File - PROGRAM STUDI ETNOMUSIKOLOGI USU MEDAN

Transcription

File - PROGRAM STUDI ETNOMUSIKOLOGI USU MEDAN
STUDI ANALISIS MUSIKAL DAN TEKSTUAL PEMBACAAN KITAB
SRI GURU GRANTH SAHIB JI PADA UPACARA PAHILA PARKAS
DIHARA MASYARAKAT SIKH DI GURDWARA SHREE GURU GRANTH
SAHIB DARBAR KOTA TEBING TINGGI
SKRIPSI SARJANA
OLEH
RINA GUSTRIANI SIMANJUNTAK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI
MEDAN
201
18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Wilayah Sumatera Utara khususnya Medan merupakan sebuah kota yang
tumbuh pesat sejak pertengahan abad ke-19 sebagai sebuah kota berpenduduk
majemuk, baik dari kalangan penduduk pribumi maupun imigran dari kawasan
Asia seperti Cina, India, Arab, dan imigran dari kawasan Asia Tenggara. Sudah
luas diketahui bahwa kota Medan dan Tanah Deli (Sumatera Timur) pada
umumnya yang pernah dijuluki sebagai “Het Dollar Land” berkembang sangat
cepat sejak pertengahan abad ke-19 seiring dengan perkembangan industri
perkebunan (mulanya perkebunan tembakau) yang dirintis oleh Jacobus Nienhys
sejak 1863. Buruh-buruh dari Cina, India, dan Pulau Jawa ketika itu didatangkan
dalam jumlah besar oleh pengusaha-pengusaha perkebunan untuk memenuhi
kebutuhan tenaga kerja. Selain mereka yang didatangkan sebagai kuli, migran lain
pun terus berdatangan ke kota ini untuk tujuan berdagang dan mengisi berbagai
lowongan pekerjaan yang tersedia10.
Salah satu suku bangsa11 India yang ada di Sumatera Utara adalah suku
bangsa Punjabi yang mayoritas penganut Sikh12. Tengku Luckman Sinar
10
Sebuah artikel yang berjudul “Kajian Awal tentang Komunitas Tamil dan Punjabi di
Medan: Adaptasi dan Jaringan Sosial” oleh Zulkifli B. Lubis dalam Jurnal Antropologi Sosial
Budaya ETNOVISI • Vol. 1 • No.3 • Desember 2005.
11
Konsep yang tercakup dalam istilah “suku bangsa” adalah suatu golongan manusia
yang terikat oleh kesadaran dan identitas akan “kesatuan budaya”, sedangkan kesadaran dan
identitas tadi seringkali (tetapi tidak selalu) dikuatkan oleh kesatuan bahasa juga (Koentjaraningrat
1980: 264).
12
Sikh merupakan agama yang berasal dari daerah Punjab di India pada abad ke-16 dan
ke-17. Di Indonesia agama ini belum diakui, sehingga identitas penganut Sikh yang ada di
Indonesia dalam Kartu Tanda Penduduk (KTP) adalah Hindu-Sikh.
19
(1991:77) menyatakan bahwa dalam tahun 1930 sudah lebih dari 5000 masyarakat
Sikh tersebar di Sumatera Utara. Suku bangsa Punjabi ini tersebar di beberapa
wilayah di Sumatera Utara, antara lain Medan, Binjai, Lubuk Pakam, Kisaran,
Pematang Siantar, Perbaungan, Tebing Tinggi, dan lain-lain. Seperti yang
dikemukakan oleh Koentjaraningrat (1980: 203-204), bahwa setiap suku bangsa
memliki unsur-unsur kebudayaan. Demikian juga suku bangsa Punjabi yang ada
di Sumatera Utara ini mempunyai unsur-unsur kebudayaan, antara lain: bahasa,
sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi,
sistem mata pencaharian hidup, sistem religi dan kesenian.
Salah satu keunikan masyarakat Sikh yang ada di Sumatera Utara adalah
adanya kekerabatan atau hubungan yang erat antara satu Gurdwara13 dengan yang
lainnya, yaitu dengan saling berbagi upacara-upacara keagamaan mereka antara
lain: setiap tanggal lahir dan tanggal meninggal kesepuluh Guru14, hari lahir
agama Sikh, dan lain-lain. Upacara Pahila Parkas Dihara ini merupakan bagian
dari Gurdwara Shree Guru Granth Sahib Darbar di Kota Tebing Tinggi.
Sehingga Gurdwara Shree Guru Granth Sahib Darbar Tebing Tinggi inilah yang
merayakannya. Dengan demikian semua masyarakat Sikh di luar Tebing Tinggi
juga datang dan berpartisipasi dalam melaksanakan upacara Pahila Parkas
Dihara tersebut.
Menurut
Koentjaraningrat,
dalam
melaksanakan
aktivitas
yang
berhubungan dengan religi, manusia didorong oleh suatu getaran jiwa, yang
biasanya disebut dengan emosi keagamaan (religious emotion), yang mendorong
13
Gurdwara merupakan tempat beribadah umat Sikh.
Ada sepuluh guru yang berwujud manusia dalam ajaran Sikh, yaitu: (1) Sri Guru Nanak
Dev Ji, (2) Sri Guru Anggad Dev Ji, (3) Sri Guru Amardas Ji, (4) Sri Guru Raamdas Ji, (5) Sri
Guru Arjan Dev Ji, (6) Sri Guru Hargobind Sahib Ji, (7) Sri Guru Har Rai Ji, (8) Sri Guru Har
Krishan Sahib Ji, (9) Sri Guru Tegh Bahadur Sahib Ji, (10) Sri Guru Gobind Singh Ji.
14
20
orang melakukan tindakan-tindakan yang bersifat religi (ibid: 376-378). Emosi
keagamaan yang mendorong tindakan-tindakan yang bersifat religi ini tampak
pada upacara Pahila Parkas Dihara dalam pembacaan Kitab Sri Guru Granth
Sahib Ji yang dilantunkan secara musikal atau yang mengandung kombinasi nada,
ritem dan dinamika yang dilakukan masyarakat Sikh di Gurdwara Shree Guru
Granth Sahib Darbar Tebing Tinggi.
Sistem religi juga mempunyai tiga unsur penting lain, yaitu: (1) sistem
keyakinan, (2) sistem upacara keagamaan, dan (3) suatu umat yang menganut
religi atau komunitasnya. Setidaknya ada dua belas15 unsur atau kegiatan yang
dilakukan dalam upacara, walaupun tidak semua agama menganggap ada yang
penting sekali untuk dilakukan dalam unsur upacara tersebut.
Upacara Pahila Parkas Dihara merupakan upacara penobatan Kitab Sri
Guru Granth Sahib Ji sebagai Guru terakhir bagi umat Sikh, setelah guru
kesepuluh Sri Guru Gobind Singh Ji menyatakan bahwa tidak ada lagi guru yang
datang dalam bentuk manusia. Di dalam upacara ini dilakukan pembacaan atau
pengajian Kitab Sri Guru Granth Sahib Ji. Kitab Sri Guru Granth Sahib Ji
merupakan Kitab suci masyarakat Sikh yang berisi tentang ajaran-ajaran Guru
masyarakat Sikh.
Upacara Pahila Parkas Dihara diawali dengan pembacaan Jetshri Mahala
Panjwa halaman 701-702 yang merupakan hymne atau nyanyian pujian kepada
Waheguru (Tuhan) yang diambil dan dipilih dari Kitab yang mempunyai makna
15
(1) bersaji, (2) berkorban, (3) berdoa, (4) makan bersama makanan yang telah disucikan
dengan doa, (5) menari tarian suci, (6) menyanyi nyanyian suci, (7) berprosesi atau berpawai, (8)
memainkan seni drama suci, (9) berpuasa, (10) intoksikasi atau mengaburkan pikiran dengan
makan obat bius untuk mencapai trance, mabuk, (11) bertapa, (12) bersemedi (Koentjaraningrat
1980: 378).
21
untuk pembukaan suatu upacara (wawancara dengan Bhai Dalip Singh, 14 Maret
2011).
Setelah itu berdoa untuk meminta keselamatan dan kesehatan seluruh
umat. Meminta izin kepada Tuhan untuk kelancaran dalam membaca Kitab atau
pengajian dan dijauhkan dari segala halangan yang dapat menggangu kelancaran
seluruh upacara.
Setelah doa dilakukan, barulah dimulai pembacaan atau pengajian Kitab.
Di dalam pembacaan ini, lima orang Bhai Sahib (Pendeta) yang telah ditentukan
atau orang yang bisa membaca aksara Punjabi membacakan Kitab sampai dengan
selesai atau khatam16. Kitab yang akan dibacakan sampai selesai ini berisi 1430
halaman,
yang
menghabiskan
waktu
tiga
hari
dua
malam
untuk
menyelesaikannya. Pembacaan ini tidak boleh dilakukan dengan putus-putus,
tetapi harus dibacakan secara berkelanjutan. Masing-masing Pendeta membacakan
Kitab dua jam per orang, begitu seterusnya sampai dengan selesai.
Setelah pembacaan atau pengajian Kitab diselesaikan, dilanjutkan dengan
nyanyian puji-pujian yang dilantunkan oleh siapa saja yang ingin bernyanyi.
Nyanyian puji-pujian ini diiringi oleh alat musik seperti harmonium, tabla, dholak
dan rebana. Dalam upacara Pahila Parkas Dihara ini, setiap alat musik yang ada
tidak boleh dimainkan saat pembacaan Kitab karena pembacaan Kitab dianggap
suci dan tidak ada yang boleh mengganggu konsentrasi Pendeta yang
membacakan maupun jemaat yang ada. Selain itu, agar setiap ajaran-ajaran Guru
bisa didengar semua jemaat yang hadir. Semua kegiatan bernyanyi boleh
dilakukan setelah Kitab benar-benar selesai dibacakan. Dan kegiatan menyanyi ini
juga membawakan ayat-ayat yang berasal dari Kitab tersebut.
16
Istilah ini biasanya dipakai untuk menyebutkan pembacaan Alquran sampai tamat atau
selesai, yaitu “khatam Quran”.
22
Setelah kegiatan bernyanyi selesai dilakukan, maka selanjutnya adalah doa
penutupan. Doa ini berisi tentang permohonan maaf kepada Tuhan, apabila
selama upacara berlangsung ada kesalahan-kesalahan yang terjadi. Selain itu, juga
berisi tentang penutupan seluruh rangkaian acara yang telah dilaksanakan dari
awal sampai pada akhirnya.
Upacara ini dilakukan setiap tahunnya pada bulan Agustus atau September
berdasarkan penanggalan agama Sikh sendiri yang disebut dengan jantri. Upacara
yang dibahas dalam tulisan ini dilaksanakan pada tanggal 31 Agustus, 1 dan 2
September 2010. Tempat upacara dilaksanakan di Gurdwara Shree Guru Granth
Sahib Darbar Tebing Tinggi. Benda dan peralatan upacara Pahila Parkas Dihara
terdiri dari: pendupaan, Kitab, sound system, peralatan musik (harmonium, tabla,
dholak dan rebana) dan lain sebagainya. Pelaku dan pemimpin ialah Bhai Sahib
(Pendeta).
Berdasarkan wawancara dengan Bhai Dalip Singh, melodi yang
dilantunkan setiap Pendeta memiliki ciri khas masing-masing atau tidak sama satu
dengan lainnya. Melodi yang dilantunkan berasal dari perasaan atau pembawaan
masing-masing pribadi, sehingga tidak ada suatu ketentuan khusus dalam
melantunkannya. Pada umumnya melodi yang dimainkan tetap atau berulangulang, sedangkan teksnya berubah. Ini disebut juga dengan pola strophic. Atau
dengan kata lain, pembacaan Kitab ini adalah nyanyian yang lebih mementingkan
kata-kata daripada melodi atau disebut dengan logogenic. Hal ini dapat dilihat dari
kata-kata yang terus berubah tetapi dengan melodi yang berulang-ulang.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan yang dituturkan di atas, maka penulis
tertarik untuk meneliti lebih dalam tentang upacara Pahila Parkas Dihara ini
beserta komponen-komponen pendukung upacara yang akan difokuskan pada
23
pembacaan Kitab dalam upacara Pahila Parkas Dihara masyarakat Sikh di
Gurdwara Shree Guru Granth Sahib Darbar Tebing Tinggi. Penelitian ini akan
dibuat ke dalam karya tulis ilmiah dengan judul: Studi Analisis Musikal dan
Tekstual Pembacaan Kitab Sri Guru Granth Sahib Ji pada Upacara Pahila
Parkas Dihara Masyarakat Sikh di Gurdwara Shree Guru Granth Sahib
Darbar Kota Tebing Tinggi.
1.2 Pokok Permasalahan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis membuat batasan masalah untuk
menghindari ruang lingkup pembahasan yang meluas. Selain itu, batasan masalah
juga berguna untuk memfokuskan pokok pembahasan dalam tulisan ini.
Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam tulisan ini adalah:
1.
Bagaimana deskripsi atau gambaran jalannya upacara Pahila Parkas Dihara
dan komponen-komponen upacara Pahila Parkas Dihara pada masyarakat
Sikh di Gurdwara Shree Guru Granth Sahib Darbar Tebing Tinggi?
2.
Bagaimana analisis musikal dan tekstual pembacaan Kitab yang disajikan
pada upacara Pahila Parkas Dihara masyarakat Sikh di Gurdwara Shree
Guru Granth Sahib Darbar Tebing Tinggi?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penulisan skripsi adalah sebagai berikut:
1.
Memperoleh deskripsi jalannya upacara Pahila Parkas Dihara pada
masyarakat Sikh di Gurdwara Shree Guru Granth Sahib Darbar Tebing
Tinggi.
24
2.
Memperoleh analisis musikal dan tekstual pembacaan Kitab pada upacara
Pahila Parkas Dihara pada masyarakat Sikh di Gurdwara Shree Guru Granth
Sahib Darbar Tebing Tinggi.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Sedangkan manfaat penelitian ini adalah:
1.
Memberikan informasi tentang jalannya upacara Pahila Parkas Dihara pada
masyarakat Sikh di Gurdwara Shree Guru Granth Sahib Darbar Tebing
Tinggi.
2.
Sebagai salah satu referensi ilmiah yang dapat memberikan suatu kajian
musikologis suatu upacara religi yang mengandung unsur-unsur musikal
kepada disiplin ilmu Etnomusikologi khususnya, dan ilmu pengetahuan pada
umumnya.
3.
Sebagai salah satu bahan referensi dan acuan bagi peneliti berikutnya yang
memiliki keterkaitan dengan topik penelitian.
4.
Memperluas pengetahuan dan wawasan penulis dalam mengaplikasikan ilmu
yang diperoleh selama masa studi di jurusan Etnomusikologi.
1.4 Konsep dan Teori
1.4.1 Konsep
Menurut Melly G. Tan (dalam Koentjaraningrat 1990: 21), konsep
merupakan defenisi dari apa yang kita amati, konsep menentukan antara variabelvariabel mana yang kita inginkan untuk menentukan hubungan empiris. Maka dari
itu, penulis akan memaparkan beberapa konsep yang berhubungan dengan tulisan
ini.
25
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua (1995: 37), analisis
adalah penguraian suatu pokok permasalahan atas berbagai bagiannya dan
penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antarbagian untuk memperoleh
pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan. Dengan demikian, kata
analisis dalam penulisan ini berarti hasil analisa objek penelitian. Adapun yang
menjadi objek penelitian yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah upacara
Pahila Parkas Dihara pada masyarakat Sikh dan pokok pembahasan difokuskan
pada pembacaan Kitab yang disajikan secara musikal serta makna teks yang
terdapat di dalamnya.
Musik adalah kejadian bunyi atau suara dapat dipandang dan dipelajari
jika mempunyai kombinasi nada, ritem dan dinamika sebagai komunikasi secara
emosi estetika atau fungsional dalam suatu kebiasaan atau tidak berhubungan
dengan bahasa (Malm dalam terjemahan Takari 1993: 817). Dari pengertian musik
tersebut, dapat dipahami bahwa musikal merupakan hal yang berkenaan atau
mengandung unsur musik.
Pembacaan Kitab yang dilantunkan secara musikal dalam istilah
Etnomusikologi adalah chanting. Dalam masyarakat Sikh pembacaan Kitab secara
musikal ini dikenal dengan kirtan. Kirtan pada upacara Pahila Parkas Dihara ini,
dapat penulis nyatakan sebagai bahan kajian etnomusikologi karena dalam
pembacaannya mengandung unsur musikal atau dapat dikategorikan sebagai
nyanyian yang di dalamnya terdapat kombinasi yang mengandung unsur nada,
ritem dan dinamika.
17
Music Culture of the Pasific, the Near East and Asia karya William P. Malm tahun
1977 yang dialihbahasakan menjadi Kebudayaan Musik Pasifik, Timur Tengah dan Asia oleh
Muhammad Takari, Jurusan Etnomusikologi, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara pada
tahun 1993.
26
Teks adalah naskah yang berupa kata-kata asli dari pengarang, kutipan dari
Kitab suci untuk pangkal ajaran atau alasan, bahan tertulis untuk dasar
memberikan pelajaran, berpidato dan sebagainya (Kamus Besar Bahasa Indonesia
edisi kedua 1995: 1024). Dari pengertian teks tersebut, maka tekstual merupakan
hal yang berhubungan atau berkaitan dengan teks. Sesuai dengan tulisan ini, maka
pengertian teks yang dipakai adalah kutipan dari Kitab suci untuk pangkal ajaran
atau alasan yang kemudian akan dianalisa makna yang terkandung dalam teks
tersebut.
Pengertian masyarakat (society dalam Bahasa Inggris) dalam Oxford
Advanced Learner’s Dictionary sixth edition (2000: 1226) adalah:
“(1) people in general, living together in communities; (2) a particular
community of people who share the same customs, laws, etc; (3) a group of
people who join together for a particular purpose; (4) the group of people in a
country who are fashionable, rich and powerful; (5) the state of being with other
people”
(orang-orang yang secara umum hidup bersama dalam komunitas; sebuah
komunitas khusus oleh orang-orang yang berbagi dalam adat istiadat yang sama,
norma-norma yang sama dan sebagainya; sekelompok orang-orang yang saling
terikat untuk tujuan khusus; sekelompok orang-orang dalam satu negara yang
modern, kaya dan berkuasa; tempat di mana tinggal dengan orang lain).
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat
adalah sekelompok orang-orang yang tergabung dalam satu komunitas yang
mempunyai kebiasaan atau adat istiadat yang sama, norma-norma yang sama,
kepentingan atau tujuan yang sama, dan banyak persamaan lain yang saling terikat
satu dengan yang lain.
27
Kata Sikh yang dalam bahasa Punjabi: ਿਸੱ ਖ, berasal dari bahasa Sansekerta
yaitu śiṣya yang berarti “murid, mahasiswa” atau śikṣa yang berarti “pelajaran”.
Menurut pasal I dari “Rehat Maryada“ (norma dan ketentuan tingkah laku dalam
Sikh), seorang Sikh didefinisikan sebagai “setiap manusia yang setia percaya pada
Yang Kekal; Kesepuluh Guru, dari Sri Guru Nanak Dev sampai Sri Guru Gobind
Singh; Sri Guru Granth Sahib, ucapan-ucapan dan ajaran dari sepuluh Guru dan
baptisan yang diwariskan oleh Guru kesepuluh, dan yang tidak berutang setia
kepada agama lain”. Di antara perpindahan atau migrasi orang-orang Sikh, ada
perbedaan pendapat yang meningkat tentang apa arti menjadi seorang Sikh
terutama dalam pengertian sebuah bangsa, dan kelompok etnis-agama
(www.wikipedia.com).
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bhai Dalip Singh (27 Juli 2010),
kata Sikh berarti “belajar terus-menerus”, hidup dalam kesederhanaan dan percaya
hanya kepada satu Tuhan yang disebut dengan Waheguru.
Pahila Parkas Dihara adalah upacara penobatan Kitab sebagai Guru
terakhir bagi umat Sikh, setelah guru kesepuluh Sri Guru Gobind Singh Ji
menyatakan bahwa tidak ada lagi guru yang datang dalam bentuk manusia. Maka
dari itu, untuk datang menyembah kepada Tuhan, umat Sikh melakukan
sembahyang dengan menggunakan guru terakhir yaitu Kitab yang berisi tentang
ajaran-ajaran guru terdahulu. Di dalam upacara ini dilakukan pembacaan atau
pengajian Kitab sampai selesai atau tamat.
1.4.2 Teori
28
Teori adalah sarana pokok untuk menyatakan hubungan sistematik dalam
gejala sosial maupun natura yang ingin diteliti. Teori merupakan abstraksi dari
pengertian atau hubungan dari proporsi atau dalil. Menurut Kerlinger (1973) teori
adalah sebuah set konsep atau construct yang berhubungan satu dengan lainnya,
suatu set dari proporsi yang mengandung suatu pandangan sistematis dari
fenomena (Moh. Nazir 1988: 21). Untuk itu, penulis menggunakan teori sebagai
landasan untuk membahas dan menjawab pokok permasalahan yang ada.
Untuk menganalisa struktur musik dalam pembacaan Kitab yang
dilantunkan secara musikal, penulis menggunakan teori weighted scale (bobot
tangga nada) yang dikemukakan oleh William P. Malm. Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam mendeskripsikan melodi, yaitu (1) tangga nada, (2) nada dasar
(pitch center), (3) wilayah nada, (4) jumlah nada, (5) jumlah interval, (6) pola
kadensa, (7) formula melodik, dan (8) kontur (Malm dalam terjemahan Takari
1993: 13).
Dalam
menganalisa
teks-teks
dalam
pembacaan
Kitab,
penulis
menggunakan teori William P. Malm. Ia menyatakan bahwa dalam musik vokal,
hal sangat penting diperhatikan adalah hubungan antara musik dengan teksnya.
Apabila setiap nada dipakai untuk setiap silabel atau suku kata, gaya ini disebut
silabis. Sebaliknya bila satu suku kata dinyanyikan dengan beberapa nada disebut
melismatik. Studi tentang teks juga memberikan kesempatan untuk menemukan
hugungan antara aksen dalam bahasa dengan aksen pada musik, serta sangat
membantu melihat reaksi musikal bagi sebuah kata yang dianggap penting dan
pewarnaan kata-kata dalam puisi (Malm dalam terjemahan Takari 1993: 15).
Transkripsi dalam Etnomusikologi merupakan suatu proses penotasian
bunyi menjadi simbol-simbol yang dapat dilihat atau diamati, dan simbol-simbol
29
tersebut disebut dengan notasi. Dalam melakukan transkripsi, penulis berpedoman
pada teori yang dinyatakan oleh Charles Seeger tentang notasi perskriptif dan
notasi deskriptif yang didapat penulis selama mengikuti perkuliahan di
Etnomusikologi. (1) notasi perskriptif adalah notasi yang bertujuan sebagai
petunjuk atau suatu alat untuk membantu mengingat bagi seorang penyaji
bagaimana ia harus menyajikan sebuah komposisi musik, (2) notasi deskriptif
adalah notasi yang dimaksudkan untuk menyampaikan kepada pembaca tentang
ciri-ciri atau detail-detail komposisi musik yang belum diketahui oleh pembaca18.
Sesuai dengan tulisan ini, maka penulis akan menggunakan notasi deskriptif
sebagai notasi yang dipakai untuk menyampaikan pesan yang terdapat dalam
upacara Pahila Parkas Dihara.
1.5 Metode Penelitian
Metode ilmiah adalah segala jalan atau cara dalam rangka ilmu tersebut,
untuk sampai kepada kesatuan pengetahuan (Koentjaraningrat 1980: 41).
Sedangkan penelitian adalah penyelidikan yang hati-hati dan kritis dalam mencari
fakta dan prinsip-prinsip; suatu penyelidikan yang amat cerdik untuk menetapkan
sesuatu (menurut kamus Webster’s New International dalam Moh. Nazir 1988:
13). Jadi, metode penelitian adalah cara kerja yang dipakai untuk menyelidiki
fakta atau kenyataan yang ada dalam rangka memahami objek penelitian yang
bersangkutan.
Dalam melakukan penelitian, penulis menggunakan metode pendekatan
kualitatif yang mengutamakan kualitas data. Teknik pengumpulan data yang
dipakai dalam penelitian ini adalah:
18
Materi kuliah dalam mata kuliah Transkripsi/ Analisa I pada tanggal 29 Januari 2009.
30
1.5.1 Studi Kepustakaan
Hal pertama yang penulis lakukan adalah melakukan studi kepustakaan
dengan cara mempelajari tulisan-tulisan yang berhubungan dengan objek
pembahasan. Penulis mencari dan mengumpulkan informasi dan referensi dari
skripsi yang ada di Departemen Etnomusikologi maupun dari Departemen
Antropologi. Selain mempelajari bahan-bahan yang diperoleh dari skripsi yang
telah ada, penulis juga mempelajari bahan lain seperti buku dan artikel.
Penulis juga sangat terbantu dengan adanya kemajuan internet yang sangat
cepat saat ini, yang bisa menyediakan banyak informasi apa saja yang kita
inginkan dalam waktu singkat. Dengan melakukan penelusuran data online di
situs www.google.com, penulis mendapat banyak anjuran-anjuran situs lain
seperti www.wikipedia.com, repository USU, dokumen PDF, dan lain-lain.
Semua informasi dan data yang didapat baik melalui skripsi, buku, artikel dan
internet membantu penulis untuk mempelajari dan membandingkannya demi
kesempurnaan penulisan skripsi ini.
1.5.2 Penelitian Lapangan
Penelitian lapangan adalah semua kegiatan yang dilakukan penulis
berkaitan dengan pengumpulan data di lapangan yang terdiri dari observasi,
wawancara dan perekaman.
1.
Observasi
Pengumpulan data dengan cara observasi adalah metode pengumpulan
data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan
penginderaan. Metode observasi menggunakan kerja pancaindera mata sebagai
31
alat bantu utamanya selain pancaindera lainnya seperti telinga, penciuman, mulut
dan kulit (Burhan Bungin 2007: 115).
Observasi yang dilakukan oleh penulis bertujuan untuk mengetahui
langsung detail upacara Pahila Parkas Dihara serta mengetahui pembacaan Kitab
dalam upacara Pahila Parkas Dihara masyarakat Sikh di Gurdwara Shree Guru
Granth Sahib Darbar Tebing Tinggi. Selain melakukan pengamatan langsung
dalam upacara Pahila Parkas Dihara, penulis juga menjalin komunikasi dan
persahabatan dengan pelaku upacara lainnya yang adalah masyarakat Sikh itu
sendiri.
2.
Wawancara
Wawancara adalah salah satu metode yang dipakai untuk memperoleh data
yang tidak didapat melalui observasi.
“Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau
pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat
yang dinamakan interview guide atau panduan wawancara (Moh. Nazir 1988:
234). “
Lebih lanjut M. Sitorus (2003: 32-33) menjelaskan tentang bentuk-bentuk
wawancara.
“Format pertanyaan yang digunakan pada pedoman wawancara pada dasarnya
sama dengan format pertanyaan kuesioner, yaitu berstruktur, tidak berstruktur,
atau kombinasi keduanya. Bila ditinjau dari segi pelaksanaannya, wawancara
berstruktur disebut juga wawancara terpimpin karena pewawancara telah
membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci. Sebaliknya, wawancara
tidak berstuktur disebut wawancara bebas karena pewawancaranya bebas
menanyakan apa saja. Selain itu dikenal wawancara bebas terpimpin yaitu
kombinasi antara wawancara bebas dan terpimpin. Di sini, pewawancara
membawa pedoman yang hanya merupakan garis besar tentang hal yang akan
ditanyakan.”
Metode wawancara yang digunakan penulis dalam pengumpulan data
adalah wawancara berstruktur, tidak berstruktur, dan kombinasi keduanya.
Langkah awal yang penulis lakukan adalah menyiapkan dan menyusun sejumlah
pertanyaan yang terperinci sebelum bertemu dengan informan. Kenyataan di
32
lapangan yang dihadapi penulis adalah sering kali pertanyaan-pertanyaan lain juga
muncul selain dari pertanyaan yang sudah disiapkan sebelumnya akibat dari
percakapan yang berkembang dari pertanyaan yang sudah disediakan dan rasa
ingin tahu yang tinggi. Dalam wawancara selanjutnya, penulis menggunakan
wawancara kombinasi dengan menyiapkan pedoman yang merupakan garis besar
tentang hal yang akan ditanyakan.
Dalam penelitian ini penulis menentukan Bhai Dalip Singh sebagai
informan kunci karena beliau adalah pemimpin upacara Pahila Parkas Dihara
sekaligus pendeta di Gurdwara Shree Guru Granth Sahib Darbar. Penulis juga
menentukan Bapak Mahadip Singh selaku Sekretaris Gurdwara Shree Guru
Granth Sahib Darbar sebagai informan pangkal yang memberikan informasi
tentang informan kunci. Selain itu penulis juga mewawancarai pemain musik, dan
beberapa jemaat yang hadir.
Penulis menyadari keterbatasan untuk mengingat setiap percakapan
dengan para informan yang ditemui, untuk itu penulis memakai alat rekam MP4
player merk ADVANCE DIGITALS untuk merekam percakapan yang terjadi
antara penulis dan informan.
3.
Perekaman atau dokumentasi
Untuk mendokumentasikan data yang berhubungan dengan upacara Pahila
Parkas Dihara dan pembacaan Kitab, penulis menggunakan kamera digital dan
handycam sebagai media rekam. Adapun spesifikasi kamera digital yang
digunakan adalah merk Canon PowerShot A1100 IS, sedangkan spesifikasi
handycam yang digunakan adalah merk Sony Handycam CMOS Carl Zeiss VarioSonnar T* dengan menggunakan kaset Sony Mini DVD.
33
1.5.3 Kerja Laboratorium
Keseluruhan informasi dan bahan yang dikumpulkan dan diperoleh dari
studi kepustakaan dan hasil penelitian lapangan kemudian diolah, diseleksi, dan
disaring dalam kerja laboratorium untuk dijadikan data sesuai dengan objek
penelitian untuk penulisan skripsi. Data yang dipergunakan untuk penulisan
skripsi ini adalah data-data yang sesuai dengan kriteria disiplin ilmu
Etnomusikologi.
Setelah data dikumpulkan, proses selanjutnya adalah menganalisis data.
Menurut Burhan Bungin (2007: 153), ada dua hal yang ingin dicapai dalam
analisis data kualitatif, yaitu: (1) menganalisis proses berlangsungnya suatu
fenomena sosial dan memperoleh suatu gambaran yang tuntas terhadap proses
tersebut; dan (2) menganalisis makna yang ada dibalik informasi, data, dan proses
suatu fenomena sosial tersebut. Dengan menggunakan cara analisis ini, hasil
penelitian akan diungkapkan secara deskriptif berdasarkan data-data yang
diperoleh. Analisis kualitatif yang digunakan oleh penulis, dipakai untuk
membahas komponen pendukung upacara Pahila Parkas Dihara pada masyarakat
Sikh di Gurdwara Shree Guru Granth Sahib Darbar. Komponen pendukung
tersebut adalah pemimpin upacara Pahila Parkas Dihara, pembacaan Kitab secara
musikal saat upacara berlangsung, dan masyarakat Sikh yang ada di Gurdwara
Shree Guru Granth Sahib Darbar Tebing Tinggi.
Secara Etnomusikologis, penulis juga akan mentranskripsikan dan
menganalisis struktur pembacaan Kitab Sri Guru Granth Sahib Ji dengan
menggunakan teori weighted scale.
1.6 Lokasi Penelitian
34
Lokasi penelitian terletak di Gurdwara Shree Guru Granth Sahib Darbar
Jalan Tuanku Imam Bonjol No. 18 Tebing Tinggi. Alasan memilih lokasi tersebut
karena semua Gurdwara yang ada di Sumatera Utara saling berbagi upacara atau
hari raya keagamaan masyarakat Sikh. Jadi, Gurdwara Shree Guru Granth Sahib
Darbar Tebing Tinggi mendapat bagian menjalankan upacara Pahila Parkas
Dihara yang diadakan setiap tahunnya.
35
BAB II
IDENTIFIKASI MASYARAKAT SIKH DI TEBING TINGGI
2.1 Gambaran Umum Kota Tebing Tinggi
2.1.1 Letak Geografis Kota Tebing Tinggi
Kota Tebing Tinggi adalah salah satu dari delapan kota yang ada di
Provinsi Sumatera Utara dengan ibukota Tebing Tinggi. Secara geografis Kota
Tebing Tinggi terletak antara 3°19’-3°21’ Lintang Utara dan 98°11’-98°21’ Bujur
Timur. Di sebelah Utara, Tebing Tinggi berbatasan dengan PTPN III Kebun
Rambutan. Di sebelah Selatan berbatasan dengan PTPN IV Kebun Pabatu dan
Perkebunan Paya Pinang. Di sebelah Timur berbatasan dengan PT. Socfindo
Tanah Besi dan PTPN III Kebun Rambutan. Dan di sebelah Barat berbatasan
dengan PTPN III Kebun Gunung Pamela. Kota ini memiliki keunikan karena
berada di bagian tengah Kabupaten Serdang Bedagai, dengan kata lain seluruh
wilayahnya dikelilingi atau berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai.
2.1.2 Iklim
Kota Tebing Tinggi mempunyai iklim tropis. Wilayahnya memiliki
ketinggian antara 26-34 meter di atas permukaan laut. Temperatur di daerah ini
berkisar antara 25°-27° Celsius. Tebing Tinggi mengalami dua musim, yaitu
musim kemarau dan penghujan. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Juni
sampai September, dan musim penghujan biasanya terjadi pada bulan November
sampai Maret. Kedua musim tersebut dikelilingi oleh musim pancaroba19.
19
Pancaroba adalah peralihan musim (ditandai oleh keadaan udara tidak menentu, banyak angin
besar, dan sebagainya); peralihan antara musim kemarau dan musim hujan (KBBI 1995: 721).
36
2.1.3 Luas Wilayah
Luas wilayah Kota Tebing Tinggi adalah 3.843,8 hektar atau 38,438 km2
yang dilintasi oleh empat aliran sungai besar dan kecil, yaitu Sungai Padang,
Bahilang, Kalembah dan Sibarau.
Berdasarkan BPS Kota Tebing Tinggi tahun 2007 bahwa sebagian besar
wilayah Kota Tebing Tinggi digunakan untuk permukiman (35,80%), lahan
pertanian (51,10%), dan sarana sosial ekonomi dan budaya (6,22%), dan
selebihnya dipergunakan untuk industri, semak belukar dan lainnya.
2.1.4 Demografi
Jumlah penduduk Kota Tebing Tinggi tahun 2010 berdasarkan Hasil
Sensus Penduduk adalah sebanyak 145.180 jiwa. Terdiri dari 71.845 laki-laki dan
73.335 perempuan. Dari hasil sensus tersebut, dapat disimpulkan persentase
penduduk berdasarkan tingkat kecamatan sebagai berikut: Kecamatan Bajenis
sebesar 22,79%, Kecamatan Rambutan sebesar 21,62%, Kecamatan Padang Hilir
sebesar 20,62%, Kecamatan Padang Hulu sebesar 18,43%, dan Kecamatan Tebing
Tinggi Kota sebesar 16,54%.
Agama
Islam
Katholik
Protestan
Hindu
Buddha
Lainnya
Total
Jumlah
96.824 jiwa
2.228 jiwa
14.328 jiwa
261 jiwa
11.213 jiwa
125 jiwa
124.979 jiwa
Persentase
77,47%
1,78%
11,46%
0,21%
8,97%
0,10%
100%
Sumber: BPS Tebing Tinggi
Tabel 2.1 Jumlah dan Persentase Penduduk
Berdasarkan Agama
37
Kecamatan
Padang Hulu
Tebing Tinggi Kota
Rambutan
Bajenis
Padang Hilir
Total
Laki-laki
13,180%
11,717%
15,442%
16,467%
15,039%
71,845%
Perempuan Laki-laki + Perempuan Sex Ratio
13,582%
26,762%
97%
12,303%
24,020%
95%
15,939%
31,381%
97%
16,620%
33,087%
99%
14,891%
29,930%
101%
73,335%
145,180%
98%
Sumber: BPS Tebing Tinggi
Tabel 2.2 Persentase Jumlah Penduduk Berdasarkan Kecamatan dan
Jenis Kelamin Tahun 2010
2.1.5 Wilayah Administrasi Pemerintahan
Secara administratif Kota Tebing Tinggi dibagi menjadi lima kecamatan
dengan tiga puluh lima kelurahan.
No
1
Kecamatan
Luas Wilayah (ha)
Rambutan
593,50
2
Padang Hulu
851,10
3
Padang Hilir
1.144,10
4
Bajenis
907,80
5
Tebing Tinggi Kota
347,30
38
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1.
Kelurahan
Rantau Laban
Sri Padang
Karya Jaya
Lalang
Tanjung Marulak
Tanjung Marulak
Hilir
Mekar Sentosa
Pabatu
Lubuk Baru
Persiakan
Bandarsono
Tualang
Lubuk Raya
Padang Merbau
Bagelen
Tebing Tinggi
Tambangan
Satria
Deblod Sundoro
Damar Sari
Tambangan Hulu
Bulian
Pelita
Durian
Bandar Saku
Teluk Karang
Pinang Mancung
Berohol
Mandailing
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Total
3.843,80
Pasar Gambir
Rambung
Tebing Tinggi Lama
Pasar Baru
Badak Bejuang
Bandar Utama
35
Sumber: BPS Tebing Tinggi
Tabel 2.3 Kecamatan Berdasarkan Luas dan Jumlah Kelurahan
2.2 Asal Usul Lahirnya Agama Sikh
Setelah agama Buddha mengalami kemerosotan di India, status Buddha
dan Budhisattvas menjadi sangat biasa. Saat agama Buddha keluar dari India,
masyarakat Hindu membuat dewa dan dewi mereka sendiri dan mulai menyembah
patung-patung mereka. Pendeta Hindu sudah berabad-abad membuat diri sendiri
menjadi penjaga agama dan ajarannya, telah mengurangi agama menjadi sebuah
ejekan dengan melakukan upacara dan ritual dan upacara takhayul tanpa arti dan
makna.
Kemudian terjadi penolakan yang dilakukan masyarakat Hindu akibat
sistem kasta yang berlaku tidak adil. Kasta Brahmana yang menjadi kasta tertinggi
mendapat hak istimewa karena hanya kasta tersebutlah yang bisa mengerti bukubuku keagamaan yang kebanyakan ditulis dalam bahasa Sansekerta dan bahasa
tersebut tidak dipakai masyarakat umum.
Kondisi Hindu India seperti itu ketika penyerbu Muslim mulai masuk
dalam jumlah besar satu demi satu. Untuk penyerbu Muslim, dari Mahmood
Gazni pada abad kesebelas sampai ke Moghul pada abad keenambelas (bersamaan
dengan Guru Nanak), Punjab selalu menjadi pintu gerbang India. Semua penyerbu
Muslim membunuh pria, wanita dan anak-anak tanpa belas kasihan, menjarah
39
rumah mereka, menodai dan menghancurkan kuil mereka dan merampok
kekayaan kuilnya. Orang-orang Hindu masuk agama Islam dalam keadaan hampir
terbunuh. Para bangsawan, pelajar, sufi, penyair dan ahli filsafat yang juga datang
bersama penyerbu ini, menetap di berbagai bagian di India, dan mereka
meletakkan fondasi budaya Indo-Muslim di negara ini.
Masa ini disebut dengan Kalyug yang berarti masa kegelapan atau masa
kepalsuan. Orang-orang menjadi bodoh bukan dalam posisi membedakan antara
kebenaran dan kepalsuan. Mereka yang mengaku sebagai dermawan melakukan
penimbunan kekayaan dengan cara penipuan. Cinta antara pria dan wanita
didasarkan pada uang, mereka bertemu dalam kesenangan dan berangkat dalam
keinginan. Hal ini dipercaya bahwa kapan pun Kebenaran menghilang dari dunia
ini dan Kepalsuan menggantikannya, ada panggilan dari surga untuk
mengembalikan perdamaian dan keadilan di bumi. Untunglah urga mendengarkan
tangisan dan doa-doa yang tertindas dan muncullah Penyelamat Kemanusiaan,
Nabi Kedamaian, Sumber Cinta Kasih Surga dan Lautan Kebaikan dalam nama
Guru Nanak, penemu agama Sikh.
Pada tahun 1469, Guru Nanak lahir dari pasangan Mehta Kalu dan Mata
Tripta. Semasa kecilnya, Guru Nanak sudah menunjukkan bahwa dia berbeda dari
anak-anak lainnya. Pada umur tujuh tahun, Guru Nanak sudah bisa menuliskan
arti setiap huruf dari alphabet. Ini merupakan Pesan Ilahi yang dikirim melalui
Guru Nanak. Ini merupakan penjelasan kebenaran lebih dalam tentang manusia
dan Tuhan dan cara untuk menyadari Tuhan dalam pengertian dari alphabet (Sikh
Religion 1990: 14). Hal itu terus berlangsung sampai dia menjadi dewasa.
40
Pada abad keenambelas di Punjab, agama Sikh muncul dan berkembang
yang dipelopori oleh Guru Nanak. Pada saat itu keadaan dunia sangat kacau dan
di India sendiri terjadi kekacauan yang dikenal dengan masa Kalyug. Guru Nanak
yang sejak kecil mendapatkan ilham dari Tuhan membentuk satu kepercayaan
baru yang bertolak belakang dengan keadaan dunia saat itu. Agama Sikh percaya
hanya kepada satu Tuhan saja yang disebut Waheguru dan kepercayaan kepada
satu Tuhan ini nampak jelas dalam kalimat pembuka Sri Guru Granth Sahib Ji
yaitu: ੴ (Ik Onkar) yang artinya Satu Tuhan. Agama Sikh juga menganggap
tidak ada perbedaan antara satu manusia dengan manusia lainnya, semuanya
adalah sama atau dengan kata lain agama Sikh tidak mengenal pembagian kasta.
Kemudian pada tahun 1699, Guru kesepuluh yaitu Guru Gobind Singh Ji
mengumpulkan ratusan orang di Anandpur Sahib dan membentuk Khalsa. Dan
peristiwa inilah yang dijadikan sebagai hari Vaisakhi bagi masyarakat Sikh.
Vaisakhi ini merupakan peringatan sebagai hari lahir atau hari jadi agama Sikh
yang diperingati pada bulan April sekitar tanggal tiga belas.
Gambar 2.2 Peta Daerah Punjab
41
2.2 Kedatangan Agama Sikh di Tebing Tinggi
Telah diketahui bahwa sejak perkebunan tembakau dibuka (1863) di
Sumatera Utara oleh Jacobus Nienhys, buruh dari Cina, India, dan Pulau Jawa
didatangkan dalam jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja di
berbagai wilayah di Sumatera Utara. Orang-orang Sikh yang bekerja di
perkebunan pada umumnya bekerja sebagai pengawas dan pengantar surat di
perkebunan, serta memelihara ternak sapi. Selain mereka yang didatangkan
sebagai kuli, migran lain pun terus berdatangan untuk tujuan berdagang dan
mengisi berbagai lowongan pekerjaan yang tersedia (Zulkifli Lubis 2005).
Gelombang kedatangan buruh perkebunan inilah yang membawa
masyarakat Sikh, agama dan kebudayaannya masuk ke daerah Tanah Deli yang
salah satunya adalah Tebing Tinggi.
Gelombang selanjutnya datang ketika tentara Sekutu dari divisi ke-26
masuk ke wilayah Sumatera Utara pada tanggal 10 Oktober sampai 5 November
1945 melalui Belawan. Mereka datang untuk mengadakan perlawanan kepada
laskar-laskar rakyat Indonesia di front Medan Area. Divisi itu sepenuhnya terdiri
dari bangsa India dan pada 5 Januari 1946 ditambah lagi beberapa resimen yang
didatangkan langsung dari India (Tengku Luckman Sinar 2008: 13).
Dan berdasarkan wawancara dengan Bhai Dalip Singh, menyebutkan
bahwa orang-orang Sikh yang bergabung dengan tentara Sekutu tiba di Tebing
Tinggi. Kemudian mereka berinisiatif mendirikan tempat beribadah yang dekat
dengan stasiun kereta api yang menjadi jalur transportasi mereka. Sehingga
tentara-tentara lain yang terus berdatangan dapat melakukan ibadah di Gurdwara
tersebut.
42
Setelah perang dan perlawanan usai, sebagian orang Sikh kembali ke India
dan sebagian lagi memilih untuk menetap dan menjadi warga negara Indonesia.
Mereka menyebar dan mencari nafkah di berbagai tempat.
2.4 Keberadaan Agama Sikh di Tebing Tinggi
2.4.1 Populasi Masyarakat Penganut Sikh
Menurut A. Mani (1980) dalam tulisan Zulkifli Lubis menyatakan bahwa
orang-orang Sikh sudah ada di Sumatera Utara sejak awal perkebunan tembakau
dibuka. Mereka biasanya datang ke Deli untuk beberapa tahun dan kembali ke
India untuk menikah, lalu kembali lagi ke Sumatera Utara membawa serta
istrinya. Dan Tengku Luckman Sinar (1991:77) menyatakan bahwa dalam tahun
1930 sudah lebih dari 5000 masyarakat Sikh tersebar di Sumatera Utara.
Menurut Bhai Dalip Singh, populasi atau jumlah penganut Sikh di Tebing
Tinggi saat ini adalah sebanyak tujuh keluarga. Pada mulanya kedatangan orangorang Sikh ke Tebing Tinggi berjumlah banyak, hal ini dibuktikan dengan
didirikannya Gurdwara di Tebing Tinggi dan adanya gambar yang menunjukkan
populasi mereka yang banyak. Tetapi karena banyak yang tidak menetap tinggal
atau kembali ke India dan ada juga yang pindah ke tempat lain, menyebabkan
populasi mereka saat ini menjadi berkurang.
43
Sumber: Gurdwara Tebing Tinggi
Gambar 2.3 Orang-orang Sikh pada Permulaan Kedatangan
2.4.2 Sistem Kekerabatan
Masyarakat Sikh menganut sistem kekerabatan patrilineal, yang artinya
garis keturunan ditentukan melalui seorang laki-laki atau seorang ayah. Misalnya
seorang laki-laki bermarga Sandhu menikah seorang perempuan bermarga
Dhillon, maka anaknya laki-laki atau perempuan akan memiliki marga ayahnya
yaitu Sandhu. Untuk lebih jelasnya, lihat skema berikut:
♂
♀
(A. Sandhu)
(B. Dhillon)
♂
♀
(C. Sandhu)
(D. Sandhu)
♂
(E. Sandhu)
Skema 2.1 Sistem Keturunan
Patrilineal Sikh
44
Masyarakat Sikh dapat dikenali dari ciri khas namanya. Setiap laki-laki,
diberi gelar ‘Singh’ di belakang namanya, contoh: X. Singh Sandhu. Dan untuk
perempuan diberi gelar ‘Kaur’ di belakang namanya, contoh: X. Kaur Dhillon.
Berikut merupakan beberapa contoh marga yang ada pada masyarakat Sikh:
Sandhu, Gill, Dhillon, Siwia, Senggah, Sidhu, Sekhon, Maan, Dieol, Sran, dan
lain-lain.
2.4.3 Sistem Mata Pencaharian
Sejak awal perkebunan dibuka oleh kolonial Belanda, orang-orang Sikh
pada umumnya bekerja sebagai pengawas dan pengantar surat di perkebunan,
sebagai petugas jaga malam, pengawal dan memelihara ternak sapi.
Pada masa saat ini, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari,
masyarakat Sikh di berbagai tempat secara umum memiliki mata pencaharian
yang hampir sama. Sistem mata pencaharian masyarakat Sikh dikenal dengan
sebutan ‘S4’, yaitu: sekolah, susu, sport, dan supir. Sekolah artinya menjadi
seorang guru dengan menempuh pendidikan yang tinggi, kebanyakan dari mereka
menjadi guru Bahasa Inggris. Susu artinya menjadi seorang peternak sapi atau
lembu yang sejak dulu susu perahannya sudah dikenal banyak orang. Sport artinya
membuka toko sport yang menjual semua peralatan olahraga. Supir artinya
menjadi seorang supir (Wawancara dengan Bhai Dalip Singh).
2.4.4 Sistem Bahasa
Bahasa yang dipakai oleh masyrakat Sikh adalah bahasa Punjabi dan
memakai aksara atau alphabet Gurmukhi. Kata ‘Gurmukhi’ secara harafiah berarti
dari mulut Guru. Gurmukhi memiliki beberapa persamaan dengan tulisan India
lama, tetapi Gurmukhi memiliki tiga puluh lima huruf dan modifikasi huruf vokal
yang dibakukan oleh Guru Anggad. Daripada menggunakan huruf Hindu yaitu
45
Sansekerta, Guru Anggad memilih untuk membuat huruf baru untuk standar Sikh.
Sansekerta hanya terbatas untuk kelas pendeta Hindu saja, tetapi Guru Anggad
tidak percaya kalau hal itu hanya untuk kalangan atas atau terkemuka saja. Guru
Anggad menghabiskan masa hidupnya mengajarkan tulisan Gurmukhi kepada
orang biasa di Punjab. Gurmukhi tidak hanya dipakai oleh orang Sikh tetapi juga
Hindu dan Muslim yang hidup di Punjab untuk mengatur ulang pengucapan
bahasa umum, yaitu Punjabi. Seorang Sikh diharapkan membuat suatu usaha
mempelajari tulisan Gurmukhi dan mengajarkannya kepada anak-anak mereka
supaya dapat membaca Sri Guru Granth Sahib Ji dalam bentuk asli penulisannya
(www.sikhs.org).
Masyarakat Sikh ini sangat menjaga kelestarian budaya mereka, termasuk
bahasa yang mereka pakai. Mereka terbiasa memakai bahasa Punjabi dalam
kehidupan sehari-hari ketika berkomunikasi dengan sesama mereka. Hal ini
menggambarkan ‘kekuatan dan kesatuan’ masyarakat Sikh walaupun mereka
berada jauh dari negara asal dan budaya asli mereka. Hal ini juga didukung oleh
kegiatan keagamaan yang dilakukan di Gurdwara, yaitu keseluruhan upacaranya
selalu menggunakan bahasa Punjabi dan tulisan Gurmukhi. Hasil dari ketaatan
mereka menjalankan semua perintah Guru ini adalah kebudayaan dan kegiatan
keagamaan yang terpelihara dengan baik.
2.4.5 Gurdwara Shree Guru Granth Sahib Darbar
2.4.5.1
Sejarah Gurdwara
Sejarah terbentuknya Gurdwara atau tempat beribadah orang Sikh sudah
ada pada waktu permulaan Guru, tempat beribadah Sikh adalah dharamsala. Itu
merupakan tempat bagi orang Sikh untuk berkumpul mendengarkan Guru
mengajar atau menyanyikan pujian. Karena pertumbuhan populasi Sikh yang
46
bertambah, Guru Hargobind memperkenalkan kata Gurdwara yang berarti jalan
masuk untuk dapat mencapai Guru. Setelah itu semua tempat beribadah Sikh
dikenal sebagai Gurdwara. Ada tempat di mana Sri Guru Granth Sahib Ji
ditempatkan dan diperlakukan dengan hormat yang disebut dengan Gurdwara,
apakah itu sebuah ruangan dalam satu rumah yang terpisah dari bangunan. Tiga
fungsi utama tersedia dalam semua Gurdwara secara umum. Pertama adalah
Kirtan yang berarti nyanyian pujian dari Sri Guru Granth Sahib Ji. Kedua adalah
Katha yang berarti membaca Sri Guru Granth Sahib Ji dan menjelaskannya.
Fungsi utama ketiga adalah tersedianya di setiap Gurdwara sebuah Langar, yaitu
sebuah komunitas dapur bebas untuk semua pengunjung dari semua agama.
Bersama dengan fungsi-fungsi utama ini, Gurdwara di seluruh dunia juga
melayani komunitas Sikh dalam banyak cara lain diantaranya, perpustakaan
kesusasteraan Sikh, sekolah untuk mengajarkan anak-anak tentang Gurmukhi dan
Kitab Sikh dan bekerja murah hati dalam komunitas atas nama Sikh
(www.sikh.org).
Ketika memasuki Gurdwara, satu yang diharapkan adalah melepaskan
sepatu dan menutupi kepala sebagai tanda penghormatan kepada kedaulatan Sri
Guru Granth Sahib Ji. Tangan dan kaki dicuci. Untuk mendekat ke Sri Guru
Granth Sahib Ji, seseorang diharapkan membungkukkan diri dan menyentuh
lantai sebagai tanda penghormatan selanjutnya kepada Guru Sikh yang abadi.
Memberikan uang persembahan merupakan hal yang biasa dilakukan pada saat
membungkuk
untuk
membantu
memikul
pengeluaran-pengeluaran
demi
kelangsungan Gurdwara, dan komunitas bekerja untuk menyediakan kepentingan
Gurdwara. Persembahan ini merupakan sukarela bukan kewajiban. Semua orang
mengabaikan status mereka dengan duduk di lantai sebagai tanda persamaan hak
47
dan Sri Guru Granth Sahib Ji ditempatkan
pada tingkat yang lebih tinggi.
Seseorang dapat masuk atau meninggalkan jemaat kapan pun. Laki-laki dan
perempuan tidak biasa duduk bersama-sama tetapi pada bagian yang terpisah dari
ruangan, keduanya berada pada jarak yang sama dari Sri Guru Granth Sahib Ji.
Semua orang diharapkan berdiri menghadap kepada Sri Guru Granth Sahib Ji
ketika Ardas (doa) dibacakan. Gurdwara terbuka untuk semua orang dari semua
agama dan biasanya terbuka dua puluh empat jam sehari. Beberapa Gurdwara
juga menyediakan akomodasi sementara untuk pengunjung atau pendatang. Di
dalam Langar semua makanan dimasak dan dilayani oleh sukarelawan, makanan
ini tersedia setiap waktu. Hanya makanan vegetarian yang tersedia sehingga tidak
ada seorang pun yang mungkin terganggu. Dan semua orang dari semua agama
dapat duduk bersama-sama untuk berbagi makanan bersama terlepas dari batasan
makanan (www.sikh.org).
Sedangkan sejarah terbentuknya Gurdwara yang ada di Tebing Tinggi
seperti yang sudah dijelaskan sebelumya bahwa masuknya orang Sikh ke
Sumatera Utara khususnya Tebing Tinggi pada permulaan pembukaan
perkebunan dalam jangka waktu panjang, membuat mereka berinisiatif untuk
mendirikan tempat beribadahnya.
Hasrat kuat untuk dapat beribadah seperti apa yang mereka lakukan di
negara mereka ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat. Ia
mengatakan bahwa dalam melaksanakan aktivitas yang berhubungan dengan
religi atau keagamaan, manusia didorong oleh suatu getaran jiwa, yang biasanya
disebut dengan emosi keagamaan (religious emotion), yang mendorong orang
melakukan tindakan-tindakan yang bersifat religi (1980: 376-378).
48
Dengan berdirinya Gurdwara di Tebing Tinggi ini menunjukkan bahwa
tidak ada yang dapat membatasi dan melarang masyarakat Sikh untuk melakukan
kegiatan keagamaannya sekalipun mereka berada jauh dari negara asalnya, India.
2.4.5.2
Komponen-Komponen dan Denah Gurdwara
Semua Gurdwara di mana pun letaknya, mempunyai komponen atau
bagian-bagian di dalam Gurdwara yang sama. Untuk di ruangan dalam Gurdwara
terdiri dari The Guru's Throne (Mahkota Guru) yang terdiri dari: chanani, manji
sahib, palki sahib, rumalla dan bantal kecil, chaur sahib, golak dan nishan sahib.
1. Chanai adalah kanopi dengan dekorasi megah yang menutupi Kitab
selama digunakan yang ditandai dengan rasa hormat. Chanai terbuat dari
kain mahal dan yang terpasang dari atas Kitab.
49
2. Manji adalah tempat tidur kecil dan sahib berarti untuk menunjukkan rasa
hormat untuk benda yang digambarkan dalam kata. Jadi manji sahib
adalah tempat tidur kecil untuk meletakkan Kitab.
3. Rumalla adalah kain persegi panjang yang terbuat dari sutera atau bahan
lainnya untuk menutupi Kitab di dalam Gurdwara saat tidak dibaca.
4. Palki adalah tempat Kitab diletakkan saat Kitab diletakkan dari satu
tempat ke tempat yang lain.
5. Nishan sahib adalah bendera Sikh berwarna kuning yang dikibarkan siang
dan malam di Gurdwara.
50
6. Golak adalah sistem manajemen keuangan yang ada di setiap Gurdwara
untuk membantu pengeluaran, memberikan sumbangan dana dan lain-lain.
7. Chaur sahib
51
DENAH GURDWARA SHREE GURU GRANTH SAHIB DARBAR
TEBING TINGGI
Utara
Sach Khand
Jl. Tuanku Imam Bonjol
Gurdwara
Tempat Cuci Kaki
Langgar
Tiang Bendera
Parkir
Rel Kereta Api
Ruang Masak
Kamar Pendeta
Toilet
Gambar 2.4 Denah Gurdwara Shree Guru Granth Sahib Darbar Tebing Tinggi
34
BAB III
KONSEP RELIGI AGAMA SIKH
3.1 Garis Besar Pokok Ajaran Agama Sikh
Konsep religi agama Sikh ini diambil langsung dari buku Sikh Religion
yang diterjemahkan secara bebas oleh penulis. Tujuan penulis mengambil
langsung bahan tulisan ini karena buku tersebut diterbitkan oleh Sikh Missionary
Center yang ada di Detroit, Michigan. Jadi, tujuan penulis adalah supaya tidak
terjadi kesalahan dalam menjabarkan konsep religi agama Sikh itu sendiri. Bahan
ini diambil dari Sikh Religion dari halaman 252-290. Pada tulisan ini dimulai dari
halaman 35-77.
3.1.1 Tujuan Hidup
Menurut Guru, kehidupan moral bukanlah masalah dari beberapa perintah
atau kode atau ritual, tetapi buah dari kehidupan yang diarahkan untuk melakukan
pencarian spiritual yang melibatkan disiplin sangat keras. Kebanyakan orang
umumnya percaya untuk menikmati hidup materialistis sampai sepuas-puasnya.
Jadi, kehidupan terus berlanjut sampai seseorang akhirnya menemukan dirinya
secara fisik menghabiskan banyak tenaga dan secara rohani mengalami
kebangkrutan. Terpikat oleh pesona keberhasilan dalam dunia materialistik, salah
memberikan sedikit pemikiran atau tidak ada nilai-nilai abadi kehidupan.
0
Menurut agama-agama Timur11, ada delapan koma empat juta kehidupan
di dunia, setengah berada di dalam air dan setengah lainnya berada di darat dan
udara. Semua kehidupan bersifat sementara. Bergerak pada dan melalui roda
transmigrasi sesuai dengan 'karma' atau tindakan baik atau buruk. Jiwa manusia
dicapai setelah berpindah melalui berbagai spesies yang lebih rendah seperti yang
dijelaskan Gurbani (Firman Tuhan) sebagai berikut:
"Dalam berapa banyak kelahiran kau adalah seekor cacing atau serangga!
Dalam berapa banyak kelahiran kau adalah seekor gajah, ikan, atau rusa!
Dalam berapa banyak kelahiran kau adalah seekor burung atau ular!
Dalam berapa banyak kelahiran kau adalah seekor kuda atau lembu!
Menyongsong Tuhan di dunia, ini adalah waktu untuk bertemu dengan-Nya
Setelah periode waktu yang panjang kau mencapai tubuh manusia. "
(Gauri Guareri Mohalla 5, halaman-176)
Para Gurmat (ajaran Guru) mendefinisikan tujuan hidup sebagai berikut:
"Kali ini harus lahir sebagai manusia
Ini giliran mu untuk bertemu dengan Tuhan yang Agung.
Kegiatan mu yang lain akan menjadi sia-sia pada akhirnya,
Bergabunglah dengan perkumpulan orang suci
Dan hanya merenungkan Tuhan.
Menetapkan pikiranmu untuk menyeberangi lautan kehidupan,
Untuk kehidupan yang telah terbuang
Dalam mengejar kesenangan dunia. "
(Asa Mohalla 5, halaman-12)
Jiwa manusia adalah pintu untuk pembebasan, namun terpesona oleh dunia
materialistik, yang kehilangan kesempatan yang sangat berharga dalam hidup:
"Hai manusia, kau datang untuk mendapatkan pahala (rohani)
Tapi bagaimana bisa sia-sia engkau terlibat
Sementara malam kehidupan telah pergi. "
(Sri Rag Mohalla 5, halaman-43)
"Tidur terus-menerus, manusia menyia-nyiakan malam,
Makan, dia menyia-nyiakan hari
Dan sesungguhnya, kehidupan manusia seperti permata berharga yang ditukar
untuk hal yang biasa. "
(Gauri Bairagan Mohalla 1, halaman-156)
11
Agama Timur yang dimaksud adalah Hindu dan Buddha
1
"Setelah melalui delapan koma empat juta kelahiran
Kau telah memperoleh kehidupan manusia yang sangat berharga,
Nanak, ingatlah akan Nam, nama Tuhan
Karena hari Tuhan semakin dekat. "
(Sri Rag Mohalla 5, halaman-50)
"Tanpa nama Tuhan, lahir ke dunia ini sia-sia,
Tanpa Nam orang makan racun, berbicara jahat, mati tanpa pahala dan
reinkarnasi. "
(Bhairo Mohalla 1, halaman-1127)
"Ya Tuhan, ibu-ibu mereka yang tetap tidak menyimpan nama Tuhan dalam hati
mereka harus menjadi tandus,
Bagi mereka yang menyimpang tanpa nama Tuhan, merana dan mati dalam
penderitaan. "
(Jaitsari Mohalla 4, halaman-697)
Tujuan hidup manusia dalam ajaran Sikh tidak untuk mencapai surga atau
Swarga dari konsep Hindu populer, tapi untuk mencari Tuhan, dan bersatu
dengan-Nya. Tujuan akhir dari agama Sikh adalah bergabung dengan Sang Jiwa
Agung dan kemudian menikmati kebahagiaan yang tidak terputus untuk
selamanya. Agama Sikh bercita-cita untuk mencapai kesatuan spiritual dengan
Tuhan, suatu keadaan yang bahagia. Kehidupan manusia adalah kesempatan
untuk mencapai tujuan itu, jika hal itu terlewatkan, orang itu akan jatuh kembali
dalam siklus kelahiran dan kelahiran kembali (reinkarnasi).
3.1.2 Konsep Ketuhanan dalam Agama Sikh
Definisi Tuhan diberikan dalam kalimat pembuka dari Sri Guru Granth
Sahib Ji, yang disebut Mool-Mantar (Pembukaan Japji):
Ada tetapi satu Tuhan
Dia adalah Kebenaran Abadi
Sang Pencipta, meliputi segala roh Ilahi
Tidak menakutkan, tanpa benci dan permusuhan
Keberadaan yang abadi, tidak lahir, keberadaan diri, dan
Dia diwujudkan dengan Anugerah- Nya sendiri.
2
Merenungkan
Siapa yang benar sebelum Penciptaan
Siapa yang benar pada awal Penciptaan
Siapa yang benar sekarang, dan
O Nanak, siapakah yang akan menjadi benar untuk selamanya.
Sebagai fakta, seluruh isi Sri Guru Granth Sahib Ji adalah penjelasan dari definisi
di atas. Guru menguraikan konsep Tuhan dalam Rag Sorath:
Yang tidak terlihat, tidak terbatas, tidak bisa dicapai, Tuhan yang tidak dapat
dipahami yang tidak tunduk pada kematian atau takdir.
Dia tidak mempunyai kasta, tidak lahir, keberadaan diri, tanpa takut atau
keraguan.
Saya seorang korban kepada yang paling benar dari kebenaran.
Dia tidak memiliki bentuk, atau warna, atau garis besar;
Dia bahkan menjadi nyata oleh Firman yang benar.
Dia tidak mempunyai ibu, ayah, anak, atau kerabat;
Dia tidak merasakan nafsu, dan tidak mempunyai istri
Atau keluarga; Dia murni, tanpa akhir, dan tak terbatas, kepunyaanmulah
semua cahaya, ya Tuhan.
Tuhan tersembunyi dalam setiap hati; terang-Nya dalam setiap hati.
Dia pintu pengertian yang tidak berubah yang terbuka oleh instruksi Guru,
menyediakan pandangannya pada Yang Tak Kenal Takut.
Tuhan telah menciptakan binatang membuat mereka tunduk pada kematian, dan
mempertahankan semua penemuan-penemuan dalam kekuasaan-Nya sendiri.
Dia yang melayani Guru Sejati mendapatkan keuntungan yang nyata, dan
disampaikan dengan mengulangi Firman.
Kebenaran yang terkandung dalam pembuluh murni; beberapa ada yang
bertindak murni.
Dengan mencari perlindungan-Mu, firman Nanak, jiwa bercampur dengan Sang
Jiwa Agung.
(Sorath Mohalla 1, halaman-597)
Tuhan adalah Impersonal (Nirgun) dan Pribadi (Sargun). Tuhan
Impersonal tak berbentuk dan di luar jangkauan manusia. Ketika Dia
mengungkapkan diriNya melalui ciptaan-Nya, Ia menjadi terkait dan pribadi. Ini
adalah seperti sinar yang keluar dari matahari. Sumbernya tak berbentuk, dan
alam semesta adalah bentuk pribadi-Nya. Tidak ada bentuk seunik apapun yang
bisa, itu adalah kebebasan-Nya. Tidak terbatas dapat bermanifestasi ke dalam
jumlah yang tak terbatas dari yang terbatas, namun ada sejumlah yang terbatas,
sendiri atau bersama-sama, tidak dapat disamakan dengan Yang Tak Terbatas.
3
Jadi apapun bentuk yang terbatas tidak dapat disembah sebagai Tuhan, siapa Yang
Tak Terbatas dan Tak Berbentuk:
"Tuhan tidak berbentuk, tidak berwarna, tidak memiliki ciri-ciri,
Dia tidak mempunyai kasta, tanpa kelas, tidak mempunyai kepercayaan,
Bentuknya, warna, kondisi dan pakaian
Tidak dapat dijelaskan oleh siapa pun,
Dia adalah Roh Keabadian,
Pancaran diri, Dia bersinar di kemegahan- Nya. "
(Guru Gobind Singh)
Tuhan tidak mengalami kelahiran juga kematiaan:
"Terbakarlah lidah yang mengatakan
Tuhan mengambil kelahiran dan mengalami kematian. "
(Bhairon Mohalla 5, halaman-1136)
Guru memperingatkan bahwa ia bukan Tuhan, dan mereka yang memanggilnya
Tuhan, harus jatuh ke dalam neraka:
"Barang siapa yang memanggil aku Allah
Bisa jatuh ke dalam neraka. "
(Guru Gobind Singh)
i) Tuhan melindungi orang-orang kudus dan penggemar-Nya dari bahaya,
kecuali jika Dia menghendaki penderitaan dan mati martir yang harus melayani
tujuan yang lebih tinggi. Untuk melindungi orang benar adalah Karakteristik
Kekuasaan-Nya (Birdh). Dalam menghadapi beberapa bahaya akut, orang-orang
kudus berdoa untuk bantuan dan campur tangan Tuhan untuk membantu mereka
dalam kesulitan. Allah datang untuk membantu mereka dan melindungi mereka
dengan cara yang ajaib. Kisah Prahlad, Dhru dan lainnya, dan pernyataanpernyataan yang berhubungan dengan autobiograpi Namdev dan Kabir dalam Sri
Guru Granth Sahib Ji, menunjukkan kekuatan kekuasaan-Nya untuk melindungi
orang benar. Mukjizat tersebut merupakan bagian dari doktrin takdir Tuhan dan
pemeliharaan-Nya. Ini mukjizat supernatural Tuhan yang harus dibedakan dari
4
mukjizat manusia yang dilakukan oleh kekuatan gaib mereka, yang dalam agama
Sikh dianggap berbahaya dan tidak pantas.
ii) ‘Seperti apa yang kau tabur, itulah yang kau tuai’, mengarah ke teori
‘Karma’, tindakan, baik atau buruk, di mana seseorang dihargai untuk perbuatan
baik dan dihukum karena perbuatan buruknya. Oleh karena itu, menurut teori
Karma, orang berdosa akan selalu menderita yang terburuk untuk perbuatannya
dan tidak pernah dapat mencapai keselamatan. Guru Nanak telah menolak ini dan
menyatakan bahwa mengampuni bahkan orang berdosa yang terburuk adalah
Karakteristik Kekuasaan (Birdh) Tuhan:
"Patat pavan prabh birdh tumaro."
(Bilawal Mohalla 5, halaman-829)
'Menebus orang berdosa yang bertobat, adalah Karakteristik-Mu. "
(Terjemahan di atas)
Guru menekankan bahwa orang berdosa yang tubuhnya tidak seorangpun
memberikan perlindungan di seluruh dunia, jika dia berserah diri di hadapan Yang
Mahakuasa, menjadi murni, bahwa dia diberkati oleh Anugerah-Nya:
"Jis papi Kau milai na dhoee Saran aawai Nirmal hoee ta."
(Bhairon Mohalla 5, halaman-1141)
'Orang berdosa yang tidak dilindungi di dunia, ketika berserah diri di hadapan
Tuhan, mendapatkan pembebasan. "
(Terjemahan di atas)
Guru menegaskan kembali bahwa untuk menyelamatkan orang-orang kudus,
untuk melindungi orang benar, dan bahkan untuk menebus para pendosa yang
bertobat adalah Karakteristik Tuhan yang tertinggi.
3.1.3 Konsep NAM (Nama Ilahi)
Menurut Gurmat (ajaran Guru), sebelum penciptaan, Tuhan hidup
sepenuhnya sendiri, tidak berbentuk. Ketika Dia membuat diri-Nya nyata atau
bermanifestasi, Dia pertama kali dibentuk oleh diri-Nya sendiri ke dalam NAM
5
(Nama Ilahi) dan kemudian menciptakan alam. Setelah menciptakan alam, Dia
tidak pergi jauh dari itu, Dia meneruskam ciptaan-Nya dengan kehadiran-Nya
sendiri ke dalamnya, dan merasa senang.
"Aapinai aap sajio aapinai rachio Nao
Dui kudrat sajiai kar Asan ditho chao. "
(Asa Mohalla 1 - Pauri 1, halaman-463)
"Tuhan menciptakan diri-Nya sendiri dan mengambil Nama
Hal kedua selain diri-Nya, Dia menciptakan Alam
Duduk di Alam Dia mengamati dengan gembira apa yang Dia ciptakan. "
(Terjemahan di atas)
1) NAM (Nama Ilahi) dan Tuhan bukanlah dua keberadaan yang berbeda.
Nam hanya aspek lain dari Yang Maha Kuasa, tetap Yang Tidak Berbentuk. Nam
adalah ekspresi total dari semua keberadaan Tuhan. Nam menopang segalanya:
"Nam menopang dan mengendalikan semua makhluk
Nam mendukung alam semesta dan daerahnya. "
(Gauri Sukhmani Mohalla 5, 16-5, halaman-284)
2) Nam tidak dinyatakan sebagai kata benda belaka dan itu tidak berarti
bahwa ada nama khusus untuk Tuhan dan yang dengan mempesona sehingga
orang akan menemui-Nya. Dia adalah Yang Tidak Terbatas dan dapat disebut
dengan nama yang tidak terbatas, tetapi siapa yang bisa menghitung nama-namaNya yang tidak terbatas? Mendapatkan pencerahan dan diberkatilah orang yang
mengingat-Nya melalui atribut-atribut-Nya:
"Tav sarb nam kathai kavan
Karm nam barnat sumat. "
(Guru Gobind Singh- Jap Sahib)
6
3) Tuhan dapat disebut dengan nama yang tak terhitung oleh para penggemar,
yang membuat nama-nama ini sesuai dengan atribut-atribut Ketuhanan mereka,
tetapi yang pertama dan yang terutama nama Tuhan jelas digambarkan sebagai
"SAT" (Kebenaran Abadi) yang menunjukkan pernah-keberadaan Tuhan:
"Kirtam nam kathai terei jihba
Satnam tera pra purbla. "
(Maru Mohalla 5, halaman-1083)
4) Kata NAM adalah sebuah kata mistik yang digunakan dalam kehidupan
beragama praktis dan disiplin meditasi. Tuhan diingat dengan atributif nama-Nya.
Ada aspek lain dari itu yang disebut Nama sejati yang berasal dari pengalaman
pribadi seorang nabi. Hal ini muncul dari sebuah penglihatan bahwa Nabi
memiliki Ke-Ilahian. Seperti sebuah kata mistik dalam agama Sikh yang disebut
'Waheguru' atau Tuhan Yang Luar Biasa atau 'Engkau Luar Biasa'. Nama sejati
bukanlah kata yang kita gambarkan dalam sebuah objek, tetapi kekuatan penuh,
kualitas dan karakter dari Realitas. Melalui kata 'Waheguru' nabi telah mencoba
untuk meringkas kekuatan batin dan pengalaman dari kehadiran-Nya di sekeliling.
Nabi telah memberi kita Nama-nama Ilahi dari Tuhan yang tak bernama, yang
mencerminkan kehadiran-Nya dalam kesadaran kita. Perenungan atau meditasi
pada Nama sejati (Waheguru) disebut mempraktekkan kehadiran Tuhan dalam
kesadaran seseorang.
5) Gurbani (Firman Tuhan) itu sendiri adalah NAM.
a) Gurbani itu sendiri adalah Nam:
"Gurmukh bani hai nam, nam vasaie ridai."
(Sarang Var ki-Pauri, halaman-1239)
7
b) Istilah 'Nam Japo' berarti untuk mengingat Tuhan dan kehadiran-Nya
dalam kesadaran seseorang. Semua model meditasi membawa penggemar
ke hadirat Tuhan, tetapi menurut Gurbani, Hari Kirtan, pembacaan
Gurbani secara musikal, adalah bentuk super meditasi. Hal ini memanggil
kesadaran seseorang ke tingkat maksimum, ke dalam hadirat Tuhan:
"Har kirat utam Nam hai vich kaljug karni sar."
(Kanre ki Var Mohalla 4, halaman-1314)
c) Gurmat menjelaskan bahwa pembacaan kata 'Har Har ..' adalah Nam
Japna:
"Har har ha ha nam hai gurmukh pavai Koei."
(Kanre kai Var Mohalla 4, halaman-1313)
d) Keselamatan tidak dapat dicapai tanpa Nam. Dalam kata lain apa pun yang
memberikan keselamatan adalah Nam. Sejak Gurbani memberikan
keselamatan, oleh karena itu, Gurbani adalah Nam:
"Sachi Bani mithi amritdhar
Jin piti mokhdwar tis. "
(Malar Mohalla 1, halaman-1275)
' Bani sejati adalah nektar manis
Barang siapa yang dikhususkan untuk itu, mencapai keselamatan. "
(Terjemahan di atas)
"Sachi bani sion dhare piyar
Tako pavai mokhdwar. "
(Dhanasari Mohalla 1, halaman-661)
'Barang siapa dikhususkan untuk Bani Abadi
Akan mendapatkan pembebasan. "
(Terjemahan di atas)
Oleh karena itu, sangat jelas dan nyata bahwa segala bentuk pembacaan Gurbani,
mungkin membaca sederhana dengan perhatian dan pengabdian atau meditasi
pada setiap Sabad dari Gurbani atau Kirtan dari Gurbani, sepenuhnya dianggap
sebagai Nam Japna (meditasi dalam Nam), yang untuk memohon kehadiran
Tuhan dalam kesadaran seseorang.
8
Dapat disebutkan di sini bahwa ada sekte-sekte kecil yang menyesatkan
Sikh yang tidak bersalah pada subjek Gurbani dan Nam. Para pemimpin sekte
dengan tegas berkata kepada Sikh yang tidak bersalah, "Gurbani berkata bahwa
seseorang harus bermeditasi pada Nam, namun Gurbani bukanlah Nam. Ayo,
kami akan memberikan Anda Nam". Kemudian mereka berbisik di telinga mereka
beberapa patah kalimat dari Gurbani
yang mereka sebut Nam, dan
memperingatkan mereka untuk tidak memberitahu siapa pun; jika pernah mereka
mengungkapkan Nam ini kepada siapa pun, kutukan akan jatuh pada mereka.
Dengan cara ini mereka menjalankan pemujaan mereka. Jadi, Sikh yang tidak
bersalah dan orang lain terpikat dan disesatkan ke gulungan mereka. Sikh harus,
karena itu, menjadi sangat berhati-hati dari sekte tersebut. Mereka yang mencoba
untuk mengatakan bahwa Gurbani bukanlah Nam, mereka adalah sesat atau
menipu. Menurut Gurmat (ajaran Guru), Gurbani adalah segalanya:
Gurbani adalah Nam: "Bani Gurmukh Nam hai .."
(Sarang Var ki-Pauri, halaman-1239)
Gurbani adalah Guru: "Bani Guru Guru Hai Bani .."
(Nat Mohalla 4, halaman-982)
Gurbani adalah Nirankar:
"Wauh wauh hai bani nirankar
Tis jiwad avar na koi."
(Slok Mohalla 3, halaman-515)
'Wauh wauh Bani adalah Satu tak berbentuk
Tidak ada yang besar sebagai Dia."
(Terjemahan di atas)
Gurbani adalah setiap Nad dan Ved: "Sabh nad beid Gurbani Man
rata sarang pani."
(Ramkli Mohalla 1, halaman-879)
Oleh karena itu, Nam yang pada akhirnya mengarahkan seseorang untuk
Kebahagiaan Abadi. Untuk kesadaran akan Tuhan, seseorang harus datang dalam
9
hubungan dengan Nam, tetapi tanpa Guru seseorang tidak dapat mencapai Nam
dan akan mengembara jauh di kegelapan.
"Apakah seratus bulan untuk muncul
Apakah seribu matahari bersinarl
Masih akan ada kegelapan
Jika tidak ada Guru."
(Asa di Var, Mohalla 2, halaman-463)
"Jangan ada seorang pun di dunia tetap dalam keraguan
Yang mungkin bisa untuk diselamatkan tanpa Guru. "
(Gaund Mohalla 5, halaman-864)
Dalam usia ini kepalsuan, Nam berdusta tersembunyi
Meskipun Tuhan mengisi semua hati,
Permata Nam menjadi nyata hanya dalam hati mereka yang jadi tempat
beistirahat untuk perlindungan Guru ."
(Parbhati Mohalla 3, halaman-1334)
" Semua mengulangi Nama Tuhan, namun Dia tidak akan tercapai
Tapi ketika melalui karunia Guru
Tuhan datang untuk tinggal di dalam pikiran
Yang hanya terjadi kemudian hidup seseorang menjadi berbuah."
(Gujri Mohalla 3, halaman-491)
3.1.4 Konsep Guru
Seorang yogi bertanya kepada Guru Nanak siapa gurunya dulu? Dia
menjawab, "Firman itu adalah Guru." Tuhan mengurapi Guru Nanak dengan
Firman-Nya, Kebijaksanaan-Nya (Logos), dan kepribadian seluruh Guru adalah
Firman yang diwujudkan. Guru membuatnya sangat jelas bahwa tubuh
manusianya bukan Guru, dan pandangan luar dari Guru hanya sekilas saja, atau
keluar pernyataan iman dalamnya, tidak bisa membawa murid dekat dengan Guru.
Cahaya Firman dalam hatinya adalah Guru yang nyata dan murid harus
mendekatinya dengan pikiran yang mau menerima untuk mendapat cahaya-Nya.
10
3.1.5 Baptisan dalam Agama Sikh
Nam adalah keseluruhan sumber yang mengambil kembali seseorang ke
dalam Yang Tak Berwujud. Guru adalah saluran tunggal kepada Nam. Gurmat
memberitahu kita bahwa Permata Nam menjadi nyata hanya dalam hati mereka
yang jadi tempat beristirahat untuk perlindungan Guru.
Bagaimana kita jadi tempat beristirahat untuk perlindungan Guru?
Ketika kita pergi kepada Guru, ia memberi kita Nam dan kemudian kita
bermeditasi pada Guru diberikan Nam yang pada gilirannya membawa kita
kembali ke tujuan kita, Yang Mahakuasa.
Bagaimana kita pergi ke Guru?
Dalam agama Sikh, satu dan satu-satunya cara untuk pergi kepada Guru
adalah melalui Baptisan. Seorang Sikh telah mengambil Pauhal atau Amrit, dari
Lima Yang Terkasih (Panj Pyare), maka ia menjadi seorang Guru atau Guruwala.
Tanpa baptisan, seorang Sikh tetap tanpa Guru atau Nigura.
"Nigure ka hai Nau Bura."
(Rag Asa Mohalla 3 Pati, halaman-435)
Semua orang mengulangi nama Tuhan, tetapi hanya mengulanginya Dia
tidak tercapai. Ketika melalui karunia Guru, Nam menegaskan pikiran, hanya
kemudian usaha seseorang dari meditasi menjadi berbuah. Tanpa karunia Guru,
Sikh tidak dapat mencapai tujuan keselamatan-Nya. Dalam rangka mencari berkah
Guru, kita harus pergi ke Guru dan yang hanya dilakukan melalui baptisan.
"Ram Ram sabh ko kahiai kahiai ram na hoi
Ram Gurparsadi pria vasai ta FAL pavai koi. "
(Gujri Mohalla 3, halaman-491)
11
' Semua mengulangi nama Tuhan, namun Dia tidak akan tercapai
Tapi ketika melalui karunia Guru
Allah datang untuk tinggal di dalam pikiran
Yang hanya terjadi kemudian hidup seseorang menjadi berbuah. "
(Terjemahan di atas)
Timbul pertanyaan, apakah ada cara lain bagi seorang Sikh untuk mencapai tujuan
keselamatan-Nya?
Tidak, kata Gurmat, tidak ada cara lain. Dunia ini adalah lautan Maya
yang luas dan tangguh (materialisme). Seorang Sikh telah menyeberangi samudera
ini untuk bertemu dengan Tuhan Kekasih-Nya. Laut tampaknya tak berujung dan
ada penghalang yang tak terhitung jumlahnya di jalan. Dalam rangka untuk dapat
melalui laut berbahaya dan tangguh ini, membutuhkan sebuah kapal yang kuat
dan kapal itu hanyalah Guru, Cahaya Ilahi. Dalam rangka untuk masuk ke kapal
Guru, seorang Sikh membutuhkan paspor, dan paspor itu adalah baptisan.
"Bhavjal bikham dravno na kandhi na par
Na beri na tulha na tis vanj malar
Satgur bhai ka boihtha nadri par utar. "
(Sri Rag Mohalla 1, halaman-59)
'Samudra dunia yang menakutkan adalah berbahaya dan tangguh, melainkan telah ada
pantai atau batas,
Tidak ada perahu, tidak ada rakit, tidak ada tiang, dan tidak ada tukang perahu;
Namun Guru sejati telah mempersiapkan kapal untuk laut yang mengerikan, dan kapal
bagi siapa yang memandang dengan nikmat. "
(Terjemahan di atas)
Upacara baptisan dimulai oleh Guru pertama. Orang-orang yang menjadi
Guru Sikh, dibaptis oleh Guru. Dengan hanya menghadiri pertemuan Guru,
seseorang tidak otomatis menjadi Guru Sikh. Dari Guru pertama sampai Guru
kesepuluh, upacara baptisan terdiri dari mengambil Charanpauhal yaitu kaki Guru
yang dicelupkan dalam air yang kemudian diberikan kepada pengikutnya untuk
diminum dan juga Gurmantar (nasehat) yang diberikan oleh Guru. Setelah
12
penciptaan Khalsa, Guru kesepuluh merubah tradisi dan mempercayakan upacara
ini kepada Lima Yang Terkasih. Setelah itu mereka yang menerima agama Guru
(agama Sikh), dibaptis dan mereka disebut Khalsa (kata Sikh dan Khalsa menjadi
sinonim). Guru mengeluarkan instruksi kepada semua supaya mendapatkan
baptisan dan bergabung dengan golongan Khalsa. Guru Gobind Singh adalah
yang pertama mendapatkan baptisan oleh Lima Yang Terkasih. Karena itu,
menjadi sangat jelas untuk setiap seorang Sikh bahwa untuk masuk ke gulungan
Guru dan mencari karunia Guru, seseorang akan diharuskan mendapatkan
baptisan oleh Lima Yang Terkasih. Hanya karena upaya seseorang mencapai
tingkat spiritual akan menghasilkan buah. Dari Guru Nanak sampai Guru Gobind
Singh, mereka yang menyebut diri mereka Guru Sikh, selalu dibaptis oleh Guru.
Ini adalah perintah Guru untuk setiap seorang Sikh untuk mendapatkan baptisan
dan oleh karena itu setelah menaati perintahnya seseorang dapat diterima oleh
Guru:
"Hukam maniai howai parvan ta khasmai ka mahal paisi."
(Asa di Var pauri 15, halaman-471)
"Dengan menaati perintah-Nya, seseorang diterima
Dan kemudian akan mencapai kerajaan Tuannya. "
(Terjemahan di atas)
Baptisan hanyalah titik awal menuju pencapaian tujuan rohani. Hidup
berbudi luhur dan religius sesuai dengan Guru Rahit Maryada (Kode Etik) adalah
tujuan pengembangan dalam kehidupan praktis sehari-hari. Kode etik meliputi
kebangkitan spiritual, kesungguhan pelaksanaan kewajiban seseorang, kerendahan
hati, kesederhanaan dan amal. Iman lahiriah semata tanpa kepatuhan praktis untuk
kode etik, tidak akan memimpin murid menuju tujuan spiritual. Setelah
pembaptisan, melalui pengabdian yang konstan dan cinta tulus kepada perintah
13
Guru di setiap jalan kehidupan, murid meminta rahmat Guru. Melalui kepatuhan
dan menyerah tanpa syarat sebelum Guru, para pengikut terlahir kembali dalam
semangat Guru, dan hanya pada tahap itu seorang murid benar-benar disebut
seorang Sikh:
"Guru Sikh, Sikh guru hai eko gur updes chalai
Ram nam mant hirdai devai Nanak milan subhai. "
(Asa Mohalla 4, halaman-444)
"Guru adalah seorang Sikh, orang Sikh adalah seorang guru, mereka berdua
satu, tetapi itu adalah Guru yang memberikan petunjuk
Dia meletakkan Nama Tuhan dalam hati, O Nanak, dan kemudian Tuhan mudah
diperoleh. "
(Terjemahan di atas)
3.1.6 Haumai (Egoisme – Ke-Aku-an)
Tuhan ada dimana-mana dan dalam diri kita juga, tapi selubung ego
memisahkan kita dari-Nya, menyembunyikan Kebenaran dari kita:
"Tuhan, Yang Tidak Dapat Dipahami, adalah dalam diri kita tetapi tidak dianggap
Untuk layar 'ego' melekat di antara keduanya. "
(Rag Sorath Mohalla 5, halaman-624)
Semua lima keburukan yaitu nafsu, kemarahan, keserakahan, keterikatan
dan ego, adalah penghalang di jalan spiritual, tapi egoisme adalah yang terbesar
dari semuanya. Dalam nasehat-nasehat Guru salah satu istilah kunci yang paling
sering muncul adalah Haumai (ke-aku-an) yang dianggap sebagai persamaan
dengan kejahatan paling berbahaya. Egoisme adalah kejahatan moral yang
merupakan akar penyebab segala perbuatan sakit. Egoisme ini adalah konsekuensi
dari ilusi, memandang bahwa individu (diri sendiri) sebagai yang sangat penting.
Semua aktivitasnya secara eksklusif ditujukan terhadap dirinya sendiri.
"Dalam ego dia terlahir dan dalam ego dia mati"
(Asa Mohalla 1, halaman-466)
14
Ini merusak buah dari penebusan dosa yang besar. Selubung ego saat turun pada
Yogi yang besar membuatnya lepas beberapa saat, apa pun yang telah dia
diperoleh melalui penyiksaan diri yang dikerjakan selama bertahun-tahun.
Egoisme ini adalah penyakit dan hambatan dalam cara peningkatan spiritual
seseorang. Tujuan pusat-pusat kehidupan dalam penyelamatan spiritual
manusia melalui pemujaan kepada Ilahi dan menyerap sifat Ilahi sedang
dalam proses. Dibutakan oleh ego seseorang tidak dapat melihat kemuliaan
Tuhan. Oleh karena itu, Nam tidak akan berada dalam pikiran selama ego ada di
sana. Nam dan ego adalah dua unsur yang berlawanan:
"Haumai nawai nal virodh doai hai na vasai ek thai."
(Wadhans Mohalla 3, halaman-560)
Pikiran egois tidak bisa mewujudkan 'moral' yang telah ditetapkan oleh Guru,
sehingga mengakibatkan jiwa tertekan yang meraba-raba dalam gelap, tidak
pernah menyadari tujuannya. Egoisme ada pada saat hasrat pencapaian rohani
diinginkan. Guru menyebuut manusia egois sebagai 'Manmukh'. Dengan rahmat
Guru, ego hanya dibakar melalui Sabad:
"Gur kai Sabad parjaliai ta eh vicho jai."
(Bilawal ki var, Mohalla 3, halaman-853)
3.1.7 Keselamatan – Jalan Menuju kepada Tuhan
Tubuh mati tanpa kehidupan dan kehidupan itu sendiri mati tanpa
Nam. Nam adalah obat yang mujarab bagi kehidupan yang mana tanpa kehidupan
akan menjadi tidak berarti dan pengumpulan yang sisa-sia. Melupakan Nam
menyiksa jiwa. Tidak ada kebangkitan spiritual, tidak ada kedamaian pikiran,
15
tidak ada sukacita dan tidak ada kebahagiaan tanpa Nam. Pencapaian Nam adalah
kondisi penting untuk hidup benar dan berbuah.
"Lidah yang tidak mengulangNama-Nya
Lebih baik dipotong sedikit demi sedikit. "
(Funhe Mohalla 5, halaman-1363)
Gurmat menolak semua puasa, upacara dan ritual sebagai sarana untuk
mencapai keselamatan. Gurmat menolak klaim yoga, pembekuan tubuh,
penyiksaan diri dan penebusan dosa atau penolakan. Gurmat tidak percaya dalam
penyembahan dewa dan dewi, batu, patung, kuburan, kremasi, Samadhies, berhala
dan gambar. Gurmat melarang menyembah apapun dari ciptaan sebagai sarana
untuk mencapai keselamatan. Hanya satu Tuhan, Yang Tak Berbentuk, Pencipta
dunia ini yang akan menerima Kemuliaan.
Jalan yang menuju kepada Tuhan adalah yang paling sulit dan kompleks.
Guru Nanak telah membuat jalan ini sederhana dan sejelas kristal dengan
menunjukkan pendekatan teknis. Guru menjelaskan bahwa sejak kehidupan
manusia dicapai
setelah
melewati berbagai
kehidupan,
sehingga
telah
mengumpulkan kenajisan sepanjang jalan dari setiap kehidupan yang telah
dilewati. Pikiran manusia telah menjadi hitam yang dinodai dengan kenajisan:
"Ketidakmurnian pada banyak kelahiran telah melekat pada pikiran manusia,
dan itu telah menjadi sangat hitam."
(Slok Mohalla 3, halaman-651)
Selama pikiran manusia tetap tidak murni, dia tidak akan bergabung dengan Dia
Yang Mutlak Murni. Ketika pikiran menjadi murni, jiwa akan bergabung dengan
Jiwa Yang Agung. Bagaimana pikiran menjadi murni?
"Maen te dhokha ta lahai ja sifat kari ardas."
(Rag Wadhans Mohalla 1, halaman-557)
16
"Pujian dan doa (kepada Allah) membuat pikiran murni."
(Terjemahan di atas)
Mereka yang telah melakukannya, telah menyeberangi lautan Maya dan
bergabung dengan-Nya:
"Tu sacha sahib sifat sualio jin kiti so par piya."
(Slok Mohalla 1, halaman-469)
'Engkaulah Tuhan Sejati, Keindahan adalah pujian-Mu;
Dia yang mengucapkan itu, diselamatkan. "
(Terjemahan di atas)
Penjelasan: Jika gelas penuh air kotor, tuangkan air bersih terus ke
dalamnya. Dengan tetap menuangkan air bersih ke dalam
gelas, akan membuang air kotor dari gelas dan akhirnya
gelas itu sendiri akan penuh dengan air bersih
Dengan cara yang sama doa yang terus-menerus dan memuji Tuhan, akan
membersihkan pikiran yang tidak bersih. Pikiran manusia dalam keadaan kacau.
Hal ini penuh dengan lima keburukan yaitu nafsu, kemarahan, keterikatan
keserakahan, dan kebanggaan atau ego. Ini adalah penghalang dalam realisasi
Nam. Kemurnian pikiran diperlukan untuk meningkatkan rohani. Tidak ada
manusia atau bhikkhu yang dapat mencapai keselamatan tanpa mendisiplinkan
dunia kekacauan batin. Mendisiplinkan kekacauan batin dengan membuang lima
keburukan dari pikiran, merupakan prasyarat untuk keunggulan spiritual yang
diperintahkan oleh Guru. Menyanyikan Kemuliaan Tuhan, Raja Perkasa, akan
membantu membersihkan pikirannya yang tidak murni. Dengan memuliakan
Yang Ilahi, pikiran manusia menyerap kualitas Ilahi yang sedang dalam proses.
Akibatnya ketika semua pikiran yang tidak murni hilang, Nam akan
mengabadikan pikiran yang murni. Hal ini akan menyebabkan kondisi mental
17
yang mulia dari keadaan kacau. Evolusi spiritual akan terjadi sehingga
mendapatkan Kebahagiaan Surgawi:
"Doa dan pujian kepada Tuhan, akan menimbulkan Nam dalamnya."
(Ramkali Mohalla 3-Anand, halaman-917)
Gurmat lebih lanjut menyatakan bahwa ketika tangan berlumuran dengan
kotoran biasa, air biasa akan mencucinya pergi. Jika urin membuat kain kotor, air
biasa tidak bisa mencucinya, hanya sabun yang akan membersihkannya. Demikian
pula bila pikiran kita penuh kotoran (dosa), perlu beberapa deterjen yang kuat dan
deterjen itu adalah Nam:
"Seperti tangan atau kaki ternoda dengan lendir,
Air akan mencucnya sampaii putih; Seperti pakaian gelap dengan kotoran,
Dibilas dengan sabun akan membuatnya bersih; Jadi saat dosa menggantung
jiwa, dengan berdoa akan membuat murni"
(Japji-pauri 20, halaman-4)
Pengaruh doa dan pujian adalah, pertama semua pikiran yang tidak murni
dibersihkan dan akan menjadi murni, kedua sebagai hasilnya ketika pikiran
menjadi murni, maka nektar Nam akan menegaskan pikiran:
"Doa dan pujian kepada Yang Maha Kuasa membuang ketidakmurnian pikiran
Dan makanan Nam akan memenuhi pikiran. "
(Gauri Sukhmani Mohalla 5, 1-4, halaman-263)
Itu adalah tahap pemujaan sejati yang dirindukan. Dengan doa dan pujian,
pikiran seseorang berhubungan dengan Nam dan menjadi terang. Sebuah pikiran
yang terang muncul dan seseorang terlahir kembali dalam semangat Guru dan dia
mulai membuat kemajuan rohani perlahan-lahan. Nam terdaftar dalam kesadaran
dan menembus ke dalam jiwa dan pikiran manusia. Transformasi yang mulia atau
metamorfosis membantu mengatasi jiwa manusia kepada Kebahagiaan Yang
Mutlak. Ini adalah perubahan seseorang yang terjadi dalam pribadinya dari satu
bentuk ke bentuk lainnya. Aspek nyata dari Tuhan mengubah dan mengangkat
18
pengikut dari Pribadi ke Impersonal. Semua batas-batas, keterbatasan dan
hambatan yang rusak dan jiwa individu mulai menyatu dengan Sang Jiwa Agung,
seperti campuran air dengan air, cahaya menyatu dengan Cahaya Ilahi:
"Jiwa dan tubuhnya dicelup dalam Nama Tuhan Yang Maha Esa
Harus pernah patuh kepada Sang Jiwa Agung.
Seperti air bercampur dengan air,
Jadi cahaya bercampur dengan cahaya.
Transmigrasi berakhir dan sisanya diperolehNanak adalah hamba-Mu yang berkorban kepada Tuhan. "
(Gauri Sukhmani Mohalla 5, 11-8, halaman-278)
3.1.8 Merenungkan atau Bagaimana Melakukan Pujian dan Doa
Seorang Sikh hanya menyembah Satu Tuhan dan tidak ada yang lain. Tapi
Tuhan tidak berbentuk, lalu apa yang harus direnungkan? Selama berdialog
dengan Sidhas, seorang Yogi disebut Charpat tanya Guru, "O Guru, Anda
mengatakan bahwa seseorang tidak harus meninggalkan dunia bukan hidup di
dalamnya namun unsur Maya (materialisme) begitu kuat, bagaimana kita bisa
mengatasinya dan menjadi satu dengan Tuhan ketika tinggal dalam Maya itu
sendiri? Tolong jelaskan pemikiranmu tentang itu. "
"Lautan besar kehidupan sulit untuk diseberangi, tolong beritahu kami
bagaimana caranya supaya aman di atasnya."
(Sidh Gosht-Charpat, halaman-938)
Guru Nanak memberikan dua contoh:
Sebuah bunga teratai selalu mengapung di atas permukaan air. Hal ini
tidak bisa terjadi tanpa air, namun tetap tidak terpengaruh oleh ombak, selalu naik
di atas permukaan air. Seekor bebek berenang dalam air tetapi tidak pernah
membiarkan sayapnya basah. Jika sayapnya basah, maka akan menenggelamkan
dan bebek tahu akan hal itu. Meskipun bebek tidak bisa hidup tanpa air, namun
tidak membiarkan dirinya mati lemas di situ.
19
Dengan cara yang sama seseorang tidak bisa hidup tanpa Maya
(materialisme) di dunia, namun ketika tinggal di dalamnya, kita hidup di atas
Maya. Kebutuhan material diperlukan dan diinginkan untuk mempertahankan
fungsi yang sangat vital dalam kehidupan. Oleh karena itu, sebagai sebuah bunga
teratai dan seekor bebek tidak tenggelam dalam air saat tinggal di dalamnya,
seseorang harus tetap terpisah dan tidak tertarik dengan Maya, tidak melupakan
Tuhan. Hal itu dapat dilakukan melalui pujian dan doa. Persekutuan dengan Sabad
(Firman Tuhan) akan menekan unsur Maya dan akan mengabadikan Nam dalam
diri seseorang yang mana pada gilirannya akan menuntun seseorang kembali
kepadaYang Tidak Bermanifestasi:
"Sebagai bunga teratai tetap tidak terpengaruh di dalam air
Seperti juga bebek berenang di dalamnya dan tidak basah kuyup oleh air
Jadi dengan maksud tetap pada Sabad mewujudkan Nam
O Nanak, samudra dunia mengerikan diseberangi dengan aman. "
(Ramkali Mohalla 1, Sidh Gosht.5, halaman-938)
Untuk mencapai sebuah tujuan dalam kehidupan, perhatian dan dedikasi
yang lengkap diperlukan. Kemurnian pikiran dan ketulusan tujuan adalah syarat
untuk mendapatkan tujuan tersebut. Tugas ini menjadi lebih dan lebih sulit ketika
tujuannya adalah Tuhan Yang Tak Berbentuk. Ketika kita membaca Gurbani, dan
jika kita tidak tahu arti dari Sabad yang sedang dibacakan, meditasi kita menjadi
seperti mesin, formalitas dan karena itu menjadi sia-sia. Hasilnya tidak dapat
menjadi positif. Kedua, bahkan jika kita tahu arti dari Sabad, tetapi pikiran kita
tidak dalam Sabad dan itu terus mengembara jauh sementara kita membaca Sabad
tersebut, hasilnya tidak akan berarti. Seseorang harus, karena itu, ingatlah bahwa
Doa dengan pikiran kosong tidak akan berbuah dan dengan demikian tidak dapat
diterima oleh Tuhan ('Ardas hazuri di manzoor hundi hai'). Penuh perhatian,
pikiran waspada dan benar-benar murni diperlukan untuk meditasi. Jadi setiap kali
20
kita membaca, mendengar atau menyanyikan Gurbani (Sabad), kita harus
menempatkan seluruh PERHATIAN kita DALAM MAKNA SABAD, yang
sedang dibaca, didengar atau dinyanyikan. Selama perhatian pikiran kita dan
Sabad menjadi satu, pikiran kita mulai mengambil dampak dari semangat Sabad
dan hasilnya PERSEKUTUAN adalah KEBAHAGIAAN, PERDAMAIAN dan
sukacita yang abadi. Dalam persekutuan ini satu pengalaman tidak dapat
dijelaskan dan disebut dengan Obat Mujarab dari Surgawi (Hari Ras):
"Hai manusia, semua 'Rasas' yang lain (kenikmatan) engkau cicipi
Tidak memuaskan hausmu bahkan untuk sesaat.
Tetapi jika kamu pernah mencicipir Obat Mujarab dari Surgawi (Hari Ras)
Engkau hanya akan bertanya-tanya dan keheranan. "
(Gauri Guareri Mohalla 5, halaman-180)
Ketika persekutuan pikiran dengan Sabad didirikan, seorang murid
terlahir kembali dalam Roh Guru. Dia kemudian menyatu dengan Firman
(Sabad), dan tidak pernah menghadapi kematian setelah kelahiran kembali secara
rohani:
"Dia yang meninggal dalam Firman, tidak pernah mati lagi
Dan pengabdiannya bahkan menjadi berbuah. "
(Rag Sorath, Slok Mohalla 3, halaman-649)
Mereka yang membangun persekutuan dengan Sabad (Gurbani – Firman
Tuhan), pasti akan mengalami Kebahagiaan yang tidak terganggu:
"Dia akan menjadi kudus, kudus, kudus, tidak diragukan lagi akan menjadi kudus
O Nanak, yang memanjatkan Nam dengan cinta sepenuh hati. "
(Gauri Sukhmani Mohalla 5, 12-8, halaman-279)
3.1.9 Beberapa Sabad Pujian dan Doa
"Engkau Tuhan, aku membuat permohonan ini kepada-Mu;
Jiwa dan tubuh semua karunia-Mu.
Engkau Tuhan ibu dan ayah, kami adalah anak-Mu;
Dengan rahmatmu kami memperoleh banyak kenyamanan.
Tidak ada yang tahu batas-Mu;
21
Ya Tuhan, Engkau Yang Tertinggi dari yang tinggi.
Seluruh ciptaan ini tergantung pada kehendak-Mu;
Dan harus mematuhi perintah yang Engkau nyatakan.
Hanya Engkau yang tahu kondis -Mu dan batasan-Mu;
Nanak, hamba-Mu, yang pernah berkorban kepada-Mu. "
(Gauri Sukhmani Mohalla 5, IV-8, halaman-268)
"O Abadi, O Tak Terbatas, Kekekalan, Penghancur dosa;
O Kompeten, O semua yang menyebar, Penghancur penderitaan,
Lautan Kebajikan.
O Teman, O Yang Tak Berbentuk, O Yang Tak Bertubuh, Tiang dari semua;
O Pencipta Dunia, O Harta Karun, di istana-Mu
selalu ada keadilan.
O Yang Tak Dapat Dimengerti, Penghancur dosa,
Engkau yang paling jauh, dahulu, dan engkau akan;
O Yang Tetap Mendampingi orang suci, Dukungan dari yang
tidak ada dukungan.
Ya Tuhan! Aku hamba-Mu, aku tidak memiliki kebaikan,
aku tidak memiliki manfaat;
Firman Nanak, berilah aku karunia-Mu Nam bahwa aku mungkin
mengukirnya dalam hatiku."
(Gauri Bavan Akhri Mohalla 5, 55, halaman-261)
"Engkau ayahku, Engkau ibuku,
Engkau keluargaku, Engkau saudaraku,
Engkaulah pelindungku di mana-mana, lalu mengapa saya harus
merasa takut O pikiranku
Dengan rahmatmu aku mengenali-Mu;
Engkaulah tempat perlindunganku, Engkau kehormatanku.
Selain Engkau tidak ada yang lain, seluruh dunia adalah
arena bermain-Mu.
Manusia dan hewan yang lebih rendah semua Engkau ciptakan;
Engkau mengangkat mereka untuk tugas apa pun yang Engkau kehendaki.
Segala sesuatu terjadi sesuai dengan kehendak-Mu,
tidak ada kehendak kami.
Aku telah mendapatkan kenyamanan yang besar dengan
bermeditasi dalam nama-Mu;
Dan pikiranku disegarkan dengan menyanyikan pujian-Mu.
Guru yang sempurna telah mengucapkan selamat kepada saya;
Nanak telah melewati kesulitan-kesulitannya."
(Majh Mohalla 5, halaman-103)
"Lautan rahmat, tinggal selamanya dalam hatiku;
Jadi terangilah pemahamakun bahwa aku dapat mengasihi-Mu, ya Tuhan.
Mungkin aku mendapatkan debu kaki orang-orang kudus-Mu
dan berlaku untuk dahiku;
Dari menjadi pendosa besar mungkin aku akan dimurnikan
dengan menyanyikan pujian bagi-Mu.
Kiranya perintah-Mu menjadi manis kepadaku, dan Engkau mempersilahkanku;
Kiranya apa yang Engkau berikan, memuaskanku, dan aku dapat berjalan
setelah tidak ada yang lain.
Ya Tuhan, mungkin aku pernah tahu Engkau dekat kepadaku,
dan mungkin aku tetap debu kaki semua orang itu;
Kiranya aku dapat bersekutu dengan orang kudus sehingga aku
dapat memperoleh-Mu.
22
Kami adalah anak-anak - Mu; Engkau, ya Tuhan, Tuan kami;
Nanak adalah anak-Mu, Tuhan atas ibu dan ayah: menempatkan
Nam dalam mulutku."
(Todi Mohalla 5, halaman-712)
"Ya Tuhan, Pemberi Pengampunan, O penuh kasih kepada orang miskin,
O Yang Baik kepada orang-orang kudus dan Maha Penyayang.
O Penyokong dari yang tidak tersokong, Pelindung dunia, Pemelihara dunia,
Engkau merawat semua makhluk.
O Yang Terbaik, Pencipta dunia,
Engkau dukungan dari jiwa para pengikut-Mu.
Ia akan menjadi murni, siapa saja yang menyebutkan Nama-Mu,
Dengan pengabdian, kasih sayang dan cinta sepenuh hati.
Kami tidak memiliki kebajikan, rendah dan bodoh,
Nanak mencari perlindungan-Mu wahai Maha Daya. "
(Gauri Sukhmani Mohalla 5, 20-7, halaman-290)
3.1.10 Ziarah – Mandi di Tempat Suci
Penekanan besar pada upacara telah menjadi cara hidup bagi kehidupan
religius India untuk jutaan orang sebelum Guru Nanak muncul. Kemanapun Guru
Nanak pergi, ia mencoba untuk membebaskan massa dari belenggu takhayul dan
kebodohan, dan menanamkan iman kepada Satu Tuhan yang meliputi segala
sesuatu dan Yang Tak Berbentuk. Pada waktu itu orang percaya bahwa mandi di
sungai Gangga dan tempat-tempat suci lain akan melepaskan mereka dari dosadosa mereka. Guru menegaskan bahwa mandi tempat-tempat suci, tidak akan
membersihkan pikiran dari ketidakmurnian egoisme.
"Tirath bharmas biadh na Jawai
Nam bina kaise Sukh pawai. "
(Ramkali Mohalla 1, halaman-906)
'Berkelana melalui tempat-tempat ziarah,
Seseorang tidak disingkirkan dari penyakitnya.
Tidak ada kedamaian tanpa Nam. "
(Terjemahan di atas)
Guru menekankan bahwa tidak ada kedamaian abadi yang dapat dicapai tanpa
merenungkan Nama Ilahi. Meditasi dalam Nam-lah satu-satunya ziarah yang
benar:
23
"Tirath nahvan Jao tirath hai manusia
Tirath sabad vichar unter gian hai. "
(Dhanasri Mohalla 1, halaman-687)
'Apakah kita pergi untuk mandi di tempat-tempat ziarah?
Tidak. Namlah satu-satunya ziarah yang benar.
Ziarah adalah perenungan pada Firman
Yang memberikan terang rohani batin. "
(Terjemahan di atas)
Guru menekankan kesia-siaan pergi ke tempat-tempat mandi suci untuk
penebusan dosa. Guru Nanak menyatakan dalam Japji bahwa ia akan mandi di
tempat yang dianggap keramat, jika bisa menyenangkan Tuhan. Maksudnya
adalah bahwa upacara tersebut dengan sendirinya tidak akan diterima Tuhan,
tanpa menumbuhkan kehidupan moral:
"Jika dikehendaki Tuhan
Aku akan mandi di tempat-tempat suci.
Jika dikehendaki-Nya ziarah itu tidak ada gunanya.
Aku melihat di seluruh dunia sekitar
Tidak ada yang dapat diperoleh tanpa tindakan yang benar. "
(Japji, Pauri-6)
Di tempat lain, Guru telah dibandingkan mereka yang mandi di tempat-tempat
suci untuk mencapai prestasi, dengan stoples penuh racun, yang dicuci hanya dari
luar. Ini berarti bahwa kejahatan di dalam diri seorang manusia, tidak dapat
dihapus meskipun menampilkan pertunjukan ritual.
3.1.11 Sistem Kasta dan Persamaan Sosial
3.1.11.1
Sistem Kasta
Di zaman ketika perbedaan kelas sangat kaku dan ketika ikatan sistem
kasta di India berlaku ketat yang membagi rakyat, Guru Nanak mengajarkan
kesetaraan dan persaudaraan. Guru bangkit melawan atas upacara dan ritual, atas
keyakinan dan adat kebiasaan, atas semua pemujaan yang bersifat nasional dan
semua pemujaan oleh ras, kepada visi dari perbuatan kasih. Dia mengajarkan
24
agama cinta, pengorbanan dan pelayanan. Kesetaraan yang menyeluruh antara
laki-laki dinyatakan oleh Guru-guru Sikh yang menjadi prinsip moral yang
mendasar yang dibutuhkan untuk mengatur hubungan sosial dan komunikasi.
Guru menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang mendasar antara lakilaki dari kasta yang berbeda dalam badan perundang-undangan. Dalam sebuah
diskusi polemik dengan Brahmana, Kabir bertanya:
"Bagaimana kabar Anda Brahman dan saya berasal dari kasta rendah?
Apakah saya memiliki darah dalam pembuluh saya dan Anda punya susu? "
(Gauri Kabir halaman-324)
Ini menunjukkan kemustahilan dari setiap pertengkaran atau klaim oleh orangorang kasta tinggi bahwa ada perbedaan fisik antara laki-laki dari kasta yang
berbeda.
Guru menunjukkan bahwa hukum alam tidak melakukan reaksi secara
berbeda kepada laki-laki dari kasta yang lebih tinggi. Sejak alam tidak membuat
diskriminasi dalam mendukung laki-laki dari kasta yang lebih tinggi dengan
mengakui keunggulan mereka dengan cara apapun, mitos keunggulan kasta jelas
dilihat sebagai buatan manusia. Guru menyatakan:
"Apa kelebihan dalam kasta?
Kebenaran yang nyata adalah bahwa orang yang menicipi racun akan mati. "
(Var Majh, Mohalla 1, halaman-142)
Guru secara keras menganggap kasta sebagai kesesatan dan kelainan sosial ketika
ia mengatakan:
"Setiap orang mengatakan ada empat kasta, tetapi ini berasal
dari Tuhan bahwa setiap datang;
Hal yang sama adalah tanah liat menjadi mode seluruh dunia;
Lima elemen membentuk bentuk tubuh, dan siapa yang bisa mengatakan siapa
yang memiliki kurang dari ini atau siapa yang memiliki lebih? "
(Rag Bhairon Mohalla 3, halaman-1128)
25
Guru menyangkal bahwa perbedaan kasta manusia itu lazim sejak awal. Dalam
pernyataan zaman purba:
"Tidak ada orang dari kasta atau kelahiran yang dapat dilihat ...
Tidak ada perbedaan warna atau mantel atau dari Brahman atau Kashatriya
......"
(Maru Mohalla 1, halaman-1035-36)
Klaim bahwa orang-orang dari kasta yang berbeda berasal dari bagian yang
berbeda dari manusia purba juga ditolak oleh Guru:
"Kasta Nya adalah tidak mempunyai kasta. Dia tidak menjelma,
Dia adalah keberadaan diri-Nya ....
Semua hati diterangi oleh cahaya Tuhan ....."
(Sorath Mohalla 1, 1-2 dari 6, halaman-597)
Guru, dengan demikian, menolak untuk mengakui lembaga kasta dalam etika
sosial dan lanjut menyangkal Tuhan memiliki beberapa kesenangan dengan
membawa mereka keluar dari bagian-bagian yang lebih tinggi dari tubuh-Nya. (Ini
adalah beberapa argumen dari kaum Brahmana untuk memiliki keunggulan dari
kelahiran kasta rendah).
Akhirnya hal ini dipegang oleh Guru bahwa kasta adalah tidak memiliki
pertimbangan dalam kesadaran spiritual, bahwa laki-laki dari kasta rendah tidak
perlu menunggu untuk dilahirkan kembali di kelas berikutnya yang lebih tinggi
untuk mencapai pembebasan:
"Tumra Jan jat avijata har japio patat pavichhe."
(Mohalla Basant 4, halaman-1178)
"Barang siapa merenungkan Tuhan, ada kasta atau tidak ada kasta,
ia menjadi pemuja yang diberkati Tuhan. "
(Terjemahan di atas)
Guru kesepuluh, Guru Gobind Singh, menyatakan kasta adalah sesuatu yang tabu
dalam perintah Khalsa. Dalam Akal Ustat, ia menyatakan, "Tidak ada
pertimbangan kasta atau keanggotaan varna." Dia lebih lanjut menulis, "Saya
26
tidak akan mengadopsi kebiasaan kepercayaan apa pun, tetapi akan menabur
benih kasih Tuhan yang murni." (Vachitar Natak, bab 6, ayat 34). Yang pertama
bagian dari Sikh adalah baptisan dalam perintah Khalsa milik kasta yang berbeda.
Teori tugas terpisah untuk kasta yang berbeda digantikan oleh tugas etis dan
agama yang sama untuk semua orang. Oleh karena itu, kesamaan pokok dari
semua orang dipastikan dengan tiket masuk gratis dan sukarela dalam perintah
Khalsa.
3.1.11.2
Persamaan Sosial
Kekayaan juga menjadi penentu kelas sosial sebagai lawan terhadap
kelahiran dalam kasus sistem kasta. Dalam ajaran Sikh hubungan antara kelas
berdasarkan sumber-sumber ekonomi adalah pertimbangan dalam hal kesetaraan.
Hal itu menolak gagasan lebih tinggi secara kehidupan ekonomi lebih baik
ditempatkan di atas orang lain. Guru berkata:
"Orang yang mengetahui Tuhan melihat kepada semua orang
sebagai orang yang sama,
Seperti angin bertiup pada orang biasa dan raja adalah sama. "
(Gauri Sukhmani Mohalla 5, 8-1, halaman-272)
Jadi dalam ajaran Sikh kelas yang lebih tinggi tidak diatur oleh kode etik yang
terpisah, tetapi semua orang, kaya atau miskin, berhak untuk kesetaraan penilaian,
nilai dan sosial yang sama. Karena kematian adalah penyamarataan, Guru
menyoroti gagasan ini:
"Seseorang hidup tidak untuk selamanya di dunia;
Baik raja maupun pengemis akan tetap, mereka semua datang dan pergi. "
(Ramkali Mohalla 1, 11, halaman-931)
Oleh karena pertimbangan yang tidak tepat dari keunggulan peringkat didasarkan
pada konsepsi yang salah dari sifat dunia. Kebutuhan untuk pengakuan martabat
27
manusia, terlepas dari kelas ekonomi, juga ditekankan dalam anekdot dari biografi
Guru Nanak disebut kisah Bhai Lalo dan Malik Bhago. Dalam insiden itu Guru
Nanak menolak makan malam yang agak mewah dari Malik Bhago untuk roti
biasa dari butir kasar Bhai Lalo. Moral ditarik bahwa kaum miskin tidak
seharusnya diperlakukan dengan rendah, semua harus diperlakukan dengan sama
terlepas dari sumber daya material mereka.
3.1.12 Status Wanita
Posisi wanita dalam masyarakat di India, belum selalu sama. Sementara
pada waktu ia telah diberikan status yang sangat tinggi, ada juga kasus sejarah dan
contoh kitab suci ketika berada di bawah beberapa pengaruh, dia telah diturunkan
ke posisi yang lebih rendah. Pada awal ajaran Sikh status perempuan sangat
rendah dalam masyarakat India.
Dalam ajaran Sikh dianggap masuk akal untuk menganggap wanita
seorang 'penggoda wanita' atau 'penggoda' atau 'najis'. Guru tidak menganggap
'perempuan' sebagai halangan dalam perjalanan ke tujuan akhir dari Kebahagiaan
Abadi. Dengan demikian, Guru menolak pertapaan atau penolakan sebagai jalur
yang diharuskan, dan menganggap rumah pemegang kehidupan jika dipimpin
dengan cara yang benar, lebih tinggi dari seorang pertapa. Dengan menekankan
jenis visi ini untuk rakyat, Guru menekankan bahwa perempuan harus diberi
status terhormat dalam setiap segmen sosial masyarakat. Guru Nanak menegaskan
bahwa perempuan sama sekali tidak kalah dengan laki-laki:
"Dari wanitalah kelahiran kita, dalam rahim wanita kita terbentuk;
Kepada wanita kita tunangan, untuk wanita kita menikah;
Wanita itu adalah teman kita dan dari wanitalah keluarga;
Jika seorang wanita meninggal, kita mencari yang lain,
28
melalui wanitalah terjadi ikatan dunia;
Mengapa memanggil wanita jahat yang melahirkan raja-raja?
Dari wanita itu datang wanita, tanpa wanita tidak ada apa-apa;
O Nanak, Tuhan sendiri adalah satu-satunya Yang bebas dari wanita
(karena Dia tidak lahir). "
(Var Asa Mohalla 1, 2-19, halaman-473)
Deklarasi ini menunjukkan dengan tegas penghargaan yang tinggi di mana status
wanita dianggap dalam ajaran Sikh. Wanita ‘ibu dari pahlawan perkasa’ terangkat
ke posisi tertinggi dalam hirarki makhluk.
Dalam kode moral Sikh sejumlah besar dari kesepakatan perintah dengan
penolakan praktek tidak etis seperti-(i) pembunuhan bayi perempuan, (ii)
pengorbanan sang janda (Sati) dengan almarhum suami, dan (iii) memakai cadar.
Dalam periode kuno di India, dinyatakan sesuai dengan kewenangan spiritual
bahwa membakar diri pada kayu pembakaran jenazah suaminya merupakan satusatunya jasa bahwa seorang wanita yang saleh bisa mengikuti, tidak hanya akan
seorang wanita menikmati kebahagiaan abadi di surga bersama dengan suaminya,
tetapi tindakan itu akan menebus dosa-dosa dari tiga generasi keluarga suaminya
baik pada ayahnya dan juga ibunya.
Guru Amar Das, Guru ketiga, melakukan kampanye besar-besaran
melawan praktek Sati, dan dengan demikian dia membebaskan wanita dari
penindasan sosial dan kekejaman agama. Guru menyatakan bahwa:
"Sati adalah orang yang hidup puas dan menghiasi dirinya dengan perilaku
yang baik, dan menghargai Tuhan dan panggilan-Nya."
(Rag Suhi, Slok Mohalla 3, 2-6, halaman-787)
Salah satu perbaikan sosial yang paling terkenal adalah emansipasi wanita.
Banyak wanita menemukan keselamatan melalui ajaran Guru. Dalam pernikahan
kembali seorang janda dalam ajaran Sikh juga diizinkan dimana janda bisa
direhabilitasi jika dia begitu menginginkannya.
29
3.1.13 Lembaga Sangat dan Pangat
3.1.13.1
Sangat – Lembaga Suci
Sangat berarti perkumpulan atau jemaat, tetapi dalam ajaran Sikh Sangat
biasanya disebut Sat Sangat (jemaat suci) yang dapat didefinisikan sebagai
Rumah Kebenaran di mana orang mengasihi Tuhan dan belajar untuk hidup di
dalam Dia:
"Sat Sangat kaisi janiai jithai eko vakhaniai nam."
(Sri Rag Mohalla 1, halaman-72)
'Bagaimana kita harus tahu Sat Sangat?
Di mana pecinta Kebenaran terus bersekutu dengan Satu Tuhan saja. "
(Terjemahan di atas)
Sekali lagi Guru keempat memberikan definisi Sangat:
"Sat Sangat adalah sekolah Guru Sejati,
Di sana kita belajar untuk mengasihi Tuhan dan menghargai kebesaran-Nya. "
(Var Kanra Mohalla 4, halaman-1313)
Guru Nanak memberikan hal yang sangat penting untuk mengatur Sangat, majelis
kudus, dan dimanapun dia pergi, dia mencoba untuk membangun mereka. Firman
Tuhan (Gurbani) dan Sat Sangat adalah hanya dua yang berarti bahwa Guru
menggunakannya untuk menyingkirkan orang-orang egois dan bernafsu jahat, dan
akhirnya untuk keselamatan mereka dan untuk menyatukan mereka dengan
Tuhan:
"Sat Sangat adalah perbendaharaan Nama Ilahi;
Di sana kita bertemu dengan Tuhan;
Melalui karunia Guru,
Seseorang menerima Terang dan semua kegelapan terhalau. "
(Sarang ki Var, Mohalla 1, halaman-1244)
Ini adalah fakta yang diakui bahwa kemajuan spiritual tidak dapat dicapai tanpa
adanya Kesucian. Masyarakat yang kudus adalah sarana untuk menghancurkan
egoisme dan membantu seseorang dalam membebaskan diri dari nafsu jahat:
30
"Kekotoran egoisme yang terus-menerus telah mengotori jiwa,
Akan dihapus hanya dalam Masyarakat Suci.
Sama seperti besi mengapung kemudian yang diikat dengan kayu
Jadi seseorang akan menyeberangi lautan hidup dengan mengikuti
Firman Guru dalam kesatuan orang-orang kudus. "
(Kanra Mohalla 4, halaman-1309)
"O teman, katakan padaku bagaimana aku bisa menyeberang
Melalui sulinyat laut Maya;
Jika Tuhan dalam rahmat-Nya memberikan persekutuan yang benar
Nanak, Maya tidak akan datang bahkan mendekat. "
(Bavan Akhri Mohalla 5, (7), halaman-251)
Kemana pun Guru Nanak pergi, penganut Sikh membangun Gurdwara
(rumah Guru) dan bertemu di sana setiap hari dan dibentuk menjadi Sangat yang
tetap. Sejak masa Guru ketiga, Guru Amar Das, sudah terasa bahwa orang-orang
Sikh harus memiliki kedudukan sendiri sebagai agama. Ia mendirikan kota Chak
Ram Das yang sekarang dinamai, Amritsar, dan dia mendapat Bawli (sebuah
sumur dengan tangga mencapai ke permukaan air) yang dibangun di Goindwal.
Guru keempat dan kelima juga menunjukkan minat besar dalam membangun
pusat-pusat keagamaan baru untuk pengikut mereka seperti Amritsar, Kartarpur
dan lain-lain. Pusat-pusat keagamaan membentuk kesatuan yang erat demi
meningkatkan komunitas Sikh. Para Sikh Sangat yang dari jauh dan dekat biasa
mengunjungi pusat-pusat dan memiliki kesempatan tidak hanya bertemu Guru
Kudus dan memiliki berkat-berkatnya, tetapi juga untuk mendekatkan diri satu
sama lain. Selama berkunjung mereka diberi akomodasi gratis dan makanan
gratis. Simron (partisipasi dalam ibadah harian) dan seva (partisipasi dalam
proyek-proyek komunitas dan Guru ka Langgar, dapur) adalah dua unsur utama
dari rutinitas sehari-hari kunjungan para Sikh. Kedekatan ini membentuk dasar
sebuah organisasi masyarakat Sikh yang baik dan utuh.
31
Proses penggabungan Sikh berangkat dari tangan ke tangan dengan tujuan
pembesaran kedudukannya. Selama masa Guru ketiga, ada dua puluh dua manjis
dan lima puluh dua piris, yang semua pusat besar dan kecil untuk penyebaran
agama Sikh di negara ini. Guru Ram Das, Guru keempat, membentuk sebuah
perintah baru dari misionaris yang disebut Masands. Perintah baru ini diatur ulang
dan diuraikan oleh Guru kelima. Karena jumlah Sikh Sangat yang baru tumbuh
lebih pesat di negeri ini, cara inisiasi calon Sikh melalui upacara Charanpauhal
(Charanamrit) diizinkan untuk semua misionaris yang berwenang. Meskipun
Charanamrit yang ideal adalah yang dikelola oleh Guru sendiri, karena tidak
mungkin bagi Guru untuk hadir secara fisik di mana-mana, otoritas inisiasi
dilimpahkan kepada misionaris lokal. Sebagian besar orang-orang yang datang ke
pangkuan Sikh sebagai hasil dari upaya di atas, turun dari kelas komersil yang
sebagian besar tinggal di kota-kota. Selama periode Guru kelima, kegerakan
menjadi populer di negara tetangga juga, dengan hasil bahwa sejumlah besar
Majha Jat memeluk ajaran Sikh.
Keuangan juga paling diperlukan untuk keberhasilan gerakan apapun.
Pada awalnya, persembahan sukarela dari para pemuja mencukupi. Ketika proyekproyek besar telah dilakukan, kenyataan yang ditemukan tidak memadai. Dalam
rangka memenuhi situasi, masands diminta tidak hanya berkonsentrasi pada
penyebaran ajaran-ajaran Sikh, tetapi juga untuk mengumpulkan persembahan
sukarela dari umat beriman dan untuk membawa mereka ke markas besar Guru.
Pada permulaan Sikh Sangat hanyalah sebuah pertemuan keagamaan umat,
lebih kurang berfungsi dalam isolasi. Secara bertahap ada peningkatan dalam
fungsinya. Persiapan salinan kitab suci, dalam membangun pusat agama tertentu,
32
lembaga Manjis dan Masands sebagai lembaga kepemimpinan pusat dan
penegasan prinsip supremasi Guru, semua faktor ini umumnya berhubungan
dalam menyatukan satu dengan lainnya. Oleh karena itu, isolasi satu dari yang
lain berkurang. Gerakan ini terus berlanjut sampai mencapai puncaknya dalam
penciptaan Khalsa bertujuan untuk keseimbangan kombinasi dari cita-cita Bhakti
dan Shakti, keunggulan moral dan spiritual dan keberanian militan atau
kepahlawanan dari perintah tertinggi. Sehari sebelum ia meninggalkan dunia ini,
Guru Gobind Singh membuat pengumuman bersejarah menghapuskan garis
kepribadian Guru dan menganugerahkan kekuasaan musyawarah pada Khalsa.
Dengan dasar Khalsa, jaringan semi terpadu Sangat sepenuhnya terbuka. Para
investasi dari Khalsa dengan kekuasaan tertinggi, menandai selesainya proses
panjang sekitar dua setengah abad.
Setiap orang terlepas dari kasta, keyakinan dan kemerosotan bisa menjadi
anggota Sangat. Semua layanan dapat dilakukan oleh umat Sikh dan non-Sikh
kecuali fungsi baptisan yang hanya dapat dilakukan oleh Khalsa yang hidup
sampai baik. Sangat tidak hanya pertemuan jamaah saja juga bukan hanya sebuah
forum untuk mencari keselamatan pribadi dan berkat, tetapi telah berdiri selama
orientasi ulang kehidupan individu dan masyarakat terhadap keberadaan tujuan
kreatif. Sangat dianggap begitu penting sehingga bahkan Guru biasa tunduk pada
keputusan itu. Guru Arjan tidak menikahkan anaknya dengan putri Chandu karena
Sangat telah memutuskan melawan itu. Sangat bisa menjadi unit kecil tetapi
dalam Totalitas, itu disebut Panth-Jalan Kudus Kehidupan.
33
3.1.13.2
Pangat – Dapur Bebas Guru yang Dikenal dengan Langgar
Lembaga lain, yaitu Pangat atau Langgar (ruang makan umum gratis),
yang diselenggarakan hampir bersamaan dengan Sangat. Ini dimulai oleh Guru
Nanak dan hal ini digabung dan diperluas oleh pengaruh Guru ketiga. Aturan
Langgar mewajibkan semua harus duduk di baris yang sama dan mengambil
bagian dari makanan yang sama tanpa ada perbedaan tinggi atau rendah, kaya atau
miskin, dan raja atau petani. Itu adalah perintah Guru Amar Das bahwa tidak ada
yang bisa melihat kehadirannya kecuali kalau dia makan di Langgar tersebut.
Ketika Raja atau Haripur atau bahkan Sultan Akbar, datang untuk melihat Guru,
mereka harus duduk dengan orang umum lainnya dan makan bersama-sama
dengan mereka sebelum Guru memberikan persetujuan untuk melihat mereka.
Dengan cara ini orang-orang dibuat untuk meninggalkan prasangka sosial mereka.
Dapur umum juga menjabat sebagai media integrasi sosial.
Lembaga Pangat memberikan ukuran sekuler lembaga Sangat. Yang
paling penting adalah menerjemahkan prinsip kesetaraan dalam praktek, dan juga
melayani seperti suatu kekuatan yang erat antara pengikut Sikh. Lembaga ini
memberikan perlindungan terhadap praktek sosial yang tak bermoral yang
merupakan hasil dari sistem kasta.
Lembaga ini dijalankan dengan bantuan dan kontribusi dari semua dan
tidak dilakukan oleh satu orang tertentu atau kelas seseorang. Dapur gratis di
mana raja dan petani bisa sama-sama berantakan, memupuk semangat amal dalam
skala besar dan juga menjadi kekuatan yang mengikat dengan sangat kuat.
34
3.1.14 Persaudaraan yang Mendunia
Cita-cita persamaan sosial bukan tujuan akhir dari etika ajaran Sikh.
Kesetaraan ini dapat dipertahankan tanpa merasa perasaan sayang atau
memperhatikan satu sama lain, tetapi kenyataan kesetaraan seperti itu tidak akan
cukup karena tidak sesuai dengan cita-cita moral kemanusiaan. Oleh karena itu
dalam rangka untuk membuat utuh, harus dipenuhi dengan ide kesatuan spiritual
umat manusia. Guru menyatakan:
"Selama keluar dari satu api, jutaan percikan api muncul, muncul dalam
pemisahan tapi datang bersama-sama lagi ketika mereka jatuh kembali dalam
api. Seperti dari tumpukan debu, butiran menyapu debu dan mengisi udara, dan
jatuh mengisi di tumpukan debu. Seperti keluar dari satu aliran, gelombang
yang tak terhitung bangkit dan menjadi air, jatuh kembali dalam air lagi. Jadi
dari bentuknya Tuhan muncul hal-hal yang hidup dan mati dan karena mereka
muncul dari-Nya, mereka akan jatuh lagi kepada-Nya. "
(Guru Gobind Singh-Akal Ustat)
Ini berarti bahwa setiap manusia berhak diperlakukan sebagai anggota dari
persaudaraan manusia yang sama. Sesama manusia bukanlah sesuatu 'yang lain'.
Guru berkata:
"Bertemu dengan Guru, aku telah dibebaskan dari rasa perbedaan itu."
(Bhiro Mohalla 5, 1-29-42, halaman-1148)
Yang lainnya sebenarnya bukanlah sesuatu 'yang lain', tetapi rekan pengikut dari
sumber emanasi yang sama dan bagian dari tatanan rohani yang sama. Rasa
persaudaraan kemanusiaan, dengan demikian, dihubungkan oleh ikatan yang lebih
daripada keluarga, sosial atau persamaan secara nasional. Persaudaraan umat
manusia ini dalam pengertian Tuhan menjadi ayah bersama adalah penekanan
oleh Guru:
"Engkau adalah ayah dari kami semua.....semua adalah teman,
Tidak asing bagi Engkau. "
(Majh Mohalla 5, halaman-97)
35
Guru menekankan kepada ikatan bersama dari keberadaan di dunia:
"Udara adalah Guru, air adalah ayah, ibu adalah bumi yang besar;
Dalam putaran dua perawat, siang dan malam, seluruh dunia dibesarkan. "
(Japji, Slok, halaman-8)
Menurut Guru, persaudaraan itu adalah kenyataan tetapi tersembunyi dari kita
oleh selubung haumai (ke-aku-an atau individualitas). Haumai adalah kotoran atas
pikiran kita yang telah dikumpulkan selama proses transmigrasi. Setelah kotoran
atas pikiran kita dihapus dan selubung haumai (ke-aku-an) ditebang, hubungan
yang melintasi pertalian manusia menjadi kenyataan yang jelas. Selama pikiran
kita tetap di balik tirai ke-aku-an, pemahaman kita akan terus menjadi hampa dan
jauh dari kenyataan. Bagaimana kita membersihkan pikiran kita?
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa Guru memberikan arah bagaimana
untuk membersihkan pikiran:
"Hanya melalui pujian dan doa kepada Tuhan
Pikiran akan menjadi murni. "
(Wadhans Mohalla 1, halaman-557)
Setelah pikiran menjadi murni, itu mencapai puncak rohani di mana
kenyataan membuka dan semua kebodohan hilang dan kemudian rasa
persaudaraan universal berlaku:
"Ada satu Ayah dari kita semua
Dan kita adalah anak-anak dari Ayah yang sama. "
(Sorath Mohalla 5, halaman-611)
"Aku bukan seorang Hindu atau seorang Muslim;
Jiwa dan tubuh milik Tuhan apakah Dia disebut Allah atau Ram. "
(Bhairo Mohalla 5, halaman-1136)
"Wahai mataku, Tuhan menanamkan cahaya kepadamu,
tak melihat sesuatu pun kecuali Tuhan;
Tak melihat sesuatu pun kecuali Tuhan; melihat-Nya dengan saksama.
Semua di dunia ini yang kau lihat adalah gambar Tuhan;
gambar Tuhan kelihatan di dalamnya.
Ketika oleh kasih karunia Guru aku menerima pemahaman,
Aku melihat bahwa Tuhan adalah Satu, dan bahwa tidak ada yang lain.
36
Firman Nanak, mata ini buta, tetapi ketika bertemu Guru sejati mereka
memperoleh cahaya ilahi. "
(Ramkali Mohalla 3, Anand-36, halaman-922)
Setelah dengan rahmat Guru, hati kita dipenuhi dengan cahaya ilahi, maka
tidak ada 'yang lain', tidak ada permusuhan, tidak ada kebencian, tetapi semua
mementingkan kepentingan orang lain dan pelayanan untuk persaudaraan umat
manusia. Dalam pengalaman praktis kita menemukan contoh Bhai Ghanaya. Di
medan perang Bhai Ghanaya bertugas untuk memberikan air kepada yang haus.
Dia ditemukan memberikan air untuk orang-orang Sikh serta Hindu dan Muslim.
Sikh mengeluh kepada Guru bahwa Bhai Ghanaya memberikan air untuk tentara
musuh yang setelah mendapatkan air, menjadi segar dan berperang lagi melawan
mereka. Guru memanggilnya dan bertanya apa yang dikeluhkan umat Sikh. Bhai
Ghanaya menjawab, "Wahai raja yang benar, saya tidak melihat siapa teman dan
siapa musuh. Aku melihat gambar Anda di setiap dari mereka adalah sama. Saya
melihat bahwa mereka semua orang Sikh dan tidak ada yang lain dan saya
memberikan air untuk setiap seorang dari mereka."
Ini adalah tahap mental yang diinginkan dan diperintahkan oleh Guru
ketika pikiran seseorang terangkat di atas garis agama, ras, warna kulit, atau badan
nasional; dan rasa persaudaraan universal yang sesungguhnya lahir:
"Ttidak ada musuh, tidak ada 'yang lain',
Rasa persaudaraan universal telah datang kepadaku. "
(Kanra Mohalla 5, halaman-1299)
Sikh percaya di dalamnya, berdiri teguh untuk itu dan mengambil langkahlangkah praktis untuk menyadarinya. Ada banyak contoh dalam sejarah Sikh
untuk menekankan fakta ini.
37
Guru Nanak melakukan perjalanan selama empat belas tahun dengan kaki
dan ia menutupi area dari Pegunungan Assam di India timur sejauh Iran dan Irak
di barat; dari Tibet di Utara sampai Sri Lanka di selatan. Selama perjalanan
panjang ini ia pergi ke berbagai kuil Hindu yang terkenal dan pusat belajar
mereka, Matematika dari Sidhas, dan berbagai pusat Mohammad termasuk
Mekah, dan menyampaikan pesan Ilahi (persaudaraan umat manusia dan
Kebapaan Tuhan) yang mana dia datang ke dunia ini . Tidak pernah dia meminta
siapa pun untuk menjadi murid nya untuk pergi ke surga. Dia lebih memegang
jaminan untuk seluruh umat manusia bahwa jika seseorang, terlepas dari ras,
warna kulit, kasta, keyakinan, jenis kelamin, agama atau kebangsaan, bermeditasi
pada Tuhan, Yang Tak Berbentuk, akan mendapatkan pembebasan:
"Jo jo japai sehingga Hoai Punit
Bhagat bhai lavai manhit. "
(Gauri Sukhmani Mohalla 5, 20-7, halaman-290)
"Ia akan menjadi murni, siapa yang mengulangNama-Nya
Dengan pengabdian, kasih sayang dan cinta sepenuh hati. "
(Terjemahan di atas)
Sikh sepenuhnya berpegang teguh untuk persaudaraan universal dalam
perkataan dan dalam roh. Setiap Sikh tinggal di setiap sudut dunia ketika dia
berdoa di pagi hari dan di malam hari, mengakhiri doanya dengan mengatakan:
"Dengan Rahmat-Mu, kiranya setiap orang diberkati di dunia."
3.1.15 Gambar Para Guru
Beberapa seniman telah melukis gambar imajinasi dari semua sepuluh
Guru. Apakah seniman ini pernah melihat Guru? Seseorang dapat menemukan
gambar-gambar tergantung di hampir semua Gurdwara dan di sebagian besar
rumah umat Sikh. Ironi nasib adalah bahwa banyak kaum Sikh menempatkan
38
karangan bunga pada gambar-gambar dan juga membakar dupa di depan gambar
mereka. Bukankah berhala menyembah (gambar)? Bagaimana bisa kita menyebut
ini Gurmat? Dalam Zafarnama yang mana Guru Gobind Singh menulis surat
kepada Kaisar Aurangzeb, ia menyebutkan tentang puncak Raja-Raja "Mereka
menyembah berhala, dan aku merupakan pemutus penyembahan berhala.."
Karena Guru merupakan pemutus penyembahan berhala, dia menyebut Sikh
sekarang telah menjadi penyembah berhala (gambar)!
Dari Guru Nanak sampai Guru Gobind Singh, penekanan diletakkan untuk
menyembah hanya satu Tuhan, Yang Tak Berbentuk, dan mereka sangat melarang
penyembahan berhala, kremasi, Samadhies, makam dan lain-lain. Penyembah
gambar ini mengutip ayat-ayat berikut dari Gurbani dalam mendukung aksi
mereka :
"Gur Ki Murat meh Dhyan pria."
(Gaund Mohalla 5, halaman-864)
'Menyembah gambar Guru dalam pikiran. "
(Terjemahan di atas)
'Satgur ki murat hirdai vasai. "
(Dhanasri Mohalla 1, halaman-661)
Apa GURU dan apa MURAT Guru (gambar)?
Menurut gurbani, Guru bukanlah tubuh (deh), Guru adalah Jot (Cahaya Ilahi) dan
Murat Guru (gambar) adalah Firman Tuhan (Gurbani):
"Menuliskan Roop aap har gur Nanak kahaio."
(Swayas Bhattan, halaman-1408)
Para Gurmat (ajaran Guru) menjelaskan bahwa Guru sejati bukanlah tubuh
fisik dan oleh karena itu tubuh tidak dianggap layak untuk disembah:
39
"Satgur Niranjan soi
Manukh Roop ka na kar Januari "
(Ramkali Mohalla 5, halaman-895)
Oleh karena itu, arti "Gur ki murat man meh dhayan" jelas tidak
menyembah gambar Guru tapi untuk menempatkan perhatian dalam pengertian
Sabad (Firman). Gurbani menegaskan bahwa dengan melihat tubuh fisik Guru,
keselamatan tidak dapat dicapai:
"Satgur ada sabh ko vekhda Jeta jagat Sansar
Didhai mukat na hovai jichar sabad na kare vichar. "
(Slok Mohalla 3, halaman-594)
Jika dengan melihat tubuh Guru seseorang bisa mendapatkan keselamatan,
maka Mehta Kaluji tidak akan menampar putranya, Guru Nanak. Karena ayah
telah melihat Guru, ia harus sudah mencapai keselamatan. Sebaliknya sejarah
telah mencatat bahwa Mehta Kaluji tidak bisa melihat Cahaya Ilahi dalam
anaknya dan terus menampar dia. Jika dengan melihat tubuh Guru seseorang bisa
mendapatkan keselamatan, kedua putranya, Sri Chanad dan Lakhmi Das, tidak
akan mendurhakai Guru, ayah mereka. Algojo yang menuangkan pasir panas di
atas tubuh telanjang Guru Arjan, tidak akan melakukan itu, karena ia telah melihat
Guru dan harus mendapatkan keselamatan. Algojo tidak akan memenggal kepala
Guru Tegh Bahadur, karena ia telah melihat Guru. Karena itu, ketika Guru berada
dalam tubuh manusia bahkan kemudian hanya dengan melihat tubuh fisik Guru
tidak memberikan keselamatan kepada siapa pun, bagaimana mungkin Foto Palsu
ini dapat meyelamatkan kita? Mereka hanya dapat menggelincirkan kita dari jalan
benar yang ditentukan Gurmat.
Dalam Tavparsad Swayas, Guru menjelaskan bahwa mereka yang
menyembah berhala adalah 'Pas' (seperti binatang):
40
"Kou butan pujat hai ko 'pas' kou butan ko pujan dhayo."
Yang artinya:
"Beberapa menyembah batu yang menempatkannya di kepala mereka,
Beberapa lingam yang menggantung dari leher mereka;
Beberapa melihat Tuhan di selatan,
Beberapa kepala busur mereka ke barat;
Beberapa orang-orang bodoh menyembahberhala,
orang lain sibuk sendiri dengan menyembah orang mati;
Seluruh dunia terjerat dalam upacara palsu yang
tidak menemukan rahasia Tuhan. "
(Guru Gobind Singh-Tavparsad Swayas)
Beberapa umat Sikh juga mengenakan kalung dengan gambar Guru di
leher mereka. Apakah Gurmat? Ini benar-benar manmat, ini adalah kebusukan.
Guru bukanlah berhala. Guru bukanlah gambar. Guru bukan tubuh manusia.
Setelah ia menghembuskan nafas terakhir, tidak ada yang bisa menemukan mayat
Guru Nanak. Oleh karena itu Guru adalah Jot. Guru adalah Cahaya Ilahi. Guru
adalah semua yang melingkupi Roh Ilahi. Guru adalah Firman Tuhan (Gurbani).
Untuk karangan bunga untuk gambar palsu dan gambar imajinasi Gurus benarbenar anti Gurmat. Bagaimana kita bisa memiliki berkat Guru ketika kita
bertindak sangat melawan ucapan Guru?
Impersonal Mutlak tidak dapat ditempatkan sebagai gambar. Dia tidak
memiliki bentuk dan, dengan demikian, tidak dapat dijelaskan melalui simbolsimbol. Tindakan tersebut dalam diri mereka tidak akan memenangkan
persetujuan Guru. Tanpa kesetiaan total pada perintah Guru, iman Sikh akan
terkubur di bawah tumpukan dogma yang tidak masuk akal, ritual yang tak berarti
dan kegiatan seremonial.
Sikh bukanlah dogma tapi cara hidup menurut Guru Rahit Maryada (kode
etik). Seorang Sikh harus memegang firman gurunya sebagai yang tertinggi dalam
41
keberadaan sehari-hari. Tanpa memuliakan kehadiran-Nya dalam keberadaan
seseorang, hidup akan terkontaminasi dan tercemar dan akan berada dalam
keadaan menyedihkan yang akan menyebabkan kemerosotan rohani. Perenungan
yang mendalam dan berkesinambungan dalam Nam diperlukan dan sangat
diperlukan untuk peninggian karakter Sikh. Nam bukanlah filsafat juga bukan
pengetahuan yang bisa diperoleh dari buku. Ini tinggal di dalam dan diwujudkan
dari dalam melalui rahmat Guru yang benar (Gurbani – Firman Tuhan). Biarlah
dengan mengikuti berikut akan menjadi doa kita sehari-hari:
"Wahai temanku, Guru yangIlahi!
Terangilah pikiran saya dengan Nama Ilahi!
Biarlah Nama mengungkapkan k epadaku oleh Guru
akan jadi pendamping hidupku;
Dan bernyanyi untuk Kemuliaan-Mu menjadi rutinitasku sehari-hari."
(Rag Gujri Mohalla 4, halaman-10)
3.1.16 Benda-benda Kepercayaan Jasmaniah
3.1.16.1
Kesh
Kesh adalah rambut panjang yang tidak dipangkas. Ini merupakan sebuah
simbol keagamaan. Kesh mengingatkan Khalsa supaya menjadi seperti Guru. Hal
ini sebagai tanda pengabdian dan kesadaran kelompok, menunjukkan keinginan
Khalsa kepada kemauan Tuhan. Rambut panjang telah lama menjadi bagian dari
banyak nabi dari berbagai agama seperti Yesus, Musa dan Buddha. Menurut Bhai
Dalip Singh, rambut harus dipelihara dengan baik dengan cara diikat dan disisir
setiap hari.
42
3.1.16.2
Dastar
Dastar adalah sorban atau ikat kepala. Ini merupakan simbol dari kerajaan
dan martabat. Menurut sejarah sorban telah diselenggarakan sebagai penghargaan
tinggi dalam budaya Timur dan Timur Tengah. Guru Gobind Singh megubah
simbol budaya ini menjadi syarat keagamaan supaya Khalsa selalu memilki harga
diri yang tinggi. Hal inilah yang membedakan agama Sikh dari pemeluk agama
lainnya yang memelihara rambut panjang tetapi memakai penutup kepala atau
membiarkan rambutnya kusut tidak teratur. Sorban tidak bisa ditutupi dengan
perlengkapan kepala lainnya atau digantikan dengan penutup atau topi. Memakai
sorban merupakan sebuah perintah bagi pria Sikh dan sebuah pilihan bagi wanita
Sikh.
Gambar 3.1 Dastar atau sorban
3.1.16.3
Kangha
Kangha adalah sebuah sisir. Ini merupakan sebuah simbol kesehatan dan
disiplin sebagai kebalikan dari rambut kusut yang tidak dirawat. Khalsa
diharapkan secara teratur menyuci dan menyisir rambut mereka sebagaimana yang
seharusnya seorang murid.
43
Gambar 3.2 Kangha atau sisir
3.1.16.4
Kara
Kara adalah sebuah gelang besi. Ini merupakan sebuah simbol untuk
mengingatkan para penggunanya akan pengekangan aksi mereka dan ingatan
kepada Tuhan setiap waktu.
Gambar 3.3 Kara atau gelang besi
3.1.16.5
Kachha
Kachha atau kachera adalah sebuah celana panjang dalam. Ini merupakan
sebuah simbol yang menandakan pengendalian diri dan kesederhanaan.
Gambar 3.4 Kachha atau celana panjang dalam
44
3.1.16.6
Kirpan
Kirpan adalah sebuah pedang atau pisau formalitas. Ini merupakan sebuah
simbol martabat dan perjuangan Sikh melawan ketidakadilan. Kirpan murni
dipakai sebagai simbol keagamaan dan bukan sebagai senjata.
Gambar 3.5 Kirpan atau pisau
Secara keseluruhan, barang-barang ini dipakai oleh seorang Sikh.
Gambar 3.6 Pemakaian barang-barang kepercayaan jasmani secara keseluruhan
3.1.17 Hidup Benar
3.1.17.1
Naam Japna
Mengingat nama Tuhan dengan cara menyebutkan nama-Nya melalui
sembahyang atau beribadah. Beribadah dilakukan dua kali setiap hari, yaitu pagi
dan sore. Untuk sembahyang pagi dilakukan pada jam tiga pagi dan membacakan
Japji Sahib, Jap Sahib dan Anand Sahib. Sedangkan sembahyang sore dilakukan
pada jam dua sore dan membacakan Raheras Sahib dan Kirtan Suhela.
45
3.1.17.2
Kirt Temai
Memperoleh penghasilan atau uang dengan bekerja keras, kreatif,
produktif dan jujur.
3.1.17.3
Wand Chekna
Berbagi penghasilan atau uang yang ada dengan cara membagi-bagikan
makanan dan makan bersama-sama.
3.2 Hari Besar Agama Sikh
Menurut Bhai Dalip Singh, hari besar agama Sikh adalah setiap hari lahir
dan meninggalnya semua Guru, tahun baru Sikh dan juga hari Vaisakhi atau hari
jadi agama Sikh (1699).
Peringatan hari besar agama Sikh ini berdasarkan pada penanggalan
kalender Sikh. Kalender ini berdasarkan pada tahun matahari tropis, sebagai
pengganti perputaran bulan, yang berarti bahwa tanggal tidak akan berubah dari
tahun ke tahun seperti yang sebelumnya dilakukan berdasarkan kalender bulan
lama.
46
Bulan Sikh
Chet
Vaisakh
Jeth
Harh
Sawan
Bhadon
Asu
Katik
Maghar
Poh
Magh
Phagan
Tanggal Awal Bulan Masehi
14 Maret
14 April
15 Mei
15 Juni
16 Juli
16 Agustus
15 September
15 Oktober
14 November
14 Desember
13 Januari
12 Februari
Tabel 3.1 Penanggalan kalender Sikh
No
Tanggal Peringatan
Kelahiran
Kematian
Peristiwa / Nama Guru
1
Tahun Baru Sikh
Tanggal 1 Bulan Cet atau 14 Maret
2
Vaisakhi
13 April
3
Guru Nanak Dev
15 April 1469
22 September 1539
4
Guru Angad Dev
31 Maret 1504
29 Maret 1552
5
Guru Amar Das
5 Mei 1479
1 September 1574
6
Guru Ram Das
24 September 1534
1 September 1581
7
Guru Arjan Dev
15 April 1563
30 Mei 1606
8
Guru Har Gobind
19 Juni 1595
3 Maret 1644
9
Guru Har Rai
26 Februari 1630
6 Oktober 1661
10
Guru Har Krishan
7 Juli 1656
30 Maret 1664
11
Guru Tegh Bahadur
1 April 1621
11 November 1675
12
Guru Gobind Singh
22 Desember 1666
7 Oktober 1708
Tabel 3.2 Hari Besar Agama Sikh
47
BAB IV
DESKRIPSI UPACARA PAHILA PARKAS DIHARA
4.1 Pengertian Pahila Parkas Dihara
Secara harafiah, pengertian Pahila adalah pertama, Parkas adalah
pembukaan atau kelahiran dan Dihara adalah hari. Jadi upacara Pahila Parkas
Dihara adalah hari penyerahan atau penobatan Sri Guru Granth Sahib Ji sebagai
Guru terakhir masyarakat Sikh. Jadi setelah guru kesepuluh meninggal, tidak akan
datang lagi guru dalam rupa manusia. Jika ada yang mengaku sebagai guru, maka
itu tidak benar. Kitab Suci inilah yang menjadi guru yang terakhir bagi
masyarakat Sikh (Wawancara dengan Bhai Dalip Singh).
4.2 Latar Belakang Upacara Pahila Parkas Dihara
Sri Guru Arjun Dev Ji, guru kelima menetapkan sebuah pusat tempat
beribadah Sikh di Sri Harmandir Sahib di Amritsar, Punjab, India pada tahun
1604. Apa yang diinginkan Guru Arjun Dev sekarang adalah sebuah kitab untuk
Sikh. Jadi Guru Arjun Dev mengumpulkan pujian-pujian tiga guru sebelumnya
dan beberapa Bhagat dari Bhai Mohan, anak dari guru ketiga, Guru Amar Das Ji
dan ditambah Gurbani (pujian) ayah Guru Arjun Dev dan pujian-pujiannya
sendiri.
Guru Arjun Dev Ji memperoleh Sri Guru Granth Sahib Ji yang ditulis oleh
Bhai Gurdas Ji. Guru Arjun Dev Ji mendapatkan salinannya untuk dijilid. Bhai
Bano Ji membawa Sri Guru Granth Sahib Ji untuk dijilid di Lahore dan dalam
48
perjalanan menyiapkan salinan. Ini dikenal sebagai salinan Bhai Bano. Guru
Arjun Dev Ji mendapatkan yang asli setelah selesai dijilid. Setelah itu penobatan
Sri Guru Granth Sahib Ji dilakukan di Harmandir Sahib tahun 1604. Baba
Buddha ditetapkan sebagai Granthi atau penjaga pertama.
Guru Arjun Dev Ji duduk di bawah loteng Bhai Mohan merayu dengan
musik memakai tambura. Mohan tergugah mendengar nyanyian itu. Bhai Mohan
turun dengan membawa Sri Guru Granth Sahib Ji dan mempersembahkannya
kepada Guru Arjun Dev. Seperti yang dikatakan Gurbilas, Sri Guru Granth Sahib
ditempatkan dalam tandu yang dihiasi batu mulia. Umat Sikh mengangkat dengan
meletakkan di pundak mereka dan Guru Arjun Dev berjalan di samping dengan
kaki telanjang. Guru Arjun Dev menolak mengendarai kudanya, ia mengatakan
bahwa Sri Guru Granth Sahib merupakan jiwa keempat guru pendahulunya.
Iring-iringan memutuskan perjalanan melalui Khadur Sahib untuk
membuat tempat suci untuk penghormatan kepada Guru Anggad Dev Ji. Dua kos
dari Amritsar, mereka disambut oleh Hargobind, anak paling kecil Guru Arjun,
dan disertai oleh sejumlah besar masyarakat Sikh. Dia menunduk di kaki ayahnya
dan dihujani bunga di depan pothi. Guru Arjun Dev Ji, Guru Hargobind Sahib,
Bhai Gurdas dan Baba Buddha Ji sekarang memikul tandu di pundak mereka dan
berbaris berjalan ke Amritsar, diiringi pemain musik dengan seruling dan
gendang.
Di Amritsar, Guru Arjun Dev Ji pertama sekali pergi ke Harimandir Sahib
memanjatkan karahprasad dengan penuh rasa terimakasih. Mengutip Gurbilas
lagi, sebuah tempat menarik di tengah hutan di daerah pinggiran Amritsar ditandai
49
Guru Arjun. Begitu padatnya dedaunan yang bahkan doa tidak bisa membuat sinar
bulan masuk ke dalamnya. Itu seperti Panchbati itu sendiri, damai dan indah.
Sebuah tenda digerek masuk ke dalam lingkungan idilis ini. Di sini, Guru Arjun
dan Bhai Gurdas memulai kerja menjilid dalam kesucian.
Guru Arjun Dev Ji memerintahkan bahwa pada waktu siang hari Sri Guru
Granth Sahib Ji harus dibawa ke ruangannya sendiri. Saat malam tiba dijaga oleh
dua pengawas, Bhai Buddha membacakan Sohila dan membuat kesimpulan ardas
atau permohonan. Sri Guru Granth Sahib Ji ditutup dan dibungkus di dalam
sutera. Bhai Buddha memegangnya di kepalanya dan berjalan ke kamar yang
ditentukan Guru Arjun Dev Ji dan Guru memimpin pujian Sangat.
Sri Guru Granth Sahib Ji di tempatkan di tempat yang ditetapkan, dan
Guru Arjun tidur di lantai di samping Sri Guru Granth Sahib Ji. Setiap hari, pagipagi buta saat bintang masih bersinar di bawah genangan air, Sri Guru Granth
Sahib Ji dikeluarkan dari tempatnya ke Harmandir Sahib dan dibawa kembali
pada malam hari untuk beristirahat dalam kamar yang ditentukan Guru Arjun Dev
Ji. Dan kegiatan ini terus berlanjut sampai sekarang. Tetapi jilidannya tidak sama.
Salinan yang asli diletakkan di Kartapur ketika penerus Guru
Hargobind
Sahib
meninggalkan
Amritsar
(www.digitalworld.com).
50
pada
Arjun, Guru
tahun
1634
Jadi, upacara Pahila Parkas Dihara ini adalah hari untuk memperingati
bagaimana perjalanan Guru Arjun Dev Ji menempatkan Sri Guru Granth Sahib Ji
atau yang disebut juga Adi Granth12 ke Golden Temple (Kuil Emas) di Amritsar.
Gambar 4.1 Guru Arjun Dev Ji Menyembah
Sri Guru Granth Sahib Ji
4.3 Komponen Upacara Pahila Parkas Dihara
4.3.1 Pendukung Upacara
Pendukung upacara pada upacara Pahila Parkas Dihara ini adalah pelaku
upacara, yaitu: pemimpin upacara dan peserta upacara. Upacara Pahila Parkas
Dihara ini dipimpin oleh seorang pendeta yang disebut dengan Bhai. Pendeta
yang memimpin upacara ini adalah Bhai Dalip Singh. Bhai Dalip Singh ini juga
merupakan pendeta di Gurdwara Tebing Tinggi. Bhai bertugas memimpin
upacara, yaitu mengarahkan pelaku upacara yang lain dalam melaksanakan
upacara Pahila Parkas Dihara ini. Bhai juga bertugas dalam membuka sekaligus
menutup upacara tersebut.
12
Adi Granth adalah edisi pertama dari Sri Guru Granth Sahib Ji yang disusun oleh Guru Arjun
Dev Ji pada tahun 1604.
51
Sedangkan peserta upacara Pahila Parkas Dihara ini adalah umat Sikh
yang ada di Sumatera Utara yang datang dari berbagai tempat yaitu Medan,
Perbaungan, P. Siantar dan lain-lain. Peserta upacara ini tidak dibatasi secara latar
belakang, usia, pekerjaan, asal tempat tinggal dan lain-lain. Mereka terdiri dari
segala usia, mulai dari anak-anak, remaja, dan orangtua.
4.3.2 Tempat Upacara
Tempat pelaksaan upacara Pahila Parkas Dihara yang diteliti ini,
dilaksanakan di Gurdwara Shree Guru Granth Sahib Darbar di Jalan Tuanku
Imam Bonjol no. 18 Tebing Tinggi.
Gambar 4.2 Pamplet Gurdwara Tebing Tinggi
4.3.3 Waktu Upacara
Waktu pelaksanaan upacara Pahila Parkas Dihara dilaksanakan
berdasarkan kalender agama Sikh yang bernama jantri pada tanggal 17 bulan
Bhadon. Dan pelaksanaan upacara yang diteliti oleh penulis ini dilaksanakan pada
tanggal 30 Agustus sampai 1 September 2010 atau dilaksanakan mulai hari senin,
selasa dan rabu. Upacara dimulai pada pukul 10.00 WIB hari pertama tanggal 30
Agustus dan puncak acaranya pada hari ketiga tanggal 1 September 2010.
52
4.3.4
Benda dan Alat Upacara
Benda-benda dan alat-alat (perlengkapan) upacara yang digunakan dalam
upacara Pahila Parkas Dihara ini adalah:
1) Seperangkat sound system yang terdiri dari microphone dan pengeras
suara.
2) Kitab Suci Sri Guru Granth Sahib Ji yang dibacakan dari awal sampai
akhir.
Gambar 4.3 Kitab Sri Guru Granth Sahib Ji
3) Pedupaan yang dibakar untuk memberikan wewangian di dalam Gurdwara
selama upacara dilaksanakan. Jika dupa yang dibakar habis, maka dibakar
lagi yang baru sehingga ruangan Gurdwara tetap wangi.
53
Gambar 4.4 Pedupaan
4) Peralatan musik yang terdiri dari harmonuim, dholak dan juga tabla. Alat
musik ini tidak dimainkan selama pembacaan Sri Guru Granth Sahib Ji
berlangsung. Tetapi boleh dimainkan apabila sebelum dan sesudah Kitab
Suci dibacakan. Musik boleh dimainkan oleh siapa saja yang rindu untuk
memberikan puji-pujian kepada Tuhan baik yang berasal dari Kitab Suci
sendiri maupun lagu-lagu rohani yang sudah ada.
Gambar 4.5 Peralatan Musik
5) Peralatan Mahkota guru yang terdiri dari chanani, manji sahib, palki
sahib, rumalla dan bantal kecil, chaur sahib, golak, nishan sahib.
54
Gambar 4.6 Peralatan Mahkota Guru
6) Bunga tabur yang akan ditaburi di atas Kitab Sri Guru Granth Sahib Ji dan
di atas tiang bendera.
Gambar 4.7 Bunga Tabur di atas Kitab dan Tiang Bendera
7) Susu lembu untuk mencuci tiang bendera.
Gambar 4.8 Susu untuk Mencuci Tiang Bendera
55
8) Bendera agama Sikh yang akan dinaikkan pada akhir upacara.
Gambar 4.9 Bendera yang akan Dinaikkan
4.4 Kronologis Upacara Pahila Parkas Dihara
Sebelum upacara dimulai pada pukul 10.00 WIB, semua jemaat Sikh sudah
tiba dan berkumpul di Gurdwara. Dan bagi jemaat yang ingin bernyanyi diberi
kesempatan untuk menyanyikan lagu-lagu rohani dan memainkan alat musik.
Setelah itu Bhai Dalip Singh langsung memimpin upacara pembukaan yang di
awali dengan doa meminta restu dan kekuatan dari Tuhan. Doanya berisi tentang
permohonan supaya upacara Pahila Parkas Dihara yang akan berlangsung
berjalan lancar dan dijauhkan dari segala halangan.
Sesudah berdoa, Bhai melanjutkan dengan menyanyikan puji-pujian yang
diambil langsung dari Kitab Sri Guru Granth Sahib Ji yang berisi tentang pujian
dan sekaligus maknanya untuk membuka suatu upacara yang diambil dari
halaman 701 sampai 702 yaitu Jetshri Mahala Panjwa. Bagi jemaat yang hapal
dengan ayat ini juga ikut melantukannya bersama dengan Bhai. Isi teks pujian
56
Jetshri Mahala Panjwa berikut berdasarkan apa yang dapat didengar oleh penulis,
yaitu:
jetshri mahala panjwa pahne pahne Sri Guru Arjun Dev Sahib Ji oh.
pohi jane haseo dire jore jane baham baham sapratena dite khan at
ho re, rahao.
pohi jane haseo dire jore jane baham baham sapratena dite khan at
ho re, rahao.
manthan he pare ka tekia ho hasence senasen jore ya ka senahe
mate neho teke erva te maha dikya te tore.
ai ho syane kupenjene cekoho tumari yo re apperva sedane sindren
soakhi ho rabe Nanak bantene core.
ai ho syane kupenjene cekoho tumari yo re apperva sedane sindren
soakhi ho rabe Nanak bantene core.
Kemudian Kitab Sri Guru Granth Sahib Ji dibuka dari awal untuk
dibacakan sampai halaman terakhir yang dibawakan secara musikal (mengandung
unsur nada, ritem dan dinamika). Selama Bhai membacakan Kitab tersebut jemaat
yang ingin keluar atau masuk diperbolehkan, tetapi tidak boleh mengganggu
selama Bhai membacakannya. Pembacaan Kitab secara musikal ini dinamakan
Kirtan. Kirtan Sri Guru Granth Sahib Ji ini dilakukan bersambung atau tidak
boleh putus-putus. Kitab ini dibacakan selama tiga hari dua malam sebanyak 1430
halaman. Karena tidak mungkin satu orang saja yang membawakannya, untuk itu
Bhai dibantu oleh empat orang yang secara bergantian membacakannya. Masingmasing orang sudah dibuat jadwalnya sehingga yang lain dapat beristirahat dan
makan dan minum. Masing-masing orang membacakannya selama dua jam dan
begitu seterusnya sampai orang yang terakhir. Dan orang-orang yang membantu
Bhai membacakan Kitab tersebut adalah orang-orang yang bisa membaca dalam
alphabet Gurmukhi atau tulisan asli yang berasal dari kesepuluh Guru. Menurut
57
Bhai Dalip Singh, isi dari keseluruhan Kitab Sri Guru Granth Sahib Ji merupakan
pedoman bagi umat Sikh di seluruh dunia untuk beribadah kepada Tuhan.
Bhai Dalip Singh mendapat giliran terakhir yaitu pada hari ketiga yang
sekaligus menjadi pemimpin yang menutup upacara secara keseluruhan. Sebelum
keseluruhan upacara ditutup di dalam Gurdwara dengan doa, jemaat yang isi
mengisi acara diperbolehkan untuk menyanyikan pujian menggunakan musik.
Selama sekelompok jemaat bernyanyi, disediakan sebuak wadah bagi jemaat lain
yang ingin menyumbangkan uang.
Gambar 4.10 Sekelompok Jemaat yang Menaikkan Pujian
Bersamaan dengan sekelompok jemaat yang bernyanyi, jemaat lain bergiliran
menaburkan bunga ke atas Kitab Sri Guru Granth Sahib Ji.
58
Gambar 4.11 Jemaat Secara Bergantian Menaburkan
Bunga di atas Sri Guru Granth Sahib Ji
Bersamaan dengan lagu yang terakhir, Bhai Dalip Singh dengan dibantu
beberapa orang memasang rumalla (kain penutup Kitab Sri Guru Granth Sahib
Ji). Rumalla-rumalla yang dipasang pada Kitab tersebut berasal dari jemaat yang
dengan sukarela memberikan kepada Gurdwara.
Gambar 4.12 Bhai Dalip Singh Memasang Rumalla
Setelah selesai memasang rumalla-rumalla tersebut, Bhai Dalip Singh
memimpin doa penutupan dengan cara menghadap ke arah Kitab tersebut yang
dilakukan di dalam Gurdwara dan seluruh jemaat berdiri. Bhai juga mendoakan
jemaat-jemaat yang mau didoakan.
59
Gambar 4.13 Bhai Dalip Singh Memimpin Doa Penutupan
dengan Menghadap ke Arah Kitab
Kemudian Bhai Dalip Singh kembali membuka Kitab Sri Guru Granth
Sahib Ji dan membacakan “ayat yang terbuka”13 yang bertujuan untuk
memanjatkan pujian penutup yang berasal dari Kitab kepada Tuhan.
Setelah itu semua jemaat berkumpul di halaman Gurdwara untuk
mengikuti upacara selanjutnya yaitu menaikkan bendera sebagai lambang cara
hidup jemaat Sikh. Bendera yang lama diturunkan dan digantikan dengan bendera
yang baru. Bendera baru yang akan dinaikkan ini juga berasal dari jemaat yang
secara sukarela memberikan kepada Gurdwara. Penaikkan bendera ini diiringi
oleh nyanyian puji-pujian yang dibawakan para pemuda dan pemudi Sikh.
13
Ayat yang terbuka yang dimaksud adalah ayat yang secara acak dibuka (tidak dipilih=pilih) oleh
Bhai .
60
Gambar 4.14 Bendera Dinaikkan dengan Diiringi Nyanyian
yang Dibawakan Pemuda Pemudi
Setelah
bendera
dinaikkan,
selanjutnya
yang
dilakukan
adalah
membersihkan tiang bendera dengan air dan susu yang dilakukan oleh kaum
bapak. Susu dipakai karena melambangkan kesucian. Sesudah dibersihkan,
kembali Bhai Dalip Singh memimpin doa dan penutupan keseluruhan acara.
Setelah selesai berdoa, jemaat mendatangi tiang bendera yang sudah dibersihkan
tadi untuk disentuh. Dan setelah itu bunga ditaburkan di atasnya.
Gambar 4.15 Kaum Bapak Membersihkan Tiang Bendera
Memakai Susu
61
Gambar 4.16 Bhai Dalip Singh Memimpin Doa Penutup
di Halaman Gurdwara
Gambar 4.17 Jemaat Menyentuh Tiang Bendera
yang Sudah Dibersihkan
Upacara Pahila Parkas Dihara secara keseluruhan selesai, bagi jemaat
yang masih ingin kembali ke dalam Gurdwara atau masuk ke dalam Langar untuk
makan atau yang mau pulang diperbolehkan.
62
BAB V
ANALISIS MUSIKAL DAN TEKSTUAL
5.1
Proses dan Tahapan Transkripsi
Untuk
mengalisa
sebuah
musik,
diperlukan
transkripsi
untuk
menggambarkan atau memvisualisasikan bunyi yang diteliti ke dalam tulisan yang
menggunakan simbol-simbol yang dapat dilihat untuk dipahami.
Proses awal dalam transkripsi ini adalah perekaman langsung kirtan dalam
upacara Pahila Parkas Dihara dengan menggunakan handycam merk Sony
Handycam CMOS Carl Zeiss Vario-Sonnar T* yang menggunakan kaset Sony
Mini DVD dan memakai alat rekam MP4 player merk ADVANCE DIGITALS.
Setelah hasil rekaman didapat, selanjutnya penulis mendengarkan kirtan
dan menentukan mana saja yang akan ditranskripsikan. Kemudian penulis
menentukan Jetshri Mahala Panjwa halaman 701-702 yang sebagai pujian
pembuka, pembacaan atau kirtan Sri Guru Granth Sahib Ji dan nyanyian jemaat
untuk ditanskripsikan.
Untuk transkripsi pembacaan atau kirtan Sri Guru Granth Sahib Ji,
penulis hanya mengambil sampel dari halaman satu saja karena kirtan Sri Guru
Granth Sahib Ji itu mengandung pola stropic atau melodi yang dimainkan tetap
atau berulang-ulang, sedangkan teksnya berubah. Dengan kata lain, kirtan Sri
Guru Granth Sahib Ji ini adalah nyanyian yang lebih mementingkan kata-kata
daripada melodi atau disebut dengan logogenic. Dan karena yang dibacakan
63
sebanyak 1430 halaman, sehingga penulis menentukan untuk mengambil sampel
saja.
Untuk transkripsi pujian atau lagu-lagu yang dimainkan jemaat, penulis
menentukan lagu untuk mengiringi pemasangan bendera saja untuk ditranskripsi.
Lagu ini juga tidak keseluruhan ditranskripsi karena hanya mengandung pola
melodi
yang sama dan dinyanyikan
berulang-ulang.
Sehingga penulis
mentranskripsikan pola dasar untuk melihat perjalanan melodi lagu tersebut.
Setelah menentukan apa saja yang akan ditranskripsikan, tahap selanjutnya
adalah mendengarkan ketiga nyanyian yang akan ditranskripsikan. Kemudian
penulis mencari nada-nada apa saja yang terkandung di dalam nyanyian tersebut
dan menentukan nada dasar dengan menggunakan keyboard. Setelah mendapatkan
nada apa saja yang ada dalam nyanyian, penulis menuliskannya ke dalam garis
para nada yang menggunakan notasi Barat atau notasi balok. Penulis memakai
notasi Barat karena notasi tersebut paling umum digunakan dan dikenal dalam
informasi sebuah musik.
5.2 Simbol dalam Notasi
Dalam transkripsi ketiga lagu yang menggunakan notasi Barat, ada
beberapa simbol yang digunakan, yaitu:
1.
= Merupakan garis paranada yang memiliki lima buah garis
paranada dan empat buah spasi dengan tanda kunci G.
2.
= Merupakan birama 4/4 dalam kunci G.
64
3.
= Merupakan dua buah not 1/8 yang digabung menjadi satu
ketuk.
4.
= Merupakan empat buah not 1/16 yang di gabung menjadi
satu ketuk.
5.
= Merupakan sebuah not 1/8 dan tanda diam 1/8 digabung
menjadi satu ketuk.
6.
= Merupakan dua buah not 1/16 dan sebuah not 1/8
digabung menjadi satu ketuk.
7.
= Merupakan tanda mol (flat) yang berarti nada yang
diturunkan ½ dari nada sebelumnya.
8.
= Merupakan tanda kres (sharp) yang berarti nada yang
dinaikkan ½ dari nada sebelumnya.
9.
= Merupakan tanda pugar (natural) yang berfungi untuk
mengembalikan atau menaturalkan nada yang dinaikkan
atau diturunkan ½ dari nada sebelumnya.
Simbol-simbol di atas merupakan simbol-simbol yang terdapat dalam
lampiran partitur yang perlu diketahui agar pembaca memahami maknamaknanya.
Di bawah ini adalah hasil transkripsi dari pujian Jetshri Mahala Panjwa halaman
701-702, Kirtan Sri Guru Granth Sahib Ji halaman 1 dan juga melodi nyanyian
jemaat untuk mengiringi pemasangan bendera.
65
66
67
5.3 Analisis Musikal
Dalam menganalisis ketiga nyanyian tersebut, penulis berpedoman kepada
teori yang dikemukakan oleh William P. Malm yang dikenal dengan teori
weighted scale dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam mendeskripsikan
melodi, yaitu (1) tangga nada (scale), (2) nada dasar (pitch center), (3) wilayah
nada (range), (4) jumlah nada (frequency of note), (5) jumlah interval, (6) pola
kadensa (cadence patterns), (7) formula melodik (melody formula), dan (8) kontur
(contour) (Malm dalam terjemahan Takari 1993: 13).
5.3.1 Tangga Nada (Scale)
Dalam mendeskripsikan tangga nada, penulis akan mengurutkan nadanada yang terdapat dalam melodi ketiga nyanyian tersebut yang dimulai dari nada
terendah sampai nada yang tertinggi.
5.3.1.1 Tangga Nada Jetshri Mahala Panjwa Halaman 701-702
Penulis mengurutkan nada-nada yang terdapat dalam Jetshri Mahala
Panjwa halaman 701-702 dari nada terendah sampai nada tertinggi. Terdiri dari
empat nada dengan nada terendah Es dan nada tertinggi As.
5.3.1.2 Tangga Nada Kirtan Sri Guru Granth Sahib Ji Halaman 1
Penulis mengurutkan nada-nada yang terdapat dalam Kirtan Sri Guru
Granth Sahib Ji dari nada terendah sampai nada tertinggi. Terdiri dari empat nada
dengan nada terendah Cis dan nada tertinggi Fis.
68
5.3.1.3 Tangga Nada Nyanyian Jemaat
Penulis mengurutkan nada-nada yang terdapat dalam Nyanyian Jemaat
dari nada terendah sampai nada tertinggi. Terdiri dari empat nada dengan nada
terendah D dan nada tertinggi G.
5.3.2 Nada Dasar (Pitch Center)
Dalam menentukkan nada dasar ketiga nyanyian ini, penulis beracuan
pada hasil rekaman video maupun audio yang penulis dapatkan saat pelaksaan
upacara yang telah ditranskripsikan ke dalam notasi Barat. Maka hasil yang
didapatkan adalah: untuk Jetshri Mahala Panjwa halaman 701-702 nada dasarnya
F Mayor, Kirtan Sri Guru Granth Sahib Ji nada dasarnya Es Mayor dan nyanyian
jemaat nada dasarnya D Mayor.
5.3.3
Wilayah Nada (Range)
Wilayah nada adalah jarak antara nada yang terendah dengan nada yang
tertinggi.
5.3.3.1 Wilayah Nada Jetshri Mahala Panjwa Halaman 701-702
Wilayah nada Jetshri Mahala Panjwa halaman 701-702 yang diurutkan
dari nada terendah sampai tertinggi adalah:
69
5.3.3.2 Wilayah Nada Kirtan Sri Guru Granth Sahib Ji Halaman 1
Wilayah nada Kirtan Sri Guru Granth Sahib Ji halaman 1 yang diurutkan
dari nada terendah sampai tertinggi adalah:
5.3.3.3 Wilayah Nada Nyanyian Jemaat
Wilayah nada Nyanyian Jemaat yang dipakai untuk mengiringi
pemasangan bendera dan telah diurutkan dari nada terendah sampai tertinggi
adalah:
5.3.4
Jumlah Nada (Frequency of Note)
Jumlah nada adalah banyaknya nada yang dipakai dalam suatu musik atau
nyanyian .
5.3.4.1 Jumlah Nada Jetshri Mahala Panjwa Halaman 701-702
Banyaknya jumlah nada yang terdapat dalam Jetshri Mahala Panjwa
halaman 701-702 dapat dilihat dari garis paranada di bawah ini:
70
Dari gambaran di atas terlihat bahwa jumlah nada terbanyak adalah nada F
dengan jumlah 93 buah nada, dan jumlah nada yang paling sedikit adalah nada As
dengan jumlah 12 buah nada.
5.3.4.2 Jumlah Nada Kirtan Sri Guru Granth Sahib Ji Halaman 1
Banyaknya jumlah nada yang terdapat dalam Kirtan Sri Guru Granth
Sahib Ji halaman 1 dapat dilihat dari garis paranada di bawah ini:
Dari gambaran di atas terlihat bahwa jumlah nada terbanyak adalah nada
Es dengan jumlah 72 buah nada, dan jumlah nada yang paling sedikit adalah nada
Fis dengan jumlah 2 buah nada.
5.3.4.3 Jumlah Nada Nyanyian Jemaat
Banyaknya jumlah nada yang terdapat dalam Nyanyian Jemaat dapat
dilihat dari garis paranada di bawah ini:
71
Dari gambaran garis paranada di atas terlihat bahwa jumlah nada
terbanyak adalah nada Fis dengan jumlah 16 buah nada, dan nada yang jumlahnya
paling sedikit adalah nada G dengan jumlah nada sebanyak 6 buah nada.
5.3.5 Jumlah Interval
5.3.5.1 Jumlah Interval Jetshri Mahala Panjwa Halaman 701-702
Interval adalah jarak antara satu nada dengan nada yang lain yang terdiri
dari interval naik maupun turun. Berikut adalah interval dari Jetshri Mahala
Panjwa halaman 701-702:
Interval
1P
1dim
2M
2Aug
3m
Posisi
↑
↓
↑
↓
↑
↓
↑
↓
Jumlah
56
19
21
17
18
12
7
1
2
Total
56
40
35
19
3
Dari tabel di atas dapat diketahui interval yang paling sering muncul
adalah interval Prime Murni (1P), yang muncul sebanyak 56 kali, diikuti dengan
interval 1dim sebanyak 40 kali baik yang naik maupun turun. Interval yang jarang
digunakan adalah interval 3m dengan jumlah penggunaan sebanyak 3 kali.
Dari analisis interval Jetshri Mahala Panjwa halaman 701-702 ini dapat
dilihat
bahwa
penggunaan
interval
berangsur-angsur
semakin
sedikit
pemakaiannya mulai dari interval yang berjarak terkecil ke interval yang berjarak
terbesar.
72
5.3.5.2 Jumlah Interval Kirtan Sri Guru Granth Sahib Ji Halaman 1
Interval pada Kirtan Sri Guru Granth Sahib Ji ini dapat dilihat dari tabel
di bawah ini:
Interval
1P
1dim
2M
2m
3m
Posisi
↑
↓
↑
↓
↑
↓
↑
↓
Jumlah
49
11
13
13
14
1
1
3
1
Total
49
24
27
2
4
Dari hasil tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa interval yang paling
sering muncul adalah interval 1P sebanyak 49 kali, selanjutnya diikuti dengan
interval 2M dengan jumlah pemakaian sebanyak 27 kali. Dan interval yang jarang
muncul atau dipakai dalam kirtan ini adalah interval 2m dengan jumlah 2 kali
pemakaian.
73
5.3.5.3 Jumlah Interval Nyanyian Jemaat
Untuk mengetahui interval apa saja yang terdapat dalam nyanyian jemaat
ini, dapat dilihat dari tabel di bawah ini:
Interval
1P
2dim
2M
3m
Posisi
↑
↓
↑
↓
↑
↓
Jumlah
22
1
8
7
1
-
Total
22
1
15
1
Dengan melihat tabel di atas, maka dapat disimpulkan interval yang sering
muncul adalah interval 1P dengan jumlah sebanyak 22 kali. Interval kedua yang
sering muncul adalah interval 2M dengan jumlah 15 kali pemakaian. Sedangkan
yang jarang muncul adalah interval 2dim dan 3m dengan masing-masing
pemakaian sebanyak 1 kali saja.
5.3.6 Pola Kadensa (Cadence Patterns)
Kadensa adalah nada akhir dari satu bagian musik atau lagu. Pola kadensa
yang dijabarkan penulis dalam tulisan ini adalah 4 nada terakhir dari tiap bentuk.
5.3.6.1 Pola Kadensa Jetshri Mahala Panjwa Halaman 701-702
A=
B=
B’=
C=
74
C’=
D=
E=
E’=
5.3.6.2 Pola Kadensa Kirtan Sri Guru Granth Sahib Ji Halaman 1
A=
B=
C=
C’=
D=
E=
E’=
5.3.6.3 Pola Kadensa Nyanyian Jemaat
A=
B=
B’=
C=
5.3.7 Formula Melodik (Melody Formula)
Formula melodik yang akan dibahas tulisan ini meliputi bentuk, frasa dan
motif. Bentuk adalah gabungan dari beberapa frasa yang terjalin menjadi satu pola
75
melodi. Frasa adalah bagian-bagian kecil dari melodi. Dan motif adalah ide
melodi sebagai dasar pembentukkan melodi.
William P. Malm mengemukakan bahwa ada beberapa istilah dalam
menganalisis bentuk, yaitu:
1. Repetitive yaitu bentuk nyanyian yang diulang-ulang.
2. Ireratif yaitu bentuk nyanyian yang memakai formula melodi yang kecil
dengan kecenderungan pengulangan-pengulangan di dalam keseluruhan
nyanyian.
3. Stropic yaitu bentuk nyanyian yang diulang tetapi menggunakan teks
nyanyian yang baru atau berbeda.
4. Reverting yaitu bentuk yang apabila dalam nyanyian terjadi pengulangan
pada frasa pertama setelah terjadi penyimpangan-penyimpangan melodi.
5. Progresive
yaitu
bentuk
nyanyian
yang
terus
berubah
dengan
menggunakan materi melodi yang selalu baru.
Melihat kepada apa yang dikemukakan Malm mengenai bentuk nyanyian,
maka penulis mengambil kesimpulan bahwa ketiga nyanyian yang dibahas dalam
tulisan ini memiliki bentuk stropic pada nyanyian Jetshri Mahala Panjwa
halaman 701-702 dan Kirtan Sri Guru Granth Sahib Ji halaman 1. Dan pada
nyanyian jemaat yang mengiringi pemasangan bendera adalah repetitive.
Nyanyian Jetshri Mahala Panjwa halaman 701-702 dan Kirtan Sri Guru
Granth Sahib Ji halaman 1 dalam tulisan ini bersifat free meter sehingga
biramanya tidak dapat ditentukan. Untuk
itu penulis berpedoman dengan
pendapat Nettle yang mengungkapkan: dalam menentukan bentuk dari suatu
76
komposisi yang harus diperhatikan adalah pengulangan frasa, tanda diam, pola
ritem, transposisi dan kesatuan teks yang terdapat dalam musik vokal (Nettle
dalam Irawan Zulhidayat 1997: 76).
5.3.7.1 Analisis Bentuk, Frasa dan Motif pada Jetshri Mahala Panjwa
Halaman 701-702
Secara garis besar, bentuk frasa dan motif yang terdapat dalam Jetshri
Mahala Panjwa halaman 701-702 adalah sebagai berikut:
1. Bentuk pada Jetshri Mahala Panjwa halaman 701-702 memiliki 5 bentuk
yang terdiri dari bentuk A, B, C, D dan E. Bentuk B mengalami satu kali
pengembangan
yaitu
B’,
bentuk
C
juga
mengalami
satu
kali
pengembangan menjadi C’ dan bentuk E mengalami satu kali
pengembangan menjadi E’. Jadi secara keseluruhan menjadi 8 bentuk,
yaitu: A, B, B’, C, C’, D, E, dan E’.
2. Frasa pada Jetshri Mahala Panjwa halaman 701-702
3.
5.3.7.2 Analisis Bentuk, Frasa dan Motif pada Kirtan Sri Guru Granth Sahib
Ji Halaman 1
1. Bentuk pada Kirtan Sri Guru Granth Sahib Ji halaman 1 memiliki 5 bentuk
yang terdiri dari bentuk A, B, C, D, dan E. Bentuk C mengalami satu kali
pengembangan menjadi C’, dan bentuk E juga mengalami pengembangan
menjadi E’. Jadi secara keseluruhan menjadi 7 bentuk, yaitu: A, B, C, C’,
D, E dan E’.
2. Frasa pada Kirtan Sri Guru Granth Sahib Ji halaman 1
77
3.
5.3.7.3 Analisis Bentuk, Frasa dan Motif pada Nyanyian Jemaat
1. Bentuk pada Nyanyian Jemaat untuk mengiringi pemasangan bendera
memiliki 3 bentuk yang terdiri dari bentuk A, B dan C. Dalam nyanyian
jemaat ini, hanya bentuk B yang mengalami pengembangan sebanyak satu
kali menjadi B’. Sehingga secara keseluruhan jumlahnya menjadi 4
bentuk, yaitu: A, B, B’ dan C.
2. Frasa dalam nyanyian jemaat ini adalah
3. Motif
5.3.8 Kontur (Contour)
Kontur adalah garis melodi dalam sebuah lagu. Malm (dalam Irawan
1997: 85) membedakan beberapa jenis kontur, yaitu:
1. Ascending yaitu garis melodi yang bergerak dengan bentuk naik dari nada
yang lebih rendah ke nada yang lebih tinggi.
2. Descending yaitu garis melodi yang bergerak dengan bentuk turun dari
nada yang lebih tinggi ke nada yang lebih rendah.
3. Pendulous yaitu garis melodi yang bentuk gerakannya melengkung dari
nada yang lebih tinggi ke nada yang lebih rendah, kemudian kembali lagi
ke nada yang lebih tinggi atau sebaliknya.
4. Conjuct yaitu garis melodi yang sifatnya bergerak melangkah dari satu
nada ke nada yang lain baik naik maupun turun.
78
5. Terraced yaitu garis melodi yang bergerak berjenjang baik dari nada yang
lebih tinggi ke nada yang lebih rendah atau dimulai dari nada yang lebih
rendah ke nada yang lebih tinggi.
6. Disjuct yaitu garis melodi yang bergerak melompat dari satu nada ke nada
yang lainnya, dan biasanya intervalnya di atas sekonde baik mayor
maupun minor.
7. Statis yaitu garis melodi yang bentuknya tetap yang jaraknya mempunyai
batas-batasan.
Garis kantur yang terdapat pada ketiga nyanyian dalam tulisan ini pada
umumnya adalah conjuct dan juga statis.
5.3.8.1 Kontur Jetshri Mahala Panjwa Halaman 701-702
Mengacu pada jenis-jenis kontur yang sudah dijelaskan diatar, maka
penulis berpendapat bahwa kontur Jetshri Mahala Pajwa halaman 701-702 adalah
conjuct. Untuk lebih jelas dapat dilihat dari gambar di bawah ini:
Garis kantur bentuk A
Garis kantur bentuk B
5.3.8.2 Kontur Kirtan Sri Guru Granth Sahib Ji Halaman 1
Garis kantur bentuk A
Garis kantur bentuk B
79
5.3.8.3 Kontur Nyanyian Jemaat
Garis kantur bentuk A
5.4
Garis kantur bentuk B
Analisis Tekstual
5.4.4 Terjemahan Teks Jetshri Mahala Panjwa Halaman 701-702
ਜੈਤਸਰੀ ਮਹਲਾ ੫
Hanya dengan seseorang yang dapat menyatukan aku dengan Tuhan.
ਕੋਈ ਜਨੁ ਹਿਰ ਿਸਉ ਦੇਵੈ ਜੋਿਰ
Aku akan memegang kakinya dan dari mulutku akan keluar kata-kata yang manis,
dan aku akan membuat nafas kehidupanku diterimanya.
ਚਰਨ ਗਹਉ ਬਕਉ ਸੁਭ ਰਸਨਾ ਦੀਜਿਹ ਪਾਨ ਅਕੋਿਰ
Aku akan membuat tubuh dan pikiranku menjadi murni seperti taman kecil. dan
mengairinya dengan keindahan dan keagunganNya.
ਮਨੁ ਤਨੁ ਿਨਰਮਲ ਕਰਤ ਿਕਆਰੋ ਹਿਰ ਿਸੰ ਚੈ ਸੁਧਾ ਸੰ ਜੋਿਰ
Aku mau berikan hidupku kepada Tuhan sesuai dengan apa yang Ia mau dan
menjauhkan dari segala kejahatan.
ਇਆ ਰਸ ਮਿਹ ਮਗਨੁ ਹੋਤ ਿਕਰਪਾ ਤੇ ਮਹਾ ਿਬਿਖਆ ਤੇ ਤੋਿਰ
Ya Tuhan aku benar-benar datang kepadaMu dan tidak akan bermain-main lagi.
ਆਇਓ ਸਰਿਣ ਦੀਨ ਦੁਖ ਭੰ ਜਨ ਿਚਤਵਉ ਤੁਮਹਰੀ ਓਿਰ
Ya Tuhan, beribadah kepadaMu memberikan martabat bagiku. Jadi berikanlah
selalu kepadaku supaya aku bebas dari kejahatan atau dosa-dosa.
80
5.4.4.1 Makna Teks Jetshri MahalaPanjwa Halaman 701-702
Jetshri Mahala Panjwa ini merupakan salah satu bagian Sri Guru Granth
Sahib Ji yang dipilih untuk dibawakan dalam pembukaan upacara yang sesuai
dengan isinya. Jetshri Mahala Panjwa diambil dari halaman 701-702 pada Sri
Guru Granth Sahib Ji.
Menurut Bhai Dalip Singh, makna teks Jetshri Mahala Panjwa ini dapat
dipergunakan sebagai puji-pujian atau doa untuk memulai suatu upacara. Atau
dengan kata lain dapat dipergunakan sebagai pembukaan upacara-upacara yang
dilaksanakan agama Sikh.
5.4.5 Terjemahan Teks Kirtan Sri Guru Granth Sahib Ji Halaman 1
ੴ (Ik Ongkar)
Tuhan adalah satu.
ਸਿਤ ਨਾਮੁ (Sat Nam)
Nama Tuhan benar dan suci.
ਕਰਤਾ ਪੁਰਖੁ (Karta Purakh)
Pencipta dunia.
ਿਨਰਭਉ (Nirbhao)
Tuhan tidak takut dengan siapa-siapa.
ਿਨਰਵੈਰੁ (Nirwaer)
Tuhan tidak mempunyai musuh.
ਅਕਾਲ ਮੂਰਿਤ (Akal Murat)
Dia adalah gambaran yang tidak bisa mati.
ਅਜੂਨੀ (Ajuni)
Dia tidak menjelma.
81
ਸੈਭੰ (Se Bhang)
Dia ada di mana-mana.
ਗੁਰ ਪਸਾਿਦ (Gur Pasaad)
Dengan rahmat Guru.
ਆਿਦ ਸਚੁ ਜੁਗਾਿਦ ਸਚੁ (Aad sach jugad sach)
Tuhan benar adanya sejak permulaan, Dia benar di seluruh zaman.
ਹੈ ਭੀ ਸਚੁ ਨਾਨਕ ਹੋਸੀ ਭੀ ਸਚੁ (He Bhi Sach Nanak Ho Si Bi Sach)
Dia benar pada saat ini, O Nanak sampai selamanya.
5.4.5.1 Makna Teks Kirtan Sri Guru Granth Sahib Ji Halaman 1
Sampel teks Kirtan Sri Guru Granth Sahib Ji ini disebut juga dengan Mool
Mantar. Mool mantar adalah komposisi yang paling penting yang terkandung
dalam Sri Guru Granth Sahib Ji yang merupakan dasar agama Sikh. Kata “mool”
berarti “utama”, “akar” atau “kepala” dan “mantar” berarti “mantra ajaib” atau
“bagian ajaib”. Kedua kata “mool mantar” berarti “mantra utama” atau “ayat
akar”. Mool mantar adalah komposisi yang paling singkat meliputi seluruh teologi
universal dari iman Sikh. Mool mantar meliputi agama, sosial, politik, logis,
perang dan pengertian abadi bagi keberadaan manusia. Konsep yang benar-benar
kemanusiaan dan kekuasaan global tertinggi untuk semua dalam memahami dan
menghargai.
82
83