Positive Deviance Initiative

Transcription

Positive Deviance Initiative
PERILAKU KHUSUS POSITIF / POS GIZI
( POSITIF DEVIANCE / HEARTH )
Buku Panduan
Pemulihan yang Berkesinambungan
Bagi Anak Malnutrisi
Diterjemahkan oleh Project Concern International / PCI - Indonesia
dan diperbanyak oleh “Jejaring PD Indonesia”
KATA PENGANTAR
P
elatihan “Positive Deviance” untuk pertama kalinya dilakukan di
Indonesia pada akhir Agustus 2002. Dalam kurun waktu satu setengah tahun tersebut berbagai LSM Internasional dan Dinas Kesehatan
Cianjur, telah mengadopsi pendekatan ini dalam program mereka. Bersamaan dengan penerapan pendekatan ini, “Jejaring PD” (PD Network)
yang partisipannya terdiri dari berbagai kalangan -termasuk beberapa
LSM Internasional, LSM Nasional/Lokal, Departemen Kesehatan, Dinas
Kesehatan dari beberapa daerah, dan para pegiat dan pemerhati peningkatan gizi anak - terus melakukan diskusi, lokakarya dan pelatihan di
wilayah masing-masing dan semakin dirasakan kebutuhan untuk adanya
buku panduan dalam bahasa Indonesia sebagai pedoman bagi para
pengambil keputusan dan staf lapangan.
Menyadari akan kebutuhan penting ini PCI ( Project Concern International) mengambil inisiatif untuk menterjemahkan buku manual “Positive
Deviance/Hearth” yang diterbitkan oleh CORE (Child Survival Collaborations and Resource Group).
Buku ini diterjemahkan oleh Pauline Mulyono kemudian di edit oleh
Sam Nuhamara (PCI) dibantu oleh Evie Worro Yulianti dan Hastin
Atasasih (Mercy Corp), Pajarningsih ( Save the Children), Isrowandi.
Sdr. Aditias Suyasninto (PCI) bertanggung jawab dalam melakukan
setting.
Buku ini diperbanyak oleh Jejaring Positive Deviance Indonesia khususnya dari LSM International yaitu: Save the Children, Project Concern
International, Mercy Corps, World Vision Indonesia, CARE Indonesia, dan Chatolic Relief Service.
Saya mengucapkan terima kasih kepada mereka yang telah berperan
dalam mewujudkan “Buku Panduan “ ini dalam bentuknya seperti ini.
Kami membutuhkan dan sangat menghargai masukan anda sebagai
pengguna buku terjemahan ini agar “PD network” dapat menyempurnakannya pada masa-masa yang akan datang.
Kiranya semua pihak yang berkepentingan dalam penggunaan buku
panduan ini dapat memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dalam
upaya menghasilkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas
dimasa-masa yang akan datang.
Jakarta, 10 Februari 2004
Glenn Gibney
Country Director PCI
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / iii
Group CORE
G
roup CORE (Child Survival Collaborations and Resources) merupakan asosiasi lebih dari 35 (Lembaga Sosial Masyarakat) di
Amerika Serikat, yang bekerjasama mempromosikan dan memperbaiki
program pelayanan
kesehatan dasar bagi ibu dan anak serta
masyarakat dimana mereka berada. MisiCORE adalah memperkuat
kapasitas lokal pada skala global untuk mengukur perbaikan kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak di Negara sedang berkembang
melalui kerjasama aksi dan pembelajaran LSM. Secara bersamasama, anggota organisasi ini bekerja di sekitar 140 negara, mendukung program pembangunan dan kesehatan.
Publikasi ini dapat dibuat atas dukungan dari kantor kerjasama lembaga nirlaba dibawah USAID ( United states
Agency for International Development ) melalui perjanjian kerjasama FAO-A-00-98-00030. Publikasi ini tidak
mewakili pendapat atau pandangan USAID. Dapat diperbanyak jika memperoleh ijin.
Kutipan yang Direkomendasikan
N
utrition Working Group, Child Survival Collaboration and Resources Group (CORE), Positive Deviance/Hearth: A Resource
Guide for Sustainably Rehabilitating Malnourished Children, Washington, D.C: December 2002
Abstrak
PKP/POS GIZI
SUATU PROGRAM
BERBASIS
RUMAH TANGGA
DAN MASYARAKAT
P
erilaku Khusus Positif/Pos Gizi merupakan program gizi yang berbasis rumah tangga dan masyarakat bagi anak yang beresiko
kurang energi-protein di Negara sedang berkembang. Program ini
menggunakan pendekatan Perilaku Khusus Positif (PKP) untuk mengidentifikasi berbagai perilaku tersebut dari ibu atau pengasuh yang
memiliki anak bergizi baik tetapi dari keluarga kurang mampu dan
menularkan kebiasaan positif tersebut kepada keluarga yang lain
dengan anak kurang gizi di suatu masyarakat. “Pos Gizi” merupakan
tempat atau rumah yang digunakan untuk mengadakan kegiatan pemulihan dan pendidikan gizi. Buku panduan ini menjelaskan secara
detail bagaimana mengidentifikasi anak yang beresiko, melakukan
Penyelidikan PKP untuk mengenal kebiasaan positif, menyelenggarakan kegiatan Pos Gizi, dan mengembangkan system monitoring dan
evaluasi. Dilengkapi dengan berbagai pengalaman lapangan yg
khusus dan perangkat yang berguna.
iv / Kelompok CORE / Kutipan / Abstrak
UCAPAN TERIMA KASIH
Banyak pihak yang telah terlibat dalam pengembangan bahan panduan ini –
dalam penulisan bab-babnya, menyediakan kasus-kasus, berbagi pengalaman,
mengorganisir bahan-bahan dan kegiatan, dan mengedit dokumen supaya
ramah-pengguna bagi para staff di lapangan. Produk akhir ini adalah hasil
kerja dari banyak orang yang berkomitmen dan telah menemukan nilai dari
pendekatan Perilaku Khusus Positif (PKP) /Pos Gizi dan mereka ingin
berbagi pengetahuan dengan orang lain. Kami ingin mengucapkan terima
kasih pada anggota-anggota CORE dan rekan-rekan lainnya yang telah
berbagi pendapat mereka tentang PKP/ Pos Gizi dalam berbagai pertemuan
dan e-mail selama dua tahun terakhir ini. Walau kami tidak dapat menyebut
satu persatu nama semua orang yang telah terlibat, kami ingin menyebut
beberapa orang kunci yang telah menyumbangkan sejumlah besar waktu Produk akhir ini adalah hasil
kerja dari banyak orang yang
mereka.
D
onna Sillan ditugaskan oleh CORE sebagai penulis utama konsep
pertama bahan panduan ini. Ia pergi ke Myanmar untuk bekerja dengan
Monique dan Jerry Sternin dan belajar bagaimana PKP/Pos Gizi berjalan di
Vietnam, Mesir, Myanmar dan negara-negara lainnya. Menggunakan
pengalaman dan tugas-tugasnya dalam merancang program-program PKP/Pos
Gizi bagi anggota CORE lainnya di seluruh dunia untuk mengumpulkan
informasi mendalam dan kasus-kasus tentang PKP/Pos Gizi. Ia
menggabungkan bahan-bahan dari sumber-sumber sebagai berikut: panduan
lapangan tentang PKP/Pos Gizi yang pertama: Panduan Lapangan:
Merancang sebuah Program Gizi Berdasarkan Komunitas Menggunakan
Model Pos Gizi dan Pendekatan “Perilaku Khusus Positif” (1); Tesis untuk
meraih gelar Master oleh Melissa Cribben, yang melakukan pengujian
lapangan terhadap panduan awal tersebut di Bolivia (2); Perilaku Khusus
Positif dalam Gizi Anak: Buku Pedoman Lapangan untuk Digunakan di Afrika
Barat (3); sebuah lokakarya nasional tentang Pos Gizi di Guinea yang
diselenggarakan pada February 2000 oleh Africare; sebuah pertemuan
kelompok penasehat teknis Pos Gizi pada April 2000 oleh CORE dan
BASICS II; dan sebuah lokakarya tentang pendekatan Perilaku Khusus Positif
yang diselenggarakan pada bulan November 2000.
di Mali oleh Save the Children dan BASICS. Sumbangan dari berbagai
sumber tersebut terlalu panjang untuk dapat dituliskan satu persatu.
Monique dan Jerry Sternin mengembangkan pendekatan PKP dan
mendemonstrasikan manfaatnya yang luarbiasa dengan mendirikan program
Save the Children untuk Pendidikan dan Rehabilitasi Gizi di Vietnam. Mereka
memulai dalam skala kecil dan kemudian mengembangkannya dengan
menggunakan pendekatan yang mereka sebut sebagai “universitas hidup” dan
mendokumentasikan secara ilmiah keberhasilan-keberhasilan mereka.
Monique memeriksa beberapa rancangan dan menyumbangkan informasi
yang sangat berharga berdasarkan pengalamannya yang luas.
Drs.Gretchen dan Warren Berggren menciptakan dan menulis tentang
konsep awal Pos Gizi (nutrition demonstration foyers) pada tahun 60-an di
Haiti dan hingga saat ini mereka tetap memberikan sumbangan penting dalam
peningkatan dan tentang pelajaran yang bisa diambil dari pendekatan Pos Gizi
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / v
berkomitmen dan telah
menemukan nilai pendekatan
PKP/Pos Gizi dan mereka
ingin berbagi pengetahuan
dengan orang lain.
sambil membina orang lain yang menggunakannya. Gretchen Berggren
memeriksa beberapa rancangan dari bahan pedoman ini, dan baik Gretchen
dan Warren telah memberikan bimbingan teknis yang luar biasa.
Dr. David Marsh menuliskan bab tentang Monitoring dan Evaluasi dan
menyumbangkan banyak studi kasus berdasarkan kegiatan Save the Children.
Kerja keras David dalam mendokumentasikan keberhasilan pendekatan
tersebut melalui kegiatan penelitian terapan di beberapa negara telah secara
nyata menunjang ketepatan pelaksanaan PKP dan Pos Gizi.
Adventist Development and Relief Agency (ADRA), Africare, CARE,
Christian Children’s Fund, Mercy Corps, Save the Children, World
Relief, World Vision, dan organisasi lainnya mengimplementasikan PKP/Pos
Gizi di berbagai kelompok masyarakat di dunia. Hanya karena kerja keras dari
masyarakat tersebut, para kader Pos Gizi dan staff lapanganlah, maka berbagai
pelajaran yang berharga, kasus-kasus dan latihan-latihan dapat disajikan
disini.
Olga Wollinka memulai pengembangan dokumen ini dan memberikan
masukan yang berharga mengenai pengalaman World Relief dengan PUP/Pos
Gizi.
Lynette Walker mengumpulkan semua umpan balik dari tim pengkaji,
menyusun ulang dan menulis versi terakhir dari buku pedoman ini.
Beberapa pengkaji lainnya memberikan masukan mendalam pada beberapa
rancangan tulisan: Judiann McNulty (Mercy Corps), Karen LeBan (CORE),
Caroline Tanner (FANTA), Valerie Flax (konsultan), Hannah Gilk (Pearl
S. Buck Foundation), Judy Gillens (FOCAS), dan Karla Pearcy (konsultan).
Beberapa editor naskah memberi sumbangan dalam berbagai tahap
penyusunan dokumen ini: Alicia Oliver, Lucia Tiffany, Justine Landegger,
dan Robin Steindwand.
Regina Doyle merancang layout, desain grafis dan ilustrasi.
Penghargaan kami pada
orang-orang & organisasi
yang tidak disebutkan tapi
telah memberikan
sumbangan besar bagi
pengembangan PKP/Pos
Gizi di seluruh dunia
Selain orang-orang yang sudah kami sebutkan di atas, kami ingin
menunjukkan penghargaan dan terimakasih kami pada orang-orang dan
organisasi yang tidak disebutkan tapi telah memberikan sumbangan besar bagi
pengembangan PKP/Pos Gizi di seluruh dunia. Terima Kasih.
Dengan harapan bahwa kami akan dapat membawa kebiasaan-kebiasaan dari
para pelaku PKP yang luar biasa itu menjadi suatu norma umum dan belajar
untuk mempraktekkan perilaku perawatan anak, pemberian makan, dan
perilaku kesehatan yang baik, kami persembahkan pada anda, para pelaksana,
buku panduan untuk pendekatan PKP/Pos Gizi.
Dengan hormat,
Judiann McNulty, Co-Chair
The Nutrition Working Group
Child Survival Collaborations and Resources (CORE) Group
Karen LeBan, Executive Director
Child Survival Collaborations and Resources (CORE) Group
vi / Ucapan Terima Kasih
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………… iii
UCAPAN TERIMA KASIH ………………………………………………. v
TINJAUAN UMUM PERILAKU KHUSUS POSITIF/POS GIZI ……………… 1
Cara Penggunaan Panduan ini …………………………………………… 2
Apa itu Perilaku Khusus Positif/Pos Gizi? ……………………….. …… 2
Keuntungan PKP/Pos Gizi Vs Pendekatan Tradisional ………………… 6
Mengapa Kekurangan Gizi adalah Suatu Masalah ……………………… 11
Langkah-langkah penting dalam pendekatan PKP/Pos Gizi …………… 13
Definisi ………………………………………………………………… 15
BAB SATU: Langkah 1– Menentukan jika PKP/Pos Gizi untuk Anda ……… 19
A. Kondisi - kondisi Umum…………………………………………...… 19
B. Komitmen Masyarakat ……………………………………………… 22
C. Komitmen Badan Pelaksana ………………………………..……… 23
BAB DUA : Langkah 2-Mobilisasi, Seleksi & Pelatihan ………………….. 29
A. Mobilisasikan Masyarakat …………………………………………. 29
B. Proses Pengembangan Pelatihan……………………………………. 32
Contoh Uraian Tugas ………………………………………………..…… 41
Latihan-Latihan yang diadaptasikan untuk Pos Gizi ………………….… 45
Contoh Garis Besar Pelatihan untuk kader ……………………………… 54
BAB TIGA : Langkah 3 – Persiapan Penyelidikan PKP…………………… 59
A. Tentukan Target Kelompok Usia ………………………………… 60
B. Lakukan Penilaian Data Awal Gizi ………………………………… 60
C. Lakukan Analisa Situasi …………………………………………… 64
D. Lakukan Survey Peringkat Kesejahteraan ………………………… 67
E. Adakan Pertemuan dengan Masyarakat …………………………… 68
F. Identifikasi Para Pelaku PKP ……………………………………… 69
G. Melatih dan Menyiapkan Tim Penyelidikan PKP …………………. 71
Metode Pengumpulan Informasi ………………………………………… 72
Penilaian Data Awal Dizi ……………………………………………… 78
BAB EMPAT : Langkah 4 – Lakukan Penyelidikan PKP …………………… 87
A. Rencanakan Logistik Penyelidikan PKP …………………………… 88
B. Lakukan Kunjungan Rumah ………………………………………… 91
C. Kumpulkan Hasil-Hasil Temuan ….………………………………… 91
D. Bagikan Hasil Temuan Kepada Masyarakat ………………………… 95
Tanya Jawab …………………………………………………………… 96
Aplikasi Pendekatan Penyelidikan PKP Untuk Hal-Hal Lain …………… 99
Daftar Tilik Pengamatan Untuk Penyelidikan PKP …………………… 101
Contoh Wawancara Semi-Terstruktur …………………………………… 103
Format Laporan Hasil Kunjungan Rumah ……………………………… 106
Penyelidikan PKP dari berbagai Negara ………………………………… 108
BAB LIMA : Langkah Lima – Merancang Kegiatan Pos Gizi ……………… 115
A. MenJadwalkan Kegiatan Pos Gizi ………………………………..… 116
B. Merencanakan Menu Kegiatan Pos Gizi …………………………….. 116
C. Merancang Berbagai Pesan Pendekatan Pendidikan Kesehatan …… 121
D. Tentukan Tempat Pelaksanaan Kegiatan Pos Gizi ………………… 125
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / vii
TINJAUAN UMUM
LANGKAH 1
LANGKAH 2
LANGKAH 3
LANGKAH 4
LANGKAH 5
E. Rancang Protokol untuk Kegiatan Pos Gizi …………………………. 126
F. Susun Rencana Kegiatan Setahun …………………………………… 129
Tanya Jawab …………………………………………………………… 132
Informasi Tambahan mengenai Mikronutrien …………………………… 132
Formulir Pendaftaran Pos Gizi ………………………………………… 135
Protokol untuk Identifikasi Dini Anak-anak Kurang Gizi yang “Beresiko”136
LANGKAH 6 - 8
LANGKAH 9
BAB ENAM: Langkah 6 sampai 8 – Melaksanakan, Mendukung, & Mengulang
Kegiatan Pos Gizi……………………………………………………………………… 137
Langkah 6 – Melaksanakan Kegiatan Pos Gizi ……………………… 137
A. Mengumpulkan bahan-bahan dan Menyiapkan Sesi Pos Gizi Harian 138
B. Menyambut/Mencatat Kehadiran Pengasuh/Anak & Mengumpulkan
Makanan Khas Positif ……………………………………………….. 138
C. Pimpin Sesi Pos Gizi ……………………………………………… 139
D. Memantau Kegiatan Pos Gizi ……………………………………….. 142
Langkah 7 – Mendunkung Perilaku-Perilaku Baru ..……………….. 143
Langkah 8 – Mengulang Kegiatan Pos Gizi ………………………….. 144
Tanya Jawab …………………………………………………………… 145
Daftar Tilik Penyeliaan untuk Pengamatan Kegiatan Pos Gizi …………. 148
Panduan Wawancara Pengasuh …………………………………………. 149
Umpan Balik Penyelia dan Panduan Pemecahan Masalah ……………… 150
BAB TUJUH : Langkah 9 – Memperluas Program PKP/Pos Gizi ……………… 151
Pendekatan untuk Perluasan …………………………………………… 151
A. Kembangkan Sebuah Model yang Sukses Berukuran Kecil ………… 152
B. Kerjakan Sebuah Model Sukses yang Diperluas ……………………. 152
C. Perluas Pendekatan PKP/Pos Gizi ke Tingkat Kabupaten…………… 152
D. Ciptakan Sebuah “ Universitas Hidup” ……………………………… 153
E. Dukung Mereka yang Baru Lulus untuk Kembali Ke Rumah, dan
Memulai Replikasi ………………………………………………… 153
Keberhasilan Perluasan ………………………………………………….. 154
Berkelanjutan ……………………………………………………………. 156
BAB DELAPAN : Monitoring dan Evaluasi ………………………………… 159
A. Pilih Hasil proyek …………………………………………………… 160
B. Memonitor Kemajuan……………………………………………….. 161
C. Evaluasi Keefektifan………………………………………………… 170
Hasil-Hasil dari Lapangan ……………………………………………… 173
Formulir Contoh Monitoring dan Evaluasi …………………………….. 178
SUMBER - SUMBER ………………………………………………………………….. 187
REFERENSI …………………………………………………………………………….. 191
viii / Daftar Isi
TINJAUAN UMUM PERILAKU
KHUSUS POSITIF/ POS GIZI
Siapa yang Perlu Membaca Panduan Ini?
B
uku panduan ini dirancang untuk para manajer program yang tertarik
untuk memobilisasi masyarakat supaya melakukan rehabilitasi
berkelanjutan pada anak-anak yang kekurangan gizi.
Cara Penggunaan Panduan Ini
B
ab Satu akan membantu anda untuk memutuskan apakah Perilaku Khusus
Positif (PKP)/ Pos Gizi merupakan pendekatan yang tepat bagi
masyarakat anda. Bab-bab berikutnya berisi berbagai latihan, petunjuk yang
berguna, dan pelajaran yang diperoleh organisasi-organisasi non-pemerintah
yang telah sukses menerapkan PKP/Pos Gizi di seluruh dunia. Informasiinformasi dan bahan-bahan praktis akan memandu anda dalam menjalankan
serangkaian langkah pelaksanaan program PKP/Pos Gizi secara efektif. Kami
menyarankan anda untuk terlebih dahulu membaca keseluruhan panduan ini
sebelum mulai melaksanakan, karena pemahaman menyeluruh akan
mempermudah anda dalam merencanakan program.
Kami menyarankan anda
untuk terlebih dahulu
membaca keseluruhan
panduan ini sebelum mulai
melaksanakan, karena
pemahaman menyeluruh
akan mempermudah anda
dalam merencanakan
program.
Adaptasi lokal harus dilakukan. Masukkan elemen-elemen penting yang
tertulis dalam bab ini dan kreatiflah serta bereksperimenlah. Terdapat banyak
variasi bentuk yang dapat digunakan untuk mengadaptasi pendekatan ini agar
sesuai dengan proyek anda. Setiap bagian dari rancangan proyek bergantung
pada sumber-sumber yang tersedia serta pada proses penggabungan sumbersumber tersebut. Ketika anda melaksanakan program PKP/Pos Gizi anda
sendiri, anda akan mendapatkan banyak pelajaran dari pengalaman tersebut.
Dokumentasikan pengalaman anda agar dapat dibagikan kepada komunitas
Pos Gizi global. Pos Gizi global didukung dan dioperasikan oleh orang-orang
seperti anda, yang sedang mencari solusi terbaik untuk mengatasi masalah PKP/Pos Gizi merupakan
kekurangan gizi.
Apa Itu Perilaku Khusus Positif/Pos Gizi?
P
erilaku Khusus Positif/Pos Gizi merupakan pendekatan yang sukses
dalam mengurangi angka kekurangan gizi. Pendekatan PKP/Pos Gizi
memungkinkan ratusan kelompok masyarakat untuk dapat mengurangi tingkat
kekurangan gizi anak pada saat ini dan mencegah timbulnya kekurangan gizi
yang mungkin terjadi hingga beberapa tahun setelah program tersebut selesai
dilaksanakan.
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 1
pendekatan yang sukses
dalam mengurangi angka
kekurangan gizi: pendekatan
tersebut telah memungkinkan
ratusan komunitas untuk
dapat mengurangi tingkat
malnutrisi pada saat itu dan
mencegah tahun-tahun
kekurangan gizi yang terjadi
setelah program selesai.
Tujuan-tujuan dari program PKP/Pos Gizi
1. Dengan cepat merehabilitasi anak-anak yang mengalami malnutrisi
yang teridentifikasi di dalam masyarakat mereka.
2. Memungkinkan keluarga-keluarga untuk dapat mempertahankan
rehabilitasi anak-anak tersebut di rumah masing-masing secara
mandiri.
3. Mencegah kekurangan gizi pada anak-anak yang lahir dalam
kelompok masyarakat tersebut di masa yang akan datang, dengan
merubah norma-norma masyarakat mengenai perilaku-perilaku
pengasuhan anak, pemberian makan, dan kesehatan.
PKP/Pos Gizi menggabungkan dua pendekatan yang telah terbukti sukses
mengurangi kekurangan gizi anak serta mempromosikan perkembangan
normal anak di tingkat masyarakat.
Pendekatan PKP/Pos Gizi
Proses PKP/Pos Gizi
memanfaatkan kearifan lokal
yang berhasil mengobati dan
mencegah kekurangan gizi
dan menyebarluaskan
kebijakan tersebut keseluruh
komunitas
PKP disusun dengan dasar pikiran bahwa beberapa solusi untuk masalahmasalah komunitas sudah ada di dalam komunitas dan hanya perlu
diketemukan. Karena perilaku-perilaku berubah secara perlahan, sejumlah
besar praktisi kesehatan masyarakat setuju bahwa solusi-solusi yang
diketemukan dalam suatu komunitas dapat lebih dipertahankan dibandingkan
dengan solusi luar yang dibawa masuk ke dalam komunitas. Proses PKP/Pos
Gizi memanfaatkan kearifan lokal yang berhasil mengobati dan mencegah
kekurangan gizi dan menyebarluaskan kearifan tersebut ke seluruh komunitas.
PKP merupakan pendekatan yang berbasis pada “kekuatan” atau “modal”
berdasarkan keyakinan bahwa di setiap komunitas ada individu-individu
tertentu (“Pelaku PKP”) yang mempunyai kebiasaan-kebiasaan dan perilakuperilaku spesial, atau tidak umum yang memungkinkan mereka dapat
menemukan cara-cara yang lebih baik untuk mencegah kekurangan gizi
dibandingkan tetangga-tetangga mereka yang memiliki sumber yang sama dan
menghadapi resiko serupa.
Semua Pelaku PKP tersebut
mendemonstrasikan perilakuperilaku atau kebiasaankebiasaan tertentu yang
memungkinkan mereka untuk
dapat berhasil menyelesaikan
masalah-masalah dan
mengatasi halanganhalangan berat.
Melalui proses dinamis bernama Penyelidikan PKP(Positive Deviance
Inquiry, PDI), para staff dalam program tersebut mengundang anggotaanggota masyarakat untuk menemukan kebiasaan-kebiasaan khusus tersebut,
yang turut berperan dalam menghasilkan status nutrisi anak yang lebih baik.
Kemudian, para staff program dan anggota-anggota komunitas membentuk
suatu intervensi yang memungkinkan keluarga dengan anak-anak yang
mengalami kekurangan gizi dapat mempelajari serta melatih perilaku-perilaku
menguntungkan ini.
Pada setiap kelompok masyarakat, baik itu pusat-pusat kota di Amerika
Serikat, daerah-daerah kumuh di Manila, Addis Ababa, Kairo, atau desa-desa
miskin di Myanmar atau Nikaragua, terdapat Pelaku PKP. Semua Pelaku
PKP tersebut mendemonstrasikan perilaku-perilaku atau kebiasaan-kebiasaan
tertentu yang memungkinkan mereka untuk dapat berhasil menyelesaikan
masalah-masalah dan mengatasi halangan-halangan berat. Pendekatan PKP
telah digunakan secara luas untuk mengatasi kekurangan gizi, dan juga
digunakan pada bidang-bidang lain seperti perawatan ibu hamil dan anak yang
baru lahir serta penggunaan kondom pada kelompok yang beresiko tinggi.
2 / Tinjauan Umum PKP/Pos Gizi
Pendekatan Pos Gizi
Pada pendekatan Pos Gizi, para sukarelawan dan pengasuh dari anak-anak
yang mengalami kekurangan gizi dalam komunitas, berlatih perilaku-perilaku
memasak, pemberian makan, kebersihan, dan pola pengasuhan baru, yang
telah terbukti berhasil dalam merehabilitasi anal-anak yang kekurangan gizi.
Kebiasaan-kebiasaan terpilih tersebut berasal dari hasil penemuan
Penyelidikan PKP (Positive Deviance Inquiry, PDI) dan dari perilaku yang
dianggap penting oleh ahli-ahli kesehatan masyarakat. Para sukarelawan
secara aktif melibatkan ibu dan anak dalam proses rehabilitasi dan belajar
dalam situasi rumah yang nyaman serta bekerja agar keluarga-keluarga
tersebut dapat mempertahankan perbaikan status gizi anak di rumah. Kegiatan
Pos Gizi terdiri dari rehabilitasi dan pendidikan nutrisi selama periode 12 hari
yang diikuti dengan kunjungan para kader ke rumah setiap pengasuh.
POS GIZI
POS GIZI
Kegiatan Pos Gizi terdiri
dari rehabilitasi dan
pendidikan gizi
Pendekatan Pos Gizi mendorong terjadinya perubahan perilaku dan
memberdayakan para pengasuh untuk bertanggungjawab terhadap rehabilitasi
gizi anak-anak mereka dengan menggunakan pengetahuan dan sumber-sumber
lokal. Setelah pemberian makanan tambahan berkalori tinggi selama dua
minggu, anak-anak menjadi lebih berenergi dan nafsu makan merekapun
bertambah. Perubahan nyata yang terlihat pada anak, dengan disertai metode
“belajar sambil melakukan”, menghasilkan terjadinya peningkatan
kepercayaan diri dan ketrampilan pengasuh dalam perilaku-perilaku
pemberian makan, pengasuhan anak, kebersihan, dan kesehatan. Adanya
perilaku-perilaku yang lebih baik, tanpa memperdulikan latar belakang
pendidikan sang ibu, akan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan
anak. Pendekatan ini telah berhasil mengurangi kekurangan gizi pada
kelompok masyarakat sasaran dengan memampukan anggota-anggota
masyarakat untuk menemukan kearifan dari ibu-ibu “Pelaku PKP” serta
mempraktekkan kearifan tersebut pada kegiatan Pos Gizi setiap harinya.
Perubahan nyata yang
terlihat pada anak, dengan
disertai metode “belajar
sambil melakukan”,
menghasilkan terjadinya
peningkatan kepercayaan diri
dan ketrampilan pengasuh
dalam perilaku-perilaku
pemberian makan,
pengasuhan anak,
kebersihan, dan perawatan
PKP/Pos Gizi adalah alat mobilisasi masyarakat yang efektif,
kesehatan.
“menggembleng” masyarakat untuk bekerja dengan melibatkan berbagai
lapisan sosial yang berbeda-beda di masyarakat tersebut, untuk bekerjasama
mengatasi masalah dan menemukan solusi dari dalam masyarakat mereka
sendiri. Pendekatan ini menitikberatkan untuk memaksimalkan sumber daya,
keahlian dan strategi yang ada untuk mengatasi sebuah permasalahan dan
secara ekstensif memanfaatkan metodologi partisipatif dan proses
Participatory Learning and Action.
Walaupun PKP/Pos Gizi harus disesuaikan dengan kondisi lokal dan serta
sejumlah besar langkah-langkah pelaksanaannya fleksibel, ada beberapa
elemen penting yang harus dimasukkan untuk mempertahankan keefektifan
dari pendekatan PKP/Pos Gizi.
♥
Pengalaman telah menunjukkan bahwa semua programprogram yang efektif:
Melakukan Penyelidikan PKP dalam setiap kelompok masyarakat
sasaran dengan menggunakan para anggota masyarakat dan staff.
♥ Menggunakan ibu-ibu kader dari masyarakat untuk mengadakan
kegiatan Pos Gizi dan melakukan tindak lanjut berupa kunjungan
rumah.
♥ Sebelum pelaksanaan kegiatan Pos Gizi, semua anak harus
mendapatkan pengobatan infeksi cacing dan mikronutrien yang
dibutuhkan.
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 3
ELEMENELEMEN HAL PENTING
UTAMAProgram PKP/
Pos Gizi yang Efektif
♥
♥
♥
♥
♥
♥
♥
Menggunakan program pengawasan/promosi pertumbuhan untuk
mengidentifikasi anak-anak yang baru mengalami kekurangan gizi
dan memantau kemajuan status gizi.
Memastikan para pengasuh membawa kontribusi makanan
dan/atau bahan-bahan setiap harinya pada kegiatan Pos Gizi.
Menyusun menu-menu kegiatan Pos Gizi berdasarkan makanan
lokal yang tersedia dan terjangkau.
Memastikan kehadiran dan keterlibatan aktif para pengasuh setiap
hari pada kegiatan Pos Gizi.
Mengadakan kegiatan Pos Gizi selama 10-12 hari dalam periode
dua minggu.
Melakukan tindak lanjut berupa kunjungan-kunjungan ke rumahrumah pada waktu dua minggu setelah pelaksanaan kegiatan Pos
Gizi untuk memastikan bahwa selama kurang lebih 21 hari perilaku
baru dipraktekkan hingga menjadi kebiasaan.
Melibatkan komunitas secara aktif pada keseluruhan proses.
Perilaku-perilaku dan Kebiasaan-kebiasaan
yang dipromosikan oleh PKP/Pos Gizi
Bermanfaat
Kebiasaan-kebiasaan rumahtangga yang menguntungkan pada inti program
PKP/Pos Gizi terbagi menjadi tiga atau empat ketegori utama: pemberian
makan, pengasuhan, kebersihan, dan kesehatan.
Kebiasaan-kebiasaan pemberian makan: kebiasaan-kebiasaan
baik, termasuk memberi makan anak-anak kecil dengan berbagai variasi
makanan dalam porsi kecil setiap hari selama lebih dari enam bulan
sebagai tambahan Air Susu Ibu (ASI), pemberian makan secara aktif,
pemberian makan selama sakit dan penyembuhan, serta menangani anak
yang memiliki selera makan yang rendah.
Kebiasaan-kebiasaan pengasuhan: interaksi positif antara seorang
anak dan pengasuh primer dan sekunder membantu terjadinya
perkembangan emosi dan psikologi. Kebiasaan-kebiasaan positif seperti:
sering melakukan interaksi lisan dengan anak, memberikan perhatian pada
anak dan menunjukan kasih sayang, adanya pembagian kerja agar tercipta
pemantauan dan pengasuhan anak yang baik, dan partisipasi aktif ayah
dalam pengasuhan anak. Kebiasaan-kebiasaan pengasuhan anak tersebut
dan masih banyak yang lainnya, sangatlah penting untuk perkembangan
anak yang normal namun seringkali terabaikan.
Kebiasaan-kebiasaan yang
bermanfaat harus ditinjau
berdasarkan konteks budaya
masyarakat dimana PKP/Pos
Gizi itu dilaksanakan.
Kebiasaan-kebiasaan kebersihan: (terkadang dimasukkan dalam
kebiasaan-kebiasaan pengasuhan anak): kebersihan tubuh, makanan, dan
lingkungan berperan penting dalam pemeliharaan kesehatan anak serta
mencegah penyakit-penyakit diare dan infeksi cacingan. Satu kebiasaan
yang bersih seperti, mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan
setelah buang air besar, telah menjadi fokus kampanye WHO untuk
mengurangi timbulnya penyakit-penyakit diare.
Kebiasaan-kebiasaan mencari pelayanan kesehatan: selain
memberikan imunisasi lengkap kepada anak sebelum ulang tahun yang
pertama, pengobatan penyakit pada masa kanak-kanak dan pencarian
bantuan profesional pada waktu yang tepat dapat memainkan peran
penting dalam membantu memelihara kesehatan anak.
4 / Tinjauan Umum PKP/Pos Gizi
Kebiasaan-kebiasaan ini harus ditinjau kembali agar sesuai dengan konteks
budaya komunitas yang menjadi target pelaksanaan PKP/Pos Gizi. Para
petugas program, bersama dengan mitra lokal, menentukan perilaku-perilaku
yang akan menjadi prioritas utama pada tiap komunitas. Bab empat memuat
contoh kebiasaan yang menguntungkan, ditemukan dari keseluruhan
pelaksanaan pendekatan PKP/Pos Gizi pada komunitas yang berbeda-beda.
Akan berguna jika anda juga melihat 16 kebiasaaan-kebiasaan utama keluarga
yang diadopsi oleh WHO dan program MTBS (Management Terpadu Balita
Sakit) keluarga dan masyarakat dari UNICEF untuk mengurangi penyebabpenyebab utama kematian dan morbiditas pada anak-anak.
TABEL 0.1 KEBIASAAN-KEBIASAAN UTAMA MTBS
KELUARGA-MASYARAKAT
♥
♥
♥
♥
Pertumbuhan Fisik &
Perkembangan Mental
Memberikan ASI eksklusif
kepada bayi selama enam
bulan.
Sejak berumur enam bulan,
berikan makanan-makanan
tambahan yang baru dimasak
serta kaya energi dan nutrisi,
sambil melanjutkan
pemberian ASI selama dua
tahun atau lebih.
Memastikan anak menerima
mikronutrisi (khususnya
vitamin A & zat besi) dalam
jumlah yang cukup melalui
makanan utama atau
tambahan.
Mendukung perkembangan
mental dan sosial dengan
memberikan perhatian
terhadap kebutuhankebutuhan anak melalui
komunikasi, permainan, dan
pemberian lingkungan yang
dapat menstimulasi anak.
Pencegahan Penyakit
♥
Membawa anak sesuai jadwal
untuk melengkapi
keseluruhan imunisasi (BCG,
DPT, DPU, dan campak)
sebelum ulang tahun pertama.
♥ Membuang tinja, termasuk
tinja anak, dengan baik, cuci
tangan setelah buang air
besar, sebelum menyiapkan
makanan, dan sebelum
memberi makan.
♥ Melindungi anak yang tinggal
pada daerah yang terjangkit
malaria dengan memastikan
anak tidur di bawah kelambu
yang sudah direndam dalam
insektisida.
♥ Mengadopsi dan
mempertahankan perilakuperilaku yang tepat
sehubungan dengan
pencegahan dan perawatan
HIV/AIDS yang menginfeksi
manusia, termasuk anak
yatim piatu.
Perawatan Rumah yang Baik
Perawatan Kesehatan
Melanjutkan pemberian
♥ Mengenali tanda-tanda ketika
makanan dan cairan yang
anak yang sakit
lebih banyak, termasuk
membutuhkan perawatan di
pemberian ASI saat anak
luar rumah dan cari
sakit.
perawatan petugas kesehatan
yang handal.
♥ Di rumah, berikan perawatan
yang baik kepada anak yang ♥ Mengikuti nasehat petugas
sakit infeksi.
kesehatan mengenai
pengobatan, tindak lanjut, dan
♥ Melakukan tindakan-tindakan
rujukan.
yang tepat untuk mencegah
♥
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 5
Enam belas kebiasaankebiasaan utama keluarga
yang secara nyata
mengurangi angka sakit dan
kematian anak.
♥
Sumber: Dipresentasikan dalam
Lokakarya Internasional untuk
Peningkatan Kesehatan dan Gizi
Anak dalam Masyarakat,
Durban, 20-23 Juni 2000 (1)
dan mengatasi luka-luka dan ♥ Memastikan bahwa setiap
kecelakaan pada anak.
wanita hamil mendapatkan
♥ Mencegah tindakan
pemeriksaan kehamilan yang
penyiksaan dan pengabaian
baik termasuk, setidaknya
terhadap anak dan lakukan
empat kunjungan
tindakan yang tepat ketika hal
pemeriksaan kehamilan pada
tersebut terjadi.
bidan/petugas kesehatan
yang handal, vaksinasi TT
♥ Memastikan para pria
(Tetanus Toxoid) dan
berpartisipasi aktif dalam
dukungan dari keluarga dan
memberikan perawatan anak
komunitas ketika mencari
dan terlibat dalam kesehatan
perawatan pada saat, setelah
reproduktif keluarga.
melahirkan dan menyusui.
PKP/Pos Gizi vs Program Gizi Tradisional
I
ntervensi gizi tradisional meliputi pemantauan pertumbuhan, penyuluhan,
dan penyediaan makanan tambahan dan mikronutrien seperti vitamin A.
Pemantauan pertumbuhan, salah satu komponen penting pada berbagai
intervensi gizi memiliki berbagai fungsi. Tujuan utamanya adalah untuk
mengidentifikasi anak-anak yang mengalami kekurangan gizi, namun
pemantauan pertumbuhan juga memungkinkan pengasuh untuk memantau
pertumbuhan anak, mendorong mereka yang memiliki anak sehat untuk
mempertahankan kesehatan anak mereka dan mengidentifikasi penyakit anak
yang tidak terlihat serta mengarahkan mereka kepada pengobatan.
Pemantauan pertumbuhan juga digunakan untuk memantau status gizi
kelompok yang ditargetkan secara terus menerus serta untuk menyediakan alat
pengukur dengan dampak kuantitatif, maupun juga alat untuk mengukur
dampak lanjutan.
Selama dua dekade terakhir, petugas kesehatan lokal telah memobilisasikan
berjuta-juta warga desa untuk menimbang berat badan anak mereka secara
berkala sebagai usaha untuk mengakhiri kekurangan gizi. Di seluruh negara
berkembang, timbangan Salter, timbangan pasar, dan timbangan injak, telah
digunakan untuk memantau berat badan anak di bawah umur lima tahun.
Departemen kesehatan nasional telah membuat KMS (Kartu Menuju Sehat)
yang dapat memperlihatkan gambaran mengenai berat badan anak.
Apa yang terjadi setelah menimbang berat badan? Apakah pertumbuhan anakanak secara individual mengalami perbaikan? Apakah proses penimbangan
berat badan itu sendiri dapat memperbaiki status gizi anak? Seringkali, ketika
data pertumbuhan semua anak tiap bulan ditabulasikan dan kecendrungan
selama satu tahun ditinjau kembali, akan terlihat jelas bahwa pemantauan
pertumbuhan hanya menghasilkan sedikit perubahan pada status gizi. Seperti
yang diungkapkan oleh seorang dokter ahli kesehatan masyarakat yang
terkemuka, kita sesungguhnya “menimbang anak-anak hingga mati”. (2)
Menetapkan kurva pertumbuhan seorang anak yang semakin menurun menuju
pada area status gizi buruk, yang seringkali membiarkan seorang kader
kesehatan tidak merasa risau/bermasalah. Dirinya sudah puas karena mampu
menggambarkan berat badan anak dengan tepat tetapi ia melalaikan langkah
penting selanjutnya – menginterpretasikan arti perubahan berat badan.
Pertumbuhan anak merupakan proses dinamis. Pemusatan perhatian hanya
untuk memperolah berat badan yang sesuai tiap bulan dapat mengalihkan
6 / Tinjauan Umum PKP/Pos Gizi
perhatian dari anak-anak yang sedang mengalami masalah tersebut. Kegagalan
seorang anak untuk menambah berat badan seringkali merupakan tanda
pertama adanya masalah yang lebih mendasar.
Penyuluhan adalah komponen utama dari program gizi, melengkapi para
pengasuh dengan informasi mengenai cara mengubah status gizi anak dan
secara produktif memberi pengaruh terhadap angka pertumbuhan. Meskipun
para kader kesehatan dapat menginterpretasi gambaran informasi dengan
sesuai, bagaimanapun juga terdapat kemungkinan bahwa ia berbicara kepada
sang ibu mengenai makanan yang sesuai untuk diberikan pada anak selama
acara pemantauan pertumbuhan yang sibuk dan berisik. Kemungkinan yang
terjadi adalah tidak ada waktu yang cukup untuk membicarakan masalah
menyusui, perawatan rumah untuk penderita sakit, kesehatan atau topik-topik
lain yang berhubungan dengan kekurangan gizi. Dengan demikian, pengasuh
seringkali meninggalkan acara tanpa mengetahui atau mengingat langkahlangkah praktis yang dapat ia terapkan di rumah.
Selama beberapa dekade, organisasi yang bertujuan untuk mengadakan
pengembangan dan pertolongan di seluruh dunia telah memberikan program
pengobatan dan pemberian makanan tambahan kepada anak-anak yang
diklasifikasikan mengalami kekurangan gizi dan telah sukses merehabilitasi
anak dalam jumlah besar. Namun, karena program tersebut didasarkan pada
pemberian sumber-sumber makanan dari luar sehingga seringkali bergantung
pada penyedia kesehatan upahan daripada memperoleh perubahan perilaku
dalam keluarga, anak-anak seringkali kembali pada keadaan kekurangan gizi
sesaat setelah kegiatan pemberian makan berakhir.
Pendekatan intervensi gizi tradisional cenderung mencari masalah-masalah
dalam masyarakat yang perlu diselesaikan. Pendekatan PKP/Pos Gizi
berupaya mencari perilaku positif dan kekuatan yang ada pada masyarakat
serta yang bisa dibangun di atasnya. Perbedaaannya dapat dilihat dengan cara
meninjau pertanyaan-pertanyaan yang biasanya digunakan pada kedua
pendekatan ini.
TABEL
0.2 PENDEKATAN TRADISIONAL vs PKP/POS GIZI
TABEL 0.
Pendekatan Tradisional
Pendekatan PKP/Pos Gizi
Apa saja yang anda
butuhkan?
Kekuatan apa yang anda miliki?
Ada masalah apa?
Apa yang dapat kami
sediakan?
Apa yang kurang dari
masyarakat?
Apa yang kurang disini?
Hal apa yang dapat dikerjakan
disini?
Apa sajakah sumber-sumber
anda?
Hal apakah yang baik dalam
masyarakat anda?
Hal apakah yang bisa dijadikan
dasar untuk membangun?
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 7
Dalam program-program
tradisional yang
mengandalkan sumbersumber makanan dari luar
dan penyedia kesehatan yang
diberi upah, anak-anak
seringkali kembali kepada
status kekurangan gizi segera
setelah kegiatani pemberian
makan berakhir.
Keuntungan Pendekatan PKP/Pos Gizi
Ada beberapa keuntungan pendekatan PKP/Pos Gizi, yaitu:
Cepat – pendekatan ini memberikan solusi yang dapat menyelesaikan
masalah dengan segera. Anak-anak harus direhabilitasi sekarang juga, itu
sebabnya mengapa pemberian makan selama di Pos Gizi perlu diawasi. Para
pengasuh kemudian menerapkan praktek yang sama di rumah dan melaporkan
pengalaman mereka pada saat kegiatan Pos Gizi berikutnya. Dukungan lebih
lanjut ketika di rumah juga diberikan kepada para pengasuh dan kader.
PKP/Pos Gizi menggunakan
biaya yang lebih efektif
dibandingkan dengan
mendirikan pusat rehabilitasi
atau menanam investasi di
rumah sakit.
Terjangkau – PKP/Pos Gizi terjangkau dan keluarga tidak bergantung pada
sumber-sumber luar untuk melatih perilaku mereka yang baru. Biaya yang
dikeluarkan dalam program PKP/ Pos Gizi lebih efektif dibandingkan
mendirikan pusat rehabilitasi gizi atau melakukan investasi pada rumah sakit.
Di Vietnam, program ini menghabiskan biaya kira-kira US$2 tiap anak. Biaya
tiap anak yang berpartisipasi dalam program PKP/Pos Gizi berada pada level
yang sama. Level berikut yang harus dimasukkan dalam perhitungan adalah
biaya yang dapat disisihkan ketika kebiasaan-kebiasaan rumah yang lebih baik
memberi arti bahwa saudara kandung yang lebih muda tidak menderita
kekurangan gizi. Ada pula tingkat ketiga. Apabila kekurangan gizi dapat
dihilangkan dari sebuah masyarakat, banyak anak yang akan lahir juga
memperoleh keuntungan dari PKP/Pos Gizi. Namun, biaya bagi tiap orang
yang memperoleh keuntungan menjadi sangat kecil sekali dilihat dari jumlah
kasus pencegahan terjadinya kekurangan gizi dan terkadang kematian.
Partisipatif – partisipasi masyarakat merupakan salah satu komponen
penting dalam rangka mencapai kesuksesan pendekatan PKP/Pos Gizi.
Masyarakat memainkan peran penting di seluruh proses PKP/Pos Gizi, mulai
dari menemukan cara dan strategi yang sukses digunakan dalam masyarakat
sampai pada membantu para pengasuh setelah kegiatan Pos Gizi berakhir.
Berkesinambungan – pendekatan PKP/Pos Gizi dapat dipertahankan sebab
perilaku baru sudah diinternalisasikan dan dilanjutkan setelah kegiatan Pos
Gizi berakhir. Para pengasuh tidak hanya dilatih untuk merehabilitasi anak
mereka yang mengalami kekurangan gizi tetapi juga untuk mempertahankan
rehabilitasi tersebut di rumah. Keahlian yang dilatih pada kegiatan Pos Gizi
menjadi kebiasaan sehingga saudara kandung yang lebih muda menerima
keuntungan gizi dari kegiatan Pos Gizi tanpa perlu menghadirinya. Pos Gizi
tidak hanya mengubah perilaku anggota keluarga secara individual tetapi juga
mengubah cara pandang masyarakat terhadap kekurangan gizi serta
kemampuan mereka untuk mengubah situasi. Pos Gizi menanamkan normanorma positif pada banyak keluarga mengenai perawatan yang sehat untuk
anak dan cara-cara pemberian makan. Yang terbaik adalah, masyarakat
memperoleh kemampuan untuk mempertahankan PKP/Pos Gizi, jika perlu,
hanya dengan memakai sumber-sumber lokal.
Asli – karena solusi yang ditemukan bersifat lokal, kemajuan yang dihasilkan
menjadi cepat, tanpa banyak menggunakan analisa atau sumber luar.
Pendekatan tersebut dapat diterapkan secara luas karena pelaku PKP ada pada
hampir seluruh masyarakat.
8 / Tinjauan Umum PKP/Pos Gizi
Secara Budaya dapat Diterima – karena Pos Gizi didasarkan pada
perilaku lokal yang teridentifikasi dalam konteks sosial, etnik, bahasa, dan
agama dari masyarakat secara individual, dengan demikian, sesuai dengan
kebudayaan setiap masyarakat.
Berdasarkan Perubahan Perilaku (Perolehan pengetahuan bukan yang
utama) – tiga langkah proses perubahan perilaku yang termasuk dalam
pendekatan ini, adalah:
Pos Gizi tidak hanya
1. Penemuan (Penyelidikan PKP)
mengubah perilaku keluarga
2. Demonstrasi (Kegiatan Pos Gizi)
secara individual, tetapi juga
3. Penerapan (Kegiatan Pos Gizi dan di rumah)
Save the Children/US di Vietnam
Ketika Save the Children diundang oleh Pemerintah
Vietnam pada tahun 1990 untuk menyusun suatu program
yang memungkinkan penduduk miskin dapat menyelesaikan
masalah yang sudah mengakar, tampaknya seperti sebuah
tantangan yang sangat besar. Untuk mencari solusi jangka panjang
terhadap kekurangan gizi anak, maka tidak hanya dibutuhkan
rehabilitasi anak tetapi yang lebih penting lagi adalah menemukan
sebuah cara untuk meyakinkan keluarga bahwa mereka dapat
mempertahankan status yang telah membaik.
Save the Children mencari pendekatan baru yang dapat
mengidentifikasi solusi berbagai masalah masyarakat dalam
masyarakat itu sendiri. Upaya penemuan ini mengarah pada
penggunaan pendekatan PKP. Meskipun konsepnya telah diketahui
selama bertahun-tahun tetapi aplikasinya terbatas, terutama pada
studi akademik kecuali pada beberapa proyek NGO yang
dilaksanakan di Haiti dan Banglades (3). Save the Children mulai
mengaplikasikan pendekatan ini pada empat masyarakat yang
sangat miskin di Vietnam Utara. Meskipun angka kekurangan gizi di
desa-desa tersebut memcapai 70% anak di bawah umur tiga tahun,
artinya sekitar 30% dari populasi mampu memiliki anak-anak dengan
gizi yang baik.
Penggunaan Penyelidikan PKP, penduduk lokal yang sudah dilatih
mengidentifikasikan keluarga-keluarga yang sangat miskin namun
memiliki anak dengan gizi baik – pelaku PKP– dan pergi ke rumah
mereka untuk mempelajari perilaku unik yang memungkinkan mereka
berhasil lebih baik dari para tetangganya. Ditemukan bahwa pada
setiap keluarga miskin dengan anak bergizi baik, sang ibu atau
pengasuh mengumpulkan daun-daun ubi dan pergi ke sawah untuk
mengumpulkan udang dan kepiting kecil sebagai tambahan makanan
anak.
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 9
mengubah cara pandang
masyarakat terhadap
masalah kekurangan gizi
serta kemampuan mereka
untuk mengubah situasi.
Program PKP/Pos Gizi di
Vietnam menjadi contoh
yang sangat bagus mengenai
bagaimana pendekatan
PKP/Pos Gizi dapat
memberikan hasil yang
mengherankan dan menjadi
program nasional. Mulai dari
tahun 1991 dengan empat
desa dan keseluruhan
populasi berjumlah 20,000,
program tersebut diadopsi
oleh departemen kesehatan
dan pada tahun 1998 telah
menjangkau 256 desa dengan
total populasi sebesar 1,2 juta
Meskipun sudah tersedia dan gratis, kearifan konvensional
mengatakan bahwa makanan tersebut tidak sesuai, atau berbahaya
bagi anak mereka. Seiring dengan ditemukannya kegunaan
makanan-makanan ini, penyelidikan mengungkapkan adanya PKP
lain dalam hal pemberian makan dan cara perawatan seperti
pemberian ASI (Air Susu Ibu), pemberian makan secara aktif, cuci
tangan, serta penyediaan makan dan minum yang memadai ketika
anak sakit. Berdasarkan penemuan-penemuan ini, sebuah program
pendidikan dan rehabilitasi gizi dapat dikembangkan. Ibu atau
pengasuh dari anak yang mengalami kekurangan gizi diundang untuk
menghadiri kegiatan selama dua minggu, mereka dapat berlatih caracara baru pemberian makan dan perawatan anak mereka.
Program yang menyediakan makanan lokal seperti nasi, tahu,
ikan, dan lemak, dengan tujuan untuk merehabilitasi anak. Namun,
untuk mencapai tujuan yang lebih sulit seperti memungkinkan
keluarga-keluarga untuk dapat mempertahankan status anak yang
meningkat setelah mengikuti rehabilatasi, Save the Children meminta
seluruh pengasuh untuk membawa beberapa udang, kepiting dan
sayuran (makanan ”Khas Positif”) sebagai syarat untuk dapat
mengikuti sesi gizi. Dengan meminta para ibu untuk mengumpulkan
udang, kepiting, sayur dan memberikannya kepada anak masingmasing sebagai makanan selama 14 hari diadakannya program,
diharapkan agar mereka dapat melanjutkan praktek tersebut setelah
anak-anak mereka mengikuti rehabilitasi.
Akhirnya, diperoleh hasil yang sukses sebagai hasil program
PKP/Pos Gizi. Suatu studi kohort terhadap 700 orang anak yang
seluruhnya mengalami kekurangan gizi tingkat dua dan tiga ikut
berpartisipasi dalam program Pos Gizi. Pemantauan selama dua
tahun setelah diadakan program menunjukkan bahwa dari anak-anak
yang mengikuti rehabilitasi, hanya 3% yang tetap mengalami
kekurangan gizi tingkat dua dan tiga. 95% dari seluruh peserta
program Pos Gizi terehabilitasi menjadi normal dan 38% menjadi
kekurangan gizi tingkat satu. Level kemajuan tersebut didapat
setelah melakukan observasi selama 14-23 bulan setelah
berpartisipasi dalam program Pos Gizi.
Save the Children/data dari Vitenam memperlihatkan pengaruh
yang dramatis dalam mencegah kekurangan gizi lebih lanjut, 3%
anak di bawah umur 3 tahun tergolong kekurangan gizi berat, 12%
tergolong kekurangan gizi sedang, dan 26% tergolong kekurangan
gizi ringan. Pada tahun 1995, dua tahun setelah diadakan program,
kekurangan gizi tingkat tiga berhasil diberantas secara menyeluruh.
Hanya 5% anak yang mengalami kekurangan gizi sedang dan 2%
lainnya mengalami kekurangan gizi ringan. Program ini mengurangi
kekurangan gizi tingkat dua dan tiga hingga 80%. Pengasuh mampu
mempertahankan status gizi yang lebih baik selama dua tahun
setelah keikutsertaan mereka dalam program. Saudara kandung
yang lebih muda dari anak-anak tersebut, dan anak-anak lain yang
lahir dalam masyarakat setelah program Pos Gizi berakhir,
menikmati status gizi yang lebih baik sama seperti peserta program
Pos Gizi (4).
10 / Tinjauan Umum PKP/Pos Gizi
Pendekatan PKP/Pos Gizi bukan hanya mengenai udang kecil, kepiting dan
sayur-sayuran. Bukan juga suatu “model” dalam artian suatu model yang
menunjuk pada sesuatu yang sudah pasti. Tetapi, pendekatan ini merupakan
suatu pendekatan yang fleksibel, yang tergantung pada keadaan setempat,
kebiasaan yang dapat diterima secara budaya dari suatu masyarakat tersebut.
Mengapa kekurangan gizi adalah suatu masalah?
K
ekurangan gizi menyebabkan lebih dari setengah jumlah kematian anak di
seluruh dunia. Bekerja secara perlahan, terus-menerus, dan seringkali
tidak terdiagnosa. Kekurangan gizi adalah situasi darurat yang membahayakan
anak, wanita serta keluarga, dan pada akhirnya kelangsungan hidup seluruh
masyarakat. Krisis ini sungguh nyata dan sifatnya yang terus- menerus
memiliki implikasi besar terhadap masa depan desa keseluruhan. Kekurangan
gizi mengarah pada kematian dan kelumpuhan anak dalam skala luas namun
ia juga memiliki implikasi yang lebih besar. Dengan cara mengganggu
perkembangan mental dan fisik, kekurangan gizi merampas potensi penuh
seorang anak sebagai manusia. Bagi banyak anak, keadaan lapar kronis sudah
menjadi jalan hidup. Bahkan, menurut Organisasi Kesehatan Dunia, anak“Kita bersalah atas berbagai
anak yang memiliki berat badan kurang akan meningkatkan resiko kematian.
Beberapa anak yang mengalami kekurangan gizi akan memiliki rambut yang
tipis dan kemerah-merahan atau tampak lesu, apatis, serta tidak tertarik pada
permainan, makanan, atau interaksi. Beberapa anak mungkin tampak menarik
diri atau ragu-ragu. Namun, ada juga yang tampak normal tetapi ternyata
memiliki usia yang lebih tua dibanding penampilannya. Lalu ada juga anak
yang mengalami marasmik dan kwashiorkor klasik yang menampilkan gizi
buruk dengan seluruh dampaknya, serta memerlukan perawatan medis
secepatnya. Karena serangan yang bertahap dan prevalensi yang tinggi maka
para pengasuh, keluarga, masyarakat, dan pemerintah seringkali
mengesampingkan masalah kekurangan gizi. Namun, seluruh anak yang
mengalami kekurangan gizi harus mengangkat bendera merah sebagai tanda
dibutuhkannya dukungan keluarga dan masyarakat. Tindakan tersebut
mengarah pada suatu masalah yang disebabkan oleh kurangnya makanan,
distribusi makanan yang tidak tepat, pemberian pola asuh dan ASI yang tidak
baik, kurangnya stimulus pada masa awal kanak-kanak, cara asuh yang tidak
mencukupi, air dan sanitasi yang tercemar, serta penyakit.
Gambar 0.1 memperlihatkan interaksi antara penyebab utama dan segera dari
kekurangan gizi. PKP/Pos Gizi menitik beratkan pada masalah perilaku
sebagai penyebab utama kekurangan gizi pada tingkat rumah tangga, seperti
kebiasaan perawatan ibu dan anak yang tidak memadai, dalam rangka
mengatasi dua penyebab langsung kekurangan gizi: asupan makanan yang
tidak memadai dan penyakit.
Konsekuensi dari kekurangan gizi ringan tidak bisa dianggap remeh.
Lemahnya daya tahan tubuh seorang anak yang mengalami kekurangan gizi
meruntuhkan seluruh usaha kesehatan masyarakat. Hal tersebut mengurangi
manfaat dari sejumlah besar sumberdaya yang digunakan untuk memastikan
bahwa tiap keluarga memiliki akses untuk mendapatkan imunisasi, oral
rehydraton therapy (ORT), sanitasi, perawatan Infeksi Saluran Peranapasan
Akut, malaria, serta pendidikan HIV/AIDS. Telah diketahui bahwa 83%
kematian anak yang berhubungan dengan kekurangan gizi disebabkan oleh
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 11
kekeliruan dan kekurangan,
tetapi kesalahan kita yang
terbesar adalah
menelantarkan anak-anak,
tidak mempedulikan sumber
kehidupan. Kebutuhan kita
dapat ditunda. Kebutuhan
anak tidak dapat ditunda.
Saat ini merupakan waktu
terbentuknya tulang-tulang
mereka, darah mereka sedang
dibuat, perasaan mereka
sedang berkembang. Bagi
mereka kita tidak dapat
menjawab “Besok”. Nama
mereka adalah “Hari ini”.
‘Nama Anak itu adalah Hari
Ini’ oleh Gabriele Mistral
Pemenang hadiah Nobel di
bidang puisi dari Chili.
“Kebiasaan pemberian
makan yang tidak tepat dan
berbagai konsekuensinya
merupakan halangan terbesar
bagi perkembangan sosial
ekonomi dan pengurangan
kemiskinan yang
berkelanjutan. Pemerintah
tidak akan sukses
meningkatkan perkembangan
ekonomi dalam jangka waktu
panjang secara signifikan
hingga dipastikan adanya
pertumbuhan dan
perkembangan anak secara
optimal, terutama melalui
cara-cara pemberian makan.”
Strategi Global WHO hasil
Laporan Pemberian Makan
Bayi dan Anak Kecil pada
Pertemuan ke 55 Sekretariat
Kesehatan Dunia, April 2002 (5)
komplikasi bentuk-bentuk kekurangan gizi anak ringan hingga sedang, bukan
karena tingkat berat (7). Jika kekurangan gizi berkurang, seluruh usaha
kesehatan masyarakat akan menjadi lebih sukses.
GAMBAR 0.1 PENYEBAB-PENYEBAB KEKURANGAN GIZI
PENYEBAB- PENYEBAB
KEKURANGAN GIZI
Asupan Makanan
Tidak Memadai
Penyakit
Ketahanan Pangan
Perawatan Ibu Lingkungan tidak sehat
Rumah Tangga
dan Anak yang & Pelayanan Kesehatan
yang tidak memadai tidak memadai tidak memadai
Pendidikan Yang Tidak Memadai
Sumber Daya & Kontrol
Manusia, Ekonomi & Organisasi
Struktur Politik dan Ideologi
Struktur ekonomi
Sumber Daya Potensial
Sumber: UNICEF 1990 (6)
Kekurangan gizi telah lama dikenal sebagai konsekuensi dari kemiskinan.
Namun semakin jelas pula bahwa kekurangan gizi juga merupakan penyebab
kemiskinan. Ketika mengalami kekurangan gizi, anak-anak melemah secara
signifikan, dengan demikian membuat proses belajar menjadi lebih sulit atau
tidak mungkin dilaksanakan serta menghambat perkembangan mereka dan
potensi penerimaan di masa depan. Kekurangan gizi tertentu juga
menyebabkan kapasitas mental yang lebih rendah atau daya tahan tubuh
terhadap penyakit yang lebih rendah hingga selanjutnya akan menimbulkan
penurunan produktivitas.
12 / Tinjauan Umum PKP/Pos Gizi
KONTRIBUSI KEKURANGAN GIZI TERHADAP
GAMBAR 0.2 KEMATIAN ANAK DI BAWAH USIA 5 TAHUN,
NEGARA-NEGARA SEDANG BERKEMBANG, 2000
Keterangan Gambar:
Kekurangan gizi 60% ; Perinatal dan anak baru lahir 22%;
Pneumonia 20%; Malaria 8%; Cacar air 5%; Diare 12%;
HIV/AIDS 4%; Penyebab lain 29%
Ketika kemiskinan
merupakan faktor utama
yang mempengaruhi status
gizi, beberapa keluarga
miskin telah menunjukkan
bahwa masalah ini dapat
diatasi. Pendekatan PKP/
Pos Gizi yang
mengikutsertakan
masyarakat untuk
mengidentifikasi perilaku
yang berkontribusi pada gizi
yang baik dan perkembangan
kesehatan anak serta
memobilisasi masyarakat
untuk mempertahankan
status gizi anak-anak yang
telah terehabilitasi dari
kekurangan gizi.
Sumber: EPI/WHO 2001 data (8)
Langkah-Langkah Penting dalam Pendekatan PKP/ Pos Gizi
L
angkah-langkah pelaksanaan program PKP/Pos Gizi yang efektif akan
dideskripsikan secara rinci pada pembahasan berikut. Secara singkat,
langkah-langkah utama dan hasilnya adalah sbb :
Menentukan apakah pendekatan PKP/Pos Gizi
dilakukan pada masyarakat yang ditargetkan: Bab 1
layak
LANGKAH 1
Hasil Penilaian komponen-komponen utama untuk keefektifan
dalam masyarakat dan organisasi pelaksana dan suatu keputusan
diinformasikan apakah pendekatan PKP/Pos Gizi dapat dimulai.
Mulai memobilisasikan masyarakat dan memilih serta
melatih nara sumber masyarakat: Bab 2
Hasil Dukungan masyarakat diperoleh melalui identifikasi dan
keikutsertaan para pengambil keputusan serta individu-individu
yang berpengaruh, pembentukan dan/atau penguatan Komite
Kesehatan Desa, serta identifikasi dan pelatihan nara sumber
PKP/Pos Gizi termasuk penyelia, pelatih, manager proyek, dan
Kader Kesehatan Masyarakat.
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 13
LANGKAH 2
LANGKAH 3 Persiapan Penyelidikan PKP: Bab 3
Hasil Kesadaran akan kegiatan normatif yang sedang
berlangsung, yang mempengaruhi status gizi dan perkembangan
anak, peringkat kesejahteraan keluarga, penilaian data dasar
status gizi bagi semua anak di kelompok yang ditargetkan untuk
mengidentifikasi individu yang kekurangan gizi dan Pelaku PKP
dalam masyarakat.
LANGKAH 4 Melaksanakan penyelidikan PKP: Bab 4
Hasil Mengidentifikasikan kebiasaan pemberian makan,
perawatan, kebersihan dan mencari pelayanan kesehatan untuk
diajarkan pada sesi Pos Gizi berdasarkan kunjungan ke rumah
keluarga-keluarga PKP.
LANGKAH 5 Merancang Kegiatan Pos gizi: Bab 5
Hasil Jadwal kegiatan 12 hari dimasing-masing rumah dengan
menu yang sehat dan pesan-pesan pendidikan kesehatan yang
efektif.
Pelaksanaan kegiatan Pos gizi bagi anak-anak yang mengalami
LANGKAH 6 kekurangan gizi serta pengasuh mereka: Bab 6
Hasil Pemulihan anak yang mengalami kekurangan gizi dan
peningkatan pengetahuan dan perbaikan praktek perilaku baru di
antara para pengasuh.
LANGKAH 7
Mendukung perilaku baru melalui kunjungan rumah lebih
lanjut: Bab 6
Hasil Peserta mempraktekkan perilaku baru dirumah masing-
masing.
LANGKAH 8 Ulangi kegiatan Pos Gizi sesuai kebutuhan: Bab 6
Hasil Sebagian besar anak terehabilitasi dan bertumbuh
dengan baik.
LANGKAH 9
Memperluas program PKP/Pos Gizi pada masyarakat lain:
Bab 7
Hasil Masyarakat lain ikut merehabilitasi anak-anak yang
mengalami kekurangan gizi.
14 / Tinjauan Umum PKP/Pos Gizi
Kesinambungan program harus dibangun dan direncanakan sejak awal dan
bukan pada saat akhir setelah selesai program Pos Gizi. Bab 7 mencakup
diskusi mengenai masalah tersebut serta bagaimana hal tersebut dapat
dipertimbangkan pada tahap-tahap awal penyusunan program PKP/Pos Gizi.
Setiap bab dimulai dengan penggambaran kesembilan langkah dan penekanan
pada setiap langkah yang sedang dibuat agar dapat dilihat kemajuan yang
sudah tercapai selama proses tersebut.
Pemantauan dan Evaluasi
sangat penting untuk setiap
langkah PKP/Pos Gizi. Akan
dibahas secara rinci di Bab 8.
DEFINISI
Istilah-istilah untuk
Pengasuh Orang yang paling banyak terlibat langsung pada perawatan anak. PKP/Pos Gizi
Pengasuh bisa diperankan oleh ibu, nenek, ayah, atau saudara kandung yang
lebih tua. Meskipun istilah ini terkadang mengarah pada ibu, dan bukan
kepada pengasuh, namun penting untuk diketahui bahwa pengasuh dapat
diperankan oleh siapa saja dalam kehidupan seorang anak, dan orang yang
harus diundang untuk menghadiri kegiatan Pos Gizi adalah pengasuh utama.
Pelaku Perilaku Khusus Positif (Pelaku PKP) Seseorang atau perilaku yang
menyimpang dari cara-cara berperilaku tradisional. Suatu perubahan
kebiasaan yang menyimpang dari kebiasaan yang seharusnya dan melakukan
kebiasaan baru. Biasanya istilah “pelaku perilaku menyimpang” dipersepsikan
secara negatif, namun, “pelaku perilaku menyimpang” bisa berarti negatif atau
positif karena merupakan suatu bentuk penyimpangan dari norma.
Pos Gizi Perapian/dapur rumah yang biasanya menciptakan perasaan
kehangatan, kenyamanan, rumah dan keluarga. Istilah yang digunakan untuk
men gga mbarkan latar
belakang suasana kegiatan
pendidikan dan rehabilitasi
gizi.
Kegiatan Pos Gizi (atau
Pos Gizi) Serangkaian
kegiatan selama 12 hari
yang diadakan untuk
merehabilitasi anak yang
mengalami kekurangan gizi
serta
mengajarkan
kebiasaan-kebiasaan serta
perilaku-perilaku khusus positif. Berlokasi di sebuah rumah, para pengasuh
dan kader menyiapkan makanan atau cemilan tambahan yang mengandung
ekstra energi dan kaya/padat kalori untuk memberi makan anak-anak yang
mengalami kekurangan gizi. Pengasuh menyiapkan makanan-makanan khas
positif dan melatih perilaku-perilaku perawatan anak lainnya yang bersifat
positif.
Positif Sesuatu yang berlangsung atau sesuatu yang dikerjakan orang dengan
benar. Perilaku positif tidak menggunakan sumber-sumber “spesial” yang
tidak tersedia melainkan memanfaatkan sumber-sumber lokal yang sudah
tersedia untuk seluruh komunitas. Menemukan perilaku positif berarti
memusatkan perhatian untuk mengidentifikasi kesuksesan dan bukan
kegagalan.
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 15
“Pos Gizi” adalah “tungku”
/dapur rumah yang
menciptakan perasaan
kehangatan, kenyamanan,
rumah dan keluarga.”
DEFINISI
Pendekatan PKP dalam Pembangunan Pendekatan pengembangan yang
membantu masyarakat dan anggota-anggotanya untuk menemukan solusi yang
sudah ada dan dapat dipertahankan untuk mengatasi masalah masyarakat
dengan cara memahami perilaku-perilaku dari individu-individu PKP di dalam
masyarakat itu sendiri.
Perilaku atau Kebiasaan Pelaku PKP Perilaku yang tidak biasa dan
terlaksana dengan sukses.
Keluarga PKP. Anggota-anggota keluarga yang melakukan kebiasaankebiasaan yang tidak biasa dan menguntungkan sehingga menghasilkan anak
yang sehat dan memiliki gizi baik.
Makanan Khas Positif Makanan tertentu yang bergizi, digunakan oleh
pelaku PKP dalam masyarakat. Makanan ini terjangkau dan tersedia untuk
seluruh masyarakat.
Penyelidikan PKP Suatu instrumen survey
yang digunakan untuk
menemukan kebiasaan yang sukses dan diinginkan dari seorang pelaku PKP.
Proses yang ditemukan sendiri oleh masyarakat dengan cara menyaksikan
kebiasaan-kebiasaan tetangga mereka yang memiliki anak sehat dan bergizi
baik. Observasi terhadap anak-anak yang bertumbuh dengan baik di bawah
kondisi-kondisi yang lazim dan biasa. Termasuk pemantauan terhadap
keluarga sang anak serta mekanisme penanggulangan masalah yang positif
dan dapat ditiru didalam masyarakat tersebut.
Tim Penyelidikan PKP Kelompok orang yang mengadakan Penyelidikan
PKP. Kelompok ini bisa melibatkan anggota-anggota masyarakat, pekerja
proyek, pegawai kesehatan, dan individu-individu di luar bidang kesehatan.
Pelaku PKP Seseorang yang memiliki kebiasaan atau perilaku spesial
sehingga ia mampu mengatasi suatu masalah dengan lebih baik dibanding
tetangganya dengan menggunakan sumber-sumber dan memiliki faktor-faktor
resiko yang sama. Dalam konteks kekurangan gizi, seorang anak dari pelaku
PKP adalah anak yang bergizi baik dan merupakan bagian dari sebuah
keluarga miskin (menurut standar pedesaan).
Catatan: Istilah-istilah ini harus diterjemahkan ke dalam istilah yang lazim
digunakan pada bahasa lokal sebelum dimulainya masa pelatihan masyarakat
dan kader Pos Gizi. Contoh, di beberapa negara, pelaku PKP disebut sebagai
“teladan” atau “maman lumiere.”
16 / Tinjauan Umum PKP/Pos Gizi
DEFINISI
Anemia Berkurangnya sel darah merah, disebabkan oleh kurangnya zat besi.
Pada anak-anak, anemia disebabkan karena kehilangan darah, parasit-parasit
(seperti cacing tambang), serta kekurangan makanan yang mengandung
vitamin dan mineral seperti vitamin A, vitamin C, vitamin B-12, dan asam
folic
Kwashiorkor Buruk, kekurangan gizi akut yang ditandai dengan rambut
tipis, jarang dan mudah rontok, bengkak pada kedua kaki (edema), kulit kering
bersisik terutama pada bagian lengan dan kaki, bengkak pada wajah dan perut.
Kekurangan gizi Gagal mencapai kandungan gizi yang dibutuhkan, sehingga
dapat mengurangi kesehatan fisik dan mental. Kekurangan gizi secara umum
yang ditandai dengan keterlambatan pertumbuhan, berat badan di bawah
normal, pertumbuhan yang terhambat, kekurangan mikronutrien, seperti
vitamin A, zinc, yodium, dan asam folic. Kekurangan gizi didefinisikan oleh
WHO dengan menggunakan standar Berat per umur anak dibawah usia lima
tahun.
Marasmus Penyakit parah yang kasat mata dan bersifat merusak sehingga
sangat membutuhkan pengobatan medis. Anak terlihat kurus (kulit dan
tulang), hanya memiliki sedikit lemak dan otot; garis tulang rusuk terlihat
jelas.
Stunting (kerdil) Kekurangan gizi kronis yang mengganggu pertumbuhan
tinggi badan normal anak.
Berat badan di bawah normal Anak yang kekurangan gizi memiliki berat
badan yang jauh di bawah normal sehingga berat badan anak tidak sesuai
dengan usia. Pengukuran ini paling sering digunakan dalam program PKP/Pos
Gizi.
Wasting (kurus) Kekurangan gizi akut menyebabkan berat badan dibanding
tinggi badan anak sangat jauh di bawah normal. Memerlukan perawatan
medis.
Z-skor juga disebut skor standar deviasi. Pengukuran dilakukan untuk melihat
sejauh mana dan ke arah mana status gizi anak menyimpang dari skor rata-rata
populasi anak yang memiliki berat badan dan tinggi badan yang sama dan
sudah direkomendasikan secara internasional. Berat badan yang berada pada
satu standar deviasi di bawah normal (<-1 Z skor) disebut kekurangan gizi
ringan, dua standar deviasi (<-2 Z skor) disebut kekurangan gizi menengah,
dan tiga standar deviasi (<-3 Z skor) kekurangan gizi buruk.
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 17
Istilah-istilah Gizi Umum (9 )
18 / Tinjauan Umum PKP/Pos Gizi
Ada dimana anda?
BAB SATU
Langkah I : Tentukan Apakah
PKP/Pos Gizi Tepat Untuk Anda
Gizi tepat dilakukan pada masyarakat
yang ditargetkan dengan
mempertimbangkan:
A. Kondisi-kondisi Umum
B. Komitmen Masyarakat
C. Komitmen Lembaga Pelaksana
K
A. Kondisi-Kondisi Umum
LANGKAH 3
Persiapan
Penyelidikan PKP
LANGKAH 4
Adakan
Penyelidikan PKP
LANGKAH 5
Merancang
kegiatan Pos Gizi
Prevalensi Kekurangan gizi dalam Masyarakat
Harus terdapat sejumlah besar anak yang mengalami kekurangan gizi untuk
dapat membenarkan diadakannya usaha PKP/Pos Gizi. PKP/Pos Gizi akan
lebih efektif jika diterapkan pada masyarakat yang 30% anaknya mengalami
kekurangan gizi (termasuk malnutrisi ringan, menengah, buruk). Karena
pendekatan ini memerlukan partisipasi masyarakat dalam jumlah besar, maka
pendekatan ini mungkin bukan cara terbaik jika digunakan pada tingkat
kekurangan gizi yang kurang dari 30 %. Metode yang digunakan untuk
menentukan kekurangan gizi adalah berdasarkan standar pengukuran berat per
umur dan biasanya terdapat dalam Kartu Menuju Sehat (KMS) dari
Departeman Kesehatan.
Jika tingkat kekurangan gizi setelah diadakan pengukuran terlihat rendah,
pertimbangkan adanya kemungkinan bahwa tidak semua anak sudah
mendaftarkan diri. Pendaftaran dengan cara mendatangi setiap rumah dan
menimbang berat badan merupakan hal penting untuk memastikan keakuratan
penilaian tingkat kekurangan gizi. Daftar-daftar yang dimiliki oleh pusat
kesehatan lokal perlu diperbaharui untuk memasukkan data para imigran dan
anak-anak yang lahir selama tahun-tahun terakhir. Anda juga perlu
mempertimbangkan anak-anak yang tidak mengalami kekurangan gizi, namun
KMS mereka memperlihatkan penurunan pertumbuhan (berat badan
berkurang) selama lebih dari dua bulan. Intervensi kepada anak-anak tersebut
dapat mencegah terjadinya kekurangan gizi lebih lanjut. (1)
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 19
LANGKAH 6
Pelaksanaan
Kegiatan Pos Gizi
LANGKAH 7
Mendukung
Perilaku-Perilaku
Baru
LANGKAH 8
Ulangi kegiatan
Pos Gizi Gizi
sesuai Kebutuhan
LANGKAH 9
Perluasan Program
PKP/Pos Gizi
EVALUASI
Ada beberapa karakteristik umum yang berhubungan dengan kesuksesan
program PKP/Pos Gizi:
&
Keputusan untuk melaksanakan program PKP/Pos Gizi memerlukan
ketelitian dalam mempertimbangkan beberapa variabel termasuk
kondisi-kondisi umum, komitmen masyarakat, dan komitmen lembaga
pelaksana. Keputusan tersebut bukanlah intervensi yang bisa dianggap enteng,
bukan hanya sebagai faktor tambahan pada program yang sudah ada. Kriteriakriteria berikut ini harus dipertimbangkan dengan hati-hati ketika akan
memutuskan apakah pendekatan PKP/Pos Gizi sesuai dengan situasi
masyarakat anda.
LANGKAH 2
Mobilisasikan
masyarakat;Seleksi
dan Pelatihan
PANTAU
LANGKAH 1 Tentukan apakah pendekatan PKP/Pos
LANGKAH 1
Tentukan apakah
ini program yang
tepat untuk anda
gunakan
Makanan lokal, terjangkau
harus tersedia agar
masyarakat dapat
mempertahanan perilakuperilaku memberi makan.
Ketersediaan Makanan-Makanan Lokal yang Terjangkau
Makanan lokal dan terjangkau harus tersedia agar masyarakat dapat
mempertahanan perilaku-perilaku memberi makan. PKP/Pos Gizi tidak
direkomendasikan kepada daerah yang memiliki ketidakpastian mengenai
ketersediaan makanan pada rumahtangga dalam jangka waktu yang lama
(lebih dari tiga bulan) atau ketika program relief -bantuan pangan menjadi
sumber makanan utama. Untuk mengetahui ketersediaan makanan yang
terjangkau:
♥ Laksanakan survei pasar secara informal
♥ Kunjungi pasar-pasar dan toko-toko lokal untuk memeriksa ketersediaan
dan harga-harga makanan.
♥ Selidiki makanan-makanan musiman
♥ Menilai ketersediaan perbekalan makanan keluarga, termasuk makanan
yang ditanam di lahan-lahan atau kebun-kebun serta ternak atau unggas
Kedekatan Geografis Setiap Rumah
PKP/Pos Gizi bekerja lebih baik pada rumah-rumah yang saling berdekatan
karena pengasuh dapat menghadiri kegiatan setiap harinya tanpa harus
menghabiskan waktu di jalan. Faktor kedekatan juga mempermudah para
kader untuk lebih sering mengunjungi rumah-rumah keluarga peserta
program.
Meskipun sebagian besar
proyek PKP/Pos Gizi
dilaksanakan pada
lingkungan pedesaan,
proyek-proyek perkotaan
juga semakin banyak
dilaksanakan di negaranegara lain.
Lingkungan Perkotaan vs. Pedesaan
Pengalaman memperlihatkan bahwa PKP/Pos Gizi dapat dilaksanakan dengan
sukses pada kedua lingkungan, baik perkotaan maupun pedesaan. Pada
masyarakat perkotaan, makanan dibeli. Pada sebagian besar daerah pedesaan,
buah-buahan dan sayur-sayuran ditanam dan penduduk dapat memancing ikan
atau beternak unggas/hewan. Penyelidikan PKP akan menemukan cara-cara
atau mekanisme mengatasi situasi yang berhasil dilakukan oleh beberapa
keluarga. Selain itu, lingkungan perkotaan memiliki populasi lebih padat,
sehingga jarak antar tiap rumah saling berdekatan untuk kunjungan Pos Gizi.
Meskipun sebagian besar proyek PKP/Pos Gizi dilaksanakan pada lingkungan
pedesaan, proyek-proyek perkotaan juga dilaksanakan seperti di Haiti, Etiopia,
Guinea, Madagaskar, Indonesia, dan India.
Keberadaan Bantuan Pangan (Title II, Makanan untuk Padat
Karya, Program Pangan Dunia- WFP), dsb.)
PKP/Pos Gizi dimaksudkan untuk menangkap pengetahuan dan sumbersumber daya lokal dalam rangka mengatasi masalah kekurangan gizi.
Penyediaan Pangan dari luar dalam bentuk sumbangan atau pangan untuk
program padat karya akan membuat rancu tujuan menggunakan makanan asli
dan yang tersedia lokal. Namun, negara-negara yang menerima bantuan
pangan perlu menemukan cara-cara kreatif dalam menggunakan sumbersumber makanan tersebut agar tidak mengurangi dampak program maupun
membahayakan prinsip-prinsip utama dari program Pos Gizi.
Suatu penyelidikan PKP dapat memperlihatkan bahwa beberapa keluarga
menggunakan kontribusi bahan makanan dengan lebih baik dibandingkan
keluarga lain. Mungkin mereka dapat mengolah makanan tersebut dengan
lebih lezat atau menjualnya untuk membeli makanan lain. Ketika bantuan
pangan berakhir, barulah penyelidikan PKP diadakan untuk menemukan
solusi bagi kekurangan gizi tanpa ada ketergantungan pada bantuan pangan.
Salah satu cara mengintegrasikan bantuan pangan ke dalam Pos Gizi adalah
20 / Bab Satu: Tentukan Apakah PKP/Pos Gizi Tepat Untuk Anda
melalui kontribusi makanan pokok dan minyak dalam periode yang singkat,
agar dapat membantu pencapaian tujuan program rehabilitasi. Para pengasuh
tetap diharuskan untuk membawa “makanan khas positif” pada saat kegiatan
Pos Gizi dan praktek perilaku pemberian makan secara aktif, kebersihan, dan
perawatan lainnya. Cara lainnya adalah dengan menggunakan bantuan pangan
sebagai pendorong bagi para pelatih/penyelia yang mengadakan kegiatan Pos
Gizi. Bagaimanapun juga, harus dipahami bahwa bantuan pangan memiliki
waktu yang terbatas dan tidak bisa dipertahankan, maka harus dibuat rencana
untuk menghentikan ketergantungan masyarakat kepada bantuan pangan ke
dalam penyusunan program Pos Gizi.
Para Pengungsi Dalam dan Luar Negeri
PKP/Pos Gizi bukanlah pendekatan terbaik untuk proyek-proyek yang
melibatkan populasi pengungsi dalam dan luar negeri. Namun, pendekatan
PKP dapat menjadi alat yang efektif dalam mengidentifikasi strategi-strategi
dan keahlian-keahlian unik yang digunakan beberapa individu dan keluarga
untuk mengatasi situasi tersebut.
Populasi Tanpa Lahan atau Masyarakat Penghuni Liar
Tipe masyarakat ini tidak stabil, tetapi, bagaimanapun juga, pelaku PKP tetap
ada. Diperlukan strategi gabungan dengan komponen yang menghasilkan
pendapatan untuk mendukung ketahanan pangan dalam rumahtangga.
Keberadaan Program Pengembangan dan Pendamping
Kesehatan Masyarakat
Ada beberapa program kesehatan masyarakat yang bekerja secara sinergis
dengan PKP/Pos Gizi untuk memperbaiki status kesehatan dan gizi anak.
Penting untuk melakukan penilaian terhadap status program-program tersebut
saat ini dan membuat berbagai keputusan sesuai dengan tujuan-tujuan
program dan sumber-sumber yang tersedia. Meskipun PKP/Pos Gizi dapat
dilaksanakan dalam masyarakat yang tidak memiliki pelayanan kesehatan,
sebuah proyek di Myanmar menemukan bahwa perbaikan gizi anak dihambat
oleh angka TBC yang tinggi dan KLB (Kejadian Luar Biasa) penyakit
campak. Program-program harus sebisa mungkin mempertimbangkan
pelaksanaan aktivitas-aktivitas pendamping dalam bidang kesehatan atau
bekerjasama dengan organisasi-organisasi lain yang dapat menyediakan:
♥ Program imunisasi
♥ Suplemen mikro-nutrien
♥ Pemberantasan penyakit cacingan
♥ Sistem rujukan kepada fasilitas-fasilitas kesehatan lokal untuk anak-anak
yang sakit
Upaya-upaya perbaikan gizi dapat diintegrasikan ke dalam berbagai program
yang sudah ada seperti pertanian, ketahanan pangan, perkembangan ekonomi,
serta air dan sanitasi. Jika ada Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS),
PKP/Pos Gizi dapat menambahkan pesan-pesan pendidikan kesehatan dan
manfaat dari penilaian masyarakat tentang MTBS,klasifikasi, pengobatan dan
mekanisme rujukan. Sebagai tambahan, kekurangan gizi merupakan sebab dan
akibat dari berbagai masalah kesehatan dan tidak bisa diperbaiki hanya oleh
satu pihak saja. Program-program PKP/Pos Gizi sangat sesuai untuk programprogram kelangsungan hidup anak dan, jika dilaksanakan dengan sesuai, dapat
menghasilkan pengaruh
dramatis pada indikator-indikator kesehatan
masyarakat lainnya seperti timbulnya penyakit diare dan angka kematian yang
disebabkan oleh pneumonia dan malaria.
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 21
Upaya perbaikan gizi dapat
diintegrasikan ke dalam
berbagai program yang
sudah ada seperti pertanian,
ketahanan pangan,
perkembangan ekonomi,
serta air dan sanitasi.
Kekurangan gizi merupakan
sebab dan akibat dari
berbagai masalah kesehatan
dan tidak bisa diperbaiki
hanya oleh satu pihak saja.
Sistem Identifikasi dan Pelacakan Anak-Anak yang Mengalami
Kekurangan Gizi
Program-program berikut ini memberi keuntungan bagi masyarakat yang
memiliki komitmen untuk melaksanakan PKP/Pos Gizi dan mempertahankan
status kekurangan gizi anak yang lebih rendah. Meskipun program-program
tersebut mencirikan situasi optimal bagi pelaksanaan PKP/Pos Gizi, ketiadaan
ciri-ciri tersebut pada masyarakat tidak boleh secara otomatis menghilangkan
peran serta masyarakat. Penting untuk menilai adanya program-program
pemantauan tersebut dan pada tingkat apa. Kemudian, harus ada seseorang
yang membuat keputusan berdasarkan kriteria, tujuan program, dan sumbersumber daya lain yang tersedia, apakah melanjutkan pelaksanaan tanpa adanya
program tersebut, memperkuat salah satu atau seluruhnya, atau bekerjasama
dengan organisasi-organisasi lainnya yang dapat memberikan sumber-sumber
daya atau keahlian-keahlian yang dibutuhkan.
♥
Kesediaan untuk Memulai atau Melanjutkan Program-Program
Posyandu
Posyandu merupakan cara untuk memantau status gizi anak dari waktu ke
waktu. Pemantauan pertumbuhan dapat mengidentifikasi anak yang kurang
gizi dan membutuhkan kegiatan Pos Gizi serta anak-anak yang tidak dapat
mempertahankan pertumbuhan yang memadai setelah berakhirnya
keikutsertaan mereka dalam Pos Gizi.
♥ Pendaftaran Semua Anak dari Kelompok yang Ditargetkan
Registrasi berdasarkan populasi perlu dilakukan untuk menjangkau semua
anak dari kelompok usia prioritas (0-3 tahun), dan memperoleh informasi
status gizi dari seluruh masyarakat. Kegiatan ini memberikan batasan yang
jelas dari masyarakat sasaran mengenai anak yang mengalami kekurangan
gizi beserta pengasuhnya.
♥
Laporan Peristiwa-Peristiwa Penting untuk Melacak Kelahiran Baru,
Kematian dan Migrasi
Informasi perlu dikumpulkan untuk melacak setiap anak, serta mendaftarkan
anggota-anggota baru ke dalam masyarakat, melalui kelahiran atau migrasi.
Jika hal ini belum dilakukan, para pemimpin desa harus bersedia membangun
atau mengorganisasikan sistem pengumpulan data utama ini.
Komitmen masyarakat
merupakan faktor penting
dalam kesuksesan PKP/Pos
Gizi: jika para pemimpin
masyarakat tidak ikut
terlibat dalam proses
PKP/Pos Gizi maka usaha
tersebut tidak boleh
dijalankan.
B. Komitmen Masyarakat
Komitmen masyarakat merupakan faktor penting dalam kesuksesan PKP/Pos
Gizi. Kontribusi masyarakat sangat diharapkan, dan diperlukan untuk
mencapai kesuksesan, serta merefleksikan seberapa besar dukungan mereka.
Kontribusi dari tiap pengasuh yang menghadiri Pos Gizi, kontribusi dari para
kader Pos Gizi yang menjadi tuan rumah serta melaksanakan PKP/Pos Gizi,
para pemimpin masyarakat dan tim kesehatan yang menyediakan dukungan
moral serta material merupakan aset-aset yang tidak ternilai. Meskipun
jumlahnya sulit untuk diukur dan dihitung, kontribusi-kontribusi inilah yang
sungguh-sungguh mendanai dan menentukan kesuksesan atau kegagalan
program:
Kehadiran Kepemimpinan Masyarakat yang Berkomitmen
Ketika mengadakan pertemuan dengan pemimpin formal dan informal
masyarakat, petugas kesehatan, dan pemimpin-pemimpin agama,
melakukan penilaian apakah ada kepedulian terhadap kesehatan
masyarakat dan keinginan untuk mengurangi jumlah anak yang kekurangan
22 / Bab Satu: Tentukan Apakah PKP/Pos Gizi Tepat Untuk Anda
gizi. Jika pemimpin-pemimpin masyarakat tidak ikut terlibat dalam proses
PKP/Pos Gizi maka usaha tersebut tidak boleh dijalankan.
Kehadiran Tim Kesehatan Desa yang Berkomitmen
Lakukan penilaian terhadap kehadiran dan fungsi Tim Kesehatan Desa.
Jika tim ini tidak ada, maka harus dibentuk. Peran Tim Kesehatan Desa
adalah untuk:
♥ Mengatur dan mengkoordinasikan aktivitas-aktivitas kesehatan pada
tingkat lokal.
♥ Menetapkan kriteria untuk dan memilih serta memantau para kader
masyarakat.
♥ Berkolaborasi dengan organisasi yang melaksanakan program Pos Gizi
dan dengan pegawai kesehatan di kabupaten tersebut.
Para kader mengadakan
kegiatan Pos Gizi di rumahrumah mereka, menyiapkan
Ketersediaan Para Kader Potensial dalam Masyarakat
makanan, memantau para
Sumber daya manusia untuk Pos Gizi yang terutama adalah kader Pos Gizi.
Satu atau dua kader wanita diperlukan untuk setiap lokasi Pos Gizi. Para pengasuh,
kader menyelenggarakan kegiatan Pos Gizi di rumah-rumah mereka, mendemostrasikan
menyiapkan makanan, memantau para pengasuh, mendemostrasikan pemberian makan aktif dan
pemberian makan aktif dan menyampaikan pesan-pesan sederhana kepada menyampaikan pesan-pesan
ibu-ibu yang lain. Komitmen mereka kepada program tersebut hanya sederhana kepada ibu-ibu
selama minimal dua bulan dan selama waktu tersebut, mereka diharapkan
untuk menyediakan waktu dan usaha yang signifikan dalam rangka yang lain.
mencapai tujuan-tujuan proyek. Program PKP/Pos Gizi dapat memperoleh
kader dari kader posyandu jika tersedia. Informasi berikutnya mengenai
uraian tugas, penerimaan, dan pelatihan para kader Pos Gizi ada di bab dua.
C. Komitmen Badan Pelaksana
Direktur nasional dari lembaga pelaksana utama harus memiliki keyakinan
penuh akan proyek ini. Hal tersebut tidak direkomendasikan jika direksi dan
pegawai berkomitmen untuk memusatkan perhatian pada metodologi. Telah
terbukti bahwa program-program Pos Gizi yang sukses adalah program yang
memiliki komitmen penuh dari badan pelaksana pada tingkat nasional dan
internasional. Intensitas kebutuhan akan sumber daya manusia dapat
menyebabkan kegagalan program jika tidak didukung oleh komitmen dari
direksi utama. Investasi terbesar dalam PKP/Pos Gizi adalah kerja keras dan
komitmen dari para pegawai dan kader. Program PKP/Pos Gizi tidak
bertumpu pada investasi besar dalam infrastruktur atau masukan-masukan
terukur tetapi betumpu pada proses dan pengejewantahan sebuah konsep
menjadi tindakan. Oleh sebab itu, sumber daya manusia sangat penting dan
harus dipertimbangakan sebelum memulai upaya ini. Tabel 1.1 pada halaman
28 mengilustrasikan jumlah pegawai yang dibutuhkan untuk mendukung suatu
populasi dengan 60 anak yang mengalami kekurangan gizi.
Proyek Menejer Pos Gizi dan/atau Pelatih Utama
Dibutuhkan satu orang proyek menejer untuk mengatur keseluruhan
proyek termasuk pelatihan untuk para pegawai; mengatur keseluruhan
proses, merencanakan menu-menu makanan, melakukan koordinasi dengan
tokoh-tokoh masyarakat, Departemen Kesehatan, dan rekan-rekan kerja
lainnya, memantau dan mengevaluasi hasil, dsb. Setiap organisasi
menghasilkan keputusan yang berbeda-beda mengenai keputusan untuk
memperkerjakan proyek menejer lokal atau ekspatriat. Pada akhir bab ini
terdapat contoh anggaran belanja termasuk Proyek Menejer, ia
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 23
Tidak semua organisasi
merasa perlu untuk
menggunakan pengetahuan
eksternal -- banyak proyekproyek yang telah berhasil
dilaksanakan oleh menejer
program lokal dan hanya
menggunakan bantuan
eksternal bila diperlukan.
menyerahkan tanggungjawab kepada pelatih utama lokal setelah satu tahun
pertama. Konsultan-konsultan Pos Gizi Internasional bersedia untuk
menyusun program-program PKP/Pos Gizi, melatih pegawai, mencari
penyelesaian masalah jika program mengalami kesulitan-kesulitan dan
mengevaluasi program Pos Gizi. Salah satu pilihan yang tersedia adalah
menggunakan konsultan PKP/Pos Gizi untuk membantu memulai program,
menilai program setelah enam bulan hingga satu tahun kemudian untuk
memastikan apakah program berjalan secara optimal dan menyediakan
rekomendasi-rekomendasi untuk mengefisienkan
pendekatan dan
merencanakan perluasan program. Namun, harus dicatat bahwa tidak
semua organisasi memandang perlu penggunaan pengetahuan eksternal.
Sejumlah besar proyek telah sukses dijalankan oleh menejer-menejer
program lokal dan bantuan eksternal hanya dipakai jika dibutuhkan.
Para Penyelia/Pelatih
Para penyelia/pelatih dibutuhkan untuk setiap sepuluh hingga dua puluh
kader. Mereka digaji oleh proyek dan bertugas untuk melatih para kader
serta memantau proyek Pos Gizi.
Sumber-Sumber Makanan
Sesuai rencana, biaya makanan untuk proyek PKP/Pos Gizi berjumlah
minimal karena proyek ini dibuat dengan anggaran rendah, makanan lokal
yang sudah tersedia, terutama diberikan oleh masyarakat. Tanggungjawab
mengumpulkan bahan-bahan pokok untuk kegiatan Pos Gizi harus
diserahkan kepada masyarakat, badan pelaksana, dan para pengasuh. Pada
mulanya, mungkin badan pelaksana harus memberikan makanan lebih
banyak, terutama makanan untuk rehabilitasi. Jika masyarakat sudah
memahami nilai dari kegiatan Pos Gizi dan melihat anak yang sakit-sakitan
dan lesu berubah menjadi aktif dan sehat, maka nilai yang didapat dari
program ini akan meningkat dan masyarakat akan lebih bersedia
menanggung biaya-biayanya. Demonstrasi kekuatan sumber-sumber yang
berasal dari masyarakat dan sumber daya manusia hanya bisa diperlihatkan
jika masukan-masukan eksternal diminimalkan. Pada tahap ini, penting
untuk mempertimbangkan sumber-sumber yang tersedia dari para
pengasuh, masyarakat, dan organisasi.
CONTOH JUMLAH PEGAWAI YANG
TABEL 1.1 DIBUTUHKAN UNTUK 60 ANAK
Pegawai
Total
Kalkulasi
Komentar
Kader
Kesehatan
10 s/d
20
Dengan 5 s/d 10
anak/lokasi, 10 lokasi
Pos Gizi yang
dibutuhkan untuk 60
anak. Dengan 1 s/d 2
kader tiap lokasi Pos
Gizi, dibutuhkan 10 s/
d 20 kader
Para kader seringkali
memilih untuk
bekerja secara
berpasangan,
sehingga terdapat 2
kader tiap lokasi
Penyelia/
Pelatih
1 s/d 2
1 untuk setiap 10 s/d 20
kader
Karena jarak,
penyelia pedesaan
umumnya dapat
mendukung 10 kader
sedangkan penyelia
perkotaan dapat
mendukung 20 kader
Menejer Pos
Gizi/ Pelatih
Utama
1
1 untuk setiap proyek
24 / Bab Satu: Tentukan Apakah PKP/Pos Gizi Tepat Untuk Anda
Biaya-Biaya Lain Proyek
Biaya-biaya lain untuk proyek termasuk materi-materi, perjalanan,
perlengkapan, komunikasi, dan penginapan. Pada akhir bab ini terdapat
lampiran anggaran belanja yang berisi perincian biaya-biaya selama
periode tiga tahun. Investasi biaya terbesar terletak pada awal program,
tetapi umumnya tidak terulang lagi. Biaya yang dikeluarkan akan lebih
rendah untuk departemen kesehatan yang memiliki kantor dibandingkan
NGO yang harus mengeluarkan biaya untuk memperoleh lokasi kantor,
pegawai, komunikasi, dll.
Program PKP/Pos Gizi Melibatkan Berbagai Pihak
Seringkali, LSM internasional atau Departemen Kesehatan mengambil
alih kendali program. Peran mereka adalah untuk mengadakan
penyesuaian diri dan melatih petugas kesehatan atau LSM lokal untuk
melaksanakan PKP/Pos Gizi pada tingkat masyarakat. Untuk
menjamin kualitas pelaksanaan, lembaga pelaksana harus
memberikan lebih banyak perhatian terhadap pemantauan dan
mendukung kualitas mobilisasi, pelatihan, dan pemantauan yang
dikerjakan oleh lembaga pelaksana lokal dan memastikan agar
mereka tetap mengikuti prinsip-prinsip pokok pendekatan PKP/Pos
Gizi.
Lembaga lokal bertanggungjawab untuk memobilisasikan masyarakat,
menyediakan bimbingan untuk membentuk formasi Tim Kesehatan
Desa dan menyeleksi kader-kader Pos Gizi, melatih kelompokkelompok atau individu-individu tersebut dan memantau pelaksanaan
Pos Gizi setiap hari selama putaran awal. Mereka juga dapat
membantu masyarakat dalam melaksanakan program pemantauan
pertumbuhan dan menyediakan pelayanan kesehatan tambahan.
Pada akhirnya, Tim kesehatan Desa, dengan bantuan tokoh
masyarakat lokal, mengambil tanggungjawab penuh untuk
mengelola Pos Gizi dan untuk mengadakan pengulangan program
tersebut, jika dibutuhkan di masa yang akan datang.
CONTOH Studi Kasus: Contoh Susunan Staff
Proyek/Kalkulasi Sistem Penerima Manfaat
Lokasi Proyek : Wilayah Perkotaan Jakarta, Indonesia
♥
♥
♥
♥
♥
Delapan penyelia/pelatih akan bekerja secara langsung dengan
para kader Pos Gizi
Setiap penyelia/pelatih akan mengawasi sekitar empat hingga
sepuluh kader
Kurang lebih seratus enam puluh kader akan dilatih
Delapan puluh lokasi Pos Gizi direncanakan selama
pelaksanaaan proyek
Lima hingga sepuluh anak kurang gizi bersama pengasuh nya
sewaktu-waktu akan diserahkan pada pasangan kader (Anakanak ini akan mengalami rotasi setelah kurang lebih dua bulan
berpartisipasi dalam kegiatan Pos Gizi)
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 25
Pada akhirnya, Tim
Kesehatan Desa, dengan
bantuan Tokoh
Masyarakat lokal,
menanggung seluruh
tanggungjawab untuk
mengatur Pos Gizi dan
untuk mengadakan
pengulangan program
tersebut.
Dengan seratus dua puluh
enam anak di delapan
puluh lokasi Pos Gizi
sehingga dapat
menjangkau kurang lebih
10,000 anak yang
mengalami kekurangan gizi
selama tiga tahun
diadakannya Proyek
Jakarta.
♥
Empat puluh dua anak akan dilayani di setiap lokasi selama satu
tahun dengan tujuh anak kurang gizi yang berbeda mengikuti
rotasi setiap dua bulan (7 x 6)
♥ Seratus dua puluh enam anak akan dilayani pada setiap lokasi
Pos Gizi selama tiga tahun (42 x 23)
♥ Dengan seratus dua puluh enam anak di delapan puluh lokasi
Pos Gizi sehingga dapat menjangkau kurang lebih 10,000 anak
yang mengalami kekurangan gizi selama tiga tahun diadakannya
proyek
♥ Lima puluh ribu ahli waris keluarga akan tercapai dalam waktu
tiga tahun (dengan perkiraan tiga anak dan dua pengasuh di
setiap keluarga)
Contoh Jumlah Pekerja Yang Dibutuhkan Untuk 60
Anak Yang Mengalami Kekurangan Gizi
60 ANAK
10 LOKASI POS GIZI
10 S/D 20 KADER
PENYELIA/PELATIH
MENEJER / PELATIH UTAMA
26 / Bab Satu: Tentukan Apakah PKP/Pos Gizi Tepat Untuk Anda
TABEL 1.2 LEMBARAN ANGGARAN PKP/POS GIZI
Rincian Anggaran
PEGAWAI
Thn 1
Thn 2
Thn 3
TOTAL
Profesional kesehatan (ekspatriat atau
nasional)
Pelatih utama (nasional)
Penyelia/pelatih
Menejer/Kepala kantor/staff pendukung
Direktur Nasional (%)
Menejer Keuangan (%)
Sopir
Senior Program Officer Kesehatan
(kedudukan di Kantor Pusat)
KONSULTAN
Kunj. Asisten Teknis dr Kantor Pusat
Kunjungan konsultan
MATERIAL
Kaos/topi/lencana untuk para kader
Panci untuk setiap Pos Gizi
Sendok & peralatan masak
Minyak & nasi
Sabun
Ember
Vitamin A*
Obat-obatan anti-helminth*
KMS*
Kalkulator
Peralatan kantor
Alat Monitoring:pendaftaran & formulir
Material pelatihan
Produksi: pelajaran Pos Gizi
Perlengkapan pelatihan
PERJALANAN
Sewa kendaraan: mobil/motor
Studi banding untuk para penyelia
Studi banding untuk pelatih utama
PERLENGKAPAN
Timbangan Badan
Timbangan makanan
Komputer & printer
Perabotan kantor
KOMUNIKASI
Biaya internet
Telepon/fax
•
AKOMODASI
Sewa kantor
EVALUASI
Tim eksternal
TOTAL
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 27
Program Pos Gizi sering
dapat secara gratis dari
Departemen Kesehatan atau,
lebih dianjurkan, rujuk anak
ke DEPKES untuk
mendapatkan pelayanan.
28 / Bab Satu: Tentukan Apakah PKP/Pos Gizi Tepat Untuk Anda
Ada dimana anda?
BAB DUA
Langkah 2 : Mobilisasikan, Seleksi &
Pelatihan
seleksi serta melatih sumber daya
manusia
A. Mobilisasi masyarakat
1. Adakan pertemuan dengan tokohtokoh kunci masyarakat
2. Orientasikan petugas kesehatan lokal
3. Membentuk atau memperkuat Tim
Kesehatan Desa
A. Mobilisasikan Masyarakat
PKP/Pos Gizi adalah program masyarakat sehingga membutuhkan partisipasi
aktif dari masyarakat. Karena proses ini menuntut penemuan secara mandiri
dan aksi dari masyarakat, lembaga pelaksana tidak dapat menjalankan
program PKP/Pos Gizi yang sukses tanpa partisipasi dan dukungan dari
masyarakat.
Meskipun lembaga pelaksana dapat mengawali proses PKP/Pos Gizi melalui
pelatihan anggota-anggota masyarakat, pelaksanaan PKP/Pos Gizi tetap
tergantung pada masyarakat, sejak awal, untuk belajar mengelola dan
memantau proyek. Tindakan tersebut membutuhkan investasi awal yang
terus menerus untuk memberikan ketrampilan menejemen ini kepada
masyarakat, yang merupakan prinsip dasar pendekatan PKP/Pos Gizi.
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 29
LANGKAH 4
Adakan
Penyelidikan PKP
LANGKAH 5
Merancang
kegiatan Pos Gizi
LANGKAH 6
Pelaksanaan
Kegiatan Pos Gizi
LANGKAH 7
Mendukung
Perilaku-Perilaku
Baru
LANGKAH 8
Ulangi kegiatan
Pos Gizi Gizi
sesuai Kebutuhan
LANGKAH 9
Perluasan Program
PKP/Pos Gizi
EVALUASI
J
Jika anda sudah memutuskan bahwa program PKP/Pos Gizi dapat
diterapkan pada situasi geografis dan budaya anda, anda dapat memulai
Langkah 2.
LANGKAH 3
Persiapan
Penyelidikan PKP
&
B. Seleksi dan pelatihan sumber daya
manusia
1. Tulislah uraian tugas
2. Lakukan suatu analisis tugas
3. Mengembangkan kriteria seleksi
peserta
4. Menerima para karyawan dan kader
5. Lakukan suatu penilaian kebutuhan
pelatihan
6. Pilih muatan/isi pelatihan
7. Mengembangkan strategi pelatihan
8. Menetapkan metodologi pelatihan
9. Susun strategi evaluasi pelatihan
10. Menyiapkan materi-materi pelatihan
dan evaluasi
11. Menyelenggarakan pelatihan
LANGKAH 2
Mobilisasikan
masyarakat;Seleksi
dan Pelatihan
PANTAU
LANGKAH 2 Mulai memobilisasi masyarakat dan
LANGKAH 1
Tentukan apakah
ini program yang
tepat untuk anda
gunakan
Agar PKP/Pos Gizi dapat
berhasil, seluruh desa harus
memiliki semangat untuk
memberantas kekurangan
gizi.
Libatkan orang-orang yang
berpengaruh ke dalam
proses PKP/Pos Gizi –
terutama mereka yang
mungkin akan memberikan
halangan jika tidak
dilibatkan.
1. Pertemuan dengan Tokoh-Tokoh Kunci Masyarakat, termasuk:
♥ Kepala-Kepala Desa/Kampung
♥ Wakil-wakil sektor kesehatan informal seperti tabib-tabib tradisional dan
dukun bayi dan penjual obat-obatan lokal
♥ Tokoh-Tokoh agama
♥ Pemimpin-pemimpin suku atau kasta
♥ Nenek-nenek
♥ Kepala sekolah/guru-guru
♥ Kelompok, klub, asosiasi-asosiasi lokal
♥ Para pembuat keputusan, wali masyarakat, pejuang-pejuang lokal
♥ Pemimpin-pemimpin bisnis
Diskusikan situasi kesehatan masyarakat, terutama untuk anak dibawah usia
lima tahun. Selidiki apakah ada keprihatinan atau perhatian diantara anggotaanggota dan tokoh-tokoh masyarakat mengenai tingkat kekurangan gizi
dalam masyarakat mereka. Apakah merupakan prioritas utama? Pada
kelompok anak dengan usia berapakah yang paling beresiko terjadi
kekurangan gizi? Dibawah 5 tahun? Dibawah 2 tahun? Apakah orang-orang
menganggap hal tersebut sebagai suatu masalah? Apakah mereka memahami
potensi yang hilang dari anak-anak yang mengalami kekurangan gizi?
Cobalah sajikan topik-topik ini dengan menggunakan gambar-gambar atau
foto-foto dan bertanya kepada pemimpin-pemimpin masyarakat untuk
mendiskusikan apa yang mereka lihat serta hubungannya dengan situasi di
dalam masyarakat mereka. Penyajian data kesehatan lokal dan gizi dalam
format yang dapat dimengerti seringkali menjadi pendorong yang baik untuk
bertindak.
Penyediaan Data dalam Format yang Dapat Dimengerti
Di Mali, para staff CARE menyiapkan grafik bar berukuran
besar untuk memperlihatkan status gizi anak rata-rata
dalam suatu masyarakat dibandingkan dengan anak-anak dari
desa lain. Ketika grafik-grafik tersebut dijelaskan kepada pemimpinpemimpin desa, seseorang mengatakan, “Saya malu karena anakanak disini lebih banyak yang mengalami kekurangan gizi
dibandingkan tempat-tempat lain. Kita harus melakukan sesuatu
saat ini juga!”
2. Orientasi Petugas Kesehatan Lokal
Sumber-sumber daya kesehatan baik formal maupun non formal harus
diidentifikasi dan dilibatkan untuk mengkoordinasikan upaya-upaya Pos
Gizi. Petugas yang menangani fasilitas kesehatan dapat mengidentifikasi
sumber-sumber daya dan pelayanan-pelayanan yang tersedia untuk anakanak yang sakit serta anak-anak yang mengalami kekurangan gizi buruk.
Melalui Posyandu dapat teridentifikasi anak-anak yang menderita
kekurangan gizi tingkat tiga atau berbagai variasi penyakit lainnya sehingga
perlu dirujuk di balai pengobatan lokal. Keputusan mengenai pemberantasan
penyakit cacingan secara menyeluruh, ketentuan-ketentuan untuk distribusi
vitamin A dan penegasan ulang pesan-pesan kesehatan yang tepat untuk
diberikan pada kegiatan Pos Gizi, semuanya membutuhkan hubungan yang
dekat dengan pelayanan kesehatan. Peran-peran yang dimainkan oleh
petugas Puskesmas adalah merawat anak yang mengalami kekurangan gizi
30 / Bab Dua: Mobilisasikan, Seleksi & Pelatihan
dengan penyakit-penyakit utama seperti pneumonia, campak, rabun senja,
tuberculosis, atau malaria; koordinasi untuk menjangkau aktivitas-aktivitas
Posyandu; meningkatkan dan mempertahankan jumlah pemberian imunisasi;
membantu distribusi kapsul zat besi dan vitamin A untuk wanita hamil; dan
pemberian vitamin A serta pengobatan penyakit cacingan pada anak; dan
berpatisipasi dalam peninjauan ulang serta analisa hasil-hasil Pos Gizi.
3. Mobilisasikan Tim Kesehatan Desa
Proyek Pos Gizi dikelola oleh masyarakat. Penguatan kapasitas tim lokal
kesehatan desa diperlukan untuk menyalurkan ketrampilan dan menciptakan
rasa kepemilikan. Jika tim semacam itu tidak ada, kepanitiaan harus dibentuk
dari pertemuan-pertemuan awal dengan pemimpin-pemimpin masyarakat.
Idealnya, kepanitiaan terdiri dari orang-orang yang terpilih, tetapi pemimpinpemimpin desa juga dapat menunjuk seseorang. Kriteria-kriteria untuk
anggota yang efektif adalah, keprihatinan untuk meningkatkan status
kesehatan dan gizi dalam masyarakatnya, waktu yang tersedia untuk
melaksanakan usaha tersebut, keahlian untuk bekerjasama dalam tim yang
baik, serta sikap hormat terhadap orang lain. Sangat baik jika terdapat
pemimpin formal dan informal masyarakat di dalam kepanitiaan. Pemimpinpemimpin formal, atau mereka yang dekat dengan struktur kepemimpinan
formal, dapat mempengaruhi pengambilan keputusan, pembuatan prioritas
dan alokasi sumber daya dari masyarakat.
Aktivitas-aktivitas dari Tim Kesehatan Desa bisa dimulai dari Pos Gizi,
tetapi setelah mereka memiliki pengalaman, mereka mungkin akan berusaha
untuk mengatasi masalah-masalah lain dalam masyarakat. Kurikulum
pelatihan yang baik untuk petugas yang bekerja pada Tim Kesehatan Desa
dan keterlibatan dalam usaha-usaha mobilisasi masyarakat lainnya, dapat
dilihat pada bagian sumber yg direferensikan dalam buku panduan ini.
Melalui Tim Kesehatan Desa, masyarakat dapat diberdayakan untuk:
♥ Melakukan supervisi terhadap petugas kesehatan masyarakat
♥ Mengelola kegiatan Pos Gizi
♥ Merencanakan dan mengevaluasi hasil
♥ Memantau adanya kejadian-kejadian penting
♥ Membuat papan monitoring visual yang mengilustrasikan dampak
signifikan dari proyek Pos Gizi dan membagikan hasil ini kepada para
anggota dan pemimpin masyarakat
♥ Mengelola posyandu.
Penguatan kapasitas pada masyarakat lokal dimulai dengan pertemuan awal
untuk mendiskusikan intervensi terhadap masalah gizi. Setelah itu,
Kepanitiaan mempelajari ketrampilan yang dibutuhkan untuk mengelola Pos
Gizi serta posyandu melalui keterlibatan mereka dalam pelaksanaan. Usaha
untuk menciptakan kemitraan dimulai sejak hari pertama, diikuti oleh
pertemuan setiap satu bulan atau dua bulan dengan menggunakan metode
siklus “Tiga A” dari UNICEF yang terdiri dari assessment (penilaian),
analysis (analisa), dan action (aksi) untuk mendukung pelatihan masyarakat.
Ketiga aktivitas tersebut, yaitu Penilaian, Analisa, dan Aksi menjadi
kerangka kerja untuk mengelola program tersebut.
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 31
Pengelolaan program
dilakukan bersama
masyarakat dengan
menggunakan siklus “Tiga
A” untuk menilai suatu
masalah, menganalisis
penyebab-penyebabnya, dan
mengambil tindakan
berdasarkan analisis
tersebut.
Siklus “Tiga A” terdiri dari:
Assessment (Penilaian)
MENGUMPULKAN INFORMASI
kuantitatif dan kualitatif terkini
mengenai indikator-indikator
yang penting.
ANALYSIS (ANALISA)
Melakukan interpretasi
informasi, mengartikannya,
identifikasi aspek-aspek sukses,
dan membutuhkan perbaikan.
ACTION (AKSI)
Mengembangkan strategi-atau
rencana kerja untuk mengatasi
masalah-masalah yang
teridentifikasi dan
memperbaiki aktivitas
pelaksanaan.
B. Proses Pengembangan Pelatihan
Pendekatan PKP, yang
menjadi inti Pos Gizi,
didasarkan atas keyakinan
bahwa jawaban atas
masalah-masalah
masyarakat sudah ada di
dalam masyarakat itu
sendiri. Hal ini
membutuhkan pertukaran
peran dari guru menjadi
murid, serta dari pelatih
menjadi siswa.
Pelatihan merupakan pusat dari pendekatan PKP/Pos Gizi. Petugas, para
kader Pos Gizi, dan Tim Kesehatan Desa perlu dipersiapkan untuk
melaksanakan proses PKP/Pos Gizi agar dapat memberikan dampak
terhadap kekurangan gizi anak. Kegiatan Pos Gizi bersama dengan ibu-ibu
pada dasarnya merupakan lokakarya pelatihan untuk melibatkan ibu-ibu
dalam proses rehabilitasi anak mereka serta mempelajari perilaku-perilaku
baru untuk menjaga kesehatan anak mereka.
Pendekatan untuk pelatihan
merupakan tantangan Pos Gizi
yang terbesar. Pendekatan PKP,
yang menjadi inti dari Pos Gizi,
didasarkan atas kepercayaan
bahwa jawaban-jawaban atas
masalah-masalah masyarakat
sudah ada di dalam masyarakat
itu sendiri. Hal ini membutuhkan
pertukaran peran dari guru
menjadi murid, serta dari pelatih
menjadi siswa. Para kader Pos
Gizi belajar dari pengasuh PKP
dan para petugas belajar dari para
kader Pos Gizi. Tindakan ini
merubah paradigma tradisional
mengenai cara mengajar untuk
keluarga-keluarga miskin di
negara-negara berkembang.
Setiap Pos Gizi merupakan
“lokakarya pelatihan”, yang
memuat konsep-konsep
mengenai teknik-teknik belajar orang dewasa: partisipasi aktif, demonstrasi,
praktek dan pengayaan. Proses dimulai dengan mancari pesan-pesan yang
akan disampaikan pada saat latihan melalui penyelidikan PKP, kemudian
menyusun isi latihan, merencanakan logistik-logistik pelatihan, dan melatih
para kader Pos Gizi untuk mengadakan kegiatan Pos Gizi.
Mempersiapkan kegiatan pelatihan yang sesuai untuk para
karyawan, kader Pos Gizi dan Tim Kesehatan Desa, meliputi
langkah-langkah berikut ini:
1. Tuliskan Uraian Tugas
Uraian tugas merupakan daftar yang terdiri dari berbagai peran, kewajiban,
dan aktivitas yang harus dilakukan oleh seorang pelaksana. Uraian Tugas
secara tertulis dapat membantu tiap individu untuk mengetahui apa yang
diharapkan dari diri mereka dan menuntun pengembangan pelatihan untuk
menyiapkan mereka melakukan peran tersebut. Contoh uraian tugas dapat
dilihat pada akhir bab ini.
2. Melakukan Analisis Tugas
Suatu analisis tugas merupakan peninjauan ulang uraian tugas secara cepat
untuk mengidentifikasi pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan setiap
individu agar mereka dapat melaksanakan peran mereka dengan sukses.
Pertimbangkan apa yang akan dibutuhkan oleh seseorang untuk mengetahui
kemampuan apa yang harus mereka kuasai. Lihat pada aspek-aspek seperti
32 / Bab Dua: Mobilisasikan, Seleksi & Pelatihan
pelaporan dan penyimpanan catatan, hubungan antar pribadi, ketrampilan
komunikasi, dsb. Analisis tugas juga merupakan saat untuk
mempertimbangkan hal-hal yang tidak bisa diajarkan. Apakah ada sikapsikap atau ketrampilan-ketrampilan tertentu yang harus dimiliki terlebih
dahulu oleh seseorang dan tidak mudah untuk diajarkan?
3. Mengembangkan Kriteria Seleksi untuk Para Karyawan dan
Kader
Seteleh analisis tugas, tentukan kriteria seleksi untuk para karyawan dan
kader. Kriteria ini akan menjadi pedoman penerimaan karyawan.
Untuk seleksi karyawan kriteria yang harus dimiliki adalah:
♥ Semangat belajar, terbuka terhadap ide-ide baru
♥ Memiliki ketrampilan yang sangat baik dalam hal hubungan antar pribadi
dan sebagai pendengar yang baik
♥ Memiliki minat yang besar untuk bekerja di lapangan
♥ Bersedia belajar dari individu-individu yang memiliki pendidikan lebih
rendah
Untuk para kader Pos Gizi,
pandulahTim Kesehatan
Kriteria untuk para kader akan bervariasi sesuai dengan negara masingDesa dalam
masing, tetapi umumnya meliputi:
mengembangkan kriteria
♥ Bersedia bekerja sebagai kader
dan menyeleksi para kader
♥ Wanita yang sudah menikah dan memiliki anak serta tinggal di desa
♥ Dihormati dan dipercaya oleh masyarakat
yang terbaik.
♥ Memiliki semangat belajar, terbuka terhadap ide-ide baru
♥ Melek huruf ( Di negara-negara yang jumlah wanita melek hurufnya
rendah, maka kader yang buta huruf dapat dipasangkan dengan kader
yang melek huruf.)
Kriteria penting untuk seorang kader adalah memiliki anak yang relatif sehat
dan cukup gizi. Namun, selama penilaian gizi beberapa kader Pos Gizi
menemukan bahwa anak-anak mereka tidak memiliki cukup gizi dan karena
alasan tersebut, mereka menjadi kader yang lebih efektif.
Prioritas seringkali diberikan kepada kader kesehatan yang berasal dari
masyarakat, namun hal ini harus dipertimbangkan dengan hati-hati. Apakah
mereka memiliki waktu tambahan yang signifikan untuk bisa dipakai oleh
Pos Gizi? Apakah mereka telah menjadi “guru” terdidik selama bertahuntahun sehingga merasa kesulitan menerima pengajaran dari anggota-anggota
masyarakat lainnya? Hal ini bisa menimbulkan kesulitan terutama jika
anggota-anggota masyarakat memiliki status yang lebih rendah dan lebih
miskin.
4. Menerima karyawan dan Para Kader
Libatkan Tim Kesehatan Desa dalam seleksi kader Pos Gizi.
5. Lakukan Penilaian Kebutuhan Pelatihan
Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi ketrampilan dan pengetahuan
yang sudah dimiliki oleh para peserta pelatihan. Tingkat pendidikan yang
sudah ditetapkan pada setiap posisi dapat menjadi pedoman untuk
mengembangkan pelatihan yang sesuai, namum semua pelatihan harus
mengikuti teknik-teknik pembelajaran orang dewasa. Bandingkan
pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki peserta dengan analisis tugas
untuk mengetahui hal-hal apa saja yang harus dimasukkan kedalam
pelatihan.
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 33
Tingkat pendidikan yang
sudah ditetapkan pada
setiap posisi dapat menjadi
pedoman untuk
mengembangkan pelatihan
yang sesuai, namum semua
pelatihan harus mengikuti
teknik-teknik pembelajaran
orang dewasa.
TABEL 2.1
Tingkat Pendidikan Umum untuk Posisi
Utama PKP/Pos Gizi
Posisi
Tingkat Pendidikan Umum
Manajer PKP/ Pos Gizi
Tingkat universitas
Penyelia/Pelatih
Minimum tingkat delapan
Kader Pos Gizi
Melek huruf akan membantu, tetapi tidak diharuskan
Tim Kesehatan Desa
Bervariasi, satu atau lebih anggota mampu menulis
6. Seleksi Muatan/Isi Pelatihan
Isi pelatihan untuk masing-masing kelompok harus berbeda-beda dan harus
diinformasikan terlebih dahulu pada langkah-langkah awal. Berikut ini
adalah pedoman berdasarkan program Pos Gizi sebelumnya.
Para Tokoh masyarakat, anggota Tim Kesehatan Desa, Staff Lembaga
Pelaksana dan Kader Pos Gizi semuanya perlu diberi orientasi tentang
Pos Gizi. Mereka perlu memahami:
♥ Konsep PKP
♥ Dasar-dasar penyusunan menu (Kebiasaan-Kebiasaan keluarga PKP dan
makanan khas positif untuk rehabilitasi)
♥ Mengapa Pos Gizi berlangsung selama dua minggu
♥ Konsep-konsep dasar gizi (variasi, protein/kalori, frekuensi, jumlah)
♥ Konsep-konsep dasar perkembangan masa kanak-kanak
Banyak Kelompok yang
Harus Diorientasikan
mengenai Pos Gizi
Berkenaan dengan
intensitas partisipasi
masyarakat yang diperlukan
oleh program PKP/Pos Gizi,
ada sejumlah besar
kelompok masyarakat yang
membutuhkan orientasi
tentang konsep-konsep
umum PKP dan Pos Gizi.
Kelompok-kelompok
tersebut adalah: penyedia
pelayanan kesehatan lokal,
tokoh agama, penjaga toko,
tabib-tabib tradisional dan
dukun bayi, penjual keliling,
bapak-bapak, nenek-nenek,
dan saudara kandung.
Setiap dari mereka harus
memahami peran masingmasing untuk mendukung
Pos Gizi serta para
pengasuh yang ikut
berpartisipasi.
Para kader Pos Gizi perlu latihan khusus di bidang:
♥ Posyandu dan aktivitas-aktivitas promosi (menimbang berat badan,
membuat grafik, konseling)
♥ Dasar-dasar mengenai Gizi dan unsur gizi, penggunaan tebel komposisi
makanan
♥ Teknik sederhana mengenai wawancara pemberian makan dalam 24 jam
terakhir
♥ Survei makanan di pasar
♥ Ketrampilan untuk melakukan kunjungan rumah
♥ Nilai makanan: tiga atau empat kelompok makanan
♥ Bagaimana cara mengunjungi anak-anak “PKP” dan mempelajari “tiga
kebaikan” (pemberian makan yang baik, mencari pelayanan kesehatan ,
dan perawatan)
♥ Prinsip-prinsip pengobatan anak kurang gizi di lingkungan rumah
♥ Memahami siklus gizi dan infeksi
♥ Jadwal vaksinasi
♥ Mencegah dan mengobati dehidrasi selama diare
♥ Mengenali gejala-gejala penyakit akut, termasuk pneumonia, malaria, dan
diare parah, yang membutuhkan pengobatan
♥ Kejadian-kejadian penting dalam perkembangan anak
♥ Teknik-teknik stimulasi pada masa kanak-kanak
Para penyelia-pelatih perlu memahami:
♥ Seluruh topik untuk para kader (yang tertulis diatas), ditambah dengan:
♥ Kemampuan-kemampuan untuk melakukan supervisi
♥ Sistem informasi
♥ Ketrampilan dalam monitoring dan evaluasi
♥ Penggunaan tabel komposisi makanan dan menyusun menu
34 / Bab Dua: Mobilisasikan, Seleksi & Pelatihan
Tim pelaksana kegiatan Pos Gizi perlu memahami:
♥ Pendekatan PKP/Pos Gizi
♥ Merencanakan suatu sesi/kegiatan
♥ Membuat jadwal
♥ Mempersiapkan kegiatan Pos Gizi
♥ Mengumpulkan bahan-bahan
♥ Membeli dan menyiapkan makanan Pos Gizi
♥ Merekam hasil Pos Gizi
♥ Pesan-pesan pendidikan Pos Gizi
♥ Protokol harian Pos Gizi
♥ Interpretasi hasil Pos Gizi
♥ Tindakan lanjut setelah Pos Gizi (kunjungan rumah dan kriteria untuk
mengulang Pos Gizi)
7. Mengembangkan Strategi Pelatihan
Berdasarkan informasi yang didapat, kembangkan strategi pelatihan proyek
secara menyeluruh. Pelatihan harus diadakan secara bertahap agar tidak
memberatkan para partisipan dan memastikan bahwa ketrampilan yang
dipelajari langsung diaplikasikan pada saat itu juga. Beberapa latihan, seperti
filosofi dari pendekatan PKP/Pos Gizi, akan dimulai lebih awal. Aspekaspek lain tidak akan diajarkan hingga informasi dari penyelidikan PKP
dikumpulkan. Latihan pelaksanaan penyelidikan PKP dan pelaksanaan
kegiatan Pos Gizi harus diadakan sesuai langkah-langkah yang tepat.
Pelatihan bagi para kader dan penyelia mengenai pesan-pesan pendidikan
yang akan disampaikan selama kegiatan Pos Gizi tidak bisa diadakan hingga
penyelidikan PKP selesai dilaksanakan. Tabel 2.2 pada halaman selanjutnya
memberikan gagasan mengenai waktu pelatihan yang dibutuhkan untuk
setiap posisi.
8. Menetapkan Metodologi Pelatihan
Penggunaan berbagai alat pelatihan yang bervariasi membuat pelatihan
menjadi lebih menarik dan menyenangkan. Pada saat menyusun rencana
sesi-sesi pelatihan, pastikan adanya pemanasan, bermain peran, permainanpermainan klarifikasi nilai, praktek, dan demonstrasi. Sangat penting untuk
melatih para karyawan dengan cara yang sama, sesuai dengan harapan anda
mengenai cara mereka akan mengajar para kader dan ibu. Pendidikan
kesehatan dalam kegiatan Pos Gizi tidak bisa disampaikan melalui metode
pengajaran satu arah. Melainkan, ibu-ibu yang ikut serta dipandu secara
perlahan untuk melewati serangkaian pengalaman (mempelajari cara
memberi makan anak mereka pada lingkungan yang ideal dan dibantu
dengan dukungan) selama beberapa minggu, kemudian dilanjutkan dengan
kunjungan rumah ketika mereka sedang praktek menyiapkan makanan dan
perilaku pemberian makan yang baru di dapur masing-masing. Karena itu,
pelatihan untuk para kader mengikuti pola yang sama seperti dipandu
melalui pengalaman-pengalaman dan didukung oleh para penyelia ketika
mereka mengaplikasikan ketrampilan baru selama pelaksanaan kegiatan
penyelidikan PKP dan Pos Gizi.
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 35
Ketrampilan tertentu akan
dibutuhkan pada berbagai
langkah. Topik-topik
pelatihan untuk tim
penyelidik PKP tertulis di
Bab 3.
Pelatihan harus dilakukan
bertahap agar tidak
memberatkan para partisipan
serta untuk memastikan
bahwa ketrampilan yang
diperoleh langsung
diaplikasikan pada saat itu
juga.
Sangat penting untuk
melatih para karyawan
dengan cara yang sama,
sesuai dengan harapan anda
mengenai cara mereka akan
mengajar para kader dan
ibu. Pendidikan kesehatan
dalam kegiatan Pos Gizi
tidak bisa disampaikan
melalui metode pengajaran
satu arah.
TABEL 2.2
Posisi
Manejer
Pos Gizi
Jumlah Waktu Pelatihan yang Dibutuhkan
untuk Setiap Posisi
Pelatihan yang
Waktu Pelaksanaan
Dibutuhkan
Pelatihan selama satu
Sebelum adanya
minggu dan orientasi
keputusan
dalam penyelidikan
pelaksanaan PKP/Pos
PKP dan Pos Gizi
Gizi
Penyelia/
pelatih
Pelatihan selama dua
atau tiga minggu
Sebelum pelaksanaan
PKP/Pos Gizi
Kader Pos
Gizi
Pelatihan selama lima
hari (dua hingga tiga
jam/hari)
Selama langkah ke-3
(persiapan
penyelidikan PKP),
selama penyelidikan
PKP, sebelum
menyiapkan lokasi Pos
Gizi.
Pelatihan penyegar
Sesuai kebutuhan
Terus menerus-empat
jam/bulan
Tim
Kesehatan
Desa
Pelatihan manejemen
Pos Gizi secara
periodik, Posyandu
dan pemantauan serta
evaluasi
Pembelajaran merupakan proses sosial yang utama. Orang-orang belajar
melalui observasi dan interaksi. Individu belajar cara bertingkahlaku dengan
meniru perilaku orang lain dan sistem dukungan sosial memperkuat proses
pebelajaran tersebut.
Para karyawan dapat
tergoda (terutama mereka
yang berprofesi petugas
kesehatan, perawat,
pendidik, atau ahli gizi)
untuk memaksakan
masuknya pesan gizi, menu
dan teori yang mereka
miliki.
Metode pembelajaran Pos Gizi merupakan metode dengan Practice
(Praktek), Attitude (Sikap), Knowledge (Pengetahuan) (PAK) dan bukan
metode Knowledge (Pengetahuan), Attitude (Sikap), Pradtice (Praktek)
(KAP). Yang menjadi fokus adalah merubah perilaku untuk merubah cara
berpikir, bukan merubah cara berpikir untuk merubah perilaku. PKP/Pos
Gizi segera dimulai dengan melatih perilaku yang diinginkan. Setelah
praktek maka sikap pengasuh mulai berubah seiring dengan perubahan pada
anaknya. Setelah pengasuh menyaksikan perubahan pada anaknya, ia mulai
memahami penyebab-penyebab perubahan dan mengetahui apa yang
dibutuhkan untuk dapat merehabilitasi anaknya. Kemudian, pengetahuan
yang ia miliki juga berubah, seiring dengan bertumbuhnya kepercayaan baru
bahwa dirinya mampu menyembuhkan anaknya melalui tindakan-tindakan
baru yang sederhana.
Para karyawan dapat tergoda (terutama mereka yang berprofesi petugas
kesehatan, perawat, pendidik, atau ahli gizi) untuk mencoba memaksakan
masuknya pesan-pesan gizi, menu-menu dan teori-teori yang mereka miliki.
Para karyawan program harus menempatkan diri mereka ke dalam peran
sebagai pembelajar, dan secara sengaja memulai komunikasi dengan kader
Pos Gizi (dan kader Pos Gizi berkomunikasi dengan ibu-ibu yang ikut serta)
36 / Bab Dua: Mobilisasikan, Seleksi & Pelatihan
bahwa yang mereka ajarkan dan latih selama kegiatan Pos Gizi merupakan
kearifan ibu-ibu di desa tersebut.
Prinsip-prinsip belajar orang dewasa berbeda dari metode pembelajaran
tradisional dan dari cara mengajar di sekolah yang dialami oleh sebagian
besar dari kita. Pelajar-pelajar yang terdiri dari orang dewasa membawa
pengalaman hidup yang sangat banyak kedalam sesi pelatihan dan bukan
hanya “wadah kosong” untuk diisi dengan pengetahuan: Pengalamanpengalaman hidup mereka harus dihargai dan dibangun diatasnya. Diskusidiskusi participatif, dimana para peserta dapat menemukan konsep-konsep
dan mengaplikasikan pengalaman-pengalaman mereka sehingga akan
menjadi lebih efektif dibandingkan pengajaran dengan menggunakan
flipcharts. Orang-orang dewasa merupakan peserta latih dengan keterlibatan
tinggi dan ingin melihat dengan segera kegunaan aplikasi informasi dari
yang mereka pelajari. Pembelajaran berasal dari tindakan dan penemuan.
Teknik – Teknik melatih yang baik
♥ Sajikan informasi baru secara perlahan
♥ Sediakan atmosfer belajar yang menuntun dan mendukung agar para staff
dan pengasuh bisa merasa sukses melalui partisipasi mereka
♥ Mengulang dan menekankan kembali informasi
♥ Minta para partisipan untuk mengulang atau menjelaskan kembali
informasi tersebut pada anda
♥ Libatkan para partisipan dalam berbagai kesempatan secara aktif dan
“terjun langsung” : Teknik belajar yang terbaik adalah dengan
melakukannya
♥ Selalu sediakan waktu untuk pertanyaan atau diskusi
♥ Berinteraksi dengan semua kader atau pengasuh bukan hanya dengan
mereka yang sedang berpartisipasi aktif
♥ Tetap mengadakan sesi pelatihan yang singkat dan sederhana
♥ Mulailah dengan meninjau kembali apa yang sudah dipelajari dan
didiskusikan pada sesi sebelumnya
♥ Gunakan alat bantu dan demonstrasi visual sebanyak-banyaknya agar
dapat melibatkan semua indera selama proses berjalan
Diskusi yang Responsif
Diskusi yang responsif merupakan suatu metodologi yang efektif untuk
melibatkan para peserta dalam mendapatkan informasi. Metode ini dapat
digunakan untuk berbagai topik yang berbeda-beda. Setiap pertanyaan
membawa para peserta pada pemahaman yang lebih dalam dan jelas.
Bandingkan tipe diskusi ini dan proses belajar yang ditimbulkan oleh metode
tersebut dengan informasi serupa yang diberikan melalui metode ceramah.
Contoh Diskusi yang Responsif
T: Siapakah yang bertanggungjawab untuk menjaga kesehatan
anak setelah rehabilitasi?
J: Orangtua/Pengasuh.
T: Apakah yang dapat dilakukan mereka walaupun berasal dari keluarga
miskin?
J: Mengunakan kebiasaaan PKP.
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 37
Bermain Buta
Bagilah para partisipan secara
berpasangan dan jelaskan
bahwa salah seorang dari tiap
pasangan berperan sebagai
“orang buta” dan seorang lagi
akan menuntunnya disekitar
ruangan. Orang yang matanya
buta, tidak boleh membuka
mata (melepas penutup mata).
Tidak boleh ada yang
berbicara. Setelah tiga menit,
instruksikan mereka untuk
berganti peran.
♥ Tanyakan pada partisipan
apa yang mereka rasakan
ketika matanya ditutup dan
bagaimana perasaan
mereka ketika menuntun
orang yang matanya
tertutup.
♥ Tanyakan mengapa mereka
beranggapan permainan ini
relevan dengan PKP/Pos
Gizi.
Dalam pendekatan PKP/Pos
Gizi, para ahli mengalami
pergantian peran dari seorang
pemimpin/ahli “memimpin
orang buta, yaitu penduduk
desa”, menjadi orang yang
tulus dan dipimpin oleh para
penduduk desa. Latihan ini
dapat mengarah kepada
diskusi-diskusi yang menarik,
isu-isu seperti kontrol dan
kekuatan.
INGATLAH:
“Jika hal itu kudengar, aku
akan melupakannya.
Jika hal itu kulihat, aku
akan mengingatnya.
Jika hal itu kulakukan, aku
akan mengetahuinya.
Jika hal itu kutemukan, aku
akan menggunakannya.”
T: Bagaimana sebuah keluarga belajar menjaga anak mereka agar
tetap sehat?
J: Dengan merubah kebiasaan-kebiasaan; dengan belajar kebiasaankebiasaan baru yang bisa dijangkau oleh semua orang.
T: Bagaimana cara mempelajari kebiasaan-kebiasaan baru?
J: Dengan berlatih setiap hari. Dengan membawa makanan setiap hari.
T: Jenis makanan apa? Apakah semua jenis makanan?
J: Dengan membawa makanan khas positif setiap hari, yaitu makananmakanan yang diberikan oleh keluarga miskin kepada anak mereka.
T: Jika pengasuh membawa makanan pada kegiatan Pos Gizi setiap
hari, menurut anda apa yang akan mereka lakukan di rumah?
J: Melanjutkan kebiasaan yang dipelajari pada saat Pos Gizi
dipraktekan di rumah.
Pertanyaan “Probing” (menyekidiki, menggali lebih dalam)
Pertanyaan-pertanyaan “probing” mirip dengan pertanyaan-pertanyaan
responsif tetapi menggunakan poster-poster yang menggambarkan
kebiasaan-kebiasaan atau situasi-situasi yang baik atau buruk. Diskusi
dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan umum mengenai gambar poster
kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan-pertanyaan yang lebih mendalam
yang menghubungkan gambar dengan pengalaman peserta.
Pertanyaan-pertanyaan
probing mirip dengan
pertanyaan-pertanyaan
responsif tetapi
menggunakan poster-poster
yang menggambarkan
kebiasaan-kebiasaan atau
situasi-situasi yang baik
atau buruk.
Contoh Pertanyaan-Pertanyaan “Probing” yang
Berhubungan dengan Makanan dan Kebersihan Tubuh
Pertanyaan
Pembuka
Pertanyaan
Probing
Wanita sedang
mencuci tangan
Apakah yang anda lihat
pada gambar tersebut?
Mengapa wanita itu
mencuci tangannya?
Wanita mencuci sayursayuran
Mengapa wanita
tersebut mencuci
sayuran?
Seberapa sering
anda mencuci tangan
anda?
Kapan anda mencuci
tangan?
Apakah biasanya
anda mencuci sayursayuran sebelum
dimasak? Kenapa?
Mengapa tidak?
Anak bermain di tanah
atau anak
menggunakan kakus
atau membuang air
besar di tanah
Wanita menutup
makanan yang sudah
disiapkan
Apakah yang sedang
dilakukan oleh anak itu?
Mengapa?
Apa yang bisa terjadi
jika sang anak tidak
mencuci tangannya
sebelum makan?
Mengapa wanita itu
menutup makanan?
Mengapa penting
untuk menutup
makanan? Apa yang
bisa kita gunakan
untuk menutup
makanan?
Seberapa sering
anda harus praktek
kebiasaan ini?
Mengapa?
Poster
Apakah anda bisa
mempraktekkan
kebiasaan ini di rumah?
Kenapa? Mengapa
tidak?
38 / Bab Dua: Mobilisasikan, Seleksi & Pelatihan
Bermain –Peran
Bermain- peran dapat diadaptasi ke dalam berbagai situasi. Seorang
instruktur dapat bermain-peran mengenai sebuah situasi kemudian
mengarahkan kelompok tersebut untuk mendiskusikan apa yang sudah
mereka lihat, apa yang mereka rasakan, apa yang mereka sudah lakukan
secara berbeda, dsb. Dengan cara yang sama, sang instruktur dapat
melibatkan beberapa peserta untuk melakonkan suatu situasi kemudian
mengarahkan para aktor dan kelompok tersebut kedalam diskusi bertahap.
Dengan bermain-peran, semua peserta dapat membentuk kelompokkelompok kecil untuk praktek ketrampilan baru. Ketrampilan seperti
mengadakan kunjungan penyelidikan PKP dapat dipraktekkan di lingkungan
yang aman. Para kader memiliki kesempatan untuk merasa nyaman dengan
kunjungan tersebut, menerima umpan balik mengenai gaya mereka, dan
belajar untuk mengantisipasi beberapa pertanyaan atau isu yang berbeda
yang mungkin muncul dalam situasi rumah. Para staff program memiliki
kesempatan untuk memberikan umpan balik langsung dan memastikan
kualitas dari interaksi-interaksi di masa yang akan datang.
Contoh Bermain Peran untuk Bimbingan pada Pengasuh
1. Ajak tiga peserta untuk maju ke depan ruangan dan
memerankan tiga ibu yang berbeda: ibu pertama memiliki seorang
anak yang memiliki berat badan cukup dan lulus dari Pos Gizi; ibu kedua
memiliki seorang anak yang berat badannya bertambah, tetapi belum
memenuhi syarat kelulusan Pos Gizi; dan seorang anak yang tidak
mengalami peningkatan atau penurunan berat badan selama kegiatan Pos
Gizi.
2. Sebagai pelatih, mainkan peran sebagai kader Pos Gizi yang sedang
berinteraksi dengan setiap “ibu” dan sedang memberikan konseling
mengenai perawatan anak kepada mereka.
3. Setelah bermain-peran, ajak para peserta untuk memberikan umpan
balik, dan komentar-komentar mengenai latihan tersebut. Apakah yang
telah mereka lihat? Bagaimana akting sang kader? Apakah yang ia katakan
dan lakukan? Bagaimana respon dari sang “ibu”? Apa yang mungkin
sedang dipikirkan oleh sang “ibu”? Apakah konseling dapat menjadi efektif?
4. Setelah tiga permainan peran, bagi para peserta kedalam 3 kelompok,
masing-masing kelompok beranggotakan tiga orang. Para peserta akan
saling bergantian dalam memainkan peran sebagai kader Pos Gizi, ibu, dan
pengamat. Setiap peserta akan memainkan peran sebagai kader Pos Gizi
dalam salah satu dari ketiga situasi. Penyelia mengamati bermain peran
dan memberikan komentar pada akhir cerita.
5. Pada akhir latihan, ajak para peserta untuk memberikan umpan balik dan
komentar.
Bercerita
Cerita-cerita dapat menjadi sarana belajar yang menyenangkan dan menarik.
Cerita-cerita dapat diadaptasikan, diceritakan, dan kemudian didiskusikan
untuk mengajarkan pelajaran-pelajaran penting. Bab 6 menuliskan sebuah
contoh mengenai cerita “Sup Batu” yang digunakan untuk
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 39
Dalambermain-peran, para
kader memiliki kesempatan
untuk merasa nyaman
dengan kunjungan
penyelidikan PKP tersebut,
menerima umpan balik
mengenai gaya mereka, dan
belajar untuk
mengantisipasi beberapa
pertanyaan atau isu yang
berbeda yang mungkin
muncul dalam situasi
rumah.
Ketrampilan-Ketrampilan di
dalam Program PKP/Pos
Gizi yang bisa Diadaptasi
untuk bermain peran
♥ Adakan kunjungan
Penyelidikan PKP
♥ Adakan kegiatan Pos Gizi
♥ Berikan pendidikan
kesehatan dalam sesi Pos
Gizi
♥ Berikan konseling
mengenai masalah gizi
kepada para nenek dan
ayah yang ada di rumah
♥ Menyajikan hasil-hasil Pos
Gizi pada pertemuan tim
kesehatan
♥ Berikan konseling pada
para pengasuh di akhir
sesi Pos Gizi.
mendemonstrasikan kekuatan dari sumbangan-sumbangan kecil dalam suatu
masyarakat. Sebagian besar kebudayaan memiliki dongeng-dongeng rakyat
yang diwariskan dari nenek moyang dan orang-orang yang bijak. Adakan
penyelidikan terhadap cerita-cerita asli/lokal. Carilah cerita yang
membawakan pesan-pesan yang mendukung kebiasaan-kebiasaan gizi yang
baik atau bisa diadaptasi untuk mengajarkan pesan tertentu. Carilah kutipankutipan dari buku-buku dan kitab-kitab keagamaan yang menganjurkan
kesehatan dan gizi.
Cerita ini dapat digunakan
untuk menyampaikan pesan
bahwa terkadang jawabanjawaban sudah tersedia di
depan mata!
Contoh Cerita
Nasirudin, penganut ilmu Sufi, muncul dalam berbagai samaran
pada cerita yang berbeda-beda. Dalam satu cerita, ia berperan
sebagai penyelundup yang diakui. Setiap malam ketika Nasirudin tiba di
kantor bea cukai, sang inspektur cepat-cepat memeriksa isi keranjang yang
tergantung di punggung keledai untuk menemukan apa yang diselundupkan
oleh Nasirudin. Tetapi setiap hari, usaha mereka sia-sia. Meskipun sudah
diperiksa secara menyeluruh, mereka tidak menemukan apapun selain
jerami.
Tahun demi tahun berlalu dan Nasirudin menjadi semakin kaya. Pegawaipegawai bea cukai terus melanjutkan pemeriksaan sehari-hari mereka,
namun lebih cocok disebut sebagai kebiasaan dibandingkan harapan untuk
sungguh-sungguh menemukan sumber kekayaan Nasirudin.
Pada akhirnya, Nasirudin, sekarang sudah lanjut usia, pensiun dari usaha
penyelundupan. Suatu hari secara kebetulan ia bertemu dengan kepala bea
cukai, yang juga sudah pensiun. “Katakan padaku Nasirudin,” begitulah
permohonan dari musuhnya yang dulu, “Sekarang kau sudah tidak
mempunyai apapun untuk disembunyikan, dan aku, tidak ada yang harus
ditemukan, apakah yang kau selundupkan selama bertahun-tahun?”
Nasirudin menatap mata dari kepala beacukai, mengangkat bahu, dan
menjawab, “tentu saja keledai”.
Lagu dan Tarian
Lagu-lagu dan tarian-tarian dapat membantu pesan-pesan penting menjadi
lebih mudah diingat sebagai tambahan dari latihan yang menyenangkan dan
interaktif. Dengan menggunakan lagu-lagu lokal, serta mengubah lirik lagu
untuk memasukkan pesan-pesan gizi. Di Mozambik, para kader Pos Gizi
menciptakan sebuah lagu mengenai Pos Gizi. Di Myanmar, para kader
menciptakan sebuah lagu anak-anak yang dinyanyikan dalam sesi Pos Gizi.
Lagu-lagu dan tarian-tarian
dapat membantu pesanpesan penting menjadi lebih
mudah diingat sebagai
tambahan dari latihan yang
menyenangkan dan
interaktif.
Contoh latihan-latihan
yang sudah diadaptasi
untuk Pos Gizi,
tersedia pada akhir
bab ini.
9. Susun Strategi Evaluasi Pelatihan
Penting untuk mengetahui berapa banyak yang sudah dipelajari oleh
seseorang dan keahlian-keahlian apa yang menimbulkan kesulitan, dengan
demikian anda dapat menyesuaikan pelatihan sesuai dengan kebutuhan.
Dengan memantau para partisipan selama bermain peran dan menanyakan
pertanyaan-pertanyaan untuk mengukur pengetahuan yang dimiliki
merupakan teknik-teknik evaluasi informal.
10. Siapkan Materi-Materi Pelatihan dan Evaluasi
Selesaikan rancangan pelatihan dan tentukan siapa yang akan
bertanggungjawab untuk mengembangkan setiap bagian dari pelatihan
tersebut. Buatlah kurikulum untuk setiap sesi pelatihan beserta dengan
materi-materi visual dan alat-alat bantu pelatihan. Dua contoh modul untuk
melatih kader Pos Gizi tersedia di akhir bab ini.
40 / Bab Dua: Mobilisasikan, Seleksi & Pelatihan
11. Lakukan Pelatihan
Langkah terakhir adalah mengadakan pelatihan dan mengevaluasi sesi-sesi
pelatihan yang sesungguhnya
CONTOH URAIAN TUGAS
1. Contoh Uraian Tugas untuk
MANAJER POS GIZI/PELATIH UTAMA
Tugas-tugas
Melatih calon-calon penyedia
mengenai cara melatih kader
♥ Memandu jalannya proses
Penyelidikan PKP dan
mengklasifikasi hasil analisa
♥ Bertanggungjawab untuk
pengembangan, seleksi, dan
penggunaan seluruh materi
pendidikan yang digunakan Pos
Gizi, pada pertemuan-pertemuan
Tim Kesehatan Desa, dan pada
kunjungan-kunjungan rumah
♥ Melakukan analisa terhadap data
gizi dan memberikan tanggapan
kepada masyarakat
♥ Melakukan interaksi dengan
pemimpin-pemimpin desa dan
petugas kesehatan untuk
memperkenalkan dan
mengevaluasi program
♥ Mengadakan koordinasi dengan
♥
Kualifikasi-kualifikasi
Lulusan universitas
Memiliki pengalaman di
lapangan mengenai gizi
masyarakat
♥ Memiliki pengalaman dalam
♥
♥
♥
♥
♥
Departemen Kesehatan
Menciptakan jaringan kerja
dengan LSM, berbagai
universitas dan organisasi
internasional (UNICEF,dll.)
Memantau jalannya proses dan
hasil penyelidikan PKP
Dengan tim dan para kader,
menyusun menu dan menghitung
kalori dan protein yang
terkandung dalam menu-menu
tersebut
Menerima tanggungjawab
terhadap keseluruhan manajemen
dari semua kegiatan Pos Gizi
Mendirikan sistem pemantauan
yang berbasis masyarakat
mengatur atau mengembangkan
masyarakat
♥ Memiliki pengalaman dalam
metode belajar partisipatif
untuk orang dewasa
♥
♥
Kompetensi-kompetensi utama
♥ Prinsip-prinsip pengajaran untuk
orang dewasa
♥ Ketrampilan untuk melakukan
penilaian partisipatif (misalnya,
PLA, PRA)
♥ Ketrampilan supervisi
♥ Kemampuan teknis Posyandu;
penggunaan metode
anthropometric
♥ Prinsip-prinsip dasar gizi
♥ Mobilisasi masyarakat
♥ Konsep dari PKP
♥
♥
♥
♥
♥
Penggunaan tabel-tabel nilai
makanan
Survei pasar
Perencanaan menu untuk
memenuhi kalori dan protein
yang dibutuhkan
Teknik-teknik stimulasi dan
pengembngan untuk anak-anak
usia dini
Teknik-teknik pemantauan dan
evaluasi yang berbasis
masyarakat
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 41
Bagian “Contoh Uraian
Tugas” ini menyediakan
ide-ide untuk
diadaptasikan kedalam
wilayah kerja anda
1. Manajer Pos Gizi/
Pelatih Utama
2. Penyelia/Pelatih
3. Tim Kesehatan Desa
4. Kader Pos Gizi
Kualifikasi sama dengan
kriteria seleksi
Kompetensi-kompetensi
utama
mengidentifikasikan
pengetahuan dan
ketrampilan yang
dibutuhkan untuk dapat
melaksanakan pekerjaan
dengan sukses – hal-hal
tesebut dapat diidentifikasi
melalui analisis tugas
CONTOH URAIAN TUGAS
2. Contoh Uraian Tugas untuk
PENYELIA/PELATIH
Salah satu tugas dari
Pengawas/Pelatih adalah
melatih sukarelawan untuk
dapat memfasilitasi proses
belajar bagi para pengasuh
dan mengadakan
Penyelidikan PKP serta
kegiatan Pos Gizi.
Tugas-tugas
♥ Membantu menyeleksi kader dari
masyarakat
♥ Melatih para kader agar mereka
dapat memfasilitasi proses belajar
dari para pengasuh dan
mengadakan Penyelidikan PKP
serta kegiatan Pos Gizi
♥ Mengidentifikasi keluargakeluarga PKP dan membantu
pelaksanaan Penyelidikan PKP
♥ Berinteraksi dengan pemimpinpemimpin desa, petugas
kesehatan, dan tim kesehatan
masyarakat
♥ Memantau rangkaian sesi Pos Gizi
dalam periode yang sama
♥ Membantu kader untuk
memobilisasi ibu-ibu yang pasif
agar seluruh ibu-ibu peserta
mempraktekan semua perilakuperilaku
♥ Mendapatkan bahan-bahan untuk
menu Pos Gizi serta mengajar para
kader dan ibu-ibu untuk menerima
tanggungjawab tersebut
♥ Membuat rencana tiap bulan
♥
♥
♥
♥
(agenda/rencana perjalanan) untuk
melaksanakan Pos Gizi pada area
geografis yang dituju
memastikankan pelaksanaan
protokol Pos Gizi (cuci tangan,
makanan kecil, memasak, dan
memberi makan peserta latihan)
Memiliki pemahaman gizi yang
cukup untuk menu-menu
pengganti (buah tambahan, sayursayuran pengganti,
mengidentifikasi jenis makanan
berdasarkan musim
Membantu para kader untuk
memandu pengasuh-pengasuh
dalam proses memasak agar
makanan menjadi enak, lezat, dan
sesuai untuk anak-anak
Adakan kunjungan-kunjungan ke
rumah para peserta bersama
dengan kader.
Kualifikasi-kualifikasi
♥ Hidup bersama dengan
masyarakat yang dituju
♥ Memiliki relasi yang baik dengan
para wanita dan kelompokkelompok wanita
♥ Rendah hati
♥ Pendidikan tingkat 8 (minimal)
♥ Memiliki pengalaman dalan
kesehatan masyarakat
Kompetensi-kompetensi Utama
♥ Prinsip-prinsip pendidikan orang
♥
♥
♥
♥
♥
♥
dewasa
Ketrampilan melakukan supervisi
Kemampuan teknis Posyandu:
penggunaan metode
anthropometric
Prinsip-prinsip dasar gizi
Mobilisasi masyarakat
Konsep PKP
Penggunaan tabel-tabel nilai
makanan
♥ Survei pasar
♥ Perencanaan menu untuk
memenuhi kalori dan protein yang
dibutuhkan
♥ Teknik-teknik stimulasi dan
pengembangan untuk anak-anak
usia dini
♥ Teknik-teknik pemantauan dan
evalu asi yang berbasis
masyarakat
42 / Bab Dua: Mobilisasikan, Seleksi & Pelatihan
CONTOH URAIAN TUGAS
3. Contoh Uraian Tugas untuk
TIM KESEHATAN DESA
Tugas-tugas
♥ Lakukan analisis situasi kesehatan
♥
♥
♥
♥
♥
♥
♥
masyarakat dan ceritakan
masalah-masalah yang ada dengan
seluruh penduduk desa
Berpartisipasi dalam
mengidentifikasi anak-anak yang
mengalami kekurangan gizi
melalui pemeriksaan gizi atau
melalui Posyandu
Berpartisipasi dalam
mengidentifikasi keluarga PKP
dan mengadakan Penyelidikan
PKP
Berpartisipasi dalam penyusunan
program dan penetapan tujuan
Menganjurkan para pemimpin
masyarakat untuk memberikan
sumber-sumber yang dibutuhkan
oleh program Pos Gizi serta
Posyandu
Mengatur dan mengkoordinir
aktivitas-aktivitas pada tingkat
lokal, termasuk penyusunan
jadwal, mendapatkan persediaan
dan perlengkapan yang
dibutuhkan, seleksi partisipan dan
memastikan kehadiran partisipan
Menetapkan kriteria seleksi,
menyeleksi, dan memantau kader
Pos Gizi
Berkolaborasi dengan organisasi
yang ikut melaksanakan program
Pos Gizi serta dengan petugas
kesehatan di daerah tersebut
♥ Melacak kejadian-kejadian
♥
♥
♥
♥
♥
♥
penting dan laporkan pada
pemimpin-pemimpin masyarakat,
Depkes dan seluruh masyarakat
Mengelola Posyandu
Mempromosikan partisipasi di
dalam Pos Gizi
Mengumpulkan dan
menginterpretasikan data Pos Gizi
dan data Posyandu serta
membagikan data tersebut kepada
pemimpin-pemimpin masyarakat,
anggota-anggota masyarakat dan
petugas kesehatan
Buatlah Papan Monitoring Visual
masyarakat serta perbaharui secara
berkala
Lakukan evaluasi terhdap hasilhasil Pos Gizi dan tetapkan
kriteria kelulusan
Cari dukungan-dukungan lain,
sesuai kebutuhan, untuk
keluarga-keluarga Pos Gizi
termasuk bantuan makanan,
pekerjaan, pinjaman uang,
ma s u k k an - ma s uk k an ya n g
berhubungan denga pertanian,
dsb.
Kualifikasi-kualifikasi
♥ Peduli terhadap perbaikan status
kesehatan dan gizi di dalam
masyarakat tersebut
♥ Memiliki waktu untuk bekerja
♥ ketrampilan kerjasama tim yang
baik
♥ Dihormati oleh orang lain
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 43
Salah satu tugas dari Tim
Kesehatan Desa adalah
melatih para kader untuk
berpartisipasi dalam
penyusunan program dan
penetapan tujuan.
CONTOH URAIAN TUGAS
4. Contoh Uraian Tugas
KADER POS GIZI
Salah satu tugas dari kader
Pos Gizi adalah
mensupervisi para pengasuh
pada saat mereka mengolah
makanan, memasak
makanan, dan memberi
makan anak selama Pos
Gizi.
Tugas-tugas
♥ Menimbang berat badan,
menggambar berat badan tersebut
ke dalam bentuk grafik dan
memberikan konsultasi kepada
para ibu
♥ Aktif berpartisipasi dalam
mengadakan Penyelidikan PKP
♥ Mengundang anak-anak dan para
pengasuh untuk mengikuti
kegiatan Pos Gizi
♥ Membeli bahan-bahan makanan
tambahan dan siapkan sesuai
menu yang sudah ditetapkan
♥ Memberikan motivasi pada para
ibu untuk menghadiri dan
membawa kontribusi makanan
♥ Mendorong pemberian makanan
aktif
Kualifikasi-kualifikasi
♥ Kemauan untuk menyediakan
banyak waktu dan rumah miliknya
secara sukarela
♥ Sedah menikah dan memiliki anak
♥ Semua anaknya sehat dan cukup
gizi
♥ Memantau para pengasuh dalam
♥
♥
♥
♥
memproses makanan, memasak,
dan memberi makan anak selama
Pos Gizi
Mengajarkan ilmu gizi sederhana,
kesehatan makanan, dan pesanpesan kesehatan selama
aktivitasPos Gizi
Memantau daftar kehadiran,
kemajuan, dan kontribusikontribusi makanan
Memberi laporan pada Tim
Kesehatan Desa
Memberikan dukungan secara
intensif kepada para ibu di
rumah mereka masing-masing
selama dua minggu setelah Pos
Gizi
♥ Dihormati dan dipercaya
♥ Minimal memiliki kemampuan
baca-tulis tingkat dasar, jika
mungkin
♥ Memiliki semangat belajar
44 / Bab Dua: Mobilisasikan, Seleksi & Pelatihan
LATIHAN-LATIHAN YANG DIADAPTASIKAN UNTUK POS GIZI
1. BANGUNAN DESA
Dikontribusikan oleh Dr.Tariq, Penasehat Kesehatan Regional, Save
the Children
Tujuan: Untuk mengilustrasikan konsep PKP dengan menggunakan “alat 3dimensi” dan untuk menghasilkan diskusi diantara anggota suatu grup.
Dengan siapa: Perkumpulan anggota-anggota masyarakat, grup pria dan
grup wanita.
Waktu penggunaan: Saat pertemuan orientasi, sebagai langkah pertama
dari Penyelidikan PKP, atau pada saat sesi umpan balik mengenai penemuanpenemuan Penyelidikan PKP.
Materi: Sesuatu yang mewakili rumah-rumah (rumah-rumahan kecil dari
karton, bebatuan dengan ukuran yang berbeda-beda, batu bata atau bola-bola
lumpur); kapur, batang kayu, atau “magic markers”, 3-5 gambar kecil yang
memperlihatkan anak-anak sehat, 10-15 gambar kecil yang memperlihatkan
anak-anak tidak sehat. Jika anda tidak memiliki gambar, anda dapat
menggunakan daun-daun yang utuh untuk mewakili anak sehat dan daun-daun
rusak untuk mewakili anak yang mengalami kekurangan gizi.
Waktu yang dibutuhkan: 20 s/d 30 menit
Langkah-langkah
1. Gambar batasan-batasan dari sebuah desa khayalan. Ajak para partisipan
untuk menempatkan kotak-kotak atau bebatuan sebagai pengganti rumah
serta gambarkan petunjuk-petunjuk penting lainnya (jalanan, sungai,
jembatan, bangunan keagamaan, sekolah, dll.).
2. Tempatkan gambar anak-anak dibawah beberapa “rumah”, pastikan
beberapa rumah miskin mendapatkan gambar anak yang baik gizinya.
3. Jelaskan pada anggota-anggota masyarakat bahwa desa tersebut adalah
tempat dimana sebagian besar penduduknya memiliki kondisi sosialekonomi yang sama. Katakan bahwa tiap-tiap rumah (menunjuk pada
rumah yang memiliki selembar kertas) dihuni oleh anak-anak di bawah
usia tiga tahun, sebagian besar dari mereka mengalami kekurangan gizi.
4. Ajak para kader untuk mengangkat bebatuan atau batu-bata serta melihat
apa yang mereka temukan.
5. Tanyakan pada setiap orang mengenai apa yang mereka temukan di
rumah mereka. Mereka akan mengatakan anak-anak dengan gizi baik atau
anak-anak yang mengalami kekurangan gizi.
6. Ajak para kader untuk menghitung jumlah anak yang mengalami
kekurangan gizi serta jumlah anak yang baik gizinya. Kemudian katakan:
berapa banyak anak yang mengalami kekurangan gizi di desa ini?
Bagaimana kita dapat menyelesaikan masalah ini?
7. Dengarkan saran-saran dari penduduk desa. Anda ingin agar mereka
mengatakan, “Kita harus belajar dari keluarga-keluarga yang memiliki
anak bergizi baik mengenai apa yang mereka lakukan saat ini untuk
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 45
Bagian ini merupakan
Latihan-Latihan yang
Diadaptasi untuk Pos
Gizi
Banyak latihan-latihan
yang bisa diadaptasikan
dan digunakan untuk
Pos Gizi. Identifikasikan
pesan-pesan utama atau
ketrampilan yang harus
disampaikan kemudian
kembangkan cara yang
efektif untuk
menyampaikan pesan
atau ketrampilan dengan
menggunakan prinsipprinsip belajar bagi orang
dewasa.
Berikut ini adalah
beberapa contoh atau
latihan yang dibuat atau
didaptasikan untuk
ketrampilan. Tinjau
kembali buku-buku
mengenai aktivitasaktivitas belajar bagi
orang dewasa untuk
mencari ide-ide dan
LATIHAN-LATIHAN YANG DIADAPTASIKAN UNTUK POS GIZI
menjaga kesehatan anak mereka agar anak-anak lainnya yang mengalami
kekurangan gizi juga bisa sehat!” Jika anda mendengar respon ini, maka
harus dikuatkan. Jika anda tidak mendengarnya, maka berikan saran
tersebut setelah diadakan diskusi.
8. Undang para penduduk desa untuk memberi komentar dan pandu jalannya
diskusi untuk membantu menyadarkan bahwa prinsip yang sama dapat
diaplikasikan untuk mempelajari bagaimana cara menjaga kesehatan anak
di desa mereka.
2. PERILAKU KHUSUS POSITIF
Dikontribusikan oleh Dr. Hien, Pelayanan Kesehatan Distrik Dakrong,
Save the Children/Vietnam
Tujuan: Untuk mengembangkan rasa “kepemilikian masyarakat” dan
mamampukan anggota-anggota masyarakat untuk segera mengidentifikasikan
solusi-solusi yang dapat mengatasi masalah kekurangan gizi pada anak.
Dengan siapa: Para orangtua dari anak dibawah usia tiga tahun (atau target
usia lainnya), pria dan wanita dari jaringan kerja formal dan informal, kaderkader kesehatan, pemimpin-pemimpin desa, dll.
CATATAN
MENGENAI
MATERI►
Grafik pertumbuhan yang
berwarna dan berukuran besar
dapat disiapkan bersama
masyarakat setelah menilai
data awal gizi dan setelah
mengadakan survei peringkat
kesejahteraan untuk
mengidentifikasi anak-anak
PKP (lihat Bab 3). Dengan
menggunakan berat badan
setiap anak, tempatkan sebuah
bintang/patung kecil pada
grafik, di tempat yang tepat
untuk setiap anak. Gunakan
simbol bintang/patung kecil
berwarna hitam untuk anakanak dari keluarga “miskin”
dan bintang berwarna kuning
untuk anak-anak dari
“keluarga berada” .
Waktu penggunaan: Pada saat pertemuan masyarakat untuk memberikan
umpan balik terhadap temuan-temuan Penyelidikan PKP dan membuat
rencana kerja.
Materi: Grafik pertumbuhan berwarna yang berukuran besar disiapkan pada
pertemuan-pertemuan awal dengan masyarakat; kertas flip chart; spidol;
beberapa lembar kertas; 4 gambar mengenai anak sehat; 4 gambar mengenai
anak yang tidak sehat; selotip.
Waktu yang dibutuhkan: 2 jam
Langkah-langkah:
1. Sebelum pertemuan
A. Tempatkan gambar mengenai anak yang sehat di bagian tengah dari
poster pertama dan tempatkan gambar mengenai anak yang tidak sehat di
bagian tengah poster kedua. Ulangi agar tiap grup memiliki kedua buah
poster.
B. Tuliskan/ilustrasikan berbagai perilaku/kebiasaan yang berhubungan
dengan mencari pelayanan kesehatan, pengasuhan, pemberian makan, dan
kebersihan pada lembar kertas yang berbeda (satu kegiatan perlembar
kertas) yang ditemukan selama kunjungan-kunjungan pada keluarga PKP
dan non-PKP.
2. Ajak para penduduk desa untuk meninjau ulang kegunaan dari grafik
pertumbuhan yang sudah disiapkan sebelumnya. Minta mereka untuk
maju ke depan grafik untuk menunjukkan perbedaan-perbedaan yang
tergambar pada grafik tersebut. Dukunglah fakta bahwa meskipun
sebagian besar anak-anak dari keluarga-keluarga miskin mengalami
kekurangan gizi, ada beberapa keluarga-keluarga miskin yang memiliki
anak-anak dengan gizi baik.
46 / Bab Dua: Mobilisasikan, Seleksi & Pelatihan
LATIHAN-LATIHAN YANG DIADAPTASIKAN UNTUK POS GIZI
3. Bagilah para partisipan menjadi empat kelompok. Berikan kepada setiap
kelompok dua lembar kertas sebesar flipcharts (satu dengan gambar anak
bergizi baik dan satu lagi menggambarkan anak yang mengalami
kekurangan gizi). Berikan kepada setiap kelompok satu set kertas yang
bertuliskan berbagai perilaku/kebiasaan mencari pelayanan kesehatan
(Kelompok 1: perilaku mencari pelayanan kesehatan; Kelompok 2:
pengasuhan; Kelompok 3: pemberian makan; Kelompok 4: kebersihan).
Fasilitator menjelaskan secara perlahan bahwa berbagai
perilaku/kebiasaan yang tertulis pada kertas tersebut berasal dari keluargakeluarga di masyarakat mereka.
▲Tips untuk
Langkah Kedua
Fasilitator dapat
memanggil beberapa
orang untuk maju ke depan
grafik dan mengulang
penjelasan untuk memastikan
bahwa setiap orang sungguhsungguh memahaminya.
4. Ajak kelompok-kelompok untuk meninjau ulang perilaku-perilaku dan
tempelkan tiap perilaku pada salah satu flipchart yang masing-masing
mewakili gambar anak yang bergizi baik serta anak yang mengalami
kekurangan gizi. Perilaku-perilaku yang mereka anggap baik harus
ditempatkan pada gambar anak yang bergizi baik sedangkan perilakuperilaku yang mereka anggap buruk harus ditempatkan pada gambar anak
yang mengalami kekurangan gizi.
5. Setelah 10-15 menit, kembalikan keempat kelompok tersebut kedalam
kelompok yang lebih besar untuk saling menceritakan hal-hal yang sudah
mereka temukan. Sebagai contoh, kelompok dengan kertas yang
bertuliskan kebiasaan-kebisaan pemberian makan (seperti, penggunaan
colostrum, tidak menggunakan colostrum, pemberian ASI segera setelah
melahirkan, pemberian ASI setelah empat hari, dsb.) harus menjelaskan
mengapa mereka menempatkan setiap perilaku pada gambar.
6. Setelah setiap kelompok mempresentasikan, ajak semua partisipan untuk
mendiskusikan penemuan mereka, serta berikan pernyataan setuju, tidak
setuju, atau mendukung. Adakan sebanyak mungkin diskusi yang
menyenangkan. Cara terbaik untuk memperbaiki kesalahan adalah dengan
menggunakan pengalaman dan kearifan dari seluruh kelompok.
7. Setelah semua orang sudah mempresentasikan, tekankan kembali bahwa
“semua kebiasaan yang terdaftar berasal dari keluarga-keluarga dalam
masyarakat tersebut!”
8. Ajak satu orang dari setiap kelompok untuk maju ke depan kertas yang
memuat gambar anak bergizi baik serta “kebiasaan-kebiasaan baik” yang
sudah diseleksi. Minta mereka untuk menempatkan tanda “X” berwarna
hitam dibawah kebiasaan-kebiasaan yang dapat dilakukan/digunakan oleh
keluarga miskin dan tempatkan tanda “X” berwarna merah dibawah
kebiasaan-kebiasaan yang bisa dilakukan/digunakan oleh keluarga kaya.
Catatan dari Vietnam Tindakan untuk mengidentifikasi beberapa
perilaku yang hanya bisa dilakukan/digunakan oleh keluarga kaya,
bukanlah tindakan yang percuma,seperti penggunaan sabun untuk
mencuci baju, dan menyediakan baju-baju hangat yang cukup untuk
dipakai anak pada saat musim dingin. Semua perilaku/kebiasaan yang
diberi kedua tanda ”X” warna hitam dan merah ,enandakan bahwa
mereka dapat digunakan oleh seluruh masyarakat.
9. Untuk menyusun rencana kerja, tanyakan kepada para partisipan apa yang
hendak mereka lakukan terhadap anak-anak yang mengalami kekurangan
gizi di dalam masyarakat mereka. Dengan harapan, mereka semua
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 47
◄Contoh untuk
Langkah 6
Satu kelompok
mengidentifikasikan
penggunaan colostrum
sebagai kebiasaan negatif
(menempatkannya pada
gambar anak yang mengalami
kekurangan gizi). Setelah
diskusi, semua kelompok
memutuskan kebiasaan
tersebut sebagai kebiasaan
yang baik dan
memindahkannya ke gambar
anak yang bergizi baik.
Catatan dari
Vietnam
Diskusi yang baru
diadakan oleh para
partisipan berfokus pada caracara untuk mengajak keluargakeluarga yang anaknya kurang
gizi agar mau berkunjung ke
keluarga-keluarga dengan anak
gizi baik serta mempelajari
tindakan-tindakan yang mereka
lakukan sehingga mereka dapat
memiliki anak-anak bergizi baik.
Dengan cepat, pendudukpenduduk desa menambahkan
bahwa akan lebih berguna jika
mereka diajak untuk berlatih atau
melakukan perilaku-perilaku
baru, daripada hanya mendengar
saja. Keseluruhan pertemuan
menghabiskan waktu selama
dua jam dan merupakan
demonstrasi yang sangat bagus
mengenai bagaimana ide-ide
kolektif, pengalaman dan
pengetahuan dari sebuah
masyarakat dapat diungkapkan
serta dimanfaatkan untuk
mengatasi masalah-masalah
mereka dengan menggunakan
sumber-sumber yang tersedia.
Sang fasilitator berulang-ulang kali
mengarahkan fakta bahwa
penimbangan berat badan anak,
pembuatan grafik pertumbuhan
yang berukuran besar, dan
penemuan fakta mengenai
kemungkinan bagi sebuah
keluarga miskin untuk memiliki
anak dengan gizi baik, semuanya
itu dilakukan oleh masyarakat.
Begitu juga dengan penemuan
perilaku-perilaku baru yang
memungkinkan keluarga-keluarga
miskin untuk memiliki anak-anak
dengan gizi baik, hal tersebut
didasarkan pada berbagai
perilaku/kebiasaan yang
ditemukan di rumah anggotaanggota masyarakat mereka!
Penekanan terhadap fakta-fakta
ini menghasilkan rasa
“kepemilikan masyarakat” karena
mereka mampu mendefinisikan
masalah dan mengidentifikasikan
strategi-strategi untuk mengatasi
kekurangan gizi, sudah
didemonstrasikan dan saat ini
terbukti bisa dimiliki oleh semua
orang dalam masyarakat.
LATIHAN-LATIHAN YANG DIADAPTASIKAN UNTUK POS GIZI
menginginkan anak-anak yang mengalami kekurangan gizi dapat
memperoleh gizi yang baik. Tanyakan kepada para partisipan mengenai
cara mereka menggunakan daftar perilaku yang baru dibuat yang
mengarah kepada anak-anak “bergizi baik” untuk memperbaiki status
kesehatan gizi seluruh anak dalam masyarakat tersebut.
3. MEMBANGUN SAMPAI KE LANGIT
Tujuan: Untuk mengilustrasikan konsep berkesinambungan.
Dengan siapa: Berbagai kelompok dari anggota-anggota masyarakat
(pemimpin-pemimpin, guru-guru, pengambil-pengambil keputusan, pria,
wanita) dan para pelajar.
Waktu penggunaan: Pada saat pertemuan dengan masyarakat untuk
memperoleh umpan balik mengenai temuan-temuan Penyelidikan PKP dan
pembuatan rencana kerja; pada saat pelatihan mengenai konsep Penyelidikan
PKP.
Materi: Empat objek dengan ukuran serupa (misalnya batu bata, buku-buku,
buku telepon, dan kamus).
Waktu yang dibutuhkan: 5 menit
Langkah-langkah
1. Bagi para partisipan minimal kedalam tiga kelompok. Setiap kelompok
harus berdiri berjauhan dari kelompok-kelompok lainnya.
2. Jelaskan bahwa setiap kelompok harus membangun sebuah bangunan
setinggi-tingginya, dalam waktu singkat, dengan menggunakan objekobjek yang tersedia dalam ruangan. Kelompok yang menang adalah
kelompok yang dapat membangun paling tinggi.
3. Untuk membuatnya menjadi lebih sulit, berikan objek dengan ukuran
yang sama (batu bata atau buku) kepada setiap kelompok dan minta
mereka untuk membangun di atas dasar tersebut.
4. Berikan waktu 3 menit untuk membangun
5. setelah waktu 3 menit sudah habis, berikan selamat kepada kelompok
yang menang. Kemudian berikan waktu istirahat.
6. Lanjutkan dengan memindahkan dasar dari bangunan tersebut dan
lihatlah bangunan tersebut mulai berjatuhan.
7. Tanyakan pada para partisipan mengenai apa yang telah terjadi.
8. Pandu diskusi tersebut untuk menjelaskan bahwa permainan tadi
menunjukkan kebutuhan akan pembangunan diatas dasar yang melibatkan
kerjasama masyarakat sejak hari pertama. Kegiatan tersebut merupakan
permainan yang menyenangkan dan latihan yang baik untuk
mengilustrasikan konsep pembangunan diatas sumber-sumber yang
tersedia dan penggunaan pendekatan berbasis kepemilikan.
48 / Bab Dua: Mobilisasikan, Seleksi & Pelatihan
LATIHAN-LATIHAN YANG DIADAPTASIKAN UNTUK POS GIZI
4. NYALAKAN LILIN
Dikontribusikan oleh petugas lapangan Save the Children di Kamp
Pengungsi Afganistan.
Tujuan: Untuk mengilustrasikan bagaimana individu-individu bisa saling
balajar dan menyebarkan kebiasaan-kebiasaan baru keseluruh masyarakat.
Dengan siapa: Kelompok-kelompok anggota masyarakat (pemimpinpemimpin, guru-guru, pengambil keputusan, dan pria serta wanita lainnya).
Waktu penggunaan: Pada saat pertemuan masyarakat untuk memperoleh
umpan balik dari temuan-temuan penyelidikan PKP dan pembuatan rencana
kerja; pada hari terakhir sesi Pos Gizi.
Materi: 25 s/d 30 lilin serta satu kotak korek api.
Waktu yang dibutuhkan: 3 s/d 5 menit.
Langkah-langkah
1. Bagikan lilin kepada setiap orang dalam kelompok tersebut.
2. Mengidentifikasi dua atau tiga anggota masyarakat yang aktif dari para
peserta dan nyalakan lilin-lilin mereka.
3. Minta anggota masyarakat yang tridentifikasi untuk menyalakan lilin
orang-orang yang ada di sebelahnya.
4. Minta individu-individu tersebut untuk menyalakan lilin dari orangorang yang ada disekitar mereka, dst…dst…
5. Tanyakan pada partisipan untuk menjelaskan maksud dari aktivitas
tersebut.
6. Pandu diskusi tersebut untuk mengilustrasikan pengaruh dari komitmen
partisipan untuk menyebarkan apa yang sudah mereka pelajari kepada
orang lain (keluarga, teman-teman, dll.). Aktivitas ini juga dapat
mengilustrasikan inti dari kemajuan “dari gelap ke terang,” terutama jika
dilakukan pada malam hari.
5. MEKANISME PENANGGULANGAN MASALAH
Tujuan: Untuk mengilustrasikan bahwa meskipun sumber-sumber yang
tersedia hanya sedikit (berkurang), ada beberapa orang yang dapat
menanggulangi situasi tersebut dengan lebih baik dibandingkan tetanggatetangga mereka.
Materi: Beberapa lembar kertas/taplak berukuran besar.
Waktu yang dibutuhkan:Kurang lebih 10 menit
Langkah-langkah
1. Bagi para partisipan ke dalam kelompok yang beranggotakan tiga atau
empat orang, berikan kepada masing-masing kelompok selembar kertas
atau taplak dengan ukuran yang sama. (Idealnya harus ada minimal tiga
kelompok untuk latihan ini.)
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 49
Variasi
Latihan
“Menyalakan
Lilin”
#1 : Ilustrasi Konsep PKP
dalam Bentuk Anjuran.
Daripada menyuruh fasilitator
untuk menggunakan korek
api dan menyalakan beberapa
lilin, panggillah dua atau tiga
orang dari peserta untuk
membawa lilin dan korek api
(mewakili individu-individu
PKP dengan perilaku khusus
positif PKP). Mereka
menyalakan lilin masingmasing dan lilin tetangganya.
#2 : Perbandingan antara
Program Depkes dengan
Sistem Berbasis
Masyarakat (Digunakan
selama pelatihan) Petugas
kesehatan yang
teridentifikasi, menyalakan
lilinnya sendiri kemudian
menyalakan setiap lilin dari
para peserta. Latihan ini
diulang dengan menggunakan
versi asli yang sudah
dideskripsikan sebelumnya.
Diskusikan perbedaanperbedaan mengenai
pengalaman dan jumlah total
waktu yang dibutuhkan.
LATIHAN-LATIHAN YANG DIADAPTASIKAN UNTUK POS GIZI
2. Jelaskan bahwa setiap kelompok harus menempatkan diri mereka agar
semua anggota dapat berdiri pada lembar kertas tersebut tanpa ada
bagian-bagian lain dari tubuh mereka yang menyentuh lantai.
Pemenangnya adalah kelompok yang berhasil melakukannya.
Lipat kertas menjadi sangat
kecil sehingga hanya satu
kelompok yang mampu
bertahan di dalam batasbatas kertas mereka.
3. Setelah semua kelompok berhasil mengerjakan tugas tersebut, ucapkan
selamat. Kemudian, minta mereka untuk melangkah keluar, lipat kertas
tersebut pada bagian tengahnya dan minta mereka mengulangi latihan
tadi. Ulangi langkah ini sampai kertas terlipat menjadi sangat kecil
sehingga hanya satu kelompok yang mampu bertahan di dalam batasbatas kertas mereka. Ucapkan selamat pada kelompok yang menang.
4. Tanyakan pada partisipan untuk menjelaskan hubungan antara latihan
tersebut dengan topik yang sedang didiskusikan. Contoh: Bagaimana
seseorang dapat mengatasi masalah ketika sumber-sumber yang tersedia
semakin sedikit? Cara-cara penggulangan apa yang dikembangkan oleh
individu-individu atau kelompok-kelompok untuk mengatasi krisis?
Apa sajakah karakteristik dari Penyelidikan PKP.
6. LATIHAN UNTUK KELOMPOK KECIL
Tujuan: meningkatkan pemahaman mengenai pendekatan PKP.
Materi: Tidak ada
Waktu yang dibutuhkan: 30 menit (15 menit di dalam kelompokkelompok kecil; 15 menit berdiskusi dalam kelompok besar)
Langkah-langkah
1. Bagi para partisipan ke dalam tiga kelompok. Berikan salah satu
pertanyaan atau pernyataan dibawah ini kepada tiap kelompok.
2. Minta setiap kelompok untuk melapor kembali kepada kelompok besar
pada saat berdiskusi.
Kelompok 1: Jawab pertanyaan berikut ini “Dimanakah letak perbedaan
antara pendekatan PKP dengan alat-alat pemecahan masalah yang
dikembangkan secara tradisional?” Sediakan flipcharts dengan dua kolom
(satu untuk alat-alat tradisional dan satu lagi untuk PKP) dan minta para
partisipan untuk menulis jawaban-jawaban mereka pada kolom yang tepat.
Kelompok 2: Diskusikan pernyataan ini “ Pendekatan PKP merupakan
alat untuk memastikan kelangsungan dari suatu proyek pengembangan.”
Kelompok 3: Diskusikan pernyataan ini “Perilaku khusus Positif =
mencari solusi dari masalah-masalah masyarakat di dalam masyarakat itu
sendiri.”
7. ASUMSI-ASUMSI
Tujuan: Identifikasi penyebab-penyebab kekurangan gizi; menantang
asumsi-asumsi yang sudah ada.
Materi: Flipchart; spidol
50 / Bab Dua: Mobilisasikan, Seleksi & Pelatihan
LATIHAN-LATIHAN YANG DIADAPTASIKAN UNTUK POS GIZI
Waktu yang dibutuhkan: 20 s/d 30 menit
Langkah-langkah
1. Ajak para partisipan untuk menulis lima hal yang mereka percayai
sebagai penyebab kekurangan gizi.
2. Kumpulkan seluruh daftar yang berbeda-beda dan tuliskan hal-hal
tersebut dari yang paling umum secara berurutan di flipchart.
3. Tantanglah kelompok untuk mengidentifikasikan penyebab-penyebab
yang merupakan “asumsi” dan tidak sepenuhnya benar.
4. Diskusikan mengapa kekurangan gizi tidak berkorelasi secara langsung
dengan status ekonomi. Orang-orang biasanya beranggapan bahwa
dengan peningkatan pendapatan, maka gizi juga lebih baik. Orangorang dengan pemasukan yang meningkat mungkin akan membeli
barang-barang mewah lainnya dibandingkan makanan-makanan bergizi
untuk keluarganya. Inilah sebabnya mengapa kunjungan kepada
keluarga-keluarga berkecukupan namun anaknya mengalami
kekurangan gizi terkadang diikutkan dalam penyelidikan PKP.
8. BIAYA UNTUK PKP
Orang-orang biasanya
beranggapan bahwa dengan
peningkatan pendapatan,
maka gizi juga lebih baik.
Orang-orang dengan
pendapatan yang meningkat
mungkin akan membeli
barang-barang mewah
lainnya daripada membeli
makanan bergizi bagi
keluarganya.
Tujuan: Tingkatkan kesadaran mengenai berbagai perilaku dan kebiasaan
yang tidak mahal namun bisa mengurangi kekurangan gizi bahkan diantara
orang-orang yang miskin.
Variasi “BiayaBiaya PKP”
Materi: Tidak ada
Waktu yang dibutuhkan: 15 s/d 20 menit
Langkah-langkah
1. Tanyakan kepada para partisipan berapa biaya yang dibutuhkan untuk:
♥ Penggunaan sayur-sayuran lokal
♥ Penggunaan makanan khas positf yang bisa dikumpulkan
♥ Pemberian ASI
♥ Mencuci tangan mereka
♥ Melatih kesehatan pribadi
♥ Pengasuhan seorang anak
♥ Interaksi dengan seorang anak
♥ Memberikan stimulasi pada seorang anak
♥ Mencegah dehidrasi
2. Jelaskan bahwa meskipun sebagian besar orang menganggap kemiskinan
sebagai penyebab utama kekurangan gizi, ada beberapa kebiasaan gizi
yang baik dan tidak berhubungan dengan jumlah pendapatan serta tidak
mahal, dan terkadang gratis.
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 51
Demonstrasikan
keuntungan-keuntungan
biaya dari pendekatan
PKP/Pos Gizi dengan
meminta para partisipan
untuk membandingkan dan
mendiskusikan biaya dan
metode berikut ini, yang
berhubungan dengan
rehabilitasi seorang anak
yang mengalami kekurangan
gizi:
♥ Biaya rumah sakit: $100
♥ Biaya izin masuk pusat
rehabilitasi gizi: $35
♥ Biaya untuk berpartisipasi
dalam Pos Gizi: $4
LATIHAN-LATIHAN YANG DIADAPTASIKAN UNTUK POS GIZI
9. MAKANAN-MAKANAN TRADISIONAL
Tujuan: Demonstrasikan mengenai nilai dari makanan-makanan tradisional
serta kegunaan dari alat perencanaan makanan.
Materi: Gambar Tabel Makanan
Keterangan Gambar:
Sereal (pertumbuhan)
Lemak (energi)
Sayur-sayuran (vitamin, mineral)
Protein (produk dari hewan seperti tulang, otot)
Pemberian ASI
Waktu yang dibutuhkan: 30 menit
Langkah-langkah
1. Berjalan mengelilingi ruangan sambil bertanya pada setiap partisipan
untuk menjelaskan makanan atau hidangan tradisional favorit masingmasing yang biasanya dimasak oleh nenek mereka.
2. Gunakan metode tabel makanan (dibahas pada bab 5) untuk menganalisa
nilai-nilai gizi dari makanan tradisional.
3. Diskusikan mengapa makanan-makanan tradisional yang biasanya
seimbang dan bergizi dan mengapa pada jaman modern ini kita
melupakan beberapa kearifan nenek moyang.
52 / Bab Dua: Mobilisasikan, Seleksi & Pelatihan
LATIHAN-LATIHAN YANG DIADAPTASIKAN UNTUK POS GIZI
10. PILIHAN-PILIHAN MAKANAN
Tujuan: Mengajarkan prinsip-prinsip gizi yang baik
Materi: Tidak ada (bisa menggunakan flipchart atau kertas)
Waktu yang dibutuhkan: 15 s/d 20 menit
Langkah-langkah
1. Ajak partisipan untuk mengingat makanan yang sudah mereka makan
selama 24 jam terakhir.
2. Diskusikan pilihan-pilihan makanan mereka dan seberapa besar gizinya.
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 53
Ajak partisipan untuk
mengingat semua makanan
yang sudah mereka makan
selama 24 jam terakhir.
Bagian ini memuat Garis
Besar Pelatihan untuk
kader yang digunakan
oleh Save the Children,
Myanmar
Materi:
♥ Flip chart, kertas flip chart,
papan tulis, pembersih debu,
spidol.
♥ Poster mengenai hasil
Posyandu dari para
penduduk desa.
♥ Poster-poster mengenai
penemuan PKP dari para
penduduk desa.
♥ Diagram Tabel Makanan
♥ Makanan-makanan dari
empat kelompok makanan,
terutama makanan-makanan
khas positif.
♥ Gambar-gambar atau
ilustrasi-ilustrasi mengenai
makanan khas positif untuk
dijadikan poster.
♥ Beras dan nasi masingmasing 350 gram
♥ Alat ukur lokal (cangkir
plastik, sendok, timbangan
lokal, neraca, dsb.)
♥ Alat bantu visual untuk
menu makanan dan daftar
menu PKP/Pos Gizi
♥ Poster kalender bulanan
♥ Satu buah buku panduan
PKP/Pos Gizi untuk masingmasing kelompok
♥ Satu lembar poster
mengenai tujuan dari pesanpesan PKP/Pos Gizi untuk
tiap lokasi.
♥ Beberapa bulpen berwarna
dan kertas lebar (dua
lembar kertas untuk
masing-masing kelompok)
CONTOH GARIS BESAR PELATIHAN UNTUK PARA KADER
MODUL SATU
Partisipan: Para kader Pos Gizi yang diseleksi dari penduduk-penduduk
desa yang berbeda-beda.
Durasi/kerangka waktu: 2 hari (Hari 1: 6 jam; Hari 2: 6 jam)
Tujuan pelatihan: Setelah mengikuti pelatihan ini, partisipan akan mampu
untuk:
1. Menjelaskan dua tujuan proyek kepada para ibu dan pengasuh.
2. Meyakinkan para ibu untuk membawa kontribusi makanan “spesial”
setiap hari pada saat sesi Pos Gizi.
3. Mempersiapkan dan menjelaskan sesi PKP/Pos Gizi di rumah mereka
atau di rumah anggota masyarakat lainnya.
4. Mengajarkan kepada para ibu dan anggota-anggota keluarga mengenai
peran-peran dan tanggungjawab mereka dengan menggunakan alat
bantu visual agar PKP/Pos Gizi dapat terlaksana dengan suskses.
5. Buat dan gunakan buku PKP/Pos Gizi.
HARI 1 (6 jam)
Garis besar
I. Tinjauan Ulang
A. Kata Sambutan/Kata Pengantar
B. Meninjau ulang penemuan-penemuan dari Penyelidikan PKP (Flip charts
mengenai penemuan-penemuan PKP)
C. Meninjau ulang mengenai “Siapa yang akan kita bantu?” (Poster
mengenai hasil penimbangan Posyandu)
D. Tujuan pelatihan PKP/Pos Gizi(Flip chart 1)
II Informasi mengenai PKP/Pos Gizi
A. Apakah dua tujuan dari PKP/Pos Gizi? (Flip charts mengenai tujuantujuan)
B. Apakah yang dimaksud dengan sesi Pos Gizi? Kapan Pos Gizi
dilaksanakan? (Flip chart/kalender)
C. Siapakah yang akan bekerja untuk merehabilitasi anak-anak yang
mengalami kekurangan gizi dan apakah peran dari tiap-tiap orang?
D. Peran dari para kader
E. Syarat-syarat untuk menghadiri sesi Pos Gizi
F. Membawa kontribusi makanan dari keluarga secara individual untuk
rehabilitasi anak-anak yang mengalami kekurangan gizi.
G. Latihan 1 – Buatlah poster-poster mengenai yang berisi tujuan-tujuan
serta kontribusi makanan keluarga.
H. Role-play dengan menggunakan poster.
III Membuat Menu untuk PKP/Pos Gizi
A. Analisa tabel makanan
B. Membuat menu Pos Gizi
C. Membuat menu spesial: menu dari keluarga-keluarga miskin yang
memiliki anak bergizi baik
D. Menghitung setiap porsi untuk masing-masing anak dengan alat ukur
54 / Bab Dua: Mobilisasikan, Seleksi & Pelatihan
CONTOH GARIS BESAR PELATIHAN UNTUK PARA KADER
yang biasa digunakan di rumah
E. Jadwal menu Pos Gizi
F. Memasak makan siang bersama dan berikan nama lokal untuk proyek
tersebut
G. Menciptakan satu lagu untuk PKP/Pos Gizi, role-play
HARI 2 (6 jam)
I. Meninjau ulang kegiatan hari pertama
A. Role-play menggunakan poster mengenai tujuan dari PKP/Pos Gizi dan
kontribusi keluarga.
B. Meninjau ulang berbagai perilaku pemberian makan, pengasuhan,
kebersihan dan mencari pelayanan kesehatan yang menguntungkan serta
berbasis rumahtangga (Termasuk kebiasaan-kebisaan PKP)
II. Protokol
A. Apakah yang dimaksud dengan buku Pos Gizi?
B. Latihan 2: Membuat buku Pos Gizi
C. Alat-alat yang dibutuhkan pada saat sesi Pos Gizi
D. Prosedur-prosedur dan tugas-tugas untuk sesi Pos Gizi selama satu hari.
III. Logistik
A. Persiapan untuk sesi Pos Gizi pertama
B. Apa yang harus dikatakan kepada keluarga yang anaknya mengalami
kekurangan gizi (role-play)
C. Melatih lagu-lagu interaktif
D. Menyelesaikan latihan untuk hari itu
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 55
Buatlah menu spesial dari
keluarga-keluarga miskin
yang memiliki anak bergizi
baik.
CONTOH GARIS BESAR PELATIHAN UNTUK PARA KADER
MODUL DUA
Modul kedua dilaksanakan
setelah minggu pertama sesi
Pos Gizi dan sebelum
minggu kedua.
Partisipan: kader Pos Gizi yang diseleksi dari penduduk-penduduk desa
yang berbeda-beda.
Durasi/kerangka waktu: 2 hari (Hari 1: 4 jam; Hari 2: 6 jam)
Tujuan pelatihan: Setelah mengikuti pelatihan ini, partisipan akan mampu
untuk:
1. Menggunakan alat bantu visual secara efektif
2. Menjalankan diskusi kelompok terarah bersama para pengasuh dari anakanak yang mengalami kekurangan gizi mengenai berbagai topik yang
berbeda setiap hari selama sesi Pos Gizi.
3. Menghitung kemajuan anak-anak secara individual dan berikan konsultasi
kepada para pengasuh sesuai kebutuhan masing-masing pada akhir sesi Pos
Gizi.
4. Laporkan hasil dari sesi Pos Gizi kepada Tim Kesehatan Desa (TKD).
HARI 1 (4 jam)
I. Meninjau ulang Pos Gizi yang sedang berlangsung
A.Sambutan dan perkenalan; Tujuan-tujuan dari pelatihan Pos Gizi
B.Meninjau ulang tujuan-tujuan Pos Gizi (flip chart)
C.Tanggapan mengenai minggu ke-1: Pelajaran yang dipelajari (flip chart)
D.Meninjau ulang menu Pos Gizi (Tabel makanan – flip chart dan handout)
E.Peran ayah (pilihan/optional)
II. Topik-topik diskusi Pos Gizi dan diskusi (kelompok terarah)
A. Garis Besar
1. Meninjau ulang kebiasaan-kebiasaan pemberian makan,
pengasuhan, dan mencari pelayanan kesehatan.
2. Presentasi keempat alat bantu visual
3. Jelaskan jadwal pemberian pesan-pesan dasar (flip chart dan
handout)
B. Topik Pertama: Kebersihan Makanan dan Tubuh
1. Fakta-fakta (flip chart dan sabun)
2. Bagaimana cara mempresentasikan alat bantu visual
(pertanyaan-pertanyaan)
3. Role-play dari pelatih untuk memfasilitasi diskusi kelompok
terarah
4. Role-play dari para kader untuk memfasilitasi diskusi kelompok
terarah dan pemberian umpan balik.
C. Topik kedua: pemberian ASI
1. Fakta-fakta (flip chart, pertanyaan-pertanyaan, dan demonstrasi)
2. Tinjauan ulang mengenai cara mengadakan diskusi kelompok
terarah dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan seputar
pemberian ASI.
3. Para kader mengadakan role-play mengenai diskusi kelompok
terarah dari topik kedua dan berikan tanggapan.
56 / Bab Dua: Mobilisasikan, Seleksi & Pelatihan
CONTOH GARIS BESAR PELATIHAN UNTUK PARA KADER
HARI 2 (6 jam)
Lakukan pemanasan dengan menyanyikan dua lagu anak-anak beserta
gerakan-gerakannya (tubuh dan lalat)
I. Meninjau Ulang Hari Pertama
II. Topik-Topik Kesehatan
A. Topik ketiga: Pencegahan dan perawatan penyakit
1. Fakta-fakta (flip chart – LGG berbasis rumah tangga)
2. Meninjau ulang pertanyaan-pertanyaan untuk diskusi kelompok
3. Bagaimana cara memeriksa kecepatan pernapasan anak dan cara
menerapkan LGG di rumah (berlatih bersama anak).
4. Para kader mengadakan role-play mengenai diskusi kelompok
terarah dari topik ketiga dan berikan umpan balik.
B. Topik keempat: Perawatan anak berusia muda
1. Fakta-fakta (flip chart dan permainan/lagu interaktif)
2. Meninjau ulang pertanyaan-pertanyaan untuk diskusi kelompok
terarah.
3. Para kader mengadakan role-play mengenai diskusi kelompok
terarah dari topik keempat dan berikan tanggapan.
C. Topik kelima: Pesan di hari terakhir “Apa yang dapat kita kerjakan
sendiri di rumah?”
Meninjau ulang topik-topik
Pos Gizi seperti pencegahan
dan pengobatan penyakit
dengan menggunakan flip
III. Prosedur-prosedur untuk hari terakhir Pos Gizi
chart yang menunjukkan
A. Prosedur-prosedur dan tugas-tugas untuk sesi Pos Gizi selama 12 LGG berbasis rumah
hari.
B. Memberikan konsultasi kepada para ibu dan anggota-anggota
keluarga di akhir sesi Pos Gizi.
C. Menggunakan role-play untuk melatih pemberian konsultasi kepada
para ibu dan anggota keluarga.
D. Membuat laporan Pos Gizi.
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 57
58 / Bab Dua: Mobilisasikan, Seleksi & Pelatihan
Ada dimana anda?
BAB TIGA
Langkah 3: Persiapan Penyelidikan
PKP
A. Tentukan target kelompok usia
B. Lakukan penilaian status gizi awal
C. Lakukan analisa situasi
D. Lakukan survei peringkat kesejahteraan
E. Lakukan pertemuan dengan masyarakat
untuk memperoleh umpan balik mengenai
hasil survei gizi awal, perkenalan konsep
PKP dan menentukan tujuan-tujuan dan
sasaran-sasaran yang ingin dicapai.
F. Identifikasikan pelaku-pelaku PKP
G. Latih dan persiapkan tim Penyelidikan
PKP
LANGKAH 2
Mobilisasikan
masyarakat;Seleksi
dan Pelatihan
LANGKAH 3
Persiapan
Penyelidikan PKP
LANGKAH 4
Adakan
Penyelidikan PKP
enyelidikan PKP merupakan alat survei masyarakat yang digunakan
untuk menemukan kebiasaan-kebiasaan yang sukses atau diinginkan dari
para pengasuh PKP yang dapat ditiru oleh anggota masyarakat lainnya untuk
mengatasi masalah besar masyarakat. Dalam program PKP/Pos Gizi, yang
menjadi fokus adalah kebiasaan-kebiasaan untuk mengurangi kekurangan
gizi.
LANGKAH 6
Pelaksanaan
Kegiatan Pos Gizi
LANGKAH 7
Mendukung
Perilaku-Perilaku
Baru
LANGKAH 8
Ulangi kegiatan
Pos Gizi Gizi
sesuai Kebutuhan
Keterangan Gambar:
1 Hari Identifikasi kelompok target dalam masyarakat
1 s/d 2 Hari Lakukan survei data awal gizi
1 s/d 3 Hari Lakukan analisa situasi dan peringkat kesejahteraan
1/2 Hari Bertemu dengan masyarakat
1 Hari Melatih dan mempersiapkan tim PKP
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 59
LANGKAH 9
Perluasan Program
PKP/Pos Gizi
EVALUASI
Sebelum penyelidikan PKP dilaksanakan, langkah A hingga G, yang tertulis
diatas, harus dilakukan terlebih dahulu. Proses tersebut biasanya dijalankan
selama satu atau tiga minggu. Karena status gizi anak bisa memburuk dalam
waktu singkat, tidak boleh ada jeda waktu yang terlalu lama antara penilaian
gizi, peringkat kesejahteraan dan identifikasi keluarga-keluarga PKP. Hasil
terbaik akan tercapai bila seluruh anggota tim melaksanakan tiap-tiap
langkah dengan disiplin tinggi serta masing-masing individu membawa
perspektif yang berbeda ke dalam pelaksanaannya.
LANGKAH 5
Merancang
kegiatan Pos Gizi
&
P
PANTAU
LANGKAH 3 Persiapan Penyelidikan PKP
LANGKAH 1
Tentukan apakah
ini program yang
tepat untuk anda
gunakan
Jika terdapat terlalu banyak
anak dibawah usia lima
tahun yang harus diikut
sertakan, pertimbangkan
untuk mengundang anakanak yang berusia antara
tujuh bulan dan tiga tahun
ke dalam Pos Gizi --penelitian membuktikan
bahwa pada periode usia
tersebut, status gizi anak
berada pada kondisi yang
sangat rentan.
A. Tentukan Target Kelompok Usia
Pada banyak kasus, sumber dana anda mungkin akan menentukan target
kelompok usia untuk usaha PKP/Pos Gizi. Jika hal ini tidak terjadi maka
libatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan ini. Apakah anda akan
fokus pada seluruh anak dibawah usia tiga tahun? Semua anak dibawah usia
lima tahun? Karena anak-anak tidak boleh diberikan makanan tambahan
hingga berusia enam bulan, maka target usia minimal adalah anak yang
berusia tujuh bulan. Jika terdapat terlalu banyak anak dibawah usia lima
tahun yang harus diikut sertakan, pertimbangkan untuk mengundang anakanak yang berusia antara tujuh bulan dan tiga tahun ke dalam Pos Gizi. Anak
dibawah usia tiga tahun mengalami pertumbuhan paling cepat dibanding
pada umur-umur lain, namun sangat rentan terhadap penyakit yang dapat
merugikan dan menghambat pertumbuhan, serta memberikan respon yang
paling baik terhadap usaha intervensi. Sebagai tambahan, penelitian
membuktikan bahwa pada periode usia tersebut, status gizi anak berada pada
kondisi yang sangat rentan. Jika terjadi penyebaran kekurangan gizi di
masyarakat dalam skala besar dan jumlah banyak, akan sangat bijaksana jika
mengkonsentrasikan usaha-usaha kesehatan anda pada anak yang berusia
tujuh hingga dua puluh empat bulan.
B. Lakukan Penilaian Data Awal Gizi
Panduan untuk menimbang
berat badan dan mengukur
anak disediakan pada akhir
bab ini dan standar berat
badan-berdasarkan usia
tertulis di Tabel 3.5.
Penilaian data awal gizi dapat mengidentifikasi anak-anak yangmengalami
kekurangan gizi dan bisa digunakan sebagai alat mobilisasi masyarakat.
Sangat penting untuk menimbang seluruh anak pada target kelompok usia
anda. Berat badan-berdasarkan-tinggi badan merupakan ukuran yang
disarankan untuk menilai kekurangan gizi akut, atau kurus. Namun, karena
berat badan-berdasarkan-usia sangat mudah berubah, metode tersebut
digunakan pada sebagian besar program PKP/Pos Gizi untuk menilai anak
yang berat badannya dibawah rata-rata.
Setiap anak yang berat
badannya dibawah ratar a t a
h a r u s
diklasifikasikan menurut
standar pengukuran
berat
badanberdasarkan-usia, yaitu
menjadi
status
kekurangan gizi ringan,
menengah, atau buruk.
Panduan
untuk
menimbang berat badan
dan mengukur anak
disediakan pada akhir
bab ini dan standar berat
badan-berdasarkan usia
tertulis di Tabel 3.5.
Jika pemantauan pertumbuhan dan melalui posyandu sudah ada dalam
masyarakat, penilaian gizi dapat dimulai pada kegiatan pemantauan
pertumbuhan, tetapi data yang digunakan harus berasal dari bulan ini. Jika
tidak ada pemantauan pertumbuhan, pertimbangkan untuk mengadakan
Posyandu bersamaan dengan PKP/Pos Gizi secara teratur untuk
mengidentifikasi dan memantau status pertumbuhan anak secara individual.
60 / Bab Tiga: Persiapan Penyelidikan PKP
Sangatlah penting untuk mengetahui siapa saja yang berat badannya
tidak bertambah. Jarang ditemukan adanya kelompok target yang 100%
ikut berpartisipasi dalam kegiatan posyandu tiap bulan dan biasanya anakanak yang mengalami kekurangan gizi pertama kali, mereka akan melupakan
dan melalaikan kegiatan posyandu. Anak-anak yang tetap hadir biasanya
datang atas keinginan sendiri dan berasal dari keluarga yang sudah memiliki
motivasi dan menyadari pentingnya kesehatan.
Jika terdapat anak-anak
yang tidak ditimbang
berat badannya, biasanya
dikarenakan alasanalasan berikut ini:
Jika posyandu tidak berjalan dengan semestinya, atau ketika anak-anak tidak
menghadirinya, para pekerja proyek dan kader harus pergi ke setiap rumah,
untuk mengidentifikasi anak-anak dari target kelompok usia sebagai sensus
dan menimbang berat badan mereka. Proses ini memastikan bahwa tidak ada
anak yang terlewatkan dan dapat menghindari stress dan kepanikan bayi
mereka yang melakukan penimbangan.
atau
Analisa Data
Data anak secara individual tertulis dalam Kartu Menuju sehat (KMS) yang
diserahkan kepada pengasuh. Data ini penting untuk para pengasuh, dan
menunjukkan, dari waktu ke waktu, apakah anak bertumbuh dengan baik
atau pertumbuhannya semakin menurun, serta membutuhkan konsultasi
khusus. Dalam KMS terdapat tiga jalur, yang mengindikasikan status gizi
anak. Di beberapa negara, jalur-jalur tersebut di beri warna seperti tertulis di
Tabel 3.1.
TABEL 3.1 Kartu Menuju Sehat
Garis pada Grafik
Status Kekurangan
gizi
Warna
(pada umumnya
Garis atas
Normal
Hijau
Garis kedua
Ringan
Kuning Muda
Garis ketiga
Menengah
Kuning
Dibawah garis ketiga
Buruk
Merah
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 61
Penimbangan berat badan
tidak tersedia di desa
mereka
Penimbangan berat badan
tersedia,tetapi:
♥ Keluarga tidak
menyadari adanya
penimbangan berat
badan;
♥ Keluarga tidak
termotivasi untuk ikut
hadir;
♥ Keluarga merasa malu
menghadirinya karena
berat badan anak
mereka dibawah ratarata;
♥ Keluarga memiliki
pengalaman buruk pada
saat sesi-sesi
penimbangan berat
badan;
♥ Sesi-sesi sebelumnya
tidak memberikan
keuntungan-keuntungan
atau tindaklanjut yang
berarti; atau
♥ Keluarga memiliki
kepercayaan bahwa
penimbangan berat
badan dapat berakibat
buruk pada anak.
Ada standar-standar pengukuran lain yang lebih canggih untuk mengukur
status gizi anak. Tabel 3.5 memberikan standar berat badan-berdasrkan-usia
untuk anak perempuan dan laki-laki yang berusia 0-4 bulan. Tabel-tabel ini
biasanya tersedia melalui Kantor Departemen Kesehatan di negara yang
bersangkutan. Berat badan yang berada pada satu standar deviasi dibawah
norma/median, dianggap sebagai “kekurangan gizi ringan”, dan dua standar
deviasi dibawah norma dianggap sebagai “kekurangan gizi menengah”, dan
tiga standar deviasi dibawah norma dianggap sebagai “kekurangan gizi
buruk”. Standar deviasi menurut norma internasional bisanya disebut Z-skor.
Perbandingan dari ketiga istilah tersebut dapat dilihat sebagai Z-skor.
Perbandingan dari ketiga istilah tersebut dapat dilihat dibawah. Penelitianpenelitian biasanya menggunakan Z-skor untuk memberikan informasi yang
dapat dibandingkan dengan negara-negara lain.
TINGKAT-TINGKAT KEKURANGAN GIZI
BERDASARKAN STANDAR DEVIASI ATAU Z-SKOR
Status
Standar Deviasi (SD)
Notasi Z-skor
Kekurangan gizi
Dibawah norma
TABEL 3.2
Cek Silang AnakAnak
Lakukan
pemeriksaan ulang untuk
memastikan apakah anda
sudah mengidentifikasi
semua anak ke dalam
kategori usia tertentu
(ingatlah bahwa mungkin
belum semua anak
ditimbang berat
badannya).
Beberapa peraturan yang
umum pada situasi-situasi
di negara-negara
berkembang:
♥ Jika anda menargetkan
anak-anak dibawah usia
lima tahun, mereka
seharusnya berjumlah
sama dengan 16-20%
dari total populasi.
♥ Jika anda
menargetkan anakanak dibawah usia tiga
tahun, mereka
seharusnya berjumlah
sama dengan 10-14%
dari total populasi.
Normal
Median
Median
Ringan
1
<-1 Z-skor
Menengah
2
<-2 Z-skor
Buruk
3
<-3 Z-skor
Selanjutnya, buku pedoman ini akan menggunakan istilah normal, ringan,
menengah, dan buruk. Tanyakan kepada Departemen Kesehatan di negara
anda untuk mengetahui standar yang dipakai. Apapun metode yang
digunakan, tetaplah penting untuk mengetahui perubahan berat badan anak
dari waktu ke waktu.
Status berat badan dan gizi setiap anak secara individual dapat ditampilkan
dalam bentuk grafik di papan monitoring masyarakat untuk membuat
masyarakat memahami gambaran keseluruhan dari status gizi anak-anak
dalam masyarakat mereka. Apabila ada sejumlah besar anak yang
mengalami kekurangan gizi, tampilan grafik ini seringkali digunakan sebagai
pendorong motivasi masyarakat untuk mengambil tindakan. Untuk
menghindari rasa malu pada beberapa keluarga, papan monitoring hanya
mencantumkan tanda-tanda atau simbol-simbol, bukan nama anak.
Dengan menggunakan jumlah total anak dibawah usia tiga (atau dibawah
lima) tahun dalam masyarakat tersebut, dapat ditabulasikan berapa banyak
anak di setiap kategori status gizi. Gunakan tabel yang mirip dengan Tabel
3.3. Apabila semua anak sudah ditimbang berat badannya, penilaian gizi
didasarkan pada 100% jumlah pendaftaran dari populasi yang ditargetkan.
Jumlah total anak dibawah usia tiga (atau dibawah usia lima) tahun berfungsi
sebagai denominasi untuk jumlah proporsi anak yang mengalami kekurangan
gizi dalam masyarakat tersebut. Selanjutnya, tentukan persentase pada tiap
kategori kekurangan gizi. Jumlahkan berdasarkan jumlah total target
.populasi.
62 / Bab Tiga: Persiapan Penyelidikan PKP
TABEL 3.3
Status Gizi
PERSENTASE DARI ANAK-ANAK KELOMPOK
TARGET BERDASARKAN STATUS GIZI
Jumlah
Persentase
Gizi baik
Kekurangan gizi ringan
Kekurangan gizi sedang
Kekurangan gizi buruk
Total
Sajikan Hasil dalam bentuk Grafik
Penilaian awal ini berfungsi sebagai dasar yang sangat penting untuk
melakukan intervensi. Komunitas membutuhkan informasi ini. Informasi ini
milik masyarakat dan harus diberikan kepada mereka. Ada beberapa cara
untuk mempresentasikan data tersebut agar mudah dimengerti dan komunitas
dapat melihat seberapa besar masalah yang terjadi. Informasi ini harus
diberikan juga kepada pekerja kesehatan lokal, Tim kesehatan desa, tokoh
masyarakat dan kelompok-kelompok masyarakat lainnya. Ini merupakan
langkah awal pembuatan papan monitoring visual untuk melacak kemajuan
dalam menanggulangi kekurangan gizi. Diagram Pie (atau alat bantu visual
lainnya) dapat menampilkan data-data pokok. Data selanjutnya akan
dibandingkan dengan data tersebut.
Diagram Pie
Diagram Pie berguna untuk memperlihatkan proporsi anak-anak yang masuk
dalam setiap status gizi. Para petugas dapat menunjukkan kepada anggotaanggota masyarakat untuk membuat sebuah diagram pie dengan
menggunakan proporsi-proporsi anak yang mengalami kekurangan gizi
ringan, sedang, dan buruk. Dalam diagram pie, ilustrasi yang paling
berpengaruh adalah hanya dengan menempatkan dua kelompok dalam
diagram pie: Anak-anak dari setiap tingkat kekurangan gizi dan anak-anak
yang memiliki gizi baik
Tongkat Berwarna
Sebatang kayu dapat diberi berbagai macam warna sesuai persentase anak di
setiap kategori malnutrisi.
Figur Tongkat
Figur tongkat dapat digunakan untuk mendemonstrasikan persentase anakanak dari setiap kategori. Jika anda menggunakan sepuluh figur tongkat,
setiap figur akan mewakili sepuluh persen dari jumlah seluruh populasi. Jika
tiga puluh persen dari seluruh populasi mengalami kekurangan gizi, tiga dari
sepuluh figur batang akan berwarna merah
Poster Besar
Setiap berat badan anak berdasarkan usia dapat digambarkan ke dalam
selembar poster Kartu Menuju Sehat besar. Gambar tersebut menunjukkan
frekuensi kekurangan gizi diantara anak-anak serta pengaruh program untuk
memajukan pemahaman masyarakat.
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 63
Tekankan pentingnya
papan monitoring berbasis
masyarakat yang dapat
dipahami oleh masyarakat,
agar mereka dapat melihat
dampak pendekatan Pos
Gizi pada statistik
masyarakat dan kondisi
kesehatan secara
keseluruhan.
C. Lakukan Analisa Situasi
Pada sebagian daerah di
Mozambik, dipercaya
bahwa penyebab marasmus
adalah “roh yang sedang
menduduki seorang anak”.
Hanya seorang dukun yang
mampu mengusir atau
mengangkat roh jahat
tersebut dari sang anak.
Bisanya anak akan tinggal
bersama dukun tersebut
selama dua minggu.
Kemajuan kondisi anak
selama menghadiri kegiatan
Pos Gizi mulai terlihat
dalam waktu dua minggu.
Para ibu merasa nyaman
dengan kegiatan selama dua
minggu tersebut karena
sudah dikenal dalam
konteks budaya mereka
sebagai “periode
penyembuhan”.
Perencanaan program yang baik adalah berdasarkan pemahaman yang
menyeluruh atas situasi yang sedang terjadi di dalam sebuah masyarakat.
Sebagai tambahan pada penilaian data awal gizi, informasi-informasi penting
yang harus dikumpulkan adalah:
Situasi kesehatan secara umum: luas cakupan pemberian imunisasi,
kejadian serta manajemen kasus. Infeksi Saluran Pernapasan Akut
(ARI), terutama pneumonia, penyakit diare, malaria, dan cacingan pada
anak-anak muda; kekurangan vitaminA, penerimaan keluarga berencana;
akses terhadap ibu dan anak.
Angka dan penyebab kematian dibawah usia lima tahun: termasuk
penyebab-penyebab medis (diagnosa) dan sistem (perawatan yang
terlamabat, perawatan berkualitas rendah, dsb.).
Berbagai Perilaku dan kepercayaan sekarang ini: perilaku-perilaku
pemberian makan dalam rumahtangga, perawatan dan mencari
pelayanan kesehatan; kepercayaan-kepercayaan umum mengenai
makanan dan kesehatan, termasuk hal-hal yang tabu dan norma-norma,
serta ketersediaan air bersih.
Untuk merencanakan Pos Gizi, para petugas harus sepenuhnya memahami
kepercayaan-kepercayaan dan kebiasaan-kebiasaan lokal. Meskipun mereka
berasal dari daerah tersebut, mereka mungkin tidak begitu memperhatikan
kebiasaan-kebiasaan pemberian makan atau perawatan anak, terutama
mereka yang berasal dari golongan sosial-ekonomi lemah. Karena tujuantujuan PKP/Pos Gizi adalah untuk mengubah kebijakan konvensional dan
memandu masyarakat dalam mengadopsi cara-cara untuk mencegah dan
menghilangkan kekurangan gizi, maka penting untuk menyesuaikan dan
mendokumentasikan norma-norma yang berfokus pada masyarakat saat itu.
Klarifikasi norma-norma dapat mempermudah identifikasi pelaku PKP serta
berfungsi sebagai garis dasar kualitatif terhadap perubahan dalam kebiasaan
pemberian makan, perawatan, mencari pelayanan kesehatan sehingga
nantinya dapat dibandingkan.
Ada beberapa metodologi yang berbeda-beda untuk mengumpulkan
informasi serta dalam membantu masyarakat untuk menceritakan kisah
mereka. Disarankan untuk menggunakan beberapa metodologi yang
berbeda-beda untuk memvalidasi informasi, biasanya disebut “triangulasi”
informasi. Tim proyek harus menggunakan informasi kuantitatif dan
kualitatif. Informasi kuantitatif dapat berupa dokumen-dokumen
tertulis,seperti dokumen-dokumen pemerintah atau data fasilitas kesehatan
yang dapat membantu tim proyek dan masyarakat untuk memahami
penyebab-penyebab utama kematian dan penyakit pada anak-anak. Jika data
trsebut tidak tersedia, maka tim proyek perlu mengadakan suevei Knowledge
(Pengetahan), Practice (Praktek), dan Coverage (Cakupan) (KPC) pada
daerah tersebut untuk memahami besarnya masalah gizi dan penyakit pada
masa kanak-kanak. Survei KPC berisi serangakaian pertanyaan yang sudah
disiapkan sebelumnya untuk diberikan kepada sekelompok responden yang
terpilih secara acak. Referensi lebih detil mengenai pelaksanaan survei KPC
dapat ditemukan pada bagian Sumber di akhir buku panduan ini.
Data kuantitatif perlu dilengkapi dengan informasi kualitatif yang
memberikan informasi secara mendalam mengenai berbagai kepercayaan
dan kebiasaan lokal pada situasi yang berbeda-beda. Alat yang digunakan,
sebagian besar berasal dari Antropologi Sosial; alat yang paling sering
64 / Bab Tiga: Persiapan Penyelidikan PKP
digunakan untuk PKP/Pos Gizi dikenal sebagai Participatory Learning and
Action (PLA). PLA menyiapkan suatu pengembangan masyarakat,
pendekatan penyelesaian masalah, yaitu para fasilitator bekerjasama dengan
masyarakat untuk membantu mereka dalam menganalisa penyebab-penyebab
dari suatu masalah, identifikasi solusi-solusi, dan mengembangkan serta
melaksanakan perencanaan tindakan lanjutan.
Para kader PKP/Pos Gizi beserta dengan staff program seringkali memulai
PLA atau PRA dengan mengadakan wawancara-wawancara kepada para
pemberi informasi utama, yaitu dengan pemimpin-pemimpin wanita atau
mengadakan kelompok diskusi terarah dengan para wanita dan para
pengambil keputusan lainnya untuk memahami berbagai kebiasaan seputar
pemberian ASI, perawatan bayi, beban kerja ibu, konsep merawat anak,
kepercayaan mengenai pemeliharaan anak, kebersihan linkungan, dan
persepsi mengenai penyebab kekurangan gizi anak. Wawancara-wawancara
dan diskusi-diskusi kelompok terarah harus dilengkapi dengan metodemetode pengumpulan informasi lainnya untuk dapat lebih memahami
berbagai faktor yang ikut menyebabkan kekurangan gizi. Kemudian, catatancatatan yang dikumpulkan oleh para pekerja dan kader dapat dibandingkan
dan didiskusikan untuk mengidentifikasi perilaku-perilaku atau kepercayaankepercayaan yang ingin diubah.
Daftar mengenai contohcontoh pertanyaan untuk
diskusi kelompok terarah
dapat ditemukan di Metode
Pengumpulan Informasi
pada akhir bab ini.
Diskusi kelompok terarah yang diadakan pada salah satu daerah
proyek dapat mengidentifikasikan kelemahan dalam pengambilan
makanan dari ladang untuk diberikan kepada anak. Para ayah
umumnya tidak terlibat, bekerja di negara lain, dan tidak bisa
membantu para ibu dalam mengerjakan pekerjaan rumahtangga serta
tidak dapat menyediakan dukungan moral dalam membersarkan anak.
Para ibu bekerja di ladang hampir tiap hari agar dapat menyediakan
makanan di rumahnya. Ketika sang ibu pulang ke rumah, ia mulai
mengambil air dan memasak makanan. Sulit baginya untuk memiliki
waktu atau tenaga yang cukup untuk duduk dan dengan sabar
memberi makan anaknya. Pada akhirnya, anak harus menjaga dirinya
sendiri, mereka seringkali makan dari piring yang sama dengan
saudara kandung yang lebih tua. Anak yang lebih cepat,kuat dan tua
yang akan mendapatkan porsi lebih besar.
Meskipun umumnya para wanita memberikan ASI selama dua tahun,
ibu-ibu yang hamil sebelum periode dua tahun tersebut tercapai, tibatiba menghentikan pemberian ASI. Kebiasaan ini didukung dengan
kuat oleh para mertua yang secara tegas melarang pemberian ASI
selama kehamilan. Pada saat anak kekurangan ASI, pertumbuhan
mereka mulai menurun.
Sebuah survei mengenai pola makan sehari-hari
diantara anak-anak Srilanka menemukan jenis
makanan yang biasanya diberikan:
Sarapan: Biskuit dan teh
Makan siang: Nasi atau ubi jalar dengan daun-daun hijau dan
kelapa, ikan kering serta kari sayuran.
Diantara makanan utama: secangkir teh tawar
Makan malam: Roti atau dengan kari
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 65
Sulit bagi sejumlah besar
ibu untuk memiliki waktu
atau tenaga yang cukup
untuk duduk dan dengan
sabar memberi makan
anaknya.
TABEL 3.4
Tabel 3.4 di bagian kanan
berisi daftar metode-metode
pengumpulan informasi
yang bisa digunakan,dan
tipe data yang diberikan
oleh masing-masing
metode. Metode-metode ini
harus digunakan sesuai
kebutuhan untuk
mengumpulkan informasi
yang diperlukan.
Tanda (*) menunjukan arah
untuk melaksanakan
metodologi tersebut, dan dapat
ditemukan pada akhir bab ini.
METODE-METODE PENGUMPULAN INFORMASI
Metodologi/Alat
Informasi yang Terkumpul
A. Wawancara informan tunggal
Wawancara tertutup yang baku
terhadap informan kunci
Hasil-hasil yang dapat dibandingkan
mengenai situasi rumah tanggauntuk
mencocokan antara yang dilaporkan dengan
pelaku perawatan anak yang sesungguhnya
Recall 24 jam mengenai makanan yang
diberikan pada 1 hari terakhir
Inventori dari dan ibu mengenai makanan
yang dimakan anak selama 24 jam terakhir.
Fokuskan pada jenis makanan, bukan
kuantitasnya: Frekuensi dan jenis makanan
ringan (salah satu tipe wawancara tertutup).
Wawancara tertutup terstruktur atau
baku terhadap informan kunci
Membangkitkan lebih banyak partisipasi dari
rumahtangga dan meningkatkan pemahaman
terhadap perilaku-perilaku perawatan anak
dan konteks mereka, misalnya peran
rumahtangga yang menyangkut perawatan
anak, pengambilan keputusan, dsb. (Biasa
digunakan dalam program PKP/Pos Gizi).
B. Wawancara Kelompok
Diskusi kelompok terarah
Menyediakan informasi yang dilaporkan
berhubungan dengan berbagai perilaku
pemberian makan, perawatan anak,
kebersihan, dan mencari pelayanan
kesehatan.
Pemetaan masyarakat*
Memberikan lokasi-lokasi perumahan miskin
dan kaya, pusat-pusat kesehatan, pompapompa air, lahan-lahan pertanian, sekolahsekolah, bangunan-bangunan agama, dsb.
Alur kecendrungan*
Gambaran visual mengenai kecendrungankecendrungan terbesar dari status
kekurangan gizi, ketersediaan makanan,
situasi ekonomi, pertumbuhan populasi, dsb.
Selama lima hingga sepuluh tahun terakhir.
Kalender musiman*
Gambaran visual mengenai ketersediaan
makanan, beban kerja, dan penyakit-penyakit
yang disebabkan oleh perubahan musim.
Penggunaan waktu
Gambaran visual mengenai cara para wanita
menghabiskan waktunya.
Alur sejarah (sejajah lokal)
Perubahan penggunaan dan kebiasaankebiasaan makanan dari waktu ke waktu.
C. Wawancara Sistematis
Urutan/ranking kebiasaan-kebiasaan
mencari pelayanan kesehatan
Siapa yang dikunjungi oleh anggota
masyarakat ketika anak mereka sakit.
Penyebab penyakit
Persepsi mengenai penyebab-penyebab
penyakit dan kekurangan gizi anak yang
paling umum.
D. Observasi Langsung
Kunjungan-kunjungan rumah
Perilaku-perilaku sesungguhnya seperti
penyiapan makanan, pemberian makan,
perawatan dan mencari pelayanan kesehatan,
didapat dari observasi yang dilakukan oleh
para partisipan.
Pemantauan terus-menerus
Perubahan-perubahan perilaku sesugguhnya,
seperti pemberian makan, perawatan, dan
mencari pelayanan kesehatan pada situasi
rumah yang berbeda-beda.
66 / Bab Tiga: Persiapan Penyelidikan PKP
Beberapa kepercayaan dan adat istiadat yang ditemukan
pada salah satu studi kualitatif yang selanjutnya dapat
digunakan untuk menyusun pesan-pesan PKP/Pos Gizi
dalam proyek tersebut.
♥
Anak-anak membutuhkan protein dan seharusnya tidak
menghindari daging dan telur
♥
Para ayah dan kakek-nenek dapat membantu memberi makan
sang anak dan harus dilibatkan dalam program PKP/Pos Gizi.
♥
Ibu lah yang menentukan makanan apa yang bisa atau tidak bisa
dimakan oleh sang anak sehingga pesan-pesan pengambilan
keputusan mengenai makanan harus ditujukan pada sang ibu.
♥
Makanan-makanan tambahan seperti jus jeruk, pepaya, “congee”,
dan ketumbar dapat diberikan pada anak selama periode
menyusui daripada menunggu sampai anak berumur satu tahun.
♥
Pesan-pesan tambahan mengenai pemberian makan yang baik
ketika anak sakit sangat diperlukan karena anak yang sakit
biasanya hanya diberi makan bubur.
♥
Pesan-pesan mengenai perawatan ketika anak menderita infeksi
saluran pernapasan akut harus dimasukkan ke dalam PKP/Pos
Gizi karena penyakit yang umumnya dialami oleh anak adalah
ISPA.
♥
Keluarga sangat mengkhawatirkan penyakit diare dan sawan
sehingga ingin mencari cara untuk mencegah dan merawat
penyakit tersebut dengan lebih baik.
♥
Para ibu biasanya lebih memikirkan rasa makanan daripada gizi
yang terkandung didalamnya; pesan-pesan utama mengenai
piramida makanan akan sangat penting untuk diberikan.
♥
Para ibu menghabiskan terlalu banyak waktu untuk memasak
makanan namun, kandungan gizinya tidak culup; resep-resep
makanan bergizi akan sangat membantu PKP/Pos Gizi.
Para ayah dan orang-orang
lain yang dapat membantu
untuk memberi makan sang
anak harus dilibatkan dalam
program PKP/Pos Gizi
D. Lakukan Survei Peringkat Kesejahteraan
Buatlah kriteria peringkat kesejahteraan bersama dengan masyarakat dan
kerjasama dengan anggota-naggota masyarakat untuk mengklasifikasikan
setiap rumahtangga berdasarkan status sosila-ekonomi. Usaha tersebut
dilakukan untuk membedakan rumahtangga yang miskin dengan yang lebih
kaya. Para kader Pos Gizi dan anggota-anggota tim kesehatan desa yang
memiliki hubungan dekat dengan masyarakat dapat diperkerjakan untuk
membuat peringkat kesejahteraan karena kriteria-kriterianya sangat
berhubungan dengan kebudayaan.
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 67
Peringkat kesejahteraan
dapat diadakan pada saat
kegiatan penilaian gizi
sedang berlangsung, pada
saat hasil-hasil pemantauan
pertumbuhan sedang
ditabulasikan, selama
analisa situasi atau segera
sesudahnya.
Pertanyaan mengenai
Kriteria Peringkat
Kesejahteraan:
♥ Bagaimana anda
menjelaskan situasi di
rumahtangga yang
miskin dan yang kaya?
♥ Dimana tempat tinggal
keluarga miskin dan
kaya?
♥ Apa yang mereka pakai?
♥ Jenis makanan apa yang
mereka makan?
♥ Apa yang mereka
lakukan pada saat
rekreasi?
♥ Siapakah pengasuh
utama untuk anak-anak?
♥ Berapa banyak biaya
yang mereka keluarkan
untuk perawatan
kesehatan selama satu
tahun?
♥ Jenis pekerjaan apakah
yang dilakukan oleh
para pria? wanita?
Kriteria Peringkat Kesejahteraan untuk Masyarakat
di Mali
Keluarga terkaya memiliki keledai dan satu gerobak.
Keluarga menengah memiliki satu atau dua keledai.
Keluarga miskin tidak memiliki keledai.
Kriteria peringkat kesejahteraan untuk masyarakat di Guatemala.
Keluarga terkaya memakai sandal/sepatu kulit yang menutupi kaki.
Keluarga menengah memakai sandal atau sepatu bot yang terbuat dari
plastik.
E. Adakan Pertemuan dengan Masyarakat
Atur pertemuan dengan komunitas untuk memperoleh umpan balik
mengenai survei data awal gizi, memperkenalkan konsep PKP dan bersamasama menentukan sasaran dan tujuan yang ingin dicapai. Agenda pertemuan
ini biasanya mencakup:
♥Pembahasan
interaktif mengenai
survei data awal gizi
dengan
menggunakan
presentasi grafik.
♥Meninjau ulang
tanda-tanda
kekurangan gizi
(fisik dan
psikologis)
♥Eksplorasi dampak
kekurangan gizi
dalam waktu jangka
pendek dan jangka
panjang
♥Meninjau ulang
penyebab-penyebab
kekurangan gizi
(informasi gabungan dari diskusi-diskusi kelompok terarah dan aktivitas PLA)
♥Menentukan tinjauan akhir dan objektif
♥Memperkenalkan konsep PKP (lihat bab 8 untuk contoh perilaku)
Sasaran utama dari proyek
rehabilitasi gizi dengan
menggunakan pendekatan
PKP/Pos Gizi adalah untuk
mempertahankan
rehabilitasi dari anak yang
kekurangan gizi.
Tentukan tujuan akhir dan objektif
Selama acara pertemuan dengan masyarakat, pandu kelompok tersebut untuk
membuat tujuan akhir dan objektif dari program tersebut. tujuan utama dari
proyek rehabilitasi gizi dengan menggunakan pendekatan PKP/Pos Gizi
adalah untuk mempertahankan rehabilitasi gizi dari anak yang kekurangan
gizi. Tindakan tersebut lebih sulit dibandingkan hanya merehabilitasi anak
yang sedang mengalami kekurangan gizi. Tindakan tersebut mengarah pada:
anak-anak yang merupakan saudara kandung yang lebih muda, belum
mengalami kekurangan gizi dalam masyarakat tersebut, dan anak-anak di
masa depan yang belum lahir. Semua kelompok tersebut akan terpengaruh
68 / Bab Tiga: Persiapan Penyelidikan PKP
karena pendekatan PKP/Pos Gizi berfokus pada perubahan norma-norma
perilaku dalam masyarakat, sehingga mencegah kekurangan gizi di masa
yang akan datang.
Tetapkan objektif yang jelas, dinyatakan dalam isitilah yang dapat diukur
untuk program dan dengan masing-masing kekhususan masyarakat. Program
Pos Gizi pada dasarnya dibatasi oleh waktu; keseluruhan sesi Pos Gizi hanya
akan berlangsung dalam 8-12 bulan, dan dengan harapan bahwa program
tersebut tidak akan dibutuhkan lagi. Jika berjalan dengan baik, mereka akan
memperoleh sasaran yang ingin dicapai yaitu perubahan perilaku yang
menetap untuk mencegah kekurangan gizi di masa yang akan datang.
Contoh Proses dalam Menuntun Masyarakat untuk
Menetapkan Tujuan Akhir dan Objektif
Para staff memandu kelompok masyarakat kedalam
sebuah diskusi dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan
berikut ini:
T: Apa masalah yang ingin kita selesaikan?
J: Kekurangan gizi.
T: Apa yang ingin kita lakukan untuk menyelesaikan masalah
tersebut?
J: Jawaban harus meliputi “rehabilitasi untuk semua anak yang
mengalami kekurangan gizi”.
T: Apakah cukup hanya dengan merehabilitsi anak-anak?
J: Tidak, ada pula kebutuhan untuk menjaga anak agar gizinya
tetap baik setelah sesi Pos Gizi.
Para staff menunjukkan kepada masyarakat sebuah lembar balik
dengan tujuan-tujuan sebagai berikut:
♥ Rehabilitasi gizi anak
♥ Mempertahankan rehabilitasi gizi
♥ Mencegah kekurangan gizi di masa yang akan datang
Diskusi-diskusi selanjutnya mengarah pada komitmen
masyarakat untuk
terus menjalankan peran mereka serta
mendukung setiap tujuan:
♥ Menyediakan makanan yang sesuai untuk anak-anak yang
mengalami kekurangan gizi, menghadiri kegiatan Pos Gizi.
♥ Membawa kontribusi makanan/bahan bakar untuk setiap sesi Pos
Gizi; ceritakan kepada yang lainnya mengenai kebiasaankebiasaan pemberian makan dan perawatan di rumah mereka
masing-masing.
♥ Mendukung para ibu / pengasuh dalam kehidupan sehari-hari
mereka untuk menggunakan jenis makanan baru, baru dalam
F. Identifikasi Para Pelaku PKP
Setelah mengadakan pertemuan denganmasyarakat, pemimpin-pemimpin
desa dan para kader Pos Gizi akan bekerjasama dengan para staff program
untuk mengidentifikasi pelaku PKP dengan membuat daftar anak-anak yang
memiliki gizi baik dan mengidentifikasikan anak-anak yang berasal dari
keluarga miskin. Tabel 3.4 menampilkan informasi tersebut.
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 69
Diskusi-diskusi harus
mengarahkan masyarakat
untuk memahami peran
mereka dalam:
♥ Merehabilitasi gizi anakanak
♥ Mempertahankan
rehabilitasi gizi
♥ Mencegah kekurangan
gizi di masa yang akan
datang
TABEL 3.4
MATRIKS DARI STATUS GIZI DAN STATUS
SOSIAL-EKONOMI
Jumlah dalam
Rumahtangga
Miskin
Kriteria umum untuk
menyeleksi keluargakeluarga PKP:
♥ Keluarga miskin
(pemasukan rendah).
♥ Status gizi dari seorang
anaknya normal.
♥ Minimal dua anak (harus
dekat dengan jumlah ratarata anggota keluarga).
♥ Keluarga harus mewakili
kelompok geografis dan
sosial yang tinggal di
desa tersebut.
♥ Tidak memiliki masalahmasalah kesehatan yang
parah.
♥ Keluarga PKP harus
tergolong dalam
masyarakat kebanyakan.
♥ Kepala rumahtangga
harus memiliki pekerjaan
yang sama dengan
sebagian besar penduduk
desa.
♥ Harus memiliki sumbersumber yang sama
dengan anggota-anggota
masyarakat lainnya.
♥ Keluarga tersebut
ditemukan pada
kelompok minoritas (jika
target program hanyalah
kaum minoritas saja).
♥ Gender anak-anak PKP
dapat menjadi kriteria
dalam budaya-budaya
yang bias gender
Anak yang bergizi baik
# Anak (Pelaku PKP)
Anak yang bergizi kurang # Anak
Jumlah dalam
Rumahtangga yang
Lebih Kaya
# Anak
# Anak (Pelaku PKN)
Para kader menyelidiki faktor-faktor lain dari anak-anak PKP yang mungkin
membuat mereka mendapatkan perlakuan spesial, seperti anak satu-satunya,
memiliki kakek-nenek yang kaya,dll. Keluarga-keluarga ini harus
diabaikan.keluarga-keluarga yang tinggal memiliki resiko yang sama yang
merupakan rumahtangga rata-rata. Mereka adalah keluarga-keluarga PKP,
dan dari mereka, anak-anak PKP dan rumahtangga akan terseleksi. Penting
untuk diingat bahwa masyarakat harus cukup besar untuk menemukan
pelaku PKP dan akan membantu apabila demografis dari masyarakat tersebut
bersifat homogen. Akan ada variabilitas berdasarkan budaya yang berbedabeda pada kriteria untuk
menyeleksi keluargakeluarga PKP. Beberapa
isu seperti jumlah rata-rata
anggota keluarga di daerah
tersebut dan bias gender
harus turut diperhatikan.
Penyelidikan PKP harus
dilaksanakan segera
sesudah pelaku PKP
berhasil teridentifikasi.
♥
♥
♥
♥
♥
♥
♥
Seorang anak PKP tidak
mungkin:
Seorang bayi berukuran besar yang saat ini berat badannya sedang
berkurang.
Seorang anak dengan latar belakang pengemis atau pengais sampah.
Anak pertama atau anak satu-satunya karena ia mungkin akan
mendapatakan perlakuan spesial.
Memiliki saudara-saudara kandung yang mengalami kekurangan gizi
buruk.
Memiliki masalah-masalah sosial atau kesehatan yang parah.
Memiliki sebuah keluarga yang menjadi anggota dalam program makanan
tambahan (hal ini bisa membuat hasil yang tidak akurat).
Seorang bayi yang sangat kecil dan berat badan lahir dibawah rata-rata
namun sekarang bertumbuh dengan baik.
70 / Bab Tiga: Persiapan Penyelidikan PKP
G. Melatih dan MempersiapkanTim Penyelidikan PKP
Karena berada di pusat perencanaan Program Pos Gizi sehingga tim
Penyelidikan PKP harus dilatih dan dipersiapkan dengan baik. Biasanya
membutuhkan waktu dua hari
Memimpin tim untuk
melatih ketrampilan
wawancara dengan
Topik-topik berikut ini harus dicakup:
menggunakan
role-play
♥ Keseluruhan konsep dari pendekatan PKP
merupakan kesempatan
♥ Tujuan dari Penyelidikan PKP
♥ Peninjauan ulang terhadap perilaku-perilaku pemberian makan,
yang baik untuk
perawatan dan mencari pelayanan kesehatan.
mempelajari serta
♥ Perkenalan terhadap dua alat untuk mengumpulkan informasi
menyesuaikan alat
Penyelidikan PKP: Daftar Observasi dan Pedoman Wawancara SemiPenyelidikan PKP sesuai
Structured (dibicarakan lebih lanjut di Bab 5).
kebutuhan. Perhatikan
♥ Protokol pencatatan informasi
perbedaan-perbedaan
istilah
♥ Norma dan panduan untuk melakukan kunjungan-kunjunga rumah.
dalam bahasa lokal serta
Pada saat pelatihan, ketrampilan yang paling penting untuk dipelajari
kebutuhan untuk menambah
adalah:
waktu pada saat
♥ Identifikasi yang akurat terhadap kebiasaa-kebiasaan rumahtangga yang
membentuk atau manyusun
memberikan atau tidak memberikan kontribusi kepada status gizi yang
ulang pertanyaanbaik dari anak-anak lokal.
pertanyaan berdasarkan
♥ Ketrampilan observasi dan wawancara yang baik dengan menekankan
pada ketrampilan “probing” dan mendengar.
wawancara. Informasi
mengenai pelatihan dan
Hal-hal diatas dapat diajarkan dan dilatih melalui role-plays.
beberapa contoh pelatihan
dapat dilihat di Bab 2.
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 71
METODE PENGUMPULAN INFORMASI
Bagian ini menyediakan
contoh-contoh pertanyaan
untuk Diskusi Kelompok
Terarah.
1. KELOMPOK TERARAH (Contoh Pertanyaan)
I. Pertanyaan untuk Para Ibu yang Memiliki Anak Kecil
Pilihalah pertanyaanPEMBERIAN ASI
pertanyaan yang akan
1. Apa yang baik untuk diberikan kepada bayi-bayi yang baru lahir?
memberikan kegunaan dalam
Mengapa?
analisa situasi yang sedang
2.
Berapa
lama ASI diberikan kepada bayi setelah mereka lahir?
anda lakukan serta pandulah
Mengapa?
kelompok untuk
3. Sebutan apakah yang anda berikan kepada susu yang pertama kali
mendiskusikan topik yang
keluar dari payudara seorang wanita setelah melahirkan?
diberikan.
4. Apakah baik untuk memberikan cairan kuning (nama) yang keluar
pada jam-jam pertama setelah kelahiran kepada bayi anda? Mengapa?
CATATAN: Lanjutkan
5.
Sampai
usia berapakah seorang ibu “hanya” memberikan ASI kepada
pertanyaan-pertanyaan untuk
bayinya?
Mengapa?
menemukan fakta dengan
6. Sampai usia berapakah sebaiknya ASI diberikan kepada bayi?
menggunakan kata-kata
Mengapa?
seperti “umumnya…,” atau
7. Mengapa ada beberapa ibu yang tidak hanya memberikan ASI selama
“biasanya…,” dan “di desa
enam bulan pertama?
anda…”
8. Makanan atau minuman lain apakah yang mereka berikan?
9. Masalah-masalah apakah ynag mencegah para ibu untuk “hanya”
Lanjutkan pertanyaanmemberikan ASI selama enam bulan pertama?
pertanyaan yang
10. Menurut anda, hal-hal apakah yang bisa mengeringkan ASI ibu?
berhubungan dengan sikap
11. Apa yang dapat dilakukan ibu untuk dapat lebih banyak memproduksi
dengan menggunakan katasusu?
kata seperti “menurut opini
12.
Bagaimana
para ibu dan bayi dapat mengambil keuntungan dari
anda…,” atau “menurut
pemberian
ASI?
anda…”
13. Penyakit apakah yang dialami bayi sehingga membuat mereka berhenti
menyusu?
14. Ketika para ibu berhenti memberikan ASI, makanan dan minuman
apakah yang mereka berikan kepada anak mereka dan dalam kemasan
apa?
15. Sampai umur berapakah mayoritas ibu memberikan ASI kepada
anaknya?
MAKANAN TAMBAHAN
1. Pada usia berapakah, makanan atau minuman selain ASI dapat
diberikan? Mengapa?
2. Terbuat dari apakah makanan pertama setelah berhenti menyusui?
Berapa lama digunakan?
3. Makanan apakah yang sehat untuk diberikan kepada anak kecil?
4. Makanan apakah yang tidak baik untuk diberikan kepada anak kecil?
5. Berapa kali sehari seorang anak diberi makan (daging dan makanan
ringan)?
6. Sampai umur berapakah anak makan makanan tersebut? Mengapa?
7. Dikemas dalam apakah makanan yang anda berikan kepada anak anda
ketika mereka makan untuk pertama kalinya?
8. Siapa yang memberi makan kepada sang anak dan bagaimanakah cara
makan anak tersebut (tangan, sendok, mengunyah)?
72 / Bab Tiga: Persiapan Penyelidikan PKP
METODE PENGUMPULAN INFORMASI
9. Apakah orang lain juga memberi makan anak tersebut?
10. Masalah apakah yang anda hadapi ketika memberi makan anak kecil?
11. Jika anak tidak mau makan, apa yang anda lakukan?
12. Ketika anak sedang dalam masa penyembuhan dari sakit, apakah anda
memberikan makanan-makanan yang berbeda?
13. Dalam rumahtangga, siapakakah yang memutuskan mengenai makanan
apa yang bisa atau tidak bisa dimakan oleh anak?
Tip untuk
Mengadakan Diskusi
Kelompok Terarah
♥
♥
♥
KEKURANGAN GIZI
1. Apakah yang dimaksud dengan anak yang mengalami kekurangan gizi?
♥
2. Apakah yang dimaksud dengan kekurangan gizi?
3. Bagaimana anda dapat mengenali anak yang mengalami kekurangan
gizi?
4. Bagaimana kekurangan gizi dapat mempengaruhi anak di masa depan?
♥
5. Apakah yang menyebabkan kekurangan gizi pada anak?
PERILAKU PENGASUHAN
1. Seberapa sering anak-anak mandi? Mencuci tangan?
2. Berapa banyak waktu yang diluangkan oleh ibu untuk bersama-sama
dengan anaknya setiap hari?
♥
PERILAKU MENCARI PELAYANAN KESEHATAN
♥
1. Apakah anda memberi makan anak anda ketika mereka sakit? Apa
yang anda berikan?
2. Ketika anak sakit, makanan-makanan apakah yang harus dihindari?
♥
3. Ketika anak sakit, bantuan apakah yang pertama anda cari?
4. Ketika anak anda mengalami diare, apa yang anda lakukan? Apakah
anda memberikan makanan yang sama, dengan makanan dan cairan
yang lebih banyak/kurang? Mengapa?
5. Apakah anda membeli makanan dari luar untuk anak anda? Jika Ya,
makanan apa? (makanan-makanan ringan, makanan segar) Seberapa
sering?
6. Dari siapa anda membelinya (penjual makanan khusus) dan
mengapa?
7. Hanya untuk ibu yang sedang menyusui: Apa yang anda lakukan ketika
anda sakit?
II. Pertanyaan untuk Para Informan Masyarakat
PERILAKU PENGASUHAN
1. Dalam masyarakat anda, bagaimana cara anda menyiapkan makanan
untuk anak anda?
2. Biasanya, seberapa sering anda mecuci tangan dan kapan?
3. Seberapa sering anak-anak mandi?
4. Seberapa sering tangan anak-anak dicuci?
5. Pada siang hari, seberapa lama anda terpisah dengan anak anda?
6. Selain anda, siapakah yang turut menjaga anak anda?
7. Apakah anda mendorong anak anda untuk bermain dengan anak-anak
yang lain? Mengapa? Kenapa tidak?
8. Kapan anda bermain dengan anak anda? Apakah yang anda lakukan
bersama mereka?
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 73
Pilihlah lokasi informal
Ciptakan atmosfer yang
menyenangkan
Hormati berbagai ide,
kepercayaan dan nilai-nilai
kelompok
Dengarkan dengan seksama
dan tunjukkan ketertarikan
terhadap respon-respon dan
pertukaran partisipan.
Berikan dorongan kepada
semua orang untuk
berpartisipasi dalam diskusi.
Observasi dan waspadalah
terhadap tingkat kenyamanan
atau ketidaknyamanan
partisipan.
Pastikan bahwa semua orang
dapat mengungkapkan ideide atau opini-opini mereka.
Jangan biarkan diskusi
didominasi oleh satu orang –
akuilah kontribusi orang
tersebut kepada kelompok
dan tekankan mengenai
pentingnya kebutuhan untuk
belajar dan mendengar dari
semua orang.
METODE PENGUMPULAN INFORMASI
9. Menurut anda, kebutuhan apakah yang paling penting untuk seorang
anak?
10. Dalam rumahtangga, apakah yang dilakukan suami anda untuk anakanak? Saudara kandung? Kakek-nenek?
MENCARI PELAYANAN KESEHATAN
1. Penyakit-penyakit apakah yang paling ditakuti oleh para orangtua
dalam masyarakat anda?
2. Penyakit-penyakit lain apakah yang dialami oleh anak-anak?
3. Bagaimana anda dapat mengetahui bahwa anak anda sakit? (gejalagejala penyakit)
4. Dengan siapakah anda pertama kali berkonsultasi? Kemudian siapa?
5. Siapakah yang pertama kali memutuskan apa yang harus dilakukan
ketika terjadi masalah kesehatan yang parah di rumah?
6. Apa sajakah pengobatan-pengobatan untuk menyembuhkan anak
yang sakit?
7. Apakah yang anda lakukan untuk melindungi anak anda dari
penyakit?
8. Untuk apa sajakah anda menggunakan air?
9. Apakah di tempat ini anak-anak diberi imunisasi?
III. Pertanyaan untuk Para Pengasuh yang merupakan
Saudara Kandung yang Lebih Tua
Pertanyaan-pertanyaan
untuk pengasuh yang
merupakan saudara
kandung yang lebih tua,
diantaranya adalah “siapa
yang membuat keputusan
mengenai apa dan kapan
makanan akan di berikan
kepada saudara-saudara
yang lebih muda?”
1. Apakah anda pergi ke sekolah?
2. Apakah yang anda lakukan selain menjaga saudara-saudara anda?
3. Apa yang anda lakukan bersama-sama dengan saudara anda yang
lebih muda?
4. Apa yang anda lakukan jika anak tersebut menangis? Kapan mereka
terluka atau sakit?
5. Apakah yang anda lakukan jika anak itu nakal?
6. Apakah yang anda ingin lakukan bersama dengan saudara yang lebih
muda? Mengapa?
7. Tindakan apakah yang tidak suka anda lakukan? Mengapa?
8. Apakah anda melibatkan saudara anda yang lebih muda dalam
permainan anda? Mengapa?
9. Bagaimana cara anda memberi makan anak (probing)?
10. Siapa yang memutuskan mengenai mekanan yang akan anda berikan
kepada anak tersebut?
11. Siapa yang memutuskan mengenai kapan anda akan memberi makan
anak tersebut?
74 / Bab Tiga: Persiapan Penyelidikan PKP
METODE PENGUMPULAN INFORMASI
2. PEMETAAN MASYARAKAT
Tujuan: Mengidentifikasi lokasi-lokasi lingkungan miskin dan kaya, pusatpusat kesehatan, pompa-pompa air, lahan-lahan pertanian, sekolah-sekolah,
bangunan-bangunan beragama, dsb.
Dengan Siapa: Anggota-anggota dan tokoh masyarakat.
Materi: Material-material lokal (bebatuan, batang kayu, daun, bubuk
berwarna, dsb) atau kertas flip chart, spidol, bulpen berwarna, dan selotip.
Waktu: Kurang lebih 1 jam
Langkah-langkah:
1. Carilah tempat yang dapat memuat orang dalam jumlah besar.
2. Minta para pemimpin-pemimpin masyarakat untuk menggambar
(gambar di tanah atau pada selembar kertas) peta desa, jika dilihat dari
mata seekor burung yang sedang terbang diatasnya.
3. Himbau para partisipan untuk menandakan (dengan bulpen atau bahanbahan lokal) berbagai lokasi penting seperti desa-desa lain, jalan-jalan
utama, bangunan-bangunan penting, dll.
4. Gunakan pertanyaan-pertanyaan menyelidik untuk mendorong
partisipan agar mereka memberikan lebih banyak detil dan
menambahkan saran-saran serta ide-ide. Pastikan agar masyarakat
memandu pengembangan peta agar masyarakat merasa bahwa peta
yang sudah dibuat sungguh-sungguh mewakili lingkungan pedesaan
mereka.
5. Ciptakan simbol-simbol untuk digunakan dan berikan dorongan kepada
para partisipan untuk menggunakan berbagai macam warna dan simbol
lain untuk mengidentifikasikan tiap-tiap lokasi (misalnya, warna merah
untuk fasilitas-fasilitas kesehatan, warna kuning untuk pasar, warna biru
untuk sekolah, dll.).
6. Tugaskan seorang anggota pekerja untuk menulis komnetar-komentar
partisipan selama aktivitas tersebut dan gambar tiruan kecil dari peta
tersebut agar bisa digunakan oleh tim pada usaha-usaha perencanaan
selanjutnya.
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 75
PERTANYAAN
MENYELIDIK
Rumah: Dimanakah rumah
anda?
Kesehatan: Dimanakah tempat
tinggal dukun beranak?
Seberapa besar jumlah mereka?
Dimanakah tempat tinggal tabib
tradisional?
Rekreasi: Dimanakah letak
lokasi seperti toko video, toko
minuman keras, toko teh,
tempat anak-anak bermain,
asosiasi, administratif?
Sekolah: Dimanakah letak
sekolah-sekolah? Berapa
banyak anak yang bersekolah?
Berapa banyak anak yang tidak
bersekolah? Mengapa?
Makanan: Dimanakah letak
pasar, toko makanan, toko
makanan ringan, dan penjualpenjual keliling?
Pekerjaan: Dimanakah tempat
tinggal untuk orang-orang
miskin? Apakah jenis pekerjaan
yang umum di masyarakat?
Etnik: Ada berapa macam
kelompok etnis di desa anda?
Dimanakah tempat tinggal
mereka?
Agama: Dimanakah letak
mesjid, gereja, pagoda,
dan/atau kuil? Kelompok
beragama apa sajakah yang ada
di desa anda? Liburan-liburan
keagamaan apa sajakah yang
ada di desa anda?
Anak-anak: Apakah anak-anak
bekerja? Apa yang mereka
lakukan?
Pria: Kemanakah pria pergi
untuk berekreasi? Apakah
minuman keras menjadi
masalah di desa anda?
Wanita: Dimanakah tempat
berkumpul untuk para wanita?
METODE PENGUMPULAN INFORMASI
PERTANYAAN
MENYELIDIK
Infrastrukutur:
Apakah saat ini terdapat tokotoko, jalanan-jalanan yang
lebih banyak, jalan masuk
yang lebih mudah, listrik?
3. ALUR KECENDERUNGAN
Tujuan: Membuat gambaran visual dari kecendrungan-kecendrungan pada
status kekurangan gizi, ketersediaan makanan, situasi ekonomi, pertumbuhan
populasi, dsb., selama lima hingga sepuluh tahun terakhir.
Sosial-ekonomi: Apakah saat
ini tersedia pekerjaan, bisnis,
uang yang lebih banyak?
Dengan Siapa: Sesepuh dari berbagai bagian masyarakat.
Populasi: Apakah terdapat
orang-orang, anak-anak,
pemuda yang lebih banyak
atau lebih sedikit? Mengapa?
Waktu: Kurang lebih 1 jam.
Perumahan: Apakah kondisi
perumahan lebih baik? Dalam
hal apa? (misalnya air, listrik,
dll.)
Kesehatan: Apakah tersedia
fasilitas, obat-obatan, dan
perawatan yang lebih baik?
Apakah ada penurunan
penyakit?
Pendidikan: Apakah terdapat
sekolah-sekolah dan guru-guru
yang lebih banyak?
Makanan: Apakah tersedia
lebih banyak makanan, hasil
panen, dll.?
Materi: Kertas flip chart, spidol, dan gambar-gambar/spidol-spidol.
Langkah-langkah:
1. Jelaskan kepada para partisipan bahwa mereka akan bersama-sama
membahas hal-hal apa saja yang telah terjadi pada komunita mereka
selama sepupluh tahun terakhir, apa yang menyebabkan adanya
perubahan serta identifikasikan perubahan yang bersifat positif serta
negatif.
2. Pada kertas flip chart, gambarlah dua kolom. Kolom pertama bertuliskan
“sepuluh tahun yang lalu” dan kolom kedua bertuliskan “sekarang.”
3. Ajak para partisipan untuk membicarakan mengenai seperti apakah desa
mereka sepuluh tahun yang lalu dan bandingkan observasi mereka
dengan situasi sekarang ini. Gunakan pertanyaan-pertanyaan menyelidik
yang ada di sisi kiri untuk memandu jalannya diskusi. Tulislah jawabanjawaban pada kolom yang tepat.
4. Tinjau ulang/ringkas hasil-hasil dari aktivitas ini bersama para
partisipan.
5. Pertanyaan pilihan untuk diskusi: “Apa yang ingin anda lihat, pada
sepuluh tahun yang akan datang? Apa impian-impian anda untuk anakanak anda?
Agama: Apakah muncul lebih
banyak pemimpin-pemimpin
agama?
76 / Bab Tiga: Persiapan Penyelidikan PKP
METODE PENGUMPULAN INFORMASI
4. KALENDER MUSIM
Tujuan: Membuat gambaran visual mengenai ketersediaan makanan, beban
kerja dan penyebaran penyakit karena perubahan-perubahan musim.
Dengan Siapa: Orang-rang yang dapat mewakili masyarakat, termasuk
wanita, pemimpin-pemimpin, dan pemberi nafkah.
Materi: Kertas flip chart, bulpen berwarna, objek-objek yang tersedia, flash
cards bergambar, biji-bijian, dsb.
Waktu: kurang lebih 1 jam.
Langkah-langkah:
1. Jelaskan tujuan dari aktivitas tersebut kepada para partisipan.
2. Pandu para partisipan untuk membuat kalender bulanan.
3. Gunakan pertanyaan-pertanyaan menyelidik yang ada di sebelah kanan
untuk mengungkapkan perubahan-perubahan di sepanjang tahun.
4. Doronglah para anggota masyarakat untul menulis observasi mereka ke
dalam kalender.
5. Tugaskan seorang anggota pekerja untuk mencatat komentar-komentar
partisipan selama aktivitas berlangsung
6. Tinjau ulang/ringkas penemuan-penemuan bersama para partisipan.
PERTANYAAN
MENYELIDIK
Makanan: Musimmusim apakah yang
menghasilkan buah-buahan dan
sayur-sayuran yang berbeda?
Berapa lama musim tersebut
bertahan? Kapan tanaman
mulai bertumbuh?
Kapan akan dipanen? Saat
musim apakah penduduk desa
memakan daging dan hasil laut
yang berbeda-beda? Bagaimana
ketersediaan makanan berubah
tiap tahun? Apakah ada saat
ketika makanan sulit dicari?
Cuaca: Bagaimanakah
perubahan cuaca di sepangjang
tahun?
Acara: Kapan diadakan acaraacara/festival-festival
keagamaan?
Migrasi: Apakah ada migrasi
musiman dalam masyarakat?
Atau binatang?
Sekolah: Kapan anak-anak
berada di sekolah?
Penyakit: Penyakit-penyakit
musiman apakah yang diderita
anak di sepanjang tahun?
Mengapa?
Beban kerja: Apakah jumlah
beban kerja tetap sama di
sepanjang tahun?
Permainan: Apakah ada
permainan yang hanya
dimainkan pada saat-saat
tertentu? Permainan apakah itu
dan siapa yang memainkannya
(misalnya anak laki-laki/
perempuan)?
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 77
PENILAIAN DATA AWAL GIZI
Bagian ini menyediakan
standar berat badansesuai-usia untuk
Menimbang Anak.
Untuk menimbang dan
mengukur anak, lihatlah
1. Tabel Standar Berat Badan sesuai Usia
LAKI—LAKI
Bulan Median
PEREMPUAN
"-1
SD
"-2
SD
"-3
SD
Bulan Median
"-1
SD
"-2
SD
"-3
SD
0
3.3
2 .9
2 .4
2.0
0
3.2
2.7
2.2
1.8
1
4.3
3.6
2.9
2.2
1
4.0
3.4
2.8
2.2
2
5.2
4.3
3.5
2.6
2
4.7
4.0
3.3
2.7
3
6.0
5.0
4.1
3.1
3
5.4
4.7
3.9
3.2
4
6.7
5.7
4.7
3.7
4
6.0
5.3
4.5
3.7
5
7.3
6.3
5.3
4.3
5
6.7
5.8
5.0
4.1
6
7.8
6.9
5.9
4.9
6
7.2
6.3
5.5
4.6
7
8.3
7.4
6.4
5.4
7
7.7
6.8
5.9
5.0
8
8.8
7.8
6.9
5.9
8
8.2
7.2
6.3
5.3
9
9.2
8.2
7.2
6.3
9
8.6
7.6
6.6
5.7
10
9.5
8.6
7.6
6.6
10
8.9
7.9
6.9
5.9
11
9.9
8.9
7.9
6.9
11
9.2
8.2
7.2
6.2
12
10.2
9.1
8.1
7.1
12
9.5
8.5
7.4
6.4
13
10.4
9.4
8.3
7.3
13
9.8
8.7
7.6
6.6
14
10.7
9.6
8.5
7.5
14
10.0
8.9
7.8
6.7
15
10.9
9.8
8.7
7.6
15
10.2
9.1
8.0
6.9
16
11.1
10.1
8.8
7.7
16
10.4
9.3
8.2
7.0
17
11.3
10.1
9.0
7.8
17
10.6
9.5
8.3
7.2
18
11.5
10.3
9.1
7.9
18
10.8
9.7
8.5
7.3
19
11.7
10.5
9.2
8.0
19
11.0
9.8
8.6
7.5
20
11.8
10.6
9.4
8.1
20
11.2
10.0
8.8
7.6
21
12.0
10.8
9.5
8.3
21
11.4
10.2
9.0
7.7
22
12.2
10.9
9.7
8.4
22
11.5
10.3
9.1
7.9
23
12.4
11.1
9.8
8.5
23
11.7
10.5
9.3
8.0
24
12.3
11.2
10.1
9.0
24
11.8
10.6
9.4
8.3
25
12.5
11.4
10.2
9.0
25
12.0
10.8
9.6
8.4
26
12.7
11.5
10.3
9.1
26
12.2
11.0
9.8
8.5
27
12.9
11.7
10.4
9.1
27
12.4
11.2
9.9
8.6
28
13.1
11.8
10.5
9.2
28
12.6
11.3
10.1
8.8
29
13.3
12.0
10.6
9.3
29
12.8
11.5
10.2
8.9
30
13.5
12.1
10.7
9.4
30
13.0
11.7
10.3
9.0
78 / Bab Tiga: Persiapan Penyelidikan PKP
PENILAIAN DATA AWAL GIZI
1. Tabel Standar Berat Badan sesuai Usia (Sambungan)
LAKI-LAKI
Bulan
Median
PEREMPUAN
"-1
SD
"-2
SD
"-3
SD
Bulan
Median
"-1
SD
"-2
SD
"-3
SD
31
13.7
12.3 10.9
9.4
31
13.2
11.9 10.5
9.1
32
13.9
12.4 11.0
9.5
32
13.4
12.0 10.6
9.2
33
14.1
12.6 11.1
9.6
33
13.6
12.2 10.8
9.4
34
14.3
12.7 11.2
9.7
34
13.8
12.3 10.9
9.5
35
14.4
12.9 11.3
9.7
35
13.9
12.5 11.0
9.6
36
14.6
13.0 11.4
9.8
36
14.1
12.6 11.2
9.7
37
14.8
13.2 11.5
9.9
37
14.3
12.8 11.3
9.8
38
15.0
13.3 11.7
10.0
38
14.4
12.9 11.4
9.9
39
15.2
13.5 11.8
10.1
39
14.6
13.1 11.5
10.0
40
15.3
13.6 11.9
10.2
40
14.8
13.2 11.6
10.1
41
15.5
13.8 12.0
10.3
41
14.9
13.3 11.8
10.2
42
15.7
13.9 12.1
10.4
42
15.1
13.5 11.9
10.3
43
15.8
14.1 12.3
10.5
43
15.2
13.6 12.0
10.4
44
16.0
14.2 12.4
10.6
44
15.4
13.7 12.1
10.5
45
16.2
14.4 12.5
10.7
45
15.5
13.9 12.2
10.6
46
16.4
14.5 12.6
10.8
46
15.7
14.0 12.3
10.7
47
16.5
14.6 12.8
10.9
47
15.8
14.1 12.4
10.8
48
16.7
14.8 12.9
11.0
48
16.0
14.3 12.6
10.9
49
16.9
14.9 13.0
11.1
49
16.1
14.4 12.7
10.9
50
17.0
15.1 13.1
11.2
50
16.2
14.5 12.8
11.0
51
17.2
15.2 13.3
11.3
51
16.4
14.6 12.9
11.1
52
17.4
15.4 13.4
11.4
52
16.5
14.8 13.0
11.2
53
17.5
15.5 13.5
11.5
53
16.7
14.9 13.1
11.3
54
17.7
15.7 13.7
11.6
54
16.8
15.0 13.2
11.4
55
17.9
15.8 13.8
11.8
55
17.0
15.1 13.3
11.5
56
18.0
16.0 13.9
11.9
56
17.1
15.2 13.4
11.5
57
18.2
16.1 14.0
12.0
57
17.2
15.4 13.5
11.6
58
18.3
16.3 14.2
12.1
58
17.4
15.5 13.6
11.7
59
18.5
16.4 14.3
12.2
59
17.5
15.6 13.7
11.8
60
18.7
16.6 14.4
12.3
60
17.7
15.7 13.8
11.9
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 79
Catatan: Data pada tabel
tersebut berasal dari dua
populasi awal yang berbeda.
Pengelompokkan usia 0-23
bulan berdasarkan data dari
Fels Research Institute,
Yellow Springs, Ohio.
Pengelompokkan usia 24-60
bulan (halaman berikutnya)
berdasarkan data dari
National Samples of the
National Center for health
Statistics. Hal ini
menyebabkan adanya sedikit
ketidakkonsistenan karena
terjadi tumpang tindih pada
data-data tersebut (1).
PENILAIAN DATA AWAL GIZI
PERSIAPAN
AWAL:
Pastikan bahwa
ibu/pengasuh memahami apa
yang sedang terjadi.
Pengukuran berat dan tinggi
badan dapat bersifat
traumatik.; para partisipan
perlu merasa nyaman dengan
proses tersebut. Jagalah agar
peralatan tetap sejuk, bersih
dan aman. Jangan bekerja
langsung di bawah sinar
matahari karena dapat
mengganggu pembacaan
timbangan dan peralatan
lainnya serta orang-orang
akan merasa lebih nyaman.
Diperlukan Dua Orang
yang Terlatih:
Jika memungkinkan, dua
orang harus mengukur tinggi
dan panjang badan anak. Sang
pengukur memegang badan
anak dan melakukan
pengukuran. Sang asisten
membantu memegang anak
dan mencatat hasil
pengukuran. Jika hanya ada
seorang asisten yang tidak
terlatih seperti sang ibu, sang
pengukur yang terlatih harus
juga mencatat hasil
pengukuran.
2. PANDUAN UNTUK MENIMBANG DAN MENGUKUR ANAK
Instruksi untuk Menimbang Berat Badan Anak
dengan Menggunakan Timbangan Gantung Salter
1. Pengukur atau asisten: Gantung timbangan pada tempat yang
aman seperti pada langit-langit rumah. Mungkin anda akan
membutuhkan seutas tali untuk menggantung timbangan hingga sejajar
dengan mata. Minta sang ibu untuk melepas sebanyak mungkin
pakaian sang anak.
2. Pengukur: kaitkan sepasang celana kosong pada kail timbangan
untuk menimbang dan sesuaikan timbangan ke angka nol, kemudian
pindahkan celana tersebut dari timbangan.
3. Pengukur: Minta sang ibu untuk memegang anaknya.
Letakkan tangan anda pada bagian kaki dari lobang celana (Panah 1).
Pegang kaki anak dan tarik melalui lobang kaki celana (Panah 2).
Pastikan bahwa tali pengikat celana tersebut berada di depan sang
anak.
Keterangan Gambar:
Panah 1 Tempatkan tangan anda pada lobang kaki
Panah 2 Pegang kaki
Panah 3 Anak bergantung dengan bebas
Panah 4 Asisten yang memegang kuesioner
Panah 5 Pengukur membaca timbangan yang sejajar dengan mata
Pedoman ini diadaptasikan dari How to Weigh and Measure Children:
Assessing the Nutritional Status of Young Children in household
Surveys, UM Department of Technical Cooperation for Development and
Statistical Office, 1996 (2) dan Anthrometric indicators Measurement
Guide, Bruce Cogill, Food and Nutrition Technical Assistance project, 2001
(3).
80 / Bab Tiga: Persiapan Penyelidikan PKP
PENILAIAN DATA AWAL GIZI
4. Pengukur: Kaitkan
tali pengikat celana
tersebut pada tali
timbangan. JANGAN
MENGANGKAT
ANAK HANYA
DENGAN
MENGGUNAKAN
KAIN PENGIKAT.
Secara perlahan
turunkan anak dan
biarkan anak
menggantung dengan
bebas (Panah 3).
5. Asisten: Berdirilah
di sisi belakang
pengukur dan siap-siap
untuk mencatat prose
pengukuran. Siapkan
daftarnya (Panah 4).
6. Pengukur dan
Asisten: Periksa posisi
anak. Pastikan anak
tergantung dengan bebas
dan tidak menyentuh
apapun. Ulangi langkahlangkah tersebut sesuai kebutuhan.
7. Pengukur: Pegang timbangan agar tidak goyang dan baca berat
badan pada posisi yang paling dekat dengan 0,1 kg (Panah 5). Sebutkan
hasil pengukuran ketika anak berada pada posisi diam dan jarum
timbangan tidak bergoyang. Meskipun anak tersebut sangat aktif
sehingga menyebabkan jarum timbangan bergoyang, ia akan diam cukup
lama sehingga ukuran timbangan dapat terbaca. TUNGGU SAMPAI
JARUM BERHENTI BERGOYANG.
8. Asisten: Segera catat hasil pengukuran dan tunjukkan pada si
pengukur.
9. Pengukur: Ketika sang asisten mencatat hasil pengukuran, angkat
tubuh anak secara perlahan. JANGAN MENGANGKAT ANAK
HANYA DENGAN MENGGUNAKAN KAIN PENGIKAT CELANA.
Lepaskan kain tersebut dari tali timbangan.
10. Pengukur: Periksa keakuratan dan keterbacaan hasil pengukuran
yang tertulis pada daftar. Instruksikan sang asisten untuk mengahapus
atau membetulkan kesalahan-kesalahan.
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 81
Kapan Diadakan
Penimbangan dan
Pengukuran:
lakukan penimbangan dan
pengukuran anak setelah
mengumpulkan semua
informasi verbal. Dengan
demikian, anda akan lebih
dikenal oleh anggota-anggota
keluarga dan dapat membantu
sang ibu serta anaknya
merasa lebih nyaman
sebelum memulai
pengukuran.
Timbang dan Ukur Anak
Satu per Satu:
Isilah pertanyaan-pertanyaan
dan pengukuran-pengukuran
anak tersendiri. Jangan
menimbang serta mengukur
anak sekaligus. Hal tersebut
akan mudah mengakibatkan
kebingungan dan akan
menimbulkan resiko
kesalahan yang lebih besar
seperti mencatat hasil
pengukuran seorang anak
pada formulir anak yang
berbeda.
Kontrol Anak:
Pada saat menimbang dan
mengukur anak, jagalah anak
tersebut agar tetap tenang.
Seorang anak yang merasa
gembira atau takut dapat
mempersulit perolehan proses
pengukuran yang akurat.
Harus bersikap tegas tetapi
tetap lembut terhadap sang
anak. Ketenangan dan
kepercayaan diri anda akan
dirasakan oleh sang ibu dan
anak.
Pencatatan Hasil
Pengukuran:
Catatlah hasil pengukuran
dengan menggunakan pensil
sehingga jika terjadi kesalahan
dapat segera dibetulkan.
Keterangan Gambar:
Panah 1 Kuesioner dan
pensil ditaruh di
lantai
Panah 2 Asisten sedang
berlutut
Panah 3 Pengukur sedang
berlutut
Panah 4 Tangan kanan
pada pergelangan
kaki anak
Panah 5 Tangan kiri pada
kedua lutut;
bersama-sama
menekan papan
Pandangan anak
Panah 6
Panah 7
Panah 9 Tangan pada
dagu
Panah 10 Garis bahu
Panah 11 Lengan dan
tangan anak
berada pada sisi
tubuh
Panah 12
Panah 13
Panah 14
Panah 15 Perlengkapan
kepala di atas
kepala
PENILAIAN DATA AWAL GIZI
Instruksi untuk Mengukur Tinggi Badan Anak
yang Berusia 24 Bulan atau Lebih
1. Pengukur atau asisten: Tempatkan papan pengukur pada
permukaan yang rata seperti pada dinding, meja, pohon, tangga, dll.
Pastikan agar papan tidak bergoyang.
2. Pengukur atau asisten: Minta sang ibu untuk melepas sepatu serta
ikatan rambut yang bisa mengganggu pengukuran tinggi badan. Minta
kepada sang ibu untuk menempatkan anaknya pada papan tersebut dan
berlutut di depan anaknya.
Katakan pada sang anak
untuk menatap lurus
kedepan ke arah sang ibu
yang sedang berlutut di
depan anaknya.
82 / Bab Tiga: Persiapan Penyelidikan PKP
PENILAIAN DATA AWAL GIZI
3. Asisten: Taruh daftar dan pensil di lantai (Panah 1). Berlututlah pada
kedua lutut anda di sisi kanan anak tersebut (Panah 2).
4. Pengukur: Berlututlah pada lutut kanan anda di sisi kiri anak tersebut.
Dengan demikian, anda bisa bergerak dengan bebas.
5. Asisten: Tempatkan kaki anak rata pada bagian tengah dan dasar
papan. Tempatkan tangan kanan anda pada pergelangan kaki anak (Panah
4), tangan kiri anda pada lutut anak (Panah 5) dan dorong ke arah papan.
Pastikan agar kaki, lutut dan pinggul anak menempel pada papan (Panah
6 dan 7). Laporkan pada pengukur jika anda sudah memposisikan kaki
dan telapak kaki anak dengan benar.
6. Pengukur: Katakan pada sang anak untuk menatap lurus kedepan ke
arah sang ibu yang sedang berlutut di depan anaknya. Pastikan pandangan
anak sejajar dengan permukaan tanah (Panah 8). Tempatkan tangan kiri
anda secara terbuka pada dagu anak. Tutup tangan anda secara perlahan
(Panah 9). Jangan menutupi mulut atau kuping anak. Pastikan bahu anak
tetap sejajar (Panah 10), kedua tangan berada pada sisi tubuh anak (Panah
11), dan kepala, punggung serta pantat anak menempel pada papan (Panah
12, 13, 14). Gunakan tangan kanan anda
untuk menurunkan perlengkapan kepala
diatas kepala sang anak. Pastikan anda
menekan rambut anak tersebut (Panah
15).
7. Pengukur dan asisten: periksa
posisi anak (Panah 1-15). Ulangi langkahlangkah diatas sesuai kebutuhan.
8. Pengukur: Jika posisi anak sudah
benar, baca dan sebutkan hasil
pengukuran pada posisi yang paling dekat
dengan 0,1 cm. Pindahkan perlengkapan
kepala dari kepala sang anak dan
pindahkan tangan kiri anda dari dagu anak
tersebut.
9. Asisten: Segera mencatat hasil
pengukuran dan perlihatkan kepada sang
pengukur.
10. Pengukur: Periksa keakuratan dan
keterbacaan catatan hasil pengukuran.
Instruksikan sang asisten untuk
membetulkan serta mengahapus jika ada
kesalahan-kesalahan.
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 83
Pastikan bahu anak tetap
sejajar, kedua tangan
berada pada sisi tubuh anak,
dan kepala, punggung serta
pantat anak menempel pada
papan.
PENILAIAN DATA AWAL GIZI
Keterangan Gambar:
Panah 1 Kuesioner dan
pensil ditaruh di
lantai
Panah 2 Asisten sedang
berlutut
Panah 3 Pengukur sedang
berlutut
Panah 4 Telapak tangan
tertelungkup pada
telinga anak;kepala
di atas permukaan
papan
Instruksi untuk Mengukur Tinggi Badan Bayi dan Anak yang
Berusia 0-23 Bulan
1. Pengukur dan asisten: Tempatkan papan pengukur pada permukaan
yang datar dan keras, misalnya, tanah, lantai, atau meja.
2. Asisten: Taruh daftar dan pensil di tanah, lantai, atau meja (Panah 1).
Berlutut pada kedua lutut di belakang papan bagian bawah jika papan
ditempatkan di tanah atau lantai (Panah2).
3. Pengukur: Berlutut di bagian kanan anak agar anda dapat memegang
“footpiece” dengan tangan kanan anda (Panah 3).
4. Pengukur dan asisten: Dengan bantuan sang ibu, baringkan anak
pada papan dengan menempatkan satu tangan pada kepala anak dan tangan
yang lain pada tubuh anak. Baringkan anak ke atas papan secara perlahan.
84 / Bab Tiga: Persiapan Penyelidikan PKP
PENILAIAN DATA AWAL GIZI
5. Pengukur dan asisten: Minta sang ibu untuk berlutut di dekat papan
pada posisi yang berlawanan menghadap sang pengukur sehingga dapat
menenangkan sang anak.
6. Asisten: Telungkupkan telapak tangan anda pada telinga anak (Panah 4).
Gunakan lengan anda yang berada pada posisi lurus, untuk menempatkan
kepala anak pada dasar papan sehingga anak memandang lurus keatas.
Arah pandangan mata anak harus tegak lurus dengan lantai (Panah 6). Kepala
anda harus berada lurus diatas kepala anak. Pandanglah langsung ke arah mata
anak.
7. Pengukur: Pastikan anak terbaring rata dan berada di bagian tengah
papan (Panah 7). Tempatkan tangan kiri anda diatas pergelangan kaki anak
atau pada lutut (Panah 8). Tekan mereka pada papan. Gunakan tangan kanan
anda untuk menempatkan perlengkapan kaki pada telapak kaki anak (Panah
9).
Panah 5 Lengan pada posisi
lurus dan nyaman
Panah 6 Arah pandangan
mata tegak lurus
permukaan papan
Panah 7 Anak berbaring
rata pada
permukaan papan
Panah 8 Tangan pada lutut
atau diatas
pergelangan kaki;
kaki lurus
Panah 9 Telapak kaki
anak rata diatas
permukaan
perlengkapan kaki
Arah pandangan mata anak
harus tegak lurus dengan
lantai. Kepala anda harus
berada lurus diatas kepala
anak.
8. Pengukur dan asisten: Periksa posisi anak. Ulangi langkah-langkah
diatas sesuai kebutuhan.
9. Pengukur: Jika posisi anak sudah benar, baca dan sebutkan hasil
pengukuran pada posisi yang tedekat dengan 0,1 cm. Pindahkan perlengkapan
kaki dan lepaskan tangan kiri anda dari pergelangan kaki atau lutut anak.
10. Asisten: Segera lepaskan kepala anak, catat hasil pengukuran, dan
tunjukkan kepada sang pengukur.
11. Pengukur: Periksa keakuratan dan keterbacaan catatan hasil
pengukuran. Instruksikan sang asisten untuk mengahapus dan membetulkan
jika ada kesalahan-kesalahan.
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 85
86 / Bab Empat: Lakukan Penyelidikan PKP
Ada dimana anda?
BAB EMPAT
Langkah 4: Lakukan Penyelidikan PKP
A.
B.
C.
D.
Rencanakan logistik Penyelidikan PKP
Lakukan kunjungan runah
Kumpulkan hasil-hasil penemuan
Bagikan hasil-hasil yang ditemukan
kepada masyarakat
P
LANGKAH 2
Mobilisasikan
masyarakat;Seleksi
dan Pelatihan
LANGKAH 3
Persiapan
Penyelidikan PKP
Penyelidikan PKP dilaksanakan dalam waktu singkat oleh anggota-anggota
masyarakat, para kader pos gizi, dan para pengasuh. Penyelidikan PKP dan
analisa hasil-hasil yang ditemukan dapat dilaksanakan dalam waktu kurang
dari satu minggu.
LANGKAH 6
Pelaksanaan
Kegiatan Pos Gizi
LANGKAH 5
Merancang
kegiatan Pos Gizi
Ada tiga atau empat kategori perilaku-perilaku utama yang diobservasi:
1. Perilaku pemberian makan: terutama jenis makanan bergizi,
frekuensi pemberian makan dan jumlah makanan
2. Perilaku pengasuhan: cara berinteraksi antara anggota-anggota
keluarga dan anak (pengasuhan psiko-sosial) serta stimulasi pada
anak-anak usia dini
3. Perilaku kebersihan: termasuk kebersihan tubuh, makanan, dan
lingkungan (kebersihan terkadang dimasukkan kedalam perilakuperilaku pengasuhan)
4. Perilaku perawatan kesehatan: perilaku-perilaku sehat yang
bersifat mencegah, pengelolaan rumah tangga ketika ada yang sakit
serta penggunaan pelayanan-pelayanan kesehatan
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 87
LANGKAH 7
Mendukung
Perilaku-Perilaku
Baru
LANGKAH 8
Ulangi kegiatan
Pos Gizi Gizi
sesuai Kebutuhan
LANGKAH 9
Perluasan Program
PKP/Pos Gizi
EVALUASI
LANGKAH 4
Lakukan
Penyelidikan PKP
&
enyelidikan PKP adalah alat untuk menemukan kebiasaan-kebiasaan
pelaku PKP yang sukses dan diinginkan. Penyelidikan PKP merupakan
kunci dari penerimaan perilaku-perilaku yang ditemukan dan diajarkan
dalam Pos Gizi. Jika anggota-anggota masyarakat tidak melihat sendiri apa
yang sedang dilakukan oleh sesama anggota masyarakat untuk mencegah
kekurangan gizi, maka mereka tidak akan mempercayai bahwa ada
kebiasaan-kebiasaan lokal yang baik yang bisa mereka pelajari dan ikuti
untuk memperoleh hasil-hasil yang serupa. Penyelidikan PKP menyediakan
informasi yang dibutuhkan untuk membuat menu dan memilih pesan-pesan
pendidikan kesehatan yang akan disampaikan pada sesi pos gizi, dan akan
dibahas pada Bab 5.
PANTAU
LANGKAH 4 Lakukan Penyelidikan PKP
LANGKAH 1
Tentukan apakah
ini program yang
tepat untuk anda
gunakan
Proses Penyelidikan PKP adalah:
Proses Penyelidikan PKP
didasarkan pada perilakuperilaku yang sukses dan
sehat, bukan perilakuperilaku yang gagal
♥ Cara baru dalam melihat masalah-masalah lama; mencari cara-cara yang
saat ini dapat digunakan
♥ Suatu cara untuk mengobservasi hal-hal yang nyata: disekitar kita ada
orang-orang yang melakukan perilaku-perilaku
yang bisa kita tiru
♥ Mencari perilaku-perilaku yang tidak umum
tetapi baik, dan dapat diterima secara budaya
untuk dijadikan perilaku yang umum
♥ Berdasarkan perilaku-perilaku yang sukses
dan sehat, bukan perilaku-perilaku yang gagal
♥ Berdasarkan penemuan mandiri dari para
kader yang mewakili masyarakat mereka
♥ Bersifat segera dan cepat, bukan proses yang
rumit atau membutuhkan data serta analisa yang
banyak
♥ Berdasarkan sampel yang kecil (empat hingga
enam kunjungan rumah), bukan ukuran sampel
yang besar
♥ Fokus pada cara-cara observasi yang dapat
dilakukan pada masyarakat yang dituju
♥ Tidak bersifat pasif, pengamat menggunakan semua akal.
♥ Sebuah proses yang dapat memobilisasikan masyarakat untuk
memecahkan suatu masalah
A. Rencanakan Logistik Penyelidikan PKP
1. Urutan Kegiatan
Penyelidikan PKP terdiri dari pelatihan, kunjungan-kunjungan ke rumah
keluarga PKP dan perpaduan informasi Penyelidikan PKP yang diolah
menjadi perilaku-perilaku sukses sehingga bisa diajarkan pada kegiatan pos
gizi. Aktivitas-aktivitas ini dapat dilaksanakan dalm waktu satu atau dua
minggu:
1. Pelatihan untuk anggota-anggota masyarakat yang ikut berpartisipasi 2 hari
2. Kunjungan rumah di setiap masyarakat 1 atau 2 hari
3. Konsolidasi dan kompilasi temuan-temuan Penyelidikan PKP 1 hari
2. Materi yang Dibutuhkan untuk sebuah Penyelidikan PKP
♥ Flip charts untuk mengkonsolidasi temuan
♥ Clipboards
♥ Ringkasan informasi gizi dari setiap keluarga
♥ Daftar Observasi
♥ Pedoman Wawancara Semi-Struktur
♥ Laporan Hasil temuan dari Kunjungan Rumah setiap keluarga
Pada saat melakukan kunjungan-kunjugan rumah, para kader harus
mengumpulkan serta menyusun data status gizi dari setiap keluarga dengan
menggunkan informasi dari kartu pendaftarak keluarga (jika ada), hasil
penilaian status gizi awal, dan peringkat kesejahtraan keluarga. gunakan
formulir yang serupa dengan Tabel 4.1 untuk menyusun informasi ini.
88 / Bab Empat: Lakukan Penyelidikan PKP
TABEL 4.1
Keluarga
Ringkasan Informasi Gizi berdasarkan
Status PKP
Nama
Berat
(kg)
Status
Kekurangan
gizi
(Normal,
tingkat 1, 2
atau 3)
Status sosialekonomi
(Tidak
miskin,
Miskin,
Sangat
miskin)
Usia
anak
Kel. PKP
PKP
PKP
PKP
Kel. PKN
Kel. PKN
Non PKP
Non PKP
PKP=Keluarga Prilaku Khusus Positif PKN=Keluarga Prilaku Khusus Negatif
Non PKP=Keluarga Miskin & Kurang gizi
Daftar Observasi meliputi:
♥ Observasi terhadap anggota-anggota rumahtangga (anak yang terseleksi,
pengasuh utama, pengasuh pengganti, saudara-saudara kandung, ayah, dan
anggota-anggota keluarga lainnya)
♥ Observasi terhadap perilaku-perilaku (kebersihan, pemberian makan,
interaksi, pemberian ASI, penyiapan makanan, dan penggunaan air)
♥ Observai terhadap ketersediaan makanan (kuantitas, variasi, sumber,
penyimpanan, pengawetan dan pengolahan)
♥ Observasi terhadap lingkungan rumah (tempat tinggal, kebun, sumber air,
kakus, dan binatang)
Pedoman Wawancara Semi-terstruktur meliputi:
♥ Pertanyaan umum mengenai keluarga
♥ Pertanyaan-pertanyaan untuk para ibu mengenai perilaku pemberian
makanan, perilaku mengasuh, perilaku mencari pelayanan kesehatan
♥ Pertanyaan-pertanyaan untuk pengasuh yang merupakan saudara kandung
yang lebih tua, ayah, dan nenek
2. Penugasan Tim
Tim Penyelidikan PKP terdiri dari pemimpin-pemimpin masyarakat, para
kader pos gizi, dan staff puskesmas. Tim akan dibagi menjadi tim-tim kecil
yang beranggotakan dua atau tiga orang untuk melakukan kunjungan rumah
dan anggota tim harus yang baik. Tim yang beranggotakan lebih tiga orang
akan membuat kunjungan rumah tampak sebagai hal yang mengganggu dan
menekan. Setiap anggota tim kecil harus memainkan satu peran:
pewawancara, pengamat, atau pencatat. Jika hanya ada dua anggota tim,
maka salah satu dari pewawancara atau pengamat harus melakukan
pencatatan.
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 89
Daftar Tilik Observasi dan
Pedoman Wawancara
Semi-terstruktur tersedia di
akhir bab ini dan harus
diadaptasikan dan/atau
diterjemahkan ke dalam
konteks serta bahasa lokal
sebelum digunakan.
Informasi mengenai kedua
alat ini tertulis pada
Laporan Hasil Penemuan
dari Kunjungan Rumah
Keluarga (lihat formatnya di
halaman 104-105)
Tim Penyelidikan PKP
dapat menemukan, bahwa
selama melakukan analisa
dari hasil kunjungan ke
rumah-rumah, keluarga
yang awalnya
diidentifikasikan sebagai
keluarga PKP ternyata
tidak masuk dalam kriteria
Secara keseluruhan, tim Penyelidikan PKP akan mengunjungi sedikitnya
empat keluarga miskin yang memiliki anak bergizi baik (pelaku PKP) dan
sedikitnya dua keluarga yang tidak miskin namun memiliki anak yang
mengalami kekurangan gizi (pelaku PKN). Jika tim tidak dapat mengunjungi
keluarga-keluarga yang lebih kaya, pilihlah keluarga-keluarga miskin yang
anak-anaknya mengalami kekurangan gizi.(non-PKP). Jika masyarakat
berjumlah besar (populasi lebih dari 3000), akan dibutuhkan kunjungankunjungan yang lebih banyak. Terkadang tim dapat menemukan bahwa
selama melakukan analisa temuan kunjungan rumah ternyata keluarga yang
pada awalnya diidentifikasikan sebagai keluarga PKP malah tidak memenuhi
kriteria. Alasan-alasan yang bisa menyebabkan keadaan ini adalah
penimbangan berat badan yang tidak akurat atau kondisi-kondisi spesial
seperti mengetahui bahwa anak tersebut merupakan anak satu-satunya atau
keluarga tersebut ternyata tidak semiskin seperti yang diperkirakan
sebelumnya.
Kunjungan rumah harus dibagi agar setiap tim kecil dapat mengunjungi
berbagai variasi keluarga PKP, non-PKP, dan PKN. Penting juga untuk
memilih keluarga-keluarga dengan anak yang berusia dibawah satu tahun,
satu hingga dua tahun, dua hingga tiga tahun untuk memastikan
ditemukannya perilaku-perilaku pemberian makanan dan perawatan yang
bervariasi sesuai usia. Diapkan jadwal kunjungan rumah agar setiap tim
mengetahui siapa yangmerka kunjungi dan kapan kunjungan tersebut
dilakukan. Tabel 4.2 menyediakan contoh tugas-tugas tim Penyelidikan PKP.
TABEL 4.2 Contoh Tugas-Tugas Tim Penyelidikan PKP
Tim Pewawancara
Pencatat
Pengawas
Tipe keluarga yg
diwawancara
1
Kader Pos Gizi
Pekerja
lapangan
Pengamat/
pelatih
1 PKP, 1 Non PKP
2
Kader Pos Gizi
Anggota
Tim
Kesehatan
Suster
1 PKP, 1 Non PKP
3
Kader Pos Gizi
Pemimpin Suster
masyarakat
1 PKP, 1 PKN
4
Kader Pos Gizi
Kader
Pos Gizi
1 PKP, 1 PKN
Pengamat/
pelatih
Jumlah yang diwawancara : 4 Keluarga PKP, 2 Keluarga Non PKP,
2 Keluarga PKN
Anda tidak boleh memberitahukan status PKP, Non PKP atau PKN kepada
keluarga-keluarga yang dikunjungi. Kunjungan tersebut harus diberitahukan
hanya sebagai proses untuk mengumpulkan informasi dan kunjungan
observasi, tim yang berkunjung tidak melakukan penilaian apapun. Anggotaanggota tim Penyelidikan PKP
harus bersikap sopan, hormat, dan
bersahabat, kedatangan mereka bukan sebagai guru, melainkan sebagai
pendengar, serta menggunakan pertanyaan terbuka daripada pertanyaan
tertutup. Ingatlah selalu akan tujuan dari kunjungan tersebut; untuk
mempelajari kebiasaan-kebiasaan gizi di masyarakat tersebut.
90 / Bab Empat: Lakukan Penyelidikan PKP
B. Lakukan Kunjungan Rumah
Rencanakan kunjungan rumah pada saat ketika makanan disiapkan dan
dimakan agar anda dapat mengobservasi perilaku-perilkau yang
sesungguhnya. Kunjungan rumah tidak boleh dilakukan lebih dari dua jam.
Pastikan agar anda tidak tinggal terlalu lama.
C. Kumpulkan Hasil-Hasil Temuan
Setelah didakan kunjungan rumah, anggota-anggota tim proyek yang terpilih
harus meninjau ulang semua Laporan Hasil Temuan dari Kunjungan Rumah.
Mereka mencari kesamaan diantara berbagai perilaku keluarga PKP yang
mungkin memberikan dampak positif pada status gizi anak. Dari perilakuperilaku ini, tim akan mengumpulkan daftar utama yang berisi perilakuperilaku rumahtangga yang menguntungkan. Tim dapat menggunakan
matriks (Tabel 3.4) untuk membandingkan perilaku-perilaku PKP pada
berbagai rumahtangga.
TABEL 4.3 Contoh Matriks untuk Menganalisa Penemuan
Penemuan PKP
Rumah
tangga
Makanan yang
baik. Pemberian
makan yang baik.
Pengasuhan
anak yang
baik
Perawatan
kesehatan
yang baik
Kemudian tim dapat melingkari perilaku-perilaku PKP yang bisa dilakukan
oleh semua masyarakat. Daftar ini berfungsi sebagai dasar penyusunan acara
kegiatan Pos Gizi serta pesan-pesan pendidikan kesehatan yang akan
diberikan pada sesi Pos Gizi. Ingatlah bahwa perilaku-perilaku dan pesanpesan positif merupakan gabungan dari perilaku-perilaku yang terbaik yang
berasal dari beberapa keluarga.
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 91
Proses langkah
demi langkah untuk
Mengadakan
Kunjungan Rumah
1.Perkenalkan anggotaanggota tim kepada anggota
rumahtangga dan beritahukan
alasan kedatangan anda serta
lama waktu yang akan
digunakan.
2.Mintalah persetujuan dari
keluarga tersebut agar anda
ikut serta dalam kegiatan rutin
mereka dan menawarkan diri
untuk membantu mereka
3.Berlakulah sebagai sahabat
bagi anggota-anggota
keluarga. Lakukan interaksi
dengan anggota-anggota
keluarga melalui sentuhan,
permainan, dll.
4.Kunjungi dapur, kakus,
kamar tidur, kandang
binatang, dan tempat makan.
5.Adakan wawancara
terhadap pengasuh yang ada
saat itu atau pengasuh utama
dalam bentuk percakapan
sepintas lalu.
6.Pelajari sejarah keluarga,
situasi keuangan, serta
harapan-harapan pengasuh
terhadap masa depan anak.
7.Setelah melakukan
kunjundan rumah, catat hasil
observasi ke dalam daftar
observasi.
8.Ringkaskan informasiinforamsi yang didapat dari
observasi dan wawancara
pada Laporan Hasil Temuan
Kunjungan Rumah di akhir
bab ini.
9.Dalam waktu satu hari,
tulislah sebuah cerita
mengenai keluarga ini yang
berfokus pada pengasuh
serta anak dibawah usia lima
tahun dengan menggunakan
kutipan-kutipan dari anggotaanggota keluarga.
TABEL 4.4 Contoh Makanan yang Teridentifikasi pada
Berbagai Proyek
Contoh perilaku-perilaku ini
mewakili beberapa perilaku
menguntungkan yang
“ditemukan” selama
diadakanya Penyelidikan
PKP di beberapa negara.
Negara
Makanan Khas
Positif
keterjangkauan
Vietnam
Udang,
sayuran
Gratis; Dikumpulkan dari lahan padi
Mozambik
Kacang Marula
Gratis- tumbuh secara liar di
pohon dan dikumpulkan dari tanah
Nepal
Buah berri liar,
siput, kodok
Gratis
Sri Lanka
Kacang kedelai
Murah; tersedia
Contoh makanan dan perilaku-perilaku pemberian makan:
♥ Pengenalan pemberian makanan tambahan yang sesuai selama enam
bulan
♥ Frekuensi pemberian makan
♥ Variasi makanan
♥ Jumlah dan konsistensi (kekentalan) makanan
♥ Tidak ada bias gender yang berhubungan dengan urutan makan,
jumlah dan jenis makanan
♥ Melanjutkan pemberian ASI yang sering
♥ Penanganan yang tepat terhadap anak yang selera makannya rendah
♥ Pemantauan selama pemberian makan (pemberian makan aktif)
Contoh perilaku-perilaku perawatan anak:
♥ Pembagian tugas dan perawatan anak diantara para pengasuh agar
tersedia waktu yang cukup untuk dihabiskan bersama-sama tiap anak.
♥ Para pengasuh melatih proses belajar situasional (aktivitas-aktivitas
yang interktif dan memberikan stimulasi pada anak sambil
mengerjakan pekerjaan sehari-hari)
♥ Penggunaan stimulasi tradisional (pijat)
♥ Penggunaan lagu (lagu tidur)
♥ Interaksi positif antara anak, pengasuh primer dan sekunder serta
saudara kandung yang lebih tua yang dapat membantu perkembangan
emosi dan kognitif (memberikan perhatian dan tanda-tanda afeksi,
sering melakukan interaksi verbal)
♥ Interaksi positif antara anak dengan anggota-anggota keluarga lainnya
dapat membantu sosialisasi anak (penggunaan penguatan
positif/pujian, mencontoh perilaku baik)
♥ Pemantauan di setiap waktu
♥ Stimulasi dan permainan yang memadai untuk perkembangan anak
secara menyeluruh, membantu anak untuk bereksperimen dengan
lingkungan dan mengijinkan adanya penemuan
♥ Menggunakan mainan buatan sendiri yang sesuai dengan usia anak
♥ Ayah menyediakan perhatian dan afeksi
♥ Lingkungan yang aman
92 / Bab Empat: Lakukan Penyelidikan PKP
Contoh perilaku-perilaku kebersihan:
♥ Kebersihan makanan, tubuh dan lingkungan (mencuci muka,
tangan, dan kaki dengan air sebelum makan)
Contoh perilaku-perilaku sehat yang bersifat mencegah:
♥ Imunisasi lengkap
♥ Penimbangan berat badan anak secara berkala
(jika tersedia)
♥ Penggunaan kelambu pada daerah yang terjangkit
malaria
♥ Semua anggota keluarga menggunakan kakus atau
fasilitas toilet lainnya
♥ Menyembuhkan penyakit cacingan pada anak dan
anggota-anggota keluarga yang tinggal di daerah
endemik secara berkala
Contoh perilaku-perilaku perawatan anak yang sedang sakit:
♥ Perawatan rumah yang sesuai ketika anak sedang
sakit dan dalam masa penyembuhan
♥ Pemberian makanan dan cairan yang sesuai ketika
anak sedang sakit dan dalam masa penyembuhan
♥ Perawatan rumah yang baik terhadap penyakitpenyakit ringan (pilek, batuk , demam, sakit kuping,
mata merah, luka, terbakar, gigitan serangga, memar,
ruam, dll.)
♥ Melanjutkan pemberian ASI serta makanan dan
cairan yang sesuai ketika anak mengalami diare;
makanan ekstra diberikan kepada anak setelah
mengalami diare
♥ Penggunaan larutan gula garam atau cairan rumah untuk mencegah
dehidrasi selama mengalami diare
♥ Mencari bantuan profesional untuk pengobatan penyakit dan luka
Contoh faktor-faktor rumahtangga yang mempengaruhi status
gizi anak:
♥ Persediaan air yang cukup
♥ Persediaan air minum yang cukup
♥ Merokok di dalam rumah
♥ Rumah dan kandang binatang yang terpisah
♥ Pendapatan uang
♥ Penggunaan uang atau aset lainnya
♥ Orangtua memiliki ketergantungan obat-obatan
♥ Kekerasan domestik atau penganiayaan anak
♥ Usia dan pengetahuan yang dimiliki pengasuh selama ketidakhadiran
sang ibu
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 93
Catatan mengenai
pemberantasan
kecacingan:
Infeksi cacingan memiliki
dampak besar, dan negatif
pada pertumbuhan dan
perkembangan anak yang
berusia di bawah 24 bulan.
Pada masa yang lalu, anakanak kecil tidak diikutkan
dalam program
pemberantasan penyakit
cacingan, tetapi pedoman
WHO merekomendasikan
bahwa, pada semua daerah
endemik, semua anak yang
berusia satu tahun dan yang
lebih tua harus
diikutsertakan dalam
program penyembuhan
penyakit cacingan yang
sistematis. Periksalah
kebijakan nasional pada
Departemen Kesehatan di
negara anda.
Sumber: Allen 2002 (1)
Madagaskar
Catholic Relief Services
mengadakan Pos Gizi di
lingkungan perkotaan
Madagaskar. Penyelidikan
PKP menemukan bahwa para
ibu dari anak yang mengalami
kekurangan gizi membeli
kayu bakar dan hanya
memiliki sisa uang yang
cukup untuk membeli nasi
sebagai makanan anak
mereka. Para ibu PKP pergi
keluar kota untuk memungut
kayu bakar yang jatuh dari
pohon, sambil memanen
sayur-sayuran liar untuk
ditambahkan pada nasi yang
mereka beli sebagai makanan
anaknya. Mereka
menggunakan uang yang
disimpan bukan untuk
membeli kayu bakar tetapi
untuk membeli makanan
bergizi lainnya.
Contoh-contoh pada tabel
4.5, 4.6 dan 4.7
menunjukkan observasiobservasi keluarga PKP,
PKN dan non-PKP di
Banglades
Tidak semua perilaku
keluarga PKP dan non-PKP
bersifat merugikan;
terkadang ada kombinasi
dari perilaku yang baik dan
buruk. Perbedaan tersebut
ada yang bisa terlihat
dengan jelas namun ada
juga yang harus diuji
terlebih dahulu. Dibutuhkan
observasi khusus serta
penggunaan “kaca
pembesar” untuk
mendeteksi perbedaanperbedaan khusus dari
perilaku-perilaku tersebut,
tetapi, lama-kelamaan akan
terlihat perilaku yang
sungguh-sungguh berarti
bagi kesejahteraan anak.
TABEL 4.5
Informasi
umum
Masih memberikan
ASI
Keluarga yang
beranggotakan 5
orang
Nenek-pengasuh
pengganti
Ayah- buruh
harian, ada di
rumah setiap 20
hari
Lingkungan yang
bersih
Ibu memiliki toko
kecil
Tidak ada kakus
Ketersediaan
sabun dan air
Meminum air
sumur
Perilaku PKP, Banglades
Perilaku
pemberian
makan
Makanan kemarin:
nasi, dhal, telur,
ikan, biskuit
Makan 4 s/d 5 kali
sehari
Makan telur dua kali
seminggu
Pemberian makanan
tambahan dimulai
pada usia 8 bulan
Makan biskuit jika
nafsu makannya
rendah
Perilaku
pengasuhan
Ibu yang baikinteraksi anak
Ibu bermain
dengan anak
Ayah selalu
memastikan
ketersediaan
makanan untuk
keluarganya
Anak makan
sendiri
Nenek yang baikinteraksi anak
Bermain dengan
lilin dan boneka
Tetangga ikut
membantu
Perilaku mencari
pelayanan
kesehatan
Imunisasi anak (tanpa
kartu)
penanganan dengan
menggunakan LGG
ketika diare
Pendingin kepala
untuk demam
Mencuci tangan
dengan sabun
Mandi secara teratur
Lingkungan rumah
yang bersih
Semua makanan
tertutup
TABEL 4.6 Pelaku PKP, Banglades
Informasi
umum
Pemberian ASI,
9 anggota
keluarga yang
mengalami
kekurangan gizi
Ayah: petani,
pemilik tanah;
memperkerjaka
n buruh harian
Orang dan
ternak tidur
bersama (takut
ada pencuri)
Rumah besar,
atap seng
Tidak ada kakus
Tidak ada
kebun sayuran
Perilaku
pemberian
makan
Makanan kemarin:
susu sapi, nasi,
ikan, daging, sag,
dan kacangkacangan
Jika anak tidak
lapar, tidak diberi
makan
Makan 3 atau 4
kali sehari
Tidak ada
pemberian makan
aktif
Selama sakit,
hanya diberikan
ASI
Ibu tidak
memperhatikan
proses pemberian
makan
Ibu tidak memiliki
makan ekstra
sebagai suplemen
makanannya
selama ia
menyusui
Perilaku
pengasuhan
Ayah tidak dekat
dengan anak
Ibu tidak
menujukkan afeksi
pada anak, tidak
berinteraksi
Hubungan suami/
isteri yang agresif
Ibu tidak peduli
apabila anaknya
main/tidak
Anak
menunjukkan rasa
tidak tertarik pada
orang asing
Anak tidak bersih,
kotor
Anak tidak dirawat
94 / Bab Empat: Lakukan Penyelidikan PKP
Perilakumencari
pelayanan
kesehatan
Tidak ada toilet/
kakus
Tidak mencuci
tangan
Imunisasi lengkap
(tanpa kartu)
Ibu tidak tahu cara
menangani jika ada
yang sakit, atau
diare
Membersihkan
peralatan dapur di
kolam, kemudian
dibiarkan mengering
di kotoran sapi
TABEL 4.7
Non-Pelaku PKP, Banglades
Informasi
umum
Perilaku
pemberian
makan
Perilaku
pengasuhan
Kekurangan gizi,
perkembangan
fisik yang
terhambat
10 anggota
keluarga
5 saudara
perempuan & 2
saudara laki-laki,
hanya 1 anak
pergi ke sekolah,
Ayah bekerja
sebagai petani,
sebagai sumber
pencarian
Halaman rumah
tidak bersih
Tidak ada kebun
sayuran
Kakus terbuka
Masih
memberikan ASI
Susu sapi
diberikan sejak
usia 2 bulan
Makan dua kali
sehari
Pemberian makan
secara paksa
Memberikan
hukuman fisik jika
tidak mau makan
menu: biasanya
makan nasi dan
susu
Anak tidak
terawat
Tidak ada
mainan
Tidak ada
stimulasi
Saudara yang
lebih tua tidak
mendapatkan
bimbingan dari
orangtua
Tidak ada
gambar pada
dinding rumah
Pisau tajam
disimpan di
tempat yang
terjangkau oleh
anak
Perkembangan
komunikasi yang
terlambat
Tidak ada
kebiasaan
pemberian
penghargaan
sosial
Penggunaan
hukuman fisik
Orangtua
bertengkar di
depan anak
Ibu bersikap
pasif, malu dan
sakit
Perilaku
mencari
pelayanan
kesehatan
Ibu mengetahui dan
menggunakan
persiapan LGG
Anak diimunisasi
Anak menderita
penyakit cacingan
Pernyataan
sehubungan dengan
pemberantasan
penyakit
cacinganyang
membingungkan
Pergi ke dokter desa
jika anak sakit
D. Bagikan Hasil kepada Masyarakat
Buatlah poster mengilustrasikan perilaku-perilaku sukses yang
memampukan keluarga-keluarga miskin untuk memiliki anak dengan gizi
baik. Lakukan kerjasama dengan Tim Kesehatan Desa dalam rangka mencari
cara-cara kreatif untuk menyebarkan informasi ini ke seluruh masyarakat.
Sesi umpan balik bersama dengan masyarakat, meliputi:
♥ Peninjuan ulang semua aktivitas yang telah dilaksanakan
♥ Peninjauan ulang semua sasaran dan tujuan
♥ Presentasi interaktif mengenai temuan-temuan Penyelidikan PKP
(lihat contoh latihan di akhir Bab 2)
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 95
Tim Desa turut
memberikan bantuan dalam
rangka mencari cara-cara
kreatif untuk menyebarkan
perilaku-perilaku positif ke
seluruh masyarakat.
Buatlah poster
mengilustrasikan perilakuperilaku sukses yang
memampukan keluargakeluarga miskin untuk
memiliki anak dengan gizi
baik.
TANYA JAWAB MENGENAI PENYELIDIKAN PKP
Jangan pernah mengatakan
pada orang lain bahwa ia
seorang PKP atau PKN:
tujuan Penyelidikan PKP
bukanlah untuk mencari
“panutan,” tetapi untuk
mencari “perilaku-perilaku
yang bisa diikuti.”
Apakah anda sungguh memberitahukan orang lain jika mereka
pelaku “PKP” atau “PKN”?
Suatu keluarga seharusnya tidak boleh diberitahu jika mereka pelaku PKP
atau PKN. Mereka harus diberitahu bahwa mereka sedang diobservasi dan
diwawancarai untuk membantu masyarakat dalam mencari solusi untuk
mengatasi masalah kekurangan gizi. Menyebut orang lain sebagai PKP
atau PKN dapat melukai orang tersebut. Mengungkapkan kebiasaankebiasaan negatif seseorang dapat diartikan sebagai bunuh diri secara
sosial. Di beberapa budaya, hal tersebut juga bisa terjadi apabila kita
mengungkapkan kebiasaan-kebiasaan positif seseorang. Ketika seluruh
masyarakat mengetahui siapa ibu-ibu yang sedang dibicarakan, dapat
terjadi penolakan terhadap perilaku-perilaku mereka yang disebabkan oleh
alasan-alasan sosial yang sebenarnya tidak berhubungan seperti kasta atau
status ekonomi. Di Vietnam, sebagian besar dari ibu-ibu tersebut bahkan
lebih miskin daripada norma-norma yang berlaku. Sedangkan untuk para
pekerja kesehatan masyarakat, ketika seseorang ditempatkan pada posisi
“panutan”, hal tersebut dapat menimbulkan kecemburuan. “Mengapa ia
lebih baik dari kita? Lihatlah, ia bahkan tidak…” Tujuan Penyelidikan
PKP bukan untuk mencari “panutan,” tetapi untuk mencari “perilakuperilaku yang bisa diikuti.”
Bisakah anda menggunakan istilah lain selain “Pelaku?”
Istilah “devian” terdengar seperti penghinaan. Pilihlah kata yang lebih
sesuai dengan kebudayaan anda. Di Guatemala, para ibu PKP disebut
sebagai “ibu pemberi informasi” atau “studi kasus.” Di Filipina, para ibu
PKP disebut sebagai “coping mothers” karena istilah “ibu yang sukses”
mengimplikasikan bahwa orang lain yang juga memiliki anak bergizi baik
tidak sukses. Di Haiti, mereka dinamakan “Maman lumieres.”
Bagaimana jika selama Penyelidikan PKP tidak muncul makanan
khas positif? Bagaimana jika proses Penyelidikan PKP
menghasilkan makanan dalam jumlah yang terbatas dan
sesungguhnya tidak cukup mengandung gizi atau dapat dimiliki
oleh seluruh masyarakat, namun digunakan oleh keluargakeluarga PKP?
Mungkin melalui proses Penyelidikan PKP suatu makanan tidak bisa
disebut “unik” dan tidak bisa disebut makanan khas Positif. Bahkan,
makanan khas positif belum tentu mengandung gizi yang cukup atau dapat
dimiliki oleh seluruh masyarakat. Meskipun akan sangat baik apabila
Penyelidikan PKP dapat mengidentifikasikan makanan khas positif
tertentu, hal ini tidak selalu terjadi. Karakteristik lain seperti frekuensi
pemberian makan serta jumlah makanan juga sama penting. Cara
penyiapan makanan mungkin merupakan perilaku yang menyebabkan
adanya perbedaan. Contoh, apabila sayuran dimasak terlalu matang hingga
mengurangi kandungan gizi, maka cara masak yang benar mungkin
merupakan suatu perilaku khusus positif. Pada salah satu Penyelidikan
PKP ditemukan bahwa jika sayuran dipotong dengan baik, anak-anak akan
memakannya dan menikmati sayuran tersebut. Keluarga-keluarga yang
anaknya mengalami kekurangan gizi tidak memotong sayuran yang
ukurannya besar sehingga anak-anak tidak memakannya. Hal ini
merupakan contoh penyiapan makan yang mengakibatkan perbedaan
penting.
96 / Bab Empat: Lakukan Penyelidikan PKP
Penyelidikan PKP perlu
dilakukan dalam musim yang
Apa yang terjadi bila ketersediaan makanan tergantung pada
berbeda-beda untuk melihat
perubahan musim?
Penyelidikan PKP perlu dilakukan dalam musim yang berbeda-beda untuk bagaimana orang-orang
melihat bagaimana orang-orang mengatasi keadaan yang berbeda-beda. mengatasi keadaan yang
Menu harus dirubah untuk menyesuaikan dengan makanan yang tersedia berbeda-beda.
TANYA JAWAB MENGENAI PENYELIDIKAN PKP
danterjangkau pada musim itu. Pada “musim kering”, langkanya makanan
dapat menaikkan harga-harga. Buah-buahan dan sayur-sayuran mungkin
tidak tersedia pada waktu-waktu tertentu tiap tahunnya.
Apakah ada masalah lain yang perlu ditangani?
Pada saat menganalisa temuan-temuan Penyelidikan PKP, hal-hal lain dapat
muncul. Mungkin diperlukan adanya komponen meningkatkan penghasilan.
Ini adalah kesempatan untum membicarakan rencana pembangunan yang
lebih besar, yang menyeluruh dan terintegrasi dengan kegiatan-kegiatan
gizi. Rancangan program Pos Gizi ditentukan oleh keperluan untuk
melakukan perubahan sesegera mungkin dalam masalah kekurangan gizi,
sebelum menunggu faktor-faktor penyebab lainnya diselesaikan, seperti
faktor persediaan air, sanitasi, dan kemiskinan struktural. Namun, Pos Gizi
juga terbuka untuk kesempatan melihat isu-isu yang lebih besar dan
membuat rencana jangka-panjang untuk meningkatkan kualitas hidup para
perempuan, anak-anak dan keluarganya.
Apakah Penyelidikan PKP perlu dilakukan di tiap masyarakat?
Sangatlah penting untuk melakukan Penyelidikan PKP di tiap masyarakat.
Peserta dari anggota masyarakat menemukan bahwa jalan keluarnya ada di
tengah komunitas mereka sendiri. Proses penemuan ini memberdayakan dan
memotivasi masyarakat untuk menerima perilaku-perilaku baru dan
berpartispasi dalam kegiatan Pos Gizi. Pengecualian dilakukan bila ada
situasi dimana tidak terdapat Penyelidikan PKP di komunitas tertentu tapi
ada di komunitas tetangga mereka yang berhubungan erat berdasarkan
hubungan kekeluargaan dan budaya dan memiliki profil ekonomi yang
sama. Dalam situasi ini, ada kemungkinan
untuk melibatkan anggota masyarakat dari
kelompok masyarakat pertama dalam
melakukan Penyelidikan PKP bersama-sama
dengan anggota dari kelompok masyarakat
kedua. Strategi ini berhasil dilaksanakan
diantara desa-desa kecil di dataran tinggi
Guatemala dan Mali.
Bagaimana caranya mengatasi bias
gender dalam rumah tangga?
Selama Penyelidikan PKP, cari perilakuperilaku khusus Positif yang berhubungan
dengan keterlibatan pria yang dapat
dipromosikan. Peran laki-laki dalam
mendukung kegiatan-kegiatan gizi, seperti
Pos Gizi, tidak dapat diabaikan.
Mempertimbangkan kekuasaan yang
biasanya mereka miliki, sangatlah penting
bagi para ayah untuk memahami nilai dari
gizi baik dan mengalokasikan keperluan
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 97
“Saya tidak tahu apa-apa
tentang gizi, tapi sekarang
kalau istri saya minta uang
untuk makanan, saya
langsung berikan padanya.
Karena sekarang anak-anak
suka makan.”
Kesaksian dari
seorang ayah Pos Gizi
TANYA JAWAB MENGENAI PENYELIDIKAN PKP
sumber daya yang terbatas untuk gizi dan kesehatan. Setelah seorang ibu
dilatih dalam Pos Gizi, ia perlu memiliki kemampuan untuk mempraktekkan
perilaku baru tersebut di rumah. Bila seorang suami tidak mendukung
kegiatan si ibu, maka mungkin ia tidak bisa mencoba perilaku-perilaku barunya.
Hal yang sama juga berlaku terhadap para ibu mertua dan nenek. Akan sangat bermanfaat bila para penyelia dan pelatih dapat mengadakan pertemuan
dengan para ayah dan/atau ibu mertua pada pertengahan pelaksanaan sesi 12
hari Pos Gizi untuk menjelaskan tentang temuan-temuan Penyelidikan PKP
dan pesan-pesan utama.
Di Guinea, para lelaki ikut serta pada dua hari pertama sesi Pos Gizi. Ketika
pada kali berikutnya para perempuan meminta uang belanja tambahan para
lelaki mengerti dan setuju.
Para ibu yang memiliki anak-anak dengan jarak kelahiran yang
dekat seringkali berhenti menyusui secara mendadak. Bagaimana
caranya mengatasi perilaku ini?
Promosikan pengaturan jarak kelahiran dan pastikan akses untuk mendapatkan alat kontrasepsi. Cari perilaku dari pelaku PKP yang menunjukkan pemberian ASI secara eksklusif dan perilaku menyusui yang baik di masyarakat.
Anak-anak yang ibunya berhenti memberikan ASI secara mendadak atau
terlalu dini (sebelum usia enam bulan) mempunyai kemungkinan lebih besar
akan mengalami kekurangan gizi. Beberapa penyebabnya adalah perilaku
kebersihan yang buruk, susu formula yang diencerkan, tidak cukupnya
makanan yang disediakan, dan air yang tidak bersih yang mengakibatkan
terjadinya diare. Bahkan anak yang sudah berusia lebih dari enam bulan pun
belum mampu untuk makan dengan baik. Pemberian air susu ibu memastikan bahwa si anak mendapatkan gizi yang cukup sampai ia dapat mengkonsumsi dan mencerna makanan sendiri. Air susu ibu juga mengandung antibody yang dapat membantu anak-anak mencegah penyakit. Pesan-pesan
pendidikan harus menekankan bahwa pemberian ASI sangat penting untuk
kesehatan. Ketika seorang anak siap untuk disapih, pesan-pesannya harus
menekankan pada pentingnga makanan-makanan tambahan yagn bergizi.
Gunakan teknik-teknis penelitian kualitatif untuk mengembangakan pesanpesan yang tepat.
Apakah Penyelidikan PKP dapat digunakan untuk permasalahan
lain selain kekurangan gizi?
Penyelidikan PKP adalah sebuah alat yang berteknologi rendah, dan sesuai
budaya untuk melakukan pemecahan masalah. Sesuain dengan tujuan manual ini, maka Penyelidikan PKP diterapkan untuk kasus kekurangan gizi.
Namun, setelah proses ini dipahami, ini dapat diterapkan dalam berbagai
wilayah, termasuk advokasi. Contoh-contoh dari PKP yang diterapkan
dalam hal pemberian ASI, perawatan ibu hamil dan bayi, dan saat melahirkan dicantumkan di dua halaman berikut ini.
98 / Bab Empat: Lakukan Penyelidikan PKP
TANYA JAWAB MENGENAI PENYELIDIKAN PKP
APLIKASI PENDEKATAN PENYELIDIKAN PKP UNTUK HAL-HAL LAIN
Pemberian ASI di Vietnam
Walaupun pemberian ASI adalah hal yang umum di vietnam, tidak
demikian halnya pemberian ASI eksklusif. Sejak 1990, Save the
Children telah mengimplement'sikan program gizi menggunakan
pendekatan PKP untuk mengurangi tingkat gizi buruk pada anak-anak.
Pada 1999, Save the Children, Universitas Emory, dan Proyek LINKAGES
mengakui bahwa walaupun usaha-usaha untuk merehabilitasi anak-anak
yg kekurangan gizi telah berhasil, PKP juga dapat digunakan untuk
mencegah terjadinya kekurangan gizi dengan memberikan dukungan untuk menyusui secara optimal. Mereka melakukan penelitian kualitatif dan
kuantitatif mengenai pengetahuan, sikap, dan perilaku menyusui para ibuibu.
Mereka temukan bahwa sebagian besar ibu tahu perilaku seharusnya,
seperti memulai menyusui secara dini dan secara eksklusif, dan tentang
kecukupan susu. Namun, sebagian besar dari para ibu harus kembali
bekerja di sawah tidak lama setelah melahirkan dan ibu yang harus
bekerja di luar rumah punya kemungkinan lebih kecil untuk menyusui secara eksklusif daripada ibu yang tidak bekerja. Namun demikian,ada ibuibu PKP yang bekerja di luar rumah tapi memberikan ASI eksklusif,
mereka menghentikan kerja untuk pulang ke rumah untuk menyusui. Saat
ini sedang dikembangkan program berdasarkan penemuan-penemuan
tersebut dan strategi-strategy lain. Ini berangkat dari program PKP sebelumnya yang mentargetkan ibu-ibu hamil dan ibu-ibu yang mempunyai
anak berusia di bawah enam malam dan fokus pada pemberian ASI untuk
mempertahankan gizi baik dan bukan pada pemberian makanan tambahan untuk rehabilitasi gizi.
Perawatan ibu dan
bayi baru lahir di Pakistan
Pada Februari 2001, Save the Children, bekerja sama dengan
Kantor Wilayah Pakistan/Afghanistan, menggunakan pendekatan
PKP untuk pertama kalinya pada bidang perawatan bayi baru lahir. Tim
melaksanakan Penyelidikan PKP pada pengungsi Afgan dan penduduk
local Pakistan yang berada di Distrik Haripur, Propinsi Perbatasan Barat
Laut. Dari kedua kondisi tersebut, hasil dari Penyelidikan menunjukkan
bahwa perilaku-perilaku khusus Positif, seperti proses melahirkan yang
bersih, tempat melahirkan yang hangat, tali pusar dipotong menggunakan
pisau silet yang bersih, dan ibu mertua mempromosikan pemberian ASI
eksklusif.
Intervensi PKP yang dilakukan termasuk melaksanakan sejumlah pertemuan antara ibu-ibu hamil yang difasilitasi oleh para kader kesehatan lokal
sehingga ibu-ibu yang memiliki jahitan dapat memperoleh selimut, mempersiapkan peralatan untuk melahirkan yang bersih, serta mempromosikan
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 99
Berikut ini adalah tiga contoh
pengalaman Save the
Children dalam
menggunakan pendekatan
PKP untuk isu-isu kesehatan
lainnya. (2)
TANYA JAWAB MENGENAI PENYELIDIKAN PKP
APLIKASI PENDEKATAN PENYELIDIKAN PKP UNTUK HAL-HAL LAIN
Hasil kelahiran di Mesir
Tim Save the Children/ Universitas Tufts melaksanakan
sebuah Penyelidikan PKP berkaitan degan masalah kehamilan di
dua
komunitas pedesaan yang mempunyai kondisi
sosio-ekonomi yang berbeda di Al-Minya, Mesir bagian
Utara pada Juni dan November 2000.
Penyelidikan menunjukkan bahwa:
♥ lebih banyak istirahat
♥ lebih sering memeriksakan kehamilan
♥ diet yang lebih baik, dan
♥ berkurangnya gejala yang menunjukkan adanya infeksi saluran kencing
yang berhubungan dengan adanya kenaikan berat badan akibat kehamilan
dan berat lahir bayi yang lebih baik.
Hasil ini diiformasikan dalam sebuah proyek percontohan yang mencatat
setiap bulannya berat badan semua perempuan hamil bersamaan dengan
pelaksanaan IMPRESS (Improved Pregnancy through Education and Supplementation = Perbaikan Masa Kehamilan melalui Pendidikan dan Suplementasi), yang sama seperti Pos Gizi, dalam setiap sesinya disampaikan
pesan-pesan kesehatan, mikronutrien, dan suplemen makanan berdasarkan makanan-makanan Penyelidikan PKP yang telah diidentifikasi (dalam
hal ini sayur-sayuran dan daging yang lebih murah harganya, bila bisa).
100 / Bab Empat: Lakukan Penyelidikan PKP
DAFTAR TILIK PENGAMATAN UNTUK PENYELIDIK PKP
Nama Anak Yang Dipilih ____________________ Tanggal _________
Nama Keluarga _________________________ Komunitas __________
Pilik Kategori:(PKP) (NON PKP) (PKN)
Waktu Mulai:___________Waktu Akhir:____________
I. Anggota Keluarga:
Pengamatan:
1. Anak yang Dipilih
Apakah anak ini bergizi baik atau kekurangan gizi?
Bagaimana sikap anak ini? (bersemangat, berisi?)
Apakah ia bersih atau tidak? (badan dan pakaian)
Pengamatan lain:
2. Pengasuh Utama:
Siapa pengasuh utama? (ibu?)
Bagaimana sikap si pengasuh tersebut?
Apakah ia bersih atau tidak?
Pengamatan lain:
3. Pengasuh Penganti:
Siapa pengasuh pengganti? (nenek?)
Bagaimana sikap pengasuh tersebut?
Apakah ia bersih atau tidak?
Pengamatan lain:
4. Saudara kandung anak tersebut:
Apakah mereka bergizi baik atau kekurangan gizi?
Bagaimana sikap mereka?
Apakah mereka bersih atau tidak?
Pengamatan lain:
5. Ayah dari si anak:
Siapa ayah dari si anak? (kakek?)
Bagaimana sikap si ayah?
Apakah ia bersih atau tidak?
Pengamatan lain:
6. Anggota Keluarga Lainnya:
Siapa saja mereka?
Bagaimana sikap mereka?
Apakah mereka bersih atau tidak?
Pengamatan lainnya:
II. Perilaku:
1. Perilaku Pemberian Makan
Mencuci tangan sebelum/sesudah memberi makan anak?
Anak makan makanan yang jatuh di lantai?
Anak makan makanan yang bersentuhan dengan hewan?
Mencuci piring/tempat makanan?
Pengamatan lain:
2. Pemberian makan secara aktif/pasif
Anak sendiri ketika makan?
Jenis makanan?
Anak sedang makan apa?
Konsistensi makanan?
Jumlah makanan (dalam ukuran sendok makan)?
3. Perilaku Makan Keluarga
Keluarga makan bersama?
Prioritas bagi para laki-laki: dalam kuantitas/ frekuensi?
Lain:
4. Interaksi antara Pengasuh dan Anak
Supervisi dan pengasuhan terhadap anak?
Perilaku mengasihi?
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 101
DAFTAR TILIK PENGAMATAN UNTUK PENYELIDIK PKP(lanjutan)
Mengajarkan anak untuk berjalan, berbicara, bermain?
Lain-lain:
5. Interaksi Anggota Keluarga dan Anak
Supervisi dan pengasuhan terhadap anak?
Perilaku mengasihi?
Mengajarkan anak untuk berjalan, berbicara, bermain?
Lain-lain:
6. Kebersihan Pribadi
Memandikan anak?
Menggunting kuku anak?
Menjauhkan anak dari kotoran hewan?
Ibu mencuci tangan setelah membersihkan anak yang buang air?
Kuku ibu digunting?
7. Penyiapan makanan
Mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan?
Menutup makanan sebelum/ sesudah memasak?
Mencuci buah-buah dan sayuran mentah?
8. Air
Merebus air minum?
Menutup air minum?
Air bersih untuk mandi?
Sumber air?
Sumber air jauh atau dekat? (Berikan perkiraan jarak/waktu yang diperlukan untuk berjalan menuju sumber air)
III. Ketersediaan Makanan
Kuantitas dan variasi makanan?
Makanan berasal dari kebun milik keluarga?
Makanan berasal dari hewan?
Penyimpanan makanan?
Pengawetan dan pemrosesan makanan?
IV. Lingkungan Rumah
1. Rumah
Seperti apa dapurnya?
Ruang tidur?
2. Jamban
Bila ada, bersih atau tidak?
Apakah dekat atau jauh?
Bila tidak ada jamban, dimana mereka buang air?
3. Hewan
Apakah hewan masuk ke dalam rumah?
Apakah ada kandang hewan?
Apakah anak-anak bermain-main dengan hewan?
102 / Bab Empat: Lakukan Penyelidikan PKP
CONTOH WAWANCARA SEMI-TERSTRUKTUR
Panduan Penyelidikan PKP:
Mewawancara Pengasuh dalam Kunjungan Rumah
I. Pertanyaan Umum
1. Berapa orang yang tinggal di rumah ini? Berapa orang yang makan
bersama-sama?
2. Ada berapa anak di rumah ini? Berupa usia mereka? Berapa anak
berusia di bawah tiga tahun?
3. Anak yang sudah lebih besar apakah mereka sekolah? Kalu tidak,
kenapa?
4. Apa pekerjaan anda? Ayah? Anggota keluarga yang lain?
5. Berapa banyak penghasilan kelurga tiap harinya?
6. Berapa lama mereka bekerja? (Pagi? Sore? Sepanjang hari? Sepanjang malam?)
7. Dimana mereka bekerja? Berapa lama perjalanan dari rumah ke tempat kerja? Apakah anak dibawa serta?
II. Pertanyaan mengenai perilaku pemberian makan untuk para pengasuh
1. Apa anda masih menyusui anak ini? Bila ya, berapa sering? Apakah
juga pada malam hari?
2. Makanan apa yang anda berikan pada anak anda selain dari menyusui?
3. Kapan anda mulai memberikan makanan tambahan? Makanan tambahan apa yang anda berikan?
4. Berapa kali dalam sehari anda memberi makan anak anda?
5. Berapa banyak makanan yang anda berikan pada anak anda?
(Tunjukkan dengan menggunakan piring dan sendok yang mereka
gunakan sehari-hari)
6. Siapa yang memberi anak makan dan bagaimana si anak makan?
(menggunakan tangan, sendok, dikunyah)
7. Makanan apa saja yang sudah pernah anda berikan pada anak anda
hingga hari ini? (tuliskan daftar makanan termasuk ASI)
8. Makanan apa yang akan anda berikan untuk anak anda malam ini?
9. Apakah anak anda diberi makan oleh orang lain? Siapa? (kakak,
tetangga, dan lain-lain)
10. Apa yang anda lakukan ketika anak anda tidak ingin makan atau
hanya mau makan sedikit saja?
11. Menurut anda makanan apa yang baik untuk anak kecil? Mengapa?
12. Kalau anak anda sakit diare, apakah anda memberikan makanan dan
minuman dalam jumlah lebih banyak atau lebih sedikit? Mengapa?
13. Apakah anda membeli makanan untuk anak anda? Jika ya, makanan
jenis apa? (makanan kecil, makanan segar)
14. Dibeli dimana (sebutkan toko dan warungnya) dan mengapa?
15. hanya untuk ibu menyusui: Bagaimana kebiasaan ibu menyusui
kalau ibu sedang sakit?
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 103
Tanyakan pertanyaan
mengenai perilaku pemberian
makan pada saat sakit,
misalnya :Kalau anak anda
sakit diare, apakah anda
memberi anak anda makan
dan minum lebih banyak atau
lebih sedikit? Mengapa?”
Panduan Penyelidikan PKP:
Mewawancara Pengasuh dalam Kunjungan Rumah
Tanyakan tentang
waktu bermain anak:
siapa saja teman
bermain mereka?
Apakah bermain itu
didorong? Apakah
anak memiliki mainan?
III. Pertanyaan-pertanyaan mengenai perilaku pengasuhan anak
1. Selain anda, dengan sipa lagi anak anda berinteraksi? Apa yang mereka
lakukan dengan anak anda?
2. Kalau anda pergi, siapa yang mengasuh anak anda?
3. Nasihat apa yang berikan pada orang tersebut? (keamanan)
4. Apa yang anda lakukan kalau anak anda nakal (kotor, memecahkan sesuatu, dan lain-lain)?
Pertanyaan Probing: Bagaimana anda memukul anak anda? Bagian mana
yang dipukul? berapa sering?
5. Bagaimana cara anda menidurkan anak anda?
6. Apakah anda mendorong anak anda untuk bermain dengan anak-anak
lain? Mengapa? Mengapa tidak?
7. Kapan anda bermain dengan anak anda? Apa yang anda lakukan denga
mereka?
8. Menurut anda apa hal paling penting yang paling diperlukan oleh seorang anak?
9. Apa yang dilakukan oleh suami anda untuk anak-anak di keluarga ini?
10. Berapa anak anda? Berapa banyak yang anda inginkan?
11. Apakah anda pernah mendengar pengaturan jarak kelahiran? Apakah
anda tertarik dengan hal tersebut?
IV. Pertanyaan tentang Perilaku-perilaku mencari pelayanan Kesehatan
1. Berapa sering anda memandikan anak anda?
2. Bagaimana cara anda melatih anak anda menggunakan toilet?
3. Anda gunakan air untuk apa saja? Sabun? (mencuci tangan sebelum
makan?
4. Apakah anak anda diimunisasi?
5. Penyakit apa yang paling sering diderita oleh anak anda?
6. Apa yang anda lakukan kalau anak anda pilek?
7. Apa yang anda lakukan kalau anak anda diare?
8. Apakah anak anda mengalami diare di dua minggu terakhir ini?
9. Bila ya, bagaimana anda mengobatinya? Bila dengan larutan rehidrasi,
bagaimana cara anda membuatnya?
10. Ketika anak anda diare, makanan apa yang anda berikan?
11. Apa yang tidak anda berikan?
12. Apa tanda-tanda berbahaya dari radang paru-paru?
13. Apa yang anda lakukan kalau anak anda menunjukkan gejala-gejala
tersebut?
14. Bagaimana anda tahu kalau anak anda sakit? (tanda-tanda sakit)
15. Kepada siapa anda berkonsultasi pertama kali? Kemudian siapa lagi?
16. Siapa yang memutuskan apa yang harus dilakukan bila ada permasalahan kesehatan yang serius di rumah?
17. Permasalahan kesehatan anak-anak yang seperti apa yang paling anda
khawatirkan?
18. Bagaimana anda mengatasi permasalahan ini?
104 / Bab Empat: Lakukan Penyelidikan PKP
Panduan Penyelidikan PKP:
Mewawancara Pengasuh dalam Kunjungan Rumah
V. Pertanyaan untuk kakak-kakak yang ikut mengasuh
1. Apakah kamu sekolah?
2. Apa yang kamu lakukan selain menjaga adik?
3. Apa yang kamu lakukan dengan adik mu?
4. Apa yang kamu lakukan kalau mereka menangis? Terluka? Atau sakit?
5. Apa yang anda lakukan kalau si adik nakal?
6. Apa yang kamu suka lakukan dengan adik-adik mu? Mengapa?
7. Apa yang tidak suka kamu lakukan? Mengapa?
8. Apa kamu mengajak adik mu kalau kamu bermain? Mengapa?
9. Bagaimana cara kamu memberikan adik makan? (Probing)
VI. Pertanyaan untuk Ayah
1. Menurut anda, bagaimana anak anda?
2. Bagaimana caranya anda tahu apakah anak anda sehat atau tidak?
3. Berapa banyak waktu yang anda sediakan untuk anak anda setiap
harinya?
4. Apa yang anda lakukan kalau anda bersama dengan anak anda pada
siang hari?
5. Apa yang anda lakukan kalau anak anda sakit?
6. Di keluarga anda, siapa yang memutuskan apa yang harus dilakukan
kalau anak anda sakit?
7. Berapa anak anda? Berapa yang anda inginkan?
8. Apakah and pernah mendengar pengaturan jarak kelahiran? Apakah anda
tertarik?
VII. Pertanyaan untuk Nenek atau Ibu Mertua
1. Menurut anda, pada usia berapa seorang anak harus mendapatkan
makanan selain ASI?
2. Makanan apa yang baik untuk anak yang berusia dibawah tiga tahun?
Mengapa?
3. Makanan apa yang TIDAK boleh diberikan untuk anak berusia dibawah
tiga tahun?
4. Ajukan juga pertanyaan-pertanyaan diatas tentang Perilaku Pemberian
Makan dan Pengasuhan.
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 105
kunjungan ke rumah-rumah
harus diatur sehingga tiap
sub tim mengunjungi berbagai keluarga PKP, non-PKP
dan PKN.
FORMAT LAPORAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH
(informasi yang dikumpulkan dari pengamatan dan wawancara semi-terstruktur)
INFORMASI UMUM
PERILAKU PEMBERIAN MAKAN
Jadwal pemberian ASI
Usia / Jenis Kelamin / Status
Gizi
Status pemberian ASI
Menu harian anak secara detail
Ukuran keluarga / jumlah dan
usia saudara kandung
Makanan kemarin atau hari ini /
recall 24 jam
Pengasuh utama
Frekuensi makan
Pengasuh Pengganti
Jumlah makanan per anak
Pekerjaan Orangtua/ Jadwal
Kondisi selera makan anak
Penghasilan (harian)
Manajemen dari selera makan
yang buruk
Jenis rumah (ukuran, jumlah
ruangan, dll.)
Makanan tabu *(dihindari) untuk
anak-anak
Kebersihan lingkungan
Pemantauan untuk anak usia dibawah 3 tahun ketika makan
Keberadaan jamban
Pemberian makan secara aktif
Persediaan air
Makanan dan cairan diberikan
pada saat sakit dan penyembuhan
Kebun / pepohonan / hewan
Makanan dibeli dari penjual keliling
Dapur
Kriteria pemilihan makanan kecil
Penampilan fisik anak/Anggota Urutan makan di keluarga
keluarga
Kekhawatiran orang tua tentang kesehatan anak
106 / Bab Empat: Lakukan Penyelidikan PKP
LAPORAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH (lanjutan)
(informasi dikumpulkan dari pengamatan dan wawancara semi-terstruktur)
PERILAKU PENGASUHAN
PERILAKU MENCARI
PELAYANAN KESEHATAN
Penampilan emosi psilogis anak
dan anggota keluarga
Kebersihan tubuh, memotong
kuku
Reaksi anak terhadap orang asing
Kebersihan makanan
Interaksi antara anak dan pengasuh, saudara kandung, anggota keluarga lain
Mencuci tangan sebelum
makan
Hubungan pengasuh pengganti
dengan si anak (contohnya kakak)
Air minum yang aman, sabun
Permainan anak dan stimulasi den- Kebersihan lingkungan
gan orang lain
Orang tua bermain dan memberikan Imunisasi lengkap
stimulasi pada anak (rinci)
Peran ayah dalam pengasuhan
anak
Pengobatan untuk luka dan
sakit ringan di rumah
Waktu yang dihabiskan oleh penga- Manajemen diare di rumah
suh bersama si anak
(Terapi rehidrasi oral)
Pembagian tugas dan pekerjaan
rumah antara anggota keluarga
yang sudah dewasa
Identifikasi tanda-tanda kesakitan.
Metode mendisiplinkan anak
Meminta bantuan tepat waktu
dan profisional
Identifikasi tanda-tanda bahaya (Penyakit Saluran Pernapasan Akut dan diare)
Pengambilan keputusan untuk
meminta bantuan
Penggunaan kelambu di
wilayah yang memounyai endemic malaria
Penggunaan obat cacing
Penggunaan garam beryodium
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 107
Anggota tim Penyelidikan
PKP harus diingatkan untuk
selalu sopan, hormat dan
ramah, dandatang tidak sebagai guru, tapi sebagai
pendengar, dan menggunakan pertanyaan- pertanyaan
terbuka, bukan pertanyaan
ya-tidak, atau pertanyaan
mengarah.
PENYELIDIKAN PKP DARI BERBAGAI NEGARA.
1. Mozambik
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Contoh-contoh
yang ada di
bagian ini adalah:
Mozambik
Myanmar (perkotaan
dan pedesaan)
Bolivia
Negara-negara Afrika
Negara-negara Asia
Tenggara
Negara-negara Asia
Selatan
Formulir-formulir ini mendokumentasikan beberapa hasil
yang telah didapat hingga
saat ini. Dituliskan di sini
hanya sebagai contoh perilaku dan praktek PKP dan
tidak boleh menggantikan
Penyelidikan PKP di
masyarakat. Tetap diperlukan
melakukan Penyelidikan PKP
di tiap-tiap komunitas sehingga semua kegiatan sesuai dengan kondisi local dan
masyarakat pun merasakan
Hasil Penyelidikan Penyimpangan Positif,
Nacala-a-velha, Mozambik, 1997
Perilaku
Pemberian Makan
Yang Baik
Perilaku
Pengasuhan
Anak Yang Baik
Bubur terbuat dari
gula buah mete dan
tepung manioc
Menutup wadah
penyimpanan air
Penggunaan kacang
mete atau kacang
tanah di Mathapa
Makan 3 kali sehari
Pemberian makanan
tambahan saat usia 5
bulan
Mencuci makanan
sebelum diolah
Mencuci tangan
sebelum makan
Memantau anakanak kecil setiap
saat
Perilaku Perawatan
Kesehatan yang
Baik
Vaksinasi
Membeli obat-obat
hanya berdasarkan
resep
Penggunaan paket
ORS atau larutan gula
garam buatan sendiri
dengan tepat
Mengawas/ membantu anak kecil
saat makan
Perilaku Buruk atau Merugikan pada Keluarga-keluarga Miskin
yang Memiliki Anak Kekurangan Gizi (Non-PKP)
Perilaku
Pemberian Makan
Yang Buruk
Perilaku
Pengasuhan Anak Yang
Buruk
Perilaku Perawatan
Kesehatan yang Buruk
Hanya makan 2 kali sehari
Banyak pengasuh
Tidak ada vaksinasi
Tidak ada kacang mete
atau kacang tanah di
makanan
Wadah air tidak ditutup
Sayur tidak termasuk
dalam menu sehari-hari
Kebersihan tubuh dan
makanan yang buruk
2. Myanmar
2a. Penyelidikan PKP di Yangoon, Wilayah Kumuh Perkotaan
PKP Pemberian Makan
♥ Memberi makan anak kecil sehari 3 kali, ditambah makanan kecil
♥ Memberi makan anak kecil buah-buahan seperti papaya, jambu biji,
pisang dan jeruk
♥ Memberi makan anak kecil beragam jenis makanan seperti sayuran yang
dicah (kol, kangkung dimasak dengan minyak sayur), makanan energi
protein (kacang tumbuk, kacang goring dan gula), telur (telur puyuh), sup
kacang lentil kental (dhal)
♥ Memberi makan anak kecil air tajin
108 / Bab Empat: Lakukan Penyelidikan PKP
♥ Memberi makan anak makanan kecil yang bergizi seperti krupuk udang,
biscuit kering
♥ Tidak membeli makanan jadi untuk anak kecil dari penjual di jalanan
PKP Pengasuhan Anak
♥ Anak diawasi setiap saat
♥ Pengasuh pengganti berpengalaman
♥ Para ibu bermain denga anaknya (bernyanyi, dan stimulasi)
♥ Pemantauan terhadap anak selama makan (pemberian makan secara
aktif)
♥ Saudara kandung atau anggota keluarga lain berinteraksi dengan anak
(berbicara)
♥ Ayah bermain dengan anak
Perbandingan antara contoh
perkotaan dan pedesaan
Myanmar menunjukkan beberapa perbedaan utama
antara latar belakang perkotaan dan pedesaan.
PKP Perawatan Kesehatan
♥ Memotong kuku secara teratur
♥ Mandi dua kali sehari
♥ Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan
♥ Mencuci tangan setelah membersihkan anak buang air
♥ Ke klinik kesehatan untuk mengobati anak yang sakit
2b: Penyelidikan PKP di wilayah pedesaan
PKP Pemberian Makan
PKP
pengasuhan anak
Anak berusia dibawah 12 bulan
Anak selalu diawasi
Pemberian ASI eksklusif selama 4 bulan
Kakak dilatih untuk
menjaga adik
Makanan tambahan 3 kali/hari Variasi makanan
tambahan: nasi + minyak + kentang atau ½ telur
ayam, atau kacang
Jumlah: 1 cangkir penuh untuk sekali makan
Ibu memberi anak makan dengan sendok kecil
Makanan kecil: kentang atau kerupuk ikan
Anak usia 12-36 bulan
Pemberian makan yang sering: 4-5 kali/ hari Jumlah: 4 cangkir penuh untuk sekali makan
Beragam makanan dalam satu hidangan:
Makan pagi – Mohinga, beras, kacang-kacangan,
sayur-sayuran (keluarga vegetarian), nasi, minyak,
sarapan pagi- Mohinga, nasi, kacangkacangan,Sayur-sayuran (keluarga vegetarian),
nasi,minyak, ikan kecil atau udang, belut (Ma Yin)
Makan siang - nasi, selada air, telur bebek, minyakMakan malam - nasi, sayur-sayuran, daging yang
murah (babi/kodok), + minyak
Ayah memantau
makan malam, bercerita,Bernyanyi
Ibu, anggota keluarga
lain mengajarkan anak
berbicara
Ibu berinteraksi dengan
anak selama proses
pemberian makan
PKP Perawatan
Kesehatan
Pengunaan sabun
untuk memandikan
anak
Penggunaan sabun
untuk mencuci tangan sebelum dan
sesudah makan,
setelah buang air.
Memotong kuku
Penggunaan sabun
dan abu untuk membersihkan piring dan
panci
Imunisasi lengkap
termasuk campak
Penggunaan garam
beryodium
Hanya orangtua yang
memberikan obat
kepada anaknya
yang sedang sakit
Anak makan dengan menggunakan piring dan
sendok miliknya sendiri
Anak menyantap hidangan bersama dengan keluarga
Anak minum air beras 3 kali/ minggu
Anak diawasi ketika mereka makan
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 109
Di contoh pedesaan Myanmar, perhatikan perbedaanperbedaan perilaku pemberian
makan dikelompokkan berdasakan kelompok umur. Perilaku-perilaku untuk anak dibawah usia 1 tahun, berbeda
dengan perilaku-perilaku untuk anak berusia 1-3 tahun.
Ini penting untuk dipahami
ketika merancang Pos Gizi.
2c: Perilaku-perilaku Kunci untuk Myanmar
PERILAKU PEMBERIAN MAKAN
♥Makanan tambahan pada usia 6 bulan
♥Memberikan makan pada anak kecil 4 sampai 6 kali sehari: 3 kali
makan besar + makanan kecil
♥Memberikan makan pada anak kecil dengan jumlah makanan
yang sesuai tiap kali makan
♥Memberikan makan pada anak kecil beragam jenis makanan
seperti telur, ikan, kacang-kacangan dan sayuran
♥Memasak makan dengan minyak yang cukup
♥Memberikan makan pada anak kecil makanan kecil yang bergizi
PERILAKU-PERILAKU PENGASUHAN ANAK
♥Anak selalu diawasi setiap saat
♥Pengasuh melakukan pemberian makan secara aktif
♥Pengasuh bermain dan bernyanyi dengan anak,
♥Ayah terlibat dalam pengasuhan anak (bernyanyi, bercerita)
♥Kakak dilatih untuk menjaga adiknya
♥Ibu dan anggota keluarga lain mengajarkan anak untuk berbicara
♥Pemberian makan secara aktif: dibujuk, kontak mata, dan
tersenyum
♥Pengasuh membujuk anak yang tidak mau makan
PERILAKU-PERILAKU PERAWATAN KESEHATAN
Kebersihan makanan
♥Mencuci sayuran paling sedikit 3 kali
♥Meletakkan makanan mentah di tempat yang aman
♥Menutup makan setiap saat
♥Mencuci tangan dengan sabun sebelum mengolah makanan
♥Memanaskan makanan sisa sebelum dimakan
Kebersihan tubuh seperti
mencuci tangan dan wajah
sebelum dan sesudah makan
termasuk dalam PKP.
Kebersihan tubuh
♥Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan
♥Mencuci tangan dan wajah sebelum dan sesudah makan
♥Setelah menggunakan jamban mencuci tangan dengan sabun
♥Memeriksa kuku anak secara teratur dan menggunting kukunya
bila perlu
Kebersihan lingkungan
♥Menyapu lantai sebelum dan sesudah makan
♥Membersihkan mangkok, sendok, panci dan penggorengan
dengan sabun dan abu gosok setelah digunakan
Perilaku pencegahan/ pengobatan
♥Menggunakan garam beryodium
♥Identifikasi tanda-tanda bahaya
♥Perawatan rumah untuk anak yang sakit
♥Larutan gula garam buatan sendiri
110 / Bab Empat: Lakukan Penyelidikan PKP
3. BOLIVIA
Pelaku PKP
PERILAKU
PERILAKU
PEMBERIAN MAKAN YANG PENGASUHAN ANAK YANG
BAIK
BAIK
Pemberian ASI eksklusif Pemberian makan secara aktif: interaksi pehingga usia 6 bulan
nuh kasih & sabar
Memberikan ASI setiap
Menggunakan piring
kali anak ingin
sendiri untuk anak yang
Menggunakan beragam sudah lebih besar
jenis makanan seperti
wortel, ayam, dan lobak Penggunaan permainan,
lagu dan makanan
khusus untuk anak-anak
Makanan yang sering
yang tidak berselera
diberikan: daging
makan
(daging llama, telur,
susu sapi/ domba, lemak domba) sayuran & Bantuan/ pemantauan
selama makan
buah (buncis, parsley,
pepaya, jeruk dan jeruk
mandarin) padi-padian & Para ayah membantu
polong (quinoa, kacang ibu mengasuh anak
lebar kering, kacang
polong kering, gandum, Ayah dan saudara kandung menyayangi dan
kacang tanah)
bermain dan mengajarkan anak
Memberi makan 3
sampai 5 kali sehari
Makanan kecil diantara
makan pagi dan siang
10-20 sendok makan
setiap kali makan
Kebun bersama yang
dirawat dengan baik
dengan jenis tanaman
yang tetap dapat tumbuh pada musim dingin
PERILAKU PERAWATAN
KESEHATAN YANG BAIK
Proses penyiapan
makanan yang bersih
Air minum yang telah
dimasak
Anak dimandikan 2-3
kali seminggu selama
bulan-bulan musim dingin
Mencuci tangan dan
wajah anak dengan
sabun dan air pada
siang hari
Penggunaan LGG
dengan tepat
Pengobatan dirumah:
daun teh, air matang
dengan tepung gandum
Membasuh tubuh dengan alkohol dan ranting
hijau ketika anak demam
Mencari bantuan medik
ke rumah sakit
Memperbanyak
makanan dan minum
untuk anak yang sedang
sakit dan baru sembuh
Vaksinasi lengkap dan
Vitamin A
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 111
Memasak air minum dan
menutup air minum termasuk
PKP
4. AFRIKA
Ringkasan PKP yang ditemukan dalam Penyelidikan PKP
Perilaku
Perilaku pemberian
makan
Mesir
Mozambik/ Utara
Memberi makanan
yang sudah dimasak
lebih dari sekali
setiap minggu
Makan pagi: bubur
dari tanaman kacang
mete dan tepung
manioc; kacang mete
yg diolah dalam
Mathapa(makanan
dgn sayuran)
Berikan makanan
yang bervariasi:
sayuran hijau, telur,
kacang-kacangan
Anak yang sakit
diberi minum jus
lemon segar, cairancairan lain
Mali
Tanzania
Bubur dengan minyak Kalte ketika
berumur 6 bulan
Kacang tanah:
Setiap hari
3 kali makan/ hr
Kacang-kacang
Saos, ikan, daging,
telur, hidangan untuk an: 2-3 kali/minggu
keluarga
Sayuran hijau: 2-4
kali/ming
Buah musiman
pemberian makanan
tambahan ketika
berumur 5 bulan
ketika Berumur 12
bulan
Umbi-umbian: 4-5
kali/ming
6 kali makan / hr
Buah-buahan: 4-5
kali/minggu
Tidak memberi
makan di tanah/lantai
Tidak tabu thd
makanan tertentu
Perilaku pengasuhan Pemberian makan
anak
secara aktif dan
diawasi selama
makan
Anak tidak diperbolehkan untuk main di
kanal
Mencuci makanan
terlebih dahulu
sebelum diolah
Mencuci tangan
Anak tidak dibiarkan- sebelum makan
berada di lantai,
dipukuli, atau dimaki- Selalu mengawasi
anak yg berusia dini
maki
Membantu anak kecil
Selalu diawasi oleh
ketika makan
Pelaku PKP termasuk Keterli-
batan ayah dalam keseluruhan pertumbuhan anak-anak
mereka.
Tempat penyimpanan air yang
tertutup
Perilaku perawatan
kesehatan
Kebersihan tubuh
yang baik
Memotong kuku,
mencuci tangan
Mandi satu kali
seminggu
Kbersihan lingkungan yang baik
Mencari bantuan
professional ketika
anak demam, batuk,
terluka
Vaksinasi lengkap
Ayah terlibat dalam
pemberian makan
perkembangan anak
scr kseluruhan
Hubungan yg baik
antara orangtua dgn
pengasuh pengganti
Membujuk anak dgn
nafsu makan rendah
Bermain dgn anak
kecil
2 kali mandi/hari
Membeli obat-obatan Mencuci tangan
sebelum/sesudah
sesuai resep
makan
Penggunaan paket
Vaksinasi lengkap
LGG atau larutan
sejenis yang dibuat
Setiap orang dewasa
sendiri
dpt memutuskan utk
mencari bantuan
perawatan
Memeriksa kecacingan
112 / Bab Empat: Lakukan Penyelidikan PKP
N/A
Ayah mengikutiperkembangan anak
Pendaftaran/ penggunaan paket asuransi kesehatan yg
tersedia
N/A
5. Asia Tenggara
Ringkasan PKP yang ditemukan dalam Penyelidikan PKP
Perilaku
Perilaku pemberian
makan
Kamboja
Pemberian makanan
tambahan ketika berumur
6-7 bulan, 3x makan/hr
Ikan asap, kepiting
kecoa, bebek telur, siput,
laba-laba hitam, kodok
berkaki pendek dan panjang
Perilaku pengasuhan
anak
Myanmar
(peri-daerah kumuh
perkotaan)
3 kali makan/hari, ditambah makanan ringan
Pepaya, jambu biji, pisang
dan jeruk sayuran kering,
kacang tanah, kacang
goreng dan sirop, telur
burung puyuh, sup kental
“dhal”, air tajin
Vietnam
Pemberian makanan
tambahan ketika berumur
4 bulan
Variasi makanan:
telur, kepiting, udang,
siput,produk-produk
kedelai, makanan & buahbuahan musiman
Sayuran dari hutan: seledri Tidak membeli makanan
yang sudah masak dari
air, daun anaon/ bunga,
kios di pinggir jalan
petis asam, petis udang,
saos laba-laba
Memasukkan lemak
(kacang, wijen, lemak babi)
ke dalam makanan anakanak kecil
Simpan makanan sisa
sebagai makanan ringan
Memberi makan 4-5 kali/
hari, termasuk makanan
ringan
Ayah menjaga anak
Ibu menyiapkanmakanan,memberi instruksi kepada pengasuh
jika ia pergi
Ayah memberi makan
berbagai jenis makanan
kepada anak: percaya bhw
nutrisi yg baik menghasilkan kesehatan yg baik
Orangtua menunjukkan
afeksi dan perhatian
Pemantauan di setiap
waktu
Pengasuh pengganti yang
berpengalaman
Ibu bermain dengan anak
(bernyanyi dan memberi
stimulasi)
Pemberian makan aktif
Pembagian kerja memungkinkan adanya perawatan
anak yang sesuai
Ayah terlibat dalam perawatan anak
Penanganan yang sesuai
untuk anak dgn nafsu
makan yg rendah
Saudara kandung, dan
anggota keluarga lainnya
berinteraksi dgn anak
Ayah bermain dengan
anak
Tidak ada kamar
video
Perilaku perawatan
kesehatan
Cuci tangan sebelum
makan
Memotong kuku secara
Berkala
Tempat penyimpanan air,
Makanan sisa yg tertutup
Penggunaan “LGG” lokal
yg terbuat dari akar tamarin & jambu biji yang
dididihkan didalam air
Mandi dua kali sehari
Lanjutkan pemberian asi
ketika anak mengalami
diare
Berikan obat cacing jika
perut anak mengglembung
Identifikasi awal mengenai
gejala-gejala penyakit
(sesak napas, batuk,
demam, dan diare)
Mencuci tangan sebelum
Makan & memberi makan
Mencuci tangan sesudah
dari kamar mandi
Pergi ke klinik untuk Merawat anak yg sakit
Cuci tangan sebelum
makan dan memberi ASI
setelah buang air besar
Menutup tempat penyimpanan air minum/sumur
Potong kuku secara berkala
Berikan perhatian dan
perawatan kepada anak
yang sakit
Tidak mengurangi pemberian makan meskipun anak
sakit
Konsultasi dgn penyedia
kesehatan sehubungan
dgn obat-obatan (tidak
membuat resep sendiri)
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 113
Para ayah yang memberi
makan anak mereka beragam
jenis makanan termasuk
dalam PKP
6. Asia Selatan
Ringkasan PKP yang ditemukan dalam Penyelidikan PKP
Perilaku
Perilaku Pemberian
Makan
Banglades
Butan
Makanan utk anak usia
dini, spt: ikan,sayuran,
telur (makanan utk anak
usia dini: bubuk beras
atau nasi lunak dgn
garam, sbg tambahan
ASI)
Makanan tambahan
“lep” terbuat dari
campuran sereal
dengan sayuran
memperkenalkan
pemberian makanan
tambahan pd umur 6
bulan (hanya untuk
keluarga Shapla)
Makan 4 kali/hari
Sup dengan tulang,
daging, telur
Berikan makanan yg
disukai anak jika
nafsu makan mrk rendah (pisang, keju)
Nepal (pegunungan)
Pemberian makanan
tambahan ketika berumur 5 bulan
Variasi makanan:
kacang polong, terung,
ubi rambat daun
bawang, kol, tomat,
ikan, siput, kambing
babi, ayam, kepiting,
lemon, mulberi, jambu
biji, chiuri, nibuwa,
mangga
Pemberian makan aktif,
mengawasi anak selama pemebrian makan
Perilaku Pengasuhan
Anak
Lagu pengantar tidur,
lagu, cerita, permainan
Pengasuh bermain bersama anak dgn menggunakan mainan local
Para pengasuh bermain dengan anak-anak termasuk
PKP.
Anak selalu diawasi
oleh pengawas
yang berpengalaman
Pengasuh terlibat
dalam aktivitas anak
Pengasuh penganti yg
kompeten: ayah
memperhatikn
kesejahteraan anak
Ayah berpartisi pasi
dalam perawatan anak Ibu menghabiskan
wkt bersama anak
Anak makan bersama orangtua
Pengasuh memberikan afeksi
Menjaga lingkungan
agar tetap aman
Perilaku Perawatan
Kesehatan
Segera membersihkan
tinja dan mencuci
tangan dgn sabun setelah menggunakan toilet
Ketika anak sakit,
tingkatkan frekuensi
pemberian makan
dlm porsi yg kecil
Mencuci tangan
sebelum makan
Ketika anak sakit slm
1 hari, lakukan puja
kemudian bawalah
ke Unit Kesehatan
Dasar
Mencuci panci/wajan
dgn menggunakan
air sumur (bukan air
kolam)
Ketika anak demam,
kompres dengan
air dingin
114 / Bab Empat: Lakukan Penyelidikan PKP
Cuci tangan
sebelum makan
Mandikan anak
setiap hari/ scr berkala
Gunakan obatobatan herbal utk
penyakit ringan
Sering memberi makan
pd anak yg sakit
Berikan ASI&/atau
memberi cairan/
makanan ketika
anak mengalami
Diare
Ada dimana anda?
BAB LIMA
Langkah 5: Merancang Kegiatan
Pos Gizi
A. Menjadwalkan kegiatan Pos Gizi
B. Merencanakan menu kegiatan Pos Gizi
C. Merancang pesan-pesan pendidikan kesehatan
D. Memilih tempat untuk kegiatan Pos Gizi
E. Merancang protocol untuk kegiatan Pos
Gizi
F. Menyusun rencana kegiatan satu tahun
P
Bab ini akan membahas kegiatan-kegiatan utama dalam merancang kegiatan
Pos Gizi.
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 115
LANGKAH 4
Adakan
Penyelidikan PKP
LANGKAH 5
Merancang
kegiatan Pos Gizi
LANGKAH 6
Pelaksanaan
Kegiatan Pos Gizi
LANGKAH 7
Mendukung
Perilaku-Perilaku
Baru
LANGKAH 8
Ulangi kegiatan
Pos Gizi Gizi
sesuai Kebutuhan
LANGKAH 9
Perluasan Program
PKP/Pos Gizi
EVALUASI
Kegiatan Pos Gizi dirancang segera setelah penyelidikan PKP. Penyelidikan
PKP menuntun pembuatan keputusan tentang makanan apa yang harus disiapkan, perilaku apa yang harus dipromosikan, dan informasi apa yang harus dibagikan sehingga orang lain juga dapat melaksanakan PKP. Perilaku-perilaku
baru dalam hal pemberian makan, pengasuhan dan kebersihan akan didemonstrasikan dan dipraktekkan dalam sebuah kelompok selama kegiatan Pos Gizi
dan setelah itu, secara individual di rumah masing-masing. Dan juga melalui
kegiatan Pos Gizi anak-anak akan menerima gizi tambahan yang diperlukan
untuk rehabilitasi.
LANGKAH 3
Persiapan
Penyelidikan PKP
&
os Gizi dilaksanakan di rumah-rumah penduduk dalam waktu dua belas
hari (enam hari per minggu) dengan tidak lebih dari sepuluh anak kurang
gizi dan pengasuhnya. Pada setiap sesi, para pengasuh mempersiapkan
makanan-makanan padat energi dan memberi makan anak-anak mereka dibawah bimbingan para kader kesehatan. Mereka juga belajar mengenai
makanan-makanan bergizi, perilaku pengasuhan dan perawatan kesehatan
anak yang positif, termasuk kebersihan. Sebagai bukti keikutsertaan, para pengasuh diharuskan membawa kontribusi harian makanan Khas Positif dari komunitas mereka (yang telah diidentifikasi melalui penyelidikan PKP) atau
makanan yang terdapat secara lokal lainnya yang diperlukan. Kegiatan Pos
Gizi harian biasanya hanya selama dua jam. Setiap kegiatan terdiri dari komponen-komponen berikut:
♥ Menentukan tempat memasak, pemberian makan dan cuci tangan
♥ Mencuci tangan
♥ Mempersiapkan makan
♥ Pemberian makan
♥ Integrasi pesan-pesan dan perilaku-perilaku pendidikan kesehatan dan
gizi.
LANGKAH 2
Mobilisasi
masyarakat;Seleksi
dan Pelatihan
PANTAU
LANGKAH 5 Merancang Kegiatan Pos Gizi
LANGKAH 1
Tentukan apakah
program ini tepat
untuk anda
A. Menjadwalkan Kegiatan Pos Gizi
Catatan: Bila sesi-sesi
dijadwalkan pada pagi hari
di satu komunitas dan
siang hari di komunitas lain,
supervisor akan dapat
memantau dua komunitas
dalam satu hari.
Permulaan sesi Pos Gizi di
target area haruslah
berbeda-beda sehingga supervisor dapat
menghadiri semua sesi
dalam satu komunitas
pada minggu pertama,
memindahkan perhatian
pada permulaan Pos Gizi di
komunitas lain setelah
para kader kesehatan
mendapatkan kepercayaan
untuk melaksanakan sesi
tersebut sendiri.
Ketika merencanakan/menjadwalkan 12 hari kegiatan Pos Gizi, ingat kriteria
berikut ini:
♥ Lakukan segera setelah anak-anak ditimbang
♥ Rencanakan kegiatan setiap bulan, atau setiap dua bulan, atau dalam pola
musiman sesuai dengan bulan-bulan dimana anak-anak mengalami kekurangan gizi terburuk (kegiatan tsb umumnya tidak diperlukan lebih
dari satu tahun periode pada setiap komunitas)
♥ Rencanakan kegiatan Pos Gizi musiman untuk memberikan para keluarga variasi menu sesuai dengan musim
Jadwalkan kegiatan Pos Gizi harian berdasarkan persyaratan berikut:
♥ Pilih waktu dimana para ibu/ pengasuh dapat dengan nyaman datang sehingga tingkat kehadirannyapun tinggi
♥ Karena anak-anak diharapkan tetap makan bersama dengan keluarga
seperti biasanya, pilih waktu antara waktu makan yang sesuai untuk
adanya pemberian makanan tambahan (misalnya 10:00 pagi atau 15:00
siang)
Keg. 12 hari Pos Gizi
Tindak Lanjut 2 minggu Keg. 12 hari Pos Gizi
B. Merencanakan Menu Kegiatan Pos Gizi
Makanan tambahan diperlukan untuk merehabilitasi anak-anak yang kurang
gizi yang dihidangkan setiap hari selama kegiatan dua minggu tersebut. Menurut WHO, selama periode rehabilitasi, setiap anak harus menerima antara 150220 kalori per kilogram berat badan per hari. Bila seorang anak makan kurang
dari 130 kalori per kilogram berat badan tiap hari, tidak bisa terjadi rehabilitasi. Karena itu, program tersebut harus berusaha untuk menciptakan menu
Pos Gizi yang mengandung 600-800 kalori tiap hari dengan 25-27 gram protein untuk masing-masing anak. (1) Dengan menu ini akan terjadi pemulihan
dalam waktu singkat, para pengasuh akan melihat adanya perubahan nyata
dalam waktu dua minggu. Ini akan memotivasi keluarga-keluarga lain untuk
mengadopsi perilaku baru dalam pemberian makan tersebut.
Di beberapa wilayah, sulit untuk menciptakan menu yang
memenuhi persyaratan harus makanan lokal secara
keseluruhan.
Dalam kasus ini, menu dengan minimum 500 sampai 600 kalori
dan 18 sampai 20 gram protein akan mencukupi rehabilitasi anak-anak
yang kekurangan gizi untuk jangka waktu yang lebih lama. Dalam situasi
ini, kemungkinan besar anak-anak akan mengikuti kegiatan Pos Gizi lebih
dari sekali. Keuntungan dari pengulangan Pos Gizi adalah karena
memberikan kesempatan pada para pengasuh dan anggota keluarga lebih
banyak waktu untuk belajar perilaku yang diperlukan untuk pertumbuhan
dan perkembangan anak dan juga membangun strategi-strategi berbasis
masyarakat lainnya untuk mengatasi kekurangan gizi. Ini meningkatkan
kemungkinan rehabilitasi yang berkelanjutan dan pencegahan kekurangan
gizi di masa depan dalam masyarakat.
116 / Bab Lima: Merancangan Kegiatan Pos Gizi
Menu haruslah:
♥ Terdiri dari makanan kecil yang bergizi, tidak mengenyangkan untuk anakanak selama mereka menunggu para ibu dan pengasuhnya memasak.
♥ Ikut sertakan makanan-makanan khas positif (misalnya buah-buahan,
sayuran, udang, minyak atau kacang-kacangan)
♥ Sediakan beragam cara menyiapkan makanan
♥ Gunakan bahan yang tersedia secara lokal, sesuai musim dan terjangkau.
♥ Gunakan makanan-makanan yang kaya Vitamin A, besi, dan mikronutrien
lain, bila tersedia.
♥ Gunakan produk-produk hewani dan minyak atau lemak bila mungkin
♥ Pastikan bahwa semua kelompok makanan ada dalam tiap hidangan makan
sehingga anak-anak mendapatkan makanan yang seimbang.
Mengembangkan menu berdasarkan hasil dari penyelidikan PKP mengenai
perilaku-perilaku pemberian makanan, survey pasar secara singkat, dan
analisis nilai gizi makanan-makanan lokal.
Bahan-bahan yang diperlukan:
Kalkulator
Cangkir untuk mengukur dan sendok
Tabel komposisi makanan
Timbangan makanan (tidak mutlak)
♥
♥
♥
♥
1. Lakukan Survey Pasar
Sebuah survey pasar sederhana yang dilakukan oleh kader-kader kesehatan
untuk mengidentifikasi makanan yang sesuai dan terjangkau yang dapat dibeli
dan digunakan oleh tiap keluarga (lihat contoh di bawah). Lihat ragam
makanan dan unit biaya lokal.
Tanya pada penjual mengenai variasi musiman dan “tanggal tua” dan juga
perkiraan perbedaan harga (misalnya pada musim kering, harga buah-buah
naik dua kali lipat). Ingat bahwa beberapa makanan khas positif dapat
diperoleh para keluarga tersebut tanpa membeli dari kebun, sawah atau kolam.
TABEL 5.1
Survey Pasar dari Sri Lanka
oJenis
Kuantitas
Rupees
Jenis
Kuantitas Rupees
Telur
1
4
Tuna
1 kg
100
Kentang
1 kg
50
Tuna hiu
1 kg
120
Nasi
1 kg
22.5
Ikan
1 kg
200
Ikan kering
100 gm
12
Ikan
1 kg
140
Kacang lentil
500 gm
28
Ikan kecil
1 kg
40
Green gram
500 gm
30
Ikan asin
1 kg
100
Minyak sayur
1 liter
115
Ikan pensil
1 kg
100
Minyak Kelapa
1 liter
55
Ikan tambak 1 kg
60
Santan kelapa
1 liter
65
Daging sapi 1 kg
120
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 117
Survey pasar sederhana yang
dilakukan oleh kader-kader
kesehatan mengidentifikasi
makanan-makanan yang sesuai dan terjangkau yang
dapat dibeli dan digunakan
oleh masing-masing keluarga.
Bumbu-bumbu dan perencah
seperti kecap ikan, kunyit,
garam, bawang putih,
bawang Bombay dan jahe,
seringkali ditambahkan
dalam menu untuk memperbaiki rasa, tapi tidak diperhitungkan dalam penilaian gizi
karena tidak menambahkan
nilai kandungan gizi secara
signifikan.
Wortel
1 kg
40
Ayam
1 kg
140
Terong
1 kg
24
Hati ayam
1 kg
160
Tomat
1 kg
56
Kelapa raja
1
70
Labu
500 gm
15
Daun selada
1 kg
80
Bit
1 kg
36
Pisang tanduk
1 kg
40
Kacang buncis
1 kg
36
Kangkung
500 gm
4
Sayuran hijau
1 ikat
5
Biji bit
100 gm
4
Kacang gilum
1 kg
40
Dambelo
1 kg
40
2. Menghitung Nilai Gizi Makanan Pos Gizi
Tabel komposisi makanan, biasanya tersedia dari Departemen Kesehatan,
menyediakan rincian nilai gizi per 100 gram bagian yang dapat dimakan
dalam bentuk energi, lemak, protein, dan mikronutrien (kalsium, betacarotene,
bentuk ekuivalen vitamin A, riboflavin, niacin, dll.) Menggunakan table ini
tim menentukan nilai gizi dari makanan Pos Gizi dan makanan kecil per anak
sehingga jumlah total kandungan kalori dan protein cukup untuk mencapai
“catch-up growth” (mengejar ketinggalan pertumbuhan) dan pastikan adanya
asupan vitamin dan mineral yang cukup. Tabel 5.3 dapat diisi dengan jenisjenis menu yang diusulkan dan nilai gizi yang terkandung di dalamnya. Sesuaikan kuantitas makanan dalam menu hingga tiap porsi makanan anak mengandung paling tidak 600-800 kilokalori dan 25-27 gram protein.
Makanan utama dan makanan kecil dapat “diperkaya” untuk meningkatkan
kepadatan kandungan kalori dengan cara menambahkan kacang-kacangan atau
minyak. Menambahkan minyak dalam semangkuk bubur untuk meningkatkan
kandungan kalori dapat mengurangi hingga setengah volume bubur yang harus dikonsumsi setiap anak. Sekali anak-anak telah mencapai “catch-up
growth”, kemudian menu khas positif (tanpa tambahan minyak) seharusnya
cukup untuk mempertahankan pertumbuhan dan mencegah mereka untuk
mengalami penurunan pertumbuhan.
Vitamin A dan C, Besi dan Seng harus diperhitungkan ketika merencanakan
makanan utama. Tingkat kebutuhan mikronutrien tertentu yang diperlukan
tercantum dalam Tabel 5.2. Banyak informasi lain mengenai pentingnya dan
beragam sumber mikronutrien dapat ditemukan pada akhir bab ini.
*Seng tidak dapat diserap dengan
baik oleh mereka yang vegetarian
(tidak mengkonsumsi produk hewani) dibandingkan dengan mereka
yang non-vegetarian. Vegetarian
mungkin memerlukan jumlah dua kali
lebih banyak (jumlah dalam kurung)
Sumber: Dietary Reference Intakes,
Food and Nutrition Board of the National Academy of Sciences, in publication. (2)
TABEL 5.2 Jumlah Mikronutrien yang Diperlukan
Usia
Vitamin A
Vitamin C
Besi
Seng*
7 -12 bulan
400 RE
(RE = Retinal
Equivalent)
50 mg
11 mg
3 (6) mg
1 -3 tahun
500 RE
15 mg
7 mg
5(10) mg
4 -6 tahun
300 RE
25 mg
1 0 mg
5(10) mg
118 / Bab Lima: Merancangan Kegiatan Pos Gizi
TABEL 5.3
Survey Pasar dari Sri Lanka
Jenis
Kuan GMS
Makana -titas
n
1.
200g
Sample
makanan
200g
K- KALORIIE PROTEIN
FEROUS
IRON
VITAMIN A
FOLIC
ADCID
ZINC
100
gms
Total
G/ Total Mg/1
100g
00g
Mg/
IU/
Total 100g
IU/
Mg/1
Total 00g
Mg/
total
Mg/1
00g
Mg/
total
90
180
12
8
0
4
9
18
24
4
0
2
2
3
4
5
6
7
8
Total
3. Lakukan Penyesuaian Menu Bila Diperlukan
Menu harus sesuai secara budaya dan disesuikan dengan usia peserta yang
kekurangan gizi. Bila mayoritas anak-anak berusia dibawah 12 bulan,
makanan pendamping ASI (menyusui) yang sesuai harus disiapkan. Bila pesertanya berasal dari kelompok umur yang beragam, biasanya disiapkan
makanan yang sama tapi dengan konsistensi yang lebih lunak untuk anak-anak
yang lebih kecil dengan cara memasak makanan lebih lama dan kemudian melumatnya.
Penyesuaian menu lainnya mungkin diperlukan dalam komunitas tertentu:
♥ Menu Puasa – beberapa negara melakukan puasa untuk alasan keagamaan. Seringkali puasa tidak diberlakukan untuk anak-anak tapi orang dewasa
mungkin tidak mau memasak atau mengolah makanan yang tidak diperbolehkan selama waktu puasa. Kembangkan menu atau atur waktu pelaksanaan
kegiatan Pos Gizi dengan pertimbangan tersebut.
♥ Menu Musim Kemarau – Beberapa negara menderita paceklik selama
musim kemarau. Buah-buahan dan sayuran sulit ditemui atau tidak tersedia
sama sekali. Antisipasi musim kemarau seperti ini dan rancang menu yang
dapat dengan kreatif menggunakan apa yang tersedia, atau gunakan makanan
yang dikeringkan atau telah disimpan pada saat musim hujan.
♥ Menu Vegetarian – Untuk kelompok masyarakat yang memilih untuk
tidak mengkonsumsi produk hewani atau ikan, rancang menu yang tinggi
kandungan proteinnya menggunakan kombinasi makanan (beras dan kacangkacangan) atau produk-produk kaya protein lainnya seperti tempe dan produkproduk kedelai lainnya, termasuk tahu.
4. Tentukan Ukuran Porsi
Menggunakan kebutuhan atau kalori dan protein dan timbangan makanan,
tentukan kuantitas dan berat untuk tiap satu porsi. karena makanan harus dihidangkan berdasarkan volume bukan berat, selama sesi Pos Gizi, tentukan bagaimana mengukur volume yang diingankan menggunakan alat pengukuran
lokal.
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 119
Pemberian ASI harus dianjurkan untuk anak-anak
berusia dibawah dua tahun.
Namun, ASI tidak boleh diikutsertakan dalam penghitungan kalori. ASI harus
diberikan pada anak bila
mereka ingin dan diluar pemberian makanan tambahan
(dan makanan-makanan
lain).
Alat-alat ukur ini dapat berupa kaleng-kaleng, genggaman tangan, jumputan
jari, ukuran botol air, dan lain-lain. Metode ini memungkinkan kader untuk
mengukur porsi untuk masing-masing anak selama sesi Pos Gizi dan memberikan metode praktis yang bisa digunakan oleh para pengasuh di rumah
masing-masing.
Karena makanan harus dihidangkan berdasarkan volume,
dan bukan berat, maka selama sesi Pos Gizi, tentukan
bagaimana mengukur volume
yang diinginkan menggunakan alat-alat ukur lokal.
5. Siapkan Jadwal Menu
Dengan menggunakan semua informasi yang ada, siapkan jadwal menu yang
mencakup 12 hari sesi Pos Gizi. Termasuk:
♥ Beragam menu (dapat menukar dua menu dasar dari hari ke hari) Lihat Tabel 5.4)
♥ Kuantitas yang diperlukan untuk masing-masing bahan
♥ Siapa yang akan menyediakan bahan-bahan tertentu dan seberapa banyak
♥ Ukuran tiap porsi
Table 5.4
Menu
Contoh dari India
Kontribusi
Beras
LSM
Sayuran hijau
Keluarga
Ukuran
Rumah
4 sendok
makan
1 /4 ikat
Kuantitas
50
grams
80 gms
Kelapa
Keluarga
1 genggam 20 gms
Ikan kering
Keluarga
2 tickels
Minyak kelapa
LSM
Dahl
Keluarga
Daging kedelai
Makanan kecil:
Kalori
Protein Biaya dalam
(grams)
Rupees
200
4.5
1.35
35
2
1
222
2.2
1.25
20 gms
50
11
4
100
0
0.5
35
3
1.7
Keluarga
1 sendok
1 tbsp
makan
2 sendok
15 gms
makan
1 genggam 10 gms
43
4
1
LSM
1 genggam 5 gms
55
3
2
740
29.7
12.8
(PKP)
Biji
labu
TOTAL
120 / Bab Lima: Merancangan Kegiatan Pos
6. Siapkan Jadwal Makan
Dengan semua informasi yang ada, siapkan jadwal makan yang mencakup 12
hari kegiatan Pos Gizi. Termasuk:
♥ Beragam menu (dapat menukar dua menu dasar dari hari ke hari) Lihat Tabel 5.5)
♥ Kuantitas yang diperlukan untuk masing-masing bahan
♥ Siapa yang akan menyediakan bahan-bahan tertentu dan seberapa banyak
♥ Ukuran porsi
TABEL 5.5
Contoh Menu Harian dari SriLanka
MENU A:
ASI plus …
Nasi
Daging kedelai + Dahl
Sayuran hijau + Kelapa
Minyak kelapa
Hari 1
Hari 2
Hari 3
Hari 4
Hari 5
Hari 6
Hari 7
A
B
A
B
A
B Tidak
ada
minyak
Libur
MENU B:
ASI plus …
Sprats kering/ goreng
Nasi Buncis, Pepaya
Minyak kelapa
Hari 8
Hari 9
Hari 10
Hari 11
Hari 12
Hari 13
A
B
A
B
A
B < Minyak
Penimbangan
C. Rancang Berbagai Pesan Pendidikan Kesehatan
Karena kegiatan Pos Gizi dilaksanakan dalam ukuran kecil dan suasana yang
akrab dimana para perempuan dapat berkonsentrasi tentang kesehatan anakanak mereka, maka ada kesempatan sangat baik untuk menyebarkan pesanpesan pendidikan kesehatan. Para peserta bukan hanya sebagai
“pendengar/penonton setia” tetapi mereka juga terbuka menerima pesanpesan tersebut dan tertarik untuk menjaga kesehatan anak mereka.
1. Identifikasi Pesan-pesan Utama
Proses penyelidikan PKP harus mengidentifikasi sejumlah perilaku yang
memandu kearah kondisi kesehatan dan gizi yang lebih baik diantara keluarga-keluarga PKP. Untuk memastikan bahwa pelajaran dari penyelidikan PKP itu sesuai dengan standard international tentang perilaku sehat,
cocokkan dengan pesan-pesan pendidikan kesehatan dari Departemen
Kesehatan, atau pesan-pesan “Facts of Life” dari UNICEF (3). Fokus
pada perilaku pemberian makan, kebersihan, pengasuhan anak dan perilaku-perilaku penting dalam menjaga kesehatan yang penting, termasuk
perawatan bagi anak yang sakit dirumah. Walaupun banyak pesan-pesan
kesehatan telah didemonstrasikan dalam proses pelaksanaan kegiatan Pos
Gizi (seperti praktek mencuci tangan dan pemberian makan secara aktif),
pesan-pesan yang langsung mencerminkan perilaku-perilaku yang teridentifikasi dalam penyelidikan PKP perlu diperjelas dan ditekankan.
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 121
Pesan-pesan pendidikan kesehatan terutama harus mencerminkan perilaku-perilaku
yang teridentifikasi dalam
Penyelidikan PKP utuk pemberian makan, kebersihan
pengasuhan anak dan perawatan anak yang sakit.
Kotak-kotak di halaman ini
menyediakan contoh-contoh
pesan yang dikembangkan
berdasarkan PKP yang
diidentifikasikan di Myanmar, Tajikistan, Mozambik,
dan Vietnam.
Di Tajikistan, Anakanak PKP:
♥ Diberikan ASI atas
permintaan setelah
usia enam bulan
♥ Dirawat dan dijaga
supaya tidak dehidrasi dengan menggunakan cairan rehidrasi buatan sendiri
selama episode diare.
Pesan-pesan Utama
dari Penyelidikan PKP
di Mozambik
Anak-anak di bawah
usia tiga tahun memerlukan:
♥ Makan lima sampai
enam kali sehari selain ASI
♥ Tambahan minyak
dan lemak dalam
makanan mereka
♥ Diet tinggi protein
dengan kacang marula
♥ Makan lebih banyak
makanan pelindung
seperti buah-buahan
dan sayuran
Perilaku Pemberian Makan dari penyelidikan PKP di Myanmar
Berdasarkan Kelompok Umur
Anak-anak usia enam sampai duabelas bulan:
♥ Makanan tambahan diberikan tiga kali sehari sebagai tambahan ASI pada saat
anak tersebut menginginkan.
♥ Beragam makanan tambahan disediakan: nasi, minyak, kentang, setengah telur
ayam, buncis
♥ Jumlah makanan: satu cangkir teh penuh setiap kali makan
♥ Ibu memberi anak makan dengan sendok kecil
♥ Ibu menyediakan makanan kecil terbuat dari kentang atau keripik ikan
Anak-anak berusia dua belas sampai tiga puluh enam bulan:
♥ Pemberian makan yang sering: empat – lima kali sehari selain pemberian ASI
♥ Jumlah makanan: empat cangkir teh penuh setiap kali makan
♥ Ragam makanan dalam hidangan [Makan pagi ikan rebus; nasi + kacangkacangan + sayuran (keluarga vegetarian); Nasi + ikan kecil atau udang dan belut
+ minyak; Nasi + kangkung + telur bebek + minyak; Nasi + sayuran + daging murah (babi/kodok) + minyak]
♥ Anak makan menggunakan sendok dan piring sendiri
♥ Anak makan bersama dengan keluarga
♥ Anak minum air tajin tiga kali seminggu
♥ Anak diawasi ketika makan
Pesan-pesan penyelidikan PKP Utama dari Vietnam
1. Pemberian ASI: ASI adalah makanan terbaik untuk seorang anak. ASI membantu anak melawan penyakit dan membantu mengembangkan hubungan yang
erat antara ibu dan anak. Jangan berhenti menyusui sebelum usia dua belas bulan.
2. Makanan yang baik – mangkuk berwarna: Kita harus memberikan pada anakanak berusia di bawah tiga tahun beragam jenis makanan tiga sampai lima kali sehari. Makanan-makanan ini termasuk dalam “makanan baik” yang digunakan oleh
beberapa keluarga yang sangat miskin tapi mempunyai anak yang bergizi baik dan
juga tersedia di wilayah kita. Kita dapat membuat “mangkuk berwarna” dari beragam makanan bergizi, yaitu …
3. Makanan tambahan: Sejak usia enam bulan, selain dari pemberian ASI, kita
perlu memberikan anak kita makanan tambahan. Kita bisa mulai dengan memberikan mereka air tajin encer dan secara bertahap memberikan mereka campuran
tepung beras dengan udang, kepiting atau kuah sayuran sebagai pengganti campuran air yang lebih kental
4. Pengasuhan anak yang baik: Anak-anak memerlukan orang untuk menjaga
mereka, memberikan mereka makan, bermain dengan mereka, dan membimbing
mereka. Pengasuhan anak yang baik akan membantu anak untuk bertumbuh sehat,
cerdas dan mampu menyayangi sesama.
5. Perawatan kesehatan yang baik: Kita bisa mencegah anak-anak kita menderita penyakit dengan cara menjaga rumah, tubuh anak-anak, dan makanan yang
mreka makan tetap bersih; memberikan mereka vaksinasi untuk mencegah penyakit
yang serius dan membawa anak yang sakit ke puskesmas; dan menimbang anakanak secara teratur untuk mengetahui kekurangan gizi sedini mungkin.
6. Merawat anak-anak yang kekurangan gizi di rumah: Keluarga dapat terus
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan anak mereka di rumah dengan
menggunakan “makanan baik” yang tersedia di lingkungan seperti …, pengasuhan
anak yang baik”, dan “perawatan kesehatan anak yang baik” mereka telah belajar
dari “keluarga contoh”, seperti…
Pesan-pesan berkaitan dengan pe rencanaan yang sehat dan
122 / Bab Lima: Merancangan Kegiatan Pos Gizi
makanan dengan gizi seimbang
Makanan yang direncanakan untuk kegiatan Pos Gizi termasuk penghitungan
kalori, kaborbohidrat, lemak, protein, dan mikronutrien. Baik kader Pos Gizi
maupun pengasuh, bagaimanapun juga, harus belajar sebuah metode sederhana, seperti pengelompokkan makanan untuk merencanakan makanan seimbang mereka sendiri. Periksa apakah ada pengelompokkan makanan tertentu
yang digunakan dalam kebijakan gizi nasional .
Penelitian menunjukkan bahwa para pengasuh mengalami kesulitan mendapatkan informasi mengenai tiga atau empat kelompok makanan. Dan juga,
mereka mungkin lebih berkonsentrasi pada kombinasi bahan-bahan dan
“kategori”nya, dan mengabaikan pentingnya frekuensi dan kuantitas. Dalam
hal ini, konsep “tiga warna” atau “piring beragam warna” dapat bermanfaat.
Bila tiga warna berbeda (pilihan makanan yang paling umum adalah
putih/kuning, hijau, dan merah/jingga) ada dalam hidangan, makan kemungkinan besar itu adalah makanan yang seimbang. Karena bahan makanan utama
biasanya berwarna putih atau kuning, dua jenis makanan lainnya dalam warna
yang berbeda harus ditambahkan sehingga menjadi makanan yang seimbang.
Segi Empat Makanan adalah salah satu cara untuk mengajarkan pengelompokkan makanan (lihat bab 2, Latihan 9: “Makanan Tradisional”). Dalam Segi
Empat Makanan, tiap bagian mewakili sebuah komponen penting dari diet
yang seimbang. Gambar sebuah segi empat besar di tanah menggunakan tongkat dan letakkan makanan yang akan dimasak selama kegiatan Pos Gizi di
kotak yang sesuai untuk menjelaskan pentingnya keragaman dalam diet yang
Segi empat Makanan
sehat.
Tip-tip untuk pemberian
makan secara aktif:
Pesan-pesan yang Berkaitan dengan Penyiapan Makanan
Proses makan juga dapat merupakan perilaku PKP yang sangat penting. Di
♥Bayi diberi makan secara
Mali, ditemukan bahwa anak yang makan dari piring/mangkuknya sendiri lebih baik daripada anak yang langsung dan bantu anak-anak
yang lebih besar bila mereka
makan bersama dari piring anggota keluarga lainnya.
makan sendiri.
♥Tawarkan makanan kesukaan
Penemuan penting ini diitegrasikan dalam praktek dan
mereka dan bujuk mereka unpesan-pesan utama kegiatan Pos Gizi. Pemberian makan
tuk makan ketika mereka kehisecara aktif telah sering diidentifikasikan dalam penyelidilangan selera makan atau tidak
kan PKP sebagai perilaku utama yang harus dianjurkan.
mau makan.
♥Bila anak-anak menolak untuk
makan beberapa makanan terPesan-pesan yang Berkaitan dengan Pengenalan
tentu, cobalah beberapa kombiMakanan
nasi makanan, rasa, bentuk dan
Karena banyak anak yang mengalami kekurangan gizi sejak mereka berusia
metode yang berbede-beda
enam bulan, penggunaan PKP untuk mencegah kekurangan gizi pada saat
untuk membujuk .
makanan pendamping ASI diperkenalkan penting sekali. Memperkenalkan
♥Ajak anak bicara ketika memmakanan baru pada diet anak selain ASI sering membutuhkan usaha tambahan beri mereka makan dan buat
dari para pengasuh. Beberapa perilaku utama termasuk:
kontak mata yang baik.
♥Memberi anak makan beberapa kali sehari. Dengan kemampuan pencernaan ♥Beri makan perlahan-lahan
yang kecil dan terbatas, bayi dan anak-anak memerlukan porsi yang kecil tapi dan dengan sabar dan minimalsering.
kan gangguan selama makan.
♥Memberi makan dalam jumlah yang cukup setiap waktu makan. Bayi dan
♥Jangan paksa anak-anak untuk makan.
anak-anak seringkali memerlukan waktu makan yang lebih lama daripada
orang dewasa, dan perlu dibujuk untuk dapat mengkonsumsi makanan dalam
jumlah yang cukup, sesendok demi sesendok. Ini disebut pemberian makan
secara aktif.
♥Menggunakan makanan-makanan yang seimbang dengan kandungan gizi
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 123
Sumber: LINKAGES, 2001 (3)
yang tinggi. Makanan pendamping ASI yang baik seringkali terdiri dari beras,
gandum, kentang atau jenis sereal lembut dan lunak lainnya, ditambah dengan
makanan protein (telur, ASI, kacang-kacangan), minyak, dan sayuran atau
buah yang sudah matang dan dilunakkan.
♥Mengurangi sakit akibat makanan yang terkontaminasi. Pastikan tangan dan
alat-alat makan bersih ketika menyiapkan makanan dan sebelum makan. Beri
anak makan makanan yang baru selesai diolah dan makanan yang dimasak
dengan benar-benar matang.
Makanan yang selesai diolah beberapa jam sebelumnya dan disimpan dalam
suhu ruangan akan menumbuhkan bakteri dan membuat anak sakit. Cuci
bagian luar buah segar dengan air bersih sebelum mengupasnya.
Pastikan tangan dan alatalat yang digunakan bersih
ketika mempersiapkan
makanan dan sebelum
makan.
Penyelidikan PKP akan menemukan perilaku-perilaku lokal tertentu dan pengolahan makanan yang membuat pengenalan makanan menjadi berhasil. Tabel 5.6 adalah usulan panduan frekuensi makanan berdasarkan umur.
TABEL 5.6 Frekwensi Pemberian Makan / Jenis Makanan Berdasarkan Umur
Usia
anak
6-8
bulan
9 - 11
bulan
12 – 23
bulan
Kebutuhan energi
harian (kkal) dari
makanan(tidak termasuk ASI)
275
450
750
Jumlah pemberian
makanan pendamping per
hari dan bentuk makanan
Jumlah pemberian
ASI yang diperlukan
(siang dan malam)
2-3 kali sehari Memberikan
sereal dan kacang-kacangan
dihaluskan, setengah bubur,
buncis, ASI; ditambah potongan kecil produk hewani
yang dihaluskan (telur, daging, ikan, keju) dan buahbuahan/ sayuran
Bebas, sesering yang
diinginkan oleh anak,
secara bertahap dikurangi jumlahnya
dari 8 kali sehari pada
usia 6 bulan
3 - 4 kali sehari
Bebas, sesering yang
diinginkan oleh anak
Dilanjutkan dengan “mashed
gruel” (untuk usia 6-8 bulan),
juga perkenalkan makanan
kecil dan makanan yang
digoreng, tingkatkan kuantitas produk hewani dan
buah-buahan/ sayursayuran.
4 -5 kali sehari, sama seperti
di atas; secara bertahap
diganti menjadi makanan
yang sama dengan
makanan keluarga, yang
dipotong halus atau dilunakkan setelah usia 12.
Bebas, sesering yang
diinginkan oleh anak
dan secara bertahap
dikurangi hingga paling sedikit sekali sehari pada saat anak
berusia 23 bulan
Sumber: Sanghvi 1999 (5)
2. Rencanakan Jadwal Harian Pesan-pesan Pendidikan Kesehatan
Pilih paling banyak enam pesan utama untuk keseluruhan dua minggu. Setelah
menyelesaikan keenam pesan dalam minggu pertama, ulang pesan-pesan yang
sama pada minggu kedua (hari ke-7 – 12), dengan menggunakan metode
124 / Bab Lima: Merancangan Kegiatan Pos Gizi
penyampaian yang berbeda, untuk mempertegas pelajaran yang bisa diambil.
Peserta Pos Gizi mendiskusikan satu pesan Pos Gizi setiap harinya. Dengan
berkonsentrasi hanya pada satu tema diskusi setiap hari mencegah membebani
para ibu dengan informasi baru.
Seringkali staff dan kader (terutama mereka yang adalah professional bidang
kesehatan, perawat, pendidik, atau ahli gizi) terpancing utuk mencoba memperkenalkan pesan-pesan kesehatan, menu dan teori mereka sendiri. Para staff
program (termasuk para kader) harus menempatkan diri mereka dalam peran
sebagai pelajar, berkomunikasi dengan ibu-ibu peserta selama kegiatan Pos
Gizi apa yang dipelajari selama penyelidikan PKP, dan menjelaskan bahwa
kearifan para ibu di desa inilah yang mereka pelajari dan praktekkan.
Pendidikan kesehatan selama kegiatan Pos Gizi tidak dapat dilakukan dengan
gaya perkuliahan. Namun lebih merupakan belajar melalui praktek selama
kegitan Pos Gizi, tanya dan jawab dan diskusi kelompok, yang semuanya itu
akan dilanjutkan di rumah ketika mereka mempraktekkan perilaku pengolahan
makanan dan pemberian makan yang baru di dapur mereka masing-masing.
Momen
Pembelajaran
Selama sesi
Pos Gizi, manfaatkan
“momen pembelajaran”.
Dalam World Relief Project, kader Pos Gizi menemukan bahwa ada
seorang anak anggota
kelompok yang menderita pneumonia. Ia menggunakan kesempatan
tersebut untuk
mendiskusikan tandatanda bahaya dan bagaimana mencari perawatan kesehatan.
Beberapa bimbingan mengenai teknik-teknik belajar untuk orang dewasa tercantum dalam Bab 2. Untuk lebih banyak informasi mengenai perancangan
pesan-pesan pendidikan kesehatan dan teknik-teknik pembelanjaran orang
dewasa, lihat daftar sumber di bagian akhir panduan ini.
TABEL 5.7
Contoh Rencana Pendidikan Kesehatan: Kegiatan Pos Gizi
Hari 1
Hari 2 Hari 3
Hari 4
Hari 5
Hari 6
Pemberian
ASI
Kebersihan
Stimulasi
pada
Usia Dini
Anak
Pemberian
makanan
pendamping ASI
Teknik pengolahan
makanan
Hari 7
Hari 8 Hari 9
KeberPelajaran
sihan
yang bisa
diambil dari uji
coba menu di
rumah; pemberian ASI
Perawatan rumah
untuk Infeksi Saluran
Pernapasan Akut
(ISPA) / Diare termasuk tentang terapi
rehidrasi oral (ORT)
Perawatan rumah
untuk Infeksi Saluran
Pernapasan Akut
(ISPA) / Diare termasuk tentang terapi
rehidrasi oral (ORT)
Hari 10 Hari 11
Hari 12
Stimulasi
pada
Usia Dini
Anak
Ulang semua
pesan; kemampuan untuk mempraktekkan perilaku-perilaku tersebut di rumah
Pemberian
makanan
pendamping ASI
D. Tentukan Tempat Pelaksanaan Kegiatan Pos Gizi
Istilah “Hearth” (Pos Gizi) mempunyai arti para ibu secara sukarela menyediakan dapur dan rumahnya untuk digunakan membantu para ibu dari
anak-anak yang kerkuangan gizi untuk memulai proses rehibilitasi. Masingmasing kader Pos Gizi diharapkan untuk menggunakan rumahnya sebagai lokasi dari kegiatan Pos Gizi. Akan sangatlah baik bila dapat menggunakan lokasi yang sama untuk keseluruhan 12 hari kegiatan pos Gizi, tapi sesi-sei berikutnya dapat dilaksanakan di rumah-rumah kader yang berbeda sehingga tidak
diharuskan adanya komitmen jangka panjang. Bila cuaca memungkinkan,
kegiatan Pos Gizi dapat dilakukan di tempat terbuka di atas tikar di bawah
pohon. Karena sangatlah penting untuk dapat menciptakan suasana yang santai dan “seperti rumah sendiri”; usahakan untuk tidak melaksanakan kegiatan
Pos Gizi di puskesmas atau fasilitas umum lainnya.
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 125
Sebuah contoh rencana pendidikan kesehatan dengan
topik, isi pesan dan aktifitas
tercantum di akhir bab ini.
Kriteria Lokasi Kegiatan
pos Gizi
♥ Lokasi terjangkau dan
berada di tengah
♥ Cukup menampung 10-20
anak (adik / kakak biasanya
ikut) dan 10 pengasuh
♥ Ada akses ke jamban
♥ Akses air bersih untuk minum, memasak, dan mencuci tangan
♥ Akses untuk berteduh dan
wilayah dapur
E. Rancang Protokol untuk Kegiatan pos Gizi
Protokol harus disusun dengan partisipasi dan dukungan komunitas untuk memungkinkan program berjalan stabil menuju program dan mengurangi kemungkinan kehilangan atau mengabaikan satu anak pun yang memerlukan
rehabilitasi.
1. Putuskan titik batas status gizi untuk keikutsertaan
Apakah hanya anak-anak yang kekurangan gizi sedang atau buruk saja yang
diundang untuk berpartisipasi dalam kegiatan Pos Gizi atau semua anak yang
kekurangan gizi diundang? beberapa Pos Gizi mulai dirancang untuk tujuan
pencegahan dan juga rehabilitasi kekurangan gizi dan juga mengundang ibuibu yang sedang hamil untuk pertama kalinya atau ibu-ibu baru dengan bayi
yang bertumbuh dengan baik. (para ibu-ibu ini memberikan ASI secara eksklusif selama kegiatan Pos Gizi, tapi berpartisipasi dalam penyiapan makanan
dan kegiatan-kegiatan pembelajaran lainnya untuk mempersiapkan diri
mereka ketika bayi mereka sudah siap untuk diberikan makanan pendamping.)
Titik batas harus diputuskan berdasarkan keperluan terbesar dan pertimbangan praktis seperti ketersediaan kader, anggaram, dan lain-lain. Di Vietnam,
dimana hampir 70% dari anak-anak di bawah usia tiga tahun mengalami kekurangan gizi (ringan, sedang atau berat), maka partisipasi pada kegiatan Pos
Gizi diprioritaskan untuk mereka yang mengalami kekurangan gizi sedang dan
buruk (6). Beberapa proyek mempertinbangkan tingkat pertumbuhan dan bukan status gizi. Menitik beratkan pada kurva pertumbuhan memungkinkan
proyek untuk memprioritaskan anak-anak yang beresiko mengalami masalah
kesehatan di masa depan yang tidak ikut terpilih bila menggunakan metode
lainnya. Ini adalah hal yang penting, karena kegagalan anak untuk meningkatkan berat badan seringkali merupakan tanda akan adanya permasalahan kesehatan lain yang menjadi penyebab. Misalkan saja Anak 1 yang pada saat ini
mempunyai berat badan normal berdasarkan kelompok usianya, tapi tidak
mengalami peningkatan berat badan sejak penimbangan terakhir. Anak 2 mengalami kekurangan berat badan berdasarkan kelompok usianya, tapi secara
bertahap berat badanya meningkat. Menggunakan status gizi, Anak 2 yang
akan menjadi target. Metode kurva pertumbuhan akan memprioritaskan Anak
1 yang dinilai berada pada resiko lebih tinggi (7).
2. Tentukan kriteria kelulusan
Ada dua cara untuk menentukan apakah seorang anak siap untuk lulus dari
Pos Gizi atau perlu untuk melanjutkan ke sesi Pos Gizi berikutnya.
a. Ketika menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat):
Kriteria kelulusan berdasarkan perpindahan antara kekurangan gizi berat, kekurangan gizi sedang, kekurangan gizi ringan dan status gizi normal. Ini
adalah metode yang lebih mudah untuk dijelaskan dan digunakan pada anggota masyarakat. Masyarakat dapat memutuskan apakah mereka akan meluluskan anak-anak mereka:
♥ Hanya jika mencapai status gizi normal
♥ Ketika mereka berpindah dari kekurangan gizi sedang menjadi kekurangan
gizi ringan
♥ Ketika mereka berpindah dari kekurangan gizi berat menjadi kekurangan
gizi sedang.
126 / Bab Lima: Merancangan Kegiatan Pos Gizi
b. Ketika menggunakan panduan kenaikan berat badan:
Kriteria kelulusan didasarkan pada “catch-up growth” yang dicapai selama
pelaksanaan kegiatan Pos Gizi. Dengan metode ini, anak-anak yang mencapai
pertambahan berat badan 400 dan 800 gram dan bertumbuh secepat atau lebih
cepat dari “Median Standard Internasional”: dianggap telah berhasil baik. Diasumsikan bahwa sekali seorang anak telah mencapai “catch-up growth”, ia
akan terus bertumbuh selama bulan-bulan berikutnya.
Bila si anak tidak mengalami pertambahan berat badan, anak tersebut harus
dirujuk untuk mendapatkan bantuan kesehatan dan kader atau supervisor harus
mengadakan kunjungan rumah untuk memastikan bahwa kekurangan
makanan tidak menjadi penyebab kondisi tersebut. Periksa daftar kehadiran si
anak dan pengasuhnya untuk memastikan bahwa mereka hadir secara teratur
(kadang pengasuh datang tanpa mengajak anak mereka). Staff juga harus memeriksa menu Pos Gizi untuk memastikan bahwa anak-anak mendapatkan
protein dan kalori dalam jumlah yang cukup.
3. Putuskan berapa banyak Kegiatan Pos Gizi yang dapat diikuti oleh
seorang anak bahkan bila mereka belum dinyatakan lulus
Jumlah yang diputuskan tergantung pada tujuan awal yang dikembangkan
oleh masyarakat dan kondisi setempat. Bila tujuannya adalah untuk memindahkan anak-anak dari kekurangan gizi berat ke sedang, dua atau tiga sesi 12
hari biasanya sudah cukup. Bila tujuannya adalah untuk memindalahkan anakanak yang tadinya berada dalam status gizi buruk, sedang, dan ringan ke status
gizi normal, lebih banyak sesi lagi yang dibutuhkan.
Sebagian besar kegiatan PKP/Pos Gizi mewajibkan suatu pemeriksaan kesehatan dilakukan sesegera mungkin setelah pendaftaran anak-anak ke dalam
proyek atau untuk anak-anak yang mengalami gizi buruk atau sedang. Anakanak yang gizi buruk (kwashiorkor atau marasmus) memerlukan bantuan
medis sesegera mungkin.
Di Vietnam, dimana pada saat pelaksanaan proyek percontohan 65% dari
anak-anak mengalami kekurangan gizi, hanya anak-anak yang mengalami gizi
buruk saja ( berat badan per umur -3 Z-skor) yang didaftarkan dalam program
dan “rehabilitasi” diartikan sebagai pencapaian kondisi kekurangan gizi sedang (-2 Z-skor) atau lebih baik. Waktu rata-rata untuk seorang anak dapat
“lulus” dari gizi buruk (kurang dari -3 Z-skor) kekurangan gizi sedang (-2 Zskor) berkisar antara 2.8 sesi di desa-desa percontohan di Vietnam hingga 1.9
sesi ketika program terus berkembang. (8)
(Z-skor, atau standar deviasi, adalah cara yang diakui internasional untuk
mendeskripsikan status gizi dan dapat ditemukan di Tabel 4.5) Karena ada
sejumlah besar anak baru yang masuk dalam kategori kekurangan gizi hingga
kearifan konvensional masyarakat berubah, sangatlah mungkin untuk melanjutkan kegiatan Pos Gizi dalam sebuah masyarakt dengan 300-500 anak berusia di bawah tiga tahun selama satu tahun penuh untuk dapat menjangkau semua anak.
Di Haiti, 60-70% dari anak-anak yang mengikuti Pos Gizi, tiga hingga enam
bulan setelahnya, mereka bertumbuh secepat atau lebih cepat dari standar internasional untuk berat per umur. 30-40% dari mereka yang tidak bertumbuh
secara normal, penelitian menemukan bahwa setengah dari anak-anak tersebut
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 127
Bila status gizi tidak mengalami perbaikan setelah berpartisipasi dalam beberapa
rangkaian sesi Pos Gizi,
diperlukan strategi lain diluar
Pos Gizi.
Mesir
Adanya protokol
khusus untuk kasus-kasus
gagal tumbuh akan memfokuskan perhatian untuk
membantu anak-anak tersebut. Di Mesir, identifikasi
awal akan anak-anak yang
“beresiko” kekurangan gizi
melalui kuesioner dan perhatian khusus melalui kunjungan rumah berulang kali
memungkinkan pada pelaksana untuk secara signifikan
mengurangi jumlah anakanak yang gagal tumbuh.
Protokol yang digunakan
dalam proyek ini dapat ditemukan pada akhir bab ini.
Karena semua situasi dan
kondisi yang dijelaskan
dalam skenario ini, sangat
sulit untuk menentukan sebelumnya, berepa banyak sesi
Pos Gizi yang akan dilaksanakan dalam sebuah komunitas tertentu.
mengalami infeksi, sebagian besar tuberkolosa, dan setengahnya lagi hidup
dalam tingkat kemiskinan yang sangat parah. Anak-anak tersebut mendapatkan perawatan kesehatan atau didaftarkan dalam program bantuan ekonomi
tergantung pada kondisi mereka. (9) Adanya hubungan antara staff sektor kesehatan formal sebelum program dimulai sangatlah penting untuk memastikan
bahwa ada mekanisme rujukan untuk anak-anak tersebut. Untuk keluargakeluarga yang sangat miskin, perlu didorong untuk diadakannya kegiatankegiatan peningkatan pendapatan. Kegiatan ini termasuk diantaranya peluang
usaha simpan pinjam dalam skala kecil, produksi peternakan, memelihara
ayam, penyediaan bibit untuk penanaman dipekarangan atau bantuan teknis
untuk meningkatkan produksi pertanian keluarga. Mendokumentasikan secara
rinci kasus-kasus anak-anak yang tidak mengalami perbaikan akan dapat
membantu memperbaiki pemahaman mengapa beberapa anak tersebut tidak
memperoleh hasil dari program Pos Gizi.
Skenario yang Mendemonstrasikan aneka ragam Situasi
Pos Gizi dan Dampaknya terhadap Jumlah Sesi per Anak
Skenario 1: PKP/Pos Gizi beroperasi di wilayah yang sering
mengalami banjir, kekeringan, atau gempa bumi dan berada
pada masa kesulitan ekonomi yang menyebabkan semua atau
sebagian anggota keluarga berpindah secara musiman. Akibat
rentannya kondisi masyarakat tersebut, lebih banyak sesi dengan beberapa interupsi secara periodik mungkin diperlukan.
Skenario 2: PKP/Pos Gizi beroperasi tanpa cukup dukungan
dalam bidang kesehatam masyarakat. Dalam situasi seperti
ini, penyebab-penyebab mendasar menyangkut buruknya
tanggapan terhadap asupan makanan tambahan, seperti tuberkolosis, tidak diatasi dan anak-anak yang kekurangan gizi
mungkin harus berpartisipasi lebih banyak pada kegiatan Pos
Gizi.
Skenario 3: Proyek ini diitengrasikan dalam program kelangsungan hidup anak atau bagian dari program pendampingan
dari sebuah rumah sakit dan keluarga-keluarga mempunyai
akses ke pusat-pusat kesehatan. Para perancang proyek dan
kelompok masyarakat mungkin sepakat mengenai jumlah sesi
Pos Gizi per anak (misalnya dua hingga empat) untuk
menghindari ketergantungan keluarga pada proyek ini.
Bahkan dalam sebuah komunitas, beberapa rumah tangga atau dusun mungkin
mempunyai jumlah sesi Pos Gizi yang lebih sedikit dibandingkan dengan
yang lain. Manejer program harus tetap waspada atas insentif negative untuk
mempertahankan palaksanaan Pos Gizi selama mungkin (bahkan bila harus
mengorbankan “mempertahankan” tingkat kekurangan gizi tertentu). Ini terutama benar bila proyek ini menghitung input masyarakat (uang, makanan, dan
lain-lain) berdasarkan jumlah aktifitas atau jumlah anak-anak yang diikutsertakan.
128 / Bab Lima: Merancangan Kegiatan Pos Gizi
Contoh Protokol Pos Gizi- Masyarakat terpilih
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Lakukan pemantauan dan promosi pertumbuhan rutin
setiap tiga bulan untuk anak-anak di bawah usia tiga
tahun.
Semua anak di bawah usia tiga tahun dan mengalami
kurang gizi sedang atau berat harus menghadiri
kegiatan Pos gizi.
Para kader melaksanakan tindak lanjut kunjungan
rumah bersamaan dengan kegiatan Pos Gizi
Anak-anak yang ikut serta dalam kegiatan Pos Gizi dan
diduga memiliki penyakit yang menyebabkan kurang gizi
harus dirujuk ke Puskesmas terdekat
Rujuk semua anak yang tidak mengalami peningkatan
kondisi setelah dua kali mengikuti sesi 12-hari (dalam
waktu dua bulan) untuk mendapatkan pemeriksaan
medis.
Ibu-ibu hamil harus dianjurkan untuk makan lebih banyak selama hamil dan mendapatkan perawatan masa
kehamilan
Ibu-ibu yang menyusui harus melanjutkan menyusui bila
anak ingin
Vitamin A akan dibagikan dua kali setahun kepada semua anak
Semua anak akan mendapatkan obat cacing sebelum
mulai menghadiri sesi Pos Gizi yang pertama
Posyandu adalah askpek
yang penting dalam rencana berkelanjutan
karena:
♥ Memungkinkan pen-
gasuh dan anggota
masyarakat untuk
mengikuti perkembangan normal anakanak dan mendorong
para pengasuh yang
memiliki anak-anak
yang sehat untuk
mempertahankan kesehatan anak-anak
mereka.
♥ Mengidentifikasi
anak-anak yang kekurangan gizi untuk
direhabilitasi melalui
Pos Gizi
♥ Memonitor status gizi
kelompok target secara teratur
♥ Mengukur pengaruh
F. Susun Rencana Kegiatan Setahun
Rencanakan kegiatan selama setahun bekerja sama dengan Tim Kesehatan
Masyarakat, penyelia/pelatih proyek, kader Pos Gizi, Petugas Kesehatan
Masyarakat, dan staff kesehatan untuk menentukan tanggal kegiatan Posyandu
dan Pos Gizi. Tabel 6.8 memberikan sebuah contoh rencana kerja tahunan
dalam sebuah kelompok masyarakat yang besar. Bila program posyandu
masyarakat sudah ada, peserta Pos Gizi dan mereka yang sudah lulus harus
terus ikut serta. Kader dapat mendorong para ibu untuk membawa anak
mereka pada saat mereka mengadakan kunjungan rumah untuk mengingatkan
mereka. Bila program pemantauan pertumbuhan tidak ada, harus ada rencana
untuk mengembangkan program tersebut di awal rencana kerja tahunan. Tim
Kesehatan Desa dapat mempelopori dengan memastikan bahwa semua keluarga berpartisipasi sehingga semua anak di bawah usia lima tahun dalam
masyarakat dapat ditimbang secara teratur. Para ibu yang anak-anaknya bertumbuh dengan baik akan mendapatkan umpan balik yang positif, sedangkan
anak-anak yang kekurangan gizi akan terdeteksi dan dirujuk ke Pos Gizi.
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 129
dari PKP/Pos Gizi
pada para penerima
bantuan
♥ Mengukur keberkan-
jutan rehabilitasi peserta Pos Gizi enam
hingga 12 bulan setelah rehabilitasi
TABEL 5.8 Contoh Rencana Satu Tahun Pos Gizi
Masyarakat Besar dengan banyak Anak yang kurang Gizi
Bln
Ming.
1
1
1.
Umpan balik kpd desa-desa mengenai hasil survei gizi & menciptakan kemitraan serta
tujuan akhir bersama dengan pemimpin-pemimpin desa
2
Lokakarya mengenai analisa situasi kesehatan anak secara partisipatif, termasuk
penyelidikan PKP bagi para pelatih
2
3
Analisa Situasi secara Partisipatif di 2 desa dgn suatu rencana kerja masyarakat
3
4
Membentuk atau mengaktifkan kembali Tim Kesehatan Desa (TKD) Serta memilih
kader Pos Gizi
4
5
Dokumentasi Analysis situasi, Training of Trainers (TOT) untuk posyandu
4
6
Melatih TKD dan kader Pos Gizi mengenai posyandu (penimbangan) serta memperbaharui daftar keluarga
7
Sesi pertama Posyandu di 2 desa, beserta penyampaian umpan balik
1
8
Melatih Pelatih (Penyelia) Pos Gizi (sesi 1)
2
9
Melatih TKD dan kader Pos Gizi pada Pos Gizi (Sesi 1)
2
10
Supervisi pertama pada Pos Gizi 1 dalam memulai pendidikan & rehabilitasi nutrisi
11
Sesi umpan balik/pelajaran yang dipelajari
12
TOT Manajemen Pos Gizi (alat-alat monitoring & supervision) , persiapan pelatihan
utk Pos Gizi 2
13
Melatih kader Pos Gizi dan TKD untuk Pos Gizi 2, termasuk ketrampilan berkomunikasi, format kunjungan rumah, manajemen (pemantauan)
14
Pos Gizi 2 di dua desa
15
Supervisi Kunjungan rumah yang dilakukan oleh kader Pos Gizi
16
TOT Penimbangan Posyandu 2, meliputi pemantauan kejadian penting serta mebuat
papan monitoring
1
17
Pelatihan penimbangan Posyandu 2 untuk para kader Pos Gizi dan TKD
1
18
Sesi Posyandu 2 di dua desa
2
19
Pos Gizi 3
20
Pos Gizi 4
5
21
Posyandu 3
6
22
Pos Gizi 5
7
3&4
23
Pos Gizi 6
8
3&4
24
TOT untuk mengevaluasi pendidikan & rehabilitasi nutrisi
9
1
25
Sesi Posyandu 4 dan 6 bulan evaluasi Pos Gizi
2
26
Dokumentasi hasil evaluasi (kualitatif dan kuantitatif) serta strategi-strategi baru
(rencana kerja baru)
3
27
Pos Gizi 7 and 8
9
10
3&4
3&4
28
Posyandu sesi ke- 5
11
2
29
Posyandu sesi ke- 6
13
2
30
Posyandu sesi ke- 7
15
2
31
Evaluasi proyek tahap 1
130 / Bab Lima: Merancangan Kegiatan Pos Gizi
2
1
3&4
3
1
2
3&4
4
1
3&4
3&4
3&4
TANYA JAWAB TENTANG POS GIZI
Bagaimana dengan mengikutsertakan makanan tradisional?
Hidangan atau masakan tradisional sebuah negara seringkali seimbang secara
alamiah. Pengolahannya mungkin sulit atau memerlukan waktu lama dan
karenanya tidak terlalu sering dihidangkan. Tanya kepada para tetua desa
mengenai pilihan-pilihan makanan dari “jaman dulu”. Di banyak negara, ada
jenis-jenis daun-daunan yang tidak lagi sering digunakan karena adanya jenis
sayuran lain, seperti kol atau terung. Daun-daunan tradisional ini, seringkali
kaya akan zat besi, kalsium, folic acid, protein dan Vitamin A, dan dapat
diperkenalkan kembali dalam menu standar melalui Pos Gizi.
Bagaimana mengatasi sistem kepercayaan yang mengaitkan
kurang gizi dengan sebab-sebab yang berhubungan dengan nonmakanan?
Salah satu alasan untuk memulai PKP/Pos Gizi di wilayah percontohan dalam
ukuran kecil adalah untuk mendemonstrasikan pengaruh yang dihasilkan pada
anak-anak kurang gizi dalam waktu satu bulan. Ketika anak-anak yang kekurangan gizi terehabilitasi, mereka menjadi bukti hidup dari efektifitas pelaksanaan Pos Gizi dan anggota masyarakat pun menjadi pendukung perubahan.
Melalui contoh mereka, kepercayaan pada akhirnya akan berubah. Untuk melaksanakan proyek percontohan seperti itu, cari ibu-ibu yang tidak terlalu kuat
berpegangan pada kepercayaan-kepercayaan seperti itu, untuk ikut berpartispasi dalam proyek.
Apa yang terjadi bila sistem kasta melarang orang-orang yang
berasal dari kasta berbeda untuk duduk dan makan bersama?
Lakukan penyelidikan PKP dan cari pelaku PKP yang dapat mematahkan kebiasaan tersebut. Sementara itu, bentuk kelompok-kelompok yang terdiri dari
orang-orang dari kasta yang sama untuk memfasilitasi kohesi kelompok.
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 131
Memusnahkan
Penyihir di Mali
Di Mali, para nenek
melihat anak-anak yang
direhabilitasi dari Kwashiorkor, yang mulanya mereka
anggap disebabkan oleh
mata setan dan hanya bisa
disembuhkan melalui ilmu
sihir. Mereka melaporkan,
“Kami telah memusnahkan
para penyihir.”
INFORMASI TAMBAHAN MENGENAI MIKRONUTRIEN
Vitamin A
Ada hubungan antara kekurangan Vitamin A dengan meningkatnya frekuensi
terjadinya infeksi dan kurang energi-protein. Vitamin A membantu
melindungi tubuh dari rabun senja, campak, infeksi saluran pernapasan dan
diare.
♥ ASI merupakan sumber Vitamin A yang sangat baik untuk anak
hingga usia enam bulan. Ketika anak mulai makan makanan lain pada
usia enam bulan, ia perlu makan makanan yang kaya Vitamin A setiap
harinya.
ASI adalah sumber Vitamin
A terbaik bagi bayi berusia
satu bulan. Ketika anak-anak
mulai makan makanan yang
lain pada usia enam bulan, ia
perlu makan makanan yang
kaya Vitamin A setiap
harinya.
Di wilayah-wilayah dimana
makanan sumber Vitamin A
sulit didapat dan negaranegara dimana telah dilaporkan terjadi kekurangan
Vitamin A, WHO merekomendasikan diberikannya
tambahan kapsul Vitamin A
pada ibu-ibu yang baru melahirkan dan anak-anak. Tanyakan mengenai kebijakan
lokal pada Departemen Kesehatan.
♥ Vitamin A yang berasal dari produk hewani adalah “retinol” (siap
digunakan oleh tubuh sebagai Vitamin A). Retinol dapat ditemukan dalam
daging dan ikan berlemak, dalam kuning telur dan lemak susu. Hati terutama sangat kaya akan Vitamin A.
♥ Vitamin A yang ditemukan dalam tumbuhan-tumbuhan adalah pro-
vitamin atau carotenes (bentuk dimana oleh tubuh diubah menjadi Vitamin A). Sumber utama carotene adalah sayur-sayuran berwarna kuning
cerah atau jingga seperti wortel, labu dan ubi merah; buah-buahan seperti
pepaya atau mangga; minyak kelapa sawit; dan sayur-sayuran berdaun
hijau gelap. Vitamin A cukup stabil dalam cara masak yang normal dan
tidak larut dalam air. Namun, bila warna menghilang akibat proses masak
yang berlebihan, Vitamin A juga akan hilang. Kandungan carotene pada
daun-daunan mulai menghilang setelah dipotong atau disobek.
♥ Di wilayah-wilayah dimana makanan sumber Vitamin A sulit didapat
dan negara-negara dimana telah dilaporkan terjadi kekurangan Vitamin A,
WHO merekomendasikan diberikannya tambahan Vitamin A pada ibu-ibu
yang baru melahirkan dan anak-anak. Pada saat penyusunan tulisan ini,
rekomendasinya adalah untuk menyediakan satu dosis 200,000 IU untuk
para ibu pada delapan minggu pertama setelah melahirkan; satu dosis
100,000 IU untuk bayi berusia 6-11 bulan; dan satu dosis 200,000 IU untuk anak-anak usia 12-59 bulan setiap 4-6 bulan. (10) Pastikan untuk mencocokkan kebijakan ini dengan staff Departemen Kesehatan.
Vitamin C
Vitamin C berperan dalan mencegah penyakit dan anemia. Sumber terbaik
Vitamin C untuk anak-anak kecil adalah ASI. Vitamin C juga ditemukan
dalam buah-buahan dan sayur-sayuran segar. Sumber Vitamin C yang baik
adalah jeruk sitrus (lemon, jeruk, dan lain-lain), semangka, strawberi, mangga,
dan tomat. Vitamin C sangat larut dalam air dan cepat rusak akibat panas.
Zat Besi
Bila prevalensi anemia diketahui sangat tinggi (40 persen atau lebih), berikan
tambahan zat besi setiap hari (12.5mg/hari) pada bayi berusia enam bulan
hingga satu tahun. Melanjutkan pemberian tambahan, bila perlu, hingga pada
usia 24 bulan. Untuk bayi yang lahir dengan berat badan kurang, mulai pemberian tambahan pada usia tiga bulan (11)
Teh mencegah penyerapan zat besi. Dalam kebudayaan dimana sangatlah
umum bagi keluarga untuk minum teh pada saat makan, mereka harus dianjurkan untuk menggunakan teh herba setempat, air putih matang atau jus untuk
132 / Bab Lima: Merancangan Kegiatan Pos Gizi
INFORMASI TAMBAHAN MENGENAI MIKRONUTRIEN
menggantikan teh pada waktu makan. Teh yang dihidangkan bukan pada
waktu makan tidak akan mempengaruhi penyerapan zat besi. Daging merah
dan kuning telur adalah sumber zat besi yang mudah diserap tubuh dengan
sangat baik, sedangkan zat besi dari sumber nabati lebih sulit untuk diserap
oleh tubuh. Beberapa sumber nabati yang baik adalah sayur-sayuran dengan
daun berwarna hijau, buah-buah kering seperti kismis, kacang-kacangan dan
molasses. Vitamin C membuat tubuh menyerap zat besi dengan lebih baik.
Seng
Seng mempunyai efek positif dalam mengurangi penyakit diare dan sangat
penting untuk pertumbuhan anak. Mineral ini juga mencegah pneumonia pada
anak, menyembuhkan luka lebih cepat dan membantu memperkuat sistem
kekebalan tubuh anak. Anak-anak yang pertumbuhannya terhambat harus
mendapatkan tambahan seng untuk meningkatkan tingkat pertumbuhan, Seng
ada dalam bulir padi dan produk hewani seperti daging, susu dan telur.
Catatan:
Pemberian tambahan mikronutrien apapun atau obat cacing
harus dilakukan sebelum dan terpisah dari pelaksanaan
kegiatan Pos Gizi, untuk baiknya diberikan di Puskesmas atau Posyandu. Bila tidak, para ibu akan beranggapan bahwa pemulihan
anaknya akibat pemberian tambahan mikronutrien dan bukan
karena makanan dan perilaku Pos Gizi.
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 133
Teh menghambat penyerapan
zat besi. Dalam budaya di
mana umumnya meminum
teh pada saat makan, keluarga-keluarga tersebut harus dianjurkan untuk mengganti teh pada saat makan
dengan teh herbal lokal, air
putih matang atau jus.
TABEL 5.9
Pesan-pesan pada hari 1
hingga 6 diulang pada hari ke
7 hingga 12 untuk menegaskan agar pelajaran Pos Gizi
dapat dipraktekkan di rumah.
HARI
Hari 1
Hari 2
Hari 3
Hari 4
Hari 5
Hari 6
Contoh Kurikulum: Kegiatan Pos Gizi 12 Hari
TOPIK UTAMA
Pemberian
ASI
Hari 8
ASI adalah makanan terbaik untuk bayi
keuntungan colostrum
Segera memberikan ASI setelah kelahiran
Pemberian ASI secara eksklusif minimal
selama tiga bulan
Durasi pemberian Asi (hingga 24 bulan)
AKTIVITAS
Diskusi
Penggunaan alat visual
(poster) yg interaktif
untuk menyampaikan
pesan
Mendaftarkan makanan anak-anak yang
tersedia di desa
Makanan-makanan khas positif
Kontribusi makanan setiap hari, menu Pos Gizi
Pentingnya lemak yang terkandung dalammakanan anak
Berikan tiga kali makanan ringan kepada anak
sebagai selingan diantara makanan utama
Diskusi
Kapan memperkenalkan makanan tambahan
Mengapa memperkenalkan makanan barusebagai tambahan ASI
Bahan yang dipakai dalam makanan tambahan
Konsistensi dan kuantitas,
metode pemberian makan
Diiskusi
Perawatan
anak yang
baik
Kebersihan pribadi
Kebersihan ketika memberikan makan
supervisi selama pemberian makan
Bagaimana memberi makan anak yang nafsu
makannya rendah
Diskusi
Perawatan
kesehatan yang
baik
Kebersihan lingkungan dan makanan
Mempromosikan vaksinasi dan penimbangan
berat badan secara berkala
Diare:perawatan diare ketika di rumah
(gejala, jenis makanan, penggunaan ORSdemonstrasi)
Identifikasi tanda-tanda bahaya danmencari pertolongan
Pencegahan diare
Demonstrasi pesan mengenai
cara menggunakan paket
paket LGG yg dibuat sendiri -
Penggunaan makanan khas positif di rumah
Menerapkan perilaku kebersihan yg baik seputar
makanan & ketika makan
Mempertahankan
kebersihan pribadi dan
lingkungan yang baik
Diskusi
“Makanan yg baik”
Dan makanan yg
bervariasi
Pemberian
makanan
tambahan
Menjaga kesehatan
Anak ketika berada
dirumah
HARI
LIBUR
Hari 7
ISI
Penggunaan bahanbahan makanan Pos Gizi
Permainan, Poster
Resep untuk makanan
tambahan
Pesan, Permainan, Poster
Berlatih selama
Kegiatan Pos Gizi
Pesan
Pesan
Bagan keluarga model
Praktek di rumah
Pemberian
ASI
Bagaimana cara meningkatkan produksi ASI
Pemberian ASI ketika ibu atau anak sedang
sakit
Jenis makanan ketika menyusui
Pemberian ASI dan jarak kelahiran anak
Diskusi
“Makanan yg baik”
dan
makanan yang
bervariasi
Meninjau ulang kegiatan hari ke-2
Peran dari berbagai jenis makanan terhadap
pertumbuhan yg sesuai (4 kelompok makanan)
Meninjau ulang menu-menu Pos Gizi
Diskusi
Penggunaan bahan-bahan
makanan Pos Gizi
Alat bantu visual yang
interaktif, poster
Pesan
Pesan, permainan,
Poster
Yang termasuk dalam
“pengasuhan anak yang baik
” adalah interaksi yang sering dengan anak, penunjukkan sikap saying dan pengawasa pada saat bermain
setiap waktu.
Hari 9
Pemberian makanan Meninjau ulang kegiatan hari ke-3
Tambahan
Pemberian makanan tambahan
Pemberian ASI
Hari 10
Perawatan
anak
yang baik
Sering berinteraksi scr positif dgn anak
Memberikan kasih sayang
Pemantauan ketika bermain & di setiap waktu
Permainan tangan
Perawatan
kesehatan
yang baik
Meninjau ulang kegiatan hari ke-5
Perawatan anak yang sakit di rumah
ARI : identifikasi gejala-gejala berbahaya ARI
Jenis makanan selama dan setelah sakit
Mencari perawatan
Pencegahan
Diskusi
Penggunaan makanan khas positif di rumah
Menerapkan perilaku kebersihan yg baikseputar makanan dan ketika makan
Mempertahankan kebersihan pribadi dan
lingkungan yang baik
Diskusi
Keluarga panutan
Hari 11
Hari 12
Menjaga kesehatan
anak ketika berada
dirumah
134 / Bab Lima: Merancangan Kegiatan Pos Gizi
Poster
Resep-resep makanan tambahan
Pesan
Lagu-lagu
Demonstrasi pola-pola
pernafasan
Meninjau ulang pesan
Poster
Pesan
FORMULIR PENDAFTARAN POS GIZI
Nama Kader Kesehatan:__________________________Tanggal:______________
Nama Anak: _________________________Tanggal lahir:_______
Usia (bulan):_____ jenis Kelamin:□ Laki-laki, □ perempuan ; Berat (kg):_____
Nama Ibu:_____________________________________________
Tanyakan pada ibu pertanyaan-pertanyaan mengenai anak mereka seperti
tertulis berikut ini pada awal pelaksanaan 12 hari sesi Pos Gizi
Bagian I: Kriteria Utama
(satu atau lebih jawaban ‘b’ dinilai BERESIKO)
No. Pertanyaan dan Filter
Kategori kode
1
[ ] a. anak ke-1-4 child
[ ] b. ke-5 dan lebih
b:[ ]
[ ] a. Tidak
[ ] b. Ya
b:[ ]
[ ] a. 30 tahun kebawah
[ ] b. 31 tahun ke atas
b:[ ]
2
3
4
5
Anak ini anak keberapa?
Apakah anak ini kembar?
Berapa usia anda pada saat melahirkan anak ini?
Hingga saat ini, berapa kali ibu pernah hamil?
_____
Berapa kali ibu pernah melahirkan? ____
Berapa kali ibu melahirkan dengan selamat? ____ [ ] a. Tidak
Apakah ada anak ibu yang meninggal?
[ ] b . Ya
b:[ ]
Hingga saat ini, berapa kali sesi 12-hari Pos Gizi
yang pernah anak ini ikuti? (Tidak termasuk sesi
pada saat ini)
b:[ ]
[
] a. 0-1 sesi
[ ] b . 2 atau lebih
Bagian II: Kriteria Tambahan
(satu atau lebih jawaban ‘b’ dinilai BERESIKO)
No. Pertanyaan dan Filter
Kategori kode
6
[ ] a. Ya
[ ] b . No
b:[ ]
Dalam dua minggu terakhir, apakah anak ini men- [ ] a. No
galami diare?
[ ] b . Ya
b:[ ]
Apakah pada saat lahir anak ini “lebih kecil” dibandingkan dengan anak-anak lainnya?
b:[ ]
7
8
9
10
Apakah rumah anda punya jamban bersih?
[ ] a. No
[ ] b . Ya
Berapa lama waktu yang anda luangkan untuk
[ ] a. Lebih dari 1 jam
memberi makan dan bermain dengan anak anda? [ ] b. Kurang dari 1 jm
b:[ ]
(Tanyakan pertanyaan ini pada ibu yang mempunyai anak berusia 6-12 bulan) Apakah anda
memberikan ASI eksklusif pada anak ini untuk
selama paling tidak empat bulan?
b:[ ]
[ ] a. Ya
[ ] b . Tidak
Formulir ini dirancang untuk
mengidentifikasi anak-anak
yang menghadapi resiko tertentu yang memerlukan perhatian khusus selama atau setelah pelaksanaan sesi Pos Gizi
dan selama kunjungan rumah.
Anak-anak ini mempunyai kemungkinan lebih kecil untuk dapat lulus dengan intensitas intervensi yang ada pada saat ini dan
memerlukan usaha tambahan
dari kader Pos Gizi untuk meningkatkan peluang kelulusan.
Kader harus mengisi formulir untuk tiap anak secara terpisah
pada hari pertama sesi Pos Gizidan setelah menimbang si anak.
Pada akhir hari pertama Pos
Gizi, si kader harus menganalisa
data tersebut dan mengidentifikasi anak yang beresiko tersebut
dalam kelompoknya.
Periksa kode disamping kategori
yang paling cocok dengan tanggapan ibu. Bila jawaban untuk
pertanyaan tersebut adalah ‘b’,
berikan tanda cek pada kolom
terakhir.
Bila jawaban untuk pertanyaan APAPUN dalam bagian I
(Kriteria Mayor) adalah ‘b’ atau
bila ada DUA jawaban ‘b’ di
bagian II (Kriteria Minor) anak
tersebut harus diidentifikasi
untuk mendapatkan perhatian
khusus seperti ditunjukkan
dalam halaman berikutnya.
Jumlah jawaban ‘b’ di Bagian I (Kriteria Mayor): ____ Formulir dari Save the Children/ AS:
Jumlah jawaban ‘b’ di Bagian II (Kriteria Minor): ____ Kantor Wilayah Mesir
BERESIKO: YA □
TIDAK □
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 135
Bila jawaban dari Formulir
Registrasi Pos Gizi (halaman
sebelumnya), menunjukkan
bahwa seorang anak menghadapi resiko tertentu, anak
tersebut harus diidentifikasi
untuk mendapatkan perhatian khusus seperti telah
dijelaskan dalam daftar
“protokol”.
Luangkan waktu lebih
banyak pada kunjungan
rumah dan selidiki
permasalahan mendasar,
hambatan dan titik-titik
penolakan.
PROTOKOL UNTUK IDENTIFIKASI DINI ANAK-ANAK
KURANG GIZI YANG “BERESIKO”
1. Pastikan bahwa ibu dan anaknya menghadari ke dua belas hari kegiatan
Pos Gizi (periksa setiap hari).
2. Lakukan kunjungan rumah keluarga tersebut sekali lagi.
3. Pastikan bahwa ibu telah memahami semua pesan-pesan Pos Gizi dan perilaku-perilaku yang dianjurkan dan tahu bagaimana melakukannya dengan benar.
4. Jelaskan semua perilaku-perilaku tersebut dan pentingnya bagi pembuat
keputusan keluarga yang lain (misalnya ibu mertua dan/atau suami) untuk
memastikan dukungan mereka.
5. Pastikan bahwa semua anak berusia enam bulan ke atas mendapatkan
makana pendamping selagi tetap disusui, si anak diberikan makan secara
aktif oleh ibu/ayah/pengasuh (terutama untuk anak-anak yang tidak
berselera makan), bahwa ada beragam jenis makanan (terutama makanan
khas positif) dalam diet harian anak dan bahwa ada frekuensi pemberian
makan yang tepat (paling tidak 3-4 kali makan dalam sehari) dengan porsi
yang sesuai pada setiap kali makan. Anjurkan pemberian makanan kecil
yang sehat pada anak di rumah.
6. Selama mengadakan kunjungan rumah, berikan perhatian khusus pada ibu
yang memperkenalkan makanan pendamping untuk pertama kalinya.
Periksa bahan-bahan makanan yang digunakan, konsistensi dan jumlah
serta metode pemberian makan.
7. Gunakan waktu lebih lama pada saat kunjungan rumah dan periksa permasalahan-permasalahan mendasar , hambatan dan tantangan dengan berbicara pada ibu, ibu mertua, suami dan anggota keluarga lainnya (misalnya
selidiki apakah ada hambatan waktu, kurangnya pemberdayaan pada ibu
untuk melaksanakan perilaku Pos Gizi di rumah, ibu mertua/suami yang
keberatan dengan perilaku-perilaku baru tersebut, hambatan ekonomi, tidak adanya jamban, sumber air minum yang aman, dan lain-lain).
8. Pastikan bahwa ibu mempunyai cukup waktu untuk melaksanakan perilaku anjuran Pos Gizi dan punya cukup waktu untuk memberi makan, berinteraksi dan bermain dengan anaknya. Bila tidak, diskusikan kemungkinan untuk mengurangi beban kerja ibu dengan bantuan ibu mertua, suami
dan anggota keluarga lainnya. Permasalahan ini dapat diatasi melalui
manajemen waktu yang lebih baik, memberikan prioritas pada kebutuhan
anak dalam pekerjaan rumah sehari-hari, dan lain-lain.
9. Pastikan bahwa pengasuh pengganti mendapatkan nasehat cukup dari ibu
tentang bagaimana merawat si anak ketika dia tidak ada di rumah.
10. Periksa ada tidaknya perilaku kebersihan yang baik di rumah tangga tersebut (misalnya kebersihan tubuh yang baik, kebersihan yang baik ketika
memberikan makan anak dan pada pengolahan dan penyiapan makanan,
dan lain-lain).
11. Pastikan bahwa ibu /ibu mertua/suami dapat mengenali tanda-tanda anak
ketika sakit dan menjelaskan pentingnya mencari bantuan medis yang sesuai dan tepat waktu. Tekankan pada pentingnya tetap memberikan makan
pada saat anak sakit dan meningkatkan pemberian makan segera setelah
sakit untuk mengejar pertumbuhan (catch-up growth).
12. Selidiki ada tidaknya paket LGG di rumah dan penggunaan yang tepat
oleh ibu.
13. Pada kunjungan rumah apapun, bila anak sedang diare, pastikan bahwa
ibu memberikan LGG pada anaknya (terutama pada saat kehadiran anda).
136 / Bab Lima: Merancangan Kegiatan Pos Gizi
Ada dimana anda?
LANGKAH 6 Laksanakan Kegiatan Pos Gizi
A. Kumpulkan bahan-bahan dan susun
kegiatan Pos Gizi harian
B. Sambut dan catat kehadiran pengasuh dan anak-anak mereka dan kumpulkan makanan khas positif
C. Pimpin sesi Pos Gizi
D. Supervisi kegiatan Pos Gizi
B
ila semua perencanaan telah selesai, sekarang waktunya untuk memulai
kegiatan Pos Gizi. Bab ini akan mencakup Langkah 6 hingga 8.
Sup Batu
Prajurit-prajurit yang cerdas tersebut kemudian memutuskan untuk membuat sepanci “sup batu”. Mereka meminjam sebuah panci dan meletakkan sebuah batu
besar dalam panci. Mereka menambahkan air dan mulai memasak “sup” tersebut.
Penduduk desa menjadi curiga dan berkumpul mengelilingi kedua prajurit tersebut untuk melihat apa yang sedang dimasak. Para prajurit mengatakan, “Sup ini
sebenarnya sudah enak, tapi saya ingin kita tambahkan beberapa wortel. Pasti
rasanya akan lebih enak lagi.” Tidak lama kemudian seorang wanita berkata,
“Ya, saya punya beberapa wortel di dapur, tunggu sebentar saya ambilkan”.
Mereka memotong-motong wortel tersebut dan memasukkannya ke dalam panci.
Kemudian mereka berkata, “Sup batu ini akan sangat nikmat kalau saja kami
punya beberapa kentang.” Tidak lama kemudian seorang warga membawa beberapa kentang. Kemudian mereka mengatakan betapa bahan-bahan tambahan
lainnya seperti bawang, tomat, buncis dan labu akan membuat sup bertambah
nikmat. Tidak lama kemudian panci itu penuh dengan sup yang bergizi. Seluruh
penduduk desa bersorak sorai dan mengucapkan selamat pada kedua prajurit
tersebut atas resep sup yang luar biasa tersebut.
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 137
LANGKAH 3
Persiapan
Penyelidikan PKP
LANGKAH 4
Adakan
Penyelidikan PKP
LANGKAH 5
Merancang
kegiatan Pos Gizi
LANGKAH 6
Pelaksanaan
Kegiatan Pos Gizi
LANGKAH 7
Mendukung
Perilaku-Perilaku
Baru
LANGKAH 8
Ulangi kegiatan
Pos Gizi Gizi
sesuai Kebutuhan
LANGKAH 9
Perluasan Program
PKP/Pos Gizi
EVALUASI
Setelah bertahun-tahun berperang, dua prajurit mendatangi sebuah desa untuk mencari makanan. Mereka mendatangi rumah
pertama dan meminta makanan. Bosan terus-menerus menyediakan makanan untuk tentara selama perang sedangkan
mereka sendiri tidak punya cukup makanan, keluarga pertama
mengatakan mereka tidak punya makanan yang bisa diberikan.
Mendatangi rumah kedua mereka mendapatkan jawaban yang
sama.
LANGKAH 2
Mobilisasi
masyarakat;Seleksi
dan Pelatihan
&
Langkah 6: Melakukan Kegiatan Pos Gizi
Ada sebuh dongeng dari Eropa yang menggambarkan dinamika yang dapat
dilihat dalam kegiatan Pos Gizi:
LANGKAH 1
Tentukan apakah
program ini tepat
untuk anda gunakan
PANTAU
BAB ENAM
Langkah 6, 7 dan 8: Melaksanakan,
Mendukung & Mengulang Kegiatan
Pos Gizi
Moral penting dari cerita “Sup Batu” itu
adalah sejumlah besar kontribusi kecil akan
menciptakan makanan bergizi yang cukup
untuk semua orang. Demikian pula, kombinasi makanan yang tersedia di wilayah
setempat, yang dikontribusikan dalam program Pos Gizi dan oleh anggota masyarakat,
dapat memberi makan dan merehabilitasi
anak-anak yang kekurangan gizi.
Daftar Bahan-bahan
♥ Timbangan berat badan
(dapat juga digunakan untuk
program monitoring pertumbuhan)
♥ Buku catatan untuk mencatat
kehadiran dan berat badan
♥ Menu harian dan resep
♥ Bahan-bahan pendidikan kesehatan
♥ Sabun, baskom, handuk
(untuk demonstrasi mencuci
tangan dan praktek)
♥ Teko air
♥ Tikar (untuk menampung
anak-anak)
♥ Panci untuk memasak, penggorengan dan alat-alat memasak.
♥ Papan alas memotong, alu
dan lumpang
♥ Bahan bakar/ kayu (untuk memasak)
♥ Cangkir, mangkuk dan sendok
(atau para pengasuh dapat
membawanya dari rumah)
♥ Bahan makanan pokok
(contohnya beras, fufu, ubi)
♥ Minyak
♥ Bahan-bahan tambahan
A. Mengumpulkan Bahan-Bahan dan Menyiapkan Sesi Pos Gizi Harian
Bahan-bahan berikut ini harus dikumpulkan dan disiapkan beberapa jam sebelum pelaksanaan sesi Pos Gizi sesungguhnya dimulai:
Semakin banyak bahan-bahan yang dapat dikontribusikan oleh para pengasuh
dan masyarakat semakin besar kepercayaan masyarakat dan pada akhirnya
juga kelangsungan pelaksanaan Pos Gizi. Sebagai tambahan dari sejumlah
makanan khas positif, para ibu dapat diminta untuk secara bergantian membawa bahan makanan pokok, minyak dan bahan-bahan lainnya. Mereka juga
dapat diminta untuk membawa cangkir, sendok dan handuk setiap harinya dan
bergantian untuk membawa beberapa panci dan alat-alat masak lainnya. Tabel
6.1 (halaman berikutnya) menyediakan sebuah daftar tentang bahan-bahan
dasar dan kolom-kolom untuk mengidentifikasi sumber dari bahan-bahan
tersebut. Setelah bahan-bahan tersebut dikumpulkan, siapkan sebuah tempat
untuk mencuci tangan dengan sabun dan air bersih dan sebuah tempat dengan
permukaan yang bersih untuk membersihkan dan memotong makanan. Ambil
jarak yang cukup dengan tempat memasak, siapkan sebuah tempat yang bersih
untuk meletakkan tikar sebagai tempat bagi anak-anak untuk duduk dan bermain. Susun alat-alat makan, piring dan cangkir dan tutupi untuk menghindari
dihinggapi lalat atau terkena debu.
B. Sambut dan Catat Kehadiran para Pengasuh dan Anak-anak mereka
dan mengumpulkan Makanan-makanan khas Positif
Para kader dan staff program harus menyambut semua peserta dengan hangat
dan sopan. Para kader kemudian harus mengumpulkan makanan khas positif
dan menunjukkan pada para peserta dimana mereka duduk. Kader kemudian
harus mencatat kehadiran para pengasuh dalam buku catatan, bersama dengan
makanan khas positif dan/atau kontribusi lain yang dibawa dalam kegiatan
tersebut.
138 / Bab Enam: Melaksanakan, Mendukung & Mengulang Kegiatan Pos Gizi
TABEL 6.1 Bahan dasar untuk Mempersiapkan Dapur Pos Gizi
PERALATAN
MASYARAKAT
BADAN
PELAKSANA
PENGASUH
Panci
Wajan
Peralatan memasak
Mangkok
Baskom
Sendok
Cangkir
Gelas air
Talenan
Alu dan lumpang
Sabun
Gunting kuku
Kesetan
Bahan bakar/kayu
Makanan khas positif
Makanan pokok
(nasi,fufu, yams)
Minyak
Handuk
Bahan-bahan lain
Kegiatan Pos Gizi mengharuskan tiap pengasuh membawa beberapa makanan
sehat yang telah diidentifikasian sebagai makanan khas positif dalam masyarakat tersebut. Ada beberapa alasan mengapa:
♥ Para pengasuh belajar untuk mengumpulkan atau membeli makanan khas
positif dan mengolahnya menjadi hidangan yang bergizi
♥ Para pengasuh berulang kali mempraktekkan perilaku mengumpulkan dan
menyiapkan makanan yang sehat
♥ menunjukkan bahwa perilaku mengenai pemberian makanan tersebut ditekankan pada akhir sesi
♥ Keluarga-keluarga membentuk sebuah kebiasaan harian dalam pemberian
makanan yang sehat dan mudah tersedia pada anak-anak mereka.
C. Pimpin Sesi Pos Gizi
Sebuah sesi Pos Gizi selama dua jam biasanya terdiri dari satu jam penyiapan
makanan dan memasak, setengah jam untuk memberi makan dan setengah jam
untuk bersih-bersih dan diskusi masalah kesehatan. Setiap hari, para peserta
secara bergiliran melakukan tugas-tugas berbeda dalam Pos Gizi sehingga semua orang belajar semua perilaku baru.
Ketika beberapa peserta memasak, peserta yang lain bermain dan mengasuh
anak-anak. Mereka mencuci tangan, menyediakan makanan kecil dan mempraktekkan permainan dan lagu-lagu untuk menstimulasi anak-anak mereka.
Kakak-kakak yang ikut hadir dapat diminta untuk membantu dalam mencuci
tangan dan kebersihan, makanan kecil, permainan dan diskusi.
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 139
Sesi Pos Gizi mengharuskan
tiap pengasuh untuk
membawa beberapa makanan
sehat yang telah
diidentifikasikan sebagai
makanan khas dalam
masyarakat tersebut.
Langkah-langkah umum yang dilakukan dalam tiap Sesi
Pos Gizi Harian
1. Menyambut kehadiran semua peserta. Mengulang tujuan dari Pos
Gizi, agenda hari itu, dan menanggapi bila ada komentar atau pertanyaan dari peserta. (Anda bisa mendiskusikan makanan khas positif
dan kontribusi lain yang dibawa pada hari itu, dan juga penyebabpenyebab lambatnya pertumbuhan anak.)
2. Tunjukkan pada para peserta dimana mereka dapat mencuci tangan
mereka dan tangan anak mereka: demonstrasikan teknik mencuci tangan yang baik menggunakan sabun dan menggosokkan kedua tangan
paling sedikit tiga kali. (Pada waktu yang sama memeriksa apakah ada
tanda-tanda sakit pada anak-anak dan merujuk anak-anak yang sakit ke
Puskesmas)
3. Membagikan makanan kecil pada anak-anak (mendiskusikan bagaimana makanan kecil dapat meningkatkan asupan kalori, menstimulasi selera makan dan menyediakan waktu bagi para pengasuh untuk
memasak makanan utama).
4. Melaksanakan diskusi pendidikan kesehatan mengenai topik kesehatan pada hari itu.
5. Membagi para peserta menjadi beberapa tim untuk tiap-tiap aspek
dari penyiapan makanan, pengasuhan anak dan stimulasi, dan bersihbersih.
6. Siapkan dan masak makanan ketika peserta yag lain bermain dengan anak-anak menggunakan lagu-lagu dan permainan.
7. Ulang mencuci tangan dengan para pengasuh dan anak.
8. Mendistribusikan makanan dan memantau para pengasuh ketika
mereka memberi makan anak-anak mereka (gunakan kesempatan ini
untuk mendemonstrasikan teknik-teknik pemberian makan secara aktif).
9. Bersih-bersih.
10. Ulas kembali pelajaran pada hari itu.
11. Rencanakan menu dan kontribusi makanan untuk hari berikutnya
dengan para ibu atau pengasuh lainnya.
Pemberian makan secara bersama dalam
kegiatan Kelompok Pos
Gizi sangat penting
karena beberapa alasan:
♥ Makan bersama membantu mengatasi kurangnya
selera makan karena anakanak yang duduk bersama
cenderung untuk mau
makan bersama
♥ Terbentuknya sebuah
kelompok dukungan melalui
persiapan makanan secara
bersama
♥ Para pengasuh dapat
saling berbagi dan mempraktekkan teknik-teknik
stimulasi anak-anak usia dini
yang berbeda-beda
♥ Para kader dapat memonitor makanan diberikan
pada anak yang kekurangan
gizi dan bukannya pada anggota keluarga yang lain
♥ Para kader dapat memberikan pendidikan gizi pada
sekelompok pengasuh yang
siap mendengarkan
♥ Para kader dapat mendemonstrasikan aspek
emosi antara ibu-anak dan
kakak-anak dalam pemberian makanan
♥ Para kader dapat memberikan dukungan moral
pada para pengasuh
Hari-hari Khusus
Ada beberapa hari khusus dengan kegiatan-kegiatan khusus yang perlu dimasukkan dalam agenda harian.
Hari ke-1 dan ke-12: Penimbangan Anak
Setiap anak ditimbang pada hari pertama dan hari terakhir sesi Pos Gizi. Bahan-bahan yang diperlukan:
♥
♥
♥
Timbangan
Buku catatan Pos Gizi
Kartu Menuju Sehat (dibawa oleh pengasuh untuk tiap anak)
Kader menimbang masing-masing anak, mencatat berat mereka dalam buku
catatan Pos Gizi dan menggambarkan berat tersebut dalam Kartu Menuju Sehat milik anak. Para pengasuh harus diberitahukan mengenai berat, pertumbuhan dan status kekurangan gizi anak mereka.
140 / Bab Enam: Melaksanakan, Mendukung & Mengulang Kegiatan Pos Gizi
Hari ke-7: Hari di Rumah Sendiri
Setelah selama enam hari memasak dan memberi makan dengan cara
berkelompok, pada hari ketujuh para peserta tinggal di rumah dan mempraktekkan perilaku-perilaku baru. Diskusi pada Hari ke-8 harus berkisar tentang
pengalaman para pengasuh ketika mereka mencobanya di rumah. Bila perilaku
tersebut tidak dipraktekkan di rumah, sangatlah penting untuk mengetahui
kenapa dan membantu para pengasuh untuk mengembangkan sebuah strategi.
Gunakan teknik-teknik wawancara mendalam untuk mengetahui hambatanhambatan apa yang ditemui dalam rumah tangga. Melalui diskusi, para pengasuh dapat berbagi permasalahan dan saling mengusulkan pemecahannya.
Hari ke-11: Satu Hari Sebelum Hari Terakhir Sesi Pos Gizi
Pada sesi Pos Gizi yang kesebelas, para kader meminta tiap keluarga untuk
membawa semua bahan-bahan yang diperlukan untuk menyiapkan makanan
yang sehat bagi anak mereka di rumah, untuk dibawa pada sesi terakhir.
Mereka juga mengingatkan para pengasuh untuk membawa KMS pada sesi
terakhir.
Hari ke-12:Hari Terakhir Sesi Pos Gizi
Pada hari terakhir sesi Pos Gizi, para pengasuh mempersiapkan makanan
seperti yang mereka lakukan di rumah. Sebagai tambahan kegiatan harian rutin, pada sesi Pos Gizi ke-12, anak-anak akan ditimbang. Kader pos Gizi mencatat status anak (apakah ia lulus atau harus mengulang Pos Gizi pada bulan
depan) dalam buku catatan Pos Gizi dan mendiskusikan hasilnya secara pribadi dengan tiap pengasuh.
Untuk anak-anak yang telah masuk ke kategori hijau dan memenuhi
kriteria kelulusan: Para kader mengucapkan selamat pada para pengasuh dan
menganjurkan mereka untuk mempertahankan kesehatan anak mereka di
rumah.
Untuk para pengasuh yang anak-anaknya telah berhasil meningkatkan
berat badannya, tapi belum memebuhi kriteria untuk lulus: Para kader
mengucapkan selamat dan menganjurkan mereka untuk melanjutkan di rumah
apa yang telah mereka pelajari selama sesi Pos Gizi dan kembali untuk ikut
sesi Pos Gizi berikutnya. Kemudian mereka mengadakan kunjungan rumah
untuk memberitahukan jadwal sesi Pos Gizi berikutnya dan memeriksa kemajuan anak.
Untuk anak-anak yang beratnya tidak bertambah: Para kader berbicara
dengan pengasuhnya mengenai hal tersebut, memberikan bimbingan mengenai
pelaksanaan menu Pos Gizi dan kebersihan dan perilaku pengasuhan di
rumah. Bila si anak tidak pernah sakit, mereka mengingatkan ibu bahwa
makanan Pos Gizi adalah makanan tambahan dan bukan makanan pengganti.
Pengasuh kemudian diminta untuk membawa anaknya pada sesi Pos Gizi berikutnya. Penyelia dan kader kemudian akan mengadakan kunjungan rumah ke
keluarga tersebut sebelum pelaksanaan Pos Gizi berikutnya, untuk menganjurkan pelaksanaan perilaku-perilaku baru.
Bila pengasuh adalah kakak: Kader menyarankan bahwa mereka akan memberitahukan langsung pada orangtua mereka hasil dari sesi Pos Gizi tersebut.
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 141
Setelah menyelesaikan
hari terakhir sesi Pos
Gizi, kader merangkum
dan mencatat informasi
berikut ini dalam buku
catatan:
♥ Jumlah keseluruhan
anak-anak yang ikut
serta dalam kegiatan Pos
Gizi
♥ Jumlah anak yang mengalami peningkatan berat
badan
♥ Jumlah anak-anak yang
tidak mengalami peningkatan berat badan
♥ Jumlah anak-anak yang
mengalami penurunan
berat badan
♥ Jumlah dan persentase
anak-anak yang lulus
♥ Jumlah dan persentase
anak-anak pada setiap
tingkat status malnutrisi
♥ Jumlah anak-anak yang
direncanakan untuk ikut
serta dalam sesi Pos Gizi
berikutnya
D. Memantau Kegiatan-kegiatan Pos Gizi
Manejer proyek mengawasi para penyelia/pelatih dan penyelia/pelatih mengawasi para kader Pos Gizi. Pengawasn yang baik pada kedua tingkatan ini
memastikan kualitas dalam kegiatan Pos Gizi dan menyediakan umpan balik
dan bimbingan yang mendukung untuk mengatasi permasalahan-permasalahan
yang mungkin akan muncul.
Ketika proyek ini dimulai, baik manejer proyek dan penyelia/pelatih harus
berpartisipasi dalam mensupervisi lokasi Pos Gizi. Karena ini adalah ketrampilan yang perlu dipelajari melalui praktek, maka direkomendasikan agar staff
proyek dan penyelia/pelatih melakukan kunjungan supervisi sesering mungkin. Selama penyelia/pelatih mendapatkan pengalaman, staff proyek dapat
setahap demi setahap mengambil alih tugas supervisi lokasi.
Penyelia membantu
pengasuh mengatasi
hambatan-hambatan yang
mungkin ditemui dalam
situasi rumah sehari-hari,
mempertegas pesan-pesan
utama dan menyediakan
dukungan dan semangat
untuk melanjutkan
mempraktekkan perilakuperilaku baru hingga menjadi
rutinitas.
Penyelia/pelatih harus ada pada awal kegiatan Pos Gizi untuk membantu para
kader dalam mengatasi berbagai isu yang mungkin muncul. Hal ini benar
khususnya pada beberapa hari pertama dari masing-masing sesi Pos Gizi
ketika mereka mengecek apakah semua bahan makanan yang tepat telah
digunakan, bahwa penimbangan dilakukan dengan benar, dan bahwa para
kader mendorong para pengasuh dan ibu untuk berpartisipasi. Atur secara bergiliran pada permulaan sesi Pos Gizi supaya dapat memfasilitasi kehadiran
tersebut di beberapa hari pertama yang sangat penting ini.
Daftar Tilik Pengamatan dan Panduan Wawancara Pengasuh bermanfaat untuk membantu penyelia dalam mengkaji kualitas intervensi. Umpan Balik Pengawas dan Panduan Pemecahan Masalah memberikan alat untuk merangkum
informasi yang dikumpulkan, mengkaji ulang dengan kader Pos Gizi, dan
membimbing mereka dalam mengembangkan jalan keluarnya. Mengkaji ulang
catatan-catatan dan menafsirkan data dilakukan bersama dengan para kader
Pos Gizi dan memberikan bukti kuantitatif dari kekuatan dan kelemahan program tersebut. Contoh formulir supervisi ada pada bagian akhr bab ini dan
dapat diadaptasikan sesuai program yang diperlukan.
Sebagai tambahan, staff dan/atau penyelia/pelatih dan kader harus melakukan
kunjungan ke rumah-rumah keluarga peserta secara rutin selama pelaksanaan
kegiatan Pos Gizi dan untuk selama periode dua minggu hingga satu bulan
setelah sesi-sesi tersebut berakhir. Kunjungan rumah memberikan penyelia
informasi berharga mengenai kemungkinan dilakukannya perilaku-perilaku
baru tersebut di rumah.
Penyelia membantu pengasuh untuk mengatasi hambatan-hambatan yang ditemui dalam kehidupan nyata sehari-hari dirumah, mempertegas pesan-pesan
utama dan memberi dukungan dan semangat untuk melanjutkan mempraktekkan perilaku-perilaku baru tersebut hingga menjadi suatu rutinitas. Kunjungan-kunjungan ini sangat penting terutama untuk anak yang tidak lulus dari
sesi Pos Gizi. Penyelia seringkali dalam posisi untuk menangani isu-isu yang
tidak dapat ditangani oleh kader Pos Gizi secara sendiri. Melalui kunjungankunjungan ini, para penyelia mendukung para kader dan memastikan keberhasilan intervensi ketika kader belajar ketrampilan yang diperlukan untuk melakukan tanggung jawab mengadakan kunjungan ke rumah-rumah sendiri.
142 / Bab Enam: Melaksanakan, Mendukung & Mengulang Kegiatan Pos Gizi
Langkah 7: Mendukung Perilakuperilaku Baru
LANGKAH 7
Mendukung Perilaku-perilaku Baru
Melalui Kunjungan Rumah
T
eori perubahan perilaku menyatakan bahwa untuk membentuk sebuah kebiasaan diperlukan paling sedikit 21 hari untuk mempraktekan perilaku baru
tersebut. Pos Gizi harus dilihat sebagai latihan 4 minggu (28 hari): dua minggu
bekerja dengan sesama pengasuh lainnya dalam sebuah kelompok diikuti dengan
dua minggu praktek di rumah dengan supervisi sewaktu-waktu oleh seorang kader
kesehatan. Di beberapa kelompok masyarakat, kader Pos Gizi mengunjungi para
pengasuh di rumah setiap hari selama dua minggu untuk memastikan bahwa
mereka mampu untuk melanjutkan mempraktekkan perilaku baru tersebut. Di
kelompok masyarakat lainnya,
penduduk desa yang secara
informal memonitor kemajuan
anak-anak mereka, sehingga
para kader tidak harus terlalu
sering mengadakan kunjungan.
Sebuah peran penting dari
kader dalam kunjungan tindak
lanjut adalah untuk memastikan bahwa makanan tersebut
adalah makanan tambahan.
Seorang ibu tidak boleh melarang anaknya makan makanan bagiannya pada waktu
makan keluarga hanya karena ia sudah mendapatkan makanan tambahan dan
makanan kecil. Si anak memerlukan gizi tambahan untuk mencapai “catch up
growth” yang diperlukan.
Kader Pos Gizi melanjutkan setiap bulannya atau setiap dua bulannya untuk mencatat berat dan status gizi semua anak dibawah usia tiga tahun yang menjadi tanggung jawab mereka. Mereka mengumpulkan dan berbagi data pertumbuhan
dengan Tim Kesehatan Desa dan tokoh masyarakat menggunakan papan monitoring desa yang dipampangkan dengan jelas di balai desa atau Puskesmas. Sistem
monitoring ini merupakan alat yang bermanfaat bagi masyarakat untuk mengukur
peningkatan status gizi dari anak-anak mereka dan memberikan penegasan ulang
positif bagi para pengasuh.
Satu komponen utama dari pendekatan Pos Gizi adalah keterlibatan masyarakat
dan adanya perubahan besar dalam masyarakat. Ini tidak hanya mengenai rehabilitasi anak-anak yang kekurangan gizi secara individual dan meluluskan mereka
melalui kegiatan Pos Gizi. Ini juga mengenai membangkitkan kesadaran
masyarakat akan masalah kurang gizi pada anak dan membuat masyarakat
menyaksikan sendiri perbaikan gizi yang dicapai atas kerja keras para tetangga
mereka. Ketika tokoh-tokoh masyarakat selalu diinformasikan mengenai hasil dari
Pos Gizi, mereka dapat merasakan kekuatannya. Tanpa dukungan masyarakat
dibalik usaha ini, kekuatan dari metodologi ini akan berkurang drastis dan bahkan
hilang.
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 143
Argumen yang paling
meyakinkan dalam
perubahan perilaku adalah
adanya perubahan yang
nampak pada anak. Setelah
dua minggu sesi Pos Gizi,
seorang anak puliha dari
kekurangan gizi dan menjadi
selalu ingin makan dan
bermain,
hilangnya pembengkakan
(edema) dan/atau mulai
menambah berat badan. Para
ibu dapat membuat
hubungan antara memberikan
makanan tambahan dan
melihat adanya peningkatan
besar dalam selera makan,
penampilan secara
keseluruhan, dan tingkat
keaktifan anak mereka.
Di Myanmar, staff
LSM meletakkan
hasil dan foto-foto
Pos Gizi di stasiun
kereta setempat. Masyarakat
menjadi ingin tahu dan ingin
belajar lebih banyak lagi.
Pemasaran seperti itu
merupakan cara yang efektif
untuk menyebarkan
informasi dan
mempromosikan gizi yang
baik.
Langkah 8: Mengulang Kegiatan Pos
Gizi
LANGKAH 8
Banyak kelompok
masyarakat, setelah mereka
melihat hasil positif dari
program Pos Gizi, sangat
ingin untuk berbagi teknik
dengan tetangga atau
kelompok masyarakat
lainnya.
Ulang Kegiatan Pos Gizi jika
diperlukan
A
nak-anak yang tetap kekurangan gizi diundang untuk hadir pada sesi Pos
Gizi bulan depan, hingga mayoritas dari semua anak-anak di kelompok
masyarakat tersebut menunjukkan penambahan berat badan dan pertumbuhan
yang cukup. Persyaratan kelulusan dan protokol untuk mengulang Pos Gizi
telah dibahas dalam Bab 5.
Sebagian besar kelompok masyarakat mengulang program Pos Gizi setiap
bulannya atau secara periodik selama satu tahun untuk merehabilitasi semua
anak-anak yang kekurangan gizi. Hasil-hasil penimbangan posyandu di
kelompok masyarakat tersebut yang akan menentukan kapan Pos Gizi
sebenarnya akan berakhir. Kelompok masyarakat itu sendiri yang harus
memastikan bahwa perilaku baru mereka itu berkelanjutan ketika lembaga
pelaksana berpindah ke daerah yang lain.
“Di Hijau!”
Seorang Direktur Program sedang mengunjungi proyek Pos Gizi di
pedesaan Myanmar. Ia melihat seorang anak laki-laki berlompatlompatan pada saat sesi Pos Gizi sambil dengan bangga
mengatakan “Aku sudah di hijau! Aku sudah di hijau!” Anak laki-laki
ini baru saja lulus. Tapi ketika ia melihat makanan yang diberikan
pada anak-anak yang menjadi peserta Pos Gizi pada hari itu, ia
merubah nada bicaranya dan berusaha menarik kembali apa yang
sudah ia katakan, “Maksudku, aku masih di kuning.” Makanan terlihat
begitu menggoda, ia bersedia untuk berpura-pura bahwa ia masih
membutuhkan Pos Gizi!
Banyak kelompok masyarakat, setelah mereka melihat hasil positif dari
program Pos Gizi, sangat ingin untuk berbagi teknik dengan tetangga atau
kelompok masyarakat lainnya. Antusiasme ini menarik para pengasuh yang
memiliki anak-anak kekurangan gizi yang mungkin belum berpartisipasi
dalam Pos Gizi terdahulu.
144 / Bab Enam: Melaksanakan, Mendukung & Mengulang Kegiatan Pos Gizi
TANYA DAN JAWAB
Bagaimana kalau para ibu bekerja sepanjang hari di sawah atau di
pabrik sehingga tidak dapat menghadiri Pos Gizi?
Kehadiran memang cenderung sporadis pada awal pelaksanaan program, dan
hanya sedikit saja yang hadir setiap hari. Namun bagi peserta yang datang
setiap hari, anak-anak mereka mempunyai kondisi gizi yang lebih baik. Anakanak ini akan menjadi contoh yang baik bagi yang lain dan tingkat absent akan
berkurang ketika masyarakat menyaksikan sendiri hasil positif dari mengikuti
sesi Pos Gizi. Memang tetap menjadi sebuah tantangan untuk memilih waktu
yang tepat, kapan para ibu dan pengasuh lainnya mempunyai waktu luang.
Bila pengasuh utama adalah nenek atau kakak, orang tersebut dapat menemani
si anak. Siapapun yang memberi makan si anak, haruslah belajar perilakuperilaku baru yang bermanfaat tersebut dan kemudian “melatih” si ibu di Memang tetap menjadi
sebuah tantangan untuk
rumah melalui pemberian contoh dan diskusi.
Apakah kakak atau adik diperbolehkan untuk menghadiri Pos
Gizi?
Pos Gizi menitikberatkan pada rehabilitasi anak-anak yang kekurangan gizi.
Anak-anak lain hanya diijinkan untuk makan bila ada makanan yang berlebih
dan semua peserta Pos Gizi telah makan. Bila ada kakak yang ikut serta, cari
cara untuk melibatkan ia dalam membantu praktek mencuci tangan. Semakin
banyak anggota keluarga yang terpapar dengan pesan-pesan Pos Gizi, semakin
tinggi dukungan yang didapat untuk mengadopsi perilaku-perilaku baru
tersebut di rumah. Bila pengasuh membawa beberapa anak yang terlalu tua
untuk ikut Pos Gizi, tapi masih memerlukan perhatian, mungkin salah satu
anak paling besar dari yang hadir dapat diberi tugas untuk membawa mereka
keluar bermain sehingga para ibu tidak teralihkan perhatiannya dan tingkat
kebisingan selama penyiapan makanan dan pemberian makanan bisa
dikurangi.
Bolehkah ibu hanya mengirimkan anaknya?
Tidak, Ini bukan program pemberian makanan. Seorang anak tidak bisa
dikirimkan sendiri untuk mendapatkan makanan dan penjemput tidak boleh
datang dan mengambil makanan untuk si anak bila ia tidak hadir. Karena itu
bukanlah tujuan Pos Gizi yang berdasarkan pada perubahan perilaku.
Bagaimana dengan para ibu yang lapar dan kekurangan gizi yang
membawa anak-anak yang kekurangan gizi juga?
Sulit untuk menolak memberikan makanan pada para ibu yang memasak dan
memberi makan anak-anak mereka. Ada manfaat-manfaat yang bisa didapat
dengan meminta mereka mencoba makanan tersebut. Pertimbangkan untuk
menambahkan bahan-bahan tambahan pada sebagian makanan sehingga para
ibu juga bisa ikut makan. Ini dapat menjadi kesempatan untuk meningkatkan
gizi ibu, tapi tujuan utama program tetap pada pemberian makan untuk anakanak. Hubungkan ibu-ibu tersebut dengan proyek-proyek yang menghasilkan
pendapatan atau bantuan makanan.
Bagaimana bila pengasuh tidak membawa kontribusi?
Para pengasuh yang tidak mambawa kontribusi tidak diperbolehkan untuk
menghadiri sesi. Ini untuk mencegah terjadinya preseden yang tidak baik.
Makanan khas positif, pada dasarnya, tidaklah mahal dan mudah didapat dan
untuk mendapatkannya seharusnya tidak menjadi biaya tambahan. Dengan
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 145
memilih waktu yang tepat,
kapan para ibu dan pengasuh
lainnya mempunyai waktu
luang: Siapapun yang
memberi makan si anak,
haruslah belajar perilakuperilaku baru yang
bermanfaat tersebut dan
kemudian “melatih” si ibu di
rumah melalui pemberian
contoh dan diskusi
TANYA DAN JAWAB
memprioritaskan ulang sumber-sumber yang terbatas dan merubah pola
belanja, keluarga-keluarga dapat membeli pilihan-pilihan makan yang lebih
bergizi. Bila sebuah keluarga benar-benar terlalu miskin, (berdasarkan
pendapat kelompok masyarakat) untuk dapat mengkontribusikan makanan
khas positif, maka mereka bisa diminta untuk membawa air atau kayu sebagai
bahan bakar pada sesi Pos Gizi.
Bagaimana meyakinkan anak-anak yang tidak berselera makan
untuk makan?
Jangan pernah paksa seorang anak untuk makan. Biarkan si anak untuk makan
secara perlahan dan sedikit demi sedikit. Stimulasi usia dini dan interaksi
dengan ibu atau pengasuh adalah alat yang paling efektif untuk membuat si
anak menyukai makanannya. Coba gunakan lagu-lagu, permainan, kontak
mata dan permainan interaktif.
Anak-anak yang
menghabiskan makanan
mereka harus mendapatkan
tambahan makanan sampai
mereka tidak lagi lapar.
Bagaimana seorang anak yang sudah makan banyak pada Pos
Gizi diharuskan untuk makan lagi bersama dengan keluarga
seperti biasanya?
Mungkin ini terlihat seperti sejumlah besar makanan, tertutama untuk anak
anoreksia yang sama sekali tidak tertarik dengan makanan. Namun demikian,
selera makan umumnya distimulasikan untuk membantu mereka mulai makan
dan anak-anak anoreksia akan menjadi lapar kembali. Sekali mereka telah
mengatasi anoreksia awal mereka, tanpa diminta mereka akan segera
menghabiskan makanan mereka. Para ibu harus memahami bahwa makanan
Pos Gizi adalah makanan tambahan dan dirancang untuk membantu anak-anak
yang kekurangan gizi untuk menambah berat badan mereka. Makanan ini
tidak untuk menggantikan kalori yang diberikan di rumah. Bila anak tidak
mendapatkan kalori tambahan, maka tidak ada harapan untuk mengejar
ketinggalan pertumbuhan. Tekankan bahwa makanan adalah obat untuk
membantu anak mereka pulih. Setiap anak yang menghabiskan makanan
mereka harus mendapatkan tambahan makanan sampai ia tidak lagi lapar.
Harap diingat bahwa anak yang kekurangan gizi mungkin langsung buang air
besar segera setelah ia makan. Ini normal. Tenangkan si ibu dan tunjukkan
lokasi jamban.
Apa yang anda lakukan bila anak-anak yang kekurangan gizi tidak
dapat menghabiskan makanan mereka selama sesi Pos Gizi?
Setiap anak yang ikut serta akan mendapatkan sejumlah tertentu makanan
sesuai dengan kandungan kalori dan protein yang diperlukan, jadi usahakan
untuk tidak mengurangi kandungannya. Setelah sudah pasti si anak tidak mau
makan lagi, kakak atau ibu dapat menghabiskan makanan tersebut. Makanan
sisa tidak boleh dibawa pulang. Karena tidak dapat dipastikan bahwa si anak
yang akan menghabiskannya dan mikroba dapat berkembang dengan cepat
dalam makanan matang. Selera makan si anak mungkin akan meningkat selagi
sesi Pos Gizi berjalan. Secara bertahap tingkatkan jumlah makanan. Seringkali
anak-anak kekurangan gizi tidak akan makan banyak pada beberapa sesi
pertama karena diperlukan beberapa hari bagi tubuh menyesuaikan diri
dengan makanan padat kalori dan bergizi. Bila pengasuh terus membujuk
untuk makan pada tiap sesi dan sepanjang hari, tidak lama anak-anak akan
kembali berselera makan.
146 / Bab Enam: Melaksanakan, Mendukung & Mengulang Kegiatan Pos Gizi
TANYA DAN JAWAB
Apa yang terjadi dengan para kader Pos Gizi setelah sesi Pos Gizi
selesai?
Kader Pos Gizi seringkali merupakan tumpuan kegiatan-kegiatan kesehatan
lainnya. Sebagai akibat dari keberhasilan dalam merehabilitasi anak-anak
yang kekurangan gizi, kader Pos Gizi mendapatkan pengakuan dari
masyarakat dan menjadi sumber pengetahuan yang dipercaya. Ia sekarang
dilengkapi dengan ketrampilan yang dapat digunakan untuk kegiatan-kegiatan
kesehatan lainnya
Apa yang terjadi dengan para ibu ?
Sesi Pos Gizi memberikan kesempatan pada para perempuan untuk berkumpul
bersama dalam sebuah suasana yang aman, terbuka dan interaktif. Para
perempuan yang mungkin merasa terisolasi atau tidak yakin sekarang dapat
menjalin hubungan dengan orang lain dan berbagi permasalahan bersama.
Satu hasil penting dari pendekatan Pos Gizi adalah kuatnya rasa solidaritas
dan persahabatan yang terjadi diantara para peserta. Setelah Pos Gizi, para
perempuan seringkali menciptakan jaringan dukungan informal dan seringkali
membentuk kelompok-kelompok formal diantara mereka sendiri dalam hal
pemberian dukungan untuk pemberian ASI atau penciptaan penghasilan.
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 147
Satu hasil penting dari
pendekatan Pos Gizi adalah
kuatnya rasa solidaritas dan
persahabatan yang terjadi
diantara para peserta.
DAFTAR TILIK PENYELIAAN UNTUK
PENGAMATAN SESI POS GIZI
Penyelia harus mengisi
formulir di halaman ini untuk
setiap sesi Pos Gizi yang ia
kunjungi. Catat apakah
terdapat hal-hal yang tertulis
di bawah ini dan tuliskan
komentar-komentar yang
mungkin bermanfaat.
INFORMASI UMUM
Tanggal:
Penyelia
Desa:
Hari Pos Gizi yang ke:
Jumlah anak yang hadir:
Hubungan antara pengasuh dengan anak-anak (contohnya ibu, nenek, kakak):
HAL-HAL YANG DIPERIKSA
ADA?
YA
KOMENTAR
TIDAK
Lokasi Pos Gizi:
*Kebersihan lingkungan
*Ada atau tidaknya sabun dan air
*Wilayah dapur yang luas dan bersih
*Tikar untuk tempat duduk peserta
Makanan Pos Gizi:
*Kontribusi makanan khas positif dari
masing-masing peserta
*Bahan-bahan kontribusi LSM
*Konsistensi makanan dan porsi per anak
*Makanan kecil disediakan
Pengasuh mempraktekkan:
*Mencuci tangan sebelum mengolah
makanan
*Mencuci wajah dan tangan anak-anak
sebelum dan setelah makan
*Pengolahan makanan
*Manejemen yang tepat untuk menangani
anak yang tidak berselera makan
*Interaksi yang baik antara pengasuh dan
anak dalam bermain dan secara keseluruhan
Ketrampilan kader:
*Memantau para ibu yang menyiapkan
dan memasak makanan
*Menyemangati para pengasuh yang
mengalami kesulitan dalam memberi
makan anak mereka
*Ketrampilan komunikasi yang baik
*Ketepatan pencatatan dalam Buku Pos
Gizi
148 / Bab Enam: Melaksanakan, Mendukung & Mengulang Kegiatan Pos Gizi
PANDUAN WAWANCARA PENGASUH
INFORMASI UMUM
Tanggal :
Penyelia:
Desa:
Pos Gizi hari ke:
Jumlah anak yang hadir:
PERTANYAAN
JAWABAN
Pemahaman umum
1. Mengapa anda dan anak anda
ada di sini?
2. Menurut anda apakah mungkin
keluarga miskin di wilayah ini
mempunyai anak yang bergizi
baik? Bagaimana bisa?
Perubahan nyata pada anak
1.Apakah si anak semakin baik?
Bagaimana anda tahu?
2.Perubahan-perubahan apa
(fisik, emosi atau social) yang
anda dan anggota keluarga anda
yang lain lihat pada anak anda di
rumah?
3. Berapa berat badan anak anda
pada hari pertama? Sekarang?
Kontribusi makanan
1.Apa yang anda kontribusikan
untuk makanan hari ini?
2.Apakah anda mengkontribusikan makanan tiap hari? Mengapa? Mengapa tidak?
3.Mengapa anda menggunakan
makanan khas tersebut?
Perubahan perilaku di rumah
1.Kegiatan apa yang dulu tidak
pernah anda lakukan tapi
sekarang anda lakukan di rumah?
2.Apa saja yang dulu selalu anda
gunakan tapi sekarang tidak anda
gunakan lagi?
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 149
Penyelia harus menggunakan
pertanyaan-pertanyaan ini
untuk mewawancara masingmasing pengasuh pada sesi
Pos Gizi dan untuk
mendapatkan pemahaman
yang lebih baik mengenai
pengetahuan dan kebiasaan
mereka. Catat semua
kutipan langsung dari peserta
sebanyak mungkin.
Setelah menyelesaikan
wawancara, rangkum semua
jawaban dan kembangkan
menjadi satu atau dua profil
singkat mengenai si penerima
bantuan.
Umpan Balik Penyelia dan Panduan Pemecahan Masalah
Menggunakan hasil dari
Daftar Tilik Penyelia untuk
Pengamatan kegiatan Pos
Gizi dan Panduan
Wawancara Pengasuh,
penyelia harus mencatatkan
semua permasalahan yang
muncul dalam kegiatan Pos
Gizi dan bimbing para kader
dan staff dalam
mengembangkan jalan
keluarnya. Formulir ini
memberikan catatan tertulis.
INFORMASI UMUM
Tanggal:
Penyelia:
Desa:
MACAM-MACAM ISU
KEKUATAN
KELEMAHAN
SOLUSI
Pengasuh:
*Kehadiran dan partisipasi
*Profil pengasuh
Lokasi Pos Gizi:
*Kebersihan
*Sabun dan air
*Wilayah dapur
*Kenyamanan peserta
Makanan Pos Gizi:
*Kontribusi peserta
*Pembelian makanan
*Ukuran porsi dan konsistensi
*Makanan kecil
Perilaku-perilaku pengasuh:
*Mencuci tangan dan wajah
*Pengolahan makanan
*Manajemen anak-anak
*Interaksi pengasuh-anak
Ketrampilan Kader:
*Supervisi para ibu
*Mendorong para pengasuh
*Ketrampilan komunikasi
*Pembuatan catatan
Pengetahuan, sikap dan praktek
pengasuh:
*Pemahaman proyek
*Perubahan perilaku yang dilaporkan
Diskusi topik-topik khusus
(pendidikan kesehatan)
Topik-topik lainnya
150 / Bab Enam: Melaksanakan, Mendukung & Mengulang Kegiatan Pos Gizi
Ada dimana anda?
BAB TUJUH
Langkah 9: Memperluas Program
PKP/Pos Gizi
A. Mengembangkan contoh sukses dalam
ukuran kecil
B. Kerjakan sebuah model sukses yang
diperluas
C. Perluas program PKP/Pos Gizi hingga ke
tingkat kabupaten
D. Ciptakan sebuah “Universitas Hidup” atau
“Lokasi Laboratorium Pembelajaran
Lapangan”
E. Dukung para peserta yang baru lulus
untuk kembali ke desa masing-masing
dan memulai replikasi
P
Keinginan untuk memperluas harus dibangun sejak awal. Bila pihak pelaksana
ingin memperluas program hingga ke tingkat kabupaten dan mungkin ke
kabupaten lainnya, perwakilan dari Departeman Kesehatan dan dari dinas
kesehatan setempat harus dilibatkan sejak awal proses. Partisipasi mereka
dalam memonitor dan mengevaluai model awal akan membantu pemahaman
mereka tentang pengaruh potensial dari pendekatan ini dan membantu
menjamin komitmen mereka dalam membentuk replikasi yang berhasil. Selagi
melakukan perluasan, ingat untuk hanya melibatkan kelompok-kelompok
masyarakat yang sesuai dengan persyaratan lokasi-lokasi yang efektif untuk
PKP/Pos Gizi (lihat Bab 1).
Save the Children/Vietnam (SC/Vietnam) mengembangkan sebuah proses
lima langkah perluasan program PKP/Pos Gizi sukses mereka, yang pada
akhirnya menjangkau 2.2 juta orang dalam jangka waktu tujuh tahun.
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 151
LANGKAH 4
Adakan
Penyelidikan PKP
LANGKAH 5
Merancang
kegiatan Pos Gizi
LANGKAH 6
Pelaksanaan
Kegiatan Pos Gizi
LANGKAH 7
Mendukung
Perilaku-Perilaku
Baru
LANGKAH 8
Ulangi kegiatan
Pos Gizi Gizi
sesuai Kebutuhan
LANGKAH 9
Perluasan Program
PKP/Pos Gizi
EVALUASI
ada dasar rancangan, kelompok-kelompok Pos Gizi dibentuk dalam unitunit kecil di tingkat rukun tetangga. Perluasan melibatkan pengulangan
pengalamam Pos Gizi yang berhasil di rukun tetangga lainnya, pertama di
desa yang sama, dan kemudian di desa-desa tetangga, kelompok-kelompok
masyarakat lainnya di tingkat kecamatan atau kabupaten, dan pada akhirnya
di tingkat nasional. Sangat penting untuk memulai yang kecil dan
melaksanakan program Pos Gizi yang kuat dan solid. Sangatlah penting untuk
memonitor dan mengevaluasi tahap awal dari program ini untuk menunjukkan
bahwa pendekatan dapat berhasil di wilayah tertentu. Program ini kemudahan
akan menjadi model untuk desa-desa atau organisasi-organisasi lain dalam
pelaksanaan pendekatan tersebut.
LANGKAH 3
Persiapan
Penyelidikan PKP
&
Pendekatan untuk Perluasan
LANGKAH 2
Mobilisasikan
masyarakat;Seleksi
dan Pelatihan
PANTAU
LANGKAH 9 Memperluas Program PKP/Pos Gizi
LANGKAH 1
Tentukan apakah
program ini tepat
untuk anda gunakan
Save the Children/ Vietnam
memulai dari empat
kelompok masyarakat dengan
populasi kurang lebih 20,000
orang.
A. Kembangkan sebuah Model yang Sukses Berukuran Kecil
Direkomendasikan bahwa pendekatan PKP/Pos Gizi dilakukan pertama kali di
beberapa desa yang memiliki tingkat kekurangan gizi berat sangat tinggi.
Proyek percontohan ini harus dimonitor dan dievaluasi untuk melihat
keefektifitasnya untuk memastikan bahwa proses dan alat-alat yang digunakan
memproduksi hasil yang diinginkan (lihat Bab 8).
B. Kerjakan Sebuah Model Sukses yang Diperluas
Sekali pendekatan PKP/Pos Gizi divalidasi, program dapat diperluas ke
kemlompok masyarakat yang lebih besar. SC/Vietnam memperluas program
dari empat kelompok masyarakat menjadi empat belas kelompok masyarakat
atau dari 20,000 orang menjadi kurang lebih 80,000 orang. Pada tahap ini,
pendekatan seringkali harus disederhanakan untuk menitikberatkan pada
tujuan-tujuan program utama yaitu untuk merehabilitasi anak-anak
kekurangan gizi, memungkinakan keluarga untuk mempertahankan
rehabilitasi anak-anak di rumah secara mandiri, dan memastikan adanya rasa
kepemilikan masyarakat atas perilaku-perilaku baru dalam pengasuhan anak,
pemberian makan, dan mencari pelayanan kesehatan.
Walaupun fakta menunjukkan bahwa ada permasalahan kesehatan dan sosial
lain yang juga perlu ditangani, SC/Vietnam menitikberatkan hanya pada
perilaku-perilaku PKP/Pos Gizi yang bisa dilaksanakan dan berkelanjutan
yang diperluas. Ini memungkinkan SC/Vietnam untuk mengelola sumber daya
manusia dan pemantauan yang dibutuhkan untuk mempertahankan kualitas
selama perluasan. Pengalaman dari program percontohan, dikombinasikan
dengan penyederhanaan, memungkinkan untuk melakukan replikasi lebih
cepat dari implementasi awal. Elemen utama dari pendekatan ini, seperti
Penyelidikan PKP, dipertahankan untuk memastikan rasa kepemilikan
masyarakat.
Setelah memvalidasi pendekatan yang disederhanakan dan memastikan bahwa
pendekatan tersebut berhasil dan dapat diulang, staff program dapat
mengadaptasi kurikulum, alat-alat dan bahan-bahan pelatihan sesuai dengan
kebutuhan.
C. Perluas Pendekatan PKP/Pos Gizi ke Tingkat Kebupaten
Staff tingkat kabupaten harus dilibatkan dalam langkah A dan B untuk
membantu mengkaji program dan mengembangkan strategi dan alat-alat
perluasan.
Setelah pendekatan tersebut dinyatakan dapat dilakukan dan efektif, pihak
pelaksana dapat bekerja sama dengan tim manajemen kabupaten untuk
menentukan ketepatan replikasi program di tingkat kabupaten, dan untuk
memilih di kecamatan dan kelompok masyarakat mana saja pendekatan ini
akan paling bermanfaat. Langkah ini akan menciptakan keyakinan
Departemen Kesehatan dan memastikan kerjasama yang diperlukan untuk
mendukung rasa kepemilikan masyarakat setempat, memperluas usaha-usaha
advokasi untuk pendanaan pemerintah dan menangani implikasi-implikasi
kebijakan yang mungkin terjadi. Langkah ini memnfokuskan pada transfer
peran dan tanggung jawab pada manajemen program dan pemecahan masalah,
dan juga menjadi katalis untuk replikasi PKP/Pos Gizi.
152 / Bab Tujuh: Memperluas Program PKP Pos Gizi
D. Ciptakan sebuah “Universitas Hidup” atau “Laboratorium
untuk Pembelajaran Lapangan”
Sekali program PKP/Pos Gizi telah berhasil diuji dan direplikasi, pengetahuan
dan pengalaman yang telah didapat menjadi dasar bagi laboratorium hidup
dimana orang mendapatkan pelatihan mengenai pendekatan ini dan belajar
melalui pengalaman langsung. Para staff mengembangkan kurikulum latihan
untuk pelatih dimana mereka melatih para pelaksana yang tertarik untuk
melaksanakan pendekatan PKP/Pos Gizi. Para peserta latihan dipilih dari
kabupaten, program atau lembaga lain, lebih baik dalam tim terdiri dari dua
atau tiga orang per lokasi, untuk menghadiri pelatihan selama satu atau dua
minggu. Kehadiran tim-tim tersebut akan mendorong adanya keterlibatan aktif
oleh para mitra dan adanya proses pembelajaran kelompok yang dapat
memfasilitasi proses pembuatan keputusan dan implementasi akhir.
Pelatihan ini berlangsung di lokasi lapangan PKP/Pos Gizi dimana peserta
latihan belajar baik teori dan praktek lapangan dengan mengunjungi desadesa/lokasi dan berpartisipasi dalam penimbangan, Penyelidikan PKP, dan
kegiatan Pos Gizi secara langsung. Kurikulum juga termasuk sesi tentang
bagaimana melatih orang lain, dan bagaimana bekerja sama dan memobilisasi
masyarakat. Metodologi pelatihan partisipatif, reflektif dan tentang suatu
tanya jawab masalah permasalahan adalah sebuah pendekatan baru untuk
banyal peserta latihan dan sangat penting untuk adanya pembalikan peran
yang diperlukan dalam pendekatan PKP/Pos Gizi – baik itu masyarakat
sebagai guru dan pelatih sebagai fasilitator.
Program PKP/Pos Gizi yang
berhasil menjadi sebuah
laboratorium hidup dimana
pelaksana baru yang
potensial dari kabupaten dan
program lain dapat belajar
mengenai pendekatan
Penyelidikan PKP melalui
pengalaman praktek
langsung.
Sebuah “Universitas Hidup” Contoh yang
Menginspirasikan Aksi
“Pada saat saya mendengar tentang model [PKP/Pos Gizi]
saya tidak percaya itu akan berhasil. Saya pikir itu akan
memerlukan anggaran yang besar dan sejumlah besar bantuan teknis.
Tapi setelah saya mengunjungi [Universitas Hidup] di Quang Xuong,
Thank Hoa, baru saya berpikir bahwa ini dapat dilakukan. Pada tahun
1996, Save the Children/US memulai kegiatan mereka di propinsi kami
di dua komunitas percontohan dan saya menjadi semakin tertarik. Saya
bertanya apa saya boleh menghadiri pelatihan pada Universitas Hidup
dan saya diperbolehkan. Dua staff dari kantor propinsi dan 12 staff dari
kantor kabupaten dari Quang Ngai juga hadir.
Tidak lama kemudian telah ada 34 komunitas yang menggunakan
model tersebut. Saya tahu bahwa ini juga dapat dilakukan di komunitas
lain, jadi saya modifikasi program tersebut dan menggunakannya di 21
komunitas lain sebagai bagian dari Program Gizi Nasional.”
E. Dukung Mereka yang Baru Lulus untuk Kembali ke Rumah
Mereka dan Memulai Replikasi
Setiap tim kembali ke lokasi proyek mereka masing-masing dan mereplikasi
PKP/Pos Gizi di dua hingga empat komunitas untuk menentukan apakah
pendekatan ini efektif di wilayah mereka. Tim pelatihan Universitas Hidup
berkonsultasi dengan para lulusan baru terebut untuk memastikan bahwa
proyek percontohan mereka berhasil, dan untuk membantu mereka
menyelesikan permasalahan dan menemukan peluang-peluang. Setelah proyek
percontohan tersebut divalidasi, para lulusan bekerja untuk memperluas model
dan menciptakan universitas hidup mereka sendiri untuk lebih lanjut
memperluas pendekatan PKP/Pos Gizi.
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 153
Dari sebuah diskusi dengan pejabat
kantor Propinsi dan Kabupaten seperti
tertulis di
“An Assessment of the Living
University as a Mechanism for
Expansion,” David Pyle dan Tricia
Tibbetts, 2002, Draft. (1)
Hasil dari Lapangan
World Relief Bangladesh, Rumah Sakit Albert
Schweitzer di Haiti, dan Save the Children Vietnam
masing-masing mendemonstrasikan keefektifitasan PKP/Pos Gizi
dan mengkontribusikan pada pelajaran yang dapat diambil mengenai
perluasan pendekatan. (2) berdasarkan usaha ini dan uji coba oleh
para staff dan organisasi negara-negara lain, pendekatan PKP/Pos
Gizi sekarang telah diterapkan di lebih dari 22 negara. Contoh
berikut ini memberikan gambaran variasi yang mungkin digunakan
dalam perluasa program PKP/Pos Gizi.
Di Mozambik, program dimulai secara bersamaan di setiap “Care
Group” yang diorganisir oleh World Relief. Setiap “Care Group” terdiri
dari sepuluh ibu-ibu kader yang masing-masing mewakili dan
malayani satu blok yang terdiri dari sepuluh keluarga. Tingginya
jumlah organisasi kemasyarakatan yang sudah terbentuk membuat
pendekatan ini efektif dan cepat berkembang.
Di Ethiopia, Christian Children’s Fund memulai PKP/Pos Gizi
berskala kecil di wilayah kumuh pinggiran kota, dekat dengan kantor
nasional mereka. Lokasi tersebut memfasilitasi adanya supervisi
ketat dan memberikan tempat pelatihan yang nyaman bagi para staff
lapangan dari seluruh wilayah negara yang datang ke ibu kota untuk
pertemuan tingkat nasional.
Di Nepal, Save the Children/Japan dan Red Barna dari Save the
Children/Norway bekerja sama dengan lebih dari 32 LSM lokal untuk
memperluas program. Bekerja sama dengan kelompok-kelompok
tersebut menghasilkan adanya pembangunan kelembagaan yang
lebih besar dan kesempatan untuk menjangkau lebih banyak lagi
populasi yang berada di tempat terpencil dan tersebar luas.
Keberhasilan Perluasan
engalaman menunjukkan bahwa memperluas program PKP/Pos Gizi
memerlukan lebih dari hanya strategi replikasi yang disusun rapi.
Perluasan dapat terjadi dalam berbagai bentuk, tapi ada beberapa faktor yang
penting untuk keberhasilan program perluasan.
P
♥Kepemimpinan/kepemilikan: sebagai tambahan untuk kepemilikan
lokal yang penting bagi PKP/Pos Gizi, perluasan memerlukan seorang
jawara (atau sejumah jawara) untuk terus memotivasi staff,
mempertahankan kelangsungan program kepada para pembuat keputusan
politik dan memastikan pendanaan yang cukup untuk usaha-usaha
perluasan.
Perluasan PKP/Pos Gizi
♥Dukungan Departemen Kesehatan: Seperti dinyatakan sebelumnya,
keterlibatan dan dukungan Departeman Kesehatan sangat penting dalam
usaha perluasan. Depkes dapat mengadvokasikan dukungan program,
memfasilitasi pelaksanaan di banyak kelompok masyarakat, berbagi data
kesehatan yang penting, membantu kelanjutan pesan-pesan kesehatan yang
diajarkan pada masyarakat, dan membantu sistem rujukan yang lebih baik
untuk anak-anak yang kekurangan gizi berat dan anak-anak sakit ke
fasilitas kesehatan. Pencatatan yang baik akan biaya-biaya proyek dan
154 / Bab Tujuh: Memperluas Program PKP Pos Gizi
perkiraan biaya untuk perluasan dapat membantu para pembuat keputusan memerlukan kepemimpinan
nasional. Inovasi-inovasi baik, terbukti berhasil dalam mengurangi serta kepemilikan lokal dan
kekurangan gizi pada anak-anak, dapat beralih dari kelompok masyarakat
dukungan Departemen
lokal ke kebijakan tingkat nasional.
Kesehatan
♥Kerangka Kerja Monitoring dan Evaluasi yang Kuat: Data evaluasi
menunjukkan efektifitas program, akibat dan potensi pengaruh pada
populasi yang lebih besar. Ini penting untuk meyakinkan orang lain bahwa
ini adalah pendekatan yang berhasil yang perlu dipelajari lebih lanjut. Data
monitoring memastikan bahwa program ulangan dapat mempertahankan
standar kualitas yang tinggi dan bahwa setiap kegagalan memberikan
kesempatan untuk belajar dan adaptasi dan bukannya meremehkan program
perluasan tersebut.
♥Pelatihan Partispatif: Pelatihan untuk pelatih harus berdasarkan pada
prinsip-prinsip pembelajaran orang dewasa yang tepat. Konsep utama dan
langkah-langkah pendekatan PKP/Pos Gizi harus benar-benar dipahami.
Setiap peserta latihan harus berpartisipasi langsung dalam tiap tugas
lapangan sehingga pengalaman dapat dikombinasikan dengan pengetahuan.
Setiap peserta latihan akan pulang membawa ketrampilan pelatihan,
fasilitasi dan mobilisasi masyarakat yang mempromosikan pembelajaran
dan rasa kepemilikian masyarakat.
♥Pelaksanaan yang Fleksibel: Pada dasarnya, pendekatan PKP/Pos Gizi
tergantung pada tiap kelompok masyarakat. Karenanya, harus fleksibel dan
disesuaikan dengan situasi setempat. Langkah yang dibahas dalam manual
ini adalah panduan yang dikembangkan melalui pengalaman; mereka perlu
dimodifikasi supaya sesuai dengan kondisi setempat. Ketika mengadakan
perubahan pada pendekatan PKP/Pos Gizi, monitor jalannya program
untuk memastikan bahwa perubahan tersebut berhasil. Dalam adaptasi
setempat, ada beberapa aspek penting dari prosesnya yang harus
dipertahankan untuk keefektifitasan rehabilitasi anak-anak yang
kekurangan gizi. Lihat Bab 1 untuk elemen-elemen utama dari PKP/Pos
Gizi.
♥Supervisi yang Memadai: pihak pelaksana awal perlu memberikan
dukungan supervisi terutama para staff kader, untuk membangun harga diri
dan percaya diri dalam melaksanakan pendekatan PKP/Pos Gizi, dan untuk
mengembangkan ketrampilan pemecahan masalah. Selagi pendekatan
PKP/Pos Gizi direplikasi di lebih banyak lagi kelompok masyarakat,
monitoring terhadap indicator-indikator pengendalian kualitas akan
membantu para penyelia untuk memberikan pelatihan yang lebih terfokus
dan sesuai mengenai langkah-langkah utama program.
♥Perilaku sumber daya manusia yang baik: sangatlah penting untuk
Masyarakat sangatlah
penting dalam melaksanakan
sebuah program yang
berhasil; rekrutmen yang
baik, pelatihan, dan usahausaha mempertahankan
♥Waktu yang cukup untuk mengembangkan model yang dapat
pekerja sangatlah penting.
menemukan kader dan staff yang memiliki ketrampilan yang tepat dan
menangani isu-isu pergantian staff. Sumber daya manusia sangatlah
penting dalam pelaksanaan program yang berhasil. dengan demikian,
rekrutmen yang baik, pelatihan, dan usaha-usaha mempertahankan pekerja
sangatlah penting.
dilakukan dan terjangkau: Sebelum mereplikasi pendekatan PKP/Pos
Gizi dibanyak kelompok masyarakat, sangat penting untuk
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 155
Pemilihan makanan khas
Positif yang mudah didapat
di wilayah setempat dan
terjangkau memastikan
bahwa masyarakat dapat
terus menyediakan makanan
sehat tersebut untuk anakanak mereka di masa depan.
Sebelum Pos Gizi
Selama Pos Gizi
Setelah Pos Gizi
menyederhanakan pendekatan tersebut, efektif dalam biaya dan harus
secara nyata berhasil dalam mengurangi tingkat kekurangan gizi secara
berkelanjutan. Pihak pelaksana akan perlu belajar melalui uji coba;
pemahaman terbaik tentang kelompok masyarakat beresiko tinggi; strategistrategi untuk bekerja denga kelompok masyarakat; penggunaan
metodologi partisipatif; adaptasi alat-alat untuk pelatihan, monitor, dan
supervisi program; dan proses untuk digunakan selama kegiatan Pos Gizi.
Berkelanjutan
pakah masing-masing kegiatan Pos Gizi harus dipertahankan?
Jawabannya adalah tidak. Dampak dari program tersebut yang harus
dipertahankan, bukan program itu sendiri. Salah satu alasan untuk melakukan
kegiatan Pos Gizi sebagai kegiatan yang non-permanen, adalah bahwa
kegiatan yang berpindah-pindah dimaksudkan untuk memastikan bahwa
kuncinya terletak pada perubahan perilaku di rumah dan bukannya penciptaan
ketergantungan pada proses rehabilitasi di luar rumah. Baik pada tingkat
keluarga mampu kelompok masyarakat, perilaku-perilaku baru diadopsi dan
diinternalisasi untuk mempertahankan status gizi baik anak dan mencegah
kekurangan gizi di masa depan pada semua anak-anak.
A
Fokus dalam mengidentifikasikan perilaku-perilaku yang diterima secara
budaya berdasarkan pada pengetahuan lokal, bersama dengan keterlibatan dan
pengendalian oleh kelompok masyarakat secara aktif adalah kunci untuk
menciptakan sebuah situasi dimana perubahan perilaku dapat secara
berkelanjutan. Pemilihan makanan-makanan khas Positif yang mudah didapat
di wilayah setempat dan terjangkau, memastikan bahwa masyarakat akan
dapat melanjutkan menyediakan makanan-makanan yang sehat untuk anakanak mereka di masa depan.
Sebagai tambahan dari menurunya tingkat kekurangan gizi pada anak-anak,
proses PKP/Pos Gizi akan memberdayakan keluarga-keluarga dan masyarakat
untuk menangani dan memecahkan permasalahan-permasalahan lain.
Penyelidikan PKP mengembangkan kepercayaan diri dan ketrampilan dalam
masyarakat itu sendiri dalam menemukan solusi lokal.
Dampak dari Pos Gizi harus diukur setelah satu tahun dan pada setiap akhir
tahun berikutnya. Pertanyaan-pertanyaan penting yang perlu ditanyakan
termasuk diantaranya adalah:
♥ Apakah anak terus mengikuti kurva pertumbuhan dan telah mempunyai
berat badan sesuai dengan usianya pada saat ini?
♥ Apakah anak-anak yang ikut serta dalam Pos Gizi dan lulus,
mempertahankan status gizi baik mereka? Apakah mereka akan terus
bertumbuh pada tingkatan standar internasional?
♥ Apakah kakak dan adik dari anak-anak yang berpartisipasi juga bergizi
baik?
♥ Apakah tingkat kekurangan gizi secara umum di masyarakat telah
berhasil dikurangi?
Lihat Bab 8 untuk panduan lebih lanjut mengenai monitoring dan evaluasi.
Di masa depan
156 / Bab Tujuh: Memperluas Program PKP Pos Gizi
Contoh dari Afrika Barat: Bagaimana Prinsipprinsip Utama Pendekatan PKP/Pos Gizi
Mempromosikan Pembangunan yang
Berkelanjutan
1. PKP/Pos Gizi Mengoptimalkan dan Memperkuat Potensi
Masyarakat
Anggota masyarakat secara jelas dan konsisten memformulasikan
pemahaman mereka tentang dampak proyek tersebut dalam hidup
mereka. Melalui kegiatan Pos Gizi , mereka berhasil membuat
hubungan antara makanan yang baik dan kesehatan yang baik dan
menghubungan kesejahteraan anak kecil dengan pulihnya ekonomi
keluarga dan kesejahteraan psikologis. Di Senegal dan Mali, para
ayah melaporkan bahwa ketika anak-anak mereka mengalami
rehabilitasi, istri-istri mereka punya waktu istirahat lebih banyak,
bekerja lebih baik di lapangan, dan pada akhirnya mengkontribusikan
lebih banyak pada pendapatan keluarga.
Para nenek melaporkan bahwa seluruh desa sekarang bisa tidur lebih
nyenyak.
2. PKP/Pos Gizi Menghormati Latar Belakang Budaya
Di Afrika Barat, mengasuh dan memberi makan anak tidak sematamata hanya tuga ibu kandung. Seluruh anggota masyarakat terlibat
dalam membesarkan seorang anak dan Pos Gizi mentargetkan semua
pengasuh, terutama para nenek. Menurut tradisi, pengetahuan dan
perilaku ditransfer oleh ibu mertua kepada menantu perempuannya
dan Kegiatan Pos Gizi menggunakan pendekatan ini. Makan bersama
adalah aspek fundamental dari proses sosialisasi mengajarkan anakanak bagaimana caranya berbagi dengan orang lain. Pesan-pesan
pendidikan kesehatan dimasukkan dalam kegiatan Pos Gizi untuk
memperkuat tradisi ini.
Berdasarkan tradisi di Afrika
Barat, pengetahuan dan
perilaku ditransfer dari ibu
mertua ke menantu
perempuannya dan kegiatan
pos gizi menggunakan
pendekatan ini.
3. PKP/Pos Gizi adalah Sebuah Proses Demokratis
Dalam konteks Afrika Barat, pendekatan ini memberikan kekuatan luar
biasa dari desa-desa Afrika untuk mengatur diri mereka sendiri.
Mereka menemukan dan mengumpulkan sumber daya yang ada,
melatih solidaritas melalui kontribusi makanan, dan melibatkan
sejumlah besar konstituen di tingkat akar rumput (terutama para imam
dan kakek) dalam pengambilan keputusan, Pendekatan PKP
memungkinkan orang-orang awam yang mempraktekkan perilakuperilaku positif dan tidak biasa (Pelaku Positif) untuk mengenali dan
memberikan kontribusi pada masyarakatnya.
4. PKP/Pos Gizi Melibatkan Anggota Masyarakat dalam
Monitoring dan Evaluasi
Pendekatan PKP/Pos Gizi menggunakan Posyandu sebagai alat
serbaguna yang memungkinkan para ibu dan pengasuh, anggota
masyarakat lainnya, dan petugas kesehatan untuk bekerja bersama
mengidentifikasikan permasalahan, mentargetkan anak-anak untuk
rehabilitasi, memonitor kemajuan mereka, dan evaulasi sejauh mana
efek dari program ini pada masyarakat dalam jangka pendek dan
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 157
Sumber: Diene 2000 (3)
158 / Bab Tujuh: Memperluas Program PKP Pos Gizi
Ada dimana anda?
BAB DELAPAN
Monitoring & Evaluasi
MONITORING DAN EVALUASI
A. Pilih Hasil Proyek
B. Monitor Kemajuan
C. Evaluasi Keefektifan dan Jangkauan
Program
T
Monitoring menentukan apakah hasil yang diinginkan telah dicapai. Biasanya
bersifat terus menerus, rutin, dan biasanya kuantitatif. Mencakup
pengumpulan data, menghitung indikator (praktis, dapat dipercaya,
pengukuran-pengukuran objektif yang “menunjukkan” apakah sebuah
program sesuai dengan arahnya atau tidak) dan membandingkan indikatorindikator dengan target yang telah ditetapkan. Evaluasi diadakan sesekali
waktu, selektif, seringkali setengah kualitatif, penyelidikan atas pertanyaan
programatis tertentu, seperti “Bagaimana atau mengapa tujuannya (tidak)
tercapai?”
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 159
LANGKAH 4
Adakan
Penyelidikan PKP
LANGKAH 5
Merancang
kegiatan Pos Gizi
LANGKAH 6
Pelaksanaan
Kegiatan Pos Gizi
LANGKAH 7
Mendukung
Perilaku-Perilaku
Baru
LANGKAH 8
Ulangi kegiatan
Pos Gizi Gizi
sesuai Kebutuhan
LANGKAH 9
Perluasan Program
PKP/Pos Gizi
EVALUASI
Tingkat pertambahan berat badan seorang anak dibandingkan dengan standard
(lihat Tabel 4.5 untuk standard berat badan per umur). Keberhasilan program
berdasarkan tujuan awal yang telah ditetapkan. Bila tujuannya adalah untuk
merehabilitasi semua anak yang berpartisipasi dalam Pos Gizi, maka program
dinyatakan berhasil ketika berat badan anak-anak telah meningkat. Ketika
tujuannya adalah untuk mempertahankan tingkat gizi baik anak untuk jangka
waktu tertentu dan/atau mencegah terjadinya kekurangan gizi pada adikadiknya, keberhasilan akan ditentukan berdasarkan pada hasil yang
dikumpulkan selama waktu tertentu melalui monitoring di posyandu.
LANGKAH 3
Persiapan
Penyelidikan PKP
&
idak cukup hanya percaya pada konsep PKP/Pos Gizi dan yakin bahwa
ini akan berhasil. Diperlukan adanya bukti nyata, yang dikumpulkan
melalui monitoring dan evaluasi, untuk membuktikan bahwa PKP/Pos Gizi
efektif dalam mengurangi kekurangan gizi pada masa kanak-kanak.
Untungnya pendekatan PKP/Pos Gizi memberikan bukti jelas ketika anakanak bertambah berat badan mereka atau ketika mereka tidak bertambah berat
badan. Setelah 12 hari kegiatan Pos Gizi, banyak anak-anak yang kekurangan
gizi berat mulai menunjukkan perubahan-perubahan dalam ketajaman
perhatian, kegiatan fisik dan selera makan. Perubahan berat badan mengikuti
tak lama sesudahnya. Ketika berat badan seorang anak ditimbang dan
diartikan, dengan menggunakan standard internasional atau lokal,
keberhasilan atau kegagalan intervensi ditunjukkan. Anak-anak yang
mengikuti program ditimbang pada hari pertama dan terakhir dari masingmasing sesi.
LANGKAH 2
Mobilisasikan
masyarakat;Seleksi
dan Pelatihan
PANTAU
M&E
LANGKAH 1
Tentukan apakah
program ini tepat
untuk anda
gunakan
Evaluasi PKP/Pos Gizi
di di beberapa negara
telah menunjukkan
dampaknya di tiga kelompok
populasi:
1. Anak-anak peserta
-secara langsung menerima
makanan di Pos Gizi dan mendapatkan manfaat dari perubahan perilaku pengasuhnya
A.Pilihlah Hasil Proyek
Untuk memonitor dan mengevaluasi PKP/Pos Gizi, sangat penting untuk
mempunyai hasil yang diinginkan dengan jelas sehingga kemajuan bisa
diukur. Bab 3 mendiskusikan penyusunan tujuan akhir dan objektif bersama
dengan masyarakat. Kerangka kerja hasil (Figur 8.1) akan membantu untuk
memahami interaksi antara tujuan akhir, objektif, dan hasil antara program.
Tiap tingkat menjadi dasar untuk tingkat berikutnya. Untuk mencapai tujuan
akhir, objektif harus dipenuhi, dan untuk mencapai objectif, hasil antara harus
dipenuhi.
Kerangka kerja hasil ini memungkinkan staff program, kader Pos Gizi dan
para mitra untuk memahami bagaimana program ini berjalan dan bagaimana
tiap bagian dari rencana program mendukung pencapaian tujuan akhir.
Pemahaman ini membimbing pemilihan strategi dan kegiatan yang terbaik
untuk mencapai hasil yang diinginkan dan juga target dan indikator untuk
mengukur kemajuan yang dicapai.
FIGUR 8.1 Kerangka Hasil PKP/ Pos Gizi
Lapisan Pertama :
Tujuan Akhir
Status
Kesehatan
Lapisan Kedua :
Tujuan Strategis
Penggunaan
Pelayanan
Kesehatan Utama
2. Saudara kandung dari anakanak peserta-Ketika para pengasuh mengadopsi perilaku
baru, anak-anak lain dalam keluarga juga mulai menunjukkan
tingkat kekurangan gizi yang lebih rendah (dalam penelitian
kontrol di Haiti dan Vietnam);
dan
Praktek Perilaku
Sehat Utama
Lapisan Ketiga :
Hasil Antara
Ketersediaan
Pelayanan
Kesehatan
(Persediaan)
Mutu Pelayanan
Kesehatan
(Persediaan)
Pengetahuan
Sikap & Perilaku
(Permintaan)
Lapisan paling atas dari kerangka hasil mewakili tujuan akhir dari proyek –
status kesehatan yg baik, yang secara umum diukur berdasarkan tingkat mortalitas, morbiditas dan/atau status gizi.
3. Masyarakat secara keseluruhan-sebuah “efek penyebaran”
terjadi dimana PKP yang secara
nyata efektif menjadi norma dan
semua anak dalam kelompok
umur target menunjukkan kondisi
gizi yang lebih baik
Program PKP/Pos Gizi biasanya mempunyai tujuan akhir berikut ini:
Anak-anak yang kekurangan gizi direhabilitasi
Keluarga-keluarga dapat mempertahankan hasil rehabilitasi gizi anakanak mereka secara mandiri di rumah
♥ Mencegah kekurangan gizi di antara anak-anak dalam masyarakat, baik
pada saat ini maupun diwaktu yang akan datang
♥
♥
Lapisan kedua, tujuan strategis, mewakili dua jalur yang umum digunakan
untuk mencapai kondisi kesehatan yang baik yang ada dalam kendali program:
160 / Bab Delapan: Monitoring & Evaluasi
1. Manfaatkan pelayanan kesehatan utama (seperti Posyandu, kegiatan Pos
Gizi, imunisasi, tambahan Vitamin A, atau perawatan penyembuhan untuk tanda-tanda bahaya, dan lain-lain.)
2. Mempraktekkan perilaku-perilaku kesehatan utama (diantaranya perilaku
pemberian makan, perawatan anak, kebersihan, dan mencari pelayanan
kesehatan)
Lapisan ketiga, hasil antara, mendukung tujuan strategis dan mengikutsertakan faktor-faktor yang mempengaruhi baik persediaan maupun permintaan.
Supaya para pengasuh dapat menggunakan kegiatan Pos Gizi dan memasukkan perilaku kesehatan utama, maka kegiatan tersebut haruslah:
1. Tersedia (sisi persediaan)
2. Berkualitas tinggi (sisi persediaan)
3. Merupakan permintaan masyarakat berdasarkan pengetahuan, sikap dan
perilaku mereka (permintaan dipengaruhi oleh norma dan kepercayaan
masyarakat dan juga kemampuan menyembuhkan diri sendiri)
Kerangka hasil ini cukup luas untuk memberikan informasi mengenai sebuah
strategi kesehatan nasional atau sebuah proyek Pos Gizi lokal. Masing-masing
dari lapisan tersebut dapat diadaptasi berdasarkan tujuan akhir, tujuan strategis, dan hasil antara untuk program kesehatan tertentu.
B. Memonitor Kemajuan
Program-program kesehatan umumnya berusaha untuk mengukur hasil
pada tingkatan tujuan strategis
(lapisan kedua) atau tingkatan hasil
antara (lapisan ketiga) dari kerangka
hasil tersebut. Perubahan pada tingkatan tujuan akhir (lapisan pertama)
target populasi kesehatan seringkali
merupakan jangka panjang dan biasanya tidak mudah diukur melalui
monitoring rutin. Berdasarkan kerangka hasil, terbentuk sebuah asumsi
bahwa mencapai tujuan strategis dan
hasil-hasil antara akan mengarah pada
hasil tingkatan tujuan akhir. Penelitian dengan biaya tinggi yang dilakukan untuk jangka waktu yang panjang
seringkali diperlukan untuk memastikan bahwa sasaran lapisan pertama pada akhirnya tercapai. Program Pos Gizi
mengajukan “kasus khusus” dimana mereka dapat berusaha mencapai hasil
tingkatan tujuan akhir (menurunnya morbiditas karena kekurangan gizi) yang
dapat dimonitor secara teratur.
Program Pos Gizi memonitor baik status gizi anak dan juga status gizi
masyarakat. Tiap-tiap pengasuh mendapatkan sebuah KMS yang menunjukkan kemajuan status gizi anak. Dengan informasi tersebut, pengasuh termotivasi untuk berbuat dan mempraktekkan perilaku rumah tangga yang dapat
memperbaiki pertumbuhan anak. Staff proyek dapat memberikan konseling
khusus dan rujukan ke pelayanan kesehatan untuk membantu si anak mendapatkan pengasuhan yang tepat untuk memastikan bahwa dia dapat bertumbuh
dengan baik.
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 161
Program Pos Gizi berusaha
mencapai hasil pada tingkat
tujuan akhir (menurunnya
tingkat morbiditas karena
kekurangan gizi) yang dapat
dimonitir secara teratur.
Monitoring status gizi masyarakat menunjukkan bahwa program ini menjangkau sebagian besar anak-anak dan perilaku-perilaku positif telah menjadi
bagian dari norma baru masyarakat, memampukan anak-anak dan saudara
kandung mereka mempertahankan pertumbuhan yang baik.
Monitoring pertumbuhan masyarakat yang baik adalah perilaku kerjasama
yang efektif dan bermanfaat. Informasi yang dihasilkan dengan melakukan
penelitian seperti itu atau dengan berbagi status kesehatan sangatlah penting.
Namun demikian, monitoring hanyalah sebagus data yng dikumpulkan. Sudah
ada banyak contoh proyek yang nampaknya telah mencapai hasil yang diinginkan namun kemudian mengetahui bahwa data awal telah dimanipulasi
sehingga terlihat ada lebih banyak input masyarakat dan kenaikan berat badan
yang lebih tinggi. Dalam kasus ini informasi mengenai insiden/kejadian tersebut akan sangat bermanfaat untuk mencegah ketidaktepatan hasil di masa depan. Sebuah rencana monitoring menggunakan beberapa indikator tujuan
strategis (lapisan kedua) dan hasil antara (lapisan ketiga) akan membantu penyelia proyek untuk mengikuti kemajuan dan mengidentifikasi permasalahan
secara dini sehingga dapat dikoreksi.
Pilih indikator-indikator
monitoring yang praktis, dapat dipercaya dan obyektif
untuk mengukur kemajuan
program. Indikator-indikator
hanya dapat bermanfaat bila
dapat memberikan informasi
pada pengambilan keputusan.
1. Pilih Indikator-indikator yang Tepat
Seperti telah dikatakan sebelumnya, monitoring mencakup pengumpulan data,
perhitungan indikator dan membadingkan indikator dengan target yang telah
ditentukan sebelumnya. Penting untuk memilih indikator yang praktis, dapat
dipercaya dan objektif untuk mengukur kemajuan program. Indikator-indikator
akan bervariasi tergantung pada kebutuhan proyek dan kondisi, tapi perlu ada
definisi yang jelas. Tabel 8.1 memberikan contoh indikator yang disusun berdasarkan lapisan di dalam kerangka hasil. Beberapa indikator terdaftar mempunyai definisi yang telah diterima secara internasional. Tapi sebagian besar
lainnya belum. Banyak dari indikator tersebut yang mengikursertakan “X”
yang menunjukkan adanya sebuah fenomena yang perlu dijelaskan secara lokal. Untuk indikator yang tidak mempunyai “X” tetap perlu diklarifikasi sebelum digunakan. Contoh, apa arti sebenarnya dari “ jumlah atau persentasi kelahiran baru yang tercatat”? Apakah anda hanya akan memperhitungkan kelahiran hidup atau semua kelahiran, dan kapan pencatatan ini harus dilakukan?
Adanya indikator-indikator pada tiap-tiap tingkatan hasil memungkinkan ditariknya kesimpulan tentang proses-proses yang terjadi di tingkat bawah. Penggunaan yang baik akan pelayanan Pos Gizi menunjukkan bahwa pelayanan
tersebut tersedia. Di sisi lain, rendahnya penggunaan indikator pelayanan Pos
Gizi menunjukkan perlunya ada sebuah tinjauan ulang atas semua indikator
tingkat bawah untuk menentukan penyebab dari permasalahan tersebut. Contoh, rendahnya penggunaan pelayanan Posyandu dapat mencerminkan rendahnya ketersediaan pelayanan Posyandu, yang pada akhirnya dapat mencerminkan kurangnya input, seperti timbangan misalnya. Menyelesaikan sebuah
permasalahan dapat memerlukan kegunaan sementara indikator-indikator tambahan. Termasuk diantaranya adalah, rendahnya tingkat kehadiran Pos Gizi
dapat memerlukan pelatihan ulang fasilitator Pos Gizi dan monitoring secara
intensif untuk jangka waktu tertentu atas beberapa aspek kualitas Pos Gizi.
162 / Bab Delapan: Monitoring & Evaluasi
TABEL 8.1 Contoh Indikator-Indikator Untuk Program
Posyandu dan Pos Gizi
TABEL 8.1.CATATAN KAKI:
HASIL
Posyandu
Pos Gizi
Status Kesehatan Pos Gizi 1
# (%) anak-anak yang berumur kurang dari
X dengan nutrisi "hljau" yang normal
(> - 2Z B/U) (X = 2. 3, 5 tahun, dsb.)
# (%) anak-anak yang berumur kurang dart
X
dengan malnutrisi "kuning" / ringan atau
malnutrisi menengah (> -3 Z dan < -2 Z B/U)
(X = 2, 3, 5 tahun, dsb.)
# (%) anak-anak yang berumur kurang dari
X dengan malnutrisi "merah" / parah (< -3Z
B/U) ( X = 2, 3, 5 tahun, dsb.)
Semua anak dapat masing-masing status gizi
yang berumur kurang dari X (mean B/U-skor)
(X = 2, 3, 5 tahun, dsb.)
Semua anak dengan status gizi dari populasi X (mean B/U
Z-skor) (X - lulusan Pos Gizi, lulus Pos Gizi dengan masingmasing kategori status nutrisi, saudara kandung
yang lebih muda dari para lulusan Pos Gizi, dll.)
# (%) anak-anak pos gizi yang "lulus" dari pos gizi, i.e. yang
berat badannya terehabilitasi atau bertambah lebih dari
400 gram dalam waktu 2 bulan
# (%) anak-anak pos gizi yang tidak "lulus" dari pos gizi,
tetapi berat badannya bertambah 200-400 gr dalam waktu
2 bulan (pos gizi pertama vs.kedua)
# (%) anak-anak pos gizi yang tidak "lulus" dari pos gizi,
tetapi beret badannya bertambah < 200 gr dalam waktu
2 bulan (pos gizi pertama vs. kedua)
# (%) anak-anak pos gizi yang tidak "lulus" dari pos gizi,
dan berat badannya tidak bertambah
# (%) anak-anak pos gizi yang tidak "lulus" dari pos gizi,
namun berat badannya berkurang
# (%) anak-anak pos gizi yang mendemonstrasikan X
(X = atribut fisik, emosional, atau sosial)
Penggunaan Pelayanan-Pelayanan Utama 2
# (%) Sasaran populasi yang ikut berpartsipasi dalam Posyandu
# (%) Anak-anak yang berusia 6-23 bulan
dan sudah menerima dosis Vitamin A selama
enam bulan terakhir
# (%) Anak-anak yang berusia 12-23 bulan
dan sudah menerima semua vaksinasi
sebelum ulangtahun yang pertama (sudah
,dikonfirmasi dari kartu)
# (%) Anak-anak dengan malnutrisi yang memenuhi
syarat terdaftar di pos gizi
# (%) Mandaftarkan anak-anak malnutrisi yang
ikut serta dalam Pos Gizi di level X (X harus ditetapkan)
# (%) Para pengasuh X yang hadir Pos Gizi (X = ibu, kakeknenek, saudara kandung, dsb.)
Praktek Perilaku Kunci 3
# (%) Para pengasuh yang melaporkan bayi mereka, yang berusia 6-9 bulan, sudah menerima pemberian
makanan tambahan dan ASI selama 24 jam terakhir
# (%) Para pengasuh yang melaporkan bahwa mereka telah melakukan pemberian makan secara aktif terhadap
bayi mereka, yang berusia 6-24 bulan, selama 24jam terakhir
# (%) Para pengasuh yang melaporkan bahwa mereka telah memberi makan anak mereka, yang berusia
6-24 bulan, waktu X, selama 24 jam terakhir sebagai tambahan ASI (X bervariasi sesuai usia)
# (%) Para pengasuh yang melaporkan bahwa mereka telah memberi makan bayi mereka, yang berusia
6-24 bulan, makanan X selama 24 jam terakhir (X bervariasi sesuai musim dan usia, diantaranya
adalah anak yang mengalami diare selama dua minggu terakhir
# (%) Para pengasuh yang melaporkan bahwa mereka meningkatkan pemberian cairan ketika anak mereka sakit. Diantaranya adalah anak yang mengalami diare selama dua minggu terakhir
# (%)'Para pengasuh yang melaporkan bahwa mereka memberikan makanan dalam jumlah yang sama
atau lebih ketika anak mereka sakit. Diantaranya adalah anak yang mengalami diare selama dua minggu
terakhir
# (%) Para pengasuh yang melaporkan bahwa mereka menawarkan lebih banyak makanan ketika anak
mereka sedang dalam masa penyembuhan
# (%) Para pengasuh yang melaporkan bahwa mereka bisanya mencucl tangan dengan sabun/abu sebelum menyiakan makanan atau memberi) makan anak,setelah buang air besar, atau membersihkan
anak sesudah buang air besar
# (%) Rumahtangga yang dilengkapi dengan fasilitas untuk mencuci tangan beserta sabun atau alat
pembersih lainnya
# (%) Para pengasuh yang melaporkan bahwa mereka dan/atau anggota keluarganya memberikan
stimulus kognitif dan bahasa kepada anak mereka selama 24 jam terakhir
# (%) Para ayah yang melaporkan bahwa mereka menyediakan sumber X untuk anak mereka selama
satu bulan terakhir (X harus ditetapkan)
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 163
1. Status Kesehatan Posyandu
menunjukkan status gizi
masyarakat secara keseluruhan,
sedangkan hasil status kesehatan untuk Pos Gizi terbatas
pada partisipan Pos Gizi.
2. Penggunaan pelayanan utama
terbatas untuk cakupan posyandu
atau Pos Gizi, dengan denominator mewakili populasi yang relevan memenuhi syarat. Pengukuran yang lebih tradisional untuk penggunaan pelayanan kesehatan (yaitu, pemberian imunisasi
lengkap dengan tepat waktu,
pemberian kapsul Vitamin A, perawatan pada saat demam dan
lain-lain) dapat ditambahkan,
terutama karena hal-hal tersebut
dikaitkan dengan status gizi dan
seringkali menjadi bagian pendidikan kesehatan Pos Gizi.
3. Kedua bentuk intervensi
(Posyandu dan Pos Gizi) menitikberatkan pada perubahan perilaku rumah tangga yang sama
4. Ketersediaan dan kualitas pelayanan mengacu pada intervensi
spesifik.
Ketersediaan Pelayanan4
# Kegiatan Posyandu terjadwal per quarter
# (%) kegiatan posyandu terjadwal yang sesungguhnya terjadi
# kegiatan Pos Gizi terjadwal selama satu tahun
# (%) kegiatan Pos Gizi terjadwal yang sesungguhnya terjadi
# (%) hari Pos Gizi terjadwal yang sesungguhnya
terjadi
Kualitas Pelayanan
# (%) Para petugas Posyandu yang menimbang
dengan akurat
# (%) Para petugas Posyandu yang menentukan
berat badan dengan akurat
# (%) Ketersediaan peralatan penting posyandu
(peralatan, timbangan, papan monitoring, daftar tilik
supervisi dll)
Penilaian menu makanan dan perilaku pemberian
makan
yang diadakan sesuai standart X (harus ditentukan)
Penyelidikan PKP diadakan sesuai standart X
(harus ditetapkan)
Temuan penyelidikan PKP dianalisis sesuai
standar X
# (%) Menu Pos Gizi mencerminkan X (X = makanan
khas positif
lokal, keseimbangan nutrisi, dsb.)
# (%) kelahiran baru yang dicatat
# (%) kematian diantara kelompok sasaran yg
dicatat
# kader yang terdaftar pada Tim manejemen
Masyarakat
# (%) kader masyarakat yang ikut serta dalam
kegiatan masyarakat dari yang terdaftar tersebut
diatas
# (%) X yang mengetahui Y
(X = tokoh Masyarakat, anggota tim manejemen
masyarakat, pelaksana posyandu dsb.;
Y= praktek pengasuhan anak yang optimal, status
gizi masyarakat, dsb)
# (%) Pos Gizi yang menyediakan fasilitas cuci tangan dengan sabun atau bahan pencuci lainnya yang
tersedia
# (%) Pos Gizi yang memiliki WC
# (%) Pos Gizi yang memberi pendidikan kesehatan
menurut standar X (X= pesan kesehatan yg benar,
metode interaktif, secara budaya tepat/sesuai dll)
# (%) Pengasuh membawa kontribusi bahan
makanan ke Pos Gizi dalam Jumlah X hasi/sesi
# (%) Pengasuh yang memberi makan anaknya di
Pos Gizi dalam jumlah X hari/sesi
# (%) Pengasuh yang membantu menyiapkan
makanan di Pos gizi dalam jumlah hari/sesi
# (%) Facilitator Pos Gizi yg memiliki data X ( X=
nama, jenis kelamin, umur, berat badan dsb)
# (%) Facilitator Pos Gizi yang mengetahui X (X=
tujuan kontribusi bahan makanan, tanggung jawab
pengasuh, Tujuan Pos Gizi, PKP dan makanan
khusus positif)
# (%) facilitator Pos Gizi yg membuat laporan ttg
praktek perilaku kunci X dari rumah tangga
# (%) Fasilitator Pos Gizi yang melaksanakan Pos
Gizi sesuai dengan standar X
# (%) Fasilitator Pos Gizi yang melaporkan perolehan kunjungan
supervisi sesuai standar X ( X= #, formulir, umpan
balik, training, pemecahan masalah, catatan tinjau
ulang dsb)
# (%) Fasilitator Pos Gizi yang melaksanakan
kegiatan tindak lanjut Pos Gizi sesuai standar X
# (%) pelaksana posyandu yg melaporkan mendapat kunjungan supervisi berdasarkan standar X
(X= #, formulir, umpan balik, trainingt, pemecahan
masalah, catatan peninjauan ulang dsb)
5.
Dengan pengecualian pada
pengetahuan, indikator dari sisi
permintaan mungkin sulit untuk
diukur dengan tepat. Beberapa
indikator cukup valid untuk
digunakan pada salah satu bentuk intervensi.
6 . Baris ini dipisahkan dari table
utama karena tidak menggambarkan hasil tapi menunjukkan
input utama dari masing-masing
intervensi
Permintaan
# (%) Pengasuh yang memahami makna zona berwarna pada X
( X= KMS, papan monitoring masyarakat dsb)
# (%) Pengasuh yang mengetahui status gizi anakanak
# (%) Pengasuh yang yakin bahwa mereka akan
berhasil mengurangi X ( X= masalah malnutrisi
anaknya atau anak di masyarakatnya dsb)
# (%) Pengasuh yang menilai pentingnya anak sehat
( harus ditentukan)
# (%) Pengasuh yang tahu X (X= tujuan dari kontribusi bahan makanan, tanggung jawab pengasuh,
tujuan Pos Gizi, PKP dan makanan khas positif dsb)
# (%) Pengasuh yang yakin bahwa mereka akan
mampu menularkan cara baru memecahkan masalah
atau ketrampilan mobilisasi kepada masyarakat
lainnya.
# (%) masyarakat yang menerima X ( X= timbangan,
buku harian, bahan-bahan KIE dsb)
# (%) kader yang dilatih ketrampilan dalam kegiatan
Posyandu
# (%) masyarakat yang memiliki Tim managemen
masyarakat
# (%) masyarakat yang menerima X ( X= makanan
Pos Gizi, buku harian, bahan-bahan KIE dsb)
# (%) kader yang dilatih ketrampilan fasilitasi Pos
Gizi
# (%) kader yang dilatih dalam supervisi Pos Gizi
# (%) masyarakat yang memiliki Tim manejemen
164 / Bab Delapan: Monitoring & Evaluasi
Setelah anda memilih strategi-strategi dan aktifitas-aktifitas, anda dapat
meninjau contoh indikator-indikator untuk mengidentifikasi beberapa
yang mungkin tepat untuk digunakan. Sesuaikan dengan latar belakang
wilayah setempat, tentukan sasaran, tentukan bagaimana anda akan memantau jalannya dan melakukan uji coba. Indikator-indikator biasanya
hanya bermanfaat untuk memberikan panduan untuk proyek anda, mempertahankan dan melanjutkan monitoring. Bila mereka tidak bermanfaat,
lakukan modifikasi atau pilih indikator-indikator lain.
2. Tentukan Target
Tentukan angka target untuk masing-masing indikator dan tentukan kapan
anda harus mencapai angka tersebut. Target dibuat berdasarkan pemahaman akan situasi saat itu (yaitu persentasi anak-anak kekurangan gizi, persentasi pengasuh, pemberian ASI secara eksklusif selama enam bulan, dan
lain-lain) dan penilaian reaslitik atas apa yang mungkin untuk dicapai
dalam suatu jangka waktu tertentu. Departemen Kesehatan, UNICEF dan
badan-badan lain harus mempunyai data mengenai program-program lain
yang dapat membantu anda membuat keputusan tingkat perubahan yang
anda dapat harapkan secara realistik.
TABEL 8.2
Contoh Indikator-Indikator dan Target-Target untuk
Memproyeksikan Pertumbuhan yang Sehat
Indikator
Target
Tipe Hasil
1
Anak berusia < 24 bulan dengan nutrisi normal
60%
Status Kesehatan
2
Anak berusia <24 bulan dengan status gizi buruk
<1%
Status Kesehatan
3
Pemberian ASI eksklusif pada anak yang berusia 0-6
bln
40%
Perilaku
4
Pemberian makanan tambahan pada anak yang berusia 6-9 bulan
75%
Perilaku
5
Penggunaan sesi Pos Gizi masyarakat oleh anak dan
pengasuh yang memenuhi syarat
95%
Penggunaan
Pelayanan
6
Pengasuh yang menghadiri Pos Gizi, turut membawa
Kontribusi makanan
80%
Kualitas
Pelayanan
7
Kader posyandu masyarakat yang menimbang anak
dengan benar
90%
KualitasPelayanan
8
Para pengasuh yang mengehui berbagai makanan
khas positif yang bersifat Iokal
80%
Pengetahuan
Ingatlah bahwa indikator-indikator terpilih mencakup semua tingkatan dari
kerangka hasil dari status kesehatan hingga pengetahuan. Dengan mendaftarkan semua indikatornya, akan jelas terlihat bahwa kedelapan hasil itu
ambisius, memerlukan pengumpulan data dari populasi yang berbeda-beda,
memerlukan strategi-strategi pengukuran yang berbeda-beda, dan membiarkan beberapa hasil lainnya tidak terukur.
3. Tentukan Bagaimana Melacak Indikator-indikator
Mari kita pertimbangkan bagaimana kita dapat melacak indikator-indikator
ini. Langkah pertama yang baik adalah matriks perencanaan sistem monitoring (Tabel 8.3) yang mendaftarkan semua indikator: siapa yang akan
mengumpulkan informasi, dimana akan dikumpulkan, sumber data, bentuk
yang akan digunakan, berapa sering data tersebut akan dikumpulkan dan
penggunaan akhirnya.
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 165
Sasaran didasarkan pada pemahaman akan situasi saat
ini dan penilaian realistis tentang apa yang mungkin untuk dicapai dalam suatu
jangka waktu tertentu.
Matrix Perencanaan ini
memperjelas bahwa walaupun hanya dengan delapan
indikator, sistem monitoring
ini kompleks. Empat orang
kader berbeda yang bekerja
akan mengumpulkan data
dari tiga latar belakang yang
berbeda menggunakan beragam informan dan formulir.
Ketika Perancang Program
menghadapi permintaan
tersebut, ia mungkin akan
memutuskan untuk menyederhanakannya ke dalam
daftar indikator yang lebih
pendek lagi.
Kolom “Kegunaan” berkaitan dengan siklus tiga A
monitoring terus menerus
dari UNICEF:
Assessment (Penilaian),
TABEL 8.3 Matrix Penggunaan Sistem Pemantauan
Indikator
Dimana
Sumber
Data
Formulir
yang
Digunakan
Frekuensi
Pertemuan Tim
Manajemen
Masyarakat
Pertemuan Tim
Manajemen
Masyarakat
Posyandu
Kumpulan
status
nutrisi dari
semua
anak < 24
bulan
Kumpulan
status
nutrisi dari
semua
anak < 24
bulan
10 contoh
pengasuh
yang baik
Ringkasan
kehadiran
posyandu
Setiap
bulan
Menetapkan kecenderungan berdasarkan data dan
target lainnya
Ringkasan
kehadiran
posyandu
Setiap
bulan
Menetapkan kecenderungan berdasarkan data dan
target lainnya
Alat
monitoring
perilaku
Setiap
posyandu
Meninjau ulang,
modifikasi aktivitas
BCC pada posyandu dan Pos Gizi
Kader
posyandu
Posyandu
10 contoh
pengasuh
yang baik
Alat
monitoring
perilaku
Setiap
posyandu
Kumpulan
dari anakanak yang
mengalami
malnutrisi
<24 bulan
Laporan
dari fasilisator
Hearth
mengenai
kontribusi
Ringkasan
kehadiran
Pos Gizi
Setiap
bulan
Meninjau ulang,
modifikasi aktivitas
BCC pada posyandu dan Pos Gizi
Meninjau ulang,
modifikasi kualitas,
ketersediaan, mobilitas komunikasi
Daftar
nama
kader Pos
Gizi
Mengenali perilaku
yang patut dicontoh
& keterlambatan
(dan adakan latihan
ulang sesuai kebutuhan
Contoh yg
baik dari
3+ berat
badan
yang
berbeda
dari setiap
kader
10 contoh
pengasuh
yang baik
Alat
monitoring
penimbangan
1 hingga 2
hari (tidak
diumumkan)
tentang
sesi Pos
Gizi
lainnya
Setiap
posyandu
Setiap
posyandu
Menentukan cara
melakukan
penetrasi terhadap
metode dan kebutuhan untuk mobilitas
ulang
1
% anak
< 24
bulan
nutrisi
normal
2
% anak
< 24
bulan
malnutrisi
buruk
Supervisor
posyandu
3
% Pemberian
ASI
secara
eksklusif
0-6 bulan
% Pemberian
MP-ASI
6-9 bulan
% Penggunaan
Pos Gizi
Kader
posyandu
Supervisor
posyandu
Pertemuan Tim
Manajemen
Masyarakat
6
% kontribusi
makanan
dari para
pengasuh
ketika
Pos Gizi
Supervisor
posyandu
Pos Gizi
7
% kader
menimbang
dengan
tepat
Supervisor
posyandu
Posyandu
8
% pengetahuan
mengenai
makanan
khas
positif
Kader
posyandu
Posyandu
4
5
Analysis (Analisis) dan
Action (Aksi)
Siapa
yamg
mengumpulk
an
Supervisor posyandu
(lihat halaman 164).
166 / Bab Delapan: Monitoring & Evaluasi
Alat
monitoring
perilaku
Penggunaan
Mengenali perilaku
yang patut dicontoh
& keterlambatan
(dan adakan latihan
ulang sesuai kebutuhan
4. Memilih, Menyesuaikan dan/atau Mengembangkan Alat-alat Monitoring untuk Mengukur Hasil
Sistem monitoring yang efektif memerlukan alat-alat monitoring yang
baik. Alat-alat adalah formulir-formulir dengan instruksi yang jelas mengenai pengisian, penghitungan dan penggunaannya. Berikut ini adalah contoh-contoh alat-alat yang dapat digunakan berdasarkan indikator-indikator
yang dipilih dalam Tabel 8.3. Tidak mungkin untuk meramalkan semua
alat-alat monitoring yang mungkin akan diperlukan oleh para manajer.
Contoh-contoh ini hanya merupakan panduan untuk menstimulasi
pemikiran.
INDIKATOR-INDIKATOR STATUS KESEHATAN
Status gizi masyarakat secara keseluruhan dalam contoh kami:
“persentase anak-anak sasaran < 24 bulan dengan status gizi
normal” atau “persentase anak-anak sasaran < 24 bulan dengan
status gizi buruk) diperhitungkan berdasarkan data dari posyandu rutin untuk kelompok sasaran.
contoh: (# anak-anak <24 bulan yang gizi buruk / # total anak-anak
yang ditimbang) X 100 = persentasi anak-anak < 24 bulan yang gizi
buruk
Pembilang berasal dari jumlah anak-anak dimasing-masing kategori
status gizi, sedangkan angka penyebut adalah jumlah total dari anakanak yang ditimbang pada Posyandu tertentu. Namun, rendahnya tingkatan partisipasi, akan membuat persentasi yang dihasilkan sulit untuk
diinterpretasikan karena sebagian besar anak-anak yang kekurangan
gizi biasanya jarang menggunakan pelayanan tersebut. Karena itu, persentasi anak-anak yang kekurangan gizi yang diperhitungkan mungkin
terlalu rendah.
Untuk mengatasi permasalahan ini, kita perlu memasukkan indikator
penggunaan pelayanan (dalam contoh ini: “persentasi anak-anak dan
pengasuh yang memenuhi syarat menggunakan Posyandu).
contoh: (# anak-anak < 24 bulan yang ditimbang pada kegiatan Posyandu / jumlah total anak-anak < 24 bulan di masyarakat) X 100 =
persentasi anak-anak < 24 bulan menggunakan pelayanan Posyandu.
Sekali lagi, angka pembilang adalah jumlah anak-anak yang ditimbang
pada Posyandu tertentu. Namun ini tidak secara langsung, karena
keanggotaan kelompok sasaran adalah berubah-rubah. Ketika anakanak telah berusia lebih tua dari batas usia (yaitu 24, 36, 60 bulan),
mereka harus diikutsertakan baik dalam angka pembilang maupun
angka penyebut. Angka penyebut
juga dapat menjadi permasalahan karena terus meningkat sejalan dengan menigkatnya kelahiran dan migrasi masuk dan berkurang ketika
anak-anak meninggalkan kelompok sasaran karena meninggal, migrasi
keluar, dan bertambahnya usia. Karenanya, penting untuk memantau
kejadian-kejadian penting dan kemudian menyesuaikan angka penyebut
dari populasi sasaran. Namun kegiatan ini dapat menjadi rumit dan mahal. Karenanya pembaharuan data setiap tiga bulan sekali sudah mencukupi.
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 167
Rendahnya tingkat partisipasi akan membuat persentasi hasil sulit untuk diartikan karena sebagian besar
anak yang kekurangan gizi
merupakan anak-anak yang
kemungkinan paling kecil untuk menggunakan pelayanan
kesehatan.
Contoh: 12/50 anak-anak < 24 bulan dinyatakan gizi buruk berdasarkan hasil penimbangan di Posyandu (24%); namun demikian secara
keseluruhan ada 80 anak-anak < 24 bulan dalam kelompok masyarakat
tersebut sehingga artinya hanya 50/80 anak-anak yang menggunakan
pelayanan tersebut (63%). Ini akan menunjukkan pada anda bahwa
sangat mungkin persentasi kekurangan gizi dalam masyarakat tersebut
lebih besar dari 24%, dan bahwa anda perlu bekerja sama dengan
masyarakat untuk mencari anak-anak yang tidak hadir, menimbang
mereka, dan menawarkan pada pengasuh mereka kesempatan untuk
berpartisipasi dalam Pos Gizi bila mereka memenuhi persyaratan.
Monitoring Kejadian-kejadian Penting
Formulir 8.1, 8.2 dan 8.3 memberikan contoh formulir yang dapat
digunakan untuk memonitor kelahiran, kematian, dan migrasi masuk/keluar. Formulir-formulir tersebut bermanfaat untuk menghitung
angka penyebut yang diperlukan dalam beberapa indikator.
Buku-buku disimpan selama
pelaksanaan intervensi dan
berguna bagi para kader untuk mencatat berat badan,
status gizi, kontribusi Pos
Gizi, dan data lain-lain dari
setiap anak.
Ketika jumlah pendaftar lebih mudah dihitung, hal ini
membuat perkiraan terlalu
tinggi bagi penggunaan pelayanan karena tidak semua
pendaftar hadir. Terlebih
lagi, tidak semua yang hadir
menggunakan pelayanan kesehatan dengan cukup untuk
mendapatkan manfaatnya,
sehingga manejer harus
mendefinisikan “kegunaan”
program Pos Gizi.
Daftar Nama Posyandu dan Pos Gizi
Formulir 8.4 and 8.5 memberikan contoh-contoh buku daftar nama Posyandu dan Pos Gizi. Buku-buku tersebut disimpan selama pelaksanaan
intervensi dan berguna bagi para kader sebagai tempat untuk mencatat
berat badan, status gizi, kontribusi Pos Gizi, dan data lain-lain setiap
anak.
Perangkat Monitoring Posyandu dan Pos Gizi untuk Menyusun
Hasil
Formulir 8.6, 8.7 dan 8.8 memberikan contoh-contoh formulir untuk
menyusun dan manghitung hasil penimbangan Posyandu dan Pos Gizi
selama jangka waktu tertentu dan antar desa.
PENGGUNAAN PELAYANAN POS GIZI
Indikator “persentasi anak-anak yang memenuhi syarat untuk
diiukutsertakan dalam Pos Gizi,” menggunakan angka pembilang dan penyebut dari dua sumber yang berbeda. Angka pembilang adalah jumlah anak-anak yang benar menghadiri kegiatan Pos
Gizi atau jumlah anak-anak yang mendaftar untuk ikut serta dalam Pos
Gizi. Walaupun jumlah pendaftar lebih mudah untuk dihitung, jumlah
tersebut akan memperkirakan terlalu tinggi pengguna pelayanan karena
tidak semua pendaftar akan hadir. Demikian pula, tidak semua peserta
yang hadir menggunakan pelayanan kesehatan yang ada yang cukup
untuk mendapatkan manfaatnya. Karena itu, manejer akan harus menentukan “kegunaan” program. Salah satu solusi yang mungkin dilakukan adalah dengan menghitung jumlah anak yang hadir sebanyak 85%
(yaitu 10 hari dari 12 hari) dari kegiatan Pos Gizi tertentu.
Angka penyebut adalah jumlah anak-anak yang telah diidentifikasi
dalam penilaian gizi dinilai berada dalam status gizi tertentu (status
tertentu diartikan oleh proyek tersebut). Persentasi anak-anak yang
berada dalam status kekurangan gizi yang menghadiri Pos Gizi (pada
intensitas yang ditentukan oleh manajer) menghasilkan indikator
“persentasi anak-anak yang memenuhi syarat menggunakan Pos Gizi”.
168 / Bab Delapan: Monitoring & Evaluasi
Catat bahwa definisi dari “kegunaan” dapat beragam sejalan dengan
berjalannya proyek. Dapat dimulai dengan jumlah pendaftar sebagai
pengukuran awal atas keterlibatan masyarakat. Dengan adanya kepercayaan nyata dari masyarakat, dapat memperhitungkan peserta, dari
berbagai tingkatan. Kemudian, setelah adanya peningkatan mobilisasi
dapat mempunyai standard lebih tinggi untuk menghitung kehadiran
optimal. Ingat, bahwa indikator hanya dapat dibandingkan setelah
waktu tertentu ketika definisi dari angka pembilang dan penyebut tetap
konstan.
ALAT MONITORING PERILAKU
Indikator-indikator yang diusulkan untuk memonitor perilaku
(“persentasi anak-anak sasaran berusia nol hingga enam bulan
yang mendapatkan ASI eksklusif” dan “persentasi anak-anak
sasaran berusia enam hingga sembilan bulan yang mendapatkan MPASI”) dapat dihitung menggunakan alat monitoring perilaku (Formulir
8.9). Petunjuk untuk menghitung indikator tercantum dalam formulir
tersebut dan terdapat di bagian akhir bab ini. Format ini dapat dimodifikasi untuk mencatat perilaku atau pengetahuan yang dilaporkan dari
pesan-pesan proyek utama lainnya. Kelompok usia dapat disesuaikan
berdasarkan perilaku sasaran dan ukuran populasi secara keseluruhan.
Metode pengumpulan data bukanlah pengganti penelitian. Sampelnya
kecil dan tidak acak dan metode wawancara tidak dapat dipastikan. Namun demikian, bila dikumpulkan dari beberapa kota, sejalan dengan
waktu, alat ini dapat membuat manajer untuk dengan berhati-hati
menyimpulkan apakah benar perilaku sasaran tetap berada pada tingkat
rendah atau telah terjadi perubahan. Paling tidak, ini merupakan bentuk
“intervensi” yang secara tidak langsung mempromosikan perilaku
utama dengan menanyakan keberadaannya. Sebagai tambahan, perubahan perilaku dapat dicocokkan dengan indikator kuantitatif akan keberhasilan (pertambahan berat badan atau mencapai status gizi yang diinginkan).
ALAT MONITORING PENIMBANGAN
Contoh terakhir, Alat Monitoring Penimbangan (Formulir
8.10), memberikan informasi tentang salah satu indikator,
“persentasi kader yang menimbang anak-anak dengan benar”.
Sekali lagi manajer harus memutuskan arti dari “menimbang dengan
benar”, sebuah proses yang cukup rumit. Catat, bahwa sebagai usaha
untuk memonitor perilaku yang telah dijelaskan di atas, memonitor
ketrampilan menimbang akan memberikan kesempatan yang baik untuk
menyegarkan ketrampilan tersebut. Memang, setelah satu atau dua
kegiatan monitoring, manajer mungkin dapat mengamati perilaku ideal
dan ingin mengurangi intensitas pencatatan indikator kualitas tertenttu
dan menambahkan yang lain, idealnya dipilih berdasarkan dialog dengan mereka yang akan dimonitor. Monitoring “mendadak” akan
ketrampilan yang sudah dipelajari sebelumnya akan lebih memotivasi
para kader untuk mempertahankan kecakapan mereka.
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 169
Alat monitoring perilaku bukanlah pengganti suatu survey. Namun, demikian, bila
dikumpulkan dari beberapa
lokasi, untuk jangka waktu
tertentu, memungkinkan
manejer untuk dengan berhati-hati menyimpulkan
apakah perilaku target masih
tetap pada tingkat rendah
atau sudah terjadi perubahan.
Memonitor ketrampilan
menimbang akan memberikan kesempatan yang baik
untuk menyegarkan ketrampilan tersebut. memang setelah satu atau dua episode
monitoring, manejer mungkin
akan dapat mengamati perilaku yang ideal.
5. Bandingkan Indikator-indikator dengan Sasaran yang Telah Ditentukan
Sebuah grafik sederhana, dengan kinerja sebenarnya diplot dan dibandingkan dengan sasaran yang telah diplot setiap 3 bulan, dapat menggambarkan
secara jelas kemajuan yang telah dicapai untuk Manajer Proyek dan pihak
lainnya.
Umpan balik terhadap
masyarakat, atau pemantauan masyarakat terhadap
proyek, merupakan faktor
penting untuk memotivasi
individu, memobilisasi
kelompok, meningkatkan rasa
kepemilikian masyarakat,
menstimulasi diskusi dan
peyelesaian masalah,
dan…merayakan!
6. Melaporkan Kembali Kemajuan Program kepada Masyarakat
Umpan balik ke masyarakat, atau monitoring masyarakat atas proyek, sangatlah penting untuk memotivasi individu, memobilisasi kelompok, meningkatkan rasa memiliki dari masyarakat, menstimulasi diskusi, dan pemecahan masalah, dan syukuran terhadap pencapaian. Pertemuan setiap bulan
atau setiap dua bulan dengan menggunakan siklus “Triple A” dari UNICEF
untuk penilaian, analisa dan aksi melengkapi siklus proses monitoring
berkelanjutan. Kolom “Kegunaan” untuk indikator pada Tabel 8.3 berhubungan dengan siklus Triple A.
Siklus Tiga “A” Terdiri dari:
♥Assessment/Pengkajian:
Mengumpulkan informasi kuantitatif dan kualitatif mengenai
indikator-indikator utama
♥Action (Aksi): Mengembangkan strategi-strategi
atau rencana aksi untuk
menyelesaikan permasalahan yang telah diidentifikasi
dan memperbaiki palaksanaan kegiatan.
Evaluasi
Menjawab
Pertanyaan
Spesifik
♥Analysis/Analisis:
Mengartikan informasi,
memahami, mengidentifikasi wilayah keberhasilan dan wilayah yang
memerlukan perbaikan
“Papan monitoring” masyarakat dapat mencatat indikator-indikator utama,
terutama indikator yang telah diidentifikasi oleh tim proyek sebagai input
masyarakat. Hasil pencatatan haruslah secara jelas menunjukkan tingkat
kekurangan gizi anak. Metode papan monitoring bermanfaat untuk mencatat
pengukuran-pengukuran utama untuk waktu tertentu. Bab 3 menjelaskan
beberapa metode untuk mempresentasikan data dengan menggunakan grafik
kepada masyarakat.
C. Evaluasi Keefektifan dan Jangkauan Program
Evaluasi secara harafiah berarti mengkaji nilai dari sesuatu. Adalah langkah
yang penting dalam keseluruhan proses, menyediakan sebuah kesempatan
bagi seluruh pihak yang berkepentingan dan pelaku untuk merasa memiliki
berbagai prestasi dan kesuksesan proyek tersebut, mengidentifikasi dan men170 / Bab Delapan: Monitoring & Evaluasi
ganalisis berbagai masalah, dan memberikan rekomendasi untuk pelaksanaan
di masa depan. Evaluasi dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan spesifik.
Tipe evaluasi yang dilakukan akan ditentukan oleh jenis pertanyaan yang
ditanyakan, siapa yang menanyakan, dan sumber-sumber apa yang tersedia
untuk menjawab mereka. Pertanyaan-pertanyaan berikut ini mengilustrasikan
berbagai variasi strategi untuk melakukan evaluasi. Informasi mengenai cara
mengadakan evaluasi mengenai keiikutsertaan, dapat dilihat di Bab 6 Bagaimana Cara Memobilisasi Masyarakat untuk Menciptakan Perubahan Kesehatan dan Sosial (lihat Bagian Sumber).
Apakah proyek Pos Gizi dapat mencapai hasil yang ingin dicapai?
Pemantauan proyek secara internal, terutama dalam hubungannya dengan
perubahan status kesehatan, akan muncul pada situasi-situasi tertentu. Apabila proyek tersebut terlaksana dengan baik, dapat diharapkan adanya kemajuan status kesehatan yang menggembirakan. Kemungkinan lainnya
adalah bahwa program ini merupakan proyek keseratuskalinya yang telah
berkali-kali dievaluasi dan mendukung keberhasilan dari model ini. Dalam
kasus ini, pemantauan proyek secara internal mungkin dapat memuaskan
terhadap kritik yang sangat tajam sekalipun, seperti dari rekan kerja pemerintah atau multilateral.
Apakah proyek Pos Gizi SUNGGUH dapat mencapai hasil yang diinginkan?
Perbedaannya adalah bahwa orang yang menanyakan pertanyaan ini tidak
akan puas hanya dengan melakukan pemantauan internal, baik karena
model atau lokasinya yang baru, tapi karena ia tertarik dengan hasil yang
pencapaiannya tidak bisa dijamin hanya dengan pemantauan (misalnya
perilaku-perilaku dalam rumahtangga), atau karena ia memiliki alasan yang
sah untuk meragukan konsep dasar dari model tersebut. Situasi tersebut
membutuhkan pengukuran-pengukuran eksternal yang didukung oleh sumber-sumber tambahan. Biasanya, garis dasar dan survei akhir dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan ini. Para peneliti sangat memperhatikan
ukuran sampel, diantara berbagai pertimbangan, agar rancangan tersebut
memiliki kekuatan biostatistikal untuk melacak perubahan-perubahan yang
sudah diperkirakan sebelumnya pada indikator-indikator yang berhubungan dengan pertanyaan utama. Rancangan yang lebih kuat mencantumkan
pengukuran-pengukuran serupa untuk dibandingkan dengan masyarakat
yang tidak menerima intervensi (kontrol). Perbedaan antara hasil eksperimen (Pos Gizi) dengan masyarakat kontrol memungkinkan para peneliti
untuk merumuskan perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pengaruh
non-program, seperti cuaca, faktor sosial ekonomi, dan seterusnya
(variabel-variabel yang mengacaukan). Namun rancangan-rancangan yang
lebih kuat, secara acak memilih masyarakat untuk melaksanakan Pos Gizi
atau sebagai kontrol sehingga varabel-variabel yang mengacaukan dapat
dikendalikan serta menghitung kepastian adanya penemuan-penemuan.
Seberapa baikah proyek Pos Gizi jika dibandingkan dengan proyek
lainnya?
Pertanyaan umum mengenai evaluasi ini, ingin membandingkan dua model
–suatu pertanyaan yang masuk akal dalam konteks umum adanya kelangkaan sumber daya dan peluang – pernyataan-pernyataan yang dilebihlebihkan. Rancangan ini membutuhkan dua atau bahkan tiga pihak,
(misalnya pihak Pos Gizi, pihak intervensi non-Pos Gizi, dan kemungkinan
pihak kontrol yang tidak memperoleh intervensi apapun sehingga mePerilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 171
Dibawah situasi tertentu,
untuk mengetahui apakah
proyek Pos Gizi sungguh dapat mencapai hasil-hasil
yang ingin dicapai mungkin
dibutuhkan pengukuran
eksternal, dengan didukung
oleh sumber-sumber tambahan, yaitu, biasanya, survey
gizi awal dan akhir.
mungkinkan adanya perbandingan). Tambahan-tambahan penting dapat
berupa analisis biaya, karena model yang semakin efektif bisa terlalu mahal.
Bagaimana cara proyek Pos Gizi mencapai hasil-hasil yang ingin dicapai?
Pertanyaan ini mengarah pada pemahaman mengenai bagaimana hasil-hasil
yang baik dapat dicapai.
Contoh, pemantauan proyek secara internal telah mengkonfirmasikan berkalikali bahwa program Pos Gizi dapat memajukan status nutrisi dari para generasi
penerus; namun, beberapa evaluasi telah mengukur perilaku-perilaku lanjutan,
serta penyebab-penyebab morbiditas. Tidak pernah ada evaluasi Pos Gizi, sepengetahuan kami, yang berusaha untuk mengukur perubahan perilaku dan
faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan perilaku. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dibutuhkan kombinasi dari garis dasar kuantitatif dan survei akhir serta teknik-teknik kualitatif, seperti wawancara dengan
informan utama dan diskusi kelompok terarah bersama dengan para pengasuh,
pemimpin masyarakat/ pembuat opini, serta kader.
Suatu evaluasi keberlanjutan
Pos Gizi pada tingkat
masyarakat dapat menilai
status kesehatan di antara
para penerima sebelumnya
atau di antara mereka yang
lahir setelah proyek dihentikan, perubahan perilaku keluarga, perubahan perilaku di
antara para anggota
masyarakat kunci, atau
struktur manajemen
masyarakat, diantara yang
lainnya.
Indikator-indikator kualitas Pos Gizi manakah yang paling berguna?
Pertanyaan ini mengilustrasikan pertanyaan yang spesifik, tetapi praktis, yang
berhubungan dengan pelaksanaan Pos Gizi. Seperti dikatakan sebelumnya,
indikator-indikator yang baik memiliki karakteristik tertentu, salah satunya
pasti memiliki hubungan yang kuat dengan hasil pada level yang lebih tinggi.
Dengan kata lain, indikator-indikator kualitas Pos Gizi manakah yang paling
dapat memprediksikan kemajuan dari perilaku pengasuh atau status kesehatan
anak? Jika ditemukan berbagai indikator-indikator kualitas utama (seperti kontribusi para ibu setiap hari, kehadiran, atau pengetahuan mengenai makanan
khas positif), maka pemantauan terhadap kualitas program dapat lebih efisien.
Pembelajaran khusus ini memerlukan hubungan antara data kualitas Pos Gizi
dengan hasil-hasil lain, sesuai dengan sumber-sumber yang tersedia.
Apakah hasil-hasil Pos Gizi dapat tetap dipertahankan?
Evaluasi mengenai kesinambungan jarang dilakukan karena kelangkaan sumber-sumber daya yang jarang dialokasikan untuk mempelajari komunitas yang
tidak lagi menjadi sasaran proyek. Kesinambungan di tingkat masyarakat dapat dinilai dari status kesehatan diantara para penerima manfaat terdahulu atau
mereka yang lahir setelah proyek diakhiri, perubahan perilaku dalam
rumahtangga, perubahan sikap diantara para tokoh masyarakat, atau struktur
manajemen masyarakat, dll. Survey kuantitatif dapat melakukan pengukuran
anthropometric (berat badan dan tinggi badan) dan melaporkan perilaku dalam
rumahtangga. Penyelidikan yang bersifat kualitatif dapat melihat bilamana ada
perubahan sikap: kepuasan terhadap malnutrisi anak, kepercayaan diri para
pengasuh dan kader, pemecahan masalah dalam masyarakat termasuk juga
penerapan PKP pada tantangan-tantangan baru, status dan fungsi dari struktur
masyarakat yang sesuai, dll.
Dapat juga disarankan untuk mengadakan evaluasi sumatif oleh pihak eksternal dan tim setelah satu atau dua tahun pelaksanaan Pos Gizi. Tabel 8.4 menyediakan contoh rencana kerja evaluasi sumatif dengan berbagai objektif, indikator, dan metode/alat yang dapat digunakan.
172 / Bab Delapan: Monitoring & Evaluasi
HASIL-HASIL DARI LAPANGAN
Mesir
SC (Save the Children) menyelenggarakan penyelidikan PKP di Al
Minia Mesir Bagian Atas pada 1999. Penyelidikan PKP menemukan
makanan khas positif, termasuk salad, telur, keju dan sayur-sayuran,
bersamaan dengan praktek memberikan makan pendamping kepada anak-anak
di bawah usia satu tahun. Program tersebut juga menyertakan temuan tersebut
ke dalam suatu program Pos Gizi yang serupa di Vietnam (lihat studi kasus
dalam Tinjauan). Suatu penilaian eksternal yang diselesaikan pada 1999 mendokumentasikan dampak program, dengan pengurangan tingkat kekurangan
gizi dari 47 menjadi 13% dalam masyarakat intervensi dibandingkan dengan
tidak adanya perubahan dalam masyarakat non-intervensi (48 to 46%).
Evaluator menyarankan untuk meningkatkan pendekatan melalui strategi
“universitas hidup” yang sukses dilakukan Save the Children di Vietnam.
Pada tahun 2000, para peneliti kembali ke daerah intervensi dan mengkonfirmasikan bahwa kegiatan SC telah mendapatkan hasil yang diinginkan. Dinyatakan bahwa perubahan sikap para ibu, suami, dan khususnya ibu mertua
sangatlah mengesankan. Sukses ini memotivasi tim SC untuk memperluas
program dengan mentargetkan ibu hamil.
Save the Children telah melaksanakan program-program
di berbagai negara. Hasilhasil evaluasi beberapa Negara dijabarkan di bawah ini.
(1)
Mali
Pada Maret 1999, SC melaksanakan penyelidikan PKP dengan anggota tim kesehatan dari desa Falabula dan Sogola di Kabupaten
Bougouni di wilayah Sikasso. Beberapa perilaku dan praktek yang
diidentifikasi melalui metode tersebut adalah bapak yang memainkan peranan
yang aktif dalam memberi anak makan, memantau anak saat makan, makan
enam kali sehari, dan mencuci tangan sebelum makan. Kegiatan Pos Gizi
yang sudah PKP mulai pada bulan Mei. Data program menunjukkan perbaikan yang signifikan, suatu standar deviasi penuh (dari 2.8 menjadi 1.8 dalam
Z-skor berat-sesuai-usia), dalam status gizi anak-anak yang berpartisipasi
dalam Pos Gizi vs. tanpa perubahan (statis pada 2.5 berat badan untuk usia Z
score) di antara sampel perbandingan. Terlebih lagi, peningkatan besar yang
membaik terus bertahan. Setelah enam bulan, 60% para ibu mempraktekkan
teknik menyusui yang sesuai, dan 85% anak-anak telah mempunyai status gizi
yang membaik. Sebelum menggunakan pendekatan PKP, kegiatan posyandu
hanya berhasil sedikit dengan anak-anak kurang gizi. SC terus berlanjut
menggunakan pendekatan PKP untuk gizi anak dan berencana untuk menambah 14 desa baru pada 2002.
Pakistan
Bekerja sama dengan Universita Emory, SC menyelenggarakan jenis
studi pertama kalinya pada 1999 dengan membandingkan hasil-hasil
dari penyelidikan PKP dengan Studi Kasus Kontrol (Case Control
Study) untuk menentukan factor-faktor yang berhubungan dengan status gizi
pada anak-anak pengungsi Afghan di Pakistan. Analisis menunjukkan bahwa
baik penyeledikan PKP dan CCS mengisolir dua perilaku yang diidentifikasi
dengan status gizi baik: memperbanyak menyusui saat anak mengalami diare
dan memperbanyak makan saat masa sakit dan penyembuhan. Namun, hanya
penyelidikan PKP yang dapat menemukan perilaku kompleks, seperti pemberian makan secara aktif, sementara CCS hanya mengidentifikasi faktor-faktor
seperti penggunaan layanan imunisasi dan posyandu, usia anak, dan keinginan
untuk mempunyai anak lagi. Penulisnya menyimpulkan bahwa penyelidikan
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 173
Di Mali, setelah enam bulan
60% para ibu mempraktekkan
teknik menyusui yang sesuai, dan 85% anak-anak telah mempunyai status gizi
yang membaik. Sebelum
menggunakan pendekatan
PKP, kegiatan posyandu berhasil sedikit dalam mengurangi jumlah anak kurang
gizi.
HASIL-HASIL DARI LAPANGAN
Umumnya, keluarga PKP di
Etiopia lebih terlibat di
dalam masyarakatnya dan
menunjukkan peran ayah
yang lebih besar dalam pengasuhan anak.
Walaupun terdapat kerawanan pangan yang parah,
cukup menyenangkan untuk
mencari tahu keluarga PKP
dan perilaku adaftif mereka.
PKP mungkin lebih baik daripada CCS dalam menggambarkan sikap (yaitu
pengaruh ibu) dan perilaku yang kompleks, di mana keduanya lebih mudah
diukur dengan pendekatan pengamatan peserta penyelidikan PKP. Studi tersebut mengkonfirmasikan bahwa pendekatan penyelidikan PKP merupakan metode yang valid, partisipatif dan murah untuk mengidentifikasi perilaku pemberian makan dan faktor-faktor lainnya yang berhubungan dengan gizi baik.
Temuan-temuan ini membantu memperbaiki intervensi gizi yang sudah ada
dan membantu memahami metodologinya.
Etiopia
SC menyelenggarakan penyelidikan PKP pada bulan Oktober dan
November 2000 di tempat yang rawan pangannya sudah kronis yaitu
Kabupaten Liben, Daerah Oromia di Etiopia bagian selatan. Enam
masyarakat yang mewakili dua etnis yang berbeda dipelajari untuk mengidentifikasi praktek dan PKP yang adaptif yang dapat direplikasikan walaupun
kurang memadainya persediaan pangan. PKP yang diidentifikasi termasuk
juga dimulainya pemberian ASI segera setelah melahirkan dan ASI eksklusif
untuk empat sampai enam bulan. Umumnya, keluarga-keluarga PKP lebih
terlibat di dalam masyarakatnya dan menunjukkan lebih banyak peran ayah
dalam perawatan anak. Walaupun terdapat situasi rawan pangan yang parah,
sangatlah menyenangkan untuk menemukan keluarga-keluarga PKP dan perilaku-perilaku adaptif mereka. Temuan-temuan dari penyelidikan PKP sedang
diitegrasikan ke dalam program-program saat ini yang menanggapi baik manifestasi maupun akar penyebab dari kekurangan gizi.
Bolivia
Pada 1999, SC dan Universitas Emory bermitra untuk mengevaluasi
metodologi PKP sebagaimana dijelaskan dalam panduan lapangan
SC, Merancang Program Gizi Yang Berbasis Masyarakat Dengan
Menggunakan Model Pos Gizi dan Pendekatan PKP. Proyek percontohan disiapkan di enam masyarakat dataran tinggi pedesaan di Oruro. Metodemetodenya mengungkapkan mengenai makanan khusus, seperti jus wortel,
turnish, lobak dan kol, dan praktek kesehatan yang baik seperti ASI eksklusif
untuk enam bulan dan persiapan makanan yang higienis. Pembuatan program
PKP terus berlanjut di Bolivia walaupun terdapatnya tantangan yang melekat
pada situasi dataran tinggi. Populasinya yang menyebar membuat pembelajaran kelompok yang berbasis lingkungan sekitar (sebagaimana di Pos Gizi)
sulit untuk dilakukan. Lagipula, masalah gizi yang utama, yaitu kerdil
(stunting), memerlukan diciptakannya indikator-indikator baru untuk memasukkan program dan pengukuran yang berdasarkan tinggi badan. Mendeteksi
perbaikan dengan tinggi badan lebih sulit dibandingkan dengan berat badan.
Langkah di masa depan menyertakan juga pemilihan tim dan masyarakat yang
lebih kuat mengenai temuan penyelidikan PKP sejak sayuran khas positif
yang diidentifikasi dalam penyelidikan PKP percontohan tidak cukup menjelaskan dampak kesehatan anak yang diamati.
Hasil-hasil tambahan dari pemantauan dan evaluasi dapat dilihat di Tabel
8.5 halaman berikutnya.
174 / Bab Delapan: Monitoring & Evaluasi
TABEL 8.5 Dampak PKP/Pos Gizi pada bidang Nutrisi di Beberapa Negara
NEGARA
HASIL
Haiti
Pengurangan angka malnutrisi tingkat 3 dari 6 % dalam
waktu tiga tahun setelah berpartisipasi dalam Pos Gizi.
Berat-menurut-usia Z-skor yang diperoleh adalah 0.34
sejak masuk hingga follow-up (2 hingga 6 bulan setelah
berpartisipasi dalam Pos Gizi). Sembilan ribu anak berhasil direhabilitasi dalam waktu dua tahun serta pengurangan angka mortabilitas yang terlihat diantara anak-anak
yang turut berpartisipasi (2).
Guinea
Peningkatan berat badan partisipan setalah 2 bulan: 57%
memperlihatkan catch-up growth dan 26% memperlihatkan pertumbuhan yang sesuai (3)
Banglades
Peningkatan berat badan partisipan setelah 2 bulan: 43%
menunjukan “catch-up growth” dan 47% sudah memiliki
pertumbuhan yang sesuai (2).
Vietnam
Pemberantasan malnutrisi parah (3% hingga 0%), penurunan angka malnutrisi menengah (12% hingga 5%), dan
penurunan angka malnutrisi ringan (26% hingga 21%)
dalam waktu 2 tahun setelah badan pelaksana menghentikan keterlibatan mereka (dua per tiga dari anak-anak
tersebut, lahir setelah masa-masa tersebut). Status nutrisi
secara keseluruhan, mengalami peningkatan berdasarkan Z-skor berat-sesuai-usia 0.3. Studi kasus-kontrol menemukan adanya pengurangan malnutrisi sebesar 40%
dibandingkan dengan zona sosiodemografis yang serupa
namun tidak menerima intervensi Pos Gizi (2).
Nepal
73% mengalami kemajuan dari kategori menengah atau
parah keringan atau normal, dan setelah 18 bulan, 70%
dari kemajuan tersebut tetap dapat dipertahankan. (4)
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 175
Dibutuhkan Keterkaitan
Dibutuhkannya lebih banyak
penelitian operasi di wilayah
yang mendapat bantuan darurat
dengan Pos Gizi. Sedang dilakukannya kegiatan untuk menciptakan program-program dalam
keadaan darurat yang secara
filosofis sejalan dengan Pos Gizi,
melalui yang disebut dengan
pendekatan Perawatan Terapeutik Masyarakat (CTC).
Pendekatan ini memfokuskan
pada pendekatan yang berorientasi pada penanganan masyarakat yang bergizi buruk, bahkan
pada puncak krisis. Upaya sampai dengan saat ini telah mencapai sukses. Walaupun makanan
import akan diperlukan untuk
masa sementara, teorinya adalah
bahwa suatu kontinuum dapat
dibentuk antara program bantuan
darurat dan program pembangunan.
Namun, di mana terdapatnya
program Pos Gizi, ini dapat
digunakan untuk membentuk
dasar suatu pendekatan bantuan
yang berorientasi pada masyarakat saat suatu krisis terjadi.
Dalam keadaan darurat,
pendekatan CTC dapat diubah
menjadi program Pos Gizi pada
masa transisi. Karena banyak
keadaan darurat yang bersifat
seperti siklus, ini merupakan
pekerjaan awal yang penting. (3)
TABEL 8.6
AKTIVITAS
Posyandu
Pengobatan
penyakit
cacingan
Pos Gizi
Contoh Kerangka Kerja Evaluasi Sumatif
HASIL-HASIL OBJEKTIF
YANG DIHARAPKAN
50% peningkatan registrasi
kelahiran dan kematian
INDIKATOR-INDIKATOR
YANG DIUSULKAN
# dan % peningkatan dari
kelahiran dan kematian yang
tercatat
85% dari seluruh anak <3
tahun ditimbang secara
berkala
# dan % anak <3 tahun
ditimbang setiap sesi
Posyandu
85% dari pengasuh mengetahui status kesehatan anak
mereka
% pengasuh anak <3 tahun
yang mengetahui status
nutrisi anak mereka
90% dari kader dapat menggambarkan berat badan
dengan akurat
# dan % kader yang menentukan dengan akurat
Daftar nama Pos Gizi dan
Posyandu
Daftar nama Hearth yang
dikumpulkan tiap 2 bulan
Wawancara terhadap para
pengasuh anak
Buku Posyandu milik para
kader
# dan % anak-anak yang
melakukan pengobatan
penyakit cacingan 2 kali/
tahun
Catatan Pos Gizi, buku
daftar nama Posyandu
# dan % dari anak yang
teridentifikasi sebagai anak
malnutrisi, terlibat dalam Pos
Gizi
Catatan Pos Gizi, Daftar
nama Posyandu
70% dari partisipan Pos Gizi
dapat terehabilitasi
# dan % anak dengan malnutrisi menengah dan parah
menjadi status malnutrisi
normal
Catatan Pos Gizi
50% dari partisipan Pos Gizi
dapat mempertahankan
kemajuan status nutrisi selama 6 hingga 12 bulan
setelah rhabilitasi
# dan % partisipan pos gizi
yang dapat mempertahankan
kemajuan status nutrisi
selama 6 hingga 12 bulan
setelah rehabilitasi
Sesi hasil Posyandu
85% anak berusia 1-3 harus
melakukan pengobatan
penyakit cacingan 2 kali/
tahun
90% dari anak yang teridentifikasi mengalami malnutrisi
<3 tahun sudah terdaftar
dalam Pos Gizi
50% peningkatan pada anakanak perempuan yang sudah
mencapai status nutrisi normal
20% pengurangan angka
malnutrisi diantara semua
anak-anak <3 tahun
Perilaku
pemberian
makan
METODE/ALAT
Pengasuh akan memperkenalkan pemberian makanan
pendamping ASI pada usia 6
bulan
Pengasuh akan memberi
makan anak berusia 12 bulan
sebanyak 5 kali/hari termasuk
makanan ringan selain ASI
Setiap kali makan, pengasuh
menyediakan makanan yang
bervariasi untuk anaknya
termasuk makanan khas
positif
Pengasuh akan menyediakan
pemberian makan yang
sesuai (jumlah dan variasi)
ketika anak sakit
# dan % anak-anak perempuan yang sudah mencapai
status nutrisi normal
Daftar nama Posyandu
# dan % anak yang mencapai status nutrisi normal
setelah 1 tahun, 2 tahun
Daftar nama Posyandu
% pengasuh bayi berusia 6-8
bulan yang mengetahui
pemberian makanan pendamping ASI pada usia 6
bulan
Wawancara dengan para
pengasuh bayi berusia 6
hingga 8 bulanan
Para pengasuh Pos Gizi
yang telah melaporkan
bahwa mereka telah memberi makan anak mereka
dengan makanan baru (khas
positif) yang spesifik di setiap
waktu, termasuk sayuran dan
lemak
Para pengasuh Pos Gizi
yang telah melaporkan
bahwa mereka mengembangkan cara-cara baru
dalam memberi makan anak
yang sakit dan sedang dalam
masa penyembuhan
176 / Bab Delapan: Monitoring & Evaluasi
Diskusi kelompok terarah
dengan para ibu lulusan
Pos Gizi; wawancara mendalam di rumah; kunjungan
observasi rumah
Diskusi kelompok terarah
dengan para ibu lulusan
Pos Gizi; wawancara mendalam di rumah; kunjungan
observasi rumah
Diskusi kelompok terarah
dengan para ibu lulusan
Pos Gizi atau para pengasuh
TABEL 8.6
(Lanjutan)
AKTIVITAS
HASIL-HASIL OBJEKTIF
YANG DIHARAPKAN
INDIKATOR-INDIKATOR
YANG DIUSULKAN
METODE/ALAT
Perilaku
perawatan
Para ayah ikut berpartisipasi
dalam perawatan anak dan
menghabiskan lebih banyak
waktu bersama anak mereka
Para ayah yang ikut berpartisipasi dalam Pos Gizi melaporkan bahwa mereka
menghabiskan lebih banyak
waktu bersama anak mereka
dan membagi tugas perawatan anak dengan sang ibu
Diskusi kelompok terarah
bersama dengan para ayah
Perilaku
menyehatkan
Para pengasuh dan anggota
keluarga lainnya akan menyediakan stimulus kognitif
dan bahasa kepada anak
Anggota-anggota keluarga
dari partisipan PosGizi melaporkan bahwa mereka sering
bernyanyi dan bermain
bersama anak; memajukan
kemampuan anak dalam
bidang vokalisasi, bahasa,
kemampuan berkomunikasi
Para partisipan melaporkan
bahwa mereka telah
mengembangkan perilakuperilaku kebersihan yang
baru: membersihkan
makanan sebelum dimasak/
menutup makanan
Para pengasuh akan melatih
kebersihan makanan yang
baik
Para partisipan yang telah
mengembangkan perilakuperilaku kebersihan tubuh
yang baik seperti menggunting kuku & mencuci
tangan (dengan sabun)
sebelum & mencuci tangan
setelah memakai toilet
Para pengasuh akan melatih
kebersihan tubuh yang baik
kepada diri mereka serta
anak mereka
Wawancara mendalam di
rumah; observasi ketika
mengadakan kunjungan
rumah
Diskusi kelompok terarah
bersama dengan para ibu,
pengasuh yang telah lulus
Pos Gizi; wawancara mendalam di rumah
Para pengasuh yang mengenali tanda-tanda bahaya &
dapat mengidentifikasi tanda
tersebut dengan akurat
Para pengasuh dapat mengidentifkasi tanda-tanda
bahaya (infeksi saluran pernapasan yang parah dan
penyakit diare)
Para pengasuh dapat memastikan bahwa anak mereka
memperoleh imunisasi lengkap dan menimbang anak
mereka secara berkala (ikut
berpartisipasi dalam Posyandu)
Pertemuan
bulanan
untuk mengadakan
peninjauan
ulang
Diskusi kelompok terarah
bersama dengan para ibu,
pengasuh yang telah lulus
Pos Gizi; wawancara mendalam; observasi rumah
# dan % pengasuh yang
membawa anak mereka
untuk memperoleh imunisasi
lengkap, serta # dan % anak
yang berpartisipasi dalam
Posyandu
Observasi rumah; diskusi
kelompok terarah dengan
para ibu/pengasuh; wawancara mendalam
Daftar nama vaksinasi,
catatan kartu pertumbuhan
daftar nama Posyandu
Mengarahkan Tim dan Pos
Gizi
Partisipasi dari seluruh
pemegang saham di setiap
pertemuan
Kunjungan supervisi untuk
para staff
Para kader mengatur, menilai
dan mengawasi program
secara efektif
Aktivitas pengamatan dan
pengawasan secara langsung di lokasi kejadian
Formulir-formulir laporan
Laporan yang akurat
Audit, laporan keuangan
setiap bulan
Dana digunakan dengan
sesuai
Tetap diadakan kunjungankunjungan rumah dan Posyandu
Kunjungan-kunjungan
lanjutan dan laporanlaporan
Masalah-masalah dapat
diidentifikasi dan diselesaikan
Waktu untuk meninjau
ulang pertemuanpertemuan bulanan
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 177
FORMULIR CONTOH
FORMULIR 8.1
Pemantauan Kejadian-Kejadian Penting: Laporan
Kelahiran setiap Bulan
Nama Desa:
Desa
Periode dari:
Nama bayi
yang baru
lahir
Jenis
kelamin
Nama
Ayah
Hingga:
Tanggal/
Bulan Lahir
Berat
Bada
n (kg)
Tempat
# Kelahiran
Komentar
Contoh formulir untuk melaporkan kelahiran setiap bulan
FORMULIR 8.2
Pemantauan Kejadian-Kejadian Penting:Laporan
Kematian Anak-Anak dan Wanita setiap Bulan
Nama Desa:
Periode dari:
Hingga:
Tanggal lahir
Desa
Nama
Jenis
kelamin
Bulan
Tahun
Jumlah total angka kematian setiap bulan:
178 / Bab Delapan: Monitoring & Evaluasi
Data kematian
Hari
Bulan
Tanda Tangan:
Usia
Komentar (i.e
penye-bab
kema-tian)
Nama Anak
Jenis kelamin
Nama Ayah
Hari
Masuk atau
Keluar
Tanda Tangan:_________________
Bulan
Tanggal lahir
Jumlah Total Angka Migrasi-Masuk setiap Bulan:_________________
Jumlah Total Angka Migrasi-Keluar setiap Bulan:_________________
Desa
Tanggal Pindah
Pemantauan Kejadian-Kejadian Penting: Laporan Migrasi
Masuk/Keluar setiap Bulan
Nama Desa:___________________________________________________
Periode dari:______________________
Hingga:___________________
FORMULIR 8.3
Dari atau
menuju
Komentar
FORMULIR 8.3
Pemantauan
Kejadian-Kejadian Penting:
Laporan Migrasi Keluar/Masuk
Setiap Bulan
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 179
180 / Bab Delapan: Monitoring & Evaluasi
Nama
Anak
Jenis
Kelamin
L/P
Bulan/Tahun
kelahiran
Berat
Badan
Status
Tanggal Posyandu
Berat
Badan
Status
Tanggal Posyandu
Berat
Badan
Status
Tanggal Posyandu
Catatan: Berikan sedikitnya dua baris pada setiap keluarga untuk mencatat saudara-saudara kandung yang lebih muda
Nama
Kepala
Rumah
Tangga
Contoh Registrasi Posyandu
Komentar
Contoh Buku registrasi
kegiatan Posyandu
RT
#
FORMULIR 8.4
FORMULIR 8.4
Contoh Buku Registarsi Kader Pos Gizi
Nama
Anak
Tanggal
lahir
Kontribusi: Beri tanda nol atau
centang untuk setiap kehadiran
Tanggal Masuk
Berat
Badan
Ketika
Masuk
Berat
Badan
Ketika
keluar
Perubahan Berat
Badan (g) +
atau-
Tanggal Sesi Hearth: Dari:______________ Hingga:______________ Jumlah Anak yang Berpartisipasi:_________
FORMULIR 8.5
Komentar
FORMULIR 8.5
Contoh buku registrasi kader
Pos Gizi
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 181
182 / Bab Delapan: Monitoring & Evaluasi
#
Normal
%
#
kurang
(kuning)
%
#
Buruk
(merah)
%
Total Malnutrisi
#
%
* Masukan kelahiran dan kematian yang terjadi sejak sesi Posyandu terakhir (selama 2 bulan terakhir)
Total
Anak yg ditimbang
#
%
Kelahiran*
Kematian*
Pindah Kedalam / Keluar
Contoh Format
untuk Menyusun Hasil-Hasil
Posyandu di tingkat Desa
Desa
Populasi <3
tahun
FORMULIR 8.6 Contoh Format Untuk Menyusun Hasil-Hasil
Posyandu pada Tingkat Desa
FORMULIR 8.6
Populasi <3
%
#
#
%
Normal
Anak yg
ditimbang
%
Total Malnutrisi
% #
#
#
%
Parah
(merah)
Ringan
(kuning)
Kelahiran*
Kematian*
Contoh Format untuk Menyusun Hasil-Hasil Posyandu Selama satu Tahun pada Tingkat Desa
* Masukan kelahiran dan kematian yang terjadi sejak sesi Posyandu terakhir (selama 2 bulan terakhir)
Posyandu 7
Posyandu 6
Posyandu 5
Posyandu 4
Posyandu 3
Posyandu 2
Posyandu 1
Sesi/
Tanggal
Posyandu
FORMULIR 8.7
FORMULIR 8.7
Contoh Format untuk Menyusun Hasil-Hasil posyandu Selama Satu Tahun di Tingkat
Desa
.
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 183
184 / Bab Delapan: Monitoring & Evaluasi
#
Anak yang
Terdaftar
#
%
Lulus
#
%
Desa
#
Anak yang
Terdaftar
#
Lulus
%
Dapat mengejar ketinggalan
pertumbuhan
#
%
#
%
Pertumbuhan
yang memadai
Tanggal Sesi Hearth: Dari:_____________ Hingga:_____________
Gunakan formulir diatas atau formulir dibawah
Desa
Tidak ada
Tingkat
Berat
Badan
#
%
#
%
%
Penurunan
Berat Badan
#
Penurunan
Berat
Badan
#
Anak yang
Kembali
Perpindahan dari
Merah ke
Kuning
#
%
Komentar
(kematian,
penyakit, dll)
Komentar (kematian, penyakit, dll)
# Anak yang
Kembali
Contoh Format Pemantauan
Setiap Bulan untuk Menyusun
Hasil-Hasil Pos Gizi
Berat Badan
yang Didapat
Tanggal Sesi Pos Gizi: Dari:_____________ Hingga:_____________
FORMULIR 8.8 Contoh Format Pemantauan Bulanan untuk Menyusun Hasil-Hasil Hearth Pos Gizi
FORMULIR 8.8
FORMULIR 8.9
#
Nama
Alat Pemantauan Perilaku
Umur
(Bulan)
Pemberian ASI Secara Eksklusif
Selama 24 Jam Terakhir?
Ya
Tidak
Tidak
Tahu
1
2
3
Alat Pemantauan Perilaku
Kotak Indikator
# dari para pengasuh
yang diwawancara
yang menjawab YA
atau TIDAK:
# dari para pengasuh
yang diwawancara
yang menjawab Ya
4
5
6
% dari para pengasuh
yang melaporkan ASI
Eksklusif dalam 24 jam
terakhir
7
8
9
10
11
12
13
14
Petunjuk:
Pada suatu sesi Pos Gizi khusus, identifikasi bayi-bayi di bawah usia enam
bulan yang ditemani oleh para pengasuh yang sudah mengetahui pola pemberian makan mereka selama 24 jam terakhir:
♥ Wawancara setiap pengasuh secara pribadi.
♥ Tuliskan nama dan usia bayi, dan memastikan bahwa si bayi sudah cocok dengan kriteria usia yang sudah ditentukan di atas.
♥ Mintalah pada pengasuh untuk mengingat kembali semua yang dimakan
oleh si bayi sejak kemarin. Jika bayinya HANYA minum ASI (dan bukan air putih, formula, susu lainnya, jus, cairan lainnya, sereal, buah,
sayuran, biji-bijian padi, daging, dll.), maka berilah tanda centang
dalam kolom yang bertanda “Ya”. Jika si bayi diberi makanan apapun
selain ASI, beri tanda centang pada kolom bertanda “Tidak”. Jika pengasuh tidak mempunyai informasi yang lengkap, beri tanda centang
pada kolom bertanda “Tidak Tahu”.
♥ Lanjutkan sampai didapatkan informasi dari sepuluh bayi, dan tidak
termasuk dalam kolom “Tidak Tahu”.
♥ Jumlahkan banyaknya jawaban “Ya” dan “Tidak” dan tuliskan jumlah
angkanya dalam kolom di Kotak Indikator (lihat disamping)
♥ Jumlahkan jawaban “Ya” dan tuliskan angkanya dalam kolom yang
bersangkutan di Kotak Indikator.
♥ Bagilah jumlah total jawaban “Ya” dengan jumlah total jawaban “Ya”
dan “Tidak” dan kalikan dengan 100 untuk mengetahui prosentase pengasuh yang melaporkan ASI eksklusif dalam 24 jam terakhir.
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 185
FORMULIR 8.10 Alat Pemantauan Penimbangan
Kader
Alat
Pemantauan
Penimbangan Kotak Indikator
# dari kader Yang Diamati:
# dari kader Yang
Menimbang Semua
Bayi Dengan Benar:
% dari kader Yang
Menimbang Semua
Anak Dengan Benar
#
Berat Menurut
Kader
Berat Menurut
Supervisor
Selisih?
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
Petunjuk:
♥ Mintalah kepada para supervisor/pelatih untuk mengamati para kader
yang menimbang anak-anak.
♥ Tuliskan nama masing-masing kader.
♥ Jelaskan kepada pengasuh bahwa bayi tersebut akan ditimbang dua
kali.
♥ Amati kadernya saat ia menimbang bayi pertama dan catat laporan timbangannya.
♥ Timbang kembali si bayi dengan benar (menurut aturan) dan catat
berapa beratnya.
♥ Periksa apakah kedua berat badannya sama. Beri tanda centang pada
kolom “Selisih” jika berat badannya berbeda ___ gram dengan yang
dilakukan oleh kader (tentukan perbedaan yang tepat untuk proyek).
♥ Ulangi prosesnya sampai mencapai tiga sampai lima bayi per satu
kader.
♥ Diskusikan observasi anda dengan kader.
♥ Ulangi dengan kader yang lainnya.
♥ Lengkapilah Kotak Indikator pada bagian bawah halaman (lihat
disamping).
♥ Diskusikanlah temuan-temuan dengan para kader Pos Gizi yang hadir.
♥ Terakhir, teruskan laporan tersebut ke tim kesehatan masyarakat bersama dengan laporan pemantauan anda.
186 / Bab Delapan: Monitoring & Evaluasi
SUMBER - SUMBER
Pembelajaran Dewasa
DEWASA
Charleston, R. dan B. Kittle, Adult Learning – Towards Behavior
Change: A Training Curriculum; CARE, 2001
Vella, Jane, Learning to Teach: Training of Trainers for Community
Development Oef International, 1989
Dapat diperoleh di: http://www.janevella.com/books.asp
Vella, Jane, Learning to Listen, Learning to Teach: The Power of
Dialogue in Educating Adults, Revised Edition; San Francisco:
Jossey-Bass Publishing, 2002
Dapat diperoleh di: http://www.janevella.com/books.asp
Vella, Jane, Taking Learning to Task: Creative Strategies for
Teaching Adults; San Francisco: Jossey-Bass, 2002
Dapat diperoleh di: http://www.janevella.com/books.asp
Vor der Bruegge, Ellen dan Robb Davis, Designing for Adults
Course Packet; Freedom From Hunger, 2002
Dapat diperoleh di: http://www.coregroup.org/resources/
Dialogue_Education_Course_ Packet.pdf
Partisipasi Masyarakat
Howard-Grabman, Lisa dan G. Snetro, How to Mobilize Communities for Health and Social Change; Baltimore: Pusat Universitas
Johns Hopkins untuk Program Komunikasi, Forthcoming (2003)
McNulty, Judiann, S. Mason, dan Judi Aubel, Participation for Empowerment; Atlanta: CARE, 200
Dapat diperoleh di: www.coregroup.org
Schoonmaker-Freudenberger, Karen, Rapid Rural Appraisal (RRA)
and Participatory Rural Appraisal (PRA): A Manual for CRS Field
Workers and Partners; Baltimore: Catholic Relief Services, 1999
Dapat diperoleh di:
www.catholicrelief.org/what/overseas/rra_manual.cfm
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 187
MASYARAKAT
KESEHATAN
Pendidikan Kesehatan
UNICEF, Facts for Life, 3rd Edition; New York: United Nations Children’s
Fund, 2002
Dapat diperoleh di: www.unicef.org/ffl
Werner, D. dan Bill Bower, Helping Health Workers Learn: A Book of Methods, Aids, and Ideas for Instructors at the Village Level, Edisi kedua; 1995
Dapat diperoleh di: http://www.hesperian.org/
PEMANTAUAN & EVALUASI
Alat-alat Pemantauan dan Evaluasi
Espeut, Donna, Knowledge, Practices and Coverage Survey 2000+ Field
Guide; Calverton: The Child Survival Technical Support Project, 2001
Dapat diperoleh di: http://www.childsurvival.com/kpc2000/kpc2000.cfm
Weiss, William dan Paul Bolton, Training in Qualitative Research Methods
for PVOs & NGOs & Counterparts; 2000
Dapat diperoleh di: www.jhsph.edu/refugee/resources.html
.
188 / Sumber - sumber dan Referensi
Gizi
GIZI
Fourth Report on the World Nutrition Situation; Jenewa, ACC/SCN berkolaborasi dengan IFPRI, 2000
Dapat diperoleh di: http://acc.unsystem.org/scn/Publications/4RWNS/
4rwns.pdf
Cameron, Margaret, Yngve Hofvander, dan Rondo Cameron, Manual on
Feeding Infants and Young Children Edisi ketiga; Oxford UP, 1989
Cogill, Bruce, Anthropometric Indicators Measurement Guide; Washington,
DC: Food & Nutrition Tech. Assistance Project, 2001 Dapat diperoleh di:
http://www.fantaproject.org/publications/ anthropom.shtml
Griffiths, Marcia, Kate Dickin, dan Michael Favin, Promoting the Growth of
Children: What Works: Rationale and Guidance for Programs; Bank Dunia,
1996
Dapat diperoleh di: http://wbln0018.worldbank.org/hdnet/hddocs.nsf/
Marchione, Thomas J, (penyunting)., Scaling Up, Scaling Down: Overcoming
Malnutrition in Developing Countries; Gordon dan Breach Publishers, 1999
Murray, J., et al., BASICS Technical Report: Emphasis Behaviors in Maternal/Child Health Focusing on Caretaker Behaviors to Develop Maternal/Child Health Programs in Communities; 1997
Dapat diperoleh di: http://www.basics.org/publications/abs/abs_emphasis.html
Sanghvi, Tina, Nutrition Essentials: A Guide for Health Managers; World
Health Organization, 1999
Dapat diperoleh di: http://www.basics.org/publications/abs/abs_nutrition.html
Wagman, J., dan Peter Winch, (para penyunting)., Implementing and Evaluating Nutrition Interventions for Managers of PVO Child Survival Projects: A
Guide to Manuals, Guidebooks, and Reports; Child Survival
Technical Support Project, 2000
Dapat diperoleh di:http://www.childsurvival.com/documents/ NutritionManual3.pdf
Zeitlin, Marian, Hossein Ghassemi, dan Mohamed Mansour, Positive Deviance in Child Nutrition: With Emphasis on Psychosocial and Behavioural Aspects and Implications for Development; Universitas Perserikatan BangsaBangsa, 1990.
Dapat diperoleh di: http://www.unu.edu/unupress/unupbooks/80697e/
80697E00.htm
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 189
SITUS
Situs
DASAR II – Suatu proyek global untuk memelihara suatu pendekatan yang
komprehensif untuk memperbaiki perilaku yang berhubungan dengan gizi dan
hasil-hasilnya. www.basics.org/technical/nutrition.html
Kelompok INTI – Suatu keanggotaan organisasi nonprofit yang berbasis di
AS yang bekerja bersama untuk memperbaiki kesehatan ibu dan anak.
www.coregroup.org
Proyek Bantuan Teknis Pangan dan Gizi (FANTA)– Suatu proyek program
gizi dan ketahanan pangan yang terintegrasi. www.fantaproject.org
Proyek Keterkaitan – Suatu proyek di seluruh dunia untuk mendukung pemberian ASI, gizi ibu dan yang berhubungan dengan pemberian makanan pelengkap, dan Metode Amenorrhea Lactational. www.linkagesproject.org
UNICEF – Halaman infor The United Nations Children’s Fund mengenai
gizi, strategi, wilayah fokus, dan program tindakan; termasuk juga dokumen
pendukung, sumber-sumber, dan situs.
www.unicef.org/programme/nutrition/mainmenu.htm
Bank Dunia – Pendekatan multi-sektoral Bank Dunia terhadap gizi, termasuk
juga situs, informasi proyek, indikator kunci dan kertas kerja.
www1.worldbank.org/hnp
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) – Halaman info gizi WHO membahas
mengenai isu-isu terkini, penelitian, dan topik-topik seperti kekurangan gizi
mikro serta praktek pemberian makan bayi dan anak kecil.
www.who.int/nut/index.htm
190 / Sumber - sumber dan Referensi
REFERENSI
Ucapan Terima Kasih:
UCAPAN TERIMA KASIH
1. Sternin, M., J. Sternin, dan D. Marsh, Field Guide: Designing a Community-Based Nutrition Education and Rehabilitation Program Using the Hearth
Model and “Positive Deviance” Approach; Westport: Save the Children dan
BASICS, Desember 1998
2. Cribbin, M., Application of a Positive Deviance Inquiry in the Oruro Altiplano; Universitas Emory, April 2000
3. Conrad, V., Positive Deviance and Nutrition Education and Rehabilitation
Programs: A Field Manual For Use in West Africa; Save the Children, 2001
Tinjauan:
TINJAUAN
1. Report of The International Workshop on Improving Children’s Health and
Nutrition in Communities; 20-23 June 2000, Durban, Afrika Selatan, 2000
2. Berggren, W., Wawancara-wawancara pribadi
3. Sternin, M, J. Sternin, dan D. Marsh. ‘Scaling Up a Poverty Alleviation and
Nutrition Program in Vietnam’, Scaling Up, Scaling Down: Capacities for
Overcoming Malnutrition in Developing Countries; Gordon dan Breach Publishers, 1999
4. Wollinka, O, K. E. Burkhalter, dan N. Bahir (para penyunting), Hearth Nutrition Model: Applications in Haiti, Vietnam and Bangladesh; Arlington, VA:
BASICS, 1997
5. WHO Global Strategy on Infant and Young Child Feeding, Report of the
Secretariat; Majelis Kesehatan Dunia ke-55, April 2002
I
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 191
6. Strategy for Improved Nutrition of Children and Women in Developing
Countries; Divisi Program, Bagian Gizi, UNICEF, Juni 1990, New York:
Monograph, 1990
7. Pelletier, D.L., et al., The Effects of Malnutrition on Child Mortality in Developing Countries; Buletin World Health Organization 73(4): 443-448, 1995
8. Evidence and Information for Policy; WHO Child and Adolescent Health
and Development, 2001
9. Sanghvi, T. Nutrition Essentials: A Guide for Health Managers; BASICS/UNICEF/WHO, 1999
BAB I
Bab 1:
1. Berggren, G, dan M. Moreaux, HEARTH/Positive Deviance Approach to
Combating Malnutrition in Haiti: “Ti Foyers” in Haiti; Laporan Kunjungan
Lapangan dan Lokakarya di Deschapelles, Haiti; 10-19 September 2002
BAB III
Bab 3:
1. Reference Data for the Weight & Height of Children in Measuring Change
in Nutritional Status; WHO, 1993
2. How to Weigh and Measure Children: Assessing the Nutritional Status of
Young Children in Household Surveys; Departemen PBB, Kantor Kerjasama
Teknis untuk Pembangunan dan Statistik, 1996
3. Cogill, B., Anthrometric Indicators Measurement Guide; Proyek Bnatuan
Teknis Pangan dan Gizi, 2001
BAB IV
Bab 4:
1. Allen, H., et al., New Policies for Using Anthelmintics in High Risk Groups
WHO Informal Consultation on the Use of Praziquantel during Pregnancy/Lactation, and Albendazole/Mebendazole in Children under 24
Months; April 2002
2. Marsh, D. dan K. Lapping, Save the Children and the Positive Deviance
Approach, Kertas Kerja No. 1; 31 Desember 2001
192 / Sumber - sumber dan Referensi
BAB V
Bab 5:
1. Management of Severe Malnutrition: A Manual for Physicians and Other
Senior Health Workers; Jenewa: WHO, 1999
2. Dietary Reference Intakes; Food and Nutrition Board of the National Academy of Sciences, dipublikasikan
3. Facts for Life; UNICEF, 2002
4. Facts for Feeding, Guidelines for Appropriate Complementary Feeding of
Breastfed Children 6-24 Months of Age; LINKAGES, 2001.
5. Sanghvi, T., Nutrition Essentials: A Guide for Health Managers; WHO/
BASICS/UNICEF, 1999, 22
6. Marsh, D. dan K. Lapping, Save the Children and the Positive Deviance
Approach, Kertas Kerja No. 1; 31 Desember 2001
7. Griffiths, M. dan V. De Alvarado, Honduras: The AIN Community Experience; The Manoff Group, 1999
8. Sternin, M, J. Sternin, dan D. Marsh, ‘Scaling Up a Poverty Alleviation and
Nutrition Program in Vietnam’, Scaling Up, Scaling Down: Capacities for
Overcoming Malnutrition in Developing Countries; Gordon dan Breach Publishers, 1999
9. Berggren, W. dan J. Grant, Community Health Report to the Grant Foundation; 1995
10. Sanghvi, T., Nutrition Essentials: A Guide for Health Managers;
WHO/BASICS/UNICEF, 1999, 232
11. Sanghvi, T., Nutrition Essentials: A Guide for Health Managers;
WHO/BASICS/UNICEF, 1999, 228
Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 193
BAB VII
Bab 7:
1. Pyle, D. dan T. Tibbetts, An Assessment of the Living University as a
Mechanism for Expansion; Draft, 2002
2. Wollinka, O, K. E. Burkhalter, dan N. Bahir, (para penyunting)., Hearth Nutrition Model: Applications in Haiti, Vietnam and Bangladesh; Arlington, VA:
BASICS, 1997
3. Diene, S. dan M. Sternin, On the Use of the Positive Deviance Approach
and Hearth Model to Combat Malnutrition in West Africa; Arlington, VA: BASICS, November 2000
BAB VIII
Bab 8:
1. Marsh, D. dan K. Lappi, Save the Children and the Positive Deviance Approach, Kertas Kerja No. 1; 31 Desember 2001
2. Wollinka, O, K. E. Burkhalter, dan N. Bahir, (para penyunting)., Hearth Nutrition Model: Applications in Haiti, Vietnam and Bangladesh; Arlington, VA:
BASICS, 1997
3. Meyers, J. Maternal and Child Health Initiative program in Dabola, Guinea;.
Presentasi PowerPoint presentation di USAID, Africare, Mei 2000
4. Grobler Tanner, C., Comments on manuscript review; November 2001
194 / Sumber - sumber dan Referensi
Perilaku Khusus Positif / Pos Gizi :
Sebuah Buku Panduan Pemulihan yang
Berkesinambungan Bagi Anak Malnutrisi
Perilaku Khusus Positif / Pos Gizi merupakan suatu program gizi yang
berbasis rumah tangga dan komunitas bagi anak-anak yang beresiko
kekurangan gizi di negara-negara sedang berkembang. Program tersebut
telah memungkinkan ratusan kelompok masyarakat mampu mengurangi
angka kekurangan gizi pada anak mereka dan mencegah kejadian malnutrisi
selama bertahun-tahun setelah program tersebut selesai
Pendekatan “Perilaku Khusus Positif” digunakan untuk menemukan praktek-praktek yang tidak biasa, tetapi bermanfaat, dari para ibu
atau pengasuh anak yang bergizi baik dari keluarga miskin. Setelah
diidentifikasi, berbagai kebiasaan dan perilaku tersebut disebarluaskan kepada keluarga yang lain yang mempunyai anak malnutrisi di
dalam masyarakat tersebut.
“Pos Gizi” merupakan bagian program untuk kegiatan pemulihan dan
pendidikan gizi. Pos Gizi dilakukan di dalam lingkungan rumah dimana
para pengasuh dan kader menyiapkan “Makanan Khusus Positif” .
Mereka mempraktekkan perilaku perawatan anak yang baik dan memberi
makan anak yang kekurangan gizi dengan makanan tambahan yang
kaya-energi/kalori.
Diperkaya dengan pengalaman lapangan yang membantu, perangkat dan ide
yang berguna, panduan ini menjelaskan langkah demi langkah tentang bagaimana
mengidentifikasi anak yang beresiko
melakukan penyelidikan PKP
melakukan kegiatan Pos Gizi dan
merancang suatu sistem monitoring dan evaluasi
Diterjemahkan oleh Project Concern International / PCI - Indonesia
dan diperbanyak oleh “Jejaring PD indonesia”