenal Said Nursi melalui pencerahan yang dilakukan murid-muridnya. Pencerahan yang dicanangkan oleh Said Nursi pada dasawarsa ketiga abad dua puluh ini adalah sebuah pencerahan pembaruan yang mencakup seluruh aspek kehidupan. Seiring dengan perjalanan usia Gülen yang semakin dewasa dan telah yang dilakukannya terhadap Risale-i Nur( Buku Risalah Nur) yang berisi misi pencerahan Said Nursi yang sangat komperhensif dan modern, pada saat yang sama, Gülen juga terus menempuh studinya di sekolah keagamaan sehingga terbukalah segenap potensi yang telah Allah anugerahkan kepadanya. Fethullah Gülen selalu rajin membaca serta menelaah berbagai buku ilmu-ilmu umum yang dipelajarinya di sekolah resmi, seperti fisika, kimia, astronomi, dan biologi. Ketekunan itulah yang membuat Fethullah Gülen memiliki wawasan sangat luas dalam ilmu-ilmu tersebut. Di masa sekolah, Gülen mulai membaca buku-buku tulisan Albert Camus, Jean Paul Sartre, Herbert Marcuse, dan berbagai karya filsuf eksistensialisme lainnya, Pada masa inilah Gülen mulai berkenalan dengan buku-buku yang menjadi referensi utama bagi filsuf barat dan timur. Seluruh kondisi itu kemudian membentuk karakter Fethullah Hojaefendi yang terkenal di tengah masyarakat Turki. Fethullah Hojaefendi Setelah Muhammad Fethullah Gülen menginjak usia dua puluh tahun, dia pun meniggalkan kota kelahirannya, Erzurum yang terletak di ujung timur Turki, menuju kota Edirne yang menjadi gerbang bagi Turki ke dunia barat. Di kota itu, Gülen menjadi Imam Besar di Masjid Uc Serefeli. Gülen melewati waktunya dua tahun di masjid ini yang setengah tahun darinya dia lewati dalam kezuhudan dan ketekunan riyadhah batin. Selama menjadi Imam Besar, Fethullah Gülen nyaris tidak pernah meninggalkan masjid dan hanya keluar jika keadaan memang memaksa. Padahal saat itu, tidak ada tempat khusus di dalam masjid yang dapat menjadi tempat tinggalnya sehingga beliau pun terpaksa tidur hanya dengan beralaskan kasur tipis tepat di bawah jendela besar yang terdapat di salah satu sudut masjid. Setelah menjadi Imam Besar di Edirne, Fethullah Gülen Fethullah Gülen menjalani wajib militer mengakui demokrasi di Mamak dan Iskenderun sampai akhirnya dia kembali ke Edirne dan kemudian sebagai satu-satunya berpindah lagi ke Kirklareli. Pada tahun sistem politik pemerintahan 1966, Gülen berpindah lagi ke Izmir. Fethullah Gülen memulai kiprahnya yang layak. Gülen mencela di kota Izmir dengan menjadi guru di pengubahan agama menjadi sebuah Pondok Pesantren Al-Qur’an Kestane Pazari Pada saat itulah Gülen ideologi politik, di sisi lain berkeliling di seluruh kawa-san barat Anatolia. Ketika memasuki tahun mendorong semua warga negara 1970, dimulailah sebuah babak baru dalam hidupnya yang disebut untuk ambil bagian dan bertang”Al-Mukayyamat (” yaitu ketika gung jawab dalam kehidupan Gülen bernazar untuk membakpolitik negara mereka.. tikan dirinya demi berkhidmat di jalan Allah dan kemanusiaan yang dilakukannya dengan mendidik orang-orang agar taat serta tekun beribadah kepada Allah Swt. Melalui pengajaran yang disampaikannya, Fethullah Gülen 15 11 1612 berhasil menggugah hati para jamaahnya sekaligus memasukkan nilai-nilai moral yang luhur ke dalam jiwa mereka hingga membuat batin mereka kembali hidup setelah meranggas dalam kematian. Di hadapan para jamaahnya, Fethullah Gülen menjadi ksatria yang membangkitkan semangat mereka serta memiliki pandangan tajam yang mampu menembus relung hati mereka yang berduka. Beliau menjadi ksatria yang tidak menyandang pedang, tetapi membawa permata kebenaran iman, berlian ilmu pengetahuan, serta ratna mutumanikam kerinduan dan cinta. Dengan semua itulah Gülen membimbing jamaahnya menuju penghambaan diri kepada Allah SWT dalam kesadaran atas kefakiran mereka di hadapan-Nya. Pada tahun 1972 Gülen ditugaskan di Edremit di kota Balikesir, tapi beliau lalu dimutasi ke kota Manisa, dan kemudian dimutasi lagi ke kecamatan Bornova di provinsi Izmir. Di kota ini, Gülen menetap sampai bulan September tahun 1980. Pada tahun-tahun itulah Gülen melakukan perjalanan keliling Turki untuk menyampaikan ceramah ilmiah dengan beragam topik meliputi masalah agama, sosial, filsafat, dan pemikiran. Selain itu, Gülen juga mengadakan kuliah-kuliah umum yang di dalamnya beliau curahkan untuk menjawab berbagai pertanyaan yang disampaikan generasi muda, khususnya dari kalangan alumni perguruan tinggi. Ternyata, jawaban yang disampaikan Gülen dalam kuliah-kuliah umum tersebut dapat memberi pencerahan bagi banyak kalangan seperti para mahasiswa, guru, pedagang, wiraswastawan, dan berbagai profesi lainnya. Itulah yang menyebabkan Gülen sangat disukai oleh banyak orang dari berbagai kalangan yang kemudian menerapkan apa yang Beliau ajarkan untuk berbakti pada agama, umat manusia, dan bangsa. Itulah cikal-bakal sebuah pencerahan yang disebut dengan Hizmet Movement (pelayanan untuk masyarakat yang bersumber dari pemikiran Fethullah Gülen Hocaefendi) yang melibatkan begitu banyak orang dari berbagai bidang. Tanpa berharap pamrih dari pihak mana pun dan dengan tetap mematuhi undang-undang serta peraturan yang berlaku di Turki, orang-orang yang terlibat dalam pencerahan ini kemudian mendirikan sekolah-sekolah umum dan sekolah persiapan khusus untuk para pelajar yang akan masuk perguruan tinggi. Tidak lama setelah runtuhnya Uni sovyet, pencerahan ini juga menyebar hampir ke seluruh dunia khususnya di kawasan Asia Tengah. Ketika banyak muslim lain yang tidak sempat melakukan apa-apa bagi mas yarakat karena terjebak dalam debat kusir soal “Dar Al-Islam” dan “Dar AlHarb”, Fethullah Gülen dan pencera* han yang dicetuskannya menunjukkan hasil nyata yang berguna bagi masyarakat banyak. Ketika Gülen ditanya tentang masalah ini dalam kaitanya dengan Republik Turki, Beliau hanya menjawab singkat bahwa Turki adalah “Dar al-Khidmat ( Tempat Pelayanan)” Dan, pendapat yang dilontarkan Gülen itu ternyata dibuktinya sendiri olehnya dengan melakukan “khidmat bukan hanya di Turki, melainkan di pelbagai 17 13 penjuru dunia. Dalam pencerahan berkhidmat atau Hizmet Movement inilah berhimpun orang-orang yang bekerja untuk masyarakat tanpa mengharap pamrih duniawi. Bahkan dengan mengusung semboyan “Cinta dan Sabar”, orang-orang yang terlibat dalam pencerahan ini tidak pernah mengharapkan kedudukan apa pun. Tak ada waktu bagi mereka untuk bertengkar, karena mereka sibuk dengan tindakan-tindakan positif dan kerja nyata, tanpa pernah mau membalas keburukan dengan keburukan lainnya. 1814 Kronologis Kehidupan Gülen 19 15 Tahun 1941 1945 1946 1949 1951 1952 1954 1956 1957 1958 1959 1961 1963 2016 Kronologis Kehidupan Fethullah Gülen Deskripsi - Lahir pada tanggal 27 April di perkampungan Korucuk sebuah kota yang berada Erzurum Pasinler (Hasankale) Turki Timur. - Pada usia lima tahun sudah mampu menguasai Al Qur’an dan do’a-do’a - Mulai masuk Sekolah Dasar -Meninggalkan Sekolah Dasar yang sedang ditempuhnya karena harus ikut keluarganya ke Desa Alvar (setelah itu kemudian ia mengikuti ujian kesetaraan hingga lulus di sana) - Mendapatkan bimbingan pelajaran Bahasa Arab dari Ayahnya Ramiz Gülen sebagai bekal memasuki pelajaran di Pesantren (Madrasah) - Menjadi murid Haci Sitki Effendi - Menjadi murid Sadi Efendi, cucu dari Al Mukarrom Imam Muhammed Lutfi Alvar. - Al Mukarrom Imam Muhammed Lutfi Alvar wafat Setelah selesai studi ia kembali melanjutkan perjalanannya ke Tasmescid. Ia tinggal bersama temannya di sebuah Masjid hingga perjalanannya ke Edirne. Dan mulai memberi ceramah-ceramah di desa-desa Korucuk dan Alvar. - Karena perayaan bulan Ramadhan, Beliau memutuskan untuk melakukan perjalanan ke Amasya, Tokat dan Sivas untuk menyampaikan ceramah dan mengadakan pertemuan-pertemuan. Mulai berkenalan dengan Risale-i Nur, serangkaian bukubuku Tafsir Al Quran karya besar Badiuzzaman Said Nursi. - Pergi ke Edirne untuk kembali melakukan ceramah-ceramah informal. - Tanggal 6 Agustus secara resmi menjadi Imam ke-2 Masjid Uscerefeli di Edirne. Beliau tinggal di sana selama 2 tahun. - Tanggal 10 November mulai mengikuti wajib militer di Mamak Ankara sebagai latihan awal sebelum selanjutnya dikirim ke Iskenderun. - Memberikan kuliah umum secara menyeluruh pada saat konferensi Maulana Jalaluddin Rumi di Erzurum. 1964 1965 1966 1968 1969 1971 1972 1973 1974 1976 1977 1979 1980 1981 1986 - Tanggal 4 Juli mulai bekerja sebagai Guru Al Qur’an di Edirne. - Tanggal 31 Juli dikirim ke Kirklareli, - Tanggal 11 Maret beliau harus dipindah ke Izmir, memegang posisi sebagai kepala Lembaga Al Quran disana, lebih dari lima tahun Ia menetap di Kestanepazari dalam sebuah gubuk kecil serta tanpa menerima gaji sepeserpun untuk jasajasanya. - Menunaikan Ibadah Haji ke Mekkah. - Mengadakan pertemuan di kedai-kedai kopi serta memberikan ceramah agama secara luas di provinsi-provinsi dan desa-desa di kawasan Aegean di Turki Barat. - Menetap di Kestanepazari salah satu daerah di kota Izmir dan membangun sebuah asrama siswa di Guzelyali, Izmir. - Tanggal 23 Februari dipindahkan ke Edremit dan ber’khidmat’ disana selama 2 tahun. - Menunaikan Ibadah Haji untuk yang kedua kalinya. -Tanggal 29 Juni dipindahkan ke kota Manisa,Turki Barat yang bersebelahan dengan Kota Kutahya. -Melakukan serangkaian kuliah umum dengan tema Ilmu Pengetahuan dan Al Qur’an, Darwinisme dan Generasi Emas. Kuliah ini membawanya ke kota Ankara, Corum, Malatya, Diyarbakir, Konya, Antalya, dan Aydin. - Tanggal 28 September ia dipindahkan ke Bornova, Izmir. - Mengunjungi Jerman, ceramah di berbagai tempat disana. -Memulai Ceramah Agama di Masjid Sultan Ahmet kota Istanbul, yang dihadiri orang-orang diantaranya adalah Presiden ke7 Turki Suleyman Demirel - Secara aktif mendukung penerbitan jurnal majalah Sizinti dan menjalankan secara langsung publikasinya .- Tanggal 5 September untuk terakhir kalinya Beliau naik ke atas mimbar untuk menyampaikan ceramah agama - Tanggal 20 Maret Ia mengambil cuti secara permanen. -Tanggal 6 April setelah 6 tahun, akhirnya Beliau kembali naik ke mimbar untuk 21 17 1989 1991 1993 1994 1997 1998 1999 2001 2006 2010 2218 membuka masjid Çamlica. Menunaikan Ibadah Haji untuk yang ketiga kalinya. - Tanggal 1 Januari mulai berkhutbah di Masjid Sultan Valide, Uskudar-Istanbul. -Tanggal 16 Juni Beliau mengakhiri ceramah-ceramah umum yang diberikannya. -Tanggal 21 September dilaksanakan Simposium tentang Rasulullah Muhammad SAW - Tanggal 28 Juni Ibunya Refia Gülen Meninggal dunia di Izmir dalam usia 80 tahun. - Tanggal 29 Juni menghadiri acara deklarasi Yayasan Jurnalis dan Penulis . -Tanggal 21 November 1997 Menerima penghargaan dari “The Union for Turkish Education” atas kontribusinya dalam dunia pendidikan. -Tanggal 21 November 1997 Menerima kunjungan George Marovitch beserta rekannya, perwakilan dari Vatikan untuk Turki. - 22 Januari 1998 Menghadiri acara berbuka puasa dengan kelompok Alarko, Uzeyir Garih dan Ishak Alaton, tokoh penting dari Komunitas Yahudi di Turki. -Tanggal 4 Februari 1998 Sebelum berkunjung ke Vatikan, terlebih dahulu Beliau bertemu dengan Perdana Menteri Turki, Mr. Bulent Ecevit. -Tanggal 9 Februari 1998 Melakukan kunjungan dan pertemuan dengan Paus Yohanes Paulus II. -Tanggal 14 Februari Menggelar konferensi pers mengenai kunjungannya ke Paus. -Tanggal 28 Maret 1998 Menerima penghargaan dari “The Turk 2000 Foundation” atas kontribusinya bagi kebudayaan Turki. -Tanggal 21 Maret 1999 Pergi ke Amerika Serikat untuk pegobatan medis -Tanggal 26 April 2001 Digelar sebuah konferensi tentang Fethullah Gülen di Georgetown University di Amerika Serikat. -Tanggal 26 Juli 2008 Terpilih sebagai peringkat satu diantara 100 Tokoh Intelektual paling berpengaruh di dunia versi Majalah Prospect Magazine-Inggris, dan Foreign Policy Magazine-Amerika Serikat. -Tanggal 15 Juli memperoleh gelar Doktor Honoris Causa dari Leeds Metropolitan University. Hizmet 23 19 Apakah Hizmet ( Khidmat, Pelayanan,Pengabdian) itu ? Hizmet adalah sebuah pencerahan masyarakat sipil yang terinspirasi dari keimanan, terbentuk dalam kerangka nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat universal yang terdiri dari para relawan yang bertujuan untuk membentuk budaya hidup bersama. Hizmet adalah sebuah komunitas relawan. Salah satu syarat menjadi relawan tersebut adalah memberikan sumbangsih dan berkontribusi tanpa mengharapkan imbalan apapun, yaitu tanpa pamrih, jika mengharapkan imbalan hal tersebut telah berlawanan dan menyalahi “jiwa dasar” dari Hizmet itu sendiri. Tidak terlibat dalam pemerin- 2420 tah, politik ataupun menjadi agenda dari kepentingan manapun. Demikian pula karena landasannya itu, maka Hizmet juga tidak akan melawan agenda politik atau partai manapun. Karena itu para pakar politik membagi perpencerahan masyarakat sipil ke dalam 3 unsur, yaitu: kesukarelaan, Independensi, dan Organisasi non pemerintahan (Non Government Organization). Pencerahan sosial yang memiliki ketiga ciri tersebut adalah pencerahan masyarakat sipil dan berhak dianggap memiliki sebuah karakter sipil. Karena itu, barang siapa yang menyebut dirinya sebagai bagian dari pencerahan Hizmet namun turut menjadi bagian dari agenda resmi ataupun politik tertentu walaupun hanya sebagian kecil sekalipun, maka hal tersebut juga telah bertentangan dengan “jiwa dasar” Poin kedua adalah landasan sipil. Hizmet adalah sebuah pencerahan sipil dan karena landasannya itulah hizmet tidak dimungkinkan menjadi sebuah bagian atau pelengkap dari program Hizmet itu sendiri. Sekali lagi, sebagai konsekuensi dari landasan sipil tersebut, sebagaimana tidak terdapat ikatan resmi dan hierarki diantara para relawan yang terikat di dalam hizmet ini, maka segala aktivitas di dalam Hizmet dijalankan dengan asas tanpa koordinasi terpusat. Seharusnya secara khusus disini kita harus lebih cermat ketika membahas segala perdebatan yang mengusung judul “Jamaah dan Politik”. Menganggap Hizmet sebagai partner dari sebuah partai tertentu, pendukung terselubung atau melawan partai tertentu adalah sebuah kondisi yang sama sekali tidak bisa diterima sebagai definisi dasar dari Hizmet itu sendiri. Orang-orang yang mengabdikan dirinya pada Hizmet, secara demokratis menghormati semua gerakan politik yang tidak berdasarkan pada cara-cara yang bertentangan dengan asas-asas universal seperti kekerasan dan terorisme. Namun juga dianggap sebagai sebuah hal yang tidak patut untuk bergabung dengan salah satu partai politik manapun serta tidak pula bertentangan dengannya. Dengan demikian sebagai hasil dari landasan sipil tersebut Hizmet telah meraih reputasi positif di berbagai Negara yang memiliki keanekaragaman bahasa, agama dan suku. Jika orangorang yang bekerja di dalam Hizmet ini melanggar landasan sipil tersebut dalam kadar yang sangat serius dan telah menjadi bagian dari program-program resmi pemerintahan tertentu, maka dalam skala global, Hizmet tentu tidak mungkin bisa diterima oleh berbagai negara dengan keanekaragaman budaya tersebut. Dalam hal ini titik kritisnya adalah: Merupakan sebuah kewajaran dari fitrah manusia dan seperti juga yang terjadi pada banyak LSM sosial lainnya, maka di dalam Hizmet juga terkadang terdapat individu-individu yang dalam tindakan-tindakannya tidak sesuai dengan pemahaman terhadap konsepsi pengabdian dan kesipilan Hizmet. Namun kesalahan yang bersifat individual ini tentu tidak dapat dianggap sebagai kesalahan Hizmet. Seandainya kesalahan tersebut tidak sesuai dengan aturan maka tentunya ia akan berhadapan dengan hukum yang berlaku. Pengenalan singkat mengenai Hizmet di atas diberikan dalam takaran tertentu untuk memberikan sumbangan positif mengenai beberapa perdebatan tentangnya yang terjadi di Turki. Dikarenakan di Negara tersebut pada periode tertentu berlangsung sebuah perdebatan tentang hal-hal yang berkaitan dengan Hizmet maka isu-isu dan politik Turki dijadikan sebagai bingkai referensi dasar dalam pada evaluasi ini. Karena itu, berdasarkan evaluasi ini maka tidak 25 21 bisa dikatakan bahwa Turki sebagai pusat dari sebagai pusat dari Hizmet ini. Tentu saja secara historis maupun sosiologisnya Hizmet berasal dari Turki namun pemahaman dan nilai-nilai yang dicerminkannya tetaplah bersifat universal. Hizmet dan Kebebasan Pers Dalam pernyataan yang barubaru ini dibuat oleh Fethullah Gülen Hocaefendi, beliau menyatakan bahwa: “Saya berpihak penuh pada penerapan secara luas atas kebebasan pers dan berpendapat walaupun pemikiran mereka akan berlawanan dengan saya 2622 sekalipun. Apapun yang dialaminya, walaupun tidak benar-benar dianggap disebabkan karena saya, apapun keadaannya saya tetap berpihak agar mereka menggunakan pemikiran, pendapat dan ekspresinya secara bebas.” Dari pernyataannya ini beliau menunjukkan posisinya secara jelas. Seperti diungkapkan dalam penjelasanpenjelasan ini, Hizmet melihat kebebasan pers sebagai komponen dasar kebebasan berekspresi dan berpihak pada penerapan hal ini secara luas. Kegiatan-kegiatan Antar Agama dan Antar Budaya Sejak pensiun, Gulen mengkonsentrasikan diri untuk mengadakan dialog diantara golongangolongan yang merepresentasikan berbagai ideologi, budaya, agama, dan bangsa. Pada tahun 1999, makalahnya yang berjudul “Pentingnya Dialog Antar Agama” dipresentasikan di Parlemen Agama-agama Dunia di Cape Town, 1-8 Desember. Beliau mempertahankan bahwa “dialog adalah suatu keharusan” dan bahwa orang-orang, tanpa memandang batasan-batasan bangsa dan politik, memiliki lebih banyak kesamaan dari pada yang mereka sadari. Dengan demikian, Gülen menganggap bahwa dialog yang tulus itu sangat bermanfaat dan perlu diadakan agar orang-orang semakin saling memahami satu sama lain. Sampai di sini, Ia telah membantu mendirikan Yayasan Wartawan dan Penulis (1994), yang kegiatan-kegiatannya adalah mempromosikan dialog dan toleransi diantara semua lapisan masyarakat yang disambut hangat oleh masyarakat dari berbagai profesi. Terlebih lagi, Gülen juga mengunjungi dan menerima figur-figur berpengaruh, bukan hanya dari kalangan masyarakat Turki, tapi dari seluruh dunia. Paus John Paul II di Vatikan, mendiang John O’Connor, Uskup Agung New York, Leon Levy, mantan Presiden Liga Anti Penistaan adalah diantara tokoh-tokoh agama dunia yang berpengaruh yang telah ditemui Gülen untuk mendiskusikan dialog dan mengambil inisiatif dalam hal ini. Di Turki, Duta Besar Vatikan untuk Turki, Kepala Gereja Ortodoks Turki, Ketua Komunitas Armenia Turki, Kepala Pendeta Komunitas Yahudi Turki dan tokoh-tokoh berpengaruh lainnya di Turki telah sering bertemu dengan Gülen, menggambarkan contoh betapa tulusnya dialog antar umat beragama dapat diadakan. Dalam pertemuannya dengan Paus John Paul II di Vatikan (1998), Gülen menyampaikan usulan untuk mengambil langkah tegas untuk mengakhiri konflik di Timur Tengah. Dalam proposalnya, Beliau juga menggarisbawahi bahwa ilmu pengetahuan dan agama sebenarnya adalah dua hal yang berbeda yang memancar dari kebenaran yang sama: “Umat manusia dari waktu ke waktu menolak Hizmet agama atas nama ilmu pengetahuan dan adalah sebuah pencerahan menolak ilmu pengetahuan atas nama agama, menganggap keduanya memiliki masyarakat sipil yang pandangan yang berseberangan. Semua terinspirasi dari keimanan, pengetahuan milik Tuhan dan agama berasal dari Tuhan. Lantas bagaimana terbentuk dalam kerangka bisa keduanya saling bertentangan? nilai-nilai kemanusiaan yang Hingga di sini, upaya kita bersama untuk mengadakan dialog antar bersifat universal yang terdiri agama dapat berbuat banyak untuk memperbaiki pemahaman dan dari para relawan yang toleransi masyarakat”. bertujuan untuk membentuk Gülen memberikan siaran pers untuk mengutuk serangan budaya hidup bersamaHizmet teroris 11 September di Amerika Serikat, yang dianggapnya sebagai adalah sebuah komunitas relawan.. pukulan telak terhadap perdamaian dunia yang secara tidak adil menodai kepercayaan orangorang beriman: “ ... teror tidak 27 23 pernah bisa digunakan dengan mengatas namakan Islam demi tujuan Islam apapun. Seorang teroris tidak bisa menjadi seorang Muslim dan seorang Muslim tidak bisa menjadi seorang teroris. Seorang Muslim seharusnya menjadi simbol perdamaian, kesejahteraan, dan kemakmuran”. Pandangan Hizmet terhadap politik Hizmet telah membangkitkan kembali kekuatan perubahan yang terpendam di masyarakat sipil. Pencerahan Hizmet ini telah mengelola politik apolitis dalam berbagai institusi dalam pen gembangan pendidikan sehingga dapat 2824 merevitalisasi dan mengonsolidasi institusi-institusi sipil, pluralistik dan demokratis. Sebaliknya, Hizmet telah bertindak sebagai penghambat terhadap berbagai tindakan yang mereduksi segala sesuatu di masyarakat sipil merupakan masalah partai politik. Hal ini telah mencegah ruang publik dari berbagai bentuk manipulasi demi keuntungan dan permainan politik murahan. Dengan demikian, Pencerahan Hizmet ini memperlihatkan adanya saluran institusional yang damai, nonkonfrontasi dalam menangani berbegai tuntutan dan masalah. Hal ini telah mem- buka berbagai saluran baru bagi individu dan mobilitas kolektif. Pencerahan Hizmet ini tidak diafilisikan dengan organisasi pemerintah atau departemen sosial tertentu di dalam atau di luar Turki. Hizmet ini tidak pernah menyuruh para partisipannya atau pihak lain untuk melanggar norma, hukum dan regulasi yang dilarang di negara tersebut. Konferensi Internasional Tentang Gülen dan Hizmet 29 25 Konferensi Internasional Tentang M. Fethullah Gülen dan Hizmetnya Gagasan Gülen tentang “Hizmet” banyak didiskusikan oleh para akademisi di sejumlah konferensi internasional yang diselenggarakan di Amerika Serikat dan Eropa oleh universitas-universitas seperti Rice University, Houston, TX, University of Oklahoma, University of Texas at San Antonio, Southern Methodist University di Dallas, Georgetown University, Washington D.C., Leeds Metropolitan University di Inggris, dan the University of Rotterdam di Belanda Islamic Modernities: Fethullah Gülen and Contemporary Islam Dates: 26-27 April 2001, Venue: Georgetawn University, Washington, DC. Islam in the Contemporary World: The Gülen Movement in Thought and Practice. Dates: 12-13 November 2005, Venue: Rice University Houston, TX. Organizers: The Boniuk Center fort he Study and Advancement of Religious Tolerance, Rice University ,University of Houston Islam in the Contemporary World: The Fethullah Gülen Movement in Thought and Practice Beberapa konferensi yang Dates: 4-5 Mar, 2006 telah dilaksanakan oleh beVenue: Southern Methodist berapa Universitas di Dunia seUniversity of Dallas on 4-5 cara kronologis. March 2006 Second International Conference on Islam in the Contemporary World: The Fethullah 3026 Gülen Movement in Thought and Practice Dates: 3-5 November 2006 Venue: University of Oklahoma The Annual Conference on Islam in the Contemporary World. The Fethullah Gülen Movement in Thought and Practice. Date: 3 November 2007, Venue:University of Texas and San Antonio TX Organizers: The Department of History at UTSA, Department of Sociology,Poitical Science and Geography at UTSA. Muslim World in Transitition Contributions of the Gülen Movement Dates: 25-27 October 2007 Venue: House of Lords, SOAS and LSE,UK. London Organizers: University of Birmingham, İrish School of Ecumenics, Leeds Metropolitan University, Middle East Institute, University of London International Conference on Peaceful Coexistence: Fethullah Gülen’s Initiatives for Peace in the Contemporary World Dates: 22-23 Nov, 2007 Venue: Erasmus University, Rotterdam, Netherlands Islam in the Age of Global Challenges: Alternative Perspectives of the Gülen Movement Dates: 14-15, Nov 2008 Venue: Georgetown University, Washington, D.C. Dialogue and Tolerance Since Y.Has Hacib to Fethullah Gül en: Date: ‘7 February 2009 Venue: Bishkek Kyrgyzistan Muslims Between Tradition and Modernity – The Gülen Movement as a Bridge Dates: 27-26 May 2009 Venue: Between Cultures University of Potsdam, Berlin, Germany, From Dialogue to Collaboration: The Vision of Fethullah Gülen and MuslimChristian Relations Dates: 15-16 July 2010 Venue: Australian Catholic University in Melbourne. Russia and Islamic World: Partnership fort he Sake of St ability Date: 24 September2009 Venue: Moscow,Rusia Organizer: Hall of Unions Future of Reform in the Muslim World Comparative Experiences with Fethullah Gülen’s Movement Dates: 29 October 2009 Organizer: University of Maryland Multiculturalism and World Peace Date 6-5 December 2009 Organizer: National Chengchi University,Taipei,Taiwan Ideal Human According to Rumi, Iqbal and Gülen Date: 10-9 February 2010 Venue: Allame Iqbal University, Islamabad, Pakistan The Fifth International Conference on Islam in the Contemporary World: The Gülen Movement in Thought and Practice Dates:6-7 March 2010 Venue: Louisiana State University, ,The Institute of Interfaith Dialog, Nelson Mandela School of Public Policy and Urban Affairs, Peace through Faith-Based Grassroots Organization? Exploring the Gülen Movement Date: 27 Mar. 2010 Venue: University of Texas, Institute of Interfaith Dialog Conference on Deep State, Ergenekon, and Turkey›s Constitutional Referendum Date: 15 Sep. 2010 Venue: National Press Club, 31 27 Washington DC Organizer: Washington Review of Turkish & Eurasian Affairs Humanism in Skovorada and Fethullah Gülen Date: 7 June 2010 Vanue: Ukraine Mapping the Gülen Movement: A Multidimensional Approach Date: 7 Oct 2010 Venue: Felix Meritis, Keizersgracht 324, Amsterdam Organizers: Dialoog Academie; VISOR, VU Institute for the Study of Religion, The Gülen Model of Education Dates: 19-20 Oct 2010 Organizer: Fethullah Gülen Chair of UIN Jakarta, University of Indonesia, Syarif Hidayatullah State Islamic University (UIN) Jakarta. Venue: Indonesia The Gülen Movement: Paradigms, Projects, and Aspirations 3228 Dates: Nov 2010 ,13-11 Venue: International House, University of Chicago Organizers: Niagara Foundation; DePaul University; Loyola University; The Architects of Peace and Dialog Conference Dates: Nov 2010 Venue: Talas, Kyrgyzstan Global Perspectives on the Religious, Cultural, and Societal Diversity in the Balkans: Fethullah Gülen Experience as a Model and Interfaith Harmony in Albania Dates: Mar 2011 ,26-25 A Just World Conference Date: Mar 2012 ,30 Venue: Holy Family University, Philadelphia, Pennsylvania Organizers: Philadelphia Dialogue Forum, Peace Islands Institute, Holy Family University, Lutheran Theological Seminary Ideal Human & Ideal Society in the Thoughts M. Fethullah Gülen Dates: Nov 2012 ,22-21 Venue: University of the Punjab, Pakistan Organizers: Fountain Magazine, University of the Punjab, Rumi Forum Pakistan, International Conference on Hizmet Movement and the Thought and Teachings of Fethullah Gülen: Contributions to Multiculturalism and Global Peace Dates: Dec 2012 ,9-8 Venue: National Chengchi University, Taipei, Taiwan Organizers: Formosa Institute (Gülenist); Taiwan Association of Islamic Studies (TAIS) Gülen dan Hizmet Dalam Media 33 29 Turkey: Fethullah Gülen Profile Fethullah Gülen is a provincial Turkish preacher who has inspired a worldwide network of Muslims who feel at home in the modern world. The chief characteristic of the Gülen movement is that it does not seek to subvert modern secular states, but encourages practising Muslims to use to the full the opportunities they offer... Gülen was born in 1938 in a village near Erzurum in eastern Turkey. His father was an imam, and Gülen learnt from him the elements of Islam as well as some Persian and Arabic. His first appointment in 1957 was to a mosque in Edirne. At roughly at the same time he was introduced to the teaching of 3430 Said-i Nursi (1876-1960), Izmir base: Gülen put Nursi›s ideas into practice when he was transferred to a mosque in Izmir in 1966. Izmir is a city where political Islam never took root. However, the business and professional middle class came to resent the constraints of a state bureaucracy under whose wings it had grown, and supported market-friendly policies, while preserving at least some elements of a conservative life-style. Such businessmen were largely pro-Western, because it was Western (mainly US) influence which had persuaded the government to allow free elections for the first time in 1950 and US aid which had primed the pump of economic growth. From his base in Izmir, Gülen organised summer camps where the tenets of Islam were taught and started a network of student boarding-houses known as ‹lighthouses›. He sought to transfer the loyalty of Muslims from the Ottoman empire to the Turkish secular republic, even when the republican regime put pressure on the Muslim community. This explains his support for the military coup of 1980 and for the soft coup in 1997 which forced Necmettin Erbakan, the Islamist prime minister, to resign. Official toleration allowed Gülen to concentrate on what became his lifework -- the creation of a network, first of private schools and residences, then of universities, media outlets and civil society groups as centres of excellence promoting a modern, Islam-based ethical framework. Starting with the wealthy businessmen of Izmir, Gülen mobilised resources allowing him to control one of Turkey›s leading newspapers, Zaman, a television channel and a radio station, as well as a university with campuses in Istanbul and Ankara. Like his schools, Gülen›s other activities try to be self-financing, competing on quality. Over the years, Gülen extended his reach from Turkey to the Turkic republics of the former Soviet Union (Zaman runs a successful edition in Azerbaijan), then to other successor states of the Soviet Union, the Balkans and finally the West. International Herald Tribune8 January 2008 Turki: Profil Fethullah Gülen “Dalam setiap peristiwa, ini adalah sesuatu yang unik dan manifestasi fleksibel yang sangat sukses, sebuah pengaturan globalisasi Islam modern, dan hal ini mungkin memiliki dampak yang abadi terhadap modernisasi Islam dan terbukanya keterlibatan dengan ide-ide dari Barat.” “Saya berpihak penuh pada penerapan secara luas atas kebebasan pers dan berpendapat walaupun pemikiran mereka akan berlawanan dengan saya sekalipun. Apapun yang dialaminya, walaupun tidak benar-benar dianggap disebabkan karena saya, apapun keadaannyasaya tetap berpihak agar mereka menggunakan pemikiran, pendapat dan ekspresinya secara bebas.» (M. Fethullah Gülen) 35 31 Seorang Anak Petani di Pentas Dunia “Pencerahan (Hizmet) ini adalah sebuah pencerahan non politis, namun ia memiliki hubungan dengan hampir seluruh partai politik yang ada di Turki, terutama oposisi sekuler.” (The Economist, 6 March 2008) A farm boy on the world stage A “prophet” who finds honour, and some suspicion, in his own country PIOUS people in eastern Turkey, where Fethullah Gülen was born, are eager to praise him. Before hearing the preacher’s words 12 years ago, “I led a life full of women and alcohol,” admits Unal Sahin, a jeweller in Erzurum. Under Mr Gülen’s guidance, he became devout and generous, helping a university in Georgia, and schools in India and Azerbaijan. “The more I gave, the more business grew,” he says. His wife, meanwhile, donned a scarf. When Gulen-minded couples exchange visits, “the men sit in one room and we sit in another, we’re more com 3632 fortable that way,” explains one member of a scarf-wearing Gülenist sisterhood that does door-to-door preaching. “Our husbands don’t mind that we aren’t home during the day...they know it’s because we are doing good for the cause,” she insists. A place where piety’s rewards have yet to appear is Mr Gülen’s home village of Korucuk, east of Erzurum. Apart from a new mosque, its buildings are made of mud, stone and thatch. But its 600 souls are proud of the hamlet’s famous son… A key asset of the Gülenist network in Turkey, which includes a university, a newspaper and a raft of small and large businesses, is a chain of dormitories for students. There is a familiar pattern in which youngsters turn to the movement for accommodation and then agree to follow a regime of fasting and prayer. Many of Turkey’s police are believed to be Gülen sympathisers—an interior minister once gave a figure of %70— but the army remains highly suspicious. The movement is “apolitical” but has links with almost all Turkish political parties, save the main secular opposition. The Gülenists have lots in common with the ruling Justice and Development (AK) party, and they co-operate, but their interests are not identical... 37 33 Turk Who Leads a Movement Has Advocates and Critics Here in Northeastern Pennsylvania, where fertile farmlands yield suddenly to the hauntingly beautiful foothills of the Pocono Mountains, quietly resides one of the most influential men in Turkey. And one of the most controversial. Admirers describe Fethullah Gülen, 69, a soft-spoken Muslim preacher, author and teacher with a huge following, in reverential tones. John L. Esposito, a Georgetown University professor who has studied Mr. Gülen, said that if he were to compare Mr. Gülen to another public figure it would be the Dalai Lama. Mr. Gülen’s talk is of peace and tol3834 erance, the strength of U.S.-Turkish relations and the importance of a free-market economy. When he says things like “There is no place for terror in true Islam,” as he did in a rare and recent interview, Western officials take heart. Both former Secretary of State Madeleine K. Albright and one of her predecessors, James A. Baker III, have spoken at events sponsored by Gülen groups, praising his advocacy of democracy and dialogue. As long-secular Turkey, now under an Islamic-friendly government, steps into a larger global role, positioning itself as a key actor in dealing with Israel, Iraq or Iran, more attention has focused on its simmering internal tensions over religion in the public sphere. Some see Mr. Gülen as part of a slow-motion but powerful backlash against the secularization of Turkey nearly a century ago under Kemal Ataturk, which Muslims saw as a wrenching blow to traditional values but which secularists deemed vital to modernization. Mr. Gülen’s approach seeks, in some ways, to meld the traditional and the modern. He and perhaps a dozen supporters live in a rural haven, a 25-acre, or 10-hectare, retreat lushly dotted with ferns and blue spruce, with modern residences for visitors, a meeting lodge and a sparkling pond full of orange carp. Mr. Gülen, in poor health, rarely leaves this bucolic spot. Speaking over a lunch of classic Turkish food, the insistently modest Mr. Gülen, the son of a small-town imam, did not appear to be to be the type of man to wield the influence he does. A Koran student from age 5 and preacher at 14, Mr. Gülen gradually built a vast following. He has inspired the founding of an international network of schools, hospitals and businesses. There is an Islamic bank, Asya, with billions in assets; newspapers including Zaman, Turkey’s largest daily; and a television station, EBRU-TV, in Somerset, New Jersey. All these are part of what others call the Gülen movement but its self-effacing leader refers to as the Volunteer Movement. Mr. Gülen said it had brought him no personal gain, that his only belongings were a quilt, bedsheets and a few prized books. He said he did not know “how many countries this movement is active in, nor do I know how many teachers and students there are.” Asked at one point about the work of his followers, he replied, “I believe that calling this movement the ‘Fethullah Gülen movement’ is not right, and doing so is disrespectful to many peoplededicated to carrying out its activities. My role in this movement is very limited, and there is no leadership, no center, no loyalty to a center, and no hierarchy.” But others say that there are more than 1,000 schools in more than 110 countries, and perhaps five million members. Emre Celik, a Turkish-Australian who presides over the Rumi Forum, a Gülen-affiliated institute in Washington, recently visited one of the more farflung schools, on the island of Zanzibar, and says more in Africa are likely. The schools are supported by wealthy Muslim businessmen. There are several such schools in the United States, even one in Burma. They impart Islamic values but, unlike madrasas, employ the official curriculum of whatever state they are in and emphasize modern science and technology. The quality of education is considered high, and competition for spots is keen. “He’s inspired a lot of people,” said Mr. Celik, who is trained in computer science. “People like myself, second-generation Australian Turks, the Turkish diaspora, we’re moved by his ideas.” But in the late 1990s, Mr. Gülen’s movement collided with the former “Pencerahan (Hizmet) ini adalah sebuah pencerahan non politis, namun ia memiliki hubungan dengan hampir seluruh partai politik yang ada di Turki, terutama oposisi sekuler.” (The Economist, 6 March 2008) 39 35 secular government of Turkey. Having come to the United States for medical treatment — he suffers from diabetes and heart problems — he stayed on after a Turkish prosecutor accused him of urging the overthrow of secular power. Analysts say some officials in the current Muslim-friendly government are Gülen followers. So are many police officers, according to the authoritative Jane’s Islamic Affairs, which said the influence extends to the police’s powerful domestic intelligence wing. That is a highly sensitive issue at a time when Turks have been riveted by recent wire-tapping scandals. “The Police Academy is one of the best and most prestigious educational insti 4036 tutions in Turkey,” said the Reverend Thomas Michel, a Jesuit priest and former top adviser on Islamic matters to the Vatican who now lives in Ankara. Because Gülen-school graduates frequently do well on entry exams, he said, “a good number of their graduates are getting accepted.” These people, he said, tend to be “well-motivated, intelligent, enjoyable — not at all fanatic, weird or cult-like.” Mr. Gülen insists that his movement keeps equal distance from every Turkish government, seeking no office and also from foreign governments. But some analysts say American officials have at least tacitly supported themovement as a moderating presence in places like Turkic parts of Central Asia, where Mr. Gülen sent hundreds of volunteer teachers after the Soviet breakup. “These schools provide alternatives to youths so they don’t have to join terrorist groups,” said Helen Rose Ebaugh, a University of Houston sociologist who studied the movement. She said an administrator of the Gülen-linked Fatih University in Istanbul told her that Mr. Gülen had adamantly opposed the notion of accepting education funds offered by Saudi Arabia, “because it’ll be interpretedas support from the Saudi government.” At a time when the Turkish government has bitterly denounced Israel over the violent clash with the aid flotilla headed for Gaza, Mr. Gülen instead found fault with flotilla organizers, saying that they should have sought advance Israeli approval instead of “defying authority.” (He said in an e-mail exchange that “the worst state and the worst government are far better than statelessness and chaos.”) While he might at times support some “positive actions” by Turkish governments, he said, “that does not mean we in any way make policy recommendations to them, nor do we ever act under their influence.” Nonetheless, any governing party, religious or secular, “cannot ignore the realities in Turkey,” he said, in comments translated by an aide. “There is a huge mass that practices Islam, and the mosques are filling up with people every day.” At the same time, he said, any government has to take religious minorities — whether Nestorian Christians, Protestants or Jews — into account. Since 1999, Turkey’s heated politics and his own poor health have kept Mr. Gülen restricted to his compound in Pennsylvania, which has a constantly manned gatehouse. He largely keeps to two or three rooms in a large chocolate-brown building. In a room lined with Turkish art and artifacts, Mr. Gülen reads extensively — from Shakespeare to Kant to the Sufi poets. Health permitting, he emerges every few days to answer visitors’ questions in a large adjoining room. A loft, protected from view, allows women to listen without mixing with men. “In the U.S.,” he said, “I have hoped not being disturbed or harmed by those who carry radical ideologies from Turkey, Afghanistan, Pakistan or some other countries. I am America’s guest.” “Meski dunia Islam dan Barat mengakui pencerahan Gülen sebagai pencerahan damai dan bukan politik, namun di dalam negeri Turki sendiri pencerahan itu tetap dianggap sebagai ancaman oleh kelompok-kelompok Islam radikal dan kelompok-kelompoksekuler.” (Harian Republika 11 Feb. 2013) 41 37 Seorang Turki pemimpin sebuah pencerahan yang memiliki pembelaan dan kritik “Ide Gülen sebagaimana dikatakan Aytmatov, adalah bahwa agama tanpa sains bisa menjadi radikal, dan sains tanpa agama buta serta membahayakan dunia.” (The New York Times, 4 Mei 2008) Islamic scholar voted world’s No 1 thinker A hitherto largely unknown Turkish Islamic scholar, Fethullah Gülen, has been voted the world’s top intellectual in a poll to find the leading 100 thinkers. Gülen, the author of more than 60 books, won a landslide triumph after the survey - which is organised by the British magazine, Prospect, and Foreign Policy, a US publication attracted more than 500,000 votes. The top 10 individuals were all Muslim and included two Nobel laureates, the novelist Orhan Pamuk, who is also Turkish, at No 4, and the Iranian human rights lawyer Shirin Ebadi, in 10th. The result surprised organisers, who at 4238 tributed it to a sustained campaign by Gülen’s followers, known as the Gülen Movement, after Turkey’s biggest-selling newspaper, Zaman, publicised the poll. Prospect’s editor, David Goohart, admitted to not having previously heard of Gülen and said his supporters had “made a mockery” of the poll. But he said the result flagged up significant political trends in Turkey. “The victory of Gülen draws attention to the most important conflict in Europe, played out in Turkey between the secular nationalist establishment and the reforming Islamic democrats of the AK [Justice and Development] party,” he said. A Gülen supporter, Bulent Kenes, who is editor-in-chief of Today’s Zaman newspaper, denied the poll had been hijacked. “There are many people who promote Gülen’s ideas, which contribute to world peace by urging international dialogue and tolerance.” Gülen, 67, is known for a modernist brand of Islam. He was cleared of trying to topple the state in 2006 after being charged over footage in which he apparently urged civil service supporters to await his orders to overthrow the system. He said the film had been doctored. 43 39 Tokoh Intelektual Muslim yang Terpilih Sebagai Pemikir Nomor 1 Dunia “Hingga saat ini sebagian besar orang tidak tahu pasti jika seorang tokoh intelektual Islam asal Turki, Fethullah Gülen, terpilih sebagai tokoh intelektual dunia paling top melalui jejak pendapat dalam pencarian 100 tokoh pemikir terkemuka dunia. Gülen adalah seorang penulis lebih dari 60 buah buku, menang telak atas hasil survei yang diselenggarakan oleh British Magazine, Prospect, Foreign Policy, serta US publication, dengan perolehan lebih dari 500.000 suara”. (The Guardian, 23 Juni 2008) 4440 Muslims inspired by a Turkish scholar are challenging conservatives who have spread their teaching worldwide, in a struggle for Islam’s future. Barney Zwartz reports. By building mosques, schools, providing religious literature and training imams, they have fomented tensions in many areas with a history of a more tolerant Islam, such as Bosnia, Indonesia, Pakistan, the central Asian republics and parts of Europe. In Australia, where the Saudis have helped fund mosques and Islamic schools, senior Muslim leaders agree that Wahhabis, who comprise a minority of the local community, are those least inclined to integrate. Now the Wahhabis have a rival for Islamic influence in the Gülen movement, a Turkish-based group shaped by the more reflective Sufi form of Islam, which is setting out to counter the Wahhabis. Named for Fethullah Gülen, a 71-year-old Turkish Islamic scholar and philosopher, it has built about (1)800 schools in some (1)50 countries, several universities, and owns Turkey’s highest-circulating newspaper, Zaman, television and radio stations, and a bank. Gülen was named the world’s top public intellectual in a Foreign Policy magazine public poll last year, though this was heavily slanted after Zaman wrote about the poll on its front page and sparked hundreds of thousands of votes. Foreign Policy noted: “Gülen is both revered and reviled in his native Turkey. To members of the Gülen movement, he is an inspirational leader who encourages a life guided by moderate Islamic principles. To his detractors, he represents a threat to Turkey’s secular order. He has kept a relatively low profile since settling in the United States in 1999, having fled Turkey after being accused of undermining secularism.” His followers deny they proselytise, saying their schools follow the secular curriculum wherever they are based, which has led them to be welcomed particularly where Wahhabis are having an impact. 45 41 Oil-rich Central Asia is a key battleground, and the outcome is critical for the West. A two-day international conference in Melbourne last week highlighted the importance of the Gülen movement as the only international Islamic movement aiming at dialogue, tolerance and modernising Islam. Abdullah Aymaz, a senior Gülen leader and close friend of the founder, says: «When I was in Georgia (a Turkic republic) two years ago, the mother of the “Mr. Gulen’s idea, president came to me and asked us to Mr. Aytav said, is that open up more schools in this area to circumvent radicals. “From the begin“without science, religion ning we have avoided politics and busiturn to radicalism, and ness — it’s about people. In Georgia, the politicians worried that we were without religion science is missionaries come to take over. The blind and brings the worldto students were asked, ‘Is there propaganda?’ There is none, and the peodanger.” ple doing the teaching have high morals. The locals tested us, saying ‘There’s minerals here, business (The New York Times, 4 opportunities’, but we said ‘that’s not why we’re here’.” May 2008) Monash professor Greg Barton, a specialist in new Islamic movements, compares the Gülen movement with other international reforming Islamic groups. 4642 He divides the reformers into reactionaries, trying to restore an imagined original 7th century Islam — “they are like the Amish, but without the sense of humour,” he says — and progressives, trying to synthesise classical Islamic scholarship with modern critical thinking. Reactionary reformers include most of the Islamist movements, such as the Wahhabis, the Muslim Brotherhood and al-Qaeda. The only progressive international group is the Gülen, but it is serving as a role model for other groups, for example in Indonesia, Barton says. Reactionaries build activist networks with a strong sense of purpose, usually framed in terms of struggle and combat. Most progressives do not build extensive networks, which is why the Gülen movement is important, Barton says. It is the only extensive transnational reformist Islamic movement, it is well-organised and effective, though Gülen himself is more a figurehead than an active leader. The movement began in Izmir, Turkey, when local businessmen and others took up Gülen›s ideas on education, philanthropy and public service. In the mid-1970s they began opening schools, combining his philosophy with a modern curriculum. The big change, turning the movement into an ambitious international one, came with the collapse of the Soviet Union after 1991, Barton says. «The Turkic republics in Central Asia were in dire straits so they helped there, then moved on to Turkish youth in the West. “It›s a very simple model, easy to duplicate, like a business franchise. If you have an expatriate Turkish community, you look at what they did in Melbourne or Houston. But what we are seeing is the realigning of tradition along modern lines of engagement.” 47 43 Fethullah Gülen, Perajut Jejaring Dunia Islam Gülen menginginkan umat Islam untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga bisa bersaing dengan masyarakat Barat. Fethullah Gülen bukan nama yang asing di kalangan komunitas Islam modern. Ketokohan Gülen, bukan hanya dihormati oleh mayoritas Muslim di dunia, tapi juga dihormati oleh kalangan non-Muslim, termasuk komunitas Yahudi. Sosoknya bisa diterima di berbagai lapisan masyarakat dan agama karena pemikiran-pemikirannya yang moderat dan menjadi penyeimbang para pemikir Islam yang dianggap ekstrem dan radikal. Di negara asalnya, Turki, Gülen 4844 bukan hanya dikenal sebagai seorang pemikir dan tokoh pencerahan, tapi juga dikenal sebagai ulama yang sangat hebat. Dia lahir di Desa Erzurum, Turki, pada pada 1941. Ayahnya, Ramiz Gülen, adalah seorang ulama. Sejak kecil ia lebih memfokuskan pendidikan informalnya di bidang agama Islam. Sejak usia 14 tahun, ia sudah berani memberikan ceramah keagamaan. Pada 1959, saat usianya menginjak 18 tahun, Gülen sudah mendapatkan izin menjadi dai. Kariernya sebagai dai dimulai di kota kelahirannya, Izmir. Di kota inilah Gülen mulai mengenalkan pemikiran-pemikirannya mengenai pendidikan, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan keadilan sosial. Di kota ini juga ia mulai membangun basis pengikutnya, yang sebagian besar adalah para siswa sekolah menengah dan perguruan tinggi. Nama Gülen makin dikenal setelah ia diundang ceramah ke berbagai masjid di wilayah Turki. Ia banyak berkeliling kota di hampir seluruh Turki untuk mengajar dan berceramah. Ia juga sering diundang dalam pertemuan-pertemuan formal dan informal para pejabat kota. Sejak itu, ceramah-ceramahnya selalui diminati masyarakat. Selain melalui ceramah, pemikiran Gülen juga disampaikan melalui tulisan-tulisannya. Hingga kini, tak kurang dari 60 buku telah ia tulis, di di samping sejumlah artikel dalam berbagai jurnal. Topiknya beragam, baik mengenai pendidikan, hubungan antaragama, dan keadilan. Karya-karya tulisnya kini sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, antara lain Inggris, Jerman, Rusia, Albania, Jepang, Korea, Spanyol, dan Indonesia. Gülen banyak menuangkan pemikiran-pemikiran tentang pembaruan di dunia Islam dan lebih mengedepankan dialog dan perdamaian antar sesama umat beragama dalam menyebarkan ajaran dan nilai-nilai Islam. Pemikiran-pemikirannya ini kemudian menjadi sebuah pencerahan yang ia wujudkan dalam bentuk lembaga-lembaga pendidikan, lembaga amal, media massa cetak dan elektronik, perkumpulan-perkumpulan pelajar dan kelompok-kelompok lobi, bahkan membantu berdirinya asosiasi wartawan dan penulis di Turki. Kekaguman terhadap kiprah Gülen dalam bidang pendidikan juga pernah dilontarkan mantan presiden Republik Indonesia, KH Abdurrahman Wahid atau yang biasa disapa dengan panggilan Gus Dur. Menurut Gus Dur, dalam mengembangkan sistem pendidikan, bangsa Indonesia harus belajar banyak dari Fethullah Gülen yang lebih menekankan pada pembentukan akhlak yang mulia. ‘’Ini sesuatu yang sangat penting apalagi bagi bangsa Indonesia karena sekolah-sekolah kita ini sekarang hampa moral. Kehampaan moral ini telah mengakibatkan terjadinya berbagai pelanggar yang ada di masyarakat, maraknya korupsi, dan berbagai penyelewengan yang dilakukan birokrasi merupakan salah satu akibatnya. Ini menunjukkan bahwa ada krisis di dalam dunia pendidikan kaum Muslimin di Indonesia. Karena itu, saya rasa belajar bagaimana mengembangkan akhlak yang baik dalam pendidikan kita menjadi sangat penting,’’ papar Gus Dur. “Ide Gülen sebagaimana dikatakan Aytav, adalah bahwa agama tanpa sains bisa menjadi radikal, dan sains tanpa agama buta serta membahayakan dunia.” (The New York Times, 4 Mei 2008) 49 45 Media Tanggal Turkish Rewiew 18 Feb 2011 Topik Berita -A Turkish Citizen Spreads A Massage Of Love And Coexistence From the US PBS 24 Jan. 2011 Zaman 9 Dec. 2010 Today’s Zaman 19 Jul 2010 The New York Times 12 Jun 2010 Today’s Zaman 27 Mar 2010 The Daily Mail 3 Feb 2010 Islam Online 24 Nov 2009 -The Gülen Movement The National 8 Oct. 2009 The Denver Post 7 Sep. 2009 Los Angeles Times 3 Aug. 2009 The Age 23 Jul. 2009 Allafrica.Com 1 Jul. 2009 5046 Topik Berita Global Atlanta 11 Jun 2009 -Turkey Developing Trade With Africa Islam Online 8 Jun 2009 Reuters 7 Jun 2009 -Turkish Language Fest Shows Preachers2s Global Reach -World’s Gülen Brotherhood Kairos Catholic 31 May 2009 -Deeping Of Faith In The Golden Age Chair Today’s Zaman 30 May 2009 -Turkish Schools A Continuation Of Historical Responsibility -Fethullah Gülen Awarded Honorary Doctorate By Leeds Met- TRT World 20 May 2009 -Turkish School Inagurated In Egypt ropolitan University Los Angeles 20 May 2009 -The Turks Are Coming! -Turk Who Lwads A Movement Has Advocates And Critics Eurasia Net 3 Mar. 2009 -Movement Educates Kurds -Follow Thoughts Of Iqbal, Rumi And Gülen Of Ideal Humanity The Economist 19 Feb 2009 -An Unusual New Friendship -Gülen Movement Is A Supranationalcivil Society Movement Today’s Zaman 7 Jan 2009 -The Gülen Movement And The Dialogue Of Civilizations -Turkish Mission -Faith Community -Aurora Families Share Ramadan For Aall Faiths -Christians Muslims Forging New Bonds In Southland -A Different Jihad -Uganda: Gaggawala Woos Turkish Investors Today’ Zaman 19 Jun. 2009 -Abant Platform Convenes To Discuss Democratization Dow Jones News 13 Jun 2009 Tanggal -Catholic University Of Leuven Established Fethullah Gülen News Wire Canada 22 Oct. 2009 -Meet The World’s Top Living Public Intellectual Financial Mail 9 Oct. 2009 Media -Turkish Army To Probe Alleged Anti-Goverment Plot-Report -Turkish NGOs Collaborate to Help Palestinians in Gaza The Muslim News 19 Dec 2008 -Turkish Exceptionalism Ebru New 15 Dec 2008 -Turkish Charity Feeds Poor In Vietnam Gauteng Online 12 Dec 2008 -Early Christmas Gifts Given To the Needy Ebru New 3 Now 2008 Int. Herald Tribune 17 0ct 2008 -Scholars Praise Gülen Movementt -Green Card Coming To Prominent Turkish Leader Bernama News 12 Oct 2008 -Austenites Tour Of Turkey Statesman 30 Jun 2008 -Gülen Movement, Role Model In Representing Islam Positively NPR 27 Jun 2008 -Muslim top New List Of Public Intellectuals Foreign Policy 23 Jun 2008 -The World’s Top 20 Public Intellectuals 51 47 Media Tanggal The Daily Etalaat 24 Jun 2008 Topik Berita -Islamic Scholar Is World’s No 1 Thinker Srinagar WeeklyCutting Edge 21 Jun 2008 Interfaith Voices 5 Jun 2008 Reuters 14 May 2008 The New York Times 4 May 2008 -Turkish Islamic Preacher -RiftBbetween East, West Unnatural -Sharing A Spirit Leeds Today 25 Nov 2005 Aksiyon 14 Now 2005 fgülen.com 26 Oct 2005 F18NEWE 12 Oct 2005 Zaman 25 Jun 2005 -Fetullah Gülen Violence Can Nat Be A Remedy For Vio-UNESCO GRANTS Gülen with Award Of Tolerance -Turkey : Is There Religions Freedom In Turkey ? -Gülen Terms Terrorist Attacks Strike against Human Dignity -Gülen Takes Place In The List Of “Peaceful Heroes” As Only Turk -Out Of Turkey -Fetullah Gülen : A Man Loved And Feared In Turkey -“Peace Heroes” lence Turkish Daly News 27 Oct. 2003 World -Gülen Acquitted Of Trying To Overthrow Secular Government Author Promotes Friendship Of Cultures Through Gülen Ide- Lawrence Journal 20 Jan 2008 5248 Turkish Daily News 6 May 2006 -Turkish Schools Offer Pakistan A Gentler Vision Of Islam -Muslims, Catholics Share Ancient Dessert Pocono Record 9 May 2007 -“EU Member Turkey Could Be Model for Muslims -Moldovan Turkish Schools Help Underprivileged The Herald News 7 Feb 2008 JWF 3 Dec 2007 Todays Zaman 26 Feb 2007 Zaman 12 May 2006 als Asharq Al-Awsat 3 Dec 2007 -Turkish Group Promotes Tolerance In Texas -Fethullah Gülen , Turkeys Moat Famous Preacher -A Farm Boy On The Word Stage The Times of India 23 Dec 2007 Dallas Morning 28 Apr 2007 -Turks’ Organize 1 St Ramadan Dinner At US Congress The Economist 6 Mar 2008 Islamic Horizons 15 Jan 2008 Topik Berita Zaman 30 Sep 2006 -Turkish Court Acquits Muslim preacher The Nation 10 Feb 2008 Tanggal -An Icon Of Universal Peace The Peninsula 8 Mar 2008 Kentucky Kernel 17 Feb 2008 Media Anadolu Agency 21 Jun 2003 -Fuller: Gülen Is Definitely Not Radikal Islamist -Australian University Launches Fethullah Gülen Chair Turkish Daily News 1 Feb. 2002 -Gülen Islam Suits Modernism -The Scarf Scrap Turkish Daily News 31 May 2001 -Marowitch: Gülen Discussed Religious Issues With Pope “A Muslim Cannot Be A Terrorist And A Terrorist Cannot Be A Turkish Daily News 6 Jan 2001 Gülen: Interfaith Dialogue Is A Must Muslim “ Turkish Daily News 2 Sep 1999 Fethullah Gülen Meets With Pape 53 49 Pemikiran-Pemikiran Gülen Tentang... Worship Worship means one’s sincere acknowledgement of himself or herself as a servant and God as the sole and true Object of Worship. It consists in a servant designing his or her life in accordance with the relations between a true servant and the True Object of Worship, in the light of the fact that one is the created and the other the Creator. Worship means one’s thankfulness for the bounties with which he or she is endowed, such as life, consciousness, power of perception and faith, while negligence of the duty of worship is crude ingratitude. Worship is a road to travel, opened by the Being Who commands us to belief, and it is a set of good manners that He ordered us to observe, so that we could finally reach Him and obtain happiness in both this life and the next. It is not possible for those who cannot find this way and acquire these manners to reach God, the Truth. Most unshakable certainty in one’s 5450 conscience about the greatest truth known only theoretically at the outset. In each station on this way along which consciousness seeks certainty on the wings of reverence and respect, a person experiences a different taste of catching glimpse of the Beloved. Some souls, shut off to the truth, have spent their lives studying only certain theoretical matters; even if they live in the enchanting company of the most eloquent, articulate tongues and the most fascinating expressions about the truth, they cannot advance even a meter toward it. The Victory of Goodness and Beauty Goodness, beauty, truthfulness, honesty, and being virtuous are the essence of the world. Whatever happens, the world will one day find this essence, for no one can prevent such an event. Balancing the Spiritual and the Physical The true life is the one lived at the spiritual level. Those whose hearts are alive, conquering the past and the future, cannot be contained by time. Such people are never excessively distressed by sorrows of the past or anxieties of the future. Those who cannot experience full existence in their hearts, and thus lead banal, shallow lives, are always gloomy and inclined to hopelessness. They consider the past a horrifying grave, and the future an endless well. It is torment if they die, and it is torment if they survive. Establishing a sound relationship with a long, great past and a long, better future depends on your having a proper understanding of your heart’s and soul’s vitality. The fortunate ones live at this level and fully understand this life. They see the past as our ances- tors’ great tents and thrones, the future as roads leading toward the gardens of Paradise, and, while sipping inspiration from their inner conscience as if from the fountain of Kawthar, (1) they pass on from the guesthouse of this world. But the unfortunate ones, those who cannot reach such level of understanding and endeavor, lead lives that are worse than death, and their deaths are a hell of darkness upon darkness. There is a mutually supportive and perfective relation between one’s actions and inner life. We may call this relation a “virtuous circle.” Attitudes like determination, perseverance, and resolve illuminate one’s inner conscience, and the brightness of this inner conscience strengthens one’s will-power and resolve, stimulating him or her to ever-higher horizons. Those fortunate ones, whose actions reflect the obedi- ence of their spirits, will always seek to please the Creator and humanity, and will continue to acquire praiseworthy virtues. Their qiblah (2) pointer will always point to the same mihrab, (3) and their progress indicator will always show the same route. Although some straying may occur every once in a while, a truly sincere remorse and a heartfelt penitence will melt away the consciousness of sin from their hearts and souls. After this, they will resume their roads, often with renewed vigor. [1] One of the rivers in Paradise. [2] The direction in which a Muslim turns to when praying. The individ-ual is its beginning point, and the Ka’bah, located in Makkah, is its end point. [3] An architectural feature found in every mosque to indicate the direc-tion Muslims must turn to when praying. 55 51 Life, Human Character and Virtue When an animal dies, it is forgotten and its burial place is lost. However, this is not the case with a human being. Are the people who do not preserve the memories and tombs of their ancestors aware that they reduce them to the rank of animals? Respect for the dead means a security granted to the living concerning their own future. One of the most important ways to conquer the hearts of people is that one always seeks an opportunity to do others good and once such an opportunity appears, makes use of it without delay. If only we could set our hearts on always doing good to others! Good morals and sound conscience, and good manners and virtues, are like a currency universally acceptable and which is not affected by changes in the values of other means of exchange. Those provided with such qualities are like merchants with the highest credit who can do business wherever they want. The more a person suffers in life and is conscious of the life he or she is living, the more profound his or her feelings become. Those who live unconsciously of the meaning of life and events and have experienced no suffering, can never develop their feelings and faculties. Nor can they feel themselves as parts of existence. Love 5652 Love is one of the most subtle blessings that the Most Merciful One has bestowed upon humanity. It exists in everyone as a seed. This seed germinates under favorable circumstances and, growing like a tree, blossoms into a flower, and finally ripens, like a fruit, to unite the beginning with the end. Love penetrates, as a feeling, into our inner being through the inlets of our eyes, ears, and heart. It then swells like water behind a dam, grows like an avalanche, or engulfs our very being like a flame. It starts to subside only when it results in union. The flame goes out, the reservoir empties, and the avalanche melts away. Love is a natural and essential aspect of our being. But when it is transformed into “true love”-love of the Creatorit acquires its true nature and color, and later becomes “pure” pleasure at the threshold of union. One’s heart is a receptive port for Divine manifestations. Your love of the Creator and yearning to return to Him is the clearest sign of your being loved by God. Love is the most direct and safest way to human perfection. It is difficult to attain the rank of human perfection through ways that do not contain love. Other than the way of “acknowledging one’s innate impotence, poverty, and reliance on God’s Power and Riches, and one’s zeal in His way and thanksgiving,” no other way to truth is equal to that of love. Love is a mount, bestowed upon us by God, that carries us toward the Paradise we lost. No one who has ridden this mount has ever been stranded on this road, although we sometimes find people on this celestial mount walking on the road side due to some boastful words they utter because of their intoxication from joy. However, this is a matter between them and God. Morals Morals are a set of noble ciples that originate in high ituality and govern human duct. For this reason, people prinspirconwho neglect spirituality, and are therefore lacking in spiritual values, cannot sustain conduct in accordance with these principles. Preferring the interests of others over one›s own is high spirituality and liberality. Those who always do good without expecting any return one day will bow before God in wonder and admiration when, unexpectedly, they meet the accumulated results of their considerate nature and all the good they have done. Just because you are a learned one does not mean that you are trulyhuman. Learned people are freed from carrying the burden of superfluous information and attain greatness to the extent that they serve humanity and set a good example for others through their high morals and virtues. Otherwise, they are no more than people who have wasted their lives. Those with high morals and virtues, even if they lack learning and as dense as iron, may sometimes prove to be a useful and valuable, and even as good as gold. Morals were once thought of as virtues. Today, morals are regarded as a collection of rules for social behavior. I wish people would behave in accordance with those rules, even though they are not virtuous! In the past, people would say: «The principles of good conduct are no longer practiced; we only see them written down in books.» Today, they say: «The principles of good conduct are out of date; whatever remains of them is written down in old books.» Whatever they say, those principles are worth the sacrifice of many new things, even though people try to present them as outdated. 57 53 Humility Those who are humble and modest are highly regarded in the sight of both the created and the Creator. Those who are haughty and self-conceited, who belittle others and put on arrogant airs, are always disliked by the created and punished by the Creator. Self-conceit shows a lack of sensibility and maturity. Those who are more reflective and spiritually mature have the sense to attribute whatever gifts 5854 they may have to the Creator, the Most High, and devote themselves to Him with humble gratitude. Humility makes people pleased with God’s judgments, and steadfast in the face of reproofs and insults from others. Those who know their place and do not put on airs have truly secured and defended themselves against other people’s contempt. Humility is a sign of virtue and maturity, while haughtiness and self-conceit indicate an imperfect, lowly spirit. The most perfect human beings are those who are at ease and intimate in the company of others. By contrast, those who are too proud to join in with others and form warm friendships with them are the most imperfect human beings and only earn notoriety. Humility is a sign of one’s having become truly human. One sign of humility is that one does not change after obtaining a high position or wealth, learning or fame, or whatever is publicly esteemed. If any of these circumstances causes the person to alter his or her ideas, attitudes, and behavior, he or she cannot be regarded as having attained true humanity or true humility. Humility is like a key to all other vir- tues. One who is humble may have all other virtues, whereas one who lacks humility usually is deprived of other virtues as well. After his fault, Prophet Adam, upon him be peace, nevertheless recovered, through humility, all of his former connections to the worlds beyond. By contrast, Satan, undergoing the same test as Adam, became the irrecoverable victim of his self-conceit and haughtiness. Humble people attain high (spiritual) ranks in the institutions of spiritual training. They benefit fully from a good education, whether religious or scientific, and prove useful to their communities. Those whose vainglory and pride do not allow them to benefit from the discipline of these institutions, or to be taught by others, have lost their way. Since grandeur and pride are among the exclusive attributes of the Divine Being, those who act arrogantly and transgress the limits of modesty are seized and punished by Him. Those who know their true station and remain suitably humble and modest are honored with His Presence. Marriage and The Home The purpose of marriage is not pleasure; rather, it is to establish a family, ensure the nation’s permanency and continuation, save the individual from dispersed feelings and thoughts, and to control physical pleasures. Just as with many other matters related to the basic nature that God has given to each being, pleasure is a payment made in advance to invite and encourage to marriage. One should not marry for reasons of dress, wealth, or physical beauty; rather, marry for spiritual beauty, honor and morality, and virtue and character. If a couple wishes to divorce, the most intelligent criteria are of no use to those who did not (or could not) get married for the correct reasons. The important thing is not to escape from the fire in the home with the least harm, but to prevent a fire from ever starting there. Some marriages based on logic and judgment were initiated by taking refuge in God. They are so sacred that, throughout a lifetime, they function just like a school, and their “students” guarantee the nation’s permanency and continuation. Every union made in the name of marriage, but without careful thought, has left behind crying wives, orphans, and those who wound the family’s heart. The soundest foundation for a nation is a family in which material and spiritual happiness flows, for such a family serves as a sacred school that raises virtuous individuals. If a nation can make its homes as enlightened and prosperous as its schools, and its schools as warm as its homes, it has made the greatest reform and has guaranteed the contentment and happiness of future generations. Nations are based on homes and individuals. If homes are good, the nation is good; if homes are bad, the nation is bad. If only those who want the best for the nation would first work to reform the homes! 59 55 Humanity When interacting with others, always regard whatever pleases and displeases yourself as the measure. Desire for others what your own ego desires, and do not forget that whatever conduct displeases you will displease others. If you do this, you will be safe not only from misconduct and bad behavior, but also from hurting others. Considering that favors received make you feel a liking, affection, and attachment for those who bestowed the favor upon you, you should understand how to make others like you, and feel affection and attachment for you. It is said that «people are the slaves of the favors done to them.» Therefore, doing others a favor and being good to them is a reliable defense against any harm that may come from them. Our humanity and nobility are directly proportional to our closeness to our friends and our maintenance of these friendships. Talking of nobility and kindness without expressing warmth and intimacy in relationships is mere assertion. Doing good in return only for good received, or sometimes ceasing to do good to others in order to punish them, implies moral imperfection and 6056 immaturity. It is a sign of great generosity and goodness to others if you ignore some of their faults, improprieties, or bad manners, and tolerate their imperfections. Prying into others› affairs and finding fault is rude and uncivil, and publicizing such affairs is unforgivable. Declaring them to the other›s face is a severe blow to the bonds of unity between people, a blow from which, sadly, it is almost impossible for friendship to recover fully. Those who regard even the greatest good they have done for others as insignificant, while greatly appreciating even the least favor done to themselves, are perfected ones who have acquired the Divine standards of behavior and found peace in their conscience. Such individuals never remind others of the good they have done for them, and never complain when others appear to be indifferent to them. Women Women train and educate children, and establish order, peace, and harmony in the home. They are the first teachers in the school of humanity. At a time when some are in search of a new place for them in society, we would like to remind them once again of the unique position God bestowed upon them. A house that contains an honorable, well-mannered woman loyal to her home is a corner from Heaven. The sounds and breaths heard there are no different from the musical voices of the young people of Paradise and the burbling of the Kawthar stream in Heaven. A woman’s inner depth, chastity and dignity elevate her higher than angels and cause her to resemble an unmatched diamond. A disreputable woman is a false coin, and an undignified woman is a puppet to be ridiculed. In the destructive atmosphere of such women, it is possible to find neither a healthy home nor a sound generation. A woman awake to virtue in her inner world resembles a crystal chandelier that, with every movement, sends light throughout the house. The most important thing a woman should know is social breeding. Women often have been used as objects of pleasure, means of entertainment, and material for advertising. However, until now all these unfortunate periods have been a starting point for women to become renewed and find their essence (like nights followed by days). In the past, a son was called “makhdum” and a daughter, “karima” Meaning “pupil (of the eye),” this word expresses a member that is very valuable, as necessary as it is valuable, and as delicate as it is necessary. A good woman speaks wisdom, and has a delicate, refined spirit. Her behavior inspires admiration and respect. Familiar looks sense this sacred side of her, and turn instinctive feelings to contemplation. Like a flower worn on the breast, a beautiful woman may receive admiration and respect for some short period. But, if she has not been able to get the seeds of her heart and spirit to blossom, she will eventually fade and, like falling leaves, be trampled underfoot. What a sad ending for those who have not found the road of immortality! Each woman is a precious, exalted jewel that must not be violated and thrown into a sewer. We hope that fortunate future generations will awake to knowledge, spirituality, and truth so that women may once again become “the apple of their eye.” Our women are the soundest foundation stone of our national honor and nobility. Their part in forming our long and glorious past is equal to that of the warriors who struggled with our enemies. Most champions of woman’s rights and freedom only excite women with physical pleasures and then stab her spirit. 61 57 Freedom Freedom means that the spirit voluntarily limits itself to nothing other than sublime feelings and thoughts, and serves no principles other than goodness and virtue. Many people who are actually imprisoned or in chains remain free in their conscience and so do not feel their imprisonment. Many others, however, do not taste the true meaning of freedom although they inhabit the grand spaces of palaces and gardens. True freedom is civilized freedom. It wears the diamond chain of religion and morals, and the golden collar of sound thinking. True freedom is the freedom of the human mind from all shackles that hinder it from making material and spiritual progress, as long as we do not fall into indifference and heedlessness. Freedom allows people to do whatever they want, provided that they do not harm others and that they remain wholly devoted to the truth. Freedom that does not acknowledge religious ideas and feelings, and that does not serve as the ground for virtue and morality, is like the desire to scratch oneself. Communities afflicted 6258 with this desire eventually become restless and wander off the common road of humanity. Those who regard freedom as absolute liberty confuse human freedom with animal freedom. Animals have no moral questions asked of them, and so are free of moral constraints. Some people desire this kind of freedom and, if they can, use it to indulge the darkest desires of the flesh. Such freedom is worse than bestial. True freedom, however, the freedom of moral responsibility, shows that one is human, for it motivates and enlivens the conscience and removes impediments to the spirit. Friendship Those who hold their friends in good esteem and treat them with respect gain many defenders and supporters against their enemies. Having faithful friends is just as important as satisfying the vital necessities of life. Being among a secure and peaceful circle of friends means finding safety against many hazards and dangers. Wise people, upon seeing that a friendship has become damaged, imme- diately remove the cause of discontent and restore good relations. Even wiser are those who strive to avoid or prevent disagreement with their friends in the first place. Love and good relations between friends continue as long as they understand each other, practice self-denial, and make sacrifices within permissible limits. Friendship between those who cannot renounce their interests and preferences for the sake of their friends cannot endure. ful and numerous friends should not disagree with them on trivial matters. Friendship pertains to one’s heart and its sincerity. Those who think they can gain another’s friendship through deception and hypocrisy only deceive themselves. Even if some simple-minded people are taken in by their hypocrisy and flattery, they will not be able to sustain a long-lasting friendship. We are loyal and faithful to our friends to the extent we share their troubles as well as their joys. If we cannot weep when our friends weep and rejoice when they rejoice, we cannot be regarded as faithful friends. Those who maintain a friendship with one who has fallen on hard times are true, loyal friends. Those who do not support their friends during their misfortune have nothing to do with friendship. Those who tend to disagree and struggle with their friends have few friends. One who desires to have faith63 59 Tolerance Be so tolerant that your heart becomes wide like the ocean. Become inspired with faith and love for others. Offer a hand to those in trouble, and be concerned about everyone. Applaud the good for their goodness, appreciate those who have believing hearts, and be kind to believers. Approach unbelievers so gently that their envy and hatred melt away. Like a Messiah, revive people with your breath. Remember that you travel the best road and follow an Exalted Guide, upon him be peace. Be mindful that you have his guidance through the most perfect and expressive revelation. Be fair-minded and balanced in your judgment, for many people do not enjoy these blessings. Return good for evil, and disregard discourteous treatment. An individual’s character is reflected in his or her behavior. Choose tolerance, and be magnanimous toward the ill-mannered. The most distinctive feature of a soul overflowing with faith is to love all types of love that are expressed in deeds, and to feel enmity for all deeds in which enmity is expressed. To hate everything is a sign of insanity or of infatuation with Satan. Accept how God treats you. Make it 6460 the measure by which you treat others, so that you may represent the truth among them and be free from the fear of loneliness in either world. Only those who do not use their reason, or who have succumbed to plain stupidity and desires of the flesh, are convinced that believing men and women might harm them. Apply to a spiritual master to stir up your heart, and fill your eyes with tears. Judge your worth in the Creator’s sight by how much space He occupies in your heart, and your worth in people’s eyes by how you treat them. Do not neglect the Truth even for a moment. And yet, “be a man or woman among other men or women.” Take note of and be attentive to any behavior that causes you to love others. Then remind yourself that behaving in the same way will cause them to love you. Always behave decently, and be alert. Do not allow your carnal self to be a referee in any contention, for it will always rule that everyone but you is sinful and unfortunate. Such a judgment, according to the word of the Most Truthful, upon him be peace, signifies your destruction. Be strict and implacable with your carnal self, and be relenting and lenient toward others. In sum: In order to preserve your credit, honor, and love, love for the sake of the Truth, hate for the sake of the Truth, and be open-hearted toward the Truth. 65 61 Pearls of Wisdom *Opposing the majority is a mistake. This is true if the majority represents the truth, otherwise consent is a mistake. It is alright to oppose an engineer in matters of medicine, just as it is alright not to consult with a doctor on a construction project. *Helplessness is not only a lack of strength and power. Many strong and talented people are seen as helpless because nobody has ever thought to have recourse to them to benefit from them. *Neither “darkness” nor another light can defeat those whose light comes from them. Such sources of light will 66 62 burn on throughout their natural lifespan in spite of everything, and will illuminate their surroundings. *Those who act according to what they have seen are not as successful as those who act according to what they know. Those who act according to what they know are not as successful as those who act according to their conscience. Poverty is not only the lack of money, for it can assume the form of a lack of knowledge, thought, and talent. In this respect, wealthy people who lack knowledge, thought, and talent can be considered poor. *Glasses are a vehicle for the eyes, the eyes are a vehicle for the mind, the mind is a vehicle for insight, and insight is a vehicle for the conscience. *The conscience is an outlet through which the spirit can observe, and a vehicle through which it can see. Humanity is a tree, and nations are its branches. Events that appear as heavy winds hurl them against each other and cause them to clash. Of course, the resulting harm is felt by the tree. This is the meaning of: “Whatever we do, we do it to ourselves.” Nights are like arenas in which people discover, develop, and prepare for human happiness and serenity. Great ideas and works always developed in the womb’s darkness and were offered for the benefit of humanity. *The stomach expels food that cannot be digested and has no benefit, and then spits in its face. Time and history does the same to useless people... *Rust is the enemy of iron, lead the enemy of diamonds, and dissipation the enemy of the spirit. If it does not cause its decay and ruin today, it will definitely cause them tomorrow. *Every flood comes from tiny drops whose existence and size are neglected. Gradually, it reaches a level that cannot be resisted. A society’s body is always open to such types of flood. *Even if explaining knowledge and truth to those ill-mannered and inexperienced is as difficult as dealing with crazy people, enlightened people must do this duty eagerly. *Since everyone cannot understand clear truths on the same level, the way of abstract description was abandoned in favor of demonstration, representation and personification. *People usually complain of time and space, whereas the fault always lies in ignorance. Time and fate are innocent, whereas humanity is ungrateful and ignorant. *Some sunny, grassy, bright roads adorned with flowers eventually lead to valleys of death, while other steep, thorny paths intersect with the edge of Heaven. *One of the wisest sayings is: “Each person is hidden under his or her tongue.” An even greater one is: “If you want a friend, God is enough; if you want a companion, the Qur’an...” We know the act and object of perception but not the perceiver. The spirit knows; the mind is a vehicle. The spirit sees; the eye is a vehicle. *If an action results from the mental or natural instincts, it is animalistic; if it results from the will or the conscience, it is spiritual or human. *Non-existence is a dreadful nothingness, such an infinite and mind-boggling field that not even one atom of existence can be found there. Today, people label as “fanatical” those who are devout. Fanaticism means insisting on false and blind persistence. Insistence on what is right is a virtue, and such behavior by a believer cannot be considered fanaticism. *Sometimes the sun appears in an atom, a flood in a drop, and a book in a sentence. For such a profundity, the eye (meaning sight) is as important as the word. *The pen is a golden channel for the light of thought. This light descends from the mind to the arm, and therefrom to the finger, and finally comes out from the pen. Even if the number of blind people increases, they still cannot determine an item’s color. Two sound eyes destroy their consensus. *Every tree is made up of wood. A tree is differentiated by its fruit, and people are differentiated by their piety. *Every mind is like a separate knife made from the same steel. Any difference among them derives from their sharpness. *In great and magnificent nations, dervish lodges and even gravestones are ornamented. One can read a nation’s concept of beauty and art on its places of worship and its tombstones. *Matter has no comprehension, consciousness, feeling, or will. It is comprised only of some laws and particles (used to form things). What an embarrassing mistake it is to count it as the essence of existence. *True philosophy is only a spiritual and mental trouble (trial, suffering) that appears when God arouses us to seek wisdom. 67 63 Ideal people Only those who overflow with love will build the happy and enlightened world of the future. Their lips smiling with love, their hearts brimming with love, their eyes radiating love and the most tender human feelings-such are the heroes of love who always receive messages of love from the rising and setting of the sun and from the flickering light of the stars. The anger and fury of the heroes of love, who are distinguished with love in treatment of others, are for discipline. Therefore, they serve to improve others and to bestow benefits upon the community. Those who want to reform the world must first reform themselves. If they want to lead others to a better world, they must purify their inner worlds of hatred, rancor, and jealousy, and adorn their outer worlds with virtue. The words of those who cannot control and disci-pline themselves, and who have not refined their feelings, may seem attractive and insightful at first. How-ever, even if they somehow manage to inspire others, which they sometimes do, the sentiments they arouse will soon wither. 6864 Those who strive to enlighten others, seek happiness for them, and extend a helping hand have such a developed and enlightened spirit that they are like guardian angels. They struggle with disasters befalling society, stand up to «storms,» hurry to put out «fire,» and are always on the alert for possible shocks. People of service must resolve, for the sake of the cause to which they have given their heart, to cross over seas of «pus and blood.» When they attain the desired object, they must be mature enough to attribute everything to its Rightful Owner, and be respectful and thankful to Him. Their voices and breaths glorify and magnify God, the Sublime Creator. Such people hold everyone in high regard and esteem, and are so balanced and faithful to God›s Will that they do not idolize those whom they praise for their services. First of all, they understand that they are responsible and answerable for work left undone, must be considerate and fair-minded to everyone who seeks their help, and must work to support the truth. They are extraordinarily resolved and hopeful even when their institutions are destroyed, their plans upset, and their forces routed. People of service are moderate and tolerant when they take new wings and once again soar to the summits, and so rational and wise that they admit in advance that the path is very steep. So zealous, persevering, and confident are they that they willingly pass through all the pits of hell encountered on the way. Such people are so faithful to the cause to which they have devoted themselves that, deeply in love with it, they willingly sacrifice their lives and whatever they love for its sake. So sincere and humble are such people that they never remind others of their accomplishments. Preferring the sacred cause over all worldly and animal desires; being steadfast in truth, once it has been discovered, to the degree that you sacrifice all mundane attachments for its sake; enduring all hardships so that future generations will be happy; seeking happiness, not in material or even spiritual pleasures, but in the happiness and well-being of others; never seeking to obtain any posts or positions; and preferring oneself to others in taking on work but preferring others to oneself in receiving wages— these are the essentials of this sacred way of serving the truth. Those who lead the way must set a good example for their followers. Just as they are imitated in their virtues and good morals, so do their bad and improper actions and attitudes leave indelible marks upon those who follow them. One who represents any stage of the truth must try to embody it with honesty, trustworthiness, consciousness of duty, a high degree of perception, awareness of circumstances, farsightedness, and absolute chastity. People who hold high office but lack one or more of these virtues must be seen as having one or more serious defects. This is a clear misfortune for those who follow them. 69 65 Children Adam, the first man, and Eve, the first woman, were created together at the very beginning of human existence. This indicates that marriage is natural. Reproduction is the most important purpose of this natural state. A marriage made for reasons other than bringing up new generations is no more than a temporary entertainment and adventure. The children who come into the world through such a marriage are the unfortunate products of a transient emotion. A nation’s durability depends on the education of young generations, upon their being awakened to national spirit and consciousness and spiritually perfected. If nations cannot raise perfect generations to whom they can entrust their future, their future is dark indeed. There is no doubt that the main responsibility for raising such generations falls on parents. Human generations come and go. Those who have attained high levels of spiritual attainment are worthy of being considered human. Those who do not develop their spiritual faculties, due to their low level of education, scarcely merit being called human. They are 7066 nothing more than strange creatures, even though they are descended from Adam. And their parents, to whom they are a burden, are unfortunate to have nurtured them. When trees are pruned properly, they produce fruit and their growth improves. If they are not pruned properly, they shrivel and become stunted. Given this, should not each human being, all of whom possess so many talents and abilities, be given at least as much care as a tree? Those of you who bring children into this world are responsible for raising them to the realms beyond the heavens. Just as you take care of their bodily health, so take care of their spiritual life. For God’s sake, have pity and save the helpless innocents. Do not let their lives go to waste. If parents encourage their children to develop their abilities and be useful to themselves and the community, they have given the nation a strong new pillar. If, on the contrary, they do not cultivate their children’s human feelings, they will have released scorpions into the community. Parents have the right to claim their children as long as they educate and equip them with virtue. They cannot make such a claim, however, if they neglect them. But what shall we call parents who introduce their children to wickedness and indecency, and cause them to break with humanity? Opini Para Tokoh Tentang Gülen dan Hizmet 71 67 “Anda berkontribusi bagi perdamaian abadi dan keamanan di rumah (tanah air) dan di luar negeri, promosi mengenai ide-ide toleransi dan dialog antar agama dalam pencerahanTrans nasional sosialnya terinspirasi oleh Fethullah Gülen.” (Bill Clinton Mantan Presiden Amerika Serikat) 7268 Bill Clinton (Mantan Presiden Amerika) menjaga agar jalur komunikasi tetap terbuka sebanyak yang kita bisa. Itulah sebabnya mengapa komunikasi antara masyarakat Turki-Amerika dan orang-orang Turki begitu penting. Anda berkontribusi bagi perdamaian abadi dan keamanan di rumah (tanah air) dan di luar negeri, promosi mengenai ide-ide toleransi dan dialog antar agama dalam pencerahan Transnasional sosialnya terinspirasi oleh Fethullah Gülen. Anda melakukannya melalui kehidupan sehari-hari Anda, dan Anda benar-benar memperkuat struktur kemanusiaan kami, serta mempromosikan ikatan budaya dan pendidikan berkelanjutan yang mengikat dunia kita secara bersama-sama. Saya ingin mengucapkan terima kasih atas kontribusi Anda bagi Amerika, atas kontribusi Anda bagi hubungan Turki-Amerika yang lebih kuat, serta pemahaman yang lebih baik.” “In this interdependent world, the fates of people on opposite sides of the globe are increasingly linked, and it’s critical to keep the lines of communication open as much as we can. That’s why the communication between the Turkish-American community and the people of Turkey is so important. You are contributing to lasting peace and security at home and abroad; the promotion of the ideas of tolerance and interfaith dialog inspired by Fethullah Gülen in his transnational social movement. You do it through your everyday lives, and you are truly strengthening the fabric of our common humanity, as well as promoting the ongoing Prof. Paul Weller “Gülen openly opposes cultural and educational ties that bind our identification of Islam and world together. I want to thank you for terror. He states that he your contributions to America, for your curses those, who kill innocent contributions to stronger Turkish-American people using religion as a relationships, and better understanding.” cover. He obtains support “Dalam dunia interdependen (yang saling tergantung) ini, nasib orang-orang from the authentic sources of Islam and di berbagai belahan dunia semakin terkait, proposes the development dynamics, dan hal itu penting dilakukan untuk wich is basedon the Qur’an and Sunnah.” “Gülen secara terbuka menentang identifikasi Islam dan teror. Ia menyatakan bahwa ia mengutuk mereka yang membunuh orangorang tak berdosa yang menggunakan agama sebagai kedok. Ia memperoleh dukungan dari sumber-sumber autentik Islam serta mengusulkan pengembangan dinamika, yang didasarkan pada Al-Qur’an dan Sunnah.” Prof. John Esposito “it is important that Gülen›s ideas to be known by people both in Islamic world and in the west.” “Ide-ide Gülen ini sangat penting diketahui oleh orang-orang, baik di dunia Islam maupun Barat.” Prof. Marcia Hermanseen pemimpin. Tiga faktor utama di balik kesuksesan pencerahan Gülen yang lama kelamaan berubah menjadi proyek berskala global: (1) signifikansi besar yang melekat bagi profesi guru, (2) toleransi, yang memiliki akar budaya Turki sebagai asal-usulnya dan memperoleh bentuknya dalam pencerahan Gülen, (3) serta tidak berharap imbalan atas layanan (hizmet) mereka.” “Pendidikan sebagaimana dikatakan Prof. Tom Boyd Gülen, didasarkan pada “This Education, as Gülen said, was based on universal nilai-nilai universal dan values and principles of high prinsip-prinsip moralitas morality. They don’t just teach children here but also yang luhur. Di sini mereka demonstrate on their examples what tidak hanya mengajar anakbringing up children must be.” “Pendidikan sebagaimana dikatakan anak, akan tetapi juga menunGülen, didasarkan pada nilai-nilai jukkan contoh pada mereka universal dan prinsip-prinsip moralitas yang luhur. Di sini mereka tidak agar anak-anak harus tumbuh hanyamengajar anak-anak, akan tetapi juga menunjukkan contoh besar menjadi apa.” “Gülen is a spiritual teacher and a leader. Three main factors are behind the success of Gülen movement, which in the course of time turned into the project of a global scale: great pada mereka agar anak-anak harus significance attached to the profession of a tumbuh besar menjadi apa.” teacher, tolerance, wich has Turkish culture as its origin and obtains its form in Gülen movement and absence of any expectations in return of their service.” “Gülen adalah seorang guru spiritual dan (Prof Tom Boyd) 73 69 Prof. Dr. Thomas Michel Saya bisa mengutip kasus saya sendiri sebagai contoh. Saya seorang Pendeta Katolik, orang Amerika yang tinggal di Roma. Saya sudah mengetahui anggota-anggota pencerahan yang diprakarsai Fethullah Gülen selama lebih dari satu dekade, dan saya dapat menyatakan bahwa mereka secara tulus dan mengesankan menjalankan ajaran-ajaran pemandu spiritual mereka. Mereka dengan hormat menyapa Gulen “Hoca Effendi”, yang berarti “Guru”. Apa yang ada dalam buku ini diambil dari al-Qur’an dan Hadis, membentuk sikapsikap yang dapat digunakan orang-orang muslim untuk mempraktekkan komitmen keagamaan merka. Dalam membawa serta tulisan-tulisannya yang sudah muncul di berbagai jurnal dan wawancara, sebagaian diantaranya belum pernah muncul dalam bahasa Inggris, Fethullah Gülen telah dengan baik melayani mereka yang ingin mengetahui cita-cita yang menandai pencerahan ini. Tariq al-Basyari (Penasihat Mesir) 7470 Menurut saya Fethullah Gülen menjelaskan pengalaman sosial-keagamaan untuk Turki, dalam setiap arti unsur-unsur universal yang cocok untuk bangsa dan kawasan negara Islam lainnya, dan apa-apa yang dia maksudkan dari pengalaman sejarah dan budaya sendiri kepada orang-orang Turki, dan untuk kelangsungan hubungan Islami yang otentik. Dan usaha Fethullah Gülen dengan pandangannya yang sesuai dengan pemikiran dunia barat dalam konteks kebudayan Islam dan aqidah dasar yang tak terbantahkan, hal itu memberi penjelasan kadar yang layak dalam memberi penghormatan pada kebudayaan ini. Salah satu hal terpenting yang berdasar pada upaya ini adalah ajakannya untuk menyatukan pendidikan agama dan pendidikan umum. Serta menyebarkan budaya Islam di tengah pendidikan postural yang sekarang tersebar. Ajakan ini patut untuk di tanggapi dan darinya dapat di ambil manfaat dalam berbagai bidang pendidikan modern di negara kita dan di masyarakat Islam yang beragam. Dan apa yang bisa mencegah kita untuk menanggapi panggilan ini? Dr. Ahmed Al-Tayeb (Mantan Presiden Universitas Al-Azhar, Mesir) seperti «Siapakah kita? Dan siapa yang lainnya? bagaimana kita berdiskusi dan membelanya?» Barangkali seorang peneliti Turki Fethullah Gülen, menemukan kunci untuk masalah yang terkunci ini dimana kunci-kuncinya telah hilang. “Jika pada abad modern muncul seorang warga Turki yang Prof. Dr. Muhammad radius pengaruhnya Imarah (Pemikir Islam, Mesir) demikian luas secara Akal -dalam budaya Islamglobal, Gülen atau nama adalah cahaya Allah yang di simpan dalam hati.. dan Ustaz Fethullah lengkapnya Muhammad Gülen adalah buah yang baik dari Fethullah Gülen adalah buah-buahan kebudayaan ini. Dia telah menggabungkan antara kebijaksanaan salah satu di antaranya. akal dan kearifan hati. Karena al-Quran Gelar Hocaefendi (guru/ telah meresap dalam pemikiran dan kehidupan, maka jadilah dia kata-kata imam yang dihormati) telah yang baik. Akarnya menancap dan cabangnya terhampar, memberikan melekat dalam dirinya menjadi buahnya pada setiap musim dengan seizin Allah. Karena wahyu Al-Qur›an testimoni baginya sebagai tokoh selalu menghubungkan antara iman spiritual kelas tinggi. dan amal, maka kalimat-kalimat Tuhan yang ada di alam semesta ini telah menjelma menjadi bangunanbangunan yang tinggi dan Perkara yang tidak diragukan kehidupan yang subur. Dengannya lagi adalah pentingnya pembaharuan, untuk berkembang banyak bagian dari mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan planet tempat kita hidup ini. (Ahmad Syafi’i Ma’arif) 75 71 Prof. Dr. Beliau ini bukan hanya seoNadia Mustafa (Universitas rang pecinta Rasulullah Saw, Kairo / Mesir) seorang Muthi’ kepada Allah, Saya mengenal pemikiran Syaikh Fethullah Gülen seorang penghayat keindahan melalui prestasi lembaga yang dia akhlaknya Rasulullah, tapi wujudkan menjadi kenyataan, dan dari beliau mampu menerapkannya ke para tokoh yang membawa pemikiran ini kepada misi kemanusiaan di dalam dalam situasi abad 20 dan 21 atau di luar Turki. Dia adalah seorang yang sebenarSyaikh yang ahli ilmu fikih, pemikir, nya penuhtantangan dan tidak berpengetahuan luas dan seorang pembaharu yang di kelilingi oleh hati subur untuk hidupnya nilai dan pikiran generasi Turki yang haus untuk melakukan pembaharuan dunia Rasulullah, tapi beliau dan agama mereka. Mereka semua, mampu membikin satu Fethullah Gülen dan murid-muridnya pencerahan pendidikan dan berlomba-lomba mengabdi pada agama Islam dan seluruh dunia dalam bingkai kebudayaan yang luar baru yang terbentang dari Turki ke negri Muslim lain dan seluruh dunia. Dia biasadi seluruh dunia, menggabungkan ilmu pengetahuan dan saya mendengar iman, pemikiran dan gerakan , akal dan hati nurani, jasad dan rohani. Pemikiran sampai hampir Fethullah Gülen dan kesungguhan hizmet 160 negara. (pengabdian) terfokus pada pembangunan Emha Ainun Nadjib 7672 masalah politik. Dr. Jill Carroll (University - Texas / USA) Saya menyaksikan banyak dari inisiatif yang dilakukan oleh komunitas di Amerika Serikat, karena saya menulis tulisan khusus mengenai Fethullah Gülen ... Dia tidak mengadopsi kuliah-kuliah, ceramah dan bukubukunya tentang pemikiran barat dalam hal pemisahan agama dan negara. Namun demikian, pemahamannya selaras dengan peran agama dengan metode yang sama yang dipraktekkan di beberapa daerah di negara Barat. Pencerahan Gülen telah sukses besar di Barat. Hal ini dipahami bahwa peran agama adalah untuk membersihkan individu. Dan ini hanya terjadi ketika orang hidup - kelompok dan individu – berdasar iman atau keutamaan dengan bentuk yang efisien. Oleh karena itu, orang-orang “gila” berinisiatif membentuk masyarakat sipil, dan menyatukan semua manusia yang berdasar pada prinsip-prinsip. Ini sudah tentu sesuatu yang luhur. Ini adalah kesaksian yang benar generasi manusia. Dia adalah poros dari tentang iman yang memotivasi orang lain semua pembaharuan yang di terus menerus untuk mengadopsi nilai-nilai kemanusiaan dengan jalan pendidikan yang di mulai dari jauh di dalam hati dan pikiran mereka. masalah agama, sosial masyarakat sampai Prof. Dr. Greg Barton (Universitas Monash,Melbourne / Australia) Toleransi, inklusivitas, cinta dan kasih sayang adalah unsur dasar pemikiran Gülen ... bahwa setiap studi tentang tulisan Gülen mengungkapkan tingkat penetrasi unsur-unsur ini ke jantung ide-idenya. Atau dengan kata-kata yang lebih baik, yang tumbuh dari jantung ideidenya itu. Dan diantara yang menyinari jiwa bahwa perkaa tersebut sangat dalam dan bukan sekedar pakaian luar. Dengan cara yang sederhana, Gülen mengetengahkan cinta dengan mensifati jantung Islam yang dalam. Oleh karena itu, dia menjelaskan unsur pokok dalam tasawuf dimana kejeniusannya tercermin dalam menerjemahkan semangat Islam. Dan karena itu segala perbuatannya menjadi pusat bagi apa saja yang ada di sekitarnya. Dr. Ammar Jidel (Universitas Aljazair, /Aljazair) Ustaz Gülen ingin menyatukan umat dengan sentralisasi pemikiran yaitu pemikiran “al-khidmah alimaniyyah». Yang berarti bahwa 77 73 setiap orang bergerak di tempat dimana dia hanya mengabdi untuk iman. Jika anda ingin mendapatkan pemikiran seseorang, maka saya katakan bahwa Fethullah Gülen menyamai khidmah imaniyyah. Lebihlebih Fethullah Gülen mengakui bahwa khidmah imaniyyah adalah jalan umum. Maka dari itu dia menganjurkan setiap orang untuk menempuh jalan ini karena merupakan jalan umum. Dia tidak menginginkan menjadi pengganti bagi yang lain dan bukan pengganti yang lain. Dr. Salman alAudah (Arab Saudi) 7874 Ustadz Fethullah Gülen sekarang hidup di Amerika. Tapi pada saat yang sama ia tinggal di Turki, ruhnya ada di Turki. Disana ada banyak pengikut dan muridmurid yang mengambil manfaat dari ruh mulia yang datang dari Fethullah Gülen...rumah sakit, sekolah-sekolah dan masjid...sesuatu yang menakjubkan. Semuanya kembali kepada ruh yang di tebarkan oleh orang ini, Fethullah Gülen. Dia adalah penempuh jalan iman, tasawuf murni, jauh dari berlebihlebihan dan penyimpangan, ahli dan pemerhati fikih dan ahli hadis. Dia juga ahli sastra, penyair, pendidik, filosof, pemikir dan pengkhotbah. Dia menghadiri ribuan pengajian. Namun dia menghentikan pengajianpengajiannya dengan tenang dan meneruskan pekerjaannya yang tenang dan berpengaruh itu. Kami menemukan muridmuridnya, jejaknya, dan kemampuannya dalam memberi pengaruh. Oleh karena itu dia di sebut sebagai bapak “al-Islam al-Ijtima’i”(bapak Islam Sosial) Turki, bapak “Islam al-Wa’dhi”. Kerakusannya disini pada ruh Islam dengan kesadaran kuat. Dan pada waktu yang sama dia rakus dalam ilmu sipil modern. Kami di hadapkan pada pengalaman unik yang tidak di temukan di dunia arab, bahkan mungkin di kebanyakan negara di dunia. Sejumlah lembaga perusahaan, media, ekonomi, pengajian, pendidikan, masjid, sekolah dan ribuan sekolah di dalam dan diluar Turki. Bahkan hal ini di Turki sendiri adalah sesuatu yang menakjubkan. Dr. Pakinam al-Syarqawi (Universitas Kairo / Mesir) Saya berpikir bahwa kata sandi dalam keberhasilan pencerahan Fethullah Gülen tidak hanya dalam mengadopsi nilainilai keikhlasan, pengorbanan, dll. Itu semua sangatlah penting. Tapi saya berkeyakinan bahwa hal tersebut juga merupakan pemikiran penyeimbang antara dua pemikiran yang mengatur kehidupan kontemporer kita di dunia Arab pada khususnya dan dunia Muslim pada umumnya. Antara ilmiah dan agama, antara sekuler dan religius, antara timur dan barat, antara hati dan pikiran, antara emosi dan logika. Ide keseimbangan antara kedua pemikiran ini disertai dengan menjunjung tinggi nilai pekerjaan. Saya pikir ini adalah kunci rahasia dalam pengalaman Gülen. Dan gagasan bahwa perpencerahan ini bisa menjadi pendorong, dan saya pikir hal ini adalah titik yang membedakan pencerahan ini dengan pencerahan lain. Dr. Ibrahim al-Bayoumi Ghanem (Pusat Penelitian Sosial - Kairo Mesir) Akal -dalam budaya Syaikh Muhammad Islam- adalah cahaya Fethullah Gülen telah Allah yang di simpan memenuhi kualifikasi sebagai pengkhotbah yang sukses. Dia mempunyai keahlian dalam hati.. dan Ustaz kepemimpian yang di sukai. Dia mempunyai Fethullah Gülen adalah pemikiran yang sama dengan Muhammad Abduh, kepandaian al-Imam Said Nursi, buah yang baik dari dan pencerahan al-Imam Hassan al-Banna buah-buahan kebudayaan dan gairah Sayyid Qutb . Dia mengambil semua keahlian-keahlian dari tokohini. Dia telah menggabung tokoh tersebut dan menyandarkan diri pada mereka. Dialah Muhammad kan antara kebijaksanaan Fethullah al-Basim. Murid-muridnya akal dan kearifan hati. selalu tersenyum dan bekerja, tetapi dia jarang tersenyum. Perkatan dan Karena al-Quran telah khotbah-khotbahnya bernada tinggi dan selalu dibasahi air mata. Kedua meresap dalam pemikiran dan matanya selalu begadang dan di kehidupan, maka jadilah dia penuhi tangisan karena banyak kata-kata yang baik. bersimpati dan merasa kasihan atas kondisi umat Islam dan manusia modern pada umumnya. Prof. Dr. Muhammad Imarah (Pemikir Islam, Mesir) 79 75 “Hingga saat ini sebagian Abdurrahman besar orang tidak tahu pasti Wahid (GusDur) jika seorang tokoh intelektual “Saya rasa mengenai pendidikan, kita bisa Islam asal Turki, Fethullah belajar dari pengalaman Said Gülen, terpilih sebagai tokoh Nursi dan Fethullah Gülen di Turki yang lebih menekankan pada intelektual dunia paling top pembentukan akhlak yang mulia. melalui jejak pendapat Ini sesuatu yang sangat penting apalagi bagi bangsa Indonesia, karena dalam pencarian 100 sekolah-sekolah kita ini sekarang tokoh pemikir terkemuka hampa moral. Kehampaan moral ini telah mengakibatkan terjadinya dunia. Gülen adalah berbagai pelanggaran yang ada di seorang penlis lebih masyarakat, maraknya korupsi dan berbagai penyelewengan yang dilakukan dari 60 buah buku, birokrasi merupakan salah satu akibatnya. menang telak atas Ini menunjukkan bahwa ada krisis di dalam dunia pendidikan kaum muslimin hasil survei yang di Indonesia. Karena itu saya rasa belajar bagaimana mengembangkan akhlak yang diselenggarakan baik dalam pendidikan kita menjadi sangat olehBritish penting. Kita di Indonesia harus belajar dari teman-teman di Turki.” Magazine, (The Guardian, 23 Juni 2008) 8076 demikian luas secara global, Gülen atau nama lengkapnya Muhammad Fethullah Gülen adalah salah satu di antaranya. Gelar Hocaefendi (guru/imam yang dihormati) telah melekat dalam dirinya menjadi testimoni baginya sebagai tokoh spiritual kelas tinggi. Wawasan keislamannya yang membuana telah jauh menembus batas-batas wilayah Turki, bumi kelahirannya. Gülen tidak saja piawai dalam menyampaikan pesan-pesan Islam dan kemanusiaan via lisan, tangannya juga sangat terlatih dalam kerja tulis-menulis. Dia seorang pendidik, pemikir, penulis, penyair, dan pengilham. Dengan demikian, antara lidah dan tangannya telah terjalin kerja sama yang apik dan sangat produktif. Bahasanya yang lembut dan santun langsung menembus hati pendengar dan pembaca karyanya. Pengetahuannya tidak hanya berkutat pada khazanah keislaman, ilmu modern, dan filsafat Barat, khususnya pemikiran Immanuel Kant telah lama jadi sahabatnya. Gülendikenal sebagai seorang yang ikhlas dalam perilakunya.” K.H. Ir. Sholahuddin Wahid Prof. Dr. Ahmad Syafi’i Ma’arif “Jika pada abad modern muncul seorang warga Turki yang radius pengaruhnya lil “Bila kita baru pada taraf alamin, bicara tentang Islam rahmatan para aktivis Hizmet telah mewujudkan Islam rahmatan lil alamin dalam perbuatan di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Mungkin Hoja Affandi (Fethullah Gulen) dapat disamakan dengan pendiri NU KH Hasyim Asy’ari dan pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan. Ketiganya berkekuatan luar biasa memengaruhi masyarakat. Hanya dengan tokoh profetik semacam itu agama Islam di Indonesia akan menjadi sumber inspirasi dan penggerak dalam membenahi bangsa dan negara Indonesia.” Dr. KH. Said Aqil Siroj, MA (Ketua Umum NU) Fethullah Gülen Hocaefendi yang saya kenal adalah sosok ulama kharismatik. Megingatkan kita pada perjuangan ulama sejati yang mengedepankan prinsip-prinsip Al-Qur›an dan Sunnah, dengan tampilan yang mengikuti modernisasi dan tekhnologi. Fethullah Gülen juga saya kenal sebagai seorang pemikir dan tokoh pencerahan, penyuara bagi perdamaian, toleransi serta dialog antar agama dan antar peradaban. Ustadz Yusuf Mansur «Alhamdulillaah saya diizinkan Allah melihat dan mendengar rekaman tausiyah beliau tentang Rasulullah Saw.. Tentang bagaimana kecintaan Rasulullaah terhadap kita, dan bagaimana kecintaan kita kepada Rasulullah Saw. Yaaa Allah, penjelasan yang penuh cinta yang saya dengar, yang saya lihat, dari beliau. Bukan saja hadirin yang hadir langsung yang menangis. Tapi “In any event, saya dan banyak lagi yang lain yang ikut menangis. Padahal kami tidak mendengar it is a unique and dan melihat langsung. Sejak itu saya highly successful manifespribadi mulai mencintai Syeikh Fethullah Gülen, seakan-akan guru saya sendiri tation of flexible, modern yang mengajarkan langsung. Saya pun Islam in a globalised mulai membaca buku-bukunya, dan berusaha mencari tau tentang beliau dan setting, and it is likely to tentang perjuangannya. Subhaanallaah. have a lasting impact on the Ternyata saya menemukan begitu banyak mutiara, begitu banyak harta modernisation of Islam and karun. Saya menemukan spirit bukan saja dalam membangun individuits opening to engagement individu. Tapi juga spirit membangun with Western ideas.” dunia! Dunia Islam yang didasari atas cinta, kasih sayang dan berbagi manfaat. Menyenangkan sekali bisa (International Herald Trimenjadi keluarga besar. Muridmuridnya beliau, memetik langsung bune, 8 January 2008) maupun tidak langsung pelajaran dan pemahaman tentang Islam dan kehidupan dari beliau. Harapan saya, saya diberikan izin oleh Allah mencium 81 77 tangannya Syeikh Fethullah Gülen, dan mencium pipinya, memeluk badannya. Supaya saya bisa turut mencintai Rasulullah Saw. sebagaimana beliau mencinta Rasulullah Saw.. Dan saya pun kepengen turut menjadi bagian dari perjuangan beliau sejangkau saya bisa menjangkau, di Indonesia sini maupun di negara-negara yang saya bisa menjangkaunya. Salam dan doa saya untuk beliau dan seluruh keluarganya, orang-orang tuanya, anak-anak keturunannya. Tidak pernah saya lupakan tangisan cinta beliau saat menyampaikan tausiyah tentang Rasulullaah. Semoga Rasulullaah mencintainya, dan memberinya syafaat yang dikuasakan Allah pada Rasulullah Saw. untuk Syeikh Fathullah Gülen dan seluruh orang yang beliau kasihi Prof. Dr. Yusny Saby Saya yakin bahwa Hocaefendi telah berusaha menjadi Pewaris Nabi yang sejati. Keteladanan yang dibangunnya telah memberi inspirasi jutaan umat untuk berbuat dan berbuat untuk kepetingan bersama. Tidakkah kita juga tergerak untuk mengikutinya dan berbuat serupa sesuai lingkungan dan potensi kita?? Semoga Allah meridhainya. 8278 Prof. Dr. M.Amin Abdullah Rektor UIN Jogjakarta M. Fethullah Gülen, sosok pemikir Muslim kontemporer, yang dapat berpikirprogressif, melintasi batas sosial, budaya dan negara. Pemikirannya memberi inspirasi banyak anak muda di seantero dunia, bagaimana menampilkan sosok manusia muslim era global dengan tetap menjaga identitas-keislaman (alasalah), namun tidak anti modernitas (al-mu›asirah). Prof. Dr. H. Zamroni (Mantan Dirjen DIKTI DEPDIKNAS RI) “..Kalau kita mencermati, mengkaji, penulis M. Fethullah Gülen itu beliau adalah peribadi yang sangat santun, dia sangat lembut, peribadi yang tidak punya kedengkian, dan rasa dengki, rasa benci, orangnya tidak punya, dia sosok peribadi yang penuh dengan kecintaan dengan siapapun juga, dan inilah yang menjadikan bahwa bangsa Turki (saat ini) bisa maju dengan cepat karena tanpa dengan kebencian itu.” 83 79 Emha Ainun Nadjib (Budayawan) “Saya pengagum beliau, karena beliau mampu melakukan apa yang saya tidak mampu lakukan. Beliau ini bukan Dia menjelaskan unsur seorang penulis, saya seorang penulis, tapi beliau mampu pokok dalam tasawwuf menghasilkan buku besar, dan saya dimana kejeniusannya tercer- tidak pernah mampu menghasilkan buku sebesar ini. Artinya beliau min dalam menerjemahkan ini bukan hanya seorang pecinta semangat Islam. Dan kare- Rasulullah Saw, seorang Muthi’ kepada na itu segala perbuatannya Allah, seorang penghayat keindahan akhlaknya Rasulullah, tapi beliau menjadi pusat bagi mampu menerapkannya ke dalam situasi abad 20 dan 21 yang sebenarnya penuh apa saja yang ada tantangan dan tidak subur untuk hidupnya di sekitarnya. nilai Rasulullah, tapi beliau mampu membikin satu pencerahan pendidikan dan kebudayaan yang luar biasa di seluruh dunia, Dr. Greg Barton saya mendengar sampai hampir 160 negara. Dan itu saya kira menurut saya, para aktivis (Universitas Monash, sosial muslim di seluruh dunia itu tidak ada yang mampu menyaingi beliau di dalam soal Melbourn) / dakwah bil hal melalui pendidikan PASIAD Australia) ini.” 8480 Ahmad Ganis (Pengusaha) «Beribu buku, multi media, youtube dan jurnal di seluruh dunia menulis tentang inspirator Hizmet, Fetullah Gülen, dia bukanlah «Imam» layaknya seorang da’i umumnya. Dia adalah refleksi cahaya akhlakul karimah sayyidina Muhamad Rasulullah Saw. mencurahkan seluruh hidupnya berda›wah dengan keteladanan hidup Islami,kedamaian, menghantar Islam rahmatan lil ‹alamin. Islam pembawa rahmat dan kedamaian untuk seluruh alam semesta, membaca tulisantulisan Hodjaefendi Fetullah Gülen dalam beberapa buku-bukunya sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sungguh sangat mencerahkan fikiran dan menenteramkan hati kita. Dari pengamatan saya hizmet bukanlah layaknya organisasi Islam tetapi lebih bersifat jaringan ukhuwwah international orangorang seiman yang semata mata mencari keridhaan Allah Swt. Buku-Buku Gülen Dalam Bahasa Indonesia 85 81 “Allah Swt. tidak akan menghinakan suatu umat yang mulia, kecuali jika mereka telah mengubah kemuliaan mereka sendiri menjadi kesewenang-wenangan. Oleh karena itu, setiap penguasa yang ingin tetap jaya dalam kekuasaannya, maka ia harus menjaga budi pekertinya yang mulia. Karena tanpa itu semua, ia tidak akan lama dalam kekuasaannya” (M. Fethullah Gülen) -Menapa saya hidup miskin, sementara teman saya kaya? -Mengapa wajah saya jelek, sementara banyak orang yang ganteng dan cantik? -Mengapa saya Islam, sementara ada tetangga saya yang nonmuslim? Inikah suratan taqdir? Jawaban semua pertanyaan di atas akan Anda ketemu di buku ini. Buku yang ditulis oleh pemikir Islam asal Turki ini menguraikan dengan sangat rinci dan jelas konsep taqdir berdasarkan Al-Qur›an dan Al-Sunnah. 8682 “Yang penting bagi kita adalah bahwa meskipun berbeda madzhab dan pandangan, kita beriman kepada Tuhan yang sama Esa, dan Rasul kitapun sama, kitab suci kita sama, kiblat kita sama, serta jalan kita sama. Jadi kita bisa membangun kesatuan diatas logika yang sehat, bukan sekedar berlandaskan emosi. Sejumlah sendi yang sama-sama kita miliki bisa mewujudkan persatuan diantara kita. Adapun anggapan adanya perselisihan (diantara kita) tidak lain adalah bisikan nafsu amarah belaka”. (M. Fethullah Gülen) Melalui buku ini Fethullah Gülen Hocaefendi mengajak seluruh kaum muslimin untuk melakukan dialog dan bertukar pandangan, sekaligus memberi solusi terbaik mengenai beragam akar persoalan tersebut. Sebanyak 57 pertanyaan yang disodorkan kepadanya beliau jawab dengan jujur, solutif, dan integratif. Buku ini tidak hanya menjelaskan Islam sebagai wajah yang santun dan dinamis, tapi juga menunjukan bahwa Islam senantiasa menebar rahmat dan kebaikannya bagi semesta alam. 87 83 Buku dakwah karya Fethullah Gülen Hocaefendi ini bukan hanya sekedar karya tulis semata, apa-apa yang telah dituangkan dalam buku ini sebenarnya merupakan sebagian dari sejumlah pengalaman beliau saat berdakwah. Dalam pandangannya, dakwah ibarat helaan nafas yang kita hembus setiap hari yang senantiasa membangkitkan kualitas hidup keimanan kita. Karenanya dakwah harus mengandung ajakan yang berisi, berbobot serta menarik dan menyentuh bagi para pendengarnya. Menariknya lagi, pemaparan sederhana namun menyentuh adalah poin lebih dari buku dakwah ini. Pengabdiaannya yang tulus dan ikrarnya untuk senantiasa berada di jalur dakwah yang kini telah tertuang dalam bentuk buku ini seolah mengajak kepada kita untuk ikut berada disampingnya menegakkan amar ma’ruf nahi munkar seraya membimbing kita beberapa pijakan atas beberapa hal mengenai alasan kuat penegakan dakwah, tuntutan praktis agar dakwah berhasil dengan gemilang, serta keteladanan dalam berdakwah sebagai motivasi untuk semakin mengukuhkan kita dalam berdakwah. 8884 Tidak ada waktu lagi untuk kita mengubah dan memperbaiki diri sebelum kita menghadap Sang Ilahi selamamnya. Hidup kita harus kita penuhidengan tindakan dan prilaku yang terpuji sebagai implementasi hakikat kemanusiaan dan kedudukan kita yang mulia. Seorang pemikir Turki, M. Fethuulah Gülen, dalam buku ini menyadarkan kita untuk memeknai hidup dengan penuh erti. Modal utama agar kita bisa memahami kemajmukan latar belakang manusia adalah cinta dan toleransi. keduanya mengantarkan kita sebagai manusia untuk menjadi manusia seutuhnya, Baik di hadapan manusia maupun sangkhaliq. Dengan modal cinta dan toleransi, diharapkan kita tidak mudah mencela orang, tidak mudah berdusta, tidak mudah merugikan orang lain, tidak mudah memperkosa hakhak saudara kita, malu berbuat korupsi, malu bertindak curang, dan lain sebagainya. Harapan kami buku ini menjadi salah satu sebab perubahan diri dan bangsa kita untuk menjadi manusia sejati sebagaimana kedudukannya yang tinggi. 89 85 “Andaikata tersedia sesuatu yang baru di lingkungan alam semesta yang bernilai fana ini, maka Al-Qur’an akan menghidupkan segala yang akan punah. Al-Qur’an juga akan memberi warna pada siapapun yang berpihak kepadanya..” (M. Fethullah Gülen). Buku tafsir karya M. Fethullah Gülen ini merupakan aktualisasi ayat-ayat Al-Qur’an sebagai inspirasi penuh solutif atas berbagai kondisi yang kita hadapi sehari-hari. Siapapun orangnya yang membaca buku tafsir ini alam cakrawalanya akan dibuka dengan sajian tafsir yang lembut dan mudah dicerna. Kedinamisan yang tersaji dalam tafsir ini mengantarkan sipembaca untuk bukan lagi sekedar memenuhi kebutuhan hidup beragama, namun juga dapat menggerakkan kalbunya agar semakin giat beramal dan bekerja. Dengan kata lain, penafsiran Penulis di dalam buku tafsir ini merupakan segala perasaan yang timbul di dalam kalbunya yang sesuai dengan seruan menuju ajaran Islam di masa sekarang. 9086 Buku ini sebagai cermin sekaligus mitra dialog untuk melihat kondisi kita. Sebagai agama yang dianut mayoritas penduduk negeri ini sejauh mana Islam telah mewarnai kehidupan bermasyarakat dan bernegara kita. Jangan-jangan seperti yang disampaikan Fethullah Gülen di buku ini, kita sudah meniggalkan ajaran agama karena kitameyakini bahwa kenikmatan dunia hamya bisa diraih dengan menanggalkan agama. Na’udzubillah. Di buku ini dengan logis, dalam dan universal, Fethullah Gülen memberi tuntunan kepada kita untuk menjadikan Islam sebagai pedoman hidup bermasyarakat dan bernegara. Inilah masa depan peradaban yang mulia. Yaitu ketika hidup kita dilandaskan dan dibangun di atas fondasi dan naungan ajaran Islam. Kita berharap masyarakat muslim bisa menyadari bahwa sesungguhnya ajaran Islam sudah lebih dari cukup sebeagai landasan dan pijakan berbangsa dan bernegara. Tidak perlu melirik ideologi lain, tidak perlu tergoda dengan faham lain, dan tidak perlu larut dalam rayuan dogmadogma lain. Cukuplah Islam, dan peganglah ia hingga maut menjemput. 91 87 Problem terbesar yang terjadi pada umat Islam saat ini adalah ketika “demam kehidupan” begitu menggumpal sehingga tidak dapat mengalirkan panasnya untuk dapat menstimulasijati diri mereka yang memiliki begitu banyak khazanah berharga dari keberadaan mereka, baik sebagai manusia maupun sebagai sebuah peradaban. Lewat buku ini, M. Fethullah Gülen, Hodjaefendi berupaya untuk mengingatkan setiap muslim akan keberadaankhazanah yang sangat berharga itu serta memotivasi merekauntuk mencari, manggali, dan mambangkitkan lagi khazanahtrsubut sehingga peradaban Islam kembali manghiasi danmanjadi spirit bagi kehidupan umat manusia. 9288 “Zaman boleh menua dan lapuk, berbagai paham dan ideologi boleh membusuk dan remuk. Tapi kedudukan Rasulullah Muhammad Saw. akan selalu merekah di dalam hati kita bagaikan sekuntum mawar yang takkan pernah kuncup untuk terus menebarkan aroma semerbak dalam hati di sepanjang masa”. (M. Fethullah Gülen) Buku sirah nabi karya M. Fethullah Gülen ini amat berbeda dengan sirrah nabi sejenis yang pernah dibuat. kepiawaiannya mengemas pemaparan dengan pendekatan tematik menunjukkan betapa beliau telah mampu meletakkan tradisi baru dalam gaya penulisan sirrah nabi yang terfokus pada kajian-kajian dan analisisanalisis aspek kehidupan Nabi Muhammad Saw. Keahliannya dalam menganalisis literatur baik dari Al-Qur’an maupun Hadits mengantarkan buku ini tidak lagi pada corak penulisan sirrah secara kronologis, tapi juga menghindari kisah-kisah israiliyyat. 93 89 94 95 96