ANALISIS DESKRIPTIF IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN

Transcription

ANALISIS DESKRIPTIF IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN
ANALISIS DESKRIPTIF IMPLEMENTASI FUNGSI
MANAJEMEN PADA MAJLIS TA’LIM “MAJLIS RASULULLAH
SAW” PANCORAN JAKARTA SELATAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk memenuhi
persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh :
DWI SATIA
NIM: 107053002290
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011 M /1432 H
ANALISIS DESKRIPTIF IMPLEMENTASI FUNGSI
MANAJEMEN PADA MAJLIS TAOLIM'OMAJLIS RASULULLAII
SAW' PANCORAN JAKARTA SELATAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk memenuhi
persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh:
DWI SATIA
NIM: 107053002290
Di bawah Bimbingan:
NIP: 1 9600803 1 99703 1 006
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNTKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
z0ttNd n432H
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul ANALISTS DESKRTPTTF IMPLEMENTASI FUNGSI
MANAJEMEN PADA MAJLIS TA'LIM 6'MAJLIS RASULULLAH SAW"
PANCORAN JAKARTA SELATAN telah diujikan dalam sidang munaqasyah
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakata pada
Hari Jum'at, tanggal 17 Juni 2011, Skripsi telah diterima sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I) pada Jurusan Manajemen
Dakwah.
Jakarta, 17 Juni 201 I
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota
Sekretaris Merangkap
,Ax+*tDrs. Cecep Castrawijava. M.A
NIP. 19670818 199803 t 002
NIP. 19720606 199803
1 003
Anggotao
Penguji
H. Mulkanasir. BA. S.Pd. M.M
NIP. 19550101 198302 1 001
Drs. Yusra Kilun. M. Pd
NrP. 19570605 199103 1 004
Pembimbing
NrP. 19600803 199703
I
006
ABSTRAK
DWI SATIA
ANALISIS DESKRIPTIF IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN PADA
MAJLIS TA’LIM “MAJLIS RASULULLAH SAW” PANCORAN JAKARTA
SELATAN
Dakwah merupakan wujud penyampaian pesan dari kitab suci Al-Qur’an yang
menjadi penjaga, penerang dan pijakan dalam kehidupan. Oleh karena itu,
penyelenggaraan dakwah harus dikelola dengan baik agar tidak terjadi
kesalahpahaman sehingga pesan dakwah bisa sampai kepada penerima dengan tepat.
Majlis ta’lim merupakan kegiatan dakwah yang sangat dekat dengan masyarakat. Oleh
karena itu majlis ta’lim harus memiliki manajemen yang baik sehingga masyarakat
pun merasa nyaman ketika mengikuti kegiatan tersebut dan dapat menerima pesan
dakwah dengan baik. Dengan demikian pelaksanaan dakwah oleh majlis ta’lim yang
sangat dekat dengan masyarakat adalah Majlis Rasulullah SAW. Berdasarkan hal itu,
penulis bermaksud untuk mengetahui dan meneliti bagaimana implementasi fungsi
manajemen pada majlis ta’lim “Majlis Rasulullah SAW” Pancoran Jakarta Selatan dan
apa saja faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan kegiatan majlis ta’lim “Majlis
Rasulullah SAW”.
Metode atau pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif.
Penelitian ini menggunakan instrument dengan cara pengumpulan data dan observasi,
wawancara dengan pihak yang berwenang mengenai hal-hal yang akan diteliti serta
studi dokumentasi dari buku-buku, arsip-arsip yang berkaitan dengan objek penelitian.
Hasil penelitian dan pembahasan menyatakan bahwa kegaiatan-kegiatan dakwah yang
dilakukan oleh Majlis Rasulullah SAW tidak lepas dari fungsi manajemen yaitu
perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan pengawasan yang tersusun dengan
baik. Dengan pelaksanaan manajemen yang baik membawa Majlis ta’lim “Majlis
Rasulullah SAW” kepada perkembangan yang pesat dan diterima secara positif oleh
masyarakat umumnya.
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang terindah selain rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Illahi Robbi,
karena alunan-alunan kasih-Nyalah yang memberi semangat bagi penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada junjungan
baginda Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya.
Pencerahan melalui kalimat-kalimatnya telah mengantarkan kita pada proses berpikir
yang jernih, untuk belajar arif dari proses hidup yang akan kita jalani dan yang telah
sukses dalam menyampaikan risalahnya kepada umatnya sekalian.
Secara khusus penulis menyampaikan terimakasih yang tak terhingga kepada kedua
orang tua yaitu bapak Jainuddin dan ibu Saunih. Semoga keduanya senantiasa
diberikan limpahan karunia serta taufiq dan hidayah Allah SWT. Amin
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya dan
ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Drs. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Ddakwah dan Ilmu
Komunikasi.
3. Drs. Cecep Castrawijaya, MA, selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah.
4. H. Mulkanasir, BA, S.Pd, MM, selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah.
5. Drs. M. Sungaidi, MA, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang sudah sangat
sabar meluangkan waktu, bimbingan dan arahan kepada penulis.
6. Pimpinan dan staff Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah dan
Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
membantu dalam menyediakan sumber-sumber selama penulis menyelesaikan
skripsi ini.
7. Kepada Ust. Diki Dirzi Aulia dan Habib Ali Al Jufri yang sudah sangat
membantu serta memberikan support dan solusi dalam penyelesaian skripsi ini.
8. Spesial untuk Ust. Arifin yang sudah sangat sabar memberikan bantuan dengan
meluangkan waktunya untuk penulis. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan
kasihsayang-Nya kepada Antum. Amin.
9. Kepada Habib Munzir Al Musawa, Ust. Syukron Makmun dan Ust. Musthafa
Deden, yang sudah memberikan izin untuk meneliti Majlis Rasulullah SAW,
memberikan informasi dan sudah meluangkan waktunya kepada penulis.
10. Kepada teman-teman yang sudah sangat membantu (Vivi, Itoh kecil, oman,
ardi, iin, yayah, dori) trimakasih atas dukungannya.
11. Seluruh teman kelasku MD VIII b angkatan 2007,
trimakasih atas
informasinya.
Penulis hanya dapat memohon kepada Allah SWT, semoga berkenan menerima
segala kebaikan dan ketulusan mereka serta memberikan sebaik-baik balasan atas
amal baik mereka. Terakhir, semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat menambah
khazanah keilmuan kita. Amin.
Jakarta, 17 Juni 2011
Penulis
ABSTRAK…………………………………………………………………………….i
KATA PENGANTAR……………………………………………………………….ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………iv
BAB I
: PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah………………………………………....1
B. Fokus dan Pembatasan Masalah………………………………….6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………………………...6
D. Metodologi Penelitian…………………………………………….7
E. Tinjauan Pustaka………………………………………………...10
F. Sistematika penulisan……………………………………………11
BAB II
: LANDASAN TEORI...…………………………………………….13
A. Manajemen……………………………………………………….13
1. Pengertian Manajemen……….………………………………13
2. Unsur-unsur Manajemen……..………………………………15
3. Fungsi Manajemen……...……………………………………16
B. Majlis Ta’lim………...……...……………………………………18
1. Pengertian Majlis Ta’lim……..………………………………18
2. Fungsi Majlis Ta’lim…………………………………………19
C. Manajemen Majlis Ta’lim……..…………………………………20
1. Pengertian Manajemen Majlis Ta’lim..………………………20
2. Fungsi Manajemen Majlis ta’lim….…………………………20
BAB III
:GAMBARAN
UMUM
MAJLIS
TA’LIM
“MAJLIS
RASULULLAH SAW”……………………………………………..26
Gambaran Umum Majlis Rasulullah SAW…………….……..………26
1. Sejarah Berdirinya Majlis Rasulullah SAW……………….…26
2. Visi……………………………………………………………30
3. Misi………………...…………………………………………30
4. Struktur Organisasi…………...………………………………31
5. Pembagian Tugas Pengurus………………………………..…32
6. Program Majlis Rasulullah SAW……….……………………33
BAB IV
:
ANALISIS
MANAJEMEN
RASULULLAH
DESKRIPTIF
PADA
SAW”
IMPLEMENTASI
MAJLIS
TA”LIM
PANCORAN
FUNGSI
“MAJLIS
JAKARTA
SELATAN……...……………………………………………………37
A. Implementasi Fungsi Manajemen Pada Majlis Rasulullah SAW...37
1. Fungsi Perencanaan (Planning)……….………………………37
2. Fungsi Pengorganisasian (Organizing)……….………………43
3. Fungsi Penggerakkan (Actuating)……………………………46
4. Fungsi Pengawasan (Controling)….…………………………47
B. Faktor Pendukung dan Penghambat………………………………48
1. Faktor Pendukung………………….…………………………48
2. Faktor penghambat……………………………………………48
BAB V
: PENUTUP…………………………….……………………………50
A. Kesimpulan……………….………………………………………50
B. Saran-saran………………………………………………………51
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….…….53
LAMPIRAN………………………………………………………………………….54
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam adalah agama dakwah, yaitu agama yang menugaskan
umatnya untuk menyebarkan dan menyiarkan agama kepada seluruh umat
manusia. Islam sebagai agama sebenarnya dapat menjamin kesejahteraan
dan keamanan umat manusia, bila ajaran Islam yang mencakup semua
aspek kehidupan dapat dijadikan pegangan hidup dan diaplikasikan dalam
kehidupan nyata.
Ditinjau dari segi bahasa da’wah berarti: panggilan, seruan atau
ajakan. Bentuk perkataan tersebut dalam bahasa Arab disebut mashdar.
Sedang bentuk kata kerja atau fi’ilnya adalah da’a yad’u yang berarti
memanggil, menyeru atau mengajak. Da’wah dengan arti seperti itu dapat
dijumpai dalam ayat Al-Qur’an, misalnya:
           
Artinya: “Allah menyeru (manusia) ke darussalam (surga), dan
menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang Lurus (Islam)”.
(QS. Yunus: 25).
Dari segi istilah, banyak pendapat tentang definisi da’wah. Diantara
pendapat itu adalah sebagai berikut: Syeikh Ali Makhfuz, dalam kitabnya
Hidayatul Mursyidin memberikan definisi da’wah sebagai berikut:
“Mendorong manusia agar memperbuat kebaikan dan menurut petunjuk,
menyeru mereka berbuat kebajikan dan melarang mereka dari perbuatan
munkar agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat”.
Muhammad Natsir, dalam tulisannya yang berjudul Fungsi Da’wah Islam
dalam Rangka Perjuangan mendefinisikan da’wah sebagai berikut:
2
“Usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan manusia
dan seluruh ummat konsepsi Islam tentang pandangan dan tujuan hidup
manusia di dunia ini, yang meliputi amar ma’ruf nahi munkar, dengan
berbagai macam media dan cara yang diperbolehkan akhlak dan
membimbing pengalamannya dalam perikehidupan perseorangan,
perikehidupan berumah tangga (usrah), perikehidupan bermasyarakat dan
perikehidupan bernegara”. Dalam bukunya Teori dan Praktek Da’wah
Islamiyah. H.S.M Nasaruddin Latif mendefinisikan da’wah sebagai: “Seiap
usaha atau aktivita dengan lisan atau tulisan dan lainnya, yang bersifat
menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman dan
mentaati Allah s.w.t, sesuai dengan garis-garis aqidah dan syari’at serta
akhlak Islamiyah. Letjen H. Sudirman, dalam tulisannya yang berjudul
Problematika Da’wah Islam di Indonesia memberikan definisi da’wah
sebagai berikut: “Usaha untuk merealisasikan ajaran Islam di dalam
kenyataan hidup sehari-hari baik bagi kehidupan seseorang, maupun
kehidupan masyarakat sebagai keseluruhan tata hidup bersama dalam
rangka pembangunan bangsa dan ummat manusia untuk memperoleh
keridlaan Allah s.w.t”.1
Pada dasarnya dakwah adalah ajaran yang ditujukan sebagai rahmat
untuk semua, yang membawa nilai-nilai positif untuk menyeru umat
manusia menuju kepada jalan kebaikan, memerintahkan yang ma’ruf dan
mencegah yang munkar dalam rangka memperoleh kebahagiaan di dunia
dan kesejahteraan di akhirat. Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT:
           
  
Artinya: “Dan hendaklah di antara kamu-kamu sebagian ummat yang
menyeru kepada kebajikan, menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah
yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung”. (Q.S. Ali
Imran:104)
1
Abd. Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1977) h. 7- 9
3
Hakikat dakwah dalam Islam telah berlangsung sekian lama yang
pada intinya adalah sebuah proses dan upaya tabligh dalam arti
menyampaikan kebenaran ajaran agama untuk membangun tatanan
kehidupan yang penuh kedamaian dan menatap ke depan yang lebih baik.
Dalam bahasa fiqh dakwah, membawa manusia dari jahiliyah
menuju ilmiah, dari keadaan terpuruk menjadi kemaslahatan, dan keadaan
yang tidak mengindahkan aturan menuju keadaan yang memahami serta
mentaati peraturan dan begitu seterusnya. Allah SWT berfirman:
               
           
Artinya: “Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu
dari Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu,
berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu
dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang kafir”. (QS. Al-Maidah:67)
Ayat
tersebut
menegaskan
bahwa
tugas
seorang
muslim
menyampaikan totalitas ajaran Islam. Dengan kata lain dakwah adalah
suatu kewajiban bagi setiap muslim.
Saat ini masyarakat dunia berada dalam era modern yang ditandai
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan yang paling
menonjol di bidang teknologi adalah dengan lahirnya teknologi dan
informasi yang canggih. Karena itu era ini biasa disebut dengan abad
globalisasi informasi. Abad ini juga penuh dengan problema yang
4
kompleks, problema tersebut menyangkut politik, sosial, ekonomi, budaya
dan kenegaraan. Untuk
mengatasi problema tersebut diperlukan ilmu
manajemen.2
Mengingat pengertian dan lapangan dakwah sangat luas dan tentu
tidak dapat dilaksanakan secara sendiri-sendiri, maka aktivitas dakwah
harus dikelola secara baik dalam sebuah organisasi dakwah agar dapat
berjalan efektif dan mencapai tujuan yang diinginkan.
Majlis ta’lim merupakan sebuah organisasi dakwah yang memiliki
tujuan untuk menyebarkan ajaran Islam sesuai dengan Al-qur’an dan
Hadits. Dengan demikian majlis ta’lim “Majlis Rasulullah SAW” pun
memiliki tujuan seperti itu.
Majlis Rasulullah SAW, merupakan majlis terbesar di Indonesia.
Setiap minggunya, jumlah jamaah yang hadir dalam pengajian di masjid
Al-Munawar Pancoran berkisar antara 30.000 jamaah bahkan lebih.3
Dengan banyaknya jumlah jamaah, maka Majlis Rasulullah harus memiliki
manajemen yang handal untuk menangani hal tersebut. Mengatur jumlah
jamaah yang begitu banyak bukanlah hal yang mudah. Organisasi dakwah
yang ada di dalam Majlis Rasulullah SAW harus mampu dan memiliki
keahlian dalam manajemen. Sehingga dari setiap masing-masing pengurus
memiliki peran yang sangat penting dalam mengefektifkan kinerja majlis
ta’lim “Majlis Rasulullah SAW”.
2
3
M. Munir, Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009), cet ke-2, h. 64
H. Muhammad Syukron, Wawancara pribadi, Majlis Rasulullah SAW, Jakarta, 3 Maret 2011.
5
Pemimpin merupakan faktor penentu dalam meraih sukses bagi
sebuah organisasi. Sebab pemimpin yang sukses akan mampu mengelola
organisasi, dapat mempengaruhi orang lain secara konstruktif, dan mampu
menunjukkan jalan serta tindakan benar yang harus dilakukan secara
bersama-sama.4
Untuk itu seorang pemimpin harus memiliki keterampilan yang
menjadi unsur bersama di antara tingkatan-tingkatan manajemen yang
berbeda, dimulai dari tingkatan yang paling rendah, tingkatan menengah,
dan sampai pada tingkatan tertinggi.
Maka dari itu, majlis ta’lim “Majlis Rasulullah SAW” memiliki
cara dalam menghubungkan manajemen dengan dakwah. Sehingga Majlis
Rasulullah SAW menjadi majlis ta’lim terbesar di Indonesia dengan jumlah
jamaah yang mencapai berkisar 30.000 bahkan lebih5 apabila ada eventevent tertentu.
Alasan penulis Majlis Rasulullah sebagai obyek penelitian adalah
karena majlis ta’lim ini merupakan majlis ta’lim terbesar di Indonesia.
Selain itu, untuk mengetahui sejauh mana implementasi fungsi manajemen
yang diterapkan oleh Majlis ta’lim “Majlis Rasulullah SAW” dalam
mengatur kegiatan dakwah pada Majlis ta’lim tersebut.
Diharapkan dengan penerapan ilmu manajemen dalam dakwah ini,
Majlis Rasulullah SAW ini mencapai tujuan dengan efektif dan efisien
sesuai dengan harapan, yaitu menjadikan Majlis Rasulullah SAW sebuah
4
5
Ibid, h.211
Ust. Musthafa Deden, Wawancara Pribadi, Majlis rasulullah SAW, Jakarta, Kamis 8 Maret 2011
6
majlis ta’lim yang terorganisir dengan baik dalam kegiatan dakwah dan
dapat menjadikan masyarakat yang nabawiy sehingga Majlis Rasulullah
menjadi majlis ta’lim yang ideal.
Berdasarkan uraian penulis pada latar belakang masalah di atas,
maka penulis mencoba merumuskannya dalam tema skripsi yang berjudul
“Analisis Deskriptif Implementasi Fungsi Manajemen Pada Majlis
Ta’lim “Majlis Rasulullah SAW” Pancoran Jakarta Selatan”.
B. Fokus dan Pembatasan Masalah
1. Fokus Masalah
Agar pembahasan ini lebih terarah dan fokus, dalam penulisan
skripisi ini maka penulis membatasi permasalahan ini pada, Penerapan
fungsi manajemen pada kegiatan majlis ta’lim “Majlis Rasulullah SAW”
Pancoran Jakarta Selatan.
2. Pembatasan Masalah
Untuk
memperjelas
masalah
yang
dibahas,
maka
penulis
merumuskan pada:
1. Bagaimana fungsi manajemen diimplementasikan pada majlis ta’lim
“Majlis Rasulullah SAW”
2. Faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat pelaksanaan
manajemen pada majlis ta’lim “Majlis Rasulullah SAW”
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan dari penelitian ini adalah
7
a. Mengetahui secara langsung bagaimana implementasi fungsi
manajemen pada majlis ta’lim “Majlis Rasulullah SAW”.
b. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan
manajemen pada majlis ta’lim Majlis Rasulullah SAW”.
2. Manfaat dari penelitian ini adalah
a. Secara akademis diharapkan dapat menambah khazanah peneliti
ilmu pengetahuan khususnya Jurusan Manajemen Dakwah dan
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi pada umumnya.
b. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman dan
panduan bagi praktisi dakwah (Pengurus Majlis Rasulullah SAW).
c. Penelitian ini dapat memberikan rekomendasi pada Majlis
Rasulullah SAW dalam meningkatkan kinerja, khususnya dalam
ilmu manajemen dan implementasinya.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian.
Metode penelitian yaitu prosedur pencarian data, meliputi
penentuan populasi, sampling, penjelasan konsep dan pengukurannya,
cara-cara pengumpulan data dan teknik analisisnya.6 Penulis melakukan
metode penelitian dengan pencarian data, meliputi penentuan populasi,
cara-cara pengumpulan data dan teknik analisis yang penulis gunakan.
Adapun metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif atau pendekatan yang penulis gunakan adalah metode
6
Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah (Jakarta: Logas, 1997), h.59
8
kualitatif yaitu dengan menghimpun data aktual dengan melakukan
observasi secara langsung atau pengamatan evidensi-evidensi, sambil
mengumpulkan data dan melakukan analisis, yang kemudian menarik
kesimpulan dari analisis tersebut.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini bertempat di Jl. Cikoko Barat V No. 66
Rt.03/05 Pancoran Jakarta Selatan 12770. Waktu Penelitian pada 10
Februari sampai 20 April 2011.
3. Teknik Pengumpulan Data
Penulis menggunakan teknik pengumulan data sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi bisa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan
dengan sistematika fenomena-fenomena yang diselidiki.7 Penulis
melakukan pengamatan dan catatan dari setiap fenomena-fenomena
yang penulis selidiki pada Majlis Rasulullah SAW. Penulis
menghadiri kegiatan majlis Rasulullah SAW di Masjid AlMunawar
dengan mencatat semua data yang penulis perlukan untuk keperluan
penelitian. Dengan catatan sebagai berikut:
a) Senin, 7 Maret 2011
Penulis menggunakan alat tekhnologi berupa kamera untuk
mencatat dari fenomena yang terjadi yaitu antusiasnya
masyarakat yang menghadiri kegiatan Majlis Rasulullah
SAW.
7
Sutrisno Hadi, Metode Research (Yogyakarta: Andi Offset, 1997), h. 82
9
b) Senin, 4 April 2011
Penulis menggunakan alat tulis untuk mencatat dari
fenomena yang terjadi yaitu kerjasama yang baik dari para
pengurus majlis untuk mempersiapkan kegiatan Majlis
Rasulullah SAW dengan penataan sound system, tersedianya
proyektor, tersedianya pengaturan parkir kendaraan dan
pengurus yang selalu aktif memberikan lembaran jadwal
kepada para jamaah.
b. Interview
Interview yaitu merupakan teknik pengumpulan data dengan
cara tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematis dan
berdasarkan pada tujuan penelitian.8 Penulis melakukan interview
dengan sekretaris umum yaitu Ust. H. M. Syukron Makmun dan
staff divisi dakwah yaitu Ust. Mustafa Deden. Penulis melakukan
interview dengan alat komunikasi berupa HP untuk merekam dan
alat-alat tulis.
c. Studi dokumentasi
Menurut Winarno Surachmad, pengertian dokumentasi
adalah laporan tertulis dari suatu peristiwa yang isinya terdiri dari
atas penjelasan dari pemikiran terhadap peristiwa tersebut.9
Dokumentasi yang penulis dapat berupa blog majlis ta’lim tersebut
yaitu www.majelisrasulullah.org dan buku yang diterbitkan dengan
8
9
Ibid, h. 193
Winarno Surachmad, Metodologi Reset, (Bandung: Tarsito,1989), h.134
10
judul Kenalilah Akidahmu karangan Pimpinan Majlis Raslullah
SAW. Dari kedua dokumentasi itu penulis melakukan studi
dokumentasi yaitu menganalisis informasi yang penulis dapatkan.
4. Teknik Analisis Data
Setelah data-data yang diperlukan telah dikumpulkan, penulis
melakukan klarifikasi dari hasil temuan yang didapat. Kemudian
melakukan analisis dari hasil temuan tersebut dengan menyesuaikan
antara temuan dan teori yang seharusnya, sehingga penulis dapat
menyimpulkan penelitian ini berdasarkan hasil analisis temuan yang
telah dilakukan dan berdasarkan analisa deskriptif. Teknik penulisan
skripsi ini berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis,
Disertasi yang diterbitkan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penulisan skripsi ini, penulis belum menemukan skripsi yang
berjudul Analisis Deskriptif Implementasi Fungsi Manajemen Pada Majlis
Rasulullah SAW, penulis hanya menemukan skripsi dari mahasiswa/i
sebelumnya
yang membahas
tentang manajemen
dakwah
namun
permasalahannya sangat jauh berbeda. Oleh karena itu, untuk menghindari
hal-hal yang tidak diinginkan seperti “menjiplak” hasil karya orang lain,
maka penulis perlu mempertegas perbedaan antara masing-masing judul
masalah yang sedang dibahas yaitu sebagai berikut:
1. Rahmawati, “Manajemen Dakwah Pada Kelompok Usia Dini, Analisis
Pada TKA Nurul Imah Bukit Nusa Indah Ciputat”, skripsi ini disusun
11
oleh mahasiswi Fakultas Ilmu Dakwah dan llmu Komunikasi, Jurusan
Manajemen Dakwah, NIM: 0053019895, Tahun 2008. Masalah: Apa
saja kegiatan dakwah yang dilakukan TKA Nurul Iman pada kelompok
usia dini dan bagaimana aplikasi manajemen dakwah TKA Nurul Iman
dalam menyampaikan nilai-nilai Islam sejak usia dini.
2. Robby Auliya, “Retorika Dakwah Habib Munzir Al Musawa Pada
Majlis Rasulullah SAW Di Masjid Al-Munawar Jakarta Selatan”,
skripsi ini disusun oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi,
Jurusan
Komunikasi
Penyiaran
Islam,
NIM:
106051001874, Tahun 2010. Masalah: Aplikasi retorika dakwah Habib
Munzir Al-Musawa pada Majlis Rasulullah SAW di masjid AlMunawar Jakarta Selatan.
Berbeda dengan karya-karya tulis di atas, bahwa penelitian yang
penulis lakukan dengan judul Analisis Deskriptif Implementasi Fungsi
Manajemen Pada Majlis ta’lim “Majlis rasulullah SAW” Pancoran
Jakarta Selatan adalah bertujuan memberikan penilaian secara kritis
tentang pelaksanaan atau manajemen dan sekaligus memaparkan antara
teori dengan realitas yang terjadi di lapangan. Dalam penelitian penulis ini
isinya lebih menitikberatkan terhadap implemetasi fungsi manajemen pada
Majlis Rasulullah SAW.
F. Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari 5 (lima) Bab yang masing-masing memiliki
sub-sub bab dengan penyusunan sebagai berikut:
12
BAB I :
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan
Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi
Penelitian, Sistematika Penulisan.
BAB II :
TINJAUAN TEORITIS
TENTANG MANAJEMEN,
DAN MAJLIS TA’LIM
Pengertian Manajemen, Unsur-unsur Manajemen, Fungsi
Manajemen, Pengertian Majlis Ta’lim, Fungsi Majlis Ta’lim.
Pengertian Manajemen Majlis Ta’lim. Fungsi Manajemen
Majlis Ta’lim.
BAB III : GAMBARAN UMUM MAJLIS TA”LIM “MAJLIS
RASULULLAH SAW”.
Gambaran Umum Majlis Ta’lim “Majlis Rasulullah SAW”,
Sejarah Berdirinya Majlis Rasulullah SAW,
Visi, Misi,
Struktur Organisasi, Pembagian Tugas Pengurus, Program
Majlis Rasulullah SAW.
BAB IV : ANALISIS DESKRIPTIF IMPLEMENTASI FUNGSI
MANAJEMEN PADA MAJLIS TA’LIM “MAJLIS
RASULULLAH
SELATAN.
SAW”
PANCORAN
JAKARTA
13
Analisis Implementasi Fungsi Manajemen Pada Majlis
Ta’lim “Majlis Rasulullah SAW” Pancoran Jakarta Selatan.
BAB V
: PENUTUP
Pada bab ini penulis memuat tentang kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Manajemen
1. Pengertian manajemen
Aktivitas manusia yang dilakukan sehari-hari tidaklah begitu saja dilalui,
tentu saja memiliki tujuan yang jelas, hal ini dapat terjadi pada perusahaan,
universitas, lembaga, yayasan, dan kegiatan lainnya, kesemuanya tidak terlepas
dari tujuan yang telah direncanakan baik secara bersama atau secara individu.
Untuk pencapaian tersebut, maka diperlukan sebuah manajemen.
Dari segi etimologi, kata manajemen berasal dari bahasa inggris yang
diambil dari kata to manage yang sinonimnya antara lain to hand berarti
mengurus, to control berarti memeriksa, to guide berarti memimpin atau
membimbing. Jadi apabila dilihat dari asal katanya, manajemen berarti
mengurus, mengendalikan, memimpin atau membimbing.1
Menurut T. Hani Handoko, manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian , pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota
1
E.K.Mochtar Efendi, Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam, (Jakarta: Bharatara
Karya Aksara,1996), cet ke-2, h. 6
13
14
organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar
mencapai tujuan organisasi yang telah di tetapkan.2
Secara terminologi menurut J. Panglaykin dan Hasil Tanzil dalam bukunya
manajemen suatu pengantar mengatakan bahwa: manajemen adalah seni
kemahiran untuk mencapai hasil yang sebesar-besarnya dengan usaha yang
sekecil-kecilnya untuk memperoleh kemakmuran dan kebahagiaan yang
setinggi-tingginya serta member serius pelayanan yang baik kepada khalayak
ramai.3
Dari penjelasan tentang pengetian manajemen di atas, maka penulis dapat
menyimpulkan sebagai berikut:
a. Manajemen adalah sebagai ilmu Perencanaan, Pengorganisasian,
Penggerakkan, Pelaksanaan dan Pengawasan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya dalam suatu organisasi.
b.
Dengan menggunakan manajemen maka hasil yang di capai menjadi
efisien dan efektif.
c. Harus adanya kerjasama dalam menjalankan manajemen, karena
manajemen adalah upaya dalam sekelompok untuk mencapai tujuan
bersama.
2
T. Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta,1984), edisi ke-2, h. 8
Panglaykin dan Tanzil, Manajemen Suatu pengantar, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999), cet ke-15, h.
27
3
15
2. Unsur-unsur Manajemen
Agar manajemen dapat mencapai tujuan yang diinginkan, maka
dibutuhkanlah unsur-unsur manajemen. Unsur-unsur manajemen lebih di kenal
dengan 5 M.
Menurut Harrington Emerson dalam Phiffner John F. dan Presthus Robert
V. (1960) manajemen mempunyai lima unsur (5M), yaitu:
(1) Man
(2) Money
(3) Materials
(4) Machines, and
(5) Methods4
a. Man (manusia). Manusialah yang menentukan tujuan dan dia pulalah
yang menjadi pelaku dalam proses kegiatan untuk mencapai tujuan
yang ditetapkannya itu. Tak akan adanya manajemen tanpa adanya
manusia. Manusia yang merencanakan, melakukan, menggunakan,
melaksanakan dan merasakan hasil daripada manajemen itu.
b. Money (Keuangan/pembiayaan. Dalam dunia modern, uang sebagai alat
tukar dan alat pengukur nilai, amat diperlukan untuk mencapai sesuatu
tujuan.
4
Yayat M. Herujito, Dasar-Dasar Manajemen, (Jakarta: PT Grasindo, 2001), cet ke-1, h.6
16
c. Materials (Bahan-bahan/perlengkapan). Faktor material ini sangat
penting, karena manusia tidak dapat berbuat tanpa bahan dan
perlengkapan.
d. Machines (Mesin-mesin). Peranan mesin dalam zaman modern ini tidak
diragukan lagi. Mesin membawa kemudahan dalam pekerjaan,
menyingkat waktu bekerja untuk menghasilkan sesuatu sehingga
keuntungan lebih banyak.
e. Methods (Metode/cara-cara kerja). Yaitu cara melaksanakan sesuatu
pekerjaan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Cara
kerja yang amat menentukan kelancaran jalannya roda manajemen.5
3. Fungsi Manajemen
Pada tahun 1916, Henry Fayol industriawan Perancis sebagai pelopor
pendekatan fungsional mengemukakan lima fungsi manajemen sekaligus
menandai
urutan
(perencanaan),
proses
Organizing
pelaksanaan
manajemen
(pengorganisasian),
yaitu
Command
Planning
(perintah),
Coordination (koordinasi), dan Control (pengawasan).6
Menurut teori George R. Terry, biasa disingkat dengan POAC, yaitu
Planning
5
6
(Perencanaan),
Organizing
(Pengorganisasian),
Hasanuddin, Manajemn Dakwah, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), cet ke-1, h.33-34
Zaini Muhtarom, Dasar-Dasar Manajemen, (Yogyakarta: Al-Amin Press, 1996), h. 38
Actuating
17
(Penggerakkan), Controlling (Pengawasan). Dengan penjelasan sebagai
berikut:7
1. Planning (Perencanaan)
Perencanaan adalah menentukan program apa saja yang akan
dilakukan, bagaimana cara melaksanakannya dan kapan program itu
harus di selesaikan.
2. Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian adalah membagikan tugas kepada para pengelola
sehingga tugas-tugas itu dapat cepat terselesaikan, dan tugas harus di
berikan kepada pengelola yang berwenang dengan harapan hasilnyapun
akan memuaskan, karena telah memberikan tugas kepada yang ahli
dibidangnya.
3. Actuating (Penggerakkan)
Penggerakkan adalah upaya pengelola memberikan motivasi kepada
orang-orang yang melakukan pekerjaan dengan harapan pekerjaan itu
dilakukan dengan sukarela sehingga menghasilkan pekerjaan yang
efektif dan efisien.
4. Controlling (Pengawasan)
Pengawasan dilakukan agar tugas-tugas yang telah direncanakan
hasilnya akan sesuai dengan harapan. Apabila terjadi penyimpangan
7
Sarwoto, Dasar-Dasar Organisasi dan Manajemen, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1991), cet ke-8, h. 65
18
maka dengan adanya pengawasan maka penyimpangan-penyimpangan
itu harus diperbaiki.
B. Majlis Ta’lim
1. Pengertian Majlis ta’lim
Pengertian majlis ta’lim berasal dari bahasa Arab, yaitu majlis dan ta’lim.
Majlis yang artinya tempat duduk, dan ta’lim artinya pengajar atau pengajian.
Jadi majlis ta’lim secara bahasa (lughawi) berarti tempat untuk melaksanakan
pengajaran atau pengajian.
Dalam prakteknya, majlis ta’lim merupakan tempat pengajaran atau
pendidikan agama Islam yang paling fleksibel dan tidak terikat oleh waktu.
Majlis ta’lim bersifat terbuka terhadap segala usia, lapisan atau strata sosial
dan jenis kelamin. Waktu penyelenggaraannya pun tidak terikat, bisa pagi,
siang, sore atau malam. Tempat pengajarannya pun bisa dilakukan di rumah,
masjid, mushola, gedung, aula dan halaman. Selain itu majlis ta’lim memiliki
dua fungsi sekaligus, yaitu sebagai lembaga dakwah dan lembaga non formal.
Fleksibelitas majlis ta’lim inilah yang menjadi kekuatan sehingga mampu
bertahan dan merupakan lembaga pendidikan Islam yang paling dekat dengan
masyarakat. Majlis ta’lim juga wahana interaksi dan komunikasi yang kuat
antara masyarakat awam dengan para mu’alim dan antara sesama jamaah
majlis ta’lim tanpa dibatasi oleh tempat dan waktu.
19
Dari definisi di atas, penulis menyimpulkan sebagai berikut:
1. Majlis ta’lim adalah lembaga pendidikan non formal Islam
2. Mempunyai aturan sendiri dari tiap-tiap majlis ta’lim
3. Penyelenggaraan kegiatannya tidak sepanjang hari, tapi rutin dan
teratur setiap minggunya, tidak seperti sekolah yang tiap harinya
masuk.
4. Jamaah terdiri dari lapisan masyarakat, baik dilihat dari segi
pendidikan, umur, sosial, ekonomi dan sebagainya.
2. Fungsi Majlis Ta’lim
Adapun fungsi majlis ta’lim adalah sebagaimana yang telah dirumuskan
ketika membahas pengertian majlis ta’lim adalah sebagai berikut:
a. Membina dan mengembangkan ajaran Islam dalam rangka membentuk
masyarakat yang bertakwa kepada Allah SWT.
b. Tempat berlangsungnya silaturahmi yang dapat menghidupkan dakwah
dan ukhuwah Islamiyah.
c. Sebagai sarana dialog yang berkesinambungan antara para ulama
dengan umat.
d. Berfungsi sebagai media penyampaian gagasan yang bermanfaat bagi
pembangunan umat khususnya dan bangsa umumnya.
e. Menambah pengetahuan keIslaman jamaah.
20
f. Membantu mencerdaskan kehidupan bangsa.
C. Manajemen Majlis Ta’lim
1. Pengertian Manajemen Majlis Ta’lim
Manajemen majlis ta’lim dapat diberi pengertian sebagai ilmu dan seni
mengelola kegiatan dakwah dengan cara memberdayakan para pelaksana untuk
mencapai tujuan organisasi dakwah dengan memperhatikan lingkungan yang
terus menerus berubah dalam menggunakan sumber daya yang terbatas secara
efektif dan efisien.
Abd. Rosyad Saleh, dengan memperhatikan definisi manajemen yang
dikemukakan George R. Terry, mengartikan manajemen dakwah sebagai
proses merencanakan tugas, mengelompokkan tugas, menghimpun dan
menempatkan tenaga-tenaga pelaksana dalam kelompok-kelompok tugas itu
dan kemudian menggerakkannya kearah pencapaian tujuan dakwah.8
2. Fungsi Manajemen Majlis Ta’lim
Fungsi manajemen majlis ta’lim pada dasarnya sama dengan manajemen
pada umumnya, meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan
pengawasan, hanya saja dalam fungsi manajemen majlis ta’lim ini
8
Abd. Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta:Bulan Bintang, 1997), h.34
21
berlandaskan pada syari’at Islam. Agar lebih jelas dapat dilihat dalam
pengertian sebagai berikut:
1. Perencanaan Dakwah
a. Perkiraan dan perhitungan masa depan
Dalam
hal
ini
adalah
dengan
mengadakan
suatu
tindakan
memperkirakan dan memperhitungkan segala kemungkinan dan
kejadian yang akan timbul dan dihadapi di masa depan berdasarkan
hasil analisa terhadap data dan keterangan yang konkret.
b. Penentuan dan perumusan sasaran dalam rangka pencapaian tujuan
dakwah yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dalam penyelenggaraan kegiatan dakwah perlu adannya penentuan
sasaran dakwah utnuk menentukan langkah-langkah dan tindakantindakan yang akan dilaksanakan.
c. Penetapan tindakan-tindakan dakwah dan prioritas pelaksanaanya.
Penetapan tindakan dakwah adalah merupakan penjabaran dari sasaran
dakwah yang ditentukan. Tindakan dakwah ini bersifat pemecahan
terhadap
masalah-masalah
pencapaian sasaran.
d. Penetapan metode
pokok
atau
penting
dalam
rangka
22
Metode dakwah menyangkut masalah bagaimana caranya dakwah
tersebut dilaksanakan.
e. Penetapan dan penjadwalan waktu.
Penetapan waktu menyangkut urutan pelaksanaan dari masing-masing
tindakan atau kegiatan dakwah yang telah ditentukan serta waktu yang
dipergunakan untuk menyelenggarakan masing-masing tindakan atau
kegiatan.
f. Penetapan lokasi.
Lokasi dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan dakwah harus ditentukan,
lokasi pun harus disesuaikan dengan keadaan yang ada.
g. Penetapan biaya, fasilitas dan faktor lain yang diperlukan.
Dalam hal ini setiap kegiatan akan berjalan dengan lancar jika adanya
penetapan biaya, fasilitas dan alat-alat perlengkapan yang dapat
disesuaikan dengan keperluan kegiatan-kegiatan yang ada.
2. Pengorganisasian Dakwah
Pengorganisasian dakwah yaitu mengelompokkan tindakan-tindakan
dakwah dalam kesatuan-kesatuan tersebut serta memberikan wewenang
dan jalinan hubungan di antara mereka.
23
3. Penggerakan Dakwah
Penggerakkan dakwah yaitu menggerakkan para pelaksana dakwah
untuk segera melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah ditentukan.
Terdapat langkah-langkah dalam penggerakkan dakwah yaitu:
a. Pemberian motivasi
Pemberian motivasi ini adalah bagaimana para pelaku atau pelaksana
dakwah dengan secara tulus ikhlas dan senang hati bersedia
melaksanakan segala tugas dakwah.
b. Pembimbing
Dalam pengerakkan ini perlu adanya pembimbing dan dijuruskan
kearah pencapaian sasaran dakwah yang telah ditentukan.
c. Perjalinan hubungan
Adanya perjalinan hubungan guna mencegah terjadinya kekecewaan,
kekembaran, kekosongan dan sebagainya diantara satu bagian dengan
bagian lainnya.
d. Penyelenggaraan komunikasi
Komunikasi timbal balik antara pelaksanaan dakwah dengan pimpinan
dakwah merupakan hal terpenting bagi kelancaran proses dakwah.
24
e. Pengembangan/peningkatan pelaksana
Dalam pengembangan/peningkatan pelaksana ini adalah dengan adanya
kesadaran, kemampuan, keahlian dan keterampilan para pelaku dakwah
selalu ditingkatkan hingga dakwah dapat berjalan secara efektif dan
efisien.
f. Pengawasan Dakwah
Pengawasan dakwah yaitu mengusahakan agar tindakan yang dilakukan
dan hasilnya senantiasa sesuai dengan rencana, instruksi, petunjuk,
pedoman
dan
ketentuan-ketentuan
lain
yang
telah
diberikan
sebelumnya. Terdapat langkah-langkah dalam pengendalian dakwah ini
yaitu:
a. Menetapkan standar (Alat Ukur)
Dengan alat ukur ini barulah dapat dikatakan apakah tugas dakwah
yang telah ditentukan dapat berjalan dengan baik, atau dapat
berjalan tetapi kurang berhasil atau sama sekali mengalami
kegagalan total.
b. Mengadakan pemeriksaan dan penelitian terhadap pelaksanaan
tugas dakwah yang telah ditetapkan.
25
Dalam pemeriksaan dan penelitian ini untuk menilai bagaimana dan
sampai sejauh mana rencana telah ditetapkan itu berhasil dapat
dilaksanakan.
c. Membandingkan antara pelaksanaan tugas dengan standard.
Dalam membandingkan antara pelaksanaan tugas dengan standard
ini dapat menilai apakah hasil yang ada dengan hasil yang
seharusnya dicapai dalam proses dakwah berjalan dengan baik atau
sebaliknya telah terjadi penyimpangan-penyimpangan.
d. Mengadakan tindakan-tindakan perbaikan dan pembentulan.
e. Dari langkah-langkah sebelumnya akan terlihat hasil penilaian yang
ada, pada tahap terakhir ini akan terlihat apakah perlu dilakukannya
perbaikan dan pembetulan.
BAB III
GAMBARAN UMUM MAJLIS RASULULLAH SAW
1. Sejarah Berdirinya Majlis Rasulullah SAW
Sebagai umat Islam, kita diperintahkan untuk berdakwah menyebarkan
agama
Islam
dan
menyampaikan
kebenaran
untuk
mewujudkan
kesungguhan/keyakinan akan satu-satunya agama yang benar dan diridhoi
Allah SWT. Di dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:
    
Artinya: “Sesungguhnya agama (yang diridhoi) di sisi Allah hanyalah Islam”.
(QS.Ali Imran:19).
Ketika kita menghadapkan wajah untuk melihat realita perkembangan
Islam di Indonesian dewasa ini telah menunjukkan peningkatan kemajuan yang
cukup menggembirakan. Banyak dari umat Islam ini memberi andil dalam
kehidupan sosial, politik ekonomi dan budaya atau mengambil peran dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun, sepanjang sejarah umat Islam,
setiap perkembangan yang dicapai selalu dicurigai akan membawa dampak
bagi umat lain, meskipun tanpa bukti yang kuat maupun bagi umat Islam itu
sendiri yang kurang memahami konsep kehidupan beragama menurut ajaran
Islam yang benar. Hal ini ditandai oleh sikap sementara umat Islam yang
cenderung ingin memaksakan kehendak dengan dalih memperjuangkan Islam
26
27
dan jihad. Sikap seperti ini yang mengakibatkan munculnya opini yang salah di
luar Islam, sehingga mencemarkan Islam itu sendiri.
Adalah
benar
bahwa
Islam
merupakan
agama
yang
harus
disebarluaskan ke seluruh penjuru dunia, namun dalam upaya tersebut Islam
memiliki konsep yang arif dan bijaksana serta harus dimengerti dan dipatuhi.
            
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik”. (QS. AnNahl:125)
Hikmah dan pelajaran yang baik tersebut tidaklah dapat terwujud tanpa
mengagungkan syiar-syiar Allah SWT dan syiar-syiar tersebut ada di dalam
setiap perintah-perintah Allah SWT.
         
Artinya: “Demikianlah (perintah-perintah Allah SWT) dan barang siapa yang
mengagungkan syiar-syiar Allah SWT, maka sesungguhnya hal itu merupakan
ketakwaan dalam hati”. (QS. Al-Hajj:32).
Dakwah adalah salah satu dari perintah-perintah Allah SWT, sementara
dakwah tersebut haruslah memiliki wadah untuk menyebarluaskan hikmah dan
pelajaran yang baik dari ajaran-ajaran dalam agama Islam sehingga latar
belakang atau landasan tersebut maka Al-Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa
mendirikan “Majlis Rasulullah SAW”.
28
Nama “Majlis Rasulullah SAW” dalam aktifitas dakwah ini berawal
ketika Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa lulus dari studynya di Darul
Mustafa pimpinan Al Allamah Al Hafidh Al-Musnid Al Habib Umar bin
Hafidh, Tharim Hadramaut, Yaman. (Al hafidh adalah gelar bagi ulama hadits
yang telah hafal 100.000 hadits berikut sanad dan hukum matannya. Al musnid
adalah pakar hadits yang banyak menyimpan sanad hadits). Ia kembali ke
Jakarta dan memulai berdakwah pada tahun 1998 dengan mengajak orang
bertaubat dan mencintai Nabi Muhammad SAW yang dengan kecintaan itu
ummat akan mencintai sunnahnya dan menjadikan Rasulullah SAW sebagai
idola.
Habib Munzir bin Fuad Al Musawa mulai berdakwah siang dan malam
dari rumah ke rumah. Setelah berjalan
kurang lebih enam bulan, Habib
Munzir Al Musawa mulai membuka majlis setiap Senin malam sebagaimana
gurunya Al Habib Umar bin Hafidh yang membuka majlis mingguan setiap
Senin malam dan ia pun sempat memimpin Ma’had Assa’adah, yang
diwakafkan oleh Habib Umar bin Hud Al Attas di Cipayung Bogor, namun
setelah setahun, Habib Munzir Al Musawa tidak lagi meneruskan memimpin
Ma’had tersebut dan melanjutkan dakwahnya dengan menggalang majlismajlis di seputar Jakarta.
Pada awalnya dakwah Habib Munzir membuka majlis Senin malam
dari rumah ke rumah mengajarkan fiqh dasar, namun tampaknya jamaah saat
itu yang mayoritas para pemuda kurang bersemangat menerima bimbingannya,
29
sehingga Habib Munzir terus mencari sebab agar jamaah ini asyik kepada
kedamaian, meninggalkan kemungkaran dan mencintai sunnah Nabi SAW,
maka Habib Munzir mencoba berubah metode penyampaiannya, mewarnai
bimbingannya dengan nasehat-nasehat mulia dari hadits-hadits Rasulullah
SAW dan ayat-ayat Al-qur’an dengan amr ma’ruf nahi munkar serta ia
memperlengkap penyampaiannya dengan bahasa sastra yang dipadu dengan
kelembutan Illahi dan tafakkur penciptaan alam semesta yang semuanya di
arahkan agar masyarakat menjadikan Rasulullah SAW sebagai idola, panutan
dan sandaran. Maka jamaah pun semakin padat yang mayoritas para pemuda
muslimin dan pemudi muslimah.
Dalam keadaan seperti itu Habib Munzir Al Musawa memindahkan
majlis dari mushola ke mushola, ternyata mushola tidak lagi mampu
menampung jamaah maka Habib Munzir Al Musawa memindahkan majlisnya
dari masjid ke masjid secara bergantian. Waktu demi waktu majlis ini terus
berjalan dan mulailah timbul permintaan agar majlis ini diberi nama dan secara
spontan Habib Munzir Al Musawa dengan polos menjawab “Majlis Rasulullah
SAW”, dengan alasan pembahasan yang disampaikan tidak lain adalah ajaran
Rasulullah SAW dan membimbing mereka para jamaah untuk mencintai Allah
dan Rasul-Nya. Itulah hakekat dari setiap/seluruh majlis ta’lim termasuk
Majlis Rasulullah SAW.
Habib Munzir Al Musawa terus memperluas syiar dakwah Rasulullah
SAW di beberapa wilayah Jakarta dan sekitarnya, bahkan mencapai hampir
30
seluruh wilayah pulau Jawa. Majlis Rasulullah SAW tersebar disepanjang
pantai utara pulau Jawa dan pantai selatan, Bali, Mataram, Singapura,
Malaysia dan saat ini telah merambah ke Australia. Dan dakwah yang
dilakukan oleh beliau diperlengkap dengan mengisi acara-acara yang bersifat
religi stasiun-stasiun televisi swasta, VCD, majalah bulanan dan lain-lain. Kini
anugerah Illahi telah merestui majlis Rasulullah SAW untuk memperluas
jaringan melalui internet dengan website www.majelisrasulullah.org
2. VISI
Visi Majlis Rasulullah SAW adalah menjadikan masyarakat dapat
mengenal secara menyeluruh sosok kemuliaan dan keagungan Rasulullah
SAW, dengan mengenalnya akan bangkitlah kecintaan kepada sunnahsunnahnya dan menjadikan Rasulullah SAW sebagai idola dan sandaran.
Sehingga terciptalah masyarakat yang nabawiy.
3. MISI
1. Menghasilkan masyarakat yang menjadikan Rasulullah sebagai idola.
2. Mengerakkan kelembagaan Islam secara efektif.
3. Membina umat Islam dalam menanamkan dan memupuk akidah Islamiyah.
4. Menjalankan syari’at demi terciptanya khairu ummah (umat terbaik).1
1
Dokumen Majlis Rasulullah SAW Selasa, 22 Februari 2011
31
4. Struktur Organisasi Majlis Rasulullah SAW2
PELINDUNG
Gubernur DKI Jakarta
Kapolda Metro Jaya
PENASEHAT
Ketua Rabithoh Alawiyah
Habib Muhsin Al-Hamid
PIMPINAN/PEMBINA
Habib Munzir Al-Musawa
WAKIL PIMPINAN
Habib Ahmad Bahar
BENDAHARA
SEKRETARIS
Saiful Zahri
H.M Syukron Makmun
KETUA DIVISI
DAKWAH
KETUA DIVISI
TIJARIYAH
KETUA DIVISI
NASYIDAH
H.M Syukron
Makmun
Saiful Zahri
Muhammad Qalby
KETUA DIVISI
TEKHNOLOGI
Muhammad Mahfud
Fauzan Hakim
Muhammad Daud
2
Dokumen Majlis Rasulullah SAW
32
5. Pembagian Tugas Pengurus
a. Pimpinan/Pembina
1) Memimpin langsung Majlis Rasulullah SAW di bawah kewenangannya
dan memegang kebijaksanaan luar dan dalam.
2) Sebagai motivator serta tanggung jawab terhadap pelaksanaan Majlis
Rasulullah SAW
b. Wakil
1) Memimpin para anggotaa organisasi di bawah koordinasinya dalam
pelaksanaan kegiatan majlis ta’lim agar menjadi efektif dan efisien.
2) Memiliki kewenangan dalam memegang kebijaksanaan dari pimpinan.
c. Bendahara (keuangan)
1) Mengupayakan pemasukan keuangan agar lancar dan teratur.
2) Menerima, menyimpan dan mengeluarkan uang atas persetujuan
pimpinan.
3) Membuat laporan pertanggungjawaban kepada Majlis Rasulullah SAW.
d. Sekretaris
1) Memimpin dan mengendalikan fungsi sekretariat secara keseluruhan.
2) Mengatur dan menyimpan dokumen-dokumen Majlis Rasulullah SAW.
e. Ketua Divisi Dakwah
1) Memimpin kegiatan dakwah Majlis Rasulullah SAW dalam setiap
pelaksanaan.
33
2) Memiliki kewenangan dalam melayani kemasyarakatan mengenai Majlis
Rasulullah SAW.
f. Ketua Divisi Tijariyah (perdagangan)
1) Memimpin kegiatan perdagangan, agar tidak menganggu pelaksanaan
kegiatan Majlis Rasulullah SAW.
2) Mengawasi barang-barang yang di jual, sehingga sesuai dengan prosedur
dan kebutuhan jamaah Majlis Rasulullah SAW.
g. Ketua Divisi Nasyidah Dakwah
1) Memimpin kegiatan nasyid
2) Membawakan lagu nasyid yang berbeda-beda dalam setiap acara majlis,
sehingga jamaah bisa mengetahui beberapa syair dakwah lainnya.
h. Ketua Divisi Tekhnologi
1) Memimpin siaran dakwah melalui alat tekhnologi, seperti website, radio
dan televisi.
2) Mengatur program-program dakwah Majlis Rasululullah SAW melalui
alat-alat tekhnologi.3
6. Program Majlis Rasulullah SAW
Adapun mengenai program-program yang dirancang oleh majlis ta’lim
“Majlis Rasulullah SAW” dan telah dilaksakana di majlis ta’lim yaitu:
3
Wawancara dengan Ust. Mustafa Deden
34
1. Program pengajian mingguan
Dalam program ini dilaksanakan sebuah pengajian untuk kaum
ibu/remaja putri ini dilaksanakan setiap hari Sabtu, pukul 15.30-17.00. untuk
pengajian umum dilaksanakan setiap Senin dan Kamis malam, pukul 20.3022.30. Untuk hari lain pengajian Majlis Rasulullah ditentukan sesuai
undangan.
Pengajian ini dibimbing oleh Habib Munzir Al-Musawa dengan metode
ceramah dan tanya jawab seputar keagamaan yang belum dimengerti oleh
jamaah. Pengajian ini terlebih dahulu diawali dengan membaca maulid
Addhiya’ullami yang dituliskan oleh imam guru besar Alhabib Umar bin
Hafidh dan shalawat-shalawat Nabi dilanjutkan dengan kajian kitab fiqh dan
hadits.
2. Penentuan program Majlis Rasulullah SAW
Dalam penetapan program majlis ta’lim ini dilaksanakan setahun
beberapa kali dalam rapat kepengurusan. Program-program yang dihasilkan
tentunya tidak jauh dari pelaksanaan pendalaman ajaran agama Islam untuk
menambah kekuatan imam dan pengaktualisasian nilai-nilai dan ajaran-ajaran
Islam.
35
3. Program anak asuh dari Papua
Program ini berjalan karena kepedulian Habib Munzir Al Musawa yang
pada saat itu berdakwah ke pulau Papua, saat itu masyarakat Papua sangat jauh
dari pemahaman agama Islam, sehingga Habib Munzir Al
Musawa
memutuskan untuk mendidik mereka dengan mengenalkan sosok Rasulullah
SAW sebagai panutan dalam hidup.
4. Perjalanan wisata agama
Kegiatan ini dilaksanakan dalam seminggu sekali. Perjalanan wisata
agama yaitu ziarah ke berbagai makam para Habaib dan Ulama di seputar
Jakarta seperti Luar Batang, Kwitang, Priok dan Kalibata. Perjalanan wisata
agama ini juga diharapkan dapat menambah khazanah keislaman tentang Islam
dan diharapkan juga menambah kecintaan kepada para guru besar alim ulama.
5. Peringatan hari-hari besar Islam
Kegiatan ini dilaksanakan sebagai bagian untuk memeriahkan dan
mengenang
hari-hari
yang
bersejarah
dalam
Islam
yang
kemudian
mereflesikan nila-nilai itu dalam kehidupan sekarang. Seperti peringatan
Maulid Nabi besar Muhammad SAW dan Isra’ Mi’raj maka diharapkan
36
momentum itu dijadikan sebagai penyandaran akan kehadiran Nabi
Muhammad diutus oleh Allah yaitu memperbaiki akhlak manusia.4
4
Wawancara dengan Ust. Mustafa Deden
BAB IV
ANALISIS DESKRIPTIF IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN
PADA MAJLIS TA’LIM “MAJLIS RASULULLAH SAW”
PANCORAN JAKARTA SELATAN
A. Analisis Implementasi Fungsi Manajemen Pada Majlis Ta’lim “Majlis
Rasulullah SAW”
Majlis ta’lim yang ideal adalah apa yang diharapkan pada sebuah majlis
ta’lim itu tercapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Tentunya ada
penerapan fungsi-fungsi manajemen yang diterapkan dalam sebuah majlis
ta’lim. Fungsi-fungsi itu di antara lain: perencanaan, pengorganisasian,
penggerakkan dan pengawasan. Fungsi-fungsi harus dilaksanakan dengan
baik. Hal ini juga dilaksanakan dengan baik oleh majlis ta’lim “Majlis
Rasulullah SAW”.
Setelah penulis mengadakan penelitian pada majlis ta’lim “Majlis
Rasulullah SAW” sudah banyak fungsi manajemen terlaksana dengan baik
walaupun masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki. Berikut penulis
uraikan hasil penelitian di majlis ta’lim “Majlis Rasulullah SAW” tentang
implementasi fungsi-fungsi manajemen.
a. Fungsi perencanaan (Planning)
Setiap usaha apapun tujuannya hanya dapat berjalan secara efektif dan
efisien bilamana sebelumnya sudah dipersiapkan dan direncanakan terlebih
dahulu dengan matang. Demikian pula usaha dakwah Islam yang mencakup
37
38
segi-segi yang luas itu pun hanya dapat berlangsung dengan efektif dan
efisien bilamana sebelumnya sudah dilakukan tindakan-tindakan persiapan
dan perencanaan secara matang.1
Majlis Rasulullah SAW memutuskan sebuah perencanaan dengan
memperkirakan kejadian-kejadian di masa yang akan datang yang kemudian
dijadikan kegiatan-kegiatan program untuk dilakukan ke depan, bagaimana
prosedur terbaik untuk melaksanakan program agar tujuan dapat tercapai dan
juga menetapkan jadwal kapan sebuh program harus dilakukan serta
menetapkan anggaran yang harus dikeluarkan dalam setiap kegiatan.
Berikut aktifitas-aktifitas (kegiatan) dalam perencanaan majlis ta’lim
“Majlis Rasulullah SAW”:
1) Penentuan Peramalan (Forecasting)
Sebagai sesuatu yang mendasar dalam sebuah manajemen maka
dalam pelaksanaan perencanaan, hal-hal yang berkaitan dengan
perencanaan harus diperhatikan dengan seksama, salah satunya adalah
menentukan peramalan dan perkiraan. Peramalan adalah suatu prediksi
tentang kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi pada masa yang
akan datang, seperti halnya kondisi situasi keamanan bangsa dan
sesuatu yang tidak diketahui di masa yang akan datang lainnya.
Dalam penentuan peramalan penulis menganalisis bahwa Majlis
Rasulullah SAW sudah melakukan hal tersebut dalam penyusunan
1
Abd. Rasyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), cet ke-3, h. 8
39
perencanaan kegiatan Majlis Rasulullah SAW dengan memperkirakan
bagaimana keadaan bangsa kedepannya dan apa yang harus dilakukan
Majlis Rasulullah SAW untuk meningkatkan kegiatan dakwah sehingga
menjadi lebih baik untuk kedepannya.
2) Penentuan Maksud dan Tujuan (Objectives)
Segala program yang telah ditentukan tentunya harus memiliki
tujuan masing-masing. Tanpa adanya tujuan yang hendak dicapai maka
apalah artinya sebuah program itu dilakukan. Penentuan tujuan ini tentu
bersamaan dengan penentuan program yang akan dilakukan.
Tujuan majlis ta’lim “Majlis Rasulullah SAW” adalah :
a) Menghasilkan masyarakat yang menjadikan Rasulullah sebagai
idola.
b) Menciptakan masyarakat yang nabawiy.
c) Mengerakkan kelembagaan Islam secara efektif.
d) Membina umat Islam dalam menanamkan dan memupuk akidah
Islamiyah.
e) Menjalankan syari’at demi terciptanya khairu ummah (umat
terbaik).
Dalam penentuan maksud dan tujuan penulis menganalisis bahwa
tujuan yang tersusun dalam program Majlis Rasulullah SAW sudah
tercapai tetapi belum maksimal. Karena masyarakat pada umumnya
belum tersentuh dakwah yang dilakukan Majlis Rasulullah SAW. Akan
40
tetapi jika dibandingkan beberapa majlis ta’lim yang lain, Majlis
Rasulullah sudah melakukan yang terbaik untuk bangsa Indonesia.
3) Penyusunan Program Kerja (Programming)
Program adalah rancangan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan
oleh sebuah organisasi. Dalam penyusunan program ini, majlis ta’lim
Majlis Rasulullah SAW menentukanya dalam jangka waktu harian,
mingguan dan bulanan.
a) Jadwal kegiatan harian Majlis Rasulullah SAW
Dilaksanakan setiap Selasa malam sampai Minggu malam,
pukul 20.30-22.30, kegiatan ini dilaksanakan sesuai undangan.
b) Jadwal kegiatan mingguan Majlis Rasulullah SAW
Dilaksanakan setiap Senin malam, Kamis malam, pukul 20.30.22.30 dan sabtu malam pukul 22.00-23.00 khusus untuk ziarah.
c) Jadwal kegiatan bulanan Majlis Rasulullah SAW
Dilaksanakan setiap sebulan sekali sesuai dengan permintaan
undangan, dan untuk program ini dikhususkan perwalikota di
Jakarta.
Dalam penyusunan program kerja Penulis menganalisis
bahwa Majlis Rasulullah SAW merupakan majlis ta’lim yang
terstruktur dengan baik. Dengan penyusunan yang baik ini maka
jamaah pun merasa nyaman ketika mengikuti kegiatan majlis ta’lim
tersebut.
41
4) Penentuan Jadwal Pelaksanaan Program Kegiatan
Dalam penyusunan jadwal kegiatan atau tata waktu disesuaikan
dengan program yang dilakukan dan sesuai dengan situasi kondisi
masyarakat. Jadwal adalah penetapan waktu untuk melaksanakan
program-program yang sudah ditentukan dan waktu sebuah program
harus dijalankan. Berikut jadwal kegiatan majlis ta’lim “Majlis
Rasulullah SAW”, sesuai dengan lampiran.
Dalam penyusunan jadwal pelaksanaan program kegiatan penulis
menganalisis bahwa penyusunan jadwal kegiatan yang disusun oleh
Organisasi Majlis Rasulullah SAW sudah tersusun dengan baik dan
program yang dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat.
5) Penentuan Prosedur untuk Pelaksanaan Kegiatan
Prosedur adalah metode atau cara yang digunakan dalam
melaksanakan suatu pekerjaan. Tanpa adanya prosedur maka dapat
dikhawatirkan pelaksanaan jalannya lembaga akan kacau. Setiap semua
kegiatan jika ingin tecapai maka memerlukan sebuah metode atau cara
yang efektif dan efisien.
Pada umumnya seluruh kegiatan yang dilakukan majlis ta’lim
“Majlis Rasulullah SAW” disesuaikan dengan sasaran yaitu menjadikan
masyarakat yang nabawiy, yaitu dengan menjadikan Rasulullah SAW
sebagai idola dengan menggunakan metode ceramah dan mengkaji AlQur’an, hadits dan fiqh.
42
Dalam
penentuan
prosedur
pelaksanaan
kegiatan
Penulis
menganalisis bahwa metode yang dilakukan oleh Majlis Rasulullah
SAW dengan menggunakan metode ceramah. Dengan metode ini
adalah metode yang tepat. Dengan jumlah jamaah yang begitu banyak
maka metode ceramahlah yang bisa diterima oleh para jamaah.
6) Penentuan Anggaran Kegiatan
Setelah dirumuskan program kegiatan, jadwal kegiatan dan tujuan
kegiatan maka langkah selanjutnya adalah menentukan anggaran untuk
kegiatan. Anggaran adalah merupakan ongkos biaya yang dikeluarkan
dalam proses pelaksanaan organisasi. Anggaran juga adalah hal yang
sangat
penting
untuk
keberhasilan
sebuah
organisasi
dalam
melakasanakan kegiatannya maka dalam penyusunan anggaran harus
benar-benar sesuai dengan kebutuhan yang harus dikeluarkan oleh
sebuah organisasi dan jika tidak memperdulikan anggaran yang
proporsional maka kemungkinan dalam pelaksanaan akan mengalami
kegagalan. Contoh anggaran majlis ta’lim “Majlis Rasulullah SAW”,
yaitu:
Pemasukan
anggaran
dari
sumbangan
jamaah
berkisar
Rp.5.000.000. setiap 2 pertemuan, yaitu senin malam dan kamis malam.
Anggaran yang dikeluarkan berkisar Rp.5.000.000.
Hadiah untuk undangan
Rp 2.000.000
Perlengkapan kegiatan dakwah
Rp 1.500.000
43
Keamanan
Rp 1.000.000
Konsumsi
Rp 500.000
Jumlah
Rp 5.000.000
Dengan
adanya
penentuan
anggaran
kegiatan
ini
Penulis
menganalisis bahwa majlis Rasulullah SAW merupakan majlis yang
sungguh bertujuan menjadikan Rasulullah SAW sebagai idola bagi
masyarakat tanpa mengharapkan keuntungan dari masyarakat itu
sendiri. Data yang penulis dapatkan bahwa anggaran yang Majlis
Rasulullah SAW dapatkan dari jamaah itu diberikan lagi kepada jamaah
yaitu berupa terlaksananya kegiatan majlis ta’lim.
b. Fungsi Pengorganisasian (Organizing)
Setelah rencana tersusun dengan rapi maka langkah selanjutnya adalah
mendelegasikan kegiatan-kegiatan itu atau penugasan tanggung jawab.
Pembagian kewenangan-kewenangan dan tanggung jawab dalam suatu
organisasi tercermin pada pembentukan bagan berupa unit-unit kerja yang
terdapat dalam organisasi.
Pada tahap penerapan fungsi organisasi ini, Majlis Rasulullah SAW
menentukan tempat beserta para pelaksanaanya yang diatur dalam kerangka
struktur sekaligus pembagian tugas dan wewenang serta tanggung jawabnya
dengan memperhatikan potensi yang dimiliki oleh para anggota organisasi
44
sebagai pelaksana dakwah pada Majlis Rasulullah SAW. Pelaksana adalah
semua personal (crew) yang telibat langsung akan terselenggaranya
pelaksanaan proses kegiatan majlis ta’lim. Tugas dan wewenang tersebut
adalah sebagai berikut.
a. Pimpinan/Pembina
1) Memimpin
langsung
Majlis
Rasulullah
SAW
di
bawah
kewenangannya dan memegang kebijaksanaan luar dan dalam.
2) Sebagai motivator serta tanggung jawab terhadap pelaksanaan Majlis
Rasulullah SAW
b. Wakil
1) Memimpin para anggotaa organisasi di bawah koordinasinya dalam
pelaksanaan kegiatan majlis ta’lim agar menjadi efektif dan efisien.
2) Memiliki
kewenangan
dalam
memegang
kebijaksanaan
dari
pimpinan.
c. Bendahara (keuangan)
1) Mengupayakan pemasukan keuangan agar lancar dan teratur.
2) Menerima, menyimpan dan mengeluarkan uang atas persetujuan
pimpinan.
3) Membuat laporan pertanggungjawaban kepada Majlis Rasulullah
SAW.
d. Sekretaris
1) Memimpin dan mengendalikan fungsi sekretariat secara keseluruhan.
45
2) Mengatur dan menyimpan dokumen-dokumen Majlis Rasulullah
SAW.
e. Ketua Divisi Dakwah
1) Memimpin kegiatan dakwah Majlis Rasulullah SAW dalam setiap
pelaksanaan.
2) Memiliki kewenangan dalam melayani kemasyarakatan mengenai
Majlis Rasulullah SAW.
f. Ketua Divisi Tijariyah (perdagangan)
1) Memimpin kegiatan perdagangan, agar tidak menganggu pelaksanaan
kegiatan Majlis Rasulullah SAW.
2) Mengawasi barang-barang yang dijual, sehingga sesuai dengan
prosedur dan kebutuhan jamaah Majlis Rasulullah SAW.
g. Ketua Divisi Nasyidah Dakwah
1) Memimpin kegiatan nasyid
2) Membawakan lagu nasyid yang berbeda-beda dalam setiap acara
majlis, sehingga jamaah bisa mengetahui beberapa syair dakwah
lainnya.
h. Ketua Divisi Tekhnologi
1) Memimpin siaran dakwah melalui alat tekhnologi, seperti website,
radio dan televisi.
2) Mengatur program-program dakwah Majlis Rasululullah SAW
melalui alat-alat tekhnologi.
46
Dalam fungsi pengorganisasian Penulis menganalisis bahwa Majlis
Rasulullah SAW sudah menjadi organisasi yang baik. Majlis
Rasulullah SAW menempatkan para pengurus kegiatan majlis ta’lim
yaitu pada keahlian/bidangnya masing-masing. Bahwasanya suatu
pekerjaan jika dikerjakan oleh ahlinya maka pekerjaan itu memiliki
hasil yang baik.
c. Fungsi Penggerakkan/Pelaksanaan
Setelah perencanaan dakwah telah ditetapkan, begitu pula pembagian
tugas dan wewenang telah dilaksanakan maka tindakan berikutnya adalah
menggerakkan seluruh pelaksana untuk menjalankan tugas yang telah
didelegasikan, yaitu merupakan suatu kegiatan untuk menggabungkan usahausaha dari suatu kelompok, sehingga melalui tugas-tugas mereka dapat
terpenuhi tujuan-tujuan pribadi dan kelompok.
Penulis menganalisis bahwa penggerakkan Majlis Rasulullah SAW ini
adalah pelaksanaan program kegiatan majlis ta’lim yang disesuaikan dengan
ketetapan dari pimpinan. Dalam menjalankan program ini pimpinan Majlis
Rasulullah SAW selalu memberikan motivasi kepada seluruh staf dan
anggota organisasi. Tidak hanya itu pimpinan juga membimbing dan
menjalin pengertian di antara mereka serta selalu meningkatkan kemampuan
dan keahlian para anggota organisasi.
47
Dalam rangka memberikan motivasi, membimbing dan menjalin
pengertian serta meningkatkan kemampuan para staf dan anggota organisasi
maka pimpinan Majlis Rasulullah SAW melakukan pertemuan rutin setiap
bulannya yang pada dasarnya berintikan:
1) Arahan,
bimbingan,
motivasi
dan
pembinaan
terhadap
pelaksana
administrasi kegiatan Majlis Rasulullah SAW.
2) Pembuatan program bulanan.
3) Forum tukar pendapat dan diskusi.
d. Fungsi Pengawasan dan Evaluasi
Pimpinan Majlis Rasulullah SAW melakukan pengendalian sekaligus
evaluasi agar dapat mengambil tindakan-tindakan pencegahan terhadap
kemungkinan terjadinya penyimpangan. Begitu pula dengan menghentikan
kekeliruan dan penyimpangan yang sedang berlangsung. Dengan tindakan
preventif dan refresif itu dapatlah dihindarkan terjadinya hal-hal yang tidak
diinginkan dan proses dakwah dapat diarahkan pada sasaran yang telah
ditetapkan.
Penggerakkan dan pengendalian dalam rangka penilaian ini selain untuk
pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan terjadinya penyimpangan,
juga sebagai peningkatan dan penyempurnaan terhadap proses dakwah untuk
masa-masa mendatang.
48
Dalam pengawasan dan evaluasi Penulis menganalisis bahwa fungsi
manajemen ini sudah diterapkan oleh Majlis Rasulullah SAW.
pimpinan
Majlis Rasulullah SAW selalu mengawasi kinerja para pengurus majlis ta’lim
tersebut dengan cara mendiskusikan kepada para ketua divisi masing-masing.
Jika terdapat pengurus yang membutuhkan motivasi maka secara khusus
Pimpinan Majlis Rasulullah SAW memberikannya dengan harapan para
pengurus menjadi lebih semangat dalam melaksanakan program kegiatan
dakwah.
B. Faktor pendukung dan penghambat
1. Faktor Pendukung
Faktor pendukung majlis ta’lim Majlis Rasulullah SAW adalah sebagai
berikut:
a. Respon yang baik dari jamaah terhadap aktivitas Majlis Rasulullah
SAW.
b. Adanya kerjasama dengan media cetak dan elektronik, sehingga
dakwah dapat berjalan dengan baik.
c. Didukung oleh sumber daya manusia yang berkompeten dibidangnya,
sehingga pelaksanaan dakwah berjalan dengan efisien.
d. Bekerjasama
dengan
aparat
pemerintah
setempat
dalam
menyelenggarakan aktivitas dakwah.
2. Faktor Penghambat
Merupakan hal yang wajar dan lumrah apabila dalam pelaksanaan
manajemen terdapat berbagai hambatan dan itu merupakan salah satu
49
bagian yang senantiasa bergulir di tengah-tengah proses berlangsungnya
sebuah kegiatan. Demikian juga halnya dengan dakwah yang dilakukan
Majlis Rasulullah SAW ada saja hambatan-hambatan yang menghadang
untuk menuju kesuksesan. Walaupun ada hambatan pihak majlis ta’lim
tersebut berusaha menghadapi dengan kepala dingin.
Faktor Dana, faktor ini membuat majlis ta’lim tidak hanya sulit
mengembangkan kegiatan, untuk pelaksanaan acara dibutuhkan sarana
yang nyaman bagi para jamaah dalam melakukan kegiatan majlis ta’lim.
Dari hambatan di atas maka para pengurus dapat meminimalisir
kejadian-kejadian yang tidak diharapkan di masa depan. Hambatan yang
muncul sebaiknya diatasi sesegera mungkin. Namun, kesemuanya itu
terpulang kembali kepada faktor manusianya, yakni para pengurus Majlis
Rasulullah SAW dan jamaahnya, mampukah mereka mengatasi
kesemuanya itu dengan baik atau tidak. Dalam hal ini penulis
memberikan solusinya dalam mengatasi problematika majlis ta’lim yaitu
dengan kerjasama. Hubungan kerjasama pimpinan dengan pengurus
dalam mengelola majlis ta’lim, jamaah sangat diperlukan rasa solidaritas
guna mengatasi berbagai problematika majlis ta’lim. Tanpa kerja sama,
masalah tetap tinggal masalah. Kerja sama juga dapat meringankan
pengurus dalam menjalankan berbagai kegiatan majlis ta’lim.
50
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan implementasi fungsi manajemen di atas maka penulis
dapat menyimpulkan bahwa:
1. Implementasi fungsi manajemen pada Majlis Rasulullah SAW sudah
berjalan dengan baik dalam upaya pengembangan dakwah yang terdiri dari
fungsi perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan pengawasan
sebagai proses yang berkelanjutan dapat dikatakan sudah cukup maksimal,
seperti:
a. Memiliki perencanaan yang matang sebelum melakukan kegiatan.
Seperti bagaimana menentukan program, tujuan dan metode dengan
baik.
b. Dalam pengorganisasian Majlis Rasulullah SAW sudah meningkatkan
kinerja yang baik.
c.
Pimpinan Majlis Rasulullah SAW sudah menjadi penggerak yang baik
akan kegiatan dakwah
ini terlihat dari proses pelaksanaan fungsi
manajemen yang sesuai dengan prinsip manajemen.
d. Evaluasi dalam organisasi sangatlah penting guna untuk menjadikan
organisai lebih baik dari sebelumnya.
51
2. Di dalam proses manajemen majlis ta’lim “Majlis Rasulullah SAW”
terdapat hambatan yang dihadapi, serta terdapat faktor pendukung yang
membuat setiap kegiatan terlaksana dengan baik, seperti adanya dukungan
atau respon yang baik dari masyarakat sekitar tentang keberadaan Majlis
Rasulullah SAW, majlis ini
mempunyai pengurus yang berkompeten
dalam bidang-bidang yang mereka tangani, kerjasama dengan media cetak
dan elektronik untuk menunjang kegiatan dakwah, dan bekerjasama dengan
pemerintah.
Sedangkan faktor penghambat dalam melakukan kegiatan
dakwah yaitu, faktor dana.
B. SARAN-SARAN
Dalam hal ini Penulis memiliki saran-saran sebagai berikut:
a. Musyawarah, hal pertama yang dilakukan antara pengurus dan pimpinan
perlu kiranya melakukan musyawarah, melalui musyawarah inilah
diharapkan berbagai pemikiran dan pandangan dapat dikemukakan dalam
rangka mencari alternatif pemecahan masalah yang terbaik.
b. Keterbukaan, menerapkan keterbukaan dalam mengelola majlis ta’lim
sama pentingnya dengan musyawarah. Keterbukaan
bukan saja akan
menumbuh kepercayaan pimpinan majlis ta’lim terhadap pengurus,
melainkan juga akan mendorong terlaksananya setiap kegiatan dakwah
dengan baik.
52
c. Perluas kegiatan dakwah ke daerah yang belum tersentuh aqidah Islam,
agar semakin bertambah masyarakat yang mengidolakan Baginda Nabi
Muhammad SAW.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, H.M, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Bulan Bintang)
Bachtiar,Wardi, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah (Jakarta: Logas, 1997)
Efendi, E.K.Mochtar, Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam,
(Jakarta: Bharatara Karya Aksara,1996), cet ke-2
Hadi, Sutrisno, Metode Research (Yogyakarta: Andi Offset, 1997)
Handoko, T. Hani, Manajemen, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta,1984), edisi ke-2
Hasanuddin, Manajemn Dakwah, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), cet ke-1
Herujito, Yayat M., Dasar-Dasar Manajemen, (Jakarta: PT Grasindo, 2001), cet ke-1
Munir, M. dan Ilaihi, Wahyu, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009), cet ke2
Al Musawa, Munzir, Kenalilah Akidahmu, (Jakarta: Majlis Rasulullah, 2007)
Muhtarom, Zaini, Dasar-Dasar Manajemen, (Yogyakarta: Al-Amin Press, 1996),
Muxlim, dari www.blogs.muxlim.com, Nasab Habib Munzir Al Musawa, Artikel
diakses pada Senin, 21 Maret 2011
Panglaykin dan Tanzil, Manajemen Suatu pengantar, (Jakarta: Ghalia Indonesia,
1999), cet ke-15
Sarwoto, Dasar-Dasar Organisasi dan Manajemen, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1991),
cet ke-8
Shaleh, Abd. Rosyad, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1977)
Kegiatan Majlis Rasulullah SAW
Pimpinan Majlis Rasulullah SAW
PELINDUNG
Gubernur DKI Jakarta
Kapolda Metro Jaya
PENASEHAT
Ketua Rabithoh Alawiyah
Habib Muhsin Al-Hamid
PIMPINAN/PEMBINA
Habib Munzir Al-Musawa
WAKIL PIMPINAN
Habib Ahmad Bahar
BENDAHARA
SEKRETARIS
Saiful Zahri
H.M Syukron Makmun
KETUA DIVISI
DAKWAH
KETUA DIVISI
TIJARIYAH
KETUA DIVISI
NASYIDAH
H.M Syukron
Makmun
Saiful Zahri
Muhammad Qalby
KETUA DIVISI
TEKHNOLOGI
Muhammad Mahfud
Fauzan Hakim
Muhammad Daud
MAJELIS RASULULLAH SAW
Jl. Cikoko Barat V No. 66 Rt 03/05 Pancoran
Jakarta Selatan 12770-Indonesia Tlp: 62-21 7986709.
Website: www.majelisrasulullah.org
SURAT KETERANGAN
Assalamua’laikum Wr. Wb.
Yang bertanda tangan di bawah ini, kami dari Sekretariat Majelis Rasulullah SAW, menerangkan
bahwa:
Nama
: Dwi Satia
Nim
: 107053002290
Jurusan
: Manajemen Dakwah/FDK
Program
: Strata Satu (S-1)
Alamat
: Jl. Raden Saleh No.44 Rt 01/06 Karang Mulya,
Karang Tengan, Tangerang, 15157
H. Syukron Makmun
Sekretaris Umum
MAJELIS RASULULLAH SAW
Jl. Cikoko Barat V No. 66 Rt 03/05 Pancoran
Jakarta Selatan 12770-Indonesia Tlp: 62-21 7986709.
Website: www.majelisrasulullah.org
SURAT KETERANGAN
Assalamua’laikum Wr. Wb.
Yang bertanda tangan di bawah ini, kami dari Sekretariat Majelis Rasulullah SAW, menerangkan
bahwa:
Nama
Nim
Jurusan
Program
Alamat
: Dwi Satia
: 107053002290
: Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi/Manajemen Dakwah
: Strata Satu (S-1)
: Jl. Raden Saleh No.44 Rt 01/06 Karang Mulya,
Karang Tengah, Tangerang, 15157
Telah mengadakan wawancara/riset kepada kami sebagai bahan penulisan skripsi yang berjudul
“Manajemen Dakwah Habib Munzir Al Musawa Pada Majlis Ta’lim (Majelis Rasulullah SAW)
Pancoran Jakarta Selatan”.
Demikian surat keterangan ini kami buat dengan sebenarnya, untuk dipergunakan sebagaimana
mestinya.
Wassalamua’laikum Wr. Wb.
Jakarta, 11 Mei 2011
Mengetahui,
Sekretaris Majelis Rasulullah SAW
H.M. Syukron Makmun
MAJELIS RASULULLAH SAW
Jl. Cikoko Barat V No. 66 Rt 03/05 Pancoran
Jakarta Selatan 12770-Indonesia Tlp: 62-21 7986709.
Website: www.majelisrasulullah.org
SURAT KETERANGAN
Assalamua’laikum Wr. Wb.
Yang bertanda tangan di bawah ini, kami dari Sekretariat Majelis Rasulullah SAW, menerangkan
bahwa:
Nama
Nim
Jurusan
Program
Alamat
: Dwi Satia
: 107053002290
: Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi/Manajemen Dakwah
: Strata Satu (S-1)
: Jl. Raden Saleh No.44 Rt 01/06 Karang Mulya,
Karang Tengah, Tangerang, 15157
Telah mengadakan wawancara/riset kepada kami sebagai bahan penulisan skripsi yang berjudul
“Manajemen Dakwah Habib Munzir Al Musawa Pada Majlis Ta’lim (Majelis Rasulullah SAW)
Pancoran Jakarta Selatan”.
Demikian surat keterangan ini kami buat dengan sebenarnya, untuk dipergunakan sebagaimana
mestinya.
Wassalamua’laikum Wr. Wb.
Jakarta, 11 Mei 2011
Mengetahui,
Ketua Divisi Nasyidah Majelis
Rasulullah SAW
Muhammad Qalby
MAJELIS RASULULLAH SAW
Jl. Cikoko Barat V No. 66 Rt 03/05 Pancoran
Jakarta Selatan 12770-Indonesia Tlp: 62-21 7986709.
Website: www.majelisrasulullah.org
Pedoman Wawancara
Nama
: Ust. Syukron Makmun
Jabatan
: Sekretaris Umum
Tanggal
: Jakarta, 3 Maret 2011
Waktu
: 16.00-17.00 WIB
Tempat
: Jl. Cikoko Barat V No.66 Rt 03/05 Pancoran Jakarta Selatan
Pertanyaan
1. Menurut Habib Munzir, apa yang dimaksud dengan manajemen?
2. Apa yang dimaksud dengan dakwah?
3. Apa yang dimaksud dengan manajemen dakwah?
4. POAC merupakan fungsi dari manajemen, bagaimana penerapannya?
5. Faktor apa yang menghambat dan mendukung kegiatan majlis?
Jawaban
1. Manajemen menurut kami adalah mengatur suatu rencana program sehingga
kegiatannya menjadi efektif dan efisien.
2. Dakwah adalah menyeru, mengajak umat manusia menuju jalan kebaikkan
sebagaimana yang Rasulullah SAW ajarkan pada kita sebelumnya.
3. Jika manajemen digabung dengan dakwah maka artinya mengelola kegiatan
dakwah sehingga kegiatan itu menjadi efektif dan efisien.
4. a. Perencanaan
Majlis Rasulullah SAW selalu memiliki rencana yang sudah tersusun
dengan baik. Seperti penyusunan jadwal waktu dakwah, penetapan lokasi,
metode yang kita gunakan bisa dipahami masyarakat, dan persiapan
perlengkapan dakwah yang selalu lengkap.
b. Pengorganisasian
Dalam organisasi kita memiliki para anggota yang ahli dibidangnya masingmasing. Selalu kompak dalam menjalankan kegiatan dan tentunya kita
selalu terbuka untuk masyarakat yang ingin bergabung dalam kegiatan
dakwah kita, akan tetapi ada beberapa persyaratan jika ingin menjadi
anggota pengurus majlis ini.
c. Penggerakkan
Habib Munzir selaku pimpinan Majlis Rasulullah SAW, adalah seorang
pemimpin yang sangat memberikan pengaruh bagi kami. Memberikan
motivasi-motivasi pada kami untuk lebih bersemangat melakukan kegiatan
dakwah. Dengan hal ini Habib sudah melakukan penggerakkan dengan
sangat baik.
d. Pengawasan
Habib
selalu
memberikan
pengawan
kepada
kami
dengan
cara
mengumpulkan para staf dan melakukan diskusi. Jika dari hasil diskusi
terdapat anggota yang perlu dibimbing lebih dalam maka Habib akan
memberikan arahan, motivasi, saran dengan maksud untuk meningkatkan
kinerja.
5. faktor yang mendukung adalah segala peralatan untuk kegiatan dakwah seperti
media cetak dan elektronik, kerjasama dengan aparat pemerintah dan orangorang yang berkompeten dibidangnya dalam berorganisasi. Sedangkan faktor
yang menghambat adalah dana.
Jakarta, 3 Maret 2011
Pedoman Wawancara
Nama
: Ust. Musthafa Deden
Jabatan
: Staff Divisi Dakwah
Tanggal
: Jakarta, 8 Maret 2011
Waktu
: 16.00-17.00 WIB
Tempat
: Jl. Cikoko Barat V No.66 Rt 03/05 Pancoran Jakarta Selatan
Pertanyaan
1. Siapa saja pelaku dakwah dalam Majlis Rasulullah SAW?
2. Dalam hal mad’u, berapa jumlahnya? Tergolong tingkat ekonomi yang mana?
Dari segi umur mana yang lebih dominan? Dan apakah mad’u tergolong para
pelajar?
3. Materi apa saja yang Habib Munzir sampaikan kepada jamaah dalam
pelaksanaan pengajian? Adakah season Tanya jawab setelah Habib
memberikan penjelasan?
4. Alat apa saja yang digunakan untuk menyamapikan materi dakwah? Adakah
hamabatan yang telah terjadi dalam menggunakan wasilah?
5. Bagaimana metode dakwah Habib Munzir al Musawa?
Jawaban
1. Pelaku dakwah yang lebih sering menyampaikan adalah pimpinan kami sendiri
yaitu Habib Munzir al Musawa, akan tetapi jika beliau berhalangan hadir, di
badal oleh KH. Baihaqi dan Ust. Musthafa.
2. Mad’u kami sudah berjumlah sekitar 15 ribu sampai 30 ribu jamaah. Dan
dalam event-event tertentu bisa mencapai 50 ribu jamaah bahkan lebih. Jamaah
lebih tergolong pada ekonomi yang standar akan tetapi sekarang sudah
seimbang dengan ekonomi yang lebih tinggi. Dari segi umur usia muda lebih
banyak dan kebanyakan mereka dari pelajar dan pekerja.
3. Materi yang Habib sampaikan adalah Hadits Bukhori Muslim, fiqh dan AlQur’an. Kami mengadakan season tanya jawab kepada jamaah dan bisa
dilakukan melalui website kami yaitu www.majelisrasulullah.org dan akan
dijawab langsung oleh Habib sendiri.
4. Alat yang digunakan dalam kegiatan dakwah kami adalah computer/laptop
yang terdapat website dan strimming, radio, televise, speaker, toa dan
proyektor.
5. Habib menyampaikan metode dakwah dengan mengamalkan ajaran-ajaran
Rasulullah SAW dalam kehidupan sehari-hari.
Jakarta, 8 Maret 2011
Pedoman Wawancara
Nama
: Ahmad Hudori
Jabatan
: Jamaah Majlis Rasulullah SAW
Tanggal
: Jakarta, 12 Maret 2011
Waktu
: 13.00-15.00 WIB
Tempat
: Jl. Raden Saleh Rt 01/06 Tangerang
Pertanyaan
1.
Apa alasan Anda mengikuti Majlis Rasulullah SAW?
2.
Apa menariknya Majlis Rasulullah SAW ?
3.
Sudah berapa lama Anda mengikuti kegiatan majlis Rasulullah SAW?
4.
Apa yang membuat anda bertahan untuk mengikuti kegiatan majlis ini?
5.
Adakah masukan kepada Majlis Rasulullah SAW untuk kedepannya agar lebih
baik lagi?
Jawaban
1.
Saya mengikuti Majlis Rasulullah ini karena sosok Habib Munzir Al Musawa
yang sangat lembut, Beliau selalu mengajarkan akhlak Rasul dan Beliau juga
menerapkannya.
2.
Menariknya bagi saya adalah kekharismatikan Beliau, dan wawasannya yang
luas, membuat saya menjadi lebih tahu lagi akan ajaran-ajaran Islam.
3.
Saya mengikuti kegiatan majlis Rasulullah ini sudah mencapai 3 tahun.
4.
Yang membuat saya bertahan mengikuti kegiatan Majlis ini adalah selain
ajarannya yang baik dan figur Habib Munzir yang sangat luar biasa bagi saya
adalah pengorganisasian yang bagus. Yaitu setiap saya datang ikut untuk mengaji,
para aktivis kegiatan dakwah sudah menyebarkan kertas yang berisiskan jadwal
pengajian berikutnya. Ini yang saya suka dan saya nilai baik untuk organisasi
Majlis ini. Sehingga bagi para jamaah yang ingin mengikuti pengjian berikutnya
seudah mendapatkan informasi dengan cepat.
5.
Masukkan saya adalah diharapkan kepada para organisasi untuk mencari tempat
pengajian yang lebih strategis, karena setelah pengajian selesai jamaah agak padat
dan berdesakan jika ingin menuju pintu gerbang yang hanya tersedia 2,
khususnya malam Selasa. Jika sudah tahu jamaah semakin bertambah saya rasa
PR untuk Majlis Rasulullah mencari tempat yang lebih tepat.
Jakarta, 12 Maret 2011