Laporan Kinerja DJBC 2011
Transcription
Laporan Kinerja DJBC 2011
2011 Laporan Kinerja 2011 DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI daftar isi Pengantar Direktur Jenderal Visi & Misi Pendahuluan 11 41 4 7 9 Pencapaian Kinerja Utama 415 Evaluasi dan Analisis beberapa Indikator kinerja 43 Indeks Kepuasan Pengguna Layanan 45 Rata-rata Persentase Realisasi Janji Layanan Unggulan 45 Persentase Hasil Penyidikan yang Dinyatakan Lengkap oleh Kejaksaan 49 Jumlah Audit yang Diselesaikan 51 Persentase Pejabat yang Telah Memenuhi Standar Kompetensi Jabatannya 53 Jumlah Pegawai yang Diberikan Penghargaan 54 Persentase Penyelesaian SOP 55 Persentase Penyelesaian/modernisasi organisasi 57 Persentase downtime sistem pelayanan 58 Persentase Penyerapan DIPA (non belanja pegawai) 59 Kegiatan Dibidang Audit 60 CAPAIAN KINERJA DJBC DALAM KERANGKA REVENUE COLLECTION Pencapaian Target Penerimaan Tahun 2011 11 Analisis Pencapaian Target Penerimaan Tahun 2011 12 Kendala dan Resiko Fiskal dalam Pencapaian Target Penerimaan Tahun 2011 13 Strategi dalam Pencapaian Target Penerimaan Tahun 2011 13 17 CAPAIAN KINERJA DJBC DALAM KERANGKA TRADE FACILITATION Capaian Kinerja Tahun 2011 Kendala - kendala yang dihadapi dalam Pencapaian Sasaran Pengembangan Sistem Otomasi 23 29 18 63 19 19 CAPAIAN KINERJA DJBC DALAM KERANGKA INDUSTRIAL ASSISTANCE Pemberian Pembebasan dan/atau keringanan555 Bea Masuk Pemberian Fasilitas Kepabeanan dibidang Pertambangan Pemberian Fasilitaas KITE dan TPB Perumusan Kebijakan 5 23 24 25 27 CAPAIAN KINERJA DJBC DALAM KERANGKA COMMUNITY PROTECTION Program Kerja Tahun 2011 Laporan Pencapaian Kinerja Tahun 2011 29 31 INDIKATOR KINERJA UTAMA DJBC 55 REFORMASI DAN PERCEPATAN REFORMASI BIROKRASI DJBC Sumber Daya Manusia 635 Target dan Program Kerja Tahun 2011 65 Pencapaian Kinerja Tahun 2011 67 Kendala dalam Pencapaian Sasaran Tahun 2011 68 Permasalahan dan Tantangan Reformasi Birokrasi 73 75 HUBUNGAN KERJASAMA INTERNASIONAL Laporan Kinerja DJBC 2011 79 83 87 93 TANTANGAN KEDEPAN DAN RENCANA AKSI PENDING MATTERS ISU PENTING DAN INOVASI BARU PENUTUP PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh. Para pemangku kepentingan yang terhormat, Puji Syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas perlindunganNya, segenap jajaran Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) dapat melaksanakan tugas dan fungsinya di tahun 2011 dengan baik. Ditengah berbagai hambatan dan tantangan serta gejolak perekonomian global yang tidak ringan, DJBC berupaya sekuat tenaga untuk menjalankan peran yang sangat strategis untuk mengamankan hak negara, pengembangan perekonomian nasional dalam perdagangan dunia, mendukung kelancaran arus barang serta melakukan upaya optimalisasi pengawasan, pencegahan dan penindakan atas masuknya barang larangan dan pembatasan. Laporan KInerja 2011 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Laporan Kinerja DJBC 2011 kami susun dengan maksud untuk memberikan informasi kepada pemangku kepentingan terkait dengan kinerja yang telah dicapai oleh DJBC dalam menjalankan tugas dan fungsinya selama tahun 2011, memberikan gambaran tentang kendala dan hambatan dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya serta pokok permasalahan strategis yang perlu diantisipasi di masa yang akan datang. Pada tahun 2011, kinerja DJBC dalam mengumpulkan penerimaan negara menunjukkan hasil yang cukup memuaskan. Secara keseluruhan, DJBC berhasil mengumpulkan penerimaan negara sebesar Rp 131, 103 Trilyun (113, 99 % dari Target APBN-P sebesar Rp 115, 015 trilyun). Penerimaan negara yang berhasil dikumpulkan oleh DJBC tersebut disumbang dari penerimaan Bea Masuk Rp 25,238 trilyun, penerimaan Cukai Rp 77,009 trilyun dan penerimaan Bea Keluar Rp 28,855 trilyun. Dari aspek penerimaan negara, DJBC telah berkontribusi yang cukup besar dalam menyumbangkan Pajak Dalam rangka Impor (PDRI) dan PPN Tembakau sebesar Rp 153, 542 trilyun atau sama dengan 20,7 persen dari penerimaan pajak dalam APBN-P tanun 2011. Dari aspek trade facilitator, selama tahun 2011 DJBC telah melakukan berbagai upaya memberikan dukungan dan fasilitasi perdagangan. Program fasilitasi perdagangan difokuskan kepada penyusunan Buku Tarif Kepabeanan Indonesia (BTKI), peningkatan kualitas pemberian jalur prioritas dan berbagai rumusan kebijakan di bidang perdagangan. Aspek industrial Assistance, selama tahun 2011 kami mencoba fokus memberikan fasilitas pembebasan dan keringanan bea Masuk dan Cukai untuk meningkatkan pertumbuhan industri, meningkatkan investasi. Sedangkan kinerja DJBC di bidang community protector, kami menitikberatkan pada kegiatan intelijen, penindakan, penyidikan dan penanganan barang bukti. Kami melakukan berbagai penindakan dengan tanpa kompromi di bidang narkotika, hasil tembakau dan penegahan dalam upaya penyelundupan barang larangan dan pembatasan Para pemangku kepentingan yang terhormat, Tidak bisa dipungkiri bahwa organisasi yang dapat bertahan dalam menghadapi tuntutan zaman adalah organisasi yang senantiasa mempersiapkan dirinya menghadapi dan mengatisipasi secara konsisten adanya perubahan (eksternal dan internal organisasi), dan terus meningkatkan dirinya melalui transformasi organisasi. Seluruh jajaran DJBC menyadari bahwa hakekat transformasi merupakan strategi dan sekaligus implementasi yang bertujuan untuk membawa organisasi ke bentuk dan sistem yang 4 Tiada Henti Memacu Diri Sepenuh Hati Melindungi Negeri baru yang selaras dengan visi, misi dan strategi organisasi yang terus dilaksanakan. Selama tahun 2011, program transformasi dikembangkan berdasarkan tiga pilar Kementerian Keuangan yaitu penataan organisasi, penyempurnaan proses bisnis dan peningkatan disiplin dan manajemen budaya kerja SDM. Terkait pengembangan SDM, pada tahun 2011, DJBC secara serius dan konsisiten, melakukan berbagai program yang menitikberatkan pada empat aspek yaitu integritas, kompetensi, accountability dan budaya kerja dan kepemimpinan. Di bidang kelembagaan, pada tahun 2011, telah diresmikan 11 kantor modern sehingga total yang telah menjadi kantor modern berjumlah 39 kantor. Pada Tahun 2011, DJBC telah ditunjuk sebagai Piloting Penjaminan Kualitas Pelaksanaan Reformasi Birokrasi yang dilaksanakan oleh Tim Penjamin Kualitas (Quality Assurance) Reformasi Birokrasi Nasional dengan tujuan untuk mengetahui apakah pelaksanaan reformasi di DJBC telah sesuai dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam reformasi birokrasi nasional. Pelaksanaan penjamin kualitas atas pelaksanaan reformasi birokrasi mencakup 8 (delapan) area perubahan reformasi birokrasi (tingkat mikro), 24 (dua puluh empat) sasaran dengan menggunakan 42 (empat puluh dua) indikator dan 76 (tujuh puluh enam) parameter. Hasil piloting penjaminan kualitas menunjukkan capaian aktual dengan nilai 91,21 dari skor maksimal 100 atau kategori “sangat baik”. Dalam mengakhiri tahun 2011, seluruh jajaran pimpinan DJBC berhasil melakukan introspeksi dan mulai melakukan penataan yang akan digunakan sebagai blue print dalam perumusan rencana aksi untuk membawa DJBC menuju ke tahun 2020 yang dikenal dengan CUSTOMS 2020. Hakekat CUSTOMS 2020 mengandung arti suatu kondisi DJBC di tahun 2020 dengan segala kekuatan sumber daya organisasi yang dimiliki telah mencapai suatu tingkatan global dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya dalam era keamanan dan fasilitasi perdagangan dengan tetap mengoptimalkan pengamanan hak keuangan negara. Pondasi yang dicoba dirumuskan dalam CUSTOMS 2020 pada hakekatnya merupakan pembentukan dan langkah antisipasi yang akan digunakan untuk pembenahan DJBC. Pembenahan akan dilakukan berangkat dari kenyataan adanya perubahan yang sangat dinamis dalam perdagangan antar dunia, perubahan paradigma kebijakan institusi Pabean Dunia dan antisipasi meningkatnya pemasukan barang larangan dan pembatasan secara illegal. Bagi DJBC, momen akhir tahun 2011, merupakan momen yang berarti dan sangat penting karena kami telah berhasil menyusun action plan dengan pondasi pada : Legal Framework, Sumber Daya Manusia, Organisasi, Sistem dan Prosedur, Sarana dan Prasarana dan Anggaran. Diharapkan dengan telah disususnnya Action Plan tersebut, DJBC mampu mengantisipasi perubahan secara menyeluruh, sistematis, terarah dan konsisten. Para pemangku kepentingan yang terhormat Akhir kata, kami berharap laporan singkat ini dapat memberikan gambaran kepada seluruh pemangku kepentingan tentang kinerja DJBC Tahun 2011. Kami bersyukur atas beberapa capaian yang telah kami raih. Namun, kami menyadari masih terdapat beberapa area yang perlu segera dibenahi. Tantangan ke depan tidak ringan, seluruh jajaran DJBC akan senantiasa bekerja keras, berpacu diri tiada henti dan terus semangat bekerja untuk negeri Indonesia tercinta. Wassalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh. DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI Ir. Agung Kuswandono, MA. NIP. 196703291991031001 5 6 Laporan KInerja 2011 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tiada Henti Memacu Diri Sepenuh Hati Melindungi Negeri Visi Menjadi administrasi kepabeanan dan cukai dengan standar internasional. Misi Mengamankan hak keuangan negara, memfasilitasi perdagangan, mendukung industri dan melindungi masyarakat. Strategi Profesionalisme sumber daya manusia, efisiensi dalam organisasi dan pelayanan. 7 8 Laporan KInerja 2011 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tiada Henti Memacu Diri Sepenuh Hati Melindungi Negeri PENDAHULUAN D irektorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) adalah 1. Pengamanan dan pemungutan penerimaan negara salah satu institusi pemerintah yang mempunyai peran dari kegiatan impor, ekspor, dan pemungutan cukai yang sangat (revenue collection); penting dalam menggerakkan roda perekonomian nasional. Peran tersebut diwujudkan dalam bentuk pengumpulan penerimaan negara untuk 2. Melancarkan arus barang dari transaksi perdagangan internasional (trade facilitation); membiayai pembangunan nasional, pemberian fasilitasi 3. Membantu menciptakan iklim usaha yang kondusif perdagangan untuk menunjang efisiensi rantai pasokan bagi pertumbuhan industri dan investasi mela- perdagangan internasional, pemberian insentif fiskal lui pemberian fasilitas kepabeanan dan cukai serta untuk meningkatkan pertumbuhan dan melindungi in- pencegahan unfair trading (industrial assistance); vestasi dalam negeri, serta melindungi masyarakat dari 4. Menjamin perlindungan kepada masyarakat terha- masuknya barang-barang yang berbahaya keamanan dan mengganggu kesehatan bagi masyarakat. Peran ini pada akhirnya juga memberikan kontribusi dap akses yang timbul sebagai akibat dari masuknya barang-barang pembatasan dan larangan serta narkotika (community protection). siginifikan dalam pencapaian pertumbuhan ekonomi Dengan semakin bertambahnya komitmen kerjasa- yang tinggi terutama dalam menggerakan pertumbuhan ma ekonomi dengan negara lain yang ditandatangani di sektor riil karena peran DJBC menjadi salah satu faktor pemerintah, maka saat ini titik berat tugas di bidang penting daya saing nasional dalam ekonomi global dan kepabeanan telah bergeser dari Revenue Collection ke menjadi salah satu faktor penentu keputusan investasi Trade Facilitation, Industrial Assistance dan Community asing. Sebagai aparat fiskal dan juga sekaligus sebagai Protection yang bertujuan untuk dapat mendorong per- aparat pengawasan terhadap lalu-lintas barang im- tumbuhan industri dan investasi dalam negeri. por dan ekspor, DJBC mengemban tugas dan tanggung jawab yang cukup besar, meliputi: 9 10 Laporan KInerja 2011 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tiada Henti Memacu Diri Sepenuh Hati Melindungi Negeri CAPAIAN KINERJA DJBC DALAM KERANGKA REVENUE COLLECTION P encapaian Target Penerimaan Tahun 2011 Realisasi Penerimaan DJBC Tahun 2011 Surplus Rp 16 Triliun (13,9%) dari yang ditargetkan. REALISASI 2011 SURPLUS (DEFISIT) NO JENIS PENERIMAAN TARGET APBN-P 1 2 3 1. BEA MASUK 21.500,79 25.238,84 117,39% 3.738,05 17.39% a. Riil 21.000,79 25.191,49 119,95% 4.190,70 19,95% b. DTP 500,00 47,35 9,47% (452,65) -90,53% CUKAI 68.075,34 77.009,46 113,12% 8.934,12 13,12% a. HT 65.381,86 73.252,78 112,04% 7.870,92 12,04% 2.411,76 3.581,79 148,51% 1.170,03 48,51% 281,71 154,59 54,87% (-127,12) -45,13% 0 20,30 100% PPN HT 25.439,07 28.885,58 113,43% 3.416,50 13,43% TOTAL 115.015,21 131.103,88 113,99% 16.088,68 13,99% 2. b. MMEA c. EA d. Lainnya* 4. NOMINAL PENCAPAIAN NOMINAL % 4 5 (4/3) 6 (4-3) 7 (6/3) 0 0 Sumber Data: Ditjend Perbendaharaan *) (Biaya pengganti + Denda Administrasi ) - Restitusi cukai 11 CAPAIAN KINERJA DJBC DALAM KERANGKA REVENUE COLLECTION Pajak Dalam Rangka Impor dan PPN HT Realisasi penerimaan Pajak Dalam Rangka Impor (PDRI) dan PPN Hasil Tembakau (PPN HT) sebagai berikut: JENIS PENERIMAAN NO 1. PPN Impor 2. PPnBM Impor 3. PPh Ps. 22 Impor Sub Total PDRI 4. PPN HT Total PDRI REALISASI s.d. DES 2010 GROWTH 2011 Nominal % 82.706,29 107.016,01 24.309,72 29,39 4.790,58 5.374,48 583,90 12,19 23.598,53 28.295,19 4.696,66 19,90 111.095,40 140.685,68 29.590,28 26,68 11.485,30 12.856,78 1.371,48 11,94 122.580,70 153.542,46 30.961,76 25,26 Konstribusi DJBC terhadap penerimaan perpajakan PDRI dan PPN Cukai HT terhadap total penerimaan perpajakan sebesar 20,7%. Untuk lebih jelasnya penerimaan perpajakan dan penerimaan perpajakan yang dihimpun DJBC dapat dilihat dalam tabel di bawah ini. PENERIMAAN PAJAK YANG DIHIMPUN DJP Penerimaan Bruto Restitusi Penerimaan Netto Dalam Negeri 863.728,40 45.125,51 818.602,89 818.602,89 Luar Negeri 54.697,52 687,92 54.009,59 54.009,59 Cukai 77.013,24 3,82 77.009,41 77.009,41 Laporan KInerja 2011 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Uraian Total Penerimaan Pajak Diluar Cukai 741.593,48 Total Penerimaan Pajak Yang Dihimpun DJP 588.056,95 Kontribusi penerimaan Pajak yang dihimpun DJP 79,30% PENERIMAAN PAJAK YANG DIHIMPUN DJBC Uraian Penerimaan Bruto Restitusi Penerimaan Netto PPh Impor 28.298,93 3,74 28.295,19 PPN Impor 107.037,33 21,31 107.016,01 5.408,29 33,81 5.374,48 PPnBM Impor PPN HT Total Penerimaan Pajak Yang Dihimpun DJBC Kontribusi penerimaan Pajak yang dihimpun DJBC Total 140.685,69 12.856,78 153.542,47 20,70% Analisis Pencapaian Target Penerimaan Tahun 2011 Realisasi penerimaan DJBC tahun 2011 meningkat 38,26% dibandingkan dengan realisasi penerimaan DJBC tahun 2010, terdiri dari kenaikan jenis penerimaan Bea Masuk sebesar Rp 5.478,41 milyar (naik 27,72%), Cukai sebesar Rp 10.844,17 milyar (naik 16,4%), dan Bea Keluar sebesar Rp 19.957,8 milyar 12 Tiada Henti Memacu Diri Sepenuh Hati Melindungi Negeri (naik 224,3%). Untuk lebih jelasnya perbandingan realisasi penerimaan Bea Masuk, Cukai, dan Bea Keluar tahun 2010 dan 2011 adalah sebagaimana pada tabel di bawah ini: Milyar Rp No. Jenis Penerimaan 1 Bea Masuk * 2 Bea Keluar 3 Cukai Total 2010 2011 APBN-P Real sd. Des % APBN-P Real sd. Des 15.106,81 19.760,43 130,80 21.500,79 GROWTH % Nominal % 25.238,84 117,39 5.478,41 27,72 5.454,56 8.897,78 163,13 25.439,07 28.855,58 113,43 19.957,80 224,30 59.265,95 66.165,29 111,64 68.075,34 77.009,46 113,12 10.844,17 16,40 79.827,30 94.823,50 118,79 115.015,20 131.103,88 113,99 36.280,38 38,26 Ket. * Nilai BM Tidak Termasuk BM DTP Tahun 2010 BM DTP sebesar Rp 2T Tahun 2011 BM DTP sebesar Rp 0,5 T Kendala dan Risiko Fiskal dalam Pencapaian Target Penerimaan tahun 2011 1.Sektor Bea Masuk -Konsekuensi Kerjasama Perdagangan Internasional melalui skema FTA (IJ-EPA, China, Korea, India, AANZ); -Fasilitas Pembebasan dan Keringanan BM; -Tarif umum BM (MFN) cenderung menurunkan tarif efektif rata-rata BM; -Kebijakan non tarif yang berorientasi pada pengendalian barang impor dan penggunaan produksi dalam negeri. 2. Sektor Cukai -Konsisten dengan Road Map Hasil Tembakau; -Rencana pemberlakuan PP Pengendalian Tembakau; -Antisipasi Ratifikasi FCTC (Framework Control Tobacco Convention ); -Antisipasi Pemberlakuan Pajak Rokok Daerah, yang melarang produksi, penjualan dan peredaran miras -Larangan merokok di tempat umum. 3.Sektor Bea Keluar -Bea Keluar bukan merupakan Instrumen penerimaan negara, karena tujuan penerapan BK adalah untuk mengantisipasi lonjakan harga yang tinggi, ketersediaan bahan baku dalam negeri, kelestarian SDA, dan menjaga kestabilan harga komoditas dalam negeri (Pasal 2A UU Kepabeanan). -Harga internasional CPO cenderung fluktuatif, yang berpengaruh pada penerimaan BK. Strategi dan Kebijakan DJBC tahun 2011 1.Optimalisasi di Bidang Kepabeanan - Peningkatan akurasi penelitian nilai pabean dan klasifikasi barang impor dan Peningkatan efektivitas pemeriksaan fisik barang; - Optimalisasi fungsi unit pengawasan melalui peningkatan patroli darat dan laut dan Peningkatan pengawasan 13 CAPAIAN KINERJA DJBC DALAM KERANGKA REVENUE COLLECTION di daerah perbatasan terutama jalur rawan penyelundupan dan pos audit. 2.Optimalisasi di Bidang Cukai - Kenaikan tarif cukai Hasil Tembakau; - Optimalisasi Pengawasan peredaran BKC. Laporan KInerja 2011 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai - Pembinaan kepatuhan pengguna jasa terhadap ketentuan di bidang cukai. 14 Tiada Henti Memacu Diri Sepenuh Hati Melindungi Negeri - Penerapan manajemen risiko dalam Pelayanan dan pengawasan di bidang cukai. 3.Peningkatan Sektor Pelayanan - Penyempurnaan implementasi Indonesia National Single Window (INSW), dalam rangka menyongsong Asean Single Window (ASW); - Pelayanan Kepabeanan 24 Jam sehari 7 hari seminggu di pelabuhan-pelabuhan utama; - Pengembangan otomatisasi pelayanan di bidang kepabeanan dan cukai; - Transformasi Kelembagaan dalam bentuk penetapan Kantor Modern (2009/2010: 28 Kantor, 2011: 11 Kantor). 15 16 Laporan KInerja 2011 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tiada Henti Memacu Diri Sepenuh Hati Melindungi Negeri CAPAIAN KINERJA DJBC DALAM KERANGKA TRADE FACILITATION P eran DJBC dalam kerangka trade facilitator dalam Khusus terkait BTKI 2012, penerbitan buku tarif ini bertu- tahun 2011 difokuskan kepada harmonisasi penyusunan juan untuk menyediakan Buku Tarif Kepabeanan Indone- Buku Tarif Kepabeanan Indonesia (BTKI) 2012, peningka- sia sebagai pengganti BTBMI 2007 yang dapat dipergu- tan kualitas proses pemberian ijin Importir MITA Jalur Pri- nakan tepat waktu mulai 1 Januari 2012, guna : oritas, peningkatan proses pemutakhiran Data Base Nilai 1. Memperbaharui sistem klasifikasi barang sebe- Pabean I, pemutakhiran klasifikasi barang maupun besa- lumnya, untuk mengikuti perkembangan teknologi ran tarif, dan pemutakhiran harga ekspor dalam rangka dan masyarakat industri serta pola perdagangan In- pemungutan Bea Keluar dan peningkatan pelay- ternasional; anan penetapan klasifikasi barang sebelum impor (PKSI), penetapan klasifikasi barang dan nilai pabean untuk ba- 2. Memudahkan pengumpulan, pembuatan dan analisis Statistik perdagangan; rang impor sementara dan kendaraan bermotor, peneta- 3. Memberikan Sistem Internasional yang resmi un- pan Keputusan User Specific Duty Free Scheme (USDFS) tuk pemberian Kode, penjelasan dan penggolongan dalam kerangka kerjasama Indonesia Jepang, penetapan barang untuk tujuan perdagangan seperti tarif keputusan impor sementara dan perpanjangan jangka pengangkutan, keperluan pengangkutan, dokumen- waktu impor sementara, dan pengumpulan data untuk tasi dan sebagainya. usulan peruntukan Barang Milik Negara. 17 CAPAIAN KINERJA DJBC DALAM KERANGKA TRADE FACILITATION CAPAIAN KINERJA TAHUN 2011 belum diselesaikan kewajiban pabeannya; Rumusan kebijakan yang telah diselesaikan j. Impor Sementara; dalam rangka memfasilitasi perdagangan ada- k. Tentang Penelitian Ulang lah sebanyak 13 (tiga belas) peraturan, yang terkait dengan: dalam rangka Penetapan Kembali Nilai Pabean; l. Pedoman Teknis Penelitian Surat Keterangan a. Penyelesaian Barang Yang Dinyatakan Tidak Asal dalam rangka Persetujuan ASEAN Aus- Dikuasai, Barang yang Dikuasai Negara dan tralia New Zealand Free Trade Area (AANZ- Barang yang menjadi Milik Negara; FTA); b. Penetapan Tarif dan Nilai Pabean dan Sanksi m.Petunjuk Penggunaan Buku Tarif Kepa- Administrasi serta Penetapan Direktur Jen- beanan Indonesia 2012. deral atau pejabat Bea dan Cukai; c. Petunjuk Pelaksanaan Pemungutan BMAD Dalam konteks pelayanan kepada pengguna Terhadap Impor Hot Rolled Coil dari RRC dan jasa importasi, sampai dengan akhir tahun Malaysia; 2011 telah ditetapkan Importir MITA Jalur d. Petunjuk Pelaksanaan Pemungutan Bea Prioritas berjumlah 108 (seratus delapan) Masuk Tindakan Pengamanan Terhadap perusahaan, dan rincian lebih lanjut sebagai Impor Produk Tali Kawat baja (Steel Wire berikut : Ropes) dengan Pos Tarif 7312.10.90.00; a. Perusahaan yang mengajukan permohonan e. Petunjuk Pelaksanaan Pemungutan Bea Masuk Tindakan Pengamanan Terhadap MITA Prioritas b. Perusahaan yang ditolak permohonan MITA Impor Produk Tali Kawat baja (Steel Wire Laporan KInerja 2011 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Ropes) dengan Pos Tarif ex 7312.10.10.00; g. Petunjuk Pelaksanaan Pemungutan Bea Masuk Tindakan Pengamanan Terhadap Im- : 15 Perusahaan c. Perusahaan yang dicabut penetapan MITA Prioritas : 3 Perusahaan d. Perusahaan yang mendapatkan penetapan por Produk Kawat Seng; MITA Prioritas : 108 Perusahaan e. Perusahaan Uji Coba MITA Non Prioritas : 189 Perusahaan por Produk Kawat Bindrat; h. Petunjuk Pelaksanaan Pemungutan Bea Pemutakhiran data yang telah dilakukan se- Masuk Tindakan Pengamanan Terhadap lama tahun 2011 adalah sebagai berikut : Impor Produk Berupa Kain Tenunan dari Ka- a. Pemutakhiran Data Base Nilai Pabean I se- pas yang Dikelantang dan Tidak Dikelantang banyak 12 (dua belas) kali pemutakhiran; (Woven Fabrics of Cotton, Bleached and Un- b. Pemutakhiran data mengenai klasifikasi bleached); 18 Prioritas f. Petunjuk Pelaksanaan Pemungutan Bea Masuk Tindakan Pengamanan Terhadap Im- : 20 perusahaan barang maupun besaran tarif berdasarkan i. Petunjuk Pelaksanaan Penyelesaian Ke- Peraturan Menteri Keuangan telah dilaku- wajiban Pabean atas Kapal yang telah di- kan sebanyak 6 (enam) kali pemutakhiran, masukkan ke dalam daerah pabean oleh terakhir pemutakhiran data berdasarkan Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional dan PMK Nomor : 213/PMK.011/2011 tentang Tiada Henti Memacu Diri Sepenuh Hati Melindungi Negeri Buku Tarif Kepabeanan Indonesia 2012; mendapatkan masukan dari pembina sektor terkait c. Pemutakhiran data harga ekspor dalam rangka pe- perumusan sistem klasifikasi untuk membantu mungutan Bea Keluar, sebanyak 12 (dua belas) kali pengembangan industri sektor yang bersangkutan, pemutakhiran. sementara DJBC dalam tenggat waktu tertentu harus segera menyampaikan usulan-usulan tersebut ke Sedangkan capaian program kerja lainnya selama ta- sidang AHTN agar dapat ditampung dalam subpos hun 2011 adalah sebagai berikut : AHTN. a. Penetapan klasifikasi barang dan nilai pabean untuk 2. Kendala terkait pengenaan Bea Keluar untuk ko- barang impor sementara dan untuk kendaraan ber- moditi kelapa sawit, CPO dan turunannya, yaitu ke- motor atas permintaan penetapan dari Direktorat sulitan petugas di lapangan untuk membedakan jenis Fasilitas Kepabeanan, telah dilaksanakan sebanyak komoditi turunan CPO, karena beberapa produk tu- 715 (tujuh ratus lima belas) penetapan; runan CPO memiliki kesamaan ciri secara fisik, selain b. Penetapan klasifikasi barang sebelum impor (PKSI) sebanyak 157 (seratus lima puluh tujuh) penetapan; itu juga karena petugas di lapangan belum dibekali pengetahuan khusus mengenai CPO. c. Penetapan keputusan USDFS dalam kerangka kerjasama Indonesia Jepang, sebanyak 117 (seratus tu- PENGEMBANGAN SISTEM OTOMASI juh belas) keputusan; Target dan Program Kerja untuk Tahun 2011 d. Penetapan keputusan pemberian ijin impor se- Dalam tahun 2011, Direktorat IKC menargetkan untuk mentara sebanyak 247 (dua ratus empat puluh tujuh) membangun 3 (tiga) sistem aplikasi sesuai IKU DIKC, keputusan; yang meliputi : e. Penetapan keputusan perpanjangan jangka waktu ijin impor sementara sebanyak 108 (seratus delapan) keputusan; f. Penetapan keputusan perpanjangan ijin vooruitslag yang kedua, sebanyak 14 (empat belas) keputusan; g. Pengumpulan data BTD, BDN dan BMN dari Kanwil, a. Sistem Komputerisasi Pelayanan (SKP) BC2.3 Sentralisasi (user : Direktorat Fasilitas Kepabeanan) b. Sistem Aplikasi Database Nilai Pabean II (user : Direktorat Teknis Kepabeanan) c. Sistem Passenger Analysis Unit (user : Direktorat Penindakan dan Penyidikan) KPU dan KPPBC seluruh Indonesia untuk usulan status Barang Milik Negara, telah dilaksanakan se- Pencapaian Kinerja untuk Tahun 2011 banyak 2 (dua) kali atau sekali setiap semester sela- Ketiga sistem aplikasi dapat diselesaikan pembangu- ma tahun 2011. nannya sesuai target yang ditetapkan dan masing-masing telah diimplementasikan dan kepada unit pemakai KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI (user) terkait. DALAM PENCAPAIAN SASARAN a. Sistem Komputerisasi Pelayanan (SKP) BC2.3 Sentral- Beberapa kendala yang dihadapi dalam rangka penca- isasi, sesuai Berita Acara Serah Terima nomor BA-04/ paian sasaran yang telah ditetapkan pada tahun 2011 BC.93/2011 tanggal 29 Desember 2011. antara lain: 1. Kendala dalam proses penyusunan Buku Tarif Kepabeanan Indonesia 2012, antara lain kesulitan dalam b. Sistem Aplikasi Database Nilai Pabean II, sesuai Berita Acara Serah Terima nomor BA-02/BC.93/2011 tanggal 17 November 2011. 19 CAPAIAN KINERJA DJBC DALAM KERANGKA TRADE FACILITATION c. Sistem Passenger Analysis Unit, sesuai Berita Acara Serah Terima nomor BA-03/ BC.93/2011 tanggal 29 November 2011. Kendala Dalam Pencapaian Sasaran Tahun 2011 Terdapat beberapa kendala dalam pencapaian sasaran Tahun 2011, yaitu : a. Pembangunan aplikasi menggunakan teknologi baru berbasis java dan SOA (service oriented architecture), sehingga harus dilakukan training terlebih dahulu kepada SDM yang ada dan perlunya waktu penyesuaian dalam pelaksanaannya. b. Dalam tahun 2011, Direktorat Informasi Kepabeanan dan Cukai harus mengembangkan / mengerjakan beberapa sistem aplikasi yang tidak termasuk dalam IKU DIKC 2011, seperti : Sistem Aplikasi Registrasi Kepabeanan, Sistem Aplikasi Cukai EA / MMEA sentralisasi dan penyempurnaan Sistem In- Laporan KInerja 2011 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai formasi Direktorat P2 (Sidia), sehingga ikut 20 menyita waktu dan SDM yang telah tersedia. Tiada Henti Memacu Diri Sepenuh Hati Melindungi Negeri 21 22 Laporan KInerja 2011 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tiada Henti Memacu Diri Sepenuh Hati Melindungi Negeri CAPAIAN KINERJA DJBC DALAM KERANGKA INDUSTRIAL ASSISTANCE P emberian Pembebasan dan/atau Keringanan Bea Masuk Dalam rangka memberi dukungan terhadap industri, DJBC memberikan fasilitas pembebasan dan/atau keringanan bea masuk untuk mendorong pertumbuhan industri, meningkatkan investasi, serta meningkatkan daya saing ekspor. Jenis fasilitas pembebasan dan/atau keringanan bea masuk yang diberikan oleh DJBC melalui Direktorat Fasilitas Kepabeanan pada prinsipnya sebagaimana tercantum dalam Pasal 25 Ayat (1) dan Pasal 26 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan, serta Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BMDTP) berdasarkan Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). 23 CAPAIAN KINERJA DJBC DALAM KERANGKA INDUSTRIAL ASSISTANCE Data pemberian fasilitas pembebasan dan/atau keringanan bea masuk periode tahun 2011 adalah sebagai tabel berikut: DATA PEMBERIAN FASILITAS DAN/ATAU KERINGANAN BM PERIODE TAHUN 2011 Laporan KInerja 2011 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai NO PERATURAN JENIS FASILITAS JUMLAH SKEP 1 KMK-239/KMK.01/1996 Pembebasan Bea Masuk Dalam Rangka Proyek Pemerintah 35 2 KMK-141/KMK.05/1997 Pemberian Pembebasan Bea Masuk atas Impor Barang Untuk Keperluan Museum, Kebun Binatang, dan Tempat Lain Semacam Itu Yang Terbuka Untuk Umum Serta Barang Untuk Konservasi Alam 24 3 KMK-143/KMK.05/1997 Pemberian Pembebasan Bea Masuk atas Impor Barang Untuk Keperluan Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan 42 4 KMK-144/KMK.05/1997 Pemberian Pembebasan Bea Masuk atas Impor Barang Kiriman Hadiah/Hibah Untuk Keperluan Ibadah Untuk Umum, Amal, Sosial, Kebudayaan, Atau Untuk Kepentingan Penanggulangan Bencana Alam 37 5 PMK-101/PMK.04/2007 Pemberian pembebasan bea masuk atas impor peralatan dan bahan yang digunakan untuk mencegah pencemaran lingkungan 1 6 PMK-104/PMK.04/2007 Pembebasan Bea Masuk Atas Impor Barang Untuk Keperluan Olah Raga 18 7 PMK-105/PMK.04/2007 Pemberian pembebasan bea masuk atas impor bibit dan benih untuk pembangunan dan pengembangan industri pertanian, pertanian, peternakan, atau perikanan 23 8 PMK-163/PMK.04/2007 Pemberian Pembebasan Bea Masuk Atas Impor Barang Oleh Pemerintah Pusat Atau Daerah Untuk Kepentingan Umum 59 9 PMK-154/PMK011/2008 Pemberian pembebasan bea masuk atas impor barang modal dalam rangka pembangunan dan pengembangan industri pembangkit tenaga listrik untuk kepentingan umum 31 10 PMK-261/PMK.011/2011 BMDTP atas impor barang dan bahan untuk memproduksi barang dan / atau jasa guna kepentingan umum dan peningkatan daya saing industri sektor tertentu 77 JUMLAH TOTAL 347 Pemberian Fasilitas Kepabeanan di Bidang Pertambangan Dalam upaya untuk menarik investasi (khususnya migas dan pertambangan mineral), maka sesuai dengan dasar hukum yang ada (untuk migas dan panas bumi), yaitu kontrak yang telah ditandatangani, Undang-Undang tentang Migas, Undang-Undang tentang Panas bumi, dan Undang-Undang tentang Kepabeanan, Menteri Keuangan telah menerbitkan keputusan tentang pembebasan BM dan PDRI tidak dipungut dan/atau PPN Ditanggung Pemerintah (PPNDTP) atas impor barang untuk kegiatan hulu migas dan panas bumi. Selain itu DJBC dalam perannya sebagai Industrial Assistence, terus berusaha agar prosedur dalam 24 Tiada Henti Memacu Diri Sepenuh Hati Melindungi Negeri pemberian perijinan atau pemberian fasilitas dapat lebih sederhana dan secara bertahap diarahkan pada sistem otomasi, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk perijinan dan pemberian fasilitas tersebut dapat dicapai sesuai dengan janji layanan. Untuk selanjutnya pemberian fasilitas kepabeanan di bidang pertambangan diharapkan dapat dimanfaatkan dengan baik dan efektif, sehingga dapat membantu peningkatan produksi migas dan energi di Indonesia serta dapat mendorong investasi di bidang pertambangan. Data pemberian fasilitas kepabeanan di bidang pertambangan untuk periode 2011 adalah sebagaimana tabel berikut : DATA PEMBERIAN FASILITAS KEPABEANAN DI BIDANG PERTAMBANGAN PERIODE TAHUN 2011 NO JENIS FASILITAS JUMLAH SKEP 1 PMK-20/PMK.010/2005 PERATURAN Pemberian pembebasan bea masuk dan pajak dalam rangka impor tidak dipungut atas impor barang berdasarkan kontrak bagi hasil (Production Sharing Contracts) minyak dan gas bumi 808 2 PMK-78/PMK.010/2005 Pemberian pembebasan bea masuk atas impor barang untuk kegiatan pengusahaan panas bumi berdasarkan kontrak sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi 19 3 PMK-177/PMK.011/2007 Pemberian pembebasan bea masuk atas impor barang untuk kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi serta panas bumi 105 4 PMK-22/PMK.011/2011 Pemberian pembebasan bea masuk atas impor barang untuk kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi serta panas bumi dengan fasilitas PPN ditanggung pemerintah / PPNDTP 72 JUMLAH TOTAL 1004 Pemberian Fasilitas KITE dan TPB Fasilitas Kepabeanan juga diberikan dalam bentuk Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) dan Tempat Penimbunan Berikat (TPB). Fasilitas TPB terdiri dari enam jenis yaitu Kawasan Berikat (KB), Gudang Berikat (GB), Tempat Penyelenggaraan Pameran Berikat (TPPB), Toko Bebas Bea (TBB), Tempat Lelang Berikat (TLB), dan Kawasan Daur Ulang Berikat (KDUB). Fasilitas KITE merupakan pemberian pembebasan dan/atau pengembalian Bea Masuk (BM) dan/atau cukai serta PPN dan PPnBM tidak dipungut atas impor barang dan/atau bahan untuk diolah, dirakit, atau dipasang pada barang lain yang hasilnya terutama untuk tujuan ekspor. Perusahaan yang mendapat fasilitas KITE adalah perusahaan yang mengimpor sendiri hasil produksinya atau menyerahkan hasil produksinya ke KB untuk diolah, dirakit atau dipasang pada barang lain. Data pemberian fasilitas KITE untuk periode 2011 adalah sebagaimana table berikut: DATA PEMBERIAN FASILITAS KITE PERIODE TAHUN 2011 • NIPER Jumlah pengguna NIPER aktif : 1015 Perusahaan 25 • PENYELESAIAN DOKUMEN JUMLAH DOKUMEN JUMLAH DOKUMEN 2010 2011 2010 BCF. KT-01 1.759 1.216 1.694 BCL.KT-01 6.945 5.852 BCL.KT-02 2.805 1.790 JENIS DOKUMEN 2011 % Penyelesaian 2010 2011 1.154 96.30% 94.90% 4.579 3.559 65.93% 60.82% 1.097 707 39.11% 39.50% Fasilitas di KB berupa penangguhan bea masuk, serta tidak dipungut PPN, PPnBM, dan PPh Pasal 22 atas impor barang dan bahan untuk diolah oleh PDKB serta terhadap barang modal dan peralatan yang dipergunakan secara langsung dalam proses produksi. Fasilitas tidak dipungut PPN dan PPnBM juga diberlakukan atas pengiriman barang hasil produksi PDKB ke PDKB lain, pengeluaran barang dan/ atau bahan dalam rangka sub kontrak baik ke tempat lain dalam daerah pabean (TLDDP) atau PDKB lain, peminjaman mesin dan atau peralatan pabrik dalam rangka sub kontrak, pemasukan BKP dari TLDDP jika diolah lebih lanjut atau mesin dan/atau peralatan pabrik yang dipergunakan secara langsung dalam proses produksi. Dalam KB diberikan pula fasilitas terhadap barang modal dan peralatan asal impor milik Pengusaha Kawasan Berikat (PKB) dan/atau PDKB, apabila telah melampaui jangka waktu dua tahun sejak dimasukkan ke KB dapat dipindahtangankan ke DPIL dengan tanpa kewajiban membayar bea masuk. Fasilitas di GB meliputi penangguhan BM, tidak dipungut PPN, PPnBM dan PPh Pasal 22 atas impor Laporan KInerja 2011 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai barang atau bahan asal impor yang ditimbun di dalalm GB. Disamping itu di GB juga diberikan pembe- 26 basan cukai terhadap impor Barang Kena Cukai (BKC) yang akan ditimbun didalam GB. Data pemberian fasilitas TPB periode tahun 2011 adalah sebagaimana tabel berikut: DATA PEMBERIAN FASILITAS TPB PERIODE TAHUN 2011 No 1 2 3 4 Jenis Fasilitas Jumlah SKEP Kawasan Berikat Gudang Berikat Toko Bebas Bea Tempat Penyelenggaraan Pameran Berikat TOTAL 169 20 5 0 194 Tiada Henti Memacu Diri Sepenuh Hati Melindungi Negeri Perumusan Kebijakan Dalam kaitannya dengan peran industrial assistance, beberapa rumusan kebijakan yang telah diselesaikan dan diterapkan selama tahun 2011 adalah sebagai berikut: 1. Tentang Gudang Berikat; 2. Tentang Kawasan Berikat; 3. Tentang Tata Cara Pemberian Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah Atas Impor Barang Untuk Kegiatan Usaha Hulu Eksplorasi Minyak dan Gas Bumi Serta Kegiatan Usaha Eksplorasi Panas Bumi Untuk Tahun Anggaran 2011; 4. Tentang Bea Masuk Ditanggung Pemerintah. 27 28 Laporan KInerja 2011 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tiada Henti Memacu Diri Sepenuh Hati Melindungi Negeri CAPAIAN KINERJA DJBC DALAM KERANGKA COMMUNITY PROTECTION P rogram Kerja Tahun 2011 Kegiatan Pengawasan Program kerja dalam rangka kegiatan pengawasan di bi- dang kepabeanan dan cukai yang ditetapkan untuk dilaksanakan pada tahun 2011 secara garis besar sama dengan program kerja yang telah dilaksanakan pada tahun 2011, antara lain : a. Melakukan operasi pengawasan penyeludupan fisik dan pelanggaran administrasi barang impor; b. Melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap penyalahgunaan fasilitas kepabeanan dan cukai ; c. Melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap penyeludupan di daerah rawan dan perbatasan; d. Melaksanakan operasi pengawasan kegiatan ekspor untuk mencegah terjadinya ekspor fiktif, ekspor barang larangan dan pembatasan, dan pelarian pajak ekspor (PE); e. Melaksanakan pengawasan dan penindakan pemalsuan pita cukai, pemakaian pita cukai palsu, pengunaan pita cukai yang bukan haknya, penggunaan pita cukai yang tidak sesuai peruntukannya, dan hasil tembakau (HT) yang tidak dilekati pita cukai (rokok f. Melaksanakan pengawasan dan penindakan peredaran MMEA impor ilegal dan pengeluaran MMEA lokal yang tidak sesuai prosedur atau tidak membayar cukai; g. Melaksanakan pengawasan di bidang Narkotika, Psikotropika dan Prekursor (NPP) dan asistensi kegiatan pengawasan NPP ke KPPBC. Kegiatan Penindakan Program kerja dalam rangka kegiatan penindakan dibidang kepabeanan dan cukai yang ditetapkan untuk dilaksanakan pada tahun 2011, antara lain : a. Melakukan kegiatan penindakan atas pelanggaran ketentuan di bidang kepabeanan dan cukai pada wilayah kerja Kantor Wilayah DJBC, Kantor Pelayanan Utama DJBC dan KPPBC; b. Melakukan asistensi kegiatan penindakan atas pelanggaran ketentuan di bidang kepabeanan dan cukai pada wilayah kerja Kantor Wilayah DJBC, Kantor Pelayanan Utama DJBC dan KPPBC; polos); 29 CAPAIAN KINERJA DJBC DALAM KERANGKA COMMUNITY PROTECTION c. Melakukan pengolahan data laporan Kegiatan Intelijen penindakan dan perkembangan penanga- Terkait dengan tugas Direktorat Penindakan nan perkara dari Kantor Wilayah DJBC, Kan- dan Penyidikan di bidang Intelijen sebagai lang- tor Pelayanan Utama DJBC dan KPPBC se- kah pelaksanaan program pengawasan sesuai bagai data untuk mengukur tingkat capaian rencana kerja yang ditetapkan untuk tahun IKU Kemenkeu One yaitu persentase tindak 2011 adalah: lanjut temuan pelanggaran kepabeanan dan a. Meningkatkan kepatuhan di bidang kepa- cukai. beanan dan cukai; b. Meningkatkan efektivitas kegiatan intelijen Kegiatan Penyidikan di bidang kepabeanan melalui penerbitan Target kinerja pelaksanaan penyidikan diper- NHI yang akurat; oleh dengan membandingkan antara jumlah Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan c. Membuat kebijakan di bidang intelijen yang selaras dengan kepentingan nasional; (PDP) yang merupakan bukti telah dimulainya d. Penerapan manajemen resiko yang efektif penyidikan oleh PPNS DJBC dan penyerahan dalam pelayanan dan pengawasan Kepa- berkas perkara ke Kejaksaan sebagai bukti beanan dan Cukai; bahwa penyidikan atas perkara telah diserahkan kepada Jaksa Penuntut Umum. e. Melaksanakan bimbingan teknis dalam rangka peningkatan fungsi intelijen; Laporan KInerja 2011 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai f. Melaksanakan evaluasi yang efektif terhaPada tahun 2011, penyidikan tindak pidana di dap kegiatan intelijen di bidang kepabeanan bidang kepabeanan dan cukai yang diserahkan dan cukai; ke Kejaksaan ditargetkan sebesar 50%. Penca- g. Pemanfaatan sistem Teknologi Informasi paian target ini dilakukan monitoring setiap bu- dan Komunikasi yang terintegrasi secara op- lan dan setiap triwulan guna evaluasi perkem- timal; bangan pencapaian. h. Melakukan targeting penumpang menggunakan Passanger Analyzing Unit (PAU) ber- Dalam rangka pencapaian target tersebut, dasarkan pengembangan kasus penindakan diselenggarakan program kerja antara lain : NPP di laut, udara dan perbatasan darat, 1. Penyusunan panduan materiil dan formil yang kemudian dimasukkan kedalam attensi penyidikan tindak pidana Kepabeanan dan management dalam PAU dan/atau bentuk Cukai. Surat Rahasia Direktur Penindakan dan Pe- 2. Pemberian bantuan tenaga PPNS dalam kegiatan penyidikan pada kantor-kantor DJBC. nyidikan kepada kantor-kantor wilayah dan pelayanan Bea dan Cukai. i. Melakukan analisa Pemberitahuan Impor Barang (PIB) melalui SIMONA dan INSW (Indonesia National Single Window) dan analisa manifest barang kargo. 30 Tiada Henti Memacu Diri Sepenuh Hati Melindungi Negeri Laporan Pencapaian KinerjaTahun 2011 Aceh Darussalam, Kantor Wilayah DJBC Sumatera Utara, Kantor Wilayah DJBC Khusus Kepulauan Riau, Kegiatan Pengawasan Kantor Wilayah DJBC Riau dan Sumatera Barat, Kan- Realisasi atas program kerja yang ditetapkan pada tahun tor Wilayah DJBC Sumatera Bagian Selatan dengan 2011, yaitu : menggunakan Kapal Patroli Bea dan Cukai dan Anak a. Melakukan operasi pengawasan penyeludupan fisik Buah Kapal dari Pangkalan Sarana Operasi Tipe A Tan- dan pelanggaran administrasi barang impor se- jung Balai Karimun serta di wilayah perairan wilayah banyak 51 kali di seluruh Indonesia dengan hasil kerja Kalimantan Bagian Barat dan Kalimantan Bagian banyak temuan pelanggaran berupa kesalahan pem- Timur dengan Kapal Patroli Bea dan Cukai beserta beritahuan jumlah dan jenis barang, barang impor Anak Buah Kapal dari Pangkalan Sarana Operasi Tipe yang terkena larangan dan pembatasan yang tidak B Pantoloan dengan Komandan Patroli dari Pegawai dilengkapi dengan izin dari instansi terkait, pelang- Direktorat Penindakan dan Penyidikan dan Kantor Pe- garan tipe merk, spesifikasi, ukuran dan berat yang layanan Utama Tipe B Batam. tidak sesuai pemberitahuan, nilai pabean yang tidak wajar, dan pelanggaran-pelanggaran lainnya; b. Melaksanakan pengawasan dan penindakan penyalahgunaan fasilitas kepabeanan dan cukai. Beberapa hasil kegiatan patroli laut adalah sebagai berikut: 1. Salah satu patroli laut yang telah dilaksanakan ada- Operasi pengawasan terhadap perusahaan penerima lah penegahan kapal MT. Western KGT dan MT Con- fasilitas Kawasan Berikat (KB), Gudang Berikat (GB) certina yang kedapatan membawa komoditi crude oil dan Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) dilak- sebanyak + 650 kilo liter dengan modus melakukan sanakan khususnya di wilayah pengawasan Kantor pemuatan dan pengangkutan barang ekspor berupa Wilayah DJBC Jakarta, Kantor Wilayah DJBC Banten, crude oil tanpa dokumen dengan cara ship to ship; Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat, Kantor Wilayah 2. Penyegelan terhadap KM Artika yang mengangkut DJBC Jawa Tengah dan DIY dan Kantor Wilayah DJBC spare parts. stationery and accesories, dll, dengan Jawa Timur I dengan hasil masih ditemukan adanya proses peyelesaian lebih lanjut diserahkan kepada pelanggaran berupa kesalahan pemberitahuan jenis KPPBC Tipe A3 Teluk Nibung. barang, HS dan tarif bea masuk, dan kesalahan pem- d. Melasanakan operasi pengawasan kegiatan ekspor beritahuan jumlah dan jenis barang dengan komoditi untuk mencegah terjadinya ekspor fiktif, ekspor ba- umumnya berupa barang elektronik; rang larangan dan pembatasan dan pelarian pajak c. Melaksanakan pengawasan dan penindakan penyelundupan di daerah rawan dan perbatasan; Operasi pengawasan untuk mencegah terjadinya penyeludupan di daerah rawan dan perbatasan di- ekspor (PE). Pelaksanaan operasi pencegahan pelanggaran kepabeanan di bidang ekspor Belem menemukan adanya pelanggaran ketentuan di bidang ekspor; laksanakan melalui operasi patroli laut di wilayah perairan wilayah kerja Kantor Wilayah DJBC Nangroe 31 CAPAIAN KINERJA DJBC DALAM KERANGKA COMMUNITY PROTECTION Data Kegiatan Pengawasan Direktorat Penindakan dan Penyidikan e. Melaksanakan pengawasan dan penindakan pemalsuan pita cukai, pemakaian pita cukai palsu, pengunaan pita cukai yang bukan haknya, penggunaan pita cukai yang tidak No. Kegiatan Pengawasan 1. Tahun 2010 Tahun 2011 Operasi pengawasan kegiatan impor 27 9 2. Operasi pengawasan terhadap perusahaan penerima fasilitas kepabeanan dan cukai 12 12 kan adanya pelanggaran berupa peredaran 3. Operasi patroli laut 14 9 rokok yang dilekati pita cukai yang tidak 4. Operasi pengawasan kegiatan ekspor 10 3 5. Operasi pengawasan tembakau 17 15 6. Operasi pengawasan MMEA 2 9 82 57 sesuai peruntukannya, dan hasil tembakau (HT) yang tidak dilekati pita cukai (rokok polos). Hasil operasi pengawasan masih ditemu- sesuai dengan peruntukannya dan pelanggaran-pelanggaran lainnya. f. Melaksanakan pengawasan dan penindakan peredaran MMEA impor ilegal dan pengeluaran MMEA lokal yang tidak sesuai prosedur Laporan KInerja 2011 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai atau tidak membayar cukai. 32 Jumlah Pengawasan (kali) Jumlah hasil Tiada Henti Memacu Diri Sepenuh Hati Melindungi Negeri g. Melaksanakan pengawasan di bidang Narkotika, Psikotropika dan Prekursor (NPP) dan asistensi kegiatan pengawasan NPP ke KPPBC. Pengawasan di bidang NPP selama tahun 2011 dilakukan melalui kegiatan patroli dan operasi NPP, serta asistensi terhadap kegiatan pengawasan yang dilaksanakan oleh KPU BC atau KPPBC. Kegiatan yang dilakukan sepanjang tahun 2011 adalah sebagai berikut : No. 1. 2. 3. Kegiatan Pengawasan Patroli NPP Rutin Bulanan Patroli NPP Khusus KPPBC KPU BC Tanjung Priok KPPBC Madya Pabean Soekarno Hatta KPPBC Madya Pabean Yogyakarta KPPBC Madya Pabean Bandung KPU BC Batam KPPBC TMP Entikong KPPBC TMP Pontianak KPPBC TMP Juanda KPPBC TMP Dumai KPPBC TMP Medan KPPBC Tanjung Pinang KPPBC Mataram KPPBC TMP Tanjung Perak KPPBC Aceh KPPBC TMP Makassar KPPBC TMP Semarang KPPBC TMP Surakarta KPPBC TMP Yogyakarta KPPBC TMP Ngurah Rai KPPBC TMP Teluk Nibung KPPBC TMP Teluk Bayur Operasi Ketupat (SH, BDO) Operasi Lilin (SH, BDO) Asistensi pengawasan dan pelati- KPPBC TMP Surakarta han NPP (CNT workshop) KWBC Riau dan Sumbar KPU Batam KPPBC Ngurah Rai KPPBC TMP Medan KPPBC TMP Juanda KWBC Jateng dan DIY KPU Tanjung Priok KPPBC TMP Merak KPPBC TMP Soekarno Hatta KPPBC TMP Tangerang KWBC Sumut KWBC Jatim I KWBC Bali,NTT dan NTB KWBC Kalbagtim Jumlah 12 32 25 33 CAPAIAN KINERJA DJBC DALAM KERANGKA COMMUNITY PROTECTION Kegiatan Penindakan Data penindakan NPP selengkapnya adalah Perbandingan jumlah penindakan yang telah sebagai berikut : dilaksanakan pada tahun 2010 dan 2011 daPenindakan NPP berdasarkan pat dilihat pada tabel berikut ini : Kantor Bea dan Cukai Data Kegiatan Penindakan Direktorat Penindakan dan Penyidikan Laporan KInerja 2011 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai No. 34 Kegiatan Pengawasan Jumlah Penindakan (kasus) Tahun 2010 Tahun 2011 Jumlah Kasus No. Kantor 1. KPPBC Madya Pabean Soekarno Hatta 52 2. KPPBC Teluk Nibung 19 3. KPPBC Medan 14 4. KPPBC Madya Pabean Ngurah Rai 12 5. KPU BC Tipe B Batam 9 6. KPPBC Madya Pabean Juanda 8 1. Impor 6 11 2. Fasilitas kepabeanan dan cukai 6 9 3. Patroli laut 5 1 7. KPPBC Madya Pabean Bandung 6 4. Ekspor 0 0 8. KPPBC Madya Pabean Dumai 3 5. Cukai hasil tembakau 2 12 9. KPPBC Madya Pabean Surakarta 3 6. Cukai MMEA 2 12 10. KPPBC TMP Nunukan 3 Jumlah 21 45 11. KPPBC Jayapura 3 12. KPPBC Madya Pabean Yogyakarta 2 13. KPPBC Tanjung Balai Karimun 1 Data Kegiatan Pengawasan 14. KPPBC Bengkalis 1 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai 15. KPPBC Selat Panjang 1 16. KPPBC Banda Aceh 1 No. Tahun Jumlah Penindakan 1. 2010 3.680 17. KPPBC Palembang 1 3.378 18. KPPBC TMP Pekan Baru 1 7.058 19. KPU Tanjung Priok 1 2. 2011 Jumlah Dalam kaitannya dengan NPP, penindakan yang telah dilakukan diseluruh Indonesia sebanyak 143 (seratus empat puluh tiga) kasus yang tersebar pada 23 (dua puluh tiga) Kantor, dengan total barang bukti seberat 214.634,87 gram. 20. KPPBC Pasar Baru 1 21. KPPBC TMP Makassar 1 22. KPPBC TMP Tarakan 1 23. KPPBC Cirebon 1 24. KPPBC Mataram Jumlah 1 146 Tiada Henti Memacu Diri Sepenuh Hati Melindungi Negeri gal 20 s.d. 30 Oktober 2011 dengan upacara penutuRealisasi Asistensi dan Pengawasan pan di Port Klang, Malaysia pada tanggal 31 Oktober yang Menghasilkan Penindakan NPP 2011; Oleh Subdirektorat Narkotika No. Kantor b. Ikut serta dalam kegiatan Patkor Kastima pada tang- Jumlah Kasus gal 18 s.d 30 Juli 2011 dengan pembukaan di Batam. 1. KPPBC TMP Soekarno Hatta 8 Indonesia pada tanggal 19 Juli 2011 dan penutupan 2. KPU Tanjung Priok 1 3. KPU Batam 1 di Pangkalan Kastam Marin Sungai Pulai, Johor, Ma- 4. KPPBC TMP Bandung 5 5. KPPBC TMP Medan 2 6. KPPBC TMP Makassar 1 20 A pada tanggal 19 s.d. 21 Mei 2011 dengan 7. KPPBC Pasar Baru 1 mengirimkan anggota delegasi pada upacara pem- 8. KPPBC Cirebon 1 bukaan di Batam dengan dukungan Kapal Patroli BC 9. KPPBC TMP Ngurah Rai 3 9002; Jumlah 23 laysia tanggal 30 Juli 2011 c. Ikut serta dalam kegiatan Patkor Optima Malindo ke d. Ikut serta melakukan pemantauan dan pengawasan atas pencacahan dan perajangan kertas banderol Penindakan NPP berdasarkan Jenis No. Jenis NPP Jumlah berhologram rusak dan pelat cetak hologram rusak, Satuan mengawasi pelaksanaan pemusnahan pita cukai, plat 158.376,70 gram 176,17 gram cukai, pemantauan batas lekat pita cukai MMEA apa- 1. Methamphetamine 2. Cocaine 3. Ekstasi 9.665,70 gram 4. Ganja 1.280,50 gram 5. Erimin Five / Happy Five 348,00 gram 6. Hashish 3,00 gram 7. Heroin 14.718,11 gram 8. Ketamine 32.355,99 gram 9. Morphine 158,00 gram 10. Amfetamin 295,00 gram kan melalui kegiatan seperti partisipasi dalam kegia- 11. Bromazepam 15,00 gram tan rapat dan patroli bersama yang dilaksanakan di 217.392,17 gram bawah koordinasi Badan Koordinasi Keamanan Laut Jumlah bila ada permintaan dari unit lainnya; e. Mengkoordinasikan pelaksanaan rapat koordinasi pengawasan bidang kepabeanan dan cukai yang diikuti oleh para pejabat unit pengawasan dari Kantor Wilayah DJBC, KPU BC dan KPPBC; f. Melakukan kegiatan koordinasi lintas sektoral dengan instansi teknis terkait di dalam negeri yang diwujud- (BAKORKAMLA); Di samping melaksanakan kegiatan pengawasan dan g. mengadakan dan mengikuti pelatihan SDM melalui penindakan tersebut di atas, Direktorat Penindakan dan seminar, workshop serta pendidikan dan pelatihan Penyidikan juga melaksanakan kegiatan lainnya, seperti : dengan materi pelatihan yang berkaitan dengan tu- a. Ikut serta dalam kegiatan Patkor Optima Malindo ke gas dan fungsi Direktorat Penindakan dan Penyidikan. 20 A pada tanggal 19 s.d. 21 Mei 2011 dengan mengirimkan anggota delegasi pada upacara pem- Kegiatan Penyidikan bukaan di Batam dengan dukungan Kapal Patroli BC Kegiatan penyidikan dalam tahun 2011 mencapai 121 9002 dan Patkor Optima Malindo ke 20 B pada tang- kasus. Secara kuantitas mengalami penurunan sebesar 35 CAPAIAN KINERJA DJBC DALAM KERANGKA COMMUNITY PROTECTION 33 % jika dibandingkan dengan tahun 2010. Hal tersebut disebabkan karena kuantitas penindakan pelanggaran kepabeanan dan cukai menurun yang mengindikasikan bahwa tingkat kepatuhan pelaku usaha terkait kepabeanan dan cukai semakin meningkat. Dari 121 kasus yang dilakukan penyidikan dalam tahun 2011, 96 kasus (79 %) diantaranya telah diserahkan ke kejaksaan dengan status P-21. Pencapaian ini melebihi target yang ditetapkan yaitu sebesar 50 %. Ke 121 kasus tersebut terdiri dari ; penyidikan tindak pidana kepabeanan 69 kasus, dimana 60 kasus telah P-21, dan penyidikan tindak pidana cukai 52 kasus, dimana 36 kasus telah P-21. Kegiatan Intelijen Terkait dengan tugas Direktorat Penindakan dan Penyidikan di bidang Intelijen sebagai langkah pelaksanaan program pengawasan sesuai rencana kerja yang ditetapkan untuk tahun 2011 adalah : Meningkatkan kepatuhan di bidang kepabeanan dan cukai Selama periode tahun 2011 telah diberikan perijinan di bidang kepabeanan dan cukai oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Selain itu juga dilakukan kegiatan pemblokiran terhadap perusahaan yang melakukan pelanggaran sesuai dengan yang diatur dalam KEP-14/BC/2001. Rincian jumlah perijinan dan pemblokiran yang telah dilakukan untuk periode tahun 2011 adalah sebagai berikut : Laporan KInerja 2011 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Perusahaan Jumlah Seluruh Perijinan Jumlah Perijinan Th. 2011 Jumlah Pemblokiran Persentase Importir 2.5747 2.352 816 3,16% PPJK 1.658 127 18 1,09% Total 27.405 2.479 834 3,04% Disamping pemblokiran dilakukan juga pencabutan pemblokiran bagi perusahaan dengan status diblokir yang telah mengajukan permohonan pencabutan pemblokiran dan telah memenuhi persyaratan untuk dicabut status blokirnya sesuai dengan ketentuan dalam KEP-14/BC/2001, dengan perincian sebagai berikut : No. Perusahaan Buka Blokir 1. Importir 911 2. PPJK Total 14 925 Meningkatkan efektivitas kegiatan intelijen di bidang kepabeanan melalui penerbitan NHI yang akurat Membuat kebijakan di bidang intelijen yang selaras dengan kepentingan nasional. Untuk menunjang pelayanan di bidang kepabeanan dan cukai serta mendukung pelaksanan tugas pengawasan yang efektif dan efisien sejalan dengan ketentuan maka informasi untuk keperluan pengawasan harus dapat dikelola secara akurat, relevan dan tepat waktu. Oleh karena itu Subdit Intelijen membuat kebijakan optimalisasi pemanfaatan SMS Centre Direktorat Penindakan dan Penyidikan. 36 Tiada Henti Memacu Diri Sepenuh Hati Melindungi Negeri Melaksanakan bimbingan teknis dalam rangka peningkatan fungsi intelijen. Dalam rangka meningkatkan fungsi intelijen telah dilakukan bimbingan teknis mengenai aplikasi SIDIA dan PAU pada setiap kantor wilayah. Melaksanakan evaluasi yang efektif terhadap kegiatan intelijen di bidang kepabeanan dan cukai Dalam rangka efektifitas pengawasan yang berkaitan dengan pengamanan hak-hak negara dan dipenuhinya ketentuan kepabeanan tentang ekspor Kelapa Sawit, CPO dan produk turunannya maka Subdit Intelijen telah menyusun Kajian Evaluasi Pengawasan Ekspor Kelapa Sawit. Pemanfaatan sistem Teknologi Informasi dan Komunikasi yang terintegrasi secara optimal a) menerapkan dan mengembangkan Passenger Analyzing Unit (PAU) untuk mengawasi penumpang pesawat udara. PAU ini telah terinstalasi di 8 KWBC dan 16 KPPBC. Beberapa kasus penangkapan penyeludupan narkotika di bandara adalah merupakan hasil analisa dengan menggunakan PAU. b) Dalam rangka optimalisasi kegiatan pengawasan juga telah dibuat suatu Sistem Informasi Direktorat P2 (SIDIA) yang telah terinstal di 16 KWBC, 2 KPU dan 18 KPPBC c) Untuk memudahkan pengawasan di bidang kepabeanan dan cukai saat ini juga sedang dikembangkan design aplikasi tata laksana pengawasan. Penerapan manajemen resiko yang efektif dalam pelayanan dan pengawasan Kepabeanan dan Cukai. Penerapan dan pengembangan manajemen risiko kepabeanan dan cukai dilakukan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi kegiatan intelijen dalam rangka pengawasan. Pelaksanaannya dengan melakukan profiling terhadap importir, komoditi, perusahaan pemilik NPPBKC, perusahaan penerima fasilitas yang berkaitan dengan kegiatan kepabeanan dan cukai. Profil Importir Sampai dengan bulan November 2011 komposisi importir berdasarkan kategori resiko importir adalah sebagai berikut : Status Importir No. Risk Grade IP Jumlah IU % Jumlah Total IT % Jumlah % % 1. Low Risk 4.376 88,42 278 5,62 295 5,96 4.949 19,22 2. Medium Risk 1.535 37,60 2.184 53,50 363 8,89 4.082 15,85 3. High Risk 893 29,11 1.977 64,44 198 6,45 3.068 11,92 4. Very High Risk 2.378 17,42 10.329 75,68 941 6,89 13.648 53,01 9182 35,66 14768 57,36 1797 6,98 25747 100 TOTAL 37 CAPAIAN KINERJA DJBC DALAM KERANGKA COMMUNITY PROTECTION bawaannya yang memiliki tingkat resiko tingSedangkan untuk profiling perusahaan yang gi sebagai kurir narkotika, psikotropika dan terupdate adalah : prekursor (NPP). Pada awalnya (tahun 2010) Sistem PAU ini diterapkan di 5 (lima) bandar Bulan Profil Perusahaan Yang Terupdate Januari 202 Februari 166 Surabaya, Polonia Medan dan Husein Sastrane- Maret 270 gara Bandung, kemudian pada pertengahan April 208 tahun 2011 Mei 225 sialisasi mengenai Sistem PAU ini ke beberapa Juni 263 Juli 182 KWBC/KPU/KPPBC yang membawahi bandara- Agustus 23 September 273 Oktober 204 dan NTB, KWBC Sulawesi, KWBC Riau dan Su- November 336 matera Barat, KWBC Kalimantan Bagian Timur, Desember 43 KWBC Jawa Timur I, KPU Batam dan KPPBC Total 2395 Rata-Rata 199 Yogyakarta. Beberapa kasus penegahan NPP Profil Pengusaha Hasil Tembakau (pemilik NPPBKC HT) Laporan KInerja 2011 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Database Profil Pengusaha Hasil Tembakau saat ini sudah ada pada Sistem Aplikasi Cukai (SAC). Telah diselesaikan proses legal formal untuk dasar hukumnya dengan diterbitkannya Surat Rahasia Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor SR-27/BC/2010 yang ditujukan kepada KPPBC terkait untuk dilaksanakan dan laporan pelaksanaannya akan menjadi input dalam proses pembentukan dan pengembangan Database Profil Pengusaha Hasil Tembakau. Menerapkan dan mengembangkan Sistem PAU untuk mengawasi penumpang pesawat udara; Sistem PAU ini sangat bermanfaat untuk efektifitas dan efisiensi pengawasan/targeting penumpang pesawat udara beserta barang 38 udara internasional di Indonesia yaitu Soekarno Hatta Jakarta, Ngurah Rai Denpasar, Juanda telah dilakukan kegiatan so- bandara internasional seperti : KWBC Sumatera Bagian Selatan, KWBC Banten, KWBC Bali, NTT di bandara adalah merupakan hasil analisa dengan menggunakan sistem PAU. Pengembangan PAU dilakukan dengan penambahan konten, penambahan jumlah maskapai penerbangan yang terhubung dengan sistem PAU serta perluasan penggunaan PAU di bandara-bandara internasional lainnya. Tiada Henti Memacu Diri Sepenuh Hati Melindungi Negeri 39 40 Laporan KInerja 2011 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tiada Henti Memacu Diri Sepenuh Hati Melindungi Negeri INDIKATOR KINERJA UTAMA DJBC C apaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Pengukuran tingkat capaian kinerja DJBC tahun 2011 Dua IKU yang capaiannya kuning yaitu IKU “Rata-rata sesuai dengan konsep BSC dilakukan dengan cara mem- persentase realisasi dari janji layanan unggulan” dan IKU bandingkan antara capaian IKU Kemenkeu-One DJBC Ta- “Persentase penyerapan DIPA (non belanja pegawai)”. hun 2011 dengan targetnya. Sedangkan IKU yang masih abu-abu (belum ada capa- Secara umum target IKU Kemenkeu-One DJBC Tahun ian) yaitu IKU “Indeks kepuasan pengguna layanan”, hal 2011 dapat tercapai dengan baik walaupun masih ter- tersebut karena Sekretariat Jenderal Kemenkeu belum dapat beberapa IKU yang pencapaiannya berada sedikit menyampaikan hasil survey kepada DJBC. dibawah target yang ditetapkan. Dari 22 IKU KemenkeuOne DJBC Tahun 2011 terdapat 19 IKU berstatus hijau, 2 IKU berstatus kuning, dan 1 IKU berstatus abu-abu. 41 INDIKATOR KINERJA UTAMA DJBC Secara rinci data pencapaian target IKU Kemenkeu-One DJBC Tahun 2011 dapat disajikan sebagaimana tabel berikut : Laporan KInerja 2011 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai No IKU Kode 2011 Nama Pencapaian target IKU s.d. akhir tahun Target Realisasi Rp114.515,21 Milyar (APBN-P) Rp131.056,53 Milyar (114,44%) TERCAPAI 1 BC-1.1 Jumlah Penerimaan Bea dan Cukai 2 BC-2.1 Persentase cukai yang dibayar tepat waktu dibandingkan dengan jumlah cukai yang mendapat penangguhan pembayaran 99% 99,99% TERCAPAI 3 BC-2.2 Persentase penyelesaian piutang 60% 79,42% TERCAPAI 3,8 (Periode Tahunan) 3,65 TIDAK TERCAPAI 83,30% 102,08% TERCAPAI 4 BC-3.1 Indeks kepuasan pengguna layanan 5 BC-4.1 Persentase kajian/telaahan yang diselesaikan 6 BC-4.2 Persentase penyelesaian perancangan dan legalisasi peraturan pelaksanaan UU Kepabeanan dan UU Cukai 75% 138,70% TERCAPAI 7 BC-4.3 Persentase rumusan kebijakan kerjasama internasional di bidang kepabeanan yang sesuai dengan standar internasional 75% 129% TERCAPAI 8 BC-5.1 Rata-rata persentase realisasi dari janji layanan unggulan 100% 99,92% TIDAK TERCAPAI 9 BC-5.2 Persentase realisasi dari janji layanan pendukung 80% 94,92% TERCAPAI 10 BC-6.1 Tingkat efektivitas edukasi dan komunikasi 70 80,86 TERCAPAI 11 BC-7.1 Persentase hasil penyidikan yang dinyatakan lengkap oleh Kejaksaan (P21) 50% 79,34% TERCAPAI 12 BC-7.2 Persentase temuan pelanggaran kepabeanan dan cukai 55% 84,40% TERCAPAI 13 BC-8.1 Jumlah Laporan Hasil Audit yang diselesaikan 300 569 TERCAPAI 14 BC-8.2 Persentase hasil audit berupa tambah bayar 80% 94,38% TERCAPAI 15 BC-9.1 Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatannya 80% 80,41% TERCAPAI 16 BC-9.2 Jumlah pegawai yang diberikan penghargaan 107 107 TERCAPAI 17 BC-10.1 Persentase penyelesaian SOP 100% 107% TERCAPAI BC-10.2 Persentase penyelesaian/ modernisasi organisasi (214 SOP) 18 100% 100% TERCAPAI (11 kantor) 42 19 BC-10.3 Persentase UPR yang menerapkan manajemen risiko 60% 94,64% TERCAPAI 20 BC-11.1 Persentase pengembangan sistem aplikasi yang sesuai dengan Rencana Kerja Tahunan (RKT) 100% 100% TERCAPAI 21 BC-11.2 Persentase downtime sistem pelayanan 1% 0,02% TERCAPAI 22 BC-12.1 Persentase penyerapan DIPA (non belanja pegawai) 80% 80,78% TERCAPAI Tiada Henti Memacu Diri Sepenuh Hati Melindungi Negeri EVALUASI DAN ANALISIS BEBERAPA INDIKATOR KINERJA Jumlah Penerimaan Bea Dan Cukai Bea Masuk Dari sisi penerimaan Bea Masuk, walaupun terdapat 2 KWBC dari 18 KWBC dan KPU yang tidak dapat mencapai target yaitu KWBC Jawa Barat (92,71%) dan KWBC Kalbagbar (99,72%) namun target bea masuk secara keseluruhan dapat terlampaui yaitu sebesar 119,87% dari target bea masuk yang ditetapkan dalam APBN-P 2011 (tidak termasuk target BM DTP). Tercapainya target penerimaan bea masuk per Desember 2011, antara lain disebabkan: a. Nilai tukar Rupiah yang mengalami penguatan, mendorong tingkat importasi sehingga meningkatkan dutiable import. Nilai Kurs Rata-rata s.d. Desember 2011 sebesar Rp 8.775,21 menguat sebesar Rp 324,64 (3,6%) dibanding periode yang sama tahun 2010 dan berada di bawah Kurs asumsi makro APBNP 2011 sebesar Rp 8.700. Devisa impor Bayar s.d. Desember sebesar US$ 141,04 Milyar, meningkat 27,8% dibandingkan periode yang sama tahun 2010 sebesar US$ 110,4 Milyar. b. Tarif efektif rata-rata yang berada diatas tarif yang diasumsikan; Tarif efektif rata-rata, s.d. periode Desember 2011 sebesar 2,04%, naik 3,57% dari periode yang sama tahun 2010 sebesar 1,97%; namun masih berada diatas tariff yang diasumsikan dalam APBN-P pada tahun 2011 sebesar 1,93%. c. Internal Effort DJBC dalam peningkatan pelayanan dan pengawasan di bidang kepabeanan seperti intensifikasi pemeriksaan dokumen dan fisik barang, pemberantasan penyelundupan, temuan hasil audit dll. Cukai Penerimaan cukai terdiri dari penerimaan Cukai HT, Cukai MMEA, dan Cukai EA. Sampai dengan bulan Desember 2011, realisasi penerimaan Cukai berdasarkan laporan KPU/KPPBC pada aplikasi MPO sebesar Rp 76.627.53 milyar atau 112,56% dari target APBN-P 2011 sebesar Rp 68.075,30 milyar. Dapat terlampauinya penerimaan Cukai s.d. Desember 2011, antara lain disebabkan: a. Dampak kenaikan tarif Cukai Hasil Tembakau mulai Januari 2011 Sebagai antisipasi kenaikan Tarif Cukai pada Januari 2011 terjadi peningkatan pesanan pita cukai di akhir tahun 2010 yang pelunasannya dilakukan Bulan Januari dan Februari 2011. Penurunan penerimaan cukai pada bulan Maret dikarenakan nilai pesanan pita cukai bulan Januari dan Februari yang pembayarannya jatuh tempo bulan maret relatif sedikit/menurun karena dampak kenaikan tariff cukai di 2011. Namun demikian untuk bulan April, penerimaan cukai kembali normal. b. Internal effort DJBC dalam pemberantasan rokok illegal, mengintensifkan kegiatan pemantauan kepatuhan pengusaha (a.l: Produksi, Pelekatan, Pencatatan), memaksimalkan penagihan cukai, dan optimalisasi sosialisasi di bidang Cukai. Dari sisi produksi HT s.d. Desember 2011 dihasilkan produksi Hasil Tembakau sebesar 319,6 milyar batang atau mengalami kenaikan sebesar 7,98% dibandingkan dengan produksi HT pada periode yang sama tahun 2010 sebanyak 295,9 milyar batang. Kenaikan produksi HT tersebut, lebih disebabkan adanya effort internal DJBC dalam pemberantasan peredaran rokok illegal. 43 INDIKATOR KINERJA UTAMA DJBC Bea Keluar Sampai dengan bulan Desember 2011, tas US$ 1.250/ton, sedangkan untuk tariff realisasi penerimaan Bea Keluar berdasarkan Bea Keluar Kakao masih 10%; Penerimaan laporan KPU/KPPBC pada aplikasi MPO sebesar Bea Keluar Bulan Agustus 2011 kembali Rp 28.500,43 milyar atau 112.03% dari target meningkat di banding bulan sebelumnya, APBN-P sebesar Rp 25.439,10 milyar. karena volume ekspor CPO yang tinggi dan Tercapainya penerimaan Bea Keluar s.d. Desember 2011 disebabkan antara lain: a. Tingginya Tarif BK dan Harga Patokan Ekspor CPO Pengenaan BK atas ekspor beberapa komoditi seperti CPO, Rotan, Kayu, Kulit, dan Kakao sangat tergantung pada kebijakan pemerintah terkait dengan penetapan Harga Referensi yang menentukan tarif dan HPE. Sejak bulan September 2010 harga Referensi CPO meningkat seiring naiknya harga minyak mentah dunia. Memasuki awal tahun 2011, tariff Bea Keluar CPO bulan Januari menjadi 20%, bulan Februari dam Laporan KInerja 2011 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Maret kembali meningkat menjadi 25% ka- 44 rena harga referensi yang sudah berada dia- tarif BK Bulan Agustus menjadi 15%. b. Internal effort DJBC Dengan meningkatnya harga minyak dunia, harga CPO dan turunannya yang menjadi komoditi substitusi minyak menjadi naik. Tingginya harga CPO dipasaran internasional mendorong tingginya tingkat eksportasi sehingga menghasilkan Bea Keluar yang cukup tinggi. DJBC diminta untuk meningkatkan pengawasan yang lebih efektif terhadap lalu lintas komoditi CPO dan turunannya, berkaitan hal tersebut telah dikeluarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor SE-2/BC/2011 tanggal 21 Maret 2011 tentang optimalisasi pengawasan pengangkutan ekspor dan/atau antar pulau, kelapa sawit, CPO, dan Produk turunannya. Tiada Henti Memacu Diri Sepenuh Hati Melindungi Negeri INDEKS KEPUASAN PENGGUNA LAYANAN Dalam rangka untuk mengukur kepuasan pengguna jasa atas layanan yang dilaksanakan oleh DJBC diadakan Survei Kepuasan Pengguna Layanan. Survey ini merupakan salah satu media komunikasi antara DJBC dengan pengguna jasanya. Dari hasil survey ini akan didapatkan Indeks Kepuasan Pengguna Layanan DJBC. Informasi yang terkumpul melalui survey ini akan menjadi masukan bagi DJBC dalam menyempurnakan pelayanannya. Untuk tahun 2011 survei dilakukan oleh Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan dengan menggunakan jasa konsultan dari IPB. Periode Indeks Kepuasan*) Target 2011 S.d. Desember - 3,8 (skala 1-5) RATA-RATA PERSENTASE REALISASI JANJI LAYANAN UNGGULAN 1. Capaian Janji Layanan Unggulan DJBC Tahun 2011 Janji layanan unggulan adalah standar prosedur operasi yang disusun dan diimplementasikan dalam rangka pelayanan kepada pihak eksternal dengan limit waktu tertentu berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 187/KMK.2010 tentang Standar Prosedur Operasi Layanan Unggulan Kementerian Keuangan. Pada tahun 2011 capaian IKU Janji Layanan Unggulan DJBC diukur dari 6 (enam) jenis layanan yaitu Pelayanan Permohonan Penyediaan Pita Cukai MMEA Asal Impor (P3C MMEA), Pelayanan Penyelesaian Barang Impor untuk Dipakai Jalur MITA Prioritas, Pelayanan Penyelesaian Barang Impor untuk Dipakai Jalur Hijau, Pelayanan Permohonan Penyediaan Pita Cukai Hasil Tembakau (P3C) Pengajuan Awal Secara Elektronik, Pelayanan Permohonan Penyediaan Pita Cukai Hasil Tembakau (P3C) Pengajuan Tambahan Secara Elektronik, Pelayanan Pemesanan Pita Cukai Hasil Tembakau (CK-1) Secara Elektronik. Data capaian kinerja janji layanan unggulan untuk tahun 2011 seperti dalam tabel di bawah ini : S.d. Bulan Desember No 1 2 3 4 5 6 Janji layanan unggulan Pelayanan Permohonan Penyediaan Pita Cukai MMEA Asal Impor (P3C MMEA) [11 (sebelas) hari kerja] Pelayanan Penyelesaian Barang Impor untuk Dipakai Jalur MITA Prioritas [20 (dua puluh) menit] Pelayanan Penyelesaian Barang Impor untuk Dipakai Jalur Hijau [30 (tiga puluh) menit] Pelayanan Permohonan Penyediaan Pita Cukai Hasil Tembakau (P3C) Pengajuan Awal Secara Elektronik [1 (satu) jam] Pelayanan Permohonan Penyediaan Pita Cukai Hasil Tembakau (P3C) Pengajuan Tambahan Secara Elektronik [1 (satu) jam] Pelayanan Pemesanan Pita Cukai Hasil Tembakau (CK-1) Secara Elektronik [20 (dua puluh) menit] TOTAL PIC Dit. Cukai KPU Priok KPPBC Kudus Jumlah Dokumen 203 Memenuhi Target Dokumen % 203 100,00% 109593 109589 99,996% 242116 242099 99,993% 1342 1341 99,925% 849 849 100,00% 7217 7188 99,598% 361.269 99,92% KPPBC Kudus 68.075.339,10 361.320 45 INDIKATOR KINERJA UTAMA DJBC 2. Kendala Yang Dihadapi b. Melakukan pembinaan secara personal ke- Sampai dengan bulan Desember 2011 capaian pada para pegawai untuk mencegah ter- untuk janji layanan unggulan secara keselu- hambatnya pelayanan terhadap dokumen. ruhan adalah sebesar 99,92% dari target yang ditetapkan sebesar 100%. Dari data capaian PERSENTASE REALISASI tersebut jumlah dokumen yang tidak mencapai DARI JANJI LAYANAN PENDUKUNG target waktu janji layanan adalah 51 dari total Realisasi dari janji pelayanan yang tepat wak- 361.320 dokumen (0,01%). tu selain layanan unggulan yang diukur oleh DJBC pada tahun 2011 adalah Janji Layanan Faktor penyebab tidak tercapainya beberapa Pendukung. Janji layanan pendukung adalah dokumen sesuai janji layanan antara lain standar prosedur operasi yang disusun dan disebabkan oleh : diimplementasikan dalam rangka pelayanan a. Faktor yang di luar kontrol DJBC yaitu diper- kepada pihak eksternal dengan limit waktu ter- lukannya waktu untuk menunggu konfirma- tentu berdasarkan Standar Operasi Prosedur si dari pihak bank pada saat verifikasi doku- (Standard Operating Procedure) yang ditetap- men di mana hal tersebut di luar jangkauan kan oleh masing-masing unit pemberi layanan. sistem Bea dan Cukai; b. Pemeliharaan server yang dilakukan secara Capaian janji layanan pendukung diukur dari 7 rutin yang mengharuskan server untuk di- (tujuh) jenis layanan yaitu Pelayanan Ekspor, matikan; Pelayanan PEC (Pre Entry Classification)/PKSI, Laporan KInerja 2011 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai c. Adanya perbaikan/pergantian hardware Pelayanan Penggunaan tarif dalam rangka US- sistem yang rutin maupun dalam hal force DFS, Pelayanan Pemberian Pembebasan BM majeure. atas Impor Barang Kiriman Hadiah/Hibah untuk Keperluan Ibadah untuk Umum, Amal, Sosial, 3. Langkah Yang Sudah Dilakukan Kebudayaan, atau untuk Kepentingan Penang- Langkah-langkah yang sudah dilakukan untuk gulangan Bencana Alam, Pelayanan Pembe- mengoptimalkan capaian kinerja layanan basan BM atas Impor Barang untuk Kegiatan unggulan yaitu : Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi serta Panas a. Berkoordinasi dengan Direktorat Informasi Bumi, Pelayanan Pemberian Perijinan Kawasan Kepabeanan dan Cukai dengan melakukan Berikat (KB), Pelayanan Registrasi Kepabeanan. penanganan yang responsif khususnya untuk masalah yang terkait dengan terjadinya kesalahan pada sistem pelayanan; 46 Tiada Henti Memacu Diri Sepenuh Hati Melindungi Negeri S.d. Bulan Desember No Janji layanan pendukung PIC 1 Pelayanan Ekspor [1 (satu) jam] 2 Pelayanan PEC / PKSI Standar waktu penetapan klasifikasi barang : a. 1-5 item barang : 7 hari kerja b. 5- 10 item barang : 10 hari kerja c. > 10 item barang : Sesuai kebutuhan Pelayanan Penggunaan tarif dalam rangka USDFS dengan standar waktu [5 (lima) hari kerja] Pelayanan Pemberian Pembebasan BM atas Impor Barang Kiriman Hadiah/Hibah untuk Keperluan Ibadah untuk Umum, Amal, Sosial, Kebudayaan, atau untuk Kepentingan Penanggulangan Bencana Alam [14 (empat belas) hari kerja] Pelayanan Pembebasan BM atas Impor Barang untuk Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi serta Panas Bumi [14 (empat belas) hari kerja] Pelayanan Pemberian Perijinan Kawasan Berikat (KB) [30 (tiga puluh) hari kerja] Pelayanan Registrasi Kepabeanan Batas waktu yang berlaku saat ini : adalah 45 hari untuk registrasi PPJK/P-22/BC/2007 dan 30 hari untuk registrasi importir / P-34/BC/2007. 3 4 5 6 7 KPU Priok TOTAL Jumlah Dokumen 680071 Memenuhi Target Dokumen % 679334 99,89% 172 149 86,63% 102 96 94,12% 37 35 94,59% 105 105 169 169 100,00% 32016 89,19% Dit. Teknis 35897 100,00% 94,92% Sampai dengan bulan Desember 2011 capaian untuk janji layanan pendukung secara keseluruhan adalah sebesar 94,92% dari target yang ditetapkan sebesar 80%. Meskipun secara keseluruhan realisasi janji pelayanan pendukung telah memenuhi target yang telah ditetapkan, akan tetapi masih ada beberapa kendala yang dihadapi dalam pencapaian janji pelayanan khususnya di Direktorat Teknis Kepabeanan yaitu : a. Jumlah barang yang diminta penetapan cukup banyak dan terkadang data yg diajukan oleh pemangku kepentingan belum lengkap; b. Belum adanya database analisa terhadap barang yang diajukan Penetapan Klasifikasi Barang Sebelum Impor (PKSI) maupun USDFS Saat ini dalam menetapkan klasifikasi barang masih ada kemungkinan pegawai tidak sesuai penetapannya / tidak konsisten dengan hasil penetapan yang lalu untuk barang yang sama, karena belum lengkapnya database mengenai Penetapan Klasifikasi Sebelum Impor. 47 INDIKATOR KINERJA UTAMA DJBC Langkah-langkah yang dilakukan untuk menin- 5) Tempat, sarana, dan prasarana memadai; daklanjuti kendala yang dihadapi dalam penca- 6) Secara umum sosialisasi ini sudah efektif. paian target pada tahun 2011 yaitu : Survey a. Penegasan persyaratan utk permohonan mengukur Indeks Efektivitas Edukasi dan Komu- penetapan nilai pabean dan klasifikasi ba- nikasi dalam skala 1-100, dengan keterangan rang, agar berkas pengajuan diterima oleh sebagai berikut : petugas dalam keadaan data telah lengkap • 0 ≤ x ≤ 20 dan benar; • 20 < x ≤ 40 = kurang efektif b.Pada tahun 2011 sudah disusun database PKSI namun belum termasuk hasil/ yang dilakukan tersebut untuk = tidak efektif • 40 < x ≤ 60 = cukup efektif • 60 < x ≤ 80 = efektif proses analisa identifikasi dan klasifikasi dari • 80 < x ≤ 100 = sangat efektif. pemeriksa dan pada tahun 2012 direncana- Target rata-rata indeks efektivitas edukasi kan akan dibuat database USDFS. Diharap- dan komunikasi pada tahun 2011 adalah 70. kan dengan penyusunan database tersebut Persepsi kumulatif (rata-rata) stakeholder ter- dapat menunjang kelancaran pelaksanaan hadap efektifitas edukasi dan komunikasi yang tugas dan menjamin konsistensi pegawai dilaksanakan oleh DJBC untuk sosialisasi pada dalam menetapkan klasifikasi barang. tahun 2011 menunjukkan bahwa secara umum sosialisasi yang dilaksanakan SANGAT EFEKTIF, TINGKAT EFEKTIVITAS EDUKASI dengan indeks persepsi rata-rata 80,86. DAN KOMUNIKASI No Periode Pelaporan Jumlah Kegiatan Edukasi dan Komunikasi Yang Dilakukan 1 Januari 7 76,74 Efektivitas edukasi dan komunikasi merupa- Laporan KInerja 2011 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai kan bentuk pengukuran tingkat keberhasilan peserta (stakeholders) dalam hal pemahaman substansi/materi yang disampaikan melalui pelatihan/sosialisasi yang dilaksanakan. Penilaian efektivitas edukasi dan komunikasi didasarkan pada sebaran kuesioner terhadap peserta 2 Februari 9 76,79 3 Maret 4 77.98 sosialisasi. Objek penilaian dalam kuesioner 4 April 3 81,82 meliputi 6 (enam) objek yaitu: 5 Mei 1 87,41 1) Materi yang disampaikan lengkap dan kom- 6 Juni 12 80,78 prehensif; 2) Materi yang diberikan sesuai dengan kebutuhan; 3) Penyaji menguasai materi yang disampaikan; 4) Penyaji dapat dengan baik; 48 Rata2 Indeks Efektivitas Edukasi dan Komunikasi menyampaikan materi 7 Juli 2 84,25 8 Agustus 1 81,39 9 September - - 10 Oktober 9 81,57 11 November 7 80,71 12 Desember 1 79,98 56 80,86 Total s.d. Desember Tiada Henti Memacu Diri Sepenuh Hati Melindungi Negeri PERSENTASE HASIL PENYIDIKAN YANG DINYATAKAN LENGKAP OLEH KEJAKSAAN (P21) Pada tahun 2011 indikator pengukuran akurasi penyidikan kasus tindak pidana kepabeanan dan cukai mengalami perubahan jika dibandingkan dengan indikator pada tahun 2010 yang hanya mengukur sampai dengan tahap penyerahan berkas ke Kejaksaan (P-19). Capaian kinerja untuk tahun 2011 diperoleh dengan membandingkan jumlah Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP) yang merupakan bukti telah dimulainya penyidikan oleh PPNS DJBC dengan jumlah berkas perkara yang telah P-21 (P21 adalah dokumen instansi kejaksaan sebagai penilaian kelengkapan penyidikan yang dilakukan penyidik DJBC). Pada tahun 2011, penyidikan tindak pidana di bidang kepabeanan dan cukai yang dinyatakan lengkap oleh Kejaksaan ditargetkan sebesar 50%. Sampai dengan bulan Desember 2011 realisasinya telah memenuhi target yang ditetapkan yaitu sebesar 79,34%. S.d. Desember No 1 Kantor Direktorat P2 ∑ PDP P-21 % 6 5 83,33 2 NAD 1 0 0 3 Sumut 17 15 88,24 4 Riau & Sumbar 2 1 0 5 Khusus Kepri 20 16 80 6 Sumbagsel 1 1 100 7 Banten 5 2 40 8 Jakarta 11 11 100 9 Jabar 2 1 50 10 Jateng & DIY 10 8 80 11 Jatim I 6 4 66,67 12 Jatim II 11 9 81,82 13 Bali, NTB & NTT 4 2 50 14 Kalbagbar 6 6 100 15 Kalbagtim 3 0 0 16 Sulawesi 5 4 80 17 MPP 1 1 100 18 KPU Batam 1 1 100 19 KPU Tg. Priok 9 9 100 121 96 79,34 TOTAL Target 2011 50% Kegiatan penyidikan dalam tahun 2011 mencapai 121 kasus. Dari 121 kasus yang dilakukan penyidikan dalam tahun 2011, 96 kasus telah diserahkan ke kejaksaan dengan status P-21. Berikut rincian dari 121 kasus tersebut : 49 INDIKATOR KINERJA UTAMA DJBC Penyidikan tindak pidana kepabeanan se- kan selama ini proses yang berjalan adalah banyak 69 kasus, dengan rincian : DJBC langsung berkoordinasi dengan kejak- - 54 kasus telah dinyatakan lengkap oleh JPU saan dan hal ini juga didukung oleh pihak ke- (P-21), jaksaan itu sendiri yang menegaskan bahwa - 1 kasus penghentian penyidikan (SP3), perkara terkait kepabeanan dan cukai dapat - 4 kasus dinyatakan belum lengkap (P-19), langsung ke kejaksaan. - 2 kasus pengiriman berkas perkara (Tahap I) - b. Adanya perubahan persyaratan administrasi dan untuk mengikuit pendidikan PPNS yang dike- 8 kasus dalam proses pemeriksaan. luarkan oleh Kementerian Hukum dan HAM, yang mempersyaratkan calon peserta diklat penyidikan tindak pidana cukai sebanyak 52 PPNS dengan pangkat minimal III/a dan tel- kasus, dengan rincian : ah memiliki ijazah S1. - 42 kasus telah dinyatakan lengkap oleh JPU (P-21), Jumlah penyidik yang relatif sedikit, khu- - 1 kasus dinyatakan belum lengkap (P-19), susnya untuk kualifikasi Pelaksana. Ban- - 2 kasus pengiriman berkas perkara (Tahap I) yak Penyidik yang telah menduduki jabatan dan Struktural serta telah tersebar ke seluruh In- 7 kasus dalam proses pemeriksaan. donesia serta penyebaran tenaga PPNS yang - Walaupun pada tahun 2011 capaian IKU ini da- tidak merata dan proporsional dengan beban pat melampaui target yang ditetapkan. Akan penyidikan pada masing-masing kantor DJBC. Laporan KInerja 2011 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai tetapi dalam pelaksanaan penyidikan terdapat 50 beberapa kendala yang dihadapi yang mana Belum adanya kesepahaman dengan instan- kendala-kendala tersebut akan sangat berpo- si penegak hukum lain di beberapa daerah tensi menghambat kinerja proses penyidikan berkaitan dengan pelaksanaan penegakan pada tahun-tahun mendatang yaitu : hukum Kepabeanan dan Cukai. Kurangnya tenaga PPNS DJBC yang terampil, PERSENTASE TEMUAN PELANGGARAN KEPA- yang antara lain disebabkan karena : BEANAN DAN CUKAI a. Pihak Kepolisian Republik Indonesia (POLRI) IKU ini bertujuan untuk mengukur tingkat ke- sebagai satu-satunya institusi yang memi- berhasilan penindakan pelanggaran kepabean- liki wewenang menyelenggarakan pendidi- an dan cukai. Pelanggaran merupakan pelang- kan PPNS tidak lagi membuka kesempatan garan di bidang kepabeanan dan cukai yang bagi DJBC untuk mengirimkan pegawainya dilakukan penindakan oleh petugas bea dan mengikuti Diklat PPNS. Hal ini disebabkan cukai. Temuan pelanggaran merupakan temuan karena POLRI berpendapat bahwa dalam pelanggaran di bidang kepabeanan dan cukai proses pemberkasan perkara suatu kasus yang DJBC harus bekoordinasi dengan POLRI dan penetapan barang dikuasai negara atau barang tidak boleh langsung ke Kejaksaan. Sedang- milik negara, rekomendasi audit dan penyidi- mengakibatkan sanksi administrasi, Tiada Henti Memacu Diri Sepenuh Hati Melindungi Negeri kan, dan/atau diserahkan kepada instansi terkait. Jumlah penindakan pelanggaran kepabeanan dan cukai di seluruh Indonesia dari bulan Januari s.d Desember 2011 sebanyak 3.378 kasus dan yang menghasilkan temuan sebanyak 2.851 kasus, sehingga tingkat capaian sebesar 84,40%. Jumlah Tindak Lanjut Temuan Hasil Penindakan No. Kantor Jumlah Penindakan Menghasilkan Temuan SA BDN atau BMN Audit Penyidikan Pelimpahan ke Intansi lain Terkait % Capaian 1 Direktorat P2 44 24 4 5 0 15 0 54,55% 2 NAD 11 10 1 6 0 1 2 90,91% 3 Sumut 335 248 136 51 0 32 29 74,03% 4 Riau dan Sumbar 70 39 3 26 0 2 8 55,71% 5 Kepulauan Riau 24 14 0 0 0 14 0 58,33% 6 Sumbagsel 68 60 8 45 0 5 2 88,24% 7 Banten 434 407 27 291 0 4 85 93,78% 8 Jakarta 157 156 12 140 0 3 1 99,36% 9 Jawa Barat 343 266 64 189 0 0 13 77,55% 10 Jateng dan DIY 317 289 23 236 1 15 14 91,17% 11 Jawa Timur I 296 234 91 129 0 5 9 79,05% 12 Jawa Timur II 205 190 143 25 0 22 0 92,68% 13 Bali, NTB, dan NTT 173 144 72 50 0 10 12 83,24% 14 Kalbagbar 89 72 3 22 0 2 45 80,90% 15 Kalbagtim 102 86 19 60 0 2 5 84,31% 16 Sulawesi 66 60 4 48 0 6 2 90,91% 17 MPP 18 KPU Batam 19 KPUTg. Priok Total Target 55% 8 8 4 0 0 2 2 100,00% 101 86 17 44 0 13 12 85,15% 535 458 167 87 1 177 26 85,61% 3378 2851 798 1454 2 330 267 84,40% Program kerja yang telah dilaksanakan pada tahun 2011 dalam rangka meningkatkan tingkat keberhasilan penindakan pelanggaran kepabeanan dan cukai yaitu : 1. Melakukan asistensi kegiatan penindakan di bidang kepabeanan dan cukai pada beberapa kantor seperti Kanwil DJBC Khusus Kepulauan Riau, Kanwil DJBC Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta, Kantor Wilayah DJBC Kalimantan Bagian Barat, Kantor Wilayah DJBC Kalimantan Bagian Timur, Kantor Wilayah DJBC Sulawesi, KPPBC Tipe Madya Pabean Bandar Lampung, KPPBC Tipe B Bojonegoro; 2. Melakukan pengolahan data laporan penindakan dan perkembangan penanganan perkara dari Kantor Wilayah DJBC, Kantor Pelayanan Utama DJBC dan KPPBC. JUMLAH LAPORAN HASIL AUDIT YANG DISELESAIKAN Laporan Hasil Audit (LHA) adalah laporan atas kegiatan audit yang telah dilaksanakan sesuai dengan surat tugas. Penetapan IKU ini dimaksudkan untuk mendorong efektivitas pelaksanan kegiatan audit kepabeanan dan cukai melalui pengukuran jumlah LHA yang diselesaikan. Sampai dengan bulan Desember tahun 2011 jumlah audit yang telah diselesaikan sebanyak 569 LHA dari 300 LHA yang ditargetkan untuk selesai pada tahun 2011. 51 INDIKATOR KINERJA UTAMA DJBC Berikut rincian jumlah penyelesaian LHA pada tahun 2011 : No Kantor ∑ LHA atas ST DROA 1 NAD 5 2 Sumut 31 3 Riau dan Sumbar 29 4 Kepri 19 5 Sumbangsel 20 6 Banten 17 7 Jakarta 38 8 Jabar 67 9 Jateng dan DIY 50 10 Jatim I 24 11 Jatim II 31 12 Bali, NTB, dan NTT 28 13 Kalbagbar 23 14 Kalbagtim 24 15 Sulawesi 12 16 Maluku, Papua, dan Papua Barat 17 17 KPU Tg Priok 43 18 KPU Batam 15 19 Direktorat Audit 76 TOTAL 569 Target 300 Laporan KInerja 2011 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai PERSENTASE HASIL AUDIT BERUPA TAMBAH BAYAR Pada tahun 2011, efektivitas pelaksanaan audit kepabeanan dan cukai selain diukur dari penyelesaian jumlah LHA juga diukur dari jumlah hasil audit yang mengakibatkan tambah bayar. Capaian kinerja IKU ini dihitung dengan membandingkan antara jumlah pelaksanaan audit berdasarkan DROA yang dilakukan dengan jumlah pelaksanaan audit berdasarkan DROA yang mengakibatkan tambah bayar, yaitu pelaksanaan audit yang mendapatkan adanya temuan yang berakibat terjadinya tambah bayar dari auditee berupa tambah bayar BM, BK, Cukai ataupun sanksi administrasi. Sampai dengan Desember 2011, dari sejumlah 569 pelaksanaan audit yang dilaksanakan berdasarkan ST DROA sejumlah 537 audit mendapatkan adanya temuan yang berakibat terjadinya tambah bayar dengan total tagihan sebanyak Rp 1.173,99 milyar. Berikut rincian jumlah audit yang mengakibatkan tambah bayar : 52 Tiada Henti Memacu Diri Sepenuh Hati Melindungi Negeri No Kantor ∑ Pelaksanaan Audit berdasarkan DROA ∑ Pelaksanaan Audit DROA yang mengakibatkan tambah bayar Persentase hasil audit berupa tambah bayar Tagihan Audit 1 NAD 5 5 100,00% Rp658.781.708 2 Sumut 31 30 96,77% Rp16.207.482.000 3 Riau dan Sumbar 29 28 96,55% Rp26.315.894.368 4 Kepri 19 18 94,74% Rp14.309.630.572 5 Sumbangsel 20 18 90,00% Rp8.620.891.065 6 Banten 17 16 94,12% Rp18.092.800.171 7 Jakarta 38 35 92,11% Rp224.088.197.411 8 Jabar 67 67 100,00% Rp229.391.455.645 9 Jateng dan DIY 50 46 92,00% Rp2.380.478.000 10 Jatim I 24 24 100,00% Rp5.356.546.000 11 Jatim II 31 30 96,77% Rp1.183.671.616 12 Bali, NTB, dan NTT 28 24 85,71% Rp35.576.026.651 13 Kalbagbar 23 19 82,61% Rp3.956.696.601 14 Kalbagtim 24 21 87,50% Rp29.904.240.111 15 Sulawesi 12 11 91,67% Rp6.391.489.080 16 17 16 94,12% Rp1.411.820.673 17 Maluku, Papua, dan Papua Barat KPU Tg Priok 43 41 95,35% Rp109.698.832.000 18 KPU Batam 15 15 100,00% Rp3.908.435.000 19 Direktorat Audit 76 73 96,05% Rp436.544.806.920 TOTAL 569 537 94,38% Rp1.173.998.175.592 PERSENTASE PEJABAT YANG TELAH MEMENUHI STANDAR KOMPETENSI JABATANNYA Dalam rangka untuk menilai Job Person Match, yaitu indeks kesesuaian antara kompetensi pejabat dengan Standar Kompetensi Jabatan, dilakukan Assessment Test kepada pejabat di lingkungan Kementerian Keuangan. Standar Kompetensi Jabatan adalah jenis dan level kompetensi yang menjadi syarat keberhasilan pelaksanaan tugas suatu jabatan. Target yang ditetapkan pada tahun 2011 yaitu sebanyak 80% dari jumlah pejabat di lingkungan DJBC yang mengikuti Assessment Test mempunyai kompetensi sesuai dengan Standar Kompetensi Jabatannya (indeks kesesuaian min 72%). Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan nomor: 47/PMK.01/2008 tentang Assessment Center Departemen Keuangan, DJBC telah melaksanakan assessment center bagi pejabat eselon IV, Pejabat Fungsional setingkat eselon IV, eselon V serta pelaksana di lingkungan DJBC. Sedangkan pelaksanaan assessment center bagi pejabat eselon II dan III dikelola oleh Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan c.q. Biro Sumber Daya Manusia. 53 No Eselon Jumlah Pejabat *) Jumlah Pejabat yang telah mengikuti AC dan sudah diketahui hasilnya Jumlah pejabat yang memenuhi JPM minimal 72% Persentase pejabat yang memenuhi JPM minimal 72% 1 II 30 30 27 90% 2 III 206 199 178 89% 3 IV dan PFPD TOTAL 1236 1236 973 79% 1472 1465 1178 80,41 Target 80% Sebanyak 1465 pejabat dari total 1472 pejabat di lingkungan DJBC telah mengikuti Assesssment Center dan yang memenuhi kualifikasi kesesuaian kompetensi jabatan minimal 72% sebanyak 1178 pejabat atau capaiannya sebesar 80,41%. Dibandingkan dengan tahun 2010, capaian tersebut mengalami peningkatan. Beberapa langkah strategis yang telah dilakukan pada tahun 2011 yaitu : 1. Pelaksanaan feedback dan konseling bagi pejabat eselon III dan IV atas hasil assessment center. 2. Melakukan kegiatan coaching & conseling dengan melibatkan atasan yang bersangkutan untuk memberikan bimbingan. 3. Melakukan re-assessment test terhadap pejabat yang JPM-nya di bawah target. JUMLAH PEGAWAI YANG DIBERIKAN PENGHARGAAN Jumlah pegawai yang diberikan penghargaan adalah jumlah pegawai DJBC yang diberikan penghargaan dengan kriteria luar biasa dan amat baik terkait dengan prestasi pada bidang tugasnya. Pemberian penghargaan mengacu pada Peraturan Direktur Jenderal No P-55/BC/2010 tentang Pemberian Laporan KInerja 2011 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Penghargaan bagi pegawai di lingkungan DJBC. 54 Sampai dengan Bulan Desember 2011 realisasi jumlah pegawai yang diberikan penghargaan telah mencapai jumlah target yang ditetapkan yaitu sebanyak 107 pegawai. Rincian pemberian penghargaan pada tahun 2011 adalah sebagai berikut: Tiada Henti Memacu Diri Sepenuh Hati Melindungi Negeri No 1 Bulan Januari Kategori Kualifikasi Penghargaan Jumlah pegawai yang mendapatkan penghargaan Prestasi Kerja Amat Baik 13 Luar Biasa Baik 26 Pengabdian 2 Februari Prestasi Kerja Pengabdian Amat Baik 21 Luar Biasa Baik 2 Amat Baik 25 Luar Biasa Baik 0 Amat Baik 0 Luar Biasa Baik 0 3 Maret - - - 4 April - - - 5 Mei - - - Juni 6 Pengabdian Amat Baik 16 7 Juli - - - 8 Agustus - - - 9 September - - - 10 Oktober Pengabdian Amat Baik 1 11 November - - - 12 Desember Pengabdian Luar Biasa Baik 3 Jumlah s.d Desember Target Tahun 2011 107 107 PERSENTASE PENYELESAIAN SOP SOP (Standar Operasi Prosedur) adalah standar yang dijadikan panduan bagaimana suatu kegiatan dilaksanakan, sehingga akan memberikan kepastian mengenai apa yang harus dilaksanakan, waktu penyelesaian, dan biaya (bila ada biaya). Jumlah SOP yang harus diperbaiki/dibuat adalah jumlah SOP yang ditargetkan untuk selesai diperbaiki/dibuat dan SOP dianggap selesai apabila telah ditetapkan melalui Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai. Untuk tahun 2011 direncanakan akan diselesaikan SOP sebanyak 200 SOP dengan target persentase penyelesaian adalah 100%. Pada tahun 2011 telah diselesaikan sebanyak 214 SOP (107%) dengan rincian: • Telah ditetapkan 60 SOP berdasarkan KEP-55/BC/2011 tanggal 31 Maret 2011 Perubahan ketiga KEP 90/BC/2010 tentang SOP di lingkungan DJBC; • Telah ditetapkan 63 SOP tahap 2 Tahun 2011 berdasarkan Keputusan Dirjen BC Nomor KEP-81 tentang Perubahan keempat atas Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor KEP-90/BC/2009 tentang Penetapan Standar Prosedur Operasi di Lingkungan DJBC; • Telah ditetapkan 38 SOP tahap 3 Tahun 2011 (2 SOP merupakan SOP Revisi) berdasarkan KEP DIRJEN BC Nomor KEP-115/BC/2011 hal Keputusan DIRJEN BC tentang Perubahan Kelima Atas Keputusan DIRJEN BC Nomor KEP-90/ BC/2009 tentang Penetapan Standar Operasi Prosedur di Lingkungan DJBC; 55 • Pada bulan Desember 2011 telah ditetapkan sebanyak 53 SOP sebagaimana ditetap- 1. Perubahan Peraturan Adanya Perubahan Peraturan yang men- kan dalam KEP DIRJEN BC Nomor KEP-147/ jadi dasar suatu SOP mengakibatkan SOP BC/2011 Keenam yang sudah diusulkan oleh unit kerja harus atas Keputusan Dirjen BC Nomor KEP-90/ disesuaikan agar tetap sejalan dengan Pera- BC/2009 tentang Penetapan Standar Prose- turan yang berlaku. tentang Perubahan dur di lingkungan DJBC. 2. Peraturan Menteri Keuangan (PMK) yang belum ditetapkan Peraturan Pelaksanaan- Faktor-faktor yang mendukung pencapaian target penyelesaian SOP yaitu: nya Adanya PMK yang belum ditetapkan pera- Perencanaan turan Pelaksanaannya mengakibatkan SOP Perencanaan yang baik akan mempengaruhi yang akan ditetapkan harus menunggu capain kinerja yang diharapkan. Secara umum hingga Peraturan Pelaksanaannya (Per- perencanaan penyelesaian SOP untuk tahun dirjend) ditetapkan terlebih dahulu. 2011 disusun dengan tahapan sebagai berikut: a. Mengidentifikasi usulan-usulan SOP dari masing-masing unit kerja; b. Menetapkan judul-judul SOP yang akan saian SOP pada tahun 2011 yaitu : urgensi dan kompleksitasnya; 1. Mengidentifikasi jenis layanan yang perlu batkan dalam pembahasan; Laporan KInerja 2011 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk mendukung pencapaian target penyele- ditetapkan per periode berdasarkan tingkat c. Mengidentifikasi unit kerja yang akan dilid. Finalisasi dan penetapan SOP. segera ditetapkan SOP nya; 2. Menentukan Prioritas Penetapan dengan mengutamakan SOP yang menjadi rekomendasi aparat Pengawasan Fungsional Koordinasi (BPK, Itjend dll) dan juga mengutamakan Pembahasan SOP dilakukan dengan melibat- SOP yang bersifat pelayanan; kan unit kerja baik Kantor Pusat maupun unit 3. Mengadakan pembahasan bersama den- vertikal DJBC sebagai pengguna SOP serta Ba- gan unit terkait disesuaikan dengan praktek gian Organisasi dan Ketatalaksanaan Kemente- layanan yang diselenggarakan oleh unit pe- rian Keuangan. Pembahasan dilakukan supaya layanan baik di kantor pusat maupun kan- kualitas SOP yang dihasilkan dapat meningkat. tor vertikal DJBC, serta melibatkan Biro Or- Koordinasi yang baik dengan masing-masing ganisasi dan Ketatalaksanaan Kementerian unit tersebut sangat penting dalam membantu Keuangan dalam mengasistensi standar/ kelancaran penentapan SOP. format SOP yang seragam di Kementerian Selain faktor-faktor yang mendukung dalam Keuangan; pencapaian target, dalam penyelesaian SOP juga menghadapi beberapa kendala yaitu : 56 Kebijakan/program kerja yang dilaksanakan 4. Penyempurnaan Format SOP agar memudahkan unit kerja dalam menggunakan SOP. Tiada Henti Memacu Diri Sepenuh Hati Melindungi Negeri PERSENTASE PENYELESAIAN/MODERNISASI ORGANISASI ber 2011) Modernisasi unit organisasi adalah pembentukan unit organisasi DJBC yang modern, diantaranya melalui pembentukan KPU dan KPPBC 7. KPPBC TMP Teluk Bayur (KEP-121/BC/2011 27 Okto- Madya, yang dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip efisiensi, efektifitas, kebutuhan penajaman fungsi, adaptasi terhadap perubahan lingkugan strategis, perencanaan pegawai, proses bisnis, dan value chain. Menyusul pembentukan 2 (dua) KPU pada tahun 2007, 8. KPPBC TMP Tarakan (KEP-131/BC/2011 tanggal 09 November 2011) 9. KPPBC TMP Nunukan (KEP-131/BC/2011 tanggal 09 November 2011) 10. KPPBC TMP Banjarmasin (KEP-132/BC/2011 tanggal 09 November 2011) 11. KPPBC TMP Samarinda (KEP-132/BC/2011 tanggal 09 November 2011) pembentukan 3 (tiga) KPPBC Tipe Madya Cukai dan 3 (tiga) KPPBC Tipe Madya Pabean pada tahun 2008, pem- Meskipun realisasi kinerja modernisasi organisasi dapat bentukan 9 (sembilan) KPPBC Tipe Madya Pabean pada mencapai target yang ditetapkan namun terdapat be- tahun 2009 serta 11 (sebelas) KPPBC Tipe Madya Pa- berapa kendala yang dihadapi diantaranya : bean pada tahun 2010. Pada tahun 2011 direncanakan 1. Penerbitan legal formal berupa Peraturan Men- dilakukan modernisasi sebanyak 11 (sebelas) KPPBC Tipe teri Keuangan (PMK) yang menjadi payung hukum Madya Pabean yaitu berdasarkan Peraturan Menteri membutuhkan waktu cukup lama; Keuangan nomor 131/PMK.01/2011 tanggal 18 Agustus 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri 2. Jadwal kegiatan dari Direktur Jenderal yang harus disesuaikan dengan waktu peresmian. Keuangan Nomor 74/PMK.01/2009 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Instansi Vertikal DJBC. Kebijakan/program kerja yang dilaksanakan untuk men- Proses transformasi KPPBC menjadi kantor modern dukung pada tahun 2011 dilakukan secara bertahap, dan sam- Modernisasi Organisasi yaitu : pai dengan tanggal 31 Desember 2011 telah dilakukan 1. Monitoring usulan Rancangan Peraturan Menteri pencapaian target dalam Penyelesaian/ transformasi 11 (sebelas) KPPBC menjadi kantor modern Keuangan (100%) yakni: Keuangan kepada Kementerian Pendayagunaan 1. KPPBC TMP Tanjung Balai Karimun (KEP-89/BC/2011 Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. tanggal 18 Agustus 2011) 2. KPPBC TMP Jambi (KEP-89/BC/2011 tanggal 18 Agustus 2011) 3. KPPBC TMP Entikong (KEP-106/BC/2011 tanggal 6 Oktober 2011) 4. KPPBC TMP Medan (KEP-120/BC/2011 tanggal 27 Oktober 2011) 5. KPPBC TMP Teluk Nibung (KEP-120/BC/2011 tanggal 27 Oktober 2011) 6. KPPBC TMP Pekanbaru (KEP-121/BC/2011 tanggal (RPMK) yang diajukan oleh Menteri 2. Pembahasan Rancangan Peraturan Menteri Keuangan (RPMK) secara intensif bersama Biro Organisasi dan Tata Laksana Kementerian Keuangan dan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. 3. Monitoring secara berkelanjutan sampai dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Keuangan (PMK). 4. Mengajukan konsep Keputusan Direktur Jenderal tentang Penetapan Kantor Modern sesuai dengan target yang telah ditetapkan. 27 Oktober 2011) 57 PERSENTASE DOWNTIME SISTEM PELAYANAN IKU ini bertujuan untuk mengukur ketersediaan sistem informasi yang handal dalam rangka meningkatkan pelayanan kepabeanan dan cukai dengan tingkat downtime yang seminimal mungkin. Downtime adalah waktu dimana suatu sistem informasi tidak bisa berfungsi. Waktu pelayanan yang dilakukan sistem informasi adalah 24 jam sehari selama 1 tahun. Downtime sistem informasi adalah perbandingan antara jumlah downtime sistem informasi terhadap jumlah waktu pelayanan yang dilakukan sistem informasi. IKU ini memiliki polarisai “minimize” (semakin kecil semakin baik), artinya nilai aktual/realisasi/pencapaian indikator kinerja diharapkan lebih kecil dari target. Secara keseluruhan realisasi downtime sistem informasi pada tahun 2011 adalah 0,0197%. Dari 14 kantor pelayanan besar, selama tahun 2011 downtime sistem informasi hanya terjadi di KPPBC Tg. Perak dan KPPBC Jakarta : • Downtime yang terjadi di KPPBC Tg. Perak (Bulan Maret) diakibatkan padamnya listrik PLN dan pada saat yang bersamaan UPS tidak dapat pindah secara otomatis ke genset karena modul dalam konsisi rusak sehingga terjadi downtime. Untuk memperbaiki masalah tersebut dibutuhkan waktu kurang lebih 24 jam sampai sistem berjalan normal kembali; • Downtime yang terjadi di KPPBC Jakarta (Bulan Juli) diakibatkan server hang/ngedump. Untuk memperbaiki masalah tersebut dibutukan waktu kurang lebih 1 jam sampai sistem berjalan normal kembali. Rincian realisasi downtime sistem informasi pada tahun 2011 adalah sebagai berikut: No. Kantor Jam Operasional Akumulasi (Januari-Desember) Laporan KInerja 2011 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai % Downtime 1 KPU Tg. Priok 24 jam sehari - 2 KPU Batam 17 jam sehari - 3 KPPBC Belawan - 4 KPPBC SH - 5 KPPBC Tg. Perak 0,32% 6 KPPBC Tg. Emas 7 KPPBC Juanda - 8 KPPBC Medan - 9 KPPBC Jakarta 0,01% 10 KPPBC Bekasi 11 KPPBC Purwakarta - 12 jam sehari - 12 KPPBC Tangerang - 13 KPPBC Bogor - 14 KPPBC Merak Rata-rata 58 24 jam sehari Target 2011 (Polarisasi Minimize) 0,0197% 1% Tiada Henti Memacu Diri Sepenuh Hati Melindungi Negeri PERSENTASE PENYERAPAN DIPA (NON BELANJA PEGAWAI) Dalam rangka menunjang tercapainya tujuan organisasi dibutuhkan adanya perencanaan anggaran yang optimal dan pengelolaan anggaran yang efisien dan efektif yaitu dengan menggunakan prinsip penganggaran berbasis kinerja (PBK). IKU ini untuk mengukur tingkat akurasi perencanaan anggaran dan realisasi pelaksanaan anggaran sehingga dapat dilakukan perbaikan dalam proses perencanaan anggaran. Capaian IKU dihitung dengan membandingkan antara jumlah realisasi penyerapan DIPA dengan pagu DIPA yang direncanakan. DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran) adalah dokumen yang memuat kegiatan dan jumlah anggaran setiap satuan kerja pada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Penyerapan DIPA yang diperhitungkan dalam IKU ini adalah realisasi belanja barang dan modal. Pagu Anggaran DJBC Revisi (non belanja pegawai) tahun 2011 sebesar Rp 1.576,12 Milyar,- sedangkan realisasi penyerapan sebesar Rp 1.273,20 Milyar (80,78%) sehingga capaiannya sebesar 80,78% dari target yang ditetapkan pada tahun 2011 sebesar 80% dengan demikian inidikator pencapaian IKU ini hijau. Berikut rincian realisasi penyerapan DIPA DJBC tahun 2011 : Jenis Belanja Pagu Anggaran 2011* Barang 1.030.694.266.000 Realisasi % Penyerapan 923.844.690.772 89,63% Modal 545.423.171.000 349.355.638.779 64,05% Jumlah 1.576.117.437.000 1.273.200.329.551 80,78% Target s.d. Desember 80 % * Setelah revisi pagu minus belanja pegawai Realisasi penyerapan DIPA pada tahun 2011 yang tidak dapat mencapai target khususnya untuk penyerapan belanja modal yang rendah diantaranya disebabkan: • PAGU sebesar Rp 57,08 Milyar yang dianggarkan sebelumnya terkait dengan pengembangan sistem NSW tidak dapat terserap. Hal ini disebabkan Pengembangan Sistem NSW pada tahun 2011 diputuskan untuk tetap menggunakan existing-system sebelum ditetapkan Badan Pengelolanya. • Pembangunan gedung Kantor Pusat yang dianggarkan sebesar Rp 70 Milyar pada tahun 2011 masih belum terealisasi sepenuhnya. Selain faktor-faktor tersebut diatas, secara umum kendala-kendala yang dihadapi dalam penyerapan anggaran yaitu : 1. Masih perlunya peningkatan kualitas SDM dalam perencanaan kebutuhan anggaran dan masih kurangnya pengalaman SDM dalam pengadaan barang dan jasa, khususnya untuk belanja modal; 2. Adanya keterkaitan dengan pihak diluar Satuan Kerja dalam proses pengadaan barang dan jasa seperti dalam proses penerbitan rekomendasi/perijinan dari instansi terkait; 3. Terjadinya keterlambatan pengadaan barang dan jasa dikarenakan kekurangan penyedia jasa, lamanya jangka waktu penghapusan aset serta keterlambatan waktu pengumuman lelang; 4. Adanya batasan revisi anggaran sehingga anggaran untuk kegiatan yang tidak terealisasi tidak dapat direalokasi untuk kegiatan dan program lainnya. 59 Langkah-langkah yang telah dilakukan dalam rangka mendorong realisasi penyerapan DIPA pada tahun 2011 sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor Per-73/PB/2011 sebagai berikut : 1. Membuat batasan waktu pengajuan Surat Perintah Pembayaran (SPM) berkaitan dengan SPM-LS agar proses penerbitan SPM tidak menumpuk pada akhir deadline; 2. Mendorong para Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) agar melakukan inventarisasi pelaksanaan pekerjaan/kegiatan dan mempercepat proses penyelesaiannya sesuai dengan batas waktu yang ditetapkan; 3. Melakukan revisi anggaran terhadap beberapa kegiatan yang dirasa perlu untuk dibiayai dengan DIPA. KEGIATAN BIDANG AUDIT REALISASI PENERIMAAN KEPABEANAN DAN CUKAI BERDASARKAN LAPORAN HASIL AUDIT 01 JANUARI 2011 S.D. 31 DESEMBER 2011 Laporan KInerja 2011 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai No Jumlah Tagihan BM BMAD PPN PPnBM 1 KPU Priok 61.927.574.000 362.743.000 18.877.203.000 1.861.432.000 2 Banten 61.453.735.145 - 13.318.433.820 25.639.087 3 Direktorat Audit 22.235.620.606 - 23.143.620.201 71.122.969 4 Jatim I 856.136.000 - 35.777.048.506 - 5 Bali - NTB - NTT 12.153.359.692 - 14.055.744.206 136.269.081 6 Riau & Sumbar 2.455.019.014 - 2.066.470.612 - 7 Jakarta 8 Kepri 9 SUMUT 10 Jateng & DIY 478.931.000 11 Jawa Barat 2.056.264.794 12 Kaltim - Kalsel 3,605.553.305 13 KPU Batam 1.024.616.000 1.749.311.822 - 541.318.396 - 842.860.766 - 126.215.061 - - - - - 263.218.000 - 108.046.673 1.078.000 66.561.000 - 72.037.000 - 472.969.203 - 56.204.620 - 194.093.356.780 362.743.000 115.631.813.286 2.303.349.451 14 Kalbar - Kalteng 15 Sumbagsel 16 Jatim II 17 Maluku, Papua 18 Sulawesi 19 NAD Total 60 Unit 7.193.261.330 - 1.842.592.624 180.326.847 13.903.421.103 - 72.073.741 13.793.467 1.354.944.000 - 305.231.000 - - 555.496.000 10.373.000 - 2.649.779.775 - - 646.491.051 - - 1.417.807.000 3.315.000 Tiada Henti Memacu Diri Sepenuh Hati Melindungi Negeri Kendala-kendala di bidang audit dalam pencapaian tahun 2011 adalah sebagai berikut : i. Adanya sebaran objek audit yang tidak merata antara Kantor Wilayah di daerah Jawa dibandingkan dengan daerah luar Jawa sehingga menyebabkan pelaksanaan audit kurang optimal; ii. Sumber Daya Manusia (SDM) pada Direktorat / Bidang Audit yang semakin berkurang menyebabkan Audit Coverage Rasio (ACR) yang semakin menurun; iii. Adanya sanksi dan/atau denda yang sangat tinggi menyebabkan auditee tidak mampu untuk membayar tagihan audit; iv. Belum semua unit di lingkungan DJBC melakukan otomasi sehingga menyebabkan perencanaan dan pelaksanaan audit kurang optimal; v. Proses penyelesaian keberatan atas penetapan pejabat Bea dan Cukai masih melibatkan unit audit sehingga pelaksanaan audit kurang optimal; vi. Adanya permasalahan jaringan dan infrastruktur teknologi informasi menyebabkan otomasi audit (SIMAUDI) menjadi terganggu. 61 62 Laporan KInerja 2011 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tiada Henti Memacu Diri Sepenuh Hati Melindungi Negeri REFORMASI DAN PERCEPATAN REFORMASI BIROKRASI DJBC S UMBER DAYA MANUSIA Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan elemen utama suatu organisasi. SDM yang dimiliki oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) per 30 Desember 2011 adalah sebanyak 10.434 orang, dengan rincian sebagai berikut: 1. Berdasarkan Pangkat / Golongan Ruang Pangkat / Golongan Ruang Jumlah a b c d e Golongan IV 120 76 15 9 - 220 Golongan III 2.239 1.433 907 597 - 5.176 Golongan II 1.260 1.409 1.208 1.161 - 5.038 Golongan I - - - - - - Total 10.434 2. Berdasarkan Pendidikan No. Tingkat Pendidikan Jumlah Prosentase (%) S3 9 0,09 1 2 S2 957 9,17 3 S1 / D4 2.578 24,71 4 D3 / Akademi 1.309 12,55 5 Setingkat D1 & D2 2.095 20,08 6 SLTA 3.010 28,85 7 SLTP 383 3,67 93 0,89 8 SD Total 10.434 100 63 REFORMASI DAN PERCEPATAN REFORMASI BIROKRASI DJBC 3. Berdasarkan Kelompok Usia dan Tingkat Pendidikan Kelompok Usia Pendidikan 18 s.d. 30 31 s.d. 40 41 s.d. 49 50 s.d. 55 56 s.d. 60 0 0 1 92 0 SD Total % 93 0,89 SMP 0 1 78 304 0 383 3,67 SMA 371 345 525 1.769 0 3.010 28,85 1.766 300 6 23 0 2.095 20,08 D1/D2 D3 674 484 116 35 0 1.309 12,55 D4/S1 398 1.142 477 552 9 2.578 24,71 S2 11 489 312 138 7 957 9,17 S3 0 4 2 2 1 9 0,09 3.220 2.765 1.517 2.915 17 10.434 100 Total 4. Berdasarkan Jenis Kelamin (Gender) Jabatan Laki-laki Perempuan Jumlah Eselon I 1 - 1 Eselon II 31 - 31 Eselon III 198 7 205 Eselon IV 1.036 105 1.141 Eselon V 985 155 1.140 PFPD (Fungsional) 155 15 170 Pranata Komputer (Fungsional) 14 3 17 6.703 1.026 7729 9.123 1.311 10.434 Pelaksana Laporan KInerja 2011 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Gender Total TARGET DAN PROGRAM KERJA TAHUN 2011 Keberhasilan organisasi sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang bekerja di dalamnya. Di bidang SDM, permasalahan yang umum terjadi adalah masalah terkait kelebihan / kekurangan pegawai, khususnya dilihat dari kualitas dan tingkat kompetensinya. Maka seiring dengan ditetapkannya Reformasi Birokrasi, DJBC memberikan perhatian khusus pada peningkatan kualitas dan kompetensi sumber daya manusianya, antara lain dengan: - Menerapkan sistem pendidikan dan pelatihan yang dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap pegawai; - Menyusun standar kompetensi jabatan struktural setingkat eselon III, IV, dan V serta jabatan pelaksana; - Menempatkan pegawai sesuai dengan kompetensinya; - Membentuk assessment center; - Melakukan bimbingan dan pelatihan peningkatan kompetensi kepribadian, kepemimpinan, motivasi, dan etika bekerja. 64 Tiada Henti Memacu Diri Sepenuh Hati Melindungi Negeri Terkait dengan pengembangan SDM-nya, maka DJBC melalui Sekretariat Direktorat Jenderal telah menetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai berikut: No Sasaran Strategis Target IKU 1. Pembentukan SDM DJBC yang berkompetensi dan berkinerja tinggi Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatannya 80% 2. Terlaksananya kebijakan pengelolaan SDM DJBC dalam meningkatkan profesionalisme Persentase penyelesaian program pengembangan SDM 100% Rasio penyerapan anggaran terhadap total anggaran pendidikan dan pelatihan di DJBC 85% Tujuan penetapan Indikator Kinerja Utama (IKU) tersebut di atas adalah: 1. Agar tersedia pejabat yang memenuhi kompetensi sesuai jabatannya, dalam rangka meningkatkan dan mengamankan keuangan dan kekayaan negara; 2. Untuk menghasilkan SDM yang profesional; dan 3. Untuk mengukur upaya DJBC dalam mengembangkan SDM-nya. Selain program pengembangan pegawai, penerapan reward (penghargaan) dan punishment (hukuman disiplin) kepada pegawai juga diperlukan untuk mewujudkan pegawai yang dapat bersikap disiplin, jujur, adil, transparan, dan akuntabel dalam melaksanakan tugasnya. Dalam hal punishment (hukuman disiplin) terhadap pegawai, DJBC telah menerapkan penjatuhan hukuman disiplin berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 30 tahun 1980 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah dicabut dengan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 yang mengatur tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Selama tahun 2011, total pegawai DJBC yang dijatuhi hukuman disiplin sebanyak 241 orang, dengan rincian sebagai berikut: No 1 Jumlah (orang) Jenis Hukuman Pemberhentian dengan hormat 2 1 Dasar Hukum PP 32/1979 2 Pemberhentian sementara 3 Tegoran lisan * 174 PP 53/2010 (Ringan) PP 04/1966 4 Tegoran tertulis ** 29 PP 53/2010 (Ringan) 5 Pernyataan tidak puas secara tertulis 10 PP 53/2010 (Ringan) 6 Penundaan kenaikan gaji berkala untuk paling lama 1 (satu) tahun 4 PP 53/2010(Sedang) 7 Penundaan kenaikan Pangkat untuk paling lama tahun 9 PP 53/2010(Sedang) 8 Penurunan pangkat pada pangkat yang setingkat lebih rendah untuk paling lama 3 (tiga) tahun 4 PP 53/2010(Berat) 7 Penundaan kenaikan Pangkat untuk paling lama tahun 5 PP 53/2010(Berat) 8 Penurunan pangkat pada pangkat yang setingkat lebih rendah untuk paling lama 3 (tiga) tahun 3 PMK 41/ 2011 Total * ) Tegoran lisan terkait LHKPN **) Tegoran tertulis terkait LHKPN = = 1 (satu) 1 (satu) 241 166 orang 14 orang 65 REFORMASI DAN PERCEPATAN REFORMASI BIROKRASI DJBC Sedangkan dalam hal pemberian reward (penghargaan) kepada Pegawai Negeri Sipil, diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 tahun 1994 Tentang Tanda Kehormatan Tanda Satyalancana Karya Satya. Penganugerahan Satyalancana Karya Satya merupakan penghargaan dari Negara terhadap Pegawai Negeri Sipil yang telah bekerja dengan penuh kesetiaan kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara dan Pemerintah serta penuh dengan pengabdian, kejujuran, kecakapan, dan disiplin, sehingga dapat dijadikan teladan bagi pegawai lainnya. Arti penting penghargaan bagi setiap Pegawai Negeri Sipil adalah bahwa penghargaan tersebut merupakan kebanggaan yang mempunyai arti sangat penting untuk lebih meningkatkan semangat dalam bekerja. Selama tahun 2011, total pegawai DJBC yang mendapat tanda penghormatan Satyalancana Karya Satya sebanyak 435 orang, dengan rincian sebagai berikut: Usulan Realisasi 1 No Satyalancana Karya Satya 10 Tahun Kategori 206 190 2 Satyalancana Karya Satya 20 Tahun 139 131 3 Satyalancana Karya Satya 30 Tahun 114 114 459 435 Total Untuk penghargaan di lingkungan DJBC, diberikan kepada pegawai atas dasar pengabdian kerja dan prestasi kerjanya, yaitu: Penghargaan berkaitan dengan pengabdian kerja, terbagi menjadi 3 kategori: a. Pengabdian kerja luar biasa baiknya; Laporan KInerja 2011 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai b. Pengabdian kerja amat baik; 66 c. Pengabdian kerja baik. Penghargaan berkaitan dengan prestasi kerja, terbagi menjadi 3 kategori: a. Prestasi kerja luar biasa baiknya; b. Prestasi kerja amat baik; c. Prestasi kerja baik. Tiada Henti Memacu Diri Sepenuh Hati Melindungi Negeri Selama tahun 2011, sebanyak 159 orang pegawai DJBC diberikan penghargaan, dengan rincian sebagai berikut: No. Jenis Penghargaan 1. Jumlah (orang) Penghargaan atas pengabdian kerja: Luar Biasa Baiknya 2 Amat Baik 41 Baik 38 Total penghargaan atas pengabdian kerja 2. 81 Penghargaan atas prestasi kerja: Luar Biasa Baiknya 26 Amat Baik 47 Baik 5 Total penghargaan atas prestasi kerja 78 Total seluruhnya 159 Penghargaan juga diberikan terhadap pegawai berprestasi untuk lingkup Kementerian Keuangan. Penghargaan tersebut diberikan dalam rangka memperingati Hari Keuangan, agar menjadi motivasi bagi setiap pegawai di lingkungan Kementerian Keuangan yang terdiri dari berbagai unit Eselon I untuk lebih meningkatkan semangat kerja. Pada tahun 2011, terdapat 1 (satu) orang pegawai DJBC yang mendapat penghargaan sebagai pegawai berprestasi di lingkup Kementerian Keuangan. PENCAPAIAN KINERJA TAHUN 2011 Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) terkait pengembangan sumber daya manusia yang tercantum dalam Kontrak Kinerja Tahun 2011, yang telah ditandatangani oleh Sekretaris Direktorat Jenderal, adalah sebagai berikut: No Sasaran Strategis IKU 1. Pembentukan SDM DJBC yang berkompetensi dan berkinerja tinggi Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatannya 2. Terlaksananya kebijakan pengelolaan SDM DJBC dalam meningkatkan profesionalisme Persentase penyelesaian program pengembangan SDM Rasio penyerapan anggaran terhadap total anggaran pendidikan dan pelatihan di DJBC Target Realisasi % 80% 86.06% 107.58% 100% (41 program) 212.2% (87 program) 212.2% 85% 98.03% 115.33% Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan nomor: 47/PMK.01/2008 tentang Assessment Center Departemen Keuangan, DJBC telah melaksanakan assessment bagi pejabat Eselon IV, Pejabat Fungsional setingkat Eselon IV, Eselon V serta Pelaksana di lingkungan DJBC. Sedangkan pelaksanaan assessment bagi pejabat Eselon II dan Eselon III dikelola oleh Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan c.q. Biro Sumber Daya Manusia. Jumlah pejabat/pegawai di lingkungan DJBC yang telah mengikuti assessment dan re-assessment pada tahun 2011 adalah sebagai berikut: 67 REFORMASI DAN PERCEPATAN REFORMASI BIROKRASI DJBC Eselon II : 7 orang Eselon III : 47 orang Eselon IV / PFPD : 383 orang Eselon V dan Pelaksana : 507 orang Total pejabat yang telah mengikuti assessment / re-assessment sampai dengan tahun 2011 adalah sebagai berikut: Eselon Jumlah Jumlah Pejabat yang Telah Mengikuti AC Persentase Pejabat yang telah Mengikuti AC Eselon II 30 30 100% Eselon III 199 199 100% Eselon IV/PFPD 1307 1258 96.25% 1536 1487 96.81% Total Dari pelaksanaan assessment pejabat-pejabat tersebut diatas, diperoleh nilai kesesuaian antara kompetensi pejabat dengan Standar Kompetensi Jabatan (SKJ)-nya yaitu nilai Job Person Match (JPM) sebagai berikut: Eselon Eselon II Jumlah yang telah mengikuti AC dan diperoleh hasilnya 30 Jumlah Pejabat yang Memenuhi JPM minimal 72% Persentase Pejabat yang Memenuhi JPM minimal 72% 27 90% Eselon III 199 178 89.45% Eselon IV/PFPD 1236 970 78.72% Laporan KInerja 2011 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Apabila dibandingkan dengan tahun 2010, maka capaian IKU “Persentase pejabat Persentase Capaian IKU (rata2 JPM) 86.06% yang telah memenuhi standar kompetensi jabatannya” mengalami peningkatan. Beberapa langkah strategis yang telah dilakukan di tahun 2011 adalah: a. pelaksanaan feedback dan konseling bagi pejabat eselon III dan IV atas hasil assessment yang bersangkutan; b. mutasi/reposisi pejabat eselon IV; dan c. re-assessment. KENDALA DALAM PENCAPAIAN SASARAN TAHUN 2011 Dalam mencapai target kinerja tahun 2011, Bagian Kepegawaian menghadapi kendala, antara lain: Di bidang pengembangan pegawai: - Assessee (pejabat/pegawai yang mengikuti proses assessment) belum memiliki pengetahuan yang cukup tentang kompetensi dan proses assessment center. - Belum ada aturan baku mengenai tindak lanjut hasil dari assessment center, baik penyampaian hasilnya kepada assessee maupun program pengembangan untuk assessee. 68 Tiada Henti Memacu Diri Sepenuh Hati Melindungi Negeri Di bidang penegakan disiplin: - Sering kurang lengkapnya berkas permasalahan pegawai yang dikirimkan sehingga mengakibatkan penyelesaian kasus menjadi terhambat. - Tidak adanya koordinasi dengan Pengadilan Negeri/Tinggi sehubungan dengan hukuman kurungan/pidana yang diterima oleh pegawai, sehingga terlambatnya pelaksanaan penjatuhan hukuman disipin. - Masih banyak pejabat/pegawai yang kurang memahami masalah proses penjatuhan hukuman disiplin, sehingga mengakibatkan kasus /permasahan tidak mendapat penyelesaian secara cepat dan tepat. B. Pilar Reformasi Birokrasi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Strategi Reformasi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dilakukan melalui 2 (dua) pendekatan; pendekatan makro dan pendekatan mikro. Pendekatan makro dilaksanakan sejalan dengan pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi Kementerian Keuangan (2007 – 2009) yang dilanjutkan dengan Program Reformasi dan Transformasi Kelembagaan Kementerian Keuangan (2010 – 2011). Pelaksanaan program ini mengacu kepada Pilar-Pilar Reformasi Birokrasi yang ditetapkan Kementerian Keuangan. Program Reformasi Birokrasi Kementerian Keuangan dan implementasinya di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (pendekatan makro) adalah sebagai berikut: Pilar I: Penataan Organisasi Konsep Reformasi Birokrasi Transformasi kelembagaan dengan prinsip-prinsip: • Pembagian Habis Tugas, Koordinasi, Berkesinambungan, Fleksibilitas, Pendelegasian/Kejelasan Wewenang, Rentang Kendali, Lini dan staf, Kesatuan Perintah, Keseimbangan beban kerja, Kejelasan dalam pembaganan; • Pengelompokan tugas dan fungsi guna menciptakan institutional coherence dan one stop service; • Kejelasan tugas dan fungsi; • Keseimbangan beban, kualitas, dan hasil kerja; •Kesesuaian dengan kebutuhan, peraturan perundangan, dan tuntutan stakeholders serta perkembangan lingkungan. Implementasi di DJBC 1. Implementasi 30 Kantor Modern DJBC yang melakukan perubahan strategis dengan: a. pembentukan Unit Kepatuhan Internal; b. pembentukan Unit Bimbingan Kepatuhan dan Layanan Informasi: 2. Membentuk Pusat Kepatuhan Internal dan Unit Kerja Kepatuhan Internal (UKKI) baik di Kantor Wilayah maupun KPU / KPPBC Tipe Madya dalam rangka fungsi koordinasi Unit Kepatuhan Internal 3. Revitalisasi Fungsi Sarana Operasi melalui pembentukan Pangkalan Sarana Operasi (PSO) BC tipe B Batam, 4. Membentuk Subdit Narkotika untuk melakukan penajaman Fungsi Pengawasan Narkotika dan Prekursor 5. Membentuk Subdit Penyuluhan dan Publikasi dalam rangka optimalisasi fungsi komunikasi publik 69 REFORMASI DAN PERCEPATAN REFORMASI BIROKRASI DJBC Pilar II: Penyempurnaan Proses Bisnis (Analisis dan Evaluasi Jabatan serta Analisis Beban Kerja dan Penyempurnaan SOP) Laporan KInerja 2011 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Konsep Reformasi Birokrasi 70 Implementasi di DJBC 1. Melakukan analisis dan evaluasi jabatan melalui penyusunan uraian jabatan, spesifikasi jabatan, peta jabatan, dan pemeringkatan jabatan. 2. Melakukan Analisis Beban Kerja 1. DJBC telah memiliki Uraian Jabatan untuk: a) Pejabat Eselon I s.d. Eselon V sebanyak 424 b)Pejabat Tenaga Pengkaji sebanyak 3 c) Jabatan Pelaksana sebanyak 3.008 d)Tenaga Fungsional sebanyak 16 2. DJBC telah melaksanakan Analisis Beban Kerja dengan hasil : a) Tingkat Efisiensi Unit (EU) DJBC diatas 1 b)Prestasi Kerja Unit (PU) DJBC dengan kategori A (Sangat Baik) c) DJBC kekurangan pegawai sebanyak 743 orang (existing condition) 1. Penyempurnaan SOP dengan prinsip Mudah, Jelas, dan Terukur 2. Penetapan Layanan Unggulan di lingkungan Kementerian Keuangan dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor-187/KMK.01/2010 1.Penetapan 823 SOP DJBC (SOP Administasi 273; SOP pengawasan 79; SOP layanan 471, termasuk SOP Layanan Unggulan (21 SOP)) 2.Pengembangan program pendukung penyempurnaan proses bisnis, yaitu: A.Pengembangan Pertukaran Data Elektronik (PDE) untuk mendukung pelayanan dan pengawasan, yaitu: a)National Single Window berkoordinasi dengan instansi terkait b)Sistem Aplikasi Cukai (SAC), Sistem Aplikasi Manajemen Audit (SIMAUDI), Sistem Aplikasi Direktorat P2 (SIDIA), Aplikasi Tempat Penimbunan Berikat (TPB), Aplikasi Passenger Analyzing Unit (PAU) B.Pengembangan website sebagai sarana layanan informasi dan komunikasi yaitu www.beacukai. go.id dan www.insw.go.id C.Inovasi dalam Pelayanan dan Pengawasan, yaitu: a)Kawasan Pelayanan Pabean Terpadu (KPPT) b)Manajemen Risiko dalam Pengawasan Tiada Henti Memacu Diri Sepenuh Hati Melindungi Negeri Peningkatan Disiplin dan Manajemen SDM Konsep Reformasi Birokrasi Implementasi di DJBC 1. Peningkatan Disiplin Pegawai 2. Pembentukan Assessment Center (AC) 3. Penyelenggaraan Diklat Berbasis Kompetensi 1. Penyempurnaan Kode Etik Pegawai 2. Penandatangan Pakta Integritas oleh seluruh pegawai 3. Penerapan daftar hadir elektronik di seluruh kantor 4. Penegakkan hukuman disiplin pegawai (periode 2007 s.d. Agustus 2011 sebanyak 630 orang dijatuhi hukuman) 5. Pembentukan Tim Assesment Center DJBC (sampai saat ini 96,2% (1.418) Pejabat DJBC Es II, III, dan IV) telah mengikuti assesment 6. Penyelenggaraan Diklat Berbasis Kompetensi untuk Pejabat 1. Penyempurnaan SOP dengan prinsip Mudah, Jelas, dan Terukur 2. Penetapan Layanan Unggulan di lingkungan Kementerian Keuangan dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor-187/KMK.01/2010 7. Penyelenggaraan Diklat Umum/Teknis bekerjasama dengan BPPK serta optimalisasi P2KP di masing-masing kantor 8. Dalam proses transformasi kantor modern, dilaksanakan: A.Assesment/pemetaan terhadap pegawai di kantor yang ditransformasikan menjadi kantor modern B. Pembekalan/Training dan Retraining dengan materi: a)Training Integritas dan Anti Korupsi (kerjasama dengan KPK) b)Training soft competency (kerjasama dengan lembaga manajemen) 4. Penataan Pola Mutasi untuk perencanaan karir dan meningkatkan motivasi kerja 5. Penataan Pegawai 6. Pengembangan Manajemen Talenta 7. Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian (SIMPEG) 9.Penetapan pola mutasi bagi pejabat / pegawai DJBC 10. Penataan rekruitment pejabat / pegawai untuk ditempatkan di kantor modern DJBC khususnya untuk unit Kepatuhan Internal dan unit Penyuluhan dan Layanan Informasi 11. Sinkronisasi data kepegawaian di Kantor Pusat DJBC dengan SIMPEG C. Pembentukan Kantor Pelayanan Utama dan KPPBC Madya Pendekatan mikro strategi reformasi birokrasi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dilakukan dengan pelaksanaan transformasi kantor-kantor pelayanan menjadi Kantor Modern yang mengacu pada Cetak Biru Kantor Modern yang dikembangkan oleh Tim Percepatan Reformasi DJBC. Sejak tahun 2007 s.d. 2010, telah dibentuk kantor modern sebanyak 28 (dua puluh delapan) kantor dengan rincian 2 (dua) Kantor Pelayanan Utama, 3 (tiga) KPPBC Tipe Madya Cukai dan 23 (dua puluh tiga) KPPBC Tipe Madya Pabean (lampiran I). Pada tahun 2011, telah dibentuk kantor pelayanan modern sebanyak 11 (sebelas) kantor dengan rincian 7 (tujuh) KPPBC Tipe A2 menjadi KPPBC Tipe Madya Pabean B dan 4 (empat) KPPBC Tipe A3 menjadi KPPBC tipe Madya Pabean C (lampiran II). 71 REFORMASI DAN PERCEPATAN REFORMASI BIROKRASI DJBC Di tahun 2012 akan dilakukan pembentukan kantor pelayanan modern sebanyak 76 kantor dengan rincian: 2 (dua) KPPBC Tipe A2 menjadi KPPBC Tipe Madya Pabean B, 22 (dua puluh dua) KPPBC Tipe A3 menjadi KPPBC Tipe Madya Pabean C, dan 52 (lima puluh dua) KPPBC Tipe B menjadi KPPBC Pratama (lampiran III). Sehingga dari seluruh KPPBC (total berjumlah 115 kantor) akan selesai ditransformasikan menjadi Kantor Modern pada akhir tahun 2012. D. Pencapaian Reformasi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai tahun 2011 Pencapaian Reformasi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai tahun 2011 dijabarkan sesuai hasil Piloting penjaminan kualitas atas pelaksanaan reformasi birokrasi pada Kementerian Keuangan dengan uji petik di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang dilakukan oleh Tim QA Reformasi Birokrasi Nasional berdasarkan surat Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor B/1252/M. PAN-RB/05/2011 tanggal 11 Mei 2011 tentang Piloting Monev dan QA Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Kementerian Keuangan Republik Indonesia denga uji petik pada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Hasil Piloting penjaminan kualitas atas pelaksanaan reformasi birokrasi pada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai mencakup 8 (delapan) area perubahan reformasi birokrasi (tingkat mikro), 24 (dua puluh empat) sasaran, dengan menggunakan 42 (empat puluh dua) indikator dan 76 (tujuh puluh enam) parameter menunjukkan capaian aktual dengan nilai 91,21 dari skor maksimal 100 atau dengan kategori “sangat baik”. Skor tersebut berasal dari pencapaian aktual pengujian 8 (delapan) area perubahan sebagai berikut: Laporan KInerja 2011 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai No Area Perubahan/Program Bobot Skor Nilai Akhir 1 Pola Pikir dan Budaya Kerja 10 94,86 9,49 2 Penataan Peraturan Perundang-undangan 10 88,75 8,88 3 Penataan dan Penguatan Organisasi 10 90,00 9,00 4 Penataan Tata Laksana 10 90,50 9,05 5 Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur 20 96,88 19,38 6 Penguatan Pengawasan 10 87,98 8,80 7 Penguatan Akuntabilitas Kinerja 10 86,25 8,63 8 Peningkatan Kualitas Layanan Publik 20 90,00 18,00 Jumlah 100 91,21 Tabel di atas menunjukkan pelaksanaan 8 (delapan) area perubahan pada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai berada pada kategori sangat baik dan baik, namun secara keseluruhan masih terdapat area of improvement sebesar 8,79% untuk mencapai kondisi pelaksanaan reformasi birokrasi yang ideal. Berdasarkan analisa rasio yang dilakukan oleh Tim QA Reformasi Birokrasi Nasional dapat diketahui bahwa setiap Rp 1,00 belanja DJBC menghasilkan penerimaan negara sebesar Rp 50,64 pada tahun 2006 (sebelum reformasi birokrasi) meningkat menjadi Rp 60,47 pada tahun 2010. Setiap Rp 1,00 belanja pegawai menghasilkan Rp 220,08 pada tahun 2006 meningkat menjadi Rp 229,87 pada tahun 2010 dan setiap pegawai DJBC menghasilkan Rp 4,60 miliar penerimaan DJBC pada tahun 2006 72 Tiada Henti Memacu Diri Sepenuh Hati Melindungi Negeri meningkat menjadi Rp 8,97 miliar pada tahun 2010. Hal ini memberikan gambaran bahwa reformasi birokrasi yang dilakukan DJBC dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas pegawai. PERMASALAHAN DAN TANTANGAN REFORMASI BIROKRASI Permasalahan dan Kendala Reformasi Birokrasi a) Belum seiramanya proses reformasi pada instansi lain yang berkaitan dengan kegiatan pelayanan dan pengawasan Bea dan Cukai b) Kesadaran masyarakat/pengguna jasa yang masih kurang dalam rangka penegakan ketentuan yang menjadi tugas DJBC Tantangan Reformasi Birokrasi a) Free Trade Agreement b) Free Trade Zone dan Kawasan Ekonomi Khusus c) Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (M3PEI) d) Layanan Kepabeanan 24 jam sehari (24/7) e) Logistic Supply Chain Management F) Indonesia sebagai daerah pemasaran narkoba 73 74 Laporan KInerja 2011 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tiada Henti Memacu Diri Sepenuh Hati Melindungi Negeri HUBUNGAN KERJASAMA INTERNASIONAL C apaian kinerja rumusan kebijakan kerja sama in- 3. Rumusan Kebijakan yang berbentuk Surat Direktur ternasional di bidang kepabeanan yang sesuai dengan Jenderal kepada Mr. Arjun Goswami, Director of standar internasional tahun anggaran 2011 adalah seba- Regional Cooperation and Operations Coordination gai berikut: Division of Southeast Asia Department of ADB men- 1. Rumusan Kebijakan tentang Posisi Indonesia dan genai Survey on Rate of Errors/Ommisions by Private Agenda Pertemuan serta Agreed Minutes dalam The 1st Bilateral Meeting antara DJBC dan Korea Customs Service. Sector in BIMP-EAGA Priority Entry Points. 4. Rumusan Kebijakan yang berbentuk Surat dari Direktur Jenderal kepada Menteri Keuangan mengenai 2. Rumusan Kebijakan yang berbentuk Position Paper Rencana Penandatanganan draft Protocol 2 tentang dari Direktur Jenderal kepada PTRI Jenewa dan Ke- Designated of Frontier Post dan Protocol 7 tentang menterian Perdagangan pada Sidang Negotiating the ASEAN Customs Transit System (ACTS). Group on Trade Facilitation (NGTF) antara lain: a. Position Paper DJBC atas Komunikasi China Terkait Draft Terbaru Post Clearance Audit/Customs Audit; b. Position Paper DJBC atas Draft Consolidated Text Ne- 5. Rumusan Kebijakan yang berbentuk Surat dari Direktur Jenderal kepada Menteri Keuangan mengenai Usulan Posisi Nasional atas Rencana Pemberlakuan Skema Self Certification. gotiating Group on Trade Facilitation revisi ke-7 (TN/ TF/W/165/rev.7). 75 HUBUNGAN KERJASAMA INTERNASIONAL 6. Rumusan kebijakan terkait kerja sama regional di tingkat APEC berbentuk surat dari Direktur Jenderal kepada Dirjen Asia Pasifik dan Afrika, Kementerian Luar Negeri RI mengenai Masukan dan usulan DJBC untuk posisi nasional atas APEC Self Certification dan FTA terkait Skema APEC. 7. Rumusan Kebijakan yang berbentuk Surat dari Direktur Jenderal kepada Direktur Jenderal Kerja sama Perdagangan Internasional mengenai Penyampaian kesiapan DJBC dalam Implementasi Second Protocol to Amend the Agreement on Trade in Goods of the Framework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation ASEAN-China. 8. Rumusan Kebijakan yang berbentuk Surat dari Direktur Jenderal kepada Menteri Keuangan mengenai Laporan Perkem- bangan Rencana Penerapan Skema Self Certification dalam Kerangka ASEAN Trade In Goods (ATIGA). Laporan KInerja 2011 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai 9. Rumusan Kebijakan yang berbentuk Surat 76 Direktur Jenderal kepada Direktorat Kerjasama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan mengenai Pembahasan materi ROO untuk menghadapi perundingan IE-CEPA putaran ke-4. Tiada Henti Memacu Diri Sepenuh Hati Melindungi Negeri 77 78 Laporan KInerja 2011 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tiada Henti Memacu Diri Sepenuh Hati Melindungi Negeri TANTANGAN KE DEPAN DAN RENCANA AKSI S ecara umum, ada beberapa faktor yang menjadi d. Perjanjian perdagangan internasional dalam rangka tantangan DJBC ke depan dimana program antisipasi Free Trade Agreement (FTA) yang semakin berkem- terkait sistem pelayanan dan pengawasan di bidang bang baik secara bilateral maupun multilateral; Kepabeanan dan Cukai harus dipersiapkan perumusan- e. Kerangka kerja SAFE Framework of Standards (SAFE nya, yaitu: FoS) dari World Customs Organization dan strategi a. Rencana pembangunan, perluasan dan revitalisasi institusi kepabeanan dunia dalam menghadapi abad pelabuhan laut dan bandar udara, Pelabuhan laut: 21 (C 21); Tanjung Priok, Belawan, Pekanbaru, Jambi, Marunda f. Adanya tren yang dramatis dalam rangka pencega- dan Sorong; Bandar udara: Soekarno-Hatta, Kuala han lalu-lintas dan peredaran narkotika dan bahan Namu, Makassar, Cilamaya. adiktif lainnya pada tahun 2015; b. Penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan penetapan KEK di Sei Mangkei (Sumatera Utara) dan Tanjung Lesung (Banten); c. Rencana pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN g. Implementasi Pajak Rokok dan rencana ekstensifikasi cukai; h. Rencana pembentukan Badan Keamanan Laut yang merupakan transformasi dari Badan Koordinasi Keamanan Laut; (Asean Economic Community) yang akan diimple- i. Pengawasan yang lebih efektif terhadap Tempat mentasikan pada tahun 2020, namun dipercepat Penimbunan Berikat, KITE, KEK, Kapet dan Kawasan menjadi tahun 2015 dimana DJBC perlu memahami, Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (FTZ); menyiapkan dan mengimplementasikan salah satu j. Integrasi Teknologi Informasi dan Komunikasi yang strategi yang perlu dikembangkan dalam kerangka selaras dengan perkembangan customer oriented Customs Integration yaitu: Strategic Plan of Customs services dan dengan pesatnya perkembangan dunia Development; perdagangan dan industry. 79 TANTANGAN KEDEPAN DAN RENCANA AKSI Dalam konteks inilah, DJBC telah merumuskan langkah-langkah antisipatif dalam bentuk program kerja lanjutan yang dirumuskan secara berkelanjutan dari tahun 2012-2015. Program dan kegiatan tersebut dirumuskan dalam pilar-pilar sebagai berikut: 1. Legal framework dengan program antara lain: penyelesaian petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis UU Kepabeanan dan UU Cukai, penyempurnaan penerapan aturan pemasukan barang larangan dan/atau pembatasan, rencana implementasi pajak rokok, dan pengelolaan barang milik negara. 2. Organisasi, Sumber Daya Manusia dan Anggaran dengan program antara lain: revitalisasi struktur di Kantor Pusat, optimalisasi pengawasan DJBC di laut, transformasi KPPBC menjadi Kantor Modern, Capacity building, pembentukan role model untuk implementasi Nilai-nilai Kementerian Keuangan, pengembangan jabatan fungsional DJBC, dan utilisasi anggaran dengan berbasis kinerja. 3. Sarana dan prasarana dengan program antara lain: penyusunan website DJBC versi bahasa inggris, peningkatan kualitas perencanaan sarana operasi (kapal patrol, alat pemindai, senjata api dan anjing pelacak narkotika); 4. Sistem dan prosedur dengan program antara lain: profiling Perusahaan Pengurusan Jasa Kepabeanan, perluasan pengembangan otomasi sistem pelayanan dan pengawasan di bidang Kepabeanan dan Cukai, pengembangan rencana strategic AEO, pengembangan Tempat Pemeriksaan Fisik dalam Tempat Pemeriksaan Sementara untuk meningkatkan kelancaran customs clearance, dan penyempurnaan sistem dan prosedur pelayanan dan pengawasan di Kantor Pos dan terhadap Laporan KInerja 2011 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Perusahaan Jasa Titipan. Perumusan tantangan ke depan dan rencana aksi diatas merupakan satu kesatuan dengan perumusan visi Bea dan Cukai di tahun 2020 (Customs 2020) yang pokok pikirannya dapat digambarkan sebagai berikut: PAST 80 Speedy Move Now TRANSITION Kondisi FUTURE 1. LEGAL FRAMEWORK 2. SDM 3. ORGANISASI 4. SISTEM & PROSEDUR 5. SARANA - PRASARANA 6. ANGGARAN Tiada Henti Memacu Diri Sepenuh Hati Melindungi Negeri Pilar-pilar legal framework, SDM, organisasi, sistem dan 7. DJBC telah mengoptimalkan perannya di dalam kon- prosedur, sarana-prasarana dan anggaran merupakan teks regional dalam bentuk peran aktif dalam arus faktor kunci pengembangan rencana strategik dan ren- bebas barang (free flow of goods) dengan strategi cana aksi menuju Bea dan Cukai tahun 2020 yang sudah Customs Integration (AEC), kontribusi dirumuskan oleh DJBC secara integral dan komprehensif. Priority pada 8 actions dalam APEC (AEO, NSW dan Penegakan HAKI), dan pencapaian tertentu dalam Beberapa indikator keberhasilan bagi visi Bea dan Cukai arah strategi WCO C21. tahun 2020 adalah: 1. Legal framework untuk dukungan pelaksanaan tugas dan fungsi DJBC telah secara optimal ditetapkan beserta SOP untuk implementasinya; sionalisme serta dapat bersinergi dalam memberikan pelayanan prima dengan tetap melakukan perbaikan secara terus-menerus; telah menata struktur dan a. Pembangunan Customs Narcotics Intelijen System (CNIS); 2. SDM DJBC telah mencapai standard integritas, profe- 3. DJBC Bidang Pengawasan b. Penyempurnaan Sistem Monitoring Narkotika, Psikotropika dan Prekursor (SIMONA); c. Capacity Building meliputi workshop CNT Advance, Training x-ray/trace detector, pengembangan Anjing mekanisme organisasi yang modern secara normatif dan substantif sesuai standard yang telah ditetapkan; 4. Dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya, DJBC mendapatkan dukungan sarana-prasarana dan anggaran yang optimal; 5. DJBC telah menetapkan dan mengimplementasikan proses bisnis yang standard, efektif dan efisien; Pelacak Narkotika (K-9), Asistensi terkait NPP; d. Koordinasi dengan Subdirektorat Sarana Operasi dalam hal penyediaan sarana penunjang pengawasan NPP, meliputi : - Peralatan penditeksi narkotika,psikotropika dan prekursor (NPP) seperti body scanner, x-ray scanner dual view, Trace Detector ionscan, portable FTIR, Narkotest dan Anjing Pelacak Narkotika; 6. DJBC memainkan peran optimal dalam rangka: kea- e. Permintaan Training Aid asli yang bersumber dari pe- manan dan fasilitasi perdagangan, pembangunan nyisihan NPP kasus penindakan kepada Badan Narko- kemitraan Customs to Customs dan Customs to Busi- tika Nasional, yang digunakan untuk pelatihan K-9 ness, dan dukungan terhadap efisiensi dan efektivi- milik Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. tas manajemen rantai pasokan, sesuai standard yang ditetapkan dalam SAFE FoS; 81 82 Laporan KInerja 2011 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tiada Henti Memacu Diri Sepenuh Hati Melindungi Negeri PENDING MATTERS B idang Kepabeanan 1. Direktorat Audit Pending matters yang belum diselesaikan pada tahun 2011 dan akan dilanjutkan pada tahun 2012 adalah Rancangan Peraturan Direktur Jenderal sebagai tindak lanjut dari Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 200/PMK.04/2011 tanggal 9 Desember 2011 tentang Audit Kepabeanan dan Audit Cukai yang terdiri iii. Rancangan Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cu- dari : kai (RPDJ) tentang Tatalaksana Audit Kepabeanan i. Rancangan Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cu- dan Audit Cukai; kai (RPDJ) tentang Standar Audit Kepabeanan dan Audit Cukai; ii. Rancangan Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cu- iv. Rancangan Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai (RPDJ) tentang Evaluasi Hasil Audit Kepabeanan dan Audit Cukai; kai (RPDJ) tentang Sertifikasi Auditor, Ketua Auditor, v. Rancangan Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cu- Pengendali Teknis Audit, dan Pengawas Mutu Audit kai (RPDJ) tentang Monitoring Tindak Lanjut Hasil Bea dan Cukai; Audit. 83 PENDING MATTERS 2. Direktorat Kepabeanan Internasional Laporan KInerja 2011 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Program Kerja 2011 Pencapaian Kendala Target dan Program Kerja 2012 Pending Matters Keterangan Indonesia-EFTA Comprehensive Economic Partnership Agreement (IE-CEPA) Telah dilaksanakan perundingan hingga putaran ketiga yang berlangsung pada tanggal 1-4 November 2011 di Bali Terdapat perbedaan posisi antara Indonesia dengan EFTA mengenai: - Self-Declaration dalam penerbitan Certificate of Origin - Skema Importation by Installment - Importation Requirement terkait persyaratan SKA Perundingan putaran keempat Perundingan putaran keempat KERJA SAMA MULTILATERAL Negotiating Group on Trade Facilitation (NGTF) Hingga akhir tahun 2011, perundingan telah menghasilkan Draft Consolidated Negotiation Text TN.TF.W Rev.11 Masih banyak terdapat ketidakpahaman dan ketidaksepahaman antara Developing Countries dan Least Developing Countries mengenai pemberlakuan ketentuan WTO. Oleh karena itu perundingan belum dapat difinalisasi dan disepakati. Mematangkan kembali isi dari Draft TN.TF.W Rev.11 dengan menghasilkan kesepakatan yang dapat menjembatani kepentingan pihak Developing Countries dan Least Developing Countries. Sampai saat ini, terdapat beberapa pasal yang belum disepakati, antara lain pasal 10, 11, 12, 13 Section I, serta keseluruhan Section II KERJA SAMA MULTILATERAL ATA Carnet Telah dilakukan penerjemahan dan pengkajian Batang tubuh dan annex A dari Istanbul Convention sesuai target yang direncanakan a. Penentuan Pemilihan Annex yang akan diterjemahkan dan dikaji untuk kemudian diratifikasi berada pada KADIN selaku calon National Issuing Guarantee Agent (NIGA) b. Masukan dari KADIN selaku NIGA mengenai Annex yang dipilih untuk diratifikasi hingga akhir tahun 2011 belum diterima 1. Melanjutkan pengkajian dan penerjemahan annex yang akan diratifikasi 2. Melakukan koordinasi dan memberikan bimbingan kepada KADIN agar mempersiapkan diri sebagai NIGA Mendorong KADIN agar dapat menyampaikan masukan annex yang dipilih untuk diratifikasi KERJA SAMA MULTILATERAL Penandatangan Akan ditandatangani pada ASEAN Finance Ministers Meeting (AFMM) yang diperkirakan akan dilaksanakan pada bulan April 2012 KERJA SAMA REGIONAL c. Dari internal DJBC sendiri hingga akhir tahun 2011 belum dapat diperoleh database yang spesifik mengenai tujuan impor sementara dari seluruh kegiatan impor sementara Indonesia sebagai bahan pertimbangan Annex yang perlu diratifikasi. ASEAN Agreement on Customs (AAC) Pada ASEAN Finance Minister Meeting (AFMM) ke-12 April 2008 di Danang – Viet Nam, disepakati pemberian mandat kepada ASEAN Customs Forum untuk melakukan amendment atas ASEAN Agreement on Customs 1997. Telah diselesaikan pembahasan substansi AAC yang garis besarnya antara lain berisi: a.Customs procedures and formalities b.Customs control c.Tariff Nomenclature d.Customs valuation e.Risk managemen. f.Post Clearance audit g.Information Exchange Pemerintah Thailand masih menunggu masukan akhir dari parlemennya. 3. Direktorat Teknis Kepabeanan Beberapa pending matters yang belum selesai pada tahun 2011 dan akan dilanjutkan pada tahun 2012 adalah sebagai berikut : 84 Tiada Henti Memacu Diri Sepenuh Hati Melindungi Negeri 1. Untuk kegiatan pemberian ijin importir MITA Jalur Prioritas dan Non Prioritas, masih ada hal-hal dalam 4. Sekretariat pembahasan yaitu : Pending Matters (Hal-hal yang belum terselesaikan di Rancangan Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cu- Tahun 2011) antara lain: Belum tersedianya gedung kai tentang Penetapan Perusahaan Uji Coba MITA arsip yang memadai. Non Prioritas menjadi importir MITA Non Prioritas sejumlah 159 Perusahaan dengan dasar pertim- Bidang Pengawasan bangan : a. Pembangunan Customs Narcotics Intelijen System (CNIS); a. Rekomendasi dari KPU BC Tanjung Priok. b. Rekomendasi profil importir dan data pelangga- b. Penyempurnaan Sistem Monitoring Narkotika, Psikotropika dan Prekursor (SIMONA); ran dari Direktorat P2. c. Capacity Building meliputi workshop CNT Advance, c. Rekomendasi dari Direktorat Audit. Training x-ray/trace detector, pengembangan Anjing d. Rekomendasi skor registrasi dan data kegiatan Pelacak Narkotika (K-9), Asistensi terkait NPP; importir dari Direktorat IKC. yang akan d. Koordinasi dengan Subdirektorat Sarana Operasi melakukan studi dan mempersiapkan program AEO. dalam hal penyediaan sarana penunjang penga- 2. Pembentukan gugus tugas khusus wasan NPP, meliputi : 3. Akan dilakukan evaluasi terhadap Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 214/PMK.04/2008 tanggal Peralatan penditeksi narkotika,psikotropika dan 16 Desember 2008 tentang Pemungutan Bea Keluar, prekursor (NPP) seperti body scanner, x-ray scan- mengingat dalam pelaksanaan di lapangan terdapat ner dual view, Trace Detector ionscan, portable FTIR, beberapa permasalahan yang dapat menghambat Narkotest dan Anjing Pelacak Narkotika; pelayanan di bidang ekspor. e. Permintaan Training Aid asli yang bersumber dari 4. Pembahasan masalah-masalah yang berkaitan den- penyisihan NPP kasus penindakan kepada Badan gan FTA akan terus dilaksanakan, antara lain menge- Narkotika Nasional, yang digunakan untuk pelatihan nai : K-9 milik Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. a. Sosialisasi dan asistensi AANZ-FTA PMK AANZ FTA terbit pada bulan November 2011 dan sampai saat ini belum diadakan sosialisasi. b. Transposisi HS 2002 ke 2007 untuk AJCEP. c. Rancangan PMK yang mencakup keseluruhan FTA yang telah diberlakukan Dalam hal pelayanan Penetapan Klasifikasi Sebelum Impor, direncanakan untuk meng- update peraturan tentang PKSI melalui rancangan perubahan Kep Dirjen tentang Layanan dan Prosedur PKSI. 85 86 Laporan KInerja 2011 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tiada Henti Memacu Diri Sepenuh Hati Melindungi Negeri ISSUE PENTING DAN INOVASI BARU I su Penting Isu penting yang ada terkait tupoksi Direktorat Kepabeanan Internasional antara lain kesiapan Indonesia (DJBC) dalam mengantisipasi rencana ditandatanganinya Protocol 2 tentang Frontier Posts dan Protocol 7 tentang ASEAN Customs Transit Systems (ACTS) sebagai amanat pelaksanaan ASEAN Framework Agreement on Facilitation Goods in Transit (AFAFGT) 1998. Dalam tahun 2011 Direktorat Informasi Kepabeanan dan Cukai memulai langkah pengembangan sistem aplikasi tersentralisasi. 87 ISSUE PENTING DAN INOVASI BARU Inovasi Baru Pada bulan Desember 2011 telah diselesaikan 3 (tiga) konsep kajian terkait inovasi baru, sebagai berikut: Laporan KInerja 2011 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai No 88 Inovasi Baru Keterangan 1 FTA Unit DJBC 1. Latar belakang: • Keterlibatan indonesia dalam skema FTA • Kemungkinan bertambahnya skema FTA • Banyaknya pertemuan terkait FTA yang cukup menyita waktu dan sumber daya • Perlu database dan monitoring khusus FTA 2. Kondisi saat ini: • DJBC memiliki kerja sama non FTA (Customs Forum) dan FTA • Keterbatasan sumber daya • Tatalaksana FTA dibuat oleh Dit. TK, tapi kerja sama oleh Dit. KI 3. Identifikasi tugas dan fungsi: • Tahap negosiasi • Tahap Implementasi • Tahap Evaluasi 4. Usulan sebagai unit struktural: • Perlu unit yang bertanggung jawab penuh dan berkelanjutan • Unit struktural setingkat Eselon III • Dit. KI saat ini baru memiliki 3 Subdit, dengan masing-masing 3 Kasi. 2 Atase Keuangan di China 1. Dasar hukum: • Surat Menpan No. B/2572/M.PAN/12/2005 tentang Penempatan Atase Keuangan di Beberapa Perwakilan RI di Luar Negeri • Peraturan Menlu No. 04 tahun 2009 tentang Pejabat Dinas Luar Negeri Diplomatik dan Konsuler • Kep. Menlu No. SK.06/A/OT/VI/2004/01 tahun 2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri 2. Kondisi saat ini: • DJBC memiliki 4 orang pejabat sebagai Atase Keuangan (Singapura, Hongkong, Jepang, Brussels) • Neraca Perdagangan Indonesia-Cina yang tinggi • Cina merupakan mitra Free Trade Area dengan ASEAN • Surat Keterangan Asal dari Cina perlu mendapat perhatian lebih lanjut 3. Usulan Penambahan Atase Keuangan di China. 3 Eselon IV pada Perwakilan DJBC di Brussels 1. Latar belakang: • WCO adalah satu-satunya organisasi intergovernmental dunia yang menyuarakan kepentingan Pabean sedunia • WCO merupakan forum dialog dan kerjasama internasional, dengan jumlah anggota 176 Administrasi Pabean • Indonesia menjadi anggota WCO sejak tahun 1957 • Atase Keuangan di Brussels tidak hanya menangani kegiatan terkait WCO tetapi juga di WTO dan Wilayah Eropa secara keseluruhan 2. Kondisi saat ini: • Pertemuan/sidang dalam setahun yang diadakan oleh WCO berjumlah antara 25-30 • Terdapat pertemuan-pertemuan informal yg merupakan bagian dari lobby yg dilakukan negara anggota • Pertemuan/sidang tersebut hampir seluruhnya dihadiri oleh Atase Keuangan/Bea Cukai pada KBRI Brussels • Pd beberapa pertemuan dihadiri pula oleh delegasi DJBC lainnya • Atase Keuangan/Bea dan Cukai pada KBRI Brussel juga sering ditugaskan untuk menghadiri petemuan/sidang yang diadakan oleh WTO, ASEM, Uni Eropa, dan pertemuanpertemuan lainnya • Beban kerja Atase Keuangan/Bea dan Cukai pada KBRI Brussel yg sangat tinggi • Keterbatasan waktu dan biaya dalam pengurusan permohonan izin bagi delegasi dari DJBC untuk mengikuti sidang/pertemuan 3. Usulan penambahan Eselon IV pada perwakilan DJBC di Brussels. Tiada Henti Memacu Diri Sepenuh Hati Melindungi Negeri Pengembangan Authorized Economic Operator (AEO) BC/2011 tanggal 31 Oktober 2011 tentang Petun- 1. Studi lebih lanjut terhadap rencana pembangunan juk Pelaksanaan Penelitian Ulang dan / atau Nilai program AEO di Indonesia, mencakup cost benefit Pabean. Penerbitan PMK tersebut bertujuan mem- analysis serta perbandingan antara program AEO berikan kepastian hukum dalam rangka pelaksanaan dengan program fasilitas yang penelitian ulang oleh Direktur Jenderal Bea dan Cu- sedang berjalan seperti MITA; 2. Disseminasi informasi dan pengetahuan tentang kai atau pejabat yang ditunjuk. Latar belakang diterbitkannya peraturan tersebut mengacu pada : konsep SAFE Framework of Standard (SAFE FoS) - Pejelasan pasal 17 UU Nomor 17 tahun 2006, WCO dan program AEO kepada seluruh pemangku bahwa Direktur Jenderal dapat menetapkan kepentingan (internal-eksternal DJBC); 3. Di bidang ekspor, telah diputuskan untuk melakukan penagihan terhadap PEB yang berpotensi menimbulkan kekurangan pembayaran Bea Keluar akibat pelanggaran ketentuan pasal 7 dan pasal 8 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 214/PMK.04/2008 melalui mekanisme penelitian ulang dan audit kepabeanan. Keputusan untuk melakukan penagihan tersebut sebenarnya mengandung kelemahan karena potensi kekurangan Bea Keluar disebabkan oleh kesalahan dalam pelaksanaan pelayanan ekspor oleh KPPBC untuk komoditi yang terkena Bea Keluar. Keputusan untuk melakukan penagihan tersebut selain ditujukan untuk pengamanan keuangan Negara juga agar pegawai/pejabat Bea dan Cukai maupun eksportir lebih paham tentang ketentuan di bidang ekspor. Total tagihan yang telah dilaporkan adalah sebesar Rp 284.218.113.175,-. Jumlah ini adalah jumlah tagihan dari 4 kanwil yaitu : Kanwil Kalimantan Bagian Barat, Kanwil Kalimantan Bagian Timur, Kanwil Riau-Sumbar, dan Kanwil Sumatera Bagian Selatan. 4. Diterbitkannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 122/PMK.04/2011 tanggal 1 Agustus 2011 Tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 51/PMK.04/2008 tentang Tata Cara Penetpan Tarif, Nilai Pabean, dan Sanksi Administrasi serta Penetapan Direktur Jenderal Bea dan Cukai atau Pejabat Bea dan Cukai. Untuk petunjuk pelaksanaannya telah diterbitkan Perdirjen Nomor : 45/ kembali tarif dan nilai pabean untuk penghitungan bea masuk dalam jangka waktu 2 (dua) tahun terhitung sejak tanggal pemberitahuan pabean melalui penelitian ulang dan audit kepabeanan; - Pasal 10 PMK Nomor : 51/PMK.04/2008, bahwa Direktur Jenderal dapat menetapkan kembali tarif dan / atau nilai pabean dalam jangka waktu 2 (dua) tahun sejak tanggal pendaftaran pemberitahuan pabean impor apabila hasil dari penelitian ulang berbeda dengan penetapan Pejabat Bea dan Cukai. Bidang Pengawasan Untuk tahun 2012 target dan program kerja yang akan dilaksanakan tidak jauh berbeda dengan apa yang telah dilaksanakan pada tahun 2011. Secara garis besar program kerja tersebut meliputi : 1. Melaksanakan operasi pengawasan kegiatan impor di pelabuhan laut dan Bandar udara, khususnya di tempat yang rawan terjadinya pelanggaran kepabeanan; 2. Melaksanakan operasi pengawasan atas kegiatan perusahaan penerima fasilitas KB, GB dan KITE guna mencegah terjadinya penyalahgunaan fasilitas kepabeanan dan cukai; 3. Melaksanakan operasi patrol laut, khususnya di wilayah perairan Selat Malaka dan perairan Pantai Timur Sumatera, dan tidak menutup kemungkinan di 89 wilayah perairan lainnya guna mencegah terjadinya penyeludupan melalui laut; 4. Melaksanakan operasi pengawasan kegiatan ekspor untuk mencegah terjadinya ekspor fiktif dan ekspor barang larangan dan pembatasan serta pelarian pajak ekspor (PE); 5. Melaksanakan operasi pengawasan atas produk hasil tembakau yang dilekati pita cukai palsu, dilekati pita cukai yang bukan haknya (salah personalisasi), dilekati pita cukai yang tidak sesuai peruntukannya, dilekati pita cukai bekas, tidak dilekati pita cukai (rokok polos) dan pemalsuan pita cukai; 6. Melaksanakan operasi pengawasan atas peredaran MMEA impor yang tidak dilekati pita cukai, dilekati pita cukai palsu, pelanggaran lainnya dan pengeluaran MMEA local yang tidak sesuai prosedur dan/atau tidak membayar cukai; 7. Melakukan operasi pemantauan dan pengawasan terhadap kegiatan pengangkutan barang antar pulau; 8. Mengkoordinasikan persiapan pelaksanaan Patroli Terkoordinasi Kastam Indonesia Malaysia (Patkor Kasti- Laporan KInerja 2011 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai ma) di wilayah perairan Selat Malaka yang rutin diadakan setiap tahun; 9. Mengkoordinasikan pelaksanaan rapat koordinasi pengawasan di bidang kepabeanan dan cukai; 10.Pelaksanaan tugas-tugas yang bersifat insidentil; 11.Pelaksanaan tugas-tugas rutin lainnya Sedangkat terkait dengan bidang penyidikan target dan program kerja yang akan dilaksanakan pada tahun 2012 : 1. Penyelenggaraan pelatihan PPNS baru dan peningkatan kapasitas PPNS yang telah ada. 2. Melaksanakan bimbingan teknis dan evaluasi pelaksanaan penyidikan di kantor-kantor DJBC. 3. Melanjutkan program penyusunan petunjuk material dan formal penyidikan DJBC. Menyusun kesepakatan bersama dengan instansi lain terkait pelaksanaan penegakan hukum Kepabeanan dan Cukai. 90 Tiada Henti Memacu Diri Sepenuh Hati Melindungi Negeri 91 92 Laporan KInerja 2011 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tiada Henti Memacu Diri Sepenuh Hati Melindungi Negeri PENUTUP P encapain kinerja DJBC pada tahun 2011 tidak kan yang telah dilakukan DJBC. Transparency Interna- terlepas dari arahan dan bimbingan dari para pimpinan tional menyatakan bahwa reformasi kepabeanan dan terutama di jajaran Kementerian Keuangan yang terus cukai turut berperan dalam mendongkrak nilai Index mendorong DJBC untuk melakukan perubahan atau Persepsi Korupsi Negara Indonesia, bahkan WCO se- reformasi secara menyeluruh baik terkait dengan pe- bagai wadahnya organisasi kepabeanan dunia menya- nataan organisasi, penyempurnaan proses bisnis, mau- takan bahwa program-program yang dilakukan DJBC pun peningkatan disiplin dan manajemen Sumber Daya telah berada pada track yang benar. Penilaian Inisiatif Manusia. Hal ini juga didukung oleh niat yang tulus dari Anti Korupsi (PIAK) yang dilakukan KPK juga menem- seluruh jajaran Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk patkan DJBC pada peringkat kedua dengan nilai yang terus memperbaiki diri untuk menjadi institusi yang baik cukup baik. Untuk itu momentum reformasi harus sesuai dengan visi dan misinya, serta untuk dapat men- terus dijaga, dikembangkan, dan dilaksanakan secara jalankan tugas dan tanggung jawab yang sudah diamat- berkesinambungan demi tercapainya tujuan yang dic- kan oleh undang-undang serta dikawal melalui program ita-citakan. reformasi birokrasi yang berkelanjutan (Customs Reform Pada tanggal 5 November 2010 telah kita canangkan Sustainability). Program reformasi yang telah dijalankan Pelaksanaan Program Reformasi Lanjutan Kepabeanan telah menunjukkan hasil yang positif terkait dengan ki- dan Cukai. Sesuai dengan arahan Menteri Keuangan, nerja dan citra. Hasil survey dari beberapa pihak yang pencanangan program reformasi lanjutan ini harus independen juga menunjukkan bahwa terdapat pening- dapat menjamin tercapainya target penerimaan yang katan persepsi pengguna jasa terhadap upaya perbai- dibebankan kepada DJBC, mengurangi keluhan peng- 93 PENUTUP guna jasa, serta meningkatkan kinerja dan citra melalui inovasi dan revitalisasi tata nilai dan budaya kerja, organisasi, system dan prosedur, serta Sumber Daya Manusia. Program Reformasi Lanjutan dituangkan dalam Matrik Rencana Tindak Program Reformasi Lanjutan Kepabeanan dan Cukai yang meliputi 30 Inisiatif, 74 Strategi, dan 168 program solusi, yang terbagi menjadi 2 inisiatif rencana tindak terkait tata nilai dan budaya kerja, 4 inisiatif rencana tindak terkait organisasi, 21 inisiatif rencana tindak terkait sistem dan prosedur, dan 3 inisiatif rencana tindak terkait Sumber Daya Manusia. Dengan rencana tindak tersebut diharapkan tujuan reformasi dapat tercapai yaitu: 1. Mengoptimalkan fungsi utama DJBC sebagai revenue collector, trade facilitator, industrial assintance, dan community protector. 2. Memberikan pelayanan yang cepat, efisien, responsif dan transparan berdasarkan prin- Laporan KInerja 2011 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sip “good governance”. 94 3. Meningkatkan hubungan kemitraan dan kepatuhan mitra kerja DJBC. 4. Meminimalkan biaya pemenuhan kewajiban kepabeanan dan cukai (compliance cost). Tiada Henti Memacu Diri Sepenuh Hati Melindungi Negeri 95 PIMPINAN DJBC Laporan KInerja 2011 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Direktur Jenderal, Sekretaris Direktorat Jenderal, Direktur, Kepala Pusat Kepatuhan Internal dan Tenaga Pengkaji 96 Ir. Agung Kuswandono, MA NIP. 196703291991031001 DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI Tiada Henti Memacu Diri Sepenuh Hati Melindungi Negeri Ir. Azhar Rasyidi, MA SEKRETARIS DIREKTORAT JENDERAL NIP. 196303211991031002 DR. Heri Kristiono, S.H., M.A. DIREKTUR TEKNIS KEPABEANAN NIP. 195308161973071001 Drs. Nasar Salim, M.Si DIREKTUR FASILITAS KEPABEANAN NIP. 195307011981081001 97 Drs. Iswan Ramdana, M.Si DIREKTUR CUKAI NIP. 060044391 Laporan KInerja 2011 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Ir. Rahmat Subagio DIREKTUR PENINDAKAN DAN PENYIDIKAN NIP. 196411091991031002 Drs. Hanafi Usman DIREKTUR AUDIT NIP. 195212291975101001 98 Tiada Henti Memacu Diri Sepenuh Hati Melindungi Negeri Drs. Frans Rupang DIREKTUR KEPABEANAN INTERNASIONAL NIP. 195305101975101001 Drs. Kushari Suprianto, Ak. M.M., M.E. DIREKTUR PENERIMAAN DAN PERATURAN KEPABEANANDAN CUKAI NIP. 196610021991031001 Susiwijono, S.E. DIREKTUR IKC NIP. 196907071989121001 Ir. Yusmariza, MA KEPALA PUSAT KEPATUHAN INTERNAL NIP. 196504231991031001 99 Ir. B.Wijayanta B. M.,M.A. TENAGA PENGKAJI BIDANG PENGEMBANGAN KAPASITAS DAN KINERJA ORGANISASI NIP. 196407031991031001 Mohammad Aflah Farobi, S.Sos., MM Laporan KInerja 2011 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai TENAGA PENGKAJI BIDANG PELAYANAN DAN PENERIMAAN KEPABEANAN DAN CUKAI NIP. 196602011986011001 100 DR. Robert Leonard Marbun, S.IP., MPA. TENAGA PENGKAJI BIDANG PENGAWASAN DAN PENEGAKAN HUKUM KEPABEANAN DAN CUKAI NIP. 197006231996031001 Tiada Henti Memacu Diri Sepenuh Hati Melindungi Negeri 101