Seminar Nasional Perhimpunan Hortikultura Indonesia 2011
Transcription
Seminar Nasional Perhimpunan Hortikultura Indonesia 2011
PRESENTER PARTICIPATION Studies on Different Disinfectanct Material on Sterility and Viability of Mango lmmature Flower Bud in Vitro Culture Written by: Mochammad Roviq Tatik Wardiyati Presented at "Seminar Nasional Perhimpunan Hortikultura lndonesia 2011" in Balitsa Lembang, 23-24 November 2011 AGRICULTURE FACULTY BRAWIJAYA UNIVERSITY MALANG 2011 ITAS DAN VIABILITAS TUNAS BUNGA MUDA GA PADA PERBEDAAN BAHAN DISINFBKTAN DALAM KULTURIN YITRO DISINFECTANT MATENAL ON STEMLITY AND VIABILTTY OF MANGO IMMATAXE FLOWTR BUD IN IN WTRO CALTARE Mochammad Roviqr)-, Tatik lVardiyatir) Pertanian Universitas Brawijaya (FP-UB), Jl. Yeteran Malang 65145 Indonesia, TelplFax. 0341 -5516l I/0341-56001 I Email : [email protected] ABSTRACT &trface disinfection is a critical early stage affecting culwre initiation and subsequent . However, during explant preparation system of Mangifera indica unapened .flov'er it is wry dilJicult to obtain plenty of sterilized materials b\t using ordinary disinfectant. ily was to determine the ffict of l0% (viu) of sodium fuipochlorite (5;25% NaOCI) .fot l0 as ane treotment ard. of 5% (vru) sodium hypochlorite -for 5 minutes and (4.8% C8IIfiO),fur The aim o.f I% (vlu) of 5 minutes as the other treatment on in vitro viability and growth of tlower bud of mango. A high success rate (85- l00yo) in sut'ace disinfectd was sstociated @ants from 5%o oJ'chloroxylenol Jbr 5 minutes and 5%o stltum hypochlorite far 5 minutes. The contamination rate alter 14 days was below l5%; in conlrosL a contamination rate up to vas observed in l0% of sulium hypachlorite.for lA minutes. Nevurtheless, all explants sterilized chloroxylenol in a disinfectant solution wers stagnant until I months afier tra*sferreel into trlia. ta An the conffary, aseptic explan$ sterilized, only by todium lyrychlorite were viable getsrale callus for 3 - 5 weeh infirst establishnert slage. nango, .fl aw e r, i ffima t ur e. chl or oxy leno l, di s i n-fec t snt PENDAHULUAN Hingga saat ini penelitian embryogenesis somatik pada mangga beltrm pernah organ bunga. Banyak penelitian menuqfukkan bahwa embriogenesis menggrurakan nucellus sebagai eksplan adalah metode yang paling sukses propagasi d.1994; invito pada qangga(Li1uet a1.,1982;DeWald et a1.,1989a, b;Jana Ara et a1.,1.999; Patena et a1.,2002; Xiao et al., Ermayanti dan Rantau, Teknik ini telah diterapkan pada beberapa kultivar mangga India, Australia Aurerika (Litz, 1984; Litz et al, 1998; Thomas, 1999). Sesungguhnya, bunga sebagai eksplan tidak sekedar memanfaatkan tingginya kerontokan mangga tetapi juga tidak perlu mengambil embrio bdi pada buah rnangga" lebih menghemat waktu. Kendala pengunaan bunga muda manga yang belum mekar sebagai eksplan kultur in vitro adalah kontaminasi yang sangat tinggi. Kontarninasi eksplan fuirgsi dari hubungan antara tanaman dengan faktor lingkungan seperti spesies urnur, sumber eksplan dan kondisi cuaca yang berlangsung pada diambil (Singh et karena berada saat al.,2All). Tidak sebagaimana embrio yangjauh lebilr lebih di dalam biji dan buah, tunas bunga mangga terpapar oleh saat pertumbuhannya. Upaya mengurangi kontaminasi dengan tanaman pada rumah kaca atau lingkungan yang lebih terbatas dan i tidaklah berlaku uutuk mangga yang merupakan tauaman tahtrnan, Faktor tiogkungal yang dapat meningkatkan kontaminan adatah adanya debu, kelembaban dan hujan. Debu yang menempel pada daun dengan mudah menyebar ke bagian hrnga akibat percikan air hujan. lntensitas hujan yang tinggr ini menyebabkan kondisi yang lembab disekitar kuncup bunga. Hal ini menyebabkan jamur dan bakteri dapat I b- berkembang dengan baik. Kontaminasi ini akan semakin tinggi jika ada berkas debu ir atau kotoran yang menempel pada kuncup bunga. Untuk rnengurangi sumber kontaminan hanya dipilih bunga yang relatif bersih, tidak ada tanda kotoran dan jejak- jejak adanya serangga yang bersarang di kuncup bunga. Oleh karena itu, keberhasilan tahap sterilisasi untuk ekplan ini sangat penting uutuk mencapai tahap kulnr in intro selanjutnya. Sterilisasi yang merupakan pembebasan eksplan dari kontarninasi adalah sebualr proses awal yang sangat penting dalam kulrur jaringan. Berbagai sterilan r r i digunakan untuk mendekontarninasi organ atau jaringan terutarna dari bakteri dan cendawan. Tetapi, sterilan tersebut juga beracun bagi jaringan tanaman. Konsentrasi yang tepat dari sterilan, lamanya eksplan terpapar berbagai sterilan, urutan pengguman sterilan harus diupayakan dapat meminirnalkan kerusakan eksplan dan mampLr menjaga peluang hidupnya dengan lebih baik (CPRI, 1992). Terdapat dua jenis bahan sterilan berdasarkan penggunaannya yaitu disinfektan dan antiseptik. Disinfektan yang secara luas digunakan adalah sodium hipokloriq kalsiurn hipoklorit, etanol (atau isopropil alkohol), merkuri kloridq hidrogen peroksida, perak nitrat dan bromin. Hipoklorit dikenal sebagai'pembunuh bakteri yang sangat efektif, dan meskipun hanya dalam konsentrasi miko molar mampu mengurangi populasi bakteri secara nyata (Singh et al.,20ll). Sodiurn hipoklorit (NaOCl) ditemukan lebih baik dalarn mengendalikan infeksi dan tidak mernberikan efek bnruk pada eksplan bahkan dalam jangka waktu yang lama (Badoni dan Chauhan, 2010). Sodiurn hipoklorit banyak digunakan sebagai disinfektan dalarn embryogenesis sornatik, sebaliknya, kloroksilenol (csHeclo) yang merupakan disinfektan yang dapat ditemukan dan kornposisinya mencapai 4.s% dmt penylsur Dettol lebih jarang digunakan sebagai bahan sterilan daripada NaOCl. Kloroksilenol ialah senyawa antimikrobayang digrrnakan untuk rnengendalikan bakteri, alga dan cendawan dengan kadar iritasi rendah dan tidak bersifat korosif. Kloroksilenol efektif rnengendalikan bakteri gram positif tetapi kurang. aktif dalam mengendalikan bakteri gram negative (Hoffinan, et a1.,2004). Penelitian bertujuan untuk mengetahui efektifitas dari sodiurn hipoklorit dan kloroksilenol sebagai disinfektan pada sterilisasi kultur kuncup bunga mangga yang belum mekar dan untuk mengetahui viabilitas ekplan hingga mernbentuk kalus. BAHAN DAN METODE Kturcup brurga mangga diambil dari kebun koleksi Balai Benih Induk poh Jenfrek Pasuruan. Kuncup bturga dipilih yang rnasih muda dan belum mekar. Kmcup bunga dipilih yang berukuran sedang dan belurn membuka. Pada pagi hari sekitar jam G7, burga tersebut dipotong dengan menyertakal cabang tandan burga. Bunga beserta tandannya dimasukkan dalarn kontainer yang berisi es kering untuk rnenjaga tesegarannya dan kemudian di bawa ke Laboratorium Kultur Jaringan Fp-UB di Malang. Kernudian, bunga beserta tandannya dibilas menggunakan air kran mengalir mtuk membersihkan debu, berkas embun atau hujan yang nampak. Bunga beserta mdannya direndam-dikocok dalam detergen sebanyak dua kali masing-masing r cdama 5 menit. Selanjutnya dibilas menggrurakan air kran rnengalir. Bunga beserta dan yang sudah bebas dari detergen dimasukkan ke dalarn larutan fungisida benlate O37o selarna 30 rnenit. Setelah diambil dan ditiriskan, bunga beserta tandannya direidam pada perlakuan bahan sterilan yairu perlakuan pertama Bayclin l0o/o (10o/o (v/v) sodium hipoklorit {5.25% NaOC$ selama 10 menit atau perlakuan lainnya edalah 5% (vlv) sodium hipoklqrit (5.25%NaOCl) dikombinasikan dengan t% (vtv) ltoroksilenol; Dettol (4.8% CsHgClO) rnasing-nrasing selama 5 menit secara berurutan. Kemudian bunga beserta tandannya dibilas rnenggunakan aquades steril sebanyak 3 kali. Kuncup ,b*gu yang telah steril dipindahkan ke cawan petri. Dihindari memindahkan terlalu banyak air dari dalam taburg pada saat memindahkan hmcup bunga ke cawan petri baru. Bunga beserta tandannya kemudian di potong dalam I00 ppm larutan vitamin C untuk menekan poterxi pencoklatan. Bunga dilepaskan dari tandannya. Kuncup btrnga diiris dengan posisi rnelintang sekitar 1/3 panjang btrnga dari dasar btrnga menggturakan pisau skalpel steril. Kemudian bunga da tangkai tunggal ditanarir pada media % MS yang mengandung 0.2 ppm BA, 2 1pm 2.4D dan4.5olo sukrosa. Eksplan ditanaru menyebar di permukaan media (1 botol d4at berisi 4 eksplant). Botol ditutup rapat menggunakan plastik transparan yang lc'ah diterilkan dan ditempatkan pada kondisi gelap. Pengamatan *silisasi dilakukan sehari sampai l4 hari keberhasilan sefelah inokulasi. Pengamatan peftumbuhan telus diamati rnulai 2 minggtr hingga 12 rninggu pasca inolarlasi. Apabila muncul hilus, maka dilakukan sub kultur ke media baru setelah 4 minggu. HASIL DAN PBMBAHASAN Hasil pengamatan menunjukkan bahwa 1% kloroksilenol (4.8% C*IsClO) 5 menit dan 5Yo (v/v) sodium hipoklorit (5.Z|o/oNaocl) selama 5 menit lebih mengurangi tingkat kontaminasi ekplan bunga mangga daripada Itrfim hipoklorit (5.25% NaOCI) selama l0 l0% (vlv) menit. Tingkat sterililitas dari frrrbinas; desinfektan kloroksilenol dan sod.iun hipoklorit mampu meuekan trynminasi hingga l00o/o dengan tingkat kontaminasi maksimal adalah 16%. s:tatilcnya penggunaan disinfektan lao/o (v/v) sodium hipoklorit (5.25% Naocl) Lrya mampu menekan kontamhasi maksimal adalah 55o/o dengan tingkat Saminasi mencapai 87% (Grafik l). ^80Yn }R € .E oo,..r, E E c to 4ovi, rl J 6! tr tr 2o,i *' tt ",1'"0 oo',,}lLl'j " "'o L Tingkat kontarninasi (%Q pada kultur tunas burga mangga behun mekar pada ljo/a (viv) sodiurn hipoklorit {5.25% Naocl) lebih ringgi daripada S%(v/v) sodium hipoklorit + l% kloroksilenol (4.8%CaH(lO) sodium hiploklorit sudah dikenal efektif sebagai disinfektan pada berbagai kultur jaringan (pustaka). Namun demikian pada sterilisasi eksplan bunga yang belum mekar ini, kontaminasi pada l0%(vlv) sodiwn hipoklorit (5.25o/o selama 10 menit sangat tinggr. Tingginya kontaminasi tersebut diduga lebih disebabkan oleh tingginya kontaminan yang terdapat pada bunga mangga yang dimbil langsurg di lapang. Anatomi yang belum mekar pada taldan fuuras mangga !: i: k 5 ri cagal menyulitkan proses sterilisasi. Bunga dalarn cluster yang bergerornbol menyebabkan banyak bagian yang lebih sulit dijangkau daripada jika bentgk perrrukaan eksplan rata dan halus (Gambar). s$ .{ '*. Gambar 2. a. kuncup bunga mangga yang belun mekar sebagai eksplan b. bunga mangga beserta tandannya disterilkan dalarn larutan disiniektan disertai dengan pengocokan untuk meningkatkan penetrasi bahan aktif ke sela antar turas bunga, c. kontaminasi akibat jamur, d. kontaminasi akibat bakteri Kecepatan munculnya kontaminasi menunjukkan bahwa kornbinasi L% (v/v) kloroksilenol (4.8% CsHqCIO;Dettol) selama 5 menit dan 5%(v/v) sodiwn hipoklorit (5-25% NaOCI) selama 5 menit lebilr efektif menekan wakru munculnya kontaminasi drylan bunga mangga daripada l0% (vlv) sodium hipoklorit (5.25%Naocl) selama l0 menit. Kontarninasi mulai muncul pada hari pertama hingga keernpat pasca irokulasi pada penggruraau NaOCl sebagai sterilan tunggal dengan kisaran lg hingga tlYo. Sebaliknya, pada kornbinasi desinfektan kloroksilenol dan sodigm hipoklorit, &mtaminasi banr mtrrcul pada harikeenam dan ketuju setelah inokulasi (Gambar 3). I (xl'r,. ll.r,-.,- L !l{.I:',. 8ll':''l 'E 'E lr 6 .x f 7tr,r', t,rI,. !,{.t''.,,, .5 F' t to'"' f,!.r,.,'. ll'.,., -.H",:1,:, no + 2l-|':',:, 10':ii { rhll }':'ir tl). 1567 Waktu munculnya kontaminan {hari} Gambar 3. Kontaminasi pada l\yo (vlv) sodium hipoklorit (s,25% Naocl) mulcul lebih cepat daripada 5a/o (.vlv) sodium hipoklorit + lYo kloroksilenol (4.8% CsHsClO) Namun demikian keberhasilan menekan kontaminasi oleh kornbinasi antara 1% (v/v) kloroksilenol (4.s% csHeclo) selama 5 menit dan s% (v/v) sodiurn hipoklorit (5.25% NaOCI) selama 5 menit tidak diikuti dengan perhunbuhan kalus pada eksplan bunga mangga yang belurn mekar hingga enam belas minggu paska inokulasi. Sebaliknya, seluruh eksplant steril yang terbebas dari kontaminasi pada penggunaan l0% (v/v) sodium hipoklorit (5.25o/o NaoCl) selama l0 menit membentuk kalus sekitar tiga hingga empat rninggu setelah inokulasi (Gambar 3). Kegagalan pernbentukan kalus pada penambahan perlakuan khloroxylenol ceF{sClo; Dettol) pada sodium hipoklorit diduga bahwa daya disinfektasi sangat kuat. Sebuah penelitian yang dilakuk an padakasus mikroba nosokomial bahwa Dettol adalah agen yang mematikan dan tidak ada penurunan n'-rretian mikroba setelah periode kematian eksponensiel. Hal ini rnenunjukkan ri&k ada subpopulasi yang dapat bertahan pada larutan Dettol (El Mahmood r* r F F , I I , dan Doughari, 2008). Selama sterilisasi, hanya kontarninan yang harus dihilangkan, li ! I sehingga eksplan disterilkzur dengan larutan disinfektan baik tunggal maupun tombinasi pada konsentrasi yang cocok dalarn suatu periode tertentu maghilangan aktivitas biologis tanaman atau ekplan (oyebanji et al., tanpa z0og). Meskipun daya toksik kloroksilenol, bahan utama yang mencapai 4.g% dan komposisi Dettol, dilaporkan tidak sangat beracun, niunul Dettol sendiri merupakan larutan campuran. Bahan penyusun Dettol yang lain adalah isopropanol, minyak pinus, minyak jarak, karamel dan air. Diantara bahan penyusun dettol selain kloroksilenol' minyak pinus dan rninyak jarak telah diketahui memiliki daya racun yang cukup tinggimasing-masing secara bertrmrtan mengandung senyawa fenolik dan ricin. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa Dettol sering dikombinasikan de,gan HgClz efektif sebagai disinfektan (Gawde dan paratkar,2003; Govindara dan Dian4 2007; Satdive, et al-,2011). Aplikasi dettol lebih awal, kemudian dibilas tiga hingga lima kali, di beberapa penelitian dengan menggunakan alcohol, setelah itu dilanjutkan dengan HgCl2. Urutan ke{a ini lebih menguntmgkan dan lebih menjamin sisa disinfektan tidak menempel pada eksplan, bahkan hingga l0% (v/v) Dettol (Govindara dan Dian+ 20a7). Dettol yang tersusun antara lain oleh minyak pinus dan minyak jarak memiliki peluang besar urfuk menyisakan bahan aktif sterilan pada ekplan. Kedua faktor yaitu kornbinasi bahan beracun dan berkas sterilan yang tidak bersih pada ekplan inilah yang diduga menjadi penyebab tidak muncglnya kalus selama empat bulan. Kalus hanya turnbuh pada rnetocle sterilisasi menggunak an l}o/o(vlv) sodium hipoklorit (5.25% Naocl) serama r0 menit. Semua kuncup bunga mangga yang roros dari kontarninasi dapat rnenghasilkan kalus. Kalus rnulai narnpak terbentuk pada umur 10 3 minggu setelah inokulasi. Pennukaan kalus berwarna gelap atau hitam meskipun media tumbuh tidak mengalami pencoklatan (Garnbar 4). Sub kultur dilakukan empat rninggu sekali unfuk menjaga kecepatan penurnbtrhan kalus. Gambar 4. Perkembangan kalus. (a) ekspant pada saat inokulasi pada pedia % MS- (b) eksplant bunga mangga umur 2 bulan yang sudah tumbuh kalus (c) eksptant bunga mangga umur 4 bulan KESIMPULAN KESIMPULAN T% (vlv) kloroksilenol; Dettol (4.s% csHqclo) yang diberikan setelah 5% (v/v) sodium hipoklorit (5.25% NaOCI) masing-masing selama 5 menit efektif sebagai disinfektan, namun ekplan kuncup bunga mangga yang belum mekar gagal dalam membenhrk kalus. SARAN Perlu diteliti lebih lanjut prosedur penggmaan Dettol sebagai disinfektan, baik sebagai sterilan tunggal atau kornbinasi dalam hal konsentrasi, urutan perlakuan dan pem.bersihan bahan aktif yang dapat tersisa pada ekplan. 11 UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih disampaikan kepada Direllorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional dan Rektor Universitas Brararijaya yang telah memberikan dana penelitian serta Balar Benih Induk Poh Jentrek yang telah menyediakan bahan penelitian DAFTAR PUSTAKA Ara H, Jaiswal u, Jaiswal vs .1999.. Germination arrd plantlet regeneration fi'om encapsulated somatic embryos of mango (Mangifera indicaL.). Plant Cell Reports. l9: 166-170. Badoni, A. and J. S. Chauhan. 2010. In Vitro Sterilization Frotocol for Micropropagation of Solanunt luberoxrm cv. 'Kufri Hirnalini'. Acadernia Arena. 2(4): Central Potato Research Institute, Shimla .1992.. Tissue Culture technique for potato health, conservation, micro propagation and improvement. CPRI, Shimla.l-23 Dewald, sG Litz RE, Moore, GA .1989a. optimizing somatic ernbryo production in mango. J. An. Soc. Hort. Sci.ll4'.712-716 DeWald, SG, Litz RE, Moore, GA .1989b. Maturation and germination ofmango somatic embryos. J, Arn. Soc. Hort. Sci. 114:837-841 EL Mahftood, A. M. and J.H. Doughari. 2008, Effect of Dettol on viability of some microorganisms associated with nosocomial infections. African Joumal of Biotechnology. 7 (10): 1554-1562 Ermayanti, TM and Rantau DE.2009. Establishment of somatic embryogenesis of some mango cultivars (Mangifera indica L.) grown in Indonesia. Joumal of Biotechnology Research in Tropical Region. 2 (2) Gawde, A.J. and DT. Paratkar. 2003. Micropropagation of liclipta a/ba Hassk": An approach to shorten the protocol. Indian Jounralof Biotechlogy.3:lz$-132 Govindara, S., and R.K.B. Diana, 2a07. Efftcient in vilro micropropagation and regeneration of Artemisia wlgaris L. Crop Breeding and Applied Biotechnolo gy . 7 :1 17 -124 MM, Nadgauda RS, Rajrnohan, K, Mascarenhas, AF .1994. Rapid somatic embryogenesis from the nucelli ofmonoembryonic mango varieties. In Vitro C e I ltil ar D e ve loptn en t B i o logt -1, lun t. 3 : 5 5 -5'l . LiE RE .1984. In vitro somatic embryogenesis from nucellar callus of monoembryonic maflgo . Hort Science. 19: 715-717 . Jama I t2 Litz RE, Hendrix RC, Moon PA, chavez vM .lggS.Induction of embryogenic mango cultures as affected by genotype, explanting,2,4-D and embryogenic nurse culture. Plant Cell, Tissue andOrganCultare.53: 13-18. Litz RE, Knight RL, Gazit s ,1982. Somatic ernbryos from cultured ovules of polyernbryonic Mangifera indicqL. Plant Cell Reports. l:254-266 Oyebanji, O. 8., O. Nweke, O. Odeburuni, N. B. Galadima, M. S. Idris, U. N. Nnodi, A. s, Afolabi and G. H. ogbadu. 2009. simple, efffective and economical explant-surface sterilization protocol for cowpea, rice and sorghum seeds. African Journal of Biotechnolory.S (20): 5395-5399 Patena LF, carlos-Refuerzo LR" Barba RC .2002. Somatic embryogenesis and planlet regeration in mango (Mangifera indica L.) In vitro cell Dev. Biol. plant. 38:173-177 Satdive, R.K., s, Eapen, and D.P. Fulzele. 2011. Bioactive constituents and antimicrobial activity of cell cultures of Azadirachta indica.Intemational Joumal of Pharma and Bio Sciences. 2(4): singh, v., A. Tyagi, P.K. clrauhan, P. Kumari and s. Kaushal. 20r r. Idenrification and prevention of bacterial contimination on explant used in plant tissue culture labs. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences. 3(4): Thomas, P .1999. Somatic ernbryogenesis and plantlet regeneration from nucellar tissue of monoembryonic mango. J Hort sci Biotechnor. T4: r3s-139. Xiao, JN, Huang XL, wu YJ, Zhou, MD and, Engelmann F .2003. Direct somatic embryogenesis induced from cotyledons of mango immahre zygotic embryos