Berita - Swisscontact

Transcription

Berita - Swisscontact
Berita
WISATA
Cover story:
Educate the Educators
through Teacher Internship Program
3rd Edition July - September 2015
04
Flores
Kelimutu Festival and
Exhibition 2015
07
Tanjung Puting
Lopus: A Fan of Hope
14
Toraja
The Black Gold from
Toraja
17
Wakatobi
Potapaki Festival
WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia
1
WISATA Program
Content & Publisher's Note
Apa Kabar
Ruedi Nuetzi
Swisscontact WISATA
Program Manager
We are delighted to share the new Berita Wisata with you, this time with a different style.
This edition highlights the importance of education especially vocational training which plays an important role to prepare youth
for their professional future. It is necessary that such a training meets the requirements of the industry and vocational teachers
have an understanding about this. WISATA II through its education and training program realized a Teacher Internship Program
which brought 14 vocational teachers from the 7 partner schools in Flores, Wakatobi, Toraja, and Tanjung Puting to have onemonth practical training at starred hotels, international, and national tour operators as well as national airline company in Bali.
Through this exposure the participants could improve their knowledge and practical capacities. In addition they got insights on
updated developments and trends now applied in the hospitality and travel industry. With such a cooperation, where schools
and industries work together, we believe it makes vocational education more beneficial for the students and relevant for the
industrial need.
Happy reading and warmest regards from all of us.
Professor Morrison received certificate as guest lecture from AKPAR Makassar
Makassar
Contents
04
07
14
17
Professor Morrison Lectured in AKPAR
Makassar
E On July 2nd - 3rd, 2015, Professor Alastair Morrison delivered
a lecture in AKPAR Makassar (Tourism Academy of Makassar).
The two-day lecture raised issues about international journal
and research publication and tourism destination management
concept in Indonesia and worldwide.” Alastair Morrison is a
professor emeritus on tourism and hospitality marketing in Purdue
University, Indiana, USA.
Various questions and argumentations marked the huge interest
of the participants on the delivered material, considering
the limited access AKPAR Makassar has in publishing on
international journal. The discussion got warmer when Professor
Morrison explained about the strategy to publish researches on
international journals.
The topic on destination management addressed in the lecture
increase AKPAR Makassar teachers’ understanding about the
importance of the issue, in terms of the need on the destination,
availability and readiness of the human resources. AKPAR and
other tourism higher education institution has a significant
position in implementing destination management program.
The day before the lecture, Swisscontact WISATA together with
practitioner from DMO Toraja shared their experience on Toraja
and Flores destination management program.
2
WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia
I
Pada tanggal 2 - 3 Juli 2015, Profesor Alastair Morrison
memberikan kuliah umum di Akademi Pariwisata (AKPAR)
Makassar. Dua hari kuliah tersebut mengangkat isu publikasi
jurnal dan penelitian pariwisata serta konsep pengelolaan
destinasi pariwisata di dunia dan di Indonesia. Alastair Morrison
adalah seorang professor emeritus yang memiliki spesialisasi
pada bidang tourism and hospitality marketing di Universitas
Purdue, Indiana, Amerika Serikat.
Berbagai pertanyaan maupun argumentasi menandai ketertarikan
para peserta yang besar atas materi yang disampaikan, mengingat
terbatasnya akses untuk mempublikasikan penelitian dari AKPAR
Makassar dalam jurnal internasional. Diskusi menghangat
ketika Professor Morrison menyampaikan strategi untuk
mempublikasikan hasil penelitian dalam jurnal internasional.
Topik mengenai pengelolaan destinasi yang diangkat makin
menguatkan pemahaman para pengajar AKPAR Makassar
mengenai pentingnya isu ini, ditinjau dari kebutuhan di lapangan
maupun ketersediaan dan kesiapan sumber daya manusianya.
AKPAR maupun institusi pendidikan tinggi pariwisata lainnya
memiliki posisi penting dalam penyelenggaraan program
pengelolaan destinasi tersebut.
Sehari sebelum kuliah umum, praktisi dari DMO Toraja dan
Swisscontact WISATA bersama-sama berbagi pengalaman yang
telah didapat mengenai program pengelolaan destinasi di Toraja
dan Flores.
Flores
Kelimutu Festival and
Exhibition 2015
Tanjung Puting
Lopus: A Fan of Hope
08 Cover Story
Educate the Educators through Teacher
Internship Program
Toraja
The Black Gold from
Toraja
Wakatobi
Potapaki Festival,
Wakatobi
18 Vocational & Higher Education
International Tourism and Hospitality
Grand Recruitment
Correction
E In the article “Wakatobi Stakeholder Meeting and Workshop”
appeared on Berita Wisata, 2nd Edition of April-June 2015, page 13,
the correct sentences should read:
• “The Head of Destination Development representing Tourism Office
of Wakatobi, National Park Section III Tomia, village official,…”
• “…two art shops in Tomia (one for each sub-district).”
We apologize for the error.
- Editor
Pada tulisan “Wakatobi Stakeholder Meeting and Workshop” di
I
Berita Wisata, Edisi 2 (April-June 2015), halaman 13, kalimat yang
benar seharusnya:
• “Kepala Pengembangan Destinasi sebagai perwakilan dari Dinas
Pariwisata Wakatobi, Taman Nasional Seksi III Tomia, pejabat desa,…”
• “… 2 toko kerajinan di Tomia untuk tiap kecamatan pada tahun
mendatang.”
Demikian kesalahan diperbaiki.
- Redaksi
Publisher
Publisher
Photography
Design & Layout
Printer
Swisscontact WISATA
Jl. Batur Sari No. 20SB, Sanur
Denpasar - Bali 80227
Indonesia
Swisscontact WISATA
Djuna Ivereigh (www.djunapix.com)
Swisscontact WISATA
PT Cintya Denpasar
The project is supported by SECO in cooperation with Ministry of Tourism, implemented by Swisscontact
*No part of this publication may be copied or reproduced in any form by any means.
WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia
3
Flores
Mosalaki in Pati Ka Du’a Bapu Ata Mata
Ende, Flores
Kelimutu Festival and
Exhibition 2015
E Kelimutu festival and exhibition was once again carried out
at Woloara Sub-district, Ende Regency on 13-15 August 2015.
Marselinus Y.W. Petu, the Regent of Ende, attended the annual
event to also commemorate Indonesia’s Independence Day.
In the event, many competitions were conducted in each village in
Ende Regency, such as cooking challenge aimed to improve local
women’s creativity in serving traditional dishes. The food was also
sold in each exhibition booth.
In addition, Kelimutu National Park and the adat community,
together with the Tourism Office held Pati Ka Du’a Bapu Ata Mata
on 14 August 2015. The ritual was based on the belief of Lio
Tribe that Kelimutu Crater Lake is a place where the soul returns
to in the afterlife. Lio is an indigenous tribe living in the eastern
part of Flores, in Ende Regency.
In the rite Lio people dedicated various food offering to the
ancestor’s souls. Brown rice, pork, and moke were offered through
a dance and traditional song sung by the mosalaki (elderly chief)
of Lio. In addition to honoring the ancestors, Pati Ka Du’a Bapu
Ata Mata is also an expression of gratitude for all the blessings
and wealth in their life.
4
WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia
The Winners of Clean Up Competition
Labuan Bajo, Flores
I Pameran dan Festival Kelimutu kembali digelar pada tanggal
13-15 Agustus 2015 di Kecamatan Woloara, Kabupaten
Ende. Bupati Ende, Marselinus Y.W. Petu hadir di acara tahunan
yang digelar sekaligus dalam rangka Hari Kemerdekaan
Indonesia.
Labuan Bajo Clean Up Competition
E
The community of Labuan Bajo is aware that environment
closely relates to every tourism development. It therefore needs
attention from tourism actors. Komodo Dive Operator Community
together with BPLH (Environment Management Agency) of
Manggarai Barat and Kelurahan (Village Administrative) of
Labuan Bajo sponsored an event aimed at raising awareness of
leaders and the community members in keeping the environment
clean.
IMasyarakat Labuan Bajo menyadari lingkungan erat berhubungan
dengan setiap pengembangan pariwisata. Karenanya perlu
perhatian dari para pelaku pariwisata. Komunitas Operator Selam
Komodo bersama-sama dengan BPLH (Badan Pengelolaan
Lingkungan Hidup) Manggarai Barat dan Kelurahan dari Labuan
Bajo mensponsori acara yang bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran para pemimpin dan anggota masyarakat dalam
menjaga kebersihan lingkungan.
Selain itu, Taman Nasional Kelimutu dan masyarakat adat
bersama dengan Dinas Pariwisata juga menggelar tradisi Pati
Ka Du’a Bapu Ata Mata pada tanggal 14 Agustus 2015. Acara
ini diselenggarakan sesuai adat Suku Lio yang mempercayai
Danau Kelimutu sebagai tempat berpulangnya roh dari mereka
yang telah meninggal dunia. Suku Lio merupakan suku asli yang
tinggal di Flores bagian Timur di Kabupaten Ende.
To change the mindset of the community to be more eco-friendly,
a clean-up competition involving 19 RT (neighborhood group) in
Labuan Bajo was organized. The competition was held from July
to September to keep the participating neighborhoods committed
to the clean-up actions. Swisscontact facilitated the meetings and
field visits also contributed the prizes.
Untuk mengubah pola pikir masyarakat agar menjadi lebih ramah
lingkungan, lomba kebersihan yang melibatkan 19 RT di Labuan
Bajo diselenggarakan. Kompetisi ini diadakan dari Juli hingga
September untuk menjaga komitmen RT yang berpartisipasi dalam
menjaga kebersihan. Swisscontact memfasilitasi pertemuan dan
kunjungan lapangan juga memberikan kontribusi hadiah bagi
pemenang.
Dalam ritual ini masyarakat Lio mempersembahkan bermacam
makanan kepada arwah nenek moyang. Beras merah, daging
babi, dan moke dihaturkan melalui tarian dan nyanyian khas adat
yang dilakukan oleh para mosalaki (tetua adat) Suku Lio. Selain
menjadi penghormatan bagi nenek moyang, Pati Ka Du’a Bapu
Ata Mata adalah ungkapan rasa syukur atas kenikmatan dan
kesejahteraan di kehidupan mereka.
The winners are RT18, RT06, and RT09 who were presented
trophies on the commemoration of Indonesia’s Independence Day.
This event managed to reach the expectations of the organizers
because there was an initiative proposed by the participants to
keep their environment clean. They also hoped the same event
held annually to create a collective mindset on sustainable and
healthy environment.
Dalam acara ini, berbagai lomba diadakan di setiap desa di
Kabupaten Ende, seperti lomba masak yang bertujuan mendorong
kreatifitas wanita dalam menyajikan makanan tradisional yang
nantinya dijual di stan pameran.
Para pemenang adalah RT18, RT06, dan RT09 yang menerima
piala pada peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia. Acara ini
berhasil mencapai harapan penyelenggara karena adanya inisiatif
yang diusulkan oleh warga untuk menjaga kebersihan lingkungan
mereka. Mereka juga berharap acara yang sama diadakan setiap
tahun untuk menciptakan pola pikir kolektif dalam menjaga
lingkungan yang sehat dan berkelanjutan.
WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia
5
Tanjung Puting
Lopus: A Fan of Hope
E
The women of Lopus village learn making handicrafts from
local natural materials. Almost dancing, their hands and fingers
move rhythmically and turn the bamboo, rattan, purun (a type
of marsh grass) and kapuak (a type of tree bark) into fans and
handbags.
“Look what we’ve made,” said Mrs. Jenta when Swisscontact
WISATA team visited her stilt wooden house. Mrs. Jenta came out
of her room and showed two fans made by her and Mrs. Helda.
They made their first fans with kapuak on one side and woven
bamboo on the other.
The fans were not of a good quality unfortunately. As part of local
product development, Swisscontact WISATA therefore supports
the implementation of a series of relevant trainings to improve
their work. In August, a sample of well-handmade fan and handbag
were left to spark the women’s interest in improving quality.
Local handicraft industries has the potential to provide an
alternative income for the people of Lopus village in the future.
Handmade fan and bags are the step to get closer to it.
Bebantan Laman ritual
Tanjung Puting
The fan the Lopus women make is small, yet it represents a big
hope of generating more appealing handicrafts to attract visitors
to buy that in the end will improve their livelihood.
I Ibu-Ibu dari desa Lopus belajar membuat kerajinan dari bahanbahan alami lokal. Seakan menari, tangan dan jari-jari mereka
bergerak berirama dan mengubah bilah-bilah bambu, rotan, purun
(sejenis rumput rawa) dan kapuak (sejenis kulit pohon) menjadi
kipas dan tas tangan.
“Lihat apa yang sudah kami buat,” kata Ibu Jenta saat tim
Swisscontact WISATA mengunjungi rumah panggungnya. Ibu
Jenta keluar dari kamarnya dan menunjukkan dua buah kipas
yang dibuat bersama dengan Ibu Helda. Mereka membuat kipas
pertamanya dari kapuak di satu sisi dan di sisi lainnya dibuat dari
anyaman bambu.
Sayangnya hasilnya masih terlihat kasar. Untuk itu, perlu
adanya pelatihan dan percobaan lagi dalam waktu dekat untuk
membuatnya lebih bagus. Pada bulan Agustus, sebuah contoh
kipas buatan tangan dan tas diberikan untuk memicu semangat
Ibu-Ibu tersebut dalam meningkatkan kualitas.
Industri kerajinan lokal memiliki potensi untuk memberikan
penghasilan alternatif bagi masyarakat desa Lopus di masa
depan. Kipas buatan tangan dan tas adalah langkah untuk lebih
dekat dengan itu.
Kipas yang dibuat perempuan Lopus memang kecil, namun ini
merupakan harapan besar untuk bisa menghasilkan kerajinan
yang lebih menarik agar pengunjung tertarik untuk membeli yang
pada akhirnya akan meningkatkan mata pencaharian mereka.
Bebantan Laman: Appreciating Nature & Ancestors
E It is such a great local wisdom where tradition and custom
of the ancestors are still well-preserved when surrounded by an
emerging industrial neighborhood. Bebantan (read: Bobantan)
Laman, an annual ritual of Dayak Tomun community in the territory
of Delang Sub-district, Lamandau District, Kalimantan Tengah has
been held as a tradition to remark the incoming harvest season.
I
Adalah sebuah kearifan lokal yang agung ketika tradisi dan
adat leluhur masih lestari di tengah lingkungan industri yang
sedang bertumbuh. Bebantan (baca: Bobantan) Laman, sebuah
ritual tahunan masyarakat Dayak Tomun di wilayah Kecamatan
Delang, Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah dilaksanakan
sebagai tradisi untuk menandai musim panen yang segera tiba.
Held every July 7th, the ritual continues the tradition of their
predecessors, about expressing their gratitude to nature and their
ancestors. The ritual is part of Kaharingan, Dayak folk’s belief that
has a strong connection with nature and various rituals marking
the cycle of life of the believers.
Diselenggarakan setiap tanggal 7 Juli, ritual ini melanjutkan
tradisi pendahulu mereka, mengungkapkan rasa syukur kepada
alam dan leluhur. Ritual ini merupakan bagian dari Kaharingan,
kepercayaan masyarakat Dayak yang berkaitan erat dengan alam
dan berbagai ritual yang menandai lingkaran kehidupan para
penganutnya.
As time goes by, the social system of the Dayak community
subsequently has evolved due to influences from various new
beliefs. The younger generations, especially those who have
embraced other beliefs, have difficulties in understanding the
tradition and custom of the Dayak Tomun’s ancestors. The situation
created a gap between those who still believe in Kaharingan and
those who no longer practice it.
Fortunately, the local community is aware of the importance of
preserving culture and tradition. This was evident in the ritual
whereby all members of the community worked hand-in-hand
to show respect in the adat ceremony. The event was held in
eleven villages and in each village the community expressed their
gratitude before harvesting their farms.
6
WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia
Seiring berjalannya waktu, sistem sosial masyarakat Dayak Tomun
mengalami perubahan karena pengaruh berbagai kepercayaan
baru. Tradisi dan adat para leluhur Dayak Tomun ini cukup sulit
dipahami oleh para generasi muda, terutama yang memeluk
kepercayaan lain. Hal ini menciptakan kesenjangan antara
masyarakat yang masih berpegang pada Kaharingan dan mereka
yang sudah tidak lagi melakoninya.
Untungnya, masyarakat lokal sadar akan pentingnya pelestarian
budaya dan tradisi. Hal ini terlihat dalam ritual dimana semua
masyarakat bekerjasama menunjukkan rasa hormat dalam
penyelenggaraan upacara tersebut. Acara ini diselenggarakan
di 11 desa dan di setiap desa, masyarakat menyampaikan rasa
syukur sebelum memanen ladangnya.
The women of Lopus Village showed the handmade fans
Tanjung Puting
WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia
7
Cover Story
I
Indonesia memiliki potensi pariwisata yang besar dengan
alam dan keberagaman budayanya yang luar biasa. Pengelolaan
destinasi wisata seharusnya menjadi perhatian utama untuk dapat
menarik pengunjung menikmati pengalaman mereka di Indonesia.
Berbicara mengenai pengelolaan destinasi wisata, faktor sumber
daya manusia (SDM) yang berkualitas menjadi masalah penting
dan menarik untuk didiskusikan. Dalam hal ini, peran pendidikan
sepertinya merupakan alat terbaik untuk menghasilkan SDM
yang berkualitas. Industri pariwisata tidak hanya menuntut
SDM dengan kemampuan dan pengetahuan yang luar biasa,
namun lebih membutuhkan mereka yang berperilaku yang
baik. Pendidikan pariwisata didesain untuk mendidik menjadi
seorang profesional dan menawarkan pekerjaan, namun dalam
kenyataannya, sekolah pariwisata menghadapi kendala dalam
mempersiapkan kebutuhan industri pariwisata.
Mr. Heribertus Hegar do intership in Garuda Indonesia Airlines Office
Bali
Educate the Educators through Teacher Internship
Program
Indonesia has great potential for tourism with its extraordinary
natural and cultural diversity. Tourism destinations should be
managed to attract visitors to experience Indonesia. Speaking
of tourism destination management, quality of human resources
becomes an important and interesting issue to discuss. In this
regard, education is the best tool to produce quality human
resources. The tourism industry does not only require staff with
outstanding ability and knowledge, but rather those with good
attitudes. Whereas hospitality education is designed to create
professionals with promising careers, in fact, tourism schools face
many constraints in meeting the expectations of the industry.
E
Vocational High School (SMK) as an educational institution
focusing on practical skill development, play a significant role in
human resources development. Swisscontact WISATA partners
with 7 SMKs namely SMK Negeri 1 Labuan Bajo, SMK Swakarsa
Ruteng, SMK St. Thomas Maumere, SMK 1 Wangi-Wangi
Wakatobi, SMK Negeri Eran Batu, and SMK Wirawisata Toraja to
create innovations to cope with demand on quality and quantity of
human resources in the tourism sector.
Issues identified were lack of competent teachers, in terms of
quality and quantity, minimum school facilities, and lack of access
to the industry. In SMK Negeri 1 Pangkalan Bun and SMK
Negeri 1 Wangi-Wangi Wakatobi for instance, there were only 3
teachers for tourism lessons. Therefore, the teachers did not have
the opportunity to do practical work in industry to develop skills
and experience that can be applied to school teaching materials.
Swisscontact linked schools with the industry through Teacher
Internship Program (TIP) conducted from June 12 to July 2015.
During the period, teachers from four target destinations went to
8
WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia
Bali for internship programs at hotels, tour operators, and airline
companies, namely Novotel Nusa Dua, Bali Dynasty Resort, Melia
Bali Indonesia, Asian Trails, Flores Trails, Pacific World, and Garuda
Indonesia. The teachers also attended workshops to develop skills
in writing proposals and teaching methods.
As a means of evaluation, every Saturday during the internship
month, the teachers gathered to report on their activities and
shared knowledge with others. They also described challenges
encountered and how to deal with them in the industry. A short
story of Mrs. Anastasia Edelfina Noeng, teacher of SMK St.
Thomas Maumere, was that she was very excited to participate
in the internship program at the Asian Trails, a well-known tour
operator. She said, “What I got as an intern at Asian Trails are very
useful to improve my knowledge on tour guide operations. The
materials that I had been teaching my students with were outdated,
everything was just around theory, without understanding of the
real conditions in the field. After participating in this internship
program, I feel confident to share my experiences and new
knowledge with my students. Asian Trails was excellent and very
organized in arranging tours and providing guides for the guests.
I feel very fortunate to have the opportunity to do my internship
there. Quoted from other participant, Mr. Avelinus Pakas of SMK
Swakarsa Ruteng, “Swisscontact managed TIP 2015 well. The
program is very useful to improve teachers’ competence and we
will share the knowledge with other teachers and students upon
our return.”
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) memainkan peranan
penting sebagai sebuah institusi pendidikan yang fokus pada
pengembangan kemampuan praktis dalam pembangunan
kualitas SDM. Swisscontact WISATA bekerja sama dengan 7
SMK sebagai sekolah mitra yakni SMK Negeri 1 Labuan Bajo,
SMK Swakarsa Ruteng, SMK St. Thomas Maumere, SMK Negeri
1 Wangi-Wangi Wakatobi, SMK Negeri Eran Batu, and SMK
Wirawisata Toraja dengan harapan bahwa hal ini menjadi inovasi
dalam menjawab pertanyaan mengenai kualitas dan kuantitas
dari SDM pariwisata di tingkat SMK.
Permasalahan yang teridentifikasi adalah kurangnya guru yang
kompenten, baik dari segi kualitas maupun kuantitas, minimnya
fasilitas sekolah, dan belum terbukanya akses langsung yang
menghubungkan sekolah dengan industri. Seperti yang terjadi di
SMK Negeri 1 Pangkalan Bun dan SMK Negeri 1 Wangi-Wangi
Wakatobi, yang hanya memiliki 3 guru untuk kelas pariwisata.
Para guru tidak mendapat kesempatan untuk melakukan praktek
kerja di dalam industri guna mengembangkan kemampuan
dan pengalaman mereka yang kemudian dapat diaplikasikan
dalam materi pembelajaran di sekolah. Swisscontact mencoba
menghubungkan sekolah dengan industri melalui Program
Magang Guru (TIP) yang diadakan pada tanggal 12 Juni
hingga Juli 2015. Selama satu bulan, para guru dari 4 destinasi
binaan datang ke Bali untuk melakukan program magang di
hotel, operator tur, dan perusahaan maskapai penerbangan,
di antaranya adalah Novotel Nusa Dua, Bali Dynasty Resort,
Melia Bali Indonesia, Asian Trails, Flores Trails, Pacific World,
dan Garuda Indonesia. Mereka juga mengikuti lokakarya untuk
mengembangkan kemampuan mereka dalam menulis proposal
dan metode mengajar.
Sebagai sarana evaluasi, setiap hari Sabtu selama bulan magang,
para guru berkumpul untuk melaporkan kegiatan magang mereka
dan membagikan pengetahuan yang mereka dapat kepada yang
lain. Mereka juga menceritakan tantangan yang mereka temui
dan cara menghadapi tantangan tersebut di dunia industri. Cerita
singkat dari Ibu Anastasia Edelfina Noeng, guru SMK Santo
Thomas Maumere dimana ia sangat bersemangat mengikuti
program magang di Asian Trails, sebuah operator tur ternama.
“Apa yang saya dapatkan sebagai peserta magang di Asian
Trails sangat berguna untuk meningkatkan pengetahuan saya
mengenai proses pemanduan. Selama ini, yang saya tahu dan saya
ajarkan kepada anak didik sudah ketinggalan jaman, semuanya
hanya berkisar mengenai teori tanpa pemahaman mengenai
kondisi nyata di lapangan. Setelah mengikuti program magang
ini, saya merasa percaya diri untuk membagikan pengalaman
dan pengetahuan baru saya kepada anak didik saya. Asian
Trails mengatur perjalanan wisata dan memandu tamu dengan
sangat baik dan sangat teratur. Saya merasa sangat beruntung
mendapatkan kesempatan untuk menjadi peserta magang di
sana,” tutur Ibu Adel saat diwawancara perihal pengalamannya
selama mengikuti TIP. Dikutip dari peserta lain, Bapak Avelinus
Pakas dari SMK Swakarsa Ruteng, “Swisccontact mengelola
TIP 2015 dengan baik. Program ini sangat berguna untuk
memperbaiki kompetensi para guru yang nantinya akan dibagikan
kepada guru dan anak didik sekembalinya kami ke sekolah asal.”
Mr. Heribertus and Ms. Adel join guiding
process with tour guide from Asian Trails
Bali
WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia
9
Cover Story
I Sebagai evaluasi dari TIP, sebuah pertemuan antara industri dimana para guru menjalankan program magang diadakan di Bali
Dynasty Resort pada tanggal 17 September 2015. Perwakilan dari tuan rumah, Melia Bali Indonesia, Novotel Nusa Dua, dan 2 sekolah
model (SMKN 3 Denpasar dan SMK Pariwisata Harapan Denpasar) turut menghadiri pertemuan ini dan membagikan pengalaman
mereka selama melatih para guru. Evaluasi dari pihak hotel adalah pengetahuan dasar para guru mengenai industri pariwisata
yang perlu diperbaiki dan perlunya penjelasan awal sebelum memulai program mengenai bagaimana bekerja secara profesional.
Perbedaan budaya antara Bali dan tempat asal para guru merupakan tantangan besar mengingat singkatnya waktu yang mereka miliki
untuk menyesuaikan diri. Pihak hotel menyarankan agar TIP selanjutnya dapat dilaksanakan pada musim sepi agar lebih maksimal
dalam proses pembagian pengetahuan. Dari umpan balik tersebut, sekolah model juga dapat mendengar secara langsung apa yang
diharapkan oleh industri dari para siswa.
Representative of hotels received certificate as gratitude of their partnership on TIP 2015
Bali
Partnership Gathering for Better SMK
As an evaluation of the TIP, a meeting with the companies
were held in Bali Dynasty Resort on September 17, 2015.
Representatives from the host, Melia Bali Indonesia, Novotel
Nusa Dua, and 2 model schools (SMK 3 Denpasar and SMK
Pariwisata Harapan Denpasar) attended and shared their
experiences. Evaluators from the hotels commented that the
teachers’ basic knowledge on the tourism industry needed to
be improved and there was a need for prior briefing on how to
work in a professional manner. Cultural differences between Bali
and where the teachers came from was a major challenge given
the short time during which they had to make adjustments. The
hotel suggested for the TIP to be conducted during off-season
so that the learning process may be conducted optimally. During
the session, the schools were also able to hear the expectations
of the industry.
E
Mrs. Lucia, Training Manager of Bali Dynasty Resort in an
interview said that this program was a new challenge because
this was the first time they received teacher interns instead of
student interns. As a training manager who had met many interns,
she asserted that human resources development is not just about
developing students, but also teachers. “This is a big responsibility
because we need to train those who will pass on the knowledge
to students who will work in the tourism industry in the future. One
major challenge is that we have to adjust what is required by the
Bali Dynasty while providing what is needed by the teachers.” TIP
was designed to meet teachers’ expectations. The teachers had
to prepare a weekly summary of the newly acquired knowledge
10
WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia
so that it can be used as an additional teaching materials later.
Mrs. Lucia added, “What I found from the interns who came to Bali
Dynasty is that the schools only focus on two aspects: skill and
knowledge. The fact that the industry prefers an employee who
has a good attitude instead of just a brilliant student is not taken
into account yet. Attitudes are very important because the tourism
industry sells services.”
Ms. Lucia, Training Manager
Bali Dynasty Resort
Bapak Björn Schimanski, Direktur Utama Asian Trails dalam
wawancaranya menyampaikan, “Pendidikan merupakan kunci dari
segala profesi profesional dan kita memerlukan staf berkualitas
untuk dapat memenuhi permintaan dan harapan dari klien dan
tamu.” Bapak Benediktus Onor, Manajer Operasional Asian Trails
yang menjadi supervisor dari guru magang menambahkan “Perlu
adanya sinkronisasi antara apa yang sekolah ajarkan dan praktek
kerja industri pariwisata. Pendidikan memiliki peran yang besar dalam
pengembangan destinasi, itulah mengapa pengembangan SDM
menjadi tidak kalah pentingnya dengan pendidikan. Kami sangat
mendukung program guru magang ini karena hal ini juga akan berguna
untuk bisnis kami apabila sekolah dapat menyiapkan SDM yang lebih
berkualitas.”
Mr. Björn Schimanski, Managing Director Asian Trails in an
interview said, “Education is the key to all professions and we need
qualified staff to meet the demands and expectations of clients
and guests.” Mr. Benediktus Onor, Operation Manager of Asian
Trails who supervised the interns added “There needs to be a
synchronization between what schools teach and the practice of
the tourism industry. Education has a major role in the development
of destinations; that is why human resources development and
education are equally important. We strongly support this teacher
internship program because it will enable schools to provide higher
quality human resources for our businesses.”
Being a teacher is not just about teaching, but it is also about
learning. Teaching alone is not enough. The teacher must be
able to educate the students to have a better understanding of
the knowledge. Through TIP, Swisscontact WISATA opens the
opportunity to educate the educators to produce more qualified
human resources for the tourism sector. As a follow-up activity, a
cultural-based internship development tool/pocket book will be
created this year as a trial of its application in 2016.
Ibu Lucia, Manajer Pelatihan dari Bali Dynasty Resort dalam
wawancaranya menyampaikan bahwa program ini merupakan
tantangan baru karena ini merupakan kali pertama dimana
mereka menerima guru sebagai peserta magang, bukan siswa.
Sebagai manajer pelatihan yang sudah banyak bertemu dengan
anak magang, beliau menegaskan bahwa berbicara mengenai
manusia dan pengembangan tidak hanya melihat dari sisi siswa,
tetapi juga guru. Ibu Lucia menyampaikan bahwa, “Ini merupakan
tanggung jawab besar karena kami harus melatih mereka yang akan
mengajarkan apa yang sudah kami bagikan kepada para murid untuk
nantinya diaplikasikan dalam praktek kerja industri.” Satu tantangan
besar adalah kami harus menyesuaikan apa yang dibutuhkan oleh
Bali Dynasty sekaligus menyediakan apa yang diperlukan oleh para
guru.” TIP dirancang untuk mencapai harapan guru. Para guru
harus membuat rangkuman mingguan dari pengetahuan terbaru
yang mereka dapat dengan harapan agar dapat digunakan sebagai
tambahan materi pengajaran nantinya. Ibu Lucia menambahkan,
“Apa yang saya lihat dari para murid yang datang ke Bali Dynasty
sebagai peserta magang adalah bahwa sekolah mereka hanya
menitikberatkan pada dua aspek, yaitu pengetahuan dan kemampuan.
Kenyataan bahwa industri mengharapkan karyawan dengan perilaku
baik dibandingkan sekedar murid yang pandai jelas terlihat sebagai hal
yang kurang diperhatikan. Cara berperilaku sangatlah penting karena
industri pariwisata menjual jasa.”
Mr. Benediktus Onor, Operational Manager
Asian Trails
Menjadi seorang guru tidak hanya mengenai mengajar, tetapi juga
belajar. Mengajar saja tidak cukup, para guru juga harus berpikir
cara untuk mendidik para murid agar memahami apa yang mereka
berikan. Swisscontact melalui TIP menciptakan kesempatan
mendidik para pendidik untuk dapat mencetak lebih banyak lagi
SDM yang berkualitas untuk pembangunan pariwisata. Sebagai
kegiatan lanjutan, pengembangan perangkat magang/buku saku
untuk kegiatan magang berbasis budaya tengah dikerjakan tahun
ini untuk kemudian akan diujicoba sebagai permulaan penggunaan
buku saku pada tahun 2016.
WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia
11
Cover Story
On behalf of SMK Wirawisata Toraja, Mr. Ruedi received donation from Bali Dynasty Resort
Bali
12
WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia
Handing over Bali Dynasty Resort's Donation to SMK Wirawisata Toraja
Toraja
WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia
13
Toraja
Toraja DMO Support Promotion Plan 2016
E Toraja DMO supported the formation of Toraja’s upcoming
marketing program. On 27 July 2015 in cooperation with
Indonesian Hotel and Restaurant Association (PHRI), Toraja
DMO and Swisscontact WISATA held a discussion to synchronize
next year’s planning on marketing and promotion.
Participated by representatives of Ministry of Tourism, local
governments of Tana Toraja and Toraja Utara Regency, Toraja
Diaspora, tourism association, and tourism experts, the meeting
resulted in a marketing and promotion work plan for 2016 that
will be implemented in accordance with the capacity of respective
agency, institution and community.
Since its establishment on 3 May 2012, Toraja DMO slowly but
surely has been coordinating integrated efforts among Toraja
stakeholders to support economic advancement through the
development of sustainable tourism.
Run under the DMO Program declared by the Ministry of Tourism
and Creative Economy in 2010, Toraja DMO manages tourism
destination development on the highlands along with the other
members comprising of representatives of local government,
tourism practitioners, associations, academics, NGOs, and tourism
key actors.
Toraja's coffee beans
Toraja
The recent achievement DMO Toraja has performed is rebrand
Toraja that leads to the establishment of the destination’s logo and
tagline to help promote the area.
The Black Gold
from Toraja
E A visit to Toraja will not be complete without tasting its coffee.
In addition to its natural beauty and rich culture, Toraja is also
famous for its local product: Arabica coffee. Located in the
highlands with an elevation between 1000m–1500m above sea
level gives Toraja cool weather that makes it a paradise for coffee
plantation. Most communities in Toraja plant coffee either for
personal consumption or for sale.
I Tidak lengkap rasanya jika berwisata ke Toraja tanpa menikmati
kopinya. Selain kekayaan budaya dan keindahan alamnya, Toraja
juga terkenal dengan produk lokalnya: kopi Arabika. Berada di
dataran tinggi dengan ketinggian antara 1000mdpl– 1500mdpl
memberi Toraja iklim yang sejuk yang menjadikannya surga bagi
perkebunan kopi. Sebagian besar masyarakat di Toraja menanam
pohon kopi, baik untuk konsumsi sendiri maupun dijual.
Mr. Suleman Miting, a Toraja coffee expert, explained that there
are various stories about how coffee arrived in Toraja. One of them
was through Arabian traders. Like any other valuable treasures,
Toraja coffee lid “Coffee War,” an epic battle started when the
Buginese tried to conquer Toraja in the 1890s, solely triggered by
the highly valued ‘Black Gold.’ We can still find the original Arabica
coffee trees which have lived for hundreds of years at several
locations.
Bapak Suleman Miting, seorang pemerhati kopi Toraja,
menjelaskan bahwa terdapat beberapa versi asal muasal
masuknya kopi di Toraja. Salah satunya adalah lewat saudagar
Arab. Seperti barang berharga lainnya, Toraja kopi memicu
“Perang Kopi,” sebuah pertempuran epik yang dimulai ketika Bugis
mencoba menaklukkan Toraja pada tahun 1890, terpicu karena
emas hitam yang sangat berharga. Pohon induk kopi Arabika asli
berusia ratusan tahun masih dapat ditemui di beberapa tempat.
Due to the special aroma of Toraja coffee, PT Toarco Jaya (known
as Key Coffee Inc. in Japan) has been operating a coffee plantation
in Padamaran since 1976. On 4 August, Swisscontact WISATA
brought Toraja DMO to visit Padamaran, located 18 kilometer
from Rantapao town. The team saw Arabica coffee processing
at PT Toarco Jaya, starting from the harvesting, washing, drying,
sorting, up to the cup testing process. The visit was conducted to
learn how to manage coffee tourism in Toraja in the future.
Aroma yang khas dari kopi Toraja membuat PT. Toarco Jaya
(dari Jepang, dikenal dengan nama Key Coffee Inc.) membuka
perkebunan kopi di Padamaran sejak tahun 1976. Pada tanggal
4 Agustus lalu, Swisscontact WISATA mengajak DMO Toraja
berkunjung ke Padamaran yang berjarak 18 kilometer dari kota
Rantepao. Tim berkesempatan melihat pengolahan kopi Arabika,
mulai dari pemetikan, pencucian, pengeringan, pemilahan, dan tes
rasa sebagai pengelolaan wisata kopi di Toraja nantinya.
I
Toraja DMO telah mendukung pembentukan program
pemasaran Toraja mendatang. Pada tanggal 27 Juli 2015 dalam
kerjasama dengan Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia
(PHRI), Toraja DMO dan Swisscontact WISATA mengadakan
diskusi untuk menyinkronkan perencanaan tahun depan pada
pemasaran dan promosi.
Diikuti oleh perwakilan dari Kementerian Pariwisata, pemerintah
daerah Kabupaten Tana Toraja dan Toraja Utara, Toraja Diaspora,
asosiasi, dan ahli pariwisata, pertemuan menghasilkan rencana
kerja pemasaran dan promosi untuk 2016 yang akan dilaksanakan
sesuai dengan kapasitas masing-masing instansi, lembaga, dan
masyarakat.
Sejak berdirinya pada tanggal 3 Mei 2012, Toraja DMO perlahan
tapi pasti telah mengkoordinasikan upaya terpadu antara para
pemangku kepentingan Toraja untuk mendukung kemajuan
ekonomi melalui pengembangan pariwisata berkelanjutan.
Berjalan di bawah Program DMO yang dinyatakan oleh
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada tahun 2010,
Toraja DMO mengelola pengembangan destinasi pariwisata di
dataran tinggi Toraja bersama dengan anggota lain yang terdiri
dari wakil-wakil dari pemerintah daerah, praktisi pariwisata,
asosiasi, akademisi, LSM, dan aktor kunci pariwisata.
Pencapaian terbaru DMO Toraja yang telah dilakukan adalah
mengubah pencitraan Toraja yang mengarah ke pembentukan
logo dan tagline untuk membantu mempromosikan destinasi
pariwisatanya.
Promotion Plan Meeting with DMO Toraja
Toraja
14
WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia
WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia
15
Wakatobi
Potapaki Festival, Wakatobi
E Perhaps Potapaki Festival is the only celebration devoted to
welcome home the returning villagers. Potapaki in local language
means ‘let’s talk,’ so this is an event of happiness while at the
same time do a discussion when the family returning home.
The 4th triennial Potapaki Festival was held on 10 June to 19
July 2015 in Kulati, a village in Tomia, Wakatobi. Various cultural
attractions - dances, songs, games, race, and religious activities enliven Kulati for over a month.
I Mungkin Festival Potapaki adalah
yang dikhususkan untuk menyambut
bahasa setempat Potapaki berarti ‘mari
merupakan ajang bergembira sekaligus
perantau mudik ke desanya.
satu-satunya perayaan
para perantau. Dalam
bermusyawarah,’ jadi ini
musyawarah besar saat
Festival tiga tahunan Potapaki ke-4 digelar pada 10 Juni-19 Juli
2015 di Desa Kulati. Desa Kulati adalah sebuah desa di Pulau
Tomia, Kabupaten Wakatobi. Berbagai tarian, nyanyian, permainan
daerah, lomba, dan kegiatan keagamaan menyemarakkan Kulati
selama sebulan lebih.
The highlight of the festival presents two parades: Lemba
Kangsodha and Pajuju. Lemba Kangsodha is a parade of
teenagers who just turned puberty. Adolescent sons and
daughters are carried on a decorated cart after an 8 days 8 nightperiod of seclusion known as Sombo Alalungku ritual. Lemba
Kangsodha followed by a parade of Pajuju, a native culture Kulati
that is rarely found. Pajuju is a pile of Karasi - Wakatobi traditional
cake - shaped like a dome layered with food.
Puncak acara festival menghadirkan dua arak-arakan: Lemba
Kangsodha dan Pajuju. Lemba Kangsodha adalah parade remaja
yang baru saja menginjak usia akil balig. Remaja putera dan
puteri ini dipikul di atas tandu berhias setelah melewati masa
pingitan selama 8 hari 8 malam yang dikenal dengan ritual Sombo
Alalungku. Lemba Kangsodha diikuti oleh pawai Pajuju, sebuah
budaya asli Kulati yang sudah jarang ditemukan. Pajuju adalah
tumpukan Kue Karasi –kue tradisional Wakatobi– yang dibentuk
menyerupai kubah bertingkat berisi makanan.
When ‘Hematua,’ the entire community members gathered on the
beach and enjoy the food baked on stone. Potapaki Festival was
closed with the release of 1000 young turtles in Hu’untete Beach
on 19 July 2015. This is in line with local community’s efforts of to
preserve the environment.
Saat ‘Hematua,’ penduduk berkumpul di tepi pantai dan menikmati
hasil laut dan bumi yang dipanggang di atas batu. Festival Potapaki
ditutup dengan pelepasan 1000 anak penyu di Pantai Hu’untete
pada 19 Juli 2015. Ini sejalan dengan upaya masyarakat untuk
menjaga kelestarian lingkungan.
Visitors enjoyed the trip in Liya Togo
Wakatobi
Liya Togo is Ready to Serve Visitors
E Kepooli, a local community based tourism organization in Liya
Togo, Wakatobi has its first trial on managing a tourist visit to the
area. A group of visitors from Poland had the honor of being the
first official guests visiting the village. They were guided as they
walked down the village and enjoyed some local attractions. They
also had the opportunity to try cooking Soami – a traditional dish
made from cassava.
I Kepooli, sebuah organisasi pariwisata berbasis masyarakat
di Liya Togo, Wakatobi melaksanakan trial perdana mengelola
kunjungan wisata di daerahnya. Sekelompok wisatawan dari
Polandia mendapat kehormatan menjadi tamu resmi pertama.
Mereka dipandu saat berjalan menyusuri desa dan menikmati
beberapa atraksi lokal. Mereka juga berkesempatan belajar
memasak Soami - hidangan tradisional yang terbuat dari singkong.
The visitors were very impressed with the whole tour arrangement
offered by Kepooli. The group leader said, “This is the first time
Kepooli organizes a tour package, manages the tour independently,
and hosts overseas guests. The villagers happily provide the best
service and satisfy the visitors.”
Para wisatawan ini sangat terkesan dengan seluruh pengaturan tur
yang ditawarkan oleh Kepooli. Pimpinan kelompok mengatakan,
“Ini adalah pertama kalinya Kepooli menyelenggarakan paket
wisata, mengelola tur mandiri, dan menjadi tuan rumah bagi tamu
luar negeri. Para penduduk desa dengan senang hati memberikan
pelayanan yang terbaik dan memuaskan pengunjung.”
The tour was a continuation of the previous English and tour guide
training facilitated by Swisscontact WISATA. During the tour, the
training participants were able to practice the skills learned from
the training, ranging from welcoming to serving food to the guests.
16
WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia
Tur tersebut adalah kelanjutan dari pelatihan bahasa Inggris dan
pemandu wisata sebelumnya yang difasilitasi oleh Swisscontact
WISATA. Selama tur, peserta pelatihan mempraktekkan
keterampilan yang dipelajari dari pelatihan, mulai dari menyambut
hingga menghidangkan makanan untuk tamu.
Potapaki Festival in Kulati
Tomia, Wakatobi
WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia
17
Vocational & Higher Education
Success Story
International Tourism and Hospitality
Grand Recruitment
E Wiweka and Astawa, students of SMKN 3 Denpasar, have
learned the art of carving since the 1st year. Being F&B department
students, they don’t use wood or other materials, but fruits and
vegetables. The knives were dancing between their fingers then
a flower burst from the watermelon. The magic hands are trained
by Mr. Purwata who teaches fruit carving extracurricular. “Why
not change the simple round shape of watermelon to a really
impressive form of a blooming rose, goose, or face mask. It’s a
beautiful art and we can sell it for party decoration or even win
many competitions,” Wiweka said.
As a Swisscontact WISATA school model of Sister School
Program, SMKN 3 Denpasar manages well the students’
extracurricular activity which requires them take 1 language
course and 1 optional extracurricular with fruit carving as one of
them. Astawa said, “We usually sell our fruit carving for a minimum
of Rp 300.000, depending on the type of fruit used.” Wiweka and
Astawa have proven how extracurricular activity can be a potential
skill for students. On 25 August 2015, SMKN 3 Denpasar shared
its experience to SMK partner - SMKN 1 Labuan Bajo and SMK
Swakarsa Ruteng - on the second visitation on extracurricular
management.
Wiweka carves a flower from radish
SMK Negeri 3 Denpasar
Mr. Luther Barrung the chairman of Toraja DMO
Toraja
I Wiweka dan Astawa, siswa kelas 3 SMKN 3 Denpasar, telah
mempelajari teknik memahat sejak tahun pertama. Sebagai siswa
jurusan tata boga, mereka tidak menggunakan kayu atau bahan
lainnya, namun menggunakan buah dan sayuran. Pisau-pisau
seakan menari di antara jemari mereka lalu sekuntum bunga
mawar muncul dari sebuah semangka. Tangan-tangan terampil
itu dilatih oleh Bapak Purwata selaku guru ekstra kurikuler fruit
carving. “Mengapa tidak, bila kita bisa mengubah bentuk bulat
semangka menjadi mawar, angsa, atau topeng. Ini merupakan
seni yang indah dan kita dapat menjualnya untuk dekorasi pesta,
bahkan memenangkan banyak perlombaan,” kata Wiweka.
SMKN 3 Denpasar sebagai sekolah model dalam program Sister
School Swisscontact WISATA mengelola dengan baik kegiatan
ekstrakurikuler siswa di mana siswa diwajibkan mengambil 1
kelas bahasa asing dan 1 ekstrakurikuler pilihan yang salah
satunya adalah fruit carving. Menurut Astawa, “Biasanya kami
menjual buah hias seharga minimal Rp 300.000, bergantung
dari jenis buah yang dipakai.” Wiweka dan Astawa membuktikan
kegiatan ekstrakurikuler bisa menjadi keahlian potensial bagi
anak didik. Pada 25 Agustus 2015, SMKN 3 Denpasar membagi
pengalaman kepada sekolah mitra - SMKN 1 Labuan Bajo dan
SMK Swakarsa Ruteng - pada kegiatan visitasi kedua mengenai
pengelolaan kegiatan ekstrakurikuler.
Astawa is showing his fruit carving
SMK Negeri 3 Denpasar
18
WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia
An Interview with Mr. Luther Barrung
Developing Toraja with No
Territorial Boundaries
E “Toraja has experienced its golden days as a tourist destination.
Unlike DMOs in other destinations, the Toraja DMO is better
positioned and has greater experience. We are happy to have
Swisscontact assisting the development of the tourism industry in
Toraja, as we are extremely eager to have our tourism back on its
feet. We need support in promoting tourism in Toraja and building
the capacity of our human resources (community, education,
associations, etc).
I “Toraja merupakan destinasi yang pernah berjaya. Berbeda
dengan DMO di destinasi lainnya, DMO Toraja sudah lebih siap
dan berpengalaman. Kami senang dengan adanya Swisscontact
WISATA yang mendukung pengembangan pariwisata Toraja
karena kami memang ingin sekali pariwisata Toraja bisa bangkit
kembali. Kami membutuhkan dukungan dalam promosi pariwisata
Toraja serta peningkatan kapasitas sumber daya manusia
(masyarakat, pendidikan, asosiasi, dan sebagainya).
To achieve these goals, in line with the recommendations of the
Toraja DMO, Swisscontact WISATA was immediately initiate a
process to reinstate Toraja’s brand. On behalf of the people of
Toraja, I would like to express my gratitude and appreciation. Going
forward, the DMO is expected to be a partner of all stakeholders
including Swisscontact WISATA in a collaboration to develop
tourism in Toraja, unhindered by territorial boundaries.”
Untuk mencapai tujuan tersebut, sesuai dengan usulan DMO
Toraja, Swisscontact WISATA telah memulai proses menciptakan
kembali branding Toraja. Mewakili masyarakat Toraja, saya
mengucapkan terima kasih dan bersyukur akan hal tersebut.
Kedepannya, DMO diharapkan menjadi rekan dari semua
pemangku kepentingan, termasuk Swisscontact WISATA dalam
berkolaborasi mengembangkan pariwisata Toraja tanpa dibatasi
oleh administrasi wilayah.”
WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia
19
Participants of Teacher Internship Program
Bali
20
WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia