AlHaromain072012 - Lazis Al

Transcription

AlHaromain072012 - Lazis Al
Sapa
Redaksi
SUSUNAN PENGURUS
LAZIS AL HAROMAIN
Dewan Pembina:
KH. M. Ihya’ Ulumiddin
Indra Djati Sidi, Ph.D
Drs. Arif Wibowo, M.Si
Drh. H. Mukrom
Drs. H. Junaidi Sahal
Dewan Pengawas:
Prof. DR. H. Nizarul Alim
dr. H. Anas Mahfudz, Sp.An.
Drs. H. Soehardjoepri, M.Si
Dewan Pengurus:
Direktur :
Handaka Indra S., S.Si
Wakil Direktur Penghimpunan :
Muji Sampurno, S.Pd
Wakil Direktur Distribusi :
Siswo Widodo, S.Pd
Wakil Direktur Media dan Informasi :
Bahtiar HS, S.Com
Staf Ahli :
Eko Prasetyo, MT.; R. Utomo, SE.
Samelan, AMd.; M. Anshor, ST
Nuril Asyhuri, C.Ht; Masitha AS.,M.Hum
Siti Djamilah, SE., M.Si; Agus Ulum, MT.
Rekening an. Lazis Al Haromain
BSM Darmo
008 006 7259
Bukopin Syariah
880 0329 036
BRI Syariah
1002882112
Assalâmu’alaikum Warahmatullôhi
Wabarakâtuh,
Hamidan lillâhi tabâraka wa ta’âlâ wa
musholliyan ‘alâ rasûlillâhi Shollallôhu ‘alaihi
wa sallam. Ammâ ba’du.
Kekasih yang telah lama pergi, kini datang lagi. Kita sudah
kelewat rindu menunggunya hampir 11 bulan lamanya. Kekasih
yang tak pernah lupa untuk selalu datang pada kita setiap
warsa. Sungguh rugi bila kita tak menyambutnya dengan
sepenuh suka cita. Karena, kegembiraan menyambutnya saja
menjadi sebab diharamkannya jilat nyala neraka atas kulit
kita. Oh, betapa mulianya kekasih yang hendak tiba.
Marhaban ya Romadhon, Marhaban ya Romadhon,
Marhaban ya Romadhon, Jud lana bil ghufron
Segenap kru Al-Haromain turut mengucapkan: “Selamat
menjalankan ibadah puasa di bulan Romadhon 1433 H. Semoga
kita menjadi hamba-hamba yang meraih kemenangan dalam
kesempatan Romadhon kali ini, menjadi hamba yang benarbenar muttaqin, derajat mulia yang semua orang ingin
mendapatkannya.”
Kritik dan Saran para pembaca tetap kami tunggu untuk perbaikan
majalah ini. Bisa disampaikan via email di redaksi.alharomain@
gmail.com atau alharomainlazis @yahoo.co.id
Wassalâmu’alaikum Warahmatullôhi Wabarakâtuh,
Redaksi
BCA Syariah
0110006666
Bank Muamalat
0166115107
LAZIS AL-HAROMAIN
SK Dinsos No. 460/1178/436.5.13/2008
Dewan Redaksi
Pemimpin umum : Handaka Indra S.,SSi;
Pemimpin Redaksi : Bahtiar HS, S.Com;
Staf Redaksi : M. Qosim, Muji Sampurno,
Masyhuda Al Mawwas. Masitha AS.,M.Hum,
Mishad Khoiri, S.Pd.;
Desain Grafis : M. Mustain;
Distribusi : Siswo Widodo, S.Pd, Ismail,
Ghozali;
Alamat Redaksi :
Ketintang Barat I/27 Surabaya 60231
Email : [email protected]
website : www.lazisalharomain.com
call center : 031-70518810
VISI:
Menjadi lembaga pengelola dana Zakat, Infaq, Shodaqoh, Wakaf dan
sosial yang terpercaya, transparan, dan akuntabel dalam mewujudkan
kesejahteraan umat.
MISI:
1. Melakukan gerakan penyadaran ZIS, wakaf dan dana sosial untuk
kesejahteraan umat.
2. Melakukan optimalisasi pengumpulan dan pendayagunaan ZIS,
wakaf, dan dana sosial untuk berbagai kegiatan pendidikan dan
dakwah .
TUJUAN:
1. Memberikan daya dukung pendanaan dakwah, pemberdayaan
ekonomi umat, dan peningkatan kualitas sumber daya umat.
2. Membangun dan membina kemandirian pesantren, yatim dan duafa .
3. Mewujudkan lembaga pengelola ZISWAFSOSIAL yang mengedepankan
manajemen peningkatan mutu.
al Haromain online www.lazisalharomain.com
lazis Haromain
22471A86
@Peduli_Dai
[email protected]
3
vienmuhadi.com
Salam Pembaca
serambi ... 5
Bulan Suci Romadhon adalah Nikmat
fokus utama ... 6
Puasa: Pembangun Benteng Moral dan Akhlak
mutiara hadits ... 10
Menyongsong Datangnya Romadhon dan
Keistimewaannya
profil ... 12
Abuya KH. Abdul Mu’iz Tirmidzi
alkayyis ... 15
Jangan Merugi di Bulan yang Suci
refleksi ... 17
Bekal Menuju Romadhon
technopreneur ... 20
Tips Sukses Presentasi
konsultasi kesehatan ... 21
Asam Urat di Usia Muda
mutiara alqur’an ... 22
Berjuang Bersama Kaum Dhu’afa dan
Mustadh’afin
serba-serbi ... 24
Puasa Menjalin Keakraban Keluarga
kajian niswiyah ... 26
Sabar itu Cantik
tombo ati ... 30
Kenikmatan Hati dan Nafs
auladi ... 32
Melatih Anak Berpuasa dan Memahami
Maknanya
zona pendidikan ... 34
Membangun Tradisi Ilmu (2): Membaca,
Mengajar, dan Menulis
konsultasi syariah ... 35
Perbedaan Awal Romadhon dan Awal Syawal
Liputan ... 37
Laporan keuangan ... 41
I‘tikaf Romadhon Al-Haromain di mana saja?
Assalamualaikum wr.wb
Saya pembaca majalah Al-Haromain, saya sudah
berlangganan sejak tiga bulan lalu. Alhamdulillah sebentar
lagi bulan Romadhon akan menjumpai kita. Saya sebagai
muslim sangat bersyukur bisa bertemu dengan bulan yang
penuh ampunan ini. Setiap Romadhon kata teman yang
sudah lama menjadi donatur LAZIS AL-HAROMAIN, setiap
tahun mengadakan kegiatan I‘tikaf bersama ya? Mohon info
dan persyaratan untuk mengikuti kegiatan tersebut,
karena rencana saya dan teman-teman di kantor mau ikut
kegiatan tersebut.
Zaini – Gresik
Wassalamualaikum wr.wb
Jazakumulloh khoir, terima kasih telah menjadi
pelanggan majalah Al-Haromain. Semoga apa yang ada di
majalah ini bermanfaat untuk Pak Zaini dan teman–teman.
Kami selalu membuka kesempatan bagi siapa saja yang
menjadi agen majalah ini. Terkait dengan program i‘tikaf
Romadhon, LAZIS AL-HAOMAIN bekerjasama dengan Ma’had
Nurul Haromain dan PERSYADHA (Persyarikatan Dakwah AlHaromain) mengadakan I‘tikaf di beberapa pondok
pesantren di daerah. Untuk di Surabaya biasa kita sebut
M2M (Masjid ke Masjid) pada malam 10 terakhir Romadhon.
Ma’had Nurul Haromain Malang juga mengadakan i‘tikaf
sekaligus khataman kajian kitab karangan ulama sholih pada
10 hari terakhir itu dan disediakan penginapan juga.
Info lebih lanjut bisa menghubungi LAZIS AL-HAROMAIN
di kota Anda.
Pembaca Al Haromain bisa mengirimkan saran
dan lain-lain ke redaksi Al Haromain via email:
[email protected]
atau lewat SMS ke 085230169991 atau
melalui BlackBerry PIN: 22471A86 atau
follow twitter resmi Lazis Al Haromain: @Peduli_Dai
KANTOR PUSAT KOMPLEKS SENTRA DAKWAH AL HAROMAIN : Jl. Ketintang Barat I/27 Surabaya; Kantor Operasional LAZIS
Al Haromain Pusat, Perum Ketintang Permai AB-5 Surabaya Telp. 031-81111841, 031-70518810
CABANG LAZIS AL HAROMAIN; Kab. Malang : Ma’had Nurul Haromain, Jl. Brigjend Abd. Manan Wijaya 141 Pujon Malang,
telp. 0341-524152 (a.n Ust. Hazmi Imad, HP. 081 803 812 234); Kab. Tulungagung : Pesantren Darussalam, Jl. Panglima
Sudirman VII/36L Tulungagung (a.n Ust. Miftahul Falah, Hp. 0857 303 00 117); Kab. Jombang : Pesantren Al Washoya, Jl.
Raya kertorejo, Ngoro Jombang Telp. 0321-4115728 (a.n Ust. Nasta’in, Hp. 081 515 642 315); Kota Malang : Pesantren
Al Qoyyim, Jl. Mandalawangi No. 9 Malang (a.n Ust. Jauhar, Hp. 0857 556 524 97); Kota Batu : Pesantren Al Manhall,
Kotamadya Batu (a.n. ust. Yalik, Hp. 0856 465 498 99); Kab. Kediri : Pesantren Al Minhaj Wates Kediri (a.n. Ust. Habib,
Hp. 0857 366 279 33); Kota Kediri : Jl. Penanggungan 47B Kediri (a.n. Ust. Hadi Nurrohman, HP. 081 2599 758 18); Kab.
Gresik : Jl. Taman Angsana V/16 Taman pohon, Perum Kota damai Kedamean Gresik (a.n. Ust. Sulisman, Hp. 031 816 419
66); Kab. Pamekasan : Pesantren Darul Hijrah, Pamekasan Madura (a.n. Ust. Muzammil, Hp.081 805 0833 43); Kab.
Bangkalan : Arosbaya Bangkalan (a.n. Ust. Fahd Abdurrohman, Hp. 0852 3158 9277) Dan Pesma Al Kayyis Jl.Raya Telang
Kamal Bangkalan Hp.08123157406; Yogyakarta : Pesantren Alawiyah, Jl. Raya Solo Km 9, kembang Maguwoharjo Sleman
Yogyakarta, telp. 0274 7483 780 (a.n. Ust. Syaiful, Hp. 081 550 333 98)
UNIT PENGUMPUL ZAKAT (UPZ) LAZIS AL HAROMAIN; UPZ Kras Kediri : Jl. Raya Krass Kediri (a.n. Ust. Hadlirin, Hp. 081
3355 894 19); UPZ Lamongan : Ds. Guyangan Sugiyo Lamongan (a.n. Ust. Muhyiddin, Hp. 0322 77 35 736); UPZ Tuban :
LPI Wildani, Ds. Kenanti Tambakboyo Tuban (a.n. Ust. Widi, Hp. 0821 436 243 97); UPZ Ngawi : MT. Al Haromain
Mantingan Ngawi (a.n. Ust. Chumaidi, Hp. 081 335 462 005); UPZ Magetan : YPI Ulil Albab Parang Magetan, Telp. 0351
77 40 424 (a.n. Ust. Munir, Hp. 0812 596 7912); UPZ Pasuruan : Tumpuk Sambisirah, Wonorejo Pasuruan (a.n. Us. Mu’thi,
Hp. 081 334 142 567); UPZ Banyuwangi : Jl. Kyai Ach. Cholil 4, Canga’an Genteng Wetan, genteng banyuwangi (a.n. Ust.
Muhajir, Hp. 081 803 456 281); UPZ Solo : MT AL Haromain, Teras Boyolali Solo (a.n. Ust. Akhmad Syarifuddin, Hp. 081
393 518 933); UPZ Bojonegoro : LPI At Tibyan, Tulungrejo, trucuk Bojonegoro (a.n. Ust. Muhibbulloh, Hp. 0812 333 060 95)
4
serambi
Bulan Suci Romadhon
Adalah Nikmat
T
suci Romadhon adalah nikmat akan
inggal beberapa hari lagi kita akan
berdampak pada kuatnya pengharapan kita
kedatangan tamu yang sangat mulia,
untuk bertemu dengannya bahkan akan selalu
yakni bulan suci Romadhon 1433 H. Bisa
merindukannya.
dibayangkan misalnya kita akan kedatangan
Tentang keistimewaan dan keutamaan
tamu spesial, jauh hari kita pasti sudah
bulan suci Romadhon, sahabat Salman almembuat persiapan menyambutnya, mulai
Farisi menceritakan bahwa Rosululloh Saw.
membersihkan rumah, mencat, menghias,
dalam suatu khutbah menjelang berakhirnya
bahkan menyiapkan hidangan istimewa untuk
bulan Sya’ban bersabda, “Wahai manusia,
sang tamu spesial tersebut. Demikian juga
bulan yang mulia dan penuh berkah datang
bulan suci Romadhon, hendaknya kita sebagai
seorang muslim membuat persiapan-persiapan menaungi kalian. Suatu bulan yang di
dalamnya terdapat malam yang
untuk menyambutnya. Di antara
lebih baik dari seribu bulan. Bulan
upaya penyambutan tersebut adalah
yang Alloh menetapkan puasa di
memperbanyak amal ibadah di
dalamnya sebagai kewajiban dan
bulan Rojab dan Sya’ban. Para
qiyamullail di dalamnya sebagai
ulama menganjurkan
kesunnahan ... Romadhon adalah
memperbanyak membaca sayyidul
bulan kesabaran, yang pahalanya
istighfar setelah sholat fardhu, dan
adalah surga. Ia bulan
berpuasa di bulan Rojab.
Handaka Indra S.
kedermawanan (sosial) dan bulan
Rosululloh Saw. telah
Direktur
bertambahnya rezeki orang
mengingatkan kita akan datangnya
LAZIS al Haromain
mukmin. Barang siapa memberikan
bulan suci Romadhon sejak
makanan berbuka kepada orang
memasuki bulan Rojab atau dua
bulan sebelum Romadhon dengan mengajarkan yang berpuasa pada bulan ini, maka itu
berarti pengampunan terhadap dosa-dosanya
untuk senantiasa membaca doa “Allohumma
dan pembebasan dirinya dari neraka,
bariklana fi rojaba wa sya’bana wa ballighna
ditambah dia memperoleh pahala yang serupa
romadhon”. Di samping membaca doa
tersebut, para ulama salaf juga menggemakan dengan orang yang berpuasa tanpa berkurang
sedikit pun.... Dialah bulan yang
tahni’ah (ucapan penghormatan atau selamat)
permulaannya adalah rahmat,
dalam gubahan bait-bait syair yang berbunyi
pertengahannya ampunan ringan, dan
“Marhaban ya Romadhon 3x jud lana bil
akhirnya merupakan pembebasan dari
ghufron”. Bahkan menurut Ibnu Rojab alneraka.... Pada bulan ini perbanyaklah empat
Hambali, para sahabat Rosululloh Saw.
perkara: dua perkara kamu dapat
membagi dua belas bulan dalam satu tahun
mendatangkan keridhoan Tuhanmu, yaitu
menjadi dua, yaitu enam bulan pertama para
syahadat bahwa tidak ada Tuhan selain Alloh
sahabat memohon kepada Alloh Swt. agar bisa
mendapati bulan Romadhon dan bisa beribadah dan permohonan ampun kepada-Nya
(istighfar); dan dua perkara lagi kamu
puasa di dalamnya dengan baik. Pada enam
membutuhkannya, yaitu memohon surga dan
bulan berikutnya para sahabat memohon
dijauhkan dari neraka....” (HR. Ibnu
kepada Alloh Swt. agar menerima puasa dan
Khuzaimah)
ibadah lainnya.
Paparan hadits di atas menggambarkan
Romadhon begitu istimewa dan senantiasa
bahwa Romadhon adalah tamu yang istimewa
dinanti kedatangannya oleh segenap umat
Islam. Bertemu dengannya merupakan nikmat
yang luar biasa. Pemahaman kita bahwa bulan
bersambung ke hal 9
5
fokus utama
Oleh: Bahtiar HS
Wadir Media dan Informasi
LAZIS AL HAROMAIN
P
uasa disyariatkan untuk kita,
manusia. Sebagai ibadah yang tidak
saja menuntut kemampuan dan
kesiapan psikis, tetapi juga fisik, maka puasa
tidak bisa kita lepaskan dari keberadaan
komponen yang membentuk manusia. Lepas
dari perbedaan pendapat tentang berapakah
unsur penyusun sosok manusia, marilah pada
kesempatan ini kita bayangkan bahwa sosok
manusia tersusun dari 3 unsur. Badan, jiwa,
dan ruh.
vienmuhadi.com
Badan, Jiwa, dan Ruh
Badan adalah lapisan diri kita yang bersifat
material. Ia berupa jasad jasmaniah.
Karenanya ia tampak terlihat, berotot,
6
berdaging, berdarah, bertulang, dan
memiliki struktur biologis. Sedangkan
jiwa merupakan sesuatu yang abstrak,
tak terlihat, tak terdengar, tak teraba,
dan bahkan tak bisa digambarkan.
Kata ‘jiwa’ dalam al-Qur’an diwakili
dengan kata ‘an-nafs‘, meskipun juga
bisa diartikan ‘diri’. Setidaknya ada 31
kali ’an-nafs‘ yang berarti ‘jiwa’ disebut
di dalam al-Qur’an. Pada QS. Az-Zumar
[39]: 42 misalnya Allah berfirman, “Allah
memegang jiwa (orang) ketika matinya
dan (memegang) jiwa (orang) yang belum
mati di waktu tidurnya; maka Dia
tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia
tetapkan kematiannya dan Dia
melepaskan jiwa yang lain sampai waktu
yang ditetapkan.”
Dari ayat ini, jiwa adalah ’sesuatu’
yang bisa ada dan tidak ada, bisa keluar
dan masuk pada seorang manusia ketika
dia masih hidup. Jiwa bersifat energial.
Dari beberapa ayat diperoleh informasi
bahwa jiwa itu sesuatu di dalam diri kita
yang mengalami proses pertumbuhan dan
perkembangan kualitas seiring dengan
perkembangan kedewasaan kita. Lebih
tegas Allah berfirman di dalam QS. AsySyam [91]: 7-10, “dan jiwa serta
penyempurnaannya, maka Allah
mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan)
kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya
beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,
dan sesungguhnya merugilah orang yang
mengotorinya. “
Di sini ditegaskan oleh Allah bahwa jiwa
mengalami penyempurnaan. Dalam masa
penyempurnaan itu, jiwa diberikan
kemampuan menangkap ilmu dan hikmah,
mana jalan takwa dan mana jalan yang fasik.
Jiwa bisa mengarah kepada kebaikan atau
keburukan. Istilah dalam ayat tersebut:
manusia bisa membersihkan jiwanya (man
zakkaaha) sehingga beruntung atau
mengotorinya (man dassaaha) sehingga
merugi.
Tidak cukup dengan kedua komponen itu,
Allah menghadirkan ruh. Dari informasi yang
sedikit tentang ruh di dalam al-Qur’an, salah
satunya ruh digambarkan sebagai sesuatu yang
menyebabkan munculnya kehidupan pada
benda-benda yang mati, sekaligus
‘menularkan’ sifat-sifat ketuhanan kepadanya.
Dalam QS. As-Sajdah [32]:9 Allah berfirman,
“Kemudian Dia menyempurnakan dan
meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Nya dan
Dia menjadikan bagi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit
sekali bersyukur.”
Kata ganti ‘Ku’ dalam kalimat ‘min ruuhiy‘
menunjukkan betapa dekatnya ruh itu dengan
Allah Swt. Tidak seperti jiwa yang bisa
memilih kebaikan atau keburukan, ruh bersifat
selalu baik dan berkualitas tinggi. Dialah yang
memiliki sifat-sifat ketuhanan dalam
komponen penyusun manusia. Dalam kaitannya
dengan fisik (badan), Alloh menjelaskan bahwa
ruh tersebutlah yang menjadikan fungsi-fungsi
kehidupan seperti penglihatan, pendengaran
dan hati seorang manusia bisa dipahami oleh
jiwa. Jika tidak karena ruh, maka fungsi
penglihatan, pendengaran dan ‘hati’ tidak
menghasilkan kepahaman sebagaimana
seorang manusia.
Puasa Pembuka Hijab Energial dan Material
Jika digambarkan ketiga komponen itu
sebagai lapisan-lapisan, maka ruh itu
dibungkus oleh jiwa yang energial dan
kemudian dibungkus pada lapisan paling luar
berupa badan yang material. Jiwa dan badan
karenanya menjadi penghalang (hijab) bagi
ruh. Oleh karena sifat-sifat ketuhanan dimiliki
ruh, seseorang yang tidak bisa membuka hijab
material dan energial berupa jiwa dan badan,
maka ia tidak bisa memunculkan sifat-sifat
ketuhanan yang mengejawantah dari dalam
dirinya. Hal itu tercermin dari moral dan
akhlaknya yang buruk, jauh dari sifat-sifat
ketuhanan.
Itulah mengapa Allah mensyariatkan
berpuasa di bulan Romadhon. Puasa pada
hakikatnya adalah upaya membuka hijab
material dan energial itu. Secara istilah,
makna puasa adalah “menahan diri”. Pada
tataran material, “menahan diri” dilakukan
dengan cara mengharamkan yang halal yang
biasa dilakukan oleh badan, seperti makan,
minum, dan berhubungan suami istri. Pada
tataran energial, orang yang berpuasa
diharuskan “menahan diri” dari aktivitas yang
mengotori jiwanya, seperti: berdusta,
menggunjing, iri, dengki, dan sebagainya
dengan jalan memperbanyak aktivitas
sebaliknya yang mensucikannya, seperti:
bersabar, memperbanyak sedekah, menolong
orang lain, jujur, dan sebagainya, di samping
tadarus al-Qur’an, tarowih, i’tikaf, dan
sebagainya. Dengan begitu, kedua komponen
itu akan ‘dibersihkan’ hingga tidak menjadi
hijab bagi ruh.
Menjadi bisa dimengerti ketika Rasulullah
saw. menyatakan betapa sia-sianya puasa
seseorang kalau hanya mendapat lapar dan
dahaganya saja; karena hijab material saja
pada lapisan terluar berupa badan yang
mungkin bisa dibersihkan. Bagaimana
mungkin sifat-sifat ketuhanan akan bisa
terpancar dari dirinya sementara hijab
energialnya pada lapisan jiwa masih tertutup?
Tetapi nyatanya, orang-orang yang tidak
terbuka hijab energialnya ini begitu banyak
kita jumpai. Rasulullah Saw. sudah
mensinyalir fenomena ini dalam sabdanya:
“Betapa banyak orang yang berpuasa,
namun hanya mendapatkan dari puasanya
tersebut rasa lapar dan dahaga.” (HR. AthThobaroniy)
Atau dalam hadits lain, Rosululloh Saw.
bersabda:
7
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan
perkataan dusta dan malah mengamalkannya,
maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan
haus yang dia tahan.” (HR. al-Bukhari)
Perkataan dusta dan sebagainya adalah
amalan jiwa. Amal dalam dimensi energial.
Hadits di atas menyiratkan betapa Alloh Swt.
tidak merasa cukup jika umat-Nya hanya
menahan makan dan minum serta
berhubungan suami istri selama berpuasa,
tetapi harusnya ‘berpuasa’ pula jiwanya dari
perkataan yang buruk, dusta, menggunjing,
iri, dengki, su’uzhzhon (berburuk sangka),
dan sebagainya. Jika tidak, itu berarti hijab
pada level jiwa, di samping hijab badan, tidak
akan tersingkapkan dengan puasa kita. Jika
ini yang terjadi, Allah tidak butuh atas rasa
lapar dan haus kita; alias puasa kita jika
hanya level badani saja tidaklah cukup di
mata Allah.
Karena itu, jika ingin memunculkan dan
memancarkan sifat-sifat ketuhanan yang
dimiliki ruh, maka mau tidak mau, puasa yang
kita lakukan haruslah minimal puasa khusus
(khushus) sebagaimana dimaksud Imam AlGhazali, dan bukan sekedar puasa umum
(‘am), yakni puasanya ‘orang awam’ yang
hanya meninggalkan makan dan minum serta
hubungan seks.
Pengejawantahan Sifat-Sifat Ketuhanan
Pancaran sifat-sifat ketuhanan dari diri
kita berupa sifat pengasih, penyayang,
penolong, penyabar, suka memberi,
penyantun, suci, bersih, tidak berbuat zalim,
dan sebagainya mengejawantah dalam bentuk
akhlaq perilaku keseharian kita. Bahwa akhlaq
perilaku kita harus selalu bersandarkan pada
syara’. Modal dasarnya adalah iman, sesuatu
yang jiwa telah mengikrarkannya jauh
sebelum kita terlahir di dunia. Sebagaimana
Allah berfirman, “Dan (ingatlah) ketika
Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang
Sungguh merugilah mereka yang
benteng moral dan akhlaq-nya tidak
terbangun dengan syariat puasa ini.
Padahal, garansi tercapainya tujuan
sudah diberikan Allah ‘azza wajalla
secara pasti. Apalagi ganjaran puasa
tiada tara
8
belakang) anak cucu Adam keturunan mereka
dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa
mereka (seraya berfirman), ‘Bukankah Aku ini
Tuhanmu?’ Mereka menjawab, ‘Benar (Engkau
Tuhan kami), kami bersaksi.’” (QS. Al-A’raf:
172).
Inilah pernyataan keberimanan yang kelak
akan ditagih oleh Alloh atas setiap diri di hari
Kiamat. Sungguh tepat jika puasa diserukan
kepada orang-orang yang beriman (QS. AlBaqoroh: 183), bukan kepada yang lain. Puasa
sebagai bentuk ‘pembersihan’ hijab badan dan
jiwa yang melingkupi ruh dari segala yang
menutupinya; agar kemilau ruh yang penuh
dengan kebaikan sifat-sifat tuhan terlihat
kembali dan terejawantah dalam perilaku
akhlaq kita. ‘Pembersihan’ tiap tahun pada
setiap Romadhon ini merupakan upaya
berkesinambungan, terus-menerus, yang kelak
menemukan terminal terakhirnya berupa
derajat muttaqin (orang-orang yang
bertakwa).
Ada yang menarik untuk dipahami atas
kalimat “la’allakum tattaqun” pada
penghujung ayat di atas. Kata la’alla tidak
kurang dari 114 kali disebut di dalam Al-Qur’an
dengan bentuk la’allakum sendiri setidaknya
59 kali, termasuk pada ayat di atas. Biasanya,
dalam terjemahan yang kita kenal, kata la’alla
dialihbahasakan menjadi “semoga”, “supaya”,
atau “agar” saja, tanpa tambahan keterangan
lain. Secara bahasa, pengertian ini tepat,
yaitu sesuai dengan makna la’alla sebagai
‘asaa (semoga) dan kay (agar, supaya). Namun
karena konteks “la’allakum tattaqun”
merupakan pernyataan eksplisit dari Allah
tentang sesuatu hal, maka mempergunakan
makna lughawi semata akan menghilangkan
aspek tahqiq (pemastian) yang ada di
dalamnya. Jadi, semestinya tahqiq ini tidak
boleh dilupakan, sebagaimana Ibnul Atsir
berkata, “… la’alla jika berasal dari Allah
maka ia adalah jaminan kepastian (tahqiq).”
Dengan demikian, kalimat “la’allakum
tattaqun” seharusnya diartikan: “supaya
kalian pasti bertakwa” atau kalimat lain yang
maknanya senada. Konsekuensi selanjutnya
adalah: ayat-ayat yang memuat frase ini
sesungguhnya merupakan resep yang diberikan
oleh Allah, bagaimana supaya kita bisa
mencapai derajat takwa, secara pasti.
Puasa dan Takwa
Kata tattaqun adalah bentuk jadian dari
kata dasar waqaa (
), artinya melindungi,
menjaga atau menutupi. Salah satu bentuk
turunan waqaa memiliki pengertian “perisai”,
dan itulah hakikat takwa. Suatu ketika, Umar
bin Khathab r.a. bertanya kepada Ubay bin
Ka’ab r.a.: “Apa hakekat takwa?” Ubay balik
bertanya: “Pernahkah engkau berjalan pada
jalan yang penuh dengan duri?” “Pernah,”
jawab Umar. “Apa yang engkau lakukan saat
itu, wahai Umar?” tanya Ubay kembali. Umar
menjawab: “Tentunya aku berjalan dengan
sangat berhati-hati.” Kemudian Ubay
menjelaskan: “Itulah hakekat takwa.”
Karena itu, seorang berderajat takwa akan
sangat berhati-hati dalam melangkah,
sebagaimana tercermin dalam sabda Nabi,
‘’Seorang Mukmin tidak akan mencapai
derajat takwa hingga meninggalkan hal-hal
yang tidak berguna karena khawatir
terjerumus ke dalam hal-hal yang haram.”
(HR. al-Bukhari, At-Tirmidzi, Ibn Majah, AlHakim, Al-Baihaqi). Dalam hadits ini,
penekanan kata takwa adalah “memelihara
diri, dengan bertindak hati-hati”.
Puasa disyariatkan untuk membersihkan
hijab badan dan jiwa, hingga sifat-sifat
ketuhanan berupa akhlaq yang terpuji menjadi
karakter dan kepribadian kita sehari-hari. Hal
mana tercermin dari bagaimana kita mampu
“memelihara diri dengan bertindak hati-hati”
dalam segala hal. Mau tidak mau hal itu hanya
bisa terlaksana dengan menjalankan perintahNya semaksimal kemampuan kita dan
menjauhi larangan-Nya tanpa kecuali. Dan
itulah takwa. Karena itu, puasa yang “pasti”
mengantarkan kita pada derajat takwa
(la’allakum tattaqun), tidak lain adalah
pembangun benteng moral dan akhlaq kita
yang utama, yang disyariatkan-Nya setiap
tahun pada bulan Romadhon.
Kini, ia akan datang sebentar lagi.
Sungguh merugilah mereka yang benteng
moral dan akhlaq-nya tidak terbangun dengan
syariat puasa ini. Padahal, garansi tercapainya
tujuan sudah diberikan Allah ‘azza wajalla
secara pasti. Apalagi ganjaran puasa tiada
tara. Dalam sebuah hadits dikatakan,
Sambungan dari hal 5
menggapai berkah dan mensyukuri nikmat
bertemu dengan bulan suci Romadhon 1413 H,
di antaranya: Gathering Donatur, Road Show
Dakwah, Layanan Da’i Tarowih, Kajian
Tafsir Ayat-ayat Romadhon, Dzikir dan Do’a
Malam Lailatul Qodr, Pesantren Pelajar dan
Anak Jalanan, Tebar Buka Musafir, Buka
puasa di daerah minus, Bakti Sosial,
Pemberian Bingkisan Lebaran untuk Da’i,
dan lain-lain. Untuk mendukung kelancaran
program tersebut LAZIS AL-HAROMAIN
menerima penyaluran dana Zakat, Infaq, dan
Shodaqoh (ZIS), serta bantuan tidak mengikat
lainnya dari segenap umat Islam. Mudahmudahan Alloh Swt. memberi kesehatan
kepada kita sehingga bisa menjalankan
ibadah puasa dan mengisinya dengan amalamal sunnah lainnya, serta menerima amal
ibadah tersebut, Amiin.
dan bertemu dengannya merupakan nikmat
yang luar biasa. Bukankah
dilipatgandakannya pahala adalah suatu
nikmat, dibukanya pintu-pintu rahmat
adalah suatu nikmat, diampuninya dosa
adalah suatu nikmat, adanya malam Lailatul
Qodar dan dijauhkan dari neraka juga suatu
nikmat, serta nikmat-nikmat Romadhon lain
yang tak terhitung jumlahnya? Akan tetapi
begitu banyak diantara kita belum merasakan
bahwa bulan suci Romadhon adalah nikmat,
sehingga pantaslah jika Alloh bertanya berkalikali dalam surat Ar-Rohman “Nikmat Tuhanmu
yang mana yang engkau dustakan?”
Oleh karena itu, LAZIS AL-HAROMAIN telah
menyiapkan program penyambutan dan
kegiatan amal ibadah sebagai upaya
“Setiap amalan kebaikan anak Adam akan
dilipatgandakan menjadi 10 hingga 700 kali.
Allah ‘azza wa jalla berfirman, ‘Kecuali puasa,
amalan tersebut untuk-Ku dan Aku sendiri
yang akan membalasnya karena dia telah
meninggalkan syahwat dan makanannya demi
Aku.’” (HR Muslim)
Wallohu a’lam.
9
mutiara hadits
Menyongsong Datangnya
Romadhon dan Keistimewaannya
Oleh | Ust. Abdul Fatah
Pembina MT Al Isyroq Gresik
“Marhaban Ya Romadlon”
Selamat datang wahai Romadlon 3x. Anugerahi dengan ampunan
Begitulah gubahan syair yang disusun oleh
ulama’ Hadhrotul Maut (Yaman) sebagai rasa
rindu dan kangen terhadap datangnya bulan
Romadhon. Seiring dengan shair tersebut
Rosululloh Saw. menyampaikan khabar
gembira kepada para shahabatnya dengan
sabdanya:
“Telah datang pada kalian bulan
Romadhon. Alloh mengunjungi kalian pada
bulan ini dengan menurunkan rahmat,
menghapus dosa-dosa, dan mengabulkan
do’a. Alloh melihat berlomba-lombanya kalian
pada bulan ini, dan Dia membanggakan kalian
kepada para malaikat-Nya. Maka
tunjukkanlah kepada Alloh hal-hal yang baik
dari diri kalian, karena orang yang sengsara
adalah orang yang tidak mendapatkan rahmat
Alloh di bulan ini.” (HR. At-Thobaroni dan
para perowi yang terpercaya)
Keterangan:
Bulan Romandlon yang selalu kita nantinantikan kehadirannya, kini akan segera tiba.
Tinggal menghitung hari saja.
Memang sudah seharusnya kita sebagai
hamba Alloh yang beriman menyakini bahwa
bulan Romadhon adalah bulan yang penuh
dengan hembusan rahmat (nafahat) dari Alloh
Swt. Dengan begitu, kita termotivasi untuk
menyambut dan menjemput hembusan rahmat
Alloh tersebut dengan suka cita sebagaimana
yang sudah dilakukan Rosululloh dan para
shahabatnya serta para ulama salafus sholeh.
Mengapa demikian? Karena bulan Romadhon
merupakan bulan yang Alloh menganugerahi
10
beberapa keistimewaan yang luar biasa; di
antaranya adalah:
1. Bulan Romadhon disyari’atkan untuk
berpuasa sebagaimana firman Alloh.
Hai orang-orang yang beriman diwajibkan
atas kalian untuk berpuasa sebagaimana telah
diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian,
pasti kalian akan menjadi orang-orang yang
bertakwa. (QS. Al-Baqoroh: 183)
Puasa adalah riyadloh (latihan) yang
dahsyat yang di dalamnya Alloh melatih kita
menahan diri dari sesuatu yang hahal seperti:
makan, minum, dan hubungan suami istri.
Kebiasaan ini akan menumbuhkan perasaan
selalu diawasi oleh Alloh dan mampu menahan
diri dari yang subhat, apalagi yang haram.
Karenanya puasa dikatakan sebagai tameng
dari kemaksiatan (HR. Bukhori - Muslim) dan
benteng dari neraka (HR. An-Nasa’I, Ahmad,
dan Ibnu Majah)
2. Bulan Romadhon malamnya disunahkan
sholat tarowih. Rosululloh Saw. bersabda:
“Barang siapa mendirikan sholat malam
romadhon (sholat tarowih) karena iman, dan
mengharap pahala dari Alloh, niscahaya
diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”
(Muttafaqun alaih)
Begitu indahnya bulan Romadhon bagi
umat Rosululloh Saw. Sepanjang siang dan
malam mereka selalu mentaati Alloh Swt.
Siangnya diwajibkan berpuasa dan malamnya
disunahkan sholat tarowih (qiyamu Romadhon)
dan ditambah lagi amalan-amalan sunnah yang
lain seperti tadarus Al-Qur’an, infaq,
shodaqoh, dsb.
Begitulah amalan yang akan dapat
membangun pribadi muslim rajin beribadah,
alias tidak bermalas-malasan, dan
menggunakan kesempatan waktu yang
diberikan oleh Alloh dengan sebaik-baiknya.
Hal demikian akan menghasilkan faedah dan
manfaat yang luar biasa di sisi Alloh Swt.
3. Pada bulan Romadhon, syaitan dan para jin
yang jahat diikat. Nabi Saw. bersabda:
“Pada bulan ini (Romadhon) para jin yang
jahat diikat, sehingga tidak bebas bergerak
seperti bulan lainnya.” (HR. Ahmad)
Masalah diikatnya syaitan atau jin yang
jahat itu harus kita percaya dan yakini, tanpa
perlu mempertanyakan bagaimana cara dan
teknis jin atau syaitan mengikatnya.
4. Bulan Romadhon teriring dengan do’a para
malaikat. Rosululloh Saw. bersabda:
“Pada bulan Romadhon para malaikat
berdo’a memohonkan ampun kepada mereka
(yang berpuasa) sampai mereka berbuka.”
(HR. Ahmad)
Alangkah beruntungnya orang yang
berpuasa dan betapa begitu bahagianya
mereka karena selalu mendapat do’a dari para
malaikat, yang ada jaminan dan kepastian
terkabul do’anya. Sedangkan kita bila do’a
sendiri belum tentu ada jaminan akan
dikabulkan oleh Alloh, karena mungkin hati
kita masih terhijab dengan kecintaan terhadap
dunia. Na’udzu billah min dzalik!
5. Alloh menurunkan rahmat dan menghapus
dosa-dosa pada bulan Romadhon ini.
(HR.at-Thobaroni)
Begitu besar anugerah Alloh yang diberikan
pada orang yang berpuasa di bulan Romadhon.
Alloh mencurahkan segala bentuk rahmat-Nya
kepada hamba-Nya, di antaranya: menghapus
dosa-dosa orang yang bersungguh dalam
ibadah puasanya dapat menjaga seluruh
anggota badannya dari riya, ujub, dan
sombomg. Karena hal itu sumbernya dari hati,
sehingga menjadi hamba yang muklis atau
ikhlas.
6. Bulan Romadhon momentum do’a-do’a
dikabulkan. (HR. At-Thobaroni)
Setiap manusia muslim punya cita-cita
dan harapan yang baik, sehingga mau
berusaha dan berdo’a. Inilah kesempatan
untuk memohon dan berdo’a, karena Alloh
berjanji doa kita akan dikabulkan, agar
kesulitan dan permasalahan-masalahan akan
diangkat dan dihilangkan oleh Alloh Swt.
7. Bulan Romadhon disunnahkan
mengakhirkan makan sahur sebagaimana
sabda Rosululloh Saw.:
“Makan sahurlah kalian, karena
sesungguhnya makan sahur itu ada
keberkahan.” (HR. Bukhori)
8. Pada bulan Romadhon ada satu malam
termulya (malam Lailatul Qodar).
Usia umat nabi Muhammad Saw. rata-rata
60-70 tahun. Beda bila dibandingkan dengan
umat terdahulu yang mencapai ratusan tahun.
Akan tetapi Alloh Swt. memberi keistimewaan
yang luar biasa pada umat Muhammad Saw.,
khususnya pada bulan Romadhon, dimana ada
satu malam yang nilainya lebih baik daripada
seribu bulan (83 tahun). Seandainyapun umur
kita hanya 20 tahun saja, tapi mampu
menggunakan kesempatan yang sebaikbaiknya di bulan Romadhon dengan berbagai
amal sholeh termasuk ber i’tikaf dalam
rangkai menggapai Lailatul Qodar dan
berhasil, maka dengan umur 20 tahun
tersebut akan menggapai atau mengungguli
umat-umat terdahulu yang umurnya mencapai
ratusan tahun. bahkan bisa mengungguli
segalanya, derajat nya, amalnya,
kedudukanya, bahkan kemuliaannya.
Merugilah bila kesempatan berlian ini
tidak kita gunakan dengan sebaik-baiknya dan
beruntunglah kita yang mau menggunakan
kesempatam emas ini dengan sungguhsungguh dan sebaik-baiknya.
Demikian semoga Alloh senantiasa
memberikan kekuatan lahir dan batin dalam
berdakwa dan beramal sholeh, khususnya di
bulan Romadhon yang mulia ini. Amin
Referensi:
1. Risalah Puasa Romadhon, oleh Abina K.H. Ihya
Ulumiddin
2. Wasiat Taqwa di Bulan Romadhon, oleh Ainul Haris
Umar Thoyib., LC.M.AG.
11
profil
A
12
yang diboncengi Belanda.
Kisah-kisah keperwiraan sang ayah ini juga
telah mempengaruhi kepribadian Bindhârâh
Mu’iz, sehingga kelak menjadi sosok kiai yang
disiplin dan pantang mundur membela akidah
Ahlussunnah wal Jamaah.
Nasab Kiai Mu’iz
Nasab Kiai Mu’iz melalui Kiai Ahmad
Tirmidzi (jalur ayah) bertemu dengan nasabnya
melalui Nyai Thowi’ah (jalur ibu) pada leluhur
Wali Songo. Kesinambungan nasab dari dua
jalur ini memang pernah dilontarkan oleh Kiai
Basri sang kakek kepada Kiai Mu’iz sembari
berpesan, “Kamu harus melacak nasabmu.
Karena kamu lahir melalui mata rantai nasab
yang indah (silsilatun
thoyyibah).” Bahkan
Abuya al-Maliki juga
mengakui nasab
Kiai Mu’iz yang
ber-sambung ke
Wali Songo.
Adapun silsilah
nasab beliau dari jalur
ayah adalah Abd. Mu’iz
bin Ahmad Tirmidzi bin
doc lazis
Masa Kecil
buya KH. Abd. Mu’iz Tirmidizi, yang
selanjutnya lebih dikenal dengan
panggilan Kiai Mu’iz lahir di dusun
Koncer desa Darul Aman (dulu desa Bataan)
kecamatan Tenggarang kabupaten Bondowoso
pada tanggal 15 April 1954. Beliau terlahir dari
pasangan Kiai Ahmad Tirmidzi dengan Nyai
Thowiah. Kiai Ahmad Tirmidzi adalah putra
dari Kiai Mari’uddin Kraksaan, yang lebih di
kenal dengan Pesantren Sentong. Kiai Mari’
merupakan sepupu dengan Kiai Hasan
Genggong.
Sedangkan Nyai Thowiah adalah putri dari
Kiai Basri, yang asli Bondowoso. Kiai Basri
mondok di Sentong Kraksaan, lalu putrinya
diambil menantu oleh Kiai Mari’ yang
dinikahkan dengan Kiai Ahmad Tirmidzi.
Mu’iz muda tumbuh berkembang dalam
lingkungan ilmiah yang kondusif. Pendidikan
agamanya berada dalam asuhan Kiai Ahmad
Tirmidzi, ayahnya sendiri, juga dalam asuhan
Kiai Basri sang kakek yang saat itu merupakan
sosok kiai yang disegani. Tradisi keilmuan di
keluarga besar Kiai Basri terbangun dengan
baik. Pola ritual keagamaan pun berjalan
secara istiqomah di Pesantren Koncer yang
diasuh oleh Kiai Basri.
Kedisiplinan Bindhârâh Mu’iz sudah mulai
terbentuk oleh didikan dan teladan Kiai Ahmad
Tirmidzi ayahnya. Sebagaimana diketahui,
Kiai Ahmad adalah veteran perang yang
pernah bergabung dengan pejuang TNI dalam
mempertahankan Kemerdekaan RI. Konon,
Kiai Ahmad juga ikut terlibat dalam peristiwa
heroik 10 Nopember 1945 di Surabaya. Kiai
Ahmad yang kala itu masih aktif sebagai
anggota TNI, turut membantu dan mengawal
Bung Tomo dalam menghadang tentara NICA
doc lazis
profil
Mari’uddin bin Maksum bin Sirojuddin Daud bin
Sempo bin Syamsuddin bin Abu Syamsuddin
(Su’adi) bin Bassaniyah (Abdi Manaf) bin Abdul
Mannan (Buju’ Kosambhih) bin Abdurrahman
(Buju’ Bireh) bin Husein (Batu Sangkah) bin
Maulana Maqdum Ibrahim (Sunan Bonang) bin
Raden rahmatulloh (Sunan Ampel) Surabaya.
Masa Menuntut Ilmu
Awalnya Bindhârâh Fauzi dan Bindhârâh
Mu’iz masuk Sekolah Rakyat hingga kelas II.
Setelah itu, Kiai Ahmad Tirmidzi memindahkan
kedua putranya ke Madrasah Al Khoiriyah
Kampung Arab Bondowoso di bawah asuhan
Habib Hasan Barakwan. Kyai Mu’iz menimba
ilmu di sini hingga tingkat Aliyah. Atas
pertimbangan para guru di Pesantren, mereka
memilih sembilan orang untuk diberangkatkan
belajar di Makkah.
Pada tahun 1975, Kiai Mu’iz melakukan
perjalanan ke Makkah. Dalam perjalanan
tersebut beliau mengalami ujian yang bertubitubi. Mulai dari tertipu saat mengurus paspor,
tidak mendapat tempat di pesawat sehingga
harus naik kapal ke Makkah, kapal mereka
dihadang Paus sehingga terpaksa berlabuh di
Joubuti Afrika, tidak diterima di kampus alJami’ah al-Islamiyah Madinah karena belum
ada panggilan resmi, dan begitu pula tidak
diterima di Jami’ah Ummul Quro Makkah.
Untuk sementara mereka tinggal di
syaqqoh mahasiswa Indonesia. Selama di
Madinah itulah, mereka sempat mengais
tempat sampah untuk mencari sisa-sisa
makanan demi mengisi perut. Mereka
kemudian menemukan roti kering yang keras,
lalu dikukus agar layak dimakan. Setelah ada
mahasiswa yang memberi tahu, mereka baru
sadar bahwa roti itu ternyata makanan
kambing yang dibuang.
Begitulah ujian itu datang bertubi. Tetapi
tidak menggoyahkan himmah Kiai Mu’iz dan
kawan-kawannya untuk menuntut ilmu di Kota
Nabi ini. Sehingga akhirnya mereka bertemu
dengan Abuya Sayyid Muhammad bin Alawi alMaliki, seorang ulama muda yang tampan,
yang kemudian menjadi guru, mursyid, dan
murobbi Kiai Mu’iz dan kawan-kawannya.
Kiai Mu’iz memiliki sanad (mata rantai)
keilmuan dari guru-guru utama yang berasal
dari kalangan Habaib dan Masyayikh dari
bangsa Arab. Satu-satunya guru beliau yang
bukan dari kalangan Arab adalah kakeknya
sendiri, Kiai Basri.
Guru utama beliau adalah Sayyid
Muhammad bin Alawi al-Maliki, yang
merupakan keturunan Rosululloh dari jalur
Sayyidina Hasan r.a. Sayyid Muhammad adalah
putra dari Sayyid Alawi bin Sayyid Abbas bin
Sayyid Abdul Aziz al-Maliki. Datuk dari Sayyid
Muhammad ini merupakan guru dari para kiai
dan ulama besar di Indonesia dan dunia.
Ketika mondok di Ma’had Sayyid
Muhammad al-Maliki, Kiai Mu’iz banyak
berguru kepada para ulama besar dunia yang
datang mengajar di dhalem Sayyid Muhammad
al-Maliki.
Kiai Istiqomah Pencinta Ilmu
“Engko’ terro mateah bâkto ngajhâr.”
Sebuah kalimat sederhana yang penuh makna.
Jika diterjemahkan, ‘Saya ingin meninggal
13
profil
saat mengajarkan ilmu’. Kalimat ini sering
dilontarkan oleh Kiai Mu’iz dalam setiap
kesempatan di hadapan para santri.
Hidup dan mati hanya untuk menyebarkan
ilmu Alloh, telah menjadi thoriqoh Kiai Mu’iz
sebagai tangga untuk wushul kepada Alloh dan
Rosululloh. Inilah thoriqoh para salafush sholih
yang terlestarikan sehingga menjadi pilihan
jalan hidup Kiai Mu’iz.
Dalam konteks kesungguhan Kiai Mu’iz
berkhidmat kepada ilmu, beliau pernah dawuh
kepada salah satu santri senior, “Maskènnah
bâ’en ngakan bâtoh otabeh ngakan blikèr,
bâ’en tak olle ambu ngajhâr.” [Meskipun
kamu harus makan batu atau makan kerikil,
kamu tetap tidak boleh berhenti menyebarkan
ilmu. Terj.]
Dalam sebuah kesempatan, Kiai Mu’iz
menyatakan bahwa beliau tidak ingin
meninggal dalam keadaan sholat, akan tetapi
beliau lebih senang jika meninggal dalam
keadaan mengajar.
Para salafush sholih, utamanya para
Kekasih Alloh memiliki jalan (thoriqoh)
tertentu sebagai tangga untuk wushul kepada
Alloh dan Rosululloh. Kiai Mu’iz memilih
mengajar sebagai thoriqohnya sebagai bentuk
ittiba’ (mengikuti) kepada Rosululloh yang
bersabda, “Innamaa bu’itstu mu’alliman.”
Artinya, ‘Hanya saja saya diutus untuk
menjadi pengajar (penyebar ilmu)’.
Kata-kata ini begitu mendarahdaging
dalam diri Kiai Mu’iz. Karena prinsip itulah
beliau jauh-jauh datang ke Gresik untuk
mengisi materi dalam Simposium Nasional
Jaringan Pendidikan Hai’ah Ash Shofwah pada
April 2012 yang lalu. Padahal kondisi
kesehatan beliau sebenarnya sedang tidak
baik. Sehingga akhirnya beliau sakit dan
wafat dalam rangka akan menyampaikan ilmu
kepada para peserta simposium.
Beliau wafat pada hari Sabtu siang, jam
12.30, tanggal 14 April 2012 M./22 Jumadil
Ula 1433 H. Abuya KH. Abd. Mu’iz wafat dalam
usia 58 menurut hitungan tahun Miladiyah.
Kewafatannya telah menyebarkan kedukaan
yang dalam bagi umat.
Pihak keluarga segera menghubungi KH.
Ihya Ulumiddin, khadimat ma’had Nurul
Haromain, Pujon, Malang. Karena semasa Kiai
Mu’iz masih hidup, beliau sering bercerita
bahwa antara beliau, KH. Ihya serta KH.
14
Karrar Pamekasan Madura pernah berjanji;
barangsiapa yang meninggal terlebih dahulu di
antara tiga sahabat ini, maka yang masih
hiduplah yang akan mengkafani serta turun ke
liang lahat. Maka demikianlah, KH. Ihya dan
KH. Karrar pun turun ke liang lahat, mengantar
sahabat yang lebih dari sekedar saudaranya itu
ke perisitirahatannya yang abadi. Keduanya
mencoba tegar, kendatipun rasa kehilangan itu
tak bisa ditutupi.
KH. Ihya memberikan kesaksian tentang
Kiai Mu’iz, sahabat dekatnya. Beliau dawuh,
“Kewafatan Kiai Mu’iz menimbulkan iri bagi
alumni Abuya (Sayyid Maliki) yang lainnya.
Sebab Kiai Mu’iz keluar dari rumah sebagai
muhajiron ilallohi wa rosulihi. Bahkan Kiai
Mu’iz tidak sampai pulang lagi ke rumah
sampai wafatnya. Kiai Mu’iz berangkat ke
Gresik demi khidmah dan cintanya pada sang
Guru Sayyid Muhammad untuk melaksanakan
amanahnya dalam menyiarkan ilmu. Beliau
masuk dalam golongan yang dimaksud oleh alQur’an surat an-Nisa’ ayat 100.
Artinya, “Barangsiapa keluar dari
rumahnya dengan maksud berhijrah kepada
Alloh dan Rosul-Nya, kemudian kematian
menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang
dimaksud), maka sungguh telah tetap
pahalanya di sisi Alloh. Dan adalah Alloh Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Posisi Kiai Mu’iz saat ini dalam kedudukan
diampuni dan mendapatkan kasih sayang dari
Alloh.”
Sungguh luar biasa, keistiqomahan beliau
dalam menjalankan amanat ilmu. Telah tenang
dan bahagaialah beliau meraih cita-citanya.
“Engko’ terro mateah bâkto ngajhâr.”
Seorang Kiai menilai bahwa dawuh ini bentuk
wushul kepada Rosululloh Saw. Wushul yang
bermakna “sampainya rasa bersatu” dengan
Rosululloh yang dicintai oleh Kiai Mu’iz.
Rosululloh yang telah mengajarkan kalimat
“sesungguhnya aku diutus sebagai pengajar”.
Kiai Mu’iz benar-benar memegang sabda
Rosululloh ini dan dilaksanakan hingga akhir
hayat beliau. Mengikuti jejak Rosululloh
menjadi prinsip dalam hidup dan mati beliau.
Semoga beliau mendapatkan tempat terbaik di
sisi-Nya dan menjadi teladan kita semua yang
ditinggalkan. Amin.
(dinukil dari buku “Biografi Sang Murobbi:
Abuya KH. Abd. Mu’iz Tirmidzi”,
karya Umar Faruq oleh Bahtiar HS)
on-thesunnah.blogspot.com
al kayyis
S
ering kita dengar dan tidak diragukan lagi kejatuhan nafahat itu, maka dia akan
bahwa Bulan Romadhon adalah bulan
mendapati kebahagiaan yang tiada
penuh berkah yang tidak dimiliki oleh
kesengsaraan setelah itu selamanya.” (HR.
sebelas bulan yang lain. Tidak ada siang yang
Thobaroni)
lebih baik dari siang hari di bulan Romadhon.
Dari sekian kemuliaan dan keutamaan
Tidak ada malam yang lebih indah dari malam- bulan yang suci ini, tentunya bagi orang yang
malam Romadhon. Dan tidak ada kebaikan
rindu akan kemenangan sejati “surga”, rindu
yang lebih berharga dari kebaikan yang kita
akan Tuhannya, maka tidak akan menyialakukan pada bulan Romadhon. Betapa tidak?
nyiakan sedetik pun kemesraan bersama bulan
Pada bulan ini, pahala kebaikan
yang suci ini. Meski nyatanya masih ada juga
dilipatgandakan.
orang-orang yang merasa tak
Pada bulan ini terdapat berbagai
peduli dengan bulan ini. Bulan
peristiwa sejarah yang sangat
Romadhon dilaluinya sebagaimana
monumental. Tidak saja terjadi
ia menjalani keseharian pada
pada masa Rosululloh Shollallohu
bulan-bulan lainnya. Tentu orang
‘alaihi wasallam, tapi juga pada
seperti ini tergolong “RUGI” tak
masa-masa kenabian jauh
dapat menyambut nafahat Alloh
Muji Sampurno
sebelumnya. Dalam beberapa hadits
Swt. yang dengan derasnya
Sekretaris Umum
dan keterangan yang lain
diturunkan di bulan yang suci ini.
Yayasan Al Haromain
disebutkan semua kitab suci
Dalam hadith riwayat alditurunkan oleh Alloh pada bulan
Tirmidzi dan Imam Ahmad bin
Romadhon. Banyak peristiwa penting sejarah
Hambal, Nabi mengidentifikasi tiga orang
terjadi selama bulan Romadhon; Fathul
yang betul-betul merugi, yang salah satunya
Makkah, Badr Kubro, dll.
berkenaan dengan bulan suci Romadhon. Suatu
Berkah bulan Romadhon juga merembet
ketika Rosululloh menaiki mimbar (untuk
pada meningkatnya nilai amal-amal shalih dan
berkhutbah), menginjak anak tangga pertama
penghargaan terhadapnya. Jika pahala amal
beliau mengucapkan “aamin”, begitu pula
kebajikan di bulan lain dibalas satu hingga
pada anak tangga kedua dan ketiga. Seusai
sepuluh kali lipat, maka pada bulan Romadhon
shalat para sahabat bertanya, “Mengapa
ganjaran itu dapat berlipat-lipat sesuai dengan Rosululloh mengucapkan ‘aamin?” Lalu beliau
yang dikehendaki Alloh Swt. Mari kita sambut
menjawab, “Malaikat Jibril datang dan
nafahat Romadhon yang luar biasa ini
berkata: ‘Kecewa dan merugi seseorang yang
sebagaimana sabda Rosululloh: “Berikanlah
bila namamu disebut dan dia tidak
sambutan terhadap nafahat (hembusanmengucapkan shalawat atasmu.’ Lalu aku
hembusan rahmat) Tuhanmu. Sesungguhnya
berucap aamin. Kemudian malaikat berkata
Alloh mempunyai nafahat dari rahmat-Nya
lagi, ‘Kecewa dan merugi orang yang
yang dijatuhkan kepada orang yang
berkesempatan hidup bersama kedua orang
dikehendaki dari hamba-Nya. Barangsiapa
tuanya tetapi dia tidak sampai bisa masuk
15
2jhsbandung.blogspot.com
al kayyis
surga.’ Lalu aku mengucapkan aamin.
Kemudian katanya lagi, ‘Kecewa dan merugi
orang yang berkesempatan hidup pada
bulan Romadhon tetapi tidak sampai
terampuni dosa-dosanya.’ Lalu aku mengucapkan aamin.” (HR. Turmidzi dan Ahmad)
Maka siapakah lagi yang lebih rugi dari
mereka yang tidak diampuni seluruh dosanya
pada bulan Romadhon ini? Padahal barangsiapa
yang berpuasa dengan penuh iman dan ikhlas
akan diampuni seluruh dosanya. Siapakah lagi
yang lebih rugi dari mereka yang tidak
dibebaskan dari api neraka? Padahal Alloh Swt.
membebaskan hamba-hamba-Nya dari siksa
api neraka setiap malam pada bulan
Romadhon. Siapakah yang lebih rugi dari
mereka yang tidak diperkenankan melewati
pintu Ar-Royyan kelak? Padahal Alloh
mengistimewakan orang-orang yang berpuasa
dengan pintu Ar-Royyan. Siapakah yang lebih
rugi dari mereka yang tidak bertemu Alloh
Swt.? Padahal dengan Alloh Swt. memberi
hadiah terindah berupa kebahagiaan bertemu
dengan-Nya. Dan sungguh sangat rugi jika
kita berpuasa hanya mendapatkan rasa lapar
16
dan dahaga saja.
Karenanya sudah sepantasnya seorang
muslim mewaspadai diri sendiri ketika
berpuasa untuk tidak merusak nilai puasanya
dengan perbuatan-perbuatan jahat, maksiat
dan dosa, agar puasa yang dilakukan dapat
sempurna dan diterima oleh Alloh Swt. Selain
itu, momen Romadhon yang penuh berkah dan
sebuah kesempatan langka ini hendaknya kita
pergunakan seoptimal mungkin untuk
memperbanyak amal kebajikan, baik secara
kualitas maupun kuantitas, lewat sholat, do’a
dan dzikir, istighfar, tadarus Al-Qur’an, infaq
shodaqoh, iftar al-shaim, i’tikaf di masjid,
dan lain sebagainya.
Maka marilah kita memohon inayah dan
kasih sayang Alloh, agar pada Romadhon yang
akan datang kita termasuk hamba-hamba-Nya
yang mendapat kemulian dan kemenangan.
Semoga Alloh menjadikan kita sebagai orang
yang berpuasa dan menjalankan qiyam pada
bulan Romadlon, serta menjadikan kita
sebagai orang-orang yang diterima amalnya.
Amin.
Bukankah demikian, wahai Al-Kayyis?
refleksi
traktorlubis.blogspot.com
S
Bekal
Menuju
Romadhon
Oleh : Mishad Khoiri
Pembina Pesma Al Mukmin Malang
eperti biasanya, pagi itu istri saya
belanja di pak Jono, tukang sayur
keliling yang biasa berjualan aneka sayur
dan lauk-pauk di blok perumahan saya.
“Kripik singkong atau kacang kulit Bu buat
persiapan?” kata pak Jono menawari istri
saya.
“Buat persiapan apa, Pak?” tanya istri
saya yang sepertinya kurang nyambung.
“Gimana sih Bu? Nanti malam kan
pembukaan Euro 2012? Itu loh sepak bola piala
Eropa! Pertandingan pertama nanti malam
Polandia lawan Yunani,” jawab pak Jono.
Istri saya hanya terdiam. Mungkin dia
mengira ditawari beli kripik singkong dan
kacang kulit itu untuk persiapan punya hajat.
“Eee… ternyata hanya untuk bekal persiapan
menyaksikan sepak bola” ucap istri saya. Saya
yang ketika itu mendengar hanya bisa
tersenyum simpul saja.
Memang cukup besar minat masyarakat
kita, termasuk umat Islam terhadap tontonan
atau pertandingan sepak bola. Saking
“gandrungnya”, di Makasar ada sebuah jalan
yang disulap menjadi kampung bola
menyambut “Euro 2012”. Di depan rumah
mereka masing-masing dipasang bendera
negara peserta “Euro 2012” yang
didukungnya. Ada perjanjian di antara
mereka: jika negara yang mereka dukung
tersisih, maka bendera harus diturunkan.
Uniknya lagi, warga di jalan tersebut selama
Euro 2012 memakai kostum dan souvenir
berlabel negara-negara peserta kejuaraan
sepak bola antarnegara di benua Eropa
tersebut.
Melihat fenomena tersebut saya jadi ingat
tentang sebuah “momentum” yang mestinya
kita sambut lebih meriah lagi daripada
sambutan terhadap Euro 2012. Momentum itu
adalah datangnya bulan suci Romadhon. Bulan
17
mulia yang penuh berkah, rahmat, dan
ampunan. Bagi kaum muslim yang mafhum,
kedatangan bulan Romadhon akan disambut
dengan gembira dan bahagia. Seperti bunyi
sebuah hadits: “Man fariha biduhûli
romadhona harroma Allohu jasadahu
‘alanniron”. Barang siapa yang bergembira
dengan datangnya bulan Romadhon, maka
Alloh mengharamkan jasadnya atas api
neraka.
agengspreh.wordpress.com
Sebagai seorang muslim hendaklah kita
mengetahui hal-hal yang perlu dilakukan di
dalam menyambut bulan suci Romadhon serta
amalan-amalan yang disyariatkan oleh Alloh
Swt. dan Rasul-Nya. Amaliah yang seyogyanya
dilakukan menjelang bulan Romadhon antara
lain:
Pertama, memperbanyak do’a kepada
Alloh. Kebiasaan para generasi shalih
pendahulu kita adalah dengan memperbanyak
do’a sebelum masuknya bulan Romadhon.
18
Hingga diriwayatkan di antara mereka ada
yang memohon kepada Alloh agar
dipertemukan kembali dengan bulan Romadhon
sejak bulan-bulan sebelumnya. Mereka juga
memohon kepada Alloh agar diberikan
kekuatan dan pertolongan dalam
melaksanakan ibadah-ibadah di dalamnya
seperti puasa, qiyamul lail, sedekah, dan
sebagainya. Do’a yang masyhur agar kita
disampaikan atau dipertemukan dengan bulan
Romadhon adalah “Allôhumma
bâriklanâ fî rojaba wa
sya’bâna wa ballighnâ
romadhôna.” Semoga kita
diberikan barakah di bulan
Rajab dan Sya’ban, serta
disampaikan (umur kita) pada
bulan Romadhon.
Kedua, bersuci dan
membersihkan diri.
Kebersihan yang bersifat
maknawi seperti taubat
nasuha dari segala dosa dan
maksiat. Pantaskah kita
menyambut tamu yang agung
dan mulia dengan keadaan
yang kotor? Pantaskah kita
menyambut bulan Romadhon
yang dicintai oleh Alloh dan
Rasul-Nya dengan gelimangan
dosa? Bagaimana kita
berpuasa sedangkan shalat
masih sering kita lalaikan?
Bagaimana kita menahan diri
dari segala yang mubah
(makan dan minum) kemudian
berbuka dengan sesuatu yang
haram, yang merupakan hasil
riba, suap, dan harta haram
lainnya? Bagaimana kita berharap puasa kita
dapat diterima sedangkan kita dalam keadaan
seperti ini? Renungilah sabda Rasulullah Saw:
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan
perkataan dusta dan beramal dengannya maka
tidak ada bagi Alloh kepentingan terhadap
puasa (yang sekedar meninggalkan makan dan
minum).” (HR. Bukhari). Oleh karena itu
sebelum pintu taubat tertutup, sebelum
matahari terbit dari sebelah Barat, sebelum
nyawa sampai di tenggorokan, maka
bersegeralah bertaubat dengan taubat yang
sebenar-benarnya. Alloh Ta’ala berfirman: “Hai
orang-orang yang beriman bertaubatlah
kepada Alloh dengan taubat yang sebenarbenarnya...” (QS. At-Tahrim: 8)
Ketiga, mempersiapkan jiwa, yaitu dengan
memperbanyak amal-amal shalih pada bulan
Sya’ban karena pada bulan ini amalan-amalan
diangkat pada Alloh. Sebagaimana hadits
Usamah bin Zaid r.a. yang diriwayatkan oleh
Imam An-Nasa’i dan Ibnu Khuzaimah
bahwasanya Rasulullah Saw. berpuasa
sepanjang bulan Sya’ban atau beliau
memperbanyak puasa di dalamnya kecuali
hanya beberapa hari saja beliau tidak
melakukannya.
Keempat, bertafaqquh (mempelajari)
hukum-hukum puasa dan mengenal petunjuk
Nabi Saw. Sebelum memasuki puasa perlu
mempelajari syarat-syarat diterimanya puasa,
hal-hal yang membatalkannya, hukum
berpuasa di hari syak (meragukan), perbuatanperbuatan yang dibolehkan dan dilarang bagi
yang berpuasa, adab-adab dan sunnah-sunnah
berpuasa, hukum-hukum shalat tarawih,
hukum-hukum yang berkaitan dengan orang
yang memiliki udzur seperti mengadakan
perjalanan, sakit, hukum-hukum yang
berkaitan dengan zakat fitrah, dan lain-lain.
Maka hendaknya kita berilmu sebelum
memahami dan mengamalkannya.
Sebagaimana firman Alloh Ta’ala:”Maka
ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada
sesembahan yang berhak untuk disembah
melainkan Alloh dan mohonlah ampunan bagi
dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mu’min,
laki-laki dan perempuan. Dan Alloh
mengetahui tempat kamu berusaha dan
tempat tinggalmu.” (QS. Muhammad: 19). Di
dalam ayat ini Alloh Ta’ala mendahulukan
perintah berilmu sebelum berkata dan berbuat.
Kelima, mengatur sebaik-baiknya program
di bulan Romadhon. Bila seorang tamu yang
agung datang berkunjung ke rumah kita,
kemudian kita menyambutnya dengan baik,
tentu kita akan mendapatkan pujian serta
balasan dari tamu tersebut. Begitu pula
dengan bulan Romadhon yang datang dengan
membawa berbagai macam keutamaan. Jika
kita menyambutnya dengan persiapan serta
program-program untuk tamu agung ini, tentu
kita akan mendapatkan keutamaankeutamaan tersebut.
Bulan Romadhon hendaknya kita isi
dengan memperbanyak ibadah shalat sunnat,
membaca Al Qur’an, memperbanyak tasbih,
tahmid, takbir dan istighfar, dan lebih peduli
kepada nasib orang fakir dan miskin, berbakti
kepada kedua orang tua, menyambung tali
silaturrahmi, memuliakan tamu, menjenguk
orang sakit, dan ibadah-ibadah lain yang
semisal dengan itu guna meraih predikat
mulia dari Alloh, yaitu “Taqwa”. Mumpung kita
dipertemukan dengan bulan Romadhon, mari
kita siapkan “bekal” yang cukup untuk
menyambutnya, mengisinya, dan
memanennya. Sebab ada hikmah ulama’ yang
mengatakan bahwa Rajab adalah bulan
menanam, Sya’ban adalah bulan menyiram,
dan Romadhon adalah bulan memanen. Bagi
yang berbekal (menanam dan menyiram),
insya Alloh mereka juga akan memanen.
Wallohu a’lam.
19
technopreneur
Tips Sukses
Oleh:
Drs. Soehardjoepri, M.Si.
Direktur Rabwa Production
Presentasi
M
enyampaikan presentasi dengan
sukses tentu menjadi impian setiap
presenter. Untuk mencapainya
diperlukan persiapan matang, baik itu materi
atau isi presentasi maupun personal.
Gugup bisa menjadi masalah utama saat
presentasi. Namun, dengan banyak latihan
dan ditunjang dengan penguasaan materi
dengan baik, hal ini bisa diatasi. Berikut ini
beberapa tips sukses melakukan presentasi.
Persiapan
1. Memahami dengan baik tujuan Anda
melakukan presentasi dan siapa saja
pendengarnya.
2. Membuat struktur presentasi. Biasanya
terdiri dari tiga bagian, yaitu
pendahuluan, isi, dan kesimpulan. Pada
bagian pendahuluan terdapat pengantar
mengenai materi yang akan dibawakan
dan outline presentasi. Isi merupakan
bagian utama dari presentasi dan terakhir
adalah kesimpulan.
3. Menyiapkan bahan dan materi penunjang,
misalnya gambar ilustrasi, tabel, atau
grafik. Kemudian menyusunnya sesuai
dengan struktur yang sudah ditentukan
sebelumnya.
4. Berlatih menyampaikan presentasi.
Perhatikan apakah strukturnya sudah pas
dan berkesinambungan. Jika belum,
lakukan penyesuaian atau mungkin
penambahan. Selain itu, banyak berlatih
akan membantu meningkatkan
kepercayaan diri.
5. Periksa tempat presentasi Anda. Ini akan
sangat membantu bagaimana mengatur
posisi saat menyampaikan presentasi dan
agar menjadi familiar. Jika Anda harus
mengatur sendiri persiapan presentasi,
pastikan Anda mengetahui letak alat-alat
pendukung dan bagaimana
mengoperasikannya.
20
Penyampaian
1. Datang lebih awal dan pastikan semua
berfungsi dengan baik.
2. Tampil dengan performa terbaik. Mulai dari
pakaian, bahasa tubuh, tata bahasa, cara
penyampaian, dan jangan lupa tersenyum.
Ini akan sangat berpengaruh terhadap
kredibilitas Anda bagi audiens. Jika Anda
tampil percaya diri, audiens pun akan
percaya terhadap Anda.
3. Jangan terlalu tegang, selipkan humor
untuk menghangatkan suasana.
4. Jangan lupa penekanan pada bagian
penting presentasi Anda. Misalnya dengan
suara yang lebih tegas atau pengulangan.
5. Jangan lupa eye contact selama presentasi.
Ini akan membuat seakan-akan Anda
berbicara langsung ke masing-masing
audiens dan membuat jarak antara Anda
dengan mereka jadi dekat.
Demikianlah beberapa tips yang biasa saya
gunakan untuk melakukan presentasi. Mudahmudahan bermanfaat.
Wallohu a’lam.
Konsultasi Kesehatan
Oleh: dr. Nurhadji
Kabid Organisasi PDUI
Cabang Jatim
Asam Urat di Usia Muda
Pertanyaan :
Apa pemuda berusia 19-20 tahun bisa kena
asam urat? Karena di kaki saya sering terasa
nyeri. Mohon penjelasannya.
~Fariz, Jombang.
Jawaban :
Nyeri sendi akibat kadar asam urat atau gout,
seringkali terjadi pada usia di atas 45 tahun,
walaupun pada kasus-kasus tertentu, bisa juga
terjadi pada laki-laki usia 20-an tahun terutama.
Mengapa demikian? Nyeri sendi akibat asam urat
berhubungan dengan tingginya kadar asam urat di
dalam darah (hiperurisemia). Akan tetapi tidak
selalu kadar asam urat darah yang tinggi langsung
berakibat nyeri gout.
Pola konsumsi yang tidak bagus pada usia 30an tahun yang disertai dengan kondisi ginjal yang
sudah tidak optimal lagi sehingga tidak mampu
mengeluarkan sisa metabolit secara normal.
Apabila terjadi pola konsumsi yang terlalu banyak
purin akan menyebabkan sisa metabolitnya (asam
urat) yang menumpuk di dalam darah
(hiperurisenia). Bila hal ini berlangsung 10 tahun
atau lebih, maka akan terjadi kristalisasi asam urat
pada sendi. Inilah yang dinamakan arthritis pirai
(gout) atau radang sendi akibat asam urat, atau
orang awam menyebutnya dengan penyakit asam
urat.
Apakah semua nyeri sendi atau rematik akibat
dari asam urat (gout)? Pada umumnya, masyarakat
sering menganggap bahwa semua penyakit
rematik disebabkan oleh asam urat. Padahal
penyakit rematik yang disebabkan asam urat
hanya sekitar 7% dari keseluruhan jenis rematik.
Nyeri sendi lain yang lebih sering adalah
Reumatoid Artritis dan Osteoartritis.
Jadi penyakit asam urat atau Artritis Gout
adalah peradangan sendi akut yang disebabkan
oleh pengendapan kristal asam urat dalam rongga
sendi.
Kondisi yang menyebabkan tingginya kadar
asam urat darah adalah sebagai berikut :
·
Produksi asam urat berlebihan, yang
disebabkan karena faktor genetik (mutasi
enzim HGRT), penderita leukemia, asupan
tinggi purin, obesitas, dan
hipertiglideridemia, konsumsi alkohol,
konsumsi fruktose.
·
Pengeluaran asam urat berkurang, yang
disebabkan karena faktor genetik
(penurunan ekskreasi fraksional urate),
penyakit ginjal kronik, obat-obatan diuretic,
tiazid, salisilat, pirazinamid, juga obesitas
dan kurangnya produksi urin.
Gejalanya:
·
Nyeri sendi secara mendadak, biasanya di
waktu malam hari. Nyeri berdenyut atau
sangat sakit dan bertambah nyeri bila
bergerak sedikit saja.
·
Kemerahan dan bengkak pada sendi yang
terkena
·
Demam, kedinginan, dan lemah mungkin
menyertai serangan.
Penyebab:
·
Kadar asam urat dalam darah yang meningkat
menyebabkan penumpukan kristal asam urat
di dalam sendi.
·
Asam urat adalah sampah metabolisme zat
purin, suatu senyawa kimia dalam makanan
tertentu.
Pencegahannya:
·
Hindari makan segala sesuatu yang
berlebihan atau terutama yang bisa
mencetus serangan. Kurangi makanan yang
kaya akan purin, misal: daging, kikil, jeroan
(seperti babat, usus, ati, ampela, dll.), ikan
laut atau jenis sayuran yang tinggi purin
(misalnya buncis, kacang polong, gandum,
bayam, asparagus, jamur, ragi dan ekstrak
ragi), serta minuman beralkohol.
·
Untuk menghindari makanan yang tinggi
purin, para penderita artritis pirai sebaiknya
rajin mengonsumsi makanan yang rendah
purin seperti sereal, susu, telur, gula,
gelatin, tepung, mentega, margarin, buahbuahan, selada, tomat, sayuran hijau, dan jus
buah.
21
mutiara alqur’an
Oleh:
K.H. M. Ihya Ulumiddin
Ketum Hai’ah Ash Shofwah
Pengasuh Ma’had Nurul
Haromain Malang
Berjuang Bersama Kaum
Dhu’afa dan Mustadh’afin
QS. Al-A’raaf: 137
Dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu, negeri-negeri bahagian
timur bumi dan bahagian baratnya yang telah Kami beri berkah padanya. Dan telah
sempurnalah perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israil
disebabkan kesabaran mereka. Dan Kami hancurkan apa yang telah dibuat Fir’aun dan
kaumnya dan apa yang telah dibangun mereka.
B
ani Israel dipimpin oleh Nabi Musa a.s.
berikutnya dapat menguasai negeri
Mesir dan Syam serta negeri-negeri
sekitarnya sebagai warisan. Atas kesabaran
dan turut serta dalam berjuang bersama da’i
pembawa kebenaran, negeri tempat tinggal
mereka kini diliputi keberkahan. Tanah
subur, hasil panen bagus, hujan memadai,
dan berbagai keberkahan lainnya. Ini semua
merupakan kebenaran janji Alloh Swt. yang
disampaikan oleh nabi Musa a.s. pada masa
perjuangan dahulu.
Musa berkata pada kaumnya: “Mohonlah
pertolongan kepada Alloh dan bersabarlah;
dipusakakan-Nya kepada siapa yang
dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya.
Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang
orang yang bertakwa.” (Qs. Al-A’raaf: 128)
Sementara Fir’aun berikut Qarun, Haman
dan bangsa Egypt yang superior (merasa
lebih tinggi, lebih mampu, lebih berkuasa)
yang tenggelam di istana, monumen, dan
bangunan-bangunan berarsitektur tinggi,
mereka juga hancur-lebur. Berikutnya tubuh
22
Fir’aun beserta bangunan megah itu
disisihkan agar menjadi tanda-tanda
kebesaran bagi umat manusia belakangan
ini.
Peristiwa yang dipotret oleh ayat ini
memberikan sekian pelajaran. Salah satunya
bahwa perjuangan hendaknya selalu dimulai
di bawah ketekunan dan ketelatenan.
Perjuangan mengemban kebenaran awal
mulanya selalu diikuti masa yang justru
lemah segala-galanya. Sebagian mereka
barangkali lemah secara struktural karena
penindasan dan tindak ketidakadilan
kekuasaan (musatadh’afin). Sebagaian
lemah secara cultural, seperti kemiskinan,
kebodohan, dan keterbelakangan (dhu’afa).
Ini adalah sunatullah perjuangan seperti
dialami Nabi Musa a.s. Pengikutnya adalah
kalangan buruh (budak), sementara kalangan
elit menyombongkan diri dan menentangnya.
Alloh Swt. berfirman:
Dan mereka berkata: “Apakah layak kita
percaya kepada dua orang manusia (Nabi
Musa dan Harun a.s.) seperti kita juga,
padahal kaum mereka (Bani Israel) adalah
orang-orang yang menghambakan diri
kepada kita?” (QS. Al-Mu’minun: 47)
Seperti halnya proses perjuangan Nabi
Musa a.s., perjuangan Rosululloh Saw. tak
lebih juga demikian. Pada awal-awal
dakwahnya, pengikut setia beliau sebagian
besar adalah kalangan fakir miskin, orang
lemah, dan budak. Misalnya: Zaid bin
Haritsah, Bilal bin Rabbah, Amar bin Yasir.
Bukan Abu jahal, Abu lahab, dan Abu Sofyan
yang merupakan tokoh-tokoh besar dan
kalangan elit saat itu. Seperti halnya Nabi
Musa a.s. dan Rosululloh Saw., nabi-nabi
lainnya pun demikian; Nabi Nuh umpamanya,
dalam dakwah 950 tahun, pengikut beliau
adalah orang rendahan dan bodoh. Allah Swt.
berfirman:
Maka berkatalah pemimpin-pemimpin
yang kafir dari kaumnya: “Kami tidak
melihat kamu, melainkan seorang manusia
seperti kami, dan kami tidak melihat orangorang yang mengikuti kamu, melainkan
orang-orang yang hina dina dan bodoh (tidak
cerdas pendapatnya).” (QS. Huud: 27,
telaah pula QS. Al-A’raaf: 75-76)
Sunatullah ini hikmahnya barangkali
perjuangan risalah kebenaran pada dasarnya
memiliki misi mengeluarkan
keterkungkungan manusia dari kekuasaan
dan undang undang Allah Swt. semata. Dan
ini momentum yang baik dari seluruh umat
manusia, lebih-lebih orang orang lemah,
karena antara mereka dengan kebenaran
tidak ada penghalang berarti, sementara
kalangan elit enggan menerimanya
disebabkan terlebih dahulu tumbuh tendensi
dan sentimen yang menghalangi, misalnya
ego dan arogansi karier, pengaruh, dan
jabatan.
Perjuangan disambut pertama kali oleh
kalangan dhu’afa dan mustadh’afin bukanlah
cela,
Dan bersabarlah kamu bersama-sama
dengan orang-orang yang menyeruh
Tuhannya di pagi dan senja hari dengan
mengharap keridhoan-nya. (QS. Al-Kahfi:
28)
Perjuangan tidak semuanya cenderung
elitis. Karena elitisme dengan mengabaikan
kalangan lemah kadang kala tak ubahnya
menjadi bumerang (blunder) baginya.
Hancur sebelum waktunya. Apalagi cara ini
tidak didapati dalam sejarah kenabian.
Dalam pepatah dikatakan:
Barang siapa bersegera sebelum
waktunya, dia akan diberi sanksi dengan
kegagalan.
Pada akhirnya, suatu saat, kalangan
dhu’afa dan mustadh’afin dengan
kesabarannya akan menuai keberkahan
sebagaimana dialami oleh bani Israel
bersama Nabi Musa a.s. Maka,
berbahagialah tokoh-tokoh pejuang muslim
yang tidak mengabaikan peran mereka.
Dalam sejarah Islam, dinasti Mamluk
(Mamalik) yang didirikan para budak pernah
berjaya di pentas dunia (1250-1517M) di
bawah pimpinan sultan Qalawun dan sultan
Baybars. Dan untuk saat ini, kondisi kaum
muslimin tampak tak ubahnya kalangan
dhu’afa dan mustadh’afin. Suatu saat
keberkahan menguasai bumi dan akan
menyertai mereka, asal bersabar dalam
perjuangan. Alloh Swt. dalam suatu janji
yang mulia berfirman:
Dan Kami hendak memberi karunia
kepada orang-orang yang tertindas di bumi
dan hendak menjadikan mereka orangorang yang mewarisi bumi. (QS. Al-Qashas:
5)
Wallohu a’lam.
23
akhwatodongsolihah.blogspot.com
serba-serbi
K
eluarga adalah unit terkecil yang
1. Melahirkan keturunan untuk melanjutkan
menjadi pendukung dan pembangkit
identitas keluarga termasuk aktivitas
lahirnya bangsa dan masyarakat. Selama
koitus.
pembangkit itu mampu menyalurkan arus yang 2. Dukungan ekonomi bagi seluruh keluarga.
kuat lagi sehat, selama itu pula masyarakat
Dalam hal ini termasuk mencari sumber
dan bangsa akan menjadi sehat dan kuat.
penghidupan, bekerja, dan menjalankan
Keluarga mempunyai andil yang besar bagi
ekonomi rumah tangga, makan-minum,
bangun-runtuhnya suatu masyarakat.
pemeliharaan kesehatan, sekolah,
Negara yang kuat terdiri dari rumah
rekreasi, dan lain-lain.
tangga yang kuat. Negara yang adil terdiri
3. Pengasuhan dan pendidikan anak, baik
dari rumah tangga yang makmur.
fisik maupun mental. Memberi makan
Sosiologi barat bernama Bolak
yang layak, mengajari tingkah laku yang
mengatakan, “Rumah tangga
baik, bicara dengan hormat, mengatur
adalah pusat tempat denyut-denyut
pakaian, mengajarkan beribadah,
pergaulan hidup bergetar. Dia
pergaulan yang baik, dan lain-lain.
adalah susunan hidup yang dapat
4. Meletakkan dasar sosialisasi.
Oleh:
mengekalkan keturunan.
Ahmad Syarifuddin Mengajarkan anak ikut memikirkan
Sebenarnya, rumah tangga adalah
orang lain selain dirinya, seperti
Pembina Al-Ghazali
Islamic Study Club Solo
alam pergaulan manusia yang
saudara-saudara, ayah, ibu, nenek,
sudah diperkecil. Bukankah di rumah tangga
tetangga, dan sebagainya
itu lahir dan tumbuh pula yang disebut
5. Merupakan permulaan dari pendidikan
kekuasaan, agama, pendidikan, hukum, dan
informal
perusahaan? Keluarga adalah jamaah yang
6. Pusat rekreasi, istirahat, kebahagiaan,
bulat, teratur, dan sempurna. Dari situ
dan kehangatan, khususnya sesudah kerja
bergelora perasaan halus dan sukma hidup
fisik mencari nafkah
yang dianggap sebagai mata air
7. Terselenggaranya transmisi kebudayaan
perikemanusiaan dan telaga persaudaraan
dari satu generasi ke generasi berikutnya.
sejagat yang tidak akan kering.”
Keluarga memiliki fungsi vital, di
Keluarga harmonis yang sering disebut
antaranya adalah sebagai berikut:
dengan mawaddah dan rahmah yang masing-
24
masing anggota bertanggung jawab terhadap
mana pula rasa malumu kepada-Nya?
hak dan kewajibannya adalah sumber
Bukankah kamu sebagai sepasang suami-istri,
kesehatan mental. Orang sukses atau tokoh
telah saling bercampur (menyampaikan
besar tidak akan hadir dari keluarga yang
rahasia) dan mereka (istri-istrimu) telah
rusak. Problem keluarga membuat kesehatan
mengambil dari kamu perjanjian yang kuat?”
psikis terganggu. Seorang ulama besar
Puasa dalam hal ini turut membantu
bernama Ibnu Daqiqil Id membuktikan hal itu.
terciptanya jalinan keharmonisan dan
Ketika ceramah di hadapan massanya suatu
keakraban keluarga. Suasana dan nuansa
hari dia terlihat kacau, padahal biasanya dia
puasa seakan-akan memberi daya tarik untuk
tampil memikat. Hal itu terjadi karena dia
merajut keharmonisan dan keakraban rumah
memiliki problem keluarga di rumah, yaitu soal tangga. Secara kasat mata siang hari
tepung.
sepasang suami-istri dilarang melakukan
Keluarga yang harmonis dan ideal
hubungan seks, namun kemesraan keluarga
digambarkan secara lengkap dalam separuh
harus tetap dijaga. Khususnya di malam hari
firman Allah Swt.:
setelah kurang lebih 14 jam nafsu seksual
“Kaum laki-laki adalah
dikekang dan dikendalikan.
pemimpin (bertanggung
Rosululloh Saw. sendiri
jawab) bagi kaum wanita oleh
sewaktu puasa mencium
karena Alloh telah melebihkan
Aisyah dan Aisyah suatu saat
“Barang siapa
sebagian mereka (laki-laki)
menyisir rambut Rosululloh
atas sebagian yang lain
ketika beliau i’tikaf.
ingin dijembarkan Saw.
(wanita). Dan disebabkan
Jadi, selama tidak
rezekinya dan/
(laki-laki) telah manafkahkan
membatalkan puasa dan
sebagian dari harta mereka.
i’tikaf, jalinan kemesraan
atau ingin
Sebab itu, maka wanita yang
harus dipelihara. Puasa
dipanjangkan
shalehah ialah wanita yang
bukanlah spiritual yang
taat kepada Alloh lagi
sakral.
umurnya, maka
memelihara diri ketika
Suasana dan nuansa
hendaklah ia
suaminya tidak ada, oleh
puasa yang menggembirakan
karena Alloh telah memelihara
ketika seluruh
bersilaturrahim.” adalah
(mereka) …” (QS. An-Nisaa’:
anggota keluarga telah
34)
mengalami latihan menahan
(HR Bukhari dan
Dari keluarga yang
lapar dan haus. Betapa indah
Muslim)
harmonis inilah lahir dan
dan nyamannya perasaan
tumbuh keturunan dan
seluruh anggota keluarga
generasi “qurrata a’yun”
duduk menghadapi hidangan
(buah hati yang menyejukkan)
bila waktu berbuka
(QS. al-Furqaan: 74) dan “zinah hayatud
menjelang. Semuanya dengan sabar dan
dunya” (hiasan kehidupan dunia) (QS. al-Kahfi: tenang menunggu bedug Maghrib berbunyi.
74) yang menjadi pelopor kebaikan atau
Keadaan seindah ini jarang terjadi di luar
disebut pula “dzuriyyah thayyibah” (anak
ramadhan.
keturunan yang baik) seperti diminta oleh Nabi
Suasana menjelang berbuka yang
Zakariya a.s. (QS. Ali Imron: 38)
mengesankan itu terjadi di setiap keluarga
Keluarga dan rumah tangga harmonis tidak muslim yang taat beribadah dan rajin
hanya ditegakkan dengan cinta, tetapi juga
berpuasa. Tidak ada beda keluarga miskin dan
dengan taqwa. Seseorang mengeluh kepada
keluarga kaya. Semuanya sedang lapar dan
Umar ibnu Khaththab r.a. bahwa cintanya
menunggu waktu berbuka. Ada jiwa dan
kepada istrinya telah memudar dan ia
perasaan gembira, haru, dan bangga karena
bermaksud menceraikannya. Umar menasihati, mampu melaksanakan puasa dengan baik
“Sungguh jelek niatmu. Apakah semua rumah
tangga hanya dapat dibina dengan cinta? Di
mana takwamu dan janjimu kepada Alloh? Di
Bersambung ke hal 28
25
Kajian Niswiyah
Oleh | Ummu Najwa
Ketua Niswiyah Persyadha
Kota Kediri
D
alam hadits riwayat Ath-Thabarani,
Ummu Salamah menuturkan, “Aku
bertanya: Ya Rasulullah, manakah yang
lebih utama, wanita dunia ataukah bidadari
yang bermata jeli?” Rasulullah menjawab:
“Wanita-wanita dunia lebih utama daripada
bidadari-bidadari seperti kelebihan apa yang
nampak dari apa yang tak terlihat.” Aku
bertanya: “Mengapa
wanita-wanita dunia lebih
utama daripada bidadari?”
Beliau menjawab: “Karena
shalat mereka, puasa dan
ibadah mereka kepada
Allah. Allah meletakkan
cahaya di wajah mereka,
tubuh mereka adalah kain
sutera, kulitnya putih
bersih, pakaiannya
berwarna hijau,
perhiasannya kekuningan,
sanggulnya mutiara, dan
sisirnya terbuat dari emas.
Mereka berkata: ‘Kami
hidup abadi dan tidak mati.
Kami lemah lembut dan
tidak jahat sama sekali.
Kami selalu mendampingi
dan tidak beranjak sama sekali. Kami ridha
dan tak pernah bersungut-sungut sama sekali.
Berbahagialah orang yang memiliki kami dan
kami memilikinya.’”
Subhanalloh… siapa yang tidak ingin
menjadi bidadari dunia ini? Bagaimana tidak?
‘Hanya’ berbekal sholat, puasa, dan ibadah
saja sudah bisa menjadi bidadari. Tidak lebih
sulit dari syarat menjadi miss world yang
harus berpose memakai
bikini! Tapi kenapa justru
banyak penghuni neraka itu
perempuan? Padahal di
hadits lain dijelaskan bahwa
perempuan sudah diberi
tiket gratis masuk surga
dari pintu mana saja yang
dia kehendaki. “Apabila
seorang perempuan
mendirikan sholat lima
waktu, menjalankan puasa
romadlon, menjaga
kemaluannya, dan mentaati
suaminya, maka akan
dikatakan kepadanya:
‘Masuklah kamu ke surga
dari mana saja pintu yang
kamu inginkan.’” (HR.
Sabar dan syukur
mengantarkan
pada ketaatan
tanpa syarat dalam
bingkai syari’ah
hingga menyadari
betapa di dunia ini
tidak ada yang
sempurna.
26
Ahmad)
Ada sebuah jawaban yang sudah diberikan
oleh Baginda Nabi Muhammad Shollallohu
‘alaihi wasallam tentang mengapa banyak
perempuan yang menghuni neraka: “Aku telah
melihat neraka dan mayoritas penghuninya
adalah perempuan. Sahabat bertanya:
“Mengapa begitu ya Rosululloh?” Jawab
Rosululloh: “Karena kekufurannya.” Sahabat
bertanya lagi: “Apakah kufur kepada Alloh?”
Jawab Rosululloh: “Kufur (berani menentang)
pada suami serta mengingkari kebaikan
suami. Andaikan kamu (para suami) berbuat
baik pada mereka (para istri) selama setahun,
lalu mereka menemukan darimu satu
kesalahan saja, maka mereka akan
berkomentar: ‘Kami tidak pernah mengetahui
darimu kebaikan sama sekali..!’” (HR.
Bukhori dan Muslim)
Astaghfirulloh… na’udzubillahi min dzalik!
Satu kesalahan sikap mampu mengantarkan
kita pada pintu neraka. Mungkin akan ada
yang protes, kalau suaminya baik mungkin kita
mudah untuk taat dan bersyukur! Tapi kalau
suaminya kasar dan tidak perhatian,
bagaimana kita akan bersyukur? Wajar kan
kalau kita kurang taat atau marah-marah
padanya? Ya, benar juga sih! Tapi…tunggu
dulu! Kita kiranya perlu kembali membaca
kisah seorang perempuan cantik dan pandai,
tetapi bersuamikan seorang laki-laki tua jelek
dan kasar di jaman pemerintahan Harun ArRosyid (buka Mutiara Hadits majalah ini edisi
69). Kata kunci apa yang bisa kita ambil dari
kisah tersebut? Sabar dan syukur… kata kunci
yang merupakan tanda kesempurnaan iman
seseorang. Untuk bisa sabar dan bersyukur
tidak harus menunggu mendapatkan nikmat
sesuai keinginan kita. Adakalanya ujian
kesabaran atau rasa syukur kita justru ada
pada suami kita. Jika kita mengharap suami
sempurna, maka kita akan lelah berharap.
Hari gini, minta suami sempurna lahir batin?
Mimpi kali! Tidak akan pernah ada suami
sempurna kecuali Rosululloh Shollallohu ‘alaihi
wasallam. Kesempurnaan hanyalah milik Alloh
‘azza wajalla dan kekasih-Nya, Baginda Nabi
yang memang diciptakan sebagai manusia
sempurna.
Sabar dan syukur mengantarkan pada
ketaatan tanpa syarat dalam bingkai syari’ah
hingga menyadari betapa di dunia ini tidak ada
yang sempurna. Jadi, tidak harus menunggu
kesempurnaan untuk menyempurnakan iman
dengan sabar dan syukur. Sesungguhnya
kehidupan rumah tangga itu bukanlah istana
impian yang sepi dari cobaan. Suami kita,
walaupun sudah kita pilih dengan jeli, tetaplah
bukan pangeran tanpa cela. Kita, walau sudah
maksimal berikhtiar mentarbiyah diri,
bukanlah princess tanpa noda. Hendaklah kita
malu menuntut kesempurnaan sedang kita
sendiri tidaklah sempurna.
Kesadaran akan ketidaksempurnaan diri
dan suami kita insyaAlloh akan lebih
memudahkan kita dalam bersabar dan
bersyukur. Ketika menemukan cela, aib, atau
kekurangan suami, kita sadarkan diri kita
bahwa dia memang bukan makhluk sempurna.
Tanpa meninggalkan proses mengingatkan /
menasehati untuk memperbaiki diri tentunya.
Toh, kewajiban kita sebagai istri hanyalah
indzar, mengingatkan. Bukan wiqoyah,
menjaga selamanya. Kalau misalnya kita
sudah mengingatkan, tapi suami kita tetap
mbeling, ya bersabar saja. Kita tidak akan
diminta pertanggungjawaban oleh Alloh atas
tindakan suami kita. Justru suami memiliki
kewajiban wiqoyah terhadap para istri dan
kelak akan diminta pertanggungjawaban akan
kewajibannya ini. Tetap melayani suami dan
taat apapun kondisi suami kita (selama tidak
bertentangan dengan syari’at) bisa jadi
menjadi sebuah washilah untuk kebaikan kita
maupun suami. Karena dalam ketaatan dan
pelayanan itu ada ridho Ilahi.
Taat saat segalanya baik-baik saja adalah
sesuatu yang biasa. Justru tetap setia, sabar,
dan taat saat segalanya tidak biasa itulah
perjuangan sesungguhnya. Jika suami kita
baik, perekonomian rumahtangga stabil, tidak
ada konflik, maka ketaatan seorang istri
sesuatu yang wajar. Justru tidak wajar kalau
istri tidak bisa sabar dan bersyukur dalam
kondisi seperti itu. Namun kala ada ‘sesuatu’
dalam rumah tangga, maka sabar dan syukur
dalam bentuk ketaatan membutuhkan
perjuangan menata hati yang tidaklah mudah.
Namun jika kita bisa menjalaninya insyaAlloh
kita akan menjadi bidadari dunia yang
bermata jeli. Aura kecantikan akan muncul
dari pribadi-pribadi yang sabar dan dipenuhi
rasa syukur. Kebalikannya, secantik apapun
seorang perempuan, jika dia pribadi yang
27
cerewet, suka mengumpat (apalagi pada
suaminya), sering membantah, dan
memperbesar masalah, maka kecantikannya
akan tertutup awan pekat. Suaminya mungkin
merasa ‘sepet’ melihatnya. Tak ditemukannya
kedamaian di wajah cantik yang tidak bisa
sabar dan kurang bersyukur. Kalau sudah
seperti itu, jangan salahkan jika suami akan
mencari kedamaian di lain tempat.
Bukan sesuatu yang mudah memang untuk
bisa senantiasa sabar, karena hakekat sabar
itu sendiri asal katanya bermakna pahit. Tapi
apa salahnya kita anggap kepahitan itu
seperti obat atau jamu yang rasanya pahit
namun mampu menjadi washilah kesembuhan
penyakit kita. Daripada kita bingung
memikirkan perubahan tubuh yang pelan tapi
pasti mencapai usia senja dipenuhi keriput
sehingga berpikir keras bagaimana melakukan
perawatan ekstra. Alangkah indahnya jika
kecantikan itu terpancar abadi dalam diri kita
dengan sabar dan syukur.
Jangan pernah biarkan hembusan was-was
dari syetan menghantui kita sehingga selalu
menaruh rasa curiga pada suami. Itu akan
menyiksa diri sendiri. Apapun yang dilakukan
suami kita akan dipertanggungjawabkan
sendiri di hadapan Alloh Yang Maha Adil. Kita
tidak perlu ikut mengadilinya. Andaipun suami
kita tidak bisa berlaku adil, kelak dia akan
hadir di Hari Perhitungan dengan kondisi
‘sempleh’. Cukuplah itu menjadi balasan
baginya. Tanpa menafikan tugas kita untuk
saling mengingatkan, yang utama adalah
bagaimana ikhtiar kita untuk terus
mentarbiyah diri agar senantiasa bisa taat
bersama sabar dan syukur. Semoga Alloh
senantiasa menjaga kita dan membimbing kita
penjadi perempuan yang sholihah, qonitat,
dan hafidzoh. Amin.
Wallohu a’lam.
Sambungan dari halaman 25
menarik, dan menyenangkan terulang setiap
hari selama bulan ramadhan. Hubungan
keluarga yang dulunya renggang, kurang
akrab, dan bahkan tegang berubah menjadi
akrab, disertai rasa kasih sayang, dan
kesepahaman. Hal-hal yang mengecewakan
dan mengecilkan hati sirna, terhapus oleh
suasana kesyahduan puasa Ramadhan.
Bila dalam keluarga terjalin keakraban dan
keharmonisan, kasih sayang dan persatuan,
niscaya rahmat Alloh Swt. meliputi mereka.
Rezeki keluarga menjadi lapang dan lancar,
urusan dimudahkan, dan dikenang baik
masyarakat sekelilingnya. Sebaliknya, keluarga
yang selalu dirundung konflik, rezekinya
menjadi sempit, urusannya sulit, dan dikenang
buruk di lingkungannya. Hal ini tersirat dari
sabda Rosululloh Saw.:
“Barang siapa ingin dijembarkan rezekinya
dan/atau ingin dipanjangkan umurnya, maka
hendaklah ia bersilaturrahim.” (HR Bukhari
dan Muslim)
Nikmat kehangatan dan keakraban
keluarga yang tumbuh dan berkembang di hati
setiap anggota keluarga selama melaksanakan
puasa akan dapat bertahan lama, bila
semuanya tetap taat dan patuh melaksanakan
perintah Alloh Swt.
Wallohu a’lam.
Setelah itu seluruh anggota keluarga
bersegera melakukan shalat Maghrib
berjamaah. Kemudian kembali bersama
menghadapi hidangan makan. Setelah makan
selesai, semuanya tampak lega dan duduk
rehat sebentar, sebelum beranjak pergi ke
masjid tempat shalat dan tarawih bersama.
Suasana yang tidak kalah menariknya
adalah waktu sahur. Biasanya ibu sudah
bangun terlebih dahulu mempersiapkan
makanan untuk sahur atau memanaskan
makanan sambil mengatur meja makan. Pukul
03.00 atau 03.30, anggota keluarga
berkumpul di meja makan. Anak kecil yang
belum mampu berpuasa pun ikut bangun
sambil menggosok matanya, karena terasa
masih mengantuk, atau menangis karena
tidak dibangunkan. Mereka tidak mau
kehilangan suasana bahagia yang dinikmati
oleh seluruh anggota keluarga itu.
Selesai sahur, mereka beristirahat
sebentar sambil mendengarkan radio atau
menonton TV atau membaca Al-Qur’an, sambil
menunggu adzan Subuh tiba, pergi ke masjid
untuk melakukan shalat berjamaah.
Begitulah suasana dan nuansa yang indah,
28
aiiry.wordpress.com
tombo ati
K
enikmatan yang dirasakan oleh orang
yang berhati bersih tidak sama dengan
kenikmatan orang yang terbelenggu oleh
dan penentang. Semua usaha ini melelahkan.
Demi memenuhi keinginan syahwat yang hina,
manusia rela melakukan berbagai dosa besar.
nafs.
Orang yang berhati bersih merasa kaya
Kenikmatan hati adalah kenikmatan yang
meskipun tak memiliki harta. Demikianlah
sebenarnya. Orang-orang yang berhati bersih
sifat orang-orang yang memiliki kenikmatan.
menikmati berbagai kebajikan, merasakan
Walau hanya memiliki sedikit teman, mereka
kesenangan batin, dan berkelana dengan
tetap memburu kemuliaan. Mereka mengatur
pikiran-pikiran baiknya. Sudah menjadi
waktu dengan seksama. Jika Alloh memberinya
kebiasaan orang-orang yang berhati bersih
makanan yang hanya cukup untuk satu
untuk mencari tempat-tempat yang sepi
hari, mereka pun bersyukur dan
kemudian menikmatinya, terutama
memandangnya sebagai nikmat yang
perkuburan; tempat yang secara
paling sempurna. Sebab, keadaan orang
langsung mengajarkan bahwa semua
yang menumpuk-numpuk dan
orang akan tinggal di sana. Orangmenyombongkan harga sangat
Oleh: Ayub Syafii
orang yang berhati bersih
berbahaya. Sedikit dari mereka
Kepala SMK
menikmati berbagai kebajikan
yang selamat. Kecuali, orang yang
Nurul Haromain Malang
yang dijauhi oleh mereka yang
bersyukur dan mendermakan
terbelenggu oleh berbagai kenikmatan nafs.
hartanya untuk membantu orang-orang yang
Keduanya memiliki perbedaan yang sangat
membutuhkan dan menghindari sifat kikir
besar.
yang tercela. Sangat sedikit orang kaya yang
Orang yang berhati bersih akan merasa
mau berbuat seperti ini, sebab sebagian besar
cukup dengan sedikit harga (qona’ah),
dari mereka hanya memperoleh sedikit taufik,
menyukai semangat yang muncul dari pikiran
khususnya di zaman ini; zaman di mana sifat
mereka, dan menikmati batin serta tamankikir telah menguasai jiwa.
taman pemikiran mereka. Sedangkan
Nabi Isa a.s. berkata, “Kukatakan kepada
kenikmatan orang yang terbelenggu oleh nafs
kalian, sesungguhnya seekor onta lebih mudah
kadang sulit didapat dan melelahkan, seperti
memasuki lubang jarum daripada orang kaya
usaha menumpuk harta tetapi tidak
masuk ke Surga.” Yakni masuk surga tanpa
menyedekahkannya, usaha untuk membalas
hisab.
dendam dan usaha untuk menghindari musuh
Diriwayatkan bahwa Alloh Swt. berkata
29
“Barangsiapa mengerjakan
amal saleh, baik pria maupun
wanita dalam keadaan beriman,
maka sesungguhnya akan Kami
berikan kepadanya kehidupan
yang baik.”
(QS. an-Nahl [16]:97)
kepada Nabi Musa a.s., “Wahai Musa, jika
engkau melihat seorang fakir datang, maka
katakanlah kepadanya, ‘Selamat datang syiar
kaum sholihin.’ Dan jika engkau melihat orang
kaya datang, maka katakanlah, ‘Inilah dosa
yang disegerakan siksanya.’ Wahai Musa
jangan lupakan Aku sebab ketika seseorang
merasa senang dengan memiliki banyak harta,
sebab banyak harta akan mengeraskan hati.”
Wahai saudaraku, ketahuilah, orang-orang
sebelum kita hidup di zaman yang baik.
Mereka hidup di zaman yang baik, selalu
memandang orang-orang yang mulia dan
cerdas, bersikap shidq dalam mencapai semua
tujuannya dan berlomba-lomba mengamalkan
sunnah. Hati mereka pun menjadi bersih.
Setelah zaman yang baik ini berlalu,
penghuninya pergi, kebaikan pun hilang.
Mereka hidup di akhir zaman tidak merasakan
nikmatnya akhlak mulia serta tidak
menyaksikan orang-orang yang shidq. Akhirnya
mereka mencari kenikmatan lain; kenikmatan
yang rendah dan melelahkan. Mereka tidak
merasakan berbagai kenikmatan yang
diperoleh orang-orang zaman dahulu.
Nafs harus disibukkan dengan sesuatu.
Begitulah fitrah nafs, seperti api
membutuhkan kayu bakar. Jika mampu nafs
akan mencari kemuliaan dan jika tidak
mampu, maka dia akan menggantinya dengan
perbuatan-perbuatan hina. Oleh karena itu
wahai saudaraku, sibukkanlah nafs-mu dengan
kenikmatan hati. Itulah kerajaan sejahtera.
Kenikmatan ini tidak diketahui oleh para
pecinta dunia yang diuji dengan
mengumpulkan dan menyimpan harta.
Kenikmatan ini telah disebutkan oleh Alloh
ta’ala dalam wahyu-Nya, yang artinya:
“Barangsiapa mengerjakan amal saleh,
baik pria maupun wanita dalam keadaan
30
beriman, maka sesungguhnya akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik.”
(QS. an-Nahl [16]:97); yaitu perasaan qona’ah
dan bahagia walau tak memiliki harta.
Perasaan ini merupakan buah hubungan yang
baik. Sebaliknya, engkau melihat seorang
hamba memiliki kekayaan dan kehidupan yang
baik, tetapi merasa tersiksa. Dadanya terasa
sempit, akhlaknya jelek, dan kesedihan selalu
menyertainya. Sebab dia mengabaikan hakhak Alloh ta’ala.
Alloh ta’ala mewahyukan, yang artinya:
“Dan barangsiapa berpaling dari peringatanKu, maka sesungguhnya baginya penghidupan
yang sempit, dan Kami akan menghimpunya
pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS.
Thaha [20]:124)
Ikrimah berkata, “Alloh memberi orangorang yang melupakan-Nya rezeki haram yang
mempersulit kehidupannya.” Sebab, sesuatu
yang haram akan memperburuk akhlak,
merusak hati, dan menyempitkan dada,
sebagaimana telah terbukti dan tidak
diragukan. Orang seperti ini mendapat
bencana, kelelahan, gelisah, keinginankeinginannya tidak terwujud, dan
kesusahannya tidak akan pernah berakhir. Kita
berlindung kepada Alloh dari musibah seperti
ini.
Dalam sebuah syair disebutkan:
Hati yang kaya
merasa cukup dengan sedikit harta
Jika lebih dari itu
menjadi miskinlah hatimu
Hati yang kaya tidak akan membutuhkan
berbagai kenikmatan rendah yang kita
rasakan saat ini, seperti berbagai hiburan
yang melalaikan, pakaian mewah, kesibukan
memperindah rumah, dan urusan duniawi
lainnya. Dalam pandangan orang-orang yang
memiliki semangat dan akal, perbuatan ini
sangat rendah. Manusia mendapatkan
musibah dengan menghambur-hamburkan
hartanya dan menyia-nyiakan umurnya untuk
memperoleh kenikmatan di atas. Inilah siksa
yang menunjukkan bahwa kedudukannya di
sisi Alloh ta’ala sangat rendah. Semoga ini
dapat dipahami agar kita tidak terjerumus ke
dalamnya. Berdoalah selalu, maka Ia akan
merahmati kita, sebab Ia Maha Dekat dan
Maha Mengabulkan doa.
Wallohu a’lam.
indobbc.wordpress.com
auladi
Oleh: Ulinnuha M, S.Psi
Guru SDIT Ghilmani Surabaya
P
uasa merupakan salah satu pilar dari
rukun Islam. Maka seyogyanya anak
juga didik untuk berpuasa sebagaimana
mereka dididik untuk sholat. Pendidikan anak
terkait takliful syar’i sebaiknya dilakukan
sedini mungkin. Artinya tidak ada batasan
khusus untuk memulai kapan anak belajar
puasa. Namun sebagian besar ulama’ sepakat
bahwa hukum puasa diqiaskan dengan
perintah sholat. Puasa pun segera dilatihkan
pada usia 7 tahun sebagaimana perintah agar
anak mulai sholat. Jika pada usia 7 tahun
anak sudah dilatih, maka diharapkan pada
usia 10 tahun anak sudah terlatih.
Rosululloh Shallalloohu ‘alaihi wasallam
dan para sahabat menunjukkan bagaimana
mereka mendidik anak-anaknya berpuasa
sebagaimana diceritakan oleh shahabiyah
Rubayyi’ binti Muawwiz r.a. tentang cara
mereka mendidik anak-anak mereka berpuasa
Asyura (sebelum diwajibkan puasa
Romadhon): “… dan kami melatih anak-anak
kami yang masih kecil untuk berpuasa. Kami
bawa mereka ke masjid dan buatkan mereka
mainan dari bulu. Apabila di antara mereka
ada yang merengek minta makan, maka kami
bujuk dengan mainan itu terus hingga tiba
waktu berbuka. “
Mengantarkan anak berpuasa dan
memahami maknanya, bukanlah pekerjaan
mudah. Perlu pendekatan yang tepat dengan
memperhatikan perkembangan yang sedang
berlangsung pada diri anak. Melatih anak
berpuasa tidak bisa dilakukan dengan
paksaan. Diperlukan proses yang bertahap.
Misalnya, berpuasa dengan waktu yang tidak
harus penuh.
Perlu orang tua perhatikan bahwa tujuan
utama melatih anak berpuasa adalah agar
pada anak tumbuh kecintaan terhadap ibadah
puasa. Maka dalam pelaksanaan latihan,
kegembiraan mereka menjalankan puasa harus
lebih diutamakan daripada keberhasilan secara
kuantitas (puasa sehari penuh)
Hikmah Puasa bagi Anak
Biasanya, seseorang akan melaksanakan
sesuatu dengan bersemangat bila ia tahu
bahwa sesuatu itu memiliki efek positif (baik
dari segi agama, kesehatan, maupun
psikologis). Demikian halnya dengan anak
kita. Bukan tak mungkin anak kita bertanya,
“Apa pentingnya puasa buatku?”
Terlebih dulu kita jelaskan arti bulan
Romadhon. Tanamkan kepada anak bahwa
Romadhon adalah bulan yang istimewa di
antara bulan-bulan yang lainnya, dimana kita
diperintah untuk berpuasa. Selain itu Alloh
akan melipatgandakan kebaikan. Karena itu
pada bulan ini saatnya kita menebar kebaikan.
31
Adapun hikmah puasa sebagai berikut:
1. Puasa melatih kepekaan sosial.
Dengan berpuasa, anak-anak kita latih
untuk merasakan menahan lapar dan haus
seperti orang-orang fakir miskin, yang
seringkali tidak dapat makan dan minum di
luar bulan puasa karena tidak mampu membeli
makan.
2. Latihan pengendalian diri (personal
control)
Melalui puasa, anak dilatih untuk
mengendalikan dorongan-dorongan dari dalam
dirinya, baik dorongan fisiologis (makan/
minum) maupun dorongan psikologis, misalnya
menahan marah. Tetapi karena anak masih
dalam tahapan belajar, kondisi yang minimal
kita harapkan melalui pendidikan puasa adalah
anak mampu mengendalikan lapar dan haus.
3. Kesehatan jasmani
Sudah menjadi kesepakatan para ahli
medis, bahwa hampir semua penyakit
bersumber pada makanan dan minuman yang
mempengaruhi organ-organ pencernaan di
dalam perut. Maka sudah sewajarnyalah jika
dengan berpuasa organ-organ pencernaan di
dalam perut yang selama ini terus bekerja
mencerna dan mengolah makanan untuk
sementara diistirahatkan mulai dari terbit
fajar hingga terbenamnya matahari selama
satu bulan.
Dengan berpuasa ini maka ibarat mesin,
organ-organ pencernaan tersebut diservis dan
dibersihkan, sehingga setelah menjalankan
ibadah puasa di bulan Romadhon insyaAlloh
kita menjadi sehat baik secara jasmani
maupun rohani. Hal ini sudah disabdakan oleh
Rosululloh Saw. dalam salah satu haditsnya:
Dari Abu Hurairah r.a., Rosululloh Saw.
bersabda: “Berpuasalah, maka kamu akan
sehat.” (HR. Ibnu Suny dan Abu Nu’aim)
4. Kesehatan rohani (ruhiyah)
Melatih anak berpuasa sama dengan
menyiapkan kebaikan diri untuk anak.
Kegiatan puasa merupakan bagian penting dari
kematangan kepribadian anak.
Terlepas dari manfaat-manfaatnya, perlu
kita jelaskan bahwa ibadah kepada Alloh itu,
bukan hanya karena motif manfaat dan
madharat, tapi karena Alloh memerintahkan
syariat tersebut.
Perlu Pengkondisian
Perlu pengkondisian anak agar benarbenar merasakan makna berpuasa di
bulan Romadhon, melalui beberapa hal
sebagai berikut:
1. Tumbuhkan kesadaran anak agar
mampu merasakan kehadiran
Romadhon. Bagi anak yang sudah
bisa diajak berkomunikasi, orang tua
diharapkan banyak bercerita tentang
keutamaan bulan Romadhon atau
kisah-kisah peperangan yang
dimenangkan Rosululloh saat bulan
mulia tersebut. Sejak bulan Rajab,
maknai kehadiran Romadhan sebagai
momentum yang dirindukan bagi
anak-anak. Kita ajak anak untuk
membaca do’a: Allohumma bariklana
fi rojaba wa sya’bana waballigna
romadhona. Ya Alloh berkahilah kami
di bulan Rajab dan Sya’ban, dan
sampaikanlah kami untuk bisa
bertemu bulan Romadhon.
2. Lakukan dengan istisy’ar
parsitipatif, di antaranya dengan
membagi kartu buatan sendiri yang
berisi ucapan selamat menjalankan
puasa Romadhon pada orang-orang di
sekitar mereka. Partisipasi juga bisa
dilakukan dengan mengajak anakanak membagi makanan untuk
berbuka bagi saudara sesama muslim
3. Pengkondisian dari segi kesehatan,
di antaranya:
- Menyediakan makanan yang
bergizi dan seimbang
- Mengkondisikan saat berbuka,
antara lain berbuka dengan
makanan ringan dan manis,
sebagaimana dicontohkan
Rosululloh ketika berbuka dengan
air dan tiga butir kurma.
Sedangkan makanan berat dapat
dikonsumsi setelah sholat
Maghrib.
Tips Pembelajaran Puasa pada Anak
1. Komunikasikan rencana
pembelajaran puasa ini dengan
anak, sebelum bulan puasa.
bersambung ke hal 40
32
zona pendidikan
Membangun Tradisi Ilmu (2):
Membaca, Mengajar,
dan Menulis
doc lazis
Rabb Yang Maha Mulia (ayat 3), Yang
mengajar manusia dengan ‘qolam (ayat 4)
tentang ihwal yang tidak diketahui manusia
(ayat 5).
Masitha Achmad Syukri
Staf Pengajar Fak. Ilmu Budaya Unair
Kadiv. Pendidikan Persyadha
B
agian pertama tulisan ini telah
membahas keseriusan Islam dalam
aktifitas membaca, sebuah perintah
awal yang telah diulang dua kali dalam
turunnya lima ayat pertama yang disampaikan
malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW.
Perintah membaca yang pertama dilakukan
dengan menyebut Allah SWT sebagai Rabb
Yang Maha Pencipta. Di sinilah, dasar tauhidi
tradisi keilmuan dalam Islam dibangun: Islam
bukan agama sekuler, tidak ada dikotomi ilmu
atau pemisahan ilmu dunia dan ilmu akhirat
dalam Islam, dan semua ilmu bermuara pada
mengenal dan beriman kepada Allah SWT.
Bagian kedua tulisan ini akan membahas
perintah membaca yang kedua yang
disandingkan dengan keberadaan Allah sebagai
MEMBACA = MENCARI ILMU TENTANG
KEBENARAN DAN KEBESARAN ALLAH SWT
Membaca pada hakekatnya juga
merupakan aktifitas mencari ilmu. Dengan
membaca, seseorang akan mendapatkan ilmu.
Sebagaimana pada ayat pertama, perintah
membaca kedua juga tidak mencantumkan
secara khusus tentang ihwal yang harus
dibaca. Artinya, aktifitas membaca tersebut
memiliki makna yang sangat luas terkait
dengan ihwal yang dibaca. Membaca menjadi
sebuah proses mencari ilmu dengan
memahami sesuatu baik yang tertulis maupun
yang tidak tertulis secara verbal (bahasa).
Akan tetapi, membaca tidaklah harus diawali
dengan membaca sesuatu yang ditulis tetapi
aktifitas membaca tersebut dapat dimulai dari
membaca atau memahami ‘segala sesuatu’
yang telah diciptakan Allah SWT dan membaca
atau memahami ‘segala situasi’ yang
menunjukkan keteraturan ciptaan Sang
Kholik, Allah SWT.
Setidaknya, terdapat tiga hal yang
mendasari tanda kebesaran Allah SWT sebagai
sasaran awal dan utama perintah membaca
tersebut. Pertama, perintah membaca yang
pertama disandingkan dengan keberadaan
Allah SWT sebagai Rabb Yang Maha Pencipta.
Kedua, perintah membaca tersebut
merupakan perintah pertama kepada Nabi
Muhammad SAW. padahal beliau adalah
seorang nabi yang ‘ummi’, yakni tidak bisa
membaca dan tidak pula bisa menulis. Ketiga,
masyarakat disekitar Nabi Muhammad SAW
adalah masyarakat yang memiliki nilai sastrabudaya yang sangat tinggi.
Kondisi tersebut menyiratkan urgensi
33
membaca ayat atau tanda kebesaran Allah
SWT baik bagi yang belum atau tidak dapat
membaca maupun bagi yang sudah dapat
membaca bahasa tertulis. Oleh karena pada
dasarnya ketidakmampuan untuk membaca
juga bisa terjadi pada anak kecil, orang tua
harus mengajari mereka membaca ayat atau
tanda kebesaran Allah SWT sebelum mereka
mampu membaca bahasa tertulis. Sementara
itu, orang yang berilmu yang tentunya dapat
membaca bahasa tertulis bisa jadi belum atau
tidak membaca ayat atau tanda kebesaran
Allah SWT sehingga membaca ayat atau tanda
kebesaran Allah SWT menjadi hal yang sangat
penting untuk memperkokoh bangunan
pengetahuan atau keilmuan yang mereka
miliki berdasarkan keimanan kepada Allah
SWT. Lihat saja masyarakat di sekitar Nabi
Muhammad SAW, meskipun memiliki nilai
sastra-budaya yang tinggi, mereka tetap
menjadi masyarakat jahiliyah alias tidak
beradab karena tidak menjadikan keimanan
kepada Allah SWT sebagai dasar keilmuan dan
kehidupan mereka.
MENGAJAR DAN MENULIS: MENYEBARKAN
ILMU TENTANG KEBENARAN DAN KEBESARAN
ALLAH SWT
Perintah membaca yang kedua
disandingkan dengan penegasan sifat Allah
SWT sebagai Dzat Yang Maha Mulia karena
telah mengajar manusia dengan qolam (ilmu
dan ketentuan Allah SWT yang telah ditulis
untuk seluruh manusia dan alam semesta)
tentang segala sesuatu yang tidak diketahui
manusia.
Ayat tersebut menyiratkan dua hal
penting. Pertama, kemulyaan akan diperoleh
bagi orang yang berilmu (yang diperoleh dari
membaca) untuk mengajarkan apa yang
diketahuinya atau dengan kata lain
menyebarkan ilmunya baik dengan lisan
maupun tulisan sebagai upaya menyampaikan
kebenaran dan kebesaran Allah SWT. Aktifitas
mengajar akan membuat orang lain lepas dari
kondisi tidak tahu menjadi tahu, menjadi diri
yang berpengetahuan atau berilmu. Oleh
karena itu, pelaku aktifitas mengajar akan
menjadi sosok yang mulya karena ia tidak
berhenti menjadi sosok yang berilmu saja
tetapi berlanjut menjadi sosok yang
mengajarkan/menyebarkan ilmu. Dalam
34
konteks pendidikan formal, guru adalah sosok
yang mengajarkan ilmu pengetahuan mereka
kepada para peserta didik. Guru akan
mendapatkan derajat kemulyaan yang tinggi
manakala mereka mengajarkan pengetahuan
tentang kebenaran dan kebesaran Allah SWT
kepada muridnya hingga mereka memiliki
iman yang kokoh kepada Allah SWT.
Kedua, mengajar dengan tulisan
menunjukkan arti penting tulisan sebagai
rekam ilmu. Tulisan menjadi simbol urgensi
kesinambungan ilmu dan keberlanjutan
pengembangan ilmu. Dengan menulis, tulisan
akan dihasilkan. Melalui tulisan, kebenaran
dan kebesaran Allah SWT disebarkan dan
diajarkan kepada seluruh manusia hingga
mereka beriman kepada Allah SWT.
APA YANG SEHARUSNYA DILAKUKAN OLEH
SEKOLAH-SEKOLAH ISLAM?
Hikmah yang dapat diambil dari urutan
aktifitas yang ada pada lima ayat pertama
tersebut sangatlah menakjubkan dan
membawa implikasi yang sangat luas dalam
bangunan tradisi keilmuan. Tradisi keilmuan
yang menjadi dasar perkembangan peradaban
dibangun melalui aktifitas utama: membaca,
mengajar, dan menulis. Membaca menjadi
aktifitas utama yang diperintahkan. Mengajar
dan menulis menjadi aktifitas yang sangat
disarankan dan dapat membuat seseorang
mendapat derajat kemulyaan yang lebih tinggi.
Oleh karena itu, sudah seharusnya sekolahsekolah Islam mencanangkan ketiga aktifitas
tersebut sebagai prioritas. Melalui
kurikulumnya, sekolah Islam harus membuat
peserta didik memiliki minat baca yang tinggi
dan konsisten. Kondisi tersebut menjadi
fondasi semangat untuk selalu mencari ilmu
atau belajar seumur hidup dengan tujuan akhir
mencintai ibadah kepada Rabbnya. Melalui
kurikulumnya, sekolah Islam harus membuat
peserta didik tumbuh menjadi generasi yang
mau menyebarkan ilmu yang dimilikinya atau
menyampaikan kebenaran dan kebesaran Allah
Tuhan semesta alam. Melalui kurikulumnya
pula, sekolah Islam harus membuat peserta
didiknya tumbuh menjadi pribadi yang
produktif, yang aktif menulis. Jika harapan
pada anak didik seperti itu, sekolah Islam juga
harus memiliki sistem yang membuat gurugurunya selalu menambah ilmu serta aktif dan
produktif dalam menyebarkan ilmu.
konsultasi syariah
sebeninghati-hidayat.blogspot.com
oleh lajnah syariah persyadha
Pertanyaan :
Apa penyebab terjadinya perbedaan penentuan
awal dan akhir Romadhon yang terjadi di
Indonesia.
Imron, Kebraon Surabaya
Jawaban :
Perbedaan pendapat, perselisihan
pemikiran, sejak dahulu telah bermunculan
sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan islam dan kedaulatan islam. Hal
tersebut dapat di tolerir senyampang berkisar
dalam masalah (furu’) cabang dan masalah
(ushul aqidah) pokok-pokok agama islam. Juga
selama tidak sampai menimbulkan perpecahan
dan permusuhan diantara kaum muslimin.
Baginda Nabi Muhammad SAW(dengan
mukjizat dari Alloh SWT) telah memprediksi
akan terjadinya hal tersebut di dalam urusan
agama. Dan beliau SAW telah mengingatkan
umat islam agar selalau menempuh jalan yang
ditunjukkan oleh beliau SAW jika menghadapi
problem perbedaan. Bagaimana terjadinya
perbedaan penentuan awal ramadlan dan awal
syawal(hari raya idul fitri) mengantar saudara
pada kebingungan dalam memilah dan
memilih.
Seorang sahabat Nabi SAW yang bernama
al irbath ibnu sariyah menceritakan wasiat
baginda Nabi SAW. Wasiat yang dapat
mrngundang air mata bercucuran,hati
berdebar,jantung berdetak keras,ketakutan
ketika mendengarnya. Seolah-olah seperti
wasiat seseorang yang akan berpisah
selamanya. Wasiat tersebut adalah:
“ Kuwasiatkan kepada kalian agar
bertaqwa kepada Alloh, dan mendengarkan
petuah, dan ta’at pada perintah, sekalipun
pemimpin kalian seorang budak dari
Habasyah. Sesungguhnya barang siapa masih
hidup sepeninggalku, dia akan menyaksikan
bebrapa perbedaan. Oleh karena
itu,kalianberpegang teguhlah pada sunnahku
dan sunnah penggantiku, mereka yang
mendapat petunjuk, pemegang bendera
kebenaran,genggamlah erat-erat dan gigitlah
dengan gigi geraham kalian.” H.R: Abu Dawud
(4607) Kitab at Tibb: 4/200
Dalam hadits ini baginda Nabi SAW
menunjukkan jalan tang harus ditempuh
ketika menghadapi perbedaan. Yaitu,
berpegang teguh dan merujuk sunnah-sunnah
beliau SAW dan para Kholifah beliau SAW.
Lebih sempurna Alloh SWT telah berfirman
di dalam Q.S : An-Nisa’ : 59
“ Maka jika kalian saling berbeda
pendapat dalam suatu urusan, maka rujuklah
urusan itu kepada Alloh SWT(hukum Alloh di
dalam Al qur’an) dan kepada Rasululloh
SAW(hukum Rosululloh dalam hadits)
manakala kalian mengaku beriman kepada
Alloh SWT dan hari akhir. Demikian itu lebih
baik bagi kalian,dan itu sebaik-baiknya
rujukan bagi kalian.”
Rosululloh SAW di dalam salah satu hadits
memrintah kita untuk menggunakan Ru’yatul
Hilal,ketika menentukan khusus nya awal
bulan Ramadlan dan awal bulan syawal,yang
keduanya memiliki kesensitifan sangat
mendasar,sehubungan dengan pelaksanaan
ibadah wajib yang di batasi dengan awal
bulanmdan akhir bulan.,yaitu puasa ramadlan.
Sabda Rasululloh SAW: H. R : An-Nasa’i
“ Berpuasalah kalian karena melihat
bulan,dan berhentilah puasa kalian karena
melihat bulan. Maka jika bulan tidak jelas,
maka semprunakanlah hitutngan sebulan
dengan tiga puluh hari.”
Sabda beliau di riwayat lain
Muslim (1080) dari sahabat ibnu Katsir R.A
: 2/759
“ kalian jangan berpuasa ,sampai kalian
melihat bulan,dan kalian jangan berhenti
berpuasa , sampai kalaian melihat bulan.
Maka jika bulan tidak jelas, maka kirakan
sempurnanya bulan tiga puluh hari”
Ada tiga metode untuk menentukan awal
bulan dan akhir bulan. Metode pertama dan
kedua disepakati oleh seluruh ulama islam
35
yang dapat dipertanggungjawabkan. Metode
ketiga, hanya di gunakan oleh sebagian kecil
ulama’ Islam, semisal; Imam Qutaibah, Imam
Ad Dawudi, Imam Syuraih dan Imam Muthorrif
bin Abdi.
Ketiga metode tersebut:
1. Melihat bulan
Sabda Rasululloh SAW, yang diriwayatkan
oleh Bukhori Muslim.
2. Menyempurnakan hitungan sebuln
dengan tiga puluh hari(30).
Karena hitungan hari dalam sebulan
hijriyah adakalanya dua puluh sembilan(29)
hari atau tiga puluh (30) hari. Sebagaimana
sabda Rasululloh SAW : HR: Al Bukhori:
(1913): 3/35,dari ibnu umar RA.
“ Kami ummat buta huruf, kami tidak bisa
menulis,dan kami tidak bisa menghitung.
Sebulan demikian dan demikian”
Yakni: sekali-kali Rosululloh SAW
mengisyaratkan hitungan dua puluh sembilan
(29) dan sekali-kali mengisyaratkan hitungan
tiga puluh (30)
Metode ini digunakan ketika bulan tidak
bisa terlihat dengan mata telanjang, karena
terhalang mendung dan sejenisnya.
Sabda baginda Rasululloh SAW:
3. Hitungan hisab (kalender) yang
berdasarkan pada perputaran matahari.
Metode ini di anggap sah menurut
sebagian para ulama Islam, dengan dasar
sabda Rosululloh :
metode dengan hitungan hisab. Hal ini bisa di
maklumi karena berstandar pada perputaran
rembulan, sedangkan hitungan hisab
berstandar dari perputaran matahari
Maka dari itu jika terjadi kontradiksi
antara hasil Rukyat / Takmil dengan hasil
hitungan hisab maka menurut mayoritas
ulama‘ yang diambil dan digunakan adalah
hasil Rukyat / Takmil sesuai dengan hadits
Nabi di atas.
Saudara kaum Muslim yang di rahmati Alloh
Sehubungan dengan perbedaan matla’
(tempat munculnya rembulan), terjadi dan
pasti di beberapa daerah yang berjauhan
(minimal jarak 84 KM) Maka otomatis rukyat
pun di daerah lain pasti terjadi walaupun tidak
bersamaan. Sebagaimana pendapat Imam
Ikrimah, Imam al Qosim Ibnu Muhammad,
Imam Salim, Imam Ishaq.
Akan tetapi demi menjaga persatuan
ummat Islam, mayoritas ulama tidak
menganggap adanya perbedaan matla’, yakni
jika salah satu dari daerah –daerah tersebut
telah rukyat, maka yang lain harus ikut rukyat
juga, asalkan ada di bawah kekuasaan satu
hakim (pemerintahan yang sah) dan ada
pernyataan isbat dari pemerintahan (Kemenag)
tersebut.
Bahkan kalau ada Khilafah Islamiyyah,
maka rakyatnya satu daerah dapat merukyat
seluryh daerah di muka bumi ini, setelah ada
pernyataan isbat dari Kholifah.
Rosululloh bersabda HR. Abu Dawud dan at
Tirmidzi :
Di riwayat lain :
Juga Rosululloh bersabda :
Jika menafsiri sabda Rosululloh (
)
dengan hitungan hisab .
Akan tetapi menurut mayoritas ulama‘/
Fuqoha‘ yang di maksud adalah fa‘miluu iddah
seperti hadits di atas (
)
Karena menurut mereka (mayoritas
ulama) hitungan hisab hanya sebagai
pelengkap atau pendukung pada metode
keterangan di atas.Bukan sebagai penentu
atau penetap awal bulan dan akhir bulan.
Dari sini dapat timbul perbedaan antara
36
Kalian harus bersama mayoritas,
sesungguhnya srigala akan memakan kambing
yang menjauh /menyendiri dari kelompoknya.
Referensi
1.
Is‘afu ahlil iman :25-29 (as syekh Hasan Muhammad
Massyath)
2.
Ikmalul Muallim Syarh Shohih Muslim : 4 /6-9 (al qodli
‘iyadh)
3.
Fatawa Qitho ifta‘ bil Kuwait Fatwa (3) : 3/47
4.
Umdah al Qori :16/268
Safari Pesantren,
Liburan yang Bermanfaat
M
a’had Nurul Haromain diberi julukan
“Pengembangan dan Dakwah” karena
ma’had ini khusus bagi santri yang
berniat untuk mengembangkan dakwah dan
dengan tujuan khusus untuk menjadi da`i,
ustadz, kyai. Atau sebagai perantara untuk
melanjutkan belajar ke luar negeri. Jadi yang
masuk ma’had ini adalah santri yang telah
mempunyai dasar-dasar ilmu agama dengan
sangat baik sebelumnya. Ma’had ini tentu saja
tidak menerima santri yang belum bisa
membaca kitab salaf. Santri juga dibatasai 40
orang saja. Yang menjadikannya berbeda
dengan lainnya adalah dakwahnya, dimana
setiap 3 hari dalam sepekan santri turun
mengajar ke kampung-kampung yang menjadi
binaannya. Selebihnya yang 4 hari mereka
belajar di ma’had.
Hari Rabu, 13 Juni 2012, kelompok Majlis
Taklim Al-Qomariyah mengunjungi Ma’had
Pengembangan dan Dakwah Nurul Haromain
Pujon – Malang ini. Sekitar jam 10.00 WIB
rombongan tiba. Setelah diterima oleh para
santri putri, rombongan langsung menerima
taushiyah dari KH. M. Ihya Ulumiddin selaku
pengasuh Ma’had. Ibu-ibu ini lalu diajak
berkeliling Ma’had langsung ditemani oleh
beliau.
“Alhamdulillah bisa diberi kesempatan
silaturrohim ke ma’had ini. Sangat luar biasa
pendidikan yang diajarkan oleh Abi (sebutan
untuk Kyai Ihya),” ujar salah seorang ibu.
Pada kesempatan Safari Pesantren ini, Majlis
Taklim Al-Qomariyah menghadiahkan karpet
untuk Ma’had. LAZIS AL-HAROMAIN
memfasilitasi para donatur, pembaca, dan
bagi siapa saja yang hendak mengisi waktu
liburan dengan kegiatan yang bermanfaat,
menginap, dan merasakan kehidupan di
pesantren melalui program ini. Ma’had yang
bisa dikunjungi ada beberapa jalur, misalnya
daerah Malang dan sekitarnya, daerah tapal
kuda, Lamongan, Tulungagung, Yogyakarta,
dan Kebumen. Semoga barokah.(MQ)
doc lazis
doc lazis
Liputan
37
Liputan
Gebyar Pekan Rojabiyah 1433 H
doc lazis
di Ma’had Nurul Haromain
C
doc lazis
uaca terlihat cerah di pagi hari itu
dengan selimut hawa nan sejuk meski
sengatan sinar mentari yang begitu
merona. Panitia disibukkan dengan perbekalan
masing-masing untuk menyukseskan acara
tersebut serta menyambut hangat kedatangan
para peserta lomba dalam rangka Gebyar
Pekan Rojabiyah 1433 H.
Acara bertempat di Ma’had Pusat
Pengembangan dan Da’wah Nurul Haromain di
bawah bimbingan Abina KH M. Ihya’
Ulumiddin. Acara berlangsung selama dua
hari, yaitu Sabtu-Ahad , 5-6 Rojab 1433 H /
26-27 Mei 2012 M.
Acara dibuka dengan berbagai rangkaian
kegiatan pembukaan, mulai dari nabuh
dramer oleh Ust. Taufiq, tampilan Tari dari
santri TPQ Sumber Gondo, juga diisi dengan
dzikir jama’i dengan harapan semoga acara
menjadi berkah dan bermanfaat bagi kita
semua.
Kegiatan Gebyar Rojabiyah ini merupakan
kali kedua dari agenda rutin tiap dua tahun
sekali. Acara bersetting berbeda dari tahuntahun sebelumnya, yaitu berupa acara Pekan
Rojabiyah yang di dalamnya diisi beberapa
rangkaian perlombaan. Tujuannya adalah
menghidupkan lagi kegiatan-kegiatan Islam
yang sudah banyak ditinggalkan dan untuk
mempererat tali silaturrahim serta syi’ar
kepada seluruh jama’ah pondok Nurul
Haromain, baik dari santri TPQ binaan
ikhwanul ma’had, TPQ tempat da’wah meliputi
tingkatan SD, SMP, dan SMA, serta seluruh
Pondok Cabang dengan jumlah peserta kurang
lebih 400 orang. Para peserta sangat antusias
mengikuti lomba demi lomba untuk meraih
kemenangan. (el-@mud)
38
doc lazis
Festival Anak Sholeh (FAS)
se-Kecamatan Krian
Liputan
doc lazis
P
eringatan Isro’ dan Mi’roj Nabi
Muhammad Saw. 1433 H merupakan
momentum untuk menjalin
keakraban para santri TPQ se-Kecamatan
Krian. Bertempat di Pondok Pesantren
Darussalamah pada hari Ahad, 10 Juni 2012
berlangsung kegiatan Festival Anak Sholeh
(FAS) yang diisi dengan kegiatan lombalomba, dari lomba mewarnai untuk tingkat
TK/RA, lomba Tartil Al-Qur’an, dan lomba
Pemilihan Da’i Cilik (Pildacil) untuk tingkat
SD/MI yang diikuti sekitar 115 santri TPQ
se-Kecamatan Krian.
Kegiatan ini diharapkan sesuai dengan
tema acaranya “Mewujudkan Potensi dan
Kreativitas Anak Muslim menjadi Generasi
yang Berprestasi”, serta tentunya untuk
meneladani akhlaq dan kepribadian Nabi
Muhammad Saw. Semoga semua bisa
mendapatkan manfaat dari kegiatan ini.
Kami sampaikan ucapan terima kasih
teriring doa Jazakumullohu khoiron katsiro
kepada para donatur yang telah
berpartisipasi untuk mendukung acara ini;
tentunya juga kepada LAZIS AL-HAROMAIN
Surabaya yang juga ikut turut mendukung;
mudah-mudahan awal ini bisa menjalin
silaturrohim dan dukungan untuk kegiatan
berikutnya. []
39
Liputan
KAJI Remaja
LAZIS AL-HAROMAIN
ertempat di Sentra Dakwah AL-HAROMAIN
Surabaya, LAZIS AL-HAROMAIN
bekerjasama dengan BBQ Al-Ikhlas Pulosari
Surabaya mengadakan KAJI (Kajian Keislaman)
untuk remaja. Kegiatan ini baru pertama kali
dilakukan dan pesertanya pun juga santrisantri BBQ (Belajar Baca Al-Quran) Al-Ikhlas
yang sebelumnya belum pernah ikut acara
serupa.
Kegiatan ini berlangsung pada 16-17 Juni
2012, diikuti oleh sekitar 40 anak yang
berusia rata-rata kelas 4 SD sampai dengan
SMP. Mereka sangat antusias mengikuti
kegiatan ini yang menurut mereka
memberikan banyak pengalaman dan
menambah kepercayaan diri.
Hadir sebagai pemateri: Ust. I‘tishom dan
Ust. Badri Purnomo dari Ma’had Nurul
Haromain Malang. Beliau memberikan materi
aqidah dan training kaifa tusholli. Acara juga
Dari sambungan hal 32
Harus ada kesepakatan dua arah
dengan anak mengenai waktu
(lamanya) puasa yang dijalankan.
2. Jawab pertanyaan anak dengan contoh
yang konkrit yang menyangkut diri
mereka. Diharapkan dari dialog dengan
anak ini, anak mau menjalankan puasa
bukan karena paksaan, namun karena
kesadarannya sendiri
3. Hargai proses bukan hasil. Artinya, jangan
terpaku pada kemampuan anak untuk
mencapai target waktu lamanya puasa,
akan tetapi hargai upaya anak untuk
berpuasa, meskipun targetnya belum
tercapai karena keterbatasan fisiknya
4. Bantu anak untuk lancar berpuasa dengan
membatasi stimulus-stimulus penggoda.
Misalnya: membatasi nonton TV yang
menampilkan iklan makanan, membatasi
aktivitas fisik yang membuat anak lelah,
membatasi bermain dengan anak lain yang
tidak berpuasa, dan melakukan aktivitas
makan
40
doc lazis
B
dihadiri oleh Fuad Zakky dari Action Learning
Centre yang memberikan materi motivasi
belajar remaja Muslim. InsyaAlloh LAZIS ALHAROMAIN secara rutin akan mengadakan
kegiatan ini karena sangat bermanfaat dan
dibutuhkan oleh masyarakat, khususnya para
remaja. (MQ)
5. Mengisi waktu puasa dengan kegiatan yang
lebih bermanfaat, seperti melakukan
kegiatan kreatif bersama anak
6. Beri reward (penghargaan/ hadiah) yang
proporsional
Berpuasa untuk menggapai ridlo Alloh
Subhaanahu wata’ala tentu terdengar lebih
indah dibanding bila anak berpuasa hanya
sekedar mendapat hadiah saat lebaran tiba.
Jelaskan pada anak bahwa Alloh telah
menjanjikan reward jangka pendek dan
panjang. Sebagaimana disebutkan dalam
hadits bahwa kebahagian orang berpuasa itu
ada dua, yang pertama saat berbuka puasa,
yang kedua masuk surga melalui pintu ArRoyyan, yang hanya bisa dimasuki oleh orangorang yang berpuasa.
Demikian beberapa hal yang dapat kita
lakukan dalam melatih anak berpuasa dan
memahami maknanya. Wallohu a’lam.
Referensi:
1.
Pendidikan Anak dalam Islam, Abdulloh Nasih Ulwan, Asy
Syifa’, Bandung 1992
2.
Risalah Puasa Ramadan, M. Ihya’ Ulumiddin, Vde Press,
2011
3.
Majalah Auladi, edisi 16-17, 2006
LAPORAN PENERIMAAN DAN PENYALURAN DANA
LAZIS AL HAROMAIN
BULAN MEI 2012
SALDO DANA AWAL MEI
Rp
PENERIMAAN DANA
1. INFAQ TIDAK TERIKAT RUTIN
Rp
2. INFAQ TIDAK TERIKAT INSIDENTAL Rp
3. INFAQ TERIKAT
a. Infaq Yatim dan dhuafa
Rp
b. Infaq Pembangunan
Sentra Dakwah
Rp
c. Infaq Beasiswa Pendidikan
Rp
d. Infaq Beasiswa GOTAS
Rp
e. Infaq Dana Da’I (D-3)
Rp
4. Z A K AT
Rp
5. WAQAF
Rp
7. DANA NON HALAL
Rp
TOTAL
Rp
TOTAL DANA
Rp
PENYALURAN DANA
1. DAKWAH
a. Media dakwah
b. Kegiatan Dakwah
c. Pembangunan Sentra Dakwah
d. Dana Dakwah Da’I Daerah
SUB TOTAL
2. PENDIDIKAN
a. Beasiswa pendidikan
b. Beasiswa Santri pesantren
SUB TOTAL
3. YATIM DAN DHUAFA
a. Beasiswa yatim dan dhuafa
b. Bantuan Pesantren yatim
dan Dhuafa
SUB TOTAL
5. PENYALURAN ZAKAT
a. Sabilillah
6. BIAYA OPERASIONAL
a. Bisyaroh Karyawan
b. Operasional kantor
SUB TOTAL
7. DANA SOSIAL KEMANUSIAAN
a. Santunan Kesehatan
8. PENYALURAN DANA WAKAF
a. Pemb. Pesantren Mahasiswa
8. PENGGUNAAN DANA NON HALAL
a. Biaya Administrasi Bank
TOTAL PENYALURAN
SALDO DANA AKHIR APRIL
105,415,783
35,214,900
701,500
3,400,500
965,000
2,275,000
3,130,000
265,000
2,992,000
2,000,000
62,050
51,005,950
156,421,733
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
4,075,000
8,420,000
5,110,000
2,200,000
19,805,000
Rp
Rp
Rp
3,040,000
6,700,000
9,740,000
Rp
1,025,000
Rp
Rp
450,000
1,475,000
Rp
20,539,177
Rp
Rp
Rp
7,717,645
9,758,287
17,475,932
Rp
430,000
Rp
2,112,500
Rp
Rp
51,687
71,629,296
Rp
84,792,437
Alhamdulillah telah lahir generasi penerus muslim-muslimah
M.Dawam Hamas abu Rifqi putra kedua dari ust Sadannur Zain &
Ustadzah Husna Ziyadati, Kamis 7 Juni 2012
“Zaid Ubaidillah”. Putra dari Ustdzah Hidayah & Dwi Muntahar
Selasa 12 Juni 2012
Innalillahi wainna ilaihi rojiun
telah berpulang ke rohmatulloh
FATHURROHMAN BIN SYAHID.
(Ayahanda dari Ust Mashur Farohi ) Ahad 16 Juni 2012
semoga amal beliau di terima oleh Alloh.
SATRIYO MULYONO (Suami dari Ibu Umiyati) 18 Maret 2012
Menikah
UST ZUBAIRI & TUTIK HIDAYATI
Jum’at, 22 Juni 2012
Barokallohu laka wa baaroka ‘alaika wajama bainakuma fii khoiir
37
FORMULIR DONATUR
Nama
Alamat Rumah
Kantor / Instansi
Nomor Telepon / HP
Tempat / Tanggal Lahir
Kelurahan & Kecamatan
Dengan mengucap Bismillahirrohmanirrohiim,
saya bersedia menjadi DONATUR TETAP
Nilai Infaq bulanan *)
Rp. 20.000,-
Rp. 50.000,-
Rp.100.000,-
Rp. .......................
Alamat Pengambilan
*) Rp. 5.000,- untuk pembelian majalah
Manfaatkan Layanan transfer zakat infaq dan
shodaqoh melalui rekening
a/n Lazis Al Haromain sebagai berikut :
BSM Darmo
008 006 7259
Bukopin Syariah
880 0329 036
BRI Syariah
1002882112
BCA Syariah
0110006666
Bank Muamalat
0166115107
konfirmasi transfer ke
031-70518810
42