Perilaku Berinvestasi Properti di Bali - Student Journals
Transcription
Perilaku Berinvestasi Properti di Bali - Student Journals
FINESTA Vol. 3, No. 1, (2015) 74-78 74 Perilaku Berinvestasi Properti di Bali Aileen Liana Suwitro dan Njo Anastasia Program Manajemen Keuangan, Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya E-mail: [email protected] ; [email protected] Abstrak— Untuk mempelajari perilaku berinvestasi, dilakukan penelitian tentang perilaku pembelian rumah dan properti komersil di Bali. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan pembelian properti antara konsumen yang belum membeli properti dengan konsumen yang sudah membeli properti di Bali. Data diolah menggunakan Analisis Diskriminan. Faktor terpilih yang mempengaruhi keputusan pembelian properti adalah : Fisik, Lokasi, Lingkungan, Finansial untuk faktor rasional; dan Psikologi (over-confidence, conservatism bias, information and familiarity, herd behavior, mental accounting, dan loss aversion), Emosi, Intuisional, Sosialisasi untuk faktor irasional. Hasil penelitian menunjukkan hanya faktor finansial yang mempengaruhi pengambilan keputusan pembelian properti antara konsumen yang belum membeli properti dengan yang sudah membeli properti di Bali. Kata Kunci— Investasi, Properti dan Bali. Abstract— In order to study the buying behavior, the researcher conducted such topic from the buyers’ perspectives toward residential and commercial property in Bali Island. The objective of this study is to investigate the factors that influencing the buyers buying behavior between people who are prospective buyers and those who already bought a property in Bali. The data are analyzed using Discriminant Analysis. The factors selected that affecting the decision to buy a property and they are: Physical, Location, Environmental, Financial for the rational part; and Psychological (over-confidence, conservatism bias, information and familiarity, herd behavior, mental accounting, and loss aversion), Emotion, Intuitional, Socialization for the irrational part. The results showed that only the financial factor has significant difference to the buyers decision between people who are prospective buyers and those who already bought a property in Bali. Keyword— Buying, Property and Bali. 1. PENDAHULUAN Real estate seringkali diperlakukan sebagai financial asset, yaitu aset yang dapat dibeli, dikembangkan dan dijual, sama seperti aset lainnya. Tetapi kenyataannya real estate merupakan financial asset dan physical resource, yaitu sumber daya yang terdiri dari situs itu sendiri dan eksternalitas yang mengelilingi dan menghubungkannya pada kegiatan lain. Oleh karena itu, nilai dari real estate ditentukan oleh pasar dan harga yang terbentuk merupakan hasil negosiasi para partisipan, bukan sekedar harga penawaran (listing price). Oleh karena sifat pasar real estate yang tidak efisien, real estate seharusnya diperlakukan sebagai behavioral science DeLisle (n.d.). Keputusan pembelian properti adalah proses yang sangat kompleks karena merupakan komitmen finansial terpenting bagi hampir semua orang. Pengetahuan tentang faktor yang mempengaruhi perilaku pembeli akan sangat membantu dalam memahami dan memprediksi pengambilan keputusan dalam pasar properti. Dengan begitu, ketidakpastian harga jual properti dapat diminimalisir (Daly et al., 2003). Faktor yang digunakan terdiri dari faktor rasional dan irasional, yang meliputi: Physical, Location, Environmental, Financial untuk faktor rasional; dan Psychology, Emotion, Intuitional, Socialization untuk faktor irasional. Penelitian oleh Knight Frank menyatakan bahwa harga tanah kawasan strategis di Bali telah meningkat pesat hingga 43%, kenaikan tertinggi dalam 10 tahun terakhir (Harga Properti Bali Rekor di 2013”, 2013). Dalam The Wealth Report 2014 yang dikeluarkan Knight Frank, Bali menempati urutan ketiga dalam urutan kenaikan harga properti tertinggi di dunia yaitu sebesar 33% (Knight, 2014). Tingginya jumlah transaksi real estate di Bali membuktikan adanya pola perilaku pasar yang menarik. 2. TEORI PENUNJANG Pengambilan keputusan adalah sebuah proses dalam menentukan pilihan dari sejumlah alternatif sesuai dengan kriteria dan strategi (Wang, Wang, Patel & Patel, 2004; Wilson & Keil, 2001). Karakteristik fisik properti merupakan sifat dari sebuah properti yang terdiri dari immobility, indestructibility, dan uniqueness (Galaty et al., 2012). Fisik atau fitur dari sebuah properti merupakan faktor yang penting bagi investor (Haddad, 2011). Faktor fisik atau fitur meliputi desain, ukuran dan kualitas bangunan berpengaruh positif terhadap pengambilan keputusan individu dalam membeli rumah (Adair et al., 1996; Daly et al., 2003; Ratchatakulpat et al., 2009). Lokasi (area preference) adalah pilihan dan selera konsumen terkait area tertentu (Galaty et al., 2012). Menurut Sengul et al. (2010), salah satu faktor yang terpenting dalam pengambilan keputusan pembelian properti adalah faktor lokasi (dalam Si, 2012). Dalam penelitian yang dilakukan Adair et al. (1996), ia mempertimbangkan jarak ke pusat bisnis, jarak ke sekolah, dan jarak ke tempat kerja. Cellmer, Senetra dan Szczepanska (2012) mengemukakan bahwa faktor lingkungan mempunyai pengaruh yang besar terhadap nilai sebuah properti, yang nantinya berpengaruh terhadap keputusan dalam pasar real esate. Manusia pada dasarnya mencari lokasi dengan lingkungan yang baik dengan harapan akan mendapatkan kualitas hidup yang tinggi. Faktor lingkungan yang meliputi neighborhood, area attractiveness, view, noise from around districts dan general security juga memiliki peran dalam pengambilan keputusan pembelian properti (Adair et al., 1996). Karakteristik finansial menggambarkan pengaruh keadaan makroekonomi, pasar, dan institusi terhadap nilai properti FINESTA Vol. 3, No. 1, (2015) 74-78 dan pengambilan keputusan pembelian. Adair et al. (1996) dan Daly et al. (2003) mengelompokkan tingkat suku bunga, kredit maksimum, cicilan bulanan maksimum, rateable value properti, jangka waktu properti dipasarkan, dan waktu pembelian dalam faktor finansial. Perilaku irasional (irrational behavior) pelaku pasar real estate merupakan salah satu pendorong transaksi pasar secara besar-besaran pada residential real estate yang terjadi pada awal tahun 2000 (Beracha dan Skiba, 2014). Penelitian perilaku keuangan (behavioral finance) yang dilakukan oleh Singh (2011) menemukan hubungan positif antara psikologi investor dengan keputusan investasi (dalam Bhat & Dar, n.d). Beberapa penyimpangan perilaku (behavioral bias) meliputi: over-confidence, conservatism bias, information and familiarity, herd behavior, mental accounting, dan loss aversion (Beracha dan Skiba ,2014). Emosi tertentu mempengaruhi keputusan pembelian real estate karena konsumen seringkali terikat secara emosional pada real estate. Hidalgo dan Hernandez (2001) mengukur keterikatan (attachment) pada tiga hal, yaitu properti itu sendiri, neighborhood, dan kota tempat properti berada. Sirgy et al. (2005) menghubungkan pemilihan properti dengan kesesuaian diri (self-congruence). Terdapat hubungan antara self-image dari pembeli dengan propertinya (dalam Salzman dan Zwinkels, 2013). Klein dan Kahneman (2009) mengatakan bahwa sebagian besar keputusan yang dibuat oleh manusia adalah hasil atau produk dari pikiran intuitif (intuitive mind), dan biasanya keputusan tersebut dianggap benar oleh pikiran reflektif (reflective mind). Seperti yang dikatakan Salzman dan Zwinkels (2013), bahwa sebuah properti harus dirasakan ‘tepat’. Perasaan ini sangat spontan dan berdasarkan insting. Sosialisasi menunjukkan pihak mana (reference groups) yang paling mempengaruhi proses pengambilan keputusan calon investor. Reference group adalah sekelompok individu yang dipercaya sebagai sumber perbandingan keyakinan, nilai, ataupun perilaku (Gibler dan Nelson, 1998). Tsai (2001) mempertimbangkan mortgager, master Feng-Shui, broker, developer, teman, keluarga dekat, dan keluarga besar sebagai reference group. 3. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif. Penelitian eksploratif adalah penelitian yang menggali secara luas tentang sebab-sebab atau hal-hal yang mempengaruhi terjadinya sesuatu (Wirantha, 2006). Penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan pembelian properti antara konsumen yang belum dan yang sudah membeli properti di Bali. B. Populasi dan Sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua orang yang berminat pada properti di Bali. Sampel dalam penelitian ini diambil secara simple random sampling (sampling acak sederhana). Sampel yang diambil adalah 100 responden yang berkeinginan dan yang sudah pernah membeli properti di Bali. C. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan merupakan data primer yang 75 diperoleh dari jawaban para responden pada kuesioner yang disebarkan. D. Teknik Analisa Data Teknik analisa data yang digunakan adalah Analisis Diskriminan. Sebelumnya dilakukan Uji Validitas dan Uji Reliabilitas. Terdapat beberapa asumsi yang harus dipenuhi, yaitu data pada variabel bebas seharusnya berdistribusi normal multivariat dan adanya kesamaan matriks-kovarians antar kelompok. Uji Normalitas menggunakan pengukuran rasio skewness dan rasio kurtosis. Rasio skewness adalah nilai skewness dibagi dengan standard error skewness; sedang rasio kurtosis adalah nilai kurtosis dibagi dengan standard error kurtosis. Sebagai pedoman, bila rasio kurtosis dan skewness berada di antara -2 hingga +2, maka distribusi data adalah normal (Santoso, 2000). Untuk menguji kehomogenan matrik varian kovarian antar kelompok digunakan Statistik uji Box’s M. 4. ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Profil demografi responden Terdapat 57 responden yang belum pernah membeli properti di Bali dan 43 responden yang sudah membeli properti di Bali. Ditinjau dari segi usia, kelompok 46-55 tahun yang paling banyak memiliki properti di Bali. Dari responden WNI, mayoritas sebanyak 40 orang berasal dari Pulau Bali sendiri. Terdapat 33 responden yang berkewarganegaraan asing yang didominasi oleh orang Australia. Terlihat bahwa 19 diantaranya sudah membeli properti di Bali (table 1) Karakteristik responden yang berhubungan dengan properti, terdapat lebih dari setengah total responden, yaitu 52 orang sudah berstatus tempat tinggal di rumah pribadi. Sebanyak 62 responden sudah membeli setidaknya satu properti dimanapun. Untuk tipe properti yang dimaksudkan disini adalah tipe properti yang ingin dibeli maupun sudah dibeli responden di Bali. Tipe properti yang paling banyak diminati adalah rumah, sebanyak 51, diikuti dengan vila sebanyak 38, dan kondotel/apartemen hanya sebanyak 11. Berikut merupakan hasil penelitian terkait alasan responden memilih properti di Bali. Gambar 1. Alasan Membeli Properti di Bali (Preliminary Survey) FINESTA Vol. 3, No. 1, (2015) 74-78 76 Alasan terbanyak memilih properti di Bali adalah karena prospeknya yang bagus. Diikuti oleh keinginan memiliki rumah liburan dan nyaman sebanyak masing-masing 24 responden. Sebanyak 16 responden memiliki alasan lain, antara lain bekerja dan tinggal di Bali, tinggal di Bali karena menikah dengan orang Indonesia (bagi foreigner), dan sangat suka dengan Bali. JK : Laki-laki Perempuan Usia : < 25 tahun 25-35 tahun 36-45 tahun 46-55 tahun >56 tahun Kwg : WNI Bukan WNI Asal Benua : Amerika Eropa Australia Asia (Indonesia) Asal Kota/ Propinsi : Bali Surabaya Jakarta Lain-lain Belum Beli Sudah Beli Live In Investment Live In Investment 17 14 31 17 9 26 20 7 27 11 5 16 4 11 8 6 2 5 11 6 3 1 0 4 8 8 7 0 4 3 5 4 22 9 21 5 12 15 12 4 2 3 4 22 1 2 2 21 18 1 0 12 4 7 5 11 7 8 2 9 11 1 2 13 0,241 Hasil uji Box’s M untuk grup belum beli dan sudah beli menunjukkan bahwa nilai F sebesar 14,108 dan signifikan pada 0,000 dan probabilitas ini di bawah 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa matriks kovarians antar group memang berbeda dan dalam hal ini menyalahi asumsi diskriminan. Namun demikian analisis fungsi diskriminan tetap robust walaupun asumsi homogenitas varians tidak terpenuhi dengan syarat data tidak memiliki outlier (Ghazali, 2008). 0 0 4 12 4 7 1 4 Tabel 2. Skewness dan Kurtosis Skewness Kurtosis Statistic Std. Statistic Std. Error Error 0,008 14,108 0,000 Tabel 4. Hasil Test of Equality of Group Means (Belum beli dan Sudah beli) Faktor Wilk’s Lambda B. Hasil Olah Data Berdasarkan hasil pengujian validitas, semua butir pernyataan yang diajukan kepada responden adalah valid, dimana mempunyai r hitung Positif, serta nilai r hitung > nilai r tabel (0,195). Dari hasil uji validitas, semua indikator memiliki r hitung diatas 0,195, maka semua indikator sudah mampu untuk mengukur faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian properti. Setelah data yang diperoleh valid, dapat dilanjutkan dengan uji reliabilitas. Jika r Alpha Positif dan r Alpha > r tabel (0,195), maka butir atau variabel dapat dikatakan reliabel. Hasil uji menunjukkan semua variabel memiliki Cronbach’s Alpha yang lebih besar dari 0,195, maka semua variabel adalah reliabel. Unstandardized Residual Tabel 3. Hasil Uji Box’s M ‘Belum Beli’ dan ‘Sudah Beli’ F Sig. Tabel 1. Karakteristik Responden Karakteristik Responden 0,412. Karena rasio skewness dan rasio kurtosis berada di antara -2 hingga +2, maka dapat disimpulkan bahwa data yang diuji bersifat distribusi normal. 0,197 0,478 Dapat dilihat dari Tabel 2 bahwa rasio skewness = 0,008/ 0,241 = 0,0332; sedang rasio kurtosis = 0,197/ 0,478 = Sig. Physical 0,966 0,065 Location 0,966 0,068 Environmental 0,978 0,144 Financial 0,809 0,000 Psychology 0,931 0,008 Emotion 0,970 0,084 Intuitional 0,992 0,369 Socialization 0,943 0,017 Tabel di atas menunjukkan semua variabel kecuali financial memiliki nilai Wilk’s Lambda diatas 0,9. Semakin mendekati 1, data tiap grup cenderung sama. Dilihat dari nilai signifikan (uji F), terdapat tiga variabel yang nilainya signifikan < 0,05 yang menunjukkan perbedaan antar grup ‘Belum Beli’ dan ‘Sudah Beli’, yaitu financial, psychology, dan socialization. Namun demikian, hasil ini masih perlu diproses untuk menjamin kebenarannya. Step 1 Tabel 5. Variabel Dalam Persamaan Diskriminan (Belum beli dan Sudah beli) Entered Statistic Sig. 23.191 5.341E-006 Financial Pemasukan variabel menggunakan proses stepwise (bertahap), dimulai dengan variabel yang mempunyai angka F hitung (statistic) yang paling tinggi. Terlihat hanya terdapat satu variabel, yaitu financial. Dengan demikian pertimbangan pembelian properti responden yang belum beli dan sudah beli dipengaruhi oleh faktor financial saja. Tabel 6. Hasil Wilk’s Lambda (Belum beli dan Sudah beli) Wilk’s Lambda Chi-Square 0,809 20,709 Sig. 0,000 FINESTA Vol. 3, No. 1, (2015) 74-78 77 Dapat dilihat pada Tabel 5 yang mengindikasikan perbedaan yang signifikan (nyata) antara kedua grup pada model diskriminan. Jadi perilaku responden antar kedua grup memang berbeda secara nyata. Tabel 7. Classification Results (Belum beli dan Sudah beli) Original Cross-validated 67% 67% Hasil klasifikasi pada bagian original maupun dengan metode leave-one-out-cross validation, keduanya menghasilkan angka 67%, yang dimana angka ketepatan termasuk tinggi. Artinya penafsiran tentang berbagai tabel yang ada valid untuk digunakan. Tabel 8. Nilai Mean Faktor Berpengaruh (Belum beli dan Sudah beli) Indikator Belum Beli 4,67 F1 (Harga) 4,35 F2 (Suku bunga) 4,21 F3 (KPR) 4,28 F4 (Cicilan bulanan) 4,32 F5 (Jangka waktu pembayaran) 3,91 F6 (Lama properti dipasarkan) Bhat, M. A. & Dar, F. A. (n.d). A conceptual framework on emotions and investment decisions. Journal of Research in Commerce and Management, 1(12), 88-97. Cellmer, R., Senetra, A., & Szczepanska, A. (2012). The Effect of Environmental Factors on Real Estate Value. Diunduh dari https://www.fig.net/pub/fig2012/papers/ts06h/TS06H_cellmer_sen etra_et_al_5748.pdf Daly, J., Gronow, S., Jenkins, D., Plimmer, F. (2003). Consumer behaviour in the valuation of residential property: A comparative study in the UK, Ireland and Australia. Journal of Property Management, 21(5), 295-314. DeLisle, JR. (n.d). Behavioral Science of Real Estate. Diunduh dari http://jrdelisle.com/jrd_text/1Chapter2_NewV20.pdf Galaty, F. W., Allaway, W. J., Kyle, R. C. (2012). Modern Real Estate Practice in North Carolina (8th ed.). Kaplan Real Estate Education. Sudah Beli 4,23 3,42 3,26 3,28 3,19 3,21 Ghazali, I. (2008). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Cetakan Empat. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gibler, K. M. & Nelson, S. L. (1998). Consumer behavior applications to real estate, paper presented at the American Real Estate Society Meeting, April. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa semua indikator faktor financial pada kelompok belum beli memiliki nilai mean yang lebih tinggi dibanding kelompok sudah beli. Hal ini berarti responden yang belum membeli properti di Bali lebih memperhatikan harga properti, suku bunga, jumlah KPR, jumlah cicilan bulanan maksimum, jangka waktu pembayaran, dan lamanya properti dipasarkan. Haddad, M., Judeh, M., & Haddad, S. (2011). Factors affecting buying behavior of an apartment and empirical investigation in Amman, Jordan. Research Journal of Applied Sciences, Engineering and Technology, 3(3), 234-239. 5. KESIMPULAN DAN SARAN Kahneman, D. & Klein,G. (2009). Conditions for intuitive expertise: A failure to disagree. American Psychologist, 64(4), 515–526. Penelitian ini dapat memberikan pemahaman bagi agen real estate dan developer tentang faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam pembelian properti di Bali, khususnya di Denpasar dan Kabupaten Badung. Bagi Peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat dikembangkan lagi dengan menambah jumlah sampel dan menambah jumlah variabel independen, khususnya variabel irasional. Selain itu, dapat menambah pembahasan terkait tahap dalam proses pengambilan keputusan pembelian karena responden berada pada tahap yang berbeda-beda. Untuk perkembangan lainnya, dapat meneliti faktor-faktor tersebut yang dipisahkan menurut tipe properti, sehingga dapat menjelaskan perilaku konsumen terhadap masing-masing tipe properti. Harga properti Bali rekor di 2013. (2013, Januari 23). Diunduh dari http://royalgardenresidence.wordpress.com/2013/01/23/hargaproperti-bali-rekor-di-2013/ Knight, O. (2014, Maret 5). What happened to prime residential property markets last year? Knight Frank. Diunduh dari http://www.knightfrankblog.com/global-briefing/newsheadlines/what-happened-to-prime-residential-property-marketslast-year/ Ratchatakulpat, T., Miller, P., & Marchant, T. (2009). Residential real estate purchase decisions in Australia : is it more than location ? International Real Estate Review, 12(3), 237-294. Salzman, D. & Zwinkels, R. C. J. (2013). Behavioural Real Estate (Doctoral thesis, Tinbergen Institute, 2013). Diunduh dari http://papers.tinbergen.nl/13088.pdf DAFTAR PUSTAKA Santoso, S. & Tjiptono, F. (2001). Riset Pemasaran Konsep & Aplikasi dengan SPSS. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Adair, A., Berry, J. dan McGreal, S. (1996). Valuation of Residential Property: Analysis of Participant Behavior. Journal of Property Valuation & Investment, 14(1), 20-35. Si, P. T. (2012). Key factors affecting house purchase decision of customers in Vietnam. (Unpublished master thesis). University of Economics Ho Chi Minh City, Ho Chi Minh City, Vietnam. Beracha, E. & Skiba, H. (2014). Real Estate Investment DecisionMaking in Behavioral Finance in H. K. Bakers & V. Ricciardi. (Eds.) Investor Behavior: The Psychology of Financial Planning & Investing. Tsai, T. W. (2001). Factors Influencing The Purchasing Decisions of Urban House Buyers in China, Hong Kong, and Taiwan (Unpublished doctoral thesis). United States International University, San Diego, United States. FINESTA Vol. 3, No. 1, (2015) 74-78 Wang, D. & Li, S. (2006). Socio-Economic Differentials and Stated Housing Preferences in Guangzhou, China. Elsevier Habitat International, 30, 305-326. Wang, Y., Wang, Y., Patel, S., & Patel, D. (2004). A Layered Reference Model of The Brain. IEEE Transactions on Systems, Man, and Cybernetics (C), 36(2), 124-133. Wilson, R. A., & Keil, F. C. (2001). The MIT Encyclopedia of the Cognitive Sciences. MIT Press Wirantha, I. M. (2006). Metodologi Penetilian Sosial Ekonomi. Yogyakarta: C.V Andi Offset. 78