Positive Deviance Initiative
Transcription
Positive Deviance Initiative
PERILAKU KHUSUS POSITIF / POS GIZI ( POSITIF DEVIANCE / HEARTH ) Buku Panduan Pemulihan yang Berkesinambungan Bagi Anak Malnutrisi Diterjemahkan oleh Project Concern International / PCI - Indonesia dan diperbanyak oleh “Jejaring PD Indonesia” KATA PENGANTAR P elatihan “Positive Deviance” untuk pertama kalinya dilakukan di Indonesia pada akhir Agustus 2002. Dalam kurun waktu satu setengah tahun tersebut berbagai LSM Internasional dan Dinas Kesehatan Cianjur, telah mengadopsi pendekatan ini dalam program mereka. Bersamaan dengan penerapan pendekatan ini, “Jejaring PD” (PD Network) yang partisipannya terdiri dari berbagai kalangan -termasuk beberapa LSM Internasional, LSM Nasional/Lokal, Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan dari beberapa daerah, dan para pegiat dan pemerhati peningkatan gizi anak - terus melakukan diskusi, lokakarya dan pelatihan di wilayah masing-masing dan semakin dirasakan kebutuhan untuk adanya buku panduan dalam bahasa Indonesia sebagai pedoman bagi para pengambil keputusan dan staf lapangan. Menyadari akan kebutuhan penting ini PCI ( Project Concern International) mengambil inisiatif untuk menterjemahkan buku manual “Positive Deviance/Hearth” yang diterbitkan oleh CORE (Child Survival Collaborations and Resource Group). Buku ini diterjemahkan oleh Pauline Mulyono kemudian di edit oleh Sam Nuhamara (PCI) dibantu oleh Evie Worro Yulianti dan Hastin Atasasih (Mercy Corp), Pajarningsih ( Save the Children), Isrowandi. Sdr. Aditias Suyasninto (PCI) bertanggung jawab dalam melakukan setting. Buku ini diperbanyak oleh Jejaring Positive Deviance Indonesia khususnya dari LSM International yaitu: Save the Children, Project Concern International, Mercy Corps, World Vision Indonesia, CARE Indonesia, dan Chatolic Relief Service. Saya mengucapkan terima kasih kepada mereka yang telah berperan dalam mewujudkan “Buku Panduan “ ini dalam bentuknya seperti ini. Kami membutuhkan dan sangat menghargai masukan anda sebagai pengguna buku terjemahan ini agar “PD network” dapat menyempurnakannya pada masa-masa yang akan datang. Kiranya semua pihak yang berkepentingan dalam penggunaan buku panduan ini dapat memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dalam upaya menghasilkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas dimasa-masa yang akan datang. Jakarta, 10 Februari 2004 Glenn Gibney Country Director PCI Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / iii Group CORE G roup CORE (Child Survival Collaborations and Resources) merupakan asosiasi lebih dari 35 (Lembaga Sosial Masyarakat) di Amerika Serikat, yang bekerjasama mempromosikan dan memperbaiki program pelayanan kesehatan dasar bagi ibu dan anak serta masyarakat dimana mereka berada. MisiCORE adalah memperkuat kapasitas lokal pada skala global untuk mengukur perbaikan kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak di Negara sedang berkembang melalui kerjasama aksi dan pembelajaran LSM. Secara bersamasama, anggota organisasi ini bekerja di sekitar 140 negara, mendukung program pembangunan dan kesehatan. Publikasi ini dapat dibuat atas dukungan dari kantor kerjasama lembaga nirlaba dibawah USAID ( United states Agency for International Development ) melalui perjanjian kerjasama FAO-A-00-98-00030. Publikasi ini tidak mewakili pendapat atau pandangan USAID. Dapat diperbanyak jika memperoleh ijin. Kutipan yang Direkomendasikan N utrition Working Group, Child Survival Collaboration and Resources Group (CORE), Positive Deviance/Hearth: A Resource Guide for Sustainably Rehabilitating Malnourished Children, Washington, D.C: December 2002 Abstrak PKP/POS GIZI SUATU PROGRAM BERBASIS RUMAH TANGGA DAN MASYARAKAT P erilaku Khusus Positif/Pos Gizi merupakan program gizi yang berbasis rumah tangga dan masyarakat bagi anak yang beresiko kurang energi-protein di Negara sedang berkembang. Program ini menggunakan pendekatan Perilaku Khusus Positif (PKP) untuk mengidentifikasi berbagai perilaku tersebut dari ibu atau pengasuh yang memiliki anak bergizi baik tetapi dari keluarga kurang mampu dan menularkan kebiasaan positif tersebut kepada keluarga yang lain dengan anak kurang gizi di suatu masyarakat. “Pos Gizi” merupakan tempat atau rumah yang digunakan untuk mengadakan kegiatan pemulihan dan pendidikan gizi. Buku panduan ini menjelaskan secara detail bagaimana mengidentifikasi anak yang beresiko, melakukan Penyelidikan PKP untuk mengenal kebiasaan positif, menyelenggarakan kegiatan Pos Gizi, dan mengembangkan system monitoring dan evaluasi. Dilengkapi dengan berbagai pengalaman lapangan yg khusus dan perangkat yang berguna. iv / Kelompok CORE / Kutipan / Abstrak UCAPAN TERIMA KASIH Banyak pihak yang telah terlibat dalam pengembangan bahan panduan ini – dalam penulisan bab-babnya, menyediakan kasus-kasus, berbagi pengalaman, mengorganisir bahan-bahan dan kegiatan, dan mengedit dokumen supaya ramah-pengguna bagi para staff di lapangan. Produk akhir ini adalah hasil kerja dari banyak orang yang berkomitmen dan telah menemukan nilai dari pendekatan Perilaku Khusus Positif (PKP) /Pos Gizi dan mereka ingin berbagi pengetahuan dengan orang lain. Kami ingin mengucapkan terima kasih pada anggota-anggota CORE dan rekan-rekan lainnya yang telah berbagi pendapat mereka tentang PKP/ Pos Gizi dalam berbagai pertemuan dan e-mail selama dua tahun terakhir ini. Walau kami tidak dapat menyebut satu persatu nama semua orang yang telah terlibat, kami ingin menyebut beberapa orang kunci yang telah menyumbangkan sejumlah besar waktu Produk akhir ini adalah hasil kerja dari banyak orang yang mereka. D onna Sillan ditugaskan oleh CORE sebagai penulis utama konsep pertama bahan panduan ini. Ia pergi ke Myanmar untuk bekerja dengan Monique dan Jerry Sternin dan belajar bagaimana PKP/Pos Gizi berjalan di Vietnam, Mesir, Myanmar dan negara-negara lainnya. Menggunakan pengalaman dan tugas-tugasnya dalam merancang program-program PKP/Pos Gizi bagi anggota CORE lainnya di seluruh dunia untuk mengumpulkan informasi mendalam dan kasus-kasus tentang PKP/Pos Gizi. Ia menggabungkan bahan-bahan dari sumber-sumber sebagai berikut: panduan lapangan tentang PKP/Pos Gizi yang pertama: Panduan Lapangan: Merancang sebuah Program Gizi Berdasarkan Komunitas Menggunakan Model Pos Gizi dan Pendekatan “Perilaku Khusus Positif” (1); Tesis untuk meraih gelar Master oleh Melissa Cribben, yang melakukan pengujian lapangan terhadap panduan awal tersebut di Bolivia (2); Perilaku Khusus Positif dalam Gizi Anak: Buku Pedoman Lapangan untuk Digunakan di Afrika Barat (3); sebuah lokakarya nasional tentang Pos Gizi di Guinea yang diselenggarakan pada February 2000 oleh Africare; sebuah pertemuan kelompok penasehat teknis Pos Gizi pada April 2000 oleh CORE dan BASICS II; dan sebuah lokakarya tentang pendekatan Perilaku Khusus Positif yang diselenggarakan pada bulan November 2000. di Mali oleh Save the Children dan BASICS. Sumbangan dari berbagai sumber tersebut terlalu panjang untuk dapat dituliskan satu persatu. Monique dan Jerry Sternin mengembangkan pendekatan PKP dan mendemonstrasikan manfaatnya yang luarbiasa dengan mendirikan program Save the Children untuk Pendidikan dan Rehabilitasi Gizi di Vietnam. Mereka memulai dalam skala kecil dan kemudian mengembangkannya dengan menggunakan pendekatan yang mereka sebut sebagai “universitas hidup” dan mendokumentasikan secara ilmiah keberhasilan-keberhasilan mereka. Monique memeriksa beberapa rancangan dan menyumbangkan informasi yang sangat berharga berdasarkan pengalamannya yang luas. Drs.Gretchen dan Warren Berggren menciptakan dan menulis tentang konsep awal Pos Gizi (nutrition demonstration foyers) pada tahun 60-an di Haiti dan hingga saat ini mereka tetap memberikan sumbangan penting dalam peningkatan dan tentang pelajaran yang bisa diambil dari pendekatan Pos Gizi Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / v berkomitmen dan telah menemukan nilai pendekatan PKP/Pos Gizi dan mereka ingin berbagi pengetahuan dengan orang lain. sambil membina orang lain yang menggunakannya. Gretchen Berggren memeriksa beberapa rancangan dari bahan pedoman ini, dan baik Gretchen dan Warren telah memberikan bimbingan teknis yang luar biasa. Dr. David Marsh menuliskan bab tentang Monitoring dan Evaluasi dan menyumbangkan banyak studi kasus berdasarkan kegiatan Save the Children. Kerja keras David dalam mendokumentasikan keberhasilan pendekatan tersebut melalui kegiatan penelitian terapan di beberapa negara telah secara nyata menunjang ketepatan pelaksanaan PKP dan Pos Gizi. Adventist Development and Relief Agency (ADRA), Africare, CARE, Christian Children’s Fund, Mercy Corps, Save the Children, World Relief, World Vision, dan organisasi lainnya mengimplementasikan PKP/Pos Gizi di berbagai kelompok masyarakat di dunia. Hanya karena kerja keras dari masyarakat tersebut, para kader Pos Gizi dan staff lapanganlah, maka berbagai pelajaran yang berharga, kasus-kasus dan latihan-latihan dapat disajikan disini. Olga Wollinka memulai pengembangan dokumen ini dan memberikan masukan yang berharga mengenai pengalaman World Relief dengan PUP/Pos Gizi. Lynette Walker mengumpulkan semua umpan balik dari tim pengkaji, menyusun ulang dan menulis versi terakhir dari buku pedoman ini. Beberapa pengkaji lainnya memberikan masukan mendalam pada beberapa rancangan tulisan: Judiann McNulty (Mercy Corps), Karen LeBan (CORE), Caroline Tanner (FANTA), Valerie Flax (konsultan), Hannah Gilk (Pearl S. Buck Foundation), Judy Gillens (FOCAS), dan Karla Pearcy (konsultan). Beberapa editor naskah memberi sumbangan dalam berbagai tahap penyusunan dokumen ini: Alicia Oliver, Lucia Tiffany, Justine Landegger, dan Robin Steindwand. Regina Doyle merancang layout, desain grafis dan ilustrasi. Penghargaan kami pada orang-orang & organisasi yang tidak disebutkan tapi telah memberikan sumbangan besar bagi pengembangan PKP/Pos Gizi di seluruh dunia Selain orang-orang yang sudah kami sebutkan di atas, kami ingin menunjukkan penghargaan dan terimakasih kami pada orang-orang dan organisasi yang tidak disebutkan tapi telah memberikan sumbangan besar bagi pengembangan PKP/Pos Gizi di seluruh dunia. Terima Kasih. Dengan harapan bahwa kami akan dapat membawa kebiasaan-kebiasaan dari para pelaku PKP yang luar biasa itu menjadi suatu norma umum dan belajar untuk mempraktekkan perilaku perawatan anak, pemberian makan, dan perilaku kesehatan yang baik, kami persembahkan pada anda, para pelaksana, buku panduan untuk pendekatan PKP/Pos Gizi. Dengan hormat, Judiann McNulty, Co-Chair The Nutrition Working Group Child Survival Collaborations and Resources (CORE) Group Karen LeBan, Executive Director Child Survival Collaborations and Resources (CORE) Group vi / Ucapan Terima Kasih DAFTAR ISI KATA PENGANTAR…………………………………………………………………… iii UCAPAN TERIMA KASIH ………………………………………………. v TINJAUAN UMUM PERILAKU KHUSUS POSITIF/POS GIZI ……………… 1 Cara Penggunaan Panduan ini …………………………………………… 2 Apa itu Perilaku Khusus Positif/Pos Gizi? ……………………….. …… 2 Keuntungan PKP/Pos Gizi Vs Pendekatan Tradisional ………………… 6 Mengapa Kekurangan Gizi adalah Suatu Masalah ……………………… 11 Langkah-langkah penting dalam pendekatan PKP/Pos Gizi …………… 13 Definisi ………………………………………………………………… 15 BAB SATU: Langkah 1– Menentukan jika PKP/Pos Gizi untuk Anda ……… 19 A. Kondisi - kondisi Umum…………………………………………...… 19 B. Komitmen Masyarakat ……………………………………………… 22 C. Komitmen Badan Pelaksana ………………………………..……… 23 BAB DUA : Langkah 2-Mobilisasi, Seleksi & Pelatihan ………………….. 29 A. Mobilisasikan Masyarakat …………………………………………. 29 B. Proses Pengembangan Pelatihan……………………………………. 32 Contoh Uraian Tugas ………………………………………………..…… 41 Latihan-Latihan yang diadaptasikan untuk Pos Gizi ………………….… 45 Contoh Garis Besar Pelatihan untuk kader ……………………………… 54 BAB TIGA : Langkah 3 – Persiapan Penyelidikan PKP…………………… 59 A. Tentukan Target Kelompok Usia ………………………………… 60 B. Lakukan Penilaian Data Awal Gizi ………………………………… 60 C. Lakukan Analisa Situasi …………………………………………… 64 D. Lakukan Survey Peringkat Kesejahteraan ………………………… 67 E. Adakan Pertemuan dengan Masyarakat …………………………… 68 F. Identifikasi Para Pelaku PKP ……………………………………… 69 G. Melatih dan Menyiapkan Tim Penyelidikan PKP …………………. 71 Metode Pengumpulan Informasi ………………………………………… 72 Penilaian Data Awal Dizi ……………………………………………… 78 BAB EMPAT : Langkah 4 – Lakukan Penyelidikan PKP …………………… 87 A. Rencanakan Logistik Penyelidikan PKP …………………………… 88 B. Lakukan Kunjungan Rumah ………………………………………… 91 C. Kumpulkan Hasil-Hasil Temuan ….………………………………… 91 D. Bagikan Hasil Temuan Kepada Masyarakat ………………………… 95 Tanya Jawab …………………………………………………………… 96 Aplikasi Pendekatan Penyelidikan PKP Untuk Hal-Hal Lain …………… 99 Daftar Tilik Pengamatan Untuk Penyelidikan PKP …………………… 101 Contoh Wawancara Semi-Terstruktur …………………………………… 103 Format Laporan Hasil Kunjungan Rumah ……………………………… 106 Penyelidikan PKP dari berbagai Negara ………………………………… 108 BAB LIMA : Langkah Lima – Merancang Kegiatan Pos Gizi ……………… 115 A. MenJadwalkan Kegiatan Pos Gizi ………………………………..… 116 B. Merencanakan Menu Kegiatan Pos Gizi …………………………….. 116 C. Merancang Berbagai Pesan Pendekatan Pendidikan Kesehatan …… 121 D. Tentukan Tempat Pelaksanaan Kegiatan Pos Gizi ………………… 125 Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / vii TINJAUAN UMUM LANGKAH 1 LANGKAH 2 LANGKAH 3 LANGKAH 4 LANGKAH 5 E. Rancang Protokol untuk Kegiatan Pos Gizi …………………………. 126 F. Susun Rencana Kegiatan Setahun …………………………………… 129 Tanya Jawab …………………………………………………………… 132 Informasi Tambahan mengenai Mikronutrien …………………………… 132 Formulir Pendaftaran Pos Gizi ………………………………………… 135 Protokol untuk Identifikasi Dini Anak-anak Kurang Gizi yang “Beresiko”136 LANGKAH 6 - 8 LANGKAH 9 BAB ENAM: Langkah 6 sampai 8 – Melaksanakan, Mendukung, & Mengulang Kegiatan Pos Gizi……………………………………………………………………… 137 Langkah 6 – Melaksanakan Kegiatan Pos Gizi ……………………… 137 A. Mengumpulkan bahan-bahan dan Menyiapkan Sesi Pos Gizi Harian 138 B. Menyambut/Mencatat Kehadiran Pengasuh/Anak & Mengumpulkan Makanan Khas Positif ……………………………………………….. 138 C. Pimpin Sesi Pos Gizi ……………………………………………… 139 D. Memantau Kegiatan Pos Gizi ……………………………………….. 142 Langkah 7 – Mendunkung Perilaku-Perilaku Baru ..……………….. 143 Langkah 8 – Mengulang Kegiatan Pos Gizi ………………………….. 144 Tanya Jawab …………………………………………………………… 145 Daftar Tilik Penyeliaan untuk Pengamatan Kegiatan Pos Gizi …………. 148 Panduan Wawancara Pengasuh …………………………………………. 149 Umpan Balik Penyelia dan Panduan Pemecahan Masalah ……………… 150 BAB TUJUH : Langkah 9 – Memperluas Program PKP/Pos Gizi ……………… 151 Pendekatan untuk Perluasan …………………………………………… 151 A. Kembangkan Sebuah Model yang Sukses Berukuran Kecil ………… 152 B. Kerjakan Sebuah Model Sukses yang Diperluas ……………………. 152 C. Perluas Pendekatan PKP/Pos Gizi ke Tingkat Kabupaten…………… 152 D. Ciptakan Sebuah “ Universitas Hidup” ……………………………… 153 E. Dukung Mereka yang Baru Lulus untuk Kembali Ke Rumah, dan Memulai Replikasi ………………………………………………… 153 Keberhasilan Perluasan ………………………………………………….. 154 Berkelanjutan ……………………………………………………………. 156 BAB DELAPAN : Monitoring dan Evaluasi ………………………………… 159 A. Pilih Hasil proyek …………………………………………………… 160 B. Memonitor Kemajuan……………………………………………….. 161 C. Evaluasi Keefektifan………………………………………………… 170 Hasil-Hasil dari Lapangan ……………………………………………… 173 Formulir Contoh Monitoring dan Evaluasi …………………………….. 178 SUMBER - SUMBER ………………………………………………………………….. 187 REFERENSI …………………………………………………………………………….. 191 viii / Daftar Isi TINJAUAN UMUM PERILAKU KHUSUS POSITIF/ POS GIZI Siapa yang Perlu Membaca Panduan Ini? B uku panduan ini dirancang untuk para manajer program yang tertarik untuk memobilisasi masyarakat supaya melakukan rehabilitasi berkelanjutan pada anak-anak yang kekurangan gizi. Cara Penggunaan Panduan Ini B ab Satu akan membantu anda untuk memutuskan apakah Perilaku Khusus Positif (PKP)/ Pos Gizi merupakan pendekatan yang tepat bagi masyarakat anda. Bab-bab berikutnya berisi berbagai latihan, petunjuk yang berguna, dan pelajaran yang diperoleh organisasi-organisasi non-pemerintah yang telah sukses menerapkan PKP/Pos Gizi di seluruh dunia. Informasiinformasi dan bahan-bahan praktis akan memandu anda dalam menjalankan serangkaian langkah pelaksanaan program PKP/Pos Gizi secara efektif. Kami menyarankan anda untuk terlebih dahulu membaca keseluruhan panduan ini sebelum mulai melaksanakan, karena pemahaman menyeluruh akan mempermudah anda dalam merencanakan program. Kami menyarankan anda untuk terlebih dahulu membaca keseluruhan panduan ini sebelum mulai melaksanakan, karena pemahaman menyeluruh akan mempermudah anda dalam merencanakan program. Adaptasi lokal harus dilakukan. Masukkan elemen-elemen penting yang tertulis dalam bab ini dan kreatiflah serta bereksperimenlah. Terdapat banyak variasi bentuk yang dapat digunakan untuk mengadaptasi pendekatan ini agar sesuai dengan proyek anda. Setiap bagian dari rancangan proyek bergantung pada sumber-sumber yang tersedia serta pada proses penggabungan sumbersumber tersebut. Ketika anda melaksanakan program PKP/Pos Gizi anda sendiri, anda akan mendapatkan banyak pelajaran dari pengalaman tersebut. Dokumentasikan pengalaman anda agar dapat dibagikan kepada komunitas Pos Gizi global. Pos Gizi global didukung dan dioperasikan oleh orang-orang seperti anda, yang sedang mencari solusi terbaik untuk mengatasi masalah PKP/Pos Gizi merupakan kekurangan gizi. Apa Itu Perilaku Khusus Positif/Pos Gizi? P erilaku Khusus Positif/Pos Gizi merupakan pendekatan yang sukses dalam mengurangi angka kekurangan gizi. Pendekatan PKP/Pos Gizi memungkinkan ratusan kelompok masyarakat untuk dapat mengurangi tingkat kekurangan gizi anak pada saat ini dan mencegah timbulnya kekurangan gizi yang mungkin terjadi hingga beberapa tahun setelah program tersebut selesai dilaksanakan. Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 1 pendekatan yang sukses dalam mengurangi angka kekurangan gizi: pendekatan tersebut telah memungkinkan ratusan komunitas untuk dapat mengurangi tingkat malnutrisi pada saat itu dan mencegah tahun-tahun kekurangan gizi yang terjadi setelah program selesai. Tujuan-tujuan dari program PKP/Pos Gizi 1. Dengan cepat merehabilitasi anak-anak yang mengalami malnutrisi yang teridentifikasi di dalam masyarakat mereka. 2. Memungkinkan keluarga-keluarga untuk dapat mempertahankan rehabilitasi anak-anak tersebut di rumah masing-masing secara mandiri. 3. Mencegah kekurangan gizi pada anak-anak yang lahir dalam kelompok masyarakat tersebut di masa yang akan datang, dengan merubah norma-norma masyarakat mengenai perilaku-perilaku pengasuhan anak, pemberian makan, dan kesehatan. PKP/Pos Gizi menggabungkan dua pendekatan yang telah terbukti sukses mengurangi kekurangan gizi anak serta mempromosikan perkembangan normal anak di tingkat masyarakat. Pendekatan PKP/Pos Gizi Proses PKP/Pos Gizi memanfaatkan kearifan lokal yang berhasil mengobati dan mencegah kekurangan gizi dan menyebarluaskan kebijakan tersebut keseluruh komunitas PKP disusun dengan dasar pikiran bahwa beberapa solusi untuk masalahmasalah komunitas sudah ada di dalam komunitas dan hanya perlu diketemukan. Karena perilaku-perilaku berubah secara perlahan, sejumlah besar praktisi kesehatan masyarakat setuju bahwa solusi-solusi yang diketemukan dalam suatu komunitas dapat lebih dipertahankan dibandingkan dengan solusi luar yang dibawa masuk ke dalam komunitas. Proses PKP/Pos Gizi memanfaatkan kearifan lokal yang berhasil mengobati dan mencegah kekurangan gizi dan menyebarluaskan kearifan tersebut ke seluruh komunitas. PKP merupakan pendekatan yang berbasis pada “kekuatan” atau “modal” berdasarkan keyakinan bahwa di setiap komunitas ada individu-individu tertentu (“Pelaku PKP”) yang mempunyai kebiasaan-kebiasaan dan perilakuperilaku spesial, atau tidak umum yang memungkinkan mereka dapat menemukan cara-cara yang lebih baik untuk mencegah kekurangan gizi dibandingkan tetangga-tetangga mereka yang memiliki sumber yang sama dan menghadapi resiko serupa. Semua Pelaku PKP tersebut mendemonstrasikan perilakuperilaku atau kebiasaankebiasaan tertentu yang memungkinkan mereka untuk dapat berhasil menyelesaikan masalah-masalah dan mengatasi halanganhalangan berat. Melalui proses dinamis bernama Penyelidikan PKP(Positive Deviance Inquiry, PDI), para staff dalam program tersebut mengundang anggotaanggota masyarakat untuk menemukan kebiasaan-kebiasaan khusus tersebut, yang turut berperan dalam menghasilkan status nutrisi anak yang lebih baik. Kemudian, para staff program dan anggota-anggota komunitas membentuk suatu intervensi yang memungkinkan keluarga dengan anak-anak yang mengalami kekurangan gizi dapat mempelajari serta melatih perilaku-perilaku menguntungkan ini. Pada setiap kelompok masyarakat, baik itu pusat-pusat kota di Amerika Serikat, daerah-daerah kumuh di Manila, Addis Ababa, Kairo, atau desa-desa miskin di Myanmar atau Nikaragua, terdapat Pelaku PKP. Semua Pelaku PKP tersebut mendemonstrasikan perilaku-perilaku atau kebiasaan-kebiasaan tertentu yang memungkinkan mereka untuk dapat berhasil menyelesaikan masalah-masalah dan mengatasi halangan-halangan berat. Pendekatan PKP telah digunakan secara luas untuk mengatasi kekurangan gizi, dan juga digunakan pada bidang-bidang lain seperti perawatan ibu hamil dan anak yang baru lahir serta penggunaan kondom pada kelompok yang beresiko tinggi. 2 / Tinjauan Umum PKP/Pos Gizi Pendekatan Pos Gizi Pada pendekatan Pos Gizi, para sukarelawan dan pengasuh dari anak-anak yang mengalami kekurangan gizi dalam komunitas, berlatih perilaku-perilaku memasak, pemberian makan, kebersihan, dan pola pengasuhan baru, yang telah terbukti berhasil dalam merehabilitasi anal-anak yang kekurangan gizi. Kebiasaan-kebiasaan terpilih tersebut berasal dari hasil penemuan Penyelidikan PKP (Positive Deviance Inquiry, PDI) dan dari perilaku yang dianggap penting oleh ahli-ahli kesehatan masyarakat. Para sukarelawan secara aktif melibatkan ibu dan anak dalam proses rehabilitasi dan belajar dalam situasi rumah yang nyaman serta bekerja agar keluarga-keluarga tersebut dapat mempertahankan perbaikan status gizi anak di rumah. Kegiatan Pos Gizi terdiri dari rehabilitasi dan pendidikan nutrisi selama periode 12 hari yang diikuti dengan kunjungan para kader ke rumah setiap pengasuh. POS GIZI POS GIZI Kegiatan Pos Gizi terdiri dari rehabilitasi dan pendidikan gizi Pendekatan Pos Gizi mendorong terjadinya perubahan perilaku dan memberdayakan para pengasuh untuk bertanggungjawab terhadap rehabilitasi gizi anak-anak mereka dengan menggunakan pengetahuan dan sumber-sumber lokal. Setelah pemberian makanan tambahan berkalori tinggi selama dua minggu, anak-anak menjadi lebih berenergi dan nafsu makan merekapun bertambah. Perubahan nyata yang terlihat pada anak, dengan disertai metode “belajar sambil melakukan”, menghasilkan terjadinya peningkatan kepercayaan diri dan ketrampilan pengasuh dalam perilaku-perilaku pemberian makan, pengasuhan anak, kebersihan, dan kesehatan. Adanya perilaku-perilaku yang lebih baik, tanpa memperdulikan latar belakang pendidikan sang ibu, akan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Pendekatan ini telah berhasil mengurangi kekurangan gizi pada kelompok masyarakat sasaran dengan memampukan anggota-anggota masyarakat untuk menemukan kearifan dari ibu-ibu “Pelaku PKP” serta mempraktekkan kearifan tersebut pada kegiatan Pos Gizi setiap harinya. Perubahan nyata yang terlihat pada anak, dengan disertai metode “belajar sambil melakukan”, menghasilkan terjadinya peningkatan kepercayaan diri dan ketrampilan pengasuh dalam perilaku-perilaku pemberian makan, pengasuhan anak, kebersihan, dan perawatan PKP/Pos Gizi adalah alat mobilisasi masyarakat yang efektif, kesehatan. “menggembleng” masyarakat untuk bekerja dengan melibatkan berbagai lapisan sosial yang berbeda-beda di masyarakat tersebut, untuk bekerjasama mengatasi masalah dan menemukan solusi dari dalam masyarakat mereka sendiri. Pendekatan ini menitikberatkan untuk memaksimalkan sumber daya, keahlian dan strategi yang ada untuk mengatasi sebuah permasalahan dan secara ekstensif memanfaatkan metodologi partisipatif dan proses Participatory Learning and Action. Walaupun PKP/Pos Gizi harus disesuaikan dengan kondisi lokal dan serta sejumlah besar langkah-langkah pelaksanaannya fleksibel, ada beberapa elemen penting yang harus dimasukkan untuk mempertahankan keefektifan dari pendekatan PKP/Pos Gizi. ♥ Pengalaman telah menunjukkan bahwa semua programprogram yang efektif: Melakukan Penyelidikan PKP dalam setiap kelompok masyarakat sasaran dengan menggunakan para anggota masyarakat dan staff. ♥ Menggunakan ibu-ibu kader dari masyarakat untuk mengadakan kegiatan Pos Gizi dan melakukan tindak lanjut berupa kunjungan rumah. ♥ Sebelum pelaksanaan kegiatan Pos Gizi, semua anak harus mendapatkan pengobatan infeksi cacing dan mikronutrien yang dibutuhkan. Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 3 ELEMENELEMEN HAL PENTING UTAMAProgram PKP/ Pos Gizi yang Efektif ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ Menggunakan program pengawasan/promosi pertumbuhan untuk mengidentifikasi anak-anak yang baru mengalami kekurangan gizi dan memantau kemajuan status gizi. Memastikan para pengasuh membawa kontribusi makanan dan/atau bahan-bahan setiap harinya pada kegiatan Pos Gizi. Menyusun menu-menu kegiatan Pos Gizi berdasarkan makanan lokal yang tersedia dan terjangkau. Memastikan kehadiran dan keterlibatan aktif para pengasuh setiap hari pada kegiatan Pos Gizi. Mengadakan kegiatan Pos Gizi selama 10-12 hari dalam periode dua minggu. Melakukan tindak lanjut berupa kunjungan-kunjungan ke rumahrumah pada waktu dua minggu setelah pelaksanaan kegiatan Pos Gizi untuk memastikan bahwa selama kurang lebih 21 hari perilaku baru dipraktekkan hingga menjadi kebiasaan. Melibatkan komunitas secara aktif pada keseluruhan proses. Perilaku-perilaku dan Kebiasaan-kebiasaan yang dipromosikan oleh PKP/Pos Gizi Bermanfaat Kebiasaan-kebiasaan rumahtangga yang menguntungkan pada inti program PKP/Pos Gizi terbagi menjadi tiga atau empat ketegori utama: pemberian makan, pengasuhan, kebersihan, dan kesehatan. Kebiasaan-kebiasaan pemberian makan: kebiasaan-kebiasaan baik, termasuk memberi makan anak-anak kecil dengan berbagai variasi makanan dalam porsi kecil setiap hari selama lebih dari enam bulan sebagai tambahan Air Susu Ibu (ASI), pemberian makan secara aktif, pemberian makan selama sakit dan penyembuhan, serta menangani anak yang memiliki selera makan yang rendah. Kebiasaan-kebiasaan pengasuhan: interaksi positif antara seorang anak dan pengasuh primer dan sekunder membantu terjadinya perkembangan emosi dan psikologi. Kebiasaan-kebiasaan positif seperti: sering melakukan interaksi lisan dengan anak, memberikan perhatian pada anak dan menunjukan kasih sayang, adanya pembagian kerja agar tercipta pemantauan dan pengasuhan anak yang baik, dan partisipasi aktif ayah dalam pengasuhan anak. Kebiasaan-kebiasaan pengasuhan anak tersebut dan masih banyak yang lainnya, sangatlah penting untuk perkembangan anak yang normal namun seringkali terabaikan. Kebiasaan-kebiasaan yang bermanfaat harus ditinjau berdasarkan konteks budaya masyarakat dimana PKP/Pos Gizi itu dilaksanakan. Kebiasaan-kebiasaan kebersihan: (terkadang dimasukkan dalam kebiasaan-kebiasaan pengasuhan anak): kebersihan tubuh, makanan, dan lingkungan berperan penting dalam pemeliharaan kesehatan anak serta mencegah penyakit-penyakit diare dan infeksi cacingan. Satu kebiasaan yang bersih seperti, mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan setelah buang air besar, telah menjadi fokus kampanye WHO untuk mengurangi timbulnya penyakit-penyakit diare. Kebiasaan-kebiasaan mencari pelayanan kesehatan: selain memberikan imunisasi lengkap kepada anak sebelum ulang tahun yang pertama, pengobatan penyakit pada masa kanak-kanak dan pencarian bantuan profesional pada waktu yang tepat dapat memainkan peran penting dalam membantu memelihara kesehatan anak. 4 / Tinjauan Umum PKP/Pos Gizi Kebiasaan-kebiasaan ini harus ditinjau kembali agar sesuai dengan konteks budaya komunitas yang menjadi target pelaksanaan PKP/Pos Gizi. Para petugas program, bersama dengan mitra lokal, menentukan perilaku-perilaku yang akan menjadi prioritas utama pada tiap komunitas. Bab empat memuat contoh kebiasaan yang menguntungkan, ditemukan dari keseluruhan pelaksanaan pendekatan PKP/Pos Gizi pada komunitas yang berbeda-beda. Akan berguna jika anda juga melihat 16 kebiasaaan-kebiasaan utama keluarga yang diadopsi oleh WHO dan program MTBS (Management Terpadu Balita Sakit) keluarga dan masyarakat dari UNICEF untuk mengurangi penyebabpenyebab utama kematian dan morbiditas pada anak-anak. TABEL 0.1 KEBIASAAN-KEBIASAAN UTAMA MTBS KELUARGA-MASYARAKAT ♥ ♥ ♥ ♥ Pertumbuhan Fisik & Perkembangan Mental Memberikan ASI eksklusif kepada bayi selama enam bulan. Sejak berumur enam bulan, berikan makanan-makanan tambahan yang baru dimasak serta kaya energi dan nutrisi, sambil melanjutkan pemberian ASI selama dua tahun atau lebih. Memastikan anak menerima mikronutrisi (khususnya vitamin A & zat besi) dalam jumlah yang cukup melalui makanan utama atau tambahan. Mendukung perkembangan mental dan sosial dengan memberikan perhatian terhadap kebutuhankebutuhan anak melalui komunikasi, permainan, dan pemberian lingkungan yang dapat menstimulasi anak. Pencegahan Penyakit ♥ Membawa anak sesuai jadwal untuk melengkapi keseluruhan imunisasi (BCG, DPT, DPU, dan campak) sebelum ulang tahun pertama. ♥ Membuang tinja, termasuk tinja anak, dengan baik, cuci tangan setelah buang air besar, sebelum menyiapkan makanan, dan sebelum memberi makan. ♥ Melindungi anak yang tinggal pada daerah yang terjangkit malaria dengan memastikan anak tidur di bawah kelambu yang sudah direndam dalam insektisida. ♥ Mengadopsi dan mempertahankan perilakuperilaku yang tepat sehubungan dengan pencegahan dan perawatan HIV/AIDS yang menginfeksi manusia, termasuk anak yatim piatu. Perawatan Rumah yang Baik Perawatan Kesehatan Melanjutkan pemberian ♥ Mengenali tanda-tanda ketika makanan dan cairan yang anak yang sakit lebih banyak, termasuk membutuhkan perawatan di pemberian ASI saat anak luar rumah dan cari sakit. perawatan petugas kesehatan yang handal. ♥ Di rumah, berikan perawatan yang baik kepada anak yang ♥ Mengikuti nasehat petugas sakit infeksi. kesehatan mengenai pengobatan, tindak lanjut, dan ♥ Melakukan tindakan-tindakan rujukan. yang tepat untuk mencegah ♥ Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 5 Enam belas kebiasaankebiasaan utama keluarga yang secara nyata mengurangi angka sakit dan kematian anak. ♥ Sumber: Dipresentasikan dalam Lokakarya Internasional untuk Peningkatan Kesehatan dan Gizi Anak dalam Masyarakat, Durban, 20-23 Juni 2000 (1) dan mengatasi luka-luka dan ♥ Memastikan bahwa setiap kecelakaan pada anak. wanita hamil mendapatkan ♥ Mencegah tindakan pemeriksaan kehamilan yang penyiksaan dan pengabaian baik termasuk, setidaknya terhadap anak dan lakukan empat kunjungan tindakan yang tepat ketika hal pemeriksaan kehamilan pada tersebut terjadi. bidan/petugas kesehatan yang handal, vaksinasi TT ♥ Memastikan para pria (Tetanus Toxoid) dan berpartisipasi aktif dalam dukungan dari keluarga dan memberikan perawatan anak komunitas ketika mencari dan terlibat dalam kesehatan perawatan pada saat, setelah reproduktif keluarga. melahirkan dan menyusui. PKP/Pos Gizi vs Program Gizi Tradisional I ntervensi gizi tradisional meliputi pemantauan pertumbuhan, penyuluhan, dan penyediaan makanan tambahan dan mikronutrien seperti vitamin A. Pemantauan pertumbuhan, salah satu komponen penting pada berbagai intervensi gizi memiliki berbagai fungsi. Tujuan utamanya adalah untuk mengidentifikasi anak-anak yang mengalami kekurangan gizi, namun pemantauan pertumbuhan juga memungkinkan pengasuh untuk memantau pertumbuhan anak, mendorong mereka yang memiliki anak sehat untuk mempertahankan kesehatan anak mereka dan mengidentifikasi penyakit anak yang tidak terlihat serta mengarahkan mereka kepada pengobatan. Pemantauan pertumbuhan juga digunakan untuk memantau status gizi kelompok yang ditargetkan secara terus menerus serta untuk menyediakan alat pengukur dengan dampak kuantitatif, maupun juga alat untuk mengukur dampak lanjutan. Selama dua dekade terakhir, petugas kesehatan lokal telah memobilisasikan berjuta-juta warga desa untuk menimbang berat badan anak mereka secara berkala sebagai usaha untuk mengakhiri kekurangan gizi. Di seluruh negara berkembang, timbangan Salter, timbangan pasar, dan timbangan injak, telah digunakan untuk memantau berat badan anak di bawah umur lima tahun. Departemen kesehatan nasional telah membuat KMS (Kartu Menuju Sehat) yang dapat memperlihatkan gambaran mengenai berat badan anak. Apa yang terjadi setelah menimbang berat badan? Apakah pertumbuhan anakanak secara individual mengalami perbaikan? Apakah proses penimbangan berat badan itu sendiri dapat memperbaiki status gizi anak? Seringkali, ketika data pertumbuhan semua anak tiap bulan ditabulasikan dan kecendrungan selama satu tahun ditinjau kembali, akan terlihat jelas bahwa pemantauan pertumbuhan hanya menghasilkan sedikit perubahan pada status gizi. Seperti yang diungkapkan oleh seorang dokter ahli kesehatan masyarakat yang terkemuka, kita sesungguhnya “menimbang anak-anak hingga mati”. (2) Menetapkan kurva pertumbuhan seorang anak yang semakin menurun menuju pada area status gizi buruk, yang seringkali membiarkan seorang kader kesehatan tidak merasa risau/bermasalah. Dirinya sudah puas karena mampu menggambarkan berat badan anak dengan tepat tetapi ia melalaikan langkah penting selanjutnya – menginterpretasikan arti perubahan berat badan. Pertumbuhan anak merupakan proses dinamis. Pemusatan perhatian hanya untuk memperolah berat badan yang sesuai tiap bulan dapat mengalihkan 6 / Tinjauan Umum PKP/Pos Gizi perhatian dari anak-anak yang sedang mengalami masalah tersebut. Kegagalan seorang anak untuk menambah berat badan seringkali merupakan tanda pertama adanya masalah yang lebih mendasar. Penyuluhan adalah komponen utama dari program gizi, melengkapi para pengasuh dengan informasi mengenai cara mengubah status gizi anak dan secara produktif memberi pengaruh terhadap angka pertumbuhan. Meskipun para kader kesehatan dapat menginterpretasi gambaran informasi dengan sesuai, bagaimanapun juga terdapat kemungkinan bahwa ia berbicara kepada sang ibu mengenai makanan yang sesuai untuk diberikan pada anak selama acara pemantauan pertumbuhan yang sibuk dan berisik. Kemungkinan yang terjadi adalah tidak ada waktu yang cukup untuk membicarakan masalah menyusui, perawatan rumah untuk penderita sakit, kesehatan atau topik-topik lain yang berhubungan dengan kekurangan gizi. Dengan demikian, pengasuh seringkali meninggalkan acara tanpa mengetahui atau mengingat langkahlangkah praktis yang dapat ia terapkan di rumah. Selama beberapa dekade, organisasi yang bertujuan untuk mengadakan pengembangan dan pertolongan di seluruh dunia telah memberikan program pengobatan dan pemberian makanan tambahan kepada anak-anak yang diklasifikasikan mengalami kekurangan gizi dan telah sukses merehabilitasi anak dalam jumlah besar. Namun, karena program tersebut didasarkan pada pemberian sumber-sumber makanan dari luar sehingga seringkali bergantung pada penyedia kesehatan upahan daripada memperoleh perubahan perilaku dalam keluarga, anak-anak seringkali kembali pada keadaan kekurangan gizi sesaat setelah kegiatan pemberian makan berakhir. Pendekatan intervensi gizi tradisional cenderung mencari masalah-masalah dalam masyarakat yang perlu diselesaikan. Pendekatan PKP/Pos Gizi berupaya mencari perilaku positif dan kekuatan yang ada pada masyarakat serta yang bisa dibangun di atasnya. Perbedaaannya dapat dilihat dengan cara meninjau pertanyaan-pertanyaan yang biasanya digunakan pada kedua pendekatan ini. TABEL 0.2 PENDEKATAN TRADISIONAL vs PKP/POS GIZI TABEL 0. Pendekatan Tradisional Pendekatan PKP/Pos Gizi Apa saja yang anda butuhkan? Kekuatan apa yang anda miliki? Ada masalah apa? Apa yang dapat kami sediakan? Apa yang kurang dari masyarakat? Apa yang kurang disini? Hal apa yang dapat dikerjakan disini? Apa sajakah sumber-sumber anda? Hal apakah yang baik dalam masyarakat anda? Hal apakah yang bisa dijadikan dasar untuk membangun? Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 7 Dalam program-program tradisional yang mengandalkan sumbersumber makanan dari luar dan penyedia kesehatan yang diberi upah, anak-anak seringkali kembali kepada status kekurangan gizi segera setelah kegiatani pemberian makan berakhir. Keuntungan Pendekatan PKP/Pos Gizi Ada beberapa keuntungan pendekatan PKP/Pos Gizi, yaitu: Cepat – pendekatan ini memberikan solusi yang dapat menyelesaikan masalah dengan segera. Anak-anak harus direhabilitasi sekarang juga, itu sebabnya mengapa pemberian makan selama di Pos Gizi perlu diawasi. Para pengasuh kemudian menerapkan praktek yang sama di rumah dan melaporkan pengalaman mereka pada saat kegiatan Pos Gizi berikutnya. Dukungan lebih lanjut ketika di rumah juga diberikan kepada para pengasuh dan kader. PKP/Pos Gizi menggunakan biaya yang lebih efektif dibandingkan dengan mendirikan pusat rehabilitasi atau menanam investasi di rumah sakit. Terjangkau – PKP/Pos Gizi terjangkau dan keluarga tidak bergantung pada sumber-sumber luar untuk melatih perilaku mereka yang baru. Biaya yang dikeluarkan dalam program PKP/ Pos Gizi lebih efektif dibandingkan mendirikan pusat rehabilitasi gizi atau melakukan investasi pada rumah sakit. Di Vietnam, program ini menghabiskan biaya kira-kira US$2 tiap anak. Biaya tiap anak yang berpartisipasi dalam program PKP/Pos Gizi berada pada level yang sama. Level berikut yang harus dimasukkan dalam perhitungan adalah biaya yang dapat disisihkan ketika kebiasaan-kebiasaan rumah yang lebih baik memberi arti bahwa saudara kandung yang lebih muda tidak menderita kekurangan gizi. Ada pula tingkat ketiga. Apabila kekurangan gizi dapat dihilangkan dari sebuah masyarakat, banyak anak yang akan lahir juga memperoleh keuntungan dari PKP/Pos Gizi. Namun, biaya bagi tiap orang yang memperoleh keuntungan menjadi sangat kecil sekali dilihat dari jumlah kasus pencegahan terjadinya kekurangan gizi dan terkadang kematian. Partisipatif – partisipasi masyarakat merupakan salah satu komponen penting dalam rangka mencapai kesuksesan pendekatan PKP/Pos Gizi. Masyarakat memainkan peran penting di seluruh proses PKP/Pos Gizi, mulai dari menemukan cara dan strategi yang sukses digunakan dalam masyarakat sampai pada membantu para pengasuh setelah kegiatan Pos Gizi berakhir. Berkesinambungan – pendekatan PKP/Pos Gizi dapat dipertahankan sebab perilaku baru sudah diinternalisasikan dan dilanjutkan setelah kegiatan Pos Gizi berakhir. Para pengasuh tidak hanya dilatih untuk merehabilitasi anak mereka yang mengalami kekurangan gizi tetapi juga untuk mempertahankan rehabilitasi tersebut di rumah. Keahlian yang dilatih pada kegiatan Pos Gizi menjadi kebiasaan sehingga saudara kandung yang lebih muda menerima keuntungan gizi dari kegiatan Pos Gizi tanpa perlu menghadirinya. Pos Gizi tidak hanya mengubah perilaku anggota keluarga secara individual tetapi juga mengubah cara pandang masyarakat terhadap kekurangan gizi serta kemampuan mereka untuk mengubah situasi. Pos Gizi menanamkan normanorma positif pada banyak keluarga mengenai perawatan yang sehat untuk anak dan cara-cara pemberian makan. Yang terbaik adalah, masyarakat memperoleh kemampuan untuk mempertahankan PKP/Pos Gizi, jika perlu, hanya dengan memakai sumber-sumber lokal. Asli – karena solusi yang ditemukan bersifat lokal, kemajuan yang dihasilkan menjadi cepat, tanpa banyak menggunakan analisa atau sumber luar. Pendekatan tersebut dapat diterapkan secara luas karena pelaku PKP ada pada hampir seluruh masyarakat. 8 / Tinjauan Umum PKP/Pos Gizi Secara Budaya dapat Diterima – karena Pos Gizi didasarkan pada perilaku lokal yang teridentifikasi dalam konteks sosial, etnik, bahasa, dan agama dari masyarakat secara individual, dengan demikian, sesuai dengan kebudayaan setiap masyarakat. Berdasarkan Perubahan Perilaku (Perolehan pengetahuan bukan yang utama) – tiga langkah proses perubahan perilaku yang termasuk dalam pendekatan ini, adalah: Pos Gizi tidak hanya 1. Penemuan (Penyelidikan PKP) mengubah perilaku keluarga 2. Demonstrasi (Kegiatan Pos Gizi) secara individual, tetapi juga 3. Penerapan (Kegiatan Pos Gizi dan di rumah) Save the Children/US di Vietnam Ketika Save the Children diundang oleh Pemerintah Vietnam pada tahun 1990 untuk menyusun suatu program yang memungkinkan penduduk miskin dapat menyelesaikan masalah yang sudah mengakar, tampaknya seperti sebuah tantangan yang sangat besar. Untuk mencari solusi jangka panjang terhadap kekurangan gizi anak, maka tidak hanya dibutuhkan rehabilitasi anak tetapi yang lebih penting lagi adalah menemukan sebuah cara untuk meyakinkan keluarga bahwa mereka dapat mempertahankan status yang telah membaik. Save the Children mencari pendekatan baru yang dapat mengidentifikasi solusi berbagai masalah masyarakat dalam masyarakat itu sendiri. Upaya penemuan ini mengarah pada penggunaan pendekatan PKP. Meskipun konsepnya telah diketahui selama bertahun-tahun tetapi aplikasinya terbatas, terutama pada studi akademik kecuali pada beberapa proyek NGO yang dilaksanakan di Haiti dan Banglades (3). Save the Children mulai mengaplikasikan pendekatan ini pada empat masyarakat yang sangat miskin di Vietnam Utara. Meskipun angka kekurangan gizi di desa-desa tersebut memcapai 70% anak di bawah umur tiga tahun, artinya sekitar 30% dari populasi mampu memiliki anak-anak dengan gizi yang baik. Penggunaan Penyelidikan PKP, penduduk lokal yang sudah dilatih mengidentifikasikan keluarga-keluarga yang sangat miskin namun memiliki anak dengan gizi baik – pelaku PKP– dan pergi ke rumah mereka untuk mempelajari perilaku unik yang memungkinkan mereka berhasil lebih baik dari para tetangganya. Ditemukan bahwa pada setiap keluarga miskin dengan anak bergizi baik, sang ibu atau pengasuh mengumpulkan daun-daun ubi dan pergi ke sawah untuk mengumpulkan udang dan kepiting kecil sebagai tambahan makanan anak. Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 9 mengubah cara pandang masyarakat terhadap masalah kekurangan gizi serta kemampuan mereka untuk mengubah situasi. Program PKP/Pos Gizi di Vietnam menjadi contoh yang sangat bagus mengenai bagaimana pendekatan PKP/Pos Gizi dapat memberikan hasil yang mengherankan dan menjadi program nasional. Mulai dari tahun 1991 dengan empat desa dan keseluruhan populasi berjumlah 20,000, program tersebut diadopsi oleh departemen kesehatan dan pada tahun 1998 telah menjangkau 256 desa dengan total populasi sebesar 1,2 juta Meskipun sudah tersedia dan gratis, kearifan konvensional mengatakan bahwa makanan tersebut tidak sesuai, atau berbahaya bagi anak mereka. Seiring dengan ditemukannya kegunaan makanan-makanan ini, penyelidikan mengungkapkan adanya PKP lain dalam hal pemberian makan dan cara perawatan seperti pemberian ASI (Air Susu Ibu), pemberian makan secara aktif, cuci tangan, serta penyediaan makan dan minum yang memadai ketika anak sakit. Berdasarkan penemuan-penemuan ini, sebuah program pendidikan dan rehabilitasi gizi dapat dikembangkan. Ibu atau pengasuh dari anak yang mengalami kekurangan gizi diundang untuk menghadiri kegiatan selama dua minggu, mereka dapat berlatih caracara baru pemberian makan dan perawatan anak mereka. Program yang menyediakan makanan lokal seperti nasi, tahu, ikan, dan lemak, dengan tujuan untuk merehabilitasi anak. Namun, untuk mencapai tujuan yang lebih sulit seperti memungkinkan keluarga-keluarga untuk dapat mempertahankan status anak yang meningkat setelah mengikuti rehabilatasi, Save the Children meminta seluruh pengasuh untuk membawa beberapa udang, kepiting dan sayuran (makanan ”Khas Positif”) sebagai syarat untuk dapat mengikuti sesi gizi. Dengan meminta para ibu untuk mengumpulkan udang, kepiting, sayur dan memberikannya kepada anak masingmasing sebagai makanan selama 14 hari diadakannya program, diharapkan agar mereka dapat melanjutkan praktek tersebut setelah anak-anak mereka mengikuti rehabilitasi. Akhirnya, diperoleh hasil yang sukses sebagai hasil program PKP/Pos Gizi. Suatu studi kohort terhadap 700 orang anak yang seluruhnya mengalami kekurangan gizi tingkat dua dan tiga ikut berpartisipasi dalam program Pos Gizi. Pemantauan selama dua tahun setelah diadakan program menunjukkan bahwa dari anak-anak yang mengikuti rehabilitasi, hanya 3% yang tetap mengalami kekurangan gizi tingkat dua dan tiga. 95% dari seluruh peserta program Pos Gizi terehabilitasi menjadi normal dan 38% menjadi kekurangan gizi tingkat satu. Level kemajuan tersebut didapat setelah melakukan observasi selama 14-23 bulan setelah berpartisipasi dalam program Pos Gizi. Save the Children/data dari Vitenam memperlihatkan pengaruh yang dramatis dalam mencegah kekurangan gizi lebih lanjut, 3% anak di bawah umur 3 tahun tergolong kekurangan gizi berat, 12% tergolong kekurangan gizi sedang, dan 26% tergolong kekurangan gizi ringan. Pada tahun 1995, dua tahun setelah diadakan program, kekurangan gizi tingkat tiga berhasil diberantas secara menyeluruh. Hanya 5% anak yang mengalami kekurangan gizi sedang dan 2% lainnya mengalami kekurangan gizi ringan. Program ini mengurangi kekurangan gizi tingkat dua dan tiga hingga 80%. Pengasuh mampu mempertahankan status gizi yang lebih baik selama dua tahun setelah keikutsertaan mereka dalam program. Saudara kandung yang lebih muda dari anak-anak tersebut, dan anak-anak lain yang lahir dalam masyarakat setelah program Pos Gizi berakhir, menikmati status gizi yang lebih baik sama seperti peserta program Pos Gizi (4). 10 / Tinjauan Umum PKP/Pos Gizi Pendekatan PKP/Pos Gizi bukan hanya mengenai udang kecil, kepiting dan sayur-sayuran. Bukan juga suatu “model” dalam artian suatu model yang menunjuk pada sesuatu yang sudah pasti. Tetapi, pendekatan ini merupakan suatu pendekatan yang fleksibel, yang tergantung pada keadaan setempat, kebiasaan yang dapat diterima secara budaya dari suatu masyarakat tersebut. Mengapa kekurangan gizi adalah suatu masalah? K ekurangan gizi menyebabkan lebih dari setengah jumlah kematian anak di seluruh dunia. Bekerja secara perlahan, terus-menerus, dan seringkali tidak terdiagnosa. Kekurangan gizi adalah situasi darurat yang membahayakan anak, wanita serta keluarga, dan pada akhirnya kelangsungan hidup seluruh masyarakat. Krisis ini sungguh nyata dan sifatnya yang terus- menerus memiliki implikasi besar terhadap masa depan desa keseluruhan. Kekurangan gizi mengarah pada kematian dan kelumpuhan anak dalam skala luas namun ia juga memiliki implikasi yang lebih besar. Dengan cara mengganggu perkembangan mental dan fisik, kekurangan gizi merampas potensi penuh seorang anak sebagai manusia. Bagi banyak anak, keadaan lapar kronis sudah menjadi jalan hidup. Bahkan, menurut Organisasi Kesehatan Dunia, anak“Kita bersalah atas berbagai anak yang memiliki berat badan kurang akan meningkatkan resiko kematian. Beberapa anak yang mengalami kekurangan gizi akan memiliki rambut yang tipis dan kemerah-merahan atau tampak lesu, apatis, serta tidak tertarik pada permainan, makanan, atau interaksi. Beberapa anak mungkin tampak menarik diri atau ragu-ragu. Namun, ada juga yang tampak normal tetapi ternyata memiliki usia yang lebih tua dibanding penampilannya. Lalu ada juga anak yang mengalami marasmik dan kwashiorkor klasik yang menampilkan gizi buruk dengan seluruh dampaknya, serta memerlukan perawatan medis secepatnya. Karena serangan yang bertahap dan prevalensi yang tinggi maka para pengasuh, keluarga, masyarakat, dan pemerintah seringkali mengesampingkan masalah kekurangan gizi. Namun, seluruh anak yang mengalami kekurangan gizi harus mengangkat bendera merah sebagai tanda dibutuhkannya dukungan keluarga dan masyarakat. Tindakan tersebut mengarah pada suatu masalah yang disebabkan oleh kurangnya makanan, distribusi makanan yang tidak tepat, pemberian pola asuh dan ASI yang tidak baik, kurangnya stimulus pada masa awal kanak-kanak, cara asuh yang tidak mencukupi, air dan sanitasi yang tercemar, serta penyakit. Gambar 0.1 memperlihatkan interaksi antara penyebab utama dan segera dari kekurangan gizi. PKP/Pos Gizi menitik beratkan pada masalah perilaku sebagai penyebab utama kekurangan gizi pada tingkat rumah tangga, seperti kebiasaan perawatan ibu dan anak yang tidak memadai, dalam rangka mengatasi dua penyebab langsung kekurangan gizi: asupan makanan yang tidak memadai dan penyakit. Konsekuensi dari kekurangan gizi ringan tidak bisa dianggap remeh. Lemahnya daya tahan tubuh seorang anak yang mengalami kekurangan gizi meruntuhkan seluruh usaha kesehatan masyarakat. Hal tersebut mengurangi manfaat dari sejumlah besar sumberdaya yang digunakan untuk memastikan bahwa tiap keluarga memiliki akses untuk mendapatkan imunisasi, oral rehydraton therapy (ORT), sanitasi, perawatan Infeksi Saluran Peranapasan Akut, malaria, serta pendidikan HIV/AIDS. Telah diketahui bahwa 83% kematian anak yang berhubungan dengan kekurangan gizi disebabkan oleh Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 11 kekeliruan dan kekurangan, tetapi kesalahan kita yang terbesar adalah menelantarkan anak-anak, tidak mempedulikan sumber kehidupan. Kebutuhan kita dapat ditunda. Kebutuhan anak tidak dapat ditunda. Saat ini merupakan waktu terbentuknya tulang-tulang mereka, darah mereka sedang dibuat, perasaan mereka sedang berkembang. Bagi mereka kita tidak dapat menjawab “Besok”. Nama mereka adalah “Hari ini”. ‘Nama Anak itu adalah Hari Ini’ oleh Gabriele Mistral Pemenang hadiah Nobel di bidang puisi dari Chili. “Kebiasaan pemberian makan yang tidak tepat dan berbagai konsekuensinya merupakan halangan terbesar bagi perkembangan sosial ekonomi dan pengurangan kemiskinan yang berkelanjutan. Pemerintah tidak akan sukses meningkatkan perkembangan ekonomi dalam jangka waktu panjang secara signifikan hingga dipastikan adanya pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal, terutama melalui cara-cara pemberian makan.” Strategi Global WHO hasil Laporan Pemberian Makan Bayi dan Anak Kecil pada Pertemuan ke 55 Sekretariat Kesehatan Dunia, April 2002 (5) komplikasi bentuk-bentuk kekurangan gizi anak ringan hingga sedang, bukan karena tingkat berat (7). Jika kekurangan gizi berkurang, seluruh usaha kesehatan masyarakat akan menjadi lebih sukses. GAMBAR 0.1 PENYEBAB-PENYEBAB KEKURANGAN GIZI PENYEBAB- PENYEBAB KEKURANGAN GIZI Asupan Makanan Tidak Memadai Penyakit Ketahanan Pangan Perawatan Ibu Lingkungan tidak sehat Rumah Tangga dan Anak yang & Pelayanan Kesehatan yang tidak memadai tidak memadai tidak memadai Pendidikan Yang Tidak Memadai Sumber Daya & Kontrol Manusia, Ekonomi & Organisasi Struktur Politik dan Ideologi Struktur ekonomi Sumber Daya Potensial Sumber: UNICEF 1990 (6) Kekurangan gizi telah lama dikenal sebagai konsekuensi dari kemiskinan. Namun semakin jelas pula bahwa kekurangan gizi juga merupakan penyebab kemiskinan. Ketika mengalami kekurangan gizi, anak-anak melemah secara signifikan, dengan demikian membuat proses belajar menjadi lebih sulit atau tidak mungkin dilaksanakan serta menghambat perkembangan mereka dan potensi penerimaan di masa depan. Kekurangan gizi tertentu juga menyebabkan kapasitas mental yang lebih rendah atau daya tahan tubuh terhadap penyakit yang lebih rendah hingga selanjutnya akan menimbulkan penurunan produktivitas. 12 / Tinjauan Umum PKP/Pos Gizi KONTRIBUSI KEKURANGAN GIZI TERHADAP GAMBAR 0.2 KEMATIAN ANAK DI BAWAH USIA 5 TAHUN, NEGARA-NEGARA SEDANG BERKEMBANG, 2000 Keterangan Gambar: Kekurangan gizi 60% ; Perinatal dan anak baru lahir 22%; Pneumonia 20%; Malaria 8%; Cacar air 5%; Diare 12%; HIV/AIDS 4%; Penyebab lain 29% Ketika kemiskinan merupakan faktor utama yang mempengaruhi status gizi, beberapa keluarga miskin telah menunjukkan bahwa masalah ini dapat diatasi. Pendekatan PKP/ Pos Gizi yang mengikutsertakan masyarakat untuk mengidentifikasi perilaku yang berkontribusi pada gizi yang baik dan perkembangan kesehatan anak serta memobilisasi masyarakat untuk mempertahankan status gizi anak-anak yang telah terehabilitasi dari kekurangan gizi. Sumber: EPI/WHO 2001 data (8) Langkah-Langkah Penting dalam Pendekatan PKP/ Pos Gizi L angkah-langkah pelaksanaan program PKP/Pos Gizi yang efektif akan dideskripsikan secara rinci pada pembahasan berikut. Secara singkat, langkah-langkah utama dan hasilnya adalah sbb : Menentukan apakah pendekatan PKP/Pos Gizi dilakukan pada masyarakat yang ditargetkan: Bab 1 layak LANGKAH 1 Hasil Penilaian komponen-komponen utama untuk keefektifan dalam masyarakat dan organisasi pelaksana dan suatu keputusan diinformasikan apakah pendekatan PKP/Pos Gizi dapat dimulai. Mulai memobilisasikan masyarakat dan memilih serta melatih nara sumber masyarakat: Bab 2 Hasil Dukungan masyarakat diperoleh melalui identifikasi dan keikutsertaan para pengambil keputusan serta individu-individu yang berpengaruh, pembentukan dan/atau penguatan Komite Kesehatan Desa, serta identifikasi dan pelatihan nara sumber PKP/Pos Gizi termasuk penyelia, pelatih, manager proyek, dan Kader Kesehatan Masyarakat. Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 13 LANGKAH 2 LANGKAH 3 Persiapan Penyelidikan PKP: Bab 3 Hasil Kesadaran akan kegiatan normatif yang sedang berlangsung, yang mempengaruhi status gizi dan perkembangan anak, peringkat kesejahteraan keluarga, penilaian data dasar status gizi bagi semua anak di kelompok yang ditargetkan untuk mengidentifikasi individu yang kekurangan gizi dan Pelaku PKP dalam masyarakat. LANGKAH 4 Melaksanakan penyelidikan PKP: Bab 4 Hasil Mengidentifikasikan kebiasaan pemberian makan, perawatan, kebersihan dan mencari pelayanan kesehatan untuk diajarkan pada sesi Pos Gizi berdasarkan kunjungan ke rumah keluarga-keluarga PKP. LANGKAH 5 Merancang Kegiatan Pos gizi: Bab 5 Hasil Jadwal kegiatan 12 hari dimasing-masing rumah dengan menu yang sehat dan pesan-pesan pendidikan kesehatan yang efektif. Pelaksanaan kegiatan Pos gizi bagi anak-anak yang mengalami LANGKAH 6 kekurangan gizi serta pengasuh mereka: Bab 6 Hasil Pemulihan anak yang mengalami kekurangan gizi dan peningkatan pengetahuan dan perbaikan praktek perilaku baru di antara para pengasuh. LANGKAH 7 Mendukung perilaku baru melalui kunjungan rumah lebih lanjut: Bab 6 Hasil Peserta mempraktekkan perilaku baru dirumah masing- masing. LANGKAH 8 Ulangi kegiatan Pos Gizi sesuai kebutuhan: Bab 6 Hasil Sebagian besar anak terehabilitasi dan bertumbuh dengan baik. LANGKAH 9 Memperluas program PKP/Pos Gizi pada masyarakat lain: Bab 7 Hasil Masyarakat lain ikut merehabilitasi anak-anak yang mengalami kekurangan gizi. 14 / Tinjauan Umum PKP/Pos Gizi Kesinambungan program harus dibangun dan direncanakan sejak awal dan bukan pada saat akhir setelah selesai program Pos Gizi. Bab 7 mencakup diskusi mengenai masalah tersebut serta bagaimana hal tersebut dapat dipertimbangkan pada tahap-tahap awal penyusunan program PKP/Pos Gizi. Setiap bab dimulai dengan penggambaran kesembilan langkah dan penekanan pada setiap langkah yang sedang dibuat agar dapat dilihat kemajuan yang sudah tercapai selama proses tersebut. Pemantauan dan Evaluasi sangat penting untuk setiap langkah PKP/Pos Gizi. Akan dibahas secara rinci di Bab 8. DEFINISI Istilah-istilah untuk Pengasuh Orang yang paling banyak terlibat langsung pada perawatan anak. PKP/Pos Gizi Pengasuh bisa diperankan oleh ibu, nenek, ayah, atau saudara kandung yang lebih tua. Meskipun istilah ini terkadang mengarah pada ibu, dan bukan kepada pengasuh, namun penting untuk diketahui bahwa pengasuh dapat diperankan oleh siapa saja dalam kehidupan seorang anak, dan orang yang harus diundang untuk menghadiri kegiatan Pos Gizi adalah pengasuh utama. Pelaku Perilaku Khusus Positif (Pelaku PKP) Seseorang atau perilaku yang menyimpang dari cara-cara berperilaku tradisional. Suatu perubahan kebiasaan yang menyimpang dari kebiasaan yang seharusnya dan melakukan kebiasaan baru. Biasanya istilah “pelaku perilaku menyimpang” dipersepsikan secara negatif, namun, “pelaku perilaku menyimpang” bisa berarti negatif atau positif karena merupakan suatu bentuk penyimpangan dari norma. Pos Gizi Perapian/dapur rumah yang biasanya menciptakan perasaan kehangatan, kenyamanan, rumah dan keluarga. Istilah yang digunakan untuk men gga mbarkan latar belakang suasana kegiatan pendidikan dan rehabilitasi gizi. Kegiatan Pos Gizi (atau Pos Gizi) Serangkaian kegiatan selama 12 hari yang diadakan untuk merehabilitasi anak yang mengalami kekurangan gizi serta mengajarkan kebiasaan-kebiasaan serta perilaku-perilaku khusus positif. Berlokasi di sebuah rumah, para pengasuh dan kader menyiapkan makanan atau cemilan tambahan yang mengandung ekstra energi dan kaya/padat kalori untuk memberi makan anak-anak yang mengalami kekurangan gizi. Pengasuh menyiapkan makanan-makanan khas positif dan melatih perilaku-perilaku perawatan anak lainnya yang bersifat positif. Positif Sesuatu yang berlangsung atau sesuatu yang dikerjakan orang dengan benar. Perilaku positif tidak menggunakan sumber-sumber “spesial” yang tidak tersedia melainkan memanfaatkan sumber-sumber lokal yang sudah tersedia untuk seluruh komunitas. Menemukan perilaku positif berarti memusatkan perhatian untuk mengidentifikasi kesuksesan dan bukan kegagalan. Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 15 “Pos Gizi” adalah “tungku” /dapur rumah yang menciptakan perasaan kehangatan, kenyamanan, rumah dan keluarga.” DEFINISI Pendekatan PKP dalam Pembangunan Pendekatan pengembangan yang membantu masyarakat dan anggota-anggotanya untuk menemukan solusi yang sudah ada dan dapat dipertahankan untuk mengatasi masalah masyarakat dengan cara memahami perilaku-perilaku dari individu-individu PKP di dalam masyarakat itu sendiri. Perilaku atau Kebiasaan Pelaku PKP Perilaku yang tidak biasa dan terlaksana dengan sukses. Keluarga PKP. Anggota-anggota keluarga yang melakukan kebiasaankebiasaan yang tidak biasa dan menguntungkan sehingga menghasilkan anak yang sehat dan memiliki gizi baik. Makanan Khas Positif Makanan tertentu yang bergizi, digunakan oleh pelaku PKP dalam masyarakat. Makanan ini terjangkau dan tersedia untuk seluruh masyarakat. Penyelidikan PKP Suatu instrumen survey yang digunakan untuk menemukan kebiasaan yang sukses dan diinginkan dari seorang pelaku PKP. Proses yang ditemukan sendiri oleh masyarakat dengan cara menyaksikan kebiasaan-kebiasaan tetangga mereka yang memiliki anak sehat dan bergizi baik. Observasi terhadap anak-anak yang bertumbuh dengan baik di bawah kondisi-kondisi yang lazim dan biasa. Termasuk pemantauan terhadap keluarga sang anak serta mekanisme penanggulangan masalah yang positif dan dapat ditiru didalam masyarakat tersebut. Tim Penyelidikan PKP Kelompok orang yang mengadakan Penyelidikan PKP. Kelompok ini bisa melibatkan anggota-anggota masyarakat, pekerja proyek, pegawai kesehatan, dan individu-individu di luar bidang kesehatan. Pelaku PKP Seseorang yang memiliki kebiasaan atau perilaku spesial sehingga ia mampu mengatasi suatu masalah dengan lebih baik dibanding tetangganya dengan menggunakan sumber-sumber dan memiliki faktor-faktor resiko yang sama. Dalam konteks kekurangan gizi, seorang anak dari pelaku PKP adalah anak yang bergizi baik dan merupakan bagian dari sebuah keluarga miskin (menurut standar pedesaan). Catatan: Istilah-istilah ini harus diterjemahkan ke dalam istilah yang lazim digunakan pada bahasa lokal sebelum dimulainya masa pelatihan masyarakat dan kader Pos Gizi. Contoh, di beberapa negara, pelaku PKP disebut sebagai “teladan” atau “maman lumiere.” 16 / Tinjauan Umum PKP/Pos Gizi DEFINISI Anemia Berkurangnya sel darah merah, disebabkan oleh kurangnya zat besi. Pada anak-anak, anemia disebabkan karena kehilangan darah, parasit-parasit (seperti cacing tambang), serta kekurangan makanan yang mengandung vitamin dan mineral seperti vitamin A, vitamin C, vitamin B-12, dan asam folic Kwashiorkor Buruk, kekurangan gizi akut yang ditandai dengan rambut tipis, jarang dan mudah rontok, bengkak pada kedua kaki (edema), kulit kering bersisik terutama pada bagian lengan dan kaki, bengkak pada wajah dan perut. Kekurangan gizi Gagal mencapai kandungan gizi yang dibutuhkan, sehingga dapat mengurangi kesehatan fisik dan mental. Kekurangan gizi secara umum yang ditandai dengan keterlambatan pertumbuhan, berat badan di bawah normal, pertumbuhan yang terhambat, kekurangan mikronutrien, seperti vitamin A, zinc, yodium, dan asam folic. Kekurangan gizi didefinisikan oleh WHO dengan menggunakan standar Berat per umur anak dibawah usia lima tahun. Marasmus Penyakit parah yang kasat mata dan bersifat merusak sehingga sangat membutuhkan pengobatan medis. Anak terlihat kurus (kulit dan tulang), hanya memiliki sedikit lemak dan otot; garis tulang rusuk terlihat jelas. Stunting (kerdil) Kekurangan gizi kronis yang mengganggu pertumbuhan tinggi badan normal anak. Berat badan di bawah normal Anak yang kekurangan gizi memiliki berat badan yang jauh di bawah normal sehingga berat badan anak tidak sesuai dengan usia. Pengukuran ini paling sering digunakan dalam program PKP/Pos Gizi. Wasting (kurus) Kekurangan gizi akut menyebabkan berat badan dibanding tinggi badan anak sangat jauh di bawah normal. Memerlukan perawatan medis. Z-skor juga disebut skor standar deviasi. Pengukuran dilakukan untuk melihat sejauh mana dan ke arah mana status gizi anak menyimpang dari skor rata-rata populasi anak yang memiliki berat badan dan tinggi badan yang sama dan sudah direkomendasikan secara internasional. Berat badan yang berada pada satu standar deviasi di bawah normal (<-1 Z skor) disebut kekurangan gizi ringan, dua standar deviasi (<-2 Z skor) disebut kekurangan gizi menengah, dan tiga standar deviasi (<-3 Z skor) kekurangan gizi buruk. Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 17 Istilah-istilah Gizi Umum (9 ) 18 / Tinjauan Umum PKP/Pos Gizi Ada dimana anda? BAB SATU Langkah I : Tentukan Apakah PKP/Pos Gizi Tepat Untuk Anda Gizi tepat dilakukan pada masyarakat yang ditargetkan dengan mempertimbangkan: A. Kondisi-kondisi Umum B. Komitmen Masyarakat C. Komitmen Lembaga Pelaksana K A. Kondisi-Kondisi Umum LANGKAH 3 Persiapan Penyelidikan PKP LANGKAH 4 Adakan Penyelidikan PKP LANGKAH 5 Merancang kegiatan Pos Gizi Prevalensi Kekurangan gizi dalam Masyarakat Harus terdapat sejumlah besar anak yang mengalami kekurangan gizi untuk dapat membenarkan diadakannya usaha PKP/Pos Gizi. PKP/Pos Gizi akan lebih efektif jika diterapkan pada masyarakat yang 30% anaknya mengalami kekurangan gizi (termasuk malnutrisi ringan, menengah, buruk). Karena pendekatan ini memerlukan partisipasi masyarakat dalam jumlah besar, maka pendekatan ini mungkin bukan cara terbaik jika digunakan pada tingkat kekurangan gizi yang kurang dari 30 %. Metode yang digunakan untuk menentukan kekurangan gizi adalah berdasarkan standar pengukuran berat per umur dan biasanya terdapat dalam Kartu Menuju Sehat (KMS) dari Departeman Kesehatan. Jika tingkat kekurangan gizi setelah diadakan pengukuran terlihat rendah, pertimbangkan adanya kemungkinan bahwa tidak semua anak sudah mendaftarkan diri. Pendaftaran dengan cara mendatangi setiap rumah dan menimbang berat badan merupakan hal penting untuk memastikan keakuratan penilaian tingkat kekurangan gizi. Daftar-daftar yang dimiliki oleh pusat kesehatan lokal perlu diperbaharui untuk memasukkan data para imigran dan anak-anak yang lahir selama tahun-tahun terakhir. Anda juga perlu mempertimbangkan anak-anak yang tidak mengalami kekurangan gizi, namun KMS mereka memperlihatkan penurunan pertumbuhan (berat badan berkurang) selama lebih dari dua bulan. Intervensi kepada anak-anak tersebut dapat mencegah terjadinya kekurangan gizi lebih lanjut. (1) Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 19 LANGKAH 6 Pelaksanaan Kegiatan Pos Gizi LANGKAH 7 Mendukung Perilaku-Perilaku Baru LANGKAH 8 Ulangi kegiatan Pos Gizi Gizi sesuai Kebutuhan LANGKAH 9 Perluasan Program PKP/Pos Gizi EVALUASI Ada beberapa karakteristik umum yang berhubungan dengan kesuksesan program PKP/Pos Gizi: & Keputusan untuk melaksanakan program PKP/Pos Gizi memerlukan ketelitian dalam mempertimbangkan beberapa variabel termasuk kondisi-kondisi umum, komitmen masyarakat, dan komitmen lembaga pelaksana. Keputusan tersebut bukanlah intervensi yang bisa dianggap enteng, bukan hanya sebagai faktor tambahan pada program yang sudah ada. Kriteriakriteria berikut ini harus dipertimbangkan dengan hati-hati ketika akan memutuskan apakah pendekatan PKP/Pos Gizi sesuai dengan situasi masyarakat anda. LANGKAH 2 Mobilisasikan masyarakat;Seleksi dan Pelatihan PANTAU LANGKAH 1 Tentukan apakah pendekatan PKP/Pos LANGKAH 1 Tentukan apakah ini program yang tepat untuk anda gunakan Makanan lokal, terjangkau harus tersedia agar masyarakat dapat mempertahanan perilakuperilaku memberi makan. Ketersediaan Makanan-Makanan Lokal yang Terjangkau Makanan lokal dan terjangkau harus tersedia agar masyarakat dapat mempertahanan perilaku-perilaku memberi makan. PKP/Pos Gizi tidak direkomendasikan kepada daerah yang memiliki ketidakpastian mengenai ketersediaan makanan pada rumahtangga dalam jangka waktu yang lama (lebih dari tiga bulan) atau ketika program relief -bantuan pangan menjadi sumber makanan utama. Untuk mengetahui ketersediaan makanan yang terjangkau: ♥ Laksanakan survei pasar secara informal ♥ Kunjungi pasar-pasar dan toko-toko lokal untuk memeriksa ketersediaan dan harga-harga makanan. ♥ Selidiki makanan-makanan musiman ♥ Menilai ketersediaan perbekalan makanan keluarga, termasuk makanan yang ditanam di lahan-lahan atau kebun-kebun serta ternak atau unggas Kedekatan Geografis Setiap Rumah PKP/Pos Gizi bekerja lebih baik pada rumah-rumah yang saling berdekatan karena pengasuh dapat menghadiri kegiatan setiap harinya tanpa harus menghabiskan waktu di jalan. Faktor kedekatan juga mempermudah para kader untuk lebih sering mengunjungi rumah-rumah keluarga peserta program. Meskipun sebagian besar proyek PKP/Pos Gizi dilaksanakan pada lingkungan pedesaan, proyek-proyek perkotaan juga semakin banyak dilaksanakan di negaranegara lain. Lingkungan Perkotaan vs. Pedesaan Pengalaman memperlihatkan bahwa PKP/Pos Gizi dapat dilaksanakan dengan sukses pada kedua lingkungan, baik perkotaan maupun pedesaan. Pada masyarakat perkotaan, makanan dibeli. Pada sebagian besar daerah pedesaan, buah-buahan dan sayur-sayuran ditanam dan penduduk dapat memancing ikan atau beternak unggas/hewan. Penyelidikan PKP akan menemukan cara-cara atau mekanisme mengatasi situasi yang berhasil dilakukan oleh beberapa keluarga. Selain itu, lingkungan perkotaan memiliki populasi lebih padat, sehingga jarak antar tiap rumah saling berdekatan untuk kunjungan Pos Gizi. Meskipun sebagian besar proyek PKP/Pos Gizi dilaksanakan pada lingkungan pedesaan, proyek-proyek perkotaan juga dilaksanakan seperti di Haiti, Etiopia, Guinea, Madagaskar, Indonesia, dan India. Keberadaan Bantuan Pangan (Title II, Makanan untuk Padat Karya, Program Pangan Dunia- WFP), dsb.) PKP/Pos Gizi dimaksudkan untuk menangkap pengetahuan dan sumbersumber daya lokal dalam rangka mengatasi masalah kekurangan gizi. Penyediaan Pangan dari luar dalam bentuk sumbangan atau pangan untuk program padat karya akan membuat rancu tujuan menggunakan makanan asli dan yang tersedia lokal. Namun, negara-negara yang menerima bantuan pangan perlu menemukan cara-cara kreatif dalam menggunakan sumbersumber makanan tersebut agar tidak mengurangi dampak program maupun membahayakan prinsip-prinsip utama dari program Pos Gizi. Suatu penyelidikan PKP dapat memperlihatkan bahwa beberapa keluarga menggunakan kontribusi bahan makanan dengan lebih baik dibandingkan keluarga lain. Mungkin mereka dapat mengolah makanan tersebut dengan lebih lezat atau menjualnya untuk membeli makanan lain. Ketika bantuan pangan berakhir, barulah penyelidikan PKP diadakan untuk menemukan solusi bagi kekurangan gizi tanpa ada ketergantungan pada bantuan pangan. Salah satu cara mengintegrasikan bantuan pangan ke dalam Pos Gizi adalah 20 / Bab Satu: Tentukan Apakah PKP/Pos Gizi Tepat Untuk Anda melalui kontribusi makanan pokok dan minyak dalam periode yang singkat, agar dapat membantu pencapaian tujuan program rehabilitasi. Para pengasuh tetap diharuskan untuk membawa “makanan khas positif” pada saat kegiatan Pos Gizi dan praktek perilaku pemberian makan secara aktif, kebersihan, dan perawatan lainnya. Cara lainnya adalah dengan menggunakan bantuan pangan sebagai pendorong bagi para pelatih/penyelia yang mengadakan kegiatan Pos Gizi. Bagaimanapun juga, harus dipahami bahwa bantuan pangan memiliki waktu yang terbatas dan tidak bisa dipertahankan, maka harus dibuat rencana untuk menghentikan ketergantungan masyarakat kepada bantuan pangan ke dalam penyusunan program Pos Gizi. Para Pengungsi Dalam dan Luar Negeri PKP/Pos Gizi bukanlah pendekatan terbaik untuk proyek-proyek yang melibatkan populasi pengungsi dalam dan luar negeri. Namun, pendekatan PKP dapat menjadi alat yang efektif dalam mengidentifikasi strategi-strategi dan keahlian-keahlian unik yang digunakan beberapa individu dan keluarga untuk mengatasi situasi tersebut. Populasi Tanpa Lahan atau Masyarakat Penghuni Liar Tipe masyarakat ini tidak stabil, tetapi, bagaimanapun juga, pelaku PKP tetap ada. Diperlukan strategi gabungan dengan komponen yang menghasilkan pendapatan untuk mendukung ketahanan pangan dalam rumahtangga. Keberadaan Program Pengembangan dan Pendamping Kesehatan Masyarakat Ada beberapa program kesehatan masyarakat yang bekerja secara sinergis dengan PKP/Pos Gizi untuk memperbaiki status kesehatan dan gizi anak. Penting untuk melakukan penilaian terhadap status program-program tersebut saat ini dan membuat berbagai keputusan sesuai dengan tujuan-tujuan program dan sumber-sumber yang tersedia. Meskipun PKP/Pos Gizi dapat dilaksanakan dalam masyarakat yang tidak memiliki pelayanan kesehatan, sebuah proyek di Myanmar menemukan bahwa perbaikan gizi anak dihambat oleh angka TBC yang tinggi dan KLB (Kejadian Luar Biasa) penyakit campak. Program-program harus sebisa mungkin mempertimbangkan pelaksanaan aktivitas-aktivitas pendamping dalam bidang kesehatan atau bekerjasama dengan organisasi-organisasi lain yang dapat menyediakan: ♥ Program imunisasi ♥ Suplemen mikro-nutrien ♥ Pemberantasan penyakit cacingan ♥ Sistem rujukan kepada fasilitas-fasilitas kesehatan lokal untuk anak-anak yang sakit Upaya-upaya perbaikan gizi dapat diintegrasikan ke dalam berbagai program yang sudah ada seperti pertanian, ketahanan pangan, perkembangan ekonomi, serta air dan sanitasi. Jika ada Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), PKP/Pos Gizi dapat menambahkan pesan-pesan pendidikan kesehatan dan manfaat dari penilaian masyarakat tentang MTBS,klasifikasi, pengobatan dan mekanisme rujukan. Sebagai tambahan, kekurangan gizi merupakan sebab dan akibat dari berbagai masalah kesehatan dan tidak bisa diperbaiki hanya oleh satu pihak saja. Program-program PKP/Pos Gizi sangat sesuai untuk programprogram kelangsungan hidup anak dan, jika dilaksanakan dengan sesuai, dapat menghasilkan pengaruh dramatis pada indikator-indikator kesehatan masyarakat lainnya seperti timbulnya penyakit diare dan angka kematian yang disebabkan oleh pneumonia dan malaria. Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 21 Upaya perbaikan gizi dapat diintegrasikan ke dalam berbagai program yang sudah ada seperti pertanian, ketahanan pangan, perkembangan ekonomi, serta air dan sanitasi. Kekurangan gizi merupakan sebab dan akibat dari berbagai masalah kesehatan dan tidak bisa diperbaiki hanya oleh satu pihak saja. Sistem Identifikasi dan Pelacakan Anak-Anak yang Mengalami Kekurangan Gizi Program-program berikut ini memberi keuntungan bagi masyarakat yang memiliki komitmen untuk melaksanakan PKP/Pos Gizi dan mempertahankan status kekurangan gizi anak yang lebih rendah. Meskipun program-program tersebut mencirikan situasi optimal bagi pelaksanaan PKP/Pos Gizi, ketiadaan ciri-ciri tersebut pada masyarakat tidak boleh secara otomatis menghilangkan peran serta masyarakat. Penting untuk menilai adanya program-program pemantauan tersebut dan pada tingkat apa. Kemudian, harus ada seseorang yang membuat keputusan berdasarkan kriteria, tujuan program, dan sumbersumber daya lain yang tersedia, apakah melanjutkan pelaksanaan tanpa adanya program tersebut, memperkuat salah satu atau seluruhnya, atau bekerjasama dengan organisasi-organisasi lainnya yang dapat memberikan sumber-sumber daya atau keahlian-keahlian yang dibutuhkan. ♥ Kesediaan untuk Memulai atau Melanjutkan Program-Program Posyandu Posyandu merupakan cara untuk memantau status gizi anak dari waktu ke waktu. Pemantauan pertumbuhan dapat mengidentifikasi anak yang kurang gizi dan membutuhkan kegiatan Pos Gizi serta anak-anak yang tidak dapat mempertahankan pertumbuhan yang memadai setelah berakhirnya keikutsertaan mereka dalam Pos Gizi. ♥ Pendaftaran Semua Anak dari Kelompok yang Ditargetkan Registrasi berdasarkan populasi perlu dilakukan untuk menjangkau semua anak dari kelompok usia prioritas (0-3 tahun), dan memperoleh informasi status gizi dari seluruh masyarakat. Kegiatan ini memberikan batasan yang jelas dari masyarakat sasaran mengenai anak yang mengalami kekurangan gizi beserta pengasuhnya. ♥ Laporan Peristiwa-Peristiwa Penting untuk Melacak Kelahiran Baru, Kematian dan Migrasi Informasi perlu dikumpulkan untuk melacak setiap anak, serta mendaftarkan anggota-anggota baru ke dalam masyarakat, melalui kelahiran atau migrasi. Jika hal ini belum dilakukan, para pemimpin desa harus bersedia membangun atau mengorganisasikan sistem pengumpulan data utama ini. Komitmen masyarakat merupakan faktor penting dalam kesuksesan PKP/Pos Gizi: jika para pemimpin masyarakat tidak ikut terlibat dalam proses PKP/Pos Gizi maka usaha tersebut tidak boleh dijalankan. B. Komitmen Masyarakat Komitmen masyarakat merupakan faktor penting dalam kesuksesan PKP/Pos Gizi. Kontribusi masyarakat sangat diharapkan, dan diperlukan untuk mencapai kesuksesan, serta merefleksikan seberapa besar dukungan mereka. Kontribusi dari tiap pengasuh yang menghadiri Pos Gizi, kontribusi dari para kader Pos Gizi yang menjadi tuan rumah serta melaksanakan PKP/Pos Gizi, para pemimpin masyarakat dan tim kesehatan yang menyediakan dukungan moral serta material merupakan aset-aset yang tidak ternilai. Meskipun jumlahnya sulit untuk diukur dan dihitung, kontribusi-kontribusi inilah yang sungguh-sungguh mendanai dan menentukan kesuksesan atau kegagalan program: Kehadiran Kepemimpinan Masyarakat yang Berkomitmen Ketika mengadakan pertemuan dengan pemimpin formal dan informal masyarakat, petugas kesehatan, dan pemimpin-pemimpin agama, melakukan penilaian apakah ada kepedulian terhadap kesehatan masyarakat dan keinginan untuk mengurangi jumlah anak yang kekurangan 22 / Bab Satu: Tentukan Apakah PKP/Pos Gizi Tepat Untuk Anda gizi. Jika pemimpin-pemimpin masyarakat tidak ikut terlibat dalam proses PKP/Pos Gizi maka usaha tersebut tidak boleh dijalankan. Kehadiran Tim Kesehatan Desa yang Berkomitmen Lakukan penilaian terhadap kehadiran dan fungsi Tim Kesehatan Desa. Jika tim ini tidak ada, maka harus dibentuk. Peran Tim Kesehatan Desa adalah untuk: ♥ Mengatur dan mengkoordinasikan aktivitas-aktivitas kesehatan pada tingkat lokal. ♥ Menetapkan kriteria untuk dan memilih serta memantau para kader masyarakat. ♥ Berkolaborasi dengan organisasi yang melaksanakan program Pos Gizi dan dengan pegawai kesehatan di kabupaten tersebut. Para kader mengadakan kegiatan Pos Gizi di rumahrumah mereka, menyiapkan Ketersediaan Para Kader Potensial dalam Masyarakat makanan, memantau para Sumber daya manusia untuk Pos Gizi yang terutama adalah kader Pos Gizi. Satu atau dua kader wanita diperlukan untuk setiap lokasi Pos Gizi. Para pengasuh, kader menyelenggarakan kegiatan Pos Gizi di rumah-rumah mereka, mendemostrasikan menyiapkan makanan, memantau para pengasuh, mendemostrasikan pemberian makan aktif dan pemberian makan aktif dan menyampaikan pesan-pesan sederhana kepada menyampaikan pesan-pesan ibu-ibu yang lain. Komitmen mereka kepada program tersebut hanya sederhana kepada ibu-ibu selama minimal dua bulan dan selama waktu tersebut, mereka diharapkan untuk menyediakan waktu dan usaha yang signifikan dalam rangka yang lain. mencapai tujuan-tujuan proyek. Program PKP/Pos Gizi dapat memperoleh kader dari kader posyandu jika tersedia. Informasi berikutnya mengenai uraian tugas, penerimaan, dan pelatihan para kader Pos Gizi ada di bab dua. C. Komitmen Badan Pelaksana Direktur nasional dari lembaga pelaksana utama harus memiliki keyakinan penuh akan proyek ini. Hal tersebut tidak direkomendasikan jika direksi dan pegawai berkomitmen untuk memusatkan perhatian pada metodologi. Telah terbukti bahwa program-program Pos Gizi yang sukses adalah program yang memiliki komitmen penuh dari badan pelaksana pada tingkat nasional dan internasional. Intensitas kebutuhan akan sumber daya manusia dapat menyebabkan kegagalan program jika tidak didukung oleh komitmen dari direksi utama. Investasi terbesar dalam PKP/Pos Gizi adalah kerja keras dan komitmen dari para pegawai dan kader. Program PKP/Pos Gizi tidak bertumpu pada investasi besar dalam infrastruktur atau masukan-masukan terukur tetapi betumpu pada proses dan pengejewantahan sebuah konsep menjadi tindakan. Oleh sebab itu, sumber daya manusia sangat penting dan harus dipertimbangakan sebelum memulai upaya ini. Tabel 1.1 pada halaman 28 mengilustrasikan jumlah pegawai yang dibutuhkan untuk mendukung suatu populasi dengan 60 anak yang mengalami kekurangan gizi. Proyek Menejer Pos Gizi dan/atau Pelatih Utama Dibutuhkan satu orang proyek menejer untuk mengatur keseluruhan proyek termasuk pelatihan untuk para pegawai; mengatur keseluruhan proses, merencanakan menu-menu makanan, melakukan koordinasi dengan tokoh-tokoh masyarakat, Departemen Kesehatan, dan rekan-rekan kerja lainnya, memantau dan mengevaluasi hasil, dsb. Setiap organisasi menghasilkan keputusan yang berbeda-beda mengenai keputusan untuk memperkerjakan proyek menejer lokal atau ekspatriat. Pada akhir bab ini terdapat contoh anggaran belanja termasuk Proyek Menejer, ia Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 23 Tidak semua organisasi merasa perlu untuk menggunakan pengetahuan eksternal -- banyak proyekproyek yang telah berhasil dilaksanakan oleh menejer program lokal dan hanya menggunakan bantuan eksternal bila diperlukan. menyerahkan tanggungjawab kepada pelatih utama lokal setelah satu tahun pertama. Konsultan-konsultan Pos Gizi Internasional bersedia untuk menyusun program-program PKP/Pos Gizi, melatih pegawai, mencari penyelesaian masalah jika program mengalami kesulitan-kesulitan dan mengevaluasi program Pos Gizi. Salah satu pilihan yang tersedia adalah menggunakan konsultan PKP/Pos Gizi untuk membantu memulai program, menilai program setelah enam bulan hingga satu tahun kemudian untuk memastikan apakah program berjalan secara optimal dan menyediakan rekomendasi-rekomendasi untuk mengefisienkan pendekatan dan merencanakan perluasan program. Namun, harus dicatat bahwa tidak semua organisasi memandang perlu penggunaan pengetahuan eksternal. Sejumlah besar proyek telah sukses dijalankan oleh menejer-menejer program lokal dan bantuan eksternal hanya dipakai jika dibutuhkan. Para Penyelia/Pelatih Para penyelia/pelatih dibutuhkan untuk setiap sepuluh hingga dua puluh kader. Mereka digaji oleh proyek dan bertugas untuk melatih para kader serta memantau proyek Pos Gizi. Sumber-Sumber Makanan Sesuai rencana, biaya makanan untuk proyek PKP/Pos Gizi berjumlah minimal karena proyek ini dibuat dengan anggaran rendah, makanan lokal yang sudah tersedia, terutama diberikan oleh masyarakat. Tanggungjawab mengumpulkan bahan-bahan pokok untuk kegiatan Pos Gizi harus diserahkan kepada masyarakat, badan pelaksana, dan para pengasuh. Pada mulanya, mungkin badan pelaksana harus memberikan makanan lebih banyak, terutama makanan untuk rehabilitasi. Jika masyarakat sudah memahami nilai dari kegiatan Pos Gizi dan melihat anak yang sakit-sakitan dan lesu berubah menjadi aktif dan sehat, maka nilai yang didapat dari program ini akan meningkat dan masyarakat akan lebih bersedia menanggung biaya-biayanya. Demonstrasi kekuatan sumber-sumber yang berasal dari masyarakat dan sumber daya manusia hanya bisa diperlihatkan jika masukan-masukan eksternal diminimalkan. Pada tahap ini, penting untuk mempertimbangkan sumber-sumber yang tersedia dari para pengasuh, masyarakat, dan organisasi. CONTOH JUMLAH PEGAWAI YANG TABEL 1.1 DIBUTUHKAN UNTUK 60 ANAK Pegawai Total Kalkulasi Komentar Kader Kesehatan 10 s/d 20 Dengan 5 s/d 10 anak/lokasi, 10 lokasi Pos Gizi yang dibutuhkan untuk 60 anak. Dengan 1 s/d 2 kader tiap lokasi Pos Gizi, dibutuhkan 10 s/ d 20 kader Para kader seringkali memilih untuk bekerja secara berpasangan, sehingga terdapat 2 kader tiap lokasi Penyelia/ Pelatih 1 s/d 2 1 untuk setiap 10 s/d 20 kader Karena jarak, penyelia pedesaan umumnya dapat mendukung 10 kader sedangkan penyelia perkotaan dapat mendukung 20 kader Menejer Pos Gizi/ Pelatih Utama 1 1 untuk setiap proyek 24 / Bab Satu: Tentukan Apakah PKP/Pos Gizi Tepat Untuk Anda Biaya-Biaya Lain Proyek Biaya-biaya lain untuk proyek termasuk materi-materi, perjalanan, perlengkapan, komunikasi, dan penginapan. Pada akhir bab ini terdapat lampiran anggaran belanja yang berisi perincian biaya-biaya selama periode tiga tahun. Investasi biaya terbesar terletak pada awal program, tetapi umumnya tidak terulang lagi. Biaya yang dikeluarkan akan lebih rendah untuk departemen kesehatan yang memiliki kantor dibandingkan NGO yang harus mengeluarkan biaya untuk memperoleh lokasi kantor, pegawai, komunikasi, dll. Program PKP/Pos Gizi Melibatkan Berbagai Pihak Seringkali, LSM internasional atau Departemen Kesehatan mengambil alih kendali program. Peran mereka adalah untuk mengadakan penyesuaian diri dan melatih petugas kesehatan atau LSM lokal untuk melaksanakan PKP/Pos Gizi pada tingkat masyarakat. Untuk menjamin kualitas pelaksanaan, lembaga pelaksana harus memberikan lebih banyak perhatian terhadap pemantauan dan mendukung kualitas mobilisasi, pelatihan, dan pemantauan yang dikerjakan oleh lembaga pelaksana lokal dan memastikan agar mereka tetap mengikuti prinsip-prinsip pokok pendekatan PKP/Pos Gizi. Lembaga lokal bertanggungjawab untuk memobilisasikan masyarakat, menyediakan bimbingan untuk membentuk formasi Tim Kesehatan Desa dan menyeleksi kader-kader Pos Gizi, melatih kelompokkelompok atau individu-individu tersebut dan memantau pelaksanaan Pos Gizi setiap hari selama putaran awal. Mereka juga dapat membantu masyarakat dalam melaksanakan program pemantauan pertumbuhan dan menyediakan pelayanan kesehatan tambahan. Pada akhirnya, Tim kesehatan Desa, dengan bantuan tokoh masyarakat lokal, mengambil tanggungjawab penuh untuk mengelola Pos Gizi dan untuk mengadakan pengulangan program tersebut, jika dibutuhkan di masa yang akan datang. CONTOH Studi Kasus: Contoh Susunan Staff Proyek/Kalkulasi Sistem Penerima Manfaat Lokasi Proyek : Wilayah Perkotaan Jakarta, Indonesia ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ Delapan penyelia/pelatih akan bekerja secara langsung dengan para kader Pos Gizi Setiap penyelia/pelatih akan mengawasi sekitar empat hingga sepuluh kader Kurang lebih seratus enam puluh kader akan dilatih Delapan puluh lokasi Pos Gizi direncanakan selama pelaksanaaan proyek Lima hingga sepuluh anak kurang gizi bersama pengasuh nya sewaktu-waktu akan diserahkan pada pasangan kader (Anakanak ini akan mengalami rotasi setelah kurang lebih dua bulan berpartisipasi dalam kegiatan Pos Gizi) Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 25 Pada akhirnya, Tim Kesehatan Desa, dengan bantuan Tokoh Masyarakat lokal, menanggung seluruh tanggungjawab untuk mengatur Pos Gizi dan untuk mengadakan pengulangan program tersebut. Dengan seratus dua puluh enam anak di delapan puluh lokasi Pos Gizi sehingga dapat menjangkau kurang lebih 10,000 anak yang mengalami kekurangan gizi selama tiga tahun diadakannya Proyek Jakarta. ♥ Empat puluh dua anak akan dilayani di setiap lokasi selama satu tahun dengan tujuh anak kurang gizi yang berbeda mengikuti rotasi setiap dua bulan (7 x 6) ♥ Seratus dua puluh enam anak akan dilayani pada setiap lokasi Pos Gizi selama tiga tahun (42 x 23) ♥ Dengan seratus dua puluh enam anak di delapan puluh lokasi Pos Gizi sehingga dapat menjangkau kurang lebih 10,000 anak yang mengalami kekurangan gizi selama tiga tahun diadakannya proyek ♥ Lima puluh ribu ahli waris keluarga akan tercapai dalam waktu tiga tahun (dengan perkiraan tiga anak dan dua pengasuh di setiap keluarga) Contoh Jumlah Pekerja Yang Dibutuhkan Untuk 60 Anak Yang Mengalami Kekurangan Gizi 60 ANAK 10 LOKASI POS GIZI 10 S/D 20 KADER PENYELIA/PELATIH MENEJER / PELATIH UTAMA 26 / Bab Satu: Tentukan Apakah PKP/Pos Gizi Tepat Untuk Anda TABEL 1.2 LEMBARAN ANGGARAN PKP/POS GIZI Rincian Anggaran PEGAWAI Thn 1 Thn 2 Thn 3 TOTAL Profesional kesehatan (ekspatriat atau nasional) Pelatih utama (nasional) Penyelia/pelatih Menejer/Kepala kantor/staff pendukung Direktur Nasional (%) Menejer Keuangan (%) Sopir Senior Program Officer Kesehatan (kedudukan di Kantor Pusat) KONSULTAN Kunj. Asisten Teknis dr Kantor Pusat Kunjungan konsultan MATERIAL Kaos/topi/lencana untuk para kader Panci untuk setiap Pos Gizi Sendok & peralatan masak Minyak & nasi Sabun Ember Vitamin A* Obat-obatan anti-helminth* KMS* Kalkulator Peralatan kantor Alat Monitoring:pendaftaran & formulir Material pelatihan Produksi: pelajaran Pos Gizi Perlengkapan pelatihan PERJALANAN Sewa kendaraan: mobil/motor Studi banding untuk para penyelia Studi banding untuk pelatih utama PERLENGKAPAN Timbangan Badan Timbangan makanan Komputer & printer Perabotan kantor KOMUNIKASI Biaya internet Telepon/fax • AKOMODASI Sewa kantor EVALUASI Tim eksternal TOTAL Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 27 Program Pos Gizi sering dapat secara gratis dari Departemen Kesehatan atau, lebih dianjurkan, rujuk anak ke DEPKES untuk mendapatkan pelayanan. 28 / Bab Satu: Tentukan Apakah PKP/Pos Gizi Tepat Untuk Anda Ada dimana anda? BAB DUA Langkah 2 : Mobilisasikan, Seleksi & Pelatihan seleksi serta melatih sumber daya manusia A. Mobilisasi masyarakat 1. Adakan pertemuan dengan tokohtokoh kunci masyarakat 2. Orientasikan petugas kesehatan lokal 3. Membentuk atau memperkuat Tim Kesehatan Desa A. Mobilisasikan Masyarakat PKP/Pos Gizi adalah program masyarakat sehingga membutuhkan partisipasi aktif dari masyarakat. Karena proses ini menuntut penemuan secara mandiri dan aksi dari masyarakat, lembaga pelaksana tidak dapat menjalankan program PKP/Pos Gizi yang sukses tanpa partisipasi dan dukungan dari masyarakat. Meskipun lembaga pelaksana dapat mengawali proses PKP/Pos Gizi melalui pelatihan anggota-anggota masyarakat, pelaksanaan PKP/Pos Gizi tetap tergantung pada masyarakat, sejak awal, untuk belajar mengelola dan memantau proyek. Tindakan tersebut membutuhkan investasi awal yang terus menerus untuk memberikan ketrampilan menejemen ini kepada masyarakat, yang merupakan prinsip dasar pendekatan PKP/Pos Gizi. Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 29 LANGKAH 4 Adakan Penyelidikan PKP LANGKAH 5 Merancang kegiatan Pos Gizi LANGKAH 6 Pelaksanaan Kegiatan Pos Gizi LANGKAH 7 Mendukung Perilaku-Perilaku Baru LANGKAH 8 Ulangi kegiatan Pos Gizi Gizi sesuai Kebutuhan LANGKAH 9 Perluasan Program PKP/Pos Gizi EVALUASI J Jika anda sudah memutuskan bahwa program PKP/Pos Gizi dapat diterapkan pada situasi geografis dan budaya anda, anda dapat memulai Langkah 2. LANGKAH 3 Persiapan Penyelidikan PKP & B. Seleksi dan pelatihan sumber daya manusia 1. Tulislah uraian tugas 2. Lakukan suatu analisis tugas 3. Mengembangkan kriteria seleksi peserta 4. Menerima para karyawan dan kader 5. Lakukan suatu penilaian kebutuhan pelatihan 6. Pilih muatan/isi pelatihan 7. Mengembangkan strategi pelatihan 8. Menetapkan metodologi pelatihan 9. Susun strategi evaluasi pelatihan 10. Menyiapkan materi-materi pelatihan dan evaluasi 11. Menyelenggarakan pelatihan LANGKAH 2 Mobilisasikan masyarakat;Seleksi dan Pelatihan PANTAU LANGKAH 2 Mulai memobilisasi masyarakat dan LANGKAH 1 Tentukan apakah ini program yang tepat untuk anda gunakan Agar PKP/Pos Gizi dapat berhasil, seluruh desa harus memiliki semangat untuk memberantas kekurangan gizi. Libatkan orang-orang yang berpengaruh ke dalam proses PKP/Pos Gizi – terutama mereka yang mungkin akan memberikan halangan jika tidak dilibatkan. 1. Pertemuan dengan Tokoh-Tokoh Kunci Masyarakat, termasuk: ♥ Kepala-Kepala Desa/Kampung ♥ Wakil-wakil sektor kesehatan informal seperti tabib-tabib tradisional dan dukun bayi dan penjual obat-obatan lokal ♥ Tokoh-Tokoh agama ♥ Pemimpin-pemimpin suku atau kasta ♥ Nenek-nenek ♥ Kepala sekolah/guru-guru ♥ Kelompok, klub, asosiasi-asosiasi lokal ♥ Para pembuat keputusan, wali masyarakat, pejuang-pejuang lokal ♥ Pemimpin-pemimpin bisnis Diskusikan situasi kesehatan masyarakat, terutama untuk anak dibawah usia lima tahun. Selidiki apakah ada keprihatinan atau perhatian diantara anggotaanggota dan tokoh-tokoh masyarakat mengenai tingkat kekurangan gizi dalam masyarakat mereka. Apakah merupakan prioritas utama? Pada kelompok anak dengan usia berapakah yang paling beresiko terjadi kekurangan gizi? Dibawah 5 tahun? Dibawah 2 tahun? Apakah orang-orang menganggap hal tersebut sebagai suatu masalah? Apakah mereka memahami potensi yang hilang dari anak-anak yang mengalami kekurangan gizi? Cobalah sajikan topik-topik ini dengan menggunakan gambar-gambar atau foto-foto dan bertanya kepada pemimpin-pemimpin masyarakat untuk mendiskusikan apa yang mereka lihat serta hubungannya dengan situasi di dalam masyarakat mereka. Penyajian data kesehatan lokal dan gizi dalam format yang dapat dimengerti seringkali menjadi pendorong yang baik untuk bertindak. Penyediaan Data dalam Format yang Dapat Dimengerti Di Mali, para staff CARE menyiapkan grafik bar berukuran besar untuk memperlihatkan status gizi anak rata-rata dalam suatu masyarakat dibandingkan dengan anak-anak dari desa lain. Ketika grafik-grafik tersebut dijelaskan kepada pemimpinpemimpin desa, seseorang mengatakan, “Saya malu karena anakanak disini lebih banyak yang mengalami kekurangan gizi dibandingkan tempat-tempat lain. Kita harus melakukan sesuatu saat ini juga!” 2. Orientasi Petugas Kesehatan Lokal Sumber-sumber daya kesehatan baik formal maupun non formal harus diidentifikasi dan dilibatkan untuk mengkoordinasikan upaya-upaya Pos Gizi. Petugas yang menangani fasilitas kesehatan dapat mengidentifikasi sumber-sumber daya dan pelayanan-pelayanan yang tersedia untuk anakanak yang sakit serta anak-anak yang mengalami kekurangan gizi buruk. Melalui Posyandu dapat teridentifikasi anak-anak yang menderita kekurangan gizi tingkat tiga atau berbagai variasi penyakit lainnya sehingga perlu dirujuk di balai pengobatan lokal. Keputusan mengenai pemberantasan penyakit cacingan secara menyeluruh, ketentuan-ketentuan untuk distribusi vitamin A dan penegasan ulang pesan-pesan kesehatan yang tepat untuk diberikan pada kegiatan Pos Gizi, semuanya membutuhkan hubungan yang dekat dengan pelayanan kesehatan. Peran-peran yang dimainkan oleh petugas Puskesmas adalah merawat anak yang mengalami kekurangan gizi 30 / Bab Dua: Mobilisasikan, Seleksi & Pelatihan dengan penyakit-penyakit utama seperti pneumonia, campak, rabun senja, tuberculosis, atau malaria; koordinasi untuk menjangkau aktivitas-aktivitas Posyandu; meningkatkan dan mempertahankan jumlah pemberian imunisasi; membantu distribusi kapsul zat besi dan vitamin A untuk wanita hamil; dan pemberian vitamin A serta pengobatan penyakit cacingan pada anak; dan berpatisipasi dalam peninjauan ulang serta analisa hasil-hasil Pos Gizi. 3. Mobilisasikan Tim Kesehatan Desa Proyek Pos Gizi dikelola oleh masyarakat. Penguatan kapasitas tim lokal kesehatan desa diperlukan untuk menyalurkan ketrampilan dan menciptakan rasa kepemilikan. Jika tim semacam itu tidak ada, kepanitiaan harus dibentuk dari pertemuan-pertemuan awal dengan pemimpin-pemimpin masyarakat. Idealnya, kepanitiaan terdiri dari orang-orang yang terpilih, tetapi pemimpinpemimpin desa juga dapat menunjuk seseorang. Kriteria-kriteria untuk anggota yang efektif adalah, keprihatinan untuk meningkatkan status kesehatan dan gizi dalam masyarakatnya, waktu yang tersedia untuk melaksanakan usaha tersebut, keahlian untuk bekerjasama dalam tim yang baik, serta sikap hormat terhadap orang lain. Sangat baik jika terdapat pemimpin formal dan informal masyarakat di dalam kepanitiaan. Pemimpinpemimpin formal, atau mereka yang dekat dengan struktur kepemimpinan formal, dapat mempengaruhi pengambilan keputusan, pembuatan prioritas dan alokasi sumber daya dari masyarakat. Aktivitas-aktivitas dari Tim Kesehatan Desa bisa dimulai dari Pos Gizi, tetapi setelah mereka memiliki pengalaman, mereka mungkin akan berusaha untuk mengatasi masalah-masalah lain dalam masyarakat. Kurikulum pelatihan yang baik untuk petugas yang bekerja pada Tim Kesehatan Desa dan keterlibatan dalam usaha-usaha mobilisasi masyarakat lainnya, dapat dilihat pada bagian sumber yg direferensikan dalam buku panduan ini. Melalui Tim Kesehatan Desa, masyarakat dapat diberdayakan untuk: ♥ Melakukan supervisi terhadap petugas kesehatan masyarakat ♥ Mengelola kegiatan Pos Gizi ♥ Merencanakan dan mengevaluasi hasil ♥ Memantau adanya kejadian-kejadian penting ♥ Membuat papan monitoring visual yang mengilustrasikan dampak signifikan dari proyek Pos Gizi dan membagikan hasil ini kepada para anggota dan pemimpin masyarakat ♥ Mengelola posyandu. Penguatan kapasitas pada masyarakat lokal dimulai dengan pertemuan awal untuk mendiskusikan intervensi terhadap masalah gizi. Setelah itu, Kepanitiaan mempelajari ketrampilan yang dibutuhkan untuk mengelola Pos Gizi serta posyandu melalui keterlibatan mereka dalam pelaksanaan. Usaha untuk menciptakan kemitraan dimulai sejak hari pertama, diikuti oleh pertemuan setiap satu bulan atau dua bulan dengan menggunakan metode siklus “Tiga A” dari UNICEF yang terdiri dari assessment (penilaian), analysis (analisa), dan action (aksi) untuk mendukung pelatihan masyarakat. Ketiga aktivitas tersebut, yaitu Penilaian, Analisa, dan Aksi menjadi kerangka kerja untuk mengelola program tersebut. Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 31 Pengelolaan program dilakukan bersama masyarakat dengan menggunakan siklus “Tiga A” untuk menilai suatu masalah, menganalisis penyebab-penyebabnya, dan mengambil tindakan berdasarkan analisis tersebut. Siklus “Tiga A” terdiri dari: Assessment (Penilaian) MENGUMPULKAN INFORMASI kuantitatif dan kualitatif terkini mengenai indikator-indikator yang penting. ANALYSIS (ANALISA) Melakukan interpretasi informasi, mengartikannya, identifikasi aspek-aspek sukses, dan membutuhkan perbaikan. ACTION (AKSI) Mengembangkan strategi-atau rencana kerja untuk mengatasi masalah-masalah yang teridentifikasi dan memperbaiki aktivitas pelaksanaan. B. Proses Pengembangan Pelatihan Pendekatan PKP, yang menjadi inti Pos Gizi, didasarkan atas keyakinan bahwa jawaban atas masalah-masalah masyarakat sudah ada di dalam masyarakat itu sendiri. Hal ini membutuhkan pertukaran peran dari guru menjadi murid, serta dari pelatih menjadi siswa. Pelatihan merupakan pusat dari pendekatan PKP/Pos Gizi. Petugas, para kader Pos Gizi, dan Tim Kesehatan Desa perlu dipersiapkan untuk melaksanakan proses PKP/Pos Gizi agar dapat memberikan dampak terhadap kekurangan gizi anak. Kegiatan Pos Gizi bersama dengan ibu-ibu pada dasarnya merupakan lokakarya pelatihan untuk melibatkan ibu-ibu dalam proses rehabilitasi anak mereka serta mempelajari perilaku-perilaku baru untuk menjaga kesehatan anak mereka. Pendekatan untuk pelatihan merupakan tantangan Pos Gizi yang terbesar. Pendekatan PKP, yang menjadi inti dari Pos Gizi, didasarkan atas kepercayaan bahwa jawaban-jawaban atas masalah-masalah masyarakat sudah ada di dalam masyarakat itu sendiri. Hal ini membutuhkan pertukaran peran dari guru menjadi murid, serta dari pelatih menjadi siswa. Para kader Pos Gizi belajar dari pengasuh PKP dan para petugas belajar dari para kader Pos Gizi. Tindakan ini merubah paradigma tradisional mengenai cara mengajar untuk keluarga-keluarga miskin di negara-negara berkembang. Setiap Pos Gizi merupakan “lokakarya pelatihan”, yang memuat konsep-konsep mengenai teknik-teknik belajar orang dewasa: partisipasi aktif, demonstrasi, praktek dan pengayaan. Proses dimulai dengan mancari pesan-pesan yang akan disampaikan pada saat latihan melalui penyelidikan PKP, kemudian menyusun isi latihan, merencanakan logistik-logistik pelatihan, dan melatih para kader Pos Gizi untuk mengadakan kegiatan Pos Gizi. Mempersiapkan kegiatan pelatihan yang sesuai untuk para karyawan, kader Pos Gizi dan Tim Kesehatan Desa, meliputi langkah-langkah berikut ini: 1. Tuliskan Uraian Tugas Uraian tugas merupakan daftar yang terdiri dari berbagai peran, kewajiban, dan aktivitas yang harus dilakukan oleh seorang pelaksana. Uraian Tugas secara tertulis dapat membantu tiap individu untuk mengetahui apa yang diharapkan dari diri mereka dan menuntun pengembangan pelatihan untuk menyiapkan mereka melakukan peran tersebut. Contoh uraian tugas dapat dilihat pada akhir bab ini. 2. Melakukan Analisis Tugas Suatu analisis tugas merupakan peninjauan ulang uraian tugas secara cepat untuk mengidentifikasi pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan setiap individu agar mereka dapat melaksanakan peran mereka dengan sukses. Pertimbangkan apa yang akan dibutuhkan oleh seseorang untuk mengetahui kemampuan apa yang harus mereka kuasai. Lihat pada aspek-aspek seperti 32 / Bab Dua: Mobilisasikan, Seleksi & Pelatihan pelaporan dan penyimpanan catatan, hubungan antar pribadi, ketrampilan komunikasi, dsb. Analisis tugas juga merupakan saat untuk mempertimbangkan hal-hal yang tidak bisa diajarkan. Apakah ada sikapsikap atau ketrampilan-ketrampilan tertentu yang harus dimiliki terlebih dahulu oleh seseorang dan tidak mudah untuk diajarkan? 3. Mengembangkan Kriteria Seleksi untuk Para Karyawan dan Kader Seteleh analisis tugas, tentukan kriteria seleksi untuk para karyawan dan kader. Kriteria ini akan menjadi pedoman penerimaan karyawan. Untuk seleksi karyawan kriteria yang harus dimiliki adalah: ♥ Semangat belajar, terbuka terhadap ide-ide baru ♥ Memiliki ketrampilan yang sangat baik dalam hal hubungan antar pribadi dan sebagai pendengar yang baik ♥ Memiliki minat yang besar untuk bekerja di lapangan ♥ Bersedia belajar dari individu-individu yang memiliki pendidikan lebih rendah Untuk para kader Pos Gizi, pandulahTim Kesehatan Kriteria untuk para kader akan bervariasi sesuai dengan negara masingDesa dalam masing, tetapi umumnya meliputi: mengembangkan kriteria ♥ Bersedia bekerja sebagai kader dan menyeleksi para kader ♥ Wanita yang sudah menikah dan memiliki anak serta tinggal di desa ♥ Dihormati dan dipercaya oleh masyarakat yang terbaik. ♥ Memiliki semangat belajar, terbuka terhadap ide-ide baru ♥ Melek huruf ( Di negara-negara yang jumlah wanita melek hurufnya rendah, maka kader yang buta huruf dapat dipasangkan dengan kader yang melek huruf.) Kriteria penting untuk seorang kader adalah memiliki anak yang relatif sehat dan cukup gizi. Namun, selama penilaian gizi beberapa kader Pos Gizi menemukan bahwa anak-anak mereka tidak memiliki cukup gizi dan karena alasan tersebut, mereka menjadi kader yang lebih efektif. Prioritas seringkali diberikan kepada kader kesehatan yang berasal dari masyarakat, namun hal ini harus dipertimbangkan dengan hati-hati. Apakah mereka memiliki waktu tambahan yang signifikan untuk bisa dipakai oleh Pos Gizi? Apakah mereka telah menjadi “guru” terdidik selama bertahuntahun sehingga merasa kesulitan menerima pengajaran dari anggota-anggota masyarakat lainnya? Hal ini bisa menimbulkan kesulitan terutama jika anggota-anggota masyarakat memiliki status yang lebih rendah dan lebih miskin. 4. Menerima karyawan dan Para Kader Libatkan Tim Kesehatan Desa dalam seleksi kader Pos Gizi. 5. Lakukan Penilaian Kebutuhan Pelatihan Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi ketrampilan dan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh para peserta pelatihan. Tingkat pendidikan yang sudah ditetapkan pada setiap posisi dapat menjadi pedoman untuk mengembangkan pelatihan yang sesuai, namum semua pelatihan harus mengikuti teknik-teknik pembelajaran orang dewasa. Bandingkan pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki peserta dengan analisis tugas untuk mengetahui hal-hal apa saja yang harus dimasukkan kedalam pelatihan. Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 33 Tingkat pendidikan yang sudah ditetapkan pada setiap posisi dapat menjadi pedoman untuk mengembangkan pelatihan yang sesuai, namum semua pelatihan harus mengikuti teknik-teknik pembelajaran orang dewasa. TABEL 2.1 Tingkat Pendidikan Umum untuk Posisi Utama PKP/Pos Gizi Posisi Tingkat Pendidikan Umum Manajer PKP/ Pos Gizi Tingkat universitas Penyelia/Pelatih Minimum tingkat delapan Kader Pos Gizi Melek huruf akan membantu, tetapi tidak diharuskan Tim Kesehatan Desa Bervariasi, satu atau lebih anggota mampu menulis 6. Seleksi Muatan/Isi Pelatihan Isi pelatihan untuk masing-masing kelompok harus berbeda-beda dan harus diinformasikan terlebih dahulu pada langkah-langkah awal. Berikut ini adalah pedoman berdasarkan program Pos Gizi sebelumnya. Para Tokoh masyarakat, anggota Tim Kesehatan Desa, Staff Lembaga Pelaksana dan Kader Pos Gizi semuanya perlu diberi orientasi tentang Pos Gizi. Mereka perlu memahami: ♥ Konsep PKP ♥ Dasar-dasar penyusunan menu (Kebiasaan-Kebiasaan keluarga PKP dan makanan khas positif untuk rehabilitasi) ♥ Mengapa Pos Gizi berlangsung selama dua minggu ♥ Konsep-konsep dasar gizi (variasi, protein/kalori, frekuensi, jumlah) ♥ Konsep-konsep dasar perkembangan masa kanak-kanak Banyak Kelompok yang Harus Diorientasikan mengenai Pos Gizi Berkenaan dengan intensitas partisipasi masyarakat yang diperlukan oleh program PKP/Pos Gizi, ada sejumlah besar kelompok masyarakat yang membutuhkan orientasi tentang konsep-konsep umum PKP dan Pos Gizi. Kelompok-kelompok tersebut adalah: penyedia pelayanan kesehatan lokal, tokoh agama, penjaga toko, tabib-tabib tradisional dan dukun bayi, penjual keliling, bapak-bapak, nenek-nenek, dan saudara kandung. Setiap dari mereka harus memahami peran masingmasing untuk mendukung Pos Gizi serta para pengasuh yang ikut berpartisipasi. Para kader Pos Gizi perlu latihan khusus di bidang: ♥ Posyandu dan aktivitas-aktivitas promosi (menimbang berat badan, membuat grafik, konseling) ♥ Dasar-dasar mengenai Gizi dan unsur gizi, penggunaan tebel komposisi makanan ♥ Teknik sederhana mengenai wawancara pemberian makan dalam 24 jam terakhir ♥ Survei makanan di pasar ♥ Ketrampilan untuk melakukan kunjungan rumah ♥ Nilai makanan: tiga atau empat kelompok makanan ♥ Bagaimana cara mengunjungi anak-anak “PKP” dan mempelajari “tiga kebaikan” (pemberian makan yang baik, mencari pelayanan kesehatan , dan perawatan) ♥ Prinsip-prinsip pengobatan anak kurang gizi di lingkungan rumah ♥ Memahami siklus gizi dan infeksi ♥ Jadwal vaksinasi ♥ Mencegah dan mengobati dehidrasi selama diare ♥ Mengenali gejala-gejala penyakit akut, termasuk pneumonia, malaria, dan diare parah, yang membutuhkan pengobatan ♥ Kejadian-kejadian penting dalam perkembangan anak ♥ Teknik-teknik stimulasi pada masa kanak-kanak Para penyelia-pelatih perlu memahami: ♥ Seluruh topik untuk para kader (yang tertulis diatas), ditambah dengan: ♥ Kemampuan-kemampuan untuk melakukan supervisi ♥ Sistem informasi ♥ Ketrampilan dalam monitoring dan evaluasi ♥ Penggunaan tabel komposisi makanan dan menyusun menu 34 / Bab Dua: Mobilisasikan, Seleksi & Pelatihan Tim pelaksana kegiatan Pos Gizi perlu memahami: ♥ Pendekatan PKP/Pos Gizi ♥ Merencanakan suatu sesi/kegiatan ♥ Membuat jadwal ♥ Mempersiapkan kegiatan Pos Gizi ♥ Mengumpulkan bahan-bahan ♥ Membeli dan menyiapkan makanan Pos Gizi ♥ Merekam hasil Pos Gizi ♥ Pesan-pesan pendidikan Pos Gizi ♥ Protokol harian Pos Gizi ♥ Interpretasi hasil Pos Gizi ♥ Tindakan lanjut setelah Pos Gizi (kunjungan rumah dan kriteria untuk mengulang Pos Gizi) 7. Mengembangkan Strategi Pelatihan Berdasarkan informasi yang didapat, kembangkan strategi pelatihan proyek secara menyeluruh. Pelatihan harus diadakan secara bertahap agar tidak memberatkan para partisipan dan memastikan bahwa ketrampilan yang dipelajari langsung diaplikasikan pada saat itu juga. Beberapa latihan, seperti filosofi dari pendekatan PKP/Pos Gizi, akan dimulai lebih awal. Aspekaspek lain tidak akan diajarkan hingga informasi dari penyelidikan PKP dikumpulkan. Latihan pelaksanaan penyelidikan PKP dan pelaksanaan kegiatan Pos Gizi harus diadakan sesuai langkah-langkah yang tepat. Pelatihan bagi para kader dan penyelia mengenai pesan-pesan pendidikan yang akan disampaikan selama kegiatan Pos Gizi tidak bisa diadakan hingga penyelidikan PKP selesai dilaksanakan. Tabel 2.2 pada halaman selanjutnya memberikan gagasan mengenai waktu pelatihan yang dibutuhkan untuk setiap posisi. 8. Menetapkan Metodologi Pelatihan Penggunaan berbagai alat pelatihan yang bervariasi membuat pelatihan menjadi lebih menarik dan menyenangkan. Pada saat menyusun rencana sesi-sesi pelatihan, pastikan adanya pemanasan, bermain peran, permainanpermainan klarifikasi nilai, praktek, dan demonstrasi. Sangat penting untuk melatih para karyawan dengan cara yang sama, sesuai dengan harapan anda mengenai cara mereka akan mengajar para kader dan ibu. Pendidikan kesehatan dalam kegiatan Pos Gizi tidak bisa disampaikan melalui metode pengajaran satu arah. Melainkan, ibu-ibu yang ikut serta dipandu secara perlahan untuk melewati serangkaian pengalaman (mempelajari cara memberi makan anak mereka pada lingkungan yang ideal dan dibantu dengan dukungan) selama beberapa minggu, kemudian dilanjutkan dengan kunjungan rumah ketika mereka sedang praktek menyiapkan makanan dan perilaku pemberian makan yang baru di dapur masing-masing. Karena itu, pelatihan untuk para kader mengikuti pola yang sama seperti dipandu melalui pengalaman-pengalaman dan didukung oleh para penyelia ketika mereka mengaplikasikan ketrampilan baru selama pelaksanaan kegiatan penyelidikan PKP dan Pos Gizi. Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 35 Ketrampilan tertentu akan dibutuhkan pada berbagai langkah. Topik-topik pelatihan untuk tim penyelidik PKP tertulis di Bab 3. Pelatihan harus dilakukan bertahap agar tidak memberatkan para partisipan serta untuk memastikan bahwa ketrampilan yang diperoleh langsung diaplikasikan pada saat itu juga. Sangat penting untuk melatih para karyawan dengan cara yang sama, sesuai dengan harapan anda mengenai cara mereka akan mengajar para kader dan ibu. Pendidikan kesehatan dalam kegiatan Pos Gizi tidak bisa disampaikan melalui metode pengajaran satu arah. TABEL 2.2 Posisi Manejer Pos Gizi Jumlah Waktu Pelatihan yang Dibutuhkan untuk Setiap Posisi Pelatihan yang Waktu Pelaksanaan Dibutuhkan Pelatihan selama satu Sebelum adanya minggu dan orientasi keputusan dalam penyelidikan pelaksanaan PKP/Pos PKP dan Pos Gizi Gizi Penyelia/ pelatih Pelatihan selama dua atau tiga minggu Sebelum pelaksanaan PKP/Pos Gizi Kader Pos Gizi Pelatihan selama lima hari (dua hingga tiga jam/hari) Selama langkah ke-3 (persiapan penyelidikan PKP), selama penyelidikan PKP, sebelum menyiapkan lokasi Pos Gizi. Pelatihan penyegar Sesuai kebutuhan Terus menerus-empat jam/bulan Tim Kesehatan Desa Pelatihan manejemen Pos Gizi secara periodik, Posyandu dan pemantauan serta evaluasi Pembelajaran merupakan proses sosial yang utama. Orang-orang belajar melalui observasi dan interaksi. Individu belajar cara bertingkahlaku dengan meniru perilaku orang lain dan sistem dukungan sosial memperkuat proses pebelajaran tersebut. Para karyawan dapat tergoda (terutama mereka yang berprofesi petugas kesehatan, perawat, pendidik, atau ahli gizi) untuk memaksakan masuknya pesan gizi, menu dan teori yang mereka miliki. Metode pembelajaran Pos Gizi merupakan metode dengan Practice (Praktek), Attitude (Sikap), Knowledge (Pengetahuan) (PAK) dan bukan metode Knowledge (Pengetahuan), Attitude (Sikap), Pradtice (Praktek) (KAP). Yang menjadi fokus adalah merubah perilaku untuk merubah cara berpikir, bukan merubah cara berpikir untuk merubah perilaku. PKP/Pos Gizi segera dimulai dengan melatih perilaku yang diinginkan. Setelah praktek maka sikap pengasuh mulai berubah seiring dengan perubahan pada anaknya. Setelah pengasuh menyaksikan perubahan pada anaknya, ia mulai memahami penyebab-penyebab perubahan dan mengetahui apa yang dibutuhkan untuk dapat merehabilitasi anaknya. Kemudian, pengetahuan yang ia miliki juga berubah, seiring dengan bertumbuhnya kepercayaan baru bahwa dirinya mampu menyembuhkan anaknya melalui tindakan-tindakan baru yang sederhana. Para karyawan dapat tergoda (terutama mereka yang berprofesi petugas kesehatan, perawat, pendidik, atau ahli gizi) untuk mencoba memaksakan masuknya pesan-pesan gizi, menu-menu dan teori-teori yang mereka miliki. Para karyawan program harus menempatkan diri mereka ke dalam peran sebagai pembelajar, dan secara sengaja memulai komunikasi dengan kader Pos Gizi (dan kader Pos Gizi berkomunikasi dengan ibu-ibu yang ikut serta) 36 / Bab Dua: Mobilisasikan, Seleksi & Pelatihan bahwa yang mereka ajarkan dan latih selama kegiatan Pos Gizi merupakan kearifan ibu-ibu di desa tersebut. Prinsip-prinsip belajar orang dewasa berbeda dari metode pembelajaran tradisional dan dari cara mengajar di sekolah yang dialami oleh sebagian besar dari kita. Pelajar-pelajar yang terdiri dari orang dewasa membawa pengalaman hidup yang sangat banyak kedalam sesi pelatihan dan bukan hanya “wadah kosong” untuk diisi dengan pengetahuan: Pengalamanpengalaman hidup mereka harus dihargai dan dibangun diatasnya. Diskusidiskusi participatif, dimana para peserta dapat menemukan konsep-konsep dan mengaplikasikan pengalaman-pengalaman mereka sehingga akan menjadi lebih efektif dibandingkan pengajaran dengan menggunakan flipcharts. Orang-orang dewasa merupakan peserta latih dengan keterlibatan tinggi dan ingin melihat dengan segera kegunaan aplikasi informasi dari yang mereka pelajari. Pembelajaran berasal dari tindakan dan penemuan. Teknik – Teknik melatih yang baik ♥ Sajikan informasi baru secara perlahan ♥ Sediakan atmosfer belajar yang menuntun dan mendukung agar para staff dan pengasuh bisa merasa sukses melalui partisipasi mereka ♥ Mengulang dan menekankan kembali informasi ♥ Minta para partisipan untuk mengulang atau menjelaskan kembali informasi tersebut pada anda ♥ Libatkan para partisipan dalam berbagai kesempatan secara aktif dan “terjun langsung” : Teknik belajar yang terbaik adalah dengan melakukannya ♥ Selalu sediakan waktu untuk pertanyaan atau diskusi ♥ Berinteraksi dengan semua kader atau pengasuh bukan hanya dengan mereka yang sedang berpartisipasi aktif ♥ Tetap mengadakan sesi pelatihan yang singkat dan sederhana ♥ Mulailah dengan meninjau kembali apa yang sudah dipelajari dan didiskusikan pada sesi sebelumnya ♥ Gunakan alat bantu dan demonstrasi visual sebanyak-banyaknya agar dapat melibatkan semua indera selama proses berjalan Diskusi yang Responsif Diskusi yang responsif merupakan suatu metodologi yang efektif untuk melibatkan para peserta dalam mendapatkan informasi. Metode ini dapat digunakan untuk berbagai topik yang berbeda-beda. Setiap pertanyaan membawa para peserta pada pemahaman yang lebih dalam dan jelas. Bandingkan tipe diskusi ini dan proses belajar yang ditimbulkan oleh metode tersebut dengan informasi serupa yang diberikan melalui metode ceramah. Contoh Diskusi yang Responsif T: Siapakah yang bertanggungjawab untuk menjaga kesehatan anak setelah rehabilitasi? J: Orangtua/Pengasuh. T: Apakah yang dapat dilakukan mereka walaupun berasal dari keluarga miskin? J: Mengunakan kebiasaaan PKP. Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 37 Bermain Buta Bagilah para partisipan secara berpasangan dan jelaskan bahwa salah seorang dari tiap pasangan berperan sebagai “orang buta” dan seorang lagi akan menuntunnya disekitar ruangan. Orang yang matanya buta, tidak boleh membuka mata (melepas penutup mata). Tidak boleh ada yang berbicara. Setelah tiga menit, instruksikan mereka untuk berganti peran. ♥ Tanyakan pada partisipan apa yang mereka rasakan ketika matanya ditutup dan bagaimana perasaan mereka ketika menuntun orang yang matanya tertutup. ♥ Tanyakan mengapa mereka beranggapan permainan ini relevan dengan PKP/Pos Gizi. Dalam pendekatan PKP/Pos Gizi, para ahli mengalami pergantian peran dari seorang pemimpin/ahli “memimpin orang buta, yaitu penduduk desa”, menjadi orang yang tulus dan dipimpin oleh para penduduk desa. Latihan ini dapat mengarah kepada diskusi-diskusi yang menarik, isu-isu seperti kontrol dan kekuatan. INGATLAH: “Jika hal itu kudengar, aku akan melupakannya. Jika hal itu kulihat, aku akan mengingatnya. Jika hal itu kulakukan, aku akan mengetahuinya. Jika hal itu kutemukan, aku akan menggunakannya.” T: Bagaimana sebuah keluarga belajar menjaga anak mereka agar tetap sehat? J: Dengan merubah kebiasaan-kebiasaan; dengan belajar kebiasaankebiasaan baru yang bisa dijangkau oleh semua orang. T: Bagaimana cara mempelajari kebiasaan-kebiasaan baru? J: Dengan berlatih setiap hari. Dengan membawa makanan setiap hari. T: Jenis makanan apa? Apakah semua jenis makanan? J: Dengan membawa makanan khas positif setiap hari, yaitu makananmakanan yang diberikan oleh keluarga miskin kepada anak mereka. T: Jika pengasuh membawa makanan pada kegiatan Pos Gizi setiap hari, menurut anda apa yang akan mereka lakukan di rumah? J: Melanjutkan kebiasaan yang dipelajari pada saat Pos Gizi dipraktekan di rumah. Pertanyaan “Probing” (menyekidiki, menggali lebih dalam) Pertanyaan-pertanyaan “probing” mirip dengan pertanyaan-pertanyaan responsif tetapi menggunakan poster-poster yang menggambarkan kebiasaan-kebiasaan atau situasi-situasi yang baik atau buruk. Diskusi dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan umum mengenai gambar poster kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan-pertanyaan yang lebih mendalam yang menghubungkan gambar dengan pengalaman peserta. Pertanyaan-pertanyaan probing mirip dengan pertanyaan-pertanyaan responsif tetapi menggunakan poster-poster yang menggambarkan kebiasaan-kebiasaan atau situasi-situasi yang baik atau buruk. Contoh Pertanyaan-Pertanyaan “Probing” yang Berhubungan dengan Makanan dan Kebersihan Tubuh Pertanyaan Pembuka Pertanyaan Probing Wanita sedang mencuci tangan Apakah yang anda lihat pada gambar tersebut? Mengapa wanita itu mencuci tangannya? Wanita mencuci sayursayuran Mengapa wanita tersebut mencuci sayuran? Seberapa sering anda mencuci tangan anda? Kapan anda mencuci tangan? Apakah biasanya anda mencuci sayursayuran sebelum dimasak? Kenapa? Mengapa tidak? Anak bermain di tanah atau anak menggunakan kakus atau membuang air besar di tanah Wanita menutup makanan yang sudah disiapkan Apakah yang sedang dilakukan oleh anak itu? Mengapa? Apa yang bisa terjadi jika sang anak tidak mencuci tangannya sebelum makan? Mengapa wanita itu menutup makanan? Mengapa penting untuk menutup makanan? Apa yang bisa kita gunakan untuk menutup makanan? Seberapa sering anda harus praktek kebiasaan ini? Mengapa? Poster Apakah anda bisa mempraktekkan kebiasaan ini di rumah? Kenapa? Mengapa tidak? 38 / Bab Dua: Mobilisasikan, Seleksi & Pelatihan Bermain –Peran Bermain- peran dapat diadaptasi ke dalam berbagai situasi. Seorang instruktur dapat bermain-peran mengenai sebuah situasi kemudian mengarahkan kelompok tersebut untuk mendiskusikan apa yang sudah mereka lihat, apa yang mereka rasakan, apa yang mereka sudah lakukan secara berbeda, dsb. Dengan cara yang sama, sang instruktur dapat melibatkan beberapa peserta untuk melakonkan suatu situasi kemudian mengarahkan para aktor dan kelompok tersebut kedalam diskusi bertahap. Dengan bermain-peran, semua peserta dapat membentuk kelompokkelompok kecil untuk praktek ketrampilan baru. Ketrampilan seperti mengadakan kunjungan penyelidikan PKP dapat dipraktekkan di lingkungan yang aman. Para kader memiliki kesempatan untuk merasa nyaman dengan kunjungan tersebut, menerima umpan balik mengenai gaya mereka, dan belajar untuk mengantisipasi beberapa pertanyaan atau isu yang berbeda yang mungkin muncul dalam situasi rumah. Para staff program memiliki kesempatan untuk memberikan umpan balik langsung dan memastikan kualitas dari interaksi-interaksi di masa yang akan datang. Contoh Bermain Peran untuk Bimbingan pada Pengasuh 1. Ajak tiga peserta untuk maju ke depan ruangan dan memerankan tiga ibu yang berbeda: ibu pertama memiliki seorang anak yang memiliki berat badan cukup dan lulus dari Pos Gizi; ibu kedua memiliki seorang anak yang berat badannya bertambah, tetapi belum memenuhi syarat kelulusan Pos Gizi; dan seorang anak yang tidak mengalami peningkatan atau penurunan berat badan selama kegiatan Pos Gizi. 2. Sebagai pelatih, mainkan peran sebagai kader Pos Gizi yang sedang berinteraksi dengan setiap “ibu” dan sedang memberikan konseling mengenai perawatan anak kepada mereka. 3. Setelah bermain-peran, ajak para peserta untuk memberikan umpan balik, dan komentar-komentar mengenai latihan tersebut. Apakah yang telah mereka lihat? Bagaimana akting sang kader? Apakah yang ia katakan dan lakukan? Bagaimana respon dari sang “ibu”? Apa yang mungkin sedang dipikirkan oleh sang “ibu”? Apakah konseling dapat menjadi efektif? 4. Setelah tiga permainan peran, bagi para peserta kedalam 3 kelompok, masing-masing kelompok beranggotakan tiga orang. Para peserta akan saling bergantian dalam memainkan peran sebagai kader Pos Gizi, ibu, dan pengamat. Setiap peserta akan memainkan peran sebagai kader Pos Gizi dalam salah satu dari ketiga situasi. Penyelia mengamati bermain peran dan memberikan komentar pada akhir cerita. 5. Pada akhir latihan, ajak para peserta untuk memberikan umpan balik dan komentar. Bercerita Cerita-cerita dapat menjadi sarana belajar yang menyenangkan dan menarik. Cerita-cerita dapat diadaptasikan, diceritakan, dan kemudian didiskusikan untuk mengajarkan pelajaran-pelajaran penting. Bab 6 menuliskan sebuah contoh mengenai cerita “Sup Batu” yang digunakan untuk Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 39 Dalambermain-peran, para kader memiliki kesempatan untuk merasa nyaman dengan kunjungan penyelidikan PKP tersebut, menerima umpan balik mengenai gaya mereka, dan belajar untuk mengantisipasi beberapa pertanyaan atau isu yang berbeda yang mungkin muncul dalam situasi rumah. Ketrampilan-Ketrampilan di dalam Program PKP/Pos Gizi yang bisa Diadaptasi untuk bermain peran ♥ Adakan kunjungan Penyelidikan PKP ♥ Adakan kegiatan Pos Gizi ♥ Berikan pendidikan kesehatan dalam sesi Pos Gizi ♥ Berikan konseling mengenai masalah gizi kepada para nenek dan ayah yang ada di rumah ♥ Menyajikan hasil-hasil Pos Gizi pada pertemuan tim kesehatan ♥ Berikan konseling pada para pengasuh di akhir sesi Pos Gizi. mendemonstrasikan kekuatan dari sumbangan-sumbangan kecil dalam suatu masyarakat. Sebagian besar kebudayaan memiliki dongeng-dongeng rakyat yang diwariskan dari nenek moyang dan orang-orang yang bijak. Adakan penyelidikan terhadap cerita-cerita asli/lokal. Carilah cerita yang membawakan pesan-pesan yang mendukung kebiasaan-kebiasaan gizi yang baik atau bisa diadaptasi untuk mengajarkan pesan tertentu. Carilah kutipankutipan dari buku-buku dan kitab-kitab keagamaan yang menganjurkan kesehatan dan gizi. Cerita ini dapat digunakan untuk menyampaikan pesan bahwa terkadang jawabanjawaban sudah tersedia di depan mata! Contoh Cerita Nasirudin, penganut ilmu Sufi, muncul dalam berbagai samaran pada cerita yang berbeda-beda. Dalam satu cerita, ia berperan sebagai penyelundup yang diakui. Setiap malam ketika Nasirudin tiba di kantor bea cukai, sang inspektur cepat-cepat memeriksa isi keranjang yang tergantung di punggung keledai untuk menemukan apa yang diselundupkan oleh Nasirudin. Tetapi setiap hari, usaha mereka sia-sia. Meskipun sudah diperiksa secara menyeluruh, mereka tidak menemukan apapun selain jerami. Tahun demi tahun berlalu dan Nasirudin menjadi semakin kaya. Pegawaipegawai bea cukai terus melanjutkan pemeriksaan sehari-hari mereka, namun lebih cocok disebut sebagai kebiasaan dibandingkan harapan untuk sungguh-sungguh menemukan sumber kekayaan Nasirudin. Pada akhirnya, Nasirudin, sekarang sudah lanjut usia, pensiun dari usaha penyelundupan. Suatu hari secara kebetulan ia bertemu dengan kepala bea cukai, yang juga sudah pensiun. “Katakan padaku Nasirudin,” begitulah permohonan dari musuhnya yang dulu, “Sekarang kau sudah tidak mempunyai apapun untuk disembunyikan, dan aku, tidak ada yang harus ditemukan, apakah yang kau selundupkan selama bertahun-tahun?” Nasirudin menatap mata dari kepala beacukai, mengangkat bahu, dan menjawab, “tentu saja keledai”. Lagu dan Tarian Lagu-lagu dan tarian-tarian dapat membantu pesan-pesan penting menjadi lebih mudah diingat sebagai tambahan dari latihan yang menyenangkan dan interaktif. Dengan menggunakan lagu-lagu lokal, serta mengubah lirik lagu untuk memasukkan pesan-pesan gizi. Di Mozambik, para kader Pos Gizi menciptakan sebuah lagu mengenai Pos Gizi. Di Myanmar, para kader menciptakan sebuah lagu anak-anak yang dinyanyikan dalam sesi Pos Gizi. Lagu-lagu dan tarian-tarian dapat membantu pesanpesan penting menjadi lebih mudah diingat sebagai tambahan dari latihan yang menyenangkan dan interaktif. Contoh latihan-latihan yang sudah diadaptasi untuk Pos Gizi, tersedia pada akhir bab ini. 9. Susun Strategi Evaluasi Pelatihan Penting untuk mengetahui berapa banyak yang sudah dipelajari oleh seseorang dan keahlian-keahlian apa yang menimbulkan kesulitan, dengan demikian anda dapat menyesuaikan pelatihan sesuai dengan kebutuhan. Dengan memantau para partisipan selama bermain peran dan menanyakan pertanyaan-pertanyaan untuk mengukur pengetahuan yang dimiliki merupakan teknik-teknik evaluasi informal. 10. Siapkan Materi-Materi Pelatihan dan Evaluasi Selesaikan rancangan pelatihan dan tentukan siapa yang akan bertanggungjawab untuk mengembangkan setiap bagian dari pelatihan tersebut. Buatlah kurikulum untuk setiap sesi pelatihan beserta dengan materi-materi visual dan alat-alat bantu pelatihan. Dua contoh modul untuk melatih kader Pos Gizi tersedia di akhir bab ini. 40 / Bab Dua: Mobilisasikan, Seleksi & Pelatihan 11. Lakukan Pelatihan Langkah terakhir adalah mengadakan pelatihan dan mengevaluasi sesi-sesi pelatihan yang sesungguhnya CONTOH URAIAN TUGAS 1. Contoh Uraian Tugas untuk MANAJER POS GIZI/PELATIH UTAMA Tugas-tugas Melatih calon-calon penyedia mengenai cara melatih kader ♥ Memandu jalannya proses Penyelidikan PKP dan mengklasifikasi hasil analisa ♥ Bertanggungjawab untuk pengembangan, seleksi, dan penggunaan seluruh materi pendidikan yang digunakan Pos Gizi, pada pertemuan-pertemuan Tim Kesehatan Desa, dan pada kunjungan-kunjungan rumah ♥ Melakukan analisa terhadap data gizi dan memberikan tanggapan kepada masyarakat ♥ Melakukan interaksi dengan pemimpin-pemimpin desa dan petugas kesehatan untuk memperkenalkan dan mengevaluasi program ♥ Mengadakan koordinasi dengan ♥ Kualifikasi-kualifikasi Lulusan universitas Memiliki pengalaman di lapangan mengenai gizi masyarakat ♥ Memiliki pengalaman dalam ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ Departemen Kesehatan Menciptakan jaringan kerja dengan LSM, berbagai universitas dan organisasi internasional (UNICEF,dll.) Memantau jalannya proses dan hasil penyelidikan PKP Dengan tim dan para kader, menyusun menu dan menghitung kalori dan protein yang terkandung dalam menu-menu tersebut Menerima tanggungjawab terhadap keseluruhan manajemen dari semua kegiatan Pos Gizi Mendirikan sistem pemantauan yang berbasis masyarakat mengatur atau mengembangkan masyarakat ♥ Memiliki pengalaman dalam metode belajar partisipatif untuk orang dewasa ♥ ♥ Kompetensi-kompetensi utama ♥ Prinsip-prinsip pengajaran untuk orang dewasa ♥ Ketrampilan untuk melakukan penilaian partisipatif (misalnya, PLA, PRA) ♥ Ketrampilan supervisi ♥ Kemampuan teknis Posyandu; penggunaan metode anthropometric ♥ Prinsip-prinsip dasar gizi ♥ Mobilisasi masyarakat ♥ Konsep dari PKP ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ Penggunaan tabel-tabel nilai makanan Survei pasar Perencanaan menu untuk memenuhi kalori dan protein yang dibutuhkan Teknik-teknik stimulasi dan pengembngan untuk anak-anak usia dini Teknik-teknik pemantauan dan evaluasi yang berbasis masyarakat Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 41 Bagian “Contoh Uraian Tugas” ini menyediakan ide-ide untuk diadaptasikan kedalam wilayah kerja anda 1. Manajer Pos Gizi/ Pelatih Utama 2. Penyelia/Pelatih 3. Tim Kesehatan Desa 4. Kader Pos Gizi Kualifikasi sama dengan kriteria seleksi Kompetensi-kompetensi utama mengidentifikasikan pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan untuk dapat melaksanakan pekerjaan dengan sukses – hal-hal tesebut dapat diidentifikasi melalui analisis tugas CONTOH URAIAN TUGAS 2. Contoh Uraian Tugas untuk PENYELIA/PELATIH Salah satu tugas dari Pengawas/Pelatih adalah melatih sukarelawan untuk dapat memfasilitasi proses belajar bagi para pengasuh dan mengadakan Penyelidikan PKP serta kegiatan Pos Gizi. Tugas-tugas ♥ Membantu menyeleksi kader dari masyarakat ♥ Melatih para kader agar mereka dapat memfasilitasi proses belajar dari para pengasuh dan mengadakan Penyelidikan PKP serta kegiatan Pos Gizi ♥ Mengidentifikasi keluargakeluarga PKP dan membantu pelaksanaan Penyelidikan PKP ♥ Berinteraksi dengan pemimpinpemimpin desa, petugas kesehatan, dan tim kesehatan masyarakat ♥ Memantau rangkaian sesi Pos Gizi dalam periode yang sama ♥ Membantu kader untuk memobilisasi ibu-ibu yang pasif agar seluruh ibu-ibu peserta mempraktekan semua perilakuperilaku ♥ Mendapatkan bahan-bahan untuk menu Pos Gizi serta mengajar para kader dan ibu-ibu untuk menerima tanggungjawab tersebut ♥ Membuat rencana tiap bulan ♥ ♥ ♥ ♥ (agenda/rencana perjalanan) untuk melaksanakan Pos Gizi pada area geografis yang dituju memastikankan pelaksanaan protokol Pos Gizi (cuci tangan, makanan kecil, memasak, dan memberi makan peserta latihan) Memiliki pemahaman gizi yang cukup untuk menu-menu pengganti (buah tambahan, sayursayuran pengganti, mengidentifikasi jenis makanan berdasarkan musim Membantu para kader untuk memandu pengasuh-pengasuh dalam proses memasak agar makanan menjadi enak, lezat, dan sesuai untuk anak-anak Adakan kunjungan-kunjungan ke rumah para peserta bersama dengan kader. Kualifikasi-kualifikasi ♥ Hidup bersama dengan masyarakat yang dituju ♥ Memiliki relasi yang baik dengan para wanita dan kelompokkelompok wanita ♥ Rendah hati ♥ Pendidikan tingkat 8 (minimal) ♥ Memiliki pengalaman dalan kesehatan masyarakat Kompetensi-kompetensi Utama ♥ Prinsip-prinsip pendidikan orang ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ dewasa Ketrampilan melakukan supervisi Kemampuan teknis Posyandu: penggunaan metode anthropometric Prinsip-prinsip dasar gizi Mobilisasi masyarakat Konsep PKP Penggunaan tabel-tabel nilai makanan ♥ Survei pasar ♥ Perencanaan menu untuk memenuhi kalori dan protein yang dibutuhkan ♥ Teknik-teknik stimulasi dan pengembangan untuk anak-anak usia dini ♥ Teknik-teknik pemantauan dan evalu asi yang berbasis masyarakat 42 / Bab Dua: Mobilisasikan, Seleksi & Pelatihan CONTOH URAIAN TUGAS 3. Contoh Uraian Tugas untuk TIM KESEHATAN DESA Tugas-tugas ♥ Lakukan analisis situasi kesehatan ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ masyarakat dan ceritakan masalah-masalah yang ada dengan seluruh penduduk desa Berpartisipasi dalam mengidentifikasi anak-anak yang mengalami kekurangan gizi melalui pemeriksaan gizi atau melalui Posyandu Berpartisipasi dalam mengidentifikasi keluarga PKP dan mengadakan Penyelidikan PKP Berpartisipasi dalam penyusunan program dan penetapan tujuan Menganjurkan para pemimpin masyarakat untuk memberikan sumber-sumber yang dibutuhkan oleh program Pos Gizi serta Posyandu Mengatur dan mengkoordinir aktivitas-aktivitas pada tingkat lokal, termasuk penyusunan jadwal, mendapatkan persediaan dan perlengkapan yang dibutuhkan, seleksi partisipan dan memastikan kehadiran partisipan Menetapkan kriteria seleksi, menyeleksi, dan memantau kader Pos Gizi Berkolaborasi dengan organisasi yang ikut melaksanakan program Pos Gizi serta dengan petugas kesehatan di daerah tersebut ♥ Melacak kejadian-kejadian ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ penting dan laporkan pada pemimpin-pemimpin masyarakat, Depkes dan seluruh masyarakat Mengelola Posyandu Mempromosikan partisipasi di dalam Pos Gizi Mengumpulkan dan menginterpretasikan data Pos Gizi dan data Posyandu serta membagikan data tersebut kepada pemimpin-pemimpin masyarakat, anggota-anggota masyarakat dan petugas kesehatan Buatlah Papan Monitoring Visual masyarakat serta perbaharui secara berkala Lakukan evaluasi terhdap hasilhasil Pos Gizi dan tetapkan kriteria kelulusan Cari dukungan-dukungan lain, sesuai kebutuhan, untuk keluarga-keluarga Pos Gizi termasuk bantuan makanan, pekerjaan, pinjaman uang, ma s u k k an - ma s uk k an ya n g berhubungan denga pertanian, dsb. Kualifikasi-kualifikasi ♥ Peduli terhadap perbaikan status kesehatan dan gizi di dalam masyarakat tersebut ♥ Memiliki waktu untuk bekerja ♥ ketrampilan kerjasama tim yang baik ♥ Dihormati oleh orang lain Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 43 Salah satu tugas dari Tim Kesehatan Desa adalah melatih para kader untuk berpartisipasi dalam penyusunan program dan penetapan tujuan. CONTOH URAIAN TUGAS 4. Contoh Uraian Tugas KADER POS GIZI Salah satu tugas dari kader Pos Gizi adalah mensupervisi para pengasuh pada saat mereka mengolah makanan, memasak makanan, dan memberi makan anak selama Pos Gizi. Tugas-tugas ♥ Menimbang berat badan, menggambar berat badan tersebut ke dalam bentuk grafik dan memberikan konsultasi kepada para ibu ♥ Aktif berpartisipasi dalam mengadakan Penyelidikan PKP ♥ Mengundang anak-anak dan para pengasuh untuk mengikuti kegiatan Pos Gizi ♥ Membeli bahan-bahan makanan tambahan dan siapkan sesuai menu yang sudah ditetapkan ♥ Memberikan motivasi pada para ibu untuk menghadiri dan membawa kontribusi makanan ♥ Mendorong pemberian makanan aktif Kualifikasi-kualifikasi ♥ Kemauan untuk menyediakan banyak waktu dan rumah miliknya secara sukarela ♥ Sedah menikah dan memiliki anak ♥ Semua anaknya sehat dan cukup gizi ♥ Memantau para pengasuh dalam ♥ ♥ ♥ ♥ memproses makanan, memasak, dan memberi makan anak selama Pos Gizi Mengajarkan ilmu gizi sederhana, kesehatan makanan, dan pesanpesan kesehatan selama aktivitasPos Gizi Memantau daftar kehadiran, kemajuan, dan kontribusikontribusi makanan Memberi laporan pada Tim Kesehatan Desa Memberikan dukungan secara intensif kepada para ibu di rumah mereka masing-masing selama dua minggu setelah Pos Gizi ♥ Dihormati dan dipercaya ♥ Minimal memiliki kemampuan baca-tulis tingkat dasar, jika mungkin ♥ Memiliki semangat belajar 44 / Bab Dua: Mobilisasikan, Seleksi & Pelatihan LATIHAN-LATIHAN YANG DIADAPTASIKAN UNTUK POS GIZI 1. BANGUNAN DESA Dikontribusikan oleh Dr.Tariq, Penasehat Kesehatan Regional, Save the Children Tujuan: Untuk mengilustrasikan konsep PKP dengan menggunakan “alat 3dimensi” dan untuk menghasilkan diskusi diantara anggota suatu grup. Dengan siapa: Perkumpulan anggota-anggota masyarakat, grup pria dan grup wanita. Waktu penggunaan: Saat pertemuan orientasi, sebagai langkah pertama dari Penyelidikan PKP, atau pada saat sesi umpan balik mengenai penemuanpenemuan Penyelidikan PKP. Materi: Sesuatu yang mewakili rumah-rumah (rumah-rumahan kecil dari karton, bebatuan dengan ukuran yang berbeda-beda, batu bata atau bola-bola lumpur); kapur, batang kayu, atau “magic markers”, 3-5 gambar kecil yang memperlihatkan anak-anak sehat, 10-15 gambar kecil yang memperlihatkan anak-anak tidak sehat. Jika anda tidak memiliki gambar, anda dapat menggunakan daun-daun yang utuh untuk mewakili anak sehat dan daun-daun rusak untuk mewakili anak yang mengalami kekurangan gizi. Waktu yang dibutuhkan: 20 s/d 30 menit Langkah-langkah 1. Gambar batasan-batasan dari sebuah desa khayalan. Ajak para partisipan untuk menempatkan kotak-kotak atau bebatuan sebagai pengganti rumah serta gambarkan petunjuk-petunjuk penting lainnya (jalanan, sungai, jembatan, bangunan keagamaan, sekolah, dll.). 2. Tempatkan gambar anak-anak dibawah beberapa “rumah”, pastikan beberapa rumah miskin mendapatkan gambar anak yang baik gizinya. 3. Jelaskan pada anggota-anggota masyarakat bahwa desa tersebut adalah tempat dimana sebagian besar penduduknya memiliki kondisi sosialekonomi yang sama. Katakan bahwa tiap-tiap rumah (menunjuk pada rumah yang memiliki selembar kertas) dihuni oleh anak-anak di bawah usia tiga tahun, sebagian besar dari mereka mengalami kekurangan gizi. 4. Ajak para kader untuk mengangkat bebatuan atau batu-bata serta melihat apa yang mereka temukan. 5. Tanyakan pada setiap orang mengenai apa yang mereka temukan di rumah mereka. Mereka akan mengatakan anak-anak dengan gizi baik atau anak-anak yang mengalami kekurangan gizi. 6. Ajak para kader untuk menghitung jumlah anak yang mengalami kekurangan gizi serta jumlah anak yang baik gizinya. Kemudian katakan: berapa banyak anak yang mengalami kekurangan gizi di desa ini? Bagaimana kita dapat menyelesaikan masalah ini? 7. Dengarkan saran-saran dari penduduk desa. Anda ingin agar mereka mengatakan, “Kita harus belajar dari keluarga-keluarga yang memiliki anak bergizi baik mengenai apa yang mereka lakukan saat ini untuk Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 45 Bagian ini merupakan Latihan-Latihan yang Diadaptasi untuk Pos Gizi Banyak latihan-latihan yang bisa diadaptasikan dan digunakan untuk Pos Gizi. Identifikasikan pesan-pesan utama atau ketrampilan yang harus disampaikan kemudian kembangkan cara yang efektif untuk menyampaikan pesan atau ketrampilan dengan menggunakan prinsipprinsip belajar bagi orang dewasa. Berikut ini adalah beberapa contoh atau latihan yang dibuat atau didaptasikan untuk ketrampilan. Tinjau kembali buku-buku mengenai aktivitasaktivitas belajar bagi orang dewasa untuk mencari ide-ide dan LATIHAN-LATIHAN YANG DIADAPTASIKAN UNTUK POS GIZI menjaga kesehatan anak mereka agar anak-anak lainnya yang mengalami kekurangan gizi juga bisa sehat!” Jika anda mendengar respon ini, maka harus dikuatkan. Jika anda tidak mendengarnya, maka berikan saran tersebut setelah diadakan diskusi. 8. Undang para penduduk desa untuk memberi komentar dan pandu jalannya diskusi untuk membantu menyadarkan bahwa prinsip yang sama dapat diaplikasikan untuk mempelajari bagaimana cara menjaga kesehatan anak di desa mereka. 2. PERILAKU KHUSUS POSITIF Dikontribusikan oleh Dr. Hien, Pelayanan Kesehatan Distrik Dakrong, Save the Children/Vietnam Tujuan: Untuk mengembangkan rasa “kepemilikian masyarakat” dan mamampukan anggota-anggota masyarakat untuk segera mengidentifikasikan solusi-solusi yang dapat mengatasi masalah kekurangan gizi pada anak. Dengan siapa: Para orangtua dari anak dibawah usia tiga tahun (atau target usia lainnya), pria dan wanita dari jaringan kerja formal dan informal, kaderkader kesehatan, pemimpin-pemimpin desa, dll. CATATAN MENGENAI MATERI► Grafik pertumbuhan yang berwarna dan berukuran besar dapat disiapkan bersama masyarakat setelah menilai data awal gizi dan setelah mengadakan survei peringkat kesejahteraan untuk mengidentifikasi anak-anak PKP (lihat Bab 3). Dengan menggunakan berat badan setiap anak, tempatkan sebuah bintang/patung kecil pada grafik, di tempat yang tepat untuk setiap anak. Gunakan simbol bintang/patung kecil berwarna hitam untuk anakanak dari keluarga “miskin” dan bintang berwarna kuning untuk anak-anak dari “keluarga berada” . Waktu penggunaan: Pada saat pertemuan masyarakat untuk memberikan umpan balik terhadap temuan-temuan Penyelidikan PKP dan membuat rencana kerja. Materi: Grafik pertumbuhan berwarna yang berukuran besar disiapkan pada pertemuan-pertemuan awal dengan masyarakat; kertas flip chart; spidol; beberapa lembar kertas; 4 gambar mengenai anak sehat; 4 gambar mengenai anak yang tidak sehat; selotip. Waktu yang dibutuhkan: 2 jam Langkah-langkah: 1. Sebelum pertemuan A. Tempatkan gambar mengenai anak yang sehat di bagian tengah dari poster pertama dan tempatkan gambar mengenai anak yang tidak sehat di bagian tengah poster kedua. Ulangi agar tiap grup memiliki kedua buah poster. B. Tuliskan/ilustrasikan berbagai perilaku/kebiasaan yang berhubungan dengan mencari pelayanan kesehatan, pengasuhan, pemberian makan, dan kebersihan pada lembar kertas yang berbeda (satu kegiatan perlembar kertas) yang ditemukan selama kunjungan-kunjungan pada keluarga PKP dan non-PKP. 2. Ajak para penduduk desa untuk meninjau ulang kegunaan dari grafik pertumbuhan yang sudah disiapkan sebelumnya. Minta mereka untuk maju ke depan grafik untuk menunjukkan perbedaan-perbedaan yang tergambar pada grafik tersebut. Dukunglah fakta bahwa meskipun sebagian besar anak-anak dari keluarga-keluarga miskin mengalami kekurangan gizi, ada beberapa keluarga-keluarga miskin yang memiliki anak-anak dengan gizi baik. 46 / Bab Dua: Mobilisasikan, Seleksi & Pelatihan LATIHAN-LATIHAN YANG DIADAPTASIKAN UNTUK POS GIZI 3. Bagilah para partisipan menjadi empat kelompok. Berikan kepada setiap kelompok dua lembar kertas sebesar flipcharts (satu dengan gambar anak bergizi baik dan satu lagi menggambarkan anak yang mengalami kekurangan gizi). Berikan kepada setiap kelompok satu set kertas yang bertuliskan berbagai perilaku/kebiasaan mencari pelayanan kesehatan (Kelompok 1: perilaku mencari pelayanan kesehatan; Kelompok 2: pengasuhan; Kelompok 3: pemberian makan; Kelompok 4: kebersihan). Fasilitator menjelaskan secara perlahan bahwa berbagai perilaku/kebiasaan yang tertulis pada kertas tersebut berasal dari keluargakeluarga di masyarakat mereka. ▲Tips untuk Langkah Kedua Fasilitator dapat memanggil beberapa orang untuk maju ke depan grafik dan mengulang penjelasan untuk memastikan bahwa setiap orang sungguhsungguh memahaminya. 4. Ajak kelompok-kelompok untuk meninjau ulang perilaku-perilaku dan tempelkan tiap perilaku pada salah satu flipchart yang masing-masing mewakili gambar anak yang bergizi baik serta anak yang mengalami kekurangan gizi. Perilaku-perilaku yang mereka anggap baik harus ditempatkan pada gambar anak yang bergizi baik sedangkan perilakuperilaku yang mereka anggap buruk harus ditempatkan pada gambar anak yang mengalami kekurangan gizi. 5. Setelah 10-15 menit, kembalikan keempat kelompok tersebut kedalam kelompok yang lebih besar untuk saling menceritakan hal-hal yang sudah mereka temukan. Sebagai contoh, kelompok dengan kertas yang bertuliskan kebiasaan-kebisaan pemberian makan (seperti, penggunaan colostrum, tidak menggunakan colostrum, pemberian ASI segera setelah melahirkan, pemberian ASI setelah empat hari, dsb.) harus menjelaskan mengapa mereka menempatkan setiap perilaku pada gambar. 6. Setelah setiap kelompok mempresentasikan, ajak semua partisipan untuk mendiskusikan penemuan mereka, serta berikan pernyataan setuju, tidak setuju, atau mendukung. Adakan sebanyak mungkin diskusi yang menyenangkan. Cara terbaik untuk memperbaiki kesalahan adalah dengan menggunakan pengalaman dan kearifan dari seluruh kelompok. 7. Setelah semua orang sudah mempresentasikan, tekankan kembali bahwa “semua kebiasaan yang terdaftar berasal dari keluarga-keluarga dalam masyarakat tersebut!” 8. Ajak satu orang dari setiap kelompok untuk maju ke depan kertas yang memuat gambar anak bergizi baik serta “kebiasaan-kebiasaan baik” yang sudah diseleksi. Minta mereka untuk menempatkan tanda “X” berwarna hitam dibawah kebiasaan-kebiasaan yang dapat dilakukan/digunakan oleh keluarga miskin dan tempatkan tanda “X” berwarna merah dibawah kebiasaan-kebiasaan yang bisa dilakukan/digunakan oleh keluarga kaya. Catatan dari Vietnam Tindakan untuk mengidentifikasi beberapa perilaku yang hanya bisa dilakukan/digunakan oleh keluarga kaya, bukanlah tindakan yang percuma,seperti penggunaan sabun untuk mencuci baju, dan menyediakan baju-baju hangat yang cukup untuk dipakai anak pada saat musim dingin. Semua perilaku/kebiasaan yang diberi kedua tanda ”X” warna hitam dan merah ,enandakan bahwa mereka dapat digunakan oleh seluruh masyarakat. 9. Untuk menyusun rencana kerja, tanyakan kepada para partisipan apa yang hendak mereka lakukan terhadap anak-anak yang mengalami kekurangan gizi di dalam masyarakat mereka. Dengan harapan, mereka semua Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 47 ◄Contoh untuk Langkah 6 Satu kelompok mengidentifikasikan penggunaan colostrum sebagai kebiasaan negatif (menempatkannya pada gambar anak yang mengalami kekurangan gizi). Setelah diskusi, semua kelompok memutuskan kebiasaan tersebut sebagai kebiasaan yang baik dan memindahkannya ke gambar anak yang bergizi baik. Catatan dari Vietnam Diskusi yang baru diadakan oleh para partisipan berfokus pada caracara untuk mengajak keluargakeluarga yang anaknya kurang gizi agar mau berkunjung ke keluarga-keluarga dengan anak gizi baik serta mempelajari tindakan-tindakan yang mereka lakukan sehingga mereka dapat memiliki anak-anak bergizi baik. Dengan cepat, pendudukpenduduk desa menambahkan bahwa akan lebih berguna jika mereka diajak untuk berlatih atau melakukan perilaku-perilaku baru, daripada hanya mendengar saja. Keseluruhan pertemuan menghabiskan waktu selama dua jam dan merupakan demonstrasi yang sangat bagus mengenai bagaimana ide-ide kolektif, pengalaman dan pengetahuan dari sebuah masyarakat dapat diungkapkan serta dimanfaatkan untuk mengatasi masalah-masalah mereka dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia. Sang fasilitator berulang-ulang kali mengarahkan fakta bahwa penimbangan berat badan anak, pembuatan grafik pertumbuhan yang berukuran besar, dan penemuan fakta mengenai kemungkinan bagi sebuah keluarga miskin untuk memiliki anak dengan gizi baik, semuanya itu dilakukan oleh masyarakat. Begitu juga dengan penemuan perilaku-perilaku baru yang memungkinkan keluarga-keluarga miskin untuk memiliki anak-anak dengan gizi baik, hal tersebut didasarkan pada berbagai perilaku/kebiasaan yang ditemukan di rumah anggotaanggota masyarakat mereka! Penekanan terhadap fakta-fakta ini menghasilkan rasa “kepemilikan masyarakat” karena mereka mampu mendefinisikan masalah dan mengidentifikasikan strategi-strategi untuk mengatasi kekurangan gizi, sudah didemonstrasikan dan saat ini terbukti bisa dimiliki oleh semua orang dalam masyarakat. LATIHAN-LATIHAN YANG DIADAPTASIKAN UNTUK POS GIZI menginginkan anak-anak yang mengalami kekurangan gizi dapat memperoleh gizi yang baik. Tanyakan kepada para partisipan mengenai cara mereka menggunakan daftar perilaku yang baru dibuat yang mengarah kepada anak-anak “bergizi baik” untuk memperbaiki status kesehatan gizi seluruh anak dalam masyarakat tersebut. 3. MEMBANGUN SAMPAI KE LANGIT Tujuan: Untuk mengilustrasikan konsep berkesinambungan. Dengan siapa: Berbagai kelompok dari anggota-anggota masyarakat (pemimpin-pemimpin, guru-guru, pengambil-pengambil keputusan, pria, wanita) dan para pelajar. Waktu penggunaan: Pada saat pertemuan dengan masyarakat untuk memperoleh umpan balik mengenai temuan-temuan Penyelidikan PKP dan pembuatan rencana kerja; pada saat pelatihan mengenai konsep Penyelidikan PKP. Materi: Empat objek dengan ukuran serupa (misalnya batu bata, buku-buku, buku telepon, dan kamus). Waktu yang dibutuhkan: 5 menit Langkah-langkah 1. Bagi para partisipan minimal kedalam tiga kelompok. Setiap kelompok harus berdiri berjauhan dari kelompok-kelompok lainnya. 2. Jelaskan bahwa setiap kelompok harus membangun sebuah bangunan setinggi-tingginya, dalam waktu singkat, dengan menggunakan objekobjek yang tersedia dalam ruangan. Kelompok yang menang adalah kelompok yang dapat membangun paling tinggi. 3. Untuk membuatnya menjadi lebih sulit, berikan objek dengan ukuran yang sama (batu bata atau buku) kepada setiap kelompok dan minta mereka untuk membangun di atas dasar tersebut. 4. Berikan waktu 3 menit untuk membangun 5. setelah waktu 3 menit sudah habis, berikan selamat kepada kelompok yang menang. Kemudian berikan waktu istirahat. 6. Lanjutkan dengan memindahkan dasar dari bangunan tersebut dan lihatlah bangunan tersebut mulai berjatuhan. 7. Tanyakan pada para partisipan mengenai apa yang telah terjadi. 8. Pandu diskusi tersebut untuk menjelaskan bahwa permainan tadi menunjukkan kebutuhan akan pembangunan diatas dasar yang melibatkan kerjasama masyarakat sejak hari pertama. Kegiatan tersebut merupakan permainan yang menyenangkan dan latihan yang baik untuk mengilustrasikan konsep pembangunan diatas sumber-sumber yang tersedia dan penggunaan pendekatan berbasis kepemilikan. 48 / Bab Dua: Mobilisasikan, Seleksi & Pelatihan LATIHAN-LATIHAN YANG DIADAPTASIKAN UNTUK POS GIZI 4. NYALAKAN LILIN Dikontribusikan oleh petugas lapangan Save the Children di Kamp Pengungsi Afganistan. Tujuan: Untuk mengilustrasikan bagaimana individu-individu bisa saling balajar dan menyebarkan kebiasaan-kebiasaan baru keseluruh masyarakat. Dengan siapa: Kelompok-kelompok anggota masyarakat (pemimpinpemimpin, guru-guru, pengambil keputusan, dan pria serta wanita lainnya). Waktu penggunaan: Pada saat pertemuan masyarakat untuk memperoleh umpan balik dari temuan-temuan penyelidikan PKP dan pembuatan rencana kerja; pada hari terakhir sesi Pos Gizi. Materi: 25 s/d 30 lilin serta satu kotak korek api. Waktu yang dibutuhkan: 3 s/d 5 menit. Langkah-langkah 1. Bagikan lilin kepada setiap orang dalam kelompok tersebut. 2. Mengidentifikasi dua atau tiga anggota masyarakat yang aktif dari para peserta dan nyalakan lilin-lilin mereka. 3. Minta anggota masyarakat yang tridentifikasi untuk menyalakan lilin orang-orang yang ada di sebelahnya. 4. Minta individu-individu tersebut untuk menyalakan lilin dari orangorang yang ada disekitar mereka, dst…dst… 5. Tanyakan pada partisipan untuk menjelaskan maksud dari aktivitas tersebut. 6. Pandu diskusi tersebut untuk mengilustrasikan pengaruh dari komitmen partisipan untuk menyebarkan apa yang sudah mereka pelajari kepada orang lain (keluarga, teman-teman, dll.). Aktivitas ini juga dapat mengilustrasikan inti dari kemajuan “dari gelap ke terang,” terutama jika dilakukan pada malam hari. 5. MEKANISME PENANGGULANGAN MASALAH Tujuan: Untuk mengilustrasikan bahwa meskipun sumber-sumber yang tersedia hanya sedikit (berkurang), ada beberapa orang yang dapat menanggulangi situasi tersebut dengan lebih baik dibandingkan tetanggatetangga mereka. Materi: Beberapa lembar kertas/taplak berukuran besar. Waktu yang dibutuhkan:Kurang lebih 10 menit Langkah-langkah 1. Bagi para partisipan ke dalam kelompok yang beranggotakan tiga atau empat orang, berikan kepada masing-masing kelompok selembar kertas atau taplak dengan ukuran yang sama. (Idealnya harus ada minimal tiga kelompok untuk latihan ini.) Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 49 Variasi Latihan “Menyalakan Lilin” #1 : Ilustrasi Konsep PKP dalam Bentuk Anjuran. Daripada menyuruh fasilitator untuk menggunakan korek api dan menyalakan beberapa lilin, panggillah dua atau tiga orang dari peserta untuk membawa lilin dan korek api (mewakili individu-individu PKP dengan perilaku khusus positif PKP). Mereka menyalakan lilin masingmasing dan lilin tetangganya. #2 : Perbandingan antara Program Depkes dengan Sistem Berbasis Masyarakat (Digunakan selama pelatihan) Petugas kesehatan yang teridentifikasi, menyalakan lilinnya sendiri kemudian menyalakan setiap lilin dari para peserta. Latihan ini diulang dengan menggunakan versi asli yang sudah dideskripsikan sebelumnya. Diskusikan perbedaanperbedaan mengenai pengalaman dan jumlah total waktu yang dibutuhkan. LATIHAN-LATIHAN YANG DIADAPTASIKAN UNTUK POS GIZI 2. Jelaskan bahwa setiap kelompok harus menempatkan diri mereka agar semua anggota dapat berdiri pada lembar kertas tersebut tanpa ada bagian-bagian lain dari tubuh mereka yang menyentuh lantai. Pemenangnya adalah kelompok yang berhasil melakukannya. Lipat kertas menjadi sangat kecil sehingga hanya satu kelompok yang mampu bertahan di dalam batasbatas kertas mereka. 3. Setelah semua kelompok berhasil mengerjakan tugas tersebut, ucapkan selamat. Kemudian, minta mereka untuk melangkah keluar, lipat kertas tersebut pada bagian tengahnya dan minta mereka mengulangi latihan tadi. Ulangi langkah ini sampai kertas terlipat menjadi sangat kecil sehingga hanya satu kelompok yang mampu bertahan di dalam batasbatas kertas mereka. Ucapkan selamat pada kelompok yang menang. 4. Tanyakan pada partisipan untuk menjelaskan hubungan antara latihan tersebut dengan topik yang sedang didiskusikan. Contoh: Bagaimana seseorang dapat mengatasi masalah ketika sumber-sumber yang tersedia semakin sedikit? Cara-cara penggulangan apa yang dikembangkan oleh individu-individu atau kelompok-kelompok untuk mengatasi krisis? Apa sajakah karakteristik dari Penyelidikan PKP. 6. LATIHAN UNTUK KELOMPOK KECIL Tujuan: meningkatkan pemahaman mengenai pendekatan PKP. Materi: Tidak ada Waktu yang dibutuhkan: 30 menit (15 menit di dalam kelompokkelompok kecil; 15 menit berdiskusi dalam kelompok besar) Langkah-langkah 1. Bagi para partisipan ke dalam tiga kelompok. Berikan salah satu pertanyaan atau pernyataan dibawah ini kepada tiap kelompok. 2. Minta setiap kelompok untuk melapor kembali kepada kelompok besar pada saat berdiskusi. Kelompok 1: Jawab pertanyaan berikut ini “Dimanakah letak perbedaan antara pendekatan PKP dengan alat-alat pemecahan masalah yang dikembangkan secara tradisional?” Sediakan flipcharts dengan dua kolom (satu untuk alat-alat tradisional dan satu lagi untuk PKP) dan minta para partisipan untuk menulis jawaban-jawaban mereka pada kolom yang tepat. Kelompok 2: Diskusikan pernyataan ini “ Pendekatan PKP merupakan alat untuk memastikan kelangsungan dari suatu proyek pengembangan.” Kelompok 3: Diskusikan pernyataan ini “Perilaku khusus Positif = mencari solusi dari masalah-masalah masyarakat di dalam masyarakat itu sendiri.” 7. ASUMSI-ASUMSI Tujuan: Identifikasi penyebab-penyebab kekurangan gizi; menantang asumsi-asumsi yang sudah ada. Materi: Flipchart; spidol 50 / Bab Dua: Mobilisasikan, Seleksi & Pelatihan LATIHAN-LATIHAN YANG DIADAPTASIKAN UNTUK POS GIZI Waktu yang dibutuhkan: 20 s/d 30 menit Langkah-langkah 1. Ajak para partisipan untuk menulis lima hal yang mereka percayai sebagai penyebab kekurangan gizi. 2. Kumpulkan seluruh daftar yang berbeda-beda dan tuliskan hal-hal tersebut dari yang paling umum secara berurutan di flipchart. 3. Tantanglah kelompok untuk mengidentifikasikan penyebab-penyebab yang merupakan “asumsi” dan tidak sepenuhnya benar. 4. Diskusikan mengapa kekurangan gizi tidak berkorelasi secara langsung dengan status ekonomi. Orang-orang biasanya beranggapan bahwa dengan peningkatan pendapatan, maka gizi juga lebih baik. Orangorang dengan pemasukan yang meningkat mungkin akan membeli barang-barang mewah lainnya dibandingkan makanan-makanan bergizi untuk keluarganya. Inilah sebabnya mengapa kunjungan kepada keluarga-keluarga berkecukupan namun anaknya mengalami kekurangan gizi terkadang diikutkan dalam penyelidikan PKP. 8. BIAYA UNTUK PKP Orang-orang biasanya beranggapan bahwa dengan peningkatan pendapatan, maka gizi juga lebih baik. Orang-orang dengan pendapatan yang meningkat mungkin akan membeli barang-barang mewah lainnya daripada membeli makanan bergizi bagi keluarganya. Tujuan: Tingkatkan kesadaran mengenai berbagai perilaku dan kebiasaan yang tidak mahal namun bisa mengurangi kekurangan gizi bahkan diantara orang-orang yang miskin. Variasi “BiayaBiaya PKP” Materi: Tidak ada Waktu yang dibutuhkan: 15 s/d 20 menit Langkah-langkah 1. Tanyakan kepada para partisipan berapa biaya yang dibutuhkan untuk: ♥ Penggunaan sayur-sayuran lokal ♥ Penggunaan makanan khas positf yang bisa dikumpulkan ♥ Pemberian ASI ♥ Mencuci tangan mereka ♥ Melatih kesehatan pribadi ♥ Pengasuhan seorang anak ♥ Interaksi dengan seorang anak ♥ Memberikan stimulasi pada seorang anak ♥ Mencegah dehidrasi 2. Jelaskan bahwa meskipun sebagian besar orang menganggap kemiskinan sebagai penyebab utama kekurangan gizi, ada beberapa kebiasaan gizi yang baik dan tidak berhubungan dengan jumlah pendapatan serta tidak mahal, dan terkadang gratis. Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 51 Demonstrasikan keuntungan-keuntungan biaya dari pendekatan PKP/Pos Gizi dengan meminta para partisipan untuk membandingkan dan mendiskusikan biaya dan metode berikut ini, yang berhubungan dengan rehabilitasi seorang anak yang mengalami kekurangan gizi: ♥ Biaya rumah sakit: $100 ♥ Biaya izin masuk pusat rehabilitasi gizi: $35 ♥ Biaya untuk berpartisipasi dalam Pos Gizi: $4 LATIHAN-LATIHAN YANG DIADAPTASIKAN UNTUK POS GIZI 9. MAKANAN-MAKANAN TRADISIONAL Tujuan: Demonstrasikan mengenai nilai dari makanan-makanan tradisional serta kegunaan dari alat perencanaan makanan. Materi: Gambar Tabel Makanan Keterangan Gambar: Sereal (pertumbuhan) Lemak (energi) Sayur-sayuran (vitamin, mineral) Protein (produk dari hewan seperti tulang, otot) Pemberian ASI Waktu yang dibutuhkan: 30 menit Langkah-langkah 1. Berjalan mengelilingi ruangan sambil bertanya pada setiap partisipan untuk menjelaskan makanan atau hidangan tradisional favorit masingmasing yang biasanya dimasak oleh nenek mereka. 2. Gunakan metode tabel makanan (dibahas pada bab 5) untuk menganalisa nilai-nilai gizi dari makanan tradisional. 3. Diskusikan mengapa makanan-makanan tradisional yang biasanya seimbang dan bergizi dan mengapa pada jaman modern ini kita melupakan beberapa kearifan nenek moyang. 52 / Bab Dua: Mobilisasikan, Seleksi & Pelatihan LATIHAN-LATIHAN YANG DIADAPTASIKAN UNTUK POS GIZI 10. PILIHAN-PILIHAN MAKANAN Tujuan: Mengajarkan prinsip-prinsip gizi yang baik Materi: Tidak ada (bisa menggunakan flipchart atau kertas) Waktu yang dibutuhkan: 15 s/d 20 menit Langkah-langkah 1. Ajak partisipan untuk mengingat makanan yang sudah mereka makan selama 24 jam terakhir. 2. Diskusikan pilihan-pilihan makanan mereka dan seberapa besar gizinya. Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 53 Ajak partisipan untuk mengingat semua makanan yang sudah mereka makan selama 24 jam terakhir. Bagian ini memuat Garis Besar Pelatihan untuk kader yang digunakan oleh Save the Children, Myanmar Materi: ♥ Flip chart, kertas flip chart, papan tulis, pembersih debu, spidol. ♥ Poster mengenai hasil Posyandu dari para penduduk desa. ♥ Poster-poster mengenai penemuan PKP dari para penduduk desa. ♥ Diagram Tabel Makanan ♥ Makanan-makanan dari empat kelompok makanan, terutama makanan-makanan khas positif. ♥ Gambar-gambar atau ilustrasi-ilustrasi mengenai makanan khas positif untuk dijadikan poster. ♥ Beras dan nasi masingmasing 350 gram ♥ Alat ukur lokal (cangkir plastik, sendok, timbangan lokal, neraca, dsb.) ♥ Alat bantu visual untuk menu makanan dan daftar menu PKP/Pos Gizi ♥ Poster kalender bulanan ♥ Satu buah buku panduan PKP/Pos Gizi untuk masingmasing kelompok ♥ Satu lembar poster mengenai tujuan dari pesanpesan PKP/Pos Gizi untuk tiap lokasi. ♥ Beberapa bulpen berwarna dan kertas lebar (dua lembar kertas untuk masing-masing kelompok) CONTOH GARIS BESAR PELATIHAN UNTUK PARA KADER MODUL SATU Partisipan: Para kader Pos Gizi yang diseleksi dari penduduk-penduduk desa yang berbeda-beda. Durasi/kerangka waktu: 2 hari (Hari 1: 6 jam; Hari 2: 6 jam) Tujuan pelatihan: Setelah mengikuti pelatihan ini, partisipan akan mampu untuk: 1. Menjelaskan dua tujuan proyek kepada para ibu dan pengasuh. 2. Meyakinkan para ibu untuk membawa kontribusi makanan “spesial” setiap hari pada saat sesi Pos Gizi. 3. Mempersiapkan dan menjelaskan sesi PKP/Pos Gizi di rumah mereka atau di rumah anggota masyarakat lainnya. 4. Mengajarkan kepada para ibu dan anggota-anggota keluarga mengenai peran-peran dan tanggungjawab mereka dengan menggunakan alat bantu visual agar PKP/Pos Gizi dapat terlaksana dengan suskses. 5. Buat dan gunakan buku PKP/Pos Gizi. HARI 1 (6 jam) Garis besar I. Tinjauan Ulang A. Kata Sambutan/Kata Pengantar B. Meninjau ulang penemuan-penemuan dari Penyelidikan PKP (Flip charts mengenai penemuan-penemuan PKP) C. Meninjau ulang mengenai “Siapa yang akan kita bantu?” (Poster mengenai hasil penimbangan Posyandu) D. Tujuan pelatihan PKP/Pos Gizi(Flip chart 1) II Informasi mengenai PKP/Pos Gizi A. Apakah dua tujuan dari PKP/Pos Gizi? (Flip charts mengenai tujuantujuan) B. Apakah yang dimaksud dengan sesi Pos Gizi? Kapan Pos Gizi dilaksanakan? (Flip chart/kalender) C. Siapakah yang akan bekerja untuk merehabilitasi anak-anak yang mengalami kekurangan gizi dan apakah peran dari tiap-tiap orang? D. Peran dari para kader E. Syarat-syarat untuk menghadiri sesi Pos Gizi F. Membawa kontribusi makanan dari keluarga secara individual untuk rehabilitasi anak-anak yang mengalami kekurangan gizi. G. Latihan 1 – Buatlah poster-poster mengenai yang berisi tujuan-tujuan serta kontribusi makanan keluarga. H. Role-play dengan menggunakan poster. III Membuat Menu untuk PKP/Pos Gizi A. Analisa tabel makanan B. Membuat menu Pos Gizi C. Membuat menu spesial: menu dari keluarga-keluarga miskin yang memiliki anak bergizi baik D. Menghitung setiap porsi untuk masing-masing anak dengan alat ukur 54 / Bab Dua: Mobilisasikan, Seleksi & Pelatihan CONTOH GARIS BESAR PELATIHAN UNTUK PARA KADER yang biasa digunakan di rumah E. Jadwal menu Pos Gizi F. Memasak makan siang bersama dan berikan nama lokal untuk proyek tersebut G. Menciptakan satu lagu untuk PKP/Pos Gizi, role-play HARI 2 (6 jam) I. Meninjau ulang kegiatan hari pertama A. Role-play menggunakan poster mengenai tujuan dari PKP/Pos Gizi dan kontribusi keluarga. B. Meninjau ulang berbagai perilaku pemberian makan, pengasuhan, kebersihan dan mencari pelayanan kesehatan yang menguntungkan serta berbasis rumahtangga (Termasuk kebiasaan-kebisaan PKP) II. Protokol A. Apakah yang dimaksud dengan buku Pos Gizi? B. Latihan 2: Membuat buku Pos Gizi C. Alat-alat yang dibutuhkan pada saat sesi Pos Gizi D. Prosedur-prosedur dan tugas-tugas untuk sesi Pos Gizi selama satu hari. III. Logistik A. Persiapan untuk sesi Pos Gizi pertama B. Apa yang harus dikatakan kepada keluarga yang anaknya mengalami kekurangan gizi (role-play) C. Melatih lagu-lagu interaktif D. Menyelesaikan latihan untuk hari itu Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 55 Buatlah menu spesial dari keluarga-keluarga miskin yang memiliki anak bergizi baik. CONTOH GARIS BESAR PELATIHAN UNTUK PARA KADER MODUL DUA Modul kedua dilaksanakan setelah minggu pertama sesi Pos Gizi dan sebelum minggu kedua. Partisipan: kader Pos Gizi yang diseleksi dari penduduk-penduduk desa yang berbeda-beda. Durasi/kerangka waktu: 2 hari (Hari 1: 4 jam; Hari 2: 6 jam) Tujuan pelatihan: Setelah mengikuti pelatihan ini, partisipan akan mampu untuk: 1. Menggunakan alat bantu visual secara efektif 2. Menjalankan diskusi kelompok terarah bersama para pengasuh dari anakanak yang mengalami kekurangan gizi mengenai berbagai topik yang berbeda setiap hari selama sesi Pos Gizi. 3. Menghitung kemajuan anak-anak secara individual dan berikan konsultasi kepada para pengasuh sesuai kebutuhan masing-masing pada akhir sesi Pos Gizi. 4. Laporkan hasil dari sesi Pos Gizi kepada Tim Kesehatan Desa (TKD). HARI 1 (4 jam) I. Meninjau ulang Pos Gizi yang sedang berlangsung A.Sambutan dan perkenalan; Tujuan-tujuan dari pelatihan Pos Gizi B.Meninjau ulang tujuan-tujuan Pos Gizi (flip chart) C.Tanggapan mengenai minggu ke-1: Pelajaran yang dipelajari (flip chart) D.Meninjau ulang menu Pos Gizi (Tabel makanan – flip chart dan handout) E.Peran ayah (pilihan/optional) II. Topik-topik diskusi Pos Gizi dan diskusi (kelompok terarah) A. Garis Besar 1. Meninjau ulang kebiasaan-kebiasaan pemberian makan, pengasuhan, dan mencari pelayanan kesehatan. 2. Presentasi keempat alat bantu visual 3. Jelaskan jadwal pemberian pesan-pesan dasar (flip chart dan handout) B. Topik Pertama: Kebersihan Makanan dan Tubuh 1. Fakta-fakta (flip chart dan sabun) 2. Bagaimana cara mempresentasikan alat bantu visual (pertanyaan-pertanyaan) 3. Role-play dari pelatih untuk memfasilitasi diskusi kelompok terarah 4. Role-play dari para kader untuk memfasilitasi diskusi kelompok terarah dan pemberian umpan balik. C. Topik kedua: pemberian ASI 1. Fakta-fakta (flip chart, pertanyaan-pertanyaan, dan demonstrasi) 2. Tinjauan ulang mengenai cara mengadakan diskusi kelompok terarah dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan seputar pemberian ASI. 3. Para kader mengadakan role-play mengenai diskusi kelompok terarah dari topik kedua dan berikan tanggapan. 56 / Bab Dua: Mobilisasikan, Seleksi & Pelatihan CONTOH GARIS BESAR PELATIHAN UNTUK PARA KADER HARI 2 (6 jam) Lakukan pemanasan dengan menyanyikan dua lagu anak-anak beserta gerakan-gerakannya (tubuh dan lalat) I. Meninjau Ulang Hari Pertama II. Topik-Topik Kesehatan A. Topik ketiga: Pencegahan dan perawatan penyakit 1. Fakta-fakta (flip chart – LGG berbasis rumah tangga) 2. Meninjau ulang pertanyaan-pertanyaan untuk diskusi kelompok 3. Bagaimana cara memeriksa kecepatan pernapasan anak dan cara menerapkan LGG di rumah (berlatih bersama anak). 4. Para kader mengadakan role-play mengenai diskusi kelompok terarah dari topik ketiga dan berikan umpan balik. B. Topik keempat: Perawatan anak berusia muda 1. Fakta-fakta (flip chart dan permainan/lagu interaktif) 2. Meninjau ulang pertanyaan-pertanyaan untuk diskusi kelompok terarah. 3. Para kader mengadakan role-play mengenai diskusi kelompok terarah dari topik keempat dan berikan tanggapan. C. Topik kelima: Pesan di hari terakhir “Apa yang dapat kita kerjakan sendiri di rumah?” Meninjau ulang topik-topik Pos Gizi seperti pencegahan dan pengobatan penyakit dengan menggunakan flip III. Prosedur-prosedur untuk hari terakhir Pos Gizi chart yang menunjukkan A. Prosedur-prosedur dan tugas-tugas untuk sesi Pos Gizi selama 12 LGG berbasis rumah hari. B. Memberikan konsultasi kepada para ibu dan anggota-anggota keluarga di akhir sesi Pos Gizi. C. Menggunakan role-play untuk melatih pemberian konsultasi kepada para ibu dan anggota keluarga. D. Membuat laporan Pos Gizi. Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 57 58 / Bab Dua: Mobilisasikan, Seleksi & Pelatihan Ada dimana anda? BAB TIGA Langkah 3: Persiapan Penyelidikan PKP A. Tentukan target kelompok usia B. Lakukan penilaian status gizi awal C. Lakukan analisa situasi D. Lakukan survei peringkat kesejahteraan E. Lakukan pertemuan dengan masyarakat untuk memperoleh umpan balik mengenai hasil survei gizi awal, perkenalan konsep PKP dan menentukan tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang ingin dicapai. F. Identifikasikan pelaku-pelaku PKP G. Latih dan persiapkan tim Penyelidikan PKP LANGKAH 2 Mobilisasikan masyarakat;Seleksi dan Pelatihan LANGKAH 3 Persiapan Penyelidikan PKP LANGKAH 4 Adakan Penyelidikan PKP enyelidikan PKP merupakan alat survei masyarakat yang digunakan untuk menemukan kebiasaan-kebiasaan yang sukses atau diinginkan dari para pengasuh PKP yang dapat ditiru oleh anggota masyarakat lainnya untuk mengatasi masalah besar masyarakat. Dalam program PKP/Pos Gizi, yang menjadi fokus adalah kebiasaan-kebiasaan untuk mengurangi kekurangan gizi. LANGKAH 6 Pelaksanaan Kegiatan Pos Gizi LANGKAH 7 Mendukung Perilaku-Perilaku Baru LANGKAH 8 Ulangi kegiatan Pos Gizi Gizi sesuai Kebutuhan Keterangan Gambar: 1 Hari Identifikasi kelompok target dalam masyarakat 1 s/d 2 Hari Lakukan survei data awal gizi 1 s/d 3 Hari Lakukan analisa situasi dan peringkat kesejahteraan 1/2 Hari Bertemu dengan masyarakat 1 Hari Melatih dan mempersiapkan tim PKP Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 59 LANGKAH 9 Perluasan Program PKP/Pos Gizi EVALUASI Sebelum penyelidikan PKP dilaksanakan, langkah A hingga G, yang tertulis diatas, harus dilakukan terlebih dahulu. Proses tersebut biasanya dijalankan selama satu atau tiga minggu. Karena status gizi anak bisa memburuk dalam waktu singkat, tidak boleh ada jeda waktu yang terlalu lama antara penilaian gizi, peringkat kesejahteraan dan identifikasi keluarga-keluarga PKP. Hasil terbaik akan tercapai bila seluruh anggota tim melaksanakan tiap-tiap langkah dengan disiplin tinggi serta masing-masing individu membawa perspektif yang berbeda ke dalam pelaksanaannya. LANGKAH 5 Merancang kegiatan Pos Gizi & P PANTAU LANGKAH 3 Persiapan Penyelidikan PKP LANGKAH 1 Tentukan apakah ini program yang tepat untuk anda gunakan Jika terdapat terlalu banyak anak dibawah usia lima tahun yang harus diikut sertakan, pertimbangkan untuk mengundang anakanak yang berusia antara tujuh bulan dan tiga tahun ke dalam Pos Gizi --penelitian membuktikan bahwa pada periode usia tersebut, status gizi anak berada pada kondisi yang sangat rentan. A. Tentukan Target Kelompok Usia Pada banyak kasus, sumber dana anda mungkin akan menentukan target kelompok usia untuk usaha PKP/Pos Gizi. Jika hal ini tidak terjadi maka libatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan ini. Apakah anda akan fokus pada seluruh anak dibawah usia tiga tahun? Semua anak dibawah usia lima tahun? Karena anak-anak tidak boleh diberikan makanan tambahan hingga berusia enam bulan, maka target usia minimal adalah anak yang berusia tujuh bulan. Jika terdapat terlalu banyak anak dibawah usia lima tahun yang harus diikut sertakan, pertimbangkan untuk mengundang anakanak yang berusia antara tujuh bulan dan tiga tahun ke dalam Pos Gizi. Anak dibawah usia tiga tahun mengalami pertumbuhan paling cepat dibanding pada umur-umur lain, namun sangat rentan terhadap penyakit yang dapat merugikan dan menghambat pertumbuhan, serta memberikan respon yang paling baik terhadap usaha intervensi. Sebagai tambahan, penelitian membuktikan bahwa pada periode usia tersebut, status gizi anak berada pada kondisi yang sangat rentan. Jika terjadi penyebaran kekurangan gizi di masyarakat dalam skala besar dan jumlah banyak, akan sangat bijaksana jika mengkonsentrasikan usaha-usaha kesehatan anda pada anak yang berusia tujuh hingga dua puluh empat bulan. B. Lakukan Penilaian Data Awal Gizi Panduan untuk menimbang berat badan dan mengukur anak disediakan pada akhir bab ini dan standar berat badan-berdasarkan usia tertulis di Tabel 3.5. Penilaian data awal gizi dapat mengidentifikasi anak-anak yangmengalami kekurangan gizi dan bisa digunakan sebagai alat mobilisasi masyarakat. Sangat penting untuk menimbang seluruh anak pada target kelompok usia anda. Berat badan-berdasarkan-tinggi badan merupakan ukuran yang disarankan untuk menilai kekurangan gizi akut, atau kurus. Namun, karena berat badan-berdasarkan-usia sangat mudah berubah, metode tersebut digunakan pada sebagian besar program PKP/Pos Gizi untuk menilai anak yang berat badannya dibawah rata-rata. Setiap anak yang berat badannya dibawah ratar a t a h a r u s diklasifikasikan menurut standar pengukuran berat badanberdasarkan-usia, yaitu menjadi status kekurangan gizi ringan, menengah, atau buruk. Panduan untuk menimbang berat badan dan mengukur anak disediakan pada akhir bab ini dan standar berat badan-berdasarkan usia tertulis di Tabel 3.5. Jika pemantauan pertumbuhan dan melalui posyandu sudah ada dalam masyarakat, penilaian gizi dapat dimulai pada kegiatan pemantauan pertumbuhan, tetapi data yang digunakan harus berasal dari bulan ini. Jika tidak ada pemantauan pertumbuhan, pertimbangkan untuk mengadakan Posyandu bersamaan dengan PKP/Pos Gizi secara teratur untuk mengidentifikasi dan memantau status pertumbuhan anak secara individual. 60 / Bab Tiga: Persiapan Penyelidikan PKP Sangatlah penting untuk mengetahui siapa saja yang berat badannya tidak bertambah. Jarang ditemukan adanya kelompok target yang 100% ikut berpartisipasi dalam kegiatan posyandu tiap bulan dan biasanya anakanak yang mengalami kekurangan gizi pertama kali, mereka akan melupakan dan melalaikan kegiatan posyandu. Anak-anak yang tetap hadir biasanya datang atas keinginan sendiri dan berasal dari keluarga yang sudah memiliki motivasi dan menyadari pentingnya kesehatan. Jika terdapat anak-anak yang tidak ditimbang berat badannya, biasanya dikarenakan alasanalasan berikut ini: Jika posyandu tidak berjalan dengan semestinya, atau ketika anak-anak tidak menghadirinya, para pekerja proyek dan kader harus pergi ke setiap rumah, untuk mengidentifikasi anak-anak dari target kelompok usia sebagai sensus dan menimbang berat badan mereka. Proses ini memastikan bahwa tidak ada anak yang terlewatkan dan dapat menghindari stress dan kepanikan bayi mereka yang melakukan penimbangan. atau Analisa Data Data anak secara individual tertulis dalam Kartu Menuju sehat (KMS) yang diserahkan kepada pengasuh. Data ini penting untuk para pengasuh, dan menunjukkan, dari waktu ke waktu, apakah anak bertumbuh dengan baik atau pertumbuhannya semakin menurun, serta membutuhkan konsultasi khusus. Dalam KMS terdapat tiga jalur, yang mengindikasikan status gizi anak. Di beberapa negara, jalur-jalur tersebut di beri warna seperti tertulis di Tabel 3.1. TABEL 3.1 Kartu Menuju Sehat Garis pada Grafik Status Kekurangan gizi Warna (pada umumnya Garis atas Normal Hijau Garis kedua Ringan Kuning Muda Garis ketiga Menengah Kuning Dibawah garis ketiga Buruk Merah Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 61 Penimbangan berat badan tidak tersedia di desa mereka Penimbangan berat badan tersedia,tetapi: ♥ Keluarga tidak menyadari adanya penimbangan berat badan; ♥ Keluarga tidak termotivasi untuk ikut hadir; ♥ Keluarga merasa malu menghadirinya karena berat badan anak mereka dibawah ratarata; ♥ Keluarga memiliki pengalaman buruk pada saat sesi-sesi penimbangan berat badan; ♥ Sesi-sesi sebelumnya tidak memberikan keuntungan-keuntungan atau tindaklanjut yang berarti; atau ♥ Keluarga memiliki kepercayaan bahwa penimbangan berat badan dapat berakibat buruk pada anak. Ada standar-standar pengukuran lain yang lebih canggih untuk mengukur status gizi anak. Tabel 3.5 memberikan standar berat badan-berdasrkan-usia untuk anak perempuan dan laki-laki yang berusia 0-4 bulan. Tabel-tabel ini biasanya tersedia melalui Kantor Departemen Kesehatan di negara yang bersangkutan. Berat badan yang berada pada satu standar deviasi dibawah norma/median, dianggap sebagai “kekurangan gizi ringan”, dan dua standar deviasi dibawah norma dianggap sebagai “kekurangan gizi menengah”, dan tiga standar deviasi dibawah norma dianggap sebagai “kekurangan gizi buruk”. Standar deviasi menurut norma internasional bisanya disebut Z-skor. Perbandingan dari ketiga istilah tersebut dapat dilihat sebagai Z-skor. Perbandingan dari ketiga istilah tersebut dapat dilihat dibawah. Penelitianpenelitian biasanya menggunakan Z-skor untuk memberikan informasi yang dapat dibandingkan dengan negara-negara lain. TINGKAT-TINGKAT KEKURANGAN GIZI BERDASARKAN STANDAR DEVIASI ATAU Z-SKOR Status Standar Deviasi (SD) Notasi Z-skor Kekurangan gizi Dibawah norma TABEL 3.2 Cek Silang AnakAnak Lakukan pemeriksaan ulang untuk memastikan apakah anda sudah mengidentifikasi semua anak ke dalam kategori usia tertentu (ingatlah bahwa mungkin belum semua anak ditimbang berat badannya). Beberapa peraturan yang umum pada situasi-situasi di negara-negara berkembang: ♥ Jika anda menargetkan anak-anak dibawah usia lima tahun, mereka seharusnya berjumlah sama dengan 16-20% dari total populasi. ♥ Jika anda menargetkan anakanak dibawah usia tiga tahun, mereka seharusnya berjumlah sama dengan 10-14% dari total populasi. Normal Median Median Ringan 1 <-1 Z-skor Menengah 2 <-2 Z-skor Buruk 3 <-3 Z-skor Selanjutnya, buku pedoman ini akan menggunakan istilah normal, ringan, menengah, dan buruk. Tanyakan kepada Departemen Kesehatan di negara anda untuk mengetahui standar yang dipakai. Apapun metode yang digunakan, tetaplah penting untuk mengetahui perubahan berat badan anak dari waktu ke waktu. Status berat badan dan gizi setiap anak secara individual dapat ditampilkan dalam bentuk grafik di papan monitoring masyarakat untuk membuat masyarakat memahami gambaran keseluruhan dari status gizi anak-anak dalam masyarakat mereka. Apabila ada sejumlah besar anak yang mengalami kekurangan gizi, tampilan grafik ini seringkali digunakan sebagai pendorong motivasi masyarakat untuk mengambil tindakan. Untuk menghindari rasa malu pada beberapa keluarga, papan monitoring hanya mencantumkan tanda-tanda atau simbol-simbol, bukan nama anak. Dengan menggunakan jumlah total anak dibawah usia tiga (atau dibawah lima) tahun dalam masyarakat tersebut, dapat ditabulasikan berapa banyak anak di setiap kategori status gizi. Gunakan tabel yang mirip dengan Tabel 3.3. Apabila semua anak sudah ditimbang berat badannya, penilaian gizi didasarkan pada 100% jumlah pendaftaran dari populasi yang ditargetkan. Jumlah total anak dibawah usia tiga (atau dibawah usia lima) tahun berfungsi sebagai denominasi untuk jumlah proporsi anak yang mengalami kekurangan gizi dalam masyarakat tersebut. Selanjutnya, tentukan persentase pada tiap kategori kekurangan gizi. Jumlahkan berdasarkan jumlah total target .populasi. 62 / Bab Tiga: Persiapan Penyelidikan PKP TABEL 3.3 Status Gizi PERSENTASE DARI ANAK-ANAK KELOMPOK TARGET BERDASARKAN STATUS GIZI Jumlah Persentase Gizi baik Kekurangan gizi ringan Kekurangan gizi sedang Kekurangan gizi buruk Total Sajikan Hasil dalam bentuk Grafik Penilaian awal ini berfungsi sebagai dasar yang sangat penting untuk melakukan intervensi. Komunitas membutuhkan informasi ini. Informasi ini milik masyarakat dan harus diberikan kepada mereka. Ada beberapa cara untuk mempresentasikan data tersebut agar mudah dimengerti dan komunitas dapat melihat seberapa besar masalah yang terjadi. Informasi ini harus diberikan juga kepada pekerja kesehatan lokal, Tim kesehatan desa, tokoh masyarakat dan kelompok-kelompok masyarakat lainnya. Ini merupakan langkah awal pembuatan papan monitoring visual untuk melacak kemajuan dalam menanggulangi kekurangan gizi. Diagram Pie (atau alat bantu visual lainnya) dapat menampilkan data-data pokok. Data selanjutnya akan dibandingkan dengan data tersebut. Diagram Pie Diagram Pie berguna untuk memperlihatkan proporsi anak-anak yang masuk dalam setiap status gizi. Para petugas dapat menunjukkan kepada anggotaanggota masyarakat untuk membuat sebuah diagram pie dengan menggunakan proporsi-proporsi anak yang mengalami kekurangan gizi ringan, sedang, dan buruk. Dalam diagram pie, ilustrasi yang paling berpengaruh adalah hanya dengan menempatkan dua kelompok dalam diagram pie: Anak-anak dari setiap tingkat kekurangan gizi dan anak-anak yang memiliki gizi baik Tongkat Berwarna Sebatang kayu dapat diberi berbagai macam warna sesuai persentase anak di setiap kategori malnutrisi. Figur Tongkat Figur tongkat dapat digunakan untuk mendemonstrasikan persentase anakanak dari setiap kategori. Jika anda menggunakan sepuluh figur tongkat, setiap figur akan mewakili sepuluh persen dari jumlah seluruh populasi. Jika tiga puluh persen dari seluruh populasi mengalami kekurangan gizi, tiga dari sepuluh figur batang akan berwarna merah Poster Besar Setiap berat badan anak berdasarkan usia dapat digambarkan ke dalam selembar poster Kartu Menuju Sehat besar. Gambar tersebut menunjukkan frekuensi kekurangan gizi diantara anak-anak serta pengaruh program untuk memajukan pemahaman masyarakat. Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 63 Tekankan pentingnya papan monitoring berbasis masyarakat yang dapat dipahami oleh masyarakat, agar mereka dapat melihat dampak pendekatan Pos Gizi pada statistik masyarakat dan kondisi kesehatan secara keseluruhan. C. Lakukan Analisa Situasi Pada sebagian daerah di Mozambik, dipercaya bahwa penyebab marasmus adalah “roh yang sedang menduduki seorang anak”. Hanya seorang dukun yang mampu mengusir atau mengangkat roh jahat tersebut dari sang anak. Bisanya anak akan tinggal bersama dukun tersebut selama dua minggu. Kemajuan kondisi anak selama menghadiri kegiatan Pos Gizi mulai terlihat dalam waktu dua minggu. Para ibu merasa nyaman dengan kegiatan selama dua minggu tersebut karena sudah dikenal dalam konteks budaya mereka sebagai “periode penyembuhan”. Perencanaan program yang baik adalah berdasarkan pemahaman yang menyeluruh atas situasi yang sedang terjadi di dalam sebuah masyarakat. Sebagai tambahan pada penilaian data awal gizi, informasi-informasi penting yang harus dikumpulkan adalah: Situasi kesehatan secara umum: luas cakupan pemberian imunisasi, kejadian serta manajemen kasus. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ARI), terutama pneumonia, penyakit diare, malaria, dan cacingan pada anak-anak muda; kekurangan vitaminA, penerimaan keluarga berencana; akses terhadap ibu dan anak. Angka dan penyebab kematian dibawah usia lima tahun: termasuk penyebab-penyebab medis (diagnosa) dan sistem (perawatan yang terlamabat, perawatan berkualitas rendah, dsb.). Berbagai Perilaku dan kepercayaan sekarang ini: perilaku-perilaku pemberian makan dalam rumahtangga, perawatan dan mencari pelayanan kesehatan; kepercayaan-kepercayaan umum mengenai makanan dan kesehatan, termasuk hal-hal yang tabu dan norma-norma, serta ketersediaan air bersih. Untuk merencanakan Pos Gizi, para petugas harus sepenuhnya memahami kepercayaan-kepercayaan dan kebiasaan-kebiasaan lokal. Meskipun mereka berasal dari daerah tersebut, mereka mungkin tidak begitu memperhatikan kebiasaan-kebiasaan pemberian makan atau perawatan anak, terutama mereka yang berasal dari golongan sosial-ekonomi lemah. Karena tujuantujuan PKP/Pos Gizi adalah untuk mengubah kebijakan konvensional dan memandu masyarakat dalam mengadopsi cara-cara untuk mencegah dan menghilangkan kekurangan gizi, maka penting untuk menyesuaikan dan mendokumentasikan norma-norma yang berfokus pada masyarakat saat itu. Klarifikasi norma-norma dapat mempermudah identifikasi pelaku PKP serta berfungsi sebagai garis dasar kualitatif terhadap perubahan dalam kebiasaan pemberian makan, perawatan, mencari pelayanan kesehatan sehingga nantinya dapat dibandingkan. Ada beberapa metodologi yang berbeda-beda untuk mengumpulkan informasi serta dalam membantu masyarakat untuk menceritakan kisah mereka. Disarankan untuk menggunakan beberapa metodologi yang berbeda-beda untuk memvalidasi informasi, biasanya disebut “triangulasi” informasi. Tim proyek harus menggunakan informasi kuantitatif dan kualitatif. Informasi kuantitatif dapat berupa dokumen-dokumen tertulis,seperti dokumen-dokumen pemerintah atau data fasilitas kesehatan yang dapat membantu tim proyek dan masyarakat untuk memahami penyebab-penyebab utama kematian dan penyakit pada anak-anak. Jika data trsebut tidak tersedia, maka tim proyek perlu mengadakan suevei Knowledge (Pengetahan), Practice (Praktek), dan Coverage (Cakupan) (KPC) pada daerah tersebut untuk memahami besarnya masalah gizi dan penyakit pada masa kanak-kanak. Survei KPC berisi serangakaian pertanyaan yang sudah disiapkan sebelumnya untuk diberikan kepada sekelompok responden yang terpilih secara acak. Referensi lebih detil mengenai pelaksanaan survei KPC dapat ditemukan pada bagian Sumber di akhir buku panduan ini. Data kuantitatif perlu dilengkapi dengan informasi kualitatif yang memberikan informasi secara mendalam mengenai berbagai kepercayaan dan kebiasaan lokal pada situasi yang berbeda-beda. Alat yang digunakan, sebagian besar berasal dari Antropologi Sosial; alat yang paling sering 64 / Bab Tiga: Persiapan Penyelidikan PKP digunakan untuk PKP/Pos Gizi dikenal sebagai Participatory Learning and Action (PLA). PLA menyiapkan suatu pengembangan masyarakat, pendekatan penyelesaian masalah, yaitu para fasilitator bekerjasama dengan masyarakat untuk membantu mereka dalam menganalisa penyebab-penyebab dari suatu masalah, identifikasi solusi-solusi, dan mengembangkan serta melaksanakan perencanaan tindakan lanjutan. Para kader PKP/Pos Gizi beserta dengan staff program seringkali memulai PLA atau PRA dengan mengadakan wawancara-wawancara kepada para pemberi informasi utama, yaitu dengan pemimpin-pemimpin wanita atau mengadakan kelompok diskusi terarah dengan para wanita dan para pengambil keputusan lainnya untuk memahami berbagai kebiasaan seputar pemberian ASI, perawatan bayi, beban kerja ibu, konsep merawat anak, kepercayaan mengenai pemeliharaan anak, kebersihan linkungan, dan persepsi mengenai penyebab kekurangan gizi anak. Wawancara-wawancara dan diskusi-diskusi kelompok terarah harus dilengkapi dengan metodemetode pengumpulan informasi lainnya untuk dapat lebih memahami berbagai faktor yang ikut menyebabkan kekurangan gizi. Kemudian, catatancatatan yang dikumpulkan oleh para pekerja dan kader dapat dibandingkan dan didiskusikan untuk mengidentifikasi perilaku-perilaku atau kepercayaankepercayaan yang ingin diubah. Daftar mengenai contohcontoh pertanyaan untuk diskusi kelompok terarah dapat ditemukan di Metode Pengumpulan Informasi pada akhir bab ini. Diskusi kelompok terarah yang diadakan pada salah satu daerah proyek dapat mengidentifikasikan kelemahan dalam pengambilan makanan dari ladang untuk diberikan kepada anak. Para ayah umumnya tidak terlibat, bekerja di negara lain, dan tidak bisa membantu para ibu dalam mengerjakan pekerjaan rumahtangga serta tidak dapat menyediakan dukungan moral dalam membersarkan anak. Para ibu bekerja di ladang hampir tiap hari agar dapat menyediakan makanan di rumahnya. Ketika sang ibu pulang ke rumah, ia mulai mengambil air dan memasak makanan. Sulit baginya untuk memiliki waktu atau tenaga yang cukup untuk duduk dan dengan sabar memberi makan anaknya. Pada akhirnya, anak harus menjaga dirinya sendiri, mereka seringkali makan dari piring yang sama dengan saudara kandung yang lebih tua. Anak yang lebih cepat,kuat dan tua yang akan mendapatkan porsi lebih besar. Meskipun umumnya para wanita memberikan ASI selama dua tahun, ibu-ibu yang hamil sebelum periode dua tahun tersebut tercapai, tibatiba menghentikan pemberian ASI. Kebiasaan ini didukung dengan kuat oleh para mertua yang secara tegas melarang pemberian ASI selama kehamilan. Pada saat anak kekurangan ASI, pertumbuhan mereka mulai menurun. Sebuah survei mengenai pola makan sehari-hari diantara anak-anak Srilanka menemukan jenis makanan yang biasanya diberikan: Sarapan: Biskuit dan teh Makan siang: Nasi atau ubi jalar dengan daun-daun hijau dan kelapa, ikan kering serta kari sayuran. Diantara makanan utama: secangkir teh tawar Makan malam: Roti atau dengan kari Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 65 Sulit bagi sejumlah besar ibu untuk memiliki waktu atau tenaga yang cukup untuk duduk dan dengan sabar memberi makan anaknya. TABEL 3.4 Tabel 3.4 di bagian kanan berisi daftar metode-metode pengumpulan informasi yang bisa digunakan,dan tipe data yang diberikan oleh masing-masing metode. Metode-metode ini harus digunakan sesuai kebutuhan untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan. Tanda (*) menunjukan arah untuk melaksanakan metodologi tersebut, dan dapat ditemukan pada akhir bab ini. METODE-METODE PENGUMPULAN INFORMASI Metodologi/Alat Informasi yang Terkumpul A. Wawancara informan tunggal Wawancara tertutup yang baku terhadap informan kunci Hasil-hasil yang dapat dibandingkan mengenai situasi rumah tanggauntuk mencocokan antara yang dilaporkan dengan pelaku perawatan anak yang sesungguhnya Recall 24 jam mengenai makanan yang diberikan pada 1 hari terakhir Inventori dari dan ibu mengenai makanan yang dimakan anak selama 24 jam terakhir. Fokuskan pada jenis makanan, bukan kuantitasnya: Frekuensi dan jenis makanan ringan (salah satu tipe wawancara tertutup). Wawancara tertutup terstruktur atau baku terhadap informan kunci Membangkitkan lebih banyak partisipasi dari rumahtangga dan meningkatkan pemahaman terhadap perilaku-perilaku perawatan anak dan konteks mereka, misalnya peran rumahtangga yang menyangkut perawatan anak, pengambilan keputusan, dsb. (Biasa digunakan dalam program PKP/Pos Gizi). B. Wawancara Kelompok Diskusi kelompok terarah Menyediakan informasi yang dilaporkan berhubungan dengan berbagai perilaku pemberian makan, perawatan anak, kebersihan, dan mencari pelayanan kesehatan. Pemetaan masyarakat* Memberikan lokasi-lokasi perumahan miskin dan kaya, pusat-pusat kesehatan, pompapompa air, lahan-lahan pertanian, sekolahsekolah, bangunan-bangunan agama, dsb. Alur kecendrungan* Gambaran visual mengenai kecendrungankecendrungan terbesar dari status kekurangan gizi, ketersediaan makanan, situasi ekonomi, pertumbuhan populasi, dsb. Selama lima hingga sepuluh tahun terakhir. Kalender musiman* Gambaran visual mengenai ketersediaan makanan, beban kerja, dan penyakit-penyakit yang disebabkan oleh perubahan musim. Penggunaan waktu Gambaran visual mengenai cara para wanita menghabiskan waktunya. Alur sejarah (sejajah lokal) Perubahan penggunaan dan kebiasaankebiasaan makanan dari waktu ke waktu. C. Wawancara Sistematis Urutan/ranking kebiasaan-kebiasaan mencari pelayanan kesehatan Siapa yang dikunjungi oleh anggota masyarakat ketika anak mereka sakit. Penyebab penyakit Persepsi mengenai penyebab-penyebab penyakit dan kekurangan gizi anak yang paling umum. D. Observasi Langsung Kunjungan-kunjungan rumah Perilaku-perilaku sesungguhnya seperti penyiapan makanan, pemberian makan, perawatan dan mencari pelayanan kesehatan, didapat dari observasi yang dilakukan oleh para partisipan. Pemantauan terus-menerus Perubahan-perubahan perilaku sesugguhnya, seperti pemberian makan, perawatan, dan mencari pelayanan kesehatan pada situasi rumah yang berbeda-beda. 66 / Bab Tiga: Persiapan Penyelidikan PKP Beberapa kepercayaan dan adat istiadat yang ditemukan pada salah satu studi kualitatif yang selanjutnya dapat digunakan untuk menyusun pesan-pesan PKP/Pos Gizi dalam proyek tersebut. ♥ Anak-anak membutuhkan protein dan seharusnya tidak menghindari daging dan telur ♥ Para ayah dan kakek-nenek dapat membantu memberi makan sang anak dan harus dilibatkan dalam program PKP/Pos Gizi. ♥ Ibu lah yang menentukan makanan apa yang bisa atau tidak bisa dimakan oleh sang anak sehingga pesan-pesan pengambilan keputusan mengenai makanan harus ditujukan pada sang ibu. ♥ Makanan-makanan tambahan seperti jus jeruk, pepaya, “congee”, dan ketumbar dapat diberikan pada anak selama periode menyusui daripada menunggu sampai anak berumur satu tahun. ♥ Pesan-pesan tambahan mengenai pemberian makan yang baik ketika anak sakit sangat diperlukan karena anak yang sakit biasanya hanya diberi makan bubur. ♥ Pesan-pesan mengenai perawatan ketika anak menderita infeksi saluran pernapasan akut harus dimasukkan ke dalam PKP/Pos Gizi karena penyakit yang umumnya dialami oleh anak adalah ISPA. ♥ Keluarga sangat mengkhawatirkan penyakit diare dan sawan sehingga ingin mencari cara untuk mencegah dan merawat penyakit tersebut dengan lebih baik. ♥ Para ibu biasanya lebih memikirkan rasa makanan daripada gizi yang terkandung didalamnya; pesan-pesan utama mengenai piramida makanan akan sangat penting untuk diberikan. ♥ Para ibu menghabiskan terlalu banyak waktu untuk memasak makanan namun, kandungan gizinya tidak culup; resep-resep makanan bergizi akan sangat membantu PKP/Pos Gizi. Para ayah dan orang-orang lain yang dapat membantu untuk memberi makan sang anak harus dilibatkan dalam program PKP/Pos Gizi D. Lakukan Survei Peringkat Kesejahteraan Buatlah kriteria peringkat kesejahteraan bersama dengan masyarakat dan kerjasama dengan anggota-naggota masyarakat untuk mengklasifikasikan setiap rumahtangga berdasarkan status sosila-ekonomi. Usaha tersebut dilakukan untuk membedakan rumahtangga yang miskin dengan yang lebih kaya. Para kader Pos Gizi dan anggota-anggota tim kesehatan desa yang memiliki hubungan dekat dengan masyarakat dapat diperkerjakan untuk membuat peringkat kesejahteraan karena kriteria-kriterianya sangat berhubungan dengan kebudayaan. Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 67 Peringkat kesejahteraan dapat diadakan pada saat kegiatan penilaian gizi sedang berlangsung, pada saat hasil-hasil pemantauan pertumbuhan sedang ditabulasikan, selama analisa situasi atau segera sesudahnya. Pertanyaan mengenai Kriteria Peringkat Kesejahteraan: ♥ Bagaimana anda menjelaskan situasi di rumahtangga yang miskin dan yang kaya? ♥ Dimana tempat tinggal keluarga miskin dan kaya? ♥ Apa yang mereka pakai? ♥ Jenis makanan apa yang mereka makan? ♥ Apa yang mereka lakukan pada saat rekreasi? ♥ Siapakah pengasuh utama untuk anak-anak? ♥ Berapa banyak biaya yang mereka keluarkan untuk perawatan kesehatan selama satu tahun? ♥ Jenis pekerjaan apakah yang dilakukan oleh para pria? wanita? Kriteria Peringkat Kesejahteraan untuk Masyarakat di Mali Keluarga terkaya memiliki keledai dan satu gerobak. Keluarga menengah memiliki satu atau dua keledai. Keluarga miskin tidak memiliki keledai. Kriteria peringkat kesejahteraan untuk masyarakat di Guatemala. Keluarga terkaya memakai sandal/sepatu kulit yang menutupi kaki. Keluarga menengah memakai sandal atau sepatu bot yang terbuat dari plastik. E. Adakan Pertemuan dengan Masyarakat Atur pertemuan dengan komunitas untuk memperoleh umpan balik mengenai survei data awal gizi, memperkenalkan konsep PKP dan bersamasama menentukan sasaran dan tujuan yang ingin dicapai. Agenda pertemuan ini biasanya mencakup: ♥Pembahasan interaktif mengenai survei data awal gizi dengan menggunakan presentasi grafik. ♥Meninjau ulang tanda-tanda kekurangan gizi (fisik dan psikologis) ♥Eksplorasi dampak kekurangan gizi dalam waktu jangka pendek dan jangka panjang ♥Meninjau ulang penyebab-penyebab kekurangan gizi (informasi gabungan dari diskusi-diskusi kelompok terarah dan aktivitas PLA) ♥Menentukan tinjauan akhir dan objektif ♥Memperkenalkan konsep PKP (lihat bab 8 untuk contoh perilaku) Sasaran utama dari proyek rehabilitasi gizi dengan menggunakan pendekatan PKP/Pos Gizi adalah untuk mempertahankan rehabilitasi dari anak yang kekurangan gizi. Tentukan tujuan akhir dan objektif Selama acara pertemuan dengan masyarakat, pandu kelompok tersebut untuk membuat tujuan akhir dan objektif dari program tersebut. tujuan utama dari proyek rehabilitasi gizi dengan menggunakan pendekatan PKP/Pos Gizi adalah untuk mempertahankan rehabilitasi gizi dari anak yang kekurangan gizi. Tindakan tersebut lebih sulit dibandingkan hanya merehabilitasi anak yang sedang mengalami kekurangan gizi. Tindakan tersebut mengarah pada: anak-anak yang merupakan saudara kandung yang lebih muda, belum mengalami kekurangan gizi dalam masyarakat tersebut, dan anak-anak di masa depan yang belum lahir. Semua kelompok tersebut akan terpengaruh 68 / Bab Tiga: Persiapan Penyelidikan PKP karena pendekatan PKP/Pos Gizi berfokus pada perubahan norma-norma perilaku dalam masyarakat, sehingga mencegah kekurangan gizi di masa yang akan datang. Tetapkan objektif yang jelas, dinyatakan dalam isitilah yang dapat diukur untuk program dan dengan masing-masing kekhususan masyarakat. Program Pos Gizi pada dasarnya dibatasi oleh waktu; keseluruhan sesi Pos Gizi hanya akan berlangsung dalam 8-12 bulan, dan dengan harapan bahwa program tersebut tidak akan dibutuhkan lagi. Jika berjalan dengan baik, mereka akan memperoleh sasaran yang ingin dicapai yaitu perubahan perilaku yang menetap untuk mencegah kekurangan gizi di masa yang akan datang. Contoh Proses dalam Menuntun Masyarakat untuk Menetapkan Tujuan Akhir dan Objektif Para staff memandu kelompok masyarakat kedalam sebuah diskusi dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan berikut ini: T: Apa masalah yang ingin kita selesaikan? J: Kekurangan gizi. T: Apa yang ingin kita lakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut? J: Jawaban harus meliputi “rehabilitasi untuk semua anak yang mengalami kekurangan gizi”. T: Apakah cukup hanya dengan merehabilitsi anak-anak? J: Tidak, ada pula kebutuhan untuk menjaga anak agar gizinya tetap baik setelah sesi Pos Gizi. Para staff menunjukkan kepada masyarakat sebuah lembar balik dengan tujuan-tujuan sebagai berikut: ♥ Rehabilitasi gizi anak ♥ Mempertahankan rehabilitasi gizi ♥ Mencegah kekurangan gizi di masa yang akan datang Diskusi-diskusi selanjutnya mengarah pada komitmen masyarakat untuk terus menjalankan peran mereka serta mendukung setiap tujuan: ♥ Menyediakan makanan yang sesuai untuk anak-anak yang mengalami kekurangan gizi, menghadiri kegiatan Pos Gizi. ♥ Membawa kontribusi makanan/bahan bakar untuk setiap sesi Pos Gizi; ceritakan kepada yang lainnya mengenai kebiasaankebiasaan pemberian makan dan perawatan di rumah mereka masing-masing. ♥ Mendukung para ibu / pengasuh dalam kehidupan sehari-hari mereka untuk menggunakan jenis makanan baru, baru dalam F. Identifikasi Para Pelaku PKP Setelah mengadakan pertemuan denganmasyarakat, pemimpin-pemimpin desa dan para kader Pos Gizi akan bekerjasama dengan para staff program untuk mengidentifikasi pelaku PKP dengan membuat daftar anak-anak yang memiliki gizi baik dan mengidentifikasikan anak-anak yang berasal dari keluarga miskin. Tabel 3.4 menampilkan informasi tersebut. Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 69 Diskusi-diskusi harus mengarahkan masyarakat untuk memahami peran mereka dalam: ♥ Merehabilitasi gizi anakanak ♥ Mempertahankan rehabilitasi gizi ♥ Mencegah kekurangan gizi di masa yang akan datang TABEL 3.4 MATRIKS DARI STATUS GIZI DAN STATUS SOSIAL-EKONOMI Jumlah dalam Rumahtangga Miskin Kriteria umum untuk menyeleksi keluargakeluarga PKP: ♥ Keluarga miskin (pemasukan rendah). ♥ Status gizi dari seorang anaknya normal. ♥ Minimal dua anak (harus dekat dengan jumlah ratarata anggota keluarga). ♥ Keluarga harus mewakili kelompok geografis dan sosial yang tinggal di desa tersebut. ♥ Tidak memiliki masalahmasalah kesehatan yang parah. ♥ Keluarga PKP harus tergolong dalam masyarakat kebanyakan. ♥ Kepala rumahtangga harus memiliki pekerjaan yang sama dengan sebagian besar penduduk desa. ♥ Harus memiliki sumbersumber yang sama dengan anggota-anggota masyarakat lainnya. ♥ Keluarga tersebut ditemukan pada kelompok minoritas (jika target program hanyalah kaum minoritas saja). ♥ Gender anak-anak PKP dapat menjadi kriteria dalam budaya-budaya yang bias gender Anak yang bergizi baik # Anak (Pelaku PKP) Anak yang bergizi kurang # Anak Jumlah dalam Rumahtangga yang Lebih Kaya # Anak # Anak (Pelaku PKN) Para kader menyelidiki faktor-faktor lain dari anak-anak PKP yang mungkin membuat mereka mendapatkan perlakuan spesial, seperti anak satu-satunya, memiliki kakek-nenek yang kaya,dll. Keluarga-keluarga ini harus diabaikan.keluarga-keluarga yang tinggal memiliki resiko yang sama yang merupakan rumahtangga rata-rata. Mereka adalah keluarga-keluarga PKP, dan dari mereka, anak-anak PKP dan rumahtangga akan terseleksi. Penting untuk diingat bahwa masyarakat harus cukup besar untuk menemukan pelaku PKP dan akan membantu apabila demografis dari masyarakat tersebut bersifat homogen. Akan ada variabilitas berdasarkan budaya yang berbedabeda pada kriteria untuk menyeleksi keluargakeluarga PKP. Beberapa isu seperti jumlah rata-rata anggota keluarga di daerah tersebut dan bias gender harus turut diperhatikan. Penyelidikan PKP harus dilaksanakan segera sesudah pelaku PKP berhasil teridentifikasi. ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ Seorang anak PKP tidak mungkin: Seorang bayi berukuran besar yang saat ini berat badannya sedang berkurang. Seorang anak dengan latar belakang pengemis atau pengais sampah. Anak pertama atau anak satu-satunya karena ia mungkin akan mendapatakan perlakuan spesial. Memiliki saudara-saudara kandung yang mengalami kekurangan gizi buruk. Memiliki masalah-masalah sosial atau kesehatan yang parah. Memiliki sebuah keluarga yang menjadi anggota dalam program makanan tambahan (hal ini bisa membuat hasil yang tidak akurat). Seorang bayi yang sangat kecil dan berat badan lahir dibawah rata-rata namun sekarang bertumbuh dengan baik. 70 / Bab Tiga: Persiapan Penyelidikan PKP G. Melatih dan MempersiapkanTim Penyelidikan PKP Karena berada di pusat perencanaan Program Pos Gizi sehingga tim Penyelidikan PKP harus dilatih dan dipersiapkan dengan baik. Biasanya membutuhkan waktu dua hari Memimpin tim untuk melatih ketrampilan wawancara dengan Topik-topik berikut ini harus dicakup: menggunakan role-play ♥ Keseluruhan konsep dari pendekatan PKP merupakan kesempatan ♥ Tujuan dari Penyelidikan PKP ♥ Peninjauan ulang terhadap perilaku-perilaku pemberian makan, yang baik untuk perawatan dan mencari pelayanan kesehatan. mempelajari serta ♥ Perkenalan terhadap dua alat untuk mengumpulkan informasi menyesuaikan alat Penyelidikan PKP: Daftar Observasi dan Pedoman Wawancara SemiPenyelidikan PKP sesuai Structured (dibicarakan lebih lanjut di Bab 5). kebutuhan. Perhatikan ♥ Protokol pencatatan informasi perbedaan-perbedaan istilah ♥ Norma dan panduan untuk melakukan kunjungan-kunjunga rumah. dalam bahasa lokal serta Pada saat pelatihan, ketrampilan yang paling penting untuk dipelajari kebutuhan untuk menambah adalah: waktu pada saat ♥ Identifikasi yang akurat terhadap kebiasaa-kebiasaan rumahtangga yang membentuk atau manyusun memberikan atau tidak memberikan kontribusi kepada status gizi yang ulang pertanyaanbaik dari anak-anak lokal. pertanyaan berdasarkan ♥ Ketrampilan observasi dan wawancara yang baik dengan menekankan pada ketrampilan “probing” dan mendengar. wawancara. Informasi mengenai pelatihan dan Hal-hal diatas dapat diajarkan dan dilatih melalui role-plays. beberapa contoh pelatihan dapat dilihat di Bab 2. Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 71 METODE PENGUMPULAN INFORMASI Bagian ini menyediakan contoh-contoh pertanyaan untuk Diskusi Kelompok Terarah. 1. KELOMPOK TERARAH (Contoh Pertanyaan) I. Pertanyaan untuk Para Ibu yang Memiliki Anak Kecil Pilihalah pertanyaanPEMBERIAN ASI pertanyaan yang akan 1. Apa yang baik untuk diberikan kepada bayi-bayi yang baru lahir? memberikan kegunaan dalam Mengapa? analisa situasi yang sedang 2. Berapa lama ASI diberikan kepada bayi setelah mereka lahir? anda lakukan serta pandulah Mengapa? kelompok untuk 3. Sebutan apakah yang anda berikan kepada susu yang pertama kali mendiskusikan topik yang keluar dari payudara seorang wanita setelah melahirkan? diberikan. 4. Apakah baik untuk memberikan cairan kuning (nama) yang keluar pada jam-jam pertama setelah kelahiran kepada bayi anda? Mengapa? CATATAN: Lanjutkan 5. Sampai usia berapakah seorang ibu “hanya” memberikan ASI kepada pertanyaan-pertanyaan untuk bayinya? Mengapa? menemukan fakta dengan 6. Sampai usia berapakah sebaiknya ASI diberikan kepada bayi? menggunakan kata-kata Mengapa? seperti “umumnya…,” atau 7. Mengapa ada beberapa ibu yang tidak hanya memberikan ASI selama “biasanya…,” dan “di desa enam bulan pertama? anda…” 8. Makanan atau minuman lain apakah yang mereka berikan? 9. Masalah-masalah apakah ynag mencegah para ibu untuk “hanya” Lanjutkan pertanyaanmemberikan ASI selama enam bulan pertama? pertanyaan yang 10. Menurut anda, hal-hal apakah yang bisa mengeringkan ASI ibu? berhubungan dengan sikap 11. Apa yang dapat dilakukan ibu untuk dapat lebih banyak memproduksi dengan menggunakan katasusu? kata seperti “menurut opini 12. Bagaimana para ibu dan bayi dapat mengambil keuntungan dari anda…,” atau “menurut pemberian ASI? anda…” 13. Penyakit apakah yang dialami bayi sehingga membuat mereka berhenti menyusu? 14. Ketika para ibu berhenti memberikan ASI, makanan dan minuman apakah yang mereka berikan kepada anak mereka dan dalam kemasan apa? 15. Sampai umur berapakah mayoritas ibu memberikan ASI kepada anaknya? MAKANAN TAMBAHAN 1. Pada usia berapakah, makanan atau minuman selain ASI dapat diberikan? Mengapa? 2. Terbuat dari apakah makanan pertama setelah berhenti menyusui? Berapa lama digunakan? 3. Makanan apakah yang sehat untuk diberikan kepada anak kecil? 4. Makanan apakah yang tidak baik untuk diberikan kepada anak kecil? 5. Berapa kali sehari seorang anak diberi makan (daging dan makanan ringan)? 6. Sampai umur berapakah anak makan makanan tersebut? Mengapa? 7. Dikemas dalam apakah makanan yang anda berikan kepada anak anda ketika mereka makan untuk pertama kalinya? 8. Siapa yang memberi makan kepada sang anak dan bagaimanakah cara makan anak tersebut (tangan, sendok, mengunyah)? 72 / Bab Tiga: Persiapan Penyelidikan PKP METODE PENGUMPULAN INFORMASI 9. Apakah orang lain juga memberi makan anak tersebut? 10. Masalah apakah yang anda hadapi ketika memberi makan anak kecil? 11. Jika anak tidak mau makan, apa yang anda lakukan? 12. Ketika anak sedang dalam masa penyembuhan dari sakit, apakah anda memberikan makanan-makanan yang berbeda? 13. Dalam rumahtangga, siapakakah yang memutuskan mengenai makanan apa yang bisa atau tidak bisa dimakan oleh anak? Tip untuk Mengadakan Diskusi Kelompok Terarah ♥ ♥ ♥ KEKURANGAN GIZI 1. Apakah yang dimaksud dengan anak yang mengalami kekurangan gizi? ♥ 2. Apakah yang dimaksud dengan kekurangan gizi? 3. Bagaimana anda dapat mengenali anak yang mengalami kekurangan gizi? 4. Bagaimana kekurangan gizi dapat mempengaruhi anak di masa depan? ♥ 5. Apakah yang menyebabkan kekurangan gizi pada anak? PERILAKU PENGASUHAN 1. Seberapa sering anak-anak mandi? Mencuci tangan? 2. Berapa banyak waktu yang diluangkan oleh ibu untuk bersama-sama dengan anaknya setiap hari? ♥ PERILAKU MENCARI PELAYANAN KESEHATAN ♥ 1. Apakah anda memberi makan anak anda ketika mereka sakit? Apa yang anda berikan? 2. Ketika anak sakit, makanan-makanan apakah yang harus dihindari? ♥ 3. Ketika anak sakit, bantuan apakah yang pertama anda cari? 4. Ketika anak anda mengalami diare, apa yang anda lakukan? Apakah anda memberikan makanan yang sama, dengan makanan dan cairan yang lebih banyak/kurang? Mengapa? 5. Apakah anda membeli makanan dari luar untuk anak anda? Jika Ya, makanan apa? (makanan-makanan ringan, makanan segar) Seberapa sering? 6. Dari siapa anda membelinya (penjual makanan khusus) dan mengapa? 7. Hanya untuk ibu yang sedang menyusui: Apa yang anda lakukan ketika anda sakit? II. Pertanyaan untuk Para Informan Masyarakat PERILAKU PENGASUHAN 1. Dalam masyarakat anda, bagaimana cara anda menyiapkan makanan untuk anak anda? 2. Biasanya, seberapa sering anda mecuci tangan dan kapan? 3. Seberapa sering anak-anak mandi? 4. Seberapa sering tangan anak-anak dicuci? 5. Pada siang hari, seberapa lama anda terpisah dengan anak anda? 6. Selain anda, siapakah yang turut menjaga anak anda? 7. Apakah anda mendorong anak anda untuk bermain dengan anak-anak yang lain? Mengapa? Kenapa tidak? 8. Kapan anda bermain dengan anak anda? Apakah yang anda lakukan bersama mereka? Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 73 Pilihlah lokasi informal Ciptakan atmosfer yang menyenangkan Hormati berbagai ide, kepercayaan dan nilai-nilai kelompok Dengarkan dengan seksama dan tunjukkan ketertarikan terhadap respon-respon dan pertukaran partisipan. Berikan dorongan kepada semua orang untuk berpartisipasi dalam diskusi. Observasi dan waspadalah terhadap tingkat kenyamanan atau ketidaknyamanan partisipan. Pastikan bahwa semua orang dapat mengungkapkan ideide atau opini-opini mereka. Jangan biarkan diskusi didominasi oleh satu orang – akuilah kontribusi orang tersebut kepada kelompok dan tekankan mengenai pentingnya kebutuhan untuk belajar dan mendengar dari semua orang. METODE PENGUMPULAN INFORMASI 9. Menurut anda, kebutuhan apakah yang paling penting untuk seorang anak? 10. Dalam rumahtangga, apakah yang dilakukan suami anda untuk anakanak? Saudara kandung? Kakek-nenek? MENCARI PELAYANAN KESEHATAN 1. Penyakit-penyakit apakah yang paling ditakuti oleh para orangtua dalam masyarakat anda? 2. Penyakit-penyakit lain apakah yang dialami oleh anak-anak? 3. Bagaimana anda dapat mengetahui bahwa anak anda sakit? (gejalagejala penyakit) 4. Dengan siapakah anda pertama kali berkonsultasi? Kemudian siapa? 5. Siapakah yang pertama kali memutuskan apa yang harus dilakukan ketika terjadi masalah kesehatan yang parah di rumah? 6. Apa sajakah pengobatan-pengobatan untuk menyembuhkan anak yang sakit? 7. Apakah yang anda lakukan untuk melindungi anak anda dari penyakit? 8. Untuk apa sajakah anda menggunakan air? 9. Apakah di tempat ini anak-anak diberi imunisasi? III. Pertanyaan untuk Para Pengasuh yang merupakan Saudara Kandung yang Lebih Tua Pertanyaan-pertanyaan untuk pengasuh yang merupakan saudara kandung yang lebih tua, diantaranya adalah “siapa yang membuat keputusan mengenai apa dan kapan makanan akan di berikan kepada saudara-saudara yang lebih muda?” 1. Apakah anda pergi ke sekolah? 2. Apakah yang anda lakukan selain menjaga saudara-saudara anda? 3. Apa yang anda lakukan bersama-sama dengan saudara anda yang lebih muda? 4. Apa yang anda lakukan jika anak tersebut menangis? Kapan mereka terluka atau sakit? 5. Apakah yang anda lakukan jika anak itu nakal? 6. Apakah yang anda ingin lakukan bersama dengan saudara yang lebih muda? Mengapa? 7. Tindakan apakah yang tidak suka anda lakukan? Mengapa? 8. Apakah anda melibatkan saudara anda yang lebih muda dalam permainan anda? Mengapa? 9. Bagaimana cara anda memberi makan anak (probing)? 10. Siapa yang memutuskan mengenai mekanan yang akan anda berikan kepada anak tersebut? 11. Siapa yang memutuskan mengenai kapan anda akan memberi makan anak tersebut? 74 / Bab Tiga: Persiapan Penyelidikan PKP METODE PENGUMPULAN INFORMASI 2. PEMETAAN MASYARAKAT Tujuan: Mengidentifikasi lokasi-lokasi lingkungan miskin dan kaya, pusatpusat kesehatan, pompa-pompa air, lahan-lahan pertanian, sekolah-sekolah, bangunan-bangunan beragama, dsb. Dengan Siapa: Anggota-anggota dan tokoh masyarakat. Materi: Material-material lokal (bebatuan, batang kayu, daun, bubuk berwarna, dsb) atau kertas flip chart, spidol, bulpen berwarna, dan selotip. Waktu: Kurang lebih 1 jam Langkah-langkah: 1. Carilah tempat yang dapat memuat orang dalam jumlah besar. 2. Minta para pemimpin-pemimpin masyarakat untuk menggambar (gambar di tanah atau pada selembar kertas) peta desa, jika dilihat dari mata seekor burung yang sedang terbang diatasnya. 3. Himbau para partisipan untuk menandakan (dengan bulpen atau bahanbahan lokal) berbagai lokasi penting seperti desa-desa lain, jalan-jalan utama, bangunan-bangunan penting, dll. 4. Gunakan pertanyaan-pertanyaan menyelidik untuk mendorong partisipan agar mereka memberikan lebih banyak detil dan menambahkan saran-saran serta ide-ide. Pastikan agar masyarakat memandu pengembangan peta agar masyarakat merasa bahwa peta yang sudah dibuat sungguh-sungguh mewakili lingkungan pedesaan mereka. 5. Ciptakan simbol-simbol untuk digunakan dan berikan dorongan kepada para partisipan untuk menggunakan berbagai macam warna dan simbol lain untuk mengidentifikasikan tiap-tiap lokasi (misalnya, warna merah untuk fasilitas-fasilitas kesehatan, warna kuning untuk pasar, warna biru untuk sekolah, dll.). 6. Tugaskan seorang anggota pekerja untuk menulis komnetar-komentar partisipan selama aktivitas tersebut dan gambar tiruan kecil dari peta tersebut agar bisa digunakan oleh tim pada usaha-usaha perencanaan selanjutnya. Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 75 PERTANYAAN MENYELIDIK Rumah: Dimanakah rumah anda? Kesehatan: Dimanakah tempat tinggal dukun beranak? Seberapa besar jumlah mereka? Dimanakah tempat tinggal tabib tradisional? Rekreasi: Dimanakah letak lokasi seperti toko video, toko minuman keras, toko teh, tempat anak-anak bermain, asosiasi, administratif? Sekolah: Dimanakah letak sekolah-sekolah? Berapa banyak anak yang bersekolah? Berapa banyak anak yang tidak bersekolah? Mengapa? Makanan: Dimanakah letak pasar, toko makanan, toko makanan ringan, dan penjualpenjual keliling? Pekerjaan: Dimanakah tempat tinggal untuk orang-orang miskin? Apakah jenis pekerjaan yang umum di masyarakat? Etnik: Ada berapa macam kelompok etnis di desa anda? Dimanakah tempat tinggal mereka? Agama: Dimanakah letak mesjid, gereja, pagoda, dan/atau kuil? Kelompok beragama apa sajakah yang ada di desa anda? Liburan-liburan keagamaan apa sajakah yang ada di desa anda? Anak-anak: Apakah anak-anak bekerja? Apa yang mereka lakukan? Pria: Kemanakah pria pergi untuk berekreasi? Apakah minuman keras menjadi masalah di desa anda? Wanita: Dimanakah tempat berkumpul untuk para wanita? METODE PENGUMPULAN INFORMASI PERTANYAAN MENYELIDIK Infrastrukutur: Apakah saat ini terdapat tokotoko, jalanan-jalanan yang lebih banyak, jalan masuk yang lebih mudah, listrik? 3. ALUR KECENDERUNGAN Tujuan: Membuat gambaran visual dari kecendrungan-kecendrungan pada status kekurangan gizi, ketersediaan makanan, situasi ekonomi, pertumbuhan populasi, dsb., selama lima hingga sepuluh tahun terakhir. Sosial-ekonomi: Apakah saat ini tersedia pekerjaan, bisnis, uang yang lebih banyak? Dengan Siapa: Sesepuh dari berbagai bagian masyarakat. Populasi: Apakah terdapat orang-orang, anak-anak, pemuda yang lebih banyak atau lebih sedikit? Mengapa? Waktu: Kurang lebih 1 jam. Perumahan: Apakah kondisi perumahan lebih baik? Dalam hal apa? (misalnya air, listrik, dll.) Kesehatan: Apakah tersedia fasilitas, obat-obatan, dan perawatan yang lebih baik? Apakah ada penurunan penyakit? Pendidikan: Apakah terdapat sekolah-sekolah dan guru-guru yang lebih banyak? Makanan: Apakah tersedia lebih banyak makanan, hasil panen, dll.? Materi: Kertas flip chart, spidol, dan gambar-gambar/spidol-spidol. Langkah-langkah: 1. Jelaskan kepada para partisipan bahwa mereka akan bersama-sama membahas hal-hal apa saja yang telah terjadi pada komunita mereka selama sepupluh tahun terakhir, apa yang menyebabkan adanya perubahan serta identifikasikan perubahan yang bersifat positif serta negatif. 2. Pada kertas flip chart, gambarlah dua kolom. Kolom pertama bertuliskan “sepuluh tahun yang lalu” dan kolom kedua bertuliskan “sekarang.” 3. Ajak para partisipan untuk membicarakan mengenai seperti apakah desa mereka sepuluh tahun yang lalu dan bandingkan observasi mereka dengan situasi sekarang ini. Gunakan pertanyaan-pertanyaan menyelidik yang ada di sisi kiri untuk memandu jalannya diskusi. Tulislah jawabanjawaban pada kolom yang tepat. 4. Tinjau ulang/ringkas hasil-hasil dari aktivitas ini bersama para partisipan. 5. Pertanyaan pilihan untuk diskusi: “Apa yang ingin anda lihat, pada sepuluh tahun yang akan datang? Apa impian-impian anda untuk anakanak anda? Agama: Apakah muncul lebih banyak pemimpin-pemimpin agama? 76 / Bab Tiga: Persiapan Penyelidikan PKP METODE PENGUMPULAN INFORMASI 4. KALENDER MUSIM Tujuan: Membuat gambaran visual mengenai ketersediaan makanan, beban kerja dan penyebaran penyakit karena perubahan-perubahan musim. Dengan Siapa: Orang-rang yang dapat mewakili masyarakat, termasuk wanita, pemimpin-pemimpin, dan pemberi nafkah. Materi: Kertas flip chart, bulpen berwarna, objek-objek yang tersedia, flash cards bergambar, biji-bijian, dsb. Waktu: kurang lebih 1 jam. Langkah-langkah: 1. Jelaskan tujuan dari aktivitas tersebut kepada para partisipan. 2. Pandu para partisipan untuk membuat kalender bulanan. 3. Gunakan pertanyaan-pertanyaan menyelidik yang ada di sebelah kanan untuk mengungkapkan perubahan-perubahan di sepanjang tahun. 4. Doronglah para anggota masyarakat untul menulis observasi mereka ke dalam kalender. 5. Tugaskan seorang anggota pekerja untuk mencatat komentar-komentar partisipan selama aktivitas berlangsung 6. Tinjau ulang/ringkas penemuan-penemuan bersama para partisipan. PERTANYAAN MENYELIDIK Makanan: Musimmusim apakah yang menghasilkan buah-buahan dan sayur-sayuran yang berbeda? Berapa lama musim tersebut bertahan? Kapan tanaman mulai bertumbuh? Kapan akan dipanen? Saat musim apakah penduduk desa memakan daging dan hasil laut yang berbeda-beda? Bagaimana ketersediaan makanan berubah tiap tahun? Apakah ada saat ketika makanan sulit dicari? Cuaca: Bagaimanakah perubahan cuaca di sepangjang tahun? Acara: Kapan diadakan acaraacara/festival-festival keagamaan? Migrasi: Apakah ada migrasi musiman dalam masyarakat? Atau binatang? Sekolah: Kapan anak-anak berada di sekolah? Penyakit: Penyakit-penyakit musiman apakah yang diderita anak di sepanjang tahun? Mengapa? Beban kerja: Apakah jumlah beban kerja tetap sama di sepanjang tahun? Permainan: Apakah ada permainan yang hanya dimainkan pada saat-saat tertentu? Permainan apakah itu dan siapa yang memainkannya (misalnya anak laki-laki/ perempuan)? Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 77 PENILAIAN DATA AWAL GIZI Bagian ini menyediakan standar berat badansesuai-usia untuk Menimbang Anak. Untuk menimbang dan mengukur anak, lihatlah 1. Tabel Standar Berat Badan sesuai Usia LAKI—LAKI Bulan Median PEREMPUAN "-1 SD "-2 SD "-3 SD Bulan Median "-1 SD "-2 SD "-3 SD 0 3.3 2 .9 2 .4 2.0 0 3.2 2.7 2.2 1.8 1 4.3 3.6 2.9 2.2 1 4.0 3.4 2.8 2.2 2 5.2 4.3 3.5 2.6 2 4.7 4.0 3.3 2.7 3 6.0 5.0 4.1 3.1 3 5.4 4.7 3.9 3.2 4 6.7 5.7 4.7 3.7 4 6.0 5.3 4.5 3.7 5 7.3 6.3 5.3 4.3 5 6.7 5.8 5.0 4.1 6 7.8 6.9 5.9 4.9 6 7.2 6.3 5.5 4.6 7 8.3 7.4 6.4 5.4 7 7.7 6.8 5.9 5.0 8 8.8 7.8 6.9 5.9 8 8.2 7.2 6.3 5.3 9 9.2 8.2 7.2 6.3 9 8.6 7.6 6.6 5.7 10 9.5 8.6 7.6 6.6 10 8.9 7.9 6.9 5.9 11 9.9 8.9 7.9 6.9 11 9.2 8.2 7.2 6.2 12 10.2 9.1 8.1 7.1 12 9.5 8.5 7.4 6.4 13 10.4 9.4 8.3 7.3 13 9.8 8.7 7.6 6.6 14 10.7 9.6 8.5 7.5 14 10.0 8.9 7.8 6.7 15 10.9 9.8 8.7 7.6 15 10.2 9.1 8.0 6.9 16 11.1 10.1 8.8 7.7 16 10.4 9.3 8.2 7.0 17 11.3 10.1 9.0 7.8 17 10.6 9.5 8.3 7.2 18 11.5 10.3 9.1 7.9 18 10.8 9.7 8.5 7.3 19 11.7 10.5 9.2 8.0 19 11.0 9.8 8.6 7.5 20 11.8 10.6 9.4 8.1 20 11.2 10.0 8.8 7.6 21 12.0 10.8 9.5 8.3 21 11.4 10.2 9.0 7.7 22 12.2 10.9 9.7 8.4 22 11.5 10.3 9.1 7.9 23 12.4 11.1 9.8 8.5 23 11.7 10.5 9.3 8.0 24 12.3 11.2 10.1 9.0 24 11.8 10.6 9.4 8.3 25 12.5 11.4 10.2 9.0 25 12.0 10.8 9.6 8.4 26 12.7 11.5 10.3 9.1 26 12.2 11.0 9.8 8.5 27 12.9 11.7 10.4 9.1 27 12.4 11.2 9.9 8.6 28 13.1 11.8 10.5 9.2 28 12.6 11.3 10.1 8.8 29 13.3 12.0 10.6 9.3 29 12.8 11.5 10.2 8.9 30 13.5 12.1 10.7 9.4 30 13.0 11.7 10.3 9.0 78 / Bab Tiga: Persiapan Penyelidikan PKP PENILAIAN DATA AWAL GIZI 1. Tabel Standar Berat Badan sesuai Usia (Sambungan) LAKI-LAKI Bulan Median PEREMPUAN "-1 SD "-2 SD "-3 SD Bulan Median "-1 SD "-2 SD "-3 SD 31 13.7 12.3 10.9 9.4 31 13.2 11.9 10.5 9.1 32 13.9 12.4 11.0 9.5 32 13.4 12.0 10.6 9.2 33 14.1 12.6 11.1 9.6 33 13.6 12.2 10.8 9.4 34 14.3 12.7 11.2 9.7 34 13.8 12.3 10.9 9.5 35 14.4 12.9 11.3 9.7 35 13.9 12.5 11.0 9.6 36 14.6 13.0 11.4 9.8 36 14.1 12.6 11.2 9.7 37 14.8 13.2 11.5 9.9 37 14.3 12.8 11.3 9.8 38 15.0 13.3 11.7 10.0 38 14.4 12.9 11.4 9.9 39 15.2 13.5 11.8 10.1 39 14.6 13.1 11.5 10.0 40 15.3 13.6 11.9 10.2 40 14.8 13.2 11.6 10.1 41 15.5 13.8 12.0 10.3 41 14.9 13.3 11.8 10.2 42 15.7 13.9 12.1 10.4 42 15.1 13.5 11.9 10.3 43 15.8 14.1 12.3 10.5 43 15.2 13.6 12.0 10.4 44 16.0 14.2 12.4 10.6 44 15.4 13.7 12.1 10.5 45 16.2 14.4 12.5 10.7 45 15.5 13.9 12.2 10.6 46 16.4 14.5 12.6 10.8 46 15.7 14.0 12.3 10.7 47 16.5 14.6 12.8 10.9 47 15.8 14.1 12.4 10.8 48 16.7 14.8 12.9 11.0 48 16.0 14.3 12.6 10.9 49 16.9 14.9 13.0 11.1 49 16.1 14.4 12.7 10.9 50 17.0 15.1 13.1 11.2 50 16.2 14.5 12.8 11.0 51 17.2 15.2 13.3 11.3 51 16.4 14.6 12.9 11.1 52 17.4 15.4 13.4 11.4 52 16.5 14.8 13.0 11.2 53 17.5 15.5 13.5 11.5 53 16.7 14.9 13.1 11.3 54 17.7 15.7 13.7 11.6 54 16.8 15.0 13.2 11.4 55 17.9 15.8 13.8 11.8 55 17.0 15.1 13.3 11.5 56 18.0 16.0 13.9 11.9 56 17.1 15.2 13.4 11.5 57 18.2 16.1 14.0 12.0 57 17.2 15.4 13.5 11.6 58 18.3 16.3 14.2 12.1 58 17.4 15.5 13.6 11.7 59 18.5 16.4 14.3 12.2 59 17.5 15.6 13.7 11.8 60 18.7 16.6 14.4 12.3 60 17.7 15.7 13.8 11.9 Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 79 Catatan: Data pada tabel tersebut berasal dari dua populasi awal yang berbeda. Pengelompokkan usia 0-23 bulan berdasarkan data dari Fels Research Institute, Yellow Springs, Ohio. Pengelompokkan usia 24-60 bulan (halaman berikutnya) berdasarkan data dari National Samples of the National Center for health Statistics. Hal ini menyebabkan adanya sedikit ketidakkonsistenan karena terjadi tumpang tindih pada data-data tersebut (1). PENILAIAN DATA AWAL GIZI PERSIAPAN AWAL: Pastikan bahwa ibu/pengasuh memahami apa yang sedang terjadi. Pengukuran berat dan tinggi badan dapat bersifat traumatik.; para partisipan perlu merasa nyaman dengan proses tersebut. Jagalah agar peralatan tetap sejuk, bersih dan aman. Jangan bekerja langsung di bawah sinar matahari karena dapat mengganggu pembacaan timbangan dan peralatan lainnya serta orang-orang akan merasa lebih nyaman. Diperlukan Dua Orang yang Terlatih: Jika memungkinkan, dua orang harus mengukur tinggi dan panjang badan anak. Sang pengukur memegang badan anak dan melakukan pengukuran. Sang asisten membantu memegang anak dan mencatat hasil pengukuran. Jika hanya ada seorang asisten yang tidak terlatih seperti sang ibu, sang pengukur yang terlatih harus juga mencatat hasil pengukuran. 2. PANDUAN UNTUK MENIMBANG DAN MENGUKUR ANAK Instruksi untuk Menimbang Berat Badan Anak dengan Menggunakan Timbangan Gantung Salter 1. Pengukur atau asisten: Gantung timbangan pada tempat yang aman seperti pada langit-langit rumah. Mungkin anda akan membutuhkan seutas tali untuk menggantung timbangan hingga sejajar dengan mata. Minta sang ibu untuk melepas sebanyak mungkin pakaian sang anak. 2. Pengukur: kaitkan sepasang celana kosong pada kail timbangan untuk menimbang dan sesuaikan timbangan ke angka nol, kemudian pindahkan celana tersebut dari timbangan. 3. Pengukur: Minta sang ibu untuk memegang anaknya. Letakkan tangan anda pada bagian kaki dari lobang celana (Panah 1). Pegang kaki anak dan tarik melalui lobang kaki celana (Panah 2). Pastikan bahwa tali pengikat celana tersebut berada di depan sang anak. Keterangan Gambar: Panah 1 Tempatkan tangan anda pada lobang kaki Panah 2 Pegang kaki Panah 3 Anak bergantung dengan bebas Panah 4 Asisten yang memegang kuesioner Panah 5 Pengukur membaca timbangan yang sejajar dengan mata Pedoman ini diadaptasikan dari How to Weigh and Measure Children: Assessing the Nutritional Status of Young Children in household Surveys, UM Department of Technical Cooperation for Development and Statistical Office, 1996 (2) dan Anthrometric indicators Measurement Guide, Bruce Cogill, Food and Nutrition Technical Assistance project, 2001 (3). 80 / Bab Tiga: Persiapan Penyelidikan PKP PENILAIAN DATA AWAL GIZI 4. Pengukur: Kaitkan tali pengikat celana tersebut pada tali timbangan. JANGAN MENGANGKAT ANAK HANYA DENGAN MENGGUNAKAN KAIN PENGIKAT. Secara perlahan turunkan anak dan biarkan anak menggantung dengan bebas (Panah 3). 5. Asisten: Berdirilah di sisi belakang pengukur dan siap-siap untuk mencatat prose pengukuran. Siapkan daftarnya (Panah 4). 6. Pengukur dan Asisten: Periksa posisi anak. Pastikan anak tergantung dengan bebas dan tidak menyentuh apapun. Ulangi langkahlangkah tersebut sesuai kebutuhan. 7. Pengukur: Pegang timbangan agar tidak goyang dan baca berat badan pada posisi yang paling dekat dengan 0,1 kg (Panah 5). Sebutkan hasil pengukuran ketika anak berada pada posisi diam dan jarum timbangan tidak bergoyang. Meskipun anak tersebut sangat aktif sehingga menyebabkan jarum timbangan bergoyang, ia akan diam cukup lama sehingga ukuran timbangan dapat terbaca. TUNGGU SAMPAI JARUM BERHENTI BERGOYANG. 8. Asisten: Segera catat hasil pengukuran dan tunjukkan pada si pengukur. 9. Pengukur: Ketika sang asisten mencatat hasil pengukuran, angkat tubuh anak secara perlahan. JANGAN MENGANGKAT ANAK HANYA DENGAN MENGGUNAKAN KAIN PENGIKAT CELANA. Lepaskan kain tersebut dari tali timbangan. 10. Pengukur: Periksa keakuratan dan keterbacaan hasil pengukuran yang tertulis pada daftar. Instruksikan sang asisten untuk mengahapus atau membetulkan kesalahan-kesalahan. Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 81 Kapan Diadakan Penimbangan dan Pengukuran: lakukan penimbangan dan pengukuran anak setelah mengumpulkan semua informasi verbal. Dengan demikian, anda akan lebih dikenal oleh anggota-anggota keluarga dan dapat membantu sang ibu serta anaknya merasa lebih nyaman sebelum memulai pengukuran. Timbang dan Ukur Anak Satu per Satu: Isilah pertanyaan-pertanyaan dan pengukuran-pengukuran anak tersendiri. Jangan menimbang serta mengukur anak sekaligus. Hal tersebut akan mudah mengakibatkan kebingungan dan akan menimbulkan resiko kesalahan yang lebih besar seperti mencatat hasil pengukuran seorang anak pada formulir anak yang berbeda. Kontrol Anak: Pada saat menimbang dan mengukur anak, jagalah anak tersebut agar tetap tenang. Seorang anak yang merasa gembira atau takut dapat mempersulit perolehan proses pengukuran yang akurat. Harus bersikap tegas tetapi tetap lembut terhadap sang anak. Ketenangan dan kepercayaan diri anda akan dirasakan oleh sang ibu dan anak. Pencatatan Hasil Pengukuran: Catatlah hasil pengukuran dengan menggunakan pensil sehingga jika terjadi kesalahan dapat segera dibetulkan. Keterangan Gambar: Panah 1 Kuesioner dan pensil ditaruh di lantai Panah 2 Asisten sedang berlutut Panah 3 Pengukur sedang berlutut Panah 4 Tangan kanan pada pergelangan kaki anak Panah 5 Tangan kiri pada kedua lutut; bersama-sama menekan papan Pandangan anak Panah 6 Panah 7 Panah 9 Tangan pada dagu Panah 10 Garis bahu Panah 11 Lengan dan tangan anak berada pada sisi tubuh Panah 12 Panah 13 Panah 14 Panah 15 Perlengkapan kepala di atas kepala PENILAIAN DATA AWAL GIZI Instruksi untuk Mengukur Tinggi Badan Anak yang Berusia 24 Bulan atau Lebih 1. Pengukur atau asisten: Tempatkan papan pengukur pada permukaan yang rata seperti pada dinding, meja, pohon, tangga, dll. Pastikan agar papan tidak bergoyang. 2. Pengukur atau asisten: Minta sang ibu untuk melepas sepatu serta ikatan rambut yang bisa mengganggu pengukuran tinggi badan. Minta kepada sang ibu untuk menempatkan anaknya pada papan tersebut dan berlutut di depan anaknya. Katakan pada sang anak untuk menatap lurus kedepan ke arah sang ibu yang sedang berlutut di depan anaknya. 82 / Bab Tiga: Persiapan Penyelidikan PKP PENILAIAN DATA AWAL GIZI 3. Asisten: Taruh daftar dan pensil di lantai (Panah 1). Berlututlah pada kedua lutut anda di sisi kanan anak tersebut (Panah 2). 4. Pengukur: Berlututlah pada lutut kanan anda di sisi kiri anak tersebut. Dengan demikian, anda bisa bergerak dengan bebas. 5. Asisten: Tempatkan kaki anak rata pada bagian tengah dan dasar papan. Tempatkan tangan kanan anda pada pergelangan kaki anak (Panah 4), tangan kiri anda pada lutut anak (Panah 5) dan dorong ke arah papan. Pastikan agar kaki, lutut dan pinggul anak menempel pada papan (Panah 6 dan 7). Laporkan pada pengukur jika anda sudah memposisikan kaki dan telapak kaki anak dengan benar. 6. Pengukur: Katakan pada sang anak untuk menatap lurus kedepan ke arah sang ibu yang sedang berlutut di depan anaknya. Pastikan pandangan anak sejajar dengan permukaan tanah (Panah 8). Tempatkan tangan kiri anda secara terbuka pada dagu anak. Tutup tangan anda secara perlahan (Panah 9). Jangan menutupi mulut atau kuping anak. Pastikan bahu anak tetap sejajar (Panah 10), kedua tangan berada pada sisi tubuh anak (Panah 11), dan kepala, punggung serta pantat anak menempel pada papan (Panah 12, 13, 14). Gunakan tangan kanan anda untuk menurunkan perlengkapan kepala diatas kepala sang anak. Pastikan anda menekan rambut anak tersebut (Panah 15). 7. Pengukur dan asisten: periksa posisi anak (Panah 1-15). Ulangi langkahlangkah diatas sesuai kebutuhan. 8. Pengukur: Jika posisi anak sudah benar, baca dan sebutkan hasil pengukuran pada posisi yang paling dekat dengan 0,1 cm. Pindahkan perlengkapan kepala dari kepala sang anak dan pindahkan tangan kiri anda dari dagu anak tersebut. 9. Asisten: Segera mencatat hasil pengukuran dan perlihatkan kepada sang pengukur. 10. Pengukur: Periksa keakuratan dan keterbacaan catatan hasil pengukuran. Instruksikan sang asisten untuk membetulkan serta mengahapus jika ada kesalahan-kesalahan. Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 83 Pastikan bahu anak tetap sejajar, kedua tangan berada pada sisi tubuh anak, dan kepala, punggung serta pantat anak menempel pada papan. PENILAIAN DATA AWAL GIZI Keterangan Gambar: Panah 1 Kuesioner dan pensil ditaruh di lantai Panah 2 Asisten sedang berlutut Panah 3 Pengukur sedang berlutut Panah 4 Telapak tangan tertelungkup pada telinga anak;kepala di atas permukaan papan Instruksi untuk Mengukur Tinggi Badan Bayi dan Anak yang Berusia 0-23 Bulan 1. Pengukur dan asisten: Tempatkan papan pengukur pada permukaan yang datar dan keras, misalnya, tanah, lantai, atau meja. 2. Asisten: Taruh daftar dan pensil di tanah, lantai, atau meja (Panah 1). Berlutut pada kedua lutut di belakang papan bagian bawah jika papan ditempatkan di tanah atau lantai (Panah2). 3. Pengukur: Berlutut di bagian kanan anak agar anda dapat memegang “footpiece” dengan tangan kanan anda (Panah 3). 4. Pengukur dan asisten: Dengan bantuan sang ibu, baringkan anak pada papan dengan menempatkan satu tangan pada kepala anak dan tangan yang lain pada tubuh anak. Baringkan anak ke atas papan secara perlahan. 84 / Bab Tiga: Persiapan Penyelidikan PKP PENILAIAN DATA AWAL GIZI 5. Pengukur dan asisten: Minta sang ibu untuk berlutut di dekat papan pada posisi yang berlawanan menghadap sang pengukur sehingga dapat menenangkan sang anak. 6. Asisten: Telungkupkan telapak tangan anda pada telinga anak (Panah 4). Gunakan lengan anda yang berada pada posisi lurus, untuk menempatkan kepala anak pada dasar papan sehingga anak memandang lurus keatas. Arah pandangan mata anak harus tegak lurus dengan lantai (Panah 6). Kepala anda harus berada lurus diatas kepala anak. Pandanglah langsung ke arah mata anak. 7. Pengukur: Pastikan anak terbaring rata dan berada di bagian tengah papan (Panah 7). Tempatkan tangan kiri anda diatas pergelangan kaki anak atau pada lutut (Panah 8). Tekan mereka pada papan. Gunakan tangan kanan anda untuk menempatkan perlengkapan kaki pada telapak kaki anak (Panah 9). Panah 5 Lengan pada posisi lurus dan nyaman Panah 6 Arah pandangan mata tegak lurus permukaan papan Panah 7 Anak berbaring rata pada permukaan papan Panah 8 Tangan pada lutut atau diatas pergelangan kaki; kaki lurus Panah 9 Telapak kaki anak rata diatas permukaan perlengkapan kaki Arah pandangan mata anak harus tegak lurus dengan lantai. Kepala anda harus berada lurus diatas kepala anak. 8. Pengukur dan asisten: Periksa posisi anak. Ulangi langkah-langkah diatas sesuai kebutuhan. 9. Pengukur: Jika posisi anak sudah benar, baca dan sebutkan hasil pengukuran pada posisi yang tedekat dengan 0,1 cm. Pindahkan perlengkapan kaki dan lepaskan tangan kiri anda dari pergelangan kaki atau lutut anak. 10. Asisten: Segera lepaskan kepala anak, catat hasil pengukuran, dan tunjukkan kepada sang pengukur. 11. Pengukur: Periksa keakuratan dan keterbacaan catatan hasil pengukuran. Instruksikan sang asisten untuk mengahapus dan membetulkan jika ada kesalahan-kesalahan. Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 85 86 / Bab Empat: Lakukan Penyelidikan PKP Ada dimana anda? BAB EMPAT Langkah 4: Lakukan Penyelidikan PKP A. B. C. D. Rencanakan logistik Penyelidikan PKP Lakukan kunjungan runah Kumpulkan hasil-hasil penemuan Bagikan hasil-hasil yang ditemukan kepada masyarakat P LANGKAH 2 Mobilisasikan masyarakat;Seleksi dan Pelatihan LANGKAH 3 Persiapan Penyelidikan PKP Penyelidikan PKP dilaksanakan dalam waktu singkat oleh anggota-anggota masyarakat, para kader pos gizi, dan para pengasuh. Penyelidikan PKP dan analisa hasil-hasil yang ditemukan dapat dilaksanakan dalam waktu kurang dari satu minggu. LANGKAH 6 Pelaksanaan Kegiatan Pos Gizi LANGKAH 5 Merancang kegiatan Pos Gizi Ada tiga atau empat kategori perilaku-perilaku utama yang diobservasi: 1. Perilaku pemberian makan: terutama jenis makanan bergizi, frekuensi pemberian makan dan jumlah makanan 2. Perilaku pengasuhan: cara berinteraksi antara anggota-anggota keluarga dan anak (pengasuhan psiko-sosial) serta stimulasi pada anak-anak usia dini 3. Perilaku kebersihan: termasuk kebersihan tubuh, makanan, dan lingkungan (kebersihan terkadang dimasukkan kedalam perilakuperilaku pengasuhan) 4. Perilaku perawatan kesehatan: perilaku-perilaku sehat yang bersifat mencegah, pengelolaan rumah tangga ketika ada yang sakit serta penggunaan pelayanan-pelayanan kesehatan Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 87 LANGKAH 7 Mendukung Perilaku-Perilaku Baru LANGKAH 8 Ulangi kegiatan Pos Gizi Gizi sesuai Kebutuhan LANGKAH 9 Perluasan Program PKP/Pos Gizi EVALUASI LANGKAH 4 Lakukan Penyelidikan PKP & enyelidikan PKP adalah alat untuk menemukan kebiasaan-kebiasaan pelaku PKP yang sukses dan diinginkan. Penyelidikan PKP merupakan kunci dari penerimaan perilaku-perilaku yang ditemukan dan diajarkan dalam Pos Gizi. Jika anggota-anggota masyarakat tidak melihat sendiri apa yang sedang dilakukan oleh sesama anggota masyarakat untuk mencegah kekurangan gizi, maka mereka tidak akan mempercayai bahwa ada kebiasaan-kebiasaan lokal yang baik yang bisa mereka pelajari dan ikuti untuk memperoleh hasil-hasil yang serupa. Penyelidikan PKP menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk membuat menu dan memilih pesan-pesan pendidikan kesehatan yang akan disampaikan pada sesi pos gizi, dan akan dibahas pada Bab 5. PANTAU LANGKAH 4 Lakukan Penyelidikan PKP LANGKAH 1 Tentukan apakah ini program yang tepat untuk anda gunakan Proses Penyelidikan PKP adalah: Proses Penyelidikan PKP didasarkan pada perilakuperilaku yang sukses dan sehat, bukan perilakuperilaku yang gagal ♥ Cara baru dalam melihat masalah-masalah lama; mencari cara-cara yang saat ini dapat digunakan ♥ Suatu cara untuk mengobservasi hal-hal yang nyata: disekitar kita ada orang-orang yang melakukan perilaku-perilaku yang bisa kita tiru ♥ Mencari perilaku-perilaku yang tidak umum tetapi baik, dan dapat diterima secara budaya untuk dijadikan perilaku yang umum ♥ Berdasarkan perilaku-perilaku yang sukses dan sehat, bukan perilaku-perilaku yang gagal ♥ Berdasarkan penemuan mandiri dari para kader yang mewakili masyarakat mereka ♥ Bersifat segera dan cepat, bukan proses yang rumit atau membutuhkan data serta analisa yang banyak ♥ Berdasarkan sampel yang kecil (empat hingga enam kunjungan rumah), bukan ukuran sampel yang besar ♥ Fokus pada cara-cara observasi yang dapat dilakukan pada masyarakat yang dituju ♥ Tidak bersifat pasif, pengamat menggunakan semua akal. ♥ Sebuah proses yang dapat memobilisasikan masyarakat untuk memecahkan suatu masalah A. Rencanakan Logistik Penyelidikan PKP 1. Urutan Kegiatan Penyelidikan PKP terdiri dari pelatihan, kunjungan-kunjungan ke rumah keluarga PKP dan perpaduan informasi Penyelidikan PKP yang diolah menjadi perilaku-perilaku sukses sehingga bisa diajarkan pada kegiatan pos gizi. Aktivitas-aktivitas ini dapat dilaksanakan dalm waktu satu atau dua minggu: 1. Pelatihan untuk anggota-anggota masyarakat yang ikut berpartisipasi 2 hari 2. Kunjungan rumah di setiap masyarakat 1 atau 2 hari 3. Konsolidasi dan kompilasi temuan-temuan Penyelidikan PKP 1 hari 2. Materi yang Dibutuhkan untuk sebuah Penyelidikan PKP ♥ Flip charts untuk mengkonsolidasi temuan ♥ Clipboards ♥ Ringkasan informasi gizi dari setiap keluarga ♥ Daftar Observasi ♥ Pedoman Wawancara Semi-Struktur ♥ Laporan Hasil temuan dari Kunjungan Rumah setiap keluarga Pada saat melakukan kunjungan-kunjugan rumah, para kader harus mengumpulkan serta menyusun data status gizi dari setiap keluarga dengan menggunkan informasi dari kartu pendaftarak keluarga (jika ada), hasil penilaian status gizi awal, dan peringkat kesejahtraan keluarga. gunakan formulir yang serupa dengan Tabel 4.1 untuk menyusun informasi ini. 88 / Bab Empat: Lakukan Penyelidikan PKP TABEL 4.1 Keluarga Ringkasan Informasi Gizi berdasarkan Status PKP Nama Berat (kg) Status Kekurangan gizi (Normal, tingkat 1, 2 atau 3) Status sosialekonomi (Tidak miskin, Miskin, Sangat miskin) Usia anak Kel. PKP PKP PKP PKP Kel. PKN Kel. PKN Non PKP Non PKP PKP=Keluarga Prilaku Khusus Positif PKN=Keluarga Prilaku Khusus Negatif Non PKP=Keluarga Miskin & Kurang gizi Daftar Observasi meliputi: ♥ Observasi terhadap anggota-anggota rumahtangga (anak yang terseleksi, pengasuh utama, pengasuh pengganti, saudara-saudara kandung, ayah, dan anggota-anggota keluarga lainnya) ♥ Observasi terhadap perilaku-perilaku (kebersihan, pemberian makan, interaksi, pemberian ASI, penyiapan makanan, dan penggunaan air) ♥ Observai terhadap ketersediaan makanan (kuantitas, variasi, sumber, penyimpanan, pengawetan dan pengolahan) ♥ Observasi terhadap lingkungan rumah (tempat tinggal, kebun, sumber air, kakus, dan binatang) Pedoman Wawancara Semi-terstruktur meliputi: ♥ Pertanyaan umum mengenai keluarga ♥ Pertanyaan-pertanyaan untuk para ibu mengenai perilaku pemberian makanan, perilaku mengasuh, perilaku mencari pelayanan kesehatan ♥ Pertanyaan-pertanyaan untuk pengasuh yang merupakan saudara kandung yang lebih tua, ayah, dan nenek 2. Penugasan Tim Tim Penyelidikan PKP terdiri dari pemimpin-pemimpin masyarakat, para kader pos gizi, dan staff puskesmas. Tim akan dibagi menjadi tim-tim kecil yang beranggotakan dua atau tiga orang untuk melakukan kunjungan rumah dan anggota tim harus yang baik. Tim yang beranggotakan lebih tiga orang akan membuat kunjungan rumah tampak sebagai hal yang mengganggu dan menekan. Setiap anggota tim kecil harus memainkan satu peran: pewawancara, pengamat, atau pencatat. Jika hanya ada dua anggota tim, maka salah satu dari pewawancara atau pengamat harus melakukan pencatatan. Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 89 Daftar Tilik Observasi dan Pedoman Wawancara Semi-terstruktur tersedia di akhir bab ini dan harus diadaptasikan dan/atau diterjemahkan ke dalam konteks serta bahasa lokal sebelum digunakan. Informasi mengenai kedua alat ini tertulis pada Laporan Hasil Penemuan dari Kunjungan Rumah Keluarga (lihat formatnya di halaman 104-105) Tim Penyelidikan PKP dapat menemukan, bahwa selama melakukan analisa dari hasil kunjungan ke rumah-rumah, keluarga yang awalnya diidentifikasikan sebagai keluarga PKP ternyata tidak masuk dalam kriteria Secara keseluruhan, tim Penyelidikan PKP akan mengunjungi sedikitnya empat keluarga miskin yang memiliki anak bergizi baik (pelaku PKP) dan sedikitnya dua keluarga yang tidak miskin namun memiliki anak yang mengalami kekurangan gizi (pelaku PKN). Jika tim tidak dapat mengunjungi keluarga-keluarga yang lebih kaya, pilihlah keluarga-keluarga miskin yang anak-anaknya mengalami kekurangan gizi.(non-PKP). Jika masyarakat berjumlah besar (populasi lebih dari 3000), akan dibutuhkan kunjungankunjungan yang lebih banyak. Terkadang tim dapat menemukan bahwa selama melakukan analisa temuan kunjungan rumah ternyata keluarga yang pada awalnya diidentifikasikan sebagai keluarga PKP malah tidak memenuhi kriteria. Alasan-alasan yang bisa menyebabkan keadaan ini adalah penimbangan berat badan yang tidak akurat atau kondisi-kondisi spesial seperti mengetahui bahwa anak tersebut merupakan anak satu-satunya atau keluarga tersebut ternyata tidak semiskin seperti yang diperkirakan sebelumnya. Kunjungan rumah harus dibagi agar setiap tim kecil dapat mengunjungi berbagai variasi keluarga PKP, non-PKP, dan PKN. Penting juga untuk memilih keluarga-keluarga dengan anak yang berusia dibawah satu tahun, satu hingga dua tahun, dua hingga tiga tahun untuk memastikan ditemukannya perilaku-perilaku pemberian makanan dan perawatan yang bervariasi sesuai usia. Diapkan jadwal kunjungan rumah agar setiap tim mengetahui siapa yangmerka kunjungi dan kapan kunjungan tersebut dilakukan. Tabel 4.2 menyediakan contoh tugas-tugas tim Penyelidikan PKP. TABEL 4.2 Contoh Tugas-Tugas Tim Penyelidikan PKP Tim Pewawancara Pencatat Pengawas Tipe keluarga yg diwawancara 1 Kader Pos Gizi Pekerja lapangan Pengamat/ pelatih 1 PKP, 1 Non PKP 2 Kader Pos Gizi Anggota Tim Kesehatan Suster 1 PKP, 1 Non PKP 3 Kader Pos Gizi Pemimpin Suster masyarakat 1 PKP, 1 PKN 4 Kader Pos Gizi Kader Pos Gizi 1 PKP, 1 PKN Pengamat/ pelatih Jumlah yang diwawancara : 4 Keluarga PKP, 2 Keluarga Non PKP, 2 Keluarga PKN Anda tidak boleh memberitahukan status PKP, Non PKP atau PKN kepada keluarga-keluarga yang dikunjungi. Kunjungan tersebut harus diberitahukan hanya sebagai proses untuk mengumpulkan informasi dan kunjungan observasi, tim yang berkunjung tidak melakukan penilaian apapun. Anggotaanggota tim Penyelidikan PKP harus bersikap sopan, hormat, dan bersahabat, kedatangan mereka bukan sebagai guru, melainkan sebagai pendengar, serta menggunakan pertanyaan terbuka daripada pertanyaan tertutup. Ingatlah selalu akan tujuan dari kunjungan tersebut; untuk mempelajari kebiasaan-kebiasaan gizi di masyarakat tersebut. 90 / Bab Empat: Lakukan Penyelidikan PKP B. Lakukan Kunjungan Rumah Rencanakan kunjungan rumah pada saat ketika makanan disiapkan dan dimakan agar anda dapat mengobservasi perilaku-perilkau yang sesungguhnya. Kunjungan rumah tidak boleh dilakukan lebih dari dua jam. Pastikan agar anda tidak tinggal terlalu lama. C. Kumpulkan Hasil-Hasil Temuan Setelah didakan kunjungan rumah, anggota-anggota tim proyek yang terpilih harus meninjau ulang semua Laporan Hasil Temuan dari Kunjungan Rumah. Mereka mencari kesamaan diantara berbagai perilaku keluarga PKP yang mungkin memberikan dampak positif pada status gizi anak. Dari perilakuperilaku ini, tim akan mengumpulkan daftar utama yang berisi perilakuperilaku rumahtangga yang menguntungkan. Tim dapat menggunakan matriks (Tabel 3.4) untuk membandingkan perilaku-perilaku PKP pada berbagai rumahtangga. TABEL 4.3 Contoh Matriks untuk Menganalisa Penemuan Penemuan PKP Rumah tangga Makanan yang baik. Pemberian makan yang baik. Pengasuhan anak yang baik Perawatan kesehatan yang baik Kemudian tim dapat melingkari perilaku-perilaku PKP yang bisa dilakukan oleh semua masyarakat. Daftar ini berfungsi sebagai dasar penyusunan acara kegiatan Pos Gizi serta pesan-pesan pendidikan kesehatan yang akan diberikan pada sesi Pos Gizi. Ingatlah bahwa perilaku-perilaku dan pesanpesan positif merupakan gabungan dari perilaku-perilaku yang terbaik yang berasal dari beberapa keluarga. Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 91 Proses langkah demi langkah untuk Mengadakan Kunjungan Rumah 1.Perkenalkan anggotaanggota tim kepada anggota rumahtangga dan beritahukan alasan kedatangan anda serta lama waktu yang akan digunakan. 2.Mintalah persetujuan dari keluarga tersebut agar anda ikut serta dalam kegiatan rutin mereka dan menawarkan diri untuk membantu mereka 3.Berlakulah sebagai sahabat bagi anggota-anggota keluarga. Lakukan interaksi dengan anggota-anggota keluarga melalui sentuhan, permainan, dll. 4.Kunjungi dapur, kakus, kamar tidur, kandang binatang, dan tempat makan. 5.Adakan wawancara terhadap pengasuh yang ada saat itu atau pengasuh utama dalam bentuk percakapan sepintas lalu. 6.Pelajari sejarah keluarga, situasi keuangan, serta harapan-harapan pengasuh terhadap masa depan anak. 7.Setelah melakukan kunjundan rumah, catat hasil observasi ke dalam daftar observasi. 8.Ringkaskan informasiinforamsi yang didapat dari observasi dan wawancara pada Laporan Hasil Temuan Kunjungan Rumah di akhir bab ini. 9.Dalam waktu satu hari, tulislah sebuah cerita mengenai keluarga ini yang berfokus pada pengasuh serta anak dibawah usia lima tahun dengan menggunakan kutipan-kutipan dari anggotaanggota keluarga. TABEL 4.4 Contoh Makanan yang Teridentifikasi pada Berbagai Proyek Contoh perilaku-perilaku ini mewakili beberapa perilaku menguntungkan yang “ditemukan” selama diadakanya Penyelidikan PKP di beberapa negara. Negara Makanan Khas Positif keterjangkauan Vietnam Udang, sayuran Gratis; Dikumpulkan dari lahan padi Mozambik Kacang Marula Gratis- tumbuh secara liar di pohon dan dikumpulkan dari tanah Nepal Buah berri liar, siput, kodok Gratis Sri Lanka Kacang kedelai Murah; tersedia Contoh makanan dan perilaku-perilaku pemberian makan: ♥ Pengenalan pemberian makanan tambahan yang sesuai selama enam bulan ♥ Frekuensi pemberian makan ♥ Variasi makanan ♥ Jumlah dan konsistensi (kekentalan) makanan ♥ Tidak ada bias gender yang berhubungan dengan urutan makan, jumlah dan jenis makanan ♥ Melanjutkan pemberian ASI yang sering ♥ Penanganan yang tepat terhadap anak yang selera makannya rendah ♥ Pemantauan selama pemberian makan (pemberian makan aktif) Contoh perilaku-perilaku perawatan anak: ♥ Pembagian tugas dan perawatan anak diantara para pengasuh agar tersedia waktu yang cukup untuk dihabiskan bersama-sama tiap anak. ♥ Para pengasuh melatih proses belajar situasional (aktivitas-aktivitas yang interktif dan memberikan stimulasi pada anak sambil mengerjakan pekerjaan sehari-hari) ♥ Penggunaan stimulasi tradisional (pijat) ♥ Penggunaan lagu (lagu tidur) ♥ Interaksi positif antara anak, pengasuh primer dan sekunder serta saudara kandung yang lebih tua yang dapat membantu perkembangan emosi dan kognitif (memberikan perhatian dan tanda-tanda afeksi, sering melakukan interaksi verbal) ♥ Interaksi positif antara anak dengan anggota-anggota keluarga lainnya dapat membantu sosialisasi anak (penggunaan penguatan positif/pujian, mencontoh perilaku baik) ♥ Pemantauan di setiap waktu ♥ Stimulasi dan permainan yang memadai untuk perkembangan anak secara menyeluruh, membantu anak untuk bereksperimen dengan lingkungan dan mengijinkan adanya penemuan ♥ Menggunakan mainan buatan sendiri yang sesuai dengan usia anak ♥ Ayah menyediakan perhatian dan afeksi ♥ Lingkungan yang aman 92 / Bab Empat: Lakukan Penyelidikan PKP Contoh perilaku-perilaku kebersihan: ♥ Kebersihan makanan, tubuh dan lingkungan (mencuci muka, tangan, dan kaki dengan air sebelum makan) Contoh perilaku-perilaku sehat yang bersifat mencegah: ♥ Imunisasi lengkap ♥ Penimbangan berat badan anak secara berkala (jika tersedia) ♥ Penggunaan kelambu pada daerah yang terjangkit malaria ♥ Semua anggota keluarga menggunakan kakus atau fasilitas toilet lainnya ♥ Menyembuhkan penyakit cacingan pada anak dan anggota-anggota keluarga yang tinggal di daerah endemik secara berkala Contoh perilaku-perilaku perawatan anak yang sedang sakit: ♥ Perawatan rumah yang sesuai ketika anak sedang sakit dan dalam masa penyembuhan ♥ Pemberian makanan dan cairan yang sesuai ketika anak sedang sakit dan dalam masa penyembuhan ♥ Perawatan rumah yang baik terhadap penyakitpenyakit ringan (pilek, batuk , demam, sakit kuping, mata merah, luka, terbakar, gigitan serangga, memar, ruam, dll.) ♥ Melanjutkan pemberian ASI serta makanan dan cairan yang sesuai ketika anak mengalami diare; makanan ekstra diberikan kepada anak setelah mengalami diare ♥ Penggunaan larutan gula garam atau cairan rumah untuk mencegah dehidrasi selama mengalami diare ♥ Mencari bantuan profesional untuk pengobatan penyakit dan luka Contoh faktor-faktor rumahtangga yang mempengaruhi status gizi anak: ♥ Persediaan air yang cukup ♥ Persediaan air minum yang cukup ♥ Merokok di dalam rumah ♥ Rumah dan kandang binatang yang terpisah ♥ Pendapatan uang ♥ Penggunaan uang atau aset lainnya ♥ Orangtua memiliki ketergantungan obat-obatan ♥ Kekerasan domestik atau penganiayaan anak ♥ Usia dan pengetahuan yang dimiliki pengasuh selama ketidakhadiran sang ibu Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 93 Catatan mengenai pemberantasan kecacingan: Infeksi cacingan memiliki dampak besar, dan negatif pada pertumbuhan dan perkembangan anak yang berusia di bawah 24 bulan. Pada masa yang lalu, anakanak kecil tidak diikutkan dalam program pemberantasan penyakit cacingan, tetapi pedoman WHO merekomendasikan bahwa, pada semua daerah endemik, semua anak yang berusia satu tahun dan yang lebih tua harus diikutsertakan dalam program penyembuhan penyakit cacingan yang sistematis. Periksalah kebijakan nasional pada Departemen Kesehatan di negara anda. Sumber: Allen 2002 (1) Madagaskar Catholic Relief Services mengadakan Pos Gizi di lingkungan perkotaan Madagaskar. Penyelidikan PKP menemukan bahwa para ibu dari anak yang mengalami kekurangan gizi membeli kayu bakar dan hanya memiliki sisa uang yang cukup untuk membeli nasi sebagai makanan anak mereka. Para ibu PKP pergi keluar kota untuk memungut kayu bakar yang jatuh dari pohon, sambil memanen sayur-sayuran liar untuk ditambahkan pada nasi yang mereka beli sebagai makanan anaknya. Mereka menggunakan uang yang disimpan bukan untuk membeli kayu bakar tetapi untuk membeli makanan bergizi lainnya. Contoh-contoh pada tabel 4.5, 4.6 dan 4.7 menunjukkan observasiobservasi keluarga PKP, PKN dan non-PKP di Banglades Tidak semua perilaku keluarga PKP dan non-PKP bersifat merugikan; terkadang ada kombinasi dari perilaku yang baik dan buruk. Perbedaan tersebut ada yang bisa terlihat dengan jelas namun ada juga yang harus diuji terlebih dahulu. Dibutuhkan observasi khusus serta penggunaan “kaca pembesar” untuk mendeteksi perbedaanperbedaan khusus dari perilaku-perilaku tersebut, tetapi, lama-kelamaan akan terlihat perilaku yang sungguh-sungguh berarti bagi kesejahteraan anak. TABEL 4.5 Informasi umum Masih memberikan ASI Keluarga yang beranggotakan 5 orang Nenek-pengasuh pengganti Ayah- buruh harian, ada di rumah setiap 20 hari Lingkungan yang bersih Ibu memiliki toko kecil Tidak ada kakus Ketersediaan sabun dan air Meminum air sumur Perilaku PKP, Banglades Perilaku pemberian makan Makanan kemarin: nasi, dhal, telur, ikan, biskuit Makan 4 s/d 5 kali sehari Makan telur dua kali seminggu Pemberian makanan tambahan dimulai pada usia 8 bulan Makan biskuit jika nafsu makannya rendah Perilaku pengasuhan Ibu yang baikinteraksi anak Ibu bermain dengan anak Ayah selalu memastikan ketersediaan makanan untuk keluarganya Anak makan sendiri Nenek yang baikinteraksi anak Bermain dengan lilin dan boneka Tetangga ikut membantu Perilaku mencari pelayanan kesehatan Imunisasi anak (tanpa kartu) penanganan dengan menggunakan LGG ketika diare Pendingin kepala untuk demam Mencuci tangan dengan sabun Mandi secara teratur Lingkungan rumah yang bersih Semua makanan tertutup TABEL 4.6 Pelaku PKP, Banglades Informasi umum Pemberian ASI, 9 anggota keluarga yang mengalami kekurangan gizi Ayah: petani, pemilik tanah; memperkerjaka n buruh harian Orang dan ternak tidur bersama (takut ada pencuri) Rumah besar, atap seng Tidak ada kakus Tidak ada kebun sayuran Perilaku pemberian makan Makanan kemarin: susu sapi, nasi, ikan, daging, sag, dan kacangkacangan Jika anak tidak lapar, tidak diberi makan Makan 3 atau 4 kali sehari Tidak ada pemberian makan aktif Selama sakit, hanya diberikan ASI Ibu tidak memperhatikan proses pemberian makan Ibu tidak memiliki makan ekstra sebagai suplemen makanannya selama ia menyusui Perilaku pengasuhan Ayah tidak dekat dengan anak Ibu tidak menujukkan afeksi pada anak, tidak berinteraksi Hubungan suami/ isteri yang agresif Ibu tidak peduli apabila anaknya main/tidak Anak menunjukkan rasa tidak tertarik pada orang asing Anak tidak bersih, kotor Anak tidak dirawat 94 / Bab Empat: Lakukan Penyelidikan PKP Perilakumencari pelayanan kesehatan Tidak ada toilet/ kakus Tidak mencuci tangan Imunisasi lengkap (tanpa kartu) Ibu tidak tahu cara menangani jika ada yang sakit, atau diare Membersihkan peralatan dapur di kolam, kemudian dibiarkan mengering di kotoran sapi TABEL 4.7 Non-Pelaku PKP, Banglades Informasi umum Perilaku pemberian makan Perilaku pengasuhan Kekurangan gizi, perkembangan fisik yang terhambat 10 anggota keluarga 5 saudara perempuan & 2 saudara laki-laki, hanya 1 anak pergi ke sekolah, Ayah bekerja sebagai petani, sebagai sumber pencarian Halaman rumah tidak bersih Tidak ada kebun sayuran Kakus terbuka Masih memberikan ASI Susu sapi diberikan sejak usia 2 bulan Makan dua kali sehari Pemberian makan secara paksa Memberikan hukuman fisik jika tidak mau makan menu: biasanya makan nasi dan susu Anak tidak terawat Tidak ada mainan Tidak ada stimulasi Saudara yang lebih tua tidak mendapatkan bimbingan dari orangtua Tidak ada gambar pada dinding rumah Pisau tajam disimpan di tempat yang terjangkau oleh anak Perkembangan komunikasi yang terlambat Tidak ada kebiasaan pemberian penghargaan sosial Penggunaan hukuman fisik Orangtua bertengkar di depan anak Ibu bersikap pasif, malu dan sakit Perilaku mencari pelayanan kesehatan Ibu mengetahui dan menggunakan persiapan LGG Anak diimunisasi Anak menderita penyakit cacingan Pernyataan sehubungan dengan pemberantasan penyakit cacinganyang membingungkan Pergi ke dokter desa jika anak sakit D. Bagikan Hasil kepada Masyarakat Buatlah poster mengilustrasikan perilaku-perilaku sukses yang memampukan keluarga-keluarga miskin untuk memiliki anak dengan gizi baik. Lakukan kerjasama dengan Tim Kesehatan Desa dalam rangka mencari cara-cara kreatif untuk menyebarkan informasi ini ke seluruh masyarakat. Sesi umpan balik bersama dengan masyarakat, meliputi: ♥ Peninjuan ulang semua aktivitas yang telah dilaksanakan ♥ Peninjauan ulang semua sasaran dan tujuan ♥ Presentasi interaktif mengenai temuan-temuan Penyelidikan PKP (lihat contoh latihan di akhir Bab 2) Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 95 Tim Desa turut memberikan bantuan dalam rangka mencari cara-cara kreatif untuk menyebarkan perilaku-perilaku positif ke seluruh masyarakat. Buatlah poster mengilustrasikan perilakuperilaku sukses yang memampukan keluargakeluarga miskin untuk memiliki anak dengan gizi baik. TANYA JAWAB MENGENAI PENYELIDIKAN PKP Jangan pernah mengatakan pada orang lain bahwa ia seorang PKP atau PKN: tujuan Penyelidikan PKP bukanlah untuk mencari “panutan,” tetapi untuk mencari “perilaku-perilaku yang bisa diikuti.” Apakah anda sungguh memberitahukan orang lain jika mereka pelaku “PKP” atau “PKN”? Suatu keluarga seharusnya tidak boleh diberitahu jika mereka pelaku PKP atau PKN. Mereka harus diberitahu bahwa mereka sedang diobservasi dan diwawancarai untuk membantu masyarakat dalam mencari solusi untuk mengatasi masalah kekurangan gizi. Menyebut orang lain sebagai PKP atau PKN dapat melukai orang tersebut. Mengungkapkan kebiasaankebiasaan negatif seseorang dapat diartikan sebagai bunuh diri secara sosial. Di beberapa budaya, hal tersebut juga bisa terjadi apabila kita mengungkapkan kebiasaan-kebiasaan positif seseorang. Ketika seluruh masyarakat mengetahui siapa ibu-ibu yang sedang dibicarakan, dapat terjadi penolakan terhadap perilaku-perilaku mereka yang disebabkan oleh alasan-alasan sosial yang sebenarnya tidak berhubungan seperti kasta atau status ekonomi. Di Vietnam, sebagian besar dari ibu-ibu tersebut bahkan lebih miskin daripada norma-norma yang berlaku. Sedangkan untuk para pekerja kesehatan masyarakat, ketika seseorang ditempatkan pada posisi “panutan”, hal tersebut dapat menimbulkan kecemburuan. “Mengapa ia lebih baik dari kita? Lihatlah, ia bahkan tidak…” Tujuan Penyelidikan PKP bukan untuk mencari “panutan,” tetapi untuk mencari “perilakuperilaku yang bisa diikuti.” Bisakah anda menggunakan istilah lain selain “Pelaku?” Istilah “devian” terdengar seperti penghinaan. Pilihlah kata yang lebih sesuai dengan kebudayaan anda. Di Guatemala, para ibu PKP disebut sebagai “ibu pemberi informasi” atau “studi kasus.” Di Filipina, para ibu PKP disebut sebagai “coping mothers” karena istilah “ibu yang sukses” mengimplikasikan bahwa orang lain yang juga memiliki anak bergizi baik tidak sukses. Di Haiti, mereka dinamakan “Maman lumieres.” Bagaimana jika selama Penyelidikan PKP tidak muncul makanan khas positif? Bagaimana jika proses Penyelidikan PKP menghasilkan makanan dalam jumlah yang terbatas dan sesungguhnya tidak cukup mengandung gizi atau dapat dimiliki oleh seluruh masyarakat, namun digunakan oleh keluargakeluarga PKP? Mungkin melalui proses Penyelidikan PKP suatu makanan tidak bisa disebut “unik” dan tidak bisa disebut makanan khas Positif. Bahkan, makanan khas positif belum tentu mengandung gizi yang cukup atau dapat dimiliki oleh seluruh masyarakat. Meskipun akan sangat baik apabila Penyelidikan PKP dapat mengidentifikasikan makanan khas positif tertentu, hal ini tidak selalu terjadi. Karakteristik lain seperti frekuensi pemberian makan serta jumlah makanan juga sama penting. Cara penyiapan makanan mungkin merupakan perilaku yang menyebabkan adanya perbedaan. Contoh, apabila sayuran dimasak terlalu matang hingga mengurangi kandungan gizi, maka cara masak yang benar mungkin merupakan suatu perilaku khusus positif. Pada salah satu Penyelidikan PKP ditemukan bahwa jika sayuran dipotong dengan baik, anak-anak akan memakannya dan menikmati sayuran tersebut. Keluarga-keluarga yang anaknya mengalami kekurangan gizi tidak memotong sayuran yang ukurannya besar sehingga anak-anak tidak memakannya. Hal ini merupakan contoh penyiapan makan yang mengakibatkan perbedaan penting. 96 / Bab Empat: Lakukan Penyelidikan PKP Penyelidikan PKP perlu dilakukan dalam musim yang Apa yang terjadi bila ketersediaan makanan tergantung pada berbeda-beda untuk melihat perubahan musim? Penyelidikan PKP perlu dilakukan dalam musim yang berbeda-beda untuk bagaimana orang-orang melihat bagaimana orang-orang mengatasi keadaan yang berbeda-beda. mengatasi keadaan yang Menu harus dirubah untuk menyesuaikan dengan makanan yang tersedia berbeda-beda. TANYA JAWAB MENGENAI PENYELIDIKAN PKP danterjangkau pada musim itu. Pada “musim kering”, langkanya makanan dapat menaikkan harga-harga. Buah-buahan dan sayur-sayuran mungkin tidak tersedia pada waktu-waktu tertentu tiap tahunnya. Apakah ada masalah lain yang perlu ditangani? Pada saat menganalisa temuan-temuan Penyelidikan PKP, hal-hal lain dapat muncul. Mungkin diperlukan adanya komponen meningkatkan penghasilan. Ini adalah kesempatan untum membicarakan rencana pembangunan yang lebih besar, yang menyeluruh dan terintegrasi dengan kegiatan-kegiatan gizi. Rancangan program Pos Gizi ditentukan oleh keperluan untuk melakukan perubahan sesegera mungkin dalam masalah kekurangan gizi, sebelum menunggu faktor-faktor penyebab lainnya diselesaikan, seperti faktor persediaan air, sanitasi, dan kemiskinan struktural. Namun, Pos Gizi juga terbuka untuk kesempatan melihat isu-isu yang lebih besar dan membuat rencana jangka-panjang untuk meningkatkan kualitas hidup para perempuan, anak-anak dan keluarganya. Apakah Penyelidikan PKP perlu dilakukan di tiap masyarakat? Sangatlah penting untuk melakukan Penyelidikan PKP di tiap masyarakat. Peserta dari anggota masyarakat menemukan bahwa jalan keluarnya ada di tengah komunitas mereka sendiri. Proses penemuan ini memberdayakan dan memotivasi masyarakat untuk menerima perilaku-perilaku baru dan berpartispasi dalam kegiatan Pos Gizi. Pengecualian dilakukan bila ada situasi dimana tidak terdapat Penyelidikan PKP di komunitas tertentu tapi ada di komunitas tetangga mereka yang berhubungan erat berdasarkan hubungan kekeluargaan dan budaya dan memiliki profil ekonomi yang sama. Dalam situasi ini, ada kemungkinan untuk melibatkan anggota masyarakat dari kelompok masyarakat pertama dalam melakukan Penyelidikan PKP bersama-sama dengan anggota dari kelompok masyarakat kedua. Strategi ini berhasil dilaksanakan diantara desa-desa kecil di dataran tinggi Guatemala dan Mali. Bagaimana caranya mengatasi bias gender dalam rumah tangga? Selama Penyelidikan PKP, cari perilakuperilaku khusus Positif yang berhubungan dengan keterlibatan pria yang dapat dipromosikan. Peran laki-laki dalam mendukung kegiatan-kegiatan gizi, seperti Pos Gizi, tidak dapat diabaikan. Mempertimbangkan kekuasaan yang biasanya mereka miliki, sangatlah penting bagi para ayah untuk memahami nilai dari gizi baik dan mengalokasikan keperluan Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 97 “Saya tidak tahu apa-apa tentang gizi, tapi sekarang kalau istri saya minta uang untuk makanan, saya langsung berikan padanya. Karena sekarang anak-anak suka makan.” Kesaksian dari seorang ayah Pos Gizi TANYA JAWAB MENGENAI PENYELIDIKAN PKP sumber daya yang terbatas untuk gizi dan kesehatan. Setelah seorang ibu dilatih dalam Pos Gizi, ia perlu memiliki kemampuan untuk mempraktekkan perilaku baru tersebut di rumah. Bila seorang suami tidak mendukung kegiatan si ibu, maka mungkin ia tidak bisa mencoba perilaku-perilaku barunya. Hal yang sama juga berlaku terhadap para ibu mertua dan nenek. Akan sangat bermanfaat bila para penyelia dan pelatih dapat mengadakan pertemuan dengan para ayah dan/atau ibu mertua pada pertengahan pelaksanaan sesi 12 hari Pos Gizi untuk menjelaskan tentang temuan-temuan Penyelidikan PKP dan pesan-pesan utama. Di Guinea, para lelaki ikut serta pada dua hari pertama sesi Pos Gizi. Ketika pada kali berikutnya para perempuan meminta uang belanja tambahan para lelaki mengerti dan setuju. Para ibu yang memiliki anak-anak dengan jarak kelahiran yang dekat seringkali berhenti menyusui secara mendadak. Bagaimana caranya mengatasi perilaku ini? Promosikan pengaturan jarak kelahiran dan pastikan akses untuk mendapatkan alat kontrasepsi. Cari perilaku dari pelaku PKP yang menunjukkan pemberian ASI secara eksklusif dan perilaku menyusui yang baik di masyarakat. Anak-anak yang ibunya berhenti memberikan ASI secara mendadak atau terlalu dini (sebelum usia enam bulan) mempunyai kemungkinan lebih besar akan mengalami kekurangan gizi. Beberapa penyebabnya adalah perilaku kebersihan yang buruk, susu formula yang diencerkan, tidak cukupnya makanan yang disediakan, dan air yang tidak bersih yang mengakibatkan terjadinya diare. Bahkan anak yang sudah berusia lebih dari enam bulan pun belum mampu untuk makan dengan baik. Pemberian air susu ibu memastikan bahwa si anak mendapatkan gizi yang cukup sampai ia dapat mengkonsumsi dan mencerna makanan sendiri. Air susu ibu juga mengandung antibody yang dapat membantu anak-anak mencegah penyakit. Pesan-pesan pendidikan harus menekankan bahwa pemberian ASI sangat penting untuk kesehatan. Ketika seorang anak siap untuk disapih, pesan-pesannya harus menekankan pada pentingnga makanan-makanan tambahan yagn bergizi. Gunakan teknik-teknis penelitian kualitatif untuk mengembangakan pesanpesan yang tepat. Apakah Penyelidikan PKP dapat digunakan untuk permasalahan lain selain kekurangan gizi? Penyelidikan PKP adalah sebuah alat yang berteknologi rendah, dan sesuai budaya untuk melakukan pemecahan masalah. Sesuain dengan tujuan manual ini, maka Penyelidikan PKP diterapkan untuk kasus kekurangan gizi. Namun, setelah proses ini dipahami, ini dapat diterapkan dalam berbagai wilayah, termasuk advokasi. Contoh-contoh dari PKP yang diterapkan dalam hal pemberian ASI, perawatan ibu hamil dan bayi, dan saat melahirkan dicantumkan di dua halaman berikut ini. 98 / Bab Empat: Lakukan Penyelidikan PKP TANYA JAWAB MENGENAI PENYELIDIKAN PKP APLIKASI PENDEKATAN PENYELIDIKAN PKP UNTUK HAL-HAL LAIN Pemberian ASI di Vietnam Walaupun pemberian ASI adalah hal yang umum di vietnam, tidak demikian halnya pemberian ASI eksklusif. Sejak 1990, Save the Children telah mengimplement'sikan program gizi menggunakan pendekatan PKP untuk mengurangi tingkat gizi buruk pada anak-anak. Pada 1999, Save the Children, Universitas Emory, dan Proyek LINKAGES mengakui bahwa walaupun usaha-usaha untuk merehabilitasi anak-anak yg kekurangan gizi telah berhasil, PKP juga dapat digunakan untuk mencegah terjadinya kekurangan gizi dengan memberikan dukungan untuk menyusui secara optimal. Mereka melakukan penelitian kualitatif dan kuantitatif mengenai pengetahuan, sikap, dan perilaku menyusui para ibuibu. Mereka temukan bahwa sebagian besar ibu tahu perilaku seharusnya, seperti memulai menyusui secara dini dan secara eksklusif, dan tentang kecukupan susu. Namun, sebagian besar dari para ibu harus kembali bekerja di sawah tidak lama setelah melahirkan dan ibu yang harus bekerja di luar rumah punya kemungkinan lebih kecil untuk menyusui secara eksklusif daripada ibu yang tidak bekerja. Namun demikian,ada ibuibu PKP yang bekerja di luar rumah tapi memberikan ASI eksklusif, mereka menghentikan kerja untuk pulang ke rumah untuk menyusui. Saat ini sedang dikembangkan program berdasarkan penemuan-penemuan tersebut dan strategi-strategy lain. Ini berangkat dari program PKP sebelumnya yang mentargetkan ibu-ibu hamil dan ibu-ibu yang mempunyai anak berusia di bawah enam malam dan fokus pada pemberian ASI untuk mempertahankan gizi baik dan bukan pada pemberian makanan tambahan untuk rehabilitasi gizi. Perawatan ibu dan bayi baru lahir di Pakistan Pada Februari 2001, Save the Children, bekerja sama dengan Kantor Wilayah Pakistan/Afghanistan, menggunakan pendekatan PKP untuk pertama kalinya pada bidang perawatan bayi baru lahir. Tim melaksanakan Penyelidikan PKP pada pengungsi Afgan dan penduduk local Pakistan yang berada di Distrik Haripur, Propinsi Perbatasan Barat Laut. Dari kedua kondisi tersebut, hasil dari Penyelidikan menunjukkan bahwa perilaku-perilaku khusus Positif, seperti proses melahirkan yang bersih, tempat melahirkan yang hangat, tali pusar dipotong menggunakan pisau silet yang bersih, dan ibu mertua mempromosikan pemberian ASI eksklusif. Intervensi PKP yang dilakukan termasuk melaksanakan sejumlah pertemuan antara ibu-ibu hamil yang difasilitasi oleh para kader kesehatan lokal sehingga ibu-ibu yang memiliki jahitan dapat memperoleh selimut, mempersiapkan peralatan untuk melahirkan yang bersih, serta mempromosikan Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 99 Berikut ini adalah tiga contoh pengalaman Save the Children dalam menggunakan pendekatan PKP untuk isu-isu kesehatan lainnya. (2) TANYA JAWAB MENGENAI PENYELIDIKAN PKP APLIKASI PENDEKATAN PENYELIDIKAN PKP UNTUK HAL-HAL LAIN Hasil kelahiran di Mesir Tim Save the Children/ Universitas Tufts melaksanakan sebuah Penyelidikan PKP berkaitan degan masalah kehamilan di dua komunitas pedesaan yang mempunyai kondisi sosio-ekonomi yang berbeda di Al-Minya, Mesir bagian Utara pada Juni dan November 2000. Penyelidikan menunjukkan bahwa: ♥ lebih banyak istirahat ♥ lebih sering memeriksakan kehamilan ♥ diet yang lebih baik, dan ♥ berkurangnya gejala yang menunjukkan adanya infeksi saluran kencing yang berhubungan dengan adanya kenaikan berat badan akibat kehamilan dan berat lahir bayi yang lebih baik. Hasil ini diiformasikan dalam sebuah proyek percontohan yang mencatat setiap bulannya berat badan semua perempuan hamil bersamaan dengan pelaksanaan IMPRESS (Improved Pregnancy through Education and Supplementation = Perbaikan Masa Kehamilan melalui Pendidikan dan Suplementasi), yang sama seperti Pos Gizi, dalam setiap sesinya disampaikan pesan-pesan kesehatan, mikronutrien, dan suplemen makanan berdasarkan makanan-makanan Penyelidikan PKP yang telah diidentifikasi (dalam hal ini sayur-sayuran dan daging yang lebih murah harganya, bila bisa). 100 / Bab Empat: Lakukan Penyelidikan PKP DAFTAR TILIK PENGAMATAN UNTUK PENYELIDIK PKP Nama Anak Yang Dipilih ____________________ Tanggal _________ Nama Keluarga _________________________ Komunitas __________ Pilik Kategori:(PKP) (NON PKP) (PKN) Waktu Mulai:___________Waktu Akhir:____________ I. Anggota Keluarga: Pengamatan: 1. Anak yang Dipilih Apakah anak ini bergizi baik atau kekurangan gizi? Bagaimana sikap anak ini? (bersemangat, berisi?) Apakah ia bersih atau tidak? (badan dan pakaian) Pengamatan lain: 2. Pengasuh Utama: Siapa pengasuh utama? (ibu?) Bagaimana sikap si pengasuh tersebut? Apakah ia bersih atau tidak? Pengamatan lain: 3. Pengasuh Penganti: Siapa pengasuh pengganti? (nenek?) Bagaimana sikap pengasuh tersebut? Apakah ia bersih atau tidak? Pengamatan lain: 4. Saudara kandung anak tersebut: Apakah mereka bergizi baik atau kekurangan gizi? Bagaimana sikap mereka? Apakah mereka bersih atau tidak? Pengamatan lain: 5. Ayah dari si anak: Siapa ayah dari si anak? (kakek?) Bagaimana sikap si ayah? Apakah ia bersih atau tidak? Pengamatan lain: 6. Anggota Keluarga Lainnya: Siapa saja mereka? Bagaimana sikap mereka? Apakah mereka bersih atau tidak? Pengamatan lainnya: II. Perilaku: 1. Perilaku Pemberian Makan Mencuci tangan sebelum/sesudah memberi makan anak? Anak makan makanan yang jatuh di lantai? Anak makan makanan yang bersentuhan dengan hewan? Mencuci piring/tempat makanan? Pengamatan lain: 2. Pemberian makan secara aktif/pasif Anak sendiri ketika makan? Jenis makanan? Anak sedang makan apa? Konsistensi makanan? Jumlah makanan (dalam ukuran sendok makan)? 3. Perilaku Makan Keluarga Keluarga makan bersama? Prioritas bagi para laki-laki: dalam kuantitas/ frekuensi? Lain: 4. Interaksi antara Pengasuh dan Anak Supervisi dan pengasuhan terhadap anak? Perilaku mengasihi? Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 101 DAFTAR TILIK PENGAMATAN UNTUK PENYELIDIK PKP(lanjutan) Mengajarkan anak untuk berjalan, berbicara, bermain? Lain-lain: 5. Interaksi Anggota Keluarga dan Anak Supervisi dan pengasuhan terhadap anak? Perilaku mengasihi? Mengajarkan anak untuk berjalan, berbicara, bermain? Lain-lain: 6. Kebersihan Pribadi Memandikan anak? Menggunting kuku anak? Menjauhkan anak dari kotoran hewan? Ibu mencuci tangan setelah membersihkan anak yang buang air? Kuku ibu digunting? 7. Penyiapan makanan Mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan? Menutup makanan sebelum/ sesudah memasak? Mencuci buah-buah dan sayuran mentah? 8. Air Merebus air minum? Menutup air minum? Air bersih untuk mandi? Sumber air? Sumber air jauh atau dekat? (Berikan perkiraan jarak/waktu yang diperlukan untuk berjalan menuju sumber air) III. Ketersediaan Makanan Kuantitas dan variasi makanan? Makanan berasal dari kebun milik keluarga? Makanan berasal dari hewan? Penyimpanan makanan? Pengawetan dan pemrosesan makanan? IV. Lingkungan Rumah 1. Rumah Seperti apa dapurnya? Ruang tidur? 2. Jamban Bila ada, bersih atau tidak? Apakah dekat atau jauh? Bila tidak ada jamban, dimana mereka buang air? 3. Hewan Apakah hewan masuk ke dalam rumah? Apakah ada kandang hewan? Apakah anak-anak bermain-main dengan hewan? 102 / Bab Empat: Lakukan Penyelidikan PKP CONTOH WAWANCARA SEMI-TERSTRUKTUR Panduan Penyelidikan PKP: Mewawancara Pengasuh dalam Kunjungan Rumah I. Pertanyaan Umum 1. Berapa orang yang tinggal di rumah ini? Berapa orang yang makan bersama-sama? 2. Ada berapa anak di rumah ini? Berupa usia mereka? Berapa anak berusia di bawah tiga tahun? 3. Anak yang sudah lebih besar apakah mereka sekolah? Kalu tidak, kenapa? 4. Apa pekerjaan anda? Ayah? Anggota keluarga yang lain? 5. Berapa banyak penghasilan kelurga tiap harinya? 6. Berapa lama mereka bekerja? (Pagi? Sore? Sepanjang hari? Sepanjang malam?) 7. Dimana mereka bekerja? Berapa lama perjalanan dari rumah ke tempat kerja? Apakah anak dibawa serta? II. Pertanyaan mengenai perilaku pemberian makan untuk para pengasuh 1. Apa anda masih menyusui anak ini? Bila ya, berapa sering? Apakah juga pada malam hari? 2. Makanan apa yang anda berikan pada anak anda selain dari menyusui? 3. Kapan anda mulai memberikan makanan tambahan? Makanan tambahan apa yang anda berikan? 4. Berapa kali dalam sehari anda memberi makan anak anda? 5. Berapa banyak makanan yang anda berikan pada anak anda? (Tunjukkan dengan menggunakan piring dan sendok yang mereka gunakan sehari-hari) 6. Siapa yang memberi anak makan dan bagaimana si anak makan? (menggunakan tangan, sendok, dikunyah) 7. Makanan apa saja yang sudah pernah anda berikan pada anak anda hingga hari ini? (tuliskan daftar makanan termasuk ASI) 8. Makanan apa yang akan anda berikan untuk anak anda malam ini? 9. Apakah anak anda diberi makan oleh orang lain? Siapa? (kakak, tetangga, dan lain-lain) 10. Apa yang anda lakukan ketika anak anda tidak ingin makan atau hanya mau makan sedikit saja? 11. Menurut anda makanan apa yang baik untuk anak kecil? Mengapa? 12. Kalau anak anda sakit diare, apakah anda memberikan makanan dan minuman dalam jumlah lebih banyak atau lebih sedikit? Mengapa? 13. Apakah anda membeli makanan untuk anak anda? Jika ya, makanan jenis apa? (makanan kecil, makanan segar) 14. Dibeli dimana (sebutkan toko dan warungnya) dan mengapa? 15. hanya untuk ibu menyusui: Bagaimana kebiasaan ibu menyusui kalau ibu sedang sakit? Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 103 Tanyakan pertanyaan mengenai perilaku pemberian makan pada saat sakit, misalnya :Kalau anak anda sakit diare, apakah anda memberi anak anda makan dan minum lebih banyak atau lebih sedikit? Mengapa?” Panduan Penyelidikan PKP: Mewawancara Pengasuh dalam Kunjungan Rumah Tanyakan tentang waktu bermain anak: siapa saja teman bermain mereka? Apakah bermain itu didorong? Apakah anak memiliki mainan? III. Pertanyaan-pertanyaan mengenai perilaku pengasuhan anak 1. Selain anda, dengan sipa lagi anak anda berinteraksi? Apa yang mereka lakukan dengan anak anda? 2. Kalau anda pergi, siapa yang mengasuh anak anda? 3. Nasihat apa yang berikan pada orang tersebut? (keamanan) 4. Apa yang anda lakukan kalau anak anda nakal (kotor, memecahkan sesuatu, dan lain-lain)? Pertanyaan Probing: Bagaimana anda memukul anak anda? Bagian mana yang dipukul? berapa sering? 5. Bagaimana cara anda menidurkan anak anda? 6. Apakah anda mendorong anak anda untuk bermain dengan anak-anak lain? Mengapa? Mengapa tidak? 7. Kapan anda bermain dengan anak anda? Apa yang anda lakukan denga mereka? 8. Menurut anda apa hal paling penting yang paling diperlukan oleh seorang anak? 9. Apa yang dilakukan oleh suami anda untuk anak-anak di keluarga ini? 10. Berapa anak anda? Berapa banyak yang anda inginkan? 11. Apakah anda pernah mendengar pengaturan jarak kelahiran? Apakah anda tertarik dengan hal tersebut? IV. Pertanyaan tentang Perilaku-perilaku mencari pelayanan Kesehatan 1. Berapa sering anda memandikan anak anda? 2. Bagaimana cara anda melatih anak anda menggunakan toilet? 3. Anda gunakan air untuk apa saja? Sabun? (mencuci tangan sebelum makan? 4. Apakah anak anda diimunisasi? 5. Penyakit apa yang paling sering diderita oleh anak anda? 6. Apa yang anda lakukan kalau anak anda pilek? 7. Apa yang anda lakukan kalau anak anda diare? 8. Apakah anak anda mengalami diare di dua minggu terakhir ini? 9. Bila ya, bagaimana anda mengobatinya? Bila dengan larutan rehidrasi, bagaimana cara anda membuatnya? 10. Ketika anak anda diare, makanan apa yang anda berikan? 11. Apa yang tidak anda berikan? 12. Apa tanda-tanda berbahaya dari radang paru-paru? 13. Apa yang anda lakukan kalau anak anda menunjukkan gejala-gejala tersebut? 14. Bagaimana anda tahu kalau anak anda sakit? (tanda-tanda sakit) 15. Kepada siapa anda berkonsultasi pertama kali? Kemudian siapa lagi? 16. Siapa yang memutuskan apa yang harus dilakukan bila ada permasalahan kesehatan yang serius di rumah? 17. Permasalahan kesehatan anak-anak yang seperti apa yang paling anda khawatirkan? 18. Bagaimana anda mengatasi permasalahan ini? 104 / Bab Empat: Lakukan Penyelidikan PKP Panduan Penyelidikan PKP: Mewawancara Pengasuh dalam Kunjungan Rumah V. Pertanyaan untuk kakak-kakak yang ikut mengasuh 1. Apakah kamu sekolah? 2. Apa yang kamu lakukan selain menjaga adik? 3. Apa yang kamu lakukan dengan adik mu? 4. Apa yang kamu lakukan kalau mereka menangis? Terluka? Atau sakit? 5. Apa yang anda lakukan kalau si adik nakal? 6. Apa yang kamu suka lakukan dengan adik-adik mu? Mengapa? 7. Apa yang tidak suka kamu lakukan? Mengapa? 8. Apa kamu mengajak adik mu kalau kamu bermain? Mengapa? 9. Bagaimana cara kamu memberikan adik makan? (Probing) VI. Pertanyaan untuk Ayah 1. Menurut anda, bagaimana anak anda? 2. Bagaimana caranya anda tahu apakah anak anda sehat atau tidak? 3. Berapa banyak waktu yang anda sediakan untuk anak anda setiap harinya? 4. Apa yang anda lakukan kalau anda bersama dengan anak anda pada siang hari? 5. Apa yang anda lakukan kalau anak anda sakit? 6. Di keluarga anda, siapa yang memutuskan apa yang harus dilakukan kalau anak anda sakit? 7. Berapa anak anda? Berapa yang anda inginkan? 8. Apakah and pernah mendengar pengaturan jarak kelahiran? Apakah anda tertarik? VII. Pertanyaan untuk Nenek atau Ibu Mertua 1. Menurut anda, pada usia berapa seorang anak harus mendapatkan makanan selain ASI? 2. Makanan apa yang baik untuk anak yang berusia dibawah tiga tahun? Mengapa? 3. Makanan apa yang TIDAK boleh diberikan untuk anak berusia dibawah tiga tahun? 4. Ajukan juga pertanyaan-pertanyaan diatas tentang Perilaku Pemberian Makan dan Pengasuhan. Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 105 kunjungan ke rumah-rumah harus diatur sehingga tiap sub tim mengunjungi berbagai keluarga PKP, non-PKP dan PKN. FORMAT LAPORAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH (informasi yang dikumpulkan dari pengamatan dan wawancara semi-terstruktur) INFORMASI UMUM PERILAKU PEMBERIAN MAKAN Jadwal pemberian ASI Usia / Jenis Kelamin / Status Gizi Status pemberian ASI Menu harian anak secara detail Ukuran keluarga / jumlah dan usia saudara kandung Makanan kemarin atau hari ini / recall 24 jam Pengasuh utama Frekuensi makan Pengasuh Pengganti Jumlah makanan per anak Pekerjaan Orangtua/ Jadwal Kondisi selera makan anak Penghasilan (harian) Manajemen dari selera makan yang buruk Jenis rumah (ukuran, jumlah ruangan, dll.) Makanan tabu *(dihindari) untuk anak-anak Kebersihan lingkungan Pemantauan untuk anak usia dibawah 3 tahun ketika makan Keberadaan jamban Pemberian makan secara aktif Persediaan air Makanan dan cairan diberikan pada saat sakit dan penyembuhan Kebun / pepohonan / hewan Makanan dibeli dari penjual keliling Dapur Kriteria pemilihan makanan kecil Penampilan fisik anak/Anggota Urutan makan di keluarga keluarga Kekhawatiran orang tua tentang kesehatan anak 106 / Bab Empat: Lakukan Penyelidikan PKP LAPORAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH (lanjutan) (informasi dikumpulkan dari pengamatan dan wawancara semi-terstruktur) PERILAKU PENGASUHAN PERILAKU MENCARI PELAYANAN KESEHATAN Penampilan emosi psilogis anak dan anggota keluarga Kebersihan tubuh, memotong kuku Reaksi anak terhadap orang asing Kebersihan makanan Interaksi antara anak dan pengasuh, saudara kandung, anggota keluarga lain Mencuci tangan sebelum makan Hubungan pengasuh pengganti dengan si anak (contohnya kakak) Air minum yang aman, sabun Permainan anak dan stimulasi den- Kebersihan lingkungan gan orang lain Orang tua bermain dan memberikan Imunisasi lengkap stimulasi pada anak (rinci) Peran ayah dalam pengasuhan anak Pengobatan untuk luka dan sakit ringan di rumah Waktu yang dihabiskan oleh penga- Manajemen diare di rumah suh bersama si anak (Terapi rehidrasi oral) Pembagian tugas dan pekerjaan rumah antara anggota keluarga yang sudah dewasa Identifikasi tanda-tanda kesakitan. Metode mendisiplinkan anak Meminta bantuan tepat waktu dan profisional Identifikasi tanda-tanda bahaya (Penyakit Saluran Pernapasan Akut dan diare) Pengambilan keputusan untuk meminta bantuan Penggunaan kelambu di wilayah yang memounyai endemic malaria Penggunaan obat cacing Penggunaan garam beryodium Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 107 Anggota tim Penyelidikan PKP harus diingatkan untuk selalu sopan, hormat dan ramah, dandatang tidak sebagai guru, tapi sebagai pendengar, dan menggunakan pertanyaan- pertanyaan terbuka, bukan pertanyaan ya-tidak, atau pertanyaan mengarah. PENYELIDIKAN PKP DARI BERBAGAI NEGARA. 1. Mozambik 1. 2. 3. 4. 5. 6. Contoh-contoh yang ada di bagian ini adalah: Mozambik Myanmar (perkotaan dan pedesaan) Bolivia Negara-negara Afrika Negara-negara Asia Tenggara Negara-negara Asia Selatan Formulir-formulir ini mendokumentasikan beberapa hasil yang telah didapat hingga saat ini. Dituliskan di sini hanya sebagai contoh perilaku dan praktek PKP dan tidak boleh menggantikan Penyelidikan PKP di masyarakat. Tetap diperlukan melakukan Penyelidikan PKP di tiap-tiap komunitas sehingga semua kegiatan sesuai dengan kondisi local dan masyarakat pun merasakan Hasil Penyelidikan Penyimpangan Positif, Nacala-a-velha, Mozambik, 1997 Perilaku Pemberian Makan Yang Baik Perilaku Pengasuhan Anak Yang Baik Bubur terbuat dari gula buah mete dan tepung manioc Menutup wadah penyimpanan air Penggunaan kacang mete atau kacang tanah di Mathapa Makan 3 kali sehari Pemberian makanan tambahan saat usia 5 bulan Mencuci makanan sebelum diolah Mencuci tangan sebelum makan Memantau anakanak kecil setiap saat Perilaku Perawatan Kesehatan yang Baik Vaksinasi Membeli obat-obat hanya berdasarkan resep Penggunaan paket ORS atau larutan gula garam buatan sendiri dengan tepat Mengawas/ membantu anak kecil saat makan Perilaku Buruk atau Merugikan pada Keluarga-keluarga Miskin yang Memiliki Anak Kekurangan Gizi (Non-PKP) Perilaku Pemberian Makan Yang Buruk Perilaku Pengasuhan Anak Yang Buruk Perilaku Perawatan Kesehatan yang Buruk Hanya makan 2 kali sehari Banyak pengasuh Tidak ada vaksinasi Tidak ada kacang mete atau kacang tanah di makanan Wadah air tidak ditutup Sayur tidak termasuk dalam menu sehari-hari Kebersihan tubuh dan makanan yang buruk 2. Myanmar 2a. Penyelidikan PKP di Yangoon, Wilayah Kumuh Perkotaan PKP Pemberian Makan ♥ Memberi makan anak kecil sehari 3 kali, ditambah makanan kecil ♥ Memberi makan anak kecil buah-buahan seperti papaya, jambu biji, pisang dan jeruk ♥ Memberi makan anak kecil beragam jenis makanan seperti sayuran yang dicah (kol, kangkung dimasak dengan minyak sayur), makanan energi protein (kacang tumbuk, kacang goring dan gula), telur (telur puyuh), sup kacang lentil kental (dhal) ♥ Memberi makan anak kecil air tajin 108 / Bab Empat: Lakukan Penyelidikan PKP ♥ Memberi makan anak makanan kecil yang bergizi seperti krupuk udang, biscuit kering ♥ Tidak membeli makanan jadi untuk anak kecil dari penjual di jalanan PKP Pengasuhan Anak ♥ Anak diawasi setiap saat ♥ Pengasuh pengganti berpengalaman ♥ Para ibu bermain denga anaknya (bernyanyi, dan stimulasi) ♥ Pemantauan terhadap anak selama makan (pemberian makan secara aktif) ♥ Saudara kandung atau anggota keluarga lain berinteraksi dengan anak (berbicara) ♥ Ayah bermain dengan anak Perbandingan antara contoh perkotaan dan pedesaan Myanmar menunjukkan beberapa perbedaan utama antara latar belakang perkotaan dan pedesaan. PKP Perawatan Kesehatan ♥ Memotong kuku secara teratur ♥ Mandi dua kali sehari ♥ Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan ♥ Mencuci tangan setelah membersihkan anak buang air ♥ Ke klinik kesehatan untuk mengobati anak yang sakit 2b: Penyelidikan PKP di wilayah pedesaan PKP Pemberian Makan PKP pengasuhan anak Anak berusia dibawah 12 bulan Anak selalu diawasi Pemberian ASI eksklusif selama 4 bulan Kakak dilatih untuk menjaga adik Makanan tambahan 3 kali/hari Variasi makanan tambahan: nasi + minyak + kentang atau ½ telur ayam, atau kacang Jumlah: 1 cangkir penuh untuk sekali makan Ibu memberi anak makan dengan sendok kecil Makanan kecil: kentang atau kerupuk ikan Anak usia 12-36 bulan Pemberian makan yang sering: 4-5 kali/ hari Jumlah: 4 cangkir penuh untuk sekali makan Beragam makanan dalam satu hidangan: Makan pagi – Mohinga, beras, kacang-kacangan, sayur-sayuran (keluarga vegetarian), nasi, minyak, sarapan pagi- Mohinga, nasi, kacangkacangan,Sayur-sayuran (keluarga vegetarian), nasi,minyak, ikan kecil atau udang, belut (Ma Yin) Makan siang - nasi, selada air, telur bebek, minyakMakan malam - nasi, sayur-sayuran, daging yang murah (babi/kodok), + minyak Ayah memantau makan malam, bercerita,Bernyanyi Ibu, anggota keluarga lain mengajarkan anak berbicara Ibu berinteraksi dengan anak selama proses pemberian makan PKP Perawatan Kesehatan Pengunaan sabun untuk memandikan anak Penggunaan sabun untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, setelah buang air. Memotong kuku Penggunaan sabun dan abu untuk membersihkan piring dan panci Imunisasi lengkap termasuk campak Penggunaan garam beryodium Hanya orangtua yang memberikan obat kepada anaknya yang sedang sakit Anak makan dengan menggunakan piring dan sendok miliknya sendiri Anak menyantap hidangan bersama dengan keluarga Anak minum air beras 3 kali/ minggu Anak diawasi ketika mereka makan Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 109 Di contoh pedesaan Myanmar, perhatikan perbedaanperbedaan perilaku pemberian makan dikelompokkan berdasakan kelompok umur. Perilaku-perilaku untuk anak dibawah usia 1 tahun, berbeda dengan perilaku-perilaku untuk anak berusia 1-3 tahun. Ini penting untuk dipahami ketika merancang Pos Gizi. 2c: Perilaku-perilaku Kunci untuk Myanmar PERILAKU PEMBERIAN MAKAN ♥Makanan tambahan pada usia 6 bulan ♥Memberikan makan pada anak kecil 4 sampai 6 kali sehari: 3 kali makan besar + makanan kecil ♥Memberikan makan pada anak kecil dengan jumlah makanan yang sesuai tiap kali makan ♥Memberikan makan pada anak kecil beragam jenis makanan seperti telur, ikan, kacang-kacangan dan sayuran ♥Memasak makan dengan minyak yang cukup ♥Memberikan makan pada anak kecil makanan kecil yang bergizi PERILAKU-PERILAKU PENGASUHAN ANAK ♥Anak selalu diawasi setiap saat ♥Pengasuh melakukan pemberian makan secara aktif ♥Pengasuh bermain dan bernyanyi dengan anak, ♥Ayah terlibat dalam pengasuhan anak (bernyanyi, bercerita) ♥Kakak dilatih untuk menjaga adiknya ♥Ibu dan anggota keluarga lain mengajarkan anak untuk berbicara ♥Pemberian makan secara aktif: dibujuk, kontak mata, dan tersenyum ♥Pengasuh membujuk anak yang tidak mau makan PERILAKU-PERILAKU PERAWATAN KESEHATAN Kebersihan makanan ♥Mencuci sayuran paling sedikit 3 kali ♥Meletakkan makanan mentah di tempat yang aman ♥Menutup makan setiap saat ♥Mencuci tangan dengan sabun sebelum mengolah makanan ♥Memanaskan makanan sisa sebelum dimakan Kebersihan tubuh seperti mencuci tangan dan wajah sebelum dan sesudah makan termasuk dalam PKP. Kebersihan tubuh ♥Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan ♥Mencuci tangan dan wajah sebelum dan sesudah makan ♥Setelah menggunakan jamban mencuci tangan dengan sabun ♥Memeriksa kuku anak secara teratur dan menggunting kukunya bila perlu Kebersihan lingkungan ♥Menyapu lantai sebelum dan sesudah makan ♥Membersihkan mangkok, sendok, panci dan penggorengan dengan sabun dan abu gosok setelah digunakan Perilaku pencegahan/ pengobatan ♥Menggunakan garam beryodium ♥Identifikasi tanda-tanda bahaya ♥Perawatan rumah untuk anak yang sakit ♥Larutan gula garam buatan sendiri 110 / Bab Empat: Lakukan Penyelidikan PKP 3. BOLIVIA Pelaku PKP PERILAKU PERILAKU PEMBERIAN MAKAN YANG PENGASUHAN ANAK YANG BAIK BAIK Pemberian ASI eksklusif Pemberian makan secara aktif: interaksi pehingga usia 6 bulan nuh kasih & sabar Memberikan ASI setiap Menggunakan piring kali anak ingin sendiri untuk anak yang Menggunakan beragam sudah lebih besar jenis makanan seperti wortel, ayam, dan lobak Penggunaan permainan, lagu dan makanan khusus untuk anak-anak Makanan yang sering yang tidak berselera diberikan: daging makan (daging llama, telur, susu sapi/ domba, lemak domba) sayuran & Bantuan/ pemantauan selama makan buah (buncis, parsley, pepaya, jeruk dan jeruk mandarin) padi-padian & Para ayah membantu polong (quinoa, kacang ibu mengasuh anak lebar kering, kacang polong kering, gandum, Ayah dan saudara kandung menyayangi dan kacang tanah) bermain dan mengajarkan anak Memberi makan 3 sampai 5 kali sehari Makanan kecil diantara makan pagi dan siang 10-20 sendok makan setiap kali makan Kebun bersama yang dirawat dengan baik dengan jenis tanaman yang tetap dapat tumbuh pada musim dingin PERILAKU PERAWATAN KESEHATAN YANG BAIK Proses penyiapan makanan yang bersih Air minum yang telah dimasak Anak dimandikan 2-3 kali seminggu selama bulan-bulan musim dingin Mencuci tangan dan wajah anak dengan sabun dan air pada siang hari Penggunaan LGG dengan tepat Pengobatan dirumah: daun teh, air matang dengan tepung gandum Membasuh tubuh dengan alkohol dan ranting hijau ketika anak demam Mencari bantuan medik ke rumah sakit Memperbanyak makanan dan minum untuk anak yang sedang sakit dan baru sembuh Vaksinasi lengkap dan Vitamin A Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 111 Memasak air minum dan menutup air minum termasuk PKP 4. AFRIKA Ringkasan PKP yang ditemukan dalam Penyelidikan PKP Perilaku Perilaku pemberian makan Mesir Mozambik/ Utara Memberi makanan yang sudah dimasak lebih dari sekali setiap minggu Makan pagi: bubur dari tanaman kacang mete dan tepung manioc; kacang mete yg diolah dalam Mathapa(makanan dgn sayuran) Berikan makanan yang bervariasi: sayuran hijau, telur, kacang-kacangan Anak yang sakit diberi minum jus lemon segar, cairancairan lain Mali Tanzania Bubur dengan minyak Kalte ketika berumur 6 bulan Kacang tanah: Setiap hari 3 kali makan/ hr Kacang-kacang Saos, ikan, daging, telur, hidangan untuk an: 2-3 kali/minggu keluarga Sayuran hijau: 2-4 kali/ming Buah musiman pemberian makanan tambahan ketika berumur 5 bulan ketika Berumur 12 bulan Umbi-umbian: 4-5 kali/ming 6 kali makan / hr Buah-buahan: 4-5 kali/minggu Tidak memberi makan di tanah/lantai Tidak tabu thd makanan tertentu Perilaku pengasuhan Pemberian makan anak secara aktif dan diawasi selama makan Anak tidak diperbolehkan untuk main di kanal Mencuci makanan terlebih dahulu sebelum diolah Mencuci tangan Anak tidak dibiarkan- sebelum makan berada di lantai, dipukuli, atau dimaki- Selalu mengawasi anak yg berusia dini maki Membantu anak kecil Selalu diawasi oleh ketika makan Pelaku PKP termasuk Keterli- batan ayah dalam keseluruhan pertumbuhan anak-anak mereka. Tempat penyimpanan air yang tertutup Perilaku perawatan kesehatan Kebersihan tubuh yang baik Memotong kuku, mencuci tangan Mandi satu kali seminggu Kbersihan lingkungan yang baik Mencari bantuan professional ketika anak demam, batuk, terluka Vaksinasi lengkap Ayah terlibat dalam pemberian makan perkembangan anak scr kseluruhan Hubungan yg baik antara orangtua dgn pengasuh pengganti Membujuk anak dgn nafsu makan rendah Bermain dgn anak kecil 2 kali mandi/hari Membeli obat-obatan Mencuci tangan sebelum/sesudah sesuai resep makan Penggunaan paket Vaksinasi lengkap LGG atau larutan sejenis yang dibuat Setiap orang dewasa sendiri dpt memutuskan utk mencari bantuan perawatan Memeriksa kecacingan 112 / Bab Empat: Lakukan Penyelidikan PKP N/A Ayah mengikutiperkembangan anak Pendaftaran/ penggunaan paket asuransi kesehatan yg tersedia N/A 5. Asia Tenggara Ringkasan PKP yang ditemukan dalam Penyelidikan PKP Perilaku Perilaku pemberian makan Kamboja Pemberian makanan tambahan ketika berumur 6-7 bulan, 3x makan/hr Ikan asap, kepiting kecoa, bebek telur, siput, laba-laba hitam, kodok berkaki pendek dan panjang Perilaku pengasuhan anak Myanmar (peri-daerah kumuh perkotaan) 3 kali makan/hari, ditambah makanan ringan Pepaya, jambu biji, pisang dan jeruk sayuran kering, kacang tanah, kacang goreng dan sirop, telur burung puyuh, sup kental “dhal”, air tajin Vietnam Pemberian makanan tambahan ketika berumur 4 bulan Variasi makanan: telur, kepiting, udang, siput,produk-produk kedelai, makanan & buahbuahan musiman Sayuran dari hutan: seledri Tidak membeli makanan yang sudah masak dari air, daun anaon/ bunga, kios di pinggir jalan petis asam, petis udang, saos laba-laba Memasukkan lemak (kacang, wijen, lemak babi) ke dalam makanan anakanak kecil Simpan makanan sisa sebagai makanan ringan Memberi makan 4-5 kali/ hari, termasuk makanan ringan Ayah menjaga anak Ibu menyiapkanmakanan,memberi instruksi kepada pengasuh jika ia pergi Ayah memberi makan berbagai jenis makanan kepada anak: percaya bhw nutrisi yg baik menghasilkan kesehatan yg baik Orangtua menunjukkan afeksi dan perhatian Pemantauan di setiap waktu Pengasuh pengganti yang berpengalaman Ibu bermain dengan anak (bernyanyi dan memberi stimulasi) Pemberian makan aktif Pembagian kerja memungkinkan adanya perawatan anak yang sesuai Ayah terlibat dalam perawatan anak Penanganan yang sesuai untuk anak dgn nafsu makan yg rendah Saudara kandung, dan anggota keluarga lainnya berinteraksi dgn anak Ayah bermain dengan anak Tidak ada kamar video Perilaku perawatan kesehatan Cuci tangan sebelum makan Memotong kuku secara Berkala Tempat penyimpanan air, Makanan sisa yg tertutup Penggunaan “LGG” lokal yg terbuat dari akar tamarin & jambu biji yang dididihkan didalam air Mandi dua kali sehari Lanjutkan pemberian asi ketika anak mengalami diare Berikan obat cacing jika perut anak mengglembung Identifikasi awal mengenai gejala-gejala penyakit (sesak napas, batuk, demam, dan diare) Mencuci tangan sebelum Makan & memberi makan Mencuci tangan sesudah dari kamar mandi Pergi ke klinik untuk Merawat anak yg sakit Cuci tangan sebelum makan dan memberi ASI setelah buang air besar Menutup tempat penyimpanan air minum/sumur Potong kuku secara berkala Berikan perhatian dan perawatan kepada anak yang sakit Tidak mengurangi pemberian makan meskipun anak sakit Konsultasi dgn penyedia kesehatan sehubungan dgn obat-obatan (tidak membuat resep sendiri) Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 113 Para ayah yang memberi makan anak mereka beragam jenis makanan termasuk dalam PKP 6. Asia Selatan Ringkasan PKP yang ditemukan dalam Penyelidikan PKP Perilaku Perilaku Pemberian Makan Banglades Butan Makanan utk anak usia dini, spt: ikan,sayuran, telur (makanan utk anak usia dini: bubuk beras atau nasi lunak dgn garam, sbg tambahan ASI) Makanan tambahan “lep” terbuat dari campuran sereal dengan sayuran memperkenalkan pemberian makanan tambahan pd umur 6 bulan (hanya untuk keluarga Shapla) Makan 4 kali/hari Sup dengan tulang, daging, telur Berikan makanan yg disukai anak jika nafsu makan mrk rendah (pisang, keju) Nepal (pegunungan) Pemberian makanan tambahan ketika berumur 5 bulan Variasi makanan: kacang polong, terung, ubi rambat daun bawang, kol, tomat, ikan, siput, kambing babi, ayam, kepiting, lemon, mulberi, jambu biji, chiuri, nibuwa, mangga Pemberian makan aktif, mengawasi anak selama pemebrian makan Perilaku Pengasuhan Anak Lagu pengantar tidur, lagu, cerita, permainan Pengasuh bermain bersama anak dgn menggunakan mainan local Para pengasuh bermain dengan anak-anak termasuk PKP. Anak selalu diawasi oleh pengawas yang berpengalaman Pengasuh terlibat dalam aktivitas anak Pengasuh penganti yg kompeten: ayah memperhatikn kesejahteraan anak Ayah berpartisi pasi dalam perawatan anak Ibu menghabiskan wkt bersama anak Anak makan bersama orangtua Pengasuh memberikan afeksi Menjaga lingkungan agar tetap aman Perilaku Perawatan Kesehatan Segera membersihkan tinja dan mencuci tangan dgn sabun setelah menggunakan toilet Ketika anak sakit, tingkatkan frekuensi pemberian makan dlm porsi yg kecil Mencuci tangan sebelum makan Ketika anak sakit slm 1 hari, lakukan puja kemudian bawalah ke Unit Kesehatan Dasar Mencuci panci/wajan dgn menggunakan air sumur (bukan air kolam) Ketika anak demam, kompres dengan air dingin 114 / Bab Empat: Lakukan Penyelidikan PKP Cuci tangan sebelum makan Mandikan anak setiap hari/ scr berkala Gunakan obatobatan herbal utk penyakit ringan Sering memberi makan pd anak yg sakit Berikan ASI&/atau memberi cairan/ makanan ketika anak mengalami Diare Ada dimana anda? BAB LIMA Langkah 5: Merancang Kegiatan Pos Gizi A. Menjadwalkan kegiatan Pos Gizi B. Merencanakan menu kegiatan Pos Gizi C. Merancang pesan-pesan pendidikan kesehatan D. Memilih tempat untuk kegiatan Pos Gizi E. Merancang protocol untuk kegiatan Pos Gizi F. Menyusun rencana kegiatan satu tahun P Bab ini akan membahas kegiatan-kegiatan utama dalam merancang kegiatan Pos Gizi. Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 115 LANGKAH 4 Adakan Penyelidikan PKP LANGKAH 5 Merancang kegiatan Pos Gizi LANGKAH 6 Pelaksanaan Kegiatan Pos Gizi LANGKAH 7 Mendukung Perilaku-Perilaku Baru LANGKAH 8 Ulangi kegiatan Pos Gizi Gizi sesuai Kebutuhan LANGKAH 9 Perluasan Program PKP/Pos Gizi EVALUASI Kegiatan Pos Gizi dirancang segera setelah penyelidikan PKP. Penyelidikan PKP menuntun pembuatan keputusan tentang makanan apa yang harus disiapkan, perilaku apa yang harus dipromosikan, dan informasi apa yang harus dibagikan sehingga orang lain juga dapat melaksanakan PKP. Perilaku-perilaku baru dalam hal pemberian makan, pengasuhan dan kebersihan akan didemonstrasikan dan dipraktekkan dalam sebuah kelompok selama kegiatan Pos Gizi dan setelah itu, secara individual di rumah masing-masing. Dan juga melalui kegiatan Pos Gizi anak-anak akan menerima gizi tambahan yang diperlukan untuk rehabilitasi. LANGKAH 3 Persiapan Penyelidikan PKP & os Gizi dilaksanakan di rumah-rumah penduduk dalam waktu dua belas hari (enam hari per minggu) dengan tidak lebih dari sepuluh anak kurang gizi dan pengasuhnya. Pada setiap sesi, para pengasuh mempersiapkan makanan-makanan padat energi dan memberi makan anak-anak mereka dibawah bimbingan para kader kesehatan. Mereka juga belajar mengenai makanan-makanan bergizi, perilaku pengasuhan dan perawatan kesehatan anak yang positif, termasuk kebersihan. Sebagai bukti keikutsertaan, para pengasuh diharuskan membawa kontribusi harian makanan Khas Positif dari komunitas mereka (yang telah diidentifikasi melalui penyelidikan PKP) atau makanan yang terdapat secara lokal lainnya yang diperlukan. Kegiatan Pos Gizi harian biasanya hanya selama dua jam. Setiap kegiatan terdiri dari komponen-komponen berikut: ♥ Menentukan tempat memasak, pemberian makan dan cuci tangan ♥ Mencuci tangan ♥ Mempersiapkan makan ♥ Pemberian makan ♥ Integrasi pesan-pesan dan perilaku-perilaku pendidikan kesehatan dan gizi. LANGKAH 2 Mobilisasi masyarakat;Seleksi dan Pelatihan PANTAU LANGKAH 5 Merancang Kegiatan Pos Gizi LANGKAH 1 Tentukan apakah program ini tepat untuk anda A. Menjadwalkan Kegiatan Pos Gizi Catatan: Bila sesi-sesi dijadwalkan pada pagi hari di satu komunitas dan siang hari di komunitas lain, supervisor akan dapat memantau dua komunitas dalam satu hari. Permulaan sesi Pos Gizi di target area haruslah berbeda-beda sehingga supervisor dapat menghadiri semua sesi dalam satu komunitas pada minggu pertama, memindahkan perhatian pada permulaan Pos Gizi di komunitas lain setelah para kader kesehatan mendapatkan kepercayaan untuk melaksanakan sesi tersebut sendiri. Ketika merencanakan/menjadwalkan 12 hari kegiatan Pos Gizi, ingat kriteria berikut ini: ♥ Lakukan segera setelah anak-anak ditimbang ♥ Rencanakan kegiatan setiap bulan, atau setiap dua bulan, atau dalam pola musiman sesuai dengan bulan-bulan dimana anak-anak mengalami kekurangan gizi terburuk (kegiatan tsb umumnya tidak diperlukan lebih dari satu tahun periode pada setiap komunitas) ♥ Rencanakan kegiatan Pos Gizi musiman untuk memberikan para keluarga variasi menu sesuai dengan musim Jadwalkan kegiatan Pos Gizi harian berdasarkan persyaratan berikut: ♥ Pilih waktu dimana para ibu/ pengasuh dapat dengan nyaman datang sehingga tingkat kehadirannyapun tinggi ♥ Karena anak-anak diharapkan tetap makan bersama dengan keluarga seperti biasanya, pilih waktu antara waktu makan yang sesuai untuk adanya pemberian makanan tambahan (misalnya 10:00 pagi atau 15:00 siang) Keg. 12 hari Pos Gizi Tindak Lanjut 2 minggu Keg. 12 hari Pos Gizi B. Merencanakan Menu Kegiatan Pos Gizi Makanan tambahan diperlukan untuk merehabilitasi anak-anak yang kurang gizi yang dihidangkan setiap hari selama kegiatan dua minggu tersebut. Menurut WHO, selama periode rehabilitasi, setiap anak harus menerima antara 150220 kalori per kilogram berat badan per hari. Bila seorang anak makan kurang dari 130 kalori per kilogram berat badan tiap hari, tidak bisa terjadi rehabilitasi. Karena itu, program tersebut harus berusaha untuk menciptakan menu Pos Gizi yang mengandung 600-800 kalori tiap hari dengan 25-27 gram protein untuk masing-masing anak. (1) Dengan menu ini akan terjadi pemulihan dalam waktu singkat, para pengasuh akan melihat adanya perubahan nyata dalam waktu dua minggu. Ini akan memotivasi keluarga-keluarga lain untuk mengadopsi perilaku baru dalam pemberian makan tersebut. Di beberapa wilayah, sulit untuk menciptakan menu yang memenuhi persyaratan harus makanan lokal secara keseluruhan. Dalam kasus ini, menu dengan minimum 500 sampai 600 kalori dan 18 sampai 20 gram protein akan mencukupi rehabilitasi anak-anak yang kekurangan gizi untuk jangka waktu yang lebih lama. Dalam situasi ini, kemungkinan besar anak-anak akan mengikuti kegiatan Pos Gizi lebih dari sekali. Keuntungan dari pengulangan Pos Gizi adalah karena memberikan kesempatan pada para pengasuh dan anggota keluarga lebih banyak waktu untuk belajar perilaku yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak dan juga membangun strategi-strategi berbasis masyarakat lainnya untuk mengatasi kekurangan gizi. Ini meningkatkan kemungkinan rehabilitasi yang berkelanjutan dan pencegahan kekurangan gizi di masa depan dalam masyarakat. 116 / Bab Lima: Merancangan Kegiatan Pos Gizi Menu haruslah: ♥ Terdiri dari makanan kecil yang bergizi, tidak mengenyangkan untuk anakanak selama mereka menunggu para ibu dan pengasuhnya memasak. ♥ Ikut sertakan makanan-makanan khas positif (misalnya buah-buahan, sayuran, udang, minyak atau kacang-kacangan) ♥ Sediakan beragam cara menyiapkan makanan ♥ Gunakan bahan yang tersedia secara lokal, sesuai musim dan terjangkau. ♥ Gunakan makanan-makanan yang kaya Vitamin A, besi, dan mikronutrien lain, bila tersedia. ♥ Gunakan produk-produk hewani dan minyak atau lemak bila mungkin ♥ Pastikan bahwa semua kelompok makanan ada dalam tiap hidangan makan sehingga anak-anak mendapatkan makanan yang seimbang. Mengembangkan menu berdasarkan hasil dari penyelidikan PKP mengenai perilaku-perilaku pemberian makanan, survey pasar secara singkat, dan analisis nilai gizi makanan-makanan lokal. Bahan-bahan yang diperlukan: Kalkulator Cangkir untuk mengukur dan sendok Tabel komposisi makanan Timbangan makanan (tidak mutlak) ♥ ♥ ♥ ♥ 1. Lakukan Survey Pasar Sebuah survey pasar sederhana yang dilakukan oleh kader-kader kesehatan untuk mengidentifikasi makanan yang sesuai dan terjangkau yang dapat dibeli dan digunakan oleh tiap keluarga (lihat contoh di bawah). Lihat ragam makanan dan unit biaya lokal. Tanya pada penjual mengenai variasi musiman dan “tanggal tua” dan juga perkiraan perbedaan harga (misalnya pada musim kering, harga buah-buah naik dua kali lipat). Ingat bahwa beberapa makanan khas positif dapat diperoleh para keluarga tersebut tanpa membeli dari kebun, sawah atau kolam. TABEL 5.1 Survey Pasar dari Sri Lanka oJenis Kuantitas Rupees Jenis Kuantitas Rupees Telur 1 4 Tuna 1 kg 100 Kentang 1 kg 50 Tuna hiu 1 kg 120 Nasi 1 kg 22.5 Ikan 1 kg 200 Ikan kering 100 gm 12 Ikan 1 kg 140 Kacang lentil 500 gm 28 Ikan kecil 1 kg 40 Green gram 500 gm 30 Ikan asin 1 kg 100 Minyak sayur 1 liter 115 Ikan pensil 1 kg 100 Minyak Kelapa 1 liter 55 Ikan tambak 1 kg 60 Santan kelapa 1 liter 65 Daging sapi 1 kg 120 Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 117 Survey pasar sederhana yang dilakukan oleh kader-kader kesehatan mengidentifikasi makanan-makanan yang sesuai dan terjangkau yang dapat dibeli dan digunakan oleh masing-masing keluarga. Bumbu-bumbu dan perencah seperti kecap ikan, kunyit, garam, bawang putih, bawang Bombay dan jahe, seringkali ditambahkan dalam menu untuk memperbaiki rasa, tapi tidak diperhitungkan dalam penilaian gizi karena tidak menambahkan nilai kandungan gizi secara signifikan. Wortel 1 kg 40 Ayam 1 kg 140 Terong 1 kg 24 Hati ayam 1 kg 160 Tomat 1 kg 56 Kelapa raja 1 70 Labu 500 gm 15 Daun selada 1 kg 80 Bit 1 kg 36 Pisang tanduk 1 kg 40 Kacang buncis 1 kg 36 Kangkung 500 gm 4 Sayuran hijau 1 ikat 5 Biji bit 100 gm 4 Kacang gilum 1 kg 40 Dambelo 1 kg 40 2. Menghitung Nilai Gizi Makanan Pos Gizi Tabel komposisi makanan, biasanya tersedia dari Departemen Kesehatan, menyediakan rincian nilai gizi per 100 gram bagian yang dapat dimakan dalam bentuk energi, lemak, protein, dan mikronutrien (kalsium, betacarotene, bentuk ekuivalen vitamin A, riboflavin, niacin, dll.) Menggunakan table ini tim menentukan nilai gizi dari makanan Pos Gizi dan makanan kecil per anak sehingga jumlah total kandungan kalori dan protein cukup untuk mencapai “catch-up growth” (mengejar ketinggalan pertumbuhan) dan pastikan adanya asupan vitamin dan mineral yang cukup. Tabel 5.3 dapat diisi dengan jenisjenis menu yang diusulkan dan nilai gizi yang terkandung di dalamnya. Sesuaikan kuantitas makanan dalam menu hingga tiap porsi makanan anak mengandung paling tidak 600-800 kilokalori dan 25-27 gram protein. Makanan utama dan makanan kecil dapat “diperkaya” untuk meningkatkan kepadatan kandungan kalori dengan cara menambahkan kacang-kacangan atau minyak. Menambahkan minyak dalam semangkuk bubur untuk meningkatkan kandungan kalori dapat mengurangi hingga setengah volume bubur yang harus dikonsumsi setiap anak. Sekali anak-anak telah mencapai “catch-up growth”, kemudian menu khas positif (tanpa tambahan minyak) seharusnya cukup untuk mempertahankan pertumbuhan dan mencegah mereka untuk mengalami penurunan pertumbuhan. Vitamin A dan C, Besi dan Seng harus diperhitungkan ketika merencanakan makanan utama. Tingkat kebutuhan mikronutrien tertentu yang diperlukan tercantum dalam Tabel 5.2. Banyak informasi lain mengenai pentingnya dan beragam sumber mikronutrien dapat ditemukan pada akhir bab ini. *Seng tidak dapat diserap dengan baik oleh mereka yang vegetarian (tidak mengkonsumsi produk hewani) dibandingkan dengan mereka yang non-vegetarian. Vegetarian mungkin memerlukan jumlah dua kali lebih banyak (jumlah dalam kurung) Sumber: Dietary Reference Intakes, Food and Nutrition Board of the National Academy of Sciences, in publication. (2) TABEL 5.2 Jumlah Mikronutrien yang Diperlukan Usia Vitamin A Vitamin C Besi Seng* 7 -12 bulan 400 RE (RE = Retinal Equivalent) 50 mg 11 mg 3 (6) mg 1 -3 tahun 500 RE 15 mg 7 mg 5(10) mg 4 -6 tahun 300 RE 25 mg 1 0 mg 5(10) mg 118 / Bab Lima: Merancangan Kegiatan Pos Gizi TABEL 5.3 Survey Pasar dari Sri Lanka Jenis Kuan GMS Makana -titas n 1. 200g Sample makanan 200g K- KALORIIE PROTEIN FEROUS IRON VITAMIN A FOLIC ADCID ZINC 100 gms Total G/ Total Mg/1 100g 00g Mg/ IU/ Total 100g IU/ Mg/1 Total 00g Mg/ total Mg/1 00g Mg/ total 90 180 12 8 0 4 9 18 24 4 0 2 2 3 4 5 6 7 8 Total 3. Lakukan Penyesuaian Menu Bila Diperlukan Menu harus sesuai secara budaya dan disesuikan dengan usia peserta yang kekurangan gizi. Bila mayoritas anak-anak berusia dibawah 12 bulan, makanan pendamping ASI (menyusui) yang sesuai harus disiapkan. Bila pesertanya berasal dari kelompok umur yang beragam, biasanya disiapkan makanan yang sama tapi dengan konsistensi yang lebih lunak untuk anak-anak yang lebih kecil dengan cara memasak makanan lebih lama dan kemudian melumatnya. Penyesuaian menu lainnya mungkin diperlukan dalam komunitas tertentu: ♥ Menu Puasa – beberapa negara melakukan puasa untuk alasan keagamaan. Seringkali puasa tidak diberlakukan untuk anak-anak tapi orang dewasa mungkin tidak mau memasak atau mengolah makanan yang tidak diperbolehkan selama waktu puasa. Kembangkan menu atau atur waktu pelaksanaan kegiatan Pos Gizi dengan pertimbangan tersebut. ♥ Menu Musim Kemarau – Beberapa negara menderita paceklik selama musim kemarau. Buah-buahan dan sayuran sulit ditemui atau tidak tersedia sama sekali. Antisipasi musim kemarau seperti ini dan rancang menu yang dapat dengan kreatif menggunakan apa yang tersedia, atau gunakan makanan yang dikeringkan atau telah disimpan pada saat musim hujan. ♥ Menu Vegetarian – Untuk kelompok masyarakat yang memilih untuk tidak mengkonsumsi produk hewani atau ikan, rancang menu yang tinggi kandungan proteinnya menggunakan kombinasi makanan (beras dan kacangkacangan) atau produk-produk kaya protein lainnya seperti tempe dan produkproduk kedelai lainnya, termasuk tahu. 4. Tentukan Ukuran Porsi Menggunakan kebutuhan atau kalori dan protein dan timbangan makanan, tentukan kuantitas dan berat untuk tiap satu porsi. karena makanan harus dihidangkan berdasarkan volume bukan berat, selama sesi Pos Gizi, tentukan bagaimana mengukur volume yang diingankan menggunakan alat pengukuran lokal. Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 119 Pemberian ASI harus dianjurkan untuk anak-anak berusia dibawah dua tahun. Namun, ASI tidak boleh diikutsertakan dalam penghitungan kalori. ASI harus diberikan pada anak bila mereka ingin dan diluar pemberian makanan tambahan (dan makanan-makanan lain). Alat-alat ukur ini dapat berupa kaleng-kaleng, genggaman tangan, jumputan jari, ukuran botol air, dan lain-lain. Metode ini memungkinkan kader untuk mengukur porsi untuk masing-masing anak selama sesi Pos Gizi dan memberikan metode praktis yang bisa digunakan oleh para pengasuh di rumah masing-masing. Karena makanan harus dihidangkan berdasarkan volume, dan bukan berat, maka selama sesi Pos Gizi, tentukan bagaimana mengukur volume yang diinginkan menggunakan alat-alat ukur lokal. 5. Siapkan Jadwal Menu Dengan menggunakan semua informasi yang ada, siapkan jadwal menu yang mencakup 12 hari sesi Pos Gizi. Termasuk: ♥ Beragam menu (dapat menukar dua menu dasar dari hari ke hari) Lihat Tabel 5.4) ♥ Kuantitas yang diperlukan untuk masing-masing bahan ♥ Siapa yang akan menyediakan bahan-bahan tertentu dan seberapa banyak ♥ Ukuran tiap porsi Table 5.4 Menu Contoh dari India Kontribusi Beras LSM Sayuran hijau Keluarga Ukuran Rumah 4 sendok makan 1 /4 ikat Kuantitas 50 grams 80 gms Kelapa Keluarga 1 genggam 20 gms Ikan kering Keluarga 2 tickels Minyak kelapa LSM Dahl Keluarga Daging kedelai Makanan kecil: Kalori Protein Biaya dalam (grams) Rupees 200 4.5 1.35 35 2 1 222 2.2 1.25 20 gms 50 11 4 100 0 0.5 35 3 1.7 Keluarga 1 sendok 1 tbsp makan 2 sendok 15 gms makan 1 genggam 10 gms 43 4 1 LSM 1 genggam 5 gms 55 3 2 740 29.7 12.8 (PKP) Biji labu TOTAL 120 / Bab Lima: Merancangan Kegiatan Pos 6. Siapkan Jadwal Makan Dengan semua informasi yang ada, siapkan jadwal makan yang mencakup 12 hari kegiatan Pos Gizi. Termasuk: ♥ Beragam menu (dapat menukar dua menu dasar dari hari ke hari) Lihat Tabel 5.5) ♥ Kuantitas yang diperlukan untuk masing-masing bahan ♥ Siapa yang akan menyediakan bahan-bahan tertentu dan seberapa banyak ♥ Ukuran porsi TABEL 5.5 Contoh Menu Harian dari SriLanka MENU A: ASI plus … Nasi Daging kedelai + Dahl Sayuran hijau + Kelapa Minyak kelapa Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7 A B A B A B Tidak ada minyak Libur MENU B: ASI plus … Sprats kering/ goreng Nasi Buncis, Pepaya Minyak kelapa Hari 8 Hari 9 Hari 10 Hari 11 Hari 12 Hari 13 A B A B A B < Minyak Penimbangan C. Rancang Berbagai Pesan Pendidikan Kesehatan Karena kegiatan Pos Gizi dilaksanakan dalam ukuran kecil dan suasana yang akrab dimana para perempuan dapat berkonsentrasi tentang kesehatan anakanak mereka, maka ada kesempatan sangat baik untuk menyebarkan pesanpesan pendidikan kesehatan. Para peserta bukan hanya sebagai “pendengar/penonton setia” tetapi mereka juga terbuka menerima pesanpesan tersebut dan tertarik untuk menjaga kesehatan anak mereka. 1. Identifikasi Pesan-pesan Utama Proses penyelidikan PKP harus mengidentifikasi sejumlah perilaku yang memandu kearah kondisi kesehatan dan gizi yang lebih baik diantara keluarga-keluarga PKP. Untuk memastikan bahwa pelajaran dari penyelidikan PKP itu sesuai dengan standard international tentang perilaku sehat, cocokkan dengan pesan-pesan pendidikan kesehatan dari Departemen Kesehatan, atau pesan-pesan “Facts of Life” dari UNICEF (3). Fokus pada perilaku pemberian makan, kebersihan, pengasuhan anak dan perilaku-perilaku penting dalam menjaga kesehatan yang penting, termasuk perawatan bagi anak yang sakit dirumah. Walaupun banyak pesan-pesan kesehatan telah didemonstrasikan dalam proses pelaksanaan kegiatan Pos Gizi (seperti praktek mencuci tangan dan pemberian makan secara aktif), pesan-pesan yang langsung mencerminkan perilaku-perilaku yang teridentifikasi dalam penyelidikan PKP perlu diperjelas dan ditekankan. Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 121 Pesan-pesan pendidikan kesehatan terutama harus mencerminkan perilaku-perilaku yang teridentifikasi dalam Penyelidikan PKP utuk pemberian makan, kebersihan pengasuhan anak dan perawatan anak yang sakit. Kotak-kotak di halaman ini menyediakan contoh-contoh pesan yang dikembangkan berdasarkan PKP yang diidentifikasikan di Myanmar, Tajikistan, Mozambik, dan Vietnam. Di Tajikistan, Anakanak PKP: ♥ Diberikan ASI atas permintaan setelah usia enam bulan ♥ Dirawat dan dijaga supaya tidak dehidrasi dengan menggunakan cairan rehidrasi buatan sendiri selama episode diare. Pesan-pesan Utama dari Penyelidikan PKP di Mozambik Anak-anak di bawah usia tiga tahun memerlukan: ♥ Makan lima sampai enam kali sehari selain ASI ♥ Tambahan minyak dan lemak dalam makanan mereka ♥ Diet tinggi protein dengan kacang marula ♥ Makan lebih banyak makanan pelindung seperti buah-buahan dan sayuran Perilaku Pemberian Makan dari penyelidikan PKP di Myanmar Berdasarkan Kelompok Umur Anak-anak usia enam sampai duabelas bulan: ♥ Makanan tambahan diberikan tiga kali sehari sebagai tambahan ASI pada saat anak tersebut menginginkan. ♥ Beragam makanan tambahan disediakan: nasi, minyak, kentang, setengah telur ayam, buncis ♥ Jumlah makanan: satu cangkir teh penuh setiap kali makan ♥ Ibu memberi anak makan dengan sendok kecil ♥ Ibu menyediakan makanan kecil terbuat dari kentang atau keripik ikan Anak-anak berusia dua belas sampai tiga puluh enam bulan: ♥ Pemberian makan yang sering: empat – lima kali sehari selain pemberian ASI ♥ Jumlah makanan: empat cangkir teh penuh setiap kali makan ♥ Ragam makanan dalam hidangan [Makan pagi ikan rebus; nasi + kacangkacangan + sayuran (keluarga vegetarian); Nasi + ikan kecil atau udang dan belut + minyak; Nasi + kangkung + telur bebek + minyak; Nasi + sayuran + daging murah (babi/kodok) + minyak] ♥ Anak makan menggunakan sendok dan piring sendiri ♥ Anak makan bersama dengan keluarga ♥ Anak minum air tajin tiga kali seminggu ♥ Anak diawasi ketika makan Pesan-pesan penyelidikan PKP Utama dari Vietnam 1. Pemberian ASI: ASI adalah makanan terbaik untuk seorang anak. ASI membantu anak melawan penyakit dan membantu mengembangkan hubungan yang erat antara ibu dan anak. Jangan berhenti menyusui sebelum usia dua belas bulan. 2. Makanan yang baik – mangkuk berwarna: Kita harus memberikan pada anakanak berusia di bawah tiga tahun beragam jenis makanan tiga sampai lima kali sehari. Makanan-makanan ini termasuk dalam “makanan baik” yang digunakan oleh beberapa keluarga yang sangat miskin tapi mempunyai anak yang bergizi baik dan juga tersedia di wilayah kita. Kita dapat membuat “mangkuk berwarna” dari beragam makanan bergizi, yaitu … 3. Makanan tambahan: Sejak usia enam bulan, selain dari pemberian ASI, kita perlu memberikan anak kita makanan tambahan. Kita bisa mulai dengan memberikan mereka air tajin encer dan secara bertahap memberikan mereka campuran tepung beras dengan udang, kepiting atau kuah sayuran sebagai pengganti campuran air yang lebih kental 4. Pengasuhan anak yang baik: Anak-anak memerlukan orang untuk menjaga mereka, memberikan mereka makan, bermain dengan mereka, dan membimbing mereka. Pengasuhan anak yang baik akan membantu anak untuk bertumbuh sehat, cerdas dan mampu menyayangi sesama. 5. Perawatan kesehatan yang baik: Kita bisa mencegah anak-anak kita menderita penyakit dengan cara menjaga rumah, tubuh anak-anak, dan makanan yang mreka makan tetap bersih; memberikan mereka vaksinasi untuk mencegah penyakit yang serius dan membawa anak yang sakit ke puskesmas; dan menimbang anakanak secara teratur untuk mengetahui kekurangan gizi sedini mungkin. 6. Merawat anak-anak yang kekurangan gizi di rumah: Keluarga dapat terus mempertahankan dan meningkatkan kesehatan anak mereka di rumah dengan menggunakan “makanan baik” yang tersedia di lingkungan seperti …, pengasuhan anak yang baik”, dan “perawatan kesehatan anak yang baik” mereka telah belajar dari “keluarga contoh”, seperti… Pesan-pesan berkaitan dengan pe rencanaan yang sehat dan 122 / Bab Lima: Merancangan Kegiatan Pos Gizi makanan dengan gizi seimbang Makanan yang direncanakan untuk kegiatan Pos Gizi termasuk penghitungan kalori, kaborbohidrat, lemak, protein, dan mikronutrien. Baik kader Pos Gizi maupun pengasuh, bagaimanapun juga, harus belajar sebuah metode sederhana, seperti pengelompokkan makanan untuk merencanakan makanan seimbang mereka sendiri. Periksa apakah ada pengelompokkan makanan tertentu yang digunakan dalam kebijakan gizi nasional . Penelitian menunjukkan bahwa para pengasuh mengalami kesulitan mendapatkan informasi mengenai tiga atau empat kelompok makanan. Dan juga, mereka mungkin lebih berkonsentrasi pada kombinasi bahan-bahan dan “kategori”nya, dan mengabaikan pentingnya frekuensi dan kuantitas. Dalam hal ini, konsep “tiga warna” atau “piring beragam warna” dapat bermanfaat. Bila tiga warna berbeda (pilihan makanan yang paling umum adalah putih/kuning, hijau, dan merah/jingga) ada dalam hidangan, makan kemungkinan besar itu adalah makanan yang seimbang. Karena bahan makanan utama biasanya berwarna putih atau kuning, dua jenis makanan lainnya dalam warna yang berbeda harus ditambahkan sehingga menjadi makanan yang seimbang. Segi Empat Makanan adalah salah satu cara untuk mengajarkan pengelompokkan makanan (lihat bab 2, Latihan 9: “Makanan Tradisional”). Dalam Segi Empat Makanan, tiap bagian mewakili sebuah komponen penting dari diet yang seimbang. Gambar sebuah segi empat besar di tanah menggunakan tongkat dan letakkan makanan yang akan dimasak selama kegiatan Pos Gizi di kotak yang sesuai untuk menjelaskan pentingnya keragaman dalam diet yang Segi empat Makanan sehat. Tip-tip untuk pemberian makan secara aktif: Pesan-pesan yang Berkaitan dengan Penyiapan Makanan Proses makan juga dapat merupakan perilaku PKP yang sangat penting. Di ♥Bayi diberi makan secara Mali, ditemukan bahwa anak yang makan dari piring/mangkuknya sendiri lebih baik daripada anak yang langsung dan bantu anak-anak yang lebih besar bila mereka makan bersama dari piring anggota keluarga lainnya. makan sendiri. ♥Tawarkan makanan kesukaan Penemuan penting ini diitegrasikan dalam praktek dan mereka dan bujuk mereka unpesan-pesan utama kegiatan Pos Gizi. Pemberian makan tuk makan ketika mereka kehisecara aktif telah sering diidentifikasikan dalam penyelidilangan selera makan atau tidak kan PKP sebagai perilaku utama yang harus dianjurkan. mau makan. ♥Bila anak-anak menolak untuk makan beberapa makanan terPesan-pesan yang Berkaitan dengan Pengenalan tentu, cobalah beberapa kombiMakanan nasi makanan, rasa, bentuk dan Karena banyak anak yang mengalami kekurangan gizi sejak mereka berusia metode yang berbede-beda enam bulan, penggunaan PKP untuk mencegah kekurangan gizi pada saat untuk membujuk . makanan pendamping ASI diperkenalkan penting sekali. Memperkenalkan ♥Ajak anak bicara ketika memmakanan baru pada diet anak selain ASI sering membutuhkan usaha tambahan beri mereka makan dan buat dari para pengasuh. Beberapa perilaku utama termasuk: kontak mata yang baik. ♥Memberi anak makan beberapa kali sehari. Dengan kemampuan pencernaan ♥Beri makan perlahan-lahan yang kecil dan terbatas, bayi dan anak-anak memerlukan porsi yang kecil tapi dan dengan sabar dan minimalsering. kan gangguan selama makan. ♥Memberi makan dalam jumlah yang cukup setiap waktu makan. Bayi dan ♥Jangan paksa anak-anak untuk makan. anak-anak seringkali memerlukan waktu makan yang lebih lama daripada orang dewasa, dan perlu dibujuk untuk dapat mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup, sesendok demi sesendok. Ini disebut pemberian makan secara aktif. ♥Menggunakan makanan-makanan yang seimbang dengan kandungan gizi Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 123 Sumber: LINKAGES, 2001 (3) yang tinggi. Makanan pendamping ASI yang baik seringkali terdiri dari beras, gandum, kentang atau jenis sereal lembut dan lunak lainnya, ditambah dengan makanan protein (telur, ASI, kacang-kacangan), minyak, dan sayuran atau buah yang sudah matang dan dilunakkan. ♥Mengurangi sakit akibat makanan yang terkontaminasi. Pastikan tangan dan alat-alat makan bersih ketika menyiapkan makanan dan sebelum makan. Beri anak makan makanan yang baru selesai diolah dan makanan yang dimasak dengan benar-benar matang. Makanan yang selesai diolah beberapa jam sebelumnya dan disimpan dalam suhu ruangan akan menumbuhkan bakteri dan membuat anak sakit. Cuci bagian luar buah segar dengan air bersih sebelum mengupasnya. Pastikan tangan dan alatalat yang digunakan bersih ketika mempersiapkan makanan dan sebelum makan. Penyelidikan PKP akan menemukan perilaku-perilaku lokal tertentu dan pengolahan makanan yang membuat pengenalan makanan menjadi berhasil. Tabel 5.6 adalah usulan panduan frekuensi makanan berdasarkan umur. TABEL 5.6 Frekwensi Pemberian Makan / Jenis Makanan Berdasarkan Umur Usia anak 6-8 bulan 9 - 11 bulan 12 – 23 bulan Kebutuhan energi harian (kkal) dari makanan(tidak termasuk ASI) 275 450 750 Jumlah pemberian makanan pendamping per hari dan bentuk makanan Jumlah pemberian ASI yang diperlukan (siang dan malam) 2-3 kali sehari Memberikan sereal dan kacang-kacangan dihaluskan, setengah bubur, buncis, ASI; ditambah potongan kecil produk hewani yang dihaluskan (telur, daging, ikan, keju) dan buahbuahan/ sayuran Bebas, sesering yang diinginkan oleh anak, secara bertahap dikurangi jumlahnya dari 8 kali sehari pada usia 6 bulan 3 - 4 kali sehari Bebas, sesering yang diinginkan oleh anak Dilanjutkan dengan “mashed gruel” (untuk usia 6-8 bulan), juga perkenalkan makanan kecil dan makanan yang digoreng, tingkatkan kuantitas produk hewani dan buah-buahan/ sayursayuran. 4 -5 kali sehari, sama seperti di atas; secara bertahap diganti menjadi makanan yang sama dengan makanan keluarga, yang dipotong halus atau dilunakkan setelah usia 12. Bebas, sesering yang diinginkan oleh anak dan secara bertahap dikurangi hingga paling sedikit sekali sehari pada saat anak berusia 23 bulan Sumber: Sanghvi 1999 (5) 2. Rencanakan Jadwal Harian Pesan-pesan Pendidikan Kesehatan Pilih paling banyak enam pesan utama untuk keseluruhan dua minggu. Setelah menyelesaikan keenam pesan dalam minggu pertama, ulang pesan-pesan yang sama pada minggu kedua (hari ke-7 – 12), dengan menggunakan metode 124 / Bab Lima: Merancangan Kegiatan Pos Gizi penyampaian yang berbeda, untuk mempertegas pelajaran yang bisa diambil. Peserta Pos Gizi mendiskusikan satu pesan Pos Gizi setiap harinya. Dengan berkonsentrasi hanya pada satu tema diskusi setiap hari mencegah membebani para ibu dengan informasi baru. Seringkali staff dan kader (terutama mereka yang adalah professional bidang kesehatan, perawat, pendidik, atau ahli gizi) terpancing utuk mencoba memperkenalkan pesan-pesan kesehatan, menu dan teori mereka sendiri. Para staff program (termasuk para kader) harus menempatkan diri mereka dalam peran sebagai pelajar, berkomunikasi dengan ibu-ibu peserta selama kegiatan Pos Gizi apa yang dipelajari selama penyelidikan PKP, dan menjelaskan bahwa kearifan para ibu di desa inilah yang mereka pelajari dan praktekkan. Pendidikan kesehatan selama kegiatan Pos Gizi tidak dapat dilakukan dengan gaya perkuliahan. Namun lebih merupakan belajar melalui praktek selama kegitan Pos Gizi, tanya dan jawab dan diskusi kelompok, yang semuanya itu akan dilanjutkan di rumah ketika mereka mempraktekkan perilaku pengolahan makanan dan pemberian makan yang baru di dapur mereka masing-masing. Momen Pembelajaran Selama sesi Pos Gizi, manfaatkan “momen pembelajaran”. Dalam World Relief Project, kader Pos Gizi menemukan bahwa ada seorang anak anggota kelompok yang menderita pneumonia. Ia menggunakan kesempatan tersebut untuk mendiskusikan tandatanda bahaya dan bagaimana mencari perawatan kesehatan. Beberapa bimbingan mengenai teknik-teknik belajar untuk orang dewasa tercantum dalam Bab 2. Untuk lebih banyak informasi mengenai perancangan pesan-pesan pendidikan kesehatan dan teknik-teknik pembelanjaran orang dewasa, lihat daftar sumber di bagian akhir panduan ini. TABEL 5.7 Contoh Rencana Pendidikan Kesehatan: Kegiatan Pos Gizi Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Pemberian ASI Kebersihan Stimulasi pada Usia Dini Anak Pemberian makanan pendamping ASI Teknik pengolahan makanan Hari 7 Hari 8 Hari 9 KeberPelajaran sihan yang bisa diambil dari uji coba menu di rumah; pemberian ASI Perawatan rumah untuk Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) / Diare termasuk tentang terapi rehidrasi oral (ORT) Perawatan rumah untuk Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) / Diare termasuk tentang terapi rehidrasi oral (ORT) Hari 10 Hari 11 Hari 12 Stimulasi pada Usia Dini Anak Ulang semua pesan; kemampuan untuk mempraktekkan perilaku-perilaku tersebut di rumah Pemberian makanan pendamping ASI D. Tentukan Tempat Pelaksanaan Kegiatan Pos Gizi Istilah “Hearth” (Pos Gizi) mempunyai arti para ibu secara sukarela menyediakan dapur dan rumahnya untuk digunakan membantu para ibu dari anak-anak yang kerkuangan gizi untuk memulai proses rehibilitasi. Masingmasing kader Pos Gizi diharapkan untuk menggunakan rumahnya sebagai lokasi dari kegiatan Pos Gizi. Akan sangatlah baik bila dapat menggunakan lokasi yang sama untuk keseluruhan 12 hari kegiatan pos Gizi, tapi sesi-sei berikutnya dapat dilaksanakan di rumah-rumah kader yang berbeda sehingga tidak diharuskan adanya komitmen jangka panjang. Bila cuaca memungkinkan, kegiatan Pos Gizi dapat dilakukan di tempat terbuka di atas tikar di bawah pohon. Karena sangatlah penting untuk dapat menciptakan suasana yang santai dan “seperti rumah sendiri”; usahakan untuk tidak melaksanakan kegiatan Pos Gizi di puskesmas atau fasilitas umum lainnya. Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 125 Sebuah contoh rencana pendidikan kesehatan dengan topik, isi pesan dan aktifitas tercantum di akhir bab ini. Kriteria Lokasi Kegiatan pos Gizi ♥ Lokasi terjangkau dan berada di tengah ♥ Cukup menampung 10-20 anak (adik / kakak biasanya ikut) dan 10 pengasuh ♥ Ada akses ke jamban ♥ Akses air bersih untuk minum, memasak, dan mencuci tangan ♥ Akses untuk berteduh dan wilayah dapur E. Rancang Protokol untuk Kegiatan pos Gizi Protokol harus disusun dengan partisipasi dan dukungan komunitas untuk memungkinkan program berjalan stabil menuju program dan mengurangi kemungkinan kehilangan atau mengabaikan satu anak pun yang memerlukan rehabilitasi. 1. Putuskan titik batas status gizi untuk keikutsertaan Apakah hanya anak-anak yang kekurangan gizi sedang atau buruk saja yang diundang untuk berpartisipasi dalam kegiatan Pos Gizi atau semua anak yang kekurangan gizi diundang? beberapa Pos Gizi mulai dirancang untuk tujuan pencegahan dan juga rehabilitasi kekurangan gizi dan juga mengundang ibuibu yang sedang hamil untuk pertama kalinya atau ibu-ibu baru dengan bayi yang bertumbuh dengan baik. (para ibu-ibu ini memberikan ASI secara eksklusif selama kegiatan Pos Gizi, tapi berpartisipasi dalam penyiapan makanan dan kegiatan-kegiatan pembelajaran lainnya untuk mempersiapkan diri mereka ketika bayi mereka sudah siap untuk diberikan makanan pendamping.) Titik batas harus diputuskan berdasarkan keperluan terbesar dan pertimbangan praktis seperti ketersediaan kader, anggaram, dan lain-lain. Di Vietnam, dimana hampir 70% dari anak-anak di bawah usia tiga tahun mengalami kekurangan gizi (ringan, sedang atau berat), maka partisipasi pada kegiatan Pos Gizi diprioritaskan untuk mereka yang mengalami kekurangan gizi sedang dan buruk (6). Beberapa proyek mempertinbangkan tingkat pertumbuhan dan bukan status gizi. Menitik beratkan pada kurva pertumbuhan memungkinkan proyek untuk memprioritaskan anak-anak yang beresiko mengalami masalah kesehatan di masa depan yang tidak ikut terpilih bila menggunakan metode lainnya. Ini adalah hal yang penting, karena kegagalan anak untuk meningkatkan berat badan seringkali merupakan tanda akan adanya permasalahan kesehatan lain yang menjadi penyebab. Misalkan saja Anak 1 yang pada saat ini mempunyai berat badan normal berdasarkan kelompok usianya, tapi tidak mengalami peningkatan berat badan sejak penimbangan terakhir. Anak 2 mengalami kekurangan berat badan berdasarkan kelompok usianya, tapi secara bertahap berat badanya meningkat. Menggunakan status gizi, Anak 2 yang akan menjadi target. Metode kurva pertumbuhan akan memprioritaskan Anak 1 yang dinilai berada pada resiko lebih tinggi (7). 2. Tentukan kriteria kelulusan Ada dua cara untuk menentukan apakah seorang anak siap untuk lulus dari Pos Gizi atau perlu untuk melanjutkan ke sesi Pos Gizi berikutnya. a. Ketika menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat): Kriteria kelulusan berdasarkan perpindahan antara kekurangan gizi berat, kekurangan gizi sedang, kekurangan gizi ringan dan status gizi normal. Ini adalah metode yang lebih mudah untuk dijelaskan dan digunakan pada anggota masyarakat. Masyarakat dapat memutuskan apakah mereka akan meluluskan anak-anak mereka: ♥ Hanya jika mencapai status gizi normal ♥ Ketika mereka berpindah dari kekurangan gizi sedang menjadi kekurangan gizi ringan ♥ Ketika mereka berpindah dari kekurangan gizi berat menjadi kekurangan gizi sedang. 126 / Bab Lima: Merancangan Kegiatan Pos Gizi b. Ketika menggunakan panduan kenaikan berat badan: Kriteria kelulusan didasarkan pada “catch-up growth” yang dicapai selama pelaksanaan kegiatan Pos Gizi. Dengan metode ini, anak-anak yang mencapai pertambahan berat badan 400 dan 800 gram dan bertumbuh secepat atau lebih cepat dari “Median Standard Internasional”: dianggap telah berhasil baik. Diasumsikan bahwa sekali seorang anak telah mencapai “catch-up growth”, ia akan terus bertumbuh selama bulan-bulan berikutnya. Bila si anak tidak mengalami pertambahan berat badan, anak tersebut harus dirujuk untuk mendapatkan bantuan kesehatan dan kader atau supervisor harus mengadakan kunjungan rumah untuk memastikan bahwa kekurangan makanan tidak menjadi penyebab kondisi tersebut. Periksa daftar kehadiran si anak dan pengasuhnya untuk memastikan bahwa mereka hadir secara teratur (kadang pengasuh datang tanpa mengajak anak mereka). Staff juga harus memeriksa menu Pos Gizi untuk memastikan bahwa anak-anak mendapatkan protein dan kalori dalam jumlah yang cukup. 3. Putuskan berapa banyak Kegiatan Pos Gizi yang dapat diikuti oleh seorang anak bahkan bila mereka belum dinyatakan lulus Jumlah yang diputuskan tergantung pada tujuan awal yang dikembangkan oleh masyarakat dan kondisi setempat. Bila tujuannya adalah untuk memindahkan anak-anak dari kekurangan gizi berat ke sedang, dua atau tiga sesi 12 hari biasanya sudah cukup. Bila tujuannya adalah untuk memindalahkan anakanak yang tadinya berada dalam status gizi buruk, sedang, dan ringan ke status gizi normal, lebih banyak sesi lagi yang dibutuhkan. Sebagian besar kegiatan PKP/Pos Gizi mewajibkan suatu pemeriksaan kesehatan dilakukan sesegera mungkin setelah pendaftaran anak-anak ke dalam proyek atau untuk anak-anak yang mengalami gizi buruk atau sedang. Anakanak yang gizi buruk (kwashiorkor atau marasmus) memerlukan bantuan medis sesegera mungkin. Di Vietnam, dimana pada saat pelaksanaan proyek percontohan 65% dari anak-anak mengalami kekurangan gizi, hanya anak-anak yang mengalami gizi buruk saja ( berat badan per umur -3 Z-skor) yang didaftarkan dalam program dan “rehabilitasi” diartikan sebagai pencapaian kondisi kekurangan gizi sedang (-2 Z-skor) atau lebih baik. Waktu rata-rata untuk seorang anak dapat “lulus” dari gizi buruk (kurang dari -3 Z-skor) kekurangan gizi sedang (-2 Zskor) berkisar antara 2.8 sesi di desa-desa percontohan di Vietnam hingga 1.9 sesi ketika program terus berkembang. (8) (Z-skor, atau standar deviasi, adalah cara yang diakui internasional untuk mendeskripsikan status gizi dan dapat ditemukan di Tabel 4.5) Karena ada sejumlah besar anak baru yang masuk dalam kategori kekurangan gizi hingga kearifan konvensional masyarakat berubah, sangatlah mungkin untuk melanjutkan kegiatan Pos Gizi dalam sebuah masyarakt dengan 300-500 anak berusia di bawah tiga tahun selama satu tahun penuh untuk dapat menjangkau semua anak. Di Haiti, 60-70% dari anak-anak yang mengikuti Pos Gizi, tiga hingga enam bulan setelahnya, mereka bertumbuh secepat atau lebih cepat dari standar internasional untuk berat per umur. 30-40% dari mereka yang tidak bertumbuh secara normal, penelitian menemukan bahwa setengah dari anak-anak tersebut Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 127 Bila status gizi tidak mengalami perbaikan setelah berpartisipasi dalam beberapa rangkaian sesi Pos Gizi, diperlukan strategi lain diluar Pos Gizi. Mesir Adanya protokol khusus untuk kasus-kasus gagal tumbuh akan memfokuskan perhatian untuk membantu anak-anak tersebut. Di Mesir, identifikasi awal akan anak-anak yang “beresiko” kekurangan gizi melalui kuesioner dan perhatian khusus melalui kunjungan rumah berulang kali memungkinkan pada pelaksana untuk secara signifikan mengurangi jumlah anakanak yang gagal tumbuh. Protokol yang digunakan dalam proyek ini dapat ditemukan pada akhir bab ini. Karena semua situasi dan kondisi yang dijelaskan dalam skenario ini, sangat sulit untuk menentukan sebelumnya, berepa banyak sesi Pos Gizi yang akan dilaksanakan dalam sebuah komunitas tertentu. mengalami infeksi, sebagian besar tuberkolosa, dan setengahnya lagi hidup dalam tingkat kemiskinan yang sangat parah. Anak-anak tersebut mendapatkan perawatan kesehatan atau didaftarkan dalam program bantuan ekonomi tergantung pada kondisi mereka. (9) Adanya hubungan antara staff sektor kesehatan formal sebelum program dimulai sangatlah penting untuk memastikan bahwa ada mekanisme rujukan untuk anak-anak tersebut. Untuk keluargakeluarga yang sangat miskin, perlu didorong untuk diadakannya kegiatankegiatan peningkatan pendapatan. Kegiatan ini termasuk diantaranya peluang usaha simpan pinjam dalam skala kecil, produksi peternakan, memelihara ayam, penyediaan bibit untuk penanaman dipekarangan atau bantuan teknis untuk meningkatkan produksi pertanian keluarga. Mendokumentasikan secara rinci kasus-kasus anak-anak yang tidak mengalami perbaikan akan dapat membantu memperbaiki pemahaman mengapa beberapa anak tersebut tidak memperoleh hasil dari program Pos Gizi. Skenario yang Mendemonstrasikan aneka ragam Situasi Pos Gizi dan Dampaknya terhadap Jumlah Sesi per Anak Skenario 1: PKP/Pos Gizi beroperasi di wilayah yang sering mengalami banjir, kekeringan, atau gempa bumi dan berada pada masa kesulitan ekonomi yang menyebabkan semua atau sebagian anggota keluarga berpindah secara musiman. Akibat rentannya kondisi masyarakat tersebut, lebih banyak sesi dengan beberapa interupsi secara periodik mungkin diperlukan. Skenario 2: PKP/Pos Gizi beroperasi tanpa cukup dukungan dalam bidang kesehatam masyarakat. Dalam situasi seperti ini, penyebab-penyebab mendasar menyangkut buruknya tanggapan terhadap asupan makanan tambahan, seperti tuberkolosis, tidak diatasi dan anak-anak yang kekurangan gizi mungkin harus berpartisipasi lebih banyak pada kegiatan Pos Gizi. Skenario 3: Proyek ini diitengrasikan dalam program kelangsungan hidup anak atau bagian dari program pendampingan dari sebuah rumah sakit dan keluarga-keluarga mempunyai akses ke pusat-pusat kesehatan. Para perancang proyek dan kelompok masyarakat mungkin sepakat mengenai jumlah sesi Pos Gizi per anak (misalnya dua hingga empat) untuk menghindari ketergantungan keluarga pada proyek ini. Bahkan dalam sebuah komunitas, beberapa rumah tangga atau dusun mungkin mempunyai jumlah sesi Pos Gizi yang lebih sedikit dibandingkan dengan yang lain. Manejer program harus tetap waspada atas insentif negative untuk mempertahankan palaksanaan Pos Gizi selama mungkin (bahkan bila harus mengorbankan “mempertahankan” tingkat kekurangan gizi tertentu). Ini terutama benar bila proyek ini menghitung input masyarakat (uang, makanan, dan lain-lain) berdasarkan jumlah aktifitas atau jumlah anak-anak yang diikutsertakan. 128 / Bab Lima: Merancangan Kegiatan Pos Gizi Contoh Protokol Pos Gizi- Masyarakat terpilih 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Lakukan pemantauan dan promosi pertumbuhan rutin setiap tiga bulan untuk anak-anak di bawah usia tiga tahun. Semua anak di bawah usia tiga tahun dan mengalami kurang gizi sedang atau berat harus menghadiri kegiatan Pos gizi. Para kader melaksanakan tindak lanjut kunjungan rumah bersamaan dengan kegiatan Pos Gizi Anak-anak yang ikut serta dalam kegiatan Pos Gizi dan diduga memiliki penyakit yang menyebabkan kurang gizi harus dirujuk ke Puskesmas terdekat Rujuk semua anak yang tidak mengalami peningkatan kondisi setelah dua kali mengikuti sesi 12-hari (dalam waktu dua bulan) untuk mendapatkan pemeriksaan medis. Ibu-ibu hamil harus dianjurkan untuk makan lebih banyak selama hamil dan mendapatkan perawatan masa kehamilan Ibu-ibu yang menyusui harus melanjutkan menyusui bila anak ingin Vitamin A akan dibagikan dua kali setahun kepada semua anak Semua anak akan mendapatkan obat cacing sebelum mulai menghadiri sesi Pos Gizi yang pertama Posyandu adalah askpek yang penting dalam rencana berkelanjutan karena: ♥ Memungkinkan pen- gasuh dan anggota masyarakat untuk mengikuti perkembangan normal anakanak dan mendorong para pengasuh yang memiliki anak-anak yang sehat untuk mempertahankan kesehatan anak-anak mereka. ♥ Mengidentifikasi anak-anak yang kekurangan gizi untuk direhabilitasi melalui Pos Gizi ♥ Memonitor status gizi kelompok target secara teratur ♥ Mengukur pengaruh F. Susun Rencana Kegiatan Setahun Rencanakan kegiatan selama setahun bekerja sama dengan Tim Kesehatan Masyarakat, penyelia/pelatih proyek, kader Pos Gizi, Petugas Kesehatan Masyarakat, dan staff kesehatan untuk menentukan tanggal kegiatan Posyandu dan Pos Gizi. Tabel 6.8 memberikan sebuah contoh rencana kerja tahunan dalam sebuah kelompok masyarakat yang besar. Bila program posyandu masyarakat sudah ada, peserta Pos Gizi dan mereka yang sudah lulus harus terus ikut serta. Kader dapat mendorong para ibu untuk membawa anak mereka pada saat mereka mengadakan kunjungan rumah untuk mengingatkan mereka. Bila program pemantauan pertumbuhan tidak ada, harus ada rencana untuk mengembangkan program tersebut di awal rencana kerja tahunan. Tim Kesehatan Desa dapat mempelopori dengan memastikan bahwa semua keluarga berpartisipasi sehingga semua anak di bawah usia lima tahun dalam masyarakat dapat ditimbang secara teratur. Para ibu yang anak-anaknya bertumbuh dengan baik akan mendapatkan umpan balik yang positif, sedangkan anak-anak yang kekurangan gizi akan terdeteksi dan dirujuk ke Pos Gizi. Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 129 dari PKP/Pos Gizi pada para penerima bantuan ♥ Mengukur keberkan- jutan rehabilitasi peserta Pos Gizi enam hingga 12 bulan setelah rehabilitasi TABEL 5.8 Contoh Rencana Satu Tahun Pos Gizi Masyarakat Besar dengan banyak Anak yang kurang Gizi Bln Ming. 1 1 1. Umpan balik kpd desa-desa mengenai hasil survei gizi & menciptakan kemitraan serta tujuan akhir bersama dengan pemimpin-pemimpin desa 2 Lokakarya mengenai analisa situasi kesehatan anak secara partisipatif, termasuk penyelidikan PKP bagi para pelatih 2 3 Analisa Situasi secara Partisipatif di 2 desa dgn suatu rencana kerja masyarakat 3 4 Membentuk atau mengaktifkan kembali Tim Kesehatan Desa (TKD) Serta memilih kader Pos Gizi 4 5 Dokumentasi Analysis situasi, Training of Trainers (TOT) untuk posyandu 4 6 Melatih TKD dan kader Pos Gizi mengenai posyandu (penimbangan) serta memperbaharui daftar keluarga 7 Sesi pertama Posyandu di 2 desa, beserta penyampaian umpan balik 1 8 Melatih Pelatih (Penyelia) Pos Gizi (sesi 1) 2 9 Melatih TKD dan kader Pos Gizi pada Pos Gizi (Sesi 1) 2 10 Supervisi pertama pada Pos Gizi 1 dalam memulai pendidikan & rehabilitasi nutrisi 11 Sesi umpan balik/pelajaran yang dipelajari 12 TOT Manajemen Pos Gizi (alat-alat monitoring & supervision) , persiapan pelatihan utk Pos Gizi 2 13 Melatih kader Pos Gizi dan TKD untuk Pos Gizi 2, termasuk ketrampilan berkomunikasi, format kunjungan rumah, manajemen (pemantauan) 14 Pos Gizi 2 di dua desa 15 Supervisi Kunjungan rumah yang dilakukan oleh kader Pos Gizi 16 TOT Penimbangan Posyandu 2, meliputi pemantauan kejadian penting serta mebuat papan monitoring 1 17 Pelatihan penimbangan Posyandu 2 untuk para kader Pos Gizi dan TKD 1 18 Sesi Posyandu 2 di dua desa 2 19 Pos Gizi 3 20 Pos Gizi 4 5 21 Posyandu 3 6 22 Pos Gizi 5 7 3&4 23 Pos Gizi 6 8 3&4 24 TOT untuk mengevaluasi pendidikan & rehabilitasi nutrisi 9 1 25 Sesi Posyandu 4 dan 6 bulan evaluasi Pos Gizi 2 26 Dokumentasi hasil evaluasi (kualitatif dan kuantitatif) serta strategi-strategi baru (rencana kerja baru) 3 27 Pos Gizi 7 and 8 9 10 3&4 3&4 28 Posyandu sesi ke- 5 11 2 29 Posyandu sesi ke- 6 13 2 30 Posyandu sesi ke- 7 15 2 31 Evaluasi proyek tahap 1 130 / Bab Lima: Merancangan Kegiatan Pos Gizi 2 1 3&4 3 1 2 3&4 4 1 3&4 3&4 3&4 TANYA JAWAB TENTANG POS GIZI Bagaimana dengan mengikutsertakan makanan tradisional? Hidangan atau masakan tradisional sebuah negara seringkali seimbang secara alamiah. Pengolahannya mungkin sulit atau memerlukan waktu lama dan karenanya tidak terlalu sering dihidangkan. Tanya kepada para tetua desa mengenai pilihan-pilihan makanan dari “jaman dulu”. Di banyak negara, ada jenis-jenis daun-daunan yang tidak lagi sering digunakan karena adanya jenis sayuran lain, seperti kol atau terung. Daun-daunan tradisional ini, seringkali kaya akan zat besi, kalsium, folic acid, protein dan Vitamin A, dan dapat diperkenalkan kembali dalam menu standar melalui Pos Gizi. Bagaimana mengatasi sistem kepercayaan yang mengaitkan kurang gizi dengan sebab-sebab yang berhubungan dengan nonmakanan? Salah satu alasan untuk memulai PKP/Pos Gizi di wilayah percontohan dalam ukuran kecil adalah untuk mendemonstrasikan pengaruh yang dihasilkan pada anak-anak kurang gizi dalam waktu satu bulan. Ketika anak-anak yang kekurangan gizi terehabilitasi, mereka menjadi bukti hidup dari efektifitas pelaksanaan Pos Gizi dan anggota masyarakat pun menjadi pendukung perubahan. Melalui contoh mereka, kepercayaan pada akhirnya akan berubah. Untuk melaksanakan proyek percontohan seperti itu, cari ibu-ibu yang tidak terlalu kuat berpegangan pada kepercayaan-kepercayaan seperti itu, untuk ikut berpartispasi dalam proyek. Apa yang terjadi bila sistem kasta melarang orang-orang yang berasal dari kasta berbeda untuk duduk dan makan bersama? Lakukan penyelidikan PKP dan cari pelaku PKP yang dapat mematahkan kebiasaan tersebut. Sementara itu, bentuk kelompok-kelompok yang terdiri dari orang-orang dari kasta yang sama untuk memfasilitasi kohesi kelompok. Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 131 Memusnahkan Penyihir di Mali Di Mali, para nenek melihat anak-anak yang direhabilitasi dari Kwashiorkor, yang mulanya mereka anggap disebabkan oleh mata setan dan hanya bisa disembuhkan melalui ilmu sihir. Mereka melaporkan, “Kami telah memusnahkan para penyihir.” INFORMASI TAMBAHAN MENGENAI MIKRONUTRIEN Vitamin A Ada hubungan antara kekurangan Vitamin A dengan meningkatnya frekuensi terjadinya infeksi dan kurang energi-protein. Vitamin A membantu melindungi tubuh dari rabun senja, campak, infeksi saluran pernapasan dan diare. ♥ ASI merupakan sumber Vitamin A yang sangat baik untuk anak hingga usia enam bulan. Ketika anak mulai makan makanan lain pada usia enam bulan, ia perlu makan makanan yang kaya Vitamin A setiap harinya. ASI adalah sumber Vitamin A terbaik bagi bayi berusia satu bulan. Ketika anak-anak mulai makan makanan yang lain pada usia enam bulan, ia perlu makan makanan yang kaya Vitamin A setiap harinya. Di wilayah-wilayah dimana makanan sumber Vitamin A sulit didapat dan negaranegara dimana telah dilaporkan terjadi kekurangan Vitamin A, WHO merekomendasikan diberikannya tambahan kapsul Vitamin A pada ibu-ibu yang baru melahirkan dan anak-anak. Tanyakan mengenai kebijakan lokal pada Departemen Kesehatan. ♥ Vitamin A yang berasal dari produk hewani adalah “retinol” (siap digunakan oleh tubuh sebagai Vitamin A). Retinol dapat ditemukan dalam daging dan ikan berlemak, dalam kuning telur dan lemak susu. Hati terutama sangat kaya akan Vitamin A. ♥ Vitamin A yang ditemukan dalam tumbuhan-tumbuhan adalah pro- vitamin atau carotenes (bentuk dimana oleh tubuh diubah menjadi Vitamin A). Sumber utama carotene adalah sayur-sayuran berwarna kuning cerah atau jingga seperti wortel, labu dan ubi merah; buah-buahan seperti pepaya atau mangga; minyak kelapa sawit; dan sayur-sayuran berdaun hijau gelap. Vitamin A cukup stabil dalam cara masak yang normal dan tidak larut dalam air. Namun, bila warna menghilang akibat proses masak yang berlebihan, Vitamin A juga akan hilang. Kandungan carotene pada daun-daunan mulai menghilang setelah dipotong atau disobek. ♥ Di wilayah-wilayah dimana makanan sumber Vitamin A sulit didapat dan negara-negara dimana telah dilaporkan terjadi kekurangan Vitamin A, WHO merekomendasikan diberikannya tambahan Vitamin A pada ibu-ibu yang baru melahirkan dan anak-anak. Pada saat penyusunan tulisan ini, rekomendasinya adalah untuk menyediakan satu dosis 200,000 IU untuk para ibu pada delapan minggu pertama setelah melahirkan; satu dosis 100,000 IU untuk bayi berusia 6-11 bulan; dan satu dosis 200,000 IU untuk anak-anak usia 12-59 bulan setiap 4-6 bulan. (10) Pastikan untuk mencocokkan kebijakan ini dengan staff Departemen Kesehatan. Vitamin C Vitamin C berperan dalan mencegah penyakit dan anemia. Sumber terbaik Vitamin C untuk anak-anak kecil adalah ASI. Vitamin C juga ditemukan dalam buah-buahan dan sayur-sayuran segar. Sumber Vitamin C yang baik adalah jeruk sitrus (lemon, jeruk, dan lain-lain), semangka, strawberi, mangga, dan tomat. Vitamin C sangat larut dalam air dan cepat rusak akibat panas. Zat Besi Bila prevalensi anemia diketahui sangat tinggi (40 persen atau lebih), berikan tambahan zat besi setiap hari (12.5mg/hari) pada bayi berusia enam bulan hingga satu tahun. Melanjutkan pemberian tambahan, bila perlu, hingga pada usia 24 bulan. Untuk bayi yang lahir dengan berat badan kurang, mulai pemberian tambahan pada usia tiga bulan (11) Teh mencegah penyerapan zat besi. Dalam kebudayaan dimana sangatlah umum bagi keluarga untuk minum teh pada saat makan, mereka harus dianjurkan untuk menggunakan teh herba setempat, air putih matang atau jus untuk 132 / Bab Lima: Merancangan Kegiatan Pos Gizi INFORMASI TAMBAHAN MENGENAI MIKRONUTRIEN menggantikan teh pada waktu makan. Teh yang dihidangkan bukan pada waktu makan tidak akan mempengaruhi penyerapan zat besi. Daging merah dan kuning telur adalah sumber zat besi yang mudah diserap tubuh dengan sangat baik, sedangkan zat besi dari sumber nabati lebih sulit untuk diserap oleh tubuh. Beberapa sumber nabati yang baik adalah sayur-sayuran dengan daun berwarna hijau, buah-buah kering seperti kismis, kacang-kacangan dan molasses. Vitamin C membuat tubuh menyerap zat besi dengan lebih baik. Seng Seng mempunyai efek positif dalam mengurangi penyakit diare dan sangat penting untuk pertumbuhan anak. Mineral ini juga mencegah pneumonia pada anak, menyembuhkan luka lebih cepat dan membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh anak. Anak-anak yang pertumbuhannya terhambat harus mendapatkan tambahan seng untuk meningkatkan tingkat pertumbuhan, Seng ada dalam bulir padi dan produk hewani seperti daging, susu dan telur. Catatan: Pemberian tambahan mikronutrien apapun atau obat cacing harus dilakukan sebelum dan terpisah dari pelaksanaan kegiatan Pos Gizi, untuk baiknya diberikan di Puskesmas atau Posyandu. Bila tidak, para ibu akan beranggapan bahwa pemulihan anaknya akibat pemberian tambahan mikronutrien dan bukan karena makanan dan perilaku Pos Gizi. Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 133 Teh menghambat penyerapan zat besi. Dalam budaya di mana umumnya meminum teh pada saat makan, keluarga-keluarga tersebut harus dianjurkan untuk mengganti teh pada saat makan dengan teh herbal lokal, air putih matang atau jus. TABEL 5.9 Pesan-pesan pada hari 1 hingga 6 diulang pada hari ke 7 hingga 12 untuk menegaskan agar pelajaran Pos Gizi dapat dipraktekkan di rumah. HARI Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Contoh Kurikulum: Kegiatan Pos Gizi 12 Hari TOPIK UTAMA Pemberian ASI Hari 8 ASI adalah makanan terbaik untuk bayi keuntungan colostrum Segera memberikan ASI setelah kelahiran Pemberian ASI secara eksklusif minimal selama tiga bulan Durasi pemberian Asi (hingga 24 bulan) AKTIVITAS Diskusi Penggunaan alat visual (poster) yg interaktif untuk menyampaikan pesan Mendaftarkan makanan anak-anak yang tersedia di desa Makanan-makanan khas positif Kontribusi makanan setiap hari, menu Pos Gizi Pentingnya lemak yang terkandung dalammakanan anak Berikan tiga kali makanan ringan kepada anak sebagai selingan diantara makanan utama Diskusi Kapan memperkenalkan makanan tambahan Mengapa memperkenalkan makanan barusebagai tambahan ASI Bahan yang dipakai dalam makanan tambahan Konsistensi dan kuantitas, metode pemberian makan Diiskusi Perawatan anak yang baik Kebersihan pribadi Kebersihan ketika memberikan makan supervisi selama pemberian makan Bagaimana memberi makan anak yang nafsu makannya rendah Diskusi Perawatan kesehatan yang baik Kebersihan lingkungan dan makanan Mempromosikan vaksinasi dan penimbangan berat badan secara berkala Diare:perawatan diare ketika di rumah (gejala, jenis makanan, penggunaan ORSdemonstrasi) Identifikasi tanda-tanda bahaya danmencari pertolongan Pencegahan diare Demonstrasi pesan mengenai cara menggunakan paket paket LGG yg dibuat sendiri - Penggunaan makanan khas positif di rumah Menerapkan perilaku kebersihan yg baik seputar makanan & ketika makan Mempertahankan kebersihan pribadi dan lingkungan yang baik Diskusi “Makanan yg baik” Dan makanan yg bervariasi Pemberian makanan tambahan Menjaga kesehatan Anak ketika berada dirumah HARI LIBUR Hari 7 ISI Penggunaan bahanbahan makanan Pos Gizi Permainan, Poster Resep untuk makanan tambahan Pesan, Permainan, Poster Berlatih selama Kegiatan Pos Gizi Pesan Pesan Bagan keluarga model Praktek di rumah Pemberian ASI Bagaimana cara meningkatkan produksi ASI Pemberian ASI ketika ibu atau anak sedang sakit Jenis makanan ketika menyusui Pemberian ASI dan jarak kelahiran anak Diskusi “Makanan yg baik” dan makanan yang bervariasi Meninjau ulang kegiatan hari ke-2 Peran dari berbagai jenis makanan terhadap pertumbuhan yg sesuai (4 kelompok makanan) Meninjau ulang menu-menu Pos Gizi Diskusi Penggunaan bahan-bahan makanan Pos Gizi Alat bantu visual yang interaktif, poster Pesan Pesan, permainan, Poster Yang termasuk dalam “pengasuhan anak yang baik ” adalah interaksi yang sering dengan anak, penunjukkan sikap saying dan pengawasa pada saat bermain setiap waktu. Hari 9 Pemberian makanan Meninjau ulang kegiatan hari ke-3 Tambahan Pemberian makanan tambahan Pemberian ASI Hari 10 Perawatan anak yang baik Sering berinteraksi scr positif dgn anak Memberikan kasih sayang Pemantauan ketika bermain & di setiap waktu Permainan tangan Perawatan kesehatan yang baik Meninjau ulang kegiatan hari ke-5 Perawatan anak yang sakit di rumah ARI : identifikasi gejala-gejala berbahaya ARI Jenis makanan selama dan setelah sakit Mencari perawatan Pencegahan Diskusi Penggunaan makanan khas positif di rumah Menerapkan perilaku kebersihan yg baikseputar makanan dan ketika makan Mempertahankan kebersihan pribadi dan lingkungan yang baik Diskusi Keluarga panutan Hari 11 Hari 12 Menjaga kesehatan anak ketika berada dirumah 134 / Bab Lima: Merancangan Kegiatan Pos Gizi Poster Resep-resep makanan tambahan Pesan Lagu-lagu Demonstrasi pola-pola pernafasan Meninjau ulang pesan Poster Pesan FORMULIR PENDAFTARAN POS GIZI Nama Kader Kesehatan:__________________________Tanggal:______________ Nama Anak: _________________________Tanggal lahir:_______ Usia (bulan):_____ jenis Kelamin:□ Laki-laki, □ perempuan ; Berat (kg):_____ Nama Ibu:_____________________________________________ Tanyakan pada ibu pertanyaan-pertanyaan mengenai anak mereka seperti tertulis berikut ini pada awal pelaksanaan 12 hari sesi Pos Gizi Bagian I: Kriteria Utama (satu atau lebih jawaban ‘b’ dinilai BERESIKO) No. Pertanyaan dan Filter Kategori kode 1 [ ] a. anak ke-1-4 child [ ] b. ke-5 dan lebih b:[ ] [ ] a. Tidak [ ] b. Ya b:[ ] [ ] a. 30 tahun kebawah [ ] b. 31 tahun ke atas b:[ ] 2 3 4 5 Anak ini anak keberapa? Apakah anak ini kembar? Berapa usia anda pada saat melahirkan anak ini? Hingga saat ini, berapa kali ibu pernah hamil? _____ Berapa kali ibu pernah melahirkan? ____ Berapa kali ibu melahirkan dengan selamat? ____ [ ] a. Tidak Apakah ada anak ibu yang meninggal? [ ] b . Ya b:[ ] Hingga saat ini, berapa kali sesi 12-hari Pos Gizi yang pernah anak ini ikuti? (Tidak termasuk sesi pada saat ini) b:[ ] [ ] a. 0-1 sesi [ ] b . 2 atau lebih Bagian II: Kriteria Tambahan (satu atau lebih jawaban ‘b’ dinilai BERESIKO) No. Pertanyaan dan Filter Kategori kode 6 [ ] a. Ya [ ] b . No b:[ ] Dalam dua minggu terakhir, apakah anak ini men- [ ] a. No galami diare? [ ] b . Ya b:[ ] Apakah pada saat lahir anak ini “lebih kecil” dibandingkan dengan anak-anak lainnya? b:[ ] 7 8 9 10 Apakah rumah anda punya jamban bersih? [ ] a. No [ ] b . Ya Berapa lama waktu yang anda luangkan untuk [ ] a. Lebih dari 1 jam memberi makan dan bermain dengan anak anda? [ ] b. Kurang dari 1 jm b:[ ] (Tanyakan pertanyaan ini pada ibu yang mempunyai anak berusia 6-12 bulan) Apakah anda memberikan ASI eksklusif pada anak ini untuk selama paling tidak empat bulan? b:[ ] [ ] a. Ya [ ] b . Tidak Formulir ini dirancang untuk mengidentifikasi anak-anak yang menghadapi resiko tertentu yang memerlukan perhatian khusus selama atau setelah pelaksanaan sesi Pos Gizi dan selama kunjungan rumah. Anak-anak ini mempunyai kemungkinan lebih kecil untuk dapat lulus dengan intensitas intervensi yang ada pada saat ini dan memerlukan usaha tambahan dari kader Pos Gizi untuk meningkatkan peluang kelulusan. Kader harus mengisi formulir untuk tiap anak secara terpisah pada hari pertama sesi Pos Gizidan setelah menimbang si anak. Pada akhir hari pertama Pos Gizi, si kader harus menganalisa data tersebut dan mengidentifikasi anak yang beresiko tersebut dalam kelompoknya. Periksa kode disamping kategori yang paling cocok dengan tanggapan ibu. Bila jawaban untuk pertanyaan tersebut adalah ‘b’, berikan tanda cek pada kolom terakhir. Bila jawaban untuk pertanyaan APAPUN dalam bagian I (Kriteria Mayor) adalah ‘b’ atau bila ada DUA jawaban ‘b’ di bagian II (Kriteria Minor) anak tersebut harus diidentifikasi untuk mendapatkan perhatian khusus seperti ditunjukkan dalam halaman berikutnya. Jumlah jawaban ‘b’ di Bagian I (Kriteria Mayor): ____ Formulir dari Save the Children/ AS: Jumlah jawaban ‘b’ di Bagian II (Kriteria Minor): ____ Kantor Wilayah Mesir BERESIKO: YA □ TIDAK □ Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 135 Bila jawaban dari Formulir Registrasi Pos Gizi (halaman sebelumnya), menunjukkan bahwa seorang anak menghadapi resiko tertentu, anak tersebut harus diidentifikasi untuk mendapatkan perhatian khusus seperti telah dijelaskan dalam daftar “protokol”. Luangkan waktu lebih banyak pada kunjungan rumah dan selidiki permasalahan mendasar, hambatan dan titik-titik penolakan. PROTOKOL UNTUK IDENTIFIKASI DINI ANAK-ANAK KURANG GIZI YANG “BERESIKO” 1. Pastikan bahwa ibu dan anaknya menghadari ke dua belas hari kegiatan Pos Gizi (periksa setiap hari). 2. Lakukan kunjungan rumah keluarga tersebut sekali lagi. 3. Pastikan bahwa ibu telah memahami semua pesan-pesan Pos Gizi dan perilaku-perilaku yang dianjurkan dan tahu bagaimana melakukannya dengan benar. 4. Jelaskan semua perilaku-perilaku tersebut dan pentingnya bagi pembuat keputusan keluarga yang lain (misalnya ibu mertua dan/atau suami) untuk memastikan dukungan mereka. 5. Pastikan bahwa semua anak berusia enam bulan ke atas mendapatkan makana pendamping selagi tetap disusui, si anak diberikan makan secara aktif oleh ibu/ayah/pengasuh (terutama untuk anak-anak yang tidak berselera makan), bahwa ada beragam jenis makanan (terutama makanan khas positif) dalam diet harian anak dan bahwa ada frekuensi pemberian makan yang tepat (paling tidak 3-4 kali makan dalam sehari) dengan porsi yang sesuai pada setiap kali makan. Anjurkan pemberian makanan kecil yang sehat pada anak di rumah. 6. Selama mengadakan kunjungan rumah, berikan perhatian khusus pada ibu yang memperkenalkan makanan pendamping untuk pertama kalinya. Periksa bahan-bahan makanan yang digunakan, konsistensi dan jumlah serta metode pemberian makan. 7. Gunakan waktu lebih lama pada saat kunjungan rumah dan periksa permasalahan-permasalahan mendasar , hambatan dan tantangan dengan berbicara pada ibu, ibu mertua, suami dan anggota keluarga lainnya (misalnya selidiki apakah ada hambatan waktu, kurangnya pemberdayaan pada ibu untuk melaksanakan perilaku Pos Gizi di rumah, ibu mertua/suami yang keberatan dengan perilaku-perilaku baru tersebut, hambatan ekonomi, tidak adanya jamban, sumber air minum yang aman, dan lain-lain). 8. Pastikan bahwa ibu mempunyai cukup waktu untuk melaksanakan perilaku anjuran Pos Gizi dan punya cukup waktu untuk memberi makan, berinteraksi dan bermain dengan anaknya. Bila tidak, diskusikan kemungkinan untuk mengurangi beban kerja ibu dengan bantuan ibu mertua, suami dan anggota keluarga lainnya. Permasalahan ini dapat diatasi melalui manajemen waktu yang lebih baik, memberikan prioritas pada kebutuhan anak dalam pekerjaan rumah sehari-hari, dan lain-lain. 9. Pastikan bahwa pengasuh pengganti mendapatkan nasehat cukup dari ibu tentang bagaimana merawat si anak ketika dia tidak ada di rumah. 10. Periksa ada tidaknya perilaku kebersihan yang baik di rumah tangga tersebut (misalnya kebersihan tubuh yang baik, kebersihan yang baik ketika memberikan makan anak dan pada pengolahan dan penyiapan makanan, dan lain-lain). 11. Pastikan bahwa ibu /ibu mertua/suami dapat mengenali tanda-tanda anak ketika sakit dan menjelaskan pentingnya mencari bantuan medis yang sesuai dan tepat waktu. Tekankan pada pentingnya tetap memberikan makan pada saat anak sakit dan meningkatkan pemberian makan segera setelah sakit untuk mengejar pertumbuhan (catch-up growth). 12. Selidiki ada tidaknya paket LGG di rumah dan penggunaan yang tepat oleh ibu. 13. Pada kunjungan rumah apapun, bila anak sedang diare, pastikan bahwa ibu memberikan LGG pada anaknya (terutama pada saat kehadiran anda). 136 / Bab Lima: Merancangan Kegiatan Pos Gizi Ada dimana anda? LANGKAH 6 Laksanakan Kegiatan Pos Gizi A. Kumpulkan bahan-bahan dan susun kegiatan Pos Gizi harian B. Sambut dan catat kehadiran pengasuh dan anak-anak mereka dan kumpulkan makanan khas positif C. Pimpin sesi Pos Gizi D. Supervisi kegiatan Pos Gizi B ila semua perencanaan telah selesai, sekarang waktunya untuk memulai kegiatan Pos Gizi. Bab ini akan mencakup Langkah 6 hingga 8. Sup Batu Prajurit-prajurit yang cerdas tersebut kemudian memutuskan untuk membuat sepanci “sup batu”. Mereka meminjam sebuah panci dan meletakkan sebuah batu besar dalam panci. Mereka menambahkan air dan mulai memasak “sup” tersebut. Penduduk desa menjadi curiga dan berkumpul mengelilingi kedua prajurit tersebut untuk melihat apa yang sedang dimasak. Para prajurit mengatakan, “Sup ini sebenarnya sudah enak, tapi saya ingin kita tambahkan beberapa wortel. Pasti rasanya akan lebih enak lagi.” Tidak lama kemudian seorang wanita berkata, “Ya, saya punya beberapa wortel di dapur, tunggu sebentar saya ambilkan”. Mereka memotong-motong wortel tersebut dan memasukkannya ke dalam panci. Kemudian mereka berkata, “Sup batu ini akan sangat nikmat kalau saja kami punya beberapa kentang.” Tidak lama kemudian seorang warga membawa beberapa kentang. Kemudian mereka mengatakan betapa bahan-bahan tambahan lainnya seperti bawang, tomat, buncis dan labu akan membuat sup bertambah nikmat. Tidak lama kemudian panci itu penuh dengan sup yang bergizi. Seluruh penduduk desa bersorak sorai dan mengucapkan selamat pada kedua prajurit tersebut atas resep sup yang luar biasa tersebut. Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 137 LANGKAH 3 Persiapan Penyelidikan PKP LANGKAH 4 Adakan Penyelidikan PKP LANGKAH 5 Merancang kegiatan Pos Gizi LANGKAH 6 Pelaksanaan Kegiatan Pos Gizi LANGKAH 7 Mendukung Perilaku-Perilaku Baru LANGKAH 8 Ulangi kegiatan Pos Gizi Gizi sesuai Kebutuhan LANGKAH 9 Perluasan Program PKP/Pos Gizi EVALUASI Setelah bertahun-tahun berperang, dua prajurit mendatangi sebuah desa untuk mencari makanan. Mereka mendatangi rumah pertama dan meminta makanan. Bosan terus-menerus menyediakan makanan untuk tentara selama perang sedangkan mereka sendiri tidak punya cukup makanan, keluarga pertama mengatakan mereka tidak punya makanan yang bisa diberikan. Mendatangi rumah kedua mereka mendapatkan jawaban yang sama. LANGKAH 2 Mobilisasi masyarakat;Seleksi dan Pelatihan & Langkah 6: Melakukan Kegiatan Pos Gizi Ada sebuh dongeng dari Eropa yang menggambarkan dinamika yang dapat dilihat dalam kegiatan Pos Gizi: LANGKAH 1 Tentukan apakah program ini tepat untuk anda gunakan PANTAU BAB ENAM Langkah 6, 7 dan 8: Melaksanakan, Mendukung & Mengulang Kegiatan Pos Gizi Moral penting dari cerita “Sup Batu” itu adalah sejumlah besar kontribusi kecil akan menciptakan makanan bergizi yang cukup untuk semua orang. Demikian pula, kombinasi makanan yang tersedia di wilayah setempat, yang dikontribusikan dalam program Pos Gizi dan oleh anggota masyarakat, dapat memberi makan dan merehabilitasi anak-anak yang kekurangan gizi. Daftar Bahan-bahan ♥ Timbangan berat badan (dapat juga digunakan untuk program monitoring pertumbuhan) ♥ Buku catatan untuk mencatat kehadiran dan berat badan ♥ Menu harian dan resep ♥ Bahan-bahan pendidikan kesehatan ♥ Sabun, baskom, handuk (untuk demonstrasi mencuci tangan dan praktek) ♥ Teko air ♥ Tikar (untuk menampung anak-anak) ♥ Panci untuk memasak, penggorengan dan alat-alat memasak. ♥ Papan alas memotong, alu dan lumpang ♥ Bahan bakar/ kayu (untuk memasak) ♥ Cangkir, mangkuk dan sendok (atau para pengasuh dapat membawanya dari rumah) ♥ Bahan makanan pokok (contohnya beras, fufu, ubi) ♥ Minyak ♥ Bahan-bahan tambahan A. Mengumpulkan Bahan-Bahan dan Menyiapkan Sesi Pos Gizi Harian Bahan-bahan berikut ini harus dikumpulkan dan disiapkan beberapa jam sebelum pelaksanaan sesi Pos Gizi sesungguhnya dimulai: Semakin banyak bahan-bahan yang dapat dikontribusikan oleh para pengasuh dan masyarakat semakin besar kepercayaan masyarakat dan pada akhirnya juga kelangsungan pelaksanaan Pos Gizi. Sebagai tambahan dari sejumlah makanan khas positif, para ibu dapat diminta untuk secara bergantian membawa bahan makanan pokok, minyak dan bahan-bahan lainnya. Mereka juga dapat diminta untuk membawa cangkir, sendok dan handuk setiap harinya dan bergantian untuk membawa beberapa panci dan alat-alat masak lainnya. Tabel 6.1 (halaman berikutnya) menyediakan sebuah daftar tentang bahan-bahan dasar dan kolom-kolom untuk mengidentifikasi sumber dari bahan-bahan tersebut. Setelah bahan-bahan tersebut dikumpulkan, siapkan sebuah tempat untuk mencuci tangan dengan sabun dan air bersih dan sebuah tempat dengan permukaan yang bersih untuk membersihkan dan memotong makanan. Ambil jarak yang cukup dengan tempat memasak, siapkan sebuah tempat yang bersih untuk meletakkan tikar sebagai tempat bagi anak-anak untuk duduk dan bermain. Susun alat-alat makan, piring dan cangkir dan tutupi untuk menghindari dihinggapi lalat atau terkena debu. B. Sambut dan Catat Kehadiran para Pengasuh dan Anak-anak mereka dan mengumpulkan Makanan-makanan khas Positif Para kader dan staff program harus menyambut semua peserta dengan hangat dan sopan. Para kader kemudian harus mengumpulkan makanan khas positif dan menunjukkan pada para peserta dimana mereka duduk. Kader kemudian harus mencatat kehadiran para pengasuh dalam buku catatan, bersama dengan makanan khas positif dan/atau kontribusi lain yang dibawa dalam kegiatan tersebut. 138 / Bab Enam: Melaksanakan, Mendukung & Mengulang Kegiatan Pos Gizi TABEL 6.1 Bahan dasar untuk Mempersiapkan Dapur Pos Gizi PERALATAN MASYARAKAT BADAN PELAKSANA PENGASUH Panci Wajan Peralatan memasak Mangkok Baskom Sendok Cangkir Gelas air Talenan Alu dan lumpang Sabun Gunting kuku Kesetan Bahan bakar/kayu Makanan khas positif Makanan pokok (nasi,fufu, yams) Minyak Handuk Bahan-bahan lain Kegiatan Pos Gizi mengharuskan tiap pengasuh membawa beberapa makanan sehat yang telah diidentifikasian sebagai makanan khas positif dalam masyarakat tersebut. Ada beberapa alasan mengapa: ♥ Para pengasuh belajar untuk mengumpulkan atau membeli makanan khas positif dan mengolahnya menjadi hidangan yang bergizi ♥ Para pengasuh berulang kali mempraktekkan perilaku mengumpulkan dan menyiapkan makanan yang sehat ♥ menunjukkan bahwa perilaku mengenai pemberian makanan tersebut ditekankan pada akhir sesi ♥ Keluarga-keluarga membentuk sebuah kebiasaan harian dalam pemberian makanan yang sehat dan mudah tersedia pada anak-anak mereka. C. Pimpin Sesi Pos Gizi Sebuah sesi Pos Gizi selama dua jam biasanya terdiri dari satu jam penyiapan makanan dan memasak, setengah jam untuk memberi makan dan setengah jam untuk bersih-bersih dan diskusi masalah kesehatan. Setiap hari, para peserta secara bergiliran melakukan tugas-tugas berbeda dalam Pos Gizi sehingga semua orang belajar semua perilaku baru. Ketika beberapa peserta memasak, peserta yang lain bermain dan mengasuh anak-anak. Mereka mencuci tangan, menyediakan makanan kecil dan mempraktekkan permainan dan lagu-lagu untuk menstimulasi anak-anak mereka. Kakak-kakak yang ikut hadir dapat diminta untuk membantu dalam mencuci tangan dan kebersihan, makanan kecil, permainan dan diskusi. Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 139 Sesi Pos Gizi mengharuskan tiap pengasuh untuk membawa beberapa makanan sehat yang telah diidentifikasikan sebagai makanan khas dalam masyarakat tersebut. Langkah-langkah umum yang dilakukan dalam tiap Sesi Pos Gizi Harian 1. Menyambut kehadiran semua peserta. Mengulang tujuan dari Pos Gizi, agenda hari itu, dan menanggapi bila ada komentar atau pertanyaan dari peserta. (Anda bisa mendiskusikan makanan khas positif dan kontribusi lain yang dibawa pada hari itu, dan juga penyebabpenyebab lambatnya pertumbuhan anak.) 2. Tunjukkan pada para peserta dimana mereka dapat mencuci tangan mereka dan tangan anak mereka: demonstrasikan teknik mencuci tangan yang baik menggunakan sabun dan menggosokkan kedua tangan paling sedikit tiga kali. (Pada waktu yang sama memeriksa apakah ada tanda-tanda sakit pada anak-anak dan merujuk anak-anak yang sakit ke Puskesmas) 3. Membagikan makanan kecil pada anak-anak (mendiskusikan bagaimana makanan kecil dapat meningkatkan asupan kalori, menstimulasi selera makan dan menyediakan waktu bagi para pengasuh untuk memasak makanan utama). 4. Melaksanakan diskusi pendidikan kesehatan mengenai topik kesehatan pada hari itu. 5. Membagi para peserta menjadi beberapa tim untuk tiap-tiap aspek dari penyiapan makanan, pengasuhan anak dan stimulasi, dan bersihbersih. 6. Siapkan dan masak makanan ketika peserta yag lain bermain dengan anak-anak menggunakan lagu-lagu dan permainan. 7. Ulang mencuci tangan dengan para pengasuh dan anak. 8. Mendistribusikan makanan dan memantau para pengasuh ketika mereka memberi makan anak-anak mereka (gunakan kesempatan ini untuk mendemonstrasikan teknik-teknik pemberian makan secara aktif). 9. Bersih-bersih. 10. Ulas kembali pelajaran pada hari itu. 11. Rencanakan menu dan kontribusi makanan untuk hari berikutnya dengan para ibu atau pengasuh lainnya. Pemberian makan secara bersama dalam kegiatan Kelompok Pos Gizi sangat penting karena beberapa alasan: ♥ Makan bersama membantu mengatasi kurangnya selera makan karena anakanak yang duduk bersama cenderung untuk mau makan bersama ♥ Terbentuknya sebuah kelompok dukungan melalui persiapan makanan secara bersama ♥ Para pengasuh dapat saling berbagi dan mempraktekkan teknik-teknik stimulasi anak-anak usia dini yang berbeda-beda ♥ Para kader dapat memonitor makanan diberikan pada anak yang kekurangan gizi dan bukannya pada anggota keluarga yang lain ♥ Para kader dapat memberikan pendidikan gizi pada sekelompok pengasuh yang siap mendengarkan ♥ Para kader dapat mendemonstrasikan aspek emosi antara ibu-anak dan kakak-anak dalam pemberian makanan ♥ Para kader dapat memberikan dukungan moral pada para pengasuh Hari-hari Khusus Ada beberapa hari khusus dengan kegiatan-kegiatan khusus yang perlu dimasukkan dalam agenda harian. Hari ke-1 dan ke-12: Penimbangan Anak Setiap anak ditimbang pada hari pertama dan hari terakhir sesi Pos Gizi. Bahan-bahan yang diperlukan: ♥ ♥ ♥ Timbangan Buku catatan Pos Gizi Kartu Menuju Sehat (dibawa oleh pengasuh untuk tiap anak) Kader menimbang masing-masing anak, mencatat berat mereka dalam buku catatan Pos Gizi dan menggambarkan berat tersebut dalam Kartu Menuju Sehat milik anak. Para pengasuh harus diberitahukan mengenai berat, pertumbuhan dan status kekurangan gizi anak mereka. 140 / Bab Enam: Melaksanakan, Mendukung & Mengulang Kegiatan Pos Gizi Hari ke-7: Hari di Rumah Sendiri Setelah selama enam hari memasak dan memberi makan dengan cara berkelompok, pada hari ketujuh para peserta tinggal di rumah dan mempraktekkan perilaku-perilaku baru. Diskusi pada Hari ke-8 harus berkisar tentang pengalaman para pengasuh ketika mereka mencobanya di rumah. Bila perilaku tersebut tidak dipraktekkan di rumah, sangatlah penting untuk mengetahui kenapa dan membantu para pengasuh untuk mengembangkan sebuah strategi. Gunakan teknik-teknik wawancara mendalam untuk mengetahui hambatanhambatan apa yang ditemui dalam rumah tangga. Melalui diskusi, para pengasuh dapat berbagi permasalahan dan saling mengusulkan pemecahannya. Hari ke-11: Satu Hari Sebelum Hari Terakhir Sesi Pos Gizi Pada sesi Pos Gizi yang kesebelas, para kader meminta tiap keluarga untuk membawa semua bahan-bahan yang diperlukan untuk menyiapkan makanan yang sehat bagi anak mereka di rumah, untuk dibawa pada sesi terakhir. Mereka juga mengingatkan para pengasuh untuk membawa KMS pada sesi terakhir. Hari ke-12:Hari Terakhir Sesi Pos Gizi Pada hari terakhir sesi Pos Gizi, para pengasuh mempersiapkan makanan seperti yang mereka lakukan di rumah. Sebagai tambahan kegiatan harian rutin, pada sesi Pos Gizi ke-12, anak-anak akan ditimbang. Kader pos Gizi mencatat status anak (apakah ia lulus atau harus mengulang Pos Gizi pada bulan depan) dalam buku catatan Pos Gizi dan mendiskusikan hasilnya secara pribadi dengan tiap pengasuh. Untuk anak-anak yang telah masuk ke kategori hijau dan memenuhi kriteria kelulusan: Para kader mengucapkan selamat pada para pengasuh dan menganjurkan mereka untuk mempertahankan kesehatan anak mereka di rumah. Untuk para pengasuh yang anak-anaknya telah berhasil meningkatkan berat badannya, tapi belum memebuhi kriteria untuk lulus: Para kader mengucapkan selamat dan menganjurkan mereka untuk melanjutkan di rumah apa yang telah mereka pelajari selama sesi Pos Gizi dan kembali untuk ikut sesi Pos Gizi berikutnya. Kemudian mereka mengadakan kunjungan rumah untuk memberitahukan jadwal sesi Pos Gizi berikutnya dan memeriksa kemajuan anak. Untuk anak-anak yang beratnya tidak bertambah: Para kader berbicara dengan pengasuhnya mengenai hal tersebut, memberikan bimbingan mengenai pelaksanaan menu Pos Gizi dan kebersihan dan perilaku pengasuhan di rumah. Bila si anak tidak pernah sakit, mereka mengingatkan ibu bahwa makanan Pos Gizi adalah makanan tambahan dan bukan makanan pengganti. Pengasuh kemudian diminta untuk membawa anaknya pada sesi Pos Gizi berikutnya. Penyelia dan kader kemudian akan mengadakan kunjungan rumah ke keluarga tersebut sebelum pelaksanaan Pos Gizi berikutnya, untuk menganjurkan pelaksanaan perilaku-perilaku baru. Bila pengasuh adalah kakak: Kader menyarankan bahwa mereka akan memberitahukan langsung pada orangtua mereka hasil dari sesi Pos Gizi tersebut. Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 141 Setelah menyelesaikan hari terakhir sesi Pos Gizi, kader merangkum dan mencatat informasi berikut ini dalam buku catatan: ♥ Jumlah keseluruhan anak-anak yang ikut serta dalam kegiatan Pos Gizi ♥ Jumlah anak yang mengalami peningkatan berat badan ♥ Jumlah anak-anak yang tidak mengalami peningkatan berat badan ♥ Jumlah anak-anak yang mengalami penurunan berat badan ♥ Jumlah dan persentase anak-anak yang lulus ♥ Jumlah dan persentase anak-anak pada setiap tingkat status malnutrisi ♥ Jumlah anak-anak yang direncanakan untuk ikut serta dalam sesi Pos Gizi berikutnya D. Memantau Kegiatan-kegiatan Pos Gizi Manejer proyek mengawasi para penyelia/pelatih dan penyelia/pelatih mengawasi para kader Pos Gizi. Pengawasn yang baik pada kedua tingkatan ini memastikan kualitas dalam kegiatan Pos Gizi dan menyediakan umpan balik dan bimbingan yang mendukung untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang mungkin akan muncul. Ketika proyek ini dimulai, baik manejer proyek dan penyelia/pelatih harus berpartisipasi dalam mensupervisi lokasi Pos Gizi. Karena ini adalah ketrampilan yang perlu dipelajari melalui praktek, maka direkomendasikan agar staff proyek dan penyelia/pelatih melakukan kunjungan supervisi sesering mungkin. Selama penyelia/pelatih mendapatkan pengalaman, staff proyek dapat setahap demi setahap mengambil alih tugas supervisi lokasi. Penyelia membantu pengasuh mengatasi hambatan-hambatan yang mungkin ditemui dalam situasi rumah sehari-hari, mempertegas pesan-pesan utama dan menyediakan dukungan dan semangat untuk melanjutkan mempraktekkan perilakuperilaku baru hingga menjadi rutinitas. Penyelia/pelatih harus ada pada awal kegiatan Pos Gizi untuk membantu para kader dalam mengatasi berbagai isu yang mungkin muncul. Hal ini benar khususnya pada beberapa hari pertama dari masing-masing sesi Pos Gizi ketika mereka mengecek apakah semua bahan makanan yang tepat telah digunakan, bahwa penimbangan dilakukan dengan benar, dan bahwa para kader mendorong para pengasuh dan ibu untuk berpartisipasi. Atur secara bergiliran pada permulaan sesi Pos Gizi supaya dapat memfasilitasi kehadiran tersebut di beberapa hari pertama yang sangat penting ini. Daftar Tilik Pengamatan dan Panduan Wawancara Pengasuh bermanfaat untuk membantu penyelia dalam mengkaji kualitas intervensi. Umpan Balik Pengawas dan Panduan Pemecahan Masalah memberikan alat untuk merangkum informasi yang dikumpulkan, mengkaji ulang dengan kader Pos Gizi, dan membimbing mereka dalam mengembangkan jalan keluarnya. Mengkaji ulang catatan-catatan dan menafsirkan data dilakukan bersama dengan para kader Pos Gizi dan memberikan bukti kuantitatif dari kekuatan dan kelemahan program tersebut. Contoh formulir supervisi ada pada bagian akhr bab ini dan dapat diadaptasikan sesuai program yang diperlukan. Sebagai tambahan, staff dan/atau penyelia/pelatih dan kader harus melakukan kunjungan ke rumah-rumah keluarga peserta secara rutin selama pelaksanaan kegiatan Pos Gizi dan untuk selama periode dua minggu hingga satu bulan setelah sesi-sesi tersebut berakhir. Kunjungan rumah memberikan penyelia informasi berharga mengenai kemungkinan dilakukannya perilaku-perilaku baru tersebut di rumah. Penyelia membantu pengasuh untuk mengatasi hambatan-hambatan yang ditemui dalam kehidupan nyata sehari-hari dirumah, mempertegas pesan-pesan utama dan memberi dukungan dan semangat untuk melanjutkan mempraktekkan perilaku-perilaku baru tersebut hingga menjadi suatu rutinitas. Kunjungan-kunjungan ini sangat penting terutama untuk anak yang tidak lulus dari sesi Pos Gizi. Penyelia seringkali dalam posisi untuk menangani isu-isu yang tidak dapat ditangani oleh kader Pos Gizi secara sendiri. Melalui kunjungankunjungan ini, para penyelia mendukung para kader dan memastikan keberhasilan intervensi ketika kader belajar ketrampilan yang diperlukan untuk melakukan tanggung jawab mengadakan kunjungan ke rumah-rumah sendiri. 142 / Bab Enam: Melaksanakan, Mendukung & Mengulang Kegiatan Pos Gizi Langkah 7: Mendukung Perilakuperilaku Baru LANGKAH 7 Mendukung Perilaku-perilaku Baru Melalui Kunjungan Rumah T eori perubahan perilaku menyatakan bahwa untuk membentuk sebuah kebiasaan diperlukan paling sedikit 21 hari untuk mempraktekan perilaku baru tersebut. Pos Gizi harus dilihat sebagai latihan 4 minggu (28 hari): dua minggu bekerja dengan sesama pengasuh lainnya dalam sebuah kelompok diikuti dengan dua minggu praktek di rumah dengan supervisi sewaktu-waktu oleh seorang kader kesehatan. Di beberapa kelompok masyarakat, kader Pos Gizi mengunjungi para pengasuh di rumah setiap hari selama dua minggu untuk memastikan bahwa mereka mampu untuk melanjutkan mempraktekkan perilaku baru tersebut. Di kelompok masyarakat lainnya, penduduk desa yang secara informal memonitor kemajuan anak-anak mereka, sehingga para kader tidak harus terlalu sering mengadakan kunjungan. Sebuah peran penting dari kader dalam kunjungan tindak lanjut adalah untuk memastikan bahwa makanan tersebut adalah makanan tambahan. Seorang ibu tidak boleh melarang anaknya makan makanan bagiannya pada waktu makan keluarga hanya karena ia sudah mendapatkan makanan tambahan dan makanan kecil. Si anak memerlukan gizi tambahan untuk mencapai “catch up growth” yang diperlukan. Kader Pos Gizi melanjutkan setiap bulannya atau setiap dua bulannya untuk mencatat berat dan status gizi semua anak dibawah usia tiga tahun yang menjadi tanggung jawab mereka. Mereka mengumpulkan dan berbagi data pertumbuhan dengan Tim Kesehatan Desa dan tokoh masyarakat menggunakan papan monitoring desa yang dipampangkan dengan jelas di balai desa atau Puskesmas. Sistem monitoring ini merupakan alat yang bermanfaat bagi masyarakat untuk mengukur peningkatan status gizi dari anak-anak mereka dan memberikan penegasan ulang positif bagi para pengasuh. Satu komponen utama dari pendekatan Pos Gizi adalah keterlibatan masyarakat dan adanya perubahan besar dalam masyarakat. Ini tidak hanya mengenai rehabilitasi anak-anak yang kekurangan gizi secara individual dan meluluskan mereka melalui kegiatan Pos Gizi. Ini juga mengenai membangkitkan kesadaran masyarakat akan masalah kurang gizi pada anak dan membuat masyarakat menyaksikan sendiri perbaikan gizi yang dicapai atas kerja keras para tetangga mereka. Ketika tokoh-tokoh masyarakat selalu diinformasikan mengenai hasil dari Pos Gizi, mereka dapat merasakan kekuatannya. Tanpa dukungan masyarakat dibalik usaha ini, kekuatan dari metodologi ini akan berkurang drastis dan bahkan hilang. Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 143 Argumen yang paling meyakinkan dalam perubahan perilaku adalah adanya perubahan yang nampak pada anak. Setelah dua minggu sesi Pos Gizi, seorang anak puliha dari kekurangan gizi dan menjadi selalu ingin makan dan bermain, hilangnya pembengkakan (edema) dan/atau mulai menambah berat badan. Para ibu dapat membuat hubungan antara memberikan makanan tambahan dan melihat adanya peningkatan besar dalam selera makan, penampilan secara keseluruhan, dan tingkat keaktifan anak mereka. Di Myanmar, staff LSM meletakkan hasil dan foto-foto Pos Gizi di stasiun kereta setempat. Masyarakat menjadi ingin tahu dan ingin belajar lebih banyak lagi. Pemasaran seperti itu merupakan cara yang efektif untuk menyebarkan informasi dan mempromosikan gizi yang baik. Langkah 8: Mengulang Kegiatan Pos Gizi LANGKAH 8 Banyak kelompok masyarakat, setelah mereka melihat hasil positif dari program Pos Gizi, sangat ingin untuk berbagi teknik dengan tetangga atau kelompok masyarakat lainnya. Ulang Kegiatan Pos Gizi jika diperlukan A nak-anak yang tetap kekurangan gizi diundang untuk hadir pada sesi Pos Gizi bulan depan, hingga mayoritas dari semua anak-anak di kelompok masyarakat tersebut menunjukkan penambahan berat badan dan pertumbuhan yang cukup. Persyaratan kelulusan dan protokol untuk mengulang Pos Gizi telah dibahas dalam Bab 5. Sebagian besar kelompok masyarakat mengulang program Pos Gizi setiap bulannya atau secara periodik selama satu tahun untuk merehabilitasi semua anak-anak yang kekurangan gizi. Hasil-hasil penimbangan posyandu di kelompok masyarakat tersebut yang akan menentukan kapan Pos Gizi sebenarnya akan berakhir. Kelompok masyarakat itu sendiri yang harus memastikan bahwa perilaku baru mereka itu berkelanjutan ketika lembaga pelaksana berpindah ke daerah yang lain. “Di Hijau!” Seorang Direktur Program sedang mengunjungi proyek Pos Gizi di pedesaan Myanmar. Ia melihat seorang anak laki-laki berlompatlompatan pada saat sesi Pos Gizi sambil dengan bangga mengatakan “Aku sudah di hijau! Aku sudah di hijau!” Anak laki-laki ini baru saja lulus. Tapi ketika ia melihat makanan yang diberikan pada anak-anak yang menjadi peserta Pos Gizi pada hari itu, ia merubah nada bicaranya dan berusaha menarik kembali apa yang sudah ia katakan, “Maksudku, aku masih di kuning.” Makanan terlihat begitu menggoda, ia bersedia untuk berpura-pura bahwa ia masih membutuhkan Pos Gizi! Banyak kelompok masyarakat, setelah mereka melihat hasil positif dari program Pos Gizi, sangat ingin untuk berbagi teknik dengan tetangga atau kelompok masyarakat lainnya. Antusiasme ini menarik para pengasuh yang memiliki anak-anak kekurangan gizi yang mungkin belum berpartisipasi dalam Pos Gizi terdahulu. 144 / Bab Enam: Melaksanakan, Mendukung & Mengulang Kegiatan Pos Gizi TANYA DAN JAWAB Bagaimana kalau para ibu bekerja sepanjang hari di sawah atau di pabrik sehingga tidak dapat menghadiri Pos Gizi? Kehadiran memang cenderung sporadis pada awal pelaksanaan program, dan hanya sedikit saja yang hadir setiap hari. Namun bagi peserta yang datang setiap hari, anak-anak mereka mempunyai kondisi gizi yang lebih baik. Anakanak ini akan menjadi contoh yang baik bagi yang lain dan tingkat absent akan berkurang ketika masyarakat menyaksikan sendiri hasil positif dari mengikuti sesi Pos Gizi. Memang tetap menjadi sebuah tantangan untuk memilih waktu yang tepat, kapan para ibu dan pengasuh lainnya mempunyai waktu luang. Bila pengasuh utama adalah nenek atau kakak, orang tersebut dapat menemani si anak. Siapapun yang memberi makan si anak, haruslah belajar perilakuperilaku baru yang bermanfaat tersebut dan kemudian “melatih” si ibu di Memang tetap menjadi sebuah tantangan untuk rumah melalui pemberian contoh dan diskusi. Apakah kakak atau adik diperbolehkan untuk menghadiri Pos Gizi? Pos Gizi menitikberatkan pada rehabilitasi anak-anak yang kekurangan gizi. Anak-anak lain hanya diijinkan untuk makan bila ada makanan yang berlebih dan semua peserta Pos Gizi telah makan. Bila ada kakak yang ikut serta, cari cara untuk melibatkan ia dalam membantu praktek mencuci tangan. Semakin banyak anggota keluarga yang terpapar dengan pesan-pesan Pos Gizi, semakin tinggi dukungan yang didapat untuk mengadopsi perilaku-perilaku baru tersebut di rumah. Bila pengasuh membawa beberapa anak yang terlalu tua untuk ikut Pos Gizi, tapi masih memerlukan perhatian, mungkin salah satu anak paling besar dari yang hadir dapat diberi tugas untuk membawa mereka keluar bermain sehingga para ibu tidak teralihkan perhatiannya dan tingkat kebisingan selama penyiapan makanan dan pemberian makanan bisa dikurangi. Bolehkah ibu hanya mengirimkan anaknya? Tidak, Ini bukan program pemberian makanan. Seorang anak tidak bisa dikirimkan sendiri untuk mendapatkan makanan dan penjemput tidak boleh datang dan mengambil makanan untuk si anak bila ia tidak hadir. Karena itu bukanlah tujuan Pos Gizi yang berdasarkan pada perubahan perilaku. Bagaimana dengan para ibu yang lapar dan kekurangan gizi yang membawa anak-anak yang kekurangan gizi juga? Sulit untuk menolak memberikan makanan pada para ibu yang memasak dan memberi makan anak-anak mereka. Ada manfaat-manfaat yang bisa didapat dengan meminta mereka mencoba makanan tersebut. Pertimbangkan untuk menambahkan bahan-bahan tambahan pada sebagian makanan sehingga para ibu juga bisa ikut makan. Ini dapat menjadi kesempatan untuk meningkatkan gizi ibu, tapi tujuan utama program tetap pada pemberian makan untuk anakanak. Hubungkan ibu-ibu tersebut dengan proyek-proyek yang menghasilkan pendapatan atau bantuan makanan. Bagaimana bila pengasuh tidak membawa kontribusi? Para pengasuh yang tidak mambawa kontribusi tidak diperbolehkan untuk menghadiri sesi. Ini untuk mencegah terjadinya preseden yang tidak baik. Makanan khas positif, pada dasarnya, tidaklah mahal dan mudah didapat dan untuk mendapatkannya seharusnya tidak menjadi biaya tambahan. Dengan Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 145 memilih waktu yang tepat, kapan para ibu dan pengasuh lainnya mempunyai waktu luang: Siapapun yang memberi makan si anak, haruslah belajar perilakuperilaku baru yang bermanfaat tersebut dan kemudian “melatih” si ibu di rumah melalui pemberian contoh dan diskusi TANYA DAN JAWAB memprioritaskan ulang sumber-sumber yang terbatas dan merubah pola belanja, keluarga-keluarga dapat membeli pilihan-pilihan makan yang lebih bergizi. Bila sebuah keluarga benar-benar terlalu miskin, (berdasarkan pendapat kelompok masyarakat) untuk dapat mengkontribusikan makanan khas positif, maka mereka bisa diminta untuk membawa air atau kayu sebagai bahan bakar pada sesi Pos Gizi. Bagaimana meyakinkan anak-anak yang tidak berselera makan untuk makan? Jangan pernah paksa seorang anak untuk makan. Biarkan si anak untuk makan secara perlahan dan sedikit demi sedikit. Stimulasi usia dini dan interaksi dengan ibu atau pengasuh adalah alat yang paling efektif untuk membuat si anak menyukai makanannya. Coba gunakan lagu-lagu, permainan, kontak mata dan permainan interaktif. Anak-anak yang menghabiskan makanan mereka harus mendapatkan tambahan makanan sampai mereka tidak lagi lapar. Bagaimana seorang anak yang sudah makan banyak pada Pos Gizi diharuskan untuk makan lagi bersama dengan keluarga seperti biasanya? Mungkin ini terlihat seperti sejumlah besar makanan, tertutama untuk anak anoreksia yang sama sekali tidak tertarik dengan makanan. Namun demikian, selera makan umumnya distimulasikan untuk membantu mereka mulai makan dan anak-anak anoreksia akan menjadi lapar kembali. Sekali mereka telah mengatasi anoreksia awal mereka, tanpa diminta mereka akan segera menghabiskan makanan mereka. Para ibu harus memahami bahwa makanan Pos Gizi adalah makanan tambahan dan dirancang untuk membantu anak-anak yang kekurangan gizi untuk menambah berat badan mereka. Makanan ini tidak untuk menggantikan kalori yang diberikan di rumah. Bila anak tidak mendapatkan kalori tambahan, maka tidak ada harapan untuk mengejar ketinggalan pertumbuhan. Tekankan bahwa makanan adalah obat untuk membantu anak mereka pulih. Setiap anak yang menghabiskan makanan mereka harus mendapatkan tambahan makanan sampai ia tidak lagi lapar. Harap diingat bahwa anak yang kekurangan gizi mungkin langsung buang air besar segera setelah ia makan. Ini normal. Tenangkan si ibu dan tunjukkan lokasi jamban. Apa yang anda lakukan bila anak-anak yang kekurangan gizi tidak dapat menghabiskan makanan mereka selama sesi Pos Gizi? Setiap anak yang ikut serta akan mendapatkan sejumlah tertentu makanan sesuai dengan kandungan kalori dan protein yang diperlukan, jadi usahakan untuk tidak mengurangi kandungannya. Setelah sudah pasti si anak tidak mau makan lagi, kakak atau ibu dapat menghabiskan makanan tersebut. Makanan sisa tidak boleh dibawa pulang. Karena tidak dapat dipastikan bahwa si anak yang akan menghabiskannya dan mikroba dapat berkembang dengan cepat dalam makanan matang. Selera makan si anak mungkin akan meningkat selagi sesi Pos Gizi berjalan. Secara bertahap tingkatkan jumlah makanan. Seringkali anak-anak kekurangan gizi tidak akan makan banyak pada beberapa sesi pertama karena diperlukan beberapa hari bagi tubuh menyesuaikan diri dengan makanan padat kalori dan bergizi. Bila pengasuh terus membujuk untuk makan pada tiap sesi dan sepanjang hari, tidak lama anak-anak akan kembali berselera makan. 146 / Bab Enam: Melaksanakan, Mendukung & Mengulang Kegiatan Pos Gizi TANYA DAN JAWAB Apa yang terjadi dengan para kader Pos Gizi setelah sesi Pos Gizi selesai? Kader Pos Gizi seringkali merupakan tumpuan kegiatan-kegiatan kesehatan lainnya. Sebagai akibat dari keberhasilan dalam merehabilitasi anak-anak yang kekurangan gizi, kader Pos Gizi mendapatkan pengakuan dari masyarakat dan menjadi sumber pengetahuan yang dipercaya. Ia sekarang dilengkapi dengan ketrampilan yang dapat digunakan untuk kegiatan-kegiatan kesehatan lainnya Apa yang terjadi dengan para ibu ? Sesi Pos Gizi memberikan kesempatan pada para perempuan untuk berkumpul bersama dalam sebuah suasana yang aman, terbuka dan interaktif. Para perempuan yang mungkin merasa terisolasi atau tidak yakin sekarang dapat menjalin hubungan dengan orang lain dan berbagi permasalahan bersama. Satu hasil penting dari pendekatan Pos Gizi adalah kuatnya rasa solidaritas dan persahabatan yang terjadi diantara para peserta. Setelah Pos Gizi, para perempuan seringkali menciptakan jaringan dukungan informal dan seringkali membentuk kelompok-kelompok formal diantara mereka sendiri dalam hal pemberian dukungan untuk pemberian ASI atau penciptaan penghasilan. Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 147 Satu hasil penting dari pendekatan Pos Gizi adalah kuatnya rasa solidaritas dan persahabatan yang terjadi diantara para peserta. DAFTAR TILIK PENYELIAAN UNTUK PENGAMATAN SESI POS GIZI Penyelia harus mengisi formulir di halaman ini untuk setiap sesi Pos Gizi yang ia kunjungi. Catat apakah terdapat hal-hal yang tertulis di bawah ini dan tuliskan komentar-komentar yang mungkin bermanfaat. INFORMASI UMUM Tanggal: Penyelia Desa: Hari Pos Gizi yang ke: Jumlah anak yang hadir: Hubungan antara pengasuh dengan anak-anak (contohnya ibu, nenek, kakak): HAL-HAL YANG DIPERIKSA ADA? YA KOMENTAR TIDAK Lokasi Pos Gizi: *Kebersihan lingkungan *Ada atau tidaknya sabun dan air *Wilayah dapur yang luas dan bersih *Tikar untuk tempat duduk peserta Makanan Pos Gizi: *Kontribusi makanan khas positif dari masing-masing peserta *Bahan-bahan kontribusi LSM *Konsistensi makanan dan porsi per anak *Makanan kecil disediakan Pengasuh mempraktekkan: *Mencuci tangan sebelum mengolah makanan *Mencuci wajah dan tangan anak-anak sebelum dan setelah makan *Pengolahan makanan *Manejemen yang tepat untuk menangani anak yang tidak berselera makan *Interaksi yang baik antara pengasuh dan anak dalam bermain dan secara keseluruhan Ketrampilan kader: *Memantau para ibu yang menyiapkan dan memasak makanan *Menyemangati para pengasuh yang mengalami kesulitan dalam memberi makan anak mereka *Ketrampilan komunikasi yang baik *Ketepatan pencatatan dalam Buku Pos Gizi 148 / Bab Enam: Melaksanakan, Mendukung & Mengulang Kegiatan Pos Gizi PANDUAN WAWANCARA PENGASUH INFORMASI UMUM Tanggal : Penyelia: Desa: Pos Gizi hari ke: Jumlah anak yang hadir: PERTANYAAN JAWABAN Pemahaman umum 1. Mengapa anda dan anak anda ada di sini? 2. Menurut anda apakah mungkin keluarga miskin di wilayah ini mempunyai anak yang bergizi baik? Bagaimana bisa? Perubahan nyata pada anak 1.Apakah si anak semakin baik? Bagaimana anda tahu? 2.Perubahan-perubahan apa (fisik, emosi atau social) yang anda dan anggota keluarga anda yang lain lihat pada anak anda di rumah? 3. Berapa berat badan anak anda pada hari pertama? Sekarang? Kontribusi makanan 1.Apa yang anda kontribusikan untuk makanan hari ini? 2.Apakah anda mengkontribusikan makanan tiap hari? Mengapa? Mengapa tidak? 3.Mengapa anda menggunakan makanan khas tersebut? Perubahan perilaku di rumah 1.Kegiatan apa yang dulu tidak pernah anda lakukan tapi sekarang anda lakukan di rumah? 2.Apa saja yang dulu selalu anda gunakan tapi sekarang tidak anda gunakan lagi? Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 149 Penyelia harus menggunakan pertanyaan-pertanyaan ini untuk mewawancara masingmasing pengasuh pada sesi Pos Gizi dan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai pengetahuan dan kebiasaan mereka. Catat semua kutipan langsung dari peserta sebanyak mungkin. Setelah menyelesaikan wawancara, rangkum semua jawaban dan kembangkan menjadi satu atau dua profil singkat mengenai si penerima bantuan. Umpan Balik Penyelia dan Panduan Pemecahan Masalah Menggunakan hasil dari Daftar Tilik Penyelia untuk Pengamatan kegiatan Pos Gizi dan Panduan Wawancara Pengasuh, penyelia harus mencatatkan semua permasalahan yang muncul dalam kegiatan Pos Gizi dan bimbing para kader dan staff dalam mengembangkan jalan keluarnya. Formulir ini memberikan catatan tertulis. INFORMASI UMUM Tanggal: Penyelia: Desa: MACAM-MACAM ISU KEKUATAN KELEMAHAN SOLUSI Pengasuh: *Kehadiran dan partisipasi *Profil pengasuh Lokasi Pos Gizi: *Kebersihan *Sabun dan air *Wilayah dapur *Kenyamanan peserta Makanan Pos Gizi: *Kontribusi peserta *Pembelian makanan *Ukuran porsi dan konsistensi *Makanan kecil Perilaku-perilaku pengasuh: *Mencuci tangan dan wajah *Pengolahan makanan *Manajemen anak-anak *Interaksi pengasuh-anak Ketrampilan Kader: *Supervisi para ibu *Mendorong para pengasuh *Ketrampilan komunikasi *Pembuatan catatan Pengetahuan, sikap dan praktek pengasuh: *Pemahaman proyek *Perubahan perilaku yang dilaporkan Diskusi topik-topik khusus (pendidikan kesehatan) Topik-topik lainnya 150 / Bab Enam: Melaksanakan, Mendukung & Mengulang Kegiatan Pos Gizi Ada dimana anda? BAB TUJUH Langkah 9: Memperluas Program PKP/Pos Gizi A. Mengembangkan contoh sukses dalam ukuran kecil B. Kerjakan sebuah model sukses yang diperluas C. Perluas program PKP/Pos Gizi hingga ke tingkat kabupaten D. Ciptakan sebuah “Universitas Hidup” atau “Lokasi Laboratorium Pembelajaran Lapangan” E. Dukung para peserta yang baru lulus untuk kembali ke desa masing-masing dan memulai replikasi P Keinginan untuk memperluas harus dibangun sejak awal. Bila pihak pelaksana ingin memperluas program hingga ke tingkat kabupaten dan mungkin ke kabupaten lainnya, perwakilan dari Departeman Kesehatan dan dari dinas kesehatan setempat harus dilibatkan sejak awal proses. Partisipasi mereka dalam memonitor dan mengevaluai model awal akan membantu pemahaman mereka tentang pengaruh potensial dari pendekatan ini dan membantu menjamin komitmen mereka dalam membentuk replikasi yang berhasil. Selagi melakukan perluasan, ingat untuk hanya melibatkan kelompok-kelompok masyarakat yang sesuai dengan persyaratan lokasi-lokasi yang efektif untuk PKP/Pos Gizi (lihat Bab 1). Save the Children/Vietnam (SC/Vietnam) mengembangkan sebuah proses lima langkah perluasan program PKP/Pos Gizi sukses mereka, yang pada akhirnya menjangkau 2.2 juta orang dalam jangka waktu tujuh tahun. Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 151 LANGKAH 4 Adakan Penyelidikan PKP LANGKAH 5 Merancang kegiatan Pos Gizi LANGKAH 6 Pelaksanaan Kegiatan Pos Gizi LANGKAH 7 Mendukung Perilaku-Perilaku Baru LANGKAH 8 Ulangi kegiatan Pos Gizi Gizi sesuai Kebutuhan LANGKAH 9 Perluasan Program PKP/Pos Gizi EVALUASI ada dasar rancangan, kelompok-kelompok Pos Gizi dibentuk dalam unitunit kecil di tingkat rukun tetangga. Perluasan melibatkan pengulangan pengalamam Pos Gizi yang berhasil di rukun tetangga lainnya, pertama di desa yang sama, dan kemudian di desa-desa tetangga, kelompok-kelompok masyarakat lainnya di tingkat kecamatan atau kabupaten, dan pada akhirnya di tingkat nasional. Sangat penting untuk memulai yang kecil dan melaksanakan program Pos Gizi yang kuat dan solid. Sangatlah penting untuk memonitor dan mengevaluasi tahap awal dari program ini untuk menunjukkan bahwa pendekatan dapat berhasil di wilayah tertentu. Program ini kemudahan akan menjadi model untuk desa-desa atau organisasi-organisasi lain dalam pelaksanaan pendekatan tersebut. LANGKAH 3 Persiapan Penyelidikan PKP & Pendekatan untuk Perluasan LANGKAH 2 Mobilisasikan masyarakat;Seleksi dan Pelatihan PANTAU LANGKAH 9 Memperluas Program PKP/Pos Gizi LANGKAH 1 Tentukan apakah program ini tepat untuk anda gunakan Save the Children/ Vietnam memulai dari empat kelompok masyarakat dengan populasi kurang lebih 20,000 orang. A. Kembangkan sebuah Model yang Sukses Berukuran Kecil Direkomendasikan bahwa pendekatan PKP/Pos Gizi dilakukan pertama kali di beberapa desa yang memiliki tingkat kekurangan gizi berat sangat tinggi. Proyek percontohan ini harus dimonitor dan dievaluasi untuk melihat keefektifitasnya untuk memastikan bahwa proses dan alat-alat yang digunakan memproduksi hasil yang diinginkan (lihat Bab 8). B. Kerjakan Sebuah Model Sukses yang Diperluas Sekali pendekatan PKP/Pos Gizi divalidasi, program dapat diperluas ke kemlompok masyarakat yang lebih besar. SC/Vietnam memperluas program dari empat kelompok masyarakat menjadi empat belas kelompok masyarakat atau dari 20,000 orang menjadi kurang lebih 80,000 orang. Pada tahap ini, pendekatan seringkali harus disederhanakan untuk menitikberatkan pada tujuan-tujuan program utama yaitu untuk merehabilitasi anak-anak kekurangan gizi, memungkinakan keluarga untuk mempertahankan rehabilitasi anak-anak di rumah secara mandiri, dan memastikan adanya rasa kepemilikan masyarakat atas perilaku-perilaku baru dalam pengasuhan anak, pemberian makan, dan mencari pelayanan kesehatan. Walaupun fakta menunjukkan bahwa ada permasalahan kesehatan dan sosial lain yang juga perlu ditangani, SC/Vietnam menitikberatkan hanya pada perilaku-perilaku PKP/Pos Gizi yang bisa dilaksanakan dan berkelanjutan yang diperluas. Ini memungkinkan SC/Vietnam untuk mengelola sumber daya manusia dan pemantauan yang dibutuhkan untuk mempertahankan kualitas selama perluasan. Pengalaman dari program percontohan, dikombinasikan dengan penyederhanaan, memungkinkan untuk melakukan replikasi lebih cepat dari implementasi awal. Elemen utama dari pendekatan ini, seperti Penyelidikan PKP, dipertahankan untuk memastikan rasa kepemilikan masyarakat. Setelah memvalidasi pendekatan yang disederhanakan dan memastikan bahwa pendekatan tersebut berhasil dan dapat diulang, staff program dapat mengadaptasi kurikulum, alat-alat dan bahan-bahan pelatihan sesuai dengan kebutuhan. C. Perluas Pendekatan PKP/Pos Gizi ke Tingkat Kebupaten Staff tingkat kabupaten harus dilibatkan dalam langkah A dan B untuk membantu mengkaji program dan mengembangkan strategi dan alat-alat perluasan. Setelah pendekatan tersebut dinyatakan dapat dilakukan dan efektif, pihak pelaksana dapat bekerja sama dengan tim manajemen kabupaten untuk menentukan ketepatan replikasi program di tingkat kabupaten, dan untuk memilih di kecamatan dan kelompok masyarakat mana saja pendekatan ini akan paling bermanfaat. Langkah ini akan menciptakan keyakinan Departemen Kesehatan dan memastikan kerjasama yang diperlukan untuk mendukung rasa kepemilikan masyarakat setempat, memperluas usaha-usaha advokasi untuk pendanaan pemerintah dan menangani implikasi-implikasi kebijakan yang mungkin terjadi. Langkah ini memnfokuskan pada transfer peran dan tanggung jawab pada manajemen program dan pemecahan masalah, dan juga menjadi katalis untuk replikasi PKP/Pos Gizi. 152 / Bab Tujuh: Memperluas Program PKP Pos Gizi D. Ciptakan sebuah “Universitas Hidup” atau “Laboratorium untuk Pembelajaran Lapangan” Sekali program PKP/Pos Gizi telah berhasil diuji dan direplikasi, pengetahuan dan pengalaman yang telah didapat menjadi dasar bagi laboratorium hidup dimana orang mendapatkan pelatihan mengenai pendekatan ini dan belajar melalui pengalaman langsung. Para staff mengembangkan kurikulum latihan untuk pelatih dimana mereka melatih para pelaksana yang tertarik untuk melaksanakan pendekatan PKP/Pos Gizi. Para peserta latihan dipilih dari kabupaten, program atau lembaga lain, lebih baik dalam tim terdiri dari dua atau tiga orang per lokasi, untuk menghadiri pelatihan selama satu atau dua minggu. Kehadiran tim-tim tersebut akan mendorong adanya keterlibatan aktif oleh para mitra dan adanya proses pembelajaran kelompok yang dapat memfasilitasi proses pembuatan keputusan dan implementasi akhir. Pelatihan ini berlangsung di lokasi lapangan PKP/Pos Gizi dimana peserta latihan belajar baik teori dan praktek lapangan dengan mengunjungi desadesa/lokasi dan berpartisipasi dalam penimbangan, Penyelidikan PKP, dan kegiatan Pos Gizi secara langsung. Kurikulum juga termasuk sesi tentang bagaimana melatih orang lain, dan bagaimana bekerja sama dan memobilisasi masyarakat. Metodologi pelatihan partisipatif, reflektif dan tentang suatu tanya jawab masalah permasalahan adalah sebuah pendekatan baru untuk banyal peserta latihan dan sangat penting untuk adanya pembalikan peran yang diperlukan dalam pendekatan PKP/Pos Gizi – baik itu masyarakat sebagai guru dan pelatih sebagai fasilitator. Program PKP/Pos Gizi yang berhasil menjadi sebuah laboratorium hidup dimana pelaksana baru yang potensial dari kabupaten dan program lain dapat belajar mengenai pendekatan Penyelidikan PKP melalui pengalaman praktek langsung. Sebuah “Universitas Hidup” Contoh yang Menginspirasikan Aksi “Pada saat saya mendengar tentang model [PKP/Pos Gizi] saya tidak percaya itu akan berhasil. Saya pikir itu akan memerlukan anggaran yang besar dan sejumlah besar bantuan teknis. Tapi setelah saya mengunjungi [Universitas Hidup] di Quang Xuong, Thank Hoa, baru saya berpikir bahwa ini dapat dilakukan. Pada tahun 1996, Save the Children/US memulai kegiatan mereka di propinsi kami di dua komunitas percontohan dan saya menjadi semakin tertarik. Saya bertanya apa saya boleh menghadiri pelatihan pada Universitas Hidup dan saya diperbolehkan. Dua staff dari kantor propinsi dan 12 staff dari kantor kabupaten dari Quang Ngai juga hadir. Tidak lama kemudian telah ada 34 komunitas yang menggunakan model tersebut. Saya tahu bahwa ini juga dapat dilakukan di komunitas lain, jadi saya modifikasi program tersebut dan menggunakannya di 21 komunitas lain sebagai bagian dari Program Gizi Nasional.” E. Dukung Mereka yang Baru Lulus untuk Kembali ke Rumah Mereka dan Memulai Replikasi Setiap tim kembali ke lokasi proyek mereka masing-masing dan mereplikasi PKP/Pos Gizi di dua hingga empat komunitas untuk menentukan apakah pendekatan ini efektif di wilayah mereka. Tim pelatihan Universitas Hidup berkonsultasi dengan para lulusan baru terebut untuk memastikan bahwa proyek percontohan mereka berhasil, dan untuk membantu mereka menyelesikan permasalahan dan menemukan peluang-peluang. Setelah proyek percontohan tersebut divalidasi, para lulusan bekerja untuk memperluas model dan menciptakan universitas hidup mereka sendiri untuk lebih lanjut memperluas pendekatan PKP/Pos Gizi. Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 153 Dari sebuah diskusi dengan pejabat kantor Propinsi dan Kabupaten seperti tertulis di “An Assessment of the Living University as a Mechanism for Expansion,” David Pyle dan Tricia Tibbetts, 2002, Draft. (1) Hasil dari Lapangan World Relief Bangladesh, Rumah Sakit Albert Schweitzer di Haiti, dan Save the Children Vietnam masing-masing mendemonstrasikan keefektifitasan PKP/Pos Gizi dan mengkontribusikan pada pelajaran yang dapat diambil mengenai perluasan pendekatan. (2) berdasarkan usaha ini dan uji coba oleh para staff dan organisasi negara-negara lain, pendekatan PKP/Pos Gizi sekarang telah diterapkan di lebih dari 22 negara. Contoh berikut ini memberikan gambaran variasi yang mungkin digunakan dalam perluasa program PKP/Pos Gizi. Di Mozambik, program dimulai secara bersamaan di setiap “Care Group” yang diorganisir oleh World Relief. Setiap “Care Group” terdiri dari sepuluh ibu-ibu kader yang masing-masing mewakili dan malayani satu blok yang terdiri dari sepuluh keluarga. Tingginya jumlah organisasi kemasyarakatan yang sudah terbentuk membuat pendekatan ini efektif dan cepat berkembang. Di Ethiopia, Christian Children’s Fund memulai PKP/Pos Gizi berskala kecil di wilayah kumuh pinggiran kota, dekat dengan kantor nasional mereka. Lokasi tersebut memfasilitasi adanya supervisi ketat dan memberikan tempat pelatihan yang nyaman bagi para staff lapangan dari seluruh wilayah negara yang datang ke ibu kota untuk pertemuan tingkat nasional. Di Nepal, Save the Children/Japan dan Red Barna dari Save the Children/Norway bekerja sama dengan lebih dari 32 LSM lokal untuk memperluas program. Bekerja sama dengan kelompok-kelompok tersebut menghasilkan adanya pembangunan kelembagaan yang lebih besar dan kesempatan untuk menjangkau lebih banyak lagi populasi yang berada di tempat terpencil dan tersebar luas. Keberhasilan Perluasan engalaman menunjukkan bahwa memperluas program PKP/Pos Gizi memerlukan lebih dari hanya strategi replikasi yang disusun rapi. Perluasan dapat terjadi dalam berbagai bentuk, tapi ada beberapa faktor yang penting untuk keberhasilan program perluasan. P ♥Kepemimpinan/kepemilikan: sebagai tambahan untuk kepemilikan lokal yang penting bagi PKP/Pos Gizi, perluasan memerlukan seorang jawara (atau sejumah jawara) untuk terus memotivasi staff, mempertahankan kelangsungan program kepada para pembuat keputusan politik dan memastikan pendanaan yang cukup untuk usaha-usaha perluasan. Perluasan PKP/Pos Gizi ♥Dukungan Departemen Kesehatan: Seperti dinyatakan sebelumnya, keterlibatan dan dukungan Departeman Kesehatan sangat penting dalam usaha perluasan. Depkes dapat mengadvokasikan dukungan program, memfasilitasi pelaksanaan di banyak kelompok masyarakat, berbagi data kesehatan yang penting, membantu kelanjutan pesan-pesan kesehatan yang diajarkan pada masyarakat, dan membantu sistem rujukan yang lebih baik untuk anak-anak yang kekurangan gizi berat dan anak-anak sakit ke fasilitas kesehatan. Pencatatan yang baik akan biaya-biaya proyek dan 154 / Bab Tujuh: Memperluas Program PKP Pos Gizi perkiraan biaya untuk perluasan dapat membantu para pembuat keputusan memerlukan kepemimpinan nasional. Inovasi-inovasi baik, terbukti berhasil dalam mengurangi serta kepemilikan lokal dan kekurangan gizi pada anak-anak, dapat beralih dari kelompok masyarakat dukungan Departemen lokal ke kebijakan tingkat nasional. Kesehatan ♥Kerangka Kerja Monitoring dan Evaluasi yang Kuat: Data evaluasi menunjukkan efektifitas program, akibat dan potensi pengaruh pada populasi yang lebih besar. Ini penting untuk meyakinkan orang lain bahwa ini adalah pendekatan yang berhasil yang perlu dipelajari lebih lanjut. Data monitoring memastikan bahwa program ulangan dapat mempertahankan standar kualitas yang tinggi dan bahwa setiap kegagalan memberikan kesempatan untuk belajar dan adaptasi dan bukannya meremehkan program perluasan tersebut. ♥Pelatihan Partispatif: Pelatihan untuk pelatih harus berdasarkan pada prinsip-prinsip pembelajaran orang dewasa yang tepat. Konsep utama dan langkah-langkah pendekatan PKP/Pos Gizi harus benar-benar dipahami. Setiap peserta latihan harus berpartisipasi langsung dalam tiap tugas lapangan sehingga pengalaman dapat dikombinasikan dengan pengetahuan. Setiap peserta latihan akan pulang membawa ketrampilan pelatihan, fasilitasi dan mobilisasi masyarakat yang mempromosikan pembelajaran dan rasa kepemilikian masyarakat. ♥Pelaksanaan yang Fleksibel: Pada dasarnya, pendekatan PKP/Pos Gizi tergantung pada tiap kelompok masyarakat. Karenanya, harus fleksibel dan disesuaikan dengan situasi setempat. Langkah yang dibahas dalam manual ini adalah panduan yang dikembangkan melalui pengalaman; mereka perlu dimodifikasi supaya sesuai dengan kondisi setempat. Ketika mengadakan perubahan pada pendekatan PKP/Pos Gizi, monitor jalannya program untuk memastikan bahwa perubahan tersebut berhasil. Dalam adaptasi setempat, ada beberapa aspek penting dari prosesnya yang harus dipertahankan untuk keefektifitasan rehabilitasi anak-anak yang kekurangan gizi. Lihat Bab 1 untuk elemen-elemen utama dari PKP/Pos Gizi. ♥Supervisi yang Memadai: pihak pelaksana awal perlu memberikan dukungan supervisi terutama para staff kader, untuk membangun harga diri dan percaya diri dalam melaksanakan pendekatan PKP/Pos Gizi, dan untuk mengembangkan ketrampilan pemecahan masalah. Selagi pendekatan PKP/Pos Gizi direplikasi di lebih banyak lagi kelompok masyarakat, monitoring terhadap indicator-indikator pengendalian kualitas akan membantu para penyelia untuk memberikan pelatihan yang lebih terfokus dan sesuai mengenai langkah-langkah utama program. ♥Perilaku sumber daya manusia yang baik: sangatlah penting untuk Masyarakat sangatlah penting dalam melaksanakan sebuah program yang berhasil; rekrutmen yang baik, pelatihan, dan usahausaha mempertahankan ♥Waktu yang cukup untuk mengembangkan model yang dapat pekerja sangatlah penting. menemukan kader dan staff yang memiliki ketrampilan yang tepat dan menangani isu-isu pergantian staff. Sumber daya manusia sangatlah penting dalam pelaksanaan program yang berhasil. dengan demikian, rekrutmen yang baik, pelatihan, dan usaha-usaha mempertahankan pekerja sangatlah penting. dilakukan dan terjangkau: Sebelum mereplikasi pendekatan PKP/Pos Gizi dibanyak kelompok masyarakat, sangat penting untuk Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 155 Pemilihan makanan khas Positif yang mudah didapat di wilayah setempat dan terjangkau memastikan bahwa masyarakat dapat terus menyediakan makanan sehat tersebut untuk anakanak mereka di masa depan. Sebelum Pos Gizi Selama Pos Gizi Setelah Pos Gizi menyederhanakan pendekatan tersebut, efektif dalam biaya dan harus secara nyata berhasil dalam mengurangi tingkat kekurangan gizi secara berkelanjutan. Pihak pelaksana akan perlu belajar melalui uji coba; pemahaman terbaik tentang kelompok masyarakat beresiko tinggi; strategistrategi untuk bekerja denga kelompok masyarakat; penggunaan metodologi partisipatif; adaptasi alat-alat untuk pelatihan, monitor, dan supervisi program; dan proses untuk digunakan selama kegiatan Pos Gizi. Berkelanjutan pakah masing-masing kegiatan Pos Gizi harus dipertahankan? Jawabannya adalah tidak. Dampak dari program tersebut yang harus dipertahankan, bukan program itu sendiri. Salah satu alasan untuk melakukan kegiatan Pos Gizi sebagai kegiatan yang non-permanen, adalah bahwa kegiatan yang berpindah-pindah dimaksudkan untuk memastikan bahwa kuncinya terletak pada perubahan perilaku di rumah dan bukannya penciptaan ketergantungan pada proses rehabilitasi di luar rumah. Baik pada tingkat keluarga mampu kelompok masyarakat, perilaku-perilaku baru diadopsi dan diinternalisasi untuk mempertahankan status gizi baik anak dan mencegah kekurangan gizi di masa depan pada semua anak-anak. A Fokus dalam mengidentifikasikan perilaku-perilaku yang diterima secara budaya berdasarkan pada pengetahuan lokal, bersama dengan keterlibatan dan pengendalian oleh kelompok masyarakat secara aktif adalah kunci untuk menciptakan sebuah situasi dimana perubahan perilaku dapat secara berkelanjutan. Pemilihan makanan-makanan khas Positif yang mudah didapat di wilayah setempat dan terjangkau, memastikan bahwa masyarakat akan dapat melanjutkan menyediakan makanan-makanan yang sehat untuk anakanak mereka di masa depan. Sebagai tambahan dari menurunya tingkat kekurangan gizi pada anak-anak, proses PKP/Pos Gizi akan memberdayakan keluarga-keluarga dan masyarakat untuk menangani dan memecahkan permasalahan-permasalahan lain. Penyelidikan PKP mengembangkan kepercayaan diri dan ketrampilan dalam masyarakat itu sendiri dalam menemukan solusi lokal. Dampak dari Pos Gizi harus diukur setelah satu tahun dan pada setiap akhir tahun berikutnya. Pertanyaan-pertanyaan penting yang perlu ditanyakan termasuk diantaranya adalah: ♥ Apakah anak terus mengikuti kurva pertumbuhan dan telah mempunyai berat badan sesuai dengan usianya pada saat ini? ♥ Apakah anak-anak yang ikut serta dalam Pos Gizi dan lulus, mempertahankan status gizi baik mereka? Apakah mereka akan terus bertumbuh pada tingkatan standar internasional? ♥ Apakah kakak dan adik dari anak-anak yang berpartisipasi juga bergizi baik? ♥ Apakah tingkat kekurangan gizi secara umum di masyarakat telah berhasil dikurangi? Lihat Bab 8 untuk panduan lebih lanjut mengenai monitoring dan evaluasi. Di masa depan 156 / Bab Tujuh: Memperluas Program PKP Pos Gizi Contoh dari Afrika Barat: Bagaimana Prinsipprinsip Utama Pendekatan PKP/Pos Gizi Mempromosikan Pembangunan yang Berkelanjutan 1. PKP/Pos Gizi Mengoptimalkan dan Memperkuat Potensi Masyarakat Anggota masyarakat secara jelas dan konsisten memformulasikan pemahaman mereka tentang dampak proyek tersebut dalam hidup mereka. Melalui kegiatan Pos Gizi , mereka berhasil membuat hubungan antara makanan yang baik dan kesehatan yang baik dan menghubungan kesejahteraan anak kecil dengan pulihnya ekonomi keluarga dan kesejahteraan psikologis. Di Senegal dan Mali, para ayah melaporkan bahwa ketika anak-anak mereka mengalami rehabilitasi, istri-istri mereka punya waktu istirahat lebih banyak, bekerja lebih baik di lapangan, dan pada akhirnya mengkontribusikan lebih banyak pada pendapatan keluarga. Para nenek melaporkan bahwa seluruh desa sekarang bisa tidur lebih nyenyak. 2. PKP/Pos Gizi Menghormati Latar Belakang Budaya Di Afrika Barat, mengasuh dan memberi makan anak tidak sematamata hanya tuga ibu kandung. Seluruh anggota masyarakat terlibat dalam membesarkan seorang anak dan Pos Gizi mentargetkan semua pengasuh, terutama para nenek. Menurut tradisi, pengetahuan dan perilaku ditransfer oleh ibu mertua kepada menantu perempuannya dan Kegiatan Pos Gizi menggunakan pendekatan ini. Makan bersama adalah aspek fundamental dari proses sosialisasi mengajarkan anakanak bagaimana caranya berbagi dengan orang lain. Pesan-pesan pendidikan kesehatan dimasukkan dalam kegiatan Pos Gizi untuk memperkuat tradisi ini. Berdasarkan tradisi di Afrika Barat, pengetahuan dan perilaku ditransfer dari ibu mertua ke menantu perempuannya dan kegiatan pos gizi menggunakan pendekatan ini. 3. PKP/Pos Gizi adalah Sebuah Proses Demokratis Dalam konteks Afrika Barat, pendekatan ini memberikan kekuatan luar biasa dari desa-desa Afrika untuk mengatur diri mereka sendiri. Mereka menemukan dan mengumpulkan sumber daya yang ada, melatih solidaritas melalui kontribusi makanan, dan melibatkan sejumlah besar konstituen di tingkat akar rumput (terutama para imam dan kakek) dalam pengambilan keputusan, Pendekatan PKP memungkinkan orang-orang awam yang mempraktekkan perilakuperilaku positif dan tidak biasa (Pelaku Positif) untuk mengenali dan memberikan kontribusi pada masyarakatnya. 4. PKP/Pos Gizi Melibatkan Anggota Masyarakat dalam Monitoring dan Evaluasi Pendekatan PKP/Pos Gizi menggunakan Posyandu sebagai alat serbaguna yang memungkinkan para ibu dan pengasuh, anggota masyarakat lainnya, dan petugas kesehatan untuk bekerja bersama mengidentifikasikan permasalahan, mentargetkan anak-anak untuk rehabilitasi, memonitor kemajuan mereka, dan evaulasi sejauh mana efek dari program ini pada masyarakat dalam jangka pendek dan Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 157 Sumber: Diene 2000 (3) 158 / Bab Tujuh: Memperluas Program PKP Pos Gizi Ada dimana anda? BAB DELAPAN Monitoring & Evaluasi MONITORING DAN EVALUASI A. Pilih Hasil Proyek B. Monitor Kemajuan C. Evaluasi Keefektifan dan Jangkauan Program T Monitoring menentukan apakah hasil yang diinginkan telah dicapai. Biasanya bersifat terus menerus, rutin, dan biasanya kuantitatif. Mencakup pengumpulan data, menghitung indikator (praktis, dapat dipercaya, pengukuran-pengukuran objektif yang “menunjukkan” apakah sebuah program sesuai dengan arahnya atau tidak) dan membandingkan indikatorindikator dengan target yang telah ditetapkan. Evaluasi diadakan sesekali waktu, selektif, seringkali setengah kualitatif, penyelidikan atas pertanyaan programatis tertentu, seperti “Bagaimana atau mengapa tujuannya (tidak) tercapai?” Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 159 LANGKAH 4 Adakan Penyelidikan PKP LANGKAH 5 Merancang kegiatan Pos Gizi LANGKAH 6 Pelaksanaan Kegiatan Pos Gizi LANGKAH 7 Mendukung Perilaku-Perilaku Baru LANGKAH 8 Ulangi kegiatan Pos Gizi Gizi sesuai Kebutuhan LANGKAH 9 Perluasan Program PKP/Pos Gizi EVALUASI Tingkat pertambahan berat badan seorang anak dibandingkan dengan standard (lihat Tabel 4.5 untuk standard berat badan per umur). Keberhasilan program berdasarkan tujuan awal yang telah ditetapkan. Bila tujuannya adalah untuk merehabilitasi semua anak yang berpartisipasi dalam Pos Gizi, maka program dinyatakan berhasil ketika berat badan anak-anak telah meningkat. Ketika tujuannya adalah untuk mempertahankan tingkat gizi baik anak untuk jangka waktu tertentu dan/atau mencegah terjadinya kekurangan gizi pada adikadiknya, keberhasilan akan ditentukan berdasarkan pada hasil yang dikumpulkan selama waktu tertentu melalui monitoring di posyandu. LANGKAH 3 Persiapan Penyelidikan PKP & idak cukup hanya percaya pada konsep PKP/Pos Gizi dan yakin bahwa ini akan berhasil. Diperlukan adanya bukti nyata, yang dikumpulkan melalui monitoring dan evaluasi, untuk membuktikan bahwa PKP/Pos Gizi efektif dalam mengurangi kekurangan gizi pada masa kanak-kanak. Untungnya pendekatan PKP/Pos Gizi memberikan bukti jelas ketika anakanak bertambah berat badan mereka atau ketika mereka tidak bertambah berat badan. Setelah 12 hari kegiatan Pos Gizi, banyak anak-anak yang kekurangan gizi berat mulai menunjukkan perubahan-perubahan dalam ketajaman perhatian, kegiatan fisik dan selera makan. Perubahan berat badan mengikuti tak lama sesudahnya. Ketika berat badan seorang anak ditimbang dan diartikan, dengan menggunakan standard internasional atau lokal, keberhasilan atau kegagalan intervensi ditunjukkan. Anak-anak yang mengikuti program ditimbang pada hari pertama dan terakhir dari masingmasing sesi. LANGKAH 2 Mobilisasikan masyarakat;Seleksi dan Pelatihan PANTAU M&E LANGKAH 1 Tentukan apakah program ini tepat untuk anda gunakan Evaluasi PKP/Pos Gizi di di beberapa negara telah menunjukkan dampaknya di tiga kelompok populasi: 1. Anak-anak peserta -secara langsung menerima makanan di Pos Gizi dan mendapatkan manfaat dari perubahan perilaku pengasuhnya A.Pilihlah Hasil Proyek Untuk memonitor dan mengevaluasi PKP/Pos Gizi, sangat penting untuk mempunyai hasil yang diinginkan dengan jelas sehingga kemajuan bisa diukur. Bab 3 mendiskusikan penyusunan tujuan akhir dan objektif bersama dengan masyarakat. Kerangka kerja hasil (Figur 8.1) akan membantu untuk memahami interaksi antara tujuan akhir, objektif, dan hasil antara program. Tiap tingkat menjadi dasar untuk tingkat berikutnya. Untuk mencapai tujuan akhir, objektif harus dipenuhi, dan untuk mencapai objectif, hasil antara harus dipenuhi. Kerangka kerja hasil ini memungkinkan staff program, kader Pos Gizi dan para mitra untuk memahami bagaimana program ini berjalan dan bagaimana tiap bagian dari rencana program mendukung pencapaian tujuan akhir. Pemahaman ini membimbing pemilihan strategi dan kegiatan yang terbaik untuk mencapai hasil yang diinginkan dan juga target dan indikator untuk mengukur kemajuan yang dicapai. FIGUR 8.1 Kerangka Hasil PKP/ Pos Gizi Lapisan Pertama : Tujuan Akhir Status Kesehatan Lapisan Kedua : Tujuan Strategis Penggunaan Pelayanan Kesehatan Utama 2. Saudara kandung dari anakanak peserta-Ketika para pengasuh mengadopsi perilaku baru, anak-anak lain dalam keluarga juga mulai menunjukkan tingkat kekurangan gizi yang lebih rendah (dalam penelitian kontrol di Haiti dan Vietnam); dan Praktek Perilaku Sehat Utama Lapisan Ketiga : Hasil Antara Ketersediaan Pelayanan Kesehatan (Persediaan) Mutu Pelayanan Kesehatan (Persediaan) Pengetahuan Sikap & Perilaku (Permintaan) Lapisan paling atas dari kerangka hasil mewakili tujuan akhir dari proyek – status kesehatan yg baik, yang secara umum diukur berdasarkan tingkat mortalitas, morbiditas dan/atau status gizi. 3. Masyarakat secara keseluruhan-sebuah “efek penyebaran” terjadi dimana PKP yang secara nyata efektif menjadi norma dan semua anak dalam kelompok umur target menunjukkan kondisi gizi yang lebih baik Program PKP/Pos Gizi biasanya mempunyai tujuan akhir berikut ini: Anak-anak yang kekurangan gizi direhabilitasi Keluarga-keluarga dapat mempertahankan hasil rehabilitasi gizi anakanak mereka secara mandiri di rumah ♥ Mencegah kekurangan gizi di antara anak-anak dalam masyarakat, baik pada saat ini maupun diwaktu yang akan datang ♥ ♥ Lapisan kedua, tujuan strategis, mewakili dua jalur yang umum digunakan untuk mencapai kondisi kesehatan yang baik yang ada dalam kendali program: 160 / Bab Delapan: Monitoring & Evaluasi 1. Manfaatkan pelayanan kesehatan utama (seperti Posyandu, kegiatan Pos Gizi, imunisasi, tambahan Vitamin A, atau perawatan penyembuhan untuk tanda-tanda bahaya, dan lain-lain.) 2. Mempraktekkan perilaku-perilaku kesehatan utama (diantaranya perilaku pemberian makan, perawatan anak, kebersihan, dan mencari pelayanan kesehatan) Lapisan ketiga, hasil antara, mendukung tujuan strategis dan mengikutsertakan faktor-faktor yang mempengaruhi baik persediaan maupun permintaan. Supaya para pengasuh dapat menggunakan kegiatan Pos Gizi dan memasukkan perilaku kesehatan utama, maka kegiatan tersebut haruslah: 1. Tersedia (sisi persediaan) 2. Berkualitas tinggi (sisi persediaan) 3. Merupakan permintaan masyarakat berdasarkan pengetahuan, sikap dan perilaku mereka (permintaan dipengaruhi oleh norma dan kepercayaan masyarakat dan juga kemampuan menyembuhkan diri sendiri) Kerangka hasil ini cukup luas untuk memberikan informasi mengenai sebuah strategi kesehatan nasional atau sebuah proyek Pos Gizi lokal. Masing-masing dari lapisan tersebut dapat diadaptasi berdasarkan tujuan akhir, tujuan strategis, dan hasil antara untuk program kesehatan tertentu. B. Memonitor Kemajuan Program-program kesehatan umumnya berusaha untuk mengukur hasil pada tingkatan tujuan strategis (lapisan kedua) atau tingkatan hasil antara (lapisan ketiga) dari kerangka hasil tersebut. Perubahan pada tingkatan tujuan akhir (lapisan pertama) target populasi kesehatan seringkali merupakan jangka panjang dan biasanya tidak mudah diukur melalui monitoring rutin. Berdasarkan kerangka hasil, terbentuk sebuah asumsi bahwa mencapai tujuan strategis dan hasil-hasil antara akan mengarah pada hasil tingkatan tujuan akhir. Penelitian dengan biaya tinggi yang dilakukan untuk jangka waktu yang panjang seringkali diperlukan untuk memastikan bahwa sasaran lapisan pertama pada akhirnya tercapai. Program Pos Gizi mengajukan “kasus khusus” dimana mereka dapat berusaha mencapai hasil tingkatan tujuan akhir (menurunnya morbiditas karena kekurangan gizi) yang dapat dimonitor secara teratur. Program Pos Gizi memonitor baik status gizi anak dan juga status gizi masyarakat. Tiap-tiap pengasuh mendapatkan sebuah KMS yang menunjukkan kemajuan status gizi anak. Dengan informasi tersebut, pengasuh termotivasi untuk berbuat dan mempraktekkan perilaku rumah tangga yang dapat memperbaiki pertumbuhan anak. Staff proyek dapat memberikan konseling khusus dan rujukan ke pelayanan kesehatan untuk membantu si anak mendapatkan pengasuhan yang tepat untuk memastikan bahwa dia dapat bertumbuh dengan baik. Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 161 Program Pos Gizi berusaha mencapai hasil pada tingkat tujuan akhir (menurunnya tingkat morbiditas karena kekurangan gizi) yang dapat dimonitir secara teratur. Monitoring status gizi masyarakat menunjukkan bahwa program ini menjangkau sebagian besar anak-anak dan perilaku-perilaku positif telah menjadi bagian dari norma baru masyarakat, memampukan anak-anak dan saudara kandung mereka mempertahankan pertumbuhan yang baik. Monitoring pertumbuhan masyarakat yang baik adalah perilaku kerjasama yang efektif dan bermanfaat. Informasi yang dihasilkan dengan melakukan penelitian seperti itu atau dengan berbagi status kesehatan sangatlah penting. Namun demikian, monitoring hanyalah sebagus data yng dikumpulkan. Sudah ada banyak contoh proyek yang nampaknya telah mencapai hasil yang diinginkan namun kemudian mengetahui bahwa data awal telah dimanipulasi sehingga terlihat ada lebih banyak input masyarakat dan kenaikan berat badan yang lebih tinggi. Dalam kasus ini informasi mengenai insiden/kejadian tersebut akan sangat bermanfaat untuk mencegah ketidaktepatan hasil di masa depan. Sebuah rencana monitoring menggunakan beberapa indikator tujuan strategis (lapisan kedua) dan hasil antara (lapisan ketiga) akan membantu penyelia proyek untuk mengikuti kemajuan dan mengidentifikasi permasalahan secara dini sehingga dapat dikoreksi. Pilih indikator-indikator monitoring yang praktis, dapat dipercaya dan obyektif untuk mengukur kemajuan program. Indikator-indikator hanya dapat bermanfaat bila dapat memberikan informasi pada pengambilan keputusan. 1. Pilih Indikator-indikator yang Tepat Seperti telah dikatakan sebelumnya, monitoring mencakup pengumpulan data, perhitungan indikator dan membadingkan indikator dengan target yang telah ditentukan sebelumnya. Penting untuk memilih indikator yang praktis, dapat dipercaya dan objektif untuk mengukur kemajuan program. Indikator-indikator akan bervariasi tergantung pada kebutuhan proyek dan kondisi, tapi perlu ada definisi yang jelas. Tabel 8.1 memberikan contoh indikator yang disusun berdasarkan lapisan di dalam kerangka hasil. Beberapa indikator terdaftar mempunyai definisi yang telah diterima secara internasional. Tapi sebagian besar lainnya belum. Banyak dari indikator tersebut yang mengikursertakan “X” yang menunjukkan adanya sebuah fenomena yang perlu dijelaskan secara lokal. Untuk indikator yang tidak mempunyai “X” tetap perlu diklarifikasi sebelum digunakan. Contoh, apa arti sebenarnya dari “ jumlah atau persentasi kelahiran baru yang tercatat”? Apakah anda hanya akan memperhitungkan kelahiran hidup atau semua kelahiran, dan kapan pencatatan ini harus dilakukan? Adanya indikator-indikator pada tiap-tiap tingkatan hasil memungkinkan ditariknya kesimpulan tentang proses-proses yang terjadi di tingkat bawah. Penggunaan yang baik akan pelayanan Pos Gizi menunjukkan bahwa pelayanan tersebut tersedia. Di sisi lain, rendahnya penggunaan indikator pelayanan Pos Gizi menunjukkan perlunya ada sebuah tinjauan ulang atas semua indikator tingkat bawah untuk menentukan penyebab dari permasalahan tersebut. Contoh, rendahnya penggunaan pelayanan Posyandu dapat mencerminkan rendahnya ketersediaan pelayanan Posyandu, yang pada akhirnya dapat mencerminkan kurangnya input, seperti timbangan misalnya. Menyelesaikan sebuah permasalahan dapat memerlukan kegunaan sementara indikator-indikator tambahan. Termasuk diantaranya adalah, rendahnya tingkat kehadiran Pos Gizi dapat memerlukan pelatihan ulang fasilitator Pos Gizi dan monitoring secara intensif untuk jangka waktu tertentu atas beberapa aspek kualitas Pos Gizi. 162 / Bab Delapan: Monitoring & Evaluasi TABEL 8.1 Contoh Indikator-Indikator Untuk Program Posyandu dan Pos Gizi TABEL 8.1.CATATAN KAKI: HASIL Posyandu Pos Gizi Status Kesehatan Pos Gizi 1 # (%) anak-anak yang berumur kurang dari X dengan nutrisi "hljau" yang normal (> - 2Z B/U) (X = 2. 3, 5 tahun, dsb.) # (%) anak-anak yang berumur kurang dart X dengan malnutrisi "kuning" / ringan atau malnutrisi menengah (> -3 Z dan < -2 Z B/U) (X = 2, 3, 5 tahun, dsb.) # (%) anak-anak yang berumur kurang dari X dengan malnutrisi "merah" / parah (< -3Z B/U) ( X = 2, 3, 5 tahun, dsb.) Semua anak dapat masing-masing status gizi yang berumur kurang dari X (mean B/U-skor) (X = 2, 3, 5 tahun, dsb.) Semua anak dengan status gizi dari populasi X (mean B/U Z-skor) (X - lulusan Pos Gizi, lulus Pos Gizi dengan masingmasing kategori status nutrisi, saudara kandung yang lebih muda dari para lulusan Pos Gizi, dll.) # (%) anak-anak pos gizi yang "lulus" dari pos gizi, i.e. yang berat badannya terehabilitasi atau bertambah lebih dari 400 gram dalam waktu 2 bulan # (%) anak-anak pos gizi yang tidak "lulus" dari pos gizi, tetapi berat badannya bertambah 200-400 gr dalam waktu 2 bulan (pos gizi pertama vs.kedua) # (%) anak-anak pos gizi yang tidak "lulus" dari pos gizi, tetapi beret badannya bertambah < 200 gr dalam waktu 2 bulan (pos gizi pertama vs. kedua) # (%) anak-anak pos gizi yang tidak "lulus" dari pos gizi, dan berat badannya tidak bertambah # (%) anak-anak pos gizi yang tidak "lulus" dari pos gizi, namun berat badannya berkurang # (%) anak-anak pos gizi yang mendemonstrasikan X (X = atribut fisik, emosional, atau sosial) Penggunaan Pelayanan-Pelayanan Utama 2 # (%) Sasaran populasi yang ikut berpartsipasi dalam Posyandu # (%) Anak-anak yang berusia 6-23 bulan dan sudah menerima dosis Vitamin A selama enam bulan terakhir # (%) Anak-anak yang berusia 12-23 bulan dan sudah menerima semua vaksinasi sebelum ulangtahun yang pertama (sudah ,dikonfirmasi dari kartu) # (%) Anak-anak dengan malnutrisi yang memenuhi syarat terdaftar di pos gizi # (%) Mandaftarkan anak-anak malnutrisi yang ikut serta dalam Pos Gizi di level X (X harus ditetapkan) # (%) Para pengasuh X yang hadir Pos Gizi (X = ibu, kakeknenek, saudara kandung, dsb.) Praktek Perilaku Kunci 3 # (%) Para pengasuh yang melaporkan bayi mereka, yang berusia 6-9 bulan, sudah menerima pemberian makanan tambahan dan ASI selama 24 jam terakhir # (%) Para pengasuh yang melaporkan bahwa mereka telah melakukan pemberian makan secara aktif terhadap bayi mereka, yang berusia 6-24 bulan, selama 24jam terakhir # (%) Para pengasuh yang melaporkan bahwa mereka telah memberi makan anak mereka, yang berusia 6-24 bulan, waktu X, selama 24 jam terakhir sebagai tambahan ASI (X bervariasi sesuai usia) # (%) Para pengasuh yang melaporkan bahwa mereka telah memberi makan bayi mereka, yang berusia 6-24 bulan, makanan X selama 24 jam terakhir (X bervariasi sesuai musim dan usia, diantaranya adalah anak yang mengalami diare selama dua minggu terakhir # (%) Para pengasuh yang melaporkan bahwa mereka meningkatkan pemberian cairan ketika anak mereka sakit. Diantaranya adalah anak yang mengalami diare selama dua minggu terakhir # (%)'Para pengasuh yang melaporkan bahwa mereka memberikan makanan dalam jumlah yang sama atau lebih ketika anak mereka sakit. Diantaranya adalah anak yang mengalami diare selama dua minggu terakhir # (%) Para pengasuh yang melaporkan bahwa mereka menawarkan lebih banyak makanan ketika anak mereka sedang dalam masa penyembuhan # (%) Para pengasuh yang melaporkan bahwa mereka bisanya mencucl tangan dengan sabun/abu sebelum menyiakan makanan atau memberi) makan anak,setelah buang air besar, atau membersihkan anak sesudah buang air besar # (%) Rumahtangga yang dilengkapi dengan fasilitas untuk mencuci tangan beserta sabun atau alat pembersih lainnya # (%) Para pengasuh yang melaporkan bahwa mereka dan/atau anggota keluarganya memberikan stimulus kognitif dan bahasa kepada anak mereka selama 24 jam terakhir # (%) Para ayah yang melaporkan bahwa mereka menyediakan sumber X untuk anak mereka selama satu bulan terakhir (X harus ditetapkan) Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 163 1. Status Kesehatan Posyandu menunjukkan status gizi masyarakat secara keseluruhan, sedangkan hasil status kesehatan untuk Pos Gizi terbatas pada partisipan Pos Gizi. 2. Penggunaan pelayanan utama terbatas untuk cakupan posyandu atau Pos Gizi, dengan denominator mewakili populasi yang relevan memenuhi syarat. Pengukuran yang lebih tradisional untuk penggunaan pelayanan kesehatan (yaitu, pemberian imunisasi lengkap dengan tepat waktu, pemberian kapsul Vitamin A, perawatan pada saat demam dan lain-lain) dapat ditambahkan, terutama karena hal-hal tersebut dikaitkan dengan status gizi dan seringkali menjadi bagian pendidikan kesehatan Pos Gizi. 3. Kedua bentuk intervensi (Posyandu dan Pos Gizi) menitikberatkan pada perubahan perilaku rumah tangga yang sama 4. Ketersediaan dan kualitas pelayanan mengacu pada intervensi spesifik. Ketersediaan Pelayanan4 # Kegiatan Posyandu terjadwal per quarter # (%) kegiatan posyandu terjadwal yang sesungguhnya terjadi # kegiatan Pos Gizi terjadwal selama satu tahun # (%) kegiatan Pos Gizi terjadwal yang sesungguhnya terjadi # (%) hari Pos Gizi terjadwal yang sesungguhnya terjadi Kualitas Pelayanan # (%) Para petugas Posyandu yang menimbang dengan akurat # (%) Para petugas Posyandu yang menentukan berat badan dengan akurat # (%) Ketersediaan peralatan penting posyandu (peralatan, timbangan, papan monitoring, daftar tilik supervisi dll) Penilaian menu makanan dan perilaku pemberian makan yang diadakan sesuai standart X (harus ditentukan) Penyelidikan PKP diadakan sesuai standart X (harus ditetapkan) Temuan penyelidikan PKP dianalisis sesuai standar X # (%) Menu Pos Gizi mencerminkan X (X = makanan khas positif lokal, keseimbangan nutrisi, dsb.) # (%) kelahiran baru yang dicatat # (%) kematian diantara kelompok sasaran yg dicatat # kader yang terdaftar pada Tim manejemen Masyarakat # (%) kader masyarakat yang ikut serta dalam kegiatan masyarakat dari yang terdaftar tersebut diatas # (%) X yang mengetahui Y (X = tokoh Masyarakat, anggota tim manejemen masyarakat, pelaksana posyandu dsb.; Y= praktek pengasuhan anak yang optimal, status gizi masyarakat, dsb) # (%) Pos Gizi yang menyediakan fasilitas cuci tangan dengan sabun atau bahan pencuci lainnya yang tersedia # (%) Pos Gizi yang memiliki WC # (%) Pos Gizi yang memberi pendidikan kesehatan menurut standar X (X= pesan kesehatan yg benar, metode interaktif, secara budaya tepat/sesuai dll) # (%) Pengasuh membawa kontribusi bahan makanan ke Pos Gizi dalam Jumlah X hasi/sesi # (%) Pengasuh yang memberi makan anaknya di Pos Gizi dalam jumlah X hari/sesi # (%) Pengasuh yang membantu menyiapkan makanan di Pos gizi dalam jumlah hari/sesi # (%) Facilitator Pos Gizi yg memiliki data X ( X= nama, jenis kelamin, umur, berat badan dsb) # (%) Facilitator Pos Gizi yang mengetahui X (X= tujuan kontribusi bahan makanan, tanggung jawab pengasuh, Tujuan Pos Gizi, PKP dan makanan khusus positif) # (%) facilitator Pos Gizi yg membuat laporan ttg praktek perilaku kunci X dari rumah tangga # (%) Fasilitator Pos Gizi yang melaksanakan Pos Gizi sesuai dengan standar X # (%) Fasilitator Pos Gizi yang melaporkan perolehan kunjungan supervisi sesuai standar X ( X= #, formulir, umpan balik, training, pemecahan masalah, catatan tinjau ulang dsb) # (%) Fasilitator Pos Gizi yang melaksanakan kegiatan tindak lanjut Pos Gizi sesuai standar X # (%) pelaksana posyandu yg melaporkan mendapat kunjungan supervisi berdasarkan standar X (X= #, formulir, umpan balik, trainingt, pemecahan masalah, catatan peninjauan ulang dsb) 5. Dengan pengecualian pada pengetahuan, indikator dari sisi permintaan mungkin sulit untuk diukur dengan tepat. Beberapa indikator cukup valid untuk digunakan pada salah satu bentuk intervensi. 6 . Baris ini dipisahkan dari table utama karena tidak menggambarkan hasil tapi menunjukkan input utama dari masing-masing intervensi Permintaan # (%) Pengasuh yang memahami makna zona berwarna pada X ( X= KMS, papan monitoring masyarakat dsb) # (%) Pengasuh yang mengetahui status gizi anakanak # (%) Pengasuh yang yakin bahwa mereka akan berhasil mengurangi X ( X= masalah malnutrisi anaknya atau anak di masyarakatnya dsb) # (%) Pengasuh yang menilai pentingnya anak sehat ( harus ditentukan) # (%) Pengasuh yang tahu X (X= tujuan dari kontribusi bahan makanan, tanggung jawab pengasuh, tujuan Pos Gizi, PKP dan makanan khas positif dsb) # (%) Pengasuh yang yakin bahwa mereka akan mampu menularkan cara baru memecahkan masalah atau ketrampilan mobilisasi kepada masyarakat lainnya. # (%) masyarakat yang menerima X ( X= timbangan, buku harian, bahan-bahan KIE dsb) # (%) kader yang dilatih ketrampilan dalam kegiatan Posyandu # (%) masyarakat yang memiliki Tim managemen masyarakat # (%) masyarakat yang menerima X ( X= makanan Pos Gizi, buku harian, bahan-bahan KIE dsb) # (%) kader yang dilatih ketrampilan fasilitasi Pos Gizi # (%) kader yang dilatih dalam supervisi Pos Gizi # (%) masyarakat yang memiliki Tim manejemen 164 / Bab Delapan: Monitoring & Evaluasi Setelah anda memilih strategi-strategi dan aktifitas-aktifitas, anda dapat meninjau contoh indikator-indikator untuk mengidentifikasi beberapa yang mungkin tepat untuk digunakan. Sesuaikan dengan latar belakang wilayah setempat, tentukan sasaran, tentukan bagaimana anda akan memantau jalannya dan melakukan uji coba. Indikator-indikator biasanya hanya bermanfaat untuk memberikan panduan untuk proyek anda, mempertahankan dan melanjutkan monitoring. Bila mereka tidak bermanfaat, lakukan modifikasi atau pilih indikator-indikator lain. 2. Tentukan Target Tentukan angka target untuk masing-masing indikator dan tentukan kapan anda harus mencapai angka tersebut. Target dibuat berdasarkan pemahaman akan situasi saat itu (yaitu persentasi anak-anak kekurangan gizi, persentasi pengasuh, pemberian ASI secara eksklusif selama enam bulan, dan lain-lain) dan penilaian reaslitik atas apa yang mungkin untuk dicapai dalam suatu jangka waktu tertentu. Departemen Kesehatan, UNICEF dan badan-badan lain harus mempunyai data mengenai program-program lain yang dapat membantu anda membuat keputusan tingkat perubahan yang anda dapat harapkan secara realistik. TABEL 8.2 Contoh Indikator-Indikator dan Target-Target untuk Memproyeksikan Pertumbuhan yang Sehat Indikator Target Tipe Hasil 1 Anak berusia < 24 bulan dengan nutrisi normal 60% Status Kesehatan 2 Anak berusia <24 bulan dengan status gizi buruk <1% Status Kesehatan 3 Pemberian ASI eksklusif pada anak yang berusia 0-6 bln 40% Perilaku 4 Pemberian makanan tambahan pada anak yang berusia 6-9 bulan 75% Perilaku 5 Penggunaan sesi Pos Gizi masyarakat oleh anak dan pengasuh yang memenuhi syarat 95% Penggunaan Pelayanan 6 Pengasuh yang menghadiri Pos Gizi, turut membawa Kontribusi makanan 80% Kualitas Pelayanan 7 Kader posyandu masyarakat yang menimbang anak dengan benar 90% KualitasPelayanan 8 Para pengasuh yang mengehui berbagai makanan khas positif yang bersifat Iokal 80% Pengetahuan Ingatlah bahwa indikator-indikator terpilih mencakup semua tingkatan dari kerangka hasil dari status kesehatan hingga pengetahuan. Dengan mendaftarkan semua indikatornya, akan jelas terlihat bahwa kedelapan hasil itu ambisius, memerlukan pengumpulan data dari populasi yang berbeda-beda, memerlukan strategi-strategi pengukuran yang berbeda-beda, dan membiarkan beberapa hasil lainnya tidak terukur. 3. Tentukan Bagaimana Melacak Indikator-indikator Mari kita pertimbangkan bagaimana kita dapat melacak indikator-indikator ini. Langkah pertama yang baik adalah matriks perencanaan sistem monitoring (Tabel 8.3) yang mendaftarkan semua indikator: siapa yang akan mengumpulkan informasi, dimana akan dikumpulkan, sumber data, bentuk yang akan digunakan, berapa sering data tersebut akan dikumpulkan dan penggunaan akhirnya. Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 165 Sasaran didasarkan pada pemahaman akan situasi saat ini dan penilaian realistis tentang apa yang mungkin untuk dicapai dalam suatu jangka waktu tertentu. Matrix Perencanaan ini memperjelas bahwa walaupun hanya dengan delapan indikator, sistem monitoring ini kompleks. Empat orang kader berbeda yang bekerja akan mengumpulkan data dari tiga latar belakang yang berbeda menggunakan beragam informan dan formulir. Ketika Perancang Program menghadapi permintaan tersebut, ia mungkin akan memutuskan untuk menyederhanakannya ke dalam daftar indikator yang lebih pendek lagi. Kolom “Kegunaan” berkaitan dengan siklus tiga A monitoring terus menerus dari UNICEF: Assessment (Penilaian), TABEL 8.3 Matrix Penggunaan Sistem Pemantauan Indikator Dimana Sumber Data Formulir yang Digunakan Frekuensi Pertemuan Tim Manajemen Masyarakat Pertemuan Tim Manajemen Masyarakat Posyandu Kumpulan status nutrisi dari semua anak < 24 bulan Kumpulan status nutrisi dari semua anak < 24 bulan 10 contoh pengasuh yang baik Ringkasan kehadiran posyandu Setiap bulan Menetapkan kecenderungan berdasarkan data dan target lainnya Ringkasan kehadiran posyandu Setiap bulan Menetapkan kecenderungan berdasarkan data dan target lainnya Alat monitoring perilaku Setiap posyandu Meninjau ulang, modifikasi aktivitas BCC pada posyandu dan Pos Gizi Kader posyandu Posyandu 10 contoh pengasuh yang baik Alat monitoring perilaku Setiap posyandu Kumpulan dari anakanak yang mengalami malnutrisi <24 bulan Laporan dari fasilisator Hearth mengenai kontribusi Ringkasan kehadiran Pos Gizi Setiap bulan Meninjau ulang, modifikasi aktivitas BCC pada posyandu dan Pos Gizi Meninjau ulang, modifikasi kualitas, ketersediaan, mobilitas komunikasi Daftar nama kader Pos Gizi Mengenali perilaku yang patut dicontoh & keterlambatan (dan adakan latihan ulang sesuai kebutuhan Contoh yg baik dari 3+ berat badan yang berbeda dari setiap kader 10 contoh pengasuh yang baik Alat monitoring penimbangan 1 hingga 2 hari (tidak diumumkan) tentang sesi Pos Gizi lainnya Setiap posyandu Setiap posyandu Menentukan cara melakukan penetrasi terhadap metode dan kebutuhan untuk mobilitas ulang 1 % anak < 24 bulan nutrisi normal 2 % anak < 24 bulan malnutrisi buruk Supervisor posyandu 3 % Pemberian ASI secara eksklusif 0-6 bulan % Pemberian MP-ASI 6-9 bulan % Penggunaan Pos Gizi Kader posyandu Supervisor posyandu Pertemuan Tim Manajemen Masyarakat 6 % kontribusi makanan dari para pengasuh ketika Pos Gizi Supervisor posyandu Pos Gizi 7 % kader menimbang dengan tepat Supervisor posyandu Posyandu 8 % pengetahuan mengenai makanan khas positif Kader posyandu Posyandu 4 5 Analysis (Analisis) dan Action (Aksi) Siapa yamg mengumpulk an Supervisor posyandu (lihat halaman 164). 166 / Bab Delapan: Monitoring & Evaluasi Alat monitoring perilaku Penggunaan Mengenali perilaku yang patut dicontoh & keterlambatan (dan adakan latihan ulang sesuai kebutuhan 4. Memilih, Menyesuaikan dan/atau Mengembangkan Alat-alat Monitoring untuk Mengukur Hasil Sistem monitoring yang efektif memerlukan alat-alat monitoring yang baik. Alat-alat adalah formulir-formulir dengan instruksi yang jelas mengenai pengisian, penghitungan dan penggunaannya. Berikut ini adalah contoh-contoh alat-alat yang dapat digunakan berdasarkan indikator-indikator yang dipilih dalam Tabel 8.3. Tidak mungkin untuk meramalkan semua alat-alat monitoring yang mungkin akan diperlukan oleh para manajer. Contoh-contoh ini hanya merupakan panduan untuk menstimulasi pemikiran. INDIKATOR-INDIKATOR STATUS KESEHATAN Status gizi masyarakat secara keseluruhan dalam contoh kami: “persentase anak-anak sasaran < 24 bulan dengan status gizi normal” atau “persentase anak-anak sasaran < 24 bulan dengan status gizi buruk) diperhitungkan berdasarkan data dari posyandu rutin untuk kelompok sasaran. contoh: (# anak-anak <24 bulan yang gizi buruk / # total anak-anak yang ditimbang) X 100 = persentasi anak-anak < 24 bulan yang gizi buruk Pembilang berasal dari jumlah anak-anak dimasing-masing kategori status gizi, sedangkan angka penyebut adalah jumlah total dari anakanak yang ditimbang pada Posyandu tertentu. Namun, rendahnya tingkatan partisipasi, akan membuat persentasi yang dihasilkan sulit untuk diinterpretasikan karena sebagian besar anak-anak yang kekurangan gizi biasanya jarang menggunakan pelayanan tersebut. Karena itu, persentasi anak-anak yang kekurangan gizi yang diperhitungkan mungkin terlalu rendah. Untuk mengatasi permasalahan ini, kita perlu memasukkan indikator penggunaan pelayanan (dalam contoh ini: “persentasi anak-anak dan pengasuh yang memenuhi syarat menggunakan Posyandu). contoh: (# anak-anak < 24 bulan yang ditimbang pada kegiatan Posyandu / jumlah total anak-anak < 24 bulan di masyarakat) X 100 = persentasi anak-anak < 24 bulan menggunakan pelayanan Posyandu. Sekali lagi, angka pembilang adalah jumlah anak-anak yang ditimbang pada Posyandu tertentu. Namun ini tidak secara langsung, karena keanggotaan kelompok sasaran adalah berubah-rubah. Ketika anakanak telah berusia lebih tua dari batas usia (yaitu 24, 36, 60 bulan), mereka harus diikutsertakan baik dalam angka pembilang maupun angka penyebut. Angka penyebut juga dapat menjadi permasalahan karena terus meningkat sejalan dengan menigkatnya kelahiran dan migrasi masuk dan berkurang ketika anak-anak meninggalkan kelompok sasaran karena meninggal, migrasi keluar, dan bertambahnya usia. Karenanya, penting untuk memantau kejadian-kejadian penting dan kemudian menyesuaikan angka penyebut dari populasi sasaran. Namun kegiatan ini dapat menjadi rumit dan mahal. Karenanya pembaharuan data setiap tiga bulan sekali sudah mencukupi. Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 167 Rendahnya tingkat partisipasi akan membuat persentasi hasil sulit untuk diartikan karena sebagian besar anak yang kekurangan gizi merupakan anak-anak yang kemungkinan paling kecil untuk menggunakan pelayanan kesehatan. Contoh: 12/50 anak-anak < 24 bulan dinyatakan gizi buruk berdasarkan hasil penimbangan di Posyandu (24%); namun demikian secara keseluruhan ada 80 anak-anak < 24 bulan dalam kelompok masyarakat tersebut sehingga artinya hanya 50/80 anak-anak yang menggunakan pelayanan tersebut (63%). Ini akan menunjukkan pada anda bahwa sangat mungkin persentasi kekurangan gizi dalam masyarakat tersebut lebih besar dari 24%, dan bahwa anda perlu bekerja sama dengan masyarakat untuk mencari anak-anak yang tidak hadir, menimbang mereka, dan menawarkan pada pengasuh mereka kesempatan untuk berpartisipasi dalam Pos Gizi bila mereka memenuhi persyaratan. Monitoring Kejadian-kejadian Penting Formulir 8.1, 8.2 dan 8.3 memberikan contoh formulir yang dapat digunakan untuk memonitor kelahiran, kematian, dan migrasi masuk/keluar. Formulir-formulir tersebut bermanfaat untuk menghitung angka penyebut yang diperlukan dalam beberapa indikator. Buku-buku disimpan selama pelaksanaan intervensi dan berguna bagi para kader untuk mencatat berat badan, status gizi, kontribusi Pos Gizi, dan data lain-lain dari setiap anak. Ketika jumlah pendaftar lebih mudah dihitung, hal ini membuat perkiraan terlalu tinggi bagi penggunaan pelayanan karena tidak semua pendaftar hadir. Terlebih lagi, tidak semua yang hadir menggunakan pelayanan kesehatan dengan cukup untuk mendapatkan manfaatnya, sehingga manejer harus mendefinisikan “kegunaan” program Pos Gizi. Daftar Nama Posyandu dan Pos Gizi Formulir 8.4 and 8.5 memberikan contoh-contoh buku daftar nama Posyandu dan Pos Gizi. Buku-buku tersebut disimpan selama pelaksanaan intervensi dan berguna bagi para kader sebagai tempat untuk mencatat berat badan, status gizi, kontribusi Pos Gizi, dan data lain-lain setiap anak. Perangkat Monitoring Posyandu dan Pos Gizi untuk Menyusun Hasil Formulir 8.6, 8.7 dan 8.8 memberikan contoh-contoh formulir untuk menyusun dan manghitung hasil penimbangan Posyandu dan Pos Gizi selama jangka waktu tertentu dan antar desa. PENGGUNAAN PELAYANAN POS GIZI Indikator “persentasi anak-anak yang memenuhi syarat untuk diiukutsertakan dalam Pos Gizi,” menggunakan angka pembilang dan penyebut dari dua sumber yang berbeda. Angka pembilang adalah jumlah anak-anak yang benar menghadiri kegiatan Pos Gizi atau jumlah anak-anak yang mendaftar untuk ikut serta dalam Pos Gizi. Walaupun jumlah pendaftar lebih mudah untuk dihitung, jumlah tersebut akan memperkirakan terlalu tinggi pengguna pelayanan karena tidak semua pendaftar akan hadir. Demikian pula, tidak semua peserta yang hadir menggunakan pelayanan kesehatan yang ada yang cukup untuk mendapatkan manfaatnya. Karena itu, manejer akan harus menentukan “kegunaan” program. Salah satu solusi yang mungkin dilakukan adalah dengan menghitung jumlah anak yang hadir sebanyak 85% (yaitu 10 hari dari 12 hari) dari kegiatan Pos Gizi tertentu. Angka penyebut adalah jumlah anak-anak yang telah diidentifikasi dalam penilaian gizi dinilai berada dalam status gizi tertentu (status tertentu diartikan oleh proyek tersebut). Persentasi anak-anak yang berada dalam status kekurangan gizi yang menghadiri Pos Gizi (pada intensitas yang ditentukan oleh manajer) menghasilkan indikator “persentasi anak-anak yang memenuhi syarat menggunakan Pos Gizi”. 168 / Bab Delapan: Monitoring & Evaluasi Catat bahwa definisi dari “kegunaan” dapat beragam sejalan dengan berjalannya proyek. Dapat dimulai dengan jumlah pendaftar sebagai pengukuran awal atas keterlibatan masyarakat. Dengan adanya kepercayaan nyata dari masyarakat, dapat memperhitungkan peserta, dari berbagai tingkatan. Kemudian, setelah adanya peningkatan mobilisasi dapat mempunyai standard lebih tinggi untuk menghitung kehadiran optimal. Ingat, bahwa indikator hanya dapat dibandingkan setelah waktu tertentu ketika definisi dari angka pembilang dan penyebut tetap konstan. ALAT MONITORING PERILAKU Indikator-indikator yang diusulkan untuk memonitor perilaku (“persentasi anak-anak sasaran berusia nol hingga enam bulan yang mendapatkan ASI eksklusif” dan “persentasi anak-anak sasaran berusia enam hingga sembilan bulan yang mendapatkan MPASI”) dapat dihitung menggunakan alat monitoring perilaku (Formulir 8.9). Petunjuk untuk menghitung indikator tercantum dalam formulir tersebut dan terdapat di bagian akhir bab ini. Format ini dapat dimodifikasi untuk mencatat perilaku atau pengetahuan yang dilaporkan dari pesan-pesan proyek utama lainnya. Kelompok usia dapat disesuaikan berdasarkan perilaku sasaran dan ukuran populasi secara keseluruhan. Metode pengumpulan data bukanlah pengganti penelitian. Sampelnya kecil dan tidak acak dan metode wawancara tidak dapat dipastikan. Namun demikian, bila dikumpulkan dari beberapa kota, sejalan dengan waktu, alat ini dapat membuat manajer untuk dengan berhati-hati menyimpulkan apakah benar perilaku sasaran tetap berada pada tingkat rendah atau telah terjadi perubahan. Paling tidak, ini merupakan bentuk “intervensi” yang secara tidak langsung mempromosikan perilaku utama dengan menanyakan keberadaannya. Sebagai tambahan, perubahan perilaku dapat dicocokkan dengan indikator kuantitatif akan keberhasilan (pertambahan berat badan atau mencapai status gizi yang diinginkan). ALAT MONITORING PENIMBANGAN Contoh terakhir, Alat Monitoring Penimbangan (Formulir 8.10), memberikan informasi tentang salah satu indikator, “persentasi kader yang menimbang anak-anak dengan benar”. Sekali lagi manajer harus memutuskan arti dari “menimbang dengan benar”, sebuah proses yang cukup rumit. Catat, bahwa sebagai usaha untuk memonitor perilaku yang telah dijelaskan di atas, memonitor ketrampilan menimbang akan memberikan kesempatan yang baik untuk menyegarkan ketrampilan tersebut. Memang, setelah satu atau dua kegiatan monitoring, manajer mungkin dapat mengamati perilaku ideal dan ingin mengurangi intensitas pencatatan indikator kualitas tertenttu dan menambahkan yang lain, idealnya dipilih berdasarkan dialog dengan mereka yang akan dimonitor. Monitoring “mendadak” akan ketrampilan yang sudah dipelajari sebelumnya akan lebih memotivasi para kader untuk mempertahankan kecakapan mereka. Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 169 Alat monitoring perilaku bukanlah pengganti suatu survey. Namun, demikian, bila dikumpulkan dari beberapa lokasi, untuk jangka waktu tertentu, memungkinkan manejer untuk dengan berhati-hati menyimpulkan apakah perilaku target masih tetap pada tingkat rendah atau sudah terjadi perubahan. Memonitor ketrampilan menimbang akan memberikan kesempatan yang baik untuk menyegarkan ketrampilan tersebut. memang setelah satu atau dua episode monitoring, manejer mungkin akan dapat mengamati perilaku yang ideal. 5. Bandingkan Indikator-indikator dengan Sasaran yang Telah Ditentukan Sebuah grafik sederhana, dengan kinerja sebenarnya diplot dan dibandingkan dengan sasaran yang telah diplot setiap 3 bulan, dapat menggambarkan secara jelas kemajuan yang telah dicapai untuk Manajer Proyek dan pihak lainnya. Umpan balik terhadap masyarakat, atau pemantauan masyarakat terhadap proyek, merupakan faktor penting untuk memotivasi individu, memobilisasi kelompok, meningkatkan rasa kepemilikian masyarakat, menstimulasi diskusi dan peyelesaian masalah, dan…merayakan! 6. Melaporkan Kembali Kemajuan Program kepada Masyarakat Umpan balik ke masyarakat, atau monitoring masyarakat atas proyek, sangatlah penting untuk memotivasi individu, memobilisasi kelompok, meningkatkan rasa memiliki dari masyarakat, menstimulasi diskusi, dan pemecahan masalah, dan syukuran terhadap pencapaian. Pertemuan setiap bulan atau setiap dua bulan dengan menggunakan siklus “Triple A” dari UNICEF untuk penilaian, analisa dan aksi melengkapi siklus proses monitoring berkelanjutan. Kolom “Kegunaan” untuk indikator pada Tabel 8.3 berhubungan dengan siklus Triple A. Siklus Tiga “A” Terdiri dari: ♥Assessment/Pengkajian: Mengumpulkan informasi kuantitatif dan kualitatif mengenai indikator-indikator utama ♥Action (Aksi): Mengembangkan strategi-strategi atau rencana aksi untuk menyelesaikan permasalahan yang telah diidentifikasi dan memperbaiki palaksanaan kegiatan. Evaluasi Menjawab Pertanyaan Spesifik ♥Analysis/Analisis: Mengartikan informasi, memahami, mengidentifikasi wilayah keberhasilan dan wilayah yang memerlukan perbaikan “Papan monitoring” masyarakat dapat mencatat indikator-indikator utama, terutama indikator yang telah diidentifikasi oleh tim proyek sebagai input masyarakat. Hasil pencatatan haruslah secara jelas menunjukkan tingkat kekurangan gizi anak. Metode papan monitoring bermanfaat untuk mencatat pengukuran-pengukuran utama untuk waktu tertentu. Bab 3 menjelaskan beberapa metode untuk mempresentasikan data dengan menggunakan grafik kepada masyarakat. C. Evaluasi Keefektifan dan Jangkauan Program Evaluasi secara harafiah berarti mengkaji nilai dari sesuatu. Adalah langkah yang penting dalam keseluruhan proses, menyediakan sebuah kesempatan bagi seluruh pihak yang berkepentingan dan pelaku untuk merasa memiliki berbagai prestasi dan kesuksesan proyek tersebut, mengidentifikasi dan men170 / Bab Delapan: Monitoring & Evaluasi ganalisis berbagai masalah, dan memberikan rekomendasi untuk pelaksanaan di masa depan. Evaluasi dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan spesifik. Tipe evaluasi yang dilakukan akan ditentukan oleh jenis pertanyaan yang ditanyakan, siapa yang menanyakan, dan sumber-sumber apa yang tersedia untuk menjawab mereka. Pertanyaan-pertanyaan berikut ini mengilustrasikan berbagai variasi strategi untuk melakukan evaluasi. Informasi mengenai cara mengadakan evaluasi mengenai keiikutsertaan, dapat dilihat di Bab 6 Bagaimana Cara Memobilisasi Masyarakat untuk Menciptakan Perubahan Kesehatan dan Sosial (lihat Bagian Sumber). Apakah proyek Pos Gizi dapat mencapai hasil yang ingin dicapai? Pemantauan proyek secara internal, terutama dalam hubungannya dengan perubahan status kesehatan, akan muncul pada situasi-situasi tertentu. Apabila proyek tersebut terlaksana dengan baik, dapat diharapkan adanya kemajuan status kesehatan yang menggembirakan. Kemungkinan lainnya adalah bahwa program ini merupakan proyek keseratuskalinya yang telah berkali-kali dievaluasi dan mendukung keberhasilan dari model ini. Dalam kasus ini, pemantauan proyek secara internal mungkin dapat memuaskan terhadap kritik yang sangat tajam sekalipun, seperti dari rekan kerja pemerintah atau multilateral. Apakah proyek Pos Gizi SUNGGUH dapat mencapai hasil yang diinginkan? Perbedaannya adalah bahwa orang yang menanyakan pertanyaan ini tidak akan puas hanya dengan melakukan pemantauan internal, baik karena model atau lokasinya yang baru, tapi karena ia tertarik dengan hasil yang pencapaiannya tidak bisa dijamin hanya dengan pemantauan (misalnya perilaku-perilaku dalam rumahtangga), atau karena ia memiliki alasan yang sah untuk meragukan konsep dasar dari model tersebut. Situasi tersebut membutuhkan pengukuran-pengukuran eksternal yang didukung oleh sumber-sumber tambahan. Biasanya, garis dasar dan survei akhir dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan ini. Para peneliti sangat memperhatikan ukuran sampel, diantara berbagai pertimbangan, agar rancangan tersebut memiliki kekuatan biostatistikal untuk melacak perubahan-perubahan yang sudah diperkirakan sebelumnya pada indikator-indikator yang berhubungan dengan pertanyaan utama. Rancangan yang lebih kuat mencantumkan pengukuran-pengukuran serupa untuk dibandingkan dengan masyarakat yang tidak menerima intervensi (kontrol). Perbedaan antara hasil eksperimen (Pos Gizi) dengan masyarakat kontrol memungkinkan para peneliti untuk merumuskan perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pengaruh non-program, seperti cuaca, faktor sosial ekonomi, dan seterusnya (variabel-variabel yang mengacaukan). Namun rancangan-rancangan yang lebih kuat, secara acak memilih masyarakat untuk melaksanakan Pos Gizi atau sebagai kontrol sehingga varabel-variabel yang mengacaukan dapat dikendalikan serta menghitung kepastian adanya penemuan-penemuan. Seberapa baikah proyek Pos Gizi jika dibandingkan dengan proyek lainnya? Pertanyaan umum mengenai evaluasi ini, ingin membandingkan dua model –suatu pertanyaan yang masuk akal dalam konteks umum adanya kelangkaan sumber daya dan peluang – pernyataan-pernyataan yang dilebihlebihkan. Rancangan ini membutuhkan dua atau bahkan tiga pihak, (misalnya pihak Pos Gizi, pihak intervensi non-Pos Gizi, dan kemungkinan pihak kontrol yang tidak memperoleh intervensi apapun sehingga mePerilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 171 Dibawah situasi tertentu, untuk mengetahui apakah proyek Pos Gizi sungguh dapat mencapai hasil-hasil yang ingin dicapai mungkin dibutuhkan pengukuran eksternal, dengan didukung oleh sumber-sumber tambahan, yaitu, biasanya, survey gizi awal dan akhir. mungkinkan adanya perbandingan). Tambahan-tambahan penting dapat berupa analisis biaya, karena model yang semakin efektif bisa terlalu mahal. Bagaimana cara proyek Pos Gizi mencapai hasil-hasil yang ingin dicapai? Pertanyaan ini mengarah pada pemahaman mengenai bagaimana hasil-hasil yang baik dapat dicapai. Contoh, pemantauan proyek secara internal telah mengkonfirmasikan berkalikali bahwa program Pos Gizi dapat memajukan status nutrisi dari para generasi penerus; namun, beberapa evaluasi telah mengukur perilaku-perilaku lanjutan, serta penyebab-penyebab morbiditas. Tidak pernah ada evaluasi Pos Gizi, sepengetahuan kami, yang berusaha untuk mengukur perubahan perilaku dan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan perilaku. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dibutuhkan kombinasi dari garis dasar kuantitatif dan survei akhir serta teknik-teknik kualitatif, seperti wawancara dengan informan utama dan diskusi kelompok terarah bersama dengan para pengasuh, pemimpin masyarakat/ pembuat opini, serta kader. Suatu evaluasi keberlanjutan Pos Gizi pada tingkat masyarakat dapat menilai status kesehatan di antara para penerima sebelumnya atau di antara mereka yang lahir setelah proyek dihentikan, perubahan perilaku keluarga, perubahan perilaku di antara para anggota masyarakat kunci, atau struktur manajemen masyarakat, diantara yang lainnya. Indikator-indikator kualitas Pos Gizi manakah yang paling berguna? Pertanyaan ini mengilustrasikan pertanyaan yang spesifik, tetapi praktis, yang berhubungan dengan pelaksanaan Pos Gizi. Seperti dikatakan sebelumnya, indikator-indikator yang baik memiliki karakteristik tertentu, salah satunya pasti memiliki hubungan yang kuat dengan hasil pada level yang lebih tinggi. Dengan kata lain, indikator-indikator kualitas Pos Gizi manakah yang paling dapat memprediksikan kemajuan dari perilaku pengasuh atau status kesehatan anak? Jika ditemukan berbagai indikator-indikator kualitas utama (seperti kontribusi para ibu setiap hari, kehadiran, atau pengetahuan mengenai makanan khas positif), maka pemantauan terhadap kualitas program dapat lebih efisien. Pembelajaran khusus ini memerlukan hubungan antara data kualitas Pos Gizi dengan hasil-hasil lain, sesuai dengan sumber-sumber yang tersedia. Apakah hasil-hasil Pos Gizi dapat tetap dipertahankan? Evaluasi mengenai kesinambungan jarang dilakukan karena kelangkaan sumber-sumber daya yang jarang dialokasikan untuk mempelajari komunitas yang tidak lagi menjadi sasaran proyek. Kesinambungan di tingkat masyarakat dapat dinilai dari status kesehatan diantara para penerima manfaat terdahulu atau mereka yang lahir setelah proyek diakhiri, perubahan perilaku dalam rumahtangga, perubahan sikap diantara para tokoh masyarakat, atau struktur manajemen masyarakat, dll. Survey kuantitatif dapat melakukan pengukuran anthropometric (berat badan dan tinggi badan) dan melaporkan perilaku dalam rumahtangga. Penyelidikan yang bersifat kualitatif dapat melihat bilamana ada perubahan sikap: kepuasan terhadap malnutrisi anak, kepercayaan diri para pengasuh dan kader, pemecahan masalah dalam masyarakat termasuk juga penerapan PKP pada tantangan-tantangan baru, status dan fungsi dari struktur masyarakat yang sesuai, dll. Dapat juga disarankan untuk mengadakan evaluasi sumatif oleh pihak eksternal dan tim setelah satu atau dua tahun pelaksanaan Pos Gizi. Tabel 8.4 menyediakan contoh rencana kerja evaluasi sumatif dengan berbagai objektif, indikator, dan metode/alat yang dapat digunakan. 172 / Bab Delapan: Monitoring & Evaluasi HASIL-HASIL DARI LAPANGAN Mesir SC (Save the Children) menyelenggarakan penyelidikan PKP di Al Minia Mesir Bagian Atas pada 1999. Penyelidikan PKP menemukan makanan khas positif, termasuk salad, telur, keju dan sayur-sayuran, bersamaan dengan praktek memberikan makan pendamping kepada anak-anak di bawah usia satu tahun. Program tersebut juga menyertakan temuan tersebut ke dalam suatu program Pos Gizi yang serupa di Vietnam (lihat studi kasus dalam Tinjauan). Suatu penilaian eksternal yang diselesaikan pada 1999 mendokumentasikan dampak program, dengan pengurangan tingkat kekurangan gizi dari 47 menjadi 13% dalam masyarakat intervensi dibandingkan dengan tidak adanya perubahan dalam masyarakat non-intervensi (48 to 46%). Evaluator menyarankan untuk meningkatkan pendekatan melalui strategi “universitas hidup” yang sukses dilakukan Save the Children di Vietnam. Pada tahun 2000, para peneliti kembali ke daerah intervensi dan mengkonfirmasikan bahwa kegiatan SC telah mendapatkan hasil yang diinginkan. Dinyatakan bahwa perubahan sikap para ibu, suami, dan khususnya ibu mertua sangatlah mengesankan. Sukses ini memotivasi tim SC untuk memperluas program dengan mentargetkan ibu hamil. Save the Children telah melaksanakan program-program di berbagai negara. Hasilhasil evaluasi beberapa Negara dijabarkan di bawah ini. (1) Mali Pada Maret 1999, SC melaksanakan penyelidikan PKP dengan anggota tim kesehatan dari desa Falabula dan Sogola di Kabupaten Bougouni di wilayah Sikasso. Beberapa perilaku dan praktek yang diidentifikasi melalui metode tersebut adalah bapak yang memainkan peranan yang aktif dalam memberi anak makan, memantau anak saat makan, makan enam kali sehari, dan mencuci tangan sebelum makan. Kegiatan Pos Gizi yang sudah PKP mulai pada bulan Mei. Data program menunjukkan perbaikan yang signifikan, suatu standar deviasi penuh (dari 2.8 menjadi 1.8 dalam Z-skor berat-sesuai-usia), dalam status gizi anak-anak yang berpartisipasi dalam Pos Gizi vs. tanpa perubahan (statis pada 2.5 berat badan untuk usia Z score) di antara sampel perbandingan. Terlebih lagi, peningkatan besar yang membaik terus bertahan. Setelah enam bulan, 60% para ibu mempraktekkan teknik menyusui yang sesuai, dan 85% anak-anak telah mempunyai status gizi yang membaik. Sebelum menggunakan pendekatan PKP, kegiatan posyandu hanya berhasil sedikit dengan anak-anak kurang gizi. SC terus berlanjut menggunakan pendekatan PKP untuk gizi anak dan berencana untuk menambah 14 desa baru pada 2002. Pakistan Bekerja sama dengan Universita Emory, SC menyelenggarakan jenis studi pertama kalinya pada 1999 dengan membandingkan hasil-hasil dari penyelidikan PKP dengan Studi Kasus Kontrol (Case Control Study) untuk menentukan factor-faktor yang berhubungan dengan status gizi pada anak-anak pengungsi Afghan di Pakistan. Analisis menunjukkan bahwa baik penyeledikan PKP dan CCS mengisolir dua perilaku yang diidentifikasi dengan status gizi baik: memperbanyak menyusui saat anak mengalami diare dan memperbanyak makan saat masa sakit dan penyembuhan. Namun, hanya penyelidikan PKP yang dapat menemukan perilaku kompleks, seperti pemberian makan secara aktif, sementara CCS hanya mengidentifikasi faktor-faktor seperti penggunaan layanan imunisasi dan posyandu, usia anak, dan keinginan untuk mempunyai anak lagi. Penulisnya menyimpulkan bahwa penyelidikan Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 173 Di Mali, setelah enam bulan 60% para ibu mempraktekkan teknik menyusui yang sesuai, dan 85% anak-anak telah mempunyai status gizi yang membaik. Sebelum menggunakan pendekatan PKP, kegiatan posyandu berhasil sedikit dalam mengurangi jumlah anak kurang gizi. HASIL-HASIL DARI LAPANGAN Umumnya, keluarga PKP di Etiopia lebih terlibat di dalam masyarakatnya dan menunjukkan peran ayah yang lebih besar dalam pengasuhan anak. Walaupun terdapat kerawanan pangan yang parah, cukup menyenangkan untuk mencari tahu keluarga PKP dan perilaku adaftif mereka. PKP mungkin lebih baik daripada CCS dalam menggambarkan sikap (yaitu pengaruh ibu) dan perilaku yang kompleks, di mana keduanya lebih mudah diukur dengan pendekatan pengamatan peserta penyelidikan PKP. Studi tersebut mengkonfirmasikan bahwa pendekatan penyelidikan PKP merupakan metode yang valid, partisipatif dan murah untuk mengidentifikasi perilaku pemberian makan dan faktor-faktor lainnya yang berhubungan dengan gizi baik. Temuan-temuan ini membantu memperbaiki intervensi gizi yang sudah ada dan membantu memahami metodologinya. Etiopia SC menyelenggarakan penyelidikan PKP pada bulan Oktober dan November 2000 di tempat yang rawan pangannya sudah kronis yaitu Kabupaten Liben, Daerah Oromia di Etiopia bagian selatan. Enam masyarakat yang mewakili dua etnis yang berbeda dipelajari untuk mengidentifikasi praktek dan PKP yang adaptif yang dapat direplikasikan walaupun kurang memadainya persediaan pangan. PKP yang diidentifikasi termasuk juga dimulainya pemberian ASI segera setelah melahirkan dan ASI eksklusif untuk empat sampai enam bulan. Umumnya, keluarga-keluarga PKP lebih terlibat di dalam masyarakatnya dan menunjukkan lebih banyak peran ayah dalam perawatan anak. Walaupun terdapat situasi rawan pangan yang parah, sangatlah menyenangkan untuk menemukan keluarga-keluarga PKP dan perilaku-perilaku adaptif mereka. Temuan-temuan dari penyelidikan PKP sedang diitegrasikan ke dalam program-program saat ini yang menanggapi baik manifestasi maupun akar penyebab dari kekurangan gizi. Bolivia Pada 1999, SC dan Universitas Emory bermitra untuk mengevaluasi metodologi PKP sebagaimana dijelaskan dalam panduan lapangan SC, Merancang Program Gizi Yang Berbasis Masyarakat Dengan Menggunakan Model Pos Gizi dan Pendekatan PKP. Proyek percontohan disiapkan di enam masyarakat dataran tinggi pedesaan di Oruro. Metodemetodenya mengungkapkan mengenai makanan khusus, seperti jus wortel, turnish, lobak dan kol, dan praktek kesehatan yang baik seperti ASI eksklusif untuk enam bulan dan persiapan makanan yang higienis. Pembuatan program PKP terus berlanjut di Bolivia walaupun terdapatnya tantangan yang melekat pada situasi dataran tinggi. Populasinya yang menyebar membuat pembelajaran kelompok yang berbasis lingkungan sekitar (sebagaimana di Pos Gizi) sulit untuk dilakukan. Lagipula, masalah gizi yang utama, yaitu kerdil (stunting), memerlukan diciptakannya indikator-indikator baru untuk memasukkan program dan pengukuran yang berdasarkan tinggi badan. Mendeteksi perbaikan dengan tinggi badan lebih sulit dibandingkan dengan berat badan. Langkah di masa depan menyertakan juga pemilihan tim dan masyarakat yang lebih kuat mengenai temuan penyelidikan PKP sejak sayuran khas positif yang diidentifikasi dalam penyelidikan PKP percontohan tidak cukup menjelaskan dampak kesehatan anak yang diamati. Hasil-hasil tambahan dari pemantauan dan evaluasi dapat dilihat di Tabel 8.5 halaman berikutnya. 174 / Bab Delapan: Monitoring & Evaluasi TABEL 8.5 Dampak PKP/Pos Gizi pada bidang Nutrisi di Beberapa Negara NEGARA HASIL Haiti Pengurangan angka malnutrisi tingkat 3 dari 6 % dalam waktu tiga tahun setelah berpartisipasi dalam Pos Gizi. Berat-menurut-usia Z-skor yang diperoleh adalah 0.34 sejak masuk hingga follow-up (2 hingga 6 bulan setelah berpartisipasi dalam Pos Gizi). Sembilan ribu anak berhasil direhabilitasi dalam waktu dua tahun serta pengurangan angka mortabilitas yang terlihat diantara anak-anak yang turut berpartisipasi (2). Guinea Peningkatan berat badan partisipan setalah 2 bulan: 57% memperlihatkan catch-up growth dan 26% memperlihatkan pertumbuhan yang sesuai (3) Banglades Peningkatan berat badan partisipan setelah 2 bulan: 43% menunjukan “catch-up growth” dan 47% sudah memiliki pertumbuhan yang sesuai (2). Vietnam Pemberantasan malnutrisi parah (3% hingga 0%), penurunan angka malnutrisi menengah (12% hingga 5%), dan penurunan angka malnutrisi ringan (26% hingga 21%) dalam waktu 2 tahun setelah badan pelaksana menghentikan keterlibatan mereka (dua per tiga dari anak-anak tersebut, lahir setelah masa-masa tersebut). Status nutrisi secara keseluruhan, mengalami peningkatan berdasarkan Z-skor berat-sesuai-usia 0.3. Studi kasus-kontrol menemukan adanya pengurangan malnutrisi sebesar 40% dibandingkan dengan zona sosiodemografis yang serupa namun tidak menerima intervensi Pos Gizi (2). Nepal 73% mengalami kemajuan dari kategori menengah atau parah keringan atau normal, dan setelah 18 bulan, 70% dari kemajuan tersebut tetap dapat dipertahankan. (4) Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 175 Dibutuhkan Keterkaitan Dibutuhkannya lebih banyak penelitian operasi di wilayah yang mendapat bantuan darurat dengan Pos Gizi. Sedang dilakukannya kegiatan untuk menciptakan program-program dalam keadaan darurat yang secara filosofis sejalan dengan Pos Gizi, melalui yang disebut dengan pendekatan Perawatan Terapeutik Masyarakat (CTC). Pendekatan ini memfokuskan pada pendekatan yang berorientasi pada penanganan masyarakat yang bergizi buruk, bahkan pada puncak krisis. Upaya sampai dengan saat ini telah mencapai sukses. Walaupun makanan import akan diperlukan untuk masa sementara, teorinya adalah bahwa suatu kontinuum dapat dibentuk antara program bantuan darurat dan program pembangunan. Namun, di mana terdapatnya program Pos Gizi, ini dapat digunakan untuk membentuk dasar suatu pendekatan bantuan yang berorientasi pada masyarakat saat suatu krisis terjadi. Dalam keadaan darurat, pendekatan CTC dapat diubah menjadi program Pos Gizi pada masa transisi. Karena banyak keadaan darurat yang bersifat seperti siklus, ini merupakan pekerjaan awal yang penting. (3) TABEL 8.6 AKTIVITAS Posyandu Pengobatan penyakit cacingan Pos Gizi Contoh Kerangka Kerja Evaluasi Sumatif HASIL-HASIL OBJEKTIF YANG DIHARAPKAN 50% peningkatan registrasi kelahiran dan kematian INDIKATOR-INDIKATOR YANG DIUSULKAN # dan % peningkatan dari kelahiran dan kematian yang tercatat 85% dari seluruh anak <3 tahun ditimbang secara berkala # dan % anak <3 tahun ditimbang setiap sesi Posyandu 85% dari pengasuh mengetahui status kesehatan anak mereka % pengasuh anak <3 tahun yang mengetahui status nutrisi anak mereka 90% dari kader dapat menggambarkan berat badan dengan akurat # dan % kader yang menentukan dengan akurat Daftar nama Pos Gizi dan Posyandu Daftar nama Hearth yang dikumpulkan tiap 2 bulan Wawancara terhadap para pengasuh anak Buku Posyandu milik para kader # dan % anak-anak yang melakukan pengobatan penyakit cacingan 2 kali/ tahun Catatan Pos Gizi, buku daftar nama Posyandu # dan % dari anak yang teridentifikasi sebagai anak malnutrisi, terlibat dalam Pos Gizi Catatan Pos Gizi, Daftar nama Posyandu 70% dari partisipan Pos Gizi dapat terehabilitasi # dan % anak dengan malnutrisi menengah dan parah menjadi status malnutrisi normal Catatan Pos Gizi 50% dari partisipan Pos Gizi dapat mempertahankan kemajuan status nutrisi selama 6 hingga 12 bulan setelah rhabilitasi # dan % partisipan pos gizi yang dapat mempertahankan kemajuan status nutrisi selama 6 hingga 12 bulan setelah rehabilitasi Sesi hasil Posyandu 85% anak berusia 1-3 harus melakukan pengobatan penyakit cacingan 2 kali/ tahun 90% dari anak yang teridentifikasi mengalami malnutrisi <3 tahun sudah terdaftar dalam Pos Gizi 50% peningkatan pada anakanak perempuan yang sudah mencapai status nutrisi normal 20% pengurangan angka malnutrisi diantara semua anak-anak <3 tahun Perilaku pemberian makan METODE/ALAT Pengasuh akan memperkenalkan pemberian makanan pendamping ASI pada usia 6 bulan Pengasuh akan memberi makan anak berusia 12 bulan sebanyak 5 kali/hari termasuk makanan ringan selain ASI Setiap kali makan, pengasuh menyediakan makanan yang bervariasi untuk anaknya termasuk makanan khas positif Pengasuh akan menyediakan pemberian makan yang sesuai (jumlah dan variasi) ketika anak sakit # dan % anak-anak perempuan yang sudah mencapai status nutrisi normal Daftar nama Posyandu # dan % anak yang mencapai status nutrisi normal setelah 1 tahun, 2 tahun Daftar nama Posyandu % pengasuh bayi berusia 6-8 bulan yang mengetahui pemberian makanan pendamping ASI pada usia 6 bulan Wawancara dengan para pengasuh bayi berusia 6 hingga 8 bulanan Para pengasuh Pos Gizi yang telah melaporkan bahwa mereka telah memberi makan anak mereka dengan makanan baru (khas positif) yang spesifik di setiap waktu, termasuk sayuran dan lemak Para pengasuh Pos Gizi yang telah melaporkan bahwa mereka mengembangkan cara-cara baru dalam memberi makan anak yang sakit dan sedang dalam masa penyembuhan 176 / Bab Delapan: Monitoring & Evaluasi Diskusi kelompok terarah dengan para ibu lulusan Pos Gizi; wawancara mendalam di rumah; kunjungan observasi rumah Diskusi kelompok terarah dengan para ibu lulusan Pos Gizi; wawancara mendalam di rumah; kunjungan observasi rumah Diskusi kelompok terarah dengan para ibu lulusan Pos Gizi atau para pengasuh TABEL 8.6 (Lanjutan) AKTIVITAS HASIL-HASIL OBJEKTIF YANG DIHARAPKAN INDIKATOR-INDIKATOR YANG DIUSULKAN METODE/ALAT Perilaku perawatan Para ayah ikut berpartisipasi dalam perawatan anak dan menghabiskan lebih banyak waktu bersama anak mereka Para ayah yang ikut berpartisipasi dalam Pos Gizi melaporkan bahwa mereka menghabiskan lebih banyak waktu bersama anak mereka dan membagi tugas perawatan anak dengan sang ibu Diskusi kelompok terarah bersama dengan para ayah Perilaku menyehatkan Para pengasuh dan anggota keluarga lainnya akan menyediakan stimulus kognitif dan bahasa kepada anak Anggota-anggota keluarga dari partisipan PosGizi melaporkan bahwa mereka sering bernyanyi dan bermain bersama anak; memajukan kemampuan anak dalam bidang vokalisasi, bahasa, kemampuan berkomunikasi Para partisipan melaporkan bahwa mereka telah mengembangkan perilakuperilaku kebersihan yang baru: membersihkan makanan sebelum dimasak/ menutup makanan Para pengasuh akan melatih kebersihan makanan yang baik Para partisipan yang telah mengembangkan perilakuperilaku kebersihan tubuh yang baik seperti menggunting kuku & mencuci tangan (dengan sabun) sebelum & mencuci tangan setelah memakai toilet Para pengasuh akan melatih kebersihan tubuh yang baik kepada diri mereka serta anak mereka Wawancara mendalam di rumah; observasi ketika mengadakan kunjungan rumah Diskusi kelompok terarah bersama dengan para ibu, pengasuh yang telah lulus Pos Gizi; wawancara mendalam di rumah Para pengasuh yang mengenali tanda-tanda bahaya & dapat mengidentifikasi tanda tersebut dengan akurat Para pengasuh dapat mengidentifkasi tanda-tanda bahaya (infeksi saluran pernapasan yang parah dan penyakit diare) Para pengasuh dapat memastikan bahwa anak mereka memperoleh imunisasi lengkap dan menimbang anak mereka secara berkala (ikut berpartisipasi dalam Posyandu) Pertemuan bulanan untuk mengadakan peninjauan ulang Diskusi kelompok terarah bersama dengan para ibu, pengasuh yang telah lulus Pos Gizi; wawancara mendalam; observasi rumah # dan % pengasuh yang membawa anak mereka untuk memperoleh imunisasi lengkap, serta # dan % anak yang berpartisipasi dalam Posyandu Observasi rumah; diskusi kelompok terarah dengan para ibu/pengasuh; wawancara mendalam Daftar nama vaksinasi, catatan kartu pertumbuhan daftar nama Posyandu Mengarahkan Tim dan Pos Gizi Partisipasi dari seluruh pemegang saham di setiap pertemuan Kunjungan supervisi untuk para staff Para kader mengatur, menilai dan mengawasi program secara efektif Aktivitas pengamatan dan pengawasan secara langsung di lokasi kejadian Formulir-formulir laporan Laporan yang akurat Audit, laporan keuangan setiap bulan Dana digunakan dengan sesuai Tetap diadakan kunjungankunjungan rumah dan Posyandu Kunjungan-kunjungan lanjutan dan laporanlaporan Masalah-masalah dapat diidentifikasi dan diselesaikan Waktu untuk meninjau ulang pertemuanpertemuan bulanan Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 177 FORMULIR CONTOH FORMULIR 8.1 Pemantauan Kejadian-Kejadian Penting: Laporan Kelahiran setiap Bulan Nama Desa: Desa Periode dari: Nama bayi yang baru lahir Jenis kelamin Nama Ayah Hingga: Tanggal/ Bulan Lahir Berat Bada n (kg) Tempat # Kelahiran Komentar Contoh formulir untuk melaporkan kelahiran setiap bulan FORMULIR 8.2 Pemantauan Kejadian-Kejadian Penting:Laporan Kematian Anak-Anak dan Wanita setiap Bulan Nama Desa: Periode dari: Hingga: Tanggal lahir Desa Nama Jenis kelamin Bulan Tahun Jumlah total angka kematian setiap bulan: 178 / Bab Delapan: Monitoring & Evaluasi Data kematian Hari Bulan Tanda Tangan: Usia Komentar (i.e penye-bab kema-tian) Nama Anak Jenis kelamin Nama Ayah Hari Masuk atau Keluar Tanda Tangan:_________________ Bulan Tanggal lahir Jumlah Total Angka Migrasi-Masuk setiap Bulan:_________________ Jumlah Total Angka Migrasi-Keluar setiap Bulan:_________________ Desa Tanggal Pindah Pemantauan Kejadian-Kejadian Penting: Laporan Migrasi Masuk/Keluar setiap Bulan Nama Desa:___________________________________________________ Periode dari:______________________ Hingga:___________________ FORMULIR 8.3 Dari atau menuju Komentar FORMULIR 8.3 Pemantauan Kejadian-Kejadian Penting: Laporan Migrasi Keluar/Masuk Setiap Bulan Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 179 180 / Bab Delapan: Monitoring & Evaluasi Nama Anak Jenis Kelamin L/P Bulan/Tahun kelahiran Berat Badan Status Tanggal Posyandu Berat Badan Status Tanggal Posyandu Berat Badan Status Tanggal Posyandu Catatan: Berikan sedikitnya dua baris pada setiap keluarga untuk mencatat saudara-saudara kandung yang lebih muda Nama Kepala Rumah Tangga Contoh Registrasi Posyandu Komentar Contoh Buku registrasi kegiatan Posyandu RT # FORMULIR 8.4 FORMULIR 8.4 Contoh Buku Registarsi Kader Pos Gizi Nama Anak Tanggal lahir Kontribusi: Beri tanda nol atau centang untuk setiap kehadiran Tanggal Masuk Berat Badan Ketika Masuk Berat Badan Ketika keluar Perubahan Berat Badan (g) + atau- Tanggal Sesi Hearth: Dari:______________ Hingga:______________ Jumlah Anak yang Berpartisipasi:_________ FORMULIR 8.5 Komentar FORMULIR 8.5 Contoh buku registrasi kader Pos Gizi Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 181 182 / Bab Delapan: Monitoring & Evaluasi # Normal % # kurang (kuning) % # Buruk (merah) % Total Malnutrisi # % * Masukan kelahiran dan kematian yang terjadi sejak sesi Posyandu terakhir (selama 2 bulan terakhir) Total Anak yg ditimbang # % Kelahiran* Kematian* Pindah Kedalam / Keluar Contoh Format untuk Menyusun Hasil-Hasil Posyandu di tingkat Desa Desa Populasi <3 tahun FORMULIR 8.6 Contoh Format Untuk Menyusun Hasil-Hasil Posyandu pada Tingkat Desa FORMULIR 8.6 Populasi <3 % # # % Normal Anak yg ditimbang % Total Malnutrisi % # # # % Parah (merah) Ringan (kuning) Kelahiran* Kematian* Contoh Format untuk Menyusun Hasil-Hasil Posyandu Selama satu Tahun pada Tingkat Desa * Masukan kelahiran dan kematian yang terjadi sejak sesi Posyandu terakhir (selama 2 bulan terakhir) Posyandu 7 Posyandu 6 Posyandu 5 Posyandu 4 Posyandu 3 Posyandu 2 Posyandu 1 Sesi/ Tanggal Posyandu FORMULIR 8.7 FORMULIR 8.7 Contoh Format untuk Menyusun Hasil-Hasil posyandu Selama Satu Tahun di Tingkat Desa . Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 183 184 / Bab Delapan: Monitoring & Evaluasi # Anak yang Terdaftar # % Lulus # % Desa # Anak yang Terdaftar # Lulus % Dapat mengejar ketinggalan pertumbuhan # % # % Pertumbuhan yang memadai Tanggal Sesi Hearth: Dari:_____________ Hingga:_____________ Gunakan formulir diatas atau formulir dibawah Desa Tidak ada Tingkat Berat Badan # % # % % Penurunan Berat Badan # Penurunan Berat Badan # Anak yang Kembali Perpindahan dari Merah ke Kuning # % Komentar (kematian, penyakit, dll) Komentar (kematian, penyakit, dll) # Anak yang Kembali Contoh Format Pemantauan Setiap Bulan untuk Menyusun Hasil-Hasil Pos Gizi Berat Badan yang Didapat Tanggal Sesi Pos Gizi: Dari:_____________ Hingga:_____________ FORMULIR 8.8 Contoh Format Pemantauan Bulanan untuk Menyusun Hasil-Hasil Hearth Pos Gizi FORMULIR 8.8 FORMULIR 8.9 # Nama Alat Pemantauan Perilaku Umur (Bulan) Pemberian ASI Secara Eksklusif Selama 24 Jam Terakhir? Ya Tidak Tidak Tahu 1 2 3 Alat Pemantauan Perilaku Kotak Indikator # dari para pengasuh yang diwawancara yang menjawab YA atau TIDAK: # dari para pengasuh yang diwawancara yang menjawab Ya 4 5 6 % dari para pengasuh yang melaporkan ASI Eksklusif dalam 24 jam terakhir 7 8 9 10 11 12 13 14 Petunjuk: Pada suatu sesi Pos Gizi khusus, identifikasi bayi-bayi di bawah usia enam bulan yang ditemani oleh para pengasuh yang sudah mengetahui pola pemberian makan mereka selama 24 jam terakhir: ♥ Wawancara setiap pengasuh secara pribadi. ♥ Tuliskan nama dan usia bayi, dan memastikan bahwa si bayi sudah cocok dengan kriteria usia yang sudah ditentukan di atas. ♥ Mintalah pada pengasuh untuk mengingat kembali semua yang dimakan oleh si bayi sejak kemarin. Jika bayinya HANYA minum ASI (dan bukan air putih, formula, susu lainnya, jus, cairan lainnya, sereal, buah, sayuran, biji-bijian padi, daging, dll.), maka berilah tanda centang dalam kolom yang bertanda “Ya”. Jika si bayi diberi makanan apapun selain ASI, beri tanda centang pada kolom bertanda “Tidak”. Jika pengasuh tidak mempunyai informasi yang lengkap, beri tanda centang pada kolom bertanda “Tidak Tahu”. ♥ Lanjutkan sampai didapatkan informasi dari sepuluh bayi, dan tidak termasuk dalam kolom “Tidak Tahu”. ♥ Jumlahkan banyaknya jawaban “Ya” dan “Tidak” dan tuliskan jumlah angkanya dalam kolom di Kotak Indikator (lihat disamping) ♥ Jumlahkan jawaban “Ya” dan tuliskan angkanya dalam kolom yang bersangkutan di Kotak Indikator. ♥ Bagilah jumlah total jawaban “Ya” dengan jumlah total jawaban “Ya” dan “Tidak” dan kalikan dengan 100 untuk mengetahui prosentase pengasuh yang melaporkan ASI eksklusif dalam 24 jam terakhir. Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 185 FORMULIR 8.10 Alat Pemantauan Penimbangan Kader Alat Pemantauan Penimbangan Kotak Indikator # dari kader Yang Diamati: # dari kader Yang Menimbang Semua Bayi Dengan Benar: % dari kader Yang Menimbang Semua Anak Dengan Benar # Berat Menurut Kader Berat Menurut Supervisor Selisih? 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 Petunjuk: ♥ Mintalah kepada para supervisor/pelatih untuk mengamati para kader yang menimbang anak-anak. ♥ Tuliskan nama masing-masing kader. ♥ Jelaskan kepada pengasuh bahwa bayi tersebut akan ditimbang dua kali. ♥ Amati kadernya saat ia menimbang bayi pertama dan catat laporan timbangannya. ♥ Timbang kembali si bayi dengan benar (menurut aturan) dan catat berapa beratnya. ♥ Periksa apakah kedua berat badannya sama. Beri tanda centang pada kolom “Selisih” jika berat badannya berbeda ___ gram dengan yang dilakukan oleh kader (tentukan perbedaan yang tepat untuk proyek). ♥ Ulangi prosesnya sampai mencapai tiga sampai lima bayi per satu kader. ♥ Diskusikan observasi anda dengan kader. ♥ Ulangi dengan kader yang lainnya. ♥ Lengkapilah Kotak Indikator pada bagian bawah halaman (lihat disamping). ♥ Diskusikanlah temuan-temuan dengan para kader Pos Gizi yang hadir. ♥ Terakhir, teruskan laporan tersebut ke tim kesehatan masyarakat bersama dengan laporan pemantauan anda. 186 / Bab Delapan: Monitoring & Evaluasi SUMBER - SUMBER Pembelajaran Dewasa DEWASA Charleston, R. dan B. Kittle, Adult Learning – Towards Behavior Change: A Training Curriculum; CARE, 2001 Vella, Jane, Learning to Teach: Training of Trainers for Community Development Oef International, 1989 Dapat diperoleh di: http://www.janevella.com/books.asp Vella, Jane, Learning to Listen, Learning to Teach: The Power of Dialogue in Educating Adults, Revised Edition; San Francisco: Jossey-Bass Publishing, 2002 Dapat diperoleh di: http://www.janevella.com/books.asp Vella, Jane, Taking Learning to Task: Creative Strategies for Teaching Adults; San Francisco: Jossey-Bass, 2002 Dapat diperoleh di: http://www.janevella.com/books.asp Vor der Bruegge, Ellen dan Robb Davis, Designing for Adults Course Packet; Freedom From Hunger, 2002 Dapat diperoleh di: http://www.coregroup.org/resources/ Dialogue_Education_Course_ Packet.pdf Partisipasi Masyarakat Howard-Grabman, Lisa dan G. Snetro, How to Mobilize Communities for Health and Social Change; Baltimore: Pusat Universitas Johns Hopkins untuk Program Komunikasi, Forthcoming (2003) McNulty, Judiann, S. Mason, dan Judi Aubel, Participation for Empowerment; Atlanta: CARE, 200 Dapat diperoleh di: www.coregroup.org Schoonmaker-Freudenberger, Karen, Rapid Rural Appraisal (RRA) and Participatory Rural Appraisal (PRA): A Manual for CRS Field Workers and Partners; Baltimore: Catholic Relief Services, 1999 Dapat diperoleh di: www.catholicrelief.org/what/overseas/rra_manual.cfm Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 187 MASYARAKAT KESEHATAN Pendidikan Kesehatan UNICEF, Facts for Life, 3rd Edition; New York: United Nations Children’s Fund, 2002 Dapat diperoleh di: www.unicef.org/ffl Werner, D. dan Bill Bower, Helping Health Workers Learn: A Book of Methods, Aids, and Ideas for Instructors at the Village Level, Edisi kedua; 1995 Dapat diperoleh di: http://www.hesperian.org/ PEMANTAUAN & EVALUASI Alat-alat Pemantauan dan Evaluasi Espeut, Donna, Knowledge, Practices and Coverage Survey 2000+ Field Guide; Calverton: The Child Survival Technical Support Project, 2001 Dapat diperoleh di: http://www.childsurvival.com/kpc2000/kpc2000.cfm Weiss, William dan Paul Bolton, Training in Qualitative Research Methods for PVOs & NGOs & Counterparts; 2000 Dapat diperoleh di: www.jhsph.edu/refugee/resources.html . 188 / Sumber - sumber dan Referensi Gizi GIZI Fourth Report on the World Nutrition Situation; Jenewa, ACC/SCN berkolaborasi dengan IFPRI, 2000 Dapat diperoleh di: http://acc.unsystem.org/scn/Publications/4RWNS/ 4rwns.pdf Cameron, Margaret, Yngve Hofvander, dan Rondo Cameron, Manual on Feeding Infants and Young Children Edisi ketiga; Oxford UP, 1989 Cogill, Bruce, Anthropometric Indicators Measurement Guide; Washington, DC: Food & Nutrition Tech. Assistance Project, 2001 Dapat diperoleh di: http://www.fantaproject.org/publications/ anthropom.shtml Griffiths, Marcia, Kate Dickin, dan Michael Favin, Promoting the Growth of Children: What Works: Rationale and Guidance for Programs; Bank Dunia, 1996 Dapat diperoleh di: http://wbln0018.worldbank.org/hdnet/hddocs.nsf/ Marchione, Thomas J, (penyunting)., Scaling Up, Scaling Down: Overcoming Malnutrition in Developing Countries; Gordon dan Breach Publishers, 1999 Murray, J., et al., BASICS Technical Report: Emphasis Behaviors in Maternal/Child Health Focusing on Caretaker Behaviors to Develop Maternal/Child Health Programs in Communities; 1997 Dapat diperoleh di: http://www.basics.org/publications/abs/abs_emphasis.html Sanghvi, Tina, Nutrition Essentials: A Guide for Health Managers; World Health Organization, 1999 Dapat diperoleh di: http://www.basics.org/publications/abs/abs_nutrition.html Wagman, J., dan Peter Winch, (para penyunting)., Implementing and Evaluating Nutrition Interventions for Managers of PVO Child Survival Projects: A Guide to Manuals, Guidebooks, and Reports; Child Survival Technical Support Project, 2000 Dapat diperoleh di:http://www.childsurvival.com/documents/ NutritionManual3.pdf Zeitlin, Marian, Hossein Ghassemi, dan Mohamed Mansour, Positive Deviance in Child Nutrition: With Emphasis on Psychosocial and Behavioural Aspects and Implications for Development; Universitas Perserikatan BangsaBangsa, 1990. Dapat diperoleh di: http://www.unu.edu/unupress/unupbooks/80697e/ 80697E00.htm Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 189 SITUS Situs DASAR II – Suatu proyek global untuk memelihara suatu pendekatan yang komprehensif untuk memperbaiki perilaku yang berhubungan dengan gizi dan hasil-hasilnya. www.basics.org/technical/nutrition.html Kelompok INTI – Suatu keanggotaan organisasi nonprofit yang berbasis di AS yang bekerja bersama untuk memperbaiki kesehatan ibu dan anak. www.coregroup.org Proyek Bantuan Teknis Pangan dan Gizi (FANTA)– Suatu proyek program gizi dan ketahanan pangan yang terintegrasi. www.fantaproject.org Proyek Keterkaitan – Suatu proyek di seluruh dunia untuk mendukung pemberian ASI, gizi ibu dan yang berhubungan dengan pemberian makanan pelengkap, dan Metode Amenorrhea Lactational. www.linkagesproject.org UNICEF – Halaman infor The United Nations Children’s Fund mengenai gizi, strategi, wilayah fokus, dan program tindakan; termasuk juga dokumen pendukung, sumber-sumber, dan situs. www.unicef.org/programme/nutrition/mainmenu.htm Bank Dunia – Pendekatan multi-sektoral Bank Dunia terhadap gizi, termasuk juga situs, informasi proyek, indikator kunci dan kertas kerja. www1.worldbank.org/hnp Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) – Halaman info gizi WHO membahas mengenai isu-isu terkini, penelitian, dan topik-topik seperti kekurangan gizi mikro serta praktek pemberian makan bayi dan anak kecil. www.who.int/nut/index.htm 190 / Sumber - sumber dan Referensi REFERENSI Ucapan Terima Kasih: UCAPAN TERIMA KASIH 1. Sternin, M., J. Sternin, dan D. Marsh, Field Guide: Designing a Community-Based Nutrition Education and Rehabilitation Program Using the Hearth Model and “Positive Deviance” Approach; Westport: Save the Children dan BASICS, Desember 1998 2. Cribbin, M., Application of a Positive Deviance Inquiry in the Oruro Altiplano; Universitas Emory, April 2000 3. Conrad, V., Positive Deviance and Nutrition Education and Rehabilitation Programs: A Field Manual For Use in West Africa; Save the Children, 2001 Tinjauan: TINJAUAN 1. Report of The International Workshop on Improving Children’s Health and Nutrition in Communities; 20-23 June 2000, Durban, Afrika Selatan, 2000 2. Berggren, W., Wawancara-wawancara pribadi 3. Sternin, M, J. Sternin, dan D. Marsh. ‘Scaling Up a Poverty Alleviation and Nutrition Program in Vietnam’, Scaling Up, Scaling Down: Capacities for Overcoming Malnutrition in Developing Countries; Gordon dan Breach Publishers, 1999 4. Wollinka, O, K. E. Burkhalter, dan N. Bahir (para penyunting), Hearth Nutrition Model: Applications in Haiti, Vietnam and Bangladesh; Arlington, VA: BASICS, 1997 5. WHO Global Strategy on Infant and Young Child Feeding, Report of the Secretariat; Majelis Kesehatan Dunia ke-55, April 2002 I Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 191 6. Strategy for Improved Nutrition of Children and Women in Developing Countries; Divisi Program, Bagian Gizi, UNICEF, Juni 1990, New York: Monograph, 1990 7. Pelletier, D.L., et al., The Effects of Malnutrition on Child Mortality in Developing Countries; Buletin World Health Organization 73(4): 443-448, 1995 8. Evidence and Information for Policy; WHO Child and Adolescent Health and Development, 2001 9. Sanghvi, T. Nutrition Essentials: A Guide for Health Managers; BASICS/UNICEF/WHO, 1999 BAB I Bab 1: 1. Berggren, G, dan M. Moreaux, HEARTH/Positive Deviance Approach to Combating Malnutrition in Haiti: “Ti Foyers” in Haiti; Laporan Kunjungan Lapangan dan Lokakarya di Deschapelles, Haiti; 10-19 September 2002 BAB III Bab 3: 1. Reference Data for the Weight & Height of Children in Measuring Change in Nutritional Status; WHO, 1993 2. How to Weigh and Measure Children: Assessing the Nutritional Status of Young Children in Household Surveys; Departemen PBB, Kantor Kerjasama Teknis untuk Pembangunan dan Statistik, 1996 3. Cogill, B., Anthrometric Indicators Measurement Guide; Proyek Bnatuan Teknis Pangan dan Gizi, 2001 BAB IV Bab 4: 1. Allen, H., et al., New Policies for Using Anthelmintics in High Risk Groups WHO Informal Consultation on the Use of Praziquantel during Pregnancy/Lactation, and Albendazole/Mebendazole in Children under 24 Months; April 2002 2. Marsh, D. dan K. Lapping, Save the Children and the Positive Deviance Approach, Kertas Kerja No. 1; 31 Desember 2001 192 / Sumber - sumber dan Referensi BAB V Bab 5: 1. Management of Severe Malnutrition: A Manual for Physicians and Other Senior Health Workers; Jenewa: WHO, 1999 2. Dietary Reference Intakes; Food and Nutrition Board of the National Academy of Sciences, dipublikasikan 3. Facts for Life; UNICEF, 2002 4. Facts for Feeding, Guidelines for Appropriate Complementary Feeding of Breastfed Children 6-24 Months of Age; LINKAGES, 2001. 5. Sanghvi, T., Nutrition Essentials: A Guide for Health Managers; WHO/ BASICS/UNICEF, 1999, 22 6. Marsh, D. dan K. Lapping, Save the Children and the Positive Deviance Approach, Kertas Kerja No. 1; 31 Desember 2001 7. Griffiths, M. dan V. De Alvarado, Honduras: The AIN Community Experience; The Manoff Group, 1999 8. Sternin, M, J. Sternin, dan D. Marsh, ‘Scaling Up a Poverty Alleviation and Nutrition Program in Vietnam’, Scaling Up, Scaling Down: Capacities for Overcoming Malnutrition in Developing Countries; Gordon dan Breach Publishers, 1999 9. Berggren, W. dan J. Grant, Community Health Report to the Grant Foundation; 1995 10. Sanghvi, T., Nutrition Essentials: A Guide for Health Managers; WHO/BASICS/UNICEF, 1999, 232 11. Sanghvi, T., Nutrition Essentials: A Guide for Health Managers; WHO/BASICS/UNICEF, 1999, 228 Perilaku Khusus Positif/Panduan Pos Gizi / 193 BAB VII Bab 7: 1. Pyle, D. dan T. Tibbetts, An Assessment of the Living University as a Mechanism for Expansion; Draft, 2002 2. Wollinka, O, K. E. Burkhalter, dan N. Bahir, (para penyunting)., Hearth Nutrition Model: Applications in Haiti, Vietnam and Bangladesh; Arlington, VA: BASICS, 1997 3. Diene, S. dan M. Sternin, On the Use of the Positive Deviance Approach and Hearth Model to Combat Malnutrition in West Africa; Arlington, VA: BASICS, November 2000 BAB VIII Bab 8: 1. Marsh, D. dan K. Lappi, Save the Children and the Positive Deviance Approach, Kertas Kerja No. 1; 31 Desember 2001 2. Wollinka, O, K. E. Burkhalter, dan N. Bahir, (para penyunting)., Hearth Nutrition Model: Applications in Haiti, Vietnam and Bangladesh; Arlington, VA: BASICS, 1997 3. Meyers, J. Maternal and Child Health Initiative program in Dabola, Guinea;. Presentasi PowerPoint presentation di USAID, Africare, Mei 2000 4. Grobler Tanner, C., Comments on manuscript review; November 2001 194 / Sumber - sumber dan Referensi Perilaku Khusus Positif / Pos Gizi : Sebuah Buku Panduan Pemulihan yang Berkesinambungan Bagi Anak Malnutrisi Perilaku Khusus Positif / Pos Gizi merupakan suatu program gizi yang berbasis rumah tangga dan komunitas bagi anak-anak yang beresiko kekurangan gizi di negara-negara sedang berkembang. Program tersebut telah memungkinkan ratusan kelompok masyarakat mampu mengurangi angka kekurangan gizi pada anak mereka dan mencegah kejadian malnutrisi selama bertahun-tahun setelah program tersebut selesai Pendekatan “Perilaku Khusus Positif” digunakan untuk menemukan praktek-praktek yang tidak biasa, tetapi bermanfaat, dari para ibu atau pengasuh anak yang bergizi baik dari keluarga miskin. Setelah diidentifikasi, berbagai kebiasaan dan perilaku tersebut disebarluaskan kepada keluarga yang lain yang mempunyai anak malnutrisi di dalam masyarakat tersebut. “Pos Gizi” merupakan bagian program untuk kegiatan pemulihan dan pendidikan gizi. Pos Gizi dilakukan di dalam lingkungan rumah dimana para pengasuh dan kader menyiapkan “Makanan Khusus Positif” . Mereka mempraktekkan perilaku perawatan anak yang baik dan memberi makan anak yang kekurangan gizi dengan makanan tambahan yang kaya-energi/kalori. Diperkaya dengan pengalaman lapangan yang membantu, perangkat dan ide yang berguna, panduan ini menjelaskan langkah demi langkah tentang bagaimana mengidentifikasi anak yang beresiko melakukan penyelidikan PKP melakukan kegiatan Pos Gizi dan merancang suatu sistem monitoring dan evaluasi Diterjemahkan oleh Project Concern International / PCI - Indonesia dan diperbanyak oleh “Jejaring PD indonesia”
Similar documents
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia 2015: Versi
kerawanan pangan dan gizi, dan apa yang menjadi penyebab kerentanannya. Dokumen ini merupakan alat yang sangat baik untuk memastikan bahwa kebijakan dan sumber daya yang dikeluarkan dapat memberika...
More informationSchool Health and Nutrition
mekanisme institusional, dan kegiatan/program kesehatan dan gizi sekolah yang tengah berjalan di sektor pendidikan dasar; kegiatan tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi berbagai c...
More information