Buletin Pelaut - ITF Seafarers
Transcription
Buletin Pelaut - ITF Seafarers
Buletin Pelaut Federasi Buruh Transport Internasional no. 23/2009 Ind on es ia Apapengaruhkrisis dalamindustri pelayaranbagi pelaut? Patrice Terraz Menolongandauntuktetapsurvivedilaut KampanyeITFmelawankapal-kapalFOC Aktivitas ITF dalam industri maritime dipelopori dengan kampanye yang dilaksanakan oleh Serikat-Serikat Buruh Pelaut dan Buruh B/M diseluruh dunia melawan pengalihan kapal-kapal kedalam Bendera Kemudahan (FOC) yang oleh pemilik kapal dilakukan untuk menghindari peraturan-peraturan nasional, ketentuan ketenagakerjaan dan pengawasan serikat-serikat buruh. Kampanye tersebut mempunyai dua sisi kepentingan, yaitu : secara politis, ITF berjuang bersama pemerintah berbagai Negara dan lembaga-lembaga internasional untuk memastikan adanya “hubungan langsung”antara pemilik kapal dan bendera/kebangsaan suatu kapal; dari sisi industrial, serikat-serikat buruh afiliasi ITF berupaya untuk diterapkannya ketentuan upah minimum dan standar sosial yang layak disemua kapal-kapal FOC. Hal itu berarti bahwa serikat-serikat buruh yang ada dinegara-negara dimana pemilik kapal yang sesungguhnya berada harus membuat persetujuan menyangkut kondisi pengerjaan yang minimal sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh Komite Kebijakan ITF – suatu lembaga kerjasama antara pelaut dan buruh B/M yang mensupervisi kampanye-kampanye industrial. Dalam beberapa tahun ini, ITF telah mengupayakan negosiasi suatu perjanjian kolektif www.itfseafarers.org internasional dengan para pemilik kapal, baik dalam kelompok diskusi terbatas maupun besar yang dilaksanakan dalam Forum Perundingan Internasional (International Bargaining Forum/IBF), guna membuat suatu standar yang tidak hanya berimbang tetapi juga fleksibel. Para pelaut yang bekerja dikapal-kapal FOC selalu ditekan dan diinstruksikan untuk tidak berhubungan dengan ITF. Demikian juga halnya mereka menandatangani kontrak yang tidak dipahami isinya. Bahkan ada juga beberapa pengusaha kapal yang sebelumnya telah menandatangani perjanjian ITF kemudian melakukan penipuan dan membayar awak kapalnya dengan upah yang lebih rendah – praktek ini dikenal dengan nama pembukuan ganda (double bookkeeping). Para pelaut dikapal-kapal FOC yang menghadapi masalah pengupahan, kondisi kerja atau berbagai keluhan lainnya menyangkut perlakuan-perlakuan yang mereka alami dapat langsung menghubungi ITF (lihat alamat dan nomor telepon kami di halaman 21) atau anda dapat menghubungi salah satu inspektur kami dipelabuhan manapun diseluruh dunia (lihat peta dan rincian alamatnya dihalaman tengah). Buletin Pelaut ITF Dipublikasi dibulan Maret 2008 oleh ITF, 49/60 Borough Road, London SE1 1DR, United Kingdom Telepon: +44 (0) 20 7403 2733 Fax: +44(0) 20 7357 7871 Email: [email protected] Website: www.itfglobal.org Buletin Pelaut ini dipublikasikan dalam bahasa Inggris, Arab, Cina, Jerman, Indonesia, Jepang, Polandia, Rusia, Spanyol, Tagalog dan Turki. Anda bisa memperolehnya dengan menghubungi kantor ITF sesuai alamat diatas. Q Q Q Q Q Q no. 23/2009 4-13 Kilas Berita Bagaimana ITF menolong para pelaut 14-16 Krisis Ekonomi Apa dampak krisis global bagi pelaut 17-19 Akses yang sulit Bagaimana pengaruh ISPS Code terhadap kebebasan pelaut dalam lima tahun terakhir? 20 Para aktivis di India Proyek baru di Asia yang mendidik para pelaut untuk memeriksa kapal 21-24 Para Inspektur ITF 4 halaman panduan untuk menghubungi Inspektur ITF diseluruh dunia 25 Bendera Kemudahan Daftar terbaru 26 Fakta dan data Data armada dunia 27-29 Pembunuhan di Laut Laporan khusus tentang para pelaut perikanan Birma dan tindakan-tindakan pelanggaran hak azasi manusia yang mereka alami 30 Gunakan ini Apakah anda membutuhkan bantuan? Isilah lembaran ini dan fax ke ITF agar kami dapat mengetahuinya 31 Saran-saran seputar kontrak Bacalah ini sebelum anda menandatangani kontrak 32-33 Hebei Spirit Cerita dibalik tuduhan kriminal terhadap dua orang pelaut India 34-35 Bersatu kita teguh Sejarah kerjasama antara buruh B/M dan pelaut 36-37 Sambutan hangat Proyek-proyek baru yang dibiayai ITF Seafarers’Trust untuk membantu pelaut : tengok beberapa diantaranya 38-39 Sirius Star Kisah dari seorang awak yang kapalnya dibajak 40-41 ITF seafarers website Tujuh alasan untuk mengakses Foto Kover : Reuters/STR New 42 Kuis Seberapa tahukan anda tentang ITF? Ujilah pengetahuan anda Federasi Buruh Transport Internasional Pembayaran Gaji dan biaya pemulangan krew Rusia Federasi Buruh Internasional (ITF) adalah suatu federasi internasional dari serikatserikat buruh transport, yang mewakili 4,5 juta buruh sektor transportasi yang ada di 148 negara didunia. ITF didirikan tahun 1896 dan mengorganisir para buruh dari delapan seksi industri transportasi, yaitu : pelaut, kereta api, angkutan jalan raya, penerbangan sipil, buruh pelabuhan, pelayaran pedalaman, perikanan dan pariwisata. ITF juga mewakili buruh transport ditingkat dunia dan mempromosikan kepentingan-kepentingan mereka melalui kampanye global dan aksi solidaritas. ITF juga adalah salah satu dari 10 Federasi Buruh Global yang tergabung dalam Konfederasi Serikat Buruh Internasional (ITUC) dan yag merupakan bagian dari kelompok serikat buruh global. Seorang awak yang ditelantarkan di pelabuhan Liverpool Inggris telah memenangkan perjuangan dalam mendapatkan tunggakan gaji yang belum dibayarkan dan biaya pemulangan. 14 pelaut Rusia yang bekerja di atas kapal Stalingrad, yang dimiliki oleh perusahaan Rusia SakhalinMor Trans, telah berhutang empat bulan gaji, sekira 85.000 euro (US $ 113.000). Kapal telah ditangkap karena tidak membayar tagihan-tagihan. Dan Bunkering, perusahaan kreditor utama, membuat pengajuan untuk penjualan kapal, dan berjanji akan membayar sejumlah . 50.000 di awal sebagai pembayaran untuk menutup biaya pemulangan dan bagian dari gaji pekerja yang belum dibayarkan, dengan sisanya akan dibayar dalam waktu 14 hari sejak dikeluarkannya putusan pengadilan terkait jumlah yang harus dibayar. Inspektur ITF Tommy Molloy berkomentar "Ini adalah hasil yang baik untuk para awak, dan pengacara yang mewakili mereka pantas mendapat pujian untuk pekerjaan ini." Dia menambahkan: "Kelompok-kelompok setempat telah membantu mengumpulkan uang untuk makanan dan kebutuhan lainnya bagi para awak, mereka telah ditelantarkan tanpa bekal hidup sama sekali." Q Kasus Kokkola ditutup dengan kemenangan krew Para pelaut telah mendapatkan kenaikan gaji hampir US $ 1.000.000 setelah aksi bersama buruh yang dimulai selama minggu aksi Laut Baltik. Selama minggu aksi tersebut, satu tim inspeksi Finlandia berkunjung ke Idefix Bulker yang berbendera Hong Kong di Kokkola dan menemukan bahwa 24 awak kapalnya tidak memiliki perjanjian kerja bersama (PKB) jenis apapun. Manajemen kapal yang jelas dimiliki atau dioperasikan orang Denmark telah didelegasikan kepada Cosco Wallem di Hong Kong. The Finnish Seaman's Union (FSU) merespon dengan meminta perusahaan untuk menandatangani PKB standar ITF bagi para awak kapal dan membayar gaji sesuai dengan perjanjian tersebut. Cosco Wallem mengakui belum ada PKB tetapi mereka berkata mereka akan menandatangani PKB dengan serikat pekerja Hong Kong. FSU, setelah berkonsultasi dengan serikat pekerja di Hong Kong, menanggapi pernyataan tersebut dengan mengatakan bahwa hal tersebut tidak dapat diterima. Untungnya, ada waktu untuk negosiasi karena kegiatan bongkar kapal telah diperlambat oleh hujan deras dan muatan kayu gelondongan baru tiba, tetapi setelah dua minggu pembicaraan hasilnya masih www.itfseafarers.org Kilas berita belum memuaskan. FSU memutuskan tidak memiliki pilihan lain kecuali memboikot kapal. Serikat buruh B/M setempat, yang merupakan anggota dari Finlandia Transport Workers' Union (Serikat Pekerja Transportasi Finlandia) AKT, menunjukkan dukungan mereka dengan menghentikan kegiatan muat kapal. Boikot tersebut memiliki efek langsung dan pemilik sepakat untuk melindungi kapal tersebut dengan PKB standar ITF dan membayar gaji para pekerja yang tertunggak sebesar US $ 99.289. Perjanjian tersebut ditandatangani pada tanggal 23 Oktober 2008 dan FSU, dengan dukungan dari rekan B/M, mengakhiri boikot pada siang hari di hari yang sama, sementara masih ada waktu untuk kegiatan muat kapal. Uang iuran tiba pada tanggal 27 Oktober dan tunggakan gaji dibayarkan kepada para awak di hadapan Inspektur ITF Jan Orn, bersama dengan rekannya Simo Nurmi, yang telah mendampingi selama kasus tersebut berlangsung. Kesepakatan Gaji untuk Para Pelaut Estonia Sekira 2000 pelaut Estonia mendapatkan keuntungan dari kesepakatan upah tiga tahun setelah negosiasi panjang antara Serikat Pekerja (SP) mereka dan perusahaan feri multinasional pengusaha. Estonian Seaman’s Independent Union (ESIU) yang berafiliasi dengan ITF, mewakili pelaut yang bekerja di atas kapal Tallink Grup, mencapai kesepakatan saat negosiasi yang dimulai pada bulan Januari 2008. Kesepakatan tersebut memberikan 2000 pelaut kenaikan upah 25 persen September lalu, yang akan diikuti oleh sembilan persen pada tahun 2009 dan enam persen pada 2010. Pekerja dengan masa kerja lebih dari empat dan sembilan tahun juga akan menerima bonus senioritas masing-masing 5 atau 10 persen mulai 1 April 2009. Penyelesaian terjadi setelah peringatan akan adanya aksi mogok selama 1 jam pada tanggal 4 Agustus ketika lima feri dihentikan di ibukota Estonia, Tallinn, serta di pelabuhan-pelabuhan di Helsinki, Finlandia, dan Stockholm, Swedia, dimana SP-SP Finlandia dan Swedia juga mengadakan aksi solidaritas. "Kami dapat menerima keinginan perusahaan untuk mengamankan pekerjaan dan membayar gaji selama tiga tahun ke depan," kata Kaia Vask, ketua ESIU. "Kenaikan ini akan memotivasi karyawan dan membantu meningkatkan kualitas layanan di feri. Sistem bonus senioritas juga merupakan pengakuan atas input ketrampilan (skill) dan pengalaman pekerja. Manajemen perusahaan juga telah berjanji akan mencarikan solusi untuk masalah lain ➡ www.itfseafarers.org Dengan bantuan ITF, awak kapal memenangkan pembayaran US$100,000. Pemogokan di Venedikt menghasilkan pembayaran Para pelaut Ukraina akhirnya mendapatkan tuntutan gaji yang tertunggak setelah mogok sesuai anjuran ITF. Muzaffer Civelek, Inspektur ITF di Turki, menjelaskan apa yang terjadi. agar dapat naik ke atas kapal, sehingga kami pergi bersama-sama dan memberikan uang US $ 50.000 – kepada Nakhoda. Dia meletakkan uang di tempat yang aman, disaksikan oleh para awak kapal. ●3 Juni 2008: Mualim-I dari kapal niaga Venedikt menghubungi ITF, saat kapal sedang melintasi Selat Dardanelles, dalam perjalanan ke Rusia. Mualim-I tersebut mengatakan kepada ITF tentang adanya 13 awak asal Ukraina di kapal, dengan empat bulan gaji yang belum dibayarkan, berjumlah total US $ 100,000. Mereka meminta bantuan dari ITF. Kami terus melakukan kontak hingga kapal tiba di Istanbul, saya sarankan agar awak tersebut melewati Bosphorus, dan menunggu labuh jangkar. ●12 Juni: Nakhoda menelpon saya dan memberitahukan bahwa manajer telah menekan dia agar segera berlayar ke Rusia, dan mengatakan jika sisa uang akan dibayar di sana. Saya kemudian menelpon pencharter kapal, mereka berkata pada saya bahwa mereka telah menghentikan kesepakatan mereka dengan manajer tersebut. Pencharter menawarkan rencana pembayaran kepada awak kapal. Jika awak membawa kapal ke Rusia, pencharter akan membayar gaji mereka secara tunai di atas kapal di pelabuhan. Kami membahas masalah tersebut dan membuat keputusan untuk menawarkan alternatif. Semua awak kapal menuntut agar gaji mereka yang tertunggak dibayarkan secara tunai di Istanbul, dan jika perusahaan memberikan surat jaminan atas gaji mereka berikutnya, mereka akan berlayar ke Rusia. Perusahaan tidak membalas. Jadi, saya memberikan peringatan kepada mereka bahwa kami telah siap untuk mengajukan permohonan ke pengadilan agar dilakukan penangkapan terhadap kapal. Proses pengadilan akan menghabiskan waktu berbulan-bulan. ●7 Juni: Kapal tiba di Istanbul, dan awak kapal melabuhkan kapalnya. Manajer menekan para awak untuk berlayar, tapi mereka menolak sampai saya kunjungi. ●10 June: Setelah tiga hari penuh badai, saya mengunjungi kapal tersebut dengan seorang pengacara, dan bertemu dengan tim di atas kapal. Konsulat Ukraina datang untuk memberikan bantuan bahasa. Saya menjelaskan beberapa kemungkinan solusi untuk keadaan tersebut. Setelah berbagai pertimbangan, awak memutuskan untuk tetap melakukan mogok. Seorang pengacara setempat mengumpulkan dokumen hukum yang berlaku yang dapat membuat pengadilan Turki menangkap kapal karena gaji yang belum dibayarkan. ●11 Juni: Agen kapal menawarkan uang kepada para krew agar mau berlayar, tetapi mereka menolak untuk membiarkan dia masuk. Agen tersebut meminta saya untuk membantu dia ●14 Juni: Seorang agen baru kapal menelpon saya. Dia mengatakan mereka siap untuk membayar gaji yang belum dibayar; sejumlah US $ 98.478. Nakhoda dan awak juga akan menerima surat jaminan dari pemilik. Para awak kapal sepakat untuk berlayar ke Rusia. Tiga hari kemudian, beberapa awak menelpon saya dan mengatakan bahwa mereka telah menerima sisa dari uang mereka yang dibayar tunai di Rusia di atas kapal. Buletin Pelaut ITF 2009 5 Kilas berita “ Serikat-serikat pekerja tersebut melakukan demonstrasi dan gerak jalan damai untuk melobi pemerintah dan membrifing media tentang kasus para pelaut tersebut. Mereka akhirnya dibebaskan pada akhir November 2008, setelah ditahan selama dua bulan.” ➡ Pelaut Estonia sedang mogok yang diangkat ESIU di meja perundingan. Ini merupakan kemenangan bagi kita semua”. Stephen Cotton, Koordinator Maritim ITF, menambahkan: "Kedua belah pihak dapat saling mengucapkan selamat pada diri sendiri karena telah berhasil mencapai sebuah hasil positif, dan kita juga senang melihat bahwa ESIU tidak hanya memberikan keuntungan bagi anggotanya, tetapi juga meningkatkan secara signifikan jumlah keanggotaan mereka selama negosiasi ". Krew dari kapal yang dibajak dibebaskan Afiliasi ITF membantu melobi untuk membebaskan 22 pelaut di atas kapal yang dibajak oleh para perompak Somalia tahun lalu. Nasional Seafarers Union of India (NUSI) yang berafiliasi ke ITF dan Maritime Union of India (MUI) melakukan lobi bersama-sama untuk membebaskan para pelaut yang ada di atas kapal Stolt Valor; 18 dari awak adalah orang India. Serikat-serikat pekerja tersebut melakukan demonstrasi dan gerak jalan damai untuk melobi pemerintah dan Pelajaran untuk Pelaut membrifing media tentang kasus para pelaut tersebut. Mereka akhirya dibebaskan pada akhir November 2008, setelah ditahan selama dua bulan. Lima awak kapal berkumpul kembali dengan keluarga mereka di Mumbai, sisa awak India lainnya tidak lama kemudian juga tiba di Delhi. Awak yang berasal dari negaranegara lain di Asia Tenggara juga sudah kembali ke kampung halaman mereka. Abdulgani Serang, Sekretaris Jenderal NUSI, berkata: "Kami sangat bersyukur bahwa para pelaut semuanya telah dibebaskan. Usaha-usaha yang telah dilakukan oleh persaudaraan pelayaran India secara keseluruhan, yang bergabung bersama dalam menunjukkan solidaritas kepada para pelaut, patut mendapatkan pujian”. Awak Filipina Menerima Gaji Awak Filipina dari kapal Silver Constellation menerima tunggakan gaji dan dipulangkan dari Cornwall, Inggris, setelah perjuangan panjang untuk mendapatkan upah yang belum dibayarkan tersebut. ITF membantu awak menyepakati penyelesaian pembayaran akhir yang dapat mereka terima pada 16 Februari 2009. Awak kapal telah melakukan aksi mogok selama dua bulan saat berada diperairan Skotlandia, tetapi kapal kemudian tidak dapat dijalankan ketika berada di Falmouth, Inggris, dengan ketentuan lebih rendah yang berlaku pada saat dilakukannya perundingan terkait tunggakan gaji serta pemulangan. Awak kapal kehabisan makanan pada saat berada di perairan Cornish, tetapi menerima pasokan darurat dari Misi Pelaut setempat. Norrie McVicar, Koordinator ITF untuk ➡ Meskipun ITF telah berhasil memenangkan tuntutan dari banyak pelaut, masih terdapat beberapa kasus di mana kami tidak dapat membantu. Misalnya, seorang janda pelaut Filipina yang menulis surat ke ITF untuk minta bantuan. Suaminya mempunyai kontrak sembilan bulan di suatu kapal. Empat bulan memasuki masa kontrak, pelaut tersebut merasa tidak sehat. Ia berkata kepada Mualim-Inya tentang kondisi kesehatannya dan bahkan meminta untuk memperpendek kontrak kerjanya. Tetapi permintaan tersebut tidak dihiraukan. Hal ini mungkin karena Mualim-I itu merasa bahwa pelaut tersebut tidak serius, atau apakah karena pelaut tersebut kurang ngotot meminta. Pelaut tersebut tidak pernah menerima pemeriksaan medis dan tidak menyelesaikan kontrak kerjanya. Pada hari setelah ia tiba di rumah, ia langsung periksa ke rumah sakit setempat. Dia didiagnosis menderita hyperthyroidism. Selama perawatan, dia juga terkena penyakit lain dan akhirnya meninggal dalam waktu dua bulan setelah turun dari kapal. Semua biaya perawatan medis dan biaya pemakaman dibayar oleh pelaut dan keluarganya. ITF melakukan pendekatan ke perusahaan dengan bantuan Serikat Pekerja afiliasi kita, meminta untuk pembayaran kompensasi sukarela bagi janda dan keluarga tersebut tetapi kami tidak mendapatkan apa-apa. Pelajaran untuk pelaut adalah bahwa, bila Anda merasa sangat sakit, Anda harus bersikeras untuk dapat periksa ke dokter. Buatlah permintaan resmi dan secara tertulis. Dalam demikian, akan memungkinkan untuk melakukan klaim terhadap kelalaian sebab sudah ada permintaan tertulis dari pelaut. Tanpa bukti tertulis, akan sangat sulit untuk membuktikan kelalaian perusahaan. Perusahaan dapat dengan mudah menyangkal bahwa pelaut belum pernah meminta perawatan medis atau pemulangan. 6 Buletin Pelaut ITF 2009 www.itfseafarers.org Akhirnya Pulang: Awak Kapal Derbent. Mengapa Anda harus selalu mencari informasi tentang kapal... Kisah tentang pentingnya pengecekan terhadap status suatu kapal sebelum Anda bekerja kapal tersebut, dipaparkan oleh Fusao Ohori, Inspektur ITF di Jepang. Pada 1 Januari 2008, sebuah kapal terdampar di sebuah sebuah pulau kecil di bagian utara Jepang, di mana badai salju sedang berlangsung, dengan suhu sekitar minus 20 derajat celcius. Para awak mencoba untuk menggerakkan kapal lagi tetapi tetap tidak bisa. Penjaga pantai Jepang (JCG) tidak menemukan adanya korban jiwa di kapal dan mengusulkan kepada awak untuk meninggalkan kapal. Tetapi para awak bersikeras untuk tetap di atas kapal dan mencoba untuk mengeluarkan kapal. Mereka hanya meminta makanan dan air dari penjaga pantai tersebut. Para awak akhirnya memutuskan untuk meninggalkan kapal pada tanggal 6 Februari, dan tiba di Wakkanai, Hokkaido. Saya bertemu dengan para awak tersebut, untuk membantu pemulangan mereka dan untuk menangani upah mereka yang tertunggak. Ketika saya bertemu dengan empat awak asal Ukraina dan 10 asal Rusia. Saya baru tahu kalau nama kapal tersebut adalah Derbent dan tidak berbendera: registernya dari Kamboja tetapi telah enam bulan habis masa berlakunya. Kapal tersebut masih melakukan pelayaran antara Korea dan Rusia, memuat ikan hidup dan kepiting. Menurut para awak Ukraina, gaji mereka yang tertunggak selama lebih dari 14 bulan berkisar US $ 65.000, dan rencananya dengan gaji tersebut mereka ingin langsung pulang dari Jepang. Para awak Rusia juga membenarkan kalau mereka belum mendapatkan bayaran selama beberapa bulan. Sementara mereka tinggal di fasilitas umum di Wakkanai, tim Inspektur ITF di Jepang menghubungi manning agent di Kiev, Ukraina, Kedutaan Ukraina dan Kedutaan Rusia di Tokyo, agen setempat, JCG, dan inspektur ITF di Ukraina dan Korea serta ITF London. Kami juga menemukan rincian informasi pemilik kapal yang dapat dihubungi, V and V, di Moskow dan operator kapal, Ttex Trading, di Korea dan meminta mereka untuk membayar tunggakan gaji serta pemulangan para awak. Namun, pemilik mengatakan bahwa perusahaan tersebut hampir bangkrut, sehingga tidak mungkin membayar biaya untuk mengeluarkan kapal, biaya agen setempat, biaya akomodasi untuk para awak serta tunggakan gaji mereka. Dia tidak menyebutkan dimana dia atau kapan ia bisa ke Jepang. Operator hanya menegaskan bahwa itu adalah tanggung jawab pemilik, bukan operator. JCG yang juga berusaha untuk mencari jalan untuk memulangkan para awak melalui pemerintah Jepang. Biayanya mencapai lebih dari US $ 200,000 termasuk biaya untuk “ Pemilik mengatakan bahwa perusahaan tersebut hampir bangkrut, sehingga tidak mungkin membayar biaya untuk mengeluarkan kapal, biaya agen setempat, biaya akomodasi untuk para awak serta tunggakan gaji mereka”. www.itfseafarers.org mengeluarkan bahan bakar minyak dari kapal. Pemerintah kota kecil tersebut telah mengeluarkan biaya sebesar itu dan tidak mau mengeluarkan biaya lagi. Sementara itu, saya menulis surat ke kedutaan besar Rusia dan Ukraina di Tokyo, untuk meminta mereka memaksa pemilik memulangkan para awak kembali ke negara asal mereka, membayar tunggakan gaji dan mengeluarkan kapal. Para awak Ukraina juga menulis surat petisi ke kedutaan. Usaha kami akhirnya membuahkan hasil: para awak Ukraina dipulangkan pada tanggal 14 Februari oleh pemerintah mereka dan awak Rusia dipulangkan pada 19 Februari dengan kapal patroli JCG. Saya mencoba untuk menghubungi pemilik namun tidak ada tanggapan. Derbent hanya ditinggal begitu saja disana: pemerintah setempat akhirnya harus mengeluarkan biaya untuk membersihkan tempat tempat tersebut dan memotong kapal. Kasus ini memperlihatkan pentingnya semua awak kapal untuk mendapatkan informasi tentang suatu kapal sebelum mereka berada di atasnya. Dengan mengakses Equasis atau website pelaut ITF, mereka dapat menemukan data tentang kapal, seperti tahun pembuatan, gross tonase, jenis kapal, nama dan alamat pemilik dan pengelola, catatan-catatan PSC, nomor ID awak dan kebangsaan serta apakah kapal tersebut telah dilindungi oleh perjanjian ITF atau belum. Dengan mengetikkan nama kapal atau nomor IMO, pelaut dapat mengetahui apakah kapal tersebut akan membahayakan atau memiliki kondisi kerja yang buruk. ●Lihat www.equasis.org or “Look Up a Ship”di www.itfseafarers.org Buletin Pelaut ITF 2009 7 Informasi online gratis tentang kapal Apakah anda ingin mengetahui lebih banyak tentang kapal tempat anda bekerja? l Apakah anda ingin mengetahui benarkah kapal anda dilindungi dengan perjanjian kolektif ITF? l Apakah anda ingin mengetahui secara jelas tentang data keselamatan kapal anda? l Jika ya maka anda dapat mengunjungi www.equasis.org untuk mendapatkan informasi online gratis tentang kapal. Di website ini anda bebas mencari informasi tentang kapal termasuk data pemiliknya dan pemeriksaan PSC terakhir. Website ini juga mencakup informasi tentang ITF, terutama menyangkut perjanjian-perjanjian kerja ITF yang masih berlaku dikapal, ringkasan data awak kapal dan tanggal maupun lokasi terakhir kapal diperiksa oleh ITF. Untuk mengakses informasi tersebut, anda harus mendaftar terlebih dahulu dan pendaftaran tersebut gratis serta mudah. Cara mendaftar l Ketik www.equasis.org l Pilih ‘ Registration’ pada bagian sebelah kiri menu l Jika anda setuju dengan aturan dan persyaratannya, pilih ‘ Accept’ yang ada pada bagian bawah halaman l Setelah format pendaftaran muncul, masukkan username dan password anda dan masukkan nama, alamat, email dan data lainnya. l Apabila proses ini sudah anda selesaikan, maka anda akan menerima konfirmasi pendaftaran yang lengkap, sesudah itu anda dapat menggunakan layanan untuk mencari data kapal. Bagaimana cara menggunakan layanan Anda dapat mencari nama, call sign atau nomor IMO suatu kapal. Apabila anda mencari data suatu kapal maka yang pertama kali muncul adalah : l Informasi kapal – nama, type, bendera, tahun pembangunan. l Manajemen – data-data pemilik kapal. l Biro Klasifikasi l Manajemen keselamatan. l Informasi tentang asuransi P&I. Anda dapat memilih pada tampilan menu sebelah atas: l Sertifikasi kapal. l Data Inspeksi dan pengawakan – inspeksi PSC, PSC tentang awak kapal, ILO, ITF dll. l Sejarah kapal – Bendera, sejarah kepemilikan dll. ➡ Inggris dan Irlandia, mendesak perusahaan untuk memperoleh apa yang menjadi hak para awak , dan penyelesaian akhir terkait sisa gaji sekitar US $ 204.000, yang tertunggak sejak Juli 2008, telah dibayarkan pada tanggal 16 Februari. Silver Constellation tetap di Falmouth untuk perbaikan dengan 21 awak baru berkebangsaan India. Sementara itu, afiliasi ITF di Hong Kong telah melakukan PKB, yang disetujui ITF, yang melindungi kapal tersebut. Pembajakan yang semakin tidak terkendali Hidup dan kehidupan para pelaut telah berada di bawah ancaman peningkatan pembajakan setahun terakhir ini. Setiap saat disurat kabar, hampir 200 insiden telah dilaporkan pada tahun 2008 ke Pusat Pelaporan Perompakan pada International Maritime Bureau (IMB). Ini merupakan sebuah peningkatan dramatis. Somalia, Nigeria dan Indonesia adalah merupakan tempat-tempat rawan perompakan internasional. Tindak perompakan yang dilaporkan terjadi pada 2008 meliputi 115 penguasaan kapal, 31 pembajakan kapal, dan 23 pembakaran kapal. Secara keseluruhan 581 awak kapal dijadikan sandera, termasuk sembilan tewas dan tujuh hilang, diduga telah mati. Direktur IMB, Capt Pottengal Mukundan, berkata: "Peningkatan frekuensi pembajakan dan tingkat kekerasan telah menimbulkan keprihatinan yang mendalam pada industri perkapalan dan semua pelaut. Jenis serangan, jumlah yang dijadikan sandera dan tebusan yang harus dibayar untuk membebaskan kapal, semuanya mengalami peningkatan yang besar”. Momok yang bernama perompakan telah membawa akibat-akibat yang serius bagi para pelaut. Selain resiko yang jelas seperti dijadikan tebusan, meningkatnya biaya bagi pemilik kapal juga dapat mempengaruhi situasi pekerjaan dan tingkat upah. Beberapa kapal telah mengambil rute lebih jauh, dengan biaya yang lebih besar, untuk menghindari daerah rawan perompakan. Premi asuransi meningkat. Beberapa biaya akan harus ditanggung oleh konsumen, tetapi pekerja juga mungkin berada dalam bahaya. Tahun lalu, ITF merundingkan kondisikondisi kerja bagi banyak pelaut, membuat para pelaut mendapatkan upah tambahan dan hak-haknya serta keluarga mereka akan menerima kompensasi apabila mereka meninggal pada saat melewati Teluk Aden, sebuah daerah rawan perompakan. Tetapi serangan-serangan tersebut seharusnya ditangkal sejak tahap dini, sehingga ITF meminta dilakukannya tindakan tegas dari ITF meluncurkan website versi beberapa bahasa Website ITF untuk pelaut akan diluncurkan dalam tiga bahasa. Alamat website tersebut, www.itfseafarers.org akan tersedia dalam bahasa Cina, Rusia dan Spanyol pada akhir 2009. Website pelaut tersebut diluncurkan sebagai "sumber multi informasi" bagi pelaut dimanapun, terlepas seberapa meleknya mereka dengan komputer atau seberapa bagus atau buruk perlengkapan yang mereka gunakan untuk mengaksesnya. Versi bahasa yang baru, akan memungkinkan para pelaut dari seluruh dunia untuk mendapatkan informasi dan berkomunikasi dengan ITF dan dengan pelaut lainnya dengan lebih mudah. Untuk informasi lebih lanjut terkait website pelaut ITF, lihat halaman 40. militer untuk menanggulangi masalah perompakan. ITF juga meminta pihak militer untuk menggunakan kapal-kapal induk guna melakukan serangan-serangan kepada para perompak, bukan sematamata mengambil pendekatan defensif. Pelaut memperoleh kompensasi cacat sebesar US $ 76.000 ITF telah membantu seorang pelaut sehingga mendapatkan kompensasi cacat yang cukup besar, terima kasih atas koordinasi yang baik antara Jepang dan Chili. Pada Januari 2008, Shoji Yamashita, Koordinator ITF di Jepang, menerima telepon darurat dari Juan Luis Villalon, Inspektur ITF di Valparaiso, Chili. Pelaut Nibaldo Leon terluka di kapal ikan Niitaka Maru yang berbendera Jepang pada bulan Juni 2007. Dokter menyampaikan bahwa dia harus kehilangan pekerjaan sebagai penangkap ikan, namun dia belum menerima apapun dari pemilik, Nissui Shipping. ITF di Jepang melakukan diskusi dengan departemen perikanan serikat pekerja pelaut Jepang dan mengambil keputusan untuk mendukung Leon. Yamashita menyediakan informasi lengkap untuk Leon melalui Villalon. Leon dan Nissui Shipping telah mengadakan pertemuan untuk merundingkan sebuah penyelesaian pada tanggal 28 Januari 2008 di Chili. Sayangnya ini tidak berhasil. Pengacara yang terlibat terus bernegosiasi, dan JSU juga tetap gigih bernegosiasi dengan Nissui Shipping. Mereka akhirnya mencapai kesepakatan pada tanggal 20 Agustus 2008 untuk memulai ➡ www.itfseafarers.org Kilas berita ITF Inspekur di New Zealand, Grahame McLaren, bertemu dengan awak kapal yang senang di kapal IVS Nightingale. Sebuah kapal yang menyenangkan Para inspektur tidak selamanya menemukan masalah, contohnya seperti saat melakukan inspeksi di kapal IVS Nightingale, di pelabuhan Timaru, South Island, New Zealand. Inspektur saat naik kekapal dibulan Agustus tidak menemukan masalah dengan kapal, gaji atau kondisi kerja (kecuali jaring pengaman digangway yang perlu diganti). Gambar diatas adalah saat Inspektur ITF New Zealand, Grahame McLaren (memakai rompi ITF) dan Ketua Cabang Maritime Union New Zealand di Timaru, Kevin Forde, memeriksa kapal dan bertemu dengan Nakhoda, para perwira dan awak kapal tersebut. www.itfseafarers.org Buletin Pelaut ITF 2009 9 Kilas berita Perjuangan hukum yang panjang untuk mendapatkan hak-hak dalam Aturan Kompensasi Pekerja Seorang Masinis Filipina telah memperoleh kompensasi atas cedera pada matanya yang terjadi lima tahun yang lalu. Paquito sebelumnya bekerja sebagai Masinis-II di kapal general cargo kebangsaan Hong Kong pada saat dia mendapat kecelakaan kerja pada tahun 2003. Pada tanggal 3 September 2003, ia diperintahkan oleh Nakhoda untuk memperbaiki tangga sebelah kanan ruang akomodasi bersama dengan KKM. Pada saat KKM berusaha meluruskan bagian tangga yang bengkok dengan menggunakan godam, pecahan-pecahan logam terbang dan mengenai Masinis-II tersebut, hingga menyebabkan mata kanannya buta total. Pada saat kejadian ini, dia berusia 54 tahun. Perjanjian kontrak kerja Paquito adalah dengan standar Philippines Overseas Employment Administration (POEA), yang dibuat untuk melindungi hak para pelaut Filipina. Hal ini berarti bahwa UU di Filipina mengatur hubungan perjanjian kontrak kerja, dan jika ada perselisihan akan diselesaikan melalui arbitrasi di Filipina. Perjanjian tersebut juga menetapkan jumlah minimum yang harus dibayar ke pelaut bilamana mengalami cedera atau kematian. "SyaratSyarat dan Ketentuan yang Mengatur Tenaga Kerja Pelaut Filipina di atas Kapal Ocean Going " POEA telah dimasukkan ke dalam kontrak kerja Paquito. Adalah hal yang tidak aneh bagi pemilik kapal untuk melakukan dua perjanjian dengan pelaut Filipina, Yang pertama dalam format yang disetujui oleh POEA untuk mematuhi persyaratan Filipina, dan yang kedua, untuk memenuhi persyaratan hukum lainnya. Dalam hal ini, selain dari perjanjian POEA yang dilaksanakan di Filipina, kontrak kerja lainnya dengan judul "Agreement and Lists of Crew (Perjanjian dan Daftar Awak)" juga telah ditandatangani antara pemilik kapal dan Paquito untuk mematuhi undangundang Hong Kong. Karena itu, syarat-syarat dari kontrak Paquito terdapat dalam format kontrak kerja POEA maupun Hong Kong. Pelaut memperoleh kompensasi setelah perjuangan selama 5 tahun di proses pengadilan tinggi. Walaupun dia memohon kepada pengadilan untuk naik banding, putusan Penitera tetap berlaku. Paquito tidak mau menyerah. Dia membawa proses tersebut keluar untuk menuntut Kompensasi Pekerja di Hong Kong pada bulan Agustus 2005, sementara itu perusahaan pelayaran tersebut memulai arbitrasi di Filipina pada tanggal 23 September 2005. Paquito berada dalam kesulitan keuangan, sehingga ia memohon diberikan bantuan hukum dari lembaga bantuan hukum Hong Kong yang kemudian dikabulkan. Perwakilan dari afiliasi pelaut Hong Kong bertindak sebagai pengacara untuk membantunya. Perusahaan pengapalan tersebut tetap pada pendirian Sebagai respon terhadap tindakan Paquito, perusahaan pengapalan tersebut tetap pada pendiriannya terkait proses hukum pelaut tersebut. Perusahaan juga mengatakan jika gugatan-gugatan yang diajukan pelaut tersebut harus dirujuk ke arbitrase. Ada bagian dalam kontrak POEA yang mengatakan: "Dalam kasus-kasus gugatan dan perselisihan yang timbul akibat pekerjaan ini, pihak-pihak yang dilindungi oleh sebuah perjanjian kerja bersama seharusnya mengajukan gugatan atau perselisihan tersebut ke yurisdiksi asal dan khusus/eksklusif untuk arbiter atau panel arbiter”. Hakim pengadilan distrik menyatakan bahwa para hakim pengadilan distrik mengatakan bahwa ini adalah gugatan Tuntutan/Gugatan atas Kompensasi Paquito pertama mengajukan tuntutan/gugatan atas kompensasi kerugian dan penderitaan yang dideritanya di Filipina dimulai dengan proses arbitrase dihadapan National Labour Relations Commission (Komisi Nasional Hubungan Ketenagakerjaan), pada tanggal 5 November 2003. Kemudian, dia mulai menjalani proses hukum lewat peradilan maritim (dengan kata lain, terhadap kapal) Rainbow Joy di Singapura pada 30 Desember 2003. 15 Januari pada 2004, ia mencabut pengajuan gugatan di Filipina. Sementara itu, pemilik kapal meminta untuk diteruskannya proses yang ada di Singapura dengan sejumlah alasan. Panitera pengadilan dibujuk agar proses di Singapura tetap berlangsung. Paquito mengajukan banding terhadap keputusan tersebut, tetapi ditolak 10 Buletin Pelaut ITF 2009 ”Hakim pengadilan distrik menyatakan bahwa para hakim pengadilan distrik mengatakan bahwa ini adalah gugatan pelaut yang timbul akibat Employee’s Compensation Ordinance dan bukan gugatan yang timbul akibat pekerjaan, dengan kata lain: bukan gugatan terhadap kontrak”. pelaut yang timbul akibat Employee’s Compensation Ordinance(ECO) dan bukan gugatan yang timbul akibat pekerjaan, dengan kata lain: bukan gugatan terhadap kontrak. Kompensasi menurut ECO harus dipenuhi sepanjang orang yang terluka adalah seorang karyawan dan kecelakaan terjadi pada saat melaksanakan tugas pekerjaan. Gugatan pelaut tersebut tidak berada pada ranah klausul arbitrasi dan pelaut meminta haknya melalui ketentuan hukum terkait hak yang disediakan oleh ECO berdasarkan atas statusnya sebagai seorang karyawan. Pengusaha jelas salah kalau mengandalkan klausul arbitrase untuk penyelesaian proses ini. Hakim menyimpulkan pada bulan Juni 2006 bahwa pengadilan distrik mempunyai yurisdiksi eksklusif terkait gugatan ECO terlepas dari adanya perjanjian arbitrase antara pihak-pihak. Yang menarik adalah gugatan ECO harus diperiksa di pengadilan distrik dan menjadikan gugatan dapat diputuskan oleh arbitrase, dan oleh sebab itu, gugatan pelaut tidak boleh berhenti di proses tersebut karena akhirnya akan dirujuk ke arbitrase. Namun, perusahaan pelayaran tersebut tetap mengajukan banding di pengadilan tinggi terkait putusan hakim pengadilan distrik. Hakim pengadilan tinggi mengabulkan banding dan mengesampingkan putusan pengadilan distrik. Hakim kemudian memutuskan pada bulan Februari 2007 bahwa proses hukum tetap berjalan dan gugatan pelaut akan dirujuk ke arbitrase, sesuai dengan perjanjian kontrak POEA. Walapun Paquito telah gagal lagi dalam proses pengadilan banding untuk dapat meneruskan proses hukum diluar negerinya, departmen bantuan hukum HK tetap membantu pelaut tersebut dan akhirnya diberikan ijin untuk naik banding di pengadilan tingkat akhir diluar. Sidang mendukung pandangan bahwa tidak ada kekuatan hukum untuk proses ECO di arbitrase. Bulan April 2008, pengadilan menyimpulkan bahwa perjanjian arbitrase dan poin-poin yurisdiksi eksklusif diputuskan harus memihak pelaut tersebut. Ini berarti bahwa Paquito berhak atas kompensasi menurut Aturan Kompensasi Pekerja, sebuah kemenangan untuk akal sehat dan dan hakhak pelaut. www.itfseafarers.org Danny Cornelissen/Port Pictures NL melakukan l Mau mogok l Baca dulu ini! ➡ Buruh pelabuhan Italia menginginkan tidak adanya toleransi terkait pemenuhan standar keselamatan negosiasi di Chile antara para pengacara untuk menghasilkan resolusi awal. Negosiasi-negosiasi yang dilakukan gagal, sehingga pengacara Leon memutuskan untuk melanjutkan ke meja hijau. ITF yang terus bernegosiasi dengan perusahaan Nissui Shipping, dan akhirnya pada tanggal 2 Desember 2008 Nissui Shipping setuju membayar US $ 76.000 untuk kompensasi cacat Leon. Ia setuju untuk menerima keputusan ini dan berterima kasih kepada ITF atas bantuannya. Serikat-serikat pekerja Italia mogok atas kematian buruh B/M Serikat-serikat buruh pelabuhan di Italia melakukan mogok baru-baru ini sebagai protes atas buruknya sistim keselamatan tempat kerja yang telah menyebabkan serangkaian kematian di sejumlah pelabuhan dinegara tersebut. ●Anda dapat mengakses berita tentang ITF dan serikat buruh pelaut di: www.itfseafarers.org/maritime_news.cfm www.itfseafarers.org Mogok tersebut, yang diserukan oleh Serikat-serikat Buruh utama Italia, FILTCGIL, FIT-CISL dan Uiltrasporti-semua berafiliasi ke ITF – dipicu oleh sejumlah kecelakaan fatal. Ini termasuk kematian seorang buruh B/M, Giuliano Fenelli, yang tergencet krane di La Spezia dan dua korban lagi oleh peralatan pelabuhan lainnya, sejak awal Januari. Dalam sebuah pernyataan bersama, Serikat-serikat buruh tersebut mengatakan: " Jelas bahwa sekarang kita menghadapi kondisi darurat dalam hal keselamatan kerja di pelabuhan." Mereka menambahkan: "Hal-hal yang menyebabkan kecelakaan itu, terkait dengan langkah-langkah keselamatan kerja yang sudah lama dijanjikan, namun tidak pernah direalisasikan." Sekretaris ITF Dockers'Section Frank Leys berkomentar: "Ada kebutuhan untuk pendekatan yang memastikan tidak adanya toleransi terkait praktek-praktek dan kondisi di tempat kerja yang tidak aman dan kondisi di dermaga-dermaga maupun terminalterminal. Perundang-undangan nasional dan konvensi internasional memiliki peran penting yang dapat dimainkan – Berbagai negara harus mengesahkan dan menerapkan Konvensi ILO 152 dan code of practice keselamatan dan kesehatan di pelabuhan. ITF perwakilan Eropa, dengan ETF, akan terus bekerja sama dengan badan- ➡ ITF berkomitmen untuk membantu para pelaut yang bekerja dikapalkapal FOC guna memperoleh upah yang layak dan dilindungi oleh perjanjian kolektif. Kadangkala para pelaut disuatu tempat harus melakukan suatu tuntutan hukum dipengadilan setempat. Dilain waktu dapat juga melakukan boikot terhadap suatu kapal. Setiap aksi yang dilakukan harus sesuai dengan kondisi daerah tersebut. Tindakan yang dibenarkan disuatu Negara, dapat saja dipersalahkan dinegara lain. Hal pertama yang harus anda lakukan adalah menghubungi perwakilan ITF setempat. Anda dapat menghubunginya melalui alamat email dan nomor telepon yang ada pada halaman tengah buletin ini. Anda membutuhkan saran dan petunjuk mengenai situasi setempat sebelum melakukan tindakan apapun. Hukum dibeberapa Negara tidak memperbolehkan anda maupun teman-teman anda melakukan mogok dan untuk kasus demikian maka perwakilan ITF setempat akan menjelaskan kepada anda. Dibanyak Negara, kunci untuk memenangkan perselisihan adalah dengan pemogokan. Namun sekali lagi, anda harus memperhatikan petunjuk dari perwakilan ITF setempat. Anda berhak melakukan pemogokan dimanapun selama kapal anda berada dipelabuhan dan bukannya dilaut. Dalam aksi pemogokan maka yang paling pokok adalah semua orang harus tetap disiplin, teratur dan kompak. Dan ingat, hak untuk mogok adalah hak asasi setiap orang yang dijamin dibanyak Negara, baik oleh hukum maupun konstitusi Negara tersebut. Apapun yang anda pilih untuk dilakukan, jangan lupa berbicara terlebih dahulu dengan wakil ITF setempat sebelum anda melakukannya. Dengan bekerja sama kita dapat memenangkan perjuangan demi keadilan dan hakhak kita. Kampanye ITF melawan pelayaran dibawah standar dan kapal-kapal FOC Fakta dan data tahun 2008 ➨Para inspektur ITF telah mengunjungi total 9.580 kapal dalam tahun 2008. ➨Pengupahan dan kondisi kerja sesuai perjanjian ITF telah ditandatangani di 31 negara selama tahun 2008. ➨Kampanye FOC ITF telah menghasilkan total lebih dari 18,8 juta US Dollar sebagai pembayaran kekurangan gaji dan kompensasi untuk awak kapal dalam tahun 2008. ➨ITF mempunyai 125 petugas Inspektur dipelabuhan-pelabuhan yang ada di 45 negara diseluruh dunia. ➨Dalam tahun 2008, pelaut-pelaut anggota serikat buruh afiliasi ITF dan awak kapal dikapalkapal FOC melakukan aksi 12 Buletin Pelaut ITF 2009 industrial untuk mendukung kampanye ITF di 21 negara di empat benua. ➨Pengupahan dan kondisi kerja sesuai perjanjian ITF telah ditandatangani di 31 negara selama tahun 2008. ➨82% inspeksi dilakukan oleh ITF dikapal-kapal FOC (lihat daftar FOC dihalaman 25) dengan perhatian khusus terhadap berbagai kekurangan dikapal-kapal tersebut. ➨Jumlah pelaut yang dilindungi dengan perjanjian kolektif ITF ditahun 2008 sejumlah 232.946 (ditahun 2007 berjumlah 209.950) www.itfseafarers.org Kilas berita ”Para awak kapal kemudian menerima banyak bantuan. Hanya dalam waktu beberapa hari saja, masyarakat telah memberikan bantuan makanan yang cukup untuk satu bulan”. ➡ Kapal AP Light : awaknya terlantar tanpa gaji sampai ITF terlibat badan internasional seperti ILO dan International Maritime Organization serta operator-operator pelabuhan global untuk membuat pelabuhan lebih aman”. ITF memenangkan US $ 70.000 untuk Pelaut Rusia Pelaut Rusia telah menerima gaji mereka yang tertunggak, setelah ITF terjun untuk membantu. Pada Januari 2007, seorang KKM berkebangsaan Rusia di kapal niaga AP Light menelpon ITF dan mengatakan kapal tersebut tidak aman, dan bahwa perusahaannya menuggak pembayaran gaji para awaknya. Tim Aksi ITF menelpon Port State Control Slovenia dan meminta agar dilakukan inspeksi terhadap kapal tersebut. Banyak kekurangan ditemukan dan kapal ditahan oleh otoritas pelabuhan. Pemilik kapal mengurus kapal untuk dikirim ke galangan perbaikan kapal. Sementara itu, ITF bernegosiasi dengan pemilik terkait gaji KKM, serta pemulangannya. Awak kapal lainnya memutuskan untuk tidak mengikuti keputusan Masinis tersebut dan memilih tetap tinggal. Pada Januari 2008, seorang krew dari kapal tersebut menelpon dan mengatakan bahwa mereka belum dibayar selama lima bulan. Kapal telah berada di galangan kapal Slovenia selama satu tahun. Perusahaan www.itfseafarers.org berada dalam kesulitan keuangan yang parah. Salah satu kapal mereka yang lain juga telah ditahan di Turki pada saat yang sama AP Light menunggak gaji para awak. Kapal satunya lagi juga baru saja dijual menyusul aksi dari afiliasi di Turki karena alasan yang sama. Dongli Hur dari Tim Aksi ITF melakukan negosiasi alot dengan perusahaan Rusia tersebut dan perusahaan bersedia membayar US $ 22.000, sepertiga dari upah tertunggak. Branko Krznaric, ITF Agreements Development Manager, mengunjungi kesembilan awak kapal untuk mengetahui kondisi mereka. Dia menemukan para awak delapan dari Rusia dan satu dari Ukraina telah kehabisan makanan, dan hidup dari memancing. Ia kemudian melibatkan media lokal, dengan melakukan konferensi pers. Para awak kapal kemudian menerima banyak bantuan. Hanya dalam waktu beberapa hari saja, masyarakat telah memberikan bantuan makanan yang cukup untuk satu bulan. Pemilik ingin membayar sisa upah, tetapi tidak mampu karena galangan kapal meminta . 1.3 juta untuk biaya perbaikan. ITF terus melakukan negosiasi dengan calon pembeli juga dengan galangan kapal. Pada akhirnya galangan kapal sepakat untuk mengurangi tagihan menjadi hanya . 630,000 50 persen pengurangan dari tagihan yang seharusnya. Kapal terjual pada bulan Juli 2008 dan seluruh awak kapal mendapatkan bayaran dan dipulangkan. Total sejumlah US $ 70.000 dari gaji tertunggak telah dilunasi. Buletin Pelaut ITF 2009 13 Krisis ekonomi Pelaut mulai merasakan sengatannya Krisis ekonomi global telah menerpa dunia dengan cepat dan hebat, dan industri pelayaran telah merasakan pukulannya; BRENDA KIRSCH melihat apa yang telah terjadi dan implikasinya bagi pelaut. Latar belakang Pada tahun 2007, ketika kekhawatiran mulai muncul di Amerika Serikat terkait perusahaanperusahaan keuangan yang melakukan strategi mengambil risiko tinggi untuk mendorong masyarakat berpenghasilan rendah agar mau membeli properti, nampaknya, pada awalnya, hanya akan memberikan kesulitan sedikit di tingkat lokal saja. Tapi apa yang awalnya hanya sebagai investasi spekulatif dan dalam jangkauan perusahaan pembiayaan AS ternyata mempengaruhi ekonomi di seluruh dunia – dan berpengaruh terhadap pekerjaan dan penghidupan jutaan orang. Efek dari masalah kredit tersebut datang begitu cepat, dan masih akan berlangsung selama beberapa waktu ke depan. Industri pelayaran, dan masa depan para pelaut, tengah mendapat hantaman. Dengan tekanan kredit yang begitu dalam, order-order mulai menurun untuk pengangkutan produk-produk dari pabrikpabrik di Cina, India dan Asia Tenggara. Akibatnya adalah penurunan terhadap permintaan kapal kontainer untuk transportasi barang dari Asia ke Eropa dan Amerika Utara. Sementara itu, perusahaan pengapalan menghentikan rencana ekspansi dan pertumbuhan-termasuk pemesanan untuk kapal baru. Terjerembabnya penghasilan dan berkurangnya akses terhadap kredit juga mempengaruhi permintaan untuk liburan dengan kapal pesiar dan industri perkapalan lainnya. Kejadian ini telah langsung berpengaruh terhadap lalu lintas perkapalan, dan secara jangka panjang berimbas pada industri pembuatan kapal dan kapasitas masa depan ketika ekonomi mengalami perbaikan. Belum lagi, harga bahan bakar minyak yang lebih tinggi serta penurunan produksi dan pasokan minyak telah menghantam industri perkapalan setahun belakangan. Dan ancaman perompakan di Teluk Aden telah memaksa kapal-kapal mengambil rute yang lebih jauh, lebih mahal dari Asia ke Eropa, yang akan menaikkan biaya-biaya impor. Krisis menghantam industri pelayaran Penurunan ekonomi internasional mulai menghantam industri perkapalan selama “ Bahkan sebelum adanya pengurangan dalam lalu lintas pengiriman menghantam pekerjaan pelaut, para awak kapal telah merasakan dampaknya pada gaji mereka. “ 14 Buletin Pelaut ITF 2009 www.itfseafarers.org Jonathan Kirn / Alamy Kapal-kapal yang sedang berlabuh di Singapura, bulan November 2008, pelabuhan kontener terbesar di dunia, Singapura melaporkan penurunan lalu lintas kapal pertama kali sejak tahun 2001. tahun 2008. Penurunan dramatis yang terjadi pada kapal-kapal curah dengan sistim charter telah menerpa para operator dan pemilik kapal besar. Memburuknya kondisi juga menggerogoti demikian dalam tarif angkutan kapal. Hingga Juni 2008, volume kargo yang diangkut oleh kapal kontainer mulai anjlok. Pada kuartal kedua angka-angka menunjukkan pertumbuhan ke semua tujuan di Barat telah turun hingga 5,24% dari sebelumnya 11,62% pada kuartal pertama, dan lebih dari 20% setahun sebelumnya. Lalu lintas kapal kontainer ke bagian utara Eropa tercatat hanya tumbuh 3,6% dibandingkan pertumbuhan 9,3% pada kuartal pertama. Pada bulan Juni 2008, total volume untuk semua tujuan ke Barat mengalami kenaikan kurang dari 1 persen, dibandingkan dengan angka 9,35% lebih tinggi pada Mei 2008. Industri perkapalan kembali terguncang akibat rontoknya bursa saham AS, menyusul Efek Filipina Sejumlah besar pelaut didunia ini-lebih dari 300.000nya-berasal dari Filipina, dan ekonomi Filipina berhutang banyak pada penghasilan orang- www.itfseafarers.org jatuhnya bank investasi Lehman Brothers pada bulan September, dan meningkatnya tekanan kredit bagi usaha. Pemerintah Amerika Serikat kemudian menyuntikkan dana talangan untuk mengeluarkan perusahaan asuransi AIG-yang dihantam krisis saat perusahaan ini berada pada ambang kehancuran- yang merupakan perusahaan asuransi kapal besar yang juga pemilik Pelabuhan-Pelabuhan Amerika, perusahaan pengelola pelabuhan terbesar di AS. Biasanya setiap menjelang Natal akan ada kenaikan perdagangan kargo dari Asia ke Eropa, tetapi hal itu tidak terjadi pada 2008. Stephen roach, direktur perusahaan investasi Morgan Stanley, yang memberikan peringatan pada pertemuan puncak Industri Perkapalan Dunia di Cina pada bulan November 2008 tentang kondisi keterpurukan ekonomi yang dapat berlangsung selama sedikitnya dua tahun. orangnya yang berada di luar negeri. Lebih dari 12% ekonomi negara tersebut tergantung pada kiriman uang dari luar negeri dari orangorang Filipina yang bekerja di berbagai industri, termasuk pelayaran-total kiriman uang berjumlah US$ 13,7 miliar dari Januari sampai Oktober 2008. Nilai dari pendapatan tersebut telah terkena pukulan dengan jatuhnya dolar dan meningkatkan inflasi di negara tersebut. Beberapa orang Filipina yang bekerja di luar negeri telah keluar dari pekerjaan karena kebangkrutan, pemecatan, restrukturisasi dan pengurangan kapasitas produksi. Pemerintah Filipina telah membuat kebijakan "paket subsidi gaji" sebagai akibat penguranganpengurangan yang disebabkan oleh krisis keuangan global. Pelaut merasakan dampaknya Bahkan sebelum adanya pengurangan dalam lalu lintas pengiriman dengan kapal menghantam pekerjaan pelaut, para awak kapal telah merasakan dampaknya pada gaji mereka. Banyak pelaut dibayar dalam dolar AS yang nilainya jatuh pada pertengahan 2008. Hal ini memberikan pengaruh secara langsung terhadap pelaut dan keluarga mereka - serta konsekuensi ekonomi yang harus ditanggung, seperti Filipina, yang tergantung pada devisa luar negerinya (lihat berita dalam kotak). Sebuah survei tentang pelaut (terutama perwira) oleh Shiptalk Recruitment pada bulan Juli 2008 menemukan bahwa banyak dari mereka telah tertekan oleh jatuhnya dolar - lebih dari 70 persen mengatakan bahwa gaji mereka tidak dapat mengimbangi biaya hidup di rumah. Ada kekhawatiran yang semakin menguat bahwa perusahaan akan berusaha untuk menunda - atau bahkan memotong - gaji para awak. Pengurus Serikat Pekerja Afiliasi ITF, Nautilus Inggris, mengatakan sudah mulai menangani permintaan penundaan gaji baik dari kapal-kapal kontainer maupun pesiar. Keterpurukan ekonomi ini juga meningkatkan ketakutan para awak yang khawatir ditinggalkan dalam keadaan yang sulit, tanpa bekal dan tidak mendapatkan apa-apa seandainya kapal mengalami kebangkrutan pada saat mereka di tempat transit. ITF saat ini sedang memfinalisasi acuan bagi para Inspektur tentang cara menangani insiden dan memberikan bantuan pada awak ketika kapal ditelantarkan atau perusahaan mengalami kebangkrutan. Tidak hanya pemotongan untuk upah – bahaya yang ada sekarang ini adalah pengurangan pekerjaan dan meningkatnya pengangguran di kalangan pelaut. Fabrizio menambahkan bahwa ITF terus memantau perkembangan pasar, dan telah sejumlah ➡ Buletin Pelaut ITF 2009 15 Krisis ekonomi Kerugian besar : beberapa korban diantaranya ●Industrial Carriers selaku operator kapal-kapal curah kering dan tanker Ukrania mengalami kebangkutan dibulan Oktober 2008-total 52 kapal yang dioperasikan oleh mereka dalam status charter. ● Perusahaan pelayaran Taiwan Yang Ming Marine Transport menghentikan operasi dua kapal kontenernya dalam tahun 2008, yang akan diikuti dengan delapan kapal lagi dipertengahan 2009. ● Perusahaan milik pemerintah Singapura Neptune Orient Lines (NOL) dan partnernya MOL dan Hyundai Merchant Marine telah menghentikan kegiatan 40 kapalnya, dan NOL telah mengurangi Masalah dilaut? ● Apakah anda mendapat masalah dengan jumlah upah yang tidak seperti biasanya anda terima? Jika iya berarti itu tandanya ada masalah ekonomi menimpa perusahaan anda. Anda dapat menghubungi serikat pekerja anda atau Inspektur yang terdekat dengan tempat anda atau langsung ke ITF dinomor telepon : +44(20)79409287. ● Informasi tentang apa yang harus anda lakukan apabila kapal anda bermasalah dilaut, kunjungi : www.itfseafarers.org-abandonedseafarers.cfm 16 Buletin Pelaut ITF 2009 kapasitas kapal kontenernya sampai dengan 25% dibeberapa trayek. ● Singapore Pacific International Lines dan Wan Hai Lines Taiwan menunda kerjasama pengangkutan Asia-Eropa mereka dibulan Desember 2008 ● Perusahaan pengangkutan kontener jarak jauh CKYH Alliance, yang didalamnya bergabung Coscon, K Line, Yang Ming dan Hanjin Shipping, mengurangi kapasitas mingguannya dari Asia ke Eropa Utara sampai dengan 9% di bulan November 2008, dan Hanjin Shipping mengurangi operasi kapalnya ditrayek Amerika-Eropa. ● Perusahaan Denmark, Maersk Container Shipping Line-terbesar diduniamemangkas kegiatannya di trayek AsiaEropa, Asia-Amerika Tengah dan Transpacific dan menghentikan operasi kapal-kapal kontener 20 feet. Perusahaan melihat terjadinya penurunan volume angkutan sebesar 3% setiap tahunnya ditrayek Asia-Eropa pada triwulan ketiga tahun 2008-menyusul penurunan sebesar 2% ditriwulan kedua 2008-untuk pertama kalinya terjadi penurunan volume dalam 40 tahun perusahaan pengangkutan kontener melayani trayek tersebut. ● CMA CGM dan China Shipping memutuskan kerjasama mereka ditrayek Asia-Eropa. ● Mediterranean Shipping Co (MSC) –Perusahaan pengangkutan kontener terbesar kedua didunia- memangkas kapasitas kapal mereka sebesar 5 % dirute Asia-Eropa dan menghentikan trayek antara Asia dan Laut Hitam. ● Perusahaan Korea Selatan C&Line menghentikan operasi dibulan Oktober 2008 – sebelumnya perusahaan ini mengoperasikan kapal yang dicharternya dilebih dari 20 trayek di Asia. ● NYK Line, salah satu perusahaan pelayaran terbesar di Jepang, memangkas rencana ekspansi armadanya sekitar 25%dari 50 kapal menjadi 60 kapal. ● Evergreen Marine Corp Group, Taiwan, dilaporkan kehilangan 94% pendapatannya di kwartal ketiga 2008. ● Galangan kapal Korea Selatan menderita kerugian lebih besar dari yang diperkirakan. ● Galangan kapal Jepang, Tsuji Heavy Industries, mendekati kebangkrutan dengan adanya penundaan pembangunan 46 kapal yang telah dipesan sebelumnya. ● Perusahaan ferry terkemuka Inggris P&O Ferries dan Red Funnel memangkas trayek dan menghentikan perekrutan krewnya. Pelaut mulai merasakan sengatannya ➡ pelaut mendapatkan gaji mereka yang belum dibayarkan dan dipulangkan ke kampung halaman mereka. Dalam jangka panjang, industri ini dapat terkena hantaman seiring dengan para perwira yang meninggalkan pekerjaannya, hal ini akan berakibat kurangnya para ketersediaan perwira dan kru yang terlatih jika ekonomi kembali membaik. ITF menegaskan adanya kebutuhan untuk pelatihan bagi para perwira kapal, untuk sekarang dan untuk masa depan yang lebih cerah. ● Brenda Kirsch adalah seorang wartawan freelance di London. Pelaut yang menderita akibat kegiatan dan upah yang cenderung menurun. www.itfseafarers.org ISPS code Aksesyanghilang P Duckdalben ada tanggal 1 Juli 2009 International Ship and Port Facility Security Code (ISPS) yang kontroversial akan merayakan hari jadinya yang kelima di seluruh dunia. Pelaksanaan ISPS ini telah membuat para pelaut diperlakukan seperti orang yang berpotensi menjadi teroris dan telah membuat mereka merasa seperti penjahat dan peran mereka direndahkan. Setelah serangan teror di Amerika pada tanggal 11 September 2001 pemerintah Amerika Serikat mendesakkan suatu aturan baru untuk meningkatkan standar keselamatan di pelabuhan-pelabuhan internasional, serta di atas kapal berbobot lebih dari 500 GT. Hal ini dapat terlaksana dengan sangat baik: pada akhir tahun 2002 aturan ini akhirnya diterima sebagai ISPS. Sejak saat itu, aturan ini telah menjadi komponen dari konvensi internasional Safety of Life at Sea (SOLAS) dan mulai 1 Juli 2004 telah diwajibkan baik untuk fasilitas kapal maupun pelabuhan. Sejak diperkenalkannya aturan tersebut, kondisi kerja para pelaut mulai berubah secara menyolok. Khususnya bagi pelaut yang berasal dari negara-negara Muslim yang merasa bahwa Jan Oltmanns,Chaplain di Hamburg, berbicara dengan seorang pelaut di pintu gerbang. www.itfseafarers.org Para pelaut merasa lebih sulit untuk bergerak bebas, karena adanya ISPS Code. ROY PAUL melaporkan. gerakan mereka dibatasi. Sebagian besar dari wilayah pelabuhan sekarang juga menjadi daerah terlarang. Dalam beberapa hal, ini telah menyulitkan pelaut, apalagi banyak pelabuhan yang mempunyai penafsiran sendiri tentang aturan tersebut. Satu sisi, pelaut masih merupakan bagian yang penting dari pengoperasian kapal, tetapi beberapa operator tidak memasukkan mereka dalam memberikan interpretasi tentang cara menerapkan aturan tersebut. Rev. Jan Oltmanns adalah Chaplain dari salah satu wisma Pelaut terbesar, "Duckdalben" yang berada di Hamburg, dimana lebih dari 100 tamu dari jumlah total 156 negara melakukan kunjungan sehari-hari. Dia mengatakan: "Pelaut adalah salah satu yang paling terkena dampak dari aturan ISPS Code. Mereka memberitahu kami bahwa disamping kurang memiliki waktu di pelabuhan, sekarang mereka juga harus melalui pemeriksaan-pemeriksaan mirip dengan yang ada di bandara, sebagaimana yang harus dilalui oleh para pelancong yang akan bepergian untuk berlibur atau berbisnis. ➡ ISPS code Ratapan Seorang Pelaut Sinarajah Govindasamy adalah penyanyi, pengarang lagu, penghibur dan tukang sulap Malaysia yang telah melakukan pertunjukan di Asia tenggara dan banyak bagian lain di dunia dengan nama panggung Sina. Dia telah menjadi anggota dari staf wisma Pelaut Duckdalben sejak pembukaan wisma tersebut pada tahun 1986. Setelah dikenalkannya ISPS Code, ia berbicara kepada banyak pelaut dari daerah asal yang Muslim dan mendengar keluhan mereka. Dia mengatakan: "Saya telah berbicara kepada para pelaut Indonesia dan menemukan bahwa mereka terkadang juga merasa tidak suka dengan ISPS Code. Sehingga saya menulis lagu ini. Lagu-lagu saya bernuansa perdamaian dan yang menjadi poin saya adalah jika pelaut berasal dari negara di mana terjadi perang, hal ini akan mempengaruhi atau mengganggu kehidupan mereka sehari-hari, dengan kecemasan terkait kesejahteraan keluarga dan temanteman mereka di kampung halaman”. Sina telah mengirimkan salinan dari lagu ini ke para pemimpin dunia termasuk Bush, Presiden AS sebelumnya dan sekarang dia juga akan kirimkan ke Presiden Obama. Sina berkata: "Saya menonton CNN dan Presiden Obama mengatakan dalam kampanye pemilihan umumnya bahwa ia merencanakan untuk lebih melindungi perbatasan Amerika Serikat dan pelabuhan di New York sebagai upaya keamanan melawan terorisme. Para pelaut bukanlah teroris, mereka hanya ingin mencari sesuap nasi untuk nafkah sehari-hari keluarga mereka. Saya akan mengingatkan Presiden bahwa ketika dia minum secangkir kopi di pagi hari ada kemungkinan kopi tersebut sebelumnya telah diangkut oleh sebuah kapal dimana para pelaut bekerja dan dia juga harus ingat bahwa 95% dari kargo dunia diangkut oleh kapal yang diawaki para pelaut. " Pelaut dapat mendengarkan lagu lewat internet di www.duckdalben.de/duckdalben/ downloads/ 18 Buletin Pelaut ITF 2009 www.itfseafarers.org Standar keamanan baru membuat pengunjung sangat sulit untuk naik kekapal Aksesyanghilang ➡ Banyak orang telah mengalami beberapa pemeriksaan seperti di bandara dan ini menghabiskan waktu dan menyebabkan keterlambatan mereka. Bagaimana perasaan mereka jika pemeriksaan-pemeriksaan itu dilakukan setiap kali mereka memasuki atau meninggalkan kediaman atau tempat kerja mereka sendiri? Demikianlah perasaan yang berkembang di antara banyak pelaut dan mereka telah ”dikriminalisasi”oleh ISPS code”. Banyak Chaplain telah mengungkapkan keprihatinan mereka tentang apa arti ISPS Code bagi pelaut dalam kehidupan mereka sehari-hari. Artinya, dengan upah minimum internasional mereka dipaksa untuk melakukan panggilan telepon selular yang mahal kekeluarga mereka karena boks-boks telepon yang ada disekitar pelabuhan dipisahkan dari mereka oleh pagar pembatas. Akses kefasilitas rekreasi dibuat lebih sulit dan di atas kapal peralatan keselamatan mereka juga terkunci demi "keamanan publik" yang lebih dihargai ketimbang keamanan bagi para pelaut yang bekerja di atas kapal. Disetiap kapal, para awak kapal hanya memiliki sedikit kesempatan untuk pesiar kedarat karena harus menghabiskan waktu mereka di pelabuhan di tempat-tempat pemeriksaan, membuat daftar pengunjung dan memberikan pas keamanan. Mereka harus melakukan ini seakan untuk menghemat biaya penjaga keamanan. Kadang-kadang ini juga berarti penghalangan terhadap kunjungan resmi dari pengurus serikat pekerja atau pengurus wisma pelaut ke para awak kapal, www.itfseafarers.org sebagaimana yang telah diinstruksikan oleh perusahaan yang mengatakan bahwa tidak memiliki tamu yang berkunjung akan lebih menjamin kapal akan aman. Masalah yang lebih besar bagi pelaut timbul jika kapal berlayar dekat dengan pelabuhan dikampung halaman mereka dan keluarga mereka tidak diperbolehkan untuk mengunjungi mereka di atas kapal. Pernah dilaporkan, di satu pelabuhan, penjaga keamanan telah meminta para isteri pelaut untuk membayar agar mereka bisa memperoleh pas pelabuhan untuk dapat naik ke kapal. Biaya yang dikenakan empat kali lebih mahal dari biaya pas yang resmi. Bahaya sepadan lainnya, adalah pagar dan tangga yang diletakkan terlalu dekat dengan tepi dermaga seakan tidak ingin memberikan ruang gerak apapun. Kondisi seperti ini berbahaya dan dapat menyebabkan pelaut terjatuh kedalam air, terutama bila permukaan tanah licin atau pada saat gelap. Jadi mari kita berharap banyak pemerintah dan otoritas pelabuhan akan membuat interpretasi ulang terkait aturan tersebut. Mereka harus menyadari bahwa pelaut “ Banyak Chaplain telah mengungkapkan keprihatinan mereka tentang apa arti ISPS Code bagi pelaut dalam kehidupan mereka sehari-hari .” merupakan bagian dari perang melawan terorisme dan sehingga mereka seharusnya diperlakukan dengan hormat dan bermartabat sepantasnya. Dalam survei yang dilakukan oleh ITF satu tahun setelah pelaksanaan aturan ini, 58% dari responden serikat pekerja pelaut mengatakan bahwa hak pelaut untuk pesiar kedarat telah ditolak-masalah tertentu dialami di pelabuhan-pelabuhan AS. Meskipun faktanya ISPS Code secara jelas menyatakan bahwa negara mana saja harus memberikan ”dan mengakui”kebutuhan pelaut untuk berpesiar kedarat dan mengakses fasilitas kesejahteraan yang ada didarat, termasuk perawatan medis. ITF akan memperkenalkan sebuah sistem pelaporan baru yang di dalamnya termasuk meminta inspektur-inspektur ITF untuk mencatat kasus-kasus pelaut yang ditolak aksesnya untuk turun kedarat atau tidak diperbolehkan meninggalkan kapal mereka. Jon Whitlow, Sekretaris ITF Seafarers' Section, berkata: "Peningkatan keamanan di sektor kelautan harus dilaksanakan dengan cara yang memberikan perlindungan hak-hak manusia dari pelaut. Ini termasuk mereka harus diperbolehkan untuk turun kedarat. Sistem pelaporan yang baru akan menunjukkan kepada kita tingkat dari masalah-masalah tersebut dan membantu kami memastikan bahwa ISPS Code dan langkah-langkah terkait keamanan lainnya harus dilaksanakan dengan benar”. ● Pelaut dapat bergabung dalam diskusi dan melaporkan situasi pada saat mereka ditolak untuk turun kedarat dengan cara log on ke www.itfseafarers.org ● Roy Paul adalah Assistant Administrative Officer dari ITF Seafarers'Trust. Buletin Pelaut ITF 2009 19 Kampanye anti Bendera Kemudahan Pelaut India semakin aktif ara pelaut di India dapat memperoleh manfaat dari inisiatif baru untuk meningkatkan kemampuan inspektorat ITF di kawasan tersebut. Sebuah program baru pelatihan kampanye anti bendera kemudahan (FOC) akan memberdayakan serikat-serikat pekerja setempat untuk melaksanakan inspeksi, dan memastikan bahwa kondisi kerja para pelaut dikapal cukup baik. Peningkatan jumlah pelaut sudah mulai nampak di anak benua India, dengan lebih dari 70.000 pelaut India aktif bekerja pada semua jenis kapal, baik berbedera nasional maupun FOC. Walaupun ada keterpurukan ekonomi, India masih menjadi pemain kunci dalam keseluruhan pertumbuhan perekonomian dunia. Terdapat permintaan yang kuat untuk ekspor dan impor bahan-bahan mentah, serta barang-barang produksi. Faktor-faktor ini menyebabkan peningkatan kegiatan transportasi pengapalan barang ke, dari dan di wilayah India sendiri. Diperkirakan akan terjadi kenaikan jumlah pelaut di wilayah ini. Ini berarti bahwa terdapat peningkatan permintaan untuk bantuan dan informasi dari Inspektorat ITF (FOC) India/Sri Lanka. Serikat-serikat pekerja yang berafiliasi ke ITF telah meminta tambahan pelatihan bagi aktivis, untuk meningkatkan kampanyekampanye FOC di tingkat akar rumput. ITF sangat senang untuk membantu kegiatan ini. P Mengembangkan aktivis serikat pekerja Program pelatihan ini bertujuan untuk mengembangkan para aktivis serikat pekerja setempat yang berasal dari para buruh B/M dan serikat pekerja pelaut. Kanan: Para peserta di sesi pelatihan aktivis ITF FINLAY McINTOSH melaporkan tentang program pelatihan calon aktivis bagi para pelaut India. Mereka perlu: • Memiliki pemahaman tentang kampanye Bendera Kemudahan (FOC) ITF. • Mengenali cara-cara aktivis merespon dan membantu pelaut. • Memahami peran kampanye FOC dan bagaimana hal tersebut berdampak pada buruh B/M (terbinanya solidaritas). • Mengidentifikasi aktivis yang berdedikasi dan tertarik untuk mengembangkan potensi mereka terkait kampanye FOC. Merupakan hal penting bila kita dapat menggunakan pengetahuan dari para inspektur ITF, sehingga mereka dapat mengajarkan dan menyampaikan pengalaman mereka ke para aktivis. Keberhasilan Inspektorat India tergantung pada bagaimana mendidik buruh B/M dan pelaut tentang kenapa mereka harus mendukung, dan aktif dalam kampanye FOC. Kapal-kapal FOC yang dilindungi oleh perjanjian ITF perlu diinspeksi dan dipastikan kepatuhannya terhadap peraturan; mereka yang belum dilindungi, perlu dilakukan tekanan untuk memastikan bahwa para pemilik kapal bersedia melindungi kapalnya dengan perjanjian yang dapat diterima oleh ITF. Tanggapan positif ITF menerima respon yang sangat positif dari para aktivis-beberapa dari mereka telah terlibat dalam FOC weeks of action yang lalu dan mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan pengetahuan mereka tentang kampanye FOC. Mereka merasa bahwa hal tersebut sangat bermanfaat karena Inspektur-Inspektur lokal India melaksanakan pelatihan dalam bahasa setempat yakni Malayalam (Kochi) and Tamil (Chennai). Para inspektur juga memainkan peran yang sangat positif dalam peran mereka menularkan pengetahuan dan pengalaman, yang menghasilkan diskusi-diskusi yang bermanfaat terkait kampanye FOC dan pelaksanaan inspeksi kapal. "Keuntungan utama dari pelatihan ini adalah jika inspektur ITF sedang berhalangan dan untuk kegiatan FOC lainnya, aktivis yang sudah terlatih dapat naik kekapal dan membantu pelaut atau para pelaut”, kata Inspektur Thomas Sebastian. "Masukan yang diterima dari para aktivis mengungkapkan bahwa mereka sudah percaya diri untuk naik kekapal. Penggunaan bahasa lokal mendapatkan sambutan dari semua peserta”. Pelatihan ini juga menghasilkan penandatanganan di dua kapal, memastikan bahwa pelaut dilindungi oleh Perjanjian Kerja Bersama ITF-yang dapat dilaksanakan dipelabuhan Chennai dan dipelabuhan Kochi. Dua kapal berbendera India telah sepakat untuk menandatangani perjanjian dengan serikat pekerja setempat untuk melindungi awak kapal. Mahendra Sharma, Assistant Regional Secretary ITF, mengatakan bahwa kantor dia berkomitmen untuk membangun kapasitas serikat pekerja lokal untuk melindungi pelaut dari eksploitasi para pemilik kapal, termasuk rendahnya upah dan penelantaran. "Kami ada rencana untuk mengumpulkan semua aktivis serikat pekerja yang telah mendapatkan pelatihan untuk melakukan inspeksi di semua kapal berbendera kemudahan kapal di kawasan ini", ujarnya. ● Finlay McIntosh adalah anggota Actions Team, Maritime Operations Department, ITF. “ Kami ada rencana untuk mengumpulkan semua aktivis serikat pekerja yang telah mendapatkan pelatihan untuk melakukan inspeksi di semua kapal berbendera kemudahan kapal di kawasan ini.” 20 www.itfseafarers.org 4 halaman panduan bagi anda untuk menghubungi ITF Inspektur ITF KANTOR PUSAT 49/60 Borough Road, London SE1 1DR, United Kingdom Tel: +44(0)20 7403 2733 Fax: +44(0)20 7357 7871 Telex: 051 8811397 ITF LDN G Email: [email protected] Website: www.itfglobal.org KANTOR REGIONAL AFRIKA PO Box 66540, Nairobi, Kenya Tel: +254(0)20 444 80 19 Fax: +254(0)20 444 80 20 Email: [email protected] KANTOR AFRIKA BARAT 1450 Avenue Kwame Nkrumah, 11 BP 832, CMS Ouagadougou 11, Burkina Faso Tel: +226(0)50 30 19 79 Fax: +226(o)50 33 31 01 Email: [email protected] KANTOR WILAYAH ARAB PO Box 925875, Amman 11190, Jordan Tel/Fax: +962(0)6 569 94 48 Email: [email protected] KANTOR REGIONAL ASIA/PASIFIK Tamachi Kotsu Building 3-2-22, Shibaura, Minato-ku, Tokyo 108-0023, Japan Tel: +81(0)3 3798 2770 Fax: +81(0)3 3769 4471 Email: [email protected] KANTOR SUB-REGIONAL ASIA 12D College Lane, New Delhi 110001, India Tel: +91(0)11 2335 4408/7423 Fax: +91(0)11 2335 4407 Email: [email protected] KANTOR REGIONAL EROPA European Transport Workers’ Federation (ETF), Rue du Midi 165, B-1000 Brussels, Belgium Tel: +32(0)2 285 4660 Fax: +32(0)2 280 0817 Email: [email protected] KANTOR SUB-REGIONAL EROPA 21/1 Sadovaya Spasskaya, Office 729, 107217 Moscow, Russia Tel: +7 495 782 0468 Fax: +7 095 782 0573 Email: [email protected] Website: www.itf.ru KANTOR REGIONAL AMERIKA TENGAH Avenida Rio Branco 26-11 Andar, CEP 20090-001 Centro, Rio de Janeiro, Brazil Tel: +55(0)21 2223 0410/2233 2812 Fax: +55(0)21 2283 0314 Email: [email protected] Website: www.itf-americas.org KANTOR SUB-REGIONAL KARIBIA 198 Camp Street, Cummingsburg, Georgetown, Guyana Tel: +592(0)22 71196/54285 Fax: +592(0)22 50820 Email: [email protected] Segera hubungi salah satu inspektur kami jika anda memerlukan bantuan dan jika anda bekerja dikapal berbendera kemudahan atau kapal asing lainnya yang tidak dilindungi dengan perjanjian kerja dengan serikat buruh anda. Jika ditempat tersebut tidak ada Inspektur ITF, segera hubungi Action Unit dikantor pusat ITF atau hubungi kantor-kantor perwakilan ITF terdekat (lihat disebelah kiri). ARGENTINA Buenos Aires lRoberto Jorge Alarcón* Tel/Fax: +54(0)11 4331 4043 Mobile: +54(0)911 4414 5687 Email: [email protected] Rosario lRodolfo Vidal Tel/Fax: +54(0)341 425 6695 Mobile: +54(0)911 4414 5911 Email: [email protected] AUSTRALIA Fremantle lAdrian Evans Tel: +61(0)8 9335 0500 Fax: +61(0)8 9335 0510 Mobile: +61(0)401 692 528 Email: [email protected] Melbourne lMatt Purcell Tel: +61(0)3 9329 5477 Fax: +61(0)3 9328 1682 Mobile: +61(0)418 387 966 Email: [email protected] Sydney lDean Summers* Tel: +61(0)2 9267 9134 Fax: +61(0)2 9267 4426 Mobile: +61(0)419 934 648 Email: [email protected] Townsville lGraham Bragg Tel: +61(0)7 4771 4311 Fax: +61(0)7 4721 2459 Mobile: +61(0)419 652 718 Email: [email protected] BELGIUM Antwerp lJoris De Hert* Tel: +32(0)3 224 3413 Fax: +32(0)3 224 3449 Mobile: +32(0)474 842 547 Email: [email protected] lMarc Van Noten Tel: +32(0)3 224 3419 Fax: +32(0)3 224 3449 Mobile: +32(0)475 775 700 Email: [email protected] Zeebrugge lChristian Roos Tel: +32(0)2 549 1103 Fax: +32(0)2 549 1104 Mobile: +32(0)486 123 890 Email: [email protected] BRAZIL Paranaguá lAli Zini Tel/Fax: +55(0)41 3422 0703 Mobile: +55(0)41 9998 0008 Email: [email protected] Rio de Janeiro lLuiz Fernando Duarte de Lima* Tel: +55(0)21 2233 2812 Fax: +55(0)21 2283 0314 Mobile: +55(0)21 9480 5336 Email: [email protected] lAirton Vinicius Broto Lima Tel: +55(0)21 2233 2812 Fax: +55(0)21 2283 0314 Mobile: +55(0)21 9480 5337 Email: [email protected] Santos lRenialdo Donizete Salustiano de Freitas Tel/Fax: +55(0)13 3219 1843 Mobile: +55(0)13 9761 0611 Email: [email protected] CANADA Halifax lGerard Bradbury Tel: +1(0)902 455 9327 Fax: +1(0)902 454 9473 Mobile: +1(0)902 441 2195 Email: [email protected] Hamilton lMike Given Tel: +1(0)905 227 5212 Fax: +1(0)905 227 0130 Mobile: +1(0)905 933 0544 Email: [email protected] Montreal lPatrice Caron Tel: +1(0)514 931 7859 Fax: +1(0)514 931 0399 Mobile: +1(0)514 234 9962 Email: [email protected] Vancouver lPeter Lahay* Tel: +1(0)604 251 7174 Fax: +1(0)604 251 7241 Mobile: +1(0)604 418 0345 Email: [email protected] Turku lJan Ö rn Tel: +358(0)9 613 110 Fax: +358(0)9 739 287 Mobile: +358(0)40 523 3386 Email: [email protected] FRANCE Dunkirk lPascal Pouille Tel: +33(0)3 28 66 45 24 Fax: +33(0)3 28 21 45 71 Mobile: +33(0)6 80 23 95 86 Email: [email protected] Le Havre lFrançois Caillou* Tel: +33(0)2 35 26 63 73 Fax: +33(0)2 35 24 14 36 Mobile: +33(0)6 08 94 87 94 Email: [email protected] Marseille lYves Reynaud Tel: +33(0)4 91 54 99 37 Fax: +33(0)4 91 33 22 75 Mobile: +33(0)6 07 68 16 34 Email: [email protected] St Nazaire lGeoffroy Lamade Fax: +33(0)2 40 22 70 36 Mobile: +33(0)6 60 30 12 70 Email: [email protected] Sète lStéphanie Danjou Fax: +33(0)1 48 51 59 21 Mobile: +33(0)6 27 51 35 78 Email: [email protected] INDIA Calcutta lChinmoy Roy Tel: +91(0)332 459 7598 Fax: +91(0)332 459 6184 Mobile: +91(0)98300 43094 Email: [email protected] Chennai lK Sree Kumar Tel: +91(0)44 2522 3539 / 5983 Fax: +91(0)44 2526 3343 Mobile: +91(0)44 93 8100 1311 Email: [email protected] Haldia lNarain Chandra Das Adhikary Tel: +91(0)32 2425 2203 Fax: +91(0)32 2425 3577 Mobile: +91(0)94 3451 7316 Kandla lML Bellani Tel: +91(0)28 3622 6581 Fax: +91(0)28 3622 0332 Mobile: +91(0)98 2522 7057 Email: [email protected] Kochi lThomas Sebastian Tel: +91(0)484 233 8249 / 8476 Fax: +91(0)484 266 9468 Mobile: +91(0)98950 48607 Email: [email protected] Mumbai lKersi Parekh Tel: +91(0)22 2261 6951 / 6952 Fax: +91(0)22 2265 9087 Mobile: +91(0)98205 04971 Email: [email protected] lHashim Sulaiman Tel: +91(0)22 2261 8368 / 8369 Fax: +91(0)22 2261 5929 Mobile: +91(0)9967 218893 Email: [email protected] Tuticorin lDM Stephen Fernando Tel: +91(0)461 2326 519 / 2339 195 Fax: +91(0)461 2311 668 Mobile: +91(0)94431 59137 Email: [email protected] Visakhapatnam lBV Ratnam Tel: +91(0)891 2502 695 / 2552 592 Fax: +91(0)891 2502 695 Mobile: +91(0)98481 98025 Email: [email protected] Q CHILE Valparaiso lJuan Luis Villalon Jones Tel: +56(0)32 221 7727 Fax: +56(0)32 275 5703 Mobile: +56(0) 9250 9565 Email: [email protected] COLOMBIA Cartagena lMiguel Sánchez Tel: +57(0)5 666 4802 Fax: +57(0)5 658 3496 Mobile: +57(0)3 10 657 3399 Email: [email protected] CROATIA Dubrovnik lVladimir Glavocic Tel: +385(0)20 418 992 Fax: +385(0)20 418 993 Mobile: +385(0)98 244 872 Email: [email protected] Rijeka lPredrag Brazzoduro* Tel: +385(0)51 325 343 Fax: +385(0)51 213 673 Mobile: +385(0)98 211 960 Email: [email protected] Sibenik lMilko Kronja Tel: +385(0)22 200 320 Fax: +385(0)22 200 321 Mobile: +385(0)98 336 590 Email: [email protected] ESTONIA Tallinn lJaanus Kuiv Tel/Fax: +372(0)6 116 390 Mobile: +372(0)523 7907 Email: [email protected] FINLAND Helsinki lSimo Nurmi* Tel: +358(0)9 615 202 55 Fax: +358(0)9 615 202 27 Mobile: +358(0)40 580 3246 Email: [email protected] lIlpo Minkkinen Tel: +358 (0)9 615 202 53 Fax: +358 (0)9 615 202 27 Mobile: +358 (0)40 728 6932 Email: [email protected] GERMANY Bremen lAli Memon* Tel: +49(0)421 330 3333 Fax: +49(0)421 330 3366 Mobile: +49(0)171 571 2388 Email: [email protected] Hamburg lUlf Christiansen Tel: +49(0)40 2800 6811 Fax: +49(0)40 2800 6822 Mobile: +49(0)171 641 2694 Email: [email protected] lUdo Beyer Tel: +49(0)40 2800 6812 Fax: +49(0)40 2800 6822 Mobile: +49(0)172 971 0254 Email: [email protected] Rostock lHartmut Kruse Tel: +49(0)381 670 0046 Fax: +49(0)381 670 0047 Mobile: +49(0)171 641 2691 Email: [email protected] GREECE Piraeus lStamatis Kourakos* Tel: +30(0)210 411 6610 / 6604 Fax: +30(0)210 413 2823 Mobile: +30(0)69 77 99 3709 Email: [email protected] lAntonios Maounis Tel: +30(0)210 411 6610 / 6604 Fax: +30(0)210 413 2823 Mobile: +30(0)69 44 57 0910 Email: [email protected] ICELAND Reykjavik lBergur Thorkelsson Tel: +354(0)551 1915 Fax: +354(0)562 5215 Mobile: +354(0)860 9906 Email: [email protected] IRELAND Dublin lKen Fleming Tel: +353(0)1 874 3735 Fax: +353(0)1 874 3740 Mobile: +353(0)87 647 8636 Email: [email protected] ISRAEL Haifa lMichael Shwartzman Tel: +972(0)4 852 4289 Fax: +972(0)4 852 4288 Mobile: +972(0)544 699 282 Email: [email protected] ITALY Genoa lPiero Luigi Re Tel: +39(0)10 25 18 675 Fax: +39(0)10 25 18 683 Mobile: +39(0)335 707 0988 Email: [email protected] Leghorn/Livorno lBruno Nazzarri Tel: +39(0)58 68 25 251 Fax: +39(0)58 68 96 178 Email: [email protected] Naples lPaolo Serretiello Tel/Fax: +39(0)81 26 50 21 Mobile: +39(0)335 482 706 Email: [email protected] Palermo lFrancesco Saitta Tel/Fax: +39(0)91 32 17 45 Mobile: +39(0)338 698 4978 Email: [email protected] ➡ bersambung sesudah peta Inspektur ITF Menolong pelaut diseluruh dunia Federasi Buruh Transp is Reykjavik +354(0)551 1915 U kantor sub-reg R cdn gb kantor pusat itf Vancouver +1(0)604 251 7174 U Hamilton +1(0)905 227 5212 UMontreal +1(0)514 931 7859 Seattle U U Halifax +1(0)902 455 9327 U +1(0)206 633 1614 usa Portland U U New York +1(0)718 832 6600 (ext 240) +1(0)503 347 7775 U Baltimore +1(0)410 882 3977 Los Angeles U +1(0)562 493 8714 New Orleans U Morehead City +1(0)252 726 3033 +1(0)504 581 3196 Houston U U +1(0)713 TampaU 659 5152 +1(0)321 UMiami 784 0686 +1(0)321 783 8876 mex R Rb kantor regional eropa (etf) Haifa U +972(0)4 852 4289 il R hkj kantor wil e Las Palmas +34(0)928 467 630 U Manzanillo +52(0)314 332 8834 U U Veracruz +52(0)229 932 1367 U San Juan +1787(0)783 1755 pr Panama City pa +507(0) 264 5101 U bf R U Cartagena +57(0)5 666 4802 kantor afrika barat ngr R kantor sub-regional karibia co Lagos U +234(0)1 793 6150 gu eak kantor regionaal afrika R U Mombas +254(0)41 ITF HEAD OFFICE london +44 (0)20 7403 2733 br kantor regional interamerika Santos R +55(0)13 3219 1843U U Rio de Janeiro +55(0)21 2233 2812 U Paranaguá +55(0)41 3423 5005 KANTOR REGIONAL AMERIKA TENGAH rio de janeiro +55 (0)21 2223 0410 KANTOR SUB-REGIONAL KARIBIA georgetown +592 (0)22 71196 ra Valparaiso U +56(0)32 221 7727 rch Rosario +54(0)341 425 6695 U U Buenos Aires +54(0)11 4331 4043 za Cape TownU +27(0)21 461 9410 U Durban +27(0)31 909 1087 KANTOR REGIONAL EROPA brussels +32 (0)2 285 4660 KANTOR SUB-REGIONAL EROPA moscow +7 495 782 0468 Data kontak secara lengkap dari para inspektur ITF, kunjungilah www.itfglobal.org/seafarers/msg-contacts.cfm Q Q Q rus Mosjøen U s fin Gä vle U Turku U St Petersburg Oslo U U U Stockholm U Helsinki Tallinn Porsgrunn U est U Gothenburg U Stavanger U Aberdeen U lv URiga Helsingborg U U Klaipeda lt Liverpool Rostock U irl Gdynia U U Hamburg USzczecin DublinU gb U nl U Bremen pl BristolU Tilbury U Rotterdam U UZeebrugge U U b Antwerp ua Dunkirk d Le HavreU Odessa U USt Nazaire n port Internasional f Trieste ro hr U Constanta RavennaUURijeka U U Sibenik Bilbao U Marseille Genoa U U Dubrovnik U i Sète U U Livorno U Istanbul p Rome e U U Lisbon Barcelona Naples U tr U Taranto U Valencia U gr U Piraeus PalermoU U Algeciras Vigo U rus gional eropa Vladivostock +7(0)423 251 2485 U Aberdeen +44(0)1224 582 688 kantor regionl asia/pasifik RUChiba +81(0)50 1291 7326 Tokyo +81(0)35 410 8330 j UU Seoul+82(0)2 716 2764 Yokohama +81(0)45 451 5585 UU UOsaka +81(0)66 612 1004 Inchon rok U +82(0)32 881 9880 Pusan +82(0)51 469 0401/0294 layah arab Naples +39(0)81 26 50 21 kantor sub regional asia R U ind Mumbai +91(0)22 2261 6951 UVisakhapatnam +91(0)891 2502 695 Chennai +91(0)44 2522 3539 U Kochi U UTuticorin +9(0)484 233 8249 +91(0)461 2326 519 Algeciras +34(0)956 657 046 Odessa +380(0)482 429 901 Antwerp +32(0)3 224 3413 Oslo +47(0)22 825 835 Barcelona +34(0)93 481 2766 Palermo +39(0)91 32 17 45 Bilbao +34(0)94 493 5659 Taipei U +886(0)2251 50302rc U Calcutta +91(0)332 459 7598 Taichung U +886(0)2658 4514 UHaldia +91(0)32 2425 2203 Kandla +91(0)28 3622 6581 U Bremen +49(0)421 330 3333 U Manila +63(0)2 536 82 87 U Cebu City +63(0)32 256 16 72 rp Constanta +40(0)241 618 587 Riga +371(0)7 073 436 Dublin +353(0)1 874 3735 Rijeka +385(0)51 325 343 Dubrovnik +385(0)20 418 992 Rome +39(0)64 42 86 317 Gdynia +48(0)58 661 60 96 Genoa +39(0)10 25 18 675 Gothenburg +46(0)10 480 31 21 KANTOR WILAYAH ARAB amman +962 (0)6 569 94 48 Hamburg +49(0)40 2800 6811 KANTOR AFRIKA BARAT ouagadougou +226 (0)50 30 19 79 KANTOR REGIONAL ASIA/PASIFIK tokyo +81 (0)3 3798 2770 KANTOR SUB-REGIONAL ASIA new delhi +91 (0)11 2335 4408/7423 aus U Townsville +61(0)7 4771 4311 Helsingborg +46(0)31 42 95 31 Fremantle +61(0)8 9335 0500 U Porsgrunn +47(0)35 548 240 Ravenna +39(0)54 44 23 842 Gä vle +46(0)10 480 37 62 sa 1 2495 244 Piraeus +30(0)210 411 6610 Bristol +44(0)151 427 3668 Dunkirk +33(0)3 28 66 45 24 KANTOR REGIONAL AFRIKA nairobi +254 (0)20 444 80 19 Mosjøen +47(0)75 175 135 Helsinki +358(0)9 615 202 55 Rostock +49(0)381 670 0046 Rotterdam +31(0)10 215 1166 St Nazaire +33(0)2 40 22 54 62 St Petersburg +7(0)812 718 6380 Sète +33(0)6 27 51 35 78 Sibenik +385(0)22 200 320 Stavanger +47(0)51 840 549 Stockholm +46(0)8 791 4100 Szczecin +48(0)91 423 97 07 U Sydney +61(0)2 9267 9134 Istanbul +90(0)216 347 3771 Tallinn +372(0)6 116 390 Klaipeda +370(0)46 410 447 Melbourne +61(0)3 9329 5477 U Taranto +39(0)99 47 07 555 nz Wellington +64(0)4 801 7613 U Le Havre +33(0)2 35 26 63 73 Tilbury +44(0)20 8989 6677 Lisbon +351 (0)21 391 8150 Trieste +39(0)40 37 21 832 Liverpool +44(0)151 639 8454 Turku +358(0)9 613 110 Valencia +34(0)96 367 1263 Livorno +39(0)58 68 25 251 Vigo +34(0)986 221 177 Marseille +33(0)4 91 54 99 37 Zeebrugge +32(0)2 549 1103 4 halaman panduan bagi anda untuk menghubungi ITF ➡ Inspektur ITF Ravenna lGiovanni Olivieri* Tel: +39(0)54 44 23 842 Fax: +39(0)54 45 91 852 Mobile: +39(0)335 526 8464 Email: [email protected] Rome lCarla Marchini Tel: +39(0)64 42 86 317 Fax: +39(0)64 40 29 91 Mobile: +39(0)335 644 9980 Email: [email protected] Taranto lGianbattista Leoncini Tel/Fax: +39(0)99 47 07 555 Mobile: +39(0)335 482 703 Email: [email protected] Trieste lPaolo Siligato Tel/Fax:+39(0)40 37 21 832 Mobile: +39(0)348 445 4343 Email: [email protected] MEXICO Manzanillo lHonorio Alberto Galván Aguilar Tel: +52(0)314 332 8834 Fax: +52(0)229 931 6797 Mobile: +52(0)1 314 122 9212 Email: [email protected] Veracruz lEnrique Lozano Tel/Fax: +52(0)229 932 1367 / 3023 Mobile: +52(0)1 229 161 0700 Email: [email protected] NETHERLANDS Rotterdam lRuud Touwen* Tel: +31(0)10 215 1166 Fax: +31(0)10 423 3933 Mobile: +31(0)65 331 5072 Email: [email protected] lEd Booister Tel: +31(0)10 215 1166 Fax: +31(0)10 423 3933 Mobile: +31(0)65 331 5073 Email: [email protected] lDebbie Klein Tel: +31(0)10 215 1166 Fax: +31(0)10 423 3933 Mobile: +31(0)65 318 2734 Email: [email protected] lAswin Noordermeer Tel: +31(0)10 215 1166 Fax: +31(0)10 423 3933 Mobile: +31(0)65 333 7522 Email: [email protected] Manila lRodrigo Aguinaldo Tel: +63(0)2 536 82 87 Fax: +63(0)2 536 82 86 Mobile: +63(0)917 811 1763 Email: [email protected] POLAND Gdynia lAndrzej Koscik Tel: +48(0)58 661 60 96 Fax: +48(0)58 661 60 53 Mobile: +48(0)602 233 619 Email: [email protected] Szczecin lAdam Mazurkiewicz Tel: +48(0)91 423 97 07 Fax: +48(0)91 423 93 30 Mobile: +48(0)501 539 329 Email: [email protected] PORTUGAL Lisbon lJoão de Deus Gomes Pires Tel: +351 (0)21 391 8150 Fax: +351 (0)21 391 8159 Mobile: +351 (0)91 936 4885 Email: [email protected] Q JAPAN Chiba lShigeru Fujiki Tel: +81(0)50 1291 7326 Fax: +81(0)3 3733 2627 Mobile: +81(0)90 9826 9411 Email: [email protected] Osaka lMash Taguchi Tel: +81(0)66 612 1004 / 4300 Fax: +81(0)66 612 7400 Mobile: +81(0)90 7198 6721 Email: [email protected] Tokyo lShoji Yamashita* Tel: +81(0)35 410 8330 Fax: +81(0)35 410 8336 Mobile: +81(0)90 3406 3035 Email: [email protected] Yokohama lFusao Ohori Tel: +81(0)45 451 5585 Fax: +81(0)45 451 5584 Mobile: +81(0)90 6949 5469 Email: [email protected] KENYA Mombasa lJuma Khamis Tel: +254(0)41 2495 244 Fax: +254(0)41 2495 117 Mobile: +254(0)721 738053 Email: [email protected] KOREA Inchon lKwang-Jo Ko Tel: +82(0)32 881 9880 Fax: +82(0)32 884 3228 Mobile: +82(0)11 440 4611 Email: [email protected] Pusan lSang Gi Gim Tel: +82(0)51 469 0401 / 0294 Fax: +82(0)51 464 2762 Mobile: +82(0)11 585 2401 Email: [email protected] lBae Jung Ho Tel: +82(0)51 463 4828 Fax: +82(0)51 464 8423 Mobile: +82(0)11 832 4628 Email: [email protected] Seoul lHye Kyung Kim* Tel: +82(0)2 716 2764 Fax: +82(0)2 702 2271 Mobile: +82(0)11 441 1232 Email: [email protected] LATVIA Riga lNorbert Petrovskis Tel: +371(0)7 073 436 Fax: +371(0)7 383 577 Mobile: +371(0)29 215 136 Email: [email protected] LITHUANIA Klaipeda lAndrey Chernov Tel/Fax: +370(0)46 410 447 Mobile: +370(0)699 28198 Email: [email protected] NEW ZEALAND Wellington lKathy Whelan* Tel: +64(0)4 801 7613 Fax: +64(0)4 384 8766 Mobile: +64(0)21 666 405 Email: [email protected] NIGERIA Lagos lHenry Akinrolabu Tel/Fax: +234(0)1 793 6150 Email: [email protected] NORWAY Mosjøen lPål Aanes Tel: +47(0)75 175 135 Fax: +47(0)75 176 558 Mobile: +47(0)48 246 633 Email: [email protected] Oslo lNils Pedersen* Tel: +47(0)22 825 835 / 425 872 Fax: +47(0)22 423 056 Mobile: +47(0)90 148 487 Email: [email protected] lAngelica Gjestrum Tel: +47(0)22 825 824 Fax: +47(0)22 423 056 Mobile: +47(0)97 729 357 Email: [email protected] Porsgrunn lTruls M Hellenes Tel: +47(0)35 548 240 Fax: +47(0)35 548 023 Mobile: +47(0)90 980 487 Email: [email protected] Stavanger lAage Baerheim Tel: +47(0)51 840 549 Fax: +47(0)51 840 501 Mobile: +47(0)90 755 776 Email: [email protected] PANAMA Panama City lLuis Fruto Tel: +507(0) 264 5101 Fax: +507(0) 269 9741 Mobile: +507(0)66 178 525 Email: [email protected] PHILIPPINES Cebu City lJoselito O Pedaria Tel: +63(0)32 256 16 72 Fax: +63(0)32 253 25 31 Mobile: +63(0)920 970 0168 Email: [email protected] PUERTO RICO San Juan lFelipe García-Cortijo Tel: +1787(0)783 1755 Fax: +1787(0)273 7989 Mobile: +1787(0)410 1344 Email: [email protected] ROMANIA Constanta lAdrian Mihalcioiu Tel: +40(0)241 618 587 Fax: +40(0)241 616 915 Mobile: +40(0)722 248 828 Email: [email protected] RUSSIA St Petersburg lSergey Fishov* Tel/Fax: +7(0)812 718 6380 Mobile: +7(0)911 096 9383 Email: [email protected] lVictor Soloviov Tel/Fax: +7(0)812 714 9732 Mobile: +7(0)812 965 5224 Email: [email protected] Vladivostock lPetr Osichansky Tel/Fax: +7(0)423 251 2485 Mobile: +7(0)423 270 6485 Email: [email protected] SOUTH AFRICA Cape Town lCassiem Augustus Tel: +27(0)21 461 9410 Fax: +27(0)21 462 1299 Mobile: +27(0)82 773 6366 Email: [email protected] Durban lSprite Zungu* Tel/Fax: +27(0)31 909 1087 Mobile: +27(0)82 773 6367 Email: [email protected] SPAIN Algeciras lJosé M Ortega Tel: +34(0)956 657 046 Fax: +34(0)956 632 693 Mobile: +34(0)699 436 503 Email: [email protected] Barcelona lJoan Mas García Tel: +34(0)93 481 2766 Fax: +34(0)93 298 2179 Mobile: +34(0)629 302 503 Email: [email protected] Bilbao lMohamed Arrachedi Tel: +34(0)94 493 5659 Fax: +34(0)94 493 6296 Mobile: +34(0)629 419 007 Email: [email protected] Las Palmas lVictor Conde Tel: +34(0)928 467 630 Fax: +34(0)928 465 547 Mobile: +34(0)676 057 807 Email: [email protected] Valencia lGermán Arias Tel: +34(0)96 367 1263 / 0645 Fax: +34(0)96 367 1263 Mobile: +34(0)605 189 125 Email: [email protected] Vigo lLuz Baz Tel/Fax: +34(0)986 221 177 Mobile: +34(0)660 682 164 Email: [email protected] SWEDEN Gä vle lPeter Lövkvist Tel: +46(0)10 480 37 62 Fax: +46(0)87 23 18 03 Mobile: +46(0)70 626 77 89 Email: [email protected] Gothenburg lGöran Nilsson Tel: +46(0)10 480 31 21 Fax: +46(0)31 13 56 77 Mobile: +46(0)76 100 65 12 Email: [email protected] lGöran Larsson Tel: +46(0)10 480 31 14 Fax: +46(0)31 13 56 77 Mobile: +46(0)70 626 77 88 Email: [email protected] Helsingborg lSven Save Tel: +46(0)31 42 95 31 Fax: +46(0)42 37 43 45 Mobile: +46(0)70 57 49 713 Email: [email protected] Stockholm lCarl Tauson* Tel: +46(0)8 791 4100 Fax: +46(0)8 212 595 Mobile: +46(0)70 59 26 896 Email: [email protected] lAnnica Barning Tel: +46(0)8 454 8405 Fax: +46(0)8 411 6940 Mobile: +46(0)70 57 49 714 Email: [email protected] TAIWAN Taichung lSanders Chang Tel: +886(0)2658 4514 Fax: +886(0)2658 4517 Mobile: +886(0)955 415 705 Email: [email protected] Taipei lHuang Yu-Sheng* Tel: +886(0)2251 50302 Fax: +886(0)2250 61046 / 78211 Mobile: +886(0)933 906 398 Email: [email protected] TURKEY Istanbul lMuzaffer Civelek Tel: +90(0)216 347 3771 Fax: +90(0)216 347 4991 Mobile: +90(0)535 663 3124 Email: [email protected] UKRAINE Odessa lNataliya Yefrimenko Tel: +380(0)482 429 901 / 902 Fax: +380(0)482 429 906 Mobile: +380(0)503 366 792 Email: [email protected] UNITED KINGDOM Aberdeen lNorrie McVicar* Tel: +44(0)1224 582 688 Fax: +44(0)1224 584 165 Mobile: +44(0)7768 652 257 Email: [email protected] lNeil Keith Tel: +44(0)1224 582 688 Fax: +44(0)1224 584 165 Mobile: +44(0)7748 841 939 Email: [email protected] Bristol lBill Anderson Tel/Fax: +44(0)151 427 3668 Mobile: +44(0)7876 794 914 Email: [email protected] Liverpool lTommy Molloy Tel: +44(0)151 639 8454 Fax: +44(0)151 346 8801 Mobile: +44(0)7764 182 768 Email: [email protected] Tilbury lChris Jones Tel: +44(0)20 8989 6677 Fax: +44(0)20 8530 1015 Mobile: +44(0)7921 022 600 Email: [email protected] UNITED STATES Baltimore lArthur Petitpas Tel: +1(0)410 882 3977 Fax: +1(0)410 882 1976 Mobile: +1(0)443 562 3110 Email: [email protected] Houston lShwe Tun Aung Tel: +1(0)713 659 5152 Fax: +1(0)713 650 8629 Mobile: +1(0)713 447 0438 Email: [email protected] Los Angeles lStefan Mueller-Dombois Tel: +1(0)562 493 8714 Fax: +1(0)562 493 7190 Mobile: +1(0)562 673 9786 Email: [email protected] Miami lHans Saurenmann Tel: +1(0)321 783 8876 Fax: +1(0)321 783 2821 Mobile: +1(0)305 360 3279 Email: [email protected] Morehead City lTony Sacco Tel/Fax: +1(0)252 726 9796 Mobile: +1(0)252 646 2093 Email: [email protected] New Orleans lDwayne Boudreaux* Tel: +1(0)504 581 3196 (ext 7) Fax: +1(0)504 568 9996 Mobile: +1(0)504 442 1556 Email: [email protected] New York lEnrico Esopa* Tel: +1(0)718 832 6600 (ext 240) Fax: +1(0)718 832 8870 Mobile: +1(0)201 417 2805 Email: [email protected] Portland lMartin Larson Fax: +1(0)503 286 1223 Mobile: +1(0)503 347 7775 Email: [email protected] Puerto Rico See separate listing for Puerto Rico Seattle lLila Smith Tel: +1(0)206 533 0995 Fax: +1(0)206 533 0996 Mobile: +1(0)206 818 1195 Email: [email protected] lJeff Engels* Tel: +1(0)206 633 1614 Fax: +1(0)206 675 1614 Mobile: +1(0)206 331 2134 Email: [email protected] Tampa lTony Sasso Tel: +1(0)321 784 0686 Fax: +1(0)321 784 0522 Mobile: +1(0)321 258 8217 Email: [email protected] *Sebagai Koordinator ITF ANTIGUA AND BARBUDA BAHAMAS BARBADOS BELIZE BERMUDA BOLIVIA BURMA/MYANMAR CAMBODIA CAYMAN ISLANDS COMOROS CYPRUS EQUATORIAL GUINEA FRANCE (second register) GEORGIA GERMANY (second register) LEBANON LIBERIA GIBRALTAR HONDURAS MALTA MARSHALL ISLANDS JAMAICA Bendera Kemudahan MAURITIUS MONGOLIA NETHERLANDS ANTILLES NORTH KOREA PANAMA SÃO TOMÉ & PRÍ NCIPE SRI LANKA ST. VINCENT & THE GRENADINES TONGA VANUATU Ini adalah bendera-bendera kebangsaan kapal yang oleh Federasi Buruh Internasional disebut BENDERA KEMUDAHAN Sebagai tambahan, ada negara-negara tertentu tempat pendaftaran kapal yang melaksanakan pendaftaran dari kapal ke kapal yang beroperasi dibawah bendera kemudahan. KANTOR ITF, 49-60 BOROUGH ROAD, LONDON SE1 1DR TEL: +44 (0)20 7403 2733 FAX: +44 (0)20 7357 7871 EMAIL: [email protected] INTERNET: WWW.ITFGLOBAL.ORG Armada kapal se-dunia 35 negara bendera kapal ranking atas (ranking berdasarkan tonase, 1 Januari 2008) Jumlah kapal (diatas 1o0gt) 35 negara pemilik kapal rangking atas Gross tonase GT (m) (jutaan) 1Januari 2007 Usia rata-rata kapal (berdasarkan tonase 1 Januari 2008) Jumlah kapal (diatas 1,000gt) Gross Tonase (jutaan) Usia rata-rata (kapal) 1 Panama* 7,605 168.2 155.0 19 1 Japan 3,526 110.0 9 2 Liberia* 2,171 76.6 68.4 12 2 Greece 3,121 103.3 16 3 Bahamas* 1,430 43.7 40.8 15 3 Germany 3,223 69.2 8 4 Singapore 2,257 36.3 32.2 10 4 China 3,317 54.3 20 5 Marshall Islands* 1,099 36.0 32.8 10 5 United States 1,760 35.4 18 6 Hong Kong (China) 1,242 35.8 32.7 12 6 Norway 1,825 33.7 15 7 Greece 1,478 35.7 32.0 22 7 South Korea 1,136 23.5 17 8 Malta* 1,421 27.8 24.8 16 8 Denmark 856 21.2 12 9 China 3,799 24.9 23.5 23 9 Hong Kong (China) 650 20.1 12 10 Cyprus* 985 19.0 19.0 14 10 United Kingdom 865 20.1 13 11 598 14.7 14.8 16 11 Singapore 869 17.7 15 12 United Kingdom 1,637 13.4 12.1 20 12 Taiwan 589 17.5 13 13 South Korea 2,946 13.1 10.5 25 13 Italy 771 14.3 16 14 Italy 1,564 13.0 12.6 22 14 Russia 2,129 13.8 24 Norway (NIS second register) 15 Germany 885 12.9 11.4 21 15 Canada 418 12.1 21 16 Japan 6,519 12.8 12.8 15 16 India 538 9.7 17 17 United States 6,416 11.3 11.1 26 17 Malaysia 393 8.9 16 152 9.2 8.4 12 18 Turkey 1,024 8.5 19 18 Bermuda* (United Kingdom) 19 India 1,417 9.2 8.4 18 19 Belgium 234 7.3 14 435 9.0 8.2 17 20 Saudi Arabia 165 7.3 15 21 Antigua and Barbuda* 1,130 8.6 7.9 11 21 Sweden 364 7.1 14 22 Russia 3,481 7.6 8.0 24 22 United Arab Emirates 425 6.5 21 23 Malaysia 1,151 7.0 6.4 16 23 France 358 6.4 11 24 Netherlands 1,258 6.1 5.8 17 24 Netherlands 755 6.2 13 25 St Vincent* 1,048 5.9 6.1 25 25 Iran 179 5.9 16 26 Indonesia 4,469 5.7 5.3 21 26 Indonesia 850 5.3 23 27 Philippines 1,840 5.1 5.1 28 27 Spain 377 3.5 17 28 Turkey 1,252 5.0 4.8 25 28 Kuwait 69 3.4 16 572 4.0 3.9 32 29 Switzerland 161 2.9 15 20 Denmark (DIS second register) 29 Sweden 30 Iran 508 3.6 5.2 22 30 Thailand 342 2.7 23 1,490 3.4 3.4 26 31 Brazil 143 2.5 22 32 Thailand 858 2.8 2.9 26 32 Ukraine 469 2.3 25 33 Canada 927 2.8 2.8 31 33 Finland 140 2.1 17 34 Taiwan 629 2.7 2.8 26 34 Israel 72 2.0 18 35 Kuwait 212 2.4 2.2 24 35 Monaco 73 1.9 17 97,504 774.9 721.9 22 41,184 756.1 22 31 Norway Total armada dunia Sumber: Lloyd’s Register of Shipping. * Tercatat sebagai bendera kemudahan 26 Buletin Pelaut ITF 2009 Total armada dunia Sumber: Lloyd’s Register of Shipping www.itfseafarers.org Sekitar 1200 pelaut Birma yang tidak memiliki dokumen berada di Pulau Tual, Indonesia. Banyak di antara mereka yang melarikan diri dari kekerasan luar biasa. “ Dia dihadapkan dengan pilihan yang sulit: tetap berada di kapal ikan dan mati, atau kabur dari kapal ketika berlabuh di Tual.” www.itfseafarers.org Pembunuhan di laut D ari udara, Pulau Tual nampak sangat indah menawan. Pohon kelapa yang melambai-lambai dan pantai laksana mutiara-putih dan berpadu dengan biru laut teduh dari Laut Banda, belahan timur Indonesia. Namun bagi ratusan Pelaut Birma, yang terperangkap disana, Tual adalah laksana penjara. Dari temuan terakhir misi ITF ke pulau tersebut, kemungkinan sekira 700 hingga 1200 pelaut tidak berdokumen yang melarikan diri dari Birma berada di Tual dan pulau-pulau sekitarnya, yang terletak hampir 3.000 kilometer sebelah timur Jakarta, ibukota Indonesia. Mereka kabur dari pembunuhan ditengah laut dan kondisi kerja yang brutal untuk mencari selamat di Indonesia, namun mereka tetap hidup dalam ketakutan akan ditangkap dan dideportasi kembali ke Thailand atau ke diktator militer di kampung halaman mereka. Banyak dari pelaut yang ditelantarkan, antara lain Soe Min dan temannya Saing Winna, begitu berhati-hati dalam mendapatkan makanan atau bertani di pedalaman hutan dari pulau tersebut. Bagi mereka, pulau yang terpencil, tidak terlalu dikenal, ribuan kilometer dari tanah air mereka-yang diperintah oleh militer, bukanlah surga. "Kami tinggal di sini karena kami tidak punya pilihan. Kami tidak ingin tinggal di negara lain. Semua orang ingin kembali ke kampung halaman”, kata Winna. "Orang-orang Birma disini sudah mendapat banyak masalah," kata Min. "Tidak masalah kecil, tetapi masalah besar. Mereka merindukan Birma dan menghadapi banyak kesulitan. Saya telah melihat orangorang begitu putus asa, tertawa dan menangis, di depan saya. Ini adalah cara mereka mengungkapkan perasaannya”. DAVID BROWNE melaporkan kekejaman yang tiada taranya yang dialami oleh para Pelaut Birma. Soe Min, yang mengatakan dia dihadapkan dengan pilihan yang sulit: tetap berada di kapal dan mati, atau kabur dari kapal ketika berlabuh di Tual, telah tampil sebagai pemimpin dari para pelaut yang diasingkan tersebut; dikuatkan dengan perkawinannya dengan Popi, seorang wanita setempat yang memiliki rumah kecil diujung sebuah desa. Kebrutalan di atas kapal Kami bertemu Min dan delapan pelaut Birma lainnya di sebuah hutan tempat persembunyian mereka. Berusia 33, dengan tinggi sedang, dan nampak kuat, dia desersi dari ketentaraan di Burma dan melarikan diri dari negara tersebut setelah dia diperintahkan untuk melakukan pembunuhan masal terhadap penduduk desa yang tidak berdosa. "Bila kita memasuki desa, anda dapat pastikan bahwa desa tersebut akan mendapatkan masalah," katanya. "Ada yang berkelahi dan menembak. Komandan memerintahkan kami untuk membunuh setiap orang di desa dan membakarnya. Kita harus mengikuti perintah-perintahnya. Beberapa orang tidak tahu apa-apa. Pernah ada beberapa anak laki-laki yang berusia 15 tahunan. Kami membunuh mereka semua”. Tetapi di laut, yang bekerja secara ilegal di atas kapal Thailand, dengan dokumen palsu Thailand dan janji-janji upah, Min memasuki sebuah dunia yang sama brutalnya dengan ➡ Buletin Pelaut ITF 2009 27 Pelaut perikanan Pemimpin Serikat Pekerja Aung Thu Ya (kiri): " Jelas bahwa ini adalah kejahatan. " SoeMin (kanan): yang temannya dipukuli sampai mati. Saing Winna (ujung kanan): dijual ke perbudakan. ➡ Pembunuhan di laut yang dia telah lari darinya. Dia ingat pembunuhan terhadap seorang temannya di laut. "Sejak kami meninggalkan Thailand teman saya mabuk laut, dan ia belum terbiasa dengan pekerjaan. Nakhoda tidak menyukainya sama sekali. Teman saya tidak dapat berbicara bahasa Thailand, sehingga tidak memahami yang dikatakan oleh Nakhoda”. "Air mulai menggenangi geladak dan seekor cumi-cumi terjatuh keluar dari keranjang. Nakhoda berteriak agar ia mengambilnya, tetapi dia tidak mengerti. Kemudian, cumi-cumi jatuh keluar kapal”. "Nakhoda turun dan memukul dia dengan sebuah pipa. Teman saya mengangkat tangannya ketika pukulan pertama menghantam sehingga kedua tanggannya patah. Pukulan yang kedua mematahkan tulang punggungnya”. ”Kemudian dia memukul bagian belakang kepalanya. Ia terjatuh di geladak. Ada beberapa pekerja Thailand di dekatnya. Nakhoda menjatuhkan pipa, mencuci tangannya dan kembali ke ruang kemudi. Dia memerintahkan orang-orangnya untuk menceburkannya ke laut. Kami lihat dia masih hidup”. "Ketika ia kembali ke ruang kemudi, Nakhoda mengambil pengeras suara dan memberi peringatan pada semua orang: "Kalian lihat apa? Kembali ke tempat kerja. Jika kamu ingin jadi seperti dia, maka bertingkahlah seperti dia! ". Soe Min juga menyaksikan pembunuhan 28 Buletin Pelaut ITF 2009 mengerikan lainnya yang dilakukan oleh Nakhoda Thailand. "Seseorang buang air besar di samping kapal”, katanya. "Beberapa awak melaporkan hal tersebut kepada nakhoda. Nakhoda turun, melihat sekitar, mengambil sebuah pipa, kemudian dia pukulkan sekali ke orang tersebut. Kami melihat dia dipukul. Tetapi kami tidak melihat di bagian mana dia dipukul. Badannya langsung terjatuh ke laut”. "Setelah kejadian itu, pada saat sibuk, semua orang takut untuk buang air besar atau kencing. Beberapa orang terpaksa buang air dicelana dengan terus bekerja. " Saing Winna, berusia 45, adalah bujang dan hidup sebatangkara di Tual. Dia dari suku Chin etnis minoritas Birma, yang dikenal dengan kisahnya sebagai pejuang di hutan bersama tentara sekutu melawan pasukan Jepang pada Perang Dunia II, ia melarikan diri dari razia polisi dan imigrasi dengan bersembunyi di dalam hutan. "Saya pikir kami orang perahu dari Birma mati seperti anjing dan babi. Saya dijual sebagai budak oleh calo, yang mengoper saya dari satu tempat ke tempat lain. Pada akhirnya, saya dijual ke perusahaan penangkapan ikan di Mahachai, dekat Bangkok”, katanya. "Ketika saya berada di sebuah kapal Thailand seorang koki Thailand memukul salah satu orang Birma dengan batangan besi di depan mata saya. Nakhoda kemudian bertanya apakah orang tersebut telah mati atau belum. Saya bilang kepadanya: "Dia belum meninggal, biarkan saya bersamanya, saya akan merawatnya”. "Orang tersebut dipukul di bagian belakang kepalanya hingga otaknya keluar. Saya rengkuh dia. Sejam kemudian dia meninggal; orang muda tersebut meninggal sejam kemudian. "Kami tidak dapat kembali ke Birma, kami tidak memiliki kontak hubungan. Bila kami memiliki kontak kami tidak memiliki uang. Kami telah mendapat banyak kesulitan di Birma, sehingga kami tidak dapat kembali”. Diaspora Orang Burma Para pelaut yang terdampar di Tual adalah bagian dari 3 juta orang Birma yang merupakan diaspora besar, lari dari 60 tahun perang saudara, sejak tahun 1960-an, sebuah suksesi ke rezim militer yang brutal di tanah air. ITF memperkirakan terdapat lebih dari 250.000 pelaut perikanan Birma bermigrasi, termasuk pekerja perempuan ditempattempat pengolahan ikan, dalam milaran dolar industri perikanan Thailand yang berorientasi ekspor. Tetapi hanya 70.000 yang terdaftar legal. Seperti Saing Winna, mayoritas pekerja telah diperdagangkan ke seluruh perbatasan Thailand- Birma yang mudah dilewati dan dijual dari agen ke agen dalam genggaman Mafia Perikanan Thailand. Setelah berada di atas kapal ikan Thailand, mereka diberikan dokumen palsu Thailand, dan bekerja membanting tulang selama 14 hingga 20 jam per-shif dengan bayaranUS$ 50 sebulan. Yang beruntung bisa mendapatkan bayaran US$ 9,000 sebagai bonus di akhir kontrak, tetapi hanya setelah tiga sampai lima tahun pelayaran. Pemimpin dalam pengasingan dari Serikat Pekerja Pelaut Birma yang berafiliasi ke ITF, Aung Thu Ya, yang berbasis di Bangkok, mendampingi kami dalam kunjungan ke Pulau Tual. Ia berkata: "Nakhoda maupun Skipper www.itfseafarers.org Pelaut perikanan Bagaimana situasi di Burma? Diktator militer Birma telah memerintah selama beberapa dekade. Ini adalah salah satu pelanggaran terburuk terhadap HAM dan hak-hak serikat pekerja di dunia. Tidak hanya kerja paksa dan tindakan sewenang-wenang terhadap manusia dan serikat pekerja yang serius dan dalam skala besar, lebih dari itu, tidak ada kebebasan berserikat dan tidak ada demokrasi. Sumber: ITUC Mengapa buruh migran rentan? Banyak Pelaut perikanan dari Birma bekerja di Thailand, untuk melepaskan diri dari situasi yang dijelaskan di atas. Buruh migran ini sangat rentan terhadap eksploitasi, khususnya pemerasan dan kekerasan fisik, di tangan penyelundup, pengusaha, atau polisi setempat. Banyak pekerja tidak dibayar dengan upah minimum, dan tergantung pada kebaikan majikan mereka. Apakah ITF lakukan untuk membantu pelaut perikanan Birma? ITF Fisheries Section Committee mengadopsi sebuah resolusi pada bulan April 2007 yang terkait dengan kematian mengerikan 39 pelaut perikanan Birma yang bekerja di kapal ikan Thailand telah melakukan kekejaman diluar kemanusiaan terhadap para pelaut Birma. Kekejaman tersebut tidak hanya ditujukan terhadap individu tetapi juga kelompokkelompok kami. "Situasi ekonomi negara kami saat ini sangat miskin dan lebih rendah daripada Thailand. Itulah mengapa orang Birma direndahkan dan dieksploitasi. Mereka memperlakukan kami orang perahu Burma dengan cara tidak adil dan kasar. Mereka menyiksa pelaut kami tetapi kekayaan dan kemakmuran mereka tergantung pada kami”. Kesatuan Pelaut Indonesia yang berafiliasi dengan ITF, kini sedang menyelidiki keadaan buruk dari para pelaut Birma yang ditelantarkan di Tual. Melly Passal, Petugas Penghubung KPI di Pulau Tual, berkata: "KPI bekerja sangat keras untuk memantau situasi ini. Kami mendapatkan data dan informasi dari Syahbandar, kemudian kami menghubungi imigrasi, pemilik kapal dan pengusaha dan bilang ke mereka untuk menghentikan intimidasi, pemukulan dan kejahatan kriminal di laut. Kami pelaut, mereka juga pelaut”. "Ini jelas merupakan tindak pidana, karena tidak seorangpun boleh membunuh orang lain. Dia harus berpikir bahwa dia manusia dan saya juga manusia. Kita harus dapat hidup bersama. Jika seorang manusia melakukan pembunuhan terhadap manusia lain, itu melanggar hukum: hukum Indonesia dan hukum internasional. Sama saja”. Otoritas yang berwenang di Indonesia sedikit demi sedikit mulai menyadari kekejaman yang diderita oleh para pelaut perikanan Birma yang bekerja di kapal www.itfseafarers.org Thailand di perairan Indonesia. Komite mendesak pemerintah Indonesia untuk mengambil tindakan untuk mencegah perbuatan jahat melanggar HAM yang mencengangkan di perairan Indonesia dan meminta otoritas Thailand untuk memberikan sanksi yang tepat terhadap warga negara yang terlibat dalam eksploitasi kejam terhadap buruh migran. ITF telah mulai dengan proyek tiga tahun untuk pengorganisasian di Asia timur jauh yang disponsori oleh yayasan FES pada 2008. Proyek ini berfokus pada pelaut perikanan Filipina, Indonesia dan Birma yang ada di Thailand, dengan tujuan untuk Thailand. Johannes Saija, pejabat kepala imigrasi di Tual, berkata kepada ITF: "Pada mulanya, ketika mereka pertama kali datang ke sini, apakah mereka Birma, Kamboja, India atau Thailand, mereka semua berdokumen Thailand. "Karena kekerasan yang mereka derita di tangan bos kapal, mereka tidak ingin kembali ke kapal. Jadi, mereka turun di Tual dan membuat masalah sehingga masyarakat setempat melaporkannya ke kantor imigrasi dan kami menangkap dan mendeportasi mereka”. "Kami merasa kasihan pada mereka. Beberapa ada pula yang tinggal di hutan; ada yang tinggal bersama masyarakat setempat. Sulit bagi mereka untuk mendapatkan makanan, sehingga lebih baik bagi mereka jika imigrasi mengambil dan membawa mereka kekantor ini dan mengirim mereka pulang ke negara mereka”. Sel tahanan imigrasi Walaupun kantornya besar, Kantor Imigrasi Tual hanya memiliki dana dan fasilitas untuk menahan dua belas tahanan pada waktu tertentu. Dan, lebih ironisnya, departemen tersebut mengandalkan bos-bos kapal Thailand yang niat baiknya diragukan, untuk mendeportasi mereka ke Thailand, yang hanya memperbarui siklus balas dendam. Diwawancarai di sel tahanan imigrasi Tual, Phyoe Maung Maung, berusia 24, dia berkata bahwa dia melompat dari kapal dan bersembunyi di Tual selama empat bulan sebelum ditangkap. "Kami akan kembali kapal Thailand. Kami tidak bisa membayangkan masalah apa yang mungkin kami hadapi, " katanya. Rekan sesama tahanan Birma lainnya, Ko meningkatkan kondisi kerja dan kehidupan para penangkap ikan di kawasan ini. ITF Fiseheries Section dan afiliasinya lebih lanjut mencoba untuk meyakinkan masyarakat internasional untuk membantu upaya ini. Mereka juga bekerja melalui ITF Seafarers' Turst dengan organisasi kesejahteraan yang relevan dalam mengembangkan proyekproyek yang tepat yang dapat membantu pelaut perikanan Birma. ITF kawasan Asia / Pasifik telah menyelenggarakan beberapa kegiatan dalam beberapa tahun terakhir di Thailand untuk memperbaiki kondisi kerja dan kehidupan dari buruh migran Birma. Yasha itu jelas stres berat memikirkan dirinya akan terpaksa harus terpisah dari istri yang orang setempat serta dua anak perempuannya yang masih kecil. "Salah satunya berumur dua tahun, yang satunya lagi bahkan baru setahun lebih sedikit. Saya harus menyekolahkan mereka sedangkan istri saya tidak memiliki pekerjaan. Saya satu-satunya pencari nafkah”, ia menghiba. "Saya merasa begitu sedih untuk anak-anak. Saya akan kembali jika mereka tidak menangkap saya lagi. Kami tidak tahu apakah mereka akan memukuli kami, menendang kami, atau membunuh kami di laut. Kami akan beruntung jika tiba masih dalam keadaan utuh”. ● David Browne adalah wartawan freelance dan reporter yang melakukan investigasi. ” Kami tidak tahu apakah mereka akan memukuli kami, menendang kami, atau membunuh kami di laut. Kami akan beruntung jika tiba masih dalam keadaan utuh.” Buletin Pelaut ITF 2009 29 Federasi Buruh Transport Internasional Anda butuh bantuan? Jika ya, kirimkan fax ini kepada kami … Kepada : ITF Actions Team, Maritime Operations Department (fax:+44 20 7940 9285 atau +44 20 7357 7871) Hal : Mohon bantuan Data-data anda/Your details Nama lengkap/Your name (will be treated in confidence) Tel/HP/Your contact number(s) Posisi dikapal (contohnya: AB) Kewarganegaraan Your position on board (for example, AB) Your nationality Data-data kapal/Details of the ship Nama kapal/Ship name Type kapal/Type of ship Bendera/Flag Nomer IMO/IMO number Lokasi terakhir kapal/Current location of the ship Pelabuhan tujuan + ETA/Next port of call + ETA Jumlah & Kewarganegaraan awak kapal Number of crew/nationalities Jenis & jumlah muatan Type of cargo/quantity on board Nama pemilik/operator kapal Name of shipowner/operator Apa masalahnya?/What is the problem? Uraikan masalah anda dengan jelas Describe the problem (giving as much detail as possible) Berapa lama masalah ini sudah anda alami? How long have you been experiencing this problem? Apakah anda pernah mengalami masalah yang sama? (tolong jelaskan) Are there others experiencing similar problems on board? (Please give details) Sudah berapa lama anda dikapal? How long have you been on board this ship? Bantuan apa yang anda inginkan? (contohnya : gaji yang belum terbayar, pemulangan dll) What kind of help are you looking for? (for example, recovery of wages, repatriation etc) Patrice Terraz Hati-hati sebelum tandatangan kontrak : saran dari ITF apabila akan bekerja dilaut. Q Jaminan terbaik bagi kejelasan kondisi kerja dilaut semata-mata hanya dengan menandatangani kontrak sesuai perjanjian kolektif ITF. Apabila tidak bisa, maka berikut ini adalah langkah-langkah yang perlu diperhatikan. Jangan bekerja disuatu kapal tanpa kontrak tertulis. A A Jangan pernah menandatangani blanko kontrak kosong atau suatu kontrak yang nantinya akan mengikat anda dengan ketentuan-ketentuan dan persyaratanpersyaratan yang tidak lazim atau tidak dimengerti oleh anda. Periksalah apakah kontrak yang anda tandatangani telah sesuai dengan PKB. Jika ya, pastikan bahwa anda mengetahui dengan jelas ketentuan-ketentuan dari PKB, dan simpanlah sebuah salinannya bersama dengan kontrak anda. A A A Pastikan bahwa masa kontrak anda telah tercantum dengan jelas. Jangan menandatangani suatu kontrak yang dapat memberikan kewenangan kepada pemilik kapal untuk merubahnya secara sepihak selagi anda masih terikat dengan kontrak yang lama. Apapun yang telah disetujui dalam kontrak hanya dapat dirubah dengan persetujuan bersama. Harus selalu memastikan bahwa kontrak tersebut dengan jelas menyatakan upah pokok yang menjadi hak anda dan pastikan pula bahwa dasar jam kerja anda ditulis dengan jelas (misalnya 40, 44 atau 48 jam per minggu). ILO menyatakan bahwa jam kerja dasar harus maksimum 48 jam per minggu (208 jam per bulan). A www.itfseafarers.org Pastikan bahwa kontrak yang ditandatangani dengan jelas mengatur tentang waktu lembur yang dibayarkan dan berapa nilainya. Bisa saja jumlah pembayaran lembur yang dihitung per-jamnya secara keseluruhan lebih besar dari upah pokok anda. Atau mungkin ada pembayaran lembur tetap sebagai suatu jaminan lembur bulanan, dalam hal ini maka besarnya untuk jam kerja yang dilaksanakan melampaui waktu lembur yang telah dijamin, harus dengan jelas dinyatakan. ILO menetapkan bahwa semua jam kerja lembur harus dibayar minimum 1,25x pembayaran normal per-jamnya. A Pastikan bahwa kontrak anda dengan jelas menyatakan berapa jumlah hari cuti yang dibayarkan yang harus anda terima setiap bulan. ILO menetukan pembayaran hari cuti tidak boleh kurang dari 30 hari per-tahun (2,5 hari per-bulan kalender). A Pastikan bahwa pembayaran upah pokok, lembur dan cuti tertera dengan jelas dan terperinci dalam kontrak. A A Jangan menandatangani kontrak yang memungkinkan pemilik kapal menahan atau menerima sebagian dari upah anda selama masa kontrak. Anda berhak sepenuhnya atas pembayaran upah yang diperoleh pada setiap akhir bulan kalender. A Sadarilah bahwa setiap kontrak pekerjaan tidak selalu mencantumkan rincian tunjangan tambahan. Karena itu anda harus mencoba untuk mendapatkan konfirmasi/kepastian (lebih baik dalam perjanjian tertulis atau hak kontrak) tentang besarnya kompensasi yang dibayarkan kepada anda apabila: • Sakit atau kecelakaan selama masa kontrak • Meninggal dunia (jumlah yang harus dibayarkan kepada ahli waris) • Tenggelamnya kapal • Kehilangan barang pribadi akibat tenggelamnya kapal. • PHK sebelum selesai kontrak. A Jangan pernah menandatangani kontrak yang menyatakan bahwa anda bertanggung jawab atas sebagian/seluruh biaya penempatan atau pemulangan anda. Pastikan bahwa anda diberi dan menerima sebuah salinan kontrak yang anda tandatangani. Jangan menandatangani kontrak yang memungkinkan pemilik kapal menahan atau menerima sebagian dari upah anda selama masa kontrak. Anda berhak sepenuhnya atas pembayaran upah yang diperoleh pada setiap akhir bulan kalender. Ingat …apapun ketentuan dan persyaratanya sebuah kontrak/perjanjian yang secara suka rela anda setujui, secara hukum akan dianggap sah dan mengikat. A A A ITF Seafarers’ Bulletin 2009 31 Kriminalisasi Pelaut C aptain Jasprit Chawla dan Mualim-I Syam Chetan mengalami sebuah tahun yang menyedihkan diukur dengan standar siapapun. Kedua perwira tersebut ditahan di Korea sejak Desember 2007, setelah terjadinya tumpahan minyak yang secara umum dipahami bahwa itu bukan kesalahan mereka. Mereka tidak bersalah, dibebaskan, dan kemudian kembali ditahan sambil menunggu tuntutan banding. Tuntutan yang kedua ini, menyatakan bahwa keduanya dinyatakan bersalah. Meskipun mendapat kecaman secara luas, otoritas Korea tetap menahan kedua perwira tersebut dan memisahkan mereka dari keluarga mereka. Kampanye untuk membebaskan kedua perwira ini telah membuat ITF dan kalangan pelayaran bekerja sama pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya. Perusahaan yang mempekerjakan kedua perwira tersebut, V Ships, terus mendukung mereka sepanjang berlangsungnya cobaan ini. ITF, institusi pelayaran dan serikat pekerja pelaut India semuanya menentang putusan yang ditetapkan oleh pengadilan Korea. Banyak aktivis serikat pekerja dan lainnya telah meluncurkan protes, termasuk satu blog yang mengungkapkan kemuakan, dan satu video YouTube yang menunjukkan peristiwa tubrukan kapal tersebut dengan penjelasan tentang tuduhan yang menggelikan terhadap kedua laki-laki ini. Tindakan ITF dan kalangan pelayaran akhirnya memberikan tekanan pada pemerintah Korea untuk membebaskan kedua Hebei ini dengan jaminan pada bulan Januari tahun ini, sementara menunggu hakim pengadilan tertinggi menentukan nasib mereka. Pada saat berita ini masuk cetak, putusan belum dikeluarkan dan ITF masih terus berkampanye untuk ke-dua-nya agar diperbolehkan pulang. Berikut adalah kisah lengkapnya. 15 bulan di neraka 7 Desember 2007: Sebuah Crane Barge yang sedang ditarik Tug Boat milik Samsung Heavy Industries collided bertubrukan dengan VLCC Hebei Spirit akibat putusnya tali toing. Tidak ada korban yang dilaporkan, namun tabrakan tersebut telah melubangi tiga dari lima tangki yang ada di VLCC dan mengakibatkan bocornya sekira 10.800 ton minyak. Dua perwira Hebei Spirit ditahan di Korea, sambil menunggu persidangan. 24 Juni 2008: Persidangan menyimpulkan bahwa para perwira Hebei Spirit tidak bersalah, sebagaimana para personil kapal tongkang. Nakhoda dari dua Tug Boat dinyatakan bersalah. Samsung Heavy Industries juga didenda. Meskipun dibebaskan dari tuduhan, baik Nakhoda maupun Mualim-I tetap ditahan di Korea, karena jaksa memohon banding terhadap putusan tersebut, sehingga kasusnya 32 Buletin Pelaut ITF 2009 Dukungan kepada dua Hebei ITF dan kalangan pelayaran telah bekerja sama untuk mengeluarkan dua kru Hebei dari penjara, namun kampanye belum selesai, kata NICHOLA SMITH. diteruskan hingga ke pengadilan tingkat berikutnya. 7 Juli 2008: ITF memohon kepada pihak berwenang Korea Selatan untuk membolehkan ke-dua-nya pulang. Didukung oleh V-Ships, kedua laki-laki tersebut memberi jaminan bahwa mereka akan kembali untuk persidangan berikutnya. ITF Maritime Coordinator, Stephen Cotton, berkata: "Captain Chawla dan Mualim-I Chetan meminta agar bisa pulang. Kami tidak dapat melihat adanya alasan untuk tidak memperbolehkan mereka pulang”. ITF bekerjasama dengan lembaga pelayaran lainnya, termasuk Bimco, International Chamber of Shipping, International Shipping Federation, Intercargo, Intertanko, Internasional Group of P & I Clubs dan Asosiasi Pemilik Kapal Hong Kong, memrotes dengan keras. Mereka mengeluarkan pernyataan bersama yang isinya menyatakan keterkejutan dan keprihatinan besar mereka terkait berita tentang putusan pengadilan Korea, dan menyebutnya "tidak tepat, tidak masuk akal dan bertentangan dengan HAM kedua laki-laki tersebut", sehingga jelas bahwa mereka akan terus kampanye untuk pelepasan kedua perwira ini. Hal tersebut merupakan sebuah langkah yang tidak biasa bagi institusi pelayaran karena biasanya mereka menjauh dari hal-hal seperti itu, tidak ingin mencampuri kedaulatan negara. Juli-November 2008: Pengadilan Korea tidak mungkin dipindahkan dan kedua perwira akan tetap ditahan bermil-mil jauhnya dari kampung halaman dan keluarga mereka di India.Kedua officer ini khawatir dengan reaksi di rumah terhadap berita tersebut, dan apakah keluarga mereka dapat mengatasi stres terkait penahanan tersebut. Chetan baru saja melewatkan ulang tahun pertama anaknya. Tindakan yang tidak adil dari pengadilan Korea dimana pengadilan berkeinginan untuk mendapatkan kompensasi kerugian dengan menimpakan kesalahan kepada para pelaut “Mereka tidak bersalah, dibebaskan, dan kemudian kembali ditahan sambil menunggu tuntutan banding. Tuntutan yang kedua ini, menyatakan bahwa keduanya dinyatakan bersalah. Meskipun mendapat kecaman secara luas, otoritas Korea tetap menahan kedua perwira tersebut dan memisahkan mereka dari keluarga mereka”. www.itfseafarers.org Syam Chetan (kedua dari kiri) dan Jasprit Chawla (kedua dari kanan) bersama keluarganya. yang tidak bersalah, mulai khawatir akan seperti apa jadinya jika mereka diijinkan untuk pulang. Sementara itu, protes terus berlanjut. Sekjen ITF David Cockroft bertemu pejabat kementerian kehakiman di Seoul atas nama kedua laki-laki tersebut. Di India, serikat pekerja pelaut menggelar demonstrasi bersama di Mumbai. Protes tersebut membuat pemerintah India berjanji untuk membawakan masalah tersebut ke pemerintah Korea dan IMO, disamping janji dari Konsul Korea untuk mengangkat permasalahan ini di Seoul. Abdulgani Serang, sekjen dari National Union of Seafarers of India, bersama dengan rekan dari serikat pekerja pelaut India lainnya memastikan bahwa, permasalahan kedua Hebei ini harus tetap menjadi prioritas agenda serikat pekerja di seantero dunia. 19 November 2008: Pertemuan ITF Seafarers' Section menetapkan akan melakukan “segala upaya untuk memastikan dilepaskannya Nakhoda dan Mualim-I Hebei Spirit dan diakhirinya ketidakadilan yang ditujukan kepada mereka ". Selanjutnya dibulan yang sama, serikatserikat pekerja maritim dan perusahaan pelayaran akan bergabung untuk mengecam penahanan kedua perwira yang masih berlangsung, juga perlakuan terhadap mereka. Yang berjanji untuk melakukan apapun supaya dapat memastikan mereka dilepaskan. Kedua belah pihak menyatakan bahwa akibat dari tabrakan dan tertumpahnya minyak tidak dapat dituduhkan sebagai kelalaian apapun dari kedua perwira tersebut dan dakwaan bersalah yang didakwakan kepada mereka dibawah hukum Korea Selatan memberikan perlakuan yang tidak adil serta bertentangan dengan hak asasi manusia. www.itfseafarers.org 26 November 2008: Pada pembukaan pertemuan IMO Maritime Safety Committee di London, ITF mendukung intervensi yang kuat yang berpihak pada kedua perwira India yang ditahan, Hong Kong dan Cina, menyatakan: "Kami bersimpati dengan kedua orang tersebut yang terkena dampak tertumpahnya minyak di Korea Selatan dan mengakui bahwa Capt. Chawla dan Mualim-I Chetan telah dinyatakan tidak bersalah dalam hal tumpahnya minyak pada akhir Desember. Kami mengakui bahwa pemerintah Korea tidak dapat mencampuri sistem peradilan tetapi kami meminta mereka untuk melakukan segala hal yang memungkinkan kedua pelaut tersebut dipulangkan secepatnya. Para pelaut di seluruh dunia dan perwakilan mereka sangat prihatin terkait perlakuan tidak adil terhadap kedua laki-laki ini. " 10 Desember 2008: Putusan pengadilan telah diumumkan. Menjelang keluarnya putusan, serikat-serikat pekerja maritim di seluruh dunia telah berjanji memberikan dukungan mereka dengan mendatangi kedutaankedutaan besar Korea di negara masingmasing dan menyerahkan surat protes kepada otoritas dan pemerintah Korea, serta menggelar demonstrasi. Meskipun aksi-aksi tersebut berlangsung, Chawla dan Chetan tetap divonis bersalah dan dihukum masing-masing 18 bulan dan delapan bulan. Kecaman luar biasa keras ditujukan pada putusan tersebut. Bagi ITF, Cotton berkata: "Ini bukan keadilan. Bahkan dekat pun tidak. Apa yang kita lihat hari ini adalah pengambinghitaman dan penolakan untuk mempertimbangkan bukti yang lebih luas menimbulan pertanyaan tentang kepantasan pengadilan. Keputusan ini benar-benar membingungkan dan beraroma balas dendam”. Ini adalah bentuk sentimen yang digaungkan oleh kalangan industri tertentu. 14 Januari 2009: ITF dan kalangan pelayaran memutuskan untuk memberikan tekanan lebih lanjut pada pemerintah Korea. Mereka mengumumkan protes bersama di London, bersama dengan diplomat internasional dan kegiatan kampanye. Hanya satu hari setelah pengumuman pertemuan protes, pengadilan tinggi membebaskan kedua laki-laki ini dengan jaminan. Februari 2009: Berbicara beberapa saat setelah dibebaskan dengan jaminan, Chawla berkata: "Kami sangat lega bisa keluar dari penjara, masih lebih baik keluar penjara dengan jaminan." Kedua orang ini telah mendengar tentang kampanye untuk membebaskan mereka dan upaya-upaya serikat pekerja India, pemerintah India, ITF dan afiliasinya. "Terima kasih untuk semua dukungan yang terus menerus diberikan. Kami benar-benar sangat merasa terbantu sepanjang waktu ini dan kami tidak akan dapat melalui semua ini tanpa dukungan-dukungan tersebut, "ungkap Chawla. Kedua laki-laki ini masih belum pulang pada saat tulisan ini dibuat, namun semua penuh harap bahwa sorotan internasional akan tetap diberikan pada Korea, yang akan mendorong pengadilan tertingginya untuk membuat keputusan yang tepat dan menghapuskan semua cacat hukum mereka, sehingga mereka dapat kembali pulang ke rumah. Sebagaimana dikatakan oleh Chawla: "Kita semua berharap bahwa kami dapat pulang ke rumah dan bersama keluarga kami kembali." ● Nichola Smith, Section Assistant untuk Agreements Team dalam the Maritime Operations Department di kantor pusat ITF. Buletin Pelaut ITF 2009 33 Buruh B/M di Asia tenggara memperlihatkan dukungan mereka untuk pelaut dengan memperlambat kegiatan selama berlangsungnya week of action. B uruh B/M, stevedores, longshoremen dan wharfies – sebutan ini mungkin saja berbeda ditiap negara, bahkan dalam bahasa Inggris, tetapi pekerjaan yang membutuhkan keterampilan dalam penanganan kargo adalah salah satu hal yang secara tradisi dihormati oleh para pelaut, walaupun ada tekanan pada mereka untuk menangani kargo sendiri. Serikat Buruh B/M dan pelaut sepakat jika pelaut harus menggunakan kemampuan mereka dalam melayarkan suatu kapal dan membawanya ke pelabuhan, dan buruh B/M harus menggunakan skill mereka untuk menangani dan membongkar muatan yang dibawa oleh pelaut. Hal tersebut diakui dalam perjanjian kerja bersama ITF, yang menyatakan bahwa awak kapal tidak diperbolehkan menangani kargo. Organisasi serikat buruh B/M merupakan serikat pekerja yang melindungi dan memperjuangkan hak buruh B/M memiliki sejarah panjang, dan seringkali militan. Salah satu contoh pada masa awal adalah mogok buruh B/M pada 1886, ketika tenaga kerja yang dieksploitasi menuntut "docker’s tanner (enam pence buat B/M)" – upah enam pence per jam. Mogok tersebut tidak hanya berhasil, bahkan aksi tersebut meletakkan dasar bagi perekrutan pekerja kasual (informal) ke dalam serikat pekerja, dan dasar bagi perkembangan Serikat Pekerja Transportasi dan Pekerja Umum, yang menjadi salah satu serikat pekerja/buruh yang terbesar dan paling kuat di Inggris. Salah satu contoh dimasa awal buruh B/M dan pelaut yang bekerjasama dalam solidaritas 34 Buletin Pelaut ITF 2009 Bersatu adalah saat mogok buruh B/M Rotterdam pada tahun 1896. Frank Leys, Sekretaris dari ITF Dockers' Section dan seorang mantan buruh B/M di Antwerp, mengatakan bahwa permasalahan pada saat itu sama sebagaimana sekarang, yakni pengenalan "teknologi baru”. Pada akhir abad ke-19 teknologi baru pada saat itu adalah penggunaan krane untuk membongkar muatan. Saat mogok di Rotterdam, para buruh B/M meminta rekan mereka yang ada di Eropa untuk mendukung mereka termasuk kepada para awak di kapalkapal Inggris untuk tidak menangani muatan. Aksi solidaritas tersebut mengarah pada pembentukan International Federation of Ship, Dock and River Workers (Federasi pekerja kapal, buruh b/m dan angkutan sungai), yang merupakan cikal bakal ITF. "penanganan kargo sejak saat itu menjadi pekerjaan dengan skill (keahlian)”. kata Frank, dan salah satu yang menggunakan berbagai peningkatan penggunaan teknologi. Hasilnya adalah berkurangnya tenaga kerja B/M sebab teknologi telah menggantikan sebagian besar pekerjaan yang berat-berat. "Buruh B/M di Antwerp, misalnya, telah berkurang setengahnya menjadi BRENDA KIRSCH melihat hubungan sejarah antara pelaut dan buruh B/M dalam aksi-aksi industrial. 7000 sejak saya bekerja di sana 20 tahun yang lalu”. Teknologi juga telah mengubah kegiatan kerja yang dilakukan di kapal. "Kapal menjadi semakin besar, dan awak kapal semakin kecil," ia mengemukakan. Tetapi penerapan teknologi baru harus digunakan untuk kepentingan para pekerja yang terlibat di dalamnya- dan tidak untuk mengexploitasi mereka. "Para pelaut seharusnya tidak dipaksa untuk menangani kargo," kata Frank."Ada risiko kelelahan ketika mereka tiba dipelabuhan, dan waktu mempersiapkan perjalanan berikutnya www.itfseafarers.org Buruh B/M Solidaritas dipelabuhan Buruh B/M dan pelaut bekerja bersama dalam kampanyekampanye bersama, seperti minggu-minggu aksi ITF yang ditujukan pada kapal-kapal berbendara kemudahan. Selama week of action di wilayah Baltik Oktober lalu, demonstrasi oleh pelaut dan buruh B/M di Jerman telah membuat pemilik kapal Stena Carrier yang berbendera Swedia untuk menyetujui agar tidak menyuruh pelaut melakukan kegiatan B/M. "Kapal ini melakukan perdagangan secara teratur antara Swedia dan Jerman”, ujar Dongli Hur dari ITF. "Sebelumnya, kegiatan lashing muatan dilakukan oleh buruh B/M bersama dengan pelaut. Namun, Stena telah mulai memerintahkan pelaut untuk melakukan kegiatan lashing tanpa melibatkan buruh B/M. Setelah diminta oleh serikat buruh B/M, maka tim weeks of action ITF Jerman melaksanakan aksi rally selama satu jam untuk menentang perusahaan”. "Dalam perundingan, perusahaan setuju bahwa mereka tidak akan memerintahkan pelaut untuk melakukan pekerjaan yang biasa dilakukan oleh buruh B/M - sebuah kemenangan baik bagi pelaut maupun buruh B/M”. Dongli menambahkan bahwa minggu aksi melibatkan aktivis pelaut dan buruh B/M serta pengurus serikat pekerja/buruh dari 10 negara. "Bukan hanya pelaut dan buruh B/M dapat saling belajar, tetapi aksi tersebut juga memperlihatkan hubungan kerja yang erat antara pelaut dan buruh B/M. Hal ini secara jelas ingin menyampaikan sebuah pesan kepada pemilik kapal bahwa bila buruh/pelaut bersatu, kami tidak akan pernah bisa dikalahkan”. Selama satu minggu aksi di Asia tenggara pada November kita teguh sudah lebih pendek, menganggu waktu istirahat. Mereka seharusnya tidak diminta untuk melakukan pekerjaan buruh B/M yang seharusnya dilakukan oleh orang-orang yang terlatih dan memiliki peralatan pelindung yang benar”. Konvensi dan kampanye Kegiatan B/M dan penanganan kargo diatur dalam dua konvensi ILO, yaitu konvensi no. 152 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (B/M) dan no. 137 (Konvensi Kegiatan B/M). Keduanya telah diratifikasi oleh masing-masing 26 dan 24 negara. Frank Leys mengemukakan bahwa rendahnya jumlah ratifikasi tidak berarti bahwa berbagai pemerintah tidak mendukung untuk perlindungan kondisi kerja buruh B/M, masalahnya hal-hal terkait kesehatan dan keselamatan seringkali ditangani oleh tingkat wilayah atau lokal dari yurisdiksi nasional suatu negara. Banyak klausul dalam C152 dan C137 juga telah diterjemahkan ke dalam perundangundangan nasional, serta kebijakan perusahaan, dia melaporkan. Itu tidak dimaksudkan untuk mengatakan bahwa tidak ada orang yang ingin mengurangi ● Jika Anda diminta untuk melakukan kegiatan B/M ... ● Jika Anda diminta untuk mengikat, mengamankan, memuat/membongkar atau menangani kargo ..... Anda harus menghubungi SERIKAT PEKERJA ANDA ATAU INSPEKTUR ITF TERDEKAT. www.itfseafarers.org 2008, buruh B/M Indonesia menunjukkan solidaritas mereka dengan menunda pekerjaan di kapal pemilik Jepang yang ditemukan oleh para inspektur ITF tidak memiliki perjanjian kontrak Japanese Seamen’s Union (JSU). Setelah empat jam pembicaraan yang melibatkan ITF, serikat buruh dan pemilik kapal serta operator kapal, sebuah kesepakatan ditandatangani. Buruh B/M juga bergabung dengan pelaut dalam protes dan pertemuan akbar di Korea Selatan, dan di Kobe dan Osaka, di Jepang, buruh B/M menghentikan kegiatan B/M pada kapal yang dimiliki oleh KK, yang menjadi target dari aksi tersebut. hak bila bicara tentang hak-hak pekerja. Pada tahun 2006 ada gerakan untuk memperkenalkan directive (aturan) baru Uni Eropa untuk mengizinkan awak kapal membongkar muatan, tetapi kelihatannya tidak jalan setelah adanya "tekanan serius dari para buruh B/M Uni Eropa" lapor Leys. "Dengan bersatu padu, dan menunjukkan bahwa mereka bangga menjadi buruh B/M, hal ini dapat dikalahkan”. ITF Dockers' Section menjalankan kampanye "pelabuhan kemudahan" untuk menetapkan standar yang dapat diterima bagi buruh B/M di pelabuhan di seluruh dunia. Pertumbuhan privatisasi dan globalisasi juga berarti bahwa hanya empat perusahaan internasional saja sekarang ini telah menangani 58 persen dari pelabuhan-pelabuhan di seluruh dunia. Perusahaan tersebut adalah Dubai Ports World, PSA (Port of Singapore Authority) International, AP Moller-Maersk dan Hutchison Port Holdings. Kampanye ini berusaha untuk melindungi buruh B/M dan kondisi kerja mereka yang dihadapkan pada kasualisasi (peng-informalan), privatisasi dan teknologi baru. Kesehatan dan keselamatan merupakan permasalahan dimana perusahaan dan karyawan dapat dan harus menyatukan kemampuan. Sebagaimana dikatakan oleh Leys: "Jika tidak ada B/M sama sekali, siapa yang akan mengulurkan tangan untuk membantu bila Anda berada dalam kesulitan?" ● Brenda Kirsch adalah wartawan freelance di London. Buletin Pelaut ITF 2009 35 I TF Seafarers'Trust adalah yayasan sosial yang didedikasikan untuk memberikan manfaat bagi para pelaut di dunia. Selama 28 tahun lembaga ini telah memberikan hibah untuk gedung, minibus, peralatan dan fasilitas bagi pelaut. Saat anda berkunjung ke pelabuhan, coba cari stiker-stiker yang nempel pada fasilitas milik yayasan ini yang diperuntukkan bagi pelaut dan petugas kunjungan kapal. Sebuah survei terhadap 4000 pelaut pada tahun 2007 memberitahukan kepada kami apa yang paling dibutuhkan pelaut di pelabuhan, yakni fasilitas komunikasitermasuk sambungan telepon internasional dan email yang murah-, transportasi gratis dan informasi tentang fasilitas yang tersedia di atau dekat dengan pelabuhan (lokasi telepon, toko-toko, taksi). Atas dasar ini kami telah memfokuskan memberikan hibah untuk membuat hal-hal tersebut dan pada 2008 ini kami telah memberikan hampir £ 1 juta untuk kendaraan transportasi pelaut. Fasilitas komunikasi bagi pelaut yang terbaik ditempatkan di atas kapal. ITF sedang bekerja terkait akses pribadi yang murah untuk telepon dan teks bagi pelaut di atas kapal mereka, namun hal ini akan membutuhkan waktu sehingga untuk sementara ini kami berkomitmen untuk menempatkan fasilitas komunikasi di pelabuhan-pelabuhan. Beberapa layanan untuk pelaut diberikan melalui fasilitas yang bagus yang disediakan dengan harga yang wajar di wisma-wisma pelaut, atau melalui penyediaan transportasi ke kota yang dilayani oleh petugas kunjungan kapal. Badan amal ini mendorong badan-badan kesejahteraan dan otoritas pelabuhan untuk menyiapkan layanan kesejahteraan pelaut di pelabuhanpelabuhan yang belum memiliki. Badan-badan ini membuat komite kesejahteraan pelabuhan, yang mempertemukan perwakilan dari pemerintah nasional maupun daerah, serikat pekerja, pemilik kapal, gereja, otoritas pelabuhan, agen, dan pihak lain yang terlibat dalam sektor maritim. Bersama, mereka membuat organisasi lokal yang mampu menangani dana dan mempekerjakan petugas kunjungan kapal dan sopir. Sementara yayasan ini akan menyediakan dana awal untuk memulai, komite lokal harus meneruskan serta melanjutkan dengan dana sendiri. D i Amerika Latin, pada beberapa pelabuhan telah terwujud, dan sekarang wisma-wisma dan petugaspetugas kunjungan kapal dimana sebelumnya tidak ada apa-apa. Dalam rentang empat tahun program Komite Kesejahteraan Pelaut Internasional, kami telah membuatkan wisma-wisma pelaut dipelabuhan Puerto Cortés di Honduras, Puerto Limon di Kosta Rika, Balboa di Panama, Guayaquil di Ekuador, Buenaventura dan Barranquilla di Kolombia, www.itfseafarers.org Yayasan Pelaut ITF Sambutan hangat TOM HOLMER menjelaskan bagaimana ITF Seafarers'Trust membantu mendanai wisma-wisma pelaut baru dan proyekproyek telekomunikasi. Gambar kiri: Pelaut sedang bersantai di sebuah wisma pelaut di pelabuhan Barranquilla, Kolombia dan Ensenada di Meksiko. Selain pelabuhanpelabuhan ini, di mana tidak ada fasilitas untuk pelaut sebelumnya, kami juga telah meningkatkanfasilitas dan layanan yang sudah ada di pelabuhan Cartagena, Kolombia dan Progreso, Meksiko. Semua wisma dan layanan yang mereka tawarkan dijalankan oleh komite lokal, terutama dengan dukungan dari para sukarelawan dari gereja setempat, dan mereka mengunjungi kapal dan memberikan layanan transportasi untuk pelaut kewisma dan ke kota. Mereka ada disana untuk menawarkan persahabatan dan layanan yang mungkin tidak dianggap perlu bagi mereka yang tidak berlayar: komunikasi dengan keluarga dan teman-teman; minum bersama dengan orang-orang yang tidak berada pada kapal yang sama; membeli beberapa kebutuhan dan cindera mata. Wisma pelaut bukanlah organisasi besar bertaraf dunia, dan staf mereka dapat saja merasa terisolasi. Oleh sebab itu, yayasan ini memberikan dukungan buat staf, apakah itu dalam bentuk dana awal untuk membantu memenuhi biaya menjalankan wisma pada saat awal, atau dalam bentuk pelatihan sehingga mereka dapat bertemu dengan orang-orang yang punya pengalaman bertahun-tahun dalam menjalankan wisma pelaut atau pusat-pusat konseling. ITF di Amerika Latin juga aktif dalam membantu untuk mendukung inisiatif ini. Sekretaris ITF Kawasan Amerika Latin, Antonio Fritz, yang juga mantan pelaut, telah memberikan dukungan yang bermanfaat bagi wisma regional di Rio. Perubahan di kawasan ini ini sedemikian besar. Lima tahun yang lalu hampir tidak ada fasilitas apapun di Amerika Latin; sekarang telah ada beberapa wisma yang menawarkan berbagai macam layanan untuk semua pelaut. "Perubahan luar biasa merupakan kombinasi antara niat, tekad, serta pelatihan dan dukungan, terima kasih untuk proyek khusus yang dibuat oleh ITF Seafarers' Trust", kata Antonio Fritz. “Yayasan ini mendorong badan-badan kesejahteraan dan otoritas pelabuhan untuk menyiapkan layanan kesejahteraan pelaut di pelabuhan-pelabuhan yang belum memilikinya”. "Proyek ini membantu menggabungkan upaya dan keahlian untuk menyediakan lebih banyak layanan bagi pelaut yang berkunjung ke kawasan ini”. Daerah lain di belahan dunia ini juga telah menjadi target yayasan untuk dibuka dan dioperasikannya wisma-wisma, yaitu di Eropa Timur, Samudera Hindia, Afrika Barat telah memiliki program ini dalam sepuluh tahun terakhir, dan saat ini ada dua program yang sedang berjalan di Asia Selatan dan Asia Tenggara. Di semua wilayah tersebut, Anda akan menemukan pelabuhan-pelabuhan yang sebelumnya tidak ada layanan yang disediakan bagi pelaut, sekarang telah menyediakan fasilitas-fasilitas kesejahteraan pelaut. Fasilitas ini bisa dalam bentuk kafe internet di dalam pelabuhan, atau mungkin sebuah mobil yang menyediakan layanan transportasi buat Anda jika mau ke kota, tetapi ini semua akan tergantung dari jumlah, kebutuhan dan permintan pelaut dipelabuhan tersebut. D isamping proyek-proyek baru, yayasan juga masih memberikan bantuan agar tercipta kinerja yang baik di wisma-wisma pelaut yang sudah didirikan. Belum lama ini, termasuk proyekproyek bantuan untuk perbaikn misi pelaut Jerman di Altona, Hamburg; dana yang cukup besar juga diberikan untuk membantu penggantian kendaraan yang sudah tua untuk pelabuhan di Inggris, dan kendaraan serta peralatan untuk wisma-wisma di Skandinavia dan Amerika Serikat. Saat ini dinilai bukan saat yang tepat untuk menyediakan dana hibah besar untuk bangunan gedung besar, tetapi bagi wismawisma yang masih digunakan dengan baik oleh para pelaut maka yayasan akan membantu sebisanya. ● Anda akan menemukan informasi lebih lanjut tentang ITF Seafarers'Trust (Badan amal ITF) di: www.itf.org.uk/seafarerstrust ● Apakah pelabuhan yang Anda kunjungi tidak memiliki fasilitas telepon atau email dan ada kebutuhan untuk itu? Anda dapat memberitahu kami tentang ini, atau hubungi kami dan sertakan komentar atau saran lainnya dengan mengirimkan email ke: [email protected] Tom Holmer adalah Administrative Officer dari Seafarers'Trust. www.itfseafarers.org Buletin Pelaut ITF 2009 37 Perompakan Musibah Sirius Star Sirius Star yang telah disergap oleh perompak Somalia tahun lalu. MIKEGERBER berbicara dengan awak kapal tersebut tentang kisah penyekapan yang dialaminya selama 57 hari. “Ketakutan terbesar kami adalah jika seseorang sampai tertembak secara tidak sengaja. Mereka secara tidak sengaja telah menembak salah seorang teman mereka sendiri. “ 38 Buletin Pelaut ITF 2009 aat VLCC Sirius Star tertawan di Kenya, 25 awak kapalnya dijadikan sandera oleh para perompak Somalia. James Grady, seorang anggota afiliasi ITF Nautilus, adalah salah satu diantara tawanan tersebut. Masinis-II tersebut merupakan salah satu dari dua pelaut Inggris – satunya lagi adalah KKM, Peter French, yang disandera ketika kapal dirampas di lepas pantai Kenya pada bulan November 2008. Para awak, yang juga termasuk dari Polandia, Arab Saudi dan Filipina, ditawan di kapal saat berlangsungnya negosiasi soal tebusan. Kapal tanker yang dimiliki oleh Vela International Marine dengan kapasitas 318.000 dwt - sedang mengangkut sekira 2,2 juta barel minyak senilai US$ 100 juta, menjadi sasaran yang menggiurkan bagi perompak. "Dimulai pada tangga 15 November, sekitar pukul 08:55 waktu setempat para perompak sudah berada di atas kapal dan pada pukul 09:12 ada perintah dari ruang anjungan kapal untuk berhenti”, seingat James. "Ini bukan merupakan hal yang mengejutkan. Mereka sudah terlihat pertama kali sekitar satu jam sebelum mereka naik ke atas kapal, sekira dua mil jauhnya, di atas sebuah speedboat, terlihat kecil di laut”. Yang mengejutkan adalah tempat terjadi pembajakan, yakni 450 mill Tenggara Mombasa, jauh di sebelah selatan kawasan perompakan di dunia "yang paling rawan", Somalia. "Awalnya kami semua takut tentang apa yang akan terjadi berikutnya”, kata James. "Kami membayangkan akan disekap dalam satu kabin”. Namun, para awak kapal begitu lega, karena hal itu tidak pernah terjadi. Meski, para perompak melakukan banyak kegiatan. "Mereka mulai melakukan pencurian, mengitari kabin mengambil ponsel, uang tunai, dsb. Mereka lakukan hal ini beberapa kali. Saya telah lima kali didatangi oleh mereka secara langsung”, kata James. "Saya telah menyembunyikan sebagian besar barang saya, tapi saya kehilangan sekitar £ 100 uang tunai, berbagai mata uang, dompet dan jam saya”. Perompak tidak terlalu merazia ruang mesin. "Kami mengatakan kepada mereka itu terlalu berbahaya kalau mereka kesana sendiri, dan mereka selalu takut jika turun kesana. Mereka hanya turun kesana sekitar empat kali, hanya untuk menggeledah laci-laci di ruang kontrol untuk menemukan telepon selular, uang tunai, bukan alat-alat. Ketika mereka mengambil ponsel, mereka memberikan kembali kartu SIM-nya. Mereka tidak tertarik dengan kartu kredit”. Sirius Star diminta untuk berlayar 500 mil jauhnya dari kawasan lego jangkar oleh para perompak. "Setelah kami di Somalia, kami tidak tahu berapa banyak orang yang berada di atas kapal karena kami tidak dibolehkan keluar, kalaupun diizinkan hanya sekitar 5 menit”, kata James. ”Jadi S kami tidak pernah tahu berapa banyak jumlah mereka, tapi dugaan saya diwaktu-waktu tertentu mereka berjumlah sekitar 20 hingga 25 orang. Mereka melakukan shif pergantian; yang dilakukan kira-kira setiap empat hari. Saya pikir ini seperti industri cottage, tidak ada keju besar di darat, kita hanya dapat melihat orang-orang tersebut. Ada 33 orang yang tinggal di atas kapal dalam dua hari terakhir, karena saya mengambil foto mereka dari lubang pipa saluran”. James merasa, hubungan dengan para perompak selama 57-hari musibah tersebut cukup bervariasi, tetapi umumnya mereka memperlakukan awak kapal dengan cukup baik. "Kami melakukan kegiatan sebagaimana biasa dilakukan sehari-hari tanpa terlalu banyak kesulitan, menjalankan mesin seperti biasa, pekerjaan yang mereka tidak bisa lakukan. Banyak dari yang dilakukan hanya untuk membuat orang-orang sibuk, agar pikiran mereka bisa keluar dari situasi yang mereka hadapi". ames bisa melihat bahwa rekan-rekannya dianjungan berada dalam tekanan yang lebih besar. "Mereka [para perompak] bersama dengan mereka sepanjang waktu, juga tidur dan makan disana. Ruang anjungan sama sekali tidak pernah merasa tenang, mereka begitu stres seperti yang anda bisa lihat. "Orang-orang ini membawa senapan Kalashnikovs, dan senjata-senjata tersebut seakanakan terlepas dari pundak mereka ke geladak. Ketakutan terbesar kami adalah jika seseorang sampai tertembak secara tidak sengaja. Mereka secara tid ak sengaja telah menembak salah seorang teman mereka sendiri. Kami tidak tahu apa yang terjadi dengan orang tersebut, kami hanya mendengar letusan dari senjata otomatis, dan mereka membawa orang tersebut ke dalam untuk bertemu dengan Mualim-I dengan luka di tangan, dengan peluru masih di dalamnya”. Sebagian besar waktu perompak digunakan untuk mengunyah narkoba yang bernama mirra (atau khat). Hal ini, kata James, membuat mereka "lupa segalanya" dan tenang. "Bila mereka telah menelan banyak mirra, hidup terasa menyenangkan. Jika tanpa itu, mereka menjadi agak gugup. Kejadian paling menegangkan yang dia ingat, adalah pada malam 2 Desember. "Ada satu regu menggantikan shif sebelumnya, lima orang ada di atas kapal, dan mereka mengira akan diserang dari belakang. "Apa yang membuat mereka senewen adalah ketika mereka tersorot cahaya yang menerangi dari belakang. Sebenarnya, sorot lampu itu berasal dari sebuah mercusuar yang jauhnya sekira 15 mil. "Bandit-bandit bodoh”, kata James. "Nakhoda meyakinkan pada mereka bahwa itu adalah mercusuar karena dia menunjukkan peta pada J www.itfseafarers.org mereka. Malam itu saya adalah Masinis Jaga, dan saya mendapat telepon dari anjungan, dan ketika saya tiba di sana saya menemukan orang-orang Somalia tersebut sangat gelisah. Butuh waktu yang lama untuk meyakinkan mereka - mereka selalu berpikir bahwa kami sedang melakukan sesuatu. Itu adalah malam yang sangat menakutkan, benarbenar sulit meyakinkan mereka pada saat itu. Hari berikutnya, mulai tenang lagi”. Para awak kapal khawatir tentang apa yang dirasakan oleh keluarga mereka. "Mereka tidak dapat melihat situasi hari-hari anda, dan imajinasi anda bisa membawa anda terlalu jauh." Sesekali, para perompak memberikan ijin untuk menelpon ke rumah dari anjungan. "Hal utama yang ingin disampaikan adalah bahwa kami dalam kondisi aman dan tidak ada bahaya yang mengancam, karena hal utama bagi para perompak tersebut adalah kapal, meskipun kami tetap merasa tidak nyaman", tambah James. "Selama kejadian itu, mereka memenuhi makanan mereka sendiri; hanya menjelang saatsaat terakhir mereka lebih banyak memakan makanan kami, tapi kami tidak pernah kekurangan makanan maupun air. Beberapa minggu lalu mereka mengijinkan kami untuk pergi memancing, didepan ruang akomodasi di geladak utama. Ini membantu persediaan makanan menjadi lebih lama”. Apakah perompakan meningkat? Pembajakan laut selalu tinggi, menurut International Maritime Bureau’s Piracy Reporting Center (PRC). Angka tahun 2008 sudah melampaui semua catatan sejak PRC mulai membuat laporan perompakan dunia pada tahun 1991. Apa lagi yang telah berubah? Perompakan selalu menjadi persoalan. Tetapi seranganserangannya telah meningkat di Teluk Aden, dengan 111 kejadian dilaporan di wilayah ini, sebuah peningkatan hampir 200% dari tahun 2007. Semua jenis kapal menjadi target sasaran. Para perompak juga www.itfseafarers.org Cobaan berat bagi para awak ini akhirnya berakhir ketika uang tebusan US$ 2 juta dijatuhkan dari udara ke para perompak. "Kami menyadari adanya negosiasi, tetapi kami tidak berada di antara pihak yang bernegosiasi. Mereka (Vela) benar-benar khawatir tentang keselamatan kami – dan itu benar-benar terbukti, karena pada saat uang tersebut dijatuhkan pada tanggal 9 Januari, kami semua berada di geladak, 10 kaki jauhnya sehingga pesawat terbang dapat menghitung jumlah kami untuk memastikan bahwa kami semua ada disana, dan kemudian pesawat lewat untuk kedua kalinya dan menjatuhkan setengah dari uang tersebut dengan parasut ke laut. Sekitar pukul dua pada siang hari, pesawat tersebut datang kembali dengan bagian uang kedua”. etengah dari mereka meninggalkan kapal sekira pukul 16:30. Kemudian ada sebuah kecelakaan kapal, salah satu kapal mereka terbalik. Pada saat itu kami diberitahu kalau empat orang dinyatakan hilang. Terbaliknya perahu, menjadikan kami tertunda. Sisanya, para perompak meninggalkan kapal pada tanggal 10 Januari”. Para pelaut cenderung sangat tabah; James merasa bahwa Peter French mengulasnya dengan baik dalam sebuah wawancara di Mail on Sunday: "Di laut serangan yang sangat buruk bisa terjadi, “S dan anda harus berurusan dengan hal tersebut." Meskipun demikian, Vela tetap menggunakan psikiater untuk memberikan konseling pada para awak kapal tentang kemungkinan pasca trauma. "Dokter mengatakan kepada kami bahwa kadang-kadang hal semacam ini dapat terjadi beberapa bulan kemudian”, kata James. "Untuk saat ini, saya tahu lima orang Eropa [awak kapal] senang dengan pengalaman mereka; perusahaan juga telah memberikan kompensasi atas hilangnya perlengkapan dan uang pribadi”. James mengatakan bahwa ia mendukung ditaruhnya lebih banyak kapal perang untuk menghentikan perompakan. Tetapi awak Sirius Star begitu marah mengetahui suatu insiden pada saat disandera. "Sebuah kapal perang Jerman menangkap para perompak, dan atas perintah pemerintah Jerman, senjata mereka dilucuti, menurut BBC, dan dikirim kembali ke Somalia. Hal ini membuat kami sangat kesal sebab mereka hanya dilucuti senjata mereka dan kemudian dikirim pulang, sebab mereka begitu mudah dibiarkan pergi, padahal mereka akan dapat dengan mudah mendapatkan senjata baru dan datang kembali”. ●Ini merupakan versi artikel yang sudah diedit yang awalnya muncul di Nautilus Telegraph. Diperairan yang berbahaya lebih baik persenjataannya dari tahun-tahun sebelumnya dan siap untuk menyerang dan melukai awak kapal. Apa yang dilakukan oleh ITF? Pelaut yang dilindungi oleh Perjanjian Kerja Bersama ITF selalu mendapatkan manfaat khusus ketika bertugas di wilayah-wilayah yang diangggap kawasan resiko tinggi atau perang. Mereka dapat memilih untuk ke darat sebelum kapal mereka memasuki wilayah tersebut. Jika awak kapal memilih untuk tetap berlayar ke wilayah tersebut, mereka akan menerima bonus setara dengan 100% dari gaji pokoknya saat kapal sedang transit. Sebagai tambahannya, jika terjadi kematian atau cacat pada pelaut maka kompensasinya adalah dua kali lipat dari yang biasanya. Tahun lalu, ITF dan rekan pengusaha dalam Forum Perundingan Internasional sepakat untuk memperluas area resiko tinggi yang mencakup semua Teluk Aden. Area resiko tinggi dikaji dan ditentukan secara teratur. ITF memiliki hak hadir permanen di International Maritime Organization dan secara kontinyu melobi semua sektor industri yang terlibat untuk mendapatkan solusi jangka panjang atas perompakan. ●Untuk informasi lebih lanjut tentang perompakan lihat www.icc-ccs.org ●Untuk bantuan dan saran lihat www.itfseafarers.org/ITI-piracy.cfm ●Untuk mengetahui apakah kapal anda dilindungi oleh PKB ITF lihat www.itfseafarers.org/look_up_ship2. cfm Buletin Pelaut ITF 2009 39 Tujuh alasan untuk mengun Pastikan hak-hak anda terpenuhi Anda bisa mendapatkan saran dan bimbingan terkait hak-hak anda dalam PKB ITF dan konvensi internasional. Kunjungi situs ini sebelum anda naik kapal.... Belajar lebih lanjut tentang masalahmasalah pokok Kami mempunyai serangkaian informasi faktual yang dapat anda gunakan terkait permasalahan terpenting, dari masalah perompakan dan kriminalisasi hingga pesiar kedarat dan keselamatan. Jika anda ingin mengetahui hal-hal yang mendasar, anda akan menemukan penjelasan yang sangat bagus disini. Dan, jika anda perlu informasi lebih lanjut, kami akan menunjukkan kepada anda arah yang tepat dengan link-link serta sumberdaya yang bermanfaat. Selalu mendapatkan informasi terkini terkait berita kelautan Bagian artikel berita kami selalu diperbarui paling tidak seminggu sekali dengan berita-berita yang paling relevan bagi pelaut. Anda dapat selalu membacanya dengan teratur agar selalu mendapatkan informasi terkait perkembangan-perkembangan yang sedang terjadi. Dan ini adalah cara kami membuatnya Layout dan navigasi yang sederhana di dalam situs memudahkan anda untuk menemukan apa yang anda perlukan. 40 Buletin Pelaut ITF 2009 Fitur hal yang berkaitan mengelompokkan link-link yang bermanfaat serta dokumen terkait sehingga anda bisa mendapatkan pandangan yang menyeluruh tentang permasalahanpermasalahan. www.itfseafarers.org jungi www.itfseafarers.org Cari tahu informasi tentang kapal Anda dapat mencari tahu informasi tentang nama kapal atau nomor IMO-nya. Database kami akan memberikan informasi apakah kapal tersebut dilindungi oleh PKB ITF. Kami menyarankan agar anda mengecek dulu informasinya sebelum anda bergabung dengan suatu kapal, jika memungkinkan, karena sistim juga akan memberi tanda jika ada masalah sebelumnya, misalnya ada gaji yang tidak dibayar. Menemukan Inspektur dan Serikat Pekerja ITF Jika anda memerlukan bantuan, seorang Inspektur ITF akan dapat membantu. Atau hubungi Serikat Pekerja afiliasi setempat untuk pertanyaan tentang keanggotaan. Dengan mudah anda tinggal memilih negara dari daftar lengkap yang tersedia terkait dengan semua Inspektur dan Serikat Pekerja. Selalu mendapatkan informasi tentang industri pelayaran Blog Inspektur menawarkan informasi dan saran terkini. Di dalamnya termasuk informasi dan pendapat tentang industri pelayaran menurut pandangan para Inspektur. Para Inspektur di berbagai kawasan memberikan kontribusi melalui cara pandang mereka yang unik. Berhubungan dengan pelaut lain Berbagi informasi atau mendiskusikan permasalahan di Crew Talk Forums. Setelah melakukan proses registrasi yang mudah, anda dapat mengirimkan tulisan tanpa menyebut nama dan chatting terkait isu yang mempengaruhi anda dengan pelaut yang lain. Lebih mudah untuk anda gunakan ITF Seafarers punya loading yang cepat, format text-only untuk pengguna yang koneksi internetnya lambat. www.itfseafarers.org Dan jika anda tidak dapat menemukan hal yang anda perlukan, anda dapat melakukan pencarian. Alat pencarian baru dapat bekerja sebagaimana Google, sehingga mudah untuk menggunakannya. Buletin Pelaut ITF 2009 41 Uj ip en an get da ah ua n KUI S sipil, pariwisata, buruh B/M, pelayaran sungai & danau, perikanan, kereta api, transportasi jalan raya/darat. 6. Tidak. ITF tidak dapat menyuplai awak kapal ke perusahaan perkapalan. 7. Semuanya benar 8. d. US$ 18,8 juta 9. Flag of Convenience 10. Kapal yang membawa bendera sebuah negara di luar negara pemilik kapal, manajemen atau awak kapal. 11. Sekira sepertiga jumlah kapal dan satu setengah tonase 12. Bolivia dan Mongolia. 13. 125 di 45 negara. 14. Global Mariner. 15. 10 jam. 16. Cina (122.000), Filipina (120.000), Turki (85.000) 17. POEA. 18. Hebei Spirit. 19. Fakta bahwa pelaut tinggal dan bekerja di atas kapal serta perlu untuk ke luar pantai dan akses ke fasilitas-fasilitas yang ada di pelabuhan, termasuk perawatan medis. 20. Bergabung dengan serikat pekerja/buruh. Buletin Pelaut ITF 2009 Pengetahuan Pelaut 15. Menurut STCW 95, berapa lama waktu istirahat paling sedikit yang harus dipunyai oleh pelaut dalam periode 24 jam? 16. Tiga negara dengan awak kapal terbesar adalah? 17. Dengan otoritas yang mana, pelaut Filipina harus mendapatkan cap/stempel atas perjanjian kontrak kerjanya? 18. Apakah nama kapal yang melibatkan kasus dua orang pelaut India yang telah dikriminalisasi oleh pengadilan Korea? 19. Apa yang perlu dipertimbangkan oleh pemerintah berbagai negara ketika merencanakan keamanan pelabuhan? 20. Bagaimana anda dapat memastikan hakhak kerja anda akan lebih terlindungi selama masa krisis ekonomi? a. Bermanis muka ke bos b. Bergabung dengan serikat pekerja/buruh c. Mengambil pekerjaan apa saja yang bisa didapatkan Jawaban 42 Bendera Kemudahan (FOC) 9. FOC singkatan dari apa? 10. Apakah definisi dari kapal FOC? 11. Berapa banyak proporsi armada dunia yang armadanya berlayar dengan bendera kemudahan (FOC)? 12. Dua negara kebangsaan kapal FOC yang negaranya hanya daratan dan tidak memiliki garis pantai? 13. Berapa jumlah Inspektur ITF di seluruh dunia? 14. Apakah nama kapal eksebisi ITF yang berlayar keliling dunia untuk menandai hari jadi 50 tahun ITF untuk kampanye FOC? 1. International Transport Workers’ Federation 2. 1896. 3. 681 di 148 negara di seluruh dunia, mewakili 4,5 juta pekerja/buruh transportasi 4. David Cockroft. 5. Pelaut, penerbangan ITF 1. Apakah kepanjangan dari ITF? 2. Kapan ITF didirikan? 3. Berapa banyak serikat pekerja/buruh dalam ITF? 4. Siapakah nama Sekjen ITF? 5. Dapatkah Anda menyebutkan delapan sektor industri transportasi yang diwakili ITF? 6. Dapatkah ITF mencarikan pekerjaan buat saya? 7. Dimana saja dari yang di bawah ini ITF berkantor? a. Burkina Faso b. Amman c. Moscow 8. Pada tahun 2008, berapa banyak jumlah uang yang berhasil ITF perjuangkan untuk gajigaji pelaut yang tertunggak? a. US$ 9 juta b. US$ 9,1 juta c. US$ 13,8 juta d. US$ 18,8 juta www.itfseafarers.org KECELAKAAN s u r a h KAPAL t u Para pelagetahuinya! men Jika kapal anda mengalami kecelakaan, anda harus tahu bahwa ada aturan internasional yang mengatur tentang bagaimana anda harus diperlakukan secara wajar dalam suatu penyidikan dan/atau ditahan oleh penyidik akibat kecelakaan tersebut. Aturan tersebut merupakan petunjuk bersama IMO/ILO tentang Penanganan yang layak terhadap pelaut dalam peristiwa kecelakaan kapal. Aturan tersebut mengatur bahwa pelaut harus diperlakukan secara layak oleh pemerintah setempat dimana kecelakaan terjadi, negara bendera kapal, negara asal pelaut dan pemilik kapal. Sangat penting bagi anda untuk memahami hakhak anda yang diatur dalam petunjuk ini sehingga jika anda disidik atau ditahan akibat suatu kecelakaan kapal, anda sudah paham apa yang harus anda perbuat dan apa keinginan anda. Jika anda disidik tentang suatu kecelakaan yang menimpa kapal anda : Apabila anda menganggap perlu, mintalah didampingi pengacara sebelum anda menjawab setiap pertanyaan atau membuat pernyataan apapun kepada para penyidik baik itu dari pemerintah dimana kecelakaan itu terjadi atau dari negara bendera kapal, sehingga anda tidak membuat suatu kesalahan yang nantinya akan dipakai melawan anda dengan tuduhan criminal atau dalam proses hukum lainnya. Hubungi perusahaan anda dan/atau serikat buruh anda untuk mendapatkan saran-saran atau bantuan. Pastikan bahwa anda memahami betul semua yang anda katakan. Informasi lengkap tentang Fair Treatment Guidelines dapat diakses di : www.itfglobal.org/fairtreatment atau www.marisec.org/fairtreatment Jika anda merasa tidak mengerti sesuatu apapun : • mintalah kepada penyidik untuk menghentikan pertanyaannya. • mintalah bantuan penerjemah apabila anda membutuhkan. Sangat penting bagi anda untuk pertama-tama melindungi diri anda. Selanjutnya ikutilah saran-saran yang diberikan oleh perusahaan, serikat buruh atau pengacara anda, dan yang paling penting, keterangan yang anda berikan kepada para penyidik harus berdasarkan sukarela. Lindungi kepentingan anda dalam suatu kejadian kecelakaan kapal Bacalah panduan tentang perlakuan yang layak bagi anda Pahami hak-hak anda Jika tidak mungkin, mintalah bantuan! a d n a e n i l n o n a h a Persingg Website untuk pelaut dari sumber terpercaya Penjelasan tentang hak-hak anda Dapatkan informasi terkait kapal anda Pelajari dimana mendapatkan bantuan pada saat ada masalah Temukan apa yang dapat dilakukan oleh serikat pekerja/buruh untuk anda Online dengan rekan pelaut Menghubungi ITF