Pandji Pragiwaksono - perpustakaan.depkeu

Transcription

Pandji Pragiwaksono - perpustakaan.depkeu
Terima kasih kepada
Yang membawa saya keliling Indonesia
dan
Yang menemani saya keliling Indonesia
Juga kepada
NOKIA
LIFEBUOY
Definisi Nasionalisme
Diambil dari wikipedia.org
Nasionalisme adalah satu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan
sebuah negara (dalam bahasa Inggris "nation") dengan mewujudkan satu konsep identitas
bersama untuk sekelompok manusia.
Dari
Sebuah
Perenungan...
Permintaan
Sampai
Sebuah
Hari itu, jalanan Sudirman – Thamrin sepi sekali.
Sedang ada demonstrasi Hari Anti Korupsi Sedunia.
Saya duduk di tempat favorit saya di Plaza Indonesia Extension.
Canteen, deket jendela.
Minuman yang paling saya suka di Canteen adalah Hot Chocolate.
Selain air putih tentunya, tapi air putih mah di mana-mana juga sama :P
Setiap kali saya di sana untuk wawancara, saya meminum minuman yang sama. Hot Chocolate.
Saking seringnya, pelayannya saja sampe hafal.
Selain karena mereka punya kemampuan mengingat yang baik, saya memang minumnya selalu
ketebak. Itu-ituuuuu mulu.
Kalau saya masuk Starbucks mereka juga langsung bertanya “Caramel Machiatto?”

Pada prinsipnya, minuman hangat membantu saya menenangkan diri.
Setiap menghadapi wawancara, saya ingin memastikan bahwa saya berada dalam kondisi yang
tenang, fokus, dan siap untuk menjawab pertanyaan wartawan.
Maklum, ketidakmampuan saya untuk konsentrasi membuat saya sering melenceng ke mana-mana
kalau berbicara. Apalagi kalau bertemu wartawan media cetak.
Yang pernah wawancara saya pasti paham apa yang saya maksud 
Ketenangan memang saya perlukan, berhubung, hampir bisa dipastikan saya selalu bertemu dengan
pertanyaan yang sama.
Wajar memang, karena saya ingin ditanya pertanyaan yang sama itu,
“Apakah IndonesiaUnite sebenarnya?”

Tapi hari itu, saya mendapatkan pertanyaan yang rada berbeda..
“Kok bisa sih Mas optimis sekali dengan Indonesia di saat kebanyakan pesimis?”
Setiap kali saya ditanya, saya mengulang pertanyaannya di dalam kepala saya, lalu mencari
jawabannya..
Saya berpikir “Kenapa gue bisa optimis? Hmmmm....”
Terus terang, saya bingung karena pertanyaan itu mengesankan: yang aneh itu saya. Bukan justru
mereka yang pesimis terhadap Indonesia.
Saya, seperti jadi minoritas. Sebuah anomali.
Maka yang keluar dari mulut saya sambil menatap wartawan itu kebingungan adalah..
“Kalau orang-orang tahu apa yang saya tahu tentang Indonesia, mereka juga akan optimis..”
Kemudian pertanyaan susulan muncul “Apakah Mas Pandji sering bertemu dengan orang yang
pesimis dengan Indonesia?”
Pertanyaan itu memicu sebuah ingatan lama...
Ingatan akan sebuah kejadian yang sudah lama berlalu...
Kejadian itu terus membekas dalam benak saya, bahkan sampai saya tulis di blog saya...
Di bawah ini adalah tulisan saya yang ditulis untuk kebutuhan blogging, mohon maaf gaya
penulisannya sedikit “slenge-an” 
THE LAND OF THE FREE, THE LAND OF HOPE AND DREAMS
Elo kenal gue.
Pandji Pragiwaksono Wongsoyudo
Elo tau pesan gue.
Provocative Proactive
Elo tau tumpah darah gue
Indonesia
I just had an eye opener.
My eyes were wide open, and it almost bursted with tears.
Sepasang suami istri datang menjumpai gue.
I don’t know them really well.
But I do know them.
They came to me.
They need help.
For 3 years they have been asking God for something.
That something came by one day; in a form of a mail.
The letter, that were almost thrown away, was actually a notification.
A good news. Well, sorta…
They are granted a green card.
They are now, eligible to live in the United States of America.
They told me, that they were very happy and confused at the same time.
Now, they have to come up with some money.
A lot of money.
Mereka yang dapat green card, harus deposit uang sebesar Rp 100.000.000,- sebagai tanda
bahwa mereka akan bisa bertahan 3 bulan
hidup di sana…
Mereka harus juga menyiapkan uang sebesar Rp 50.000.000,- untuk birokrasi tetek-bengek.
Terakhir mereka harus menyiapkan tiket mereka sendiri.
Masalah deposit, walaupun susah, mereka berhasil mendapatkan pinjaman. Karena toh
uangnya tidak dipakai, uangnya hanya sebagai
jaminan saja. Secepatnya setelah birokrasi lewat, maka uang tersebut akan langsung
dikembalikan kembali kepada sejumlah orang yang telah
meminjamkan mereka.
Tiket sudah diusahakan oleh sang suami.
Kini, di antara mereka dan Amerika, adalah uang Rp 50.000.000,Di tengah-tengah, ada gue.
Mereka (yang tidak dekat dengan gue) memohon bantuan.. mengharapkan kepercayaan.
“Uangnya pasti dikembaliin, kalau nggak, rumah jadi jaminan.”
Kemudian sang istri berkata “Kami mau merobah nasib…”
Kalimat singkat itu, tidak menusuk kuping, tapi justru ke mata.
Entah apa yang terjadi, tapi tiba-tiba gue mau nangis.
“Di sini, kami ga jadi apa-apa, hanya dengan mengandalkan gaji suami seorang dosen,
bagaimana cara kami memberikan pendidikan
dan kehidupan yang layak kepada anak-anak kami?”
“Di sana, kami akan kerja. Kami akan kerja keras! Jadi apa aja deh, yang penting kerja, jadi
tukang cuci piring kek, tukang koran kek...”
Keluarga ini memang bukannya secara finansial tidak mampu.
Hanya saja, saat ini, keadaan memang rumit sekali untuk mereka.
Di antara keluarga si istri, ada satu adik yang akan menikah… jelas butuh uang.
Kemudian satu juga punya kebutuhan uang yang sangat besar. Visa pelajar mereka hampir
habis.
Yak, betul sekali.
Di antara adik-adik si istri itu, ada yang sudah tinggal di Amerika dengan visa pelajar..
Memilih untuk tidak mau pulang.
Mereka bertahan sekuat kemampuan mereka, belajar terus, S2, S3 sampai green card yg
mereka tunggu datang.
Sejauh ini, dengan visa pelajar, mereka tidak bisa kerja.
Maka yang terjadi adalah, mereka kerja sambil kuliah.
Kerja apa? Banyak. Loper koran. Cuci mobil. Masak. Baby sitting. Apapun.
Dengan itu, mereka ternyata berhasil bangun rumah di Bogor.
Berat, tapi apapun mereka lakukan untuk tidak pulang dari Amerika.
Bermodal dengan kisah tersebut, maka suami istri yang ada di hadapan gue ini berniat untuk
juga mengadu nasib ke Amerika.
Sekali lagi, si istri berkata “Kami ingin merobah nasib…”
Kepala gue berputar…
Pikiran gue melayang…
Total uang yang mereka harus kumpulkan adalah lebih dari Rp 150.000.000,Dengan gigih, pantang menyerah, pantang lelah, mereka cari uang tersebut.
Bahkan, mereka sampai membuang rasa terakhir yang menempel dalam tubuh manusia ketika
semua rasa sudah mati.
Rasa malu.
Pasti berat untuk mereka; datang ke gue dan meminta bantuan.
I’m much younger.
We’re not even that close!
Still, here they are. Asking. If not begging.
Padahal, dengan uang sejumlah Rp 150.000.000,- mereka pun bisa mengubah nasib dengan
tetap tinggal di Indonesia.
THEY COULD!
Cuma masalah cara aja.
Dan memang, uang RP 150.000.000,- tidak akan serta merta mengubah hidup mereka jadi
baik, indah, dan berkecukupan,
tapi menggunakan uang dengan jumlah itu untuk ke Amerikapun tidak menjamin hidup
mereka jadi mudah di sana.
Tentu gaji mereka besar dibandingkan dengan di sini, tapi pengeluaran juga besar.
Tentu ada segala macam jaminan yang lebih jelas dan pasti dan akan membuat mereka
bertahan..
Jay Z pun waktu kecil hidup dari food stamps.. sejenis voucher yang bisa ditukarkan dengan
makanan.
Kasarnya, mereka di sana akan kayak orang miskin. Orang susah.
“Dengan bekerja sebagai tukang koran, saudaraku bisa bangun rumah di Bogor.”
Apa bedanya dengan…
“Saya merantau ke Jakarta dari Ngawi untuk mengubah nasib… biarin di Jakarta jadi tukang
koran, tapi saya bisa menghidupi keluarga di Ngawi, bisa bangun rumah.”
Bedanya hanya.. yang satu dari Ngawi ke Jakarta, dan yang satu Jakarta ke Amerika. Entah
kota apa.
Gamila bilang, bagaimanapun juga, orang susah di Indonesia beda dengan orang susah di
Amerika.
Sekolah lebih banyak yang gratis.
Tapi menurut gue, itu cuma masalah skala.
Di Jakarta juga banyak sekolah gratis, cuman aja sekolah gratis di Jakarta (mungkin) bukan
sekolah unggulan.
Bukan sekolah bergengsi.
Sama aja, di Amerika gue rasague berasumsi) sekolah gratis ya sekolahnya rakyat… sekolahsekolah bergengsi Amerika pasti mahal..
Kenapa kalau di Jakarta ga mau masuk sekolah rakyat tapi di Amerika mau?
Hanya karena Amerika?
Andaikan orang-orang di Indonesia tahu bahwa Amerika Serikat sampai sekarang masih
memegang rekor untuk
tingkat penembakan dan pembunuhan tertinggi di dunia dalam lingkungan sekolah…
“Ya Ampuuuun di sini uang masuk kuliah mahal bangeeeeettt, 80 jutaaaaa” kata mereka.
Sekali lagi, wawasan akan menentukan keputusan.
Sebenarnya kalau mereka mau berinvestasi-pun Insya Allah kekejer kok.
Anak mereka masih SD…
Besar sih angka investasinya, tapi daripada nabung lebih nggak mungkin lagi?
Lebih kasian lagi mereka yang merasa aman setelah menggunakan asuransi pendidikan..
Kelak mereka akan sadar,
bahwa ternyata uangnya juga ga cukup untuk bisa bayar kuliah.
Padahal jumlah uang yang mereka sisihkan untuk asuransi pendidikan itu, kalau di
investasikan akan lebih mungkin sampe angkanya…
Sigh
I can’t blame them for not having financial literacy early on.
It’s not going to help them.
Memang, kuliah itu mahal… ITB memang mahal. Jauh lebih mahal daripada ketika gue
masih kuliah di sana..
Tapi DEMI TUHAN, beasiswa di kampus ITB BUANYAK BUANGEEEETTTTT…
Gue punya BUANYAAAKK teman yang dari awal masuk kuliah sampai dia lulus,
mengandalkan beasiswa.
Tidak mengeluarkan uang sendiri sama sekali untuk bayar kuliah.
Bahkan, saking banyaknya, temen-temen gue yang relatif mampu-pun, sampe dapet juga!
Gue aja bego, ga ngeh sama yang begituan.. setelah lulus baru gue tau, temen-temen gue
banyak yang pake beasiswa
Nyesel juga jadi orang self centered …
Sebenarnya, paginya, di GMHR (Good Morning Hard Rockers Show) kami membahas
orang-orang yang pernah di luar negeri cenderung skeptis sama Indonesia.
Ga mau pulang. Ga suka Indonesia.
Katanya di sini infrastruktur kurang, pajak ga jelas ke mana, jalanan rusak, public
transportation buruk…
Jepang dan Indonesia sama-sama dalam keadaan tidak baik di tahun (19)45, tapi kini Jepang
melesat dan Indonesia masih begini-begini aja.
Dalam hati ketika siaran gue berpikir, DON‟T COMPARE INDONESIA TO OTHERS! IT‟S
NOT FAIR
IT‟S NOT AN APPLE TO APPLE COMPARISON
Jepang penduduknya berapa sih? Seluas apa? Terbagi atas berapa pulau? Berapa banyak
bahasa? Berapa banyak tradisi?
Berapa banyak kultur? Berapa banyak kebutuhan?
Di tahun 1945 Jepang memang mulai dari titik yang sama dengan Indonesia akibat bom
Hiroshima dan Nagasaki yang merupakan lumbung beras mereka.
Tapi sebelum itu? Jepang adalah penguasa dunia, mereka menguasai negara-negara termasuk
Cina dan kita di Indonesia. Pengetahuan mereka dan kita jauh berbeda sebelum tahun 1945.
THE PROBLEM IN OUR COUNTRY IS, WE DO NOT THINK AS ONE.WE ARE TOO
MUCH APART.
THAT IS THE FACT.
Thank God we are united in the same language.
Or maybe we do not have a strong leader.
I don’t know.
All I know is, there’s NOTHING we can do by blaming the past.
WHAT WE ARE RIGHT NOW, IS A PRODUCT OF OUR PAST.
IF WE DON’T LIKE WHAT WE SEE TODAY, WE CHANGE IT.
WE MAKE IT HAPPEN.
IT MAY NOT BE FOR THE BENEFIT OF OUR OWN, BUT BY GOD, IT WILL BE
FOR THE BENEFIT OF OUR CHILDREN’S CHILDREN.
GA ADA PENDIDIKAN GRATIS? KITA DONG, PERBANYAK BEASISWA.
KITA DONG, INISIATIF PADA KANTOR KITA UNTUK PUNYA CSR DI BIDANG
PENDIDIKAN.
FASILITAS KESEHATAN MASIH MAHAL? BIKIN DONG, YAYASAN.
JANGAN KOMPLEN DOANG.
WHAT WE DO, WILL EFFECT OTHERS.
Walaupun gue akui, sesuatu yang baik tidak akan tersebar secepat sesuatu yang buruk.
Itulah mengapa, kita harus sama-sama kerja keras.
Evil is controling time, we should not let ourselves be controled by time.
WE CONTROL OUR TIME.
Sebenarnya, gue ga mau ngomong ini, takut dibilang sombong dan pamer, tapi motivasi gue
beda, Insya Allah ga ketangkep salah …
Gue aktif di C3, Community for Children with Cancer (www.C3friends.com) karena gue
ingin menjadi salah satu dari orang yang membantu menjadikan Indonesia tempat yang lebih
baik.
Tempat yang punya harapan.
I want to make Indonesia the land of the free, the land of hope and dreams.
Ada orang ga mampu yang anaknya sakit kanker? Ada C3. Insya Allah, ada harapan.
By doing this, I’m hoping others would be inspired and do the same thing, in other fields.
Pendidikan, bidang kesehatan lain seperti AIDS, dll…
Demi Tuhan, gue mau sebenarnya bikin yayasan yang menyediakan pendidikan gratis, tapi
gue harus fokus.
My calling, is C3.
Gue harus fokuskan perhatian gue kepada anak-anak penderita kanker, sambil tangan gue
menggandeng anak-anak ini, mata gue menoleh ke luar, berharap orang lain di luar sana juga
tergerak untuk membantu orang lain di Indonesia yang butuh pertolongan.
Yang butuh harapan…
Yang tidak bisa ke Amerika Serikat untuk mengubah nasib mereka…
…
“Gimana, Mas Pandji?” Tolong kami yaa?”
Pertanyaan itu menyadarkan gue kembali dari lamunan…
Gue kembali fokus kepada mereka dan obrolan yang sedang berjalan…
Tapi mata gue masih menahan tetesan air mata sedih…
Ketika kembali sampai di rumah, Gamila berkata,
“Mas, kamu nggak harus menolong mereka, lho… jangan merasa terbebani untuk HARUS
menolong…”
But I’m a man of dreams.
I dream ‘em , and then I make it happen.
And for me, there is every dream for every man.
Who am I to blame what your dreams might be? Who am I to judge it? People have the right
to dream. Whatever THAT might be.
I would love to see that family get that dream.
If living in America is their dream.
I would love to help them live it.
I just hope, in the near future, my own country could be just like America…
THE LAND OF THE FREE, THE LAND OF HOPE AND DREAMS
Saya meyakini sebuah prinsip
“I am what I know”
“We are what we know”
“Aku adalah wawasanku”
Diri kita adalah hasil dari pengambilan keputusan kita.
Tuhan memang selalu ada dalam setiap langkah kita tapi saya meyakini Tuhan menyerahkan kepada
diri kita sendiri dalam mengambil setiap keputusan hidup.
Keputusan- keputusan kita, dalam keseharian kita, begitu banyak.
Setiap keputusan yang kita ambil menentukan arah kehidupan kita selanjutnya.
Seperti buku “Pilih Sendiri Petualanganmu”.
Di jalan menuju kerja, kita berpikir, “Belok kiri atau kanan, yaa?”
“Ambil jalan Sudirman aja dan berharap polisi ga merhatiin, atau nyari jalan lain yg ga 3 in 1? Atau...
ambil joki?”
Setiap keputusan tersebut langsung berkaitan dengan apa yang terjadi dalam kehidupan kita.
Detik demi detik.
Keputusan kita yang besar tentunya akan memberikan dampak yang lebih besar lagi dari sekedar
belok kanan atau kiri.
Tapi besar ataupun kecil keputusan itu, akan membentuk hidup kita.
Diri kita adalah koleksi keputusan kita.
Saya jadi seperti hari ini, karena suatu hari saya memutuskan untuk meninggalkan pacar saya yang
tidak suka saya melawak (dan ingin saya jadi pengusaha atau pekerja profesional).
Saya lalu memutuskan untuk pindah ke Jakarta.
Saya lalu memutuskan untuk casting program-program TV.
Keputusan demi keputusan mengantarkan saya menjadi diri saya yang Anda kenal.
Lebih penting lagi...
Pengambilan keputusan kita sangat berhubungan dengan apa yang kita tahu atau wawasan kita.
Misalnya, saya dihadapi dengan sebuah situasi:
Saya nyetir sendiri, dari arah Patung Pak Tani, mau ke Sarinah-Thamrin jam 08.00 pagi.
Kalau saya tidak tahu ada 3 in 1, kemungkinan besar saya akan nembus Thamrin saja.
Tapi kalau saya tahu, saya terbuka dengan 3 opsi tadi yang saya sebut di atas.
Lalu kalau saya tahu bahwa polisi tidak terlalu memperhatikan kendaraan ketika 3 in 1, maka saya
akan nekat menembus area 3 in 1.
Kalau saya pernah kena tilang karena nembus 3 in 1 sendirian, kemungkinan saya akan mencari jalan
alternatif atau ambil joki.
Kalau saya tahu bahwa joki 3 in 1 itu rata-rata badannya bau, dan apalagi saya nggak tahan dengan
bau badan, maka pilihan saya hanyalah lewat jalan alternatif.
Intinya adalah, apa yang kita tahu, akan jadi sekumpulan data yang membantu kita dalam
mengambil keputusan dan pada akhirnya, keputusan kita akan menguak jalan hidup kita.
Artinya, apa yang kita tahu, atau dengan kata lain, wawasan, sangat sangat penting.
Karena itu, kita seharusnya—seperti juga diperintahkan agama—terus belajar.
Terus membuka diri terhadap hal-hal baru.
Terus menambah wawasan kita karena itulah alat terpenting kita kalau kita ingin hidup kita berjalan
dengan baik, ke arah yang lebih baik lagi.
Pada suatu hari, saya memutuskan untuk menulis lagu yang mengajak orang untuk lebih fokal dalam
menunjukkan kecintaannya terhadap Indonesia.
Keputusan itu, berdasarkan wawasan saya, yaitu bahwa banyak sekali orang di Indonesia yang
sebenarnya cinta terhadap Indonesia tetapi lingkungannya membuat mereka menahan diri karena
takut dibilang sok, atau malah dibilang naif.
Lagu itu, adalah “Untuk Indonesia”.
Chorus lagu tersebut adalah “Angkat tanganmu untuk Indonesia, Angkat tanganmu untuk Indonesia,
Angkat tanganmu untuk Indonesia, Ha-haa, Angkat tanganmu untuk Indonesia, Angkat tanganmu
untuk Indonesia, Angkat tanganmu untuk Indonesia, Angkat tanganmu untuk Indonesia, Ha-haa,
Angkat tanganmu untuk Indonesia”
Chorusnya, ternyata begitu provokatif.
Ajakan yang sangat literal itu jarang sekali didengar orang, apalagi dengan cara diteriakkan lantang di
atas panggung.
Reaksinya, beragam sekali. Umumnya positif.
Banyak yang bilang, mereka menyukai semangat saya karena sama dengan semangat mereka dan
karena itu, mereka minta agar saya terus melakukan hal ini. Menyuarakan aksi kecintaan saya
terhadap Indonesia.
Sejak album pertama yang rilis April 2008, saya menulis beberapa lagu yang membakar semangat keIndonesiaan seperti “GBK” , “Kami Tidak Takut”, dan “Harus Bersatu”.
Tapi perjuangan saya untuk Indonesia tidak berhenti hanya pada menulis lagu.
Beberapa karya saya adalah untuk Indonesia, yang akhirnya membuat orang bertanya-tanya kenapa
saya melakukan ini..
Tepatnya, mengapa saya memutuskan untuk melakukan ini.
Wawasan saya yang mendasari keputusan itu, adalah isi dari buku ini.
Harapan saya, setelah membaca buku ini, Anda memiliki wawasan yang sama dengan saya mengenai
Indonesia.
Dengan itu, semoga Anda akan mengambil keputusan yang sama dengan saya.
Yaitu melakukan sesuatu, mengambil tindakan, berkarya, untuk Indonesia, sebagai buah dari
optimisme terhadap Indonesia.
Buku ini bukan saya tulis untuk saya, bukan untuk Anda..
Tapi, Untuk Indonesia.
Dari Tahun 1990 Sampai Tahun 1999...
Wawasan yang membantu saya mengambil keputusan didapatkan tentunya sepanjang perjalanan
saya hidup di dunia ini.
Wawasan itu saya dapatkan “ketengan”.
Sedikit demi sedikit... tapi terus bertambah.
Dekade terpenting dalam hidup saya, yang mengisi kepala saya dengan pengalaman dan wawasan
adalah tahun 1990 sampai tahun 1999.
(untuk yang kepikiran, 1 dekade itu dihitung dari, misalnya, 1990 –1999 bukan 1990 – 2000 karena
itu malah jadi 11 tahun. Lagipula, 2000 sudah masuk ke dekade berikutnya yaitu 2000-2009)
1990 saya baru mau lulus SD (Sekolah Dasar), 1999 adalah tahun ke-3 saya kuliah.
Di antaranya adalah tahun-tahun saya melewati masa SMP (Sekolah Menengah Pertama), SMU
(Sekolah Menengah Umum), hingga menjalani kuliah.
Kehidupan SMP, cukup jomplang ... hehehe
Karena untuk pertama kalinya saya masuk ke sekolah negeri.
Kenapa jomplang?
Jadi begini... saya terlahir di Singapura.
Kota/Negara dengan penduduk yang beragam kewarganegaraan dan beragam keturunan.
Ada yang Melayu, ada yang bule, ada yang keturunan Cina, ada yang berdarah Arab, ada yang India,
ada yang beragama Islam, Katholik, Kristen, Hindu, Buddha, semua tinggal berdamping-dampingan,
berjalan beriring-iringan..
Ketika keluarga saya kembali ke Jakarta, saya tinggal di Simprug Golf. Salah satu area yang elit di
Jakarta pada jamannya.
Tepatnya Simprug Golf 8/ BZ-3
Nomor telfonnya 716275 (waktu itu tentunya)
Hehehe, saya masih ingat.
Playgroup saya, adalah Playgroup Internasional di Kemang dengan guru bernama Mrs. Calff.
Ketika dewasa, saya bertanya kepada Ayah saya, “Kok, Mas Pandji dulu disekolahin di sekolah
Internasional, aku ‘kan orang Indonesia”
Ayah saya menjawab, “Biar kamu ga kaget..”
TK dan SD saya adalah swasta.. Triguna nama sekolahnya.
Gurunya bagus, lingkungan sekolahnya sehat dan baik, jajanannya juga enak-enak, dan anak
perempuannya bening-bening 
Waktu saya masuk SMP, saya bercampur aduk perasaannya..
Pertama, saya 7 tahun (dengan TK) ada di lingkungan yang sama. Ketemu dengan teman yang sama.
Sekarang saya musti masuk ke lingkungan yang beda.
Kedua, saya masuk siang.. itu aja aneh banget rasanya... Sebelum sekolah, sempet nonton Postman
Pat di TPI dan Mahabharata serta Ramayana..
Ketiga, saya harus pakai celana biru. Pakai celana biru, tidak membuat saya senang... malah
khawatir... pikiran saya, anak SMP ‘kan sering tawuran..
Saya ingat hari pertama saya pakai celana merah.
Saya masuk area SD sambil menoleh ke area TK yang dibatasi oleh pagar kawat... Sambil jalan saya
berpikir “Aku udah gede..” 
Sumpah, ga boong. Itu pikiran saya waktu itu... hehehe... sekarang lucu rasanya kalimat itu.
Waktu masuk area SMP saya, yaitu SMP 29, Jln. Bumi, Jakarta, saya jalan sambil berpikir, “Mati
gue..”
karena saya tidak kenal siapa-siapa ketika saya memasuki sekolah itu.
Memang beberapa teman saya ada yang masuk SMP 29 juga, tapi saya belum melihat mereka saat
itu.
Sisanya terpencar-pencar.. ada teman saya yang masuk SMP 11 dan SMP 19 yang berdekatan
dengan SMP saya.
Ketika berjalan menyusuri gedung sekolahan menuju kelas, saya memperhatikan anak-anak SMP
tersebut,
“Kok sangar-sangar gini, ya, mukanya...”
Saya perhatiin kelasnya, “Kok mejanya corat-coret begini, ya?”
Saya lihat sekitar tembok ruang kelas saya dan merasa, foto-foto pahlawan yang menempel saja
wajahnya kayak sedih semua gitu...
Ada beberapa murid yang sudah melawak dan nampak mencari perhatian..
Merekalah yang membuat saya nyaman...
Hari pertama ditandai dengan pemilihan ketua kelas, dan entah mengapa..
Entah mengapa... saya masuk dalam nominasi.
Padahal saya rasanya tidak banyak omong..
Akhirnya, dalam pemilihan suara, saya urutan ke-3. Posisi saya: Bendahara.
Kiamat.
Entah di hari ke-berapa sekolah, saya disuruh mengumpulkan uang murid-murid kelas untuk beli
buku.
“Ayo uangnya kasih ke Pandji ana- anaaak..”
BLARRRRR tiba-tiba meja saya penuh dengan anak-anak ... ada yang menyodorkan uang.. ada yang
berteriak.. ada yang dorong-dorongan..
Setelah itu guru saya bertanya, “Sudah semuaaaa?”
Murid pun kompak berteriak, “Sudah Buuuuu!”
Saya kumpulin semua uang yang ada di tangan saya... Sampai rumah saya hitung.. uangnya kurang.
Ayah saya terpaksa nalangin uang yang kurang sambil berkata, “Besok kamu bilang, mengundurkan
diri jadi bendahara”
Untuk pertama kalinya, saya merasa kecurian, dicurangi.
Sensasi itu masih ingat.
Bahkan sepanjang SMP, saya untuk pertama kalinya mengenal hal-hal yang negatif.
Setelah SD hidup dilingkungan yang baik-baik saja, saya seperti tumbuh jadi anak yang polos.
Di SMP, saya pertama kali dipukuli kakak kelas.
Di SMP, saya pertama kali dipalak.
Di SMP, pertama kali saya coret-coret.. termasuk nyoret atap KWK hehehe.. pada masanya ngetrend
banget tuh..
Di SMP saya pertama kali ngerjain guru (saya pernah ngelem pegangan pintu berharap kalau guru
pegang gagang pintu lalu nempel kayak kartun... itu rada gagal, tapi ketika saya naro lem di kursi
guru berharap guru saya ga bisa berdiri saya sukses... sukses bikin guru saya ngamuk karena roknya
yang beliau jahit sendiri rusak.. dianya sih bisa bangun dari kursinya)
Di SMP saya nembak cewek.. tidak untuk pertama kali karena kalau yang pertama itu ketika saya
lulus SD...
Tapi di SMP saya nembak cewek terbanyak dalam hidup saya.
Selama 3 tahun di SMP, saya nembak 9 cewek, gagal semuanya.
Di SMP saya juga melihat anak-anak sekelas dengan saya pake megadon, pil BK, ganja, dll..
Saya lihat efeknya terhadap teman-teman saya.
Sebanyak-banyaknya hal buruk yang saya lakukan, saya sampai sekarang tidak pake obat-obatan
terlarang.. bahkan rokokpun tidak.
Tapi yang paling menempel dan menyisa di benak saya, adalah bukan hal-hal buruk yang saya lihat..
Yang menempel adalah perbedaan kelas ekonomi yang mencolok.
Di SD Triguna yang swasta, rata-rata datang dari keluarga yang mampu.
Tapi di SMP negri ini, tidak seperti itu..
Ketika SMPlah saya mengenal makna dari kata ’miskin’.
Ketika saya SMP, kondisi keluarga saya sendiri tidak berjalan dengan baik..
Orang tua saya bercerai sehingga saya harus pindah dari rumah kami yang besar di Simprug ke
Bintaro Jaya.
Rumahnya jauuuh lebih kecil daripada rumah kami di Simprug.
Saya agak shock dengan sempitnya ruang gerak di rumah kami.
Dulu, saya bisa main bulutangkis di lantai atas rumah kami..
Sekarang boro-boro ada 2 lantai.
Ibu saya harus kembali bekerja dan saya beserta kakak dan adik saya hidup lebih prihatin.
Dulu beli segala macem hal, sekarang tidak bisa begitu.
Saya, merasa miskin.
Satu-satunya yang membahagiakan saya saat itu adalah basket.
Lagi demam-demamnya NBA kala itu, apalagi (tahun) ‘91 Michael Jordan untuk pertama kalinya
menjuarai NBA.
Semua anak di SMP main basket kalau lagi istirahat..
Waktu itu belum ada 3 on 3.. dan karena murid SMP saya banyak, ketika main basket yang terjadi
adalah 10 lawan 10!
Sumpah!
Saya aja sekarang geli sendiri kalau ingat.
Kalau kita mau main, syaratnya cari temen untuk masuk ke tim yang satunya lagi sehingga tetap
genap.
Kalau kepenuhan baru yang bermain menolak “Gak aaah, ga nambah, ini aja udah ... 1, 2, 3, 4, 5...
udah 15 lawan 15!!”
LOL!!
Tapi di lapangan basket saya dilecehkan secara ekonomi.
Saya, dibelikan sepatu Warrior oleh Ibu saya.
Harganya mungkin Rp15.000,00 waktu itu.
Saya sih tidak keberatan sama sekali.
Ibu saya juga tidak melihat ada masalah dan memang tidak ada.. waktu itu.
Di lapangan basket, saya diketawain ketika ikutan ekskul (ekstra kurikuler) basket.
Wahhh saya masih ingat hari pertama ikut ekskul basket..
“Inilah langkah pertama saya jadi atlet basket”
Saya sudah pernah dengar Sekolah Atlet Rawamangun, maka saya yakin saya akan jadi atlet..
Kenyataannya, di lapangan saya diketawain karena sepatu saya Warrior, yang dibilang orang
plesetannya Converse All Star..
Saat itu anak-anak yang kaya, kalau nggak pake Air Jordan, mereka pake Air Max dengan gelembung
plastik tembus pandang di samping solnya... pemandangan yang super canggih pada jamannya..
Saya tiba-tiba merasa malu..
“Memangnya jelek banget, ya sepatu ini?” pikir saya..
Lebih malu lagi karena udah mah sepatu saya jelek, mainnya saya juga jelek..
Sementara yang jago-jago dan masuk tim, sepatunya mahal-mahal...
Tambah terpuruk mental saya..
Saya menjauh dari lingkungan ‘anak-anak mampu’ karena rasa malu, dan mulai berteman dengan
orang-orang yang tidak main bareng dengan anak-anak kaya itu..
Mereka merasa (mungkin dari tas, warna seragam saya yang tidak kucel) saya anak kaya yang
nongkrong sama anak-anak miskin..
Salah satu teman saya bermain basket pas istirahat sekolah adalah bagian dari geng “kurang
mampu” itu..
Kami hanya bisa main pas istirahat sekolah.. itulah tempat di mana semua yang suka basket terjun
dan bermain.. kaya dan miskin gabung..
Memang kalau pake seragam , nggak begitu keliatan mana yang kaya dan miskin, tapi pas ekskul pas
udah pake baju masing-masing, sepatu andalan dikeluarkan utk gaya, baru terasa strata ekonomi
kita..
Nah, ada teman saya, nampak biasa-biasa saja.. bajunya rapih, bersih, kulitnya agak putih..
Memang dia agak kurus dibandingkan teman-teman yang lain.
Kami cukup dekat, sehingga suatu saat setelah dia beberapa kali main ke rumah saya, saya diajak ke
rumahnya..
Betapa kagetnya saya ketika masuk ke rumahnya, rumahnya adalah rumah kosong yang tidak
ditempati orang...
Pintunya seperti dijebol..
Rumahnya kosong-melompong dan hanya 1 ruangan ada barang-barangnya..
Itulah rumah mereka.. sebuah kamar di dalam rumah yang tidak dipakai..
Mereka tidur di atas tikar.. di sekitar, adalah lukisan-lukisan ...
Ternyata bapaknya adalah pelukis.
Mungkin ini adalah seniman-seniman jalanan yang suka menjual lukisannya di pinggir jalan sambil
menawarkan jasa lukis wajah..
Saya kaget. Tapi saya berusaha untuk tidak menampakkan..
Dia nampak canggung karena takut saya kaget..
Dia ke rumah untuk bertemu bapaknya untuk ambil entah apa saya lupa, yang saya ingat, Ibunya
tidak ada di rumah.. mungkin memang tidak ada, mungkin pergi bekerja..
Keluar dari rumah itu, kami tidak berbicara..
Tapi besok-besoknya kami kembali seperti biasa..
Ada lagi seorang teman, dia anak Cina..
Umumnya anak Cina kaya-kaya, maka saya tidak menyangka ketika diajak ke rumahnya, dia tinggal di
rumah kumuh yang temboknya terdiri dari kayu papan dan seng..
Rumahnya kecil sekali, tapi tingkat.. dengan mata saya yang awam rasanya mudah untuk saya
menilai, rumah ini dibangun oleh tangan mereka mereka sendiri...
Setiap omongan orang terdengar di manapun kita berada di rumah itu..
Keluar dari rumah itupun kami tidak banyak berbincang..
Aneh, setiap kali teman-teman seperti itu mengajak saya ke rumah mereka, selalu hanya saya
seorang.
Tidak pernah rame-rame.. bahkan tidak pernah bertiga.
Selalu hanya saya.
Pengalaman saya ke rumah teman-teman saya membuka mata saya,
“Saya tidak miskin...”
Masih banyak teman-teman saya yang jauh serba kekurangan daripada saya.
Di sekolah mereka nampak biasa-biasa saja..
Tapi mereka hidup dengan kondisi yang lebih buruk daripada saya..
Setiap kali keluar dari rumah mereka atau setidaknya tempat mereka tinggal, saya menangkap kesan
bahwa mereka sebenarnya... malu.
Tidak ada 1 pun anak di dunia yang ingin terlahirkan dalam keadaan miskin.
Saya bisa membayangkan apa yang ada di kepala mereka setiap kali mereka mau tidur sambil
menatap langit-langit rumah mereka.
Saya bisa membayangkan apa yang mereka rasakan setiap kali main ke rumah teman-teman yang
lain atau bahkan saya yang rumahnya lebih nyaman..
Saya selalu jamu mereka sebaik-baiknya ketika di rumah saya..
Saya keluarkan semua makanan saya.. kasih minum sirup.. Coca-cola..
Saya ajak main Nintendo, semua yang saya punya.
Ketika mereka asik dan nyaman di rumah saya, saya merasa bahagia..
Mulailah saya punya bawaan untuk melawak, kalau mereka tertawa, saya bisa melihat raut mereka
dengan kegembiraan.. senang rasanya..
duh..
Mau nangis rasanya nulis ini..
Kami seumuran, tapi kami terpisah oleh keadaan ekonomi.
Tapi ketika kami sedang tertawa sama-sama, kami sama.
Sama-sama bahagia.
Kemiskinan hanya terasa ketika mereka pulang ke rumah.. kini saya paham mengapa mereka suka
tidak mau langsung pulang ke rumah.
Di SMP, saya akhirnya berkenalan dengan kehidupan secara lebih lengkap.
Di SD wawasan saya minim, terlindungi oleh kenyamanan, di SMP saya melihat kenyataan hidup.
Tapi apa yang saya terima di SMP akan bertabrakan dengan kehidupan saya ketika SMA..
Kehidupan SMA, agak lucu ceritanya..
Lucu karena; saya hampir tidak sekolah sebenarnya.
Saya tidak diterima oleh semua SMA incaran saya.
SMA 82, SMA 6 dan SMA 70.
NEM (Nilai Evaluasi Murni) saya tidak cukup untuk masuk ke sana..
Nilai saya buruk.
Ibu saya nanya, “Kamu mau sekolah di mana?”
Saya jawab SMA 46.
Maka Ibu bawa saya ke sana... di sana ibu saya dibilang harus bayar sejumlah uang untuk masuk. Ibu
saya menolak. Atau mungkin tidak ada uangnya.
Ayah saya mengajak saya ke sebuah sekolah yang dia dengar dari temannya.
Namanya SMA Gonzaga.
Saya tidak pernah dengar sekolah itu tapi saya akui namanya terdengar keren.
Pas dateng pertama kali, saya terkesima lihat sekolahnya..
Luas.. asri.. bersih.. ada hall basketnya!!! Indoor!! Untuk anak basket, itu sangat cukup untuk bikin
betah.. tapi saya punya kekhawatiran.. saya bertanya kepada ayah saya,
“Ayah, brapa uang sekolahnya di sini?”
Ayah saya malah tertawa sambil terus berjalan.. saya bingung saat itu. Belakangan saya pikir
mungkin beliau ketawa karena beliau juga memikirkan hal yang sama..
Saya ikut ujian masuk ke sana dan masuk ke kelompok cadangan.
Kelompok cadangan ke-3 !
Artinya harapan tipis sekali.
Saya sudah mau nangis, “Kalau aku ga diterima, aku sekolah di mana ini...” keluh saya kepada Ayah
saya..
Sekarang Ayah saya paaaaaling suka menggoda saya dengan kisah dan pertanyaan itu..
Ayah saya, setelah mendapatkan kabar bahwa saya masuk kelompok cadangan ke-3 setiaaaaap hari
datang ke Gonzaga.
Saya tahu ayah saya tidak punya uang. Karena itu, menyogok, jelas di luar pilihan beliau.
Tapi setelah setiap hari selama seminggu menyatroni Romo Rudi (wakil kepala sekolah) saat itu, saya
akhirnya diajak ketemu beliau bersama dengan ayah saya.
Saya masih ingat pertanyaan beliau,
“Kamu mau sekolah di sini?”
Berhubung saya tau ini adalah kesempatan satu-satunya utk sekolah saya jawab “Mau Romo”
“Kalau mau, kamu tinggal aja di asrama seminari... melakukan semua hal yang seminari lakukan.
Nyapu, ngepel, mereka belajar untuk melakukan pelayanan.. lingkungan sekolah ini adalah rumah
mereka.. karena itu mereka harus ikut membersihkan..”
Melihat tanda tanya di wajah saya, beliau lalu bertanya “Kamu tau, apa itu seminari?”
Saya menggeleng.. beliau lalu menjawab “Sekolah Pastor...”
Tambah bingung saya... saya ‘kan muslim.. kok disuruh sekolah pastor.
Langsung Romo Rudi tertawa, “Saya bercanda... hehehe.. kamu diterima di Gonzaga. Sekolah yang
benar, ya? Jangan kecewakan ayahmu..”
Lemes badan saya ...
Akhirnya saya bisa sekolah.
Masalahnya adalah.. seumur hidup saya sekolah di sekolah umum.
Dan di Indonesia umumnya orang beragama Islam.
Kolese Gonzaga, adalah Sekolah Katholik.
Yang membuat keadaan jadi lebih sulit untuk saya adalah
saya sama sekali tidak punya teman di sana.
Teman-teman SMP saya banyak yang masuk SMA negeri atau swasta lainnya, tapi bukan Gonzaga.
Khawatir dengan ketidaknyamanan yang akan saya rasakan, saya sudah bilang di awal kepada Ayah
saya,
“Aku hanya akan satu tahun di sini lalu pindah lagi ke SMA negri”
Ayah saya mengiyakan saja keinginan saya..
Setelah satu tahun berlalu...
Saya tidak mau ke mana-mana lagi di dunia ini selain di Kolese Gonzaga.

Saya jatuh cinta dengan SMA ini.
SMA ini punya kebanggaan yang besar terhadap almamaternya.
Bangga sekali dengan budayanya.
Dan salah satu dari budaya kami adalah: kedewasaan dalam bersikap.
Murid di Gonzaga tidak suka coret-coret tembok atau meja sekolah.
Bagi kami, vandalisme itu kampungan.
Tawuran; juga sesuatu yang kami nilai aneh.
Kalau mau berantem, ya yang bener. Jangan timpuk-timpukan massal sambil teriak-teriakan.
Gonzaga mengenal istilah “partai” yaitu bertarung 1 lawan 1.
Beberapa kesempatan saya dan teman-teman di Gonzaga pernah bertemu dengan segerombolan
murid Pangudi Luhur (PL). Musuh bebuyutan kami.
(Lucunya, kalau sudah lulus SMA, ketika kuliah, anak Gonzaga dan Pangudi Luhur malah bersahabat.
Karena ternyata, kami memiliki banyak persamaan.. Jadi bingung sendiri mengapa kami dulu harus
berkelahi...)
Dalam budaya kami, Gonzaga dan Pangudi Luhur menyelesaikan konflik kami tidak dengan
tawuran... tapi dengan partai.
Gonz memajukan 3 wakil. PL memajukan 3 wakil.
Masing masing bertarung 1 lawan 1, kemudian dihitung “best of 3”.
Siapapun yang menang atau kalah, pulang tanpa harus ada tawuran.
Lebih mirip olahraga daripada kenakalan remaja.
Gonzaga juga memiliki kultur kebebasan berpendapat.
Murid-muridnya cenderung lebih vokal. Lebih berani.
Tapi kalau salah, tidak pernah lari dari tanggung jawab.
Saya terkesima dengan kedewasaan yang dipercayakan kepada kami oleh para guru.
Ya, oleh para guru.
Pada saat itu, murid-murid mungkin tidak ada yang sadar, tapi pengembangan kedewasaan itu
dikondisikan oleh sekolah dan jajaran gurunya.
Gonzaga sebenarnya tidak setuju dengan penyeragaman.
Ini sebuah pendekatan baru yang saya rasakan, apalagi datang dari SMP negeri.
Dulu, strata ekonomi dibuat kabur dengan seragam. Tidak terlihat jelas mana yang kaya dan mana
yang miskin.
Ternyata, Gonzaga menawarkan cara pandang baru...
Di Gonzaga diajarkan lebih baik kita melihat perbedaan itu, mengenali perbedaan itu dan menerima
perbedaan itu bukan sebagai sesuatu yang membuat canggung, tapi sesuatu yang harus kita terima
dan kita jaga.
Bahwa yang benar adalah bukan dijadikan SATU tapi dijadikan BERSATU.
(Kelak ini akan jadi inspirasi untuk menulis sebuah lagu untuk sebuah tim sepakbola divisi utama
PRODUTA)
Jauh sebelum kantor-kantor mulai memberlakukan pakai batik sehari dalam seminggu (biasanya
Kamis).
Jauh sebelum batik sempat muncul versi modisnya dan dijual untuk kebutuhan para wanita di ITC.
Jauh sebelum batik kemudian “dicuri” oleh Malaysia.
Jauh sebelum Indonesia bereaksi atas “kecurian” itu.
Jauh sebelum Indonesia bersorak karena UNESCO (United Nations Educational, Scientific and
Cultural Organization) menetapkan teknik batik sebagai World Heritage asal Indonesia.
Jauh sebelum semua itu, saya sudah terbiasa pakai batik setiap Senin dan Selasa dengan bawahan
celana panjang bebas.
Batiknya pun bukan batik seragam.
Batiknya bebas.
Kemudian setiap Hari Sabtu kami berpakaian bebas (selama ada kerah-nya) dengan bawahan celana
panjang bebas.
Hehehehe
Saya masih ingat hari pertama saya masuk sekolah.
Lagi jamannya Piala Dunia 1994.
Hari pertama adalah final Piala Dunia antara Brazil dan Italia yang diselesaikan dengan adu penalti.
Di mana Taffarel muncul jadi pahlawan karena mampu menahan beberapa tendangan penalti.
Salah-satunya adalah ketika Roberto Baggio tendangannya melesat jauh ke atas gawang.
Epic.
Hari itu saya nyaris terlambat karena bela-belain ingin tahu siapa juara dunia.
Sehari sebelumnya, saya pergi bersama keluarga ke Sarinah Thamrin (lucu juga mengingat kelak saya
bekerja di gedung ini) untuk mencari batik.
Saya begitu kuatir karena takut pakai batik yang “tua” dan tidak cocok dalam lingkungan sekolah.
Akhirnya saya mondar-mandir mencari batik yang sedikit “muda”.
Sampailah saya di depan sebuah batik hitam dengan gambar banyak sekali kepala tengkorak.
Saya pikir “Naah ini aja, nih.. rada sangar dan ga batik kawinan”
Ketika saya masuk sekolah dengan batik tersebut, semuanya justru pakai batik yang saya sebut
sebagai batik “tua” dan hanya saya yang batiknya agak “nyeleneh”
Hehehe
Gara-gara batik tengkorak itu saya pulang hari pertama sekolah dengan panggilan dukun.
Hehehehehe
Awalnya, di tahun pertama, saya mulai memperhatikan teman-teman saya yang setiap Senin dan
Selasa batiknya selalu sama.
Kesimpulan saya, mereka hanya punya 2 batik.
Awalnya mereka nampak canggung setiap Senin dan Selasa, tapi melihat ke senior kami, mereka
nampak tidak peduli dengan hal-hal seperti itu.
Mereka nampak biasa-biasa saja.. bahkan, bahagia-bahagia saja...
Lama-lama kamipun tidak pernah mempermasalahkan apa yang kami pakai.
Yang lebih kami perhatikan adalah sikap kami.
Kita semua sama-sama tidak ingin membuat teman-teman kami yang batiknya itu-itu saja canggung.
Dengan cara kami berteman, kami tunjukkan bahwa itu tidak jadi masalah.
Apalagi setelah saya dan teman-teman mengenal seorang kakak kelas..
Anggaplah namanya Keke.
Keke ini setiap hari ke sekolah pakai baju yang sama..
Setiap selesai sekolah kemejanya dibuka dan kaosnya belel.
Celananya juga belel.. ada tambalan pakai sejenis plester.
Sepatunya, sepatu injak dan, heheh ini paling seru... buku pelajarannya dibawa dengan kantong
kresek.
Belakangan kami tahu, bahwa Keke ini anak yang sangat kaya.
Saya pernah ke rumahnya sekali waktu..
Kakak dan adiknya gayanya keren-keren..
Rumahnya besar.
Mobilnya mewah.
Tapi dia gayanya begitu..
Saya tidak tahu apakah ini benar atau tidak, tapi yang pasti menarik ketemu dengan seseorang yang
sangat kaya, tapi tidak punya keinginan sama sekali untuk menunjukkan kekayaannya.. nyaman
dengan ‘kebelelan’nya..
Dia tidak menyembunyikan strata ekonominya, tapi dia juga tidak menunjukkannya..
Di Gonzaga yang seperti itu banyak, walaupun tidak se-ekstrim Keke..
Akhirnya kami berpikir, capek juga terjebak dengan penampilan orang.
Toh yang diajak berteman adalah manusianya, bukan pakaian atau mobil yang dia pakai.
Bagi saya, ini justu pendewasaan.
Lebih baik kita mengenali perbedaan, tapi tidak menjadikannya masalah.
Daripada demi hilangnya masalah, perbedaan itu disamaratakan. Dijadikan satu.
Ayah saya, sampai dengan hari ini memuji kolese Gonzaga.
Menurut beliau, saya hari ini adalah peran SMA saya.
Saya tidak memungkiri itu.
Banyak hal positif yang saya dapatkan dari tempat itu.
Banyak yang membentuk saya seperti sekarang ini.
Waktu saya SMA, kami diperkenankan untuk gondrong.
(Entah angkatan sekarang)
Rambut tidak ada kaitannya dengan kenakalan seperti yang selalu diidentikkkan oleh orang-orang.
Dari dulu SMA kami sudah jadi pergunjingan guru-guru SMA lain yang tidak setuju dengan
kebebasan kami dan rambut kami.
Rambut tidak ada hubungannya dengan ketidakrapihan.
Dulu rambut lebih dari kerah dibilang tidak rapih.
Teman-teman laki-laki saya, rambutnya gondrong-gondrong tapi rajin banget keramas  hehehe
Rambutnya berkilau dan walaupun mungkin tidak tersisir dengan rapi tapi sama sekali tidak bisa
dibilang jorok.
Tapi suatu saat, sekolah kami akan menjalankan sejenis ujian (entah ujian apa) di mana guru-guru
dari sekolah lain di wilayah kami akan menjadi penjaga ujian di sekolah kami.
Sejak lama, guru-guru SMA lain (terutama SMA negeri pada masa itu) selalu mengkritisi sekolah kami
yang rambutnya gondrong.
Wakil Kepala Sekolah kami berbicara di depan para murid, bahwa para guru khawatir, apabila guruguru itu datang ke Gonzaga dan melihat muridnya gondrong-gondrong, maka mereka akan melapor
kepada entah badan atau lembaga apa sehingga akreditasi kami akan diturunkan. Beliau meminta
kami untuk memotong rambut kami pendek pada hari ujian.
Ketika hari itu tiba, semua berambut pendek.
Tanpa harus dipaksa.
Menjelang hari-H, kalau ada yang rambutnya masih gondrong, kami tegur sendiri karena dia
membahayakan akreditasi SMA kami.. Terbukti kami lebih cinta SMA kami daripada rambut kami,
daripada ego kami.
Hari itu, saya merasakan kedewasaan kami dalam berpikir.
Sebuah SMA yang (terkesan) isinya anak-anak badung, bengal, bebas, gondrong ternyata memiliki
kedewasaan dalam bersikap.
Puncak dari pengalaman di SMA yang membekas dan bahkan membentuk saya, adalah ketika kami
study tour atau istilahnya karya wisata.
Ini terjadi di tahun 1996 kalau saya tidak salah..
Saya kelas 3 SMA dan masuk IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) ..
Angkatan saya adalah angkatan pertama yang mengalami perubahan dari sistem jurusan FIS (Fisika)
dan SOS (Sosial) menjadi IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) dan IPS.
Tibalah waktunya kami untuk Study Tour sesuai dengan jurusan kami masing-masing.
Kami anak IPS dapat informasi bahwa anak IPA akan ke Sea World.
Saya pribadi belum pernah ke Sea World dan anak-anak IPA nampak begitu antusias...
Lalu kami dapat informasi.. study tour anak-anak IPS: home stay di sebuah desa di Lampung selama 5
hari 
Hahahahahahahaaa... anak-anak IPA nampak lucu dengan perjalanan ke Sea World mereka.
Di saat foto-foto mereka isinya foto di depan kolam hiu, kami foto-fotonya naik pohon kelapa 
Perjalanan ke Desa Sumberjo Lampung Utara adalah salah satu pengalaman terindah saya.
Sebelumnya, paling jauh saya keluar kota adalah ke puncak..
Ke Bogorpun saya tidak pernah.
Mungkin ke Bandung, tapi tidak lama. Surabaya? Belum.
Tidak ada acara atau kegiatan yang mengharuskan saya pergi lama ke kota-kota tadi...
Kali ini, saya pergi ke Lampung!
Kami berperjalanan naik bis dari Jakarta ke Lampung.
Perjalanan panjang itu saya jadi kisah yang tidak terlupakan dan karena kami bersama teman-teman
kami yang sudah saling kenal selama 3 tahun, rasanya perjalanan lebih banyak lucunya daripada
letihnya...
Saat itu, saya bukanlah anak yang manja kalau urusannya harus buang air.
Tapi selama perjalanan saya menahan diri untuk buang air besar.
Karena pemberhentian kami tidak pernah lama dan WC-nya selalu penuh
Saya pikir, “Ah, masih bisa tahan gue...”
Tapi menjelang sampainya kami di Lampung.. perut saya semakin melilit.
Ketika perjalanan panjang kami akhirnya sampai di sebuah Kantor Kelurahan di sebuah kota kecil
kami diinformasikan : “Kita masih harus jalan dari sini sampai ke desa masing-masing.”
1 angkatan jurusan IPS terbagi ke 2 desa.. dan dari tempat bis itu berhenti kami harus berjalan kaki
selama 1 jam lebih, kayaknya, ke desa kami...
Perjalanan panjang dengan barisan murid-murid yang banyak jadi seperti sebuah long march.
Teman-teman beberapa mulai mengeluh lelah apalagi ditambah dengan perjalanan bis kami yang
panjang..
Tapi keluhan saya bukan pada kelelahan, tapi kebelet !!!
Orang-orang berkeringat kepanasan dan kelelahan karena perjalanan panjang.
Saya keringat dingiinn!
Sesampainya di Desa Sumberejo, kami dibagi-bagi dalam kelompok rumah dan orang tua asuh, dan
diminta untuk mulai menetap di sana...
Sesampainya di rumah tempat saya menginap bersama 1 orang teman saya yang lain, saya bertemu
dengan Ayah asuh saya selama di sana.. namanya Pak Sudiro, seorang guru SD.
Pertanyaan pertama saya, “Pak, kalau ingin buang air ke mana ya?”
Pak Sudiro menunjuk ke arah belakang rumahnya..
“Di sana, Dek” katanya, “tapi tempatnya sih ga bagus lho yaa..”
Saya mengangguk sambil tersenyum, dalam hati saya, “Aaaaah yang penting bisa dipake buat
“nyetor”  “
Sambil berjalan ke belakang rumah, saya melihat ada dua buah kandang... kandang kambing dan
kandang sapi (ataukah lembu ya?)
Lebih ke belakang lagi ada seperti sebuah tembok setinggi dengkul saya terbuat dari batu bata...
Ukurang kotaknya sekitar... 1.5 m X 1.5 m
Persis seperti tempat sampah depan rumah yang terbuka..
Bedanya adalah... di tengah-tengah kotak tersebut adalah sebuah lubang.
Hanya lubang.
Tanpa ada sebentuk melengkung seperti layaknya toliet.
Hanya lubang di atas batu bata yang disusun rata menjadi lantainya..
Lubangnya bundar dengan diameter sekepalan tangan saya..
Saya pikir “i... ii.. ini toiletnya?”
Berhubung saya sudah menahan begitu lama, maka saya beraksi di situ, sambil nge-pas-pasin
dengan lubang tersebut...
Ketika saya sedang “beraksi” tiba-tiba saya sadar,
“AIRNYA DARI MANA??”
Saya lupa, di desa ini saya musti menimba air dari sumur dulu..
Sambil malu kepada diri sendiri saya membersihkan bokong saya dengan daun sebersihnya, lalu
memakai celana dalam saja pergi ke sumur yang letaknya di samping rumah...
Saya menimba secepatnya (dan ini pengalaman pertama kali menimba sumur) sambil berharap
orang-orang masih pada sibuk di dalam rumah.
Yang baru sampai lagi mengeluarkan barang dari tasnya, tuan rumahnya lagi sibuk menyuguhi atau
berkenalan..
Sukses menimba seember penuh saya kembali ke “crime scene” dengan membawa gayung yang
terbuat dari batok kelapa..
Sambil saya mulai membersihkan diri, saya melihat seekor lembu menatapi saya dari dalam
kandangnya.
“Apa liat-liat?” tanya saya sewot.
Lembu itulah saksi ke-bloonan saya di hari pertama tinggal di Desa Sumberejo.

Makan malam adalah kesempatan makan bersama pertama kami di Desa Sumberejo
Saya sebelumnya TIDAK PERNAH mau makan sayur..
Ibu saya selalu memaksa saya.
Tapi malam itu, yang dihidangkan hanya nasi dan sayur kangkung.
“Makannya seadanya ya, Dek?”
Kalimat itu sering sekali saya dengar “Ayo, makannya seadanya ya..”
Tapi malam itu, benar benar terasa maknanya..
Malam itu, saya makan nasi dengan sayur kangkung..
Dan saya sangat menikmatinya.
Setelah itu, saya dan teman sekamar saya berjalan ke luar rumah dan menatap ke atas..
Demi Tuhan, saya tidak pernah melihat langit dengan bintang sebanyak itu...
Lebih terang dan lebih banyak daripada di Planetarium.
Di kota, kita jadi korban tidak hanya polusi udara, polusi suara, tapi juga polusi cahaya, sebuah
kondisi di mana cahaya di kota kita terlalu terang sehingga tidak bisa melihat keluar dengan lebih
jelas..
Saya dan teman saya Vincent terkesima. Mangap.
Saya menoleh ke rumah tetangga di sana teman saya menatap langit yang sama... dengan mulutnya
yang mangap.
Desa Sumberejo, belum ada listrik dan jalannya belum diaspal.
Penduduk setempat bercerita kalau mereka pilih Golkar (Golongan Karya), Golkar janji akan bawa
listrik masuk ke desa mereka.
Kesempatan berikutnya, Golkar janji akan mengaspal jalan kalau seluruh desa memilih Golkar.
Hingga hari itu, janji tadi belum terlaksanakan. Entah sekarang.
Desa ini penuh dengan orang yang begitu ramah. Mereka sama ingin tahu tentang kami seperti kami
ingin tahu tentang mereka.
Pagi hari ketika saya bangun, saya berjalan ke luar rumah dan duduk di bale-bale depan rumah...
Dan saya tidak melebih lebihkan ini: Ketika saya menghirup udara pagi, hidung saya sampai dingin
karena udaranya begitu bersih..
Tidak ada kebisingan..
Tidak ada asap knalpot kendaraan..
Sambil saya duduk, pohon-pohon kelapa di depan saya dipanjati orang orang yang, mengambil aren
kelihatannya.. saya juga tidak yakin.
Kecepatan mereka dalam memanjat pohon kelapa luar biasa..
Rumah tempat saya tinggal menggunakan listrik dari aki.
Di tembok dan di atas meja adalah foto-foto Nike Ardilla dan Dina Mariana.
Tidak ada TV, hanya ada radio.
Setiap siang radio itu selalu berbunyi melantunkan lagu-lagu dangdut..
Saya jalan-jalan keliling desa bersama Pak Sudiro.
Manjat pohon kelapa dan memetik kelapanya sendiri, membuka kelapanya dengan golok..
Kami pergi ke kebon kacang tanah dan mencabut kacangnya langsung dari dalam tanah.. Kami buka
kulitnya dan memakannya langsung..
Mandi dan buang air di kali ( temen-temen saya, sih, bukan saya  )
Main sepakbola dengan pemuda setempat.
Ngobrol-ngobrol di malam hari...
Menyenangkan sekali.
Suatu malam, tepatnya malam ke-3 , kami sedang makan siang bersama dan Pak Sudiro bertanya
“Kalian ‘kan besok malam makan malam terakhir di rumah ini... Mau makan apa?”
Malam ke-4 adalah malam terakhir kami karena besoknya di hari ke-5 kami pulang..
Saya dan teman saya menjawab, “Apa ajalah, Pak, nggak usah repot-repot..”
“Besok kita makan ayam, ya...”
Saya dan teman saya langsung kaget. Makan daging adalah sesuatu yang jarang sekali terjadi di
rumah ini... Setiap malam makannya sayur, tahu, tempe, nasi.. terkadang dicampur mie instan..
Setelah kami menolak karena takut merepotkan Pak Sudiro menjawab, “Nggak apa-apa, sekali-kali
makan enak” sambil tersenyum..
Besok pagi sekitar jam 10, teman saya sudah entah di mana, saya bangun kesiangan.. ketika keluar
rumah, Pak Sudiro memanggil saya dari jauh “Pandji, bantu Bapak yuk?”
“Ayo Pak, mau ngapain kita?” jawab saya dengan antusias..
“Bantu saya nangkap ayam trus menggal ayamnya buat dimakan malam ini.”
“???” saya si anak kota cengeng ini canggung untuk menyembelih ayam..
Bukan apa apa, takutnya kalau ayam itu saya yang menggal, saya yang motong, takut jadi nggak
selera pas mau dimakan nanti malam...
Akhirnya saya ngeles dengan segala jurus dan pamit kepada Pak Sudiro.. meninggalkan beliau yang
tersenyum seperti memaklumi kelakuan saya..
Malamnya, haru sekali rasanya.. Ketika piring berisi ayam goreng disuguhkan saya seperti
terhenyak..
Bermalam-malam makan di sana, tidak pernah lihat daging. Hanya kangkung, tempe, tahu, mie
instan... Malam itu lihat ayam goreng rasanya mewah sekali.. bayangkan.. padahal saya cuma 5 hari
4 malam di sana... teman saya menangis di meja makan karena disuguhi ayam..
Kami lama memulai makan malam karena menangis di depan meja.
Betapa banyak pelajaran yang kami dapatkan di desa kecil ini.
Di sinilah saya mengerti, ketika kita memberi dalam keterbatasan, muncullah pengorbanan.
Di situlah pemberian terasa besar artinya.
Pengorbanan, harusnya diberi penghargaan yang teramat besar.
Sayang, saya tidak tahu malam itu penghargaan apa yang bisa saya berikan kepada beliau..
Saya mati angin..
Saya hanya bisa mengucapkan terimakasih berkali-kali... itupun terasa sangat kurang..
Di malam terakhir kami berbincang-bincang di depan rumah ... teman-teman saya dari tetangga
sebelah bergabung bersama kami dan seorang pemuda desa ikut ngobrol..
Kami saling bertukar cerita tentang teman-teman kami di rumah yang lain dengan orang tua asuh
yang lain, di desa yang lain..
Ceritanya lucu-lucu.. ada yang anak gadisnya cantik..
Ada yang bapak angkatnya dukun..
Ada yang, di tengah-tengah ruang keluarganya, ada peti mati (kosong tentunya hehe)
Ada yang main gamelan tapi membawakan lagu Zombie-nya The Cranberries.
Ada teman kami sebut saja namanya Geoffrey, setiap sore ketika jam mandi, jalan-jalan keliling
rumah rumah sambil bawa handuk...
Teman kami ini gemuk, nakal tapi lucu.. Dia nampaknya malas menimba sumur sehingga dia
berkeliling mencari satu di antara kami yang hampir selesai menimba.. Lalu dia akan berlari, masuk
ke kamar mandi dan mengunci dari dalam .. hahahaha...
Kami yang nimba, dia yang mandi..
Kami yang menjadi korbannya sih ketawa-ketawa saja dengan kelakuannya.
Ketawa-ketawa sambil menimba lagi hehehe..
Setelah saling bertukar cerita, seorang teman bertanya kepada si pemuda desa,
“Di sini ada cerita-cerita yang aneh ga?”
“Aneh?” tanya si pemuda “Nggak ada..”
“Masak ga ada? Pasti adaaa.. cerita-cerita mistis gitu, Maass”
“Hmmm.... nggak ada” jawabnya singkat
Kami lalu terus memaksa, berharap ada kisah-kisah seru untuk dibawa pulang.
Lalu, mungkin karena terdesak oleh kami, tiba-tiba si pemuda berkata,
“Oh, ada!”
Kamipun langsung antusias ,“Wah? Di mana, Mas?”
“Nih..” ujarnya sambil menunjuk ke arah hutan pohon bambu tepat di hadapan kami, “Di sini waktu
itu ada...”
Kami pun terkejut, ternyata tempat yang dimaksud TEPAT berada di depan rumah kami ...
“Ada apa, Mas di situ...?” tanya kami sambil menahan rasa yang mencekam.
“Ada Naga”
“???????????? Naga?????”
HAHAHAHA kami berharap cerita mistis, dan memaksa-maksa, sekalinya keluar ceritanya malah
lebay...
Seketika kami agak malas untuk melanjutkan.. “oh..”
Saya masih ingat raut wajah dan tawa kami ketika si pemuda itu kemudian meninggalkan kami ketika
malam mulai larut..
“Elo sih maksaaa.. jadi ngarang-ngarang deh dia!”
Tawa kami menemani suara jangkrik di Desa Sumberejo, Lampung Utara..
Saya kemudian melihat ke atas dan melihat langit yang penuh dihiasi bintang.
Kami semua kemudian melihat hal yang sama..
Dan untuk pertama kalinya kami melihat 3 bintang jatuh berturut-turut..
Indahnya...
Indahnya Indonesia...
Esoknya kami berpisah dengan orang tua angkat kami masing-masing selama 5 hari 4 malam di Desa
Sumberejo.
Berpisahan ditandai dengan tangisan para ibu..
Teman saya meninggalkan Ibu angkatnya dengan rambut dikepang dua panjang... hasil kepangan si
ibu..
Ketika saya melihat pemandangan perpisahan ini yang terjadi di halaman rumah Kepala Desa, saya
melihat teman-teman saya, yang saya tahu sangat kaya.. dari yang berdarah Cina sampai yang
berdarah bule, semuanya begitu larut dengan haru dan begitu enggan untuk berpisah..
Nampaknya orang tua angkat kami juga tidak lagi melihat kami sebagai anak kota yang datang ke
desa.. tapi anak mereka yang sempat tinggal bersama..
Pulangnya, kami tidak seramai dan seberisik ketika kami berangkat..
Mungkin masih tersisa sedih..
Lucunya, sesampainya di Jakarta, ketika kembali bersekolah, kami tidak pernah mengumpulkan
tugas yang berhubungan dengan perjalanan kami ke Lampung.
Tapi tidak berarti kami tidak belajar.. Kami belajar.. Bahkan belajar banyak.
3 tahun saya di SMA benar-benar mengajarkan saya banyak hal...
Guru-guru saya, salah satunya Pak Dewa (namanya saja sudah “menggelegar”) sering bercerita di
kelas, hal-hal yang tidak berhubungan secara langsung dengan pelajaran.. hal-hal seperti sejarah,
sosial, kontroversi negara, dll
Ketika beliau sedang bercerita, satu kelas senyap mendengarkan...
Beliau adalah guru Sosiologi dan Antropologi..
Beliau punya ikan arwana yang (menurut beliau) joged kalau dimainin musik 
Beliau pernah menggampar saya karena saya kebanyakan ngomong di kelas
HAHAHAHA
Tidak ada dendam dari saya.. saat itu saya menerima perlakuannya tanpa ada kesal.. malah lucu
rasanya.. 
Sampai hari ini masih lucu bahkan kalau diingat..
Hari ini beliaupun masih ingat dengan saya...
Saya pernah ngemsi di acara SMA saya suatu hari belum lama ...
Ketika ngemsi saya lihat beliau berdiri menonton saya di antara para murid sambil berpangku tangan
dan tersenyum.
Belakangan ketika acara selesai, seorang murid Gonzaga cerita pada saya bahwa dia sempat
bertanya kepada Pak Dewa “Pak, waktu mas Pandji SMA sudah keliatan belum kalau dia akan jadi
artis?”
Pak Dewa menjawab “aaah, si Pandji mah waktu SMA cemen”
HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA
Kuliah merupakan pengalaman yang terpenting saya karena untuk pertama kalinya, saya hidup
terpisah dari orang tua.
Saya hidup sendiri. Belajar hidup mandiri.
Dari pertama kali saya menginjakkan kaki di Bandung saya sudah cinta dengan kota ini.
Dingin!
Tahun 1997 sih masih dingin.. bahkan pagi pagi masih ada kabut yang begitu tebal sehingga gedung
SABUGA hilang ditelan kabut.
SABUGA adalah singkatan dari Sasana Budaya Ganesha.
Sebuah kompleks fasilitas paling megah yang pernah saya lihat hingga pada saat itu.
Ada lapangan sepakbola yang begitu hijau dikelilingin lintasan lari, kolam renang dengan papan
lompat indah, sejumlah lapangan tenis, sejumlah lapangan basket, dan sebuah gedung megah
multiguna.
Dari proses wisuda mahasiswa sampai konser musik dihelat di sana.
Saya ingat waktu pertama kali saya lihat kompleks itu.
Supir saya masih Pak Wito, bersama dengan Ibu saya kami ke Bandung.
Ketika melintasi jalan mata saya tiba-tiba terbelalak melihat kompleks itu yang posisinya lebih
rendah dari jalan seperti di bawah lembah.
Saya minta mobil untuk berhenti sebentar di lahan parkiran.
Kami kemudian turun.
Saya berjalan ke ujung bukit dan melihat ke lembah di bawahnya.. menatap fasilitas olahraga yang
ada.
Dalam hati saya “Suatu hari gue akan masuk tim basket ITB dan bermain di lapangan itu”
(kelak saya tahu bahwa lapangan itu bisa dipakai umum dan bahkan lapangannya licin karena salah
menggunakan jenis cat  )
Supir saya bertanya kepada Ibu saya dengan pelan tapi saya tetap mendengar,
“Bu, kalau Mas Pandji nggak masuk ITB gimana jadinya?”
Saya tidak mendengar jawaban ibu saya tapi saya tidak peduli... Saya sedang berangan-angan.
Sedang bermimpi.
Pada akhirnya saya masuk tim basket ITB walau kami tidak juara apa-apa selama saya di sana.
Kuliah di ITB (Institut Teknologi Bandung) memberikan sebuah pengalaman baru untuk saya.
ITB betul-betul melting pot.
Dari Sabang sampai Merauke , perwakilan pemuda dan pemudinya ada di sana.
Teman-teman saya beragam suku dan keturunan, dari Irto (Irja Toba, teman saya bermain basket
dari Papua yang sangat, sangat lucu) sampai Icut (nama aslinya Cut siapaaa gitu, saya lupa) teman
perempuan saya dari Aceh yang selalu kelihatan sibuk dengan segala aktivitasnya.
ITB punya kebanggaan semu yang agak aneh tapi menarik.
Lingkungan dan penilaian sekitar membuat mahasiswa ITB merasa seperti anak-anak terbaik bangsa,
isinya mahasiswa pintar yang HARUS punya kepedulian terhadap masyarakat sekitar.
Dari ospek baik ospek gabungan ataupun ospek fakultas dan jurusan kami mendapatkan kesan itu.
Sejujurnya, menurut saya anak ITB tidak lebih cerdas daripada anak-anak di kampus yang lain.
Sama saja.
Perbedaannya mungkin memang ada, tapi lebih kepada fasilitasnya.
Itupun sebenarnya juga sangat relatif, apalagi kalau dibandingkan dengan fasilitas di UPH
(Universitas Pelita Harapan) misalnya.
ITB itu yang bagus brandingnya 
Toh dari dulu saya meyakini ‘Hard work beats talent, when talent doesn’t work hard’ .
Jadi memang jatuhnya kepada usaha kita masing-masing.
Yang juga menguntungkan dari ITB adalah bahwa beasiswanya teramat sangat banyak.
Saya saja kaget.
Seperti yang sempat saya tulis di atas, begitu banyaknya beasiswa sehingga yang relatif mampu pun
bisa dapat.
ITB pun pada jaman saya tidak terhindar dari tawuran antar jurusan.
Kala itu, gara-gara sudah dikondisikan Gonzaga, saya merasa tawuran itu sudah gak jaman dan
absurd.
Tapi di fakultas saya, tawuran justru sebuah hiburan.
Kami tidak pernah benar-benar membenci. Kami hanya senang dengan seru-serunya.
Kalau ada tawuran, teman-teman di FSRD sering terjun ke “kancah perang” dengan kostum!
Mukanya benar-benar terlihat garang... tapi pakai kuping-kupingan kelinci!?
Ada lagi yang kalau tawuran kerjanya lari-larian di antara orang yang tawuran tapi sama sekali tidak
memukul dan (di sini seninya) sama sekali tidak kena pukul.
Jadi hanya lari-larian saja di antara orang orang yang ramai tawuran.
Saya sama sekali tidak pernah ikutan tawuran.
Saya masuk ke rombongan lapis III.
Hehehe
Di FSRD ada 3 lapisan kalau mau tawuran.
Lapisan pertama yang paling depan dan sok-sok ngajak berantem.
Lapisan kedua adalah yang sok-sok menahan.
Lapisan ketiga adalah yang ketawa-ketawa sambil nonton adegan lucu itu.
Fakultas saya memang rada aneh.
Kami sering mengumpamakan gedung FSRD sebagai Desa Galia di tengah-tengah jajahan romawi.
Desa riuh ramai yang kadang suka berantem dengan sesamanya tapi kalau ada serangan dari luar
kami bersatu dengan begitu kuatnya.
Ospek saya tidak seperti ospek yang lain.
Ospek kami lucu.
Saya dengan suka rela ikut serta karena saya senang.
Saya sering dihukum karena kebanyakan ketawa.
Hukumannya, dibikin ketawa oleh senior.
Lalu kalau saya ketawa lagi, saya dihukum lagi dengan cara yang sama: dibikin ketawa.
Intinya, senior-senior saya senang “tampil”.
Anak baru dijadikan penonton karya-karya mereka yang memang saya akui sangat menghibur.
Ospeknya selalu bertema. Selalu lucu. Selalu niat.
Tidak hanya sekedar teriak-teriakan dan bentak-bentakkan. Ada sih kadang kadang, tapi bagi saya sih
masih biasa.
FSRD adalah kampus dengan semangat berkesenian yang tinggi.
Dan seniman bukanlah seniman kalau tidak berkarya.
Maka berkarya sangatlah dianjurkan dan didukung di fakultas kami.
Situasi kampusnya dikondisikan agar enak berkarya.
Dengan karya karya kami, maka kampus selalu ramai. Selalu ada acara. Selalu ada kelucuan dan pada
akhirnya, selalu ada kisah menarik dan indah untuk diceritakan dan dikenang.
Acaranyapun dinilai dengan sangat demokratis. Kalau acaranya bagus, ramai. Kalau jelek, sepi.
Sudah. Itu saja tolok ukurnya.
Tapi kesederhanaan penilaian itu tidak menyurutkan semangat setiap individu kami untuk berkarya
Terlalu banyak acara acara dan karya teman-teman selama kuliah yang bisa saya ceritakan.
Tidak akan muat masuk buku ini dan juga takutnya akan melenceng.
Intinya adalah, FSRD-lah yang meyakinkan saya bahwa saya bisa dan harus berkarya.
Kami datang dari universitas negeri dengan segala keterbatasan dana.
Tapi dari kuliahpun kami diajarkan untuk melabrak keterbatasan itu.
Uang akan selalu jadi masalah, kalau kita biarkan menjadi masalah, maka uang akan memasung
kreativitas kami.
Maka kami selalu mencari jalan lain.
Jalan yang lebih keras, tapi pantas untuk kami ambil.
Gara-gara kampus inilah saya pertama kali belajar menebang pohon bambu dan menggotong bambu
dari hutan ke kota demi membawa bahan baku yang kami gunakan untuk membangun sebuah
perupaan acara.
Saya kuliah 4.5 tahun dan betapapun saya banyak sedih dan kesal di kampus ini, hari ini kalau saya
ingat, saya selalu bahagia masuk kampus tersebut.
Selama 4.5 tahun itu ada 1 tahun di mana saya kemudian menambah wawasan akan ke-Indonesiaan
dan itu adalah pada tahun 1998.
Seperti yang kita semua ingat, pada tanggal 12 Mei, mahasiswa Trisakti tewas diterjang peluru.
Yang terjadi setelah itu adalah salah satu bagian dari sejarah paling paaaaaaling buruk di Indonesia
Selama tanggal 13 – 15 mei terjadi kerusuhan di beberapa kota yang sangat memilukan.
Kadang kalau saya pikir, saya tidak habis pikir bangsa saya bisa seperti ini.
Pemerkosaan, pembunuhan di TENGAH JALAN RAYA.
1998 jadi bagian yang paling menyedihkan terutama untuk saudara-saudara kita yang berdarah Cina.
Banyak teman saya yang berubah drastis hidupnya setelah itu.
Saya menyalahkan pihak yang tersembunyi di balik semua ini, pihak yang bertanggung jawab
menjadikan Rakyat Indonesia seperti itu.
Pihak yang hingga kini masih misterius.
Bangsa Indonesia tidak seperti itu.
Saya akan pastikan kami tidak seperti itu.
Bahkan di Bandung, saya malah benar-benar melakukan sesuatu yang akan menghindari kejadian
yang sama terjadi di Bandung. Karena di kota-kota lain kerusuhan telah terjadi.
Ibu kost saya, seorang nenek-nenek, nangis gara-gara nonton berita kerusuhan itu di TV dan beliau
berkata kepada saya sambil menaruh tangannya di pundak saya “Nak, tolong nak... hentikan
kerusuhan itu.. hentikan”
Saya shock.
Mau bayar kostan kok malah dapat pesan seperti itu?
Balik ke kamar saya terngiang-ngiang ucapan ibu kost saya.
Saya pikir, dengan kapasitas saya, apa yang saya bisa lakukan untuk menghentikan semua itu.
Saya tidak keluar kost kostan seharian.
Malam-malam saya baru terpikir.
Mungkin saya tidak bisa menghentikan kerusuhan di Indonesia,
Tapi saya bisa berusaha untuk menjamin kerusuhan itu tidak terjadi di Bandung.
Saya akan sumbangkan apa yang jelas jelas saya punya.
Kemampuan saya sebagai mahasiswa senirupa dan desain.
Saya mengajak teman-teman di kampus untuk bikin Kampanye Anti Kekerasan.
Kami bikin iklan yang dengan usaha lobi dari tim kami akhirnya masuk koran Pikiran Rakyat.
Iklan kami masuk bioskop-bioskop 21 di Bandung.
Kami menyampaikan pesan damai lewat humor, dan 2 ikon yang tepat untuk menyampaikan pesan
adalah Cepot dan Orang Utan.
Saya sampai hari ini tidak tahu apakah Kampanye kami berhasil atau tidak. Yang saya tahu, di
Bandung pada akhirnya tidak terjadi kerusuhan.
Dan kami bersyukur tinggal di kota yang damai ini.
Mahasiswa di Bandung memang tidak sekeras mahasiswa di kota lain.
Kami relatif damai.
Relatif 
Memang kadang (dan saya melihat dengan mata kepala saya sendiri) beberapa mahasiswa kalau lagi
demo sengaja memanas-manasi polisi, sengaja memancing-mancing, lalu ketika kepala mereka kena
pukulan tongkat bambu, mereka lari keatas podium dan berteriak lantang “LIHAT!!! LIHAT KEPALA
SAYAA! SAYA DIPUKULI POLISIIII!!! MEREKA TELAH BERLAKU ANARKIS KEPADA MAHASISWA!!
MEREKA PEMBUNUH MAHASISWA!!!”
Tapi jenis-jenis mahasiswa seperti itupun tidak disukai oleh mayoritas mahasiswa ITB.
Saya sendiri, selalu senang melihat mahasiswa yang berorasi.
Kampus kami memiliki orator luarbiasa. Laki DAN perempuan.
Seorang teman, mahasiswi ITB , sering berorasi.. Kalau dia lagi orasi saya seperti melihat Cut Njak
Dhien. Semangatnya berkobar-kobar.
Kadang memang dia jadi cemoohan mahasiswa laki-laki.
Sekali waktu ketika dia turun dari panggung, segerombolan mahasiswa nyeletuk dengan tidak sopan
kearah teman saya. Teman wanita saya itu berhenti berjalan, kemudian mendekati mahasiswa yang
nyeletuk dan PLAK!
Setelah menampar, teman saya berlalu tanpa bilang apa-apa..
Meninggalkan mahasiswa yg nyeletuk tadi dengan wajah malu, teman temannya yang bersama dia
juga diam.
Sementara kami cekikikan dari jauh.
Salah satu orator adalah teman saya, senior saya. Namanya Khalid Zabidi.

Kalau dia berbicara, semua diam dan mendengar.
Badannya tidak terlalu besar, tapi kharismanya menambah gelegar suaranya ketika berorasi.
Ketika mahasiswa mulai berantakan tidak beraturan, mulai rame dan mulai dorong-dorongan, dia
berdiri di atas mobil atau mimbar atau apapun yang bisa menambah ketinggiannya dan berteriak
dengan megaphone ditangannya “SI-LA-KAN-DU-DUK!”

Teriakannya itu khas sehingga mahasiswa ITB pada jamannya sampai hafal dan malah jadi
becandaan.
Omongannya jauh dari hinaan dan umpatan.
Karena itu, saya enggan sekali melihat mahasiswa jaman sekarang yang bahasanya kasar.
Coba jawab pertanyaan ini: Bagaimana caranya Anda akan mendapat simpati, kalau anda berusaha
berbuat benar dengan cara yang salah? Seperti teriak ANJING! SETAN! BANGSAT! MONYET! BABI!
Dan hal-hal lain yang tidak pantas masuk buku saya. Bagaimana caranya Anda akan mendapatkan
hati rakyat?
Bagaimana kami mau hormat kepada Anda kalau bahasa Anda tidak terhormat?
Sesalah-salahnya umat manusia, Tuhanpun tidak mau kita mengucapkan umpatan dari mulut kita.
Saya lupa pastinya, tapi karena saya follow @AyatSuci di twitter saya, saya ingat sebuah ayat yang
berbunyi kurang lebih “Allah tidak pernah suka apapun yang berlebihan”.
Rasanya, pemikiran itu menempel di benak saya hingga hari ini.
Ketika demonstrasi, posisi saya adalah jadi pagar betis.
Saya dan teman-teman senirupa bikin barisan sambil bergandeng tangan dengan siku kami
membatasi mahasiswa dengan polisi agar tidak terjadi bentrok.
Tidak jarang saya berada di antara baku hantam mahasiswa dan polisi.
Lucunya, dalam kondisi seperti inipun, mahasiswa fakultas saya kelakuannya beda sendiri.
Di saat yang lain sibuk baku hantam, beberapa anak senirupa masuk kedalam inti dari dorong
dorongan itu lalu keluar bawa “barang curian” seperti masker gas dan pentungan yang diambil dari
sabuk para polisi.. hehehehehe
Lalu, pada 1 hari... para mahasiswa saling menyebarkan informasi “Hari ini kita ke Gedung Sate!
Polisi akan mengawal!”
Kabar itu tersiar dengan begitu cepat dan begitu luas di dalam lingkungan kampus sehingga
mahasiswapun berlarian keluar kampus dan menemui rombongan yang sudah siap melaju.. di
samping kami, adalah yang tadinya kami anggap sebagai lawan kami. Kepolisian.
Mereka berbaris di samping sementara kami berjalan dari ITB menuju Gedung Sate.
Hari itu, kami tidak sendirian, di kota-kota lain di Indonesia pun melakukan hal yang sama.
Di jalanan, ibu-ibu keluar dari rumah mereka, orang-orang keluar dari kantor mereka melihat
pemandangan yang jarang sekali mereka lihat.
Biasanya, kami tidak pernah bisa keluar dari Jalan Ganesha. Tidak bisa berjalan ke luar area kampus
seperti ini.
Kali ini, ITB bergabung dengan kampus-kampus lain dengan tujuan akhir Gedung Sate.
Dan ibu-ibu melambaikan tangannya kepada kami. Seakan-akan ini adalah sebuah arak-arakan para
pahlawan dan kami adalah pahlawanannya.
Perjalanan kami akhirnya sampai ke lapangan Gasibu... kami datang dari arah Jalan Dipati Ukur
melintasi Gasibu dan ketika kami sampai di ujung Gasibu mengarah ke Gedung Sate, saya melihat
pemandangan luar biasa.
Gasibu letaknya lebih tinggi dari jalan. Dari atas melihat ke bawah, gedung sate penuh dengan
manusia.
Mahasiswa dari seluruh universitas, perguruan tinggi di Bandung.
Semuanya berkumpul di titik yang sama.
Semuanya melakukan hal yang sama.
Semuanya memiliki kesadaran yang sama.
Tidak hanya di Bandung, tapi di seluruh Indonesia.
Tidak lama dari hari ini, Presiden ke-2 Republik Indonesia yang diberi julukan Bapak Pembangunan
mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden.
Epik.
Saya masih di kostan waktu mendengar kabar pengunduran diri tersebut.
Saya tidak punya TV, secara tidak sengaja waktu keluar kamar mau ke kampus pintu kamar tetangga
kostan terbuka dan di dalam dia dan teman-temannya sedang menonton berita pengunduran diri
Soeharto.
“YESSSS!!!!”
“MAMPUS LOOO”
“BERHASIL MAN! KITA BERHASIL!!!”
Teriakan-teriakan seperti itu keluar dari mulut mereka.
Saya sendiri, masih kebingungan.
Hal pertama yang di kepala saya adalah “Okay, now what?”
Ketika tiba di kampus, ternyata reaksi pun beragam.
Ada yang berpesta pora
Ada yang kebingungan
Ada yang berpelukan
Ada yang bernyanyi
Lama lama..
Seminggu
Sebulan..
Sekretariat reformasi yang asalnya ramai, kini sepi.
Tujuan mahasiswa telah terlaksana, rezim terlama yang memerintah Indonesia akhirnya turun.
Menandai sebuah cerita baru dalam demokrasi Indonesia.
Menyisakan pemikiran dan mentalitas baru dalam hidup saya.
Dari Menjadi Penonton Sampai Menjadi Pelaku...
Orang Indonesia senang olahraga.
Bulu tangkis, Sepakbola, Bola Voli, Bola Basket , dll.
Seperti agama bahkan.
Antusiasme orang Indonesia adalah salah satu ciri positif bangsa kita.
Dan tidak ada lagi arena yang lebih tepat untuk menunjukkan itu selain arena olahraga.
Olahraga tidak ada artinya tanpa pendukungnya.
Dari jaman Gladiator di Colosseum, suara dukungan, sorakan, elu-elu penonton jadi bumbu
perjuangan.
Lucunya, antusiasme tidak selamanya hadir di setiap negara.
Negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura misalnya, tidak memiliki antusiasme seperti kita.
Kadang memang ada nilai positifnya. Bambang Pamungkas dalam sebuah wawancara pernah
berkata pada saya, stadion sepakbola di Malaysia itu tidak pernah sehingar-bingar di Indonesia.
Memberi kesan aman, sehingga di sana pertandingan sepakbola jadi seperti tempat piknik keluarga.
Orang-orang bawa anaknya, sekeluarga dan menonton sepakbola.
Di sisi lain, kadang kalau penonton sepakbola terlalu dingin, nggak enak juga bertandingnya.
Waktu Liverpool ke Singapura, rombongan The Reds dari Indonesia berbondong-bondong ke sana.
Sampai sana, ternyata yang sorak sorai bernyanyi lagu-lagu kebangsaan Liverpool secara lengkap,
ramai dan tanpa putus adalah hanya orang-orang Indonesia.
Tapi antusiasme yang berlebihan memang cenderung merugikan.
(Sebenarnya apapun yang berlebihan memang selalu merugikan)
Kisah-kisah mengenai bonek yang rusuh adalah salah satunya.
Tawuran di lapangan, wasit digebukin, dll. malah jadi sering menghiasi media..
Banyak orang hari ini menjadikan hal-hal seperti ini sebagai alasan untuk apatis terhadap dunia
olahraga Indonesia.
Apalagi ditambah dengan prestasi kita di banyak cabang yang seperti tidak pernah maju.
Bagi saya pribadi, itu hanya masalah cara pandang.
Seseorang bisa saja memilih untuk membuang muka terhadap Indonesia, tapi toh ketika prestasi itu
tiba, mereka juga akan kembali lagi.
Di mata saya, mencintai sebuah tim, mencintai sebuah cabang olahraga, mencintai dan mendukung
seorang atlet, adalah bukan hanya karena harapan kemenangan.
Saya mendukung karena dukungan itu adalah bentuk dari keinginan saya untuk bersatu bersama
Bangsa Indonesia yang lain.
Saya hadir di GOR Ctra arena, atau hadir di Stadion Utama Gelora Bung Karno, untuk menjadi bagian
dari sebuah semangat persatuan.
Di masa ketika Indonesia banyak dipecah belah, berada di antara bersatunya masyarakat Indonesia
mengingatkan kembali betapa indahnya persatuan.
Di masa ketika TV isinya kerusuhan, baku hantam antar sesama saudara sedarah atau konflik politik,
rasanya segar sekali berkumpul bersama dengan atribut merah putih dan sama-sama berteriak
IN-DO-NE-SIAAAA!!
Saya adalah pecinta olahraga.
Olahraga apapun.
Cinta saya adalah bola basket dan selingkuhan saya adalah sepak bola.
Kecintaan saya terhadap olahraga adalah turunan dari orang tua saya.
Dari keciiiiil banget saya sudah diajak mereka ke lapangan tenis, menyaksikan Ayah dan Ibu saya
main tenis.
Ibu saya sebenarnya jagoan bowling.
Waktu kami tinggal di Singapore, pialanya banyak.
Saya paling senang lihat ibu saya bermain bowling, dari kecil hingga sekarang saya dewasa
(walaupun sekarang sudah sangat jarang) Kalau lagi main bowling Ibu saya terlihat percaya diri dan
semangat.
Ibu saya juga suka volley.
Sementara Ayah saya adalah atlet.
Koes Pratomo Wongsoyudo adalah 1 dari 7 orang Indonesia yang membawa Karate untuk pertama
kali ke Indonesia.
Ayah saya dapat beasiswa untuk kuliah di Tokyo Denki University dan di situ beliau belajar Karate.
Mungkin karena memang suka olahraga dari kecil (beliau kecilnya main sepakbola dan basket) ketika
kuliah beliau bisa menyerap karate dengan cepat bahkan jadi salah satu yang terbaik di
angkatannya.
Yang menarik adalah, bahwa guru beliau merupakan murid dari M. Nakayama. Sementara
M.Nakayama adalah murid langsung dari Gichin Funakoshi.
Gichin Funakoshi adalah orang yang menciptakan Karate Do.
Jadi Ayah saya dapat turunan langsung dari pencipta karate.
Lucu, waktu saya kuliah di ITB bahkan ada soal ujian yang berbunyi seperti ini:
“Sebutkan 7 serangkai yang pertama kali membawa karate ke Indonesia”
Nama Ayah saya di samping nama Sabeth Muchsin, orang yang pada akhirnya jadi ketua INKAI yang
pertama.
Dulu, karate hanya ada INKAI, lalu muncul cabang-cabang lainnya. Lalu berhubung Karate dianggap
sebagai sebuah poros kekuatan yang penting, maka pemerintah mendirikan FORKI untuk menaungi
semua organisasi karate di Indonesia dan selalu... sekali lagi, selalu memasang jendral sebagai
ketuanya 
Ada kesan yang muncul lewat FORKI, pemerintah berusaha “menggawangi” karate.
Saya sendiri juga sempat ikut karate... sampai ban hijau hehehehe...
It’s not my cup of tea.
Waktu saya karate, sempai saya sering bertanya “Bapak kamu siapa namanya?”
Kalau saya jawab “Koes Pratomo Wongsoyudo” mereka lalu langsung manggut-manggut...
Kelihatannya mereka melihat Ayah saya ngedrop saya latihan.
Besok-besok, kalau Ayah saya datang, mereka memberikan hormat dalam-dalam kepada Ayah saya.
Sebenarnya, saya sudah diajak berolahraga sejak kecil jauh sebelum saya mulai Karate.
Bahkan olahraga saya yang pertama adalah SENAM.
 Bukan senam ritmik sejenis SKJ gitu, tapi senam lantai.
Saya ikut PERSANI waktu saya SD kelas 1 karena kata Ayah saya, senam adalah dasar dari semua
olahraga dan saya harus mulai olahraga sejak kecil.
Setelah itu saya dibawa masuk klub atletik namanya FMM atau Fajar Mas Murni.
Di sini saya melakukan semua cabang atletik dari lari 100 m, 200m, lompat jauh, dan andalan saya:
estafet.
Hehehehe, di sini saya pertama kali ikutan kompetisi dan merasakan bangganya dapat medali dan
piala.
Ketika SD kelas 3 saya sudah bermain bola, kelas 6 saya mengenal Ary Sudarsono dan NBA.. lalu
mulailah saya bermain basket.
Sejak itu 2 olahraga tadi tidak pernah lepas dari hidup saya, terutama bola basket.
Nah, kecintaan saya terhadap olahraga membuat saya selalu memantau perkembangan olahraga
Indonesia di televisi.
Salah satu alasannya adalah karena ayah saya juga suka nonton pertandingan apapun terutama
pertandingan Indonesia melawan negara lain.
Salah satu olahragawan yang tidak pernah lolos dari tontonan kami adalah Elyas Pical.
Bung Ely pada masa itu mengagumkan.. melihat pukulannya merobohkan lawan, merobek pelipis,
luar biasa.
Beliaulah juara dunia tinju Indonesia yang pertama saya kenal.
Saya jadi ngefans (seperti juga semua orang pada masa itu) karena beliau adalah orang Indonesia,
yang JUARA DUNIA.
WOW.
Waktu saya sering latian atletik bersama FMM di Lapangan PASI(Persatuan Atletik Seluruh
Indonesia), saya melihat seseorang yang miirip dengan Bung Ely Pical. Bukan hal yang aneh karena
saya memang sering bertemu dengan Ardi B. Wiranata, Alan Budikusuma, Joko Supriyanto lagi lari
keliling lapangan.
Lapangan itu sering digunakan atlet untuk berlatih.
Saya lalu bertanya kepada Ayah saya “Ayah, itu Elyas Pical ya?”
Ayah saya (dasar usil) bilang “Iya, itu Elyas Pical.. sana minta diajarin tinju..”
Cukup lama saya menyangka pria itu Bung Ely, sampai saya sadar sendiri ternyata namanya adalah
UNTUNG. HAHAHAHAHAHA
“Pantesan kok lama-lama bedaaa..”
HAHAHAHAHAHA
Hati saya hancur menyaksikan Bung Ely roboh oleh Khaosai Galaxy..
Saya masing ingat celana garis-garis putih biru yang dipakai Elyas Pical.
Saya masih ingat raut wajahnya.
Bahkan saya sampai menggambar kejadian itu dengan krayon.
Sejak itu, beliau susah untuk bangkit kembali.
Saya juga sering nonton tenis, salah satu pertandingan tenis yang saya sangat ingat adalah ketika
saya nonton Suharyadi dan Wailan Walalangi di pertandingan Piala Davis.
LUAR BIASA.
Pertandingannya begitu gigih dan perjuangan kedua pemain tenis itu betul-betul mengagumkan.
Mereka dengan kompak saling bantu membantu, menutupi kelengahan yang lain..
Mereka sampai menjatuhkan diri untuk menggapai bola, sampai melakukan pukulan ‘behind the
back’ karena sempat salah langkah, pada satu kesempatan ketika keduanya sudah mati langkah,
Wailan Walalangi melempar raketnya untuk menggapai bola..
Saya terpana.
Mereka betul-betul melakukan APAPUN untuk melawan.
Dari layar kaca saya melihat penonton sampai berdiri memberikan tepuk tangan kepada pemainpemain Indonesia ini.
Ayah saya berkata kepada saya “Lihat mereka,Mas... Gigihnya luar biasa”
Saya terpaku menyaksikan bagaimana Suharyadi dan Wailan Walalangi berjuang membawa nama
Indonesia.
Kalaupun mereka kalah, mereka kalah terhormat.
Dan pertandingan itu mereka kalah, tapi mereka tidak kehilangan rasa hormat dari lawan dan dari
siapapun yang menyaksikan hari itu.
Salah satu kebanggaan saya dulu adalah Tim Primavera Indonesia 
Wah saya ikutiiiiin terus perkembangannya.
Indriyanto Nugroho, Kurnia Sandy, dan tentunya Kurniawan Dwi Julianto. Striker idolanya Bambang
Pamungkas.
Kurniawan DJ di Primavera, adalah urutan kedua top scorer, di bawah Alessandro Del Piero 
Mainnya memang luar biasa saat itu.
Skillnya bagus, larinya cepat, pengambilan keputusannya tajam dan gerakan tanpa bolanya bikin
pusing lawan. Bangga sekali waktu tahu Kurniawan sempat bermain bersama Sampdoria.
Waktu Sampdoria datang ke Indonesia bersama Atillio Lombardo, Kurus (panggilan Kurniawan)
mencetak 1 gol... dan saya menyaksikan gol tersebut.
Momen itu seperti penobatan raja baru.
Ketika Kurus mencetak gol, seperti sebuah pesan “pahlawan sepakbola Indonesia yang baru telah
lahir”.
Namun saya tidak pernah mengamati secara “religius” sepakbola Indonesia, saat itu saya masih
gelap oleh kilaunya bola basket 
Saya hanya ingat beberapa momen, salah satunya adalah gol spektakuler Widodo C. Putra di Piala
Asia kalau tidak salah, atau Tiger Cup? Atau sama saja?
Pokoknya saat itu, Widodo C, Putra melakukan ‘bicyle kick’ tapi dari ujung luar kotak penalty!
Luar biasa.
Nah kalau pertandingan sepakbola, yang paling berkesan adalah ketika saya menonton Piala Asia.
Timnas melawan Korea Selatan.
Saya akan co-pas tulisan saya untuk blog, yang saya tulis tidak lama setelah pertandingan..
“KAMI PERCAYA!”
Indonesia Sabtu malam kalah dari Arab Saudi.
It was a devastating loss.
I don’t know what’s worse: fakta bhw kita sebenarnya hampir berhasil menahan mereka tapi
gagal di menit terakhir, Pitoy yg brilian sepanjang 92menit tapi scara ironis gagal menahan
sundulan tepat di dpn kepalanya,
atau performa luar biasa yg akhirnya tidak tersisa.
Kalah ya kalah. Tidak dpt angka.
Tapi siapapun yg bilang, “Indonesia pasti kalah dari Arab Saudi” seharusnya malu sepanjang
pertandingan. I will tell you again why I believe in this team. Umpan kaki ke kaki mereka
mengalir dgn sangat baik, mereka tidak panik dan yg paling nyata adalah mereka jago
merebut bola. Jago bgt. Ditambah determinasi yg memang tinggi. Mereka bermain imajinatif.
Untuk yg tidak mengerti, imajinatif berarti tidak gampang kebaca, byk umpan terobosan yg
matang, dan mengejutkan dlm arti yg menyenangkan.
Pertahanan kita kemarin jauh lebih baik daripada ketika melawan Bahrain. Gol sundulan
Arab saudi (yg memang bgs bgt) adalah dari keunggulan postur. Pemain yg mukanya mirip
Mohinder Suresh itu menyundul bola dgn sgt sgt tajam.
Tapi siapapun, yg ngerti bola ataupun tidak, akan mengakui bhw gol Elie Aiboy jenius.
Dimulai dari kegigihan Syamsul Bachri yg mencuri bola dan menyodorkan bola ke Elie, dgn
tenang dia mengecoh kiper dan mencetak gol yg hanya dijaga 1 pemain belakang.
Once again we proved them that we are not in an awe of a 3 time Asia Cup Champion.
Ya, betul. Arab Saudi adalah juara 3kali Piala Asia, langganan Piala Dunia. Mereka memang
seharusnya menang. Mereka cukup berhasil mematikan Bambang Pamungkas dan Firman
Utina. Tapi yg lain mampu muncul ke permukaan dan merepotkan Arab Saudi.
We played great.
Kami bangga.
Mreka butuh 93 menit utk menundukkan Indonesia. That is an accomplishment in its own
way.
Even though we’ve lost, that day was magical.
Semua orang yang nonton di TV (terima kasih banyak RCTI dan Global TV)Semakin
percaya akan kemampuan Timnas dan semakin merasa bahwa mereka perlu nonton langsung
di Gelora Bung Karno.
Here’s a secret:
Kemarin di partai Indoesia vs Korsel gue baru pertama kali nonton di dalam Stadion secara
langsung.
Sebelumnya sama sekali tidak pernah.
WHY SHOULD I?
Dulu gue tahu Timnas akan kalah dengan tolol dan memalukan.
Tapi sekarang beda.
I want to be a part of it.
I want to be a part of history.
I believe.
Begitu juga Gamila yang menangis ketika kita kalah kemarin lawan Arab Saudi
Maka gue beli baju Timnas (untuk pertama kalinya juga) dan berangkat bersama teman
teman dan istri ke Gelora Bung Karno.
Di sana, rasanya seperti …
Duh, sulit untuk dijelaskan. EVERYBODY WAS THERE.
Ada orang yang pake kursi roda, ada cewe-cewe mall dengan dandanan mereka, ada orang
yang bawa bendera guwede buanget.
Sementara ketika kita sampai di dalam atmosfernya semakin meningkat. Orang-orang sudah
mulai penuh dan semua bernyanyi dan bersorak.
Sementara gue masuk stadion waktu itu baru jam 15.45
PERTANDINGAN BARU MULAI JAM 17.20!!!!
Di sebelah kiri gue, salah satu bendera raksasa sedang di bentangkan (lihat dibelakang gue)
Dan di tribun itu pula, baligo Elie Aiboy, yang sempat gue dengar roboh ke jalan,
dibentangkan di sana.
It was a magnificent sight.
Temen temen gue yang lain juga menonton, gue udah telfon-telfonan, termasuk adik gue
Handriya, dan teman teman kantornya. Mereka menyebar di seluruh pelosok Stadion.
I was happy to be a part of such a historical day.
I was happy Gamila was with me that day.
Gue bertemu dengan saudara-saudara sebangsa Indonesia. Tidak ada yang saling kenal tapi
semua sama-sama meneriakkan nama bangsa dan negara yang sama : INDONESIA.
Gue ktemu dengan salah seorang Hardrockers.
Besoknya istrinya sempet SMS ke 0811876876 dan bilang suaminya seneng banget ketemu
gue sampai-sampai mimpinya indah.
Sayang gue rada lupa namanya.
Sayang gue juga ga sempet membacakan SMS yang masuk ke Hardrock tsb.
Gapapa, moga-moga dia baca blog ini.
Anyway, pertandinganpun dimulai tepat waktu.
Kali ini panita membuat giant screen di Parkir Timur kalau ga salah untuk mereka yang
tidak berhasil masuk.
Di dalam, stadion mencapai kapasitas maksimum.
Lihat foto di bawah… Coba di klik gambarnya untuk mendapatkan efek maksimum
Gila.
Orang semua.
Ketika pemain Indonesia pemanasan, kami di stadion mulai bersorak.
Kemudian mereka masuk dan keluar kembali sudah dengan seragam Timnas.
Ketika Lagu “Indonesia Raya” berkumandang,
gue menangis.
Di sana, bersamaan dengan ratusan ribu orang yang berdiri di kursi mereka.
Sama-sama dengan lantang menyanyikan lagu kebangsaan kita.
Kami semua lupa betapa malasnya menyanyikan lagu ini ketika upacara di SMP .
Ada yang sambil mengibarkan bendera.
Ada yang sambil bertepuk tangan
Ada yang sambil hormat
Ada yang sambil menutup matanya
Ada yang sambil mengepalkan tangannya ke udara
Ada yang sambil berteriak sekuat tenaga
Ada yang sambil perlahan dan hikmat.
Tidak ada cara yang salah dalam menyanyikan lagu kebangsaan.
Semua orang berhak untuk bernyanyi dengan cara apapun yang mereka rasa bisa
membangkitkan semangat mereka.
Sambil lagu tersebut berkumandang, giant screen di dalam stadion menampilkan seorang
bapak-bapak yang bernyanyi dengan lantang sambil bercucuran air mata.
Selesainya dia melihat ke arah kamera, jari telunjuk ditunjukkan yang artinya “Nomor satu”,
masih dengan air mata berurai di berteriak INDONESIAAAAAAAAAAAAAAAA!
Seketika gue merinding.
Seiring dengan ratusan ribu orang berteriak di Gelora Bung Karno.
Gue tahu kini mengapa Stadion Senayan diubah menjadi Gelora Bung Karno.
Seisi stadion itu akhirnya diisi oleh orang orang dengan semangat nasionalisme dan kecintaan
terhadap bangsa yang sekelas dengan semangat Bung Karno.
Pendahulu kita tentunya bangga.
Apa yang terjadi kemudian pada pertandingan tersebut, adalah sebuah perjuangan 11 ksatria
Indonesia.
Tubuh mereka lebih lemah akibat perjuangan keras sebelumnya melawan Arab Saudi,
Sejumlah dari mereka sudah dihiasi kartu kuning dari pertandingan sebelumnya.
Ketika lawan Bahrain, terasa bahwa mereka di bawah kita.
Ketika lawan Arab Saudi, rasanya kita imbang, namun tidak mujur.
Ketika lawan Korea Selatan, terasa sekali bahwa mereka di atas kita.
Namun ternyata mereka tidak mampu mempermalukan Indonesia.
Mereka tidak mampu mematahkan semangat kita.
Mereka hanya mampu mencetak 1 gol.
Mereka, Tim Asia kelas dunia yang pernah menjadi semifinalis Piala Dunia dan langganan
tetap Piala Dunia, hanya mampu menembus gawang kita sekali.
Selamat Ponaryo Astaman.
Selamat Bambang Pamungkas.
Selamat Elie Aiboy,
Budi Sudarsono,
Syamsul Bachrie,
Firman Utina,
Maman Abdurachamn,
Richardo Salampessy,
Markus Horison,
Muhammad Ridwan,
Charis Yulianto,
Eka Ramdani,
Yandri Pitoy,
dan terima kasih Ivan Kolev.
Ratusan ribu pendukung yang memadati adalah saksi akan sebuah prestasi.
Kalian sudah berhasil melakukan sesuatu yang tidak mampu dilakukan oleh Timnas
sebelumnya.
Kalian berhasil, membuat kami semua…
PERCAYA.
ps: Ivan Kolev masih akan memimpin timnas Indonesia sampai 2009…
SEA Games is coming,
And when SEA Games arrives, we’ll be ready.
***
Kegemaran saya terhadap sepakbola suatu hari memberikan pengalaman baru yang menurut saya
luarbiasa.
Manajemen saya menerima telefon.
Sebuah klub sepakbola baru akan berdiri dan meramaikan Divisi Utama.
Namanya PRODUTA.
Mereka membutuhkan ambassador dan saya dihubungi.
Awalnya, saya kurang paham maksud dari penunjukkan saya sebagai duta dari tim sepakbola.
Karena sebelumnya saya tidak pernah mendengar ada orang yang jadi duta untuk sebuah tim
sepakbola.
Kami kemudian bertemu dan saya diceritakan tentang banyak hal mengenai PRODUTA.
Ternyata, PRODUTA adalah sebuah tim yang tidak mewakili daerah tertentu.
Seperti misalnya PERSIB, Bandung.
PERSIJA, Jakarta.
PERSIPURA, Jayapura.
Dan seterusnya.
PRODUTA membuka dirinya terhadap siapapun di seluruh Indonesia.
Seperti AREMA yang sekarang bukan lagi Arema Malang tapi Arema Indonesia
Begitupula PRODUTA FC Indonesia.
Menjadikan dirinya sebagai ikon perubahan dalam dunia sepakbola yang belakangan ini mulai
dinodai dengan fanatisme kosong akan daerahnya.
Kekerasan menghiasi berita berita sepakbola Indonesia.
PRODUTA bekerja sama dengan UNICEF PBB untuk menambah komitmen mereka terhadap
perbaikan sikap dan perilaku mereka di lapangan.
Memahami bahwa para pemain sepakbola diidolai anak-anak Indonesia, maka mereka mengikat
kerjasama dengan UNICEF dan akan menjadi teladan bagi anak-anak Indonesia lewat cara mereka
bersikap di lapangan.
PRODUTA meminta saya menulis lagu untuk mereka dan jadilah “HARUS BERSATU” yang dijadikan
anthem untuk mereka.
Kalau Anda perhatikan, ke manapun mereka pergi, ada banner bertuliskan potongan lirik saya
“Bukan Satu, Harusnya: Bersatu”
Sebuah pesan yang mengajak kita untuk tidak menutup mata terhadap perbedaan dan dianggap
satu, tapi menerima perbedaan dan kemudian bersatu. Sebuah prinsip yang saya dapatkan dari SMA
Gonzaga 
Hari ini, saya seperti memiliki tim tersebut. Kalau mereka kalah saya ikut sedih, kalau mereka
menang saya ikut girang 
Mainnyapun bagus banget. Siapapun yang menonton akan merasakan hal yang sama.
Saya tidak akan lupa ketika saya di Maguwoharjo (markas Sleman, berbagi dengan PRODUTA) pada
hari PRODUTA resmi diluncurkan. Hari itu PRODUTA berhadapan dengan PSIS Semarang.
PRODUTA menang 2-0.
Menarik melihat seorang pemain Indonesia berdarah Cina bermain di PRODUTA. Irvin Museng bisa
jadi akan menginspirasi banyak saudaranya untuk juga bermain sepakbola di Indonesia.
Satu lagi perubahan yang diharapkan untuk sepakbola Indonesia.
Nah, menjadi duta untuk tim sepakbola memang menyenangkan, tapi berafiliasi dengan tim basket
favorit adalah impian menjadi nyata.
Perusahaan clothing saya Ref Basketball Clothing berlokasi di GOR C-tra Arena.
Kami sudah di sana dari 2005, perusahaannya sendiri dari 2004.
Dari jualan keliling-keliling lapangan basket hingga memiliki toko sendiri.
Perusahaan ini belum bisa dibilang besar apalagi sukses.
Kami masih harus banyak belajar, kami masih membuat kesalahan-kesalahan yang kadang
memperlambat gerak kami tapi kami bertahan karena kami PERCAYA.
Ref sendiri hadir karena perasaan aneh.
Aneh, karena di Indonesia banyak anak basket, tapi tidak ada perusahaan pakaian yang mengarah
kepada pasar tersebut.
Anak basket di Indonesia seperti tidak punya pilihan selain Nike, Adidas, And1, Reebok, dll. untuk beli
kaos.
Ref memang fokus pada kaus saat ini.
Kaus adalah identitas diri.
Orang bukan beli kaus, mereka beli identitas.
Ref menawarkan itu kepada anak basket.
Merk Indonesia dengan desain Indonesia.
GOR C-tra Arena, adalah juga rumah dari tim basket Garuda Bandung.
Dulu dia dikenal dengan nama Hadtex Bandung.
Saya jatuh cinta pertama kali dengan tim ini ketika IBL (Indonesian Basketball League) masih
bernama Kobatama (Kompetisi Basket Utama) dan saya menonton pertandingan final Kobatama
antara Aspac Jakarta (sekarang Aspac Putra Riau) dan Hadtex bandung (sekarang Garuda bandung).
Hadtex diperkuat oleh Thomas Tedy Kurnaedi dan Wayman Strickland (saat itu boleh pakai pemain
asing. Salah satu pemain asing terhebat adalah Bobby Parks yang bermain di Aspac)
Hall A Senayan penuh dengan penonton dan ledakan teriakan menghiasi malam tersebut.
Hadtex keluar sebagai pemenang dan saya jatuh cinta kepada tim ini untuk pertama kali.
Di pertandingan ini pula saya melihat Thomas Tedy melakukan DUNK. Melihat orang Indonesia ngedunk tidak aneh bagi saya. Dari SMA juga saya sudah lihat teman-teman saya melakukan itu, tapi
Thomas Tedy melakukannya di tengah-tengah pertandingan final dengan tegangan tinggi dan
melewati beberapa pemain.
Beranjak dewasa, saya sering nonton pertandingan Garuda Bandung.
Waktu Final IBL (entah tahun berapa) antara SM (Satria Muda) dan Garuda saya pernah duduk manis
di Britama Arena untuk mendukung Garuda Bandung bersama istri saya.
Saya teriak teriak GARUDAAAAAAAAA!!!! Pendukung Garuda (yang jumlahnya tidak banyak) di
seberang lapangan ikut ramai.. Ketika saya duduk saya baru sadar... saya duduk di area kubu SM.
HAHAHAHAHAHA
Tahun itu akhirnya Garuda kalah. Tapi mereka tetap jawara di benak saya.
Pada rangkaian pertandingan final itu, ada beberapa kesempatan (2 kali kalau tidak salah) SM
bertandang ke kandang Garuda, dan penonton yang hadir untuk mendukung Garuda jumlahnya luar
biasa.
Memang, siapapun, pemain manapun, pelatih tim apapun, akan mengakui, tidak ada kandang
seramai dan seangker GOR Ctra Arena milik Garuda Bandung.
Penontonnya ruamai!
Saya dan Idan (salah satu owner dan juga penulis blog basket nomor 1 di Indonesia
mainbasket.wordpress.com) paling antusias menonton Garuda bertanding. Biasanya bersama
sahabat kami Richard Leo Latunussa atau dikenal dengan nama NSANE , pemiliki dan pengajar
sekolah freestyle/streeball bernama MASA DEPAN.
Ref Basketball suatu hari memberanikan diri untuk maju ke Bang Simon Pasaribu dan menawarkan
diri jadi Official Merhandiser dan kami disetujui.
Sejak itu, saya mulai lihat pemain Garuda dan official pakai kaos Garuda buatan Ref. Tapi perasaan
yang paling mengagumkan adalah ketika ada fans yang nonton Garuda bertanding memakai kaos
tersebut.
Walaupun saya penggemar Garuda, tapi kalau SM sedang bertanding mewakili Indonesia, saya tidak
kalah antusias.
Hampir selalu saya tonton pertandingan mereka di TV kabel. Lalu waktu mereka bertanding
Semifinal di Britama Arena, saya hadir dengan bendera merah putih dan kaos GARUDA Bandung
(hehehe agak saltum tapi saya sengaja karena saat itu Mario Wuysang pemain Garuda dipinjamkan
ke SM selama ABL—Asian Basketball League—berlangsung )
Teriakan saya sama lantangnya kalau saya mendukung Garuda.
Nyanyian saya sama kerasnya.
Dukungan saya sama tingginya.
Rasanya, memang tidak ada yang bisa menandingi menonton sesuatu secara langsung.
LOVE IT LIVE
Entah itu musik ataupun olahraga.
LOVE IT LIVE.
Perhelatan olahraga, terutama kalau mewakili Indonesia memang selalu jadi sesuatu yang sangat
indah.
Menjadi sebuah budaya.
Menjadi sebuah alat pemersatu paling indah.
Olahraga memang tidak seharusnya jadi alasan atau pemicu sebuah konflik, justru sebaliknya.
Saya sangat yakin, olahraga memegang peranan yang sangat penting untuk bersatunya Indonesia.
Dari Sabang Sampai Merauke
Saya selalu berpendapat: tidak boleh kita membenci sesuatu yang tidak kita pahami.
Saya terus terang bingung dengan orang-orang yang terang-terangan kepada saya mengaku pesimis
terhadap Indonesia, mengaku skeptis, mengaku kehilangan harapan, bahkan (dan ada beberapa
yang bilang ke saya langsung) bahwa mereka benci Indonesia.
Saya bingung karena kalau ditanya, apakah mereka pernah ke kota lain selain Jakarta, kebanyakan
jawab “belum”. Beberapa lagi bilang pernah ke Bandung, Jogja, dan Bali.
Aneh sekali.
Bagaimana mereka bisa bilang mereka benci Indonesia kalau yang mereka tahu hanya Jakarta.
Bagaimana mereka bisa bilang benci Indonesia kalau yang mereka tahu tentang Indonesia hanyalah
dari apa yang mereka baca di media dan tonton di TV.
Indonesia begitu luas.
Begitu banyak hal yang terjadi di Indonesia.
Media tidak akan bisa meliput dan mengungkap semuanya. Dan terus terang mengingat mereka
tetap butuh menjual medianya dan faktanya berita buruk lebih seru dibaca dan tonton maka porsi
akan kebaikan Indonesia sangat sangat minim.
Banyak hal dari Indonesia yang tidak akan bisa orang ketahui kalau mereka hanya tahu Indonesia
dari media.
Beruntung saya punya pekerjaan yang membawa saya keliling Indonesia.
Saya meyakini Anda tidak harus jadi entertainer untuk bisa keliling Indonesia, apapun pekerjaan
Anda, kalau Anda jadi salah satu yang terbaik di bidang Anda, ada kemungkinan Anda akan bisa
keliling Indonesia (bahkan dunia) setidaknya dengan mengajar keilmuan yang Anda punya.
Nah, pengetahuan saya akan kota-kota di Indonesia ini yang juga ikut membentuk kecintaan dan
optimisme saya terhadap Indonesia, perkenankan saya berbagi pengalaman keliling Indonesia yang
saya alami 
Bandung
Mari kita mulai dari kota terindah di mata saya, Bandung 
Mohon maaf, kota kota lain juga indah dengan caranya masing-masing, tapi bagi saya Bandung
punya ikatan batin dengan saya 
Sebelum saya kuliah di sana, saya hanya pernah 1 kali ke Bandung dan itu juga saya tidak ingat
banyak kecuali nasi timbel yang disuguhkan Tante Etty (tante saya) dan naik kuda di Jalan
Ganesha. Sudah. Bahkan saya tidak ingat perjalanannya.
Ketika saya diterima kuliah di FSRD ITB, hati saya bahagia luar biasa. Tubuh saya bersemangat.
Sebentar lagi saya akan hidup sendiri.
Mandiri.
Mengatur uang sendiri.
Cari makan sendiri.
Tidur sendiri.
Hidup sendiri.
Sesuatu yang belum tentu dirasakan oleh orang seumuran saya saat itu, bahkan mungkin sampai
dewasa dan menikah.
Rasulullah S.A.W. pernah menyarankan untuk hijrah.
Pindah tempat tinggal.
Pemahaman saya terhadap agama memang tidak tinggi, tapi pemaknaan saya dari hijrah adalah
berpindah tempat dan tinggal di tempat yang lain.
Bagi saya, hijrah saya ke Bandung bisa jadi salah satu faktor yang mendewasakan saya.
Tinggal pada lingkungan yang baru akan memberikan kita pengalaman hidup baru dan dengan itu,
pelajaran baru.
Bandung, adalah kota yang tepat untuk saya hijrah.
Kota ini pada tahun 1997 masih begitu dingin di pagi dan malam hari.
Sekarang memang panas, tapi tetap relatif lebih dingin dibandingkan dengan Jakarta.
Intermezzo sedikit: Di hampir setiap kota yang saya datangi di Indonesia, penduduk setempatnya
selalu menanyakan hal yang sama “Panas ya kota saya ini?”
Mau saya di Bandung, Makassar, Medan, Semarang, Surabaya, Kupang, Balikpapan, Jayapura, dll...
Semua selalu bertanya seakan akan kota mereka paling panas... kecenderungan yang aneh. Mungkin
karena mereka belum pernah keluar dari kota mereka sendiri jadi tidak punya perbandingan.
Bandung punya tata kota yang menarik walaupun agak mirip dengan banyak kota di Indonesia.
Konturnya berbukit bukit. Agak pe-er kalau Bike to Work di sini.
Saya pernah pulang dari kampus malam-malam dengan meminjam sepeda teman saya. Saya bilang
besok pagi pas kuliah saya kembalikan.
Pas pulang dari ITB ke Cihampelas memang enak karena kebanyakan turunan (kecuali pas mendekati
gandok) tapi pas berangkat ke ITB buseeeeeett... nanjak mulu terutama di Siliwangi.
Sampe kampus saya serahkan sepeda itu dan bilang, “Nanti-nanti kalo elo punya motor gue pinjem
ya, tapi untuk sekarang, gue ogah minjem sepeda lo lagi..”
Hehehehe
Bandung memiliki sebuah karakteristik yang unik.
Kotanya itu penuh dengan masyarakat yang ekspresif dan apresiatif.
Contoh ekspresif adalah banyaknya dan maraknya komunitas yang ada di kota ini.
Pada Malam Minggu, nyaris semua komunitas tumpah ruah ke jalanan dan menjadikan Bandung
menjadi kota yang ramai (dan macet).
Cari komunitas apapun di Kota Bandung, pasti akan anda temukan, dan dengan jumlah massa yang
tinggi.
Contoh apresiatif adalah sejauh pengalaman saya, penonton paling keren selalu penonton di kota
Bandung.
Orang Bandung itu ekspresinya muncul kalau lagi nonton musik, dari yang anak muda sampai yang
dewasa, yang mampu dan tidak mampu, terlebih karena mereka sangat apresiatif terhadap apa yang
mereka tonton.
Bikin acara kesenian di Bandung juga menyenangkan karena apresiasi mereka terutama kepada
kesenian dan industri kreatif sangat tinggi.
Makanya media media Bandung seperti majalah atau radio terutama, akan sering sekali bikin acara
acara untuk mengumpulkan massa mereka.
Salah satu yang juga sangat terasa dari kota Bandung adalah jiwa kompetitif-nya dengan Jakarta.

Saya ingat pada masa-masa awal saya kuliah di ITB, ada isu “Anak Jakarta” yang bersirkulasi...
Anak Bandung biasanya agak nggak suka dengan Anak Jakarta.
Sok keren. Sok eksis. Sok eksklusif. Sok kaya.
Padahal nggak selamanya seperti itu juga.
Saya pun merasakan itu, tapi saya berusaha untuk menepis itu dan masuk ke dalam lingkungan Anak
Bandung dengan mendekati mereka dan minta diajari Bahasa Sunda.
Kalimat pertama yang diajarkan kepada saya adalah, “Aing teu boga ka era”
Yang artinya “Saya tidak punya malu”
Kata teman saya, “Kalau kenalan, biasanya ngomong gitu..”
Saya tahu kalau saya lagi dikerjain, tapi saya terima-terima saja.. 
Jiwa kompetitif itu terasa juga dalam bidang olahraga.
Baik Persija vs Persib atau Satria Muda vs Garuda masing-masing memang merupakan rival yang
abadi.
Bagi saya ini sehat. Saya tidak pernah melihat rivalitas ini menjadi sebuah masalah besar.
Bahkan, efeknya banyak yang positif.
Bandung kini lebih cocok disebut sebagai kota kreatif daripada Jakarta.
Mungkin memang karena Jakarta terlalu plural.
Tapi Bandung industri kreatifnya benar-benar luar biasa.
Rumah dari begitu banyak merk clothing besar dan seniman muda terkenal, Bandung sudah dilihat
oleh negara Inggris menjadi salah satu kota kreatif teratas di dunia.
Saya tidak bohong!
Ada lagi fenomena menarik.
Di Bandung kalau kita perhatikan ada banyak wisatawan dari Malaysia.
Itu karena, di Malaysia, Bandung lagi ngetop-ngetopnya.
Seorang teman pernah bercerita tentang sebuah survey kecil yang dia dapatkan, anak muda
Malaysia kalau ditanya 2 kota yang paling ingin dikunjungi jawabannya New York dan Bandung.
Bayangkan 
Hari ini, Bandung sudah berbeda sekali dari kota Bandung yang saya lihat dan tinggali selama 19972005. Tapi ada beberapa hal yang tidak berubah.
Semangat kompetisinya
Apresiasinya
Ekspresinya
Dan kemajuannya yang tiada henti.
Sejak Cipularang dibuka, percepatan peningkatan ekonominya luar biasa.
Bayangkan kalau Bandung memiliki Bandara Internasional.
Orang Bandung, secara umum menolak kemajuan ini.
Mereka rindu Bandung yang dingin. Mereka rindu Bandung yang sepi. Mereka rindu Bandung yang
dulu.
Saya ingat waktu Jalan Layang Pasopati mau dibangun, ada buuuuaaaanyaaaaak banget pendengar
saya di Hard Rock FM Bandung yang menyatakan tidak setuju dengan berbagai alasan.
Padahal saat itu, kota Bandung tidak punya sama sekali jalan layang.
Mereka menolak dibangunnya jalan layang.
Saya bilang pas siaran “Okay, boleh deh elo ga setuju sama jalan layang Pasopati, tapi nanti kalau
udah jadi elo ga boleh pake yaa..”

Sekarang jalan layang itu malah jadi tempat pacaran hehehehehe
Kalau saya ditanya, Bandung itu kota yang tepat untuk apa, maka jawaban saya adalah “PACARAN”

Bandung adalah kota yang paling tepat untuk jatuh cinta.
Dan saya bisa bicara seperti ini setelah saya pergi ke begitu banyak kota di Indonesia.
Memang, jatuh cinta terasa menyenangkan di mana saja, tapi jatuh cinta di kota Bandung, tidak ada
duanya.
Pertama-tama, Bandung adalah kota yang enak sekali untuk berjalan kaki.
Trotoar tersedia cukup layak untuk digunakan berjalan.
Sepanjang Jalan Dago dari BIP (Bandung Indah Plaza) sampai Dago Atas, selalu ada tempat untuk
berjalan kaki.
Sepanjang Cipaganti juga ada trotoar di mana kita bisa berjalan diteduhi pohon-pohon tinggi dan
tua, sambil melihat rumah-rumah besar di kiri-kanan jalan.
Saya sering sekali jalan kaki menyusuri Cihampelas dari Sultan Plaza (sekarang sudah berubah)
sampai bawah lalu naik Cipaganti dan kembali ke kostan.
Saya pernah jalan dari RS (Rumah Sakit) Borromeus di Dago sampai Dago Atas.
Menyenangkan sekali, apalagi kalau jalannya berdua dengan pasangan 
Kedua, Bandung itu gudangnya makanan. Lebih keren lagi, tempat makan di Bandung itu disiapkan
dengan baik. Tempatnya enak, bahkan seringkali interiornya unik (karena mungkin memang
orangnya punya apresiasi terhadap kesenian yang tinggi).
Lebih lengkap lagi karena Bandung memiliki tempat makan yang banyak dengan harga yang
bervariasi.
Mau yang murah, enak, tapi tetap romantis? Ada banyaak.
Kurang cocok apa coba untuk anak kuliahan yang lagi jatuh cinta?
Kemudian kontur Kota Bandung yang berbukit membuat anak Bandung punya pilihan untuk melihat
city view, atau kalau malam, city lights 
Ketiga, karena Kota Bandung yang memang relatif lebih dingin daripada kota-kota lain, anak
mudanya jadi punya pilihan berdandan yang lebih variatif daripada misalnya di Jakarta.
Karena itu, dandanan anak-anak Bandung selalu seru-seru. Cardigans, sweater, jaket di pinggir jalan?
Hanya di Bandung. Di Jakarta kayak gitu mah kepanasan. Mati gaya.
Karena hal yang sama, industri fashion atau berbusana di Bandung berkembang pesat.
Memenuhi kebutuhan anak-anak Bandung untuk bergaya.
Akhirnya lahirlah clothing dan distro yang memberikan pilihan untuk anak muda bergaya dengan
harga yang lebih enak di kantong daripada merk-merk terkenal yang mahal itu.
Karena faktor inilah, anak Bandung juga lebih apresiatif terhadap value. Terhadap desain.
Keempat, kota Bandung yang tidak terlalu besar ini membuat perjalanan ke mana-mana relatif
dekat.
Naik mobil enak, naik angkot juga bisa, naik motor juga pas.
Ini faktor yang sangat pas untuk orang yang berpacaran.
Terakhir, banyak anak muda di Bandung tinggal sendiri, jauh dari orang tua.
Ini membuat pacaran terasa tanpa batas dan bebas.
Kapanpun bisa pacaran, tidak harus ‘malam mingguan’.
Memang kadang ini dimanfaatkan dengan kurang “bijak” (hehehe) oleh anak muda Bandung.
Seks bebas adalah isu di kota ini sejak lama.
Saya tidak akan pungkiri, bahkan waktu saya masih di Bandung, sempat ada berita Jatinangor
melakukan pembersihan saluran got karena sempat banjir.
Ternyata setelah dibersihkan, got -got di Jatinangor tersumbat oleh : tumpukan kondom 
Yah, setidaknya mereka menggunakan pengaman 
Semarang
Ini adalah kota yang kereeeeeennn
Salah satu yang terkeren dari kota ini adalah sebuah bangunan yang sering dianggap sebagai
bangunan horor.
Lawang Sewu
Tulisan di atas ini dapat ditemui sebelum kita memasuki area bangunan.
Gedung ini jadi korban stasiun TV yang menggunakan gedung ini untuk kebutuhan acara-acara mistis
mereka. Sehingga bangunan yang luar-biasa-indah ini malah jadi buruk citranya.
Anda tidak percaya bahwa gedung ini luar biasa indah?
Lihat di bawah ini...
Ini adalah kaca patri yang sangat besar...
Akan terlihat menyapa Anda ketika memasuki bangunan dari pintu utama. Letaknya tepat di ujung
tangga yang akan membawa Anda naik ke atas.
Bayangkan, kaca patri sebesar dan seindah ini (Anda bisa lihat detil keindahannya pada foto di atas)
di IMPORT dari Belanda.
Bentuk besar utuh seperti iti dibawa dari Belanda. Padahal kaca patri itu mudah sekali rusak.
Susah sekali membawanya ke sini.
Disebut 1000 pintu atau Lawang Sewu karena memang pintunya banyak sekali. Pintu itu membawa
kita antara selasar luar (yang terlihat diatas ini) dan selasar dalam. Pintu dan jendela serta selasar itu
di desain untuk membuat bangunannya sejuk dan berhembus angin.
Jaman dulu orang Belanda pasti kepanasan di sini sehingga mereka ciptakan bangunan dengan
arsitektural demikian. Jaman dulu ‘kan belum ada AC 
Susahnya, bangunan ini keburu rusak citranya karena acara-acara TV brengsek.
Bukti citra buruk yang sudah menempel adalah lapak jualan DVD seperti foto di atas.
Di sini, roda perekonomian orang-orang adalah dari keadaan “mistis” yang digembar-gemborkan.
Bukan hanya dari DVD bahkan di sini ada wisata mistisnya!
Seperti yang diceritakan, katanya terowongan bawah tanah yang ada di Lawang Sewu ini banyak
hantunya.. Karena banyak yang penasaran akhirnya disewakanlah lampu senter dan sepatu boots
seharga belasan ribu. Pelajar harganya 5000. Sumpah.
Nanti, dengan modal sepatu boots dan senter, mereka akan turun memasuki terowongan dan
ditunjukin oleh guidenya di mana saja yang katanya ada penampakan.
Nanti guidenya akan bilang, “Waktu acara A ada penampakan di sana.. waktu acara B ada sekelebat
bayangan di sini.. waktu acara C ada suara-suara dari daerah sana...”
Terowongan itu sendiri sebenarnya dibangun atas 2 alasan.
Di bawah bangunan ada sistem Sponge yang membantu bangunan menghindari pergeseran lapisan
bumi. Lalu di atasnya ada terowongan yang didesain untuk memuat buangan air hujan dan dijadikan
pendingin untuk bangunan di atasnya. Memang pada masa kependudukan Jepang terowongan itu
digunakan untuk para tahanan, tapi itu tidak membuat Lawang Sewu jadi sah untuk dijadikan wisata
hantu-hantuan. Cukuplah itu di bioskop dengan judul-judul absurdnya seperti TIREN (mati
kebanyakan duren) dan TIRAN (mati karena tiduran di jalan) dan Diapit Dua Pocong Genit...

Menyedihkan.
Semoga pemerintah Kota Semarang menindak tegas hal-hal seperti itu.
Demi kebaikan kota Semarang sendiri.
Naaaah ada lagi nih yang keren banget di Semarang.
Masjid Agung Jawa Tengah.
Hanya ada 2 tempat di dunia Anda bisa melihat payung raksasa seperti di foto ini..
Semarang dan Madinah.
Masjid ini adalah salah satu masjid terindah dan tercanggih yang saya pernah lihat.
Banyak hal-hal spektakuler seperti beduk terbesar di Indonesia.
Dan nilai-nilai filosofis yang terkandung di dalam sejumlah elemen.
Pilar yang Anda lihat itu mewakili jumlah Nabi dalam Islam.
Lalu sebuah menara setinggi 99 meter bernama Al Husna terinspirasi dari Asmaul Husna yang
jumlahnya memang 99 itu.
Di dalam Al Husna ada Museum perkembangan Islam di Indonesia.
Semarang juga salah satu kota yang menyimpan bangunan-bangunan kuno.
Pastikan untuk sempat berkunjung ke kota ini...
Yogyakarta
Sejak saya SMA orang selalu melabeli Yogyakarta sebagai kota yang romantis atau kota yang sarat
budaya tradisional.
Tapi saya, yang selalu dijejali kisah-kisah perjuangan oleh ayah saya, malah mendapatkan kesan
bahwa Yogyakarta adalah kota perjuangan.
Ayah saya tinggal di Yogya pada masa kemerdekaan.
Tahun 1945, ayah saya berumur sekitar 7 tahun.
Beliau bertanya kepada Ibunya (nenek saya) “Apa itu merdeka?”
Nenek saya, juga bingung menerangkannya, “MERDEKA” adalah sebuah konsepsi baru untuk negara
yang terjajah selama 350 tahun.
Nenek saya menjawab “Merdeka itu artinya semua ini (menunjuk ke sekitar) jadi milik kita, Nak”
Bapak saya lalu menjawab “Semua milik kita? Berarti naik kereta (api) ga bayar dong?”
Nenek gue menjawab “Iya,Nak..”
Hehehehehehehe, seperti yang kita tahu, hari ini kita masih harus bayar untuk naik kereta.
Ayah saya penuh dengan cerita menarik seputar perjuangan bangsa terutama di tahun 1945 – 1948.
Ayah saya pernah cerita, suatu hari ibunya mau menyapu jalanan depan rumah dan ayah saya ikut
menemani.
Jaman dulu, pagar rumah itu terbuat dari bambu, dan tingginya sepinggang, kurang lebih sama
seperti pagar rumah yang sering kita lihat di serial “Unyil” jaman dulu.
Nah, ketika nenek saya mau mendorong pagar ke luar, ternyata pagarnya tertahan.. ketika beliau
mengintip apa yang ada di balik pagar sehingga menahan pagar, beliau menemukan seorang anak
yang tewas kena peluru nyasar... Ayah saya melihat pemandangan memilukan itu. Umurnya sama
dengan ayah saya saat itu. Anak itu memegang lemper di tangannya...
Malamnya memang, menurut Ayah saya, suara rentetan peluru terdengar dari dalam rumah.
Sesuatu yang menurut beliau sudah tidak asing lagi.
Betapa menyedihkannya hidup pada masa itu.
Diterjang peluru di negeri sendiri.
Ayah saya juga cerita sesuatu di balik serangan umum 1 Maret 1949 yang legendaris.
Kalau kita membaca sejarah (waktu Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama terutama)
disebutkan bahwa sebelum serangan umum 1 Maret, ada beberapa serangan kecil. Tapi yang paling
besar dan terkoordinir adalah tanggal 1 Maret sehingga sekutu dan Belanda terdorong ke luar Yogya
selama 6 jam sebelum TNI (Tentara Nasional Indonesia) kembali mundur dan sekutu bersama
Belanda kembali menguasai Yogya.
Sebenarnya, menurut ayah saya, serangan-serangan kecil yang dimaksud adalah sebuah
kesalahpahaman.
Bayangkan, para tentara bersembunyi di dalam hutan pada masa itu.
Di bawah pimpinan Soeharto mereka mengkoordinir sebuah serangan yang diinisiatifkan oleh Jendal
Sudirman.
Bayangkan sekali lagi... di dalam hutan menanti tanggal 1 Maret yang disepakati.
Pada tanggal 27 Februari, beberapa tentara berpikir besok adalah 1 maret. Maka tanggal 28 februari
mereka turun beberapa dan melangsungkan serangan. Ketika mereka sadar bahwa mereka salah
tanggal, mereka kembali ke hutan 
Hehehehehe
Saat itu mungkin pada ngomel dan bentak-bentak karena salah koordinasi, tetapi jaman sekarang
malah jadi agak lucu.
Juga di Yogya-lah Taman Siswa didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara.
Sekolah rakyat pertama di Indonesia. Pada jaman di mana sekolah hanya untuk para ningrat, Taman
Siswa jadi sekolah pertama yang memberikan kesempatan kepada seluruh rakyat (Yogya pada masa
itu) untuk bisa belajar.
Hari ini bangunan Taman Siswa telah menjadi sebuah radio  Saya pernah datang ke sana untuk
interview album soalnya.. hehehe makanya tahu.
Yogya juga adalah awal dari terjadinya Perang Jawa.
Kita mengenalnya dengan Perang Diponegoro.
Salah satu perang terbesar di Indonesia yang terjadi di Jawa dengan dukungan seluruh masyarakat
Jawa.
Pangeran Diponegoro adalah anak dari Hamengkubuwono III.
Tapi beliau bukan anak dari ratu, melainkan dari salah satu selirnya.
Beliau sempat ditawari untuk jadi raja, tapi beliau sadar posisi dan memutuskan untuk menjauh dari
istana dan belajar agama di pedesaan.
Pada satu masa, Hamengkubuwono IV meninggal. Sementara, Hamengkubuwono V masih berumur
3 tahun dan tidak bisa memimpin.
Maka Belanda menunjuk Patih Danurejo menjadi pemimpin saat itu. Orang yang dijadikan boneka
Belanda. Pangeran Diponegoro menolak keputusan itu dan karena dianggap membelot maka beliau
diusir dari Yogya.
Pada satu kesempatan, Belanda mau membangun jalan yang ternyata harus membongkar makam
leluhur Pangeran Diponegoro, merasa terhina, beliau melawan balik.
Selama ini Pangeran Diponegoro memang sudah kesal kepada Belanda. Menggunakan kekayaan
alam negeri Jawa seenaknya dan menarik pajak kepada rakyatnya.
Perlawanan Pangeran Diponegoro didukung oleh raja dan pangeran dari kerajaan lain sepanjang
Jawa. Maka pecahlah Perang Jawa yang berlangsung selama 5 tahun.
200.000 rakyat Indonesia dikatakan tewas pada perang tersebut.
Pangeran Diponegeoro akhirnya ditangkap Belanda.
Kisah penangkapannya pun ada beberapa versi. Ada yang bilang beliau menyerahkan diri untuk
ditukar dengan beberapa pangeran/raja yang ditawan Belanda.
Ada yang bilang beliau ditangkap ketika dipancing Belanda untuk bikin perjanjian perdamaian.
Beliau akhirnya dibawa ke Batavia dan ditawan selama hampir sebulan di kantor gubernur pada saat
itu yang hari ini dikenal dengan nama museum fatahillah.
Setelah itu beliau dibawa ke Manado untuk ditahan di Fort Amsterdam, lalu dibawa ke Makassar ke
Fort Rotterdam tempat beliau menghabiskan hidupnya.
Jadi terbayang ‘kan mengapa di saat Yogyakarta dipandang orang sebagai kota yang penuh budaya,
saya justru merasa Yogya adalah kota perjuangan.
Bukan berarti saya tidak merasa Yogya sarat dengan budaya. Bahkan Jogja sama dengan Bali dalam
beberapa hal:
1. Kaya dengan tradisi dan kebudayaan
2. Kaya akan makanan enak 
3. Penuh dengan kendaraan roda dua  Bedanya kalau di Bali motor, di Yogya sepeda. Bahkan
sampai ada jalur alternatif untuk pengendara sepeda.
Bahkan untuk poin ke-3, pemerintah kota Yogyakarta sudah berani melangkah lebih jauh.
Kalau tidak salah, pegawai negeri setiap Jumat dianjurkan untuk naik sepeda menuju kantor
Pada hari tertentu Malioboro ditutup untuk kendaraan bermotor.
Jogja adalah salah satu kota yang tidak habis-habisnya saya jelajahi.
Pernah satu kali ketika ke Yogyakarta, saya berniat untuk bangun subuh untuk bergegas di
Borobudur dan melihat sunrise dari sana..
Akhirnya saya bangun jam 7 pagi, hehehe, tapi tetap berangkat ke sana.
Sebelum itu, saya baru sekali ke Borobudur. Dengan keluarga, tanpa pemandu, pulang-pulang nggak
ngerti apa-apa dan hanya bawa capek.
Kali ini, saya membayar seorang pemandu untuk menceritakan saya relief-relief yang ada di sana..
Begitu banyak hal baru yang saya pelajari.
Sebenarnya tidak baru-baru amat, sayanya saja yang baru tahu.
Salah satunya adalah kunci ‘L’ di bawah ini...
Saya suka berpikir bagaimana caranya mereka membangun bangunan sebesar ini tanpa perekat
seperti semen atau sejenisnya.
Ternyata salah satu jawabannya adalah batu-batu berbentuk ‘L’ yang jadi “kuncian” strukur batubatu di sini.
Juga saya baru tahu kalau titik-titik putih pada beberapa batu yang ada di Borobudur menandakan
bahwa itu adalah batu BARU yang dipasang di sana karena waktu ditemukan ada yang sudah rusak
atau rusak setelah serangan bom oleh teroris di masa yang silam. Ini membuat saya jadi lebih
apresiatif terhadap batu-batu yang tidak ada titiknya, lebih terasa tuanya.
Yogyakarta dan sekitarnya memang masih menyimpan begitu banyak sisa kekayaan budaya masa
lalu.
Belum lama ini saya ke Yogyakarta untuk berbagi tentang Indonesia Unite di Fakultas Kedokteran UII
(Universitas Islam Indonesia).
Di sana baru-baru ini ditemukan sebuah candi ketika mereka mau membangun perpustakaan.
Malioboro juga legendaris.
Siapa sih yang tidak setuju dengan saya kalau saya bilang Malioboro adalah salah satu jalan paling
terkenal se-Indonesia.
Jalan Sudirman Jakarta misalnya, tidak seterkenal Malioboro karena di kota lain ada Jalan Sudirman.
Tapi Jalan Malioboro hanya ada di Yogyakarta 
Mau disebut klise atau disebut standar, saya tetap merasa pengalaman makan gudeg lesehan sambil
ditemani pengamen lalu dilanjutkan dengan mengopi di sana adalah salah satu perasaan terdamai
yang pernah saya rasakan.
Waktu itu sepi, saya sendirian setelah seharian ngemsi..
Saya pulang dulu, mandi air panas, lalu perut lapar membawa saya berjalan ke luar hotel dan
berjalan ke Malioboro yang jaraknya cuma 1 gang dari hotel. Setelah memesan, saya duduk dan
didatangi 2 orang pengamen. Lalu (seperti biasa) pengamen memulai dengan lagu KLA Project
“Yogyakarta”.. Kemudian dia bertanya, “Mau rekues apa, Mas?”
Saya jawab “Apapun dari Jikustik”
Akhirnya saya ditemani dengan 8 lagu Jikustik berturut-turut. Di tengah-tengah saya SMS Sophie
Navita “Gue lagi makan di Malioboro, pengamennya gue suruh mainin lagunya Jikustik”
Yang bales suaminya Sophie, “Makasih ya, Mas Pandji”
HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA
Tempat ngopi juga banyak di Yogyakarta. Banyak dan beda-beda gaya semua.
Salah satu tempat favorit saya adalah Blandongan.
Sebenarnya sih tempatnya biasa saja. Standar tempat tongkrongan anak-anak kuliahan.
Tetapi, kalau sore di situ, enak sekali untuk ngobrol sambil mengopi.
Foto di atas adalah Kotang Jahe. Kotang itu Kopi (gelas) tanggung.
Dari menu di atas, terlihat bahwa Blandongan punya sistem harga dan ukuran yang serupa dengan
Starbucks. Bedanya kalau di Starbucks ada TALL, GRANDE dan VENTI. Kalau di Blandongan ada Kopi,
Kopi Tanggung dan Kopi Dewa (ukuran gelas gede).
Hehehehe
Yogyakarta, salah satu kota yang tidak pernah membuat saya bosan untuk menjelajahinya.
Kalau sempat, coba datang ke sebuah kantor (atau Rumah Dinas; saya lupa) yang di dalamnya ada
perusahaan radio swasta. Tempat yang digunakan radio swasta itu, dulunya adalah Taman Siswa.
Sekolah rakyat pertama di Indonesia yang didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara. Dulu, yang bisa
sekolah hanya yang ningrat. Beliau mendirikan sekolah itu agar semua orang Indonesia, tidak
terkecuali, bisa mendapatkan hak yang sama yaitu hak atas pendidikan.
Surabaya
Salah satu dari hanya 3 titik yang dikenal dunia lewat peta dunia.
Kalau kita perhatikan baik-baik, di peta dunia (bukan di peta yang kita gunakan di Indonesia)
biasanya ketika mereka merujuk ke Indonesia, hanya 3 titik yang mereka tulis: Jakarta, Surabaya,
Bali.
Walaupun itu memang menyebalkan sehingga orang sedunia jadi hanya tahu 3 kota itu, fakta tadi
juga menunjukkan bahwa sejak lama, dunia sudah mengenal dan bahkan menganggap penting kota
Surabaya.
Dari dulu memang Surabaya identik dengan perdagangan.
Surabaya jadi salah satu kota yang penting di mata dunia.
Hari ini, Surabaya sudah berkembang lebih dari sebuah kota bisnis.
Di mata saya, pusat perbasketan di Indonesia adalah kota Surabaya.
Anda mungkin kaget.
Karena asumsi Anda, Jakarta, setidaknya, Bandung akan disebut sebagai pusat basket di Indonesia.
Klub-klub besar IBL adalah Garuda Bandung, SM Jakarta dan Aspac Jakarta.
Juara kompetisi basket kalau nggak dari Bandung, dari Jakarta.
Yang pertama kali memberi tahu saya bahwa Surabaya merupakan kiblat basket Indonesia adalah
seorang teman. Rosyidan. Idan panggilannya.
Kadang dia dipanggil “Mas Ref” karena sebagai salah satu pemilik Ref Basketball Clothing dia sering
terlihat berada di toko kami. Kadang dia dipanggil “mainbasket” karena blognya
http://mainbasket.wordpress.com yang merupakan blog basket Indonesia membahas basket, paling
terkemuka saat ini di Indonesia. Dia yang mengungkap poin-poin yang akan saya ceritakan kepada
Anda.
Mengapa Surabaya?
Jawabannya jelas, karena di Surabaya bola basket lebih HIDUP!
Contohnya mungkin seperti New York terhadap Amerika Serikat.
Sebut sebuah kota yang identik dengan basket, maka kita akan sebut New York. Tapi prestasi mereka
di NBA? New York Knicks saat ini belum kembali kepada jaman keemasannya dulu.
Alasan apakah Surabaya jadi pusat basket Indonesia?
Sederhana jawabannya jatuh pada nama “Azrul Ananda”.
Seorang anak muda visioner yang punya komitmen luar biasa terhadap basket.
Azrul ini sosok yang menarik, dia kolektor sneakers. Dia punya, mungkin, ribuan sneakers mahal yang
kita liat di majalah. Bahkan dia punya belasan koleksi sepatu Li Ning dari Cina yang sekarang mengendorse Shaquille O Neal. Unik ‘kan? Anda sendiri bahkan mungkin belum pernah dengar merk Li
Ning.
Tapi walaupun dia koleksi sneakers merk asing tersebut, sehari-hari, Azrul selalu menggunakan merk
sepatu yang sama, setiap hari: League.
Sebuah merk sepatu lokal.
Ketika ditanya teman-temannya, “Kenapa sih elo ga pake sepatu koleksi elo yg mahal-mahal?”
Jawabannya selalu sama, “Harusnya elo juga pake sepatu buatan Indonesia...”
Dia yang menciptakan dan menjalankan DBL. Dulu Deteksi Basketball League.
Sekarang Development Basketball League, liga basket SMA yang, bisa jadi, terbesar di Indonesia.
DBL Arena, stadion basket megah di Kota Surabaya adalah stadion basket TERKEREN di Indonesia.
Saya saksinya.
DBL Arena adalah SATU-SATUNYA stadion basket di dunia yang didatangi NBA.
Sudah bertahun-tahun NBA mendatangkan pemainnya ke Surabaya, ke DBL Arena.
Danny Granger dari Indiana Pacers, Mike Lee dari New York Knicks, dll. pernah ke Surabaya.
Bukan Jakarta. Surabaya 
Mereka bahkan tidak diundang, mereka YANG MENGHUBUNGI dan menyatakan ingin datang ke
Surabaya.
DBL arena, dibuat hanya 7 bulan. Dari pertama kali digambar, sampai akhirnya digunakan.
DBL arena mengakomodir kebutuhan NBA yang punya standar-standar sendiri untuk bisa
mendatangkan pemainnya.
NBA tidak hanya mendatangkan pemain bintang mudanya yang bersinar, tapi juga: Miami Heat
Dancers, Assiten pelatih Gregg Popovich (pemegang cincin juara NBA), dan lain-lain.
Mereka datang ke sini dan memberikan hiburan serta pelatihan kepada pemain-pemain muda di
SURABAYA. Bukan jakarta  (lama-lama iri juga nih Kota Jakarta, hehehe)
Yang juga menarik dari DBL adalah bahwa sampai saat ini, DBL adalah kompetisi basket yang
diselenggarakan di seluruh kota di Indonesia (termasuk Papua) KECUALI Jakarta 
Entah alasan khususnya, tapi yang pasti bisa diacungi jempol keberaniannya dalam menggelar
kompetisi seperti ini.
Yang pasti kini Azrul Ananda kini bersama timnya adalah yang menjalankan Indonesian Basketball
League atau IBL. Lagi-lagi bukan karena dia yang menawarkan diri, tapi karena suatu malam Azrul
didatangi oleh pihak dari seluruh tim IBL dan mereka meminta Azrul untuk menangani IBL.
Saya pernah tanya satu saat “Zrul, elo kan udah megang kompetisi SMA dan megang kompetisi
profesional..
sekalian
dong
megang
kompetisi
tingkat
perguruan
tinggi...”
Dia terdiam sejenak dan menjawab “Satu-satu deh...”

Sekarang, saking tingginya antusiasme bola basket di Surabaya, kota tersebut tidak pernah surut dari
kompetisi.
Seorang wasit bisa hidup dari basket di Surabaya karena ada banyak pertandingan dari banyak
kompetisi di mana dia bisa bertugas dan berpenghasilan sepanjang tahun. Bandingkan dengan
Bandung yang minim 3 on 3. Sebagai entrepreneur clothing basket berlokasi di Bandung, saya tahu
pasti itu 
Di luar Basket, Surabaya juga tidak kalah dengan makanannya.
Salah satu yang menarik untuk dibahas adalah Rawon Setan.
Di Kelapa Gading juga ada Rawon Setan. Saya makan di sana dan berkesimpulan, rawonnya rasanya
biasa saja, paling ukurannya saja yang besar-besar. Makanya saya pikir mungkin disebut setan
karena ukurannya gede-gede kayak jin. HAHAHAHAHAHA
Waktu ke Surabaya, followers saya di Twitter bilang bahwa Rawon Setan di Surabaya beda dengan
yang di Jakarta. Penasaran, akhirnya saya datangi juga.
Sampai di sana, saya dikasi tahu semua karyawan di sana (dan bahkan ada tulisannya) bahwa Rawon
Setan tidak punya cabang.
Mohon diingat, Rawon Setan yang di Surabaya itu katanya adalah yang asli.
Dan yang asli adalah yang di depan hotel JW Marriot Surabaya.
Disebut setan karena, asalnya, jualan hanya malam-malam.
Belakangan ini ternyata jadi buka siang karena tingginya permintaan.
Memang betul kata followers saya. Rawon Setan di Surabaya enaknya bukan main.
Pengen nambah terus 
Surabaya juga dikenal sebagai Kota Pahlawan.
Kota ini memang banyak mengandung kisah perjuangan yang tercatat dalam sejarah.
Salah satunya peristwa Hotel Yamato.
Diawali dari ajakan pemerintah untuk mengibarkan Bendera Merah Putih di seluruh Indonesia secara
terus menerus mulai tanggal 1 September 1945.
Setiap kota termasuk Surabaya mengibarkan benderanya di setiap sudut kota.
Di antara berkibarnya Bendera Merah Putih, tiba-tiba berkibar Bendera Belanda di atas hotel
Yamato.
Rakyat Surabaya, merasa sebagai bangsa yang merdeka, marah besar dan menaiki puncak hotel
yamato dan merobek bagian birunya sehingga tinggal merah-putih.
Kejadian itu disaksikan banyak pemuda-pemudi dan beritanya langsung menyebar, tidak hanya ke
seluruh Surabaya, tapi juga sampai ke kota-kota lain.
Viral sudah ada sebelum adanya internet  hehehehe
Alasan utama mengapa Surabaya disebut sebagai Kota Pahlawan adalah karena peristiwa yang
terjadi tanggal 10 November 1945 yang kini diperingati sebagai Hari Pahlawan.
Untuk yang lupa (atau tidak tahu) tgl 10 November adalah tenggat waktu yang diberikan Inggris dan
Belanda agar Bangsa Indonesia menyerahkan senjata.
Mereka nampak penuh amarah karena Brigjen Aubertin Mallaby tewas hingga jasadnya sulit dikenali
dan mobil yang dikendarainya meledak akibat sebuah konflik.
Bung Tomo, mendatangi RRI Surabaya dan melakukan orasi berapi-api, mengajak rakyat Surabaya
untuk melawan balik dan Surabaya-pun melawan balik. Melawan angka yang sama sekali jauh di atas
mereka. 30.000 serdadu dan 50 pesawat terbang. Pertempuran skala besar ini mencapai waktu
sampai tiga minggu, sebelum seluruh kota Surabaya akhirnya jatuh di tangan pihak Inggris. Tapi
Surabaya melawan dengan gigih. Karena kegigihannya itu, sejarah mengingat dari itu sebagai hari
Pahlawan.
Kisah itu, sebenarnya dekat dengan keseharian kita saat ini.
Bukan dari sisi angkat senjata dan melawan serangan penjajah Belanda, tapi dari sisi yang lebih
dalam lagi.
Yang menarik dari kisah peristiwa 10 November adalah rakyat Surabaya memilih untuk berjuang dan
berusaha, walaupun keadaannya seakan-akan tidak mungkin. Hanya karena mereka tahu bahwa itu
adalah sesuatu yang benar untuk dilakukan. Berjuang.
Di hadapan mereka, adalah jumlah lawan yang lebih banyak, dengan persenjataan yang lebih
lengkap.
Secara nalar, tidak mungkin Surabaya bisa memenangkan pertarungan itu, dan pada akhirnya
memang tidak.
Tapi walaupun nampak tidak mungkin, rakyat Surabaya tetap berusaha, dengan teramat-sangat
gigih.
Hari ini, pemuda dan pemudi Indonesia nampak bengong setiap kali saya ajak mereka untuk
menciptakan perubahan.
Wajah mereka sinis dan berkata “mana mungkin...”
“Saya ‘kan hanya mahasiswa.”
“Saya ‘kan hanya orang kantoran.”
“Saya ‘kan hanya orang biasa, ga punya uang banyak, menciptakan perubahan nampak tinggi
biayanya.”
“Saya ‘kan hanya rakyat, bukan decision makers.”
....
Memalukan.
“Saya ‘kan HANYA...”
Pemuda dan pemudi Indonesia merendahkan diri mereka dengan menggunakan kata “hanya”.
Di saat pemuda dan pemudi masa lalu mempertaruhkan NYAWA mereka untuk meninggikan
derajatnya di hadapan dunia asing. Di hadapan Jepang, Portugis, Inggris, dan Belanda yang berpikir
mereka bisa menindas kita.
Pemuda pemudi yang bilang, “Saya ‘kan hanya rakyat,” harusnya pergi ke Taman Makam Pahlawan
Kalibata dan melihat betapa banyaknya makam yang hanya bertulisakan “Pemuda”
karena sang pejuang itu tidak dikenal identitasnya. Ia hanya rakyat yang ikut angkat senjata
melawan penjajahan, mempertahankan kemerdekaan.
Malu.
Harusnya mereka malu kepada semua yang sudah gugur di Surabaya karena mereka tetap berusaha
walaupun di hadapan 30.000 tentara lawan, menang nampak tidak mungkin.
Malu karena, untuk kita, kalau kita gagal berusaha resikonya malu, sementara mereka resikonya
kehilangan nyawa.
Malu karena mereka tidak punya infrastruktur yang kita punya untuk berusaha tapi mereka tetap
berjuang.
Malu, karena walaupun mereka sudah mati-matian membebaskan negerinya dari penjajahan,
bertahun-tahun kemudian, anak dan cucunya masih punya mental orang jajahan yang hanya bisa
nurut dan bekerja, tanpa mau menggunakan kebebasannya untuk berpendapat dan berkarya.
Pemuda-pemudi Surabaya hari ini, harusnya menjadi yang terdepan untuk membuktikan kepada
seluruh Indonesia bahwa, sekali lagi, anak muda Surabaya akan gigih berusaha, melawan
ketidakmungkinan.
Manado
Hal pertama yang berkesan dari Manado untuk saya adalah gereja.
Manado penuh dengan bangunan gereja yang memiliki arsitektural yang unik dan berbeda-beda.
Dari sisi teknis, mungkin tidak semuanya sempurna, tapi dari sisi desain bangunan, gereja-gereja ini
memiliki kekhasan masing-masing.
Sebagai umat muslim, saya pun bisa menghargai ragamnya bentuk bangunan yang ada di sana.
Banyak memang yang bilang Manado itu gudangnya perempuan cantik, tapi saya sendiri tidak
merasa demikian.
Karena menurut saya di setiap kota di Indonesia pasti perempuannya banyak yang cantik (hehehe
diplomatis).
Yang cantik dari Manado adalah pantainya.
Manado memang terkenal dengan keindahan alam, pantai, dan bawah lautnya.
Tapi, seperti juga yang saya tuliskan mengenai kota-kota lainnya, datang dan melihat langsung
benar-benar berbeda dengan hanya mendengar atau membaca keindahannya lewat artikel atau
tayangan TV.
Terus terang saya belum pernah ke Bunaken.
Tanpa pernah ke Bunakenpun saya sudah bisa membayangkan indahnya.
Bukan main-main, Manado ditunjuk sebagai tempat perhelatan World Ocean Conference PERTAMA
di dunia!
Konferensi Perlautan Dunia yang pertama, dilaksanakan di Manado, Indonesia!
Ada berapa banyak pantai sih di dunia ini?
Ada berapa banyak kota di dunia ini yang memiliki keindahan bawah laut?
Tidak mungkin sedikit ‘kan?
Setidaknya masing-masing negara akan bilang dia memiliki pantai terindah dan biota laut yang juga
indah.
Tapi DUNIA memutuskan untuk memulai konferensinya di Manado.
Itu bentuk pujian tersendiri untuk negeri kita, pujian dari mata internasional.
Makanya tidak heran kalau Manado, Indonesia, juga pemegang rekor dunia sebuah perhelatan
(upacara 17 Agustus 2009) dengan mengikut sertakan penyelam terbanyak di dunia.
Tidak heran, karena penyelam-penyelam dari seluruh dunia berdatangan ke Indonesia untuk jadi
bagian dari pemecahan rekor tersebut. Karena mereka tahu bahwa Manado punya kekayaan laut
terhebat di dunia.
Walaupun belum pernah ke Bunaken, tapi saya pernah ke Tulamben dan Siladen.
Siladen adalah sebuah pulau yang lebih kecil daripada Bunaken, tidak jauh dari Bunaken-nya sendiri.
Pulau itu memiliki pantai yang indah.. walaupun pasir-pasirnya tidak halus, tapi putih dengan
pemandangan yang indah.
Entah kalau dari Bunaken, tetapi dari Siladen, kita bisa melihat Manado Tua. Sebuah pulau gunung
tidak jauh dari situ. Ke manapun mata memandang adalah lautan yang jernih... bercampur warna
biru muda, hijau emerald, biru tua... Keren!
Ketika itu saya melihat ke arah lautan dari pantai Siladen dan berpikir, “Mereka orang Indonesia
yang mengaku benci Indonesia harus melihat pemandangan ini... can you really hate this? Because
THIS is Indonesia.”
Ada lagi nih, foto yang akan bikin iri 
hehehehehehehe
Tadinya saya mau diving, tapi ternyata di sini kalau mau diving harus punya license, tidak seperti di
Bali. Belakangan saya tahu kalau ternyata arus bawah di sini lebih beragam jenisnya dan lebih
berbahaya.
Ada arus putar yang menyedot ke dalam, arus putar yang mendorong ke atas, dll.
Akhirnya saya snorkeling di Siladen.
Saat itu, sudah terlalu siang untuk saya menikmati indahnya lautan. Sekitar jam 11. Sebaiknya
snorkeling atau diving sekitar jam 7 – 9 pagi.
Lagipula, paling enak antara bulan April sampai Agustus. Biasanya Bunaken dan Siladen ramai
wisatawan dalam negeri dan asing pada bulan-bulan itu.
Ketika saya snorkeling, saya tetap terkesima dengan indahnya bentuk karang-karang di lautan
(dalam arti kata sebenarnya, hehehe) dan ikan-ikan di sana...
Walaupun tidak seindah ketika saya di Tulamben (karena jam snorkeling-nya terlalu siang) saya tetap
bisa membayangkan indahnya dan ramainya lalu lintas ikan di sana..
Ketika saya snorkeling saya melihat dengan jelas... palung.
Agak ngeri juga saya... benar-benar curam sekali palungnya... ketika saya berenang, di kanan saya
terumbu karang yang indah, di kiri saya biru gelap. Tidak ada apa-apa lagi.
Hilang semua pemandangan terumbu karang.
Pertanda kedalamannya benar-benar drastis.
Pantesan harus pakai license.
Saya tanya kepada orang setempat yang menemani saya snorkeling , “Rata-rata orang kalau diving
di sini sampai kedalaman berapa?”
“30 meter-an,” jawabnya.
Kaget saya, karena di Tulamben, saya merasa sudah diving cukup dalam... tapi itu saja hanya 18
meter dalamnya 
Manado juga terkenal dengan makanannya.
Bukan hanya karena enak-enak.
Tapi karena Manado makan APA SAJA 
Hehehehe, saya ingat ketika saya ke Tinoor untuk mengunjungi restoran Tinoor Jaya yg pernah
didatangi Pak Bondan Winarno. Saya bertanya kepada ibu-ibu yang melayani saya di sana,
“Bu, di sini makanan yang spesial apa aja?”
Dengan wajah lempeng, ibu itu menjawab, “Anjing, Babi, Monyet, Kucing, Tikus, Kelelawar.”
Dalam hati saya pikir “Ibu ini barusan menghina saya atau ngasi tau menu makanan ya?”
HAHAHAHAHAHAHA
Karena sebagai umat muslim saya tidak makan hewan bertaring, maka paling aman di Manado
memang makan ikan-ikanan, dan di sini, makanan seafoodnya GOKIL!
Salah satu restoran legendaris (tapi sekarang sudah tidak begitu ramai karena sudah banyak pesaing)
adalah Restoran Nelayan dengan menu khas Cumi Hitam Woku dan Nelayan Juice.
Restoran ini pemandangannya lautan.
Berbicara pemandangan, di Manado saya juga melihat pemandangan yang sama sekali tidak ada
lawannya.
Karena untuk pertama kali seumur hidup, saya melihat di kota itu.
Saya melihat pelangi utuh!
Pelangi melengkung dari kanan ke kiri.
Sebagai generasi kelahiran 70-an, sejak kecil, gambar pemandangan kita selalu mengenai gunung,
sawah, dan pelangi. Tapi faktanya, jarang kita benar-benar melihat betapa indahnya pemandangan
tersebut. Pelangi, adalah ikon keindahan yang hampir semu karena jarang kita bisa melihatnya.
Biasanya, kita melihat pelangi hanya setengah lengkungan.
Di Manado, saya melihat pelangi melengkung dari ujung ke ujung di atas lautan.
Sialnya. Saya lagi tidak memegang handphone saya sehingga saya tidak bisa punya dokumentasi
pemandangan langka itu...
Ga papa, yang penting saya telah melihat langsung sebuah pemandangan yang mungkin tidak akan
pernah saya lihat lagi, dan saya melihat itu, di kota Manado.
Padang
Padang sudah sangat menarik sejak pertama kali saya datangi.
Awalnya, pengalaman saya di Padang hanya seputar makan padang di padang (yang menurut saya
sama saja dengan makan padang di manapun) dan bis kota mereka yang menarik.
Bisa kota di Padang semuanya penuh dihiasi gambar-gambar air brush.
Ada yang gambar kartun, ada yang gambar robot, dll.
Tapi yang paling menarik adalah pengakuan dari beberapa penduduk setempat bahwa, orang
Padang cenderung memilih bis yang gambarnya dia suka (selain trayeknya tentunya).
Jadi kalau ada beberapa bis yang searah dengan tujuannya, dia akan menunggu atau memilih untuk
naik bis kota yang gambarnya paling disuka.
Hehehehe, lucu ya?
Lalu ketika saya kembali ke sini, perjalanan saya membawa saya menuju Bukit Tinggi.
Melewati Pariaman, Padang Panjang, melihat tebing-tebing tinggi yang curam dan penuh dengan
sisa-sisa longsor.
Di jalan, saya melihat ke atas dan berpikir “Tebing-tebing ini tinggi banget.” Tapi pikiran tadi akan
tergantikan dengan apa yang akan saya lihat hari itu...
Saya belum pernah mendengar tentang Lembah Harau. Jadi waktu saya diajak ke sana untuk
kebutuhan shooting saya masih tenang-tenang saja.
Sesampainya di sana.. Saya melihat salah satu pemandangan paling menakjubkan yang saya pernah
lihat seumur hidup.
Melihat tebing-tebing raksasa yang menjulang tinggi, tegak lurus, ke manapun arah mata saya
memandang.
Tebiiiiiing terus. Lalu di beberapa titik, ada air terjun keluar dari tengah-tengah (bukan dari atas)
tebing.
Seperti muncrat begitu saja. Dan bukan cuma satu, ada banyak air terjun sepanjang mata
memandang..
Sumatera Barat, lengkap dengan makanannya adalah salah satu tempat paling berkesan untuk saya.
Tapi pengalaman paling berkesan saya adalah ketika saya bisa datang ke Museum Bung Hatta di
Bukit Tinggi.
Bung Hatta adalah pahlawan favorit saya.
Beliau adalah salah satu kunci utama perjuangan Indonesia sebagai sebuah bangsa yang satu.
Sebelum Bung Hatta ke Belanda untuk bersekolah, beliau sudah memperjuangkan hak kemerdekaan
untuk Sumatera Barat. Konsep Indonesia sama sekali tidak terlintas hingga ketika beliau kuliah ke
Belanda.
Di sana beliau bertemu dengan banyak sekali pemuda yang senasib dengannya dan daerahnya.
Akhirnya kesamaan itu yang mengubah perjuangannya yang awalnya kedaerahan jadi kepada
sesuatu yang lebih besar yaitu yang kelak disebut sebagai Indonesia.
Bung Hatta adalah penulis yang hebat.
Tulisannya inspiratif dan membakar semangat pemuda.
Selama 11 tahun beliau di Belanda pernah dipenjara, kuliah (tentunya) dan memimpin sebuah
buletin. Buletin itu bernama Hindia Putera. Sebuah buletin untuk sebuah himpunan mahasiswa
Indonesia bernama Perhimpunan Hindia yang awalnya berdiri untuk mengkoordinir pesta-pesta. Lalu
masuklah Suwardi Suryaningrat (Ki Hadjar Dewantara) dan Tjipto Mangunkusumo lalu himpunan itu
berubah arah menjadi wadah perjuangan pemuda. Bung Hatta adalah pemimpin redaksi buletin
Hindia Putera yang terlama. Biasanya kepemimpinan hanya selama 1 tahun. Di bawah Bung Hatta
buletin itu jadi alat propaganda perjuangan yang luar biasa. Buletin itu kelak akan berubah jadi
majalah dengan nama yang inspiratif sekali: “INDONESIA MERDEKA”.
Edisi pertama majalah itu membuat MANIFESTO 25 yang kurang lebihnya berisi:
1. Rakyat Indonesia harus dipimpin pemerintah sendiri
2. Tidak butuh bantuan/ campur tangan pihak lain untuk membangun pemerintahan tersebut
3. Harus ada persatuan dari semua elemen dan kelompok masyarakat untuk bisa terus
melakukan perjuangan
Satu titik terpenting beliau adalah di tahun 1927, ketika masih di Belanda, beliau bergabung dalam
Liga Anti Kolonialisme dan Imperialisme. Di mana beliau berkenalan dan berteman dengan seorang
tokoh dunia lagi : Jawaharlal Nehru 
Beliau kemudian ditangkap dan ketika dibebaskan membacakan pidato yang sangat fenomenal
berjudul “INDONESIA: FREE”
Tapi satu kisah dari beliau yang mungkin paling diingat banyak orang adalah bahwa beliau begitu
inginnya memiliki sepatu Balley sampai menempel sobekan majalah dengan foto sepatu tersebut di
tembok rumahnya.
Beliau ingin memiliki sepatu itu tapi tidak punya uangnya.
Sampai akhir hayatnya, beliau tidak sempat memiliki sepatu tersebut.
Kisah ini mudah sekali dikaitkan dengan kehidupan kita hari ini
Di mana banyak di antara kita yang begitu menginginkan sesuatu, sampai ada yang rela berbuat
salah seperti korupsi demi mendapatkannya.
Bayangkan Bung Hatta, orang nomor 2 di Indonesia, bisa main tunjuk, bisa (kalau mau)
memanfaatkan posisi untuk sepatu itu. Tapi beliau adalah pria yang jujur. Tidak mau korupsi.
Walaupun itu untuk mendapatkan sesuatu yang paling diinginkannya.
Kisah inilah yang berputar di kepala saya waktu saya berjalan-jalan mengelilingi Museum Bung Hatta
yang tidak lain adalah rumah beliau ketika masih kecil. Masih ada kamar tidur beliau dan sepeda
yang beliau gunakan ke mana-mana, dan masih ada ruang baca (ruang museum yang jadi favorit
saya) yang mejanya menghadap ke jendela yang mengarah ke jalan.. Saya bisa membayangkan
beliau membaca buku kesukaannya sambil sesekali menatap ke luar jendela. Menerawang,
membayangkan hal-hal besar.
Datanglah sekali-kali ke Bukit Tinggi.
Bukit Tinggi yang menyimpan banyak inspirasi..
Makassar
Kota ini adalah korban dari “weird PR (Public Relations)”
Bukan “Bad PR” tapi cenderung “weird”
Karena setiap hari. Seeeeeetiap hari kalau kita nonton berita, terutama acara-acara TV yang isinya
kriminalitas dan kabar buruk, selalu kita temukan berita berita buruk dari Makassar.
Ya pembunuhan-lah, kerusuhan-lah, pencurian-lah, dll.
Saya saja sampai bingung. Kok bisa begini ya?
Kok bisa, Makassar tiap hari ada berita berita seperti ini?
Kejahatan sih memang selalu ada di setiap kota dan Makassar saya yakin tidak luput.
Tapi kenapa selalu ada SETIAP hari? Aneh. Makanya saya kategorikan sebagai Weird PR.
Karena berita-berita itu, menurut saya, merugikan kota Makassar sendiri.
Siapa yang bisa mengatasi itu? Menurut saya anak muda kota Makassar.
Harus.
Karena menurut saya, yang paling tahu tentang Makassar adalah penduduknya sendiri.
Anggota DPR yang mewakili Makassar pun tidak akan tahu perkembangan terbaru dengan cepat
karena kantornya di Jakarta.
Anak Muda Makassar harus menciptakan keseimbangan terhadap maraknya berita buruk itu dengan
menawarkan pilihan. Menjadi penyedia kabar-kabar baik. Kabar-kabar indah. Kabar-kabar keren dari
Makassar.
Karena kita tidak akan (dan harusnya tidak boleh) menghilangkan/menyunat berita buruk dari
Makassar, atau dari kota manapun. Kalau kita jengah dengan kabar buruk yang tersiar,
seimbangkanlah sendiri dengan menulis hal-hal baik tentang kota Anda.
Makassar, menyimpan banyak potensi yang keren.
Pertama-tama, Bandara Udara Hasanuddin keren abis.
Salah satu bandara terbaik di Indonesia.
Kedua, yang menarik dari kota Makassar adalah, fakta bahwa kotanya tidak besar.
Bahkan bisa dibilang kecil.
Artinya, wisatawan tidak perlu berlibur terlalu lama untuk bisa menikmati semua titik Makassar.
(tentunya ini harus diseimbangkan dengan Makassar memberikan banyak pilihan sebagai titik
wisata termasuk kuliner, dll.)
Sebenarnya, lebih enak liburan ke Makassar daripada, misalnya, Jakarta bagi pelancong asing.
Mereka hanya butuh 1 hari untuk menjelajahi Makassar dibandingkan Jakarta yang perlu berharihari, itupun belum terjelajah semua.
Makassar harusnya melihat itu sebagai peluang. Sebuah destinasi ringkas.
Bahkan, Makassar juga punya pantai-pantai indah! Pulau Samalona sampai hari ini masih terngiangngiang di benak saya.
Pantai Samalona adalah salah satu pantai terindah Indonesia yang tidak banyak diketahui orang.
Pulaunya kecil, pasirnya putih, haluuss sekali. Pohon-pohon yang kering di area pantai juga ikut putih
warnanya memberi aksen menarik sepanjang perjalanan berkeliling pantai.
Airnya juga jerniiiiiiih sekali. Pantai itu tepat untuk main air, entah untuk snorkeling.
Saya enggan meninggalkan pulau yang jauhnya sekitar 15 menit dari Makassar dan bahkan senang
berlama-lama di pinggir pantai.
Hanya berdiri, mendengarkan musik, membiarkan tubuh saya diterpa angin, sambil menatap ke arah
lautan...
Saya ingat berdiri dengan kaki masuk ke air laut sedalam betis sambil mendengarkan lagu “All at
Sea” oleh Jamie Cullum.
Damai sekali rasanya.
Damai sampai ada bapak-bapak Jepang telanjang bulet jalan-jalan keliling pantai di depan saya...
HAHAHAHAHAHAHAHA
Saking lamanya saya berdiri di bawah terik matahari, waktu saya di bandara mau menunggu
pesawat, saya sampai mimisan! HAHAHAHAHAHA...
Kalau Anda mau ke Samalona, anda pergi ke Fort Rotterdam. Biasanya ada banyak bapak-bapak yang
akan mendatangi Anda menawarkan perjalanan ke pulau-pulau terdekat dengan perahu motornya..
Pantainya memang sangat dekat dengan Fort Rotterdam.
Fort Rotterdam adalah peristirahatan terakhir Pangeran Diponegoro karena beliau ditawan Belanda
di sini.
Ketika saya masuk ke dalam, museumnya cenderung biasa saja. Agak usang. Seperti umumnya
museum di Indonesia. Tapi saya jadi belajar banyak hal akan sejarah Sulawesi khususnya Makassar.
Apalagi membayangkan bahwa tembok-tembok Fort Rotterdam inilah yang dilihat oleh mata
Pangeran Diponegoro selama diasingkan di Makassar.
Saya dengar, sekarang di Fort Rotterdam secara berkala dilaksanakan Fort Rotterdam Jazz Festival.
Sebuah ide yang sangat bagus memang, mengingat area dalamnya luas dan ini menjadikan sebuah
bangunan tua dengan fungsi yang tua (menyimpan benda benda tua) jadi terasa muda dengan
adanya Jazz Festival tersebut.
Tidak kalah dengan kota pantai lainnya, Makassar juga terkenal dengan seafood yang luar biasa
enaknya. Ada juga Sop Konro Karebosi yang legendaris, tapi menurut saya pribadi, makan di
Karebosi Makassar dan Karebosi Kelapa Gading, sama enaknya.
Bahkan di Sulawesi Selatan ini saya pernah makan daging kuda di Jenne Pontoh.
Sebuah daerah di luar Makassar yang ada banyak kuda; berserakan di mana-mana 
Biasanya kalau di Jakarta ‘kan yang berkeliaran liar itu kucing, kalau di Bali yang liar itu anjing. Nah,
di Jenne Pontoh ini nampaknya kuda yang berkeliaran liar..
Di mana-mana ada kuda.. di kebun luas banyak kuda. Pinggir jalan ada kuda lagi makan rumput. Di
dalam-dalam rumah ada kuda.. Bahkan saya sekali waktu lihat di sebuah rumah ada kuda dan
kambing makan samping-sampingan... sahabatan kayaknya 
Di sana saya disuguhkan daging kuda.
Mau tau rasanya?
Dagingnya keras.
Hehehehe namanya juga kuda, otot semua.
Tapi masak daging kuda itu harus jago.. karena kalau tidak jago, efeknya sama dengan kalau tidak
jago masak kambing. Baunya masih ada.
Saya juga datang ke Tanah Beru tempat kapal Kapal Pinisi dibuat.
Kapal Pinisi adalah kapal legendaris yang sudah mengarungi 7 samudra dengan layar dan bentuk
yang khas. Karya anak bangsa.
Ada banyak kisah di balik sejarah Kapal Pinisi tetapi banyak yang bertolak belakang. Seperti sejarah
pada umumnya  Banyak versi.
Kapal-kapal ini banyak dibeli oleh orang-orang (kaya tentunya) dari orang Indonesia sampai orang
asing. Biasanya untuk dijadikan kapal wisata. Sewaktu saya ke sana ada banyak ukuran kapal Pinisi.
Ada yang kecil sampai yang besar.. Lengkap dengan anjungan dan kursi santai untuk berjemur..
Ngomong-ngomong kalau Anda perhatikan foto di atas, yang berbaju biru itu adalah Steny. Waktu
itu dia jadi bintang tamu untuk “Danamon BISA” episode Makassar.
Pantainya Tanah Beru juga gila-gilaan Indahnya..
Perhatikan foto di bawah ini dan lihat bagaimana saking jernihnya laut dan cerahnya langit, seakan
tidak ada garis horison yang membatasi langit dan laut.
Yang juga menarik dari Makassar adalah bahwa kota ini jadi markasnya skuadron Sukhoi di
Indonesia.
Saya pernah tanya dengan pilotnya, dan ternyata, pemilihan Makassar adalah karena kota ini
strategis untuk menjangkau area-area di Indonesia. Kalau di peta memang relatif paling tengah dan
paling atas-nya Indonesia.
Sukhoi adalah pesawat tempur paling canggih yang dimiliki Indonesia. Jumlahnya hanya 3 
Sementara negara-negara lain jumlahnya belasan.
Salah satu alasannya adalah karena bujet TNI (Tentara Nasional Indonesia) tidak tinggi, yang mana
menurut saya sangat disayangkan karena Indonesia terlalu luas kalau kita tidak didukung dengan
jumlah pesawat dan kapal perang yang cukup untuk menjaga semua sisi.
Ibaratnya seperti jumlah stasiun pemadam kebakaran di rata-rata kota besar di Indonesia.
Biasanya, yang saya temui, jumlah stasiun pemadam kebakaran (juga mobil pemadamnya) tidak
sesuai dengan jumlah penduduk di kota tersebut. Inilah yang mengakibatkan sering terlambatnya
pemadam kebakaran ke lokasi kebakaran. Tapi mau bagaimana lagi? Bujetnya kurang. Entah
memang kecil entah korupsi.
Balik lagi ke Sukhoi, saat ini kita memiliki 3 Sukhoi. Sebenarnya 6 tapi 3 di “preteli” oleh kita.
Tujuannya? Untuk dipelajari.
Orang Indonesia memang paling jago untuk urusan teknis dan “crafty” seperti ini.
Biasanya, kalau ada yang rusak, atau bahkan untuk perawatan harus mendatangkan teknisi dari
Russia langsung dan tentunya ini memakan biaya.
Teknisi Indonesia bisa mempelajari dan dengan dikanibalkan jadi punya spare part. Bahkan, menurut
sang pilot, teknisi dari Russia-pun mengakui orang Indonesia paling jago untuk urusan perbengkelan
pesawat. Katanya orang Indonesia solusinya cerdik-cerdik 
Karena cita-cita saya waktu kecil ingin jadi pilot tempur, saya merasa sangat beruntung bisa pakai
baju pilot tempur asli, lengkap atas sampai bawah dan bisa masuk ke kokpit Sukhoi, walaupun hanya
taxi (taxi adalah istilah pesawat yang meluncur dengan roda di atas landasan.. jadi kayak naik mobil,
tapi pake pesawat, hehehe)
Di dalam pesawat selama taxi, pilotnya membandingkan teknologi senjata buatan Amerika dan
Russia.
Amerika biasanya desainnya keren-keren dan mewah dibandingkan Russia, tapi soal keunggulan
teknis Russia jauh di atas Amerika.
Contohnya pada Sukhoi dan F16 Fighting Falcon, kokpitnya F16, menurut sang pilot, sangat mewah
dan nyaman, “Kayak Merci” katanya 
Tapi Sukhoi lebih unggul dari berbagai macam teknis.
Sama seperti senapan M-16 dan AK-47.
M-16 milik Amerika bentuknya bagus dibandingkan dengan AK-47 milik Russia, tapi M-16 tidak tahan
air, sementara AK-47 bisa dicelupin ke air seharian penuh, besok diambil dari bawah air lalu bisa
langsung dipakai menembak.
Ini salah satu alasan mengapa Amerika kalah perang lawan Vietnam.
Indonesia? Entah kalau ciri-ciri teknologi persenjataan Indonesia, yang pasti, menurut saya TNI
unggul dari sisi human skill. Dan ini terjadi pada banyak sekali bidang termasuk militer.
Special Force Indonesia, KOPASSUS adalah yang terbaik ke-3 di dunia DI ATAS AMERIKA Serikat.
Mengapa bisa begitu?
Peringkat tadi dihitung dari berbagai macam aspek. Indonesia jadi unggul di atas Amerika Serikat
karena mereka unggul di aspek-aspek non teknologi seperti taktikal, kemampuan bertahan hidup,
dll.
Kasarnya, Amerika cuma mengandalkan teknologi 
Semoga dalam waktu dekat Indonesia tidak hanya bisa menambah koleksi Sukhoinya, tapi juga bisa
membuat pesawat tempur sendiri. AMIN.
Kupang
Sebelum saya bertutur lebih panjang tentang Kupang, saya mau co-pas tulisan saya di
http://pandji.com tentang perjalanan saya ke Kupang..
Tulisan ini masih hangat ditulis setelah kembali dari Kupang saat itu.
Judulnya adalah AU NEKO.
Gue ga bisa tidur…
Biasanya di pesawat gue selalu tidur sepanjang perjalanan.
Kali ini, gue cuma tidur di awal penerbangan karena memang brangkatnya pagi-pagi…
Ngantuk…
Sisanya gue terbangun sepanjang perjalanan.
Selain karena gue harus transit di Denpasar, gue juga dibanguniiiiiiiiin mulu sama
pramugarinya.
Nanya mau baca majalah apa, mau minum apa, mau makan apa, ngasi handuk hangat…
hadoooh..
Setelah transit, gue akhirnya ga ngantuk..
Gue ga sabar pengen ketemu Kupang.
Waktu gue kecil, bokap gue itu sering mondar mandir Kupang, Flores…
Ada satu hari, beliau pulang bawa Sasando.
Entah di mana sekarang Sasando itu.
Gue sangat semangat karena gue ingin melihat Kota Kupang yang selama ini hanya gue
dengar doang ceritanya.
Lalu perjalanan yang dijadwalkan di sana juga seru-seru…
I just can’t wait.
Ketika diumumkan bahwa sebentar lagi kita akan mendarat, kepala gue langsung melongok
ke luar..
Mau liat pemandangan pertama Kupang…
Ini yang gue temukan
Gue pikir “Buseeet, gersang amat…”
Hijaunya cuma dari pohon-pohon dan datarannya coklat… antara coklat tanah dan coklat
rumput kering.
Dari atas gue juga bisa liat sungai-sungai kering.. bukan surut, ya.. kering.
Keliatan banget bahwa itu adalah sungai sebelumnya… tapi kering.
Otomatis tubuh gue bersiap-siap untuk panasnya Kota Kupang.
Kupang digembar-gemborkan sebagai kota yang super panas.
“BUSEEET! PANAS BANGET DI SINI” ujar seorang teman yang sudah sampai duluan.
Ketika pesawat mendarat , gue turun, hal pertama yang gue rasakan adalah memang panasnya
sengat matahari di kupang.
Tapi gue kenal sengat ini…
Mirip sama yang di Jakarta.
Belakangan gue denger, Kupang itu suhunya 33-37 celcius… seperti suhu rata-rata tubuh
manusia.
Makanya, pergi ke Kupang seperti dipeluk orang seharian.
Kalo yg meluk cakep mah enak…
Sesampainya di sana waktunya makan siang.
Di resto ini gue merasakan pertama kali bunga pepaya ( iyee iyee gue tau, di Jakarta banyak..
tapi gue baru makan di sini)
Setelah melakukan pesanan, sambil menunggu makanan datang gue ke luar restoran dan ke
seberang…
Untuk melihat lautan.
Ini adalah pandangan pertama gue terhadap lautnya Kupang setelah mendarat.
Hal pertama yang gue perhatikan adalah bahwa pantainya tidak ada gulungan ombak.
Tanda bahwa pantainya berkarang.
Dari jauh keliatannya tenaaang banget lautannya.
Kupang memang kota yang menarik.
Di dataran keliatan gersang, tapi kemanapun elo pergi dan kemanapun mata elo memandang,
elo akan ketemu dengan Bunga Flamboyan yang indah..
Warnanya Orange kemerahan dan menghiasi langit-langit Kota Kupang.
Kontras dengan apa yang ada di daratan.
Perjalanan selanjutnya adalah ke museum.
Museum apa? Museum Penangkapan Paus.
“Pe.. penangkapan paus?”
Sebenarnya elo mungkin uda liat ini di TV… ketika ada penduduk lokal yang naik perahu
membawa tombak panjang.. lalu lompat terbang sambil menghunjam tombak tersebut ke
seekor paus.
(foto-foto berikut gue repro dari foto yang terpasang di tembok museum)
Itu adalah pemandangan tahunan yang ada di sebuah desa bernama Lamalera.
Setiap bulan Mei, penduduk Lamalera berduyun-duyun ke laut untuk berburu paus.
Ilegal?
Sama sekali tidak.
Malah, Lamalera, NTT (Nusa Tenggara Timur) adalah satu-satunya tempat yang
diperbolehkan berburu dan memakan paus. Museumnya aja bekerja sama dengan National
Geographic dan WWF (World Wild Fund).
Soalnya, paus ini menyangkut hajat hidup orang banyak.. daging mereka hanya dari paus ini.
Lebih dari hanya sekedar daging, minyak dari paus inipun jadi jatah setahun untuk
menyalakan api yang pada akhirnya dipakai untuk memasak, menerangi rumah rumah..
Dagingnya pun dibagi-bagikan ke penduduk dan dagingnya jadi jatah setahun.
Entah bagaimana cara mereka mengawetkannya..
Dari museum itu,
gue berjalan ke peninggalan masa lalu Kupang.
Gue baru tau, Kupang jadi saksi perebutan Indonesia dari Jepang dan Sekutu.
Bayangin, tanah-tanah siapaaa, yang rebut-rebutan siapa.
Jadi, ada satu titik di Kabupaten Kupang yang merupakan tempat bersejarah bagi orang
Australia.
Bukan orang Indonesia, Australia!
Karena waktu PD (Perang Dunia) II, Tentara Australia, sebagai bagian dari sekutu, terjun
payung dan mendarat di titik tersebut, dan disambut oleh berondongan peluru senapan tentara
Jepang.
Tentara Australia dibantai di situ, dan sekarang ada sebuah monumen yang dibuat oleh
Pemerintah Australia untuk mengingat kejadian itu.
Di museum tersebut ada banyak rudal dan ranjau yang tersisa …
Lalu di depan gue, terpampang sebuah peta.
Yang menampilkan area Timor Timur (berwarna putih) tapi anehnya… ada sebuah area
tersempil berwarna putih.
Gue tanya kepada guide museum, “kenapa ada area yang terpencil sendiri ya?”
Ternyata titik kecil itu adalah tempat mendaratnya Portugis untuk pertama kali.
???
Ini yang gue ga pernah habis pikir.
Orang Timor Timur merasa lebih dekat dengan Portugis daripada bangsanya sendiri..
Sama seperti orang Singapore yang menjadikan Raffles sebagai pahlawan mereka.
Padahal Raffles adalah penjajahnya. Memang, Raffles menciptakan Singapura jadi area
dagang yang ideal.
Sehingga bukannya ke Indonesia (Sumatera dan Jawa) perahu-perahu dagang merapat ke
sana dan akhirnya Singapura jadi area wajib bisnis Asia Tenggara.
Tapi „kan? Dia penjajah?
Sudahlah… kita balik lagi aja ke Kupang.
Di museum, gue liat sebuah rumah yang menarik…
Katanya, di Timor Leste penduduk masih banyak yang tinggal di rumah seperti ini…
Kalo ada yang bertamu, wajib untuk tidur semalam di rumah ini, tidurnya di bagian paling
luar deket “pintu” masuk…
Lalu gue melihat pemandangan yang tidak kalah menarik.
Ikat kepala di NTT ini beda-beda arti untuk setiap ikatannya.
Ada ikat yang dipakai untuk menandakan bahwa dia adalah pria lajang yang siap dinikahi.
Ada ikat yang dipakai untuk menandakan bahwa pria ini sudah akan menikahi seseorang.
Ada ikat yang dipakai untuk berperang.
Tapi yang paling aneh dari museum itu adalah… ikat kepala yang dipakai di atas kepala
kepala itu adalah Batik Jawa.
Kalau gue tanya kenapa pake Batik Jawa, ga ada yang bisa jawab..
Aneh..
Tapi seaneh-anehnya Kupang, pantainya bener-bener cantik.
Pemandangan dari jendela kamar hotel gue adalah pantai dan laut yang indah.
Foto ini gue ambil sore pas balik ke kamar..
Pas bangun tidur, warna laut dan langitnya lebih keren lagi.
Setelah sarapan, gue bersama rombongan Lifebuoy berangkat ke Rumah Dinas Bupati NTT
(yang berhadapan lansgung dengan pantai )
untuk menyuluhan kader Lifebuoy sekalian menyerahkan hasil sumbangan dari petisi
”Keluarga Sehat untuk Indonesia Sehat”.
Jadi, dari Juli, Lifebuoy menyebarkan sebuah petisi yang isinya adalah komitmen untuk
memulai hidup sehat. Untuk setiap petisi yang ditandatangani, Lifebuoy menyumbangkan
Rp100,00.
Hasilnya, Rp 272.626.700,00, disumbangkan untuk revitalisasi 250 Posyandu (Pos Pelayanan
Terpadu) di Kupang, NTT.
Revitalisasi Posyandu di NTT sangat, sangat penting.
Posyandu itu adalah swadaya masyarakat.
Masalahnya, posyandu di NTT, Kupang terutama, sangat minim fasilitas.
Pantesan aja NTT jadi satu bagian dari Indonesia di mana angka kematian-anaknya paling
tinggi.
Tanpa alat pengukur kesehatan yang memadai, susah untuk memantau kesehatan mereka.
“You can’t count what you can’t measure”
Karena itu, uang 270 juta lebih itu dijadikan timbangan bayi, stetoskop, termometer, alat
pemeriksa tensi darah, buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) , dll.
Gue pernah nulis di blog tentang mengkhawatirkannya kondisi kesehatan anak-anak di
Indonesia.
Di penyuluhan yang diberikan oleh Erwin (senior brand manager Lifebuoy) gue menemukan
fakta-fakta lagi…
Gue menemukan bahwa di Indonesia ada 300 kasus diare per 1000 orang.
Gue menemukan bahwa diare adalah penyebab kematian balita tertinggi ke 2.
Tertinggi ke-3 untuk bayi dan tertinggi ke-5 di Indonesia untuk semua umur.
Gue juga menemukan fakta dari WHO (World Health Organization) bahwa CUCI TANGAN
pake sabun menurunkan resiko diare hingga 47%.
It’s a good thing Lifebuoy is on it. I don’t see how any other brand can find the relevance in
this issue.
CUCI TANGAN PAKE SABUN itu mutlak sebagai dasar kehidupan sehat kita.
Masalahnya, orang bukan cuma males cuci tangan, kadang-kadang caranya ga tepat.
“Ga tepat?”
Iya.. karena dengan cara kita cuci tangan secara umum, ada beberapa area di tangan yang
lolos dan masih berpotensi penyakit.
Ntar gara-gara elo ga cuci tangan dengan benar, pulang megang anak elo, dan menularkan
penyakit…
You don’t want that.
We all don’t want that.
Dan kita semua juga tidak mau anak-anak Indonesia terus-menerus meninggal hanya karena
kita memilih untuk tidak mencuci tangan pakai sabun.
Kupang, NTT memang tertinggal dalam hal kesehatan.
Karena itu, ketika Bapak Josep Bataona, direksi dari Unilever yang ternyata juga orang NTT
berujar, “Apakah kita mau, hanya nonton Indonesia sehat dari Kupang? Atau kita mau
Kupang jadi bagian dari Indonesia yang sehat?”
Beliau mengucapkan sebuah “Call To Action”
Kupang adalah bagian dari Indonesia, karena itu, Kupang harus menjadikan dirinya sehat.
Beliau mengucapkan itu di depan kader-kader PKK dan Lifebuoy yang juga akan
menggerakkan posyandu di Kupang.
Semua berawal dari kesadaran dan pengetahuan.
Ibu-ibu itu memang sedikit jumlahnya, tapi gue meyakini bahwa semua hal besar yang terjadi
di muka bumi berawal dari sekumpulan kecil orang dengan keyakinan dan komitmen.
Ketika gue datang ke sebuah Posyandu di Desa Oelomin.. gue melihat langsung betapa
“kering”nya Posyandu itu.
Walaupun keliatannya Posyandu itu sudah disulap karena tau kita akan datang.. dikasih meja
dan taplak, kursi, dll…
Tapi fasilitas yang ada di sana, praktis hanyalah timbangan kain…
Dan sejumlah buku untuk mencatat berat badan anak..
Ketika gue di Desa Oleomin, Kecamatan Nekamese, Kupang gue langsung ngobrol dengan
Ibu-ibu yang ada di sana… Mereka sebenarnya nampak senang-senang saja, ketawa,
bercanda, saling cela…
Tapi gue ga bisa menutup fakta bahwa anak-anak mereka nampak kurang sehat. Ada seorang
anak yang umurnya 3 tahun, badannya sama kayak Dipo yang berumur 2 tahun..
Ibu-ibu di sana bergiliran nyuruh gue gendong anak-anak mereka… dan berhubung gue
seorang Ayah.. gue bisa merasakan banget bahwa anak-anak ini lebih enteng daripada berat
badan mereka seharusnya..
Itu membuat gue sedih.. masalah mereka bukan hanya fasilitas kesehatan, tapi juga makanan.
Ibu-ibu itu selalu nanya, “Di Kupang panas, „kan?”
Gue slalu jawab “Sebenarnya sih engga… Jakarta juga panas.”
Seorang Ibu lalu nyaut, “Tapi di Jakarta ujan „kan? Di sini ga ujan-ujan..”
Memang betul, sementara Jakarta hujan terus sampe banjir, Kupang bahkan ga ujan-ujan.
Mereka hanya bisa bercocok tanam kalau musim hujan.
Mereka bertanam jagung.. dan padi di beberapa daerah tertentu (ga semua tempat bisa nanam
padi)
Gimana mau makan?
Tapi mengukur kesehatan mereka juga penting, dengan itu, mereka tau tindakan apa yang
harus dilakukan..
Siapa sih orang tua yang mau anaknya sakit?
Siapa sih orang tua yang ga mau ngasi anaknya segala macam yang anaknya inginkan.
Siapa sih yang tega melihat anaknya sedih, sakit, lemas…
Satu ketika, ketika gue sedang duduk di antara ibu-ibu itu, ada seorang ibu yang duduk
sambil mengayun anaknya yang tertidur di tangannya… Ibu itu berkata perlahan, hampir
berbisik,
“Au Neko….. Au Neko….”
Ibu itu mencium anaknya lalu kembali berkata, “Au Neko…”
Gue bertanya kepada ibu-ibu yang lain… “Apa artinya Au Neko?”
“Aku sayang kamu…”
“Au Neko…”
Hampir nangis gue melihat pemandangan itu..
Cinta adalah hal terakhir yang mutlak kita bisa berikan kepada anak kita, ketika kita tidak
bisa, tidak kuasa memberikan apapun lagi..
Au Neko…
Untuk siapapun yang sudah menandatangani Petisi Keluarga Sehat untuk Indonesia Sehat
terimakasih atas perhatiannya, untuk Lifebuoy terimakasih atas bantuannya, untuk elo yang
membaca ini dan memutuskan untuk memiliki komitmen dalam mengurangi angka kematian
anak-anak… terima kasih.
Di antara mereka yang tidak sampai berumur 5 tahun ada calon pemimpin kita yang bisa
membawa Indonesia jadi lebih baik… di antara mereka ada pemain sepakbola pertama yang
bisa main di Liga Inggris, di antara mereka ada inovator ulung yang membawa inovasi untuk
rakyatnya…
Sayangi mereka karena mereka juga bagian dari Indonesia.
Sayangi mereka karena rasa sayang itu akan berbuah menjadi harapan.
Elo dan gue bisa membuat mereka merasa ada pertolongan.
Harapan harganya mahal sekali.
Tanpa harapan, entah apa yang akan terjadi kepada mereka.
“Au Neko” adalah bahasa Timor.
Ada Timor Tengah Utara, Timor Tengah Selatan dan di antara daerah-daerah di Timor, ada
Timor Leste yang terpisah dari kita.
Faktanya, dari negara itu, banyak yang mengungsi ke Indonesia. Bahkan di Kupang ada satu
desa isinya ratusan pengungsi dari Timor Leste.
Ketika gue tanya ada nggak orang dari sini yang pindah ke Timor Leste mereka menjawab,
“Tidak ada.”
Mungkin karena mereka masih ingin jadi bagian dari Indonesia.
Ingin jadi bagian dari kita.
Karena itu, kita tidak boleh acuh.
Jangan tunggu pemerintah, kita bisa melakukan sesuatu.
Kita punya pilihan lain, selain menuntut perubahan.
Kita bisa MENCIPTAKAN perubahan.
PLUM IT
AU NEKO
Rasanya tulisan itu cukup menggambarkan keadaan Kupang.
Di sana, saya untuk pertama kalinya belajar nyirih.
Tapi sepertinya “nyirih” nya orang orang NTT berbeda dengan di daerah lain terutama di Jawa.
Yang sama adalah, efek merah yang muncul pada mulut, lidah dan gigi.
Sambil duduk-duduk di bawah pohon, saya nyirih bersama Kepala Desa, ibu si Kepala Desa yang
ternyata adalah penyedia sirih di desa tersebut bersama dengan pemuda-pemuda desa lainnya..
Mereka menertawakan saya yang mulai merah mulutnya.. kata si Kepala Desa yang umurnya tidak
jauh dari umur saya “Naaah, sekarang kamu sudah ganteeeng” sambil menunjuk gigi saya yang
merah. Hehehehehe
Kupang memang sangat unik. Di tengah hutan ada batu-batu karang yang menyerupai karang di laut.
Memberikan kesan bahwa nampaknya dulu Kupang, bahkan mungkin seluruh NTT, terendam oleh
laut.
Tapi agak tidak masuk akal karena harusnya justru tingginya air laut sekarang LEBIH tinggi daripada
dulu.
Karena itulah yang terjadi sehingga beberapa daerah yang tadinya satu jadi terpisah menjadi pulau
pulau.
Tapi kenapa ada karang lautan di tengah hutan? Mungkin karena masih ada banyak gunung es di
belahan bumi lain. Setelah semua gunung es di muka bumi ini mencair..hmm..
Saya menemukan pemandangan itu ketika rombongan menuju sebuah danau buatan yang terletak
di antara beberapa desa.
Mobil harus berjalan berjam-jam, menerobos hutan sampai kita tidak bisa lagi menggunakan mobil
dan harus berjalan cukup jauh menuju danau yang dimaksud.
Itu tidak ada apa-apanya dengan desa-desa lain di NTT.
Kebanyakan desa di sana bahkan HANYA bisa ditempuh dengan berjalan kaki berjam-jam.
Karena tidak ada jalan langsung menuju ke sana.
NTT memang paling berat medannya.
Hal-hal seperti itulah yang membuat bantuan sulit untuk bisa sampai ke mereka.
Mengapa pemerintah tidak membuat jalan yang menghubungkan antar desa dengan lebih baik, saya
juga tidak tahu, tapi perkiraan saya, pemerintah sudah mulai melakukan, hanya saja pekerjaannya
terhambat oleh medan yang memang menyulitkan.
Semoga bisa segera terwujud jalan tersebut.
Karena saya ingin lebih banyak orang bisa datang ke sana dan memberikan bantuan di sana.
Kupang adalah salah satu tempat yang akan menempel di benak saya selama-lamanya..
Pengalaman saya pergi ke sana benar-benar tidak terlupakan.
Melihat anak-anak di sana, mendengar mereka bernyanyi “Kuan Kefa” sebuah lagu daerah tentang
rindu kampung halaman... lalu mendengar ibu-ibu bernyanyi sebuah lagu tentang persatuan
berjudul “Lais Manekat” sambil pecah suara dan pengalaman saya duduk-duduk di bawah pohon,
sambil setengah tidak percaya mendengar suara angin yang bersiul.
Persis seperti di film-film.
Suara anginnya tidak berhembus. Tapi bersiul.
Rasanya indah sekali. Ironis mengingat NTT adalah daerah termiskin di Indonesia, sementara saya
merasakan keindahan alam yang luar biasa. Walaupun memang ketika saya menikmati siulan angin
tersebut saya tiduran di atas tanah Kupang yang kering, hanya ada rumput-rumput kering dan itupun
jarang-jarang.
Mungkin ini pertanda bahwa, kalau diperhatikan, Kupang dan NTT secara umum masih memiliki
harapan menjadi tempat yang indah dan layak untuk ditinggali.
Amin.
Belitung
Sebelum menonton “Laskar Pelangi”, saya tidak tahu apa apa tentang Belitung.
Sama sekali tidak tahu apa apa. Tidak punya bayangan.
Bahkan saya tidak tahu Belitung itu ada di mana.
Jadi ketika saya akhirnya berkesempatan ke sana, saya tahu tidak mungkin melepas bayang-bayang
adegan “Laskar Pelangi”.
“Laskar Pelangi” adalah kisah nyata paling indah yang mungkin saya pernah ketahui.
Lebih tepatnya, kisah nyata yang disampaikan dengan sangat indah. Berhubung saya tidak baca
novelnya dan hanya nonton filmnya, maka saya tidak mendalam memahami kisahnya, di luar
dariyang saya lihat di filmnya.
Laskar Pelangi adalah sebuah kisah mengenai semangat luar biasa anak-anak Belitung untuk bisa
sekolah dan mendapatkan ilmu.
Sebuah topik yang dekat dengan hati semua orang.
Sekolah. Pendidikan. Kepintaran. Kebodohan. Kemiskinan. Kekayaan.
Di Indonesia, salah satu yang menjadi tuntutan kita adalah sekolah gratis.
Saya pribadi, tidak setuju sekolah semuanya gratis. Tapi saya setuju sekolah gratis diperbanyak.
Kenyataannya adalah, sekolah gratis tidak menyelesaikan masalah.
Bahkan beberapa negara maju memiliki angka kelulusan yang rendah.
Ambil contoh Jerman. Dulu, negara ini terkenal karena semua sekolahnya gratis. Lalu Indonesia
merasa harus seperti itu.
Padahal kini, bahkan Jermanpun sekolahnya mulai berbayar. Entah apa alasan pastinya, tapi mereka
mulai memungut biaya untuk sekolah. Mungkin keadaan ekonominya sulit untuk negara mereka.
Tapi pada jaman ketika sekolah masih benar-benar tidak memungut bayaran, ada fenomena menarik
di sana. Tingkat kelulusan anak-anak Jerman, rendah.
Karena sekolah gratis, mereka jadi males-malesan untuk sekolah. Di luar memang kurikulum di
Jerman berat.
Anak-anak Indonesia yang di sana justru rajin-rajin karena mungkin di Indonesia, jarang-jarang bisa
ketemu sekolah gratis.
Bahkan di “Oprah”, sempat dibahas, angka kelulusan di Amerika Serikat rendah dibandingkan
dengan negara lain.
Amerika. Negara maju di mana orang-orang dari seluruh dunia ingin datang untuk menuntut ilmu.
Negara yang bahkan menurut banyak cerita teman-teman, sekolahnya memberikan laptop kepada
murid muridnya. Laptop!
Oprah kebingungan, Amerika adalah negara adidaya, tapi banyak sekali anak yang lulus SMA tidak
mau melanjutkan ke kuliah. Kalaupun kuliah, banyak yang lulus seadanya.
Sementara kuliah dinikmati oleh anak-anak imigran atau pendatang. Bahkan yang lulusan terbaik
biasanya yang anak-anak luar.
Ternyata, setelah dilakukan studi, ditemukan bahwa anak-anak Amerika merasa: tanpa kuliahpun
mereka bisa hidup.
Karena mereka bisa hidup dari tunjangan sosial negara.
Kasarnya, pengangguranpun tetap bisa hidup karena dapat tunjangan negara. Kecil sih..
Mungkin serupa dengan BLT (Bantuan Langsung Tunai) di Indonesia, tapi di Amerika lebih jelas
karena mereka punya social security number.
Jadi, apakah pendidikan gratis bisa menyelesaikan masalah?
Entah, saya tidak cukup punya kapasitas untuk menemukan jawabannya, tapi yang pasti kisah di atas
cukup membuat kita berpikir.
Apalagi, saya punya teman yang benar-benar menjadi inspirasi luar biasa akan sebuah kegigihan.
Teman saya, aslinya dari Kendal.
Bapaknya adalah tukang jaga tempat penitipan sepeda.
Jadi, orang-orang “markir” sepedanya di tempat yang disediakan bapaknya.
Tapi teman saya, beserta seluruh kakak dan adiknya bisa sekolah dari TK, SD, SMA sampai lulus
kuliah di ITB.
Dari mana? Beasiswa.
Teman saya ini luar biasa.
Ada masanya dia tidak punya tempat tinggal dan membawa semua barang yang dia punya dalam tas
ransel yang luar biasa besar dan nampak luar biasa berat. Tas ransel itu adalah “rumahnya”.
Dia tidur dengan menumpang di kostan teman-temannya..
Tapi dia bertahan dan bahkan lulus dengan bermodalkan semangat dari rajin mencari beasiswa.
Setelah lama bekerja sebagai Creative Director untuk sebuah perusahaan besar (Anda pasti pernah
minum produknya teman saya ini  ) dia kini menjadi pengusaha bersama istrinya.
Orang-orang seperti teman saya ini, banyak di Indonesia, bahkan dunia.
Orang-orang yang malas sekolah seperti yang di Amerika dan Jerman, juga banyak di dunia.
Kadang saya merasa, bukan uang yang jadi masalah pendidikan di Indonesia.
Tapi SEMANGAT untuk sekolah.
Inilah yang jadi inti dari Laskar Pelangi.
Di Belitung, saya bertemu dengan beberapa orang yang jadi sentral dari Laskar Pelangi.
Saya bertemu dengan Bu Muslimah yang asli.
Saya bertemu dengan Akiong yang asli (kalau Anda ingat, Akiong adalah anak berdarah Tionghoa
lucu yang mendukung Ikal untuk mendekati sepupunya, Aling).
Dan yang paling membuat saya terharu adalah, saya bertemu dengan Harun.
Harun yang asli.
Harun kini membantu saudaranya menjaga warung.
Akiong kini punya usaha warung mie dan warung kopi.
Nah... warung kopi.
Saya menemukan sesuatu yang menarik di Gantung. Kota/Kampung yang menjadi jantung dari kisah
Laskar Pelangi.
Warung Kopi, adalah pusat kebudayaan untuk orang-orang di Gantung.
Kalau Anda tahu film “Barbershop” yang diperankan oleh Ice Cube, Cedric The Entertainer dan Eve,
diceritakan bahwa barbershop adalah tempat di mana orang-orang berkumpul dari berbagai macam
generasi untuk berbicara bebas. Dari politik, olahraga sampai gosip. Orang di barbershop bisa
berbicara tentang apapun, dan tergambarkan dengan jenaka di film tersebut.
Untuk masyarakat Gantong, tempat seperti itu adalah Warung Kopi.
Kalau Anda ke sana, Anda akan terkejut dengan banyaknya warung kopi sepanjang jalan.
Orang-orang yang nongkrong di sana datang dari 3 generasi.
Generasi remaja, generasi bapaknya, dan generasi kakeknya..
Menurut orang Gantong, masyarakat setempat jarang sekali dapat hiburan, karena itu, warung
kopilah tempat mereka berkumpul bercanda dan menghibur diri.
Untuk sebuah isu, mereka bisa bicara dari jamannya Bung Karno sampai ke jamannya SBY.
Agak aneh memang, karena warung-warung itu banyak yang penuh... Saat saya berkeliling Gantong
itu sekitar sore, dan warung itu diisi oleh kaum laki yang harusnya, asumsi saya, masih bekerja..
Dulu memang Belitung itu terkenal tambang timahnya, sekarang eksplorasi tambang timah dibatasi
negara untuk mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan dan ekosistem.
Ketika saya tanya, masyarakat di sini mata pencahariannya apa, mereka menjawab, “Bertani, buruh,
kebun kelapa sawit juga sudah mulai banyak di sini...”
Belitung juga katanya terkenal dengan hasil lautnya...
Harusnya masuk akal karena daerah perairannya sangat indah dan kaya.
Belitung itu punya ciri khas batu-batu besar.. cenderung raksasa di pinggir pantainya.. dan saya
curiga, batu-batu itu juga ada di dalam lautnya..
Waktu saya lihat batu-batu itu dan bagaimana batu-batu itu seperti tersusun berkelompok, saya
kebingungan sendiri.
“Batu-batu apa ini? Datang dari mana? Mengapa batu-batu raksasa ini berkumpul seperti ini?”
Batu-batu itu benar-benar mengagumkan.
Memang batu, tapi ... aneh...
Belakangan saya dikasi tahu bahwa batu-batu raksasa itu muntahan dari gunung berapi.
Masuk akal sih karena memang susunannya seperti hasil muntahan gunung berapi.
Tapi saya pikir, “Di mana gunung berapinya?”
Teman saya berkata, bahwa batu-batu itu adalah muntahan dari ledakan Gunung Krakatau yang
terkenal itu. Yang asap dari ledakannya sampai ke Benua Amerika.
Bahkan katanya Bangka dan Belitung asalnya satu pulau, namun ledakan itu membelah pulau itu jadi
dua.
Pantainya, luar biasa indahnya...
Pasirnya sangat halus dan putiiiiiih sekali seperti tepung terigu dipinggir laut.
Airnyapun cukup rendah sepanjang puluhan kilometer sehingga kita bisa berjalan cukup panjang
atau mengambang sedikit sampai cukup jauh dari pantai.
Bahkan dari pulau Lengkuas (pulau bermercusuar yang ada di videoklip Nidji-Laskar Pelangi) kita bisa
berjalan sampai ke pulau terdekat yang ada di seberangnya..
Banyaknya pantai indah di Belitung membuat saya berpikir... sesungguhnya, andai orang-orang di
luar negeri benar-benar tahu Indonesia, mereka pasti iri dengan kita.
Dengan apa yang kita punya.
Bahkan kadang saking banyaknya pantai dan destinasi yang kita punya, sulit sekali membuat iklan
pariwisata untuk Indonesia.
Sebuah iklan tidak akan mampu menampung banyaknya tempat indah, kalaupun mau, harus bikin
banyak versi dan itu tidak murah.
KECUALI, setiap anak muda di daerah masing-masing berinisiatif untuk mempromosikan daerahnya
masing-masing ke dunia luar.
Kesulitanya bukan fasilitas karena internet sekarang masuk ke mana-mana.
Kesulitannya adalah, secara alamiah, “rumput tetangga selalu nampak lebih hijau”.
Jarang ada yang benar-benar cinta dan bangga dengan daerahnya masing-masing untuk bisa / mau
mempromosikan ke luar..
Ini akan segera berubah, karena anak muda Indonesia kini pikirannya berbeda.
Semoga.
Banyak yang bisa digunakan dari uang yang datang dari para turis, salah satunya untuk ketersediaan
air bersih. Belitung kesulitan air bersih. Dan beberapa daerah di belitung belum ada listrik. Hanya
mengandalkan diesel.
Pada hari terakhir saya di Belitung saya membaca koran lokal dan didalamnya ada artikel yang
menyatakan “Pelancong yang berwisata ke Belitung naik 30%... Turis asingnya sejumlah 2000 sekian
yang merupakan peningkatan”
Ini adalah pertanda yang sangat baik.
Kalau kita ingat lagi, peningkatan turis ini pasti karena Laskar Pelangi (wong di bandara saja ada
tulisan selamat datang di kota Laskar Pelangi).
Dan kalau diingat-ingat lagi, Laskar Pelangi, datang dari kisah yang dituturkan oleh anak Belitung
yang memiliki sebuah mimpi.
Sesuatu yang harusnya bisa dimiliki oleh setiap anak di Indonesia.
Mimpi, sesuatu yang tidak perlu kita beli dengan uang untuk bisa miliki. Hanya perlu untuk berani.
Beranikah Anda untuk bermimpi?
Jayapura
Banyak yang terlintas di kepala kalau kita sebut Papua.
Malaria adalah salah satunya 
Ketika diketahui bahwa saya akan ke Papua untuk kebutuhan shooting, semua orang sibuk
mengingatkan untuk suntuk ini-itu, minum pil ini-itu, dll.
Selanjutnya yang muncul adalah konfilk, perang antar-suku, panah-panahan, OPM (Organisasi Papua
Merdeka) dan lain-lain.
Ternyata, kesan yang muncul dari tanah tercinta Papua masih begitu negatif.
Seperti yang selalu saya ungkapkan, orang cenderung takut dengan hal-hal yang dia tidak mengerti.
Setelah akhirnya pergi ke Papua, saya meyakini kalimat di atas juga berlaku untuk negeri ini.
Perjalanan ke Papua cukup melelahkan.
Apalagi kalau anda tingginya 180-an cm dan harus duduk di kursi ekonomi 
Pesawat kami berangkat sekitar jam 10.00 malam dari Jakarta.
Kami transit di Makassar sekitar 20 menit.
Lalu transit lagi di Biak sekitar 30 menit.
Ketika sampai di Jayapura jam 07.00 pagi WIT. Berarti jam 05.00 WIB.
Maka total perjalanan kami termasuk transit adalah 7 jam.
Jayapura ternyata seperti kota-kota lainnya di Indonesia.
Tertata rapih, infrastruktur baik, dan penduduknya terdiri dari beragam etnis.
Bahkan bisa dibilang, Jayapura ini banyak pendatangnya.
Semakin lama saya menjelajahi jayapura, semakin saya merasa “Ah, kota ini ternyata sama saja
dengan kota-kota lainnya di Indonesia”
Kekhawatiran akan hal-hal buruk langsung sirna, tapi sayangnya harapan akan bertemu orang-orang
dengan pakaian koteka mondar-mandirpun lenyap.
Saya lalu menuju derah perbatasan antara Indonesia dengan Papua New Guinea.
Desa Wutung namanya, masih dalam wilayah Jayapura.
Ada sebuah jalan panjang yang mengantar saya menuju sebuah pagar.
Di luar pagar itu, adalah daerah netral, di seberang sana ada pagar lagi, di balik pagar itu adalah
wilayah luar negeri. Wilayah Papua New Guinea (PNG).
Kami diperbolehkan untuk masuk ke wilayah PNG walau tanpa bahwa pasport. Toh urus visa juga
dilakukan di kota Jayapura. Tapi masuk ke daerah PNG tidak diperbolehkan membawa kamera untuk
kebutuhan shooting, dan tidak boleh lebih dari area yang diperkenankan pihak PNG.
Bahkan kita bisa beli oleh-oleh PNG di warung tenda tidak jauh dari meja pencatatan keterangan di
PNG.
Pandangan saya tertuju kepada sebuah mercusuar dengan bendera merah putih berkibar diatasnya
Ini adalah bendera merah putih yang berkibar paling ujung di Indonesia timur.
Sebenarnya yang paling ujung timur adalah merauke, tapi secara teknis karena ini juga berbatasan
dengan PNG maka bisa dibilang bendera ini benar benar ada di ambang batas 2 negara.
Dari arah PNG tidak putus orang bermasukan ke wilayah Indonesia. Menurut para polisi yang
berjaga, biasanya mereka masuk ke wilayah RI untuk belanja ke pasar.
Sementara orang Indonesia yang masuk ke wilayah PNG tidak terlalu banyak. Ketika saya tanya
biasanya urusan apa mereka ke PNG polisinya menjawab ,“Biasanya urusan keluarga.”
Entah apa maksudnya, Indonesia dan PNG sudah terpisah sangat lama, mungkinkah ada keluarga
atau suku yang terpisah karena itu?
Mungkin keadaan serupa terjadi seperti pada Jerman Barat dan Timur?
Rasanya sih tidak. Entah apa maksud polisi tadi.
Lalu saya bertemu dengan sosok yang pernah menghiasi media massa Indonesia selama waktu yang
cukup singkat (maklum, umumnya media lebih suka mengeksploitasi berita buruk untuk kebaikan
rating mereka).
Georga Saa. Adalah pemenenang pertama sebuah kompetisi fisika tingkat dunia.
Kompetisi itu, meminta hasil riset setiap peserta dari setiap negara.
Bagaikan Lintang di film Laskar Pelangi, George mencuri perhatian Indonesia ketika dia
memenangkan kompetisi domestik dan terpilih mewakili Indonesia di ajang dunia.
Di bawah bimbingan Profesor Yohanes Surya, George mengirimkan risetnya ke panitia pusat di
Polandia lewat e-mail (syaratnya memang seperti itu).
Inti dari riset George adalah menemukan rumus yang akan membuat proses penghitungan sebuah
komponen tidak lagi manual. Rumus itu, belum pernah ditemukan sebelumnya, George adalah orang
yang menemukannya.
Begitu hebatnya penemuan George , sampai para juri tidak bisa menyanggah atau
memperdebatkan.
George menang mutlak.
Dia mendapatkan penghargaan The Next Step to Nobel Prize Award dan membawa Indonesia jadi
juara dunia kompetisi fisika tersebut.
George telah kembali setelah melanjutkan pendidikannya di Florida , di sana, orang-orang Amerika
Serikat bilang, “You’re Indonesian? You don’t look Indonesian!”
George sampai harus meyakinkan bahwa dia memang orang Indonesia, dan ketika akhirnya mereka
teryakinkan, mereka mulai bercerita bahwa mereka mengagumi keindahan Indonesia.
Kata George “Terutama mahasiswa yang dari timur tengah, mereka selalu bilang mereka suka sekali
ke Puncak.”
Dalam hati saya berpikir “Mmmm, emang paling doyan mereka ke Puncak...” hehehehe
Pertemuan dengan George semakin membuka mata saya terhadap Jayapura, bahwa kota ini, sama
sekali tidak tertinggal.
Perekonomiannya baik.
Keadaan kotanya stabil.
Mahasiswa di sini tidak begitu peduli dengan kasus Century, korupsi, dan lain lain.
Bukan isu seperti itu yang akan membawa para mahasiswa turun ke jalan.
Biasanya isunya adalah otonomi daerah.
Jayapura juga kota yang begitu fanatik terhadap sepakboka.
Dikatakan bahwa kalau Persipura lagi bertanding, semua kegiatan berhenti. Mereka semua hadir dan
menonton pertandingan sepakbola.
Bahkan ketika pertandingan usai seringkali jalanan jadi ramai oleh penonton.
Ega, teman saya yang merupakan mahasiswa di Jayapura bercerita dia pernah baru sampai rumah
jam 10. Padahal pertandingan sudah usai jam 7 malam. Untuk ukuran Jayapura, itu LUAMA
BUANGET. Hehehe
Ega juga cerita, bahwa Jayapura isinya fans berat Manchester United.
Kota ini, tidak punya tempat untuk penggemar klub lain SELAIN ManUtd.
Bahkan di stadion mereka, ada area khusus untuk penggemar ManUtd. Yang nonton di situ harus
berbaju merah dan area itu disebut “Tribun Setan Merah”

Ega, adalah seorang anak yang baru saya kenal di Jayapura.
Kami berkenalan dari seorang teman.
Kebetulan saya penasaran ingin menanyakan banyak hal tentang Papua, dan kebetulan, Ega dan
temannya tidak hanya banyak tahu tentang Papua, mereka juga senang bercerita.
Ega berkata, “Belum ke Papua kalau belum ke Wamena”
Berdasarkan pernyataan itu, saya bertanya lebih lanjut. Apa yang keluar dari mulut Ega selanjutnya,
membuat saya ingin kembali HANYA untuk ke Wamena.
Wamena menurutnya menyimpan banyak keajaiban yang selama ini diidentikkan dengan Papua
secara keseluruhan.
Di sinilah anda bisa melihat pria dan wanita berjalan, “berkeliaran” di kota dengan baju adat mereka.
Para pria, menggunakan koteka.
Mereka lebih nyaman seperti itu, walaupun, Wamena dikenal sangat dingin.
Ega cerita sekitar tahun 2006 dia masih merasakan hujan salju di kota Wamena.
Dan airnya, dingin luar biasa.
Salah satu yang membuat mereka memilih untuk tetap pakai pakaian tradisional adalah karena pakai
baju yang biasa kita pakai membuat mereka iritasi kulit.
Bukan karena mereka tidak biasa pakai baju katun atau bahan kaos, tapi karena kalaupun mereka
punya baju, biasanya hanya ada 1 pasang atasan dan bawahan sehingga baju yang sama mereka
pakai terus-menerus.
Kotor dari pakaian yang dipakai setiap hari itulah yang membuat mereka iritasi kulit. Sementara
koteka dipakai setiap hari tidak memberikan efek iritasi kulit.
Wamena dibagi 3 area utama.
Wamena Barat, Wamena Tengah, Wamena Timur.
Wamena Timur menurut Ega adalah wilayah paling “bahaya” karena penduduknya masih makan
orang. Menurut kesaksiannya, setiap tahun kadang ada tumbal yang dikorbankan untuk dimakan.
Bahkan ada suku di Wamena yang punya cara menyambut pendatang sangat unik.
Anda akan didatangi oleh Kepala suku dan istrinya, lalu bagian dari upacara penyambutan itu, Anda
harus (maaf) menyedot susu dari payudara sang istri.
Tinggal di benak kita adalah, “Seperti apakah wajah sang istri kepala suku?” hehehe
Sayapun tidak percaya dengan cerita itu, tapi Ega dan temannya bersikeras bilang begitu.
Di Wamena, mereka lebih menghargai babi peliharaan mereka. Tidak jarang, seorang ibu menyusui
bayi babi!
Lalu ada sebuah suku yang punya adat kalau anggota keluarganya ada yang meninggal, dia harus
memotong satu jarinya untuk dipersembahkan kepada yang meninggal.
W.O.W.
Satu lagi yang juga mencengangkan adalah, di Wamena tengah, ada sebuah danau yang airnya air
asin!
Perlu kita ingat bahwa Wamena itu dataran tinggi! Ke arah barat dari Wamena adalah gunung
JayaWijaya yang puncaknya ada saljunya.
Bayangkan di ketinggian seperti itu ada danau air asin!
Apakah dulu air laut setinggi itu?
Di Wamena juga ada Udang Selingkuh.
Awalnya saya pikir Lobster
Ternyata Lobster Air Tawar. Hehehehe
Udang Selingkuh itu hanya ada di Wamena (kalau di daerah Papua).
Bentuknya yang aneh itu sangat unik, rasanya seperti udang tapi lebih lembut.
Ajaib.
Papua betul-betul negeri yang ajaib.
Dalam kegiatan shooting kemarin saya berkesempatan untuk menjelajahi Jayapura...
Memasuki hutan, menembus sungai, mendaki tanjakan terjal, semuanya menggunakan Jeep
kelahiran 1944.
Papua memang betul-betul luar biasa suburnya.
Luar biasa pemandangannya, luar biasa indahnya.
Salah satu pemandangan indah adalah Danau Sentani.
Indah dilihat langsung dari pinggir danau ....
...juga indah dilihat dari ketinggian.
Garis lurus di kanan foto itu adalah landasan pacu pesawat. Supaya terbayang Danau Sentani
besarnya seperti apa...
Saya Juga sempat mengunjungi sebuah desa bernama Tabla Nusu.
Desa ini adalah salah satu desa yang menjadi bukti program pemerintah yaitu “Desa Wisata”.
Foto ini saya ambil dari atas bukit, kalau anda perhatikan baik-baik di pojok kiri foto adalah desa
Tabla Nusu.
Pemerintah menurunkan bantuan dana untuk desa-desa yang ingin mengembangkan dirinya
menjadi tujuan wisata. Kucuran dana itu nantinya (harusnya) digunakan untuk membangun
infrastruktur yang dibutuhkan untuk menjadikan desa itu layak jadi obyek pariwisata...
Salah satu desa yang terpilih adalah Tabla Nusu. Menurut Venna Melinda (ya betul, Venna Melinda
yang itu) ketika saya wawancara beliau dengan kapasitasnya sebagai anggota DPR Komisi X yang
mengurusi pariwisata, tahun 2009 kemarin 130 desa sudah dicanangkan sebagai desa wisata yang
mendapatkan kucuran dana. Semoga 2010 lebih banyak lagi.
Tabla Nusu betul-betul desa yang indah dan memiliki kesan yang damai..
Tidak seperti pantai-pantai lainnya, desa ini pantainya bukan pasir, tapi kerikil-kerikil kecil.
Kerikil kecil itu bukannya menjadi sebuah kekurangan, tapi justru sebaliknya dimanfaatkan jadi
sebuah potensi.
Tabla Nusu mempromosikan pantainya sebagai tempat yang tepat untuk refleksi kaki.. 
Makanya ketika saya kesana, saya dan rekan-rekan dari Trans7 dan Danamon langsung bertelanjang
kaki untuk sedikit merasakan “pijitan” batu batu kecil ini sambil menikmati siraman air laut pada kaki
kami...
Anak-anaknya juga lucu-lucu, penuh rasa penasaran, ramah, dan senang sekali di foto
Keramahan itu tercermin di mana-mana sebenarnya, tidak hanya dari anak-anak di sana.
Kalau anda bertemu dengan orang Papua, beri senyum dan sapa mereka, saya JAMIN, senyum
balasan dari mereka 3 kali lebih lebar daripada senyum Anda.
Itulah gambaran betapa ramahnya orang-orang Papua.
Papua...
Betul-betul bikin penasaran.
Betul-betul pantas dikunjungi.
Betul-betul kekayaan Indonesia.
Bali
Lucu, saya dulu sering sekali dicela oleh sahabat saya Steny Agustaf karena belum pernah ke Bali
seumur hidup saya. Menurut dia, orang Indonesia ke Bali itu harusnya cukup standar. Apalagi orang
Jakarta.
Pertama kali saya ke Bali memang ketika saya bulan madu bersama pasangan ( ya iyalah sama
pasangan, masak sama tukang ojek?)
Berarti itu ketika saya berumur 27 tahun.
Sejak itu, sudah entah berapa kali saya ke Bali.
Awalnya, sebelum saya mengenali tempat-tempat indah lain di Indonesia, saya begitu memuja Bali

Dulu saya pikir, “Wuaahh, pantainya indah indaaah”
Sekarang saya pikir “Pantai indah mah ada di seluruh pelosok Indonesia..”
Dulu saya pikir “Indahnya sunset di Baliiiiii”
Sekarang saya pikir “Sunset mah memang indah di mana mana..”
Hal-hal yang tadinya indah dari Bali, kini tidak lagi seindah dulu.
Indah memang, tapi bukan satu-satunya keindahan Indonesia.
Banyak yang sama bahkan mungkin lebih indah dari pantai-pantai Bali.
Namun bedanya, Bali lebih “ramah” wisatawan.
Nah, ini yang mau jadi fokus bahasan saya di awal ini..
Banyak yang merasa, kehadiran wisatawan ke sebuah daerah akan mengganggu budaya setempat,
modernisme membuat tradisi lambat laun terhapus.
Padahal Bali membuktikan sebaliknya. Kalau ada 1 hal yang justru dicari-cari oleh wisatawan (asing
terutama) dan ingin mereka pertahankan, adalah justru budaya dan tradisi lokal.
Itulah yang membuat Bali begitu menarik di mata dunia hingga jadi pulau terbaik selama bertahuntahun.
Kemampuannya untuk mengakomodir kebutuhan wisatawan seperti infrastruktur wisata diimbangi
dengan kemampuannya mempertahankan keindahan, keasrian, kearifan dan kekayaan lokal.
Kalau budaya dan tradisinya indah tapi ga ada tempat tinggal yang layak, mungkin hanya
“backpackers” saja yang mau datang dan kita tahu mereka nggak gitu bawa banyak uang hehehehe
Dibandingkan dengan wisatawan yang datang bersama keluarganya, atau yang datang dengan
niatan untuk menginap di jajaran hotel hotel Nusa Dua atau Ubud.
Contoh sederhananya adalah Bali dibandingkan dengan Belitong.
Pantainya sama indahnya (bahkan mungkin lebih indah Belitong), tapi Belitong di beberapa tempat
airnya kotor. Wisatawan memilih Bali tentunya.
Tapi kemampuan Bali dalam menyediakan infrastruktur bukannya tanpa korban.
Dari informasi yang saya dapat dari sumber yang tidak dapat dipercaya (hehehehehe, soalnya saya
dapat dari supir supir travel Bali yang rata rata berujar sama) bahwa sekarang ini di Bali tidak mudah
untuk orang asli Bali menjual tanah mereka kepada orang luar Bali.
Prosesnya menyangkut para pemangku adat Bali.
Ini karena dulu, orang asli Bali relatif mudah menjual tanahnya kepada orang luar yang ingin
membangun hotel atau restoran atau cafe atau tempat wisata lainnya di atas tanah tersebut.
Akhirnya dulu di Bali banyak orang kaya mendadak, yang sayangnya tidak diikuti dengan
kemampuan mengatur keuangan dengan benar. Ada kisah seorang kaya (karena jual tanah) berjudi
dengan uang yang dia dapatkan.. orang kaya tersebut pada akhirnya kehilangan semua uangnya
karena judi dan sekarang jadi pengemis...
Biarpun begitu, Bali tetap mampu memberikan apapun yang nampaknya dicari oleh wisatawan.
Menjadikannya destinasi liburan orang-orang se-dunia.
Yang menjadikan Bali itu selalu ramai dikunjungi orang adalah karena Bali memiliki destinasi liburan
untuk orang dari kalangan manapun.
Turis yang senang berselancar, senang di Bali.
Turis yang partygoers, senang di Bali.
Turis yang ingin ke pantai, senang di Bali.
Turis yang ingin berbelanja kriya dan kesenian, senang di Bali.
Turis yang ingin sekedar berjemur, senang di Bali.
Turis yang mencari tempat meditasi, senang di Bali (Ubud).
Datang bersama teman, pasangan, keluarga, Bali adalah tempat yang tepat.
Bali adalah destinasi liburan siapapun.
Sesuatu yang bisa (dan rasanya sudah) jadi pelajaran untuk daerah-daerah lain di Indonesia.
Saya pribadi kalau ke Bali hampir selalu ke Ubud.
Saya lebih suka Ubud daripada daerah-daerah lain di Bali.
Saya bisa berjalan berjam-jam memasuki satu toko ke toko lainnya untuk mencari benda yang unik
dan inspiratif bagi saya.
Mungkin ini yang membuat saya masih rindu untuk kembali ke Bali.
Ubud dengan deretan toko-tokonya yang belum terjelajahi semua, cafe dan restoran yang menarik
di pinggir jalan dengan banyak pilihan, membuat saya tetap ingin ke sana berkali-kali...
Saya pernah bertanya kepada diri saya sendiri,
“Kalau saya bertanya BALI THE ISLAND OF ....... , kira-kira titik-titik itu akan terisi apa saja ya?”
Lalu otak saya mengisi titik-titik itu dengan berbagai jawaban... berikut adalah berbagai versi
jawaban saya:
BALI THE ISLAND OF UGLY DOGS, heheheheh Bali memang isinya anjing-anjing buruk rupa.. coba saja
keliling Bali, pasti ketemu anjing-anjing liar berkeliaran.
BALI THE ISLAND OF UNLICENSED MOPED RIDER, berhubung di Bali turis boleh nyewa motor bebek
akhirnya Bali, terutama Kuta dan Legian, isinya orang-orang seliweran dengan motor bebek sewaan.
Masih mending kalau mereka bisa naik motor. Beberapa, bahkan banyak di antara mereka, yang
saya yakin baru pertama kali naik motor bebek sehingga jalan kaki ataupun nyetir mobil di sana
selalu mencemaskan.. tiba-tiba dari gang keluar motor ngebut isinya dua perempuan Jepang
cekikikan..
BALI THE ISLAND OF BINTANG T-SHIRTS, tidak ada tempat lain di dunia selain Bali yang jadi tempat
paling sempurna untuk promosi merk bir yang satu itu.. dari kaos dewasa sampai anak-anak ada logo
bir tersebut menghiasi kaos..
BALI THE ISLAND OF ENJOYING LONG WALKS, karena Bali begitu menarik di mata, terkadang kita
tidak sadar telah berjalan sangat jauh. Bahkan kalau dipikir, salah satu perjalanan kaki terjauh saya
kelihatannya di Bali ini... kalau di Jakarta sih saya mungkin enggan untuk jalan kaki sejauh itu, tapi
karena Bali, capek dan jauh tidak terasa.
BALI THE ISLAND OF FORGET UR DIET, saya kalau di Bali, makannya benar-benar tidak terkontrol.
Hehehe. Sayang soalnya. Jauh-jauh datang ke Bali tapi tidak bisa menikmati indahnya kuliner Bali.
BALI THE ISLAND OF BEAUTIFUL WOMEN, sebagai laki-laki, saya akui, kalau ke Bali selalu bertemu
dengan perempuan cantik baik asing maupun orang Indonesia sendiri. Kadang saya suka bingung, di
mana mereka mereka ini tinggal, kok di Jakarta nggak pernah ketemu.. (ya ya ya, saya tau, pemikiran
yang bloon memang, hehehe)
BALI THE ISLAND OF FREE, kalau Amerika the land of free, Bali adalah the island of free. Soalnya Bali
itu memang sangat menggambarkan kebebasan mutlak. Orang di sini berpakaian seenaknya, kadang
tidak mandi, bangun tidur dan tidur di malam hari sebebasnya, ini yang memberikan kesan santai di
pulau ini. Sementara di masa sekarang ini “santai” bukan sesuatu yang mudah didapatkan di
manapun kita berada. Bahkan saking santainya di pulau ini, hal-hal yang ilegalpun masih relatif
santai untuk dilakukan/nikmati... hehehehehe...
BALI THE ISLAND OF CASH SPENDING, kalau ke Bali nggak bawa uang lebih untuk berbelanja teramat
disayangkan. Bali adalah tempat yang tepat untuk berbelanja. Kalau mau menghabiskan uang, ini
tempatnya..
BALI THE ISLAND FOR CHILDREN, banyak tempat liburan yang tidak “ramah anak”
Saya merasaka ini pertama kali di Ragunan.
Ragunan adalah salah satu kebun binatang terlengkap di Indonesia. Mungkin bahkan yang paling
lengkap.
Tapi ukurannya yang luar biasa besar dan marka yang tidak jelas membuat anak-anak akan kelelahan
berjalan di sana. Jarak antar kandang jauh sekali. Marka yang tidak jelas membuat perjalanan kurang
efektif karena sering muter-muter dan kadang bahkan ketika pulang, tidak semua kandang
terkunjungi.
Nah Bali, kebun binatangnya adalah salah satu kebun binatang terbaik yang saya pernah lihat. Rapih,
jalurnya jelas, bisa foto-foto dengan hewan seperti burung-burung dan anak singa, kemudian
kandangnya tidak terlalu besar sehingga kita bisa melihat hewan yang ada di dalam dengan lebih
jelas tapi tetap aman...
Selain kebun binatang, pantainya juga jadi andalan keluarga untuk mengajak anak bermain.
Namun salah satu yang sebenarnya menarik untuk anak-anak namun jarang diperhatikan oleh
orang-orang adalah Sendra Tari.
Waktu saya ke Ubud untuk shooting bersama Danamon saya berkesempatan untuk menonton
sendra tari luar biasa yang memadukan wayang orang dengan hewan-hewan dan ledakan api yang
menakjubkan..
Cerita yang dikisahkan adalah Ramayana. Salah satu kisah kesukaan saya. Anda harus lihat
bagaimana Hanoman berlari ke sana ke mari ketika dikisahkan dia menyusup ke Alengka untuk
menemukan Shinta. Lalu bagaimana Rama bertarung dengan Rahwana dengan gajah dan ketika
Rahwana kalah gajahnya “mati” 
Lalu Anda juga harus lihat ketika Rahwana yang sudah terdesak berubah menjadi raksasa dengan
tangan yang banyak.. wuaaaaaah keren bangeeetttt
Pengasuh dari sendra tari itu adalah seseorang yang dikenal dengan nama Made Sidia.
Kalau pernah dengar “Wayang Listrik” naaah ini dia orangnya ..
Made Sidia dikenal dengan atraksi wayang listriknya yang intinya seperti wayang tapi lebih modern.
Beliau memberikan inspirasi kepada banyak sekali orang muda di Indonesia
Bahwa untuk bisa terus mengenalkan kekayaan tradisi dan budaya kita, tidak diharamkan apabila
penyajiannya dikemas secara modern.
Made Sidia cerita, di sanggarnya sering ada mahasiswa asing yang menginap. Mereka datang dari
negaranya masing-masing untuk belajar wayang dan cara membuat wayang.
Bayangkan, begitu niatnya belajar wayang sampai menyebrangi lautan dan menginap di sanggarnya
Made Sidia. Bli Sidia (panggilan akrabnya) juga cerita, ide awal dari Wayang Listrik datang dari
temannya orang Amerika.
Mereka kemudian bereksperimen hingga ditemukanlah Wayang Listrik ini.
Kini, Made Sidia sedang mengembangkan jenis wayang baru yaitu wayang kaca 
Saya susah sekali menerangkannya seperti apa, tapi saya jamin, KEREN!
Hal hal seperti ini yang menurut saya inspiratif sekali dari Bali..
Kemampuan meramu tradisi dengan teknologi sehingga bisa dinikmati oleh orang-orang masa kini.
Bali mungkin tidak lagi spesial keindahan alamnya di mata saya, dengan begitu banyak titik indah di
Indonesia yang sudah saya jelajahi, tapi dari sisi kehebatannya menjamu wisatawan, dari sisi
pengalamannya menjadi tujuan wisata, Bali masih jadi salah satu yang terbaik.
Bali, betul-betul berharga di mata saya. Kecuali bandaranya. Bandaranya butut.
Tapi yang lainnya, Mantaaaaaafff 
Kota terakhir.... JAKARTA!
Harus saya akui
Dulu, saya pikir Indonesia itu Jakarta.
Pemahaman saya terhadap Indonesia itu absurd.
Saya belajar dan baca di sekolah bahwa negara saya Indonesia dan saya tinggal di kota Jakarta.
Tapi kalau Jakarta itu bukan Indonesia, lalu Indonesianya sendiri seperti apa?
Dikasih unjuk peta Indonesia tidak menyelesaikan pertanyaan saya.
“Di sana (saya menunjuk tiap pulau di Indonesia) yang tinggal siapa, seperti apa, orang yang kayak
gimana, makannya apa?”
TVRI cukup memegang peranan penting tentang Indonesia, tapi tetap saya pemahaman saya tidak
kunjung sampai.
Maka, Indonesia yang saya tahu hanyalah Jakarta.
Setelah saya keliling Indonesia, saya paham betul bahwa tidak mungkin Jakarta jadi tolok ukur untuk
menggambarkan Indonesia karena sangat tidak mewakili Indonesia secara keseluruhan.
Kalau Anda berpendapat bahwa di Jakarta banyak pendatang dari berbagai macam daerah sehingga
bisa dibilang mewakili Indonesia, saya kurang setuju.
Karena perilaku mereka ketika sudah di Jakartapun berbeda dengan ketika mereka masih di kota
masing-masing.
Tapi ada beberapa anggapan umum tentang Jakarta yang saya akui kebenarannya.
Jakarta, adalah kota yang sangat rumit.
Kota ini menjadikan segala macam hal yang ada di dalamnya jadi “besar”.
Jumlah penduduknya yang besar (sekitar 15 jutaan) menjadikan kehidupan sosialnya (termasuk di
dalamnya pergaulan, perseteruan, persaingan, kekerabatan, kesenjangan) juga besar.
Ini juga mungkin yang membuat banyak orang berpendapat Jakarta itu kota yang keras.
Kerasnya kota Jakarta bagaikan 2 mata pisau.
Ada yang jadi enggan ke Jakarta, ada yang malah jadi berbondong-bondong ke Jakarta.
Saya menulis tentang kota Jakarta di album ke-2. Judulnya DJAKARTA featuring DRUSTEELO dari Soul
ID
Di dalam lagu itu, ada kalimat yang tertulis “Keris nggak ada yang cuma sekali tempat”
Nah, kalimat itu sebenarnya terinspirasi dari tulisan saya di blog yang saya tulis sebagai reaksi dari
pertanyaan teman saya, “Nyesel kan lo tinggal di Jakarta?”
Ini dia tulisan dari blog saya
KISAH KERIS
Dengan asumsi bahwa yg membaca blog gue adalah orang yg paling tidak sudah kenal
dengan gue (baik dari karya gue selama ini, ataupun dari membaca posting-posting gue),
maka perkenankan gue berbicara terbuka.
Harapan gue, ga ada yang menangkap tulisan ini dengan pikiran buruk.
…
Beberapa teman dari Bandung menanyakan kabar gue setelah terdengar kabar banjir.
Ada yang bahkan ngomong begini, “Nyesel kan lo tinggal di Jakarta?”
Pertanyaan yang sangat aneh bagi gue.
Berhubung penasaran akan dasar pertanyaan dia, gue memancing balik dengan “Kenapa
emangnya?”
Kemudian muncul kalimat berikut ini,
“Di sana di mana-mana macet, waktu lo abis di jalan, pengeluaran tinggi banget, hidup lo ga
nyaman, parno, takut telat, takut macet, takut ditilang, takut banjir, takut kehilangan
pekerjaan, takut kalah bersaing… hidup lo ga tenang di sana… di Bandung? Pekerjaan buat
elo pasti selalu ada.. dan walaupun duitnya ga sebesar di Jakarta, tapi pasti akan cukup untuk
tinggal di Bandung yg ongkosnya ga sebesar di Jakarta… dan di sini, tenaaang…”
Ditutup dengan kalimat, “Gimana? Nyesel kan pindah ke Jakarta?”
Jawaban gue saat itu singkat, “Nggak.”
Tapi ga mungkin buat gue menerangkan balik alasan kuat di balik kata „nggak‟ tersebut.
Mungkin siih, tapi males.
Hehehehe
My take is…
MENYESAL adalah sifat PECUNDANG.
Boleh untuk kita menyadari kesalahan kita, dari sanalah kita kemudian belajar.. tapi
MENYESAL?
Gak akan.
Menyesal hanya akan mengisi hati kita kelak dengan ketakutan.
Langkah kita kelak akan meragu.
Karena kita begitu kuatir apa yang pernah kita sesali akan kembali.
Pola pikirnya beda dengan orang yg sudah sadar akan kesalahan dan berniat tidak
mengulangi lagi..
Beda di mentalitasnya.
Gue nggak menyesal sama sekali pindah ke Jakarta.
Padahal sedihnya gue mungkin sama banyaknya dengan senengnya gue.
Sementara di Bandung memang banyakan senengnya.
Artinya, Jakarta memang tempaannya lebih besar daripada Bandung.
Tapi di benak gue, itu bukanlah sebuah masalah.
Justru itu sebuah berkah, sebuah peluang.
Sebuah kesempatan.
Bagi gue, ga ada keris yang ga ditempa.
Kalau mau bikin Keris, harus ditempa.
Mau bikin Keris yang bagus? Harus ditempa dengan lebih niat.
Mungkin juga bahkan ditempa dengan lebih lama.
I believe, what doesn’t kill you makes you stronger.
Kita, umat manusia adalah kerisnya.
Kita adalah besi yang ditempa.
Bukan kita yang memilih mau ditempa atau tidak.
Sang Empu yang mengambil kita di antara batang-batang besi yang lain.
Dengan pertimbangan yang mungkin hanya Sang Empu yang tahu.
Kita hanya bisa terima ketika tempaan datang kepada diri kita, dan bersyukur bahwa kita
yang dipilih.
Along the way, be patient, be strong.
Ketika tempaan selesai dan kita dicemplungin ke air, panas itu disiram dengan dingin, kita
tidak lagi jadi hanya sekedar besi… kita adalah keris.
…
Kepada teman gue (i know you’re reading this) ketika tahun ini berakhir, elo akan menyadari,
bahwa gue telah menjadi Keris
Permasalahan sering disebut agama (agama apapun) sebagai sebuah karunia.
Dari masalah inilah kita akan diberikan berkah.
Kalau Anda percaya dengan ungkapan itu, maka Anda akan “mencari-cari” masalah.
Kalau mau mencari masalah, datanglah ke Jakarta.
Tapi kalau sudah datang ke Jakarta, datanglah dengan mental pantang menyerah.
Datanglah dengan mental “What doesn’t kill me makes me stronger”
Datanglah ke Jakarta kalau mau ditempa, kalau kuat ditempa, kalau punya keinginan besar untuk
mengubah diri, dari sebatang besi mentah, menjadi Keris yang berharga.
Saya tunggu Anda di Jakarta 
Saya sudah bercerita tentang banyak kota di Indonesia.
Sebenarnya, masih banyak tempat, kota , desa, yang indah dan inspiratif yang saya telah kunjungi.
Tapi kalau saya tuliskan semua, maka buku ini nanti bergeser isinya 
Selama saya berkeliling Indonesia, mayoritas karena “dibawa” Danamon, saya sudah melihat banyak
hal...
Dari melihat kampung atas air di Balikpapan...
... Sampai melihat Festival Maulid Nabi bernama Maudu Lompoa di Pontianak.
Dari minum Teh dan Wedhang Secang di Hotel Tugu Malang...
... sampai menyantap Pancake Duren di Nelayan.
Saya sudah melihat banyak hal , mengagumi banyak kekayaan alam, menyusuri berkilo kilo jalanan,
dan menyantap berpiring piring makanan khas dari begitu banyak tempat di Indonesia.
Semakin aneh bagi saya kalau ada orang Indonesia yang tidak cinta Indonesia.
Lha wong orang asing saja cinta kok.
Yang mereka tidak cinta itu Indonesia atau kota tempat tinggalnya?
Yang mereka tidak cinta itu Indonesia atau para politikusnya?
Indonesia, adalah sebuah bangsa yang luar biasa, keluarbiasaan itu, harusnya mulai diperkenalkan ke
dunia luar. Lewat kebudayaan, kesenian. Lewat tangan dan mulut anak-anak bangsanya.
Jadikanlah Indonesia sebagai negara yang tidak mungkin diabaikan dunia.
Jadikanlah Indonesia sebagai bangsa yang dikenal dengan keluarbiasaannya.
Dari sebuah krisis sampai kepada perasaan optimis...
Sejauh ini, orang pada umumnya tidak bisa menilai banyak kondisi perekonomian Indonesia kecuali
dari apa yang mereka bisa lihat sehari hari dan apa yang mereka baca di koran dan tonton di TV..
Itupun terbatas pemahamannya dikarenakan latar belakang pendidikan yang tidak cukup untuk
membuat kita bisa memahami lebih dalam..
Karena itu saya memutuskan untuk melakukan bincang bincang singkat dengan beberapa orang
teman, sekedar untuk menghilangkan rasa penasaran terhadap beberapa hal yang berhubungan
dengan perekonomian.
Maka berkumpullah kami, saya, Dondi Hananto yang sudah berkecimpung di dunia keuangan begitu
lama dan sekarang bekerja di bidang Micro Finance, Ligwina Hananto seorang Perencana Keuangan
yang sudah saya kenal sekitar 4 tahunan dan saya percaya integritasnya melebihi perencana
keuangan yang lain, dan Rene Soehardono seseorang yang dikenal sebagai Career Coach yang
inspiratif tapi juga seorang pengusaha sukses.
Pertanyaan saya adalah mungkin pertanyaan yang ada di benak setiap orang
“Apa yang salah dengan perekonomian Indonesia?”

Ekonomi Indonesia, sebenarnya secara makro tidak ada masalah.
Beberapa kali, Indonesia tidak terimbas krisis ekonomi yang terjadi dan tidak seperti negara lain
yang pertumbuhan ekonominya stagnan dan bahkan turun, Indonesia pertumbuhan ekonominya
meningkat terus.
Dondi yang keliling Indonesia melihat bahwa memang kemiskinan ada, tapi banyak sekali daerah di
Indonesia yang semakin berkembang. Terutama daerah daerah yang memang Sumber Daya Alam
(SDA) -nya kaya.
Batu Bara dan Kelapa Sawit adalah beberapa SDA alam kita yang jadi andalan untuk di ekspor keluar
negeri dan karenanya menjadikan ekonomi kita kuat. Bahkan bisa dibilang SDA lah yang membawa
kita masuk ke G20. 20 negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia.
Ketika ada sebuah kota atau daerah yang berkembang bisnisnya, maka roda kehidupan juga
berputar lebih cepat dan ikut berkembang. Akhirnya produsen lokal juga bergairah, untuk memenuhi
kebutuhan kehidupan yang maju itu.
Salah satu alasan kenapa Indonesia tidak rontok adalah karena secara ekonomi, Indonesia tidak
terlalu bergantung banyak pada dunia luar. Konsumsi domestik kita tinggi.
Produksi di Indonesia tetap tinggi untuk memenuhi permintaan yang juga tinggi.
Perekonomian kita kuat karena transaksi dalam negeri kita yang kuat.
Sementara beberapa negara seperti Singapura misalnya terasa sekali dampak krisis ekonominya.
Dengan begitu banyak perusahaan multinasional yang memasang kantor perwakilan Asia dan Asia
Tenggara disana, Singapura jadi seperti negara tempat uang numpang mampir sebelum bersirkulasi
lagi. Ketika uang tidak mampir atau ditarik, tanpa ada perputaran uang domestik, karena pariwisata
juga melemah (tidak ada yang liburan kesana) maka rontoklah keadaan perekonomian Singapura.
Karena itu, argumen Ligwina Hananto memang benar. Bahwa salah satu faktor penting untuk
membuat perekonomian Indonesia kuat adalah masyarakat kelas menengah yang kuat. Wina
memiliki visi “Stronger Middle Class Indonesians” dan dengan posisinya sebagai perencana keuangan
terutama dengan program radionya di Hard Rock FM, dia ada dalam posisi yang sangat
memungkinkan untuk mewujudkan itu terjadi.
Mengapa kelas menengah yang kuat itu sangat penting untuk kebaikan perekonomian Indonesia
mungkin sudah terjawab. Tapi bagaimana mewujudkan masyarakat menengah yang kuat?
Sederhananya seperti ini, menurut Wina, masyarakat menengah yang kuat adalah mereka yang bisa
hidup mandiri dengan tidak mengandalkan hutang.
Orang Amerika Serikat contohnya adalah bangsa yang rakyatnya itu kebanyakan hidup dari hutang.
Dan yang terjadi kemarin dengan SubPrime Mortgage adalah orang orang yang tidak mampu untuk
berhutang didorong untuk bisa beli rumah dengan kredit yang super lunak. Namun pada akhirnya,
mereka tidak bisa membayar cicilan tersebut. Akhirnya rumah rumah tersebut diambil oleh Bank,
mengakibatkan begitu banyak orang di Amerika yang tidak punya rumah. Rumah yang diambil alih
oleh Bank-pun akhirnya tidak ada yang beli.
Para pelajar di Amerika Serikat juga mengenal “School Loans” atau pinjaman uang sekolah. Kalau
saya tidak salah biasanya untuk kuliah. Banyak yang pada akhirnya seumur hidup bekerja untuk
bayar hutang uang yang dipakai untuk sekolah.
Memang, mewujudkan masyarakat kelas menengah yang mandiri tidak mudah. Dibutuhkan
kecerdasan finansial. Harus mau belajar keuangan. Ini adalah jaman yang baru dimana menabung
saja tidak cukup.
Beberapa faktor yang akan membentuk keluarga kelas menengah yang kuat adalah memiliki dana
darurat, dana pensiun, asuransi kesehatan, asuransi jiwa, memiliki perencanaan keuangan yang jelas
lewat investasi untuk menyiapkan uang sekolah anak nanti..
Walaupun misalnya gaji anda 30 juta sebulan, tapi kalau anda hanya menabung dan tidak melakukan
perencanaan keuangan yang panjang, bisa jadi anda kelabakan ketika harus menyiapkan uang
sekolah SMA atau kuliah anak yang ratusan juta rupiah.
Lebih lengkapnya sebaiknya anda cari tahu sendiri, Wina punya buku yang anda bisa beli, atau anda
bisa beli bukunya perencana keuangan yang lain.
Perhatikan bagan di bawah yang saya dapatkan dari http://goodnewsfromindonesia.com
Bagan diatas menunjukkan kemampuan berbelanja Indonesia dibandingkan dengan negara Asia
pada umumnya
Inilah yang membuat Indonesia mendapatkan predikat negara dengan perkembangan kelas
menengah terpesat di dunia setelah Cina dan India.
Diperhitungkan, penjualan makanan dalam kemasan (yang biasanya jadi salah satu indikator utama
berkembangnya masyarakat kelas menengah di sebuah negara) di Indonesia akan melebihi Cina dan
India pada tahun 2011.
Di akhir artikel goodnewsfromindonesia.com (sebuah situs yang mempromosikan hal hal baik akan
Indonesia ke seluruh dunia) mereka menulis seperti ini tentang “240million consumers, a stabilized
economy, and a respected democratically elected government that promotes global connectivity.
One very sexy package, allright”
Kemarin, Wina, Dondi dan Rene mengajarkan saya tentang Arus Ekonomi Makro
Perhatikan semua elemen yang ada diatas KECUALI arus ekspor-impor ke luar negeri.
Itu adalah kontribusi kita sebagai masyarakat kelas menengah untuk membantu menjamin
perekonomian kita tetap kuat. Saya asumsikan yang membaca buku-e ini adalah masyarakat kelas
menengah karena anda bisa mengunduh buku-e ini dari internet 
Kalau kita bisa menjadi masyarakat kelas menengah yang kuat, yang mandiri tanpa harus
mengandalkan hutang bank, maka kita akan melancarkan arus diatas. Termasuk arus konsumsi dan
juga arus menuju pasar uang.
Intinya semakin kuat para kalangan kelas menengah maka pembelanjaannya juga tinggi sehingga
arusnya berjalan dengan lebih kuat. Kuatnya keadaan keuangan mereka juga ditandai dengan uang
yang ditabungkan atau diinvestasikan.
Lalu, kalau memang keadaan ekonomi di Indonesia baik baik saja, mengapa masih ada kemiskinan?
Nah, Twitter memang luarbiasa, timeline kita bisa jadi sekolah dengan guru guru berupa orang yang
kita follow. Salah satu orang yang mengajarkan banyak hal kepada saya adalah @revolutia. Dia tidak
mau disebutkan nama aslinya tapi bersedia disebut akun twitter-nya. Biar banyak followers-nya
katanya 
@revolutia berargumen bahwa PDB negara kita tinggi krn masuk G20 tapi PDB per-kapita kita
rendah. Secara nasional, ekonomi Indonesia masuk 20 besar dunia, tapi secara per-orang-an (per
kapita) kita ada di urutan ke 120. Tandanya uang yang bersirkulasi di Indonesia hanya dinikmati oleh
sedikit sekali orang di Indonesia (sedikit sekali kalau dibandingkan dengan jumlah rakyat di
Indonesia)
Kesenjangan yang tinggi itu terjadi karena beberapa hal, salah satunya adalah karena Indonesia
menitik beratkan kebijakan kebijakannya untuk memudahkan “pergerakan” para eksportir SDA.
Masuk akal memang karena merekalah yang membawa kita masuk G20. Tapi perusahaan eksportir
SDA itu menarik tenaga kerja yang tidak banyak.
Untuk pemerataan, strategi yang paling efektif menurut @revolutia adalah dengan investasi pada
bidang industri. Dengan menjadi negara industri kita akan menyerap banyak tenaga kerja karena
memang jumlah penduduk kita yang tinggi.
Bisa jadi ini strategi yang sengaja diambil pemerintah, memfokuskan pada pertumbuhan dan belum
kepada pemerataan. Untuk alasan apa saya sendiri kurang paham.
Yang pasti, dolar yang saat ini tidak pernah jauh dari angka Rp 9000,- merupakan sebuah
keuntungan untuk para eksportir SDA. Kalau dolar turun maka keuntungan merekapun berkurang.
Apakah angka dolar itu disengaja untuk tetap setinggi itu saya juga kurang paham.
Keberpihakan pemerintah yang nampak besar kepada eksportir SDA itu sebenarnya
mengkhawatirkan, karena dengan minimnya kontribusi terhadap ketenaga kerjaan, maka praktis
hanya dari pajak-lah pemerintah mendapatkan uang. Itupun (seperti yang kita tahu) banyak terjadi
pelencengan. Alias ngemplang pajak hehehehe..
Kalau kita pikir pikir kembali Indonesia memang harusnya mulai menggeserkan dirinya jadi negara
industri. Karena aneh rasanya kalau kita mengekspor bahan mentah keluar negeri, diproduksi di Cina
misalnya, lalu dijual kembali ke Indonesia.
Indonesia harus mulai mengekspor barang jadi.
Petani harus mulai diarahkan untuk jadi produsen juga. Inilah sesuatu yang juga saya mulai lihat di
banyak sekali daerah di Indonesia.
Inilah juga yang dilihat Dondi ketika keliling Indonesia. Fokus Dondi adalah pada Micro Finance.
Memberikan modal usaha kepada pengusaha mikro untuk membantu mereka menjadi pengusaha
kecil. Naik tingkat.
Menurut Dondi ada banyak sekali usaha mikro yang butuh bantuan dana. Dana tersebut akan
membantu para pengusaha mikro untuk mengembangkan usahanya dan membantunya agar bisa
lebih bersaing.
Inilah sebenarnya salah satu solusi mengatasi kemiskinan, dari pada disuapin terus dengan selalu
diberikan uang, berikanlah mereka kekuatan, kemampuan, untuk mengangkat dirinya sendiri dari
kemiskinan. Empowerment.
Sesuatu yang harus lebih mendapatkan dukungan dari pemerintah Indonesia.
Diluar itu, apa yang Rene Soehardono katakan benar benar tepat, bahwa para konglomerat dan
anak-anaknya di Indonesia harus berani untuk menjadi industrialis.
Konglomerat itu jangan cuma bikin cafe melulu...
Dimana kontribusi untuk negaranya? Mereka mampu kok seharusnya.
Untuk konglomerat, bikin cafe mah gampaaang... tapi dimana patriotisme mereka untuk Indonesia?
Keinginan untuk melakukan sesuatu yang besar, berdampak baik untuk negara.
Andaikan mereka mau mengambil resiko dengan melakukan sesuatu yang besar.
Sebagai ilustrasi batu bara marjin keuntungannya sebenarnya tipis. Hanya 10%. Tapi karena
volumenya besar maka yang masuk juga jadi besar. Harapan datang dari industri kreatif dimana kita
bisa memulai sebuah usaha dengan modal yang lebih kecil daripada perusahaan eksportir SDA dan
bisa menarik banyak tenaga kerja, ditambah keuntungan yang kita bisa dapatkan besar.
Sekarang ini, pemasukan negara dari Industri kreatif di Indonesia semakin meningkat. Itu diucapkan
oleh Ibu Mari Elka Pangestu di acara Pameran Ekonomi Kreatif di Jakarta tahun 2009 lalu. Bahkan
duniapun menyadari itu. Salah satunya Inggris.
Saya waktu itu ikut serta dalam International Young Creative Entrepreneur Of The Year yang
diselenggarakan oleh British Council. Pemenang dari Indonesia akan diadu dengan pemenang dari
negara negara lain di Inggris. Ada beberapa kategori yang tersedia dan saya ikut dikategori Fashion
dengan membawa usaha saya REF Basketball Clothing.
Saya sih kalah waktu itu, hehehehe, tapi bukan itu inti dari cerita ini..
Yoris Sebastian, pemilik OMG Creative Consultant yang dulu dikenal dengan program I Like Monday
ketika masih di Hard Rock Cafe dan melahirkan begitu banyak produk yang kreatif adalah perwakilan
pertama dari Indonesia yang berangkat ke ajang dunia.
Disana dia jadi juara pertama. Bayangkan, juara dunia International Young Creative Entrepreneur Of
The Year Award adalah orang Indonesia.
Bukan hanya itu, ternyata Indonesia langganan juara dunia kompetisi itu. Begitu seringnya Indonesia
juara, sampai-sampai kontestan lain “ngeri” dengan perwakilan Indonesia karena selalu menang.
Kini, Indonesia sudah punya 5 juara dunia International Young Creative Entrepreneur Of The Year
Award
Yoris Sebastian menang di 2006 untuk kategori music, Wahyu Aditya 2007 untuk kategori screen,
Sakti Parantean 2008 untuk kategori screen, di tahun 2009 Oscar Lawalata menang untuk fashion
dan 2010 Johansen Samsoedin untuk kategori design
Mereka katanya sudah memetakan BANDUNG sebagai salah satu kota kreatif dunia.
Dengan segala potensi yang dimiliki bangsa ini, yang jelas ada dan belum sepenuhnya
dimaksimalkan, siapa yang tidak optimis dengan Indonesia?
Wong orang luar negeri saja optimis kok dengan Indonesia? 
Dari Sebuah Ledakan Sampai Sebuah Perjalanan...
Suatu pagi tanggal 17 juli 2009, saya sedang bersama sahabat-sahabat pagi saya.
Siaran Good Morning Hardrockers Show. Pekerjaan yang sudah saya lakukan sejak 2001.
Saya sudah pernah siaran dalam berbagai macam kondisi.
Saya pernah siaran pada hari ketika tragedi robohnya WTC terjadi di Amerika Serikat. Rasanya aneh
sekali. Rasanya tidak ingin membicarakan apapun selain kejadian tersebut.
Mata selalu tertuju ke arah televisi sambil melihat liputan dari lokasi.
Sama halnya ketika saya harus siaran pada hari tragedi Tsunami melanda Indonesia.
Rasanya tidak ingin tertawa. Senyum saja susah.
Tapi pagi itu, ada sesuatu yang berbeda terjadi.
Sebuah ledakan di Ritz Carlton dan JW Marriot membuat sebuah ledakan sendiri di Twitter.
Pada hari itu, Twitter menunjukkan karakter utamanya yang sesungguhnya.
Sebuah sarana untuk mengupdate status dengan kecepatan nyaris realtime.
Setiap orang menatap timelinenya sambil mencari kabar terbaru dari ledakan tersebut, dan juga
sambil saling meneruskan informasi alias me-retweet.
Menatap layar kaca, saya membaca nada-nada panik dan ketakutan yang tinggi.
Tweet orang-orang isinya teror.
Teror yang tersebar dalam 140 karakter.
Ditambah lagi tersebarnya foto-foto korban dengan segala luka yang tidak pantas untuk diteruskan
ke mana-mana.
Awalnya saya tidak begitu yakin bahwa itu bom.
Followers saya di twitter mungkin masih ingat tweet saya yang kurang lebihnya berisi: “Jangan panik
dulu, belum tentu bom”
Dalam waktu beberapa jam setelah tweet itu, saya akhirnya yakin. Memang bom yang meledak.
TV mulai ramai melaporkan. Setiap TV melaporkan hal yang sama dan saya mulai merasakan sensasi
yang sama: Kesal.
Kesal karena lagi-lagi orang orang gila menyebarkan ketakutan.
Kesal karena lagi-lagi orang orang gila akan kembali menyebabkan ketidakstabilan ekonomi.
Kesal karena lagi lagi dunia akan punya bahan berita dari Indonesia dan lagi-lagi beritanya buruk.
Jari-jari saya mengetik kalimat-kalimat yang isinya kurang lebih mengajak orang-orang untuk tidak
menyebarkan ketakutan. Saya minta orang-orang untuk berhenti menyebarkan foto-foto korban..
Pada saat itulah, tiba-tiba timeline saya berubah wujud...
Tweet dari @ramyaprajna, @alexanderabimanyu, @dondihananto, @mrshananto, @danieltumiwa,
dan masih banyak lagi mulai mengarah kepada pesan yang sama..
Semua tweet dari orang-orang tersebut juga memiliki 1 kesamaan.
Diakhiri dengan #IndonesiaUnite.
Orang orang yang saya follow di twitter ngetweet sebuah perlawanan.
Pada saat itu saya tahu apa yang sedang terjadi.
“Serangan Umum 1 Maret” terjadi lagi dalam bentuk yang berbeda.
Kala itu, TNI dibawah Soeharto atas perintah Jendral Sudirman menyerang Yogyakarta yang dikuasai
Belanda.
Serangan itu terkonsep, terencana, dan terkoordinasi dengan baik.
TNI masuk secara kompak dan serempak dan mendorong Belanda keluar Yogyakarta selama 6 jam.
Setelah itu mereka kembali mundur ke hutan.
6 jam yang penting.
6 jam itulah yang tersebar dalam bentuk berita kepada seluruh dunia.
Berita bahwa Indonesia masih ada dan melawan.
Dunia mendengar “pesan” bangsa Indonesia.
Kembali ke 17 juli 2009, para pengguna Twitter semuanya ngetweet hal-hal positif tentang Indonesia
diakhiri dengan hashtag #IndonesiaUnite.
Tujuannya adalah “merebut” posisi pertama Trending Topics yang asalnya adalah “Jakarta
bombings” dan yang sejenisnya dengan “#IndonesiaUnite”.
Sehingga ketika berhasil menjadi trending topic, pengguna Twitter sedunia akan melihat dan ketika
mereka klik #IndonesiaUnite isinya adalah tweet orang-orang se-Indonesia yang meneriakkan bahwa
Indonesia tidak runtuh terhadap usaha teroris, bahwa Indonesia adalah negara besar yang bangga,
bahwa Indonesia merupakan negara yang masih sangat tepat untuk dikunjungi.
Luar biasa.
Bangsa Indonesia bersatu untuk melakukan hal yang sama.
Membersihkan nama Indonesia di mata dunia setelah dikotori cecunguk-cecunguk teroris itu.
Tweet #IndonesiaUnite mayoritas dalam Bahasa Inggris.
Jelas karena kita semua sama-sama sadar bahwa keinginan kolekitf adalah agar tweet kita dibaca
orang di belahan dunia lain.
Pada satu titik saya lupa jam berapa, tiba-tiba teman saya ngetweet link menuju sebuah lagu yang
dia upload di imeem. Lagu itu adalah KAMI TIDAK TAKUT.
Lagu yang saya tulis bulan November 2008 karena kesal dengan pemberitaan berlebih media kepada
teroris.
Lagu yang sudah rilis tanggal 4 juli 2009 ketika saya meluncurkan album.
Lagu itu, tersebar dengan cepat di ranah twitter.
Tapi kecepatan itu, kemudian tertandingi ketika orang yang sama mengupload klip KAMI TIDAK
TAKUT di Youtube yang isinya kurang lebih lirik lagu tersebut.
Orang itu adalah @ramyaprajna dan dia mengupload linknya di tweetnya, diakhiri dengan
#IndonesiaUnite.
Tweet itulah yang kemudian tersebar dengan luar biasa cepat.
Ketika saya menulis lagu itu, tidak terbayang oleh saya apa yang akan terjadi karena lagu itu.
Yang saya tahu, ketika saya menulis lagu itu saya yakin banyak orang yang punya pemikiran yang
sama.
Banyak orang yang juga kesal kepada teroris, dan banyak orang yang ingin berteriak bahwa usaha
mereka untuk menakut-nakuti Bangsa Indonesia gagal: Kami Tidak Takut.
Itu juga mungkin alasan di balik kenapa saya menulis “Kami tidak takut” dan bukan “Kami Berani”.
Karena saat itu, dengan bom-bom yang meledak, teroris seakan menantang dan bertanya “Kalian
takut kaaan?”
Lagipula ketika ada orang/ pihak yang membunuh dengan bom, sebenarnya tujuan utamanya bukan
mengambil nyawa orang.
Mengambil nyawa orang bisa dengan racun, senapan, tusukan belati, dll.
Ketika orang/ pihak tersebut menggunakan bom untuk mengambil nyawa, tujuan utamanya adalah
untuk menyebarkan teror. Untuk menakut-nakuti.
Itulah yang saya ingin lawan. Kami Tidak Takut.
Ternyata, terbukti banyak yang memiliki kekesalan yang sama dengan saya.
Terlihat dari tingginya jumlah orang yang melihat lagu itu.
Setiap orang menyebarkan lagu tersebut, ingin orang lain mendengarkan lagu itu dan memiliki
semangat yang sama.
Saya sendiri, berhenti menyebarkan lagu tersebut setelah beberapa tweet, saya fokus mengejar
trending topics dengan ngetweet hal-hal positif tentang Indonesia.
Bangsa Indonesia berhasil.
3 hari berturut turut, #IndonesiaUnite ada di trending topics.
Bangsa Indonesia berhasil.
Tweet dari trending topic #IndonesiaUnite dibaca oleh salah seorang pembaca berita dari CNN (Cable
News Network).
Dunia mendengar.
Setelah itu, IndonesiaUnite masuk koran dari Singapura sampai Australia.
Radio-radio dari negara lain berdatangan dan mewawancara beberapa orang termasuk saya tentang
IndonesiaUnite.
Justru setelah kantor berita asing, baru TV dan koran dalam negeri mulai tertarik dengan
IndonesiaUnite.
Tiba-tiba, sebuah ombak besar datang dengan deras dari belakang.
Sebuah ombak raksasa yang sempat muncul di tahun 1920an sampai 1940an...
Ombak besar itu bernama SEMANGAT NASIONALISME.
Tiba-tiba Indonesia diterjang ombak raksasa itu.
Tiba-tiba semua orang berteriak bangga akan Indonesia.
Cinta kepada Indonesia.
Tiba-tiba muncul Facebook group IndonesiaUnite.
Tiba-tiba muncul milis IndonesiaUnite.
Tiba-tiba muncul twibbonnya dan overlaynya.
Tiba-tiba muncul blog blog IndonesiaUnite.
Tiba-tiba muncul artikel Wikipedia tentang IndonesiaUnite.
Tiba-tiba muncul Flickr-nya.
Semua dibuat oleh orang-orang yang berbeda.
Tiba-tiba muncul di Kaskus.
Tiba-tiba media media online dan offline mulai menambahkan IndonesiaUnite di halaman utamanya.
Tiba-tiba perusahaan-perusahaan juga melakukan hal yang sama.
Ombak tersebut menggulung dan semakin besar.
Sejak TV dan koran serta majalah membahas fenomena ini, nama Twitter muncul ke media
konvensional dan penggunanya pun meledak.
Pada titik ini, orang-orang yang mendorong IndonesiaUnite lewat Twitter, mulai berusaha untuk
memindahkan IndonesiaUnite dari dunia online ke dunia offline.
Akhirnya sebuah gerakan lahir , 1 distro 1 lusin 1 pesan.
Clothing dan distro di sejumlah kota di Indonesia memproduksi minimal 1 lusin kaos bertuliskan
KAMI TIDAK TAKUT.
Ada yang menggratiskan ada yang menjual dengan harga produksi.
Ada juga yang menjual pin-nya.
Saking banyaknya yang mencari dan mendapatkan kaos dan pin tersebut, waktu ada JAVA ROCKIN
LAND banyak laporan orang-orang menggunakan kaos tersebut.
Bahkan kalau jalan-jalan di mall sering ditemui orang menggunakan kaos itu.
Ini terjadi di banyak kota di Indonesia.
Saya pernah ngerap di Palembang dan bertemu dengan segerombolan anak muda menggunakan
kaos tersebut.
Sampai titik ini, saya mulai khawatir.
Saya khawatir konsentrasi orang lebih kepada “KAMI TIDAK TAKUT” daripada INDONESIAUNITE.
Lagu KTT itu menurut saya tidak mewakili semangat dari IndonesiaUnite sebenarnya.
IndonesiaUnite saat itu adalah sebuah usaha untuk melakukan sesuatu untuk Indonesia
Mengapa begitu? Karena tweet orang-orang dengan hashtag (#)IndonesiaUnite kalau kita baca
benar-benar tidak selalu hanya tentang perlawanan terhadap terorisme. Tapi juga ada yang tentang
kebanggan terhadap Indonesia. Ada yang tentang lokasi-lokasi Indonesia yang indah untuk
dikunjungi. Ada yang ngetweet tentang hal-hal keren dari Indonesia.
Intinya, mereka semua ngetweet hal yang berbeda dengan tujuan yang sama: memperbaiki citra
Indonesia. Dasar dari tindakan mereka sama: Bahwa kita tidak bisa diam, kita harus melakukan
sesuatu. Sesuatu yang tidak kita lakukan ketika bom-bom sebelumnya meledak di Bali, Kedubes
Australia, BEJ, dll.
IndonesiaUnite bukanlah sebuah gerakan anti terorisme.
Tapi lagipula, siapa yang tahu apa itu IndonesiaUnite?
Tidak ada yang benar-benar tahu.
Tidak ada yang benar-benar mengerti.
Dan inipun mulai ada di pikiran para aktivis IndonesiaUnite.
Saya mulai membaca tweet yang bernada kekhawatiran, takut ada yang menggunakan nama
IndonesiaUnite untuk melakukan kekerasan atau untuk kebutuhan politik.
Maka orang yang ngetweet dengan hashtag #IndonesiaUnite pertama kali, mengupload sebuah draft
di Wikipedia. Tulisannya “AMANAT BERSAMA”.
Dia dan beberapa orang lain mengajak para pemuda untuk sama-sama merumuskan isi dari
AMANAT BERSAMA. Intinya, orang diminta untuk menuliskan sebuah sumpah.
Sumpah yang berisikan sebuah kesepakatan baru dalam berpikir dan bertindak. Sumpah yang lahir
dari semangat yang sama di masa awal orang ngetweet IndonesiaUnite.
Dalam sekitar seminggu lebih, setelah lebih dari 2500 kali tulis dan edit, akhirnya AMANAT BERSAMA
usai dituliskan.
Paralel dengan ini, Glenn Fredly bersama dengan Barry Likumahuwa punya ide untuk membuat
sebuah konser musik untuk menyebarkan semangat IndonesiaUnite kepada seluruh bangsa
Indonesia.
Rama (Ramyaprajna) punya ide untuk melakukan ini secara serempak se-Indonesia.
Bersama sama dengan saya, kita sepakat untuk melaksanakan ini.
Akhirnya pada tanggal 16 Agustus 2009 di beberapa kota di Indonesia, para pemuda berkumpul
dengan cara sendiri-sendiri dan membacakan AMANAT BERSAMA kemudian direkam video dan
diupload di Youtube agar yang lain di Indonesia bisa juga melakukan.
Dalam minggu yang sama, Palembang, Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Malang, dan beberapa
kota lain telah membacakan AMANAT BERSAMA.
Saya, bersama dengan banyak sekali orang di kantornya Rolling Stone juga membacakan teks
AMANAT BERSAMA setelah malam itu dihiasi oleh aksi musisi yang mengamini semangat yang sama.
Saya membawakan lagu KAMI TIDAK TAKUT dan UNTUK INDONESIA dan terbakar ketika
membawakan lagu-lagu tersebut di atas panggung, dalam orasi saya emosi meledak, begitu tinggi
emosi saya ketika saya turun panggung, saya lari ke belakang dan menangis.
Menangis sesenggukan.
Saya tidak paham kenapa saya menangis.
Tiba-tiba keluar dengan sendirinya.
Mungkin karena emosi yang meledak tadi.
Barry Likumahuwa datang dan merangkul saya, bersama dengan Doni pemain keyboard saya.
Ben, representative saya dari manajemen juga mendatangi saya dan berkata “Keluar kalau udah
nggak nangis lagi. Keluar dengan kepala tegak lagi.”
Saya menghabiskan air mata saya ditemani Gamila yang menggosok-gosok punggung saya.
Tiba-tiba, saya malu untuk keluar.
Saya takut orang-orang merasa saya berlebihan di atas panggung tadi.
Gamila meyakinkan saya untuk tetap keluar karena di depan panggung ada mungkin puluhan
pemuda dengan kaos KAMI TIDAK TAKUT dengan atribut IndonesiaUnite dan Indonesia menunggu
saya. Dan lagi pula kalau nggak keluar bagaimana caranya kami pulang? 
Kami kemudian keluar dan bergabung dengan kerumunan di sana, setelah saya berterima kasih
kepada mereka yang datang untuk saya.
Rombongan itu, punya gerakan sendiri dengan semangat IndonesiaUnite milik mereka.
Mereka melakukan long march dari CITOS-Cilandak Town Square (nggak long-long amat sih
sebenarnya tapi lumayan lah hehehe) sambil membagikan pernak-pernik IndonesiaUnite, lalu ketika
intro KAMI TIDAK TAKUT berkumandang, rombongan ini mengakhiri long march mereka dengan
berdiri di depan panggung.
Sejak hari itu, IndonesiaUnite semakin tersebar namanya. Sayangnya , yang tidak ikut tersebar
adalah pemahamannya.
Orang tahu IndonesiaUnite tapi tidak tahu apa itu IndonesiaUnite.
Maka saya mulai mendedikasikan diri , waktu, tenaga dan uang untuk keliling Indonesia memenuhi
kampus kampus, kantor, sekolah dari SD sampai SMA untuk berbagi tentang apa itu IndonesiaUnite
yang sebenarnya.
Bandung, Bogor, Medan, Jogyakarta, Jakarta, dan lain-lain saya datangi.
Uang sendiri. Tidak dibayar (sponsor) untuk berbagi tentang IndonesiaUnite.
Saya hilangkan faktor-faktor yang membuat mereka berpikir 2 kali untuk mengundang saya.
Tujuan saya, hanya agar orang-orang, terutama mahasiswa, tahu apa itu IndonesiaUnite sebenarnya
karena dengan itu, kita bisa sama-sama mencapai hal-hal yang luar biasa.
Untuk memudahkan pemahamannya, di bawah saya copypaste tulisan dari http://pandji.com
FAQ IU (coba baca keras-keras deh..hehehehehe)
Frequently Asked Question: Indonesia Unite
BAGAIMANA CARA BERGABUNG KE INDONESIAUNITE?
Tidak ada cara bergabung ke IU. Orang tidak bisa jadi anggota IU karena IU BUKANLAH sebuah
organisasi atau gerakan atau kelompok atau komunitas.
BAGAIMANA ASAL MULA BERDIRINYA INDONESIAUNITE?
IndonesiaUnite tidak didirikan, dia terjadi dengan sendirinya.
Awalnya memang pada tanggal 17 juli 2009, Indonesiaunite muncul dalam bentuk hashtag Twitter.
Sebagai reaksi pengguna Twitter terhadap pemboman.
Orang-orang ngetweet dengan menggunakan #indonesiaunite lalu ngetweet hal-hal positif tentang
Indonesia sambil meneriakkan “KAMI TIDAK TAKUT”.
Lalu apakah itu berarti IU adalah gerakan anti terorisme? Bukan.
Munculnya IndonesiaUnite adalah BUKTI bahwa anak muda di Indonesia sudah tidak mau lagu diam.
Anak muda di Indonesia memilih untuk mengambil tindakan.
Itulah makna dari Indonesiaunite yang muncul sebagai satu bentuk perubahan pada wajah bangsa
Indonesia.
Kenapa disebut sebagai perubahan? Karena Indonesia sudah pernah berkali-kali dibom sebelumnya
tapi belum pernah kita berdiri dan memutuskan untuk mengambil sikap. Biasanya kita hanya diam.
Ketika pemuda Indonesia bersuara dan mengambil tindakan, moral bangsa ini tidak lagi rubuh
seperti efek pemboman sebelumnya.
Hasilnya? Pariwisata kita tetap bagus. IHSG normal dalam 1 hari. Dolar tidak terpengaruh. Orangorang berkegiatan seperti biasa.
APA ITU INDONESIA UNITE?
IndonesiaUnite adalah sebuah semangat.
IndonesiaUnite adalah SPIRIT yang ada di dalam SETIAP bangsa Indonesia yang memilih untuk
menciptakan perubahan.
SIAPAKAH PENDIRI INDONESIAUNITE?
Karena bukan organisasi, maka tidak ada pendirinya.
Tapi kalau ditanya siapa yang pertama kali ngetweet #IndonesiaUnite adalah Ismet Fahmi.
Atau @ifahmi
Tweet pertamanya berbunyi ...
KALAU SAYA MAU MENGHUBUNGI INDONESIAUNITE? SIAPA CONTACT PERSONNYA?
Karena IU ada di dalam diri setiap orang, maka seharusnya tidak ada contact person.
Setiap orang boleh menggunakan kata IndonesiaUnite untuk kebutuhannya.
Setiap orang boleh bikin kaos dengan tulisan IndonesiaUnite, setiap orang boleh bikin pin dengan
tulisan IndonesiaUnite.
IU tidak ada hak patennya.
IU tidak ada pemiliknya.
IU adalah milik semua orang , milik bangsa Indonesia.
Selama tidak melenceng dari Amanat Bersama.
APA ITU AMANAT BERSAMA?
Amanat bersama adalah sumpah para pemuda Indonesia yang dibacakan secara serempak di
sejumlah kota besar di Indonesia pada hari yang sama yaitu 16 Agustus 2009.
Amanat Bersama dimunculkan untuk memberi definisi yang pasti akan apa itu IndonesiaUnite dan
apa yang akan dilakukan oleh pendukungnya.
Ini untuk menghindari tiba-tiba ada yang pakai nama IndonesiaUnite dan bakar-bakar night club
misalnya. Atau partai politik menggunakan nama IndonesiaUnite untuk kebutuhan kampanye
mereka.
Amanat Bersama ditulis/edit oleh lebih dari 2500 pemuda di seluruh Indonesia.
Kok bisa?
Bisa dooong  Karena penulisan naskah Amanat Bersama dilakukan dengan memanfaatkan Wiki.
Draft kasarnya di upload di Wikipedia dan orang-orang bisa mengurangi, menambahkan, poin-poin
yang menurut mereka harus masuk Amanat Bersama tersebut.
Selama proses edit itu yang dilakukan selama 1 minggu, Amanat Bersama berubah ubah dari 3 poin,
nambah jadi 10 poin, berkurang jadi 5 poin, lalu jadi hanya 1 poin, hingga ketika deadline datang ada
5 poin dalam Amanat Bersama.
Berikut adalah isinya:
AMANAT BERSAMA #INDONESIAUNITE
- Kami adalah generasi baru, pewaris sah Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia
- Kami adalah generasi baru, yang menolak untuk hidup dan tumbuh dengan rasa takut. Kami
memilih menjadi pemberani.
- Kami adalah generasi baru, yang percaya setiap kekerasan hanya akan melahirkan kekerasan
baru. Karena itu, kami akan berusaha untuk memutus rantai kekerasan melalui karya
kemanusiaan di mana pun kami berada.
- Kami adalah generasi baru, yang percaya penuh dengan prinsip demokrasi, kemanusiaan,
kesetaraan, dan saling menghormati. Karena itu, kami menolak segala bentuk diskriminasi.
- Kami adalah generasi baru, yang akan membangun sebuah bangsa dan negara yang
bermartabat dan terhormat, mampu mempersatukan Indonesia, melindungi hak-hak individu,
berdiri di atas semua golongan, serta memuliakan manusia-manusia yang menjadi rakyatnya.
“Amanat Bersama” ini melalui proses Wiki yang berjalan sejak 9 Agustus 2009 sampai
dengan 14 Agustus 2009.
KENAPA HARUS BAHASA INGGRIS, KENAPA TIDAK INDONESIABERSATU?
Perlu diingat bahwa IndonesiaUnite pada awalnya muncul dalam bentuk Twitter.
Tepatnya dalam bentuk #IndonesiaUnite.
Strategi yang berlangsung saat itu adalah semua orang secara kompak ngetweet hal-hal positif
tentang Indonesia, menunjukkan pada dunia bahwa Indonesia tidak rontok karena terorisme.
Diakhir tweet positif itu dikasih hashtag #IndonesiaUnite.
Tujuannya adalah mengambil posisi teratas trending topics agar dunia bisa melihat bahwa Indonesia
melawan balik terorisme.
Ketika jadi TT maka yang melihat adalah orang sedunia yang bermain twitter.
Ketika mereka klik hashtag itu, maka semua tweet dengan hashtag #IndonesiaUnite itu akan terbaca.
Kalau dalam Bahasa Indonesia maka orang sedunia tidak akan mengerti.
Salah satu bukti gampang adalah ketika misalnya Joko Anwar, Marsha, RETWEET DEH sempat jadi
TT.. orang orang sedunia pada bingung “What does it mean?”
Maka untuk efektifitas tujuan, semua tweet Berbahasa Inggris kala itu termasuk hashtagnya.
APAKAH INDONESIAUNITE SEBUAH GERAKAN ONLINE?
Bukan, diawali memang dari online, tapi IndonesiaUnite adalah semangat menciptakan perubahan.
Maka harusnya itu juga bergerak di dunia nyata.
SIAPA SAJA YANG TERGABUNG DALAM INDONESIAUNITE?
Siapa saja yang memilih untuk menciptakan perubahan, tanpa selalu menuntut, dan tanpa
menggunakan kekerasan baik fisik maupun verbal. Siapapun yang mengusung janji Amanat Bersama.
APAKAH INDONESIAUNITE MERUPAKAN GERAKAN ANTI TERORISME?
Bukan, bukti bahwa IndonesiaUnite terjadi kala pemboman tidak menjadikan IU sebagai gerakan anti
terorisme, tapi sebagai bukti bahwa pemuda Indonesia tidak lagi mau diam atau hanya menuntut
perubahan terjadi. IndonesiaUnite muncul sebagai bukti bahwa anak muda Indonesia ingin maju.
APAKAH KEGIATAN INDONESIAUNITE?
Tergantung.
Tergantung apa?
Tergantung ANDA ingin berkegiatan apa dengan semangat IndonesiaUnite.
Sekali lagi bahwa IU BUKANLAH organisasi.
IU bukan saya, tapi Anda!
IU adalah semangat untuk berkarya tanpa diintimidasi rasa takut.
IU akan melahirkan banyak gerakan dan kegiatan, tergantung passion setiap individu Indonesia.
KE MANA INDONESIAUNITE SEKARANG?
Ada.
Ada di mana-mana.
Karena sekarang pergerakannya banyak offline, kiprahnya tidak lagi terlihat di internet.
Tapi perlu diingat, IU memang bukan gerakan online.
APA ITU TOURINDONESIAUNITE?
Tour IndonesiaUnite adalah sebuah acara musik yang digagas oleh mahasiswa IM TELKOM.
Tujuannya adalah untuk dunia pendidikan Indonesia.
Saya mendukung dengan sepenuh hati.
KENAPA CUMA ELO YANG AKTIF MENYUARAKAN TENTANG INDONESIAUNITE?
Entah juga.
Mungkin yang lain lupa.
Mungkin yang lain sengaja meninggalkan.
Mungkin yang lain enggan.
Mungkin yang lain sibuk.
Tapi gue pastikan satu hal, semua orang yang mendukung IndonesiaUnite walaupun tidak lagi
menyuarakan, tapi mereka sudah atau sedang MULAI MENCIPTAKAN PERUBAHAN yang baik untuk
Indonesia.
Salah satunya Glenn Fredly.
Kalau elo liat bagian belakang cover album terbarunya LOVEVOLUTION ada tulisan IndonesiaUnite di
bagian bawah.
SAMPAI KAPAN AKAN ADA INDONESIAUNITE?
Selama Bangsa Indonesia masih merasa Indonesia belum sampai kepada keadaan yang ideal, maka
selalu ada yang akan menciptakan perubahan baik untuk Indonesia.
Selama semangat itu masih ada, maka IndonesiaUnite masih ada.
Kelak nama IU tidak akan diingat lagi, dan itu tidak apa-apa, tapi orang tidak akan lupa bahwa mulai
2009 pemuda Indonesia sadar akan 1 pilihan selain turun kejalan dan menuntut perubahan.
MENCIPTAKAN PERUBAHAN.
KENAPA INDONESIAUNITE EKSKLUSIF SEKALI?
Itu kesan yang salah.
Gimana caranya eksklusif kalau sumpahnya saja ditulis/edit oleh 2500 orang lebih?
Gimana caranya eksklusif wong bukan organisasi, bukan komunitas dan bukan gerakan?
KALAU ORANG TANYA SAMA GUE “APA ITU INDONESIAUNITE” APA YANG MUSTI GUE BILANG?
Bilang aja IU adalah sebuah semangat untuk menciptakan perubahan . titik. Atau suruh baca tulisan
ini.
KENAPA ELO KELILING INDONESIA UNTUK PROMOSI INDONESIAUNITE?
Karena terus terang ada banyak kesalahpahaman akan IU.
Kesalahpahaman yang banyak merugikan gue sendiri.
Dengan keliling Indonesia gue bisa bertemu langsung dengan kalian dan menceritakan apa itu IU.
Dan salah satu alasan kenapa gue melakukannya, adalah karena apabila semua orang tahu apa itu IU
yang sesungguhnya dan mau mulai menciptakan perubahan, maka Indonesia akan jadi negara yang
luar biasa.
Gue kebanyakan mendatangi institusi pendidikan dari Universitas...
Sampai Sekolah Dasar...
APAKAH ELO MENUMPANGI INDONESIAUNITE UNTUK KETENARAN ELO?
Menurut elo? 
Jawaban gue jelas “Tidak”.
Tapi apakah elo percaya atau tidak, sangat bergantung kepada apa yang dikatakan oleh hati elo.
Diakhir bab ini saya ingin menjawab satu pertanyaan yang mungkin tersisa di kepala Anda.
“Lalu apa yang saya bisa lakukan dengan semangat IndonesiaUnite ini?”
Jawabannya adalah, ciptakan perubahan yang baik untuk Indonesia.
Indonesia bukan negara yang sempurna, karena itu, ada banyak potensi untuk kita ubah ke arah
yang lebih baik.
Sebelum kita mulai menciptakan perubahan, kita harus tahu dulu, apa passion kita.
Apa dari Indonesia yang ingin kita ubah.
Pendidikan?
Kesehatan?
Kelayakan museum?
Sejarah yang melenceng?
Nasionalisme?
Apapun itu, ciptakan perubahan untuk Indonesia.
Karena itulah yang diharapan Indonesia dari kita rakyatnya.
Saya akan tutup bagian ini dengan sebuah pengalaman nyata yang saya alami.
Pengalaman ini menggambarkan bahwa siapapun, dengan semangat IndonesiaUnite bisa melakukan
apapun untuk kebaikan Indonesia.
Termasuk, menyatukan perbedaan agama di Indonesia.
Suatu hari, saya menerima telfon dari Glenn Fredly.
Seperti biasa, ucapan yang pertama keluar dari mulutnya selalu sama, dengan nada dan intonasi
antusias yang sama... “BROOO!”

Dalam percakapan itu, Glenn bercerita bahwa dia mau bikin sebuah acara untuk komunitas
gerejanya..
Acara itu dia beri nama “DOELOE SOEMPAH PEMUDA, KINI INDONESIAUNITE”.
Idenya adalah, bahwa bangsa Indonesia tidak boleh lagi membiarkan dirinya dipecah-belah,
terkotak-kotakkan agama.
Kekhawatirannya adalah, pengkotak-kotakan ini yang akhirnya akan membuat kita sudah bersatu
dan kalau tidak bersatu susah untuk maju.
Maka Glenn kemudian berkata “Gue mau elo dateng man... mewakili saudara saudara elo umat
muslim”
“Trus gue ngapain Glenn?” tanya saya penasaran...
“Gue akan minta elo ngerap 1 lagu... tapi nanti elo juga akan ngomong di depan semua orang..
satukan kita bro..”
Ketika sambungan telefon itu usai, saya berpikir “Mau ngomong apaaa gue nanti?”
HAHAHAHAHAHAHA
Saya pikir ya sudahlah, kita lihat saja nanti seperti apa...
Saya lalu berlatih dengan bandnya Glenn karena kami nanti akan membawakan GBK
Ketika hari yang dimaksud sampai, saya datang bersama dengan istri..
Kami ke DBEST fatmawati dan langsung masuk ke ruangan tempat para pengisi acara menunggu.
Di dalam ada Barry Likumahuwa, Ada Saba bersaudara lengkap, para pengisi yang lain, band dan
tentunya yang punya acara Glenn Fredly sendiri.
Sebelum dimulai, Glenn mengajak kami membentuk lingkaran dan berdoa, saya yang 3 tahun SMA
Katholik tidak merasa canggung masuk dalam lingkaran tersebut dan saya rasa istri saya juga tidak..
dalam doa mereka, nama saya disebut.. tersanjung juga mengingat bahwa saya adalah seorang umat
muslim, tapi mereka mendoakan kebaikan untuk saya.
Acarapun dimulai dan saya duduk paling depan bersama istri.. di sana ada banyak sekali musisi yang
hadir. Baik untuk menonton ataupun mengisi acara nanti..
Acara ini, DOELOE SOEMPAH PEMUDA-SEKARANG INDONESIAUNITE intinya adalah sebuah acara
musik. Tapi membawakan lagu-lagu gereja. Musisi yang mengisi kualitasnya tingkat tinggi... dan
saya, walaupun tidak seiman, tetap merasa terhibur dengan musikalitas mereka.
Ketika akhirnya Glenn naik ke atas panggung, dia menerangkan inti dari acara ini.
Bahwa sebuah semangat bernama IndonesiaUnite sekarang sedang tersebar dengan cepat ke
seluruh penjuru Indonesia. Semangat untuk menciptakan perubahan yang baik untuk Indonesia.
Malam itu, Glenn mengharapkan terciptanya sebuah perubahan baik untuk Indonesia, yaitu
persatuan antar umat beragama... Kemudian, dia memanggil nama saya..
Ketika saya naik, Glenn mempersilahkan saya untuk berbicara dulu kepada semua yang hadir..
“Selamat malam...” ucap saya membuka omongan..
Tiba-tiba Glenn memegang pundak saya dari belakang dan berkata dengan menggunakan mikrofon..
“Nggak man, lakukan dengan cara yang diajarkan oleh agama elo”
Saya tersenyum, menoleh kembali ke depan dan menghadap semua yang telah hadir malam itu...
“Assalamualaikum Wa Rahmatullaahi Wa Barakaatu”
Seisi ruangan membalas salam saya “Wa’alaikum salaaaaaam...”
Saat itu juga, saya sudah merasakan persatuan dua umat dari beragama...
Malam itu saya hanya menekankan apa yang sudah Glenn ucapkan, bahwa saya mewakili saudarasaudara saya yang beragama Islam juga mendambakan keharmonisan dalam bermasyarakat. Bahwa
konflik yang selama ini sering kita dengar atau lihat di TV tidak akan kita biarkan untuk mewakili atau
menggambarkan hubungan kita yang sesungguhnya...
Saya ingat sebuah kejadian yang membuat saya tersenyum setiap kali saya mengingatnya..
Sederhana dan mungkin remeh, tapi saya tetap senang kalau mengingat itu.
Masjid Istiqlal selalu membuka lapangan parkirnya untuk mereka yang ke Gereja Kathedral untuk
beribadah...
Sederhana, tapi menggambarkan hubungan yang harmonis antara dua agama ini...
Setelah itu saya langsung membawakan GBK.. dan kamipun sama-sama memancarkan semangat
persatuan dan kecintaan yang tinggi untuk Indonesia.
“Hey saudaraku, sebangsa setanahku, besarkan hatimu seGelora Bung Karno.. Hey saudaraku,
sebangsa setanahku, tumbuhkan cintamu se-Gelora Bung Karno..”
Malam itu, adalah salah satu malam yang tidak akan terlupakan.
Malam yang sangat spesial, pada malam itu, kami yang hadir sama-sama menyatakan keinginan yang
sama. Kedamaian antar umat beragama.
Ketika saya hadir di seminar Pak Hermawan Kartajaya, saya bertemu dengan Innayah, putri dari
GusDur.
Dia cerita pengalamannya ke Madrid untuk sebuah konvensi di mana dia mewakili pemuda
Indonesia.
Tema besarnya adalah perdamaian antar umat beragama.
Lalu seorang Pastur dari sebuah negara pada satu kesempatan berujar sesuatu yang kurang lebihnya
seperti ini,
“Perdamaian itu akan terjadi bukan ketika umat Islam bisa membela hak beragama umat Islam, atau
umat Katholik bisa membela hak beragama umat Katholik, atau yang Yahudi bisa membela hak
beragama sesama Yahudi. Perdamaian itu akan terjadi kalau umat Islam membela hak orang
Katholik, orang Katholik membela hak umat Hindu, orang Hindu membela hak umat Yahudi , dan
seterusnya..”
Setelah saya pikir-pikir... bener juga ya pastur itu 
Dari NASIONAL.IS.ME sampai PATRIOT.IS.ME...
Lucu, saya sempat mau mengubah judul NASIONAL.IS.ME menjadi PATRIOT.IS.ME karena rasanya
lebih memiliki makna pengambilan tindakan kepahlawanan.
Ternyata teman saya @jazzbegreat (yang punya ide judul e-book NASIONAL.IS.ME ini) menemukan
bahwa sudah ada e-book dengan judul tersebut.
Tidak ada masalah, selain memang NASIONAL.IS.ME lebih tepat menggambarkan isi e-book ini, toh
saya bisa jadikan PATRIOT.IS.ME menjadi judul bab 
Di sini, saya ingin bercerita tentang aksi patriotis teman-teman di Indonesia yang akan membuktikan
bahwa MENCIPTAKAN perubahan bukanlah hal yang aneh dan bahkan SANGAT mungkin dilakukan di
Indonesia.
BOLBAL
Suatu hari, Glenn Marsalim dan temannya sedang berolahraga di Gelora Bung Karno, beberapa hari
setelah pemboman tgl 17 juli 2009..
Disana Glenn melihat seorang pedagang yang menjajakan kaos kaos ManUtd yang “basi” karena
ManUtdnya gagal ke Indonesia
Dengar dari cerita sang pedagang, Glenn mendengar bahwa si bapak untuk punya modal membuat
kaos sebanyak itu harus menjual motornya
Dengan niat melipat gandakan uang dengan keuntungan, si bapak malah terancam masalah karena
kaosnya tidak laku laku.
Siapa yang mau beli kaos ManUtd tour Indonesia kalau merekanya sendiri tidak jadi kesini?
Glenn kemudian mendapatkan ide untuk membantu pedagan dengan kondisi serupa..
Bersama teman temannya dia menggagas BOLBAL.
Kaos kaos bola yang tidak laku itu dia ambil, lalu kaosnya dibalik dan disablon INDONESIAUNITE
Dipunggungnya Glenn menuliskan angka... dari angka 1 sampai seterusnya...
Kaos tersebut dia jual.
Hasil penjualannya dikembalikan kepada si pedagang.
Pedagang itupun selamat dari kebangkrutan.
Sebuah ide sederhana tapi brilian dan menyisakan kesan yang sangat kuat.
Ngomong-ngomong, bolbalnya si Glenn ini akhirnya memenangkan Citra Pariwara di tahun 2009 
Indonesia Bertindak
Mas Iwan Esjepe dan Mbak Indah Esjepe, pertama kali bertemu dengan saya di ruang siaran
HardRock FM. Kala itu, saya mewawancara beliau beliau ini di acara radio saya Provocative
Proactive.
Salah satu karya mereka yang paling dikenal banyak orang adalah TRAVEL WARNING: Indonesia
Dangerously Beautiful.
Sebuah kampanye yang unik, seru dan provokatif. Karena susah mengubah cara pandang orang asing
terhadap Indonesia, maka kata “dangerous” digeser maknanya menjadi “dangerously beautiful”
Mas Iwan dan Mba Indah adalah pasangan yang punya propaganda, konsep dan kampanye yang
menarik. Semua bertujuan untuk mengangkat Indonesia ketempat yang lebih baik.
Pendukungnya secara militan tersebar dimana mana, bahkan sangat kuat di luar negeri.
Program mereka selain TRAVEL WARNING tadi adalah, “Weekend anti ke mall” (karena disarankan
ke museum) , “Kibarkan merah putih di Malaysia” (yang dimaksud adalah berprestasilah di malaysia,
sehingga nama Indonesia harum di sana) , “Kemah Pelangi” (berkemah di hutan yang menyegarkan
jauh dari kota dan refleksi kecintaan terhadap Indonesia), dan masih banyak lagi.
Mereka juga punya Provotoko di daerah Kemang yang menjual kaos, dan pernak-pernak dengan
mengusung pesan kecintaan terhadap bangsa.
Pasangan ini, adalah salah satu kunci yang membuat saya kuat untuk terus berjalan dan berjuang.
Ibaratnya perang, yang membuat kita mau maju ke depan adalah karena orang di samping kita juga
melakukan hal yang sama. Setiap kali saya merasa lelah, putus asa karena perilaku yang saya terima,
saya selalu menoleh ke mereka, dan menemukan kekuatan dari semangat mereka melaju.
Coin a chance
Hanny dan Nia betul betul contoh sempurna dari menciptakan perubahan.
Konsepnya sederhana sekali, tapi justru karena sederhana mereka bisa terus berjalan.
Mereka mengumpulkan koin.
Koin yang dianggap remeh bahkan tercuci di dalam jins karena terlupa.
Koin itu di akhir bulan mereka kumpulkan, hitung, lalu dijadikan uang sekolah anak yang tidak
mampu.
Sederhana bukan?
Daripada turun ke jalan, dan berteriak menuntut perubahan kepada pemerintah “GRATISKAN
PENDIDIKAN!” , mereka menciptakan perubahan.
Berhasilkan mereka menciptakan perubahan? Jelas berhasil. Seorang anak bisa sekolah karena itu.
Kehebatan mereka sudah ada, bahkan sebelum ada Koin Prita.
Nah, berbicara tentang Koin Prita, ini adalah salah satu aksi patriotis yang juga luar biasa.
Ketika Mbak Prita dinyatakan bersalah dan harus membayar sebesar lebih dari 200 juta rupiah,
netizens di bawah Enda Nasution, NdoroKakung, dll menggerakan massa untuk mengumpulkan koin.
“Biar Omni malu ketika terima uangnya” kata mereka.
Akhirnya Koin Prita merebak menjadi sebuah aksi patriotis bangsa Indonesia yang menarik perhatian
semua orang.
Musisi juga bergerak dan bikin Koin Konser utk Keadilan.
Kisah relawan berkumpul di Wetiga menghitung koin baik yang muda dan yang tua, kisah BI sampai
begadang menghitung berkantong-kantong koin, kisah terkumpulnya angka fantastis sekitar 800juta
rupiah merupakan tindakan nyata pemuda untuk melawan keangkuhan dan ketidakadilan.
Terlepas dari siapa yang benar dan salah, siapa yang akhirnya kehilangan muka?
Jelas Omni.
Dengan mata kepala mereka sendiri, mereka melihat bangsa Indonesia bersatu melawan mereka.
Nah, kesederhanaan metoda Koin Prita dan Coin a Chance adalah bukti bahwa menciptakan
perubahan tidak harus dengan tindakan tindakan yang luar biasa besar.
Sederhana, tapi efektif, dan konsisten, itu adalah kuncinya.
Banyaaaaaaaaaak sekali mahasiswa yang nyinyir kalau saya ajak untuk mengurangi menuntut
perubahan dan mulai menciptakan perubahan.
Kata beberapa mahasiswa “Ah kita kan Cuma mahasiswa? Bisa apa ?”
“Menciptakan perubahan? Mengawang awang sekali?”
“Menciptakan perubahan? Hey sadar! Kami mahasiswa! Nggak punya uang!”
Mereka ini harus belajar pada Satoe Indonesia.
Satoe Indonesia adalah sekumpulan mahasiswa.
Mereka memilih untuk menciptakan perubahan dengan melakukan “empowerment” di daerah
daerah. Mendirikan rumah pintar, mengajarkan berbisnis, mengelola keuangan , mendidik agar yang
tadinya pengangguran, bisa menjadi pengusaha. Jangan membayangkan jadi pengusaha seperti
Anindya Bakrie atau Sandiaga Uno... Pengusaha ternak itik, atau pengusaha ternak ayam pun adalah
pengusaha.
Waktu saya ngobrol dengan teman teman SatoeIndonesia.org, mereka cerita untuk penggalangan
dana mereka setiap tahun membuat kompetisi golf di mana pemasukannya digunakan untuk
kegiatan mereka.
Mereka saja bisa, yang lain juga bisa. Tidak perlu sama, bisa lakukan dengan kemampuan masing
masing.
Lalu masih ada http://goodnewsfromIndonesia.com yang kerjanya menulis berita baik tentang
Indonesia nyaris SETIAP HARI. Menjadikannya sebagai penyeimbang yang baik kepada berita berita
buruk yang kita dapatkan di TV dan koran hanya supaya media mereka “laku”. Makanya biar
seimbang, “langganan” GNFI 
Teman saya Richard Leo Latunussa atau dikenal dunia basket Indonesia dengan nama NSANE, juga
menciptakan perubahan dengan apa yang dia punya. Kemampuan bermain basket.
Maka bersama teman-temannya, dia membuat “Streetball for Charity” di Gelora Bung Karno di mana
mereka atraksi, sekalian mengumpulkan buku-buku dan mainan, baik baru maupun bekas untuk
anak-anak yang membutuhkan.
Bahkan, sesedikitnya, ada sebuah cara luarbiasa gampang untuk menciptakan perubahan.
Menjadi donor darah.
Blood For Life, memiliki tujuan yang mulia.
Membantu mengumpulkan darah yang sangat dibutuhkan orang orang lain di Indonesia.
Seringkali kita terima SMS atau email berantai yang mengatakan “Mohon bantuan untuk yang
bergolongan darah AB. Ada yang butuh donor blablabla”
Bloof For Life atau BFL ini membantu mempersingkat kegiatan tadi.
Mereka tahu betapa sulitnya menemukan donor darah, daripada menuntut pemerintah, mereka
turun dan menciptakan perubahan itu.
Namun menciptakan perubahan tidak harus menciptakan gerakan atau yayasan
Anda bisa ikutan gerakan atau yayasan yang sudah ada, yang sesuai dengan panggilan jiwa anda
Atau, anda bisa lakukan cara lain
Yaitu dengan menemukan PASSION anda.
Chris John juara dunia tinju membawa Indonesia kehadapan dunia dengan rasa bangga.
White Shoes and The Couples Company, juga membawa nama Indonesia ketika mereka berhasil
mendapatkan perjanjian distribusi dengan label asal Amerika serikat.
Juga band SORE yang pernah mendapatkan pengakuan dari majalah TIME Asia satu dari 5 band
terbaik asia yang patut didengarkan.
Bahkan G-PLUCK band spesialis The Beatles juga telah ke Liverpool membawa nama Indonesia untuk
bermain bersama band band Beatles dari negara lain... Memperkenalkan nama Indonesia di mata
dunia
Taufik Hidayat adalah alasan kenapa Indonesia cukup dikenal dengan konotasi yang positif di inggris.
Kalau kita ke inggris, kadang kita ditanya “Are you Indonesian? Well you must know Taufik Hidayat”
Hehehe
Memang inggris disebut orang sebagai negara yang agamanya sepakbola.
Tapi bulutangkis juga sesuatu yang besar di inggris. Taufik itu sudah jadi nama yang bikin ngilu untuk
penggemar bulu tangkis di inggris.
Oke Rosgana adalah juara dunia Yo-Yo. Menemukan PASSIONnya terhadap YoYo ketika di kampus
(kebetulan sekampus dengan saya) lalu sudah keliling dunia termasuk ke Afrika dengan modal
kemampuan yoyonya yang memang gila gilaan.
Dia juga jadi desainer yoyo yang harganya mahalnya nggak ketulungan dan kini jadi juri juri kejuaran
yoyo dunia. Membuat nama Indonesia baik di seluruh dunia
Salah satunya adalah dengan Yoyo yang sedang dipegang oleh Oke di foto ini.
Ini adalah Yoyo batik
Yang mendesain Oke sendiri, diproduksi di pabrik yoyo di Amerika Serikat dan hanya diproduksi
sebanyak 100 buah
Hanya 100 buah di dunia.
Yoyo itu diberikan kepada 100 orang yang sudah berkontribusi di dunia Yoyo selama minimal 80
tahun.
Betapa eksklusifnya Yoyo tersebut!
100 yoyo batik kepada 100 orang spesial.
Contoh lain, Bambang Pamungkas menemukan bahwa PASSIONnya adalah sepakbola,
kemampuannya telah menjadikan dia sebagai salah satu legenda pemain tim nasional Indonesia
Hingga saat ini, @bepe20 adalah pemegang rekor pencetal gol terbanyak untuk timnas Indonesia,
melebihi idolanya sendiri, Kurniawan Dwi Julianto
Ketika bermain untuk FC Selangor, Bepe membawa tim tersebut juara dan juga menjadi pencetak gol
terbanyak musim itu. Apakah dia mengharumkan nama Indonesia? Jelas.
George Saa menjadi juara dunia fisika.. mengalahkan peserta peserta lain dari seluruh dunia. Ketika
dia menang, pasti peserta dari negara lain jadi tahu Indonesia, dan tahu Indonesia dengan konotasi
yang positif
Negara manakah juara dunia robotik dunia?
Kalau kita tidak berpikir dan menjawab yang terlintas di kepala kita kemungkinan yang keluar adalah
Jepang, Amerika atau Jerman.
Nyata nyatanya, juara dunia robotik adalah Indonesia
Adalah 2 mahasiswa ini yang mengharumkan nama Indonesia di mata dunia robotik
Rodi dan Akbar ikutan sebuah kompetisi robotik dunia yang intinya diminta untuk mematikan
sebuah api yang nyala di atas lilin ditengah tengah sebuah maze.
Robot yang berkompetisi diharuskan untuk menemukan apinya dan mematikan api tersebut.
Yang paling cepat, menang.
Indonesia juaranya.
Mereka bisa seperti ini karena mereka memiliki minat yang lebih.. lebih dari sekedar hobi, lebih dari
suka, mereka punya PASSION terhadap bidang robotik.
Semua nama nama diatas telah berhasil membawa perubahan yang baik untuk Indonesia karena
mereka sudah tahu apa yang jadi PASSION mereka.
PASSION akan membawa kita kepada PRESTASI.
Prestasi kita, adalah prestasi bangsa kita.
Prestasi bangsa kita akan membantu mengubah persepsi dunia terhadap Indonesia
Setidaknya dengan prestasi prestasi orang orang di atas tadi, banyak yang kini mulai menambah
referensi mereka tentang Indonesia, selain bom dan juga bencana.
Itu adalah sesuatu yang sangat sangat baik untuk Indonesia
PASSION yang bahasa Indonesianya harusnya hasrat atau nafsu, atau favorit saya: Lentera Jiwa,
adalah sesuatu yang kita begitu cintai . Sesuatu yang melekat jadi bagian dari diri kita.
Kalau kita membicarakannya mata kita berbinar binar, semangat kita muncul.
PASSION lah yang membuat seseorang bisa mencapai hal hal yang luarbiasa.
Karena PASSION akan memberikan tingkat dedikasi yang tinggi terhadap sesuatu.
Dedikasi yang diikuti kedisiplinan, kesabaran adalah beberapa hal hal mendasar untuk sebuah
pencapaian
Nah, apakah Rodi dan Akbar telah menciptakan perubahan yang baik untuk Indonesia?
Jelas. Bahkan makna “Menciptakan”nya literal sekali dalam kasus mereka ini 
Ada banyak orang orang di Indonesia yang sudah menemukan PASSION mereka sehingga mereka
tidak hanya mendapatkan sebuah pencapaian yang membuat diri mereka sendiri bangga, tapi juga
orang sekitar mereka, bahkan bangsa mereka.
Rene Soehardono adalah salah satu orang yang terlihat sekali memiliki PASSION yang tinggi
terhadap Coaching. Saya mengenalnya sebagai seorang Head Hunter yang menjadi Career Coach di
Hard Rock FM.
Saya masih ingat masa masa Rene pertama kali siaran, canggungnya ada, tapi tertutup dengan
pengamatannya dan pendapatnya yang tajam.
Dedikasinya terhadap coaching dan membantu orang menemukan PASSIONnya adalah sesuatu yang
menurut saya sangat penting untuk bangsa Indonesia
Bukunya yang baru saja terbit sebenarnya sangat sangat monumental
“YOUR JOB IS NOT YOUR CAREER” akan jadi dasar dari pengembangan bangsa Indonesia jadi lebih
baik.
Cari bukunya, ada di mana mana dan temukan sebuah kejutan menarik dari buku itu 
Kalau Rene berhasil membantu orang orang menemukan passion mereka, maka Rene sudah
membantu Indonesia menemukan orang orang yang lebih fokus pada pencapaian daripada uang.
Tau akar dari korupsi?
Kecintaan yang berlebih terhadap uang.
Banyak orang yang hidupnya melulu tentang uang yang dia ingin dapatkan sehingga dia akan lakukan
apa saja untuk mendapatkan uang. Buntutnya yang paling ekstrim adalah korupsi
Sekarang bayangkan dunia .. atau bayangkan Indonesia yangdipenuhi oleh orang orang yang lebih
cinta pada pencapaian.
Bayangkan betapa majunya Indonesia.
Bayangkan majunya Indonesia berkat orang orang yang berkarya karena sudah menemukan passion
mereka.
Tapi saya tahu apa yang dikepala anda, “Saya tahu passion saya apa, tapi saya tidak punya
keberanian untuk menjalankannya.. saya butuh uang..”
Disinilah Yoris Sebastian masuk.
Yoris dikenal sebagai orang yang kreatif.
Banyak sekali ide ide kreatifnya yang telah terwujudkan dan pada akhirnya memberikan kesegaran
yang dibutuhkan negeri ini. Dari “I like Monday” sampai “Destination Nowhere” sampai OMG
Creative Consultant, semuanya mengingatkan kembali bahwa KREATIFITAS adalah sesuatu yang
sangat penting.
KREATIVITAS biasanya dekat dengan IMAJINASI.
Albert Einstein pernah berkata sesuatu yang kurang lebihnya seperti ini “Imajinasi lebih penting
daripada pengetahuan”
Pengetahuan kita biasanya berdasarkan dari apa yang sudah kita ketahui.
Imajinasi adalah kemampuan untuk membayangkan yang belum ada.
Imajinasilah penanggung jawab kemajuan di seluruh dunia karena untuk maju, dibutuhkan orang
orang yang visioner dengan kemampuan imajinasi yang tinggi.
Imajinasi itu tidak cukup, harus direalisasikan, karena itu kreatifitas jadi sangat penting.
Yoris, adalah yang terdepan soal kreativitas.
Dia juga baru meluncurkan buku berjudul CREATIVE JUNKIES dimana didalamnya memuat inspirasi
dan pengarahan untuk menjadi kreatif.
Prinsipnya 70: 20 : 10 bisa jadi solusi terhadap orang orang yang ingin berkarya menuruti
PASSIONnya tapi takut.
Menurut Yoris, dari 100% gunakan 70% untuk melakukan yang “hijau”
Hijau menurut Yoris adalah yang bikin dapur ngebul
20%nya lakukan kegiatan yang kita sukai tapi menghasilkan untuk kita
Yang 10% menurut Yoris diinvestasikan untuk melakukan sesuatu yang benar benar baru, yang gila,
yang beresiko, sehingga kalau terjadi hal hal yang tidak diinginkan, kita tidak menaruh resiko pada
kestabilan ekonomi kita.
Dalam bahasa saya adalah “Bekerja untuk membiayai karya”
Itu yang saya lakukan. Hiphop sangat beresiko bagi saya.
Karir saya sebagai rapper belum menghasilkan cukup uang untuk bisa menghidupi keluarga saya,
tapi karena itulah saya bekerja sebagai presenter, MC, dll untuk bisa membiayai karya karena karya
saya yang membuat saya merasa bebas, merasa bahagia.
Lirik dalam lagu saya yang berjudul “I TOLD YOU” berbunyi seperti ini
“Aku bekerja untuk membiayai karyaku, tak ada yang salah dengan itu. Aku praktekkan sampai
kepada clothingku, REF Basketball Clothing tertulis di kaosku. Kelak karyaku yang akan balik
membiayaiku, itulah ganjaran akan keyakinanku”

Namun dibalik menemukan passion dan menjadi kreatif, ada satu lagi yang dibutuhkan oleh setiap
orang. Yaitu Financial Literacy. Atau istilahnya “Melek finansial”
Ini adalah PASSION-nya Ligwina Hananto
Bayangkan sebuah negara yang rakyatnya memiliki kemampuan atau kecerdasan finansial yang baik.
Maka anda akan membayangkan bangsa yang hebat.
Di banyak negara (mungkin malah semua) ekonomi itu didorong oleh “Middle Class Worker”
Wina punya PASSION terhadap dunia finansial, kalau tidak , mana mungkin dia bisa punya gelar yang
berhubungan dengan dunia keuangan dan perencana keuangan yang seabreg abreg itu.. Kalau tidak
punya PASSION terhadap dunia finansial mana mau dia ngurusin keuangan orang orang lain yang
ngejelimet.
Kalau tidak punya PASSION terhadap finansial mana mau dia melakukan edukasi kepada banyak
sekali orang di Indonesia tentang pentingnya perencanaan keuangan, tentang asuransi, tentang
investasi, tentang dana darurat, dan lain lain
Orang orang seperti Wina inilah yang akan membantu menguatkan kondisi keuangan bangsa
Indonesia
Bangsa Indonesia memang belum memiliki kecerdasan finansial yang cukup.
Masih belum melek melek amat.
Ketidak pahaman kepada dunia finansial dan keadaan ekonomi Indonesia secara umum berakibat
buruk.
Masyarakatnya jadi banyak yang takut. Ragu ragu. Pada tahap yang buruk bahkan sampai
berkeputusan dan berpendapat yang salah.
Ini sebenarnya yang bisa diubah oleh Wina dan PASSIONnya..
Orang orang seperti Rene, Yoris dan Wina sudah mengetahui passion mereka dan karya mereka
memiliki efek yang baik terhadap Indonesia.
Masih banyak lagi orang orang serupa seperti Dondi Hananto yang memiliki PASSION kepada Micro
Finance.
Dengan melakukan program pendanaan kepada pengusaha kecil, kita ikut membantu memajukan
pengusaha kecil dan mikro.
Lalu Joko Anwar dan sineas muda Indonesia yang punya PASSION terhadap dunia film dan dengan
karyanya mereka membuat bangga Indonesia.
Bahkan film Joko Anwar “Pintu Terlarang” banyak sekali mendapatkan pujian di festival festival
Internasional. Poster filmnya masuk dalam 10 poster film terbaik di dunia sepanjang 2009.
Lalu ada lagi Daniel Mananta yang memiliki PASSION terhadap dunia FASHION hehehehe
Dengan
labelnya
DAMN
(Daniel
Mananta)
I
LOVE
INDONESIA
Daniel memancarkan kecintaan terhadap budaya Indonesia lewat kaos kaos dengan desain yang
keren.
Daniel membuat orang bangga menggunakan kaos dengan gambar gambar warisan budaya
Indonesia
Terakhir saya beli (tadinya mau beli malah dikasih) sepasang kaos yang disiapkan untuk Valentine’s
Day.. Sepasang kaos yang laki laki gambarnya wayang RAMA dan yang perempuan wayang SHINTA
Hehehe lucu deh
Juga Profesor Yohanes Surya yang memiliki PASSION pada dunia pendidikan terutama fisika.
Ditangan beliau juara juara DUNIA datang dari anak-anak Indonesia
Saya pernah berbincang dengan beliau dan prinsip hidup juga kisah hidup beliau betul betul
luarbiasa.
Apakah beliau menciptakan perubahan baik untuk Indonesia? Jelas.
Kemudian Bapak Hermawan Kartajaya
Banyak yang mungkin tidak sadar tapi beliau ini adalah orang yang sangat penting di dunia
marketing setelah Philip Kotler.
Pak Hermawan ini adalah orang yang sudah begitu dikagumi, begitu diakui dimata dunia. Tidak
hanya oleh para pakar marketing, tapi juga oleh para pemimpin dunia.
Mengikuti seminar seminar beliau tidak hanya membuat saya jadi lebih cerdas dalam bidang
pemasaran, tapi seringkali juga saya jadi lebih bangga terhadap Indonesia
Di seminar beliau yang terakhir beliau mengungkapkan fakta fakta yang membuat saya semakin
yakin dengan kemampuan Indonesia
Sekali waktu, beliau berkata “Pokoknya sekarang kalau menyebut Asia, hanya ada 4 negara: Cina,
India, Indonesia dan Vietnam”
Beliau melanjutkan “Jepang dan Korea Selatan memang maju, tapi sekarang mereka stagnan.
Perekonomiannya melemah. Cina, India, Indonesia dan Vietnam justru menguat. Vietnam lebih mirip
Cina karena komunis, Indonesia lebih mirip India karena negara demokrasi.”
Salah satu indikasi menurut beliau adalah angka penjualan mobil tahun 2010 Q1 (kwartal pertama)
meningkat sebesar 70% dibandingkan dengan 2009. Bayangkan, keadaan ekonomi dunia lagi susah
tapi penjualan mobil disini naik 70%!
Lembaga rating “Standard & Poor’s” juga menaikkan peringkat “Sovereign Debt rating Indonesia”
dari kategori BB(-) menjadi BB. Ini merupakan level tertinggi dalam 12 tahun terakhir. Level BB
merupakan 1 tingkat dibawah A. A adalah kategori negara investasi.
Salah satu penanda juga (walaupun sebenarnya mengkhawatirkan) adalah fenomena Hot Money
yang lagi terjadi di Indonesia
Salah satu alasan menguatnya kondisi rupiah dan IHSG (kondisi terbaik dalam 2 tahun terakhir)
adalah karena HOT MONEY. Yaitu arus masuknya uang dari Eropa karena Eropa keadaan
perekonomiannya lagi panas. Indonesia dilihat sebagai tempat yang aman maka uangnya mengalir
kesini. Akan jadi bahaya ketika Q3 atau Q4 berduyun duyun mereka menarik kembali uangnya dari
Indonesia... hehehehe
Setidaknya secara awam kita bisa menilai Eropa menilai Indonesia adalah tempat yang aman untuk
uang mereka. Sementara. Hehehe
Pada dasarnya, Eropa keadaannya memang kurang baik dan akan berakibat kepada Indonesia
Bu Sri Mulyani memprediksi di Q2 akan ada exit strategy besar besaran yang dilakukan beberapa
negara untuk mengurangi hutangnya dan ini akan berdampak kepada gejolak perekonomian secara
besar besaran
Negara negara seperti Portugal, Italy, Ireland, Greece, Spain (PIIGS) mengalami defisit anggaran yang
parah. Parahnya 9%-11% dibandingkan dengan Indonesia yang defisitnya “Cuma” 2%
Kondisi Eropa dan Amerika yang kurang aman ini menjadikan dunia memantau dan (sebenarnya)
berharap banyak kepada Cina, India dan Indonesia.
Saya pernah ngetweet beberapa minggu yang lalu (dari tanggal penulisan ini) bahwa dunia sedang
rebut rebutan untuk mendekati Cina, India dan Indonesia. Menurut Pak Hermawan, Cina membantu
Amerika dengan membeli surat surat hutangnya.
Sementara beliau juga menilai, Indonesia jadi negara yang diperhitungkan dilihat dari tujuan
kedatangan pemimpin negara Cina dan Amerika yang secara berturut turut mengunjungi Indonesia

April Indonesia kedatangan Hu Jin Tao, sementara Obama dan keluarga datang bulan Juni..
Tentu mereka akan membicarakan kerjasama yang krusial sehubungan dengan perekonomian.
Sesuatu yang akan sangat penting untuk Indonesia.
Diluar pengetahuan umum akan optimisme ekonomi Indonesia, beliau juga mempertemukan saya
dengan orang orang hebat. Pemuda hebat di Indonesia
Pengusaha, pekerja kreatif, pekerja seni, atlit, orang orang yang berprestasi dikumpulkan oleh beliau
beberapa kali.
Disitulah saya menyadari kunci kesuksesan bangsa ini. Setiap individu ada di dalam ruangan
tersebut, di undang oleh Pak Hermawan karena mereka memiliki 1 kesamaan.
Mereka sama sama sudah menemukan apa yang menjadi PASSION mereka.

Nah nama nama diatas ini, adalah nama nama yang akan menciptakan perubahan yang baik kepada
Indonesia dari dalam.
Dengan membantu mengembangkan individu individu di Indonesia jadi lebih baik.
Saya sendiri, ingin berbagi sejumlah pengalaman.
Semoga bisa menginspirasi anda untuk melakukan hal yang sama.
Saya akan tuangkan disini, salah satu posting di pandji.com yang sangat berhubungan dengan
pembicaraan kita tadi.
Perjuangan Gue
Tulisan ini sbenarnya gue tulis untuk temen temen wartawan yang banyak bertanya
“Indonesiaunite sekarang kegiatannya apa?”
Ini agak susah dijawab karena mereka mereka menggunakan indonesiaunite sebagai kata
benda dimana sebenarnya adalah kata sifat.
Indonesiaunite adalah nama yang diberikan untuk SEMANGAT ANAK MUDA YANG
BERSATU, BERKARYA (melakukan sesuatua) UTK INDONESIA.
Setiap orang, gerakannya bisa beda beda.
Kalau mau, pertanyaannya begini
“Gerakan Indonesiaunite-mu apa sekarang?”
Nah itu masih mending. Bearti yang ditanya adalah, karya atau gerakan gue yang didasari
semangat Indonesiaunite.
Untuk itu, gue punya beberapa.
Sekali lagi, supaya ga jadi salah paham, gue menulis ini untuk 2 tujuan:
1. Biar gampang nerangin wartawan/ti. Gue bisa ngomong “Cek aja pandji.com/perjuangan
gue”
2. Untuk menginspirasi siapapun yang baca bahwa indonesiaunite bisa tercermin dari
berbagai macam kegiatan, semangat dan karya. Kalo gue bisa, maka elo juga pasti bisa
_______________________________________________________
HIPHOP
Siapapun yang bermusik tahu bahwa musik itu sangat inspiratif.
Inspirasi, Inspire, berasal dari latin yaitu INSPIRARE yang berarti “To breathe life into
someone.”
Menghembuskan “hidup” pada diri seseorang.
Dari album pertama, dari malam pertama gue menulis lagu, hari pertama gue ingin membuat
album, gue tahu bahwa gue ingin menginspirasi orang dengan cara paksa
Provokasi adalah istilahnya.
Apa yang gue ucapkan dalam lagu, bertujuan untuk menjadikan Indonesia yang lebih baik.
Apa yang gue tulis di lagu ADA YANG SALAH, BAJAK LAGU INI, ATAS NAMA
KEBENARAN (POLISI), YOU THINK YOU KNOW (INDONESIA), KAMI TIDAK
TAKUT, GBK dan apalagi UNTUK INDONESIA didasari semangat untuk melakukan
sesuatu untuk Indonesia.
Bohong kalau ada yang bilang lagu gue ga ada efeknya sama sekali terhadap Indonesia.
Indonesia terdiri dari individu individu yang hidup didalamnya, sedikit atau banyak, individu
itu ada yang terinspirasi, tergerak untuk mencintai Indonesia.
Gue sudah seperti ini dari dulu, dan gue akan selalu seperti ini.
Amiin
Kalau tertarik untuk tau lebih banyak tentang musik gue silakan ke http://
facebook.com/pandjimusic atau kalau mau exclusive updated silakan follow twitter gue di
@pandjimusic
C3, COMMUNITY FOR CHILDREN WITH CANCER
Adalah yayasan yang bergerak untuk membantu anak anak penderita kanker yang datang dari
keluarga tidak mampu. Bantuan versi pemerintah tentunya adalah Askeskin. Tapi siappaun
tahu itu tidak cukup. Apalagi askeskin tidak sampai memikirkan terapi psiko sosial yang
dibutuhkan oleh anak anak kecil.
Kami sudah hadir di Indonesia dari tahun 2006, sampai sekarang usaha kami tidak surut.
Bersama
C3,
anak
anak
mendapatkan
banyak
bantuan…
Baik bantuan uang, waktu ataupun tenaga.
Mengingat 1 anak biaya kemoterapi bisa antara 8 jt – 15 jt per anak sekali kemo dan 1 bulan
bisa beberapa kali..
juga dibutuhkan untuk juga life supports, transport dan yang bikin sedih… funerals.
Karena banyak dari keluarga yg berobat disini tidak mampu untuk membiayai pemakaman.
Belum lagi beli mainan, kertas gambar, dll.
Hal hal yang bisa membuat mereka bahagia.
Karena sudah terbukti secara medis, kondisi hati yang bahagia MEMBANTU
PENYEMBUHAN!
Jadi anak anak ini tidak hanya harus disembuhkan penyakitnya, tapi juga hatinya…
That‟s why we need you, still, after all these years.
Sumbangkan uang ke rekening kami.
Jadilah DONATUR
Tapi jangan cuma sekali ngedrop trus ga pernah lagi. Gue lebih baik elo cuma nyumbang Rp
50.000,- sebulan tapi selalu dilakukan setiap bulan.
Gampang kok, cuma datang ke bank elo dan minta standing instruction. Sebuah fitur yang
tersedia di semua bank untuk mentransfer secara otomatis setiap bulan pada tanggal yang
diminta sebesar jumlah yang juga sudah elo tentukan sebelumnya.
Kalau mungkin elo ga punya uang, tolong sumbangkan waktunya.
Jadilah RELAWAN.
Datang dan bermain bersama anak anak ini. Mereka cuma butuh temen untuk main tembak
tembakan, menggambar dan mewarnai, main PS2, main game komputer, nonton Finding
Nemo, dl.
Ga pake uang, ga pake tenaga, tapi mungkin waktu elo akan terpakai. Karena mereka akan
pengen ketemu elo lagi..
Ga punya uang dan waktu untuk disumbangkan?
Sumbangkan tenaga aja.
Jadilah KOMUNIKATOR kami.
CERITALAH tentang semua yg elo baca disini kepada orang lain dan bantu kami temukan
siapa yang bisa jadi DONATUR dan bisa jadi RELAWAN.
Ga pake uang, gapake waktu, tapi mungki emang tenaga elo kepake karena elo akan terus
ngomong kepada siapapun yg elo temui.
Atau mungkin lewat milis dan groups.
Kalau elo ga punya waktu, uang atau tenaga untuk disumbangkan..
Sebenarnya, kalau beli album gue yang asli elo sudah menyumbangkan uang ke C3.
Karena 50% dari profit yang gue terima gue sumbangkan ke mereka.
Kalau mau kenal lebih banyak masuk aja ke Website kami yang juga adalah sebuah situs
jejaring sosial. Seperti facebook. Bedanya, disini, everyclick is a donation. Kok bisa?
Soalnya di website tsb ada banner yang akan diisi iklan. Harga banner itu makin mahal
dengan semakin banyak klik ke website tersebut karena makin banyak yg ngeklik, makin
tinggi value dari websitenya.
Uang dari banner itu, 100% untuk anak anak penderita kanker lewat C3
Silakan ke http://c3friends.com
SATU TIANG SATU TAHUN
Berawal dari kesel karena gue dibilang nasioanalis musiman, gue memutuskan untuk
mencoba mengubah diri gue dengan program Satu Tiang Satu Tahun yang berarti gue (dan
siapapun yang mau ikutan) masang bendera merah putih di depan rumah selama 1 tahun
penuh
Untuk membuktikan bahwa generasi baru telah lahir di Indonesia. Generasi yang
nasionalismenya ga musiman, yang ga hanya “cinta” Indonesia bulan agustus aja. Silakan
baca di http://pandji.com/satutiang-satutahun
DONOR TETAP
Elo tau penyakit Thalassemia?
Thalassemia adalah kondisi dimana seseorang tidak bisa memproduksi sel darah merah.
Sehingga harus selalu (kalo ga salah bahkan seumur hidup) menerima donor dari orang.
Sudah mungkin setahun lebih gue jadi donor tetap untuk seorang anak cantik bernama
Michelle…
She‟s an angel.
Awalnya, gue dapet kabar lewat SMS dari Tika Panggabean bahwa ada seorang Ibu yang
butuh gol darah O untuk anaknya hari itu juga. SMS itu ngasih tau nomor yang bisa
dihubungi, maka gue telfonlah.
Gue dateng ke PMI dan mendonorkan darah gue. Berhubung badan gue besar, maka gue
diminta untuk pake kantong baxter.
Baxter adalah kantong dengan ukuran lebih besar dari rata rata kantong donor darah.
Sebelum hari itu, terakhir kali gue donor adalah waktu SMP… hmm SMP bukan ya… yang
pasti udah lama banget.
Setelah hari dimana gue donor untuk Michelle, gue di telfon lagi oleh Ibunya yang bilang
ternyata dari kantong gue darahnya bagus dan banyak yang kepake (fyi: ketika elo
mendonorkan darah, ga semua dari darah sekantong itu yang bisa kepake, kadang hanya
sedikit bahkan)
Darah gue kepake karena selain badan gue besar jadi bisa kasi donor banyak, gue juga nggak
ngerokok dan sehat.
Sejak itu rata rata per 3 bulan gue donor untuk Michelle.
Michelle adalah salah satu alasan terkuat gue menjaga kesehatan gue. Baik secara performa
tubuh secara keseluruhan (kolesterol, tekanan darah, kelelahan, dll) ataupun dari sisi
penyakit.
Coz i have to be there when it counts. I wanna be reliable when she needs me.
Nah, setiap orang, bisa melakukan hal yang sama seperti gue.
Jadilah donor tetap untuk seseorang yang butuh donor secara tetap juga.
Thalassemia adalah salah satunya.
Bayangkan kalau semua orang di Indonesia jadi donor tetap untuk 1 orang lain di Indonesia.
Luar biasa.
_________________________________________________
Sekarang, elo tau bagaimana perjuangan gue untuk Indonesia. Dengan menjunjung semangat
Indonesiaunite.
Elo juga bisa melakukan hal yang serupa.
Cari tau siapa yang bisa elo bantu di www.indonesiaunite.com
Hanya ada 2 jenis anak muda di dunia
Mereka yang menuntut perubahan
Mereka yang menciptakan perubahan
Silakan pilih perjuanganmu.
......................
Terakhir sebuah cara yang saya gunakan untuk mencoba menciptakan perubahan dari pola pikir
adalah acara radio saya di Hard Rock FM PROVOCATIVE PROACTIVE
Acara radio ini memiliki semangat untuk memberikan sudut pandang baru dalam berpikir. Untuk
selalu menantang pemikiran konvensional kita, yang selama ini kita anggap bener
Itu yang selalu harus kita lakukan, secara aktif memprovokasi diri sendiri.
Acara ini sudah pernah mengundang Dari Bang Adnan Buyung Nasution, Bang Andi Mallarangeng,
Pak Adhyaksa Dault, Ulil , sampai kepada Bambang Pamungkas, Venna Melinda, Andi Bachtiar, Tere,
Hanung Bramantyo, membahas dari lembaga paling korup di Indonesia sampai kepada kejadian
dibalik telanjangnya Joko Anwar masuk Circle K. Dua yang paling berkesan untuk saya adalah Bang
Adnan karena beliau adalah tokoh yang luarbiasa dan siarannya waktu itu... suangat provokatif
hehehe dan Bambang Pamungkas karena dia jarang sekali mau di wawancara dan kami berbincang
dengan sangat cair, sangat terbuka dan menyenangkan..
Intiinya adalah, siapapun tanpa terkecuali bisa menciptakan perubahan
Ciptakan perubahan yang baik untuk Indonesia dengan mengambil inisiatif untuk berkarya.
Menciptakan perubahan tidak harus menciptakan gerakan, atau yayasan
Bisa juga ikut yang sudah ada dan sesuai dengan panggilan jiwa kita.
Saya pribadi, sama sekali tidak keberatan dengan perusahaan komersil yang melakukan gerakan
gerakan sosial, atau melakukan sesuatu yang positif untuk Indonesia
Banyak yang berkomentar, “Brand A mengkomersilkan nasionalisme”
Bagi saya, masih bagus ada perusahaan yang mau mengangkat isu sosial atau nasionalisme. Karena
kita sama sama tahu masih banyak perusahaan komersil yang moralnya dipertanyakan.
Korporasi yang justru membawa kesedihan untuk bangsa Indonesia. Menciptakan sebuah
malapetaka dengan korban rakyat jelata tanpa ada tanggung jawab yang mumpuni..
Tidak perlu kita sebut rasanya.. kita semua tahu 
Saya mendukung Lifebuoy ketika mereka ingin membantu revitalisasi poryandu di NTT.
Orang orang bisa saja berteriak teriak bahwa mereka menggunakan kegiatan sosial untuk
berpromosi, tapi faktanya mereka SUDAH BERHASIL menyediakan perlengkapan posyandu di NTT.
Daerah di Indonesia dengan angka kematian anak tertinggi.
Anda pernah melihat anak anak NTT? Menggendong mereka?
Pernah menatap ke dalam mata mereka yang sayu?
Saya pernah.
Dan saya bersyukur telah menjadi bagian dari sebuah program yang didesain untuk membantu para
ibu dan anak di NTT.
Saya mendukung Nokia keliling Indonesia untuk mempromosikan semangat yang sangat penting.
Yaitu menyuarakan aksi kita untuk Indonesia.
Inspirasi adalah sesuatu yang mahal harganya, dan bersama Nokia dan Bike To Work, Coin a Chance,
Sahabat Museum, DAMN i love Indonesia, dll kami menunjukkan kepada seluruh Indonesia, bahwa
siapapun BISA menciptakan perubahan. Perubahan yang ditunggu tunggu di negeri ini.
Apakah mereka berpromosi lewat program ini? Jelas!
Apakah mereka telah melakukan sesuatu yang baik untuk Indonesia? Pasti!
Saya mendukung Danamon dan Trans7 yang keliling keliling Indonesia untuk menunjukkan
“semangat bisa” yang tersimpan diseluruh pelosok Indonesia. Memang mereka juga sekalian
melakukan kegiatan promosi, tapi siapa coba yang mau memungkiri bahwa apa yang telah mereka
lakukan berefek baik untuk kita semua?
Apa yang mereka tunjukan kepada saya dan kepada seluruh penonton adalah yang kita sama sama
butuhkan disaat pesimisme melanda bangsa ini. Disaat begitu banyak berita buruk tentang
Indonesia, ada sebuah acara yang mempromosikan kehebatan Indonesia.
Saya mendukung Acer Indonesia terutama dalam usaha mereka mendukung Pesta Blogger.
Perlu anda ketahui, Pesta Blogger Indonesia adalah acara kopi darat blogger terbesar di dunia!
Tidak ada yang bisa bikin blogger berkumpul sebanyak ini di negara negara lain.
Blogger adalah suara hati bangsa Indonesia
Itu setidaknya yang saya yakini.
Bangsa ini, akan bergerak, melalui inspirasi inspirasi yang dihirup lewat tulisan tulisan blogger
Indonesia. Tentu ada yang tulisannya kosong, tapi banyak sekali yang tulisannya luarbiasa. Seperti
halnya koran, berlanggananlah yang sesuai dengan panggilan jiwa.
Pesta Blogger kelak akan jadi sesuatu yang historikal dalam benak saya. Karena blog adalah bentuk
baru dari demokrasi, kebebasan berpendapat. Demokrasi 2.0 
Namun menyelenggarakannya tidak mudah, beruntung Acer turut membantu disitu.
Apakah mereka berpromosi? Jelas. Apakah mereka telah membantu agar demokrasi tetap berjalan
di Indonesia? Jelas!
Saya selalu bilang bahwa setiap orang di Indonesia bisa melakukan perubahan yang baik untuk
Indonesia dengan menggunakan APAPUN yang dia punya.
Tidak adil kalau seorang anak bangsa tidak bisa berkarya untuk Indonesia dengan menggunakan
posisinya di perusahaan tempat dia bekerja. Hanya karena takut di cap mengkomersilkan
nasionalisme.
JUSTRU harusnya ketika dia ada diposisi yang menentukan di perusahaan, dia gunakan bukan hanya
untuk kebaikan perusahaan tempat dia bekerja, tapi juga untuk kebaikan bangsanya.
ITULAH kesempatannya.
Indonesia mendambakan agar anak anaknya yang merdeka, benar benar merdeka dalam bertindak.
Tidak lagi terjajah ketakutan, keraguan dan keminderan
Jadilah bangsa yang merdeka
Merdeka dalam berkarya
Dari Sebuah Keyakinan Sampai Sebuah Keraguan...
Bab ini, bisa jadi merupakan bagian terpenting dalam e-book ini.
Bab ini adalah bagian di mana semua yang di atas dipertanyakan kembali.
Bab ini, adalah hasil dari sebuah obrolan santai di Kopi Phoenam.
Tempat obrolannya dipilih oleh Andi Bachtiar, biasa dipanggil Ucup. Sutradara yang selain
mengerjakan “Romeo and Juliet”, juga banyak bikin dokumenter seperti “The Jak”, “The Conductor”
dan lain lain termasuk yang masih dalam proses pengerjaan: “HOPE”.
HOPE adalah sebuah film dokumenter yang sedang dikerjakan Ucup. Isinya kurang lebih
mempertanyakan, “Apakah di Indonesia masih ada harapan?”
Salah satu orang yang jadi fokus dalam dokumenter tersebut adalah saya.
Mungkin karena saya ganteng.
Hehehe
Menurut Ucup, semua film dokumenter dia pasti main di bioskop. Jadi sabar saja, semoga kalian bisa
nonton sama-sama.. Trailernya sudah ada di Youtube. Search aja BOGALAKONPIC dan cari HOPE.
Ucup memilih tempat itu karena katanya kopinya enak, dan kopi Indonesia asli.
Bersama dengan Ucup dan saya, ada Pangeran Siahaan, seorang jurnalis muda yang juga rapper.
Pange ini adalah contoh dari istilah “old soul” ... tipikal anak pinter yang terjebak lingkungan yang
tidak semaju dirinya hehehe
Lalu ada Ronal Surapradja atau dikenal dengan Ronal Extra atau RoTi (Ronal Tike duet siarannya)
atau Ronaldisko atau Rocknal...
Ronal ini adalah contoh entertainer yang cerdas. Ide-ide briliannya bisa jadi merupakan poros dari
kesuksesan siarannya dan juga extravaganza.
Ucup, Pange dan Ronal adalah contoh orang-orang yang tahu sejarah TIDAK HANYA dari yang kita
pelajari di sekolah.

Ini adalah poin yang penting.
Ronal pernah berkata bahwa sejarah dituliskan oleh mereka yang berkuasa.
Pange menambahkan “Sejarah ditulis oleh yang menang perang”
Kita sama-sama tahu bahwa sejarah itu relatif tergantung dari sudut pandang pencerita.
Akhirnya, sejarah yang ada di negara manapun selalu simpang siur.
Bukan hanya Indonesia,tapi nyaris setiap negara...
Ucup, saya, Pange, Ronal bersama dengan Iman Sjafei (seorang teman yang juga fotografer handal
sering mendokumentasi saya ketika ngerap) dan Ben (saudara sepupu yang juga representatif saya
di manajemen) belakangan disusul oleh Aan teman si Ucup dari Bogalakon Pictures menyusul.
Apa yang kami bicarakan saat itu, tidak berdasarkan bukti-bukti yang pasti.
Tapi toh apa yang kita baca di buku sejarah semenjak kita kecil juga tidak ada bukti yang jelas.
Contoh yang sangat nyata. Foto Thomas Matulessy atau kita kenal dengan Pattimura.
Seperti apa coba Kapten Pattimura yang kita kenal ?
Seperti inikah yang sering kita lihat di tembok tembok kelas kita?
Dengan berat hati saya beritahukan, bahwa lukisan di atas, dan lukisan Pattimura yang kita kenal
dari buku buku pelajaran dan tembok tembok kelas adalah bukan wajah Pattimura yang sebenarnya.
Pattimura itu, tidak pernah ada dokumentasinya. Tidak ada yang tahu persis wajahnya seperti apa,
sehingga dibayarlah seorang seniman untuk melukis seperti apa kira kira Pattimura.
Belakangan ada sebuah foto dokumentasi yang muncul di KTLV di Leiden, Belanda. Sebuah
perpustakaan di University of Leiden, jurusan sejarah Indonesia. Foto itu menunjukkan wajah
Pattimura. Kurus, Kribo, dan terborgol... dan sama sekali tidak mirip dengan lukisan diatas.
Kisah Pattimura dan lukisannya adalah salah satu contoh sederhana bagaimana sejarah Indonesia
telah lama direkayasa untuk kebutuhan kebutuhan tertentu.
Kadang rekayasa sejarah dilakukan dengan menceritakan yang tidak terjadi, atau yang terjadi
dengan versi yang berbeda, atau bahkan tidak diceritakan sama sekali 
Sekarang begini, menurut yang kita tahu, apa yang menjadikan Indonesia?
Mengapa Indonesia jadi negara seperti sekarang ini, dari Aceh sampai Papua?
Karena perjuangan kita?
Karena Sumpah Pemuda?
Saya punya sudut pandang baru untuk Anda.
Pernahkan terpikir oleh Anda bahwa Indonesia jadi seperti ini JUSTRU karena Belanda.
Terpikirkah mengapa di Pulau Kalimantan kok bisa terbagi 3 negara? Malaysia, Brunnei Darusalam
dan Indonesia.. Padahal ada dalam 1 pulau yang sama.
Jawabannya, karena yang menjajah beda.

Sebelum saya masuk lebih dalam, mari saya gunakan Jerman Barat dan Jerman Timur untuk ilustrasi.
Dua negara Jerman tersebut tadinya 1. Tapi dibagi 2 dan dibatasi oleh tembok Berlin.
Orang banyak yang meninggal berusaha untuk menyebrang.
Tembok itu dibuat oleh Amerika dan Uni Soviet. Keduanya bersatu untuk melawan Hitler. Ketika
mereka menang, masing-masing negara memegang daerah Jerman yang berbeda.
Jerman barat dipegang Amerika, Jerman Timur dipegang Uni Soviet. Akhirnya dua negara itu
menjalani nasib yang berbeda, nasib yang ditentukan oleh “penguasanya” hingga akhirnya tembok
itu rubuh dan Jerman kembali bersatu.
Kondisi yang kurang lebih sama terjadi di seluruh dunia.
Termasuk Indonesia.
Kita ini produk dari yang menjajah kita.
Waktu itu, Singapore dipegang oleh Belanda, dan Bengkulu dipegang oleh Inggris. Lalu Belanda
menyadari lanskapnya akan terkesan aneh karena ditengah tengah negara jajahannya ada satu
bagiannya inggris. Akhirnya Inggris dan Belanda tukeran. Belanda pegang Bengkulu dan punya area
jajahan yang lebih lengkap, Inggris yang memang sudah pernah ke Singapore kembali mendapatkan
area itu (dulu tentunya belum disebut Singapura)
Singapore sendiri sebenarnya memerdekakan diri dari Malaysia.
Agak mirip dengan Brunnei Darusalam. Bedanya, Brunnei negosiasi langsung kepada pihak inggris
untuk menjadikannya negara yang berdiri sendiri dengan imbalan “fasilitas” kepada Inggris.
Konsep “Indonesia” oleh Bung Karno adalah semua wilayah yang dijajah Belanda. Bahkan tadinya
semua wilayah kekuasaan Majapahit. Itu lebih dahsyat lagi karena Filipina juga termasuk. Bahkan
menurut Ronal, Madagaskar juga masuk!
Memang pada awal masa pergerakan kemerdekaan Indonesia, kaum nasionalis terutama
Muhammad Yamin lebih memilih untuk membangun pemahaman bahwa Indonesia sudah jadi satu
bangsa berkat kerajaan Majapahit. Ini jelas sering digembar gemborkan untuk menjaga harga diri
sebuah bangsa yang baru bahwa Indonesia itu ada sejak Majaphit, bukan karena Belanda
Nah, wilayah yang belum masuk Indonesia waktu itu adalah Aceh, Papua, Timor Timur.
Bung Karno “mengambil” Aceh ketika datang kesana menjumpai Daud Beureuh untuk meminjam
pesawat. Indonesia belum punya pesawat sendiri dan Bung Karno harus keliling-keliling saat itu,
maka datanglah Bung Karno menjumpai Daud Beureruh untuk meminjam pesawat.
Bayangkan betapa kayanya Aceh saat itu.
Saat itulah Bung Karno membujuk Daud Beureuh yang sangat dihormatinya itu untuk bergabung ke
Republik Indonesia. Sebuah bujukan yang akhirnya berhasil.
Belakangan, Daud Beureuh kecewa dengan hasil yang didapatkan Aceh setelah bergabung ke
Indonesia. Kurang lebihnya kecewa karena tidak sesuai dengan yang dijanjikan untuknya, akhirnya
beliau memimpin pemberontakan Aceh terhadap Indonesia.
Lalu Timor Timur juga waktu itu adalah jajahannya Portugis. Lalu pada satu masa, di Portugal sedang
ada pemberontakan, kondisi politik di sana tidak stabil, akhirnya Portugis meninggalkan Timor Timur,
menyisakan perebutan kekuasaan yang kosong antar kelompok yang ada.
Kubu yang komunis, mencemaskan Amerika Serikat dan Australia. Mereka takut dengan negara
negara sosialis/komunis dan mendukung pemerintah Indonesia untuk “mencaplok”nya... Indonesia
masuk ke sana dengan keras dan paksa dengan mengatasnamakan demokrasi (terdengar familiar
sekali)
Belakangan ketika Timor Timur sudah aman dari kemungkinan untuk menjadi komunis, Amerika
Serikat dan Australia pula-lah yang mendukung perpisahan mereka dari Indonesia.
Gosipnya, para ahli menemukan bahwa ada sebuah palung di Timor Timur yang merupakan sumber
minyak bumi terkaya di Indonesia. Pantesan Amerika dan Australia mau masuk..
Lewat PERPERA, hilanglah Timor Timur dari Indonesia...
Berbicara tentang PERPERA, ini pulalah yang membuat Papua bergabung dengan Indonesia.
Pada tahun 1970an kabarnya, PERPERA itu angkanya dimanipulasi sehingga terkesan mereka ingin
bergabung dengan Indonesia. Gosip ini jadi semakin kuat karena tidak lama dari penandatanganan
persetujuan Papua masuk jadi bagian Indonesia, pemerintah Indonesia menandatangani
kesepakatan dengan Freeport.
Ijinnya Freeport saat itu bukan untuk menambang emas, tapi tembaga.
Tapi memang tembaga itu biasanya jadi indikasi emas. Dimana ada tembaga, maka di sana juga ada
emas.
Akhirnya, sampai hari ini Freeport dari Amerika Serikat menyedot emas-emas berharga kita yang
berserakan di Papua.
Siapa yang ditunjuk bertanggung jawab terhadap PERPERA dan masuknya Freeport?
Ada yang bilang Soekarno, ada yang bilang Soeharto.
Yang pasti, ada satu lagi cara pandang terhadap ini...
Pernah denger atau bahkan baca “The Confession of an Economic HitMan?”
Pangeran Siahaan yang sudah membaca buku terkenal itu cerita bahwa pada tahun 1960an
korporasi Amerika Serikat punya economic hitman yang kerjanya keliling dunia untuk menawarkan
sebuah perjanjian kepada setiap negara. Salah satunya adalah John Perkins yang menulis buku itu.
Perkins berkeliling ke negara negara seperti Iran, Arab Saudi, Ekuador, Kolombia, dll.
Yang dia minta ke setiap negara adalah kesempatan untuk memudahkan korporasi Amerika untuk
berbisnis di negara tersebut dengan segala fasilitas dan perlindungan lewat kebijakan-kebijakan yang
dikeluarkan pemerintah. Kalau negara itu menolak, maka negara tersebut akan dibuat rusuh.
Sehingga kondisi negaranya tidak stabil yang tentunya berakibat kepada kondisi perekonomiannya.
Itulah mengapa John Perkins yang juga pernah ke Jakarta disebut sebagai Economic Hitman.
Kita dididik untuk menerima bahwa Indonesia merdeka dengan tangannya sendiri dan bahwa
Indonesia bersatu untuk meraih dan menjaga kemerdekaan.
Mmmmm... Ya dan Tidak.
Jepang sebenarnya berencana untuk memerdekakan Indonesia (di buku pelajaran sejarah juga
dituliskan) sebelum pada akhirnya kita memilih untuk lebih dulu memerdekakan diri.
Bung Karno waktu itu agak enggan untuk memproklamirkan kemerdekaan tanggal 17 Agustus
karena (kalau tidak salah) Jepang sudah menyiapkan kemerdekaan Indonesia tanggal 23 Agustus
(1945).
Masalahnya Jepang keburu menyerah kepada sekutu, sehingga bisa saja sebelum tanggal 23
tersebut, ada pemindahan kekuasaan dan kita tidak jadi merdeka.
Maka setelah diculik ke Rengas Dengklok, pada tanggal 17 Agustus pagi hari, Bung Karno
membacakan teks proklamasi.
Bayangkan kalau Jepang tidak kalah oleh sekutu. Mungkinkah kita akan merdeka karena pemberian?
Sama seperti Malaysia yang sering kita goda?
Sebenarnya sebelum Jepang masuk ke Indonesia-pun sebenarnya Belanda sudah berencana untuk
memerdekakan Indonesia. Rencana mereka adalah pada tahun 1970-an.
Itulah mengapa mereka mempersiapkan orang-orang yang kelak akan jadi pemimpin-pemimpin
Indonesia dengan menyekolahkan tokoh-tokohnya. Salah satunya bentuk persiapannya adalah
dengan membiarkan Kongres Pemuda 1 dan 2 terjadi..
Saya memaklumi kalau ada yang hatinya panas membaca bagian ini..
“Kurang ajar! Enak aja perjuangan mati-matian kita malah disebut “pemberian”!!!”
Tapi inilah sisi-sisi sejarah yang tidak pernah kita ketahui... Mungkin salah, tapi mungkin juga benar.
Boleh Anda gubris, juga boleh tidak.
Tapi satu hal yang pasti, bahwa apa yang selama ini kita anggap “benar” belum tentu merupakan
kebenaran yang sesungguhnya.
Sayapun terkaget-kaget dalam pembicaraan di Phoenam ini..
Ternyata selama ini anggapan saya akan Indonesia belum tentu benar.. Ternyata selama ini, sesama
bangsa Indonesia-pun saling bentrok dalam menjalankan kemerdekaan ini..
Orang-orang yang besar jasanya untuk Indonesia, dilenyapkan begitu saja.
Sebut saja Tan Malaka dan Amir Sjarifoeddin..
Tan Malaka hilang dari muka bumi tahun 1949. Belakangan ketauan beliau ditembak tentara TNI.
Padahal beliaulah yang pertama kali menyebut REPUBLIK INDONESIA. Bahkan mendirikan partai
Republik Indonesia tahun 1927 dimana 2 tahun sebelumnya menerbitkan tulisan berjudul “Menuju
Republik Indonesia”.
Beliau mulai dianggap membahayakan karena sewaktu pulang ke Indonesia dari luar negeri (beliau
pergi ke luar negeri menghindari kejaran Belanda), beliau kaget dengan keadaan Indonesia yang saat
itu dipimpin oleh Sutan Sjahrir sebagai Perdana Menteri.
Diceritakan Tan Malaka, seorang komunis dan sempat menjadi figur penting PKI, adalah figur dibalik
penculikan Sutan Sjahrir. Belakangan beliau maju kehadapan Bung Karno dan menawarkan agar
kabinetnya Sutan Sjahrir dirombak dan diganti dengan tim yang baru, didalamnya ada Tan Malaka
sendiri dan nama-nama lain seperti misalnya Mohammad Yamin. Orang yang menulis naskah
Sumpah Pemuda 
Sutan Sjahrir sendiri sebelum menjabat sebagai Perdana Menteri (yang juga merupakan perdana
menteri termuda di dunia) adalah sosok sosialis yang paling giat menyerang Bung Karno.
Kalau Bung Karno dikenal sangat pro persatuan dan kesatuan, Sjahrir justru merasa sebaliknya.
Beliau merasa kalau persatuannya dipaksakan hanya akan “melahirkan anak-anak banci”. Begitu
istilah beliau.
Pada umur 36 tahun, Sutan Sjahrir menjabat sebagai Perdana Menteri. Namun kiprah beliau tidak
disetujui oleh Tan Malaka. Sjahrir lewat perjanjian dengan Belanda hanya minta pengakuan
kedaulatan Jawa dan Madura kepada Belanda. Sementara Tan Malaka dari PKI meminta pengakuan
kedaulatan PENUH. Se-Indonesia raya. (membingungkan kan?  )
Sjahrir pada kenyataannya memang merupakan sosok yang sukses memerdekakan Indonesia dengan
Diplomasi. Adalah pidato beliau dan argumen beliau yang mematahkan semua argumen dan
serangan perwakilan diplomat dari Belanda di depan Dewan Keamanan PBB.
Kekalahan Van Kleffens menjadikan dirinya ditarik dari posisi mewakili Belanda dan ditempatkan
sebagai Duta Besar Belanda di Turki. Menandakan kekalahan diplomat senior dengan diplomat muda
bernama Sutan Sjahrir yang populer di mata wartawan internasional yang meliput kala itu.
Karenanya Sjahrir dijuluki The Smiling Diplomat.
Sjahrir hubungannya memburuk dengan Bung Karno lalu tahun 1962 beliau dipenjara tanpa pernah
disidang. Ketika beliau terserang stroke, beliau diijinkan untuk berobat ke Zurich, Swiss. Di Bandara,
seorang sahabat melepas kepergian beliau beruraian airmata. Sahabat tersebut adalah Sugondo
Joyopuspito. Sugondo adalah wakil ketua PSI, partai sosialis yang didirikan oleh Sjahrir. Sugondo
Joyopuspito pada umur 23 tahun adalah ketua yang memimpin Kongres Pemuda 2 yang melahirkan
Sumpah Pemuda 
Sama halnya dengan Amir Sjarifoeddin yang sempat jadi Perdana Menteri walau hanya 1 tahun dan
turun dengan sukarela ketika dianggap tidak sukses mewakili Indonesia dalam Perjanjian Renville.
Beliau sempat menjadi Menteri Pertahanan dan dikenal oleh Belanda sebagai seseorang yang tidak
mengenal takut.
Sebuah dokumen yang dikeluarkan oleh NEFIS (Netherlands Expeditionary Forces Intelligence
Service), instansi rahasia yang dipimpin Van Mook, tertanggal 9 Juni 1947 menyatakan bahwa beliau
tertawa ketika disiksa Belanda. Termasuk ketika digantung terbalik dengan kaki di atas.
Merinding membayangkannya...
Ketika peristwa PKI Madiun terjadi di tahun 1948, Bung Hatta memerintahkan agar Amir Sjarifoeddin
ditangkap dengan tuduhan berusaha untuk mendirikan negara komunis di Madiun. Amir Sjarifoeddin
sedang berada di Yogyakarta saat itu dibawa TNI. Desember 1948, beliau ditembak di kepala oleh
seorang perwira TNI.
Perhatikan bagaimana orang-orang yang penting dalam mendirikan Indonesia sejak 1920an adalah
orang orang Sosialis yang pada akhirnya, tidak lagi diterima di Indonesia.
Membingungkan rasanya bagaimana tokoh-tokoh yang sejak dahulu kala berjuang bersama-sama
untuk kemerdekaan Indonesia, malah saling bertolak belakang dan memiliki cara sendiri-sendiri
untuk mempertahankan dan menjalankan kemerdekaan ini..
Inilah Indonesia yang sesungguhnya terjadi.
Inilah Indonesia yang kita tidak tahu.
Memang, apapun yang saya ceritakan di atas berdasarkan sumber-sumber yang subjektif. Tapi
sebenarnya, sejarah yang tercatat di buku-buku pelajaran kitapun sebenarnya subjektif.
Salah satu contoh subjektivitas sejarah kita adalah SUPERSEMAR 
Siapa, coba, yang tahu apa yang sebenarnya terjadi?
Apalagi tersiar kabar bahwa film G30S/PKI itu sebelum dirilis oleh Arifin C Noer ditonton dulu oleh
Pak Soeharto. Lalu setelah itu mengalami sejumlah perubahan. Sebelum akhirnya film itu diwajibkan
oleh beliau untuk ditayangkan TVRI setiap tanggal 30 September malam.
Kalau kita tahu dan bisa menyetujui bahwa SUPERSEMAR dan apa yang terjadi di balik peristwa
G30S/PKI itu telah direkayasa, kalau kita tahu bahwa selama ini ternyata Pattimura wajahnya tidak
seperti yang kita tahu, maka mungkin saja ada lebih banyak lagi dari sejarah yang kita kenal ternyata
selama ini diselewengkan.
Dan kalau kita tahu bahwa selama ini sejarah diselewengkan, bukankah adalah hal yang lumrah
untuk membuka wawasan baru akan sejarah? Dari buku-buku? Dari literatur lain?
Hari ini, Indonesiapun bukannya luput dari kesalahan, keburukan yang memalukan.
Indonesia masih memegang posisi sebagai negara paling korup se-Asia Tenggara.
Kendatipun begitu, kitapun merasakan bahwa masa sekarang sama sekali berbeda dengan masa lalu
di era kepemimpinan Pak Harto misalnya.
Hari ini, setiap hari kita buka koran, ada artikel tentang pemberantasan korupsi, persidangan
koruptor, dll.
Namun yang membuat kita semua pusing adalah dagelan dagelan para dalang kebusukan ini.
Kasus KPK, Kepolisian, Dinas Perpajakan, Kehakiman, Kejaksaan Agung, dan siapapun yang terkait ini
seakan akan tidak ada ujungnya.
Saya ingat ketika mewawancara Bang Adnan Buyung Nasution. Saya tanya 3 lembaga paling korup di
Indonesia. Seakan seperti refleks beliau menjawab dengan cepat dan yakin: “Kehakiman , Kejaksaan,
Kepolisian.” Lalu beliau menambahkan “Ada lagi... Pengacara.”
Dengan mengetahui fakta tadi, siapa yang tidak pusing dengan penegakkan hukum di Indonesia?
Apalagi ada begitu banyak kasus yang belum juga usai
Tidak usah kita bicarakan Gayus dan Susno.. Bagaimana dengan Century? Bagaimana dengan
MUNIR? Bagaimana dengan kerusuhan mei 98? Bagaimana dengan semua ketidak adilan yang tidak
pernah ditegakkan?
Ketika siaran Provocative Proactive saya pernah bertanya apakah pendengar saya optimis bahwa
kasus Century ini akan selesai diusut. Semua pesimis.
Bahkan dunia perekonomian kitapun tidak luput dari kebusukan.
Adalah @revolutia yang membicarakan soal ini di twitter... Dia memulai dengan bertanya “Tahukah
anda mengapa pemerintah terasa sekali mendukung pengusaha non pribumi?”
Jawaban umumnya adalah bahwa pengusaha non pribumi kemampuan bisnisnya baik dan
koneksinya luas. Itu, menurut @revolutia adalah jawaban yang salah.
Sebenarnya, pemerintah di jaman ORBA ingin stabilitas politik dengan memberikan monopoli atau
semi-monopoli kepada pengusaha non pribumi sambil menjauhkan mereka dari ranah politik.
Karena kalau uang digunakan sebagai senjata politik, maka kestabilan dunia politik bisa berantakan.
Ini yang sebenarnya mulai terlihat. Bayangkan orang yang punya uang tak terhingga banyaknya,
punya kekuatan media, dan memiliki kekuatan politik.
Orang tersebut antara bisa membawa kebaikan, atau sebaliknya malapetaka untuk kestabilan
negara. Tergantung nuraninya 
Mungkin dari sini mulai terbayang mengapa dunia politik Indonesia sekarang sedang bergejolak...
Apalagi mengingat menteri keuangan kita Ibu Sri Mulyani bukan datang dari partai manapun.
Sehingga tidak bisa mewakili kebutuhan politis partai.
Susah sekali saat ini untuk meyakini bahwa setiap partai yang ada di Indonesia itu bersih dari korupsi
dan kolusi. Susah sekali untuk meyakini bahwa mereka adalah benar benar wakil rakyat.
Terutama ketika kita menilai kiprah mereka..
Kebanyakan dari rakyat Indonesia memberikan nilai buruk pada rapor anggota DPR.
Baik buruk secara moral, maupun dari hasil kerja mereka.
Tidak satu dua kali RUU yang mereka rumuskan mendapatkan reaksi buruk dari rakyat terutama dari
kalangan terdidik (sebenarnya ini juga potret praktek demokrasi yang baik di Indonesia ketika
rakyatnya bisa mengontrol legislatifnya) dari urusan perfilman, pornografi, pendidikan, perpajakan,
dll.
Kaum terpelajar menilai bahwa DPR diisi oleh orang orang yang kurang kompeten di bidangnya. Tapi
ini dilematis karena orang orang yang “katanya” terbaik di bidangnya memilih untuk tidak mau jadi
anggota DPR dengan alasan menginginkan kebebasan untuk terus berkarya. “Emang gue ga ada
kerjaan lain apa?”
Lalu kalau orang orang terbaik bangsa ini tidak mau menjadi anggota DPR maka apakah itu tandanya
kita harus menyerah dengan keadaan DPR kita selalu dan selamanya diisi oleh “second best” ?
Lingkaran setan yang absurd.
Bagian ini, adalah bagian yang penting dalam buku ini.
Saya tidak ingin Anda untuk cinta buta terhadap Indonesia.
Saya ingin Anda untuk tahu sejarah yang buruk dari Indonesia, penyelewengan fakta, di luar hal-hal
yang sudah anda tahu buruk dari Indonesia seperti misalnya korupsi dan lain-lain.
Mengapa saya ingin Anda untuk tahu semua itu?
Agar Anda punya kesempatan untuk RAGU.
“Kesempatan untuk ragu?”
Ya. KERAGUAN bisa menjadi anugerah yang luar biasa.
Keraguan membuat kita mempertanyakan kembali keyakinan kita.
Kalau kita kembali dari keraguan itu, maka keyakinan kita akan jadi jauh lebih kuat.
Saya mendapatkan inspirasi ini dari Bunda Teresa. Pemenang Nobel Peace Prize tahun 1979 ini
dalam surat-suratnya menyatakan bahwa beliau pernah kehilangan keyakinan akan agamanya..
Beliau tidak lagi merasakan kehadiran Tuhan dalam hidupnya selama hampir 10 tahun..
Saya pertama kali mengetahui ini ketika menjadi berita utama di majalah TIME.
Ini kutipan dari tulisan beliau:
“Where is my faith? Even deep down ... there is nothing but emptiness and darkness ... If there be
God—please forgive me. When I try to raise my thoughts to Heaven, there is such convicting
emptiness that those very thoughts return like sharp knives and hurt my very soul ... How painful is
this unknown pain—I have no Faith. Repulsed, empty, no faith, no love, no zeal, ... What do I labor
for? If there be no God, there can be no soul. If there be no soul then, Jesus, You also are not true”
Namun kemudian beliau mendapatkan kembali keyakinannya, dan menurut penuturan beliau
keyakinannya terhadap Tuhan jauh lebih kuat dari sebelum beliau merasakan keraguan luar biasa.
Hal yang sama yang ingin saya bagi kepada Anda.
Pertanyakan cinta Anda, rasakan keraguan, lalu temukan kembali jalan menuju keyakinan Anda
terhadap Indonesia.
Temukan jalan itu sendiri.
Setelah apa yang Anda tahu akan Indonesia.
Baik dan Buruknya. Kini waktunya anda untuk pertanyakan kepada diri Anda sendiri.
“Apakah
saya
(masih)
mencintai
Indonesia?”
Dari Kalimat Pembuka Sampai Kalimat Penutup...
Ratusan halaman sudah Anda lewati
Puluhan kisah sudah Anda baca
Dari kalimat pembuka sampai kalimat ini, semoga Anda bisa memahami, mengapa saya begitu
optimis, begitu cinta, begitu percaya kepada Indonesia.
Kalaupun belum, semoga tulisan-tulisan yang saya ambil dari http://pandji.com bisa jadi kesimpulan
yang baik...
GA USAH REVOLUSI
Kemarin gue bertemu dengan Glenn Fredly sesaat sebelum gue manggung di acara amalnya dia untuk
adek adek di desa waikokak NTT. FROM EAST WITH LOVE.
Lama memang kita nggak ketemu jadi sekalinya ketemu ngobrolnya panjang.
Tapi ada satu bagian yang pingin gue tulis disini.
Indonesia, telah lama “dijajah” oleh penguasa lama. Ketika gue bilang penguasa lama, gue bukan
ngomongin penjajah Belanda. Gue maksud orang Indonesia yang lama berkuasa di Indonesia
Dalam segala bidang.
Beberapa aturan, kondisi dan mungkin juga hukum didesain untuk menguntungkan mereka yang
sudah lama menggendut gara gara kuasa mereka.
Bukan rahasia, ketika kita mulai kaya, standar hidup kita juga meningkat.
Biaya meninggi dan pengeluaran membengkak.
Tidak ada masalah memang kalau kita masih berkuasa. Masalah muncul ketika kuasa itu hilang.
Itulah yang tidak ingin mereka alami.
Mari kita ambil contoh yang mudah dipahami.
Semasa Almarhum Soeharto memimpin, tidak ada pilihan lagi untuk kepresidenan.
Sehingga, kekuasaanpun tidak berpindah.
Dulu, partai politik hanya ada 3 pilihan, maka, kekuasaanpun hanya bisa terbagi 3 dengan 1 partai
dominan. Tidak ada pilihan.
Dulu bioskop juga hanya ada 1.. tidak ada pilihan, kuasa dan uang untuk industri film hanya ada di
satu pihak, tidak ada pilihan
Dulu bensin hanya ada pertamina, maka kuasa transportasi hanya ada di satu tempat, tidak ada
pilihan.
REVOLUSI adalah sesuatu yang gue hindari di Indonesia
REVOLUSI tidak mungkin terjadi tanpa ada konflik besar, perpecahan bahkan bisa jadi pertumpahan
darah.
Indonesia akan seakan mundur kembali dan mulai lagi dari awal, berjalan maju sambil menyebuhkan
luka luka.. sesuatu yang pernah terjadi sebenarnya dalam sejarah kita
REVOLUSI BUKANLAH yang dibutuhkan Indonesia
Kalau elo tanya sama gue “Apa yang salah dengan Indonesia”
Gue akan jawab “Ga ada yang salah.”
Indonesia SUDAH berjalan pada jalur yang benar.
(gue tau elo ga setuju atau kebingungan dengan opini ini)
Mari gue terangkan.
Orang banyak berpendapat bahwa Indonesia punya masalah besar yang tak kunjung usai. Kesannya
Indonesia tidak maju maju.
Anggapan itu dimata gue salah.
Indonesia sudah berjalan di jalur yang tepat, yang perlu kita lakukan adalah menjaga agar kita terus
berjalan seperti ini.
DEMOKRASI di Indonesia LEBIH BAIK dengan yang terjadi di negara lain.
Jangan lupa, Indonesia adalah negara demokrasi terbesar ke 3 di dunia setelah India dan Amerika.
Cina tidak masuk karena mereka negara komunis. Tidak ada demokrasi disana.
India gue kurang paham
Tapi gue tahu persis Amerika tidak ada apa apanya dibandingkan dengan Indonesia untuk urusan
demokrasi
Ratusan tahun mereka merdeka, tapi sampai hari ini mereka tidak punya presiden wanita, mereka
baru sekarang punya presiden kulit hitam
Sementara Indonesia baru 65 tahun merdeka, sudah punya presiden wanita, dan berseberangan
dengan anggapan banyak orang yg bilang presiden RI itu selalu orang jawa, Indonesia sudah punya
presiden dari luar jawab (BJ Habibie), presiden gusdur adalah mungkin satu dari sedikit sekali
presiden yang tidak punya kemampuan untuk melihat, tapi beliau lebih mampu melihat kesetaraan
dan keadilan daripada presiden lain yang punya mata untuk memandang.
Dibawah GusDur, Indonesia jadi plural kembali. Saudara kita yang berdarah Cina (saudara gue juga
karena gue ada darah cina) hidup bebas hari ini berkat beliau.
Indonesia negara dengan penduduk islam terbesar di dunia dimana 90% penduduk kita islam. Tapi
pemilu kemarin partai berbasis agama Cuma dapet 20% yang artinya rakyat Indonesia TERMASUK
yang islam tidak ingin Indonesia jadi negara islam, tapi negara demokrasi.
Lihat Indonesia sekarang.
Indonesia ya, bukan Jakarta saja, bukan bandung saja, bukan yogya saja, bukan padang saja.
Lihat Indonesia, kalau ada yang bilang kita tidak punya potensi, maka dia buta.
Ga usah takut kita belum mampu maksimalkan potensi Indonesia sekarang, negara ini akan ada
untuk SELAMANYA! Kita punya banyak waktu, banyak kekayaan dan percaya sama gue, banyak
tenaga kerja yang MAMPU untuk membawa Indonesia jadi lebih baik.
Memang, Indonesia tidak sempurna, memang Indonesia banyak korupsi, tapi negara negara lain juga
punya kebobrokan sendiri sendiri.
Gue bukannya mau menjelek jelekin negara lain, gue mau bilang bahwa Indonesia itu tidak buruk
buruk amat.
HANYA SAJA orang Indonesia terlalu sering fokus pada kesalahan Indonesia sehingga lupa untuk
menyadari kebaikan dan potensi Indonesia
Bangsa Indonesia, Rakyatnya, Orang orangnya AKAN membawa Indonesia jadi jawara dunia
Gue percaya itu.
Pertama, karena dunia tahu... SEDUNIA tahu... Indonesia itu individunya hebat hebat.
Indonesia dari industri sepatu, bola, baju, hebat hebat.
Baju yang dipakai oleh tim tim NIKE di Piala dunia bikinnya di Indonesia
Sudah entah sejak tahun berapa, bola yang digunakan piala dunia dari Indonesia
Dunia animasi? Indonesia gudangnya, ada banyak komik2 amerika dan jepang yang ilustratornya
orang Indonesia
Juara dunia olimpiade robotik? 2 mahasiswa Indonesia
Hitung saja sampai pusing jumlah orang orangf Indonesia yang memegang peranan penting di
perusahaan2 luar negeri. Bukan di Indonesia lho, mereka berkantor di luarnegri
Anak Bangsa Indonesia adalah orang orang terhebat dunia
Itu alasan pertama
Alasan kedua, adalah bahwa Bangsa Indonesia punya kecintaan dan keterikatan terhadap negaranya
LEBIH TINGGI daripada bangsa lain di dunia.
Buktinya? Tidak ada IMIGRAN INDONESIA.
Ada sih tapi nggak signifikan jumlahnya sampai ada Indonesia town seperti layaknya little india atau
china town.
Bingung? Sini gue terangin
Di seluruh dunia, dibegitu banyak negara yang tersebar disemua benua, ada bangsa imigran.
Bangsa yang pergi meninggalkan negrinya untuk memulai hidup baru di negara lain.. memulai
kebudayaan baru, merintis kehidupan baru.
Amerika, adalah negara yang isinya adalah imigran semua.
Ada imigran belanda, imigran jerman, imigran afrika, imigran irlandia, imigran italia, imigran inggris,
imigran skotlandia, imigran dari amerika latin, imigran india, imigran cina.
Selain dari wajah dan kulitnya, imigran itu terlihat dari nama belakangnya.
Tapi di Amerika, sedikit sekali imigran Indonesia.
Bahkan juga di seluruh dunia.
Imigran itu bukan orang Indonesia yang pergi keluar negri terus kuliah lalu pulang lagi lho
Bukan juga yang pergi ke amerika lalu menghabiskan hidupnya disana.
Imigran itu yang sudah membentuk kebangsaan sendiri turun termurun.
Kenapa seperti itu?
Apakah karena Indonesia tidak pernah keliling dunia? Jelas tidak, justru orang Indonesia adalah
salah satu orang orang pertama yang keliling dunia.
Peninggalan perahu tertua di dunia salah satunya adalah di Indonesia.
Kita sudah berlayar jauuuuuh sebelum bangsa lain
Tapi kenapa sedikit sekali imigran Indonesia?
Setelah China dan India (tanpa menghitung amerika) Indonesia adalah negara terbesar di dunia!
China dan India imigrannya dimana mana, Amerika isinya imigran semua, tapi Indonesia?
Semoga pemahaman kita terhadap Imigran itu tidak berbeda.
Gue kasih contoh imigran:
JOHN MAYER. Nama MAYER adalah tanda bahwa keluarganya adalah imigran JERMAN
LEONARDO DI CAPRIO. Nama DI CAPRIO adalah tanda bahwa dia imigran dari ITALIA.
Di Itali ada pulau Capri namanya
MATTHEW MC CONAGHEY. Nama MC CONAGHEY adalah tanda bahwa dia imigran
dari IRLANDIA
Tapi mereka dan keluarga mereka secara turun temurun sudah orang amerika sejak lama.
Hal yang sama juga dengan Cina dan India
Tapi INDONESIA tidak memiliki kondisi serupa
Dimana secara turun temurun orang Indonesia sudah menjadi bagian dari masyarakat di
Amerika bahkan dunia.
Kalau di Belanda gue akui memang banyak imigran Indonesia, tapi itu karena keadaan politik
Orang Indonesia punya keterikatan paling tinggi sama tanah airnya.
Ini sudah diakui banyak ahli di dunia. Juga pernah disebutkan oleh seorang profesor ketika
diwawancara oleh Putra Nababan.
Inilah yang menjadikan Indonesia sebagai negara dengan potensi luarbiasa di masa depan
Balik lagi ke bagian awal tulisan ini
Ini berarti, untuk maju, kita tidak perlu REVOLUSI
Kita sudah berjalan dengan benar
Yang kita perlukan adalah menggunakan KEKUATAN dan KEMAMPUAN yang hebat dari setiap
individu di Indonesia ini untuk MENYEDIAKAN PILIHAN.
Supaya Bangsa ini tidak lagi terpaksa memberikan kuasa kepada orang orang yang lama. Orang orang
yang itu itu aja.
Supaya bangsa ini mendewasa dengan banyaknya PILIHAN
Itulah perjuangan kita
MENYEDIAKAN PILIHAN untuk mempercepat laju kedewasaan dan kesejahteraan kita sebagai
bangsa.
Itu yang diperlukan
Ga usah revolusi...
..........................................................
Menambahkan tulisan dari blog di atas, saya mau menyisipkan di sini tulisan saya tentang demokrasi
di Indonesia, hasil dari obrolan di Twitter.
NEGARA DEMOKRASI
Obrolan di twitter malam ini nampaknya harus jadi sebuah posting blog.
Semuanya diawali oleh tweet yang gue RT.
Isinya kurang lebih mengajak kita lihat apa yang terjadi di Bangkok, Thailand dan bersyukur
karena demokrasi di Indonesia lebih baik daripada mereka.
Lalu gue ngetweet: Orang jarang ada yang percaya kalau praktek demokrasi di Indonesia
dikagumi dunia.
Reaksi setelah itu, beragam
Banyak yang mendukung, banyak juga yang tidak.
Setelah gue baca baca, kebanyakan yang ga setuju bisa terbagi kepada 2 kelompok besar
1. Orang yang tidak punya wawasan lain tentang Indonesia selain dari yang dia baca di koran
dan tonton di TV (kasian mereka)
2. Orang yang mengkaitkan demokrasi dengan kemiskinan yang masih tinggi di Indonesia
Lucu nih… karena setahu gue, Negara Demokrasi, bukan Negara Utopia
Utopia, sebuah keadaan sempurna tanpa cela.
Negara dengan praktek demokrasi terbaik akan selalu saja ada orang orang miskin di
negaranya
@yusufbaginda bilang, menurut http://goldeninstitute, Indonesia adalah negara demokrasi
ketiga terbesar di dunia setelah India dan Amerika …
Memangnya mereka ga ada orang miskin?
India itu kemiskinannya buseeeetttt, kesenjangannya terjal banget!
Dan tidak tertutupi lagi, gubuk bisa samping sampingan dengan gedung menjulang tinggi
Amerika ekonominya carut marut sampai orang bisa kehilangan rumah tempat mereka
tinggal puluhan tahun dan terpaksa tinggal di mobil. Ini bukan fenomena kecil, ini fenomena
se-negara!
Kapitalisme menggerogoti Demokrasi sehingga kemiskinan dan angka pengangguran bukan
lagi naik, tapi MELEDAGG
Si @otsamir bilang unsur unsur utama dalam suatu demokrasi adalah: Partisipasi seluiruh
rakyat dalam menentukan arah kebijakan negara, kebebasan pers dan RULE OF LAW.
Sekarang, soal partisipasi seluruh rakyat dalam menentukan arah kebijakan negara:
Obama berhasil jadi orang kulit hitam pertama yang jadi presiden amerika serikat.
“Perubahan” adalah isu yang dia angkat. Dan dengan itu, dia berhasil membuat orang orang
(muda terutama) yang tidak pernah ikut pemilu, jadi aktif dalam pemilu. Dia menang
karenanya
Si @AndiBachtiar bilang ketika Pemilu Presiden Obama, angka pemilihnya naik. Menjadi
58% dari biasanya 43%
Sementara menurut , Indonesia sejak tahun 2004 dinobatkan menjadi negara demokrasi
terbesar di dunia karena angka partisipasi masyarakat dalam pemilunya adalah 90% dari
200juta penduduk!!!
Indonesia bisa memilih anggota legislatifnya, bisa memilih Presidennya.
Banyak sekali negara yang tidak punya kebebasan ini! Tidak punya kemampuan ini!
Mereka hanya bisa pasrah! Jamiroquai saja waktu ke Indonesia bilang dari atas panggung,
negara kalian hebat bisa milih anggota DPRnya.. di negara saya tidak seperti itu. Kami tidak
bisa memilih perwakilan kami, beruntunglah kalian..
Kemudian @yusufbaginda ngetweet pertumbuhan ekonomi kita hanya beda 1-2% dengan
Malaysia tapi mereka tidak ada kebebasan demokrasi. Kebebasan tidak bernilai harganya.
Gue bilang di twitter, orang yang sudah pernah ke SIngapora dan Malaysia akan tahu bahwa
Indonesia adalah negara terbaik untuk ditinggali.
Bagaimana tidak? Kata @seszariandini, Di Singapore, kalau elo demonstrasi dijamin 7
turunan ga akan keterima kerja di perusahaan apapun di Singapore! Gila ga tuh? Dibunuh
secara sosial istilahnya @andibachtiar
Wong di Singapore ada aturan kalau elo pensiun kerja elo HARUS masuk rumah jompo.
HARUS. Makanya sering kali elo liat di Singapore nenek nenek dan kakek kakek kerja jadi
tukang sapu… demi tidak dijebloskan ke panti jompo.
Mau lo jadi orang Singapore?
Malaysia itu, aturan dan perundang undangannya didesain untuk menguntungkan pribumi
dan islam, yang cuma 60% dari penduduknya. Wong umat Katolik/Kristen mau pakai
“ALLAH” dilarang pemerintah! Apa apaan itu?
Indonesia penduduknya 90% Islam tapi pemilu kemarin partai berbasis islam cuma dapet
20% suara.
Artinya rakyat Indonesia mau negara ini tetap jadi negara demokrasi!
Itulah kekuatan partisipasi rakyat Indonesia di negara demokrasi ini
@Rizky89 bilang Indonesia adalah negara yang menjadi model diluar dan bahkan jadi mata
kuliah di beberapa universitas terkenal!
Harusnya kita bangga…
Bangga dengan Indonesia yang walaupun masih belajar, telah mampu membuktikan dirinya
jadi salah satu negara terbaik.
Negara demokrasi.
.............................................................
Indonesia adalah negara yang luar biasa.
Saya tahu karena saya melihat dengan mata kepala saya sendiri.
Bukan karena saya baca.
Buku sekolahan akan memberi tahu hal yang sama bahwa Indonesia luar biasa.
Tapi berbeda sekali dengan benar-benar melihat keluarbiasaan itu.
Indonesia adalah negara yang tidak sempurna.
Banyak masalah, yang memang memalukan.
Banyak tanda tanya, yang mungkin tidak akan bertemu dengan jawaban.
Banyak kesalahan terutama di masa lalu, yang tidak pernah berhenti menghantui kita.
Wajar, kalau ada yang tidak suka dengan banyak hal dari Indonesia.
Namun apabila Anda tidak suka dengan Indonesia yang Anda lihat hari ini, tidak usah sedih.
Hasil yang kita rasakan hari ini adalah bukan karena kesalahan kita.
Tapi karena keputusan-keputusan yang diambil di masa lalu kita.
Mengubah hari ini, bisa jadi sudah terlambat. Pertanyaannya, maukah Anda jadi orang yang
mengubah masa depan?
Maukah?
Atau Anda hanya mau jadi orang yang ngomel-ngomel saja?
Betul kata Mas Iwan Esjepe, salah satu masalah akut di negara ini adalah
“Malu jadi follower, tapi enggan jadi Leader”
Malu dibilang ikut-ikutan, tapi males untuk memimpin di depan.
Lalu? Nggak ke mana-mana.
Diam di tempat.
Sambil diam di tempat dia bertanya, “Kenapa Indonesia tidak maju-maju ya? Payah”
Tanpa menyadari dirinya sendirilah yang menjadikan negaranya “payah”
Sebenarnya, Indonesia itu persis seperti desa Galia yang ada di komik Asterix.
Ingat kembali... bagaimana Desa Galia kerjanya beranteeeeeem mulu antar sesamanya.
Pemicunya juga hal hal yang sepele... (saking sepelenya malah jadi lucu di komik tsb.)
Gara-gara hal sepele itu, mereka lalu pukul2an pake gada, pake ikan, pake menhir, dll..
Tapi ketika Romawi dataaaang... Desa Galia itu bersatu padu dengan begitu kompak menyerang para
musuh.
Selalu berakhir pada sebuah kemenangan.
Itulah juga Indonesia.
Sehari harinya, kita sibuk saling menghina, saling menyerang, tawuran antar sesama, saling makan,
saling terjang.
Tapi ketika bom meledak dan teroris menyerang, kita bersatu.
Waktu Malaysia mencuri kebudayaan kita, kita bersatu.
Ketika korporasi busuk menyerang kebebasan berpendapat Mbak Prita, kita bersatu.
Kita sering tawuran antar suporter, tapi ketika negara seperti Oman, Korea Selatan, dll. berkunjung
ke markas kita Gelora Bung Karno, bangsa Indonesia bersatu. Semuanya jadi satu identitas yang
sama. INDONESIA.
“Musuh” kita hanya mereka yang memakai seragam dan mengibarkan bendera yang berbeda
dengan kita.
Setiap kali kita ada musuh bersama, Indonesia bersatu.
Sudah saatnya kita menyadari bahwa sebenarnya, apapun yang terjadi di Indonesia, sesungguhnya
kita selalu dan tidak pernah tidak cinta dengan Indonesia.
Mungkin selama ini ada yang tidak mau kita bersatu.
Mungkin ada yang selama ini takut kalau Indonesia menjadi negara adidaya.
Mungkin selama ini ada yang sebenarnya tahu apa yang negara kita bisa lakukan kalau kita bersatu.
Mungkin, sudah waktunya kita buktikan siapa diri kita sebenarnya.
Mungkin sudah waktunya kita mencuci bersih keburukan kita dengan mulai melakukan sesuatu
untuk kebaikan Indonesia, BERSAMA-SAMA.
Ada cara untuk melakukan hal-hal hebat untuk kebaikan Indonesia.
3 hal yang akan menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang hebat:
1. Kenali Indonesia-mu
2. Temukan passionmu
3. Berkaryalah untuk masa depan bangsamu
Ketiga poin di atas membutuhkan jiwa petualang.
Jiwa yang berani memasuki area area baru dalam kehidupannya.
Jiwa yang tidak akan membiarkan kesalahan membatasi niat untuk maju ke arah selanjutnya.
Jiwa orang yang mau untuk berjuang.
Jiwa orang yang mencari menang.
Saya menulis buku ini, sebagai sebuah ajakan.
Ajakan untuk mengubah Indonesia.
Usaha ini, bukan untuk dirasakan hasilnya hari ini.
Tapi untuk masa depan.
Kita semua, tidak akan sempat melihat masa depan itu.
Anak-anak kita yang akan melihat.
Tugas kita, adalah memastikan bahwa anak-anak kita punya sesuatu yang indah untuk dilihat, di
masa depan.
Saya mau tutup buku-e ini dengan sebuah kutipan yang saya ambil dari tweet Glenn Fredly yang saya
ubah sedikit agar sesuai dengan konteks...
“Bukan kebetulan elo lahir pada jaman ketika Indonesia sedang seperti sekarang ini, dan bukan
kebetulan juga elo membaca tulisan ini...”
Sederhananya: Anda hidup di jaman ini, karena anda ditakdirkan untuk berkarya dan membangun
Indonesia menjadi lebih baik 
Terima kasih
Hiduplah Indonesia Raya.
-
Pandji Pragiwaksono Wongsoyudo, seorang pemuda Indonesia -