Makalah Seminar Nasional Perhorti

Transcription

Makalah Seminar Nasional Perhorti
· SEMINAR NASIONAL PERHORTI 2012
«
!Mem6angun SinerlJitas Sta~liolifer untu{!MeninofJzt{an (j)aya Saine
(jlrotfu~J{orti~uftura
11
Surabaya, 13 - 14 November 2012
:".'''''
1
RESPONS PERTUMBUHAN
DAN HASIL TUJUH VARIETAS
(Capsicum annuum L.) TERHADAP PEMUPUKAN
CABAl MERAH
NPK .)
Oleh:
Moch. Oawam Maghfoer, Eko Widaryanto dan Rini Harfiah Sakti -)
ABSTRAK
Cabai merah merupakan komoditas sayuran yang mempunyai nilai jual cukup tinggi, namun
rata-rata produksi per hektarnya di Indonesia masih rendah. Upaya peningkatan produksi
cabai merah dapat dilakukan dengan penggunaan benih unggul. Oi pasaran telah banyak
beredar benih unggul hibrida cabai merah, oleh karenanya diperlukan pengujian berbagai
varietas cabai merah yang mempunyai adaptasi luas dan menghasilkan produksi tinggi.
Disamping itu, untuk dapat menghasilkan hasil cabal tinggi, diperlukan pemupukan NPK
dalam jumlah yang cukup. Tujuan penelitian ialah untuk mengetahui tingkat pertumbuhan
dan hasil tujuh varietas cabai merah terhadap pemupukan NPK. Penelitian dilaksanakan
pada bulan Januari sampai Juli 2009 di lahan sawah, Oesa Mojorejo, Kecamatan Junrejo,
Kota Batu, .:!: 708 mdpl, pH tanah 5,3, rata-rata suhu minimum/maksimum 19,9 °C/26,32 °C.
Rancangan yang digunakan ialah Rancangan Petak Terbagi dengan tiga perlakuan dosis
pupuk NPK 15-15-15 sebagai petak utama (300, 700, dan 1000 kg/ha), dan tujuh varietas
cabai merah sebagai anak petak (Hot Beauty, Gada, Omega, Restu, Horison, Jet Set, dan
TM 888). Hasil penelitian menunjukkan dosis pupuk NPK dan interaksinya dengan varietas
cabai merah tidak berpengaruh nyata terhadap semua peubah pertumbuhan dan komponen
hasil yang diamati. Perbedaan varietas berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, luas daun,
bobot kering tanaman, jumlah buah dan bobot buah. Varietas Omega dan Horison
menghasilkan bobot buah yang tidak berbeda nyata (289,84 dan 282,72 g/tanaman), namun
kedua varietas tersebut menghasilkan bobot buah lebih besar dibandingkan varietas lainnya.
Kata kunci: cabai merah, pupuk NPK, varietas
*) Makalah disampaikan pada Seminar Nasional PERHORTI 2012, UPN "Veteran" Jawa
Timur 13-14 Nopember 2012
**) Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang
3
PENDAHULUAN
Cabai merah (Capsicum annuum L.) ialah salah satu jenis sayuran komersial yang
banyak dibudidayakan
oleh petani. Hal tersebut karena cabai mempunyai nilai ekonomi yang
tinggi. Kebutuhan cabai merah semakin meningkat dengan meningkatnya jumlah penduduk
dan berkembangnya
industri
yang
(Supartoto et al., 2002). Pemasaran
membutuhkan
cabai
cabai dapat dilakukan
merah
sebagai
bahan
baku
dalam bentuk segar, kering,
bubuk sebagai bahan dasar industri dan dalam bentuk pasta cabai. Menurut Nawangsih et
al. (2003) cabai berpotensi dikembangkan sebagai produk ekspor non migas.
Produksi cabai merah di Indonesia masih rendah. Data BPS (2008) menyebutkan ratarata produksi cabai per hektar pada tahun 2003 sampai 2007 ialah 6,3 - 6,72 ton. Hal tersebut
jauh dibawah potensi cabai yang dapat mencapai 18 ton/ha (Kusandarini,
1996). Menurut
Mariono et al. (2006), pemerintah telah berusaha meningkatkan produksi cabai merah melalui
sapta usaha tani yang meliputi syarat-syarat
pengolahan
tanah, penggunaan
bibit unggul,
pengairan, pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit dan teknologi pertanian.
Pemilihan varietas cabai berperan penting dalam peningkatan produksi cabai. Menurut
Witono et al. (1992) kebutuhan terhadap benih unggul cukup mendesak mengingat tingginya
variabilitas hasil per satuan luas antar sentra maupun antar petani. Penggunaan benih harus
memperhatikan
tingkat kemumian
tumbuh tanaman.
serta varietas yang sesuai dengan kondisi lingkungan
Faktor lingkungan
dalam hal ini meliputi jenis tanah, suhu, intensitas
penyinaran, angin, kelembaban, curah hujan dan lain-lain. Menurut Welsh (1981), lingkungan
tumbuh merupakan
pembentuk
akhir suatu organisme.
varietas perlu mempertimbangkan
Oleh karenanya
dalam
memilih
faktor-faktor sebagai sebagai berikut, mampu berproduksi
dalam waktu lama (umur panen panjang), resisten terhadap curah hujan tinggi, serangan
hama penyakit tertentu serta mampu berproduksi tinggi pada kondisi lingkungan dimana faktor
yang paling minimum berperan sebagai pembatas. Sifat-sifat suatu varietas tidak selalu tetap,
tetapi telah mengalami
perubahan,
sehingga varietas yang unggul pada satu waktu dan
tempat tertentu dapat berbeda di waktu dan tempat yang lain (Harjadi, 1999). Beberapa
varietas cabai
mempunyai
daya
adaptasi
yang
cukup
luas
terhadap
lingkungannya.
Produktivitas yang tinggi diperoleh pada lingkungan yang sesuai (Suwandi, 1986).
Ketersediaan
unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman
faktor yang mempengaruhi
merupakan
salah satu
tingkat produksi tanaman. Menurut Cahyono (1994) pemupukan
merupakan salah satu kunci untuk meningkatkan
mencapai tingkat efisiensi setinggi-tingginya,
produksi tanaman
cabai merah. Untuk
anjuran pemupukan
harus mengacu tiga hal,
yaitu 1) kebutuhan tanaman akan unsur hara untuk menghasilkan
dalam jumlah tertentu, 2)
tingkat ketersediaan
unsur hara dalam tanah atau kemampuan
dan 3) tingkat efisiensi serapan masing-masing
tanah menyediakan
hara,
hara yang diperlukan melalui pupuk. Untuk
tanaman semusim seperti cabai merah, analisis tanah untuk mengetahui status hara dalam
4
tanah
sangat
penting
dilakukan
untuk
menentukan
anjuran
pemupukan
yang
tepat
(Suyamto, 1993 da/am Mariono et a/., 2006).
Aplikasi
pupuk majemuk
dapat meningkatkan
cabaL Menurut
Rosliani (1997), penggunaan
untuk tanaman
sayuran
efisiensi
pemupukan
pada tanaman
pupuk NPK dalam bentuk pupuk majemuk
sangat baik atau lebih efisien dibandingkan
penggunaan
pupuk
tunggal. Hal tersebut karena 1) pupuk majemuk bersifat slow release sehingga ketersediaan
unsur hara bagi tanaman lebih terjaga, 2) mempunyai
kandungan
unsur hara yang telah
lengkap (nitrogen, fosfor dan kalium) sehingga tidak perlu menyediakan atau mencampurkan
berbagai
pupuk
tunggal,
3)
aplikasi
pupuk
majemuk
dapat
menghemat
ongkos
pengangkutan dan tenaga kerja.
Untuk dapat rnelakukan
pertumbuhan
maka tanaman cabai memerlukan
tanaman eabai besar mempunyai
dan berproduksi
secara
hasil yang tinggi
unsur hara dalam jumlah yang eukup. Setiap varietas
keperluan unsur hara yang berbeda agar dapat tumbuh
maksirnal.
penelitian untuk mengetahui
yang baik dan memperoleh
Oleh
karena
hal tersebut
diatas,
perlu
varietas cabai merah yang dapat menghasilkan
tertinggi dan dosls pupuk majemuk yang dapat meningkatkan
dilakukan
produktivitas
hasil eabai merah.
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilaksanakan
pada bulan Januari sampai Juli 2009 di lahan sawah, Desa
Mojorejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu,
± 708
mdpl, pH tanah 5,3, rata-rata suhu minimum
19,9 C dan rata-rata suhu maksimum 26,32oC.
0
Rancangan yang digunakan ialah Rancangan Petak Terbagi dengan tiga perlakuan dosis
pupuk NPK 15-15-15 sebagai petak utama (300,700, dan 1000 kg/ha), dan tujuh varietas cabai
merah sebagai anak petak (Hot Beauty, Gada, Omega, Restu, Horison, Jet Set, dan TM 888).
Bibit tanaman eabai besar ditanam pada bedengan ukuran 3,5 m x 1,2 m, jarak antar
bedengan 50 em. Jarak tanam yang dipergunakan
ialah 60 em x 50 em. Pemupukan
NPK
diberikan dengan cara ditugal pada jarak sekitar 20 em dari tanaman. Aplikasi pupuk NPK
diberikan sebanyak 2 kali, yakni pada umur 7 hst dan 45 hst dengan dosis masing-masing
1/2 dari dosis perlakuan. Pemeliharaan meliputi penyiangan secara manual, penyiwilan, dan
pemberian
air.
Peneegahan
terhadap
hama
dan
penyakit
dilakukan
secara
intensif
menggunakan Curaeron 500 EC, Decis 2,5 EC, Hostathion 40 EC, Dithane M-45, Antracol
70 WP dan Agrept 20 WP dengan dosis sesuai dengan konsentrasi
anjuran dan interval
penyemprotan 1 minggu sekali. Peubah yang diamati meliputi jumlah daun, luas daun, bobot
kering tanaman, jumlah buah dan bobot buah.
Data yang diperoleh dianalisis dengan uji F 5% yang dilanjutkan dengan uji BNT 5%.
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertumbuhan
tanaman
Hasil penelitian
cabai merah
menunjukkan
majemuk dengan varietas
majemuk tidak berpengaruh
bobot kering tanaman
terjadi sinkronisasi
tidak terjadi interaksi nyata antara dosis pupuk NPK
cabai merah. Aplikasi
pupuk NPK majemuk tidak pupuk NPK
nyata pada jumlah dan luas daun tanaman eabai besar serta
eabai besar (Tabel 1, 2 dan 3). Hal tersebut diduga karena tidak
unsur hara dengan kebutuhan tanaman. Proses pelepasan
pad a pupuk majemuk bersifat s/owrelease, sehingga penyediaan
bertahap.
Ketidak
sesuaian
antara
saat pelepasan
tanaman akan unsur hara dapat menghambat
awal pertumbuhannya
besar, sedangkan
tanaman
cabai besar membutuhkan
pupuk
tanaman
sa at kebutuhan
eabai besar. Pada
unsur N dalam jumlah
yang
diduga pada saat tersebut unsur N yang tersedia masih dalam jumlah
sedikit sehingga proses pembentukan
aplikasi
unsur hara terjadi secara
un sur hara dengan
pertumbuhan
unsur hara
NPK
majemuk
daun menjadi terhambat. Hal tersebut mengakibatkan
pad a berbagai
dosis
tidak
berpengaruh
nyata
pada
pertumbuhan tanaman cabai besar. Menurut Tisdale et al. (1985 dalam Suwandi, 2009),
tingkat ketersediaan
unsur hara bagi tanaman tergantung
pad a banyak faktor, antara lain
status hara dalam tanah dengan keragaman jenis dan sifatnya, ketersediaan
air (irigasi),
jenis tanaman yang diusahakan dan pola pemupukan sebelumnya.
Tabel 1. Jumlah daun tanaman eabai besar pad a umur 56 dan 84 hst pada berbagai dosis
pupuk NPK dan varietas
Rata-rata jumlah daun ( helai)
Perlakuan
Dosis pupuk NPK (P)
P1 (300 kglha)
P2 (700 kg/ha)
P3 (1000 kglha)
BNT5%
56 hst
84 hst
153,48
156,46
165,69
217,54
230,25
248,10
tn
tn
Varietas Cabai besar (V)
V1 (Hot beauty)
V2 (Gada)
V3 (Omega)
V4 (Restu)
V5 (Horison)
V6 (Jet Set)
V7 (TM 888)
159,72
152,14
188,03
146,61
180,47
151,47
155,36
BNT5%
25,05
239,14
179,05
281,02
163,08
286,14
202,76
243,69
ab
a
e
a
be
a
a
be
a
e
a
e
ab
be
53,21
Keterangan: Angka yang didampingi huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%
tn : tidak nyata
Faktor Hngkungan berperan pada tingkat efisisensi penyerapan hara oleh tanaman.
Selain tidak terjadi
sinkronisasi
unsur
hara,
curah
hujan tingggi
pada
saat
penelitian
6
mengakibatkan unsur N banyak mengalami leaching (Lampiran 2). Hal tersebut mengakibatkan
ketersediaan unsur hara dan penyerapan unsur hara menjadi tidak optimal. Meskipun proses
pelepasan unsur N pada pupuk majemuk bersifat slow release, akan tetapi karena bahan
organik organik dalam tanah yang dipergunakan penelitian rendah (Lampiran 1) mengakibatkan
tidak semua unsur hara dapat dimanfaatkan tanaman. Kondisi tersebut mengakibatkan tanah
tidak dapat menahan kehilangan unsur hara akibat curah hujan yang tinggi. Ketersediaan bahan
organik tanah dalam jumlah yang cukup diperlukan untuk mengikat unsur hara sehingga tidak
mudah mengalami penguapan atau pencucian.
Tabel 2. Luas daun tanaman cabai besar pada umur 56 dan 84 hst pada berbagai dosis
pupuk NPK dan varietas
1
Rata-rata luas daun (em2.tan-
)
Perlakuan
Dosis pupuk NPK (P)
P1 (300 kg/ha)
P2 (700 kg/ha)
P3 (1000 kglha)
56 hst
84 hst
621,92
657,32
729,51
1131,21
1220,33
1267,73
BNT5%
tn
tn
Varietas Cabai besar (V)
V1 (Hot beauty)
V2 (Gada)
V3 (Omega)
V4 (Restu)
V5 (Horison)
V6 (Jet Set)
V7 (TM 888)
684,85
648,14
876,14
601,10
840,47
636,17
698.52
BNT5%
167,88
ab
a
e
a
be
a
ab
1284,25 be
913,16 a
1522,26 e
950,76 a
1522,26 e
1138,75 ab
1094.08 ab
205,24
Keterangan: Angka yang didampingi huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%
tn: tidak nyata
Tabel 1 dan 2 menunjukkan bahwa aplikasi pupuk NPK pada berbagai dosis tidak
berpengaruh nyata jumlah dan luas daun tanaman cabai merah. Hal tersebut karena unsur hara
yang diserap tanaman tidak maksimal karena faktor lingkungan yang kurang mendukung
pertumbuhan tanaman. Kekurangan unsur hara pada tanaman sering termanifestasikan
daun (Delvian, 2006). Upaya meningkatkan
pada
ketersediaan unsur hara dengan aplikasi pupuk
majemuk tidak dapat meningkatkan jumlah dan luas daun, karena rendahnya efisiensi serapan
unsur hara oleh tanaman. Menurut Setyorini dan Ladiyani (2008), efisiensi pemupukan N dan K
tergolong rendah, yaitu berkisar antara 3040%,
sedangkan
efisiensi pemupukan
P oleh
tanaman juga rendah, berkisar 15-20% ( Hilman dan Suwandi, 1989).
Hasil penelitian
jumlah
daun
menunjukkan
lingkungan
menunjukkan
dan luas daun
varietas
yang
bahwa varietas
lebih tinggi
terse but mampu
kurang
menguntungkan
Omega dan Horison menghasilkan
dibandingkan
beradaptasi
lainnya.
Hal tersebut
lebih baik, meskipun
pada kondisi
dibandingkan
varietas
varietas
lainnya.
Kemampuan
7
adaptasi
terse but berkaitan
dengan
stabilitas
genotipe
dan
disebabkan
oleh
adanya
genotipe dan lingkungan. Tanaman yang mempunyai jumlah daun dan luas daun lebih besar
memungkinkan peningkatan
efisiensi fotosintesis, karena bertambahnya
alam daun. Semakin luas daun mengakibatkan
lebih banyak sehingga dapat menghasilkan
kemampuan
kandungan khlorofil
menyerap unsur hara menjadi
bobot kering lebih tinggi dibandingkan
lainnya (Tabel 3). Varietas Omega juga meiliki ketahanan terhadap
varietas
layu bakteri sehingga
mampu tumbuh baik meskipun pada awal penelitian terjadi eurah hujan tinggi yang dapat
mengakibatkan tanaman tomat terkena layu bakteri.
Varietas Hot beauty, Gada, Restu dan Jet Set menghasilkan
lebih rendah dibandingkan
varietas Horison dan Omega. Ketiga varietas terse but memiliki
jumlah daun, luas daun dan bobot kering lebih rendah.
tersebut memiliki susunan
pada
lingkungan
yang
genotipe
Hal tersebut diduga karena varietas
yang lebih stabil sehingga
berbeda.
Rendahnya
daya
mengakibatkan kemampuan tanaman untuk membentuk
pembentukan
bahan
pertumbuhan
tanaman
merupakan
lingkungannya,
sehingga
respons
pertumbuhan,
kering
akibatnya
pertumbuhan tanaman
juga
menjadi
perpaduan
terhadap
pembentukan
lebih
jumlah
adaptasi
terhadap
lingkungan
daun menjadi terhambat sehingga
sedikit.
antara
lingkungan
tidak mudah beradaptasi
Menurut
susunan
Apoendi
(1991),
genetis
dengan
yang rendah dapat menurunkan
dan luas daun serta berat kering menjadi
terhambat.
Tabel 3. Bobot kering tanaman cabai besar pada umur 56 dan 84 hst pada berbagai dosis
pupuk NPK dan varietas
Rata-rata bobot kering tanaman (g)
Perlakuan
Oosis pupuk NPK (P)
P1 (300 kg/ha)
P2 (700 kg/ha)
P3 (1000 kglha)
BNT5%
56 hst
84 hst
23,69
26,04
26,10
41,69
42,91
43,70
tn
tn
Varietas Cabai besar (V)
V1 (Hot beauty)
V2 (Gada)
V3 (Omega)
V4 (Restu)
V5 (Horison)
V6 (Jet Set)
V7 (TM 888)
26,43
22,03
39,98
14,72
28,58
21,05
24,12
BNT5%
5,21
Keterangan : Angka yang didampingi
pada taraf 5%.
tn: tidak nyata
e
be
e
a
d
b
be
47,24
39,03
49,97
36,05
46,31
40,26
40,51
be
ab
e
a
be
ab
ab
8,60
huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT
8
Varietas
Omega
dan
Horison
menghasilkan
bobot
kering
tanaman
lebih
tinggi
dibandingkan varietas lainnya. Hal terse but karena varietas tersebut mempunyai sifat dapat
beradaptasi luas sehingga mampu membentuk jumlah daun lebih banyak sehingga mampu
menghasilkan bobot kering lebih tinggi. Jumlah daun yang lebih banyak membuat cahaya
matahari yang tertangkap pada proses fotosintesis lebih banyak sehingga meningkatkan bobot
kering tanaman. Menurut Apoendi (1991), sitat yang dimiliki varietas yang mempunyai adaptasi
luas ialah kemampuan untuk meningkatkan fotosintesis akan meningkatkan biomassa tanaman.
Hasil tanaman cabai merah
Aplikasi pupuk NPK majemuk pada berbagai costs tidak berpengaruh nyata pada jumlah
buah dan bobot buah per tanaman. Hal tersebut diduga karena pH tanah yang asam di lokasi
penelitian mengakibatkan
tidak semua
dimanfaatkan semua oleh tanaman.
unsur fosfor
yang ada pada pupuk
NPK dapat
Pada pH tanah yang rendah, P akan diikat oleh Fe dan AI
yang mengakibatkan P menjadi tidak tersedia bagi tanaman. Kondisi tersebut mengakibatkan
terganggunya penyeran unsur hara lainnya oleh tanaman, termasuk unsur N dan K (Foth, 1994).
Menurut Soepardi (1979 da/am Sutapraqa dan Sumami, 1996) unsur fosfor yang terserap
sedikit oleh tanaman mengakibatkan
proses metabolisme
dalam tanaman terganggu
serta
perakaran terbatas sehingga produksi buah menurun. Bahan organik yang rendah pada tanah
dapat menjadi salah satu penyebab peningkatan dosis pupuk NPK majemuk tidak meningkatkan
hasil cabai merah. Pada tanah
dengan
kandungan
bahan organik
tanah yang rendah
mengakibatkan tidak efisiennya aplikasi pupuk NPK majemuk, karena unsur hara banyak yang
hilang akibat tercuci dan menguap.
Pada Tabel 4 dapat diketahui
bahwa Varietas
Omega dan Horison menghasilkan
jumlah buah lebih tinggi, sebaliknya varietas Gada, Restu dan Jet Set menghasilkan jumlah
buah terendah. Varietas Omega, Horison, Hot Beauty dan TM 888 menghasilkan
buah per tanaman lebih tinggi dibandingkan
varietas
bobot
lainnya, dengan hasil berturut-turut
289,84 g, 282,72 g, 255,88 9 dan 252,44 g.
Varietas Omega dan Horison menghasilkan jumlah buah dan bobot buah per tanaman
lebih tinggi dibandingkan varietas lainnya. Produktivitas tanaman yang tinggi dipengaruhi oleh
pertumbuhan tanaman yang baik. Varietas Omega dan Horison dapat beradaptasi dengan baik
pada lingkungan sehingga pertumbuhan tanamannya
menjadi lebih baik dan pada akhimya
mampu menghasilkan jumlah buah dan bobot buah per tanaman lebih tinggi.
Hal tersebut
karena potensi genetiknya mampu menghasilkan produksi lebih tinggi tanpa banyak dipengaruhi
oleh faktor lingkungan yang kurang mendukung. Meskipun demikian, menurut deskripsi varietas
tersebut,
pada
kondisi
lingkungan
yang
mendukung
kedua
varietas
tersebut
mampu
menghasilkan produksi yang lebih tinggi lagi. Selain mempunyai potensi mampu menghasilkan
produksi lebih tinggi, varietas harison juga tahan terhadap serangan layu bakteri.
9
Tabel 4. Jumlah dan bobot buah per tanaman pad a berbagai dosis pupuk NPK dan varietas
Perlakuan
Bobot buah (g.tan-1)
Jumlah buah
Oosis pupuk NPK (P)
P1 (300 kg/ha)
P2 (700 kg/ha)
P3 (1000 kg/ha)
BNT5%
32,74
33,13
33,39
223,80
258,57
260,27
tn
tn
Varietas Cabai besar (V)
V1 (Hot beauty)
V2 (Gada)
V3 (Omega)
V4 (Restu)
V5 (Horison)
V6 (Jet Set)
V7 (TM 888)
35,03
28,78
37,31
27,39
35,94
23,83
43,33
BNT5%
6,39
234,84
220,52
289,84
196,58
282,72
255,88
252,44
b
ab
cd
a
c
a
d
ab
ab
c
a
c
be
be
41,67
Keterangan: Angka yang didampingi huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%
tn : tidak nyata
Varietas Gada, Restu dan Jet Set menghasilkan jumlah buah dan bobot per tanaman
lebih rendah dari potensi yang seharusnya. Varietas tersebut tidak mampu beradaptasi pada
kondisi lingkungan yang kurang mendukung. Kondisi lingkungan pada saat penelitian tidak
mendukung varietas tersebut berkembang sesuai dengan genotipe yang dimiliki, karena curah
hujan yang tinggi di fase pembentukan bunga dan buah mengkibatkan pembentukan bunga dan
buah menjadi terhambat. Curah hujan tinggi juga membuat tanaman banyak terserang penyakit
dan nutrisi sehingga buah banyak terserang penyakit dan rontok. Hal tersebut mengakibatkan
buah yang dapat dipanen menjadi lebih sedikit dan bobot buah per tanaman menjadi lebih
rendah.
KESIMPULAN
DAN SARAN
Kesimpulan
1. Tidak terjadi interaksi nyata antara aplikasi pupuk NPK majemuk dengan berbagai dosis
pada berbagai varietas cabai merah.
2. Aplikasi pupuk NPK majemuk pada berbagai
dosis tidak berpengaruh
nyata pad a
pertumbuhan dan hasil tanaman cabai merah.
3. Varietas Omega dan Horison menghasilkan bobot buah per tanaman lebih tinggi dengan
hasil masing-masing sebesar 289,84 g/tanaman dan 282,72 gr/tanaman.
Saran
1. Agar pemupukan NPK mjemuk lebih efektif, maka dianjurkan pada tanah yang masam diberi
tambahan dolomit untuk menaikkan pH, penambahan bahan organik ke dalam tanah dan
pemasangan mulsa agar tidak mudah terjadi leaching atau penguapan unsur hara. Aplikasi
10
pupuk NPK majemuk sebelum atau bersamaan dengan penanaman cabai merah agar unsur
dapat tersedia bagi tanaman pada saat membutuhkan unsur hara.
2. Pemilihan varietas harus disesuaikan dengan ketinggian tempat, lingkungan dan musim
tanam cabai merah.
DAFTAR PUSTAKA
Abdolzadeh, A, K. Shima, H. Lambers and K. Chiba. 2008. Change in Uptake, Transport
and Accumulation of Ions in Nerium oleander (rosbebay) as Affected by Different
Nitrogen Sources and Salinity. Ann. Bot. 102 (5) : 735-746.
Aphoendi, M. 1991. Pengantar Agronomi. Erlangga. Jakarta. 437 halo
BPS. 2008. Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jendral Bina Produksi Hortikultura. Jakarta.
Cahyono, B. 1994. Usaha Tani Cabai Merah. Aneka. Bandung. 98 halo
Delvian.
2006. Faktor Penting bagi Pertumbuhan Pohon dalam Pengembangan
Hutan
Tanaman Industri. Jurusan Kehutanan. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara. 21 halo
Foth, H.D. 1994. Dasar-dasar IImu Tanah. Erlangga. Jakarta. p. 547-548.
Kusandriani, Y. 1996. Monograf No.2.
Tanaman Sayuran. Bandung.
Mariono,
Pembentukan
hibrida
cabai.
Balai
Penelitian
E. Suprapti dan S.K.D. Tyas. 2006. Pengaruh Macam Varietas dan Dosis Pupul
Organik Padat terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai Merah (Capsicum
annuum L.). Skripsi. Fakultas Pertanian UTP Surakarta.
Nawangsih, A.A, H. P. Imdad dan A Wahyudi. 2003. Cabai Hot Beauty. Penebar Swadaya.
Jakarta. 128 halo
Harjadi, S.S. 1999. Pengantar Agronomi. Gramedia. Jakarta. 187 halo
Hilman, Y dan Suwandi. 1989. Penetapan P tersedia pada Tanah AndosoL BulLPeneL 15(1):
72-78.
Rosliani, R 1997. Pengaruh Pemupukan dengan Pupuk Majemuk Makro Berbentuk Tablet
terhadap Pertumbuhan dan Hasil Cabai Merah. J. Hort. 7 (3) : 773-780.
Setyorini, D dan RW. Ladiyani. 2008. Cara Cepat Menguji Status Hara dan Kemangkusan
Tanah. www.Litbang.Deptan.go.id.
(Diakses 8 Januari 2009).
Supartoto, Suranta, K. Marsandi, Hartati dan H. Supandi. 2002. Komparasi Manfaat Kompos
Limbah Kota dan Pupuk Kandang serta Berbagai Dosis Pupuk Anorganik terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.). J. Agrin. 5
(11 b) : 23-31.
Suwandi. 1986. Budidaya Tanaman Sayuran Dataran Rendah. II. Lombok merah. Hasil dan
Kumpulan Makalah Kursus Singkat Tanaman Sayuran Tropis Dataran Rendah.
Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang.
Suwandi. 2009.
Menakar Kebutuhan
Budidaya Sayuran Berkelanjutan.
Hara Tanaman dalam Pengembangan
Inovasi
Pengembangan Inovasi Pertanian. 2(2): 133-147.
Welsh, J. R 1981. Fundamentals of Plant Genetics and Breeding. John Wiley and Sons. Inc.
Canada.
Witono, A, Suwandi, Budijaya dan E.S. Rustam. 1992. Evaluasi Awal Budidaya Tomat
Dataran RendahlTinggi. Bul. Penel. 21 (3): 20-38.
11
Lampiran 1. Hasil analisis tanah di lokasi penelitian sebelum penelitian
Nilai
Keterangan .
- H20
5,30
Masam
- KCI1 N
4,80
Masam
C organik (%)
1,22
Rendah
N total (%)
0,14
Rendah
C/N
9,00
Rendah
BO (%)
2,12
Maeam analisis
Terhadap kering oven 105°C
pH 1:1
P Bray (mg kg-1)
21,76
Sedang
0,41
Sedang
1
Dalam NH40Ae 1 N pH = 7 (emol kg-
)
K
Keterangan: Hasil analisis tanah (Laboratorium Tanah FP Universitas Brawijaya Malang, 2(09)
Lampiran2. Rata-rata curah hujan bulanan, suhu minimum dan suhu maksimum selama penelitian
Bulan
Curah hujan (mm)
Suhu minimum (0C)
Suhu maksimum (0C)
Februari
255
20,4
22,8
Maret
535
20
27
April
362
20,8
27,7
Mei
142
20,4
26,8
Juni
61
19
26,8
Juli
o
18,82
26,8
Sumber: Data eurah hujan (Dinas Sumber Daya Air dan Energi Kota Batu, 2009)
Data suhu (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Karangploso, 2009)
'---II
n
!
~i-------'-----'
--ji
I
I
I
I
I
\
I
Diberikan kepada :
?IfAd, 'OatJ.JaHt
I
Atas peran sertanya dalam Seminar Nasional Perhorti 2012
Sebagai : Pemakalah
Surabaya, 13 - 14 November 2012
,
Prof.D Ir.Roedhy Poerwanto, M.Sc.
stien, M.P.
ii'
L.,.-J
PANITIA SEMINAR NASIONAL PERHORTI 2012
FAKULTAS PERTANIAN UPN "VETERAN" JATIM .
SURABAVA, 13-14 NOVEMBER 2012
SURAT KETERANGAN
Panitia Seminar Nasional PERHORTI2012 menerangkan bahwa :
Nama
: Dr.lr. Moch. Dawam Maghfoer, MS.
Instansi
: Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang
Telah melakukan presentasi oral pada acara tersebut dengan :
Judul
: Respons Pertumbuhan dan Hasil Tujuh Varietas Cabai Merah
(Capsicum annuum L.) Terhadap Pemupukan NPK
Waktu
: Rabu, 14 November 2012
Demikian Surat Keterangan ini untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Surabaya, 14 November 2012