LAPORAN KERJA TEKNIK PENGUKURAN CURAH HUJAN DENGAN MENGGUNAKAN TIPE MANUALRAINGAUGE) OLEH :
Transcription
LAPORAN KERJA TEKNIK PENGUKURAN CURAH HUJAN DENGAN MENGGUNAKAN TIPE MANUALRAINGAUGE) OLEH :
LAPORAN KERJA TEKNIK PENGUKURAN CURAH HUJAN DENGAN MENGGUNAKAN TIPE MANUAL (MANUALRAINGAUGE) DI STASIUN METEOROLOGI BLANG BINTANG OLEH : IMAM TAFASYI (11123003) PROGRAM STUDI DIII MANAJEMEN INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STIMIK U€BUDIYAH INDONESIA BANDA ACEH 2014 i KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, serta shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW karena berkat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktek (LKP) yang berjudul €TEKNIK PENGUKURAN CURAH HUJAN DENGAN MENGGUNAKAN TIPE MANUAL (MANUAL RAINGAUGE) DI STASIUN METEOROLOGI BLANG BINTANG•. Penulisan menyadari bahwa sepenuhnya dalam penyusunan laporan kerja praktek ini jauh dari kesempurnaan. Dalam penyelesaian Laporan Kerja Praktek (LKP) ini penulis banyak menerima bimbingan dan bantuan serta dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan rasa penuh hormat, tulus dan ikhlas penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ketua STMIK U€budiyah Indonesia Bapak Agus Ariyanto, SE, M.Si. 2. Ketua Prodi D-III Manajemen Informatika Bapak Faisal Tifta Zany, S.Si., M.Sc. 3. Pembimbing Laporan Bapak Faisal Tifta Zany, S.Si., M.Sc. 4. Pembimbing Lapangan Bapak Suyitno Tejo Arianto. 5. Ayahanda Bachtiar, dan Ibunda Samsidar, SE yang telah memberikan segala bentuk pengorbanan, nasehat, cinta dan kasih sayang tiada batas serta do€a tulusnya untuk penulis sehingga penulis bisa dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktek (LKP) ini. ii DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PENGESAHAN €€€€€€€€€€€€€€€€€€... KATA PENGANTAR €€€€€€€€€€€€€€€€€€€€... i ii DAFTAR ISI €€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€... iii DAFTAR TABEL €€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€.. iv DAFTAR GAMBAR €€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€. v DAFTAR GRAFIK €€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€... vi DAFTAR LAMPIRAN €€€€€€€€€€€€€€€€€€€€. BAB I vii PENDAHULUAN€€€€€€€€€€€ .......................... 1.1 Latar Belakang Masalah €.. €€€€€€€€€€€. 1.2 Struktur Organisasi €€€..€€€€€€€€€€... 1.3 Permasalahan€€€€€€.. 2 TINJAUAN PUSTAKAAN€€€€€ 2.1 Curah Hujan€€€€€€€€... €€€ €€€ €€.. €€€ €€ €€€€€ 2.4 Faktor Terjadinya Hujan €€€€€€... 7 €€ 9 €€€. 10 €€€€€€.. 2.5 Jarak Pandang Mendatar€. €€€€€€€€ 11 €€€€.. 14 2.6 Intensitas Badai Guntut€€ €€€€€€€€€€€ 2.7 Jenis-Jenis Pengukuran Curah Hujan €€€€€€€€€ iii 6 7 .€€€ €€€€€. 5 5 € €€€€€€€ 2.2 Pengamatan Curah Hujan€€€€ 2.3 Insensitas Hujan €€€€€€€€ ... €€€€€€€€. 1.5 Mamfaat Kuliah Kerja Praktek €€€.€... BAB II 1 €€€€€€€€€€ 1.4 Tujuan Kuliah Kerja Praktek€€€. 1 €. 15 1 BAB III METODE PENELITIAN€€.€€€€€€€€€€€€€ 19 3.1 Tempat Dan Waktu€€€€€€€€€€€€€€€.. 19 3.2 Alat Dan Bahan€€€€€€.. 3.3 Cara Kerja€€€... 3.4 €€ €€€€€€€€ €€€€€€€€€€€ Instalasi Atau Pemasangan€€€. €€€ €€€ 3.5 Data Dan Hasil Pengamatan€€€€€€€€. BAB IV 4.1 PENUTUP €€€€ Kesimpulan €€€€€€ €€€€ €€€€€€€€€€€€.. 27 DAFTAR PUSTAKA €€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€. 28 LAMPIRAN-LAMPIRN €€€€€€€€€€€€€€€€€€€.. 29 19 €€€€€€ €€€€ €€€€€€€€€€€€.. 27 iv 19 21 22 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. DaftarAlat Yang Digunakan €€€€€€€€€€€€€€... 19 Tabel 3.2 Data Curah Hujan Kota Banda Aceh Tahun 2013 €€€€€€.... 20 Tabel 3.3 Curah hujan rata-rata Kota Banda 2013 €€€€€€€€€€€ 25 v DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar2.1.Awan Cumulonimbus (Cb) (Sumber :http//epod.usra.edu) €€€ Gambar 2.2 Asap €€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€ 13 Gambar 2.3 Kabut €€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€.. 14 vi 12 DAFTAR GRAFIK Halaman Grafik 3.1 Curah hujan rata-rata Kota Banda Aceh 2013€€€€€€€€.. 26 vii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Cuaca dan Iklim salah satu hal penting dalam dunia penerbangan. Merupakan suatu kondisi udara yang terjadi di permukaan bumi akibat adanya penerbangan dan pemerataan energi yang berasal dari sinar matahari yang di terima oleh permukaan bumi. Termasuk perubahan, pertumbuhan dan penglihatan suatu fenomena. Indonesia beriklim tropis, sehingga banyak pancaran matahari yang mengenai permukaan bumi. Hal ini menyebabkan pertumbuhan awan cukup besar sepanjang tahun. Cuaca dan iklim termasuk dalam unsur meteorologi, dimana unsur-unsur meteorologi seperti pertumbuhan awan, tekanan udara, curah hujan, suhu, angin, radiasi, kelembaban udara dan yang lainnya sangat berpengaruh terhadap sistem penerbangan sehingga badan meteorologi menjadi bagian terpenting dalam dunia penerbangan. Bahkan setiap Bandar udara selalu ada bagian observasi cuaca yang akan memberikan informasi mengenai cuaca lepas landas, cuaca di lapangan, cuaca untuk pendaratan, dan cuaca sepanjang jalur yang di tempuh semua diukur bahkan setiap jamnya, agar diperoleh data yang selalu baru dan tepat. Cuaca penerbangan diperuntukan khusus untuk dunia penerbangan, baik untuk saat lepas landas, mendarat maupun selama penerbangan. Informasi cuaca ini diberikan setiap waktu pada saat pesawat akan merencanakan penerbangan yang disesuaikan dengan jadwal penerbangan. Informasi cuaca untuk penerbangan pada saat lepas landas, selama perjalanan dan mendarat meliputi beberapa unsur cuaca, yaitu angin, jarak pandang. Jenis awan dan suhu. Perlunya menganalisa curah hujan untuk mengetahui banyaknya curah hujan yang terjadi di suatu daerah dan dapat menimbulkan dampak positif dan negative seperti: 1 2 Dampak negatifnya dari banyaknya curah hujan adalah : 1. Hujan menyebabkan karat atau korosi terhadap logam karena mengandung NH3 2. Hujan membatasi gerakan nelayan, sehingga nelayan tidak dapat melaut 3. Hujan dapat menyebabkan melapetakan sungai meluap dan banjir 4. Hujan dapat mengganggu khususnya untuk dunia penerbangan. Jika hujan lebat pesawat tidak bisa take of landing karena berpengaruh pada jarak pandang (visibility) Sedangkan dampak positif seperti : 1. Hujan mempengaruhi iklim dan cuaca. 2. Hujan mengandum NH3, sehingga dapat memberikan suplai nutrisi kepada tenaman, terutama tanaman berubi. 3. Hujan mengurangi polusi udara, karena butiran-butiran materi yang ada di dalam udara akan turun bersama hujan. 4. Hujan akan masuk ke tanah (mengalami infiltrasi) dan tersimpan di dalam tanah sebagai air tanah. 1.2 Struktur Organisasi Pengamatan meteorologi untuk pertama kali di lakukan pada tanggal 01 Januari 1758 di Batavia (Jakarta). Secara resmi pengamatan dilakukan pada gedung kantor Ekaligus rumah jawatan meteorologi pada saat itu di jalan Arif Rahma Hakim No,3 Jakarta pada tahun 1866 yang didirikan oleh pemerintah colonial Belanda dengan nama Magnetisch En Meteorologi Observatoiun dengan kepala bernama DR.Bersma. sejak saat itu kegiatan meteorologi dan Geofisika selalu diadakan ditempat tersebut sampai kemudian dipindahkan kekawasan kemayoran di Jl. Anggara 1 No.2 Jakarta pusat, selak beroprasi dari zaman colonial belanda sampai sekarang Badan Meteorologi dan Geofisika telah beberapa kali mengalami perubahan nama. Pada zaman kependudukan Jepang 3 dinamakan Kisho kausu kusho yang berada dibawah kepemimpinan peperangan, setalah kemerdekaan namanya berubah menjadi jawaban lembaga direktorat pusat sehingga menjadi Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) dibawah Departemen perhubungan. Keberadaan BMKG sekarang ini bedasarkan surat keputusan presiden No.45,46,47 dan 48 tahun 2002 tanggal 1 Juni 2002. Bedasarkan SK tersebut, maka BMKG berubah stasiun menjadi lembaga pemerintahan Non Departemen (LPND) yang di pimpin oleh seorang kepala Badan. Sebagai salah satu sub-sektor dalam pembangunan nasional sebagai tugas BMKG adalah menunjang keselamatan masyarakat dan pembangunan, agama, parawisata, kesehatan,olah raga dan sektor lainnya. Sesuai dengan PP No.25 tahun 2000 yang merupakan kewenangan dari BMKG untuk melaksanakan jasa Meteorologi dan Geofisika bagi masyarakat dan pembangunan nasional dan kota guna menunjuk keselamatan masyarakat dan pembangunan serta penanggulan bencana. Untuk mengoptimalkan tujuan tersebut, BMKG terdiri dari posisi teknis sebagai berikut : 1. Secara nasional BMKG terdiri dari 5 balai wilayah yang terdiri dari 112 Stasiun Meteorologi penerbangan dan Meteorologi maritime, 17 stasiun klimatologi,29 stasiun geofisika dan stasiun pengamatan cuaca global. 2. Didaerah-daerah,kegiatan BMKG dilaksanakan oleh Unit Pelaksanaan Tehnis (UPT) yang terdiri dari stasiun-stasiun untuk melaksanakan unsure pengamatan meteorologi dan geofisika. 3. Stasiun Meteorologi Blang Bintang Aceh yang berada dibawah balai wilayah 1 medan adalah salah satu pengamatan BMKG dibidang Meteorologi penerbangan yang melaksanakan kegiatan pengamatan cuaca, pengumpulan dan penyebaran data, analisa yang dilakukan untuk keselamatan penerbangan dan dukungan bagi data pembangunan, pertanian, iklim, pengendalian terhadap dampak lingkungan serta bencana alam. 4 4. Tugas teknis harian dilaksanakan meliputi pengamatan cuaca, synoptic (pengamatan cuaca permukaan), Aeorologi (pengamatan udara atas Upperwinds) dan forecast (perkiraan cuaca) Sarana dan Fasilitas Stasiun Meteorologi Blang Bintang Aceh terdiri dari beberapa fasilitas, diantaranya : 1. Taman alat Meteorologi yang terdiri dari : Satu unit sangkar Meteorologi (sangkar untuk Psyhrometer) yang berisi termometer bola basah, yang berfungsi untuk mengukur kelembaban. Termometer bola kering yang berfungsi untuk mengukur suhu udara. Satu unit Psyhometer rambut berfungsi untuk mengukur kelembaban suhu udara, dimana rambut tersebut lebih peka terhadap perubahan cuaca. Satu unit Camble Stok yang berfungsi untuk mengukur lamanya penyinaran matahari. Satu unit Anemometer sistem digital berfungsi untuk mengukur arah kecapatan angin secara digital. Satu unit Panci terbuka penguapan berfungsi untuk mengetahui jumlah penguapan selama 24 jam. Satu unit Penakar hujan obs berfungsi untuk mengukur curah hujan yang dilakukan oleh observer (pengamat). Satu unit Penakar hujan otomatis model helman yang berfungsi untuk mengukur curah hujan secara otomatis. Satu uni Thedolit berfungsi untuk mengukur arah kecapatan angin diatas ketinggian lebih dari 10 meter dengan menggunakan balon udara sebagai media pengamatan. Satu unit Wind Speed measurement (anemometer) berfungsi untuk mengukur kecepatan angin secara otomatis. Satu unit Barometer berfungsi untuk mengukur tekana udara. 5 2. Satu ruang Aerologi yang terdiri dari : Satu unit Ploting Board dapat digunakan untuk memplot hasil data yang diperoleh dari pengamatan arah dan kecepatan angin melalui theodolid. Balon udara dapat digunakan sebagai media yang dipaskan ke udara untuk mengamati arah dan kecepatan angin melalui theodolid. Tabung Gas digunakan untuk mengisi gas kedalam balon udara. 3. Satu ruang komunikasi yang terdiri 1 unit radio SSB FT-180A yang berfungsi sebagai alat komunikasi jaringan antara BMKG. 4. Satu ruang pengolahan data yang terdiri dari 2 unit komputer PC berfungsi untuk mengelola data-data Meteorologi yang di peroleh dari hasil pengamatan dan sebagai alat yang bisa digunakan keperluan BMKG. 1.3 Permasalahan Curah hujan adalah jatuhan butir-butir atau tetes hujan yang mencapai permukaan bumi. Dalam Kuliah Kerja Praktek ingin diketahui bagaimna teknik pengukuran curah hujan dengan menggunakan penakar hujan jenis manual (manual raingauge) dan untuk mengetahui hubungan curah hujan terhadap penerbangan. 1.4 Tujuan Kuliah Kerja Praktek Tujuan dilakukannya Kuliah Kerja Praktek ini di stasiun Meteorologi Blang Bintang adalah : 1. Memberikan informasi tentang cuaca dan curah hujan yang berguna bagi Informasi penerbangan, petani dan sebagainya 2. Untuk mengetahui besarnya curah hujan rata-rata di daerah blang bintang 3. Memberikan pemahaman tentang pengambilan data curah hujan pada saat KKP berlangsung. 6 1.5 Mamfaat Kuliah Kerja Praktek Adapun mamfaat dari Kuliah Kerja Praktek ini adalah sebagai berikut : 1. Mempererat hubungan kerja sama antara STMIK U€BUDIYAH jurusan Manajemen Informatika dengan stasiun Meteorologi Blang Bintang. 2. Memberikan pemahaman tentang tekhnik pengambilan data curah hujan pada saat Kuliah Kerja Praktek ini berlangsung. 3. Memberikan informasi tentang pengaruh tingginya intensitas hujan dan curah hujan terhadap penerbangan di daerah Blang Bintang. BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Curah Hujan Curah hujan adalah jatuhan butir-butir atau tetesan hujan yang mencapai permukaan bumi. Jumlah curah hujan adalah curah hujan yang mencapai permukaan selama jangka waktu yang ditentukan dan dinyatakan dalam ukuran kedalamannya, dengan ketentuan bahwa tidak ada air yang hilang karena penguapan air atau mengalir. Curah hujan diukur dengan menggunakan alat untuk curah hujan yang tertentu selinder dengan bagian atas terbuka (untuk menerima butiran air hujan yang jatuh). Alat ini di pasang di tempat terbuka, sehingga air hujan akan diterima langsung oleh alat ini. Bagian atas yang terbuka dipasang pada ketinggian 20cm di atas permukaan tanah yang di tanami rumput untuk menghindari masuknya air percikan dari permukaan tanah (Lakitan,1985). Curah hujan dapat diukur dengan alat pengukur curah hujan otomatis atau yang manual. Alat-alat pengukur tersebut harus di letakkan pada daerah yang masih alamiah, sehingga curah hujan yang terukur dapat mewakili wilayah yang luas. Salah satu pengukur hujan manual yang paling banyak di pakai adalah tipe manual (manual raingauge). Atau sering di sebut ombrometer. Curah hujan dari pengukuran alat ini dihitung dari volume air hujan dibagi luas dengan mulut penakar. Alat tipe manual ini merupakan alat baku dengan mulut penakar seluas 100 cm2 dan di pasang dengan ketinggian mulut penakar 1,2 meter dari permukaan tanah (Sutedjo,dkk 2005). Alat pengukur hujan otomatis biasanya memakai prinsip pelampung, timbangan dan jungkitan. Keuntungan menggunakan alat ukur otomatis ini antara lain seperti, waktu terjadinya hujan dapat diketahui, intensitas setiap terjadinya hujan dapat di hitung, pada beberapa tipe alat, pengukuran tidak harus dilakukan 7 8 tiap hari karena priode pencatatannya lebih dari sehari, dan beberapa keuntungan lain (Handoko,1994). Tinggi curah hujan diasumsikan sama disekitar tempat penakaran, luasan yang tercakup oleh sebuah penakaran hujan bergantung pada homogenitas daerahnya maupun kondisi cuaca lainnya. Kecepatan asumsi ini tergantung dari kecepatan angin, keterbukaan lapangan, luas alat penampung serta tinggi alat dari permukaan tanah. Penakar hujan di bagi dalam golongan yaitu tipe manual dan tipe otomatis. Bila yang diinginkan hanya jumlah hujan harian, maka dipakai tipe manual. Informasi lebih banyak di peroleh dari alat otomatis. Alat yang di pakai yang ada di lapangan. Makin canggih suatu alat makin banyak keterampilan dan kemampuannya (BayongTjasyono,2004). Presipitasi dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk atau unsur-unsur presipitasi yakni pertama, hujan. Hujan adalah butiran-butiran air yang jatuh ke bumi dalam bentuk cair. Butir-butir hujan mempunyai garis tengah 0,08-6 mm. macam-macam hujan yaitu hujan halus, hujan rintik-rintik dan hujan lebat. Perbedaan terutama pada besarnya buti-butir. Hujan lebat biasanya turun sebentar saja dari awan Cumulonimbus. Hujan semacam ini dapat amat kuat dengan intensitas yang amat besar. Kedua salju, terjadi karena sublimasi uap air pada suhu dibawah titik beku. Bentuk dasar dari salju adalah hexagonal akan tetapi hal ini tergantung dari suhu dan cepatnya sublimasi. Dan yang ketiga, hujan Es. Hujan es jatuh pada waktu hujan guntur dari awan Cumulonimbus. Di dalam awan terdapat konveksi dari udara panas dan lembab. Dalam seperti, waktu terjadinya hujan dapat diketahui, intensitas setiap terjadinya hujan dapat di hitung, pada beberapa tipe alat, pengukuran tidak harus dilakukan tiap hari karena priode pencatatannya lebih dari sehari, dan beberapa keuntungan lain (Handoko,1994). Curah hujan diukur dalam harian, bulanan,dan tahunan.curah hujan yang jatuh di wilayah Indonesia di pengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: 1 Bentuk medan atau topografi 2 Arah lereng medan 9 3 Arah angin yang sejajar dengan garis pantai, dan 4 Jarak perjalanan angin diatas medan datar. Bedasarkan butiran-butiran yang dicurahkan, hujan dapat dibedakan menjadi empat macam,yaitu: Hujan gerimis (Drizzle) yaitu hujan ini mempunyai diameter butiran-butiran kurang dari 0,5 mm. Hujan salju (Snow) yaitu hujan salju terdiri dari Kristal-kristal es yang temperaturnya berada dibawah titik beku. Hujan batu es yaitu hujan ini berbentuk curahan es yang turun di dalam cuaca panas dari awan yang temperaturnya di bawah titik beku. Hujan deras (rain) yaitu curahan air yang turun dari awan yang temperaturnya di atas titik beku dan butirannya sebesar 7 mm. 2.2 Pengamatan curah hujan Hujan dapat dibedakan atas beberapa jenis antara lain : 1. Hujan tiba-tiba (Shower) Shower jatuh dari awan konvektif (Cu,Cb) saat mulai dan berakhirnya dan berlangsung dengan tiba-tiba. Intensitasnya berubah dengan cepat, biasanya berlangsung dengan waktu yang pendek. Awan konvektifyang menimbulkan Shower mungkin tambak tumbuh sebelum Shower mulai, atau awan tersebut bergerak mendekati stasiun. 2. Hujan sebentar-sebentar (Intermitten rain) Hujan ini jatuh dari awan yang berlapis, yang umumnya menutup atau hamper menutup atau hampir menutup seluruh langit. Keadaan awan masih menutup atau hampir menutup langit, meskipun hujan berhenti. Kadangkadang dasar awan tampak menerang atau meninggi, tetapi tampa adanya 10 lapisan awan yang terputus dengan jelas. Hujan ini berlangsung sebentar putus, sebentar berhenti. 3. Hujan terus menerus (Contiuous rain) Hujan ini jatuh dari awan berlapis yang biasanya padat dan menutup seluruh langit. Di laporkan sebagai hujan terus menerus jika selama sejam yang lalu berlangsung terus menerus tanpa terputus. 2.3 Intensitas Hujan Intensitas hujan keperluan pengamatan dibedakan dalam tiga tingkatan : a). Hujan ringan, hujan yang di nyatakan ringan jika: Intensitas hujan rendah Laju pengumpulan curah hujan didalam alat penakar hujan berlangsung lambat (tidak lebih dari 0.5 mm tiap jam). Tetes-tetes hujan yang besar jarang atau sebagian besar terdiri dari tetes-tetes hujan kecil. b). Hujan sedang, hujan ini di nyatakan sedang jika : Hujan jatuh cukup cepat membentuk genangan diatas lekukan tanah. Laju pengumpulan curah hujan di dalam alat penakar berlangsung antara 0,5 sampai dengan 4 mm tiap jam. c). Hujan lebat, hujan ini dinyatakan lebat jika: Curah hujan menimbulkan suara gemuruh diatas atap dan memercik jika jatuh diatas jalan atau permukaan benda yang keras. Laju pengumpulan curah hujan didalam alat penakar hujan lebih dari 4 mm tiap jam. Terdiri dari hujan deras dari badai Guntur maupun hujan deras yang terjadi tanpa Guntur. 11 2.4 Faktor terjadinya hujan Adapun factor-faktor yang mempengaruhi hujan antara lain : Awan, angin, kabut, dan asap. a. Awan Awan adalah kumpulan titik-titik air yang banyak jumlahnya dan berletak pada titik kondensasi serta melayang-layang tinggi di udara kelihatan seperti asap bewarna putih atau kelabu di langit. Jika langit sedang cerah awan terlihat bewarna putih. Dengan berbagai bentuk kadang-kadang bergumpal- gumpal,kadang tersebar tipis, terbentuk seperti sisik ikan, atau bergaris-garis seratdan terlihat bergumpal. Tak lama kemudian berubah bentu, bertebaran di bawa oleh angin (Handoko,1994). Ada bermacam-macam jenis awan bedasarkan level ketinggian, yaitu awan rendah, menengah, dan tinggi. Dalam penerbangan awan yang sangat berpengaruh adalah jenis awan rendah yaitu awan Cumulonimbus(Cb), pada umunya awan Cb sangat ditakuti dalam penerbangan karena dapat mengakibatkan updraft (arus naik), downdraft (arus turun), dan windshear (perubahan kecepatan secara tibatiba), yang apabila pesawat berada di dalam atau bawah awan ini pada saat lepas landas, sebelum mendarat, maupun pada saat terbang akan mengakibatkan ketidakstabilan posisi pesawat yang dapat berkaitan fatal (Lakitan,1985). Awan Cb juga berpotensi menimbulkan bencana yang di timbulkan cuaca buruk seperti turbulensi yang kuat pada pesawat sekalian itu dapat menimbulkan kilat, badai guruh, putting beliung dan hujan deras kadang-kadang hujan deras dari awan Cumulonimbus terjadi hujan es dan angin rebut. 12 Gambar2.1 awan Cumulonimbus (Cb) (Sumber :http//epod.usra.edu) b. Angin Angin adalah udara yang bergerak akibat adanya perbedaan tekanan dengan arah aliran angin dari yang memiliki tekana yang tinggi ke tempat yang rendah atau dari daerah yang memiliki suhu atau temperature rendah ke wilayah bersuhu tinggi. Unsure arah angin ini di perlukan untuk menentukan dari mna dan kemana pesawat tersebut lepas landas maupun mendarat dengan memperhitungkan kecepatan angin yang sedang terjadi, sedangkan selama perjalanan di manfaatkan untuk mempertahankan posisi pesawat saat di udara. Perubahan arah dan kecepatan angin permukaan angin yang signifikan di laporkan seketika itu juga untuk kesalamatan penerbangan saat lepas landas maupun mendarat. Pesawat terbang akan melakukan pendaratan dan lepas menuju arah datangnya angin, namun juga memperhatikan landasan contoh : pada landasan yang memanjang dari barat hingga timur, jika angin berasal dari barat maka pesawat akan lepas landas maupun landing menuju barat, jika angin berasal dari timur maka pesawat akan lepas landas maupun landing menuju timur, pada landasan yang memanjang dari utara hingga selatan, jika angin berasal dari selatan maka pesawat akan lepas landas maupun landing menuju selatan, jika angin berasl dari utara maka pesawat akan lepas landas maupun landing menuju utara. 13 c.Asap Asap (smoke) merupakan salah satu alasan mengapa pesawat ditunda pendaratannya karena memang jarak penglihatan (visibility) sangat minimal karena pengaruh asap kabut yang begitu tebal sehingga menyebabkan landasan pacu (runway) tidak tampak sama sekal, kalaupun di paksa maka keadaan ini akan fatal dan dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan penerbangan karena pesawat akan mendarat bukan tepat dilandasan pacu melainkan diluar landasan yang sering kita sebut dengan over shut atau under shut. Gambar 2.2 Asap Bahaya yang ditimbulkan akibat jarak pandang yang berkurang karena terselimuti oleh asap dank abut tebal dalam istilah penerbangan disebut disorientasi ruang yang di sertai dengan gejala vertigo dan motion sickness. Selain organ mata ada organ lain yang turut terlibat dalam terjadinyan disorientasi ruang dalam penerbangan adalah organ keseimbangan (kanalissemisrkularis) yang berada di telinga tengah dan organ kulit dan persendian sebagai organ propioseptik (subcutan dan persendian). Stimulus yang disampaikan akan di terima oleh reseptor dan diteruskan ke batang otak untuk nantinya organ akan memberikan respon terhadap gerakan pesawat (Handoko,1994) d. Kabut dan mist 14 Kabut adalah tetes-tetes air sangat kecil yang melayang-layang di udara mencapai permukaan tanah dan mengakibatkan berkurangnya penglihatan mengdatar pada permukaan bumi. Tetes-tetes kecil ini dapat dilihat dengan mata biasa, jika berada pada suatu tempat yang cukup terang. Mereka bergerak mengikuti gerakan udara yang ada, udara dalam keadaan kabut akan terasa lembab sejuk atau basah. Udara di nyatakan berkabut jika penglihatan mendatar di dalam kabut kurang1 km dan lembab nisbi (RH) antara 98% - 100%. Mist adalah tetes-tetes air mikroskopi (hanya dapat dilihat dengan mikroskop) atau partikel-partikel hygrogkopis basah yang melayang di udara mencapai permukaan tanah, dapat mengurangi penglihatan mendatar pada permukaan bumi. Umumnyan di dalam mist tidak terasa lembab. Mist dinyatakan terjadi jika : penglihatan mendatar di dalam mist sama atau lebih dari 1 km dan kelembaban (RH) antara 95% - 97% (Handoko, 1994). Gambar 2.3 Kabut 2.5 Jarak pandang mendatar (Horizontal Visibility) Penglihatan mendatar dalam meteorology adalah jarak terjauh dimana sebuah benda hitam dengan ukuran yang sesuai tepat dapat dilihat dan dikenal 15 dengan latar belakang langit. Jarak penglihatan mendatar di nyatakan dalam km atau kurang dari 1km dinyatakan dalam meter. Jarak pandang untuk penerbangan dikenal dengan Runway Visual Range, (RVR) merupakan alat meteorologi yang memberikan informasi jarak pandang maksimum (visibility) didaerah sekitar runway, RVR biasanya di pasang sebagai kelengkapan fasilitas Instrumen Landing Sistem (ILS) kejadian-kejadian yang dapat mengurangi jarak pandang. Untuk pesawat yang tidak otomatis, informasi jarak pandang vertical maupun horizontal. Jarak pandang vertical adalah saat pesawat akan melakukan pendaratan saat masih di udara, hal ini penting untuk mengetahui posisi dan sisa runway landasan agar pendaratan dapat dilakukan dengan tepat sedangkan. Jarak pandang horizontal adalah saat pesawat sudah mulai mendarat didekat permukaan (Sutedjo,dkk 2005). Suhu udara dalam penerbangan sangat erat kaitannya dengan pemuaian udara apabila suhu tinggi udara memuai, begitu pula sebaiknya. Suhu yang tinggi dapat juga memacu meningkatkan daya angkat yang harus dihasilkan pesawat yang nantinya akan mempengaruhi terhadap penggunaan bahan bakar. Apabila pesawat menjadirenggang, dapat mengurangi daya angkap pesawat apabila suhu lebih rendah menyebabkan pesawat memiliki daya angkat. Sehingga saat lepas landas, maupun terbang di udara akan dapat mengurangi daya angkat yang harus di hasilkan pesawat sehingga dapat mengurangi pengguna bhan bakar. 2.6 Intensitas Badai Guntur a). Badai Guntur Badai Guntur hebat jika Guntur di dengar dengan sangat tajam dan keras dan di sertai terjadinya kilat yang hampir terus menerus. Keadaan ini biasa di sertai dengan adanya hujan yang lebat, kadang-kadang disertai rambun atau salju, terutama bagi daerah-daerah di luar tropis. Di samping itu, terjadinya yang hebat 16 ini umumnya ditandai adanya penurunan suhu yang cepat dan kecepatan angin tinggi sebekumnya atau bersamaan dengan datangnya badai guntur ini dapat mencapai 22 knots. Badai Guntur yang intensitasnya dibawah intensitas badai guntur hebat, dilaporkan sebagai badai guntur saja, tanpa di bedakan ringan atau sedang (PUUM,1996). b). Kilat Sambaran kilat pada pesawat terbang akan merusak peralatan navigasi, juga sistem peralatan lainnya dalam pesawat. Selain itu sinar yang silau yang di pancarkan oleh kilat secara terus-menerus akan mengganggu pilot dalam penerbanagn pesawat, dalam hal ini pesawat yang digunakan bukanlah pesawat otomatis (Tim BMKG, 1996) 2.7 Jenis-jenis Pengukur Curah Hujan Macam-macam alat pengukur curah hujan yaitu : 1. Penakar hujan jenis otomatis (Pluviograf) Alat pengukur hujan otomatis biasanya memakai prinsip pelampung, timbangan dan jungkitan. Keuntungan menggunakan alat ukur otomatis ini antara lain seperti, waktu terjadinya hujan dapat diketahui, intensitas setiap terjadinya hujan dapat dihitung, pada beberapa tipe alat, pengukuran tidak harus dilakukan tiap hari karena priode pencatatannya lebih dari sehari, dan beberapa keuntungan lain. Alat perekam curah hujan ini terdiri dari beberapa tipe, diantaranya: - Tipe pelapung - Tipe panic miring (Tiping bucket) - Tipe timbangan 17 2. Penakar hujan manual (manual raingauge). Salah satu pengukur hujan manual yang paling banyak dipakai adalah tipe manual (manaual raingauge), atau sering disebut ombrometer. Curah hujan dari pengukuran alat ini dihitung dari volume air hujan dibagi dengan luas mulut penakar. Alat tipe pengukur (manual raingauge). Ini merupakan alat baku dengan mulut penakar seluas 100 cm2 dan dipasang dengan ketinggian mulut penakar 1,2 meter dari permukaan tanah (Soapangkat, 2002). Jumlah curah hujan dicatat dalam inchi atau millimeter (1 inchi = 25,4 mm). jika curah jumlah hujan 1 mm, maka menunjukkan tinggi air hujan yang menutupi permukaan adalah 1 mm, jika air tersebut tidak meresap ke dalam tanah atau menguap ke atmosfer. Untuk melakukan pengukuran hujan tersebut diperlukan alat pengukur curah hujan yaitu alat penakar hujan biasa (manual raingauge). Alat-alat tersebut harus sesuai dengan aturan yang di terapkan oleh WMO (World Meteorological Organization) atau aturan yang telah disepakati secara nasional di suatu negara. Alat penakar hujan biasa merupakan alat ukur yang tidak dapat mencatat sendiri (noonrecording), penakar hujan ini merupakan tipe kolektor yang menggunakan gelas ukur,dan merupakan jenis yang paling banyak digunakan di Indonesia sejak abad yang lalu hingga sekaran, sehingga merupakan tipe yang standar di negara kita. Penakar hujan biasanya di buat dari lembaran seng (aluminium) untuk mengurangi pemanasan atau penguapan air akibat dari radiasi matahari. Adapun hal-hal yang perlu di perhatikan mengenai penakar hujan biasa ini adalah : 1. Penakar hujan harus di pasang di lapangan terbuka, tanpa ada gangguan di sekitar penakar, seperti pohon dan bangunan, kabel atau entene yang melintang di atasnya, jarak yang terdekat antara pohon dan bangunan dengan penakar hujan adalah 1 kaki tinggi pohon bangunan tersebut. 2. Penakar hujan tidak boleh di pasang pada tanah miring (lereng bukit), puncak bukit diatas atap. 18 3. Penakar hujan dipasang dengan disekrup atau dipaku pada balok yang dicat putih dan di tanam pada pondasi beton sehingga tinggi penakar hujan dari permukaan corong sampai permukaan tanah 120 cm, letak penampang corong harus datar (horizontal) dan bukaan kran diberi gembok sebagai pengaman. 4. Penakar harus dip agar keliling dengan kawat, ukuran 1,5m x 1.5 m dengan tinggi 1 m, agar tidak dapat di ganggu binatang dan orang yang tidak kepentingan. 5. Corong harus bersih dari kotoran yang bisa menutupi lubang. 6. Kran harus sering di bersihkan,jika terjadi bocoran harus segera dig anti atau diperbaiki. 7. Bak penampung harus dibersihkan dari endapan dan debu, dengan cara menuangkan air dalam kran terbuka. 8. Gelas penakar digunakan untuk menghitung jumlah curah hujan harus dijaga tetap bersih dan disimpan di tempat yang aman dan jangan sampaipecah dah gelas harus dikeringkan dengan kain bersih. BAB III METEODELOGI PENELITIAN 3.1 TempatdanWaktu KuliahkerjapraktekinidilaksanakanpadainstansiBadanMeterologiKlimatolo gidanGeofisika (BMKG) Nanggroe Aceh Darusallam(NAD), denganmenganalisaTeknikpengukurancurahhujandenganmenggunakanalat manual (manual raingauge). Sedangkanwaktupelaksanaan KKP inidimulaipadabulan February 2014-Maret 2014. 3.2 AlatdanBahan PengukurancurahhujandenganmenggunakanObservatoriummemerlukanper alatansebagaiberikut : Tabel 3.1 Daftaralat yang digunakan NO NamaAlat Keterangan 1 Penakarcurahhujan manual 1 Buah 2 Gelaspengukur 1 Buah 3.3 Cara Kerja Pengamatancurahhujandenganmenggunakanalatpenakarhujanbiasadilakuk andengancarasebagaiberikut : 1. Pengamatancurahhujanharusdilakukantiap 3 jam sekalidimulaipada jam 07.00 wib / 00 UTC. 2. Krandibukadangelaspenakarhujandiletakkandibawahkran, krandibuka agar air dapatditampungdalamgelaspenakar, jikapengukurcurahhujandiperkirakanmelebihi 25 makasebelummencapaiskala kranditutupdahulu, 25 19 mm mm, 20 dilakukanpembacaandan di catat, kemudiandilanjutkanpengukuransampaidalambakpenakarhabis, seluruh yang dicatattadidijumlahkan. 3. Untukmenghindarikesalahan parallax, pembacaancurahhujanpadagelaspenakardilakukantepatpadadasarmeniskus nya. 4. Biladasar meniscus tidaktepatpadagarisskala, diambilgaris/ skalamakaterdekatdengandasarmeniskusnyatadi. 5. Biladasar meniscus nyatepatpadapertengahanantaraduagaris/ skalamakadiambilataudibacakeangka yang lebihtinggiberikutnya. 6. Untukpembacaankecildari 0,1 mm, padahujanditulisangka 0(nol) dantetap di nyatakansebagaiharihujan. 7. Sesudahpengambilan data, kranditutupkembali. 21 Gambar 3.1 Alatpenakarhujandengangelaspenakarnya Keterangangambar : 1. Mulutpenakarluas 100cm2 (garistengah= 11,3 cm) terbuatdarikuningan, harusterpasang horizontal. 2. Pipasempitmenyalurkan air krankedalamtabungkolektor. 3. Tabungkolektordengankapasitas 3-5 Liter setaradengan 300-500 mm curahhujan. 4. Kran 5. Tiangpenyangga. 3.4 Instalasiataupemasangan Untukstasiun-stasiunmeteorologi yang sudahmempunyaitamanalat, lokasipemasangandisesuaikandenganpolatamantersebutdandiletakkan area tamanalattersebut. Pemasanganalatpenakarhujanjenis di manual dalam di luartamanharusmemperhatikanhal-halsebagaiberikut : 1. Dipilihtempat yang datar, bebasdaripenggunapohon-pohonsemakberlukar, danbangunanumum 2. Tanah tersebutdiberipagaruntukmencegahgangguanbinatang, sertauntukperlindunganterhadapanginkeras. 3.5 Data HasilPengamatan Menentukancurahhujan rata-rata 22 Curahhujandiwilayah Banda Aceh setiaptahunatausetiapharinyaberbedabeda.Untukmenyederhanakannya, makadapatditentukancurahhujan bulandenganmenggunakanpersamaansebagaiberikut : = (R1 + R2 +€€.+R Keterangan : = Curahhujan rata-rata (mm) = Jumlah hari hujan R1, R2, Rn= Curahhujantiapharipengamatan n) rata-rata 23 Tabel 3.2 Data curahhujankota Banda Aceh bulanJanuari • Desember 2013 24 Keterangan : - = Tidakadacurahhujan TTU = Tidakterhitung MM = Satuancurahhujandalam millimeter (mm) 25 Contohperhitungancurahhujan rata-rata yang digunakanpadabulanJanuari 2013, bulaninimemiliki 15 harihujan. = (1.0 + 97.7 + 0.7 + 69.9 + 1.8 + 9.6 + 19.2 + 13.4 + 3.8 + 9.7 + 0.7 + 1.2 + 2.2 + 0.8 + = 18.1) (249.8) = 16.65 mm Dari hasilperhitungan di atascurahhujan rata-rata bulananpadabulanJanuari di stasiun Meteorology BlangBintangadalahsebesar 16.65 mm. Dari data tersebutdapat di lihatbesarnyacurahhujan untuksetiapbulanselengkapnyadapat di lihatpada table dibawah. rata-rata 26 Tabel 3.3 Curah hujan rata-rata Kota Banda Aceh bulanan bulan Januari • Desember 2013 NamaBulan (2013) NO JumlahCurahhujan N (hari) (mm) ( ) 1 Januari 249.8 15 16.65 2 Pebruari 102.5 14 7.3214 3 Maret 89.7 8 11.21 4 April 106.2 12 9.582 5 Mai 102.1 13 7.7385 6 Juni 133.6 12 11.87 7 Juli 83.8 9 9.3111 8 Agustus 40.4 11 5.8818 9 September 164.6 7 23.514 10 Oktober 56.6 11 5.1455 11 November 122.8 15 8.187 12 Desember 214.8 20 11.147 27 Grafik 3.1 Curahhujan rata-rata Kota Banda Aceh bulanandariBulanJanuarisampaiBulanDesember 2013. 300 250 200 150 curah hujan hari hujan 100 Nilai Rata-rata 50 Desember November Oktober September Agustus Juli Juni Mai April Maret Februari Januari 0 Dari hasil penelitian di atas dapat disebutkan curah hujan tertinggi yaitu di Bulan Januari jumlah curah hujan dalam satuan millimeter yaitu sebesar 249.8 mm dan jumlah hari hujan sebanyak 15 hari dalam sebulan dan hasil rata-ratanya sebesar 16.65 mm.Sedangkan data curah hujan terendah yaitu di bulan Desember dengan curah hujan sebesar 214.8 mm dan jumlah hari hujannya 20 hari dalam satu bulan dan nilai rata-rata dari hasil curah hujannya adalah 11.147 mm, Dan data curah hujan sedang yaitu di bulan Juni dengan kapasitas curah hujannya sebesar 133.6 mm dengan hari hujannya sebanyak 12 hari dalam sebulan dan nilai rata-rata dari hasil curah hujannya sebesar 11.87 mm. BAB III METEODELOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Kuliah kerja praktek ini dilaksanakan pada instansi Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Nanggroe Aceh Darusallam(NAD), dengan menganalisa Teknik pengukuran curah hujan dengan menggunakan alat manual (manual raingauge). Sedang kan waktu pelaksanaan KKP ini dimulai pada bulan February 2014-Maret 2014. 3.2 Alat dan Bahan Pengukuran curah hujan dengan menggunakan Observatorium memerlukan peralatan sebagai berikut : Tabel 3.1 Daftaralat yang digunakan NO Nama Alat Keterangan 1 Penakar curah hujan manual 1 Buah 2 Gelas pengukur 1 Buah 3.3 Cara Kerja Pengamatan curah hujan dengan menggunakan alat penakar hujan biasa dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Pengamatan curah hujan harus dilakukan tiap 3 jam sekali dimulai pada jam 07.00 wib / 00 UTC. 2. Kran dibuka dan gelas penakar hujan diletakkan dibawah kran, kran dibuka agar air dapat ditampung dalam gelas penakar, jika pengukur curah hujan diperkirakan melebihi 25 mm, maka sebelum mencapai skala 25 mm kran ditutup dahulu, dilakukan pembacaan dan di catat, kemudian 19 20 dilanjutkan pengukuran sampai dalam bak penakar habis, seluruh yang dicatat tadi dijumlahkan. 3. Untuk menghindari kesalahan parallax, pembacaan curah hujan pada gelas penakar dilakukan tepat pada dasar meniskusnya. 4. Bila dasar meniscus tidak tepat pada garis skala, diambil garis/ skala maka terdekat dengan dasar meniskusnya tadi. 5. Bila dasar meniskusnya tepat pada pertengahan antara dua garis/ skala maka diambil atau dibaca keangka yang lebih tinggi berikutnya. 6. Untuk pembacaan kecil dari 0,1 mm, pada hujan ditulis angka 0(nol) dan tetap di nyatakan sebagai hari hujan. 7. Sesudah pengambilan data, kran ditutup kembali. 21 Gambar 3.1 Alat penakar hujan dengan gelas penakarnya Keterangan gambar : 1. Mulut penakar luas 100cm2 (garistengah= 11,3 cm) terbuat dari kuningan, harus terpasang horizontal. 2. Pipa sempit menyalurkan air kran kedalam tabung kolektor. 3. Tabung kolektor dengan kapasitas 3-5 Liter setara dengan 300-500 mm curah hujan. 4. Kran 5. Tiang penyangga. 3.4 Instalasi atau pemasangan Untuk stasiun-stasiun meteorologi yang sudah mempunyai taman alat, lokasi pemasangan disesuaikan dengan pola taman tersebut dan diletakkan di dalam area taman alat tersebut. Pemasangan alat penakar hujan jenis manual di luar taman harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1. Dipilih tempat yang datar, bebas dari pengguna pohon-pohon semak berlukar, dan bangunan umum. 2. Tanah tersebut diberi pagar untuk mencegah gangguan binatang, serta untuk perlindungan terhadap angin keras. 3.5 Data Hasil Pengamatan Menentukan curah hujan rata-rata Curah hujan diwilayah Banda Aceh setiap tahun atau setiap harinya berbeda-beda. Untuk menyederhanakannya, maka dapat ditentukan curah hujan rata-rata bulan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : = (R1 + R2 +€€.+R n) 22 Keterangan : = Curah hujan rata-rata (mm) = Jumlah hari hujan R1, R2, Rn= Curah hujan tiap hari pengamatan 23 Tabel 3.2 Data curah hujan kota Banda Aceh bulanJanuari • Desember 2013 Keterangan : - = Tidak ada curah hujan TTU = Tidak terhitung MM = Satuan curah hujan dalam millimeter (mm) 24 Contoh perhitungan curah hujan rata-rata yang digunakan pada bulan Januari 2013, bulan ini memiliki 15 hari hujan. = (1.0 + 97.7 + 0.7 + 69.9 + 1.8 + 9.6 + 19.2 + 13.4 + 3.8 + 9.7 + 0.7 + 1.2 + 2.2 + 0.8 + = 18.1) (249.8) = 16.65 mm Dari hasil perhitungan di atas curah hujan rata-rata bulanan pada bulan Januari di stasiun Meteorology Blang Bintang adalah sebesar 16.65 mm. Dari data tersebut dapat di lihat besarnya curah hujan rata-rata untuk setiap bulan selengkapnya dapat di lihat pada table dibawah. 25 Tabel 3.3 Curah hujan rata-rata Kota Banda Aceh bulanan bulan Januari • Desember 2013 Nama Bulan (2013) NO Jumlah Curah N (hari) hujan (mm) ( 1 Januari 249.8 15 16.65 2 Pebruari 102.5 14 7.3214 3 Maret 89.7 8 11.21 4 April 106.2 12 9.582 5 Mai 102.1 13 7.7385 6 Juni 133.6 12 11.87 7 Juli 83.8 9 9.3111 8 Agustus 40.4 11 5.8818 9 September 164.6 7 23.514 10 Oktober 56.6 11 5.1455 11 November 122.8 15 8.187 12 Desember 214.8 20 11.147 ) 26 Grafik 3.1 Curah hujan rata-rata Kota Banda Aceh bulanan dari Bulan Januari sampai Bulan Desember 2013. 300 250 200 150 curah hujan hari hujan 100 Nilai Rata-rata 50 Desember November Oktober September Agustus Juli Juni Mai April Maret Februari Januari 0 Dari hasil penelitian di atas dapat disebutkan curah hujan tertinggi yaitu di Bulan Januari jumlah curah hujan dalam satuan millimeter yaitu sebesar 249.8 mm dan jumlah hari hujan sebanyak 15 hari dalam sebulan dan hasil rata-ratanya sebesar 16.65 mm. Sedangkan data curah hujan terendah yaitu di bulan Desember dengan curah hujan sebesar 214.8 mm dan jumlah hari hujannya 20 hari dalam satu bulan dan nilai rata-rata dari hasil curah hujannya adalah 11.147 mm, Dan data curah hujan sedang yaitu di bulan Juni dengan kapasitas curah hujannya sebesar 133.6 mm dengan hari hujannya sebanyak 12 hari dalam sebulan dan nilai rata-rata dari hasil curah hujannya sebesar 11.87 mm. BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Dari hasil kuliah kerja praktek yang telah dilakukan di Stasiun Meteorologi Blang Bintang Banda Aceh dapat disimpulkan : 1. Curah hujan rata-rata bulanan dalam waktu satu tahun berbeda-beda.Curah hujan tertinggi pada bulan Januari 249.8 mm.Curah hujan terendah pada bulan Agustus 40.4 mm.Factor terjadinya curah hujan dipebgaruhi oleh awan, asap, dank abut.Alat pengukur curah hujan manual mudah digunakan serta perawatannya tidak sukar. 2. Dengan menggunakan penakar hujan jenis manual metode pengambilan datanya sangat mudah, Pengamatan curah hujan harus dilakukan tiap 3 jam sekali dimulai pada jam 07.00 wib / 00 UTC 3. Di Stasiun Meteorologi Blang Bintang terdapat 2 alat penakar hujan yaitu penakar hujan jenis otomatis (Pluviograf) dan penakar hujan jenis manual (manual raingauge) dari kedua alat tersebut alat yang paling sering digunakan ialah alat penakar hujan manual alat ini lebih mudah di gunakan di bandingkan penakar hujan otomatis. 27 28 DAFTAR PUSTAKA Bayong Tjasyono, Klimatologi Edisi kedua, ITB, Bandung, 2004 Handoko. 1994. Klimatologi Dasar, landasan pemahaman fisika atmosferdan unsure-unsur iklim, PT Dunia Pustaka Jaya, Jakarta. Lakitan. 1985. Dasar-Dasar Klimatologi. PT Raja Gravindo Persada. Pedoman Unsur-Unsur Meteorologi, Badan Meteorologi dan Geofisika, Jakarta, 1996. Sutedjo, Mul Suryani dan Kartasapoetra. 2005. Pengantar Ilmu Tanah. PT RINEKA CIPTA, Jakarta. Sri Hartono BR, Analisa Hidrolog, Pr Gramdedia Pustaka Utama, Jakarta, 1993. Soepangkat Ah. Mg, Alat-Alat Meteorologi, Badan Meteorologi dan Geofisika, Jakarta. 28 28 28 28 28 28