available here

Transcription

available here
Seri Memoria Passionis No. 19
MEMO
RIA P
ASSI
ONIS D
APU
A
MEMORIA
PA
SSIO
DII P
PAPU
APUA
TAHUN 2006
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
ii
MEMO
RIA P
ASSI
ONIS D
APU
A
MEMORIA
PA
SSIO
DII P
PAPU
APUA
TAHUN 2006
diterbitkan oleh:
OFFICE FOR JUSTICE
AND PEACE
CATHOLIC DIOCESE OF JAYAPURA
SEKRETARIAT KEADILAN
DAN PERDAMAIAN
KEUSKUPAN JAYAPURA
2008
iii
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
MEMORIA PASSIONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
Penulis:
Tim SKP Jayapura
Editor:
Hanif Suranto
layout & desain cover:
Muid Mularnoidin
Korektor:
Nadjib Abu Yasser
Cetakan Pertama 2008
Hak Cipta © SKP JAYAPURA
Perpustakaan Nasional RI: Katalog Dalam Terbitan (KDT)
SKP Jayapura, Tim
MEMORIA PASSIONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
Cetakan Pertama, Jakarta: SKP JAYAPURA , 2008
xxii + 424 halaman; 14 x 21 cm
ISBN 979-9381-03-7
SKP JAYAPURA:
Jl. Kesehatan No. 4 Dok II Jayapura
Phone / Fax.:(62) (967)-534993
Website: www.hampapua.org
Email: [email protected]
iv
dipersembahkan bagi
mereka yang dibungkam karena
menyuarakan kebenaran
v
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
vi
DAFTAR ISI
Kata Pengantar––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––xiii
Daftar Singkatan––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––xv
Bab I
KEKERASAN DAN KETAKUTAN DI AWAL TAHUN–––––––xxii
Papua Aktual Januari – Maret 2006
Penulis : A.F. Sari Rosa Moiwend
BAGIAN I
LINTASAN PERISTIWA HAK ASASI MANUSIA––––––––––1
A. Situasi Hak-Hak Sipil dan Politik––––––––––––––––––––––1
A.1 Irian Jaya Barat (IJB) VS Otsus–––––––––––––––––––––––1
A.2 Hiruk Pikuk Pilkada Gubernur Papua
A.3 Kasus 16 Maret 2006
A.4 Catatan Mengenai Kebebasan Warga
B. Situasi Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya
B.1 Kesejahteraan
B.2 Hak Atas Kesehatan: Wabah HIV-AIDS
B.3 Perlindungan Terhadap Perempuan dan Anak
B.4 Hak Atas Pendidikan
B.5 Pengurasan Sumberdaya Alam
B.6 Penyelengaraan Pemerintahan
BAGIAN II
ANALISIS LINTASAN PERISTIWA
A. Hak-Hak Sipil dan Politik
A1 Irian Jaya Barat (IJB) Versus Otsus
A.2 Hiruk Pikuk Pilkada Gubernur Papua
A.3 Kasus Abepura 16 Maret 2006: Cermin Realita Konflik Yang
Terpendam?
vii
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
B. Hak-Hak Ekonomi Sosial dan Budaya
B.1 Kesejahteraan Masyarakat
B.2 Hak Atas Pekerjaan: CPNS dan PKL
B.3 Hak Atas Kesehatan: Wabah HIV-AIDS?
B.4 Perlindungan Terhadap Perempuan Dan Anak
B5 Hak Atas Pendidikan: Minimnya Tenaga Guru
B.6 Pengurasan Sumber Daya Alam
B.7 Penutup: Penyelenggaraan Pemerintahan
Bab II
BOROK-BOROK DITELANJANGI
Papua Aktual April – Juni 2006
Penulis : J. Budi Hernawan, ofm
BAGIAN I
LINTASAN PERISTIWA HAK ASASI MANUSIA
A. Hak-Hak Sipil dan Politik
A.1 Hebohnya Pencari Suaka
A.2 Konflik Pilkada Gubernur Papua
A.3 Pengadilan Kasus Abepura 16 Maret 2006
A.4 Konflik PT Freeport Indonesia
A.5 Pertahanan Dan Keamanan
B. Hak-Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya
B.1 Kasus-Kasus Korupsi
B.2 Simpang-Siur Otsus
B.3 Keterpurukan Pelayanan Kesehatan
B.4 Perlindungan Terhadap Perempuan Dan Anak
B.5 Kebijakan Pendidikan Yang Timpang
B.6 Pasar Di Jayapura
viii
BAGIAN II
ANALISIS PERISTIWA
A. Hak Hidup
B. Dicari: Pemimpin Papua
C. Mengadili Kebebasan Warga
D. Keamanan atau Pengawasan?
E. Sandiwara Politik: Obral Janji Kemakmuran
F. Orang Kecil Tetap Tersingkir
Bab III
TANAH PAPUA RUMAH KITA, BELUM AMAN?
Papua Aktual Juli– September 2006
Penulis : A.F. Sari Rosa Moiwend
BAGIAN I
LINTASAN PERISTIWA HAK ASASI MANUSIA
A.Situasi Hak-Hak Sipil dan Politik
A.1 Kebebasan Warga
A.2 Pertahanan Dan Keamanan
A.3 Penyelenggaraan Pemerintahan
A.4 Penanganan Konflik
A.5 Aspirasi ‘M’ (Merdeka)
A.6 Pemekaran VS Otsus
B. Situasi Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya
B.1 Hak Atas Pendidikan
B.2 Hak Atas Kesehatan
B.3 Kesejahteraan Umum
B.4 Pengelolaan Sumber Daya Alam
ix
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
BAGIAN II
ANALISIS LINTASAN PERISTIWA
A. Hak-Hak Sipil Dan Politik
A.1 Kebebasan Warga
A.2 Pertahanan Dan Keamanan
A.3 Penyelenggaraan Pemerintahan
A.4 Penanganan Konflik
B. Hak-Hak Ekonomi Sosial dan Budaya
B1 Hak Pendidikan
B.2 Hak Atas Kesehatan
B.3 Kesejahteraan Umum
B.4 Pengelolaan Sumber Daya Alam
Bab IV
TUTUP TAHUN DENGAN KECEMASAN
Papua Aktual Oktober – Desember 2006
Penulis : Toni Nuwa Wonga, ofm dan A.F.Sari Rosa Moiwend
BAGIAN I
LINTASAN PERISTIWA HAK ASASI MANUSIA
A. Situasi Hak-Hak Sipil dan Politik
A.1 Kebebasan Warga
A.2 Pertahanan Dan Keamanan
A.3 Penyelenggaraan Pemerintahan
A.4 Penanganan Konflik
A5 Aspirasi ‘M’ (erdeka)
A.6 Pemekaran VS Otsus
B. Situasi Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya
B.1 Hak Atas Pendidikan
B.2 Hak Atas Kesehatan
x
B.3 Kesejahteraan Umum
B.4 Pengelolaan Sumber Daya Alam
BAGIAN II
ANALISIS LINTASAN PERISTIWA
A. Hak-hak Sipil dan Politik
A.1 Kebebasan Warga
A.2 Pertahanan Dan Keamanan
A.3 Penyelenggaraan Pemerintahan
A.4 Penanganan Konflik
A.5 Aspirasi ‘M’ (erdeka)
A.6 Pemekaran VS Otsus
B. Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya
B.1 Substansi Pendidikan Belum Tersentuh
B.2 Angan-angan Hidup Sehat
B.3 Kesejahteraan Umum
B.4 Pengelolaan Sumber Daya Alam
LAMPIRAN-LAMPIRAN
PROFIL SKP
xi
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
xii
KATA PENGANTAR
Di penghujung tahun 2008 ini, Sekretariat Keadilan dan Perdamaian
(SKP) Keuskupan Jayapura kembali menerbitkan Seri Memoria Passionis No.
19 yang berjudul Memoria Passionis Tahun 2006: catatan HAM dan sosial politik
di Tanah Papua. Dua tahun sudah berlalu dan ingatan kita yang pendek telah
disibukkan oleh peristiwa-peristiwa baru yang tak jarang membutuhkan
jawaban segera. Kasus-kasus besar yang terjadi dalam dua tahun terakhir
seperti hiruk pikuk pemekaran, sengketa pilkada, kasus-kasus kekerasan
terbaru, bencana alam, kelangkaan minyak tanah, dinamika aspirasi
M(erdeka)—semuanya telah menenggelamkan masa lampau di bawah masa
kini. Karenanya tak heran jika peristiwa yang sudah lewat tinggal sebagai
kenangan akan masa lampau yang pahit dan hanya akan bangkit saat peristiwa
baru mengusiknya. Inilah memoria passionis, ingatan akan penderitaan sebangsa.
Catatan-catatan dalam buku ini tak lain merupakan upaya menggemakan
suara-suara mereka yang dibungkam karena menyuarakan kebenaran.
Tak banyak kenangan manis di masa lampau yang bisa diingat sehingga
wajarlah jika kenangan itu tak ingin dibangkitkan lagi oleh publik. Meski
demikian, SKP Jayapura tetap setia mendokumentasikan cerita-cerita kecil
rakyat Papua yang merekam kehidupan nyata harian rakyat Papua di berbagai
tempat di Tanah Papua yang mencakup dimensi hak-hak sipil dan politik
serta hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya seperti dirumuskan dalam dua
kovenan PBB tentang daftar hak-hak tersebut.
Dimensi hak-hak sipil dan politik mencakup kebebasan warga (civil liberties)
yang akhirnya mengerucut menjadi pertanyan mengenai perlindungan hak
hidup orang Papua; dinamika pertahanan dan keamanan yang menjadi unsur
amat kuat dalam kebijakan pembangunan di Papua; pergumulan pemerintah
dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih dan melayani kepentingan
masyarakat; berbagai konflik di Papua dan usaha-usaha menanganinya;
dinamika gerakan aspirasi M(erdeka) yang nyata-nyata hidup di hati banyak
orang di Tanah Papua; dan akhirnya dinamika Otsus yang terus digerogoti
dengan pemekaran dan sengketa politik di antara elit politik negeri ini dan
xiii
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
berbagai lembaga negara yang terkait di dalamnya. Potret peristiwa ini pantas
dicermati agar kita menangkap dengan lebih baik apa yang ada di bawah
permukaan dan apa yang dicitrakan oleh media.
Potret kita tidak lengkap jika kita tidak mendalami dimensi ekonomi,
sosial, dan budaya yang tak lain menjadi prioritas pelaksanaan UU No. 21/
2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua. SKP menyoroti
bagaimana menyoroti bidang-bidang layanan publik dari sudut hak asasi
manusia. Karena itu kami mencatat pemenuhan hak atas kesehatan, hak atas
pendidikan, kesejahteraan umum, dan problem yang amat pelik: pengelolaan
sumber daya alam di Tanah Papua. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa
Papua amat kaya dengan sumber daya alam tetapi miskin dalam tingkat
pencapaian kesejahteraan. Karena itu pertanyaan mengenai pengelolaannya
menjadi amat kunci.
Dua dimensi inilah yang mengisi lembaran demi lembaran buku ini dan
menjadi satu kesatuan utuh mengenai peristiwa-peristiwa kunci di tahun 2006
dari kacamata perlindungan hak hidup orang Papua. Sebagai sebuah paparan
fakta dan peristiwa, amat jelas bahwa buku ini tidak menawarkan solusi.
Buku ini justru mengajak pembaca bersama-sama mencari jalan-jalan
terobosan baru bagi kemacetan dan kebuntuan situasi di Tanah Papua.
Jalan-jalan terobosan, pikiran-pikiran baru, atau pandangan-pandangan
kreatif dan kritis dari pembaca merupakan sumbangan nyata bagi pergumulan
orang Papua dalam merumuskan jatidirinya di tengah dunia yang amat cepat
berubah. Kata ‘dialog’, konsep Papua Tanah Damai, menjadi makin populer
sekaligus belum banyak dijabarkan menjadi pegangan operasional.
Sesuai dengan visinya, SKP terus mendorong dan terlibat dalam berbagai
upaya mencari jalan keluar dan semoga cita-cita besar tersebut makin
mengilhami banyak orang untuk betul-betul berjuang bagi penegakan keadilan
dan membangun perdamaian di Tanah Papua.
Jayapura, Penghujung Tahun 2008
J. Budi Hernawan OFM
Direktur
xiv
DAFTAR SINGKATAN
AKBP
: Ajun Komisaris Besar Polisi
ALDP
: Aliansi Demokrasi Untuk Papua
AMP
: Aliansi Mahasiswa Papua
APBD
: Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBN
: Anggaran Pendapatan Belanja Negara
APPI
: Asosiasi Pemerintah Provinsi Indonesia
AS
: Amerika Serikat
ASA
: Aksi Stop AIDS
BAP
: Berita Acara Pemeriksaan
Bapedalda : Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah
BBM
: Bahan Bakar Minyak
BKD
: Badan Kepegawaian Daerah
BKKBN
: Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
BKN
: Badan Kepegawaian Negara
BNN
: Badan Narkotika Nasional
BPD
: Badan Pengawas Daerah
BP3D
: Badan Pengawasan dan Perencanaan Pembangunan Daerah
BPKP
: Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan
Caleg
: Calon Legislatif
Capres
: Calon Presiden
Cawapres : Calon Wakil Presiden
CGI
: Common Ground Indonesia
CPNS
: Calon Pegawai Negeri Sipil
Danlantamal : Komandan Pangkalan Utama TNI AL
DAP
: Dewan Adat Papua
Depkeh
: Departemen Kehakiman
Dinkes
: Dinas Kesehatan
Dll
: Dan lain-lain
DPR
: Dewan Perwakilan Rakyat
DPRD
: Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
DPU
: Departemen Pekerjaan Umum
xv
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
ELSHAM : Lembaga Studi dan Advokasi Hak Asasi Manusia
ESDM
: Energi dan Sumber Daya Mineral
FKMMPT : Forum Komunikasi Mahasiswa Masyarakat Pegunungan
Tengah
Foker
: Forum Kerja
GAM
: Gerakan Aceh Merdeka
GBE
: Growth Based Education
GKI
: Gereja Kristen Injili
GOR
: Gedung Olah Raga
GOW
: Gabungan Organisasi Wanita
GPK
: Gerakan Pengacau Keamanan
HAM
: Hak Asasi Manusia
HPH
: Hak Pengusaha Hutan
IBI
: Ikatan Bidan Indonesia
ICGAT
: Internasional Crisis Group Asia Tenggara
ICRC
: Internasional Committee of the Red Cross
ICS
: Institut for Civil strengthening
IJB
: Irian Jaya Barat
IMS
: Infeksi Menular Seksual
IPPMK
: Ikatan Pemuda Pelajar dan Mahasiswa Karon
ISTJ
: Institut Sains dan Teknologi Jayapura
ISTP
: Institut Sains dan Teknologi Papua
ITS
: Institut Teknologi Surabaya
Jakgung
: Jaksa Agung
JPU
: Jaksa Penuntut Umum
Jurkam
: Juru Kampanye
Kabag
: Kepala Bagian
Kajari
: Kepala Kejaksaan Negeri
Kajati
: Kepala kejaksaan Tinggi
Kakanwil : Kepala Kantor Wilayah
KAM
: Keuskupan Agung Merauke
KAMMI
: Kesatuaan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia
Kapolda
: Kepala Kepolisian Daerah
xvi
Kasdam
Keppres
KIPRA
KK
KKN
KM
KNPI
Kodam
Kodim
Komnas
Kontras
Kostrad
KPAN/D
KPP HAM
KPPS
KPU
KPUD
KPZDP
KSDA
KSMP
KTI
KUHP
LBH
LEMASA
LMA
LP
LP3AP
LP3BH
LPMP
LSM
MA
: Kepala Staff Daerah Militer
: Keputusan Presiden
: Komite Independen Pemberdayaan Rakyat
: Kepala Keluarga
: Korupsi Kolusi Nepotisme
: Kapal Motor
: Komite Nasional Pemuda Indonesia
: Komando Daerah Militer
: Komando Distrik Militer
: Komisi Nasional
: Komisi Untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan
: Komando Strategi Angkatan Darat
: Komisi Penangulangan AIDS Nasional/Daerah
: Komisi Penyidik Pelanggaran Hak Asasi Manusia
: Ketua Panitia Pemungutan Suara
: Komisi Pemilihan Umum
: Komisi Pemilihan Umum Daerah
: Koalisi Perempuan Untuk Zona Damai di Papua
: Konservasi Sumber Daya Alam
: Komite Solidaritas Mahasiswa Papua
: Kawasan Timur Indonesia
: Kitab Undang-undang Hukum Pidana
: Lembaga Bantuan Hukum
: Lembaga Masyarakat Adat Suku Amungme
: Lembaga Masyarakat Adat
: Lembaga Pemasyarakatan
: Lembaga Pengkajian Pemberdayaan Perempuan dan Anak
Papua
: Lembaga Penelitian Pengkajiaan dan Pengembangan Bantuan
Hukum
: Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan
: Lembaga Swadaya Masyarakat
: Makamah Agung
xvii
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
Mayjen
MRP
MTBS
MUI
NKRI
ODHA
OPM
Organda
Otsus
P2M
P3W
PAM
PAN
Panwaslu
Parpol
PBB
PBR
PDAM
PDIP
PDS
Pemda
Pemilu
Pemkab
Pemprov
Pepera
Perda
PGB
PIB
Pilpres
PKB
PKL
PKPB
PKPI
: Mayor Jenderal
: Majelis Rakyat Papua
: Manajemen Terpadu Bagi Balita Sakit
: Majelis Ulama Indonesia
: Negara Kesatuan Republik Indonesia
: Orang Dengan HIV/AIDS
: Organisasi Papua Merdeka
: Organisasi Angkutan Darat
: Otonomi Khusus
: Pemberantasan Penyakit Menular
: Pusat Kajian Pemberdayaan Wanita
: Perusahaan Air Minum
: Partai Amanat Nasional
: Panitia Pengawasan Pemilu
: Partai Politik
: Perserikatan Bangsa Bangsa
: Partai Bintang Reformasi
: Perusahaan Daerah Air Minum
: Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
: Partai Damai Sejahtera
: Pemerintah Daerah
: Pemilihan Umum
: Pemerintahan Kabupaten
: Pemerintahan Provinsi
: Penentuan Pendapat Rakyat
: Peraturan Daerah
: Persekutuan Gereja-Gereja Baptis
: Partai Indonesia Baru
: Pemilihan Presiden
: Partai Kebangkitan Bangsa
: Pedagang Kaki Lima
: Partai Karya Peduli Bangsa
: Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia
xviii
PLN
PLTD
PN
PNBK
PNG
PNS
Polri
POM AU
PPD
PPDK
PPK
PPS
PSJ/K
PT
PTT
PTUN
Raskin
RI
RS
RSUD
SD
SDM
Sekjen
Serpas
SK
SKP
SLTP
SMK
SMU
SPBU
SSK
SST
STT
: Perusahaan Listrik Negara
: Pembangkit Listrik Tenaga Diesel
: Pengadilan Negeri
: Partai Nasional Banteng Kemerdekaan
: Papua New Guinea
: Pegawai Negeri Sipil
: Polisi Republik Indonesia
: Polisi Militer Angkatan Udara
: Partai Persatuan Daerah
: Partai Persatuan Demokrasi Kasih Bangsa
: Panitia Pengawas Keuangan
: Panitia Pemungutan Suara
: Pekerja Seks Jalanan/Komersial
: Pengadilan Tinggi
: Pegawai Tidak Tetap
: Pengadilan Tata Usaha Negara
: Rakyat Miskin
: Republik Indonesia
: Rumah Sakit
: Rumah Sakit Umum Daerah
: Sekolah Dasar
: Sumber Daya Manusia
: Sekretaris Jenderal
: Pergeseran Pasukan
: Surat Keputusan
: Sekretariat Keadilan dan Perdamaian
: Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
: Sekolah Menengah Kejuruan
: Skolah Menengah Umum
: Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum
: Satuan Setingkat Kompi
: Satuan Setingkat Peleton
: Sekolah Tinggi Teologi
xix
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
TBC
: Tuberculosis
THR
: Tunjangan Hari Raya
TK
: Taman Kanak-kanak
TNI
: Tentara Nasional Indonesia
TOT
: Training for Trainer
TPF
: Tim Pencari Fakta
TPN
: Tentara Nasional Papua
TPS
: Tempat Pemungutan Suara
Uncen
: Universitas Cenderawasih
Unicef
: United Nation for International Children Fund
UNTEA
: United Nation Temporary Executive Authority
UU
: Undang-Undang
VCT
: Voluntary Counselling and Test
WNA
: Warga Negara Asing
WNI
: Warga Negara Indonesia
WWF
: World Wide Fund for Nature
YAHAMAK : Yayasan Hak Asasi Manusia Anti Kekerasan
YHI
: Yayasan Harapan Ibu
YPKM
: Yayasan Pengembangan Kesehatan Masyarakat
YPMP
: Yayasan Pengembangan Masyarakat Papua
xx
xxi
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
BAB I
KEKERASAN DAN
KETAKUTAN
DI AWAL TAHUN
Papua Aktual Januari – Maret 2006
Oleh A.F. Sari Rosa Moiwend
Mahasiswa pendemo menduduki ruas jalan Abepura - Sentani,
di depan Kampus UNCEN Abepura,
16 MAret 2006
xxii
BAGIAN I
LINT
A SAN P
ERISTIW
A
LINTA
PERISTIW
ERISTIWA
HAK ASASI MANUSIA
JANUARI – MARET 2006
A. SITUASI HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK
A.1 IRIAN JAYA BARAT (IJB) VS OTSUS
3 Januari
Anggota Pokja Papua di Jakarta Frans Maniagasi mengatakan, Hukum
IJB haruslah permanen berupa Undang-Undang (UU) tentang Pemekaran
Provinsi dalam konteks Otsus Papua bukan bersifat temporer seperti
apa yang diusulkan oleh Pemerintah Pusat dalam bentuk Peraturan Pengganti
UU (Perpu). Selain itu, Perpu sangat tidak logis sebab situasi dan kondisi
politik di Tanah Papua tidak berada dalam situasi darurat perang.
5 Januari
Kepala Badan Kesatuan Bangsa J. Wempi Wola mengatakan, landasan
hukum bagi Provinsi Irian Jaya Barat (IJB) sampai saat ini belum tuntas
dibahas. Salah satu penyebabnya adalah DPRP Papua sendiri dalam posisi
dilematis, karena saat ini wilayah kerja DPRP hanya mencakup Provinsi
Papua.
11 Januari
Setelah MRP berencana menggelar konsultasi publik untuk menjaring
pendapat masyarakat tentang pemekaran IJB, Pemda dan DPRD Irian Jaya
Barat (IJB) menggelar pertemuan dengan Mendagri M. Ma’ruf guna menolak
rencana MRP tersebut. Ketua DPRD IJB menyatakan kekecewaannya
terhadap sikap MRP yang masih mempermasalahkan ekstensi IJB.
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
23 Januari
Bupati Manokwari Drs. Dominggus Mandacan mempertegas
dukungan pemerintah dan masyarakat di daerah ini terhadap keberadaan
Provinsi Irian Jaya Barat. Di hadapan Ketua MRP Agus Alue Alua, Wakil
Ketua MRP Ir. FA Wospakrik M Sc, dan Ketua Pansus Pemekaran, NA
Maidepa, Bupati Mandacan mengatakan, “Jangan memunculkan masalah
baru. Apa yang sudah berjalan biarlah berjalan, jangan dipermasalahkan
lagi. Namun yang sekarang dilakukan adalah bagaimana memperkuat status
keberadaan Provinsi Irian Jaya Barat ini,“ tegas Bupati di depan 14 anggota
MRP di Manokwari.
Ketua MRP Agus Alue Alua mengatakan wilayah Papua yang mencapai
4 kali pulau Jawa, namun penduduknya hanya 2,6 juta jiwa di mana di
dalamnya hanya terdapat 1,6 juta jiwa orang asli Papua. “Apakah ini bagus,
penduduk asli Papua hanya 1,6 dan wilayahnya di potong-potong. Maka
itu subtansi ini harus kita lihat dulu dan tanya kepada rakyat,” jelasnya.
“Kalau memang rakyat mau pemekaran Provinsi IJB, silahkan. Namun,
yang disusun nanti bukan penguatan Perpu IJB, namun merupakan suatu
aturan yang dapat menjamin, bahwa UU Otsus akan memproteksi orang
asli Papua,” katanya.
24 Januari
Pejabat Gubernur Irian Jaya Barat (IJB) Ir. Timbul Pujianto MPM
mengharapkan, kedatangan pimpinan dan anggota MRP ke IJB untuk
bertemu dengan komponen masyarakat dan pemerintah akan
mempercepat penyelesaian pengesahan Perpu sebagai payung hukum
Provinsi IJB.
Pakar Hukum Ferry Kareth mengatakan jika Pronvinsi Irian Jaya Barat
(IJB) ikut serta dalam Pilkada yang saat ini dilaksanakan oleh Provinsi
Papua akan membawa dampak luas dan kompleks. Sebab, akan
mengundang pro dan kontra di kalangan masyarakat baik Irian Jaya
Barat (IJB) maupun Papua dan masalah ini akan menjadi rumit.
Dari penjaringan aspirasi anggota MRP di Kabupaten Kaimana,
sebagian besar masyarakat Kaimana menolak keberadaan Provinsi IJB
dan siap mengikuti Pilkada Gubernur Papua. Hal ini dikatakan oleh Kepala
2
Bagian Hubungan Masyarakat Sekretariat Majelis Rakyat Papua (MRP)
Angganeta Wally, SPd, MM.
25 Januari
Tatap muka Pansus MRP tentang Pemekaran Papua dengan Tim 315
(Forum Pejuang Pemekaran Provinsi Papua) diwarnai kegaduhan. Anggota
Tim 315 yang hadir diantaranya Ketua DPRD Irian Jaya Barat (IJB) Jimmy
Demianus Ijie, Hermus Indow, Lazarus Indow, dan tokoh lainnya. Sekitar
30-an warga yang menghadiri pertemuan ini mengeluarkan kata-kata yang
memojokkan MRP. Mereka mendesak agar MRP segera menentukan sikap
untuk mendukung pembentukan Provinsi Irian Jaya Barat (IJB).
Pemerintah dan DPRD Provinsi Irian Jaya Barat (IJB) keberatan dengan
langkah-langkah yang diambil MRP dalam menjaring aspirasi masyarakat
mengenai perlu tidaknya pemekaran di Tanah Papua. Ketua DPRD Jimmy
Demianus Ijie bersama Gubernur Provinsi IJB Ir. Timbul Pujianto, MPM
akan melaporkan kepada Pemerintah Pusat.
Ketua DPRD IJB menilai, MRP sebagai lembaga kultural orang asli
Papua tidak konsisten dengan kesepakatan bersama. Kesepakatan MRP
dengan Pemerintah Pusat itu adalah, MRP diberi ruang dan waktu untuk
melakukan konsultasi publik. Lagi pula konsultasi publik ini harus dilakukan
atas koordinasi dan persetujuan Pemerintah Provinsi IJB juga. Pihak
Provinsi IJB juga akan melakukan pendampingan.”Kenapa mereka masuk
ke mana-mana tidak ada pendampingan,” katanya.
Sementara itu Wakil Ketua MRP, Ir. F.A. Wospakrik M.Sc menyatakan,
pihaknya datang ke masyarakat untuk mengetahui keinginan dan harapan
masyarakat. Mau di bawa ke mana masyarakat berdasarkan UU Nomor
21 tahun 2001.
26 Januari
Dalam menjaring aspirasi terkait keberadaan Provinsi Irian Jaya Barat
(IJB), Ketua dan anggota MRP sempat mendapat ancaman dari orangorang tidak dikenal. Hal ini diakui oleh Ketua MRP Agus Alua. “Pada
Kamis dini hari, ada beberapa pemuda datang ke tempat penginapan
3
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
Hotel Metro, Manokwari, dan mengancam Pimpinan dan anggota MRP
dengan alat tajam. Namun kami telah laporkan pada pihak Polisi untuk
ditindaklanjuti”, ujarnya.
Anggota DPRD IJB Chaidir Jafar SE, M.Si mengatakan, pihaknya
juga akan menjaring aspirasi dari masyarakat di wilayah IJB terkait dengan
keberadaan Provinsi IJB. Ini dilakukan sebagai perbandingan dari hasil
konsultasi publik yang dilakukan oleh MRP.
Ketua KPUD Provinsi IJB, Ny. Regina Sauyai mengatakan Pilkada di
Provinsi Irian Jaya Barat telah tertunda 2 kali sehingga dana sebesar Rp
43 Miliar mubazir.
27 Januari
Wakil Ketua MRP, Dra. Hana S. Hikoyabi mengatakan, hasil sementara
konsultasi publik di wilayah Provinsi Irian Jaya Barat menunjukkan bahwa
pada umumnya banyak orang ingin tetap 1 Provinsi Papua.
29 Januari
Masalah pembentukan Provinsi Irian Jaya Barat (IJB) serta kunjungan
MRP di wilayah Provinsi IJB terus memunculkan pro-kontra di kalangan
masyarakat. Ketua Umum Forum Perjuangan Pemekaran Provinsi Irian
Jaya Barat (FPPP-IJB), Hermanus Indow menegaskan, Provinsi IJB lahir
sebelum disahkan UU nomor 21 Tahun 2001 tentang Otsus bagi Provinsi
Papua. Sehingga yang harus dilakukan saat ini adalah bagaimana
mensinkronkan antara realitas di IJB dengan UU Otsus. Ia juga
menambahkan apa yang dilakukan MRP di Provinsi IJB dalam rangka
konsultasi publik adalah mengarah pada upaya sinkronisasi, bukan mencari
pendapat rakyat, mengenai persoalan apakah IJB ini perlu atau tidak.
1 Februari
Bupati Teluk Wondama. Drs. Albert H Torey, MM secara tegas
menyatakan pihaknya mendukung pemekaran dan keberadaan Provinsi
Irian Jaya Barat (IJB).
4
7 Februari
Ketua MRP Agus Alua mengatakan hasil konsultasi publik yang
dilakukan oleh MRP terhadap masyarakat IJB di 9 Kabupaten di daerah
tersebut belum dapat disimpulkan.
8 Februari
Tujuh orang Bupati dan Ketua DPRD se-provinsi IJB secara bulat
menyatakan sikap politiknya. Para Bupati dan Ketua DPRD se IJB, minus
Bupati dan Ketua DPRD Sorong, Walikota dan Ketua DPRD Kota
Sorong, meminta agar pemerintah pusat segera menetapkan payung
hukum operasional Provinsi IJB. Mereka menolak hasil konsultasi publik
yang dilakukan oleh MRP di wilayah Provinsi IJB dan menilai hal tersebut
menyimpang dari kesepakatan antara pemerintah dan MRP di Jakarta
pada tanggal 9 Januari 2006.
15 Februari
Pemerintah Pusat melalui Mendagri M. Ma’ruf memberikan batas
waktu kepada MRP hingga 20 Februari 2006 sehubungan dengan adanya
penolakan dan pembatalan MRP untuk melakukan pertemuan dengan
pihak pemerintah pusat guna menyampaikan rekomendasi pembentukan
payung hukum provinsi IJB yang didasari atas hasil konsultasi publik.
Mendagri M. Ma’ruf menegaskan jika batas waktu tidak diindahkan MRP,
maka Pemerintah Pusat dengan pakar-pakarnya bersama dengan pihak
IJB akan mengkaji pembentukan payung hukum tersebut tanpa harus
menunggu hasil konsultasi publik yang dilakukan MRP.
Sementara itu pihak IJB di bawah pimpinan Penjabat Gubernur IJB,
Ir. Timbul Pujianto, MPM dan anggota DPRD IJB beserta bupati se IJB
mendatangi Kementerian Dalam Negeri untuk bertemu dengan Menteri
Dalam Negeri, M. Ma’ruf.
16 Februari
Ketua MRP Agus Alua mengatakan bahwa rekomendasi dan hasil
konsultasi publik tentang IJB sudah diserahkan kepada pihak DPRP untuk
dibahas.
5
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
Wakil Ketua DPRP Komarudin Watubun mengatakan telah menerima
hasil konsultasi publik dan rekomendasi yang dibuat oleh MRP pada
tanggal 14 Februari 2006. Rekomendasi tersebut disertai dengan Surat
Keputusan MRP Nomor 03/MRP/2006 tentang pengesahan hasil
konsultasi publik di 8 kabupaten dan 1 kota di wilayah IJB. Kemudian
juga Keputusan MRP Nomor 04/MRP/2006 tentang Pendapat MRP
mengenai Provinsi IJB dan satu berkas surat bernomor 125/61/MRP/
2006 perihal jawaban mengenai Penetapan dan persetujuan pembentukan
IJB atau nama lain. Lebih lanjut Komarudin menerangkan bahwa hasil
konsultasi publik itu termuat dalam SK No. 04/MRP/2006. Berikut
ringkasan hasil konsultasi publik :
1. Pemekaran Provinsi Papua menjadi provinsi-provinsi baru seperti IJB
atau dengan nama lainnya belum saatnya dilakukan.
2. Pemekaran Provinsi Papua menjadi provinsi-provinsi baru seperti
Provinsi IJB atau dengan nama lain dilakukan berdasarkan pasal 76
UU Nomor 21 tahun 2001.
3. Apabila pemekaran Provinsi Papua tetap dilaksanakan dengan
mengabaikan hukum pertama dan kedua keputusan ini, maka masalah
Papua akan semakin rumit. Oleh karena itu MRP atas nama rakyat
Papua meminta pemerintah untuk melakukan suatu dialog guna
menyelesaikan masalah Papua secara demokratis, komprehensif, adil
dan bermartabat.
4. Pelaksanaan Pilkada Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Papua
meliputi seluruh wilayah Provinsi Papua sebagaimana dimaksud dalam
pasal 1 huruf a UU Nomor 21 tahun 2001 yang sebelumnya disebut
Provinsi Irian Jaya.
17 Februari
Setelah melalui rapat Paripurna Istimewa, DPRP menyetujui
rekomendasi yang disampaikan oleh MRP soal IJB. Pada Intinya DPRP
berpendapat bahwa Pemekaran Provinsi Papua harus dikembalikan ke
UU No. 21 tahun 2001 tentang OTSUS. Pihak DPRP atas nama rakyat
Papua mengancam akan mengembalikan UU Otsus yang sudah berlaku
sejak 2001 di Provinsi Papua ke Pemerintah RI, jika Pemerintah RI
6
memaksakan pembentukan payung hukum Provinsi IJB.
Dua ketetapan DPRP :
1. Pemekaran Provinsi Papua menjadi IJB atau nama lain belum saatnya
dilakukan dan apabila pemekaran dilakukan di Provinsi Papua harus
berdasarkan pasal 76 dalam UU Republik Indonesia No. 21 tahun
2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua.
2. Apabila Pemerintah Pusat tetap melaksanakan pemekaran Provinsi
IJB atau nama lain di luar ketentuan pasal 76 UU RI No. 21 Tahun
2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua, maka DPRP
atas nama rakyat Papua akan menggelar rapat paripurna untuk
menggembalikan UU. No.21 tahun 2001 tentang Otsus bagi Provinsi
Papua.
Ketua KPUD Provinsi Papua M. Ferry Kareth, SH, M.Hum,
mengatakan bahwa terkait dengan Pilkada Gubernur 10 Maret 2006 maka
pemerintah harus menanganinya secara serius dan baik mengingat hasil
konsultasi publik yang dilakukan MRP, yang juga menyebutkan tentang
Pilkada 10 Maret 2006. Dirinya mendesak pemerintah agar segera
membuat keputusan politik sebelum akhirnya mengeluarkan keputusan
hukum dalam rangka mengantisipasi hal–hal yang tidak diinginkan terkait
dengan Pilkada mendatang.
Foker LSM dan beberapa organisasi keagamaan menyatakan sikap
secara tegas menolak pemekaran IJB dan memberikan dukungan terhadap
keputusan MRP. Organisasi tersebut adalah Pengurus Pusat Gerakan
Mahasiswa Kristen Indonesia Wilayah XII di Tanah Papua (GMKI),
Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang
Jayapura dan Persatuan Wanita Kristen Indonesia (PWKI) Provinsi Papua.
Hal ini ditegaskan oleh Ketua Steering Committee Foker LSM, Yuvenalis
Ledang dalam Jumpa Pers di Aula Kantor Foker LSM Jayapura.
19 Februari
Ketua DPRD IJB Jimmy Demianus Ijie mengatakan bahwa Provinsi
IJB akan menjadi taruhan martabat pemerintah pusat di mata masyarakat.
Kalau Pemerintah Pusat menuruti keinginan MRP dan DPRP sama saja
7
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
dengan menyetujui negara ini terpecah-pecah, tinggal hitungan detik saja.
Mengantisipasi hasil putusan Pemerintah Pusat yang akan dikeluarkan pada
tanggal 20 Februari, pihak IJB sudah menyiapkan fatwa ke Mahkamah
Konstitusi.
20 Februari
Pertemuan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Provinsi Papua
gagal menentukan nasib Provinsi IJB, karena Pemerintah Pusat masih
mempelajari rekomendasi dari MRP dan DPRP. Menko Polhukam,
Widodo Adi Sucipto mengatakan bahwa pemerintah perlu mencermati
rekomendasi MRP dan DPRP karena terdapat sejumlah item yang krusial
dalam penerapan UU Pemerintahan Daerah dan UU Otsus.
21 Februari
Rombongan IJB yang dipimpin oleh Penjabat Gubernur IJB Ir. Timbul
Pujianto, MPM, ketua DPRD Jimmy Ijie serta Bupati, Walikota dan Tokoh
Masyarakat IJB bertemu dengan Wapres Yusuf Kalla dan kemudian
bertemu dengan Ketua Mahkamah Konstitusi Jimmly Asshiddiqie.
Menurut keterangan Jimmy Ijie, mereka hanya meminta ketegasan dari
MK mengenai keberadaan Provinsi IJB. Jimmy Ijie juga mengatakan
bahwa semua proses pembentukan Provinsi IJB sudah final dan sah sebagai
subjek hukum tata pemerintahan karena telah ada pemerintahan sendiri
dan perangkat-perangkatnya.
27 Februari
Penjabat Gubernur Provinsi IJB, Ir. Timbul Pujianto, MPM
menegaskan bahwa pemilihan Gubernur-Wakil Gubernur IJB akan tetap
dilaksanakan pada tanggal 10 Maret 2006.
28 Februari
Ketua KPUD IJB Regina Sauyai mengatakan jumlah pemilih di Provinsi
IJB berjumlah 406.413 jiwa, dengan jumlah TPS sebanyak 1.723 TPS
yang tersebar di 8 Kabupaten dan 1 kota.
8
1 Maret
Rapat kerja pimpinan daerah Kabupaten dan Kota se-wilayah Provinsi
Irian Jaya (IJB) Barat di Sorong, menyimpulkan Pemilihan Gubernur dan
Wakil Gubernur IJB dilaksanakan pada hari Jumat, 10 Maret 2006.
3 Maret
Ketua MRP Agus Alua menyayangkan sikap pemerintah pusat yang
merestui Pilkada IJB karena masalah IJB sendiri belum selesai dan masih
dalam penanganan pemerintah pusat. Yang dikhawatirkan adalah satu
kesatuan kultural dipecah-pecah oleh undang-undang, di mana satu bagian
diproteksi secara khusus tetapi bagian lain tidak diproteksi. Agus menilai
bahwa Pilkada IJB rupanya menggunakan dasar UU No. 32 tahun 2004
dan bukan UU No. 21/2001, meskipun MRP merekomendasikan untuk
memakai UU No. 21/2001. Ada sinyal kuat dari Wapres tentang
pemberlakuan secara sementara UU No. 32 tahun 2004 di IJB.
6 Maret
Sebanyak 47 kepala kampung yang terdapat di Distrik Manokwari
Selatan, Minyambaouw, Catubuy dan Hink menyatakan akan memilih
semua pasangan secara bersama-sama mulai dari nomor satu hingga
nomor tiga (alias kertas suara batal) dalam pemilihan kepala daerah
(Pilkada) Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Irian Jaya Barat (IJB),
11 Maret. Kecuali kalau ada salah satu pasangan yang datang bertemu
dengan masyarakat yang berada di 47 kampung. Kemudian para kandidat
memberikan uang sebesar Rp 60 juta kepada masing-masing kampung.
Keputusan Provinsi Irian Jaya Barat (IJB) untuk menggelar Pilkada
Gubernur dan Wakil Gubernur 11 Maret atau sehari setelah Pilkada Provinsi
Papua, rupanya belum sepenuhnya diketahui Penjabat Gubernur Papua
Dr. Sodjungan Situmorang, M.Si.
7 Maret
MRP minta Pilkada ditunda. Wakil Ketua I MRP, Ir. Wospakrik. M.Sc
mengatakan, surat kepada KPUD yang meminta agar Pilkada di Papua
dan Irian Jaya Barat (IJB)ditunda sudah dikirim ke KPUD. Penundaan ini
9
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
erat kaitannya dengan hasil konsultasi publik yang telah dibuat dalam suatu
rekomendasi MRP dan sudah disampaikan kepada Pemerintah Pusat bulan
Februari. Salah satu rekomendasinya adalah pemekaran Papua harus
berdasarkan UU nomor 21 tahun 2001.
8 Maret
Kelompok mahasiswa yang menamakan dirinya Lintas Mahasiswa
Peduli Demokrasi di Tanah Papua mendatangi DPRP. Mereka menyatakan
mendukung MRP dan DPRP untuk menolak keberadaan Provinsi IJB
yang ingin dibentuk oleh Pemerintah Pusat.
Sementara itu Direktur ICS Budi Setyanto, SH mengatakan ancaman
MRP untuk mengembalikan OTSUS jika tetap dilaksanakan Pilkada IJB,
tidak realistis. Hal ini disebabkan karena Pilkada sudah jauh-jauh hari
disiapkan dan saat itu MRP tidak mendiskusikannya. Menurutnya di
samping ketidakkonsistenan pemerintah pusat tetapi juga sudah nampak
sejak dibentuknya KPUD IJB, DPRD IJB serta terakhir pengangkatan
penjabat Gubernur IJB. Dirinya mempertanyakan mengapa MRP tidak
memfokuskan untuk menyelesaikan masalah itu saja, sampai akhirnya
datang pada PILKADA. Dikatakan Pemda Provinsi Papua, DPRP dan
MRP tidak boleh melihat masalah ini secara parsial tetapi secara menyeluruh
berdasarkan UU No. 21/2001 tentang Otsus. Sebaiknya Pemda Provinsi
Papua, DPRP dan MRP tidak merasa bisa menyelesaikan masalah ini
sendiri dengan melihat keterbatasannya dan sangat perlu melibatkan
stakeholder di Papua serta para pakar di bidangnya.
10 Maret
Rencana Pemerintah untuk mengadakan Pilkada langsung bagi Provinsi
Irian Jaya Barat (IJB), mendapat kecaman kalangan LSM dan anggota
DPD yang menilai bahwa penyelengaraan Pilkada itu adalah bentuk
inkonsistensi pemerintah di dalam menjalankan kebijakan Otonomi Khusus
Sementara itu anggota DPD Papua, Ferdinanda Yatipai mengatakan,
Undang-Undang Otsus hadir karena masyarakat Papua meminta
Merdeka.Tetapi ketika orang Papua mau menjalankan Otsus sesuai UU
No.21 tahun 2001, justru orang Jakarta memberikan UU No.32 tahun
10
2004 dan terkesan Jakarta sedang memicu konflik di Papua, bukan
menyelesaikan masalah di Papua.
11 Maret
Pilkada Gubernur IJB yang diikuti oleh 3 pasangan kandidat masingmasing:
1. Abraham O. Aturuti – Drs. Rahimin Katjong
2. Yoris T.H. Raweyai – Dr. Ir. H. Abdul M. Kilian
3. Drs. Dortheus Asmuruf MM – Drs. M. Ali Kastella.
15 Maret
Panwas Pilkada Gubernur Irian Jaya Barat (IJB) menemukan sejumlah
pelanggaran pada saat pelaksanaan Pilkada IJB. Temuan-temuan ini sudah
ditindaklanjuti dan dikaji untuk diproses lebih lanjut. Hal ini dikatakan
Ketua Panwas IJB, Ir. Rudi Maturbongs, M.Si.
22 Maret
Hasil Pleno Rekapitulasi Perolehan Suara Pilkada Gubernur IJB
KPU Daerah
Bram - Katjong
Yoris - Killian
Kota Sorong
38.270
9.978
Kab. Sorong
23.437
7.432
Kab. Sorsel
16.645
3.499
Kab. Raja Ampat
12.800
2.437
Fak-Fak
13.423
6.770
Kaimana
8.967
2.903
Teluk Bintuni
10.679
3.267
Teluk Wondama
5.037
2.327
Kab. Manokwari
54.021
29.996
Total Perolehan Suara:
1. Bram – Katjong
: 183.279 suara ( 61,32 persen )
2. Yorrys – Killian
: 68.609 suara (22,95 persen)
3. Decky – Ali
: 46.970 suara ( 15,72 persen )
Decky – Ali
9.065
3.337
8.777
978
6.947
2.638
5.562
1.290
8.379
27 Maret
Keberatan terhadap hasil penetapan hasil Pilkada yang dilakukan KPUD
IJB sesuai dengan SK No.13/KPU IJB/2006, 23 Maret 2006. Pasangan
Calon Guberrnur Provinsi Irian Jaya Barat, Yorrys Raweyai – Dr. Ir. H.
11
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
Abdul M. Killian, M.Si mengajukan gugatannya ke Mahkamah Agung
melalui Pengadilan Tinggi Jayapura.
28 Maret
KPU Provinsi Irian Jaya Barat (IJB) siap melayani kasus gugatan perdata
Pilkada yang diajukan pasangan Calon Gubernur IJB Yorrys RaweyaiDr. Ir. Abdul M. Killian M.Si. Ketua KPUD IJB, Ny. Regina Sauyai
mengatakan walaupun secara administrasi belum menerima pemberitahuan
dari Pengadilan Tinggi Jayapura tetapi pihaknya telah menyiapkan datadata untuk disampaikan dalam persidangan nanti.
30 Maret
Menkopolhukam Widodo A.S. mengatakan, walaupun IJB
menyelenggarakan Pilkada Gubernur–Wakil Gubernur sesuai UU No. 32/
2004 tentang pemerintahan daerah, namun pemerintah pusat akan tetap
mendorong IJB berjalan sesuai UU No. 21 tahun 2001 tentang Otsus.
A.2 HIRUK PIKUK PILKADA GUBERNUR PAPUA
6 Januari
Sekretaris KPUD Provinsi Papua Drs. H. Hasyim Sangadji mengatakan,
jumlah pemilih tetap di Papua yang mempunyai hak memilih Gubernur /
Wakil Gubernur Papua periode 2006-2011 pada Pilkada yang akan jatuh
pada 16 Februari 2006, berjumlah 1.429.649 pemilih.
14 Januari
Ketua Panwas Pilkada Gubernur Papua Kabupaten Merauke, Antonio,
MA, SH mengungkapkan, sejumlah Tim Sukses pasangan calon Gubernur
dinilai mulai mencuri star dengan membagi–bagikan baju kaos dan stiker.
17 Januari
Ketua KPUD Provinsi Papua M. Ferry Kareth, SH meminta Ketua
KPUD Kabupaten Mappi diganti. Hal ini disebabkan belum dilantiknya
12
pasangan calon Bupati Kabupaten Mappi sampai saat ini.
18 Januari
Ketua KPUD Provinsi Papua, M. Ferry Kareth, SH, mengatakan
Pilkada di Papua kemungkinan diundur karena 50% KPUD di tingkat
Kabupaten/Kota belum siap.
25 Januari
Keempat pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur yakni :
1. Costan Karma – Donatus Mote;
2. Dick Henk Wabiser – Simon Petrus Inaury;
3. Lukas Enembe – H. Arobi;
4. Barnabas Suebu – Alex Hesegem;
Menolak Pilkada yang sudah ditetapkan pada tanggal 16 Februari 2006
diendus. Mereka mengancam bila Pilkada ditunda mereka akan menduduki
KPUD dengan massa yang besar.
27 Januari
KPUD Provinsi Papua secara resmi melakukan penundaan Pelaksanaan
Pilkada Gubernur dan Wakil Gubernur 2006–2011. Pilkada yang semula
direncanakan pada tanggal 16 Februari 2006, diundur menjadi tanggal 10
Maret 2006. Hal ini resmi disampaikan pihak KPUD Provinsi Papua
yang dipimpin Ketua KPUD, Ferry Kareth SH, M.Hum didampingi
anggotanya Pdt. S. Rumoirusi, S.Th dan Yohanis Bonay, SH.
Dengan pengunduran ini maka KPUD sudah 3 kali menunda jadwal
Pilkada. Penundaan yang pertama terjadi tanggal 10 Oktober ke 23
November, yang kedua tanggal 23 November ditunda ke 16 Februari
dan ketiga kalinya tanggal 16 Februari ditunda ke tanggal 10 Maret. Daniel
Gerden, Ketua Tim Koalisi Papua Baru yang mengusung pasangan Cagub
dan Cawagub Barnabas Suebu dan Alex Hesegem, dengan tegas
mengatakan bahwa KPUD telah melakukan kesalahan besar dan
membohongi publik.
13
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
25 Februari
Ketua KPUD Provinsi Ferry Kareth, SH, M.Hum mengatakan dana
tambahan untuk Pilkada sebesar Rp 18 Milyar akan segera cair. Dikatakan
dari Rp 18 miliar tersebut, Rp 14.927.650.000 dialokasikan ke kabupaten
dan kota, selebihnya ada di KPUD Provinsi Papua. Dana tersebut oleh
Kabupaten dan Kota digunakan untuk membayar honor anggota dan
karyawan KPUD, PPD dan PPS di masing-masing Kabupaten dan Kota
selama tiga bulan yakni sejak bulan Januari, Februari dan Maret mendatang.
DANA TAMBAHAN PILKADA YANG DITERIMA
MASING-MASING KABUPATEN DAN KOTA
No
Kabupaten/Kota
Jumlah
1.
Merauke
Rp
974.733.500
2.
Jayawijaya
Rp
2.021.700.000
3.
Jayapura
Rp
848.817.500
4.
Nabire
Rp
875.961.500
5.
Yapen Waropen
Rp
654.879.500
6.
Biak Numfor
Rp
978.135.000
7.
Paniai
Rp
827.341.500
8.
Puncak Jaya
Rp
788.390.000
9.
Mimika
Rp
611.948.000
10.
Boven Digul
Rp
705.090.000
11.
Mappi
Rp
786.710.000
12.
Asmat
Rp
796.897.000
13.
Yahukimo
Rp
580.409.000
14.
Pegunungan Bintang Rp
593.946.000
15.
Tolikara
Rp
802.010.000
16.
Sarmi
Rp
608.276.000
17.
Keerom
Rp
391.850.000
18.
Waropen
Rp
420.354.000
19.
Supiori
Rp
327.653.000
20.
Kota Jayapura
Rp
350.549.000
Total
Rp 14.927.650.000
** Selebihnya dari total Rp miliar adalah untuk KPUD Provinsi Papua**
Sumber KPUD Provinsi Papua – seperti dikutip Harian Cepos.
Di Wamena, pasangan Calon Gubernur–Wakil Gubernur Lukas
Enembe, SIP dan Haji Arobi Ahmad Aituarauw melakukan kampanye
Perdana di lapangan Sinapuk Wamena. Calon Gubernur Lukas Enembe
dalam orasi politiknya mengatakan selama dekade 40 tahun Papua selalu
dipimpin oleh orang dari pesisir/pantai Papua, maka sudah saatnya anak
koteka dari lembah pegunungan tampil sebagai pemimpin Papua ke depan.
14
Dikatakan selama ini orang koteka mengalami diskriminasi kepemimpinan
yang berkepanjangan, tak ada satu orang wakilpun dari pegunungan yang
duduk di kursi pemerintahan Provinsi Papua, kemampuan orang koteka
diragukan. Sementara itu Ketua Paguyuban Jawa, Sukardi Djaelani
mengemukakan pada dasarnya seluruh kerukunan keluarga yang ada di
kota Wamena, baik dari Jawa, Sulawesi dan kerukunan lainnya siap untuk
mendukung Lukas Enembe dan H. Ahmad Arobi Aituarauw menjadi
Gubernur–Wakil Gubernur periode 2006–2011 mendatang.
27 Februari
Pasangan Drs. John Ibo, MM dan Paskalis Kossy, S.Pd, MM melakukan
kampanye di lapangan Sinapuk Wamena. Dalam orasinya, John Ibo
mengatakan negeri Papua saat ini sangat membutuhkan pemimpin yang
mengerti dan dapat memahami kemauan rakyat kecil. Dikatakan pihaknya
akan berusaha untuk memperjuangkan pembentukan kabupaten baru yang
selama ini sudah diusulkan masyarakat, yaitu Kabupaten Lani Jaya,
Kabupaten Mamberamo Tengah, Kabupaten Nduga, Kabupaten Yalimo,
menjadi kabupaten definitif sehingga dengan demikian aspirasi masyarakat
dapat terpenuhi secara utuh dan bulat.
Pasangan calon Gubernur Barnabas Suebu – Alex Hesegem menggelar
kampanye di eks Lapangan Bola Sentani. Dalam pidato politiknya Bas
Suebu berjanji akan banyak turun ke desa (Turdes) memprioritaskan
pembangunan sarana dan prasarana jalan menuju ke daerah yang belum
terjangkau selama ini. Menurutnya program ini merupakan program lama
yang pernah dijalankan olehnya sewaktu menjabat sebagai gubernur dan
akan melanjutkan lagi di era sekarang ini.
1 Maret 2006
Wakil Ketua KPU Prof Dr. Ramlan Surbakti, MA melantik 2 orang
anggota Pengganti Antar Waktu anggota KPUD Provinsi Papua yaitu
Urbanus Siante, BA sebagai pengganti H. Musaad dan Selfiana Sanggenafa,
SH sebagai pengganti Golda Aronggear, SH yang meninggal dunia pada
bulan Desember 2005. Pelantikan hanya diikuti oleh Urbanus Siante, BA
sedangkan Selfiana Sanggenafa, SH tidak hadir dengan alasan orang tuanya
15
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
sakit. Keduanya dinyatakan resmi sebagai anggota KPUD Provinsi Papua
setelah menjalani uji kepatutan dan kelayakan pada 28 Februari 2006 di
Kantor KPUD Provinsi Papua.
Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur, Purnawirawan Laksamana
Pertama (TNI AL) Dick Henk Wabiser dan Ir. Simon Petrus Inaury, M.Si
dalam kampanyenya di Lapangan PTC Entrop mengangkat 2 hal penting,
yaitu pembangunan dan keamanan. Dalam bidang pembangunan Wabiser
mengatakan akan memperhatikan bidang pendidikan, kesehatan, kesejahteraan
dan juga menciptakan pemerintahan yang bersih dari Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme dan berwibawa dengan tujuan mensejahterakan masyarakat Papua.
Dikatakan, biaya pendidikan dan pengobatan harus gratis. Membangun Papua
yang lebih sejahtera membutuhkan keamanan dan ketentraman yang berarti
perlu ada jaminan keamanan bagi penduduk yang mendiami Tanah Papua,
baik masyarakat sipil maupun aparat pemerintahan. “Kalau memang saya
terpilih, saya akan menjamin masalah keamanan. Tidak akan ada letusan senjata
di provinsi ini, aparat dan masyarakat harus bergandengan tangan untuk
menjaga ketertiban dan keamanan,” katanya.
2 Maret
Meski Pilkada Gubernur Provinsi Papua tinggal beberapa hari lagi,
namun Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kabupaten Merauke
mengaku masih kekurangan surat suara sekitar 546 lembar. Tentang hal
ini disampaikan Ketua KPUD Merauke Eligius Gebze, SH.
3 Maret
Dewan Pengurus Cabang (DPC) Golkar Kabupaten Jayapura,
menggelar pertemuan kader Golkar di Wisma Rileks Tanjung Elmo,
pertemuan ini untuk mempersiapkan dan mematangkan dukungan kepada
kader Golkar John Ibo dan Paskalis Kossy sebagai bakal calon Gubernur
dan Wakil Gubernur Papua 2006-2011. Dalam kesempatan itu Ketua
Umum Partai Golkar Kabupaten Jayapura mengajak simpatisan Golkar
untuk tidak ragu memilih kader Golkar yang maju dalam Pilkada kali ini.
6 Maret
Di wilayah Kota Jayapura, kampanye terbuka lima pasangan kandidat
16
calon ditutup oleh Ketua KPUD Kota Jayapura Dr. La Pona di lapangan
PTC Entrop setelah melalui pawai damai yang mengambil start di Lapangan
Bumi Perkemahan Waena. Dalam pertemuan itu juga dilakukan
penandatanganan siap menang siap kalah dari para kandidat masingmasing.
Setelah melakukan kampanye terbuka selama 21 hari sejak tanggal 21
Februari – 06 Maret, semua kegiatan kampanye terbuka pasangan calon
Gubernur dan wakil Gubernur Provinsi Papua periode 2006-2011 ditutup
dengan debat kandidat di Sasana Krida kantor Gubernur.
7 Maret
Ketua Panwasda Supiori Yotam Wakum, SH mengatakan pihaknya
akan memanggil Tim Kampanye Pasangan John Ibo – Paskalis Kossy
sehubungan dengan ditemukannya pelanggaran yang dilakukan oleh tim
kampanye tersebut. Yotam menjelaskan bahwa tim kampanye pasangan
ini telah melakukan kampanye di Sorendiweri, Distrik Supiori Timur pada
tanggal 4 Maret 2006 dan tidak sesuai dengan jadwal yang dibuat KPUD
Supiori.
8 Maret
Hingga H-2, Daftar Pemilih Tetap (DPT) di masing-masing Panitia
Pengumutan Suara (PPS) dan Tempat Pemungutan Suara (TPS) nampak
masih bermasalah. Masih banyak masyarakat yang belum terdaftar dalam
DPT sehingga kemungkinan besar tidak bisa mengikuti pencoblosan.
Kepala Distrik Abepura Samuel Mehue, SE mengatakan dari kunjungan
yang dilakukan pihaknya ke masing-masing TPS masih banyak dikeluhkan
tentang DPT yang belum jelas. Sementara itu Ketua Komisi Pemilihan
Umum Daerah (KPUD) Kota Jayapura, Dr. La Pona mengatakan sesuai
ketentuan, penduduk yang bisa mencoblos pada Pilkada Gubernur nanti,
hanya bagi mereka yang namanya tercantum di Daftar Pemilih Tetap
(DPT), kemudian mempunyai kartu pemilih dan surat undangan.
10 Maret
Pilkada Gubernur – Wakil Gubernur Papua secara serentak dilakukan
17
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
di seluruh wilayah Papua.
Merasa kecewa tidak bisa mencoblos, sekelompok warga merusak
TPS 22 di jalur 6 perumahan Vuria, Kelurahan Vim, Distrik Jayapura
Selatan.
Ketua KPUD Kabupaten Jayapura Mathius Awaitouw mengatakan,
ada 9 TPS di Distrik Kaureh yang daerahnya sulit dijangkau dan belum
bisa melaksanakan pengumutan suara karena sulitnya medan dan cuaca
yang buruk. Hal serupa juga terjadi pada beberapa TPS di wilayah
Kabupaten Keerom yang tertunda akibat banjir besar.
14 Maret
Meski pleno penghitungan suara Pilkada Gubernur Provinsi Papua
dilakukan KPUD Maret 2006, namun sejak Senin 13 Maret, kantor KPUD
Provinsi sudah dijaga ketat oleh Brimob.
Ketua KPUD Biak Barat Dicky Daniel Iwanggin mengatakan, sekitar
20 ribu pemilih di Biak tidak mencoblos dalam pelaksanaan Pilkada. 10.000
diantaranya berada di Biak kota.
16 Maret
Ketua Panwas Pilkada Provinsi Papua Drs. Max Mirino SH, MM,
mengatakan guna menindaklanjuti laporan masyarakat terkait pelanggaran
pada Pilkada Gubernur Papua tanggal 15 Maret 2006, Panwas Pilkada
Provinsi Papua melakukan investigasi ke sejumlah daerah.
Rapat pleno yang digelar KPUD Jayawijaya di gedung DPRD
Jayawijaya, tidak dihadiri oleh saksi atau tim sukses dari pasangan Cagub/
Cawagub nomor urut 1 (Karma-Mote), nomor urut 2 (Wabiser-Inaury),
nomor urut 5 (John Ibo – Paskalis Kosay ). Pasalnya, ketiga tim sukses ini
menilai, bahwa KPUD selaku lembaga penyelenggara Pilkada gagal,
melaksanakan tugasnya dengan baik dalam pelaksanaan Pilkada 10 Maret.
28 Maret
Bupati Yahukimo Ones Pahabol, SE, MM membantah keras adanya
tudingan dari berbagai pihak tentang adanya politik kotor yang terjadi di
wilayah pemerintahannya selama pelaksanaan Pilkada Gubernur 10 Maret.
18
Dikatakan bahwa Pilkada di Kabupaten Yahukimo sudah berjalan
demokratis sedangkan keterlambatan hasil suara masuk ke KPUD Provinsi
dari KPUD Yahukimo karena kondisi geografis di Kabupaten Yahukimo
yang sangat sulit.
30 Maret
Menjelang Pleno KPUD Provinsi Papua, Pimpinan Tokoh-Tokoh
Agama di Papua meminta kelima calon gubernur dan tim suksesnya tetap
mempertahankan Papua sebagai Tanah Damai dan tidak melakukan
tindakan-tindakan yang tidak terpuji.
A.3 KASUS 16 MARET 2006
15 Maret
Terjadi aksi pemalangan jalan di depan kampus Uncen oleh kelompok
massa yang menamakan diri Parlemen Jalanan dan Front Pepera PB. Aksi
tersebut dimulai sejak pukul 12.00 sampai 18.10 WIT. Mereka menolak
keberadaan PT Freeport Indonesia dan militer di Tembagapura. Ada 3
tuntutan pendemo. Pertama, meminta PT Freeport Indonesia ditutup.
Kedua, Meminta pasukan TNI/Polri ditarik dari lokasi Freeport. Ketiga
bebaskan 7 tahanan akibat bentrok di Timika.
Massa pendemo
menduduki ruas
jalan Abepura Sentani,
16 Maret 2006
19
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
16 Maret
Kericuhan terjadi pukul 12.15 WIT, ketika ada beberapa pendemo
yang melempar batu dan botol ke arah aparat yang sedang bernegosiasi
dengan Arnoldus Omba (Ketua Front Pepera Kota Jayapura) dan Selpius
Bobii (Sekjen Front Pepera PB). Setelah lama bernegosiasi, massa tidak
mau pemblokiran jalan dibuka, namun aparat tetap menginginkan agar
pemblokiran jalan dibuka. Aparat dengan pakaian anti huru hara jalan
berbaris dan berusaha mendesak massa. Massa mundur ke halaman
kampus Uncen dan melemparkan batu, botol, kayu ke arah aparat yang
berjumlah sekitar 20-an orang. Aparat terpaksa mundur dan massa
menyerbu ke arah aparat. Melihat kejadian itu, anggota intelijen coba
membantu dengan mengeluarkan tembakan. Aksi masa semakin brutal
dan mereka menghujam pukulan dan batu ke arah aparat yang terjatuh.
Akibatnya 4 anggota aparat keamanan tewas.
Mereka adalah:
1. Briptu Pol Arizona Horota (Brimob Polda Papua). Tewas akibat
tertusuk benda tajam pada rusuk kiri dan kening kanan.
2. Briptu Pol Syamsudin (Brimob Polda Papua). Tewas akibat kepala
remuk terkena lemparan batu.
3. Bharatu Daud Soeleman (Dalmas Polresta Jayapura). Tewas akibat
kepala remuk terkena lemparan batu.
4. Serda Agus Supriyadi (Intelijen AURI). Tewas diduga kuat dianiaya,
karena disamping kiri dan kanannya ditemukan batu dan kayu.
Sebelum terjadi bentrok, Wakil Ketua DPRP Komarudin Watubun,
SH sempat menawarkan beberapa opsi agar pemblokiran jalan dibuka.
Namun massa bersikukuh tidak membuka jalan hingga ada kejelasan
penutupan Freeport Indonesia.
Para anggota Brimob melakukan penyisiran sepanjang jalan dan ke
gunung-gunung untuk mengejar massa yang diduga melakukan aksi demo.
Penyisiran dilakukan sampai malam hari. Bahkan mereka melakukan
penyisiran ke rumah-rumah penduduk dan asrama mahasiswa di sekitar
Abepura dan Waena. Siapa saja warga sipil orang Papua yang ditemui di
jalan langsung dipukuli dan diangkut ke Polresta Jayapura. Situasi menjadi
20
amat tegang di daerah Abepura, Waena dan sekitarnya. Sampai malam
hari jalan raya sepi karena warga sipil takut. Penyisiran itu dibantu 2 kompi
TNI Yonif 751.
17 Maret
Sekitar pukul 08.00 WIT pagi, pasukan Brimob masih melakukan
penyisiran dan penembakan membabi buta di sekitar kawasan Abepura
dan Kampus Uncen. Aksi tembakan ke udara ini berlangsung sekitar 1
jam dan sempat membuat warga sekitar ketakutan, terutama anak-anak.
Kepala Satuan (Kasat) Brimobda Papua, Kombes Pol. Tatang
Hermawan dicopot dari jabatannya dan digantikan sementara oleh
Kombes Pol. Robby Kaligis. Tatang Hermawan dinilai telah melakukan
kesalahan dalam menjalankan tugasnya di lapangan. Keputusan ini dibuat
oleh Kapolri Jend. Pol. Sutanto dalam acara tatap muka bersama tokoh
Agama, tokoh Adat dan tokoh Masyarakat di Aula Makodam Jayapura.
Dengan menggunakan kendaraan roda dua dan empat, Brimob
melakukan penyisiran di wilayah Abepura dan Kotaraja dengan
mengeluarkan tembakan ke udara. Akibat dari tembakan 3 warga sipil
terkena peluru nyasar yaitu Solehah (39) terkena peluru di paha kanan,
Ratna Sari (12) terkena pada jari kaki kanan, dan Chatrin Ohee (9) terkena
di bagian bahu kanan. Selain itu tanpa komando, personil Brimob Papua
melakukan sweeping terhadap setiap kendaraan yang melintas di jalan dekat
Markas Brimobda Papua Kotaraja.
Jumlah warga yang ditahan bertambah, dari 40 orang menjadi 73
orang. Sepuluh di antaranya ditetapkan sebagai tersangka, yaitu: Elkana L
(21) Patiasus (30), Ellyas T (21), Othen D (22), Luis G (26), Pemius W
(21), Feri P (21), Selfius Bobi (26), Alex C.W (22), dan Ferdinandus P (22).
Tersangka Selpius Bobii akan dijerat pasal 160 KUHP, karena diduga
telah melakukan penghasutan di depan umum dan diancam hukuman
pidana penjara paling lama 6 tahun. Tersangka Alex C.W. dijerat dengan
pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Darurat No. 12 tahun 1951, karena diduga
kuat tersangka membawa senjata tajam. Tersangka lainnya, akan dijerat
pasal 170 KUHP jo Pasal 214 KUHP tentang tindak pidana pengeroyokan
dan melawan petugas.
21
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
Jenazah Bripka Syamsudin (33) dimakamkan di TPU Abepantai, Briptu
Arsona dimakamkan di Sorong, Baratu Daud Soelaiman diterbangkan
ke Jawa (Bekasi Timur), dan Serda Agung diterbangkan ke Bandung.
Menkopolhukam Widodo AS, Panglima TNI Marsekal TNI Djoko
Suyanto, Kapolri Jend. Pol. Sutanto, dan Kepala BIN Syamsir Siregar
mengunjungi Jayapura terkait kasus 16 Maret 2006 untuk bertemu dengan
para tokoh agama, tokoh masyarakat dan tokoh adat. Tokoh agama yang
hadir antara lain, Mgr. Leo Laba Ladjar, ofm, Pdt. Socrates Sofyan Yoman,
Ketua MUI Papua, Zubeir Husein, Pdt. Herman Saud, perwakilan agama
Budha dan Hindu di Papua. Widodo AS mengatakan ia sangat
menyayangkan aksi demo yang menjurus ke tindakan anarkis yang jelasjelas keluar dari koridor demokrasi. Ia meminta peranan tokoh agama
(toga), tokoh masyarakat (tomas), dan tokoh adat (todat) dalam
menyelesaikan kasus ini. “Mari kita bertekad dan berkomitmen untuk
tetap mewujudkan Papua tanah damai, tanah yang diberkati dan dikasihi
Tuhan,” katanya. Uskup Jayapura, Mgr. Leo Laba Ladjar, ofm dalam
kesempatan yang sangat terbatas, atas nama para tokoh agama,
menyampaikan turut berduka cita atas meninggalnya 4 aparat dan meminta
maaf kepada masyarakat karena tidak mampu berperan menenangkan
masyarakat. Mgr. Leo mengharapkan aparat tidak perlu melakukan
penyisiran, karena akan menimbulkan masalah baru.
Sekitar pukul 15.30 WIT, 4 wartawan Televisi yaitu Dewa (ANTV),
Aryo (26) dan Goror (TV 7), Endi (32) (RCTI), dan Metro dianiaya oleh
anggota Brimob di depan Markas Brimob Kotaraja. Beberapa anggota
Brimob menghancurkan kamera dan alat-alat lainnya, memukul wajah
dan tubuh keempat wartawan dengan popor senapan.
Sekretaris Eksekutif Foker LSM Papua, J. Septer Manufandu dalam
press release mengatakan: Pertama, turut prihatin dan menyampaikan
belasungkawa kepada korban yang meninggal maupun yang luka-luka
dari pihak militer maupun pihak sipil; Kedua, secara prinsipil LSM Papua
tidak menyetujui proses penyampaian aspirasi yang mengedepankan
kekerasan dan merugikan kepentingan publik, karena bertentangan dengan
prinsip dan nilai-nilai demokrasi; Ketiga, masyarakat sipil yang ingin
22
menyampaikan aspirasi dihimbau untuk melakukannya dengan cara yang
demokratis dan melalui mekanisme yang ada; Keempat, mendukung
proses hukum yang profesional sesuai dengan ketentuan hukum yang
berlaku dan mengusut tuntas pelaku kekerasan yang mengakibatkan
jatuhnya korban dan menghimbau kepada semua pihak untuk menghindari
cara-cara kekerasan yang menimbulkan ketakutan pada masyarakat sipil
yang tidak bersalah; Kelima, dihimbau kepada para pejabat daerah
(Gubernur, DPRP, MRP, Todat, Toga dan aparat keamanan) di Papua
untuk peka dan sensitif terhadap persoalan yang muncul dan
menyampaikan aspirasi dari masyarakat dengan secepatnya mencari solusi;
Keenam, menghimbau kepada Pemerintah Pusat dan Daerah untuk
menyelesaikan persoalan di Papua secara komprehensif dan bermartabat
dengan sungguh-sungguh. Foker LSM yang tergabung antara lain Ketua
Steering Commite Foker LSM Papua Juvenalis Ledang, Sekretaris Markus
Kayoi, anggota Paskalis Letsoin, Mince Uduas, Benny Samori, Theresia
Samkakai, Ambrosius Degey, Edwin Rumatora dan Nataniel Yelemaken.
Siaran Pers PBHI Jakarta mengatakan, setelah memantau dan menerima
laporan perkembangan situasi yang terjadi pada 16 Maret 2006 di Kampus
Uncen, PBHI melalui ketuanya Johnson Panjaitan menyampaikan beberapa
sikap: Pertama, sangat prihatin atas terjadinya insiden kekerasan di Abepura
yang menewaskan 4 aparat, serta 19 polisi, seorang wartawan Tempo Cunding
Levi, seorang balita dan empat orang warga sipil luka-luka; Kedua, turut
berdukacita atas korban yang meninggal dunia dan mengutuk pihak manapun
yang melakukan kekerasan. Siapapun pelaku langsung ataupun yang berada
di balik insiden tersebut harus dikejar untuk mempertangungjawabkannya
menurut norma hukum yang berlaku; Ketiga, memprotes keras pernyataan
yang dikeluarkan oleh Kapolda Papua yang terkesan membenarkan
diterapkannya tindakan represif oleh aparat kepolisian untuk mengendalikan
dan memulihkan kondisi keamanan, karena dapat memperkeruh suasana
yang sudah sangat buruk; Keempat, mengecam tindakan penyisiran secara
serampangan yang disertai intimidasi ke asrama-asrama mahasiswa dan
pemukiman masyarakat Pegunungan Tengah di wilayah Jayapura-Abepura
dan Sentani; Kelima, mengecam panahanan dan penangkapan secara
23
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
sewenang-wenang yang telah dilakukan aparat kepolisian terhadap 40 warga
sipil yang sekarang berada di Polresta Jayapura; Keenam, Mendesak
Komnas HAM dan DPR RI untuk segera mungkin turun ke lapangan
untuk memantau secara langsung perkembangan situasi dan memastikan
kebijakan pengendalian oleh aparat keamanan.
Moses Yelipele (25) yang sehari-hari bekerja sebagai buruh bangunan
yang menetap di Abepantai dipukul oleh Brimob sehingga mengakibatkan
luka pada wajah, mata, serta kepala mengalami luka sobek dan telinganya
mengeluarkan darah.
18 Maret
Tim penyidik dari Polresta Jayapura dan Polda Papua telah menetapkan
14 tersangka dalam kasus 16 Maret 2006 antara lain:
1. Selfius Bobi (25) Sekjen Front Pepera PB yang berstatus mahasiswa.
2. Luis G. (27) Karyawan Toko Metro Jaya Abepura
3. Fery P. (22) Tukang parkir
4. Fenius W. (22) mahasiswa
5. Alex C.W. (21) mahasiswa
6. Othen D. (25) swasta
7. Thomas U. (22) mahasiswa
8. Elkana L. (22) pelajar SMU
9. Ellyas T. (30) mahasiswa
10. Patrisius A. (30) swasta
11. Markus K. (47) pegawai
12. Moses L. (35) buruh bangunan
13. Musa A. (28) pegawai honorer
14. Jefri O.P. (21) pengangguran
Tim yang tergabung dalam 12 anggota Mabes Polri, Polda Papua,
dan Polresta Jayapura melakukan pra rekonstruksi tragedi berdarah 16
Maret 2006 di depan kampus Uncen. Pra rekonstruksi dipimpin langsung
oleh Direktur Reskrim Polda Papua, AKBP Paulus Waterpauw dan Ketua
Tim Penyidik Mabes Polri Kombes. Pol. Mathius Salempang pada 16
24
titik. Pra rekonstruksi dimulai saat korban dipukul dan kemudian ditikam
serta dihantam dengan batu. Selain itu rekonstruksi dilakukan di lokasi
mobil Cary dengan nomor polisi DS 1542 AK yang berisikan bom
molotov, di mobil yang menjadi tempat penyimpanan makanan yang
juga menjadi tempat penyimpanan rantai, panah, busur dan sebuah sepatu
PDH, lokasi meninggalnya Bripka Syamsudin.
Proses rekonstruksi juga disaksikan oleh anggota Komnas HAM
perwakilan Papua, para pengacara yang terdiri dari Pieter Ell, SH, Iwan
Niode SH, dan Paskalis Letsoin, SH. Para pengacara ini baru tiba di lokasi
ketika rekonstruksi sudah hampir selesai. Mereka hanya sempat
menyaksikan rekonstruksi dari 3 orang tersangka. Keterlambatan
pengacara ini karena mereka baru saja diberi tahu setelah tim akan memulai
rekonstruksi, sementara para pengacara ketika itu sedang melakukan
pertemuan dengan para pimpinan agama di Kantor Keuskupan Jayapura.
Dalam penyisiran yang dilakukan anggota Brimob pasca kasus “Uncen
berdarah” 16 Maret 2006 ada beberapa asrama yang dirusak antara lain
Asrama Nayak dan Asrama Ninmin. Kaca jendela, pintu, TV dan peralatan
lainnya dirusak oleh Brimob.
Kapolda Papua, Irjen Pol. Drs. Tommy Jacobus meminta maaf
kepada 4 wartawan TV nasional yang mengalami penganiayaan yang
dilakukan oleh oknum Brimob. Oknum Brimob yang melakukan
penganiayaan akan ditindak sesuai dengan aturan dan segala peralatan
yang rusak akan diganti oleh pihak kepolisian.
Komnas HAM Papua membentuk tim investigasi dan pemantauan
kasus Uncen berdarah yang diketuai Albert Rumbekwan, SH, Wakil Ketua
Juhari, SH, Sekretaris Frits B. Ramandey dan beranggotakan Yance T.
Waropen, Abina Wasang gai dan Sandra Mambrasar. Albert
menyampaikan turut berduka cita atas meninggalnya 4 aparat keamanan
dan meminta Kapolda Papua agar menindak tegas pelaku yang melakukan
tindakan anarkis sesuai dengan proses hukum. Komnas menyerukan agar
masyarakat dan aparat dapat menahan diri, tidak terprovokasi oleh isuisu dan meminta perlindungan kepada Kapolda Papua bagi para pekerja
kemanusiaan.
25
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
Rekomendasi Komnas HAM Papua terkait kasus 16 Maret 2006:
Pertama, meminta aparat keamanan untuk memberikan perlindungan
kepada anggota Komnas HAM dalam pelaksanaan tugas bersama Polri
di lapangan pasca kerusuhan. Hal ini sesuai dengan nota kesepakatan
Komnas HAM dan Polri Nomor: 11/Komnas HAM/VI/2005. Nomor:
Pol. B/1572/VI/2005 tanggal 10 Juni 2005. Kedua, mendesak Pemerintah
Pusat segera membuka diri untuk melakukan dialog terbuka terhadap
tuntutan masyarakat tentang penutupan Freeport dengan melibatkan pihakpihak terkait. Investigasi ini dilakukan dengan mengacu pada berbagai
laporan dan pengaduan tentang akses penyisiran paksa pembubaran
demonstran 16 Maret 2006. “Kami sangat menyesali operasi balas dendam
yang dilakukan oleh Brimob, karena masyarakat yang tidak bersalah juga
dipukul dan barang-barangnya dirusak,” ungkap Albert.
Wakil Ketua I MRP, Ir. Frans Wospakrik, M.Sc, menanggapi peristiwa
berdarah 16 Maret 2006 dengan mengatakan seluruh masyarakat Papua memiliki
kewajiban dan ikut serta dalam menjaga Kamtibmas. Masyarakat tidak perlu
terbawa oleh pengaruh pihak-pihak yang melakukan tindakan yang berlebihan
dan merugikan masyarakat. Seluruh masyarakat diminta untuk tetap tenang dan
meletakkan peristiwa tersebut secara proporsional, arif, bijaksana, dan dapat
mendukung langkah-langkah penegakan hukum yang dilakukan oleh pihak yang
berwenang. Semua pihak dimohon untuk menghentikan segala tindakan di luar
ketentuan hukum dan norma yang berlaku.
20 Maret
Direktur Reskrim Polda Papua, AKBP Paulus Waterpauw mengundang
para Penasihat Hukum untuk berbicara tentang pendampingan korban
yang ada dalam tahanan yang bertempat di Polda Papua. Penasihat hukum
terdiri dari 8 orang yang berasal dari beberapa lembaga antara lain LBH
Papua, ELSHAM Papua, Kontras Papua dan ALDP.
Direskrim Polda Papua, AKBP Paulus Waterpauw mengatakan bahwa
dari hasil penyidikan ada 2 tersangka yang mengaku melakukan
pengeroyokan terhadap Brimob dan Dalmas yaitu Feri Pakage (22) tukang
parkir dan Luis Gedi (27) karyawan toko Metro Jaya.
26
Tahanan di Polda Papua
20 Maret 2006
21 Maret
Seusai pertemuan antara Kapolda Papua, DPRP, MRP dan Tokoh
Agama, Kapolda Papua, Irjen Pol. Tommy Jacobus akan memberikan
jaminan keamanan kepada masyarakat dan mahasiswa pasca bentrok 16
Maret 2006 di Abepura. Kapolda juga menjamin tidak akan ada lagi
penyisiran yang dilakukan oleh aparat untuk mencari orang-orang yang
diduga kuat terlibat dalam bentrok itu. Apabila ada aparat yang masih
melakukan penyisiran dan aksi-aksi yang meresahkan dan menakuti
masyarakat akan ditindak tegas.
Uskup Jayapura, Mrg. Leo Laba Ladjar, ofm mengatakan karena
sudah ada jaminan dari Kapolda untuk memberikan jaminan keamanan,
maka masyarakat dan mahasiswa diharapkan untuk kembali melakukan
aktivitasnya secara normal.
DPRP, MRP, dan Tokoh Agama mengeluarkan pernyataan sikap
kepada Presiden RI SBY untuk menyampaikan kekecewaan atas kunjungan
Menkopolhukam dan rombongan ke Jayapura pada 17 Maret 2006.
Isinya: para peting gi di Papua kecewa karena kedatang an
Menkopolhukam dan rombongan tidak mengadakan dialog dengan
masyarakat. Dengan tidak membuka dialog, maka hal itu dilihat sebagai
cerminan sikap Pemerintah Pusat yang dianggap tidak serius dalam
menangani persoalan Papua. Menkopolhukam dan rombongan hanya
27
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
mengunjungi keluarga yang berduka dan korban yang ada di rumah sakit
dan langsung pulang ke Jakarta.
Dalam konferensi pers Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM)
dan Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi (SMPT) Uncen yang diadakan di
Ruang Rapat Rektorat Uncen Kampus Waena, Ketua Senat MPM Uncen,
Decky A. Ovide dan Wakil Ketua I SMPT Uncen Mukry M. Hamadi
mengatakan ada isu-isu yang mengatakan bahwa sejumlah orang dan
mahasiswa akan lari ke PNG meminta suaka politik, karena adanya
ketakutan sejak terjadi bentrok 16 Maret 2006. Menurut Decky, memang
Polri mengatakan akan menjamin keamanan, namun sampai saat ini
kenyataannya polisi masih melakukan pencarian. Selain itu, Decky Juga
menegaskan bahwa MPM dan SMPT Uncen tidak terlibat dalam bentrok
16 Maret. Kalau ada mahasiswa Uncen yang bergabung, mereka itu
termasuk dalam anggota organisasi Front Pepera PB atau Parlemen Jalanan.
Terkait kasus 16 Maret 2006, SMPT dan MPM Uncen mengeluarkan
10 pernyataan sikap. Pertama, menyampaikan turut berduka cita atas
meninggalnya 4 aparat. Kedua, badan pengurus SMPT dan MPM
membantah terlibat dalam aksi masa tersebut, karena aksi demonstrasi
itu dipimpin langsung oleh ketua Front Pepera PB dan Parlemen Jalanan
yang merupakan organisasi eksternal kampus yang tidak memiliki ikatan
dengan Uncen baik secara struktural maupun akademik. Ketiga, Kejadian
itu bukan terjadi di lingkungan kampus, tetapi di ruas jalan Abe-sentani
depan kampus Uncen. Keempat, kampus Uncen sejak lama terkenal
sebagai corong penyampaian aspirasi masyarakat Papua sehingga segala
bentuk demonstrasi damai dan aksi lainnya, sering menggunakan kampus
Uncen, namun bukan berarti organisasi kemahasiswaan Uncen ikut terlibat
di dalamnya. Kelima, Ketua umum SMPT dan MPM Uncen tidak ada
di tempat pada kejadian 15–16 Maret 2006 dan tidak memberi mandat
kepada pengurus lainnya. Keenam, meminta kepada jajaran Muspida
Provinsi Papua agar segera mengeluarkan satu seruan kepada masyarakat
dan kepada pihak yang bertikai agar menahan diri dan tidak terprovokasi
atas isu-isu yang beredar sehingga tidak menimbulkan rasa takut dan
konflik yang berkepanjangan dan mengupayakan rekonsiliasi serta dialog
28
untuk menyelesaikan masalah ini. Ketujuh, meminta kepada Polda Papua
mengusut tuntas pelaku pengeroyokan aparat keamanan dan
mengumumkan kepada publik siapa pelakunya. Kedelapan, meminta
kepada Polda Papua dan Kodam XVII/Trikora agar memberikan jaminan
kepada warga dan mahasiswa yang tidak terlibat dalam peristiwa tersebut
supaya bisa melakukan aktivitas seperti biasanya. Kesembilan, meminta
pemerintah pusat dan daerah agar lebih peka dan tanggap dalam
menyikapi beragam persoalan dengan mengedepankan jalur musyawarah
untuk mufakat serta mengedepankan prinsip demokrasi sehingga peristiwa
tersebut tidak terulang lagi. Kesepuluh, kepada rekan-rekan mahasiswa
dan mahasiswi Uncen agar dapat kembali melakukan aktivitas perkuliahan
seperti biasa yang terhitung mulai tanggal 27 Maret 2006.
Sekitar pukul 16.00–17.00 WIT beberapa anggota Brimob melakukan
penyisiran di Asrama Uncen Baru Perumnas III Waena. Mereka terdiri
dari 3 orang berpakaian preman. Terdengar bunyi tembakan sebanyak 2
kali. Para penghuni asrama berlarian menyelamatkan diri ke gunung, tidak
ada korban luka.
22 Maret
Anggota Brimobda Papua bernama Briptu Suhad Eko Pranoto yang
sedang menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Abepura
meninggal dunia pada pukul 7.30 WIT. Jenazahnya segera diterbangkan
ke Surabaya untuk selanjutnya dimakamkan di Ngawi, Jawa Timur.
Jajaran Polda Papua menangkap warga sipil bernama Mathias Mihel
Dimara yang berprofesi sebagai wiraswasta. Ia ditangkap di rumahnya di
belakang Rumah Sakit Marthen Indey, Kloofkamp Jayapura. Ia diduga
kuat terlibat dalam aksi 16 Maret 2006. Tersangka mengaku melempar
batu ke arah aparat.
Menanggapi adanya sinyalemen bahwa ada masyarakat dan mahasiswa
yang ingin mencari suaka politik di PNG, Penjabat Gubernur Papua,
Sodjuangon Situmorang mengatakan agar niat untuk mencari suaka di
luar negeri sebaiknya tidak dilakukan, karena kondisi Papua khususnya
Jayapura saat ini sudah mulai kondisif atau berjalan normal. Katanya “Kalau
29
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
memang tidak bersalah kenapa mesti takut. Pokoknya kita menjamin,
saya dan aparat keamanan menjamin tidak akan ada apa-apa, silakan
masyarakat kembali melakukan aktivitas sebagaimana biasanya”.
Terkait dengan persoalan Freeport yang merupakan biang dari bentrok
16 Maret, Penjabat Gubernur Papua, Dr. Sodjuangon Situmorang
menyarankan agar Freeport lebih transparan, supaya masyarakat mengerti
apa dan bagaimana Freeport. Selama ini masyarakat tidak mengerti
mekanisme Freeport, misalnya neraca perusahaan seperti apa, berapa besar
deviden yang dibagi, siapa pemilik saham. Padahal ada tawaran dari
Freeport untuk Pemda kurang lebih 9,5%. Tawaran itu sudah lama, namun
tidak pernah diketahui oleh masyarakat Papua.
23 Maret
Pimpinan-pimpinan agama dan sejumlah LSM yang bergerak dalam
bidang hukum dan HAM melakukan pertemuan di Kantor Keuskupan
Jayapura. Pertemuan dihadiri oleh pimpinan-pimpinan agama yang terdiri
dari Pdt. Hermann Saud, M.Th, (PGGP), Pdt. Andreas Ayomi, M.Th
(PGGP), Pdt. Wim Rumainum(PGGP), Bpk. Dudung AQN (MUI),
Bpk. IGM Sunartha, S.Ag (PHDI Provinsi Papua) dan perwakilan dari
sejumlah LSM yaitu SKP Keuskupan Jayapura, Kontras Papua, ALDP,
LBH Gideon, ELSHAM Papua, Sinode GKI Papua, LPHDM Papua,
Yahamak, Foker LSM Papua, JPIC Sinode GKI, LBH Papua, dan juga
LSM Nasional PBHI Jakarta, dan Jaringan Relawan Kemanusiaan Jakarta.
Mereka sepakat untuk membentuk Tim Advokasi Papua Tanah Damai
(TAPTD) dengan koordinatornya adalah Pdt. Hermann Saud, M.Th.
Dalam rangka mengklarifikasi kasus 16 Maret 2006, pihak Uncen dan
aparat keamanan (TNI dan Polri) mengadakan pertemuan di Rektorat
Uncen. Pertemuan itu dihadiri oleh Rektor Uncen, Prof. Dr. Bert
Kambuaya, Danrem 172/PWY Kolonel Azis Wanto, Dandim 1701/
JPR, Letkol Viktor Tobing, Kapolresta Jayapura, AKBP Drs. Taufik
Pribadi, sejumlah aparat keamanan, perwakilan mahasiswa, jajaran
pembantu rektor, dekan dan ketua-ketua jurusan. Rektor Uncen
mengatakan pertemuan ini bertujuan untuk mencari solusi terbaik dalam
30
penyelesaiannya agar kasus serupa tidak terulang lagi. Diharapkan ke depan
agar setiap mahasiswa disegani karena kemampuan otaknya, bukan dikenal
kerena kemampuan fisiknya. Danrem 1702/PWY menegaskan bahwa
komitmen menjadikan Papua Tanah Damai perlu dipertahankan. Oleh
karena itu dalam penyampaian aspirasi tidak dilakukan dengan cara-cara
kekerasan dan tidak mengganggu kepentingan umum. Dandim, Victor
Tobing mengatakan bahwa budaya palak dan melakukan pemalangan
bukan budaya mahasiswa dan masyarakat Papua sehingga kebiasaan itu
harus ditinggalkan.
Ketua Badan Pengurus Asosiasi Mahasiswa Pegunungan Tengah
Indonesia (AMPTI) bagian Indonesia Timur, Agus Alua mengatakan
bahwa jaminan keamanan yang diberikan oleh Kapolda Papua, Tommy
Jacobus kepada mahasiswa dan masyarakat seperti diragukan sebagian
penghuni asrama. Sampai kini banyak mahasiswa yang belum kembali
keasramanya. Jumlah mereka mencapai 200 orang. Mereka masih menetap
di hutan dan di tempat persembunyian. Asrama-asrama yang masih
kosong, yaitu Asrama Nayak, Elisa, Ninmin, Moni, dan Baliem Yalhimo.
Menteri Pertahanan, Juwono Sudarsono dalam menanggapi rencana
sejumlah mahasiswa yang mencari suaka politik ke PNG mengatakan,
bahwa rencana itu sangat tidak beralasan karena kasus 16 Maret bukan
hanya membawa trauma bagi mahasiswa tetapi juga kepada aparat
keamanan. Juwono juga meminta untuk diselidiki jumlah mahasiswa yang
melarikan diri ke hutan karena ada yang mengatakan 1200 orang dan 200
orang. Ia meminta agar mahasiswa yang masih bersembunyi di hutan
agar kembali ke asrama-asrama dan tidak perlu khawatir atas tindakan
balas dendam yang dilakukan oleh aparat keamanan.
Kapolda Papua, Irjen Pol. Tommy Jacobus, mengatakan bahwa pihak
kepolisian telah menurunkan tim untuk mengidentifikasi kerusakan yang
ada dan sekaligus melakukan perbaikan asrama yang rusak. Perbaikan
asrama akan dipimpin langsung oleh Kepala Biro Logistik Kombes Pol.
Stevanus Sudibyo. Kepolisian telah menyiapkan material, tukang dan tim
dari anggota Brimob untuk memperbaiki asrama-asrama yang rusak.
31
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
24 Maret
Pihak Kepolisian mulai memperbaiki asrama-asrama yang rusak akibat
penyisiran yang dilakukan oleh aparat keamanan pada 16–17 Maret 2006.
Jumlah asrama yang rusak sebanyak 18 asrama. Asrama-asrama akan
diperbaiki secara bertahap dan dimulai dengan asrama Sakura Uncen.
Perbaikan asrama melibatkan aparat Kepolisian dari Polda Papua, Polresta
Jayapura, Brimobda Papua, Polsekta Abepura dan mahasiswa yang
dipimpin langsung oleh Karo Bina Mitra Polda Papua Kombes Pol. Drs.
B.P.H. Sitompul, SH.
Kepolisian menangkap 2 tersangka yaitu Nelson R. (20) (preman) dan
Besiur M. (22) (mahasiswa) yang terlibat dalam bentrok di depan kampus
Uncen Abepura. Nelson ditangkap pada pukul 02.00 WIT (dini hari) di
Lingkaran Abepura dan Besiur ditangkap di Tanah Hitam pukul 17.00
WIT. Dengan ditangkapnya Nelson dan Besiur, maka jumlah tersangka
menjadi 17 orang. Dari hasil pemeriksaan, Nelson adalah tersangka yang
mengambil dua buah gas air mata yang dibawa Briptu Daud Soleman
dan melemparkan batu ke korban. Sedangkan Besiur, diduga kuat telah
mengumpulkan dana untuk kegiatan demo, mengumpulkan batu yang
digunakan untuk melempar aparat dan mengumpulkan makanan untuk
para demonstran.
25 Maret
Tim Advokasi Papua Tanah Damai yang terdiri dari Tokoh Agama
dan beberapa LSM mengadakan tatap muka dan mengunjungi para
tersangka. Dalam kunjungan itu, Pdt. Hermann Saud menghimbau kepada
mahasiswa agar kembali melakukan aktivitasnya dan tidak perlu takut
dengan adanya isu penyisiran.
26 Maret
Acara silaturahmi dan konferensi pers dalam menyikapi kasus 16 Maret
2006 diadakan di rumah jabatan Rektor Uncen, Padang Bulan. Acara
tersebut dihadiri Rektor Uncen Prof. Dr. Bert Kambuaya, Kapolda Papua
Tommy Jacobus, PJS. Gubernur Papua Sodjuangon Situmorang, Pangdam
32
XVII/Trikora George Toisuta, Danlantamal V Brigjen TNI Sapardi, Wakil
Ketua DPRP Komarudin Watubun, Tokoh Agama Pdt. Hermann Saud,
Tokoh Masyarakat, Tokoh Adat, dan sejumlah civitas akademika. Dalam
pertemuan tersebut Kapolda Papua mensinyalir ada pihak-pihak tertentu
yang menginginkan Papua kacau dengan menyebarkan isu-isu yang
meresahkan masyarakat. Salah satu isu yang menyesatkan, yaitu adanya
berita penemuan 16 mayat pasca bentrok 16 Maret 2006. Tommy Jacobus
mengatakan bahwa isu-isu itu tidak benar dan mengimbau kepada
mahasiswa untuk kembali ke asrama dan melakukan aktivitas seperti biasa
karena pihak kepolisian menjamin keamanan. “Mari kita tetap pertahankan
Papua sebagai Tanah Damai,” katanya. Hal senada juga diungkapkan oleh
Rektor Uncen dan Pjt. Gubernur Papua.
27 Maret
Direskrim Polda Papua, AKBP Paulus Waterpauw mengatakan dari
hasil pengembangan penyidikan pihak Kepolisian, DPO (Daftar Pencarian
Orang) bertambah dari 12 orang menjadi 17 orang.
Asosiasi Mahasiswa Pegunungan Tengah Se-Indonesia (AMPTI)
Dewan Pimpinan Wilayah Timur Indonesia mengadakan jumpa pers di
Asrama Nayak Jl. Sorong No. 04 Abepura. Dalam jumpa pers tersebut,
Ketua AMPTI DPW Timur Indonesia, Agus Alua mengatakan dalam
bentrok antara masa dan aparat pada tanggal 16 Maret 2006 tidak hanya
menewaskan aparat tetapi juga menewaskan seorang warga sipil, yaitu
Dany Hisage (22). Dany Hisage meninggal dunia setelah tertembak
pada tanggal 17 Maret di Jl. Baru Kotaraja dalam penyisiran yang dilakukan
aparat keamanan. AMPTI juga menghimbau kepada mahasiswa yang
masih trauma agar kembali ke asrama atau bisa datang ke posko yang
bertempat di Asrama Nayak.
Dalam jumpa pers di Asrama Nayak, AMPTI menyatakan 4 sikap.
Pertama, berdasarkan pangalaman dan penderitaan masyarakat dan
mahasiswa Pegunungan Tengah dari kasus Dr. Tom Wanggai tahun 1996
sampai Abepura berdarah tahun 2000 dan terakhir kasus bentrok depan
Uncen, masyarakat dan mahasiswa Pegunungan Tengah selalu dijadikan
33
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
stigma (dikejar). Kami menilai Kapolda selalu mendiskriminasi masyarakat
Papua khususnya masyarakat Pegunungan Tengah. Kami berharap stigma
separatis harus dihentikan dan harus memberi kebebasan di Tanah leluhur
kami. Kedua, demi penegakan hukum di Provinsi Papua, maka oknumoknum Brimob yang sewenang-wenang melakukan penyisiran dan
pengrusakan asrama juga penembakan terhadap warga sipil serta
pembakaran ijasah milik mahasiswa Pegunungan Tengah harus ditangkap
dan diproses secara hukum. Ketiga, demi keamanan terhadap masyarakat
dan mahasiswa Pegunungan Tengah, maka AMPTI mendesak Kapolda
Papua segera mengeluarkan pernyataan jaminan hidup secara tertulis
kepada masyarakat dan mahasiswa Pegunungan Tengah, karena
berdasarkan pengalaman kasus-kasus sebelumnya mereka selalu dibantai,
diteror dan dibunuh di atas tanah leluhurnya. Keempat, Sebelum Kapolda
menyikapi ketiga point di atas, maka pihak Polda tidak diperbolehkan
melakukan perbaikan asrama-asrama yang rusak.
Kapolda Papua, Irjen Pol. Tommy Jacobus mengadakan pertemuan
dengan Rektor Uncen, Bert Kambuaya dan perwakilan Mahasiswa di
Aula Polda Papua. Tommy Jacobus mengatakan 17 tersangka yang
ditangkap 6 diantaranya adalah mahasiswa tetapi bukan mahasiswa Uncen.
Dalam pertemuan tersebut disepakati untuk menjaga keamanan dan
menghindari adanya demo, pihak Uncen akan membangun pos satpam
dan pagar yang akan menutup kampus Uncen. Polda dan Uncen sepakat
untuk meningkatkan kemitraan yang sudah terjalin dan saling membantu
dalam melakukan kajian berbagai masalah yang terkait upaya menciptakan
situasi Kamtibmas yang kondusif di Papua.
Anggota Komnas HAM, Enny Soeprapto yang diutus untuk melihat
dari dekat kasus 16 Maret mengatakan, sampai saat ini pihaknya belum
menemukan kasus pelanggaran HAM, walaupun penyelidikan belum
sampai final.
Koordinator Front Pepera PB, Arkilaus Baho di Jakarta mengatakan
bahwa ada 3 mahasiswa yang meminta suaka politik di PNG yaitu Cosmos
Yual, Lydia dan Linda. Hal ini juga diakui Kedutaan Besar RI di Port
Moresby dan Konsulat RI di Vanimo.
34
28 Maret
Dubes Ad Interim untuk PNG, Pratito mengatakan bahwa berita
adanya tiga mahasiswa yang meminta suaka politik ke PNG tidak benar.
Hal ini juga dibenarkan oleh Polda Papua.
Rombongan Menkopolhukam, Widodo AS tiba di bandara Sentani
pukul 11.30 WIT. Rombongan Widodo AS berkunjung ke Jayapura untuk
bertemu dengan Ketua MRP, Wakil Ketua DPRP, Rektor Uncen dan
perwakilan mahasiswa, serta Tokoh-tokoh Agama. Kunjungan ini
dimaksudkan untuk mengklarifikasi pernyataan kekecewaan para
pemimpin agama sebelumnya.
Dalam pertemuan rombongan Menkopolhukam dengan pimpinan
agama yang berlangsung secara tertutup di Gedung Negara Dok V
Jayapura, pimpinan agama menyoroti permasalahan yang berhubungan
dengan kasus penyisiran pasca 16 Maret 2006. Pimpinan agama juga
meminta perhatian menteri dan pemerintah untuk segera menyelesaikan
masalah Freeport. Para pimpinan agama menegaskan bahwa mereka
bersuara keras jangan dipandang atau dicap sebagai separatis, tetapi mereka
hanya menjalankan tugasnya sebagai pembawa damai, sesuai dengan
komitmen bersama untuk menciptakan Papua sebagai Tanah Damai.
Dalam jumpa pers yang digelar di Gedung Negara, Menkopolhukam,
Widodo AS mengatakan berbagai masalah di Papua haruslah diolah
melalui pendekatan damai, komunikatif dan meletakkan konsep
penyelesaiannya pada pelaksanaan Otsus secara konsisten. Terkait kasus
16 Maret 2006, Widodo mengatakan Pemerintah dan aparat segera
melakukan langkah-langkah hukum secara profesional dan proporsional
melalui proses hukum yang akuntabel dan transparan, dalam arti yang
bersalah itulah yang harus dikenakan sanksi hukuman. Pemerintah dan
aparat menjamin keamanan dengan tidak ada lagi penyisiran serta sebaiknya
bagi semua pelaku yang terlibat di dalamnya segera menyerahkan diri
agar bisa diproses secara hukum. Pemeritah Pusat tidak akan menggunakan
pendekatan militer dalam menyelesaikan kasus di Papua, semua masalah
akan diselesaikan melalui dialog dan pendekatan yang persuasif.
Seorang mahasiswa, Asyo Richard Iek (27) ditembak di depan
35
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
rumahnya oleh orang yang tak dikenal dengan mengendarai sebuah motor
bebek. Penembakan terjadi saat korban sedang merayakan wisudanya
bersama rekan-rekannya. Peluru bersarang di punggungnya hingga tembus
di perut bagian kanan.
29 Maret
Kapolsekta Abepura, AKP Robert Suweni, SH mengadakan jumpa
pers di Polsekta Abepura sehubungan dengan penembakan seorang
mahasiswa di Buper Waena.
Tim Penyidik Polda Papua melakukan olah TKP terhadap kasus
penembakan Asyo Richard Iek (27). Tim penyidikan dipimpin oleh
Direskrim Polda Papua, AKBP Paulus Waterpauw dan ikut dalam tim
tersebut Kasat Brimob Kombespol Robby Kaligis, Kabid Propam
Kombespol Anang Sudiono, Kabid Humas Polda Kombespol Kartono
W dan Kapolresta Jayapura, AKBP Taufik Pribadi. Kapolresta Jayapura
mengatakan setelah mengadakan penyidikan, proyektil yang telah
dikeluarkan dari tubuh korban akan dikirim ke Puslabfor Mabes Polri
untuk dilakukan pengujian tentang spesifikasi dari jenis dan senjata apa.
31 Maret
Kapolda Papua, Irjen Pol. Tommy Jacobus, mengatakan dari hasil
pengujian proyektil di Puslabfor Bareskrim Mabes Polri, diperoleh
keterangan bahwa proyektil yang bersarang di tubuh Asyo Iek adalah
jenis kaliber 38 mm yang berasal dari jenis pistol Revolver merek Smith
atau Wilson atau Pindad. Oleh karena itu, pihak Polda Papua telah
mengumpulkan beberapa senjata jenis Revolver untuk diambil sampelnya
kemudian diteliti. Menurut Kapolda, apabila yang melakukan penembakan
itu adalah polisi maka akan dipecat.
Keadaan Asyo Iek sudah semakin membaik, namun dokter
menyarankan agar ia menjalani puasa selama 1 minggu. Hal ini dilakukan
agar proses penyembuhan luka operasi pada perutnya cepat sembuh. Ibu
korban, Ny. Estevina mengatakan bahwa keluarga meminta jaminan
keamanan sehingga masalah ini dapat diusut tuntas. Hal ini dikatakan karena
36
salah satu saksi kunci, yakni Erik Urior (ipar Arsyo) dikabarkan hilang. Ia
dijemput oleh orang-orang yang tidak dikenal pada hari Rabu pukul 21.00
WIT saat sedang menjaga Arsyo di RSDH.
A.4 CATATAN MENGENAI KEBEBASAN WARGA
4 Januari
Danrem 172/PWY Kolonel Inf. Asis Wanto mengatakan, dalam
rangka mengantisipasi munculnya gangguan-gangguan kelompok Gerakan
Separatis Papua (GSP) menjelang pelaksanaan Pilkada Gubernur dan Wakil
Gubernur Papua periode 2005-2010, pihak TNI akan mengintensifikasikan
pengamanan di daerah-daerah yang masih dianggap rawan gangguan,
terutama di wilayah perbatasan.
Oknum TNI Praka Rosadi yang terlibat dalam kasus penembakan
warga sipil Asiki, divonis 1 tahun penjara karena turut menganiaya korban,
resmi naik banding. Surat pengajuan banding Praka Rosadi resmi
dilayangkan ke Pengadilan Militer III-9 Jayapura.
12 Januari
Duabelas tersangka penembakan 2 warga Amerika masing–masing
berinisial YK (21) warga Gang Cemara Kwamki Baru, Markus Kalbagne
(39) warga Kwamki Lama Jalur III, Viktus Wamang (58) warga Kwamki
Baru, Dani Mani (33) warga SP XII Jalur II Timika, Hardi Tsugama (32)
Jalan Kangguru Kwamki Lama, Agustinus Anggaibak (15) warga
Kwamki Baru, Germanus Magal (56) warga Kwamki Baru, Johanes
Kasimoy (51) Jalan Maleo Kwamki Baru, EO (21) warga Jalan Kwamki
Baru, Isak (onawame) Onawati (53) warga Kwamki Baru, Felix Dagme
(27) Jayanti dekat Lapas SP VI Timika, dan Antonius Wamang (53) Jalan
Baru Kwamki Baru dekat BLK ditahan di Polda Papua.
13 Januari
Setelah melalui pemeriksaan secara intesif, akhirnya 8 dari 12 orang
37
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
yang ditangkap Polri akibat diduga terlibat penembakan terhadap 2 warga
AS dan 1 WNI di Timika (Papua), ditetapkan sebagai tersangka. Mereka
terancam pidana maksimal hukuman mati. Kedelapan tersangka tersebut
masing–masing Antonius Wamang (53), Agustinus Anggaibak (15), Johanes
Kasimony (51), Ishak (ondawame) Onawati (53), Yulianus Diegme, Hardi
Tsugama, Darius Iwak dan Felix Dagme. “Delapan orang itu diancam
melanggar pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana,” ujar
Wakadif Humas Polri Brigjen Polisi Anton Bahcrul Alam di Jakarta.
Sementara itu 4 orang yang dilepas adalah Markus Kalbagne, Germanus
Magal, Viktus Wamang dan Dani Mani.
14 Januari
Delapan tersangka “kasus penembakan di Mile 62-63 Timika “ masingmasing Antonius Wamang, Agustinus Anggaibak, Johanes Kasimony, Ishak
(onawame) Onawati, Yulianus Deigme, Hardi Tsugama, Darius Iwak dan
Felix Dagme dievakuasi ke Jakarta. Hal ini dibenarkan Kabid Humas
Polda Papua, Kombes Pol. Drs. Kartono Wangsadisastra.
Massa yang tergabung dalam Front Pepera PB (Papua Barat)
memblokir jalan Raya Abepura–Sentani tepatnya di depan kampus Uncen
Abepura, terkait dengan pemindahan 8 orang tersangka kasus Timika ke
Jakarta.
Keluarga para tersangka antara lain Mama Yosepa Alomang, Paula
Makabori dan Ketua Advokasi tersangka Aloysius Renwarin, SH
mengatakan keberangkatan 8 tersangka itu dilakukan secara diam-diam
tanpa ada pemberitahuan resmi terhadap keluarga tersangka.
Kepala Kejaksaan Tinggi Merauke, Eddy Soetyono, SH menegaskan
tidak akan pernah menanggapi surat yang dilayangkan DPR RI ke
Kejaksaan untuk meminta menghentikan segala proses hukum terhadap
para anggota DPRD Merauke periode 1999–2004 berkaitan dengan
penggunaan dana penunjang tahun 2002.
16 Januari
Ketua Tim Kuasa Hukum para tersangka kasus penembakan mile 63
38
Timika, Pieter Ell, SH mengatakan akan mempraperadilankan Polda Papua
karena dianggap telah bertindak nonprosedural dalam melakukan
penangkapan terhadap 12 warga sipil, serta mensomasi PT Freeport
Indonesia dan PT Garuda Indonesia. Kedua perusahaan itu dinilai
memberikan kemudahan terhadap pihak kepolisian melakukan
penangkapan dan membawa tersangka dari Timika ke Polda Papua di
Jayapura.
17 Januari
Kapolda Papua Irjen Polisi Drs. Tommy J. Jacobus mengatakan Polda
Papua tidak keberatan jika mau di pra peradilankan oleh tim pengacara
“Kasus Timika” karena apa yang telah dilakukan terkait dengan “kasus
Timika “ sudah sesuai dengan prosedur hukum.
18 Januari
Massa Front Pepera Papua Barat dan Koalisi Rakyat Papua melakukan
aksi demo ke Gedung DPRP soal “kasus Timika”. Namun mereka gagal
menembus masuk ke halaman DPRP karena tidak ada seorangpun
anggota DPRP yang mau menerima kehadiran para pendemo.
Di Wasior kabupaten Wondama, dua oknum anggota Brimob Polda
Papua berinisial Briptu FM dan Briptu NS menganiaya dan mengeroyok
seorang guru. Peristiwa ini bermula ketika korban memukul seorang siswa
yang masih berhubungan keluarga dengan pelaku karena siswa tersebut
terlambat masuk sekolah setelah liburan Natal dan Tahun Baru.
Sebanyak 24 Atase Pertahanan (Athan) Militer dari 19 negara sahabat
melakukan kunjungan ke Provinsi Papua, khusus ke Jayapura dan Wamena.
Ke 24 itu, diantaranya Kapten John Dudluey Atase Laut dan Kapten
Tony Jones Atase Udara (Australia), Letkol Haji Awang Ahmad (Brunei),
Letkol Jiang Jipe (Cina), Kolonel Rainer Nuecken (Jerman), Kapten Issuya
Toyoma (Jepang), Kolonel Lee Yong Kil (Korea), Kolonel Kenkeo
Pholsena (Laos), Khin Moung Soe (Myanmar), Kolonel Charles Koll
(Belanda), Kolonel Reginald Mclod (New Zealand), Kolonel Athan
Alfredo Peralta (Philipna), Kapten Vitaly G (Rusia), Kolonel Chio Choo
39
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
Hong (Singapura), Kolonel Peter Hediger (Switzerlland), Kolonel Wichai
Churced (Thailand), Tran Ngoe Dan (Vietnam), Kolonel Sam Jarvis
(Inggris), Mayor Tim Nolin (AS), Kapten Fransesco Tedeschi (Italia) dan
Kapten Joe Ruivo (Portugal).
Terkait dengan sikap dewan yang tidak mau menerima para pendemo
Ketua Penasehat Hukum 8 tersangka, Pieter Ell, SH mengatakan, tindakan
yang dilakukan oleh anggota DPRP terlalu berlebihan dan tidak
menunjukkan sikap keberpihakan kepada masyarakat.
19 Januari
43 warga Papua dikabarkan mencari suaka di Australia. Asosiasi Papua
Barat (AWPA) Australia mengatakan, di antara 40 warga itu termasuk
sejumlah aktivis OPM dan empat anak-anak. Jubir AWPA, Louise Byrne,
mengungkapkan, para pencari suaka itu dilaporkan melarikan diri ke
Australia untuk menghindari kejaran pemerintah Indonesia.
Sementara itu Penjabat Gubernur Provinsi Papua Dr. Sodjuangon
Situmorang, M.Si, mengatakan bahwa sampai saat ini belum mendapat
laporan tentang 43 warga Papua yang mencari suaka di negara Australia.
Namun kalau informasi itu benar, sangat mengherankan sekaligus sangat
disayangkan, karena di Papua saat ini kondisinya sangat kondusif. Apalagi
pemerintah tidak pernah melakukan tekanan kepada warganya.
20 Januari
Di Distrik Waghete Kabupaten Paniai aparat TNI melakukan
penembakan kepada warga sipil sekitar pukul 07.30 WIT, sedikitnya satu
orang tewas dan dua lainnya luka-luka. Nama–nama korban tersebut
adalah :
1. Moses Douw (23) tewas.
2. Yonike Kotouki (18) luka pada paha kanan.
3. Petrus Pekey (22) luka dirusuk kanan.
Peristiwa penembakan ini diduga berawal dari masalah pengurusan surat
penagihan jalan.
40
21 Januari
Tiga kuasa hukum kasus penembakan di Timika masing–masing Iwan
Niode, SH, Rahman Ramli, SH, dan Sihar Tobing, SH mendaftarkan
Polda Papua soal kasus Timika ke Pengadilan Negeri Jayapura dengan
nomor register No.1/Per.Prapid/2006/PN.Jpr.
23 Januari
Demo damai yang dilakukan ratusan massa yang tergabung dalam
Front Rakyat Papua Anti Militerisme (FR PAM) ke DPRP nyaris ricuh;
tiga mobil dirusak massa. Kedatangan mereka ke DPRP itu guna
menyampaikan aspirasi terkait kasus penembakan di Waghete, Kabupaten
Paniai, yang menyebabkan 1 orang tewas dan 2 orang lainya luka-luka.
Dalam orasinya maupun aspirasi yang terpampang dalam spanduk yang
dibawa, mereka menuntut agar seluruh pasukan TNI di Papua ditarik,
dan pecat pelaku penembakan dan pecat Pangdam XVII/Trikora.
Bupati Merauke Drs. Johanes Gluba Gebze menyatakan 43 warga
Papua yang meminta suaka di Australia karena alasan keamanan perlu
dipertanyakan, sebab secara umum di Papua, khususnya di Merauke saat
ini sangat aman dan kondusif.
24 Januari
Anggota Komisi A DPRP Henny Arobaya mengatakan untuk
menindaklanjuti aksi demo massa Front Rakyat Papua Anti Militeralisme
(FRPAM) ke DPRP, DPRP melalui Komisi A membentuk tim investigasi
kasus Waghete. Tim ini terdiri dari dua tim. Tim satu akan melakukan
investigasi langsung ke Tempat Kejadian Perkara (TKP) di Waghete, serta
Tim dua ditugasi berkoordinasi langsung dengan Panglima TNI di Jakarta.
25 Januari
Pelaku penembakan terhadap 3 warga sipil di kampung Waghete,
Distrik Tigi Kabupaten Paniai (Papua) adalah Letda Inf Situmeang,
Komandan Pleton (Danton) Timsus Yonif 753 Arga Vira Tama. Dia
melakukan penembakan terhadap Yonike Kotouki (18) dan Petrus Pekey
(22). Menurut Bripda Ronald Isac Tumena, anggota Polsek Waghete, dia
41
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
diduga melakukan penembakan terhadap Moses Douw yang akhirnya
tewas (meninggal dunia).
Tewasnya Moses Douw dalam peristiwa penembakan di Kampung
Waghete, Paniai melahirkan 4 kesepakan damai antara pihak masyarakat,
Muspida dan pihak TNI, yaitu :
1. Tidak akan ada lagi letusan peluru terhadap masyarakat sipil.
2. Pendekatan yang dilakukan kepada masyarakat tidak lagi menggunakan
senjata tetapi dialog.
3. Akan menghormati hak-hak dasar masyarakat Papua.
4. Bertekad membangun Papua, atas dasar Papua sebagai bagian dari
Tanah air Indonesia dengan tetap memperhatikan amanat UU No.21
tahun 2001 tentang Otonomi Khusus.
29 Januari
Warga Sentani (Ibu Kota Kabupaten Jayapura) dikejutkan dengan
berkibarnya Bendera Bintang Kejora di tiang bendera kantor Distrik
Sentani. Kejadian ini segera diketahui aparat sehingga bendera tersebut
hanya berkibar 11 menit. Pelaku pengibaran bendera, Yakob Ambo
Mamori (25) yang sempat ditahan pihak Kepolisian Polres Jayapura,
mengaku hanya disuruh orang. Namun pihak Kepolisian tetap melakukan
penyelidikan. Hal ini dibenarkan Kapolres Jayapura AKBP Jacob
Kalembang, BA.
30 Januari
Pengibar bendera Bintang Kejora, 28 Januari 2006 di Kantor Distrik
Sentani, Yakob Ambo Mamori (25) diperiksa di Rumah Sakit Jiwa
Abepura. Hal ini disebabkan selama menjalani pemeriksaan di Polres
Jayapura, keterangan yang diberikan selalu berubah-ubah sehingga Polisi
menduga tersangka mengalami kelainan jiwa.
2 Februari
Danrem 172/PWY, Kolonel Inf. Asis Wanto, mengungkapkan,
sebanyak 198 anggota Kelompok Separatis Bersenjata (KSB) yang selama
42
ini beroperasi di daerah Pantai Timur dan Pantai Barat Kabupaten Sarmi
menyerahkan diri ke pihak TNI melalui Kompi Rajawali 372 yang
dipimpin oleh Kapten Inf. Yusan dan Kasie Intel korem 172/PWY Letkol
Kav. Napoleon.
5 Februari
Perayaan HUT Pekabaran Injil di Tanah Papua yang ke 151 diperingati
di seluruh Tanah Papua dengan berbagai bentuk kegiatan dan perayaan.
Di Jayapura, hari pekabaran injil diperingati dengan doa dan pujian
yang dilangsungkan di GOR Cendrawasih Jayapura, dihadiri oleh ribuan
umat dan warga. Perayaaan ini dihadiri juga oleh Penjabat Gubernur Papua,
Dr. Sodjuangon Situmorang beserta unsur Muspida Papua, anggota DPD
Papua, Ketua MRP dan beberapa pasangan kandidat Gubernur-wakil
Gubernur Papua seperti Konstan Karma, Bas Suebu – Hesegem, dan SP
Inauri, sedangkan pasangan lainnya tampak tidak hadir. Perayaan HUT
Pekabaran Injil 151 ini bertemakan Transformasi bagi Papua.
12 Februari
Wakil Bupati Boven Digoel, Marselinus Yamkondo, mengatakan,
Pemerintah Kabupaten Boven Digoel akan melakukan repatriasi
(pemulangan) terhadap kurang lebih 8.000 warganya yang telah lama tinggal
di PNG, yang selama ini berstatus sebagai pelintas batas.
21 Februari
Seratus orang yang tergabung dalam Forum Komunikasi pembela
Hak para Pejuang mendatangi Kantor Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi
Papua. Mereka membawa tumpukan berkas-berkas para pejuang yang
sudah didaftarkan dan diperkirakan mencapai 4 ribuan lebih pejuang.
Mereka mempertanyakan janji gubernur untuk memperhatikan hak-hak
para pejuang di Tanah Papua. Pdt. Yulianus Worabaay, STh selaku
koordinator pendemo mengatakan, mereka memberikan berkas–berkas
para pejuang kepada Gubernur Provinsi Papua, Kepala Kesbang Provinsi
Papua dan Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Papua.
43
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
23 Februari
Dalam jumpa pers di Tembagapura, Kapolda Papua Irjen Polisi
Tommy Yakobus mengatakan, pihaknya sudah melakukan tatap muka
dengan warga pendulang yang memalang jalan di Mile 72, Ridge Camp
Tembagapura. Upaya untuk meminta palang dibuka tidak berhasil, namun
pertemuan akan kembali dilakukan pada hari Jumat, 24 Februari 2006.
Jumpa pers yang berlangsung di Guest House Mile 68 dihadiri oleh Bupati
Mimika Klemen Tinal, SE, Pangdam XVII Trikora Mayjen George
Toisutta dan Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Adrianto Machribie,
Tokoh Masyarakat Amungme, pejabat militer, dan kepolisian setempat.
Sementara itu di Jakarta Jajaran Satuan Reserse Mobile (Resmob) Polda
Metro Jaya menjadikan 11 orang mahasiswa yang tergabung dalam Badan
Eksekutif Mahasiswa (BEM) Papua sebagai tersangka penyerbuan dan
pengrusakan kantor PT Freeport Indonesia yang terletak di jalan Rasuna
Said, Kuningan Jakarta Selatan. Mereka dikenai pasal 170 KUHP tentang
perusakan. Kesebelas mahasiswa itu masing-masing Martin PB (28), Yan
Matuan (28), Ales (24), N Danny (24), Itius Kobaya (24), Betenus Magayang
(21), Dedy Pagaraya (22), Paul Wollow (26), Gomes Kobaya (23), Paul
Wollow (26), Deflan Kogoya (20). Mereka ditangkap polisi dari kantor
Kontras di Jalan Mendut 10 Jakarta Pusat saat sedang meminta perlindungan.
Di Jayapura, Front Rakyat Papua Anti Militerisme (FRPAM) melakukan
aksi demo ke DPRP. Aksi yang dipimpin oleh Jefri Pagawak tersebut
berlangsung damai meskipun sempat terjadi ketegangan dengan aparat
keamanan. Pasalnya permintaan mereka untuk bertemu dengan anggota
Komisi A DPRP tidak dipenuhi dengan alasan anggota komisi A sedang
sibuk mengikuti kampanye yang dilakukan oleh pasangan calon gubernur
John Ibo dan Paskalis Kossy.
Di Biak, Letda Inf Arif Budi Situmeang, terdakwa kasus penembakan
Waghete Kabupaten Paniai, dituntut 5 bulan penjara oleh Oditur Militer
yang terdiri dari Mayor CHK P Nainggolan dan Kapten Sus Aries W, SH
pada sidang lanjutan di Aula Makorem Biak. Sidang dipimpin oleh Majelis
Hakim Mayor CHK Sutrisno, SH dengan anggota Mayor CHK Suryadi
dan Mayor CHK Gatot.
44
25 Februari
Massa membuka blokade di Ridge Camp Mile 72 pada pukul 17.30
WIT, setelah melalui perundingan dan negosiasi pada tanggal 24 Februari
malam dan 25 Februari pagi. Pembukaan blokir jalan ditandai dengan
pembacaan 9 butir tuntutan, penyerahan peluru (amunisi), pemukulan
papan sebagai tanda dibukanya palang dan bakar batu (makan bersama),
dan tarian perang yang kemudian diakhiri dengan salam-salaman.
Pembukaan palang tersebut dihadiri oleh para negosiator, yaitu Kapolda
Papua Irjen Polisi Tommy Jacobus, Pangdam XVII/Trikora Mayjen TNI
George Toisutta, Danrem PVT Sorong Kol TNI Christian Sebua, Bupati
Mimika Klemen Tinal SE, Kapolres Mimika, AKBP Drs. Dedy Junaedy,
Tokoh Masyarakat Tom Beanal dan Drs. Yoppi Kilangin, Tokoh Agama
dan Tokoh Masyarakat, Pdt. Abdel Tinal S.Th, Presiden Direktur PT FI
August Kafiar, Presiden Komisaris PT FI Andrianto Mahcribi dan sejumlah
tokoh petinggi PT FI. Hadir juga dalam pembukaan blokir tersebut ratusan
para pendulang.
27 Februari
Solidaritas Rakyat Papua (SRP) untuk Kasus Timika yang dikoordinir
oleh Markus Haluk dan Selpius Bobii melakukan unjuk rasa di Kantor
DPRP. Sebelumnya, massa yang berjumlah 500-an orang itu berkumpul
di lingkungan Kampus UNCEN Abepura dan kemudian melakukan long
march dengan berjalan kaki sejauh kurang lebih 20 km menuju Kantor
DPRP yang terletak di jantung Kota Jayapura. Mereka meminta PT
Freeport Indonesia segera ditutup karena dinilai tidak dapat memberikan
kontribusi terhadap masyarakat Papua. Mereka juga meminta DPRP untuk
segera menggelar sidang istimewa menyangkut kasus ini.
Di Jakarta, ratusan anggota Front Persatuan Perjuangan Rakyat Papua
Barat (Front Pepera–PB) melakukan aksi demo di depan Kantor PT
Freeport Indonesia di Gedung Plaza 89, Jln. Rasuna Said, Kuningan, Jakarta
Selatan yang mengakibatkan kantor tersebut ditutup. Mereka meminta
agar Kantor PT Freeport Indonesia baik di Jakarta maupun di Timika
agar segera ditutup. “Kita sudah lama menderita, Freeport telah mencuri
45
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
kekayaan di Papua Barat. Untuk itu kami rakyat Papua bersumpah
berbahasa satu, tutup Freeport!” tegas Arkilaus Baho, koordinator
aksi.
1 Maret
Di Timika, Ketua DPR RI Agung Laksono meminta semua pihak
baik pemerintah, PT Freeport, Pemerintah Daerah, aparat keamanan
dan masyarakat khususnya para pendulang emas harus dapat menahan
diri sehingga dapat berunding dan bermusyawarah untuk mencari
solusi terbaik. Segala sesuatu harus ditindaklanjuti dan tidak
didiamkan begitu saja, sementara itu langkah pemblokiran dan lainnya
harus segera ditinggalkan. Agung Laksono juga mengatakan bahwa
PT Freeport merupakan salah satu investasi nasional atau aset bangsa
Indonesia meskipun telah dieksploitir oleh perusahaan asing, tetapi
tetap untuk kepentingan bangsa Indonesia. ”Lebih baik investasi
berjalan terus, yang salah diperbaiki dan apa-apa yang kurang tepat,
sebab investasi ini tidak salah. Namum jika ada ada masalah-masalah
yang timbul agar segera ditindaklanjuti,” demikian kata Agung
Laksono.
3 Maret
Kapolda Papua Irjen Pol Drs Tommy T. Jacobus melantik AKBP
Drs.Taufik Pribadi, M.Si menjadi Kapolresta Jayapura mengantikan AKBP
Drs. Paulus Waterpauw yang kini menduduki jabatan baru sebagai Direktur
Reskrim Polda Papua.
Desakan sejumlah kelompok masyarakat dan mahasiswa untuk
menutup PT Freeport Indonesia, dinilai Ketua MPR RI DR. H.M. Hidayat
Nur Wahid, sebagai suatu hal yang wajar. Ia mengatakan kalau desakan
masyarakat itu perlu disingkapi secara bijaksana oleh pemerintah dan pihakpihak terkait demi kesejahteraan masyarakat yang ada disekitarnya secara
khusus, dan masyarakat Papua pada umumnya.
6 Maret
46
Menyikapi berbagai aksi demo dari masyarakat dan mahasiswa terhadap
kehadiran PT Freeport, MRP menggelar rapat pleno untuk membentuk
tim pansus MRP guna menangani masalah PT Freeport. Terpilih sebagai
ketua Tim Pansus, Ifi Kogoya, S.Pd dan beranggotakan 18 orang dari
anggota MRP.
12 Maret
Komandan Korem 173/PVB Kolonel Inf. Erfi Triassunu
membenarkan Mabes TNI AD berencana membangun pos pengamanan
di Pulau Mapi Kabupaten Biak.
14 Maret
Meski Papua sudah dimekarkan menjadi 2 Provinsi, TNI AD tidak
akan menambah Kodam baru di sana. Keputusan ini disampaikan
Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jendral TNI Joko Santoso saat
menjawab pertanyaan wartawan di Graha Yudha Wastu Pramuka
Bandung. Menurutnya tidak semua pengembangan daerah dan wilayah
pemerintahan diikuti dengan penambahan Kodam. Kodam akan baru
dibangun jika ada persepsi ancaman keamanan. Oleh karena itu kata
Joko di Papua saat ini hanya ada satu Kodam, yaitu Kodam XVII/
Trikora.
Sekelompok massa (sekitar 50 orang) yang sejak tanggal 27 Februari
2006 mengadakan aksi pemalangan di chek point I Mile 28, sekitar pukul
16.00 WIT bergerak ke Hotel Sheraton Timika dan melempari hotel
tersebut dengan batu, panah dan katapel. Dua puluh mobil dirusak dan
sebuah mobil dibakar. Aksi pemalangan ini meluas dan suara MRP dan
DPRP tak digubris massa.
Pelaku pengibaran Bendera Bintang Kejora di halaman kantor Distrik
Sentani 28 Januari, Yacob Ambo Mamori (25) akhirnya dinyatakan tidak
waras. Surat keterangan tidak waras ini dikeluarkan Rumah Sakit Jiwa
(RSJ) Abepura, yang diterima Polres Jayapura. Hal ini dibenarkan Kapolres
Jayapura AKBP Jacob Kalembang BA.
47
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
B.SITUASI HAK-HAK EKONOMI,SOSIAL DAN BUDAYA
B.1. KESEJAHTERAAN
3 Januari
Kepala Badan Promosi dan Investigasi Daerah (BPID) Provinsi Papua,
Drs. H.M. Alhamid mengatakan, salah satu penyebab terkendalanya
penanaman investasi di Papua disebabkan banyaknya soal tuntutan masalah
Hak Ulayat oleh masyarakat.
11 Januari
Kepala BPS Provinsi Papua Ir. A. Djarot Soetanto, MM
mengungkapkan sebagian masyarakat di Pedalaman Papua belum
menerima dana Subsidi Langsung Tunai (SLT). Daerah atau kota yang
belum menerima SLT itu adalah Boven Digoel, Mappi, Asmat,
Pegunungan Bintang, Tolikara, Sarmi, Keerom dan Puncak Jaya.
16 Januari
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Nafri kembali dipalang warga
kampung Nafri. Pemicu pemalangan ini disinyalir karena proses
penyelesaian tuntutan warga Nafri terhadap pembayaran tanah lokasi
tersebut belum tuntas.
24 Januari
Lurah Waena, Johanes Ohee, SE mengatakan, masyarakat miskin yang
ada di wilayahnya berjumlah 2.039 orang, sementara yang memperoleh
kuota beras miskin (Raskin) hanya 447 orang saja.
29 Januari
Majelis Rakyat Papua (MRP) minta dalam perekrutan CPNS baik dinas
pemerintahan kota/kabupaten/provinsi di lingkungan Provinsi Papua
harus memprioritaskan putra asli Papua dengan komposisi 80:20.
Kepala Kelurahan Awiyo, Distrik Abepura, Sem Stenly Meraudje S.Pak
48
mengatakan, sekitar 100 warga miskin di wilayah pemerintahannya belum
menerima kartu Askes miskin.
1 Februari
Kabag kepegawaian Kabupaten Keerom Drs. Adrianus Samonsabra
mengatakan Pemerintah Kabupaten Keerom mulai membuka pendaftaran
Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) selama 4 hari sampai dengan tanggal
4 Februari 2006.
8 Februari
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Jayapura,
M.H.T Sagala, SH, MM mengatakan Kuota beras miskin (Raskin) bagi
masyarakat Kota Jayapura pada anggaran 2006 adalah sebanyak 2.225
ton. Jumlah tersebut mengalami penurunan sebanyak 40 % dari kuota
pada tahun 2005 yakni 2.635 ton.
Bantuan dana kepada para pejuang Trikora, pejuang Pepera, Gerakan
Merah Putih Provinsi Papua yang bersumber dari APBD 2005 mulai
disalurkan lewat BRI. Kepala Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Papua
M.A Pogolamun, B.Sw mengatakan bantuan tersebut diberikan bagi 1000
orang pejuang yang sudah mendaftarkan dan menyerahkan data lengkap
ke Dinas Sosial Provinsi Papua. Dana yang dianggarkan untuk 1000
pejuang adalah sebesar Rp 5 Mili
ar.
11 Februari
Kapolresta Jayapura AKBP Drs. Paulus Waterpauw mengundang para
Tokoh Masyarakat dan LSM untuk melakukan dengar pendapat di Aula
Kantor WaliKota Jayapura. Hal ini dimaksudkan untuk meminta pendapat
dari para tokoh tersebut tentang komitmennya menangani kasus-kasus
orang mabuk di Kota Jayapura.
14 Februari
Ketua Tim Interdep Penanganan Rawan Pangan Kabupaten Yahukimo,
Rizal Mallarangeng di Jakarta mengatakan ada empat kabupaten lainnya
49
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
selain Yahukimo yaitu Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten Tolikara,
Kabupaten Puncak Jaya dan Kabupaten Pegunungan Bintang yang
memiliki masalah serupa dengan Yahukimo. Dikatakannya, keempat
kabupaten tersebut berada di topografi ekstrim dan dengan kondisi
penduduk seperti zaman batu. Tidak ada sarana infrastruktur yang
memadai. Karena itu Rizal meminta pemerintah melakukan
penang anan yang sama se perti Yahukimo terhadap empat
kabupaten ini.
27 Februari
Kepala Dinas Ketentraman dan Ketertiban (Trantib) Terry Van de
Levin dalam dengar pendapat dengan Komisi A DPRD Kota Jayapura
mengatakan, pada anggaran 2006 akan melaksanakan penertiban para
Pedagang Kaki Lima (PKL) yang berjualan di sepanjang jalan raya
atau trotoar. Penertiban ini mengacu pada Peraturan Daerah No. 3
Tahun 2000 tentang Kewenangan dan Tugas-tugas Dinas Trantib dan
Perda No. 15 Tahun 2000 tentang Ketertiban di semua wilayah Kota
Jayapura. Dikatakan, pihaknya juga akan menggunakan pendekatan
kemanusiaan.
28 Februari
Pelaksanaan ujian akademik seleksi CPNS se-Papua dilaksanakan secara
serentak di semua wilayah Provinsi Papua. Tercatat 58.000 orang seProvinsi Papua akan memperebutkan 8.056 formasi yang tersedia mulai
dari tingkat provinsi sampai tingkat kabupaten/kota.
1 Maret
Sekda Kota Jayapura Drs. TH. Pasaribu, M.Si menegaskan, setiap
tempat usaha yang tidak memiliki tiga jenis surat ijin, yakni surat Ijin
Mendirikan Bangungan (IMB), Surat Ijin Tempat Usaha (SITU), dan Surat
Ijin Usaha (SIU) dianggap illegal. Jenis usaha apapun, apakah itu kios,
toko, rumah makan jika tidak memiliki ketiga macam surat ijin tersebut
dari Pemerintah Kota Jayapura maka dianggap illegal. Untuk itu, dalam
50
waktu dekat pihaknya akan menginstruksikan kepada Dinas Perindustrian
dan Perdagangan (Disperindag) Kota Jayapura dan Dinas ketertiban
(Trantib) Kota Jayapura untuk segera melakukan penertiban.
2 Maret
DPR Papua mendukung penghapusan Bantuan Langsung Tunai
(BLT)bagi rakyat miskin oleh Pemerintah Pusat dan menggantikannya
dengan program pemberdayaan masyarakat. Hal ini dikatakan anggota
komisi B DPR Papua, Drs.Paulus Sumino, MM. Pihaknya menilai banyak
penyimpangan terjadi dalam penyaluran BLT di lapangan.
6 Maret
Sidang Sinode GKI di Tanah Papua ke-15 yang berlangsung sejak 26
Februari–6 Maret 2006 di Jayawijaya, berhasil memilih badan pengurus
baru BPAM Sinode GKI di Tanah Papua periode 2006-2011. Ketua
sinode terpilih Pdt. Corinus Berotabui, M.Th menggantikan Pdt. Hermann
Saud, M.Th.
16 Maret
Seorang oknum aparat TNI bernama Kapten Muhammad Dul (37),
anggota Yonif 756/VWY di Jayawijaya yang kini bertugas di Denma
Makodam XVII/Trikora, divonis 3 bulan penjara dengan masa
percobaan 6 bulan dalam persidangan di Pengadilan Tinggi Militer III19 Jayapura. Dirinya tertangkap tangan membawa minuman keras (Miras)
saat naik pesawat Hercules milik TNI-AU.
20 Maret
Personil gabungan dari satuan Polair Polda Papua, Polresta Jayapura
dan aparat Polsekta KP3 Laut melakukan sweeping terhadap penumpang
KM Ngapulu saat merapat di dermaga Jayapura pada pukul 14.20 WIT.
Dalam operasi gabungan itu, disita 14 senjata tajam dan 21 botol minuman
keras Cap Tikus (CT). Hal ini dikatakan Kapolsekta KP3 laut AKP Adolf
S Marsyom
51
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
22 Maret
Masih banyaknya para pedagang kaki lima (PKL) yang tetap berjualan di atas
trotoar dan disejumlah areal yang dianggap mengganggu ketertiban umum, disikapi
serius WaliKota Jayapura, Drs. M.R. Kambu, M.Si. Dikatakan, jika para PKL
tidak mau dipindah secara sukarela, maka akan dipindah secara paksa.
23 Maret
Kepala BPS Provinsi Papua, JA Djarot Sutanto mengatakan di Provisi
Papua dan Irian Jaya Barat (IJB) tercatat terdapat 596.893 keluarga Rumah
Tangga Miskin (RTM).
25 Maret
Aparat Kepolisian Polres Merauke dalam operasinya di kota Merauke,
menyita ratusan botol minuman keras. Minuman keras tersebut merupakan
milik dari lima pengusaha kios yang tidak memiliki ijin menjual miras.
Mereka adalah EN (30), PL (44), ET (25), AK (50) dan YN (33). Hal ini
dibenarkan Wakapolres Merauke AKBP Kompol Ronald Simamora.
27 Maret
Masyarakat Adat Wadibu dengan tegas menolak rencana pembangunan
Pelabuhan Perikanan Samudra yang akan dibangun oleh Pemkab Biak
Numfor. Penolakan rencana pembangunan tersebut di sampaikan oleh
Ketua Forum Masyarakat Adat Wadibu di Jayapura, Rudolf Morin SE,
MM. Mereka menilai pembangunan pelabuhan tersebut akan mengganggu
potensi sumber daya laut di wilayah tersebut.
B.2. HAK ATAS KESEHATAN: WABAH HIV-AIDS
3 Januari
Deputi KB dan Kesehatan Reproduksi Badan Kesejahteraan dan
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pusat, Drs. Siswanto Agus
Wilopo, SU, M.Sc, ScD mengatakan, kasus HIV-AIDS di Papua
dikhawatirkan akan menyerupai kasus yang terjadi di Uganda dan Afrika
Selatan jika tidak ditangani secara baik.
52
6 Januari
Kepala Dinkes Biak Numfor Ruslan S.Sos, S.KM mengatakan, jumlah kasus
HIV-AIDS di Kabupaten Biak Numfor bertambah menjadi 140 kasus (44 HIV,
96 AIDS dan 61 meninggal dunia) dari 133 kasus pada 31 November 2005.
11 Januari
Ketua Harian Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Papua (KPAPP)
drh. Constant Karma mengatakan, dari data yang berhasil dikumpulkan
Dinas Kesehatan Provinsi Papua per 31 Desember 2005, ditemukan 2.163
kasus HIV-AIDS, serta 289 orang sudah meninggal dunia.
12 Januari
Puskesmas pembantu (Pustu) Kampung Enggros sejak didirikan 8
tahun lalu hingga kini belum beroperasi karena tidak ada petugas kesehatan
yang bertugas di sana.
Kampanye HIV AIDS
disebuah ruas jalan.
53
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
21 Januari
Kepala PT Askes cabang Jayapura, Dra. Iriani Sandinganen, MM
mengungkapkan, sekitar 22.000 atau sekitar 50 persen dari 45.407 kartu
Askes miskin yang diserahkan ke distrik, kelurahan/kampung pada 2005
lalu, kini belum sampai ke masyarakat. Ironisnya kartu itu diduga
diperjualbelikan dengan harga bervariasi.
25 Januari
Ketua DPD Persagi Provinsi Papua, Ir. Nuzul Bakri, SKM,
mengatakan, sampai saat ini masih terdapat 50 persen rumah tangga
mengkomsumsi bahan pangan kurang gizi. Disamping itu, masih banyak
dijumpai anak Balita yang menderita kurang gizi dan gizi buruk.
29 Januari
Kasubdin P2M Dinkes Kabupaten Merauke dr. Nevil Muskita dalam
evaluasi penyebaran IMS, HIV-AIDS yang berlangsung di KPAD Merauke
mengungkapkan hasil evaluasi tahun 2005 menunjukkan bahwa telah terjadi
penurunan pemakaian kondom.
6 Februari
Kasubdin Pengendalian Penyakit Menular Kabupaten Asmat , Richard
Mirino, SKM membenarkan adanya wabah penyakit campak yang
menyerang warga di Asmat. Kasus campak ini menyerang tiga kampung,
masing-masing Kampung Ayam 51 orang terinfeksi dan 10 meninggal,
Kampung Paluar 1 orang terinfeksi, dan Warse 9 orang terinfeksi dan 12
orang dilaporkan meninggal.
7 Februari
Kepala Bagian Tata Usaha Dinas Kesehatan Kabupaten Biak Numfor,
Obeth Rumbiak mengatakan bahwa tenaga medis di Kabupaten Biak
Numfor masih kurang. Dari 15 Puskesmas yang ada di Kabupaten Biak
Numfor, sekitar 9 Puskesmas pembantu (Pustu) belum memiliki tenaga
medis. Dari 41 Pustu yang ada, baru 27 Pustu yang terisi tenaga medis
54
meskipun pada penerimaan PNS formasi tahun 2006 Pemkab
Biak Numfor mendapat jatah 157 formasi untuk tenaga teknis
kesehatan.
27 Februari
Pekan Imunisasi Nasional (PIN) digelar secara serentak di seluruh
wilayah Indonesia. Di Distrik Sentani, pos PIN dan Puskesmas Sentani
dipenuhi dengan antrian warga yang mengantarkan anak-anaknya untuk
menerima vaksin polio. Kepala Puskesmas Sentani, dr. Risamasu
mengatakan target pemberian vaksin polio untuk wilayah Sentani sebanyak
5.953 balita. Jumlah ini meningkat dari tahun 2005 yaitu 4.392 karena ada
kenaikan target sebanyak 1.561 balita tahun 2006.
Sementara itu, kepala Dinas Provinsi Papua, dr. Tigor Silaban dalam
laporannya pada acara PIN putaran IV tingkat Provinsi Papua yang
dipusatkan di kompleks Perumahan Dosen Uncen Waena mengatakan
bahwa cakupan imunisasi polio di Papua pada PIN putaran I Agustus
2005 sekitar 78,08 %, PIN Putaran II sekitar 88,63 % sedangkan putaran
III sekitar 59,66 %. Menurutnya, cakupan ini masih sangat jauh dari hasil
cakupan Nasional yaitu 90% sehingga membuat Papua masuk dalam
daftar daerah yang rawan terhadap penyakit polio.
1 Maret
Adanya keluhan dari masyarakat Yongsu Spari, Distrik Depapre
tentang terbatasnya tenaga medis di desanya, ditanggapi Kepala
Dinas Kesehatan Kabuapten Jayapura, dr. Esterlina Ayomi. Dikatakan
belum semua kampung bisa ditempatkan bidan akibat tenaga yang
terbatas.
7 Maret
Komisi E DPRP menyambut positif rencana Pemerintah Provinsi
Papua untuk merekrut (mengkontrak) sekitar 100 tenaga dokter pada
anggaran 2006. Ini dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat di daerah pedalaman.
55
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
16 Maret
Kejadian Luar Biasa (KLB) terjadi di Kabupaten Jayawijaya, tepatnya
di Distrik Kurulu dan Distrik Musatfak sejak pertengahan Februari
menyebabkan korban jiwa. Dilaporkan, 18 orang warga desa Milima di
Distrik tersebut meninggal dunia akibat terserang Disentri dengan gejala
diare/mencret dan muntah-muntah.
17 Maret
Korban meninggal dunia Kejadian Luar Biasa (KLB), akibat terserang
bakteri disentri di Kabupaten Jayawijaya Distrik Kurulu bertambah 1 orang.
Korban meninggal tersebut adalah Musuken Pawika (40 th – laki-laki).
19 Maret
Pelayanan Kesehatan di RSUD Abepura dikeluhkan masyarakat, karena
administrasi pelayanan yang begitu rumit. Pelayanan di beberapa poliklinik
ditutup cepat; naiknya harga kartu berobat dari Rp 5000 menjadi Rp
23.000; serta adanya pungutan restribusi Rp 1000,- setiap resep obat
berdasarkan Perda No. 16 tahun 2002 tentang restribusi pelayanan
kesehatan.
Virus campak menyerang anak-anak Balita di Kampung Bu dan Agani,
Distrik Sawa Erma, Kabupaten Asmat sejak awal Maret. Dari 57 Balita
yang dilaporkan terserang virus, 6 diantaranya meninggal dunia karena
tidak tertolong lagi, yakni 2 korban di kampung Agani dan 4 korban di
Kampung Bu. Dilaporkan, di beberapa kampung di Kabupaten Asmat
22 Balita meninggal dunia. Hal ini dibenarkan Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Asmat, dr. Tohap Capah.
Kendati pelaksanaan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) putaran ke empat
awal Maret berjalan baik, namun tercatat 3 kampung belum terjangkau
dengan PIN putaran ke empat karena pengaruh cuaca yang tidak
mendukung. Tiga kampung tersebut berada di Distrik Kimaam,
Kabupaten Merauke yakni kampung Wanggambi, Kampung Wetao dan
Kampung Kawe. Hal ini dibenarkan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
Merauke, drg. Jhosep Rinta, M.Kes.
56
20 Maret
Maskur Adam, SIP, Kepala Dinas Infokom selaku anggota tim
penanggulangan bencana Jayawijaya mengatakan korban Kejadian Luar
Biasa (KLB) di Distrik Kurulu dan Distrik Musatfak Kabupaten
Jayawijaya akibat disentri bertambah lagi 3 orang. Tiga orang yang
meninggal itu masing-masing bernama Basika Mabel (50 th) dan Nerius
Marian (25 th), keduanya dari desa Jiwika. Seorang lainnya dari desa
Milima, Haben Mabel (30 th).
21 Maret
Virus campak yang menyerang anak-anak di dua kampung di Distrik
Sawa Erma, Kabupaten Asmat yakni Kampung Agani dan Bu, langsung
ditangani oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Asmat melalui Tim
kesehatan yang langsung turun ke lokasi tersebut. Hal ini dibenarkan Kepala
Dinas Kabupaten Asmat, dr. Tohap Capah.
23 Maret
Menurut data yang dikeluarkan Sub Dinas Pencegahan dan
Pemberantasan Penyakit (PPP) Dinas Kesehatan Kabupaten Biak Numfor,
sampai dengan 28 Februari 2006 jumlah kasus HIV-AIDS meningkat
dari 145 pada akhir bulan Januari menjadi 149 kasus. Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten Biak Numfor Drs. Sefnath Korwa, M.Si,
mengatakan dari 149 kasus yang ditemukan, 44 HIV dan 105 penderita
AIDS dan 65 dinyatakan meninggal dunia.
25 Maret
Wabah penyakit disentri disertai muntah dan buang air besar
(mencret) di 4 Distrik di Kabupaten Jayawijaya terus memakan korban
jiwa. Diperkirakan akibat penyakit ini, korban meninggal dunia sudah
sekitar 29 orang. Demikian diungkapkan salah satu anggota DPRP
asal Kabupaten Jayawijaya, Marthinus Kurisi. Ke-4 Distrik yang sudah
terjangkit tersebut yakni Distrik Kurulu, Asologaima, Hubikosy dan
Musatfak.
57
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
27 Maret
Ketua KPA Provinsi Papua Drs. PS Ukung mengatakan jumlah kasus
HIV-AIDS di Provinsi Papua saat ini sudah sangat mengkhawatirkan
dan berbahaya. Karena itu, diperlukan kesadaran dan keterlibatan semua
pihak untuk penanggulangannya. Data terakhir Dinas Kesehatan Provinsi
Papua per 31 Desember 2005 menyebutkan angka HIV-AIDS Papua
telah menembus angka 2.163 kasus. Dari jumlah tersebut, 1.202 kasus
positif HIV, dan 961 kasus positif AIDS, sedangkan sekitar 289
diantaranya sudah meninggal dunia.
B.3. PERLINDUNGAN TERHADAP PEREMPUAN DAN
ANAK
19 Januari
Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan Provinsi Papua Ny.
Dra. Sipora Modouw, MM dalam sambutannya saat membuka
seminar profil statistik dan indikator gender Papua mengatakan
untuk menyingkapi minimnya peranan wanita dalam setiap aspek
pembangunan, baik secara global maupun khusus di wilayah Papua,
peran wanita dalam bidang pembangunan perlu ditingkatkan.
Dengan demikian kedudukan perempuan akan sama dengan kaum
pria.
29 Januari
Ketua LP3A Papua, Selvi Sanggenafa, SH mengatakan, sejak lima tahun
terakhir ini, kasus tindakan kekerasan terhadap anak dan perempuan
meningkat. Bahkan pada tahun 2005 mengalami kenaikan 42 persen
dengan 65 kasus, sedangkan yang diproses ke tingkat litigasi hanya 27
kasus. Menurutnya, pelaku tindak kekerasan terhadap anak merupakan
orang yang dikenali. Yakni, om (40%), kakek (15%), dan tetangga (18%),
kemudian guru, bapak angkat dan pacar (9%).
58
B.4. HAK ATAS PENDIDIKAN
3 Januari
Kepala Kantor Agama Kabupaten Merauke, Drs. Wihelmus Nanga
mengatakan, tenaga guru agama di Kabupaten Merauke masih sangat
kurang. “Kalau di kota, mungkin masih cukup tetapi untuk daerah-daerah
pedalaman memang masih sangat kurang,“ jelasnya.
4 Januari
Pengamat Perkembangan Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (FKIP) Universitas Papua, Drs. Festus Simbiak, M.Pd
mengatakan, yang terjadi selama ini dana pendidikan di Papua
penggunaannya lebih banyak bersifat proyek ketimbang untuk mencapai
sasaran melalui peningkatan untuk mencapai kualitas SDM. Oleh karena
itu, penggunaan dana-dana sebesar ini harus mendapat pegawasan yang
ketat dari jajaran tingkat yang paling atas, termasuk penegak hukum.
“Selama pengawasan penggunaan dana tidak dikontrol baik dikhawatirkan
tinggal program tetapi hasilnya tidak ada,” tandasnya.
13 Januari
Guru mogok mengajar, 265 murid SD YPK I Hamadi terlantar. “Aksi
mogok mengajar ini kami lakukan karena sistem manajemen sekolah yang
diterapkan Kepala Sekolah belum berjalan baik, terutama masalah
kesejahteraan guru-guru,” ungkap ibu F. Ireeuw (guru kelas 1), seorang
guru yang ikut dalam aksi mogok tersebut.
6 Februari
Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Papua, Drs. Domingggus
Rumbewas, SH mengatakan, pihaknya akan membuat dan menerbitkan
Kamus Bahasa Daerah. Yang akan dibuat pertama adalah Kamus Bahasa
Daerah Biak dan Sentani. Kamus ini akan menggunakan pengantar
Bahasa Indonesia secara keseluruhan dalam cetakannya, digabung dalam
satu buku.
59
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
16 Februari
Kepala Dinas Pendidikan dan Pengajaran Provinsi Papua, Drs.
James Modouw, MMT membuka workshop sehari Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS) yang merupakan kerjasama antara
Pemerintah Provinsi Papua dengan Unicef di Aula Kantor
Pendidikan Luar Sekolah (PLS) Dinas P dan P Provinsi. Workshop
ini diikuti oleh 45 orang berasal dari LSM Pendidikan, dunia usaha/
industri, Dharma Wanita, Kepala Sekolah, BP3D dan DIKJUR.
Dalam Sambutannya, James Modouw mengatakan model belajar
mengajar yang berpusat pada guru dapat menghambat kreatifitas
siswa sebagai anak didik, sehingga perlu diubah menjadi proses
belajar mengajar yang berpusat kepada siswa.
Di Wamena, guru-guru SLTP Negeri I Wamena melakukan aksi
mogok mengajar dan meliburkan para siswa yang ada di sekolah tersebut.
Aksi ini merupakan sikap protes mereka terhadap ketidakjelasan dan
penyalahgunaan dana BOS dan Sekolah Standar Nasional (SSN) yang
dilakukan oleh kepala sekolah mereka.
20 Februari
Kepala Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kabupaten Jayapura, Dr.
Jack Ayamiseba, mengungkapkan bahwa pihaknya telah merencanakan
untuk melakukan rotasi dan pemerataan tenaga pendidik atau guru di
Kabupaten Jayapura. Hal ini dilakukan sebagai salah satu cara untuk
mengatasi penumpukan guru yang ada di kota dan keluhan tidak adanya
tenaga pengajar di sekolah-sekolah yang ada dipelosok.
3 Maret
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Supiori, Drs. Jeremias Fakdawer,
mengatakan, tenaga guru yang saat ini bertugas di Kabupaten Supiori
sangat minim. Dengan jumlah sekolah yang 48 dari tingkat TK sampai
SMA/SMK, maka ideal membutuhkan sekitar 500 orang tenaga guru,
namun saat ini jumlah guru yang bertugas di Supiori baru berjumlah 145
orang guru.
60
6 Maret
Penjabat Gubernur Provinsi Papua Dr. Sodjuangon Situmorang, M.Si
mengatakan, Pemerintah Provinsi Papua akan mengalokasikan dana
sebesar Rp 53 Miliar untuk kepentingan bea siswa bagi pendidkan S1, S2
dan S3.
17 Maret
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Drs. Festus
Simbiak M.Pd mengatakan, para guru yang ditempatkan di daerah
pedalaman atau tempat terpencil lainnya di Tanah Papua, harus diikuti
dengan fasilitas perumahan yang baik sehingga mereka bisa kerasan
menetap untuk menjalankan tugasnya dengan baik.
28 Maret
Karena Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (RAPBD)
Kabupaten Merauke tahun 2006 belum dibahas dan ditetapkan, sekolahsekolah di Kabupaten Merauke terpaksa melakukan pungutan untuk
menanggulangi biaya pelaksanaan ujian sekolah dan ujian nasional tahun
ajaran 2005/2006.
B.5. PENGURASAN SUMBER DAYA ALAM
12 Januari
Sebanyak 409 ekor kura–kura Moncong Babi berhasil diamankan
aparat kepolisian Polres Merauke dari tangan GR karena tidak memiliki
surat ijin yang lengkap. Hal ini dibenarkan Samapta AKP M. Darodjat
S.Pd.
16 Januari
Komandan Gugus Keamanan Laut Armada RI Kawasan Timur
(Danguskamlatim) Laksamana I TNI Sadikin mengatakan, ada 2 gangguan
keamanan di perairan Indonesia Bagian Timur selama ini, yaitu kegiatan
61
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
illegal fishing dan illegal logging. Namun dari dua ancaman gangguan tersebut,
ancaman gangguan illegal fishing masih mendominasi.
20 Januari
Jajaran Polda Papua melakukan penangkapan terhadap tiga orang
Direksi PT Tiberias Mulia Abadi Sorong yang diduga melakukan kegiatan
penambangan ilegal dengan cara mengeksploitasi batu dan pasir di kawasan
cagar alam pulau Batanta, di sepanjang aliran sungai Semsen Desa Wailebert,
Distrik Samate, Kabupaten Raja Ampat. Tiga orang direksi perusahaan
tersebut masing-masing berinisial HP (Direktur Utama),YC (Direktur I )
dan YAG (Direktur II).
7 Februari
Conservation Internasional Indonesia, Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI), Universitas Cenderawasih dan Balai Konservasi Sumber
Daya Alam (BKSDA) Papua I mengumumkan penemuan beberapa
species baru di wilayah Pegunungan Mamberamo Foja, Kabupaten Sarmi.
Beberapa species yang ditemukan yaitu Kangguru Pohon Mantel Emas
(Dendrolagus pulcherimus), lima jenis palem-paleman yaitu Polidocorpus, dua
species rotan dan dua species palem Licuala, burung hisap madu,
penemuan kembali katak Mata Jaring (Nyctimystes fluviatilis) dan katak
Xenorhina Arboricola.
13 Februari
Kepala Dinas Kehutanan provinsi Papua, Ir. Marthen Kayoi, MM
diputuskan bebas terhadap tuduhan terlibat kasus illegal logging oleh Majelis
Hakim Pengadilan Negeri Jayapura yang diketuai Lowdewik Tiwery, SH,
dibantu hakim anggota S. Radiantoro, SH dan Majedi, SH. Marthen Kayoi
sebelumnya didakwa melanggar Undang-Undang No.41 1999 tentang
Kehutanan pasal 50 ayat 3 dan dituntut 6 tahun penjara oleh JPU. Tim
penasehat hukum Marthen Kayoi masing-masing Budi Setyanto SH dan
Bernard Akasian, SH merasa puas dengan penolakan majelis hakim
terhadap tuntutan Jaksa Penuntut Umum (JPU).
62
Di Jakarta Menteri Negara Lingkugan Hidup Rachmat Witoelar
mengatakan, tim yang dikirim ke Papua menemukan limbah tailing yang
mencemari suatu kawasan di wilayah kerja pertambangan PT Freeport.
Dikatakan, penelitian mendalam baru akan selesai pada akhir Maret 2006
disebabkan karena luasnya wilayah kerja pertambangan yang harus diteliti
secara seksama.
27 Februari
Dua orang terdakwa kasus illegal logging yaitu Mr. Tan dan Agustinus
Joumilena dari PT Wapoga Mutiara Timber diputuskan bebas oleh majelis
hakim. Sidang yang dipimpin oleh Hakim Ketua, Lodewyk Tiwery, SH,
Hakim Anggota Syamsul Ali, SH dan Denny Sumadi, SH dibantu Panitera
Fransi Palapessy, SH dalam putusannya mengatakan, apa yang didakwakan
kepada terdakwa bukan merupakan tindak pidana. Karena itu belum
bisa diberikan keputusan hukum tetap dan masih memberikan waktu
kepada JPU untuk mempertimbangkannya. Jaksa Penuntut Umum (JPU)
Dadang Setijady, SH dan D. Lintang Ashari, SH, mengatakan, apa yang
diputuskan majelis hakim tidak sesuai dengan yang didakwakan di mana
jelas-jelas terdakwa terbukti melakukan segala aktivitas tanpa ijin dari
pejabat yang berwenang dan alat-alat berat yang didatangkan tidak
memiliki surat-surat yang lengkap.
6 Maret
Danlamal Letkol Laut (P) Drs. Hadi Pranoto mengatakan, TNI AL
telah menangkap 2 kapal asing di Laut Arafuru karena diduga melakukan
operasi tidak sesuai dengan izin. Kapal tersebut masing-masing kapal
penangkap ikan berbendera Indonesia yakni KM. Mitra 808 dan kapal
tanker berbendera asing ST. Kicks Namd Nevis NV Malley.
28 Maret
Kepala Dinas Kehutanan, Pertanian, Perkebunan dan Perikanan Provinsi
Irian Jaya Barat (IJB) , Ir. M.L. Rumadas tersangka kasus illegal logging,
divonis 6 bulan penjara dan denda Rp 30 juta oleh majelis hakim Pengadilan
63
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
Negeri Manokwari. Namun Rumadas sendiri telah menjalani masa tahanan
kota selama 6 bulan sejak proses hukum berlangsung, maka dengan putusan
itu Rumadas langsung bebas.
B.6. PENYELENGARAAN PEMERINTAHAN
2 Januari
Daftar Isian Pelaksana Anggaran (DIPA) untuk Provinsi Papua tahun
2006 ini mencapai Rp 7.251.915.000.000 ( Rp 7,2 triliun lebih ).
Puluhan massa dari Forum Mahasiswa dan Masyarakat Nabire
mendatangi Kantor Gubernur Papua. Mereka menuntut agar Kepala Biro
(Karo) Keuangan Setda Provinsi Papua Paul Onibala, SE segera
dinonaktifkan dari jabatannya karena dinilai telah melakukan praktek KKN
(Korupsi, Kolusi dan Nepotisme).
Plt. Gubernur Provinsi Papua, Drs.H. Andi Baso Basaleng mengatakan
dana Rp 10.767.430.357.000 akan digunakan untuk mendanai
pembangunan di 4 sektor prioritas, yakni bidang Pendidikan (Rp
426.973.870.000), Kesehatan (Rp 142.574.339.000), Pemberdayaan
ekonomi kerakyatan dan infrastruktur (Rp 391.854.328.000).
Direktur Eksekutif ICS Papua, Budi Setyanto, SH mengatakan, dana
Rp 7,2 Trliun lebih sesuai dengan Daftar Isi Pelaksana Anggaran harus
diimbangi dengan perencanaan yang strategis dan menyentuh kebutuhan
masyarakat banyak.
“Pengalaman telah membuktikan bahwa dana Otonomi Khusus
(Otsus) dua tahun terakhir ini, nilainya sekitar tiga triliun rupiah. Tapi itu
tidak menjadikan masyarakat Papua lebih sejahtera, karena
ketidakmampuan dalam membuat suatu perencanaan yang strategis dan
rendahnya mutu pengawasan serta kualitas penegak hukum yang
memprihatinkan,” ungkap Budi Setyanto, SH.
7 Januari
Dr. Sodjuangon Situmorang, M.Si resmi dilantik sebagai Penjabat
64
Gubernur Provinsi Papua oleh Mendagri H.M. Ma’ruf di Jakarta.
11 Januari
Puluhan warga Doyo Baru, Distrik Waibu, demo ke kantor Bupati
Jayapura. Mereka minta penjelasan pemanfaatan dana pemberdayaan
kampung yang dinilai tidak transparan. Dalam pamflet diantaranya
bertuliskan “Kepala Kampung harus tahu dan sadar. Otonomi khusus
bukan untuk menyengsarakan rakyat tetapi menyejahterakan rakyat “.
24 Januari
Aspidsus Kejaksaan Tinggi Papua, Anton Hutabarat, SH mengatakan adanya
dugaan kasus korupsi di lingkungan Dinas Pariwisata Provinsi Papua mulai
ditangani tim dari Kejaksaan Tinggi Papua. Sebagai langkah awal, 15 saksi
sudah diperiksa.
26 Januari
Ratusan orang melakukan demo di kantor Gubernur Provinsi Papua.
Massa yang menamakan dirinya Koalisi Papua Bersatu, terdiri dari Forum
PNS Papua, GAMKI, FKN Papua, AMPTI dan Tokoh Masyarakat
Papua. Mereka meminta agar sejumlah pejabat di kalangan Pemda
Provinsi Papua yang terlibat dalam kasus korupsi diperiksa dan diturunkan
dari jabatan. Salah satunya, menuntut agar Sekda Provinsi Papua Drs.
Andi Baso Basaleng dan Kepala Biro Keuangan Provinsi Papua Paul
Onibala, SE diturunkan dari jabatan. Sementara itu, koordinator massa
Ruben SP Marey mengatakan bahwa selama ini terjadi penyelewengan
dana APBD di lingkungan Pemerintah Provinsi Papua. Ia menyebutkan
bahwa salah satu bentuk penyelewengan dari dana APBD adalah dana
untuk pemberdayaan pengusaha kecil menegah melalui Bank Papua
sebesar Rp 10 miliar. Selain itu dana bantuan bencana alam untuk
Kabupaten Nabire Rp 339.504.000 yang seharusnya masuk dalam
program Pemda Provinsi, uangnya ditransfer ke rekening Bupati Nabire
yang saat itu sedang dalam proses hukum. Program tersebut tidak ada
dalam APBD Kabupaten Nabire.
65
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
29 Januari
Penjabat Gubernur Provinsi Papua, Dr. Sodjuangon Situmorang, M.Si
mengatakan, Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Provinsi
Papua pada 2006 ini sekitar Rp 4 triliun.
30 Januari
Bupati Merauke Drs. John Gluba Gebze menilai bahwa kedudukan
Ibukota Provinsi Papua terhadap seluruh wilayah binaannya tidak strategis.
Hal itu membuat dana yang diterima dari pusat baik melalui DAU maupun
OTSUS tidak efektif, bahkan sia-sia karena rentang kendali penanganan
yang terlalu jauh, hal ini disampaikan kepada Tim Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) dalam sosialisasi Pengelolaan Keuangan Daerah di
Merauke.
Ratusan massa dari berbagai elemen masyarakat di Jayawijaya mendatangi
kantor Pengadilan Negeri Wamena untuk memprotes putusan sela yang
dikeluarkan oleh Majelis Hakim PN Wamena terhadap terdakwa Drs. David
A. Hubi atas kasus dugaan tindak pidana korupsi dan pembelian pesawat
Antonov buatan Rusia. Massa yang terdiri dari PNS Bersatu, Gerakan
Reformasi Pembangunan (Rakforbang), Forum Komunikasi Antar Gereja
(Forkompag) dan Badan Eksekutif Mahasiswa Papua se Indonesia (BEMP–
SI) yang dipimpin oleh Agus Kossay meminta agar Majelis Hakim yang
menangani perkara ini segera memutuskan perkara ini seadil-adilnya.
Drs. David Hubi, diberhentikan sebagai Bupati Jayawijaya berdasarkan
keputusan Mendagri No.131.91 – 46 tahun 2006.
2 Februari
Bupati Jayapura, Habel Melkias Suwae, S.Sos, MM menyampaikan
surat pemberitahuan kepada Kapolres Jayapura AKBP Jakob Kalembang
BA, terkait tudingan penggelapan dana Otsus sebesar Rp 75 miliar.
Tudingan ini diduga dilakukan oleh Kadistrik Waibu, Drs. Ted Jones
Mokay. Sementara itu, menurut Kasat Reskrim Iptu Sudjadi Waluyo,
Kadistrik Waibu juga telah mengirimkan surat kepada Polres yang
mengatakan bahwa surat tudingan tersebut adalah surat kaleng sehingga
66
Kadistrik juga meminta agar pihak kepolisian mengusut tuntas pihak yang
hendak mengadu domba tersebut.
3 Februari
Gubernur Provinsi Papua Dr. Sodjuangon Situmorang menunjuk Wakil
Bupati Jayawijaya Nicolas Jigibalom S.Sos untuk menjalankan tugas sebagai
Bupati Kabupaten Jayawijaya. Pelimpahan Surat Tugas dan Wewenang
berupa radiogram Gubernur itu diserahkan Kepala Kesatuan Bangsa
Provinsi Papua, Wempi Wola kepada Nicolas Jigibalom, S.Sos disaksikan
Muspida Jayawijaya di ruang rapat Hotel Baliem Pilamo Wamena.
8 Februari
Penjabat Bupati Jayawijaya, Nikolas Jigibalom mengadakan rapat
koordinasi pertama kalinya setelah dirinya ditunjuk sebagai pengganti
Bupati Jayawijaya, Drs. David Hubi yang sedang terkait kasus korupsi.
Dalam rapat koordinasi tersebut Penjabat Bupati mengajak semua pihak
untuk menghilangkan perbedaan yang terjadi dan kembali bersatu serta
rukun untuk membangun kembali Jayawijaya yang sedang mengalami
keterpurukan.
9 Februari
Penjabat Bupati Jayawijaya Nicolas Jigibalom S.Sos melakukan
pergantian beberapa pejabat esalon III di lingkungan Pemkab Jayawijaya.
Pelantikan dilakukan di Sasana Wio Kantor Bupati. Pejabat yang dilantik
masing-masing Melianus Saa, SH sebagai Kabid Mutasi kepegawaian BKD
Jayawijaya, Lukas W. Kossay, SE, M.Si sebagai KaSubdin Program Dinas
Perindag Jayawijaya, Petrus Wakerkwa, SE sebagai Kabag Keuangan Setda
Jayawijaya, dan Marten Yogobi, SH,M.Hum sebagai Kabag. Hukum dan
Perundang-undangan Setda Jayawijaya.
22 Februari
Sidang Paripurna masa sidang I DPRD Kota Jayapura resmi dibuka
oleh pimpinan sidang Ketua Dewan, Drs. Theopilus Bonay, MM. Sidang
67
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
ini membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(RAPBD) tahun 2006.
Struktur Belanja Tahun Anggaran 2006
A. PENDAPATAN
I. Pendapatan Asli Daerah
a. Pajak Daerah
b. Retribusi
c. Bagian Laba BUMD
d. Lain-lain pendapatan
Jumlah
II. Dana Perimbangan
a. Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak
b. Dana Alokasi Umum
c. Dana Alokasi Khusus
Jumlah
III. Lain-lain Penerimaan yang Sah
a. Bantuan dari Pemerintah Pusat
b. Dana Otonomi Khusus
Jumlah
Total Pendapatan
B. BELANJA
I. Belanja Aparatur
II. Belanja Pelayanan Publik
III. Belanja Bagi Hasil dan Bukan Bantuan Pajak
IV. Belanja Tidak Terduga
Total Belanja
C. PEMBIAYAAN
I. Penerimaan Daerah
II. Pengeluaran
Total Pembiayaan
Sumber : Harian Cenderawasih Pos
Rp 8.000.000.000
Rp 10.000.000.000
Rp
500.000.000
Rp 1.000.000.000
Rp 19.500.000.000
Rp 35.733.961.700
Rp 294.148.000.000
Rp 14.080.000.000
Rp 343.961.961.700
Rp
6.444.000.000
Rp 50.000.000.000
Rp 50.644.000.000
Rp 363.461.961.700
Rp 236. 317.522.780
Rp 166.864.712.220
Rp 31.942.000.000
Rp
2.000.000.000
Rp 437.124.234.000
Rp
Rp
Rp
22.338.540.000
1.000.000.000
21.338.540.000
Walikota Jayapura, Drs. M.R. Kambu, M.Si dalam pidato pengantarnya
menjelaskan bahwa jumlah dana sebesar itu dialokasikan pada 6 sektor
prioritas yaitu Pendidikan, Kesehatan, Pemberdayaan ekonomi,
Infrastruktur, Agama dan Pemerintahan.
Penjabat Gubernur Provinsi Papua Dr. Sodjuangon Situmorang, M.Si,
membuka pertemuan penyusunan RASK (Rencana Anggaran Satuan
Kerja) dengan seluruh pimpinan instansi di Sasana Karya Jayapura. Dalam
arahannya, Gubernur mengatakan Pemerintah Pusat telah melayangkan
68
surat teguran kepada Pemerintah Provinsi Papua agar segera mengesahkan
RAPBD. Dikatakannya keterlambatan ini sangat mempengaruhi jalannya
pelayanan kepada masyarakat dan jalannya pembangunan karena
banyaknya waktu yang terbuang.
3 Maret
Pihak Pengadilan Negeri Merauke mengeluarkan izin penyitaan barang
terhadap tersangka Drs. Petrus M. Tiniyap dan Harry Rahaill dalam kasus
penyalahgunaan keuangan yang terjadi di DPRD Merauke tahun 2002
sebesar Rp 4,9 miliar.
6 Maret
Sekitar 30 warga yang merupakan tua-tua adat dari 3 Distrik, yakni
Muting, Ellikobel dan Uliling menyampaikan aspirasinya di kantor DPRD
Merauke. Mereka menginginkan ketiga distrik itu menjadi kabupaten
sendiri, yakni Kabupaten Muting dan pisah dari Kabupaten Merauke.
14 Maret
Sejumlah masyarakat yang berada di distrik pemekaran Kemtuk Gresi Selatan
yang dipimpin oleh Ondoafi Petrus Marikan mendatangi kantor Bupati Jayapura
dan bertemu dengan Bupati Habel Melkias Suwae, S.Sos, MM. Mereka
menyampaikan aspirasi tetang pemekaran distrik baru sekaligus mendukung
kebijakan pemberdayaan distrik dan kampung yang dijalankan selama ini.
15 Maret
Sebanyak 14 Kepala Kampung se-Distrik Nimboran dukung Habel
Suwae, S.Sos, MM untuk maju dalam Pilkada Bupati Jayapura periode
2006-2011.
17 Maret
Anggota KPU Drs. Daan Dimara, MA tersangka kasus dugaan korupsi
pengadaan segel Pemilu 2004, merasa dijebak. Dia tetap menyatakan
Menteri Hukum dan HAM Hamid Awaluddin yang seharusnya
69
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
bertanggungjawab, sebab dia ditunjuk sebagai ketua panitia saat proyek
sudah berjalan.
23 Maret
Puluhan Kepala Kampung di Kabupaten Manokwari menggelar unjuk
rasa di halaman kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
Kabupaten Manokwari. Mereka meminta melalui DPRD, Pemerintah
Daerah dapat menaikkan gaji mereka hingga Rp 700.000 / bulan.
24 Maret
Pater Nato Gobay Pr, Pastor di Nabire mengatakan, pembangunan
yang saat ini terjadi di Nabire hendaknya dimulai dari kampung ke kota,
bukan dari kota ke kampung seperti yang terjadi selama ini. Dengan
demikian masyarakat dapat merasakan arti pembangunan itu sendiri.
27 Maret
Ancaman DPR Provinsi Papua untuk mengembalikan UU No. 21
tahun 2001 tentang Otonomi Khusus beralokasi dana Otsus tahun 2006
sebesar Rp 2,9 triliun ke Pemerintah Pusat disikapi serius anggota komisi
B DPRP Drs. Piet Hein Awangkok. “ Tujuan dasar dari pemberlakuan
Otonomi Khusus bagi Papua adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat Papua. Oleh karena itu sangat tidak relevan sekali Otsus mau
dikembalikan ke Pemerintah Pusat.” tegasnya „
70
BAGIAN II
ANALISIS LINT
A SAN P
ERISTIW
A
LINTA
PERISTIW
ERISTIWA
A.
HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK
A.1 IRIAN JAYA BARAT (IJB) VERSUS OTSUS
Irian Jaya Barat telah menjadi perdebatan panjang sejak provinsi ini
dinyatakan keberadaannya, bahkan semakin ramai dibicarakan setelah Inpres
No. 1/2003 tentang percepatan pelaksanaan UU No. 45 tahun 1999 tentang
Pemekaran Provinsi Irian Jaya Barat (IJB) dan Irian Jaya Tengah (IJT)
diputuskan bertentangan dengan UUD 1945 dan dinyatakan batal demi hukum
oleh Mahkamah Konstitusi pada bulan November 2004. Keadaan semakin
rumit ketika Pemerintah Pusat seperti tidak pernah berniat untuk menyelesaikan
masalah ini tetapi justru menimbulkan kebingungan bagi semua pihak,
terutama masyarakat di wilayah itu dengan status IJB.
Permasalahan IJB dalam 3 bulan terakhir ini lebih banyak diwarnai polemik
tanpa henti antara MRP, DPRP dengan Pemerintah Pusat dan kalangan elit
politik di wilayah IJB yang semakin diperkeruh dengan berlangsungnya Pilkada
IJB. Tarik ulur kepentingan ini tetap berlangsung terutama ketika Pilkada
Gubernur IJB tetap diagendakan sementara pihak elit politik IJB terus
melakukan pendekatan kepada Pemerintah pusat agar dapat mendukung
berlangsungnya Pilkada IJB dan jalannya pemerintahan di IJB. Di pihak lain,
MRP melakukan konsultasi publik terhadap masyarakat di seluruh wilayah
yang diklaim sebagai wilayah provinsi IJB.
Konsultasi publik ini mendapat tentangan keras dari pihak elit politik IJB
yang menganggap bahwa MRP tidak seharusnya melakukan konsultasi publik
dengan tujuan mengumpulkan pendapat rakyat di wilayah IJB tentang perlu
tidaknya pemekaran. Menurut mereka seharusnya konsultasi publik ini
dimaksudkan untuk mencari payung hukum yang sesuai bagi IJB, bukan untuk
menjajaki pendapat rakyat. Pembentukan payung hukum dan Perpu tentang
71
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
IJB inilah yang ditentang oleh MRP dan DPRP. MRP dan DPRP menilai
bahwa seharusnya payung hukum IJB tetap berada di bawah Otsus, dengan
demikian pemekaran provinsi di Papua seharusnya mengacu kepada undangUndang Otsus, bukan dengan Perpu atau payung hukum lainnya. Penolakan
MRP untuk bertemu dengan Pemerintah Pusat (Mendagri) dan membahas
hasil konsultasi publik guna pembentukan payung hukum bagi IJB semakin
menegaskan sikap MRP tentang IJB. Entah sampai kapan persoalan ini
mendapatkan titik temu.
Hasil konsultasi publik menunjukkan bahwa rakyat di wilayah yang diklaim
sebagai IJB ini bingung dengan status IJB sendiri. Hasil temuan MRP
menunjukkan bahwa sebagian besar rakyat tidak menginginkan pemekaran
provinsi. Mereka tetap berkeinginan untuk berada dalam satu provinsi yaitu
Papua. Bentuk pemekaran yang mereka inginkan adalah pemekaran distrik
sehingga dapat mempercepat peningkatan pembangunan di wilayah tersebut.
Sementara itu para elit politik di wilayah tersebut tetap bersikukuh dengan
segala daya upaya mempertahankan keberadaan IJB. Sebagai bentuk protes
rakyat di wilayah ini, di Manokwari berkembang wacana untuk mencoblos
ketiga calon gubernur dan wakil gubernur IJB pada Pilkada Gubernur IJB
yang berarti bahwa suara yang diberikan rakyat akan hangus.
Di tengah kontroversi kepentingan antara para elit politik, rakyatlah yang
menjadi korban. Lagi-lagi rakyat dibingungkan karena pada awal pembentukan
IJB ada suatu harapan besar agar terjadi perubahan dan peningkatan
pembangunan dalam berbagai aspek seperti ekonomi, pendidikan dan
kesehatan, tetapi justru hal ini semakin memperburuk keadaan di wilayah
tersebut. Keterpurukan dalam berbagai sektor pembangunan disebabkan karena
anggaran daerah tidak tersedia. Tidak menutup kemungkinan hal ini terjadi
karena permainan elit politik yang terus memperjuangkan keberadaan IJB.
Diterimanya hasil konsultasi publik tentang IJB oleh DPRP ditunjukkan
dengan mengeluarkan pendapat atau sikap DPRP yang senada dengan sikap
MRP. Sikap ini didukung juga oleh berbagai komponen masyarakat di Papua.
Meskipun demikian, Pemerintah Pusat sepertinya tidak peduli dan tetap saja
pada keinginannya untuk melanggengkan IJB sebagai provinsi. Hal ini
menunjukkan bahwa Pemerintah Pusat sebenarnya tidak menghormati
kedaulatan rakyat di Papua melalui DPRP sebagai lembaga negara.
72
MRP sebagai representasi kultural orang Papua di pemerintahan telah
berupaya keras untuk menyelesaikan polemik IJB ini. Konsultasi publik telah
dilakukan oleh MRP, namun sejauh mana Pemerintah pusat memiliki keinginan
baik untuk menghormati hasil konsultasi publik dan menghormati MRP
sebagai satu lembaga resmi yang juga dibentuk oleh pemerintah pusat dengan
mengacu pada semangat OTSUS?
Pilkada IJB bagaimanapun juga telah berlangsung, tepat sehari sesudah
Pilkada Gubernur – Wakil Gubernur Papua. Pilkada ini merupakan Pilkada
ketiga setelah 2 kali tertunda. Pilkada yang tertunda menimbulkan kerugian
materiil sebesar Rp 43 Milyar rupiah. Sangat disayangkan sebab dana sebesar
itu seharusnya dapat dimanfaatkan untuk menghidupkan keterpurukan yang
telah berlangsung di wilayah tersebut. Namun dana tersebut hanya dihabiskan
untuk kepentingan sekelompok elit politik saja tanpa melihat nasib rakyatnya.
Dari 406.413 jiwa jumlah pemilih yang terdaftar di KPU IJB, terpilih
pasangan Abraham O. Atururi dan Drs. Rahimin Katjong sebagai gubernur
dan wakil gubernur untuk wilayah ini. Tidak jelas apakah seluruh masyarakat
ikut ambil bagian dalam Pilkada tersebut, jika melihat wacana yang
berkembang di masyarakat untuk mencoblos ketiga pasangan calon pada
saat Pilkada, sebagai salah satu bentuk penolakan. Apalagi dari hasil konsultasi
publik, digambarkan bahwa masyarakat di wilayah ini menolak Pilkada IJB.
Apakah Pilkada ini berlangsung dengan segala trik dan intrik para elit politik?
Yang pasti semakin jelaslah bahwa Pemerintah Pusat dengan segala cara tetap
berusaha menancapkan cakarnya semakin dalam di Tanah Papua dan
mencabik-cabik keutuhan sosial kultural orang Papua dengan alasan
pemerataan pembangunan dan kepentingan rakyat.
Apakah polemik IJB akan segera terselesaikan ataukah justru menjadi
semakin panjang dan rumit? Bagaimanakah nasib rakyat Papua yang ada di
wilayah barat Tanah Papua ini? MRP dan DPRP sudah habis-habisan
melakukan upaya sesuai dengan yang diamanatkan oleh Undang-undang
OTSUS. Apakah Pemerintah Pusat masih memiliki kemauan baik dan berkiblat
pada Undang-Undang OTSUS untuk menyelesaikan persoalan IJB?
73
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
A.2 HIRUK PIKUK PILKADA GUBERNUR PAPUA
Sejak 2004 Rakyat di Papua disibukkan dengan Pesta Demokrasi:
Pemilihan Legislatif, Pemilihan Presiden dan Wapres, Pilkada Bupati dan
Walikota, dan akhirnya Pilkada Gubernur - Wakil Gubernur.
Pilkada Gubernur – Wakil Gubernur digelar tanggal 10 Maret 2006. Pesta
Demokrasi ini sangat dinanti-nantikan oleh seluruh rakyat Papua. Tentu saja
rakyat mengharapkan adanya suatu perubahan dan kemajuan dalam
pembangunan diberbagai aspek kehidupan di Tanah Papua. Visi, misi yang
dapat juga dikatakan sebagai janji-janji, telah disampaikan oleh para kandidat.
Tim sukses dari masing-masing kandidat telah melakukan berbagai upaya
untuk memenangkan kandidatnya. Berbagai upaya yang tidak lepas juga dari
kecurangan dalam permainan politik pasti terjadi dengan tujuan untuk
memenangkan salah satu pasangan. Marilah kita melihat kembali jalan proses
demokrasi ini.
Awal proses demokrasi ini diramaikan dengan pencalonan kandidat oleh
Partai-partai politik yang diusulkan kepada DPRP. Seleksi ini diwarnai dengan
berbagai trik dan intrik yang dimainkan oleh partai-partai politik. Tentu masih
tersimpan dalam ingatan masyarakat mengenai kriteria asli dan tidak asli Papua
yang menjadi penilaian MRP bagi pasangan calon gubenur dan wakilnya.
Keaslian yang ditentukan berdasarkan garis keturunan bapak. Kriteria ini
memunculkan protes dari berbagai kalangan. Sempat terjadi perdebatan
mengenai keaslian para kandidat sebagai anak adat Papua. Bahkan muncul
kontroversi tentang fam Tanawani yang dipakai oleh Komarudin Watubun
sebagai pasangan Bas Suebu. Hal ini sempat menjadi perdebatan berbagai
pihak, termasuk pihak keluarga besar Tanawani. Perdebatan juga muncul
terhadap Moh. Musa’ad, pasangan dari Lukas Enembe. Keaslian darah Papua
pada diri Musa’ad dipertanyakan, meskipun dalam tubuh Musa’ad mengalir
juga sedikit darah Papua. Bagaimanapun juga MRP menjalankan tugas dan
wewenangnya seperti yang disebutkan dalam pasal 20 UU Otsus, tentang
tugas dan wewenang MRP.
Empat pasangan kandidat Gubernur - Wakil Gubernur Papua meramaikan
Pilkada Gubernur yang dipilih secara langsung untuk pertama kalinya di Papua.
74
Dukungan pun berdatangan kepada para kandidat ini. Beberapa ikatan
keluarga atau paguyuban kedaerahan seperti Kerukunan Keluarga Sulawesi
Selatan, Paguyuban Jawa – Madura dan kelompok - kelompok lainnya
memberikan dukungan dengan mendeklarasikan dukungan tersebut dan
membuat kontrak politik dengan para kandidat.
Kampanye Pilkada Gubernur yang digelar serentak di seluruh wilayah
Provinsi Papua disambut dengan antusias oleh rakyat di Papua. Para kandidat
turun dengan kekuatan penuh untuk menarik massa dan dukungan. Mereka
berusaha menarik simpati rakyat dengan memaparkan visi dan misi atau
dapat dikatakan juga sebagai janji-janji tentang apa yang akan mereka buat
jika terpilih sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur nantinya. Tema umum
yang diangkat oleh keempat kandidat adalah masalah pembangunan dan
pemerataan pembangunan di Papua. Secara khusus keempat kandidat banyak
menekankan pada pembangunan ekonomi dan sumberdaya manusia, kendati
ada beberapa titik penekanan yang berbeda pada masing-masing kandidat.
Pasangan Lukas Enembe – H. Arobi Aituarauw misalnya lebih
menekankan pada diskriminasi kepemimpinan yang terjadi selama ini di Papua.
Kepemimpinan di Papua selama ini dikuasai oleh orang pesisir (orang pantai)
dan tidak ada orang gunung (orang koteka) yang diberikan kesempatan untuk
memimpin Tanah ini. Karena itu Enembe menilai sudah saatnya ia mewakili
anak koteka untuk memimpin Papua.
Terlihat dengan jelas bahwa pasangan ini mengeksploitasi primordialisme
kesukuan dengan menempatkan ‘orang gunung’ vs ‘orang pantai’ dalam
menilai situasi kepemimpinan dan pembangunan di Papua. Demi kepentingan
mencari kursi nomor satu, primordialisme kesukuan dijadikan bumbu
penyedap rasa dari menu kampanye yang mengangkat kesenjangan dan
keterpurukan pembangunan di beberapa kabupaten pada wilayah Pegunungan
Tengah. Seakan-akan memang pembangunan dan kesejahteraan di Papua
ditentukan oleh berasal dari suku mana pemimpin di provinsi ini. Pandangan
ini jugalah yang selama ini menjadi pupuk bagi suburnya Kolusi dan Nepotisme
yang telah terlihat sangat menonjol dalam pemerintahan di Papua.
Di tengah dinamika situasi politik dan kehidupan bermasyarakat di Papua
dewasa ini, unsur kesukuan dapat menjadi ancaman yang serius, ketika unsur
75
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
ini mulai dipakai untuk menilai ada tidaknya keadilan terhadap aspek-aspek
kehidupan. Tetapi lebih dari itu, memunculkan unsur kesukuan di Tanah Papua
yang terdiri dari sekitar 250 suku asli Papua ini akan menganggu rasa
kebersamaan dan kesatuan kultural yang telah ada sejak lama. Aspek kesempatan
dan akses terhadap pembangunan dapat dipakai sebagai minyak oleh pihakpihak tertentu untuk membakar api perpecahan di Papua. Dengan demikian
Papua akan dianggap sebagai daerah konflik dan tidak aman sehingga harus
ditangani secara serius dengan menambah pasukan militer. Inilah pekerjaan
dari pihak-pihak yang tidak menginginkan Papua sebagai Tanah Damai.
Bagi kelompok masyarakat dari Pegunungan Tengah, memunculkan isu
ini sebenarnya justru merugikan mereka. Stigma yang sengaja dihidupkan
dan sudah lama melekat pada kelompok masyarakat Pegunungan Tengah
sebagai separatis akan semakin kuat , padahal ada usaha dari masyarakat
sendiri untuk menghilangkan stigma tersebut. Tidak jelas apa yang menjadi
latarbelakang pemikiran Enembe - Aituarauw dengan mengangkat isu ini.
Bagaimanapun, orang yang nantinya menjadi orang nomor satu di Tanah ini
harus benar-benar menjadi pemimpin bagi seluruh rakyat Papua dan tidak
memihak pada golongan, suku atau kalangan tertentu.
Papua sudah mulai dipecah-pecah sebagai satu kesatuan wilayah dengan
memunculkan IJB, IJT dan Papua Selatan, yang akhir-akhir ini menjadi
pembicaraan para elit politik. Rakyat Papua sangat sadar dengan usaha
perpecahan ini sehingga dengan sangat kuat berusaha menentang usaha
tersebut. Lantas, apakah Papua akan dihancurkan melalui unsur yang lebih
dasariah yaitu kesatuan kultural?
Sementara itu pasangan John Ibo – Paskalis Kossy menekankan pada
kepemimpinan yang berpihak pada orang kecil. Artinya pemimpin yang
mengerti dan memahami kemauan rakyat kecil. Termasuk adanya keinginan
masyarakat untuk membentuk beberapa kabupaten baru di wilayah
Pegunungan Tengah dan Mamberamo Tengah. Tidak hanya itu, bahkan Bupati
Merauke berani menyatakan dukungannya mengatasnamakan rakyat untuk
melakukan kontrak politik dengan pasangan ini dengan meminta untuk
mendirikan provinsi Papua Selatan yang meliputi Kabupaten Merauke dan
sejumlah Kabupaten pemekarannya.
76
Belajar dari pengalaman pemekaran Kabupaten induk Jayawijaya menjadi
beberapa kabupaten baru yang sampai saat ini kondisinya dapat dikatakan
belum bisa merangkak dan sedang membangun secara fisik dan nonfisik,
lalu jika ditambah lagi dengan 5 kabupaten baru, maka dapat dibayangkan
apa yang akan terjadi setelah itu. Kondisi yang dialami oleh 3 kabupaten
sebelumnya mungkin akan dialami juga oleh 5 kabupaten baru tersebut. Isu
pemekaran ini sangat sensitif. Demikian pula dengan ide pemekaran provinsi
perlu mendapatkan pertimbangan serius. Pro–kontra IJB dan kasus bentrok
yang menelan korban rakyat sipil karena polemik pendirian Irian Jaya Tengah
(IJT) perlu menjadi pelajaran penting bagi semua pihak di Papua. Pemekaran
tidak semata aliran uang dan dana Otsus. Pemekaran secara terburu-buru
bukanlah suatu solusi. Membangun Papua berarti menjamin hak-hak hidup
orang Papua di atas Tanahnya sendiri dan melihat orang Papua sebagai satu
kesatuan dari ujung Kepala Burung sampai di Pantai Selatan. Hal ini perlu
menjadi perhatian semua pihak untuk tidak dengan mudah mengangkat isu
pemekaran dan janji-janji pemekaran kepada masyarakat di Papua.
Pasangan Wabiser–Inauri memiliki ide untuk meningkatkan pembangunan
dan juga menjamin kondisi Papua yang aman. Pembangunan yang dimaksudkan
secara khusus pada bidang kesehatan, kesejahteraan dan juga menciptakan suatu
pemerintahan yang bersih dan bebas KKN. Pasangan ini menjanjikan biaya
pendidikan dan kesehatan gratis. Unsur keamanan juga menjadi tawaran penting
dari pasangan ini. Papua akan sejahtera jika ada jaminan keamanan bagi rakyat
yang mendiami Tanah Papua. Mereka menilai bahwa tidak perlu ada letusan
senjata lagi dan masyarakat bersama aparat keamanan harus bergandengan
tangan untuk menjaga ketertiban dan keamanan.
Ide ini terdengar sederhana tetapi jika benar-benar ingin dilaksanakan dan
diwujudkan, maka dibutuhkan kerja keras dan juga kekuatan kepemimpinan.
Kekuatan kepemimpinan berarti seorang pemimpin yang berkarakter kuat
sekaligus memahami dan mampu bermain didalam percaturan politik
Indonesia yang cukup rumit. Banyak hal yang harus ditembusi dan dirombak
dalam sistem pemerintahan yang telah berjalan di Papua saat ini. Bukanlah
suatu pekerjaan yang mudah untuk merombak kebijakan pertahanan dan
keamanan terhadap Papua.
77
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
Bas Suebu–Hessegem juga mengangkat masalah pembangunan dengan
menekankan pelaksanaan Otsus secara benar dan sungguh-sungguh.
Pembangunan infrastruktur dan ekonomi kerakyatan menjadi prioritas
pasangan ini. Satu hal yang menarik dan menjadi penekanan dari pasangan ini
adalah program turun ke kampung. Turun ke kampung tidak hanya berupa
kunjungan-kunjungan saja melainkan bermakna lebih dari itu adalah dana
Otsus yang selama ini hanya mengalir di kota harus pula ikut turun ke kampung
sehingga dapat dirasakan oleh rakyat di kampung. Dengan demikian mereka
menilai bahwa perkembangan ekonomi di Papua akan segera meningkat
sehingga kesejahteraan rakyat Papua juga semakin meningkat.
Memang idealnya pembangunan tidak hanya terpusat di kota atau ibukota
kabupaten, tetapi harus dapat menyentuh lapisan masyarakat yang paling jauh
di pelosok. Sekali lagi bahwa membangun Papua berarti memberikan jaminan
terpenuhinya hak-hak hidup rakyat di tanah ini. Pemikiran ini sebenarnya
sudah tertuang dalam Undang-undang Otsus namun setelah diberlakukan
selama 5 tahun (sejak November 2004) pelaksanaannya belum berjalan sesuai
dengan inti semangat Otsus. Tertundanya pembentukan MRP dianggap
sebagai faktor utama yang menghambat sehingga belum ada Perdasi dan
Perdasus. dengan demikian apakah saat ini Otsus akan berjalan dengan baik
mengingat MRP telah dibentuk.
Lantas, sejauh manakah popularitas para kandidat gubernur dan wakil
gubernur kita ini di mata masyarakat? Ukuran popularitas pasangan kandidat
ini dapat dilihat dari dinamika perolehan suara di beberapa kabupaten. Dari
perolehan suara sementara di beberapa kabupaten, terlihat pasangan Bas –
Hessegem bersaing ketat dengan Lukas Enembe – Aituarauw. Meskipun
demikian di beberapa wilayah lain, pasangan yang lainnya juga mendapat
tempat yang cukup baik. Persaingan posisi yang cukup ketat ini dapat dikatakan
sebagai ukuran yang paling tepat untuk menilai popularitas para kandidat.
Nama besar seseorang juga sangat mempengaruhi pilihan masyarakat, misalnya
saja Bas Suebu yang memang dulu pernah menjabat sebagai Gubernur Irian
Jaya dan mempunyai catatan karir yang cukup baik salah satunya sebagai
Duta Besar Indonesia untuk negara Meksiko. Henk Wabiser yang merupakan
salah satu putra terbaik Papua di bidang kelautan. John Ibo dan Paskalis
78
Kossy yang dikenal oleh masyarakat atau rakyat Papua karena sebelumnya
menjabat sebagai Ketua dan Wakil Ketua DPRP. John Ibo juga dikenal sebagai
orang yang memperjuangkan judicial review Inpres 1/2003 di Mahkamah
Konstitusi. Kedua putra terbaik Papua ini adalah orang-orang yang dengan
gigih memperjuangkan keutuhan Tanah Papua sebagai satu Provinsi yang utuh
dan tidak terpecah-pecah karena kepentingan Jakarta. Unsur popularitas juga
sangat berpengaruh dalam kemenangan salah satu pasangan, tetapi hal lain yang
juga tidak kalah penting adalah dukungan dan kerja keras para tim sukses dalam
menarik massa di daerah-daerah yang dianggap sebagai kantong suara. Pada
akhirnya masyarakat atau rakyat sendiri jugalah yang akan menilai apakah benar
kemenangan atau perolehan suara yang cukup tinggi oleh salah satu kandidat
benar-benar merupakan suara rakyat ataukah permainan politik belaka.
Jika kita membuka kembali ingatan terhadap proses demokrasi di Tanah
Papua yang dimulai dengan Pemilihan Legislatif hingga Pilkada Gubernur dan
Wakil Gubernur, telah banyak peristiwa konflik dan perpecahan mewarnai
dinamika bermasyarakat di Papua. Politik uang dipakai sebagai cara untuk
mendapatkan jabatan atau dukungan. Perpecahan antara kelompok-kelompok
masyarakat semakin terlihat akibat usung mengusung salah satu calon atau
pasangan calon. Yang kiranya paling berbahaya bagi orang Papua sendiri adalah
primordialisme kesukuan yang dimunculkan dalam berbagai kampanye dan
praktek dukung mendukung tersebut demi kepentingan kelompok tertentu.
Proses demokrasi yang telah berjalan dengan segala dinamikanya ini kiranya
mengajak kita untuk secara kritis menilai sejauh mana rakyat di Papua sadar
akan demokrasi dan harga yang harus dibayar atas seluruh proses itu.
A.3 KASUS ABEPURA 16 MARET 2006: CERMIN
REALITA KONFLIK YANG TERPENDAM?
Insiden Abepura 16 Maret di Gapura Uncen, Abepura berawal dari
sebuah aksi spontan damai pada tanggal 15 Maret 2006 yang dilakukan oleh
mahasiswa dan masyarakat sipil. Aksi tersebut dimotori oleh Parlemen Jalanan
dan Front Pepera Papua Barat. Mereka memprotes keberadaan PT Freeport
dan militer karena dianggap selama ini hanya merugikan rakyat Papua. Mereka
79
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
menuntut penutupan PT Freeport, penarikan pasukan TNI/Polri dan
membebaskan 7 tahanan akibat bentrok di Timika. Aksi ini merupakan salah
satu dari serangkaian aksi protes terhadap PT Freeport yang digelar oleh
banyak kelompok mahasiswa di wilayah lain seperti di Jakarta, Makassar dan
Yogyakarta, sejak akhir Januari 2006. Sehingga dikatakan dengan jelas bahwa
gerakan memprotes keberadaan perusahaan tambang raksasa milik Amerika
itu telah menjadi suatu gerakan bersama oleh banyak kalangan, tidak hanya
mahasiswa di Papua atau di Jakarta dan Jawa tetapi juga menjadi perhatian
berbagai pihak seperti LSM baik nasional maupun internasional.
Aksi ini dapat dipandang juga sebagai bentuk luapan emosi atau
‘kemarahan’ yang telah terpendam cukup lama dalam benak orang Papua
sebagai perwujudan dari ingatan akan sekian banyak penderitaan. Ingatan
akan penderitaan (memoria passionis) yang begitu panjang dari masa ke masa
yang dialami oleh orang Papua serasa menumpuk dan menjadi semakin tidak
terbendung sehingga demo Freeport dilakukan memicu pengungkapan ingatan
tersebut.
Nasi sudah menjadi bubur, begitulah istilah yang dapat dipinjam untuk
menilai peristiwa ini. Jika kita merekonstruksi peristiwa tersebut, kiranya
insiden ini dapat dihindari. Beberapa pihak menilai bahwa dialog atau negosiasi
antara pihak pendemo dan pihak keamanan buntu. Komarudin Watubun
dan beberapa anggota DPRP sempat melakukan negosiasi dengan pihak
pendemo untuk membuka palang. Demikian halnya Pieter Ell, SH,
Koordinator Kontras Papua dan Paskalis Letsoin, Direktur LBH Papua,
juga sempat meminta massa untuk membuka blokir jalan. Namun hasilnya,
massa tetap bersikukuh menutup jalannya. Massa tetap bertahan dengan
maksud agar pihak pemerintah memberikan tanggapan dengan menemui
mereka di tempat aksi, namun hal ini tidak dipenuhi.
Keadaan akhirnya tidak terkendali dan terjadilah bentrokan antara pihak
keamanan dan para pendemo. Empat orang anggota polisi dan Angkatan
Udara tewas dalam insiden ini. Belasan anggota Polisi juga mengalami lukaluka akibat bentrokan tersebut. Sementara itu di pihak massa juga tidak sedikit
yang mengalami luka-luka akibat bentrokan tersebut. Beberapa mahasiswa
terkena luka tembakan dan luka-luka akibat bentrok fisik. Bahkan para
80
wartawan yang meliput aksi tersebut tidak lepas dari pukulan aparat keamanan
dan juga massa yang pada saat itu sudah dalam keadaan tidak terkendali.
Peristiwa ini kembali mengisi ingatan pahit masyarakat di Papua.
Lantas bagaimanakah sistem koordinasi pihak keamanan sendiri yang pada
saat itu tengah melakukan pengamanan? Pihak Kepolisian serta TNI telah
menurunkan cukup banyak anggota intelijennya. Apakah laporan-laporan
intelijen di lapangan sungguh telah membantu koordinasi pengamanan aksi,
terutama dalam menentukan tindakan penanganan yang tepat?
Di lain pihak, ada penilaian tentang kesalahan komando atau kesalahan
prosedur oleh komandan Brimob dan juga pihak kepolisian yang saat itu
mengamankan aksi. Pada saat itu aparat keamanan tidak dilengkapi alat
pengamanan lengkap sehingga harus menelan korban jiwa. Hal ini semakin
dikuatkan dengan dicopotnya Kombes Polisi Tatang Hermawan dari
jabatannya sebagai Komandan Brimobda Papua oleh Kapolri jenderal Polisi
Sutanto, pada 17 Maret, satu hari sesudah insiden tersebut.
Tewasnya 4 orang aparat keamanan ini meninggalkan luka mendalam
bagi para anggota Brimobda Papua. Melihat rekannya menjadi korban, mereka
tidak segan-segan untuk melakukan tindakan balas dendam. Beberapa saat
sesudah 2 jenazah dievakuasi, anggota Brimobda melakukan penyisiran di
sekitar Abepura dan Waena. Mereka melepaskan tembakan membabi buta
dan melukai warga sipil yang melintas di sekitar Abepura. Mereka juga
melakukan blokade jalan dan sweeping kendaraan, serta menangkap siapa saja
yang dicurigai terlibat dalam aksi tersebut. Bahkan beberapa wartawan media
nasional yang datang ke Jayapura untuk meliput situasi pasca bentrok, terpaksa
harus menahan pukulan dan perusakan peralatan mereka oleh para anggota
Brimobda, persis di depan markas mereka. Parahnya, penyisiran dan
penangkapan ini semakin menjurus ke SARA. Mereka menganiaya siapa saja
yang kelihatan sebagai mahasiswa apalagi kelihatan sebagai orang Papua dan
terlebih mereka yang berasal dari wilayah Pegunungan Tengah.
Pada saat itu para tahanan yang terdiri dari warga sipil dan mahasiswa
mengalami penyiksaan selama berada di tahanan dan tidak ada pendampingan
hukum. Akses pendampingan hukum ditutup oleh pihak kepolisian. Beberapa
pengacara yang akan melakukan pendampingan berada di bawah tekanan.
81
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
Tentang penyiksaan tersebut, SKP Keuskupan Jayapura melaporkan hal ini kepada
Pelapor Khusus PBB tentang Penyiksaan.1 Karena akses informasi mengenai
keberadaan para tahanan ini begitu tertutup terhadap publik. Masyarakat tidak
memiliki sumber informasi yang terpercaya dan berimbang tentang situasi pasca
bentrok. Terjadi kesimpangsiuran informasi dengan beredarnya berbagai isu yang
tidak jelas dikembagkan oleh siapa, tetapi sangat meresahkan masyarakat.
‘B 16 M’, istilah yang dipakai untuk menyebut bentrokan 16 Maret ini
membuat Jakarta seperti kebakaran jenggot. Satu hari pasca bentrokan,
rombongan Jakarta yang terdiri dari Menkopolhukam Widodo AS, Panglima
TNI Marsekal TNI Djoko Suyanto, Kapolri Jenderal Polisi Sutanto dan Kepala
BIN Syamsir Siregar datang ke Jayapura untuk melihat situasi Jayapura dan
juga melakukan pertemuan dengan sejumlah tokoh masyarakat dan tokoh
agama.Namun sangat disayangkan bahwa pertemuan ini hanya seperti inspeksi
mendadak yang berisi pengarahan tanpa di buka suatu dialog untuk menyikapi
situasi yang sedang memprihatinkan di Jayapura. Rombongan Jakarta hanya
mengunjungi keluarga korban dari pihak aparat keamanan lalu terburu-buru
meninggalkan Jayapura. Sikap ini ditanggapi keras oleh para pimpinan agama
dengan melayangkan surat protes kepada Presiden SBY. Kepanikan Jakarta
juga ditunjukkan dengan menuduh beberapa pihak mendalangi aksi ini seperti
Kelompok LSM HAM lokal, APHEDA (LSM Australia) bahkan gereja–
gereja. Memang sangat disayangkan sikap Jakarta ini. Mestinya Jakarta lebih
terbuka dan membuka dialog dengan berbagai pihak di Papua seperti yang
diharapkan juga oleh pimpinan-pimpinan agama di Papua.
Sejumlah seruan dari LSM lokal, nasional dan para pemimpin Agama di Papua
dikeluarkan sebagai bentuk keprihatinan mereka. Pada intinya seruan-seruan tersebut
menyayangkan aksi damai yang kemudian berakhir dengan bentrok sampai
memakan korban jiwa dan korban luka-luka. Mereka juga menyerukan agar pihak
kepolisian dalam hal ini Brimobda Papua dan pihak TNI untuk tidak melakukan
penyisiran lagi terutama ke asrama-asrama mahasiswa dan kantong-kantong
pemukiman masyarakat khususnya yang berasal dari daerah Pegunungan Tengah.
Tuduhan-tuduhan yang dikembangkan oleh Jakarta dan kesimpangsiuran
1
Laporan Franciscans International dan SKP Keuskupan Jayapura kepada Pelapor Khusus PBB tentang Penyiksaan tanggal
17 Maret 2006.
82
informasi menimbulkan ketakutan berbagai kalangan di Jayapura. Mahasiswa
dicap sebagai pengacau. Ketakutan ini mempengaruhi kepedulian dan
solidaritas masyarakat Papua. Publik menjadi panik, mengasingkan ‘kelompok
mahasiswa’ sebagai kelompok pembuat onar, kalangan pekerja HAM juga
memilih diam. Padahal jika melihat esensinya, demo ini adalah protes terhadap
keberadaan PT Freeport di Papua yang telah menimbulkan dampak negatif
yang besar bagi masyarakat di Papua selama puluhan tahun. Seharusnya isu
ini menjadi keprihatinan bersama sebagai bentuk solidaritas masyarakat di
Papua terhadap kepentingan rakyat Papua sendiri.
Stigma separatis yang telah dihidupkan sejak lama menjadi semakin kuat
dengan adanya insiden ini dan diperburuk dengan beredarnya berbagai isu
yang meresahkan masyarakat. Karena dicap sebagai pengacau, banyak
mahasiswa terutama yang berasal dari wilayah Pegunungan Tengah dan sedang
belajar di Jayapura mengalami ketakutan dan mengungsi akibat penyisiran
yang dilakukan maupun perusakan selusin asrama mahasiswa. Pemukiman
penduduk yang berasal dari Pegunungan Tengah seperti di wilayah Sentani,
Angkasa dan sekitar Kota Jayapura juga didatangi oleh oknum-oknum aparat
keamanan berpakaian preman. Akibatnya terjadi pengungsian warga ke
tempat-tempat yang dianggap aman. Di tingkat nasional, situasi Papua
digambarkan chaos dan ditunjang dengan tersumbatnya aliran informasi yang
akurat.
Insiden 16 Maret 2006 menjadi suatu pelajaran berharga bagi semua pihak.
Bagi masyarakat Papua, perjuangan untuk terus menyuarakan penderitaan
dan keterpurukan yang terjadi selama bertahun-tahun karena ketidakadilan
di atas Tanah ini, haruslah terus dikumandangkan dan menjadi perjuangan
bersama. Bukan lagi suara orang gunung atau orang pantai, orang terpelajar
atau orang tidak terpelajar, akan tetapi merupakan suara orang Papua.
Kekerasan bukanlah jalan untuk menegakkan keadilan dan senyatanya justru
melahirkan kekerasan berikut. Sudah terlalu banyak air mata dan darah
tertumpah di atas Tanah ini. Jangan membasahinya lagi dengan darah. Cara–
cara damai adalah pilihan yang terbaik untuk mencapai suatu impian Papua
sebagai Tanah Damai. Bagi pihak Pemerintah, Kepolisian atau aparat
keamanan, pendekatan kekerasan dan militeristik tidak akan pernah dapat
83
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
menyentuh orang (rakyat) Papua. Rakyat Papua adalah orang-orang yang
sangat terbuka dengan dialog dan kebersamaan. Falsafah ‘Makan Sirih Pinang’
sebagai simbol persaudaraan dan perdamaian orang Papua harus dihayati
benar oleh Pemerintah jika memang ada itikad baik untuk melihat Papua
sebagai bagian terintegral dari negara ini.
B. HAK-HAK EKONOMI SOSIAL DAN BUDAYA
Di bidang hak-hak ekonomi, sosial dan budaya, uraian ini memfokuskan
pada beberapa unsur utama, yaitu [1] kesejahteraan masyarakat, [2] problem
CPNS dan PKL, [3] wabah HIV-AIDS, [4] perlindungan perempuan dan
anak, [5] problem tenaga guru, [6] pengurasan sumber daya alam, dan terakhir
[7] penyelenggaraan pemerintahan. Berikut ini akan diuraikan aspek-aspek
tersebut sebagai satu kesatuan yang saling mempengaruhi satu sama lain.
B.1 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Menilai sejahtera atau tidak sejahteranya suatu masyarakat dapat dilihat
dari terpenuhinya standar kehidupan yang memadai yaitu terpenuhinya pangan,
sandang, dan perumahan yang baik, serta terpenuhinya pendidikan dasar dan
perawatan kesehatan bagi masyarakat. Masih melekat dalam ingatan kita
adanya dana subsidi bagi masyarakat miskin yang diberikan oleh pemerintah.
Setelah Beras Miskin (Raskin), muncul Kartu Sehat dan yang terakhir menjadi
perdebatan adalah dana subsidi berupa BLT (Bantuan Langsung Tunai).
Bantuan pemerintah ini mendapat tanggapan dari masyarakat. Orang
berbondong-bondong mendaftarkan dirinya ke kelurahan-kelurahan dengan
harapan akan mendapatkan bantuan tersebut. Lantas sejauh manakah bantuanbantuan ini bermanfaat bagi masyarakat kategori miskin di Papua? Bagaimana
pula pengelolaan dan penyalurannya di Papua?
Seperti disebutkan di dalam kronik, misalnya di wilayah Waena, Distrik
Abepura, sebanyak 2.039 orang yang dikategorikan miskin tidak seluruhnya
memperoleh jatah Beras Miskin (raskin). Hanya 447 orang saja yang menerima
84
jatah Raskin, yang berarti sekitar 20 % saja dari total masyarakat miskin.
Sementara itu, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota
Jayapura, M.H.T. Sagala, SH, MM mengatakan bahwa pemerintah
mengalokasikan kuota Raskin bagi masyarakat Kota Jayapura pada tahun
2006 sebanyak 2.225 ton. Jumlah ini dikatakan mengalami penurunan 40%
dari tahun sebelumnya. Apakah penurunan kuota Raskin ini disebabkan oleh
menurunnya jumlah orang kategori miskin di Kota Jayapura?
Kasus Raskin di Distrik Waena hanyalah salah satu contoh dari berbagai
kasus Raskin di sejumlah distrik yang ada di Papua. Bukan rahasia umum
lagi bahwa sering terjadi penyalagunaan dan penyelewengan bantuan yang
dilakukan oleh oknum aparat pemerintahan yang ada di tingkat distrik,
kelurahan atau desa, maupun juga oleh oknum masyarakat tertentu. Yang
menjadi pertanyaan, bentuk pengawasan seperti apakah yang harus dilakukan
oleh pemerintah agar penyaluran Raskin benar-benar sampai kepada tangan
yang membutuhkan.
Kasus rawan pangan di beberapa wilayah di Pegunungan Tengah seperti
di Kabupaten Yahukimo, Jayawijaya, Tolikara dan Pegunungan Bintang, yang
juga merupakan wilayah pemekaran kabupaten, dapat memberikan gambaran
kepada kita sejauh mana pemerintah mempunyai perhatian yang cukup
memadai pada sektor ketahanan pangan ini. Apakah program pembangunan
yang dibuat sudah dapat menjawab standar minimum pemenuhan kehidupan
yang memadai, seperti yang termuat dalam Pasal 11 Kovenan Hak-hak
Ekonomi, Sosial dan Budaya?
Di sisi lain, pemberian bantuan senyatanya telah melahirkan masalah baru
karena masyarakat di Papua menggantungkan hidupnya kepada bantuanbantuan seperti ini. Bahkan masyarakat yang turun-temurun hidupnya
bergantung dari hasil kebun berupa umbi-umbian dan sagu, sudah mulai
meninggalkan kebun dan dusun sagunya dengan jaminan bahwa mereka akan
tetap hidup karena ada Raskin. Konflik kecil antar masyasrakat pun terjadi
karena penyaluran Raskin tidak merata. Sungguh memprihatinkan jika orang
Papua dikatakan dan beranggapan “miskin” dan kelaparan hanya karena
tidak makan nasi atau Beras Miskin.
Beberapa pertanyaan refleksi bagi kita adalah apakah pemberian Raskin
85
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
menjadi satu-satunya jalan untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat
di Papua? Seberapa besarkah ketergantungan masyarakat dan orang Papua
terhadap beras? Apakah Pemerintah Papua pernah memikirkan program
kemandirian pangan bagi rakyat Papua dengan mengembangkan sistem
pertanian dan pengelolaan sumber pangan berbasis lokal?
Demikian pula dengan Kartu Sehat atau ‘Askes Miskin’ yang merupakan
satu program subsidi pemerintah di bidang kesehatan kepada masyarakat
kategori miskin. Masyarakat miskin diharapkan dapat memperoleh pelayanan
kesehatan yang baik dengan biaya yang murah. Tetapi kenyataannya misalnya
di Kelurahan Awiyo, Distrik Abepura yang masih termasuk dalam wilayah
Kota Madya Jayapura dan letaknya tidak jauh dari ibukota Provinsi, sebanyak
100 warga miskin belum menerima kartu tersebut.
Tidak tersalurkannya kartu sehat kepada masyarakat yang membutuhkan
bisa saja terjadi karena lemahnya aparat dalam melakukan tugasnya. Tetapi
juga ada warga masyarakat yang dengan sengaja memanfaatkan kelemahan
aparat ini dengan mengaku sebagai warga miskin, kemudian mendapatkan
kartu sehat. Kenyataan-kenyataan seperti ini tidak hanya muncul di satu
kelurahan atau wilayah, tetapi dapat dijumpai juga di beberapa distrik. Hal ini
terjadi juga pada akhir tahun lalu, ketika ditemukan kasus penyalagunaan kartu
sehat oleh warga yang mampu secara ekonomi, di Puskesmas Hamadi,
Jayapura.
Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang disalurkan sebagai bentuk subsidi
pemerintah terhadap masyarakat miskin juga dinilai oleh berbagai pihak hanya
menimbulkan masalah. Berbagai pendapat dan tentangan datang dari banyak
kalangan. Pemerintah Pusat akhirnya memutuskan untuk menghapuskan
program BLT dan menggantikannya dengan program pemberdayaan
masyarakat. DPR Papua melalui Komisi B mendukung penghapusan tersebut
karena menilai bahwa telah terjadi banyak penyimpangan dalam
penyalurannya.
Selain telah terjadi banyak penyimpangan dalam penyalurannya, BLT
sebenarnya tidak cukup membantu masyarakat dalam mengatasi persoalan
kesejahteraannya. Jumlah dana yang memang tidak terlalu besar –hanya sekitar
Rp 100.000 dan diterima secara rutin—hanya membuat orang menjadi malas,
86
tergantung, dan tidak lagi memiliki daya juang untuk mengembangkan usaha.
Karena itu memang bijaksana jika bentuk subsidi dialihkan dalam bentuk
dana pemberdayaan masyarakat. Hanya saja perlu dibuat suatu sistem yang
jelas sehingga tidak hanya dana saja yang dikucurkan tetapi disertai juga dengan
pembinaan dan pendampingan yang teratur kepada masyarakat yang
memanfaatkan dana tersebut. Untuk itu memang diperlukan kesiapan dan
keseriusan dari aparat pemerintahan dan instansi terkait yang akan terlibat
dalam program ini.
Terlepas dari segala bentuk bantuan yang diberikan oleh pemerintah untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, yang paling penting adalah bagaimana
pemerintah di Papua mengembangkan suatu program pemberdayaan masyarakat
yang dapat dimulai dari kampung-kampung sehingga betul-betul menyentuh
masyarakat. Bantuan demi bantuan memang sangat diperlukan sesuai dengan
kewajiban Pemerintah untuk memberikan jaminan kesejahteraan bagi masyarakat.
Namun alangkah baik jika hal tersebut juga dibarengi dengan pembinaan dan
pendampingan masyarakat, terutama kelompok masyarakat kategori miskin.
B.2 HAK ATAS PEKERJAAN: CPNS DAN PKL
Ketersediaan lapangan kerja dan tingginya angka pengangguran tetap
menjadi permasalahan di berbagai daerah di Papua. Dibukanya beberapa
kabupaten baru dan distrik baru ternyata belum dapat menjawab kebutuhan
lapangan kerja bagi berbagai lulusan di Papua. Padahal di sisi lain ada beberapa
sektor yang memang membutuhkan tambahan tenaga seperti di bidang
kesehatan dan pendidikan. Dua sektor ini seakan tidak pernah tercukupi
kebutuhan tenaganya.
Tanggal 28 Februari 2006 telah dilaksanakan ujian akademik seleksi CPNS
(Calon Pegawai Negeri Sipil) Papua secara serentak di semua wilayah Provinsi
Papua. Tercatat sebanyak 58.000 pencari kerja mengikuti tes ini. Padahal
formasi yang disediakan hanya 8.056 mulai dari tingkat provinsi sampai ke
kabupaten dan kota yang berarti peluang hanya sekitar 14%. Sekarang tinggal
faktor keberuntunganlah yang menentukan lulus tidaknya mereka.
Dalam persaingan yang ketat tersebut, lagi-lagi pemerintah Provinsi Papua
87
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
dituntut tanggung jawabnya untuk memperhatikan pencari kerja asli Papua.
Memang tidak sedikit pencari kerja yang datang dari daerah lain seperti Jawa,
Sulawesi dan Sumatera untuk mengadu nasibnya di Papua. Untuk itu
pemerintah Papua diminta serius berpegang kepada UU Otsus pasal 62 ayat
2 dalam menciptakan lapangan kerja dan menentukan formasi ketersediaan
lapangan kerja.
Melihat hal ini, patutlah kita bertanya apakah dengan membuka kesempatan
bekerja di sektor formal seperti bidang pemerintahan adalah satu-satunya
jalan untuk mengatasi pengangguran di Papua? Seberapa besarkah tanggung
jawab pemerintah Provinsi, kota dan kabupaten untuk mengembangkan
sektor swasta dengan menggandeng para investor yang datang di Papua
sehingga dapat menampung para pencari kerja ini?
Salah satu cara yang dapat dipikirkan adalah pemerintah perlu
mengeluarkan suatu aturan yang mewajibkan para investor yang akan
berinvestasi di Papua untuk bertanggungjawab merekrut tenaga kerjanya dari
Papua dan bukan dari luar Papua. Dengan demikian masalah penganguran
dapat teratasi secara perlahan-lahan. Di lain pihak, terbukanya kesempatan
pendidikan seharusnya memperhatikan perimbangan bidang studi atau bidang
keahlian yang cukup beragam sesuai dengan kebutuhan di Papua. Adanya
kesempatan pengelolaan pendidikan oleh pihak swasta perlu memperhatikan
unsur ini. Seharusnya sekolah atau Perguruan Tinggi Swasta membuka bidangbidang yang tidak dikelola oleh instansi negeri, sehingga lulusan yang dihasilkan
dapat memenuhi formasi yang dibutuhkan di Papua.
Dengan terbatasnya lapangan kerja di sektor formal, sektor informal
berkembang pesat terutama di wilayah perkotaan. Situasi ini tercermin dari
kecemasan Pedagang Kaki Lima (PKL) akibat upaya penertiban PKL yang
dilakukan oleh Dinas Ketentraman dan Ketertiban (Trantib) Kota Jayapura.
Hal ini dilakukan karena meningkatnya PKL yang berjualan di sepanjang
trotoar kota sehingga mengganggu kenyamanan dan kerapian kota. Tidak
hanya itu, pihak pemerintah Kota Jayapura juga melakukan penertiban dan
penutupan tempat-tempat usaha yang tidak memiliki ijin usaha maupun ijin
bangunan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin hari jumlah PKL di wilayah
88
perkotaan, seperti Kota Jayapura, semakin meningkat. Jika diamati, PKL ini
kebanyakan berasal dari kelompok suku Jawa dan Makassar. Mereka
menduduki trotoar-trotoar sepanjang pertokoan dan jalan umum. Jika sore
hari tiba, mereka mulai memadati sepanjang troatoar dan pelataran pertokoan
kemudian menggelar berbagai jenis dagangan. Kondisi ini sangat mengganggu
kenyamanan warga dan pejalan kaki karena sudah tidak ada ruang bagi pejalan
kaki sehingga pejalan kaki lebih memilih untuk berjalan di jalan raya. Akibatnya
terjadinya kemacetan lalulintas, terutama pada musim liburan atau pada saat
malam minggu tiba.
Fenomena peningkatan jumlah PKL dapat menjadi petunjuk kuat tentang
meningkatnya jumlah pendatang (migran) dari luar Papua ke Papua yang
tidak dapat ditampung di sektor formal. Hal ini perlu mendapatkan perhatian
serius dari pemerintah. Para migran ini datang dan menguasai berbagai sektor
informal dan bahkan merambah lahan pasar para pedagang asli Papua. Sebagai
contoh, kalau dulu hanya orang Papua yang berdagang sayur mayur, ikan
asap dan pindang, saat ini ada banyak orang Makassar, Buton atau Jawa yang
juga menjual barang yang sama. Akhirnya terjadi persaingan dalam merebut
pembeli, dan lagi-lagi pedagang asli Papua hanya gigit jari menghadapi
kenyataan yang ada karena kalah bersaing. Entah unsur apa yang menyebabkan
pedagang Papua tidak dapat bersaing dengan para pedagang migran ini.
Dalam Undang-undang No. 21/2001 tentang Otsus Pasal 42 disebutkan
bahwa pemerintah berkewajiban memperhatikan dan mengembangankan
suatu sistem perekonomian rakyat di Papua yang betul-betul memberdayakan
orang Papua sehingga dapat menjadi pelaku ekonomi di tanahnya sendiri.
Belum adanya suatu konsep yang mantap tentang pengembangan ekonomi
rakyat sementara para migran yang terus berdatangan dan menguasai
perekonomian, membuat pedagang asli Papua semakin terpuruk. Situasi ini
akan memunculkan gesekan-gesekan sosial yang jika tidak segera ditanggapi
akan mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat. Untuk itu, sebaiknya
pemerintah Kota Jayapura dan juga Pemerintah Provinsi Papua perlu
memperhatikan secara serius dengan membatasi peningkatan laju migrasi.
Harus ada suatu ketegasan dari pemerintah dengan membuat Perdasus yang
mengatur kependudukan sehingga tidak hanya membatasi masuknya
89
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
penduduk pendatang dari luar Papua ke Papua tetapi juga arus migrasi intern
yang makin memadati wilayah perkotaan di Papua dan meninggalkan wilayah
pedesaan yang makin kekurangan tenaga kerja produktif.
B.3 HAK ATAS KESEHATAN: WABAH HIV-AIDS?
Belum hilang dari ingatan kita bencana peristiwa gizi buruk dan kekurangan
pangan di Yahukimo akhir tahun lalu. Kini kita kembali prihatin dengan
Kejadian Luar Biasa (KLB) di Jayawijaya dan wabah diare di wilayah Asmat.
Berbagai peristiwa ini memberikan gambaran yang jelas kepada kita tentang
lemahnya pelayanan kesehatan di daerah-daerah tersebut yang secara umum
menggambarkan keadaan pelayanan kesehatan di Papua. Kekurangan tenaga
medis dan fasilitas medis yang memadai selalu menjadi faktor utama lemahnya
pelayanan. Unsur lain yang juga mempengaruhi adalah kesejahteraan tenaga
medis menyangkut pembayaran gaji, status kepegawaian dan perumahan.
Uraian ini akan memfokuskan perhatian pada wabah HIV-AIDS di Papua.
Angka kasus HIV-AIDS di Papua seperti tidak pernah turun tetapi justru
semakin meningkat. Jika melihat perkembangan kasus HIV-AIDS yang terjadi
selama 3 bulan terakhir di Biak Numfor (133 kasus pada tanggal 31 November
2005, awal Januari 2006 tercatat 140 kasus, akhir Januari menjadi 145 kasus
dan pada awal Februari menjadi 149 kasus) kita dapat memperkirakan
seberapa cepat virus mematikan ini menyebar di Papua.
Gambaran di kabupaten Biak secara langsung dapat menunjukkan kepada
kita bagaimana perkembangan HIV-AIDS di Papua. Dinas Kesehatan
Provinsi Papua melaporkan bahwa per Desember 2005 angka HIV-AIDS
Papua telah menembus angka 2.163 kasus masing-masing 1.202 positif HIV,
961 AIDS, dan 289 sudah meninggal dunia. Jika kita mengacu pada fenomena
gunung es di mana angka yang dilaporkan hanyalah sepertiga kenyataan, maka
dapat diperkirakan bahwa sekitar 6.000 kasus tidak muncul ke permukaan
atau tidak terdata.
Jumlah penduduk Papua berdasarkan sensus 2002 berjumlah 2.387.427
jiwa, dengan laju pertumbuhan penduduk dari tahun 1999-2000 adalah 3,18
%. Dengan melihat angka laju peningkatan kasus HIV-AIDS dan dibandingkan
90
dengan jumlah penduduk dan laju pertumbuhan penduduk, muncul pertanyaan
berapa banyak sisa manusia yang terbebas dari HIV-AIDS di Papua untuk 5
tahun ke depan. Dengan demikian kita dapat membayangkan betapa
bahayanya virus ini bagi masyarakat Papua.
Berbagai program dan upaya yang telah dibuat seperti tidak membuahkan
hasil. Pernyataan ini kelihatan mengandung nada pesimis, tetapi kita perlu
melihat kenyataan yang ada. Program kampanye yang dibuat oleh KPA atau
LSM-LSM pemerhati HIV-AIDS, Dinas Kesehatan bahkan gereja seakan
belum mampu membendung laju pertumbuhan HIV-AIDS. Sebagai contoh,
program kondom yang dikampanyekan mulai beberapa tahun belakangan
ini dan dianggap sebagai cara yang cukup ampuh untuk mengurangi penularan
HIV-AIDS di Papua ternyata masih belum maksimal. Dalam evaluasi
penyebaran IMS, HIV-AIDS yang berlangsung di Merauke, Kasubdin P2M
Dinkes Kabupaten Merauke dr. Nevil Muskita mengatakan justru ada
penurunan jumlah pemakaian kondom di daerah ini.
Melihat kenyataan tersebut maka perlu dipikirkan bersama bentuk
penanganan HIV-AIDS yang terpadu. Pendekatan medis sangat diperlukan
namun hal yang sangat mendasar adalah menyadarkan masyarakat sebagai
manusia dan pribadi yang sadar akan bahaya HIV-AIDS. Menanamkan
pendidikan moral dan keagamaan dalam keluarga menjadi suatu hal yang
penting tetapi ini tidaklah cukup. Di tingkat sistem hukum, perlu diambil
langkah politis guna menanggulangi faktor pendukung penyebaran HIVAIDS. Untuk itu, perlu dibuat Perda yang secara ketat membatasi peredaran
miras dan hiburan malam. Perdagangan narkoba yang makin ramai di Jayapura
dalam kaitan dengan jalur ke PNG perlu secara nyata diperangi. Selain itu,
perdagangan perempuan, kecanduan alkohol dan kecanduan narkoba perlu
diperangi secara nyata oleh pemerintah dengan langkah-langkah yang efektif
seperti dengan pendirian klinik rehabilitasi alkohol dan narkoba serta tempat
perlindungan bagi kaum perempuan yang diperdagangkan.
Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Kota dan Kabupaten umumnya
tidak memiliki Perda yang mengatur peredaran Miras secara ketat. Ada dugaan
bahwa pembatasan peredaran Miras akan mengganggu Pendapatan Asli
Daerah (PAD). Jika ini benar, kiranya sangat disayangkan karena pemerintah
91
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
di Papua hanya berpikir tentang PAD tanpa berpikir tentang manusia-manusia
dan generasi yang hidup di atas Tanah ini? Apakah 10 tahun atau 20 tahun ke
depan, tanah ini masih akan didiami oleh generasi yang berkualitas dan tidak
rusak moral dan fisiknya karena kecanduan alkohol dan narkoba? Ataukah
orang Papua akan semakin berkurang populasinya karena HIV-AIDS?
Pertanyaan ini mengajak kita untuk mengambil langkah dan berbuat sesuatu,
menyelamatkan generasi kita sebelum semuanya terlambat.
B.4 PERLINDUNGAN TERHADAP PEREMPUAN DAN
ANAK
Meskipun Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan
Kekerasan dalam Rumah Tangga (UU KDRT) telah dikeluarkan sejak 2
tahun lalu, masih saja dijumpai banyak kasus kekerasan terhadap perempuan,
terutama kasus kekerasan dalam rumah tangga, dengan perempuan dan anakanak sebagai korban. Sayangnya, kasus-kasus ini masih dipandang sebagai
tindakan kriminal biasa, dan belum mendapatkan perhatian serius dari
masyarakat, media massa, serta pihak penegak hukum.
Ulasan berbagai berita kekerasan terhadap perempuan dan anak di media
massa selalu memberikan kesan bahwa masalah ini hanyalah kriminal biasa
dan bukan pelanggaran HAM. Biasanya korban mengadu atau melapor ke
Polisi, namun setelah itu mereka tidak mendapatkan penanganan lebih lanjut
secara hukum apalagi secara psikologis. Hanya beberapa kasus saja yang telah
ditangani secara hukum. Hal ini ditegaskan juga oleh Ketua LP3A Papua,
Selfiana Sanggenafa, SH. Ia mengatakan bahwa pada tahun 2005 ada 65
kasus dan yang diproses sampai pada tingkat litigasi hanya 27 kasus.
Dalam kronik digambarkan beberapa contoh kasus yaitu Kekerasan Fisik
(Psl 6 UU KDRT), Kekerasan Seksual (Pasal 8 UU KDRT), dan Kekerasan
Ekonomi (Pasal 9 UU KDRT), yang biasanya disertai dengan Kekerasan Psikis
(Pasal 7 UU KDRT). Korban biasanya hanya mendapatkan perlindungan
sementara dari pihak Kepolisian dan penanganan medis; namun tidak berlanjut
sampai pada pendampingan dan penanganan hukum. Di samping itu, pihak
korban sering beranggapan bahwa masalah kekerasan dalam rumah tangga
92
adalah masalah keluarga dan juga tabu sehingga banyak korban yang memilih
untuk menyelesaikannya secara kekeluargaan dari pada secara hukum.
Masyarakat kita belum sepenuhnya memahami apa yang dimaksud dengan
kekerasan terhadap perempuan dan anak, dan secara khusus kekerasan dalam
rumah tangga. Banyak keluarga yang memahami bahwa kekerasan yang terjadi
dalam rumah tangga merupakan urusan rumah tangga dan tidak boleh
dicampuri atau diketahui oleh orang lain. Bahkan ada pendapat bahwa suami
memukuli isteri adalah bagian dari cara suami “mendidik” isteri. Masyarakat
kita juga berpikir bahwa mencampuri urusan keluarga atau urusan rumah
tangga orang lain adalah hal yang tabu. Karena itu jika terjadi penganiayaan
atau kekerasan, mereka lebih banyak memilih diam daripada memberikan
perlindungan kepada korban dan melaporkannya kepada Polisi.
Sementara itu di kalangan aparat penegak hukum seperti Polisi banyak
juga yang belum memahami sepenuhnya UU KDRT. Hal ini terlihat dari
penanganan kasus kekerasan dalam rumah tangga lebih banyak diarahkan
pada kasus penganiayaan semata. Pasal-pasal yang dikenakan juga lebih banyak
menggunakan pasal tentang penganiayaan. Selain itu, bidang yang menangani
tindak kekerasan dalam rumah tangga di kepolisian yang disebut RKT belum
tersedia di semua Polres atau Polsek. Di Jayapura RKT hanya terdapat di
Polresta Jayapura, sementara tenaga polisi yang memiliki keahlian dalam bidang
pendampingan dan psikologi serta KRT masih sangat kurang. Kendala ini
membuat pelayanan Kepolisian kurang maksimal.
UU KDRT mewajibkan pemerintah untuk melakukan upaya pencegahan
kekerasan dalam rumah tangga dengan melakukan perumusan kebijakan
hingga sosialisasi dan penyelenggaraan pendidikan sensitif jender (Pasal 11).
Ini berarti pemerintah melalui instansi terkait tidak hanya mengeluarkan produk
hukum tetapi yang harus melakukan sosialisasi terutama kepada para wartawan
dan media agar dapat melihat permasalahan KDRT dari perspektif jender.
Sosialisasi disertai dengan pendidikan perlu dilakukan terus-menerus bagi
berbagai lapisan masyarakat. Dan yang tidak kalah penting adalah melakukan
advokasi tentang KDRT. Dengan demikian masyarakat akan semakin paham
tentang KDRT dan produk hukumnya.
Sistem pelayanan yang menyeluruh terhadap korban kekerasan dalam
93
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
rumah tangga harus disiapkan oleh pemerintah, mulai dari pelayanan medis,
penanganan trauma, pendampingan saksi, keluarga korban dan pendampingan
hukum. Untuk itu pemerintah dapat bekerjasama dengan lembaga swadaya
masyarakat yang khusus membidangi hal ini. Selama ini fungsi tersebut lebih
banyak dijalankan oleh lembaga sosial yang memberikan perhatian khusus
pada masalah-masalah perempuan dan anak. Karena itu aparat pemerintah
harus memahami dengan baik UU KDRT agar dapat memberikan pelayanan
yang maksimal kepada masyarakat.
Beberapa hal yang menjadi pemicu terjadinya kekerasan dalam rumah
tangga seperti yang tercatat di dalam kronik adalah kecanduan minuman
keras dan desakan ekonomi. Kedua hal ini perlu menjadi perhatian serius
dari pemerintah karena menghentikan perdagangan Miras dan mengupayakan
pengembangan ekonomi rakyat merupakan salah satu cara untuk mengurangi
terjadinya kekerasan dalam rumah tangga. Masyarakat juga perlu sadar dan
berbuat sesuatu misalnya dengan melakukan gerakan tolak Miras dan
Prostitusi.
B.5 HAK ATAS PENDIDIKAN: MINIMNYA TENAGA
GURU
Di bidang pendidikan, kurangnya tenaga guru terutama di daerah-daerah
terpencil masih menjadi fokus perhatian selama tiga bulan ini; padahal
pendidikan –khususnya pendidikan dasar—merupakan salah satu sektor
prioritas dari empat prioritas dalam Otonomi Khusus.
Tidak dapat dipungkiri bahwa tidak semua lulusan dan pencari kerja adalah
tenaga-tenaga yang memang memiliki kekhususan dalam bidang pendidikan.
Di satu sisi lulusan tenaga guru pendidikan dasar masih sangat kurang; padahal
program pendidikan guru SD sudah dibuka di Universitas Cenderawasih.
Dinas Pendidikan dan Pengajaran juga telah menyelenggarakan pendidikan
akta 4 bagi lulusan atau pencari kerja yang ingin mengabdikan dirinya menjadi
guru. Lantas mengapa masih saja ada keluhan tentang kekurangan tenaga
guru di berbagai daerah?
Sangat mungkin bahwa angkatan kerja yang ada setiap tahun kurang
94
berminat menjadi guru apalagi di wilayah pedalaman. Kebanyakan pencari
kerja lebih memilih untuk bekerja di sektor pemerintahan, sektor swasta,
atau sektor pendidikan di lingkungan perkotaan. Alasan ini dapat dimengerti
jika kita melihat keterbatasan fasilitas kesejahteraan bagi guru. Sering kita
mendengar guru-guru yang bertugas banyak yang meninggalkan tempat tugas
dengan alasan tidak betah. Bagaimana mungkin seorang guru dapat mengajar
dengan tenang jika kenaikan pangkat, gaji dan jatah berasnya selalu tidak
lancar sementara harga bahan pokok di daerah pedalaman sangat tinggi.
Belum lagi jika tidak tersedia rumah dinas. Siapapun kiranya akan berpikir 2
kali untuk memilih tugas tersebut.
Karenanya kita tidak heran bahwa dalam 3 bulan terakhir ini muncul
berbagai aksi mogok mengajar yang dilakukan oleh guru-guru sebagai bentuk
protesnya terhadap manajemen sekolah dan tidak adanya transparansi
pengelolaan dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah)dan SSN (Sekolah
Standar Nasional). Penyalahgunaan dana dan manajemen sekolah yang kurang
profesional dapat disebabkan karena lemahnya pengetahuan guru atau kepala
sekolah tentang manajemen tetapi juga karena lemahnya fungsi pengawasan.
Untuk itu Dinas P dan P sebaiknya melakukan pendidikan dan pelatihan
manajemen sekolah bagi para kepala sekolah dan guru-guru dan
meningkatkan fungsi pengawasan. Hal ini kiranya penting dilakukan agar tidak
terjadi pemogokan yang berdampak pada terlantarnya siswa.
B.6 PENGURASAN SUMBER DAYA ALAM
Sejak bertahun-tahun lamanya Papua telah menjadi incaran karena kekayaan
sumber daya alamnya. Selain bahan tambang yang sangat menarik berbagai
investor untuk datang ke Papua, hasil hutan juga menjadi primadona. Instia
bijuga Merbau (kayu besi dalam sebutan lokal Papua) menjadi salah satu
primadona kayu dari Papua. Puluhan perusahaan pemegang HPH datang ke
Papua dan membabat habis hutan di Papua. Bahkan akhir-akhir ini penebangan
hutan di Papua tidak hanya dilakukan oleh perusahaan yang mempunyai ijin
resmi, tetapi ada juga pengusaha-pengusaha yang datang tanpa ijin lalu
memanfaatkan masyarakat setempat melalui Kopermas atau perorangan
95
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
untuk mendapatkan kayu berkualitas bagus dengan harga murah. Akibatnya,
muncullah berbagai kasus yang disebut pembalakan kayu liar atau illegal logging.
Secara ringkas prosedur yang harus ditempuh oleh pengusaha sehingga
kayu dapat dikatakan illegal atau legal adalah sebagai berikut; sebelum
melakukan pengangkutan kayu, sebuah perusahaan HPH harus mengajukan
permohonan Surat Keterangan Sahnya Hasil Hutan (SKSHH) kepada Dinas
Kehutanan Kabupaten atau Sub Dinas Kehutanan Kota di mana kayu itu
berasal. Dinas Kehutanan akan melakukan pemeriksaan sebelum kayu tersebut
diangkut. Kayu – kayu ini akan diperiksa dan dicocokkan dengan daftar
yang diajukan oleh pemohon. Dari pemeriksaan tersebut akan dibuat Daftar
Hasil Hutan (DHH) yang di dalamnya memuat keterangan tentang jenis kayu,
volume dalam meter kubik dan jumlahnya. Setelah pemeriksaan, petugas
dari Dinas Kehutanan akan membuat Berita Acara Pemeriksaan (BAP) dan
selanjutnya BAP dan DHH akan dilampirkan pada SKSHH. SKSHH inilah
yang dipakai sebagai bukti sah tidaknya kayu-kayu tersebut, sehingga ketika
suatu kapal ditemukan sedang mengangkut kayu bulat ataupun kayu olahan,
tanpa dilengkapi SKSHH maka dianggap telah melakukan illegal logging atau
mengangkut kayu illegal. Demikian pula bagi pengusaha kecil tingkat lokal
atau kayu milik masyarakat harus juga memiliki surat keterangan dari Dinas
Kehutanan setempat yang disebut Surat Pengantar yang isinya hampir sama
dengan SKSHH tentang jenis kayu, jumlah volume dan jumlahnya.
Prosedurnya hampir sama, yaitu dengan mengajukan permohonan kepada
Dinas Kehutanan setempat dan akan ada pemeriksaan dan pencatatan sebelum
surat keterangan pengangkutan diberikan. SKSHH biasanya diberikan
perjangka waktu tertentu, sehingga jika kapal pengangkut tiba di tempat tujuan
dan ternyata SKSHH telah jatuh tempo maka kayu-kayu tersebut dianggap
illegal dan kepada pemiliknya dikenakan denda.
Undang-undang No. 41 Tahun 1999 tentang Pokok Kehutanan Pasal 50
mengatur tentang ketentuan dan larangan berkaitan dengan pemanfaatan hasil
hutan. Berbagai ketentuan dan larangan ini disertai dengan ketentuan pidana
dan sanksi hukum yang tertuang dalam Bab XIV dan Bab XV. Dalam
ketentuan tersebut, pada umumnya sanksi yang diberikan untuk pelanggaran
pasal 50 adalah kurungan selama 1–10 tahun dan denda sebesar Rp 5 miliar.
96
Pada Bab XV mengenai ganti rugi dan sanksi administratif, diterangkan tentang
ganti rugi kepada negara terhadap kerusakan hutan akibat kegiatan
pemanfaatan hutan dengan membayar biaya rehabilitasi, pemulihan dan
tindakan lainnya, serta juga dikenakan sanksi administrasi.
Dalam tiga bulan ini tercatat 3 buah kasus illegal logging penting disidangkan
di Pengadilan Negeri, yakni Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Papua Ir.
Marthen Kayoi, MM, Mr. Tan dan Agustinus Joumilena dari PT Wapoga
Mutiara Timber dan Kepala Dinas Kehutanan, Pertanian, Perkebunan dan
Perikanan Provinsi IJB, Ir. M.L. Rumadas. Dari tiga kasus, dua kasus dan
terdakwanya dinyatakan tidak terbukti bersalah secara hukum dan dinyatakan
bebas; sementara dalam satu kasus terdakwa dihukum 6 bulan penjara dan
denda Rp 30 juta.
Pada kronik memang tidak diuraikan secara jelas masing-masing kasus
tersebut, tetapi jelas bahwa terdakwa adalah kepala Dinas Kehutanan sebagai
yang diserahi wewenang dalam penyelenggaraan kehutanan sesuai dengan
pasal 66 UU No.41/1999 dan pengusaha atau pihak yang diberikan ijin usaha
pemanfaatan hasil hutan kayu. Jika mengacu pada berbagai ketentuan dalam
pasal-pasal undang-undang tersebut, memang terkesan bahwa pihak
pengusaha memiliki tanggung jawab dan resiko yang besar jika terjadi
pelanggaran. Sementara pihak pemerintah dalam hal ini Dinas Kehutanan
lebih banyak diuntungkan dengan pasal-pasal tersebut. Namun senyatanya,
pelanggaran terhadap pengelolaan hutan ini tidak lepas dari peran oknumoknum aparat Dinas Kehutanan sendiri. Bukan rahasia lagi kalau berbagai
praktek kong-kalikong oknum aparat Dinas Kehutanan dan pengusaha sudah
sering terjadi.
Selain kasus pembalakan kayu liar, masih muncul juga kasus illegal fishing
atau penangkapan ikan secara liar di perairan laut selatan Papua oleh kapalkapal asing maupun kapal dari daerah lain secara tidak sah. Selama ini hanya
dilaporkan bahwa pihak Angkatan Laut telah mengamankan wilayah perairan
selatan Papua dengan menangkap beberapa kapal asing, namun penanganan
kasus-kasus ini juga belum berjalan dengan baik.
Meski masih sangat lemah untuk mengatasi masalah-masalah pelanggaran
di bidang pemanfaatan sumber daya alam, produk hukum yang dikeluarkan
97
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
pemerintah masih dapat dijadikan pegangan untuk menangani kasus-kasus
yang terjadi. Secanggih apapun produk hukum yang dihasilkan tetapi tanpa
disertai penegakkan hukum yang nyata, maka pengurasan sumber daya alam
di Papua tetap akan berlanjut.
B.7 PENUTUP;
PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN
Sebagai penutup seluruh uraian ini, kajian diarahkan pada masalah
penyelenggaraan pemerintahan yang sebenarnya menjadi muara dari berbagai
permasalahan yang telah diuraikan di atas. Di sinilah masalah korupsi atau
penyalahgunaan kekuasaan mewarnai dinamika penyelenggaraan pemerintahan
di Papua dalam 3 bulan ini. Muncul aksi protes dari berbagai komponen
masyarakat yang menuntut adanya penegakan hukum bagi pelaku-pelaku
atau oknum pejabat yang diduga melakukan penggelapan atau penyalahgunaan
anggaran pembangunan. Dengan mengacu pada APBD Provinsi Papua dan
Kabupaten, masyarakat dapat menilai sesuai atau tidaknya penggunaan
anggaran dalam pelaksanaan pembangunan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa bidang pemerintahan merupakan lahan
subur tumbuhnya praktek-praktek korupsi, kolusi dan nepotisme. Betapa
tidak, setiap tahunnya dana yang disediakan untuk membiayai pembangunan
di Papua sangat besar. Tahun 2006 ini APBD Provinsi Papua sebesar Rp 4
triliun. Sementara dana Otonomi Khusus yang digunakan untuk membiayai
empat sektor prioritas pembangunan di Papua sesuai dengan Daftar Isian
Pelaksana Anggaran (DIPA) adalah Rp 7,2 trilliun. Akan tetapi, jika kita melihat
pokok-pokok masalah mendasar di atas berkaitan dengan layanan umum
(kesehatan, pendidikan, penciptaan lapangan kerja), akan timbul pertanyaan
uang tersebut lari kemana? Apakah betul dana tersebut diinvestasikan bagi
kesejahteraan masyarakat Papua?
Contoh yang mencolok adalah kemacetan pemerintahan di Kabupaten
Jayawijaya yang telah melumpuhkan sendi-sendi kehidupan masyarakat. Setelah
Nicolas Jigibalom, S.Sos dilantik sebagai Penjabat Bupati Jayawijaya, berbagai
perombakan dan penataan aparatur pemerintahan mulai dilakukannya.
98
Semoga hal ini merupakan awal yang baik untuk mengangkat kembali wilayah
ini dari keterpurukannya. Fakta ini kiranya menjadi penanda betapa penting
memiliki aparatur yang bersih, sistem pemerintahan yang transparan, partisipasi
masyarakat yang nyata, dan penegakkan hukum yang kuat guna menjamin
proses pembangunan yang jauh dari sloganistis „
BAB II
99
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
BAB II
BOROK-BOROK
DITELANJANGI
Papua Aktual April – Juni 2006
Oleh: J. Budi Hernawan OFM
Nelson Rumbiak
100
BAGIAN II
LINT
A SAN P
ERISTIW
A
LINTA
PERISTIW
ERISTIWA
HAK ASASI MANUSIA
APRIL– JUNI 2006
A. HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK
A.1 HEBOHNYA PENCARI SUAKA
1 April
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sesalkan pemuatan kartun di
The Weekend Australian yang menggambarkan seorang berkopiah hitam
dan berekor, yang dikonotasikan seperti dirinya tengah “menunggangi”
seorang lelaki berkulit hitam seperti seorang warga Papua sambil berkata,
“Don’t take this the wrong way”. Kekesalannya ini diungkapkan melalui
juru bicaranya Dino Patti Djalal. Dikatakannya bahwa pemuatan kartun
itu berpotensi memanaskan situasi hubungan kedua negara yang sebenarnya
sudah mulai mereda pasca pemberian visa sementara terhadap 42 warga
Papua.
2 April
Menyusul semakin memburuknya hubungan Indonesia – Australia
enam anggota Komisi I DPR RI akan diberangkatkan ke Australia. Hal
ini ditegaskan Jeffry Johanes Massie, anggota DPR dari fraksi Partai Damai
Sejahtera. Kepergian mereka dalam rangka mencoba mengurangi
ketegangan yang semakin meningkat setelah munculnya karikatur tentang
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Dalam tulisan “Suaka Papua dan Australia” Rakaryan Sukarjaputra
(penulis lepas) menulis, “Kita di Indonesia memang patut marah karena
pemberian visa (42 warga Papua) itu memang bermakna banyak. Misalnya
101
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
seperti yang disampaikan Departemen Luar Negeri RI, pemberian visa
itu secara langsung maupun tidak langsung bisa dimaknai sebagai tanda
pembenaran pemerintah Australia atas apa-apa yang disampaikan secara
sepihak oleh para pengungsi warga Papua itu yang beberapa di antaranya
masih anak-anak”. Dampak langsung pembenaran itu adalah tentu saja
gambaran bahwa pemerintah Indonesia melakukan genosida dan berbagai
tindak kekerasan yang tidak berprikemanusiaan di Papua semakin
tergambar di kalangan publik internasional. Selain itu, dampak ekonomi
dari pemberian visa ini adalah semakin ragunya para investor untuk
berinvestasi di Indonesia khususnya di Papua. Hal ini tidak secara langsung
menyengsarakan rakyat Papua.
3 April
42 warga Indonesia asal Papua yang mencari suaka politik tiba di
Melbourne dari Christmas Island. Mereka diberi visa sementara oleh
Departemen Imigrasi Australia (DIMIA). Ketika tiba, mereka meneriakkan
kata merdeka dalam bahasa Inggris dan juga membentangkan bendera
Bintang Kejora.
Melihat hubungan Indonesia – Australia yang semakin tegang, Presiden
Susilo Bambang Yodhoyono menegaskan, perlu melakukan dialog
kembali untuk menata ulang kerangka kerja sama dan persahabatan yang
bersifat strategis dan komprehensif. Presiden yakin bahwa masalah yang
sekarang sedang dihadapi akan mendapatkan solusinya, yang terpenting
kedua negara memiliki niat baik, kejujuran dan kesungguhan untuk menjalin
persahabatan, kerjasama dan kemitraan. Sedangkan berkaitan dengan
karikatur yang menggambarkan dirinya tengah “menunggangi” orang
Papua di The Weekend Australian, Presiden Yudhoyono menyampaikan
kekesalan dan keprihatinannya. Namun dia menganjurkan agar semua
pihak menahan diri. Sementara pemberian visa tinggal sementara kepada
42 warga Papua, Yudhoyono mengatakan, “Bagi bangsa Indonesia
pemberian visa ini bukan sekedar pemberian suaka kepada pencari suaka.
Akan tetapi itu berkenaan dengan sesuatu yang sangat fundamental, yaitu
kadaulatan dan kehormatan sebagai bangsa dan negara.”
102
4 April
Rencana kepergian 6 anggota DPR RI ke Australia menuai banyak
protes, baik dari anggota komisi I sendiri maupun dari luar komisi. Bagi
mereka yang protes, rencana kepergian ini belum memiliki agenda yang
jelas, menyalahi prosedur dan malah bisa melemahkan diplomasi
Indonesia–Australia. Enam anggota DPR RI yang akan berangkat ke
Australia adalah: Efendi MS. Simbolon (F-PDIP), Deddy Djamaluddin
Malik (F-PAN), Yuddy Chrisnandy (F-PG), Happy Bone Zulkarnaen (FPG), Ali Mochtar Ngabalin (F-BPD), dan Jeffrey J. Massie (F-PDS).
5 April
Enam anggota DPR RI menduga kuat pemerintah dan masyarakat
Australia mendukung gerakan separatisme di Papua. Dugaan ini diperkuat
dengan daftar nama-nama senator, anggota-anggota parlemen, tokoh
partai, peneliti, maupun aktivis di Australia yang terlibat. Ada 16 nama
yang diduga kuat terlibat dalam gerakan separatis ini.
6 April
Dalam tulisan “Mencari Suaka itu Konstitusional”, Rachland Nashidik,
Direktur Eksekutif Imparsial, mengatakan bahwa hak mencari suaka politik
adalah hak individual. Sepenuhnya terserah kepada si individu untuk
memutuskan kapan dan mengapa hak itu digunakan. Pikiran dan tubuh
manusia bukanlah yurisdiksi negara. Pemerintah tidak boleh merasa
memiliki pikiran dan tubuh warganya meski atas nama kedaulatan negara.
7 April
Menanggapi semakin hangatnya persoalan suaka warga Papua, Menteri
Pertahanan Juwono Sudarsono mengatakan, “Tak ada bahaya separatisme dari
persoalan Papua. Saya yakin kalau rakyat diperlakukan baik, adil, dihargai martabat
kesukuan, agama dan adatnya, mereka tidak akan ke luar negeri. Persoalan Papua
harus diselesaikan secara damai”. Sementara Laode Ida, Wakil Ketua Dewan
Perwakilan Daerah , bertemu dengan pejabat kementerian Luar Negeri Australia
urusan Asia, Paul Grigson untuk meminta pembatalan visa ke- 42 warga Papua.
103
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
8 April
Menanggapi polemik 42 warga Papua yang meminta suaka ke Australia,
Sekretaris Daerah Kabupaten Raja Ampat, Abner Kaisepo menegaskan,
sebaiknya polemik seputar pemberian visa sementara bagi 42 warga Papua
di Australia dihentikan. Karena menurutnya, justru polemik ini memicu
eksodus. Contohnya, ketika ada kasus 42 orang mendapat visa izin tinggal
sementara dari Australia dan dikecam Indonesia, justru 6 warga Merauke
berusaha untuk ke Australia.
14 April
Pemerintah Australia memperbaharui UU Imigrasi yang intinya tidak
akan memberikan status apapun kepada para pencari suaka dan
menempatkan mereka di luar daratan Australia. Berkaitan dengan UU
ini, Perdana Menteri John Howard mengatakan, “UU yang baru ini dibuat
bukan sebagai upaya untuk meredakan kemarahan Pemerintah Indonesia.
Bukan juga hasil dari meningkatnya ketegangan antara Australia dan
Inodonesia terkait pemberian visa tinggal sementara kepada 42 warga
pencari suaka asal Papua. Ini bukan dilakukan sebagai konsensi kepada
Indonesia. Namun, jika pemberlakuan aturan baru ini membantu
membaiknya kembali hubungan dengan Indonesia itu adalah sebuah hal
yang bagus”.
18 April
Perdana Menteri Australia John Howard menegaskan tidak akan
meminta maaf kepada Indonesia mengenai keputusan pemberian suaka
kepada 42 warga Papua. Ia juga menyangkal bahwa keputusan Australia
untuk memperketat kebijakan pengungsi merupakan upaya untuk
meredakan kemarahan Jakarta. Meski demikian, Howard akan tetap
memainkan peranan pribadi untuk memperbaiki hubungan kedua negara.
21 April
Sebuah perahu long boat yang membawa 20 orang yang diduga akan
mencari suaka ke negara PNG diterjang ombak hingga terbalik. Dari 20
104
orang penumpang, satu di antaranya tewas, 2 orang dirawat dan 18 orang
belum diketahui nasibnya. Korban tewas bernama Salmon Keiya dan
yang mengalami luka-luka adalah Jefrianus Pigome (26) dan John Wenda
(40). Berkaitan dengan kasus ini, Kapolda meminta agar oknum-oknum
yang mengatur pencari suaka menghentikan tindakannya itu.
30 April
Bendera Bintang Kejora berkibar di depan Konsulat RI di SydneyAustralia. Aksi unjuk rasa ini merupakan bagian dari tuntutan kemerdekaan
Papua. Bersamaan dengan pengibaran bendera, para pendemo juga
menyanyikan lagu yang menyerukan kemerdekaan Papua. “Aksi ini
dimaksudkan untuk membuka mata dunia akan kekerasan yang terjadi di
Indonesia terhadap warga Papua,” terang David Haluk.
1 Mei
Pengibaran bendera Bintang Kejora di Sydney pada 30 April diprotes
oleh Pemerintah Indonesia. Departemen Luar Negeri menegaskan akan
melayangkan surat protes kepada Pemerintah Australia, karena pengibaran
bendera ini dapat membuat hubungan Indonesia-Australia kembali
memanas.
9 Mei
Tiga warga Papua kembali berusaha masuk Australia secara ilegal dan
ditemukan oleh Aparat Imigrasi Australia. Menteri Imigrasi Australia
Amanda Vanstone menjelaskan, ketiga warga Papua itu berangkat dari
Papua melalui PNG dan kemudian ke Australia dengan menggunakan
perahu. Kemungkinan mereka akan dikembalikan ke PNG.
12 Mei
Mantan Presiden RI, Abdurrahman Wahid menilai pemerintah terlalu
berlebihan menanggapi isu gerakan separatisme di Papua. Menurut Wahid,
ketegasan sikap dari pemerintah tetap perlu, tetapi jangan sampai
pemerintah salah mengambil langkah. Ide separatisme justru muncul ketika
105
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
terjadi ketidakadilan. Dengan kondisi sumber daya alam yang sangat
berlimpah, masyarakat Papua justru miskin. Pendapat ini disetujui oleh
mantan ketua DPR RI Akbar Tandjung. Menurut Akbar, tidak konsistennya
pelaksanaan kebijakan Otonomi Khusus Papua oleh pemerintah justru
menjadi salah satu penyebab utama berkurangnya keyakinan masyarakat
Papua terhadap niat baik pemerintah. Menurut Dewan Adat Papua (DAP),
Tom Beanal, Pemerintah Indonesia diharapkan membangun Papua dengan
sentuhan kemanusiaan ketimbang hanya memberikan uang.
1 Juni
Untuk mendalami masalah-masalah yang terjadi di Papua terutama
kasus pemberian suaka kepada 42 warga Papua, Komisi I DPR RI
berkunjung ke Papua. Dalam kunjungan ini, mereka bertemu dengan
sejumlah tokoh, di antaranya, MRP, DPRP, Solidaritas Perempuan Papua
(SPP), LSM, mahasiswa, pihak keamanan, tokoh Agama, dan mahasiswa
yang sedang dalam proses hukum. Ketua tim, Yorris Raweyai mengatakan
bahwa kedatangan mereka untuk mengetahui secara pasti keadaan, situasi,
dan perkembangan politik yang terjadi di Papua saat ini. Sementara itu,
penjabat Gubernur Sodjuangan Sitomorang menjelaskan, solusi yang tepat
untuk menyelesaikan persoalan Papua ada di UU OTSUS.
13 Juni
5 Delegasi Komisi I DPR RI, Yuddy Chrisnandi, Muhammad A.S.
Hikam (F-KB), Yusron Ihza (F-BPD), Boy M.W. Saul (F-Demokrat),
dan Chudlary Syafii Hadzami (F-PP), didampingi Dubes Hamzah Thayeb
bertemu dengan Perdana Menteri Australia John Howard di Canberra.
Dalam pertemuan itu, delegasi Komisi I DPR RI meminta Pemerintah
Australia agar lebih sensitif terhadap perasaan bangsa Indonesia dalam
isu Papua dan berharap bisa menjadi negara tetangga yang baik, saling
menghormati dan jujur. Selain bertemu Perdana Menteri, delegasi ini juga
bertemu dengan Menteri Imigrasi, Amanda Vanstone, Wakil Parlemen
Australia Urusan Luar Negeri, dan Menlu Alexander Downer.
Menanggapi keberangkatan 5 delegasi Komisi I DPR RI ini, Wawan
106
H. Purwanto, pengamat intelijen mengatakan, keberangkatan mereka ke
Canberra dan Melbourne Australia adalah untuk berdialog dengan kalangan
pemerintah, Parlemen, Akademisi dan Gereja tentang isu Papua dan
hubungan kedua negara agar bisa meluruskan opini dunia tentang Indonesia.
14 Juni
Kunjungan Komisi I DPR ke Australia membuahkan hasil. Mereka
menemui Perdana Menteri John Howard, Menlu Alexander Downer dan
Menteri Imigrasi Amanda Vanstone serta Ketua Persekutuan Gereja-Gereja
Australia Pendeta Prof. James Haire. Pertemuan itu membahas pemberian
visa tinggal sementara terhadap 42 Warga Negara Indonesia (WNI) asal
Papua. Pasalnya apa yang dituduhkan selama ini bahwa mereka mengalami
pengejaran dan adanya genosida di Papua tidak benar. Dampak politik
dari hal ini sangat kecil tetapi mempengaruhi hubungan kedua negara,
juga menyampaikan kekecewaan terhadap pemerintah Australia yang
membiarkan ke-42 WNI asal Papua melakukan kegiatan politik selama
di Australia. Buktinya mereka mengibarkan bendera Papua Merdeka di
depan Konsulat Jendral RI di Melbourne.
A.2 KONFLIK PILKADA GUBERNUR PAPUA
3 April
Setelah melalui proses perhitungan suara yang alot, akhirnya pasangan
calon gubernur dan wakil gubernur no urut 4, Barnabas Suebu dan Alex
Hesegem dipastikan menang oleh KPUD Provinsi Papua. Pasangan Barnabas/
Hesegem memperoleh suara terbanyak 354.763 suara. Pasangan Enembe/
Aituarauw 333.629 suara. Pasangan Ibo/Kossy 258.472 suara. Pasangan
Karma/Mote 112.032 suara. Pasangan Wabiser/Inaury 67.678 suara.
5 April
Setelah KPU menetapkan pasangan Barnabas Suebu – Alex Hesegem
sebagai pasangan peraih suara terbanyak, pasangan Lukas Enembe –
107
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
Aituarauw mengajukan keberatan melalui kuasa hukumnya ke Mahkamah
Agung melalui Pengadilan Tinggi Jayapura. Dalam permohonan itu mereka
meminta agar Mahkamah Agung memutuskan mereka sebagai peraih suara
terbanyak hasil permilihan gubernur dan wakil gubernur Papua. Alasannya,
rekapitulasi perolehan suara oleh KPU Yahukimo telah dimanipulasi,
khususnya di Distrik Kurima dan Anggruk. Akibatnya, perolehan suara
pasangan Suebu – Hesegem ditambah 17. 421 suara, sementara perolehan
suara Enembe – Aituarauw (pemohon) dikurangi 10. 229 suara.
6 April
Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur terpilih, Barnabas Suebu
- Alex Hesegem mengajukan permohonan keberatan atas hasil perhitungan
rekapitulasi perolehan suara yang dilakukan KPU Papua. Tim kuasa hukum
Suebu/Hesegem menyatakan perolehan suara yang ditetapkan KPU Paniai
telah dimanipulasi, dengan adanya penggelembungan suara untuk pasangan
Enembe–Aituarauw di Kabupaten itu.
7 April
Kuasa hukum pasangan calon gubernur dan wakil gubernur terpilih
Barnabas Suebu dan Alex Hesegem mendatangi Polda Papua, melaporkan
adanya dugaan money politics atau penyuapan di daerah pemilihan III
Anggruk, Kabupaten Yahukimo. Sebagai barang bukti adanya penyuapan,
mereka menyerahkan uang sebesar Rp 100 juta ke Polda Papua. Dikatakan
bahwa uang itu mereka dapat dari seorang Bendahara Panitia Pemilihan
Distrik Dapil III Anggruk.
3 Mei
Enam tokoh adat yang tergabung dalam Forum Masyarakat Adat Papua
meminta kepada Presiden RI melalui Mendagri untuk tidak melantik gubernur
terpilih. Selain itu, mereka juga mendesak DPR Papua agar tidak mengeluarkan
usulan pengesahan hasil pleno KPU Provinsi Papua tentang pilkada calon
gubernur Papua terpilih. Menanggapi permintaan ini, Mendagri melalui Sekretaris
Jenderal Departemen Dalam Negeri Progo Nurdjaman menegaskan, belum
108
dapat mengesahkan gubernur terpilih Papua dan Irian Jaya Barat karena sengketa
hasil Pilkada kedua daerah itu masih diproses oleh MA.
5 Mei
Direktris Yayasan Penegak Pancasila, Herlina Rosa Papare dalam
komentarnya tentang Pilkada menegaskan, “Selama 43 tahun Papua
berintegrasi ke dalam NKRI, sudah enam gubernur putra asli Papua.
Namun tak satu pun bisa membawa Papua ke era yang lebih demokratis,
maju dan sejahtera. Hal ini disebabkan karena keenam gubernur itu lebih
menonjolkan karakter suku daripada memayungi 312 suku asli dan
pendatang di Papua. Kepentingan suku lebih diprioritaskan dalam
pengambilan setiap keputusan. Akibatnya, pembangunan di Papua
terhambat. Tim sukses dari pemenang pemilihan gubernur dan wakil
gubernur tahun ini juga sudah menyusun tata organisasi pemerintahan
baru juga dengan semangat sukuisme”.
Dalam rangka menyongsong sidang gugatan Pilkada Papua, KPUD
Papua telah menyiapkan 6 pengacara. Lima di antaranya berasal dari Papua,
sedangkan 1 orang berasal dari LBH Jakarta. Sidang ini direncanakan
akan dilaksanakan di Gedung MA–RI.
8 Mei
Pasangan calon gubernur Lukas Enembe dan Arobi Aituarauw
menggugat KPUD terkait dengan SK KPU Papua No. 14/2006 tentang
penetapan hasil rekapitulasi perhitungan suara hasil pemilihan gubernur
dan wakil gubernur Papua yang dimenangkan oleh pasangan Barnabas
Suebu dan Alex Hesegem. Selain menggugat SK KPU itu, pasangan ini
juga menggugat agar MA membatalkan SK KPU No. 14/2006 dan
menetapkan hasil perhitungan suara yang benar adalah harus dimenangkan
oleh pasangan calon gubernur Lukas Enembe dan Arobi Aituarauw.
9 Mei
Sidang gugatan pasangan calon gubernur Barnabas Suebu dan Alex
Hesegem dimulai. Melalui kuasa hukumnya, Todung Mulya Lubis, Suebu
109
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
dan Alex menyampaikan dua keberatan berkaitan dengan Pilkada. Pertama,
mengenai rekapitulasi perhitungan suara hasil Pilkada Papua 2006 dan
kedua mengenai politik uang yang dilakukan oleh kandidat lain.
18 Mei
Sidang lanjutan kasus gugatan hasil Pilkada Papua dari pasangan calon
gubernur dan wakil gubernur kembali digelar. Sidang ini secara khusus
diisi dengan mendengarkan kesaksian para saksi. Dalam kesaksiannya,
saksi dari KPUD Yahukimo, bendahara PPD Anggruk, Kabupaten
Yahukimo mengaku sempat disuap oleh tim dari pasangan Lukas Enembe
dan Aituarauw sebesar 100 juta rupiah.
23 Mei
Berkaitan dengan sidang gugatan pasangan calon gubernur dan wakil
gubernur Papua periode 2006–2011, Majelis Hakim Mahkamah Agung
RI akhirnya menolak keberatan dari ketiga pasangan calon gubernur dan
wakil gubernur, Barnabas Suebu/Alex Hesegem, Lukas Enembe/
Aituarauw dan John Ibo/Paskalis Kossy. Akibat dari keputusan ini, masa
pendukung calon gubernur dan wakil gubernur Lukas Enembe/Aituarauw
melampiaskan kemarahan dengan mengobrak-abrik ruang sidang dan
mengejar ketua KPU Papua, Ferry Kareth dan anggota KPU Johanes
Bonay. Sidang ini dimenangkan oleh KPUD Papua.
Dalam rangka mengantisipasi situasi pasca keputusan MA, Kapolda
Papua Tommy Yacobus mengingatkan para anggotanya untuk selalu
mengantisipasi setiap perkembangan yang terjadi, termasuk menyiapkan
satu mobil penyemprot air, yang baru didatangkan dari Mabes Polri.
25 Mei
Dalam rangka menindaklanjuti keputusan MA tentang sidang gugatan
Pilkada Papua yang dimenangkan KPUD Papua, Ketua KPUD Ferry
Kareth menegaskan, sidang pleno akan secepatnya dibuat apabila sudah
ada surat keputusan dari MA.
110
29 Mei
Dalam rangka mengantisipasi terjadinya keributan, (demo) yang
mengarah ke tindakan anarkis berkaitan dengan putusan gugatan Pilkada
Papua di Mahkamah Agung di Jakarta, Kapolda Papua menegaskan,
pihaknya akan bertindak tegas. Sebaliknya kalau demo itu adalah demo
damai, maka pihak kepolisian akan mendampinginya.
Puluhan pendukung pasangan calon gubernur dan wakil gubernur
Enembe/Arobi yang menamakan diri Forum Pembela Demokrasi Papua
mendatangi Departemen Dalam Negeri di Jakarta. Mereka memprotes
keputusan MA, yang menolak keberatan Lukas Enembe/Arobi pada 23
Mei 2006.
1 Juni
Hasil pleno KPUD Provinsi Papua tentang penetapan pemenang
Pilkada Gubernur dan Wakil Gubernur Papua diserahkan kepada DPRP
Provinsi Papua untuk seterusnya diajukan kepada Presiden melalui
Mendagri. Menurut Ketua KPUD Provinsi Papua, Ferry Kareth, SH.
M.Hum, pelaksanaan pleno KPUD tersebut sejalan dengan UU dan PP
No. 6/2004 yakni, proses penetapan hasil Pilkada Papua harus segera
dilaksanakan setelah amar putusan Mahkamah Agung menolak keberatan
tiga pasangan calon atas pleno KPUD Provinsi Papua berkaitan dengan
hasil Pilkada Provinsi Papua.
6 Juni
Kendati KPUD Provinsi Papua sudah menetapkan pasangan calon
Gubernur Barnabas Suebu – Alex Hesegem sebagai pemenang Pilkada
Papua, namun pelantikan terhadap mereka belum dapat dilakukan. Hal
ini terutama disebabkan oleh munculnya dugaan ijazah palsu yang dimiliki
Suebu. Guna menindaklanjuti dugaan ini, Pansus DPRP telah
memerintahkan Pansus Pilkada DPRP Papua untuk membentuk tim
investigasi guna melakukan penelitian terhadap instansi tertentu mengenai
ijazah yang dimiliki Suebu mulai dari tingkat SD, SMP dan SMA.
111
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
7 Juni
Wakil Ketua DPR Papua Komaruddin Watubun menjelaskan, kendati
masih ada pro dan kontra mengenai kemenangan pasangan calon Gubernur
dan Wakil Gubernur Papua, Suebu dan Hesegem dalam Pilkada Papua 10
Maret 2006, Pemerintah Pusat akan tetap memproses dan melantiknya.
“Saat ini Pemerintah Pusat sedang memproses SK pelantikannya,” lanjut
Watubun. Berkas dan surat usulan pengesahan, pengangkatan dan pelantikan
Suebu dan Hesegem sudah disampaikan secara resmi kepada Mendagri
melalui Sekjen Depdagri pada Rabu 7 Juni 2006, pukul 13.00 WIB.
8 Juni
Untuk mempercepat pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur Papua
terpilih, Barnabas Suebu/Alex Hesegem, wakil Ketua DPR Papua,
Komaruddin Watubun, mengeluarkan surat usulan pelantikan ke
pemerintah pusat. Sebaliknya, Ketua DPRP Papua John Ibo menganggap
surat itu ilegal, tidak sah dan liar, sebab surat itu tidak dikeluarkan melalui
prosedur dan mekanisme yang berlaku di DPRP. Lebih parah lagi, surat
ini dibuat di luar Gedung DPRP Papua dan nomor surat ke luar pun
ditanyakan melalui telpon dari Jakarta kepada salah seorang staf DPRP
Papua. Atas tindakan ini, Ibo mengancam mempolisikan wakilnya,
Komaruddin Watubun.
9 Juni
Ketidaksepahaman atas terpilihnya calon Gubernur dan Wakil
Gubernur Papua periode 2006 – 2011, Barnabas Suebu dan Alex
Hesegem, berdampak pada perseteruan di dalam lembaga legislatif
Provinsi Papua. Hal ini tampak pada bagaimana anggota DPRP Papua
saling menggugat ke kepolisian. Ada indikasi bahwa kemenangan Suebu/
Hesegem dalam Pilkada 10 Maret tidak diterima oleh sebagian anggota
DPRP Papua. Bahkan perseteruan ini terjadi pada tingkat ketua dan wakil
ketua DPRP. Perseteruan ini dipicu oleh surat usul pelantikan Gubernur
dan Wakil Gubernur terpilih yang dikeluarkan oleh wakil ketua DPRP,
namun dianggap oleh ketua DPRP ilegal.
112
10 Juni
Mengomentari keterlambatan proses pelantikan pasangan Gubernur dan
wakil Gubernur terpilih Barnabas Suebu/Alex Hesegem, Anggota Komisi
A DPRP, yang juga menjabat sebagai ketua Partai Keadilan dan Persatuan
Indonesia (PKPI) Provinsi Papua, Ramses Wally menegaskan, pasangan
Gubernur dan wakil Gubernur terpilih hasil Pilkada 10 Maret 2006
merupakan bukti kedaulatan rakyat Papua dalam berdemokrasi yang tidak
dapat diganggu gugat lagi. Pasangan Gubernur dan Wakil gubernur terpilih
merupakan pilihan hati nurani rakyat Papua, sudah pasti akan dilantik oleh
Mendagri atas nama Presiden, apapun alasan dan persoalan yang dihadapi,
karena itu merupakan hasil kedaulatan rakyat Papua. Keterlambatan proses
pelantikan Gubernur dan wakil Gubernur terpilih, Barnabas Suebu dan
Alex Hesegem bukan sengaja dibuat-buat di DPRP, tetapi ada sejumlah
kerikil-kerikil yang masih mengganjal dalam Lembaga DPRP Papua
sehingga perlu dikeluarkan terlebih dahulu, baru diusulkan untuk dilantik.
11 Juni
Dalam rangka mencari kebenaran dugaan penggunaan ijazah palsu dari
calon Gubernur terpilih Papua Barnabas Suebu, anggota DPRP Papua
membentuk Tim investigasi yang terdiri dari 7 orang. Ny. Yani dari Fraksi
Gabungan DPR Papua, selaku ketua Tim investigasi menegaskan bahwa
timnya berencana mulai melakukan investigasi selama 2 hari mulai 12–13 Juni
2006, dan sasaran investigasinya adalah sekolah-sekolah yang mengeluarkan
surat keterangan pengganti ijazah untuk Suebu. Namun, sebelum melakukan
investigasi, tim ini akan terlebih dahulu memanggil Penyelenggara Pendidikan
di sekolah-sekolah yang pernah mendidik Suebu, yaitu, Sekolah Dasar Negeri
I Sentani, SMP Negeri I Sentani dan SMA Adven Doyo Baru. Hasil dari
investigasi ini akan diserahkan kepada Pansus Pilkada dan Panitia Musyawarah
(Panmus) di DPR Provinsi Papua untuk diproses lebih lanjut.
14 Juni
Departemen Dalam Negeri (Depdagri) meminta Penjabat Gubernur
Papua, Sondjuangon Situmorang memfasilitasi penyelesaian masalah
113
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
internal DPRP Papua, dengan mempertemukan pihak-pihak yang berbeda
pendapat agar Gubernur hasil Pilkada Papua dapat segera dilantik.
15 Juni
Gubernur terpilih Papua, Barnabas Suebu merencanakan akan
mendatangi Mapolda Papua untuk melaporkan ketua DPRP Papua, John
Ibo karena telah mencemarkan nama baik dan kehormatan keluarganya
dengan menuduh memiliki ijazah palsu. Menurut Suebu, hal ini sengaja
dilakukan supaya masalahnya bisa menjadi jelas dan terang. Bukan hanya
Ketua DPRP Papua saja yang akan dituntut Suebu, tetapi juga pihakpihak tertentu yang masih berusaha memfitnahnya dengan tuduhan
menggunakan ijazah palsu. Suebu juga meminta kepada media yang telah
memberitakan keterangan yang tidak benar tentang dirinya untuk segera
melakukan permohonan maaf. Menanggapi perdebatan kasus Pilkada
Papua yang terjadi di DPRP, Ketua MRP, Dr. Agus Alua, M.Th
menegaskan, tindakan itu merupakan upaya mempermalukan diri sendiri.
Alasannya, yang meloloskan Barnabas Suebu menjadi calon Gubernur
adalah Pansus Pilkada DPRP sendiri, dan sekarang setelah Suebu dan
Hesegem menang, malah Pansus DPRP sendiri yang meributkannya,
terutama menyangkut ijazah SMA Suebu. Karena itu, Alua meminta kepada
DPRP agar tidak melakukan tindakan mempermalukan diri sendiri.
Seharusnya Pansus Pilkada DPRP dibubarkan dan dibentuk lagi Pansus
baru yang bertugas menyelesaikan masalah Pilkada, apakah itu menangani
dugaan ijazah palsu ataukah menyangkut masalah pengajuan nama calon
Gubenur dan Wakil Gubernur ke Depdagri.
16 Juni
Gubernur terpilih Papua, Barnabas Suebu secara resmi mengajukan
Ketua DPRP Papua, John Ibo ke Kantor Pengadilan Negeri Jayapura.
Suebu melalui kuasa hukumnya Iskandar Sonhadji menuntut John Ibo
sebesar Rp 510 miliar rupiah sebagai ganti rugi atas tindakannya melawan
hukum dan penghinaan atau fitnah yang telah dilakukannya terhadap Suebu.
Selain itu, Ibo juga harus memulihkan kehormatan, reputasi dan nama
114
baik dengan cara menyampaikan permintaan maaf secara tertulis kepada
penggugat dan mengumumkan permintaan maaf itu kepada publik
melalui dua surat kabar lokal dan nasional dengan ukuran minimal satu
halaman penuh.
DPRP Papua meminta Pemerintah untuk memberikan prioritas pada
pelantikan pasangan Barnabas Suebu dan Alex Hesegem sebagai Gubernur
dan Wakil Gubernur Papua. Dalam pertemuannya dengan Sekjen
Depdagri, Progo Nurdjaman, Ketua Komisi A DPRP Papua, Yance
Kayame mengatakan, “Proses hukum atas dugaan penggunaan ijazah palsu
silahkan dilanjutkan, namun proses pelantikan Gubernur dan Wakil
Gubernur diprioritaskan, karena Barnabas mendapatkan dukungan yang
sangat kuat dari masyarakat”. Selain itu, Kayame juga meminta Pemerintah
Pusat dan Daerah untuk melakukan pendekatan kepada tokoh-tokoh
masyarakat Papua yang masih bertikai.
17 Juni
Ketua DPRP Papua, John Ibo, MM mengungkapkan kekecewaannya
atas pernyataan John Kabey, salah seorang Tim sukses Suebu/Hesegem,
yang mengatakan supaya DPRP Papua mengurus korupsi yang terjadi di
dalam Badan Legislatif. Ibo tidak menyangkal bahwa ada anggota DPRP
Papua yang korupsi, tetapi bukan sebagai suatu lembaga. Apabila ada
oknum-oknum tertentu di DPRP Papua yang melakukan korupsi, silahkan
menyebutkan namanya. Lanjut Ibo, semua uang yang dipakai anggota
Dewan sebagai biaya operasional dan lainnya selalu diaudit Bawasda dan
BPK. Tidak ada namanya uang rakyat yang tidak diaudit.
Penjabat Gubernur Papua, Dr. Sodjuangon Situmorang menyatakan
kesiapannya untuk memfasilitasi konflik internal yang terjadi di DPRP
Papua. Menurut Situmorang, pihaknya telah melakukan langkah-langkah
untuk bisa menyelesaikan konflik tersebut, tanpa mencampuri materi
permasalahan. Karena itu Situmorang mengharapkan agar semua pihak
melaksanakan ketentuan sesuai dengan fungsi masing-masing dengan saling
menghargai dan menghormati, sehingga permasalahan bisa diselesaikan
dengan baik.
115
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
20 Juni
Wakil Ketua DPRP Papua, Komaruddin Watubun membantah
tuduhan ketua DPRP Papua, John Ibo atas Surat Usulan Pengesahan dan
Pengangkatan Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Papua, No. 121/
149, 7 Juni 2006 yang telah disampaikan kepada Presiden melalui Mendagri
sebagai tidak sah (illegal). Menurut Komaruddin, surat ini memiliki kekuatan
hukum yang sah, karena didasarkan pada prosedur perundang-undangan
seperti yang tertuang dalam UU No 23/2004 tentang Pemerintahan
Daerah, juga PP No 6/2005 tentang pengesahan, pengangkatan dan
pemberhentian Gubernur/Wakil Gubernur serta keputusan DPRD
Provinsi Papua No. 1/DPRD/2005 tentang Tata Tertib DPRD Provinsi
Papua. Dalam pasal 109 ayat 1 dan ayat 3 UU No 32/2004 dikatakan,
“Pengesahan, pengangkatan pasangan calon Gubernur dan Wakil
Gubernur terpilih dilakukan selambat-lambatnya 30 hari. Pasangan calon
Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih diusulkan oleh DPRD Provinsi
selambat-lambatnya 3 hari kepada Presiden RI melalui Menteri Dalam
Negeri berdasarkan berita acara Penetapan pasangan calon terpilih dari
KPUD Provinsi untuk mendapatkan pengesahan pengangkatan,” katanya.
Oleh karena itu, lanjut Komaruddin, surat usulan pengesahan dan
pengangkatan Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Papua yang
dikirimnya ke Mendagri adalah sah dan tidak perlu dipersoalkan karena
akan menghambat proses pelantikan.
Wakil Ketua MRP Provinsi Papua, Ir. FA. Wospakrik, M.Sc
menegaskan, Majelis Rakyat Papua sebagai representatif kultur orang asli
Papua memiliki kewenangan tertentu dalam rangka perlindungan hakhak dasar orang asli Papua berdasarkan pada penghormatan terhadap
adat dan budaya, pemberdayaan perempuan dan pemantapan kehidupan
kerukunan beragama. Berdasarkan kewenangan itu, MRP mengeluarkan
surat rekomendasi No. 050/221/MRP/2006 yang ditanda tangani oleh
ketua MRP Agus Alua dan ditujukan kepada Gubernur Provinsi Papua
dan Bupati/Walikota se-Provinsi Papua sebagai pelaksana Pembangunan
supaya diperhatikan dan ditindaklanjuti. Ada 3 poin yang direkomendasikan
MRP, yaitu: pertama, jiwa dan semangat UU No 21/2001 adalah
116
keberpihakan dan pemberdayaan orang-orang asli Papua dalam segala
sektor kehidupan dan usaha di bidang jasa konstruksi dan pengadaan.
Kedua, agar semua pihak pemerintah maupun swasta membangun
komitmen bersama untuk sungguh-sungguh melaksanakan UU No 21/
2001 demi meningkatkan kesejahteraan orang-orang asli Papua yang
diproteksi dalam UU tersebut. Ketiga, agar Pemerintah Daerah
Kabupaten dan kota se-Papua mengedepankan komitmen keberpihakan
dan pemberdayaan pengusaha-pengusaha asli Papua dengan pembagian
70 persen untuk orang asli Papua dan 30 persen untuk non Papua dengan
mengutamakan komitmen massal dan profesionalisme para pengusaha
Papua menurut klarifikasi perusahaan-perusahaan mereka.
21 Juni
Menanggapi perseteruan antara Barnabas Suebu dan John Ibo,
Sekretaris Presidium Dewan Papua, Thaha Alhamid meminta agar
perseteruan itu diselesaikan secara adat (kekeluargaan) dengan duduk di
para-para adat. “Sebagai anak-anak adat yang berasal dari daerah Sentani,
hendaknya keduanya harus berbesar hati untuk menyelesaikan masalah ini
agar tidak bertambah panjang. Rencananya keduanya akan kami
pertemukan dalam Sidang Adat 27 Juni 2006”, terang Thaha.
Sejumlah elemen mahasiswa Papua se-Indonesia mendesak Presiden RI
agar segera melantik Suebu dan Hesegem sebagai Gubernur dan Wakil
Gubernur. Melalui juru bicaranya, Laus DC Rumayom, mereka menegaskan
bahwa Suebu dan Hesegem adalah pasangan yang sudah dipilih secara
demokratis dalam Pilkada 10 Maret 2006; dan terkait dengan gugatan yang
dilakukan calon lain telah diputuskan Mahkamah Agung dengan
memenangkan KPUD Papua dalam sengketa Pilkada Papua dengan
menolak semua permohonan calon. Mereka juga meminta Majelis Rakyat
Papua untuk segera membuat pernyataan politik yang tegas terkait dengan
diulur-ulurnya pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur Papua terpilih.
23 Juni
Majelis Hakim Pengadilan Negeri Kelas I A Jayapura menetapkan jadwal
117
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
sidang gugatan perdata Gubernur terpilih Papua, Barnabas Suebu, SH
terhadap Ketua DPRP Papua, John Ibo, MM. Jadwal sidang gugatan ini
akan mulai digelar 26 Juni 2006.
24 Juni
Gugatan pidana dugaan pencemaran nama baik Barnabas Suebu terus
saja berjalan. Enam saksi telah dimintai keterangannya oleh pihak kepolisian.
John Kabey, sebagai ketua Tim sukses Suebu/Hesegem dan sekaligus
saksi, juga diperiksa Tim Penyidik Polda Papua.
Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Cendekiawan Awam Katolik
Papua (ICAKAP), Vitalis Yumte meminta Presiden RI segera
mengeluarkan surat keputusan tentang pelantikan Gubernur dan Wakil
Gubernur Papua terpilih Barnabas Suebu dan Alex Hesegem. Mekanisme
Pilkada Gubernur dan Wakil Gubernur Papua telah sah, apalagi keputusan
MA pun mempunyai kekuatan hukum tertinggi dalam Negara ini. Maka
tidak ada alasan untuk tarik-ulur hasil Pilkada. “Ketidakpastian SK dan
waktu pelantikan sangat mempengaruhi seluruh sistem penyelenggaraan
pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat, apalagi
DPR Papua telah mensahkan APBD 2006 sebesar Rp 4 triliun,” terang
Yumte.
26 Juni
Menanggapi semakin tidak jelasnya pelantikkan Gubernur dan Wakil
Gubernur terpilih Barnabas Suebu/Alex Hesegem, Ketua Komisi A
DPRP Papua, Yance Kayame menilai penyebabnya adalah KPUD Papua.
Menurut Yance, sampai sekarang Komisi A DPRP Papua belum
menerima dan mengetahui kepada siapa sebenarnya KPUD Papua
menyerahkan hasil pleno KPUD maupun hasil keputusan MA. Oleh karena
itu, Komisi A sebagai yang berkompeten meminta kepada KPUD Papua
supaya menyerahkan semua hasil pleno KPUD dan hasil keputusan MA
kepada DPRP melalui Pansus Pilkada, selanjutnya Panmus akan
menetapkan jadwal .
Ketua Presedium Dewan Papua, Tom Beanal meminta agar Presiden
118
RI segera melantik Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih Papua.
Alasannya adalah tuntutan masyarakat yang sangat mendesak. Pelantikan
Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih Papua merupakan permintaan
dan penantian masyarakat adat di Papua. Karena itu, hendaknya DPRP
mengambil kebijakan yang pasti menyangkut pelantikan tersebut. DPRP
sebagai perwakilan rakyat harus benar-benar mengaspirasikan dan
mengutamakan kepentingan masyarakat umum di atas kepentingan
kelompok atau pribadi.
28 Juni
Wakil I Ketua DPRP Papua, Komaruddin Watubun menyesalkan surat
Mendagri kepada DPRP yang mengatakan agar DPRP melakukan proses
ulang usulan pengesahan pengangkatan Gubernur Papua terpilih
berdasarkan hasil pleno KPUD Provinsi Papua. Watubun meyakini bahwa
surat yang dikirimnya ke Mendagri sudah berdasarkan peraturan. Karena
itu, dia menilai Mendagri bisa diklaim ikut bermain di “air keruh”.
A.3 PENGADILAN KASUS ABEPURA 16 MARET 2006
6 April
Kapolda Papua, Irjen polisi Drs. Tommy T. Jakobus menyerahkan
berkas pertama 15 tersangka kasus bentrok Abepura 16 Maret kepada
Kejaksaan Tinggi. Nama-nama tersangka yang berkasnya diberikan adalah
berkas I: Selpius Bobii. Berkas II: Luis G. Berkas III: Ferdinan Pakage.
Berkas IV: Ellyas T. Berkas V: Penius W, Thomas U, Patrisius A, Markus
K. Berkas VI: Othen D, Musa A, Moses L, Elkana L, Mathias MD, Nelson
R. dan Mom Jefri Pawika.
16 April
Jefrison Pagawak, satu dari 19 nama yang dimasukkan dalam Daftar
Pencarian Orang (DPO) oleh Polda Papua dengan tegas membantah
keterlibatannya dalam kasus bentrok di Abepura pada 16 maret 2006.
119
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
Dia mengatakan bahwa saat terjadi bentrok di depan kampus Universitas
Cendrawasih itu, dirinya sedang berada di Timika.
17 April
Markus Haluk yang adalah salah satu nama dalam Daftar Pencarian
Orang (DPO) mendatangi Polda Papua untuk memberikan penjelasan
tentang keberadaannya sewaktu terjadi kasus bentrok Abepura 16 Maret.
Pemeriksaan dimulai pkl. 10.15 -16.00 WIT. Setelah selesai pemeriksaan,
Haluk diizinkan meninggalkan markas Polda Papua.
27 April
Di Sarmi, enam orang polisi menangkap Aris Mandowen (23) tanpa
surat perintah penangkapan karena namanya termasuk DPO kasus
Abepura 16 Maret 2006.
28 April
Polda Papua kembali mengirim 4 berkas kasus Abepura ke Kejaksaan
Tinggi Papua. Keempat berkas yang baru dikirim itu adalah berkas milik
4 tersangka yang baru ditangkap, yaitu: Bensiur Mirin, M. Kaitam, Y. Echo
Merano B. dan Pieter Stevanus Buinei.
Para terdakwa
Bentrok 16 MAret
2006.
Sebagian besar
adalah
korban
salah tangkap
120
8 Mei
Kejaksaan Tinggi Jayapura menyerahkan 16 tersangka kasus bentrok
Abepura 16 Maret kepada Pengadilan Negeri Jayapura.
11 Mei
Sekitar pkl. 18.00 WIT Sem Wandik ditangkap oleh seorang anggota
Brimob bernama Surianto di depan kampus Universitas Sains dan
Teknologi Papua (USTP) tanpa menunjukkan surat perintah penangkapan.
12 Mei
Kira-kira pukul 24.00 WIT Steven Wandik ditangkap di asrama GKI
Pdt. S. Liborang, Padang Bulan, Jayapura. Steven ditangkap oleh satuan
intel Polda Papua yang langsung masuk dan mendobrak pintu depan
asrama dan langsung menuju kamar tidur Steven. Mereka mendobrak
pintu kamarnya dan menodongkan senjata laras panjang kepada Steven.
17 Mei
Kasus bentrok di depan kampus UNCEN 16 Maret 2006 mulai
disidangkan. Dari 16 orang terdakwa, 11 orang menolak dakwaan dan
hanya 5 orang yang menerima dakwaan.
Penasihat Hukum terdakwa kasus bentrok Abepura meminta agar
para terdakwa dipindahkan ke LP Abepura. Permintaan ini diajukan
menyusul adanya tindakan penganiayaan terhadap para terdakwa yang
diduga dilakukan oleh oknum anggota polisi sebelum dan sesudah
persidangan.
22 Mei
Beberapa tersangka kasus bentrok Abepura 16 Maret untuk kedua
kalinya menolak keterangan para saksi dan dakwaan yang dibacakan Jaksa
Penuntut Umum (JPU) terkait dengan keterlibatan mereka dalam kasus
bentrok tersebut. Para tersangka yang menolak itu adalah, Selpius Bobii,
Markus Kayame, Patrisius Aronggear, Thomas Ukago, Penius Waker,
Ferdinandus Pakage dan Luis Gedi.
121
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
24 Mei
Sidang lanjutan kasus Bentrok Abepura 16 Maret kembali digelar. Dalam
sidang ini, penasihat hukum keenam terdakwa kasus bentrok Abepura
menolak semua surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum (JPU). Para penasihat
Hukum keenam terdakwa menilai semua dakwaan terhadap 6 terdakwa
mengenai unsur-unsur pidananya tidak jelas, kabur, tidak tepat dan tidak
lengkap. Karena itu, dakwaan dinilai tidak sah dan batal demi hukum. Satu
orang terdakwa, Jefri Pawika jatuh pingsan setelah sidang ini usai.
31 Mei
Sidang kasus bentrok Abepura pada 16 Maret 2006 kembali digelar. Agenda
utamanya adalah tanggapan Jaksa Penuntut Umum atas keberatan Penasihat
Hukum terhadap surat dakwaan atas nama terdakwa Elias Tamaka. Dalam
tanggapannya, Jaksa Penuntut Umum (JPU) menyatakan menolak
keberatan atau eksepsi Penasihat Hukum terdakwa Elias Tamaka.
Alasannya, apa yang dikemukakan oleh Penasihat Hukum tentang ketidakjelasan, ketidak-cermatan, serta ketidak-terangan atas surat dakwaan
terdakwa Elias Tamaka tidak tepat dan tidak benar, karena dakwaan Jaksa
Penuntut Umum sudah tepat dengan ketentuan pasal 143 ayat (2) huruf
b KUHP, yaitu uraian secara cermat, jelas, dan lengkap mengenai tindak
pidana yang didakwakan dengan menyebut waktu dan tempat tindak
pidana itu dilakukan.
6 Juni
Kepolisian Daerah Papua masih terus memburu lima orang yang
dianggap tokoh utama dalam kasus demonstrasi 16 Maret 2006 di depan
kampus Universitas Cendrawasih Abepura, Jayapura. Menurut Paulus
Waterpauw, Direktur Reserse dan Kriminal Polda Papua, kelima orang itu
adalah, Arnold Omba, Kosmos Yual, Henny Lani, Hans Gebze dan Jefri
Pagawak. “Sampai kapanpun kami akan terus memburu kelima tokoh yang
diduga berada di balik aksi demo yang menginginkan kegiatan operasional
PT Freeport di Tembagapura ditutup”, tukas Kombes Waterpauw.
122
7 Juni
Sidang kasus Abepura 16 Maret 2006 masih terus dilanjutkan. Majelis
Hakim yang dipimpin Morris Ginting, SH dan didampingi A. Lakoni
dan Denny D. Sumadi menolak seluruh eksepsi penasihat Hukum para
terdakwa dan meminta Jaksa Penuntut Umum melanjutkan perkara. Para
terdakwa yang hadir pada sidang ini adalah Othen Dapyal Cs, Selfius
Bobi, Markus Kayame Cs, Ferdinand Pakage dan Luis Gedi.
12 Juni
Sidang kasus bentrok Abepura kembali digelar di Pengadilan Negeri
Jayapura. Agenda utama sidang ini adalah mendengarkan keterangan para
saksi. Saksi yang dihadirkan adalah yang berkaitan dengan perkara
terdakwa Othen Dapyal Cs, Selpius Bobii, Elyas Tamaka dan Bensiur
Mirin. Semua terdakwa menolak semua keterangan para saksi.
19 Juni
Sidang kasus bentrok Abepura kembali digelar di Pengadilan Negeri
Jayapura. Sidang ini menghadirkan 2 orang terdakwa, yaitu Selpius Bobii
dan Luis Gedi dan para saksi dari 2 orang terdakwa. Agenda utama
sidang adalah mendengarkan keterangan para saksi dari kedua terdakwa.
A.4 KONFLIK PT FREEPORT INDONESIA
2 April
Akademisi Universitas Cenderawasih, Yohanes Rante, M.Si,
mengemukakan bahwa PT Freeport harus berpihak pada kesejahteraan
rakyat. Maka untuk menutup PT Freeport baginya perlu dipikirkan baikbaik secara matang. Yang paling perlu adalah mengevaluasi peran kontribusi
PT Freeport khususnya bagi ekonomi masyarakat Papua dan dampak
lingkungan yang ditimbulkan.
Kecelakaan lalu lintas tunggal yang terjadi di jalan antara Tembagapura
menuju Timika, tepatnya di Mile 53 pada Minggu, 2 April sekitar pukul
123
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
05.45 WIT memakan korban jiwa, diduga karena rem mobil blong dan
mobil masuk jurang. Tiga orang anggota Satgas Pam PT Freeport
Indonesia yang menggunakan mobil itu mengalami naas. Bahkan satu di
antaranya, yakni Sertu Taryoko tewas seketika. Dua korban lainnya Sertu
Jiono dan Pratu Jainudin tidak mengalami luka berat karena masih dapat
meloloskan diri. Keduanya menjalankan proses pemulihan di barak Linud
Kostrad 501 Tembagapura.
4 April
Dalam menyikapi aspirasi masyarakat yang meminta PT Freeport
Indonesia di Timika ditutup, MRP mengeluarkan rekomendasi yang
tertuang dalam keputusan MRP No 08/MRP/2006. Ketua MRP Agus
Alua mengatakan bahwa untuk menindaklanjuti aspirasi mahasiswa dan
masyarakat Papua yang menghendaki agar perusahaan pertambangan PT
Freeport ditutup, ada 4 butir penting yang menjadi rekomendasi MRP
salah satunya meminta PT Freeport ditutup.
6 April
Penjabat Gubernur Dr. Sodjuangan Sitomorang, M.Si. setuju dengan
rekomendasi dari MRP bahwa kontrak karya PT Freeport Indonesia perlu
dievaluasi. Kalau PT Freeport dievaluasi maka yang harus dilihat adalah
aspek lingkungannya serta kontribusinya terhadap masyarakat setempat
dan terhadap negara. Namun wewenang untuk hal itu ada pada antara
pemerintah pusat dan PT Freeport.
14 April
Komnas HAM Pusat melaporkan hasil temuan mereka soal PT Freeport
kepada Pemerintah Provinsi Papua. H. Amidhan, Ketua Sub Komisi Hak
Ekonomi Sosial dan Budaya Komnas HAM Papua, mengatakan ada dua
hal yang telah diselidikinya, yaitu (1) sejauh mana penanganan hak-hak dasar
atau kebutuhan dasar dari masyarakat; (2) adaptasi masyarakat Kabupaten
Mimika misalnya kebutuhan dasar di bidang pendidikan, kesehatan, rasa
aman dan hak-hak dasar kesejahteraan lainnya. Pihak PT Freeport sendiri
124
menjelaskan bahwa kepada masyarakat hukum adat (7 suku) yang memiliki
hak ulayat telah diberikan dana yang disebut rekognisi, Juga dana yang disebut
dana perwalian serta dana kemitraan sebesar 1 persen. Karena itu Komnas
HAM mengajurkan agar dana ini diaudit sedemikian rupa supaya terdapat
transparansi terhadap masyarakat bagaimana pengelolaan dana itu dan harus
ditujukan kepada semua pihak kemana saja dana itu, sudah menyentuh benarbenar kepada masyarakat.
18 April
Karena tak segera tuntasnya penyelesaiaan masalah Freeport secara
menyeluruh mulai dari peninjauan kontrak karya hingga penutupan PT
Freeport membuat Pansus Freeport DPRP harus menggandeng pakar
hukum dari Universitas Indonesia dalam rangka melakukan kajian-kajian
hukum yang dapat digunakan untuk penyelesaian masalah Freeport. Hal
ini disampaikan oleh Ketua Pansus Freeport DPRP Yan Ayomi.
19 April
Ramses Wali, anggota Komisi A DPRP, menegaskan bahwa
pertemuan Pansus Freeport DPRP dengan Manajemen PT Freeport tidak
perlu dilakukan di luar Papua mengingat DPRP memiliki kewenangan
untuk memanggil pihak-pihak berkompeten, selain itu pihaknya
mempertanyakan dari mana biaya perjalanan itu diperoleh.
20 April
Asosiasi Mahasiswa Pegunungan Tengah Papua se-Indonesia (AMPTPI)
mendesak agar lembaga penampung aspirasi rakyat atau DPRP segera
melakukan sidang menangani penutupan PT Freeport sebagaimana aspirasi
yang disampaikan berbagai elemen masyarakat. Demikian dikatakan oleh
Sekjen AMPTPI, Hans Magal.
21 April
Permintaan AMPTPI ditanggapi oleh dua anggota DPRP Marthen
Marey dan Ramses Wali dengan mengatakan agar semua pihak bersabar
125
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
dan memberikan waktu kepada DPRP untuk menindaklanjuti aspirasi
tersebut.
23 April
Adanya tudingan miring terhadap Pansus Freeport DPRP dibiayai oleh
manajemen PT Freeport dibantah keras oleh salah satu anggota Pansus
Freeport DPRP, Marten Marey. Dijelaskannya bahwa biaya anggaran kerja
pansus adalah biaya langsung dari Pemerintah Provinsi Papua.
27 April
Wakil Menteri Perdagangan AS, David A. Samson, meminta RI
menghormati kontrak karya dengan perusahaan-perusahaan Amerika, di
antaranya PT Freeport Indonesia. Wakil menteri perdagangan mengatakan
hal itu usai bertemu dengan Wapres Yusuf Kalla di Kantor Wakil Presiden.
27 April
Dalam sambutannya pada acara diskusi tentang Freeport di Hotel
Sheraton Timika, ketua DPR RI Agung Laksono menegaskan, kontrak
karya PT Freeport Indonesia perlu dievaluasi dan ditinjau kembali dengan
mempertimbangkan realitas di lapangan. Kontrak karya dapat
disempurnakan, akan tetapi PT Freeport Indonesia sebagai investasi
pertambangan di Indonesia harus dipertahankan eksistensinya.
28 April
PT Freeport Indonesia akhirnya angkat bicara soal transparansi
pengelolaan tambang di Papua. “Setiap tiga bulan kami memberikan data
ke pemerintah jadi pemerintah tahu persis berapa konsentrat yang kami
hasilkan dan berapa yang kami produksi,” demikian dikatakan oleh Senior
Corporate Communication Manager Freeport Indonesia, Sidharta
Moersjid.
29 April
Merasa tidak puas dengan keberadaan Freeport, masa dari Desa
126
Kimbeli, Banti dan Tembagapura, Distrik Tembagapura, Kabupaten
Mimika mengamuk dan membakar 4 mobil dan merusak 3 bangunan
milik PT Freeport. Peristiwa ini terjadi sekitar pukul 17. 00 WIT. Akibatnya,
4 karyawan dan seorang anggota Brimob dilarikan ke rumah sakit
Tembagapura.
31 April
Pemerintah Provinsi Papua merencanakan akan membeli saham PT
Freeport Indonesia. Hal ini menurut penjabat Gubernur Dr. Sodjuangon
Situmorang harus dirundingkan terlebih dahulu dengan DPRP. Tujuan
menanam saham pada PT Freeport adalah meningkatkan pendapatan daerah.
Setelah melalui tahap penyidikan, Polisi menetapkan 5 tersangka kasus
perusakan kantor Freeport dan pembakaran 4 unit mobil yang terjadi
pada 29 April. Nama-nama tersangka adalah Kalianus Magai (29), Militer
Elas (24), Era Elas (19), Edi Magai (18), dan Aponi Alom (18).
1 Mei
Kapolda Papua Irjen Polisi. Drs. Tommy Trider Jacobus menyesalkan
aksi anarkis yang terjadi di PT Freeport beberapa waktu lalu oleh
masyarakat yang merusak kendaraan milik PT Freeport. Kapolda
menyesalkan hal ini karena PT Freeport tidak mengindahkan saran dari
polisi. Polisi menyarankan agar tidak boleh mendatangkan massa dalam
jumlah yang banyak untuk menghadiri acara ulang tahun Ring Top Papua
ke-6 di Sport Hall Mile 68 Tembagapura. Bupati Mimika juga menyesalkan
aksi ini sebagai akibat keteledoran pihak PT Freeport.
Salah satu Akademisi Universitas Cendrawasih Drs. Y. Rante, M.Si.
menyikapi bahwa tepat jika Pemerintah Provinsi Papua memiliki saham
PT Freeport. Saham itu akan memberikan banyak kontribusi terhadap
anggaran pembangunan Papua.
3 Mei
Dalam laporan berjudul “Dampak Lingkungan Hidup Operasi
Pertambangan Tembaga dan Emas Freeport-Rio Tinto di Papua”, Walhi
127
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
(Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) mendesak pemerintah agar
membentuk panel independen untuk PT. Freeport Indonesia. Tugas panel
ini adalah memetakan sejumlah skenario bagi masa depan Freeport,
termasuk tanggal penutupan tambang, pengolahan, dan pengelolahan
limbah. Selain itu pemerintah juga harus menyewa konsultan independen
untuk mengkaji setiap skenario dari segi sosial dan teknis. Kajian ini harus
digunakan sebagai dasar pembahasan tentang masa depan tambang oleh
penduduk lokal dan pihak berkepentingan lain.
9 Mei
Solidaritas Rakyat Untuk Kasus Mile 72 Tembagapura Timika akan
mengelar seminar Nasional tentang dampak kehadiran PT Freeport
Indonesia terhadap rakyat Papua. Seminar ini dimaksud untuk menyatukan
persepsi dan mendesak penutupan PT Freeport Indonesia. Ketua
Solidaritas Untuk Kasus Mile 72 Tembagapura Timika – Papua Markus
Haluk, seminar ini memberikan pemahaman terhadap rakyat Papua dengan
mengkaji secara ilmiah atas berbagai persoalan yang dilakukan PT Freeport
Indonesia selama beroperasi di Tanah Papua. Seminar direncanakan
dilaksanakan di aula utama Uncen pada 12-13 Mei 2006.
10 Mei
Panitia Kerja Komisi VII DPR RI melakukan konferensi pers di Gedung
DPR tentang hasil temuan mereka ketika mengadakan kunjungan ke PT
Freeport Indonesia. Ada 2 penyimpangan yang mereka temukan dalam
kunjungan ini. Pertama, kerusakan lingkungan yang luar biasa, seperti sungai
yang berubah kondisinya dan mengancam kelangsungan ekosistem karena
menjadi saluran tailing. Kedua, data perhitungan devisa yang tak masuk akal.
11 Mei
Tim kunjungan Lapangan Panja PT Freeport DPR RI menilai perlunya
kontrak kerja ulang atas Freeport Indonesia di Timika, Papua. Meski belum
menjadi sikap resmi DPR tim akan menyampaikan temuan ini ke Komisi
VII DPR. “Banyak fakta penting di lapangan yang menunjukkan lemahnya
128
pengawasan terhadap kerja Freeport di Timika selama ini”, kata Ketua
Tim Tjatur Sapto Edy.
15 Mei
Perwakilan Komisi Nasional HAM Papua, Albert Rumbekwan
menyesalkan langkah kepolisian Daerah Papua yang melarang penyelenggaraan
seminar tentang Freeport Indonesia. Menurutnya, larangan ini dinilai sebagai
mundurnya kebebasan berekspresi di Papua. Larangan ini tertera dalam surat
bernomor B/909.V/2006/Intelkam. Angka 2 huruf b, ayat 1 surat ini berbunyi,
“Tidak dapat menerbitkan STTP (Surat Tanda Terima Pemberitahuan) dan
melarang untuk melaksanakan kegiatan dimaksud.”
26 Mei
Rencana Keberangkatan Pansus DPRP ke Amerika awal Juni
mendatang disorot oleh Ramses Wally Komisi A DPRP sebagai hanya
menghambur-hamburkan uang rakyat. Apalagi alokasi anggaran untuk
kegiatan pembiayaan pansus sebesar Rp 5 miliar lebih bersumber dari
APBD yang seharusnya diperuntukan bagi kepentingan rakyat Papua.
“Untuk penyelesaian masalah yang kompleks lebih baik di dalam negeri
saja”, katanya.
2 Juni
PT Freeport Indonesia dinilai telah melakukan penghinaan terhadap
orang Papua, khususnya kepada mahasiswa Papua di Yogyakarta.
Penghinaan ini dilakukan dengan hanya memberikan bantuan sebesar
Rp 16 juta dan 15 karung goni beras. “Padahal ada mahasiswa Papua
yang juga menjadi korban gempa”, ujar Hans Maniburi, perwakilan
Mahasiswa Papua di Yogyakarta. Mereka menganggap PT Freeport tidak
adil, sebab kepada korban gempa Yogyakarta, mereka memberi bantuan
sebesar Rp 1 miliar, sementara kepada mereka (mahasiswa asal Papua di
Yogyakarta) hanya diberi bantuan sebesar Rp 16 juta.
5 Juni
Bertepatan dengan peringatan Hari Lingkungan Hidup, sejumlah
129
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
mahasiswa yang tergabung dalam Front Persatuan Perjuangan Rakyat
Papua Barat melakukan aksi demonstrasi menuntut PT Freeport Indonesia
ditutup. Dalam orasinya, mereka menuntut agar alam dan adat Papua
tidak dirusak dan dieksploitasi, khususnya yang dilakukan oleh PT Freeport
Indonesia. Mereka menghendaki agar penyelesaian masalah Freeport
dilakukan dengan dialog segitiga antara Pemerintah Indonesia, masyarakat
Papua dan PT Freeport Indonesia. “Pertemuan segitiga ini harus dilakukan
secara terbuka di hadapan rakyat Papua untuk menghindari upaya
terselubung yang cenderung mengatas-namakan orang Papua dan untuk
menunjukkan kepada publik bahwa di Papua benar-benar ada demokrasi”,
tegas juru bicara Arkilaus Baho.
22 Juni
Anggota Komisi E Ramses Walli menegaskan dengan berakhirnya
masa kerja Pansus PT Freeport DPRP maka pansus tersebut harus
memberikan pertanggungjawaban yang jelas tentang hasil kerjanya kepada
lembaga DPRP maupun pada masyarakat Papua pada umumnya. Pansus
dibentuk sesuai keputusan panitia musyawarah (Panmus) DPRP dengan
tiga tugas utama yakni : mengumpulkan data, membahas serta mengkaji
data terkait persoalan PT Freeport, kemudian data tersebut menjadi bahan
pertimbangan dewan yang ditindaklanjuti menjadi keputusan DPRP.
23 Juni
Pengamanan Perusahan Tambang Emas dan Tembaga PT Freeport
Indonesia di Timika yang selama ini dilakukan pasukan TNI, mulai Juli
2006 secara aktif dikoordinasi oleh kepolisian. Hal ini merupakan amanat
dari otoritas perusahaan sendiri. Untuk menjalankan amanat ini, jelas Wakil
Kepolisian Daerah Papua, Brigadir Jenderal Max Donal Aer, kita telah
menyiapkan rencana untuk menggelar operasi pengamanan yang
dinamakan operasi Amole. Inti dari operasi Amole adalah programprogram pencegahan berbentuk pembinaan masyarakat dan penegakan
hukum serta peningkatan tenaga pengamanan internal perusahaan sendiri,
baik dari segi kekuatan, kualitas maupun kemampuannya.
130
29 Juni
Pengamanan (Pam) Obyek vital PT Freeport Indonesia di Timika
yang selama ini ditangani oleh TNI mulai awal Juli akan diambil alih
oleh Polri. Kapolda Papua Irjen Pol Tommy Jacobus mengatakan
pengaliham pegamanan Freeport dari TNI ke Polisi ini menyusul
adanya keputusan Presiden (Keppres) No 63 Tahun 2004 tentang
pengamanan (Pam) pada obyek vital nasional yang tidak lagi ditangani
oleh TNI. Untuk memperlancar pengamanan di perusahaan tambang
Freeport di Timika Mabes Polri telah mengirim sebanyak 600 personil
Brimob dari kelapa dua Jakarta, personil lama dikembalikan ke
posnya semula.
A.5 PERTAHANAN DAN KEAMANAN
6 April
Bendera Bintang Kejora berkibar di halaman gedung Rektorat Universitas
Cendrawasih - Waena, Jayapura. Selain itu oknum-oknum tak dikenal ini juga
berusaha untuk membakar gedung rektorat. Beruntung api yang berkobar
bisa dipadamkan. Berkaitan dengan peristiwa ini, polisi meminta keterangan
dari ketiga saksi yang merupakan satpam di gedung itu, yaitu: Surono (57
tahun), Abdullah Matdoan (66 tahun) dan Amos (22 tahun).
10 April
Serangan brutal oleh kelompok bersenjata terhadap mahasiswa dan
anggota TNI yang sedang melakukan pengobatan massal terjadi di
Kampung Wembi Distrik Arso, Kabupaten Keerom. Serangan ini
mengakibatkan 4 orang tewas, satu kritis dan dua orang luka-luka. Terkait
dengan peristiwa ini, Panglima TNI, Djoko Suyanto mengatakan,
”Serangan ini kemungkinan dilakukan anggota OPM. Serangan ini
merupakan rangkaian dari upaya OPM untuk memperjuangkan keinginan
separatisnya. Peralatan yang digunakan sangat canggih seperti: senjata api,
senjata genggam, panah dan kampak.”
131
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
11 April
Berkaitan dengan peristiwa Wembi yang menewaskan 2 anggota TNI
dan 2 orang yang diduga kelompok penyerang, Direktur Perwakilan
Komisi Nasional HAM Papua, Albert Rumbekwan menegaskan, TNI
dan Polri dalam melakukan penyisiran terhadap kelompok OPM
hendaknya jangan sampai merugikan warga sipil. Aparat seharusnya
memiliki data dan informasi yang akurat mengenai pelaku penembakan
tersebut. Sedangkan, Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto menegaskan,
operasi intelijen di Papua akan ditingkatkan. Saat ini kami sedang
melakukan pengejaran sesuai dengan instruksi Presiden. TNI akan
melakukan segala tindakan secara terukur termasuk dalam hal mengejar
pelaku penyerangan,” tegasnya.
Didampingi oleh Danrem 172/PWY, Pangdam XVII/ Trikora, Mayjen.
TNI George Toisutta, mengunjungi lokasi penyerangan di Desa Wembi,
Distrik Arso, dan mengadakan pertemuan dengan kepala-kepala kampung,
Pastor Paroki Arso Kota, Willem Sinawil Pr, dan Wakil Bupati Keerom.
Dalam pertemuan ini Pangdam menegaskan agar para tokoh masyarakat
membantu proses pencarian senjata yang diambil oleh OPM. Selain itu,
pihaknya menegaskan supaya diadakan penyisiran guna mencari senjata yang
hilang dan pelaku penyerangan. Untuk itu, masyarakat diminta tidak pergi
jauh ke dusun-dusun mereka guna menghindari salah paham dengan TNI.
11 April
Satuan TNI Yonif 751 yang menggantikan kedudukan Yonif 509 di
Wembi segera melakukan penyisiran di sekitar pos TNI di Wembi guna
mencari pelaku penyerangan. Mereka mengaku menemukan peralatan
masak dan dokumen OPM yang tertinggal di lokasi tak jauh dari
pemukiman warga.
15 April
Dua warga masyarakat Wembi ditangkap oleh satuan TNI Yonif 751
dan ditahan di Pos Yonif 509 di Arso Kota. Mereka diinterogasi secara
maraton.
132
16 April
Menurut pihak Danrem yang dijumpai oleh Pastor Paroki Arso, Willem
Sinawil Pr dan Direktur SKP Jayapura, J. Budi Hernawan OFM, warga
tersebut hanya dimintai keterangan dan akan dilepaskan pada hari tersebut.
Keterangan ini terbukti benar.
Upaya pengejaran terhadap para penyerang di Desa Wembi Distrik
Arso, Kabupaten Keerom masih terus dilakukan. Senjata yang dirampas
harus direbut kembali. “Sebab bila tidak akan membahayakan masyarakat
terutama aparat keamanan,” tegas Danrem 172/PWY Kolonel Inf. Asis
Wanto.
29 April
Unjuk rasa menuntut kemerdekaan Papua ditandai dengan berkibarnya
bendera Bintang Kejora di depan Konsulat Jendral Republik Indonesia
di Sydney. Sekitar 25 orang ikut serta dalam kegiatan pengibaran bendera
ini. Kegiatan ini rutin dilakukan sebagai bagian dari unjuk rasa menuntut
kemerdekaan Papua.
31 April
Ketua Sinode GKI di Tanah Papua, Pdt. Corinus Berotabui, S.Th.
menanggapi tudingan bahwa gereja-gereja ikut menyuarakan gerakan separatis
di Papua. Ia menegaskan bahwa berdasarkan visi dan misi gereja-gereja di
tanah Papua yang antara lain: damai, suka cita, keadilan, kebenaran, maka
ketika masyarakat ditindas, dianiaya, martabat diinjak-injak, haknya dirampas,
gereja menyuarakan suara kenabiannya yaitu menyuarakan hak-hak rakyatnya.
1 Mei
Para tokoh pejuang Papua sangat menyesalkan pengibaran Bendera
Bintang Kejora di Konsulat Jendral RI di Sydney. Ramses Ohee pelaku
sejarah perjuangan integrasi Papua dalam kesatuan Negara Kesatuan
Indonesia (NKRI), mengatakan bahwa sejak 1 Mei 1963 Papua sudah
masuk dalam Ibu pertiwi Indonesia. Masyarakat dunia sudah mengakuinya
maka tetaplah mempertahankan keutuhan itu, dengan melihat bersama
masalah Otsus saat ini dan berusaha mencari solusi yang terbaik untuk
133
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
mengangkat harkat dan martabat orang Papua. Kerja sama mengelola
dana Otsus juga harus ada transparansinya agar masyarakat jangan berteriak
menuntut hak mereka di tanah sendiri. Ini mungkin bisa menjadi satu
jawaban terkini untuk menciptakan suasana Papua yang bebas korupsi
dan cinta akan perdamaian.
5 Mei
Aparat Kepolisian memulangkan 7 warga PNG yang ditangkap pada
3 Mei karena tidak memiliki Kartu Lintas Batas (KLB). Ketujuh orang itu
terdiri dari 5 orang laki-laki dan 2 perempuan. Kapolresta Jayapura Taufik
Pribadi mengatakan bahwa Mereka ditangkap di Tanah Hitam Abepura,
di dalam taksi saat anggotanya melakukan patroli.
17 Mei
Terkait dengan pecahnya perang antar suku di distrik pemekaran
Pogoma (suku Lem, Dawa dan Wano), Puncak Jaya, yang menewaskan
3 orang, Anggota DPRD Puncak Jaya Ruben Magai menegaskan,
walaupun aparat kepolisian telah mengatasi masalah ini, dia tetap berharap
agar masyarakat membuat upacara “bakar batu”. Hal ini dimaksudkan
agar persoalan perang antar suku bisa diselesaikan secara tuntas dan
menyeluruh. Sebab, selama upacara adat ini tidak dibuat, besar
kemungkinan peristiwa yang sama akan terjadi kembali.
21 Mei
Kapolda Papua melalui Kabidhumas, Kombes Pol. Drs. Kartono
Wangsadisastra merencanakan akan mengumpulkan semua polisi yang
menjadi ajudan pejabat, baik provinsi maupun daerah. Menurutnya,
rencana ini dibuat dalam rangka penyegaran para ajudan. Sebab dinilai
naluri kepolisian para ajudan sudah mulai kurang, bahkan ada yang sudah
tidak seperti polisi lagi, baik dari cara bersikap, berpakaian dan sebagainya.
28 Juni
Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono mengatakan, Papua selalu
134
menjadi sorotan pihak asing, sehingga perlu kepedulian semua pihak untuk
terus meningkatkan kemampuan, khususnya dalam hal kepemimpinan
sipil. Layaknya sebagai bagian negara yang masih terpencil, Papua akan
tetap menjadi sorotan asing. Sorotan asing itu bisa berupa kehadiran secara
fisik tetapi juga dalam bentuk kepedulian berupa suara-suara di Parlemen
dan Pemerintahan, seperti di Australia dan Amerika Serikat. Untuk daerah
Papua, lanjut Sudarsono, perlu pendekatan manusiawi untuk mengatasi
berbagai persoalan yang terjadi. Aparat keamanan, baik TNI maupun
Polisi boleh bersikap tegas, tetapi harus dilakukan secara proporsional
melalui pendekatan persuasif.
B. HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL, DAN BUDAYA
B.1 KASUS-KASUS KORUPSI
4 Mei
Kapolda Papua meminta izin kepada Presiden RI untuk memeriksa
John Tabo, Bupati Tolikara saat ini, terkait kasus korupsi di Kabupaten
Jayawijaya semasa beliau menjabat sebagai Ketua DPRD Jayawijaya.
15 Mei
Upaya penangkapan kembali Bupati non aktif Jayawijaya, Drs. David
A. Hubi, terdakwa kasus penyalahgunaan dana APBD dalam pengadaan
pesawat Foker 27 seri 600 senilai 8 milyar rupiah lebih berakhir bentrok.
Bentrok yang terjadi antara para warga pendukung Hubi dengan aparat
kepolisian menelan korban jiwa dan luka-luka. Dua orang warga
pendukung Hubi tewas tertembak, satu orang mengalami luka parah,
satu orang dari aparat kepolisian terkena panah. Sementara 153 warga
pendukung Hubi juga ikut diamankan aparat. Berkaitan dengan peristiwa
ini, Polda Papua langsung mengirim 16 personil Brimob Polda Papua ke
Wamena
Sementara itu, kuasa hukum Hubi, Bernard Akasian mengecam keras
tindakan aparat yang memanggil paksa kliennya (Hubi). Lebih
135
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
disayangkannya lagi adalah akibat dari tindakan itu yang menelan korban
jiwa dan luka-luka. Dia menilai tindakan ini sebagai bentuk arogansi aparat.
Sebab menurutnya, Polda Papua sangat lamban mengambil sikap terhadap
masalah ini.
16 Mei
Polda Papua kembali mengirim 1 Satuan Setingkat Pleton (SST) ke
Wamena. Berkaitan dengan penambahan pasukan ini, Kapolda Papua
mengatakan, penambahan pasukan ini dimaksudkan untuk mengamankan
situasi pada saat dua korban yang meninggal dikuburkan.
7 orang akhirnya jadi tersangka kasus bentrok yang terjadi antara pihak
kepolisian dengan warga pendukung Hubi di Wamena, Kabupaten
Jayawijaya. Selain itu polisi juga masih mengejar 17 orang yang diduga
sebagai provokator. Berkaitan dengan kasus ini, anggota DPR Papua asal
Jayawijaya Paul Sumino, menilai pemanggilan secara paksa terhadap Hubi
sudah masuk dalam lingkup politik, bukan hukum semata. Ada usaha
dari lawan politik Hubi untuk tetap memproses kasus Hubi di pengadilan
sementara dari sisi hukum kasus ini sebenarnya belum jelas.
Sementara itu Komisi Nasional HAM Perwakilan Papua menyatakan
Ketua Pengadilan Negeri (PN) Wamena Purwanto harus bertanggung
jawab atas kerusuhan yang menelan korban. Sebab menurut Komnas
HAM penjemputan paksa Hubi adalah perintah sepihak Purwanto yang
tidak disetujui dua anggota majelis lainnya.
17 Mei
Menyadari akan akibat yang ditimbulkan dari penjemputan secara paksa
David Hubi, Bupati Jayawijaya (non aktif) yang menewaskan 2 orang,
Hubi menyatakan kesiapannya untuk menjalani proses hukum.
18 Mei
Berkaitan dengan peristiwa penangkapan secara paksa terhadap bupati
(non aktif) Jayawijaya David Hubi, Forum Peduli Pembangunan
Masyarakat Kecil Wilayah Pegunungan Tengah mendesak Polda Papua
136
agar kasus dugaan korupsi yang terjadi di Kabupaten Jayawijaya segera
diusut tuntas hingga ke akar-akarnya. Jangan hanya David Hubi yang
diproses secara hukum.
22 Mei
Aparat kepolisian Polres Jayawijaya kembali menemukan satu tersangka
bentrok antara massa pendukung Hubi dengan aparat kepolisian. Jumlah
tersangka kasus pemanggilan secara paksa Hubi kini menjadi delapan
orang.
29 Mei
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Perwakilan
Provinsi Papua mengaudit dana pembangunan landasan pacu Bandara
Domine Eduard Osok, Sorong. Dari hasil audit itu ditemukan indikasi
terjadi dugaan korupsi.
7 Juni
Sekda Kabupaten Yapen diduga menyalahgunakan Dana Alokasi
Umum (DAU) tahun 2006 sebesar Rp 76 miliar. Direktur Reserse dan
Kriminal Polda Papua, AKBP Paulus Waterpauw mengatakan dari hasil
penyelidikan dan penyidikan yang dilakukan Tim Serse Polda Papua yang
diterjunkan ke Serui, ibukota Kabupaten Yapen pertengahan Mei,
terungkap bahwa Sekda Kabupaten Yapen menyalahgunakan wewenang
yang dimilikinya. Ia diduga melanggar pasal 2 dan 3 UU No 20/2001
tentang korupsi. Untuk pasal 2 telah terbukti bahwa ia melawan hukum,
sebab selain dana tersebut belum disahkan DPRD Kabupaten Yapen,
juga tidak ada izin untuk mengeluarkan dana tersebut oleh Bupati setempat.
Sementara untuk pasal 3 masih harus dilakukan koordinasi dengan BPKP,
Bawasda dan Kejaksaan.
8 Juni
Bupati non aktif Jayawijaya David Hubi secara resmi melaporkan
Wakil Bupati dan Sekda Jayawijaya ke Komisi Pemberantasan Korupsi
137
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
(KPK) untuk dilakukan pemeriksaan atas pencairan dana Rp 10 miliar
untuk bantuan keperluan angkutan pesawat.
10 Juni
Bertempat di Hotel Relat Indah, Jayapura, Papua Coruption Watch,
sebuah organisasi advokasi untuk mengungkapkan kasus-kasus korupsi
di Tanah Papua dideklarasikan. Menurut Penjabat Gubernur Papua Dr.
Sondjuangan Situmorang, “Kebijaksanaan desentralisasi dan Otonomi
Daerah secara normatif juga membawa konsekuensi semakin jelas dan
terbukanya akses ruang partisipasi warga masyarakat dalam menilai kinerja
Pemerintah dan proses Pemerintahan Daerah. Terwujudnya proses
itu sangat tergantung pada kualitas penerapan prinsip good governance,
terutama dalam aspek peran serta publik, keterbukaan dan tanggung
jawab publik yang juga menjadi peran utama yang termuat dalam
UU OTDA, UU Perimbangan dan UU OTSUS. Untuk mencapai
tujuan ini, kehadiran Papua Coruption Watch (PCW) sebagai salah
satu institusi yang menyatakan kepeduliannya pada berbagai tindak
pidana korupsi sangat dibutuhkan. ”Sementara Koordinator PCW M.
Rifai Darus, SH mengatakan untuk mengungkapkan kasus-kasus
korupsi di Tanah Papua, pihaknya akan melakukan koordinasi dengan
Aparat Penegak Hukum, yakni kepolisian dan kejaksaan. Darus
mengharapkan kehadiran organisasi ini mendapat dukungan dari
seluruh komponen masyarakat, sehingga secara bersama-sama
mengurangi praktek-praktek korupsi.
12 Juni
Enam orang oknum pegawai PLN Cabang Jayapura diperiksa
Kejaksaan Tinggi Provinsi Papua. Diduga bahwa mereka telah
memanipulasi pembelian mesin pembangkit tenaga listrik pada program
pengadaan listrik pedesaan 2003 – 2004 senilai Rp 41 miliar. Namun, Ass.
Intel Kejati Papua, Sendjung Manulang, SH. MH mengatakan dari hasil
pemeriksaan sementara terhadap tiga Perusahan rekanan PLN Cabang
Jayapura, yaitu Perusahan UT, NT dan BMJ, yang melakukan pengadaan
138
mesin-mesin tersebut, belum ditemukan indikasi adanya bukti pembelian
mesin bekas. Ketiganya mampu menunjukkan surat-surat pendukung
berupa bukti-bukti pengepakan mesin dari luar negeri, sertifikat serta syaratsyarat uji mesin standar PLN.
14 Juni
Kejaksaan Tinggi Papua masih terus mengumpulkan keterangan dari
berbagai pihak dalam menyelidiki kasus dugaan korupsi senilai Rp 41
milyar di PLN Papua terkait pembelian 10 unit mesin pembangkit tenaga
listrik diesel. Menurut Ass. Intel Kejati Papua Sendjung Manulang, SH,
MH, penyelidikan dugaan korupsi Rp 41 milyar atas proyek listrik masuk
desa di lingkungan PT PLN Wilayah Papua sepertinya melibatkan 6 orang,
yakni 2 orang pegawai PLN dan 4 orang lainnya adalah pihak lain yang
berasal dari perusahan rekanan PLN sebagai perusahan pengadaan proyek
itu. Dugaan ini diperkuat dengan fakta bahwa di PLTD Waena dan Sentani
kondisi 4 buah generator cukup memprihatinkan. Padahal baru beroperasi
2 tahun. Di PLTD Waena, misalnya dari 3 unit mesin hanya tinggal 1 unit
saja yang masih memproduksi 69 persen dari kemampuannya yang
sebenarnya, 2 lainnya kemampuannya sudah menurun hingga
produktivitasnya tinggal 54 persen. Sementara di Sentani, 1 unit sama
sekali tidak bisa beroperasi.
15 Juni
PT PLN Wilayah Papua membantah tudingan adanya dugaan
korupsi di dalam institusinya. Alasannya, dugaan korupsi miliaran rupiah
itu menyangkut oknum-oknum pegawai PLN Papua yang
diperbantukan pada Kementerian Energi dan Sumber Daya Alam.
Mereka bekerja di luar struktur Organisasi PLN Papua, terang Manager
Bidang SDM dan ADM PLN Wilayah Papua, Drs. Rantau Liling.
Lanjut Liling, meski para oknum pegawai PLN itu adalah pegawai
PLN Papua, namun terkait Proyek Listrik Pedesaan, pegawai-pegawai
yang diperbantukan pada proyek tersebut bertanggung jawab langsung
pada Kementerian Energi dan Sumber Daya Alam. Jadi, posisi mereka
139
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
ketika proyek listrik pedesaan berada di luar struktur Organisasi PLN
Wilayah Papua.
21 Juni
Ketua KPUD Kabupaten Jayapura, Mathius Awoitouw meminta
kepada setiap calon dalam Pilkada Kabupaten Jayapura agar
melaporkan kekayaan yang dimilikinya kepada Komisi
Penang gulangan Korupsi (KPK). Hal ini dimaksudkan agar
masyarakat tidak curiga dengan kekayaan yang dimiliki oleh Bupati/
Wakil Bupati terpilih nanti.
B.2 SIMPANG-SIUR OTSUS
31 Maret
Rencana pengembalian Otsus oleh DPRP, menurut Ketua Komisi B
DPRP, Abdul Hakim Achmad perlu dipikirkan secara bijak karena dalam
Otsus ada berbagai keleluasaan diberikan kepada Papua mulai dari
kewenangan, perlindungan HAM, hingga anggaran trilyunan rupiah untuk
mengejar ketertinggalan dan keterbelakangan. Jika Otsus dikembalikan
maka APBD Papua juga akan mengalami defisit 75 persen.
1 April
Drs. Agustinus Fatem, MT menilai penggunaan Dana Otsus selama 4
tahun berjalan tidak dirasakan oleh masyarakat Papua. Para bupati dan
walikota dinilainya tidak konsisten menggunakan dana Otsus ini. Menurut
Fatem pengembalian Otsus ke pusat bukan solusi saat ini. Perlu ada evaluasi
apakah ada konsistensi pelaksanaan undang-undang Otsus dan kelengkapan
aturannya.
Tanggapan dari Yohanes Rante M.Si (akademisi Universitas
Cenderawasih) menilai rencana pengembalian Otsus kepada pemerintah
pusat oleh DPRP sebagai sikap yang berlebihan. Otsus adalah salah satu
cara mengejar ketertinggalan pembangunan dengan provinsi-provinsi lain.
Untuk itu anggaran yang besar dari dana Otsus perlu untuk meningkatkan
pendidikan dan kesehatan secara khusus bagi masyarakat Papua.
140
3 April
Pdt. K. Maniani, STh. mengatakan bahwa mengembalikan Otsus harus
ada alasan yang jelas agar masyarakat jangan bingung akan masalah ini.
Jika DPRP dan MRP tetap nekat mengembalikannya, MRP yang lahir
dari Otsus dibubarkan saja.
5 April
Bupati Manokwari Drs. Dominggus Mandacan mengatakan
penyaluran dana Otonomi Khusus (Otsus) tahun ini sampai ke kampungkampung akan mengalami keterlambatan dibanding tahun lalu. Pasalnya
dana sebesar Rp 54,3 miliar akan direalisasikan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Tim dari Kabupaten Manokwari akan duduk dengan Papua
dan untuk membahas program dana Otsus. Pertemuan tersebut akan
menetapkan program dalam dana Otsus antara lain 30 persen untuk
Pendidikan, 15 persen untuk Kesehatan dan sisanya untuk kegiatan
penunjang lain dan Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan.
11 April
Dana Otsus tahun 2005 sudah sekitar 90 persen terealisasikan. Namun
sampai bulan keempat di tahun 2006 ini belum semua instansi menyerahkan
laporannya. Dua instansi itu adalah Badan Bimas Ketahanan Pangan dan
BPMD Provinsi Papua. Selain itu ada beberapa instansi yang belum
menyampaikan laporan secara keseluruhan antara lain: Dinas Kesehatan
dan Dinas Pendidikan dan Pengajaran. Kepala Bidang Pengendalian Badan
Perencanaan dan Pengendalian Pembangunan Daerah ( BP3D) Provinsi
Papua Drs. Waryono, M.Si mengatakan total dana Otsus tahun 2005 Rp
1.775.312.000.000 yang dikelola oleh satuan kerja di Provinsi dan di
Kabupaten/Kota Jayapura.
12 April
Ketua Pansus DPRP Otsus Yance Kayame menyatakan Pemerintah
pusat tidak boleh membagi dua pengalokasian dana otsus kepada Provinsi
IJB mengingat dasar hukum sampai saat ini belum ada, juga keberadaan
141
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
Propinsi IJB tidak didasarkan pada semangat UU No 21 Tahun 2001
pasal 76 tentang Otonomi Khusus.
12 April
Direktur Eksekutif Institute for Civil Strengthening (ICS) Budi Setyanto
mengatakan, tanpa mengacu kepada Peraturan Daerah Khusus (Perdasus)
penundaan dana otonomi khusus sama saja ilegal dan melanggar hukum.
Menurutnya bahwa Pemerintah Propinsi Papua, DPRP dan MRP segera
menyikapi persoalan tersebut dan membuat perdasus secepatnya.
17 April
Adanya sejumlah wacana pemekaran wilayah di Propinsi Papua
menjadi Provinsi baru disikapi Ketua Komisi A DPRP Yance Kayame.
“Pemekaran propinsi baru itu baik mengingat selain pemekaran diatur
dalam undang-undang (UU) Otonomi khusus pasal 76 yang bertujuan
untuk meningkatkan kesejahtraan masyarakat dan rentang kendali
pelayanan pemerintah. Yang terpenting adalah proses pemekaran itu harus
berdasarkan amanat UU Otsus,” katanya.
24 April
Ketua Dewan Koperasi Indonesia Wilayah Provinsi Papua H. Suleman
L. Hamzah mengatakan untuk memajukan usaha kecil dan menengah
perlu diberikan modal kepada pelaku usaha sesuai amanat Otsus yakni
mengutamakan orang asli Papua. UU No 25 tahun 1992 yang bertujuan
memajukan koperasi di kampung-kampung tidak terlaksana. Ia
menjelaskan bahwa dana SIUP 05 yang belum sampai ke masyarakat
masih tersimpan di Bank Papua. Program tahun lalu sudah terpakai 20
milyar dan sisanya 5 miliyar. Maka diperlukan adanya transparansi kepada
masyarakat agar sasaran kepada pelaku usaha kecil dan menengah bisa
terwujud.
8 Mei
Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (BPMD) Provinsi
Papua, Drs. Tejo Suprapto, mengatakan anggaran tahun ini untuk program
142
pembagian distrik diambil dari dana Otsus. Dana yang diberikan kepada
setiap distrik ini separuhnya disubsidi oleh Bank Dunia. Tahun 2006 ini
bantuan Bank Dunia terhadap program pengembangan distrik sebanyak
52 distrik.
11 Mei
Sensus Ekonomi mempunyai peran yang sangat penting dalam rangka
mengidentifikasi populasi, memperbaharui direktori dan sampling frame
serta peta penyebaran usaha umumnya di Indonesia khususnya Jayawijaya
setelah krisis ekonomi pada tahun 1997.Hal ini disampaikan oleh Asisten
I Setda Thomas Ameng, mewakili Plt Bupati Jayawijaya, dalam pembukaan
Pelatihan Listing Sensus Ekonomi (SE) 2006 di Hotel Baliem Pilamo.
Dana Otsus Sebesar Rp 651.214.543.400 yang kini dibahas dalam
rancangan anggaran pendapatan dan belanja daerah (RAPBD) tahun 2006
tidak ada dalam rancangan anggaran satuan kerja (RASK) khusunya yang
dikelola Provinsi sebesar 40% (Rp 1,165 triliun) dari total dana otsus 2006
sebesar Rp 2, 913 triliun. Sedangkan yang dikelola Kabupaten/Kota sebesar
60 % (Rp 1,7 triliun). Hal ini diungkapkan oleh Frans Maniagasi anggota
Pokja Papua. Dana Otsus juga ada yang dialokasikan untuk bidang
administrasi umum dan pemerintahan sebesar Rp 6,5 miliar, dana Otsus
tidak ada dalam RASK ini perlu dipertanyakan salah satu penipuan rakyat.
17 Mei
Koordinator Program ICS Papua yang juga Dosen Fakultas Hukum
Universitas Cendrawasih, Yusak Elisa Reba, mengatakan bahwa saat ini
belum tampak mengenai alokasi dana Otsus dalam program prioritas
pemerintah. Hal ini diungkapkan pada Diskusi Publik tentang Konsistensi
Penyusunan RAPBD Papua tahun 2006 di Hotel Sentani Indah.
18 Mei
Wakil Ketua Komisi B DPRP Drs. Paulus Sumino menegaskan bahwa
pihaknya sangat mendukung audit dana Otsus, sehingga jika ada indikasi
penyalahgunaan dana maka hal tersebut perlu dipertanggungjawabkan.
143
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
19 Mei
Majelis Rakyat Papua (MRP) mendukung audit penggunaan dana Otsus.
Wakil ketua MRP Dra. Hana Hikoyabi mengatakan penggunaan dana
Otsus harus transparan dan dapat dipertanggungjawabkan secara jujur
kepada masyarakat Papua. Hana juga menyayangkan bahwa belum adanya
perangkat hukum berupa Perdasi/Perdasus sebagai jabaran dari UU
No. 21 Tahun 2001 tentang Otsus. Hal ini membuat posisi pihak MRP
juga lemah.
Anggota Komisi D DPRP, Gerald Pahabol, S.Th meminta agar
pembagian paket pembangunan di Provinsi Papua dilakukan secara adil
dan merata tanpa membeda-bedakan suatu daerah dengan daerah lainnya.
Dana Otsus untuk kota/kabupaten sudah diberikan sebesar 60 persen,
namun mengingat masih ada 40 persen dana Otsus yang dikelola langsung
oleh Pemerintah Provinsi dalam bentuk paket pembangunan baik fisik
maupun non fisik maka perlu dibagi merata kepada semua daerah. Selama
ini yang berjalan 1 atau 2 paket diberikan kepada daerah pegunungan,
sedangkan 9 atau 10 diberikan kepada Kota Jayapura.
Penjabat Gubernur Propinsi Papua Dr. Sodjuangon Situmorang
mengatakan Pemerintah Provinsi mengusulkan tambahan anggaran
infrastruktur tahun 2006. Sesuai amanat Otsus, Pemprov Papua melalui
Anggaran 2006 telah mengusulkan tambahan dana infrastruktur kepada
pemerintah pusat sebesar Rp 575 miliar untuk mempercepat
pembangunan di Papua. Sedangkan untuk tahun 2007 Pemerintah Provinsi
mengusulkan dana infrastruktur sebesar Rp 2,9 triliun.
21 Mei
Penggunaan dana Otsus, baik tingkat pemerintah Kabupaten maupun
pemerintah Provinsi hampir 100 persen terealisasi. Kepala Bidang
Pengendalian BP3D Provinsi Papua Drs. Waryono, M.Si mengatakan
dari total dana Otsus tahun ang garan 2005 sebesar Rp
1.775.312.000.000, dana yang dikelola oleh Provinsi Rp 920 miliar dan
yang dikelola oleh Kabupaten Rp 855 miliar. Dana Otsus yang dikelola
144
oleh Provinsi dan tidak sempat terpakai Rp 19.856.687.549 sedangkan
kabupaten yang memiliki dana sisa adalah Kabupaten Mappi Rp 16,5
miliiar, Kabupaten Sorong Rp 14,2 milyar serta 6 kabupaten lainnya
juga memiliki dana sisa. Dana yang tidak terpakai ini akan dikembalikan
ke kas daerah untuk diprogramkan lagi pemakaiannya di tahun anggaran
yang baru ini.
25 Mei
Guna menghindari salah sasaran dan penyelewengan dari penggunaan
dana Otonomi Khusus sebesar 2% dari DAU nasional, maka perlu ada
perangkat hukum berupa Perdasi/Perdasus yang mengatur pengunaan
dana Otsus demikian diusul dan disarankan oleh MRP sebagai mana
amanat UU No. 21 Tahun 2001 pasal 36 ayat 3. Maka fraksi PDS DPR
Papua Henny Arobaya menyambut positif. Katanya bahwa secara
signifikan pendapatan daerah yang terakomodir dari RAPBD Propinsi
Papua tahun 2006 cukup menjanjikan, khususnya dana Otsus yang untuk
2006 sebesar Rp 2,9 triliun. Pendapat dari Ketua DPRP John Ibo
menegaskan bahwa DPRP mempunyai tekad dan komitmen yang kuat
untuk mendorong pembahasan Perdasi/Perdasus terkait pengunaan dana
Otsus dalam waktu dekat.
28 Mei
Anggota DPR Papua Pdt. P. Sawen, mengatakan pengunaan dana
Otsus untuk empat program pembangunan yaitu Kesehatan, Pendidikan,
Pemberdayaan Ekonomi Rakyat dan pembangunan Infrastruktur harus
disertai dengan petunjuk teknis (Juknis) selain itu juga perlu didorong
perdasi/perdasus sesuai undang-undang Otsus pasal 36 ayat 3 mulai dari
pembahasan hingga pengawasan serta pertanggungjawabannya.
9 Juni
Penjabat Gubernur Dr. Sodjuangon Situmorang, M.Si mengatakan
hingga saat ini APBD Papua yang sudah disahkan DPRP masih dibahas
di Depdagri. Evaluasi APBD itu dilakukan agar disesuaikan dengan
145
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
program nasional atau Propenas serta kebijakan nasional lainnya diberbagai
bidang, baik pembangunan maupun pemerintahan. Selain itu APBD juga
dikaji agar tetap taat pada prinsip anggaran sesuai dengan yang diatur
dalam pedoman pengelolaan APBD.
Penjabat Gubernur Sodjuangon Situmorang, M.Si mengatakan bahwa
korupsi merupakan kejahatan luar biasa yang harus diperangi bersama.
Tindakan ini merugikan keuangan negara dan ekonomi masyarakat secara
luas maka perlu disikapi dengan cara yang luar biasa.
11 Juni
Ketua DPRD Kabupaten Yahukimo, Didimus Yahuli, SH mengatakan
bahwa pembagian Otsus jangan hanya berupa program. Menurutnya
mengingat letak geografis setiap daerah berbeda, pembagian dana Otsus
harus juga disesuaikan dengan keadaan daerah tersebut. Di Kabupaten
Yahukimo dana Otsus disalurkan melalui dinas pertanian, perkebunan,
kehutanan dan dinas-dinas lainnya dan sama sekali tidak menolong
masyarakat. Jika terus-menerus pemerintah memberikan program tanpa
ada pembagian dana langsung maka masyarakat akan tetapi berteriak
menuntut hak mereka.
Gaji para ketua RT/RW di lingkungan kelurahan Awiyo, Distrik
Abepura, yang selama tahun 2006 ini belum terbayarkan disikapi oleh
Kepala bagian Tata Pemerintahan Kota Jayapura, Musa Jouwe, SH. M.Si.
Ia mengharapkan agar para ketua RT/RW jangan merasa cemas tetapi
bersabar karena dalam dana Otsus sudah dianggarkan untuk gaji mereka.
12 Juni
Masyarakat Yahukimo bersyukur karena ada pemekaran yang terjadi
di daerah mereka, akhirnya pembangunan bisa mereka rasakan. Ungkapan
syukur ini diperuntukkan pertama-tama kepada para misionaris yang sudah
dengan susah payah datang mewartakan injil di daerah terpencil seperti
Yahukimo. Selain itu ucapan syukur atas pemerintah yang dengan caranya
bekerja sama dengan gereja membangun umat menuju kemajuan
pembangunan. Bupati Ones Pahabol, SE, mendukung program
146
pembangunan yang baik serta mengharapkan kerja sama pemerintah dan
gereja terus dikembangkan. Ia berharap agar Otsus membantu kita untuk
maju bukan hidup kita tergantung pada Otsus. Kita hidup di daerah sendiri
maka perlu perubahan pola pikir, kerja dan pengabdian kita untuk
membangun daerah kita saat ini.
Berkaitan dengan Pilkada Jayapura, Lembaga MRP mengirim surat
rekomendasi kepada DPRD Kabupaten Jayapura yang intinya agar proses
pemilihan Kepala Daerah terutama rekrutmen kandidat Bupati dan
Wakilnya mengacu pada UU No 21/2001 tentang OTSUS. “Salah satu
point yang ditekankan dalam UU OTSUS adalah calon Kepala Daerah
dan Wakilnya harus orang asli Papua,” tegas ketua II MRP Ny. Hanna
Hikoyabi.
18 Juni
Pendapat dari Komisi B DPRP Paulus Sumino bahwa lemahnya
kemampuan dana Otsus dalam mendorong sektor ekonomi ini disebabkan
karena selama ini Dana Alokasi Umum (DAU) untuk Otsus Papua yang
jumlahnya 2% dari DAU nasional itu lebih banyak terserap pada
infrastruktur yakni sekitar 20 hingga 30 persen. Ia meminta agar Eksekutif
(Pemprov) lebih bersungguh-sungguh dalam memperjuangkan dana
Otsus khususnya yang bersumber dari pasal 34 Undang-undang No. 21
Tahun 2001 tentang Otsus Papua yang mengatakan bahwa pembiayaan
dari APBN setiap tahun berdasarkan program yang dibahas bersama
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
21 Juni
Ketua DPRP Drs. John Ibo menegaskan bahwa pengunaan dana
Otonomi Khusus (Otsus) sebesar 2% dari Dana Alokasi Umum (DAU)
Nasional setiap tahunnya ini sudah diaudit penggunaannya oleh BPK dan
Bawasda Provinsi Papua sebagai lembaga pemerintah yang memiliki tugas
melakukan pemeriksaan terhadap pelaksanaan anggaran atau penggunaan
keuangan negara.
147
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
28 Juni
7 orang anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI menghimpun
berbagai persoalan yang dihadapi Pemerintahan Provinsi Papua dan
lembaga lain untuk disampaikan kepada Pemerintah Pusat. Ketua Tim
DPD RI, Edwin Kawilarang mengatakan, kunjungan mereka ke Jayapura
dalam rangka mengadakan pertemuan dengan berbagai komponen
Pemerintahan, Adat, dan Agama. Dalam pertemuan ini, DPD RI hendak
mendengar berbagai masalah yang masih mengganjal dalam pelaksanaan
pembangunan, seperti molornya pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur
Papua terpilih, pelaksanaan OTSUS, pemekaran Provinsi Irian Jaya Barat,
dan situasi keamanan secara keseluruhan. Seluruh aspirasi yang diterima
akan dibahas di DPD RI di Jakarta dan selanjutnya diserahkan kepada
Pemerintah Pusat untuk mengambil langkah-langkah yang tepat.
B.3 KETERPURUKAN PELAYANAN KESEHATAN
31 Maret
Direktur Yayasan Pengembangan Kesehatan Masyarakat (YPKM)
Papua TG.Butar-butar, M.Kes mengatakan bahwa hingga saat ini
keseriusan jumlah kepala Daerah masing-masing Kabupaten/Kota
mencegah HIV-AIDS masih kurang.
2 April
Kepala Kesehatan Kabupaten Boven Digoel, dr. Titus Tambaib, M.Kes
mengatakan sasaran pertama sosialisasi tersebut adalah para petugas
kesehatan yang ada di puskesmas-puskesmas se-wilayah Kabupaten Boven
Digoel.
Wakil Ketua Komisi E DPRP Drs Danang Jaya menyatakan bahwa
Rencana Pemerintah Pusat melalui Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) untuk menggalangkan kesadaran masyarakat akan
penting Program KB (Keluarga Berencana) yang merupakan salah satu
Program Pemerintah dalam menekan laju angka pertumbuhan penduduk
148
mendapat dukungan dari Komisi E DPRP. Tujuan KB adalah selain
menekan laju angka pertumbuhan penduduk, juga untuk mengatur angka
pertumbuhan penduduk yang bermuara pada peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
3 April
Ketua DPRD Kota Jayapura Theopilus Bonay menjelaksan bahwa
DPRD Kota sedang merancang draft Peraturan Daerah (Perda) tentang
HIV-AIDS dan IMS diharapkan jadi produk hukum bagi penanggulangan
HIV-AIDS. Meski begitu hasil kajian pembahasannya belum final. Sebelum
dibahas dalam sidang non APBD 2006 pada Juli mendatang, terlebih
dahulu akan disempurnakan maka akan dilakukan studi banding ke
beberapa daerah yang memberlakukan hal itu yaitu, Surabaya, Tangerang
dan daerah lainnya.
Ketua Komisi E DPRP, Zakarias Yappo meminta agar Provinsi Papua
khususnya Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Papua serius memperhatikan
sistem dan pola pelayanan kesehatan kepada masyarakat, khususnya
masyarakat-masyarakat yang ada di daerah pedalaman Papua. Hal itu
dikatakannya terkait dengan maraknya wabah penyakit seperti Kolera,
disentri, gizi buruk, busung lapar, muntaber serta beberapa penyakit lain
yang menyerang warga masyarakat di sejumlah daerah di Papua. Di satu
sisi pemerintah harus mengakui bahwa merebaknya penyakit ini dan
memakan korban merupakan kegagalan pemerintah daerah dalam
memberikan pelayanan kesehatan yang terpadu kepada masyarakat
khususnya masyarakat yang hidup di pedalaman.
3 April
Ibu negara akan berdialog dengan para ODHA akan dilakukan Rabu
pagi sebelum panen raya dilakukan dipusatkan di Pusat Pengembangan
Kesehatan Masyarakat Yasanto. Ketua Harian Komisi Penanggulangan
HIV-AIDS Nasional dr. M. Nasser mengungkapkan rencana pertemuan
dengan para ODHA dan LSM Peduli HIV-AIDS di Merauke merupakan
simbol dan bukti perhatian negara terhadap mereka yang terstigma karena
149
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
HIV-AIDS selain itu karena Epidemi HIV-AIDS di Papua berlansung
sangat progresif dan sudah masuk ke dalam kategori General Population
Epidemi. Artinya, bukan bagi mereka yang bekerja di tempat-tempat
berisiko tinggi tapi juga bagi ibu rumah tangga dan anak-anak.
4 April
Di Wamena para penderita Muntaber mencapai 85 orang. Bupati
Nikolas Jigibalom minta agar masyarakat waspada terhadap wabah
muntaber ini. Dari data kampung Holima (distrik Wamena), kampung
Holima (distrik Hubikosy). Data RSUD Wamena dari 16 Maret-01 April
mencapai 85 orang; 32 balita, 15 remaja dan 38 orang dewasa. Bupati Nikolas
juga mengharapkan agar semua pihak bisa bekerja sama mengatasi masalah
kesehatan ini. Biaya pengobatan akan dibebaskan dan akan menjadi tanggungan
pemerintah daerah. Demikian disampaikan bupati melalui Kepala Dinas
Informasi dan Komunikasi Kabupaten Jayawijaya Maskur Adam
5 April
Direktur RSUD Wamena Dr. Viviana mengatakan RSUD Wamena
siap siang malam (1x24 jam) melayani pasien Muntaber yang kebanyakan
anak-anak balita dan sebagian orang dewasa. Anak-anak balita semuanya
bisa rawat inap dan orang dewasa rawat jalan. Hal pokok yang
menyebabkan muntaber adalah pola hidup yang tidak memperhatikan
kebersihan makanan dan minuman.
Kepala BKKBN Provinsi Papua Josua Singgamui mengatakan bahwa
keberadaan posyandu di masing-masing masyarakat adalah suatu hal yang
sangat penting. Dikatakan pihaknya akan memberikan perhatian terhadap
pengembangan Posyandu di seluruh daerah.
Ibu Negara, Ani Susilo Bambang Yudhoyono minta agar stigma dan
diskriminasi terhadap ODHA (Orang Dengan HIV-AIDS) sudah saatnya
dihilangkan karena mereka adalah saudara dan keluarga kita.
8 April
Kasus Penyebaran HIV-AIDS di Nabire terus meningkat bahkan telah
150
menduduki urutan ke 4 untuk Provinsi Papua. Urutan pertama di duduki
Merauke, kedua Timika, dan ketiga Jayapura. Hal tersebut sesuai data
dari komisi penangulangan AIDS Daerah (KPAD) Nabire. Dokter
Anthon Mote mengatakan, hingga saat ini di Nabire tercatat penderita
AIDS sebanyak 205.
10 April
Sungguh memprihatinkan, meski dinyatakan positif terinfeksi HIVAIDS 15 PSK tetap menjalankan profesinya setiap hari dengan melayani
setiap laki-laki yang datang dilokasi. Tentang 15 PSK yang positif di
lokalisasi Yobar terungkap dalam rapat koordinasi KPA Kabupaten
Merauke di Yasanto.
11 April
Korban muntaber di Wamena terus bertambah. Karena fasilitas rumah
sakit terbatas dan pasien bertambah banyak, maka sebagian pasien tidur
di lantai atau di kursi panjang yang ada di UGD. Direktur RSUD Wamena
Viviana mengemukakan bahwa sampai selasa 11 April Jumlah pasien
muntaber 177 orang. “Kami siap melayani hanya saja terbentur masalah
Obat dan tempat rawat inap,” kata Viviana.
13 April
Sosialisasi Perda No 20 tahun 2003 di lokasi Tanjung Elmo tentang
pencegahan dan Penanggulangan HIV-AIDS dan IMS sudah beberapa
kali digelar. Hal ini dilakukan oleh petugas dari KPAD Kabupaten. Kegiatan
yang di gelar di Wisma Rilex mensosialisasikan wajib mengunakan Kondom.
Secara tegas perda tersebut melarang berpraktek selama 5 hari bagi PSK
dan Mucikari yang kedapatan melanggar aturan Perda. Bila sanksi itu tidak
diindahkan dan diulangi lagi maka para PSK dapat dikenakan pidana kurungan
paling lama 6 bulan atau denda sebanyak 5 juta.
16 April
Penyakit campak yang setiap tahun menyerang anak-anak di Kabupaten
151
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
Asmat bahkan selalu membawa korban jiwa. Membuat dinas perlu
melakukan penanganan khusus terhadap virus yang dapat tertular ke orang
lain. Untuk penanganan kasus ini Dinas Kesehatan bekerjasama dengan
MSF, sebuah LSM dari Swedia yang punya perhatian terhadap penyakitpenyakit menular. Kepala Dinas Kabupaten Asmat, Tohap Capah
mengatakan bahwa ada 4 distrik yang menjalin kerjasama: Agats, Sawa
Erma, Atsy dan Akat. Keempat distrik tersebut yang selama ini menjadi
Endemik Virus campak yang selalu menyerang balita dan anak-anak setiap
tahun.
17 April
Di Wamena ratusan ternak babi mati akibat terserang virus Hoc Cholera.
Daerah yang mendapat penyebaran virus mematikan ini adalah Distrik
Tiom, Malagaineri, Balingga, Kwiyawage, Tiomneri. Kepala Kantor Klinik
Hewan Dinas peternakan kabupaten Jayawijaya, drh. I. Made Putra,
mengatakan bahwa virus ini sangat ganas dan kalau menyerang ternak
babi akan mati seketika dan virus ini akan menular pada hewan babi sehat
lain.
18 April
Bupati Nicolas Jigibalom mengajak semua komponen masyarakat
Kabupaten Jayawijaya agar mulai menciptakan lingkungan yang bersih,
indah dan sehat agar terhindar dari penyakit muntaber. Menurutnya cara
hidup yang tidak sehat dengan pola makan yang tidak teratur dan sehat
menimbulkan bibit penyakit dalam tubuh kita. Lingkungan tempat kita
tinggal (honai) harus selalu dibersihkan, babi dikandangkan dengan cara
yang baik agar terhindar dari penyakit yang mematikan ini.
Dinas Kesehatan Kabupaten Biak Numfor memastikan wabah Diare
yang menyerang Kabupaten Biak Numfor dalam 3 minggu terakhir,
disebabkan oleh bakteri Ecoli Patogen yang terkandung dalam air. Hal ini
dibuktikan dengan hasil penelitian di laboratorium terhadap 5 sampel
tinja pasien diare. Dari 5 sampel 3 sampel dinyatakan positif bakteri
Ecoli Patogen. Kepala Subdin pencegahan dan pemberantasan penyakit
menular Dinkes Biak Numfor, A.M.Ridway Halim, S.Sos membenarkan
152
hal ini setelah 5 sampel tinja pasien diare diperiksa di Laboratorium
Jayapura. Hingga saat ini Dinas Kesehatan Kabupaten Biak Numfor
mencatat 383 kasus Diare, 7 orang meninggal dan terdapat tambahan 10
pasien baru di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Biak
Numfor.
KLB Muntaber di Wamena menyebar paling banyak di Distrik Kurulu.
Selain Distrik Kurulu dan Musatfak, KLB juga menyebar ke Distrik
Kurima, Kabupaten Yahukimo tepat di Kelurahan Obolma, Desa
Anjelma, Desa Serima, Desa Wanem, Desa Ibirama, Desa Hiundes dan
Desa Userem. Korban yang meninggal dunia berjumlah 27 orang, terdiri
dari orang dewasa dan anak-anak. Korban meninggal tidak serempak,
tetapi selang beberapa hari ada yang meninggal dengan gejala yang sama.
Kepala Dinas Kesehatan Yahukimo,Yakobus Mariu memberikan
keterangan bahwa di Kabupaten Yahukimo hari ini ada tim dokter turun
ke lapangan, untuk mengobati para pasien yang jumlahnya sudah 200
orang. Tim dokter ini datang dari Jakarta bersama satu perawat dari
Provinsi Papua dan seorang lagi dari Kabupaten Yahukimo.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua, dr. Tigor Silaban, menjelaskan
bentuk perhatian pada kesehatan dengan mengalokasikan 30% dana bidang
kesehatan untuk pengadaan obat-obatan bagi masyarakat kecil. Pengadaan
Obat gratis bagi masyarakat agar masyarakat ke puskesmas tidak perlu
lagi mengeluarkan uang. Tigor mengharapkan kerjasama dengan
Kabupaten dan Kota bisa lebih baik lagi, bila obatnya sudah didrop maka
perlu juga petugas yang membantu untuk melayani.
19 April
DPRD desak pemerintah Provinsi supaya memberikan perhatian serius
kepada para penderita muntaber di Wamena yang sudah menelan korban
jiwa itu. Salah satu anggota Komisi E (membidangi kesra) DPRP Manuel
Wetapo, SE yang turun langsung ke lapangan mengatakan masih kurangnya
perhatian pemerintah daerah dan provinsi akan kejadian luar biasa di
Wamena ini. Menurutnya, kurangnya fasilitas menjadi hal urgen bagi RSUD
Wamena. Perhatian dari para medis juga belum maksimal. Pasien harus
153
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
tidur di lantai dengan memegang botol infus. Menurutnya ini sangat
memprihatinkan . Sementara itu mantri Obet Dabi mengaku dengan ada
sekitar 422 penderita mutaber rata-rata dibawa ke UGD RSUD Wamena
sudah dalam keadaan lemas karena kekurangan cairan.
23 April
Menteri Negara Pembanguan Daerah Tertinggal (PDT) Saifullah Yusuf
mengunjungi para penderita Muntaber di RSUD Wamena. Jumlah pasien
berjumlah sekitar 500 orang.
24 April
Data dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wamena menunjukkan
jumlah orang yang meninggal akibat wabah muntaber di Wamena 178
orang.
26 April
Terdakwa Kasus penyalahgunaan Dana Peningkatan Upaya Kesehatan
(PUK) yang dituntut 4 tahun penjara oleh Jaksa Penuntut Umum ( JPU
) divonis bebas. Dalam Putusan Majelas Hakim Pengadilan Negeri Wamena
menilai putusan bebas yang dijatuhkan kepada terdakwa Hamzah dan
Christina Tarupono berdasarkan salah satu unsur dalam dakwaan primer
pasal 2 UU No.31/1999 yang telah diubah dan ditambah dengan UndangUndang No. 20/2001, yaitu unsur memperkaya diri sendiri, orang lain
atau koperasi sebagaimana yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum
(JPU) tidak terbukti dalam persidangan.
26 April
Jumlah orang yang meninggal akibat wabah muntaber di Wamena 178
orang. Jumlah penderita juga mengalami peningkatan 2.536 orang. Sebagian
besar dirawat di RSUD Wamena. Jumlah pasien rawat jalan 387 orang dan
rawat inap 314 orang. Yang meninggal di RSUD Wamena 10 orang. Wabah
ini menyebar secara merata di 9 wilayah: Kurulu, Hom-Hom, Musatfak,
Wamena, Pugima, Assolokobal, Bolakme, Asologaima dan Hubikosi. Dari
154
9 wilayah, distrik Kurulu paling banyak penderitanya yaitu 1.930 orang dan
yang meninggal dunia 103 orang. Sedangkan paling sedikit Assolokobal
yaitu, 47 orang penderita dan yang meninggal dunia 2 orang.
27 April
Pemberdayaan orang dengan HIV-AIDS (ODHA) saat ini telah
memiliki wadah tersendiri dengan nama jaringan ODHA Kota Jayapura.
Ketua Jaringan Elianus M mengatakan bahwa salah satu dasar utama
dibentuk jaringan tersebut adalah supaya para ODHA tidak perlu
tergantung secara mental dan prilaku, materil dan obat-obatan kepada
pihak Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang ada. Juga pembentukan
jaringan ini supaya tidak terkotak-kotak dan menjadi satu kekuatan untuk
turut membantu dalam penanggulangan virus tersebut.
Wabah Mutaber menimpa Kabupaten Jayawijaya menjadi Kejadian
Luar Biasa (KLB) sejak 16 Maret sampai dengan 25 April sudah 178
orang yang meninggal dunia, selain itu jumlah penderita 2.536 orang yang
menjalani rawat inap di RSUD diungkapkan oleh dr. Berry Wopari kepada
Staf Menkes Dwijo Suseno yang didampingi Plt. Bupati Jayawijaya Nikolas
Jigibalon
28 April
Di Timika kasus HIV-AIDS melambung tinggi dan membuat panik
semua pihak termasuk pihak gereja. Jumlah kasus HIV-AIDS di
Kabupaten berpenduduk sekitar 200 ribu jiwa sampai saat ini 1.020 kasus.
Data diperoleh dari Departemen Health Malaria Control, Kwamki Lama
oktober 2005. Salah satu staf Komisi Penanggulangan AIDS Mimika,
Ubra menjelaskan bahwa setiap 5 pasien yang memeriksakan darah
terdapat 3-4 orang yang positif HIV/AIDS.
Pengalokasian dana untuk kesehatan dalam RAPBD tahun 2006
terkesan mengabaikan hak-hak masyarakat. Demikian diungkapkan oleh
Direktur Eksekutif ICS Budi Setiyanto Institute for Civil Society Strengthening
(ICS) atau lembaga penguatan Masyarakat Sipil Papua. Bila sesuai dengan
standar WHO dari total RAPBD 4.015,57 triliun idealnya sektor kesehatan
155
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
memperoleh alokasi Rp 602,5 miliar (15%) tapi kenyataannya hanya Rp
196,29 miliar atau hanya 4,8% saja.
Jumlah penderita penyakit HIV-AIDS di Provinsi Papua dan Irian
Jaya Barat hingga Desember 2005 mencapai 2.163 orang dengan perincian
1.202 pengidap HIV dan 961 penderita AIDS. Namun di lapangan
diperkirakan sudah mencapai 40.000 kasus.
30 April
Ketua Komisi Penanggulangan HIV-AIDS Daerah (KPAD) Kota
Jayapura H. Sudjarwo mengatakan penyakit HIV-AIDS selalu bertambah
dan diperkirakan sekitar 2 ribu warga kota telah terinfeksi virus yang
belum ada obatnya. Hal ini disampaikan usai membuka acara pelatihan
pengenalan HIV-AIDS dan ketrampilan mengelola, melaksanakan
program CO bagi kelompok masyarakat di Hotel Permata.
31 April
Kesehatan dan pendidikan adalah dua bidang kehidupan manusia yang
harus mendapat penanganan serius. Kabupaten Asmat terkenal dengan
penyakit campak dan gizi buruk. Di bidang pendidikan Asmat hanya
membangun aspek fisiknya saja tetapi aspek mutu tidak diperhatikan. Dalam
tahun 2006 ada 8 gedung baru dibangun dan puluhan lainnya direhab. Ketua
DPRD Kabupaten Asmat Thomas Eppe Safampo menyoroti penanganan
dua bidang kehidupan masyarakat agar tetap menjadi prioritas pemerintah
bukan hanya dalam pengadaan fasilitas tetapi juga mutu agar ditingkatkan.
1 Mei
Direktur RSUD Wamena dr.Viviana Maharani menerima bantuan
makanan dan obat-obatan dari Yayasan Tanggul Bencana Indonesia
(YTBI) Jakarta. YTBI adalah Yayasan yang bergerak di bidang
kemanusiaan dibawa naungan Gereja Kristen Injili (GKI). YTBI didirikan
baru setahun yang lalu.Untuk diketahui bahwa jumlah penderita Muntaber
di Wamena bertambah 848 orang. Jumlah korban yang meninggal 12
orang. Total seluruh korban dari penyakit ini 190 orang.
156
2 Mei
Sampai dengan minggu ke 19 tahun 2006 di Biak sejak Januari Dinas
Kesehatan menemukan 38 kasus Campak. Kepala Subdin Pencegahan
dan pemberantasan Penyakit menular Dinkes Biak Numfor, A.M Ridway
Halim Jumlah pasien yang terjangkit virus campak ini paling banyak usia
anak-anak. Kasus Campak terdapat di Distrik Biak Timur, Puskemas
Marau. Selain memberikan bantuan berupa tindakan medis kepada pada
para pasien, diadakan juga pendataan kepada anak-anak untuk memberikan
vaksinasi campak.
4 Mei
Wakil Ketua Komisi E DPRP Danang Jaya menegaskan KLB
Muntaber di Wamena perlu penanganan serius dengan menggunakan
semua kemampuan yang ada, sehingga masalah ini tidak berkepanjangan.
Pihaknya membantah bahwa faktor geografis menjadi hambatan sekaligus
mempertanyakan keseriusan pemerintah dalam menangani masalah ini.
5 Mei
Di Biak puluhan anak terserang diare. Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Biak Numfor Drs. Sefnath Korwa, M.Si membenarkan hal
ini dan ada sekitar 60-an pasien yang sedang dirawat di RSUD Biak
Numfor. Di RS TNI Angkatan Laut Biak jumlah pasien diare 25 orang.
Sebagian besar pasien berusia 8 bulan sampai 15 tahun.
Di Kabupaten Jayawijaya pemerintah Provinsi memberikan bantuan
sebesar 5 milyar, untuk biaya operasional RSUD Wamena. Anggaran
ini akan digabung dengan anggaran Pemerintah Jayawijaya yang
jumlahnya mencapai Rp 10 miliar. Sekda Provinsi Papua Drs. Andi Baso
Basaleng mengatakan ini wujud perhatian dari pemerintah provinsi
termasuk persoalan Muntaber, membayar utang kepada perusahan Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) PT Kimia Farma, pembelian alat
laboratorium.
Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Papua Komisi AIDS Nasional
(KPAN) dr. Nafsiah Mboi, MPH mengungkapkan bahwa untuk
mencegah dan mengendalikan penyebaran HIV-AIDS di Provinsi Papua
157
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
memerlukan kepemimpinan yang kuat. Jika tidak ada pemimpin yang
peduli dan cinta akan rakyatnya diyakini akan menambah daftar panjang
orang yang terserang virus mematikan ini. Di Papua data terakhir per
31 maret 2006 jumlah orang terkena virus HIV-AIDS mencapai 2.199
kasus. Jumlah ini berdasarkan hasil tes darah sebagian pasien oleh petugas,
belum termasuk mereka yang terinfeksi tetapi belum dites darahnya.
Diperkirakan jumlah kasus HIV-AIDS di Papua mencapai 12.000 kasus.
Maka kira-kira ada 10.000 orang yang terinfeksi namun belum dideteksi
oleh petugas.
7 Mei
Jumlah pasien diare di Kabupaten Biak Numfor mencapai 132 kasus.
Sedangkan korban yang meninggal dunia 3 orang yang berasal dari Distrik
Biak Kota dan Samofa. Demikian laporan terakhir dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Biak Numfor.
8 Mei
Berdasarkan data yang diperoleh dari RSUD Merauke sejak Januari
hingga akhir April 2006 jumlah warga yang terserang diare sebanyak
1.060 orang. Satu diantaranya meninggal dunia. Jumlah tersebut belum
termasuk yang berobat di puskesmas-puskesmas dan Rumah Sakit Bunda
Pengharapan (RSBP) Kelapa Lima Merauke. Demikian disampaikan oleh
Direktur RSUD Merauke dr. Petrus Tjia.
Korban diare di Biak Numfor terus bertambah hingga mencapai 153
orang. Menurut kepala Subdin pencegahan dan pemberantasan penyakit
menular Dinkes Biak Numfor AM Ridway Halim data tersebut belum
termasuk pasien yang dirawat di RS TNI AL dan RS TNI AU Lanud
Manuhua Biak dan sejumlah penderita yang tidak dibawa ke rumah sakit.
Dokter Isak Pairua, Direktur RSUD Biak Numfor, mengatakan para
pasien ini merupakan diare ringan, belum ada yang terkena diare berat.
Rata-rata pasien yang masuk rumah sakit 3 sampai 4 hari sudah bisa
pulang.
Wabah Diare yang menyerang Kabupaten Merauke sejak awal Januari
158
2006 hingga Mei ini diperkirakan mencapai 1.060 orang. Namun karena
pihak medis cepat menanganinya sejak awal maka semuanya sembuh.
Keadaan ini belum bisa dikategorikan Kejadian Luar Biasa karena diare
yang terjadi di Merauke sudah endemik yang terjadi setiap tahunnya. Hal
ini dijelaskan Kepala Dinas Kabupaten Merauke drg. Joseph Rinta, M.Kes.
9 Mei
Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan lingkungan Departemen
Kesehatan RI, Dr. I. Nyoman Kandun bersama rombongan melihat dari
dekat musibah muntaber di Wamena. Dalam kesempatan ini mereka
mengunjungi RSUD Wamena, Puskesmas Hom-Hom, dan Puskesmas
Kurulu. I Nyoman merasa prihatin dengan keadaan pasien muntaber di
Wamena. Ia mengharapkan kerjasama yang lebih intensif lagi dari pihak
medis di RSUD Wamena dalam menangani kasus muntaber.
Di Hotel Sentani Indah diadakan pertemuan regional untuk akselerasi
program penanggulangan HIV-AIDS di tanah Papua. Dalam kesempatan
ini Orang Dengan HIV-AIDS (ODHA) atas nama Aleks (52 thn) meminta
pemerintah, agar lebih serius dalam menangani masalah HIV-AIDS. Ia
mengharapkan agar pemerintah jangan hanya berjanji saja tetapi
merealisasikan janji itu dengan lebih serius lagi. Selama ini ODHA
mengkonsumsi obat ARV selama 1 x 24 jam untuk menambah daya
tahan tubuh. Para ODHA mengharapkan agar dengan pertemuan seperti
ini ada kebijakan baru dalam menangani HIV-AIDS di Tanah Papua agar
bisa meredam menurunnya angka kematian akibat penyakit menular
mematikan ini.
Di Puncak Jaya sampai tahun 2006 tercatat 4 pengidap HIV-AIDS
meninggal dunia. Hal ini diungkapkan dr. Edwin H. Panjaitan dalam
pertemuan regional penanggulangan HIV-AIDS di Tanah Papua di Hotel
Sentani Indah. Dari 4 orang yang meninggal dunia, satu orang kampung,
satu orang mahasiswa dan dua orang pegawai negeri.
Di Taman Imbi 3 orang melakukan demo seorang ibu dengan 2 orang
anaknya dengan isu tentang HIV-AIDS. Ibu Numberi dengan dua orang
anaknya masing-masing ; Samuel Waromi dan Elya Waromi. Aksi yang
159
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
dilakukan merupakan bentuk keprihatinan akan HIV-AIDS di Tanah
Papua.
Dinas Kesehatan kabupaten Biak Numfor masih terus melakukan
penelitian untuk mengungkapkan penyebab wabah diare yang sedang
menyerang warga Kabupaten Biak Numfor. Kepala Subdin Pencegahan
dan Pemberantasan Penyakit Menular Dinkes Biak Numfor A.M. Ridway
mengatakan bahwa sampai saat ini penyebab utama penyakit diare yang
menyerang masyarakat belum diketahui.
Data hingga hari ini jumlah pasien berjumlah 217 orang. Faktor
penyebab antara lain air yang dikonsumsi warga mengandung bakteri
Ecoli dalam sampel air yang cukup tinggi yaitu 1.100 mg/desiliter. Ukuran
standar untuk air minum kandungan bakteri ecoli 0. Untuk pencegahan
telah diberikan bantuan 15 kg kaporit ke PDAM untuk mengurangi bakteri
ecoli pada sumber air PDAM.
11 Mei
Di Lingkungan Pemkab Jayapura ada empat Pegawai Negeri Sipil
yang positif HIV-AIDS. Bupati Habel Melkias Suwae, S.Sos, MM
mengingatkan agar setiap orang apapun statusnya supaya bisa menjaga
diri dengan hidup sehat bebas dari penyakit mematikan ini.
14 Mei
Kasus HIV-AIDS di Provinsi Papua dari data terakhir pada 31 Maret
2006; 2.199 kasus dengan rincian 1.226 HIV dan 973 AIDS, 89%
penularan kasus ini melalui hubungan seks, hal ini diungkapkan dalam
temu Regional yang di hadiri oleh seluruh Bupati di 29 Kabupaten kota
Provinsi Papua dan Irian Jaya Barat. Menkokesra Aburizal Bakrie dalam
temu regional ini mengatakan penyebaran HIV-AIDS terbesar adalah
Jakarta dan setelah itu Papua yang mana terdapat di 19 Kabupaten telah
terinfeksi sehingga perlu usaha yang sungguh-sungguh untuk melibatkan
stakeholder yang ada di masyarakat.
RSUD Biak Numfor sampai saat ini masih mengalami kekurangan
tenaga dokter, khususnya dokter spesialis. Direktur RSUD Biak Numfor
160
dr. Isak Pairuna mengatakan tenaga dokter spesialis, khususnya spesialis
Penyakit dalam dan THT.
15 Mei
Perwakilan UNICEF dr. Ratih memberikan bantuan kepada warga
yang terserang wabah Diare di Wamena berupa alat masak dan obatobatan kepada Pemkab Jayawijaya yang diterima oleh Kepala Bidang
Sosial Budaya Bapeda, Drs. Bartol Paragaye. Katanya bahwa bantuan ini
adalah bantuan kemanusiaan.
Korban yang meninggal dunia akibat wabah Diare di Biak Numfor
berjumlah 7 orang. Umumnya pasien mengalami dehidrasi dan terlambat
diberi pertolongan. Dinas Kesehatan Kabupaten Biak Numfor mencatat
326 orang pasien Diare dirawat di 3 rumah sakit yaitu RSUD Biak Numfor,
RS TNI Angkatan Laut dan RS TNI Angkatan Udara Lanud Manuhua
Biak.
16 Mei
Pasien diare di Merauke terus bertambah total korban diare terus
bertambah18 minggu terakhir, mulai Januari hingga April total korban
diare mencapai 1.060 orang ini adalah data RSUD Merauke. Maka selama
minggu terakhir (Minggu ke 19) jumlah pasien mencapai 114 pasien. Total
pasien diare selama minggu ke-19 ini sebanyak 114 orang ungkap Direktur
RSUD Merauke dr. Petrus Tjia.
18 Mei
Terbentuknya jaringan ODHA di Kota Jayapura merupakan sebuah
kemajuan yang luar biasa bagi mereka yang telah terinfeksi virus HIVAIDS dalam rangka upaya penanggulangan HIV-AIDS di Kota Jayapura.
Hal ini dikatakan oleh Pelaksana Tugas Ketua Harian KPAD Provinsi
Papua Drs. PS Ukung menanggapi terbentuknya jaringan ODHA.
Data Dinas Kesehatan Kabupaten Biak Numfor, yang diungkapkan
oleh Kepala Subdin Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
161
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
Dinkes Biak Numfor A.M Ridway memastikan wabah diare yang
menyerang Kabupaten Biak Numfor dalam 3 minggu terakhir disebabkan
oleh Bakteri Ecoly Patogen yang terkandung dalam air. Dari hasil
labolatorium 5 sampel tinja pasien diare dikirim ke Jayapura menurut tiga
sampel mengandung Baktery Ecoly Patogen.
19 Mei
Tercatat hingga tahun 2006 di Kabupaten Keerom teridentifikasi 7
orang positif terinfeksi virus HIV-AIDS. “Dari jumlah tersebut 6 di
antaranya adalah wanita dan 1 laki-laki,” ungkap kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Keerom dr. Johan Lopulalang saat memaparkan Hasil Survey
HIV dan siphilis yang dipaparkan di Aula Bapeda Kabupaten Keerom.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Biak Numfor Drs. Sefnath
Korwa mengkawatirkan bertambahnya kasus HIV-AIDS di kabupaten
Biak. Data yang dikeluarkan 30 April 2006 terdapat penambahan 16 kasus
HIV-AIDS sehingga total kasus HIV-AIDS di Biak mencapai 165 kasus.
Dari jumlah itu, 41 diantaranya ibu rumah tangga, 23 pengangguran dan
21 pekerja seks komersial. Faktor utama yang mengakibat virus itu menular
kemana-mana adalah hubungan seks. Data menunjukkan 98 persen
diakibatkan karena hubungan seks.
22 Mei
Kelompok peduli kemanusiaan melakukan aksi bagi-bagi bunga di
lingkaran Abepura dalam rangka peduli pada HIV-AIDS.
Pemerintah Provinsi telah membuka pelayanan lewat Voluntary Counselling
and Test (VCT) HIV-AIDS di RSUD Abepura. Hal ini dimaksudkan
membantu masyarakat untuk mendapat pelayanan tes guna mengidentifikasi
apakah seseorang itu telah terinfeksi HIV/AIDS. VCT HIV-AIDS di RSUD
Abepura dioperasikan bulan Februari 2005. Data Maret 2005 jumlah kasus
yang ditangani 150 kasus. Sejak Februari 2005 jumlah pasien yang hasilnya
positif HIV berjumlah 23 orang dan negatif 35 orang. Pada bulan Maret
2006 pasien positif HIV 10 orang dan negatif 15 orang.
Wakil WaliKota Jayapura, H Sudjarwo yang juga ketua harian Komisi
penanggulangan HIV-AIDS (KPA) Kota Jayapura mengatakan rencana
162
peraturan daerah (Raperda) mengenai kasus HIV-AIDS segera diajukan ke
dewan untuk dibahas dalam sidang non APBD. Raperda HIV-AIDS telah
dibuat besama-sama dengan pihak Legislatif dan siap diajukan ke sidang dewan
23 Mei
Di Timika kasus HIV-AIDS melambung tinggi dan membuat panik
semua pihak termasuk pihak gereja. Jumlah kasus HIV-AIDS di
Kabupaten berpenduduk sekitar 200 ribu jiwa sampai saat ini 1.020 kasus.
Data diperoleh dari Departemen Health Malaria Control, Kwamki Lama
Oktober 2005. Salah satu staf Komisi Penanggulangan AIDS Mimika,
Ubra menjelaskan bahwa setiap 5 pasien yang memeriksakan darah
terdapat 3-4 orang yang positif HIV/AIDS.
25 Mei
Perkembangan Kasus HIV-AIDS di Propinsi Papua sudah sangat
mengkuatirkan maka KPAD Propinsi Papua maupun komponen
masyarakat segera membenah diri dan meninjau kembali strategi dan
Program penangulangan HIV-AIDS. Mengingat rata-rata kumulatif secara
nasional Propinsi Papua paling tinggi, yaitu 17,08 kali angka nasional. “Yang
lebih parah lagi bahwa penyakit ini sudah masuk dalam keluarga, dengan
prosentase 98 persen melalui hubungan seks,” demikian diungkapkan
Anggota Komis E dr. John Manangsang.
Dari data yang diperoleh dinas kesehatan Asmat menyebutkan bahwa
dari 2.346 anak dan balita yang berhasil didata, 129 (5,498%) balita
diantaranya mengalami gizi buruk. Gizi buruk ini hampir ditemukan
diseluruh distrik diantaranya :
Distrik
Agats
Sawa Erma
Atsi
P. Kasuari
Suator
Fayit
Total
Gizi buruk
54
30
11
17
7
10
129
Gizi kurang
114
99
203
62
20
60
558
163
Baik
332
271
336
320
220
180
250
Jumlah
500
400
550
399
247
250
2.346
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
26 Mei
Tim Medis Posko Penanggulangan wabah muntaber yang masuk dalam
kategori Kejadian Luar Biasa (KLB) Dinas Kesehatan Kabupaten
Jayawijaya melaporkan jumlah penderita wabah muntaber mulai menurun.
Plt. Kasubdin Pemberantasan Penyakit Malaria (P2M) Sukmasyah Cakra
menjelaskan bahwa sampai sejauh ini wabah muntaber normal berkat
bantuan dari berbagai pihak dalam menangani masalah muntaber.
Ketua Panitia Simposium Kesehatan kanker payudara dan leher rahim,
Ona Ayomi, mengatakan angka kematian ibu (AKI) 307 per 100 ribu
kelahiran hidup atau dengan kata lain 20 ribu perempuan meninggal per
tahun yang terkait dengan kehamilan. Demikian ungkapannya saat
memberikan sambutan pada acara Simposium Kesehatan Kanker
Payudara dan Kanker Leher Rahim di Hotel Relat Indah Jayapura.
Angka kematian ibu dan anak di Papua dari survei terakhir disebutkan
bahwa jumlah kematian mencapai 750-1313 orang per 100.000 kelahiran
yang hidup. Kasubdin Kesehatan Keluarga dan Masyarakat Dinas
Kesehatan Provinsi Papua, Marthen Sakrim dalam pertemuan review 6
bulan kemajuan pelaksanaan distrik team problem solving, di Aula Hotel Relat
Indah membenarkan hal ini. Menurutnya faktor penyebab kematian ibu
dan anak cukup tinggi adalah (1) kurangnya pemerataan pelayanan
kesehatan; (2) keadaan geografis yang tidak seimbang (banyak masyarakat
tinggal di daerah terpencil jauh dari pusat pelayanan kesehatan); (3) tenaga
medis sangat terbatas; (4) kualitas pelayanan masih sangat rendah.
27 Mei
Dalam rangka penanganan dan penanggulangan HIV-AIDS
pemerintah kota mengalokasikan dana sebesar Rp 820 juta yakni Rp 600
juta dari Pemda Kota dan Rp 220 juta dari Dinas Kesehatan Kota
Jayapura, hal ini diiungkapkan oleh Ketua Harian KPAD Kota Jayapura
H. Sudjarwo.
28 Mei
Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) tentang penanggulangan HIV-
164
AIDS dan IMS sudah diserahkan KPAD Provinsi Papua melalui Dinas
Kesehatan Provinsi Papua kepada DPRP sejak 2005 namun sampai saat
ini belum disahkan. Untuk memproteksi dibutuhkan sebuah hukum berupa
Perda Peraturan Daerah (Perda) dikatakan oleh Plt. Ketua Harian KPAD
Provinsi Papua Ps. Ukung.
Di Asmat, menurut Kepala Dinas Kesehatan, dr.Tohap Capah bukan
hanya gizi buruk yang melanda daerah ini saja, tetapi juga tingginya angka
kematian ibu dan anak. Faktor penyebabnya adalah: (1) budaya. Setiap
ibu yang melahirkan bukan melahirkan di rumah tetapi di hutan, di dalam
bevak-bevak; (2) Ketika melahirkan sang suami tidak boleh hadir
mendampingi isteri; (3) Menikah dalam usia yang masih sangat muda; (4)
Pengaturan jarak kelahiran antara anak yang satu dengan anak berikutnya
sangat dekat; (5) Ibu yang sedang hamil kekurangan gizi; (6) Masih
rendahnya kesadaran kaum ibu untuk memeriksakan kehamilan ke
Puskesmas.
29 Mei
Ketua Komisi Penanggulangan HIV-AIDS Daerah (KPAD) Kota
Jayapura, H.Sudjarwo, BE, mengatakan kasus HIV-AIDS di Kota Jayapura
bertambah menjadi 2 ribu orang. Hal ini dikatakannya saat membuka
pelatihan pengenalan HIV-AIDS dan keterampilan mengelola,
melaksanakan program CO bagi kelompok masyarakat di Hotel Permata.
Ia menerangkan juga bahwa pada umumnya kelompok yang terinfeksi
HIV-AIDS adalah kelompok usia produktif. Kelompok ini punya
pengaruh yang besar dalam kelanjutan kehidupan di Papua. Jika kelompok
ini punah maka akan kehilangan mata rantai kelompok produktif dalam
mengemban tugas membangun bangsa ini.
2 Juni
Dua bulan terakhir ini 11 penderita HIV-AIDS di Biak meninggal
dunia. Penderita meninggal dengan usia rata-rata 20-29 tahun. Dari data
HIV-AIDS Kabupaten Biak Numfor per 31 Mei 2006 jumlah total
penderita HIV-AIDS yang meninggal dunia 76 orang. Sementara total
165
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
kasus HIV-AIDS mencapai 178 kasus.
5 Juni
Yayasan Pengembangan Kesehatan Masyarakat (YPKM) Papua
menggelar kegiatan pelatihan pendidikan sebaya tentang kesehatan
reproduksi dan HIV-AIDS. Dalam kegiatan pelatihan itu Direktur YPKM
Papua, Drs. Tahi G Butar-butar, M.Kes, mengungkapkan bahwa kalangan
remaja sangat rawan pada penyebaran HIV-AIDS. Untuk itu, perlu
perbaikan perlakuan hidup yang sehat jasmani dan rohani. Bupati Habel
Suwae mengharapkan agar anak-anak remaja yang adalah penerus
pembangunan dapat menjaga perilaku hidup yang bermoral, beriman
agar keharmonisan hidup terus dijaga.
7 Juni
Di Papua kasus HIV-AIDS yang menimpa pelajar mencapai 194
kasus, 82 positif AIDS dan 112 positif HIV, 60% putra daerah, 40%
pendatang. Rata-rata pelajar berusia antara 15-19 tahun. Faktor pendukung
adalah seks bebas, sering nonton film-film porno dan makanan bergizi
yang memicu pertumbuhan.
17 Juni
Direktur Aksi Stop AIDS (ASA) dr. Gunawan Ingkokusumo minta
agar semua komponen masyarakat dapat memahami penyebab penularanpenularan penyakit infeksi menular seksual (IMS). HIV-AIDS banyak
disebabkan melalui hubungan seks khususnya di Papua. Hal ini juga
disampaikan oleh Direktur Yayasan Harapan Ibu (YHI) Drs. David
Wambrauw, semua komponen mulai dari masyarakat hingga pengambilan
kebijakan di tingkat pemerintahan maupun pejabat lainnya harus
memahami secara baik tentang HIV-AIDS atau IMS karena bila hal ini
dibiarkan kekuatiran akan bertambah.
20 Juni
Perhatian pemerintah Provinsi Papua terhadap masyarakat Papua yang
166
tinggal di Distrik dan Pedesaan pada anggaran 2006 akan ditindaklanjuti.
Dalam waktu dekat akan merekrut 50 tenaga dokter dan akan
ditempatkan di pedesaan sehingga bisa melayani langsung masyarakat
ungkap penjabat Gubernur Dr. Sodjuangon Situmorang.
21 Juni
Rencana Pemerintah Provinsi Papua merekrut 50 tenaga dokter
disambut positif oleh Komisi E DPRP Manuel Wetapo. Diakui bahwa
selama ini pelayanan kesehatan belum maksimal. Rencana perekrutan dan
penambahan tenaga dokter ini diharapkan dapat menjawab masalah
peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat Papua ke depan.
B.4 PERLINDUNGAN TERHADAP PEREMPUAN DAN
ANAK
3 April
Alsi, penangung jawab supermarket Yohan yang berada di Jl. A.Yani Jayapura,
mengatakan bahwa pihaknya tidak mengetahu pasti sehingga harga susu bayi
mengalami kenaikan, namun yang jelas dari suplaier PT Sari Husada telah
memberikan surat edaran mengenai kenaikan susu bayi dan susu ibu hamil yang
berlaku untuk produk tertentu. Adanya kenaikan harga susu bayi dan ibu hamil
dikatakan oleh Amin salah seorang pemilik toko sembako yang berada di pasar
Hamadi Jayapura. Kenaikan susu bayi dan ibu hamil sejak hari Senin 3 April
kemarin, memang ada kenaikan harga tetapi tidak berlaku untuk semua produk,
hanya beberapa produk saja yakni yang diproduksi dari PT Sari Husada.
5 April
Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan Provinsi Papua Sipora
Mondouw menjelaskan gerakan sayang ibu adalah satu program yang
sifatnya menyentuh langsung masyarakat. Gerakan sayang ibu merupakan
program yang akan menjadi perhatian kami pada 2006. Program ini sangat
penting untuk pelayanan kesehatan.
167
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
7 April
Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan Provinsi Papua, Dra. Sipora
Modouw mengatakan bahwa sesuai amanat UUD 1945 dan komitmen
pemerintah Indonesia yang telah meratifikasi hak-hak anak, maka semua
pihak, baik pemerintah, swasta dan masyarakat berkewajiban melaksanakan
kemajuan, perlindungan dan pemenuhan hak anak serta peningkatan
kualitas sumber daya manusia di daerah secara berkesinambungan. Hal
itu dikatakan saat membuka acara lokakarya UU No. 32 Tahun 2002
tentang perlindungan anak yang diadakan oleh Jaringan Peduli Anak Bangsa
di Aula Diklat Provinsi Papua.
12 April
Pekan Imunisasi Nasional (PIN) serempak dilaksanakan dan telah
memasuki putaran kelima. Untuk Kabupaten Biak Numfor
memproyeksikan 12.300 orang balita yang diimunisasikan polio pada putaran
kelima. Kepala Subdin Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit menular
Dinkes Biak Numfor A.M. Ridway Halim mengatakan, jumlah selama
imunisasi dilakukan balita yang diimunisasi terus mengalami peningkatan.
Pekan Imunisasi Nasional (PIN) putaran 5 di Kabupaten Jayapura
diwarnai dengan antrian panjang warga Sentani, ternyata vaksin campak
yang akan diberikan stoknya habis akibatnya warga harus menunggu hingga
vaksin tersebut datang. “Untuk Vaksin Polio sudah cukup tapi untuk vaksin
campak memang kehabisan, stok vaksin campak yang ada di Puskesmas
tidak mencukupi,” kata dokter Mala.
14 April
Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan Provinsi Papua Dra. Sipora
Modouw mengatakan Pendidikan politik kepada kaum perempuan masih
sangat kurang untuk itu pihaknya akan memberikan perhatian serius dengan
pelatihan-pelatihan di bidang pendidikan politik.
18 April
Kepala Kantor Pemberdayaan Perempuan Kota Jayapura mengatakan,
168
meningkatnya kasus tindakan kekerasan dalam rumah tangga serta
penyebaran virus HIV-AIDS di Kota Jayapura di mana kasus ini diderita
para ibu rumah tangga.
Aparat penyidik di Polres Papua selama 3 hari mengikuti pelatihan tentang
hak-hak anak dan peradilan anak yang digelar di Hotel Sentani Indah.
21 April
Dalam rangka memperingati Hari Kartini pengusaha asli Papua yang
juga Direktris CV Aru Papua Permai, Ny. Ema Kabarek, meminta agar
diberi kepercayaan dan tidak meragukan kemampuan. Pengusaha Papua
yang perempuan sekarang punya potensi dalam memajukan ekonomi,
baik untuk kemajuan masyarakat Papua maupun untuk Negara Indonesia
umumnya. Hanya mereka sering terkendala kekurangan dana. Ia berharap
agar jangan diberi pekerjaan sebagai paket pembinaan. Ia mengharapkan
agar pemerintah daerah memberikan kepercayaan untuk mengerjakan
usaha dengan baik.
Disinyalir banyak Balita di Biak kekurangan gizi karena pola makan
yang hanya memperhatikan karbohidrat dan protein, maka asupan atau
kandungan gizi makanan yang diberikan kepada anak kurang lengkap.
30 April
Provinsi Papua merupakan salah satu wilayah yang tingkat kematian
ibu dan anak sangat tinggi, dari survei terakhir disebutkan bahwa jumlah
kematian mencapai 750 hingga 1.313 orang per 100.000 kelahiran yang
hidup. Tingginya angka kematian Ibu dan bayi baru lahir disebabkan oleh
kurangnya pemerataan pelayanan.
4 Mei
Kasus perdagangan wanita yang belakangan ini mulai marak di daerah
lain seperti di Jawa menjadi perhatian khusus aparat Polresta Jayapura.
Pasalnya tidak menutup kemungkinan kasus tersebut bisa terjadi di wilayah
hukum Polresta Jayapura. Perhatian tersebut terlihat dalam kegiatan
pelatihan VCD fungsi Reskrim gelombang I Tahun 2006 di Aula Lantai
169
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
II Polresta Jayapura, Kamis kemarin.
16 Mei
Helena Adu, anggota MRP yang datang dari unsur perempuan untuk daerah
pemilihan 11 Kabupaten Mappi bertekad mengangkat kaumnya dari
ketertindasan. Helena mengakui bahwa kaum perempuan selalu menjadi
obyek kekerasan di lingkungannnya. Di Mappi, Helena melihat bahwa kaum
perempuan masih terbelakang akibat faktor pendidikan. Anak-anak perempuan
di Kabupaten Mappi belum banyak yang mengenyam pendidikan formal. Ia
berjanji mengangkat kaumnya dengan memberikan penyadaran kepada
masyarakat secara khusus kaum perempuan agar bisa mengalami pendidikan
ke jenjang yang lebih tinggi demi cita-cita hidup yang lebih baik.
25 Mei
Dinas Kesehatan Kabupaten Asmat menyebutkan bahwa dari 2.346
anak dan balita yang berhasil didata bahwa 129 balita di antaranya
mengalami gizi buruk.
28 Mei
Selain gizi buruk dikalangan balita dan anak-anak, di Kabupaten Asmat
kematian ibu dan anak juga tergolong tinggi, terutama bagi mereka yang
berada di kampung-kampung.
29 Mei
Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) dan sejumlah
perempuan yang tergabung dalam Koalisi Masyarakat Peduli Rancangan
Undang-Undang Anti Pornografi dan Porno Aksi (RUU APPA)
mengadakan demo di kantor DPRP. Mereka mengutarakan aspirasi yang
berisikan menolak RUU APPA karena mereka menganggap RUU APPA
sangat diskriminatif terhadap perempuan. Mereka menilai bahwa DPR
RI buta terhadap pluralisme dan keragaman budaya. Perempuan punya
harga diri dan nilai. Wakil Ketua (GMKI), Jon Betaubun yang juga ketua
senat Fakultas Hukum Universitas Cenderawasih mengatakan keberadaan
170
RUU APPA ini merupakan suatu bentuk penindasan yang dapat
dikategorikan sebagai salah satu bentuk pelanggaran hak asasi manusia.
13 Juni
Walikota Jayapura Drs. M.R. Kambu, M.Si, mengatakan masih
ditemukan ada upaya mengeksploitasi hak-hak perempuan untuk kepentingan
tertentu. Di kampung-kampung masih banyak ibu-ibu hamil yang bekerja
menghidupi keluarganya. Di Kota ada banyak ibu yang menjadi korban
kekerasan laki-laki, baik kekerasan seksual, penganiayaan, pemukulan dan
kekejaman lainnya. MR. Kambu dalam acara pembukaan sosialisasi gerakan
sayang ibu, mengharapkan agar gerakan kasih sayang ibu semakin dihayati
oleh setiap kita yang juga lahir dari rahim seorang ibu.
Kepala Kantor Pemberdayaan Perempuan Kota Jayapura, Betty A.
Puy, SE, menyayangkan masih tingginya angka kematian ibu dan anak di
wilayah Kota Jayapura. Ia mencanangkan program kerja yang berkaitan
dengan obyek permasalahan. Ia menerangkan bahwa di desa-desa belum
ada sarana kesehatan yang memadai sehingga menangani ibu yang bersalin
agak susah. Ke depan ia akan membentuk kelompok kerja tetap (Pokjatap)
di masing-masing kelurahan dan kampung yang bertugas menyusun dan
melakukan program-program penanganan terhadap ibu hamil dan anakanak yang sangat membutuhkan pertolongan. Pokjatap bertugas mencari
donor darah bagi ibu-ibu hamil dan anak-anak kecil yang membutuhkan
pertolongan.
17 Juni
Kepala Bidang Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan dan
Perlindungan Perempuan dalam Keluarga, Badan Pemberdayaan
Perempuan Provinsi Papua, Ny. Adelce Kadde mengatakan setiap ibu
rumah tangga dan anggota keluarga diharapkan dapat memahami tentang
apa yang dimaksud kekerasan dalam rumah tangga. Hal itu dikatakannya
karena tingkat kekerasan dalam rumah tangga masih terus terjadi dan
pelakunya adalah orang yang terdekat dalam rumah tangga sendiri.
171
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
19 Juni
Salah satu unjung tombak pelayanan kesehatan terhadap masyarakat
adalah para bidan. Namun kenyataannya sekitar 70% tenaga bidan belum
pernah mendapat pelatihan. Karena itu ke depan pelatihan bidan perlu
ditingkatkan. Hal ini dikatakan Wakil Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
Papua, dr. Bagus Sukaswara saat membuka pelatihan Asuhan Persalinan
Normal (APN) di Pusat Pelatihan Klinik Sekunder (P2KS) Provinsi Papua.
Dikatakan bahwa derajat kesehatan naik atau tidak salah satu indikasinya
adalah dilihat dari angka kematian Ibu hamil dan anak.
29 Juni
Banyaknya kasus penyimpangan sosial yang selalu menimpa kaum ibu
rumah tangga, terutama bagi para ibu-ibu hamil sehingga sering
menyebabkan kematian hal ini disikapi serius oleh pihak Kantor
Pemberdayaan Perempuan (KPP) Kota Jayapura Betti Puy. Kaum
perempuan merupakan salah satu pionir yang melahirkan, membesarkan,
mendidik para generasi penerus bangsa untuk itu mereka harus
diselamatkan dari kasus-kasus yang selama ini dialami.
B.5 KEBIJAKAN PENDIDIKAN YANG TIMPANG
5 April
Walikota Jayapura M.R. Kambu memperingatkan setiap sekolah yang
ada di Kota Jayapura untuk tidak memungut biaya tambahan pada
pelaksanaan Ujian Akhir Sekolah (UAS) dan Ujian Akhir Nasional (UAN)
karena Pemkot telah menyiapkan atau mengalokasikan dana penunjang
UAS/UAN. Dana yang diplotkan bagi peserta UAS/UAN masing-masing:
SD Rp 10.000/peserta, SMP Rp 30.000/peserta, SMA Rp 50.000/peserta,
dan SMK Rp 110.000 /peserta.
6 April
Sekolah-sekolah di Kota Jayapura merasa Dana Pemerintah Kota kurang
sehingga tetap mengadakan pemungutan biaya untuk UAN dan UAS.
172
Misalnya untuk SMK Negeri 3 sekolah tidak mungkin tidak meminta bantuan
orang tua siswa, mengingat tingginya biaya praktek. Kata Kepala Sekolah
SMK Negeri 3 Jayapura. Katanya, memang ada bantuan dari Pemerintah
Kota tujuanya supaya sekolah tidak memungut biaya. Berdasarkan jumlah
idealnya untuk biaya UAN 2006 bagi SMK Negeri 3 berkisar 400.000/
siswa sementara bantuan dari Pemkot hanya Rp 110.000/siswa, sehingga
sekolah tetap meminta partisipasi orang tua sebesar Rp 300.000/siswa.
7 April
Walikota Jayapura M.R. Kambu menegaskan sekolah Negeri yang
memungut biaya UAN dan UAS akan ditindak tegas. Tetapi untuk SMK
boleh memungut biaya praktek 150 ribu–200 ribu, tetapi harus ada
pembicaraan bersama antara komite sekolah, dan orang tua siswa/i.
10 April
Kepala Dinas Pendidikan Sekolah Dasar Kabupaten Merauke Drs.
B.J. Ohoilulin meminta pihak sekolah untuk tidak melakukan pungutan
untuk biaya ujian masuk meski pendanaan Ujian Sekolah dan Ujian
Nasional belum dikucurkan Pemerintah Daerah. Menurutnya masih banyak
cara yang bisa ditempuh tanpa harus meminta pungutan dari pada orang
tua murid. Dalam waktu dekat pihaknya juga akan mengajukan panjar ke
Pemda Merauke di samping Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
akan disalurkan sebagian disisikan untuk pelaksanaan ujian sekolah dan
ujian nasional.
11 April
Sikap tegas WaliKota Jayapura M.R. Kambu untuk menindak tegas
setiap sekolah negeri yang sengaja menarik atau memungut biaya Ujian
Akhir Sekolah (UAS) dinilai oleh Ketua Komisi D DPRP Kota Jayapura,
Icwanul Muslimin bahwa itu tidak akan menyelesaikan pesoalan.
Diharapkan supaya Pemerintah dalam hal ini Dinas Pendidikan dan
Pengajaran Kota Jayapura duduk bersama dengan pihak sekolah untuk
membicarakan masalah biaya UAN/UAS.
173
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
12 April
Sekolah tidak diperbolehkan memungut biaya tambahan pada
pelaksanaan UAS/UAN nanti. Jika ada pungutan, maka akan diberikan
sangsi administrasi. “Bila dihitung secara rasio, alokasi anggaran dari
Pemkot telah sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan dengan
penyelengaraan UAS/UAN,” kata Dra. W.W. Kambuaya, Kepala Dinas
Pendidikan dan Pengajaran Kota Jayapura (P dan P).
17 April
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Biak Numfor Feliks Rumbewas
meminta kepada seluruh sekolah untuk tidak menarik pungutan dari orang
tua murid pada pelaksanaan Ujian Akhir Nasional (UAN). Untuk
pelasanaan UAN sejak 2006 Dinas Pendidikan Kabupaten Biak Numfor
mendapat alokasi dana sekitar Rp 1,5 miliar. Dana itu akan segera
dialokasikan ke masing-masing sekolah.
Rawan pangan di Kabupaten Yahukimo yang berpenduduk 172 ribu
jiwa membawa dampak juga pada nasib guru. Guru akan mendapat
insentif Rp 1 juta per bulan, uang transpor Rp 1 juta per bulan dan honor
Rp 750.000,00 per bulan. Hal ini dikatakan Sekretaris Koordinator
Kesejahteraan Rakyat (Sesko Kesra) Soetedjo. Di Yahukimo sudah ada
139 pendidik yang akan disebarkan ke 17 Sekolah Dasar (SD). Dalam
menangani kelaparan di kabupaten tersebut pemerintah sudah
menghabiskan dana Rp 45 miliar dari Rp 65 miliar yang dianggarkan dari
APBN. Sisa Rp 20 miliar akan dipakai untuk membangun fasilitas di
Yahukimo. Selain dana Rp 65 miliar pemerintah juga sudah
mendistribusikan 465 ton beras dan 212 ton ubi.
21 April
Terkait dengan Ujian Akhir Sekolah (UAS) dan Ujian Akhir Nasional
(UAN) Yayasan terpaksa tetap menarik pungutan dari siswa. “Walaupun
ada bantuan dari pemerintah namun bantuan itu tidak mencukupi
kebutuhan di sekolah,” ungkap Kepala Sekolah SMA YPK 2 Sentani Yan
Pieter Youm.
174
25 April
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di Manokwari lumpuh total karena
pencairan dana BOS yang sudah disampaikan para Kepala Sekolah
sebelumnya tidak ditanggapi pemerintah Kabupaten Manokwari. Semua
sekolah SD sampai SMP ditutup tak melaksanakan proses belajar mengajar.
Aksi mogok ini sudah dilaksanakan oleh Kepala Sekolah yang belum
menerima dana BOS. Kepala Sekolah SMP YPK Fanindi Manokwari, JP.
Baiba, mengatakan, pihaknya akan melakukan aksi ini hingga Pemerintah
Provinsi IJB mencairkan dana BOS.
26 April
Kepala BP3D (Badan Perencanaan dan Pengendalian Pembangunan
Daerah) Provinsi Papua Drs. Marthinus Howay mengatakan pada
anggaran 2006 dana pendidikan yang diusulkan 30% sekitar 8% diantaranya
untuk membiayai pendidikan tinggi. Menurutnya dalam amanat Otsus
tidak ada perbedaan antara pendidikan tinggi, menengah maupun
pendidikan dasar.
APBD untuk pendidikan Papua sebesar Rp 180 milyar sedangkan
program Dinas Kebudayaan menganggarkan Rp 4 miliar dan tinggal
menunggu pembahasan RAPBD. Perpustakaan Daerah mendapat alokasi
dana Rp 10 miliar.
27 April
RAPBD Tahun 2006 dengan nilai anggaran sebesar Rp 4,01 triliun
atau naik 1,51 persen atau 38,68% dibandingkan tahun 2005. Namun
dana pendidikan hanya dialokasikan Rp 188,27 miliar atau hanya 4,7%
saja.
28 April
The Institute for Civil Society Strengthening (ICS) mengkritik
Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun
Anggaran 2006. Anggaran untuk pendididikan dinilai sangat kecil, yaitu
Rp 188,27 miliar atau 4,7% dari total anggaran Rp 4,01 triliun. Dana
175
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
kesehatan Rp 196,29 miliiar atau hanya 4,8%. Hal ini disayangkan karena
menurut standar Badan Kesehatan Dunia (WHO), dana kesehatan untuk
masyarakat sebesar 15% dari total belanja daerah. Tahun 2006 total belanja
daerah berjumlah Rp 4.015,57 triliun. Maka dana kesehatan Provinsi Papua
tahun 2006 seharusnya berjumlah Rp 602,5 miliar. Direktur Eksekutif
ICS, Budi Setyanto, SH mengatakan, anggaran pada tahun 2006 ini sangat
mengabaikan hak-hak masyarakat. Dikatakannya, bahwa anggaran
kesehatan tersebut jika dibagi rata dengan jumlah penduduk Provinsi Papua
sebanyak 1.630.107 (Papua dalam tahun 2004/2005), maka akan mendapat
Rp 120.000 per tahun atau rata-rata Rp 10.000 per bulan. Sedangkan
perawatan kesehatan Gubernur Rp 124,2 juta per tahun dan Wakil
Gubernur 150 juta per tahun. Pengalokasian dana yang dinilai tidak adil
ini, ternyata hanya digunakan untuk memperkuat institusi pemerintahan
dan aparat. Dari hasil kajian analisis ICS Papua ternyata Rp 39,72 miliar
atau 20,23% dari total anggaran kesehatan dikuras oleh aparatur pemerintah
provinsi untuk biaya: perjalanan dinas, uang makan dan minum, honor,
insentif biaya cetak/pengadaan dan jasa pihak ketiga.
1 Mei
Di Manokwari 40 siswa SMKN 2 tidak ikut UAN dengan alasan
belum melunasi pembayaran BP3. Sekolah mengambil kebijakan tersebut
berdasarkan tata tertib sekolah yang disepakati bersama. Siswa yang tidak
ikut UAN mendatangi Kantor Dinas Pendidikan Menengah dan
Kebudayaan Kabupaten Manokwari. Mereka menemui salah satu staf
dan menyampaikan maksud kedatangan mereka. Mereka meminta agar
diberi kebijakan dari dinas supaya dapat mengiikuti ujian hari kedua.
Pasalnya, mereka semua berasal dari keluarga yang tidak mampu dan
diharuskan untuk membayar uang ujian. Atas permintaan itu, mereka
diberi kesempatan untuk bisa mengikuti ujian hari kedua. Mereka puas
bisa mendapat jalan keluar dengan kebijakan dari dinas untuk bisa mengikuti
UAN hari kedua.
Pada Hari Pendidikan Nasional Kepala Dinas Pendidikan dan
Pengajaran Provinsi Papua Drs. James Modouw, MM mengatakan bahwa
176
pembangunan pendidikan di Papua membawa kemajuan positif. Sekarang
jumlah guru di Papua 27.000 orang yang mengajar di ribuan sekolah
mulai dari SD, SMP hingga SMU. Jumlah tersebut sudah termasuk guru
kontrak dan guru PNS. Di daerah pedalaman banyak kekurangan tenaga
guru maka lebih ideal jika jumlah guru mencapai 30.000 orang. Namun
ditegaskan bahwa pengangkatan guru adalah wewenang kabupaten dan
kota.
Walikota Jayapura Drs. M.R. Kambu mengatakan, bahwa masalah
pendidikan di Kota Jayapura merupakan tanggung semua pihak-pihak
atau komponen bangsa yang ikut dalam penyelangaraan pendidikan.
Komponen itu terdiri kalangan orang tua, pemerintah dan kelompok
bangsa yang ikut dalam penyelengaraan pendidikan.
3 Mei
Pernyataan bahwa Papua idealnya membutuhkan 30 ribu guru dinilai
PLH Kepala Dinas P dan P Provinsi Papua, Drs. James Modouw, terlalu
besar. Sebab tahun 2002 yang lalu Provinsi Papua hanya kekurangan guru
sekitar 7000 dan hingga saat ini tidak melakukan penambahan. ”Datanya
sedikit diragukan keakuratannya. Jumlah 30 ribu guru tersebut dianggap
terlalu besar, jika dibanding dengan fasilitas yang tersedia seperti gedung
sekolah yang ada di Papua” kata pengamat pendidikan Universitas
Cendrawasih Drs. Festus Simbiak, M.Pd.
Sejumlah sekolah di Papua rusak berat, Kepala Dinas Pendidikan dan
Pengajaran Provinsi Papua Drs, James Modouw, MM mengatakan, “Sekitar
60 persen sekolah di Papua kondisinya dalam keadaan rusak berat, sekolah
yang rusak umumnya berada di daerah Pegunungan Tengah dan Daerah
Selatan dan paling banyak adalah Gedung Sekolah Dasar (SD).
Kepala Sekolah SMAN 4 Entrop, Engel Yeuyanan, SPd. Menjelaskan,
dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan sesuai dengan otonomisasi
sekolah maka dalam pelaksanaan UAS, SMA N 4 Entrop menggunakan
lembar jawaban komputer (LJK) dengan proses pengoreksiannya
menggunakan alat Scan 12 dirangkaikan dengan komputer maka proses
pengoreksian lembar jawaban akan semakin cepat dan akurat.
177
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
Wakil Bupati Asmat F.B. Sorring mengatakan pendidikan di Kabupaten
Asmat sesuai dengan realitas kehidupan masyarakat harus mendapat
perhaitan serius pemerintah. Menurutnya langkah yang dapat ditempuh
pemerintah daerah adalah dengan mengkampanyekan budaya dan
kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan.
Dana Dekonsentrasi Pendidikan Rp 15 miliar dikembalikan ke Pusat,
hal ini dikarenakan Kinerja Dinas Pendidikan Kebudayaan dan Pariwisata
yang dinilai kurang baik dalam mengelola dana tersebut secara maksimal.
Diungkapkan Komisi E DPRD IJB dalam rapat Paripurna Dewan, maka
Komisi E mengusulkan untuk mereka yang tidak bekerja secara profesional
untuk diganti.
4 Mei
Ribuan anak Papua tidak bisa melanjutkan pendidikan ke tingkat SMP.
Hal ini dijelaskan Kepala Dinas Pendidikan dan Pengajaran Provinsi Papua
Drs.James Modouw, MM. Sebanyak 52,86% tamatan SD tidak bisa
melanjutkan ke SMP. Alasan utamanya adalah isolasi geografis. Letak
kampung dan desa sangat jauh dari pusat pendidikan SMP. Misalnya di
Kampung Soba Kabupaten Yahukimo anak-anak SD Inpres Soba sulit
melanjutkan pendidikan ke tingkat SMP karena SMP letaknya jauh di
Kurima atau Ninia. Sementara dari Soba ke Ninia atau Kurima terpisah
oleh gunung, lembah dan sungai ratusan kilometer. Transportasi yang
digunakan untuk sampai ke tempat itu hanya dengan pesawat. Untuk
berjalan kaki membutuhkan waktu berminggu-minggu.
Sangat memprihatinkan, Kampung Moso Distrik Muara Tami belum
memiliki Gedung Sekolah anak-anak belajar di gedung gereja dan Gurunya
Anggota TNI, Praka Danang Supriyadi. Di sela-sela kunjungan Walikota
Jayapura M.R. Kambu terungkap bahwa perhatian pemerintah terhadap
66 jiwa (19) KK di daerah ini masih sangat minim. Bahkan 30-an anak
usia sekolah tidak mengenyam pendidikan dengan baik.
Walikota Jayapura M.R. Kambu mengatakan pada anggaran 2006 ini,
pemerintah Kota (Pemkot) Jayapura tetap akan fokus pada masalah mutu
pendidikan. Pendidikan berkaitan dengan penyiapan SDM harus menjadi
178
titik perhatian utama agar mampu merubah struktur dan kualitas SDM
yang memiliki daya saing produktivitas tinggi dalam membangun
masyarakat Papua pada umumnya dan khususnya masyarakat Kota
Jayapura.
5 Mei
Belum adanya gedung sekolah di Kampung Moso, Distrik Muara
Tami yang menyebabkan anak-anak di kampung itu belajar dalam gereja,
ditanggapi serius Kepala Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kota Jayapura,
Dra. W.W. Kambuaya. Dikatakan, pada prisipnya Pemkot akan berupaya
agar para anak-anak di Kampung Moso bisa mengenyam pendidikan
dengan baik, namun persoalan terlebih dahulu akan dibicarakan dengan
Walikota Jayapura.
8 Mei
Pembangunan daerah selalu fokus pada pembangunan pendidikan
namun masih banyak persoalan pendidikan yang terjadi di Papua. Hal ini
disampaikan oleh Gubernur Papua. Berdasarkan hasil identifikasi yang
sudah dilakukan dunia pendidikan masih banyak persoalan di antaranya
buta aksara, wajib belajar 9 tahun, dan gedung sekolah yang rusak parah.
10 Mei
Ratusan mahasiswa STIA Karya Dharma Merauke melakukan aksi demo.
Aksi demo damai ini berkaitan dengan suksesi kepemimpinan STIA Karya
Dharma Merauke. Kelompok mahasiswa yang melakukan demo mewakili
mahasiswa dari empat kabupaten, yaitu mahasiswa asal Merauke, Boven
Digoel, Mappi dan Asmat. Demo mahasiswa ini diterima oleh pelaksana
tugas STIA Karya Dharma Drs. Harry Soepomo, MM, Ketua Yayasan
Karya Dharma Merauke, Drs. H.Nazori, Pembantu Ketua II STIA Karya
Dharma Drs. H. Maskikit dan sejumlah pengurus serta beberapa dosen.
Di hadapan pengurus STIA Karya Dharma seorang perwakilan mahasiwa
STIA Karya Dharma, Yoseph Gebze menyampaikan beberapa aspirasi
dan pernyataan sikap antara lain (1) menolak dengan tegas isu putera daerah
179
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
dan agama dalam konteks apapun untuk kepentingan sesaat atau pribadi,
(2) menolak orang dari luar STIA Karya Dharma menjadi pimpinan, (3)
Menindak dengan tegas kepada mereka yang melakukan pemerasan kepada
mahasiswa dalam bentuk apapun, (4) meminta Drs. Harry Soepomo segera
didefenitifkan sebagai Ketua STIA Karya Dharma.
11 Mei
Kepala Pemberdayaan Masyarakat Desa ( BPMD) Provinsi Papua
mengatakan, bahwa 14 wilayah terisolir hingga saat ini belum memiliki
sekolah. Adapun wilayah yang kabupatennya terisolir Kabupaten Sarmi,
Kabupaten Boven Digul, Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Jayapura,
Kabupaten Waropen dan wilayah lainnya.
15 Mei
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Merauke, Drs.
Nirwanto, MPd mengakui bahwa standar kelulusan siswa tahun ini cukup
berat dengan standar 4,261 ke atas. Sedangkan untuk rata-rata harus di
atas 4,51 naik dari standar sebelumnya 4,25. Siswa yang tidak lulus tidak
ada ujian susulan tetapi mengulang selama setahun dan mengikuti ujian
tahun depan. Ujian susulan hanya untuk siswa yang selama Ujian Akhir
Negara (UAN) berhalangan.
16 Mei
Sejumlah sekolah di Kabupaten Mimika rusak berat. Data yang
diperoleh ada 219 ruang kelas yang rusak. Dari 219 ruang kelas yang
rusak, 83 di antaranya rusak ringan sedangkan 136 rusak berat. Tingkat
kerusakan menurut jenjang pendidikan untuk SD 54 ruangan rusak ringan
sedangkan 119 rusak berat. Untuk tingkat SMP 19 ruangan rusak ringan
dan 15 ruangan rusak berat. Tingkat SMA 10 ruangan rusak ringan dan
6 rusak berat. Diperkirakan dana yang dibutuhkan memperbaiki 219
ruangan itu sebesar Rp 27 miliar. Dari anggaran ini Pemda Mimika
menanggung 8 Milyar, Provinsi Papua Rp 5 miliar dan Pemerintah Pusat
Rp 14 miliar. Hal ini dilaporkan kepada Menteri Pendidikan Nasional
180
(Mendiknas), Bambang Sudibyo oleh Kepala Dinas Pendidikan dan
Pengajaran Kabupaten Mimika, Ausilius Youw, S.Pd, dalam pertemuan
antara Bupati/Walikota serta Kepala Dinas Pendidikan dan Pengajaran
se-Provinsi Papua bersama Mendiknas di Rumah Negara Gubernur
Papua di Jayapura
17 Mei
Perhatian Pemerintah terhadap persoalan Pendidikan di Papua terus
ditindaklanjuti, dengan melakukan penandatanganan Memorandum of
Undertstanding (MoU) antara Menteri Pendidikan Nasional dengan Penjabat
Gubernur Papua dan Bupati, Walikota se-Papua dengan maksud
menuntaskan tiga persoalan utama Pendidikan di Papua yang dianggarkan
Rp 842.379.369.000. demi pembiayaan program penuntasan Wajib Belajar
9 tahun, Rehabilitasi Gedung SD, MI, SMP, MTs, SMA, MA dan SMK
kemudian Penuntasan Buta Aksara dan Peningkatan Kesejahteraan Guru.
Pembagian Alokasi dana :
‰ Pemerintah Pusat akan memberikan bantuan dana sebesar Rp
421.189.648.500
‰ Kabupaten dan Kota menanggung 30%
‰ Propinsi menanggung 30%
PROGRAM
1. Program Penuntasan Wajib belajar 9 tahun
2. Rehabilitasi Sekolah
3. Penuntasan Buta Aksara
Sedangkan untuk kesejahteraan guru
di pertimbangkan kemudian
Total Dana
Anggaran
Rp 393.749.620.000
Rp 155.712.799.000
Rp 27.396.000.000
Rp 842.379.369.000
20 Mei
Bupati Yahukimo Ones Pahabol yang didampingi Ketua DPRD
Didimus Yahuli dan Kapolres Kompol Daniel dan salah satu staf ahli
Wapres Fabiola Ongge melakukan kunjungan ke sekolah-sekolah serta
berbicang-bincang dengan guru-guru dan Kepala Sekolah di Distrik Ninia.
Dalam pertemuan tersebut rombongan mendapat keluhan banyaknya
guru yang tidak ada di tempat tugas. Dalam pertemuan itu terungkap
181
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
bahwa 17 guru baik dari tingkat SD sampai SMP tidak berada di tempat.
Karena itu, Bupati mengeluarkan peringatan bagi 17 guru yang malas itu.
22 Mei
Masih banyak anak-anak di Papua yang belum bersekolah. Menurut
Ketua Dharma Wanita Persatuan Wilayah (DPW) Provinsi Papua, Ny.
Ernie I. Kristantus, dari 131.471 anak yang terdaftar sekitar 61,86% yang
tidak sekolah. Data tersebut belum termasuk 5 kabupaten lainnya : Puncak
Jaya, Mappi, Asmat, Pegunungan Bintang, dan Tolikara.
23 Mei
Diperkirakan puluhan sekolah dasar (SD) di sejumlah kampung di
Kabupaten Asmat tidak dapat mengikuti ujian nasional mengingat proses
belajar mengajar bagi anak-anak yang mengikuti ujian di sekolah itu tidak
berjalan sebagai mana mestinya. Menurut Kabid TK/SD Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan Kabupaten Asmat, Amatus Ndatipits mengatakan di
Kabupaten Asmat tercatat 4 SD yang kelas IV tidak ikut ujian karena
proses belajar mengajar lumpuh. Sekolah berada di Tomoro, Amandep,
Nogoni dan SDN Inpres Biwar Darat. Amatus mengungkapkan, sejak
1995 pendidikan mulai kacau saat isu kayu gaharu, saat orang tua masuk
ke hutan dengan membawa anak-anaknya.
25 Mei
Dinas Kesejahteraan Sosial (Dinkesos) Kota Jayapura mengalokasikan
anggaran untuk bantuan studi. Alokasi dana Rp 400 juta berasal dari dana
Otonomi Khusus dan bertujuan untuk membantu para mahasiswa kita
yang menyelesaikan studi.
26 Mei
Sejumlah sekolah dasar (SD) di Kabupaten Biak Numfor dalam
kondisi rusak dan perlu untuk mendapat perhatian dari pemerintah pusat.
Kota-kota yang dilaporkan pada umumnya berada di luar kota Biak.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Biak Numfor, Feliks Rumbewas
182
menjelaskan bahwa Sekolah SD yang rusak berat diperkirakan berjumlah
123 SD.
27 Mei
Drs. Muhammad Yusuf mengatakan jumlah buta aksara di daerah ini
masih cukup besar tetapi komitmen pemerintah untuk menurunkan angka
buta aksara di Papua pada 2009 ditargetkan turun 50%. Pada anggaran
2006 sendiri pihak Dinas P & P Provinsi Papua akan membuat bimbingan
belajar di setiap daerah dengan 10.000 warga belajar, warga belajar ini
akan mendapat bimbingan di masing-masing Kabupaten/Kota dengan
tetap menggunakan fasilitator desa intensif (FDI) atau fasilitator di masingmasing daerah.
14 Juni
Ratusan siswa SMP Negeri IV Manswan Biak tidak mengikuti ujian
semester karena sekolah mereka dipalang oleh keluarga besar Simopiaref
selaku pemilik tanah ulayat. Alasan pemalangan berkaitan dengan
pemberhentian Yoseph Simopiaref sebagai kepala SMPN IV tanpa
pemberitahuan kepadanya secara resmi. Selain itu pengangkatan kepala
sekolah SMPN IV yang baru tidak sesuai dengan pasal 7 dan 8 keputusan
Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 162/U/2003 tentang Pedoman
Penugasan Guru sebagai kepala sekolah. Masyarakat suku Simopiaref
masalah ini akan selesai jika pengangkatan kepala sekolah tetap dari suku
mereka. Untuk sementara sekolah ini tidak melaksanakan ujian dengan
batas waktu yang belum ditetapkan.
15 Juni
Ketua DPRD Biak Numfor, Nehemia Wospakrik SE, B.Sc,
menyayangkan aksi pemalangan sekolah di SMPN IV Manswan Biak. Ia
menilai aksi ini merugikan masyarakat sendiri, yaitu siswa dan orang tua.
Persoalan ini memang sudah dibicarakan dalam dewan dan saat ini Komisi
D sedang menanganinya. Nehemia sangat menyayangkan aksi pemalangan
yang berbuntut pada kemacetan pendidikan di Biak sendiri. Ia berharap
183
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
agar masyarakat memakai jalur ke dewan untuk membahas masalah sosial
ini bersama.
19 Juni
Kualitas pendidikan dan jumlah murid taman kanak-kanak (TK)
khususnya putra-putri Papua yang berasal dari Kabupaten Keerom masih
sangat kurang, sehingga perlu adanya perhatian dari pemerintah, masyarakat
dan khususnya orangtua siswa. Hal ini ditegaskan oleh Ketua Tim Penggerak
(TP) Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Kabupaten Keerom
Ny. Fransiska Ni Made S Watae.
22 Juni
Setelah mendatangi kantor P dan P Provinsi Papua sejumlah anak
yang tidak lulus UAN kembali mendatangani kantor DPRP, mereka
meminta dilakukan ujian ulang dan juga agar sistem penilaiannya
berubah. Seorang perwakilan orang tua siswa, Ibu Rewang
menegaskan, dirinya tidak mengerti dengan sistem penilaian hasil UAN
yang diterapkan secara sentralistik mulai dari pusat hingga ke daerah
sementara pembangunan pendidikan antara satu daerah dengan daerah
lainnya berbeda.
22 Juni
Demo Perwakilan Orang tua siswa/i yang anaknya tidak lulus Ujian
Akhir Nasional (UAN) disikapi serius oleh Komisi E DPRP bahkan dalam
waktu dekat ini pihaknya akan memanggil Dinas Pendidikan dan
Pengajaran (P & P) Provinsi Papua untuk klarifikasi kenapa banyak siswa
SMA/SMK tidak lulus UAN. Hal ini dikatakan oleh dr. John Manangsang
dari anggota Komisi E DPRP.
27 Juni
Pada pembukaan pelatihan calon motivator Percepatan Penuntasan
Wajib Belajar Sembilan Tahun di Kampung Jaifuri Arso 3 Distrik
Skamto, Wakil Bupati Wahfir Kosasih mengungkapkan bahwa sejumlah
184
kampung di Keerom belum memiliki sarana pendidikan yang memadai.
Kalaupun ada sarana sekolah sudah tidak layak bahkan kondisi ini
diperparah dengan tidak ada guru yang mengajar di sekolah. Hal ini
berpengaruh pada terhambatnya pembangunan pendidikan di
Kabupaten Keerom.
B.6 PASAR DI JAYAPURA
2 April
Pemerintah Kota mendesak segera dilakukan tata ulang Eks Pasar
Ampera. Rencana penataan lokasi eks Pasar Ampera yang digusur sejak
November 2003 lalu sampai saat ini belum ditindak lanjuti. Rencana
pembuatan taman hiburan dan penataan secara baik dengan tujuan
dijadikan sebagai kawasan konservasi, nampaknya hingga saat ini juga
belum dilakukan. Belum tertatanya secara baik lokasi eks Pasar ini
mendapat perhatian dari Wakil Ketua II DPRD Kota Jayapura, Julius
Mambay. Ia meminta Pemda Kota atau Dinas teknis terkait menindak
lanjuti rencana penataan eks Pasar Ampera tersebut.
Salah satu sisi
Pasar Central
Yotefa.
Pedagang asli
Papua tidak
dapat akses
temapt untuk
berjualan seh
185
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
14 April
Kepala Disperindag Kabupaten Jayapura Drs. Samuel Padollo
mengatakan bahwa kios-kios di Pasar Baru Prahara dalam waktu dekat
ini Pemerintah Kabupaten Jayapura akan menata kembali kompleks pasar
tersebut dengan menghidupkan jalan di bagian belakang pasar Phara.
Menurut Padollo sampai saat ini belum semua kios pasar Phara
dimanfaatkan dengan baik. Beberapa waktu lalu hanya dikenakan retribusi
saja. Namun bila penataan kembali pasar dilakukan, pemerintah sudah
menetapkan untuk menarik sewa dari masyarakat yang menempati kioskios.
17 April
Keberadaan Pasar Yotefa Kotaraja yang sebagian besar kiosnya kosong
disebabkan sejumlah pedagang PKL enggan menempati tempat tersebut
karena tempat kurang ramai dan jarang dikunjungi.
Rencana Pemerintah Kota (Pemkot) Jayapura untuk membangun
kembali pasar di Dok IX rupanya akan terealisasi sebab rencana ini sudah
diprogramkan dalam APBD Kota Jayapura pada 2006. Hal ini
diungkapkan oleh Kepala Dinas Pasar dan Kota Jayapura, Drs. Partono.
21 April
Sebanyak 39 pedagang kaki lima (PKL) yang berjualan di pinggiran
lapangan Karang Ampas di Jl. Kelapa Dua Entrop ramai-ramai mendatangi
Kantor Walikota untuk memprotes tempat jualan mereka yang dibongkar
oleh Dinas Ketentraman dan Ketertiban (Trantib) Kota Jayapura. Seorang
perwakilan bernama Yusuf Kafiar mengatakan Pasar Hamadi dan Eks
Pasar Ampera yang kondisinya tidak teratur yang harus ditertibkan, bukan
kios yang hanya mengikuti arus jalan lalu dibongkar. Menurutnya,
pembongkaran itu tidak wajar dan tidak ada surat resmi yang ditunjukkan
kepada para penjual.
31 April
Pungutan liar (pungli) di Pasar Yotefa semakin meresahkan masyarakat.
186
Pungutan liar ini dilakukan oleh sekelompok orang yang kadang mabuk
dan memaksa setiap taksi yang masuk untuk membayar sesuai jumlah
penumpang yang ada dalam taksi tersebut. Masyarakat pengguna pasar
mengharapkan ada jalan keluar dari pihak keamanan, agar bisa
menertibkan keamanan di lingkungan pasar.
2 Mei
Pasar Yotefa Kotaraja kini kondisi keamanannya mulai terusik. Pasalnya
kios-kios yang ada di dalam pasar itu sepertinya mulai menjadi incaran
pencuri. Kios milik seorang pedagang bernama Lamuansa pada Rabu, 3
Mei dini hari pkl 03.30 WP kiosnya dimasuki tamu yang tak diundang.
Barang dagangannya seperti rokok, minuman serta uang Rp 2.1 juta amblas.
3 Mei
Guna mengoptimalkan perputaran roda perekonomian di masyarakat,
maka pemerintah Kota Jayapura akan menata dan menertibkan pasarpasar penyangga yang ada. Kepala Dinas Pasar Kota Jayapura Partono
H.S mengatakan, tujuan penataan tersebut agar keberadaan pasar
penyangga tersebut tidak semrawut.
18 Mei
Kepala Dinas Pasar Kota Jayapura Partono H.S mengatakan bahwa untuk
mengatasi kebocoran penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) Kota
Jayapura, pihaknya akan melakukan penertiban retribusi, khususnya retribusi
tempat jualan pada setiap pasar. Penertiban sudah dilakukan sejak Senin kemarin.
19 Mei
Walikota Jayapura, M.R. Kambu mengatakan bahwa dalam anggaran
2007 mendatang pemerintah Kota Jayapura akan berupaya
mengoptimalkan pasar pelintas batas di Skow Mabo Distrik Muara Tami.
Maksud pengaktifan pasar lintas batas itu adalah dalam rangka menjalin
hubungan perdagangan di perbatasan antara kedua negara (PNG dan
RI) dalam hal ini Kota Jayapura.
187
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
23 Mei
“Pedagang Pasar Youtefa melakukan ronda malam secara bergiliran
setiap malam 20 orang dengan maksud untuk mengantisipasi terjadinya
pencurian dan kebakaran,” kata Aziz Pemilik Bengkel di Pasar Yotefa.
26 Mei
Keberadaan pasar penyangga di sejumlah kota tampaknya belum
ditangani secara lebih baik, hal ini dikatakan oleh seorang pemerhati.
Tempat penjualan pasar penyangga ini ada di beberapa titik, namun
menurut penjual yang berjualan di Ekspo bahwa berjualan di Ekspo hanya
mereka beberapa orang saja, menurutnya tempat ini dekat dengan rumah
dan juga tidak mendapatkan tempat di Pasar Yotefa Kotaraja.
21 Juni
Adanya keluhan dari masyarakat tentang kondisi pasar Yotefa Kotaraja
khususnya di los penjualan karena sering terjadi genangan air disikapi serius
oleh Kepala Dinas Pasar Kota Jayapura, Partono H.S. Dikatakan bahwa
hal itu disebabkan karena tidak adanya drainase yang baik sehingga jika
hujan turun maka air yang ada tidak lancar mengalir ke saluran induk.
Untuk menangani persoalan itu pihaknya telah memprogramkannya dan
sudah dimasukan dalam musyawarah rencana pembangunan
(Musrembang) jangka menengah Pemerintah Kota Jayapura pada 2007
mendatang „
188
BAGIAN II
ANALISIS P
ERISTIW
A
PERISTIW
ERISTIWA
Potret peristiwa di Papua selama tiga bulan ini belum banyak berubah
dibandingkan dengan masa sebelumnya karena sebagian merupakan
kelanjutan dari apa yang telah terjadi dalam triwulan pertama tahun ini. Namun
demikian dari catatan peristiwa yang dicatat oleh SKP di atas, terdapat berbagai
hal penting yang perlu digarisbawahi dan disoroti secara memadai. Secara
umum, kita dapat melihat bagaimana berbagai borok kemanusiaan ditelanjangi
selama triwulan kedua ini baik oleh kalangan pemerhati HAM, kalangan
lembaga tinggi negara, media massa, dan komunitas internasional.
Dalam ranah hak-hak sipil dan politik, ada empat borok besar yang paling
mengisi ingatan dan memicu emosi masyarakat Papua, Indonesia, dan dunia
pada umumnya. [A] Perkara pertama menyangkut kehebohan 43 pencari
suaka ke Australia dan hanya 1 yang tidak langsung mendapat suaka sementara.
Perkara ini menjadikan politisi di Jakarta dan Canberra ribut. [B] Perkara
kedua adalah pengadilan kasus Abepura yang berkaitan dengan [C] konflik
antara rakyat melawan PT Freeport Indonesia. [D] Perkara ketiga adalah
konflik Pilkada Gubernur Papua; dan akhirnya, [E] Kebijakan pertahanan
dan keamanan.
Dalam ranah hak-hak ekosob, SKP terus mencatat terkuaknya berbagai
borok layanan publik dan penyelenggaraan pemerintahan. [F] kasus-kasus
korupsi dan [G] hiruk pikuk Otsus merupakan contoh-contoh terang
bagaimana pejabat-pejabat publik tidak melayani kepentingan publik yang
berdampak pada [H] keterpurukan layanan kesehatan masyarakat yang
langsung berdampak buruk terhadap kelompok masyarakat yang paling rentan:
[I] ibu dan anak dan [J] ketimpangan pendidikan, serta [K] ekonomi rakyat:
tersingkirnya pasar tradisional.
189
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
A. HAK HIDUP
Selama triwulan ini, tercatat bahwa semua politisi di Jakarta dan
Canberra, Australia, sibuk berdebat tentang 43 pencari suaka politik dari
Papua. Dari jumlah tersebut 42 orang telah mendapatkan visa
perlindungan sementara 1 orang menantikan proses pemeriksaan dari
pihak Imigrasi Australia yang terkenal amat teliti dan ketat dalam
memberikan izin masuk bagi orang asing. Persoalan ini memanaskan lagi
hubungan Australia-Indonesia yang mulai membaik pasca bom Bali dan
bencana tsunami Aceh.
Jika diletakkan dalam kerangka paham HAM, mencari suaka adalah hak
asasi mengingat pencari suaka adalah pihak yang nyawanya sungguh-sungguh
terancam dan kemungkinan terakhir untuk selamat adalah lari dari wilayah di
mana dia tinggal. Pelarian ini bukan semacam piknik ala turis atau migrasi ala
konglomerat yang membeli rumah di luar negeri melainkan ini soal matihidup. Ini tidak main-main.
Seperti itulah persoalan yang dialami oleh para pencari suaka dari
Papua. Mereka merasa nyawanya terancam saat tinggal di Papua dan
harus pergi ke negara lain untuk menyelamatkan diri. Kita pasti tidak
lupa akan peristiwa pengungsian besar-besar tahun 1984-1988 dari Papua
ke Papua New Guinea dan akhir tahun 2000. Karena itu, peristiwa ini
sama sekali tidak unik atau yang pertama kali tetapi sudah terjadi
sebelumnya bahkan dalam skala yang jauh lebih besar. Peristiwa ini menjadi
besar karena Australialah yang menampung mereka sehingga luka lama
karena campur tangan negara tetangga ini di Timor Leste kembali mencuat.
Peran pers di Australia amat menentukan dalam menyoroti perkara ini
dan hobi untuk menggambarkan keadaan Papua sebagai keadaan perang.
Namun ironisnya, pemberitaan yang tidak berimbang dan tidak
mengindahkan kode etik jurnalisitik di Australia tidak dapat dikurangi
justru karena Papua tertutup bagi pers asing.
Suasana ‘musuh dalam selimut’ ini bukanlah hal baru dalam hubungan
bilateral kedua negara karena sejak tahun 1950-an di saat New Guinea Barat
mulai menjadi pokok sengketa antara Belanda dan Indonesia, Australia lebih
190
berpihak pada Belanda untuk tetap mempertahankan kekuasaan di Papua.
Posisi politik ini berubah sesaat Amerika Serikat menjatuhkan pilihannya pada
Indonesia akibat kecondongan Soekarno kepada Blok Komunis sewaktu
perang dingin. Sebagai anggota pakta pertahanan ANZUS, Australia harus
mengikuti perintah komandannya, Amerika, untuk pindah haluan meski publik
tetap mendukung rakyat Papua.
Latar belakang sejarah ini terus memainkan peran penting bagi perpolitikan
Australia dan Indonesia dalam hal Papua. Tak heran DPR Pusat, DPD, Dubes
Indonesia untuk Australia sibuk melobi parlemen dan politisi Australia di
tengah berbagai kritik dalam negeri (4 April 2006). Mereka mencoba
membatalkan keputusan Canberra (7 April 2006) dan dijawab oleh PM John
Howard (18 April 2006) bahwa Australia tidak akan mengubah keputusannya
meski ada rancangan UU untuk memperbarui keimigrasian Australia (14
April 2006).
Yang menarik dari serangkaian fakta ini adalah bahwa Jakarta tidak
pernah bertanya kepada rakyat Papua apa yang sebenarnya membuat
mereka takut dan lari mencari suaka; atau bertanya kenapa mereka
bicara mengenai ‘genosida’; atau mengapa mereka minta ‘merdeka’.
Fakta yang tak kalah menarik untuk dicermati adalah tuduhan kepada
Gereja-gereja di Papua sebagai pihak yang menggerakkan separatisme
di Papua. Tuduhan ini mengisi panggung politik Jakarta sebagai
tanggapan atas pergunjingan Papua di publik Australia. Sejumlah politisi
dan media Islam beraliran kanan seperti Sabili terang-terangan
mengkaitkan hal ini.
Di tengah kritik publik terhadap langkah lobi di Australia, dua bulan
kemudian Komisi I DPR (1 Juni 2006) yang dipimpin Yorris Raweyai
mengunjungi Papua. Namun, kunjungan ini senyatanya tak lebih daripada
silaturahmi sebagai pelengkap penderita bagi kunjungan marathon berbagai
lembaga tinggi negara ke Australia. Ini terbukti dari tidak adanya tindak lanjut
dari kunjungan ini di tingkat Jakarta yang melahirkan satu langkah politik
yang menjawab akar masalah pencari suaka tadi. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pemerintah lebih mengedepankan langkah defensif
daripada memperbaiki keadaan HAM di Papua sebagai solusi terbaik.
191
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
B. DICARI: PEMIMPIN PAPUA
Drama pilkada gubernur Papua mencapai antiklimaks. Alih-alih disepakati
satu pasang pemimpin, terjadi serangkaian tarik-menarik politik yang pada
akhirnya memberi pelajaran kepada rakyat bahwa mencari pemimpin sejati
memang sulit. Setelah energi dicurahkan dalam masa kampanye, kini puncak
Pilkada Gubernur tiba: perhitungan suara dan pengumuman pemenang. Kita
lihat bahwa para petarung politik terbukti lebih suka mempertahankan dan
memperjuangkan kepentingannya mati-matian walaupun sudah kalah dalam
pemilihan yang dilangsungkan secara bebas dan rahasia serta disahkan oleh
lembaga independen, KPUD Papua. Tiga dari empat pasangan kandidat
yang kalah: Lukas Enembe-Aituarauw, John Ibo-Kossay, dan Wabiser-Inaury
mengajukan gugatan terhadap KPUD ke Mahkamah Agung. Hanya pasangan
Karma-Mote yang secara ksatria menerima keputusan KPUD dan tidak
mengajukan gugatan.
Saat MA menyatakan pasangan Suebu-Hesegem menang secara sah,
pendukung Enembe mengamuk di ruang sidang dan menganiaya Ferry
Kareth, Yohanis Bonay, serta anggota KPUD yang lain (23 Mei). Drama ini
belum berhenti. Pendukung pasangan Enembe-Aituaraw masih berdemo
ke Depdagri Jakarta dengan membentuk Forum Pembela Demokrasi Papua
(29 Mei) sedangkan John Ibo menggunakan kekuasaan di DPRP dengan
membentuk Pansus DPRP untuk menyelidiki ijazah palsu Suebu (6 Juni). Jika
yang satu memakai cara fisik, yang lain memakai langkah hukum tetapi intinya
sama: memperlambat dan sedapat mungkin membatalkan keputusan MA.
Langkah ini tidak hanya menjadikan proses pelantikan Gubernur dan Wagub
terpilih dan sah terkatung-katung sehingga jalannya pemerintahan tersendatsendat melainkan mengatakan ‘peduli amat dengan keputusan hukum’.
Melihat situasi ini, Wakil Ketua DPRP, Komaruddin, mengambil langkah
untuk mempercepat proses pelantikan dengan mengirim surat ke Mendagri.
Anehnya, langkah ini justru langsung dikecam sebagai ilegal, tidak sah dan liar
oleh John Ibo sehingga menjadi polemik hebat di media setempat. Ketua
MRP, Pejabat Gubernur, dan Sekjen Presidium Dewan Papua menyerukan
agar konflik ini diselesaikan karena tidak membawa keuntungan bagi
192
masyarakat tetapi seakan-akan seruan ini menguap dibawa angin.
Karena soal penyelidikan ijazah palsu Suebu makin berlarut-larut, pasangan
terpilih akhirnya mengambil jalan mengajukan gugatan pencemaran nama
baik dan menuntut pembayaran ganti rugi sebesar Rp 510 miliar terhadap
John Ibo. Konflik makin runyam, DPRP terpecah dalam kubu-kubu dan
saling menyalahkan. Demikian pula di tingkat masyarakat akar rumput. Dalam
keadaan sedemikian Mendagri Ma’ruf justru mengeluarkan surat yang
meminta DPRP melakukan proses ulang pengesahan pengangkatan Gubernur
terpilih.
Dengan langkah ini lengkaplah carut marut perpolitikan Papua. Proses
pemilihan gubernur pertama Papua di dalam era Otsus dinodai dengan
ketidakmampuan para politisi lokal untuk ikut dalam gaya demokrasi modern
yang berpijak pada kepastian hukum, prosedur, dan mekanisme perolehan
jumlah suara. Proses pemilihan langsung ini yang de facto tidak memenuhi
harapan tiga pasangan yang kalah ternyata tidak dapat diterima secara dewasa
sekalipun MA telah memberikan keputusannya. Inilah yang sebenarnya
menunjukkan sejauh mana tingkat kemampuan politisi kita di Papua dalam
memahami dan menghayati sistem pemilu langsung. Senyatanya kepentingan
masyarakat luas tidak menduduki prioritas utama. Kepentingan partai,
kepentingan kelompok, kepentingan tim sukses itulah yang menjadi kriteria
utama. Kiranya rakyat akan menilai kinerja mereka di lapangan nantinya.
Keputusan pengadilan tertinggi ternyata dianggap tidak ada oleh politisi yang
sebelumnya menjagokan diri sebagai calon pemimpin Papua. Apa jadinya
jika mereka ini sungguh-sungguh memimpin Papua? Apakah hukum akan
ditegakkan dan dihormati? Apakah hak-hak asasi rakyat Papua dilindungi?
Lebih jauh lagi, sebenarnya apa yang dihayati oleh para politisi tentang politik:
apakah politik adalah alat kekuasaan semata ataukah sarana untuk
menyejahterakan rakyat?
C. MENGADILI KEBEBASAN WARGA
Pada 6 April 2006, Polda menyerahkan berkas pertama 15 tersangka kasus
Bentrokan 16 Maret di depan Uncen, Abepura, yang telah menewaskan 3
193
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
anggota brimob dan 1 anggota AURI. Penyerahan ini menandai proses
pengadilan terhadap mereka yang dituduh bertanggung jawab atas insiden
kekerasan tersebut.
Sementara itu, Polisi terus memburu Daftar DPO yang berisikan 19 nama.
Yang menarik dari perburuan DPO adalah bahwa orang yang dicari seperti
Jefri Pagawak sebenarnya diketahui lokasi keberadaanya: di Timika. Pihaknya
mengaku tidak berada di lokasi saat terjadi bentrokan dan tidak terlibat.
Pernyataan ini disampaikan kepada media massa dan tidak ada langkah hukum
dari Polisi untuk memanggil yang bersangkutan di Timika atau upaya hukum
lain. Hal serupa terjadi dengan Markus Haluk yang kemudian mendatangi
Polda dan memberikan klarifikasi sehingga dia ‘dibebaskan’ dari DPO tersebut
begitu saja.
Proses persidangan kasus B 16 M menarik dan penting diikuti karena di
sinilah diuji pemenuhan asas persamaan di muka hukum. Kasus ini berawal
dari protes dan tuntutan penutupan PT Freeport Indonesia (PT FI). Akar
masalah ini tidak boleh dilupakan dalam menganalisis proses persidangan
dan seluruh insiden yang telah mendatangkan korban jiwa dan harta benda
yang tidak sedikit itu. Yang menarik adalah bahwa sejak awal persidangan
hingga akhir PT FI hampir tidak pernah disebut-sebut dan lenyap dari wacana
yang ada padahal soal inilah yang menjadi pusat perhatian dan alasan adanya
demo dan gerakan perlawanan mahasiswa Papua.
Jika kita ikuti dengan cermat, sejak awal persidangan sebagian besar
terdakwa menolak BAP yang mereka tandatangani di kepolisian karena mereka
mengaku melakukannya di bawah tekanan dan penyiksaan saat
menandatangani hal ini. Hal ini dikuatkan oleh permohonan penasihat hukum
agar para terdakwa dipindahkan dari tahanan Polda ke Abepura. Penolakan
ini tidak hanya terjadi sekali tetapi berulang kali sehingga memberikan sinyal
kuat bahwa proses pengadilan ini bermasalah.
Alih-alih mendapatkan perhatian agar proses persidangan dilakukan dengan
adil dan jujur, para terdakwa ternyata justru mengalami tindak penyiksaan
saat hendak menghadiri acara persidangan di Pengadilan Negeri Jayapura di
Abepura. Yang lebih mengejutkan lagi adalah bahwa pelaku penyiksaan adalah
anggota polisi yang seharusnya menjadi aparat penegak hukum. Kawalan
194
polisi ternyata tidak bersifat melindungi tetapi hendak memastikan bahwa
proses penghukuman itu berjalan sesuai yang dikehendaki oleh penguasa.
Indikasi keganjilan persidangan makin nyata dengan tindakan Jaksa dan
Majelis Hakim yang menolak semua eksepsi meski sebagian terdakwa jelasjelas menunjukkan bekas luka yang diderita atau bahkan sakit yang masih
diderita. Fakta ini mau mengatakan apa sebenarnya? Apakah pengadilan ini
sudah ‘dipesan’ sejak awal oleh pemegang kekuasaan di negara ini seperti
saat rombongan pejabat tinggi yang membidangi pertahanan dan keamanan
berkunjung ke Jayapura17 Maret 2006 lalu? Mengapa hakim tidak bersifat
netral dalam melihat fakta-fakta persidangan? Mengapa aparat polisi justru
menyiksa terdakwa persis di muka hidung majelis hakim tanpa ada sanksi
sedikitpun?
Pertanyaan berikut adalah mengapa media hanya terfokus pada proses
persidangan tanpa bertanya mengapa mereka disidangkan? Alasan apa mereka
demo dan terhadap siapa mereka demo? Pertanyaan kritis semacam ini hampir
tidak dijawab oleh media lokal. Menurut pengamatan SKP, hanya Suara
Perempuan Papua yang coba menggali latar belakang masalah ini secara lebih
luas hingga ke persoalan konflik masyarakat vs PT FI. Kaitan masalah yang
ada antara kasus B 16 M dengan PT FI diputus dan hilang lenyap dalam
seluruh pemberitaan dan persidangan. Apakah ini mengindikasikan sentimen
publik yang sudah memvonis mahasiswa itu sebagai pelaku kejahatan politik
sebelum persidangan mulai? Kalau kita menengok kembali bagaimana media
TV nasional mengulang-ulang tayangan pembunuhan terhadap 3 polisi di
depan Uncen, kiranya sulit dihindari kesimpulan adanya upaya untuk
membentuk opini publik ke arah tertentu. Pencitraan memiliki dampak yang
ampuh dalam membentuk opini dan TV dalam hal ini berperan kunci.
Siapapun pelakunya, ternyata pihak ini telah berhasil membentuk citra media
bahwa kerusuhan ini adalah kerusuhan politik yang mendatangkan korban di
pihak polisi. Karena itu wajar saja jika polisi membalas dendam. Inilah pesan
yang tersalur di situ.
Segi lain yang perlu kita lihat adalah bagaimana lembaga-lembaga tinggi
negara menyikapi problem ini. Tak satupun dari anggota DPR Papua, MRP,
atau pejabat pemerintah hadir dalam persidangan ini atau mengunjungi para
195
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
tahanan di penjara padahal jelas-jelas demo itu tentang PT FI. Mereka justru
sibuk untuk bersiap-siap ke Amerika Serikat guna menangani kasus ini sehingga
mendapat kritik tajam dari anggota Komisi A DPRP sendiri (26 Mei).
Kritik juga datang dari WALHI yang menerbitkan analisis tentang dampak
operasi PT FI terhadap eksistensi manusia di Timika. Laporan ini secara
canggih mengusulkan kepada pemerintah agar membentuk panel independen
yang mengkaji semua hal yang berkaitan dengan skenario penutupan tambang
emas dan tembaga raksasa ini. Hal serupa juga dibuat oleh kelompok yang
menamakan diri ‘Solidaritas tutup Freeport’ yang berusaha mencari solusi
bagi proses perusakan alam dan manusia yang amat serius yang sedang terjadi
di Timika dan sekitarnya akibat kehadiran PT FI yang tak terkontrol oleh
siapapun. Namun sayang, kedua inisiatif ini tidak mendapat tanggapan serius
dari pemerintah dan bahkan usaha untuk mengadakan seminar kecil dilarang.
Dengan mencermati alur ini, maka sulit dihindari kesimpulan bahwa yang
diadili sebenarnya adalah kebebasan berekspresi rakyat Papua dalam
menentang pengurasan kekayaan alam Amungsa oleh PT FI. Yang dihakimi
adalah kebebasan warga untuk melawan pihak yang merendahkan martabat
rakyat Papua.
D. KEAMANAN ATAU PENGAWASAN?
Situasi keamanan yang cukup tegang pasca bentrokan berdarah di Abepura
makin dipertegang oleh penyerangan kelompok TPN/OPM terhadap pos
tentara Yonif 509 di Kampung Wembi, Distrik Arso-Keerom. Serangan
kilat ini menewaskan 2 orang tentara dan 2 orang penyerang, 1 orang lukaluka, dan 1 orang dalam keadaan kritis. Peristiwa ini amat mengejutkan karena
terjadi saat Poltekes sedang mengadakan pengobatan massal di Puskesmas
Wembi yang berjarak sekitar 100 meter dari Pos TNI tersebut.
Tak pelak lagi peristiwa semacam ini mendatangkan reaksi balik dari TNI
yang segera mengadakan operasi penyisiran seperti diperintahkan oleh
Pangdam XVII/ Trikora, Mayjen. TNI George Toisutta. Dampak dari operasi
semacam ini amat jelas: warga kampung mengalami ketakutan, kekurangan
makan karena tidak boleh pergi ke kebun mereka yang jauh dari kampung,
196
dicurigai, dan diawasi. Dalam berbagai pertemuan yang dihadiri oleh SKP
sendiri, pihak TNI terus menekankan bahwa masyarakat pasti tahu mengenai
rencana ini karena ada hubungan saudara. Sedangkan masyarakat dengan
jujur mengatakan bahwa mereka tidak tahu-menahu. Ciri-ciri fisik kelompok
penyerang bukan berasal dari Wembi dan sekitarnya. Namun demikian
keterangan ini tidak banyak didengar apalagi dipercaya. Operasi penyisiran
jalan terus dan sebagai akibat sejumlah orang ditangkap oleh pihak TNI,
diinterogasi secara maraton meski tidak dilukai, dan sebagian dilepas setelah
ada tekanan dari pihak Gereja Katolik setempat. Suasana ini amat
mengganggu umat yang tengah merayakan Hari Paskah karena ketakutan
dan menipisnya cadangan makanan menjadikan warga masyarakat merasa
lumpuh sehingga tidak bisa merayakan Paskah sewajarnya.
Di Kota Jayapura, tidak lama sesudah kejadian di Abepura, tiba-tiba
Bendera Bintang Kejora berkibar di gedung rektorat Uncen. Tidak ada pihak
yang menyatakan diri bertanggung jawab dengan hal ini dan polisi segera
mengamankan. Insiden ini makin menguatkan suasana curiga di Jayapura
mengingat trauma peristiwa 16 Maret belum hilang dan tiba-tiba kita semua
dikejutkan oleh peristiwa ini. Muncul berbagai pertanyaan, siapa yang buat
ulah ini? Apakah ini rekayasa lagi dan dengan maksud apa? Mengapa ’naik
bendera’ terjadi di lokasi pendidikan tinggi yang menjadi tempat pergumulan
orang muda Papua yang secara kritis menilai perkembangan sosial-politik di
Papua dan menyuarakan suara rakyat? Berbagai pertanyaan ini tinggal sebagai
pertanyaan karena polisipun tak mampu mengungkapkan pelakunya hingga
detik ini.
Lain Jayapura, lain Sydney-Australia. Pengibaran bendera di sana terjadi
secara terbuka tanpa bahaya digerebek polisi apalagi tentara. Pesan dan aspirasi
M secara lantang disuarakan oleh kelompok pendukung kemerdekaan Papua
di Australia. Kegiatan semacam inilah yang menjadikan pemerintah secara
gampang mempersalahkan ‘pihak asing’ sebagai penyebab ketidakstabilan
politik di Papua seperti diungkapkan oleh menteri pertahanan (28 Juni) apalagi
tikaman Australia dengan pemberian suaka belum pulih benar.
Selain mempersalahkan pihak asing, tuduhan kepada Gereja-gereja juga
menjadi tuduhan klasik untuk mengelak dari tanggung jawab. Ketua Sinode
197
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
GKI di Tanah Papua, Pdt. C. Berotabui, perlu angkat bicara dan menjelaskan
posisi gereja-gereja dalam memperjuangkan keadilan dan perdamaian
didasarkan pada panggilan kenabian mereka.
Dari catatan SKP selama triwulan ini gaya ‘beladiri’ masih amat
mendominasi wacana pertahanan dan keamanan Pemerintah mengenai Papua.
Selama sudut pandang ini dominan, kiranya sudut pandang dialog tetap kurang
mendapat tempat. Pertanyaannya adalah apakah pemerintah bersedia
membuka diri ke arah dialog selama kebijakan pertahanan dan keamanan
bersifat mengontrol? Jika Aceh dapat diselesaikan di meja perundingan, kapan
Papua mendapat giliran? Apakah menunggu korban lebih banyak?
E. SANDIWARA POLITIK: OBRAL JANJI
KEMAKMURAN
Media dan ingatan publik terus mencatat bagaimana wabah korupsi belum
juga ditangani secara efektif meski hal ini menjadi bagian dari janji SBY-Kalla
saat kampanye dan 100 hari masa pemerintahan pasangan ini. Dalam konteks
kita di Papua, kita bersama-sama mencatat bahwa pejabat-pejabat daerah
makin dililit perkara korupsi. Perkara mantan Bupati Jayawijaya, David Hubi,
menyedot perhatian besar dari para pendukung, musuh politik, dan aparat
penegak hukum.
Selain itu, yang lebih menyedihkan adalah kinerja pemda-pemda yang
nota bene dipilih oleh rakyat secara langsung terus, hanya omong besar soal
Dana Otsus, Pelayanan Kesehatan, khususnya terhadap Ibu dan Anak, dan
bidang Pendidikan. Berbagai kasus korupsi, kemacetan pelayanan publik telah
menjadi litani keluhan masyarakat yang tak kunjung putus.
Otsus yang telah direduksi menjadi sekedar soal uang sekarang direduksi
lagi hingga menjadi soal janji. Sulit dipastikan kapan janji itu akan dipenuhi
karena fakta-fakta mencatat soal DPRP yang berwacana atau Pemda yang
mengobral janji juga. Belum satu perdasuspun dibentuk hingga triwulan kedua
ini dan mau sampai kapan ketidakjelasan ini berbuntut pada korupsi?
Bidang kesehatan yang menjadi andalan kampanye semua kandidat bupati
dan gubernur ternyata justru mencatat adanya wabah muntaber yang berat
198
digolongkan sebagai KLB di Wamena karena memakan korban ratusan orang.
Ternyata situasi semacam ini tidak hanya terjadi di pegunungan tetapi juga di
Biak yang tergolong lebih maju infrastruktur, fasilitas, dan layanan kesehatannya,
7 orang meninggal akibat diare (18 April).
Kelompok yang paling rentan adalah kelompok ibu-ibu dan anak-anak.
Laporan dari Kabupaten Asmat, misalnya, menggambarkan bahwa
kelompok ini ternyata mengalami problem gizi buruk dan angka kematian
ibu dan anak yang tergolong tinggi. Dari 2.346 anak dan balita yang berhasil
didata, 129 balita mengalami gizi buruk. Ini berarti sekitar 6% balita yang ada
mengalami gizi buruk. Persoalan menjadi lebih rumit dengan tingginya angka
kematian bayi menurut Dinkes Provinsi Papua (29 Mei). Contoh lain adalah
ketersediaan vaksin yang tidak menjangkau jumlah ibu dan anak seperti terjadi
di Sentani, tidak jauh dari pusat pemerintahan Provinsi Papua (12 April).
Pekan Imunisasi Nasional yang disambut baik oleh kalangan ibu-ibu ternyata
tidak menyiapkan sarana yang memadai sehingga dikuatirkan cakupan
imunisasi juga rendah. Jika ini terjadi maka tinggal dihitung hari saja kapan
akan terjadi KLB penyakit tertentu.
Cerita menjadi lebih gelap saat bicara mengenai pertambahan angka
penyakit HIV dan AIDS. Sejumlah LSM yang bergiat menangani masalah ini
melaporkan secara teratur kenaikan angka penderita HIV/AIDS yang ada di
Papua dan makin mencapai tingkat mengkuatirkan karena telah menyerang
ibu rumah tangga dan bayi dengan prosentase terbesar ada di kalangan orang
Papua. Kenyataan baru ini patut diseriusi jika kita bicara mengenai hak hidup
orang Papua.
Segi lain yang patut kita soroti adalah rendahnya anggaran kesehatan
dibandingkan sektor lain dalam APBD. ICS misalnya menyoroti bahwa
senyatanya Pemprov Papua pada RAPBD 2006 hanya menganggarkan Rp
196,29 miliar dari total anggaran Rp 4.015,57 triliun. Ini berarti hanya sekitar
4,8 persen padahal menurut UU Otsus dan standar WHO dana yang harus
dialokasikan sebesar Rp 196,29 miliar atau sebesar (15%). Faktor inilah yang
menjadi indikasi nyata bahwa pemerintah dan para politisi sekedar obral janji
kepada rakyatnya mengenai tingkat kemakmuran.
Sayangnya, kebijakan belum banyak berubah sementara kenyataan di
199
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
lapangan penyakit-penyakit telah berkembang amat cepat dan ganas. Anehnya,
halangan geografis, perilaku masyarakat yang kurang higienis justru bukan
menjadi alasan untuk lebih giat dan serius menangani masalah kesehatan tetapi
justru menjadi dalih untuk mengelak dari tanggung jawab. Betapa sering kita
mendengar ungkapan pejabat seperti ‘masyarakat kita memang memiliki
budaya demikian’ atau ‘lokasi pemukiman tersebar dan sulit dijangkau sehingga
kami tidak ke sana’.
Rendahnya kualitas pelayanan kesehatan, rendahnya anggaran pelayanan
kesehatan, perilaku masyarakat yang tidak sehat, isolasi geograris, dan tingginya
penyakit yang mematikan merupakan kombinasi fatal yang amat pelik dan
terus menerus mengancam kelangsungan hidup orang Papua.
Situasi serupa terjadi di bidang pendidikan. Unsur-unsur yang dapat kita
analisis adalah mulai dari fasilitas belajar mengajar, angka anak bersekolah,
anggaran dana, dukungan dari masyarakat sendiri. Dalam potret peristiwa
triwulan ini muncul satu fakta yang mencengangkan. Tak jauh dari Kota
Jayapura, di Kampung Moso, Distrik Muara Tami, anak-anak tidak memiliki
gedung sekolah dan guru (4 Mei). Akibatnya mereka harus bersekolah di
gereja setempat dan dengan guru anggota TNI yang bertugas di situ. Kisah
serupa juga dialami di Mimika (16 Mei), Distrik Ninia-Yahukimo (16 Mei),
Asmat (23 Mei), Biak Numfor (26 Mei), Distrik Skamto-Keerom (27 Juni).
Unsur lain yang lebih tipikal Papua adalah pemalangan lokasi sekolah
oleh pemilik hak ulayat. Peristiwa ini terjadi di mana pun di Tanah Papua dan
kadangkala tidak terlalu mudah diatasi. Pemalangan yang terjadi di SMP Negeri
IV Manswan Biak, misalnya, terjadi karena Marga Simopiaref menolak
pemberhentian Kepala Sekolah dari marga tersebut dan menuntut agar
pengganti kepala sekolah berasal dari marga ini. Meski kurang terlalu rinci
informasi yang terbaca di media lokal, yang jelas adalah pelaksanaan ulangan
semester dan proses belajar mengajar di sekolah tersebut terhalang bahkan
terhenti samasekali. Kerugian komunal inilah yang seringkali tidak
diperhitungkan oleh warga masyarakat sendiri karena kepentingan kelompok
lebih diunggulkan.
Segi lain yang penting untuk dicermati adalah dampak dari kekacauan
sistem UAN terhadap proses belajar siswa di Papua. Sistem ini telah menuai
200
kritik di tingkat nasional dan terus dipaksakan jalan oleh Wapres Yusuf Kalla
dan Mendiknas, Bambang Soedibyo. Salah satu contoh kecil adalah
ketidaklulusan siswa yang kemudian berdemo ke Komisi E DPR Papua.
Kelompok ibu-ibu orang tua murid mengungkapkan ketidakmengertiannya
atas sistem ini dan sekaligus rasa ketidakberdayaannya karena sistem ini berlaku
secara nasional tanpa pandang keragaman dan konteks sosial setempat.
F. ORANG KECIL TETAP TERSINGKIR
Catatan peristiwa ini ditutup dengan salah satu potret kecil yang tersingkir
dari pandangan kita: mama-mama penjual sayur di Kota Jayapura. Mereka
ini dari masa Pasar Ampera hingga Pasar Youtefa tetaplah menjadi penonton
di pinggiran pentas ekonomi. Problem pasar tradisional justru bertambah
sesaat mereka dipindahkan ke pasar Youtefa mulai dari pungli, pencurian,
banjir, akses transportasi yang sulit dan mahal, sampai dengan perbedaan
mencolok antara pedagang pendatang dan pedagang asli Papua.
Selain itu kebijakan yang tumpang tindih makin memperkeruh keadaan
karena di satu sisi, Pemkot Jayapura menegaskan secara mati-matian pasar
tunggal, tetapi di lain sisi, pihak yang sama membangun kembali pasar
penyangga. Ketidakpastian kebijakan ini tentu saja menyiratkan kekurangan
di bidang perencanaan dan tata kota Pemkot Jayapura.
Demikianlah catatan mengenai borok-borok sosial, ekonomi, politik,
hukum, dan HAM yang dipotret oleh SKP Jayapura dalam triwulan ini „
201
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
BAB III
TANAH PAPUA
RUMAH KITA,
BELUM AMAN ?
Papua Aktual
Juli – September 2006
Oleh A.F. Sari Rosa Moiwend
Kwamki
202
BAGIAN I
LINT
ASAN P
ERISTIW
A HAK A
SA
SI
LINTA
PERISTIW
ERISTIWA
ASA
SASI
MANUSIA
JULI – SEPTEMBER 2006
A. HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK
A.1 KEBEBASAN WARGA
5 Juli
Pemerintah PNG dikabarkan telah menolak permintaan Australia untuk
menampung pencari suaka dari Papua selagi permohonan status pengungsi
mereka diproses oleh Canberra. Pendekatan informal telah dilakukan oleh
Komisioner Tinggi Australia kepada Menlu Rabbie Namaliu.
4 Juli
Tujuh tersangka dalam kasus penembakan dua guru Amerika dan 1
guru Indonesia di Timika telah menolak diadili di Jakarta. Mereka
dijadwalkan memasuki persidangan pertama di Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat pada hari Selasa, 4 Juli 2006, tetapi menolak hadir dan mengirim
surat kepada pengacara mereka. “Mereka menolak sidang dengan alasan
bahwa mereka ingin diadili di Timika sebagai TKP”, kata Johnson
Panjaitan, pengacara tersangka.
12 Juli
Lima orang yang akan berunjuk rasa di depan Pengadilan Negeri
Jayapura dibubarkan polisi. Polisi membubarkan rencana aksi itu karena
pada saat yang sama Pengadilan Negeri Jayapura sedang menggelar sidang
kasus kerusuhan Abepura. Kelima orang itu adalah Starius Wobay (23),
Aloysius Haluk (20), Elias K Weah (28), Patrisius Haluk, dan Amos Pigai
203
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
(20). Polisi membubarkan kelima orang itu saat mereka sedang
mempersiapkan spanduk aksi mereka. Mereka akan berunjuk rasa
menuntut proses persidangan kasus Abepura dijalankan secara obyektif
dan transparan.
Luis Gedi terdakwa kasus bentrok di depan Kampus Uncen Abepura
dituntut 15 tahun penjara oleh Jaksa Penuntut Umum di Pengadilan Negeri
Jayapura. Luis Gedi bersama Feri Pakage (terdakwa lain berkas terpisah)
disebut sebagai pelaku utama melakukan penganiayaan terhadap anggota
Brimob Papua masing-masing Briptu Syamsudin, Briptu Daud Sulaiman
dan Briptu Arizona hingga tewas seketika di tempat kejadian. Dalam
sidang yang sama Selfius Bobi dituntut 6 tahun penjara didakwa karena
dinyatakan telah menghasut masyarakat sehingga melakukan demonstrasi
yang meminta PT Freeport ditutup yang berlanjut menjadi tindakan
anarkis. Sedangkan Othen Dapyal, Elkana Lakobal, Musa Asso, Elias
Lakobal, Mon Jefri Obaja Pawika, Matias Mihel Dimara masing-masing
dituntut 4 tahun penjara sesuai dengan pasal 214 KUHP (1) serta denda
Rp 1000.
14 Juli
Meski keberadaan perwakilan Komisi Nasional (Komnas) Hak Asasi
Manusia (HAM) juga diamanatkan dalam UU No. 21 Tahun 2001, namun
lembaga ini belum sepenuhnya mendapat perhatian dari pihak pemerintah
daerah (eksekutif) maupun legislatif. Untuk itu, sudah saatnya nama
Komnas HAM ini harus diubah menjadi Komda HAM Papua. Anggota
Komisi A DPRP Henny Arobaya menegaskan agar keberadaan perwakilan
Komnas HAM Papua ini mendapat tempat dan perhatian serius dari
pemeritah daerah, status kelembagaannya harus diubah. “Selama status
dari Komnas HAM Papua tidak diubah menjadi Komisi Daerah
(Komda), maka selama itu juga perhatian pemerintah dan DPRP terhadap
keberadaan lembaga ini menjadi tidak maksimal, terutama masalah
pengalokasian anggaran yang meski sesuai amanat UU No. 21 Tahun
2001, itu semua pembiayaan menyangkut tugas-tugas lembaga ini menjadi
tanggung jawab pemerintah daerah”.
204
15 Juli
Selvi Kogoya, berusia 19 tahun ditembak oleh Bripda Yeremias Pieter
Wabiser, sekitar pukul 04.00 WIT di Kota Karubaga, Kabupaten Tolikara.
Penembakan itu menyebabkan ratusan orang bersenjata tajam menyerang
mobil berpenumpang Bripda Yeremias dan dua orang temannya.
Penyerangan itu mengakibatkan Bripda Yeremias tewas mengenaskan,
Bripda Yansen dan Taslim terluka parah.
Kapolda Papua Irjen Pol. Drs. Tommy Trider Jacobus menyesalkan
penembakan yang dilakukan oleh anggota polisi di Karubaga, Tolikara
dan Sorong yang kesemuanya berawal dari masalah minuman keras. “Saya
perlu ingatkan lagi tentang tingkat disiplin anggota di lapangan. Para
Kapolres supaya betul-betul memelihara masalah kedisiplinan itu. Ini betulbetul suatu teguran bagi jajaran Polda,” tegas Kapolda.
18 Juli
Pengadilan untuk tujuh orang tersangka kasus penembakan dua orang
guru warga Negara Amerika Serikat pada tahun 2002 dan seorang pekerja
warga Indonesia untuk PT Freeport Indonesia di Timika, Papua digelar
di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Para tersangka dibawa paksa ke
pengadilan oleh polisi setelah 2 kali menolak untuk menghadiri
persidangan. Pengacara para terdakwa meminta untuk dilakukan
pengadilan di Timika. “Sia-sia untuk melaksanakan pengadilan di sini.
Kita tidak akan bicara,” kata Johnson Panjaitan, salah satu pengacara para
terdakwa.
19 Juli
Di Jayapura, sidang kasus bentrok 16 Maret 2006 juga digelar. Para
hakim yang diketuai oleh Morris Ginting, SH juga menangguhkan dengar
tuntutan jaksa terhadap empat orang terdakwa lainnya. Keempat orang
terdakwa yang dihadapkan pada dakwaan yang sama adalah Markus
Kayame, Patrisius Aronggear, Thomas Ukago dan Fenius Waker.
Sementara itu, Othen Dapyal, Elkana Lokobal, Musa Asso, Moses Lokobal
dan Mon Jefri Pawika menyatakan bahwa mereka menarik pernyataannya
205
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
pada pembacaan tanggapan oleh pengacara mereka dari tim advokasi
Papua Tanah Damai.
Dalam sidang ini Selfius Bobi (salah satu terdakwa) mengatakan, bahwa
dalang di belakang kasus bentrokan di depan Kampus Uncen (Kamis, 16
Maret 2006) adalah Cosmos Yual (Koordinator Lapangan Front Parlemen
Jalanan). “Saat kejadian, saya bersama beberapa tokoh masyarakat dari
DPRP bernegosiasi dan menghimbau agar masyarakat bubar, namun
Cosmos Yual bersama beberapa temannya tetap saja membangkitkan
semangat massa yang menduduki jalan raya agar tidak bubar dan tetap
duduk. Untuk itu saya berkesimpulan ada apa di belakang Cosmos Yual,”
kata Selfius Bobi.
24 Juli
Sidang digelar di Pengadilan Negeri Jayapura dengan agenda
pembacaan putusan atas terdakwa kasus bentrokan 16 Maret 2006 di
depan Kampus Universitas Cenderawasih yakni Nelson Rumbiak, Markus
Kayame, Elkana Lokobal, Musa Asso, Moses Lokobal, Patrisius
Aronggear, Penius Waker, Bensiur Mirin, Matias Dimara, Othen Dapyal,
Mon Jefry Obaja Pawika, Sidang dipimpin oleh Majelis Hakim yang terdiri
dari Morris Ginting, SH, selaku Hakim Ketua, A.Lakoni, SH, M.Hum,
dan Denny Sumadi, SH masing-masing sebagai hakim anggota.
Persidangan ini dihadiri oleh banyak anggota Polisi baik yang berseragam
maupun yang tidak berseragam, serta Anggota TNI yang tidak
berseragam.
Dalam persidangan tersebut, hakim membacakan putusan bagi
masing-masing terdakwa yakni hukuman 5 tahun penjara bagi terdakwa
Elkana Lokobal, Musa Asso, Moses Lokobal, Patrisius Aronggear, Penius
Waker, Bensiur Mirin, Matias Dimara, Othen Dapyal, dan Mon Jefri
Pawika. Sementara itu Nelson Rumbiak diputus 6 tahun penjara dan
Markus Kayame diputus 4 bulan 15 hari penjara.
26 Juli
Sidang lanjutan kasus bentrok 16 Maret kembali digelar di Pengadilan
206
Negeri Jayapura dengan beberapa agenda di antaranya pembacaan putusan
untuk terdakwa Selfius Bobi dan Elias Tamaka, pembacaan putusan sela
serta mendengarkan eksepsi beberapa terdakwa lainnya. Dalam sidang
tersebut, Pengadilan Negeri Jayapura menjatuhkan hukuman terhadap 2
orang bentrok 16 Maret 2006 yaitu Selfius Bobii (6 tahun penjara) dan
Elias Tamaka (5 tahun penjara). Menurut pengacara mereka, Iwan Niode,
SH, Selfius Bobi dan Elias Tamaka dinyatakan bersalah menggunakan
kekerasan melawan otoritas atau mengajak yang lain untuk melakukan
tindakan kekerasan selama protes pada bulan Maret yang mengakibatkan
meninggalnya enam orang petugas.
1 Agustus
Kuasa Usaha Ad Interim/Politik KBRI (Kedutaan Besar Republik
Indonesia) di Port Moresby, R.P. Pratito Soeharyo mengatakan bahwa
ada sejumlah mahasiswa (30-an orang) asal Papua yang lari ke PNG ketika
terjadi konflik berdarah di Abepura 16 Maret 2006. Keberadaan semua
mahasiswa di PNG dilindungi oleh salah satu LSM dengan maksud dan
tujuan tertentu, dan mereka sedang belajar bahasa Inggris, karena
rencananya akan dilarikan ke Australia. Namun sejauh ini, KBRI masih
terus melakukan pendekatan dan menyarankan untuk kembali ke Papua
karena tidak ada lagi pengejaran dan penculikan.
4 Agustus
Kapolda Papua, Irjen Pol. Tommy Jacobus membenarkan bahwa ada
sekitar 30-an mahasiswa dari Jayapura yang berada di PNG. Ia
menghimbau agar para mahasiswa tersebut bisa kembali ke Papua, sebab
yang masuk dalam DPO terkait kasus Abepura 16 Maret 2006 tinggal 6
orang.
9 Agustus
16 terdakwa kasus Abepura 16 Maret mencabut kuasa dari Tim
Penasihat Hukum Papua Tanah Damai yang selama ini mendampingi
mereka. Pencabutan itu didasarkan pada alasan: [1] penandatangan BAP
207
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
dilakukan tanpa sepengetahuan mereka, [2] tim PH tersebut senyatanya
tidak mendampingi terdakwa mulai dari proses di Polsek Abepura,
Polresta Jayapura, hingga Polda Papua, [3] selama menjalani proses hukum,
para terdakwa tidak diberi kesempatan sedikitpun untuk membaca BAP
supaya dapat mempersiapkan pembelaan dengan baik, [4] dengan alasan
itu terdakwa berkesimpulan bahwa proses hukum apapun akan merugikan
mereka.
28 Agustus
Sekitar 50 orang dari Front Persatuan Perjuangan Rakyat Papua Barat
berunjuk rasa di depan Kedubes AS meminta pelaku penembakan di Timika
dibebaskan tanpa syarat. Aksi digelar di jalur hijau, Jalan Merdeka Selatan,
Jakarta Pusat. Massa menilai penangkapan 7 pelaku penembakan 2 WNA
asal AS dan 1 WNI di Timika pada tahun 2002 merupakan konspirasi dan
kepentingan AS. Pelaku penembakan di Timika adalah Hardi Tsugumol,
Agustinus Anggaibak, Markus Kalabetme, Yohanes Kasemol, Yulianus
Deikme, Jerius Kiwak, Pdt. Isak Onawame dan Anthonius Wamang. Kasus
ini tengah disidang di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Sebanyak 32 orang CPNS yang melakukan demo penolakan Dr. Niko
Barens sebagai direktur RSUD ke DPRD Kabupaten Jayapura dipanggil
oleh Asisten III Lukas Mra Mra, SH. CPNS tersebut direncanakan untuk
ditempatkan di RSUD Kabupaten Jayapura. Dari 32 orang hanya 26
memenuhi panggilan. Mereka dinilai telah melanggar aturan kepegawaian
dan mengadu domba antara eksekutif dan legislatif.
Nelson Rumbiak, salah seorang terdakwa kasus Abepura 16 Maret,
dianiaya anggota Dalmas Polresta Jayapura ketika tiba di LP Abepura
setelah mengikuti persidangan di Pengadilan Negeri Abepura,
Penganiayaan ini terjadi akibat Nelson menolak semua keterangan dari
saksi-saksi polisi yang diajukan jaksa di persidangan. Nelson dipukul
dikepalanya dengan tongkat rotan hingga bengkak dan jatuh tersungkur
ke tanah. Beberapa orang anggota polisi menendang rusuk kiri korban
dengan sepatu lars sambil menginjak tubuh korban. Akibatnya, rusuk kiri
korban mengalami pembengkakan dan cedera berat. Akibat penganiayaan
208
ini terdakwa dirawat di UGD RSUD Abepura dan penasihat hukum
akan mengajukan protes kepada kejaksaan.
29 Agustus
Akibat penganiayaan terhadap Nelson Rumbiak oleh anggota Dalmas
Polresta Jayapura, para napi di LP Abepura marah dan melempari mobil
kejaksaan yang akan menjemput tahanan kasus Abepura 16 Maret. Suasana
berubah menjadi amat tegang saat terdakwa menolak pergi ke
persidangan. Penasihat hukum terdakwa, Aloysius Renwarin, SH, David
Sitorus, SH, Ecoline Situmorang, SH dan Pdt. C. Berotabui datang dan
berunding dengan tahanan dan pihak kejaksaan. Mereka meminta adanya
jaminan keselamatan dari Kejaksaan terhadap para terdakwa agar mereka
dapat hadir kembali dalam persidangan.
7 September
Komandan Kodim 1706 Fakfak, Letko. Inf. Ali Hamdan Bogra
menganiaya keras anak buahnya serka TNI AD Habel Hegemur (44)
hingga pendengarannya terganggu. Kejadian bermula dari niat baik dari
Serka Habel Hegemur yang berniat baik menolong kawannya, Sersan
Edi Suyanto yang dianiaya dan dihukum oleh Letkol. Ali Bogra dengan
cara mengikatnya di batang kelapa dari pukul 07.00 WP sampai 21.00
WIT. Serka Habel Hegemur, tak tega melihat kawannya sudah mulai lemas
itu, ia lantas melepaskan tali dari tubuh Sersan Edy Suyanto dan
mempersilahkan Edy Suyanto makan di ruang piket, karena pada waktu
itu turun hujan. Mendengar berita itu Letkol Ali Bogra, naik pitam, lantas
ia menganiaya Serka Habel Hegemur sampai babak belur, setelah itu
menyuruh korban push up dengan posisi kaki di atas meja kepala di lantai.
Korban mengatakan pada waktu push up darah segar mengucur keluar
dari telinga, korban merasa sakit tapi tahan saja sebagai seorang prajurit
bawahan harus patuh kepada perintah komandan.
13 September
Dua terdakwa Kasus Bentrok Abepura, masing-masing Muhammad
209
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
Kaitam, Sedrik Jitmau, divonis 5 tahun penjara, potong masa tahanan dalam
sidang lanjutan di Pengadilan Negeri Jayapura. Vonis lima tahun ini sama
dengan tuntutan Jaksa Penuntut Umum (JPU) yang sebelumnya menuntut
terdakwa 5 tahun penjara. “ Sesuai dengan fakta di persidangan serta barang
bukti dan keterangan saksi, maka kami putuskan terdakwa dihukum dengan
hukuman lima tahun penjara,” ujar Morris Ginting selaku Hakim Ketua.
15 September
Tiga terdakwa kasus bentrok 16 Maret Abepura yakni Yahya Echo
Merano, divonis empat tahun penjara, Aris Mandowen dan Pieter Buiney
divonis lima tahun penjara dalam sidang lanjutan kasus ini yang berlangsung
di Pengadilan Negeri Jayapura.
16 September
Sidang kasus penembakan 2 guru Amerika dan 1 guru Indonesia di
Timika yang sedianya digelar di Pengadilan Negeri Jakarta terpaksa ditunda.
Hal ini terjadi karena adanya aksi mogok makan yang dilakukan oleh 6
orang terdakwa, sejak tanggal 13 September 2006. “Sejak Rabu sampai
sekarang mereka mogok makan, itu akan dilakukan hingga keadilan
ditegakkan,” ujar Damaris Onawame, putri salah satu terdakwa, Pendeta
Ishak Onawame. Alasan para terdakwa mogok makan adalah karena
mereka menolak kesaksian FBI dalam kasus tersebut. Mereka menganggap
pengadilan berlaku tidak adil. Meski sudah memasuki hari ketiga, kondisi
para terdakwa dipastikan baik-baik saja.
22 September
Seorang mahasiswa bernama Yohanes Kurisi, 23 tahun, dirawat di
Rumah Sakit Dian Harapan, Jayapura karena tertembak dipunggung
setelah minum minuman keras di warung di sekitar rumahnya. Ketika itu
Yohanes Kurisi dan dua orang temannya sedang dalam perjalanan pulang.
Kira-kira 500 meter dari kediamannya, mereka diganggu oleh sekelompok
anak muda. Tiba-tiba saja melintas sepeda motor dan pengendara sepeda
motor itu melepaskan tembakan yang mengenai punggung Yohanes.
210
25 September
Puluhan warga Papua berdemonstrasi di depan Istana Negara di Jakarta
Pusat dengan permohonan pembebasan pendeta Ishak Onawane
tersangka kasus penembakan dekat PT Freeport Indonesia. Para
demonstran yang berasal dari Front Perjuangan Rakyat Papua Barat
(FPRPB), tiba di Istana Negara di Jln. Merdeka Utara sekitar pukul 10
pagi.
27 September
Karena waktu yang sudah mendesak, PGGP diwakili oleh Sekum, J.
Budi Hernawan OFM, dan pengacara korban, David Sitorus, SH,
menyerahkan laporan investigasi bentrokan Abepura 16 Maret 2006
kepada Gubernur Papua, Barnabas Suebu, SH di gedung negara pada
larut malam sekitar pukul 22.30. Pertemuan ini didampingi oleh Agus
Sumule, Matias Rafra dan Ronald Tapilatu selaku asisten pribadi gubernur.
28 September
Tim Persekutuan Gereja-gereja di Papua (PGGP) dipimpin oleh Uskup
Leo Laba Ladjar OFM selaku Ketua Umumnya menyerahkan laporan
investigasi Peristiwa Abepura 16 Maret 2006 ke Komda HAM yang
diterima langsung oleh Ketua Komda, Albert Rumbekwan, SH. Dalam
presentasinya, PGGP meminta agar Komnas HAM membentuk KPP
HAM guna mengusut secara tuntas peristiwa yang telah menimbulkan
dampak yang luas tersebut.
Permintaan Kapolresta Jayapura AKBP Robert Djoenso agar kasus
penembakan terhadap Yohanes Kurisi (23) di Kotaraja, beberapa lalu
tidak dipolitisir, disambut positif keluarga korban. Kakak kandung korban,
Mano Kurisi Doga (30) mengatakan, kalau dirinya dan juga keluarga besar
Kurisi Doga berjanji tidak ingin kasus penembakan adiknya ini dipolitisir
oleh oknum-oknum tertentu yang memanfaatkan situasi guna merusak
citra aparat kepolisian di mata masyarakat.
211
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
A.2 PERTAHANAN DAN KEAMANAN
2 Juni
Kepala Staf TNI AL (KSAL) Laksamana TNI Slamet Soebijanto
menargetkan pembanguan Markas Komando Wilayah Laut III (Bagian
Timur) yang akan berpusat di Katapop, Distrik Salawati Kabupaten
Sorong, akan selesai pada tahun 2008 mendatang dikarenakan masalah
anggaran yang belum dikucurkan. Terkait rencana pembangunan markas
tersebut, pihaknya akan membutuhkan 5000 personil.
27 Juni
Meski Gubernur Lemhanas Prof. Dr. Muladi dengan tegas mengatakan
bahwa dirinya mendukung penuh pelaksanaan UU Otsus, namun tetap ada
yang berseloroh yakni dari MRP, yang dengan tegas meminta agar masyarakat
Papua jangan lagi disebut OPM. Dalam pertemuan itu, Gubernur Lemhanas
Prof. Dr. Muladi menyatakan mendukung penuh implementasi Undangundang Nomor 21 tahun 2001 tentang Otsus bagi Provinsi Papua, sebab
menurutnya Otsus adalah solusi yang terbaik bagi Papua.
29 Juni
Menteri Pertahanan menyatakan pemimpin daerah dan tokoh
masyarakat di Papua perlu membangun kapasitas masyarakat sipil dalam
pemerintahan di Papua karena Negara-negara asing terus mengamati
perhatian yang khusus di Propinsi tersebut. “Sebagai bagian terisolasi dari
negara berkembang, Papua akan terus menerus menjadi sorotan dari
negara-negara asing. Hal itu dapat berbentuk kehadiran fisik atau suara
parlemen dari negara tersebut seperti Australia dan Amerika Serikat.
2 Juli
Kepala Staf TNI AL (KSAL) Laksamana TNI Slamet Soebijanto
menargetkan pembangunan Markas Komando Wilayah Laut III (Bagian
Timur) yang akan berpusat di Kabupaten Sorong, akan selesai pada tahun
2008 mendatang. Harapan untuk merealisasikan secepatnya pembangunan
212
Markas Komando Wilayah III yang akan dibangun di Katapop, Distrik
Salawati Kabupaten Sorong belum dapat terlaksana karena terhalang
dengan masalah anggaran yang belum dikucurkan.
Dua anggota TPN/OPM yaitu Alom Pagawak dan Sangkur Yikwa
dari Distrik Kelila menyerahkan diri kepada aparat Kepolisian di Polsek
Kelila, Kabupaten Jayawijaya. Kedua anggota TPN/OPM ini pertama
kali menyerahkan diri kepada Kapolsek Kelila Aipda Rolfi T. Bessi ketika
ada kedukaan di wilayah Desa Yelonggolo dimana kedua anggota TPN/
OPM itu tinggal. Alom Pagawak pernah memimpin aksi kekacauan di
beberapa wilayah Distrik Kelila yang meliputi Desa Yelonggola sampai
Desa Arsbol (Perbatasan Mambramo) sedangkan Sangkur Yikwa
bertindak sebagai panglima perang. Penyerahan diri keduanya disertai
dengan atribut–atribut seperti bendera bintang kejora, lambang, kartu
anggota dan atribut lainnya
4 Juli
Danrem 172/PMY Kol. Inf. Azis Wanto memaparkan tentang
kesiapan pengamanan kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
di Papua (Kota Jayapura, Jayawijaya, Yahukimo) pada akhir Juli (26-28)
nanti akan melibatkan sekitar 2.968 personil terdiri dari TNI-AD, AL,
AU dan Brimob. Sementara khusus di Kota Jayapura disiapkan sekitar
1.627 Personil. Hal ini terungkap dalam pertemuan panitia rencana
kunjungan Presiden SBY bersama instansi teknis terkait dijajaran Pemerintah
Provinsi Papua, Kota Jayapura dan institusi lainnya.
8 Juli
Dengan menggunakan Kapal KRI Tanjung Kabaina, sekitar 600
anggota/personil Polisi Brigade Mobile (Brimob) dari Jakarta tiba di
pelabuhan Timika pada hari Minggu, untuk mengamankan PT Freeport
di Timika, sebuah objek vital di Kabupaten Mimika. Kantor Berita Antara
melaporkan 600 anggota Polisi tersebut dibawah pimpinan Ajun Komisaris
Senior Siswo tersebut menggantikan personil tentara dalam pengamanan
perusahaan emas raksasa, PT Freeport selama sekitar enam bulan.
213
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
11 Juli
Pejabat Gubernur DR. Sodjuangon Situmorang, M.Si didampingi Drs.
M.R. Kambu, M.Si dan sejumlah pejabat eselon II di lingkungan Pemprov
Papua mengujungi perbatasan untuk mengecek kesiapan rencana
pertemuan Perdana Menteri PNG dengan Presiden SBY dan kesiapan
pembukaan pintu lintas batas. Hadir juga dalam kunjungan ini Panglima
PNGDF (Papua New Guinea Departement of Force) atau Panglima
Angkatan Bersenjata PNG, Commodore Peter I. Lau. Didampingi Atase
Pertahanan RI untuk PNG, Kol. Kav. Sumihardjo dan Konsulat RI di
Vanimo Ign. Kristanto H, MA. Mereka berkeliling mengecek kesiapan
pos perbatasan serta melihat - lihat pasar di perbatasan.
13 Juli
Tidak semua personil Brigadir Mobil (Brimob) Kelapa Dua Jakarta
yang ditugaskan mengamankan objek vital nasional (obvitnas), bergeser
ke Tembagapura. Sebanyak 106 pasukan non organik kepolisian itu masih
menempati ruang pertemuan Polres Mimika. Penempatan personil Brimob
di Tembagapura akan disesuaikan dengan kebutuhan.
15 Juli
Terjadi penembakan dan penghadangan terhadap aparat polisi di
Karubaga, Kabupaten Tolikara oleh sekelompok orang.
16 Juli
Situasi di Karubaga pasca penembakan dan penghadangan terhadap polisi,
mulai kondusif lagi. “Atas nama Pemerintah Kabupaten Tolikara, kami katakan
bahwa situasi keamanan pasca peristiwa 15 Juli lalu, dalam keadaaan kondusif,
aman dan terkendali. Aktivitas masyarakat di Tolikara berjalan seperti biasanya,
tidak ada situasi mencekam,” kata Sekda Tolikara, Kusdianto, SH.
18 Juli
Teroris Indonesia telah membuka pintu ke Papua New Guniea untuk
membidik Australia dan perusahaan tambang dan ketertarikan mereka
214
dengan energi. Padahal jumlah tentara PNG berkurang seperti yang
dikatakan oleh mantan Komandan pensiunan Mayor Jenderal Jerry
Singirok, yang mana di tahun 1997 menantang pemerintahan PNG dan
menjatuhkan Army Sandline yang merencanakan untuk mengalahkan
pengikut Bougainville. Pengurangan militer PNG dari 500 orang menjadi
200 orang telah melemahkan militer. Pensiunan Mayor Jenderal Jerry
Singirok, menambahkan bahwa keamanan di perbatasan dengan propinsi
Papua, Indonesia sudah terlalu dikompromi dengan sedikit atau bahkan
tidak ada kehadiran PNG Defense Force di tempat yang seharusnya
mereka patroli. Menurut Mayjen Singirok, kelompok teroris Jemaah
Islamiyah (JI) merupakan ancaman besar bagi Australia dan PNG ketika
poros 760 km perbatasan memudahkan penyusup ilegal melintas batas
negara.
26 Juli
Petugas Polrestro KPPP Tanjung Priok berhasil menggagalkan
penyelundupan senjata jenis pistol ke Papua. Selain Samuel yang diduga
sebagai anggota TNI AD, polisi kini sudah mengamankan empat yang
lain. Menurut Wakadiv Humas Polri Brigjen Pol Anton Bachrul Alam,
empat orang itu adalah para saksi.
30 Juli
Tentara Nasional Indonesia akan tetap mewaspadai kelompokkelompok Organisasi Papua Merdeka yang kini masih berada di pedalaman
Papua, meski sejumlah anggotanya telah menyerahkan diri kepada
Pemerintah akhir pekan lalu. “Langkah berikutnya, kewaspadaan harus
tetap dijaga,” kata Panglima TNI Marsekal TNI Djoko Suyanto.
Anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang menyerahkan diri
akan diberi wawasan kebangsaan dan cinta tanah air. “Program itu
diberikan kepada mereka dan para penyeberang perbatasan dengan Papua
Nugini,” ujar Direktur Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik, Sudarsono
Hardjosoekarto. Program itu, kata Sudarsono, perlu diberikan untuk
meningkatkan kesadaran nasionalisme bagi para mantan OPM. Selain itu,
215
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
mereka juga mendapat tunjangan hidup. “Tapi berapa besar dan detail
tunjangan, merupakan kewenangan Departemen Sosial,” jelasnya.
10 Agustus
Mantan menteri luar negeri Ali Alatas menyatakan bahwa Pemerintah
Indonesia sebaiknya tidak meremehkan kekuatan Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM).” Salah satu alasan mengapa Indonesia kalah dalam
referendum dibawah dukungan PBB di Timor Timur di 1999 adalah
peran yang dimainkan LSM internasional telah menyebabkan Timor Timur
lepas dari Indonesia. Secara geografis, Indonesia akan selalu memiliki
ancaman pemisahan/pemberontakan. Hal ini penting, maka apabila
pemimpin nasional di Jakarta tidak cukup kuat dalam mendengarkan
aspirasi masyarakat di daerah, khususnya isu distribusi kekayaan dan
pengembangan di daerah yang kaya sumber daya,” kata Ali Alatas.
Ketua Komisi A DPRD IJB, Usman Puasa mengatakan bahwa
Kepolisian Republik Indonesia telah menyatakan siap membentuk
Kepolisian Daerah IJB, karena sesuai aturan bahwa di dalam sebuah
Provinsi harus ada Polda.
11 Agustus
Pangdam XVII/Trikora, Mayjen TNI George Toisutta diganti pejabat
baru, yaitu Mayjen TNI Zamroni, SE.
23 Agustus
Sebuah laporan memberitakan TNI mengancam PNG di wilayah mereka,
berdasarkan penyelidikan lapangan pada aktivitas TNI di daerah perbatasan
PNG dan Papua. Penyelidikan tersebut dilakukan oleh pekerja lapangan dari
14 Mei sampai 14 Juni 2006 atas nama kampanye Papua Barat Merdeka di
Australia. Pekerjaan itu didanai secara khusus oleh donor akar rumput dari
Australia. “Sudah lama keamanan dan isu hak asasi manusia yang terjadi di
sepanjang perbatasan PNG dan Papua Barat diabaikan padahal itu bisa menjadi
ancaman strategis di wilayah” kata Nick Chesterfield, penyusun laporan, dan
staf Kampanye Internasional Papua Barat Merdeka.
216
Wartawan Paul Daley, menulis di Bulletin, mengatakan usaha Indonesia
untuk menekan pemberontak Papua dapat memicu bentrokan senjata
dengan tentara PNG, dan Australia dapat terlibat dalam konflik melalui
perjanjian pertahanan yang ditandatangani di 1987. Dia mengatakan tentara
dari satuan khusus Indonesia, Kopassus, beroperasi secara rahasia dan
dengan kekebalan hukum pada kedua sisi perbatasan, ketika mereka
melacak dan membunuh pejuang OPM. Daley mengatakan beberapa
personil Kopassus dan agen dari BIN sangat kokoh di PNG dan
menjalankan tugas di beberapa tempat.
25 Agustus
Kedutaan besar Indonesia di Port Moresby telah menolak laporan media
yang menyebutkan bahwa mereka melakukan kegiatan mata-mata di PNG,
dan bahwa nelayan yang tertangkap di perairan Provinsi Sandaun PNG adalah
tentara Indonesia. Kedutaan Besar Indonesia mengeluarkan pernyataan
terhadap laporan tersebut, nampaknya muncul di Post-Courier, diambil dari
sebuah publikasi Australia, dan juga mencuplik sumber intelijen PNG. Pihak
kedutaan mengatakan sangat kecewa dengan kesalahan informasi yang
ditunggangi oleh pihak-pihak yang memiliki kepentingan tertentu, karena aksi
tersebut bisa menimbulkan masalah atau kerusakan kepada hubungan dan
pertemanan baik antar negara yang sudah lama dibangun oleh kedua pihak.
28 Agustus
Sekitar 100 delegasi dari Provinsi Papua dan Kabupaten Western dan
Sandaun PNG akan menghadiri pertemuan perjanjian perbatasan (BLM)
dari 28 Augustus sampai 30 Agustus 2006. Ketua Badan Persiapan
Pengembangan Daerah Perbatasan (BP2KKP), Nyoman Sudana,
mengatakan bahwa BLM merupakan pertemuan rutin antara Provinsi Papua
dan PNG untuk meningkatkan kerja sama, khususnya di bidang sosial
ekonomi. Pertemuan berikutnya juga berkaitan dengan rencana untuk
membuka/mendirikan pos lintas batas di Skow, Jayapura. Entikong
Kalimantan Barat dipilih sebagai tempat pertemuan, gerbang lintas batas
pertama di Indonesia juga terletak di Provinsi ini, menurut Nyoman Sudana.
217
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
15 September
Meski Papua kini telah memiliki dua Provinsi, yakni Provinsi Papua
dan Irian Jaya Barat (IJB), namun tidak serta merta akan diikuti pemekaran
Komando Daerah Militer (Kodam) dan penambahan pasukan ke Papua.
Sebab, untuk saat ini, satu Kodam di Papua dianggap masih cukup
memadai, yaitu Kodam XVII/Trikora. “Tidak ada rencana pembentukan
Kodam baru di Provinsi Irian Jaya Barat (IJB), saya kira satu Kodam
sudah cukup, untuk menjaga pertahanan keamanan, di dua Provinsi ini,”
ujar Kasad Jenderal Djoko Santoso usai memimpin Sertijab Pandam
XVII/Trikora dari Mayjen TNI,George Toisutta, kepada pejabat baru
MayjenTNI Zamroni,SE, di Lapangan Upacara Makodam XVII/Trikora.
20 September
“Dalam perkembangan terakhir, ada upaya dari LSM asing untuk
menggunakan orang-orang terkenal, seperti Desmond Tutu untuk melobi
PBB guna mengangkat isu Papua ke forum internasional,” tegas Panglima
TNI Marsekal Djoko Suyanto pada Rapimnas TNI 2006 di Mabes TNI
Cilangkap.
Polda Papua melalui Detasemen 88 Anti Teror Polda Papua terus
mewaspadai kemungkinan adanya teroris yang masuk ke wilayah Papua.
“Masalah terorisme ini bukan berarti kita harus menunggu hingga ada
teroris masuk, sebab bentuk-bentuk suatu hal yang bisa membuat orang
merasa takut, atau merasa terancam ini adalah salah satu indikasi dari
teror. Semua tempat bisa menjadi sasaran teroris, karena itu kita terus
waspada dan menyiagakan personil agar jangan sampai di Papua ini terjadi
aksi terorisme,” tegas Kapolda Papua, Irjen Pol. Drs. Tommy Trider
Jacobus.
21 September
Pernyataan Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto yang menuding
adanya Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) asing yang terus berupaya
menginternasionalisasi isu Papua dengan memanfaatkan tokoh-tokoh Hak
Asasi Manusia (HAM), dinilai pernyataan yang berlebihan. Penilaian itu
218
diungkapkan Direktur Kontras (Komisi Orang Hilang dan Korban Tindak
Kekerasan) Papua, Pieter Ell, SH. Menurutnya, banyak masalah
pelanggaran HAM yang terjadi di Papua selama ini, dan itu adalah fakta.
Hanya saja penyelesaiannya kurang diseriusi. Karenanya, lanjutnya, tak heran
jika masalah HAM di Papua terus menjadi perhatian internasional.
A.3 PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN
3 Juli
Sidang gugatan perdata Calon Gubernur Terpilih Barnabas Suebu
terhadap Ketua DPRP John Ibo, MM kembali digelar di Pengadilan Negeri
Jayapura. Sebagaimana yang sudah diagendakan di sidang sebelumnya,
bahwa rencana sidang kali ini mempertemukan kedua pihak (Suebu-John
Ibo) untuk mencari peluang kemungkinan damai. Hanya saja rencana
tersebut batal karena Suebu dan John Ibo tidak hadir. Demikian juga
tawaran damai yang diajukan oleh Majelis Hakim nampaknya tidak akan
terpenuhi pada sidang ini.
Penjabat Gubernur DR. Sodjuangon Situmorang, M.Si, setuju dengan
DAP agar permasalahan Pilkada Papua cepat diselesaikan. Sodjuangon
yakin bahwa pelantikan akan dilaksanakan dalam waktu dekat. Mendagri
juga sudah mengirim surat ke DPRP dan DPRP sudah menyikapi itu dan
mengatakan siap untuk memproses sesuai ketentuan yang berlaku.
4 Juli
Lembaga Masyarakat Adat (LMA) Sehati dan Forum Mahasiswa
Independen Pemberantasan Korupsi mendatangi Gubernur mendesak
agar segera menindak lanjuti kasus dugaan korupsi Bupati Waropen O. J.
Ramandey. “Bahwa jika tuntutan kami tidak mendapat perhatian yang
serius maka ada indikasi pihak tertentu yang dengan sengaja dan sadar
membentengi pelaku kejahatan korupsi sehingga ditindak sesuai dengan
proses hukum yang berlaku,” tegas Ketua LMA Yapen Waropen Agus
Tanawani
219
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
Polres Jayawijaya akhirnya menetapkan penahanan terhadap 2 dari 4
orang anggota DPRD Jayawijaya dan DPRD Yahukimo yang diduga
menggunakan ijazah palsu. NK (47 thn) dan YI (46 thn) ditahan
berdasarkan Surat Gubernur Provinsi Papua No. 180/1065/SET tanggal
19 Juni 2006 dan dengan dasar itu Kapolres Jayawijaya mengeluarkan
Surat Perintah Penangkapan dan Penahanan dengan No.Pol 67/VII/2006
tanggal 3 Juli 2006. Hal ini ditegaskan oleh Kapolres Jayawijaya AKBP
Robert Djoenso.
6 Juli
Kasus gugatan perdata Barnabas Suebu, SH terhadap Drs. John Ibo,
MM kembali dilanjutkan di Pengadilan Negeri Jayapura dengan agenda
pembacaan tuntutan penggugat Barnabas Suebu, SH. Tuntutan Suebu
setebal 32 halaman dibacakan oleh kuasa hukum Budi Setyanto, SH. Dalam
tuntutan itu, Ibo digugat untuk memberikan ganti kerugian dengan jumlah
Rp 510 miliar akibat tindakan penghinaan atau fitnah yang dilakukan John
Ibo dan meminta maaf lewat media.
7 Juli
Komisi B DPRP Papua menggelar rapat tertutup guna menindaklanjuti
hasil temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) perwakilan Provinsi Papua
terkait adanya dugaan penyalahgunaan anggaran subsidi angkutan beras
PNS di PD Irian Bhakti. Rapat yang pimpin oleh Wakil Ketua Komisi B
DPRP, Drs. Paulus Sumino dan dihadiri Dewan Direksi PD Irian Bhakti,
Dewan Pengawas, BPK, BPKP perwakilan Provinsi Papua, Disperindag,
Bawasda Provinsi Papua ini memberikan batas waktu selama dua minggu
kepada pengawas PD Irian Bhakti untuk melakukan langkah – langkah
penanganan.
Laporan Barnabas Suebu ke Polda Papua tentang pencemaran nama
baik yang diduga dilakukan oleh John Ibo, maupun adanya laporan dari
John Ibo ke Mabes Polri tentang adanya pemalsuan surat keterangan yang
dilakukan oleh Barnabas Suebu ditindak lanjuti oleh Polda Papua. Menurut
Direktur Reserse dan Kriminal Polda Papua, Kombes Pol. Drs. Paulus
220
Waterpauw, laporan Barnabas Suebu di Polda Papua, maka yang
menanganinya hanya tim Reskrim Polda Papua. Sedangkan laporan John
Ibo karena langsung ke Mabes Polri maka Mabes Polri akan mengirim
timnya ke Jayapura.
10 Juli
Yance Kayame, Ketua Komisi A DPRP, mengungkapkan salah satu
penghambat jadwal pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih
karena KPUD Provinsi Papua belum menyerahkan kembali hasil pleno
dan putusan MA ke DPRP sesuai prosedur. Terkait dengan berlarutlarutnya rencana pelantikan ini, Mendagri M.Ma’ruf telah melayangkan
surat bernomor 220/1308/Sj tertanggal 23 Juni 2006 kepada Pimpinan
DPRP “Kami tetap akan memproses surat pengusulan pelantikan calon
Gubernur/Wakil Gubernur terpilih, hanya saja hal itu akan segera dilakukan
apabila KPUD segera menyerahkan hasil pleno dan putusan MA itu sesuai
prosedur dan mekanisme dewan,” kata Yance Kayame.
11 Juli
Sekretaris I Bidang Politik Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta,
Henry M. menemui penjabat Gubernur Papua Dr. Sodjuangon
Situmorang, M.Si. Dalam pertemuan yang berlangsung tertutup itu Henry
mengaku hanya sebatas berkonsultasi terkait dengan tujuan kedatangannya
ke Papua. Kunjungan Henry ke Papua selama 3-4 hari bertujuan untuk
mencari informasi seputar keadaan atau situasi politik di daerah ini.
12 Juli
Pemerintah Provinsi Papua melaksanakan Musyawarah Perencanaan
Pembangunan (Musrenbang) untuk tahun anggaran 2007. Dalam
arahannya, Penjabat Gubernur Dr. Sodjuangon Situmorang, M.Si
mengatakan ditahun 2007 nanti Pemerintah Provinsi Papua akan
memprioritaskan program penanggulangan kemiskinan yang diterobos
melalui 4 bidang strategis yakni pendidikan, kesehatan, infrastruktur dan
pemberdayaan ekonomi kerakyatan.
221
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
Pemerintah Provinsi Papua sekarang ini sedang memfinalkan suatu
rancangan Perdasus (Peraturan Daerah Khusus) tentang pengelolaan hutan
lestari. “Rancangan Perdasus itu saat ini sudah disusun rapi dan sudah siap
tinggal difinalisasi lalu disahkan oleh DPRP sehingga diharapkan di tahun
ini juga sudah bisa dilaksanakan,” kata Gubernur Situmorang.
13 Juli
Dalam persidangan John Ibo menolak gugatan Suebu dan juga
melakukan gugatan balik senilai Rp 1 triliun lebih. Menurut Betsie kuasa
hukum John Ibo.Pihaknya menolak gugatan penggugat untuk seluruhnya
serta menolak gugatan ganti rugi sebesar Rp 510 miliar, menolak
permohonan uang paksa, menolak permohonan sita jaminan dan
menghukum penggugat untuk membayar biaya perkara ini. Pihak tergugat
mengajukan gugatan balik karena kliennya merasa tidak tenang dalam
menjalankan tugasnya sebagai Ketua DPRP dan juga merasa tertekan karena
apa yang dituduh adalah tidak benar. Sedangkan Tim Penasehat Hukum
Barnabas Suebu (Pieter Ell, SH, dkk) pihaknya akan berunding dulu dan
hasilnya akan disampaikan minggu depan.
15 Juli
Para pegawai Kanwil BPN Provinsi Papua yang tergabung dalam
Forum Komunikasi Pegawai BPN asal Papua (FKPBAP) melakukan aksi
protes karena tidak puas dengan kebijakan pimpinan pusat yang menunjuk
langsung pergantian Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Badan Pertanahan
Nasional (BPN) Provinsi Papua. Aksi ini bertepatan dengan acara lepas
sambut Kakanwil BPN Provinsi Papua. Acara serah terima itu sendiri
dilaksanakan di Kantor Gubernur Provinsi Papua pada hari Jumat, 14
Juli 2006 dari pejabat lama Hertog Paru, SH ke pejabat baru Ir. Emmiel
A.E. Poluan, M.Si
Setelah melalui pembahasan yang I dan intensif melalui Musyawarah
Pembangunan Daerah (Musrenbangda) oleh seluruh kabupaten dan kota
serta instansi yang ada di wilayah Provinsi Papua, akhirnya disepakati bahwa
usulan belanja pembangunan tahun anggaran (TA) 2007 sebesar Rp 2,3
222
triliun. Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Badan Perencanaan dan
Pengendalian Pembangunan Daerah (BP3D) Provinsi Papua, Dr. Giay,
M.Si. “Jadi usulan belanja pembangunan kita untuk tahun 2007 mendatang
adalah sejumlah Rp 2,3 triliun lebih,” kata Giay.
Sekretaris Tim Sukses Bupati Jayapura, Habel Melkias Suwae, S.Sos, MM,
Yusak Yohanes dan Kuasa Hukum, Hendrik Tomasoa, SH, melapor ke Polres
Jayapura terkait dengan tersebarnya selebaran yang menuding Bupati Jayapura,
Habel Melkias telah melakukan korupsi dan memiliki istri simpanan.
17 Juli
Disebabkan lamanya penundaan pelantikan gubernur Papua terpilih
Barnabas Suebu, yang memenangkan pilkada di bulan Maret, Forum
Pegawai Negeri Sipil (PNS) Papua mengancam akan melakukan demo/
mogok guna meminta pelantikan segera dilakukan. Ancaman dikeluarkan
oleh ketua forum Ruben Marey dalam demonstrasi di depan kantor
gubernur Papua di Jayapura.
Bupati Merauke, Drs. Johanes Gluba Gebze, meresmikan pesawat
Boeing 737 seri 300 milik Pemerintah Kabupaten Merauke di Avron Bandara
Mopah, Merauke. Peresmian itu ditandai dengan penekanan tombol sirene
dan pelepasan balon serta burung Kli ke udara. Kabag Perekonomian Sekda
Merauke, Drs. M. Ricky Teurupun selaku Pimpro mengatakan dalam
pembelian pesawat ini bekerja sama dengan PT. Merpati Nusantara Airlines.
Ruben Marey dalam Forum PNS nya melakukan orasi tunggal di depan
Kantor Biro Keuangan Setda Provinsi Papua. Dengan menggunakan
microphone. Dalam orasinya Ruben meminta agar semua staf di Biro
Keuangan tidak mengeluarkan duit sepersenpun sebelum Gubernur
terpilih dilantik. “Saya menghimbau semua teman-teman staf di Biro
Keuangan jangan melayani pengeluaran keuangan sebelum Gubernur
terpilih dilantik, kalau tetap dikeluarkan akan dipolisikan,” teriak Ruben.
19 Juli
Tim 10 DPRP (Dewan Perwakilan Rakyat Papua) yang terdiri dari unsur
pimpinan dewan, pimpinan fraksi dan pimpinan komisi menemui Menteri
223
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
Dalam Negeri untuk memberikan klarifikasi surat pengusulan pelantikan
Gubernur/Wakil Gubernur Provinsi Papua periode 2006 – 2011. Ramses
Wally salah satu anggota Tim 10 menegaskan bahwa dari pertemuan itu
belum ada kata sepakat (belum ada keputusan final) kapan pelantikan itu
akan dilaksanakan.
20 Juli
Pelantikan Gubernur dan Wagub Papua 2006 – 2011 Barnabas Suebu,
SH/Alex Hesegem, SE periode akan diselenggarakan setelah kunjungan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Papua. Hal itu ditegaskan oleh
Ketua DPRP, Drs. John Ibo, MM. Menurut John Ibo, hal ini terungkap
setelah Tim 10 DPRP menghadap Menteri Dalam Negeri, M. Ma’ruf.
“Dalam pertemuan kami dengan Mendagri itu, disarankan bahwa
pelantikan akan berlangsung setelah terjadi pembahasan yang akan
berlangsung usai kunjungan Presiden SBY ke Papua,” kata John Ibo.
Sementara itu, Ketua KPUD Provinsi Papua, Ferry Kareth, SH,
meminta kepada semua pihak untuk waspada terhadap oknum-oknum
yang memanfaatkan situasi ini terkait dengan belum pastinya tanggal
pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih 2006 – 2011. “Sejak
Pilkada masih diproses di Mahkamah Agung dulu, banyak sekali yang
minta-minta ke sini bahkan mau mencoba kasih saya uang, tapi saya tidak
bisa diperdaya begitu saja,” kata Ferry Kareth.
Kepala Dinas Pendapatan Kota Jayapura Drs. Benhur Tommy Mano,
MM, membuka Pelatihan Sistem Informasi Manajemen Pendapatan
Daerah (Simpatda) di ruang komputer Kantor Badan Pengelola Data
dan Elektronika (BPDE) Provinsi Papua. Dalam pelatihan itu Benhur
mengungkapkan Penerimaan Asli Daerah (PAD) Kota Jayapura
mengalami kebocoran rata-rata tiap bulannya Rp 400 juta. Kebocoran
tersebut umumnya disebabkan sistem pengelolaan yang masih
menggunakan sistem manual. ”Jadi salah satu tujuan dari pelatihan ini
adalah untuk mengurangi kebocoran data dan penerimaan penghasilan
daerah wajib pajak dan retribusi,”ungkap Benhur.
Sidang perseteruan Barnabas Suebu – John Ibo kembali digelar di
224
Pengadilan Tinggi Jayapura dengan agenda replika dari pihak penggugat
(Barnabas Suebu) atas pembelaan John Ibo pada persidangan sebelumnya.
Dalam persidangan itu, Hakim Lodewyk Tiweri, SH, masih tetap
memberikan kesempatan atau ruang agar ada upaya damai antara kedua
belah pihak yang bertikai. “Saya pikir kedua figur tersebut sudah harus
berpikir untuk berdamai demi pembangunan di Provinsi Papua,” kata
Lodewyk.
22 Juli
Pejabat Gubernur Papua, Sodjuangon Situmorang, dinilai melanggar
UU No. 21/2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua dengan
mengeluarkan Keputusan Gubernur No 46/2006 tentang Pembagian
Dana Otsus yang hanya didasari kesepakatan dengan para bupati/walikota,
serta dinilai melanggar UU No. 25/2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional. Hal ini disampaikan Koordinator Forum Pegawai
Negeri Sipil Papua, Ruben Ps Marey.
John Ibo dan Bas Suebu berdamai setelah dilakukan upaya rekonsiliasi
dan Pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih Provinsi Papua
periode 2006-2011 ditetapkan. Rekonsiliasi ini difasilitasi Presiden SBY
dan Mendagri H.Moh. Ma’ruf. upaya dalam mengakhiri masalah di Papua.
Menurut John Ibo selain dirinya hadir juga Barnabas Suebu, Lukas
Enembe, Wakil Ketua MRP Frans Wospakrik, Calon Gubernur IJB
Abraham Atururi, Sekretaris Kabinet Sudi Silalahi, Menkopolhukam
Widodo AS, serta beberapa aggota DPRP lainnya.
Ketua panitia pelantikan Gubernur periode 2006-2011 yang juga Sekda
Provinsi Papua. Drs. H. Andi Baso Basaleng menegaskan bahwa pelantikan
Gubernur terpilih Barnabas Suebu, SH dan Wakil Gubernur terpilih Alex
Hesegem, SE akan dilaksanakan pada 25 Juli 2006.
Kunjungan Presiden SBY ke Skouw, batal; tetapi ke Yahukimo masih
sesuai jadwal. Hal ini bukan dikarenakan Papua yang belum siap, tapi
lebih dipengaruhi oleh pihak PNG yang cenderung ingkar janji.
Direncanakan Presiden akan bertemu Perdana Menteri PNG, Michael
Somare pada tanggal 27 Juli.
225
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
25 Juli
Rencana pertemuan Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
dengan Perdana Menteri Papua New Guinea (PNG) Michael Somare di
Skouw-Wutung di Perbatasan RI-PNG waktunya diundur. Menurut
Penjabat Gubernur Dr. Sodjuangon Situmorang, M.Si bahwa tanggal 26
Presiden SBY akan singgah ke Jayapura lalu ke Wamena dan selanjutnya
ke Yahukimo.
Akhirnya rakyat di Provinsi Papua memiliki Gubernur dan Wakil
Gubernur yang definitif. Ini menyusul telah dilantiknya pasangan Barnabas
Suebu, SH dan Alex Hesegem, SE sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur
Provinsi Papua periode 2006 - 2011 oleh Mendagri Mohamad Ma’ruf
atas nama Presiden Republik Indonesia di GOR Cenderawasih, Jayapura.
Barnabas Suebu menyatakan bahwa setelah dirinya dilantik, baginya
yang menjadi komitmen mendasar adalah membangun Papua menjadi
Papua Baru dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
27 Juli
Sekretaris Jenderal Departemen Dalam Negeri Progo Nurdjaman
mengatakan Pemerintah bersama rakyat Papua akan melakukan revisi
keberadaan MPR terkait dengan UU No 21 tahun 2001 tentang Otonomi
Khusus Papua. “Kita akan lihat perannya selama ini apakah sudah sesuai
dengan tujuannya dan apakah sudah maksimal”.
Pukul 08.45 rombongan Presiden tiba di Bandara Wamena dengan
menggunakan pesawat Hercules C-130 milik TNI-AU. Tiba di Bandara
Sentani, Presiden SBY dan rombongan disambut tarian selamat datang
dan langsung menyalami Gubernur Barnabas Suebu, SH yang datang
bersama Ny. Mary Suebu. Selain itu yang ikut menjemput mantan
Gubernur yang juga Dirjen PUM Dr. Sodjuangon Situmorang, Ketua
MRP Agus Alua serta Muspida lainnya. Direncanakan Presiden meneruskan
perjalanan ke Pasemah dengan helikopter untuk panen raya ubi jalar, tetapi
karena cuaca buruk dan kabut tebal rencana tersebut dibatalkan. Namun
acara lain diantaranya mengunjungi sekolah di Wamena dan mengikuti
apel besar Tim Interdep di Distrik Kurima, Kabupaten Yahukimo.
226
28 Juli
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyetujui untuk mengevaluasi
Undang-Undang No. 21/2001 tentang Otonomi Khusus Papua dalam
pandangan terhadap pembangunan terakhir di Provinsi paling timur
Indonesia ini. “Presiden merasa ini adalah waktu untuk mengevaluasi
undang-undang yang telah berlaku selama kurang lebih tiga tahun,” ungkap
juru bicara presiden Andi Malarangeng dalam pembukaan pertemuan
antara kepala pemerintahan dan Majelis Rakyat Papua (MRP). Evaluasi
terhadap Undang-Undang Otsus Papua penting dalam kaitan rencana
untuk meningkatkan jumlah Propinsi dan Kabupaten di Papua, yang
sebagian sudah terjadi. Sementara Ketua MRP Dr. Agus Alue Alua
mengatakan bahwa evaluasi Undang-Undang diperlukan untuk
menemukan apakah ada pokok-pokok tersebut.
Panwas Pilkada menggelar rapat pleno, untuk mengganti ketua Panwas
yang dinilai tidak ada itikad baik. Mengingat pelaksanaan Pilkada tanggal
8 September 2006 sudah semakin dekat. Panwas Pilkada Kabupaten
Jayapura sudah dibentuk dan diketuai oleh Johannes Mandowally, SH,
namun hingga saat ini belum bisa menjalankan tugas dan fungsinya.
3 Agustus
Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD), Ginanjar Kartasasmita,
mengadakan rapat tertutup dengan Muspida Papua, bertempat di ruang
VIP Gedung Negara Dok V atas. Dalam pertemuan tersebut Gubernur
Papua, Barnabas Suebu, SH, memberikan berbagai masukan mengenai
permasalahan yang dihadapi di Papua selama lima tahun ke depan, di
antaranya yaitu pembangunan perekonomian rakyat: membangun dari
kampung ke kota dan pembangunan Papua ke masa depan.
Memasuki hari ke-10 menjabat sebagai Gubernur dan wakil gubernur
Papua, Barnabas Suebu dan Alex Hesegem, mengumpulkan semua staf
di Sasana Krida, Kantor Gubernur Dok II, baik itu pejabat esalon II
hingga eselon IV maupun staf biasa. Dalam pertemuan tersebut, Gubernur
mengarahkan mereka agar membenahi kinerja yang selama ini mungkin
masih rendah dan kurang disiplin. Selain itu, Gubernur juga memberi
227
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
“PR” yang harus dijawab dalam jangka waktu 3 hari. “PR” tersebut berupa
pertanyaan, yaitu bagaimana mengurangi jumlah masyarakat miskin dengan
kemudahan dan kekuasaan (OTSUS) yang ada saat ini.
5 Agustus
Dalam rapat pleno KPUD Kabupaten Jayapura, akhirnya
memutuskan 5 pasang calon bupati dan wakil bupati yang bakal lolos
dan 2 pasangnya dinyatakan gugur. Ke lima pasang calon yang lolos, yaitu
Yusak Samonsabra dan Kaibu Jigibalom, Habel Suwae dan Zadrak
Wamebu, Zadrak Taime dan Petrus Thu Lie Khoy, Moses Kalem dan
Giri Wijayantoro, Ferdinand Yewi dan Daeng Husein. Kedua pasang calon
yang tidak lolos, yaitu pasangan Darius Izak Danya dan Siska Yoku, Max
Suebu dan Abdul Rajab Muin. Setelah direkapitulasi, ditetapkan bahwa
daftar pemilih tetap yang ikut memilih 5 pasang calon bupati dan wakil
bupati Kabupaten Jayapura adalah sebanyak 65.868 jiwa.
7 Agustus
Masa pendukung dan simpatisan pasangan Balon Bupati dan Wakil
Bupati Kabupaten Jayapura, yaitu Izak Darius Danya dan Siska Yoku
mendatangi kantor DPRD untuk menyampaikan ketidakpuasan mereka
tentang penetapan calon. Mereka menilai bahwa KPUD tidak transparan
dan cacat hukum dalam menetapkan bakal calon menjadi calon tetap dan
juga meminta agar DPRD segera melakukan sidang paripurna untuk
menanggapi aspirasi mereka.
Yohanes Ibe (Tokoh masyarakat) dan Bonifasius Muenda (Tokoh adat)
menolak rencana Pemerintah Kabupaten Keerom untuk mendatangkan
para transmigran dari luar Papua. Alasannya karena program tersebut
hanya menguntungkan pemerintah atau pejabat, dan juga para transmigran
sementara rakyat kecil pemilik hak ulayat akan terinjak-injak dan tertinggal.
Menurut Ibe, untuk mensejahterakan rakyat dan membangun daerah
bukan dengan cara mendatangkan para transmigran, tetapi dengan
memajukan potensi masyarakat asli, misalnya dengan membangun sekolahsekolah di pedalaman atau dengan membiayai kuliah anak-anak yang
228
mampu (berprestasi), membangun perumahan yang layak dan sehat bagi
masyarakat serta memberikan pendidikan atau kursus kepada ibu rumah
tangga dan generasi muda yang putus sekolah.
Ribuan Anggota Korps Pegawai Negeri Sipil Republik Indonesia
(Korpri) Kabupaten Yapen Waropen (Yawa) yang dipimpin oleh Max
Karubaba melakukan aksi unjuk rasa ke Kantor Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) Kabupaten Yapen Waropen, di Serui. Aksi unjuk rasa
tersebut dilakukan menyusul adanya gelombang protes para pegawai negeri
sipil (PNS) di lingkungan Pemerintah Kabupaten Yawa atas kebijakan
Bupati Kabupaten Yawa, Soleman Daud Betawi, yang mengangkat
sejumlah pejabat eselon II a/b tanpa melalui kajian Badan Pertimbangan
Jabatan dan Kepangkatan (Baperjakat). Bahkan pejabat eselon yang
diberhentikan tidak diberi jabatan lain karena dinilai tidak sejalan dan
sepaham dengan kepentingan bupati. Mereka dinilai sebagai lawan politik
bupati, ketika proses pemilihan kepala daerah (pilkada) sebelumnya.
8 Agustus
Kepala Kejaksaan Tinggi Papua, Kadir Sitanggang menyambut baik
rencana dari Kejaksaan Agung yang meminta daftar nama buron korupsi
dari setiap daerah, apalagi saat ini Kejati Papua memiliki satu buronan
koruptor, yaitu Benny Benyamin, Direktur Proyek PPS yang diduga telah
menyalahgunakan uang negara sebesar Rp 1 miliar. Daftar buron tersebut
akan ditayangkan di televisi agar setiap warga yang melihat buronan korupsi
itu dapat melaporkan kepada yang berwajib.
Mantan Kepala Dinas Kesehatan Kota Jayapura, berinisial FT diduga
telah melakukan korupsi dan akan disidangkan di Kejari Jayapura. FT
diduga melakukan korupsi sebesar Rp 360 juta lebih.
Ketua DPRD Kota Jayapura, Theofilus Bonay, mengatakan bahwa ia
sangat setuju dengan deadline yang dikeluarkan oleh Pemkot melalui tim
pemindahan dan penertiban eks pasar Ampera kepada 14 KK warga eks
pasar ampera agar segera pindah karena tempat tersebut akan dibuat
taman hiburan.
229
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
10 Agustus
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Jayapura,
Thamrin Sagala mengatakan bahwa penataan dan pembangunan lokasi
eks pasar Ampera dibiayai oleh 3 sumber dana, antara lain APBN Provinsi
Papua sebesar Rp 3,9 M, APBD Provinsi Papua sebesar Rp 1,2 M dan
APBD Kota Jayapura sebesar Rp 1,1 miliar. Jadi total dana yang
dibutuhkan dalam penataan eks Pasar Ampera sebasar Rp 6,2 miliar.
Ketua Badan Pimpinan Daerah (BPD) Konsorsium Masyarakat
Pengusaha Papua, Naftali Mabel, menilai pelaksanaan proyek
pembangunan rumah sakit di kabupaten Jayawijaya menyalahi aturan
dalam administrasi pembangunan, karena dikerjakan tidak melalui prosedur
lelang atau tender sesuai dengan Keppres No. 80 dan Keppres No. 18
tahun 2000. Di mana Bupati memberikan izin kepada pengusaha dan
perusahaan tertentu untuk melaksanakan proyek. Naftali juga menghimbau
kepada Pemkab agar benar-benar menjadikan pengusaha lokal sebagai
mitra kerja pemerintah, sesuai dengan tuntutan Otsus yang mana
menjadikan rakyat Papua menjadi tuan di negeri sendiri.
11 Agustus
Gubernur Papua Barnabas Suebu, SH, tampaknya tidak akan mainmain dalam memberantas korupsi di Papua. Setelah melaporkan habisnya
kas APBD 2005 ke Wakil Presiden Jusuf Kalla, kemudian menggandeng
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), kemarin giliran menemui Wakil
Jaksa Agung, Basrief Arief. Barnabas mengatakan kedatangannya ke
sejumlah pejabat Kejagung untuk minta dukungan membangun
pemerintahan yang bersih selama memimpin provinsi paling ujung timur
Indonesia tersebut.
Wali Kota Jayapura, M.R. Kambu, usai menyampaikan laporan
pertanggung jawaban pada sidang paripurana DPRD Kota Jayapura
mengatakan bahwa berdasarkan hasil evaluasi dan audit yang dilakukan
pada tahun anggaran 2006, ada empat program yang dinilai memuaskan
karena mencapai sasaran. Keempat bidang tersebut, yaitu ekonomi,
pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur. Meskipun demikian, masih
230
terdapat kekurangan dan keterbatasan yang bukan dikarenakan
ketidakmampuan pemerintah, tetapi dikarenakan oleh tuntutan hidup yang
semakin meningkat dan kompleks.
Ketua DPRD Kota Jayapura, Theofilus Bonay, mengatakan bahwa
dewan akan mengkaji dan membahas ulang lima bagian laporan yang
disampaikan oleh Walikota sebagai bagian LKPJ akhir tahun anggaran
2005. Kelima laporan tersebut antara lain LKPJ Walikota Jayapura tahun
anggaran 2005, rancangan Raperda tentang perhitungan APBD Kota
Jayapura tahun 2005, neraca Kota Jayapura tahun 2005, dan laporan arus
kas pemerintah Kota Jayapura tahun 2005.
Sekitar 40-an warga Kampung Nolokla, Distrik Sentani Timur,
Kabupaten Jayapura melakukan aksi demo di balai desa Nolokla.
Kedatangan mereka ke Balai Desa untuk menanyakan dana pemberdayaan
kampung sebesar Rp 50 juta, yang peng gunaannya kurang
transparan.Yubelina Ongge (40) sebagai koordinator massa mengatakan
“Kami ingin dana yang disalurkan pemerintah pada tanggal 2 Agustus
dijelaskan kepada kami tentang penyalurannya karena selama ini kami
tidak mengetahui kemana larinya uang tersebut.”
14 Agustus
Dalam siaran persnya, Foker LSM Papua mendesak Gubernur
Barnabas Suebu, SH untuk segera mengaudit penggunaan dana Otsus
mulai dari 2002-2006 sebagai tindak lanjut laporan Gubernur kepada
Wapres Yusuf Kalla mengenai kekosongan kas APBD 2005. Pihaknya
juga menegaskan bahwa APBD adalah dokumen publik bukan dokumen
pejabat birokrasi.
15 Agustus
Bupati Supiori, Drs. Jules F. Warikar, mengeluarkan perintah tegas bagi
semua dinas dan badan yang masih melakukan kegiatan di Biak untuk
secepatnya berkantor di wilayah Supiori selambat-lambatnya setelah
perayaan 17 Agustus.
Bupati Jayawijaya, David Hubi, dituntut 10 tahun penjara dan denda
231
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
Rp 400 juta subsider 6 bulan kurungan atas tindakan korupsi pengadaan
pesawat Foker 27 seri 600, pengoperasian pesawat Antonov 12/AP dan
pengadaan 2 unit Ground Power yang keseluruhannya bernilai Rp
13.601.780.000,-.
Panitia Anggaran DPR Kota Jayapura menilai bahwa LPKJ Walikota
Jayapura masih perlu dijelaskan dengan perincian yang lebih teliti. Sorotan
disampaikan khususnya mengenai penggunaan dana BOS untuk SD, SMP
dan SMA maupun alokasi dana otsus. Selain itu masalah sampah menjadi
sorotan karena terus terkatung-katung penanganannya.
17 Agustus
WaliKota Jayapura, M.R. Kambu, membantah sorotan panitia anggaran
DPR Kota Jayapura dengan menegaskan bahwa LPKJ sudah jelas dan
perlu dibedakan dari Laporan pertanggung jawaban akhir masa jabatan.
Dalam laporan itu sudah dibeberkan capaian yang telah diraih.
Gubernur Barnabas Suebu menjelaskan bahwa audit yang akan
dilakukan di jajaran Pemda bukan dimaksudkan untuk mencari kesalahan
tetapi merupakan hal yang biasa dalam manajemen modern. Audit akan
dilakukan dalam dua tahap: audit internal oleh Bawasda dan audit eksternal
oleh BPK dan BPKP. Untuk itu APBD 2005 harus diaudit supaya dapat
dipertanggungjawabkan kepada DPRP.
18 Agustus
Wakil Ketua DPRP, Komaruddin Watubun, SH, menjelaskan bahwa
belum terbentuknya Tatib DPRP selama satu tahun disebabkan oleh tarik
menarik kepentingan para anggota dewan sendiri. Mula-mula alasannya
adalah penyesuaian tetapi sekarang menjadi soal Perdasi dan ditambah
lagi dengan PP 53 mengenai penambahan fraksi dan pengurangan komisi.
DPRD Kabupaten Jayapura menggelar sidang istimewa Penyampaian
Visi dan Misi Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Jayapura periode
2006-2011 meski terlambat tiga jam dari waktu yang direncanakan. 5
pasangan hadir tetapi pasangan Yusak Samonsabra tidak didampingi
wakilnya.
232
Kepala BPKP Perwakilan Provinsi Papua, Drs. H. Bambang Setiawan
menyatakan kesiapan untuk melakukan audit tergantung instruksi dari
Gubernur.
Di Lembah Kayo dan Werima, Kabupaten Yahukimo, Bupati Ones
Pahabol beserta jajaran muspida menerima penyerahan simbol-simbol
perang dan barang-barang yang disembah oleh Suku Kao dan Suku
Nesuwen. Barang-barang tersebut kemudian dibakar sebagai tanda
perdamaian dan sesudahnya diserahkan alkitab sebanyak 100 buah.
22 Agustus
Puluhan massa yang terdiri dari Badan Eksekutif Mahasiswa Papua
se-Indonesia, Kepala suku, tokoh intelektual, Sekretaris Persekutuan Gerejagereja di Jayawijaya, Pdt. Esmon Walilo, dan anggota MRP utusan
Jayawijaya, Adolof Kogoya, melakukan demo terhadap kepemimpinan
Plt. Bupati Jayawijaya, Nikolas Jigibalom. Mereka menilai kepemimpinan
Plt. Bupati selama 6 bulan gagal karena dana-dana pembangunan tidak
dipakai dengan baik, proyek pembangunan lebih diserahkan kepada orang
luar, dan pembangunan tidak tampak hasilnya.
Ketua KPUD Kabupaten Jayapura, Mathius Awoitouw, menjelaskan
bahwa berdasarkan jajak pendapat KPUD Kabupaten Jayapura, 4 pasang
calon bupati dan wakil bupati kurang dikenal oleh masyarakat. Karena itu
pihaknya menyarankan kepada pasangan yang ada untuk secara pro-aktif
mengintensifkan kampanye mereka.
Ketua Himpunan Mahasiswa Pelajar Jayawijaya Jayapura, Melkias Yeke
Gombo, menilai keterlibatan anggota MRP asal Jayawijaya sangat keliru
dan memalukan karena MRP hanya berwenang mengenai hak-hak dasar
orang Papua.
24 Agustus
Mengingat pengalaman keterlambatan APBD 2006 yang berdampak
pada keterlambatan realisasinya, Pemprov akan melaksanakan APBD 2007
mulai bulan Januari 2007. Untuk itu pihak Pemprov telah membicarakan
hal ini dengan DPRP.
233
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
28 Agustus
Drs. Setiadi dari PSKK (Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan)
UGM menjelaskan hasil survei timnya mengenai kinerja 10 pemprov
termasuk Provinsi Papua. Penilaian itu diukur dari profesionalisme,
kapasitas pemerintah, komitmen terhadap kepentingan publik, kemudahan
akses layanan jasa publik. Berdasarkan hal-hal itu, Pemprov Papua masih
dinilai rendah.
29 Agustus
Bupati Jayawijaya, David Hubi, divonis 5 tahun penjara di Pengadilan
Negeri/Tinggi Wamena dan denda Rp 400 juta subsider 6 bulan kurungan
karena tuduhan korupsi. Vonis ini lebih ringan 5 tahun daripada tuntutan
jaksa sebelumnya.
Sekda Provinsi Papua menanggapi hasil survei PSKK UGM dengan
mengatakan bahwa hasil penelitian tersebut tidak semuanya benar. Pihaknya
berargumen bahwa pemprov sudah melakukan semampunya. “Kalau
hanya dilihat sepintas begitu saya pikir tidak semuanya benar karena tolok
ukurnya dan bagaimana sistem penilaiannya tidak jelas. Penilaian atau tolok
ukur Papua tentu beda dengan daerah lain karena di sini sangat banyak
faktor hambatan yang mesti dijelaskan.”
Anggota Komisi D DPRP Gerald Pahabol mempertanyakan realisasi
usulan dana infrastruktur sebesar Rp 800 miliar pada anggaran 2007.
Keputusan kasasi MA tentang pengangkatan anggota DPRD Mimika
memperkuat SK Gubernur No. 182/2004. Kasasi ini mengancam kedudukan
anggota DPRD Mimika yang dilantik berdasar SK No. 89/2004. Demikian
dijelaskan oleh wakil Ketua DPRP Mimika, Samuel Pakage, SH.
18 September
“Penghargaan Bintang Melanesia kepada Gubernur Suebu diberikan
oleh Pemerintah PNG bukan dari lembaga lain yang tidak kompeten dan
tidak kredibel. Itu berarti ada pengakuan pemerintah dan rakyat PNG
atas jasa seorang gubernur Indonesia yang saat ini memimpin Provinsi
Papua, wilayah yang bertetangga paling dekat dengan PNG,” kata Kuasa
234
Usaha Ad Interim KBRI di Port Moresby, Pratito Soeharyo. Penghargaan
yang sama pernah juga diberikan Pemerintah PNG kepada tokoh
masyarakat dan negarawan lain di dunia seperti Fiji, Vanuatu dan Salomon.
20 September
Lebih dari seratus pemuda yang tergabung dalam LSM Lingkar Aksi
Berantas Korupsi di Indonesia (Labirin) berunjuk rasa di Gedung Kejaksaan
Agung, di Jakarta. Mereka mendesak Kejagung menuntaskan kasus dugaan
korupsi yang melibatkan Bupati Nabire, A.P. Youw. “Jaksa Agung dalam
program seratus harinya berjanji akan menyelesaikan kasus-kasus yang
mengendap. Termasuk kasus korupsi Nabire. Tetapi mengapa kasus ini
masih tidak tertangani di Kejaksaan Tinggi Papua. Makanya kami datang
menagih janji itu,” ujar koordinator aksi, Rizky Yulianto.
25 September
Ratusan massa dari berbagai elemen masyarakat, mendatangi kantor
DPRD Jayawijaya. Mereka melakukan demo damai, menyoroti
kepemimpinan Plt. Bupati Jayawijaya Nicolas Jigibalom, S.Sos selama 6
bulan yang dinilai gagal. Sebelum sampai di kantor DPRD, massa sempat
longmarch keliling Kota Wamena. Dalam melakukan aksi demo, massa
mambawa beberapa spanduk yang berbunyi ‘Kami membutuhkan
Pemimpin yang memiliki visi yang jelas dan mampu mempersatukan
semua elemen masyarakat’; ‘Masyarakat Jayawijaya menolak
kepemimpinan Plt. Bupati Jayawijaya dan mendesak anggota DPRD
Jayawijaya untuk mengusulkan kareteker’; dan ‘Kami menolak pemimpin
berpoligami’. Koordinator demo damai Cosmas Kosay, S.Par dalam
orasinya mengungkapkan, Plt. Bupati Nicolas Jigibalom dinilai tidak
memiliki visi yang jelas dalam memimpin jalannya pemerintahan kabupaten
Jayawijaya selama kurun waktu 6 bulan.
26 September
Badan Eksekutif Mahasiwa Papua Se-Indonesia, menilai bahwa kinerja
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Jayawijaya sejak
235
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
terpilih hingga sekarang ini tidak pro aktif alias mandul dalam menjalankan
tugas dan fungsinya. “Kami menilai sampai saat ini, kinerja DPRD
Jayawijaya mandul dan tidak menjalankan tugas dan fungsi sesuai
tanggungjawab mereka,” kata Fresco Wakerwa, Ketua Wilayah
Pegunungan Tengah, Badan Eksekutif Mahasiswa Papua se-Indonesia.
A.4 PENANGANAN KONFLIK
18 Juli
Majelis Rakyat Papua (MRP) menginginkan bendera Bintang Kejora
dijadikan lambang daerah Provinsi Papua. Keingingan tersebut telah sejalan
dengan Pasal 2 UU Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus
Papua yang menggariskan bahwa Papua memiliki lagu dan bendera
kultural. Demikian diutarakan Ketua MRP Agus A. Alua dalam
pertemuannya dengan Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
Laode Ida, kemarin, di Jakarta. Pertemuan itu sendiri membahas
pelaksanaan UU Otonomi Khusus Papua dan implementasi hak-hak dasar
orang asli Papua. “Kita menginginkan soal bendera Bintang Kejora ini
diatur dalam perdasus (peraturan daerah khusus) sebagai simbol kultural
untuk bisa dikibarkan di tanah Papua.
21 Juli
Pertikaian antar kelompok suku terjadi lagi di Kwamki Lama,Timika.
Pertikaian terjadi ketika Yohanes Kogoya dari suku Nduga terluka parah
oleh panah ketika dia menghadiri pemakaman anak kepala suku Bhintuka,
Nugi, seorang anggota suku Dani. Nugi dilaporkan tenggelam di sungai
di sekitar wilayah tersebut, tetapi suku Dani menyalahkan suku Nduga
atas kematian tersebut.
24 Juli
Polisi berjaga-jaga di Kelurahan Harapan Kwamki Lama, Distrik
Mimika Baru (Miru), Kabupaten Mimika. Situasi tegang karena perang
antar suku yang sudah berlangsung selama tiga hari. Sedikitnya 8 orang
236
dilaporkan tewas diterjang anak panah, dan 39 lainnya luka-luka. Dengan
demikian status wilayah Mimika dinyatakan Siaga I.
25 Juli
ELSHAM Papua mengeluarkan siaran pers yang menyatakan bahwa
Polisi Papua harus menyelidiki keterlibatan PT FI dalam peristiwa Konflik
Berdarah pada konflik Papua antara Dani dan Damal ketika berperang
dengan menggunakan panah, senapan dan kapak yang berlangsung di
Timika Papua. Perang mengambil tempat di daerah Harapan-Kwamki
Lama, Timika, yang telah di konfirmasi oleh Polisi Mimika yang
mengakibatkan 9 orang korban terbunuh dari kedua belah pihak. Korban
yang meninggal adalah Yonis Mom, Albinus Kogoya, Korinus Kogoya,
Elemutme Murib, Benny Mom dan Minus Mom. Korban yang lain belum
bisa diidentifikasikan. Sekitar 39 orang mengalami luka- luka dan sedang
di rawat di Rumah Sakit Mitra Masyarakat Timika.
26 Juli
Kapolres Mimika AKBP Jantje Jimmy Tulian bersama tokoh
masyarakat Mimika Pdt. Abdiel Tinal, bertemu di Lapangan Babda Kaki
untuk mengadakan negosiasi. Akhirnya kedua kubu sepakat untuk
menghentikan perang.
27 Juli
Suasana tegang masih terasa setelah kesepakatan damai antara dua
kubu yang bertikai di Kelurahan Harapan Kwamki Lama Distrik Mimika
Baru, Kabupaten Mimika. “Kepala Suku Kwamki Atas sudah menerima
tawaran damai, tapi bawahannya masih ada yang enggan menerima
tawaran itu. Bahkan mereka masih menuntut agar perang lagi. Saya katakan
bisa saja, tapi siapa yang rugi. Bisa saja kami polisi biarkan kamu baku
bunuh sampai manusia di sini habis baru kami datang amankan. Kan bisa
saja, hanya kami tidak tega begitu. Kami tetap berupaya supaya kamu
mau berdamai,” kata Kapolres Mimika, AKBP Jantje Jimmy Tuilan, SE.
237
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
28 Juli
Perang saudara kembali meletus di Kabupaten Mimika.
30 Juli
Suasana di Kwamki Lama semakin kondusif, tanda-tanda perdamaian
pasca perang saudara di Kwamki Lama, Kabupaten Mimika, semakin
nampak. Saat ini hanya menunggu kesepakatan massa kedua kubu bersama
pemerintah dan aparat keamanan untuk menentukan waktu dan tempat
ritual adat perdamaian.
1 Agustus
Perang antar suku di Timika berakhir dengan diadakannya upacara
lepas panah dan bakar batu yang dilakukan oleh kubu tengah.
3 Agustus
Perang saudara di Kelurahan Harapan Kwamki Lama, Distrik Mimika
Baru (Miru), Kabupaten Mimika, yang berkecamuk berakhir. Kubu yang
bertikai sepakat menandatangani perdamaian. Kesepakatan damai kubu
bawah ditandatangani ; Yakobus Kogoya (Kepala Suku Dani), Mekome
Murib dan Aser Murib (Kepala Perang). Dari kubu atas ditandatangani
Jefman Waker, Negro Wanimbo dan Musa Tipigau Ketiganya Kepala
Perang). Penandatanganan kesepakatan damai di kubu bawah/atas
disaksikan Bupati Mimika Klemen Tinal, Kapolres Mimika AKBP Jantje
Jimmy Tuilan dan Dandim 1710 Mimika Letkol (Inf) Gustav Irianto,
unsur Brimob dan jajaran Muspida Pemkab Mimika. Hadir juga unsur
gereja, diantaranya Pdt. Abdiel Tinal, Pdt. Lukas Wakum dan Pdt.
Melkianus Kum.
11 Agustus
Kapolres Mimika AKBP Jantje Jimmy Tuilan memberikan sumbangan
berupa 2 karung beras untuk setiap korban perang saudara di Timika
dari kubu atas, tengah dan bawah.
238
12 Agustus
Perang di Kwamki lama kembali meletus. Dalam perang tersebut 2
warga tewas, yaitu Pendus Warkekwa (25) dan Paily Wandik (18) serta
90-an orang dinyatakan mengalami luka-luka.
Dalam kunjungannya Kapolda Papua Irjen Pol Tommy Jacobus
mengajak agar masyarakat yang bertikai untuk berdamai. “Diam-diamlah
sudah, kita harus hidup aman. Tidak usah ada perang lagi. Mari kita bangun
Kwamki Lama, supaya anak-anak kita dapat kembali bersekolah. Bapabapa pendeta tolong ingatkan warga lagi. Apalagi hari ini adalah hari
Minggu, kasih selalu menjadi pedoman hidup kita,” tutur Kapolda.
Kapolda juga dengan tegas mengatakan bahwa jika dua kubu tersebut
tidak berdialog dan perang terus terjadi maka pihak kepolisian tidak segansegan menindak oknum masyarakat yang berperang itu.
14 Agustus
Upaya Kapolres Jayapura, AKBP Jacob Kalembang, untuk membuat
kesepakatan bersama antara calon-calon bupati dan wakil bupati Jayapura
gagal karena tidak semua menerima rancangan kesepakatan menjaga
ketertiban selama pilkada. Pasangan Zadrak Taime menolak dengan alasan
bahwa calon Habel M. Suwae masih tetap menjabat bupati meski sudah
memasuki masa pilkada.
Kedua kubu yang bertikai di Kwamki Lama, Timika, bersepakat
mengakhiri perang dengan upacara perdamaian bakar batu yang disaksikan
oleh Kapolres AKBP Jantje Jimmy Tuilan, Dandim 1710 Mimika Letkol
Inf. Gustaf Irianto, Kaden Brimobda Detasemen B Polda Papua Kompol
Abubakar Tertussi, dan pejabat lainnya. Kubu atas datang dipimpin oleh
Anser Murib berjumlah 84 orang dan kubu tengah dipimpin oleh Elminus
Mom dengan jumlah orang yang sama.
Kapolda Papua, Irjen Pol. Tommy Jacobus menyatakan
kekecewaannya kepada pihak MRP yang tidak menanggapi surat
permohonan untuk terlibat dalam penyelesaian perang di Kwamki Lama,
Timika, dan bahkan tidak ada yang hadir menengahi persoalan tersebut.
239
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
22 Agustus
Perwakilan masyarakat Teluk Bintuni 7 suku yang dipimpin oleh
Abraham Wekaburi melaporkan keresahan SARA akibat proses pilkada
di kabupaten tersebut kepada Dewan Adat Papua di Jayapura dan
meminta untuk menetralisir potensi konflik yang meresahkan tersebut.
Direktur ICS, Budi Setyanto, menegaskan bahwa semua unsur
penyelenggara Pilkada mulai dari KPUD, PPD dan PPS harus tetap
menjaga independensi selain memahami aturan hukum pelaksanaan Pilkada
agar mampu menghindari potensi konflik yang berbahaya.
29 Agustus
Lima keluarga korban perang saudara di Kelurahan Harapan Kwamki
Lama menyetujui pembayaran kepala bagi keluarga mereka yang meninggal
sebesar Rp 1,5 miliar. Lima keluarga tersebut adalah Johny Mom,
Naganungkalme Tembak, Elion Kum, Yohanes Kiwak dan Pael Yanem.
Tiap keluarga mendapat bayaran Rp 100-300 juta. Dua kepala perang
dari Kubu Tengah, Elminus Mom dan David Wandikbo, menegaskan
bahwa pihaknya tidak mengharapkan bantuan dari siapapun termasuk
pemda Mimika.
8 September
Upaya mendamaikan warga yang bertikai di Kwamki Lama oleh Wakil
Gubernur Papua Alex Hesegem, Ketua Majelis Rakyat Papua (MRP) Agus
Alua, serta Muspida Mimika, kembali gagal. Upaya mempertemukan tiga
tokoh perang dari kubu bawah, tengah dan atas dalam pertemun tertutup
di Hotel Sheraton pukul 09.00 WIT kemarin, tak membuahkan hasil.
Pasalnya, ketiga tokoh perang kubu tengah, yakni Elminus Mom, David
Wandikbo dan Jimy Kora, tidak mau menghadiri pertemuan itu tanpa
alasan yang jelas.
18 September
Gubernur Papua Barnabas Suebu mengajak masyarakat Papua yang
selama ini berdomisili di Papua Nugini (PNG), agar pulang ke kampung
240
halamannya untuk bersama-sama dengan saudara-saudara di Provinsi ini
membangun Tanah Papua yang baru yakni masyarakat Papua yang adil,
damai dan sejahtera. Hal itu disampaikan Gubernur Suebu ketika berdialog
dengan sedikitnya 500 warga masyarakat Papua yang bermukim di PNG
dengan mengambil tempat di Aula pertemuan KBRI di Port Moresby.
20 September
Bentrokan antarwarga yang mirip perang tradisional terjadi di Distrik
Duma-dama, Kabupaten Paniai, Papua. Diduga tiga orang tewas dan 33
orang lainnya terluka. Perang itu dipicu dugaan perselingkuhan antara Yusuf
Wamoni dan istri Agustinus Hanau yang bernama Diwitau. Meski dugaan
itu tidak pernah terbukti, perang pecah. Kepala Bidang Hubungan
Masyarakat Kepolisian Daerah Papua Komisaris Besar Kartono
menjelaskan, perang itu telah menewaskan satu orang dan mengakibatkan
33 orang dari kedua pihak luka-luka. Korban tewas adalah Pendeta
Yeremias Hanau setelah bagian perutnya terluka karena terkena panah.
Pendeta itu terpanah saat mencoba melerai konflik.
21 September
PBI dan SKP mengorganisir peringatan Hari damai Internasional di
Jayapura dengan membagi bunga di Abepura, Kotaraja, dan Jayapura.
Selain itu kegiatan ini juga diisi dengan menulis pesan perdamaian dan
pemutaran film yang bertemakan perdamaian di Gedung Kesenian
Jayapura. Kegiatan ini terhenti karena listrik padam.
Kapolda Papua Irjen Tommy Jacobus menegaskan, sengketa wilayah
Suru-Suru antara Kabupaten Asmat dan Kabupaten Yahukimo di Provinsi
Papua harus segera diselesaikan di tingkat provinsi. Kedua bupati yang
terkait harus sama-sama beriktikad baik menyelesaikannya di meja
perundingan dan jangan sekali-kali melibatkan masyarakatnya yang nanti
akan berakibat bentrokan antarsuku. “Kalau sampai terjadi benturan
antarsuku dapat mengganggu stabilitas keamanan dan ketertiban di Papua
yang sekarang ini sudah kondusif ”.
241
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
29 September
Setelah berlangsung selama 4 hari sejak dibuka tanggal 26 September
2006 lalu di Hotel Sentani Indah. Konferensi Gereja Kemah Injil Indonesia
(GKII), akhirnya telah menghasilan beberapa keputusan penting. Selain
pemilihan pengurus baru, melalui Konferensi kali ini, GKII Wilayah Papua
disepakati untuk dimekarkan menjadi tiga wilayah. Menurut Ketua Umum
Badan Pengurus Pusat GKII Pdt. Paul Paksoal, M.Div bila sebelum
konferensi wilayah GKII Papua ini,GKII terbagi dalam 8 wilayah, di
mana Papua masuk dalam wilayah VII. Maka dengan hasil konferensi
GKII Wilayah Papua ini, jumlah wilayah pelayanan GKII menjadi 10
wilayah. “Dari hasil konferensi GKII Papua yang sah ini, GKII wilayah
Papua dimekarkan menjadi 3 wilayah baru,”
A.5 ASPIRASI ‘M’ (MERDEKA)
1 Juli
Sekitar pukul 13.30 WIT, 9 anggota TPN/OPM menyerahkan diri ke
Mapolres Yapen Waropen dan diterima langsung oleh Kapolres Yapen
Waropen, AKBP Drs. I Made Juliadi, SH. Sembilan orang tersebut antara
lain Ayub Rere berpangkat Letnan Dua dengan jabatan Kepala Bagian
Operasi, Saul Kakoli berpangkat Sersan Satu sebagai anggota, Dominggus
Arobaya berpangkat Sersan Satu sebagai anggota, Markus Wayoi berpangkat
Letnan sebagai Kepala Bagian Perencanaan dan Strategi, Bernandus Mansai
berpangkat Sersan Satu sebagai anggota, Yusuf Tarobi berpangkat Sersan
Satu, Ambram Korowa berpangkat Sersan Satu, Teo Orare berpangkat
Sersan Satu sebagai Komandan Pleton, Melianus Apufi berpangkat Sersan
Satu. Selain itu mereka juga menyerahkan sepucuk senjata rakitan laras panjang.
Sementara itu Yance Makunama, salah satu warga yang selama ini
disebut-sebut sebagai mantan OPM menghadiri peringatan HUT POLRI
ke-60 tersebut mengatakan turut merasakan kebahagian setelah bergabung
dengan NKRI. Yan Makunama sendiri pada tahun 2004 lalu mengaku
telah menyerahkan 3 pucuk senjata ke pihak TNI dalam hal ini Kodim,
yang menurutnya merupakan milik adiknya Alm. Yosep Makunama
242
5 Juli
Seorang pimpinan separatis telah meminta bantuan internasional untuk
membantu apa yang disebut dengan genosida di Provinsi Indonesia.
Kepala suku Koteka, Benny Wenda, juga mengklaim bahwa Indonesia
dapat menghilangkan generasi suku Papua Melanesia. Wenda berbicara
setelah mengantarkan petisi berisikan 730 tanda tangan ke kantor Perdana
Menteri Inggris di Inggris minggu ini.
24 Juli
Pemimpin Papua Barat dan perwakilan dari enam Komandan Tentara
Pembebasan Nasional (TPN) Papua Barat akan mengadakan konferensi
pers di Madang, PNG. Para komandan tersebut bertemu untuk
mendiskusikan penyatuan struktur perintah dan menegaskan komitmen
mereka untuk mendukung Papua Barat sebagai tanah perdamaian. Pada
pertemuan bersejarah tersebut semua komandan TPN dan wakilnya
menyatakan untuk melanjutkan perjuangan mereka menuju Papua Barat
merdeka melalui jalan damai. Para komandan dan wakilnya dari Biak,
Sorong, Manokwari, Wamena, Paniai, Fakfak, dan daerah perbatasan
bagian selatan dan utara semua hadir dalam pertemuan tersebut.
Pertemuan di kota pelabuhan Madang mengumpulkan pemimpin dari
6 komandan Tentara Nasional Papua Barat. Penyelenggara pertemuan
Jonah Wenda mengatakan kepada AAP, sebagian besar komandan telah
melintasi perbatasan Papua untuk menghadiri pertemuan ini dan mereka
menyatakan melanjutkan perjuangan mereka untuk Papua merdeka melalui
jalan damai. Pertemuan itu melanjutkan pekerjaan dari Koalisi Papua Barat
untuk Kebebasan Nasional membawa semua kelompok perjuangan dalam
sebuah organisasi besar, kata Jonah Wenda.
1 Agustus
John Ondowame, perwakilan internasional OPM, mengatakan bahwa
mereka akan mencoba kembali untuk memasukkan isu dalam agenda
Forum ketika pemimpin regional bertemu di Tonga tahun ini. Dia berharap
konferensi awal dari Kelompok Spearhead Melanesia akan menunjukkan
243
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
sikap lebih simpati, dan negara-negara seperti PNG, Kepulauan Solomon
dan Vanuatu, akan mengkomunikasikan OPM. Dia mengatakan jika tidak
melakukan sesuatu, arus pencari suaka dari Papua ke negara tetangga
PNG dan Australia akan berlanjut.
12 Agustus
Enam warga Nimboran, yaitu Oskar Demotokai, Hansmus
Yambeyabdi, Yafet Demotokai, Yakob Yambeyabdi, Agustina Giyai dan
Philipus Waican menyerahkan bendera Bintang Kejora kepada Kapolres
Jayapura, AKBP Jacob Kalembang. Penyerahan ini disampaikan oleh Ketua
Pemuda Pelaksana Pancasila Dasar Negara Republik Indonesia, Jefri
Warisu (37).
15 Agustus
Ratusan massa di Manokwari mengadakan demo damai menuntut
referendum bagi masyarakat Papua tentang nasib dan masa depan Papua.
Demo damai ini dimulai dari GOR Sanggeng sampai Gereja GKI Elim
Kwawi, Kenari Tinggi, berjarak sekitar 2 km.
17 Agustus
Dua puluh satu anggota TPN di bawah pimpinan Yundes Gumengga
di Wamena dilaporkan menyerahkan diri dengan memberikan 14 butir
peluru, 1 buah magazen senjata api, 2 lembar Bendara Bintang Kejora
dan sebuah bendara berwarna putih bertuliskan “Berjuang dengan iman
dan hati nurani yang murni”. Penyerahan dilakukan di Aula Kodim 1702
Wamena dan diterima oleh Kakesbang Jayawijaya, Hari Partono.
15 September
Sebuah kampanye baru yang meminta pemerintah Howard untuk tidak
melanjutkan usulan perjanjian keamanan dengan Indonesia dikeluarkan
oleh mantan-mantan politik Papua Barat Willem Zonggonau dan Clemens
Runawery, serta Senator Bob Brown. Zonggonau dan Runawery yang
sekarang tinggal di PNG, sedang dalam tur untuk mengkampanyekan
244
kemerdekaan bagi Papua Barat. “Ketika militer Indonesia terus melakukan
tindakan represifnya di Papua Barat, segala fakta keamanan baru dengan
Indonesia adalah sebuah kesalahan dan meningkatkan kemungkinan
kekerasan terhadap hak asasi manusia,” kata Zonggonau pada konferensi
media. “Pemerintah Australia seharusnya tetap mendesak bahwa jurnalis
asing dan pengamat PBB diberikan akses penuh ke Papua Barat sebagai
sebuah syarat awal dari perjanjian keamanan baru,” katanya.
17 September
“Semua komponen masyarakat nasional dan internasional seharusnya
tidak membandingkan sejarah Provinsi Papua dan Papua Barat dengan
Timor Timur”, kata Frans Albert Yoku. Tokoh Papua yang tinggal di
PNG tersebut membuat pernyataan karena masih banyak orang melihat
sejarah Papua yang menjadi bagian Indonesia adalah sama dengan apa
yang ada di Timor Timur yang masuk ke Indonesia di tahun 1976 dan
merdeka di tahun 1999. “Membandingkan sejarah Papua dengan Timor
Timur adalah sebuah kemunduran. Papua adalah Papua dan Timor Timur
adalah Timor Timur,” tambah dia.
21 September
Kendati sesungguhnya hubungan diplomatik antara pemerintah
Republik Indonesia (RI) dengan pemerintah Papua New Guinea (PNG)
cukup baik bahkan harmonis, namun ternyata ada satu hal yang seringkali
mengganjal hati pihak RI, yakni isu Papua Merdeka. Di PNG, isu Papua
Merdeka merupakan hal lumrah dan sering dibahas. Bahkan seringkali
menjadi isu kampanye politikus di negerinya Michael Somare itu. Sebab
ternyata warga Papua yang jumlahnya cukup besar di negara itu menjadi
aset politik yang sangat besar pula untuk bisa memenangkan suatu Pemilu.
“Nah itulah kekuatan mereka di sini (PNG), baik di Nine Mile maupun
Eight Mile serta tempat-tempat lainnya itu ribuan dari mereka memang
tidak ikut memilih tetapi ribuan suara mereka juga bisa mempengaruhi,”
kata Pratito.
245
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
Perdana Menteri Vanuatu telah menegaskan bahwa negaranya akan
mengangkat isu Papua saat Forum Pimpinan Kepulauan Pasifik di Fiji
bulan depan. Ham Lini mengatakan, Vanatu berniat untuk melanjutkan
tradisi lama dalam mendukung Papua dengan penuh keyakinan. Ham
Lini menyarankan dari awal tahun bahwa Forum Pimpinan atau para
menteri asing membentuk delegasi untuk melakukan perjalanan ke
Indonesia berbicara dengan Jakarta sejauh ini tidak berhasil.
A.6 PEMEKARAN VS OTSUS
24 Juli
Rakyat Pegunungan Tengah, Provinsi Papua, meminta Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ikut mendukung sepenuhnya
proses pembentukan Provinsi Pegunungan Tengah demi memperkuat
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hal itu disampaikan
Wakil Ketua Forum Komunikasi Intelektual Pegunungan Tengah,
Ham Pagawak. “Menurut rencana Presiden Yudhoyono akan
berkunjung ke wilayah Provinsi Papua pada 27-28 Juli nanti. Untuk
itu seluruh komponen masyarakat Pegunungan Tengah mendesak
Presiden menyukseskan proses pembentukan Provinsi Pegunungan
Tengah sekaligus melantik Lukas Enembe menjadi Caretaker gubernur
wilayah itu.
Menteri Dalam Negeri M. Ma’ruf telah melantik Abraham Octavianus
Atururi dan Rachimin Katjong sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur
periode 2006 – 2011 provinsi Irian Jaya Barat.
28 Juli
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah setuju untuk mengevaluasi
UU No. 21/2001 tentang Otonomi Khusus Papua. “Presiden merasa
sudah waktunya untuk mengevaluasi peraturan yang telah berlaku selama
tiga tahun terakhir ini,” demikian juru bicara presiden Andi Malarangeng
menutup pertemuan antara kepala negara dengan Majelis Rakyat Papua
(MRP).
246
30 Juli
Ketua Pusat Kajian Pembangunan Kabupaten (PKP2K) Grime Nawa
Arnold Udam, SH, mengatakan perlu adanya rekonsiliasi elit politik Papua
dan IJB. Rekonsiliasi ini mesti menjadi pesan moral dan komitmen politik
untuk membangun dan membawa masyarakat Papua menuju Papua Baru
yang lebih sejahtera, adil dan bermartabat.
Komitmen Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk membangun
Papua berdasarkan Undang-Undang No. 21 tahun 2001 tentang Otonomi
Khusus (Otsus) bagi Papua tidak diragukan lagi. Hal ini disampaikan
oleh Juru Bicara Kepresidenan, Andi Malarangeng usai pertemuan
Presiden dan MRP. Pertemuan tersebut membahas bagaimana
mempercepat pembangunan di Papua agar betul-betul dilandasi oleh
Otonomi Khusus dan bisa dinikmati oleh rakyat di Papua.
31 Juli
Nama Provinsi Irian Jaya Barat (Irjabar) kemungkinan besar akan diganti
menjadi Provinsi Papua Barat. Pergantian nama itu disesuaikan dengan
perubahan nama Provinsi Irian Jaya menjadi Provinsi Papua. Sekjen
Depdagri Progo Nurdjaman usai dirinya menerima kunjungan Gubernur
Irjabar, Abraham O. Atururi, di Jakarta, mengatakan, telah ada pembicaraan
kemungkinan pergantian nama Irjabar menjadi Papua Barat.
Ketua DPRD Kabupaten Sarmi, Andarias Y. Maay, mengatakan bahwa
pihaknya telah berusaha ke Jakarta dalam rangka memperjuangkan
pembentukan Kabupaten Mamberamo Raya. Dalam pertemuan dengan
pihak DPR RI dikatakan, dari 23 pemekaran kabupaten baru se-Indonesia
yang diusulkan kepada pemerintah pusat melalui Departemen Dalam
Negeri, hanya 10 Kabupaten yang dasar pendiriannya siap ditetapkan
oleh DPR RI dalam waktu dekat ini.
Rancangan Otonomi Khusus dari pemerintah mendapatkan kritikan
dari LSM. LSM menilai bahwa rancangan tersebut kurang melibatkan
elemen asli dari Papua. Kalangan LSM yang terdiri dari YLBHI, Elsam,
HRWG, INFID, Imparsial, Kontras, WALHI, JATAM, PBHI, dan Pokja
Papua mengkritisi rancangan Otsus. Mereka menilai bahwa sudah
247
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
seharusnya pembicaraan konsep mengenai Otsus di Papua dilangsungkan
di Jayapura. “Sebab amanat UU No.21 /2001 tentang Otsus Papua
menyatakan bahwa penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan
pembangunan di Papua agar memenuhi rasa keadilan, mencapai
kesejahteraan rakyat, terwujudnya penegakan hukum dan penghormatan
serta perwujudan HAM di Papua”, kata Patra M. Zen, Ketua ad interim
YLBHI.
4 Agustus
Seluruh anggota MRP mengadakan pertemuan dengan Gubernur
Papua, Barnabas Suebu, bertempat di ruang Sasana Karya Kantor
Gubernur Dok II. Dalam pertemuan tersebut Gubernur mengatakan
bahwa keberadaan IJB sebaiknya diupayakan landasan hukumnya sesuai
dengan aturan dan perundang-undangan yang berlaku. Kita harus duduk
bersama dan sepakat bahwa IJB dan Papua harus satu, sehingga
memudahkan untuk melakukan negosiasi ke pusat. Menurut Gubernur,
pemekaran provinsi boleh saja dilakukan, asalkan MRP hanya satu, yaitu
MRP yang bernaung di bawah UU No. 21 Tahun 2001 tentang Otsus
bagi Papua.
Ketua DPRD Provinsi IJB, Jimmy Idjie mengatakan, pihaknya akan
membentuk tim yang terdiri dari beberapa unsur, yaitu unsur Kampus,
DPRD, birokrasi pemerintahan dan unsur lainnya dalam rangka
mempersiapkan rancangan aturan dan kedudukan IJB pasca pelantikan
Gubernur dan Wakil Gubernur definitif. Tim ini akan membuat rancangan
atau konsep tentang kedudukan dan persepsi IJB dengan Provinsi Papua
sebagai Provinsi induk serta keterkaitannya dengan UU No. 21 Tahun
2001 tentang Otsus Papua.
6 Agustus
Ketua Pokja Agama MRP, Pdt. Benny Yantewo mengatakan, untuk
meningkatkan pembangunan di bidang keagamaan demi tercapainya
pelaksanaan Otsus, pemerintah diminta untuk mengalokasikan dana Otsus
sebesar 10% untuk memperluas pembangunan dalam bidang keagamaan.
248
Menurutnya, pemerintah adalah wakil Allah, sehingga pemerintah Papua
harus tunduk dan taat pada Allah serta selalu melibatkan Tuhan dalam
memimpin dan membangun masyarakatnya. Dengan demikian
pelaksanaan Otsus dapat terselenggara dengan baik dan berhasil.
7 Agustus
Provinsi Irian Jaya Barat (Irjabar) akan segera membentuk Majelis
Rakyat Papua (MRP) sendiri sebagai lembaga representasi kultural. “Kami
tidak menyetujui hanya satu MRP. Irjabar harus punya satu MRP tersendiri.
Rakyat Irjabar tidak pernah mengakui keberadaan MRP di Jayapura.
Apalagi mereka tidak pernah memperjuangkan keberadaan Irjabar sebagai
provinsi,” ujar Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Irjabar,
Demianus Jimmy Idjie. Menurut Idjie, pernyataan berbagai pihak yang
menyatakan MRP hanya satu dan sudah final adalah tidak benar. Sebab,
Irjabar sebagai provinsi tersendiri harus memiliki MRP. “Saya mau tanya
finalnya di mana. Pasal 74 Nomor 54 Tahun 2005 tentang MRP
menghendaki Irjabar punya MRP,” tandasnya.
Anggota Komisi A DPRP Provinsi Papua, Derek Pakage, mengatakan
bahwa meski pelaksanaan Otsus di Papua sudah memasuki tahun ke lima,
namun hasilnya belum maksimal. Banyak rakyat Papua yang masih hidup
di bawah garis kemiskinan. Hal ini disebabkan karena penyalahgunaan
dana Otsus. Menurut Derek Pakage, untuk menghindari penyelewengan
penggunaan dana Otsus, pemerintah sebaiknya dan secepatnya membuat
suatu Perdasus. Dengan demikian pada tahun anggaran 2007 penggunaan
dana Otsus benar-benar tepat sasaran dan mudah diawasi penggunaannya.
8 Agustus
Majelis Rakyat Papua menolak mentah-mentah pembentukan Provinsi
Irian Jaya Tengah yang dipelopori sekelompok kepala daerah di kawasan
itu. Pihak Majelis Rakyat Papua (MRP) tak menginginkan Papua terpisahpisah setelah sebagian rakyat melakukan perlawanan atas rencana
pemekaran tahun 2004 yang menimbulkan perang suku dengan korban
lima tewas. Anggota Kelompok Kerja Adat MRP, Adolof Kogoya dan
249
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
Alfius Murib, di kantornya di Jayapura menyatakan, pemekaran Irian Jaya
Tengah telah ditanggapi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam
kunjungannya pekan lalu. “Saat itu ada beberapa kepala daerah yang
membawa aspirasi, tetapi ditolak Presiden,” ungkapnya.
23 Agustus
Dewan Perwakilan Daerah (DPD) berharap pemerintah Provinsi Papua
dan Irian Jaya Barat dalam waktu dekat dapat membicarakan masalah yang
terkait dengan implementasi UU No. 21/2001 tentang Otonomi Khusus
(Otsus) Papua. Pembahasan itu terutama terkait dengan pembagian atau
alokasi dana Otsus di kedua daerah tersebut. “Pemerintah pusat diharapkan
secara proaktif dapat memediasi penyelesaian masalah itu,” kata Ketua DPD
Ginandjar Kartasasmita dalam Sidang Paripurna Khusus DPD.
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus
bagi Provinsi Papua (Otsus) sudah berjalan lima tahun. Namun implementasi
Otsus yang seharusnya menjawab hak-hak orang asli Papua belum
menunjukkan perubahan yang signifikan. Otsus lahir untuk kepentingan
rakyat, hingga dapat dibilang merupakan penggenapan dari harapan dan
impian masyarakat Papua untuk hidup layak di tanah ini. Demikian dikatakan
Gubernur Papua, Barnabas Suebu dalam sambutan tertulisnya yang
dibacakan Washington Turnip, Kepala Biro Hukum Pemerintah Daerah
Provinsi Papua, saat membuka konsultasi publik peraturan daerah khusus
(Perdasus) tentang pengawasan sosial yang diselenggarakan Forum Kerja
Sama Lembaga Swadaya Masyarakat (Foker LSM) Papua, di Jayapura.
28 Agustus
Sekda Provinsi Papua, Andi Baso Basaleng, menjelaskan bahwa
pertemuan konsolidasi antara MRP dengan elit politik Papua dan IJB
yang dijadwalkan 25 Agustus batal dilaksanakan. Alasan yang diduga adalah
pihak IJB menghendaki dilakukan pertemuan lebih dulu antar pemerintah
provinsi dan dalam tahap berikut melibatkan MRP. Sekda menduga elit
politik IJB menilai MRP mengganjal pembentukan provinsi IJB.
Peneliti fungsional BP3D, Don Flassy, mengatakan bahwa sebaiknya MRP
bijaksana dalam menangani persoalan IJB dan tidak membuatnya makin rumit.
250
IJB senyatanya sudah ada sehingga sebaiknya tidak diganggu lagi. Pihaknya
menegaskan agar pemekaran lainnya harus dalam koridor Otsus.
28 September
Aspirasi Pemekaran Provinsi Irian Jaya Tengah (IJT) yang tengah
terangkat ke permukaan akhir-akhir ini merupakan masalah 7 Kabupaten
bukan hanya Nabire. Untuk itu semua stakeholder dapat memahami
persoalan kenapa dan dasarnya apa aspirasi Pemekaran Provinsi IJT perlu
segera direalisasikan. Hal ini diungkapkan Wakil Ketua I DPRD Kabupaten
Nabire Penias Pigai, S.Sos. Menurut Penias, persoalan IJT ini merupakan
masalah 7 Kabupaten, yakni Kabupaten Nabire, Paniai, Puncak Jaya,
Mimika, Waropen, Serui, Biak dan Supiori. Karena itu perlu ada dukungan
dari semua stakeholder dalam menyuarakan aspirasi tersebut. “Sebab, apabila
kita tidak dimekarkan, pembangunan di daerah ini akan begini terus. Artinya
dengan adanya pemekaran provinsi dapat membuka keterisolasian daerah
yang selama ini dirasakan oleh rakyat,” tegas Penias Pigai.
Langkah Gubernur Provinsi Papua Barnabas Suebu, SH menggalang
lembaga-lembaga donor dari berbagai negara, bertemu di Papua dan
berbicara khusus seputar pembangunan Papua, direspon pengamat politik
Papua, Frans Maniagasi. Menurut Frans yang juga Anggota Pokja Papua di
Jakarta, langkah itu sangat baik karena merupakan terobosan positif yang
dilakukan Pemprov Papua untuk pembangunan secara menyeluruh di Papua.
Frans juga memberikan masukan penting yang perlu diperhatikan Pemprov
Papua sebelum merealisasikan masuknya para investor asing ke Papua.
B. HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL, DAN BUDAYA
B.1 HAK ATAS PENDIDIKAN
2 Juli
Sekurangnya 340 orang guru dibutuhkan untuk mengajar sekolah
tingkat dasar dan atas seluruh daerah Supiori di Papua. Demikian
dikatakan. Kepala Kantor Bagian Pendidikan, Kebudayaan, dan Pariwisata,
Yermias Fakdawer hari Sabtu. Ia mengatakan kantornya akan segera
251
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
menyelesaikan masalah tersebut. “Dalam bulan ini, kantor pendidikan
akan menerima guru kontrak yang akan ditempatkan pada sekolah yang
membutuhkan. Kebutuhan yang paling besar adalah di bidang
matematika, fisika, kimia dan bahasa Inggris. Dengan adanya lebih banyak
guru untuk mengajar dibidang ini, kita mengharapkan adanya perbaikan
mutu pendidikan,” katanya.
14 Juli
Kepala Dinas Pendidikan dan Pengajaran (P dan P) Provinsi Papua
Drs. James Modouw, MM, prihatin dengan tingginya biaya Penerimaan
Siswa Baru (PSB) yang ditetap sejumlah sekolah di Kota Jayapura yang
mencapai Rp 1 Juta. “Sekolah tidak boleh memakai momen PSB utuk
memungut uang dari masyarakat. Apalagi untuk pengembangan sarana
dan prasarana sekolah,” kata James Modow.
18 Juli
Ketua Divisi Ekosob Komnas HAM Papua, Frits Ramandey, S.Sos
meminta Gubernur, Bupati dan Walikota tegas terhadap sekolah
mengenai tingginya pungutan sekolah. Mulai dari SD, SMP, hingga SMU
yang kemudian sebagian calon peserta didik tidak dapat melanjutkan
pendidikannya disebabkan biaya yang tinggi. Dan katanya mengenai
fasilitas dan pembangunan itu bukan tanggung jawab sekolah tersebut
tetapi tanggung jawab pemerintah (Dinas P dan P Provinsi, Kabupaten/
Kota).
7 Agustus
Tiga pelajar asal Papua, yaitu George Saa, peraih medali emas lomba
internasional bidang fisika tahun 2004, Anike Boare, peraih medali emas
internasional bidang fisika tahun 2005, dan Rudolf Surya Bonay, peraih
the fist step to nobel prize in chemistry di Polandia akhir Mei 2006, diundang
oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke istana presiden untuk
menerima Satya Lencana Wirakarya.
252
8 Agustus
Dalam rapat koordinasi dan revitalisasi pendidikan di Jakarta,
Gubernur Papua, Barnabas Suebu mengusulkan agar gaji, tunjangan,
pangkat, mutu guru yang ada di pedalaman Papua dinaikan supaya mutu
pendidikan dapat ditingkatkan. Hal ini mendapat tanggapan positif dari
pemerintah pusat.
14 Agustus
Bupati Yahukimo, Ones Pahabol, mengakui bahwa hingga saat ini
masalah perempuan memang masih tersembunyi. Meski demikian
pemerintah sudah memiliki program pengembangan gender dengan
pelatihan bagi kaum perempuan.
17 Agustus
Mendiknas Bambang Sudibyo mengakui bahwa anggaran belanja
pemerintah untuk pendidikan memang belum memenuhi formula MK
sebesar 20% dari APBN. Dalam RAPBN 2007 anggaran untuk pendidikan
hanya sebesar Rp 51,3 triliun dari total anggaran sebesar Rp 495,9 triliun
atau hanya sebesar 10,3%. Meski demikian jumlah ini dikatakan telah naik
18,5% dibandingkan dengan APBN 2006 sebesar Rp 43,3 trilyun (9,1%).
23 Agustus
Menteri Pendidikan Nasional Bambang Sudibyo menyatakan,
sebenarnya Pemda memiliki alokasi dana yang cukup untuk membebaskan
biaya pendidikan dengan pembagian 2/3 dari Pemerintah Pusat dan 1/3
dari daerah.
25 Agustus
SMPN 5 Jayapura dipalang oleh pihak yang mengaku sebagai pemilik
hak ulayat dari Hamadi yang menuntut ganti rugi dari pemerintah kota.
Pembangunan SD Inpres di Kampung Yeti, Kabupaten Keerom,
dianggap terlalu jauh dari pemukiman masyarakat setempat. Karena itu,
penduduk setempat yang menghendaki SD tersebut dibangun di pusat
253
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
kampung memalangnya. Demikian diungkapkan oleh Kadis P dan K,
Oktovianus Nasadit.
Wakil Ketua Komisi E DPRP, Danang Jaya mendukung pernyataan
Mendiknas mengenai pembebasan biaya pendidikan dasar sembilan tahun
mengingat alokasi anggaran Otsus bidang pendidikan sebesar 25%. Juga
dari APBD, APBN dan dana bantuan pendidikan lainnya.
B.2 HAK ATAS KESEHATAN
30 Juli
Puluhan perawat rumah sakit jiwa melakukan aksi mogok kerja.
Mereka meminta kepada Gubernur Provinsi Papua meninjau kembali
pengangkatan dr. Ferry Gedi sebagai Direktur RS Jiwa Abepura, karena
dinilai sangat tidak tepat dengan kebutuhan rumah sakit jiwa saat ini.
3 Agustus
Ketua Umum Komisi Penanggulangan HIV-AIDS Daerah Kota
Jayapura, M.R. Kambu, mengatakan pelatihan dan sosialisasi survei
merupakan salah satu hal yang tepat dalam rangka mencegah penyebaran
HIV-AIDS. Berdasarkan data Dinkes Provinsi Papua per triwulan I 2006,
untuk Kota Jayapura yang teridentifikasi HIV-AIDS sebanyak 216 kasus,
yaitu Positif HIV sebanyak 40 orang dan AIDS sebanyak 176 orang.
7 Agustus
Ketua Klasis GKI Biak Selatan, Pdt. Simon Petrus Wospakrik merasa
prihatin dengan adanya 51 ibu rumah tangga yang terkena AIDS, apalagi
kebanyakan dari mereka masih dalam usia produktif. Untuk mengatasi
dan menanggulangi bahaya AIDS para tokoh agama mempunyai tekad
melakukan penyuluhan dan arahan kepada masyarakat berupa pendidikan
seks, pada semua kelompok usia. Dengan demikian setiap masyarakat
dapat terhindar dari penyakit HIV-AIDS.
Ketua Komisi Penanggulangan HIV/AIDS Daerah Provinsi Papua,
drh. Constant Karma, mengatakan bahwa berdasarkan data yang diperoleh
254
dari KPAD Papua sebanyak 50-an ibu rumah tangga di Kabupaten
Mimika terinfeksi HIV-AIDS. Menurutnya, tingginya angka kasus HIVAIDS dipengaruhi oleh 3 M yaitu Man, Money dan Mobility (laki-laki, uang
dan mobilitas yang tinggi). Jumlah yang ada terus bertambah dari bulan
ke bulan. Berdasarkan data per 31 Maret 2006 jumlah penderita HIVAIDS, yaitu 2.199 orang.
14 Agustus
Gubernur Papua, Barnabas Suebu, mengungkapkan bahwa kasus HIVAIDS di Papua sudah sangat mengkuatirkan sehingga dibahas dalam Pokja
KPA di Jakarta. Hingga akhir Maret 2006 terdapat 2.199 kasus namun
angka tersebut diperkirakan akan membengkak mencapai 11.660 kasus.
Berdasarkan kelompok umur kasus HIV-AIDS Papua tertinggi berada
pada usia 20-29 tahun. Sementara untuk kasus pada kelompok usia 1519 tahun Papua merupakan yang tertinggi di Indonesia.
Gubernur Barnabas Suebu mengungkapkan rencana Pemprov untuk
merekrut sekitar 200 orang dokter untuk mendukung program pengembangan
kesehatan berbasis masyarakat di 2.500 kampung di seluruh Papua.
16 Agustus
Direktur RSUD Biak-Numfor Dr. Isak Pairunan menjelaskan bahwa
pelayanan di rumah sakit tersebut terganggu karena pengadaan obat-obatan
terlambat datang. Hal itu disebabkan terlambatnya pembahasan APBD pada
tahun berjalan. Jumlah dana yang diperlukan rata-rata Rp 1 milyar per tahun.
17 Agustus
438 orang warga Merauke yang tinggal di Gudang Arang mengalami
keracunan makanan sesudah menyantap nasi bungkus saat perayaan HUT
RI ke-61.
21 Agustus
HIV-AIDS adalah ancaman yang makin besar bagi masyarakat Papua
Barat. Para peneliti menegaskan bahwa provinsi yang dikuasai oleh
255
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
Indonesia itu telah terinfeksi 10 kali lebih tinggi dari data resmi. Hal itu
dikatakan Pendeta Socratez Sofyan Yoman, ketua dari Persekutuan Gereja
Baptis di Papua Barat, saat berada di New Zealand untuk konferensi di
Universitas AUT dan tour keliling negara tersebut untuk meningkatkan
kesadaran tentang pelecehan hak asasi manusia yang terjadi setiap hari di
provinsi yang dikuasai oleh Indonesia tersebut. Ia mengatakan bahwa
ancaman penyebaran HIV-AIDS merupakan perhatian yang besar bagi
Papua Barat. “Lebih dari 2.000 orang Papua terinfeksi HIV/AIDS, termasuk
wanita, anak-anak, remaja dan pegawai negeri,” katanya. Masalah ini
bertambah dengan banyaknya pekerja seks yang terinfeksi penyakit tersebut.
22 Agustus
Walikota Jayapura, M.R. Kambu, mengungkapkan, program
pengendalian banjir dilakukan dalam bentuk pembersihan saluran-saluran
yang ada secara rutin. Juga pendalaman dan perluasan saluran. Pihaknya
meminta masyarakat untuk bersama-sama menjaga kebersihan lingkungan
dan tidak membuang sampah di saluran-saluran air.
23 Agustus
Angka kematian ibu dan anak di Kabupaten Asmat sampai saat ini
masih tergolong cukup tinggi. Menurut Wakil Bupati Drs. F.B. Sorring,
S.Sos, MM, masih tingginya angka kematian ibu dan anak tersebut karena
kondisi geografis wilayah Kabupaten Asmat yang 90% merupakan
perairan dan rawa dengan penyebaran penduduk yang terpencar.
Dikatakan, kondisi tersebut menyebabkan masyarakat sulit untuk
mendapatkan pelayanan yang prima sehingga tidak mustahil angka
kematian ibu dan anak masih terus meningkat.
Kepala Bappeda Kota Jayapura, M.H. Thamrin Sagala,
mengungkapkan bahwa rekomendasi kementrian Lingkungan Hidup
untuk menerapkan sistem pengelolaan sampah “sanitary landfield” dinilai
tepat, efisien, dan hemat biaya dibandingkan sistem penimbunan sampah
terbuka atau sistem pembakaran. Jika disetujui maka sistem ini akan
diterapkan dalam tahun 2007.
256
Berdasarkan hasil uji laboratorium terhadap sampel makanan, ikan
dan mie oleh Badan Pemeriksa Makanan dan Obat, penyebab keracunan
makanan di Merauke adalah bakteri staphylococcus aureus yang ada dalam
ikan yang sudah kadaluwarsa dan tidak dimasak secara baik. Demikian
diungkapkan oleh Kepala Badan Pemeriksa Makanan dan Obat, drg. Josef
Rinta R. M.Kes.
24 Agustus
Dua Ratus Empatbelas personil prajurit Kodam XVII/ Trikora
mengalami keracunan makanan setelah makan nasi bungkus.
25 Agustus
Pihak RSUD Dok II Jayapura mengeluhkan tumpukan sampah di
lingkungan rumah sakit yang sudah dua bulan tidak diangkut dan sudah
masuk ke badan jalan.
B.3 KESEJAHTERAAN UMUM
2 Juli
Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (BPMD) Provinsi
Papua Drs. Tedjo Suprapto mengungkapkan, pada Tahun Anggaran 2006
ini, DASK (BPMD) Provinsi Papua sebesar Rp 23 miliar. Dana itu
diprioritaskan untuk pelatihan tenaga pendamping PPK untuk distrik dan
kampung, kegiatan pembangunan masyarakat di 14 titik terisolir serta
pembangunan perumahan penduduk yang masih difokuskan pada
daerah–daerah yang penduduknya belum memiliki rumah layak huni.
4 Juli
Kedutaan Besar Kerajaan Belanda dan Program Pengembangan
Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) di depan Pemerintahan Indonesia,
hari ini menandatangani persetujuan untuk mendukung Program
Pengembangan Papua. Prakarsa 5 tahun akan mendukung pencapaian
dari Tujuan Pengembangan Milenium (MDgs) di Provinsi Papua dan Irian
257
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
Jaya Barat. Pemerintahan Belanda akan memberikan kontribusi yang besar
yaitu 8 juta dollar Amerika untuk program, didukung oleh UNDP dan
GOI.
6 Juli
PD Irian Bhakti akhirnya melakukan pekerjaan subsidi angkut beras
PNS ke pedalaman menyusul adanya penunjukkan dari Gubernur Papua.
Hal itu dijelaskan oleh Direktur Utama PD Irian Bhakti, Matias Sarwa.
“Sekitar 500 ton sudah didistribusikan ke pedalaman dengan Trigana,”
ungkap Matias Sarwa.
10 Juli
Ribuan warga penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) di Kabupaten
Asmat melakukan aksi demo damai menuntut Kantor Pos wilayah Asmat
untuk segera merealisasikan pembayaran Bantuan Langsung Tunai tahap
III. Kepala Kantor Pos Agats, Toni Walong, membenarkan dana bantuan
itu sudah ada namun belum dapat didistribusikan ke semua distrik karena
tidak tersedia dana transportasi untuk pendistribusian ke tingkat distrik.
“Persoalannya, kalau ada yang sudah dibagikan, nanti masyarakat yang
ada di distrik lain akan protes. Sebab, masyarakat tidak memahami kendala
mengapa BLT tersebut belum dibagikan,” jelas Toni Walong.
Bupati Yahukimo, Ones Pahabol, SE melakukan penanaman padi
perdana di sawah percontohan yang disiapkan 5-10 hektar yakni di
kilometer 16. Pemerintah Kabupaten Yahukimo mendatangkan tenaga
terampil dari Merauke yang selanjutnya ditunjuk sebagai Ketua Kelompok
Tani Yahukimo yakni Sugiono. Menurut Bupati Pahabol, ke depan
persawahan ini harus berkembang dan tumbuh dengan baik di Yahukimo.
18 Juli
Polisi menggagalkan pengiriman BBM ilegal yang akan dibawa ke
Mamberamo. Menurut Kepala Bidang Hubungan Masyarakat
(Kabidhumas) Polda Papua, Kombes Pol. Drs. Kartono Wangsadisastra,
kapal tersebut membawa bensin sebanyak 6.860 liter dan BBM tersebut
258
rencananya akan diangkut dari Argapura Pantai menuju ke Mamberamo
Hilir. Setelah proses penyidikan, kami menetapkan dua orang sebagai
tersangka yaitu pemilik BBM dan MP pemilik kapal
19 Juli
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Paniai menemukan ada
delapan proyek fiktif atau proyek yang tidak direalisasikan oleh Pemerintah
Kabupaten Paniai terhitung sejak Tahun Anggaran 2001-2006. Akibat
proyek yang diduga fiktif tersebut, kerugian negara diperkirakan mencapai
Rp 67,5 miliar. Demikian dikatakan Ketua DPRD Kabupaten Paniai, Yan
Tebay, S.Sos. “Di atas kertas realisasi 100%, namun kenyataannya nihil.
Apapun alasannya, Bupati harus mempertanggungjawabkan kepada
rakyat,” tegas Yan Tebay.
6 Agustus
Pemda Papua dalam tahun 2006 telah menganggarkan Rp 1 Milliar
untuk pengadaan teknologi listrik tenaga surya bagi daerah-daerah yang
selama ini belum terjangkau oleh PLN. Menurut Kepala Bidang
Pemanfaatan Teknologi Tepat Guna BPMD Provinsi Papua, Habel
Howay, pengadaan listrik tenaga surya tersebut digunakan untuk
membantu penerangan bagi masyarakat, khususnya para guru atau penginjil
yang bertugas di pedalaman atau desa-desa. Untuk tahun ini bantuan
tersebut diaplikasikan hanya di beberapa tempat, yaitu di kampung Skow,
Distrik Muara Tami, sebanyak 28 unit, Kampung Ampas, Distrik Waris
sebanyak 20 unit dan Sentani sebanyak 5 unit.
9 Agustus
Sebanyak 10 orang nelayan asal Dok V Bawah ditembak dan ditangkap
di perbatasan perairan laut RI-PNG. Di antara 10 nelayan tersebut, 1
nelayan yaitu Mulyadi (27) tewas tertembak, 2 orang kritis, yaitu Hamid
(21) dan Gopal (21). Sedangkan 7 nelayan lainnya ditangkap, yaitu Hamka,
Nasrul, Lupus, Dawi, Sahril, Nompo, dan Tohamirah.
259
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
10 Agustus
Setelah melalui upaya diplomatik oleh KBRI di Vanimo, akhirnya
jenazah Mulyadi (27) nelayan yang tertembak di wilayah perbatasan perairan
RI-PNG tiba di Jayapura.
Aksi penembakan terhadap nelayan Papua di perairan perbatasan RIPNG, mendapat reaksi keras dari KBRI di Port Moresby dengan
melayangkan nota diplomatik untuk menyampaikan protes dan permintaan
klarifikasi dari pemerintah PNG terhadap peristiwa penembakan tersebut.
15 Agustus
Dinas Pasar Kota Jayapura melakukan penertiban terhadap para
pedagang yang berjualan di pinggir dan samping ruas jalan di Pasar Youtefa.
Penertiban ini dipimpin oleh Penanggung Jawab Pasar Youtefa, H. Amran
Tumapa. Para pedagang tradisional mengeluh karena tidak ada tempat
jualan bagi mereka di los dan tidak mampu membayar uang sewa meja.
22 Agustus
Pemerintah PNG menyampaikan permintaan maaf dan penyesalan
atas insiden penembakan nelayan Indonesia di perairan perbatasan RIPNG pada 9 Agustus 2006 yang lalu.
28 Agustus
Bupati Keerom, Celcius Watae, menjelaskan, rencana untuk membuka
kembali program transmigrasi masih sebatas wacana. “Program transmigrasi
tujuannya untuk membuka isolasi suatu daerah dan juga mempercepat
pembangunan, di mana Kabupaten Keerom yang baru dimekarkan ini memiliki
lahan yang cukup luas dengan potensi yang besar, namun tidak diimbangi oleh
jumlah penduduk untuk mengelola potensi ini. Karena itu tidak ada salahnya
kalau isu tentang program transmigrasi ini mencuat kembali,” katanya.
Syarifuddin (40), nelayan yang ditangkap dan ditahan di Vanimo,
membantah bahwa pihaknya melewati batas perairan karena dia sudah
sering berada di daerah tersebut dan juga karena tidak ada rambu-rambu
pembatas di perairan tersebut.
260
Sekda Provinsi Papua, Andi Baso menyatakan pihaknya sudah
melakukan langkah-langkah perundingan dengan pihak pemerintah PNG
melalui konsulat RI di Vanimo.
13 September
Pasar Sentral Jayapura yang berada di Hamadi atau yang dikenal masyarakat
dengan Pasar Hamadi, ludes terbakar. Kebakaran diduga bersumber dari
perumahan warga Hamadi Pantai yang berada di belakang komplek Pasar
Hamadi. Sedangkan penyebab terbakarnya pasar yang dibangun tahun 1974
silam ini, bukan dari kompor atau akibat arus pendek, namun diduga kuat
berasal dari api lilin yang berada di rumah milik Ilham, warga Hamadi Pantai.
B.4 PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM
27 Juni
Perusahaan nomor tiga di China, grup CNOOC, hari Rabu mengatakan
masih membicarakan harga Gas Alam Cair (LNG) dengan Indonesia
dan mengharapkan kesepakatan akhir Juli. Ketua Pengawas Minyak dan
Gas Indonesia BPMIGAS, Kardaya Warnika, sebelumnya mengatakan
pada bulan ini Indonesia telah setuju untuk meningkatkan harga LNG dari
BP-Proyek Tangguh, yang akan di jual ke CNOOC, dengan harga ratarata minyak $ 38/ barrel dibandingkan dengan level sebelumnya $ 25.
30 Juni
Kapedam XVII/Trikora Letkol Caj. G.T. Situmorang menarik satuan
non organik dan menggantikannya dengan anggota organik. Dengan
pengalihan Kodal pengamanan dari TNI ke Polri itu, maka satuan tugas
TNI yang bertugas di kawasan Freeport akan segera kembali ke markas
masing-masing dan diganti oleh anggota organik dari Kodam XVII/Trikora.
3 Juli
Menurut Kepala Staf TNI AL (KSAL) Laksamana TNI Slamet
Soebijanto, di wilayah Indonesia Timur penangkapan ikan secara illegal
261
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
cukup marak terjadi di laut Arafuru bagian Selatan mendekati daerah
Merauke, Biak dan seterusnya. Menurutnya, untuk mengurangi tindak
pidana Illegal Fishing perlu adanya kerjasama dengan instansi terkait seperti
Menteri Kelautan, Kejaksaan dan Pengadilan.
Keputusan pemerintah yang mengalihkan pengamanan (Pam) PT
Freeport sebagai salah satu objek vital nasional dari TNI kepada Polisi
mulai direalisasikan. Hal ini ditunjukkan dengan diberangkatkannya 600
personil Polri dari Mabes Polri Jakarta ke Jayapura dipimpin oleh mantan
Dasat Brimobda Robby Kaligis. Dengan demikian Operasi Tembaga di
PT Freeport berakhir dan Operasi Amole I dimulai. Jika dari analisis dan
evaluasi terhadap operasi Amole I dinilai masih belum mampu, maka
operasi akan diperpanjang menjadi Operasi Amole II.
4 Juli
Militer Indonesia (TNI) secara formal telah menyerahkan tanggung
jawab keamanan pertambangan raksasa yang di jalankan oleh PT Freeport
Indonesia kepada Kepolisian Nasional wilayah Papua daerah Mimika.
Penyerahan ditandatangani dan di segel oleh Komandan Militer Trikora
Mayjen George Toisutta, Komisaris Kepala Polisi Papua Tommy Jacobus,
Eksekutif Wakil Presiden bagian Keamanan PT Freeport, Frank D.
Reuneker, dan Laksamana Pertama Djoko Sumaryono, Asisten Menko
Polkam, di Timika, ibukota Mimika. Penyerahan dilaksanakan sesuai dengan
Instruksi Presiden No. 63/2004. PT Freeport masuk dalam klasifikasi
obyek vital sesuai dekrit 2004 yang dikeluarkan oleh Menteri Energi dan
Pertambangan. Lebih dari 350 personil dari Komando Strategi Angkatan
Darat, digantikan dengan 600 anggota polisi brigadir mobil dari Kelapa
Dua Jakarta.
Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Indonesia telah di panggil untuk
menutup tambang tembaga dan emas Freeport McMoran di Provinsi
Papua. Direktur Eksekutif jaringan, Siti Maimunah, mangatakan
pertambangan seharusnya ditutup untuk sementara untuk memberikan
kesempatan kepada pemerintah meninjau kembali akibat adanya
pertambangan. Maimunah menghilangkan pendapat bahwa pertambangan
262
Grasberg telah memberikan kemakmuran atau kekayaan kepada
masyarakat lokal di Timika atau secara umum di Papua.
6 Juli
Ketua Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia (PBHI),
Johnson Panjaitan, SH menyayangkan sikap geram yang ditunjukkan
Kapolri dan Menhut. Johnson bahkan menganggap sikap kedua pejabat
negara itu sebagai upaya cuci tangan terhadap masalah illegal logging. “Jadi
saya melihat Kapolri dan Menhut hanya membuang tanggung jawab
terhadap kasus illegal logging ini, merekalah yang mempunyai peranan penting
bagaimana menuntaskan kasus ini hingga para tersangka bisa divonis berat.
Sebab tuntasnya kasus tersebut tergantung dari bagaimana berkas
perkaranya,” ungkap Panjaitan.
Sementara itu, Kapolda Papua, Irjen Pol. Drs. Tommy Trider Jacobus
menanggapi sikap Kapolri dan Menhut yang geram terkait dengan banyak
kasus illegal logging di Papua diputus ringan bahkan bebas, sebagai hal yang
wajar. “Untuk penyelidikan kasus illegal logging, kami harus mengirim
anggota hingga ke pelosok–pelosok, bahkan harus sewa kapal dan
sebagainya. Kalau kemudian putusannya bebas kan menjengkelkan,” ujar
Kapolda.
10 Juli
Operasi Amole I mulai dijalankan untuk mengamankan PT Freeport.
Sebanyak 600 personil Polri dari Mabes Polri Jakarta yang telah tiba sejak
hari Sabtu, 8 Juli 2006 mendapat sorotan dari Anggota DPRP Komisi A,
Ramses Walli. “Kami sangat mendukung dengan adanya pengalihan
pengamanan PT Freeport dari TNI ke Polri. Hanya saja mengingat areal
operasi pertambangan itu ada di provinsi Papua, maka alangkah baiknya
jika personil Polri yang ditugaskan di Freeport dari Polda Papua bukan
dari pusat,” ujar Walli. Alasannya, karena personil Polri yang ada di daerah
(Polda Papua) lebih mengetahui persoalan–persoalan daerah itu dari sisi
Kamtibnas, adat istiadat, kehidupan sosial, hingga budaya masyarakat
Papua.
263
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
11 Juli
Penggunaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Nafri dinilai tidak sesuai
dengan pola awal yang ditentukan dan telah menimbulkan pencemaran
lingkungan sekitar. Hal ini terungkap dari pembahasan laporan akhir
tentang kajian lingkungan pengelolaan (TPA) oleh Tim Konsultan PT
Ananda di Aula Kantor Walikota.
14 Juli
Markus Sraun, dari Jawatan Pertambangan Bintuni, mengatakan,
investor nasional yang berada di Jakarta, PT Asoka Abadi sedang
melakukan eksplorasi cadangan batu bara di Distrik Horna, Teluk Bintuni,
Provinsi Irian Jaya Barat.
15 Juli
Perusahaan Minyak Nation Petrolium ditolak oleh masyarakat asli Suku
Warembori di hilir Sungai Memberamo Hilir, Kabupaten Sarmi. “Kami
menolak keberadaaan perusahaan minyak Nation Petrolium yang saat ini
melakukan survei di daerah kami. Mereka masuk tanpa sepengetahuan
masyarakat setempat dan hanya untuk kepentingan orang tertentu, bukan
masyarakat setempat. Kalau memang untuk masyarakat setempat harusnya
ada pemberitahuan sebelumnya,” kata Fredy T.H. Rumayomi, Ketua Ikatan
Pemuda dan Pelajar/Mahasiswa di Kantor Yayasan Pengembangan
Masyarakat Desa (YPMD) Papua.
17 Juli
”Tak seorangpun yang ditahan tahun lalu pada Operasi Hutan Lestari
yang dinyatakan bersalah dalam penebangan liar karena adanya konflik
peraturan yang membuat susah pelaksanaan hukum melawan kejahatan
tersebut,” kata polisi. Meskipun demikian, para pencinta lingkungan juga
menyalahkan korupsi dalam pelaksanaan peraturan, termasuk polisi, jaksa
penuntut dan pengadilan negeri yang terkenal kerap melepaskan pelaku
penebangan liar dari hukum. Tahun 2005 polisi menjalankan Operasi Hutan
Lestari yang kedua dan mengungkapkan 137 kasus penebangan liar terjadi
di Papua. Meskipun demikian, 52 kasus tersebut tidak pernah sampai
264
pada pengadilan. Sementara itu13 yang lain dilepaskan karena kekurangan
bukti, 18 kasus lainnya diproses pengadilan tetapi akhirnya dibebaskan
dari tuduhan.
Juru bicara Kepolisian Nasional Komisaris Senior Bambang Kuncoko
mengatakan, Peraturan Perhutanan tahun 1999, yang memberikan otoritas
kepada menteri kehutanan untuk mengeluarkan ijin logging, bertentangan
dengan peraturan otonomi daerah yang memberikan daerah hak-hak
untuk mengeluarkan ijin untuk proyek yang berbasis masyarakat kecil.
Grup lingkungan mengatakan ijin daerah telah dimanipulasi oleh pejabat
yang tidak peduli benar atau salah, termasuk wakil rakyat, anggota militer
dan polisi, yang bekerjasama dengan perantara dan perusahaan logging
asing untuk menebang pohon secara liar. “Diharapkan dengan peraturan,
ada beberapa intepretasi antara penguasa dalam menentukan apakah log
legal atau tidak,” kata Bambang.
Perusahaan Freeport-McMoran Copper & Gold pada Selasa
mengumumkan keuntungan per ¼ semester yang melebihi perkiraan.
Meningkatnya harga logam telah menutupi penurunan produksi tembaga
di pertambangan Grasberg Indonesia. Perusahaan yang sahamnya
mengalami peningkatan 1.6%, pada ¼ semester berikutnya mengalami
peningkatan keuntungan sebesar 367.3 juta dollar, atau 1.74 persaham,
dari 175 juta dollar, atau 91 sen per saham, pada tahun sebelumnya, kata
perusahaan yang berpusat di New Orleans.
23 Juli
Kepala Kejaksaan Tinggi (Kejati) Papua Kadir Sitanggang, SH
mengatakan perkara yang ditangani Kejati Papua, tidak pernah berhenti,
bahkan cenderung terus meningkat. Yang paling banyak mendapat sorotan
masyarakat adalah kasus Illegal Logging. Dengan adanya Operasi Hutan Lestari
II sejak 2005, tercatat 82 perkara sudah menjadi agenda Kejati Papua.
25 Juli
Perusahaan Freeport-McMoRan Copper & Gold hari Rabu
mengatakan, memasukkan perubahan dan menyatakan kembali
persetujuan kredit sebesar 465 juta dollar. Perjanjian 3 tahun dengan grup
265
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
peminjam termasuk JP Morgan Chase Bank mungkin bisa ditambahkan
menjadi 500 juta dollar dengan tambahan komitmen pinjaman, menurut
komisi saham dan bursa.
30 Juli
Beyond Petroleum (BP) dan partnernya menantikan penandatanganan
perjanjian sebesar 2,6 milliar dollar (1,4 milliar poundsterling) pinjaman
untuk membiayai Proyek Tangguh Indonesia Gas Alam Cair, kata kepala
BPMIGAS negara. Perusahaan Energi raksasa BP, yang menjalankan
proyek di daerah terpencil Indonesia Timur, Provinsi Papua, tahun lalu
percaya mendapatkan 3,4 miliar dollar dari beberapa institusi keuangan
asing. “Ada rencana untuk menandatangani pinjaman sebesar 2,6 milliar
dollar untuk Proyek Tangguh oleh BP sebagai pelaksana dan partnernya,”
kata kepala BPMIGAS Kardaya Warnika.
30 Juli
Kapolda Papua, Irjen Pol. Tommy Yacobus terus mendalami
keterangan tiga penyusup Freeport yang dicurigai sebagai penyusup yang
akan melakukan terorisme di PT Freeport. Ketiga orang tersebut, dua
diantaranya adalah karyawan Freeport dan satunya dicurigai sebagai
penyusup.
Sampah hasil pengerukan di sepanjang trotoar Jalan Raya Padang Bulan
akhirnya diangkut oleh Dinas PU Kota Jayapura. Yustus Apainabo, staf
Dinas Pekerjaan Umum mengatakan, pihaknya mengalami sedikit kendala
karena keterbatasan truk untuk mengangkut sampah. Menurut Kepala
DKP Kota Jayapura, Luhulima Siradjidin, pihaknya berencana mengganti
serta melakukan penambahan bak-bak kontainer sampah yang ada di
Pasar Youtefa dan terminal, serta melakukan koordinasi dengan Dinas
Pasar.
3 Agustus
Sepuluh hari menjabat sebagai Kepala Daerah Provinsi Papua,
Gubernur Barnabas Suebu, SH akan membuat gebrakan baru dalam dunia
kehutanan, yakni akan mencabut izin HPH-HPH yang tak memiliki industri
266
pengolahan kayu di daerah ini. “Pemegang HPH yang tidak membangun industri
di Papua akan kami cabut izinnya,” kata Gubernur Barnabas Suebu, SH.
Berdasarkan hasil penyelidikan dan kegiatan eksplorasi yang dilakukan
oleh PT Iriana Mutiara Idenburg, ditemukan area yang mengandung emas,
tepatnya di Kampung Usku, Distrik Senggi, Kabupaten Keerom. Menurut
Direktur PT IMI, Michael R. Thirbeck pada tahun 2006 dan 2007 akan
dilakukan pemboran dan kalau hasilnya positif, maka akan dilakukan studi
kelayakan tambang.
11 Agustus
Ketua Dewan Adat Paniai, John Gobay, meminta agar para pengusaha
yang saling mengklaim lokasi pendulangan emas diminta segera berdamai
sehingga tidak terjadi konflik yang pada akhirnya merugikan masyarakat.
Apabila terjadi konflik kami akan memulangkan 2 pengusaha pendulang
emas tersebut yaitu Ari dan Marzuki.
Pemerintah Daerah Kabupaten Nabire mengeluarkan tiga SK Bupati
No. 110, 111, dan 112 Tahun 2006 tentang Penertiban Pengelolaan
Penerbangan, Penambangan dan Penunjukkan Operator dengan Sistem
Pengelolaan Satu Pintu. Menurut wakil Bupati Nabire, Tonny Karubaba,
SK ini dikeluarkan karena belakangan ini terjadi beberapa masalah di lokasi
tambang emas kali Degeuwo antara lain pengrusakan lingkungan dan
tidak tertibnya penerbangan helikopter yang mengganggu aktifitas
pemerintah.
14 Agustus
Sekda Kabupaten Keerom, Drs. I Wayan Sura, MM, menyatakan
bahwa pihak Pemkab Keerom sangat mendukung upaya eksplorasi
tambang emas yang dilakukan oleh PT Iriana Mutiara Idenburg di Distrik
Senggi. Batas akhir tahap pertama eksplorasi adalah tahun 2007.
30 Agustus
Menteri Kelautan dan Perikanan Freddy Numberi telah melarang
nelayan Philipina, Thailand dan China untuk masuk ke perairan Indonesia.
“Di masa lampau mereka bisa masuk ke perairan Indonesia melalui ijin
267
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
umum tapi sekarang hanya diijinkan beroperasi di perairan dengan ijin
investasi,” ujarnya saat berbicara dalam seminar tentang nelayan ilegal di
Universitas Surabaya (Ubaya).
18 September
Temuan 52 spesies baru di kawasan Teluk Cenderawasih serta perairan
di sekitar Kabupaten Fak-Fak dan Kaimana, Irian Jaya Barat membuktikan
betapa kayanya biota laut di kawasan Kepala Burung, Pulau Papua. Puluhan
spesies yang belum teridentifikasi secara ilmiah tersebut terdiri atas 24
jenis ikan baru, 20 jenis karang, dan 8 jenis udang-udangan. Bahkan kawasan
seluas 18 juta hektar tersebut menyimpan sekitar 75% jenis karang yang
ada di dunia. Hasil survei menunjukkan sedikitnya ada 1.200 jenis ikan
dan 600 jenis karang di perairan tersebut. Survei yang dipimpin Dr. Mark
Erdmann, Senior Advisor Program Kelautan Conservation Internasional
Indonesia, dilakukan di Teluk Cenderawasih pada Februari dan di FakFak - Kaimana dari April hingga Mei 2006.
19 September
Pemerintahan Indonesia menilik langkah apa yang harus diambil dalam
melindungi lautan di Provinsi Papua sebagaimana dikatakan oleh para
ahli sebagai kekayaan yang tak ternilai dalam biota laut. Direktur Kelautan
Yahya Mulyana mengatakan informasi tentang lautan di Kepala Burung
Papua adalah signifikan.
21 September
Penerimaan negara dari PT Freeport Indonesia (PT FI), perusahaan
tambang raksasa asal Amerika Serikat yang beroperasi di Mimika, Papua,
dalam kurun waktu lima tahun terakhir (2001 - 2005) mencapai Rp 17,20
triliun lebih. Dari jumlah tersebut, akumulasi penerimaan untuk pajak
penghasilan dan royalti selama periode yang sama masing-masing mencapai
Rp 13,48 triliun dan Rp 1,97 triliun. Tahun 2005 lalu saja, kontribusi fiskal
PT FI yang mulai beroperasi 30 Desember 1991 berdasarkan Kontrak
Karya (KK) dengan pemerintah Indonesia itu, terhadap APBN sebesar
Rp 8,26 triliun atau setara dengan 1,62% dari total APBN periode itu.
268
23 September
Delapan kepala suku di Timika, yakni; Mesak Tenbak; Simon Kum;
Benyamin Kiwak; Elminus Mom; Biangkije K; Johannes Magai; Elminus
Mom dan David Wanimbo, menuntut PT Freeport Indonesia segera
membayar ganti rugi nyawa yang hilang kepada keluarga korban akibat
Pihak manajemen Freeport turut serta membantu perang suku yang terjadi
di Kwamki lama, Timika dengan menyediakan 15 bus besar untuk
mengangkut ribuan warga lokal dari Mbanti, Kimbeli dan Utikini lama
dan sekitarnya untuk terlibat langsung dalam perang suku yang terjadi di
Kwamki Lama 21 Juli. Hal itu sekaligus sebagai upaya dari manajemen
Freeport untuk mengalihkan para pendulang emas yang selama ini
mengantungkan hidupnya dengan mengais rezeki dari sisa-sisa limbah
tailing buangan PT Freepot Indonesia ke dalam sungai Aikwa „
269
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
270
BAGIAN II
ANALISIS P
ERISTIW
A
PERISTIW
ERISTIWA
A. HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK
A.1 KEBEBASAN WARGA
Dalam triwulan ini kita dihadapkan pada sejumlah peristiwa kunci yang
mencerminkan derajat perlindungan negara terhadap kebebasan warga Papua
berhadapan dengan berbagai tindak kekerasan fisik maupun struktural.
Peristiwa-peristiwa berikut ini dapat menjadi ukuran betapa kehidupan rakyat
di Papua rentan akan berbagai bentuk tindak kekerasan. Dalam triwulan ini
dicatat peristiwa-peristiwa yang mengancam hak hidup orang Papua sebagai
berikut: dua kasus pengadilan terkait dengan persoalan PT Freeport Indonesia,
peristiwa penembakan di Karubaga, Kotaraja, serta perang antarmarga di
Timika yang sering dinamakan ‘perang suku’.
Proses pengadilan atas dua perkara besar juga menyedot perhatian kita
bersama, yakni pengadilan atas kasus pembunuhan guru warga negara Amerika
dan Indonesia di areal pertambangan PT Freeport Indonesia tahun 2002 dan
kasus bentrokan 16 Maret 2006 di Abepura yang juga terkait dengan perusahaan
tambang emas dan tembaga raksasa itu. Kedua kasus ini tidak hanya menarik
perhatian di tingkat Papua tetapi juga di tingkat nasional dan bahkan internasional.
Hal ini lumrah saja karena perusahaan itu merupakan perusahaan asing
dari Amerika yang telah menyumbang Rp 17,20 triliun lebih sejak 2001–
2005 kepada negara (lihat bagian Hak atas Sumber Daya Alam di bawah).
Namun jika dilihat dengan lebih teliti, banyak perbedaan mencolok antara
kedua kasus tersebut dan ini berakibat pada penanganan keduanya.
Kesamaannya antara lain adalah [1] kedua peristiwa berkaitan langsung
dengan operasi PT Freeport Indonesia, [2] jatuhnya korban jiwa, [3] perhatian
besar di tingkat lokal hingga internasional. Adapun perbedaannya: [1] lokasi
kejadian, [2] korban dan perlakuan terhadap korban, [3] cara penanganan
kasus, [4] dampak politis.
271
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
Penanganan peristiwa pembunuhan guru-guru PT FI merupakan peristiwa
yang rumit karena melibatkan banyak pihak, tenaga, biaya, dan energi sosial
yang sudah dicurahkan sejak tahun 2002. Jadi proses investigasi dari pihak
kepolisian, FBI, kalangan pegiat HAM, sudah memakan waktu sekitar 4 tahun
sebelum akhirnya tujuh orang Amungme ditangkap dan dituduh sebagai
pelaku pembunuhan dan diterbangkan ke Jakarta untuk diadili.
Jika menengok ke belakang, peristiwa ini ditangani dari masa Kapolda
Made Mangku Pastika yang dengan cermat melakukan pengusutan kasus ini
dalam kerjasama dengan pemimpin agama dan sejumlah LSM Jayapura.
Proses pengusutan ini sebenarnya sudah menguak sebagian tabir dengan
menunjukkan berbagai keganjilan dalam kasus ini. Namun kemudian terhenti
saat Made Mangku Pastika dipindahkan ke Bali untuk menangani kasus bom
Bali. Meski demikian, perkara kriminal ini sempat mendatangkan reaksi keras
dari sejumlah pejabat tinggi Amerika Serikat karena dikaitkan dengan perang
anti teror mereka.
Setelah tiga tahun berlalu, penanganan justru menjadi kusut karena terjadi
berbagai keganjilan. Amat mencolok mata tindakan aparat kepolisian dalam
menangani perkara kriminal biasa karena memakai dalih keadaan tidak aman
sehingga sidang dilaksanakan bukan di tempat kejadian perkara melainkan di
Jakarta. Dari pengakuan tujuh orang terdakwa, mereka menyangka bahwa
salah seorang tersangka (Anton Wamang) akan memberikan kesaksian di
pengadilan. Sementara enam orang lainnya, termasuk seorang pendeta,
semata-mata mengantar kepergiannya. Senyatanya mereka ditangkap dan
dibawa ke penjara.
Drama penangkapan hingga pemindahan ke Jakarta ini tidak hanya
menarik perhatian besar publik tetapi juga menimbulkan berbagai spekulasi
di kalangan aktivis LSM dan aktivis politik Papua karena proses penangkapan
tersebut melibatkan sejumlah nama yang dikenal sebagai aktivis politik Papua.
Berbagai pertanyaan dan kecurigaan merebak tetapi tak terjawab secara tuntas.
Sebaliknya, peristiwa bentrokan di Abepura yang terjadi empat bulan
silam sudah memasuki babak putusan dengan vonis yang dijatuhkan kepada
sekelompok mahasiswa meski laporan PGGP kepada Komnas HAM
mengindikasikan bahwa terdakwa itu justru korban operasi penyisiran pasca
bentrokan berdarah yang menewaskan 4 polisi dan 1 anggota TNI AU
272
tersebut. Itu berarti proses pemberkasan perkara terjadi secara kilat karena
hanya dalam waktu empat bulan tersebut polisi menyatakan telah menangkap
pelaku meski semua terdakwa menyangkal keterlibatan mereka. Lebih dari
itu, saksi polisi sendiri mengaku di muka hakim bahwa mereka tidak melihat
terdakwa di lokasi kejadian.
Upaya balas dendam polisi terhadap terdakwa ternyata tak berhenti pada
proses pengadilan dan penghukuman. Meski sudah berstatus terdakwa dan
dalam tahanan kejaksaan, salah seorang terdakwa kasus Bentrok Abe 2006
justru masih mengalami tindak kekerasan dari polisi karena memberikan
kesaksian sesuai dengan apa yang diyakininya. Aparat penegak hukum yang
seharusnya melindungi terdakwa ternyata main hakim sendiri hingga terdakwa
luka parah dan lebih dari itu, makin traumatis.
Meski sama-sama terkait dengan PT Freeport, jelaslah bahwa perkara
Abepura tidak berdimensi internasional karena tidak ada warga asing yang
terlibat dan lebih dari itu, aparat keamanan terbunuh dalam bentrokan tersebut
oleh massa. Fakta ini justru menjadikan kasus Abepura menjadi sarana stigmatisasi
kelompok mahasiswa sebagai kelompok pengacau dan ancaman politik bagi
pemerintah. Upaya ini memang kelihatan nyata dalam pernyataan-pernyataan
para pejabat di media. Sebagai dampaknya, kita bisa merasakan suasana
ketakutan dan saling curiga kembali melanda komunitas masyarakat asli Papua.
Selain dua kasus besar itu, sejumlah tindakan telengas terjadi di Karubaga dan
Kotaraja yang telah mendatangkan korban. Di Karubaga kembali aparat penegak
hukum bertindak sewenang-wenang dan justru mendatangkan akibat fatal karena
mengundang amuk massa. Sementara itu di Kotaraja, seorang pemuda ditembak
hingga terluka parah oleh sekelompok pemuda. Hingga hari ini tidak terungkap
dari mana pelaku mendapatkan senjata api tersebut. Tanda-tanda ini memberikan
petunjuk mencemaskan karena senyatanya senjata api mulai dimiliki oleh orang
sipil dan lebih buruk lagi, dipergunakan secara kriminal.
A.2 PERTAHANAN DAN KEAMANAN
Di bidang pertahanan dan keamanan, serta keutuhan wilayah teritorial
NKRI secara menyeluruh, termasuk pengamanan objek vital negara di Timika
maupun di sekitar perbatasan Papua dan Papua New Guinea (PNG) tetap
273
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
menjadi sorotan pemerintah dan pihak TNI. Keduanya juga terus berupaya
melakukan penyadaran dan pembinaan terhadap aktivis gerakan OPM di
Papua. Satu hal yang juga dianggap penting dan mengganggu stabilitas dan
keutuhan NKRI adalah upaya internasionalisasi masalah Papua oleh pihak
LSM asing. Tiga pokok inilah yang mewarnai dinamika politik dan kebijakan
pemerintah selama triwulan ini.
Integritas dan keamanan teritorial Negara Kesatuan Republik Indonesia
di Tanah Papua harus dijaga. Untuk itu TNI Angkatan Laut melalui Kepala
Staf TNI AL (KSAL) Laksamana TNI Slamet Soebijanto menargetkan
pembangunan Markas Komando Wilayah Laut III (Bagian Timur) yang akan
berpusat di Katapop, Distrik Salawati, Kabupaten Sorong, akan selesai pada
tahun 2008 dengan jumlah personil sebanyak 5000 personil. Meskipun
ditargetkan demikian tetapi belum ada kucuran dana dari pemerintah untuk
pembangunan markas ini. Dengan bertambahnya pangkalan TNI Angkatan
Laut di wilayah Indonesia Timur, secara khusus di Papua, berarti bertambah
pula jumlah personil pasukan keamanan di wilayah Tanah Papua.
Suatu perubahan penting lainnya di bidang keamanan terjadi, yaitu adanya
pengalihan tugas pengamanan PT Freeport Indonesia dari pihak TNI kepada
pihak Kepolisian. Sebanyak 600 personil dari kesatuan Brimob Jakarta ke
Timika. Perubahan ini tentunya mendapat tanggapan dari berbagai pihak.
Ramses Wally, salah seorang anggota DPRP, mengingatkan bahwa sebaiknya
personil yang ditugaskan untuk pengamanan Freeport tidak berasal dari luar
Papua tetapi dari Papua karena mereka lebih memahami dan mengetahui
situasi dan kebudayaan yang ada di Papua. Dengan demikian akan mengurangi
berbagai kekerasan yang terjadi selama ini di wilayah tersebut.
Seperti kita ketahui bersama dan juga telah diuraikan pada bagian lain
tentang pengelolaan sumber daya alam, selama kehadiran anggota TNI dalam
tugas pengamanan PT Freeport sejak tahun 1973, sejak itu terjadi berbagai
tindak kekerasan dan pelanggaran HAM terhadap rakyat sipil, penduduk asli
di sekitar wilayah pertambangan. Dengan adanya pengalihan tugas
pengamanan Freeport dari TNI ke Polisi, diharapkan ada perubahan situasi
sosial politik dan HAM di wilayah itu.
Perubahan ini diharapkan dapat membawa perubahan paling tidak
meminimalisir jumlah kasus-kasus kekerasan dan pelanggaran HAM di wilayah
274
Kabupaten Mimika ini. Apalagi saat ini ada paradigma baru yang dipegang
Polri. Arah kebijakan strategi Polri yang mendahulukan tampilan selaku
pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat. Artinya dalam setiap kiprah
pengabdian anggota Polri baik sebagai pemelihara Kamtibmas maupun
sebagai penegak hukum haruslah dijiwai oleh tampilan perilakunya sebagai
pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat, sejalan dengan paradigma
barunya yang mengabdi bagi kepentingan masyarakat.
Di wilayah perbatasan RI–PNG, upaya pengamanan ditunjukkan dengan
pembangunan pintu lintas batas. Dalam rangka peresmian atau pembukaan
pintu lintas batas ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono semula
direncanakan melakukan kunjungan ke Papua, sekaligus juga mengunjungi
beberapa daerah seperti Yahukimo dan Wamena. Persiapan pengamanan
juga dilakukan tidak hanya di wilayah batas, tetapi juga di seluruh daerahdaerah yang akan dikunjungi oleh presiden SBY. Meskipun kunjungan tersebut
diundur sampai dilantiknya gubernur dan wakil gubernur terpilih.
Wilayah perbatasan ini dipandang oleh pihak pemerintah Indonesia dan
juga TNI sebagai wilayah pergerakan aktivis OPM. Karena itu wilayah ini
diamankan dengan menurunkan personil TNI, termasuk Kopassus. Aktivitas
mereka di wilayah ini sangat meresahkan masyarakat yang tinggal di kampungkampung sepanjang batas. Aktivitas mereka sehari-hari sangat mengganggu
warga setempat karena setiap kali mereka akan berburu atau mencari bahan
makanan di hutan, mereka selalu dituduh sebagai anggota OPM. Padahal
mereka adalah orang kampung setempat yang sejak turun-temurun telah
melakukan aktivitas berburu.
Seperti telah diketahui bersama, wilayah perbatasan tersebut didiami oleh
suku-suku asli Papua yang memiliki nilai budaya dan sejarah kekerabatan dan
adat dengan warga yang tinggal di wilayah PNG. Dusun-dusun atau wilayah
adat warga di perbatasan Indonesia juga masuk sampai ke wilayah negara
tetangga PNG. Maka wajar sajalah jika aktivitas sehari-hari mereka harus
melintasi batas negara. Terkadang mereka berburu atau harus bermalam di
hutan dan dusun-dusun selama berhari-hari untuk mengumpulkan bahan
makanan. Aktivitas ini sering salah dinilai oleh pihak keamanan. Masyarakat
sipil ini dianggap sebagai anggota aktivis OPM, padahal mereka hanya rakyat
biasa yang sedang menyambung hidupnya. Karenanya bukan menjadi hal
275
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
yang aneh lagi ketika masyarakat merasa resah dan tidak nyaman hidup di
kampungnya sendiri.
TNI terus berupaya melakukan penyadaran kepada anggota OPM,
terutama yang masih berada di pedalaman. Menurut TNI, kesadaran itu telah
terlihat dengan semakin banyak anggota gerakan ini yang menyerahkan diri
untuk dibina. Mereka yang telah menyerahkan diri diberikan pembinaan
berupa wawasan kebangsaan dan cinta tanah air. Mereka juga diberikan jaminan
hidup berupa uang kesejahteraan hidup yang besarnya diatur oleh Dinas Sosial,
dengan kata lain pemerintah menjamin kehidupan mereka. Hal inilah yang
ditegaskan oleh Direktur Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik, Sudarsono
Hardjosoekarto.
Situasi yang sama juga disebutkan terjadi di wilayah PNG. Aktivitas tentara
Indonesia (TNI) di wilayah perbatasan dilaporkan oleh media massa bahkan
sampai masuk ke wilayah PNG sekarang menciptakan keresahan juga bagi
warga PNG yang tinggal di wilayah batas seperti yang ditulis dalam sebuah
laporan ekplosif sebuah buletin di Australia.
Untuk kepentingan menjaga keutuhan dan ancaman terhadap wilayah
NKRI itulah maka pada bulan Agustus 2006, sekitar 100 delegasi dari Provinsi
Papua Indonesia dan Kabupaten Western serta Sandaun, PNG, menghadiri
pertemuan perjanjian perbatasan (BLM). Ketua Badan Persiapan
Pengembangan Daerah Perbatasan (BP2KKP) Nyoman Sudana mengatakan
bahwa BLM merupakan pertemuan rutin antara Provinsi Papua dan PNG
untuk meningkatkan kerjasama, khususnya di bidang sosial ekonomi dan di
dalamnya juga dibahas rencana untuk mendirikan pos lintas batas di Skouw,
Jayapura.
Masih menyangkut kestabilan negara, sorotan terhadap adanya aktivitas
LSM asing yang melakukan propaganda di luar negeri dan berkampanye
tentang Indonesia terus dimunculkan lagi. Ali Alatas, mantan Menteri Luar
Negeri Indonesia dalam sebuah pernyataannya di media mengatakan
pemerintah sebaiknya tidak meremehkan kekuatan Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM). Menurutnya, salah satu alasan mengapa Indonesia kalah
dalam referendum di bawah dukungan PBB di Timor Timur 1999 adalah
peran yang dimainkan LSM internasional yang menyebabkan Timor Timur
276
lepas dari Indonesia. Secara geografis, Indonesia akan selalu memiliki ancaman
pemisahan. Sehingga menurutnya, pemimpin nasional di Jakarta harus cukup
kuat dalam mendengarkan aspirasi masyarakat di daerah, khususnya isu
distribusi kekayaan dan pengembangan di daerah yang kaya sumber daya.
Hal yang sama juga ditegaskan oleh Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto
yang mengatakan adanya upaya internasionalisasi masalah Papua oleh LSM
asing. Hal ini ditanggapi serius oleh Direktur Kontras Papua. Dirinya menilai
pernyataan tersebut terlalu berlebihan dan masih banyak masalah HAM di
Papua yang tidak diselesaikan serius oleh pemerintah. Karena itulah Papua
terus menjadi perhatian internasional.
Melihat dinamika tiga bulan ini, dapat dikatakan bahwa Papua masih tetap
dianggap sebagai daerah yang tidak stabil, tidak aman, dan penuh konflik
sehingga patut dijaga dari segala bentuk ancaman dan gangguan. Pertanyaannya
adalah, apakah penambahan pasukan pengamanan di Papua adalah jalan
terbaik untuk mengamankan wilayah Papua? Apakah kondisi ini sudah
memberikan rasa aman dan nyaman bagi masyarakat di sekitar wilayah
pertambangan dan secara umum di Papua?
A.3 PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN
Polemik antara gubernur terpilih, Barnabas Suebu dan salah satu kandidat
gubernur yang juga Ketua DPRP, John Ibo, berlangsung berlarut-larut. Hal
ini sangat mempengaruhi dinamika jalannya pemerintahan dan juga situasi
politik sosial di tingkat Provinsi. Konflik dalam kasus ijazah palsu dan
pencemaran nama baik yang melibatkan kedua orang penting di Tanah Papua
ini ditangani melalui jalur hukum oleh pihak Kepolisian. Pihak Barnabas Suebu
mengadukan laporan tersebut ke Polda Papua, sementara John Ibo
mengadukan hal ini ke Mabes Polri di Jakarta. Proses ini kemudian berlanjut
di Pengadilan Negeri Jayapura.
Oleh kedua kubu, proses hukum yang ditempuh dianggap adalah jalan
terbaik namun senyatanya proses tersebut telah mengorbankan rakyat.
Masyarakat tetap berharap konflik tersebut segera diselesaikan agar proses
pembangunan pun dapat berjalan baik. Berbagai kalangan menilai sebaiknya
277
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
dilakukan jalan damai secara kekeluargaan, apalagi keduanya berasal dari satu
suku dan kampung yang sama.
Pelantikan gubernur definitif juga mengalami kemunduran waktu.
Pelantikan yang semula direncanakan berlangsung saat kunjungan Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono ke Papua dalam rangkaian kunjungan ke
perbatasan dan ke beberapa kabupaten, akhirnya ditunda. Menurut Yance
Kayame, Ketua Komisi A DPRP, Mendagri M. Ma’ruf telah melayangkan
surat bernomor 220/1308/Sj tertanggal 23 Juni 2006 kepada Pimpinan
DPRP. Apakah penundaan ini juga dipengaruhi oleh proses hukum yang
berlarut-larut ini, tidak ada pernyataan resmi dari pihak yang berwenang.
Namun sebagian besar kalangan menilai bahwa memang demikian alasannya.
Perseteruan ini akhirnya diselesaikan setelah ada upaya rekonsiliasi yang
diprakarsai oleh Presiden SBY dan Mendagri H. Moh. Ma’ruf. Rekonsiliasi
ini dihadiri oleh kedua pihak, Barnabas Suebu dan John Ibo, disaksikan Wakil
Ketua MRP, Frans Wospakrik, Calon Gubernur IJB, Abraham Atururi,
Sekretaris Kabinet, Sudi Silalahi, Menkopolhukam, Widodo AS serta para
anggota DPRP.
Akhirnya pada tanggal 25 Juli 2006 pasangan Barnabas Suebu, SH dan
Alex Hesegem, SE dilantik sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi
Papua periode 2006 - 2011 oleh Mendagri M. Ma’ruf atas nama Presiden
Republik Indonesia di GOR Cenderawasih, Jayapura. Barnabas Suebu
menyatakan bahwa setelah dirinya dilantik, baginya yang menjadi komitmen
mendasar adalah membangun Papua menjadi Papua Baru dalam konteks
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Sementara itu, di Kabupaten Jayapura, dinamika politik menjelang Pilkada
Bupati Jayapura diwarnai dengan ketidakpuasan pihak calon kandidat yang
tidak lolos verifikasi KPUD Kabupaten Jayapura. Mereka menilai KPUD
tidak transparan dalam menetapkan calon yang lolos kualifikasi. Proses menuju
Pilkada Bupati yang berlangsung selama bulan Agustus, memutuskan 5 pasang
calon bupati dan wakil bupati yang lolos ke proses pemilihan. Tercatat
sebanyak 65.868 pemilih yang berhak mengikuti pemilihan ini berdasarkan
hasil rekapitulasi KPUD Kabupaten Jayapura. Ini berarti warga Kabupaten
Jayapura siap untuk melaksanakan pesta demokrasi pemilihan bupati dan
wakil bupati secara langsung.
278
Sepanjang tiga bulan ini juga terjadi berbagai aksi protes yang mengkritisi
kebijakan-kebijakan dan kinerja para pejabat pemerintah. Beberapa aksi digelar
oleh para Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan kantor Pemerintah
Daerah. Forum PNS Papua mengkritisi pentingnya tertib penyelenggaraan
pemerintahan, menyangkut pengeluaran anggaran oleh Biro Keuangan. Ada
rasa tidak percaya oleh mereka sendiri sebagai PNS di lingkungan Pemda
karena praktek-praktek penyelewengan selama ini. Di Kabupaten Yapen
Waropen para PNS melakukan aksi protes ke DPRD Yapen Waropen
menyangkut kebijakan Bupati Soleman Daud Betawi terkait pengangkatan
pejabat tanpa adanya transparansi.
Aksi protes juga digelar kelompok mahasiswa dan masyarakat sipil di
Wamena. Mereka mengkritisi kinerja penjabat Bupati Nokolas Jigibalom yang
dirasakan belum membuat perubahan apapun meskipun sudah 6 bulan
menjabat sebagai Bupati sementara. Para mahasiswa juga menyoroti kinerja
anggota DPRD Jayawijaya dan anggota MRP asal Jayawijaya yang dinilai
tidak menyuarakan aspirasi rakyat.
Sementara itu, proses hukum terhadap kasus korupsi Bupati Jayawijaya,
David Hubi, dan Bupati Nabire A.P. Youw masih terus mendapat perhatian
dari berbagai pihak terutama mahasiswa. Beberapa indikasi terjadi korupsi
juga mendapat perhatian dari berbagai kalangan. Rupanya niat Gubernur
Barnabas Suebu untuk memberantas korupsi di kalangan para pejabat
pemerintahan cukup mendapat tanggapan positif dari masyarakat, sekaligus
harapan agar terjadi perubahan yang berarti.
A.4 PENANGANAN KONFLIK
Dalam tiga bulan ini situasi konflik komunal di Papua sangat tinggi. Tanggal
21 Juli 2006 pecah perang antara kelompok suku Damal dan Dani di
Kelurahan Harapan Kwamki Lama, Timika. Sembilan orang tewas dan 39
orang luka-luka. Berbagai pihak mencoba menenangkan kedua pihak yang
bertikai. Sementara itu, ELSHAM Papua mengeluarkan siaran pers yang
menyatakan bahwa Polisi Papua harus menyelidiki keterlibatan PT FI dalam
peristiwa Konflik Berdarah antara Suku Dani dan Damal tersebut.
279
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
Berbagai upaya untuk menghentikan pertikaian tersebut terus dilakukan.
Tokoh masyarakat, tokoh agama, berupaya mendekati para pemimpin kedua
kelompok. Setelah diadakan negosiasi oleh Kapolres Mimika AKBP Jantje
Jimmy Tulian bersama tokoh masyarakat Mimika Pdt. Abdiel Tinal, yang
bertemu di lapangan Babda Kaki akhirnya kedua kubu sepakat untuk
menghentikan perang. Meskipun tidak semua anggota kedua kelompok dapat
menerima hasil negosiasi tersebut, pertikaian sempat dihentikan selama 2 hari.
Kedua kelompok masih terus berjaga-jaga. Situasi Timika tetap saja tegang.
Ketegangan ini sangat menganggu aktivitas warga Timika secara lebih luas,
tidak hanya di sekitar Kwamki Lama saja.
Baru saja situasi tenang di Kwamki Lama, pertikaian antarwarga terjadi
lagi di Banti, Distrik Tembagapura yang menewaskan 1 orang dari warga
suku Dani. Akhirnya pertikaian tersebut dapat dihentikan. Kesepakatan damai
pun dibuat dengan upacara melepaskan anak panah dan bakar batu bersama.
Kedua pihak kemudian menandatangani kesepakatan damai. Penandatanganan
kesepakatan damai di kubu bawah/atas disaksikan Bupati Mimika Klemen
Tinal, Kapolres Mimika AKBP Jantje Jimmy Tuilan dan Dandim 1710 Mimika
Letkol (Inf) Gustav Irianto, unsur Brimob dan jajaran Muspida Pemkab
Mimika. Hadir juga unsur gereja, di antaranya Pdt. Abdiel Tinal, Pdt. Lukas
Wakum dan Pdt. Melkianus Kum.
Belum lagi seminggu kesepakatan damai ditandatangani, perang kembali
pecah di Kwamki Lama. Dua orang tewas dan 90 orang luka-luka.
Situasi ini membuat banyak pihak merasa heran dan menyayangkan perang
yang terus berlangsung. Seakan tidak ada upaya untuk menghentikannya.
Terkesan semua pihak saling menunggu, siapa yang akan mengambil langkah
cepat untuk mengatasi masalah ini. Pihak pemerintah dinilai masyarakat sangat
lamban dalam menyikapi situasi ini. Pihak Gereja juga diminta untuk mengatasi
masalah ini, tapi belum turun tangan, sementara MRP seperti belum bergerak
juga. Semua saling menunggu.
Tentu saja pihak Kepolisian wajib mengupayakan penghentian pertikaian
ini. Pihak pemerintah (Muspida) dan MRP seharusnya dapat segera mengambil
langkah, misalnya dengan melakukan upaya negosiasi atau pendekatan dengan
pihak pimpinan kedua kubu. Gereja yang selalu menjadi seperti “pemadam
kebakaran” dituntut untuk memadamkan api pertikaian. Hal yang memang
280
tidak mudah karena semua kembali kepada pemimpin kedua kubu.
Potensi konflik di Timika dapat diibaratkan semak alang-alang yang tumbuh
di padang, setelah dibakar habis, maka padang akan bersih, namun ketika ada
hujan, tunas-tunas muda alang-alang akan tumbuh lagi dengan subur dari akarakar yang tertimbun tanah, bahkan menyebar lebih luas meliputi daerah yang
lain. Demikian juga konflik ini, sekali didamaikan, semuanya kembali menjadi
tenang dan seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Namun sewaktu-waktu ketika
‘hujan’ pemicu konflik datang, perang akan muncul lagi.
Pertanyaan untuk kita adalah sampai kapan pola ini akan terus berulang?
Lebih lanjut yang dapat kita pikirkan jika kita sudah mengetahui pola ini, apa
yang harus dibuat agar tidak terulang lagi hal yang sama di kemudian hari.
B. HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL, DAN BUDAYA
B.1 HAK PENDIDIKAN
UU No. 21 Tahun 2001 tentang OTSUS Pasal 56 menyebutkan
Pemerintah Provinsi bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan
pendidikan pada semua jenjang, jalur, dan jenis pendidikan di Provinsi Papua
(Ayt 1.) dan kemudian… setiap penduduk Provinsi Papua berhak
memperoleh pendidikan yang bermutu (..) sampai dengan tingkat sekolah
menengah dengan beban masyarakat serendah-rendahnya (Ayt 3).
Meskipun dana Otsus telah dialokasikan secara khusus untuk empat sektor
prioritas di mana pendidikan penjadi salah satu perhatian, di Kota Jayapura
masih dijumpai adanya pungutan atau biaya pendidikan yang sangat tinggi.
Hal ini terlihat ketika musim penerimaan siswa baru. Biaya Penerimaan Siswa
Baru di beberapa sekolah bahkan mencapai Rp 1 juta. Entah apa yang
menjadi alasan sehingga sekolah-sekolah tersebut menetapkan biaya yang
begitu tinggi.
Tingginya biaya pendidikan saat ini menyebabkan tidak semua anak usia
sekolah dapat mengenyam pendidikan, khususnya pendidikan dasar. Tingginya
biaya pendidikan ini terutama pada saat penerimaan siswa baru. Di kota,
281
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
biaya tinggi biasanya dikenakan untuk pembangunan fasilitas dan sarana belajar
mengajar di sekolah atau dikenal dengan uang gedung. Baik sekolah negeri
maupun swasta mengenakan “uang gedung” untuk para siswa baru. Sementara
itu di daerah-daerah yang jauh dari sentuhan pembangunan, kondisinya lebih
parah lagi. Tidak hanya fasilitas gedung yang tidak terperhatikan, tetapi tenaga
pengajar pun sangat minim bahkan sering sama sekali tidak ada.
Kurangnya tenaga pengajar ini dirasakan di daerah pedalaman dan di kabupatenkabupaten pemekaran. Di Kabupaten Supiori, misalnya, dibutuhkan sebanyak 340
orang tenaga guru Sekolah Dasar. Faktor kesejahteraan guru memang sangat
mempengaruhi betah tidaknya seorang guru mengabdi di daerah terpencil.
Gubernur Barnabas Suebu mengusulkan kenaikan gaji, tunjangan, dan mutu guru
di pedalaman kepada pemerintah pusat dalam rangka peningkatan mutu pendidikan
dasar di Papua. Hal ini mendapatkan tanggapan positif dari pemerintah pusat.
Di Jakarta, Mendiknas Bambang Sudibyo mengakui bahwa anggaran belanja
pemerintah untuk pendidikan memang belum memenuhi formula MK sebesar
20% dari APBN karena dalam RAPBN 2007 anggaran untuk pendidikan hanya
sebesar Rp 51,3 triliun dari total anggaran sebesar Rp 495,9 triliun atau hanya
sebesar 10,3%. Meski demikian, jumlah ini dikatakan telah naik 18,5%
dibandingkan dengan APBN 2006 sebesar Rp 43,3 triliun (9,1%). Dari jumlah
tersebut, pemerintah tiap daerah di Indonesia masih memiliki alokasi dana yang
cukup untuk membebaskan biaya pendidikan dasar 9 tahun dengan pembagian
dana 2/3 dari Pemerintah Pusat dan 1/3 dari daerah. Hal ini dikuatkan dengan
pernyataan Wakil Ketua Komisi E DPRP, Danang Jaya tentang alokasi dana
Otsus sebesar 25%, APBD, APBN dan dana bantuan pendidikan lainnya.
Dengan demikian, pemerintah daerah seharusnya dapat menentukan prioritas
pembangunan bidang pendidikan di Papua sehingga setidaknya para siswa dapat
terbebas dari biaya pendaftaran siswa baru yang terlalu tinggi. Demikian juga
sarana dan prasarana sekolah dapat didanai oleh pemerintah. Guru-guru juga
mendapatkan jaminan kesejahteraan agar mereka juga dapat mengabdi dengan
sungguh-sungguh, terutama mereka yang bertugas di daerah terpencil.
Sekarang tinggal bagaimana pemerintah membuat prioritas pembangunan
di bidang pendidikan, serta membuat pengalokasian dana secara tepat sesuai
dengan kebutuhan rakyat.
282
Banyaknya Sekolah, Guru dan Murid di Papua selama tahun 2005
TK
284 unit
guru : 602
murid
SD
1.905 unit
guru : 11.611
murid
SMP
324 unit
guru : 3,067
murid
SMU
133 unit
guru : 1.466
murid
SMK
56 unit
guru : 755
murid
Mahasiswa UNCEN Thn 2005/2006 : 11.027
Sumber : Papua Dalam Angka 2006, Jayapura ; BPS Prov.
:
:
:
:
:
18.498
315.342
76.216
37.972
16.298
Papua
B.2 HAK ATAS KESEHATAN
HIV-AIDS tetap menjadi topik paling penting selama tiga bulan terakhir
dan harus menjadi perhatian serius semua pihak. Berdasarkan data KPAD
Papua, per 31 Maret 2006 terdapat 2.199 kasus dengan kelompok usia 20–29
(Usia produktif) dan usia 15–19 adalah usia tertinggi di Indonesia. Data Dinas
Kesehatan Provinsi Papua untuk Triwulan I tahun 2006 menyebutkan di Kota
Jayapura terdapat 216 kasus, dengan HIV 40 orang, AIDS 176 orang. Sementara
itu di Biak, 51 orang ibu rumah tangga terkena AIDS, sedangkan di Mimika,
sekitar 50 orang ibu rumah tangga juga terinfeksi HIV-AIDS.
Melihat jumlah kasus terbesar muncul pada usia muda produktif dan ibu rumah
tangga, yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana angka ini bisa menjadi sangat
tinggi. Apakah masyarakat kita belum cukup sadar terhadap ancaman HIV-AIDS
yang mematikan. Apakah perilaku sosial masyarakat kita belum memperhatikan
bahaya HIV-AIDS ataukah ada faktor pendukung lainnya yang ikut menentukan?
Perubahan gaya hidup dan perilaku masyarakat kita sendiri juga menjadi
salah satu faktor pendukung. Angka pengangguran yang tinggi di kalangan
usia produktif perkotaan sementara desakan ekonomi yang cukup tinggi
telah menimbulkan stres sosial. Tidak ada ruang sosial untuk mengatasi tekanan
ini sehingga pelampiasan dilakukan dengan mengkonsumsi minuman keras
dan seks bebas. Gaya hidup perkotaan seperti mengunjungi tempat hiburan
malam dan perilaku seks bebas semakin menjadi tren.
Ironisnya, di daerah pedalaman dan kabupaten-kabupaten pemekaran,
perilaku ini juga telah menjadi hal yang biasa. Mengalirnya dana-dana proyek
fisik di daerah pemekaran turut merubah perilaku masyarakat setempat. Gaya
hidup orang kota mulai menjadi dekat dengan kehidupan mereka. Pemekaran
283
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
kabupaten mengundang arus migrasi dengan tujuan mencari pekerjaan,
termasuk juga bisnis ikutan seperti miras dan prostitusi.
Berkembangnya sektor industri di Papua seperti pertambangan, kehutanan,
dan perikanan dianggap oleh banyak kalangan sebagai salah satu faktor
pendukung peningkatan penyebaran HIV-AIDS. Industri besar ini menarik
minat pencari kerja yang hampir keseluruhan adalah kelompok usia produktif,
bukan hanya dari wilayah Papua tetapi juga dari luar Papua. Kenyataan
menunjukkan di mana ada pertambangan atau beroperasinya perusahaan
besar, maka di situ berkembang pula bisnis hiburan. Tidak dapat dipungkiri
bahwa bisnis seks merambah keuntungan besar.
Kondisi ini dapat digambarkan sebagai satu mata rantai yang sulit diputus.
Permasalahannya bukan lagi menyangkut perilaku manusia saja tetapi perlu
dilihat sebagai masalah sosial dan kebijakan politik. Untuk itu, kampanye
semestinya didukung dengan lobi pada tingkat pengambil kebijakan.
Pemerintah harus mengeluarkan kebijakan tentang Peraturan Daerah (Perda)
yang mengatur tentang faktor-faktor lain pendukung penyebaran virus ini.
Misalnya saja pemerintah harus mengeluarkan Perda tentang pengaturan migrasi
dari luar Papua, atau Perda tentang ketenagakerjaan. Hal lain yang penting
adalah Perda Bebas Miras, bisnis hiburan dan bisnis seks.
Data Dinas kesehatan Provinsi Papua tahun 2003 menyebutkan sebanyak 68% orang
asli Papua terinfeksi HIV, 22% penduduk non Papua dan 10% kelompok resiko tinggi.
Sumber: Kajian Kebutuhan Papua : BAPENNAS - UNDP 2005
* Jumlah penduduk asli Papua (2002) 1.241.462 jiwa (52%) dari total Populasi di Papua.
HIV-AIDS merupakan salah satu dari kerumitan masalah sosial dan masalah
kesehatan. Untuk itu pemerintah, masyarakat dan segenap pihak yang memberi
perhatian khusus pada penanganan masalah kesehatan dan HIV-AIDS di Papua
perlu memandang masalah kesehatan dari perspektif yang lebih luas. Tentu
program pendidikan dan penyadaran masyarakat harus terus dilaksanakan
sehingga pelan-pelan menjadi kesadaran bersama. Mengubah perilaku seseorang
bukanlah hal yang mudah, sehingga memang diperlukan proses panjang.
Masalah kesehatan adalah gangguan kesehatan yang dinyatakan dalam ukuran
kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas). Faktor-faktor yang ikut
mempengaruhi masalah kesehatan yang disebut sebagai determinan kesehatan adalah
284
Lingkungan Kesehatan, Kependudukan dan Keturunan, Program dan Pelayanan
Kesehatan serta Perilaku Kesehatan. Keempat faktor ini menjadi satu kesatuan
yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Kesemuanya akan berujung pada
derajat kesehatan, morbiditas (ukuran kesakitan) dan mortalitas (ukuran kematian).
Unsur pelayanan kesehatan yang rendah di Papua tetap menjadi sorotan.
Data tahun 2003 menunjukkan Pemerintah mengeluarkan dana sebesar Rp
60.000 per orang.2 Angka ini menempatkan Papua pada peringkat tertinggi
pengeluaran kesehatan perkapita riil paling besar di Indonesia. Tentunya angka
ini tidak akan terlalu jauh berbeda dengan saat itu (2 tahun sesudahnya) karena
pemerintah Provinsi Papua bertekad untuk memajukan 4 sektor utama di
mana kesehatan menjadi salah satu sektor penting.
Meskipun demikian, di Asmat, Wakil Bupati, Drs. F.B. Roring, S.Sos masih
mengeluhkan kurang maksimalnya pelayanan kesehatan di wilayahnya karena
kendala geografis dan penyebaran penduduk yang terpencar-pencar. Masalah
geografis selalu didengungkan dalam setiap evaluasi program pembangunan
sebagai alasan utama lemahnya sistem pelayanan di Papua. Lantas apakah kendala
geografis akan selalu menjadi hambatan pelayanan kesehatan di Papua?
Kondisi geografis tidak mungkin diubah. Untuk itu harus dipikirkan dan
dibuat suatu sistem pelayanan kesehatan yang tepat guna mengatasi kendala
geografis dan penyebaran penduduk, tidak cukup hanya mengambinghitamkan
kondisi fisik atau geografis. Pemerintah melalui instansi terkait harus kreatif
dalam menyikapi hal ini dengan teknologi yang tepat.
Perlu disadari bahwa setiap kabupaten memiliki karakteristik fisik dan sosial
tersendiri sehingga pendekatannya pun haruslah pendekatan lokal. Sistem harus
diciptakan sendiri sesuai kebutuhan daerah masing-masing dan tidak bersifat
seragam. Seperti yang telah dilakukan di Biak Numfor dengan membangun
Puskesmas Terapung, untuk menjangkau pulau-pulau di wilayah tersebut.
Ini harus diwujudkan dalam rencana strategis pembangunan daerah atau
Musrenbang dan dianggarkan dalam APBD masing-masing kabupaten.
Di lingkungan perkotaan, kesehatan lingkungan masih menjadi sorotan penting.
Di Jayapura, penanganan sampah, sanitasi dan saluran air di perkotaan belum
mendapat perhatian serius. Memang WaliKota Jayapura, M.R. Kambu telah
2
Analisa Pengeluaran Publik Papua 2005, Jayapura : BPS 2005
285
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
mengeluarkan himbauan dan anjuran kepada warga kota untuk bersama menjaga
kebersihan lingkungan dan saluran air. Tetapi apakah pemerintah kota juga
menyediakan fasilitas pengangkutan sampah yang secara rutin memperhatikan
hal tersebut? Apakah ada Perda serta alokasi anggaran yang cukup untuk
penanganan sampah kota?
B.3 KESEJAHTERAAN UMUM
Di bidang kesejahteraan umum, Bantuan Langsung Tunai (BLT) lagi-lagi
menjadi polemik. Di Asmat, warga penerima BLT melakukan aksi demo
damai menuntut realisasi pembayaran BLT. Sementara itu kepala Kantor Pos
Agats, Tony Walong, mengatakan bahwa kesulitan yang dihadapi pihaknya
adalah tidak tersedianya transportasi untuk pendistribusian dana BLT.
Ironis memang ketika orang Papua akhirnya harus berkelahi demi uang
sejumlah Rp 100.000 per bulan yang dibayarkan dalam jangka per triwulan.
Memang negara berkewajiban memberikan subsidi atau jaminan sosial kepada
warga negara yang tergolong miskin. Namun semestinya pemerintah juga
melihat dampak yang timbul dari program BLT tersebut. Rakyat akhirnya
digiring ke dalam mental “ketergantungan” dan seakan ‘miskin’ adalah hal
yang baik sehingga kemiskinan tidak perlu dilawan.
Proses penyaluran BLT yang tidak berjalan lancar menyebabkan kecurigaan
di antara masyarakat dan aparat pemerintahan. Hal ini memicu terjadinya konflik
internal tidak hanya antarwarga masyarakat tetapi juga konflik dengan aparat
pemerintahan di tingkat lokal. Seharusnya pemerintah kita lebih memikirkan
dan menciptakan suatu sistem jaminan sosial yang lebih tepat dalam perspektif
pemberdayaan masyarakat miskin dalam konteks lokal. Program
pengembangan ekonomi kerakyatan, berbagai pelatihan untuk mempersiapkan
tenaga terampil siap pakai dan ketrampilan wirausaha akan lebih berguna.
Pemerintah harus berani melakukan agar masyarakat kita di Papua tidak hanya
bergantung terhadap bantuan BLT, Raskin dan lain sebagainya.
Pemerintah kita juga melakukan pembangunan infrastruktur berupa jalan
sampai ke pelosok-pelosok. Segi positifnya adalah membuka keterisolasian
daerah. Namun di satu sisi bagaimana dengan kesiapan masyarakat kita
menghadapi keterbukaan dan perubahan?
286
Pengembangan kampung diharapkan akan menjawab pertanyaan di atas.
Selain itu jumlah warga miskin di kampung-kampung diharapkan menurun.
Alokasi anggaran untuk program pemberdayaan kampung tahun 2006
mencapai 23 milyar. Namun apakah alokasi ini menjawab kebutuhan
masyarakat kalau melihat dana tersebut digunakan untuk pelatihan tenaga
PPK dan pembangungan pemukiman. Apa yang menjadi prioritas
pengembangan dan pemberdayaan kampung pada tahun 2006?
Sementara itu ketahanan pangan lokal belum cukup kuat. Masyarakat kita
masih sangat bergantung pada beras, terutama di daerah pedalaman. Padahal
biaya transportasi sangat tinggi. Tentu saja harga beras pun semakin tinggi.
Mengapa pemerintah bersama masyarakat tidak memikirkan alternatif
ketahanan pangan dengan mengembangkan sistem ketahanan pangan lokal?
Di Yahukimo misalnya, pemerintah setempat bersama masyarakat giat-giatnya
mengembangkan sawah padi. Sayang sekali bahwa masyarakat Yahukimo
yang turun-temurun memiliki ketrampilan bercocok tanam ubi jalar tiba-tiba
harus dipaksakan menjadi petani padi sawah. Lebih luas lagi, orang Papua
sudah tidak ”mengenal” lagi makanan pokok lokal seperti sagu dan ubi. Orang
Papua justru menganggap beras atau nasi sebagai sumber karbohidrat utama.
Sebuah refleksi panjang untuk kita saat ini adalah apakah dengan era Otsus
ini kita dapat kembali kepada tradisi kita, mencintai makanan tradisional kita?
Apakah kita masih mau menciptakan sistem kita sendiri untuk ketahanan pangan
dan ketahanan budaya kita? Apakah kita masih punya malu jika dikatakan miskin
dan mati kelaparan di atas tanah kita yang kaya dan berlimpah emas ini?
Tahun 2003, sebanyak 38% penduduk Papua hidup di bawah garis kemiskinan, lebih rendah
dua kali dari rata-rata nasional sebesar 17%.
* BPS - Analisis Pengeluaran Publik Papua – 2005
B.4 PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM
Berbicara tentang masalah lingkungan hidup di Papua, selama 3 bulan
terakhir ini, PT Freeport Indonesia tetap masih menjadi sorotan berbagai
pihak. Sebuah perusahaan tambang raksasa yang secara resmi memulai
operasinya sejak dibukanya Ertsberg open-pit mine pada tahun 1973 oleh Presiden
Soeharto kala itu. Berbagai kalangan menilai bahwa beroperasinya PT Freeport
287
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
Indonesia (PTFI) telah membawa dampak buruk bagi lingkungan hidup di sekitar
wilayah operasinya. Berkurangnya luasan es abadi di puncak Cartenz dari tahun
ke tahun, hujan asam, tercemarnya air sungai serta terbentuknya pengendapan
lumpur yang berlebihan di muara–muara sungai membawa dampak yang sangat
buruk bagi masyarakat, penduduk asli (7 suku) di sekitar wilayah tersebut.
Laporan Lembaga Swadaya Masyarakat Wahana Lingkungan Hidup
Indonesia (Walhi) yang dikeluarkan pada Mei 2006 menyebutkan lebih dari 3
juta ton tailings dan lebih dari 4 juta ton limbah batuan dihasilkan dalam
produksi setiap harinya. Tumpukan batuan yang bereaksi dengan udara terbuka
merubah PH batuan menjadi asam dan dengan kondisi curah hujan yang
tinggi di wilayah ini mengakibatkan aliran batuan asam/Acid Rock Drainage
(ARD). Belum lagi limbah tailings yang setiap hari dibuang ke sungai. Kondisi
ini diperkirakan akan terus berlangsung sampai tahun 2040. 3
Sungai yang mengandung taillings inilah yang menjadi tempat mengais rejeki
oleh para penambang lokal. Bahkan jumlah penambang lokal terus meningkat.
Konflik – konflik kecil pun tidak dapat dihindari. Bahkan konflik yang lebih
besar seperti perang suku yang terjadi di Kwamki Lama dan menelan korban
jiwa, disebutkan juga dipicu oleh aktivitas pendulangan emas di Kali Aikwa.
Seperti diberitakan media, penerimaan negara dari PT FI dalam kurun
waktu 5 tahun terakhir (2001 – 2005) mencapai Rp 17,20 triliun lebih. Belum
lagi akumulasi pajak penghasilan dan royalti. Sementara itu kontribusi fiskal
PT FI terhadap APBN tahun 2005 saja sebesar Rp 8,26 triliun atau setara
dengan 1,62% total APBN periode itu.
Kontribusi yang cukup besar bagi negara meskipun tidak sebanding
dengan keuntungan yang diperoleh perusahaan ini, menjadikannya sebagai
salah satu aset penting negara. Karena itu, negara memandang penting untuk
melakukan pengamanan secara khusus. The New York Times menunjukkan
bahwa berdasarkan dokumen-dokumen Freeport, sejak tahun 1998 sampai
dengan 2004, Freeport memberikan hampir 20 juta dolar kepada para
petinggi militer dan polisi beserta unit-unitnya.4
Hal ini berlangsung terus sampai akhirnya terjadi perubahan kebijakan di
3
4
WALHI, 2006, The Environmental Impacts of Freeport – Rio Tinto’s Copper and Gold Mining Operation in Papua, Jakarta :
WALHI, Mei 2006
“Di Bawah Gunung Kekayaan, Mengalir Sungai Limbah”, dalam: The New York Times, 27 Desember 2005.
288
tingkat pemerintah dan Freeport. Tanggal 4 Juli 2006 terjadi pengalihan
tanggung jawab pengamanan PTFI dari Militer (TNI) kepada Polri. Ini
berdasarkan Instruksi Presiden (Inpres) No. 63/2004 tentang pengamanan
alat vital negara. Lebih dari 350 personil Kostrad yang telah menjalankan
tugas pengamanan selama 11 bulan dalam masa pengalihan tersebut, digantikan
oleh 600 personil Brimob dari Mabes Polri Kelapa Dua Jakarta.
Pada tanggal 25 Juli 2006 Freeport McMoran memulai menandatangani
persetujuan kredit sebesar $465 juta selama tiga tahun termasuk dengan JP
Morgan Chase Bank yang kemungkinan akan menaikkan pinjamannya sebesar
$500 juta yang termasuk di dalamnya adalah dana keamanan. Tentu saja
memang dibutuhkan dana yang tidak sedikit bagi PT FI untuk membiayai
personil keamanan dalam mengamankan asetnya, apalagi Papua dikenal sebagai
daerah konflik.
Pengalihan tugas ini dianggap bisa mengurangi berbagai perilaku yang
kurang baik yang dilakukan oleh aparat militer selama ini dalam melakukan
pengamanan PT FI. Namun demikian sebagian besar kalangan di Papua
berpendapat, akan lebih baik jika pengalihan tugas ini dilakukan oleh aparat
Kepolisian dari Polda Papua saja. Tidak perlu mendatangkan anggota Kepolisian
dari daerah lain seperti Jakarta karena Polisi Papua lebih paham dengan situasi
dan kondisi lokal setempat. Pendekatannya akan lebih pada pendekatan budaya
karena Polisi Papua lebih memahami budaya setempat. Hal ini ditegaskan oleh
Ramses Walli, salah seorang anggota DPRP Komisi A.
Berbagai peristiwa pelanggaran HAM dan kekerasan terjadi di sekitar wilayah
konsensus tambang ini sejak puluhan tahun. Berbagai peristiwa ini menuai protes
dari masyarakat dan berbagai kalangan. Masih terbersit dalam ingatan kita
serangkaian demonstrasi yang dilakukan oleh mahasiswa dan masyarakat baik
di Papua maupun di pulau Jawa yang akhirnya berujung pada bentrok di Jakarta,
Timika dan 16 Maret Abepura, yang proses hukumnya sedang berjalan.
Secara tegas Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) Indonesia melalui
direktur eksekutifnya Siti Maimunah pada 4 Juli 2006 mengeluarkan
pernyataan tegas yang meminta untuk segera dilakukan penutupan PT FI.
Mereka menyayangkan kehadiran PT FI yang tidak memberikan kesejahteraan
bagi masyarakat setempat secara khusus dan masyarakat Papua secara umum.
Selain PT FI yang selalu menjadi ikon investasi di Papua, banyak investor
289
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
lainnya yang melirik peluang investasi di Tanah ini. Papua yang kaya akan
mineral dan bahan tambang akan terus menarik investor untuk melakukan
eksplorasi. PT Asoka Abadi misalnya melakukan eksplorasi batubara di Teluk
Bintuni. PT Iriana Mutiara Idenburg melakukan eksplorasi emas di Senggi,
Kabupaten Keerom. Kehadiran perusahaan tambang yang melakukan survei
serta eksplorasi di beberapa kabupaten baru, memang kelihatan memberikan
angin segar bagi pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. Namun demikian,
masyarakat setempat juga tidak serta-merta menyambut kehadiran perusahaan
ini. Seperti yang terjadi di Kabupaten Sarmi, kehadiran sebuah perusahaan
minyak, Nation Petrolium yang sedang melakukan survei di Kabupaten Sarmi
ditolak oleh masyarakat asli Suku Warembori.
Di bidang kelautan, wilayah laut Papua dinilai sangat kaya dengan sumber
ikan dan hasil laut. Tidak heran jika banyak kapal nelayan lokal maupun yang
berbendera asing mengarungi lautan Papua untuk ikut menikmati kekayaan
tersebut.
Papua tidak pernah menutup dirinya untuk menerima investor masuk
dan mengembangkan usahanya di Tanah ini. Hanya saja pemerintah perlu
memberlakukan kebijakan yang tegas dan adil untuk mengatur maraknya
kehadiran investor di Papua. Dengan demikian kepentingan masyarakat asli
Papua menjadi perhatian utama seperti yang juga tertuang dalam UU No. 21
Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Papua. Semua upaya pembangunan
dalam bentuk apapun harus sebesar-besarnya berguna untuk menjamin hak
hidup orang asli Papua. Jangan terulang lagi “tragedi Freeport” di daerah
lain di Tanah Papua „
290
291
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
BAB IV
TUTUP TAHUN
DENGAN
KECEMASAN
Papua Aktual
Oktober – Desember 2006
Oleh Toni Nuwa Wonga ofm
dan A.F.Sari Rosa Moiwend
Anak-anak di Mulia. Selama berbagai insiden yang
terjadi di MUlia, mereka hidup dalam rasa takut
292
BAGIAN I
LINT
ASAN P
ERISTIW
A HAK A
SA
SI
LINTA
PERISTIW
ERISTIWA
ASA
SASI
MANUSIA
OKTOBER – DESEMBER 2006
A. HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK
A.1 KEBEBASAN WARGA
4 Oktober
Sem Wandik (22) dituntut 5 tahun penjara potong tahanan oleh Jaksa
Penuntut Umum (JPU) Kejaksaan Negeri Jayapura. Terdakwa dinyatakan
terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar pasal 214 KUHP yakni
melakukan perlawanan terhadap aparat negara yang sedang melaksanakan
tugas. “Sesuai dengan fakta di dalam persidangan berupa keterangan dari
4 saksi, serta bukti-bukti petunjuk, maka kami menuntut terdakwa dengan
tuntutan lima tahun penjara,” kata Jaksa Penuntut Umum, Putu Soerjono,
SH dalam persidangan di Pengadilan Negeri Jayapura.
5 Oktober
Ibu Emy Berotabui orang tua Yahya Echo Berotabui yang menjadi
korban kasus Abepura, didampingi pengacara PBHI Johnson Panjaitan,
dan Wakil Ketua Sinode Gereja Kristen Injili di Tanah Papua Yemima
Mirino Krey, serta Tim Koalisi B 16 M yang terdiri dari SKP Jayapura
dan KPKC GKI di Tanah Papua, mengadukan perkara Abepura 16 Maret
2006 ke Komnas HAM, Jakarta.
12 Oktober
JPU menuntut tujuh orang pelaku pembunuhan terhadap dua orang
guru asal Amerika dan satu guru Indonesia di daerah pertambangan PT
293
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
Freeport Indonesia. Ketegangan antara Indonesia dan Amerika Serikat
akibat kejadian ini mereda setelah mereka setuju untuk bekerjasama dalam
penyelesaian kasus ini, yang awalnya disinyalir ada indikasi keterlibatan
militer Indonesia. JPU menghendaki pengadilan menjatuhkan hukuman
20 tahun penjara untuk pemimpin pembunuhan, Antonius Wamang yang
merekrut anggotanya untuk melakukan penyerangan yang menyebabkan
jatuhnya korban. “Ia terbukti melakukan penembakan dengan
menggunakan senjata M-16… tiga orang terbunuh di tempat kejadian
itu”, demikian tegas jaksa Anita Asterida.
19 Oktober
Para tahanan terkait Kasus Bentrok 16 Maret lalu tetap dipantau oleh
tokoh-tokoh agama yang tergabung dalam PGGP (Persatuan GerejaGereja di Papua). Menurut laporan dari PGGP ke Komnas HAM Papua,
15 orang terdakwa Kasus Bentrok 16 Maret sedang sakit. Ketua Komnas
HAM Papua, Albert Rumbekwan membenarkan kalau ke-15 tahanan itu
rata-rata sakit karena kesehatan mereka kurang diperhatikan sehingga
kesehatan mereka menurun dan dikategorikan pelanggaran HAM. Akan
tetapi, hal itu dibantah oleh Kepala Lembaga Pemasyarakatan Abepura,
Johan Yarangga. Menurutnya semua tahanan termasuk para terdakwa
dan kasus Bentrok 16 Maret di Abepura diperhatikan kesehatannya, namun
kendalanya adalah kurangnya fasilitas kesehatan di LP Abepura.
22 Oktober
Ketua Komnas HAM Papua, Albert Rumbekwan SH, menolak
pemanggilan dirinya menjadi saksi kasus kerusuhan Abepura Berdarah
oleh tim pengacara kerusuhan itu yang beranggotakan Direktur LBH
Jayapura, Paskalis Letsoin, Koordinator Kontras Papua, Pieter Ell dan
beberapa anggota lainnya seperti Latifah Anum Siregar, Adolof
Waramory, Iwan K. Niode, Rahman Ramli, Johanes H. Maturbongs dan
Sihar Tobing. “Saya tidak akan memenuhi pemanggilan polisi atas pelaporan
sesama tim pengacara Abepura karena harus meminta izin dari Komnas
HAM Pusat. Kalau sudah ada izin, saya akan datang ke Polda menjadi
294
saksi atas pengaduan sesama pengacara dalam kasus ini, tetapi kalau belum
ada, saya tolak menjadi saksi,” tegas Rumbekwan.
9 November
DPR Papua dinilai kurang bijak dan tidak cepat menanggapi aspirasi
massa rakyat Papua Barat yang kurang lebih satu tahun melakukan
demonstrasi menuntut penutupan PT Freeport . Hal ini dikemukakan
oleh mantan Sekjen Front Pepera Papua Barat Kota Numbay, Selpius
Bobi didampingi Yusak Pakage dan kelima belas napi kasus Bentrok 16
Maret lalu dalam konferensi pers di Aula Lapas Abepura.
10 November
Hari HAM Papua yang dikenal sebagai Hari Kejahatan Kemanusiaan
di Tanah Papua akan dilaksanakan pada 11 November. Sekretaris Dewan
Adat Papua (DAP) Sayid Fadhal Alhamid didampingi Ketua Pemerintahan
Dewan Adat Papua, Forkorus Yaboisembut, SPd mengatakan acara ini
akan dihadiri oleh mantan Presiden RI K.H Abdurrahman Wahid. Acara
akan berlangsung di GOR Jayapura pada 13-14 November. “DAP
menghadirkan mantan Presiden Gus Dur karena ia telah memberikan
sumbangsih dan pembangunan kesadaran demokrasi di Tanah Papua”,
kata Sayid Fadal Alhamid.
Komnas HAM akan menyerahkan hasil penyelidikan pelanggaran
HAM berat, penghilangan paksa pada 1997-1998 kepada Presiden dan
Jaksa Agung. Ketua Komnas HAM, Abdul Hakim Garuda mengatakan
laporan lengkap hasil penyelidikan akan di serahkan minggu depan.
Menurutnya laporan Komnas HAM menyebutkan 13 orang telah menjadi
korban penghilangan paksa, dan 11 aktivis prodemokrasi yang kemudian
dilepaskan, satu di antaranya meninggal di Sarangan, Magetan Jawa Timur.
Lebih lanjut ia menjelaskan kendala yang dihadapi tim Ad Hoc antara lain
keengganan saksi korban untuk memberikan keterangan, tertundanya
pemeriksaan purnawiran Polri, penolakan TNI, penolakan Kejaksaan
Agung dan tidak dipenuhinya permintaan penyelidikan kepada Ketua
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat untuk menghadirkan saksi secara paksa.
295
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
14 November
Di GOR Cenderawasih, Jayapura, Tom Beanal selaku Ketua DAP
menyerahkan penghargaan Papua kepada Gus Dur atas jasanya melindungi
orang Papua. “Hanya Gus Dur yang telah memandang kita dengan hati
nurani….hanya dialah yang menangkap dan mendengarkan suara orang
Papua,” ujarnya. Penghargaan tersebut berupa prasasti berukuran 30 x 45
cm yang bertuliskan: ‘Damai Sejahtera kau bawa kepada kami. Tanah Papua
menjadi milik kami Kyai Haji Abdurrachman Wahid. Demokrasi menjadi
hak milik Papua’. Mantan Presiden RI ke-4 KH. Abdurrahman Wahid (Gus
Dur) mengatakan ia berjuang supaya almarhum Theys Hiyo Eluay menjadi
salah seorang pahlawan nasional. “Dia sudah mengorbankan seluruh
hidupnya bagi semua orang yang ada di Tanah Papua,” kata Gus Dur.
Menanggapi hal ini, sekretaris Dewan Adat Papua (DAP) Leo Imbiri
menyambut baik upaya yang dilakukan Gus Dur. Menurut Leo hal ini akan
dibicarakan dalam petemuan yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat.
Sementara itu, Ketua MRP Dr. Agus Alue Alua mendesak agar Pemerintah
Provinsi Papua memberikan dukungan penuh atas rencana ini. “Saya secara
pribadi dan MRP akan mendukung perjuangan tersebut,” kata Agus Alua.
15 November
Sebanyak 140 kepala keluarga (KK) pengungsi asal RI ke PNG kembali
ke kampung halaman mereka di Kampung Yabanda, Distrik Senggi,
Kabupaten Keerom. Albert Meho, salah seorang pengungsi mengatakan,
“Kami kembali karena setelah sekian lama berada di sana, kami tidak
mendapat perhatian, bahkan kami dilarang berkebun dan berburu karena
tidak ada hak-hak adat dan hak ulayat.”
16 November
Isu tentang status Bendera Bintang Kejora mendapat tanggapan serius
dari salah seorang anggota DPR Papua, Weynand Watori. Ia mengatakan
Bintang Kejora sudah dijadikan sebagai lambang daerah. Itu sudah diakui
dalam UU Otsus No. 21 Tahun 2001 Bab 2 ayat 2,3 di mana Papua
memiliki lambang daerah sebagai simbol jati diri orang Papua dan Bendera
296
Bintang Kejora merupakan salah satu simbol daerah. Oleh karena itu,
bagi orang Papua Bendera Bintang Kejora sebagai identitas diri Papua,
sulit dipisahkan dengan orang Papua.
20 November
Direktur Lembaga Pencegahan dan Perlindungan Perempuan dan Anak
(LP3A) Selfiana Sanggenafa mengatakan data yang dihimpun oleh
lembaganya menunjukkan, tingkat kekerasan dalam rumah tangga terhadap
perempuan dan anak dalam kurun waktu tiga bulan terakhir cukup tinggi.
Karena itu, persoalan ini perlu disikapi dan diakomodir dalam Peraturan
Daerah (Perda) Kota Jayapura. Menyikapi hal ini Ketua DPRD Kota
Jayapura, Drs. Theopilus Bonay, MM, mengatakan, pihak Dewan sangat
responsif terhadap persoalan ini dan akan diperjuangkan pada Tahun
Anggaran (TA) 2007 mendatang.
21 November
Wakil Gubernur Provinsi Papua, Alex Hesegem, SE membuka
Konggres Nasional Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia
(PMKRI) XXV dan Sidang Majelis Pertimbangan Anggota (MPA) XXIV
di GOR Cenderawasih Jayapura. Ia berpesan agar seluruh anggota
PMKRI berpartisipasi aktif dalam tugas dan tanggung jawab sebagai
mahasiswa dan melaksanakan panji-panji organisasi sesuai Anggaran Dasar
(AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART). Sementara itu, Ketua
Presidium PMKRI Pusat, E. Emanuel Tullar mengatakan ada beberapa
agenda yang akan dibahas dalam Konggres, antara lain persoalan Freeport,
kasus Abepura, dan implementasi Otsus Papua. Tema yang diangkat
dalam Konggres kali ini adalah “Membangun Indonesia yang berkeadilan
Sosial”. Turut memberikan sambutan pada acara pembukaan Uskup
keuskupan Jayapura Mgr. Dr. Leo Laba Ladjar, OFM dan senior PMKRI
Cabang Jayapura St. Efrem, Vitalis Jumte.
22 November
Steven Wandik, salah seorang terdakwa kasus Bentrok 16 Maret di Abepura
297
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
divonis 5 tahun penjara oleh Ketua Majelis Hakim Pengadilan Tinggi
Jayapura, Moris Ginting, SH didampingi Hakim Anggota A. Lakoni, SH
dan Denny Sumadi, SH. Menanggapi putusan ini Penasehat Hukum (PH)
terdakwa Johnson Panjaitan tidak menerima dan langsung mendaftarkan
banding. Sementara itu, Direktur ELSHAM Papua yang juga salah satu
anggota Penasehat Hukum (PH) terdakwa, Aloysius Renwarin, SH,
mengatakan, tuntutan yang diberikan berlebihan.Ia juga menilai penerapan
sistem keadilan di Tanah Papua lebih khusus terhadap para terdakwa di
meja hijau belum merata, bahkan jauh dari harapan.
30 November
Kepala Lapas Abepura, Johan Yarangga, menjelaskan bahwa sesuai
surat keterangan pemulangan dari RSUD Dok II Jayapura tertanggal 5
Oktober 2008, Filep Karma sudah diizinkan keluar dari rumah sakit dan
selanjutnya menjalani fisioterapi. Filep Karma dirawat di RSUD Dok II
sejak 13 Januari 2006 karena percobaan bunuh diri di Lapas Abepura.
Karena itu, petugas Lapas sudah membawanya kembali ke Lapas Abepura.
9 Desember
Kepala Pemberdayaan Perempuan Kota Jayapura, Betty Pui, SE,
mengatakan sampai saat ini kaum perempuan belum mendapatkan
perlindungan secara baik padahal UUD 1945 menegaskan bahwa negara
menjamin persamaan hak dan kewajiban setiap warga negara yang juga
dipertegas dalam amandemen UUD 1945 serta UU No. 39 Tahun 1999
tentang hak asasi manusia termasuk perlindungan bagi kaum perempuan.
Dikatakan, belum adanya perlindungan secara baik menyebabkan terjadinya
permasalahan sosial yang menimpa kaum perempuan seperti ketidakadilan
dalam rumah, tindak kekerasan dalam rumah tangga, jual beli kaum
perempuan untuk dijadikan pekerja seks komersial maupun terjerumus
dalam pekerja seks jalanan dan sebagainya.Tindak kekerasan terhadap
perempuan sangat jelas melanggar hak hidup seseorang. Jika dikaitkan
dengan produk hukum yang berlaku dan bila dilihat dari sudut pandang
agama, setiap bentuk eksploitasi dan diskriminasi tidak lain bentuk
298
pencurian dan perampasan hak-hak manusia yang melekat pada setiap
insan. Hal ini dikatakannya dalam workshop tentang masalah prioritas dan
kebijakan dalam perlindungan perempuan.
10 Desember
Di Jayapura Hari Hak Asasi Manusia (HAM) diperingati dengan
kunjungan ke makam Korban Abepura 7 Desember 2000 di kompleks
Pekuburan Kristen Tanah Hitam. Selain itu, dilakukan bagi-bagi bunga di
jalan raya dan kepada setiap pengendara yang lewat di wilayah Kotaraja
dan Abepura kemudian dilakukan ibadah bersama di Aula STT I.S. Kijne
Abepura. Ketua Komunitas Survivor Abepura (KSA) Papua, Peneas
Lokbere, mengatakan, “atas nama korban, ia meminta keadilan yang seadiladilnya. Ia menilai sidang kasus Abepura berdarah, belum ada keadilan
sama sekali walaupun masih terbuka peluang kasasi.”
Kelompok yang mengatasnamakan dirinya Koalisi Perjuangan Hakhak Asasi Rakyat Sipil Papua mengadakan demo damai di Lingkaran
Abepura. Penanggung jawab aksi Oktovianus Pekey mengatakan aksi
yang dilakukan tersebut merupakan bagian dari kegiatan-kegiatan
sebelumnya dalam rangka memperingati hari HAM se-dunia.
Pernyataan yang dikeluarkan: menolak cara-cara kekerasan, peradilan
yang adil dan bermartabat, serta menuntut para tahanan bentrokan
Abepura 16 Maret 2006 segera dibebaskan karena mereka adalah
korban.
11 Desember
Walikota Jayapura M.R. Kambu mengatakan untuk mencegah seringnya
terjadi kasus tindakan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), agama
harus diperkuat dalam basis keluarga. Walupun sudah ada Undang-undang
No. 23 Tahun 2004 tentang penghapusan KDRT, namun kekerasan tetap
saja terjadi. Dikatakan bahwa dengan iman yang kuat akan muncul ketaatan
dan saling memahami. Lebih dari itu akan saling memaafkan di antara
satu anggota keluarga dengan anggota keluarga yang lain karena adanya
sikap kasih itu.
299
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
12 Desember
Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto meminta masyarakat
mewaspadai Lembaga Sosial Masyarakat (LSM) yang mengatasnamakan
penegakan HAM di Papua untuk kepentingan yang tidak jelas, apalagi
jika dipakai untuk melindungi aksi garis keras OPM yang bergerak di
bumi Cenderawasih. “Waspadai yang jualan isu HAM di Papua,” ujarnya.
Saat ini Mabes TNI masih menggunakan pendekatan persuasif
terhadap gerakan separatis di Papua namun terbuka kemungkinan
untuk melakukan tindakan yang lebih tegas. Panglima juga
menuturkan pemahaman terhadap isu HAM harus ditempatkan secara
proporsional bukan untuk mendekonstruksi kesatuan wilayah
Republik Indonesia. TNI akan tetap konsisten untuk berada di sana,
pihaknya tidak takut dibilang melanggar HAM karena memang
ancaman itu benar-benar ada.
13 Desember
Menyangkut soal jual isu HAM di Papua untuk kepentingan tertentu
ditanggapi Perwakilan Komnas HAM Papua. Ketua Divisi Bidang
Ekosob Komnas HAM Papua, Frist Ramandey menilai pernyataan
itu bukanlah hal yang baru. Ia mengatakan tudingan itu bukan hanya
di Papua tetapi juga terjadi di daerah lain, karena itu jika negara
mempunyai data tentang LSM mana saja yang mengusung tema
penegakan HAM untuk kepentingan tertentu, harus dapat disebutkan
bukan hanya menuding.
Pernyataan Marsekal TNI Djoko Suyanto agar Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) di Papua diwaspadai karena ada pihak-pihak
tertentu yang menjual isu HAM untuk kepentingan tertentu ditanggapi
oleh Direktur Kontras Papua Pieter Ell. Pihaknya menegaskan jika
panglima punya data LSM yang terindikasi berlindung di balik
penegakan HAM sebaiknya disebutkan saja namanya. Dengan demikian
LSM yang bersangkutan bisa memberikan klarifikasi. LSM merupakan
suatu komponen masyarakat yang biasa bergerak di bidang HAM
tentunya berharap supaya kasus-kasus yang ada diselesaikan secara
300
tuntas. “Kami harapkan supaya masyarakat mendapat keadilan, sebab
sampai saat ini masih banyak pelanggaran HAM yang belum
diselesaikan secara tuntas,” tegasnya.
15 Desember
Puluhan perempuan yang tergabung dalam jaringan perempuan yang
berasal dari berbagai organisasi perempuan serta LSM yang ada di
Kabupaten Biak Numfor melakukan konvoi kendaraan bermotor dengan
membawa beberapa poster dan pamflet yang berisi himbauan untuk tidak
melakukan kekerasan. Kegiatan ini dipelopori oleh Panitia Peringatan Anti
Kekerasan Terhadap Perempuan yang diketuai oleh Agustina Klorway
Kbarek. Pihaknya mengatakan bahwa kekerasan sering terjadi terhadap
perempuan dan anak selalu tidak tampak di permukaan apalagi dilaporkan
kepada pihak berwajib karena korban selama ini merasa takut.
16 Desember
Pelaku kekerasan dalam rumah tangga menjadi perhatian dari Asisten
III, H. Djabar A. Kadir. Menurutnya, seluruh masyarakat Papua perlu
merapatkan barisan untuk menghapuskan kekerasan terhadap perempuan
dan anak-anak. Hal itu disampaikan saat melepaskan konvoi kampanye
16 Hari Anti Kekerasan terhadap perempuan di halaman kantor gubernur.
Ketua Panitia Lien Tamnge mengatakan kampanye ini merupakan
kampanye internasional untuk mendorong upaya penghapusan kekerasan
terhadap perempuan di seluruh dunia.
18 Desember
Para terdakwa kasus penembakan di Lapangan Maskura Kimaam
Merauke 2001 yang menewaskan 2 masyarakat sipil divonis bebas
oleh Pengadilan Negeri Merauke. Terdakwa 1 Untung P, terdakwa 2
Marjono, terdakwa 3 Harbi M, terdakwa 4 Andi Nur, Terdakwa 5
DH Mansoben, Terdakwa 6 John S, terdakwa 7 Isral dan terdakwa 8
Adria MP tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
sebagaimana yang didakwakan.
301
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
A.2 PERTAHANAN DAN KEAMANAN
5 Oktober
Dalam rangka merayakan HUT ke 61 TNI di Papua, Pangdam XVII/
Trikora Mayor Jenderal TNI Zamroni mengatakan, untuk mengatasi
kelompok-kelompok separatis (TPN/OPM), TNI mengedepankan
pendekatan kemanusiaan. Karena bagaimanapun mereka juga warga negara
Indonesia yang perlu mendapat pembinaan secara berkesinambungan.
Sementara WNI (Papua) yang meminta suaka politik di PNG, menurut
Pangdam, hal itu sudah merupakan masalah antar negara (Indonesia dan
Australia).
Panglima TNI, Marsekal Djoko Suyanto mengatakan pihak asing akan
berusaha mengancam kepentingan nasional. Hal itu antara lain ditunjukkan
dalam bentuk upaya penguasaan wilayah-wilayah terluar, illegal logging, illegal
fishing, teror/cara lain untuk menguasai bidang ekonomi, politik, dan sosial
budaya.
17 Oktober
Konselor Delegasi Australia Bidang Ekonomi, Bernhard Lynch,
mengatakan terhitung sejak Januari sampai sekarang sekitar 250 kapal
penangkap ikan asal Indonesia (Indonesia Timur) ditangkap oleh
Pemerintahan Australia terkait illegal fishing di wilayah perairan Australia.
Dari 250 kapal nelayan tersebut, sekitar 2000 Anak Buah Kapal (ABK)
telah diamankan. Salah satu ikan yang diburu oleh nelayan-nelayan ini
adalah sirip ikan Hiu. Untuk itu Parlemen Australia pada bulan Juni 2006
mengeluarkan suatu UU yang menetapkan illegal fishing oleh nelayan akan
dikenakan pidana 2-3 tahun. Sedangkan kapal akan dirampas dan
dikenakan denda sebesar Rp 5,7 miliar.
19 Oktober
Pemerintah Australia dengan Pemerintahan Provinsi (Pemprov) Papua
akan bekerjasama untuk memberantas iIlegal fishing, di mana banyak nelayan
Indonesia (Papua) yang tertangkap di perairan Australia. Niat baik
302
pemerintah Australia ini disampaikan oleh Sekda Drs. H. Andi Baso
Baseleng. Kerja sama itu akan dimuat dalam suatu MoU (Memorandum of
Understanding). Di perbatasan perairan Australia tercatat sekitar 200 orang
nelayan tertangkap di Australia. Mayoritas orang Papua dan lebih khusus
lagi adalah nelayan dari Kabupaten Marauke.
KSAU Marsekal Herman Suyitno mengatakan bahwa TNI AU akan
menambah radar di berbagai tempat di Indonesia untuk memantau
pesawat-pesawat yang melintas di wilayah Indonesia. “Tahun depan, kami
akan menempatkan radar baru di Merauke dan mengganti radar tua di
Tanjung Pinang,” tegasnya.
30 November
Kapolresta Jayapura, AKBP Roberth Djoenso, mengatakan bahwa
sebelum 1 Desember semua pihak yang berkompeten telah sepakat dan
berkomitmen untuk tidak melakukan kegiatan yang bertentangan dengan
undang-undang. Untuk itu dia berharap tidak ada kegiatan masyarakat
yang melanggar undang-undang karena pihaknya akan mengambil tindakan
tegas.
5 Desember
Kepala Kantor Imigrasi Kelas I Jayapura, Giri Hariyanto, menjelaskan
bahwa keinginan 52 warga asal Pegunungan Tengah Papua yang tergabung
dalam suatu grup tari yang akan tampil pada pentas budaya internasional
di Australia tertunda karena belum mempunyai dana untuk pengurusan
paspor. “Pergi ke luar negeri adalah hak setiap orang. Asalkan
persyaratannya memenuhi, paspor akan kita buat. Jumlah mereka 70 orang
berarti bisa satu kapal, bila mereka berangkat seperti kasus Fera Kambu
(salah satu 52 orang yang minta suaka) maka bisa menjadi masalah. Apakah
mereka seperti itu kita tidak mengerti,” tandasnya.
6 Desember
Rencana peningkatan status pangkalan TNI Angkatan Laut (Lanal)
Merauke menjadi Pangkalan Utama (Lantamal) XI Merauke yang akan
303
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
diresmikan 15 Januari 2007 mendatang mendapat dukungan penuh dari
DPR Papua karena dinilai sebagai langkah maju dari pemerintah dalam
meningkatkan sistem pertahanan dan keamanan di daerah ini sebagai bagian
integral dari NKRI. “Kami di DPRP tentunya akan sangat mendukung
peningkatan status pangkalan TNI Angkatan Laut di Lanal menjadi
Lantamal,” jelas ketua Komisi A yang membidangi pertahanan dan
keamanan DPRP Yance Kayame.
9 Desember
Dua aparat menjadi korban penembakan. Serda Joko Susanto dari
Kopasus dan Tobias Sirken (Purnawirawan) TNI-AD Koramil Mulia
tewas tertembak di lereng gunung Pomo Distrik Mulia Kabupaten Puncak
Jaya. Penembakan terjadi saat pencalonan atau pendeklarasian Lukas
Enembe dan Hanock Ibo sebagai bakal calon (Balon) Bupati dan Wakil
Bupati 2007 – 2012 oleh Koalisi Pembaruan Puncak Jaya. Bunyi tembakan
itu terjadi kira-kira jarak 3 Km dari tempatnya pendeklarasian.
10 Desember
Jajaran Kodam XVII/Trikora menduga pembunuh Serda Joko
Susanto (anggota Satgas Kopassus) dan Tobias Sirken (Purnawirawan)
TNI-AD Koramil Mulia Kabupaten Puncak Jaya dilakukan oleh
TPN/OPM pimpinan Goliat Tabuni. Hal itu dikatakan Kepala
Penerangan Kodam (Kapedam) XVII/ Trikora Letkol Inf. Imam
Santosa. Atas peristiwa ini pihaknya akan melakukan penyelidikan
mendalam serta melakukan pengejaran terhadap anggota separatis yang
telah berani menyerang aparat tersebut. Direktur Reserse dan Kriminal
Polda Papua, Kombes Polisi Paulus Waterpauw, mengatakan, untuk
membantu proses penyelidikan pihaknya akan mengirim tim untuk
memback up Polres Puncak Jaya. Bahkan untuk mengantisipasi
perkembangan situasi keamanan dan ketertiban masyarakat
(Kamtibmas) pihak Polda Papua akan mengirim tambahan pasukan
ke Mulia seperti yang diperintahkan Kapolda.
304
11 Desember
Komandan Korem 173/PVB Kolonel Inf. Herman Terdez
mengatakan, saat ini Muspida Kabupaten Puncak Jaya dan sejumlah tokoh
masyarakat tengah melakukan negosiasi dengan kelompok Goliat Tabuni
yang diduga sebagai pelaku pembunuhan satu anggota Kopasus dan
pensiunan TNI-AD. Danrem mengatakan, meskipun insiden ini
mengakibatkan tewasnya anggota TNI, namun penanganan kasus ini
diserahkan sepenuhnya kepada Kepolisian dalam hal ini Polres Puncak
Jaya. Katanya, antara korban dan pelaku sudah kenal baik namun ia tidak
yakin secara pasti penyebab terjadinya insiden ini. “Mengenai senjata yang
digunakan kami juga belum dapat memastikannya namun mungkin senjata
yang digunakan cukup lama,” jelasnya.
13 Desember
Anggota Brimob bernama Briptu Yosafat yang sedang patroli malam
diserang dan senjata apinya dirampas dan dilarikan oleh 2 orang penyerang.
Kapolres Puncak Jaya AKBP Yacobus M. mengatakan, ciri-ciri para pelaku
itu berwajah brewokan. “Ini menandakan mereka berasal dari gunung
dan saya langsung memimpin pengejaran terhadap kedua pelaku bersama
ketiga temannya itu dengan mengerahkan semua kekuatan yang ada, baik
dari polres maupun dari satuan TNI,” ujarnya. Atas kejadian itu, Briptu
Yosafat langsung dilarikan ke RSUD Mulia untuk diberikan pertolongan
pertama atas luka di kepalanya. Korban mendapat 5 jahitan dan masih
menjalani perawatan intensif. Situasi dan kondisi Kota Mulia dilaporkan
aman dan kondusif pada siang hari. Warga dapat melakukan aktivitas
seperti biasa. Namun pada malam hari aparat petugas melakukan patroli
untuk melakukan pengamanan. Juga karena akan ada pemilihan bakal
calon Bupati dan Wakil Bupati Puncak Jaya 2007-2012.
Kasus yang terjadi di Mulia Kabupaten Puncak Jaya mendapat perhatian
Gubernur Papua Barnabas Suebu. Ia mengatakan, dirinya menyesalkan
peristiwa itu. Karena itu, pihaknya juga telah mengambil langkah-langkah
untuk menindak lanjutinya dengan melakukan pendekatan yang melibatkan
unsur-unsur terkait dan mencoba mendekati pihak-pihak di daerah itu,
305
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
khususnya yang terlibat agar tidak terus terlibat dalam gerakan separatis.
Gubernur juga ingin mengajak mereka untuk bersama-sama membangun
Papua. Kendati demikian ia menegaskan pelaku yang menyerang akan
ditindak sesuai dengan hukum yang berlaku.
TNI yang bertugas di Korem 174 Anim Tiwaninggap yang meliputi
Merauke, Boven Digoel, Mappi dan Asmat tetap diminta untuk waspada
terhadap gerakan separatis yang mengancam keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Hal ini ditegaskan oleh Danrem 174 Kolonel CZI
Nenga Widana. Pihaknya menjelaskan bahwa merupakan tugas TNI dan
seluruh masyarakat untuk menjaga keutuhan Negara RI dari Sabang sampai
Merauke. Katanya tidak ada peningkatan pengamanan khusus yang
dilakukan TNI AD, tetapi yang dilakukan merupakan pengawasan rutin.
Danrem juga mengatakan bahwa TNI tidak termakan dengan perayaan
1 Desember, 10 Desember dan 14 Desember, tapi yang dilakukan TNI
adalah dengan terus melakukan pendekatan dan pembinaan masyarakat
dan pembinaan wilayah.
Jajaran Polresta Jayawijaya mengelar acara pisah sambut mantan
Kapolres Jayawijaya AKBP Fritz Kaiway dengan yang baru AKBP
Marolop Manik acara ini dilakukan di Aula Markas Komando (Mako)
Polres. Acara ini dihadiri oleh Asisten II Benyamin A, Dan Yon 756 WMS
Letkol Inf. Agus Setiawan, Kasdim 1702 Mayor Viktor Tampubolon
para perwira dan bintara jajaran Polres Jayawijaya, tokoh agama, tokoh
masyarakat, tokoh adat serta ibu-ibu Bhayangkari.
14 Desember
Pejabat Bupati Puncak Jaya Frans Kristantus mengatakan, sejalan dengan
proses pendekatan secara persuasif, diharapkan tidak ada penambahan
pasukan baik dari TNI maupun Polri. Sejak kemarin pihaknya telah melakukan
koordinasi dengan institusi terkait, yakni TNI dan Polri agar sepakat untuk
melakukan pendekatan secara persuasif. Pejabat Bupati Frans khawatir jika
nanti ada penambahan pasukan baik itu TNI maupun Polri ke Puncak Jaya,
masyarakat akan menjadi khawatir dan takut akan ada perang. Bupati mengakui
bahwa aparat di Mulia mulai dari Pemerintah, TNI dan Polri saat ini masih
306
melakukan sweeping KTP pada setiap penduduk. “Jangan sampai ada orang
luar yang tidak punya identitas atau penyusupan dari luar,” katanya.
Wakil Kepala Kepolisian Daerah (Wakapolda) Papua Brigjen Polisi
Max Donald Aer mengatakan akan melakukan pemeriksaan terhadap
saksi-saksi. Namun karena kejadiannya pagi-pagi, yaitu sekitar pukul 5.30
WIT, hingga kini masih kesulitan mencari saksi-saksi yang melihat kejadian
ini. Menurutnya, mungkin ada masyarakat yang melihat kejadian ini, tetapi
enggan untuk memberikan keterangan. Dalam kasus ini anggota Brimob
yang menjadi korban akan tetap diperiksa sebagai saksi. Saat ditanya apakah
pelaku yang brewokan itu adalah TPN/OPM pihaknya belum bisa
memastikan. Dikatakan orang brewokan itu belum tentu TPN/OPM.
Sebab, sebagian besar masyarakat di Puncak Jaya adalah brewokan. Ini
yang membuat kesulitan.
15 Desember
Kapolres Puncak Jaya AKBP Yakobus Marjuki mengatakan, meski
situasi kondusif, tetapi pada malam hari kelompok TPN/OPM yang
berada di gunung saling mengeluarkan kode cahaya dengan senter. Terkait
dengan perampasan senjata terhadap seorang anggota Brimob Briptu
Yosafat pihaknya masih terus berupaya melakukan komunikasi dengan
kelompok TPN/OPM yang diduga merampas senjata. Tim negosiator
mudah-mudahan bisa berkomunikasi dengan kelompok yang diduga
melakukan perampasan, sehingga diharapkan mereka mau mengembalikan
senjata yang dirampas.
Kasus Mulia ini mendapat tanggapan dari Mahasiswa Puncak Jaya SeJawa Bali (Ipmapuja). Ipmapuja mengatakan peristiwa itu berkaitan dengan
kepentingan politik lokal yang dimainkan menjelang pilkada. Menurut
Ipmapuja hal itu bukan tuduhan, tetapi sejak lahirnya Kabupaten Puncak
Jaya terjadi seperti ini. Mereka juga berharap tidak ada tudingan yang
membuat masyarakat takut berkepanjangan. Sementara Kapolres
mengatakan pihaknya belum melakukan komunikasi langsung dengan
kelompok yang diduga menjadi pelaku. “Yang jelas kita akan melakukan
pendekatan persuasif agar perdamaian bisa terwujud,” katanya.
307
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
17 Desember
Terjadinya dua kasus di Mulia akan dilaporkan ke Menkokesra Aburizal
Bakrie, karena masalah di Mulia bukan hanya masalah keamanan, tetapi
juga masalah kesejahteraan. Hal itu diungkapkan pejabat Bupati Puncak
Jaya Frans Kristantus menanggapi belum tuntasnya penanganan kasus
Puncak Jaya. Karena itu, dirinya berjanji akan membawa permasalahan
ini ke Menkokesra. Katanya masalah kasus Puncak Jaya bukan masalah
daerah, tetapi juga masalah Pemerintah Pusat. Sebab, masalah tersebut
tidak terlepas dari kesejahteraan masyarakat di daerah pegunungan
19 Desember
Perkembangan kasus yang terjadi di Mulia membuat banyak pihak
harus berspekulasi tentang kejadian pembunuhan seorang kopasus dan
seorang purnawirawan TNI – AD maupun kasus perampasan senjata
milik anggota Brimob. Perkembangan terbaru terjadi adalah pemasangan
simbol-simbol berupa pohon keladi muda dan pohon pisang muda di
jembatan yang letaknya di pinggir gunung tidak jauh dari kota Mulia,
Ibukota Puncak Jaya. Kapolres Puncak Jaya, AKBP Yakobus Marjuki,
mengungkapkan, simbol itu diketahui oleh warga sekitar pukul 06.00 WIT
saat warga hendak pergi ke kebun. “Untuk itu, saya sudah meminta
pendapat orang yang intinya ada dua versi. Dari tokoh adat mengatakan
hal itu adalah tanda,” ujarnya.
Ketua DPRD Puncak Jaya, Timotius Murib, meminta Polri dan TNI
serius menangani kasus yang terjadi di Puncak Jaya, mulai dari kerusuhan
dan pembakaran kantor DPRD serta sejumlah kantor Pemerintah lainnya.
Pasalnya, pasca kerusuhan dan pembunuhan anggota TNI ini, pelayanan
untuk masyarakat di Kabupaten Puncak Jaya tidak berjalan dengan normal.
Harapannya, pihak TNI dan Polri tidak membiarkan hal ini berlarut-larut
karena berbagai kasus di Puncak Jaya yang telah menelan korban ini
sebenarnya sudah ada indikasi kalau didalangi oleh aktor intelektual yang
mungkin sudah diketahui oleh TNI dan Polri. Ia juga menegaskan bahwa
semua warga negara tidak ada yang kebal hukum.
308
21 Desember
Sebuah pesawat Trigana yang akan mendarat di Mulia tertembak pada
saat akan mendarat. Penembakan diduga dilakukan oleh kelompok
bersenjata TPN/OPM yang bersembunyi di gunung dekat bandara kota
Mulia. Tembakan tersebut dikabarkan hanya mengenai bagian samping
pesawat. Meskipun demikian kejadian tersebut sempat membuat
penumpang panik.
Pangamanan diperketat di bandara Mulia. Demikian diungkapkan
Kapolres Puncak Jaya AKBP Yakobus Marjuki. “Secara umum kota Mulia
aman, kami lebih memperketat pengamanan di bandara Mulia sebagai
tempat keluar masuknya pesawat yang membawa penumpang dan barang
di bandara. Kami menempatkan personil yang ada, bahkan saya yang
pimpin langsung ke lokasi,“ kata Kapolres. Kewaspadaan yang dilakukan
di bandara antara lain melakukan pemeriksaan bagi setiap penumpang
yang datang. “Setiap pesawat datang, kami periksa baik itu orang maupun
barang bawaannya,” tambah Kapolres.
Sementara itu, Gubernur Papua Barnabas Suebu mengatakan bahwa
ketegangan itu tak berlarut-larut tapi sebaliknya harus segera diakhiri.
Gubernur juga mengatakan, sebagai pemerintah daerah pihaknya bekerja
sama dengan aparat keamanan untuk, teorinya, menarik menarik benang
Evakuasi Mayat
salah satu anggota
Aparat,
Joko Susanto,
korban pembunuhan
oleh TPN%2fOPM
309
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
dari tepung. “Ini penting, benang itu adalah mereka yang mengacau, tepung
itu rakyat tidak bersalah. Jadi jangan benangnya tidak ditarik lalu tepungnya
yang dirusak. Artinya rakyat yang tidak bersalah justru menjadi sasaran,”
katanya.
23 Desember
Meski Kota Mulia dikatakan aman, ketakutan masih menghantui aparat
dan masyarakat di sana. Kapolres Puncak Jaya AKBP Yakobus Marjuki
tak membantah kondisi keamanan di wilayahnya itu. Menurutnya kondisi
keamanan sangat kondusif namun juga diakui bahwa ada beberapa orang
yang diduga sebagai TPN/OPM sengaja menakut-nakuti dengan
mengacung-acungkan senjata di atas gunung. Menurut Kapolres, tindakan
TPN/OPM sudah kelewat batas. Sebab, selain mengganggu sistem
keamanan yang selama ini terbina dengan baik, juga mengganggu sistem
penerbangan secara nasional. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan
tersebut Kapolres selalu mengingatkan kepada pilot pesawat agar saat terbang
atau mendarat lewat celah gunung tersebut segera menambah ketinggian,
ini untuk menghindari jarak tembak yang dilakukan oleh TPN/OPM. Hal
lain yang telah dilakukan Polres yaitu dengan menutup kota dan menempatkan
personil dari unsur TNI dan Polri di pos-pos penjagaan.
Wakapolda Papua Brigjen Pol. Drs. Max Donald Aer mengatakan, pada
hari Selasa, 21 Desember siang, di Mulia masih terdengar bunyi tembakan
dari bawah yang seolah-olah tembakan tersebut diarahkan ke Pesawat
Trigana yang saat itu dalam posisi terbang dari Bandara Mulia. “Ada peluru
yang nyaris kena ke pesawat itu. Artinya bahwa kelompok TPN/OPM
masih berada di lokasi dan tidak jauh dari Kota Mulia, Puncak Jaya. Kami
tidak bisa menyergap kelompok itu, karena ada bersama masyarakat sehingga
masyarakat akan menjadi korban,” jelas Kapolda. Ditambahkan juga bahwa
sekitar pukul 05.00 WIT ada yang diduga sebagai Kelompok TPN/OPM
yang pura-pura turun, lalu mereka naik lagi ke gunung.
26 Desember
Situasi di Mulia mulai tampak kondusif. Menurut Kapolres Puncak
Jaya pengibaran bendera yang dilakukan oleh TPN/OPM kali ini disertai
310
tembakan dan teriakan yel-yel untuk menantang aparat. Mereka sengaja
melakukan penembakan untuk menakuti masyarakat dan memancing
aparat TNI dan Polri. Namun sejak Senin kemarin tidak segencar saat
mereka membunuh 1 anggota pensiunan TNI dan 1 anggota Kopassus.
Pengamanan PAM obyek vital nasional PT Freeport Indonesia resmi
dilakukan satuan tugas pengamanan (Satgaspam) Amole II yang
merupakan pasukan organik yang ada di Papua terdiri dari Brimob, Polisi
dari Polres Mimika dan TNI. Mereka menggantikan 600 personil
Satgaspam Amole I yang beranggotakan Brimob asal Markas Besar Kelapa
Dua Kendung Haling Jakarta Pusat. Serah terima dilakukan di Cargodog
Low Land PT FI Timika. Penggantian ini sesuai dengan keputusan Kapolri
melalui surat perintah Kapolda Papua Irjen Pol. Tommy T. Jacobus.
Satgaspam Amole II akan dipimpin oleh AKBP Wira Wibawa dan
Watgasatgasnya AKBP Irianto. Pengamanan Obvitnas PT FI selanjutnya
akan ditangani oleh tiga Satuan Setingkat Kompi (SSK) yang terdiri dari
300 Personil Brimob Papua dari Detasemen A Jayapura dan Detasemen
B Timika ditambah dua SSK personil Polres Mimika termasuk personil
organik satuan TNI di bawah Kodam XVII/Trikora serta 200 personil
Batalyon Infantri Eme Neme Kangasi (ENK) 754 Timika. Menurut
Kapolda Papua Tommy T. Jacobus, dilanjutkannya operasi Amole I ke
Amole II berdasarkan hasil evaluasi pengamanan PT FI yang masih
membutuhkan bantuan pengamanan dari Polri. Dari evaluasi Amole I
ada beberapa penempatan pos-pos perlu dilakukan pengaturan ulang.
Jumlah personil Brimob pada Amole I 1.098 personil, 600 personil
Brimob dari Jakarta dan sisanya TNI. Dengan demikian Brimob yang
menggantikan dari Polda Papua hanya 300 personil (3 SSK), 2 SSK dari
Polres Mimika dan TNI hanya 200 personil.
27 Desember
Menurut Kapolres Puncak Jaya, AKBP Yakobus Marjuki, terkait
dugaan tertembaknya dua orang anggota TPN/OPM, pihak TNI masih
melakukan pengejaran terhadap kelompok TPN/OPM yang saat ini masih
bersembunyi di hutan. Kepolisian sendiri katanya, masih tetap melakukan
pengamanan di Kota Mulia dan tetap waspada bila sewaktu-waktu terjadi
311
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
gejolak atas insiden berdarah itu. Meski demikian situasi dan kondisi Kota
Mulia masih aman dan kondusif. Sejak perayaan Natal 25 Desember
tidak terjadi gejolak sedikit pun. Masyarakat di Kota Mulia mendukung
sepenuhnya tindakan aparat untuk memulihkan Kota Mulia seperti semula.
TNI terus berupaya melakukan pengejaran terhadap kelompok TPN/
OPM, namun sampai saat ini belum membuahkan hasil. Kata Kapolres,
sehari sebelum perayaan Natal 24 Desember aparat dengan terpaksa
harus menembak kerumunan massa yang diduga anggota TPN/OPM.
Mereka terpaksa ditembak aparat, karena dianggap mengganggu
ketenteraman masyarakat dengan mengibarkan bendera Bintang Kejora
sambil mengeluarkan tembakan. Aparat pun merasa ditantang, sehingga
melakukan pengejaran dan diduga kuat sedikitnya ada 2 atau 4 orang
yang tertembak.
Kasus penembakan di Mulia dibantah oleh Komandan Korem
(Danrem) 173/Praja Vira Braja, Kolonel Inf. Herman Tedez. Ia
menjelaskan bahwa sekelompok orang diduga sebagai kelompok sipil
bersenjata mengibarkan Bintang Kejora, namun tidak lama kemudian
mereka menurunkan kembali, sehingga sangat tidak mungkin kalau TNI
melakukan pengejaran, apalagi menembak. Danrem mengatakan
penyerangan yang dilakukan bukan dari kelompok Goliat Tabuni, tetapi
dari kelompok luar yang datang mengacaukan keadaan di Mulia. Kepala
Penerangan Kodam (Kapendam) XVII/Trikora Letkol. Inf. Imam
Santosa belum bisa memastikan itu sebelum adanya identifikasi. Posisi
TNI hanya siap memback-up Polisi, jika dibutuhkan. Menurutnya, kondisi
sekarang ini ada pada situasi tertib sipil sehingga pihaknya lebih
menyerahkan kepada kepolisian. Ia menjelaskan bahwa peristiwa yang
dilakukan oleh gerombolan TPN/OPM ini adalah kelanjutan dari
peristiwa sebelumnya yang menewaskan anggota TNI sehingga
menurutnya dengan sengaja anggota TPN/OPM melakukan aksi untuk
mencari masalah dengan anggota TNI/Polri.
Direktur ELSHAM Papua Drs. Aloysius Renwarin mengatakan kondisi
di Puncak Jaya saat ini perlu mendapat perhatian dari semua pihak, terutama
pemerintah Provinsi Papua sehingga terhindar dari potensi pelanggaran HAM.
312
A.3 PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN
3 Oktober
Gubernur Papua, Barnabas Suebu SH, berkomitmen untuk
membersihkan tubuh Pemerintahan Provinsi Papua, khususnya
menyangkut penyelewengan uang negara. Untuk itu, Gubernur
menugaskan BPKP (Badan Pemeriksa Keuangan Pembangunan)
Papua untuk melakukan pemeriksaan di beberapa instansi. Hasil
sementara penyidikan itu menunjukkan adanya dugaan penyelewengan
dana Otsus sebesar Rp 640 miliar yang tidak diakomodir di dalam
RASK APBD 2006.
4 Oktober
Kepala Dinas Perindustrian dan Koperasi Manokwari, Stefanus Selang
melarang keras Minuman keras (Miras) dan minuman lokal (Milo) yang
beralkohol di Manokwari. Tanggal 30 November 2006 merupakan batas
akhir penjualan Miras dan Milo. Mulai 1 Desember 2006 Miras dan Milo
dilarang untuk beredar sesuai keputusan Bupati Manokwari No. 13 Tahun
2006.
10 Oktober
Direktur Eksekutif ICS Papua, Budi Setyanto, SH menilai Pemerintah
Provinsi (Pemprov) Papua tidak transparan mengenai dokumen Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Papua Tahun Anggaran
(TA) 2006 sebesar Rp 4,2 triliun. Untuk itu Direktur Eksekutif Institute
Civil Society (ICS) Budi Setyanto, SH berencana menggugat Pemprov Papua,
karena dokumen APBD adalah dokumen publik yang seharusnya
disosialisaikan kepada masyarakat.
Bupati Yahukimo Ones Pahabol, SE, MM melantik 42 kepala distrik. Ke 43 kepala distrik yang
akan dilantik tersebut sebagai berikut:
1. Kepala Distrik Mugi
22. Kepala Distrik Musaek
2. Kepala Distrik Tangma
23. Kepala Distrik Musama
3. Kepala Distrik Yogosem
24. Kepala Distrik Kayo
4. Kepala Distrik Werima
25. Kepala Distrik Soba
5. Kepala Distrik Uka
26. Kepala Distrik Ninia
313
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
Kepala Distrik Pasema
Kepala Distrik Obio
Kepala Distrik Silimo
Kepala Distrik Amungma
Kepala Distrik Dekai
Kepala Distrik Lolak
Kepala Distrik Kabianggama
Kepala Distrik Soloikma
Kepala Distrik Koropun
Kepala Distrik Sela
Kepala Distrik Olamdua
Kepala Distrik Womela
Kepala Distrik Lamda
Kepala Distrik Suntamon
Kepala Distrik Niksan
Kepala Distrik Lelambu
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
Kepala Distrik Sopaham
Kepala Distrik Pilipuk
Kepala Distrik Holuwon
Kepala Distrik Silimo
Kepala Distrik Kwimka
Kepala Distrik Uldama
Kepala Distrik Edomeh
Kepala Distrik Kosarek
Kepala Distrik Yahuliambut
Kepala Distrik Obalesi
Kepala Distrik Seriebini
Kepala Distrik Obahag
Kepala Distrik Walma
Kepala Distrik Panggema
Kepala Distrik Nalca
Kepala Distrik Samenage
Gubernur Papua Barnabas Suebu, SH ingin menyelesaikan masalah Suru-suru secara damai
dengan memanggil dan memberikan arahan kepada Bupati Kabupaten Yahukimo Ones Pahabol,
SE, MM dan Bupati Kabupaten Asmat Yuven Biakai serta DPRD kedua kabupaten agar mereka
dapat menyelesaikan persoalan tersebut dengan kepala dingin tanpa kekerasan apalagi konflik.
21 Oktober
Gubernur Barnabas Suebu, SH berharap, paling lama bulan Desember
Bupati Kabupaten Mappi yang definitif sudah bisa dilantik dan masyarakat
sudah memiliki pemerintahan yang definitif. Kepastian itu mucul menyusul
keluarnya keputusan MA.
30 Oktober
Demo Damai dilakukan oleh ratusan warga dan mahasiswa yang
tergabung dalam Solidaritas Papua Selatan di lapangan Pemda Merauke,
Jln. Brawijaya, Merauke. Mereka yang mendukung pasangan calon Bupati
Mappi, Feri Kamkopimu, berasal dari 4 kabupaten, yakni Kabupaten
Merauke, Mappi, Asmat, dan Boven Digul. Seluruh warga dan mahasiswa
yang tergabung dalam Solidaritas Papua Selatan itu mendukung penuh
Keputusan Pleno KPUD Kabupaten Mappi tertanggal 15 Juli 2005 dan
menolak tegas keputusan Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung
Republik Indonesia tanggal 11 Agustus 2005. Terdapat 8 poin termuat
dalam pernyataan sikap yang dibacakan oleh Katerina Yermogoin antara
lain mendukung hasil keputusan KPUD Kabupaten Mappi pada 15 Juli
314
2005 tentang penetapan Bupati dan Wakil Bupati Mappi periode 20052010; Orang yang menjadi Bupati Mappi adalah orang asli Mappi dari 6
distrik; Meminta peninjauan kembali hasil keputusan Pengadilan Tinggi
Jayapura tertanggal 11 Agustus 2005 dan keputusan Mahkamah Agung
Nomor 03/PK/Pilkada 2005 tang gal 26 Januari yang tidak
memperhatikan aspirasi masyarakat secara baik dan benar serta sangat
bertentangan dengan azas Luber Pemilu.
9 November
Audit Badan Pemeriksa Keuangan Daerah (BPKP) Papua memasuki
tahap akhir pemeriksaan keuangan daerah tahun 2006. “Sejak menjabat
sebagai Gubernur, saya telah meminta BPKP melakukan audit penggunaan
dana APBD tahun 2006. Audit ini penting untuk mengetahui perencanaan,
penggunaan, supervisi dan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan,”
kata Gubernur Provinsi Papua Barnabas Suebu.
10 November
Perjalanan Gubernur Provinsi Papua, Barnabas Suebu, ke luar negeri
mendapat tanggapan serius dari Dewan Adat Papua. Ketua Pemerintahan
Adat Papua (DAP) Forkorus Yaboisembut, SPd, mengatakan, “Kunjungan
ke luar negeri hanya memboroskan anggaran dan membuang-buang
waktu. Lebih baik Gubernur tinggal di Papua dan mengunjungi
masyarakat di kampung-kampung”.
Situasi politik di Puncak Jaya memanas menjelang pelaksanaan Pilkada
Kabupaten Puncak Jaya. Menyikapi hal ini DPRD Kabupaten Puncak
Jaya membentuk Panitia Khusus (Pansus) Pilkada sebagai pelaksana dan
menetapkan satu syarat khusus yakni calonnya harus putera daerah. Ketua
DPRD Kabupaten Puncak Jaya Timotius Murib mengatakan Pilkada
Puncak Jaya merupakan Pilkada pertama yang berdasarkan UU No. 21
Tahun 2001, pasal 20 ayat 1, huruf s. Meski belum ada Peraturan Daerah
Provinsi (Perdasi) dan Peraturan Daerah Khusus (Perdasus) yang mengatur
tentang putera asli dalam pencalonan Bupati dan Wakil Bupati, namun hal
ini sudah mendapat rekomendasi Majelis Rakyat Papua (MRP). Sementara
315
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
itu, salah satu pasangan bakal calon yang menolak kriteria yang ditetapkan
DPRD Kabupaten Puncak Jaya, Drs. Elly Renmaur dan Drs. Baharudin
Wakerkwa sangat menyesalkan sikap DPRD Puncak Jaya yang dinilai
melakukan intervensi terhadap KPUD Puncak Jaya.
Wakil Ketua KPK Bidang Pencegahan Komisi Pemberantasan Korupsi
Erry Ryana Hardjapamekas, menyatakan siap membantu Unit Kerja
Presiden untuk Pengelolaan Program Reformasi (UKP3R) dalam
mengatasi berbagai hambatan. Dikatakannya UKP3R lahir karena usul
KPK untuk mereformasi birokrasi sebagai bagian penting upaya
pencegahan korupsi.
12 November
Pilkada Kabupaten Paniai yang dimenangkan pasangan Naftali YogiDerek Pakage dinilai oleh pasangan yang kalah belum final. Karena itu
mereka menggugat putusan pleno KPU. Meskipun demikian Ketua
Himpunan Mahasiswa Paniai se-Indonesia, Laurensius Kadepa mengatakan
Pilkada langsung yang pertama kali dilakukan sudah berjalan dengan baik,
jadi diharapkan proses pelantikan Bupati berjalan sesuai rencana. Hal senada
juga diungkapkan oleh Forum Pemantau Independen dari kalangan
mahasiswa, Naftali Koroba dan Samuel T.Y. Yogi bahwa Pilkada sudah
berjalan dengan baik maka pelantikan harus berjalan sesuai rencana.
16 November
Menanggapi demo yang dilakukan oleh Gerakan Mahasiswa dan
Masyarakat Paniai (GEMMPUR) yang menuntut Gubernur Provinsi
Papua untuk melantik Bupati terpilih Naftali Yogi – Derek Pakage, Ketua
Dewan Adat Paniai, John Gobay mengatakan semua pihak harus bersabar
sebab Pilkada Paniai berada dalam sengketa. Apa pun yang diputuskan
pengadilan nantinya harus dihargai sebab mengikat dan bersifat tetap.
17 November
Lima komisi DPR Papua menilai kinerja eksekutif belum maksimal
bahkan minus. Hal ini dikemukakan saat menanggapi LKPJ Gubernur
316
Provinsi Papua Tahun Anggaran 2006/2007. Sementara itu, Wakil Gubernur
Papua Alex Hesegem, SE mengatakan bahwa apa yang dinilai oleh anggota
dewan adalah wajar karena waktu penetapan anggaran dan pelaksanaannya
hanya beda empat bulan sehingga pekerjaan fisik tidak terlaksana semuanya.
19 November
Gabungan Mahasiswa dan Masyarakat Paniai (GEMMPUR)
menyambut baik rencana persidangan sengketa Pilkada Kabupaten Paniai
di Pengadilan Tinggi (PT) Jayapura. Laurensius Kadepa, koordinator
GEMMPUR mengatakan pihaknya sudah memberikan suara pada 16
Oktober 2006 dan sudah diplenokan di KPUD pada 30 Oktober, dan
hasilnya sama dengan pleno KPUD yakni sah karena Pilkada sudah berjalan.
Sementara itu, Yance Yogi koordinator Pemantau Independen Pilkada
Kabupaten Paniai mengatakan gugatan yang dilakukan juga merupakan
hambatan bagi pembangunan. Karena itu, proses hukum boleh berjalan
tetapi pelantikan harus segera dilakukan.
20 November
Koalisi Pembaharuan Puncak Jaya (KPPJ) terdiri dari Partai Golkar,
PKB, PBB, PDS, PDK, PSI, PBSD, PKPI dan Partai Demokrat yang
mengusung pasangan Lukas Enembe, SIP-Drs. Henock Ibo menunda
pendaftaran calon Bupati karena kecelakaan pesawat Trigana Air
Service di Pegunungan Puncak Jaya. “Penundaan dilakukan sebagai
wujud penghormatan kepada para korban kecelakaan”, kata Lukas
Enembe, SIP.
23 November
Fraksi Partai Damai Sejahtera dan Fraksi Gabungan menolak
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Perubahan (APBD-P) 2006.
Fraksi Partai Damai Sejahtera melalui pelapor Y. Rumbairussy, S.Sos
mengatakan, pihaknya tidak menerima rencana Perdasi APBD
Perubahan 2006 untuk membiayai kegiatan senilai Rp 192.582.748.000
yang diusulkan oleh pihak eksekutif dan meminta dana tersebut
317
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
dimasukkan sebagai saldo awal APBD Provinsi Papua 2007. Sementara
pelapor Fraksi Gabungan Arnold Walilo, S.Pd mengatakan menolak
pengesahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Perubahan 2006, karena pihak eksekutif belum memberikan data
tentang penggunaan APBD Perubahan 2006 serta daftar evaluasi
kegiatan yang tidak bisa dilaksanakan pada tahun 2006 untuk dialihkan
pada Tahun Anggaran 2007.
28 November
Setelah gugatan 2 pasangan calon bupati (Cabup) dan calon wakil
bupati (Cawabup) Kabupaten Paniai (pemohon) terhadap Komisi
Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kabupaten Paniai menyangkut hasil
rekapitulasi penghitungan suara 31 Oktober lalu, Pengadilan Tinggi
Jayapura memutuskan KPUD sebagai termohon tidak terbukti bersalah.
Dengan demikian, rekapitulasi penghitungan suara yang dilakukan KPUD,
di mana pasangan Naftali Yogi/Derek Pakage sebagai peraih suara
terbanyak tetap dinyatakan sah.
30 November
Mantan Bupati Kabupaten Puncak Jaya Drs. Elieser Ranmaur gerah
dengan kebijakan KPUD dan DPRD, yang memberikan kesempatan atau
menunggu hasil verifikasi DPRD Puncak Jaya terhadap bakal calon Bupati
dan Wakil Bupati. Ia melihat hal ini untuk menghalangi dirinya yang hendak
maju sebagai salah satu kandidat dalam pilkada di daerah tersebut. Ia
akan menempuh jalur hukum terhadap kedua lembaga itu yang telah
menyalahi aturan. “Yang pasti bahwa upaya hukum sudah siap dan tinggal
kami ajukan dalam waktu dekat ini. Hal ini kami tempuh karena pihak
KPUD tidak menjalankan tugasnya sesuai dengan PP No. 6 Tahun 2006
dan UU No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah” kata Ketua
Tim Kuasa Hukum Elieser Renmaur, Pieter Ell. Pihaknya juga meminta
supaya KPUD Provinsi Papua mengambil sikap tegas terhadap keputusan
yang diambil oleh KPUD Kabupaten Puncak Jaya. Bahkan dilihat dari
pelanggarannya, menurutnya tepat kalau KPUD dibubarkan saja. Terkait
318
dengan itu, Pieter Ell juga meminta agar ada perhatian serius dari Gubernur
Provinsi Papua Barnabas Suebu. Pasalnya, kebijakan yang diambil KPUD
dan DPRD itu dikhawatirkan dapat menimbulkan konflik antara
masyarakat sendiri.
Bupati Paniai terpilih, Naftali Yogi, mengajak empat kadidat lain untuk
bersama-sama membangun Paniai setelah pada 28 November 2008,
Pengadilan Tinggi Papua memutuskan bahwa KPUD Paniai tidak bersalah.
Dengan demikian keputusan perhitungan suara tetap dimenangkan
pasangan Naftali Yogi dan Derek Pakage.
Kabag Pemerintahan Kabupaten Asmat menyayangkan ketidakhadiran
Kabag Pemerintahan Kabupaten Yahukimo dalam Rakor Penataan
Kawasan Perbatasan dan Identifikasi serta Verifikasi Data Geografis
Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Papua karena dalam rakor inilah
sengketa Suru-suru dibahas. Karena itu, pihaknya mendesak Kasubdin
Tata Pemerintahan Provinsi Papua, Arles Manik, agar Pemprov Papua
membuat konsep yang tegas mengenai keberadaan wilayah Suru-suru
sehingga tidak terjadi polemik bahkan menjadi konflik horizontal yang
berkelanjutan.
1 Desember
Hasil pemeriksaan (audit) Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) Provinsi
Papua yang terkesan lambat diumumkan. Hal ini mendapat tanggapan
dari Sekretaris Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Provinsi Papua
R. Ham Pagawak. Menurutnya, sudah saatnya BPK mengumumkan hasil
pemeriksaan yang dilakukan kepada publik melalui media massa, sebab
saat ini adalah era transparan. “Ada penilaian bahwa selama ini BPK terkesan
menutupi hasil auditnya terhadap sejumlah pejabat. Lebih baik menghukum
satu orang pejabat daripada mengorbankan banyak rakyat,” ujarnya.
4 Desember
Ketua Panitia Angket DPRD Kabupaten Yapen Waropen, Klemens
Waromi, mengungkapkan bahwa berdasarkan hasil audit tersebut,
ditemukan penyimpangan dana sebesar Rp 10 milyar oleh Bupati Yapen
319
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
Waropen, Soleman Daud Betawi. Temuan ini didasarkan pada setoran
ke rekening pribadi atas nama bupati sebesar Rp 9,2 miliar di rekening
Bank Mandiri dari jumlah setoran Rp 29 miliar dari Kas Daerah dan
Rp. 1,330 miliar di Rekening BRI Cabang Serui dari jumlah sebesar Rp
3,370 miliar dari bantuan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.
Temuan ini telah diserahkan kepada Gubernur Papua dan KPK untuk
ditindaklanjuti.
Di Gedung Negara, Jayapura, Gubernur Papua, Barnabas Suebu,
melantik dua penjabat bupati, yakni Robert Frans Kristantus sebagai
Penjabat Bupati Puncak Jaya dan Zubeir D. Hussein sebagai Penjabat
Bupati Paniai.
Pieter Ell, SH selaku kuasa hukum bakal calon bupati Puncak Jaya,
Elieser Renmaur, telah menyerahkan surat gugatan terhadap KPUD
Puncak Jaya kepada PTUN Jayapura. Dalam surat tersebut pihaknya masih
memberikan waktu tiga hari agar KPUD merevisi SK No. 01 sehingga
sesuai dengan PP No. 6/2005 dan UU No. 32/2004.
5 Desember
Forum Solidaritas Masyarakat Papua Jakarta dipimpin Ketuanya, Yan
Piet Sada, berunjuk rasa di depan kantor KPK di Jakarta dan meminta
agar KPK menyelidiki dugaan korupsi Dana Otsus, ABT, dan DAU Bupati
dan Wakil Bupati Paniai Periode 2001-2006. Pihaknya menduga dana
yang dikorupsi mencapai Rp 190 miliar.
8 Desember
Pasangan Enembe dan Ibo berkampanye di Kampung Kulume,
Distrik Mulia, Kabupaten Puncak Jaya. Dalam orasi di depan ribuan
massa, Enembe mengatakan sudah saatnya orang pegunungan tampil
menjadi pemimpin rakyat di daerahnya sendiri. Dalam orasinya Enembe
mengatakan bahwa antara pemimpin dan rakyat harus bersatu dan
membangun kebersamaan, menjalin persatuan dan kesatuan bangsa
sebagai awal dari tujuan yang diinginkan yakni mencapai hidup yang
sejahtera.
DAFTAR NAMA KANDIDAT CALON BUPATI DAN WAKIL BUPATI
320
KABUPATEN PUNCAK JAYA PERIODE 2007-2012
NO.
1.
2.
3.
4.
NAMA PASANGAN
Elvis Tabuni dan Pdt. Paul Tabuni
Yakob Yikwa dan Drs. Jason Muabuay
Lukas Enembe, SIP dan Drs. Henock Ibo
Elieser Renmaur dan Drs. Baharudin Wakerkwa
11 Desember
Giliran Pasangan Renmaur dan Wakerkwa yang mendaftar. Pasangan
balon bupati dan wakil bupati periode 2007-20012 diarak ribuan massa
pendukungnya dari Kantor DPC PDI Perjuangan Kabupaten Puncak
Jaya menuju Kantor KPUD yang jaraknya sekitar 1 km. Arak-arakan ini
mendapat pengawalan dari pihak kepolisian setempat yang dipimpin
langsung Kapolres Puncak Jaya AKBP Yakobus Marjuki. Berita acara ini
langsung ditandatangani oleh ketua DPC PDI Perjuangan Puncak Jaya,
Alus UK Murib. Kata Renmaur, “masyarakat jangan terprovokasi dengan
berbagai isu yang selama ini mau menggagalkan kami untuk tidak bisa
maju. Dengan pendaftaran ini ada tekad kami untuk membangun Puncak
Jaya. Kami juga melakukan pendaftaran ini untuk menjawab keraguan
masyarakat yang masih ragu kami maju, dan dukungan masyarakat
memang luar biasa sekali. Kami berani mencalonkan diri menjadi calon
bupati bukan karena ambisi, namun desakan dari komponen masyarakat
Puncak Jaya.”
14 Desember
Pasangan terpilih Bupati dan Wakil Bupati Mappi, Aminadap Yumame
dan Stevanus Kaisma resmi dilantik oleh Gubernur Papua Barnabas Suebu.
Pelantikan Bupati dan Wakil Bupati Mappi periode 2006-2011 berlangsung
dalam sidang Paripurna Istimewa DPRD di gedung DPRD Mappi Jalan
Irian. Pelantikan berlangsung sekitar pukul 13.00 WIT berjalan lancar dan
sukses. Pelantikan ini juga diwarnai demo antara pihak pro dan pihak
kontra. Gubernur mengatakan pelantikan Bupati harus dipandang sebagai
salah satu pilar dalam upaya besar pelayanan kepada rakyat supaya sampai
ke pelosok-pelosok kampung.
321
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
20 Desember
Ketua KPUD Propinsi Papua Ferry Kareth mengatakan pendaftaran
calon kandidat bupati dan wakil bupati Kabupaten Puncak Jaya yang
dilakukan KPUD Puncak Jaya dinilai positif dan sesuai prosedur.
Pendaftaran, katanya, dilakukan melalui KPUD setempat dan bukan melalui
Pansus DPRD Puncak Jaya yang tidak mengacu pada SK No. 01 tanggal
20 Oktober Tahun 2006 tentang jadwal dan tahapan Pilkada yang dibuatnya.
Pendaftaran melalui KPUD sesuai dengan UU No. 32 Tahun 2004 dan PP
No. 6 Tahun 2005. Ferry menghimbau seluruh komponen tetap berpegang
pada aturan yang berlaku sesuai dengan wewenang masing-masing baik
DPRD, Parpol, para Kandidat, KPUD, dan sebagainya.
22 Desember
Pelantikan Bupati dan wakil Bupati Kabupaten Jayapura, Habel Melkias
Suwae dan Zadrak Wamebu, berlangsung aman dan lancar. Ada isu bahwa
sekelompok masyarakat akan mencegat Barnabas Suebu di eks lapangan
sepak bola, agar Gubernur tidak melantik pasangan tersebut. Menurut
Kapolres Kabupaten Jayapura, AKBP Jacob Kalembang, seluruh
personilnya dipusatkan di daerah pelantikan yakni di Gunung Merah
dengan melakukan pengamanan terbuka dan tertutup. Sementara, personil
lainnya ditempatkan di luar lokasi.
23 Desember
Ketua Dewan pengurus Daerah Komite Nasional Pemuda Indonesia
(KNPI) Propinsi Papua M. Rifai Darus menilai, upaya pemberantasan
korupsi di Papua selama tahun 2006 belum maksimal sehingga untuk
tahun 2007 upaya pemberantasan korupsi harus lebih digalakkan lagi.
Sementara itu Sekretaris DPD KNPI Martinus. A. Werimon mengatakan,
masalah Otsus bukan uang, tetapi terkait kewenangan, sehingga daerah
bisa berbuat sesuatu untuk kesejahteraannya. Terkait dengan kewenangan
itu ada beberapa hal yang perlu segera diubah: perlu ada perubahan
kebijakan struktural dan perilaku birokrat.
322
27 Desember
Jumlah fraksi di DPRD Kota Jayapura bakal bertambah, hal itu
menyusul adanya kemauan dari sejumlah partai yang ingin membentuk
fraksi sendiri. Hal ini mengacu pada Peraturan Pemerintah (PP) No. 53
Tahun 2005 tentang Pedoman Tata Tertib (Tatib) Dewan. Dalam PP
tersebut ditegaskan dalam pasal 48 ayat 4 bahwa dewan yang
beranggotakan 20 hingga 35 orang diperbolehkan hanya memiliki tiga
komisi dan keanggotaan satu fraksi minimal sama atau lebih. Dengan
demikian, partai yang memiliki 3 kursi atau lebih memungkinkan untuk
membentuk fraksi tersendiri. “Kemauan teman-teman untuk fraksi baru
sudah dikemukakan dalam setiap pertemuan dan sudah ada yang secara
resmi memasukkan surat itu, agar tata tertib dewan diubah,” kata Ketua
Fraksi Pembaharuan DPRD Kota Jayapura. Dari 11 partai politik yang
ada di Kota Jayapura yang telah memasukkan surat secara resmi untuk
pembentukan fraksi sendiri adalah PKS dan PKPI, sedang partai lain
yang belum memasukkan yakni Partai Golkar (8 kursi), PDI Perjuangan
(3 kursi), PDS (3 kursi), Partai Demokrat (3 kursi), PPP (2 kursi), PKB (2
kursi), PNI Marhaenis (1 kursi), PNBK (1 kursi) dan PSI (1 kursi).
28 Desember
Direktur Eksekutif ICS Papua, Budi Setiyanto dan Koordinator Papua
Corruption Watch (PCW) M. Rifai Darus menilai di Papua banyak indikasi
koruptor kelas kakap, namun tak satu pun yang terungkap. Karena itu,
kehadiran KPK di Papua sangat dibutuhkan, sebab BPK, Bawasda dan
BPKP memiliki kewenangan yang terbatas. Budi mengatakan, untuk
menegakkan pemberantasan korupsi di Papua, peran BPKP, KPK dan
Bawasda sebagai auditor harus dimaksimalkan dan menjalankan tugasnya
dengan benar. Kemudian hasil audit itu harus ditindaklanjuti melalui proses
hukum. Artinya pihak Kepolisian, Hakim dan Jaksa harus menjalankan
fungsinya secara baik dan benar. Sementara itu, koordinator PCW M.
Rifai Darus mengatakan pihaknya akan mengumumkan hasil audit yang
dilakukan PCW tentang kasus korupsi di Papua tahun 2007, hasil-hasilnya
akan diserahkan ke KPK, Polda Papua, Kejaksaan dan Gubernur.
323
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
29 Desember
Lebih kurang dua tahun pasca Pemilu legislatif tahun 2004, keberadaan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Mimika periode
2004-2009, akhirnya diaktualisasikan (diaktifkan) melalui acara pengukuhan
atau peresmian oleh Pemerintah Provinsi Papua melalui Wakil Gubernur
Provinsi Papua, Alex Hesegem. Acara pelantikan berlangsung di ruang
sidang DPRD Kabupaten Mimika dihadiri 22 anggota DPRD Mimika.
Kegiatan ini dihadiri oleh PLTH Bupati Kabupaten Mimika, Drs. W.
Haurissa, Muspida plus Kabupaten Mimika, TNI-Polri, anggota KPU
Propinsi Papua, Pimpinan dan wakil Parpol, tokoh masyarakat, tokoh
pemuda dan tokoh perempuan.
A.4 PENANGANAN KONFLIK
12 Oktober
Dalam konflik yang terjadi di Kwamki Lama, Kabupaten Mimika,
Polda Papua telah menahan 5 orang yang diduga sebagai aktornya. Awalnya
pihak Polisi mendapat informasi bahwa beberapa hari sebelumnya para
aktor itu berada di Jayapura. Dari informasi itu akhirnya anggota Polisi
sekitar pukul 03.30 WIT menangkap penanggung jawab perang Timika
di Hotel Dafonsoro dan sebagian lagi di Hotel Mahkota. Awalnya
berjumlah 10 orang, namun setelah diperiksa hanya 5 orang saja yang
ditetapkan sebagai tersangka. Kelima orang itu dijerat dengan pasal 160
dan pasal 170, jo pasal 55 dan KUHP, karena mereka diduga kuat
melakukan penghasutan dan melakukan perlawanan antara satu dengan
yang lain.
13 Oktober
Terjadi amuk massa di Mulia, ibukota Kabupaten Puncak Jaya akibat
pembagian dana kompensasi Bahan Bakar Minyak (BBM) atau dana
Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang tidak merata. Banyak keluarga tidak
mendapat BLT. Akibatnya terjadi kecemburuan antar mereka dan berbuntut
pada amukan massa.
324
Amukan masa itu mulai sekitar pukul 10.30 WIT dan mengakibatkan 3 anggota polisi
terluka, yaitu:
1. AKP Slamet Haryono [luka di kaki kanan akibat lemparan batu]
2. Ipda Hans Fairaaf [luka di kaki kanan akibat lemparan batu]
3. Bripda Yusuf Toding [luka di kaki kiri akibat lemparan batu]).
Selain ketiga anggota Polisi di atas ada 5 warga mengalami luka yakni:
1. Mondip Tabuni [luka tembak]
2. Lele Telenggen [luka tembak]
3. Eterina Telenggen [luka tembak di kaki kanan]
4. Yondiron Wanimbo [luka tembak]
5. Mekiton Wenda [ terkena lemparan batu dari massa]
Sedangkan bangunan yang rusak adalah:
1. Kantor DPRD Puncak Jaya (hangus dibakar)
2. Kantor Bupati (dibakar, rusak berat)
3. Kantor Dinas P & P
4. Kantor DPU
5. Kantor Statistik (dibakar)
6. Mess Keuangan Pemda Puncak Jaya
7. Kantor Distrik Mulia (rusak berat)
8. Rumah Kadistrik Mulia (rusak berat)
9. Kantor Pos Mulia (rusak berat)
10. Puskesmas Mulia (rusak ringan)
11. Seluruh kios di sepanjang jalan di Pasar Inpres Mulia
12. Rumah Makan Parahyangan
13. Rumah Makan Mutiara
14. Rumah Makan Puja Salera
15. Perumahan Dinas Kesehatan (rumah dokter)
16. Perumahan DPRD sebanyak 17 unit
17. APMS ACP Mulia
18. APMS ACP Bustomi
19. SD Inpres Mulia
20. Perumahan di sepanjang Jalan Papua baik di sebelah kanan dan kiri
21. Kantor PDIP
22. Sekretariat Golkar
23. Rumah tingkat Yohanes Paliling
24. Konter HP (dirusak & dijarah)
25. Bengkel Adi
26. Kios Padang
27. Mobil Dinas PU (kaca hancur)
28. Rumah Kasubag Anggaran
29. Rumah Kasubag Pemerintahan
30. Rumah Kasubag Kepangkatan
31. Rumah dinas kepala BKD
Kerugian akibat amukan massa itu diperkirakan mencapai Rp 30 miliar.
325
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
Kerusuhan yang terjadi di Mulia, ditegaskan oleh Wakil Ketua MRP
Frans Alex Wospakrik, harus menjadi peristiwa yang terakhir di Papua.
“Cara-cara seperti ini tidak boleh terjadi lagi, harus ditinggalkan jauh-jauh
dan sama-sama menjaga Papua sebagai Tanah Damai,” tegasnya.
Dalam kerusuhan di Mulia, Kabupaten Puncak Jaya, dicurigai ada aktor
intelektual yang menggerakkan. Demikian ditegaskan oleh Wakapolda
Papua, Brigjen Pol. Drs. Max Donald Aer. Menurut saksi mata, kerusuhan
itu bermula dari massa dalam kondisi yang dipengaruhi oleh miras. Untuk
itu Kapolda, Max Donal Aer, mengingatkan Polres-polres yang memiliki
bandara seperti Jayapura (Sentani), Timika, Nabire, dan Wamena supaya
benar-benar mengawasi perdagangan dan distribusi miras.
15 Oktober
Seldius Wonda, SH, M.Si Koordinator Forum Komunikasi Cinta Damai
Pemuda Kabupaten Puncak Jaya, mengatakan, kerusuhan di Mulia, ibukota
Kabupaten Puncak Jaya sudah reda. Namun peristiwa itu bukan murni akibat
pembagian BLT yang tidak merata, tetapi karena ada kepentingan politik.
19 Oktober
Sekjen Asosiasi Mahasiswa Pegunungan Tengah Papua Indonesia
(AMPTPI), Hans Magal dan Tim Kemanusiaan Mimika, Diaz
Gwijangge, mendatangi Kantor ELSHAM Papua untuk memprotes
penahanan tokoh yang diduga aktor perang saudara di Kwamki Lama,
Timika oleh Polda Papua. Hans Magal mengatakan tindakan Polda
Papua ini adalah suatu hal keliru. Para aktor pemicu konflik di Kwamki
Lama Timika ini dipanggil ke Jayapura untuk bayar kepala. Setelah
damai justru ditangkap secara diam-diam, padahal kedua belah pihak
sudah menyatakan kesepakatan damai. Menurut Diaz Gwijangge, para
aktor yang diduga menjadi pemicu konflik dan ditahan di Polda Papua
adalah; Elminus Mom, Alpius Kogoya, Negro Wanimbo, David
Wandikbo, dan Aser Murip. Sekjen AMPTPI, Hans Magal, mengatakan
penyelesaian tumpang tindih yang kemudian diproses di polisi dan
pengadilan tanpa memenuhi keadilan dan rasa damai dalam proses
326
penyelesaian konflik adat justru dikhawatirkan akan memicu konflik
horisontal dan vertikal di Timika.
21 Oktober
Penahanan 5 orang penanggung jawab perang (waimum) di Kwamki
Lama, Timika di Rutan Polda Papua, lima orang yang ditahan adalah Negro
Wanimbo (kelompok atas), YK dan Aser Murip (kelompok bawah), serta
Elminus Mom dan David Wandikbo (dari kelompok tengah), membuat
beberapa tokoh yang mewakili masyarakat Kwamki Lama (Biel Tinal) dan
masyarakat Timika, menemui Direktur Reskrim Polda Papua, Kombes
Pol. Drs. Paulus Waterpauw. Mereka meminta supaya 5 orang yang ditahan
itu ditangguhkan penahanannya agar pertikaian yang terjadi di Kwamki
Lama dapat terselesaikan. Penyelesaian secara adat harus berjalan supaya
dendam antarwarga dapat diselesaikan dan proses hukum positif harus
berjalan sama-sama dengan perdamaian secara adat.
29 Oktober
Kelima penanggung jawab perang saudara (waimum) di Kwamki Lama,
Kabupaten Mimika, sudah diterbangkan ke Timika dan langsung ditahan
di Rutan (Rumah Tahanan) Polres Mimika. Menurut Kapolres Mimika,
AKBP Tjantje Jimmy Tuilan, SE melalui Kasat Reskrim AKP Harley Silalahi,
SH menjelaskan bahwa Polres Mimika akan terus melakukan penyidikan
tambahan terhadap kelima tersangka tersebut.
30 Oktober
Polisi telah menetapkan lima tersangka kasus kerusuhan Mulia. Dua
orang telah ditahan sedangkan tiga orang lainnya masih dalam pengejaran.
Akibat dari tindakan para tersangka ini, mereka dikenakan tuduhan pasal
170 KUHP jo pasal 55 KUHP karena bersama-sama melakukan perusakan
dan bahkan pembakaran, ungkap Kapolda Papua Irjen Pol. Drs. Tommy
Trider Jacobus. Menurut fakta yang diperoleh orang-orang yang berhak
mendapat BLT itu ada sekitar 34 ribu warga, tetapi nyatanya yang menerima
BLT hanya sekitar 22 ribu warga.
327
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
10 November
Direskrim Kepolisian Daerah Papua (Polda) Kombes Paulus Waterpauw
mengatakan akan memeriksa empat anggota DPRD Kabupaten Puncak
Jaya terkait kasus kerusuhan di Mulia, Puncak Jaya. Namun hal ini masih
menunggu surat izin dari Gubernur Provinsi Papua.
12 November
Provinsi Papua, secara khusus Kota Jayapura yang memiliki keragaman
budaya, suku dan agama, kini hidup dalam suasana rukun dan penuh toleransi.
Kerukunan dan toleransi yang diciptakan oleh umat beragama perlu
dipertahankan demi menciptakan Kota Jayapura yang Beriman dan menjadi
contoh bagi daerah lain di Papua. Hal ini diungkapkan oleh Ketua Badan
Koordinasi Kerukunan Umat Beragama (BKKUA) Kota Jayapura, Pdt.
Karel Maniani, S.Th
A.5 Aspirasi ‘M’(erdeka)
10 Oktober
“Masalah kematian seseorang adalah masalah kemanusiaan. Hendaknya
jangan diputarbalikkan menjadi masalah politik”. Demikian komentar
Kapolda Papua Irjen Pol. Drs. Tommy Trider Jacobus tentang adanya
informasi bahwa Dr. Willem Zonggonao yang meninggal di Australia
dan rencananya akan dibawa ke Papua dan dimakamkan di dekat Makam
Theys H. Eluay di Sentani.
Andy Ayamiseba, juru bicara OPM di tingkat internasional yang
bermarkas di Port Vila, Ibukota Vanuatu, menyatakan bahwa pihaknya
mungkin akan hadir dalam pertemuan Forum Pemimpin Negara Pasifik
dan mengajak Dr. John Ondowame, rekan kerjanya, sebagai anggota
delegasi resmi.
11 Oktober
Menyikapi rencana penguburan Dr. Willem Zonggonao, anggota PDP
yang meninggal di Australia, di dekat makam almarhum Theys Hiyo Eluay
328
di Sentani, Kapolda Papua Irjen Pol. Drs. Tommy Trider Jacobus
mengatakan perlu dilihat secara proporsional. Hal ini menyangkut masalah
kewarganegaraan karena Dr. Willem Zonggonao telah keluar dari Papua
dan tinggal di PNG sejak 1969 dan sudah menjadi warga negara PNG.
Jenazah Dr. Willem Zonggonao kalau disemayamkan di Papua berarti
harus atas persetujuan keluarga korban dan harus diurus melalui KBRI
(Kedutaan Besar Republik Indonesia) di PNG karena masalah ini sudah
menjadi masalah antar dua negara (RI & PNG).
12 Oktober
Boy Eluay anak dari almarhum Theys Eluay menyatakan keberatannya
atas rencana penguburan Dr. Willem Zonggonao di Papua di samping
makam Theys Eluay. Tentang hal itu Boy mengatakan, perlu ada koordinasi
terlebih dulu karena Dr. Willem Zonggonao bukan lagi warga negara
Indonesia. Boy juga menyarankan sebaiknya Presidium Dewan Papua
atau Dewan Adat melakukan koordinasi untuk menyikapi hal ini supaya
tidak ada polemik di tengah masyarakat. Boy setuju kalau sejak awal tokohtokoh Papua ini disepakati untuk dimakamkan dekat kuburan Theys, tetapi
seperti almarhum Yusuf Tanawani telah dimakamkan di Serui.
13 Oktober
Meninggalnya Dr. Willem Zonggonao di Sydney (Australia), turut
mengundang perhatian anggota Fraksi Gabungan DPRP Ir. Weynand
Watory. Weynand menghimbau agar meninggalnya Dr. Willem
Zonggonao itu jangan dipolitisir dan dipolemikkan karena UU No. 21
tahun 2001 tentang Otonomi Khusus (Otsus) bagi Provinsi Papua telah
menjamin makna kemerdekaan itu sehingga kasus kematian salah satu
tokoh Papua ini jangan dipolemikan terus-menerus. Almarhum Dr. Willem
Zonggonao dikenal selalu mengkampanyekan HAM, ahli sejarah, dan
aktivis kemerdekaan Papua, juga adalah seorang demokrat.
16 Oktober
Polisi Fiji telah menginterogasi Pemimpin Partai Nasional Tako Lavo
329
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
dan terpidana kasus makar, Iliesa Duvuloco, sehubungan dengan aksi
demo yang mendukung aspirasi kemerdekaan Papua. Duvuloco berdemo
saat diadakan Festival Budaya Melanesia di Suva dan menyerukan
dukungan kemerdekaan bagi Papua kepada para pengunjung festival.
10 November
Sekretaris Pemerintahan Adat, Sayid Fadhal Alhamid, mengumumkan
bahwa DAP akan menganugerahkan penghargaan kepada Mantan
Presiden Abdurrahman Wahid atas jasanya kepada orang Papua, khususnya
saat menjabat presiden 1999-2001 dengan dukungan Rp 2 miliar kepada
Konggres Papua II tahun 2000. Penghargaan akan diberikan 14 November
2006.
Pemahaman Dewan Adat Paniai yang mengatakan Dewan Adat Papua
menutup mata terhadap kematian Wim Zonggonao mendapat perhatian
dari Ketua Pemerintahan Dewan Adat Papua, Forkorus Yaboisembut,
SPd, yang mengatakan pihaknya tidak menutup mata terhadap
kematian Wim Zonggonao. Hanya saja semuanya dilakukan sesuai
dengan aturan dan pesan dari Wim terhadap keluarganya sewaktu
dirinya masih hidup.
18 November
Ketua Pemerintahan Adat Papua Fokorus Yaboisembut, SPd dipanggil
pihak penyidik Polres Jayapura untuk dimintai keterangan terkait kematian
Markus Kalem yang peti jenasahnya dibungkus dengan Bendera Bintang
Kejora pada upacara pemakaman di Kampung Yobe. “Saya dipanggil
sebagai saksi dan saya tidak setuju jika dijadikan tersangka, saya dinilai
telah menodai Bendera RI, karena adanya Bendera Bintang Kejora di atas
peti, dan saya minta kejadian seperti ini perlu ada ruang dialog,” kata
Fokorus.
27 November
Pangdam XII/Trikora, Mayjen TNI Zamroni, SE mengharapkan
agar pada momen 1 Desember tidak boleh ada pengibaran Bintang
330
Kejora di seluruh wilayah hukum Republik Indonesia, termasuk di
Provinsi Papua. Kata Pangdam, pengibaran bendera Bintang Kejora
tersebut adalah tindakan melanggar hukum. Hal itu ditegaskannya usai
menghadiri upacara sertijab tiga pejabat di lingkungan Kodam XVII/
Trikora yang berlangsung di Makodam XVII/Trikora. “Kalau
memang ada rencana dari pihak-pihak tertentu yang akan mengibarkan
bendera, saya harapkan jangan dilakukan. Sebab hal tersebut melawan
hukum,” tegasnya. Ditambahkan, bahwa perbuatan yang melanggar
hukum akan ditindak tegas, sehingga dirinya mengharapkan kepada
masyarakat di seluruh Provinsi Papua, agar bisa berpikir yang positif
dan tidak terhanyut dalam provokasi yang sengaja dilakukan pihakpihak tertentu, untuk mengacaukan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). “Saya juga menilai masyarakat di Papua sudah
dewasa dan bisa berpikir yang kritis, sehingga sudah bisa menilai apa
yang baik, bagi mereka,” kata Pangdam.
29 November
Dalam konferensi pers di Asrama Nabire, Waena, Wakil Ketua Front
PEPERA Kota Numbay, Gunawan Inggeruhi menegaskan bahwa [1]
tanggal 1 Desember merupakan hari Kemerdekaan Bangsa Papua Barat
yang tidak dapat diganggu gugat, [2] mendesak dunia internasional untuk
mengakui tanpa syarat bahwa Bangsa Papua Barat sudah merdeka sejak
1 Desember 1961, [3] mendesak pemerintah Indonesia, Belanda, Amerika
Serikat serta PBB untuk bertanggung jawab atas proses aneksasi dan
manipulasi Pepera 1969, [4] menolak secara tegas produk hukum apapun
yang mau mengatur Bendera Bintang Kejora, Lagu Hai Tanahku Papua
sebagai lambang kultural.
30 November
Sehubungan dengan kegiatan 1 Desember yang akan digelar di
pendopo rumah almarhum Theys Hiyo Eluay di Sentani, Polres Jayapura
melakukan gelar pasukan. Gelar Pasukan yang dipimpin Kapolres AKBP
Jacob Kalembang BA, diikuti sekitar 500 anggota pasukan gabungan,
331
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
baik dari Polri, TNI-AD maupun TNI AU. Kapolres menegaskan terkait
dengan 1 Desember, kewaspadaan anggota perlu lebih ditingkatkan.
Demikian sistem pengamanan daerah juga lebih diintensifkan dengan
melakukan patroli rutin mengelilingi Sentani dan sekitarnya dan lebih
mengedepankan cara-cara persuasif.
Kapolres Jayawijaya AKBP Drs. Yan F. Kaiway meminta agar warga
tetap tenang dan melakukan aktivitas sebagaimana hari-hari biasanya dan
jangan terpengaruh melakukan hal-hal yang sifatnya melanggar hukum.
Penegasan itu berkaitan dengan perayaan 1 Desember. “Konsekuensinya
sudah jelas. Bagi mereka yang melanggar hukum harus berhadapan dengan
aparat dan akan diambil tindakan tegas,” kata Kapolres Kaiway.
Boy Eluay, anak tertua almarhum Theys H. Eluay, menegaskan bahwa
tidak ada kegiatan pengibaran Bendera Bintang Kejora pada perayaan 1
Desember dan hanya ada ibadah di pendopo rumahnya.
Polres Jayapura dipimpin oleh Wakapolres, Kompol John F. Uriager,
menangkap anggota Komnas HAM Papua, Abhina Wasanggai, yang
membawa kue tart berhiaskan bintang kejora berukuran 30 x 60 cm di
dalam mobilnya saat dilakukan sweeping sekitar pukul 22.00 di depan
Mapolres Jayapura. Setelah dimintai keterangan, Ibu Abhina, mengaku
bahwa dia hanya mengantarkan pesanan tanpa tahu isi bungkusan. Ibu
Abhina tidak ditahan sedangkan kue tersebut disita polisi.
1 Desember
Acara perayaan 1 Desember dalam bentuk ibadah diadakan di
pendopo Theys yang dilanjutkan dengan ziarah bersama ke makam
almarhum Theys Hiyo Eluay yang hanya berjarak sekitar 200 meter dari
tempat kegiatan. Perayaan tersebut antara lain dihadiri oleh beberapa tokoh
adat Papua seperti ketua pemerintahan adat Forkorus Yoboisembut, Spd,
Sekjen PDP Thaha Al Hamid dan Sekretaris Umum Dewan Adat Papua
Leonard Imbiri serta sejumlah tokoh adat lainnya. Ibadah tersebut
dipimpin oleh Pdt. Willem Rumbiak dan berjalan hikmat dan lancar. Ibadah
dihadiri sekitar 400 orang.
Bendera Bintang Kejora berkibar di tiga kota: Jayapura, Timika, dan
332
Manokwari. Kapolresta Jayapura, AKBP Roberth Djoenso, menjelaskan
bahwa di Jayapura, bendera tersebut berkibar di samping Kantor Samsat
(Kali Acai, Abepura), belakang Kantor Otonom Kotaraja, dan belakang
CV Menara Jaya, Tasangkapura. Di Timika bendera berkibar di Kampung
Banti. Tidak ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atau
diidentifikasi oleh Polisi sebagai pengibarnya.
3 Desember
Ketua Komnas HAM Papua, Alberth Rumbekwan, menegaskan,
Komnas HAM Papua tidak pernah memesan kue tart berhias bintang
kejora. “Kue tart tidak ada kaitan dengan Komnas HAM Papua sebab
kami tidak pernah memerintahkan untuk membuat kue tersebut. Itu adalah
masalah individu pelaku,” tegasnya.
4 Desember
Bupati Keerom, Celsius Watae, menghimbau pers agar tidak
menyebarkan informasi yang provokatif yang hanya merugikan
masyarakat. Himbauan tersebut dilontarkan sehubungan dengan berbagai
pemberitaan media massa yang dinilai mengeksploitasi pengibaran Bendera
Bintang Kejora pada 1 Desember 2006 oleh sekelompok orang di Papua
Niugini.
A.6 PEMEKARAN VS OTSUS
2 Oktober
Revisi UU No 21/2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua
(Otsus) harus datang dari masyarakat Papua. Tidak ada satu pun lembaga
dalam negara ini, termasuk pemerintah pusat melakukan revisi dan sampai
saat ini, belum ada usulan dari masyarakat Papua kepada Majelis Rakyat
Papua (MRP) untuk merevisi UU Otsus. “Revisi itu bukan kewenangan
siapa-siapa, tetapi kewenangan masyarakat Papua,” kata Ketua MRP Agus
Alue Alua.
333
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
3 Oktober
Dalam diskusi tentang penguatan penyelenggaraan pemerintahan
daerah di provinsi Papua yang diselenggarakan di Jayapura Wakil Ketua
MRP yang juga mantan Rektor Universitas Cenderawasih Jayapura, Frans
A. Wospakrik mengatakan, tiga komponen penyelenggaraan otonomi
khusus (Otsus) Papua, yakni Pemerintah Daerah Papua, Dewan Perwakilan
Rakyat Papua (DPRP), dan Majelis Rakyat Papua (MRP) saling
menyalahkan dalam penyusunan peraturan daerah khusus (perdasus) dan
peraturan daerah provinisi (perdasi) sebagai aturan turunan dari UU No.
21/2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua.
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi
Khusus Papua tidak sesuai lagi dengan perkembangan kebutuhan.
Karena itu, hendaknya UU itu dievaluasi untuk kemudian direvisi.
“UU Otsus menyatakan bahwa revisi UU harus diusulkan oleh
masyarakat Papua. Jadi oke saja kalau mau dievaluasi dulu, lalu
disepakati apa yang akan direvisi. Kalau pun direvisi, paling tidak
harus sama dengan UU Pemerintahan Aceh,” ungkap Anggota Pokja
Papua Frans Maniagasi dan Ketua Majelis Rakyat Papua (MRP) Agus
Alue Alua di Jayapura.
7 Oktober
Bupati Kabupaten Fakfak, Drs. Wahidin Puarada, M.Si mengatakan
pada kesempatan Otsus ini pemeritahan kabupaten Fakfak
memprioritaskan pembangunan rumah bagi semua warga, yang
ditargetkan tahun 2008 semua warga sudah mempunyai rumah. Sumber
dana dari alokasi dana Otsus dan Dana Alokasi Umum (DAU) Rp 4
miliar untuk pengadaan bahan-bahan bangunan.
9 Oktober
Menkopolkam, Widodo AS, menyatakan, pemerintah akan berusaha
mempercepat pembangungan di Papua dengan memfokuskan perhatian
pada pendidikan, kesehatan, infrastruktur, ketahanan pangan, dan
peningkatan SDM. “Dasar pemikirannya adalah bagaimana Otsus dapat
334
dijalankan dan memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi rakyat melalui
lima perhatian tadi, “ kata Menkopolkam.
12 Oktober
Bertepatan dengan peringatan HUT Provinsi Irian Jaya Barat (IJB)
ke-7,Gubernur AO Atururi menyerahkan surat keterangan (SK) pensiun
kepada 6 orang pegawai negeri sipil (PNS) di lingkungan Provinsi IJB.
Salah satu dari ke-6 orang tersebut adalah Drs. Rahimin Katjong yang
kini menjabat Wakil Gubernur Provinsi IJB. Selain itu juga diserahkan SK
kenaikan pangkat kepada 3 PNS. Gubernur menyampaikan ucapan terima
kasih kepada PNS yang sudah menyelesaikan pengabdiannya. Menurut
dia, seorang PNS adalah abdi negara dan abdi masyarakat yang ditugaskan
negara untuk memberikan pelayanan. ‘’Saya mau ajak semua pegawai
untuk bekerja melayani masyarakat dengan baik. Berikan sesuatu yang
berharga,’’ tandasnya.
Meskipun Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bakal menolak usulan
pembentukan Majelis Rakyat Papua di Tanah Papua, Barindo Irian Jaya
Barat tetap akan mengusulkan agar Undang-undang Nomor 21 tahun
2001 tentang Otonomi Khusus Provinsi Papua direvisi kembali. “Barisan
Indonesia tetap akan mengusulkan agar UU Otsus Provinsi Papua direvisi
kembali, sehingga dapat mengakomodir semua kepentingan masyarakat
asli Papua di Tanah Papua tanpa terkecuali,” ujar Edison Parairaway, SH,
Ketua DPD Barindo Provinsi Irian Jaya Barat.
13 Oktober
Dalam era Otonomi Khusus (Otsus) ini, Pemerintah Provinsi Papua
mempunyai rencana program pembangunan daerah dimulai dari
kampung-kampung. Program ini disambut baik oleh pihak legislatif
(DPRP). Direncanakan program ini akan difokuskan pada perbaikan
kesejahteraan rakyat melalui berbagai sektor. Sektor-sektor yang dimaksud
adalah perbaikan makanan, gizi rakyat, peningkatan mutu pelayanan
kesehatan, perbaikan mutu pendidikan dasar, pengembangan ekonomi
rakyat, dan penyediaan infrastruktur. Program tersebut akan dilaksanakan
335
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
pada tahun depan (2007). Program pemerintah daerah ini didukung oleh
Ketua DPR Papua, Drs. John Ibo, MM. Ia menegaskan bahwa kebijakan
pemerintah daerah ini bisa terwujud jika didukung dengan alokasi anggaran
untuk kepentingan rakyat yang lebih besar ketimbang alokasi dana untuk
belanja aparatur.
19 Oktober
Ketua MRP, Agus Alue Alua, mengatakan dalam waktu dekat ini para
anggota MRP akan melakukan studi banding ke Selandia Baru. Tujuannya
adalah mempelajari bagaimana kebijakan pemerintah terhadap suku pemilik
hak ulayat di sana yaitu Suku Maori. Karena perkembangan zaman dan
modernisasi akhirnya suku ini menjadi minoritas. Namun kebijakan negara
dibuat sehingga ada perlindungan dan perhatian secara khusus kepada
mereka. Keberhasilan yang dibuat oleh New Zealand ini yang akan
dipelajari oleh para anggota MRP untuk menyusun Perdasus
kependudukan, sehingga hak-hak dasar rakyat Papua (orang asli Papua)
dapat diatur dengan baik pada masa-masa yang akan datang.
30 Oktober
Sekretaris Daerah Kabupaten Mimika, Drs. Wilhelmus Haurissa
menyerahkan dana bantuan Otonomi Khusus (Otsus) secara simbolis
kepada Kepala Kampung, Kelurahan, dan Badan Musyawarah Kampung
(Bamuskam) di 12 Distrik se-Kabupaten Mimika. Dana tersebut
merupakan dana Otonomi Khusus (Otsus) yang disalurkan oleh
Pemerintah Kabupaten Mimika untuk pembangunan kampung. Dana itu
sebesar Rp 4,1 miliar dengan perincian, masing-masing distrik menerima
Rp 25 Juta.
31 Oktober
Pengamat Politik Papua yang juga Pokja Papua di Jakarta, Frans
Maniagasi mengkritik kinerja MRP yang sudah genap satu tahun, belum
optimal melaksanakan fungsinya. Kinerja MRP belum memahami
semangat, makna, dan cita-cita dari undang-undang Otonomi Khusus
(Otsus). Majelis Rakyat Papua (MRP) dinilai belum berpihak secara jelas
336
pada hak-hak dasar orang asli Papua. Hal ini dapat dibuktikan karena
belum ada suatu Peraturan Daerah Khusus (Perdasus) yang dibuat MRP.
Menurut Majelis Rakyat Papua (MRP) sendiri mereka (MRP) sudah
membuat dan mengajukan 6 draft Perdasus ke Gubernur (pemerintah)
namun sampai saat ini belum satu pun draft itu ditindak lanjuti.
13 November
Rencana penetapan Raperdasus Penggunaan Dana Otsus Papua perlu
dikaji ulang karena belum memuat tata cara pengajuan hingga
penetapannya. Salah seorang anggota DPR Papua Ir. Weynand Watori
mengatakan “Harusnya ada Perdasi atau tata cara pengajuan dengan
penetapannya. Kalau tidak kita tidak mengerti bagaimana pengajuan dan
alurnya supaya sampai pada penetapannya”.
14 November
Otonomi Khusus di Provinsi Papua sudah berjalan lima tahun. Untuk
memantapkan pelaksanaan Otsus berbagai reformasi birokrasi dilakukan
oleh Gubernur Papua. Ketua Democratic Center Uncen yang juga salah
seorang perancang UU Otsus Papua Drs. M Musaad, M.Si mengatakan,
upaya ini harus sejalan dengan perangkat hukum yang ada dalam UU No. 21
tentang Otsus Papua yaitu melalui Perdasi dan Perdasus. Selain itu, program
pembangunan bisa berjalan efektif jika ada perangkat hukum yang jelas yakni
Perdasi dan Perdasus, sehingga tidak mengikuti kemauan masing-masing.
16 November
Dalam waktu 2 hari DPRD Provinsi Irian Jaya Barat berhasil melakukan
pembahasan terhadap perhitungan APBD 2005 dan perubahan
perhitungan APBD 2006 serta menetapkan dua raperda sebagai Perda
tentang perhitungan APBD 2005 dan perda perubahan 2006. Sidang
Paripurna ke-3 masa persidangan ke-2 DPRD IJB ditutup, setelah
sebelumnya dilakukan dengar pendapat akhir fraksi. Fraksi rakyat berdaulat
yang pendapat akhirnya dibacakan salah satu anggotanya Suyanto
memaklumi nilai surplus APBD 2005 yang begitu besar Rp 97,35 miliar.
337
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
20 November
Wakil Ketua DPR Papua Komarudin Watubun, SH mengatakan,
walaupun Provinsi Irian Jaya Barat sudah resmi menjadi Provinsi dan
memiliki Gubernur, tetapi wilayah Kota dan Kabupaten tetap mendapat
dana Otsus, hal ini sesui UU Otsus Papua, di mana Kabupaten dan Kota
yang masuk wilayah Irian Jaya (sebelum IJB) tetap mendapat dana.
22 November
Ketua MRP Dr. Agus Alue Alua mengatakan faktor mendasar
diberlakukannya UU No. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus di
Provinsi Papua karena perbedaan kultur orang Papua yang mesti dilindungi
dan dilestarikan oleh masyarakat dan pemerintah dalam konteks Negara
Kesatuan Republik Indonesia. “Pengalaman masa lalu etnis tertentu
memandang etnisnya yang terbaik dan memaksakannya kepada etnis lain.
Akibatnya berdampak buruk bagi identitas etnis lain,” kata Agus A. Alua
di hadapan peserta Konggres PMKRI XXV di LPMP Kotaraja.
23 November
Ketua MRP Dr. Agus Alue Alua mengatakan status hukum Irian Jaya
Barat harus diselesaikan, karena itu perlu ada pertemuan antara Pemerintah
Provinsi Papua dan Pemerintah Irian Jaya Barat untuk mengambil langkah
yang jelas mengenai status hukum Irian Jaya Barat, sebelum penetapan
Tahun Anggaran (TA) 2007. Ia menambahkan kalau status hukum belum
jelas penyaluran dana Otsus untuk IJB akan sulit karena terkait kontrol
dan pertanggungjawaban.
1 Desember
Di Pendopo almarhum They H. Eluay, Ketua Pemerintahan Adat,
Forkorus Yaboisembut, menyetujui raperdasi Bendera dan Lambang
daerah untuk disahkan. “Draf perdasi dan perdasusnya masih dibuat dan
menunggu disahkan saja. Sebab, hal itu termuat dalam salah satu pasal di
UU No. 21/2001. Maka dari itu, pada perayaan 1 Desember kali ini
tidak perlu melakukan pengibaran bendera sebab perihal pengibaran masih
338
dalam pertentangan. Bendera kultural adalah hak masyarakat Papua. Saya
sendiri setuju untuk disahkan Bintang Kejora itu”.
Sekjen PDP, Thaha Alhamid, mendesak pemerintah supaya membasmi
para koruptor agar Otsus bisa berjalan. “Warga kampung mana yang
sudah pernah merasakan Otsus? Jika saja Otsus tidak berjalan di Tanah
Papua ini, yang patut dipersalahkan adalah pemerintah sebab pemerintah
yang jelas-jelas menjalankan seluruh dana Otsus. Untuk menjalankan dana
Otsus dengan baik hingga turun ke kampung-kampung terlebih dahulu
harus dilakukan pemangkasan terhadap pejabat kotor,” tegas Thaha.
3 Desember
Lima kampung di Wasior, yakni Sanderawoi, Uremi, Tandia, Sasirei,
dan Webi, menerima pembagian dana Otsus Pemberdayaan Kampung
tahap II masing-masing sebesar Rp 20 juta. Dana tersebut diserahkan
oleh Bupati Teluk Wondama, Alberth Torey, dan digunakan untuk
pelaksanaan program pendidikan, kesehatan, pengembangan ekonomi
kerakyatan. Dana Tahap I sudah diserahkan pada pertengahan tahun ini.
5 Desember
Usai bertemu dengan Asisten I Tatapraja Sekretaris Provinsi NAD, Yusuf
Sulaiman, Ketua MRP, Agus Alue Alua, memberikan komentar bahwa
UUPA lebih maju daripada UU No. 18/2001 tentang Otonomi Khusus
bagi Aceh. “Kami juga berkeinginan, kemajuan yang dicapai di Aceh itu
akan menjadi contoh untuk kami bawa ke Papua”. Sebanyak 36 orang
anggota MRP mengadakan studi banding ke Aceh untuk memperoleh
masukan terkait dengan implementasi UU Pemerintahan Aceh.
Berkaitan dengan rencana pemekaran 4 kabupaten baru di Jayawijaya
(Nduga, Yalimo, Lani Jaya, dan Mamberamo Tengah), salah satu anggota
DPRD Jayawijaya, Yarius Gwijangge, menjelaskan bahwa surat usulan
pemekaran yang sudah dimajukan sejak 2004 akan segera keluar. “Surat
usulan itu sudah masuk ke meja Presiden pada tanggal 19 November lalu
sehingga kalau tidak ada halangan dalam empat bulan ke depan surat
usulan itu sudah keluar,” jelasnya.
339
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
12 Desember
Banyak wacana tentang pemekaran Irian Jaya Tengah (IJT) menjadi
perhatian dari Forum Peduli Pemerintahan, Pembangunan dan Rakyat
Papua. Melalui ketuanya Melky Dogopia, mereka berharap pemekaran
IJT ditunda dulu. Pihak-pihak yang menginginkan pemekaran hendaknya
dapat menahan keinginannya, sebab pada umumnya tidak seratus persen
merupakan keinginan rakyat.
13 Desember
Wakil Ketua Komisi A (bidang Politik) DPRP Ramses Walli
mengharapkan MRP bersikap lebih proaktif dalam memperjuangkan hakhak masyarakat Papua dengan melihat latar belakang terbentuknya MRP.
Jika tugas MRP untuk memproteksi hak-hak dasar Papua sebagaimana
amanat UU No. 21 Tahun 2001, maka hendaknya MRP lebih proaktif.
B. HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL, DAN BUDAYA
B.1 HAK ATAS PENDIDIKAN
5 Oktober
Kepala Kantor Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Jayapura, Dra.
Maria Bano mengatakan bahwa minat kaum perempuan masih rendah
untuk menempatkan diri di bidang politik maupun duduk sebagai anggota
legislatif. Untuk itu, dalam waktu dekat ini Kantor Dinas Pemberdayaan
Perempuan Kabupaten Jayapura mempunyai rencana untuk mengadakan
latihan menjadi pemimpin bagi kaum perempuan supaya bisa duduk di
lembaga legislatif.
6 Oktober
Kepala Dinas Pendidikan dan Pengajaran Provinsi Papua, Drs. James
Modouw, MM mengatakan, ke depan dana BOS (Bantuan Operasional
Sekolah) yang diberikan oleh pemerintah bukan saja diberikan kepada
340
sekolah pemerintah saja tetapi juga kepada sekolah-sekolah swasta. Dana
BOS ini bukan diberikan kepada sekolah-sekolah di kota saja melainkan
sekolah-sekolah di kampung-kampung baik pendidikan formal maupun
pendidikan non formal.
7 Oktober
Wakil Gubernur Provinsi Papua, Alex Hesegem, SE dalam acara wisuda
I STIH Umel Mandiri, meminta supaya setiap mahasiswa/siswi yang lulus
dari perguruan tinggi yang setiap tahun bertambah supaya tidak tergantung
pada pemerintah (menjadi pegawai negeri sipil/PNS). Setiap mahasiswa
harus benar-benar menuntut ilmu dengan baik supaya bisa menerapkannya
di tengah-tengah masyarakat dan mampu menciptakan lapangan kerja
sendiri.
Walikota Jayapura, Drs. M.R. Kambu, M.Si dalam seminar/diskusi di
tanah Papua di aula STT GKI I.S. Kijne, meminta penyelenggara
pendidikan termasuk yayasan agar benar-benar memahami dengan baik
apa tujuan dari pendidikan itu sendiri. Secara khusus bagi Yayasan
Pendidikan Kristen (YPK) sudah menciptakan mutu pendidikan yang
tinggi, mengajarkan tentang perwujudan kehidupan bermoral dan
menekankan pendidikan pada segi agama. Ketika terjun ke lapangan, para
lulusannya diharapkan mempunyai kemampuan/ketrampilan dasar serta
moral yang baik supaya ditampilkan di tengah-tengah masyarakat.
11 Oktober
Weynand S. salah seorang pegawai Sekolah Tinggi Seni Papua (STSP)
mengatakan Pemda telah membantu dengan dana sebesar Rp 200 juta
setiap tahun, tetapi fasilitas pendidikan dan operasional sekolah seni ini
tidak menunjukkan perubahan berarti. Pada 30 Desember 2005 dana
sebanyak Rp 800 juta dicairkan Biro Keuangan kepada Yayasan Bina
Seni Budaya (YBSB), namun uang jutaan rupiah itu hilang tanpa jejak.
Padahal dana tersebut dimaksudkan untuk mengembangkan bakat-bakat
dan ketrampilan generasi muda untuk mengembangkan budaya asli Papua.
Kepala Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Papua, M.A. Pogolamun,
341
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
B.Sw, melaporkan, Pemerintah Provinsi Papua berupaya untuk
meningkatkan kualitas pendidikan bagi mahasiswa. Untuk itu disediakan
bantuan biaya akhir studi bagi 4.266 mahasiswa sebesar Rp 4.405.500.000.
Dari 4.266 mahasiswa ini 3.766 belajar di 15 perguruan tinggi di Provinsi
Papua dan Provinsi Irian Jaya Barat, sedangkan selebihnya sekitar 500
orang belajar di 12 perguruan tinggi di luar Papua. Perincian dana bagi
masing-masing mahasiswa, untuk program S-1 Rp 750.000 – 1.000.000,
sedangkan untuk mahasiswa S-2 masing-masing Rp 5.000.000. Bantuan
dana tersebut diserahkan langsung oleh Wakil Gubernur Alex Hesegem,
SE secara simbolis dan disaksikan oleh perwakilan mahasiswa dari 15
perguruan tinggi yang ada di Papua.
20 Oktober
Sosialisasi bantuan akhir bagi mahasiswa Port Numbay di Kantor Dinas
Sosial Kota Jayapura APO, dihadiri oleh ketua LMA, Dinas P & P,
Bappeda, tokoh masyarakat dan ketua Forum Komunikasi Port Numbay.
Kepala Dinas Kesejahteraan Sosial Kota Jayapura, Gayus Manupapami,
mengatakan jumlah mahasiswa Port Numbay yang telah terdaftar sebanyak
400 orang. Setiap mahasiswa akan menerima Rp 750.000.
13 November
Menanggapi kebijakan Gubernur Barnabas Suebu, SH yang tertuang
dalam Rencana Program Jangka Menengah (RPJM), Ketua Pokja Agama
MRP, H. Arobi A. Aituaraw mengatakan Dana Otsus yang diberikan
kepada Provinsi Papua diprioritaskan pada bidang pendidikan (30%) dan
kesehatan (15%) serta daerah-daerah terpencil. Karena itu, mestinya anakanak asli Papua diberikan pendidikan gratis sejak SD hingga Perguruan
Tingggi.
16 November
“Masyarakat dari Dusun Hokolekma dan Sogasio Distrik Mugi,
Kabupaten Yahukimo kecewa terhadap kepala sekolah dan guru-guru di
kedua dusun tersebut, karena sudah dua tahun mereka tidak masuk mengajar
342
dan murid-murid dibiarkan begitu saja,” demikian ungkap Yoram Matuan,
S.Sos. Sementara itu, Bupati Yahukimo, Ones Pahabol mengatakan akan
menindak tegas para guru yang meninggalkan tempat tugas.
31 November
Kepala Dinas P dan P Kabupaten Jayapura Dr. Jack Ayamiseba
menyambut baik rencana pemerintah yang akan mengalokasikan tunjangan
bagi guru di kota sebesar Rp 500 ribu dan guru di daerah pedalaman
diberikan tunjangan 9 kali lipat dari gaji pokok. Tapi menurut Jack,
pemberian tunjangan yang tinggi tersebut belum tentu menjamin bahwa
guru di pedalaman tidak meninggalkan tempat tugas, seperti terjadi di
beberapa distrik di Kabupaten Jayapura. Guru-guru di pedalaman juga
perlu fasilitas pendukung di tempat tugas di antaranya; rumah dinas dan
fasilitas yang diperlukan lainnya. Untuk orang yang bukan asli akan sulit
bertahan. Agar tetap bertahan dalam menjalankan tugasnya mengajar, perlu
didukung dengan fasilitas yang memadai.
2 Desember
Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) sampai saat ini belum
menunjuk perguruan tinggi yang akan melaksanakan uji sertifikat guru.
Namun Depdiknas telah melaksanakan uji coba sertifikat terhadap 20
ribu guru, pelaksanaannya telah dilakukan oleh Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan (LPTK). “Saat ini memang sedang berjalan proses
tersebut,” kata Bambang Wasito Adi, Kepala Pusat Informasi dan Humas
Depdiknas. Menurutnya, belum ditunjuknya perguruan tinggi yang akan
melaksanakan uji tersebut disebabkan masih menunggu disahkannya
Peraturan Pemerintah (PP) tentang sertifikasi guru oleh Presiden. Saat ini
PP sedang berada di Departemen Hukum dan HAM (Depkumham)
untuk diharmonisasikan dengan Undang-Undang No. 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen.
3 Desember
Aksi pemalangan masyarakat dari Keluarga Besar Yarosabra terhadap
343
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
lokasi SMA Negeri 2 Maribu yang sudah berlangsung 2 minggu lebih,
tampaknya masih terus berlanjut. Masyarakat menuntut ganti rugi atas
lokasi tanah tersebut dan saat ini masih menuntut dialog langsung dengan
pihak Dinas P & P Provinsi Papua. Pihak DPRD Kabupaten Jayapura
telah berupaya menyelesaikan kasus ini dengan memfasilitasi masyarakat
adat untuk bertemu dengan Dinas P & P Kabupaten Jayapura namun
pertemuan itu belum mendapatkan kesepakatan yang memuaskan. Ely
Yarosabra, salah satu anggota keluarga besar Yarosabra, mengatakan,
pihaknya akan tetap melakukan aksi pemalangan di lokasi SMA 2 Maribu
tersebut. Dikatakan juga bahwa pertemuan dengan P & P yang difasilitasi
oleh DPRD Kabupaten Jayapura tidak ada penyelesaiaan yang jelas karena
Dinas P & P Kabupaten Jayapura mengatakan pembangunan sekolah
tersebut dilakukan dari Provinsi. Sementara itu, Kepala Dinas P dan P
Kabupaten Jayapura Dr. Jack Ayamiseba mengatakan bahwa pihaknya
tidak mengetahui dengan pasti proses pembangunan SMA 2 Maribu yang
dilakukan oleh Dinas P dan P Provinsi Papua.
Ketua Himpunan Mahasiswa dan Pelajar Jayawijaya, Melkias Yeke
Gombo, mempertanyakan realisasi dana studi akhir mahasiswa Kabupaten
Jayawijaya sebesar Rp 6 miliar. Pihaknya menjelaskan mahasiswa yang
belajar di luar Papua sudah mendapatkannya sedangkan mereka yang
belajar di dalam Papua justru belum mendapat apa-apa.
4 Desember
Aksi Pemalangan yang dilakukan oleh keluarga besar Yarosabra
terhadap lokasi SMA Negeri 2 Maribu mendapat perhatian serius dari
Ketua Komisi D DPRD Kabupaten Jayapura Achmad Paito. Achmad
Paito berharap proses belajar mengajar tetap berjalan di tengah proses
penyelesaian tuntutan. Apalagi sudah menjelang ujian semester.
5 Desember
Bupati Teluk Wondama Alberth H. Torey memberikan perhatian serius
terhadap pengembangan sektor pendidikan. Salah satunya dengan tidak
344
memberikan beban biaya kepada setiap anak sekolah mulai dari tingkat
TK, SD, SMP dan SMA. Program ini akan berlanjut selama
kepemimpinannya di Kabupaten yang memang dikenal sebagai berdirinya
sekolah pertama di Tanah Papua. “Program sekolah gratis bagi setiap
sekolah ini sudah menjadi komitmen saya saat masih calon bupati,” kata
bupati Torey. Bukan hanya sekolah gratis tetapi bupati juga memberikan
perhatian serius terhadap setiap mahasiswa yang menuntut ilmu di daerah
lain.
12 Desember
Kepala Dinas Pendidikan dan Pengajaran (P dan P) Provinsi Papua
James Modouw mengatakan, pendidikan kampung merupakan perluasan
dan pemerataan akses pendidikan yang selama ini masih belum terjangkau
secara merata dan bermutu sehingga terjadi kesenjangan pendidikan antara
kota dan kampung-kampung. Dikatakan juga bahwa sesuai amanat
Undang-Undang Otonomi Khusus (Otsus) No. 21 Tahun 2001,
pembangunan diharapkan berpihak pada masyarakat kecil melalui
pembangunan pendidikan. Program ini diarahkan ke kampung-kampung
atau daerah terpencil yang masih sulit terjangkau. Dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) semua kampung di Papua harus
menyelenggarakan pendidikan baik formal maupun non formal. Katanya,
strategi pembangunan bertumpu pada manusia sebagai titik sentral
pembangunan yang mengutamakan kepentingan rakyat, sesuai dengan
RPJM tahun 2007-2011.
14 Desember
Adanya tudingan bahwa Badan Pemeriksa Keuangan Pusat (BPK-P)
menemukan indikasi keterlibatan Dinas Pendidikan dan Pengajaran (P dan
P) Kota Jayapura menggelapkan dana sebesar Rp 3 miliar pada Anggaran
2005 untuk biaya rehabilitasi gedung sekolah dibantah oleh kepala Dinas P
dan P Kota Jayapura WW. Kambuaya. “Isu bahwa kami gelapkan dana
pendidikan sebesar Rp 3 miliar itu tidak benar. Isu itu diungkapkan oleh
oknum-oknum tertentu untuk memperkeruh suasana. Uang itu telah
345
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
digunakan sesuai peruntukannya dan telah dipertanggungjawabkan”. Katanya
dana telah dipakai untuk merehabilitasi sekolah-sekolah (SD, SMP, SMA)
bahkan ada beberapa ruang kelas, hanya pihaknya lambat memasukkan
pertanggungjawaban itu, sehingga dari hasil audit yang dilakukan oleh BPKP, hasil akhirnya mengatakan Rp 3 miliar itu tidak jelas.
15 Desember
Anggota Komisi E DPRP, Beatrix Pekei, menegaskan untuk
memajukan pembangunan pendidikan di daerah ini ke depan selain tetap
mengacu pada kurikulum nasional yang diberlakukan tentunya sistem
pendidikan berpola asrama juga harus terus dikembangkan. Katanya
pendidikan akan maju dan sejajar dengan daerah lainnya di Indonesia jika
pemerintah mampu mendorong dan meningkatkan sistem pendidikan
berpola asrama. Tujuan dari sistem ini adalah bagaimana menanamkan
pola kedisiplinan terhadap setiap peserta didik dalam berbagai hal baik
disiplin dalam mengikuti proses belajar, disiplin dalam membagi waktu
dan lebih penting lagi peserta didik memiliki moral yang baik.
16 Desember
Kepala bagian perencanaan Direktor Jendral Pendidikan Luar Sekolah
(PLS) Depdiknas Faisal M mengatakan, akhir 2006 pemerintah akan
memperkuat program PLS melalui satuan pelayanan yang ada di
Kabupaten/Kota. Penguatan ini dibuktikan dengan memberikan sarana
dan prasarana pembelajaran yang ada di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB)
sehingga nantinya SKB maupun Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
(PKBM) mempunyai standar yang jelas dalam memberikan layanan kepada
masyarakat.
Kegunaan
Dana dekonsentrasi pendidikan berkelanjutan 2007
Provinsi Papua sebesar
1. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
2. Wajib belajar Dikdas
3. Pendidikan Non Formal (PNF)
Budaya baca
Manajemen Pengendalian Program (MPP)
346
Dana
Rp 69.319.309.000 (69 Miliar)
Rp 6.170.095.000
Rp 21.215.690.000
Rp 38.715.265.000
Rp 2.190.150.000
Rp 1.028.109.000
Dibanding 2006 dengan dana Rp 35.681.435.000, berarti 2007 ada
kenaikan dana mencapai 94 persen. Ini membuktikan bahwa pemerintah
Papua sangat mempedulikan pendidikan. Ia mengatakan dengan kenaikan
ini kinerja perlu ditingkatkan lagi.
18 Desember
Kepala Dinas Pendidikan dan Pengajaran (P dan P) Propinsi Papua
James Modouw mengatakan bahwa database pendidikan khususnya
Pendidikan Luar Sekolah (PLS) merupakan sederetan angka-angka yang
menunjukan kondisi pendidikan yang dapat diketahui baik bagi pemerhati
PLS maupun untuk masyarakat luas. Hal itu diungkapkan saat pelatihan
Paket A, B dan C serta data pemetaan PLS provinsi Papua tahun 2006 di
Hotel Ermashita Jayapura. Menurutnya pengelolaan PLS Provinsi Papua
tidak terlepas dari standarisasi jenis data yang berasal dari tingkat pusat.
Data standar kelulusan merupakan salah satu contoh database yang dapat
digunakan untuk mengetahui tingkat perkembangan pengelolaan.
19 Desember
Ratusan guru dari berbagai distrik di Kabupaten Jayawijaya melakukan
demo. Mereka meminta insentif dan tunjangan hari raya natal segera
dibayarkan. Demo ini dilakukan di kantor Dinas P dan P Jayawijaya.
Menurut Simon, salah seorang guru, pihaknya dituntut melaksanakan tugas
dengan baik namun di sisi lain hak-haknya tidak pernah dibayar. Mereka
gagal menemui kepala Dinas P dan P.
Ketua Wanita dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (WIPTEK) Ir.
Anike Monim mengatakan perbedaan tingkat pendidikan formal dan
non formal di daerah pedalaman antara pria dan wanita sangat mencolok.
Masih banyak wanita yang belum mendapatkan haknya untuk belajar dan
menerima pendidikan dengan baik. Menurutnya di pedalaman wanita
tidak pergi sekolah bukan hanya karena permasalahan ekonomi tetapi
menyangkut sosial budaya di tempat tinggal. Misalnya orang tua
berminggu-minggu ke kebun. Mereka juga ambil bagian dalam hal itu,
akhirnya mereka tidak berkesempatan untuk bersekolah. Wanita yang
347
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
memasuki masa pubertas diketahui berpacaran langsung dinikahkan,
sehingga banyak wanita menikah di usia muda. Hal ini diungkapkan saat
pemaparan hasil penelitian data tampilan gender di Propvinsi Papua di
Aula Kantor Pendidikan Luar Sekolah (PLS) Dinas Pendidikan dan
Pengajaran (P dan P) Provinsi Papua.
23 Desember
Kekurangan guru khususnya di daerah terpencil yang sulit dijangkau
sepertinya memang sulit dipenuhi. Sebab kebanyakan guru yang baru
diangkat enggan ke pedalaman sedangkan guru yang diangkat di Kabupaten
atau Kota apabila bertugas di pedalaman tidak dapat bertahan lama di
lingkungan barunya. Hal ini dikatakan Direktur Eksekutif dan Badan
Pengkajian dan Pengendalian Mutu Pendidikan (BPPMP) Propinsi Papua
Jan Tethool. Hal ini disampaikan saat pelaksanaan Rapat Koordinasi Teknis
Kolose Pendidikan Guru (KPG) Khas Papua di Aula Kantor Pendidikan
Luar Sekolah (PLS) Dinas P dan P Provinsi Papua. Untuk kebutuhan
guru khususnya guru Sekolah Dasar maka perlu dibina di daerah perkotaan
maupun di pedalaman melalui UU Otonomi Khusus Pemerintah Propinsi
Papua dengan disepakati Pemerintah Kabupaten dan Kota sejak 2002
membina lulusan SMP yang bercita-cita menjadi pengajar (guru). Program
ini hanya khusus di Papua. KPG khas Papua mempunyai visi untuk
mendidik tenaga-tenaga guru baru Sekolah Dasar di seluruh pelosok
Papua. KPG ini ada di 3 Kabupaten: Timika, Merauke dan Nabire, lalu 1
di Kabupaten Sorong (IJB), lama belajar 5 tahun 1-3 setara pendidikan
SMA dan kelas 4-5 setara dengan Diploma II. Tahun 2007 diharapkan
lulusan pertama KPG mengabdikan dirinya kepada masyarakat khususnya
yang tinggal di daerah pedalaman.
B.2 HAK ATAS KESEHATAN
5 Oktober
Zuster Chatrin Renwarin, mengatakan saat ini di Biak terdapat 5 orang
anak yang menderita gizi buruk. Mereka adalah Tirza (9 bulan), Paulina (3
348
tahun), Miander (1 tahun), Sipora (1 tahun 5 bulan), dan Wasani (15 tahun),
sedangkan Enia dilaporkan meninggal dunia. Kelima pasien di atas ini
sedang dirawat di RSUD Biak Numfor, selain itu diberikan makanan
yang berkalori, protein dan tambahan gizi yaitu modeska terbuat dari sari
buah dan susu.
12 Oktober
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jayawijaya, Verry Jigibalom
membuka pelatihan Kader Posyandu yang diikuti oleh 60 peserta dari 18
distrik. Pelatihan kader ini bertujuan untuk memberikan ilmu bagi peserta
agar mampu melayani masyarakat di lingkungannya masing-masing.
Pelatihan ini juga merupakan program gizi dan kesehatan bagi ibu dan
anak di Kabupaten Jayawijaya.
15 Oktober
Walikota Jayapura, Drs. M.R. Kambu, M.Si, mengatakan, kita sekarang
menghadapi penyakit musiman yang membahayakan seperti diare dan
muntaber. Menurut M.R. Kambu penyakit ini timbul karena pola hidup
yang tidak seimbang, pengetahuan yang rendah, faktor kebersihan yang
kurang seperti, rumah yang kurang bersih, kebersihan diri, kebersihan
lingkungan yang kurang diperhatikan, air minum dan makanan yang kurang
bersih serta WC yang tidak teratur. Untuk itu Dinas Kesehatan perlu
melakukan promosi melalui penyuluhan kesehatan kepada masyarakat
lewat Puskesmas, Pustu (puskesmas pembantu) dan Polindes di kampungkampung agar masyarakat mengerti.
17 Oktober
Didimus Waray selaku pihak yang dirugikan melaporkan dugaan
penggelapan dana kesehatan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) Nabire oleh pimpinan asuransi Jiwasraya dengan dana sebesar 3
M. Kasat Reserse dan Kriminal Polres Nabire AKP Heni Agus Sunandar
membenarkan laporan dari DPRD tersebut. Uang tersebut dicairkan dalam
3 tahap yaitu tahun 2004 cair Rp 1 miliar, tahun 2005 cair Rp 1 miliar dan
349
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
bulan April tahun 2006 cair Rp 1 miliar, sedangkan dana yang belum jelas
senilai Rp 2 miliar.
Kasus dugaan penggelapan uang dilaporkan terjadi juga di Puskesmas
Warmare (Manokwari) senilai Rp 23.523.000. Dugaan kasus tersebut
diketahui berdasarkan laporan dari Alfianus Warom (53 tahun). Pelapor
mengatakan yang bersangkutan menerima uang tersebut dari bendahara
Dinas Kesehatan Kabupaten Manokwari. Dana sebesar itu adalah untuk
Puskesmas Warmare sebagai penerima dana Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan Masyarakat Miskin (JPKMM) yang sampai saat ini belum
menerima dana tersebut.
23 Oktober
Penyakit HIV/AIDS di Papua dari data terakhir sudah tercatat 2.703
kasus. Kasus HIV/AIDS di Papua begitu besar sampai 20 kali dibanding
penduduk lain di Indonesia. Hal itu diungkapkan Gubernur Barnabas
Suebu, SH di Gedung Negara. Menurut Suebu kalau tidak segera
dihentikan hal itu akan menyebabkan kematian massal di Papua. Gubernur
menghimbau satu-satunya cara mencegah kematian massal ini adalah
melalui pertobatan massal (semua orang Papua, baik laki-laki maupun
perempuan). Perlu adanya perubahan perilaku setiap individu dari para
pemimpin sampai pada rakyat.
1 November
SKP Jayapura bersama dengan Gereja-gereja di Jayawijaya
mengadakan pelatihan penelitian sistem pelayanan kesehatan di Kabupaten
Jayawijaya bertempat di Sanggar Kegiatan Belajar Bethesda, Wamena.
Kegiatan ini dilanjutkan dengan penelitian lapangan yang memusatkan
perhatian ke RSUD Wamena dan 8 distrik di wilayah tersebut: Wamena
Kota, Kurulu, Asologaima, Asolokobal, Bolakme, Tiom, Kwiyawage,
dan Balingga.
16 November
Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) Distrik Abepura
350
melakukan rapat koordinasi guna menyusun program kerja
penanggulangan HIV-AIDS di Distrik Abepura. Sekretaris KPA Distrik
Abepura Agus Setiawan, SH mengatakan, hal ini dimaksudkan untuk
membekali semua anggota dengan pengetahuan tentang HIV-AIDS dan
upaya menanggulangi penularan penyakit HIV-AIDS di Distrik Abepura.
20 November
Kepala Dinas Kesehatan Kota Jayapura drg. Sujono mengatakan
jumlah kasus HIV-AIDS di Kota Jayapura berkembang pesat. Berdasarkan
data per September 2006 jumlahnya sudah mencapai 236 kasus. Hal ini
perlu mendapat perhatian serius semua pihak, jika tidak jumlah HIVAIDS akan terus bertambah di Kota Jayapura.
30 November
Bupati Pegunungan Bintang Drs. Wellington L. Wenda mengatakan
bahwa dirinya sangat prihatin dengan kinerja tenaga medis dan tenaga
pendidik yang ada di wilayahnya. Menurutnya tenaga ini kebanyakan putra
asli Papua dan tidak melaksanakan tugasnya dan tangunggjawabnya secara
baik. Padahal gaji tetap berjalan dengan normal.
1 Desember
Kasus HIV-AIDS pada 30 September 2006 di Provinsi Papua sudah
menembus angka 2770 dan 318 di antaranya telah meninggal dunia. Untuk
itu, menurut Gubernur Barbanas Suebu, pada hari HIV-AIDS sedunia
kita membutuhkan pertobatan total untuk mencegah kematian total. Papua
telah mencapai suatu tingkat yang benar-benar memprihatinkan karena
jumlah yang terus bertambah.
94% penularan terjadi melalui hubungan seks antara laki-laki dengan
cara yang tidak aman, melalui hubungan homoseks, transfusi darah,
penggunaan alat suntik yang tidak steril, penularan dari ibu ke bayi dan
jenis penularan lain yang rendah persentasenya.
Kasus HIV-AIDS pertama kali ditemukan di Papua pada 1996. Dalam
jangka waktu 10 tahun meningkat dengan sangat tajam menjadi 1.226
351
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
penderita HIV dan 973 AIDS. Mereka yang tertular adalah kelompok
umur 15-45 tahun dan pelanggan seks bebas paling banyak adalah PNS,
sedangkan ibu rumah tangga yang menderita HIV/AIDS hampir
sebanding dengan perempuan pekerja seks dan dilihat dari etnis
penderitanya orang asli Papua lebih banyak jika dibanding dengan
pendatang. Untuk itu disarankan tidak berganti-ganti pasangan dan
berperilaku seks bebas karena sangat berisiko tinggi sehingga bisa menekan
90% resiko tertular. Hal lain yang perlu diperhatikan juga adalah kesadaran
untuk memeriksakan diri secara sukarela ke pusat-pusat kesehatan yang
memiliki fasilitas pemeriksaan yang lengkap.
Jayapura merupakan urutan ke tiga dengan 236 kasus HIV-AIDS di
bawah Timika yaitu 1019 kasus dan Merauke dengan 834 kasus. Bukan
berarti Jayapura aman dari virus yang mematikan. Sejak Januari 2005
hingga Desember 2006 di VCT (Voluntary Counseling and Testing Centre)
Rumah Sakit Daerah Abepura telah ditemukan 77 pasien dinyatakan positif
HIV. Data itu sesuai hasil pemeriksaan pihak VCT terhadap delapan ribu
warga yang melakukan testing darah lengkap. Data ini dikatakan oleh
Ewa Nyoman Arisan, Ketua Panitia pelaksana peringatan hari AIDS
sedunia di RSUD Abepura.
Dr. Tigor Silaban Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua
mengungkapkan bahwa upaya penanggulangan HIV/AIDS di Papua
harus lebih gencar lagi dilakukan, karena jumlah kasus yang terus meningkat.
Hampir 30 persen penderita TBC (Tuberculosis) dan penyakit saluran
pernapasan akut ternyata juga disinyalir terinfeksi HIV/AIDS.
Koordinator Pelayanan Baru HIV-AIDS di Puskesmas se-Provinsi
Papua dr. Beeri Wopari mengatakan, dengan adanya pola pelayanan baru
diharapkan dapat menjadi deteksi dini terhadap laju pertumbuhan
penyakit yang mematikan. Orang yang memeriksakan diri melalui satu
alur layanan dengan mendapat konseling atau arahan. Apabila orang itu
tidak keberatan dilakukan tes darah untuk HIV. Puskesmas juga dapat
memberikan ARV kepada pasien HIV-AIDS. Yang membedakan pola
baru dan pola yang sebelumnya adalah dahulu Puskesmas belum dapat
mengetahui adanya kasus HIV pada orang yang datang berobat. Pola ini
352
sangat membantu puskesmas lebih luas dalam menjaring secara dini kasus
HIV-AIDS di masyarakat dan mengurangi jatuhnya korban karena sudah
banyak pasien yang meninggal, apabila ditemukan lebih awal pada stadium
ringan, pasien tersebut dapat dipulihkan lebih baik. Dikatakan baru 6
Puskesmas yang menjadi pilot project pola baru, yaitu Puskesmas Jayapura
Utara, Puskesmas Hamadi, Puskesmas Padang Bulan, Puskesmas
Kampung Harapan, Puskemas Koya Barat dan Puskesmas Demta karena
masih terbatasnya tenaga pelatih dan dana.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Jayapura, drg. Suyono Angkasa,
mengatakan pada Desember 2006 jumlah penyakit malaria di Kota
Jayapura berjumlah 11. 234 ribu orang yang tersebar di empat distrik di
Kota Jayapura yakni Abepura, Muara Tami, Jayapura Selatan dan Jayapura
Utara. Paling banyak terdapat di kampung-kampung daerah Distrik Muara
Tami.
Kepala Bidang Bina Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Provinsi Papua Dr. Suwardi Redjo, MPH mengatakan sampai saat ini
penyakit yang paling dominan menyerang masyarakat adalah penyakit
malaria. Hampir semua orang yang ada di Papua terserang penyakit
malaria yang awalnya dimulai dengan gigitan nyamuk. Menurutnya,
penyakit ini masih dikategorikan sebagai berbahaya dan mematikan.
Pasalnya jika daya tahan tubuh makin lemah dan lambat penanganannya
bisa membuat penderita gila atau meninggal. Apalagi jika stadiumnya
sudah cukup tinggi. Sekitar 5% dari total masyarakat menderita penyakit
yang cukup populer di Papua. Untuk itu perlu menjaga secara baik kondisi
tubuh. Disarankan juga untuk menggunakan kelambu dan menjaga supaya
rumahnya tidak menjadi sarang nyamuk. Hal ini merupakan cara
pencegahannya.
Ketua Komisi B DPRD Kota Sorong, Laurantius Ren Ek, SE,
mengatakan, seharusnya instansi teknis terkait baik Dinas Kesehatan
maupun Dinas Peternakan agar lebih menyikapi dan mengantisipasi dengan
serius dengan koordinasi dan kerja sama dalam menangani flu burung.
Jangan tunggu hingga jatuh korban nyawa manusia dulu baru mengambil
tindakan. Hal ini terkait dengan ditemukan kasus flu burung. Pemkot harus
353
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
pro aktif mensosialisasikan cara-cara penularan, penanganan, antisipasi
flu burung kepada warga masyarakat sehingga tidak menimbulkan
keresahan di dalam masyarakat.
2 Desember
Meski hari AIDS se-Dunia (HAS) sudah lewat satu hari, namun
perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Papua terus
melakukan kampanye HIV-AIDS. Maksud kegiatan ini juga untuk
menyampaikan informasi dasar tentang HIV-AIDS kepada masyarakat
di halaman UPTD (Unit Pelaksana Teknik Dinas) Museum Negeri Waena.
Kampanye ini digelar dalam bentuk pameran dan goyang bersama waria.
Juga memberikan pemahaman dasar dengan memamerkan sejumlah buku,
kaset dan CD yang isinya memberikan informasi, pemahaman dan ajakan
untuk tidak melakukan tindakan-tindakan yang beresiko penularan HIVAIDS. Untuk memberikan informasi banyak cara dapat dilakukan.
Demikian penyampaian Direktur Pelaksana PKBI Papua, Drs. John
Rahail. Dikatakan juga oleh Dosen FKIP Universitas Cendarawasih ini,
HAS yang diperingati hari ini memberikan dorongan kepada semua pihak
untuk saling kenal memahami peranan dan tanggung jawab terhadap HIVAIDS di Papua, khususnya di Kota Jayapura.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Jayapura drg. Suyono Angkasa, MPH
mengatakan bahwa pada bulan Desember 2006 jumlah penderita penyakit
malaria di Kota Jayapura berjumlah 11. 234 ribu yang tersebar di 4 distrik
yakni Abepura, Muara Tami, Jayapura Selatan dan Jayapura Utara. Paling
banyak terdapat dikampung-kampung di Distrik Muara Tami. Selain
Malaria sebagai penyakit yang paling banyak kedua adalah penyakit ISPA
(Infeksi Saluran Pernapasan). Hal ini diketahui berdasarkan hasil
pengambilan sampel darah dari masyarakat di Distrik Muara Tami seperti
Kampung Skouw Yambe, Skouw Mabo, Skouw Say dan Kampung Moso
(satu kampung yang dekat dengan perbatasan PNG-RI). Hal-hal yang
membuat masyarakat dapat terjangkit penyakit ini adalah karena kurang
pengertian tentang hidup bersih serta tidak teraturnya mengkonsumsi obatobatan sehingga mudah terserang malaria.
354
5 Desember
Balai karantina Kelas II Sentani bekerja sama dengan Dinas Pertanian dan
Peternakan Kabupaten Nabire mengadakan sosialisasi pencegahan masuknya
penyakit flu burung dan rabies di Papua. Kegiatan ini diadakan di Hotel
Mahavira Nabire. Kegiatan ini diikuti oleh instansi terkait seperti Dinas
Kesehatan Kabupaten Nabire, Perhubungan Laut, Perhubungan Udara, KP3
Laut, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan undangan lainnya. Kegiatan ini
secara resmi dibuka oleh Ir. Wellem R. Rumbiak atas nama Kepala Balai
Karantina Hewan Kelas II Sentani. Dalam sambutannya Rumbiak mengatakan
bahwa Propinsi Papua dan Irian Jaya Barat merupakan daerah yang terancam
rabies dan flu burung. Dirinya berharap dengan adanya kegiatan sosialisasi ini
dapat memberikan masukan yang berarti dan berguna dalam rangka
pencegahan dan penyebaran penyakit flu burung dan rabies di Kabupaten
Nabire. Selain itu, kegiatan sosialisasi ini juga diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan peternakan pada masyarakat luas sehingga dapat menghentikan
kegelisahan tentang rumor berkaitan dengan flu burung dan rabies.
5 Desember
Konsultan UNICEF dr. Sabrina Prasetiyo mengatakan HIV-AIDS di
Papua terus meningkat bahkan Juni 2006 mencapai 2.702 kasus. Ironisnya
98% peningkatan itu melalui hubungan seks yang tidak aman. Dari data
yang dikeluarkan Dinas Kesehatan Provinsi Papua, kaum muda di SMP
mencapai 12% dan di luar sekolah 40%. Menurutnya, untuk menekan laju
peningkatan kasus HIV-AIDS khususnya di Papua UNICEF mempunyai
dua program, yaitu program yang dilakukan di sekolah (Life Skill
Education – LSE) dan program yang dilakukan di luar sekolah. Pekerjaan
ini sudah dilakukan dua fase. Fase pertama tahun 2003–2006 dan fase
kedua 2006–2009. Awalnya 6 Kabupaten menjadi pilot project, yaitu
Kabupaten Jayapura, Jayawijaya, Manokwari, Sorong dan Biak. Kemudian
ditambah lagi 5 kota, yaitu Kabupaten Supiori, Merauke, Mimika dan
Kota Jayapura serta Kota Sorong.
Direktur Yayasan Pengembangan Kesehatan Masyarakat (YPKM)
Provinsi Papua Drs. T.G. Butar-Butar mengatakan sejauh ini pihaknya
355
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
belum melihat adanya kepedulian para pejabat di lingkungan pemerintah
Provinsi, Kota/Kabupaten di Papua terhadap masalah HIV-AIDS. Jika
dilihat perkembangan HIV-AIDS di wilayah Provinsi Papua semakin
memprihatinkan. Sebab, virus tersebut sudah menjangkau seluruh lapisan
masyarakat tanpa terkecuali.
9 Desember
Direktur Yayasan Persekutuan Pelayanan Masirey (YPPM) Provinsi
Papua Pdt. Ester Wanda mengatakan dari 30 anak jalanan (Anjal) yang
ditangani pihaknya, 60% di antaranya menderita penyakit infeksi menular
seksual (IMS). Hal itu dikarenakan pola hidup para Anjal tersebut
merupakan kelompok yang mempunyai perilaku menyimpang. Di
antaranya suka mengisap lem aibon, kebiasaan mengkonsumsi minuman
keras (Miras) serta seks bebas baik dengan teman sendiri maupun dengan
orang lain di luar kumpulannya. Dari hasil pemeriksaan yang ada, dari 30
orang yang ditangani itu 60% telah tertular IMS. Pihaknya berharap
pemerintah Kota atau Provinsi memperhatikan permasalahan ini sebab
bila tidak mereka sangat rentan bagi HIV-AIDS. Sekarang pemerintah
perlu membuat program yang tepat sasaran. Bila pemerintah tidak punya
tenaga bisa bermitra dengan LSM untuk membina para anak jalanan.
Kasus HIV/AIDS di Kota Jayapura sudah sangat mengkhawatirkan.
Data terbaru ditemukan 3 ibu hamil posistif HIV. Menurut direktur YKPM
Papua Drs.Tahi G. Butar-Butar ketiga ibu hamil tersebut selanjutnya
diberikan pendampingan oleh pihak Puskesmas serta beberapa LSM yang
bergerak di bidang pencegahan virus HIV-AIDS seperti layanan konseling
serta antiretroviral (ARV). Ketiga ibu tersebut walaupun positif namun
bayi mereka bisa tertolong dengan terapi antirentroviral (ARV), serta
persalinan dengan bedah sesar sehingga kelak anaknya tidak tertular. Para
ahli menyimpulkan bahwa frekuensi tertularnya bayi dari ibunya yang
positif HIV pada masa kehamilan diperkirakan 5-20%. Sementara untuk
saat persalinan 10-20% dan masa ibu sedang menyusui 10-20%. Dengan
demikian peran kader kesehatan, tenaga pendamping sangat diperlukan
demi memberikan pertolongan kepada ibu yang positif HIV.
356
Sementara itu, Wakil Walikota H. Sujarwo, BE menghimbau agar
pencegahan HIV-AIDS dapat dilakukan oleh semua pihak termasuk ibuibu rumah tangga (IRT) sehingga ke depan virus yang mematikan tersebut
dapat dicegah penyebarannya. Dalam sosialisasi program pencegahan dari
ibu ke anak ini diikuti oleh 60 peserta yang terdiri dari LSM, kader PKK/
Posyandu, dan para petugas kesehatan seperti petugas VCT.
11 Desember
Pernyataan Pdt. Yose Hilka dari GIDI Kabupaten Pegunugan Bintang
beberapa waktu lalu bahwa banyak warga Pegunungan Bintang yang
meninggal akibat terserang kelaparan, malaria, muntaber dan ISPA
dibantah oleh Sekda Kabupaten Pegunungan Bintang John Zine Tjuwale.
Sekda mengatakan, jumlah kematian akibat mutaber, kelaparan dan ISPA
itu yang dilaporkan oleh pihak gereja adalah hanya mengulang kembali,
bukan sesuatu yang baru. “Hal itu kami push ke Menteri Kesehatan dan
Menteri Sosial,” katanya.
SKP Jayapura meluncurkan laporan penelitian sistem pelayanan
kesehatan di Kabupaten Jayawijaya dalam sebuah lokakarya yang bertema
“Sehat itu Sa Pu Hak”.5 Dari temuan SKP disimpulkan bahwa kondisi
layanan kesehatan masyarakat di Kabupaten Jayawijaya amat rendah.
Anggaran Pemkab yang tersedia hanyalah 4% dari APBD 2006. Kondisi
geografis dan keterbatasan infrastruktur menghalangi pelayanan ini
sekaligus segi konflik politis yang melanda sebagian wilayah yang menjadi
sasaran penelitian. Rasio tenaga medis dengan populasi penduduk juga
menunjukkan tingkat yang sulit untuk dapat menjangkau layanan kesehatan
di tingkat kampung. Dalam presentasi tersebut, Sekda dan Staf Bappeda
Kabupaten Jayawijaya berjanji akan menindaklanjuti temuan ini.
15 Desember
Ketua DPRD Kota Jayapura, Theofilus Bonay mengungkapkan,
keberadaan Posyandu harus mendapatkan perhatian khususnya soal anggaran.
Sebab, minimnya dana menyebabkan Posyandu belum berfungsi dengan baik.
5
Diterbitkan dalam bentuk buku oleh Tim SKP Jayapura, 2008. Sehat itu Sa Pu Hak, Jakarta: LSPP dan SKP Jayapura.
357
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
Wakil Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua dr. Bagus Sukaswara
mengatakan meski sudah banyak pihak yang mau peduli terhadap
penanggulangan HIV-AIDS, namun tantangan yang dihadapi semakin
berat dan kompleks. Katanya, orang banyak yang terlibat dalam
penanganan tetapi jumlah penderita HIV-AIDS semakin meningkat. Selain
itu, medan tantangan yang dihadapi juga semakin luas, misalnya bagaimana
mencegah agar anak yang baru lahir itu terhindar dari HIV-AIDS.
16 Desember
Dokter Ketut Martayasa mengatakan bahwa penularan HIV dari ibu
hamil yang positif mengidap HIV terhadap bayinya bisa dicegah.
Menurutnya salah satu kendala dalam upaya pencegahan HIV adalah ibu
yang diketahui terinfeksi HIV terkadang enggan mendapatkan perawatan.
Seperti dialami oleh Puskesmas Jayapura Utara, petugas sudah
membimbing tetapi kadang-kadang ibunya menghindar. Oleh sebab itu,
perlu proses konseling supaya ada kesadaran dan tidak ada rasa takut
untuk mendapatkan perawatan. Hal terpenting saat menyampaikan
konseling itu adalah segala biaya perawatan itu gratis. “Agar anak tidak
tertular penyakit-penyakit lain harus disembuhkan. Operasi perlu
direncanakan dengan baik sebab bila air ketuban pecah atau ada darah
mengenai bayi maka kemungkinan besar tertular HIV”, kata dokter Ketut.
18 Desember
Kebijakan harus menyediakan tenaga perawat 225 orang untuk rumah
sakit di Timika karena setiap tempat tidur dibutuhkan satu tenaga perawat.
Kepala SPK Timika H. Ibrahim Iba mengatakan persiapan Sumber Daya
Manusia (SDM) menjelang beroperasinya RSUD sangat kurang. Yang
penting bahwa setiap rumah sakit tipe A dan D harus memiliki tenaga
medis dan para medis. Sampai sekarang SPK Timika belum
mempersiapkan semua itu hanya sebatas mantri dan perawat. Padahal
sudah diusulkan kalau bisa sampai D3 atau seperti Akademi Perawat
(Akper).
Direktur RSUD Dok II Jayapura dr. Paulina Watopa mengharapkan
358
agar anggaran yang akan dialokasikan bagi RSUD Jayapura tahun 2007
bisa berjalan sesuai dengan visi dan misi Gubernur di mana tidak mengacu
pada penggunaan anggaran namun semua sangat bergantung dengan visi
misi yang ada. Dijelaskan, sebagai RSUD rujukan dan RSUD pendidikan,
semua kebutuhan harus lebih optimal dan semua kebutuhan pelayanan
bisa terpenuhi, tentu saja hal ini bisa didukung dengan tersedianya fasilitas
dan anggaran yang memadai untuk RSUD.
Sampai saat ini penyakit yang menonjol di Papua adalah penyakit
Malaria dan TBC. Hal itu diungkapkan oleh Kasubdin Bina Pencegahan
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Papua,
dr. Suwardi Redjo. Penyakit Malaria merupakan epidemik dan tersebar
merata. Dijelaskan bahwa prevalensi penyakit Malaria di Papua mencapai
45 kasus per 1000 penduduk, artinya dari 1000 orang dalam satu tahun
ada 45 orang yang terkena penyakit Malaria. Karena itu, pihaknya berusaha
untuk melakukan pemutusan rantai penularan dengan cara penderita yang
sekarang akan menjadi penderita yang terakhir. Penyakit lain yang juga
menonjol yaitu TBC paru. Penyebabnya karena lingkungan. Penyakit ini
di Papua cukup banyak mencapai 21 orang per 1000. Penanganannya
membutuhkan pemahaman yang menyeluruh salah satunya dengan cara
penguatan pelayanan Puskesmas dalam melakukan diagnosa, perawatan
penderita dan penyediaan obat anti TBC juga peran masyarakat.
19 Desember
Walikota Jayapura, M.R. Kambu, saat peresmian Klinik Kesehatan
Reproduksi Puskesmas Hamadi mengharapkan setiap Puskesmas untuk
menjalankan tugasnya dengan baik. Pemerintah Kota Jayapura telah
mengupayakan berbagai fasilitas kesehatan baik gedung maupun fasilitas lainnya.
Termasuk biaya operasional bagi setiap Puskesmas yang ada. Bidang Kesehatan
merupakan salah satu program prioritas Pemkot lima tahun ke depan.
20 Desember
Peningkatan angka penderita HIV-AIDS di Jayapura menjadi keprihatinan
Walikota Jayapura M.R. Kambu. Menurutnya virus tersebut sudah memasuki
359
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
lampu merah sehingga harus diwaspadai. Dijelaskannya, sesuai perkiraan
terdapat 11 ribu pengidap HIV-AIDS di Provinsi Papua (data Dinkes Propinsi
Papua) sehingga bila dibandingkan dengan jumlah penduduk yang ada, hal
tersebut telah menjadi ancaman besar bagi masyarakat Papua. Walikota juga
mengatakan bahwa karena penyebarannya semakin luas maka semua pihak
harus menyiapkan langkah-langkah penanganannya. Salah satunya terus
melakukan sosialisasi bagi seluruh komponen masyarakat tanpa terkecuali,
perlu setia pada pasangan, jauhi minuman beralkohol sebagai pemicu hubungan
seksual, pakailah kondom bila keadaan terpaksa. Perlu juga untuk tidak
mendiskriminasikan para ODHA, karena belum tentu ODHA bersangkutan
tertular virus itu karena perilakunya tetapi bisa melalui orang lain. Misalnya
seorang ibu yang baik tertular karena suaminya, kita punya tanggung jawab
untuk melindungi ODHA.
22 Desember
Kasus HIV-AIDS di Jayawijaya dengan 38 kasus menjadi perhatian
serius, Pemkab bertekad menekan penyebaran tersebut. Plt. Bupati
Jayawijaya Nicolas Jigibalom mengatakan, kita harus menghentikan
penyebaran penyakit yang disebabkan virus HIV itu. Bila hal itu didiamkan
saja dirinya khawatir dengan satu generasi Jayawijaya khususnya generasi
muda yang akan melanjutkan pimpinan dan tugas daerah ini akan punah.
Ini tidak boleh terjadi dan harus diperangi oleh seluruh komponen bangsa
di daerah ini. Untuk menghindari penyakit ini kuncinya terletak pada diri
seseorang, meningkatkan iman dan takwa kepada Tuhan dan hanya
melakukan hubungan dengan istri di rumah. Jayawijaya merupakan
peringkat ke-5 di Papua setelah Sorong, Merauke, Timika dan Nabire.
Dengan masalah ini pemerintah telah megalokasikan dana sebesar Rp
500 juta guna mengawali program penanggulangan HIV-AIDS. Dana
akan dipakai untuk menunjang sekretariat KPAD, pembahasan Perda
Program Penangulangan HIV-AIDS, dan talk show melalui media massa.
22 Desember
Ketua Bhayangkari Polda Papua Ny. Evie T. Jacobus membacakan
360
sambutan Menteri Pemberdayaan Perempuan Prof. Dr. Meutia Hatta Swasono
pada peringatan Hari Ibu ke-28 sebagai momentum untuk memperingati 10
tahun pelaksanaan Gerakan Sayang Ibu (GSI). GSI diluncurkan pemerintah
bertepatan dengan peringatan hari ibu tahun 1996 lalu. Gerakan sayang ibu
bertujuan untuk mendorong dan menggalang partisipasi di dalam menurunkan
angka kematian ibu hamil, bersalin, nifas serta bayi yang baru lahir. Perayaan
hari ibu ini berlangsung di dua tempat untuk tingkat Provinsi di Sasana Krida
dan untuk Kota Jayapura di lapangan upacara Kantor Walikota Jayapura.
Menurut Ibu Evie angka kematian Ibu di Indonesia semakin tinggi yakni
307/100.000 kelahiran hidup, mencerminkan masih memprihatinkan kualitas
SDM Indonesia khususnya perempuan.
Menurut Sekda Kota Jayapura Drs. Yesaya Udam, peringatan hari
Ibu ke-78, tahun 2006 merupakan momentum yang memiliki nilai strategis.
Sebab, selain memperingati hari Ibu juga memperingati pelaksanaan UU
No. 23 Tahun 2004 tentang penghapusan tindak kekerasan dalam rumah
tangga serta sosialisasi Inpres No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan
jender. Penasehat Organisasi Wanita (POW) Kota Jayapura, W.W.
Kambuaya, berharap momentum ini dapat dihayati guna terus
meningkatkan kualitas dalam keluarga, bangsa dan negara.
23 Desember
Direktur penanggulangan penyakit menular dan kesehatan lingkungan
Departemen Kesehatan RI Nyoman Ngadung menilai, penularan HIV-AIDS
di Merauke sudah pada tingkat yang membahayakan. Kalau lampu sudah pada
posisi merah, jadi kita tidak main-main tapi harus serius. Hal itu disampaikan
oleh Nyoman Ngandung setelah melakukan peninjauan RSUD Merauke. Pada
kesempatan itu, Nyoman juga menjanjikan akan mengirim 500 buah kelambu
sehubungan dengan masalah malaria yang masih sering menyerang masyarakat.
28 Desember
Ibu Rumah Tangga (IRT) dan perempuan usia produktif sangat rentan
terhadap penularan penyakit HIV-AIDS. Oleh karena itu, mereka
diharapkan bisa memahami dengan baik tentang cara-cara pencegahan
361
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
dan penularan dari penyakit HIV-AIDS. Hal ini dikatakan Direktur Yayasan
Pengembangan Kesehatan Masyarakat (YPKM) Papua, Drs. Tahi G.
Butarbutar saat sosialisasi program PMCT (pencegahan HIV dari ibu
hamil ke bayi) di aula Kantor DPRD Kota Jayapura. Seorang ibu harus
mengetahui cara-cara pencegahan atau penularan HIV-AIDS dengan baik
sebab kalau tidak dirinya bisa terinfeksi penyakit tersebut. Kasus ini terus
bertambah di Papua, di mana bayi yang dinyatakan terinfeksi HIV karena
tertular dari ibunya sebanyak 45 orang. Kegiatan-kegiatan ini bertujuan
memberikan pemahaman tentang HIV. Kegiatan sosialisasi program
PMCT ini diikuti oleh 100 orang, mereka adalah ibu rumah tangga, dan
perempuan usia produktif mulai dari umur 15-35 tahun.
B.3 KESEJAHTERAAN UMUM
6 Oktober
Beberapa warga yang mengaku diri pendukung Gubernur pasangan
Barnabas Suebu, SH dan Wagub Alex Hesegem, SE menuju ke Kantor
Gubernur Papua di Dok II, membawa proposal untuk meminta dana
bantuan. Saat ini sudah masuk sekitar 14 proposal dari kelompok nelayan
dengan dana yang diminta sebesar Rp 30 juta per proposal. Empat belas
proposal nelayan itu diketahui bersampul luar proposal sama, bentuk hingga
isi proposal, redaksi kalimat, bahkan jumlah dananya juga sama yaitu Rp 30
juta. Karena itu diduga kuat proposal tersebut dibuat oleh orang yang sama.
8 Oktober
Sekretaris perwakilan Komnas HAM Papua, Frits Ramandey, S.Sos,
mengatakan, di Kabupaten Biak Numfor terjadi pelanggaran HAM di
Bidang Kesehatan dan Pendidikan. Misalnya masyarakat yang ingin
berobat/mendapatkan obat masih sangat sulit. Obatnya juga cukup mahal.
Padahal dana Otonomi Khusus (Otsus) sudah berjalan lima tahun cukup
besar. Selain itu dalam hal hak ulayat dan pengelolaan hutan masyarakat
Biak Numfor masih dirugikan, karena belum ada aturan yang jelas.
362
9 Oktober
Proposal dari warga yang mengaku pendukung Gubernur Barnabas
Suebu, SH telah mencapai ribuan. Proposal-proposal tersebut rupanya bukan
dibuat sendiri melainkan dibeli dengan harga Rp 100.000 hingga Rp 150.000
dibeli dari Ny. BT (bukan nama aslinya). Proposal-proposal itu dijawab
Gubernur dengan sebuah surat bernomor 900/2305/SET perihal jawaban
proposal tertanggal 5 Oktober. Isinya adalah tidak tersedianya dana untuk
menjawab proposal dari masyarakat, karena program anggaran tahun 2006
tidak mungkin digeser untuk program lain. Surat tersebut ditandatangani
oleh Wakil Gubernur Papua Alex Hesegem, SE. Keinginan masyarakat bisa
terjawab di tahun 2007 mendatang, karena akan diturunkan dana langsung
ke kampung-kampung untuk kepentingan bersama di kampung.
10 Oktober
Frans Maniagasi (anggota Pokja Papua di Jakarta) menilai masuknya
ribuan proposal ke kantor gubernur sebagai salah satu kelemahan terbesar
yang dilakukan pemerintah selama ini.
19 Oktober
Gubernur Papua Barnabas Suebu membeberkan hasil Musrembang.
Menurut Gubernur Suebu pada Musrenbang tersebut telah
menyepakati pelaksanaan pembangunan di tahun 2007 di mana.
Pemerintah Provinsi Papua bersama Pemerintah Kota dan Kabupaten
akan berkonsentrasi pada empat poin penting. “Ada 4 agenda penting
yang merupakan hasil Musrenbang yang akan kita laksanakan pada
tahun 2007 nanti,” kata Gubernur. Empat agenda penting tersebut
antara: Agenda pertama adalah terciptanya good governance di Papua
yang dicapai melalui reformasi birokrasi, reformasi anggaran belanja,
pengembangan sistem baru dalam anggaran belanja dan jasa, serta
peningkatan kapasitas mulai dari tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota,
hingga Distrik. “Dengan demikian diharapkan pemerintahan yang ada
nanti akan semakin cerdas melayani rakyat dengan sebaik-baiknya,”
ujarnya. Agenda kedua adalah perbaikan kesejahteraan rakyat yang
363
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
difokuskan pada perbaikan kesejahteraan rakyat di kampung-kampung
melalui program perbaikan makanan dan gizi rakyat, perbaikan dan
peningkatan mutu kesehatan dan pendidikan. Untuk menuju kearah
tersebut akan diadakan program pengembangan ekonomi rakyat
melalui perumahan dan infrastruktur. “Untuk program ini, kami akan
sediakan uang sebesar Rp 100 juta dalam bentuk block grant yang
langsung diserahkan ke kampung-kampung,” ungkap Gubernur.
13 Desember
Desakan dari sejumlah elemen untuk menaikan UMP (Upah
Minimum Provinsi) dinaikan menjadi Rp 1 juta rupanya sulit
direalisasikan karena keputusan dewan pengupahan yang menaikan UMP
sekitar 10-20% dari UMP sebelumnya sebesar Rp 971.000, sudah
merupakan keputusan final. “Sulit bagi kami untuk mengubah keputusan
dewan pengupahan Provinsi Papua,” kata W.D. Ochabair. Katanya apa
yang sudah ditetapkan itu melalui proses pengkajian dan telah dikaitkan
berbagai sektor yang ada mulai dari pangan, papan dan sampai pada
transportasi.
14 Desember
Harga beras antarpulau di Kabupaten Biak Numfor saat ini mulai
mengalami kenaikan yang rata-rata 500/kg. Menurut Syamsir, salah seorang
pedagang, kenaikan itu sudah berlangsung sejak seminggu. Untuk beras
Cap Jempol harganya sekarang Rp 6000 per kilogram dari sebelumnya
5.500 per kilogram. Yang paling mahal adalah beras Cap Tawon yang
sebelumnya Rp 6.500 sekarang sudah Rp 7.000 per kilogram. Katanya
beras ini naik dikarenakan beras yang dibeli dari distributor juga telah
naik. Sementara itu Kepala Bulog Sub Divre Biak Numfor Lubis Husainy
mengaku bahwa harga beras naik itu dikarenakan produksi dari Jawa
juga naik, selain itu permintaan yang besar apalagi menjelang hari raya.
18 Desember
Empat Menteri akan kunjungi Papua, tiga di antaranya akan ke
364
Yahukimo. Mereka adalah Menko Kesra Aburizal Bakri, Menteri Pertanian
Anton Apriantono dan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari bersama
pejabat kementerian PU. Sedangkan Menteri Kehutanan M.S. Ka’ban
rencananya akan melakukan penanaman 1.000 pohon lindung bersama
KNPI Papua di Bumi Perkemahan (Buper) Waena Kota Jayapura.
Sedangkan ke-3 Menteri yang ke Yahukimo direncanakan akan
mengunjungi Kurima dan Tangma untuk melakukan evaluasi dari program
yang dilakukan sebagai upaya antisipasi bencana setahun yang lalu.
19 Desember
Masyarakat kecewa dengan batalnya kedatangan Menko Kesra
Abdulrizal Bakrie bersama menteri lainnya ke di Distrik Tangma,
Kabupaten Yahukimo. Kekecewaan ini bertambah besar apalagi
sebelumnya Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono berencana akan
datang berkunjung pada Juni 2006 lalu namun tidak jadi. Hal ini
disampaikan oleh Kepala Desa Induk Tangma, Tobias Elopere. Karena
masyarakat rela turun gunung dan menyiapkan babi 24 ekor, belum lagi
saat Presiden tiba masyarakat sudah memotong babi 54 ekor. Kata Bapak
Tobias, jika pemerintah tidak mau datang berkunjung ke Tangma jangan
mengobral janji saja akan mengunjungi Tangma. “Kami ingin Menko Kesra
datang supaya kami ingin menyampaikan aspirasi agar kami mendapat perhatian
yang serius dalam pembangunan di daerah kami yang ada di pedalaman ini,”
katanya. Kekecewaan ini juga disampaikan oleh Kepala Suku Tangma Ohena
Elopere, “Kami seluruh lapisan masyarakat sangat kecewa dengan batalnya
kunjungan Menteri ini karena sudah 2 kali kunjungan ke Tangma batal”. Namun
Bupati Pahabol mengatakan, “akan menseriusi program-program yang telah
dilaksanakan dan akan terus dilaksanakan di Tangma”.
20 Desember
Akibat THR (Tunjangan Hari Raya) tidak dibayar, ratusan guru di
Wamena melakukan demonstrasi guna mempertanyakan hak mereka,
ditanggapi oleh Plt. Bupati Jayawijaya Nocolas Jigibalom mengatakan
THR akan dibayar oleh Pemerintah Kabupaten Jawijaya melalui Dinas
365
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
Pendidikan dan Pengajaran selaku instansi teknis. Katanya bahwa semua
hak para guru sudah kami bayarkan termasuk THR baik untuk yang
Muslim maupun Kristen melalui dinas P dan P. Tuntutan para pendemo
juga berkaitan dengan penggantian Kepala Dinas P dan P tapi itu bukan
urusan para pendemo karena itu merupakan kewenangan Bupati Jayawijaya
selaku Pimpinan Daerah. Pergantian itu sudah sesuai prosedurnya.
26 Desember
Harga barang kebutuhan pokok dan tarif angkutan umum jurusan
Wamena ke beberapa daerah mengalami kenaikan menjelang natal.
Kenaikannya antara 50% sampai 100% dari harga normal. Hal ini dikatakan
oleh Ketua DPD Partai Golkar Amos Kenelak. Ia menyayangkan kenaikan
ini. Karena itu, Ketua DPD ini mendesak pemerintah Kabupaten
Jayawijaya menyikapi dengan menentukan harga pokoknya. Ia
mencontohkan beras yang harganya Rp 300 ribu kini menjadi 365 ribu.
27 Desember
Pendataan yang dilakukan oleh Badan Pusat Stastistik (BPS) Kota
Jayapura 2006 tercatat 22.000 kepala keluarga (KK) masuk dalam kategori
miskin. Data ini dipakai untuk memperoleh jatah beras miskin (Raskin)
dan bantuan lainnya. Kepala BPS Kota Jayapura, Drs. Johanis Lahilatu
mengatakan jumlah ini masih akan diseleksi untuk diajukan ke pemerintah
sebagai acuan dalam pengalokasian Raskin atau keperluan lainnya dalam
mengambil kebijakan pembangunan. Kepala BPS mengatakan bahwa
kategori miskin ini diseleksi lagi kemudian akan dibagi dalam tiga kelompok
yakni kategori sangat miskin, miskin dan hampir miskin. Hal ini dilakukan
supaya data tersebut benar-benar akurat sehingga ketika ada bantuan maka
yang berhak adalah masyarakat yang sangat miskin. Proses ini dilakukan
sangat ketat karena ada masyarakat yang sangat miskin tetapi tidak
memperoleh bantuan
28 Desember
Adanya perhatian dari BPMD Provinsi Papua yang pada anggaran
366
2007 nanti masih tetap akan memberikan perhatian terhadap
pengembangan masyarakat terisolir disambut positif Sekretaris Komisi
E DPRP Yosephine Pigai, S.Sos. Program pengembangan masyarakat
terisolir sangatlah wajar dan harus terus didorong untuk dimasukan sebagai
salah satu program prioritas pembangunan di daerah ini. Bentuk paket
bantuan maupun pembangunan sarana prasarana infrastruktur kampung,
terutama air bersih jalan dan jembatan sangat tepat direalisasikan dan kami
di dewan akan mendukungnya. Program akan berjalan dengan baik bila
kemitraan yang selama ini telah dibangun oleh pemerintah dengan LSM,
tokoh masyarakat, agama, dan adat tetap dipertahankan.
Bencana banjir yang sering melanda sejumlah wilayah di Kota Jayapura
tampaknya akan menjadi perhatian serius Dinas Pekerjaan Umum (PU)
Kota Jayapura pada tahun anggaran 2007. Kepala Dinas Pekerjaan Umum
Kota Jayapura (PU) Malkidin Soltief mengatakan pada 2007 nanti pihaknya
akan membuat perencanaan terhadap penanganan banjir, salah satunya
dengan memperlebar saluran pembuangan di wilayah yang sering
mengalami banjir tersebut.
B.4 PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM
3 Oktober
Sekitar 100 orang bersenjata panah dan parang membobol pagar areal
pengolahan tembaga PT Freeport Indonesia di Kabupaten Mimika, Papua.
Mereka memasuki unit pengolahan konsentrat tembaga dan menuntut
PT Freeport Indonesia menghentikan produksinya. Belum diketahui apa
faktor pemicu aksi pembobolan yang terjadi sekitar pukul 16.30 WIT itu.
Para warga tersebut diduga bagian dari kelompok pendulang tradisional
di aliran tailing PT Freeport Indonesia di Desa Banti, Distrik Tembagapura,
Kabupaten Mimika.
10 Oktober
Bupati Keerom, Celcius Watae, mengungkapkan pihaknya menemukan
daerah yang memiliki kandungan emas cukup besar. Kawasan yang
367
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
memiliki kandungan emas ini terdapat di Kali Kai dan Kali Mafi, yang
terletak di Distrik Senggi, Kabupaten Keerom, Papua. “Sebenarnya
eksplorasi sudah dilakukan sejak 1997,” kata Celcius Watae di Jayapura
kemarin. Daerah yang dieksplorasi membentang dari Distrik Kaureh Lereh,
Kabupaten Jayapura, sampai Kesna Kundu di Distrik Senggi, Kabupaten
Keerom.
11 Oktober
Lembaga Musyawarah Adat Amungme dan Lembaga Musyawarah
Adat Kamoro meminta PT Freeport Indonesia menghentikan dana
kemitraan atau dana satu persen. Dana itu dinilai gagal menyejahterakan
masyarakat dan sebaliknya menimbulkan berbagai masalah sosial dan
konflik di Kabupaten Mimika, Papua. Hal itu disampaikan Ketua Badan
Musyawarah Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan
Kamoro (LPMAK), Andreas Anggaibak.
17 Oktober
Freeport-McMoRan Copper and Gold Inc. yang memiliki tambang
emas terbesar di dunia meraih keuntungan lebih dari dua kali lipat karena
kenaikan tajam harga emas dan tembaga dalam kuartal ketiga tahun ini.
Pada 30 September 2007, perusahaan tersebut meraup keuntungan senilai
$350,7 juta, atau $1,67 per saham, dengan pendapatan $1,64 miliar. Padahal
pada tahun sebelumnya, perusahaan tersebut hanya meraih $165,8 juta,
atau 86 sen per saham, dengan pendapatan $983,3 juta. Para analisis
sebelumnya meramalkan pendapatan $1,59 per saham berdasarkan
penjualan saham senilai $1,31 miliar.
Freeport-McMoRan menjelaskan bahwa harga emas rata-rata mencapai
$608,79 per ons pada kuartal tersebut, dibandingkan dengan $445,57 per
ons tahun lalu. Sementara harga tambang rata-rata $3,43 per pon
dibandingkan dengan harga tahun lalu yang hanya sebesar $1,73 per pon.
Total penjualan 323,6 juta pon tembaga dan 478.000 ons emas,
dibandingkan dengan 346,3 juta pon tembaga dan 475.000 ons emas
pada kuartal ketiga 2005.
368
29 November
Tugboat milik PT Wapoga yang baru saja memuat 362 batang atau 24.114
m3 kayu gelondongan meledak. Menurut anak buah kapalnya, John Yansen,
ledakan tidak mungkin berasal dari mesin kapal karena pada saat itu mesin
mati dan hanya generator yang menyala. Delapan ABK, termasuk dua warga
negara Malaysia, selamat, tetapi tugboat rusak dan tenggelam.
2 Desember
Setelah terjadi ledakan di logpond areal HPH PT WMT Bonggo pada
29 November 2006 dan PT WMT Biak pada 1 Desember 2006, Kapolda
Papua, Tommy Yakobus, memerintahkan Tim Detasemen 88 Polda Papua
yang dipimpin Kombes Fachruddin dan Tim Gegana Polri serta Direskrim
Polda untuk mengusut tuntas hal tersebut.
4 Desember
Wakapolda, Max Donald Aer, mengatakan hingga kini pihak kepolisian
belum menemukan hubungan kedua kasus peledakan tersebut. Tim
Penyidik Polda Papua, Densus 88, tim forensik Polda Sulsel sudah
melakukan olah TKP namun hingga kini belum diketahui hasilnya.
18 Desember
Kejahatan pembalakan liar di Indonesia khususnya di Papua merupakan
salah satu masalah kehutanan yang menjadi perhatian pemerintah hingga
2009. Kata Menteri Kehutanan M.S. Ka’ban pada acara pencanangan
rehabilitasi di Rinawen, Buper-Waena. “Cukong-cukong kayu akan terus
dikejar karena telah merugikan negara dan masyarakat. Kegiatan
pembalakan akan terus harus dibasmi dan sama sekali tidak diperkenankan
karena ini menjadi program prioritas kami,” tegasnya. Yang juga menjadi
prioritas pemerintah adalah pembagian kewenangan pengelolaan hutan
yang masih terus dipersoalkan selama ini. Meskipun tidak mudah, namun
pihaknya melihat itu sebagai penyelesaian konflik tentang kewenangan.
Batas-batas kewenangan antara pusat, daerah dan masyarakat harus
diperjelas sehingga pengelolaan hutan ini benar-benar memberikan
kesejahteraan bagi masyarakat „
369
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
370
BAGIAN II
ANALISIS LINT
A SAN P
ERISTIW
A
LINTA
PERISTIW
ERISTIWA
A. Analisis Hak-Hak Sipil dan Politik
oleh : A.F. Sari Rosa Moiwend, S.Hut
Secara umum sepanjang penghujung tahun 2006 ini dinamika sosial budaya
di Papua masih diwarnai dengan lanjutan berbagai peristiwa penting pada
pertengahan tahun. Beberapa peristiwa konflik pada tengah tahun 2006 masih
terus berlanjut dan ada juga yang terulang kembali di akhir tahun ini. Situasi
keamanan dan pertahanan di wilayah Kabupaten Puncak Jaya berada pada
tensi yang cukup tinggi untuk 3 bulan terakhir ini dan sangat menyita perhatian
pihak aparat keamanan baik Polisi dan TNI AD.
Di bidang pemerintahan, sengketa seputar Pilkada Bupati di Paniai, Mappi
dan Puncak Jaya mengakibatkan terganggunya roda pemerintahan. Sementara
itu masyarakat kita dibingungkan dengan adanya sikap saling lempar
tanggungjawab antara pihak penyelenggara pemerintahan terhadap kemacetan
implementasi Otsus di Papua.
Pemenuhan hak-hak ekonomi, sosial dan budaya diwarnai dengan berbagai
persoalan yang seakan tak pernah habis. Hak pendidikan digerogoti oleh
korupsi, sengketa tanah adat, serta lemahnya niat politik pemerintah untuk
memenuhi hak-hak warganya. Pola yang sama terjadi pula dalam pemenuhan
hak atas kesehatan yang masih sebatas unsur pengobatan.
Di tengah situasi yang tidak menentu ini, masyarakat kita harus berhadapan
dengan pemodal besar yang terus menghisap kekayaan sumber daya alam
Papua, baik hutan, hasil tambang dan hasil laut, tanpa ada niat baik untuk
memberdayakan masyarakat.
Gambaran situasi hak asasi manusia di akhir tahun ini seakan
memberitahukan kepada kita masih banyak hal yang belum beres dan belum
371
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
selesai di tahun 2006 ini. Kita menutup tahun ini dengan penuh kecemasan.
Apakah akan ada perubahan yang lebih baik di tahun mendatang?
A1. ANCAMAN TERHADAP KEBEBASAN WARGA
Penghujung tahun 2006 ini masih diwarnai dengan kelanjutkan penanganan
kasus insiden 16 Maret awal tahun ini dan penanganan kasus Mile 62 Timika.
Proses hukum kasus 16 Maret yang berlangsung di Pengadilan Negeri Jayapura
dirasakan tidak adil oleh para tersangka, terutama oleh pihak keluarga. Mereka
merasa apa yang dituduhkan kepada mereka itu tidak terbukti karena mereka
sama sekali tidak melakukan tindak pidana, apalagi sampai menewaskan lima
anggota aparat keamanan. Sebagian besar dari mereka yang menjadi tersangka
adalah korban ‘salah tangkap’ pihak keamanan yang melakukan penyisiran
pasca peristiwa 16 Maret.
Di bagian lain, penanganan kasus Mile 62 Timika sampai pada tahap
tuntutan jaksa untuk menghukum terdakwa Anton Wamang dengan tuntutan
20 tahun penjara. Namun demikian sepertinya pihak kepolisian masih sulit
untuk mengungkapkan motif dibalik penyerangan Mile 62 tersebut. Padahal
kasus ini sendiri terjadi Agustus 2002.
Pada bulan November perhatian masyarakat Papua tertuju pada peringatan
wafatnya Theys Hiyo Eluay yang diproklamirkan oleh Dewan Adat Papua
(DAP) sebagai hari Kejahatan Kemanusiaan di Papua dan diperingati pada
11 November. Masih terus melekat di ingatan rakyat Papua bahwa pada 10
November 2001 Theys Hiyo Eluay diculik dan kemudian ditemukan telah
tidak bernyawa pada 11 November 2001. Sebuah tragedi bagi masyarakat
Papua yang hingga kini terus menuntut pengungkapan kebenaran atas kasus
tersebut.
Dalam kaitan dengan itu Dewan Adat Papua (DAP) menyelenggarakan
sebuah kegiatan yang berlangsung di GOR Cenderawasih Jayapura pada 14
November. Sebuah momen yang istimewa karena hadir pula tokoh nasional
Indonesia, Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mantan Presiden Republik
Indonesia yang secara khusus mendapatkan penghargaan dari DAP atas jasajasanya bagi rakyat Papua ketika menjabat sebagai Presiden RI pada periode
372
1999 – 2001. Gus Dur telah memberikan dukungan dana sebesar Rp 2
Milyar untuk penyelenggaraan Konggres Papua II tahun 2000.
Peristiwa tersebut mau mengingatkan kita kepada semua momen amat
penting dalam sejarah Bangsa Papua ketika seluruh komponen rakyat Papua
berkumpul untuk menyatukan aspirasi, menyatukan sebuah visi, misi bagi
penegakan hak-hak orang asli Papua di atas tanah ini yang bermuara pada
tuntutan kemerdekaan. Momen bersejarah yang akhirnya melahirkan sebuah
Otonomi Khusus setelah sebelumnya terjadi tawar-menawar politik antara
Jakarta dan Papua. Pilihannya adalah antara “M” atau “O”, di mana akhirnya
Otonomi Khusus dianggap merupakan solusi terbaik bagi penyelesaian seluruh
persoalan di Papua.
Kebijakan Gus Dur saat menjabat presiden menunjukkan bahwa di era
tersebut ada ruang yang lebih luas bagi orang Papua untuk berekspresi dan
berbicara bebas tentang jati dirinya. Kesempatan lebih terbuka bagi orang
asli Papua untuk mengangkat persoalan yang menyangkut hak-hak hidup
mereka setelah sekian puluh tahun terkungkung dalam belenggu otoritas
Soeharto pada masa kepemimpinannya. Akhirnya situasi menjadi lebih buruk
ketika Megawati mengambil alih kekuasaan dengan menimbulkan berbagai
polemik pemekaran yang isunya masih tetap dihidupkan sampai pada akhir
tahun ini.
Di bulan Desember, seperti biasanya peringatan hari Hak Asasi Manusia
(HAM) diselenggarakan oleh berbagai kelompok masyarakat dan aktivis
HAM di seluruh dunia, termasuk juga di Jayapura dan beberapa kota lain di
Papua. Bentuk peringatan bermacam-macam, namun sederhana dengan
maksud untuk menyadarkan kembali pentingnya penyelesaian kasus-kasus
pelanggaran HAM dalam rangka memberikan rasa keadilan kepada korban
guna penegakan HAM.
Di Jayapura Peringatan hari HAM Internasional ini diselenggarakan dalam
berbagai bentuk oleh berbagai kelompok. Koalisi Perjuangan Hak-hak Asasi
Rakyat Sipil Papua juga mengadakan demo damai untuk menolak cara-cara
kekerasan, mendorong peradilan yang adil dan bermartabat dan menjunjung
tinggi Hak Asasi Manusia.
Sementara itu, Komunitas Survivor Abepura (KSA) yang merupakan
373
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
komunitas korban pelanggaran HAM Peristiwa Abepura 7 Desember 2000
kembali memperingati secara khusus peristiwa tersebut dengan melakukan
ibadah bersama dan kunjungan penghormatan ke makam para korban
Abepura 7 Desember 2000. Peringatan ini menjadi momen yang
mengingatkan kita semua bahwa masih ada pekerjaan besar untuk penegakan
keadilan yang seadil-adilnya terhadap kasus-kasus pelanggaran HAM yang
telah terjadi di Indonesia, secara khusus di Papua.
Ketika berbagai komponen masyarakat di Indonesia dan juga di Papua
memperingati hari HAM sedunia sebagai tanda untuk terus berjuang
menegakkan HAM, Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto justru meminta
masyarakat mewaspadai LSM yang mengatasnamakan penegakan HAM di
Papua karena dianggap mempunyai kepentingan yang tidak jelas dan
melindungi aksi garis keras OPM yang bergerak di Bumi Cenderawasih.
Dikatakan juga bahwa TNI selama ini masih menggunakan tindakan persuasif
bagi gerakan separatis, tetapi bukan tidak mungkin akan mengambil tindakan
tegas.
Hal ini mendapat tanggapan Ketua Divisi Bidang Ekosob Komnas HAM
perwakilan Papua, Frits Ramandey, yang mengatakan bahwa pernyataan
Panglima TNI tersebut bukanlah hal yang baru. LSM HAM tidak hanya ada
di Papua tetapi di seluruh Indonesia dan seharusnya dapat disebutkan dengan
jelas LSM yang dimaksud, bukan hanya menuding saja.
Sikap panglima TNI ini seakan mau menunjukkan bahwa apapun gerakan
sosial rakyat yang bertujuan menegakkan HAM di Tanah Papua dianggap
sebagai separatis. Ketika korban ketidakadilan angkat bicara soal haknya untuk
mendapatkan keadilan, mereka akan dicap sebagai separatis juga. Ketika LSM
atau organisasi masyarakat yang lain bicara soal penegakan hak-hak hidup
orang asli Papua sebagai salah satu bentuk penegakan HAM, maka akan
dicap sebagai organisasi yang mendukung OPM dan dianggap separatis.
Bahkan mungkin saja ketika seorang pejabat pemerintah di Papua bicara soal
pemberdayaan hak-hak hidup orang asli Papua pun akan dicap sebagai
separatis.
Pernyataan Panglima Djoko Suyanto ini jelas menerangkan kepada kita
betapa tidak ada ruang yang cukup luas bagi komponen masyarakat sipil di
374
Papua untuk bebas berekspresi, bebas melakukan apa yang dianggap baik
bagi kepentingan penegakan keadilan guna mewujudkan suatu kehidupan
yang damai di Tanah Papua ini. Hal ini juga menunjukkan sikap tidak
profesional Panglima TNI karena tidak mampu mengidentifikasi secara jelas
LSM mana yang bertindak separatis sehingga hal ini sebenarnya hanya ancaman
saja.
A2. PERTAHANAN DAN KEAMANAN
Di bidang pertahanan dan keamanan, upaya pihak pemerintah Indonesia,
secara khusus TNI dan Polri untuk menjaga keutuhan NKRI semakin
ditingkatkan. Fokus perhatian jatuh pada pertahanan wilayah laut, wilayah
udara dan wilayah perbatasan negara seperti di Kalimantan, Sulawesi dan
secara khusus di Papua semakin ditingkatkan.
Di Papua secara khusus Pangdam XVII/Trikora, Mayjen TNI Zamroni
mengatakan perlunya mengatasi kelompok separatis dengan melakukan
pembinaan kepada kelompok-kelompok separatis (TPN/OPM) dengan
mengedepankan pendekatan kemanusiaan. Tidak terlalu jelas bentuk
pembinaan seperti apa yang akan dilakukan oleh pihak TNI (Kodam) sehingga
kelompok-kelompok seperti TPN/OPM tidak lagi mengganggu keamanan
negara. Pernyataan ini akan kita konfrontasikan dengan operasi TNI yang
terjadi di Mulia dalam uraian lebih lanjut di bagian ini.
Pertahanan wilayah laut di Papua sebagai wilayah laut NKRI juga mendapat
perhatian serius dari TNI Angkatan Laut. Maraknya illegal fishing yang terjadi
di wilayah perairan bagian utara dan selatan Papua tetap menjadi sasaran
berbagai patroli pengamanan yang dilakukan oleh TNI Angkatan Laut.
Dengan peningkatan patroli seperti ini diharapkan praktek illegal fishing di
wilayah perairan Papua dapat semakin berkurang.
Sementara itu, sekitar 200 orang nelayan asal Indonesia (Papua) juga
ditangkap oleh pihak Australia karena melintasi wilayah perairan negara itu.
Sebagian besar di antaranya adalah nelayan asli Papua asal Merauke. Berkaitan
dengan maraknya peristiwa seperti ini, maka pihak pemerintah Provinsi Papua
dan Pemerintah Australia akan bekerja sama memberantas illegal fishing. Sekda
375
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
Drs. Andi Baso Basaleng mengatakan niat baik kerjasama ini akan dituangkan
dalam kesepakatan kerjasama antara kedua pemerintah.
Masih dalam kaitan dengan pertahanan wilayah laut, TNI Angkatan Laut
akan segera meningkatkan status Lanal Merauke menjadi Pangkalan Utama
(Lantamal) XI Merauke pada tahun 2007 mendatang. Hal ini mendapat
dukungan penuh dari DPR Papua yang disampaikan oleh Ketua Komisi A,
Yance Kayame, yang membidangi Pertahanan dan Keamanan. DPRP menilai
bahwa rencana ini merupakan suatu langkah maju dari pemerintah dalam
meningkatkan sistem pertahanan dan keamanan daerah Papua sebagai bagian
integral dari NKRI.
Sementara itu, TNI Angkatan Udara sibuk menambah radar di berbagai
tempat di Indonesia, termasuk memasang radar baru di Merauke untuk
memantau pesawat-pesawat yang melintas di wilayah Indonesia. Dengan
demikian segala aktivitas penerbangan di wilayah udara akan selalu terpantau.
Melihat berbagai upaya yang dilakukan oleh TNI dalam rangka
mempertahankan keutuhan dan keamanan wilayah negara Republik Indonesia
ini, kita menjadi sadar bahwa wilayah Tanah Papua ini menjadi suatu wilayah
yang sangat penting dan berharga bagi Indonesia. Betapa tidak, berbagai
upaya dilakukan TNI sebagai pembela negara untuk mempertahankan dan
menjaga keutuhan Tanah Papua sebagai bagian dari NKRI. Apakah memang
begitu besar ancaman terhadap pertahanan negara di wilayah Papua?
Ketika berbagai kekuatan TNI diarahkan untuk mempertahankan wilayah
laut, darat dan udara, di bagian tengah wilayah Papua, terjadi rentetan peristiwa
di Mulia, Kabupaten Puncak Jaya. Pada bulan Oktober telah terjadi konflik
antarwarga dan amuk massa yang akhirnya menghancurkan sejumlah aset
vital di Mulia. Di saat yang bersamaan, proses awal Pilkada Bupati Puncak
Jaya memicu konflik antarwarga.
Belum lagi selesai konflik pada bulan Oktober, perhatian kita dikejutkan
dengan peristiwa penaikan bendera Bintang Kejora di Mulia oleh sekelompok
orang yang disinyalir sebagai anggota TPN/OPM. Dua orang anggota TNI
yaitu Serda Joko Susanto, seorang anggota Kopassus dan Tobias Sirken,
seorang purnawirawan dari Koramil Mulia saat itu berupaya melakukan
negosiasi dengan kelompok tersebut agar bendera diturunkan. Namun
376
akhirnya keduanya mengalami nasib naas. Pada 9 Desember kedua anggota
TNI ini ditemukan tewas di Gunung Pomo. Pelaku pembunuhan oleh pihak
TNI AD disebut-sebut berasal dari kelompok TPN/OPM pimpinan Goliat
Tabuni. Pihak TNI kemudian mengadakan penyelidikan yang mendalam dan
proses itu di back up oleh Polda Papua dengan mengirimkan tambahan pasukan
ke Mulia.
Penambahan pasukan ini menyebabkan situasi di Mulia mencekam. Patroli
dan jam malam diberlakukan. Namun selang beberapa hari, pada 13
Desember, terjadi penyerangan terhadap seorang anggota Brimob yang
sedang berpatroli. Senjata api yang dibawanya dirampas oleh oknum-oknum
yang disebut juga sebagai anggota TPN/OPM. Setelah peristiwa ini,
pengamanan di Kota Mulia semakin ditingkatkan, termasuk dengan
melakukan sweeping KTP.
Situasi yang semakin mencekam ini mendapat tanggapan Gubernur Papua
Barnabas Suebu. Gubernur mengharapkan persoalan ini segera ditangani dan
pelaku ditindak secara hukum. Sementara itu Bupati Puncak Jaya Frans
Kristantus mengharapkan proses persuasiflah yang dilakukan dan tidak perlu
ada lagi penambahan pasukan baik dari TNI maupun Polri. Dirinya khawatir
masyarakat akan semakin takut terjadi perang apalagi dengan berbagai sweeping
yang dilakukan di Mulia.
Dalam situasi tegang di Mulia, sebuah pesawat milik Trigana Air pada
tanggal 21 Desember dikabarkan nyaris terkena peluru saat terbang rendah
untuk melakukan pendaratan di Bandara Mulia. Peristiwa ini membuat
Kapolres Puncak Jaya AKBP Yakobus Marjuki memerintahkan pengamanan
ketat di daerah Bandara Mulia dan mengeluarkan peringatan kepada pihak
penerbangan untuk berhati-hati saat akan mendarat atau ketika melintasi celah
gunung. Menurutnya bukan tidak mungkin anggota TPN/OPM akan mudah
menembak pesawat dengan jarak terbang yang dekat.
Peningkatan status keamanan di Mulia, Puncak Jaya ini mempengaruhi
dinamika dan aktivitas warga Mulia. Orang tidak terlalu bebas pergi ke kebun
atau sekedar bertemu dengan kerabat dan sanak saudara. Apalagi ada
pemeriksaan ketat kepada orang-orang yang datang dari luar Mulia. Siapapun
mereka, pasti diawasi aktivitasnya, sehingga tidak ada ruang yang cukup bagi
377
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
warga sipil di Mulia untuk bebas melakukan aktivitasnya.
Di tengah situasi penuh kecemasan dan ketakutan yang dialami warga
sipil, terkesan kedua institusi TNI maupun Polri baku tunggu dalam mengambil
langkah pemulihan kondisi keamanan di Mulia. Yang lebih mengherankan,
pihak polisi melalui Kapolres menyatakan pada tanggal 24 Desember TNI
melakukan penembakan terhadap kerumunan massa yang sedang
mengibarkan bendera Bintang Kejora dan mereka diduga sebagai TPN/
OPM. Akibatnya massa bubar dan TNI tetap melakukan pengejaran.
Sedikitnya 2 atau 4 orang dari kelompok itu tertembak. Pernyataan ini
ditentang oleh Danrem 173/Praja Vira Braja, Kolonel Inf. Herman Tedez.
Menurutnya hal itu tidak benar. Kelompok yang mengibarkan bendera bukan
kelompok Goliat Tabuni, pelaku pembunuhan 2 aparat TNI, sehingga tidak
mungkin pihaknya tetap melakukan pengejaran, apalagi sampai menembak.
Kapendam XVII/Trikora Letkol Inf. Imam Santosa mengatakan TNI hanya
membackup Polisi jika diperlukan sedangkan urusan ketertiban sipil adalah
urusan Polisi.
Kesan saling lempar tanggung jawab terlihat dari pernyataan yang
kontradiktif ini. Betapa tidak, dalam situasi seperti itu, kedua pihak yang
diharapkan dapat memulihkan situasi keamanan di Mulia justru berbeda
pendapat. Meskipun sudah ada penambahan pasukan dari kedua unsur institusi
ini, tetap saja tidak ada langkah nyata yang menunjukkan upaya pemulihan
kondisi keamanan. Justru yang terlihat adalah situasi semakin mencekam dan
tegang antara kedua institusi TNI dan Polri ini. Akibatnya masyarakatlah yang
menjadi cemas dan bingung.
Di tengah kecemasan ini, satu peristiwa penting juga sedang berlangsung
di Mulia yaitu pemilihan bakal calon Bupati Puncak Jaya. Terjadi persaingan
yang cukup kuat antara para kandidat pasangan Bupati dan Wakil Bupati.
Persaingan politik ini menimbulkan berbagai spekulasi di kalangan masyarakat
tentang adanya kaitan antara beberapa peristiwa tersebut dengan persaingan
kandidat Bupati dan Wakil Bupati. Banyak pihak menduganya sebagai sebuah
rekayasa yang sedang dibuat oleh pihak-pihak tertentu untuk mengacaukan
situasi keamanan guna mengganggu kelancaran proses Pilkada Bupati di
Puncak Jaya.
378
Apa sebenarnya yang sedang terjadi dibalik berbagai kekacauan di Mulia
ini? Peningkatan pengamanan yang berlebihan ini rupanya tidak juga
menyelesaikan persoalan. Situasi keamanan di Mulia bukannya semakin
membaik tetapi justru semakin tidak jelas dan mencemaskan. Meskipun
pengamanan dilakukan berlapis oleh TNI dan Polisi namun sampai saat ini
belum terungkap siapa pelakunya karena pihak keamanan belum dapat
menangkap pelakunya.
A.3 PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN
Dalam bidang penyelenggaraan pemerintahan, akhir tahun ini penuh
dengan hiruk-pikuk seputar Pilkada Bupati di beberapa kabupaten yaitu Puncak
Jaya, Paniai, Jayapura dan Mappi. Mari kita melihat bagaimana dinamika
seputar Pilkada Bupati dan Wakil Bupati di beberapa wilayah ini.
Perseteruan antara pasangan yang kalah dan pasangan yang menang dalam
Pilkada Bupati Paniai masih terus berlanjut sampai akhir tahun ini. Pihak yang
kalah tetap menganggap bahwa hasil Pilkada Bupati Paniai itu tidak fair
meskipun KPUD dalam sidang plenonya telah memutuskan bahwa pasangan
Naftali Yogi – Derek Pakage menang secara sah. Pihak yang kalah kemudian
menggugat KPUD Kabupaten di Pengadilan Negeri namun akhirnya
Pengadilan juga memenangkan KPUD. Dukungan kepada pasangan ini
diberikan oleh banyak pihak. Mereka meminta agar Gubernur Papua segera
melantik Bupati dan Wakil Bupati Paniai. Salah satunya adalah Gerakan
Mahasiswa dan Masyarakat Paniai (GEMMPUR). Mereka mendorong hal
ini dengan dasar agar penyelenggaraan pemerintahan di wilayah kabupaten
ini tidak tertunda-tunda dan masyarakat tidak menjadi korban dari perseteruan
ini.
Sementara itu, di kabupaten Puncak Jaya, persiapan Pilkada Bupati menjadi
agenda paling penting di akhir tahun ini dan akan terus berlangsung sampai
tahun mendatang. Ada 4 pasang calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten
Puncak Jaya dan masing-masing berupaya keras untuk memenangkan Pilkada
tersebut. Persaingan hebat juga sudah mulai terlihat bahkan pada awal
pencalonan pasangan kandidat. Keempat pasang, masing-masing Elvis Tabuni
379
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
– Pdt. Paul Tabuni, Yakob Yikwa – Drs. Jason Muabuay, Lukas Enembe
SIP – Drs. Henock Ibo, Elieser Renmaur – Drs. Baharudin Wakerkwa.
Proses pencalonan Bupati dan Wakil Bupati Puncak Jaya rupanya tidak
berjalan sesuai dengan aturan semestinya. KPUD Kabupaten yang semestinya
menjalankan proses pencalonan justru tidak berfungsi. Anehnya DPRD
Kabupaten Puncak Jayalah yang membentuk Panitia Khusus (Pansus) Pilkada
dan menetapkan syarat khusus bahwa yang berhak mencalonkan diri dalam
pertarungan politik ini adalah putera daerah. Dengan dasar UU. No. 21
tahun 2001, pasal 20, ayat 1, huruf s, Ketua DPRD Puncak Jaya, Timotius
Murib mengatakan Pilkada Puncak Jaya adalah yang pertama menggunakan
dasar hukum tersebut. Meskipun belum ada Peraturan Daerah Provinsi
(Perdasi) dan Peraturan Daerah Khusus (Perdasus) yang mengaturnya, Timotius
mengatakan sudah mendapat rekomendasi dari MRP.
Hal ini tentu membuat geram pihak calon lainnya seperti pasangan Elieser
Renmaur dan Baharudin Wakerkwa. Melalui tim kuasa hukumnya, mereka
mengajukan gugatan hukum terhadap KPUD Puncak Jaya yang tidak
menjalankan tugasnya sesuai PP No. 6 Tahun 2006 dan UU No. 32 tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah. Gugatan ini membuahkan hasil, karena
akhirnya KPUD Puncak Jaya kembali menjalankan fungsinya dan memproses
semua berkas-berkas pencalonan.
Apa sebenarnya yang menjadi tujuan DPRD membentuk Pansus Pilkada
Bupati tidaklah begitu jelas. Meskipun DPRD menggunakan alasan keamanan,
tetapi mestinya sebagai lembaga negara, DPRD lebih paham dengan aturanaturan hukum yang berlaku di negara ini. DPRD Kabupaten Puncak Jaya
jelas-jelas telah melakukan kekeliruan dengan membentuk Pansus sebagai
pelaksana Pilkada karena DPRD tidak memiliki kewenangan untuk
melaksanakan Pilkada. Ketua KPUD Provinsi Papua Ferry Kareth
menegaskan agar semua pihak berpegang kepada aturan yang berlaku yaitu
UU No. 32 Tahun 2004 dan PP No. 6 tahun 2005 dan melakukan tugas
sesuai dengan kewenangan masing-masing.
Momen persiapan Pilkada Puncak Jaya yang berlangsung di tengah situasi
mencekam di ibukota Mulia menimbulkan berbagai spekulasi. Berbagai pihak
mengait-ngaitkan persaingan politik dalam Pilkada Bupati Puncak Jaya dengan
380
kasus penyerangan yang mengakibatkan terbunuhnya anggota Kopasus dan
pensiunan anggota Koramil yang diikuti dengan serentetan aksi teror terhadap
warga sipil. Sulit memang untuk dibuktikan keterkaitan langsung antara
sederetan peristiwa tersebut. Apalagi belum ada kejelasan pelaku dan motif
berbagai peristiwa yang mencemaskan ini. Pihak TNI dan Polri sampai saat
ini belum dapat menangkap pelakunya.
Jika di Puncak Jaya proses pencalonan diwarnai dengan gugat menggugat,
di kabupaten Mappi, bagian selatan tanah Papua, proses pelantikan Bupati
dan Wakil Bupati masih saja tertunda cukup lama. Sejak tahun 2005 sampai
sekarang, belum ada kepastian kapan Bupati yang sah akan dilantik. Proses
hukum dan gugatan yang dijalankan selama 1 tahun lebih, tetap tidak
memberikan kelegaan bagi warga masyarakat yang protes tentang Bupati
dan Wakil Bupati Mappi yang haruslah orang asli Mappi. Meski sudah ada
keputusan final dari Mahkamah Agung tetapi para pendukung pihak yang
kalah tetap ngotot. Namun sikap ngotot ini tidak berpengaruh apa-apa.
Pasangan Aminadap Yumame dan Stevanus Kaisma akhirnya resmi dilantik
oleh Gubernur Barnabas Suebu pada tanggal 14 Desember 2006 sebagai
Bupati dan Wakil Bupati Mappi untuk periode 2006 – 2011. Pelantikan ini
berlangsung di gedung DPRD Mappi dan diwarnai juga dengan demonstrasi
oleh warga masyarakat dan pihak yang kontra.
Setelah melantik Bupati dan Wakil Bupati Mappi, Gubernur Barnabas
Suebu kemudian melantik Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Jayapura,
Habel Melkias Suwae dan Zadrak Wamebu. Meskipun sebelumnya muncul
isu yang mengatakan akan ada usaha untuk menggagalkan pelantikan Bupati
dan Wakil Bupati Jayapura ini oleh pihak yang kontra, namun hal tersebut
tidak terbukti. Pelantikan berlangsung dengan lancar meski dengan pengawalan
ketat dari pihak Kepolisian. Dengan demikian Bupati dan Wakil Bupati tersebut
secara resmi harus mulai menjalankan pemerintahan di wilayah ini.
Akhirnya untuk menutup tahun 2006 ini, Pemerintah Provinsi Papua
melakukan pelantikan terhadap 22 orang dari 24 orang anggota DPRD
Kabupaten Mimika periode 2004–2009 setelah tertunda hampir 2 tahun.
Seperti kita ketahui bersama bahwa telah terjadi sengketa yang cukup hebat
dalam proses pemilihan anggota DPRD kabupaten Mimika yang telah
381
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
berlangsung sejak tahun 2004 lalu. Semoga dengan pelantikan anggota DPRD
Mimika ini, tugas dan fungsi wakil rakyat di lembaga kunci ini dapat segera
berfungsi, demi kepentingan rakyat di Mimika.
Di akhir seluruh rentetan hiruk pikuk ini, seperti ada kelegaan bahwa
pelan tapi pasti persoalan-persoalan seputar pemerintahan di tanah ini semakin
terselesaikan di ujung tahun ini. Satu hal yang terus menjadi pertanyaan adalah
bagaimana dengan tuntutan rakyat bahwa kepala daerah haruslah orang asli
Papua dan asli daerah setempat. Apakah kriteria ini dapat segera dipenuhi
pada tahun mendatang sehingga tidak lagi terjadi polemik dalam proses
Pilkada Bupati atau Walikota?
A.4 PENANGANAN KONFLIK
Mengawali tiga bulan penghujung tahun 2006 ini Kota Mulia, Puncak
Jaya memanas. Hanya karena pembagian Bantuan Langsung Tunai (BLT)
sebagai kompensasi Bahan Bakar Minyak (BBM), ratusan warga yang
mengantri dalam pembagian dana tersebut harus baku hantam dan akhirnya
pecah menjadi kerusuhan besar. Karena persoalan kecemburuan sosial
disebabkan sebagian warga mendapat dana sedangkan sebagian lagi tidak,
amuk massa pun terjadi.
Bentrokan itu mengakibatkan 3 orang anggota polisi mengalami lukaluka, sementara di pihak warga sipil, sekitar 5 orang mengalami luka-luka di
antaranya karena terkena tembakan. Selain korban luka-luka, belasan bangunan
milik pemerintah, rumah-rumah pegawai serta kios dan warung makan milik
warga pendatang juga hancur, bahkan Kantor DPRD Puncak Jaya hangus
terbakar.
Meski peristiwa ini dapat ditangani secara hukum, tetapi kerugian fisik
akibat amukan massa ini sangat besar. Diperkirakan kerugian sekitar Rp 30
miliar. Banyak pihak mensinyalir adanya keterlibatan oknum yang disebutsebut sebagai aktor intelektual di balik peristiwa ini dan alasan utama adalah
kepentingan politik tetapi hingga kini pihak Polisi sebenarnya belum mampu
mengungkap siapa pelaku sebenarnya dan motif politik apa yang
melatarbelakangi hal itu.
382
Kejadian ini seakan mengingatkan kita betapa keadaan kemiskinan
masyarakat kita selalu menjadi “rumput kering” yang setiap kali mudah terbakar
jika ada api kecil saja. Orang miskin dan kemiskinannya selalu menjadi “senjata”
yang ampuh untuk mencapai kepentingan pihak-pihak tertentu. Kemiskinan
memang menjadi salah satu sumber konflik, bukan saja di negeri ini tetapi di
Indonesia bahkan di belahan bumi yang lain.
Kekerasan horisontal serupa juga terjadi di Timika. Penanganan secara
hukum akhirnya dilakukan terhadap sejumlah orang yang diduga terlibat
sebagai aktor dalam pertikaian antarmarga di Kwamki Lama yang berlangsung
selama hampir 3 bulan sejak Juli–September lalu. Beberapa orang akhirnya
ditangkap di Timika dan juga di Jayapura oleh pihak kepolisian. Mereka
dikenai pasal 160, 170 dan jo pasal 55 KUHP karena dinilai melakukan
penghasutan dan melakukan perlawanan antara satu dengan yang lainnya.
Peristiwa pertikaian ini merupakan pengulangan peristiwa-peristiwa serupa
yang sudah terjadi sebelumnya.
Sementara itu pihak Asosiasi Mahasiswa Pegunungan Tengah Papua
(AMPTPI) melalui Sekjennya Hans Magal mengatakan bahwa penangkapan
yang dilakukan oleh Kepolisian di Jayapura terhadap sejumlah orang yang
dianggap menjadi aktor konflik di Kwanki dinilai keliru. Hans mengatakan
bahwa beberapa warga tersebut datang ke Jayapura karena dipanggil
kepolisian untuk urusan bayar kepala dan upaya damai. Dengan demikian
upaya yang dilakukan pihak Kepolisian justru hanya akan menambah konflik
baru.
Peristiwa penahanan ini akhirnya mendapat tanggapan dari berbagai pihak
tokoh adat dan tokoh masyarakat di Timika sehingga Direskrim Polda Papua
Kombes Pol. Paulus Waterpauw melakukan penagguhan penahanan agar
penyelesaian secara adat dapat berjalan dan proses hukum positif juga berjalan
seiring dengan proses perdamaian adat.
Jika melihat fenomena konflik yang terjadi di Timika, secara khusus di
Kwamki Lama, perlu menjadi pertanyaan kita semua, sebenarnya apa yang
sedang terjadi? Mengapa Kwamki Lama selalu menjadi daerah konflik antar
warga sipil yang selalu disebut-sebut sebagai “perang suku”, padahal senyatanya
perang suku yang kita ketahui sebagai orang Papua tidak seperti yang terjadi
383
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
di Kwamki Lama. Sebaiknya berbagai pihak, terutama tokoh masyarakat
atau tokoh adat dari kelompok-kelompok yang bertikai dapat mengambil
sikap yang jelas. Sikap jelas artinya tidak mudah terprovokasi atau mudah
dimanfaatkan oleh pihak-pihak elit tertentu yang ingin mengacaukan situasi
keamanan demi terwujudnya kepentingan pribadi atau golongannya.
Selanjutnya apakah upaya damai dengan cara adat dan penanganan hukum
positif yang dilakukan terhadap konflik Kwamki Lama akan menjamin
bahwa konflik seperti ini tidak akan terjadi lagi? Ataukah hal ini hanya berupa
upaya ‘memadamkan api yang sedang menyala dirumput kering’ kemudian
rumput tersebut akan menyala ketika dibakar lagi? Sudah saatnya masyarakat
adat kita dibantu untuk tidak mudah terpengaruh terhadap hasutan demi
kepentingan golongan tertentu.
A.5 ASPIRASI ‘M’
Warga Papua berduka di ujung tahun 2006 ini dengan meninggalnya
seorang tokoh Papua yaitu Dr. Willem Zonggonao di Sydney, Australia. Satu
lagi tokoh Papua atau lebih tepatnya tokoh perjuangan kemerdekaan Papua
yang berpulang ke hadirat yang Maha Kuasa menyusul tokoh-tokoh lain
seperti Arnold Ap, Thomas Wanggai, John Mambor dan Theys H. Eluay.
Dalam suasana duka itu, pro dan kontra muncul mengenai di mana Bapak
Willem ini akan dikuburkan; bahkan pro dan kontra ini cenderung diwarnai
unsur politik. Beberapa pihak di Papua mengharapkan agar jenazah Bapak
Willem dapat dikuburkan di sebelah kuburan Bapak Theys; namun hal ini
juga mendapat penolakan dari keluarga Theys dengan alasan akan menjadi
polemik karena status kewarganegaraan Bapak Willem dan tidak ada
kesepakatan sejak awal Konggres Papua bahwa semua tokoh perjuangan
kemerdekaan Papua yang meninggal akan dimakamkan di satu lokasi yang
sama.
Reaksi warga Papua sewaktu mendengar kabar duka ini juga tidak terlalu
kuat. Hanya pernyataan duka dan sedih, tetapi tidak ada suatu reaksi yang
besar, seperti ketika Theys Eluay terbunuh. Hal ini mungkin saja karena Willem
Zonggonao tidak hidup lama di Papua melainkan menghabiskan hidupnya
384
di negara lain sehingga secara emosional tidak terkait kuat dengan ingatan
orang Papua, terutama generasi muda Papua. Tetapi dapat juga dikatakan
mungkin saja ada ketakutan masyarakat Papua untuk bereaksi terhadap
peristiwa kematian tokoh Papua ini sebagai ungkapan berduka.
Perayaan 1 Desember tahun ini juga tidak dilakukan dengan bentuk yang
khusus, hanya berupa ibadah dan ziarah ke Makam Theys. Momen 1
Desember seperti menjadi ingatan saja bagi setiap warga Papua. Peringatan
1 Desember menjadi momen penting untuk mengenang kembali semangat
kebangsaan dan nasionalisme Papua walaupun dengan cara yang sederhana.
Jika melihat reaksi masyarakat Papua tentang kabar duka meninggalnya
tokoh Papua dan juga peringatan 1 Desember yang seakan menjadi milik
sekelompok orang Papua yang punya keinginan untuk merdeka, maka kita
patut bertanya apakah aspirasi “M” yang dulu begitu keras diteriakkan itu
masih tetap hidup di dalam setiap insan di Tanah ini, ataukah sudah mulai
luntur?
A.6 PEMEKARAN VS OTSUS ; Saling Lempar Tanggung
Jawab
Polemik seputar Otonomi Khusus (Otsus) masih bernada saling
menyalahkan antara berbagai komponen tentang siapa yang paling
bertanggungjawab untuk menjalankan UU No. 21 tahun 2001 ini dengan
baik. Pemerintah Daerah Papua, MRP dan DPRP saling melempar bola
tanggung jawab untuk lahirnya Perdasus dan Perdasi yang akan dipakai sebagai
acuan untuk menjalankan Otsus.
Sementara itu, wacana untuk evaluasi terhadap Otsus juga terus digulirkan.
Ada yang berpendapat yang perlu dievaluasi adalah kinerja pemerintahan
kita berkaitan dengan pelaksanaan Otsus, tetapi ada pula yang berpendapat
UU Otsus itu sudah tidak sesuai dengan kebutuhan jaman sehingga harus
dievaluasi, bahkan direvisi, seperti yang diperjuangkan oleh Barindo Irian
Jaya Barat dibawah pimpinan Edison Parairaway, SH.
Di tengah-tengah perdebatan ini, pelaksanaan pembangunan dengan
sumber dari dana Otsus tetap dijalankan. Menko Polkam Widodo AS
385
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
mengatakan akan berusaha mempercepat pembangunan dengan fokus pada
sektor pendidikan, kesehatan, infrastruktur, ketahanan pangan dan peningkatan
SDM dengan maksud agar Otsus dapat memberikan manfaat yang besar
bagi masyarakat.
Kritik terhadap jalannya Otsus juga ditujukan secara khusus kepada MRP
yang dinilai tidak mampu menjalankan fungsinya sebagai representasi orang
asli Papua di pemerintahan. Frans Maniagasi dari Pokja Papua di Jakarta
mengatakan MRP belum memahami semangat dan cita-cita UU Otsus.
Menanggapi hal ini, MRP mengatakan sudah membuat 6 draf perdasus dan
telah diajukan ke Gubernur namun belum satupun yang ditindaklanjuti.
Di tengah polemik Otsus yang tidak berjalan baik, pihak-pihak lain sibuk
dengan mengupayakan pemekaran provinsi di Tanah Papua ini. Wacana tentang
provinsi Irian Jaya Tengah masih terus dihidupkan. Entah apa yang diharapkan
lagi dari sebuah pemekaran sementara kenyataan pemekaran hanya
menimbulkan ketidakjelasan dan kebingungan bagi masyarakat.
Dalam situasi seperti ini, seharusnya para elit politik kita dapat memilahmilah persoalan mana yang menjadi kepentingan rakyat Papua dan mana
yang menjadi kepentingan sekelompok orang yang ingin kekuasaan dan nama.
Kalau tidak, rakyat Papualah yang akan menderita, mengalami segala bentuk
ketidakjelasan.
B. Catatan Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya
Oleh. Tony Nuwa Wonga, ofm
B.1. Substansi pendidikan belum tersentuh
Upaya mencerdaskan rakyat Papua kiranya masih jauh dari yang diharapkan
seperti telah kita ikuti dalam catatan peristiwa di atas. Berbagai sektor vital
yang mendukung terselenggaranya proses mencerdaskan kehidupan bangsa
masih berjalan pincang, padahal Bidang Pendidikan merupakan salah satu
prioritas perhatian dari Otsus yang sudah berjalan kurang lebih 5 tahun.
386
Catatan peristiwa di atas merangkum pokok-pokok masalah yang dapat
disadari dan diperhatikan bersama sebagai insan-insan yang peduli akan
pembangunan di tanah air khususnya di Tanah Papua seperti kurangnya akses
pendidikan bagi perempuan, terungkapnya kasus korupsi di tingkat perguruan
tinggi, pemalangan sekolah, demo para guru, dan kekurangan guru di daerah
pedalaman.
Selain sisi negatif terdapat juga berbagai terobosan baru yang ingin
dimaksimalkan oleh pemerintah supaya pendidikan dapat berjalan baik, antara
lain, lulusan dari Perguruan Tinggi tidak hanya menjadi PNS, adanya dana
biaya akhir studi, tunjangan untuk guru di pedalaman, program sekolah gratis,
pendidikan berpola asrama, dan PLS. Marilah kita simak satu demi satu.
Dua unsur tak terpisahkan dalam dunia belajar mengajar adalah guru dan
murid. Kesejahteraan para guru menjadi salah satu faktor penentu komitmen
mereka dalam proses mencerdaskan anak didik. Usaha meningkatkan
kesejahteraan para guru coba dilakukan oleh pemerintah melalui Dinas P &
P. Misalnya, Kepala Dinas P & P Kabupaten Jayapura, Jack Ayamiseba,
mengatakan guru-guru di daerah pedalaman diberi tunjangan 9 kali lipat dari
gaji pokok. Janji ini kiranya patut dicermati tidak hanya dari segi pelaksanaan
tetapi juga dari segi sumber dananya karena persentase dana jauh lebih
menentukan letak prioritas daripada sekedar jumlah nominalnya.
Meski tunjangan guru coba dinaikkan, senyatanya kekurangan guru tetap
menjadi masalah yang belum teratasi, khususnya di wilayah pedalaman.
Kekurangan guru di daerah-daerah pedalaman saat ini disikapi oleh
pemerintah Provinsi Papua dengan membuat suatu Kolese Pendidikan Guru
(KPG) yang khas Papua. Kolese ini membina lulusan SMP yang bercita-cita
menjadi guru dan mereka mengabdi di pedalaman. KPG ini ada di 4
Kabupaten, yaitu Timika, Nabire, Merauke dan Sorong. Pendidikannya selama
5 tahun. Kelas 1-3 setara dengan SMA dan kelas 4-5 setara dengan Diploma
II. Hingga kini belum ada evaluasi sejauh mana pengaruh KPG terhadap
proses belajar dan mengajar.
Hambatan birokrasi yang sungguh merusak dunia pendidikan adalah
korupsi. Di akhir tahun ini diungkapkan satu kasus dugaan korupsi sebesar
Rp 800 juta di Sekolah Tinggi Seni Papua, Jayapura. Dana tersebut seharusnya
387
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
digunakan untuk mengembangkan bakat dan minat orang-orang muda dalam
mengembangkan budaya Papua. Indikasi yang sama terlihat dari demo para
guru yang menuntut hak-hak mereka. Sangat ironis bahwa kampanye Otsus
dengan pendidikan sebagai salah satu prioritas belum mendarat di tanah ini.
Guru-guru yang sudah bersusah payah mengajar masih harus bersusah payah
merebut gaji yang menjadi hak mereka.
Kasus-kasus ini boleh jadi merupakan puncak dari gunung es dunia birokrasi
pendidikan di Tanah Papua yang seperti dunia lainnya tidak luput dari jaringjaring korupsi. Jika anggaran pendidikan sudah minimal, tenaga pendidik
tidak digaji dengan baik, dan dana pendidikan dikorupsi, tak banyak yang
dapat diharapkan dari sistem pendidikan seperti ini selain melahirkan generasi
“seadanya” yang ketinggalan kereta karena dunia sains, teknologi, keilmuan,
dan keterampilan berkembang amat cepat sesuai dengan tuntutan pasar tenaga
kerja.
Selain faktor guru, kita perlu mencermati faktor murid. Pemerintah Provinsi
Papua, misalnya, memperhatikan pendidikan dengan memberi sumbangan
insidental kepada mahasiswa yang berprestasi dan ingin melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hal itu terbukti dengan disediakannya
bantuan biaya akhir studi oleh Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Papua,
kepada 4.266 mahasiswa sebesar Rp 4.405.500.000,- Perincian dana untuk
mahasiswa program S-1 sebesar Rp 750.000,- sampai Rp 1.000.000,
sedangkan untuk mahasiswa S-2 sebesar Rp 5.000.000,- per orang. Langkah
ini patut dipuji dan didukung agar bantuan seperti ini bersifat struktural
sehingga tidak bergantung pada “kemauan baik” pejabat tetapi menjadi sistem
kerja.
Contoh lain adalah tindakan Bupati Kabupaten Teluk Wondama, Albert
Torey, yang mencoba melakukan terobosan dengan membebaskan biaya
pendidikan kepada setiap anak sekolah mulai dari tingkat TK, SD, SMP, dan
SMA. Hal ini merupakan contoh yang penting dilakukan oleh pemerintah di
daerah lain di Papua sesuai dengan amanat pasal 36 ayat (2) UU No. 21/
2001 karena pendidikan adalah faktor utama dalam pembangunan SDM
yang bermutu dan handal.
388
Sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh persen) penerimaan sebagaimana yang dimaksud
dalam Pasal 34 ayat (3) huruf b angka 4) dan angka 5) dialokasikan untuk biaya
pendidikan, dan sekurang-kurangnya 15% (lima belas persen) untuk kesehatan dan
perbaikan gizi.
Selain pendidikan formal, dikembangkan pula sistem PLS yang informal.
Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah Depdiknas Faisal M. mengatakan
akhir tahun 2006 pemerintah akan memperkuat program PLS melalui satuan
pelayanan yang ada di Kabupaten/Kota. Buktinya dengan memberikan sarana
dan prasarana pembelajaran yang ada di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB),
sehingga SKB mempunyai standar belajar yang jelas. Pemerintah
mengalokasikan dana untuk PLS sebagai berikut
Kegunaan
Dana dekonsentrasi pendidikan berkelanjutan 2007
Provinsi PapuaPendidikan anak usia dini
Wajib belajar Dikdas
Pendidikan Non Formal
Budaya baca
Manajemen pengendalian Program
Dana
Rp 69.319.309.000
Rp 6.170.095.000
Rp 21. 215.690.000
Rp 38.715.265.000
Rp 2.190.150.000
Rp 1.028.109.000
Dalam proses belajar mengajar faktor masyarakat mendapat tempat setara
dengan guru dan murid. Faktor ini mencakup dukungan masyarakat dalam
proses tersebut di segala tingkat karena pada hakikatnya pendidikan adalah
kewajiban asasi orang tua. Dalam catatan kita di atas, kembali muncul halangan
dan gangguan serius dari pihak masyarakat terhadap proses belajar mengajar
dengan dalih adat.
Dalam pemaparan hasil penelitian data tampilan jender di Provinsi Papua,
yang bertempat di aula Kantor PLS, Ketua Wanita Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi, Ir. Anike Monim, mengatakan bahwa pendidikan bagi perempuan
di daerah pedalaman Papua kurang mendapat perhatian. Hal ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor, antara lain karena masih melekatnya sistem patriarkal,
di mana kaum perempuan masih mendapat posisi nomor dua dalam
keluarga. Akibatnya, menurut Ir. Anike Monim, masih banyak perempuan
yang belum mendapatkan haknya untuk belajar dan menerima pendidikan
dengan baik.
389
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
Selain faktor adat, unsur kemiskinan merupakan penghalang besar bagi
perempuan dalam mendapatkan akses terhadap pendidikan. Perempuan
dianggap tidak perlu berpendidikan setara dengan laki-laki karena mereka
akan mengurus rumah tangga. Tak heran bila anak perempuan menikah pada
usia dini karena tekanan ekonomi.
Jika ditelaah lebih jauh, dampak praktik ini langsung berpengaruh pada
generasi yang dilahirkan oleh perempuan karena pendidikan di rumah akan
sangat ditentukan oleh tingkat kecerdasan perempuan yang bersangkutan.
Kiranya masyarakat perlu secara kritis mawas diri sejauh mana akses terhadap
pendidikan diberikan secara sama bagi anak laki-laki dan perempuan dalam
keluarga. Apakah adat patriarki yang membelenggu kecerdasan orang Papua
hendak dipertahankan?
Selain terhadap perempuan, halangan adat juga terjadi dalam wujud
pemalangan. Contoh kali ini diambil dari wilayah Sentani, Kabupaten Jayapura.
Pemalangan sekolah terjadi di SMA Negeri 2 Maribu yang dilakukan oleh
Keluarga Yarosabra berlangsung selama 2 minggu. Pemalangan ini telah
mengganggu kelancaran proses belajar mengajar, apalagi berlangsung selama
2 minggu. Apakah argumen ganti rugi tanah dapat mengalahkan pelanggaran
hak atas pendidikan? Kasus ini sudah sering terjadi dan umumnya terjadi di
wilayah perkotaan di tanah Papua karena tanah telah menjadi komoditi yang
amat komersial. Fakta ini menunjukkan dengan tegas bahwa boleh jadi
pendidikan bukan faktor penting bagi masyarakat pemilik tanah entah karena
mereka melihat bahwa pendidikan ternyata tidak mencerdaskan anak-anak
mereka entah karena semata-mata tuntutan uang yang membelenggu mereka.
Apakah sekali lagi ini karena faktor kemiskinan?
Namun dari catatan peristiwa baik yang menjanjikan maupun yang pincang,
kita dapat menarik kesimpulan bahwa substansi pendidikan sebagai upaya
mencerdaskan masyarakat belum menjadi pokok pembahasan. Yang
diperkarakan barulah bersifat unsur penunjang yang meliputi: fasilitas,
kebijakan, perilaku masyarakat, tenaga pendidik sedangkan materi dan sistem
pendidikan sendiri belum sempat tersentuh.
Apakah pernah dikaji secara mendalam bagaimana mengajarkan sejarah
Papua, antropologi Papua, demografi Papua, geografi Papua, dsb. dalam
390
kerangka pendidikan dasar di Papua sehingga semua orang memiliki
pemahaman yang sama mengenai identitas Papua? Bukankah sebuah kenyataan
harian bahwa peta Papua dan nama-nama tempat di pedalaman tidak
dipahami baik oleh siswa dan gurunya? Belum lagi di tingkat perguruan tinggi,
ilmu arkeologi dan antropologi Papua kiranya tidak berkembang padahal
dua ilmu inilah yang memastikan asal usul suatu bangsa berdasarkan bukti
sains dan sejarah komunalnya.
Kenyataan ini kiranya dapat dimaklumi karena selama unsur penunjang
belum dibereskan, materi pembelajaran pastilah masih jauh dari jangkauan.
Sampai kapan Dinas P dan P, lembaga-lembaga pendidikan, kalangan media
massa, dan masyarakat adat mampu bekerjasama dalam mencerdaskan bangsa
kita ini?
B.2. Angan-angan hidup sehat
Sehat adalah hak asasi dan bukan hak warga negara. Artinya hak untuk
sehat melekat pada diri manusia karena dia manusia dan bukan karena dia
memiliki KTP. Paham ini kiranya penting untuk diulangi di sini karena
paradigma ini belum terlalu biasa di negara ini, apalagi di Papua. Sehat hanya
dilihat sebagai perkara medis dan lebih buruk lagi, pengobatan penyakit.
Padahal, sehat menyangkut kebijakan pemerintah, perilaku warga, gizi, fasilitas
kesehatan (termasuk air bersih, sanitasi, pengelolaan sampah), tenaga kesehatan,
dan barulah, pengobatan.
Dalam catatan peristiwa penghujung tahun 2006 ini, di tataran kebijakan,
masyarakat menyaksikan kembali tersingkapnya kasus-kasus penggelapan dana
di puskesmas-puskesmas. Contoh kasus yang terungkap di Manokwari dan
Nabire menjadi petunjuk bahwa penyakit korupsi telah menggurita dan
membelit juga bidang kesehatan selain pendidikan. Korupsi terhadap dana
puskesmas langsung berdampak pada fasilitas ini karena ini merupakan ujung
tombak layanan kesehatan masyarakat.
Fakta lain seperti diutarakan oleh Ketua DPRD Kota Jayapura adalah
minimnya anggaran bagi sektor kesehatan. Pernyataan ini mengejutkan di
tengah segala retorika prioritas Bidang Kesehatan dan Perbaikan Gizi seperti
391
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
amanat pasal 36 UU No. 21/2001 tentang Otsus. Pernyataan ini penting
disimak karena dikeluarkan oleh pejabat negara di pusat provinsi Papua
sehingga kita dapat membayangkan bagaimana kenyataan di wilayah-wilayah
luar Kota Jayapura yang tidak hanya jauh dari pengamatan publik tetapi juga
dari sistem pemantauan pemerintah.
Hasil penelitian SKP Jayapura di Kabupaten Jayawijaya, misalnya,
menunjukkan bahwa anggaran kesehatan dalam APBD 2006 hanya sebesar
4% dibandingkan anggaran Setda yang mencapai 20% (lima kali lebih tinggi).
Anggaran yang amat kecil dengan tantangan geografis yang amat sulit,
terbatasnya tenaga medis, dan masih tersebarnya penyakit-penyakit dasar
menjadikan wajah Jayawijaya terpuruk selain peringkat kemiskinan yang paling
tinggi di seluruh kabupaten di Indonesia.
Tanpa adanya kesehatan yang baik, maka segala aktivitas akan lumpuh
total. Anak-anak yang adalah generasi muda, harapan bangsa, kesehatannya
tidak diperhatikan. Masih ada ratusan anak Papua yang mengalami gizi buruk
dan busung lapar. Ditambah lagi dengan angka kematian ibu yang sangat
tinggi. Apakah ini yang dinamakan sejahtera, di mana anak-anak Papua
mengalami gizi buruk di tanah yang kaya akan sumber daya alam ini? Siapa
yang disalahkan pemerintah, masyarakat, atau masing-masing individu? Untuk
itu perlu kembali mengintensifkan atau menghidupkan kegiatan Posyandu di
Puskesmas maupun Pustu-Pustu yang ada di daerah-daerah pedalaman. Selain
itu perlu diberikan pelatihan bagi kader-kader kesehatan dengan tujuan agar
mereka mampu memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di
lingkungannya masing-masing terutama di daerah pedalaman.
Sepanjang tahun kita juga mencatat pengobatan merupakan bagian tak
terpisahkan dari upaya membangun masyarakat yang sehat. Di tengah
keterbatasan sarana, tenaga, dana, dan kebijakan kesehatan, rakyat Papua harus
berjuang melawan berbagai penyakit massal dan penyakit modern.
Virus HIV-AIDS makin meluas. Saat ini sudah tercatat sebanyak 2.770
kasus dan 318 di antaranya meninggal dunia. Jika setiap tahun hampir 3.000
orang terinfeksi dan lebih dari 300 orang meninggal karena penyakit ini, apa
yang akan terjadi 10 tahun mendatang? Apakah masih ada rakyat Papua yang
dapat hidup sehat di negeri ini? Fakta yang makin mengejutkan adalah bahwa
392
makin banyak ibu hamil dan karena penanganan yang tidak memadai, bayibayi yang dilahirkan pun langsung terinfeksi. Hal yang lebih memprihatinkan
lagi, yaitu para penderita yang terbanyak adalah masyarakat asli Papua yang
pada umumnya penderita HIV-AIDS tertular melalui hubungan seks.
Fakta ini mengindikasikan beberapa hal mendasar: [1] sebaran HIV dan
AIDS telah menginfeksi ibu-ibu rumah tangga di kalangan orang asli Papua
yang nota bene memiliki mobilitas amat rendah. Jadi hampir dipastikan bahwa
mereka terinfeksi dari suami-suami mereka sendiri. [2] Saat mereka
mengandung dan hampir melahirkan, mereka umumnya tidak tahu jika mereka
telah terinfeksi karena tidak memeriksakan diri ke VCT, entah karena fasilitas
VCT tidak tersedia, entah karena tabu. Akibatnya saat melahirkan, persalinan
tidak dijalankan dengan bedah sesar sehingga bayi-bayi langsung terinfeksi.
[3] Pemahaman yang amat rendah di kalangan pejabat pemerintah di tingkat
kabupaten, distrik, dan desa mengenai penyakit ini menyebabkan upaya
mengatasi penyebaran virus ini makin lemah.
Selain virus HIV-AIDS modern yang mematikan, Papua tetap belum
bebas dari penyakit-penyakit massal, seperti diare, malaria, TBC, ISPA, dan
rabies. Penyakit-penyakit ini seharusnya dapat diatasi karena sudah tersedia
obat. Selain itu, penyakit-penyakit tersebut terkait dengan perilaku hidup yang
tidak sehat dan sarana-sarana kesehatan yang tidak memadai. Tidak tersedianya
sistem pengolahan sampah di semua wilayah Papua, sistem air bersih yang
tidak memadai, sistem kebersihan lingkungan yang tidak terpelihara—
merupakan beberapa contoh pendukung maraknya penyakit-penyakit dasar
tersebut.
Kiranya pada akhir tahun ini kita perlu secara serius mengukur diri sejauh
mana pemenuhan hak atas kesehatan berupa realitas atau angan-angan belaka.
Sehat sejauh ini masih berupa soal pengobatan dan belum dilihat kaitannya
dengan problem kemiskinan. Mutu kesehatan yang rendah tentunya akan
menghambat orang untuk bekerja. Keterbatasan ini akan bermuara pada
rendahnya produktivitas masyarakat dan pada gilirannya berpengaruh pada
tingginya tingkat kemiskinan. Selama penanganan problem kesehatan masih
bersifat sektoral, kiranya baik problem kemiskinan maupun kesehatan sendiri
tetap sebuah angan-angan muluk.
393
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
B. 3. Kesejahteraan Umum
Di akhir tahun ini, kita menyaksikan munculnya kembali musim proposal.
Misalnya, pada tanggal 6 Oktober, sebanyak 14 nelayan yang mengaku
pendukung Gubernur dan wakil Gubernur, datang membawa proposal untuk
meminta dana sebesar Rp 30 juta per orang. Tiga hari kemudian, yaitu tanggal
9 Oktober, proposal yang masuk jauh lebih banyak lagi hingga mencapai
ribuan proposal. Untuk mendapatkan proposal yang bentuk dan isinya sama
itu, setiap nelayan dan orang yang ingin mendapatkan proposal tersebut harus
merogoh koceknya sebesar Rp 100.000 hingga Rp 150.000. Siapa yang salah
dalam menghadapi kenyataan ini? Apakah karena janji-janji yang di
kampanyekan oleh gubernur dan wakil gubernur terpilih? Janji adalah utang.
Itulah konsep yang selalu ada ketika seseorang atau sekelompok orang orang
membuat janji kepada orang atau kelompok orang lainnya.
Kenyataan sedemikian ditanggapi oleh Gubernur dengan mengeluarkan
sebuah surat bernomor 900/2305/SET yang mengatakan bahwa tidak
tersedianya dana karena program anggaran tahun 2006 tidak mungkin digeser
untuk program lain. Keinginan masyarakat akan terjawab pada tahun 2007
karena akan diturunkan dana ke kampung-kampung untuk kepentingan
bersama di kampung.
Di penghujung tahun yang selalu diwarnai dengan hari raya Natal dan
Tahun Baru, kesejahteraan hidup semakin tak menentu dikarenakan harga
beras di pasar naik, harga kebutuhan pokok dan tarif angkutan naik,
sedangkan UMP tidak dinaikan dan THR tidak dibayar. Itulah kenyataan
hidup yang terus membuat rakyat Papua tidak merasakan arti sejahtera.
Himpitan ekonomi ini makin terasa di daerah seperti Wamena di mana seluruh
bahan makanan harus diangkut dengan pesawat. Untuk menyikapi kenaikan
harga bahan kebutuhan pokok dan transportasi, Ketua DPD Jayawijaya,
meminta kepada pemerintah Kabupaten Jayawijaya untuk segera mengontrol
standar harga. Hal ini merupakan tanggung jawab pemerintah untuk menjamin
ketersediaan sembako bagi semua warga negaranya.
Selain masalah di atas, ada masalah yang sangat mengganggu aktivitas
masyarakat ketika memasuki musim hujan, yaitu banjir. Hal ini menjadi
394
perhatian dari DPU Kota Jayapura. Dalam anggaran tahun 2007, kepala
DPU, Malkidin Soltief mengatakan akan menangani banjir dengan
memperbesar saluran pembuangan. Selain saluran pembuangan yang
terlalu sempit, banjir juga dipengaruhi karena saluran-saluran air tersumbat
akibat ditutupi oleh sampah-sampah yang dibuang sembarangan oleh
warga masyarakat. Kita dapat melihat bahwa hampir di setiap selokan
yang kita jumpai di kota penuh dengan sampah botol dan plastik. Tak
lupa pula banjir diakibatkan karena saluran-saluran air sudah ditutupi oleh
perumahan warga. Walaupun pemerintah telah berusaha untuk
memperbesar saluran air, namun apabila tidak ada kesadaran dari
masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya dan lebih penting
lagi, jika tidak ada sistem pengelolaan sampah yang memadai, banjir tetap
akan terjadi.
Semua masalah yang dihadapi masyarakat berhubungan dengan
kesejahteraan rakyat umum di tahun 2006 ini akan dijawab dan diperhatikan
oleh pemerintah daerah Provinsi Papua di tahun 2007 nanti. Harapan inilah
yang menjadi suatu harapan besar dan bersama dari seluruh masyarakat Papua,
yang selalu mendambakan kesejahteraan di atas tanahnya sendiri. Hal itu
diungkapkan oleh Gubernur dalam Musrenbang Provinsi Papua tahun 2006.
Gubernur Papua, Barnabas Suebu, mengatakan, ada dua hal pokok yang
menjadi hasil dan fokus perhatian dari Musrenbang, yaitu pertama, terciptanya
good governance di Papua yang akan dicapai melalui reformasi birokrasi,
reformasi anggaran belanja, pengembangan sistem baru dalam anggaran
belanja dan jasa, serta peningkatan kapasitas pada titik-titik lemah, mulai dari
tingkat Provinsi, Kabupaten dan Kota, hingga ke Distrik-Distrik. Kedua,
adanya perbaikan kesejahteraan rakyat yang difokuskan pada perbaikan
kesejahteraan rakyat di kampung-kampung melalui program perbaikan gizi
rakyat, perbaikan dan peningkatan mutu kesehatan dan pendidikan. Untuk
menunjang hal itu, diperlukan program pengembangan ekonomi rakyat melalui
perumahan dan infrastruktur.
Masyarakat kiranya akan memantau pelaksanaan tekad pemerintah tersebut
pada tahun-tahun berikut bagaimana pemerintah menyediakan fasilitas-fasilitas
umum, sembako dan prasarana yang memadai bagi kesejahteraan masyarakat.
395
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
B.4. Pengelolaan Sumber Daya Alam
Catatan kita di bidang pengelolaan SDA di penghujung tahun ini diwarnai
dengan dampak operasi tambang PT FI yang di satu sisi mendatangkan
keuntungan berlipat ganda bagi ekonomi nasional tetapi di sisi lain
mengakibatkan kerusakan alam dan manusia yang tak tergantikan.
PT FI mengumumkan kenaikan keuntungan lebih dari dua kali lipat pada
akhir tahun ini sebagai akibat dari kenaikan harga emas dan tembaga. Perusahaan
meraup keuntungan senilai $350,7 juta dibandingkan tahun sebelumnya yang
hanya mencapai $165,8 juta. Kenaikan sedemikian akan langsung berdampak
pada sumbangan pada pendapatan nasional baik melalui pajak maupun royalti.
Namun dibandingkan dengan nilai total keuntungan perusahaan, jumlah yang
diterima oleh negara sebenarnya lebih kecil daripada nilai keuntungan tersebut.
Karenanya tak heran jika kehadiran tambang ini, dirasakan sebagai candu bagi
masyarakat Papua, terutama masyarakat pemilik hak ulayat.
Aksi penolakan PT Freeport terjadi di mana-mana, baik itu di Papua (Timika
dan Jayapura), maupun di luar Papua seperti di Jawa dan Bali dari waktu ke
waktu. Bahkan penolakan atas kehadiran PT Freeport telah berbuntut kerusuhan
yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa, baik itu dari aparat keamanan
maupun dari masyarakat pada 16 Maret 2006 yang lalu. Dana yang diberikan
oleh PT Freeport yang merupakan jaminan hidup bagi masyarakat yang hak
ulayatnya diambil, senyatanya terus mendatangkan konflik horisontal dalam
masyarakat. Untuk itu, Bamus LMPAK pada 11 Oktober 2006 meminta agar
PT Freeport Indonesia menghentikan dana kemitraan atau dana satu persen
karena dana itu dinilai gagal menyejahterakan masyarakat dan bahkan
menimbulkan berbagai masalah sosial dan konfilk di Kabupaten Mimika.
Bukan pertama kalinya uang hasil keuntungan PT FI mendatangkan petaka.
Sekitar 10 tahun lalu saat dibentuk dana perwalian, tujuh suku sudah berebut
hebat hingga jatuh korban jiwa. Kini konflik horisontal terjadi lagi dan bahkan
konflik vertikal karena aparat negara terlibat menghantam warganya setelah aparat
kepolisian dan intel AU tewas dalam bentrokan dengan mahasiswa. Karenanya
tak heran masyarakat Amungme dan Kamoro berkeputusan seperti di atas.
Selain pertambangan, pembalakan kayu liar juga marak terjadi di Papua
396
seperti virus yang mematikan tetapi kurang mendapat perhatian dari pemerintah.
Para tersangka yang terlibat di dalamnya tidak mendapatkan hukuman yang
membuat jera baik bagi dirinya maupun bagi orang lain yang seprofesi dengannya.
Hal ini kalau tidak ditangani secara baik dan bijaksana oleh pemerintah dan
aparaturnya, maka boleh jadi sumber daya alam yang dihasilkan dari hutan Papua
akan musnah. Akibat yang lebih fatal, masyarakat akan mengalami krisis pangan
dan kematian karena hutan yang adalah sumber kehidupan mereka dimusnahkan,
khususnya bagi masyarakat yang masih hidup dalam sistem meramu. Untuk
mengatasi hal ini, Menteri Kehutanan M.S. Ka’ban mengatakan bahwa masalah
kehutanan khususnya di Papua menjadi perhatian pemerintah hingga tahun 2009,
dan para cukong kayu akan terus dikejar karena telah merugikan negara dan
masyarakat. Kegiatan pembalakan akan terus dikejar dan dibasmi.
Tapi ada hal yang perlu dipertanyakan, mengapa target hanya dipatok
sampai tahun 2009? Mengapa tidak setiap tahun? Apakah dalam jangka waktu
3 tahun itu, praktek illegal logging dijamin akan hilang? Karena dengan demikian
kalau penanganannya hanya sampai tahun 2009, maka setelah tahun 2009
masalah ini tidak diperhatikan lagi. Tentunya illegal logging akan marak lagi.
Pemerintah tidak bisa menjamin bahwa masalah itu tidak akan terjadi lagi
karena perlu diingat bahwa hutan di Papua masih sangat luas. Atau janganjangan pemerintah setuju akan adanya masalah illegal logging ini?
PENUTUP
Bagaimana perasaan dan pikiran kita saat membaca catatan-catatan di
atas? Kiranya dengan jelas tergambar suasana kecemasan di akhir tahun 2006
yang membayangi situasi hak dan sosio-politis di Tanah Papua. Ruang gerak
bagi masyarakat kita sempit dan tidak nyaman.
Kedudukan masyarakat begitu rapuh sehingga kapan saja bisa menjadi
korban kekerasan, kebijakan pemerintah yang simpang siur, sengketa politisi
yang berebut jabatan, rendahnya mutu pelayanan kesehatan dan pendidikan,
atau pemodal yang mencari deposit tambang dan hasil hutan.
Banyak pertanyaan tak terjawab hingga akhir tahun dan boleh jadi tetap
menjadi pertanyaan di tahun-tahun berikutnya „
397
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
Mahasiswa sedang menduduki ruas jalan Abepura - Sentani.
depan Kampus UNCEN, 16 Maret 2006
398
LAMPIRAN 1
399
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
400
401
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
402
403
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
404
405
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
406
407
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
408
409
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
410
LAMPIRAN 2
411
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
412
413
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
414
LAMPIRAN 3
415
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
416
417
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
418
419
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
420
421
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
422
Profil SKP Jayapura
1. SKP JAYAPURA
Sekretariat Keadilan dan Perdamaian (SKP) Keuskupan Jayapura adalah
sebuah Unit Karya Pastoral Keuskupan Jayapura yang didirikan dengan
maksud untuk menyelenggarakan pelayanan sosial-pastoral terhadap
masyarakat pada umumnya dan secara khusus terhadap umat katolik di
wilayah pelayanan Keuskupan Jayapura bersama Kustodi Fransiskus Duta
Damai dengan tujuan menyebarluaskan kesaksian Injil Yesus Kristus serta
bimbingan Gereja Katolik perihal martabat manusia (Pedoman Kerja SKP
pasal 4 ay. 1).
2. Riwayat singkat
SKP JAYAPURA ini didirikan di Jayapura pada 1 Juli 1998 oleh Uskup
Jayapura guna menjawab dinamika sosial dan politik di Tanah Papua yang
diwarnai oleh konflik dan kekerasan.
Pada 15 Agustus 2005, Uskup Jayapura dan Kustos Kustodi Fransiskus
Duta Damai di Papua bersepakat untuk menjadi Badan Pendiri yang
bertanggung jawab penuh atas unit karya ini dengan menandatangani
Memorandum of Understanding dan Pedoman Kerja SKP Jayapura. Dengan
demikian, SKP JAYAPURA menjadi unit karya pastoral mandiri di bawah
payung dua lembaga gerejawi tersebut.
3. Misi SKP JAYAPURA
Sesuai dengan sifatnya sebagai unit karya pastoral yang bergerak dalam
pelayanan sosial-pastoral, maka kegiatan SKP JAYAPURA diarahkan
untuk:
a. Memperjuangkan terwujudnya Tanah Papua yang bebas dari segala bentuk
423
MEMORIA PASSIAONIS DI PAPUA
TAHUN 2006
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
penindasan.
Menolak segala bentuk perjuangan yang mengandalkan kekerasan dan
intimidasi.
Mengembangkan dan memelihara sikap saling menghargai antar etnis dan
agama.
Memperjuangkan penegakan hukum dan hak asasi manusia dengan
mengutamakan hak-hak pihak yang lemah dan tertindas.
Menjaga keutuhan ciptaan
Mendukung segala bentuk dialog sosial-politik yang terbuka dan
bermartabat demi terwujudnya demokrasi sejati.
Membangun kerjasama dalam mengusahakan keadilan dan perdamaian
dengan pribadi atau kelompok sevisi dan setujuan, khususnya dalam
lingkungan gereja.
Membangun suatu jaringan kerjasama yang struktural dan efektif dengan
pribadi maupun instansi di tingkat lokal, nasional maupun internasional.
4. Lingkup Kegiatan
Lingkup kegiatan SKP JAYAPURA adalah sebagai berikut:
1.1. Mengembangkan keberdayaan basis, khususnya basis korban, dengan
pengorganisasian komunitas,
1.2. Melakukan lobi serta advokasi di bidang pemajuan dan perlindungan
HAM,
1.3. Mengadakan penelitian, dokumentasi, serta penyebarluasan informasi
mengenai keadaan di Papua untuk publik yang luas,
1.4. Membangun budaya damai di Papua,
1.5. Membangun suatu dialog antar-agama yang konstruktif, dan
1.6. Menjaga keutuhan ciptaan
424