AHPI Vol. XXV No. 1 Th. 2008
Transcription
AHPI Vol. XXV No. 1 Th. 2008
:) ISSN: 0216-3713 ABSTRAK HASIL PENELITIAN PERTANIAN INDONESIA Volume 25, No.1, 2008 Departemen Pertanian PUSAT PERPUSTAKAAN DAN PENYEBARAN TEKNOLOGI JI. Ir. H. Juanda 20, Bogor 16122, Indonesia PERTANIAN j ISSN: 0216-3713 ABSTRAK HASIL PENELITIAN PERTANIAN INDONESIA Penanggung Jawab: Dr. Mei Rochjat D., M.Ed. Kepala Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian Penyusun : Nurdiana Etty Andriaty Tuti Sri Sundari Sulastri Kuslan KATA PENGANTAR Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia adalah kumpulan abstrak pengarang yang disusun dan disebarkan untuk meningkatkan daya guna hasil-hasil penelitian bidang pertanian di Indonesia. Melalui media komunikasi ini diharapkan pengguna dapat memilih secara lebih tepat informasi yang diperlukan. Abstrak disusun menurut subjek, kemudian menurut abjad nama pengarang dan dilengkapi dengan Indeks Pengarang, Indeks Badan Korporasi, Indeks Subjek dan Indeks Jumal. Jika diperlukan artikelliiteratur lengkapnya, pengguna dapat mencari atau meminta pada perpustakaan pertanian setempat atau Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian, dengan menuliskan nama pengarang, judul artikel, judul majalah atau buku yang memuatnya, dan disertai dengan biaya fotokopi. Abstrak ini dapat diakses melalui situs PUSTAKA: http://www.pustakadeptan.go.id Alamat Redaksi : JI. Ir. H. Juanda 20 Bogor - 16122 Telepon No. : (0251) 8321746 Facsimili : (0251) 8326561 E-mail: [email protected] Kepala Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia Vol. 25, No.1, 2008 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI . EOO EKONOMI PERTANIAN, PEMBANGUNAN DAN SOSIOLOGI PEDESAAN ElO EKONOMI DAN KEBIJAKAN NASlONAL PERTANIAN El2 TENAGA KERJA DAN KESEMPATAN KERJA E20 ORGANlSASI, ADMINISTRASI, DAN PENGELOLAAN PERUSAHAAN PERTANIAN ATAU USAHA TAN!. E21 AGROINDUSTRI E71 PERDAGANGAN INTERNASIONAL . . 2 4 5 FOO ILMU DAN PRODUKSI TANAMAN FOI BUm DAYA TANAMAN F02 PERBANYAKAN TANA MAN F03 PRODUKSI DAN PERLAKUAN BENIH F04 PEMUPUKAN F07 PENGOLAHAN TANAH F08 POLA TANAM DAN SI STEM PERTANAMAN F30 GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN 5 10 13 13 20 21 22 HOO PERLINDUNGAN TANAMAN HIO HAMA TANAMAN H20 PENYAKIT TANAMAN H60 GULMA DAN PENGENDALIAN GULMA 32 41 43 JOO TEKNOLOGI PASCA PANEN JlI PENANGANAN, TRANSPOR, PENYIMPANAN DAN PERLINDUNGAN HASIL PERTANIAN Jl5 PENANGANAN, TRANSPOR, PENYIMPANAN DAN PERLINDUNGAN HASIL PERTANIAN NONPANGAN DAN NONPAKAN 44 45 KOO KEHUTANAN KIO PRODUKSI KEHUTANAN 46 LOO ILMU, PRODUKSI DAN PERLINDUNGAN HEWAN LOI PETERNAKAN L02 PAKAN HEWAN LlO GENETlKA DAN PEMULIAAN HEWAN L50 FISIOLOGI DAN BIOKIMIA HEWAN L52 FISIOLOGI - PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN HEWAN L53 FISIOLOGI - REPRODUKSI HEWAN L70 ILMU VETERINER DAN HIGIENE HEWAN - ASPEK UM UM L73 PENYAKIT HEWAN L74 RAGAM KELAINAN PADA HEWAN 47 48 52 53 54 54 56 57 61 POO SUMBER DAYAALAM DAN LINGKUNGAN P33 KIMIA DAN FISlKA TANAH P34 BIOLOGI TANAH P35 KESUBURAN TANAH P36 EROSI, KONSERVASI DA N REKLAMASI TANAH , 61 62 62 63 Vol.25, No.1, 2008 QOO II Abstrak Basil Penelitian Pertanian Indonesia PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN Q02 PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN PANGAN Q03 KONTAMINASI DAN TO KSIKOLOGI PANGAN Q04 KOMPOSISI PANGAN Q60 PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN NONPANGAN DAN NONPAKAN Q70 PENGOLAHAN LIMBAH PERTANIAN 64 67 69 71 72 INDEKS INDEKS INDEKS INDEKS 75 83 85 97 PENGARANG BADAN KORPORASI SUBJEK JURNAL Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia EIO EKONOMI DAN KEBIJAKAN Vol. 25, No. I, 2008 PERTANIAN 00 I KOMAR, D. Analisis tinansial usaha tani liIi lokal dan impor. {Financial analysis of local and import lily agribusinessj/Komar, D.; Nurmalinda; Basuki, R.S. (Balai Penelitian Tanaman Hias, Cianjur (Indonesia)) 6 tables; 13 ref Summaries (En, In). [Proceedings of the national seminar of floriculture: to develop floriculture industry which have competitive ability through national potential-based technology innovation application]. Prosiding seminar nasional florikultura: membangun industri florikultura yang berdaya saing melalui penerapan inovasi teknologi berbasis potensi nasionallBalai Penelitian Tanaman Hias, Cianjur (Indonesia). Cianjur: Balithi, 2004: p. 301-308. LILIUM LONGIFLORUM; ECONOMIC ANALYSIS; FARMING SYSTEMS; PRODUCTION COSTS; INCOME; LAND USE; PROFITABILITY; IMPORTS. Tujuan penelitian untuk mengetahui biaya dan pendapatan, titik impas dan luas lahan minimum usaha tani lili sehingga petani dapat mengetahui luasan dan harga tertentu yang dapat memberi keuntungan yang layak. Penelitian dilakukan di dua lokasi, yaitu di kebun percobaan Ciputri dan di lahan petani Cisarua, Lembang dan Selabintana, Sukabumi, Jawa Barat. Penelitian yang dilakukan di kebun percobaan Ciputri merupakan studi kasus dan penelitian yang dilakukan di lahan petani menggunakan metode survei yang terdiri dari dua tahap yaitu prasurvei dan survei. Penelitian dilaksanakan mulai Januari - Desember 2003. Data primer diambil 15 orang dari petani lili melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner. Data sekunder diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Hias, Dinas Pertanian dan literatur yang ada kaitannya dengan penelitian. Penentuan sampel diambil secara sengaja. Analisis data menggunakan analisis R/C rasio, titik impas dan luas lahan minimum. Biaya produksi terbesar lili lokal maupun asiatik ternyata terletak pada bibit, yaitu 76,75% untuk lili lokal dan 84,90% untuk lili asiatik dari total biaya produksi. Titik impas produksi lili lokal (longiflorum) terjadi pada tingkat harga Rpl.074,1/kuntum, produktivitas 9.700 kuntumllOO m2, nilai produksi RpIOAI8.770 dan biaya produksi Rp II 00418.500. Titik impas pada lili impor (asiatik) terjadi pada tingkat harga Rp6.829,2/tangkal, m2 dan biaya produksi produktivitas 4009 tangkai/lOO m2, nilai produksi Rp27.378.263/100 Rp27.378.11O/100 m2. Luas lahan minimum lili lokal pada tingkat harga terendah, yaitu Rpl.OOO/kuntum, luas lahan minimum negatif. Luas lahan minimum pada lili impor pada tingkat harga terendah yaitu Rp8.500/tangkai yaitu 55 m2, itu masih di bawah luas lahan rata-rata, yaitu 100 m2. Ini berarti pada tingkat harga terendah sasaran pendapatan masih dapat tercapai. E12 TENAGA KERJA DAN KESEMPATAN KERJA 002 YUSDJA, Y Analisis peluang peningkatan kesempatan kerja dan pendapatan petani melalui pengelolaan usaha tani bersama. {Analysis of opportunity in increasing employment and farmers' income through group farming systemsfNusdja, Y; Basuno, E.; Ariani, M.; Purwantini, T.B. (Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor (Indonesia)) 13 tables; 19 ref. Summaries (En, In). Jurnal Agro Ekonomi (Indonesia) ISSN 0216-9053 (2004) v. 22(1) p. 1-25. AGRICULTURAL POLICIES; FARM INCOME; FARMING SYSTEMS; FARMER ASSOCIATIONS; EMPLOYMENT; COST BENEFIT ANALYSIS. Pengentasan kemiskinan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah tetapi juga masyarakat pada umumnya dan petani pada khususnya. Penelitian ini mencoba melakukan analisis keunggulan pengelolaan usaha tani bersama dalam peningkatan produksi, pendapatan dan kesempatan kerja pertanian. Analisis menggunakan rancangan programasi matematika. Penelitian dilakukan di Jawa Barat dan Jawa Tengah masing-masing pada dua desa yang tercakup dalam Patanas. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa kerjasama antar petani layak dilakukan karena dapat meningkatkan produksi 5-10%, meningkatkan keuntungan 18-30%, dan kesempatan kerja bertambah 20-30%. Dengan demikian, kerjasama dapat membantu mempercepat pengentasan kemiskinan di pedesaan. Hasil analisis memperlihatkan bahwa usaha tani sawah rakyat yang dikelola secara individu tidak efisien karena terbukti penggunaan biaya, I Abstrak Hasi/ Penelitian Pertanian Indonesia Vol. 25, No.1, 2008 pupuk dan alokasi lahan yang boros. Implikasi kebijakannya adalah para petani harus melakukan kerjasama dalam pengelolaan usahatani, karena tersedia peluang peningkatan produktivitas, pendapatan petani dan kesempatan kerja. Pemerintah dapat berperan dalam hal inovasi sosial, subsidi dan kredit yang dapat memperluas dan menumbuhkan kerjasama tersebut. E20 ORGANISASI, ADMINISTRASI ATAU USAHA TANI DAN PENGELOLAAN PERUSAHAAN PERTANIAN 003 ABDUH, U. Integrasi ternak itik dengan sistem usaha tani berbasis padi di Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan. Duck-rice integration in farming system in Sidrap Regency, South Sulawesi/Abduh, U.; Ella, A.; Nurhayu, A. (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan, Makassar (Indonesia)) 6 tables; 6 ref. Summaries (En, In). [Proceedings of national seminar on integrated crop-livestock systems]. Prosiding seminar nasional sistem integrasi tanaman temak/Haryanto; Mathius, I W.; Prawiradiputra, B.R.; Lubis, D.; Priyanti, A.; Djajanegara, A. (eds.); Pusat Penelitian dan Pengembangan Petemakan, Bogar (Indonesia). Bogar: Puslitbangnak, 2004: p. 234-239. DUCKS; AGROPASTORAL PRODUCTION; RATIONS; ANALYSIS. SYSTEMS; ORYZA SATIVA; FEEDS; CONCENTRATES; EGG IRRIGATED LAND; ECONOMIC ANALYSIS; INPUT OUTPUT Penelitian dilakukan di Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan, pada tahun 2003 dengan tujuan untuk mendapatkan informasi pemanfaatan timbal balik (interaksi) dari sistem usahatani padi dengan sistem usaha tani temak itik. Sebanyak 8 arang petemak itik dibagi 2 kelompok yaitu kelompok'l tiap petemak memiliki 100 ekar yang digembalakan pada I ha sawah dengan pakan pelengkap berupa konsentrat 10%, jagung 35%, dedak 55% dan pakan tambahan 0,25% dari total ransum dengan jumlah pemberian 150 glekar/hari. Kelompok II sesuai kebiasaan petani (kontrol). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa rata-rata produksi telur kelompok I lebih tinggi dibanding kelompok II masmg-masing 60,2% HD dan 34,2% HD. Rata-rata berat telur masing-masing 71,4 glbutir dan 66,6 glbutir, konsumsi ransum kelompok I = 150 glekor/hari dan kelompok II = 100 glekor/hari, konversi ran sum I = 3,5 gig dan II = 4,4 gig. Analisis keuntungan yang diperoleh kelompok I = Rp 11.100.600 dengan nisbah R/C rasio = 2,7 kelompok II = Rp4.169.600 dengan nisbah R/C = 1,7. Produksi padi pada sawah dengan penggembalaan itik (I) adalah 6.270 kg/ha/musim, sawah dengan penggembalaan itik kontrol (II) = 6.197,5 kg/ha/musim, sawah tanpa penggembalaan (III) = 6.000 kg/ha/musim. Analisis pendapatan masing-masing (I) = Rp3.779.500 (II) = Rp3.717.875 dan (III ) = Rp3.365.000 dengan nisbah R/C masing-masing 3,43; 3,39 dan 2,93. Kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan ini adalah bahwa integrasi itik dan sawah memberikan keuntungan dari segi produksi telur maupun produksi padi yang lebih baik, didukung oleh adanya manfaat timbal balik (interaksi) dari keterpaduan usaha tani terpadu antara itik dan padi. 004 BULO, D. Integrasi sapi potong pada lahan sawah irigasi di Sulawesi Tengah. Beef cattle integration of the irrigated paddy field in Central Sulawesi/Bulo, D.; Agustinus N.; Kairupan; Munier, F.F.; Rumayar; Saidah (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah, Palu (Indonesia)) 4 tables; 12 ref. Summaries (En, In). [Proceedings of national seminar on integrated crop-livestock systems]. Prosiding seminar nasional sistem integrasi tanaman-temak/Haryanto; Mathius, I W.; Prawiradiputra, B.R.; Lubis, D.; Priyanti, A.; Djajanegara, A. (eds.); Pusat Penelitian dan Pengembangan Petemakan, Bogar (Indonesia). Bogar: Puslitbangnak, 2004: p. 155-161. BEEF CATTLE; ORYZA SATIVA; IRRIGATED LAND; AGROPASTORAL SYSTEMS; RICE STRAW; FEEDS; FERMENTATION; FARMYARD MANURE; BODY WEIGHT; FERTILIZER APPLICATION; ORGANIC FERTILIZERS; AGRONOMIC CHARACTERS; YIELDS; COST BENEFIT ANALYSIS; SULAWESI. Luas lahan persawahan di Sulawesi Tengah adalah 148.518 ha, 79,5% dari lahan tersebut merupakan sawah irigasi teknis. Peningkatan produksi padi sawah selama satu dasawarsa hanya mencapai 0,3 t/ha 2 Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia Vol. 25, No. 1,2008 yakni rata-rata produksi 3,5 t/ha pada tahun 1990 menjadi 3,8 t/ha pada tahun 2000. Usaha padi sawah yang mengandalkan sistem monokultur terutama bagi petani yang memiliki lahan sempit belum dapat memberikan jaminan dan kontinuitas dan pendapatan yang memadai. Upaya optimalisasi melalui sistem usaha integrasi dari berbagai cabang usaha tani pada lahan yang sarna dapat meningkatkan pendapatan petani. Kendala umum yang dialami oleh petani petemak sapi potong pada lahan sawah irigasi teknis adalah terbatasnya padang penggembalaan, hijauan pakan dan tenaga kerja yang tidak cukup tersedia, hal ini sebagai akibat dari intensifnya musim tanam padi (2-3 kali/tahun). Biaya yang diperlukan untuk pemeliharaan temak sapi potong cukup tinggi bila sistem pemeliharaannya secara konvensional dan tidak memberikan keuntungan yang layak. Perlakuan susunan ransum sapi potong adalah TO (40% jerami fermentasi + 60% rumput alam); TI (45% jerami fermentasi + 55% rumput alam) dan T2 (50% jerami fermentasi + 50% rumput alam). Hasil analisis menunjukkan bahwa konsumsi ransum tertinggi pada perlakuan T2 (10,3 kg/ekorlhari; pertambahan bobot badan harian 0,70 kg/ekorlhari; dengan nilai ekonomi sebesar Rp7.600 (R/C rasio 2,19), sedangkan produksi bahan kering kotoran ternak 3,8 kg/ekorlhari. Untuk perlakuan padi sawah dengan varietas C3 pada hamparan 6 ha dan unit pengkajian khusus 20 m2 dengan 3 perlakuan pemupukan dan 4 ulangan masing-masing Tl (120 kg urea + 60 kg SP-36 + 60 kg KCI + 800 kg pupuk kandang); T2 (100 kg urea + 50 kg SP-36 + 50 kg KCI + 1000 kg pupuk kandang) dan 13 (140 kg urea + 70 kg SP-36 + 70 kg KCI + 600 kg pupuk kandang). Dari hasil pengamatan terhadap pertumbuhan morfologi (tinggi tanaman dan jumlah anakan) yang terbaik yaitu pada perlakuan T2 baik pada umur 30, 45 dan 60 hst, sedangkan untuk produktivitas komponen generatif baik jumlah malai maupun panjang malai masing-masing 11,2 batang dan 26,7 em. Produksi gabah kering panen sebesar 6,9 t/ha/panen dengan produksi jerami 12,I tlha/panen. 005 LAMUSA, A. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kelapa dalam di Desa Labuan Lele Kecamatan Tawaeli Kabupaten Donggala. [Factors affecting coconut production in Labuan Lele Village, TalVaeli District, Donggala (Indonesia)JlLamusa, A. (Universitas Tadulako, Palu (Indonesia). Fakultas Pertanian) 2 tables; 6 ref. Summaries (En, In). Jurnal Agroland (Indonesia) ISSN 0854-64IX (2005) v. 12(3) p. 254-260. COCONUTS; PRODUCTION; FARM SURVEYS; SULAWESI. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tawaeli Kabupaten Donggala tepatnya di Desa Labuan Lele dengan tujuan untuk mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kelapa dalam. Penarikan sampel dilakukan dengan met ode acak sederhana dari populasi petani kelapa dalam. Besarnya sampel adalah 35 orang dari 115 populasi yang ada. Data dikumpulkan dengan cara wawancara langsung pada responden dengan menggunakan kuesioner dan pengamatan lapangan dengan menggunakan buku catatan lapang. Data diinterpretasi dengan menggunakan analisis regresi berganda. Dalam hal ini fungsi produksi Cobb-Douglas. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa variabel yang mempengaruhi produksi kelapa dalam adalah jumlah tanaman, tenaga kerja yang digunakan dan pupuk, sedangkan variabel yang tidak berpengaruh adalah peralatan pertanian dan umur tanaman. 006 NURHERU. Pengembangan usaha tani tumpangsari wijen dan palawija pada kawasan hutan. Development of intercropping sesame and catch crops in forest area/Nurheru; Sudarmo, H.; Yasin (Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Malang (Indonesia)) I table; 9 ref. Summaries (En, In). Jumal Penelitian Tanaman Industri (Indonesia) ISSN 0853-8212 (2004) v. 10(4) p. 131-134. SESAMUM INDiCUM; CATCH CROPS; FARM MANAGEMENT; INCOME; COST BENEFIT ANALYSIS; FOREST LAND. INTERCROPPING; FARM Penelitian pengembangan usaha tani tumpangsari wijen dan palawija pada kawasan hutan dilaksanakan di KPH Saradan, Madiun mulai Maret - Desember 200 I. Penelitian dilakukan dengan metode kasus, bertujuan untuk memperbaiki dan mengembangkan sistem usaha tani tumpangsari wijen dan palawija di kawasan hutan jati serta meningkatkan pendapatan petani penggarap di lahan Perhutani. Penelitian menggunakan areal hutan jati muda yang baru berumur 3 tahun seluas 10 ha milik Perum Perhutani kerjasama dengan petani penggarap. Jumlah petani binaan (kooperator) sebanyak 36 orang masing-masing 3 Vol. 25, No.1, 2008 Abstrak Hasi/ Penelitian Pertanian Indonesia memiliki luas garapan 0,25 - 0,5 ha. Lahan garapan petani dibagi menjadi 2 bagian, satu bagian ditanami wijen + ubi kayu, sedangkan sisanya ditanami ubi kayu + jagung. Paket teknologi yang ditawarkan pada petani terdiri dari penggunaan varietas unggul wijen, benih bermutu, tan am tepat waktu, penjarangan disisakan 2 tanaman/lubang, pemberian pupuk tepat jenis, dosis dan saat pemberiannya, serta penyiangan dilakukan sesuai keadaan gulma. Parameter yang diamati meliputi jumlah penggunaan sarana produksi (benih, pupuk dan pestisida) beserta harganya, penggunaan tenaga kerja keluarga dan luar keluarga beserta tingkat upah, produksi wijen dan palawija beserta harga jualnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komponen teknologi yang diterima dan dilaksanakan oleh petani adalah varietas unggul wijen Sumberrejo-I, benih wijen bermutu, waktu tanam wijen, dosis dan cara pemupukan serta penyiangan gulma. Teknologi anjuran yang belum diterima petani adalah pemupukan pertama bersamaan tanam dan penjarangan tanaman wijen. Pada tumpangsari wijen + ubi kayu diperoleh rata-rata produksi wijen 657 kg dan ubi kayu basah 3.210 kg/ha. Pada tumpangsari jagung + ubi kayu diperoleh produksi jagung 1.220 kg pipilan kering dan ubi kayu basah 3.350 kg/ha. Pendapatan usaha tani wijen + ubi kayu sebesar Rp I. I24.000/ha dengan B/C rasio 1,40, sedangkan usaha tani ubi kayu + jagung mengalami kerugian Rp424.000/ha dengan B/C rasio 0,88. E21 AGROINDUSTRI 007 BULU, YG. Transfer dan kendala ado psi teknologi produksi sapi bali mendukung usaha agribisnis. Transfer and constraint of adoption of bali cattle production t, hnology for agribusiness support/Bulu, YG.; Puspadi, K.; Panjaitan, T.S.; Sasongko W.R.; Muzani, A. (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat, Mataram (Indonesia)) 5 tables; 9 ref. Summaries (En, In). [Proceedings of national seminar on integrated crop livestock systems]. Prosiding seminar nasional sistem integrasi tanaman temak/Haryanto; Mathius, I w.; Prawiradiputra, B.R.; Lubis, D.; Priyanti, A.; Djajanegara, A. (eds.); Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor (Indonesia). Bogor: Puslitbangnak, 2004: p. 240-248. CATTLE; AGROINDUSTRIAL SURVEYS; PRODUCTION. SECTOR; TECHNOLOGY TRANSFER; INNOVATION; FARM Populasi sapi bali di NTB dari tahun 1995-200 I mengalami penurunan hingga 9,4% yang disebabkan oleh penerapan teknologi produksi sapi bali yang sangat rendah, sehingga menyebabkan angka kematian anak sapi relatif tinggi dan angka kelahiran rendah. Produksi masih dapat ditingkatkan melalui penerapan 10 komponen teknologi produksi sapi bali terpadu dengan memberdayakan 477 kelompok kandang kumpul (kandang kolektit) di pulau Lombok sebagai basis produksi sapi bali untuk menunjang usaha agribisnis. Penelitian bertujuan untuk mengetahui dampak (teknis dan sosial ekonomi), tingkat pengetahuan dan cara belajar petani terhadap teknologi produksi sapi bali terpadu. Pendekatan yang digunakan adalah penelusuran jejak sebanyak 87 responden yang ditentukan secara purposif. Data yang terkumpul di analisis secara deskriptif, hasil penelitian menunjukkan bahwa proses transfer dan adopsi teknologi sistem produksi sapi bali terpadu dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu penggunaan metode dalam penyampaian informasi inovasi, karakteristik penerima, manfaat unsur-unsur teknologi yang diintroduksikan. Ketiga faktor tersebut mempengaruhi tingkat penerapan komponen teknologi. Hal ini menunjukkan bahwa proses transfer teknologi sistem produksi sapi bali dengan memfasilitasi petani untuk belajar atau studi banding ke lokasi demonstrasi mempunyai kecenderungan tingkat pengetahuan terhadap komponen paket teknologi sistem produksi sapi bali terpadu relatif lebih tinggi. Secara umum responden mengetahui sekitar 56,4% dari sepuluh komponen teknologi sistem produksi sapi bali terpadu, sehingga tidak semua komponen paket teknologi sistem produksi sapi bali terpadu diketahui secara baik oleh petani. Hal tersebut merupakan indikasi bahwa kemampuan dan minat petemak untuk mengetahui suatu teknologi sangat ditentukan oleh permasalahan atau kebutuhan yang dirasakan sangat mendesak. Karakteristik teknologi sistem produksi sapi bali terpadu yang dikehendaki oleh petani responden adalah teknologi sistem produksi sapi bali yang relatif cepat menghasilkan anak, yang dapat menekan angka kematian sapi, menekan biaya produksi sapi, relatif cepat menjual anak sapi, sesuai kemampuan sosial ekonomi, penerapan teknologi tidak sulit, serta sesuai dengan pola kebiasaan petani. 4 Abstrak Hasi/ Penelitian Pertanian Indonesia E71 PERDAGANGAN Vol. 25, No. I, 2008 INTERNASIONAL 008 MALIAN, A.H. Permintaan ekspor dan daya saing panili di Provinsi Sulawesi Utara. [Export demand and competitiveness of vanilla in North Sulawesi Province [Indonesia)]/Malian, A.H.; Rachman, B.; Djulin, A. (Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor (Indonesia)) 1 ill., 8 tables; 20 ref. Summaries (En, In). Jurnal Agro Ekonomi (Indonesia) ISSN 0216-9053 (2004) v. 22(1) p. 26-45. VANILLA PLANIFOLIA; EXPORTS; DEMAND; ECONOMIC COMPETITION; EXPORT POLICIES; SULAWESI. Penelitian bertujuan untuk menganalisis struktur dan permintaan pasar ekspor, serta day a saing komoditas panili. Data primer dikumpulkan dari daerah sentra produksi panili di Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara pada bulan April 2002. Responden penelitian terdiri atas petani, pedagang, pengolah, eksportir dan instansi terkait. Disamping itu, juga digunakan data berkala (time series) yang bersumber dari BPS dan FAO. Untuk mengestimasi pemintaan ekspor digunakan model amilisis permintaan dan integrasi pasar, sementara pengukuran daya saing dilakukan dengan Policy Analysis Matrix (PAM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa komoditas ekspor panili Indonesia bersifat substitusi terhadap panili dari Madagaskar dan Komoro di pasar Amerika Serikat. Disamping itu, integrasi harga antara harga di tingkat petani dengan harga di tingkat eksportir sangat lemah dan bersifat asimetrik. Penemuan ini diperkuat dengan hasil analisis marjin pemasaran, petani panili hanya menerima bagian sebesar 67% dari hargafob. Sementara itu, hasil analisis daya saing menunjukkan bahwa usaha tani panili di Provinsi Sulawesi Utara memiliki keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif, dengan nilai DRCR dan PCR < 1. Untuk mendorong peningkatan produksi dan produktivitas panili di Indonesia, diperlukan kebijakan insentif terhadap harga input, khususnya harga pupuk yang relatif lebih mahal dibandingkan dengan harga sosialnya. FOI BUDI DAYA TANAMAN 009 DJUKRI. Pengaruh naungan paranet terhadap sifat toleransi tanaman talas (Colocasia esculenta (L.) Schott). Effect of paranets shade to tolerance characters of taro (Colocasia esculenta (L.) Schott)/Djukri (Universitas Negeri Yogyakarta (Indonesia). Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam); Purwoko, B.S., 2 ill., 2 tables; 25 ref. Summaries (En, In). Ilmu Pertanian (Indonesia) ISSN 0126-4214 (2003) v. 10(2) p. 17-25. COLOCASIA ESCULENTA; LIGHT REQUIREMENTS; CHARACTERS; LEAF AREA; CHLOROPHYLLS. SHADE; SHADING; AGRONOMIC Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh naungan paranet terhadap karakter fisiologi tanaman talas. Penelitian ini terdiri atas dua faktor yaitu naungan dan klon dengan menggunakan rancangan petak terpisah. Naungan sebagai petak utama terdiri atas naungan paranet 0%, 25%, 50%, dan 75%, sedangkan klon sebagai anak petak terdiri atas 20 klon talas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada naungan 25% terdapat 16 klon talas toleran dan 4 klon peka. Pada naungan 50% terdapat 9 klon toleran dan 11 klon peka, sedangkan pada naungan 75% terdapat 7 klon toleran dan 13 klon peka. Peningkatan luas daun dan kadar klorofil a dan b klon toleran lebih tinggi dibandingkan klon peka. Penurunan rasio klorofil a/b, bobot basah umbi, bobot kering umbi, kadar pati umbi, dan kadar nitrogen daun klon peka lebih tinggi dibandingkan klon toleran. 010 EMMYZAR. Pengaruh ketersediaan air terhadap pertumbuhan dan produksi dua klon nilam. Effect of water availability on the growth and production of two patchouli clones/Emmyzar (Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor (Indonesia)) 6 tables; 20 ref. Summaries (En, In). Jurnal Penelitian Tanaman Industri (Indonesia) ISSN 0853-8212 (2004) v. 10(4) p. 159-165. 5 Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia Vol. 25, No.1, 2008 POGOSTEMON LEAVES. CABLIN; WATER AVAILABILITY; GROWTH; PRODUCTION; SHOOTS; Tanaman nilam tumbuh dan berproduksi dengan baik pada daerah dengan curah hujan relatif tinggi dan merata sepanjang tahun. Tanaman dalam kondisi kekurangan air tems menems akan mengalami stres air dan berpengamh terhadap proses fisiologis, menumnkan permukaan transpirasi, luas daun menumn, dan mempercepat dehidrasi protoplasma. Penelitian dilakukan di mmah kaca Instalasi Penelitian Cimanggu, Balittro Bogor mulai bulan Nopember 1999 - Mei 2000. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengamh ketersediaan air terhadap pertumbuhan dan produksi dua klon nilam (Sidikalang dan Situak) sekaligus mengamati pengamhnya terhadap kadar dan kualitas minyak nilam (rendemen, warna dan kandungan alkoho1 nilam). Percobaan dilakukan dalam polybag menggunakan tanah kering jenis Latosol Cimanggu Bogor yang diaduk dengan pupuk kandang sapi (3 : I) sebanyak 10 kg/polybag disusun menggunakan rancangan faktorial (dua faktor) dalam rancangan acak lengkap (RAL), diulang 3 kali. Ukuran plot 8 polybag/perlakuan. Faktor pertama: klon nilam terdiri dari 2 jenis (K) yaitu: KI = klon Sidikalang dan K2 = klon Situak. Faktor kedua: tingkat ketersediaan air (A) 4 taraf pad a kapasitas lapang (KL) yaitu Al = 25%, A2 = 50%, A3 = 75%, dan A4 = 100%. Peubah yang diamati me liputi persentase tumbuh tunas, tinggi tanaman, luas daun, bobot daun basah dan bobot daun kering, kadar minyak digambarkan dari rendemen dan kualitas minyak (warn a dan kandungan alkohol nilam). Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk jumlah tunas tidak ada interaksi antara tingkat ketersediaan air dan klon yang diuji, tetapi untuk jumlah daun ada interaksi. Tingkat pemberian air 75% kapasitas lapang (KL) secara keseluruhan memberikan pertumbuhan optimum bagi kedua klon, kecuali untuk parameter jumlah daun. Pada klon Situak, tingkat pemberian air 100% KL yang memberikan jumlah daun terbanyak. Perlakuan ketersediaan air 100% KL pada klon Sidikalang memberikan bobot daun kering tertinggi dibanding perlakuan lainnya, sedang untuk klon Situak, ketersediaan air pada taraf 75% KL memberikan bobot daun kering tertinggi. Rendemen minyak klon Situak dengan tingkat ketersediaan air 25% KL tertinggi (4,0%) dengan warna minyak kuning muda terang, diikuti tingkat 50% KL (3,0%) dengan warna minyak kusamlkeruh. Kandungan alkohol nilam klon Situak rata-rata (30%) lebih baik daripada klon Sidikalang, diperoleh dari perlakuan ketersediaan air 25% KL. Dapat disimpulkan bahwa untuk memperoleh pertumbuhan dan produksi yang tinggi, ketersediaan air dalam tanah diperlukan antara 75-100% KL. Namun, untuk mendapatkan kandungan alkohol nilam tinggi ketersediaan air yang dibutuhkan lebih rendah yaitu 25-5(110 KL. OIl NAJAMUDDIN,A. Evaluasi ekonomi beberapa varietas dan populasi tanaman jagung untuk produksi biomas segar. Economic evaluation of maize varieties and plant population for fresh biomass production/Najamuddin, A.; Akil, M.; Maamun, M.Y. (Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros (Indonesia)) 10 tables; 12 ref. Summaries (En, In). Penelitian Pertanian Tanaman Pangan (Indonesia) ISSN 0216-9959 (2005) v. 24(1) p. 19-26. ZEA MAYS; VARIETIES; PLANT ANALYSIS; ANIMAL FEEDING. POPULATION; PRODUCTION; BIOMASS; ECONOMIC Evaluasi ekonomi beberapa varietas dan populasi tanaman jagung untuk produksi biomass segar sebagai pakan ternak dilaksanakan melalui penelitian di lapangan pada lahan petani di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, pada tahun 2003. Penelitian menggunakan rancangan petak terpisah dengan tiga ulangan. Petak utama adalah populasi tanaman (66.667, 133.333, dan 200.000 tanaman/ha); anak petak adalah lima varietas jagung (Bima-I, Semar-IO, Lamum, Sukmaraga, dan Bisi-2). Pertanaman jagung dipupuk dengan takaran 350 kg urea, 200 kg SP36, dan 100 kg KCI/ha. Tanaman jagung dipanen pada umur 60, 65 dan 70 hari sesudah tanam (hst) produksi biomas segar. Analisis ekonomi menunjukkan bahwa varietas Bima-I dengan populasi 200.000 tanaman/ha yang dipanen pada umur 60 hst menghasilkan biomas segar dengan bobot 44,7 t/ha. Dengan harga biomas Rp60/kg, maka dengan diperoleh keuntungan bersih Rp358.000/ha. Penundaan panen hingga 65 hst pada varietas Bima-I dengan populasi yang sama dapat menghasilkan bobot biomas sebesar 82,5 t/ha dengan keuntungan bersih Rp2,6 juta/ha, dengan nisbah pendapatan atas biaya 2,13, tetapi panen Bima-I pada 70 hst justru menurunkan pendapatan. Varietas Semar-IO dan Lamuru dengan populasi 200.000 tanaman/ha yang dipanen pada 70 hst menghasilkan biomas dengan bobot 71,1 t/ha dan keuntungan Rp2,1 juta. Penanaman jagung untuk 6 Abstrak Hasi/ Penelitian Pertanian Indonesia Vol. 25, No. I, 2008 produksi biomas segar lebih menguntungkan daripada penanaman untuk produksi biji, karena pendapatan lebih besar dan pasar untuk biomas tersedia di tempat. 012 PRAWOTO,A.A. Kajian agronomis, ekologis dan ekonomis terhadap konversi budi daya kakao anorganik ke organik. Agronomical, ecological and economical study of the conversion of inorganic to organic cocoa cultivationlPrawoto, A.A. (Pus at Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jember (Indonesia» 14 tables; 18 ref. Summaries (En, In). Pelita Perkebunan (Indonesia) ISSN 0215-0212 (2003) v. 19(3) p. 104-125. THEOBROMA CACAO; CULTIVATION; ORGANIC AGRICULTURE; SOIL MOISTURE CONTENT; ORGANIC FERTILIZERS; INORGANIC FERTILIZERS; PESTICIDES; RESIDUES; ECONOMIC ANALYSIS. Peluang pasar produk organik cukup besar, laju perdagangan produk organik di Uni Eropa dilaporkan dua kali lipat dibandingkan produk anorganik. Kecenderungan konsumen terhadap produk yang aman dari bahan pencemar serta diproduksi dengan sistem berkelanjutan juga semakin meningkat. Penelitian konversi usahatani kakao anorganik ke organik telah dilaksanakan sejak akhir tahun 2000 di KP Kaliwining, Jember. Lokasi penelitian memiliki elevasi 45 m dpl., tipe iklim D (Schmidt - Ferguson) pada tanah seri Regosol (Inceptisol). Bahan tanam berupa kakao hibrida res 60 x Sca 6, umur 10 tahun, jarak tanam 3 m x 3 m. Penelitian membandingkan tiga model pengelolaan kebun, yakni menggunakan organik pupuk kandang, organik belotong serta anorganik (kontrol). Areal kakao organik diusahakan tanpa pestisida dan pupuk anorganik, sementara areal kontrol diusahakan dengan pestisida, pupuk anorganik tetapi tanpa pupuk organik. Setelah tiga tahun berjalan, hasilnya menunjukkan bahwa aplikasi pup uk organik stcara teratur dengan dosis 20 kg/pohonlth meningkatkan kadar CIN serta memperbaiki konservasi N dan lengas tanah. Habitus tanaman kakao lebih baik, populasi serangga penyerbuk Forcipomyia khususnya selama musim kemarau lebih tinggi, serangan VSD lebih ringan tetapi serangan Helopeltis tidak berbeda dengan kontrol. Hasil buah meningkat sekitar 30% untuk perlakuan organik pupuk kandang dan sekitar 78% untuk perlakuan organik belotong terhadap kontrol, tetapi ukuran bijinya cenderung lebih keci!. Perlakuan organik tidak mempengaruhi kadar lemak dalam biji. Dengan prosedur pengolahan yang sama, cita rasa biji kakao organik adalah III/Uy, sementara anorganik keasamanL-, a sedang-tinggi. Residu pestisida tidak terdeteksi dalam biji anorganik maupun organik. Terbatas pada biaya langsung yang dianalisis, budi daya organik pupuk kandang jauh lebih menguntungkan daripada organik belotong, B/C rasio diferensial organik pupuk kandang 15 dan organik belotong sekitar 5,2. Disimpulkan bahwa konversi budi daya kakao anorganik ke organik apabila dilaksanakan secara konsekuen tidak menurunkan produktivitas, tetapi sebaliknya meningkatkan hasil dan pendapatan pekebun. 013 ROSMAN, R. Pengaruh periode pencahayaan terhadap pertumbuhan, hasil dan komponen minyak tanaman mentha (Mentha piperita L.). Effect of photoperiod on the growth, yield and component of peppermint oillRosman, R. (Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor (Indonesia)); Harjadi, S.S. ; Sudiatso, S.; Yahya, S.; Purwoko, B.S.; Chairul, 6 tables; 19 ref. Summaries (En, In). Jurnal Penelitian Tanaman Industri (Indonesia) ISSN 0853-8212 (2004) v. 10(1) p.12-20. MENTHA PIPERITA; PHOTO PERIODICITY; GROWTH; YIELDS; ESSENTIAL OILS; MENTHOL; AGRONOMIC CHARACTERS; PHENOLOGY. Penelitian bertujuan mengkaji pengaruh periode pencahayaan terhadap pertumbuhan, hasil dan komponen minyak tanaman Mentha piperita L. telah dilakukan di Instalasi Penelitian Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Lembang, Jawa Barat, dari bulan Januari 2000 - Juli 2000. Penelitian dilakukan dua tahap. Tahap pertama membuat variasi lingkungan cahaya dan tahap kedua penyulingan dan analisis komponen minyak dengan kromatografi gas spektrometer massa. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok 5 perlakuan, yaitu LO (panjang hari normal sebagai kontrol), L 1 (pemutusan periode gelap 1 jam, pukuI21.00-22.00 mulai umur 30 hari), L2 (pemutusan periode gelap 1jam, pukul 21.00-22.00 mulai umur 60 hari), L3 (penambahan cahaya 4 jam, pukul 18.00-22.00 mulai umur 30 hari), dan L4 (penambahan cahaya 4 jam, pukul 18.00-22.00 mulai umur 60 hari). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 7 Vol. 25, No. i, 2008 Abstrak Hasil Penelitian Pertanian indonesia perubahan lingkungan mengubah fenologi tanaman M. piperita L. meliputi pertumbuhan vegetatif dan reproduktif, yang selanjutnya mempengaruhi sintesis mentol. Penambahan cahaya 4 jam mulai umur 30 hst (L3) memberikan pertumbuhan vegetatif dan reproduktif paling baik, dengan ciri-ciri morfologi tanaman sebagai berikut : tanaman berbunga, batang tegak (tidak rebah), tanaman tinggi, diameter batang besar, jumlah ruas banyak, stolon sedikit, jumlah daun banyak dan lebar. Fenologi tanaman yang memiliki pertumbuhan vegetatif dan reproduktif yang baik dapat menghasilkan produksi tema dan minyak yang tinggi. Perubahan fenologi tanaman akibat manipulasi lingkungan mengubah komponen minyak dan mutu mentol. Fenologi tanaman yang memiliki pertumbuhan vegetatif maupun reproduktif yang baik menghasilkan mentol tinggi dan menthofuran rendah. Penambahan cahaya 4 jam mulai umur 30 hst menghasilkan minyak dengan kadar mentol paling tinggi yaitu 54,89% dan menthofuran paling rendah yaitu 7,83%. 014 SANTI, A. Perendaman dan kedalaman tanam umbi terhadap pertumbuhan dan produksi bunga sedap malam. Bulb immersion and depth of planting on growth and flower production of Polianthes tuberosalSanti, A.; Kusumo, S.; Nuryani, W. (Balai Penelitian Tanaman Hias, Cianjur (Indonesia)) I ill., 5 tables; 7 ref. Summaries (En, In). [Proceedings of the national seminar of floriculture: to develop floriculture industry which have competitive ability through national potential-based technology innovation application]. Pro siding seminar nasional florikultura: membangun industri florikultura yang berdaya saing melalui penerapan inovasi teknologi berbasis potensi nasionallBalai Penelitian Tanaman Hias, Cianjur (Indonesia). Cianjur: Balithi, 2004: p. 420-426. POLIANTHES; SETS; SOAKING; DEPTH; PLANTING; GIBBERELLIC ACID; GROWTH RATE; FLOWERING; CUT FLOWER; PRODUCTION. Sedap malam (Polianthes tuberosa) merupakan salah satu bunga potong dengan keunikan susunan bunga dan keharuman yang spesifik. Dengan meningkatnya permintaan bung a, maka perlu peningkatan produktivitas bunga untuk menjamin ketersediaan bunga secara kontinyu. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan cara mendorong pertumbuhan dan produksi bunga dengan perendaman umbi sebelum ditanam dan kedalaman tanam. Penelitian dilaksanakan di daerah Cianjur mulai bulan Juni 1998 - Maret 1999. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok pola faktorial dengan varietas (bung a tunggal dan bunga ganda) sebagai faktor I, perendaman (tanpa perendaman, perendaman air, dan perendaman 1000 ppm GA3) sebagai faktor 11,dan kedalaman tanam (4, 7, 10 cm) sebagai faktor III. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perendaman umbi dalam air maupun GA3 cenderung menambah persentase tumbuh, jumlah anakan, tinggi tanaman dan mempercepat pembungaan serta meningkatkan produksi bunga/plot. Sedangkan perbedaan varietas berpengaruh terhadap persentase tumbuh, jumlah anakan, tinggi tanaman, panjang tangkai dan malai bunga. Kedalaman tanam hanya berpengaruh terhadap persentase tumbuh. 015 SULIANTI, S.B. Stimulasi pertumbuhan multi tunas apikal pada tanaman lidah mertua (Sansevieria grandis) menggunakan zat pengatur tumbuh. [Growth regulating of the apical shoot on Sansevieria grandis use growth hormone substancesjlSulianti, S.B. (Pus at Penelitian dan Pengembangan Biologi, Bogor (Indonesia)) 7 ill., 1 table; 14 ref. Summaries (En, In). [Proceedings of the national seminar of floriculture: to develop floriculture industry which have competitive ability through national potential-based technology innovation application]. Pro siding seminar nasional florikultura: membangun industri florikultura yang berdaya saing melalui penerapan inovasi teknologi berbasis potensi nasional/Balai Penelitian Tanaman Hias, Cianjur (Indonesia). Cianjur: Balithi, 2004: p. 412-419 . SANSEVIERIA; PLANT GROWTH SHOOTS; GROWTH. SUBSTANCES; CHLORMEQUAT; APICAL MERISTEMS; Telah dilakukan penelitian pendahuluan pengaruh zat tumbuh Cultar dan Cycocel terhadap stimulasi pertumbuhan multi tunas apikal pada tanaman Sansevieria grandis hahnii dengan berbagai variasi konsentrasi dari masing-masing zat pengatur tumbuh yaitu, 100, 200, 300, 400 dan 500 ppm. Penelitian 8 - •... Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia Vol. 25, No. I, 2008 bertujuan untuk mengetahui pengaruh zat pengatur tumbuh terhadap pembentuk multi tunas apikal dan pengamatan dilakukan selama 7 bulan. Media tumbuh terdiri dari 2 kategori antara lain, tanah dan media eampuran tanah, pasir, kompos dan pupuk kandang (2:4:4:1) dan dilakukan seeara raneangan aeak kelompok. Penambahan Cultar memberikan pengaruh yang eukup signifikan (p :::: 0,05) terhadap pertumbuhan jumlah daun dan jumlah tunas dan dapat menstimulasi pembentukan tunas apikal, pada perlakuan pembentuk tunas apikal meningkat sesuai dengan kenaikan konsentrasi zat pengatur tumbuh yang diberikan (100-400 ppm), tetapi pada konsentrasi tinggi pembentukan tunas apikal kembali menurun (500 ppm). Sedangkan pemberian Cyeoeel tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna (p S 0,05) yaitu dengan konsentrasi yang sarna tidak berpengaruh terhadap pembentuk tunas apikal. 016 SUMARWOTO. Pengaruh pemberian kapur dan ukuran bulbil terhadap pertumbuhan iles-iles (Amorphophallus muelleri Blume) pada tanah ber-AI tinggi. Effects of liming and bulbil sizes on the growth of i/es-i/es (Amorphophallus muelleri Blume) in high level of Al-exc soil/Sumarwoto (Universitas Pembangunan Nasional Veteran, Yogyakarta (Indonesia)) 6 tables; 10 ref. Summaries (En, In). Ilmu Pertanian (Indonesia) ISSN 0126-4214 (2004) v. 11(2) p. 45-55. AMORPHOPHALLUS; LIMING; MANURE; APPLICATION RATES. BULBS; GROWTH; ORGANIC MATTER; FARMYARD Iles-iles ditemukan di alam pada tanah yang ber-pH sedikit asam (pH 5,6 - 6,5) sampai netral (pH 6,6 7,5), sedangkan di Indonesia terdapat hamparan luas lahan bermasalah yang ber-pH rendah dengan Al-dd yang tinggi. Pereobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian kapur pada media tanah ber Al-dd tinggi terhadap pertumbuhan tanaman yang berasal dari berbagai ukuran bulbil (umbi daun). Pereobaan dilaksanakan di kebun pereobaan IPB, Darmaga, pada ketinggian 250 m dpl, dimulai November 200 I - April 2002. Raneangan pereobaan yang digunakan adalah raneangan aeak kelompok dua faktor dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah dosis kapur (AI-dd) terdiri atas tiga taraf: 0, I, dan 2 Al-dd. Faktor kedua terdiri atas tiga taraf bulbil: bergaris tengah lebih besar dari 2,5 em; 1,5-2,5 em dan kurang dari 1,5 em. Hasil pereobaan menunjukkan bahwa pemberian kapur pada tanah dengan Al-dd tinggi sangat diperlukan, sampai pada taraf pengapuran I tlha kapur pertanian (kaptan) untuk setiap I me AI-dd/IOO g (20 t kaptan/ha). Peningkatan pengapuran hingga 40 t kaptan/ha mengurangi pertumbuhan dan hasil umbi, yang disebabkan oleh kurang tersedianya unsur P. Bahan tanam bulbil semua ukuran dapat digunakan sebagai benih, sedangkan jika langsung ditanam di lapang sebaiknya digunakan bulbil bergaris tengah lebih besar dari 2,5 em. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar Al dalam umbi tertinggi didapatkan pada tanah tanpa pemberian kapur. Tanah ber AI-dd tinggi yang ditambah dengan pupuk kandang dengan pH asam (4,55) masih dapat menghasilkan umbi iles-iles. 017 SUTARYONO, YA. Biomass production and quality of new forages for sowing under cashews in Dompu, West Nusa Tenggara (Indonesia)/Sutaryono, YA. (Universitas Mataram (Indonesia). Fakultas Petemakan) 2 ill., 7 ref. Summaries (En, In). Jurnal Agroland (Indonesia) ISSN 0854-641X (2005) v. 12(3) p. 211-213. ANACARDIUM OCCIDENTALE; STYLOSANTHES HAMATA; ARACHIS PINTOI; SHADING; BIOMASS; PROTEINS; GROWTH; QUALITY; PRODUCTION; DIGESTIBILITY; FORAGE; SOWING; NUSA TENGGARA. Lahan perkebunan jambu mente yang dimiliki oleh para petani memiliki potensi yang sangat tinggi untuk dimanfaatkan sebagai tempat penanaman hijauan pakan ternak yang dapat menjadi sumber pa~an hijauan berkualitas tinggi terutama di musim kemarau. Suatu pereobaan dilakukan untuk melihat potensi tumbuh dan kualitas dari dua spesies Stylosanthes hamata (Verano dan Amiga) dan Arachis pintoi yang ditanam pada lahan di antara tanaman jambu mente, dengan tiga derajat naungan (tanpa naungan, naungan sebagian dan naungan penuh). Arachis pintoi tumbuh dengan relatif baik di bawah naungan penuh sementara produksi biomass Stylosanthes hamata sedikit lebih baik dalam kondisi tanpa naungan. Naungan hanya memberikan sedikit perbedaan pada kandungan protein kasar dan tidak berpengaruh terhadap keeernaan bahan kering in vitro pada kedua spesies legum. 9 Vol. 25, No. F02 I, Abstrak Hasi/ Penelitian Pertanian Indonesia 2008 PERBANYAKAN TANAMAN 018 AVIVI, S. Mikropropagasi pisang abaca (Musa textilis Nee) melalui teknik kultur jaringan. Micropropagation on abaca (Musa textilis Nee) by tissue culture techniquelAvivi, S. (Universitas Jember (Indonesia). Fakultas Pertanian); Ikrarwati, 2 ill., 3 tables; 25 ref. Summaries (En, In). Ilmu Pertanian (Indonesia) ISSN 0126-4214 (2004) v. 11(2) p. 27-34. MUSA TEXTILIS; MICROPROPAGATION; BA; NAA; TISSUE CULTURE; IN VITRO; GROWTH. Penelitian ditujukan untuk menemukan teknik perbanyakan bibit pisang abaca dengan bantuan zat pengatur tumbuh BAP, kinetin dan NAA pada media propagasi. Penelitian terdiri dari 2 tahap yaitu tahap induksi tunas dan tahap pengakaran tunas mikro. Tahap induksi tunas disusun secara acak lengkap dengan 5 ulangan dan 4 perlakuan konsentrasi BAP yaitu 4, 5, 6 dan 7 ppm. Secara paralel tahapan yang sarna dilakukan dengan perlakuan kinetin. Tahap pengakaran tunas mikro disusun hanya dengan 1 faktor dan 3 ulangan. Dengan menggunakan 4 taraf konsentrasi NAA yaitu 0; I; 1,25 dan 1,5 ppm. Eksplan yang digunakan berupa tunas abaca dari kultur steril. Eksplan dikulturkan pada media MS yang diperkaya dengan zat pengatur tumbuh sesuai perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa BAP 5 ppm memberi hasil terbaik dengan rata-rata 8,6 tunas mikro/eksplan dan tinggi rata-rata 2,49 em. Sedangkan untuk induksi tunas dengan media kinetin jumlah tunas terbaik diperoleh pada konsentrasi 7 ppm dengan menghasilkan rata-rata 8,4 tunas mikro/eksplan. Pada tahap pengakaran tunas mikro perlakuan 1 ppm NAA memberi hasil terbaik dengan rata-ratajumlah akar 6,67/eksplan dan rata-rata panjang akar 1,24 em. 019 PRAWOTO, AA Kajian agronomis dan anatomis hasil sambung dini tanaman kakao (Theobroma cacao L.). Agronomical and anatomical study of resulted early cocoa (Theobroma cacao L.) grafting/Prawoto, A.A. (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jember (Indonesia)); Qomariyah, N.; Rahayu, S.; Kusmanadhi, B., 8 ill., 7 tables; 31 ref. Summaries (En, In). Pelita Perkebunan (Indonesia) ISSN 02] 50212 (2005) v. 2](1) p. 12-30. THEOBROMA CACAO; GRAFTING; ANATOMY; GRAFT COMPATIBILITY. CLONES; AGRONOMIC CHARACTERS; PLANT Perbanyakan bibit kakao secara oku]asi dan sambung pucuk lazimnya dilakukan pada bibit umur 4-5 bulan sehingga perlu waktu 9-12 bulan untuk dapat dipindah ke kebun. Upaya memperpendek usia di pembibitan dengan tanpa mengurangi kualitas bibit, dapat ditempuh melalui klonalisasi lebih awal. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh klon, aplikasi pupuk daun dan pengikatan bahan entres terhadap keberhasilan sambung kakao pada bibit umur satu bulan. Penelitian dilaksanakan di KP Kaliwining, 45 m dpl, tipe iklim D (Schmidt - Ferguson) dengan rancangan acak kelompok faktorial. Perlakuan percobaan pertama faktorial 4 x 3 dan percobaan kedua faktorial 3 x 3 x 2 tiga ulangan. Faktor pertama percobaan pertama adalah klon, yaitu TSH 858, ICS 13, ICS 00. dan DR 2. Faktor kedua adalah pengikatan bahan entres sebelum digunakan yaitu tanpa diikat, diikat 2 minggu, diikat 4 minggu. Faktor pertama percobaan kedua adalah klon, yaitu KW 162, KW 163, dan KW 165. Faktor kedua adalah pengikatan calon entres sebelum digunakan, yaitu tanpa diikat; diikat kawat 2 minggu: diikat kawat 4 minggu. Faktor ketiga adalah pemupukan calon entres yaitu tanpa pupuk daun; dan dengan pupuk daun. Bibit batang bawah berupa semaian ICS 60 umur 30 hari, dan metode penyambungan adalah sambung pucuk di atas kotiledon. Variabel pengamatan meliputi persentase sambungan jadi, panjang tunas, diameter tunas, bobot basah dan bobot kering tunas, kandungan total C dan N bahan entres. Hasil penelitian .menunjukkan bahwa pengikatan bahan entres tidak efektif untuk meningkatkan cadangan nutrisi sebab bahan entres secara periodik bertunas, pengaruhnya terhadap jumlah sambungan jadi serta pertumbuhan tunas baru tidak nyata. Sampai umur I bulan, jumlah sambungan jadi berkisar 90-100%, selanjutnya turun tajam sampai 30-60% tergantung pada klon yang digunakan. Jumlah sambungan jadi tertinggi dari percobaan pertama adalah DR 2 yaitu 62% dan dari percobaan kedua klon KW 162 dengan aplikasi pupuk daun yakni 39%. Kematian bibit sambungan dimulai dari daun dan hasil isolasi menunjukkan terserang penyakit Rhizoctonia solani, Phytophthora palmivora serta Colletotrichum gloeosporioides. Dari kajian anatomi pertautan menunjukkan sambungan yang mati ditandai dengan 10 • •• Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia Vol. 25, No.1, 2008 pertautan yang lemah, tersusun oleh sel-sel meristem dan menimbulkan rongga ketika disayat, semen tara pertautan yang sehat ditandai dengan akumulasi senyawa lignin dan tidak pecah ketika dipotong. Disimpulkan bahwa tempat pembibitan yang terpisah dari pertanaman tua, media yang steril penyakit tular tanah, entres yang sehat, pengikatan sambungan yang erat serta pencegahan dari serangan penyakit merupakan kunci keberhasilan untuk penyambungan dini kakao. 020 ROOSTIKA, 1. Penyimpanan ubi kayu (Manihot utilissima) secara kriopreservasi dengan teknik vitrifikasi. Preservation of cassava (Manihot utilissima) through cryopreservation by using vitrification technique/Roo stika, 1.; Mariska, 1.; Sunarlim, N. (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor (Indonesia» 7 ill., 2 tables; 17 ref. Summaries (En, In). Jurnal Bioteknologi Pertanian (Indonesia) ISSN 0853-8360 (2004) v. 9(1) p. 8-13 MANIHOT ESCULENTA; PRESERVATION; VITRIFICATION; CRYOPROTECTANTS BIOLOGICAL PRESERVATION; FREEZING; Kriopreservasi merupakan cara penyimpanan benih yang efektif untuk tanaman yang mempunyai benih rekalsitran atau yang diperbanyak secara vegetatif seperti ubi kayu. Teknik baru yang banyak diterapkan dan dikembangkan adalah vitrifikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan teknik vitrifikasi pad a penyimpanan ubi kayu secara kriopreservasi. Eksplan yang akan disimpan berupa tunas pucuk dengan ukuran ± 0,5 em. Eksplan diprakultur selama satu malam pada media prakultur MS dengan sukrosa 0,3 M. Setelah prakultur, eksplan direndam dalam loading solution (LS) selama 10, 20, dan 30 menit pada suhu kamar. Larutan LS terdiri atas media MS + gliserol 2 M dengan sukrosa 0,4 M. Selanjutnya, eksplan direndam dalam larutan krioprotektan selama 30, 45, dan 60 menit. Larutan krioprotektan yang diujikan adalah PVS2 yang terdiri atas gliserol 30% + etilen glikol 15% + DMSO 15% dalam media MS dengan taraf sukrosa 0,4 M. Eksplan yang telah terdehidrasi direndam dalam nitrogen cair minimum satu jam, setelah itu dilakukan thawing (pelelehan) pada suhu 40 DC selam 1 menit. Eksplan kemudian direndam dalam 1,5 ml MS yang mengandung 1,2 M sukrosa selama 20 menit dan ditanam pada media pemulih (recovery). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kultur ubi kayu berhasil disimpan secara kriopreservasi dengan teknik vitrifikasi. Kombinasi antara durasi rendam dalam larutan LS selama 10 menit dan dalam PVS2 30 menit memberikan tingkat persentase hidup dan bertunas yang paling tinggi (50%). Namun demikian, kultur yang mampu tumbuh lebih lanjut diperoleh dari perlakuan kombinasi antara durasi rendam dalam larutan LS selama 20 menit dan dalam PVS2 30 menit. 021 ROOSTIKA, 1. Regenerasi tanaman sedap malam melalui organogenesis dan embriogenesis somatik. Regeneration of tuberose through organogenesis and embryogenesis/Roo stika, 1.; Mariska, 1.; Pumamaningsih, R. (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor (Indonesia)) 4 tables; 13 ref. Summaries (En, In). Jurnal Hortikultura (Indonesia) ISSN 0853-7097 (2005) v. 15(4) p. 233-241. POLIANTHES; ORGANOGENESIS; EMBRYONIC DEVELOPMENT; CULTURE MEDIA; PLANT GROWTH SUBSTANCES. SOMATIC EMBRYOS; Secara konvensional perbanyakan tanaman sedap malam dilakukan melalui umbi. Semakin kecil ukuran umbi semakin lama tanaman berbunga. Penerapan teknik kultur in vitro diharapkan dapat membantu perbanyakan tanaman secara masal. Hingga saat ini, teknik kultur in vitro tanaman sedap malam belum pemah dilaporkan di Indonesia. Penelitian bertujuan memperoleh formulasi media yang efektif menginduksi organogenesis dan embriogenesis kultur in vitro tanaman sedap mal am serta memacu regenerasinya. Percobaan dibagi menjadi 4 tahap, yaitu (1) induksi tunas, (2) multiplikasi tunas, (3) induksi kalus embriogenik, dan (4) regenerasi kalus embriogenik. Media induksi tunas yang diuji adalah MS + BA 0 ppm, MS + BA 3 ppm, MS + BA 5 ppm, dan MS + BA 7 ppm. Pemacuan multiplikasi tunas lanjut dilakukan pada media subkultur MS + BA 7 ppm + glutamin 100 ppm, MS + BA 7 ppm, OKW + TDZ 7 ppm, dan OKW + TOZ 7 ppm + glutamin 100 ppm. Untuk induksi kalus embriogenik, media induksi kalus yang diujikan adalah MS + 2,4-0 2,5 ppm, MS + 2,4-0 5 ppm, dan MS + 2,4-D 10 ppm. Untuk meregenerasikan kalus embriogenik, media yang diujikan MS + BA 2 ppm + TOZ 0,2 ppm, MS + II , • Vol. 25, No.1, 2008 Abstrak Rasil Penelitian Pertanian Indonesia BA 3 ppm + TDZ 0,4 ppm, MS + zeatin I ppm + kinetin I ppm, dan MS + zeatin 0,5 ppm + kinetin 2 ppm. Hasil percobaan menunjukkan bahwa pembentukan tunas terbanyak diperoleh dari media BA 3 ppm (80%) namun inisiasi tunas tercepat dihasilkan pada media BA 0 ppm. Formula media MS + BA 7 ppm + glutamin 100 ppm menghasilkan jumlah tunas dan akar terbanyak. Penggunaan MS + 2,4-D 5 ppm dapat menginduksi kalus embriogenik dengan persentase pembentukan nodul 18,75% dan jumlah nodul yang terbentuk sebanyak 3,6 dengan visual kalus yang paling baik. Setelah disubkultur, calon tunas terbanyak (17) dihasilkan dari perlakuan MS + BA 2 ppm + TDZ 0,4 ppm. Kalus embriogenik pada media MS + zeatin 0,5 ppm + kinetin 2 ppm dapat berkembang membentuk benih somatik. 022 SULIANTI, S.B. Kemampuan regenerasi daun pada dua jenis tanaman Sansevieria yang berdaun variegata. Regenerative ability of leaf on two species of Sansevieria with variegata leaves/Sulianti, S.B. (Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi, Bogor (Indonesia» 4 ill., 2 tables; 13 ref. Summaries (En, In). [Proceedings of the· national seminar of floriculture: to develop floriculture industry which have competitive ability through national potential-based technology innovation application]. Prosiding seminar nasional florikultura: membangun industri florikultura yang berdaya saing melalui penerapan inovasi teknologi berbasis potensi nasionallBalai Penelitian Tanaman Hias, Cianjur (Indonesia). Cianjur : Balithi, 2004: p. 406-411. SANSEVIERIA; SPECIES; LEAVES; CUTTINGS; PLANT REGENERATIVE ABILITY; ROOTING; VARIEGATION. GROWTH SUBSTANCES; IBA; Tanaman Sansevieria biasanya dibudidayakan melalui setek daun. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kemampuan regenerasi setek daun 2 jenis lidah mertua berdaun variegata, yaitu Sansevieria grandis hahnii dan S. tri(asciata laurentii di bawah pengaruh zat pengatur tumbuh IBA (indole butyric acid). bagian potongan setek daun direndam selama 24 jam bahan induksi IBA diberikan masing-masing dengan konsentrasi 100 ppm dan kemudian ditanam pada media pasir steril dengan menggunakan rancang acak kelompok. Kemampuan regenerasi diamati setiap bulan selama 3 bulan. Hasil penelitian terlihat bahwa kedua jenis menghasilkan tunas yang anakan berdaun hijau 19,44% akan tumbuh sebagai S. grandis, dan sebagian besar 80,56% tunas berwarna kuning. Pada setek daun S. trifasciata laurentii hanya 0,57% tunas variegata seperti induknya, kemudian 88,82% tunas berwarna hijau akan tumbuh menjadi tanaman S. trifasciata dan tunas yang berwarna kuning 8,03% juga tidak dapat bertahan hidup. Hasil uji statistik menunjukkan sctiap perlakuan memberikan perbedaan yang signifikan untuk setiap perlakuan (p 2: 0,5). Hasil penelitian menunjukkan bahwa anakan setek dari kedua jenis Sansevieria tidak menghasilkan anakan yang sarna dengan induknya, sehingga cara perbanyakan melalui setek tidak dapat digunakan untuk S. grandis hahnii dan S. trifasciata laurentii. 023 SUYADI, A. Penggandaan tunas abaca melalui kultur meristem. Multiplication of abaca bud through meristem culture/Suyadi, A. (Universitas Muhammadiyah, Purwokerto (Indonesia). Fakultas Pertanian); AzizPurwantoro; Trisnowati, S., I table; 13 ref. Summaries (En, In). Ilmu Pertanian (Indonesia) ISSN 01264214(2003)v.10(2)p.II-16. MUSA TEXTILIS; PLANT PROPAGATION; BUDS; MERISTEM CULTURE; PLANT GROWTH SUBSTANCES; BA; NAA; LEAVES; SHOOTS. Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh kombinasi zat pengatur tumbuh BAP dan NAA serta menentukan konsentrasi kombinasi zat pengatur tumbuh tersebut yang tepat untuk penggandaan tunas pada kultur meristem abaca. Penelitian dilaksanakan mulai Oktober 2002 - Maret 2003, menggunakan rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan tanpa kontrol. Perlakuan terdiri dari dua faktor: faktor pertama, adalah konsentrasi BAP yang terdiri dari 4 taraf, yaitu 0 M (BO), 10 - 7 M (B7), 10 - 6 M (B6), 10 - 5 M (B5) dan faktor kedua adalah konsentrasi NAA yang terdiri dari 3 taraf, yaitu 0 M (NO), 10 - 7 M (N7) dan 10 - 6 M (N6). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi konsentrasi BAP dan NAA berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas, panjang tunas dan jumlah daun pada sub kultur I dan subkultur II. Perlakuan B5N7 mampu menghasilkan jumlah tunas dan jumlah daun terbanyak masing-masing 5,06 buah dan 6,00 helai pada subkultur I serta 4,37 buah dan 6,25 helai pada subkultur II. 12 Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia F03 PRODUKSI DAN PERLAKUAN Vol. 25, No.1, 2008 BENIH 024 NURAENI. Pengaruh inokulasi mikoriza-arbuskular dan Rhizobium japonicum dengan pemberian N dan P terhadap hasH dan mutu fisiologis benih kedelai. [Effects of arbuscular mycorrhizae and Rhizobium japonicum inoculation with low Nand P fertilizers on the yield and physiological quality of soybean seedflNuraeni (Universitas Tadulako, Palu (Indonesia). Fakultas Pertanian) 4 tables; 13 ref. Summaries (En, In). JlIrnal Agroland (Indonesia) ISSN 0854-641X (2005) v. 12(3) p. 273-278. GLYCINE MAX; SEED; VESICULAR ARBUSCULAR MYCORRHIZAE; BRADYRHIZOBIUM JAPONICUM; YIELDS; QUALITY; NITROGEN FERTILIZERS; PHOSPHATE FERTILIZERS. Suatu percobaan telah dilakukan untuk mengkaji pengaruh inokulasi mikoriza-arbuskular (MA) dan Rhizobillln japoniclIl1l (dengan pemberian N dan P dosis rendah) terhadap hasil dan mutu fisiologis benih kedelai. Percobaan menggunakan rancangan acak lengkap, pola faktorial terdiri dari 3 faktor, yaitu: (I) mikoriza-arbuskular terdiri dari 2 taraf, yaitu tanpa mikoriza dan dengan mikoriza; (2) R. japoniclIl1l terdiri dari 2 taraf, yaitu tanpa rhizobium dan dengan rhizobium; dan (3) jenis pupuk terdiri dari 4 taraf, yaitu tanpa pupuk, 11,25 kg N/ha, 23 kg PzOs/ha dan campuran 11,25 kg N/ha + 23 kg PzOs/ha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inokulasi MA dikombinasikan dengan R. japoniclIl1l dan pemberian campuran 11,25 kg N/ha + 23 kg PzOs/ha (setara dengan 25 kg urea + 50 kg TSP/ha) meningkatkan mutu fisiologis benih kedelai dan hasil biji kering (17 t/ha). 025 TATIPATA, A. Pengaruh penyimpanan terhadap protein membran dalam mitokondria benih kedelai. [Effect of storage on the membrane protein on soybean seed mitochondria)/Tatipata, A. (Universitas Pattimura, Ambon (Indonesia)) 2 ill., 2 tables; 5 ref. Summaries (En, In). Habitat (Indonesia) ISSN 0853-5167 (2005) v. 16(4) p. 251-257. GLYCINE MAX; SEED; SEED STORAGE; MITOCHONDRIA; MOISTURE CONTENT. PROTEINS; MEMBRANES; CRUDE PROTEIN; Aktivitas metabolisme tergantung pada protein membran mitokondria. Protein membran berfungsi sebagai transporter dan katalis enzim. Tujuan penelitian untuk mempelajari protein membran dalam mitokondria benih kedelai secara kuantitatif dan kualitatif dan mendapatkan cara simpan yang tepat dalam mempertahankan kadar protein yang tetap tinggi selama penyimpanan. Penelitian dilaksanakan di laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian dan laboratorium Mikrobiologi Bioteknologi PAU UGM pada bulan Mei 2002 - Agustus 2003 dengan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial tiga ulangan. Ada 3 faktor yang diteliti yaitu kadar air: 8, 10, dan 12%; jenis kemasan: kantong plastik polietilen, kantong terigu dan kantong aluminium foil, serta lama simpan, yaitu tanpa disimpan, disimpan I, 2, 3, 4, 5 dan 6 bulan. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis varian dan analisis korelasi. Pengamatan secara kuantitatif dilakukan terhadap kadar protein dan kualitatif melalui pola pita protein dari kombinasi perlakuan setelah penyimpanan selama 6 bulan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa jumlah pita protein dari semua perlakuan yang terdeteksi lebih sedikit dibanding dengan yang tanpa disimpan dan yang disimpan dengan kadar air 8% dalam kantong plastik polietilen. Kadar protein membran mitokondria benih yang disimpan dengan kadar air 8% di dalam kantong aluminium foil belum mengalami penurunan selama 4 bulan. F04 PEMUPUKAN 026 ABDOELLAH, S. Penggunaan zeolit untuk meningkatkan efisiensi pemupukan amonium sulfat pada bibit kakao di media pasiran. Application of zeolite to increase ammonium sulphate fertilizing efficiency on cocoa seedlings at sandy medium/Abdoellah, S. (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jember (Indonesia)); Trikoriantono, A., 3 ill., 2 tables; 16 ref. Summaries (En, In). Pelita Perkebllnan (Indonesia) ISSN 0215-0212 (2004) v. 20(2) p. 66-74. 13 Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia Vol. 25, No.1, 2008 THEOBROMA CACAO; SEEDLINGS; APPLICATION; SANDY SOILS. ZEOLITES; AMMONIUM SULPHATE; FERTILIZER Penelitian penggunaan zeolit untuk meningkatkan efisiensi pemupukan amonium sulfat pada bibit kakao di media pasiran telah dilakukan di rumah kaca Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Kaliwining, Jember, pada ketinggian tempat 45 m dpl., tipe iklim D (Schmidt-Ferguson). Penelitian dilakukan karena sebagian lahan kakao di Indonesia berkelas tekstur tanah pasiran. Bahan yang digunakan adalah bibit tanaman kakao dengan induk ICS 60, serbuk mineral zeolit, bahan tanah bertekstur pasiran, dan pupuk amonium suifat. Penelitian disusun secara faktorial, menggunakan rancangan acak kelompok lengkap dalam tiga blok dengan perlakuan faktor dosis zeolit, terdiri atas lima taraf yaitu ZO: bahan tanah pasiran tanpa zeolit (kontrol), ZI: zeolit 5%, Z2: zeolit 10%, Z3: zeolit 15% dan Z4: zeolit 20% masing-masing terhadap bobot tanah. Faktor frekuensi pemupukan amonium sulfat, terdiri atas tiga taraf, yaitu N I: I g/tan/minggu, N2: 2 g/tan/2 minggu, dan N3: 3 g/tan/3 minggu. Tolok ukur yang diamati adalah kadar N, pH, dan KPK tanah; kadar N jaringan tanaman; tinggi tanaman; diameter batang; jumlah daun; bobot segar dan bobot kering tanaman. Data dianalisis ragam dan uji jarak Duncan 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan dosis zeolit pada medium pertumbuhan tanaman menyebabkan kenaikan KPK dan pH tanah, tetapi menurunkan kadar nitrogen tanah. Peningkatan dosis zeolit pada medium pertumbuhan tanaman menyebabkan meningkatnya pertumbuhan akar dan batang tanaman, tetapi menurunkan pertumbuhan daun dan kadar air tanaman. Tidak terdapat perbedaan pengaruh antara pemupukan amonium sulfat yang diberikan seminggu sekali dosis rendah dengan tiga minggu sekali dosis tiga kali lipat. Sampai dengan dosis 20% terhadap bobot tanah, tidak tampak adanya pengaruh pemberian zeolit terhadap peningkatan efisiensi pemupukan amonium sulfat dan pertumbuhan kakao. 027 ISPANDI, A. Efektivitas pupuk P,K dan frekuensi pemberian pupuk K dalam meningkatkan serapan hara dan produksi kacang tanah di lahan kering Alfisol. Effectivity of PK fertilizers and frequency of KCI application on increasing of nutrients absorption by plant and peanut production in Alfisols upland/ Ispandi, A. (Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang (Indonesia)); Munip, A., II tables; 17 ref. Summaries (En, In). Ilmu Pertanian (Indonesia) ISSN 0126-4214 (2004) v. II (2) p. 11-26. ARACHIS HYPOGAEA; PHOSPHATE FERTILIZERS; POTASH FERTILIZERS; RATES; NUTRIENT UPTAKE; LUVISOLS; UPLAND SOILS; DRY FARMING. APPLICATION Unsur K sangat penting dalam pembentukan polong, pengisian biji kacang tanah, dan proses metabolisme dalam tanaman. Kadar ion Ca dalam tanah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan tidak efektifnya pemupukan PK sehingga produksi kacang tanah tidak dapat mencapai optimal. Untuk meningkatkan efisiensi pemupukan P dan K di lahan kering Alfisol pada tanaman kacang tanah telah dilakukan penelitian di lahan kering Alfisol, Malang, pada MT 2002 dan MT 2003. Rancangan acak kelompok faktorial, tiga ulangan digunakan dalam penelitian ini. Perlakuan percobaan MT 2002 adalah kombinasi dua jenis pupuk N (urea dan ZA), tiga dosis pupuk P (0, 50 dan 100 kg SP-36/ha) dan tiga frekuensi pemberian pupuk K (diberikan I x; 2 x dan 3 x). Perlakuan percobaan MT 2003 adalah kombinasi dua jenis pupuk N (urea dan ZA), tiga dosis pupuk K (50, 100 dan 150 kg KCI/ha) dan 3 frekuensi pemberian pupuk K seperti pada percobaan MT 2002. Percobaan menggunakan kacang tanah varietas Kelinci yang ditanam dengan jarak tanam 40 cm x 20 cm, 2 biji/lubang pad a petak perlakuan 4 m x 6 m. Percobaan MT 2002 dan MT 2003 dilaksanakan pada lokasi yang sarna. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pupuk ZA dapat meningkatkan serapan hara P, K dan S serta meningkatkan hasil polong kering sekitar 51% dibandingkan dengan yang dipupuk urea. Pemupukan P kurang efektif dalam meningkatkan hasil kacang tanah. Pemupukan 50 kg SP-36/ha hanya dapat meningkatkan hasil polong kering sekitar 10% daripada yang tanpa pupuk P, dan bila dosisnya ditingkatkan menjadi 100 kg SP-36/ha justru menurunkan hasil. Pemupukan 50 kg SP-36/ha hanya mampu meningkatkan kadar P dalam tanaman sekitar 15% dan tidak meningkatkan serapan hara yang lain. Bila dosisnya ditingkatkan menjadi 100 kg SP-36/ha, kadar P dalam tanaman meningkat sekitar 7% daripada yang dipupuk 50 kg SP-36/ha. Pemupukan 100 kg KCI/ha meningkatkan hasil kacang tanah secara nyata daripada yang dipupuk 50 kg KCUha. Pemberian pupuk KCI satu kali pada saat tanam lebih efektif dan lebih efisien daripada diberikan dua kali, pada saat tanam dan umur satu bulan dalam meningkatkan hasil kacang tanah, dan bila diberikan tiga kali, justru menurunkan hasil. Pemupukan 100 kg KCI/ha dapat meningkatkan kadar K dan P dalam 14 Abstrak Hasil Penelilian Pertanian indonesia Vol. 25, No.1, 2008 tanaman, masing-masing sekitar 21% dan 15% bila diberikan bersama 50 kg SP-36/ha, atau masingmasing meningkat 28% dan 23% bila diberikan bersama 100 kg SP-36/ha, semua itu bila dibandingkan dengan yang tidak disertai pupuk P. 028 ISPANDI, A. Pemupukan P, K dan waktu pemberian pupuk K pada tanaman ubi kayu di lahan kering Vertisoi. P, K fertilization and frequency of K fertilizer application on cassava in Vertisols upland /Ispandi, A. (Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang (Indonesia) 2 tables; 18 ref. Summaries (En, In).llmll Pertanian (Indonesia) ISSN 0126-4214 (2003) v. 10(2) p. 35-50. MANIHOT ESCULENTA; VARIETIES; PHOSPHATE FERTILIZERS; POTASH FERTILIZERS; FERTILIZER APPLICATION; DOSAGE EFFECTS; NUTRIENT UPTAKE; DRY FARMING; VERTISOLS; YIELDS. Penelitian pemupukan P, K dan waktu pemberian pupuk K pada tanaman ubi kayu (Mallihot esclilellta) di lahan kering Vertisol (Grumosol) telah dilakukan pada MT 200 I. Penelitian dilakukan di Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunung Kidu!. Tujuan penelitian untuk mendapatkan teknologi pemupukan P dan K yang efektif dan efisien pada tanaman ubi kayu khusus di lahan kering marginal bertekstur tanah berat. Penelitian terdiri dari dua percobaan. Kedua percobaan menggunakan rancangan acak kelompok faktorial, tiga ulangan. Perlakuan percobaan I merupakan kombinasi tiga varietas ubi kayu (Malang-4, Malang-I dan lokal), tiga dosis pupuk P (0,75 dan 150 kg SP-36/ha) dan dua dosis pupuk K (0 dan 100 kg KCI/ha). Seluruh perlakuan dipupuk 200 kg urea/ha. Perlakuan percobaan II merupakan kombinasi antara dua jenis pupuk N (200 kg urea/ha dan 150 kg urea + 100 kg ZA/ha dua dosis pupuk P (0 dan 100 kg SP-36/ha) dan 5 perlakuan waktu pemberian pupuk K (1,2,3,4 dan 5 kali). Dosis pup uk K adalah 100 kg KCI/ha. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa dua varietas ubi kayu Malang-I dan Malang-4 dapat menggantikan varietas loka!. Pemupukan 100 kg SP-36/ha meningkatkan serapan hara P dan hasil umbi secara nyata dibanding dengan yang tanpa pupuk P. Pemupukan 100 kg KCI/ha dapat meningkatkan serapan hara K secara nyata bila diberikan bersama pupuk P (75 atau 100 kg SP-36/ha) tetapi tidak jelas pengaruhnya terhadap peningkatan hasil umbi. Pupuk K diberikan 1-4 kali tidak berpengaruh terhadap serapan hara K dan P serta hasil umbi, bila diberikan 5 kali justru menurunkan serapan hara K dan P serta hasil umbi. Hasil umbi tertinggi hanya sekitar 20 t/ha jauh di bawah potensi hasilnya yang sekitar 40 t/ha, hal ini memerlukan penelitian lebih lanjut. 029 MASTUR. Respon tembakau madura terhadap dua tipe pupuk organik. Responses of madura tobacco to two types of organic fertilizers/Mastur; Murdiyati, A.S.; Djajadi; Istiana, H. (Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Malang (Indonesia)) 7 tables; 18 ref. Summaries (En, In) Appendix. Jllrnal Penelitian Tanaman indllstri (Indonesia) ISSN 0853-8212 (2004) v. 10(4) p. 142-148. SOIL NICOTIANA TABACUM; ORGANIC FERTILIZERS; FARMYARD MANURE; CHEMICOPHYSICAL PROPERTIES; BYPRODUCTS; INDUSTRY; TOBACCO; YIELDS; QUALITY. Penelitian dilaksanakan untuk menelaah pengaruh 2 tipe pupuk organik yaitu pupuk organik dan hasil samping industri yang diperkaya atau selanjutnya disebut pupuk organik diperkaya (POD) dan pupuk kandang dari kotoran sapi terhadap sifat fisik tanah, serapan hara, keragaan tanaman, hasil dan mutu tembakau madura. Percobaan dilakukan mulai April - September 2002. Percobaan lapang pad a tanah tegal di Desa Guluk-guluk, Kecamatan Guluk-guluk, Kabupaten Sumenep. Perlakuan terdiri dari 9 kombinasi dosis (0-7.000 kg/ha) dan tipe pupuk organik (POD dan pupuk kandang) dengan 4 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa POD lebih unggul dalam kandungan hara dan pengaruhnya pada tembakau dibanding pupuk kandang. POD dapat meningkatkan kadar air tanah pada kapasitas lapang dan konsentrasi K dalam tanaman. Perlakuan terbaik adalah POD dosis 5.000 kg/ha dengan bobot daun rajangan kering 1.156 kg/ha, indeks mutu 73,4 dan indeks tanaman 77,2. POD dosis 1.000 kg/ha menghasilkan daun rajangan kering 849 kg/ha, indeks mutu 76,8 dan indeks tanaman 60,0. Dosis POD terse but lebih baik dibanding pupuk kandang yang sarna. Respon tembakau terhadap dosis POD 7.000 kg/ha lebih jelek dibanding 5.000 kg/ha. 15 Abstrak Hasil Penelitian Pertanian indonesia Vol. 25, No. i, 2008 030 MUS TARING Pengaruh dosis pemupukan bokashi terhadap pertumbuhan dan produksi rumput kerbau (Stenotaphrum secundatum). [Effects of bokashi dosage on the growth and production of buffalo grass (Stenotaphrum secundatumJ! Mustaring; Marsetyo (Universitas Tadulako, Palu (Indonesia). Fakultas Pertanian) 2 tables; 16 ref. Summaries (En, In). Jurnal Agroland (Indonesia) ISSN 0854-64lX (2005) v. 12(3) p. 308-312 STENOTAPHRUM EFFECTS SECUNDATUM; GROWTH; YIELDS; ORGANIC FERTILIZERS; DOSAGE Pengaruh dari dosis pemupukan bokashi terhadap pertumbuhan dan produksi rumput kerbau (Stenotaphrum secundatum), telah diuji pada percobaan di lapangan di Taman temak Sidera, Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap, dengan lima dosis pemupukan bokashi, dan masing-masing dosis diulang sebanyak empat kali. Dosis bokashi yang digunakan masing-masing adalah 0; 3,5; 7,0; 10,5 dan 14,0 t/ha. Tinggi rumput, jumlah anakan, produksi bahan segar dan kering rumput kerb au dipengaruhi secara nyata (P < 0,05) oleh dosis pemupukan bokashi. Tinggi rumput meningkat secara linier (P < 0.01) seiring dengan peningkatan dosis pemupukan bokashi. Sedangkan jumlah anakan, produksi bahan segar dan kering mengalami kenaikan secara kuadratik (P < 0,05), dengan nilai yang paling tinggi dicapai pada dosis pemupukan bokashi sebesar 10,5 tlha. Oleh karena itu disarankan dosis pemupukan optimum terhadap rumput kerbau adalah 10,5 tlha 031 PRIYANTI,A. Respon ekonomi penggunaan pupuk organik dan berbagai pola tan am pada sistem usaha tani di lahan kering. Economic liability for using organic fertilizer and cropping patterns in the dryland farming systems/ Priyanti, A. (Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogar (Indonesia)); Prawiradiputra, B.R.; Lubis, D.; Djajanegara, A., 4 tables; 12 ref. Summaries (En, In). [Proceedings of national seminar on integrated crop-livestock systems]. Pro siding seminar nasional sistem integrasi tanaman-ternak/Haryanto; Mathius, I w.; Prawiradiputra, B.R.; Lubis, D.; Priyanti, A.; Djajanegara, A. (eds.); Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor (Indonesia). Bogor: Puslitbangnak, 2004: p. 290-297. FOOD CROPS; INTERCROPPING; FARMING SYSTEMS; ORGANIC FERTILIZERS; FARMYARD MANURE; COMPOSTS; TECHNOLOGY; YIELDS; ECONOMIC ANALYSIS; ARID ZONES; DRY FARMING. Suatu penelitian untuk mengetahui respon ekonomi penggunaan kompos pada berbagai pola tanam di lahan kering telah dilakukan di Desa Dangiang, Kecamatan Cilawu, Kabupaten Garut. Lahan 3 orang petani dibagi 5 petak dengan luas lahan yang ada untuk dikelompokkan dalam perlakuan pola tanam, yaitu 100% kacang tanah, 70% kacang tanah dan 30% kacang merah, 65% kacang tanah dan 35% kacang merah, 60% kacang tanah dan 40% kacang merah dan 100% kacang merah. Rata-rata lahan yang digunakan adalah seluas 150 m2 dan masing-masing perlakuan dibedakan dalam penggunaan pupuk yang terdiri dari kompos, kotoran sapi yang dikeringkan dan kompos komersial. Kompos dibuat oleh petani melalui introduksi teknologi yang diajukan, yang sebelumnya petani hanya menggunakan kotoran ternak yang dikeringkan selama 3-6 bulan. Rancangan acak kelompok dan estimasi gross margin digunakan dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola tanam tidak berpengaruh terhadap produksi yang dihasilkan (P < 0,05) dan gross margin tertinggi dicapai pada pola tanam 70% kacang tanah dan 30% kacang merah, yakni sebesar Rp4.I52.774Iha, Rp2.349.053/ha dan Rp3.559.865Iha masingmasing untuk petani I, II dan III. - ... 032 RACHMAN, A. Pengaruh jenis pupuk dasar dan susulan terhadap produksi dan mutu tembakau cerutu besuki. Effect of basal fertilizers and side dressing fertilizers on the production and quality of besuki cigar tobacco/Rachman, A.; Sholeh, M.; Purlani, E. (Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Malang (Indonesia)) 5 tables; 24 ref. Summaries (En, In). Jurnal Penelitian Tanaman lndustri (Indonesia) ISSN 0853-8212 (2004) v. 10(1) p. 34-40. 16 Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia Vol. 25, No.1, 2008 NICOTIANA TABACUM; FERTILIZER APPLICATION; BASAL DRESSINGS; SIDEDRESSING; PRODUCTION; QUALITY; TOBACCO. Penelitian pemupukan tembakau eerutu besuki telah dilakukan di Desa Mangaran, Keeamatan lenggawah, Kabupaten lember (30 m dpl) untuk mengetahui pengaruh jenis pupuk dasar dan pupuk susulan terhadap produksi dan mutu. Tembakau ditanam pada awal musim kemarau (disebut besnota), yaitu minggu ke-I bulan luli 2000. Lahan pereobaan berjenis tanah Aluvial dengan tekstur liat berkadar 44% liat, 20% debu, dan 46% pasir, 0,67% C-organik, 0,14% N total, 10,64 emol/kg P tersedia, 0,45 emol/kg K, 7,30 emol/kg Ca, dan pH 6,62. Perlakuan disusun dalam raneangan aeak kelompok faktorial, dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah perlakuan pupuk dasar Genis pupuk NPK dan SP-36 + urea), sedangkan faktor kedua adalah perlakuan jenis pupuk susulan (urea, CN, CN + CPN, CN + PN, dan CSN). Ukuran petak pereobaan 10m x 7 m, jarak tanam (110 em + 90 em) x 35 em, dengan populasi 200 tanamanlpetak dan varietas H382. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pupuk dasar NPK tidak berbeda pengaruhnya dibanding dengan pupuk SP-36 + urea terhadap hasil, ukuran, ketebalan daun posisi KAK dan TNG, persentase daun pembalut-pembungkus dan kadar unsur hara daun. Namun perlakuan pupuk NPK menghasilkan daun KOS 3 lebih tip is, daya bakar daun KOS I dan KAK 3 yang lebih lama, nisbah K20/CaO yang lebih tinggi. Pupuk susulan CN + CPN dan CN + PN memberikan hasil dan kadar N daun yang lebih tinggi daripada perlakuan yang lain. Pupuk susulan tidak berpengaruh terhadap ukuran daun, ketebalan daun, daya bakar, persentase daun pembalut-pembungkus, kadar P20S, K20, dan CaO daun. Berdasarkan analisis kualitas semua pupuk alternatif yang dieobakan, baik sebagai pupuk dasar maupun pupuk susulan, pupuk-pupuk tersebut dapat digunakan pada pemupukan tembakau eerutu besuki. Selanjutnya, perlu dilakukan sosialisasi penggunaan pemupukan alternatif tersebut kepada petani. 033 SANTOSO, B. Pengaruh bahan organik dan pupuk NPK terhadap hasil serat rosela di lahan Podsolik Mcrah Kuning Kalimantan Selatan. Effect of NPK fertilizer and organic materials on roselle fiber yield in Red Yellow Podzolic soil of South Kalimantan /Santoso, B. (Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Malang (Indonesia» 9 tables; 17 ref. Summaries (En, In). Jurnal Penelitian Tanaman Industri (Indonesia) ISSN 0853-8212 (2005) v. II (3) p. 85-92. HIBISCUS SABDARIFFA; PODZOLS; KALIMANTAN. ROSELLE; NPK FERTILIZERS; ORGANIC MATTER; YIELDS; Lahan Podsolik Merah Kuning (PMK) berpotensi untuk pengembangan tanaman rosela. Kendala utama dalam lahan PMK adalah miskin unsur hara makro dan mikro, kandungan Al dan Fe tinggi, pH tanah rendah dan sering terjadi fiksasi P. Daya dukung lahan ini dapat diperbaiki dengan memberikan bahan amelioran seperti kapur atau bahan organik. Penelitian dilaksanakan di Desa Sabuhur II, Keeamatan lorong, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan pada bulan lanuari - Desember 2001. Tujuan penelitian untuk mendapatkan jenis bahan organik dan dosis pupuk anorganik (NPK) yang dapat mendukung hasil serat rosela yang tinggi di lahan PMK Kalimantan Selatan. Perlakuan disusun dalam raneangan petak terbagi yang diulang tiga kali. Sebagai petak utama terdiri atas lima bahan organik, yakni (I) pupuk kandang kotoran ternak sapi, (2) pupuk kandang dari kotoran unggas, (3) kompos jerami, (4) kompos alang-alang, dan (5) kompos serpihan kayu rosela, dosis masing-masing 5 t/ha. Anak petak terdiri atas tiga dosis pupuk anorganik yaitu (A) tanpa pupuk anorganik, (B) (45 kg N + 80 kg P20S + 60 kg K20)/ha, dan (C) (90 kg N + 80 kg P20S (fosfat alam) + 60 kg K20)/ha. Bahan tanaman yang digunakan galur rosela CPI 115357. Ukuran petak 4 m x 6 m dengan jarak tanam 20 em x 20 em. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa kombinasi perlakuan pemberian (5 t pupuk kotoran unggas + 45 kg N + 80 kg P20S (fosfat alam) + 60 kg K20)/ha memberikan pertumbuhan tinggi tanaman, diameter batang, produksi brangkasan dan hasil serat kering tertinggi rosela masing-masing 262,33 mm; 17,65 mm; 47,78 t dan 2,83 t/ha. 034 SIMARMATA, T. Pemanfaatan ekstrak organik untuk meningkatkan aktivitas bakteri tanah dan hasil tanaman tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) pada Inceptisol di Jatinangor. fEffects of organic fertilizer extracts on the activity of soil microbes and yield of tomato on Inceptisols in Jatinangor 17 Vol. 25, No.1, 2008 Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia (Indonesia)]/Simarmata, T. (Universitas Padjadjaran, Bandung (Indonesia). Fakultas Pertanian) 2 tables; 10 ref. Summaries (En, In). Jurnal Agroland (Indonesia) ISSN 0854-64IX (2005) v. 12(3) p. 261-266. LYCOPERSICON ESCULENTUM; ORGANIC FERTILIZERS; DENITRIFICATION; MICROORGANISMS; BACTERIA; AZOTOBACTER; YIELDS; JAVA. SOIL Percobaan untuk mengetahui efek pemberian jenis dan konsentrasi ekstrak pupuk organik kompos (EPO) terhadap aktivitas bakteri tanah dan hasil tanaman tomat pada Inceptisol dilakukan di rumah plastik laboratorium hidroponik Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor. Percobaan ini menggunakan rancangan acak kelompok yang terdiri dari 10 perlakuan dan diberi ulangan 3 kali, yaitu A = kontrol (tanpa ekstrak bokashi), B = ekstrak pupuk kandang ayam (EPKA) dengan konsentrasi 75%, C = EPKA dengan konsentrasi 50%, D = EPKA dengan kosentrasi 25%, E = ekstrak limbah media jamur (EKLMJ), dengan konsentrasi 75%, F = EPKA dengan konsentrasi 50%, G = EPKA dengan konsentrasi 25%, H = ekstrak (PKA+LMJ) dengan kosentrasi 75%, 1= ekstrak (PKA+LMJ) dengan kosentrasi 50% dan J = esktrak (PKA+LMJ) dengan konsentrasi 25%. Hasil percobaan menunjukkan bahwa pemberian ekstrak pupuk organik mempengaruhi aktivitas bakteri tanah (populasi total, denitrifikan, dan Azotobater sp), tetapi tidak memberikan perbedaan terhadap hasil tanaman tom at. Pemberian ekstrak pupuk organik dapat meningkatkan populasi bakteri sekitar 355 - 1455 kali, denitrifikan sekitar 9 - 182 kali dan populasi Azotobacter sp sekitar 2 - 7 kali dibandingkan dengan kontrol (tanpa ekstrak pupuk organik). 035 SUBHAN. Penggunaan pupuk fosfat, kalium dan magnesium pad a tanaman bawang putih dataran tinggi. Utilization of phosphate, potassium and magnesium on garlic on upland/Subhan; Nurtika, N. (Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang (Indonesia)) 12 tables; 16 ref. Summaries (En, In). Ilmu Pertanian (Indonesia) ISSN 0126-4214 (2004) v. 11(2) p. 56-67. ALLIUM ASCALONICUM; PHOSPHATE FERTILIZERS; POTASH FERTILIZERS; MAGNESIUM FERTILIZERS; UPLAND SOILS; YIELDS. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK) empat faktor yang diulang tiga kali. Faktor pertama cara pemberian pup uk K (kalium), dengan dosis 75 kg K20/ha dan 150 kg K20/ha. Faktor kedua cara pemberian K, masing-masing 1/2 K20 (KCl) + 1/2 K20 (ZK) pada 0,15 dan 30 hst. Faktor ketiga dosis pupuk fosfat 0,2 kg P20s/ha, dan faktor keempat dosis pupuk magnesium 60 kg MgO/ha. Penelitian dilaksanakan di Ciwidey Kabupaten Bandung dengan ketinggian 1100 m dpl, di lahan petani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pupuk fosfat (P20S) dan magnesium (MgO) masih diperlukan oleh bawang putih dalam pertumbuhan vegetatif dan generatif. Pada perlakuan pupuk Kalium (K20) dari ZK, setelah 30 dan 45 hst memberikan pertumbuhan bawang putih yang baik dan hasil dua kali lebih tinggi dibanding dengan cara pemberian K yang berasal dari KCI. 036 SUMIATI, E. Pertumbuhan dan hasil kentang dengan aplikasi NPK 15-15-15 dan pupuk pelengkap cair di dataran tinggi Lembang. Growth and yield of potato treated with NPK 15-15-15 and foliar fertilizer supplement in highland Lembang f1ndonesiajlSumiati, E. (Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang (Indonesia)) 4 tables; 25 ref. Summaries (En, In). Jurnal Hortikultura (Indonesia) ISSN 0853-7097 (2005) v. 15(4) p. 270-278. SOLANUM TUBEROSUM; NPK FERTILIZERS; LIQUID FERTILIZERS; APPLICATION; DRY FARMING; GROWTH; YIELDS; HIGHLANDS; JAVA. FERTILIZER Produktivitas tanaman kentang harus terus-menerus ditingkatkan, antara lain dengan aplikasi pupuk daun dan pupuk dasar NPK 15-15-15. Penelitian bertujuan untuk memperbaiki pertumbuhan dan hasil umbi kentang dengan aplikasi pupuk dasar NPK 15-15-15, dosis yang tepat dikombinasikan dengan pupuk pelengkap cair (Ppc) konsentrasi optimum. Percobaan menggunakan rancangan petak terpisah dengan 3 ulangan. Petak utama dosis pupuk NPK 15-15-15, terdiri atas 2 level, yaitu NPK 15-15-15 dosis 0,5 dan 1,0 t/ha. Anak petak konsentrasi ppc, terdiri atas 5 level, yaitu 0,0; 2,3; 4,5; 6,8; dan 9,0 mill. Larutan ppc disemprotkan pada daun tanaman kentang 2 kali, yaitu pada 4 dan 7 mst. Pupuk NPK 15-15-15 18 Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia Vol. 25, No.1, 2008 diaplikasikan 1 kali pada saat tan am. Tanaman kentang dibudidayakan menggunakan mulsa plastik perak hitam. Hasil penelitian mengungkapkan tidak terjadi gejala fitotoksis, klorosis, dan gejala abnormal lainnya pada pertumbuhan tanaman ken tang yang diberi perlakuan ppc konsentrasi 2,3 - 9,0 mill dikombinasikan dengan pemberian pupuk dasar NPK 15-15-15 dosis 0,5 dan 1,0 t/ha. Hasil bobot umbi kentang nyata meningkat 72,94% oleh aplikasi pupuk NPK 15-15-15 dosis 1 t/ha dikombinasikan dengan ppc konsentrasi 4,5 mill dibandingkan dengan hanya menggunakan pupuk NPK 150-15-15 dosis I t/ha. Namun, konsentrasi optimum ppc adalah 5,5 mill pada kombinasi aplikasi pupuk NPK 15-15-15 dosis 1 t/ha. 037 SYAHID, S.F. Pengaruh NAA dan lEA terhadap perakaran purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk.) in vitro. Effect of NAA and IRA on root induction of pruatjan (Pimpinella pruatjan Molk.) in vitro/Syahid, S.P.; Rostiana, 0.; Miftakhurohmah (Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor (Indonesia)) 3 ill., 6 tables; 13 ref. Summaries (En, In). Jurnal Penelitian Tanaman lndustri (Indonesia) ISSN 0853-8212 (2005) v. 11(4) p. 146-151. PIMPINELLA; ROOTS; ROOTING; NAA; IBA; IN VITRO; PLANT RESPONSE. Purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk.) merupakan tanaman obat langka yang cukup potensial untuk dikembangkan sebagai bahan baku afrodisiak. Untuk mendukung budi daya tanaman ini diperlukan bahan tanaman yang memadai. Perbanyakan in vitro purwoceng untuk memperoleh bahan tanaman secara masal masih dibatasi oleh sulitnya menginduksi akar, yang berakibat rendahnya keberhasilan aklimatisasi di lapangan. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan teknik induksi perakaran dengan menggunakan dua jenis auksin (NAA dan IBA) pada berbagai taraf konsentrasi yaitu 0; 0,1; 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1,0; 1,5 dan 2.0 mg/l. Penelitian dilaksanakan di Laboratarium Kultur Jaringan. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogar dari bulan Januari 2003 - Februari 2004. Percobaan menggunakan rancangan acak lengkap dengan tiga ulangan. Setiap ulangan terdiri dari tiga tunas. Parameter yang diamati adalah jumlah akar, panjang akar dan jumlah daun layu serta penampakan kultur secara visual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa auks in NAA nyata menghasilkan jumlah akar lebih banyak dan lebih panjang dari IBA. Penggunaan NAA 0,8 g/I merupakan konsentrasi terbaik untuk induksi akar. Tidak ada perbedaan yang nyata dari penggunaan NAA ataupun IBA terhadap parameter jumlah daun layu. 038 SYAM, A. Pengaruh pupuk organik (kompos kotoran sapi) terhadap produktivitas padi di Iahan sawah irigasi. Effectiveness of organic fertilizers to the productivity of wetland rice/Syam, A.; Sariubang, M. (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan, Makassar (Indonesia)) 7 tables; 23 ref. Summaries (En, In). [Proceedings of national seminar on integrated crop-livestock systems]. Pro siding seminar nasional sistem integrasi tanaman-temak/Haryanto; Mathius, I W.; Prawiradiputra, B.R.; Lubis, D.; Priyanti, A.; Djajanegara, A. (eds.); Pusat Penelitian dan Pengembangan Petemakan, Bogar (Indonesia). Bogar: Puslitbangnak, 2004: p. 93-103. ORYZA SATIVA; IRRIGATED LAND; FERTILIZER APPLICATION; ORGANIC FERTILIZERS; FARMYARD MANURE; PRODUCTIVITY; AGRONOMIC CHARACTERS; YIELDS; ECONOMIC ANALYSIS; COST BENEFIT ANALYSIS. Upaya peningkatan produksi padi secara intensifikasi harus ditunjang oleh penggunaan sarana produksi pupuk anorganik yang tinggi dan pemakaiannya meningkat setiap tahun. Penggunaan pupuk anorganik secara berlebihan akan menimbulkan masalah yang berkaitan dengan kerusakan tekstur tanah (tanah sakit) yang berakibat pada penurunan produksi, efisiensi pemakaian pupuk dan tingkat pendapatan petani. Untuk memperbaiki produktivitas lahan sawah pertanian, telah dilakukan pengelolaan secara terpadu yang mencakup aspek kimia, fisik dan biologi, dengan menggunakan bahan organik sebagai komponen utama. Penelitian bertujuan untuk melihat pengaruh kombinasi pupuk organik dan anarganik terhadap peningkatan produksi tanaman padi pada lahan sawah irigasi yang dilaksanakan di Kabupaten Takalar mulai Mei - Agustus 200 I. Varietas yang ditanam Sintanur dengan jarak tanam 25cm x 20cm, 3 batang/rumpun. disusun dalam bentuk rancangan acak kelompok, 4 ulangan dan 10 perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan yang hanya dipupuk anorganik takaran rekomendasi (1) 19 Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia Vol. 25, No.1, 2008 memberikan rata-rata tinggi tanaman lebih tinggi pada umur 30 dan 60 hst serta rata-rata panjang malai yang lebih panjang dibandingkan perlakuan kombinasi pupuk organik dan anorganik. Perlakuan kombinasi pupuk organik dan anorganik (D) pada umur 88 hst memberikan rata-rata tinggi tanaman yang lebih tinggi, jumlah anakan lebih banyak, bobot 1000 biji lebih berat dan hasil jerami tertinggi dibandingkan perlakuan rekomendasi serta hasil gabah kering panen yang dicapai setara dengan hasil yang dicapai perlakuan anorganik takaran rekomendasi yaitu 6,38 t/ha. Perlakuan yang hanya dipupuk organik 3 t/ha memberikan nilai rata-rata paling rendah terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan, panjang mal ai, bobot 1000 biji dan hasil jerami 3,98 t/ha serta hasil gabah kering panen yang dicapai yaitu 3,60 t/ha. Pupuk organik memberikan pengaruh yang rendah terhadap komponen pertumbuhan dan hasil tanaman. Hal ini dapat diatasi dengan kombinasi pupuk organik dan anorganik. 039 YUNIAR, A. Pengaruh pemberian pupuk NPK dan intensitas pemberian jumlah air pad a pertumbuhan dan hasil tanaman kacang hijau Phaseolus aureus sinonim P. radiatus L. [Effects of NPK fertilizers and watering intensity on the growth and yield of mungbeanj/Yuniar, A.; Moenandir, 1.; Soekartomo, S. (Universitas Brawijaya, Malang (Indonesia). Fakultas Pertanian) 6 tables; 10 ref. Summaries (En, In). Habitat (Indonesia) ISSN 0853-5167 (2005) v. 16(4) p. 225-232. VIGNA RADIATA RADIATA; NPK RESPONSE; GROWTH; YIELDS. FERTILIZERS; WATERING; DIMENSIONS; PLANT Penelitian bertujuan untuk mempelajari respon tanaman kacang hijau pada tingkat pemberian air dan pemberian dosis pupuk NPK yang dilaksanakan di rumah kaca Universitas Brawijaya, ± 505 m dpl, Alfisol, pH 5,5-6,7, penelitian dilaksanakan pada bulan November 2004 - Januari 2005. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok faktorial yang terdiri dari 2 faktor dan diulang 3 kali. Faktor pertama ialah intensitas pemberian air (A): AI: pemberian air 100 mm/musim, A2: pemberian air 300 mm/musim dan A3: pemberian air 600 mm/musim. Faktor kedua ialah pemberian pup uk NPK pada tan am an (H): HI: 0 g/tanaman, H2: 3 g/tanaman, dan H3: 6 g/tanaman. Hasil penelitian pada komponen produksi menunjukkan bahwa terjadi interaksi pada (A3H3) dengan kombinasi antara dosis pemupukan NPK 6 g/tan. dan intensitas pemberian air 600 mm/musim pada jumlah polong isi/tanaman dengan rerata 137,750 g, bobot kering biji pertanaman dengan rerata 35,558 g dan hasil biji per tanaman dengan rerata 143,600 g. Kemudian pada indeks pan en tertinggi pada (A2H3) dengan kombinasi antara dosis pemupukan NPK 3 g/tanaman dan intensitas pemberian air 600 mm/musim dengan rerata 2,495 g. F07 PENGOLAHAN TANAH 040 WIROSOEDARMO, R. Pengaruh cara pengolahan tanah pada tingkat kandungan air tanah yang berbeda terhadap pertumbuhan dan hasil tan am an kedelai (Glycine max). [Effect of tillage method at different ground water content level on the growth and yield of soybeanj/Wirosoedarmo, R. (Universitas Brawijaya, Malang (Indonesia). Fakultas Pertanian) 4 tables; 16 ref. Summaries (En, In). Habitat (Indonesia) ISSN 0853-5167 (2005) v. 16(4) p. 233-240. GLYCINE MAX; TILLAGE; SOIL WATER CONTENT; ROTARY CULTIVATORS; GROWTH; CROP PERFORMANCE; YIELD COMPONENTS. Penelitian dilakukan atas dasar kenyataan masih belum pastinya indikator pengolahan tanah tentang baik buruknya hasil olahan tanah dihubungkan dengan pertumbuhan dan produksi kedelai. Tujuan penelitian untuk mendapatkan indikator pengolahan tanah untuk pertumbuhan tanaman dan produksi kedelai pada berbagai kandungan air dan putaran bajak rotary. Pelaksanaan penelitian di lahan petani sekitar Balai Benih lnduk Palawija Bedali Lawang, Kabupaten Malang pada bulan Oktober 2002 - Januari 2003, dengan menggunakan rancangan acak kelompok yang disusun secara faktorial dengan faktor kandungan air tanah saat pengolahan dan putaran bajak rotary dan diulang tiga kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah polong isi/tanaman, jumlah biji/tanaman, berat biji/tanaman dan berat 100 biji tertinggi 20 Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia Vol. 25, No. 1,2008 didapatkan pada kandungan air saat pengolahan 1,0 batas platis dengan putaran bajak rotary 90 rpm dua kali olah. Indikator hasil olahan tanah yang sangat berpengaruh terhadap produksi kedelai adalah kedalaman olah, porositas tanah hasil olahan, diameter massa rerata agregat tanah (DMR), tahanan penetrasi dan tegangan geser tanah hasil olahan yang ditunjukkan dengan nilai koefisien determinasi terkoreksi 85,80%. F08 POLA TANAM DAN SISTEM PERTANAMAN 041 SAHID, M. Penampilan beberapa klon kapuk sebagai tanaman lorong dengan tanaman sela ubi kayu. Performance of kapok clones as alley crops with cassava as their catch crops/Sahid, M.; Marjani; Basuki, T. (Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Malang (Indonesia)) 3 tables; II ref. Summaries (En, In). Jurnal Penelitian TanamanIndustri (Indonesia) ISSN 0853-8212 (2005) v. II (3) p. 123-127. CEIBA PENTANDRA; CLONES; MANIHOT ESCULENTA; RESPONSE; YIELDS; COST ANALYSIS; FARM INCOME. ALLEY CROPPING; PLANT Peningkatan produktivitas kapuk berdampak positif pada peningkatan pendapatan petani dan nilai ekspor. Usaha peningkatan produktivitas tanaman kapuk antara lain dapat dilakukan dengan perbaikan potensi genetik tanaman. Usaha peningkatan pendapatan petani kapuk selain dengan peningkatan produktivitas tanaman dapat juga dilakukan dengan pemanfaatan lahan yang ada dibawahnya. Penelitian bertujuan untuk memperoleh klon-klon kapuk yang sesuai sebagai tanaman lorong dengan tanaman sela ubi kayu pada saat tanaman kapuk masih muda. Penelitian dilakukan di KP Ngempak, Pati mulai Januari Desember 2002. Kapuk ditanam bulan Januari 1998. Perlakuan terdiri dari 12 klon harapan kapuk berumur 4 tahun yang dibawahnya ditanami tanaman sela ubi kayu. Penelitian disusun dalam rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 12 klon harapan kapuk sampai umur 4 tahun yang ditanam dengan tanaman sela ubi kayu terdapat satu klon harapan kapuk yang sesuai yaitu E 22. Klon E 22 yang ditanam bersama dengan tanaman sela ubi kayu memberikan pendapatan tertinggi sebesar Rp2.999.010 dengan hasil gelondong 1.143,8 kglha dan hasil ubi kayu sebesar 13.896 kglha. 042 SETYO-BUDI, U. Adaptasi klon-klon rami di antara kelapa. Adaptation of ramie clones in coconut plantation/SetyoBudi, U.; Hartati, R.S.; Purwati, R.D. (Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat Malang (Indonesia)) 2 ill., 3 tables; 12 ref. Summaries (En, In). Jurnal Penelitian Tanaman Industri (Indonesia) ISSN 0853-8212 (2005) v. 11(4) p. 140-145. BOEHMERIA NIVEA; CLONES; COCOS NUCIFERA; PLANTATIONS; ADAPTATION; PLANT RESPONSE; PRODUCTION INCREASE. INTERCROPPING; Penelitian untuk mendapatkan klon-klon unggul rami untuk lahan di antara pohon kelapa, telah dilaksanakan pada bulan April 1999 - Maret 2000, di lahan kebun plasma PIR-Kelapa 5 (NES 5) Desa Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Tanaman kelapa hibrida ditanam pada tahun 1993/94 dengan jarak tanam 9 m x 9 m, dan sudah berproduksi. Perlakuan terdiri dari 12 klon rami yang disusun dalam rancangan acak kelompok dan diulang 3 kali. Klon-klon tersebut adalah: Pujon 10, Pujon 13, Bandung A, Pujon 9, Pujon 902. Indochina, Kotaraja, Japan I, Hakuki, Padang 3, Jawa Timur 3o dan Pujon 60 I. Bibit/rhizoma ditanam dengan jarak tanam 50 em x 80 em satu setekllubang, pada plot berukuran 4 m x 9 m. Kapur dan pup uk kandang diberikan bersamaan dengan pengolahan tanah dengan dosis masing-masing 2 t1ha dan 20 t1ha. Sedangkan pupuk buatan diberikan pada 10 hst dengan dosis 200 kg urea + 150 kg SP-36 + 100 kg KCI/ha. Pemupukan selanjutnya dilakukan 7-10 hari setiap selesai panenlpangkas dengan dosis yang sarna. Panen pertama dilakukan pada 70 hst, sedangkan panen berikutnya setiap dua bulan sekali. Pangamatan pada sebelum dan sesudah panen dilakukan terhadap tinggi tanaman, diameter batang, jumlah anakan per rumpun, bobot brangkasan segar, bobot batang segar 21 ., Vol. 25, No. I. 2008 Abstrak Rasil Penelitian Pertanian Indonesia dan bobot kering china grass. Hasil penelitian menunjukkan bahwa klon Pujon 10, Pujon 13, Padang 3, Bandung A dan Indochina mempakan klon-klon yang memiliki daya adaptasi tinggi di lahan antara pohon kelapa di Ciamis sampai dengan panen ke empat. 043 SUTRISNA, N. Kajian sistem penanaman tumpangsari kentang (Solanum tuberosum L.) di lahan dataran tinggi Rancabali, Kabupaten Bandung.[Assessment on intercropping system of potato (Solanum tuberosum L.) in highland of Rancabali, Bandung Regency (West Java, Indonesia)j/Sutrisna, N.; Sastraatmadja, S.; Ishaq, I. (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat, Lembang (Indonesia» 6 tables; 14 ref. Summaries (En, In). Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (Indonesia) ISSN 1410959X (2005) v. 8 (I) p. 78-87. SOLANUM TUBEROSUM; INTERCROPPING; APIUM GRAVEOLENS; ALLIUM FISTULOSUM; MYZUS PERSICAE; HIGHLANDS; VARIETIES; GROWTH; YIELDS; ECONOMIC ANALYSIS; JAVA. Pengkajian sistem penanaman tumpangsari kentang pada lahan dataran tinggi telah dilaksanakan di Dusun Cibodas, Desa Alamendah, Keeamatan Raneabali, Bandung pada musim kemarau (MK) 2001, mulai bulan Mei-September 200 I. Lokasi penelitian berada pada ketinggian 1.400 m dpl. Penelitian menggunakan raneangan aeak kelompok (RAK) dengan lima perlakuan sistem penanaman dan tiga ulangan. Kelima perlakuan tersebut terdiri dari: (I) kentang monokoltur, (2) tumpangsari kentang + seledri, (3) kentang + bawang daun, (4) bawang daun monokultur, dan (5) seledri monokultur. Varietas kentang yang digunakan adalah Granola, bawang daun varietas Papak Kuningan, sedangkan seledri varietas Bemby. Jarak tanam kentang monokultur 70 em x 30 em, kentang tumpangsari 70 em x 50 em, sedangkan seledri dan bawang daun baik yang ditanam tumpangsari maupun monokultur 20 em x 20 em. Luas plot masing-masing perlakuan 60 m2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tinggi tanaman kentang yang ditanam seeara tumpangsari dengan bawang daun lebih tinggi daripada yang ditumpangsarikan dengan seledri namun hampir sarna dengan yang ditanam monokultur, (2) jumlah tunas tanaman bawang daun maupun seledri lebih banyak pada sistem monokultur dibandingkan dengan sistem tumpangsari, (3) hasil kentang sistem penanaman tumpangsari baik dengan seledri maupun bawang daun lebih rendah daripada seeara monokultur, namun jika hasil tanaman yang ditumpangsarikan disetarakan dengan kentang, maka produktivitas lahan lebih tinggi diperoleh dengan sistem penanaman tumpangsari kentang seledri atau bawang daun, nilai kesetaraan lahan (NKL) lebih besar dari I. NKL tertinggi diperoleh pada tumpangsari kentang + seledri, yaitu 1,19, (4) tumpangsari kentang + seledri dapat menumnkan serangan hama daun Thrips sebesar 44% dan hama kutu daun Myzus persicae sebesar 55,6% pada tanaman kentang, dan (5) Sistem penanaman tumpangsari kentang + seledri seeara finansial paling menguntungkan, dengan tingkat pengembalian margin 81,45%. F30 GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN 044 ABDULLAH, B. Pembentukan padi varietas unggul tipe baru Fatmawati. Development of Fatmawati: the new plant type of rice in Indonesia/Abdullah, B.; Tjokrowidjojo, S.; Kustianto, B.; Daradjat, A.A. (Balai Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi (Indonesia» 1 ill., 8 tables; 8 ref. Summaries (En, In). Penelitian Pertanian Tanaman Pangan (Indonesia) ISSN 0216-9959 (2005) v. 24(1) p. 1-7. ORYZA SATIVA; HIGH YIELDING VARIETIES; CROSSBREEDING; TRIALS; AGRONOMIC CHARACTERS. SELECTION; VARIETY Peningkatan produksi dan produktivitas padi dalam dasawarsa terakhir mengalami stagnasi. Salah satu sebabnya adalah pada saat ini hasil varietas unggul padi seeara genetis telah meneapai ambang potensi hasil maksimal. Peningkatan potensi hasil dapat dilakukan dengan memodifikasi arsitektur tanaman padi yang mulai dilakukan di IRRI, Los Banos, sejak tahun 1989. Di Indonesia, penelitian padi tipe barn (PTB) barn dimulai tahun 1995, sejumlah galur-galur harapan PTB telah diperoleh, bahkan galur BP364B-MR33-3-PN-5-l telah dilepas sebagai varietas unggul padi tipe barn (VUTB) yang pertama dengan nama 22 Abstrak Hasi/ Penelitian Pertanian Indonesia Vol. 25, No. I, 2008 Fatmawati. VUTB ini merupakan turunan dari persilangan antara galur BP68C-MR-4-3-2 dengan varietas unggul maros. Varietas Fatmawati mempunyai eiri-eiri berumur genjah, batang kokoh, anakan sedikit tapi produktif seluruhnya, malai panjang dan lebat, gabah agak tahan rontok, tekstur nasi pulen, serta agak tahan terhadap wereng eoklat dan penyakit hawar daun bakteri. Pada pengujian multilokasi, Fatmawati memberikan hasil setara dengan IR64. Dengan teknik budi daya yang sesuai, varietas ini mampu memberikan hasil sampai 30% lebih tinggi daripada IR64. Fatmawati dapat dibudidayakan di dataran rendah dan sedang. Varietas ini seyogyanya ditanam dengan jarak tanam 20 em x 20 em, lebih rapat, atau dengan tanam sebar langsung, karena jumlah anakannya sedikit. Kehilangan hasil saat panen dapat dikurangi, karena varietas Fatmawati tahan rontok. Varietas ini juga eoeok dikembangkan di daerah yang telah biasa menggunakan mesin perontok gabah. 045 AGUNG D.H., T Perakitan varietas unggul padi gogo berdaya hasil tinggi dan aromatik untuk meningkatkan produksi dan nilai ekonomi padi gogo. [Improvement of aromatic and high yielding IIpland rice varieties to increase prodllction and economic vallie of lipland riceflAgung D.H., T; Suwarto; Sunarto; Darjanto; Soesanto, L. (Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto (Indonesia). Fakultas Pertanian) I ill., 3 tables; II ref. Summaries (En, In). JlIrna/ Agro/and (Indonesia) ISSN 0854-64 IX (2005) v. 12(3) p. 298-303. ORYZA SATIVA; UPLAND RICE; SELECTION; HIGH YIELDING VARIETIES; PRODUCTION; ECONOMIC VALUE; GENETIC STABILITY. Varietas unggul padi gogo aromatik berdaya hasil tinggi diperlukan untuk meningkatkan produksi padi, kualitas hasil, dan pendapatan petani. Tujuan penelitian ini adalah: mendapatkan informasi ilmiah tentang genetika sifat aromatik, mendapatkan informasi tentang pengaruh lingkungan tumbuh terhadap sifat fisik dan kandungan gizi beras, mendapatkan hasil sebagai berikut. (I) Sifat aromatik pada padi dikendalikan oleh gen tunggal, terletak dalam inti dan bersifat resesif. (2) Pewarisan sifat kandungan amilosa rendah (tekstur nasi pulen) dikontrol oleh gen sederhana dan bersifat resesif. (3) Rasa nasi pulen dan aroma nasi wangi merupakan karakter kualitatifyang bersifat stabil terhadap lingkungan. (4) Metode seleksi Pedigree mendapatkan 22 galur hasil persilangan DT X MW dan PS X MW; serta 19 galur hasil persilangan RL X DT, WL X DT dan RL X PS dengan eiri hasil tinggi dan aromatik. (5) Uji daya hasil mendapatkan 13 galur potensial berdaya hasil tinggi, aromatik, dan rasa nasi pulen. Terhadap galur-galur mumi terpilih, perlu dilakukan uji daya hasil lanjutan, uji multilokasi, dan uji ketahanan terhadap pen yak it utama agar galur murni yang terbaik dapat dilepas menjadi varietas unggul baru dan mendapatkan hak PVT 046 AMBARWATI, A.D. Optimasi parameter teknik transformasi dengan gen gus melalui penembakan partikel pada ubi jalar. Optimization of glls gene transformation in sweet potato by the particle bombardment teclllliqlle/Ambarwati, A.D.; Sisharmini, A.; Santoso, TJ.; Herman, M. (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor (Indonesia» 4 tables; 22 ref. Summaries (En, In). Pene/itian Pertanian Tanaman Pangan (Indonesia) ISSN 0216-9959 (2005) v. 24(1) p. 40-45. IPOMOEA BATATAS; GENETIC TRANSFORMATION; VITRO CULTURE. INJECTION; VARIETIES; EXPLANTS; IN Penguasaan teknik transformasi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan rekayasa genetik untuk menghasilkan tanaman transgenik. Optimasi parameter dalam teknik transformasi dapat memudahkan proses transformasi dengan gen target yang diinginkan. Penelitian dilakukan untuk mengoptimasi beberapa parameter teknik transformasi melalui penembakan partikel pada eksplan petiol dan daun ubi jalar genotip Jewel. Parameter yang diuji adalah jumlah tembakan (I dan 2 kali), jarak tembak (7 em - 7 em, 7 em - 9 em, dan 9 em - 9 em), umur eksplan (5, 7, 9, dan II hari), jenis senyawa osmotik (maltosa, manitol-sorbitol), letak eksplan pada bidang penembakan (tengah dan pinggir), jenis dan konsentrasi antibiotik (higromisin dan basta). Transformasi dilakukan dengan menggunakan gene gus (Biolistie PDS lOOO/He) dan plasmid pRQ6 yang berisi gen pelapor gus dan gen penanda seleksi (hpt), pada kondisi standar vakum 27 inHg dan tekanan 1100 psi. Parameter diamati berdasarkan efisiensi transformasi pada 23 I L Vol. 25, No. I, 2008 Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia pengujian ekspresi gen gus sehari setelah penembakan. Hasil optimasi menunjukkan bahwa teknik transformasi yang paling efisien adalah dengan penembakan dua kali, jarak tembak 7em - 7em untuk eksplan daun atau 7em - gem untuk eksp1an petio1, umur eksp1an 5 hari, menggunakan senyawa osmotik maltosa 120 g/l, serta letak eksplan di pinggir bidang penembakan. Konsentrasi higromisin yang optimum untuk se1eksi masih perlu dieari pada kisaran kurang dari 5 mg/1, sedangkan untuk basta pada kisaran kurang dari 1 mg/l. 047 AMBARWATI, E. Keragaan stabilitas hasil bawang merah. Performance of yield stability of shallot/ Ambarwati, E.; Yudono, P. (Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (Indonesia). Faku1tas Pertanian) 3 tables; 18 ref. Summaries (En, In). Ilmu Pertanian (Indonesia) ISSN 0126-4214 (2003) v. 10(2) p. 1-10. ALLIUM ASCALONICUM; VARIETIES; GENETIC STABILITY; ADAPTABILITY; ENVIRONMENT INTERACTION; CROP PERFORMANCE; YIELDS. GENOTYPE De1apan varietas bawang merah, yaitu probolinggo, parman, kuning, biru-sawah, biru-pasir, tiron-sawah, tiron-pasir dan bima di1ihat keragaan daya hasi1nya di dua lokasi tanam (pasir pantai dan sawah) pada musim hujan dan musim kemarau 2002. Penelitian disusun dalam raneangan aeak ke1ompok lengkap dengan tiga b10k sebagai u1angan. Unit pereobaan terdiri dari 100 tanaman denganjarak tanam 15 em x 20 em. Tujuan penelitian adalah untuk melihat daya adaptasi dan stabilitas hasil delapan varietas bawang merah di dua lokasi tanam pada dua musim tanam. Daya adaptasi dan stabilitas hasil setiap varietas ditentukan berdasarkan model Eberhart dan Russell (1966) dan Finlay dan Wilkinson (1963) dengan menggunakan koefisien regresi (beta i ), simpangan regresi (delta i2) dan rata-rata hasil setiap varietas sebagai parameter adaptasi dan stabilitas hasil suatu varietas. Bawang merah varietas probo1inggo, tironsawah dan biru-pasir merupakan varietas yang dapat beradaptasi dengan baik di semua lingkungan uji dengan hasil yang stabil. Akan tetapi, bawang merah varietas parman dan kuning digolongkan sebagai varietas yang tidak stabil dan beradaptasi baik di lingkungan yang produktif, yaitu di tanah sawah pada musim kemarau. Varietas biru-sawah dan tiron-pasir tergolong dapat beradaptasi khusus pada lingkungan yang kurang produktif, terutama di lahan pasir pantai pada musim kemarau, dan kurang peka terhadap perubahan lingkungan. Varietas Bima merupakan varietas bawang merah yang sangat peka terhadap perubahan lingkungan sehingga hasilnya tidak stabil di semua lingkungan uji. 048 BASUKI, R.S. Evaluasi daya hasil 7 genotip kentang pada lahan kering bekas sawah dataran tinggi Tuber yield evaluation of 7 potato genotypes on dryland after irrigated rice field of highland [IndonesiaJlBasuki, R.S.; Kusmana (Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang (Indonesia)) 16 ref. Summaries (En, In). Jurnal Hortikultura (Indonesia) ISSN 0853-7097 (2005) v. 15(4) p. Ciwidey. Ciwidey 2 tables; 248-253. SOLANUM TUBEROSUM; GENOTYPES; PADDY SOIL; YIELDS; DRY FARMING; JAVA. Penelitian dilakukan pada bulan April - Agustus 2002. Raneangan pereobaan yang digunakan adalah raneangan aeak kelompok (RAK) dengan 4 kali ulangan jumlah genotip yang diuji sebanyak 7 genotip kentang hasil introduksi dari CIP termasuk varietas pembanding. Setiap plot pereobaan ditanami 30 tanaman. Tujuan penelitian untuk menghasilkan satu atau 1ebih genotip kentang yang dapat ditanam pada lahan sawah dataran tinggi. Hasi1 penelitian menunjukkan bahwa genotip yang mempunyai potensi hasil tinggi pada lahan sawah Ciwidey ada1ah 380584.3 (43,3 t/ha), Atlantik (37,6 t/ha), dan Panda (36,5 t/ha) yang nyata lebih tinggi dari varietas pembanding Granola (27,6 t/ha) . 049 BERMAWIE, N. Peningkatan keragaman genetik tanaman lada (Piper nigrum L.) dengan iradiasi sinar gamma. Inducing genetic variability of black pepper (Piper nigrum L.) by gamma irradiationlBermawie, N. (Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor (Indonesia)) 5 ill., 1 table; 23 ref. Summaries (En, In). Jurnal Penelitian Tanaman Industri (Indonesia) ISSN 0853-8212 (2004) v. 10(4) p. 166-172. PIPER NIGRUM; GENETIC VARIATION; GAMMA IRRADIATION; RAPD. 24 • Abstrak Hasil Penelitian Pertanidn Indonesia Vol. 25, No. I, 2008 Keragaman genetik plasma nutfah lada sempit, untuk meningkatkan keragaman genetik, mata tunas yang tumbuh dari biakan lada varietas LDL diradiasi dengan sinar gamma dengan dosis 0; 0,3; 0,6; 0,9; 1,2; dan 1,5 krad. Perlakuan menggunakan rancangan acak lengkap dengan 5 ulangan. Tunas hasil radiasi ditanam pada media MS. Respon tanaman terhadap perlakuan iradiasi dilakukan dengan mengamati peningkatan jumlah daun, tunas, buku, tinggi tanaman dan morfologi pada planlet hasil perbanyakan vegetatif generasi pertama (MVI) dan kedua setelah iradiasi (MV2). Tunas hasil perbanyakan sub-kultur setelah iradiasi (MV2) dianalisa keragaman genetiknya dengan RAPD (randomly amplified polymorphic DNA) menggunakan 6 primer acak, yaitu OPC-OI (TTCGAGCCAG), OPC-02 (GTGAGGCGTC), OPC-04 (CCGCATCTAC), OPC-05 (GATGACCGCC), OPC-06 (GAACGGACTC) dan Abi 117.17 (GCTCGTCAAC). Hasil penelitian menunjukkan bahwa iradiasi menyebabkan perubahan yang nyata pada planlet generasi pertama setelah perbanyakan vegetatif(MVI) terutama padajumlah buku dan tinggi tanaman, tetapi tidak berbeda nyata untuk penambahan jumlah daun dan tunas. Nilai rata-rata penambahan jumlah daun, tunas, buku dan tinggi planlet terendah ditunjukkan oleh perlakuan iradiasi pada dosis 1,5 krad, sedangkan pada iradiasi 0,3 krad meningkatkan nilai rata-rata jumlah tunas dan tinggi planlet. Persentase daun abnormal diperoleh pada perlakuan 1,2 krad. Setelah sub-kultur, planlet generasi kedua setelah perbanyakan vegetatif (MV2) yang tumbuh menunjukkan nilai rata-rata yang lebih tinggi dari normal pada semua parameter. Persentase daun variegata pada MVI diperoleh dari perlakuan 1,2 krad tetapi pada MV2 diperoleh dari perlakuan 0,6 krad. Jumlah pita DNA yang teramplifikasi berkisar antara 2 - 5 dengan berat molekul 0,4 - 12 kb. Tiga puluh tiga pita terdeteksi, 8 (24%) pita diantaranya polimorfik, yang berasal dari primer OPC - 01, OPC - 04 dan OPC - 06. Pada OPC - 01 satu pita dengan ukuran I - 1,5 kb hilang dari perlakuan 0,9 - 1,5 krad, sementara pada OPC - 04, satu pita dengan ukuran 1,5 kb muncul hanya pada perlakuan 1,2 krad dan pada OPC - 06 satu pita 12 kb hilang dari perlakuan 0,6 dan 0,9 krad, 3 - 5 pita dengan ukuran 1,5 kb, 1,8 kb dan antara 3 - 12 kb hilang dari perlakuan 1,2 dan 1,5 krad. Hilang dan munculnya pita kemungkinan berhubungan dengan perubahan genetik akibat radiasi sinar gamma dan penelitian lanjut perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat keragaman yang ditimbulkan akibat iradiasi di lapang dan hubungannya dengan perubahan sifat terutama sifat yang menguntungkan. 050 BETY, YA. Ketahanan genotipe dan perkembangan penyakit pada padi sawah tadah hujan. Genotypes resistance and disease development on rainted ricelBety, YA.; Jatmiko, S.Y.; (Loka Penelitian Pencemaran Lingkungan Pertanian, Jakenan (Indonesia)); Ismal, B.P., 4 ill., 2 tables; 20 ref. Summaries (En, In). Penelitian Pertanian Tanaman Pangan (Indonesia) ISSN 0216-9959 (2005) v. 24(1) p. 33-39. ORYZA SATIVA; DISEASE RESISTANCE; MIYABEANUS; CERCOSPORA ORYZAE. GENOTYPES; PYRICULARIA; COCHLIOBOLUS Ketahanan genotipe padi terhadap suatu penyakit dapat dinyatakan dengan tingkat keparahan penyakit dari waktu ke waktu. Tingkat keparahan penyakit pada genotipe padi yang tahan diduga berbeda dengan tingkat keparahan pada genotipe yang rentan. Tingkat keparahan penyakit dipengaruhi oleh ketahanan, umur, dan kesehatan genotipe padi, serta sumber inokulum patogen dan iklim. Penelitian dilaksanakan pada MH 2003 di Desa Meteseh, Kabupaten Rembang, untuk mendapatkan genotipe padi yang tahan pen yak it bias, bercak daun Helminthosporium (Helminthosporium oryzae), bercak daun Cercospora, bercak daun Helminthosporium, dan hawar pelepah daun, serta mengetahui pola perkembangan penyakit pada genotipe yang diuji. Empat belas genotipe padi diuji ketahanannya terhadap penyakit bias (Pyricularia grisea), bercak daun Cercospora (Cercospora oryzae), dan hawar pelepah daun (Rhizoctonia solani). Pola perkembangan penyakit diamati berdasarkan intensitas penyakit pada setiap genotipe pada tanaman umur 45, 60, dan 75 hst. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa galur BP785-12-4-1 dapat dijadikan sumber gen ketahanan terhadap keempat penyakit, karena tahan terhadap penyakit bias, hawar pelepah, dan bercak Cercospora, serta cukup tahan terhadap bercak daun Helminthosporium. Intensitas penyakit bias pada 14 genotipe yang diuji tinggi pada saat tanaman berumur 60 hari (i60 = 11,8%, r45 - 60 = 0,099 unit/hari) dan menghilang pada waktu tanaman berumur 75 hari (i = 0.4%, r60 - 75 = -0,29 unit/hari). Laju perkembangan penyakit bercak daun Cercospora pada 14 genotipe yang diuji pada umumnya melambat sejak tanaman berumur 45 hari (i45 = 16,9%, r45 - 60 = -0,05 unit/hari) sampai menjelang panen (i75 = 11,20%, r60 - 75 = 0,006 unit/hari). Sebaliknya, intensitas bercak daun Helminthosporium (i45 = 14,4%, r45 - 60 = 0,089 unit/hari) (i75 = 31,6%, r60 - 75 = 0,06 unit/hari) dan hawar pelepah (i45 = 2,7%, r45 - 60 = 0,214 unit/hari) (i75 = 25 , Vol. 25, No. I, 2008 Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia 22,0%, r60 - 75 = 0,112 unitlhari) dan terus meningkat sampai umur 75 hari. Laju perkembangan penyakit bias, bereak daun Cereospora, bereak daun eoklat, dan hawar pelepah pada tanaman umur 60 - 75 hari eenderung melambat dibanding dengan pada umur 45 - 60 hari. Intensitas dan laju penularan penyakit pada padi genotipe yang tahan berumur 45 - 75 hari, lebih rendah dibanding pada genotipe yang rentan. 051 HARSONO, A. Ketahanan dan aktivitas fisiologi beberapa genotipe kacang tanah pad a cekaman kekeringan. Tolerance and physiological activities of groundnut genotypes grown under drought stress /Harsono, A.; Adisarwanto, T. (Balai Penelitian Tanaman Kaeang-kaeangan dan Umbi-umbian, Malang (Indonesia)); Tohari; Indradewa, D., 5 ill., 4 tables; 21 ref. Summaries (En, In). Ilmu Pertanian (Indonesia) ISSN 01264214 (2003) v. 10(2) p. 51-62. ARACHIS HYPOGAEA; GENOTYPES; DROUGHT RESISTANCE; ADAPTATION; PHOTOSYNTHESIS; TRANSPIRATION; EFFICIENCY; WATER USE; SOIL MOISTURE CONTENT; YIELDS. Rata-rata hasil kaeang tanah di Indonesia (1,1 t/ha) masih di bawah potensi hasil tanaman (2,0 t/ha), salah satu penyebabnya adalah eekaman kekeringan terutama di lahan tegal pada musim kering. Penelitian bertujuan untuk menentukan perbedaan ketahanan empat genotipe kaeang tanah terhadap cekaman kekeringan dan karakter fisiologinya bila mendapat eekaman kekeringan. Penelitian dilaksanakan di tanah Alfisol pada musim kering 2002 di rumah kaea Balitkabi-Malang dan di lapangan-Probolinggo, menggunakan raneangan aeak lengkap faktorial 5 ulangan. Faktor pertama adalah maeam genotipe, yaitu: Singa, LMG/TBN-93-B-54, ICGV/TBN-93-B/31 dan JPRlICGV 87123-93-B 1-34. Faktor kedua adalah lengas tanah yang terdiri atas: 100, 80, 60, 40, dan 20% kapasitas lapangan. Kaeang tanah ditanam dalam pot berisi 8 kg tanah, 1 tan/pot. Penelitian dilapangan menggunakan raneangan strip plot 3 ulangan. Faktor vertikal adalah pengairan yang terdiri atas: diairi pada saat tanam 47,5 mm, selama pertumbuhan diairi 9 kali dengan total air 125 mm, 250 mm, 375 mm dan 500 mm. Faktor horizontal adalah maeam genotipe, yaitu: singa, LMG/TBN-93-B-54, ICGV/TBN-93-B/31 dan JPR/ICGV 87123-93-BI-34. Plot percobaan berukuran 3,0 m x 4,0 m, jarak tanam 15 em x 40 em satu biji/lubang. Kedua penelitian dipupuk 75 kg urea + 50 kg SP-36 + 50 kg KCl/ha yang seluruhnya diberikan pad a saat tanam. Hasil penelitian menunjukkan genotipe singapaling tahan terhadap eekaman kekeringan di antara empat genotipe yang diuji, tetapi di bawah 60% kapasitas lapangan ketahanan antara genotipe tidak berbeda. Genotipe tahan kering pada kondisi tereekam kekeringan mempunyai transpirasi lebih rendah, fotosintesis lebih tinggi, menggunakan lengas tanah lebih efisien dan mampu memberikan hasil polong lebih tinggi dibanding genotipe rentan kering. 052 KARTIKANINGRUM, S. Keragaman genetik plasma nutfah anggrek Spathoglottis. Genetic variability of the germplasm of Spathoglottis/Kartikaningrum, S.; Effendie, K. (Balai Penelitian Tanaman Hias, Cianjur (Indonesia)) 1 ill., 8 tables; 12 ref. Summaries (En, In). Jurnal Hortikultura (Indonesia) ISSN 0853-7097 (2005) v. 15(4) p. 260-269. ORCHIDACEAE; GERMPLASM; GENETIC VARIATIONS; HERITABILITY. Plasma nutfah diperlukan untuk menjaga agar suatu spesies atau kultivar tidak punah dan dapat digunakan sebagai sumber keragaman genetik dalam meneiptakan atau merakit varietas unggul baru. Keragaman tanaman sangat penting dalam program pemuliaan tanaman, untuk memperbaiki kualitas genetik tanaman pada masa mendatang. Penelitian dilaksanakan di Balai Penelitian Tanaman Hias Segunung, pada bulan Juli 2004 - Februari 2005. Penelitian bertujuan mengetahui heritabilitas dan keragaman genetik koleksi plasma nutfah anggrek Spathoglottis. Pereobaan menggunakan raneang aeak lengkap, terdiri atas 15 genotipe anggrek Spathoglottis masing-masing spesies digunakan 5 klon sebagai ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keragaman genetik yang luas dimiliki oleh karakter panjang daun, lebar daun, pertambahan jumlah anakan, panjang bunga, lebar bunga, panjang bibir, dan lebar bibir. Karakterkarakter, seperti pertambahan jumlah anakan, panjang dan lebar daun, panjang tangkai bunga, diameter tangkai bunga, panjang dan lebar bibir, rasio panjang-Iebar bibir, panjang dan lebar bunga mempunyai nilai duga heritabilitas tinggi. 26 Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia Vol. 25, No.1, 2008 053 KRISMAWATI, A. Vji adaptasi varietas dan galur kenaf (Hibiscus call1labillus L.) di lahan pasang surut Kalimantan Tengah. Adaptatioll test of kellaf (Hibiscus call1labillus L.) varieties alld lilies at tidal swamps lalld of Celltral Kalimalltall/Krismawati, A. (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Tengah, Palangkaraya (Indonesia)) 3 tables; II ref. Summaries (En, In). JlIrnal Penelitiall Tallaman Illdustri (Indonesia) ISSN 0853-8212 (2005) v. II (3) p. 107-111. HIBISCUS CANNABINUS; KENAF; PURE LINES; VARIETY TRIALS; ADAPTATION; SWAMPS; KALIMANTAN. Potensi lahan pasang surut Kalimantan Tengah eukup luas yaitu 5,5 juta ha, sebagian dapat dikembangkan dengan tanaman kenaf. Penelitian uji adaptasi varietas dan galur kenaf dilaksanakan di lahan pasang surut Desa Samuda, Keeamatan Mentaya Hilir Selatan, Kabupaten Kota Waringin Timur, Kalimantan Tengah. Perlakuan berupa varietas/galur kenaf yang terdiri dari dua varietas (He G-4 dan Cuba 108/11)dan empat galur hasil persilangan (He 95.9.75; He 85.9.40.1; He 85.9.42; He 85.9.66.1), yang diatur dalam raneangan aeak kelompok dengan tiga ulangan. Pengamatan dilakukan terhadap tinggi tanaman dan diameter batang pada umur 40, 75 dan 105 hst terhadap 10 tanaman aeak/petak, bobot segar biomas, bobot seratlpetak dan bobot kering akar adventif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dua galur hasil persilangan yaitu He 85.9.66.1 dan He 85.9.75 mempunyai adaptasi eukup bagus dengan tinggi tanaman akhir masing-masing 265,25 em dan 260,25 em serta diameter batang 2,17 em dan 2, I0 em. Hasil serat tertinggi masing-masing 2,40 dan 2,30 tlha, sementara varietas He G-4 meneapai 2,25 tlha. 054 KUSMANA. Vji stabilitas hasil umbi 7 genotip kentang di dataran tinggi Pulau Jawa. Yield stability evaluatioll of 7 potato gellotypes ill highlalld of Java Islalld/Kusmana (Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang (Indonesia)) 5 tables; 14 ref. Summaries (En, In). JlIrnal Hortikllltllra (Indonesia) ISSN 0853-7097 (2005) v. 15(4) p. 254-259. SOLANUM TUBEROSUM; GENOTYPES; YIELDS; HIGHLANDS; JAVA. Penelitian bertujuan untuk mengetahui stabilitas 7 genotip ken tang pada berbagai kondisi lingkungan di Pulau Jawa, dilakukan dengan uji multilokasi. Lokasi pengujian adalah 2 kali di Pangalengan dan Garut, I kali di Lembang, Cipanas, Ciwidey, Magelang, Banjamegara, dan Pasuruan. Pereobaan menggunakan raneang aeak kelompok dengan 4 ulangan setiap petak pereobaan ditanami 30 tanaman. Hasil pereobaan menunjukkan bahwa satu-satunya genotip yang stabil adalah 1-1085 dengan nilai koefisien regresi b = I dan simpangan regresi delta ij = O. Genotip Atlantik menghendaki lingkungan yang menguntungkan ditandai dengan nilai b > I, sebaliknya genotip Panda dapat beradaptasi pada lingkungan yang kurang menguntungkan dengan nilai b < I. Potensi hasil tinggi ditampilkan oleh genotip 380584.3 (33,5 t/ha) dan genotip FBA-4 (28, I tlha) dengan b = I namun delta ij = O. 055 KUSWANTO. Seleksi galur-galur harapan kacang panjang (Viglla sesquipedalis L. Fruwirth) Vnibraw. [Selection of Ullibraw yardlollg beall (Viglla sesquipedalis L. Fruwirth) promisillg lille~j/Kuswanto; Soetopo, L.; Hadiastono, T. (Universitas Brawijaya, Malang (Indonesia). Fakultas Pertanian); Kasno, A., 2 tables; 16 ref. Summaries (En, In) Appendix. Habitat (Indonesia) ISSN 0853-5167 (2005) v. 16(4) p. 258-269. VIGNA UNGUICULATA VARIATION. SESQUIPEDALIS; PROGENY; SELECTION; YIELDS; GENETIC • u Penelitian bertujuan untuk mengetahui daya hasil dan ketahanan galur harapan Unibraw terhadap CABMV serta menyeleksi galur-galur yang berpeluang dilakukan uji adaptasi. Penelitian dilaksanakan di Kebun Pereobaan FP Unibraw, Desa Jatikerto Keeamatan Kromengan Kabupaten Malang, mulai November 2004 - Maret 2005. Bahan yang diuji adalah 177 galur Unibraw hasil perakitan ketahanan terhadap CABMV berdasarkan met ode backcross dan 4 genotipe pembanding. Hasil pengujian menunjukkan bahwa dari 177 galur yang diuji terdapat keragaman genetik daya hasil dan semua variabel pengamatan yang lain. Hasil seleksi diperoleh 18 galur yang mempunyai day a hasil tinggi serta tahan 27 • Vol. 25, No.1, 2008 Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia terhadap CABMV, yaitu Unibraw 34039, Unibraw 34061, Unibraw 34042, Unibraw 34053, Unibraw 24068, Unibraw 24034, Unibraw 34041, Unibraw 14008, Unibraw 24035, Unibraw 24017, Unibraw 24089, Unibraw 24071, Unibraw 24088, Unibraw 14023, Unibraw 24062, Unibraw 24191, Unibraw 24041 dan Unibraw 14017. 056 MANSYAH, E. Variabilitas genetik antara tanaman induk manggis dan keturunannya. Genetic variability between mangosteen mother plants and their ojfspringsfMansyah, E.; Syah, M.J.A.; Usman, F.; Purnama, T. (Balai Penelitian Tanaman Buah, Solok (Indonesia)) 2 ill.; 1 table; 26 ref. Summaries (En, In). Jurnal Hortikultura (Indonesia) ISSN 0853-7097 (2004) v. 14(4) p. 229-237. GARCINIA MANGOSTANA; IDENTIFICATION. MOTHER PLANTS; GENETIC VARIATION; PROGENY; DNA; Penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari - Mei 2002 di laboratorium Biologi Molekuler dan Immunologi, Unit Penelitian Bioteknologi Perkebunan Bogor. Tujuan penelitian untuk mengetahui variabilitas genetik antara tanaman induk manggis dan ketumnannya. Observasi dilakukan menggunakan 3 tanaman induk manggis yang berasal dari Sumatera Barat, yaitu Balai Barn (Kodya Padang), Padang Laweh dan Subarang Sukam (Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung) dengan ketumnannya masing-masing. Tanaman ketumnan bempa bibit semaian dari masing-masing tanaman induk yang bemmur 1 tahun. Analisis variabilitas genetik dilakukan melalui teknik RAPD menggunakan 5 primer terseleksi, yaitu SB-13 (AGTCAGCCAC), SB-19 (CAGCACCCAC), OPH-12 (ACGCGCATGT), OPH-13 (CACGCCACAC), dan OPH-18 (GAATCGGCCA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat variasi genetik antara induk manggis dan ketumnannya yang ditunjukkan oleh ketidakmiripan antara pola pita DNA. Variasi genetik rataan dari individu tumnan adalah sebesar 56,35%. Hasil penelitian ini memperkuat informasi tentang variabilitas genetik pada manggis, dan membuka peluang perbaikan varietas melalui seleksi terhadap populasi manggis indigenus. 057 PARDAL, S.J. Transfer gen proteinase inhibitor II pada kedelai melalui vektor Agrobacterium tumefaciens untuk ketahanan terhadap hama penggerek polong (Etiella zinckenella Tr.). Transfer of the proteinase inhibitor II gene into soybean through Agrobacterium tumefaciens vector for pod borer resistance/Pardal, S.J.; Listanto, E.; Herman, M.; Slamet (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor (Indonesia)); Wattimena, G.A.; Aswidinnoor, H., 5 ill., 3 tables; 27 ref. Summaries (En, In). Jurnal Bioteknologi Pertanian (Indonesia) ISSN 0853-8360 (2004) v. 9(1) p. 20-28. GLYCINE MAX; AGROBACTERIUM ETIELLA ZINCKENELLA. TUMEFACIENS; PEST RESISTANCE; GENE TRANSFER; Penggerek polong (Etiella zinckenella Tr.) mempakan salah satu hama penting kedelai dan masih sulit dikendalikan secara konvensional. Penggunaan varietas tahan mempakan strategi terbaik dan relatif aman, tetapi hingga saat ini sumber gen ketahanan tersebut belum ditemukan pada plasma nutfah kedelai yang ada. Perakitan tanaman kedelai transgenik tahan penggerek polong mempakan alternatif terbaik untuk mengatasi masalah ini. Penelitian bertujuan mendapatkan protokol terbaik untuk transformasi kedelai melalui Agrobacterium tumefaciens dan tanaman kedelai tahan penggerek polong. Pada percobaan 1, eksplan embrio dan kotiledon muda varietas Wilis dan Tidar diinokulasi dengan A. tumefaciens strain EHAI05 dengan plasmid pCambia 1301 yang mengandung gen gus pada bagian T-DNA. Perlakuan meliputi kerapatan bakteri, lama inokulasi, lama kokultivasi, dan jenis eksplan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa protokol terbaik untuk inokulasi adalah menggunakan eksplan kotiledon muda dengan kerapatan bakteri 1 x 108 sel/ml selama 90 menit dan 5 hari kokultivasi. Selanjutnya, pada percobaan II 1.539 eksplan kotiledon muda kedelai Wilis dan 984 Tidar diinokulasi dengan A. tumefaciens pGApinII yang mengandung gen pinII. Hasil regenerasi dan seleksi dengan kanamisin 200 mg/l menunjukkan bahwa Wilis lebih baik daripada Tidar, karena Wilis dapat menghasilkan 8 planletltan (AWl - AW8) sedangkan Tidar hanya satu planletltan (ATl). Anal isis molekular terhadap 9 tanaman tersebut menunjukkan bahwa hanya event ATl yang positif mengandung gen pinII, sedangkan 8 tanaman 28 Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia Vol. 25, No. I, 2008 dari event AW hasilnya negatif. Bioasai pada tanaman generasi pertama dari event AT I (ATl Rl) terhadap larva penggerek polong menunjukkan bahwa tanaman ATlRl memiliki persentase kerusakan polong yang lebih rendah (58,8%) dibandingkan tanaman kontrol (95,5%). 058 QOSIM, W.A. Evaluasi karakter ketahanan beberapa kultivar krisan pot (Chrysanthemum morifolium Ram.) terhadap penyakit karat. Evaluation of resistance to rust disease character on several cultivars of pot Chrysanthemum/Qosim, w.A.; Carsono, N.; Ruminta (Universitas Padjadjaran, Bandung (Indonesia). Fakultas Pertanian) 2 ill., 6 tables; 14 ref. Summaries (En, In). Bionatura (Indonesia): Jurnal Ilmu-ilmu Hayati dan Fisik ISSN 1411-0903 (2005) v. 7(2) p. 80-90. DENDRANTHEMA MORIFOLlUM; PUCCINIA; VARIETIES. ORNAMENTAL PLANTS; DISEASE RESISTANCE; RUSTS; Tujuan penelitian untuk mengevaluasi karakter ketahanan 22 kultivar krisan pot terhadap penyakit karat. Percobaan ditata dalam rancangan acak kelompok (RAK) dengan 22 kultivar sebagai perlakuan dan diulang tiga kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 9 kultivar krisan yang memiliki ketahanan yang baik terhadap penyakit karat yaitu ada 9 kultivar imun: Tawn Falk, Tiger, Reagen Rossy, Pink Mambo, Yellow Boaldi, Autumn Glory, Yellow Kettay, Stroika dan White Boaldi; dan satu kultivar tahan yaitu kultivar White Reagan. Sedangkan yang lainnya menunjukkan agak peka dan peka. 059 SANJAYA, L. Pengujian pertumbuhan dan stabilitas genetik 21 klon harapan lili (Lilium longijlorum). Growth and genetic stability tests of 21 clones of Lilium longijlorum/Sanjaya, L.; Marwoto, 8.; Supriyadi, Y; Febrianty, E. (Balai Penelitian Tanaman Hias, Cianjur (Indonesia)) 1 ill., 4 tables; 25 ref. Summaries (En, In). [Proceedings of the national seminar of floriculture: to develop floriculture industry which have competitive ability through national potential-based technology innovation application]. Prosiding seminar nasional florikultura: membangun industri florikultura yang berdaya saing melalui penerapan inovasi teknologi berbasis potensi nasionallBalai Penelitian Tanaman Hias, Cianjur (Indonesia). Cianjur: Balithi, 2004: p. 292-300. LlLIUM LONGIFLORUM; CLONES; INTERSPECIFIC HYBRIDIZATION; Fl HYBRIDS; GENETIC STABILITY; SELECTION; AGRONOMIC CHARACTERS; GENOTYPE ENVIRONMENT INTERACTION. £ilium longiflorum adalah tanaman hias penghasil bunga potong yang populer di dunia. Budidaya lili menghadapi kendala berupa ketergantungan terhadap benih impor yang harganya sangat mahal. Selain itu varietas lili yang diimpor tidak adaptif dan rentan terhadap penyakit busuk umbi yang disebabkan oleh Fusarium oxysporum f.sp. lilii. Oalam upaya melestarikan budidaya lili di Indonesia, maka perakitan varietas unggul lokal perlu mendapat prioritas penelitian. Perakitan varietas unggul lili lokal telah dilakukan pada tahun 1999 melalui proyek RUT VII. Persilangan antara L. longiflorum lokal dengan £ilium oriental dan Lilium asiatik menghasilkan populasi Fl diantaranya ditemukan klon-klon harapan yang memiliki karakter unggul, yaitu tahan terhadap penyakit busuk umbi dan tipe bunga novel. Agar dapat dilepas, klon-klon harapan tersebut perlu dievaluasi pertumbuhan dan adaptasinya. Penelitian adaptasi lili telah dilakukan di tiga lokasi di Cipanas tahun 2002 pada ketinggian yang berbeda, yaitu 900, 1000 dan 1100 m dpl. Perlakuan pada setiap tempat disusun menggunakan rancangan acak kelompok. Sebagai perlakuan adalah 21 klon harapan lili hasil seleksi penelitian sebelumnya. Hasil pengujian menunjukkan bahwa 18 dari 21 klon yang diuji diketahui memiliki daya adaptasi baik. Klon-klon tersebut disarankan untuk dapat dilepas kepada petani sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 060 SASTROSUPADI, A. Kajian model stabilitas hasil secara kualitatif dan kuantitatif untuk uji multilokasi musim pada tembakau virginia rajangan Bojonegoro. Study of qualitative and quantitative yield stability model for season multilocation test of Bojonegoro sliced virginia tobacco/Sastrosupadi, A.; Suwarso; Herwati, A. (Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Malang (Indonesia)) 6 tables; 11 ref. Summaries (En, In). Jurnal Penelitian Tanaman Industri (Indonesia) ISSN 0853-8212 (2005) v. 11(4) p. 134-139. 29 Abstrak Hasi/ Penelitian Pertanian Indonesia Vol. 25, No. J, 2008 NICOTIANA TABACUM; TOBACCO; PURE LINES; GENOTYPES; QUANTITATIVE ANALYSIS; QUALITATIVE ANALYSIS; MODELS; ENVIRONMENTAL FACTORS; ADAPTATION. Kajian model stabilitas hasil dilakukan untuk uji multi lokasi musim pada galur tembakau virginia rajangan Bojonegoro di tiga lokasi, Kedungadem, Pekuwon dan Sugihwaras, Jawa Timur pada empat MT: 1997, 1998, 1999, dan 2001. Tiga lokasi yang dipilih merupakan daerah pengembangan tembakau virginia Bojonegoro, masing-masing berjarak antara 15 - 20 km. Empat belas galur yang diuji merupakan hasil seleksi sejak tahun 1990. Raneangan pereobaan yang digunakan di setiap lokasi adalah raneangan kelompok dengan tiga ulangan. Ukuran petak pereobaan 8,6 m x 6,75 m, jarak tanam 90 em x 45 em, dengan 1 tanllubang. Penentuan stabilitas hasil dengan menggunakan model kualitatif YAU dan HAMBLIN (1994) dan model kuantitatif menurut PERKINS dan JINKS (1968). Hasil analisis menunjukkan dengan model kualitatif galur nomor 13, 7, 10, 6, dan 5 merupakan galur yang stabil dengan hasil rajangan kering di atas hasil rata-ratanya, sedang dengan model kuantitatif galur nomor 9, 11, 14,6, dan 10 merupakan galur yang stabil dengan hasil rajangan kering di atas rata-ratanya. Pengukuran stabilitas hasil dengan model kuantitatiflebih informatif dibandingkan dengan model kualitatif. 061 SETYO-BUDI, U. Ketahanan beberapa aksesi kenaf terhadap nematoda puru akar (Meloidogyne spp). Resistance of kenaf accessions to root knot nematodes/Setyo-Budi, U.; Hartati, R.R.S.; Suhara, C. (Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Malang (Indonesia)) 4 tables; 14 ref. Summaries (En, In). Jurnal Penelitian Tanaman Jndustri (Indonesia) ISSN 0853-8212 (2005) v. 11(4) p. 129-133. HIBISCUS CANNABINUS; KENAF; RESISTANCE; GERMPLASM. SPECIES; MELOIDOGYNE; NEMATODA; GENETIC Nematoda puru akar (Meloidogyne spp) merupakan penyakit penting dan banyak menyerang pertanaman kenaf di lahan pengembangan maupun perbenihan sehingga banyak menimbulkan kerugian bagi petani karena terjadi penurunan produktivitas. Salah satu eara untuk memeeahkan masalah tersebut yaitu dengan menggunakan varietas tahan. Evaluasi plasma nutfah merupakan tahap awal untuk mengetahui potensi yang ada pada tiap-tiap aksesi yang nantinya dapat dipergunakan sebagai sumber gen ketahanan. Kegiatan untuk mengetahui tingkat ketahanan 23 aksesi kenaf (Hibiscus cannabin us) dan 3 aksesi kerabat liarnya (Hibiscus asetosela dan Hibiscus radiatus) terhadap serangan nematoda puru akar (NPA) dilakukan di rumah kaea dan laboratorium Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Malang pada bulan Agustus - Desember 2003. Penelitian mengaeu pada metode Taylor dan Sasser yang dimodifikasi, sedangkan penilaian tingkat ketahanan menggunakan metode Canto-Saenz. Benih kenaf ditanam dalam polibag berisi media tanah-pasir-pupuk kandang seberat 10 kg dengan perbandingan 5 : 3 : 2, diulang 10 kali. Pada umur 15 hst, tanaman diinokulasi dengan massa larva Meloidogyne spp stadium dua sebanyak 40 larva/l00 ml tanah (atau 4000 larva/polibag). Pengamatan dilakukan pada 30 hari setelah inokulasi atau 45 hst, yaitu terhadap jumlah puru akar, populasi larva NPA dalam tanah dan akar, serta tinggi dan diameter batang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua aksesi kenaf (H. cannabinus) tidak tahan terhadap serangan NPA, namun 3 aksesi dari kerabat liarnya, yaitu SSRH/1 0 IOH (H. asetosela), SSRH/1023 (H. asetosela) dan Kal II (H. radiatus) memiliki sifat tahan terhadap NPA. Ketiga aksesi tersebut diharapkan dapat dipergunakan sebagai tetua tahan nematoda puru akar pada persilangan interspesifik dengan kenaf komersial. 062 SETYOBUDI, L. Evaluasi daya hasil 21 kultivar pisang introduksi. [Yield potential of 21 introduced banana cultivarsj/Setyobudi, L. (Universitas Brawijaya, Malang (Indonesia). Fakultas Pertanian) 4 tables; 9 ref. Summaries (En, In). Habitat (Indonesia) ISSN 0853-5167 (2005) v. 16(4) p. 270-277. MUSA PARADISIACA; VARIETIES; INTRODUCED COMPONENTS; PRODUCTIVITY; EVALUATION. VARIETIES; GENOTYPES; YIELD Evaluasi keragaan produksi 21 kultivar pisang introduksi dari INIBAP merupakan bagian dari IMTP (International Musa Testing Program) Fase II. Tujuan penelitian untuk mengevaluasi daya hasil beberapa genotipe pisang yang telah diperbaiki. Pereobaan menggunakan raneangan aeak lengkap sesuai dengan 30 - Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia Vol. 25, No. I, 2008 IMTP protokol. Kultivar pisang yang dievaluasi adalah SH-3481, SH-3565, SH-3649, SH-4444, PV 03.44, PA 0322, GCTCV 119, GCTCV 215, Burro Cemsa, P. Mas, Saba, P. Nangka, Cv. Rose, Yangambi Km5, P. Jari Buaya, P. Lilin, Bluggoe, Williams, P. Ceylan, Calcutta 4, Gros Michel, dan pisang kepok kultivar lokal sebagai pembanding. Hasil penelitian aspek fenologi dan morfologi menunjukkan bahwa umur mulai tanam sampai keluarnya bunga pada kultivar introduksi lebih pendek daripada kultivar lokal (248 hari), kecuali SH 4444 (400 hari) dan GCTCV 119 (456 hari). Pada karakteristik tinggi tanaman juga menunjukkan keadaan yang kurang lebih sarna. Hanya SH 4444 yang memiliki umur dari saat tanam sampai panen terpanjang (499 hari). Kultivar lokal memiliki rata-rata berat tandan 5,5 kg sedangkan kultivar introduksi lebih kurang sarna atau lebih rendah kecuali SH 3481 (11,3 kg) dan SH 3565 (14,3 kg). 063 SUHENDI, D. Daya hasil dan daya adaptasi beberapa klon harapan kakao Iindak. Yielding and its adaptability of several promising bulk cocoa clones/Suhendi, D.; Mawardi, S.; Winarno, H. (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jember (Indonesia)) 5 tables; 13 ref. Summaries (En, In). Pelita Perkebunan (Indonesia) ISSN 0215-0212 (2005) v. 21(1) p. 1-11. THEOBROMA CACAO; CLONES; ADAPTATION; YIELD COMPONENTS; GENETIC STABILITY; SELECTION CRITERIA. Salah satu kriteria utama untuk menentukan kelayakan anjuran terhadap suatu klon adalah harkat daya hasil dan daya adaptasinya. Percobaan untuk menilai daya hasil dan daya adaptasi beberapa klon harapan kakao lindak telah dilakukan pada tahun 1996 - 2003 di tiga lokasi yang memiliki karakteristik tinggi temp at dan iklim berbeda, yaitu di Kebun Jatirono (450 m dpl, tipe iklim B), Kebun Kalisepanjang (275 m dpl, tipe iklim C) dan Kebun Kalitelepak (145 m dpl, tipe iklim B). Rancangan yang digunakan di setiap lokasi percobaan adalah acak kelompok (RAK) dengan 14 klon harapan dan empat ulangan. Sebagai pembanding digunakan klon kakao lindak anjuran ICS 60 dan GC 7. Klon harapan yang digunakan berasal dari hasil seleksi pohon induk dengan kriteria utama produksi tinggi. Pengamatan dilakukan terhadap hasil, komponen hasil dan sifat biji. Penentuan day a adaptasi masing-masing klon didasarkan pada penampilan hasil dan stabilitas hasil. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis gabungan, dan uji stabililas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daya hasil klon KW30 dan KW48 lebih tinggi (2,3 t/ha) dibandingkan dengan klon pembanding (1,7 t/ha), stabil, dan beradaptasi baik pada semua kondisi lingkungan pengujian. Kedua klon menunjukkan komponen hasil yang baik, dan kadar lemak tinggi (55%). Kedua klon terse but berpotensi untuk direkomendasikan sebagai bahan tanaman komersial. 064 SUHENDI, D. Daya hasil dan daya adaptasi beberapa klon harapan kakao mulia. Yielding and its adaptability of several promising lines of cocoa clones/Suhendi, D.; Mawardi, S.; Winarno, H. (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jember (Indonesia)) 6 tables; 13 ref. Summaries (En, In). Pelita Perkebunan (Indonesia) ISSN 0215-0212 (2004) v. 20(2) p. 54-65. THEOBROMA CACAO; CLONES; SELECTION; YIELDS; ADAPTATION; ENVIRONMENT. Daya hasil dan daya adaptasi merupakan dua kriteria utama untuk menentukan kelayakan anjuran suatu klon. Percobaan untuk menilai daya hasil dan daya adaptasi beberapa klon harapan kakao mulia telah dilakukan pada tahun 1996 - 2002 di tiga lokasi yang memiliki karakteristik tinggi temp at dan iklim berbeda, yaitu di Kebun Jatirono (dataran tinggi, iklim basah), Kebun Ngrangkah Pawon (dataran tinggi, iklim kering) dan Kebun Banjarsari (dataran rendah, iklim basah). Rancangan yang digunakan di setiap lokasi percobaan adalah rancangan acak kelompok (RCBD) dengan 14 klon harapan dan 4 ulangan. Sebagai pembanding digunakan klon kakao mulia anjuran DR 2 dan DRC 16. Klon harapan yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari hasil seleksi pohon induk pada populasi asal biji keturunan persilangan alami tahun tanam 1938 di Afdeling Penataran Kebun Bantaran (Blitar, Jawa Timur). Seleksi dilakukan pada tahun 1993 dengan kriteria utama warna biji segar dan ukuran biji. Pengamatan dilakukan terhadap hasil dan komponen hasil serta sifat biji. Penentuan daya adaptasi masing-masing klon didasarkan pada penampilan hasil dan stabilitas hasil. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis gabungan. Hasil penelitian menunjukkan klon KW 118 dan KW 109 berdaya hasil tinggi, stabil, dan beradaptasi baik pada semua kondisi lingkungan pengujian. Selain itu, kedua klon menunjukkan 31 Vol. 25, No.1, 2008 Abstrak Hasi/ Penelitian Pertanian Indonesia persentase biji putih yang tinggi (> 99%) dan ukuran biji besar (> 1,25 g/biji). Kedua klon tersebut berpotensi untuk direkomendasikan sebagai bahan tanaman komersial. 065 SUPRIJONO. Stabilitas hasil beberapa galur wijen. Yield stability of sesame lines/Suprijono; Mardjono, R.; Sudarmo, H. (Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Malang (Indonesia» 3 tables; II ref. Summaries (En, In). Jurnal Penelitian Tanaman Industri (Indonesia) ISSN 0853-8212 (2004) v. 10(4) p. 127-130. SESAMUM INDICUM; PROGENY; YIELDS; GENETIC STABILITY. Penelitian dilaksanakan pada musim tanam (MT) 2003 di 4 lokasi yaitu: Kabupaten Lumajang, Bojonegoro, Nganjuk dan Sragen, penelitian bertujuan untuk memperoleh galur-galur unggul yang dapat beradaptasi dengan lingkungan pengembangan wijen dengan produktivitas tinggi. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan. Perlakuan terdiri dari 12 galur harapan yaitu S 1.14, S1.16, S1.18, S1.20, S1.21, S1.24, S1.25, S1.26, S1.28, SI.31, S1.13, S1.40, dan sebagai pembanding digunakan 2 varietas komersial yaitu Sumberrejo 1 dan Sumberrejo 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 4 galur unggul yaitu galur S1.14, S1.16, S1.18, SI.24 potensi hasil sarna dengan varietas Sumberrejo 1 mempunyai adaptasi luas (galur stabil). Empat galur lainnya dapat berproduksi tinggi apabila ditanam pada kondisi lingkungan sesuai (spesifik lokasi). Galur SI.21 dan SI.25 sesuai untuk daerah Nganjuk dan Sragen, galur SI.20 untuk daerah Bojonegoro dan Nganjuk, dan SI.28 untuk daerah Lumajang. 066 SUTARYO, B. Heterosis standar hasil gabah dan analisis lintasan beberapa kombinasi persilangan padi pada tanah berpengairan teknis. Standard heterosis for grain yield and path analysis of some Fl rice combinations in field irrigation/Sutaryo, B.; Purwantoro, A.; Nasrullah (Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (Indonesia). Fakultas Pertanian) 1 ill., 3 tables; 14 ref. Summaries (En, In). Ilmu Pertanian (Indonesia) ISSN 0126-4214 (2003) v. 10(2) p. 70-78. ORYZA SATIVA; Fl HYBRIDS; INTERGENERIC HYBRIDIZATION; HETEROSIS BREEDING; HIGH YIELDING VARIETIES; YIELD INCREASES; IRRIGATED LAND. Percobaan untuk mengevaluasi penampilan beberapa hibrida dilakukan di tanah berpengairan teknis, Sukamandi (15 m dpl), Subang, Jawa Barat pada musim kemarau (MK) 2003. Percobaan terdiri atas 48 FI (30 indica x indica dan 18 indica x japonica), dua cek hibrida (Maros dan Rokan), dan empat varietas inbrida yaitu IR-64, Ciherang, Situ Bagendit dan IR53942 dengan menggunakan rancangan Augmented. Data mengindikasikan bahwa hibrida-hibrida Fl, seperti IR68888A1Maros, IR68888A1Krueng Aceh, IR68897 AlSitu Bagendit, IR58025A1Cisokan, IR68888A1KF6-9, IR68888A /Code, IR68888A1Situ Bagendit, dan IR62829A1Cisokan memberikan keunggulan hasil gabah di atas varietas cek terbaik IR-64, dengan heterosis standar antara 29,57 - 41,43%. Jumlah malai dan panjang malai mengkontribusi peningkatan heterosis hasil gabah. Di antara 18 hibrida indica x japonica, IR68888A1KF6-9 dan IR68885A1Fatmawati adalah hibrida terbaik. HI0 HAMA TANAMAN 067 AMIR, A.M. Evaluasi ketahanan beberapa aksesi jambu mete (Anacardium occidentale L.) terhadap hama Helopeltis antonii Sign. (Hemiptera: Miridae). Evaluation of resistances of some cashew lines (Anacardium occidentale L.) to Helopeltis antonii Sign. (Hemiptera: Miridae)/Arnir, A.M.; Karmawati, E.; Hadad, E.A. (Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor (Indonesia» 3 tables; 21 ref. Summaries (En, In). Jurnal Penelitian Tanaman Industri (Indonesia) ISSN 0853-8212 (2004) v. 10(4) p. 149-153. 32 Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia ANACARDIUM OCCIDENTALE; RESISTANCE; PURE LINES. GENETIC Vol. 25, No. 1,2008 RESISTANCE; HELOPELTIS ANTONII; PEST Penelitian evaluasi ketahanan beberapa aksesi jambu mete (Anacardium occidentale L.) terhadap ham a Helopeltis antonii Sign. (Hemiptera: Miridae) telah dilaksanakan di Laboratorium Hama dan Penyakit dan Rumah Kasa Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balitro) Bogor, mulai bulan April - Desember 2004, bertujuan untuk menguji ketahanan beberapa aksesi jambu mete terhadap H. antonii. Perlakuan terdiri atas 9 aksesi jambu mete, yaitu (I) Balakrisnan (B-02), (2) Madura (L3-3), (3) Jatiroto Jambon (III/4-5), (4) Gunung Gangsir 180, (5) Madura (M4-2), (6) Jogya Putih (XII/8), (7) Mojokerto (XIII/8), (8) Tegineneng (A3-2), dan (9) Wonogiri (C6-5). Penelitian terdiri atas : (a) preferensi tanpa pilihan, disusun dalam rancangan acak kelompok (RAK) diulang 5 kali, dan (b) preferensi dengan pilihan, disusun dalam rancangan acak kelompok (RAK) diulang 3 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jambu mete aksesi Mojokerto (XIII.8) dan Balakrisnan (B-02) merupakan aksesi jambu mete tahan dan toleran terhadap hama H. antonii. 068 INDRAYANI, I G.AA Kompatibilitas kombinasi HaNPV dan 88M serta pengaruhnya terhadap mortalitas dan aktivitas biologi penggerek buah kapas Helicoverpa armigera Hubner. Compatibility of HaNPV and SBM combinations and its effects on the mortality and biological activities of cotton bollworm Helicoverpa armigera Hlibner/lndrayani, I G.A.A.; Winarno, D.; Subiyakto (Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Malang (Indonesia)) 3 ill., I table; 27 ref. Summaries (En, In). Jurnal Penelitian Tanaman Industri (Indonesia) ISSN 0853-8212 (2004) v. 10(1) p. 28-33. GOSSYPIUM; NUCLEAR POLYHEDROSIS VIRUS; HELICOVERPA ARMIGERA; MORTALITY; NEEM EXTRACTS; BOTANICAL INSECTICIDES; LARVAE. Banyak cara dapat dilakukan untuk meningkatkan efektivitas HaNPV terhadap serangga hama sasaran. Efektivitas HaNPV terutama daya bunuhnya, dapat ditingkatkan dengan cara mengkombinasikan HaNPV dengan metode pengendalian hama lain yang pengaruhnya dapat menurunkan kekebalan tubuh serangga, misalnya insektisida nabati serbuk biji mimba (SBM). Selain untuk meningkatkan efektivitas, kombinasi yang sinergis antara HaNPV dan SBM juga bermanfaat untuk substitusi HaNPV yang produk komersialnya masih terbatas. Penelitian kompatibilitas kombinasi HaNPV dan SBM serta pengaruhnya terhadap mortalitas dan aktivitas biologi larva penggerek buah kapas H. armigera dilaksanakan di Laboratorium Hama Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Malang, mulai Maret - Juli 2002. Tujuannya adalah untuk mengetahui kompatibilitas dan kemanjuran kombinasi HaNPV dan SBM, serta mengetahui dampak interaksinya terhadap aktivitas biologi penggerek buah kapas H. armigera. Perlakuan yang digunakan adalah kombinasi HaNPV dan SBM berdasarkan konsentrasi subletal dan letal, yaitu: (I) Kontrol (tanpa perlakuan), (2) SBM(LC25), (3) SBM(LC50), (4) HaNPV(LC25), (5) HaNPV(LC50), (6) HaNPV(LC25) + SBM(LC25), (7) HaNPV(LC25) + SBM(LC50), (8) HaNPV(LC50) + SBM(LC25), (9) HaNPV(LC50) + SBM(LC50). Setiap perlakuan disusun berdasarkan rancangan acak kelompok dengan 4 kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis interaksi antara HaNPV dan SBM pada berbagai kombinasi konsentrasi umumnya menunjukkan sifat aditif dan sinergis. Kombinasi konsentrasi yang berinteraksi sinergis adalah HaNPV(LC50) + SBM(LC50) yang menyebabkan mortalitas larva H. armigera ± 80%. Penurunan bobot larva maupun perpanjangan umur stadia larva terinfeksi secara efektif dipengaruhi oleh semua perlakuan HaNPV dan SBM, baik individu maupun kombinasi. 069 INDRAYANI, I G.A.A. Pengaruh kerapatan bulu daun pada tanaman kapas terhadap kolonisasi Bemisia tabaci Gennadius. Role of trichome density of cotton leaf to colonization of Bemisia tabaci Gennadills/lndrayani, I G.A.A.; Sulistyowati, E. (Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Malang (Indonesia)) 2 ill., 2 tables; 29 ref. Summaries (En, In). Jumal Penelitian Tanaman Industri (Indonesia) ISSN 0853-8212 (2005) v. 11(3) p. 101-106. GOSSYPIUM; BEMISIA TABACI; LEAVES; TRICHOMES; DENSITY; TISSUE ANALYSIS; LEAF AREA; PEST RESISTANCE; PEST CONTROL. 33 Vol. 25, No. I, 2008 Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia Ketahanan tanaman terhadap serangga hama berdasarkan karakter morfologi bulu (trichom) pada daun merupakan salah satu cara potensial mengurangi penggunaan insektisida kimia dalam pengendalian hama. Serangga hama pengisap Bemisia tabaci pada tanaman kapas juga dapat dikendalikan dengan menggunakan varietas kapas resisten berdasarkan karakter morfologi bulu daun. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Pasirian, Kabupaten Lumajang, dan di Laboratorium Entomologi Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat Malang, mulai April - Juli 2005. Tujuan penelitian untuk mengetahui peranan kerapatan bulu daun pada beberapa aksesi plasma nutfah kapas terhadap kolonisasi B. tabaci. Perlakuan terdiri atas II aksesi plasma nutfah kapas yang dipilih berdasarkan penilaian visual pada karakter kerapatan bulu daun yang mewakili kerapatan bulu rendah hingga tinggi, yaitu: (I)KK-3 (Kl 638), (2) Kanesia I (Kl 436), (3) Al35 Reba P 279 (KI 257), (4) Acala 1517 (Kl 174), (5) Asembagus SIAl (KI 162), (6) 619-998xLGS-1O-77-3-1 (KI 76), (7) DP Acala 90 (KI 23), (8) TAMCOT SP 21 (KI 6), (9) Kanesia 8 (KI 677), (10) CTX-8 (KI 494), dan (11) CTX-I (KI 487). Penelitian disusun dalam rancangan acak lengkap (RAL) dengan 10 ulangan. Paramater yang diamati adalah jumlah bulu daun, telur dan nimfa pada I cm2 luas daun, serta jumlah imago B. tabaci pada daun ketiga dari atas tanaman. HasH penelitian menunjukkan bahwa kerapatan bulu daun berkorelasi positif dengan kolonisasi B. tabaci (R = 0,9701). Semakin tinggi kerapatan bulu daun, semakin meningkat kolonisasi B. tabaci. Kolonisasi B. tabaci lebih tinggi pada CTXO-I, CTX-8, Kanesia 8, dan KK-3 (150-250 individulcm3 luas daun) karena tingkat kerapatan bulu daun juga lebih tinggi (150-300 helailcm2 luas daun) dibanding TAMCOT SP 21, DP Acala 90, 619-998xLGS-I0-77-3-1, Asembagus 5IAlI, Acala 1517, Al35 Reba P 279, dan Kanesia I yang memiliki kerapatan bulu daun (0-100 helai/cm2 luas daun) dan tingkat kolonisasi B. tabaci ( < 100 individulcm21uas daun) lebih rendah. 070 KARMAWATI, E. Peranan semut (Oecophylla smaragdina dan Do/ichoderus sp) dalam pengendalian Helopeltis spp, dan Sanurus indecora pada jambu mete. Role of ants (Oecophylla smaragdina and Do/ichoderus sp) in controlling Helopeltis spp and Sanurus indecora on cashew plant/Karmawati, E.; Siswanto; Wikardi, E.A. (Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor (Indonesia)) I ill., 4 tables; 12 ref. Summaries (En, In) App. Jurnal Penelitian Tanaman Industri (Indonesia) ISSN 0853-8212 (2004) v. 10(1) p. 1-7. ANACARDIUM OCCIDENTALE; OECOPHYLLA; FORMICIDAE; PEST CONTROL; HELOPELTIS; PREDATORS. Serangga berperan penting pada pertumbuhan dan perkembangan serta produktivitas tanaman jambu mete. Di daerah Lombok, Nusa Tenggara Barat telah diidentifikasi lebih dari 90 jenis serangga yang meliputi serangga hama, musuh alami, penyerbuk dan serangga lainnya. Helopeltis spp. dan S. indecora merupakan serangga hama yang menonjol di wilayah tersebut. Beberapa musuh alami juga telah ditemukan, terutama semut yang berfungsi sebagai predator bagi Helopeltis spp. Akhir-akhir ini ketiga jenis serangga tersebut sering berada bersamaan dalam satu tanaman. Penelitian dilakukan di Dusun Sambik Rindang dan Sambik Jengkel, Lombok Barat mulai Mei - Nopember 2003 untuk mengetahui peranan semut dan interaksinya dengan Helopeltis spp. dan S. indecora. Penelitian terdiri atas 3 kegiatan yang saling menunjang, yaitu (a) penelitian lapang, (b) penelitian semi lapang, dan (c) penelitian rumah kaca/pot. Penelitian lapang keadaan lingkungan tidak dikendalikan, pengamatan dilakukan dengan penarikan contoh yang ditunjang oleh penelitian semi lapang, yaitu hanya salah satu faktor lingkungan yang dikendalikan (faktor populasi semut: 0, 5, dan 10 kolonil5 tanaman). Penelitian semi lapang ditunjang oleh penelitian rumah kaca/pot. Pada penelitian ini tiga faktor dikendalikan/diperlakukan yaitu populasi semut, populasi Helopeltis spp dan populasi S. indecora. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa hama utama yang dominan di Dusun Sambik Jengkel berbeda dengan hama utama yang dominan di Dusun Sambik Rindang. Di Sambik Jengkel, Helopeltis lebih dominan dibandingkan dengan S. indecora, walaupun S. indecora ditemukan tapi tidak sebanyak serangan Helopeltis. Di Sambik Rindang terjadi sebaliknya, S. indecora lebih dominan bila dibandingkan dengan Helopeltis. Semut cukup berperan dalam mengendalikan populasi Helopeltis. Data yang diperoleh sampai bulan Oktober 2003 diketahui bahwa persentase pucuk yang terserang Helopeltis lebih kecil pada kelompok-kelompok tanaman yang diberi perlakuan semut, begitu pula populasi nimfa dan imagonya. Tidak demikian yang terjadi dengan S. indecora, populasi nimfa dan imagonya tidak dipengaruhi oleh kehadiran semut. Pada kelompok tanaman yang diberi perlakuan semut, populasi S. indecora justru lebih banyak. Namun demikian, jumlah bunga yang diserang S. indecora lebih banyak 34 Abstrak Hasi/ Penelitian Pertanian Indonesia Vol. 25, No. 1.2008 pada pucuk yang tidak ada semutnya. Oleh sebab itu, khusus pada bunga, S. indecora tidak akan datang kalau pada bunga tersebut ada semutnya. Pada pucuk yang telah diserang S. indecora, semut tidak mengganggu kecuali kalau Helopeltis tidak ada, semut akan memangsa nimfa-nimfa S. indecora. 07] MARYAM-ABN. Evaluasi insektisida nabati terhadap hama Palpita uniona/is pad a tanaman me]ati. Evaluation on the Omoy, efficacy of some botanical insecticides against Palpita uniona/is on Jasminum sp.lMaryam-Abn; TR.; Mulyana, T (Balai Penelitian Tanaman Hias, Cianjur (Indonesia)) ] ill., 2 tables; 13 ref. Summaries (En, In). [Proceedings of the national seminar of floriculture: to develop floriculture industry which have competitive ability through national potential-based technology innovation application]. Prosiding seminar nasional florikultura: membangun industri florikultura yang berdaya saing melalui penerapan inovasi teknologi berbasis potensi nasionallBalai Penelitian Tanaman Hias, Cianjur (Indonesia). Cianjur: Balithi, 2004: p. 386-391. JASMINUM; LEAF EATING INSECTS; BOTANICAL INSECTICIDES; ANNONA MURICATA; ANNONA RETICULATA; ANNONA SQUAMOSA; MORTALITY. SEED PEST EXTRACTS; CONTROL; Suatu penelitian untuk mengevaluasi keefektifan insektisida nabati terhadap Palpita unionalis telah dilaksanakan di laboratorium entomologi dan kebun percobaan Balithi Segunung. Penelitian ini terdiri dari dua bagian, yaitu (I) pengujian keefektifan insektisida nabati terhadap Palpita unionalis di laboratorium dan (2) pengujian lapangan efikasi insektisida nabati terhadap P unionalis. Jenis-jenis insektisida nabati yang diuji yaitu 10 jenis bahan tumbuhan yang telah diketahui atau diduga mengandung bahan yang bersifat insektisidal, yaitu biji srikaya (Annona squamosa), biji buah nona (A. reticulata), biji sirsak (A. muricata),daunneem( Azadirachta indica), biji mahoni (Swietenia 1I1acrophylla), daun suren (Toona sureni), daun Ki pait (Tithonia diversifolia), daun tembakau (Nicotiana tabacu1l1), daun Lantana camara dan kulit batang kina (Chincona sp.). Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan ] 0 jenis insektisida nabati sebagai periakuan dengan tiga ulangan. Hasilnya menunjukkan bahwa biji srikaya, biji buah nona dan biji sirsak paling efektif terhadap P unionalis baik di laboratorium maupun di lapang. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah altematif pengendalian hama disamping cara yang sudah ada untuk menunjang pengembangan PHT pada tanaman melati. 072 MOEKASAN, TK. Kelayakan teknis dan ekonomis penerapan teknologi pengendalian hama terpadu pada sistem tanam tumpanggilir bawang merah dan cabaL Technical and economical feasibility of integrated pest management technology on intercropping system of shallot and hot pepper/Moekasan, TK.; Suryaningsih, E.; Sulastrini, I.; Gunadi, N.; Adiyoga, w.; Hendra, A. (Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang (Indonesia)); Martono, M.A.; Karsum. 6 ill., 12 tables; 12 ref. Summaries (En, In). Jurnal Hortikultura (Indonesia) ]SSN 0853-7097 (2004) v. ]4(3) p. ] 88-203 ALLIUM ASCALONICUM; CAPSICUM MANAGEMENT; ECONOMIC V]ABILITY; ANNUUM; INTERCROPPING; COST BENEFIT ANALYSIS INTEGRATED PEST Percobaan ]apanagn menggunakan metode perbandingan periakuan berpasangan dilaksanakan di Desa Bojong Nagara, Kecamatan Ciledug, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat (± 5 m dpl), mu]ai Juni -Desember 2002. Percobaan bertujuan untuk mengetahui kelayakan teknis dan ekonomis penerapan teknologi terpadu PHT yang dihasilkan oleh Ba]ai Penelitian Tanaman Sayuran dibandingkan dengan teknologi yang umum digunakan oleh petani. Tiap periakuan diu]ang 4 kali, dengan ukuran petak periakuan adalah 5 m x 20 m = ]00 m2• Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan rakitan komponen teknologi PHT pada bawang merah dan cabai yang dihasilkan oleh Ba]ai Penelitian Tanaman Sayuran secara ekonomis ]ebih menguntungkan dibandingkan dengan sistem petani, karena ni]ai nisbah R/C di petak PHT sebesar 1,47 sedangkan nilai nisbah R/C di petak petani sebesar 0,84. Secara ekologi, penerapan PHT pada sistem tanam tumpanggilir bawang merah dan cabai lebih menguntungkan karena dapat menekan penggunaan insektisida dan fungisida masing-masing sebesar 61,53% dan 100% pada tanaman bawang merah dan 72,72% dan 90,90% pada tanaman cabai, sehingga residu insektisida di dalam tanah menurun 23,06 % inhibisi dan fungisida menurun 50,72% inhibisi, sedangkan di petak petani residu insektisida di dalam 35 Vol. 25, No.1, 2008 Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia tanah meningkat 8,14% inhibisi dan fungisida menurun 20,37% inhibisi. Sementara populasi predator di petak PHT lebih tinggi (11,54% - 55,55%) dibandingkan dengan populasinnya di petak petani. Populasi agens hayati, yakni Bacillus sp. dan Trcihoderma sp. pada petak PHT lebih tinggi, masing-masing 35,31 % dan 58,35% dibandingkan populasi di petak petani. Residu insektisida dan fungisida dan hasil panen bawang merah dan cabai di petak PHT masih di bawah ambang batas yang diijinkan, sedangkan residu pada hasil panen bawang merah dan cabai pada petak petani berada di atas ambang batas yang diijinkan. 073 MOEKASAN, TK. Pencampuran Spodoptera exigua Nuclear Polyhedrosis Virus dengan insektisida kimia untuk mortalitas larva Spodoptera exigua Hbn. di laboratorium. Mixtures of SeNPV and' chemical insecticides against larvae mortality of Spodoptera exigua Hbn. in laboratory/Moekasan, TK. (Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang (Indonesia)) 8 tables; 14 ref. Summaries (En, In). Jurnal Hortikultura (Indonesia) ISSN 0853-7097 (2004) v. 14(3) p. 178-187. ALLIUM CEPA; SPODOPTERA EXIGUA; NUCLEAR INSECTICIDES; SYNERGISM; LARVAE; MORTALITY. POLYHEDROSIS VIRUS; TOXICITY; Percobaan laboratorium telah dilaksanakan di Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang (± 1.250 m dpl), mulai Agustus - November 1999. Tujuan percobaan untuk mengetahui pengaruh pencampuran insektisida, efikasi, dan tenggang waktu membunuh campuran SeNPV dengan beberapa insektisida kimia terhadap larva S. exigua instar 2 atau 3. Sampel larva S. exigua dikumpulkan dari pertanaman bawang merah di daerah Brebes, Jawa Tengah dan diperbanyak di rumah kaca Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Percobaan menggunakan metode pencelupan daun bawang merah ke dalam larutan formula insektisida. Formula insektisida secara tunggal dan campuran diujikan pada 30 larva S. exigua di dalam cawan plastik, dengan 4 ulangan pada tiap perlakuan. Mortalitas larva S. exigua diamati setiap 24 jam - 168 jam setelah perlakuan. Data mortalitas larva diolah menggunakan analisis probit untuk menetapkan nilai. LC50. Berdasarkan nilai LC50 campuran insektisida, campuran SeNPV dengan insektisida Klorfluazuron, Betasiflutrin, Fipronil, Profenofos, Dimetoat, Deltametrin, Lamda sihalotrin, dan Tebufenosida, menunjukkan efektivitas sinergistik dan meningkatkan efikasi, masing-masing: 18,9; 24,3; 19,0; 19,3; 19,5; 22,3; 16,3; dan 7,0 kali lipat jika dibandingkan dengan SeNPV secara tunggal. Selain itu, nilai tenggang waktu membunuh LC50 berkisar antara 86,4 - 136,8 jam atau kira-kira 4 - 6 hari. 074 MOEKASAN, TK. Status resistensi lima strain Plutella xylostella L. terhadap formulasi Fipronil, Deltametrin, Profenofos, Abamektin, dan Bacillus thuringiensis. Resistance study in five strains of Plutella xylostella to fipronil, deltamethrin, Bacillus thuringiensis, profenofos, and abamectin formulated products/Moekasan, TK.; Sastrosiswojo, S. (Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang (Indonesia)); Rukmana, T; Sutanto; Pumamasari, I.S.; Kumia, A., 2 tables; II ref. Summaries (En, In). Jurnal Hortikultura (Indonesia) ISSN 0853-7097 (2004) v. 14(2) p. 84-90. CABBAGES; CONTROL METHODS; PLUTELLA XYLOSTELLA; INSECTICIDES; PEST RESISTANCE. BACILLUS THURINGIENSIS; Toksisitas formulasi insektisida Fipronil, Deltametrin, Profenofos, Abamektin, Bacillus thuringiensis subsp.lvar. kurstaki strain EG 7841 (crymax WDG) dan B. thuringiensis subsp.lvar. kurstaki strain HD-7 (dipel WP) diuji di laboratorium terhadap 5 strain lapangan larva Plutella xylostella (L.) yang berasal dari pusat pertanaman kubis di Lembang, Pangalengan, Kejajar/Dieng, Batu, dan Berastagi mulai September 2000 - Februari 2001. Pengujian menggunakan metode pencelupan potongan daun kubis ke dalam tiap larutan insektisida uji kemudian larva P xylostella instar 2 dan atau 3 diletakkan pada potongan daun kubis tersebut. Penghitungan nilai LC50 tiap jenis insektisida yang diuji dilakukan menggunakan program komputer analisis probit. Hasil penelitian menunjukkan, terdapat perbedaan kerentanan P xylostella, tergantung pada asal (strain) P xylostella. Berdasarkan nilai LC50 insektisida uji, pada umumnya P xylostella strain Lembang, Pangalengan, Kejajar/Dieng, dan Batu sangat resisten terhadap Deltametrin dan Profenofos kecuali strain Berastagi tidak diketahui. Semua strain P xylostella (Lembang, Pangalengan, KejajarlDieng, Batu, dan Berastagi) rentan terhadap Fipronil dan B. thuringiensis subsp./var kurstaki 36 Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia Vol. 25, No.1, 2008 strain EG 7841. Plutella xylostella strain Lembang, Pangalengan, dan Berastagi sangat resisten terhadap B. thuringiensis subsp./var. kurstaki strain HD-7, sedang P xylostella strain Kejajar/Dieng dan Batu agak resisten terhadap abamektin. Berdasarkan hasil penelitian terbukti, bahwa pemantauan perkembangan resistensi P xylostella terhadap jenis insektisida yang umum digunakan oleh petani kubis sangat penting dilakukan secara rutin. Hasil penelitian juga berguna untuk menyusun data dasar LC50 dan strategi pengelolaan resistensi insektisida. 075 PRAYOGO, Y Integrasi antara cendawan entomopatogen VerticiIlium lecanii dengan predator Oxyopes javanus Thorell (Araneida: Oxyopidae) untuk mengendalikan hama pengisap polong kedelai Riptortus linearis. {Integration of entomopathogenic fungi VerticiIlium lecanii with Oxyopes javanus to control pod sucking Riptortus linearis on soybeanj/Prayogo, Y; Suharsono (Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang (Indonesia» 1 ill., 2 tables; 33 ref. Summaries (En, In). Habitat (Indonesia) ISSN 0853-5167 (2005) v. 16(4) p. 241-250. GLYCINE MAX; RIPTORTUS; VERTICILLIUM BIOLOGICAL CONTROL AGENTS; MORTALITY LECANII; OXYOPES; PREDATORS; Penelitian bertujuan untuk mengkaji kompatibilitas antara cendawan entomopatogen Verticillium lecanii dengan predator Oxyopes javanus dalam mengendalikan hama pengisap po long kedelai Riptortus linearis. Penelitian dilakukan di laboratorium hama dan penyakit Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbiumbian pada bulan ]anuari - ]uni 2005. Rancangan percobaan yang digunakan rancangan acak lengkap (RAL) diulang 10 kali yang terdiri dari 2 tahap. Percobaan pertama mengkaji pengaruh aplikasi cendawan V.lecanii terhadap kelangsungan hidup predator O. javanus. Percobaan kedua mengkaji pengaruh aplikasi cendawan V.lecanii pada R. linearis nimfa 1I terhadap daya mangsa predator O.javanus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi cendawan V. lecanii tidak mempengaruhi kelangsungan hidup predator O. javanus. Hal tersebut terlihat bahwa hingga 30 hari setelah aplikasi (HSA) cendawan V. lecanii dengan konsentrasi 107 - 10" konidia/ml tidak menyebabkan kematian 0. javanus. Pengamatan pada konidia V. lecanii yang menempel pada tubuh O. javanus menunjukkan bahwa konidia mengering sebelum menginfeksi integumen. Predator 0. javanus tidak menyukai mangsa R. linearis yang terinfeksi V.lecanii. Pada periakuan control (tanpa cendawan), nimfa R. linearis habis dimangsa oleh predator. Hal terse but mengindikasikan bahwa cendawan V.lecanii dapat dipadukan dengan predator O.javanus untuk menekan hama R. linearis. Oleh karena itu, kedua jenis agen hayati tersebut dapat dipadukan untuk mengendalikan R. linearis. 076 PURBADI. Pemanfaatan agen hayati untuk pengendalian nematoda bengkak akar pada tanaman krisan. Use of biological agent to control root knot nematodes (Meloidogyne spp.) on ChIJ'SanthemumIPurbadi; Marwoto, B. (Balai Penelitian Tanaman Hias, Cianjur (Indonesia» 1 ill., I table; 15 ref. Summaries (En, In). [Proceedings of the national seminar of floriculture: to develop floriculture industry which have competitive ability through national potential-based technology innovation application]. Prosiding seminar nasional florikultura: membangun industri florikultura yang berdaya saing melalui penerapan inovasi teknologi berbasis potensi nasionallBalai Penelitian Tanaman Hias, Cianjur (Indonesia). Cianjur: Balithi, 2004: p. 287-291. DENDRANTHEMA MORIFOLIUM; MELOIDOGYNE; PAECILOMYCES; CONTROL AGENTS; MICROBIAL PESTICIDES; DOSAGE EFFECTS. BIOLOGICAL Nematoda bengkak akar (Meloidogyne spp.) merupakan kendala produksi dalam budi daya krisan (Dendranthema grandiflora Tzvelev). Pengendalian yang dilakukan selama ini ialah dengan menggunakan bahan kimia sintetik yang berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan. Oleh karena itu periu upaya altematif pengendalian yang ramah lingkungan, murah dan mudah diaplikasikan. Pada penelitian ini cendawan Paecilomyces lilacinus digunakan sebagai agen pengendali hayati Meloidogyne spp. yang diaplikasikan dalam berbagai formula. Penelitian dilaksanakan di laboratorium dan rumah kaca 37 1 • Vol. 25, No. i, 2008 Abstrak Hasil Penelitian Pertanian indonesia Balai Penelitian Tanaman Hias Segunung pada bulan Januari-Desember 2001. Tujuan penelitian untuk mendapatkan formulasi agen hayati yang efektif dan mudah diaplikasikan di lapangan. Formulasi agen hayati terdiri dari 3 macam yaitu pelet, kompos dan suspensi. Pengujian efikasi formulasi dilakukan pada pot-pot plastik yang diisi dengan I liter media tanah steril. Tiap formula agen hayati sesuai dengan dosis perlakuan yang telah ditentukan diinfestasikan ke dalam tanah. Media tanah di dalam pot yang telah diberi formula agen hayati segera diinfestasi dengan 1000 ekor L-2 Meloidogyne spp. tiap pot kemudian diinkubasikan pada suhu kamar. Setelah diinkubasikan selama 7 hari, kemudian pot-pot tersebut ditanami dengan bib it krisan. Perlakuan terdiri dari satu jenis agen hayati cendawan P lilacinus, dalam 3 macam formula yaitu: pelet, kompos dan suspensi dengan 3 level dosis masing-masing formulasi pelet dan kompos 3, 6 dan 9 g/pot serta dosis suspensi 3, 6 dan 9 mllpot. Percobaan dilakukan menggunakan rancangan acak lengkap dengan 3 ulangan. Penilaian aktivitas antagonistik agen hayati terhadap nematoda bengkak akar (Meloidogyne spp) didasarkan pada jumlah bengkak akar yang terbentuk dalam tiap 10 g akar segar setelah tanaman berumur 40 hari. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa perlakuan formulasi kompos dengan dosis 9 g/pot dan formulasi suspensi 9 mllpot efektif menekan serangan bengkak akar pada tanaman krisan. 077 SETlAWATI, W. Parasitoid E. argenteopilosus sebagai agen pengendali hayati hama H. armigera, S. litura, dan C. pavon ana pada tumpangsari tomat dan brokoli. Eriborus argenteopilosus as a biocontrol of H. armigera, S. litura, and C pavonana on tomato and broccoli cropping system/Setiawati, W.; Uhan, T.S.; Somantri, A. (Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang (Indonesia», 5 ill., 7 tables; 14 ref. Summaries (En, In). Jurnal Hortikultura (Indonesia) ISSN 0853-7097 (2005) v. 15(4) p. 279-287. LYCOPERSICON ESCULENTUM; BRASSICA OLERACEA; BIOLOGICAL CONTROL AGENTS; PARASITOIDS; CROCIDOLOMIA; SPODOPTERA LITURA; HELICOVERPA ARMIGERA; NATURAL ENEMIES; CROPPING SYSTEMS. Kehilangan hasil tomat akibat serangan H. armigera dapat mencapai 52%. Usaha pengendalian hingga saat ini masih mengandalkan pada penggunaan insektisida, namun masih belum mampu menekan serangan hama tersebut. Penggunaan parasitoid E. argenteopilosus dikombinasikan dengan insektisida diharapkan dapat menekan populasi H. armigera. Tujuan penelitian untuk mengetahui kemampuan efikasi parasitoid E. argenteopilosus dalam menekan perkembangan populasi dan serangan hama H. armigera, S. litura, dan C. pavonana pada sistem tumpangsari tomat dan brokoli. Penelitian dilakukan di kebun percobaan Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang mulai Juni - November 2002, menggunakan rancangan petak terpisah dengan 4 ulangan. Sebagai petak utama adalah pelepasan parasitoid yang terdiri atas tanpa pelepasan dan dengan pelepasan. Sebagai anak petak adalah penggunaan insektisida terdiri dari tanpa insektisida, Spinosad, dan Deltametrin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelepasan parasitoid E. argenteopilosus mampu menekan serangan C. pavonana dan S. litura pada tanaman brokoli masingmasing 24,71 dan 97,24% serta H. armigera pada tanaman tomat sebesar 18,45%. Penggunaan insektisida Spinosad 120 SC efektif untuk mengendalikan C. pavon ana dan S. litura pada tanaman brokoli masingmasing 95,41 dan 100% serta H. armigera pada tanaman tomat sebesar 94,83%. Tingkat parasitasi E. argenteopilosus tertinggi terjadi pada H. armigera 38,96%, C. pavonana 25,83%, dan S. litura 24,44%. Pelepasan parasitoid E. argenteopilosus dan penggunaan insektisida mampu mempertahankan hasil panen brokoli dan tomat dengan hasil panen cukup tinggi. Penggunaan insektisida dapat mengurangi populasi E. argenteopilosus sebesar 3,27% untuk insektisida Spino sad dan 50,42% untuk insektisida Deltamethrin 25EC. Perpaduan antara penggunaan parasitoid dan insektisida selektif diharapkan dapat menghasilkan teknologi ramah lingkungan dan hasil panennya aman dikonsumsi. 0078 SETlAWATI, W. Pengendalian kutu kebul dan nematoda parasitik secara kultur teknik pada tanaman kentang. Cultural practices control technique of whitefly and parasitic nematode on potatolSetiawati, W.; Asandhi, A.A.; Uhan, T.S.; Marwoto, B.; Somantri, A.; Hermawan (Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang (Indonesia» I ill., 4 tables; 30 ref. Summaries (En, In). Jurnal Hortikultura (Indonesia) ISSN 0853-7097 (2005) v. 15(4) p. 288-296. 38 • Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia Vol. 25, No.1, 2008 SOLANUM TUBEROSUM; BEMISIA TABACI; MELOIDOGYNE; NEMATODA; PEST CONTROL; CROPPING SYSTEMS; INTERCROPPING. Bemisia tabaci dan Meloidogyne spp. merupakan OPT penting pada tanaman kentang. Pengendalian secara kultur teknik merupakan salah satu altematif untuk mengatasi masalah OPT terse but. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang pada bulan Juni _ Nopember 2002. Tujuan penelitian untuk mengetahui efektivitas pengendalian B. tabaci dan Meloidogyne spp. secara kultur teknik pada tanaman kentang agar aman dikonsumsi dan ramah lingkungan. Percobaan menggunakan rancangan petak terpisah dengan 4 ulangan. Sebagai petak utama adalah pengelolaan tanah yang terdiri atas tanpa solarisasi dan tanpa subsoiling serta solarisasi dan subsoiling. Sebagai anak petak adalah sistem tanam, yang terdiri atas kentang monokultur, kentang-bawang daun, kentang-tagetes, dan kentang-Iobak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengendalian OPT secara kultur teknik (pengelolaan tanah dan sistem tanam) dapat menekan populasi OPT penting pada tanaman kentang. Tumpangsari antara kentang-bawang daun, kentang-tagetes, dan kentang-Iobak dapat menekan serangan hama B. tabaci, M. persicae, P operculella. dan palmi, serta nematoda Meloidogyne spp. pada tanaman kentang, sementara perlakuan subsoiling dan solarisasi serta tumpangsari antara tanaman kentang dengan tagetes dapat menekan populasi hama B. tabaci, M. persicae. P operculella, dan palmi. masing-masing 46,25; 78,65; 31,48, dan 35,38%. Di samping itu, perlakuan subsoiling dan solarisasi serta tumpangsari antara tanaman kentang dengan tagetes dapat menekan populasi nematoda Meloidogyne spp. dan nematoda lainnya seperti Rotylenchulus sp. Helicotylenchus sp. Tylenchulus sp., Xiphynema sp. dan Trichodarus sp. pada tanaman kentang, dengan hasil panen cukup tinggi yang berkisar antara 9,36 - 10,05 t/ha. Pengelolaan tanah dan penggunaan tanaman yang bersifat antagonis dan perangkap di dalam sistem tumpangsari, temyata dapat mengurangi kepadatan populasi OPT pada tanaman kentang. r r 079 SIHOMBlNG, D. Preferensi kutu daun dan distribusinya di dalam tanaman pad a beberapa genotipe mawar bunga potong. Aphid preference and its distribution inside plant on some cut rose genorypeslSihombing, D.; Suhardi (Balai Penelitian Tanaman Hias, Cianjur (Indonesia)) 1 ill., I table; 10 ref. Summaries (En, In). [Proceedings of the national seminar of floriculture: to develop floriculture industry which have competitive ability through national potential-based technology innovation application]. Prosiding seminar nasional florikultura: membangun industri florikultura yang berdaya saing melalui penerapan inovasi teknologi berbasis potensi nasional/Balai Penelitian Tanaman Hias, Cianjur (Indonesia). Cianjur: Balithi, 2004: p. 370-373. ROSA; CUT FLOWERS; GENOTYPES; MACROSIPHUM ROSAE; LEAF EATING INSECTS; POPULATION DISTRIBUTION; GENETIC RESISTANCE; PLANT RESPONSE. Kutu daun merupakan ham a penting pad a tanaman mawar bunga potong. Tujuan penelitian untuk mengetahui preferensi hama pada beberapa genotip mawar bunga po tong dan distribusinya di dalam tanaman tersebut, percobaan dilaksanakan di Instalasi Penelitian Tanaman Hias Segunung, mulai MeiDesember 1998. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok dengan 4 ulangan. Pada percobaan ini telah diuji 10 genotip mawar bunga potong yakni: Alhambra, American Beauty, Apollo, Holland, Mario Callas, Misty, Mr. Lincoln, Queen Elizabeth, klon no. 91012-5 dan no. 91032-1. Hasil percobaan menunjukkan bahwa genotip Alhambra dan Holland cenderung lebih tahan terhadap hama kutu daun dibanding genotip lainnya. Hama kutu daun menyebar ke seluruh bagian tanaman baik daun atas, tengah maupun daun bawah. 080 SUNARTO, D.A. Interaksi antara Trichogrammatoidea bactrae N. dan Trichogrammatoidea armigera N. pada telur hama penggerek buah kapas Helicoverpa armigera Hbn. Interaction of Trichogrammatoidea armigera N. and Trichogrammatoidea bactrae N. on cotton-bollworms Helicoverpa armigera Hbn. eggs/Sunarto, D.A.; Nurindah; Sujak (Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Malang (Indonesia)) 7 tables; 16 ref. Summaries (En, In). Jurnal Penelitian Tanaman 1ndustri (Indonesia) ISSN 0853-8212 (2005) v. 11(4) p. 152-158. 39 Vo/. 25, No.1, 2008 Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia GOSSYPIUM; HELICOVERPA ARMIGERA; TRICHOGRAMMATOIDEA; CONTROL AGENTS; PREDATORS; PARASITOIDS. BIOLOGICAL Penggerek buah kapas, Helicoverpa armigera Hubner. (Lepidoptera; Noctuidae) dan Pectinophora gossypiella Saunders (Lepidoptera; Armigera N. yang dilepas secara inundasi telah terbukti mampu mengendalikan populasi H. armigera, tetapi belum mampu mengendalikan P gossypiella. Parasitoid telur yang berpotensi sebagai agens hayati bagi P gossypiella adalah Trichogrammatoidea bactrae N. Penelitian bertujuan mengetahui interaksi antara T. bactrae (muncul dari telur P gossypiella yang berasal dari Lamongan (T. bactrae L.) dan Asembagus T. bactrae A.)) dengan T. armigera yang digunakan untuk pengendalian H. armigera. Penelitian dilaksanakan di laboratorium hayati (parasitoid dan predator) Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Malang pada bulan Maret - Desember 2002. Suhu ruang penelitian 25-27°C dan kelembaban nisbi 65-70%. Interaksi yang diuji adalah (1) interaksi imago dengan perlakuan variasi kepadatan populasi parasitoid dan inang telur H. armigera; dan (2) interaksi praimago yang berada di dalam telur inang dengan perlakuan pemaparan telur H. armigera secara bergantian terhadap (a) T armigera dan T. bactrae A, dan (b) T. armigera dan T. bactrae L. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara imago T. armigera dengan T. bactrae A. dan T. bactrae L. lebih didominasi oleh T. armigera. Total dominasi dari semua perlakuan mencapai 6 : 95 atau proporsi parasitisasi terhadap telur inang H. armigera oleh T. armigera yang lebih tinggi dibanding proporsi parasitisasi oleh T. bactrae peluangnya adalah 0,94. Pada interaksi praimago, interaksi antara T. bactrae A. dan T. armigera didorninasi oleh T. armigera, sedangkan antara T. bactrae L. T. armigera didominasi oleh T. bactrae L. Dominasi T. armigera terhadap T. bactrae adalah 0 : 21 atau peluang proporsi T. armigera yang bertahan hidup di dalam telur H. armigera yang lebih tinggi dibanding proporsi T. bactrae A. adalah 1. Sedangkan dominasi T. bactrae terhadap T. armigera 16 : 3 atau peluang proporsi T. bactrae L. yang bertahan hidup di dalam telur H. armigera yang lebih tinggi dibanding proporsi T. armigera adalah 0,84. Berdasarkan bentuk interaksi tersebut, maka T. Bactrae A. dapat dipilih sebagai kandidat agen hayati P gossypiella yang lebih ideal dibanding T. bactrae L. Penggunaan T. bactrae L. sebagai agen hayati, berpeluang menyebabkan terganggunya efektivitas parasitisasi T. armigera dalam pengendalian H. armigera. 081 YULIANI, S. Efektivitas lilin penolak lalat (repelen) dengan bahan aktif limbah penyulingan minyak nilam. Effectiveness of repellent candle with the extract solution of patchouli distillation waste as the active componentNuliani, S.; Usmiati, S.; Nurdjannah, N. (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Bogor (Indonesia)) 1 ilL, 5 tables; 23 ref. Summaries (En, In). Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian (Indonesia) ISSN 0216-1192 (2005) v. 2(1) p. 1-10. POGOSTEMON CABLIN; DISTILLING; SOLID WASTES; WASTE UTILIZATION; REPELLENTS. Telah dilakukan uji efektivitas lilin dari ekstrak limbah penyulingan minyak nilam di laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Bogor dan di laboratorium Entomologi FKHIPB, Bogor. Penelitian menggunakan limbah penyulingan minyak nilam yang kemudian diekstrak menggunakan pelarut metanol 1:4. Ekstrak limbah terse but diformulasikan menjadi 9 formula liIin dengan kombinasi bahan aktif sebagai berikut: a) ekstrak limbah penyulingan minyak nilam dan minyak sereh wangi (1: 1) dengan konsentrasi 12,5; 25; dan 50%; b) ekstrak limbah penyulingan minyak nilam dan minyak cengkeh (1:1) dengan konsentrasi 12,5%; 25%; dan 50%; c) minyak sereh wangi 25%; d) minyak cengkeh 25%; e) lilin tanpa bahan aktif (kontrol). Selanjutnya dilakukan uji efektivitas terhadap daya tolak (repelen) lalat menggunakan udang busuk 12 jam, pengujian menggunakan 25 ekor lalat umur 2-5 hari kenyang air gula. Pengamatan dilakukan setiap menit dengan menghitung jumlah hinggapan lalat ke udang tiap menitnya sampai menit ke 60, pengamatan dilakukan dengan menggunakan glass chamber. Hasil pengujian efektivitas lilin terhadap lalat rumah menunjukkan bahwa formula II3 dengan kombinasi bahan aktif ekstrak limbah penyulingan minyak nilam dengan minyak cengkeh (konsentrasi 50%), merupakan formula paling optimal dibandingkan dengan formula lainnya dengan daya tolak sebesar 87,6% pada menit ke-lO dan 100% pada menit ke-60. 40 Abstrak Hasi/ Penelitian Pertanian Indonesia H20 Vol. 25, No. I, 2008 PENYAKIT TANAMAN 082 GUNAWAN, O.S. Uji efektivitas biopestisida sebagai pengendali biologi terhadap penyakit antraknosa pada cabai merah. Effectivity of biopesticides as biological control to anthracnose disease on red pepper/Gunawan, O.S. (Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang (Indonesia)) 2 tables; 14 ref. Summaries (En, In). Jurnal Hortiku/tura (Indonesia) ISSN 08S3-7097 (200S) v. lS( 4) p. 297-302. CAPSICUM ANNUUM; PSEUDOMONAS FLUORESCENS; COLLETOTRICHUM; BIOPESTICIDES; DOSAGE EFFECTS. BACILLUS SUBTILIS; Tujuan penelitian untuk menguji efektivitas PfM BO 001 SOWP biopestisida dan BsBE 001 SOWP terhadap penyakit antraknosa pada cabai merah. Penelitian dilakukan di rumah kaca Balai Pene1itian Tanaman Sayuran, Lembang pada bulan September - Desember 2003, menggunakan benih cabai merah varietas Jetset. Inokulasi cendawan patogen Col/etotrichum gloeosporioides dilakukan pada 70 hst dengan (4-S) x 106 konidia. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok yang terdiri dari 8 perlakuan dengan 4 ulangan. Jenis perlakuan yang diuji yaitu PfMBO 001 SOWP 0,7 g/I, PfMBO 001 SOWP 0,3S g/I, PfMBO 001 SOWP 0,17S g/I, BsBE 001 SOWP 0,7 g/I, BsBE 001 SOWP 0,3S g/l, BsBE 001 SOWP 0,17S g/I, fungisida Bion 1I48WP 2 g/l, dan kontrol. Interval waktu aplikasi 7 hari setelah muncul buah. Hasil percobaan menunjukkan bahwa formulasi biopestisida PfMBO 001 SOWP dan BsBE 001 SOWP masingmasing konsentrasi 0,7 g/l, mempunyai potensi yang baik menekan intensitas serangan penyakit antraknosa 2,60 dan 2,76% yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan fungisida standar Bion 1I48WP 2 g/I sebesar 2,07% dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. 083 HANUDIN. Pemanfaatan Pseudomonas fluorescens, Gliocladium dan Trichoderma untuk mengendalikan penyakit layu fusarium pada krisan. Utilization of Pseudomonas fluorescens, Glioc/adium sp. and Trichoderma sp. to control Fusarium oxysporum f.sp. tracheiphilum on. Chrysanthemum/Hanudin; Nuryani, w.; Kardin, K.; Marwoto, B. (Balai Penelitian Tanaman Hias, Cianjur (Indonesia)) Stables; 24 ref. Summaries (En, In). [Proceedings of the national seminar of floriculture: to develop floriculture industry which have competitive ability through national potential-based technology innovation application]. Prosiding seminar nasional florikuItura: membangun industri florikultura yang berdaya saing melalui penerapan inovasi teknologi berbasis potensi nasional /Balai Penelitian Tanaman Hias, Cianjur (Indonesia). Cianjur : Balithi, 2004: p. 271-278. DENDRANTHEMA MORIFOLIUM; BIOLOGICAL CONTROL AGENTS; FUSARIUM OXYSPORUM; MICROBIAL PESTICIDES; PSEUDOMONAS FLUORESCENS; TRICHODERMA; GLIOCLADIUM; DISEASE TRANSMISSION. Salah satu masalah pada budidaya tanaman krisan, yaitu penyakit tular tanah yang disebabkan oleh Fusarium. Tujuan penelitian adalah mengetahui efektivitas formulasi P fluorescens, G1iocladium, dan Trichoderma terhadap penyakit layu fusarium pada krisan. Penelitian di1aksanakan di laboratorium, dan di rumah plastik Balai Penelitian Tanaman Hias Segunung pada bulan Juni - Desember 2002. Isolat Pf 4a, Pf 9 dan MR 96 diperbanyak secara massal pada media King'B kemudian dipanen dan dituangkan ke dalam media perlakuan komposisi formulasi, (a) air steril + MgS04, dan (b) Kontro1 (air steril tanpa mikroba antagonis). Untuk Glioc/adium sp. dan Trichoderma sp. dibiarkan pada media PDA dieramkan pada suhu kamar selama Shari, kemudian dipanen dan di1arutkan ke dalam air steril. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok 12 perlakuan formulasi, dengan ulangan. Akar krisan var Yellow Fiji, sebanyak 20 pohon/perlakuan, direndam selama IS menit di dalam suspensi mikroba antagonis. Aplikasi Pf diulang setiap 7 hari sekali, dituangkan pada pangkal batang dan permukaan tanah sekitar batang tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua isolat Pf yang ditumbuhkan pada media King'B, berwarna fluorescens bi1a disinari ultra violet (UY). Berdasarkan reaksi gram, Pf, dan 02, menunjukkan reaksi positif dan yang lainnya memperlihatkan reaksi negatif. Pf 4a menunjukkan areal zone yang paling luas Pf 4a yang dibiakkan pada media King's B yang mengandung 0,01 M FeCI) kemudian disuspensikan ke da1am larutan 0,1 M MgS04, secara nyata konsisten dapat menekan serangan F oxysporum f.sp. Tracheiphilum pada krisan sebanyak 72,S I%. 41 Vol. 25. No.1, 2008 Abstrak Hasi/ Penelitian Pertanian Indonesia 084 RAHARDJO, I.B. Pengaruh vaksin CARNA 5 untuk memproteksi virus mosaik ketimun (CMV) pada tanaman krisan varietas Remix Red. Effect of vaccine CARNA 5 to protect cucumber mosaic virus (CMV) on Chrysanthemum Remix Red varietylRahardjo, LB.; Sulyo, Y.; Diningsih, E. (Balai Penelitian Tanaman Hias, Cianjur (Indonesia)) 2 tables; 13 ref. Summaries (En, In). [Proceedings of the national seminar of floriculture: to develop floriculture industry which have competitive ability through national potentialbased technology innovation application]. Prosiding seminar nasional florikultura: membangun industri florikultura yang berdaya saing melalui penerapan inovasi teknologi berbasis potensi nasionallBalai Penelitian Tanaman Hias, Cianjur (Indonesia). Cianjur: Balithi, 2004: p. 279-285. DENDRANTHEMA MORIFOLIUM; VARIETIES; VACCINES; CUCUMBER CUCUMOVIRUS; DISEASE CONTROL; SYMPTOMS; MORBIDITY; GRAFTING. MOSAIC Salah satu virus yang menyerang tanaman krisan adalah CMY. Alternatif pengendalian CMV pada tanaman adalah menggunakan vaksin CARNA 5. Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh CARNA 5 pada umur tanaman yang berbeda untuk mengendalikan CMV pada varietas krisan Remix Red. Penelitian dilaksanakan di laboratorium virologi Balithi di Segunung, Pacet, Cianjur, Jawa Barat, pada bulan Januari-Desember 2002. Percobaan menggunakan rancangan split plot dengan rancangan dasar rancangan acak kelompok dengan 3 ulangan, yaitu: sebagai petak utama adalah umur tanaman digrafting yaitu: (I) 0 minggu setelah tanam (mst),(2) 2 mst, (3) 4 mst. Sebagai anak petak adalah perlakuan vaksin dan CMV yaitu: (I) perlakuan tanpa vaksin dan tanpa CMV, (2) perlakuan tanpa vaksin tetapi dengan CMV, (3) perlakuan dengan vaksin tetapi tanpa CMV, dan (4) perlakuan dengan vaksin dan CMY. Hasil penelitian menunjukkan (I) Pada tanaman krisan yang diberi perlakuan vaksin dan tanaman kontrol tidak menunjukkan gejala mosaik, (2) Perlakuan umur tanaman krisan digrafting pada 0, 2 dan 4 mst tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, (3) Peubah tinggi tanaman dan diameter bunga serta nilai absorban virus tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, tetapi bunga pada tanpa perlakuan lebih banyak dan berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan CMV, vaksin, vaksin + CMV, (4) Kualitas warna bunga menunjukkan pada semua perlakuan tidak menampakkan warna yang pecah (breaking), tetapi pad a perlakuan CMV pada tanaman krisan Remix Red menampakkan bentuk bunga yang abnormal, (5) Perlakuan vaksin dapat memproteksi CMV pada tanam krisan. 085 RAHARDJO, LB. Vji kepekaan gamma-globulin antiserum poliklonal cucumber mosaic virus untuk deteksi cepat CMV dengan metode ELISA tidak langsung pada tanaman tapak dara. Sensitivity test of gammaglobulin of cucumber mosaic virus polyclonal antiserum for rapid detection of CMV with indirect ELISA on Vinca sp./Rahardjo, I.B.; Sulyo, Y.; Diningsih, E. (Balai Penelitian Tanaman Hias, Cianjur (Indonesia)) 2 tables; II ref. Summaries (En, In). Jurnal Hortikultura (Indonesia) ISSN 0853-7097 (2004) v. 14(2) p. 101-106. CATHARANTHUS ROSEUS; CUCUMBER CONTROL METHODS; IMMUNOGLOBULINS; MOSAIC CUCUMOVIRUS; POLYCLONAL ANTIBODIES. ELISA; DISEASE Virus mosaik ketimun merupakan salah satu patogen penting pada berbagai tanaman hortikultura, termasuk tanaman tapak dara. Untuk dapat mengetahui secara dini infeksi virus pada tanaman, perlu dikembangkan metode deteksi cepat. Salah satu metode serologi yang paling banyak digunakan dewasa ini untuk deteksi virus secara cepat adalah enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Penelitian bertujuan memperoleh gamma-globulin murni dari antiserum poliklonal cucumber mosaic virus (CMV) dan mengetahui konsentrasi optimalnya untuk deteksi cepat. Penelitian dilakukan di Laboratorium Virologi, Balai Penelitian Tanaman Hias, Segunung, bulan Januar i- Desember 200 I. Antiserum diproduksi dengan cara penyuntikan virus murni CMV secara bertahap pada kelinci dengan konsentrasi setiap penyuntikan sebesar 1 mg/ml yang dilakukan pada penelitian sebelumnya. Pemurnian gammaglobulin mengikuti metode Clark & Adam. Konsentrasi gamma-globulin diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 280 nm. Pengujian kepekaan gamma-globulin terhadap antigen dilakukan dengan metode ELISA tidak langsung. Hasil pengujian menunjukkan konsentrasi gamma-globulin sebesar 1 mg/ml dengan uji ELISA tidak langsung, konsentrasi gamma-globulin yang optimal untuk deteksi CMV adalah sebesar I mikro g/ml dengan pengenceran enzim conjugated goal antirabbit dan sampel, masing42 • Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia Vol. 25, No.1, 2008 masing sebesar 1/25.000 dan 1/10 atau konsentrasi gamma-globulin sebesar I mikro glml dengan pengenceran enzim conjugated goal antirabbit dan sampel, masing-masing sebesar 1/10.000 dan 11100. 086 SUPRIADI. Patogenisitas isolat Phellinus noxius pada jambu mete dan beberapa jenis tanaman berkayu lainnya. Pathogenicity of Phellinus noxius isolated from diseased cashew and other woody plants/Supriadi; Adhi, E.M.; Rahayuningsih, S.; Karyani, N. (Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor (Indonesia)) Dahsyat, M., I table; 12 ref. Summaries (En, In). Jurnal Penelitian Tanaman lndustri (Indonesia) ISSN 0853-8212 (2004) v. I O( I) p. 8-11. ANACARDIUM OCCIDENTALE; WOODY PLANTS; PATHOGENICITY; PHELLINUS NOXIUS. Gejala busuk akar cokelat pada tanaman jambu mete di Sumbawa, khususnya Kecamatan Pekat, DompuNTB diasosiasikan dengan serangan Phellinus noxius. Secara ilmiah jamur ini belum dapat dibuktikan patogenisitasnya. Penelitian bertujuan menguraikan hasil penelitian tentang uji patogenisitas isolat P noxius pada bibit jambu mete dan 6 jenis tanaman berkayu lainnya. Penelitian dilakukan pada tahun 2003 di laboratorium dan rumah kaca Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Isolat P noxius diperoleh dari tanaman jambu mete sakit Kecamatan Pekat, Dompu-NTB, kemudian diperbanyak pada medium campuran beras : jagung (I: I) dalam botol selai (250 ml). Biakan inokulum jamur berumur satu bulan diinokulasikan pada pangkal batang dari 7 jenis tanaman berkayu, yaitu: jambu mete (Anacardium occidentale) jenis Balakrisnan, kayu manis (Cinnamomum casia dan C. burmanii), kopi (CofJea arabica), jarak pagar (Jatropa curcas), kapok (Ceiba pentandra), dan singkong (Manihot utilissima) yang ditumbuhkan di dalam kantong plastik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa enam dari tanaman yang diinokulasi dengan P noxius menghasilkan gejala penyakit daun menguning dan layu, sarna seperti gejala penyakit di lapangan. Bibit yang diinokulasi mati dalam waktu 2-3 minggu sampai dengan 2 bulan setelah inokulasi. Satu-satunya jenis tanaman yang menunjukkan gejala berbeda dan tidak mati, adalah singkong yang menunjukkan gejala kerdil. Tanaman jambu mete dan jarak pagar merupakan tanaman inang yang baru untuk P noxius, karena tanaman lainnya sudah pemah dilaporkan sebelumnya. Mengingat ganasnya serangan P noxius pada bibit yang diinokulasi, maka kewaspadaan perlu ditingkatkan untuk mencegah tersebamya penyakit ini ke daerah pengembangan mete lainnya di NTB. H60 GULMA DAN PENGENDALIAN GULMA 0087 MAHFUDZ. Periode kritis tanaman jagung terhadap pengendalian gulma. [Critical period of weed control in maize plantationj/Mahfudz (Universitas Tadulako, Palu (Indonesia). Fakultas Pertanian); Chozin, M.A.; Soekisman, T.; Sudarmiyati, S., 4 ill., 3 tables; 10 ref. Summaries (En, In). Jurnal Agroland (Indonesia) ISSN 0854-641X (2005) v. 12(13) p. 221-228. ZEA MAYS; WEED CONTROL; GROWTH; YIELDS. Penelitian dilaksanakan di Desa Wanga Kecamatan Lore Utara, Kabupaten Po so pada ketinggian ± 1.127 m dpl dilaksanakan pada bulan Januari - April 2003. Penelitian bertujuan mengetahui periode kritis tanaman jagung terhadap pengendalian gulma. Penentuan periode kritis tanaman terhadap pengendalian gulma dilakukan dengan cara mengusahakan tanaman bebas gulma hingga waktu tertentu dan membiarkan gulma dan jagung tumbuh bersama-sama hingga waktu tertentu. Percobaan disusun dalam bentuk rancangan acak kelompok satu faktor. Perlakuan yang dicobakan adalah periode bergulma dan bebas gulma masing-masing terdiri atas 7 perlakuan sehingga terdapat 14 perlakuan dan setiap perlakuan diulang 3 kali maka terdapat 42 unit percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peri ode lama tanaman bergulma dan bebas gulma secara nyata mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman jagung. Tanaman jagung yang berumur 20-50 hst merupakan periode kritis tanaman jagung terhadap pengendaiian gulma. Gulma yang tumbuh hingga 60 hst menurunkan hasil jagung hingga 86,80%. 43 Vol. 25, No. Jll I, Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia 2008 PENANGANAN, TANAMAN TRANSPOR, PENYIMPANAN DAN PERLINDUNGAN HASIL 088 ROOSTlKA, I. Teknik penyimpanan kentang hitam secara kultur in vitro. In vitro technique for preservation of Coleus tuberosus (L.) Bth./Roostika, I.; Sunarlim, N.; Arief, V.N. (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor (Indonesia)), 6 ill., 6 tables; 14 ref. Summaries (En, In). Penelitian Pertanian Tanaman Pangan (Indonesia) ISSN 0216-9959 (2005) v. 24( I) p. 46-52. COLEUS PARVIFLORUS; GROWTH RETARDANTS. POSTHARVEST TECHNOLOGY; STORAGE; PACLOBUTRAZOL; Kentang hitam [Coleus tuberosus (BI.) Bth. Non Rich.] termasuk umbi-umbian minor yang dapat dimanfaatkan untuk bahan pangan yang berkhasiat obat penyembuh disentri dan sakit mata. Tanaman ini diperbanyak secara vegetatif, sehingga sangat cocok untuk disimpan secara in vitro. Salah satu teknik penyimpanan secara in vitro adalah dengan teknik pertumbuhan minimal yang dilakukan dengan menggunakan osmotik regulator, zat penghambat tumbuh, pengenceran media dan sukrosa, atau menggunakan media miskin hara. Percobaan terdiri atas 3 kegiatan: (I) penyimpanan dengan menggunakan osmotik regulator manito I dengan konsentrasi 0, 2, 4, 6, dan 8%; (2) penyimpanan dengan menggunakan zat penghambat tumbuh ancymidol (0, 1,2, dan 3 mg/I) dan paclobutrazol (0, 1,3, dan 5 mg/I); dan (3) penyimpanan dengan perlakuan kombinasi antara pengenceran media (MS dan 1/4 MS) atau penggunaan media miskin hara yaitu media Knop Heller (KH) dan Knop (K) dengan pengenceran sukrosa (0, 1,5 dan 3%). Masing-masing percobaan menggunakan rancangan acak kelompok dengan lima ulangan untuk percobaan yang menggunakan osmotik regulator, 7 ulangan untuk percobaan yang menggunakan zat penghambat tumbuh, dan 3 ulangan (destruktif) untuk percobaan yang menggunakan pengenceran media atau media miskin hara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa paclobutrazol lebih efektif menghambat pertumbuhan in vitro daripada manitol dan ancymidol. Daya hambat paclobutrazol terhadap pertumbuhan kultur semakin tinggi dengan meningkatnya konsentrasi hingga 5 mg/1. Pada konsentrasi 5 mg/I, paclobutrazol dapat mempertahankan kultur hingga 10 bulan. Kombinasi media 1/4 MS atau MS tanpa sukrosa atau kombinasi KH atau K dengan sukrosa 3% dapat menjadi media altematif untuk penyimpanan kultur kentang hitam. Penyimpanan kultur dapat diperpanjang hingga lebih dari 12 bulan dengan menggunakan media MS tanpa sukrosa. 089 TATIPATA,A. Kajian aspek fisiologi dan biokimia deteriorasi benih kedelai dalam penyimpanan. Study on physiology and biochemistry aspects of soybean seed deterioration in storage/Tatipata, A. (Universitas Pattimura, Ambon (Indonesia). Fakultas Pertanian); Yudono, P.; Aziz-Purwantoro; Mangoendidjojo, w., 8 tables; 15 ref. Summaries (En, In).llmu Pertanian (Indonesia) ISSN 0126-4214 (2004) v. II (2) p. 76-88. GLYCINE MAX; SEEDS; STORAGE; CONTENT. PLANT PHYSIOLOGY; BIOCHEMISTRY; MOISTURE Deteriorasi benih kedelai selama penyimpanan menyebabkan kemerosotan mutunya khususnya di daerah tropis. Penelitian bertujuan untuk mempelajari aspek fisiologi dan biokimia deteriorasi benih kedelai selama penyimpanan dan menemukan cara simpan yang tepat untuk mempertahankan mutu benih kedelai tetap tinggi selama penyimpanan. Penelitian disusun dalam RCBD dengan 3 faktor. Faktor I adalah kadar air, terdiri atas 3 aras yaitu 8, 10 dan 12%. Faktor II adalah kemasan, ada 3 jenis: kantong plastik polietilen, karung terigu, kantong aluminium foil. Faktor III adalah lama simpan, terdiri atas 7 aras: tanpa disimpan, 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar fosfolipid benih yang disimpan pada kadar air 8% di dalam kantong aluminium foil belum menurun sampai akhir penyimpanan 6 bulan, kadar protein membran, fosfor anorganik dan aktivitas suksinat dehidrogenase menurun setelah 3 dan 4 bulan. Aktivitas spesifik sitokrom oksidase dan laju respirasi dari benih yang tanpa disimpan dengan kadar air 12% dan di dalam karung terigu lebih tinggi dan berbeda nyata dengan lainnya. Daya kecambah dan vigor benih yang disimpan dengan kadar air 8 dan 10% dalam semua kemasan sampai 6 bulan belum menurun secara nyata dan lebih tinggi dibanding dengan kadar air 12%. 44 Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia Vol. 25, No.1, 2008 090 YUSNAWAN, E. Pengaruh ekstrak kasar bahan nabati terhadap pertumbuhan Aspergillus flavus. Effect of botanical fungicide crude extracts on the development of Aspergillus flavusNusnawan, E.; Sumartini (Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang (Indonesia)) 5 ill., 2 tables; 19 ref. Summaries (En, In). Penelitian Pertanian Tanaman Pangan (Indonesia) ISSN 0216-9959 (2005) v. 24(1) p. 27-32. GROUNDNUTS; BOTANICAL ONIONS; GARLIC; GINGER. PESTICIDES; ASPERGILLUS FLAVUS; PLANT EXTRACTS; Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan jenis dan konsentrasi ekstrak kasar bahan nabati yang efektif menghambat pertumbuhan dan sporulasi A. jlavus. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Mikologi, Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang, pada bulan AgustusDesember 2003. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah media Aspergillus jlavus and parasiticus agar (AFPA), biji kacang tanah, isolat A.jlavus, serta ekstrak kasar bawang merah, bawang putih danjahe. Percobaan untuk mengetahui pengaruh ekstrak kasar bahan nabati terhadap pertumbuhan, waktu sporulasi dan kemampuan A. jlavus memproduksi asam aspergilat (aspergillic acid) pada media AFPA, disusun dalam rancangan acak lengkap faktorial dengan 8 ulangan. Faktor pertama adalah ekstrak kasar bahan nabati (bawang putih, bawang merah, jahe) dan akuades steriI. Faktor kedua adalah konsentrasi bahan nabati (10, 15, 20, dan 25%). Penelitian lanjutan dengan perlakuan sarna dilakukan untuk mengetahui pengaruh ekstrak kasar bahan nabati terhadap pertumbuhan A. jlavus pada biji kacang tanah. Percobaan dilakukan dengan rancangan acak lengkap faktorial dengan tiga ulangan. Perlakuan ekstrak kasar bawang putih pada media AFPA dengan konsentrasi 10% memberikan efektivitas yang tertinggi terhadap penghambatan pertumbuhan koloni, sporulasi dan produksi aspergillic acid A. jlavus dibanding dengan perlakuan ekstrak kasar bawang merah, jahe, dan bahan nabati. Diameter koloni A. jlavus pada hari ke-3 setelah perlakuan dengan konsentrasi ekstrak 10% adalah 1,5 mm, dengan rata-rata pertumbuhan koloni 0 mm/hari. Tingkat konsentrasi ekstrak kasar bawang putih 20% efektif menekan intensitas infeksi A. jlavus pada biji kacang tanah sebesar 16,7%, dari 26,3% menjadi 7,0%. J15 PENANGANAN, TRANSPOR, PENYIMPANAN PERTANIAN NONPANGAN DAN NONPAKAN DAN PERLINDUNGAN HASIL 091 YULIANINGSIH. Pengaruh larutan kimia untuk mempertahankan kesegaran bunga mawar potong. Influence of chemical solution on freshness of cut roseNulianingsih; Amiarsi, D. (Balai Penelitian Tanaman Hias, Cianjur (Indonesia)) I ill., I table, II ref. Summaries (En, In). [Proceedings of the national seminar of t1oriculture: to develop t10riculture industry which have competitive ability through national potentialbased technology innovation application]. Prosiding seminar nasional t1orikultura: membangun industri t10rikultura yang berdaya saing melalui penerapan inovasi teknologi berbasis potensi nasionaVBalai Penelitian Tanaman Hias, Cianjur (Indonesia). Cianjur: Balithi, 2004: p. 380-385. ROSA; CUT FLOWERS; SOLUTIONS; SOAKING; PRESERVATION; THIABENDAZOLE; CITRIC ACID; KEEPING QUALITY; FLOWERING. SUGAR; Larutan kimia digunakan sebelum pengiriman untuk memberi tambahan energi, melindungi tangkai bunga dari serangan mikroorganisme penyebab penyumbatan pada batang dan menunda senesensi. Tujuan penelitian untuk memperoleh komposisi larutan perendam yang tepat guna memperpanjang masa kesegaran bunga potong mawar. Percobaan menggunakan lima jenis bahan pengawet dengan masingmasing terdiri atas tiga taraf konsentrasi yaitu 10, 20 dan 30 ppm AgNO); 5, 15 dan 20 ppm Thiabendazole; 20, 30 dan 40 ppm Tetrasiklin; 100, 200 dan 300 ppm Tanin; 400, 500 dan 600 ppm Gambir. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan rancangan acak lengkap dengan tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perendaman dengan larutan Thiabendazole 5 ppm + gula pasir 5% + asam sitrat 320 ppm selama 24 jam memberikan hasil terbaik dengan masa kesegaran bunga potong mencapai II hari (6 hari lebih lama dibanding kontrol) dan persentase kemekaran bunga 90%. Ketersediaan bunga po tong di pasar dapat dijaga dengan aplikasi teknologi ini. 45 Vol. 25, No. I, 2008 Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia 092 YULIANINGSIH. Pengaruh sukrosa dan suhu penyimpanan dalam memperpanjang masa peragaan bunga mawar potong. Effect of sucrose solution and storage temperature on the vaselife of rose cut jlower/Yulianingsih; Amiarsi, D. (Balai Penelitian Tanaman Hias, Cianjur (Indonesia)) Mulyawanti, I., 5 tables; 7 ref. Summaries (En, In). [Proceedings of the national seminar of floriculture: to develop floriculture industry which have competitive ability through national potential-based technology innovation application]. Pro siding seminar nasional florikultura: membangun industri florikultura yang berdaya saing melalui penerapan inovasi teknologi berbasis potensi nasional/Balai Penelitian Tanaman Hias, Cianjur (Indonesia). Cianjur : Balithi, 2004: p. 374-379. ROSA; CUT FLOWERS; SUCROSE; BENZOIC ACID; STORAGE; TEMPERATURE; SOLUTIONS; KEEPING QUALITY; PRESERVATION. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan larutan sukrosa yang tepat dalam upaya mempertahankan masa kesegaran bunga potong mawar varietas baru. Penelitian menggunakan 2 jenis larutan pengawet, yaitu 2,5% sukrosa dan 2,5% sukrosa + 100 ppm asam benzoat. Suhu penyimpanan adalah 20-23°C dan 5-1O°C. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan rancangan acak lengkap pola faktorial dengan lima ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan larutan 2,5% sukrosa+ I00 ppm asam benzoat pad a bunga mawar Pertiwi mempunyai mas a kesegaran bung a 28 hari bila disimpan pada suhu 5-1 O°C dengan presentase bunga mekar mencapai 83-100%. Kontrol hanya bertahan 19 hari dalam larutan sukrosa 2,5% + 100 ppm asam benzoat. Implementasi hasil penelitian dapat dimanfaatkan untuk mengatur suplai bunga potong ke pasar. KIO PRODUK81KEHUTANAN 093 SYAMSUDDIN. Pengaruh penerapan sistem mutu 180-9000 terhadap kinerja operasional industri kayu berskala besar di Kota Palu. {Effect of ISO-9000 system on operational performance of large-scale timber industry in Palu (Indonesia)jISyamsuddin (Universitas Tadulako, Palu (Indonesia). Fakultas Ekonomi) I ill., 2 tables; 14 ref. Summaries (En, In). Jurnal Agroland (Indonesia) ISSN 0854-641X (2005) v. 12(3) p. 284-290. WOOD INDUSTRY; QUALITY; STANDARDS; SULAWESI. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan sistem mutu ISO-9000 dalam dimensi aspek produk, aspek pelaksanaan, dan aspek peran manajemen secara bersama-sama serta secara parsial terhadap kinerja operasional industri kayu berskala besar di Kota Palu. Secara simultan hasil pengujian menunjukkan bahwa sistem mutu ISO-9000 dari aspek produk, aspek pelaksanaan, aspek peran manajemen berpengaruh terhadap kinerja operasional industri kayu berskala besar di Kota Palu yaitu sebesar 73,8%, serta 26,2% ditentukan oleh variabel luar. Secara partisial hasil pengujian menunjukkan bahwa sistem mutu ISO-9000 dari aspek produk, aspek pelaksanaan, dan aspek peran manajemen berpengaruh terhadap kinerja operasional industri kayu berskala besar di Kota Palu dengan besaran 39,5% aspek produk, 21,7% aspek pelaksanaan, dan 12,6% aspek peran manajemen. Dengan tingkat kepercayaan 95% atau alpa = 0,05. 094 UMAR, S. Nilai ekonomi strata tegakan agroforest pampa pada zona pemanfaatan tradisional Taman Nasional Lore Lindu.{Economic value of agroforest pampa stand strata in traditional use zone of Lore Lindu National Parks (Indonesia)j/Umar, S. (Universitas Tadulako, Palu (Indonesia). Fakultas Pertanian) 2 ill., I table; 8 ref. Summaries (En, In). Jurnal Agroland (Indonesia) ISSN 0854-641X (2005) v. 12(3) p. 249-253. SULAWESI; AGROFORESTRY; ECONOMIC VALUE; TRADITIONAL USES; NATIONAL PARKS. 46 Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia Vol. 25, No. I, 2008 Penelitian bertujuan menghitung nilai ekonomi langsung strata tegakan agrofores pampa. Strata dihitung dengan menggunakan metode Ogawa terhadap hasil inventarisasi satu hektar plot agroforest pampa di Zona Pemanfaatan Tradisional Taman Nasional Lore Lindu di wilayah Kecamatan Palolo. Sedangkan nilai ekonomi langsung dengan menggunakan metode harga pasar, substitusi langsung dan tidak langsung. Hubungan antara jumlah strata dengan nilai ekonomi stratum dianalisis dengan menggunakan regresi kuadrat terkecil. Hasil perhitungan nilai ekonomi diperoleh bahwa nilai ekonomi langsung terbesar dimiliki oleh strata tujuh dan enam, yaitu masing-masing Rp 17.214.200/halth dan Rp4.520.000/ha/th. Persamaan regresi yang dihasilkan memperlihatkan bahwa penambahan atau pengurangan satu stratum pada tegakan agroforest pampa menyebabkan perubahan positifnilai ekonomi stratum 7 sebesar 4/100.000 dan pada stratum 6 sebesar 6/1 00.000 dari nilai rata-rata nilai ekonomi langsung stratum tersebut. LOt PETERNAKAN 095 RAHIM, L. Pengaruh bangs a dan umur terhadap sifat-sifat karkas sapi yang diukur dengan uItrasonografi. Effect of breed and age on carcass traits of cattle with ultrasonography measurement/Rahim, L. (Universitas Hasanuddin, Makassar (Indonesia). Fakultas Petemakan) 2 tables; 24 ref. Summaries (En, In). Buletin Ilmu Peternakan dan Perikanan (Indonesia) ISSN 0853-3555 (2005) v. 9(1) p. 33-40. CATTLE; CARCASSES; FATTENING; HIGH ULTRASONICS; CARCASS COMPOSITION. YIELDING BREEDS; AGE; ECHOGRAPHY; Estimasi sifat-sifat karkas dengan ultrasonografi pada 101 ekor sapi telah dilaksanakan di PT. Perkebunan Nusantara XIV Pabrik Gula Takalar Kabupaten Takalar Propinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2002. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh bangsa dan umur terhadap sifat-sifat karkas sapi dengan ultrasonografi. Seluruh teruak percobaan diukur dengan ultrasonografi untuk mengestimasi luas otot longissimus dorsi (OLD) antara tulang rusuk 6 dan 7, ketebalan lemak subcutan (LSe) dan penyebaran lemak intermuskuler (LIM). Data sifat-sifat karkas dianalisis dengan menggunakan rancangan acak lengkap dengan menggunakan program statistik SPSS versi 10.0 untuk windows. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa bangsa sapi Santa Gertrudis mempunyai luas OLD, ketebalan LSC dan penyebaran LIM lebih tinggi (P < 0,05) dibanding brahman cross dan bali. Berdasarkan kelompok umur diperoleh bahwa kelompok umur 3-4 tahun mempunyai luas OLD, ketebalan LSC dan skor penyebaran LIM lebih tinggi (P < 0,05) dibanding kelompok umur 1-2 tahun dan 2-3 tahun baik untuk bangsa sapi Brahman Cross maupun bangsa sapi bali. 096 ZAKARIA, S. Kualitas teIur ayam buras yang dipelihara dengan sistem pemeliharaan intensif dan semi intensif. Egg quality of native chicken raised on intensive and semi intensive system/Zakaria, S. (Universitas Hasanuddin, Makassar (Indonesia). Fakultas Peteruakan) 1 table; 10 ref. Summaries (En, In) Buletin Ilmu Peternakan dan Perikanan (Indonesia) ISSN 0853-3555 (2005) v. 9(1) p. 61-69. CHICKENS; EGGS; QUALITY; LAYING PERFORMANCE; POULTRY FARMING. Penelitian dilaksanakan untuk mengetahui kualitas telur ayam kampung yang dihasilkan dengan sistem pemeliharaan secara intensif atau semi intensif dengan nisbah perbandingan jantan dan betina yang berbeda. Percobaan dilaksanakan dengan pola faktorial (2x3) berdasarkan rancangan acak lengkap. Faktor pertama adalah sistem pemeliharaan, yaitu intensif dan semi insensif dan faktor kedua adalah nisbah kelamin (perbandingan jantan:betina) yakni 1:5 ; 1:7 dan 1:9. Setiap kombinasi periakuan diulang 2 kali. Delapan puluh empat ekor induk ayam kampung secara acak ditempatkan pada 12 kandang beratap, masing-masing 6 kandang untuk pemeliharaan sistem intensif dan semi intensif. Jumlah induk ayam setiap kandang adalah 5, 7, atau 9 tergantung pada perlakuan nisbah kelamin dengan masing-masing satu ekor ayam jantan untuk setiap kandang. Ukuran kandang adalah 2 m x 2 m, tetapi di depan kandang semi intensif dibangun kandang tanpa atap dengan pagar bambu ukuran 2 m x 4 m untuk umbaran pada siang hari. Untuk evaluasi terhadap kualitas telur, digunakan 180 butir telur yang terdiri atas 90 butir berasal dari setiap sistem pemeliharaan. Analisis ragam menunjukkan bahwa sistem pemeliharaan, nisbah kelamin 47 Vol. 25, No.1, 2008 Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia yang berbeda, serta interaksi antara sistem pemeliharaan dengan nisbah kelamin tidak berpengaruh (P > 0,05) terhadap bobot telur, indeks telur, rongga udara, berat kerabang, ketebalan kerabang, kekentalan albumin, bobot albumin, kekentalan kuning telur dan bobot kuning telur. Sistem pemeliharaan (intensif dan semi intensif) berpengaruh nyata terhadap wama kuning telur, wama kuning telur pada sistem pemeliharaan semi intensif nyata lebih kuning (8,22 ± 0,35) dibandingkan dengan pemeliharaan intensif (7,22 ± 0,50). L02 PAKAN HEW AN 097 BINTANG, LA.K. Pengaruh tingkat penambahan bioaktif lidah buaya terhadap produksi telur ayam. Effect of Aloe vera bioactive level as feed additive on the egg performances of laying hens/Bintang, LA.K.; Sinurat, A.P.; Purwadaria, T. (Balai Penelitian Temak, Bogor (Indonesia)), 1 table; 18 ref. Summaries (En, In). Jurnalllmu Ternak dan Veteriner (Indonesia) ISSN 0853-7380 (2005) v. 10(2) p. 85-89. LAYER CHICKENS; RATIONS; BODY WEIGHT; EGG PRODUCTION; LAYING PERFORMANCE; ALOE BARBADENSIS; FEED INTAKE. FEED ADDITIVES; Penelitian dilakukan untuk menguji tingkat penambahan bioaktif lidah buaya sebagai imbuhan pakan ayam petelur. Seratus dua puluh ekor ayam petelur strain Isa Brown dibagi 5 perlakuan dengan 6 ulangan masing-masing 4 ekor/ulangan. Kelima perlakuan adalah ransum kontrol, kontrol + antibiotik (50 ppm Znbasitrasin) serta ransum kontrol + lidah buaya kering pada 3 level (0,25; 0,50 dan 1,00 g/kg). Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Penduga yang diamati adalah bobot hidup awal, umur pertama bertelur, konsumsi ransum, bobot telur, hen day (% HD) dan konversi ransum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahanantibiotik dan lidah buaya dalam ransum selama 9 bulan produksi tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P > 0,05) terhadap parameter yang diamati, kecuali konsumsi ransum yang mendapat lidah buaya 0,50 g/kg nyata (P < 0,05) lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Pemberian lidah buaya 1,00 g/kg nyata (P < 0,05) menyebabkan konsumsi ransum yang lebih rendah dibandingkan dengan yang diberi antibiotik, lidah buaya 0,25 dan 0,50 g/kg. Penggunaan lidah buaya 1,00 glkg menghasilkan bobot telur yang nyata (P < 0,05) lebih tinggi daripada kontrol dan konversi ransum nyata (P < 0,05) lebih rendah dari kontrol dan lidah buaya 0,25 g/kg. Disimpulkan bahwa perlakuan terbaik adalah pemberian lidah buaya 1,00 glkg dengan perbaikan konversi ransum 8,40%. 098 ELLA, A. Respon pemberian bioplus serat dan jerami fermentasi terhadap pertumbuhan ternak sapi bali bakalan pada pengembangan sistem integrasi padi-ternak (SIPT). Response of bioplus fiber and rice straw fermentation on the growth of young bali cattle in the program of crop livestock system (CLS)/Ella, A.; Nurhayu, A.; Pasambe, D. (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan, Makassar (Indonesia)), 4 ill., 1 table; 14 ref. Summaries (En, In). [Proceedings of national seminar on integrated crop livestock systems]. Prosiding seminar nasional sistem integrasi tanaman temak/Haryanto; Mathius, I W.; Prawiradiputra, B.R.; Lubis, D.; Priyanti, A.; Djajanegara, A. (eds.); Pusat Penelitian dan Pengembangan Petemakan, Bogor (Indonesia). Bogor (Indonesia): Puslitbangnak, 2004: p. 142-147. CATTLE; ORYZA SATIVA; FEEDS; RATIONS; RICE STRAW; FERMENTATION; PROBIOTICS; AGROPASTORAL SYSTEMS; BODY WEIGHT. Kegiatan dilaksanakan di Desa Kajaolaliddong dengan tujuan untuk melihat kemampuan temak sapi bali bakalan mengkonsumsi pakan yang berserat kasar tinggi. Enam belas ekor temak sapi bakalan dipergunakan pada penelitian ini,12 ekor yang ditempatkan dalam kandang, 4 ekor lainnya dipelihara di luar kandang dengan sistem petani yang mengikuti program (SIPT). Perlakuan pada temak yang ditempatkan dalam kandang adalah: perlakuan A diberikan 150 g bioplus + 2 kg dedak halus/ekorlhari + jerami padi ad libitum, perlakuan B diberikan 200 g bioplus + 2 kg dedak halus/ekorlhari + jerami padi ad libitum, perlakuan C diberikan 250 g bioplus + 2 kg dedak halus/ekorlhari + jerami padi ad libitum dan perlakuan D (kontrol) kebiasaan petani pada program SIPT. Bioplus serat diberikan 1 kali sebelum kegiatan dimulai. Hasil penelitian diperoleh pertambahan bobot hidup temak yang paling berat adalah dari 48 Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia Vol. 25, No. 1,2008 perlakuan C (0,55 kg/ekor/hari) dengan pemberian bioplus serat 250 g/ekor, dan temyata lebih tinggi dari perlakuan A (150 g/ekor) dan D (tanpa bioplus serat). Pertambahan tinggi badan temak yang tercepat adalah perlakuan C (0,065 cm/hari) meskipun tidak berbeda nyata dengan perlakuan petani yaitu 0,056 cm/hari, tapi berbeda sangat nyata dengan perlakuan A. Sedangkan panjang badan temak nampaknya sejalan dengan bobot hidup dan tinggi badan. Pertambahan panjang badan paling cepat adalah perlakuan B (0,088 cmlhari) sangat nyata berbeda dengan perlakuan A meskipun tidak berbeda dengan perlakuan C dan D. Untuk lingkar dada temyata hanya sedikit mengalami perubahan dari setiap peri ode penimbangan untuk semua perlakuan. Pada penimbangan awal lingkar dada perlakuan B masih lebih tinggi dari perlakuan C, namun pada periode penimbangan kedua dan ketiga lingkar dada perlakuan C sudah jauh lebih tinggi dari perlakuan 8. 099 KRISNAN, R. Pengaruh pemberian ampas teh (Camellia sinensis) fermentasi dengan Aspergillus niger pada ayam broiler. Effect of application of tea (Camellia sinensis) waste fermented with Aspergillus niger on broilerlKrisnan, R. (Loka Penelitian Kambing Potong, Galang (Indonesia)), 2 tables; 18 ref. Summaries (En, In). Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner (Indonesia) ISSN 0853-7380 (2005) v. IO(I) p. 1-5. BROILER CHICKENS; RATIONS; FEEDS; CAMELLIA SINENSIS; WASTES; PRODUCTS; BODY WEIGHT; PROXIMATE COMPOSITION; PROTEIN QUALITY. FERMENTED Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan ampas teh (Camellia sinensis) fermentasi dengan Aspergillus niger dalam ransum terhadap pertambahan bobot hidup, efisiensi penggunaan protein serta persentase karkas pada ayam broiler. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan temak percobaan sebanyak 100 ekor anak ayam umur satu hari, galur avian CP-707 yang diacak dan dibagi menjadi lima perlakuan ransum dan empat ulangan. Kelima perlakuan ransum disusun berdasarkan tingkat penggunaan ampas teh produk fermentasi, yaitu: RO (0,0%), RI (2,5%), R2 (5,0%), R3 (7,5%), dan R4 (10,0%). Hasil penelitian menunjukkan RI (2,5% ampas teh fermentasi) merupakan ransum yang memberikan pengaruh paling baik terhadap semua parameter yang diukur. Penggunaan tepung ampas teh produk fermentasi sampai taraf 7,5% dapat direspon secara positif oleh ayam broiler, sedangkan penggunaannya pada taraf 10,0% dapat menurunkan pertambahan bobot hidup (PBR), tetapi masih mempunyai nilai efisiensi protein dan persentase karkas yang setara dengan RO (ran sum kontrol). 100 MAHMILIA, F. Perubahan nilai gizi tepung eceng gondok fermentasi dan pemanfaatannya sebagai ransum ayam pedaging. Change of the nutritional value of the fermented Eichhornia crassipes Mart meal as broiler ratiom'/Mahmilia, F. (Loka Penelitian Kambing Potong, Galang (Indonesia)) 4 tables; 17 ref. Summaries (En, In). Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner (Indonesia) ISSN 0853-7380 (2005) v. 10(2) p. 90-95. BROILER CHICKENS; RATIONS; FERMENTATION; WEIGHT GAIN. EICHHORNIA CRASSIPES; NUTRITIVE VALUE; Eceng gondok merupakan salah satu tanaman air yang banyak tumbuh di sungai, pematang sawah atau waduk. Keberadaan tanaman ini lebih sering dianggap sebagai gulma air yang sangat memgikan manusia. Gulma ini bisa dimanfaatkan untuk makanan temak, namun dalam pemanfaatannya hams dipertimbangkan karena kandungan serat kasar yang tinggi. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan pengolahan, misalnya melalui teknologi fermentasi. Eceng gondok (E. crassipes Mart) diolah dulu jadi tepung dan kemudian difermentasi secara padat dengan menggunakan campuran mineral dan mikroba Trichoderma harzianum yang dilakukan selama 4 hari pada suhu mango Ternyata fermentasi ini mampu meningkatkan nilai gizi yang terkandung dalam eceng gondok. Protein kasar meningkat sebesar 61,81 % (6,31 ke 10,21%) dan serat kasar turun 18% (26,61 ke 21,82%). Penelitian in vivo menggunakan 80 ekor anak ayam pedaging yang dibagi 4 perlakuan dengan 5 ulangan, masing-masing 4 ekor/ulangan, dengan pola rancangan acak lengkap (RAL). Keempat perlakuan adalah ransum tanpa eceng gondok fermentasi (sebagai kontrol), ransum yang menggunakan 5, 10, dan 15% eceng gondok fermentasi. Keempat ransum perlakuan tersebut diberikan secara ad libitum selama 6 minggu pada ayam pedaging. Hasil percobaan menunjukkan bahwa eceng gondok fermentasi tidak menimbulkan pengaruh yang berbeda terhadap konsumsi, bobot hidup, konversi pakan, persentase karkas, lemak abdomen dan bobot organ pencemaan 49 Vol. 25, No.1, 2008 Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia (proventrikulus dan ventrikulus), walaupun terdapat kecenderungan penurunan nilai gizi pada peningkatan produk fermentasi eceng gondok. Eceng gondok fermentasi dapat digunakan sampai tingkat 15% dalam ran sum ayam pedaging. 101 NATSIR, A. Pengaruh perubahan secara mendadak dari pakan hijauan ke pakan biji-bijian terhadap pH rumen dan tingkat kecepatan degradasi rumen dari jerami barley pada sapi perah. Effects of abrupt - change from roughage based feeding to high grain feeding on rumen pH and rumen degradation rate of barley straw in dairy cows INatsir, A. (Universitas Hasanuddin, Makassar (Indonesia). Fakultas Peternakan) 1 ill., 2 tables; 24 ref. Summaries (En, In) Buletin Ilmu Petemakan dan Perikanan (Indonesia) ISSN 0853-3555 (2005) v. 9(1) p. 21-32. DAIRY CATTLE; FEED GRASSES; FEED LEGUME; BARLEY STRAW; BIODEGRADABILITY; RUMEN DIGESTION; PROXIMATE COMPOSITION. RUMEN; PH; Pengaruh perubahan secara mendadak dari ransum basal hijauan kepada pakan butiran telah diteliti dengan menggunakan 3 ekor sapi perah fistula, rataan berat badan 576 ± 42,9 kg. Penelitian dibagi ke dalam dua periode; periode pendahuluan (P) yang berlangsung selama 4 minggu (hari 1-28), dan peri ode challenge (C) yang dilaksanakan selama 3 hari (hari ke 29-31). Selama periode P, tiap ternak memperoleh rumput ryegrass secara ad libitum. Pada C, yang dilaksanakan segera setelah P, tiap ekor ternak mendapatkan bijian barley yang telah digiling sebagai berikut: hari pertama (hari ke 29), 5 kg barley diberikan pada jam 08.00 pagi; pada hari kedua (hari ke 30), 5 kg barley diberikan pada jam 09.00 dan kemudian ditambah lagi 5 kg pada jam 10.00. Pada hari ketiga dari C, ternak diberi hijauan ryegrass untuk recovery. Karakteristik degradasi jerami barley pada rumen ditentukan dengan menggunakan teknik kantong nilon. Sampel jerami barley diinkubasi pada rumen dari masing-masing ternak pada dua peri ode percobaan. Kantong nilon berisi sampel jerami dikeluarkan dari rumen pada saat 6, 12, 24, 48, 72 jam setelah inkubasi dimulai. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa selama P, pH rumen dapat dipertahankan pada kisaran 6,80 sementara pH rumen selama C berfluktuasi dengan cukup tajam dan mencapai rataan pH 6,10. Kehilangan bahan kering (KBK) dan tingkat kecepatan degradasi (TKD) sangat dipengaruhi oleh pakan yang diberikan. KBK pada P untuk setiap peri ode inkubasi lebih tinggi (P < 0,01) dari pada KBK selama C. Begitu pula TKD untuk P lebih tinggi (P < 0,01) daripada C sampai dengan masa inkubasi 24-48 jam. Tetapi pada peri ode terakhir masa inkubasi (48-72 jam), TKD untuk C 5 x lebih tinggi dari TKD pada P. Kesimpulan, perubahan pakan ternak dari hijauan menjadi butiran secara mendadak (tanpa masa peralihan) sangat nyata menurunkan pH rumen ke titik kritis yang pada gilirannya sangat nyata menurunkan tingkat kecepatan degradasi jerami barley dalam rumen. 102 PURBOWATI, E. Feed cost per gain domba yang digemukkan secara feedlot dengan pakan dasar jerami padi dan level konsentrat berbeda. Feed cost per gain ofsheep on feedlot system with different level of rice straw and concentrate as basal dietlPurbowati, E. (Universitas Diponegoro, Semarang (Indonesia). Fakultas Peternakan) Baliarti, E.; Budhi, S.P.S., 3 tables; 15 ref. Summaries (En, In). [Proceeding of national seminar on Integrated crop livestock systems]. Prosiding seminar nasional sistem integrasi tanaman ternakIHaryanto; Mathius, I W.; Prawiradiputra, B.R.; Lubis, D.; Priyanti, A.; Djajanegara, A. (eds.); Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor (Indonesia). Bogor: Puslitbangnak, 2004: p. 169-174. SHEEP; FEEDLOTS; FEEDS; RICE STRAW; CONCENTRATES; COMPOSITION; BODY WEIGHT; ECONOMIC ANALYSIS. FATTENING; PROXIMATE Penelitian bertujuan untuk mengetahui feed cost per gain domba yang digemukkan secara feedlot dengan pakan dasar jerami padi dan level konsentrat yang berbeda. Domba lokal jantan sebanyak 9 ekor, berumur ± 1 tahun dan mempunyai bobot badan awal 19,72 ± 2,16 kg dirancang dengan rancangan acak kelompok ke dalam 3 perlakuan pakan konsentrat, yakni Tl = 60%, T2 = 70% dan T3 = 80%. Sebagai kelompok adalah domba yang dibedakan berdasarkan bobot badannya. Parameter yang diamati me liputi konsumsi bahan kering (BK) total, BK jerami padi, dan BK konsentrat, pertambahan bobot hidup harian (PBHH), konversi pakan dan feed cost per gain. Data hasil penelitian dianalisis dengan analisis variansi, kecuali 50 Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia Vol. 25, No. 1,2008 feed cost per gain dengan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi BK total, BK jerami padi, PBHH dan konversi pakan domba tidak berbeda nyata. Konsumsi BK total pada Tl, T2 dan masing-masing adalah 86,75; 99,80; dan 96,61 g/kg BHO.75. Konsumsi BKjerami padi 23,75; 22,87; Pertambahan bobot hidup harian 69,60 g dan 11,36 g/kg BHO.75 masing-masing untuk Tl, T2 dan (Tl), 04,57 g (T2) dan 98,73 g Konversi pakan pada Tl = 13,12, T2 = 10,43 dan T3 = 11,06. Konsumsi BK konsentrat berbeda (P < 0,05) yaitu 63,01; 75,79; dan 85,22 g/kg BHO.75, masing-masing pada Tl, T2 dan T3. Feed cost per gain domba berturut-turut dari yang paling rendah adalah Rp6.693,36/kg (T2), Rp7.666,0I/kg (T3) dan Rp8.025,57/kg (Tl). Kesimpulan hasil penelitian ini adalah domba yang digemukkan secara feedlot dengan pakan dasar jerami padi dan aras konsentrat 70% paling ekonomis ditinjau dari nilai feed cost per gain. n (n). 103 ROTIB, Penggunaan LA zeolit n. pada ayam arab dengan jenis kelamin berbeda. Use of zeolite for arab sex/Rotib, L.A. (Universitas Hasanuddin, Makassar (Indonesia). Fakultas Peternakan) 2 tables; 15 ref. Summaries (En, In). Buletin I1mu Peternakan dan Perikanan (Indonesia) ISSN 0853-3555 (2005) v. 9(1) p. 54-60. chicken alam with different CHICKENS; ZEOLITES; SEX; RATIONS; BODY PERFORMANCE; PROXIMATE COMPOSITION. WEIGHT; NUTRITIVE VALUE; ANIMAL Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan zeolit terhadap performan ayam arab fase pertumbuhan dengan jenis kelamin berbeda. Penelitian mengguriakan 60 ekor jantan dan 60 ekor betina. Ransum percobaan mengandung 16,7% protein dan 2669,0 kkal/kg energi metabolisme. Percobaan dilaksanakan secara faktorial berdasarkan rancangan acak lengkap. Faktor pertama adalah 4 level zeolit (0, I, 2, dan 3%) yang ditambahkan ke dalam ransum percobaan dan faktor kedua adalah jenis kelamin (jantan dan betina). Ulangan untuk setiap kombinasi periakuan adalah 5 dan jumlah ternak untuk setiap unit percobaan adalah 3 ekor. Parameter yang diamati adalah pertambahan bobot badan, konsumsi pakan dan konversi pakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan zeolit dan interaksi antara zeolit dan jenis kelamin tidak berpengaruh (P > 0,05) terhadap performan (pertambahan bobot badan, konsumsi pakan dan konversi pakan) ayam arab. Akan tetapi performan ternak jantan lebih baik (P < 0,0 I) daripada ternak betina. 104 RUSDY, M. Pengaruh komposisi tanaman dan interval defoliasi terhadap daya saing dan nilai gizi rumput Effects of plant composition and defoliation interval on competitive ability and bahia dan alang-aIang. Hasanuddin, Makassar nutritive value in bahia grass and cogon grass/Rusdy, M. (Universitas (Indonesia). Fakultas Peternakan) I table; 13 ref. Summaries (En, In) Buletin I1mu Peternakan dan Perikanan (Indonesia) ISSN 0853-3555 (2005) v. 9(1) p. 47-53. IMPERATA CYLINDRICA; CHARACTERS; NUTRITIVE PASPALUM NOTATUM; VALUE; MIXED CROPPING. DEFOLIATION; AGRONOMIC Suatu penelitian telah dilakukan untuk mengevaluasi daya saing alang-alang (Imperata cylindrica) dan rumput bahia (Paspalum notatum) yang didefoliasi pada interval yang berbeda. Percobaan disusun dalam kombinasi faktorial dengan 4 komposisi tanaman: alang-alang murni (100 : 0%), dominan alang-alang (66,7: 33,3%), dominan bahia (33,3 : 66,7%) dan murni rumput bahia (0: 100%) sebagai faktor pertama dan tiga interval defoliasi: 25, 50 dan 100 hari sebagai faktor kedua. Hasil penelitian memperiihatkan bahwa komposisi tanaman tidak memberi pengaruh yang konsisten terhadap daya saing dan nilai gizi pada alang-alang dan rumput bahia, tetapi interval defoliasi mempunyai pengaruh yang nyata. Pada ketiga interval defoliasi, daya saing rumput bahia lebih tinggi daripada alang-alang. Interval defoliasi 50 hari kelihatannya memaksimalkan daya saing rumput bahia tetapi meminimalkan daya saing alang-alang. Meningkatnya interval defoliasi menurunkan kadar protein kasar dan day a cerna kedua spesies. Pada ketiga interval defoliasi, daya cerna rumput bahia lebih tinggi daripada day a cerna alang-alang. Dapat disimpulkan bahwa walaupun sulit diberantas, pertumbuhan alang-alang dapat dikontrol dengan menumbuhkan bersama dengan spesies yang lebih agresif seperti rumput bahia yang diikuti dengan defoliasi ringan sampai sedang. 51 Vol. 25, No. I, 2008 Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia 105 SAr:OKO, F. Pengaruh tingkat pemberian kulit buah kakao fermentasi dengan Trichoderma sp. terhadap kecernaanzat-zat makanannya pada kambing lokal. [Effects of different inclusion level of cocoa pod husk fermented with Trichoderma sp. On the digestibility of crude fibre, nitrogen free extract and organic matter on local goats]/Saloko, F. (Universitas Tadulako, Palu (Indonesia). Fakultas Pertanian) 3 tables; 9 ref. Summaries (En, In). Jurnal Agroland (Indonesia) ISSN 0854-64lX (2005) v. 12(3) p. 304-307. GOATS; COCOA HUSKS; MATTER; RATIONS. FERMENTATION; TRICHODERMA; DIGESTIBILITY; ORGANIC Penelitian bertujuan untuk mengetahui kecemaan serat kasar, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) dan bahan organik kulit buah kakao yang telah difermentasi dengan Trichoderma sp. (KBKF). KBKF tersebut diberikan bersama dengan hijauan jagung sebagai ransum basal dengan proporsi pemberian yang berbeda, yaitu Rl = 90% hijauanjagung (HJ)+lO% KBKF, R2 = 80% HJ+20% KBKF; R3 = 70% HJ+30% KBKF dan R4 = 60% HJ+40% KBKF. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecemaan serat kasar, BETN dan bahan organik KBKF tidak dipengaruhi oleh tingkat penggunaan KBKF sampai taraf 40% dari ran sum. LIO GENETIKA DAN PEMULlAAN HEWAN 106 INOUNU, I. Relative superiority analysis of garut ram and its crossbred/Inounu, I.; Subandriyo; Tiesnamurti, B.; Hidayati, N.(Balai Penelitian Temak, Bogor (Indonesia» Nafiu, L.O., 2 ill., 6 tables; 23 ref. Summaries (En, In). JurnalIlmu Ternak dan Veteriner (Indonesia) ISSN 0853-7380 (2005) v. 10(1) p. 17-26. SHEEP; CROSSBREEDING; LITTER SIZE; WEIGHT. Untuk meningkatkan produktivitas domba garut pada tahun 1995, Balai Penelitian Temak telah menyilangkan domba garut (GG) dengan domba St. croix (HH) yang mempunyai ukuran tubuh yang besar dan daya tahan terhadap cuaca panas dan lembab, dan dengan Moulton charollais (MM) pad a tahun 1996, yang mempunyai daya tumbuh yang tinggi dan produksi susu yang cukup untuk memelihara anak kembar. Penelitian bertujuan mengevaluasi produktivitas induk domba garut dan persilangan dengan St. croix dan M. charollais. Penelitian dilaksanakan di Stasiun Penelitian Temak, Bogor mulai tahun 1995-2002. Persilangan dilakukan menggunakan semen beku dari pejantan MM dan HH sehingga performan kedua domba impor ini pada kondisi di Indonesia tidak diketahui. Sehingga keunggulan relatif dihitung berdasarkan persentase perbedaan antara rataan sifat-sifat domba hasil persilangan dengan domba GG dibagi dengan rataan sifat-sifat domba GG, kecuali untuk domba persilangan tiga bangsa (MHG dan HMG) dihitung berdasarkan perbedaan antara rataan sifat-sifat domba MHG dan HMG dengan rataan sifat-sifat tetuanya (MG dan HG). Hasil penelitian memperlihatkan produktivitas induk domba HG dan MHG lebih tinggi dibandingkan domba GG, dilihat dari total bobot hidup anak saat lahir dan saat sapih. Pada kondisi pakan buruk GG memperlihatkan produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan hasil persilangannya (MG dan HG), tetapi MHG/HMG memperlihatkan keunggulan relatif yang lebih tinggi dibandingkan tetuanya (MG dan HG). Pada kondisi pakan baik HG dan MHG/HMG menunjukkan produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan domba GG. Nilai keunggulan re1atif domba HG adalah 26,40% dari domba GG dan untuk domba MHG/HMG adalah 11,24% dari tetuanya (MG dan HG). 107 SUPARYANTO,A. Ekspresi gen homosigot resesif (c/c) pada performan telur pertama itik mojosari. Expression of recessive homozygote gene (c/c) on the quality of first eggs in mojosari duck/Suparyanto, A.; Setioko, A.R.; Prasetyo, L.H.; Susanti, T. (Balai Penelitian Temak, Bogor (Indonesia» 3 tables; 14 ref. Summaries (En, In). JurnalIlmu Ternak dan Veteriner (Indonesia) ISSN 0853-7380 (2005) v. 10(1) p. 6-11. 52 Abstrak Hasi/ Penelitian Pertanian Indonesia Vol. 25, No.1, 2008 DUCKS; HOMOZYGOTES; RECESSIVE GENES; EGGS; EGG PRODUCTION; QUALITY. Gen homosigot resesif (c/c) pada temak unggas akan memunculkan wama bulu putih polos, yang berpengaruh terhadap pertumbuhan maupun produksi telur. Pengaruh yang diekspresikan masih menjadi bahan diskusi karena dapat bersifat negatif, atau berpengaruh positif. Guna mendalami lebih jauh ekspresi gen resesif pada itik mojosari maka dilakukan pengamatan terhadap performan dan kualitas telur pertama dari itik yang berbulu coklat dan putih. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa bobot telur pertama itik dengan gen dominan (c/c) adalah 52,91 g, lebih tinggi dari itik dengan gen homosigot resesif (c/c) yaitu 51,43 g. Parameter lainnya meskipun secara statistik tidak berbeda nyata (P > 0,05) antara lain bobot kuning telur (14,99 g vs 14,94 g), bobot putih telur (31,34 g vs 29,94 g), bobot kerabang basah (6,62 g vs 6,56 g) dan tebal kerabang kering telur pertama, ukuran rataannya adalah (0,36 mm vs 0,34 mm) masingmasing untuk itik dengan gen dominan vs itik dengan gen homosigot resesif. Adapun parameter yang secara statistik berbeda nyata (P < 0,05) terdiri atas Haugh Unit (89,67 vs 101,12) dan skor wama kuning telur (7,30 vs 5,35). Dari hasil terse but dapat disimpulkan bahwa ekspresi gen homosigot resesif (c/c) temyata tidak menyebabkan perbedaan pada performan telur pertama. Ekspresi gen resesif terhadap skor wama kuning telur sebagai parameter kualitas telur diduga telah memberikan kontribusi bagi rendahnya nilai skor. Tetapi hal tersebut masih perlu pembuktian lebih lanjut dengan pengamatan yang lebih banyak dan lebih lama. LSO FISIOLOGI DAN BIOKIMIA HEWAN 108 PURBA, M. Pola rontok bulu itik betina alabio dan mojosari serta hubungannya dengan kadar lemak darah (trigliserida), produksi dan kualitas telur. Moulting patterns of alabio and mojosari ducks and their relation on blood lipids (triglycerides), egg production and egg qualirylPurba, M.; Prasetyo, L.R. (Balai Penelitian Temak, Bogor (Indonesia)) Hardjosworo, P.S.; Ekastuti, D.R., 5 tables; 23 ref. Summaries (En, In). Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner (Indonesia) ISSN 0853-7380 (2005) v. 10(2) p. 96-105. DUCKS; MOULTING; PERFORMANCE. TRIGLYCERIDES; EGG PRODUCTION; QUALITY; LAYING Rontok bulu adalah suatu keadaan biologis yang dapat terjadi pada temak unggas. Rontok bulu merupakan kejadian hasil interaksi yang sangat kompleks dan melibatkan peranan hormon khususnya tiroksin. Rontok bulu dapat mengakibatkan penurunan produksi telur bahkan berhenti bertelur. Suatu penelitian telah dilakukan untuk mengetahui pola rontok bulu 2 jenis itik lokal (alabio dan mojosari) serta hubungannya dengan kadar trigliserida, produksi dan kualitas telur. Masing-masing jenis itik diambil 10 ekor sebagai materi pengamatan terhadap pola rontok bulu, produksi telur, kadar trigliserida dan kualitas telur. Jumlah itik 40 ekor yang lain digunakan untuk simulasi produksi telur. Data pola rontok bulu, produksi dan kualitas telur diuji dengan uji t berdasarkan nilai Least Square Mean (LSM) dengan bantuan program Statistical Analysis System. Hubungan kedua jenis itik dan rontok bulu terhadap kadar trigliserida diuji dengan analisis varians (ANOVA) berdasarkan rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial2 x 2. Faktor pertama jenis itik (alabio, mojosari), faktor kedua status fisiologis (sebelum dan saat rontok bulu). Tidak terdapat interaksi pada setiap penduga yang diamati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata lama rontok bulu itik alabio lebih pendek dibandingkan itik mojosari (69 vs 76 hari) (P > 0,05). Sebanyak 40% itik alabio mengalami rontok bulu antara 61-70 hari, sedangkan itik mojosari sebanyak 40% mengalami rontok bulu antara 71-80 hari. Produksi telur itik alabio sebelum dan setelah rontok bulu lebih banyak dibandingkan itik mojosari. Rata-rata kadar trigliserida kedua jenis itik menurun pada saat rontok bulu, pada itik alabio sebelum dan saat rontok bulu adalah 32,02 dan 27,64 mikro g/ml, sedangkan pada itik mojosari 32,83 dan 29,32 mikro g/m!. Bobot telur, bobot putih telur, bobot kuning telur dan Haugh Unit (HU) kedua jenis itik meningkat setelah rontok bulu, sedangkan wama kuning telur kedua jenis itik menurun setelah rontok bulu. Rataan wama kuning telur sebelum dan sesudah rontok bulu itik alabio adalah 6,90 dan 5, II sedangkan pada itik mojosari 7,90 dan 4,60. 53 Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia Vol. 25, No.1, 2008 L52 FISIOLOGI - PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN HEWAN 109 TAMBUNAN, R.D. Conformation and component parts of the carcass of Philippine native goat/Tambunan, R.D. (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Lampung (Indonesia)) Roxas, N.P.; Pamungkas, D., 3 tables; 10 ref. Summaries (En, In). Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner (Indonesia) ISSN 0853-7380 (2005) v. 10(2) p. 113-117. GOATS; CARCASSES; MEAT PERFORMANCE; MEAT CUTS; CARCASS COMPOSITION; BODY WEIGHT. Penelitian tentang potensi kambing khususnya kambing lokal Filipina berdasarkan konformasi dan komponen karkasnya masih sangat jarang dilakukan. Penelitian dilaksanakan di Institute of Animal Science, University of the Philippines Los Banos bertujuan untuk mengetahui komponen karkas dan rasio daging, lemak dan tulang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di antara potongan besar karkas kambing, bahu mempunyai daging lebih banyak (8,80% bobot hidup) dibandingkan dengan potongan karkas lainnya (kaki, pinggang, iga, dan leher). Akan tetapi berdasarkan persentase potongan besar karkas, kaki nyata memiliki nilai yang lebih tinggi (69,18%) dibanding potongan karkas lainnya. Pinggang mempunyai lemak yang nyata lebih banyak (1,67% bobot hidup) dibandingkan dengan potongan karkas lainnya. Bahu mempunyai tulang yang lebih banyak (4,62% bobot hidup), meskipun berdasarkan persentase potongan besar karkas (wholesale cut) iga mempunyai tulang yang lebih banyak (53,36%) dibandingkan dengan potongan karkas lainnya. Bahu mempunyai boneless recovery yang nyata lebih banyak (9,39% bobot hidup) dibandingkan potongan karkas lainnya. L53 FISIOLOGI - REPRODUKSI HEWAN 110 ISMAIL, M. Penggunaan hormon gonadotropin untuk meningkatkan angka ovulasi dan populasi folikel domba betina lokal Palu. [Application of gonadotropin hormone to increase ovulation number and follicle population of local ewes from Palu (Indonesia)]/Ismail, M. (Universitas Tadulako, Palu (Indonesia). Fakultas Pertanian), 3 tables; 12 ref. Summaries (In, En). Jurnal Agroland (Indonesia) ISSN 0854-641X (2005) v. 12(13) p. 318-322. EWES; HORMONES; SULAWESI. GONADOTROPINS; SUPEROVULATION; OVARIAN FOLLICLES; Penelitian dilaksanakan di kandang penelitian Jurusan Petemakan Fakultas Pertanian Universitas Tadulako dengan menggunakan 12 ekor domba betina lokal Palu. Penelitian dilaksanakan dalam 3 tahap, yaitu: tahap pendahuluan, tahap perlakuan penyuntikan hormon gonadotropin yaitu HI: disuntik dengan 250 IU hCG hari ke 16 siklus birahi; H2: disuntik dengan 750 IU PMSG hari ke 12 siklus birahi; dan H3: disuntik dengan 750 IU PMSG pada hari kel2 dan disusul dengan penyuntikan 150 iu hCG 4 hari kemudian (hari ke 16 siklus birahi), dan tahap pengambilan sampel ovarium. Peubah yang diamati yaitu: (I) angka ovulasi, dan (2) populasi folike! pada permukaan ovarium. Hasil penelitian menunjukkan: (I) perlakuan gonadotropin tidak memberikan pengaruh terhadap angka ovulasi. Perlakuan H3 memberikan respon terbaik terhadap angka ovulasi dibandingkan perlakuan H2 dan HI. Hal ini diduga disebabkan oleh pengaruh dari kombinasi hormon hCG-PMSG dalam menstimulasi pertumbuhan folikel dan menginduksi ovulasi secara maksima!. (2) perlakuan gonadotropin berpengaruh terhadap populasi folike!. Perlakuan HI menunjukkan perbedaan terhadap perlakuan H2 dan H3 tetapi perlakuan H2 dan H3 tidak berbeda. Banyaknya populasi folikel di permukaan pada perlakuan H3 yang diikuti H2 diduga karena kemampuan dari hormon PMSG dan kombinasi PMSG dan hCG tersebut dalam menstimulir pertumbuhan dan perkembangan folike!. Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa: perlakuan hormon gonadotropin tidak memberikan pengaruh terhadap angka ovulasi domba percobaan dan populasi folikel di permukaan ovarium sangat dipengaruhi oleh adanya hormon PMSG. 54 Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia Vol. 25, No.1, 2008 III KOSTAMAN, T. Laju pertumbuhan kambing hasil persilangan antara kambing boer dengan peranakan etawah pada periode prasapih. Preweaning growth of hoer x peranakan etawah goatslKostaman, T.; Sutama, I K. (Balai Penelitian Ternak, Bogor (Indonesia)) 3 ill., 33 ref. Summaries (En, In). JurnalIlmu Ternak dan Veteriner (Indonesia) ISSN 0853-7380 (2005) v. 10(2) p. 106-112. GOATS; PREWEANING PERIOD; BIRTH WEIGHT; BODY WEIGHT; QUALITY. Penelitian untuk mengetahui laju pertumbuhan prasapih kambing hasil persilangan boer dengan peranakan etawah (PE) telah dilakukan di Balai Penelitian Ternak, Ciawi-Bogor dengan jumlah kambing anak 61 ekor. Kambing anak disatukan dengan induknya selama peri ode prasapih dalam kandang kelompok (3 m x 4 m), tiap kandang berisi antara 6-7 ekor induk. Induk diberi pakan hijauan rumput raja sebanyak 2,5 kg dan konsentrat 0,7 kg/ekor/hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan bobot lahir kelompok A (boer x PE) berbeda nyata (P < 0,05) dengan kelompok B (PE x PE), yakni 4,29 ± 0,63 vs 3,71 ± 0,89 kg/ekor. Pertambahan bobot hidup harian prasapih (PBHH) dan bobot sapih tidak berbeda nyata (P > 0,05) antara kelompok A dan B, tetapi ada kecenderungan rataan PBHH dan bobot sapih kelompok A lebih berat dari kelompok B, yaitu 116,40 ± 49,95 vs 105,29 ± 28,36 g/ekor/hari dan 14,64 ± 4,56 vs 13,30 ± 2,71 kg/ekor. Tingkat kematian anak prasapih relatif masih tinggi, baik untuk kelompok A (25%) maupun untuk kelompok B (21,21 %). Sex rasio anak jantan lebih banyak dibandingkan anak betina, yaitu berturutturut 57,14 : 42,86% (kelompok A) dan 51,52 : 48,48% (kelompok B). 112 SALMIN. Deskripsi anatomi reproduksi dan profil ovarium domba betina lokal Palu. {Description of reproductive system anatomy and ovarium profile of local ewes from Palu (lndonesia)fISalmin (Universitas Tadulako, Palu (Indonesia). Fakultas Pertanian) I ill., 2 tables; 12 ref. Summaries (En, In). JurnalAgroland (Indonesia) ISSN 0854-641X (2005) v. 12(3) p. 313-317. EWES; REPRODUCTION; ANIMAL ANATOMY; OVARIES; SULAWESI. Penelitian bertujuan untuk menghimpun data dasar mengenai karakteristik anatomi reproduksi dan profil ovarium domba betina lokal Palu. Parameter yang diamati adalah (I) karakteristik anatomi reproduksi, meliputi panjang vagina, panjang dan diameter cervix, panjang corpus uteri, panjang cornua uteri kiri dan kanan, panjang oviduct kiri dan kanan. (2) Profil ovarium, me liputi berat dan diameter ovarium kiri dan kanan, total folikel dan jumlah corpus luteum (CL) di permukaan ovarium. Hasil penelitian diperoleh bahwa karakteristik anatomi reproduksi dan profil ovarium domba betina lokal palu pada kondisi lapangan menunjukkan perbedaan terhadap status fisiologis reproduksi. Namun, perbedaan tersebut masih dalam kisaran yang wajar dan tidak satupun dari organ yang diamati/diukur mengindikasikan kelainan anatomi. 113 WATTIMENA, J. Pengaruh serum domba dan serum domba estrus terhadap tingkat maturasi dan fertilisasi oosit domba in vitro. Effect of sheep serum and estrus sheep serum on in vitro maturation and fertility rate of ewe oocyte/Wattimena, 1.; Veerman, M. (Universitas Pattimura, Ambon (Indonesia). Fakultas Pertanian) 2 tables; 25 ref. Summaries (En, In). Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner (Indonesia) ISSN 0853-7380 (2005) v. 10(1) p. 12-16. EWES; BLOOD SERUM; OESTROUS CYCLE; MATURATION; IN VITRO FERTILIZATION. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh serum domba (SS) dan serum domba estrus (ESS) terhadap tingkat maturasi dan fertilisasi oosit domba. Penelitian dilakukan di Laboratorium Reproduksi Ternak Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran Bandung. Metode yang digunakan adalah eksperimen laboratorium. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata (P < 0,05) terhadap tingkat maturasi {tahap germinal vesicle (GV), germinal vesicle breakdown (GVBD), tahap metafase-I (M-I) dan metafase-Il (M-II)}. ESS dengan konsentrasi 10-20% dalam media maturasi CRlaa nyata (P < 0,05) meningkatkan tingkat maturasi in vitro oosit domba dibandingkan dengan SS, 55 • Abstrak Hasi/ Penelitian Pertanian Indonesia Vol. 25, No.1, 2008 dengan demikian dapat digunakan sebagai serum alternatif menggantikan serum industri farmasi SS. Perlakuan berpengaruh tidak nyata (P > 0,05) terhadap tingkat fertilisasi oosit domba (I, 2 dan > 2 pronukleus ). L 70 ILMU VETERINER DAN HIGIENE HEW AN - ASPEK UMUM 114 GORDA, I W. Waktu pemulihan anestesi xylazin-ketamin hidroklorida dengan zoiazepam-tiletamin pada anjing. Recovery time of xylazine-ketamine hidrochloride anesthesia with zolazepam-tiletamin anesthesia in dog/Gorda, I W.; Dada, I K.A. (Universitas Udayana, Denpasar (Indonesia). Fakultas Kedokteran Hewan) 2 tables; 12 ref. Summaries (En, In). Jurnal Veteriner (Indonesia) ISSN 1411-8327 (2004) v. 5(4) p. 149-153. DOGS; XYLAZINE; KETAMINE; ANAESTHESIA. Penelitian bertujuan untuk mengetahui perbandingan waktu pemulihan anestesi kombinasi xylazinketamin hidroklorida dengan kombinasi zolazepam-tiletamin pada anjing. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan dua perlakuan yaitu XK = 2 : 15 (Perlakuan menggunakan dosis 2 mg/kg BB xylazin dengan 15 mg/kg BB Ketamin HCl) dan ZT = 20 (Perlakuan menggunakan dosis 20 mg/kg BB zoletil (zolazepam-tiletamin)). Lima belas menit sebelum anestesi, diberikan atropin sulfat sebagai premedikasi dengan dosis 0,04 mg/kg BB secara subcutan pada kedua perlakuan. Setiap perlakuan menggunakan 5 ekor anjing sebagai ulangan, sehingga jumlah anjing yang digunakan adalah 10 ekor. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji t. Rata-rata waktu pemulihan anestesi untuk masing-masing perlakuan adalah 55,40 menit dan 176,60 menit. Hasil analisis data dengan uji t menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P < 0,01) pemberian kombinasi zolazepam-tiletamin dibandingkan kombinasi xylazinzetamin HCl terhadap waktu pemulihannya pada anjing. Kombinasi xylazin-ketamin memiliki waktu pemulihan yang lebih pendek dibandingkan kombinasi zolazepam-tiletamin. Hal ini dapat terjadi karena zolazepam dan tiletamin memiliki efek sedasi-hipnotik dan sifat anestetik yang lebih kuat dibandingkan xylazin - ketamin. 115 TARIGAN, S. Protective value of immune responses developed in goats vaccinated with insoluble proteins from Sarcoptes scabiei/Tarigan, S. (Balai Penelitian Veteriner, Bogar (Indonesia)) 5 ill., 13 ref. Summaries (En, In). Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner (Indonesia) ISSN 0853-7380 (2005) v. 10(2) p. 118-126. GOATS; VACCINATION; SARCOPTES INSOLUBILIZATION; PROTEINS. SCABIEI; DOSAGE; IMMUNE RESPONSE; Vaksin yang dikembangkan dari protein membran yang berasal dari permukaan lumen usus artropoda telah dibuktikan efektif untuk mengendalikan beberapa artropoda. Pendekatan yang sarna kemungkinan dapat juga diterapkan pada Sarcoptes scabiei karena parasit ini juga telah terbukti menghisap imunoglobulin induk semangnya. Untuk mengevaluasi protektif imunitas dari protein membran S. scabiei, protein nirlarut tungau diekstraksi berturut-turut dalam larutan: 1,14 M NaCl, 2% SB 3 - 14 zwitterion detergent, 6 M urea, 6 M guanidine - HCI dan 5% SDS. Lima kelompok kambing (6 atau 7 ekor/kelompok) masing-masing divaksin dengan ti'aksi protein tersebut. Vaksinasi dilakukan 6 kali, masing-masing dengan dosis 250 mikro gram protein dengan interval 3 minggu antara vaksinasi. Kelompok 6 atau 7 ekor diberikan hanya PBS dan adjuvan saja, dan bertindak sebagai kontrol yang tidak divaksin. Satu minggu setelah vaksinasi terakhir, semua kambing ditantang dengan 2000 tungau hidup pada daun telinga. Perkembangan lesi diamati pada hari pertama dan ke dua, lalu setiap minggu dari minggu pertama sampai ke delapan. Setiap kambing ditimbang dan sampel darah diambil setiap minggu, dan pada akhir percobaan kerokan kulit diambil untuk menetapkan populasi tungau. Respon antibodi akibat vaksinasi dan infeksi tantang diperiksa dengan ELISA dan Western Blotting. Hasil penelitian menunjukkan bahwa vaksinasi dengan ti'aksi protein nirlarut tungau menyebabkan pembentukan antibodi dengan titer yang sangat tinggi terhadap protein tersebut, namun antibodi tersebut sarna sekali tidak 56 Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia Vol. 25, No.1, 2008 memberikan proteksi terhadap tantangan tungau. Uji tantang menyebabkan lesi pada kelompok kambing yang divaksin yang keparahannya sarna dengan yang terdapat pada kambing yang tidak divaksin. L 73 PENYAKIT HEWAN 116 DAMAYANTI, R. Infeksi alami malignant catarrhal fever pada sapi bali: sebuah studi kasus. Natural infection of malignant catarrhal fever in bali cattle: a case study/Damayanti, R.; Wiyono, A. (Balai Penelitian Veteriner, Bogor (Indonesia)) 3 ill., 4 tables; Bibliography (p.157-159) Summaries (En, In). Jurnaillmu Ternak dan Veteriner (Indonesia) ISSN 0853-7380 (2005) v. 10(2) p. 150-159. CATTLE; MALIGNANT CATARRHAL FEVER VIRUS; INFECTION; PATHOLOGY. Penyakit malignant catarrhal fever (MCF) di Indonesia disebabkan oleh ovine herpes virus-2 dan merupakan penyakit yang ditandai dengan angka kematian yang tinggi dan menimbulkan kerusakan yang bersifat degeneratif dan limfoproliferatif pada sapi, kerbau dan ruminansia lainnya. Hewan percobaan MCF merupakan 15 ekor sapi yang juga dipakai pada penelitian penyakit infectious bovine rhinotracheitis (IBR), Septicaemia epizootica (SE), dan brucellosis. Sapi-sapi tersebut menunjukkan gejala klinis berupa demam tinggi, depresi, anoreksia, kekeruhan komea mata, eksudat mukopurulen dari mata dan hidung serta diare. Enam ekor diantaranya ditemukan mati dan sisanya dilakukan nekropsi dalam keadaan sekarat. Gejala klinis, patologi anatomi (PA) dan histopatologi (RP) dari 15 ekor sapi tersebut sangat konsisten dan patognomonik untuk penyakit MCF. Rangkaian kasus MCF ini dapat dianggap sebagai wabah MCF yang terjadi pada sapi bali dan terjadi pada musim hujan di suatu daerah endemik. Pada saat yang bersamaan terdapat sekelompok temak domba yang sedang bunting dan beranak dipelihara berada satu lokasi yang berdekatan dengan kandang sapi tersebut. Hasil ini menegaskan kembali bahwa sapi bali merupakan ternak yang sangat peka terhadap MCF dan diduga keras, domba tersebut yang menyebarkan virus penyebab MCF. 117 DHARMAYANTI, N.L.P.I. Karakterisasi molekuler virus avian influenza isolat Indonesia. Molecular characterization of Indonesian avian influenza virus/ Dharmayanti, N.L.P.I.; Damayanti, R.; Indriani, R.; Wiyono, A.; Adjid R.M., A. (Balai Penelitian Veteriner, Bogor (Indonesia)) I ill., 2 tables; 32 ref. Summaries (En, In). Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner (Indonesia) ISSN 0853-7380 (2005) v. 10(2) p. 127-133. POULTRY; AVIAN INFLUENZA VIRUS; ISOLATION; MOLECULAR GENETICS. Wabah avian influenza di Indonesia telah terjadi sejak bulan Oktober 2003. Balitvet mempunyai beberapa isolat virus avian influenza yang dikoleksi mulai Oktober 2003-0ktober 2004. Sebanyak 14 isolat selanjutnya dikarakterisasi secara molekuler untuk mengetahui kedekatan genetik dengan isolat avian influenza lainnya dan untuk mengetahui dasar molekuler patogenitasnya. Hasil phylogenetic tree menunjukkan bahwa dari semua isolat Indonesia mempunyai kedekatan yang tinggi dengan isolat A/Duck/China/E319-2/03(H5N I) dan mempunyai kedekatan genetik satu sarna lain. Patogenitas isolat Indonesia yang dikoleksi Balitvet dan diteliti berdasarkan sekuen di daerah cleavage site gen Hemaglutinin (HA) virus avian influenza mempunyai multiple basic amino acid di daerah cleavage site (B-X-B-R) yang menunjukkan bahwa semua isolat yang diisolasi sampai bulan Oktober 2004 merupakan virus avian influenza virulen atau virus avian influenza highly pathogenic. 118 GHOLIB, D. Pengembangan teknik serologi untuk pemeriksaan Aspergillosis ayam. Development of serological technique for examination of Aspergillosis in chicken/Gholib, D. (Balai Penelitian Veteriner, Bogor (Indonesia)) 2 ill., 27 ref. Summaries (En, In). Jurnaillmu Ternak dan Veteriner (Indonesia) ISSN 08537380 (2005) v. 10(2) p. 143-149. CHICKENS; ELISA. ASPERGILLUS FUMIGATUS; IMMUNOLOGICAL TECHNIQUES; ANTIGENS; 57 Vol. 25, No.1, 2008 Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia Penelitian metode serologi untuk aspergillosis pada ayam belum pemah dilaporkan di Indonesia. Oleh karena itu suatu penelitian dilakukan dengan menggunakan ekstrak miselium dari A. fumigatus sebagai antigen. Kelinci dan ayam disuntik untuk memperoleh serum positif (antiserum). Antigen dan antiserum kemudian diuji secara serologis dengan uji imunodiffusi agar/agar gel precipitation (AGP), ELISA dan imunoblot. Serum lapang ayam pedaging dan petelur, disertakan dalam pengujian ini. Semua serum positif dari hewan percobaan memberikan hasil reaksi positif dengan semua uji serologis. Tidak terbentuk garis reaksi presipitasi dengan uji AGP pada serum ayam lapang yang diuji. Serum hewan percobaan dengan uji ELISA menunjukkan nilai densitas optik (OD) yang tinggi, sedangkan serum ayam pedaging dari lapang umumnya mempunyai nilai OD lebih rendah dari petelur. Uji imunoblot menggunakan serum ayam positif, menunjukkan adanya garis/pita sebagai reaksi antiserum dengan antigen pada membran nitroselulosa, di sekitar 33, 38, 44, 52, 70, 77, 97, dan 110 kDa. Sedangkan serum ayam lapang yang memiliki nilai OD tinggi dengan ELISA menunjukkan garis/pita pada 16, 18,33,38,44,47,52, 70, 77, 84, 97, dan 110 kDa. Hal ini menunjukkan bahwa serum lapang tersebut mengandung molekul imunoglobulin sebagai antibodi spesifik terhadap antigen aspergillus. Disimpulkan bahwa uji ELISA dapat digunakan sebagai uji screening untuk aspergillosis pada ayam secara serologis. 119 NATALIA, L. Penggunaan probiotik untuk pengendalian clostridial necrotic enteritis (CNE) pada ayam pedaging. Utilization of probiotics for controlling clostridial necrotic enteritis in broiler chickenslNatalia, L.; Priadi, A. (Balai Penelitian Veteriner, Bogor (Indonesia)) 2 ill., 4 tables; 36 ref. Summaries (En, In). Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner (Indonesia) ISSN 0853-7380 (2005) v. 10(1) p. 71-78. BROILER CHICKENS; PROBIOTICS; VACCINES; CLOSTRIDIUM PERFRINGENS; PATHOLOGY; BODY WEIGHT. Clostridial necrotic enteritis (CNE) merupakan penyakit yang umum pada ayam pedaging dengan tingkat pertumbuhan yang cepat. Tujuan penelitian untuk mempelajari penggunaan beberapa jenis probiotik dalam pengendalian CNE eksperimen pada ayam pedaging. Flora bakteri usus ayam normal yang telah diseleksi (mucosal starter culture selective/MCS) digunakan dalam metode competitive exclusion pada ayampedaging yang diamati pengaruhnya terhadap kejadian clostridial necrotic enteritis. Penelitian ini menggunakan 4 kelompok ayam yang diberi probiotik (2 dosis MCS yang berbeda, 1 probiotik komersial, dan 1 kandang yang tidak diberi probiotik sebagai kontrol). Ayam diberi probiotik/oral pada saat tiba di kandang. Semua kelompok ayam diberikan vaksin hidup koksidia (sebagai faktor predisposisi untuk CNE) dan ditantang dengan 10 8 spora Clostridium perfringens tipe A dan C pada hari ke 10 dan 12. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa probiotik dapat menurunkan kejadian dan keparahan clostridial necrotic enteritis setelah ditantang dan memperbaiki bobot hidup ayam. Kelompok yang tidak mendapatkan probiotik memperlihatkan 40% kematian karena CNE, dan 30% subclinical necrotic enteritis (SNE). 120 SENDOW, 1. Studi patogenitas isolat lokal virus bluetongue pada domba lokal dan impor. Pathogenicity study of local bluetongue virus isolates in local and imported sheep/Sendow, 1. (Balai Penelitian Veteriner, Bogor (Indonesia)) 5 tables; 18 ref. Summaries (En, In). Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner (Indonesia) ISSN 0853-7380 (2005) v. 10(1) p. 51-62. SHEEP; PATHOGENICITY; SEROTYPES. BLUETONGUE VIRUS; ANTIBODIES; IMMUNODIAGNOSIS; Bluetongue merupakan salah satu penyakit arbovirus yang menimbulkan kerugian pada petemak domba. Enam isolat lokal virus bluetongue (BT), telah diperoleh dari darah sapi yang diamati secara berkala (sentinel) di lawa Barat dan Irian laya (Papua), namun patogenitasnya masih belum diketahui. Propagasi inokulum 3 serotipe BT telah dilakukan pada domba impor Merino (1, 9 dan 21), yang akan digunakan untuk uji patogenitas. Uji ini terdiri dari 3 kelompok, yaitu kelompok BTl, BT9 dan BT21. Masingmasing kelompok terdiri dari domba lokal dan impor kontrol serta domba lokal dan impor terinfeksi, yang sebelumnya telah diuji tidak mengandung antibodi terhadap virus BT. Pengamatan terhadap gejala klinis dilakukan 2 kali sehari selama 28 hari pengamatan. Darah dalam heparin dan serum diambil setiap hari untuk mengetahui waktu viremia dengan uji AgC-ELISA dan respon antibodi dengan uji C-ELISA. Hasil 58 Abstrak Hasi/ Penelitian Pertanian Indonesia Vol. 25, No.1, 2008 penelitian menunjukkan gejala klinis yang ditimbulkan adalah ringan pada domba impar dan sangat ringan pada domba lokal. Gejala klinis paling ringan tampak pada kelompok BT9, disusul dengan kelompok BTl dan BT21. Kematian domba tidak ditemukan pada semua domba pada uji ini. Viremia pad a domba impor umumnya terjadi antara 3-5 hari pasca infeksi (PI), sedangkan viremia pada domba lokal terjadi antara 4-7 hari PI. Respon antibodi mulai terbentuk paling cepat pada hari ke-9 PI pada domba impor dan hari ke 10 PI pad a domba lokal serta bertahan sampai masa percobaan berakhir. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa isolat BT lokal tidak patogen dan tidak menimbulkan gejala klinis yang klasik, baik pada domba lokal dan impor. 121 TARIGAN, S. Ingestion of host immunoglobulin by Sarcoptes scabiei/Tarigan, S. (Balai Penelitian Veteriner, Bogar (Indonesia)) 2 ill., 20 ref. Summaries (En, In). Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner (Indonesia) ISSN 08537380 (2005) v. 10(1) p. 35-40. HUMAN DISEASES; VETERINARY MEDICINE; IMMUNOGLOBULINS; SARCOPTES SCABIEI. Skabies adalah salah satu penyakit yang sangat penting pada manusia dan hewan. Cara pengendalian yang bertumpu pada pemakaian akarisida tidak memuaskan karena tidak sustainable, mahal dan tidak ramah lingJmngan. Vaksinasi, yang diperkirakan merupakan cara penanggulangan altematif yang paling baik, adalah cara yang sustainable, berpotensi lebih murah dan ramah lingkungan. Perkembangan teknologi biokimia protein dan rekayasa genetika telah memungkinkan pengembangan vaksin anti parasit, suatu hal yang sebelumnya tidak mungkin dilaksanakan. Penelitian bertujuan membuktikan apakah Sarcoptes scabiei yang hanya hidup pada lapisan tanduk kulit dan tidak menghisap darah memakan imunoglobulin induk semangnya. Hal ini penting dilakukan karena kalau tungau tersebut tidak memakan imunoglobulin induk semangnya pengembangan vaksin tentu tidak memungkinkan. Potongan mikrotom tungau dan jaringan kulit dari seekor kambing penderita kudis yang diproses secara rutin direaksikan dengan anti IgG kambing berlabel peroksidase kemudian hasil reaksi divisualisasi dengan larutan diaminobenzidine. Untuk menentukan apakah IgG yang dimakan sudah terfrakmentasi oleh enzim proteolitik, dilakukan analisis imunobloting terhadap protein tungau yang diekstraksi dari tungau dan difraksinasi dengan SDS-PAGE. Untuk mengkuantifikasi banyaknya IgG yang dimakan oleh tungau digunakan ELISA menggunakan IgG yang dipurifikasi dari serum kambing sebagai kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa IgG ditemukan pada usus tung au tetapi tidak semua tungau yang diamati mengandung IgG. Imunoglobulin yang dimakan seperti yang ditunjukkan analisis imunobloting sebagian besar masih utuh. Hasil penelitian ini memberikan indikasi bahwa vaksin skabies memungkinkan untuk dikembangkan dari protein membran saluran pencemaan S. scabiei. 122 WAHYUWARDANI, S. Perubahan patologi secara makroskopi dan mikroskopi reovirus isolat lokal. Macroscopic and microscopic patology reovirus isolate/Wahyuwardani, S.; Parede, L. (Balai Penelitian H., 8 ill., 18 ref Summaries (En, In). Jurnal Ilmu Ternak dan (2005) v. 10(1) p. 63-70. BROILER CHICKENS; PATHOLOGY; INFECTION; BODY WEIGHT. REOVIRUS; pada ayam pedaging yang diinfeksi changes on broiler infected with local Veteriner, Bogar (Indonesia)); Huminto, Veteriner (Indonesia) ISSN 0853-7380 MALABSORPTION; MICROSCOPY; Salah satu virus yang berhasil diisolasi dari kasus runting dan stunting yang mewabah belakangan ini adalah reovirus. Untuk mengetahui kemampuannya menimbulkan sindroma runting dan stunting dilakukan infeksi ulang pada ayam pedaging secara oral. Sebanyak 40 ekor ayam anak pedaging umur sehari dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama (20 ekor) diinfeksi ± 2 x 103 partikel reovirus isolat lokal secara oral sebagai kelompok perlakuan. Sementara itu kelompok kontrol tidak diberi perlakuan. Perubahan klinis, makroskopis dan mikroskopis diamati pada umur 1, 2 dan 3 minggu pasca inokulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa reovirus isolat lokal dapat menyebabkan wet droppings, stunting, enteritis, pankreatitis, malabsorpsi, atropi bursafabrisius dan hipertropi limpa, mirip dengan runting dan 59 Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia Vol. 25, No. I, 2008 stunting syndrome (RSS) penyakit pada ayam. Hambatan pertumbuhan bobot badan mencapai 14,7% pada kelompok ayam perlakuan pada umur 4 minggu pasca inokulasi. 123 WARDHANA, A.H. Efektivitas ekstrak biji srikaya (Annona squamosa L.) dengan pelarut air, metanol dan heksan terhadap mortalitas larva caplak Boophilus microplus secara in vitro. Effectivity of Annona squamosa L seeds extracted by diverse organic solvents: water, methanol and hexane against mortality of tick larvae, Boophilus microplus in vitro/Wardhana, A.H.; Husein, A.; Manurung, 1. (Balai Penelitian Veteriner, Bogor (Indonesia)) 3 ill., 3 tables; 24 ref. Summaries (En, In). Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner (Indonesia) ISSN 0853-7380 (2005) v. 10(2) p. 134-142. LIVESTOCK; ANNONA SQUAMOSA; MORTALITY; METHANOL; IN VITRO. SEED EXTRACTION; BOOPHILUS MICROPLUS; Caplak Boophilus micropllls adalah salah satu ektoparasit penting yang menyerang temak. Metode pengendalian menggunakan akarisida sintetik memerlukan biaya yang mahal dan berdampak pencemaran lingkungan serta timbulnya ras hama resisten. Tujuan penelitian untuk mengetahui efektivitas ekstrak daging biji srikaya dengan berbagai pelarut (air, metanol dan heksan) terhadap larva B. micropllls secara in vitro. Sebanyak 550 larva digunakan pada penelitian ini dan dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok ekstrak air (konsentrasi 3,4 dan 5%), metanol dan heksan (konsentrasi 0,25; 0,50 dan 0,75%). Coumaphos 0,50% digunakan sebagai kontrol posit if. Larva dicelupkan ke dalam larutan uji selama 10 detik, kemudian ditiriskan dan setelah kering dipindahkan ke dalam pot obat. Mortalitas larva diamati setiap jam selama 5 jam. Data mortalitas ditabulasikan ke dalam rumus Abbot dan dianalisis probit dengan selang kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa senyawa aktif daging biji srikaya (annonain dan skuamosin) bersifat racun kontak yang efektif terhadap larva B. micropllls pada konsentrasi 5% (ekstrak air); 0,50% (ekstrak metanol), dan 0,75% (ekstrak heksan). Ekstrak metanol mempunyai nilai LC50, LC90, dan LC95 yang lebih rendah daripada ekstrak heksan, yaitu berturut-turut 0,32; 0,86; dan 1,13% sedangkan pada ekstrak heksan menjadi 0,35; I, II; dan 1,54% dalam waktu 5 jam. Daya bunuh ekstrak metanollebih cepat dan efektif pada konsentrasi 0,50%, yaitu 3,12 jam (LT50); 5,86 jam (LT90); dan 7,00 jam (LT95) dibandingkan dengan ekstrak heksan pada konsentrasi 0,75%, yaitu 3,26 jam (LT50); 6,21 jam (LT90); dan 7,45 jam (LT95). Ekstrak air pada konsentrasi 5% efektif untuk diaplikasikan oleh petemak tradisional di pedesaan karena metodenya mudah dan murah. Nilai konsentrasi letalnya pada jam ke lima adalah 2,02% (LC50); 4,00% (LC90); dan 4,85% (LC95) sedangkan nilai waktu letalnya pad a konsentrasi 5% adalah 2,54 jam (LT50); 4,13 jam (LT90); dan 4,75 jam (LT95). 124 WARDHANA, A.H. Identifikasi senyawa volatil dari luka myasis dan responnya terhadap lalat Chrysomya bezziana. ldentification of volatile compounds from myiasis wounds and its responses for Chrysomya bezziana/Wardhana, A.H.; Sukarsih (Balai Penelitian Veteriner, Bogor (Indonesia)) Urech, R., I ill., 4 tables; 25 ref. Summaries (En, In). JlIrnal Ill1lll Ternak dan Veteriner (Indonesia) ISSN 0853-7380 (2005) v. 10(1) p. 41-50. CATTLE; MYIASIS; CHROMATOGRAPHY. VOLATILE COMPOUNDS; CHRYSOMYA; IDENTIFICATION; GAS Pengembangan formula pemikat untuk lalat screwworm sangat diperlukan dalam program pengendalian penyakit myasis pada temak. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi senyawa volatil dari luka myasis yang diinfestasi dengan larva C. bezziana sekaligus untuk mengetahui responnya pada uji sangkar dan semi lapang. Sebanyak dua ekor sapi, yaitu sapi Friesian - Holstein betina (FH) (hewan I) dan sapi bali jantan (hewan 2) digunakan sebagai model luka myasis. Luka buatan sepanjang 8-10 cm dibuat pada bagian rump dan sebanyak 200 telur C. bezziana diinfestasikan pada luka tersebut. Bau yang terevaporasi dari luka dikoleksi pada hari pertama dan ke-3 untuk hewan I sedangkan untuk hewan 2 dikoleksi pada hari ke-3 dan ke-5. Dua jenis alat digunakan untuk mengoleksi bau ini, yaitu adsorbsi ke dalam tenaks yang terdapat dalam tabung tembaga dan disambungkan dengan mangkok stainless steel. Alat ini melibatkan aliran udara konstan yang masuk dan keluar dari mangkok sehingga bau dapat tertampung dalam tabung. Cara yang lain adalah tanpa aliran udara, yaitu menggunakan alat Solid Phase Micro 60 • Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia Vol. 25, No. 1,2008 Extraction (SPME) yang disisipkan ke dalam mangkok. Gas kromatografi/mass spektrometri digunakan untuk menganalisis dan menentukan jenis senyawa volatil. Luka pada hewan I menghasilkan senyawa nonanal, dekanal, heksanal dan heptanal (hari pertama) dan variasi senyawa sulfida, yaitu DMS, DMDS dan DMTS (hari ke-3). Senyawa yang lebih beragam berhasil dideteksi pada hari ke-3 dan ke-5 (hewan 2) yang mempunyai bau seperti kasus myasis alami. Senyawa senyawa terse but adalah indol, fenol, aseton termasuk variasi senyawa sulfida (DMS, DMDS dan DMTS), alkohol (butanol, 3-metilbutanol), aldehid dan beberapa jenis asam. Senyawa-senyawa yang teridentifikasi diseleksi dan diformulasi menjadi pemikat (B92) kemudian diuji pada uji sangkar dan semi lapang dengan pemikat SL-2 sebagai pembanding. Respon lalat dianalisis dengan ANOYA 5% (uji sangkar) dan uji T 5% (uji semi lapang). Hasil uji sangkar menunjukkan bahwa respon lalat terhadap B92 sangat rendah jika dibandingkan dengan SL-2 (P < 0,05). Penambahan B92 ke dalam SL-2 tidak mampu meningkatkan jumlah lalat yang tertangkap pada uji sangkar (SL-2 + B92 = 10:I; 10:3). Respon lalat pada uji semi lapang juga masih menunjukkan respon yang rendah, secara statistik antara SL-2 dan kombinasi B92/SL-2 tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P < 0,05). L 74 RAGAM KELAINAN PADA HEWAN 125 BAHRI, S. Efek aflatoksin 81 (AFBI) pada embrio ayam. Effect of aflatoxins Bl (AFBl) on chick embryo/Bahri, S.; Widiastuti, R. (Balai Penelitian Yeteriner, Bogor (Indonesia)) Mustikaningsih, Y., 4 ill., 3 tables; 23 ref. Summaries (En, In). Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner (Indonesia) ISSN 0853-7380 (2005) v. 10(2) p. 160-168. CHICKENS; ANIMAL EMBRYOS; AFLATOXlNS. Aflatoksin merupakan senyawa toksik yang bersifat mutagenik, teratogenik, dan karsinogenik umumnya banyak dijumpai pada bahan pangan berasal dari biji-bijian seperti jagung, beras dan kacang-kacangan yang kualitasnya kurang baik. Keberadaannya pada bahan pangan termasuk pangan asal temak di Indonesia telah banyak diungkapkan oleh berbagai peneliti, tetapi penelitian toksisitasnya masih sangat terbatas. Penelitian efek aflatoksin B 1 pada embrio ayam ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh berbagai dosis AFB 1 terhadap perkembangan embrio ayam, kematian dan daya tetas embrio tersebut, sekaligus juga untuk melengkapi informasi sebelumnya. Dosis AFB 1 yang digunakan adalah 0; 15,6; 31,2; 62,5; 125; dan 250 ng AFBlItelur berembrio yang diberikan melalui kantong hawa kepada masingmasing 25 telur bertunas umur 5 hari. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa daya tetas embrio sampai hari ke-21 adalah 66, 28, 26,16,0 dan 0% masing-masing untuk dosis 0; 15,6; 31,2; 62,5; 125 dan 250 ng AFB 1. Pemberian AFB 1 juga telah menyebabkan kelainan embrio berupa pendarahan, malabsorbsi kuning telur, kekerdiIan, lemah, dan cacat kaki ringan. Berat anak ayam yang berhasil menetas tidak berbeda nyata antar perlakuan walaupun ada kecenderungan lebih rendah pada pemberian AFB 1 dosis tinggi. P33 KIMIA DAN FISIKA TANAH 126 UTAMI, S.N.H. Sifat kimia Entisol pada sistem pertanian organik. Chemical properties in organic and conventional farming system/Utami, S.N.H.; Handayani, S. (Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (Indonesia). Fakultas Pertanian) 2 tables; 11 ref. Summaries (En, In). Ilmu Pertanian (Indonesia) ISSN 0126-4214 (2003) v. 10(2) p. 63-69. ORGANIC AGRICULTURE; ALTERNATIVE AGRICULTURE; CHEMICOPHYSICAL PROPERTIES; LAND PRODUCTIVITY. SOIL FERTILITY; SOIL Sistem pertanian berbasis bahan high input energy (bahan fosil) seperti pupuk kimia dan pestisida dapat merusak sifat-sifat tanah dan pada akhimya akan menurunkan produktivitas tanah untuk waktu yang akan datang. Sistem pertanian altematif yang menggunakan teknologi masukan rendah (low input energy) 61 Vol. 25, No. I, 2008 Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia diyakini mampu memelihara kesuburan tanah dan kelestarian lingkungan sekaligus dapat mempertahankan atau meningkatkan produktivitas tanah. Sistem pertanian organik mengutamakan penggunaan bahan organik dan pendaurulangan limbah. Penelitian bertujuan mengetahui perubahan sifat fisik dan kimia tanah yang terjadi dalam sistem pertanian organik selama beberapa kali. Penelitian menggunakan metode sampling pada lahan milik petani yang telah diteliti mela(.,.'ukanperlakuan sistem pertanian organik dan non organik. Dua contoh tanah diambil dari 2 lokasi yang berbeda untuk mewakili tanah sistem pertanian organik dan 4 eontoh tanah diambil dari 4 lokasi yang berbeda mewakili sistem pertanian non organik. Pengambilan eontoh tanah dilakukan pada kedalaman lapis olah 20 em. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap sifat kimia tanah (KPK, pH, H20, P tersedia, K tersedia, N total, kandungan karbon, asam humat dan fulfat) antara tanah dengan sistem pertanian organik dan non organik yang menunjukkan nilai lebih baik pada sistem pertanian organik. P34 BIOLOGI TANAH 127 SIMARMATA, T. Derajat infeksi, serapan P, jumlah bintil dan hasil dua kultivar kacang tanah (Arachis hypogaea L.) yang diberi inokulan cendawan mikoriza arbuskula (Glomus fasciculatum dan Gigaspora margarita) pada Inceptisol di Jatinangor. Roots infection, P-uptake, IlIl1nber of effective nodule, and grain yield of two peanut cultivars (Arachis hypogaea L.) as affected by the inoculation of arbuscular mycorrhizal fungi (Glomus fasciculatum and Gigaspora margarita) on inceptisols in Jatinangor {IndonesiajlSimarmata, T. (Universitas Padjadjaran, Bandung (Indonesia)) Tachro. 3 tables; II ref. Summaries (En, In). Bionatllra (Indonesia): Jurnal Ilmu-ilmu Hayati dan Fisik ISSN 1411-0903 (2005) v. 7(2) p. 137-145. ARACHIS HYPOGAEA; VARIETIES; GLOMUS FASCICULATUM; GIGASPORA MARGARITA; PHOSPHORUS; NUTRIENT UPTAKE; ROOTS; INFECTION; YIELDS. Percobaan untuk mengetahui infeksi akar, serapan P, jumlah bintil akar efektif, jumlah polong bernas, jumlah biji, bobot kering 25 biji, dan bobot hasil biji dan dua kultivar kaeang tanah yang diinokulasi dengan cendawan mikoriza arbuskula (CMA) pada Ineeptisol dilaksanakan bulan Agustus-November 2003 di rumah kaea Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran di Jatinangor. Percobaan menggunakan rancangan aeak kelompok (RAK) pola faktorial, dengan 4 ulangan. Faktor pertama adalah jenis inokulan CMA (M) terdiri atas 3 taraf (kontrol CMA, Glomus jasciculatum, Gigasfora margarita). Faktor kedua adalah kultivar kaeang tanah (K) terdiri atas 2 taraf (Kelinei dan Jerapah). Hasil pereobaan menunjukkan efek interaksi antara CMA dan kultivar kaeang tanah tidak mempengaruhi semua variabel pengamatan. Aplikasi inokulan CMA baik Glomus fasciculatum maupun Gigaspora margarita mampu meningkatkan derajat infeksi akar, serapan hara P, jumlah bintil akar efektif, jumlah polong bernas, bobot kering 25 biji, bobot hasil biji keringltanaman dengan signifikan. Inokulasi dengan Glomus fasciculatllln memberikan jumlah bintil akar efektif, bobot kering 25 biji, bobot hasil biji kering/tanaman paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Sedangkan kedua kultivar tidak menunjukkan pcrbedaan nyata terhadap semua variabel yang diamati, keeuali terhadap jumlah polong bernas/tanaman. P35 KESUBURAN TANAH 128 SYAFRUDDIN. Status hara tanah lahan sawah irigasi di Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah. {Irrigated lowland nutrient status in Sigi Biromaru, Donggala, Central Sulawesi (Indonesia)j/Syafruddin; Saidah; Chatijah (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah, Palu (Indonesia)) I ill., 2 tables; 24 ref. Summaries (En, In). Jurnal Agroland (Indonesia) ISSN 0854-641 X (2005) v. 12(3) p. 214-220. ORYZA SATIVA; IRRIGATED PROPERTIES; SULAWESI. 62 RICE; NUTRITIONAL STATUS; SOIL CHEMICOPHYSICAL Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia Vol. 25, No. I, 2008 Terjadinya pelandaian produksi yang dikenal dengan levelling of di beberapa sentra produksi padi di Jawa dab 'Sumatera diduga disebabkan oleh adanya akumulasi unsur tertentu dalam tanah sebagai akibat pemberian pupuk kimia dengan jumlah banyak dalam jangka waktu relatif lama. Hal ini perlu diantisipasi dengan cara mengamati status hara tanah sawah di sentra padi di Sulawesi Tengah agar hal ini tidak terjadi. Penelitian bertujuan untuk mengetahui status hara N, P, K dan beberapa sifat kimia tanah sawah irigasi yang kemudian dapat digunakan sebagai dasar penentuan jenis dan takaran pupuk yang sesuai dengan kondisi tanah dan kebutuhan tanaman di Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah. Pelaksanaan penelitian terbagi atas dua tahap yaitu: tahap pengambilan sampel tanah dan tahap analisis status hara dan sifat kimia. Pengambilan sampel tanah dilaksanakan dengan cara komposit pada kedalaman 0 - 20 cm yang dianggap mewakili areal yang dikaji. Jumlah sampel tanah berdasarkan pada luas lahan sawah masing-masing desa dengan rincian setiap sampel mewakili 100 ha lahan sawah. Analisa status hara dan sifat kimia tanah dilakukan pad a laboratorium kimia tanah Pus at Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Penelitian dilaksanakan pad a bulan September 2002 - Februari 2003. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa sekitar 81,82% dan 100% dari sampel yang dianalisis berkadar P-total dan K-total sangat tinggi, namun P-tersedia di dominasi oleh status sangat rendah. Kadar N-total dan C-organik berada pada kisaran sangat rendah hingga rendah. Basa-basa tukar bervariasi dari rendah hingga sangat tinggi dan kapasitas tukar kation rendah hingga sedang dengan pH tanah kisaran agak masam hingga agak alkalis. P36 EROSI, KONSERVASI DAN REKLAMASI TANAH 129 BASONG, A. Analisis potensi aliran debris Sungai Sombe Lewara, Palu. [Analysis of flood surface of the catchment areas of Sombe Lewara River, Palu (Indonesia)} /Basong, A. (Universitas Tadulako, Palu (Indonesia). Fakultas Teknik) 5 tables; 7 ref. Summaries (En, In). Jurnal Agroland (Indonesia) ISSN 0854-64IX (2005) v. 12(3) p. 279-283. SULAWESI; EROSION; RIVERS; WATERSHEDS; RAIN. Penelitian bertujuan menganalisis aliran debris daerah aliran sungai Sombe Lewara, Palu. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah met ode feel research, observasi lapangan, gambaran umum catchment area, data dimensi sungai dan peta inventarisasi daerah pengaliran debris sungai SombeLewara Palu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk daerah pengaliran sungai Sombe-Lewara sumber terjadinya aliran debris didominasi longsongan tebing kanan dan kiri sungai, erosi dasar sungai dan erosi permukaan, dengan kondisi tanah berupa batuan sedimen, intensitas curah hujan 13 mm/jam berikutnya memungkinkan terjadinya aliran debris. 130 DJAJADI. Efektivitas teknik konservasi Iahan dalam menekan erosi dan penyakit lineat. Effectiveness of land conservation technique in reducing soil erosion and lincat plant diseases/Djajadi; Mastur; Dalmadiyo, G.; Murdiyati, A.S. (Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Malang (Indonesia)) 3 ill., 3 tables; 14 ref. Summaries (En, In). Jurnal Penelitian Tanaman Industri (Indonesia) ISSN 0853-8212 (2004) v. 10(4) p. 135-141. NICOTIANA TABACUM; SOIL CONSERVATION; SETARIA (GRASS); FLEMINGIA; EROSION CONTROL; PLANT DISEASES; ASPERGILLUS FUMIGATUS; BACILLUS CEREUS; TERRACES; SOIL CHEMICOPHYSICAL PROPERTIES. Penelitian dilaksanakan di Desa Glapansari, Kecamatan Parakan, Kabupaten Temanggung pada bulan Maret - Desember 2001 untuk mengevaluasi pengaruh penerapan teknik konservasi lahan dalam pengendalian erosi dan penyakit lincat terhadap erosi, sifat fisik tanah, populasi patogen, kematian tanaman, serta hasil tembakau. Perlakuan yang diuji adalah teknik pengendalian erosi yang meliputi penanaman rumput setaria pada bibir teras dan tanaman Flemingia congesta pada bidang tampingan, serta pembuatan rorak di dasar saluran teras dan pengolahan tanah minimum. Perlakuan tersebut 63 Vol. 25, No. i, 2008 Abstrak Hasil Penelitian Pertanian indonesia dikombinasikan dengan teknologi pengendalian penyakit lincat, yaitu penanaman galur tembakau tahan (BC3-C51) dan pemberianlpenyemprotan mikrobia antagonis Aspergillus fumigatus dan Bacillus cereus. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan 2 perlakuan (konservasi dan kontrol) dan 6 ulangan. Setiap satuan percobaan tersusun atas petak berukuran 22 m x 4 m dan masing-masing dipasang I unit bak penampung erosi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan teknik konservasi dapat menekan besamya erosi dan 30,2 t/ha menjadi 16,7 t/ha atau turun 44,8%. Kombinasi teknik pengendalian penyakit lincat dapat menekan perkembangan patogen lincat dan mengurangi kematian tanaman tembakau sebesar 53,6%. Hasil daun tembakau basah dan rajangan kering pada perlakuan konservasi masing-masing 41,7% dan 42,1 % dibanding kontrol. 131 FAIZAL. Kajian prediksi erosi pad a daerah aliran sungai Tawaeli. [Erosion prediction in Tawaeli (Central Sulawesi, Indonesia) watershed areaj/Faizal (Universitas Tadulako, Palu (Indonesia). Fakultas Pertanian) 4 tables; 14 ref. Summaries (En, In). Jurnal Agroland (Indonesia) ISSN 0854-641X (2005) v. 12(3) p. 236-241. SULAWESI; EROSION; LAND USE; SLOPING LAND; WATERSHEDS. Kajian prediksi erosi pada skala DAS dilakukan di daerah aliran sungai (DAS) Tawaeli, Provinsi Sulawesi Tengah mulai bulan Agustus - Nopember 2004. Tujuan penelitian untuk memprediksi besamya erosi yang terjadi pada DAS Tawaeli dengan menggunakan metode survei. Hasil prediksi menunjukkan besamya erosi yang terjadi bervariasi antara 1,91-693,83 t/ha/thn. Nilai ini jauh di atas erosi yang ditoleransi yakni 16,83 t/ha/thn, namun sebagian unit lahan menunjukkan nilai erosi yang lebih kecil dari erosi yang ditoleransi. Tingginya nilai erosi yang terjadi sangat ditentukan oleh besamya kontribusi faktor kondisi penutupan lahan yang ditunjang oleh kemiringan lereng. 132 THAHA, A.R. Tingkat kerusakan sumber daya lahan di daerah aliran sungai Lolitasiburi. [Land resource degradation level in Lolitasiburi (Donggala, Indonesia) watershed areaj/Thaha, A.R. (Universitas Tadulako, Palu (Indonesia). Fakultas Pertanian) 5 tables; 10 ref. Summaries (En, In). Jurnal Agroland (Indonesia) ISSN 0854-641X (2005) v. 12(3) p. 229-235. SULAWESI; LAND USE; EROSION; SLOPING LAND; LAND RESOURCES; WATERSHEDS. DEGRADATION; Kerusakan sumber daya lahan oleh erosi tanah di daerah aliran sungai (DAS) Lolitasiburi memberikan dampak yang luas pada berbagai aktivitas kehidupan masyarakat diantaranya adalah banjir dimusim hujan, kekeringan dimusim kemarau, menurunnya produktivitas lahan pertanian, terjadinya pendangkalan saluran-saluran irigasi, danlain-Iain. Tujuan penelitian untuk mengetahui tingkat kerusakan lahan di DAS Lolitasiburi. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan metode survei. Peta unit lahan dibuat dengan tumpang tindih peta lereng, peta penggunaan lahan dan peta sistem lahan. Analisis contoh tanah terganggu dan tak terganggu dilakukan di laboratorium tanah, Fakultas Pertanian UNTAD. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa DAS Lolitasiburi telah mengalami kerusakan pada tingkat kritis. Faktor-faktor penyebabnya adalah aktivitas masyarakat, lereng dan tingkat penutupan vegetasi yang sangat rendah. Q02 PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN PANGAN 133 HISTIFARlNA, D. Teknik pengeringan dalam oven untuk irisan wortel kering bermutu. Dehydration technique using an oven for qualified dried sliced carrot/Histifarina, D.; Musaddad, D.; Murtiningsih, E. (Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang (Indonesia)) 3 tables; 14 ref. Summaries (En, In). Jurnal Hortikultura (Indonesia) ISSN 0853-7097 (2004) v. 14(2) p. 107-112. CARROTS; PROCESSING; DRYING; PROXIMATE COMPOSITION; QUALITY. 64 Abstrak Rasil Penelitian Pertanian Indonesia Vol. 25, No.1, 2008 Tujuan penelitian untuk mengkaji pengaruh suhu dan lama pengeringan terhadap karakteristik mutu sayuran wortel kering. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisiologi Hasil Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang pada bulan Juli - Oktober 2000. Rancangan percobaan yang digunakan adalah acak kelompok pola faktorial dengan tiga ulangan dan dua faktor. Faktor pertama adalah suhu pengeringan (40, 50, dan 60°C) dan faktor kedua adalah lama pengeringan (17, 22, 27, dan 32 jam). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan lama pengeringan 32 jam yang dikombinasikan dengan suhu pengeringan 50°C menghasilkan wortel kering terbaik berdasarkan nilai kadar air (9,15% bb), kadar beta karoten (0,019%), persentase dehidrasi tinggi (520,44%), dan penilaian sensori terhadap wama serta tekstur yang baik. 134 HISTIFARINA, D. Pendugaan umur simpan kentang tumbuk instan berdasarkan kurva isotermi sorpsi air dan stabilitasnya selama penyimpanan. Predicting the shelflife of mashed potatoes instant based on sorption isotherms curve and its stability during storagelHistifarina, D. (Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang (Indonesia)) 5 ill., 7 tables; 13 ref. Summaries (En, In). Jurnal Rortikultura (Indonesia) ISSN 0853-7097 (2004) v. 14(2) p. 113-120. POTATOES; PROCESSED PLANT PRODUCTS; SORPTION; KEEPING QUALITY; PROXIMATE COMPOSITION; STORAGE. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kadar air kritis berdasarkan kurva sorpsi isotermi dan mengkaji stabilitas produk kentang tumbuk instan selama penyimpanan, serta menduga umur simpannya. Penelitian dilaksanakan di laboratorium Rekayasa Proses Pangan dan Pilot Plan Pusat Studi Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor dari Februari - September 2002. Bahan yang digunakan adalah kentang varietas atlantik. Penelitian terdiri dari dua tahap, yaitu kadar air kesetimbangan dan pendugaan umur simpan ken tang tumbuk instan. Penelitian tahap pertama adalah penentuan kadar air kesetimbangan ken tang tumbuk instan secara absorbsi menggunakan 21 jenis larutan garam jenuh. Penelitian tahap kedua meliputi perlakuan kemasan PET 12/Aluvo 7/LLDPE 40, PET 12/LLDPE 25, dan HDPE. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemasan PET 12/Aluvo 7/LLDPE 40 memberikan umur simpan paling lama (209 hari) berdasarkan perubahan kadar air maupun nilai asam barbiturat, dengan nilai kadar air 10,43% bk dan nilai asam thiobarbiturat 1,072 mg/kg untuk sampel pada 8 minggu penyimpanan. 135 IRIANI, E.S. Pengaruh konsentrasi penambahan pektinase dan kondisi inkubasi terhadap rendemen dan mutu jus mangga kuini (Mangifera odorata Griff.). Effects of pectinase concentration and incubation condition on yields and quality of kuini mango juice (Mangifera odorata Griff.)/Iriani, E.S.; Setyadjit (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Bogor (Indonesia)) Said, E.G.; Suryani, A., 2 ill., 6 tables; 13 ref. Summaries (En, In). Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian (Indonesia) ISSN 0216-1192 (2005) v. 2(1) p. 11-17. MANGOES; FRUIT JUICES; MANGIFERA ODORATA. POLYGALACTURONASE; FERMENTATION; QUALITY; Kuini merupakan salah satu jenis buah-buahan yang banyak terdapat di Indonesia, yang memiliki aroma khas, penampilan wama yang menarik, serta kandungan vitamin A, C, dan serat yang tinggi. Untuk mengurangi serat terse but biasanya ditambahkan pektinase dalam proses pembuatan jus kuini. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi, waktu dan suhu inkubasi terhadap perubahan rendemen dan karakteristik mutu jus kuini. Penelitian dilakukan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian pada bulan Juli 2003 - Juni 2004. Kuini dari Bogor dan sekitamya dihancurkan kemudian ditambahkan pektinase. Waktu inkubasi pada penelitian pendahuluan berkisar 180 menit. Pada penelitian utama digunakan rancangan percobaan rancangan acak faktorial dengan faktor (1) konsentrasi : 0, 500, 750 dan 1000 ppm, faktor (2) suhu inkubasi : 45°C dan 55°C dengan tiga kali ulangan. Waktu inkubasi yang digunakan adalah 60 menit karena berdasarkan penelitian pendahuluan dapat memberikan rendemen tertinggi. Parameter yang diamati meliputi perubahan rendemen, pH, total padatan terlarut, kekentalan, kadar gula pereduksi, total asam dan vitamin C serta komponen volatil penyusun flavor kuini. Hasil penelitian utama menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi pektinase 65 °- Vol. 25, No. i, 2008 Abstrak Hasil Penelitian Pertanian indonesia dan suhu inkubasi maka rendemen juga semakin bertambah. Interaksi konsentrasi pektinase 1000 ppm pada suhu inkubasi 55°C memberikan rendemen tertinggi sebesar 94%. Hasil analisis menunjukkan bahwa penambahan pektinase berpengaruh nyata terhadap perubahan pH, total padatan terlarut dan kekentalan, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan gula pereduksi, total asam tertitrasi dan kadar vitamin C. Pektinase juga berpengaruh terhadap perubahan profil kromatogram dari flavor jus kuini, makin tinggi konsentrasi pektinase yang ditambahkan, maka komponen monoterpen seperti alpha-pinene dan myrcene akan berkurang. 136 NURDJANNAH, N. Pembuatan serbuk pala (Myristica fragrans Houtt) ins tan dengan menggunakan alat pen gering semprot. Instant nutmeg (Myristica fragrans Boult) powder formulation using spray dryerlNurdjannah, N. (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Bogor (Indonesia» 13 tables; 25 ref. Summaries (En, In). Jurnal Penelitian Tanaman lndustri (Indonesia) ISSN 0853-8212 (2005) v. 11(4) p. 159-170. MYRISTICA FRAGRANS; NUTMEGS; POWDERS; SPRAY DRYING; MALTODEXTRINS; ORGANOLEPTIC ANALYSIS; CHEMICAL COMPOSITION. DEXTRINS; Produk utama buah pala (Myristicafragrans Houtt) adalah biji pala (tua dan muda) dan fuli. Daging buah pala merupakan bagian terbesar dari buah pala (83,3%) tetapi sampai sekarang masih sedikit sekali yang dimanfaatkan di antaranya untuk manisan dan minuman dalam bentuk serbuk pala instan. Penelitian bertujuan untuk mempelajari pembuatan serbuk pala instan dengan menggunakan alat pengering semprot (spray dryer) dengan dekstrin dan maltodekstrin sebagai bahan pengisi dari penelitian pendahuluan dan penelitian lanjutan. Penelitian pendahuluan bertujuan untuk mencari temperatur inlet optimum pengering semprot untuk memperoleh serbuk instan pala, perbandingan buah pala dan air dalam pembuatan sari buah pala, perbandingan sari buah pal a dan sirup glukosa dalam pembuatan sirup pala serta jenis, dan konsentrasi bahan pengisi yang akan digunakan pada penelitian lanjutan. Dari hasil penelitian pendahuluan diperoleh temperatur inlet optimum dari pengering semprot adalah 180°C. Perbandingan daging buah pala dan air untuk pembuatan sari buah pala adalah I: I (bib). Perbandingan sari buah pala dengan sirup glukosa untuk pembuatan sirup pala adalah I : I (bib). Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan, perlakuan yang dicobakan pada penelitian utama terdiri dari jenis bahan pengisi (AI = dekstrin, A2 = maltodekstrin) dan konsentrasi bahan pengisi (BI = 5%, B2 = 10%, B3 = 15%). Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan ulangan 3 kali. Parameter yang diamati adalah rendemen dan karakteristik dari serbuk pala ins tan yang terdiri dari kadar air, kadar abu, kadar total asam tertitrasi, pH, kadar vitamin C dan kelarutan. Untuk menentukan tingkat kesukaan konsumen terhadap serbuk pala instan dilakukan uji organoleptik terhadap 20 pane lis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis dan konsentrasi bahan pengisi berpengaruh terhadap karakteristik dari serbuk pala instan serta derajat kesukaan dari pane lis terhadap serbuk pala instan. Perlakuan terbaik yang dipilih berdasarkan tingginya rendemen dan karakteristik dari serbuk pala instan serta tingkat kesukaan dari panelis, yaitu dekstrin sebagai bahan pengisi pada tingkat konsentrasi 15% pada kondisi proses pengering semprot dan kondisi pembuatan sirup. 137 USMIATI, S. Mikroba susu fermentasi sejenis kefir menggunakan starter kombinasi penyusunan granula kefir dan Bifidobacterium longum. Microbes of fermented kefir-like using combination of kefir grain and Bifidobacterium longum/Usmiati, S. (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Bogor (Indonesia» Ram, R., I ill., 8 tables; 30 ref. Summaries (En, In). Jurnalllmu Ternak dan Veteriner (Indonesia) ISSN 0853-7380 (2005) v. 10(1) p. 27-34. MILK PRODUCTS; CULTURED MILK; VOLATILE COMPOUNDS; BIFIDOBACTERIUM. Penelitian bertujuan untuk mengetahui sifat fisikokimia dan mendeteksi komponen volatil pembentuk flavor susu fermentasi sejenis kefir. Bahan baku yang digunakan adalah susu skim dengan padatan terlarut 9,5% yang dipanaskan pada suhu 85°C selama 30 menit, dan didinginkan pada suhu 22°C untuk menumbuhkan starter kombinasi dari: (a) Lactobacillus acidophilus P 155110, (b) Lactobacillus delbrueckii subsp. bulgaricus NCIMB 11778, (c) Lactococcus lactis P15561O, (d) Leuconostoc 66 Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia Vol. 25, No.1, 2008 mesenteroides subsp. dextranicum NCIMB 3350, (e) Acetobacter aceti P15481O, (t) Bifidobacterium longum BFI, and (g) Saccharomyces cerevisiae P156252. Berdasarkan fase logaritmik masing-masing mikroba kemudian dikombinasikan menjadi tiga perlakuan, yaitu: PI = tanpa (b); P2 = tanpa (a); dan P3 = seluruh mikroba. Sifat fisiko-kimia yang diamati meliputi kadar asam laktat, pH, kekentalan, kadar laktosa, komponen volatil, dan uji organoleptik intensitas atribut sensori. Hasil penelitian menunjukkan bahwa B. longum merupakan bakteri yang potensial untuk digunakan sebagai kombinasi starter dalam pembuatan susu fermentasi sejenis kefir. Starter kombinasi PI menghasilkan keasaman dan kekentalan yang tinggi, pH dan kadar laktosa yang rendah, dengan nilai intensitas wama putih krem menyerupai wama kefir komersial (starter granula kefir), konsistensi halus dan kental, serta memiliki aroma spesifik kefir pada produk susu fermentasi dalam penelitian ini. Komponen volatil kelompok asam mendominasi sifat keasaman yang tinggi pada PI. Senyawa 3-hidroksi-2-butanon (asetoin) mempengaruhi ciri aroma menyerupai mentega pada P3. Komponen volatil ini sebagai salah satu komponen flavor penting susu fermentasi tidak terdeteksi pada produk dengan starter Pl. Q03 KONTAMINASI DAN TOKSIKOLOGI PANGAN 138 ASRIAN1. Kajian efek sinergi metabolit bakteri asam laktat-monoasilgliserol minyak kelapa terhadap bakteri patogen. [Synergism effect of lactic acid bacteria metabolite and coconut oil monoacylglycerol on human pathogenic bacteria]lAsriani (Institut Pertanian Bogor (Indonesia). Sekolah Pascasarjana); Jenie, B.S.L.; Sudirman, 1.; Yasin, S., 6 ill., 22 ref. Summaries (En, In). Jurnal Agroland (Indonesia) ISSN 0854-64lX (2005) v. 12(3) p. 242-248. LACTIC ACID BACTERIA; COCONUT OIL; ACYLGLYCEROLS; MONO AND DIGLYCERIDES; PATHOGENS. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji adanya efek sinergi dari metabolit BAL dan MAG minyak kelapa terhadap mikroba patogen. Metabolit BAL yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil seleksi 6 jenis kultur BAL lokal yang bersinergi kuat dengan MAG. Untuk menguji aktivitas antimikroba dari campuran metabolit BAL dan MAG maka dilakukan berbagai pengujian yang meliputi: penentuan rasio matabolit BAL-MAG, pengujian aktivitas antimikroba terhadap mikroba uji, penentuan nilai MIC, analisis kebocoran sel terhadap bakteri uji dan uji kestabilan pada berbagai pH. Bakteri uji yang digunakan antara lain L. monocytogene, B. cereus, untuk gram positif dan S. typhimurium dan E. coli untuk gram negatif. Untuk pengujian aktivitas antimikroba digunakan metode difusi sumur dan metode kontak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi rasio metabolit BAL-MAG yang digunakan semakin tinggi pula aktivitas antimikrobanya, untuk nilai MIC dan kebocoran sel diperoleh bakteri gram positif lebih tinggi daripada bakteri gram negatif. Sementara untuk uji kestabilan metabolit BAL-MAG menunjukkan pada pH 4-5 lebih efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri dibandingkan dengan pH 6-7 untuk semua bakteri uji. 139 RUSDI, U.D. Efek ekstrak kayu secang (Caesalpinia sappan L.) terhadap daya simp an bungkil kacang tanah. Effect of wood extract of secang to preservation of groundnut cake/Rusdi, U.D.; Hidayati, YA. (Universitas Padjadjaran, Bandung (Indonesia). Fakultas Petemakan); Widowati, W. , 3 tables; 23 ref. Summaries (En, In). Bionatura (Indonesia): Jurnal Ilmu-ilmu Hayati dan Fisik ISSN 1411-0903 (2005) v. 7(2) p. 165-178. GROUNDNUT MEAL; PRESERVATION; CAESALPINIA; EXTRACTS. Penelitian dilakukan untuk mengetahui efek dan ekstrak kayu secang (EKS) terhadap daya simpan bungkil kacang tanah, yang dimanifestasikan oleh jumlah total koloni jamur, angka asam dan angka iod. Percobaan menggunakan rancangan acak lengkap pola faktorial 7 x 5 Genis pengawet dan lama penyimpanan) dengan 3 kali ulangan. Peubah yang diukur adalah total koloni jamur, angka asam dan angka iod. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan EKS, dapat memperlambat peningkatan jumlah total koloni jamur dan angka asam serta dapat memperlambat penurunan angka iod pada bungkil kacang 67 Vol. 25, No.1, 2008 Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia tanah. EKS sebagai pengawet sangat nyata lebih baik dari perlakuan butylated hydroxy toluene (BHT) 0, I% maupun natrium benzoat (NB) 0, I%. 140 SRl-MULATO. Pelarutan kafein biji kopi robusta dengan kolom tetap menggunakan pelarut air. Water extraction of caffeine in robusta coffee using a fIXed bed column/Sri-Mulato; Widyotomo, S. (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, ]ember (Indonesia)) Lestari, H., 10 ill., 25 ref. Summaries (En, In). Pelita Perkebunan (Indonesia) ISSN 0215-0212 (2004) v. 20(2) p. 97-109. ROBUSTA COFFEE; CAFFEINE; EXTRACTION; DECAFFEINATION. Kafein dalam kopi diduga mempunyai efek yang kurang baik bagi kesehatan peminumnya dan dalam jangka panjang dapat berdampak pada menurunnya minat minum kopi dan konsumsi kopi di dalam negeri. Oleh karena itu, suatu penelitian telah dilakukan untuk memproduksi kopi rendah kafein melalui perancangan paket teknologi yang dapat diadopsi oleh pengusaha skala UKM (usaha kecil menengah) sehingga harga produk kopi rendah kafein menjadi terjangkau oleh kalangan peminum kopi secara luas. Pelarutan kafein biji kopi dilakukan dengan proses pengukusan dan pelarutan secara konsekutif di dalam reaktor tegak berbentuk kolom. Jenis pelarut adalah air, suhu pelarutan 100°C dan waktu pelarutan divariasi antara 1-7 jam. Nisbah antara berat biji kopi dan pelarut ditetapkan pada I :5. Bahan baku adalah biji kopi jenis robusta tingkat mutu IV dengan ukuran 5,50; 6,50 dan 7,50 mm. Variabel pengamatan adalah kadar kafein, asam klorogenat, kadar trigonelin. Biji kopi rendah kafein hasil proses dianalisis aroma dan cita rasanya melalui uji organoleptik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelarutan biji kopi ukuran 5,50 mm menghasilkan kadar kafein terendah, yaitu 0,30% dengan waktu proses 6 jam. Pelarutan biji ukuran 6,50 dan 7,50 mm pada kondisi yang sarna masih menyisakan kandungan kafein masingmasing 0,50 % dan 0,70%. Terlihat juga bahwa bersama dengan kafein, pelarutan senyawa-senyawa pembentuk cita rasa dan aroma di dalam biji kopi tidak dapat dihindari. Kandungan asam klorogenat dan trigonelin yang semula 7,60% dan 1,70% turun menjadi 0,80% dan 0,29%. Dengan demikian karakteristik aroma dan cita rasa biji kopi hasil dekafeinasi lebih rendah dari sebelumnya. Penelitian lanjutan untuk penyerapan kembali senyawa prekursor yang terlarut pada biji kopi rendah kafein, perlu dilakukan. 141 YUNINGSIH. Analisis cepat residu pestisida lindan (insektisida organoklorin) dalam produk ternak (daging dan susu) dengan teknik ekstraksi fase padat dan khromatografi gas. Rapid, solid phase extraction (SPE) technique for the extraction and gas chromatographic determination of lindane pesticide in tissue and milk/Yuningsih; Yuliastuti, S. (Balai Penelitian Veteriner, Bogor (Indonesia)) 3 tables; 10 ref. Summaries (En, In). Jurnaillmu Ternak dan Veteriner (Indonesia) ISSN 0853-7380 (2005) v. 10(1) p. 79-83. ANIMAL PRODUCTS; MEAT; MILK; PESTICIDES; RESIDUES; GAS CHROMATOGRAPHY. Penggunaan pestisida yang tidak beraturan pada masa tan am dan pascapanen (produk pertanian), merupakan salah satu sumber pencemaran bahan baku pakan temak, yang dapat menyebabkan residu dalam produk temak (daging dan susu). Kandungan residu yang melewati batas maksimum residu (BMR) merupakan masalah dalam keamanan pangan asal temak. Upaya mengetahui kandungan residu pestisida dalam produk ternak, telah dicoba pengembangan metode analisis residu yang cepat dan efektif Uumlah kecil dalam pemakaian bahan kimia organik sehingga mengurangi bahaya limbahnya). Metode yang digunakan adalah teknik ekstraksi fase padat (solid phase extraction, SPE) dari sampel yang telah dihomogenkan dengan asetonitril melalui cartridge C18. Kemudian dimumikan (clean-up) melalui kolom florisil dengan elusi 2% eterpetroleum untuk sampel daging, sedangkan untuk sampel susu, elusi dengan asetonitril dan masing-masing eluate dideteksi dengan khromatografi gas dengan electron capture detector. Hasil uji validasi dari pengembangan metode untuk sampel daging, rata-rata recovey adalah 85,10 dan 103,00% dari 2 ulangan yang masing-masing ditambahkan standar pestisida lindan 0,50 mikro g dan 1,00 mikro g, sedangkan untuk sampel susu, rata-rata recovery menunjukkan 83,80; 88,69 dan 91,24% dari 3 ulangan yang masing-masing ditambahkan 0,50 mikro g; 1,00 mikro g dan 1,50 mikro g standar pestisida lindan. Hasil ini mendekati kisaran uji validasi (70 - 110%) yang merupakan kriteria uji validasi residu pestisida menurut FAO/IAEA. Dengan demikian pengembangan metode residu pestisida lindan dalam daging dan susu cukup baik. 68 • Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia Q04 KOMPOSISI Vol. 25, No. I, 2008 PANGAN 142 OINTING, E. Karakteristik pati beberapa varietas ubi jalar. Characteristics of starch from selected sweet potato varieties/Ginting, E.; Widodo, Y; Rahayuningsih, S.A.; Jusuf, M. (Balai Penelitian Tanaman Kacangkacangan dan Umbi-umbian, Malang (Indonesia)) 3 ill., 4 tables; 45 ref. Summaries (En, In). Penelitian Pertanian Tanaman Pangan (Indonesia) ISSN 0216-9959 (2005) v. 24(1) p. 8-16. SWEET POTATOES; COMPOSITION. STARCH; VARIETIES; FOOD TECHNOLOGY; PROXIMATE Pati ubi jalar belum banyak dimanfaatkan di Indonesia seperti pati ubi kayu, jagung dan gamt. Sifat-sifat fisik dan kimia pati berbeda-beda, tergantung pada bahan dasamya. Perbedaan tersebut menentukan kesesuaian penggunaannya untuk bahan olahan pangan dan non pangan. Penelitian dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat fisik dan kimia pati dari 4 varietas ubi jalar yang berbeda wama daging umbinya, yaitu Sukuh (putih), Sari (krem), Pakhong (kuning muda), dan Ayamurasaki (ungu tua). Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pascapanen, Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi), Malang, pada bulan Maret - Juli 2003. Percobaan menggunakan rancangan acak lengkap dengan 3 ulangan. Pengamatan meliputi sifat-sifat fisik dan kimia ubi jalar segar dan patinya, termasuk sifat amilografi dan rendemen patio Wama daging umbi berpengamh terhadap derajat putih pati; nilai derajat putih tertinggi pada pati dari varietas Sari (91,2%). Rendemen pati tertinggi diperoleh dari pati varietas Sukuh dan Ayamurasaki, masing-masing 14,5% dan 14,2%; nilai ini berkorelasi positif dengan kadar pati pada umbi segar. Pati varietas Sukuh memiliki tingkat kekerasan dan kekuatan gel tertinggi, berkaitan dengan kadar amilosanya yang tertinggi juga (39% bk). Waktu dan suhu gelatinisasi pati bervariasi di antara varietas, dengan nilai tertinggi pati dari varietas Sukuh (39 menit 88,soC). Sementara itu, viskositas puncak tertinggi tampak pada pati asal varietas Sari (1420 BU). Pati dari keempat varietas sesuai untuk bahan produk olahan yang memerlukan kadar amilosa dan stabilitas gel tinggi, seperti sohun dan bihun. Varietas Pakhong, Ayamurasaki, dan Sari juga sesuai untuk produk yang memerlukan pati yang berviskositas tinggi pada perlakuan suhu yang relatif rendah. Berdasarkan rendemennya, varietas Sukuh paling sesuai untuk sumber pati produk olahan, walaupun warna pati masih perlu diperbaiki. Varietas Ayamurasaki juga baik untuk sumber pati, tetapi patinya lebih sesuai untuk bahan produk olahan yang tidak memerlukan wama cerah sebagai tolok ukur mutu. 143 KAILAKU, S.l. Analisis mutu dan penerimaan konsumen terhadap permen tablet dengan formulasi konsentrasi pengisi, pemanis dan gambir. Quality analysis and consumers preference on tablet candy with formulations of filler, sweetener and gambier/Kailaku, S.l. (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Bogor (Indonesia)) Udin, F.; Pandji, C.; Amos, 4 ill., 2 tables; 17 ref. Summaries (En, In). Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian (Indonesia) ISSN 0216-1192 (2005) V. 2(1) p. 34-40. UNCARIA GAMBIR; PROPERTIES. CONSUMER BEHAVIOUR; CANDYING; QUALITY; ORGANOLEPTIC Gambir berkhasiat untuk menguatkan gigi dan gusi yang secara tradisional dikenal sebagai campuran makan sirih. Manfaat ini dapat dikembangkan lebih lanjut dengan memanfaatkan gambir dalam produk permen atau kembang gula. Permen tablet dipilih karena memiliki karakteristik rasa segar, tidak terlalu manis, dan umumnya rendah kalori, sehingga tidak bertolak belakang dengan manfaat dan karakteristik gambir. Penelitian bertujuan untuk mengetahui formula terbaik dalam pembuatan permen tablet dengan penambahan gambir. Bahan-bahan yang digunakan antara lain amilum (pengisi dan pengikat), sakarin (pemanis), magnesium stearat (pelicin), gambir, minyak menta, penambah rasa strawbery dan pewama makanan. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap faktorial dan dilakukan dengan 3 ulangan. Faktor yang digunakan adalah rasio pemanis dengan pengisi 3 taraf, yaitu 3,5 : 96,5 (AI); 5,5 : 94,5 (A2) dan 8 : 92 (A3). Faktor kedua adalah penambahan gambir dengan 3 taraf, yaitu 3% (BI), 5% (B2) dan 7% (B3). Formula terbaik yang dihasilkan dalam penelitian adalah AIBI (rasio pemanis dengan pengisi 3,5 : 96,5 dan penambahan gambir 3%). Formula ini memiliki spesifikasi produk dengan kadar air 2,65%; 69 Vol. 25, No.1, 2008 Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia kadar abu 2,07%; nilai kekerasan 4,475 mm/IO dtk/50 g. Pada uji organoleptik panelis memberikan nilai yang tinggi masing-masing pada parameter rasa dan warna, tekstur dan aroma. 144 WIDANINGRUM. Pengayaan tepung kedelai pada pembuatan mie basah dengan bahan baku tepung terigu yang disubstitusi tepung garut. Soybean flour enrichment in wet noodle made of wheat flour substituted with arrowroot flour/ Widaningrum; Widowati, S. (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Bogor (Indonesia)) Soekarno, ST, 4 ill., 5 tables; 19 ref. Summaries (En, In). Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian (Indonesia) ISSN 0216-1192 (2005) v. 2(1) p. 41-48. MARANTA ARUNDINACEA; PASTA; WHEAT FLOUR; FLOURS; PROXIMATE COMPOSITION. SOYBEAN FLOUR; NONCEREAL Selama ini terigu yang digunakan di Indonesia seluruhnya diimpor dari luar negeri. Total impor terigu dari Januari -Desember 2003 mencapai 344,2 ribu ton atau senilai US$75,4 juta yang setara dengan Rp677,9 milyar. Eksplorasi sumberdaya karbohidrat lokal dapat dilakukan dalam rangka menghemat devisa. Alternatif umbi-umbian yang dapat mensubstitusi terigu dalam banyak penggunaan diantaranya yaitu umbi garut, dengan mengubah bentuknya terlebih dahulu menjadi tepung. Penelitian bertujuan untuk membuat mie basah substitusi 20% tepung garut yang diperkaya kandungan proteinnya dengan tepung kedelai. Penelitian didahului dengan pembuatan tepung garut dan tepung kedelai, kemudian dilakukan analisis sifat fisiko kimianya. Penambahan tepung kedelai dilakukan pada taraf 0, 5, 10, dan 15%. Penambahan tepung kedelai terbukti dapat meningkatkan kandungan protein dan memperbaiki warn a mie basah dari terigu dengan substitusi tepung garut 20%. Penambahan 15% tepung kedelai ke dalam formula tepung komposit 20% tepung garut menghasilkan peningkatan kandungan protein dan lemak tetapi menurunkan kandungan karbohidrat. Uji deskripsi yang dilakukan terhadap warna, tekstur, aroma dan rasa mie basah dengan penambahan tepung kedelai menunjukkan bahwa panelis masih menyukai dan dapat menerima mie basah dari terigu substitusi 20% tepung garut sampai tingkat penambahan tepung kedelai 10%. Mie tersebut mengandung air 27,4%; abu 0,7%; protein 9,7%; lemak 10,1%; serat kasar 3,4% dan karbohidrat 52,2%. Berdasarkan uji organoleptik deskripsi termasuk sifat fisiko kimianya, produk ini telah memenuhi persyaratan SNI untuk mie basah yaitu SNI 01-2987-1992. 145 YUSIANTO. Karakter fisik dan cita rasa kopi hasil penyangraian sistem pemanasan langsung. Physical and flavor characters of coffee roasted by direct firing systemlYusianto (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jember (Indonesia)) 3 ill., 8 tables; 39 ref. Summaries (En, In). Pelita Perkebunan (Indonesia) ISSN 0215-0212 (2003) v. 19(3) p. 152-170. COFFEE; ROASTING; CHEMICOPHYSICAL PROPERTIES; FLAVOUR; EQUIPMENT; ORGANOLEPTIC PROPERTIES; ECONOMIC ANALYSIS. POSTHARVEST Produksi kopi Indonesia mencapai 500 ribu t/thn, tetapi konsumsi kopi domestik masih sekitar 0,50 kg/orang/thn atau setara dengan 100 ribu ton. Kopi bubuk merupakan produk hilir kopi yang sederhana, sehingga dapat dikembangkan untuk meningkatkan konsumsi kopi di dalam negeri. Tahapan proses produksi yang sangat mcnentukan mutu fisik dan cita rasa kopi bubuk adalah penyangraian. Pcnclitian bcrtujuan untuk mcngctahui kincrja alat sangrai kopi berbahan bakar LPG dcngan sistcm pemanasan langsung. LPG dibakar pada pipa berlubang di bawah pclat baja. Drum penyangrai berbentuk segi delapan bcrdinding bcsi plat berlubang-Iubang dilengkapi filter. Kcccpatan putar 41 rpm, pcnggerak motor listrik 3 fase I HP 1700 rpm. Kopi yang terangkat akan jatuh di atas pelat panas, kemudian bcrgulir di permukaan pelat dan menyentuh udara panas pcmbakaran. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok 7 kali ulangan dcngan 4 jcnis biji kopi. Pengamatan dilakukan tcrhadap proses dan hasil penyangraian, mcliputi perubahan suhu penyangraian, rendemen, pengcmbangan volume, warna, cita rasa. Pcnclitian dilakukan di Unit Produksi Kopi Bubuk-Pusat Pcnclitian Kopi dan Kakao selama 12 bulan. Hasil penelitian mcnunjukkan bahwa penyangrai direct firing dapat digunakan untuk menyangrai kopi arabika maupun robusta dengan hasil yang cukup baik. Kapasitas rata-rata tiap penyangraian 38,17 kg kopi bij i dcngan waktu 48,92 mcnit. Sctiap tabung LPG 50 kg dapat digunakan 34 - 35 kali penyangraian atau sctara dengan 1303 kg biji kopi, dcngan rata-rata rcndemen sangrai 82,93%, densitas kamba 0,44 dan 70 Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia Vol. 25, No. 1,2008 peningkatan volume 24,06%. Aroma dan cita rasa terbaik adalah arabika pengolahan basah, diikuti oleh robusta pengolahan basah, kemudian robusta pengolahan kering. Nilai aroma dan cita rasa kopi antara medium-baik (3,00 - 4,00), keasaman antara kurang-medium, body medium. Body dan bitterness robusta lebih tinggi daripada arabika. Cacat cita rasa yang muncul dari kopi arabika adalah green, sour, astringent, dan earthy, sedangkan dari kopi robusta adalah astringent dan green. Q60 PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN NONPANGAN DAN NONPAKAN 146 RISFAHERI. Optimasi komposisi kardanol dari minyak kulit mete sebagai substitusi fenol dalam formulasi perekat fenol formaldehida. Optimation of cardanol composition from cashew-nut shell liquid as phenol substitute in phenol formaldehyde adhesives formulationfRisfaheri (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Bogor (Indonesia)); Irawadi, T.T.; Nur, M.A.; Sailah, I.; Mas'ud, Z.A.; Rusli, M.S., 6 ill., 5 tables; 17 ref. Summaries (En, In). Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian (Indonesia) ISSN 0216-1192 (2005) v. 2( I) p. 24-33. CASHEWS; SHELL; LIQUIDS; FORMALDEHYDE. CROP RESIDUES; PHENOLIC COMPOUNDS; ADHESIVES; Minyak kulit biji mete merupakan hasil samping dari pengolahan kacang mete, mengandung senyawa fenolik terutama kardanol. Penelitian bertujuan mendapatkan komposisi kardanol yang optimum sebagai substitusi fenol dalam formulasi perekat fenol formaldehida. Pelaksanaan penelitian dibagi alas beberapa tahap, yaitu: (I) optimasi komposisi mol senyawa fenolik, nisbah mol senyawa fenolik terhadap formal dehid a, dan lama reaksi; (2) optimasi komposisi mol senyawa fenolik dan pH reaksi, dan (3) analisis struktur resin perekat dengan FTIR (Fourier Transform Infrared Spectroscopy). Formulasi perekat yang optimum diperoleh dengan komposisi senyawa fenolik (I mol kardanol : I mol fenol), nisbah mol formaldehida terhadap senyawa fenolik (l,5 : 1,0). Kondisi optimum pembuatan perekat dicapai pada reaksi polikondensasi pH 10 dan berlangsung selama I jam. Kardanol dapat menggantikan fenol sebanyak 70% dalam formulasi perekat fenol formaldehida. Perekat tersebut menghasilkan keteguhan rekat kayu lapis dalam keadaan kering dan basah (setelah direbus selama 72 jam) rata-rata 15,36 kg/cm2 dan 13,61 kg/cm2. Persyaratan keteguhan rekat untuk perekat fenol formaldehida menurut Standar Nasional Indonesia 06-4567-1998, yaitu minimum 10 kg/cm2 i (hasil uji dalam keadaan kering) dan 8 kg/cm2 (hasil uji dalam keadaan basah). Terjadi sinergi antara kardanol dan fenol pada reaksinya dengan formaldehida, sehingga reaksi formaldehida dengan kardanol tidak hanya pada cine in aromatiknya tetapi juga terjadi pada rantai samping tidakjenuh (CIS) dari kardanol, sehingga meningkatkan keteguhan rekat kayu lapis. 147 SUYANTI. Pengaruh cara ekstraksi dan musim terhadap rendemen dan mutu minyak bunga melati. Effect of extraction method and season on the yield and quality of jasmine absolute/Suyanti; Prabawati, S.; Yulianingsih; Setyadjit (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Bogor (Indonesia)) Unadi, A., 2 ill., 3 tables; IS ref. Summaries (En, In). Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian (Indonesia) ISSN 0216-1192 (2005) v. 2( I) p. 18-23. JASMINUM; DISTILLING; CLIMATIC EXTRACTION; JASMINUM OFFICINALE. FACTORS; JASMINE OIL; YIELDS; QUALITY; Bunga melati selama ini hanya digunakan sebagai bunga rampai, bunga sesaji, dekorasi dan pewangi teh. Namun sebenarnya bunga melati mempunyai potensi untuk dibuat minyak bunga alami. Minyak melati merupakan bahan untuk industri kosmetik, parfum, farmasi, sabun dan produk yang berbau wangi lainnya. Selama ini kebutuhan industri dalam negeri diimpor dari negara penghasil minyak bunga dengan harga yang cukup mahal. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan teknologi ekstraksi minyak melati yang dapat menghasilkan rendemen dan mutu yang tinggi. Bunga melati gambir (Jasminum officinale) asal Purbalingga, Jawa Tengah diproses menjadi minyak melati menggunakan metode ekstraksi dengan pelarut heksan. Perlakuan yang diuji adalah ekstraksi satu tahap, ekstraksi dua tahap, dan pencucian ampas, yang dilakukan pada musim hujan dan musim kemarau. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok 71 - Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia Vol. 25, No. 1,2008 dengan tiga kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstraksi bunga melati gambir dengan cara ekstraksi satu tahap adalah yang paling baik dengan rendemen absolute yang dihasilkan tertinggi (0,15-0,17%). Absolute yang dihasilkan pada musim kemarau lebih tinggi dibandingkan musim hujan, terbanyak dipero1eh pada bulan September (0,19%) dengan mutu absolute lebih baik yang ditunjukkan dengan total komponen yang lebih tinggi. Absolute melati hasil ekstraksi memi1iki indeks bias 1,45 - 1,46; bilangan asam 9,60-11,80; bi1angan ester 129,07-130,73, Komponen kimia utama adalah benzyl acetate (6,74 -7,90%), benzyl benzoate 2,58-4,11%), cis-jasmone (8,49-9,53%), linalool (3,59-5,40%), methyl jasmonate (0,81-0,86%), serta beberapa senyawa lainnya. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk pemilihan proses ekstraksi bunga melati agar menghasi1kan rendemen minyak yang tinggi. Q70 PENGOLAHAN LIMBAH PERTANIAN 148 BAON, 1.B. Laju dekomposisi dan kualitas kompos limbah padat kopi: pengaruh aktivator dan bahan baku kompos. Rate of decomposition and quality of solid coffee waste composts: effects of composting activators and raw material/Baon, 1.B.; Nurkholis (Pusat Pene1itian Kopi dan Kakao Indonesia, Jember (Indonesia»; Sukasih, R., 4 ill., 3 tables; 14 ref. Summaries (En, In). Pelita Perkebunan (Indonesia) ISSN 0215-0212 (2005) v. 21(1) p. 31-42. COFFEA; AGRICULTURAL WASTES; COMPO STING; QUALITY; MATERIALS; INORGANIC COMPOUNDS; SOLID WASTES. DEGRADATION; RAW Dalam tiga dekade terakhir, kandungan bahan organik tanah pada sebagian besar perkebunan kopi di Indonesia telah mencapai aras rendah sampai sangat rendah. Produktivitas tanah dan keberlanjutan produksi kopi ditentukan oleh kecukupan kandungan bahan organik tanah. Ku1it kopi sebagai 1imbah padat industri kopi berpotensi digunakan sebagai sumber bahan organik setelah dikomposkan, karena nisbah karbon: nitrogen pulpa kopi sekitar 40, sedangkan pada kulit tanduk kopi sekitar 140 yang sangat tinggi dibandingkan nisbah CIN tanah. Pengomposan limbah kopi padat tersebut perlu dilakukan untuk menghindari pengaruh negatif terhadap tanaman. Tujuan penelitian untuk mengkaji pengaruh beberapa aktivator hayati dan anorganik dalam pengomposan serta komposisi bahan baku terhadap laju dekomposisi dan kualitas kompos kulit kopi yang dihasilkan. Komposisi bahan baku yang diuji adalah kulit buah kopi (pulpa), kulit tanduk buah kopi serta campurannya, sementara aktivator pengomposan yang dikaji adalah 2 aktivator pengomposan hayati komersial yang mengandung bakteri dan jamur perombak aktif serta 2 aktivator anorganik berupa ammonium sulfat dan superfosfat, dan kontrol (tanpa bahan aktivator) sebagai pembanding. Kombinasi perlakuan berupa faktorial 3x5 ditata dalam rancangan acak kelompok lengkap dengan 3 u1angan untuk setiap kombinasi perlakuan. Hasil pene1itian menunjukkan bahwa pemberian aktivator anorganik, khususnya ammonium suIfat, menghasilkan laju dan kualitas kompos yang lebih baik dibandingkan aktivator hayati. Pulpa buah kopi menghasilkan kompos dengan kualitas yang baik serta laju pengomposan yang lebih cepat dibandingkan dengan bahan mentah pengomposan yang lain. Laju pengomposan untuk mencapai nisbah CIN < 15 untuk pulpa kopi sebagai bahan mentah hanya 4 minggu dibandingkan kulit tanduk kopi yang memerlukan > 8 minggu. 149 HIDAYATULLAH. Pengelolaan limbah cair usaha peternakan sapi perah melalui penerapan konsep produksi bersih. [Liquid waste management of dairy farm through application of cleaner production concept]/Hidayatullah; Gunawan; Mudikdjo, K. (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengku1u (Indonesia» Erliza, N., 14 tables; 11 ref. Summaries (En, In). Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (Indonesia) ISSN 1410-959X (2005) v. 8 (1) p. 124-136. DAIRY CATTLE; LIQUID WASTE ECONOMIC ANALYSIS; JAVA. MANAGEMENT; DAIRY FARM; MIXED FARMING; Kegiatan pembangunan petemakan perlu memperhatikan daya dukung dan kualitas lingkungan. Usaha petemakan sapi perah dengan skala usaha 1ebih dari 20 ekor dan relatif terloka1isasi akan menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan. Pencemaran ini disebabkan oleh pengelo1aan limbah yang belum 72 Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia Vol. 25, No.1, 2008 dilakukan dengan baik, tetapi kalau dikelola dengan baik, limbah tersebut memberikan nilai tambah bagi usaha petemakan dan lingkungan di sekitamya. Sistem usaha petemakan dengan penerapan produksi bersih merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam meminimisasi limbah temak. Penelitian ten tang pengelolaan limbah cair sapi perah melalui penerapan produksi bersih ini telah dilakukan di cv. Lembah Hijau Multifarm (LHM) Solo, Jawa Tengah. Penelitian bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengelolaan limbah padat dan cair sapi perah melalui penerapan produksi bersih dan berapa besar kadar polutan dalam limbah cair ternak dapat diminimisasi. Data yang dikumpulkan meliputi proses daur hidup sistem usaha petemakan, sistem pengelolaan Iimbahnya dan karakteristik limbah cair sapi perah. Contoh air diambil 3 kali dan dianalisis di lab. kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret, Solo dan dibandingkan dengan baku mutu limbah cairo Hasil penelitian menunjukkan daur hidup sistem usahatani yang dilakukan mampu meningkatkan keuntungan bagi sistem tersebut (B/C rasio > 1) dan mengurangi limbah yang terbuang ke lingkungan. Hasil analisis kualitas air adalah derajat keasaman (pH) = 7,25. Total dissolved suspention (TDS) = 804 mg/l; total solid suspention (TSS) = 356 mg/l; chemistry oxigen demand (COD) = 483 mg/l; biology oxigen demand (BOD)= 240 mg/l; Nitrit= 0,003 mg/l; Nitrat= 0,09 mg/l; NHrN= 0,39 mg/l; H2S= 0,54 mg/I. Kadar polutan dalam limbah cair tersebut semuanya masih berada di bawah baku mutu limbah cair maksimum yang diperbolehkan. l50lNDRANINGSIH. Pemanfaatan limbah pertanian organik untuk meningkatkan kualitas produk ternak melalui sistem pertanian terpadu. Byproducts of organic crops for quality improvement of animal products in cropslivestock system/Indraningsih; Sani, Y; Widiastuti, R. (Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor (Indonesia)) Masbulan, E., 9 tables; 23 ref. Summaries (En, In). [Proceedings of national seminar on integrated crop livestock systems]. Prosiding seminar nasional sistem integrasi tanaman ternak/Haryanto; Mathius, I w.; Prawiradiputra, B.R.; Lubis, D.; Priyanti, A.; Djajanegara, A. (eds.); Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor (Indonesia). Bogor: Puslitbangnak, 2004: p. 257-267. AGROPASTORAL SYSTEMS; AGRICULTURAL WASTES; DAIRY CATTLE; FOOD CROPS; PESTICIDES; RESIDUES; ORGANIC FERTILIZERS; FEEDS; ORGANIC FARMING; MILK PRODUCTION; MEAT; QUALITY Pemanfaatan limbah pertanian organik dipelajari untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kualitas susu dan daging. Penelitian ini merupakan kegiatan integrasi pertanian terpadu (kol dan jagung) yang limbahnya dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan petemakan. Analisis residu pestisida dilakukan terhadap jerami, jagung dan kol (organik maupun non-organik) yang dikoleksi dari Yogyakarta, Pangalengan dan Lampung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa residu pestisida tidak terdeteksi pada susu sapi perah FH yang diberi pakan limbah kol organik selama 7 hari berturut-turut. Sebaliknya pemberian pakan limbah nonorganik, terlihat adanya residu lindan sebanyak 76,7 ppb (hari-O); 49,6 ppb (hari-I) dan 10,2 ppb (hari-7). Residu pestisida tidak terdeteksi pada lapisan dalam kol organik (untuk konsumsi), tetapi endosulfan (0,1 ppb) terdeteksi pada lapisan luamya (limbah). Dilain pihak lindan terdeteksi pada kedua lapisan kol non-organik yaitu 3,4 ppb (dalam) dan 0,3 ppb (luar). Pada jagung organik hanya terdeteksi lindan (2,5 ppb) sedang limbahnya terdeteksi lindan (7,9 ppb) dan heptakhlor (7,3 ppb). Sebelum penanaman jagung temyata tanah terkontaminasi oleh lindan (2,7 ppb) dan heptakhlor (0,9 ppb). Pemberian limbah jagung pada sapi ongole mengakibatkan terdeteksinya residu lindan pada serum 0,26 ppb (minggu-l); 0,39 ppb (minggu-2); dan 0,25 ppb (minggu-3). Residu lindan (3,89 ppb) terdeteksi pada jerami organik asal Yogyakarta, sedangkan jerami non-organik terdeteksi lindan (1,58 ppb); heptakhlor (0,93 ppb); diazinon (7,95); dan khlorpirifos-metil (12,09 ppb). Analisis residu pestisida pada jagung organik komersial menunjukkan adanya residu lindan (9,6 ppb); heptakhlor (1,1 ppb); khlorpirifos-metil (7,5 ppb) dan diazinon (21,7 ppb); dan pada kol organik terdeteksi lindan (0,53 ppb); heptakhlor (1,8 ppb); dan diazinon (14,2 ppb). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pakan temak akan menentukan kualitas produk temak yang dihasilkan. Pertanian organik merupakan salah satu alternatif untuk meminimalkan residu pestisida pada pakan dan produk temak. Untuk menerapkan sistem pertanian terpadu perlu memilih limbah pertanian yang rendah residu pestisida untuk pakan temak. 73 Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia Vol. 25, No.1, 2008 INDEKS PENGARANG A Abdoellah, 026 Baon, J.B. 148 S. Basong, A. 129 Abduh, U. 003 Abdullah, 044 Basuki, R.S. 001,048 Basuki, T. 041 B. Adhi, E.M. 086 Adisarwanto, 051 T. Berrnawie, 049 Adiyoga, W. 072 Adjid R.M., A. 117 Agung D.H., T. 045 Agustinus 004 Basuno, E. 002 N. Bety, YA 050 Bintang, LAX. 097 Budhi, S.P.S. 102 Bulo,D. 004 Akil,M. 011 Ambarwati, 046 A.D. Bulu, YG. 007 Ambarwati, 047 E. C Carsono, N. 058 Chairul 013 Amiarsi, D. 091,092 Amir, AM. 067 Amos 143 Chatijah 128 Chozin, M.A 087 Ariani, M. 002 D Arief, Y.N. 088 Dada, 1 K.A. 114 Asandhi, A.A. 078 Asriani 138 Aswidinnoor, 057 Dahsyat, M. 086 H. Avivi, S. 018 Aziz- Purwantoro 023,089 B Bahri, S. 125 Baliarti, E. 102 N. Dalmadiyo, 130 G. Damayanti, R. 116,117 Daradjat, AA 044 Darjanto 045 Dharrnayanti, 117 N.L.P.I. Diningsih, E. 084,085 Djajadi 029, 130 75 Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia Vol. 25, No.1, 2008 Djajanegara, A. (ed.) 003,004,007,031,038,098,102,150 Djukri 009 Djulin, A. 008 E Effendie, K. 052 Ekastuti, D.R. 108 . Ella, A. 003,098 Emmyzar 010 Erliza, N. 149 F Faizal 131 Febrianty, E. 059 G Gholib, D. 118 Ginting, E. 142 Gorda, I W. 114 Gunadi, N. 072 Gunawan 149 Gunawan, a.s. 082 H Hadad, E.A. 067 Hadiastono, T. 055 Handayani, S. 126 Hanudin 083 Hardjosworo, P.S. 108 Harjadi, S.S. 013 Harsono, A. 051 Hartati, R.S. 042,061 76 Haryanto (ed.) 003,004,007,031,038,098,102,150 Hendra, A. 072 Herman, M. 046,057 Hermawan 078 Herwati, A. 060 Hidayati, N. 106 Hidayati, YA. 139 Hidayatullah 149 Histifarina, D. 133,134 Huminto, H. 122 Husein, A. 123 I Ikrarwati 018 1ndradewa, D. 051 Indraningsih 150 Indrayani, I G .A.A. 068,069 Indriani, R. 117 Inounu, I. 106 Irawadi, T.T. 146 Iriani, E.S. 135 Ishaq, I. 043 Ismail, M. 110 Ismal, B.P. 050 Ispandi, A. 027,028 Istiana, H. 029 J Jatmiko, S.Y. 050 Jenie, B.S.L. 138 - • Abstrak Hasi/ Penelitian Pertanian Indonesia Jusuf, M. Vol. 25, No. Mahmilia, 142 I, 2008 F. 100 Malian, A.H. K 008 Kailaku, S.l. Mangoendidjojo, 143 089 Kairupan Mansyah, 004 056 Kardin, K. 1. 123 Karmawati, E. Mardjono, R. 065 067,070 Karsum Mariska, 072 1. 020,021 Kartikaningrum, S. 052 Marjani 041 Karyani, N. Marsetyo 086 030 Kasno, A. Martono, 055 M.A. 072 Komar, D. Marwoto, 001 B. 059,076,078,083 Kostaman, T III Maryam-Abn 071 Krismawati, A. 053 Krisnan, E. Manurung, 083 W. Mas'ud, Z.A. 146 R. Masbu1an, E. 099 150 Mastur Kumia, A. 074 029, 130 Kusmana Mathius, 048,054 Kusmanadhi, I W. (ed.) 003,004,007,031,038,098,102,150 B. 019 Mawardi, S. 063,064 Kustianto, B. 044 Miftakhurohmah 037 Kusumo, S. 014 Moekasan, TK. 072,073,074 Kuswanto Moenandir, 055 J. 039 Mudikdjo, L K. 149 Lamusa, A. Mulyana, 005 Lestari, H. Mulyawanti, 140 Listanto, l. 092 E. 057 Lubis, D. T 071 Munier, F.F. 004 (ed.) 003,004,007,031,038,098,102,150 Munip, A. 027 Murdiyati, M A.S. 029, 130 Maamun, 011 Mahfudz 087 M.Y. Murtiningsih, E. 133 Musaddad, D. 133 77 Vol. 25, No.1, 2008 Mustaring 030 Mustikaningsih, Y. 125 Muzani, A. 007 Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia Prabawati, S. 147 Prasetyo, L.H. 107, 108 Prawiradiputra,8.R. (ed.) 003,004,00~031,038,098, 102, 150 Prawoto, A.A. N 012,019 Nafiu, L.O. 106 Najamuddin, A. Oil Nasrullah 066 Natalia, L. 119 Natsir, A. 101 Nur, M.A. 146 Nuraeni 024 Nurdjannah, N. 081,136 Nurhayu, A. 003,098 Nurheru 006 Nurindah 080 Nurkholis 148 Nurmalinda 001 Nurtika, N. 035 Nuryani, W. 014,083 Prayogo, Y. 075 Priadi, A. 119 Priyanti, A. (ed.) 003,004, 007, 031, 038, 098, 102, 150 Purba, M. 108 Purbadi 076 Purbowati, E. 102 Purl ani, E. 032 Purnama, T 056 Purnamaningsih, R. 021 Purnamasari, 1.S. 074 Purwadaria, T 097 Purwantini, TB. 002 Purwantoro, A. 066 Purwati, R.O. 042 Purwoko, B.S. 009,013 Puspadi, K. o 007 Omoy, TR. 071 p Q Qomariyah, N. 019 Pamungkas, O. 109 Qosim, w.A. 058 Pandji, C. 143 Panjaitan, TS. 007 Pardal, SJ. 057 Parede, L. 122 Pasambe, O. 098 78 R Rachman, A. 032 Rachman, B. 008 Rahardjo, 1.8. 084,085 Rahayu, S. 019 - Abstrak Rasil Penelitian Pertanian Indonesia Rahayuningsih, S. 086 Rahayuningsih, S.A. 142 Rahim, L. 095 Ram,R. 137 Risfaheri 146 Roostika, I. 020,021,088 Rosman, R. 013 Rostiana, O. 037 Rotib, L.A. 103 Roxas, N.P. 109 Rukmana, T 074 Rumayar 004 Ruminta 058 Rusdi, U.D. 139 Rusdy, M. 104 Rusli, M.S. 146 Vol. 25, No.1, 2008 Sariubang, M. 038 Sasongko w.R. 007 Sastraatmadja, S. 043 Sastrosiswojo, S. 074 Sastrosupadi, A. 060 Sendow, I. 120 Setiawati, W. 077,078 Setioko, A.R. 107 Setyadjit 135,147 Setyo-Budi, U. 042,061 Setyobudi, L. 062 Sholeh, M. 032 Sihombing, D. 079 Simarmata, T 034, 127 Sinurat, A.P. 097 Sisharmini, A. 046 Siswanto S Sahid, M. 041 Said, E.G. 135 Saidah 004, 128 Sailah, I. 146 Salmin 112 Saloko, F. 105 Sani, Y. 150 Sanjaya, L. 059 Santi, A. 014 Santo so, B. 033 Santoso, TJ. 046 070 Slamet 057 Soekarno, S.T 144 Soekartomo, S. 039 Soekisman, T 087 Soesanto, L. 045 Soetopo, L. 055 Somantri, A. 077,078 Sri-Mulato 140 Subandriyo 106 Subhan 035 Subiyakto 068 79 Vol. 25, No.1, 2008 Sudarmiyati, 087 S. Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia Sutama, I K. III Sudarmo, H. 006,065 Sudiatso, S. 013 Sutanto 074 Sudirman, 138 Sutaryono, 017 Sutaryo, B. 066 I. YA. Suhara, C. 061 Suhardi 079 Suharsono 075 Sutrisna, N. 043 Suwarso 060 Suwarto 045 Suhendi, D. 063,064 Sujak 080 Sukarsih 124 Suyadi, A. 023 Sukasih, R. 148 Syah, M.J.A. 056 Sulastrini, 072 Syahid, S.F. 037 Suyanti 147 Syafruddin 128 I. Sulianti, S.B. 015,022 Sulistyowati, E. 069 Sulyo, Y 084,085 Sumartini 090 Sumarwoto 016 Syam, A. 038 Syamsuddin 093 T Tachro 127 Tambunan, 109 Sumiati, E. 036 R.D. Sunarlim, N. 020,088 Sunarto 045 Tarigan, S. 115,121 Tatipata, A. 025,089 Thaha, A.R. 132 Sunarto,D.A. 080 Tiesnamurti, 106 Suparyanto, 107 A. B. S. Supriadi 086 Tjokrowidjojo, 044 Tohari 051 Suprijono 065 Trikoriantono, 026 A. Supriyadi, 059 Y Trisnowati, 023 Suryani, A. 135 Suryaningsih, 072 Susanti, T. 107 80 S. U E. Udin, F. 143 Uhan, T.S. 077,078 Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia Umar, S. Vol. 25, No.1, 2008 Winamo, 094 Unadi, A. Winamo, 147 H. 063,064 Urech, R. Wirosoedarmo, 124 R. 040 Usman, F. Wiyono, A. 056 Usmiati, D. 068 116, 117 S. 081,137 y Utami, S.N.H. 126 Yahya, S. 013 V Yasin Veerman, 006 M. 113 Yasin, S. 138 W Yudono, P. Wahyuwardani, S. 122 Wardhana, 047,089 Yuliani, S. 081 A.H. Yulianingsih 123, 124 Wattimena, G.A. 057 091,092, 147 Yuliastuti, Wattimena, 113 Yuniar, A. 039 Widaningrum 144 Yuningsih Widiastuti, 141 R. 125, 150 Yusdja, Y. 002 Widodo, Y. Yusianto 142 Widowati, S. 145 144 Widowati, S. 141 1. Yusnawan, W. E. 090 139 Widyotomo, 140 Wikardi, E.A. S. Z Zakaria, S. 096 070 • 81 Abstrak Hasi/ Penelitian Pertanian Indonesia . Vol. 25, No.1, 2008 INDEKS BADAN KORPORASI B Balai Penelitian Tanaman Hias, Cianjur 001,014,015,022,059,071,076,079,083, 084,091,092 p Pusat Penelitian dan Pengembangan Petemakan, Bogor 003,004,007,031,038,098,102,150 83 • Abstrak Hasi/ Penelitian Pertanian Indonesia Vol. 25, No. I, 2008 INDEKS SUBJEK A 011 ACYLGLYCEROLS ANIMAL PERFORMANCE 138 ADAPTABILITY 103 ANIMAL PRODUCTS 047 ADAPTATION 141 ANNONA MURICATA 071 042,051,053,060,063,064 ADHESIVES ANNONA RETICULATA 146 AFLATOXINS 071 ANNONA SQUAMOSA 125 AGE 071, 123 ANTIBODIES 095 AGRICULTURAL POLICIES 120 ANTIGENS 002 AGRICULTURAL WASTES 118 APICAL MERISTEMS 015 148, 150 AGROBACTERIUM TUMEFACIENS APIUM GRAVEOLENS 057 AGROFORESTRY 043 APPLICATION RATES 094 AGROINDUSTRIAL SECTOR 016,027 ARACHIS HYPOGAEA 007 AGRONOMIC CHARACTERS 027,051,127 ARACHIS PINTOI 017 004,009,013,019,038,044,059,104 AGROPASTORAL SYSTEMS ARID ZONES 031 003,004,098,150 ALLEY CROPPING ASPERGILLUS FLAVUS 041 ALLIUM ASCALONICUM 090 ASPERGILLUS FUMIGATUS 035,047,072 ALLIUM CEPA 118, 130 AVIAN INFLUENZA VIRUS 073 ALLIUM FISTULOSUM 117 AZOTOBACTER 043 034 ALOE BARBADENSIS 097 ALTERNATIVE AGRICULTURE 126 AMMONIUM SULPHATE 026 AMORPHOPHALLUS 016 ANACARDIUM OCCIDENTALE 017,067,070,086 ANAESTHESIA 114 ANIMAL ANATOMY 112 ANIMAL EMBRYOS 125 ANIMAL FEEDING B BA 018,023 BACILLUS CEREUS 130 BACILLUS SUBTILIS 082 BACILLUS THURINGIENSIS 074 BACTERIA 034 BARLEY STRAW 101 BASAL DRESSINGS 032 85 Vol. 25, No. I, 2008 Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia BEEF CATTLE CAFFEINE 004 140 BEMISIA TABACI CAMELLIA SINENSIS 069,078 099 BENZOIC ACID CANDYING 092 143 BIFIDOBACTERIUM CAPSICUM ANNUUM 137 072,082 BIOCHEMISTRY CARCASS COMPOSITION 089 095, 109 BIODEGRADABILITY CARCASSES 101 095, 109 BIOLOGICAL CONTROL AGENTS CARROTS 133 075,076,077,080,083 BIOLOGICAL PRESERVATION CASHEWS 020 146 BIOMASS CATCH CROPS 006 011,017 BIOPESTICIDES CATHARANTHUSROSEUS 082 085 BIRTH WEIGHT CATTLE III 007,095,098,116,124 BLOOD SERUM CEIBA PENTANDRA 113 041 BLUETONGUE VIRUS CERCOSPORA ORYZAE 120 050 BODY WEIGHT 004,097,098,099,102,103,109, 122 BOEHMERIA NIVEA 042 BOOPHILUS MICROPLUS 123 BOTANICAL INSECTICIDES 068,071 BOTANICAL PESTICIDES 090 BRADYRHIZOBIUM JAPONICUM 024 BRASSICA OLERACEA 077 BROILER CHICKENS 099, 100, 119, 122 BUDS 023 BULBS 016 BYPRODUCTS 029 CHEMICAL COMPOSITION Ill, 119, 136 CHEMICOPHYSICAL CHICKENS 096,103,118,125 CHLORMEQUAT 015 CHLOROPHYLLS 009 CHRYSOMYA 124 CITRIC ACID 091 CLIMATIC FACTORS 147 CLONES 019,041,042,059,063,064 CLOSTRIDIUM PERFRINGENS 119 COCHLIOBOLUS MIYABEANUS 050 COCOA HUSKS 105 COCONUT OIL C CABBAGES 074 CAESALPINIA 139 86 PROPERTIES 145 138 COCONUTS 005 COCOS NUCIFERA 042 Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia COFFEA Vol. 25, No.1, 2008 DECAFFEINATION 148 140 COFFEE DEFOLIATION 145 104 COLEUS PARVIFLORUS DEGRADATION 088 132, 148 COLLETOTRICHUM DEMAND 082 008 COLOCASIA ESCULENTA DENDRANTHEMA 009 COMPOSTING DENITRIFICATION 148 034 COMPOSTS DENSITY 031 069 CONCENTRATES DEPTH 014 003, 102 CONSUMER BEHAVIOUR DEXTRINS 143 136 CONTROL METHODS DIGESTIBILITY 074 017,105 COST ANALYSIS DIMENSIONS 041 039 COST BENEFIT ANALYSIS DISEASE CONTROL 084 002,004,006,038,072 CROCIDOLOMIA DISEASE 077 CONTROL METHODS 085 CROP PERFORMANCE DISEASE 040,047 RESISTANCE 050,058 CROP RESIDUES DISEASE 146 TRANSMISSION 083 CROPPING SYSTEMS DISTILLING 077,078 081,147 CROSSBREEDING DNA 056 044, 106 CRUDE MORIFOLIUM 058,076,083,084 PROTEIN DOGS 025 114 DOSAGE CRYOPROTECTANTS 020 115 CUCUMBER MOSAIC CUCUMOVIRUS DOSAGE 084,085 CULTIVATION DROUGHT 012 CULTURE RESISTANCE 051 MEDIA DRY FARMING 021 CULTURED EFFECTS 028,030,076,082 027,028,031,036,048 MILK DRYING 137 CUT FLOWERS 133 DUCKS 014,079,091,092 003,107,108 CUTTINGS 022 E D ECHOGRAPHY DAIRY CATTLE 101,149,150 DAIRY FARM 149 095 ECONOMIC ANALYSIS 001,003,011,012,031,038,043,102,145, 149 87 Vol. 25, No. I, 2008 Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia ECONOMIC COMPETITION 008 005,007 FARMER ASSOCIATIONS ECONOMIC VALUE 045,094 002 FARMING SYSTEMS ECONOMIC VIABILITY 072 001,002,031 FARMYARD MANURE EFFICIENCY 051 004,016,029,031,038 FATTENING EGG PRODUCTION 003,097,107,108 095, 102 FEED ADDITIVES EGGS 096, 107 097 FEED GRASSES EICHHORNIA CRASSIPES 100 101 FEED INTAKE ELISA 085, 118 097 FEED LEGUME EMBRYONIC DEVELOPMENT 021 101 FEEDLOTS EMPLOYMENT 002 102 FEEDS ENVIRONMENT 064 003,004,098,099,102,150 FERMENTATION ENVIRONMENTAL FACTORS 060 004,098, 100, 105, 135 FERMENTED PRODUCTS EROSION 129,131,132 099 FERTILIZER APPLICATION EROSION CONTROL 130 004,026,028,032,036,038 FLAVOUR ESSENTIAL OILS 013 145 FLEMINGIA ETIELLA ZINCKENELLA 057 130 FLOWERING EVALUATION 062 014,091 FOOD CROPS EWES 110,112,113 031,150 FOOD TECHNOLOGY EXPLANTS 046 142 FORAGE EXPORT POLICIES 008 017 FOREST LAND EXPORTS 008 006 FORMALDEHYDE EXTRACTION 140, 147 146 FORMICIDAE EXTRACTS 139 070 FREEZING 020 FRUIT JUICES F 135 Fl HYBRIDS FUSARIUM OXYSPORUM 059,066 083 FARM INCOME 002,006,041 FARM MANAGEMENT 006 FARM SURVEYS 88 G GAMMA IRRADIATION 049 • Abstrak Hasi/ Penelitian Pertanian Indonesia GARCINIA MANGOSTANA 056 Vol. 25, No. HELICOVERPA ARMIGERA 068,077,080 HELOPELTIS GAS CHROMATOGRAPHY 124,141 070 HELOPELTIS ANTONII GENE TRANSFER 057 067 HERITABILITY GENETIC RESISTANCE 061,067,079 052 HETEROSIS BREEDING GENETIC STABILITY 045,047,059,063,065 066 HIBISCUS CANNABINUS GENETIC TRANSFORMATION 046 053,061 HIBISCUS SABDARIFFA GENETIC VARIATION 049,052,055,056 GENOTYPE ENVIRONMENT INTERACTION 033 HIGH YIELDING BREEDS 095 HIGH YIELDING VARIETIES 047,059 GENOTYPES 044,045,066 HIGHLANDS 036,043,054 048,050,051,054,060,062,079 GERMPLASM HOMOZYGOTES 107 052,061 GIBBERELLIC ACID HORMONES 014 GIGASPORA MARGARITA 2008 H GARLIC 090 J, 110 HUMAN DISEASES 127 121 GINGER 090 GLIOCLADIUM 083 GLOMUS FASCICULATUM 127 GLYCINE MAX 024,025,040,057,075,089 GOATS 105,109, Ill, 115 GONADOTROPINS 110 GOSSYPIUM 068,069,080 GRAFT COMPATIBILITY 019 GRAFTING 019,084 GROUND NUT MEAL 139 GROUNDNUTS 090 GROWTH 010,013,015,016,017,018,030,036,039, 040,043,087 GROWTH RATE 014 GROWTH RETARDANTS 088 I IBA 022,037 IDENTIFICATION 056, 124 IMMUNE RESPONSE 115 IMMUNODIAGNOSIS 120 IMMUNOGLOBULINS 085,121 IMMUNOLOGICAL TECHNIQUES 118 IMPERATA CYLINDRICA 104 IMPORTS 001 IN VITRO 018,037,123 IN VITRO CULTURE 046 IN VITRO FERTILIZATION 113 INCOME 001 INDUSTRY 029 89 Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia Vol. 25, No. I, 2008 INFECTION LAND PRODUCTIVITY 126 116,122,127 INJECTION LAND RESOURCES 046 INNOVATION 132 LAND USE 007 INORGANIC COMPOUNDS 001,131,132 LARVAE 148 INORGANIC FERTILIZERS 068,073 LAYER CHICKENS 012 INPUT OUTPUT ANALYSIS 097 LAYING PERFORMANCE 003 INSECTICIDES 096,097,108 LEAF AREA 073,074 INSOLUBILIZATION 009,069 LEAF EATING INSECTS 115 INTEGRATED PEST MANAGEMENT 071,079 LEAVES 072 INTERCROPPING 010,022,023,069 LIGHT REQUIREMENTS 009 006,031,042,043,072,078 INTERGENERIC HYBRIDIZATION LILIUM LONGIFLORUM 066 INTERSPECIFIC HYBRIDIZATION 001,059 LIMING 059 INTRODUCED VARIETIES 016 LIQUID FERTILIZERS 062 IPOMOEA BATATAS 036 LIQUID WASTE MANAGEMENT 046 IRRIGATED LAND 149 LIQUIDS 146 003,004,038,066 IRRIGATED RICE LITTER SIZE 128 106 ISOLATION LIVESTOCK 117 123 LUVISOLS J 027 JASMINE OIL LYCOPERSICON ESCULENTUM 147 034,077 JASMINUM 071, 147 JAVA 034,036,043,048,054,149 M MACROSIPHUM ROSAE 079 MAGNESIUM FERTILIZERS K 035 KALIMANTAN 033,053 KEEPING QUALITY 091,092,134 KENAF 053,061 KETAMINE 114 MALABSORPTION 122 MALIGNANT CATARRHAL FEVER VIRUS 116 MALTODEXTRINS 136 MANGOES 135 MANIHOT ESCULENTA L 020,028,041 LACTIC ACID BACTERIA 138 90 MARANTAARUNDINACEA 144 • Abstrak Hasi/ Penelitian Pertanian Indonesia MATURATION Vol. 25, No.1, 2008 MUSA TEXTILIS 113 018,023 MEAT MYIASIS 124 141,150 MEAT CUTS MYRISTICA FRAGRANS 109 136 MEAT PERFORMANCE MYZUS PERSICAE 109 043 MELOIDOGYNE N 061,076,078 MEMBRANES NAA 025 018,023,037 MENTHA PIPERITA NATIONAL PARKS 013 094 MENTHOL NATURAL ENEMIES 013 077 MERISTEM CULTURE NEEM EXTRACTS 023 068 METHANOL NEMATODA 123 061,078 MICROBIAL PESTICIDES NICOTIANA TABACUM 076,083 029,032,060,130 MICROPROPAGATION NITROGEN FERTILIZERS 018 024 MICROSCOPY NONCEREALFLOURS 122 144 MILK NPK FERTILIZERS 141 033,036,039 MILK PRODUCTION NUCLEAR POLYHEDROSIS VIRUS 150 068,073 MILK PRODUCTS NUSA TENGGARA 137 017 MITOCHONDRIA NUTMEGS 025 136 MIXED CROPPING NUTRIENT UPTAKE 104 027,028,127 MIXED FARMING NUTRITIONAL STATUS 149 128 MODELS NUTRITIVE VALUE 060 100, 103, 104 MOISTURE CONTENT o 025,089 MOLECULAR GENETICS 117 MONO AND DlGLYCERIDES 138 ONIONS 084 090 MORTALITY 068,071,073,075, 056 MOULTING 108 MUSA PARADISIACA 062 070 OESTROUS CYCLE 113 MORBIDITY MOTHER PLANTS OECOPHYLLA ORCHIDACEAE 123 052 ORGANIC AGRICULTURE 012, 126 ORGANIC FARMING 150 ORGANIC FERTILIZERS 004,012,029,030,031,034,038,150 91 Vol. 25, No.1, 2008 ORGANIC MATTER 016,033,105 ORGANOGENESIS 021 ORGANOLEPTIC ANALYSIS 136 ORGANOLEPTIC PROPERTIES 143, 145 ORNAMENTAL PLANTS 058 ORYZA SATIVA 003,004,038,044,045,050,066,098,128 OVARIAN FOLLICLES 110 OVARIES 112 OXYOPES 075 Abstrak Hasi/ Penelitian Pertanian Indonesia PHOTO PERIODICITY 013 PHOTOSYNTHESIS 051 PIMPINELLA 037 PIPER NIGRUM 049 PLANT ANATOMY 019 PLANT DISEASES 130 PLANT EXTRACTS 090 PLANT GROWTH SUBSTANCES 015,021,022,023 PLANT PHYSIOLOGY 089 PLANT POPULATION P 011 PACLOBUTRAZOL 088 PADDY SOIL 048 PAECILOMYCES 076 PARASITOIDS 077,080 PASPALUM NOTATUM 104 PASTA 144 PATHOGENICITY 086, 120 PATHOGENS 138 PATHOLOGY 116,119,122 PEST CONTROL 069,070,071,078 PEST RESISTANCE 057,067,069,074 PESTICIDES 012,141,150 PH 023 PLANT RESPONSE 037,039,041,042,079 PLANTATIONS 042 PLANTING 014 PLUTELLA XYLOSTELLA 074 PODZOLS 033 POGOSTEMON CABLIN 010,081 POLIANTHES 014,021 POLYCLONAL ANTIBODIES 085 POLYGALACTURONASE 135 POPULATION DISTRIBUTION 079 POSTHARVEST EQUIPMENT 145 POSTHARVEST TECHNOLOGY 101 PHELLINUS NOXIUS 086 PHENOLIC COMPOUNDS 146 PHENOLOGY 013 PHOSPHATE FERTILIZERS 024,027,028,035 PHOSPHORUS 127 92 PLANT PROPAGATION 088 POTASH FERTILIZERS 027,028,035 POTATOES 134 POULTRY 117 POULTRY FARMING 096 POWDERS 136 Abstrak Hasi/ Penelitian Pertanian Indonesia PREDATORS Vol. 25, No.1, 2008 RAW MATERIALS 148 070,075,080 PRESERVATION 020,091,092, RECESSIVE GENES 107 139 PREWEANING PERIOD REGENERATIVE ABILITY 111 022 PROBIOTICS REOVIRUS 122 098, 119 PROCESSED PLANT PRODUCTS REPELLENTS 134 PROCESSING 081 REPRODUCTION 112 133 PRODUCTION RESIDUES 012,141,150 005,007,010,011,014,017,032,045 PRODUCTION COSTS RICE STRAW 001 PRODUCTION INCREASE 004,098,102 RIPTORTUS 075 042 PRODUCTIVITY RIVERS 038,062 129 PROFITABILITY ROASTING 001 PROGENY 145 ROBUSTA COFFEE 140 055,056,065 PROTEIN QUALITY ROOTING 099 PROTEINS 022,037 ROOTS 017,025, 115 PROXIMATE COMPOSITION 037, 127 ROSA 099, 101, 102, 103, 133, 134, 142, 144 PSEUDOMONAS FLUORESCENS 079,091,092 ROSELLE 033 082,083 PUCCINIA ROTARY CULTIVATORS 058 PURE LINES 040 RUMEN 101 053,060,067 PYRICULARIA RUMEN DIGESTION 101 050 RUSTS Q QUALITATIVE ANALYSIS 060 QUALITY 017,024,029,032,093,096,107,108,111, 133, 135, 143, 147, 148, 150 QUANTITATIVE ANALYSIS 060 058 S SANDY SOILS 026 SANSEVIERIA 015,022 SARCOPTES SCABIEI 115, 121 SEED R 024 RAIN 129 RAPD 049 RATIONS 003,097,098,099,100,103,105 SEED EXTRACTION 123 SEED EXTRACTS 071 SEED STORAGE 025 93 Vol. 25, No.1, 2008 SEEDLINGS Abstrak Hasi/ Penelitian Pertanian Indonesia SOWING 026 SEEDS 017 SOYBEAN FLOUR 025,089 SELECTION 144 SPECIES 044,045,055,059,064 SELECTION CRITERIA 022,061 SPODOPTERA EXIGUA 063 SEROTYPES 073 SPODOPTERA LITURA 120 SESAMUM INDICUM 077 SPRAY DRYING 136 006,065 SETARIA (GRASS) STANDARDS 130 SETS 093 STARCH 014 SEX 142 STENOTAPHRUM SECUNDATUM 103 SHADE 030 STORAGE 009 SHADING 088,089,092,134 STYLOSANTHES HAMATA 009,017 SHEEP 017 SUCROSE 092 102, 106, 120 SHELL SUGAR 146 SHOOTS 091 SULAWESI 010,015,023 004,005,008,093,094, 131,132 SIDE DRESSING 032 SUPEROVULATION SLOPING LAND 131,132 110 SWAMPS SOAKING 014,091 053 SWEET POTATOES SOIL CHEMICOPHYSICAL PROPERTIES 029, 126, 128, 130 142 SYMPTOMS SOIL CONSERVATION 130 084 SYNERGISM SOIL FERTILITY 073 126 SOIL MICROORGANISMS 034 SOIL MOISTURE CONTENT 012,051 SOIL WATER CONTENT 040 SOLANUM TUBEROSUM 036,043,048,054,078 SOLID WASTES 081, 148 SOLUTIONS 091,092 SOMATIC EMBRYOS 021 SORPTION 134 94 T TECHNOLOGY 031 TECHNOLOGY TRANSFER 007 TEMPERATURE 092 TERRACES 130 THEOBROMA CACAO 012,019,026,063,064 THIABENDAZOLE 091 TILLAGE 040 110, 112, 128, 129, Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia TISSUE ANALYSIS Vol. 25, No. I, 2008 VIGNA UNGUICULATA 069 SESQUIPEDALIS 055 TISSUE CULTURE VITRIFICATION 018 020 TOBACCO VOLATILE 029,032,060 COMPOUNDS 124, 137 TOXICITY 073 TRADITIONAL USES W WASTE UTILIZATION 094 TRANSPIRATION 081 WASTES 051 TRICHODERMA 099 WATER AVAILABILITY 083, 105 TRICHOGRAMMATOIDEA 010 WATER USE 080 TRICHOMES 051 WATERING 069 TRIGL YCERIDES 039 WATERSHEDS 108 129,131,132 U WEED CONTROL ULTRASONICS 087 WEIGHT 095 UNCARIA GAMBIR UPLAND RICE GAIN 100 WHEAT FLOUR 045 UPLAND 106 WEIGHT 143 SOILS 144 WOOD INDUSTRY 027,035 093 V VACCINATION WOODY PLANTS 086 115 VACCINES X 084,119 VANILLA PLANIFOLIA XYLAZINE 008 114 VARIEGATION 022 y VARIETIES 011,028,043,046,047,058,062,084,127, 142 VARIETY TRIALS YIELD 040,062,063 YIELD INCREASES 066 044,053 VERTICILLIUM COMPONENTS LECANII YIELDS 075 004,013,024,028,029,030,031,033,034, VERTISOLS 035,036,038,039,041,043,047,048,051, 028 054,055,064,065,087,127,147 VESICULAR ARBUSCULAR MYCORRHIZAE Z 024 VETERINARY MEDICINE 121 VIGNA RADIATA RADIATA 039 ZEA MAYS 011, 087 ZEOLITES 026, 103 95 Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia Vol. 25, No.1, 2008 INDEKS JURNAL B Bionatura Jumal Hortikultura 021,036,048,052,054,056,072,073, 058, 127, 139 Buletin Ilmu Petemakan dan Perikanan 074,077,078,082,085,133,134 Jumal Ilmu Temak dan Veteriner 095,096,101,103,104 097,099,100,106,107,108,109, Ill, 113,115,116,117,118,119,120,121, H 122, 123, 124, 125, 137, 141 Habitat Jumal Penelitian Pascapanen Pertanian 025,039,040,055,062,075 081,135,143,144,146,147 Jumal Penelitian Tanaman Industri I 006,010,013,029,032,033,037,041, Ilmu Pertanian 042,049,053,060,061,065,067,068, 069,070,080,086,130,136 009,016,018,023,027,028,035,047, 051,066,089,126 Jumal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian 043, 149 J Jumal Veteriner Jumal Agro Ekonomi 114 002,008 Jumal Agroland 005,017,024,030,034,045,087,093, 094,105,110,112,128,129,131,132,138 Jumal Bioteknologi Pertanian 020,057 p Pelita Perkebunan 012,019,026,063,064,140,145,148 Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 011,044,046,050,088,090,142 97
Similar documents
Seminar Nasional Perhorti 2015
anorganik+25% dosis kompos kotoran sapi) dengan nilai rata-rata 38 helai rurnpun' pada 56 HST. Perlakuan ini mampu memberikan hasil nyata pada umur pengamatan 14 dan 28 HST (Tabel 1). Hal tersebut ...
More information