AHPI Vol. XXV No. 1 Th. 2008

Transcription

AHPI Vol. XXV No. 1 Th. 2008
:)
ISSN: 0216-3713
ABSTRAK
HASIL PENELITIAN PERTANIAN
INDONESIA
Volume 25, No.1, 2008
Departemen Pertanian
PUSAT PERPUSTAKAAN DAN PENYEBARAN TEKNOLOGI
JI. Ir. H. Juanda 20, Bogor 16122, Indonesia
PERTANIAN
j
ISSN: 0216-3713
ABSTRAK
HASIL PENELITIAN PERTANIAN INDONESIA
Penanggung Jawab:
Dr. Mei Rochjat D., M.Ed.
Kepala Pusat Perpustakaan dan Penyebaran
Teknologi Pertanian
Penyusun :
Nurdiana
Etty Andriaty
Tuti Sri Sundari
Sulastri Kuslan
KATA PENGANTAR
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian
Indonesia adalah kumpulan abstrak pengarang
yang
disusun
dan
disebarkan
untuk
meningkatkan daya guna hasil-hasil penelitian
bidang pertanian di Indonesia. Melalui media
komunikasi ini diharapkan pengguna dapat
memilih secara lebih tepat informasi yang
diperlukan.
Abstrak disusun menurut subjek,
kemudian menurut abjad nama pengarang dan
dilengkapi dengan Indeks Pengarang, Indeks
Badan Korporasi, Indeks Subjek dan Indeks
Jumal.
Jika
diperlukan
artikelliiteratur
lengkapnya, pengguna dapat mencari atau
meminta pada perpustakaan pertanian setempat
atau Pusat Perpustakaan
dan Penyebaran
Teknologi Pertanian, dengan menuliskan nama
pengarang, judul artikel, judul majalah atau
buku yang memuatnya, dan disertai dengan
biaya fotokopi.
Abstrak ini dapat diakses melalui
situs
PUSTAKA:
http://www.pustakadeptan.go.id
Alamat Redaksi :
JI. Ir. H. Juanda 20
Bogor - 16122
Telepon No. : (0251) 8321746
Facsimili
: (0251) 8326561
E-mail:
[email protected]
Kepala Pusat Perpustakaan dan
Penyebaran Teknologi Pertanian
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 25, No.1, 2008
DAFTAR
ISI
Halaman
DAFTAR ISI
.
EOO EKONOMI PERTANIAN, PEMBANGUNAN DAN SOSIOLOGI PEDESAAN
ElO EKONOMI DAN KEBIJAKAN NASlONAL PERTANIAN
El2 TENAGA KERJA DAN KESEMPATAN KERJA
E20 ORGANlSASI, ADMINISTRASI, DAN PENGELOLAAN PERUSAHAAN
PERTANIAN ATAU USAHA TAN!.
E21 AGROINDUSTRI
E71 PERDAGANGAN INTERNASIONAL
.
.
2
4
5
FOO ILMU DAN PRODUKSI TANAMAN
FOI BUm DAYA TANAMAN
F02 PERBANYAKAN TANA MAN
F03 PRODUKSI DAN PERLAKUAN BENIH
F04 PEMUPUKAN
F07 PENGOLAHAN TANAH
F08 POLA TANAM DAN SI STEM PERTANAMAN
F30 GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN
5
10
13
13
20
21
22
HOO PERLINDUNGAN TANAMAN
HIO HAMA TANAMAN
H20 PENYAKIT TANAMAN
H60 GULMA DAN PENGENDALIAN GULMA
32
41
43
JOO TEKNOLOGI PASCA PANEN
JlI PENANGANAN, TRANSPOR, PENYIMPANAN DAN PERLINDUNGAN HASIL
PERTANIAN
Jl5 PENANGANAN, TRANSPOR, PENYIMPANAN DAN PERLINDUNGAN HASIL
PERTANIAN NONPANGAN DAN NONPAKAN
44
45
KOO KEHUTANAN
KIO PRODUKSI KEHUTANAN
46
LOO ILMU, PRODUKSI DAN PERLINDUNGAN HEWAN
LOI PETERNAKAN
L02 PAKAN HEWAN
LlO GENETlKA DAN PEMULIAAN HEWAN
L50 FISIOLOGI DAN BIOKIMIA HEWAN
L52 FISIOLOGI - PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN HEWAN
L53 FISIOLOGI - REPRODUKSI HEWAN
L70 ILMU VETERINER DAN HIGIENE HEWAN - ASPEK UM UM
L73 PENYAKIT HEWAN
L74 RAGAM KELAINAN PADA HEWAN
47
48
52
53
54
54
56
57
61
POO SUMBER DAYAALAM DAN LINGKUNGAN
P33 KIMIA DAN FISlKA TANAH
P34 BIOLOGI TANAH
P35 KESUBURAN TANAH
P36 EROSI, KONSERVASI DA N REKLAMASI TANAH
,
61
62
62
63
Vol.25, No.1, 2008
QOO
II
Abstrak Basil Penelitian Pertanian Indonesia
PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN
Q02 PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN PANGAN
Q03 KONTAMINASI DAN TO KSIKOLOGI PANGAN
Q04 KOMPOSISI PANGAN
Q60 PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN NONPANGAN DAN NONPAKAN
Q70 PENGOLAHAN LIMBAH PERTANIAN
64
67
69
71
72
INDEKS
INDEKS
INDEKS
INDEKS
75
83
85
97
PENGARANG
BADAN KORPORASI
SUBJEK
JURNAL
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
EIO
EKONOMI DAN KEBIJAKAN
Vol. 25, No. I, 2008
PERTANIAN
00 I KOMAR, D.
Analisis tinansial usaha tani liIi lokal dan impor. {Financial analysis of local and import lily
agribusinessj/Komar, D.; Nurmalinda; Basuki, R.S. (Balai Penelitian Tanaman Hias, Cianjur (Indonesia))
6 tables; 13 ref Summaries (En, In). [Proceedings of the national seminar of floriculture: to develop
floriculture industry which have competitive ability through national potential-based technology
innovation application]. Prosiding seminar nasional florikultura: membangun industri florikultura yang
berdaya saing melalui penerapan inovasi teknologi berbasis potensi nasionallBalai Penelitian Tanaman
Hias, Cianjur (Indonesia). Cianjur: Balithi, 2004: p. 301-308.
LILIUM LONGIFLORUM; ECONOMIC ANALYSIS; FARMING SYSTEMS; PRODUCTION COSTS;
INCOME; LAND USE; PROFITABILITY; IMPORTS.
Tujuan penelitian untuk mengetahui biaya dan pendapatan, titik impas dan luas lahan minimum usaha tani
lili sehingga petani dapat mengetahui luasan dan harga tertentu yang dapat memberi keuntungan yang
layak. Penelitian dilakukan di dua lokasi, yaitu di kebun percobaan Ciputri dan di lahan petani Cisarua,
Lembang dan Selabintana, Sukabumi, Jawa Barat. Penelitian yang dilakukan di kebun percobaan Ciputri
merupakan studi kasus dan penelitian yang dilakukan di lahan petani menggunakan metode survei yang
terdiri dari dua tahap yaitu prasurvei dan survei. Penelitian dilaksanakan mulai Januari - Desember 2003.
Data primer diambil 15 orang dari petani lili melalui wawancara langsung dengan menggunakan
kuesioner. Data sekunder diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Hias, Dinas Pertanian dan literatur
yang ada kaitannya dengan penelitian. Penentuan sampel diambil secara sengaja. Analisis data
menggunakan analisis R/C rasio, titik impas dan luas lahan minimum. Biaya produksi terbesar lili lokal
maupun asiatik ternyata terletak pada bibit, yaitu 76,75% untuk lili lokal dan 84,90% untuk lili asiatik dari
total biaya produksi. Titik impas produksi lili lokal (longiflorum) terjadi pada tingkat harga
Rpl.074,1/kuntum, produktivitas 9.700 kuntumllOO m2, nilai produksi RpIOAI8.770 dan biaya produksi
Rp II 00418.500. Titik impas pada lili impor (asiatik) terjadi pada tingkat harga Rp6.829,2/tangkal,
m2 dan biaya produksi
produktivitas 4009 tangkai/lOO m2, nilai produksi Rp27.378.263/100
Rp27.378.11O/100 m2. Luas lahan minimum lili lokal pada tingkat harga terendah, yaitu Rpl.OOO/kuntum,
luas lahan minimum negatif. Luas lahan minimum pada lili impor pada tingkat harga terendah yaitu
Rp8.500/tangkai yaitu 55 m2, itu masih di bawah luas lahan rata-rata, yaitu 100 m2. Ini berarti pada tingkat
harga terendah sasaran pendapatan masih dapat tercapai.
E12
TENAGA KERJA DAN KESEMPATAN KERJA
002 YUSDJA, Y
Analisis peluang peningkatan kesempatan kerja dan pendapatan petani melalui pengelolaan usaha
tani bersama. {Analysis of opportunity in increasing employment and farmers' income through group
farming systemsfNusdja,
Y; Basuno, E.; Ariani, M.; Purwantini, T.B. (Pusat Penelitian dan
Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor (Indonesia)) 13 tables; 19 ref. Summaries (En, In).
Jurnal Agro Ekonomi (Indonesia) ISSN 0216-9053 (2004) v. 22(1) p. 1-25.
AGRICULTURAL POLICIES; FARM INCOME; FARMING SYSTEMS; FARMER ASSOCIATIONS;
EMPLOYMENT; COST BENEFIT ANALYSIS.
Pengentasan kemiskinan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah tetapi juga masyarakat pada
umumnya dan petani pada khususnya. Penelitian ini mencoba melakukan analisis keunggulan pengelolaan
usaha tani bersama dalam peningkatan produksi, pendapatan dan kesempatan kerja pertanian. Analisis
menggunakan rancangan programasi matematika. Penelitian dilakukan di Jawa Barat dan Jawa Tengah
masing-masing pada dua desa yang tercakup dalam Patanas. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa
kerjasama antar petani layak dilakukan karena dapat meningkatkan produksi 5-10%, meningkatkan
keuntungan 18-30%, dan kesempatan kerja bertambah 20-30%. Dengan demikian, kerjasama dapat
membantu mempercepat pengentasan kemiskinan di pedesaan. Hasil analisis memperlihatkan bahwa
usaha tani sawah rakyat yang dikelola secara individu tidak efisien karena terbukti penggunaan biaya,
I
Abstrak Hasi/ Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 25, No.1, 2008
pupuk dan alokasi lahan yang boros. Implikasi kebijakannya adalah para petani harus melakukan
kerjasama dalam pengelolaan usahatani, karena tersedia peluang peningkatan produktivitas, pendapatan
petani dan kesempatan kerja. Pemerintah dapat berperan dalam hal inovasi sosial, subsidi dan kredit yang
dapat memperluas dan menumbuhkan kerjasama tersebut.
E20
ORGANISASI, ADMINISTRASI
ATAU USAHA TANI
DAN PENGELOLAAN
PERUSAHAAN
PERTANIAN
003 ABDUH, U.
Integrasi ternak itik dengan sistem usaha tani berbasis padi di Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan.
Duck-rice integration in farming system in Sidrap Regency, South Sulawesi/Abduh, U.; Ella, A.;
Nurhayu, A. (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan, Makassar (Indonesia)) 6 tables; 6
ref. Summaries (En, In). [Proceedings of national seminar on integrated crop-livestock systems]. Prosiding
seminar nasional sistem integrasi tanaman temak/Haryanto; Mathius, I W.; Prawiradiputra, B.R.; Lubis,
D.; Priyanti, A.; Djajanegara, A. (eds.); Pusat Penelitian dan Pengembangan Petemakan, Bogar
(Indonesia). Bogar: Puslitbangnak, 2004: p. 234-239.
DUCKS; AGROPASTORAL
PRODUCTION; RATIONS;
ANALYSIS.
SYSTEMS; ORYZA SATIVA; FEEDS; CONCENTRATES; EGG
IRRIGATED LAND; ECONOMIC ANALYSIS; INPUT OUTPUT
Penelitian dilakukan di Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan, pada tahun 2003 dengan tujuan untuk
mendapatkan informasi pemanfaatan timbal balik (interaksi) dari sistem usahatani padi dengan sistem
usaha tani temak itik. Sebanyak 8 arang petemak itik dibagi 2 kelompok yaitu kelompok'l tiap petemak
memiliki 100 ekar yang digembalakan pada I ha sawah dengan pakan pelengkap berupa konsentrat 10%,
jagung 35%, dedak 55% dan pakan tambahan 0,25% dari total ransum dengan jumlah pemberian 150
glekar/hari. Kelompok II sesuai kebiasaan petani (kontrol). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa
rata-rata produksi telur kelompok I lebih tinggi dibanding kelompok II masmg-masing 60,2% HD dan
34,2% HD. Rata-rata berat telur masing-masing 71,4 glbutir dan 66,6 glbutir, konsumsi ransum kelompok
I = 150 glekor/hari dan kelompok II = 100 glekor/hari, konversi ran sum I = 3,5 gig dan II = 4,4 gig.
Analisis keuntungan yang diperoleh kelompok I = Rp 11.100.600 dengan nisbah R/C rasio = 2,7 kelompok
II = Rp4.169.600 dengan nisbah R/C = 1,7. Produksi padi pada sawah dengan penggembalaan itik (I)
adalah 6.270 kg/ha/musim, sawah dengan penggembalaan itik kontrol (II) = 6.197,5 kg/ha/musim, sawah
tanpa penggembalaan (III) = 6.000 kg/ha/musim. Analisis pendapatan masing-masing (I) = Rp3.779.500
(II) = Rp3.717.875 dan (III ) = Rp3.365.000 dengan nisbah R/C masing-masing 3,43; 3,39 dan 2,93.
Kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan ini adalah bahwa integrasi itik dan sawah memberikan
keuntungan dari segi produksi telur maupun produksi padi yang lebih baik, didukung oleh adanya manfaat
timbal balik (interaksi) dari keterpaduan usaha tani terpadu antara itik dan padi.
004 BULO, D.
Integrasi sapi potong pada lahan sawah irigasi di Sulawesi Tengah. Beef cattle integration of the
irrigated paddy field in Central Sulawesi/Bulo, D.; Agustinus N.; Kairupan; Munier, F.F.; Rumayar;
Saidah (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah, Palu (Indonesia)) 4 tables; 12 ref.
Summaries (En, In). [Proceedings of national seminar on integrated crop-livestock systems]. Prosiding
seminar nasional sistem integrasi tanaman-temak/Haryanto; Mathius, I W.; Prawiradiputra, B.R.; Lubis,
D.; Priyanti, A.; Djajanegara, A. (eds.); Pusat Penelitian dan Pengembangan Petemakan, Bogar
(Indonesia). Bogar: Puslitbangnak, 2004: p. 155-161.
BEEF CATTLE; ORYZA SATIVA; IRRIGATED LAND; AGROPASTORAL SYSTEMS; RICE
STRAW; FEEDS; FERMENTATION; FARMYARD MANURE; BODY WEIGHT; FERTILIZER
APPLICATION; ORGANIC FERTILIZERS; AGRONOMIC
CHARACTERS; YIELDS; COST
BENEFIT ANALYSIS; SULAWESI.
Luas lahan persawahan di Sulawesi Tengah adalah 148.518 ha, 79,5% dari lahan tersebut merupakan
sawah irigasi teknis. Peningkatan produksi padi sawah selama satu dasawarsa hanya mencapai 0,3 t/ha
2
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 25, No. 1,2008
yakni rata-rata produksi 3,5 t/ha pada tahun 1990 menjadi 3,8 t/ha pada tahun 2000. Usaha padi sawah
yang mengandalkan sistem monokultur terutama bagi petani yang memiliki lahan sempit belum dapat
memberikan jaminan dan kontinuitas dan pendapatan yang memadai. Upaya optimalisasi melalui sistem
usaha integrasi dari berbagai cabang usaha tani pada lahan yang sarna dapat meningkatkan pendapatan
petani. Kendala umum yang dialami oleh petani petemak sapi potong pada lahan sawah irigasi teknis
adalah terbatasnya padang penggembalaan, hijauan pakan dan tenaga kerja yang tidak cukup tersedia, hal
ini sebagai akibat dari intensifnya musim tanam padi (2-3 kali/tahun). Biaya yang diperlukan untuk
pemeliharaan temak sapi potong cukup tinggi bila sistem pemeliharaannya secara konvensional dan tidak
memberikan keuntungan yang layak. Perlakuan susunan ransum sapi potong adalah TO (40% jerami
fermentasi + 60% rumput alam); TI (45% jerami fermentasi + 55% rumput alam) dan T2 (50% jerami
fermentasi + 50% rumput alam). Hasil analisis menunjukkan bahwa konsumsi ransum tertinggi pada
perlakuan T2 (10,3 kg/ekorlhari; pertambahan bobot badan harian 0,70 kg/ekorlhari; dengan nilai ekonomi
sebesar Rp7.600 (R/C rasio 2,19), sedangkan produksi bahan kering kotoran ternak 3,8 kg/ekorlhari.
Untuk perlakuan padi sawah dengan varietas C3 pada hamparan 6 ha dan unit pengkajian khusus 20 m2
dengan 3 perlakuan pemupukan dan 4 ulangan masing-masing Tl (120 kg urea + 60 kg SP-36 + 60 kg
KCI + 800 kg pupuk kandang); T2 (100 kg urea + 50 kg SP-36 + 50 kg KCI + 1000 kg pupuk kandang)
dan 13 (140 kg urea + 70 kg SP-36 + 70 kg KCI + 600 kg pupuk kandang). Dari hasil pengamatan
terhadap pertumbuhan morfologi (tinggi tanaman dan jumlah anakan) yang terbaik yaitu pada perlakuan
T2 baik pada umur 30, 45 dan 60 hst, sedangkan untuk produktivitas komponen generatif baik jumlah
malai maupun panjang malai masing-masing 11,2 batang dan 26,7 em. Produksi gabah kering panen
sebesar 6,9 t/ha/panen dengan produksi jerami 12,I tlha/panen.
005 LAMUSA, A.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi
produksi kelapa dalam di Desa Labuan Lele Kecamatan
Tawaeli Kabupaten Donggala. [Factors affecting coconut production in Labuan Lele Village, TalVaeli
District, Donggala (Indonesia)JlLamusa, A. (Universitas Tadulako, Palu (Indonesia). Fakultas Pertanian)
2 tables; 6 ref. Summaries (En, In). Jurnal Agroland (Indonesia) ISSN 0854-64IX (2005) v. 12(3) p.
254-260.
COCONUTS; PRODUCTION; FARM SURVEYS; SULAWESI.
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tawaeli Kabupaten Donggala tepatnya di Desa Labuan Lele
dengan tujuan untuk mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kelapa dalam. Penarikan
sampel dilakukan dengan met ode acak sederhana dari populasi petani kelapa dalam. Besarnya sampel
adalah 35 orang dari 115 populasi yang ada. Data dikumpulkan dengan cara wawancara langsung pada
responden dengan menggunakan kuesioner dan pengamatan lapangan dengan menggunakan buku catatan
lapang. Data diinterpretasi dengan menggunakan analisis regresi berganda. Dalam hal ini fungsi produksi
Cobb-Douglas. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa variabel yang mempengaruhi produksi kelapa
dalam adalah jumlah tanaman, tenaga kerja yang digunakan dan pupuk, sedangkan variabel yang tidak
berpengaruh adalah peralatan pertanian dan umur tanaman.
006 NURHERU.
Pengembangan usaha tani tumpangsari wijen dan palawija pada kawasan hutan. Development of
intercropping sesame and catch crops in forest area/Nurheru; Sudarmo, H.; Yasin (Balai Penelitian
Tanaman Tembakau dan Serat, Malang (Indonesia)) I table; 9 ref. Summaries (En, In). Jumal Penelitian
Tanaman Industri (Indonesia) ISSN 0853-8212 (2004) v. 10(4) p. 131-134.
SESAMUM INDiCUM; CATCH CROPS; FARM MANAGEMENT;
INCOME; COST BENEFIT ANALYSIS; FOREST LAND.
INTERCROPPING;
FARM
Penelitian pengembangan usaha tani tumpangsari wijen dan palawija pada kawasan hutan dilaksanakan di
KPH Saradan, Madiun mulai Maret - Desember 200 I. Penelitian dilakukan dengan metode kasus,
bertujuan untuk memperbaiki dan mengembangkan sistem usaha tani tumpangsari wijen dan palawija di
kawasan hutan jati serta meningkatkan pendapatan petani penggarap di lahan Perhutani. Penelitian
menggunakan areal hutan jati muda yang baru berumur 3 tahun seluas 10 ha milik Perum Perhutani
kerjasama dengan petani penggarap. Jumlah petani binaan (kooperator) sebanyak 36 orang masing-masing
3
Vol. 25, No.1, 2008
Abstrak Hasi/ Penelitian Pertanian Indonesia
memiliki luas garapan 0,25 - 0,5 ha. Lahan garapan petani dibagi menjadi 2 bagian, satu bagian ditanami
wijen + ubi kayu, sedangkan sisanya ditanami ubi kayu + jagung. Paket teknologi yang ditawarkan pada
petani terdiri dari penggunaan varietas unggul wijen, benih bermutu, tan am tepat waktu, penjarangan
disisakan 2 tanaman/lubang, pemberian pupuk tepat jenis, dosis dan saat pemberiannya, serta penyiangan
dilakukan sesuai keadaan gulma. Parameter yang diamati meliputi jumlah penggunaan sarana produksi
(benih, pupuk dan pestisida) beserta harganya, penggunaan tenaga kerja keluarga dan luar keluarga beserta
tingkat upah, produksi wijen dan palawija beserta harga jualnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
komponen teknologi yang diterima dan dilaksanakan oleh petani adalah varietas unggul wijen
Sumberrejo-I, benih wijen bermutu, waktu tanam wijen, dosis dan cara pemupukan serta penyiangan
gulma. Teknologi anjuran yang belum diterima petani adalah pemupukan pertama bersamaan tanam dan
penjarangan tanaman wijen. Pada tumpangsari wijen + ubi kayu diperoleh rata-rata produksi wijen 657 kg
dan ubi kayu basah 3.210 kg/ha. Pada tumpangsari jagung + ubi kayu diperoleh produksi jagung 1.220 kg
pipilan kering dan ubi kayu basah 3.350 kg/ha. Pendapatan usaha tani wijen + ubi kayu sebesar
Rp I. I24.000/ha dengan B/C rasio 1,40, sedangkan usaha tani ubi kayu + jagung mengalami kerugian
Rp424.000/ha dengan B/C rasio 0,88.
E21
AGROINDUSTRI
007 BULU, YG.
Transfer dan kendala ado psi teknologi produksi sapi bali mendukung usaha agribisnis. Transfer
and constraint of adoption of bali cattle production t, hnology for agribusiness support/Bulu, YG.;
Puspadi, K.; Panjaitan, T.S.; Sasongko W.R.; Muzani, A. (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa
Tenggara Barat, Mataram (Indonesia)) 5 tables; 9 ref. Summaries (En, In). [Proceedings of national
seminar on integrated crop livestock systems]. Prosiding seminar nasional sistem integrasi tanaman
temak/Haryanto; Mathius, I w.; Prawiradiputra, B.R.; Lubis, D.; Priyanti, A.; Djajanegara, A. (eds.);
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor (Indonesia). Bogor: Puslitbangnak, 2004: p.
240-248.
CATTLE; AGROINDUSTRIAL
SURVEYS; PRODUCTION.
SECTOR; TECHNOLOGY
TRANSFER;
INNOVATION; FARM
Populasi sapi bali di NTB dari tahun 1995-200 I mengalami penurunan hingga 9,4% yang disebabkan oleh
penerapan teknologi produksi sapi bali yang sangat rendah, sehingga menyebabkan angka kematian anak
sapi relatif tinggi dan angka kelahiran rendah. Produksi masih dapat ditingkatkan melalui penerapan 10
komponen teknologi produksi sapi bali terpadu dengan memberdayakan 477 kelompok kandang kumpul
(kandang kolektit) di pulau Lombok sebagai basis produksi sapi bali untuk menunjang usaha agribisnis.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui dampak (teknis dan sosial ekonomi), tingkat pengetahuan dan cara
belajar petani terhadap teknologi produksi sapi bali terpadu. Pendekatan yang digunakan adalah
penelusuran jejak sebanyak 87 responden yang ditentukan secara purposif. Data yang terkumpul di
analisis secara deskriptif, hasil penelitian menunjukkan bahwa proses transfer dan adopsi teknologi sistem
produksi sapi bali terpadu dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu penggunaan metode dalam
penyampaian informasi inovasi, karakteristik penerima, manfaat unsur-unsur teknologi yang
diintroduksikan. Ketiga faktor tersebut mempengaruhi tingkat penerapan komponen teknologi. Hal ini
menunjukkan bahwa proses transfer teknologi sistem produksi sapi bali dengan memfasilitasi petani untuk
belajar atau studi banding ke lokasi demonstrasi mempunyai kecenderungan tingkat pengetahuan terhadap
komponen paket teknologi sistem produksi sapi bali terpadu relatif lebih tinggi. Secara umum responden
mengetahui sekitar 56,4% dari sepuluh komponen teknologi sistem produksi sapi bali terpadu, sehingga
tidak semua komponen paket teknologi sistem produksi sapi bali terpadu diketahui secara baik oleh petani.
Hal tersebut merupakan indikasi bahwa kemampuan dan minat petemak untuk mengetahui suatu teknologi
sangat ditentukan oleh permasalahan atau kebutuhan yang dirasakan sangat mendesak. Karakteristik
teknologi sistem produksi sapi bali terpadu yang dikehendaki oleh petani responden adalah teknologi
sistem produksi sapi bali yang relatif cepat menghasilkan anak, yang dapat menekan angka kematian sapi,
menekan biaya produksi sapi, relatif cepat menjual anak sapi, sesuai kemampuan sosial ekonomi,
penerapan teknologi tidak sulit, serta sesuai dengan pola kebiasaan petani.
4
Abstrak Hasi/ Penelitian Pertanian Indonesia
E71
PERDAGANGAN
Vol. 25, No. I, 2008
INTERNASIONAL
008 MALIAN, A.H.
Permintaan
ekspor dan daya saing panili di Provinsi Sulawesi Utara. [Export demand and
competitiveness of vanilla in North Sulawesi Province [Indonesia)]/Malian, A.H.; Rachman, B.; Djulin,
A. (Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor (Indonesia)) 1 ill., 8 tables; 20
ref. Summaries (En, In). Jurnal Agro Ekonomi (Indonesia) ISSN 0216-9053 (2004) v. 22(1) p. 26-45.
VANILLA PLANIFOLIA; EXPORTS; DEMAND; ECONOMIC COMPETITION; EXPORT POLICIES;
SULAWESI.
Penelitian bertujuan untuk menganalisis struktur dan permintaan pasar ekspor, serta day a saing komoditas
panili. Data primer dikumpulkan dari daerah sentra produksi panili di Kabupaten Minahasa, Provinsi
Sulawesi Utara pada bulan April 2002. Responden penelitian terdiri atas petani, pedagang, pengolah,
eksportir dan instansi terkait. Disamping itu, juga digunakan data berkala (time series) yang bersumber
dari BPS dan FAO. Untuk mengestimasi pemintaan ekspor digunakan model amilisis permintaan dan
integrasi pasar, sementara pengukuran daya saing dilakukan dengan Policy Analysis Matrix (PAM). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa komoditas ekspor panili Indonesia bersifat substitusi terhadap panili dari
Madagaskar dan Komoro di pasar Amerika Serikat. Disamping itu, integrasi harga antara harga di tingkat
petani dengan harga di tingkat eksportir sangat lemah dan bersifat asimetrik. Penemuan ini diperkuat
dengan hasil analisis marjin pemasaran, petani panili hanya menerima bagian sebesar 67% dari hargafob.
Sementara itu, hasil analisis daya saing menunjukkan bahwa usaha tani panili di Provinsi Sulawesi Utara
memiliki keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif, dengan nilai DRCR dan PCR < 1. Untuk
mendorong peningkatan produksi dan produktivitas panili di Indonesia, diperlukan kebijakan insentif
terhadap harga input, khususnya harga pupuk yang relatif lebih mahal dibandingkan dengan harga
sosialnya.
FOI
BUDI DAYA TANAMAN
009 DJUKRI.
Pengaruh naungan paranet terhadap sifat toleransi tanaman talas (Colocasia esculenta (L.) Schott).
Effect of paranets shade to tolerance characters of taro (Colocasia esculenta (L.) Schott)/Djukri
(Universitas Negeri Yogyakarta (Indonesia). Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam);
Purwoko, B.S., 2 ill., 2 tables; 25 ref. Summaries (En, In). Ilmu Pertanian (Indonesia) ISSN 0126-4214
(2003) v. 10(2) p. 17-25.
COLOCASIA ESCULENTA; LIGHT REQUIREMENTS;
CHARACTERS; LEAF AREA; CHLOROPHYLLS.
SHADE;
SHADING;
AGRONOMIC
Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh naungan paranet terhadap karakter fisiologi tanaman talas.
Penelitian ini terdiri atas dua faktor yaitu naungan dan klon dengan menggunakan rancangan petak
terpisah. Naungan sebagai petak utama terdiri atas naungan paranet 0%, 25%, 50%, dan 75%, sedangkan
klon sebagai anak petak terdiri atas 20 klon talas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada naungan 25%
terdapat 16 klon talas toleran dan 4 klon peka. Pada naungan 50% terdapat 9 klon toleran dan 11 klon
peka, sedangkan pada naungan 75% terdapat 7 klon toleran dan 13 klon peka. Peningkatan luas daun dan
kadar klorofil a dan b klon toleran lebih tinggi dibandingkan klon peka. Penurunan rasio klorofil a/b,
bobot basah umbi, bobot kering umbi, kadar pati umbi, dan kadar nitrogen daun klon peka lebih tinggi
dibandingkan klon toleran.
010 EMMYZAR.
Pengaruh ketersediaan air terhadap pertumbuhan dan produksi dua klon nilam. Effect of water
availability on the growth and production of two patchouli clones/Emmyzar (Balai Penelitian Tanaman
Rempah dan Obat, Bogor (Indonesia)) 6 tables; 20 ref. Summaries (En, In). Jurnal Penelitian Tanaman
Industri (Indonesia) ISSN 0853-8212 (2004) v. 10(4) p. 159-165.
5
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 25, No.1, 2008
POGOSTEMON
LEAVES.
CABLIN;
WATER AVAILABILITY;
GROWTH;
PRODUCTION;
SHOOTS;
Tanaman nilam tumbuh dan berproduksi dengan baik pada daerah dengan curah hujan relatif tinggi dan
merata sepanjang tahun. Tanaman dalam kondisi kekurangan air tems menems akan mengalami stres air
dan berpengamh terhadap proses fisiologis, menumnkan permukaan transpirasi, luas daun menumn, dan
mempercepat dehidrasi protoplasma. Penelitian dilakukan di mmah kaca Instalasi Penelitian Cimanggu,
Balittro Bogor mulai bulan Nopember 1999 - Mei 2000. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengamh
ketersediaan air terhadap pertumbuhan dan produksi dua klon nilam (Sidikalang dan Situak) sekaligus
mengamati pengamhnya terhadap kadar dan kualitas minyak nilam (rendemen, warna dan kandungan
alkoho1 nilam). Percobaan dilakukan dalam polybag menggunakan tanah kering jenis Latosol Cimanggu
Bogor yang diaduk dengan pupuk kandang sapi (3 : I) sebanyak 10 kg/polybag disusun menggunakan
rancangan faktorial (dua faktor) dalam rancangan acak lengkap (RAL), diulang 3 kali. Ukuran plot 8
polybag/perlakuan. Faktor pertama: klon nilam terdiri dari 2 jenis (K) yaitu: KI = klon Sidikalang dan K2
= klon Situak. Faktor kedua: tingkat ketersediaan air (A) 4 taraf pad a kapasitas lapang (KL) yaitu Al =
25%, A2 = 50%, A3 = 75%, dan A4 = 100%. Peubah yang diamati me liputi persentase tumbuh tunas,
tinggi tanaman, luas daun, bobot daun basah dan bobot daun kering, kadar minyak digambarkan dari
rendemen dan kualitas minyak (warn a dan kandungan alkohol nilam). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa untuk jumlah tunas tidak ada interaksi antara tingkat ketersediaan air dan klon yang diuji, tetapi
untuk jumlah daun ada interaksi. Tingkat pemberian air 75% kapasitas lapang (KL) secara keseluruhan
memberikan pertumbuhan optimum bagi kedua klon, kecuali untuk parameter jumlah daun. Pada klon
Situak, tingkat pemberian air 100% KL yang memberikan jumlah daun terbanyak. Perlakuan ketersediaan
air 100% KL pada klon Sidikalang memberikan bobot daun kering tertinggi dibanding perlakuan lainnya,
sedang untuk klon Situak, ketersediaan air pada taraf 75% KL memberikan bobot daun kering tertinggi.
Rendemen minyak klon Situak dengan tingkat ketersediaan air 25% KL tertinggi (4,0%) dengan warna
minyak kuning muda terang, diikuti tingkat 50% KL (3,0%) dengan warna minyak kusamlkeruh.
Kandungan alkohol nilam klon Situak rata-rata (30%) lebih baik daripada klon Sidikalang, diperoleh dari
perlakuan ketersediaan air 25% KL. Dapat disimpulkan bahwa untuk memperoleh pertumbuhan dan
produksi yang tinggi, ketersediaan air dalam tanah diperlukan antara 75-100% KL. Namun, untuk
mendapatkan kandungan alkohol nilam tinggi ketersediaan air yang dibutuhkan lebih rendah yaitu 25-5(110
KL.
OIl NAJAMUDDIN,A.
Evaluasi ekonomi beberapa varietas dan populasi tanaman jagung untuk produksi biomas segar.
Economic evaluation of maize varieties and plant population for fresh biomass production/Najamuddin,
A.; Akil, M.; Maamun, M.Y. (Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros (Indonesia)) 10 tables; 12 ref.
Summaries (En, In). Penelitian Pertanian Tanaman Pangan (Indonesia) ISSN 0216-9959 (2005) v. 24(1)
p. 19-26.
ZEA MAYS; VARIETIES; PLANT
ANALYSIS; ANIMAL FEEDING.
POPULATION;
PRODUCTION;
BIOMASS;
ECONOMIC
Evaluasi ekonomi beberapa varietas dan populasi tanaman jagung untuk produksi biomass segar sebagai
pakan ternak dilaksanakan melalui penelitian di lapangan pada lahan petani di Kabupaten Takalar,
Sulawesi Selatan, pada tahun 2003. Penelitian menggunakan rancangan petak terpisah dengan tiga
ulangan. Petak utama adalah populasi tanaman (66.667, 133.333, dan 200.000 tanaman/ha); anak petak
adalah lima varietas jagung (Bima-I, Semar-IO, Lamum, Sukmaraga, dan Bisi-2). Pertanaman jagung
dipupuk dengan takaran 350 kg urea, 200 kg SP36, dan 100 kg KCI/ha. Tanaman jagung dipanen pada
umur 60, 65 dan 70 hari sesudah tanam (hst) produksi biomas segar. Analisis ekonomi menunjukkan
bahwa varietas Bima-I dengan populasi 200.000 tanaman/ha yang dipanen pada umur 60 hst
menghasilkan biomas segar dengan bobot 44,7 t/ha. Dengan harga biomas Rp60/kg, maka dengan
diperoleh keuntungan bersih Rp358.000/ha. Penundaan panen hingga 65 hst pada varietas Bima-I dengan
populasi yang sama dapat menghasilkan bobot biomas sebesar 82,5 t/ha dengan keuntungan bersih Rp2,6
juta/ha, dengan nisbah pendapatan atas biaya 2,13, tetapi panen Bima-I pada 70 hst justru menurunkan
pendapatan. Varietas Semar-IO dan Lamuru dengan populasi 200.000 tanaman/ha yang dipanen pada 70
hst menghasilkan biomas dengan bobot 71,1 t/ha dan keuntungan Rp2,1 juta. Penanaman jagung untuk
6
Abstrak Hasi/ Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 25, No. I, 2008
produksi biomas segar lebih menguntungkan daripada penanaman untuk produksi biji, karena pendapatan
lebih besar dan pasar untuk biomas tersedia di tempat.
012 PRAWOTO,A.A.
Kajian agronomis, ekologis dan ekonomis terhadap konversi budi daya kakao anorganik ke
organik. Agronomical, ecological and economical study of the conversion of inorganic to organic
cocoa cultivationlPrawoto, A.A. (Pus at Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jember (Indonesia» 14
tables; 18 ref. Summaries (En, In). Pelita Perkebunan (Indonesia) ISSN 0215-0212 (2003) v. 19(3) p.
104-125.
THEOBROMA
CACAO; CULTIVATION; ORGANIC AGRICULTURE;
SOIL MOISTURE
CONTENT; ORGANIC FERTILIZERS; INORGANIC FERTILIZERS; PESTICIDES; RESIDUES;
ECONOMIC ANALYSIS.
Peluang pasar produk organik cukup besar, laju perdagangan produk organik di Uni Eropa dilaporkan dua
kali lipat dibandingkan produk anorganik. Kecenderungan konsumen terhadap produk yang aman dari
bahan pencemar serta diproduksi dengan sistem berkelanjutan juga semakin meningkat. Penelitian
konversi usahatani kakao anorganik ke organik telah dilaksanakan sejak akhir tahun 2000 di KP
Kaliwining, Jember. Lokasi penelitian memiliki elevasi 45 m dpl., tipe iklim D (Schmidt - Ferguson) pada
tanah seri Regosol (Inceptisol). Bahan tanam berupa kakao hibrida res 60 x Sca 6, umur 10 tahun, jarak
tanam 3 m x 3 m. Penelitian membandingkan tiga model pengelolaan kebun, yakni menggunakan organik
pupuk kandang, organik belotong serta anorganik (kontrol). Areal kakao organik diusahakan tanpa
pestisida dan pupuk anorganik, sementara areal kontrol diusahakan dengan pestisida, pupuk anorganik
tetapi tanpa pupuk organik. Setelah tiga tahun berjalan, hasilnya menunjukkan bahwa aplikasi pup uk
organik stcara teratur dengan dosis 20 kg/pohonlth meningkatkan kadar CIN serta memperbaiki
konservasi N dan lengas tanah. Habitus tanaman kakao lebih baik, populasi serangga penyerbuk
Forcipomyia khususnya selama musim kemarau lebih tinggi, serangan VSD lebih ringan tetapi serangan
Helopeltis tidak berbeda dengan kontrol. Hasil buah meningkat sekitar 30% untuk perlakuan organik
pupuk kandang dan sekitar 78% untuk perlakuan organik belotong terhadap kontrol, tetapi ukuran bijinya
cenderung lebih keci!. Perlakuan organik tidak mempengaruhi kadar lemak dalam biji. Dengan prosedur
pengolahan yang sama, cita rasa biji kakao organik adalah III/Uy, sementara anorganik keasamanL-, a
sedang-tinggi. Residu pestisida tidak terdeteksi dalam biji anorganik maupun organik. Terbatas pada biaya
langsung yang dianalisis, budi daya organik pupuk kandang jauh lebih menguntungkan daripada organik
belotong, B/C rasio diferensial organik pupuk kandang 15 dan organik belotong sekitar 5,2. Disimpulkan
bahwa konversi budi daya kakao anorganik ke organik apabila dilaksanakan secara konsekuen tidak
menurunkan produktivitas, tetapi sebaliknya meningkatkan hasil dan pendapatan pekebun.
013 ROSMAN, R.
Pengaruh periode pencahayaan terhadap pertumbuhan,
hasil dan komponen minyak tanaman
mentha (Mentha piperita L.). Effect of photoperiod on the growth, yield and component of peppermint
oillRosman, R. (Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor (Indonesia)); Harjadi, S.S. ; Sudiatso,
S.; Yahya, S.; Purwoko, B.S.; Chairul, 6 tables; 19 ref. Summaries (En, In). Jurnal Penelitian Tanaman
Industri (Indonesia) ISSN 0853-8212 (2004) v. 10(1) p.12-20.
MENTHA PIPERITA; PHOTO PERIODICITY; GROWTH; YIELDS; ESSENTIAL OILS; MENTHOL;
AGRONOMIC CHARACTERS; PHENOLOGY.
Penelitian bertujuan mengkaji pengaruh periode pencahayaan terhadap pertumbuhan, hasil dan komponen
minyak tanaman Mentha piperita L. telah dilakukan di Instalasi Penelitian Balai Penelitian Tanaman
Rempah dan Obat, Lembang, Jawa Barat, dari bulan Januari 2000 - Juli 2000. Penelitian dilakukan dua
tahap. Tahap pertama membuat variasi lingkungan cahaya dan tahap kedua penyulingan dan analisis
komponen minyak dengan kromatografi gas spektrometer massa. Penelitian menggunakan rancangan acak
kelompok 5 perlakuan, yaitu LO (panjang hari normal sebagai kontrol), L 1 (pemutusan periode gelap 1
jam, pukuI21.00-22.00 mulai umur 30 hari), L2 (pemutusan periode gelap 1jam, pukul 21.00-22.00 mulai
umur 60 hari), L3 (penambahan cahaya 4 jam, pukul 18.00-22.00 mulai umur 30 hari), dan L4
(penambahan cahaya 4 jam, pukul 18.00-22.00 mulai umur 60 hari). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
7
Vol. 25, No.
i, 2008
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian indonesia
perubahan lingkungan mengubah fenologi tanaman M. piperita L. meliputi pertumbuhan vegetatif dan
reproduktif, yang selanjutnya mempengaruhi sintesis mentol. Penambahan cahaya 4 jam mulai umur 30
hst (L3) memberikan pertumbuhan vegetatif dan reproduktif paling baik, dengan ciri-ciri morfologi
tanaman sebagai berikut : tanaman berbunga, batang tegak (tidak rebah), tanaman tinggi, diameter batang
besar, jumlah ruas banyak, stolon sedikit, jumlah daun banyak dan lebar. Fenologi tanaman yang memiliki
pertumbuhan vegetatif dan reproduktif yang baik dapat menghasilkan produksi tema dan minyak yang
tinggi. Perubahan fenologi tanaman akibat manipulasi lingkungan mengubah komponen minyak dan mutu
mentol. Fenologi tanaman yang memiliki pertumbuhan vegetatif maupun reproduktif yang baik
menghasilkan mentol tinggi dan menthofuran rendah. Penambahan cahaya 4 jam mulai umur 30 hst
menghasilkan minyak dengan kadar mentol paling tinggi yaitu 54,89% dan menthofuran paling rendah
yaitu 7,83%.
014 SANTI, A.
Perendaman
dan kedalaman tanam umbi terhadap pertumbuhan
dan produksi bunga sedap
malam. Bulb immersion and depth of planting on growth and flower production of Polianthes
tuberosalSanti, A.; Kusumo, S.; Nuryani, W. (Balai Penelitian Tanaman Hias, Cianjur (Indonesia)) I ill.,
5 tables; 7 ref. Summaries (En, In). [Proceedings of the national seminar of floriculture: to develop
floriculture industry which have competitive ability through national potential-based technology
innovation application]. Pro siding seminar nasional florikultura: membangun industri florikultura yang
berdaya saing melalui penerapan inovasi teknologi berbasis potensi nasionallBalai Penelitian Tanaman
Hias, Cianjur (Indonesia). Cianjur: Balithi, 2004: p. 420-426.
POLIANTHES; SETS; SOAKING; DEPTH; PLANTING; GIBBERELLIC ACID; GROWTH RATE;
FLOWERING; CUT FLOWER; PRODUCTION.
Sedap malam (Polianthes tuberosa) merupakan salah satu bunga potong dengan keunikan susunan bunga
dan keharuman yang spesifik. Dengan meningkatnya permintaan bung a, maka perlu peningkatan
produktivitas bunga untuk menjamin ketersediaan bunga secara kontinyu. Penelitian ini dilakukan untuk
mendapatkan cara mendorong pertumbuhan dan produksi bunga dengan perendaman umbi sebelum
ditanam dan kedalaman tanam. Penelitian dilaksanakan di daerah Cianjur mulai bulan Juni 1998 - Maret
1999. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok pola faktorial dengan
varietas (bung a tunggal dan bunga ganda) sebagai faktor I, perendaman (tanpa perendaman, perendaman
air, dan perendaman 1000 ppm GA3) sebagai faktor 11,dan kedalaman tanam (4, 7, 10 cm) sebagai faktor
III. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perendaman umbi dalam air maupun GA3 cenderung menambah
persentase tumbuh, jumlah anakan, tinggi tanaman dan mempercepat pembungaan serta meningkatkan
produksi bunga/plot. Sedangkan perbedaan varietas berpengaruh terhadap persentase tumbuh, jumlah
anakan, tinggi tanaman, panjang tangkai dan malai bunga. Kedalaman tanam hanya berpengaruh terhadap
persentase tumbuh.
015 SULIANTI, S.B.
Stimulasi pertumbuhan
multi tunas apikal pada tanaman lidah mertua (Sansevieria grandis)
menggunakan zat pengatur tumbuh. [Growth regulating of the apical shoot on Sansevieria grandis
use growth hormone substancesjlSulianti, S.B. (Pus at Penelitian dan Pengembangan Biologi, Bogor
(Indonesia)) 7 ill., 1 table; 14 ref. Summaries (En, In). [Proceedings of the national seminar of floriculture:
to develop floriculture industry which have competitive ability through national potential-based
technology innovation application]. Pro siding seminar nasional florikultura: membangun industri
florikultura yang berdaya saing melalui penerapan inovasi teknologi berbasis potensi nasional/Balai
Penelitian Tanaman Hias, Cianjur (Indonesia). Cianjur: Balithi, 2004: p. 412-419 .
SANSEVIERIA; PLANT GROWTH
SHOOTS; GROWTH.
SUBSTANCES;
CHLORMEQUAT;
APICAL
MERISTEMS;
Telah dilakukan penelitian pendahuluan pengaruh zat tumbuh Cultar dan Cycocel terhadap stimulasi
pertumbuhan multi tunas apikal pada tanaman Sansevieria grandis hahnii dengan berbagai variasi
konsentrasi dari masing-masing zat pengatur tumbuh yaitu, 100, 200, 300, 400 dan 500 ppm. Penelitian
8
-
•...
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 25, No. I, 2008
bertujuan untuk mengetahui pengaruh zat pengatur tumbuh terhadap pembentuk multi tunas apikal dan
pengamatan dilakukan selama 7 bulan. Media tumbuh terdiri dari 2 kategori antara lain, tanah dan media
eampuran tanah, pasir, kompos dan pupuk kandang (2:4:4:1) dan dilakukan seeara raneangan aeak
kelompok. Penambahan Cultar memberikan pengaruh yang eukup signifikan (p :::: 0,05) terhadap
pertumbuhan jumlah daun dan jumlah tunas dan dapat menstimulasi pembentukan tunas apikal, pada
perlakuan pembentuk tunas apikal meningkat sesuai dengan kenaikan konsentrasi zat pengatur tumbuh
yang diberikan (100-400 ppm), tetapi pada konsentrasi tinggi pembentukan tunas apikal kembali menurun
(500 ppm). Sedangkan pemberian Cyeoeel tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna (p S 0,05) yaitu
dengan konsentrasi yang sarna tidak berpengaruh terhadap pembentuk tunas apikal.
016 SUMARWOTO.
Pengaruh pemberian kapur dan ukuran bulbil terhadap pertumbuhan iles-iles (Amorphophallus
muelleri Blume) pada tanah ber-AI tinggi. Effects of liming and bulbil sizes on the growth of i/es-i/es
(Amorphophallus muelleri Blume) in high level of Al-exc soil/Sumarwoto (Universitas Pembangunan
Nasional Veteran, Yogyakarta (Indonesia)) 6 tables; 10 ref. Summaries (En, In). Ilmu Pertanian
(Indonesia) ISSN 0126-4214 (2004) v. 11(2) p. 45-55.
AMORPHOPHALLUS;
LIMING;
MANURE; APPLICATION RATES.
BULBS;
GROWTH;
ORGANIC
MATTER;
FARMYARD
Iles-iles ditemukan di alam pada tanah yang ber-pH sedikit asam (pH 5,6 - 6,5) sampai netral (pH 6,6 7,5), sedangkan di Indonesia terdapat hamparan luas lahan bermasalah yang ber-pH rendah dengan Al-dd
yang tinggi. Pereobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian kapur pada media tanah ber
Al-dd tinggi terhadap pertumbuhan tanaman yang berasal dari berbagai ukuran bulbil (umbi daun).
Pereobaan dilaksanakan di kebun pereobaan IPB, Darmaga, pada ketinggian 250 m dpl, dimulai
November 200 I - April 2002. Raneangan pereobaan yang digunakan adalah raneangan aeak kelompok
dua faktor dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah dosis kapur (AI-dd) terdiri atas tiga taraf: 0, I, dan
2 Al-dd. Faktor kedua terdiri atas tiga taraf bulbil: bergaris tengah lebih besar dari 2,5 em; 1,5-2,5 em dan
kurang dari 1,5 em. Hasil pereobaan menunjukkan bahwa pemberian kapur pada tanah dengan Al-dd
tinggi sangat diperlukan, sampai pada taraf pengapuran I tlha kapur pertanian (kaptan) untuk setiap I me
AI-dd/IOO g (20 t kaptan/ha). Peningkatan pengapuran hingga 40 t kaptan/ha mengurangi pertumbuhan
dan hasil umbi, yang disebabkan oleh kurang tersedianya unsur P. Bahan tanam bulbil semua ukuran dapat
digunakan sebagai benih, sedangkan jika langsung ditanam di lapang sebaiknya digunakan bulbil bergaris
tengah lebih besar dari 2,5 em. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar Al dalam umbi tertinggi
didapatkan pada tanah tanpa pemberian kapur. Tanah ber AI-dd tinggi yang ditambah dengan pupuk
kandang dengan pH asam (4,55) masih dapat menghasilkan umbi iles-iles.
017 SUTARYONO, YA.
Biomass production and quality of new forages for sowing under cashews in Dompu, West Nusa
Tenggara (Indonesia)/Sutaryono, YA. (Universitas Mataram (Indonesia). Fakultas Petemakan) 2 ill., 7
ref. Summaries (En, In). Jurnal Agroland (Indonesia) ISSN 0854-641X (2005) v. 12(3) p. 211-213.
ANACARDIUM OCCIDENTALE; STYLOSANTHES HAMATA; ARACHIS PINTOI; SHADING;
BIOMASS; PROTEINS; GROWTH; QUALITY; PRODUCTION; DIGESTIBILITY;
FORAGE;
SOWING; NUSA TENGGARA.
Lahan perkebunan jambu mente yang dimiliki oleh para petani memiliki potensi yang sangat tinggi untuk
dimanfaatkan sebagai tempat penanaman hijauan pakan ternak yang dapat menjadi sumber pa~an hijauan
berkualitas tinggi terutama di musim kemarau. Suatu pereobaan dilakukan untuk melihat potensi tumbuh
dan kualitas dari dua spesies Stylosanthes hamata (Verano dan Amiga) dan Arachis pintoi yang ditanam
pada lahan di antara tanaman jambu mente, dengan tiga derajat naungan (tanpa naungan, naungan
sebagian dan naungan penuh). Arachis pintoi tumbuh dengan relatif baik di bawah naungan penuh
sementara produksi biomass Stylosanthes hamata sedikit lebih baik dalam kondisi tanpa naungan.
Naungan hanya memberikan sedikit perbedaan pada kandungan protein kasar dan tidak berpengaruh
terhadap keeernaan bahan kering in vitro pada kedua spesies legum.
9
Vol. 25, No.
F02
I,
Abstrak Hasi/ Penelitian Pertanian Indonesia
2008
PERBANYAKAN TANAMAN
018 AVIVI, S.
Mikropropagasi pisang abaca (Musa textilis Nee) melalui teknik kultur jaringan. Micropropagation
on abaca (Musa textilis Nee) by tissue culture techniquelAvivi, S. (Universitas Jember (Indonesia).
Fakultas Pertanian); Ikrarwati, 2 ill., 3 tables; 25 ref. Summaries (En, In). Ilmu Pertanian (Indonesia)
ISSN 0126-4214 (2004) v. 11(2) p. 27-34.
MUSA TEXTILIS; MICROPROPAGATION; BA; NAA; TISSUE CULTURE; IN VITRO; GROWTH.
Penelitian ditujukan untuk menemukan teknik perbanyakan bibit pisang abaca dengan bantuan zat
pengatur tumbuh BAP, kinetin dan NAA pada media propagasi. Penelitian terdiri dari 2 tahap yaitu tahap
induksi tunas dan tahap pengakaran tunas mikro. Tahap induksi tunas disusun secara acak lengkap dengan
5 ulangan dan 4 perlakuan konsentrasi BAP yaitu 4, 5, 6 dan 7 ppm. Secara paralel tahapan yang sarna
dilakukan dengan perlakuan kinetin. Tahap pengakaran tunas mikro disusun hanya dengan 1 faktor dan 3
ulangan. Dengan menggunakan 4 taraf konsentrasi NAA yaitu 0; I; 1,25 dan 1,5 ppm. Eksplan yang
digunakan berupa tunas abaca dari kultur steril. Eksplan dikulturkan pada media MS yang diperkaya
dengan zat pengatur tumbuh sesuai perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa BAP 5 ppm memberi
hasil terbaik dengan rata-rata 8,6 tunas mikro/eksplan dan tinggi rata-rata 2,49 em. Sedangkan untuk
induksi tunas dengan media kinetin jumlah tunas terbaik diperoleh pada konsentrasi 7 ppm dengan
menghasilkan rata-rata 8,4 tunas mikro/eksplan. Pada tahap pengakaran tunas mikro perlakuan 1 ppm
NAA memberi hasil terbaik dengan rata-ratajumlah akar 6,67/eksplan dan rata-rata panjang akar 1,24 em.
019 PRAWOTO, AA
Kajian agronomis dan anatomis hasil sambung dini tanaman kakao (Theobroma cacao L.).
Agronomical and anatomical study of resulted early cocoa (Theobroma cacao L.) grafting/Prawoto,
A.A. (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jember (Indonesia)); Qomariyah, N.; Rahayu, S.;
Kusmanadhi, B., 8 ill., 7 tables; 31 ref. Summaries (En, In). Pelita Perkebunan (Indonesia) ISSN 02] 50212 (2005) v. 2](1) p. 12-30.
THEOBROMA
CACAO;
GRAFTING;
ANATOMY; GRAFT COMPATIBILITY.
CLONES;
AGRONOMIC
CHARACTERS;
PLANT
Perbanyakan bibit kakao secara oku]asi dan sambung pucuk lazimnya dilakukan pada bibit umur 4-5 bulan
sehingga perlu waktu 9-12 bulan untuk dapat dipindah ke kebun. Upaya memperpendek usia di
pembibitan dengan tanpa mengurangi kualitas bibit, dapat ditempuh melalui klonalisasi lebih awal.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh klon, aplikasi pupuk daun dan pengikatan bahan entres
terhadap keberhasilan sambung kakao pada bibit umur satu bulan. Penelitian dilaksanakan di KP
Kaliwining, 45 m dpl, tipe iklim D (Schmidt - Ferguson) dengan rancangan acak kelompok faktorial.
Perlakuan percobaan pertama faktorial 4 x 3 dan percobaan kedua faktorial 3 x 3 x 2 tiga ulangan. Faktor
pertama percobaan pertama adalah klon, yaitu TSH 858, ICS 13, ICS 00. dan DR 2. Faktor kedua adalah
pengikatan bahan entres sebelum digunakan yaitu tanpa diikat, diikat 2 minggu, diikat 4 minggu. Faktor
pertama percobaan kedua adalah klon, yaitu KW 162, KW 163, dan KW 165. Faktor kedua adalah
pengikatan calon entres sebelum digunakan, yaitu tanpa diikat; diikat kawat 2 minggu: diikat kawat 4
minggu. Faktor ketiga adalah pemupukan calon entres yaitu tanpa pupuk daun; dan dengan pupuk daun.
Bibit batang bawah berupa semaian ICS 60 umur 30 hari, dan metode penyambungan adalah sambung
pucuk di atas kotiledon. Variabel pengamatan meliputi persentase sambungan jadi, panjang tunas,
diameter tunas, bobot basah dan bobot kering tunas, kandungan total C dan N bahan entres. Hasil
penelitian .menunjukkan bahwa pengikatan bahan entres tidak efektif untuk meningkatkan cadangan
nutrisi sebab bahan entres secara periodik bertunas, pengaruhnya terhadap jumlah sambungan jadi serta
pertumbuhan tunas baru tidak nyata. Sampai umur I bulan, jumlah sambungan jadi berkisar 90-100%,
selanjutnya turun tajam sampai 30-60% tergantung pada klon yang digunakan. Jumlah sambungan jadi
tertinggi dari percobaan pertama adalah DR 2 yaitu 62% dan dari percobaan kedua klon KW 162 dengan
aplikasi pupuk daun yakni 39%. Kematian bibit sambungan dimulai dari daun dan hasil isolasi
menunjukkan terserang penyakit Rhizoctonia solani, Phytophthora palmivora serta Colletotrichum
gloeosporioides. Dari kajian anatomi pertautan menunjukkan sambungan yang mati ditandai dengan
10
•
••
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 25, No.1, 2008
pertautan yang lemah, tersusun oleh sel-sel meristem dan menimbulkan rongga ketika disayat, semen tara
pertautan yang sehat ditandai dengan akumulasi senyawa lignin dan tidak pecah ketika dipotong.
Disimpulkan bahwa tempat pembibitan yang terpisah dari pertanaman tua, media yang steril penyakit tular
tanah, entres yang sehat, pengikatan sambungan yang erat serta pencegahan dari serangan penyakit
merupakan kunci keberhasilan untuk penyambungan dini kakao.
020 ROOSTIKA, 1.
Penyimpanan
ubi kayu (Manihot utilissima) secara kriopreservasi
dengan teknik vitrifikasi.
Preservation of cassava (Manihot utilissima) through cryopreservation by using vitrification
technique/Roo stika, 1.; Mariska, 1.; Sunarlim, N. (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi
dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor (Indonesia» 7 ill., 2 tables; 17 ref. Summaries (En, In). Jurnal
Bioteknologi Pertanian (Indonesia) ISSN 0853-8360 (2004) v. 9(1) p. 8-13
MANIHOT ESCULENTA; PRESERVATION;
VITRIFICATION; CRYOPROTECTANTS
BIOLOGICAL
PRESERVATION;
FREEZING;
Kriopreservasi merupakan cara penyimpanan benih yang efektif untuk tanaman yang mempunyai benih
rekalsitran atau yang diperbanyak secara vegetatif seperti ubi kayu. Teknik baru yang banyak diterapkan
dan dikembangkan adalah vitrifikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan teknik vitrifikasi pad a
penyimpanan ubi kayu secara kriopreservasi. Eksplan yang akan disimpan berupa tunas pucuk dengan
ukuran ± 0,5 em. Eksplan diprakultur selama satu malam pada media prakultur MS dengan sukrosa 0,3 M.
Setelah prakultur, eksplan direndam dalam loading solution (LS) selama 10, 20, dan 30 menit pada suhu
kamar. Larutan LS terdiri atas media MS + gliserol 2 M dengan sukrosa 0,4 M. Selanjutnya, eksplan
direndam dalam larutan krioprotektan selama 30, 45, dan 60 menit. Larutan krioprotektan yang diujikan
adalah PVS2 yang terdiri atas gliserol 30% + etilen glikol 15% + DMSO 15% dalam media MS dengan
taraf sukrosa 0,4 M. Eksplan yang telah terdehidrasi direndam dalam nitrogen cair minimum satu jam,
setelah itu dilakukan thawing (pelelehan) pada suhu 40 DC selam 1 menit. Eksplan kemudian direndam
dalam 1,5 ml MS yang mengandung 1,2 M sukrosa selama 20 menit dan ditanam pada media pemulih
(recovery). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kultur ubi kayu berhasil disimpan secara kriopreservasi
dengan teknik vitrifikasi. Kombinasi antara durasi rendam dalam larutan LS selama 10 menit dan dalam
PVS2 30 menit memberikan tingkat persentase hidup dan bertunas yang paling tinggi (50%). Namun
demikian, kultur yang mampu tumbuh lebih lanjut diperoleh dari perlakuan kombinasi antara durasi
rendam dalam larutan LS selama 20 menit dan dalam PVS2 30 menit.
021 ROOSTIKA, 1.
Regenerasi tanaman sedap malam melalui organogenesis dan embriogenesis somatik. Regeneration
of tuberose through organogenesis and embryogenesis/Roo stika, 1.; Mariska, 1.; Pumamaningsih, R.
(Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor
(Indonesia)) 4 tables; 13 ref. Summaries (En, In). Jurnal Hortikultura (Indonesia) ISSN 0853-7097
(2005) v. 15(4) p. 233-241.
POLIANTHES; ORGANOGENESIS;
EMBRYONIC DEVELOPMENT;
CULTURE MEDIA; PLANT GROWTH SUBSTANCES.
SOMATIC
EMBRYOS;
Secara konvensional perbanyakan tanaman sedap malam dilakukan melalui umbi. Semakin kecil ukuran
umbi semakin lama tanaman berbunga. Penerapan teknik kultur in vitro diharapkan dapat membantu
perbanyakan tanaman secara masal. Hingga saat ini, teknik kultur in vitro tanaman sedap malam belum
pemah dilaporkan di Indonesia. Penelitian bertujuan memperoleh formulasi media yang efektif
menginduksi organogenesis dan embriogenesis kultur in vitro tanaman sedap mal am serta memacu
regenerasinya. Percobaan dibagi menjadi 4 tahap, yaitu (1) induksi tunas, (2) multiplikasi tunas, (3)
induksi kalus embriogenik, dan (4) regenerasi kalus embriogenik. Media induksi tunas yang diuji adalah
MS + BA 0 ppm, MS + BA 3 ppm, MS + BA 5 ppm, dan MS + BA 7 ppm. Pemacuan multiplikasi tunas
lanjut dilakukan pada media subkultur MS + BA 7 ppm + glutamin 100 ppm, MS + BA 7 ppm, OKW +
TDZ 7 ppm, dan OKW + TOZ 7 ppm + glutamin 100 ppm. Untuk induksi kalus embriogenik, media
induksi kalus yang diujikan adalah MS + 2,4-0 2,5 ppm, MS + 2,4-0 5 ppm, dan MS + 2,4-D 10 ppm.
Untuk meregenerasikan kalus embriogenik, media yang diujikan MS + BA 2 ppm + TOZ 0,2 ppm, MS +
II
,
•
Vol. 25, No.1, 2008
Abstrak Rasil Penelitian Pertanian Indonesia
BA 3 ppm + TDZ 0,4 ppm, MS + zeatin I ppm + kinetin I ppm, dan MS + zeatin 0,5 ppm + kinetin 2
ppm. Hasil percobaan menunjukkan bahwa pembentukan tunas terbanyak diperoleh dari media BA 3 ppm
(80%) namun inisiasi tunas tercepat dihasilkan pada media BA 0 ppm. Formula media MS + BA 7 ppm +
glutamin 100 ppm menghasilkan jumlah tunas dan akar terbanyak. Penggunaan MS + 2,4-D 5 ppm dapat
menginduksi kalus embriogenik dengan persentase pembentukan nodul 18,75% dan jumlah nodul yang
terbentuk sebanyak 3,6 dengan visual kalus yang paling baik. Setelah disubkultur, calon tunas terbanyak
(17) dihasilkan dari perlakuan MS + BA 2 ppm + TDZ 0,4 ppm. Kalus embriogenik pada media MS +
zeatin 0,5 ppm + kinetin 2 ppm dapat berkembang membentuk benih somatik.
022 SULIANTI, S.B.
Kemampuan
regenerasi daun pada dua jenis tanaman Sansevieria yang berdaun variegata.
Regenerative ability of leaf on two species of Sansevieria with variegata leaves/Sulianti, S.B. (Pusat
Penelitian dan Pengembangan Biologi, Bogor (Indonesia» 4 ill., 2 tables; 13 ref. Summaries (En, In).
[Proceedings of the· national seminar of floriculture: to develop floriculture industry which have
competitive ability through national potential-based technology innovation application]. Prosiding seminar
nasional florikultura: membangun industri florikultura yang berdaya saing melalui penerapan inovasi
teknologi berbasis potensi nasionallBalai Penelitian Tanaman Hias, Cianjur (Indonesia). Cianjur : Balithi,
2004: p. 406-411.
SANSEVIERIA;
SPECIES; LEAVES; CUTTINGS; PLANT
REGENERATIVE ABILITY; ROOTING; VARIEGATION.
GROWTH
SUBSTANCES;
IBA;
Tanaman Sansevieria biasanya dibudidayakan melalui setek daun. Penelitian bertujuan untuk mengetahui
kemampuan regenerasi setek daun 2 jenis lidah mertua berdaun variegata, yaitu Sansevieria grandis
hahnii dan S. tri(asciata laurentii di bawah pengaruh zat pengatur tumbuh IBA (indole butyric acid).
bagian potongan setek daun direndam selama 24 jam bahan induksi IBA diberikan masing-masing dengan
konsentrasi 100 ppm dan kemudian ditanam pada media pasir steril dengan menggunakan rancang acak
kelompok. Kemampuan regenerasi diamati setiap bulan selama 3 bulan. Hasil penelitian terlihat bahwa
kedua jenis menghasilkan tunas yang anakan berdaun hijau 19,44% akan tumbuh sebagai S. grandis, dan
sebagian besar 80,56% tunas berwarna kuning. Pada setek daun S. trifasciata laurentii hanya 0,57%
tunas variegata seperti induknya, kemudian 88,82% tunas berwarna hijau akan tumbuh menjadi tanaman
S. trifasciata dan tunas yang berwarna kuning 8,03% juga tidak dapat bertahan hidup. Hasil uji statistik
menunjukkan sctiap perlakuan memberikan perbedaan yang signifikan untuk setiap perlakuan (p 2: 0,5).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anakan setek dari kedua jenis Sansevieria tidak menghasilkan
anakan yang sarna dengan induknya, sehingga cara perbanyakan melalui setek tidak dapat digunakan
untuk S. grandis hahnii dan S. trifasciata laurentii.
023 SUYADI, A.
Penggandaan tunas abaca melalui kultur meristem. Multiplication of abaca bud through meristem
culture/Suyadi, A. (Universitas Muhammadiyah, Purwokerto (Indonesia). Fakultas Pertanian); AzizPurwantoro; Trisnowati, S., I table; 13 ref. Summaries (En, In). Ilmu Pertanian (Indonesia) ISSN 01264214(2003)v.10(2)p.II-16.
MUSA TEXTILIS; PLANT PROPAGATION; BUDS; MERISTEM CULTURE; PLANT GROWTH
SUBSTANCES; BA; NAA; LEAVES; SHOOTS.
Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh kombinasi zat pengatur tumbuh BAP dan NAA serta
menentukan konsentrasi kombinasi zat pengatur tumbuh tersebut yang tepat untuk penggandaan tunas
pada kultur meristem abaca. Penelitian dilaksanakan mulai Oktober 2002 - Maret 2003, menggunakan
rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan tanpa kontrol. Perlakuan terdiri dari dua faktor: faktor
pertama, adalah konsentrasi BAP yang terdiri dari 4 taraf, yaitu 0 M (BO), 10 - 7 M (B7), 10 - 6 M (B6),
10 - 5 M (B5) dan faktor kedua adalah konsentrasi NAA yang terdiri dari 3 taraf, yaitu 0 M (NO), 10 - 7 M
(N7) dan 10 - 6 M (N6). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi konsentrasi BAP dan NAA
berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas, panjang tunas dan jumlah daun pada sub kultur I dan subkultur
II. Perlakuan B5N7 mampu menghasilkan jumlah tunas dan jumlah daun terbanyak masing-masing 5,06
buah dan 6,00 helai pada subkultur I serta 4,37 buah dan 6,25 helai pada subkultur II.
12
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
F03
PRODUKSI DAN PERLAKUAN
Vol. 25, No.1, 2008
BENIH
024 NURAENI.
Pengaruh inokulasi mikoriza-arbuskular
dan Rhizobium japonicum dengan pemberian N dan P
terhadap hasH dan mutu fisiologis benih kedelai. [Effects of arbuscular mycorrhizae and Rhizobium
japonicum inoculation with low Nand P fertilizers on the yield and physiological quality of soybean
seedflNuraeni (Universitas Tadulako, Palu (Indonesia). Fakultas Pertanian) 4 tables; 13 ref. Summaries
(En, In). JlIrnal Agroland (Indonesia) ISSN 0854-641X (2005) v. 12(3) p. 273-278.
GLYCINE MAX; SEED; VESICULAR ARBUSCULAR MYCORRHIZAE; BRADYRHIZOBIUM
JAPONICUM; YIELDS; QUALITY; NITROGEN FERTILIZERS; PHOSPHATE FERTILIZERS.
Suatu percobaan telah dilakukan untuk mengkaji pengaruh inokulasi mikoriza-arbuskular (MA) dan
Rhizobillln japoniclIl1l (dengan pemberian N dan P dosis rendah) terhadap hasil dan mutu fisiologis benih
kedelai. Percobaan menggunakan rancangan acak lengkap, pola faktorial terdiri dari 3 faktor, yaitu: (I)
mikoriza-arbuskular terdiri dari 2 taraf, yaitu tanpa mikoriza dan dengan mikoriza; (2) R. japoniclIl1l terdiri
dari 2 taraf, yaitu tanpa rhizobium dan dengan rhizobium; dan (3) jenis pupuk terdiri dari 4 taraf, yaitu
tanpa pupuk, 11,25 kg N/ha, 23 kg PzOs/ha dan campuran 11,25 kg N/ha + 23 kg PzOs/ha. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa inokulasi MA dikombinasikan dengan R. japoniclIl1l dan pemberian campuran 11,25
kg N/ha + 23 kg PzOs/ha (setara dengan 25 kg urea + 50 kg TSP/ha) meningkatkan mutu fisiologis benih
kedelai dan hasil biji kering (17 t/ha).
025 TATIPATA, A.
Pengaruh penyimpanan terhadap protein membran dalam mitokondria benih kedelai. [Effect of
storage on the membrane protein on soybean seed mitochondria)/Tatipata, A. (Universitas Pattimura,
Ambon (Indonesia)) 2 ill., 2 tables; 5 ref. Summaries (En, In). Habitat (Indonesia) ISSN 0853-5167
(2005) v. 16(4) p. 251-257.
GLYCINE MAX; SEED; SEED STORAGE;
MITOCHONDRIA; MOISTURE CONTENT.
PROTEINS;
MEMBRANES;
CRUDE
PROTEIN;
Aktivitas metabolisme tergantung pada protein membran mitokondria. Protein membran berfungsi sebagai
transporter dan katalis enzim. Tujuan penelitian untuk mempelajari protein membran dalam mitokondria
benih kedelai secara kuantitatif dan kualitatif dan mendapatkan cara simpan yang tepat dalam
mempertahankan kadar protein yang tetap tinggi selama penyimpanan. Penelitian dilaksanakan di
laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian dan laboratorium Mikrobiologi Bioteknologi PAU
UGM pada bulan Mei 2002 - Agustus 2003 dengan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK)
faktorial tiga ulangan. Ada 3 faktor yang diteliti yaitu kadar air: 8, 10, dan 12%; jenis kemasan: kantong
plastik polietilen, kantong terigu dan kantong aluminium foil, serta lama simpan, yaitu tanpa disimpan,
disimpan I, 2, 3, 4, 5 dan 6 bulan. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis varian dan analisis
korelasi. Pengamatan secara kuantitatif dilakukan terhadap kadar protein dan kualitatif melalui pola pita
protein dari kombinasi perlakuan setelah penyimpanan selama 6 bulan. Hasil percobaan menunjukkan
bahwa jumlah pita protein dari semua perlakuan yang terdeteksi lebih sedikit dibanding dengan yang tanpa
disimpan dan yang disimpan dengan kadar air 8% dalam kantong plastik polietilen. Kadar protein
membran mitokondria benih yang disimpan dengan kadar air 8% di dalam kantong aluminium foil belum
mengalami penurunan selama 4 bulan.
F04
PEMUPUKAN
026 ABDOELLAH, S.
Penggunaan zeolit untuk meningkatkan efisiensi pemupukan amonium sulfat pada bibit kakao di
media pasiran. Application of zeolite to increase ammonium sulphate fertilizing efficiency on cocoa
seedlings at sandy medium/Abdoellah,
S. (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jember
(Indonesia)); Trikoriantono, A., 3 ill., 2 tables; 16 ref. Summaries (En, In). Pelita Perkebllnan (Indonesia)
ISSN 0215-0212 (2004) v. 20(2) p. 66-74.
13
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 25, No.1, 2008
THEOBROMA CACAO; SEEDLINGS;
APPLICATION; SANDY SOILS.
ZEOLITES;
AMMONIUM
SULPHATE;
FERTILIZER
Penelitian penggunaan zeolit untuk meningkatkan efisiensi pemupukan amonium sulfat pada bibit kakao
di media pasiran telah dilakukan di rumah kaca Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Kaliwining,
Jember, pada ketinggian tempat 45 m dpl., tipe iklim D (Schmidt-Ferguson). Penelitian dilakukan karena
sebagian lahan kakao di Indonesia berkelas tekstur tanah pasiran. Bahan yang digunakan adalah bibit
tanaman kakao dengan induk ICS 60, serbuk mineral zeolit, bahan tanah bertekstur pasiran, dan pupuk
amonium suifat. Penelitian disusun secara faktorial, menggunakan rancangan acak kelompok lengkap
dalam tiga blok dengan perlakuan faktor dosis zeolit, terdiri atas lima taraf yaitu ZO: bahan tanah pasiran
tanpa zeolit (kontrol), ZI: zeolit 5%, Z2: zeolit 10%, Z3: zeolit 15% dan Z4: zeolit 20% masing-masing
terhadap bobot tanah. Faktor frekuensi pemupukan amonium sulfat, terdiri atas tiga taraf, yaitu N I: I
g/tan/minggu, N2: 2 g/tan/2 minggu, dan N3: 3 g/tan/3 minggu. Tolok ukur yang diamati adalah kadar N,
pH, dan KPK tanah; kadar N jaringan tanaman; tinggi tanaman; diameter batang; jumlah daun; bobot
segar dan bobot kering tanaman. Data dianalisis ragam dan uji jarak Duncan 5%. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa peningkatan dosis zeolit pada medium pertumbuhan tanaman menyebabkan kenaikan
KPK dan pH tanah, tetapi menurunkan kadar nitrogen tanah. Peningkatan dosis zeolit pada medium
pertumbuhan tanaman menyebabkan meningkatnya pertumbuhan akar dan batang tanaman, tetapi
menurunkan pertumbuhan daun dan kadar air tanaman. Tidak terdapat perbedaan pengaruh antara
pemupukan amonium sulfat yang diberikan seminggu sekali dosis rendah dengan tiga minggu sekali dosis
tiga kali lipat. Sampai dengan dosis 20% terhadap bobot tanah, tidak tampak adanya pengaruh pemberian
zeolit terhadap peningkatan efisiensi pemupukan amonium sulfat dan pertumbuhan kakao.
027 ISPANDI, A.
Efektivitas pupuk P,K dan frekuensi pemberian pupuk K dalam meningkatkan serapan hara dan
produksi kacang tanah di lahan kering Alfisol. Effectivity of PK fertilizers and frequency of KCI
application on increasing of nutrients absorption by plant and peanut production in Alfisols upland/
Ispandi, A. (Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang (Indonesia)); Munip, A., II
tables; 17 ref. Summaries (En, In). Ilmu Pertanian (Indonesia) ISSN 0126-4214 (2004) v. II (2) p. 11-26.
ARACHIS HYPOGAEA; PHOSPHATE FERTILIZERS; POTASH FERTILIZERS;
RATES; NUTRIENT UPTAKE; LUVISOLS; UPLAND SOILS; DRY FARMING.
APPLICATION
Unsur K sangat penting dalam pembentukan polong, pengisian biji kacang tanah, dan proses metabolisme
dalam tanaman. Kadar ion Ca dalam tanah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan tidak efektifnya
pemupukan PK sehingga produksi kacang tanah tidak dapat mencapai optimal. Untuk meningkatkan
efisiensi pemupukan P dan K di lahan kering Alfisol pada tanaman kacang tanah telah dilakukan
penelitian di lahan kering Alfisol, Malang, pada MT 2002 dan MT 2003. Rancangan acak kelompok
faktorial, tiga ulangan digunakan dalam penelitian ini. Perlakuan percobaan MT 2002 adalah kombinasi
dua jenis pupuk N (urea dan ZA), tiga dosis pupuk P (0, 50 dan 100 kg SP-36/ha) dan tiga frekuensi
pemberian pupuk K (diberikan I x; 2 x dan 3 x). Perlakuan percobaan MT 2003 adalah kombinasi dua
jenis pupuk N (urea dan ZA), tiga dosis pupuk K (50, 100 dan 150 kg KCI/ha) dan 3 frekuensi pemberian
pupuk K seperti pada percobaan MT 2002. Percobaan menggunakan kacang tanah varietas Kelinci yang
ditanam dengan jarak tanam 40 cm x 20 cm, 2 biji/lubang pad a petak perlakuan 4 m x 6 m. Percobaan MT
2002 dan MT 2003 dilaksanakan pada lokasi yang sarna. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penggunaan pupuk ZA dapat meningkatkan serapan hara P, K dan S serta meningkatkan hasil polong
kering sekitar 51% dibandingkan dengan yang dipupuk urea. Pemupukan P kurang efektif dalam
meningkatkan hasil kacang tanah. Pemupukan 50 kg SP-36/ha hanya dapat meningkatkan hasil polong
kering sekitar 10% daripada yang tanpa pupuk P, dan bila dosisnya ditingkatkan menjadi 100 kg SP-36/ha
justru menurunkan hasil. Pemupukan 50 kg SP-36/ha hanya mampu meningkatkan kadar P dalam tanaman
sekitar 15% dan tidak meningkatkan serapan hara yang lain. Bila dosisnya ditingkatkan menjadi 100 kg
SP-36/ha, kadar P dalam tanaman meningkat sekitar 7% daripada yang dipupuk 50 kg SP-36/ha.
Pemupukan 100 kg KCI/ha meningkatkan hasil kacang tanah secara nyata daripada yang dipupuk 50 kg
KCUha. Pemberian pupuk KCI satu kali pada saat tanam lebih efektif dan lebih efisien daripada diberikan
dua kali, pada saat tanam dan umur satu bulan dalam meningkatkan hasil kacang tanah, dan bila diberikan
tiga kali, justru menurunkan hasil. Pemupukan 100 kg KCI/ha dapat meningkatkan kadar K dan P dalam
14
Abstrak Hasil Penelilian Pertanian indonesia
Vol. 25, No.1, 2008
tanaman, masing-masing sekitar 21% dan 15% bila diberikan bersama 50 kg SP-36/ha, atau masingmasing meningkat 28% dan 23% bila diberikan bersama 100 kg SP-36/ha, semua itu bila dibandingkan
dengan yang tidak disertai pupuk P.
028 ISPANDI, A.
Pemupukan P, K dan waktu pemberian pupuk K pada tanaman ubi kayu di lahan kering Vertisoi.
P, K fertilization and frequency of K fertilizer application on cassava in Vertisols upland /Ispandi, A.
(Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang (Indonesia) 2 tables; 18 ref.
Summaries (En, In).llmll Pertanian (Indonesia) ISSN 0126-4214 (2003) v. 10(2) p. 35-50.
MANIHOT ESCULENTA; VARIETIES; PHOSPHATE FERTILIZERS; POTASH FERTILIZERS;
FERTILIZER APPLICATION; DOSAGE EFFECTS; NUTRIENT UPTAKE; DRY FARMING;
VERTISOLS; YIELDS.
Penelitian pemupukan P, K dan waktu pemberian pupuk K pada tanaman ubi kayu (Mallihot esclilellta) di
lahan kering Vertisol (Grumosol) telah dilakukan pada MT 200 I. Penelitian dilakukan di Kecamatan
Wonosari, Kabupaten Gunung Kidu!. Tujuan penelitian untuk mendapatkan teknologi pemupukan P dan K
yang efektif dan efisien pada tanaman ubi kayu khusus di lahan kering marginal bertekstur tanah berat.
Penelitian terdiri dari dua percobaan. Kedua percobaan menggunakan rancangan acak kelompok faktorial,
tiga ulangan. Perlakuan percobaan I merupakan kombinasi tiga varietas ubi kayu (Malang-4, Malang-I
dan lokal), tiga dosis pupuk P (0,75 dan 150 kg SP-36/ha) dan dua dosis pupuk K (0 dan 100 kg KCI/ha).
Seluruh perlakuan dipupuk 200 kg urea/ha. Perlakuan percobaan II merupakan kombinasi antara dua jenis
pupuk N (200 kg urea/ha dan 150 kg urea + 100 kg ZA/ha dua dosis pupuk P (0 dan 100 kg SP-36/ha) dan
5 perlakuan waktu pemberian pupuk K (1,2,3,4 dan 5 kali). Dosis pup uk K adalah 100 kg KCI/ha. Hasil
Penelitian menunjukkan bahwa dua varietas ubi kayu Malang-I dan Malang-4 dapat menggantikan
varietas loka!. Pemupukan 100 kg SP-36/ha meningkatkan serapan hara P dan hasil umbi secara nyata
dibanding dengan yang tanpa pupuk P. Pemupukan 100 kg KCI/ha dapat meningkatkan serapan hara K
secara nyata bila diberikan bersama pupuk P (75 atau 100 kg SP-36/ha) tetapi tidak jelas pengaruhnya
terhadap peningkatan hasil umbi. Pupuk K diberikan 1-4 kali tidak berpengaruh terhadap serapan hara K
dan P serta hasil umbi, bila diberikan 5 kali justru menurunkan serapan hara K dan P serta hasil umbi.
Hasil umbi tertinggi hanya sekitar 20 t/ha jauh di bawah potensi hasilnya yang sekitar 40 t/ha, hal ini
memerlukan penelitian lebih lanjut.
029 MASTUR.
Respon tembakau madura terhadap dua tipe pupuk organik. Responses of madura tobacco to two
types of organic fertilizers/Mastur; Murdiyati, A.S.; Djajadi; Istiana, H. (Balai Penelitian Tanaman
Tembakau dan Serat, Malang (Indonesia)) 7 tables; 18 ref. Summaries (En, In) Appendix. Jllrnal
Penelitian Tanaman indllstri (Indonesia) ISSN 0853-8212 (2004) v. 10(4) p. 142-148.
SOIL
NICOTIANA
TABACUM;
ORGANIC
FERTILIZERS;
FARMYARD
MANURE;
CHEMICOPHYSICAL
PROPERTIES;
BYPRODUCTS;
INDUSTRY;
TOBACCO;
YIELDS;
QUALITY.
Penelitian dilaksanakan untuk menelaah pengaruh 2 tipe pupuk organik yaitu pupuk organik dan hasil
samping industri yang diperkaya atau selanjutnya disebut pupuk organik diperkaya (POD) dan pupuk
kandang dari kotoran sapi terhadap sifat fisik tanah, serapan hara, keragaan tanaman, hasil dan mutu
tembakau madura. Percobaan dilakukan mulai April - September 2002. Percobaan lapang pad a tanah tegal
di Desa Guluk-guluk, Kecamatan Guluk-guluk, Kabupaten Sumenep. Perlakuan terdiri dari 9 kombinasi
dosis (0-7.000 kg/ha) dan tipe pupuk organik (POD dan pupuk kandang) dengan 4 ulangan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa POD lebih unggul dalam kandungan hara dan pengaruhnya pada tembakau
dibanding pupuk kandang. POD dapat meningkatkan kadar air tanah pada kapasitas lapang dan
konsentrasi K dalam tanaman. Perlakuan terbaik adalah POD dosis 5.000 kg/ha dengan bobot daun
rajangan kering 1.156 kg/ha, indeks mutu 73,4 dan indeks tanaman 77,2. POD dosis 1.000 kg/ha
menghasilkan daun rajangan kering 849 kg/ha, indeks mutu 76,8 dan indeks tanaman 60,0. Dosis POD
terse but lebih baik dibanding pupuk kandang yang sarna. Respon tembakau terhadap dosis POD 7.000
kg/ha lebih jelek dibanding 5.000 kg/ha.
15
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian indonesia
Vol. 25, No. i, 2008
030 MUS TARING
Pengaruh
dosis pemupukan
bokashi terhadap
pertumbuhan
dan produksi rumput kerbau
(Stenotaphrum secundatum). [Effects of bokashi dosage on the growth and production of buffalo grass
(Stenotaphrum secundatumJ! Mustaring; Marsetyo (Universitas Tadulako, Palu (Indonesia). Fakultas
Pertanian) 2 tables; 16 ref. Summaries (En, In). Jurnal Agroland (Indonesia) ISSN 0854-64lX (2005) v.
12(3) p. 308-312
STENOTAPHRUM
EFFECTS
SECUNDATUM;
GROWTH; YIELDS;
ORGANIC
FERTILIZERS;
DOSAGE
Pengaruh dari dosis pemupukan bokashi terhadap pertumbuhan dan produksi rumput kerbau
(Stenotaphrum secundatum), telah diuji pada percobaan di lapangan di Taman temak Sidera, Kecamatan
Sigi Biromaru, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah. Rancangan yang digunakan adalah rancangan
acak lengkap, dengan lima dosis pemupukan bokashi, dan masing-masing dosis diulang sebanyak empat
kali. Dosis bokashi yang digunakan masing-masing adalah 0; 3,5; 7,0; 10,5 dan 14,0 t/ha. Tinggi rumput,
jumlah anakan, produksi bahan segar dan kering rumput kerb au dipengaruhi secara nyata (P < 0,05) oleh
dosis pemupukan bokashi. Tinggi rumput meningkat secara linier (P < 0.01) seiring dengan peningkatan
dosis pemupukan bokashi. Sedangkan jumlah anakan, produksi bahan segar dan kering mengalami
kenaikan secara kuadratik (P < 0,05), dengan nilai yang paling tinggi dicapai pada dosis pemupukan
bokashi sebesar 10,5 tlha. Oleh karena itu disarankan dosis pemupukan optimum terhadap rumput kerbau
adalah 10,5 tlha
031 PRIYANTI,A.
Respon ekonomi penggunaan pupuk organik dan berbagai pola tan am pada sistem usaha tani di
lahan kering. Economic liability for using organic fertilizer and cropping patterns in the dryland
farming systems/ Priyanti, A. (Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogar (Indonesia)); Prawiradiputra, B.R.;
Lubis, D.; Djajanegara, A., 4 tables; 12 ref. Summaries (En, In). [Proceedings of national seminar on
integrated crop-livestock systems]. Pro siding seminar nasional sistem integrasi tanaman-ternak/Haryanto;
Mathius, I w.; Prawiradiputra, B.R.; Lubis, D.; Priyanti, A.; Djajanegara, A. (eds.); Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan, Bogor (Indonesia). Bogor: Puslitbangnak, 2004: p. 290-297.
FOOD CROPS; INTERCROPPING; FARMING SYSTEMS; ORGANIC FERTILIZERS; FARMYARD
MANURE; COMPOSTS; TECHNOLOGY; YIELDS; ECONOMIC ANALYSIS; ARID ZONES; DRY
FARMING.
Suatu penelitian untuk mengetahui respon ekonomi penggunaan kompos pada berbagai pola tanam di
lahan kering telah dilakukan di Desa Dangiang, Kecamatan Cilawu, Kabupaten Garut. Lahan 3 orang
petani dibagi 5 petak dengan luas lahan yang ada untuk dikelompokkan dalam perlakuan pola tanam,
yaitu 100% kacang tanah, 70% kacang tanah dan 30% kacang merah, 65% kacang tanah dan 35% kacang
merah, 60% kacang tanah dan 40% kacang merah dan 100% kacang merah. Rata-rata lahan yang
digunakan adalah seluas 150 m2 dan masing-masing perlakuan dibedakan dalam penggunaan pupuk yang
terdiri dari kompos, kotoran sapi yang dikeringkan dan kompos komersial. Kompos dibuat oleh petani
melalui introduksi teknologi yang diajukan, yang sebelumnya petani hanya menggunakan kotoran ternak
yang dikeringkan selama 3-6 bulan. Rancangan acak kelompok dan estimasi gross margin digunakan
dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola tanam tidak berpengaruh terhadap
produksi yang dihasilkan (P < 0,05) dan gross margin tertinggi dicapai pada pola tanam 70% kacang tanah
dan 30% kacang merah, yakni sebesar Rp4.I52.774Iha, Rp2.349.053/ha dan Rp3.559.865Iha masingmasing untuk petani I, II dan III.
-
...
032 RACHMAN, A.
Pengaruh jenis pupuk dasar dan susulan terhadap produksi dan mutu tembakau cerutu besuki.
Effect of basal fertilizers and side dressing fertilizers on the production and quality of besuki cigar
tobacco/Rachman, A.; Sholeh, M.; Purlani, E. (Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Malang
(Indonesia)) 5 tables; 24 ref. Summaries (En, In). Jurnal Penelitian Tanaman lndustri (Indonesia) ISSN
0853-8212 (2004) v. 10(1) p. 34-40.
16
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 25, No.1, 2008
NICOTIANA TABACUM; FERTILIZER APPLICATION; BASAL DRESSINGS; SIDEDRESSING;
PRODUCTION; QUALITY; TOBACCO.
Penelitian pemupukan tembakau eerutu besuki telah dilakukan di Desa Mangaran, Keeamatan lenggawah,
Kabupaten lember (30 m dpl) untuk mengetahui pengaruh jenis pupuk dasar dan pupuk susulan terhadap
produksi dan mutu. Tembakau ditanam pada awal musim kemarau (disebut besnota), yaitu minggu ke-I
bulan luli 2000. Lahan pereobaan berjenis tanah Aluvial dengan tekstur liat berkadar 44% liat, 20% debu,
dan 46% pasir, 0,67% C-organik, 0,14% N total, 10,64 emol/kg P tersedia, 0,45 emol/kg K, 7,30 emol/kg
Ca, dan pH 6,62. Perlakuan disusun dalam raneangan aeak kelompok faktorial, dengan 3 ulangan. Faktor
pertama adalah perlakuan pupuk dasar Genis pupuk NPK dan SP-36 + urea), sedangkan faktor kedua
adalah perlakuan jenis pupuk susulan (urea, CN, CN + CPN, CN + PN, dan CSN). Ukuran petak
pereobaan 10m x 7 m, jarak tanam (110 em + 90 em) x 35 em, dengan populasi 200 tanamanlpetak dan
varietas H382. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pupuk dasar NPK tidak berbeda
pengaruhnya dibanding dengan pupuk SP-36 + urea terhadap hasil, ukuran, ketebalan daun posisi KAK
dan TNG, persentase daun pembalut-pembungkus dan kadar unsur hara daun. Namun perlakuan pupuk
NPK menghasilkan daun KOS 3 lebih tip is, daya bakar daun KOS I dan KAK 3 yang lebih lama, nisbah
K20/CaO yang lebih tinggi. Pupuk susulan CN + CPN dan CN + PN memberikan hasil dan kadar N daun
yang lebih tinggi daripada perlakuan yang lain. Pupuk susulan tidak berpengaruh terhadap ukuran daun,
ketebalan daun, daya bakar, persentase daun pembalut-pembungkus, kadar P20S, K20, dan CaO daun.
Berdasarkan analisis kualitas semua pupuk alternatif yang dieobakan, baik sebagai pupuk dasar maupun
pupuk susulan, pupuk-pupuk tersebut dapat digunakan pada pemupukan tembakau eerutu besuki.
Selanjutnya, perlu dilakukan sosialisasi penggunaan pemupukan alternatif tersebut kepada petani.
033 SANTOSO, B.
Pengaruh bahan organik dan pupuk NPK terhadap hasil serat rosela di lahan Podsolik Mcrah
Kuning Kalimantan Selatan. Effect of NPK fertilizer and organic materials on roselle fiber yield in
Red Yellow Podzolic soil of South Kalimantan /Santoso, B. (Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan
Serat, Malang (Indonesia» 9 tables; 17 ref. Summaries (En, In). Jurnal Penelitian Tanaman Industri
(Indonesia) ISSN 0853-8212 (2005) v. II (3) p. 85-92.
HIBISCUS SABDARIFFA;
PODZOLS; KALIMANTAN.
ROSELLE;
NPK
FERTILIZERS;
ORGANIC
MATTER;
YIELDS;
Lahan Podsolik Merah Kuning (PMK) berpotensi untuk pengembangan tanaman rosela. Kendala utama
dalam lahan PMK adalah miskin unsur hara makro dan mikro, kandungan Al dan Fe tinggi, pH tanah
rendah dan sering terjadi fiksasi P. Daya dukung lahan ini dapat diperbaiki dengan memberikan bahan
amelioran seperti kapur atau bahan organik. Penelitian dilaksanakan di Desa Sabuhur II, Keeamatan
lorong, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan pada bulan lanuari - Desember 2001. Tujuan
penelitian untuk mendapatkan jenis bahan organik dan dosis pupuk anorganik (NPK) yang dapat
mendukung hasil serat rosela yang tinggi di lahan PMK Kalimantan Selatan. Perlakuan disusun dalam
raneangan petak terbagi yang diulang tiga kali. Sebagai petak utama terdiri atas lima bahan organik, yakni
(I) pupuk kandang kotoran ternak sapi, (2) pupuk kandang dari kotoran unggas, (3) kompos jerami, (4)
kompos alang-alang, dan (5) kompos serpihan kayu rosela, dosis masing-masing 5 t/ha. Anak petak terdiri
atas tiga dosis pupuk anorganik yaitu (A) tanpa pupuk anorganik, (B) (45 kg N + 80 kg P20S + 60 kg
K20)/ha, dan (C) (90 kg N + 80 kg P20S (fosfat alam) + 60 kg K20)/ha. Bahan tanaman yang digunakan
galur rosela CPI 115357. Ukuran petak 4 m x 6 m dengan jarak tanam 20 em x 20 em. Hasil penelitian
menunjukkan, bahwa kombinasi perlakuan pemberian (5 t pupuk kotoran unggas + 45 kg N + 80 kg P20S
(fosfat alam) + 60 kg K20)/ha memberikan pertumbuhan tinggi tanaman, diameter batang, produksi
brangkasan dan hasil serat kering tertinggi rosela masing-masing 262,33 mm; 17,65 mm; 47,78 t dan 2,83
t/ha.
034 SIMARMATA, T.
Pemanfaatan ekstrak organik untuk meningkatkan aktivitas bakteri tanah dan hasil tanaman
tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) pada Inceptisol di Jatinangor. fEffects of organic fertilizer
extracts on the activity of soil microbes and yield of tomato on Inceptisols in Jatinangor
17
Vol. 25, No.1, 2008
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
(Indonesia)]/Simarmata, T. (Universitas Padjadjaran, Bandung (Indonesia). Fakultas Pertanian) 2 tables;
10 ref. Summaries (En, In). Jurnal Agroland (Indonesia) ISSN 0854-64IX (2005) v. 12(3) p. 261-266.
LYCOPERSICON
ESCULENTUM;
ORGANIC
FERTILIZERS;
DENITRIFICATION;
MICROORGANISMS; BACTERIA; AZOTOBACTER; YIELDS; JAVA.
SOIL
Percobaan untuk mengetahui efek pemberian jenis dan konsentrasi ekstrak pupuk organik kompos (EPO)
terhadap aktivitas bakteri tanah dan hasil tanaman tomat pada Inceptisol dilakukan di rumah plastik
laboratorium hidroponik Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor. Percobaan ini
menggunakan rancangan acak kelompok yang terdiri dari 10 perlakuan dan diberi ulangan 3 kali, yaitu A
= kontrol (tanpa ekstrak bokashi), B = ekstrak pupuk kandang ayam (EPKA) dengan konsentrasi 75%, C =
EPKA dengan konsentrasi 50%, D = EPKA dengan kosentrasi 25%, E = ekstrak limbah media jamur
(EKLMJ), dengan konsentrasi 75%, F = EPKA dengan konsentrasi 50%, G = EPKA dengan konsentrasi
25%, H = ekstrak (PKA+LMJ) dengan kosentrasi 75%, 1= ekstrak (PKA+LMJ) dengan kosentrasi 50%
dan J = esktrak (PKA+LMJ) dengan konsentrasi 25%. Hasil percobaan menunjukkan bahwa pemberian
ekstrak pupuk organik mempengaruhi aktivitas bakteri tanah (populasi total, denitrifikan, dan Azotobater
sp), tetapi tidak memberikan perbedaan terhadap hasil tanaman tom at. Pemberian ekstrak pupuk organik
dapat meningkatkan populasi bakteri sekitar 355 - 1455 kali, denitrifikan sekitar 9 - 182 kali dan populasi
Azotobacter sp sekitar 2 - 7 kali dibandingkan dengan kontrol (tanpa ekstrak pupuk organik).
035 SUBHAN.
Penggunaan pupuk fosfat, kalium dan magnesium pad a tanaman bawang putih dataran tinggi.
Utilization of phosphate, potassium and magnesium on garlic on upland/Subhan; Nurtika, N. (Balai
Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang (Indonesia)) 12 tables; 16 ref. Summaries (En, In). Ilmu Pertanian
(Indonesia) ISSN 0126-4214 (2004) v. 11(2) p. 56-67.
ALLIUM ASCALONICUM; PHOSPHATE FERTILIZERS; POTASH FERTILIZERS; MAGNESIUM
FERTILIZERS; UPLAND SOILS; YIELDS.
Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK) empat faktor yang diulang tiga kali.
Faktor pertama cara pemberian pup uk K (kalium), dengan dosis 75 kg K20/ha dan 150 kg K20/ha. Faktor
kedua cara pemberian K, masing-masing 1/2 K20 (KCl) + 1/2 K20 (ZK) pada 0,15 dan 30 hst. Faktor
ketiga dosis pupuk fosfat 0,2 kg P20s/ha, dan faktor keempat dosis pupuk magnesium 60 kg MgO/ha.
Penelitian dilaksanakan di Ciwidey Kabupaten Bandung dengan ketinggian 1100 m dpl, di lahan petani.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pupuk fosfat (P20S) dan magnesium (MgO) masih
diperlukan oleh bawang putih dalam pertumbuhan vegetatif dan generatif. Pada perlakuan pupuk Kalium
(K20) dari ZK, setelah 30 dan 45 hst memberikan pertumbuhan bawang putih yang baik dan hasil dua kali
lebih tinggi dibanding dengan cara pemberian K yang berasal dari KCI.
036 SUMIATI, E.
Pertumbuhan
dan hasil kentang dengan aplikasi NPK 15-15-15 dan pupuk pelengkap cair di
dataran tinggi Lembang. Growth and yield of potato treated with NPK 15-15-15 and foliar fertilizer
supplement in highland Lembang f1ndonesiajlSumiati, E. (Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang
(Indonesia)) 4 tables; 25 ref. Summaries (En, In). Jurnal Hortikultura (Indonesia) ISSN 0853-7097
(2005) v. 15(4) p. 270-278.
SOLANUM
TUBEROSUM;
NPK
FERTILIZERS;
LIQUID
FERTILIZERS;
APPLICATION; DRY FARMING; GROWTH; YIELDS; HIGHLANDS; JAVA.
FERTILIZER
Produktivitas tanaman kentang harus terus-menerus ditingkatkan, antara lain dengan aplikasi pupuk daun
dan pupuk dasar NPK 15-15-15. Penelitian bertujuan untuk memperbaiki pertumbuhan dan hasil umbi
kentang dengan aplikasi pupuk dasar NPK 15-15-15, dosis yang tepat dikombinasikan dengan pupuk
pelengkap cair (Ppc) konsentrasi optimum. Percobaan menggunakan rancangan petak terpisah dengan 3
ulangan. Petak utama dosis pupuk NPK 15-15-15, terdiri atas 2 level, yaitu NPK 15-15-15 dosis 0,5 dan
1,0 t/ha. Anak petak konsentrasi ppc, terdiri atas 5 level, yaitu 0,0; 2,3; 4,5; 6,8; dan 9,0 mill. Larutan ppc
disemprotkan pada daun tanaman kentang 2 kali, yaitu pada 4 dan 7 mst. Pupuk NPK 15-15-15
18
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 25, No.1, 2008
diaplikasikan 1 kali pada saat tan am. Tanaman kentang dibudidayakan menggunakan mulsa plastik perak
hitam. Hasil penelitian mengungkapkan tidak terjadi gejala fitotoksis, klorosis, dan gejala abnormal
lainnya pada pertumbuhan tanaman ken tang yang diberi perlakuan ppc konsentrasi 2,3 - 9,0 mill
dikombinasikan dengan pemberian pupuk dasar NPK 15-15-15 dosis 0,5 dan 1,0 t/ha. Hasil bobot umbi
kentang nyata meningkat 72,94% oleh aplikasi pupuk NPK 15-15-15 dosis 1 t/ha dikombinasikan dengan
ppc konsentrasi 4,5 mill dibandingkan dengan hanya menggunakan pupuk NPK 150-15-15 dosis I t/ha.
Namun, konsentrasi optimum ppc adalah 5,5 mill pada kombinasi aplikasi pupuk NPK 15-15-15 dosis 1
t/ha.
037 SYAHID, S.F.
Pengaruh NAA dan lEA terhadap perakaran purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk.) in vitro. Effect
of NAA and IRA on root induction of pruatjan (Pimpinella pruatjan Molk.) in vitro/Syahid, S.P.;
Rostiana, 0.; Miftakhurohmah (Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor (Indonesia)) 3 ill., 6
tables; 13 ref. Summaries (En, In). Jurnal Penelitian Tanaman lndustri (Indonesia) ISSN 0853-8212
(2005) v. 11(4) p. 146-151.
PIMPINELLA; ROOTS; ROOTING; NAA; IBA; IN VITRO; PLANT RESPONSE.
Purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk.) merupakan tanaman obat langka yang cukup potensial untuk
dikembangkan sebagai bahan baku afrodisiak. Untuk mendukung budi daya tanaman ini diperlukan bahan
tanaman yang memadai. Perbanyakan in vitro purwoceng untuk memperoleh bahan tanaman secara masal
masih dibatasi oleh sulitnya menginduksi akar, yang berakibat rendahnya keberhasilan aklimatisasi di
lapangan. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan teknik induksi perakaran dengan menggunakan dua
jenis auksin (NAA dan IBA) pada berbagai taraf konsentrasi yaitu 0; 0,1; 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1,0; 1,5 dan
2.0 mg/l. Penelitian dilaksanakan di Laboratarium Kultur Jaringan. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan
Obat, Bogar dari bulan Januari 2003 - Februari 2004. Percobaan menggunakan rancangan acak lengkap
dengan tiga ulangan. Setiap ulangan terdiri dari tiga tunas. Parameter yang diamati adalah jumlah akar,
panjang akar dan jumlah daun layu serta penampakan kultur secara visual. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa auks in NAA nyata menghasilkan jumlah akar lebih banyak dan lebih panjang dari IBA.
Penggunaan NAA 0,8 g/I merupakan konsentrasi terbaik untuk induksi akar. Tidak ada perbedaan yang
nyata dari penggunaan NAA ataupun IBA terhadap parameter jumlah daun layu.
038 SYAM, A.
Pengaruh pupuk organik (kompos kotoran sapi) terhadap produktivitas padi di Iahan sawah irigasi.
Effectiveness of organic fertilizers to the productivity of wetland rice/Syam, A.; Sariubang, M. (Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan, Makassar (Indonesia)) 7 tables; 23 ref. Summaries (En,
In). [Proceedings of national seminar on integrated crop-livestock systems]. Pro siding seminar nasional
sistem integrasi tanaman-temak/Haryanto; Mathius, I W.; Prawiradiputra, B.R.; Lubis, D.; Priyanti, A.;
Djajanegara, A. (eds.); Pusat Penelitian dan Pengembangan Petemakan, Bogar (Indonesia). Bogar:
Puslitbangnak, 2004: p. 93-103.
ORYZA SATIVA; IRRIGATED LAND; FERTILIZER APPLICATION; ORGANIC FERTILIZERS;
FARMYARD MANURE; PRODUCTIVITY; AGRONOMIC CHARACTERS; YIELDS; ECONOMIC
ANALYSIS; COST BENEFIT ANALYSIS.
Upaya peningkatan produksi padi secara intensifikasi harus ditunjang oleh penggunaan sarana produksi
pupuk anorganik yang tinggi dan pemakaiannya meningkat setiap tahun. Penggunaan pupuk anorganik
secara berlebihan akan menimbulkan masalah yang berkaitan dengan kerusakan tekstur tanah (tanah sakit)
yang berakibat pada penurunan produksi, efisiensi pemakaian pupuk dan tingkat pendapatan petani. Untuk
memperbaiki produktivitas lahan sawah pertanian, telah dilakukan pengelolaan secara terpadu yang
mencakup aspek kimia, fisik dan biologi, dengan menggunakan bahan organik sebagai komponen utama.
Penelitian bertujuan untuk melihat pengaruh kombinasi pupuk organik dan anarganik terhadap
peningkatan produksi tanaman padi pada lahan sawah irigasi yang dilaksanakan di Kabupaten Takalar
mulai Mei - Agustus 200 I. Varietas yang ditanam Sintanur dengan jarak tanam 25cm x 20cm, 3
batang/rumpun. disusun dalam bentuk rancangan acak kelompok, 4 ulangan dan 10 perlakuan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa perlakuan yang hanya dipupuk anorganik takaran rekomendasi (1)
19
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 25, No.1, 2008
memberikan rata-rata tinggi tanaman lebih tinggi pada umur 30 dan 60 hst serta rata-rata panjang malai
yang lebih panjang dibandingkan perlakuan kombinasi pupuk organik dan anorganik. Perlakuan
kombinasi pupuk organik dan anorganik (D) pada umur 88 hst memberikan rata-rata tinggi tanaman yang
lebih tinggi, jumlah anakan lebih banyak, bobot 1000 biji lebih berat dan hasil jerami tertinggi
dibandingkan perlakuan rekomendasi serta hasil gabah kering panen yang dicapai setara dengan hasil yang
dicapai perlakuan anorganik takaran rekomendasi yaitu 6,38 t/ha. Perlakuan yang hanya dipupuk organik
3 t/ha memberikan nilai rata-rata paling rendah terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan, panjang mal ai,
bobot 1000 biji dan hasil jerami 3,98 t/ha serta hasil gabah kering panen yang dicapai yaitu 3,60 t/ha.
Pupuk organik memberikan pengaruh yang rendah terhadap komponen pertumbuhan dan hasil tanaman.
Hal ini dapat diatasi dengan kombinasi pupuk organik dan anorganik.
039 YUNIAR, A.
Pengaruh pemberian pupuk NPK dan intensitas pemberian jumlah air pad a pertumbuhan
dan
hasil tanaman kacang hijau Phaseolus aureus sinonim P. radiatus L. [Effects of NPK fertilizers and
watering intensity on the growth and yield of mungbeanj/Yuniar, A.; Moenandir, 1.; Soekartomo, S.
(Universitas Brawijaya, Malang (Indonesia). Fakultas Pertanian) 6 tables; 10 ref. Summaries (En, In).
Habitat (Indonesia) ISSN 0853-5167 (2005) v. 16(4) p. 225-232.
VIGNA RADIATA RADIATA; NPK
RESPONSE; GROWTH; YIELDS.
FERTILIZERS;
WATERING;
DIMENSIONS;
PLANT
Penelitian bertujuan untuk mempelajari respon tanaman kacang hijau pada tingkat pemberian air dan
pemberian dosis pupuk NPK yang dilaksanakan di rumah kaca Universitas Brawijaya, ± 505 m dpl,
Alfisol, pH 5,5-6,7, penelitian dilaksanakan pada bulan November 2004 - Januari 2005. Percobaan
menggunakan rancangan acak kelompok faktorial yang terdiri dari 2 faktor dan diulang 3 kali. Faktor
pertama ialah intensitas pemberian air (A): AI: pemberian air 100 mm/musim, A2: pemberian air 300
mm/musim dan A3: pemberian air 600 mm/musim. Faktor kedua ialah pemberian pup uk NPK pada
tan am an (H): HI: 0 g/tanaman, H2: 3 g/tanaman, dan H3: 6 g/tanaman. Hasil penelitian pada komponen
produksi menunjukkan bahwa terjadi interaksi pada (A3H3) dengan kombinasi antara dosis pemupukan
NPK 6 g/tan. dan intensitas pemberian air 600 mm/musim pada jumlah polong isi/tanaman dengan rerata
137,750 g, bobot kering biji pertanaman dengan rerata 35,558 g dan hasil biji per tanaman dengan rerata
143,600 g. Kemudian pada indeks pan en tertinggi pada (A2H3) dengan kombinasi antara dosis
pemupukan NPK 3 g/tanaman dan intensitas pemberian air 600 mm/musim dengan rerata 2,495 g.
F07
PENGOLAHAN
TANAH
040 WIROSOEDARMO, R.
Pengaruh cara pengolahan tanah pada tingkat kandungan air tanah yang berbeda terhadap
pertumbuhan dan hasil tan am an kedelai (Glycine max). [Effect of tillage method at different ground
water content level on the growth and yield of soybeanj/Wirosoedarmo, R. (Universitas Brawijaya,
Malang (Indonesia). Fakultas Pertanian) 4 tables; 16 ref. Summaries (En, In). Habitat (Indonesia) ISSN
0853-5167 (2005) v. 16(4) p. 233-240.
GLYCINE MAX; TILLAGE; SOIL WATER CONTENT; ROTARY CULTIVATORS; GROWTH;
CROP PERFORMANCE; YIELD COMPONENTS.
Penelitian dilakukan atas dasar kenyataan masih belum pastinya indikator pengolahan tanah tentang baik
buruknya hasil olahan tanah dihubungkan dengan pertumbuhan dan produksi kedelai. Tujuan penelitian
untuk mendapatkan indikator pengolahan tanah untuk pertumbuhan tanaman dan produksi kedelai pada
berbagai kandungan air dan putaran bajak rotary. Pelaksanaan penelitian di lahan petani sekitar Balai
Benih lnduk Palawija Bedali Lawang, Kabupaten Malang pada bulan Oktober 2002 - Januari 2003,
dengan menggunakan rancangan acak kelompok yang disusun secara faktorial dengan faktor kandungan
air tanah saat pengolahan dan putaran bajak rotary dan diulang tiga kali. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa jumlah polong isi/tanaman, jumlah biji/tanaman, berat biji/tanaman dan berat 100 biji tertinggi
20
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 25, No. 1,2008
didapatkan pada kandungan air saat pengolahan 1,0 batas platis dengan putaran bajak rotary 90 rpm dua
kali olah. Indikator hasil olahan tanah yang sangat berpengaruh terhadap produksi kedelai adalah
kedalaman olah, porositas tanah hasil olahan, diameter massa rerata agregat tanah (DMR), tahanan
penetrasi dan tegangan geser tanah hasil olahan yang ditunjukkan dengan nilai koefisien determinasi
terkoreksi 85,80%.
F08
POLA TANAM DAN SISTEM PERTANAMAN
041 SAHID, M.
Penampilan beberapa klon kapuk sebagai tanaman lorong dengan tanaman sela ubi kayu.
Performance of kapok clones as alley crops with cassava as their catch crops/Sahid, M.; Marjani;
Basuki, T. (Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Malang (Indonesia)) 3 tables; II ref.
Summaries (En, In). Jurnal Penelitian TanamanIndustri (Indonesia) ISSN 0853-8212 (2005) v. II (3) p.
123-127.
CEIBA PENTANDRA; CLONES; MANIHOT ESCULENTA;
RESPONSE; YIELDS; COST ANALYSIS; FARM INCOME.
ALLEY
CROPPING;
PLANT
Peningkatan produktivitas kapuk berdampak positif pada peningkatan pendapatan petani dan nilai ekspor.
Usaha peningkatan produktivitas tanaman kapuk antara lain dapat dilakukan dengan perbaikan potensi
genetik tanaman. Usaha peningkatan pendapatan petani kapuk selain dengan peningkatan produktivitas
tanaman dapat juga dilakukan dengan pemanfaatan lahan yang ada dibawahnya. Penelitian bertujuan
untuk memperoleh klon-klon kapuk yang sesuai sebagai tanaman lorong dengan tanaman sela ubi kayu
pada saat tanaman kapuk masih muda. Penelitian dilakukan di KP Ngempak, Pati mulai Januari Desember 2002. Kapuk ditanam bulan Januari 1998. Perlakuan terdiri dari 12 klon harapan kapuk
berumur 4 tahun yang dibawahnya ditanami tanaman sela ubi kayu. Penelitian disusun dalam rancangan
acak kelompok dengan tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 12 klon harapan kapuk
sampai umur 4 tahun yang ditanam dengan tanaman sela ubi kayu terdapat satu klon harapan kapuk yang
sesuai yaitu E 22. Klon E 22 yang ditanam bersama dengan tanaman sela ubi kayu memberikan
pendapatan tertinggi sebesar Rp2.999.010 dengan hasil gelondong 1.143,8 kglha dan hasil ubi kayu
sebesar 13.896 kglha.
042 SETYO-BUDI, U.
Adaptasi klon-klon rami di antara kelapa. Adaptation of ramie clones in coconut plantation/SetyoBudi, U.; Hartati, R.S.; Purwati, R.D. (Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat Malang
(Indonesia)) 2 ill., 3 tables; 12 ref. Summaries (En, In). Jurnal Penelitian Tanaman Industri (Indonesia)
ISSN 0853-8212 (2005) v. 11(4) p. 140-145.
BOEHMERIA NIVEA; CLONES; COCOS NUCIFERA; PLANTATIONS;
ADAPTATION; PLANT RESPONSE; PRODUCTION INCREASE.
INTERCROPPING;
Penelitian untuk mendapatkan klon-klon unggul rami untuk lahan di antara pohon kelapa, telah
dilaksanakan pada bulan April 1999 - Maret 2000, di lahan kebun plasma PIR-Kelapa 5 (NES 5) Desa
Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Tanaman kelapa hibrida ditanam pada
tahun 1993/94 dengan jarak tanam 9 m x 9 m, dan sudah berproduksi. Perlakuan terdiri dari 12 klon rami
yang disusun dalam rancangan acak kelompok dan diulang 3 kali. Klon-klon tersebut adalah: Pujon 10,
Pujon 13, Bandung A, Pujon 9, Pujon 902. Indochina, Kotaraja, Japan I, Hakuki, Padang 3, Jawa Timur 3o dan Pujon 60 I. Bibit/rhizoma ditanam dengan jarak tanam 50 em x 80 em satu setekllubang, pada plot
berukuran 4 m x 9 m. Kapur dan pup uk kandang diberikan bersamaan dengan pengolahan tanah dengan
dosis masing-masing 2 t1ha dan 20 t1ha. Sedangkan pupuk buatan diberikan pada 10 hst dengan dosis 200
kg urea + 150 kg SP-36 + 100 kg KCI/ha. Pemupukan selanjutnya dilakukan 7-10 hari setiap selesai
panenlpangkas dengan dosis yang sarna. Panen pertama dilakukan pada 70 hst, sedangkan panen
berikutnya setiap dua bulan sekali. Pangamatan pada sebelum dan sesudah panen dilakukan terhadap
tinggi tanaman, diameter batang, jumlah anakan per rumpun, bobot brangkasan segar, bobot batang segar
21
.,
Vol. 25, No. I. 2008
Abstrak Rasil Penelitian Pertanian Indonesia
dan bobot kering china grass. Hasil penelitian menunjukkan bahwa klon Pujon 10, Pujon 13, Padang 3,
Bandung A dan Indochina mempakan klon-klon yang memiliki daya adaptasi tinggi di lahan antara pohon
kelapa di Ciamis sampai dengan panen ke empat.
043 SUTRISNA, N.
Kajian sistem penanaman tumpangsari kentang (Solanum tuberosum L.) di lahan dataran tinggi
Rancabali, Kabupaten Bandung.[Assessment on intercropping system of potato (Solanum tuberosum
L.) in highland of Rancabali, Bandung Regency (West Java, Indonesia)j/Sutrisna, N.; Sastraatmadja, S.;
Ishaq, I. (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat, Lembang (Indonesia» 6 tables; 14 ref.
Summaries (En, In). Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (Indonesia) ISSN 1410959X (2005) v. 8 (I) p. 78-87.
SOLANUM TUBEROSUM; INTERCROPPING; APIUM GRAVEOLENS; ALLIUM FISTULOSUM;
MYZUS PERSICAE; HIGHLANDS; VARIETIES; GROWTH; YIELDS; ECONOMIC ANALYSIS;
JAVA.
Pengkajian sistem penanaman tumpangsari kentang pada lahan dataran tinggi telah dilaksanakan di Dusun
Cibodas, Desa Alamendah, Keeamatan Raneabali, Bandung pada musim kemarau (MK) 2001, mulai
bulan Mei-September 200 I. Lokasi penelitian berada pada ketinggian 1.400 m dpl. Penelitian
menggunakan raneangan aeak kelompok (RAK) dengan lima perlakuan sistem penanaman dan tiga
ulangan. Kelima perlakuan tersebut terdiri dari: (I) kentang monokoltur, (2) tumpangsari kentang +
seledri, (3) kentang + bawang daun, (4) bawang daun monokultur, dan (5) seledri monokultur. Varietas
kentang yang digunakan adalah Granola, bawang daun varietas Papak Kuningan, sedangkan seledri
varietas Bemby. Jarak tanam kentang monokultur 70 em x 30 em, kentang tumpangsari 70 em x 50 em,
sedangkan seledri dan bawang daun baik yang ditanam tumpangsari maupun monokultur 20 em x 20 em.
Luas plot masing-masing perlakuan 60 m2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tinggi tanaman
kentang yang ditanam seeara tumpangsari dengan bawang daun lebih tinggi daripada yang
ditumpangsarikan dengan seledri namun hampir sarna dengan yang ditanam monokultur, (2) jumlah tunas
tanaman bawang daun maupun seledri lebih banyak pada sistem monokultur dibandingkan dengan sistem
tumpangsari, (3) hasil kentang sistem penanaman tumpangsari baik dengan seledri maupun bawang daun
lebih rendah daripada seeara monokultur, namun jika hasil tanaman yang ditumpangsarikan disetarakan
dengan kentang, maka produktivitas lahan lebih tinggi diperoleh dengan sistem penanaman tumpangsari
kentang seledri atau bawang daun, nilai kesetaraan lahan (NKL) lebih besar dari I. NKL tertinggi
diperoleh pada tumpangsari kentang + seledri, yaitu 1,19, (4) tumpangsari kentang + seledri dapat
menumnkan serangan hama daun Thrips sebesar 44% dan hama kutu daun Myzus persicae sebesar 55,6%
pada tanaman kentang, dan (5) Sistem penanaman tumpangsari kentang + seledri seeara finansial paling
menguntungkan, dengan tingkat pengembalian margin 81,45%.
F30
GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN
044 ABDULLAH, B.
Pembentukan padi varietas unggul tipe baru Fatmawati. Development of Fatmawati: the new plant
type of rice in Indonesia/Abdullah, B.; Tjokrowidjojo, S.; Kustianto, B.; Daradjat, A.A. (Balai Penelitian
Tanaman Padi, Sukamandi (Indonesia» 1 ill., 8 tables; 8 ref. Summaries (En, In). Penelitian Pertanian
Tanaman Pangan (Indonesia) ISSN 0216-9959 (2005) v. 24(1) p. 1-7.
ORYZA SATIVA; HIGH YIELDING VARIETIES; CROSSBREEDING;
TRIALS; AGRONOMIC CHARACTERS.
SELECTION; VARIETY
Peningkatan produksi dan produktivitas padi dalam dasawarsa terakhir mengalami stagnasi. Salah satu
sebabnya adalah pada saat ini hasil varietas unggul padi seeara genetis telah meneapai ambang potensi
hasil maksimal. Peningkatan potensi hasil dapat dilakukan dengan memodifikasi arsitektur tanaman padi
yang mulai dilakukan di IRRI, Los Banos, sejak tahun 1989. Di Indonesia, penelitian padi tipe barn (PTB)
barn dimulai tahun 1995, sejumlah galur-galur harapan PTB telah diperoleh, bahkan galur BP364B-MR33-3-PN-5-l telah dilepas sebagai varietas unggul padi tipe barn (VUTB) yang pertama dengan nama
22
Abstrak Hasi/ Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 25, No. I, 2008
Fatmawati. VUTB ini merupakan turunan dari persilangan antara galur BP68C-MR-4-3-2 dengan varietas
unggul maros. Varietas Fatmawati mempunyai eiri-eiri berumur genjah, batang kokoh, anakan sedikit tapi
produktif seluruhnya, malai panjang dan lebat, gabah agak tahan rontok, tekstur nasi pulen, serta agak
tahan terhadap wereng eoklat dan penyakit hawar daun bakteri. Pada pengujian multilokasi, Fatmawati
memberikan hasil setara dengan IR64. Dengan teknik budi daya yang sesuai, varietas ini mampu
memberikan hasil sampai 30% lebih tinggi daripada IR64. Fatmawati dapat dibudidayakan di dataran
rendah dan sedang. Varietas ini seyogyanya ditanam dengan jarak tanam 20 em x 20 em, lebih rapat, atau
dengan tanam sebar langsung, karena jumlah anakannya sedikit. Kehilangan hasil saat panen dapat
dikurangi, karena varietas Fatmawati tahan rontok. Varietas ini juga eoeok dikembangkan di daerah yang
telah biasa menggunakan mesin perontok gabah.
045 AGUNG D.H., T
Perakitan varietas unggul padi gogo berdaya hasil tinggi dan aromatik untuk meningkatkan
produksi dan nilai ekonomi padi gogo. [Improvement of aromatic and high yielding IIpland rice
varieties to increase prodllction and economic vallie of lipland riceflAgung D.H., T; Suwarto; Sunarto;
Darjanto; Soesanto, L. (Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto (Indonesia). Fakultas Pertanian) I
ill., 3 tables; II ref. Summaries (En, In). JlIrna/ Agro/and (Indonesia) ISSN 0854-64 IX (2005) v. 12(3) p.
298-303.
ORYZA SATIVA; UPLAND RICE; SELECTION; HIGH YIELDING VARIETIES; PRODUCTION;
ECONOMIC VALUE; GENETIC STABILITY.
Varietas unggul padi gogo aromatik berdaya hasil tinggi diperlukan untuk meningkatkan produksi padi,
kualitas hasil, dan pendapatan petani. Tujuan penelitian ini adalah: mendapatkan informasi ilmiah tentang
genetika sifat aromatik, mendapatkan informasi tentang pengaruh lingkungan tumbuh terhadap sifat fisik
dan kandungan gizi beras, mendapatkan hasil sebagai berikut. (I) Sifat aromatik pada padi dikendalikan
oleh gen tunggal, terletak dalam inti dan bersifat resesif. (2) Pewarisan sifat kandungan amilosa rendah
(tekstur nasi pulen) dikontrol oleh gen sederhana dan bersifat resesif. (3) Rasa nasi pulen dan aroma nasi
wangi merupakan karakter kualitatifyang bersifat stabil terhadap lingkungan. (4) Metode seleksi Pedigree
mendapatkan 22 galur hasil persilangan DT X MW dan PS X MW; serta 19 galur hasil persilangan RL X
DT, WL X DT dan RL X PS dengan eiri hasil tinggi dan aromatik. (5) Uji daya hasil mendapatkan 13
galur potensial berdaya hasil tinggi, aromatik, dan rasa nasi pulen. Terhadap galur-galur mumi terpilih,
perlu dilakukan uji daya hasil lanjutan, uji multilokasi, dan uji ketahanan terhadap pen yak it utama agar
galur murni yang terbaik dapat dilepas menjadi varietas unggul baru dan mendapatkan hak PVT
046 AMBARWATI, A.D.
Optimasi parameter teknik transformasi dengan gen gus melalui penembakan partikel pada ubi
jalar. Optimization of glls gene transformation
in sweet potato by the particle bombardment
teclllliqlle/Ambarwati, A.D.; Sisharmini, A.; Santoso, TJ.; Herman, M. (Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor (Indonesia» 4 tables; 22 ref.
Summaries (En, In). Pene/itian Pertanian Tanaman Pangan (Indonesia) ISSN 0216-9959 (2005) v. 24(1)
p. 40-45.
IPOMOEA BATATAS; GENETIC TRANSFORMATION;
VITRO CULTURE.
INJECTION; VARIETIES; EXPLANTS; IN
Penguasaan teknik transformasi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan rekayasa genetik untuk
menghasilkan tanaman transgenik. Optimasi parameter dalam teknik transformasi dapat memudahkan
proses transformasi dengan gen target yang diinginkan. Penelitian dilakukan untuk mengoptimasi
beberapa parameter teknik transformasi melalui penembakan partikel pada eksplan petiol dan daun ubi
jalar genotip Jewel. Parameter yang diuji adalah jumlah tembakan (I dan 2 kali), jarak tembak (7 em - 7
em, 7 em - 9 em, dan 9 em - 9 em), umur eksplan (5, 7, 9, dan II hari), jenis senyawa osmotik (maltosa,
manitol-sorbitol), letak eksplan pada bidang penembakan (tengah dan pinggir), jenis dan konsentrasi
antibiotik (higromisin dan basta). Transformasi dilakukan dengan menggunakan gene gus (Biolistie PDS
lOOO/He) dan plasmid pRQ6 yang berisi gen pelapor gus dan gen penanda seleksi (hpt), pada kondisi
standar vakum 27 inHg dan tekanan 1100 psi. Parameter diamati berdasarkan efisiensi transformasi pada
23
I
L
Vol. 25, No. I, 2008
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
pengujian ekspresi gen gus sehari setelah penembakan. Hasil optimasi menunjukkan bahwa teknik
transformasi yang paling efisien adalah dengan penembakan dua kali, jarak tembak 7em - 7em untuk
eksplan daun atau 7em - gem untuk eksp1an petio1, umur eksp1an 5 hari, menggunakan senyawa osmotik
maltosa 120 g/l, serta letak eksplan di pinggir bidang penembakan. Konsentrasi higromisin yang optimum
untuk se1eksi masih perlu dieari pada kisaran kurang dari 5 mg/1, sedangkan untuk basta pada kisaran
kurang dari 1 mg/l.
047 AMBARWATI, E.
Keragaan stabilitas hasil bawang merah. Performance of yield stability of shallot/ Ambarwati, E.;
Yudono, P. (Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (Indonesia). Faku1tas Pertanian) 3 tables; 18 ref.
Summaries (En, In). Ilmu Pertanian (Indonesia) ISSN 0126-4214 (2003) v. 10(2) p. 1-10.
ALLIUM ASCALONICUM; VARIETIES; GENETIC STABILITY; ADAPTABILITY;
ENVIRONMENT INTERACTION; CROP PERFORMANCE; YIELDS.
GENOTYPE
De1apan varietas bawang merah, yaitu probolinggo, parman, kuning, biru-sawah, biru-pasir, tiron-sawah,
tiron-pasir dan bima di1ihat keragaan daya hasi1nya di dua lokasi tanam (pasir pantai dan sawah) pada
musim hujan dan musim kemarau 2002. Penelitian disusun dalam raneangan aeak ke1ompok lengkap
dengan tiga b10k sebagai u1angan. Unit pereobaan terdiri dari 100 tanaman denganjarak tanam 15 em x 20
em. Tujuan penelitian adalah untuk melihat daya adaptasi dan stabilitas hasil delapan varietas bawang
merah di dua lokasi tanam pada dua musim tanam. Daya adaptasi dan stabilitas hasil setiap varietas
ditentukan berdasarkan model Eberhart dan Russell (1966) dan Finlay dan Wilkinson (1963) dengan
menggunakan koefisien regresi (beta i ), simpangan regresi (delta i2) dan rata-rata hasil setiap varietas
sebagai parameter adaptasi dan stabilitas hasil suatu varietas. Bawang merah varietas probo1inggo, tironsawah dan biru-pasir merupakan varietas yang dapat beradaptasi dengan baik di semua lingkungan uji
dengan hasil yang stabil. Akan tetapi, bawang merah varietas parman dan kuning digolongkan sebagai
varietas yang tidak stabil dan beradaptasi baik di lingkungan yang produktif, yaitu di tanah sawah pada
musim kemarau. Varietas biru-sawah dan tiron-pasir tergolong dapat beradaptasi khusus pada lingkungan
yang kurang produktif, terutama di lahan pasir pantai pada musim kemarau, dan kurang peka terhadap
perubahan lingkungan. Varietas Bima merupakan varietas bawang merah yang sangat peka terhadap
perubahan lingkungan sehingga hasilnya tidak stabil di semua lingkungan uji.
048 BASUKI, R.S.
Evaluasi daya hasil 7 genotip kentang pada lahan kering bekas sawah dataran tinggi
Tuber yield evaluation of 7 potato genotypes on dryland after irrigated rice field of highland
[IndonesiaJlBasuki, R.S.; Kusmana (Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang (Indonesia))
16 ref. Summaries (En, In). Jurnal Hortikultura (Indonesia) ISSN 0853-7097 (2005) v. 15(4) p.
Ciwidey.
Ciwidey
2 tables;
248-253.
SOLANUM TUBEROSUM; GENOTYPES; PADDY SOIL; YIELDS; DRY FARMING; JAVA.
Penelitian dilakukan pada bulan April - Agustus 2002. Raneangan pereobaan yang digunakan adalah
raneangan aeak kelompok (RAK) dengan 4 kali ulangan jumlah genotip yang diuji sebanyak 7 genotip
kentang hasil introduksi dari CIP termasuk varietas pembanding. Setiap plot pereobaan ditanami 30
tanaman. Tujuan penelitian untuk menghasilkan satu atau 1ebih genotip kentang yang dapat ditanam pada
lahan sawah dataran tinggi. Hasi1 penelitian menunjukkan bahwa genotip yang mempunyai potensi hasil
tinggi pada lahan sawah Ciwidey ada1ah 380584.3 (43,3 t/ha), Atlantik (37,6 t/ha), dan Panda (36,5 t/ha)
yang nyata lebih tinggi dari varietas pembanding Granola (27,6 t/ha) .
049 BERMAWIE, N.
Peningkatan keragaman genetik tanaman lada (Piper nigrum L.) dengan iradiasi sinar gamma.
Inducing genetic variability of black pepper (Piper nigrum L.) by gamma irradiationlBermawie, N.
(Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor (Indonesia)) 5 ill., 1 table; 23 ref. Summaries (En,
In). Jurnal Penelitian Tanaman Industri (Indonesia) ISSN 0853-8212 (2004) v. 10(4) p. 166-172.
PIPER NIGRUM; GENETIC VARIATION; GAMMA IRRADIATION; RAPD.
24
•
Abstrak Hasil Penelitian Pertanidn Indonesia
Vol. 25, No.
I, 2008
Keragaman genetik plasma nutfah lada sempit, untuk meningkatkan keragaman genetik, mata tunas yang
tumbuh dari biakan lada varietas LDL diradiasi dengan sinar gamma dengan dosis 0; 0,3; 0,6; 0,9; 1,2; dan
1,5 krad. Perlakuan menggunakan rancangan acak lengkap dengan 5 ulangan. Tunas hasil radiasi ditanam
pada media MS. Respon tanaman terhadap perlakuan iradiasi dilakukan dengan mengamati peningkatan
jumlah daun, tunas, buku, tinggi tanaman dan morfologi pada planlet hasil perbanyakan vegetatif generasi
pertama (MVI) dan kedua setelah iradiasi (MV2). Tunas hasil perbanyakan sub-kultur setelah iradiasi
(MV2) dianalisa keragaman genetiknya dengan RAPD (randomly amplified polymorphic DNA)
menggunakan 6 primer acak, yaitu OPC-OI (TTCGAGCCAG), OPC-02 (GTGAGGCGTC), OPC-04
(CCGCATCTAC),
OPC-05 (GATGACCGCC),
OPC-06 (GAACGGACTC)
dan Abi 117.17
(GCTCGTCAAC). Hasil penelitian menunjukkan bahwa iradiasi menyebabkan perubahan yang nyata
pada planlet generasi pertama setelah perbanyakan vegetatif(MVI) terutama padajumlah buku dan tinggi
tanaman, tetapi tidak berbeda nyata untuk penambahan jumlah daun dan tunas. Nilai rata-rata penambahan
jumlah daun, tunas, buku dan tinggi planlet terendah ditunjukkan oleh perlakuan iradiasi pada dosis 1,5
krad, sedangkan pada iradiasi 0,3 krad meningkatkan nilai rata-rata jumlah tunas dan tinggi planlet.
Persentase daun abnormal diperoleh pada perlakuan 1,2 krad. Setelah sub-kultur, planlet generasi kedua
setelah perbanyakan vegetatif (MV2) yang tumbuh menunjukkan nilai rata-rata yang lebih tinggi dari
normal pada semua parameter. Persentase daun variegata pada MVI diperoleh dari perlakuan 1,2 krad
tetapi pada MV2 diperoleh dari perlakuan 0,6 krad. Jumlah pita DNA yang teramplifikasi berkisar antara
2 - 5 dengan berat molekul 0,4 - 12 kb. Tiga puluh tiga pita terdeteksi, 8 (24%) pita diantaranya
polimorfik, yang berasal dari primer OPC - 01, OPC - 04 dan OPC - 06. Pada OPC - 01 satu pita dengan
ukuran I - 1,5 kb hilang dari perlakuan 0,9 - 1,5 krad, sementara pada OPC - 04, satu pita dengan ukuran
1,5 kb muncul hanya pada perlakuan 1,2 krad dan pada OPC - 06 satu pita 12 kb hilang dari perlakuan 0,6
dan 0,9 krad, 3 - 5 pita dengan ukuran 1,5 kb, 1,8 kb dan antara 3 - 12 kb hilang dari perlakuan 1,2 dan 1,5
krad. Hilang dan munculnya pita kemungkinan berhubungan dengan perubahan genetik akibat radiasi
sinar gamma dan penelitian lanjut perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat keragaman yang ditimbulkan
akibat iradiasi di lapang dan hubungannya dengan perubahan sifat terutama sifat yang menguntungkan.
050 BETY, YA.
Ketahanan genotipe
dan perkembangan
penyakit pada padi sawah tadah hujan. Genotypes
resistance and disease development on rainted ricelBety, YA.; Jatmiko, S.Y.; (Loka Penelitian
Pencemaran Lingkungan Pertanian, Jakenan (Indonesia)); Ismal, B.P., 4 ill., 2 tables; 20 ref. Summaries
(En, In). Penelitian Pertanian Tanaman Pangan (Indonesia) ISSN 0216-9959 (2005) v. 24(1) p. 33-39.
ORYZA SATIVA; DISEASE RESISTANCE;
MIYABEANUS; CERCOSPORA ORYZAE.
GENOTYPES;
PYRICULARIA;
COCHLIOBOLUS
Ketahanan genotipe padi terhadap suatu penyakit dapat dinyatakan dengan tingkat keparahan penyakit dari
waktu ke waktu. Tingkat keparahan penyakit pada genotipe padi yang tahan diduga berbeda dengan
tingkat keparahan pada genotipe yang rentan. Tingkat keparahan penyakit dipengaruhi oleh ketahanan,
umur, dan kesehatan genotipe padi, serta sumber inokulum patogen dan iklim. Penelitian dilaksanakan
pada MH 2003 di Desa Meteseh, Kabupaten Rembang, untuk mendapatkan genotipe padi yang tahan
pen yak it bias, bercak daun Helminthosporium (Helminthosporium oryzae), bercak daun Cercospora,
bercak daun Helminthosporium, dan hawar pelepah daun, serta mengetahui pola perkembangan penyakit
pada genotipe yang diuji. Empat belas genotipe padi diuji ketahanannya terhadap penyakit bias
(Pyricularia grisea), bercak daun Cercospora (Cercospora oryzae), dan hawar pelepah daun (Rhizoctonia
solani). Pola perkembangan penyakit diamati berdasarkan intensitas penyakit pada setiap genotipe pada
tanaman umur 45, 60, dan 75 hst. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok dengan tiga
ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa galur BP785-12-4-1 dapat dijadikan sumber gen ketahanan
terhadap keempat penyakit, karena tahan terhadap penyakit bias, hawar pelepah, dan bercak Cercospora,
serta cukup tahan terhadap bercak daun Helminthosporium. Intensitas penyakit bias pada 14 genotipe yang
diuji tinggi pada saat tanaman berumur 60 hari (i60 = 11,8%, r45 - 60 = 0,099 unit/hari) dan menghilang
pada waktu tanaman berumur 75 hari (i = 0.4%, r60 - 75 = -0,29 unit/hari). Laju perkembangan penyakit
bercak daun Cercospora pada 14 genotipe yang diuji pada umumnya melambat sejak tanaman berumur 45
hari (i45 = 16,9%, r45 - 60 = -0,05 unit/hari) sampai menjelang panen (i75 = 11,20%, r60 - 75 = 0,006
unit/hari). Sebaliknya, intensitas bercak daun Helminthosporium (i45 = 14,4%, r45 - 60 = 0,089 unit/hari)
(i75 = 31,6%, r60 - 75 = 0,06 unit/hari) dan hawar pelepah (i45 = 2,7%, r45 - 60 = 0,214 unit/hari) (i75 =
25
,
Vol. 25, No. I, 2008
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
22,0%, r60 - 75 = 0,112 unitlhari) dan terus meningkat sampai umur 75 hari. Laju perkembangan penyakit
bias, bereak daun Cereospora, bereak daun eoklat, dan hawar pelepah pada tanaman umur 60 - 75 hari
eenderung melambat dibanding dengan pada umur 45 - 60 hari. Intensitas dan laju penularan penyakit
pada padi genotipe yang tahan berumur 45 - 75 hari, lebih rendah dibanding pada genotipe yang rentan.
051 HARSONO, A.
Ketahanan dan aktivitas fisiologi beberapa genotipe kacang tanah pad a cekaman kekeringan.
Tolerance and physiological activities of groundnut genotypes grown under drought stress /Harsono, A.;
Adisarwanto, T. (Balai Penelitian Tanaman Kaeang-kaeangan dan Umbi-umbian, Malang (Indonesia));
Tohari; Indradewa, D., 5 ill., 4 tables; 21 ref. Summaries (En, In). Ilmu Pertanian (Indonesia) ISSN 01264214 (2003) v. 10(2) p. 51-62.
ARACHIS
HYPOGAEA;
GENOTYPES;
DROUGHT
RESISTANCE;
ADAPTATION;
PHOTOSYNTHESIS;
TRANSPIRATION;
EFFICIENCY;
WATER USE; SOIL MOISTURE
CONTENT; YIELDS.
Rata-rata hasil kaeang tanah di Indonesia (1,1 t/ha) masih di bawah potensi hasil tanaman (2,0 t/ha), salah
satu penyebabnya adalah eekaman kekeringan terutama di lahan tegal pada musim kering. Penelitian
bertujuan untuk menentukan perbedaan ketahanan empat genotipe kaeang tanah terhadap cekaman
kekeringan dan karakter fisiologinya bila mendapat eekaman kekeringan. Penelitian dilaksanakan di tanah
Alfisol pada musim kering 2002 di rumah kaea Balitkabi-Malang dan di lapangan-Probolinggo,
menggunakan raneangan aeak lengkap faktorial 5 ulangan. Faktor pertama adalah maeam genotipe, yaitu:
Singa, LMG/TBN-93-B-54, ICGV/TBN-93-B/31 dan JPRlICGV 87123-93-B 1-34. Faktor kedua adalah
lengas tanah yang terdiri atas: 100, 80, 60, 40, dan 20% kapasitas lapangan. Kaeang tanah ditanam dalam
pot berisi 8 kg tanah, 1 tan/pot. Penelitian dilapangan menggunakan raneangan strip plot 3 ulangan. Faktor
vertikal adalah pengairan yang terdiri atas: diairi pada saat tanam 47,5 mm, selama pertumbuhan diairi 9
kali dengan total air 125 mm, 250 mm, 375 mm dan 500 mm. Faktor horizontal adalah maeam genotipe,
yaitu: singa, LMG/TBN-93-B-54, ICGV/TBN-93-B/31 dan JPR/ICGV 87123-93-BI-34. Plot percobaan
berukuran 3,0 m x 4,0 m, jarak tanam 15 em x 40 em satu biji/lubang. Kedua penelitian dipupuk 75 kg
urea + 50 kg SP-36 + 50 kg KCl/ha yang seluruhnya diberikan pad a saat tanam. Hasil penelitian
menunjukkan genotipe singapaling tahan terhadap eekaman kekeringan di antara empat genotipe yang
diuji, tetapi di bawah 60% kapasitas lapangan ketahanan antara genotipe tidak berbeda. Genotipe tahan
kering pada kondisi tereekam kekeringan mempunyai transpirasi lebih rendah, fotosintesis lebih tinggi,
menggunakan lengas tanah lebih efisien dan mampu memberikan hasil polong lebih tinggi dibanding
genotipe rentan kering.
052 KARTIKANINGRUM,
S.
Keragaman genetik plasma nutfah anggrek Spathoglottis. Genetic variability of the germplasm of
Spathoglottis/Kartikaningrum, S.; Effendie, K. (Balai Penelitian Tanaman Hias, Cianjur (Indonesia)) 1 ill.,
8 tables; 12 ref. Summaries (En, In). Jurnal Hortikultura (Indonesia) ISSN 0853-7097 (2005) v. 15(4) p.
260-269.
ORCHIDACEAE; GERMPLASM; GENETIC VARIATIONS; HERITABILITY.
Plasma nutfah diperlukan untuk menjaga agar suatu spesies atau kultivar tidak punah dan dapat digunakan
sebagai sumber keragaman genetik dalam meneiptakan atau merakit varietas unggul baru. Keragaman
tanaman sangat penting dalam program pemuliaan tanaman, untuk memperbaiki kualitas genetik tanaman
pada masa mendatang. Penelitian dilaksanakan di Balai Penelitian Tanaman Hias Segunung, pada bulan
Juli 2004 - Februari 2005. Penelitian bertujuan mengetahui heritabilitas dan keragaman genetik koleksi
plasma nutfah anggrek Spathoglottis. Pereobaan menggunakan raneang aeak lengkap, terdiri atas 15
genotipe anggrek Spathoglottis masing-masing spesies digunakan 5 klon sebagai ulangan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa keragaman genetik yang luas dimiliki oleh karakter panjang daun, lebar daun,
pertambahan jumlah anakan, panjang bunga, lebar bunga, panjang bibir, dan lebar bibir. Karakterkarakter, seperti pertambahan jumlah anakan, panjang dan lebar daun, panjang tangkai bunga, diameter
tangkai bunga, panjang dan lebar bibir, rasio panjang-Iebar bibir, panjang dan lebar bunga mempunyai
nilai duga heritabilitas tinggi.
26
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 25, No.1, 2008
053 KRISMAWATI, A.
Vji adaptasi varietas dan galur kenaf (Hibiscus call1labillus L.) di lahan pasang surut Kalimantan
Tengah. Adaptatioll test of kellaf (Hibiscus call1labillus L.) varieties alld lilies at tidal swamps lalld of
Celltral Kalimalltall/Krismawati,
A. (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Tengah,
Palangkaraya (Indonesia)) 3 tables; II ref. Summaries (En, In). JlIrnal Penelitiall Tallaman Illdustri
(Indonesia) ISSN 0853-8212 (2005) v. II (3) p. 107-111.
HIBISCUS CANNABINUS; KENAF; PURE LINES; VARIETY TRIALS; ADAPTATION; SWAMPS;
KALIMANTAN.
Potensi lahan pasang surut Kalimantan Tengah eukup luas yaitu 5,5 juta ha, sebagian dapat dikembangkan
dengan tanaman kenaf. Penelitian uji adaptasi varietas dan galur kenaf dilaksanakan di lahan pasang surut
Desa Samuda, Keeamatan Mentaya Hilir Selatan, Kabupaten Kota Waringin Timur, Kalimantan Tengah.
Perlakuan berupa varietas/galur kenaf yang terdiri dari dua varietas (He G-4 dan Cuba 108/11)dan empat
galur hasil persilangan (He 95.9.75; He 85.9.40.1; He 85.9.42; He 85.9.66.1), yang diatur dalam
raneangan aeak kelompok dengan tiga ulangan. Pengamatan dilakukan terhadap tinggi tanaman dan
diameter batang pada umur 40, 75 dan 105 hst terhadap 10 tanaman aeak/petak, bobot segar biomas, bobot
seratlpetak dan bobot kering akar adventif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dua galur hasil
persilangan yaitu He 85.9.66.1 dan He 85.9.75 mempunyai adaptasi eukup bagus dengan tinggi tanaman
akhir masing-masing 265,25 em dan 260,25 em serta diameter batang 2,17 em dan 2, I0 em. Hasil serat
tertinggi masing-masing 2,40 dan 2,30 tlha, sementara varietas He G-4 meneapai 2,25 tlha.
054 KUSMANA.
Vji stabilitas hasil umbi 7 genotip kentang di dataran tinggi Pulau Jawa. Yield stability evaluatioll of
7 potato gellotypes ill highlalld of Java Islalld/Kusmana (Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang
(Indonesia)) 5 tables; 14 ref. Summaries (En, In). JlIrnal Hortikllltllra (Indonesia) ISSN 0853-7097
(2005) v. 15(4) p. 254-259.
SOLANUM TUBEROSUM; GENOTYPES; YIELDS; HIGHLANDS; JAVA.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui stabilitas 7 genotip ken tang pada berbagai kondisi lingkungan di
Pulau Jawa, dilakukan dengan uji multilokasi. Lokasi pengujian adalah 2 kali di Pangalengan dan Garut, I
kali di Lembang, Cipanas, Ciwidey, Magelang, Banjamegara, dan Pasuruan. Pereobaan menggunakan
raneang aeak kelompok dengan 4 ulangan setiap petak pereobaan ditanami 30 tanaman. Hasil pereobaan
menunjukkan bahwa satu-satunya genotip yang stabil adalah 1-1085 dengan nilai koefisien regresi b = I
dan simpangan regresi delta ij = O. Genotip Atlantik menghendaki lingkungan yang menguntungkan
ditandai dengan nilai b > I, sebaliknya genotip Panda dapat beradaptasi pada lingkungan yang kurang
menguntungkan dengan nilai b < I. Potensi hasil tinggi ditampilkan oleh genotip 380584.3 (33,5 t/ha) dan
genotip FBA-4 (28, I tlha) dengan b = I namun delta ij = O.
055 KUSWANTO.
Seleksi galur-galur harapan kacang panjang (Viglla sesquipedalis L. Fruwirth) Vnibraw. [Selection
of Ullibraw yardlollg beall (Viglla sesquipedalis L. Fruwirth) promisillg lille~j/Kuswanto; Soetopo, L.;
Hadiastono, T. (Universitas Brawijaya, Malang (Indonesia). Fakultas Pertanian); Kasno, A., 2 tables; 16
ref. Summaries (En, In) Appendix. Habitat (Indonesia) ISSN 0853-5167 (2005) v. 16(4) p. 258-269.
VIGNA UNGUICULATA
VARIATION.
SESQUIPEDALIS;
PROGENY;
SELECTION;
YIELDS;
GENETIC
•
u
Penelitian bertujuan untuk mengetahui daya hasil dan ketahanan galur harapan Unibraw terhadap
CABMV serta menyeleksi galur-galur yang berpeluang dilakukan uji adaptasi. Penelitian dilaksanakan di
Kebun Pereobaan FP Unibraw, Desa Jatikerto Keeamatan Kromengan Kabupaten Malang, mulai
November 2004 - Maret 2005. Bahan yang diuji adalah 177 galur Unibraw hasil perakitan ketahanan
terhadap CABMV berdasarkan met ode backcross dan 4 genotipe pembanding. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa dari 177 galur yang diuji terdapat keragaman genetik daya hasil dan semua variabel
pengamatan yang lain. Hasil seleksi diperoleh 18 galur yang mempunyai day a hasil tinggi serta tahan
27
•
Vol. 25, No.1, 2008
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
terhadap CABMV, yaitu Unibraw 34039, Unibraw 34061, Unibraw 34042, Unibraw 34053, Unibraw
24068, Unibraw 24034, Unibraw 34041, Unibraw 14008, Unibraw 24035, Unibraw 24017, Unibraw
24089, Unibraw 24071, Unibraw 24088, Unibraw 14023, Unibraw 24062, Unibraw 24191, Unibraw
24041 dan Unibraw 14017.
056 MANSYAH, E.
Variabilitas genetik antara tanaman induk manggis dan keturunannya. Genetic variability between
mangosteen mother plants and their ojfspringsfMansyah, E.; Syah, M.J.A.; Usman, F.; Purnama, T.
(Balai Penelitian Tanaman Buah, Solok (Indonesia)) 2 ill.; 1 table; 26 ref. Summaries (En, In). Jurnal
Hortikultura (Indonesia) ISSN 0853-7097 (2004) v. 14(4) p. 229-237.
GARCINIA MANGOSTANA;
IDENTIFICATION.
MOTHER
PLANTS;
GENETIC
VARIATION; PROGENY;
DNA;
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari - Mei 2002 di laboratorium Biologi Molekuler dan
Immunologi, Unit Penelitian Bioteknologi Perkebunan Bogor. Tujuan penelitian untuk mengetahui
variabilitas genetik antara tanaman induk manggis dan ketumnannya. Observasi dilakukan menggunakan
3 tanaman induk manggis yang berasal dari Sumatera Barat, yaitu Balai Barn (Kodya Padang), Padang
Laweh dan Subarang Sukam (Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung) dengan ketumnannya masing-masing.
Tanaman ketumnan bempa bibit semaian dari masing-masing tanaman induk yang bemmur 1 tahun.
Analisis variabilitas genetik dilakukan melalui teknik RAPD menggunakan 5 primer terseleksi, yaitu
SB-13
(AGTCAGCCAC),
SB-19 (CAGCACCCAC),
OPH-12
(ACGCGCATGT),
OPH-13
(CACGCCACAC), dan OPH-18 (GAATCGGCCA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat variasi
genetik antara induk manggis dan ketumnannya yang ditunjukkan oleh ketidakmiripan antara pola pita
DNA. Variasi genetik rataan dari individu tumnan adalah sebesar 56,35%. Hasil penelitian ini
memperkuat informasi tentang variabilitas genetik pada manggis, dan membuka peluang perbaikan
varietas melalui seleksi terhadap populasi manggis indigenus.
057 PARDAL, S.J.
Transfer gen proteinase inhibitor II pada kedelai melalui vektor Agrobacterium tumefaciens untuk
ketahanan terhadap hama penggerek polong (Etiella zinckenella Tr.). Transfer of the proteinase
inhibitor II gene into soybean through Agrobacterium
tumefaciens
vector for pod borer
resistance/Pardal, S.J.; Listanto, E.; Herman, M.; Slamet (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor (Indonesia)); Wattimena, G.A.; Aswidinnoor, H.,
5 ill., 3 tables; 27 ref. Summaries (En, In). Jurnal Bioteknologi Pertanian (Indonesia) ISSN 0853-8360
(2004) v. 9(1) p. 20-28.
GLYCINE MAX; AGROBACTERIUM
ETIELLA ZINCKENELLA.
TUMEFACIENS; PEST RESISTANCE; GENE TRANSFER;
Penggerek polong (Etiella zinckenella Tr.) mempakan salah satu hama penting kedelai dan masih sulit
dikendalikan secara konvensional. Penggunaan varietas tahan mempakan strategi terbaik dan relatif aman,
tetapi hingga saat ini sumber gen ketahanan tersebut belum ditemukan pada plasma nutfah kedelai yang
ada. Perakitan tanaman kedelai transgenik tahan penggerek polong mempakan alternatif terbaik untuk
mengatasi masalah ini. Penelitian bertujuan mendapatkan protokol terbaik untuk transformasi kedelai
melalui Agrobacterium tumefaciens dan tanaman kedelai tahan penggerek polong. Pada percobaan 1,
eksplan embrio dan kotiledon muda varietas Wilis dan Tidar diinokulasi dengan A. tumefaciens strain
EHAI05 dengan plasmid pCambia 1301 yang mengandung gen gus pada bagian T-DNA. Perlakuan
meliputi kerapatan bakteri, lama inokulasi, lama kokultivasi, dan jenis eksplan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa protokol terbaik untuk inokulasi adalah menggunakan eksplan kotiledon muda
dengan kerapatan bakteri 1 x 108 sel/ml selama 90 menit dan 5 hari kokultivasi. Selanjutnya, pada
percobaan II 1.539 eksplan kotiledon muda kedelai Wilis dan 984 Tidar diinokulasi dengan A. tumefaciens
pGApinII yang mengandung gen pinII. Hasil regenerasi dan seleksi dengan kanamisin 200 mg/l
menunjukkan bahwa Wilis lebih baik daripada Tidar, karena Wilis dapat menghasilkan 8 planletltan
(AWl - AW8) sedangkan Tidar hanya satu planletltan (ATl). Anal isis molekular terhadap 9 tanaman
tersebut menunjukkan bahwa hanya event ATl yang positif mengandung gen pinII, sedangkan 8 tanaman
28
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 25, No. I, 2008
dari event AW hasilnya negatif. Bioasai pada tanaman generasi pertama dari event AT I (ATl Rl) terhadap
larva penggerek polong menunjukkan bahwa tanaman ATlRl memiliki persentase kerusakan polong yang
lebih rendah (58,8%) dibandingkan tanaman kontrol (95,5%).
058 QOSIM, W.A.
Evaluasi karakter ketahanan beberapa kultivar krisan pot (Chrysanthemum morifolium Ram.)
terhadap penyakit karat. Evaluation of resistance to rust disease character on several cultivars of pot
Chrysanthemum/Qosim,
w.A.; Carsono, N.; Ruminta (Universitas Padjadjaran, Bandung (Indonesia).
Fakultas Pertanian) 2 ill., 6 tables; 14 ref. Summaries (En, In). Bionatura (Indonesia): Jurnal Ilmu-ilmu
Hayati dan Fisik ISSN 1411-0903 (2005) v. 7(2) p. 80-90.
DENDRANTHEMA MORIFOLlUM;
PUCCINIA; VARIETIES.
ORNAMENTAL PLANTS; DISEASE RESISTANCE; RUSTS;
Tujuan penelitian untuk mengevaluasi karakter ketahanan 22 kultivar krisan pot terhadap penyakit karat.
Percobaan ditata dalam rancangan acak kelompok (RAK) dengan 22 kultivar sebagai perlakuan dan
diulang tiga kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 9 kultivar krisan yang memiliki ketahanan
yang baik terhadap penyakit karat yaitu ada 9 kultivar imun: Tawn Falk, Tiger, Reagen Rossy, Pink
Mambo, Yellow Boaldi, Autumn Glory, Yellow Kettay, Stroika dan White Boaldi; dan satu kultivar tahan
yaitu kultivar White Reagan. Sedangkan yang lainnya menunjukkan agak peka dan peka.
059 SANJAYA, L.
Pengujian pertumbuhan dan stabilitas genetik 21 klon harapan lili (Lilium longijlorum). Growth and
genetic stability tests of 21 clones of Lilium longijlorum/Sanjaya, L.; Marwoto, 8.; Supriyadi, Y;
Febrianty, E. (Balai Penelitian Tanaman Hias, Cianjur (Indonesia)) 1 ill., 4 tables; 25 ref. Summaries (En,
In). [Proceedings of the national seminar of floriculture: to develop floriculture industry which have
competitive ability through national potential-based technology innovation application]. Prosiding seminar
nasional florikultura: membangun industri florikultura yang berdaya saing melalui penerapan inovasi
teknologi berbasis potensi nasionallBalai Penelitian Tanaman Hias, Cianjur (Indonesia). Cianjur: Balithi,
2004: p. 292-300.
LlLIUM LONGIFLORUM; CLONES; INTERSPECIFIC HYBRIDIZATION; Fl HYBRIDS; GENETIC
STABILITY;
SELECTION;
AGRONOMIC
CHARACTERS;
GENOTYPE
ENVIRONMENT
INTERACTION.
£ilium longiflorum adalah tanaman hias penghasil bunga potong yang populer di dunia. Budidaya lili
menghadapi kendala berupa ketergantungan terhadap benih impor yang harganya sangat mahal. Selain itu
varietas lili yang diimpor tidak adaptif dan rentan terhadap penyakit busuk umbi yang disebabkan oleh
Fusarium oxysporum f.sp. lilii. Oalam upaya melestarikan budidaya lili di Indonesia, maka perakitan
varietas unggul lokal perlu mendapat prioritas penelitian. Perakitan varietas unggul lili lokal telah
dilakukan pada tahun 1999 melalui proyek RUT VII. Persilangan antara L. longiflorum lokal dengan
£ilium oriental dan Lilium asiatik menghasilkan populasi Fl diantaranya ditemukan klon-klon harapan
yang memiliki karakter unggul, yaitu tahan terhadap penyakit busuk umbi dan tipe bunga novel. Agar
dapat dilepas, klon-klon harapan tersebut perlu dievaluasi pertumbuhan dan adaptasinya. Penelitian
adaptasi lili telah dilakukan di tiga lokasi di Cipanas tahun 2002 pada ketinggian yang berbeda, yaitu 900,
1000 dan 1100 m dpl. Perlakuan pada setiap tempat disusun menggunakan rancangan acak kelompok.
Sebagai perlakuan adalah 21 klon harapan lili hasil seleksi penelitian sebelumnya. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa 18 dari 21 klon yang diuji diketahui memiliki daya adaptasi baik. Klon-klon tersebut
disarankan untuk dapat dilepas kepada petani sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
060 SASTROSUPADI, A.
Kajian model stabilitas hasil secara kualitatif dan kuantitatif untuk uji multilokasi musim pada
tembakau virginia rajangan Bojonegoro. Study of qualitative and quantitative yield stability model for
season multilocation test of Bojonegoro sliced virginia tobacco/Sastrosupadi, A.; Suwarso; Herwati, A.
(Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Malang (Indonesia)) 6 tables; 11 ref. Summaries (En, In).
Jurnal Penelitian Tanaman Industri (Indonesia) ISSN 0853-8212 (2005) v. 11(4) p. 134-139.
29
Abstrak Hasi/ Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 25, No. J, 2008
NICOTIANA TABACUM; TOBACCO; PURE LINES; GENOTYPES; QUANTITATIVE ANALYSIS;
QUALITATIVE ANALYSIS; MODELS; ENVIRONMENTAL FACTORS; ADAPTATION.
Kajian model stabilitas hasil dilakukan untuk uji multi lokasi musim pada galur tembakau virginia
rajangan Bojonegoro di tiga lokasi, Kedungadem, Pekuwon dan Sugihwaras, Jawa Timur pada empat MT:
1997, 1998, 1999, dan 2001. Tiga lokasi yang dipilih merupakan daerah pengembangan tembakau virginia
Bojonegoro, masing-masing berjarak antara 15 - 20 km. Empat belas galur yang diuji merupakan hasil
seleksi sejak tahun 1990. Raneangan pereobaan yang digunakan di setiap lokasi adalah raneangan
kelompok dengan tiga ulangan. Ukuran petak pereobaan 8,6 m x 6,75 m, jarak tanam 90 em x 45 em,
dengan 1 tanllubang. Penentuan stabilitas hasil dengan menggunakan model kualitatif YAU dan
HAMBLIN (1994) dan model kuantitatif menurut PERKINS dan JINKS (1968). Hasil analisis
menunjukkan dengan model kualitatif galur nomor 13, 7, 10, 6, dan 5 merupakan galur yang stabil dengan
hasil rajangan kering di atas hasil rata-ratanya, sedang dengan model kuantitatif galur nomor 9, 11, 14,6,
dan 10 merupakan galur yang stabil dengan hasil rajangan kering di atas rata-ratanya. Pengukuran
stabilitas hasil dengan model kuantitatiflebih informatif dibandingkan dengan model kualitatif.
061 SETYO-BUDI, U.
Ketahanan beberapa aksesi kenaf terhadap nematoda puru akar (Meloidogyne spp). Resistance of
kenaf accessions to root knot nematodes/Setyo-Budi, U.; Hartati, R.R.S.; Suhara, C. (Balai Penelitian
Tanaman Tembakau dan Serat, Malang (Indonesia)) 4 tables; 14 ref. Summaries (En, In). Jurnal
Penelitian Tanaman Jndustri (Indonesia) ISSN 0853-8212 (2005) v. 11(4) p. 129-133.
HIBISCUS CANNABINUS;
KENAF;
RESISTANCE; GERMPLASM.
SPECIES;
MELOIDOGYNE;
NEMATODA;
GENETIC
Nematoda puru akar (Meloidogyne spp) merupakan penyakit penting dan banyak menyerang pertanaman
kenaf di lahan pengembangan maupun perbenihan sehingga banyak menimbulkan kerugian bagi petani
karena terjadi penurunan produktivitas. Salah satu eara untuk memeeahkan masalah tersebut yaitu dengan
menggunakan varietas tahan. Evaluasi plasma nutfah merupakan tahap awal untuk mengetahui potensi
yang ada pada tiap-tiap aksesi yang nantinya dapat dipergunakan sebagai sumber gen ketahanan. Kegiatan
untuk mengetahui tingkat ketahanan 23 aksesi kenaf (Hibiscus cannabin us) dan 3 aksesi kerabat liarnya
(Hibiscus asetosela dan Hibiscus radiatus) terhadap serangan nematoda puru akar (NPA) dilakukan di
rumah kaea dan laboratorium Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Malang pada bulan Agustus
- Desember 2003. Penelitian mengaeu pada metode Taylor dan Sasser yang dimodifikasi, sedangkan
penilaian tingkat ketahanan menggunakan metode Canto-Saenz. Benih kenaf ditanam dalam polibag berisi
media tanah-pasir-pupuk kandang seberat 10 kg dengan perbandingan 5 : 3 : 2, diulang 10 kali. Pada umur
15 hst, tanaman diinokulasi dengan massa larva Meloidogyne spp stadium dua sebanyak 40 larva/l00 ml
tanah (atau 4000 larva/polibag). Pengamatan dilakukan pada 30 hari setelah inokulasi atau 45 hst, yaitu
terhadap jumlah puru akar, populasi larva NPA dalam tanah dan akar, serta tinggi dan diameter batang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua aksesi kenaf (H. cannabinus) tidak tahan terhadap serangan
NPA, namun 3 aksesi dari kerabat liarnya, yaitu SSRH/1 0 IOH (H. asetosela), SSRH/1023 (H. asetosela)
dan Kal II (H. radiatus) memiliki sifat tahan terhadap NPA. Ketiga aksesi tersebut diharapkan dapat
dipergunakan sebagai tetua tahan nematoda puru akar pada persilangan interspesifik dengan kenaf
komersial.
062 SETYOBUDI, L.
Evaluasi daya hasil 21 kultivar pisang introduksi. [Yield potential
of 21 introduced banana
cultivarsj/Setyobudi, L. (Universitas Brawijaya, Malang (Indonesia). Fakultas Pertanian) 4 tables; 9 ref.
Summaries (En, In). Habitat (Indonesia) ISSN 0853-5167 (2005) v. 16(4) p. 270-277.
MUSA PARADISIACA;
VARIETIES; INTRODUCED
COMPONENTS; PRODUCTIVITY; EVALUATION.
VARIETIES;
GENOTYPES;
YIELD
Evaluasi keragaan produksi 21 kultivar pisang introduksi dari INIBAP merupakan bagian dari IMTP
(International Musa Testing Program) Fase II. Tujuan penelitian untuk mengevaluasi daya hasil beberapa
genotipe pisang yang telah diperbaiki. Pereobaan menggunakan raneangan aeak lengkap sesuai dengan
30
-
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 25, No. I, 2008
IMTP protokol. Kultivar pisang yang dievaluasi adalah SH-3481, SH-3565, SH-3649, SH-4444, PV
03.44, PA 0322, GCTCV 119, GCTCV 215, Burro Cemsa, P. Mas, Saba, P. Nangka, Cv. Rose, Yangambi
Km5, P. Jari Buaya, P. Lilin, Bluggoe, Williams, P. Ceylan, Calcutta 4, Gros Michel, dan pisang kepok
kultivar lokal sebagai pembanding. Hasil penelitian aspek fenologi dan morfologi menunjukkan bahwa
umur mulai tanam sampai keluarnya bunga pada kultivar introduksi lebih pendek daripada kultivar lokal
(248 hari), kecuali SH 4444 (400 hari) dan GCTCV 119 (456 hari). Pada karakteristik tinggi tanaman juga
menunjukkan keadaan yang kurang lebih sarna. Hanya SH 4444 yang memiliki umur dari saat tanam
sampai panen terpanjang (499 hari). Kultivar lokal memiliki rata-rata berat tandan 5,5 kg sedangkan
kultivar introduksi lebih kurang sarna atau lebih rendah kecuali SH 3481 (11,3 kg) dan SH 3565 (14,3 kg).
063 SUHENDI, D.
Daya hasil dan daya adaptasi beberapa klon harapan kakao Iindak. Yielding and its adaptability of
several promising bulk cocoa clones/Suhendi, D.; Mawardi, S.; Winarno, H. (Pusat Penelitian Kopi dan
Kakao Indonesia, Jember (Indonesia)) 5 tables; 13 ref. Summaries (En, In). Pelita Perkebunan (Indonesia)
ISSN 0215-0212 (2005) v. 21(1) p. 1-11.
THEOBROMA CACAO; CLONES; ADAPTATION; YIELD COMPONENTS; GENETIC STABILITY;
SELECTION CRITERIA.
Salah satu kriteria utama untuk menentukan kelayakan anjuran terhadap suatu klon adalah harkat daya
hasil dan daya adaptasinya. Percobaan untuk menilai daya hasil dan daya adaptasi beberapa klon harapan
kakao lindak telah dilakukan pada tahun 1996 - 2003 di tiga lokasi yang memiliki karakteristik tinggi
temp at dan iklim berbeda, yaitu di Kebun Jatirono (450 m dpl, tipe iklim B), Kebun Kalisepanjang (275 m
dpl, tipe iklim C) dan Kebun Kalitelepak (145 m dpl, tipe iklim B). Rancangan yang digunakan di setiap
lokasi percobaan adalah acak kelompok (RAK) dengan 14 klon harapan dan empat ulangan. Sebagai
pembanding digunakan klon kakao lindak anjuran ICS 60 dan GC 7. Klon harapan yang digunakan berasal
dari hasil seleksi pohon induk dengan kriteria utama produksi tinggi. Pengamatan dilakukan terhadap
hasil, komponen hasil dan sifat biji. Penentuan day a adaptasi masing-masing klon didasarkan pada
penampilan hasil dan stabilitas hasil. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis gabungan, dan uji
stabililas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daya hasil klon KW30 dan KW48 lebih tinggi (2,3 t/ha)
dibandingkan dengan klon pembanding (1,7 t/ha), stabil, dan beradaptasi baik pada semua kondisi
lingkungan pengujian. Kedua klon menunjukkan komponen hasil yang baik, dan kadar lemak tinggi
(55%). Kedua klon terse but berpotensi untuk direkomendasikan sebagai bahan tanaman komersial.
064 SUHENDI, D.
Daya hasil dan daya adaptasi beberapa klon harapan kakao mulia. Yielding and its adaptability of
several promising lines of cocoa clones/Suhendi, D.; Mawardi, S.; Winarno, H. (Pusat Penelitian Kopi
dan Kakao Indonesia, Jember (Indonesia)) 6 tables; 13 ref. Summaries (En, In). Pelita Perkebunan
(Indonesia) ISSN 0215-0212 (2004) v. 20(2) p. 54-65.
THEOBROMA CACAO; CLONES; SELECTION; YIELDS; ADAPTATION; ENVIRONMENT.
Daya hasil dan daya adaptasi merupakan dua kriteria utama untuk menentukan kelayakan anjuran suatu
klon. Percobaan untuk menilai daya hasil dan daya adaptasi beberapa klon harapan kakao mulia telah
dilakukan pada tahun 1996 - 2002 di tiga lokasi yang memiliki karakteristik tinggi temp at dan iklim
berbeda, yaitu di Kebun Jatirono (dataran tinggi, iklim basah), Kebun Ngrangkah Pawon (dataran tinggi,
iklim kering) dan Kebun Banjarsari (dataran rendah, iklim basah). Rancangan yang digunakan di setiap
lokasi percobaan adalah rancangan acak kelompok (RCBD) dengan 14 klon harapan dan 4 ulangan.
Sebagai pembanding digunakan klon kakao mulia anjuran DR 2 dan DRC 16. Klon harapan yang
digunakan dalam penelitian ini berasal dari hasil seleksi pohon induk pada populasi asal biji keturunan
persilangan alami tahun tanam 1938 di Afdeling Penataran Kebun Bantaran (Blitar, Jawa Timur). Seleksi
dilakukan pada tahun 1993 dengan kriteria utama warna biji segar dan ukuran biji. Pengamatan dilakukan
terhadap hasil dan komponen hasil serta sifat biji. Penentuan daya adaptasi masing-masing klon
didasarkan pada penampilan hasil dan stabilitas hasil. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis
gabungan. Hasil penelitian menunjukkan klon KW 118 dan KW 109 berdaya hasil tinggi, stabil, dan
beradaptasi baik pada semua kondisi lingkungan pengujian. Selain itu, kedua klon menunjukkan
31
Vol. 25, No.1, 2008
Abstrak Hasi/ Penelitian Pertanian Indonesia
persentase biji putih yang tinggi (> 99%) dan ukuran biji besar (> 1,25 g/biji). Kedua klon tersebut
berpotensi untuk direkomendasikan sebagai bahan tanaman komersial.
065 SUPRIJONO.
Stabilitas hasil beberapa galur wijen. Yield stability of sesame lines/Suprijono; Mardjono, R.; Sudarmo,
H. (Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Malang (Indonesia» 3 tables; II ref. Summaries (En,
In). Jurnal Penelitian Tanaman Industri (Indonesia) ISSN 0853-8212 (2004) v. 10(4) p. 127-130.
SESAMUM INDICUM; PROGENY; YIELDS; GENETIC STABILITY.
Penelitian dilaksanakan pada musim tanam (MT) 2003 di 4 lokasi yaitu: Kabupaten Lumajang,
Bojonegoro, Nganjuk dan Sragen, penelitian bertujuan untuk memperoleh galur-galur unggul yang dapat
beradaptasi dengan lingkungan pengembangan wijen dengan produktivitas tinggi. Rancangan yang
digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan. Perlakuan terdiri dari 12 galur harapan
yaitu S 1.14, S1.16, S1.18, S1.20, S1.21, S1.24, S1.25, S1.26, S1.28, SI.31, S1.13, S1.40, dan sebagai
pembanding digunakan 2 varietas komersial yaitu Sumberrejo 1 dan Sumberrejo 2. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat 4 galur unggul yaitu galur S1.14, S1.16, S1.18, SI.24 potensi hasil sarna
dengan varietas Sumberrejo 1 mempunyai adaptasi luas (galur stabil). Empat galur lainnya dapat
berproduksi tinggi apabila ditanam pada kondisi lingkungan sesuai (spesifik lokasi). Galur SI.21 dan SI.25
sesuai untuk daerah Nganjuk dan Sragen, galur SI.20 untuk daerah Bojonegoro dan Nganjuk, dan SI.28
untuk daerah Lumajang.
066 SUTARYO, B.
Heterosis standar hasil gabah dan analisis lintasan beberapa kombinasi persilangan padi pada
tanah berpengairan
teknis. Standard heterosis for grain yield and path analysis of some Fl rice
combinations in field irrigation/Sutaryo, B.; Purwantoro, A.; Nasrullah (Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta (Indonesia). Fakultas Pertanian) 1 ill., 3 tables; 14 ref. Summaries (En, In). Ilmu Pertanian
(Indonesia) ISSN 0126-4214 (2003) v. 10(2) p. 70-78.
ORYZA SATIVA; Fl HYBRIDS; INTERGENERIC HYBRIDIZATION; HETEROSIS BREEDING;
HIGH YIELDING VARIETIES; YIELD INCREASES; IRRIGATED LAND.
Percobaan untuk mengevaluasi penampilan beberapa hibrida dilakukan di tanah berpengairan teknis,
Sukamandi (15 m dpl), Subang, Jawa Barat pada musim kemarau (MK) 2003. Percobaan terdiri atas 48 FI
(30 indica x indica dan 18 indica x japonica), dua cek hibrida (Maros dan Rokan), dan empat varietas
inbrida yaitu IR-64, Ciherang, Situ Bagendit dan IR53942 dengan menggunakan rancangan Augmented.
Data mengindikasikan bahwa hibrida-hibrida Fl, seperti IR68888A1Maros, IR68888A1Krueng Aceh,
IR68897 AlSitu Bagendit, IR58025A1Cisokan, IR68888A1KF6-9, IR68888A /Code, IR68888A1Situ
Bagendit, dan IR62829A1Cisokan memberikan keunggulan hasil gabah di atas varietas cek terbaik IR-64,
dengan heterosis standar antara 29,57 - 41,43%. Jumlah malai dan panjang malai mengkontribusi
peningkatan heterosis hasil gabah. Di antara 18 hibrida indica x japonica, IR68888A1KF6-9 dan
IR68885A1Fatmawati adalah hibrida terbaik.
HI0
HAMA TANAMAN
067 AMIR, A.M.
Evaluasi ketahanan beberapa aksesi jambu mete (Anacardium occidentale L.) terhadap hama
Helopeltis antonii Sign. (Hemiptera: Miridae). Evaluation of resistances of some cashew lines
(Anacardium occidentale L.) to Helopeltis antonii Sign. (Hemiptera: Miridae)/Arnir, A.M.; Karmawati,
E.; Hadad, E.A. (Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor (Indonesia» 3 tables; 21 ref.
Summaries (En, In). Jurnal Penelitian Tanaman Industri (Indonesia) ISSN 0853-8212 (2004) v. 10(4) p.
149-153.
32
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
ANACARDIUM OCCIDENTALE;
RESISTANCE; PURE LINES.
GENETIC
Vol. 25, No. 1,2008
RESISTANCE;
HELOPELTIS
ANTONII;
PEST
Penelitian evaluasi ketahanan beberapa aksesi jambu mete (Anacardium occidentale L.) terhadap ham a
Helopeltis antonii Sign. (Hemiptera: Miridae) telah dilaksanakan di Laboratorium Hama dan Penyakit dan
Rumah Kasa Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balitro) Bogor, mulai bulan April - Desember
2004, bertujuan untuk menguji ketahanan beberapa aksesi jambu mete terhadap H. antonii. Perlakuan
terdiri atas 9 aksesi jambu mete, yaitu (I) Balakrisnan (B-02), (2) Madura (L3-3), (3) Jatiroto Jambon
(III/4-5), (4) Gunung Gangsir 180, (5) Madura (M4-2), (6) Jogya Putih (XII/8), (7) Mojokerto (XIII/8), (8)
Tegineneng (A3-2), dan (9) Wonogiri (C6-5). Penelitian terdiri atas : (a) preferensi tanpa pilihan, disusun
dalam rancangan acak kelompok (RAK) diulang 5 kali, dan (b) preferensi dengan pilihan, disusun dalam
rancangan acak kelompok (RAK) diulang 3 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jambu mete aksesi
Mojokerto (XIII.8) dan Balakrisnan (B-02) merupakan aksesi jambu mete tahan dan toleran terhadap
hama H. antonii.
068 INDRAYANI, I G.AA
Kompatibilitas kombinasi HaNPV dan 88M serta pengaruhnya terhadap mortalitas dan aktivitas
biologi penggerek buah kapas Helicoverpa armigera Hubner. Compatibility of HaNPV and SBM
combinations and its effects on the mortality and biological activities of cotton bollworm Helicoverpa
armigera Hlibner/lndrayani, I G.A.A.; Winarno, D.; Subiyakto (Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan
Serat, Malang (Indonesia)) 3 ill., I table; 27 ref. Summaries (En, In). Jurnal Penelitian Tanaman Industri
(Indonesia) ISSN 0853-8212 (2004) v. 10(1) p. 28-33.
GOSSYPIUM; NUCLEAR POLYHEDROSIS VIRUS; HELICOVERPA ARMIGERA; MORTALITY;
NEEM EXTRACTS; BOTANICAL INSECTICIDES; LARVAE.
Banyak cara dapat dilakukan untuk meningkatkan efektivitas HaNPV terhadap serangga hama sasaran.
Efektivitas HaNPV terutama daya bunuhnya, dapat ditingkatkan dengan cara mengkombinasikan HaNPV
dengan metode pengendalian hama lain yang pengaruhnya dapat menurunkan kekebalan tubuh serangga,
misalnya insektisida nabati serbuk biji mimba (SBM). Selain untuk meningkatkan efektivitas, kombinasi
yang sinergis antara HaNPV dan SBM juga bermanfaat untuk substitusi HaNPV yang produk
komersialnya masih terbatas. Penelitian kompatibilitas kombinasi HaNPV dan SBM serta pengaruhnya
terhadap mortalitas dan aktivitas biologi larva penggerek buah kapas H. armigera dilaksanakan di
Laboratorium Hama Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Malang, mulai Maret - Juli 2002.
Tujuannya adalah untuk mengetahui kompatibilitas dan kemanjuran kombinasi HaNPV dan SBM, serta
mengetahui dampak interaksinya terhadap aktivitas biologi penggerek buah kapas H. armigera. Perlakuan
yang digunakan adalah kombinasi HaNPV dan SBM berdasarkan konsentrasi subletal dan letal, yaitu: (I)
Kontrol (tanpa perlakuan), (2) SBM(LC25), (3) SBM(LC50), (4) HaNPV(LC25), (5) HaNPV(LC50), (6)
HaNPV(LC25) + SBM(LC25), (7) HaNPV(LC25) + SBM(LC50), (8) HaNPV(LC50) + SBM(LC25), (9)
HaNPV(LC50) + SBM(LC50). Setiap perlakuan disusun berdasarkan rancangan acak kelompok dengan 4
kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis interaksi antara HaNPV dan SBM pada
berbagai kombinasi konsentrasi umumnya menunjukkan sifat aditif dan sinergis. Kombinasi konsentrasi
yang berinteraksi sinergis adalah HaNPV(LC50) + SBM(LC50) yang menyebabkan mortalitas larva H.
armigera ± 80%. Penurunan bobot larva maupun perpanjangan umur stadia larva terinfeksi secara efektif
dipengaruhi oleh semua perlakuan HaNPV dan SBM, baik individu maupun kombinasi.
069 INDRAYANI, I G.A.A.
Pengaruh kerapatan bulu daun pada tanaman kapas terhadap kolonisasi Bemisia tabaci Gennadius.
Role of trichome density of cotton leaf to colonization of Bemisia tabaci Gennadills/lndrayani, I G.A.A.;
Sulistyowati, E. (Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Malang (Indonesia)) 2 ill., 2 tables; 29
ref. Summaries (En, In). Jumal Penelitian Tanaman Industri (Indonesia) ISSN 0853-8212 (2005) v.
11(3) p. 101-106.
GOSSYPIUM; BEMISIA TABACI; LEAVES; TRICHOMES; DENSITY; TISSUE ANALYSIS; LEAF
AREA; PEST RESISTANCE; PEST CONTROL.
33
Vol. 25, No. I, 2008
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Ketahanan tanaman terhadap serangga hama berdasarkan karakter morfologi bulu (trichom) pada daun
merupakan salah satu cara potensial mengurangi penggunaan insektisida kimia dalam pengendalian hama.
Serangga hama pengisap Bemisia tabaci pada tanaman kapas juga dapat dikendalikan dengan
menggunakan varietas kapas resisten berdasarkan karakter morfologi bulu daun. Penelitian dilakukan di
Kebun Percobaan Pasirian, Kabupaten Lumajang, dan di Laboratorium Entomologi Balai Penelitian
Tanaman Tembakau dan Serat Malang, mulai April - Juli 2005. Tujuan penelitian untuk mengetahui
peranan kerapatan bulu daun pada beberapa aksesi plasma nutfah kapas terhadap kolonisasi B. tabaci.
Perlakuan terdiri atas II aksesi plasma nutfah kapas yang dipilih berdasarkan penilaian visual pada
karakter kerapatan bulu daun yang mewakili kerapatan bulu rendah hingga tinggi, yaitu: (I)KK-3 (Kl
638), (2) Kanesia I (Kl 436), (3) Al35 Reba P 279 (KI 257), (4) Acala 1517 (Kl 174), (5) Asembagus
SIAl (KI 162), (6) 619-998xLGS-1O-77-3-1 (KI 76), (7) DP Acala 90 (KI 23), (8) TAMCOT SP 21 (KI
6), (9) Kanesia 8 (KI 677), (10) CTX-8 (KI 494), dan (11) CTX-I (KI 487). Penelitian disusun dalam
rancangan acak lengkap (RAL) dengan 10 ulangan. Paramater yang diamati adalah jumlah bulu daun, telur
dan nimfa pada I cm2 luas daun, serta jumlah imago B. tabaci pada daun ketiga dari atas tanaman. HasH
penelitian menunjukkan bahwa kerapatan bulu daun berkorelasi positif dengan kolonisasi B. tabaci (R =
0,9701). Semakin tinggi kerapatan bulu daun, semakin meningkat kolonisasi B. tabaci. Kolonisasi B.
tabaci lebih tinggi pada CTXO-I, CTX-8, Kanesia 8, dan KK-3 (150-250 individulcm3 luas daun) karena
tingkat kerapatan bulu daun juga lebih tinggi (150-300 helailcm2 luas daun) dibanding TAMCOT SP 21,
DP Acala 90, 619-998xLGS-I0-77-3-1, Asembagus 5IAlI, Acala 1517, Al35 Reba P 279, dan Kanesia I
yang memiliki kerapatan bulu daun (0-100 helai/cm2 luas daun) dan tingkat kolonisasi B. tabaci ( < 100
individulcm21uas daun) lebih rendah.
070 KARMAWATI, E.
Peranan semut (Oecophylla smaragdina dan Do/ichoderus sp) dalam pengendalian Helopeltis spp,
dan Sanurus indecora pada jambu mete. Role of ants (Oecophylla smaragdina and Do/ichoderus sp)
in controlling Helopeltis spp and Sanurus indecora on cashew plant/Karmawati, E.; Siswanto; Wikardi,
E.A. (Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor (Indonesia)) I ill., 4 tables; 12 ref. Summaries
(En, In) App. Jurnal Penelitian Tanaman Industri (Indonesia) ISSN 0853-8212 (2004) v. 10(1) p. 1-7.
ANACARDIUM OCCIDENTALE; OECOPHYLLA; FORMICIDAE; PEST CONTROL; HELOPELTIS;
PREDATORS.
Serangga berperan penting pada pertumbuhan dan perkembangan serta produktivitas tanaman jambu mete.
Di daerah Lombok, Nusa Tenggara Barat telah diidentifikasi lebih dari 90 jenis serangga yang meliputi
serangga hama, musuh alami, penyerbuk dan serangga lainnya. Helopeltis spp. dan S. indecora merupakan
serangga hama yang menonjol di wilayah tersebut. Beberapa musuh alami juga telah ditemukan, terutama
semut yang berfungsi sebagai predator bagi Helopeltis spp. Akhir-akhir ini ketiga jenis serangga tersebut
sering berada bersamaan dalam satu tanaman. Penelitian dilakukan di Dusun Sambik Rindang dan Sambik
Jengkel, Lombok Barat mulai Mei - Nopember 2003 untuk mengetahui peranan semut dan interaksinya
dengan Helopeltis spp. dan S. indecora. Penelitian terdiri atas 3 kegiatan yang saling menunjang, yaitu (a)
penelitian lapang, (b) penelitian semi lapang, dan (c) penelitian rumah kaca/pot. Penelitian lapang keadaan
lingkungan tidak dikendalikan, pengamatan dilakukan dengan penarikan contoh yang ditunjang oleh
penelitian semi lapang, yaitu hanya salah satu faktor lingkungan yang dikendalikan (faktor populasi
semut: 0, 5, dan 10 kolonil5 tanaman). Penelitian semi lapang ditunjang oleh penelitian rumah kaca/pot.
Pada penelitian ini tiga faktor dikendalikan/diperlakukan yaitu populasi semut, populasi Helopeltis spp
dan populasi S. indecora. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa hama utama yang dominan di Dusun
Sambik Jengkel berbeda dengan hama utama yang dominan di Dusun Sambik Rindang. Di Sambik
Jengkel, Helopeltis lebih dominan dibandingkan dengan S. indecora, walaupun S. indecora ditemukan tapi
tidak sebanyak serangan Helopeltis. Di Sambik Rindang terjadi sebaliknya, S. indecora lebih dominan bila
dibandingkan dengan Helopeltis. Semut cukup berperan dalam mengendalikan populasi Helopeltis. Data
yang diperoleh sampai bulan Oktober 2003 diketahui bahwa persentase pucuk yang terserang Helopeltis
lebih kecil pada kelompok-kelompok tanaman yang diberi perlakuan semut, begitu pula populasi nimfa
dan imagonya. Tidak demikian yang terjadi dengan S. indecora, populasi nimfa dan imagonya tidak
dipengaruhi oleh kehadiran semut. Pada kelompok tanaman yang diberi perlakuan semut, populasi S.
indecora justru lebih banyak. Namun demikian, jumlah bunga yang diserang S. indecora lebih banyak
34
Abstrak Hasi/ Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 25, No. 1.2008
pada pucuk yang tidak ada semutnya. Oleh sebab itu, khusus pada bunga, S. indecora tidak akan datang
kalau pada bunga tersebut ada semutnya. Pada pucuk yang telah diserang S. indecora, semut tidak
mengganggu kecuali kalau Helopeltis tidak ada, semut akan memangsa nimfa-nimfa S. indecora.
07] MARYAM-ABN.
Evaluasi insektisida nabati terhadap hama Palpita uniona/is pad a tanaman me]ati. Evaluation on the
Omoy,
efficacy of some botanical insecticides against Palpita uniona/is on Jasminum sp.lMaryam-Abn;
TR.; Mulyana, T (Balai Penelitian Tanaman Hias, Cianjur (Indonesia))
] ill., 2 tables; 13 ref. Summaries
(En, In). [Proceedings of the national seminar of floriculture: to develop floriculture industry which have
competitive ability through national potential-based
technology innovation application]. Prosiding seminar
nasional florikultura:
membangun
industri florikultura
yang berdaya saing melalui penerapan
inovasi
teknologi berbasis potensi nasionallBalai
Penelitian Tanaman Hias, Cianjur (Indonesia). Cianjur: Balithi,
2004: p. 386-391.
JASMINUM;
LEAF
EATING
INSECTS;
BOTANICAL
INSECTICIDES;
ANNONA
MURICATA;
ANNONA
RETICULATA;
ANNONA
SQUAMOSA;
MORTALITY.
SEED
PEST
EXTRACTS;
CONTROL;
Suatu penelitian
untuk mengevaluasi
keefektifan
insektisida
nabati terhadap Palpita unionalis telah
dilaksanakan di laboratorium entomologi dan kebun percobaan Balithi Segunung. Penelitian ini terdiri dari
dua bagian, yaitu (I) pengujian keefektifan insektisida nabati terhadap Palpita unionalis di laboratorium
dan (2) pengujian lapangan efikasi insektisida nabati terhadap P unionalis. Jenis-jenis insektisida nabati
yang diuji yaitu 10 jenis bahan tumbuhan yang telah diketahui atau diduga mengandung
bahan yang
bersifat insektisidal, yaitu biji srikaya (Annona squamosa), biji buah nona (A. reticulata), biji sirsak (A.
muricata),daunneem(
Azadirachta indica), biji mahoni (Swietenia 1I1acrophylla), daun suren (Toona
sureni), daun Ki pait (Tithonia diversifolia), daun tembakau (Nicotiana tabacu1l1), daun Lantana camara
dan kulit batang kina (Chincona sp.). Rancangan
yang digunakan
adalah rancangan acak kelompok
dengan ] 0 jenis insektisida nabati sebagai periakuan dengan tiga ulangan. Hasilnya menunjukkan
bahwa
biji srikaya, biji buah nona dan biji sirsak paling efektif terhadap P unionalis baik di laboratorium
maupun di lapang. Diharapkan
hasil penelitian
ini dapat menambah
altematif
pengendalian
hama
disamping cara yang sudah ada untuk menunjang pengembangan
PHT pada tanaman melati.
072 MOEKASAN,
TK.
Kelayakan teknis dan ekonomis penerapan teknologi pengendalian hama terpadu pada sistem
tanam tumpanggilir bawang merah dan cabaL Technical and economical feasibility of integrated pest
management technology on intercropping system of shallot and hot pepper/Moekasan, TK.;
Suryaningsih, E.; Sulastrini, I.; Gunadi, N.; Adiyoga, w.; Hendra, A. (Balai Penelitian Tanaman Sayuran,
Lembang (Indonesia));
Martono, M.A.; Karsum. 6 ill., 12 tables; 12 ref. Summaries
(En, In). Jurnal
Hortikultura (Indonesia) ]SSN 0853-7097 (2004) v. ]4(3) p. ] 88-203
ALLIUM
ASCALONICUM;
CAPSICUM
MANAGEMENT;
ECONOMIC V]ABILITY;
ANNUUM;
INTERCROPPING;
COST BENEFIT ANALYSIS
INTEGRATED
PEST
Percobaan ]apanagn menggunakan
metode perbandingan
periakuan berpasangan
dilaksanakan
di Desa
Bojong Nagara, Kecamatan Ciledug, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat (± 5 m dpl), mu]ai Juni -Desember
2002. Percobaan bertujuan untuk mengetahui kelayakan teknis dan ekonomis penerapan teknologi terpadu
PHT yang dihasilkan oleh Ba]ai Penelitian Tanaman Sayuran dibandingkan
dengan teknologi yang umum
digunakan oleh petani. Tiap periakuan diu]ang 4 kali, dengan ukuran petak periakuan adalah 5 m x 20 m =
]00 m2• Hasil penelitian menunjukkan
bahwa penerapan rakitan komponen teknologi PHT pada bawang
merah dan cabai yang dihasilkan
oleh Ba]ai Penelitian
Tanaman Sayuran secara ekonomis
]ebih
menguntungkan
dibandingkan
dengan sistem petani, karena ni]ai nisbah R/C di petak PHT sebesar 1,47
sedangkan nilai nisbah R/C di petak petani sebesar 0,84. Secara ekologi, penerapan PHT pada sistem
tanam tumpanggilir bawang merah dan cabai lebih menguntungkan
karena dapat menekan penggunaan
insektisida dan fungisida masing-masing
sebesar 61,53% dan 100% pada tanaman bawang merah dan
72,72% dan 90,90% pada tanaman cabai, sehingga residu insektisida di dalam tanah menurun 23,06 %
inhibisi dan fungisida menurun 50,72% inhibisi, sedangkan di petak petani residu insektisida di dalam
35
Vol. 25, No.1, 2008
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
tanah meningkat 8,14% inhibisi dan fungisida menurun 20,37% inhibisi. Sementara populasi predator di
petak PHT lebih tinggi (11,54% - 55,55%) dibandingkan dengan populasinnya di petak petani. Populasi
agens hayati, yakni Bacillus sp. dan Trcihoderma sp. pada petak PHT lebih tinggi, masing-masing 35,31 %
dan 58,35% dibandingkan populasi di petak petani. Residu insektisida dan fungisida dan hasil panen
bawang merah dan cabai di petak PHT masih di bawah ambang batas yang diijinkan, sedangkan residu
pada hasil panen bawang merah dan cabai pada petak petani berada di atas ambang batas yang diijinkan.
073 MOEKASAN, TK.
Pencampuran Spodoptera exigua Nuclear Polyhedrosis Virus dengan insektisida kimia untuk
mortalitas larva Spodoptera exigua Hbn. di laboratorium. Mixtures of SeNPV and' chemical
insecticides against larvae mortality of Spodoptera exigua Hbn. in laboratory/Moekasan, TK. (Balai
Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang (Indonesia)) 8 tables; 14 ref. Summaries (En, In). Jurnal
Hortikultura (Indonesia) ISSN 0853-7097 (2004) v. 14(3) p. 178-187.
ALLIUM CEPA; SPODOPTERA EXIGUA; NUCLEAR
INSECTICIDES; SYNERGISM; LARVAE; MORTALITY.
POLYHEDROSIS
VIRUS; TOXICITY;
Percobaan laboratorium telah dilaksanakan di Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang (± 1.250 m
dpl), mulai Agustus - November 1999. Tujuan percobaan untuk mengetahui pengaruh pencampuran
insektisida, efikasi, dan tenggang waktu membunuh campuran SeNPV dengan beberapa insektisida kimia
terhadap larva S. exigua instar 2 atau 3. Sampel larva S. exigua dikumpulkan dari pertanaman bawang
merah di daerah Brebes, Jawa Tengah dan diperbanyak di rumah kaca Balai Penelitian Tanaman Sayuran.
Percobaan menggunakan metode pencelupan daun bawang merah ke dalam larutan formula insektisida.
Formula insektisida secara tunggal dan campuran diujikan pada 30 larva S. exigua di dalam cawan plastik,
dengan 4 ulangan pada tiap perlakuan. Mortalitas larva S. exigua diamati setiap 24 jam - 168 jam setelah
perlakuan. Data mortalitas larva diolah menggunakan analisis probit untuk menetapkan nilai. LC50.
Berdasarkan nilai LC50 campuran insektisida, campuran SeNPV dengan insektisida Klorfluazuron,
Betasiflutrin, Fipronil, Profenofos, Dimetoat, Deltametrin, Lamda sihalotrin, dan Tebufenosida,
menunjukkan efektivitas sinergistik dan meningkatkan efikasi, masing-masing: 18,9; 24,3; 19,0; 19,3;
19,5; 22,3; 16,3; dan 7,0 kali lipat jika dibandingkan dengan SeNPV secara tunggal. Selain itu, nilai
tenggang waktu membunuh LC50 berkisar antara 86,4 - 136,8 jam atau kira-kira 4 - 6 hari.
074 MOEKASAN, TK.
Status resistensi lima strain Plutella xylostella L. terhadap formulasi Fipronil, Deltametrin,
Profenofos, Abamektin, dan Bacillus thuringiensis. Resistance study in five strains of Plutella
xylostella to fipronil, deltamethrin, Bacillus thuringiensis, profenofos, and abamectin formulated
products/Moekasan, TK.; Sastrosiswojo, S. (Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang (Indonesia));
Rukmana, T; Sutanto; Pumamasari, I.S.; Kumia, A., 2 tables; II ref. Summaries (En, In). Jurnal
Hortikultura (Indonesia) ISSN 0853-7097 (2004) v. 14(2) p. 84-90.
CABBAGES; CONTROL METHODS; PLUTELLA XYLOSTELLA;
INSECTICIDES; PEST RESISTANCE.
BACILLUS THURINGIENSIS;
Toksisitas formulasi insektisida Fipronil, Deltametrin, Profenofos, Abamektin, Bacillus thuringiensis
subsp.lvar. kurstaki strain EG 7841 (crymax WDG) dan B. thuringiensis subsp.lvar. kurstaki strain HD-7
(dipel WP) diuji di laboratorium terhadap 5 strain lapangan larva Plutella xylostella (L.) yang berasal dari
pusat pertanaman kubis di Lembang, Pangalengan, Kejajar/Dieng, Batu, dan Berastagi mulai September
2000 - Februari 2001. Pengujian menggunakan metode pencelupan potongan daun kubis ke dalam tiap
larutan insektisida uji kemudian larva P xylostella instar 2 dan atau 3 diletakkan pada potongan daun
kubis tersebut. Penghitungan nilai LC50 tiap jenis insektisida yang diuji dilakukan menggunakan program
komputer analisis probit. Hasil penelitian menunjukkan, terdapat perbedaan kerentanan P xylostella,
tergantung pada asal (strain) P xylostella. Berdasarkan nilai LC50 insektisida uji, pada umumnya P
xylostella strain Lembang, Pangalengan, Kejajar/Dieng, dan Batu sangat resisten terhadap Deltametrin dan
Profenofos kecuali strain Berastagi tidak diketahui. Semua strain P xylostella (Lembang, Pangalengan,
KejajarlDieng, Batu, dan Berastagi) rentan terhadap Fipronil dan B. thuringiensis subsp./var kurstaki
36
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 25, No.1, 2008
strain EG 7841. Plutella xylostella strain Lembang, Pangalengan, dan Berastagi sangat resisten terhadap
B. thuringiensis subsp./var. kurstaki strain HD-7, sedang P xylostella strain Kejajar/Dieng dan Batu agak
resisten terhadap abamektin. Berdasarkan hasil penelitian terbukti, bahwa pemantauan perkembangan
resistensi P xylostella terhadap jenis insektisida yang umum digunakan oleh petani kubis sangat penting
dilakukan secara rutin. Hasil penelitian juga berguna untuk menyusun data dasar LC50 dan strategi
pengelolaan resistensi insektisida.
075 PRAYOGO, Y
Integrasi antara cendawan entomopatogen VerticiIlium lecanii dengan predator Oxyopes javanus
Thorell (Araneida: Oxyopidae) untuk mengendalikan
hama pengisap polong kedelai Riptortus
linearis. {Integration of entomopathogenic fungi VerticiIlium lecanii with Oxyopes javanus to control
pod sucking Riptortus linearis on soybeanj/Prayogo, Y; Suharsono (Balai Penelitian Kacang-kacangan
dan Umbi-umbian, Malang (Indonesia» 1 ill., 2 tables; 33 ref. Summaries (En, In). Habitat (Indonesia)
ISSN 0853-5167 (2005) v. 16(4) p. 241-250.
GLYCINE
MAX;
RIPTORTUS;
VERTICILLIUM
BIOLOGICAL CONTROL AGENTS; MORTALITY
LECANII;
OXYOPES;
PREDATORS;
Penelitian bertujuan untuk mengkaji kompatibilitas antara cendawan entomopatogen Verticillium lecanii
dengan predator Oxyopes javanus dalam mengendalikan hama pengisap po long kedelai Riptortus linearis.
Penelitian dilakukan di laboratorium hama dan penyakit Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbiumbian pada bulan ]anuari - ]uni 2005. Rancangan percobaan yang digunakan rancangan acak lengkap
(RAL) diulang 10 kali yang terdiri dari 2 tahap. Percobaan pertama mengkaji pengaruh aplikasi cendawan
V.lecanii terhadap kelangsungan hidup predator O. javanus. Percobaan kedua mengkaji pengaruh aplikasi
cendawan V.lecanii pada R. linearis nimfa 1I terhadap daya mangsa predator O.javanus. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa aplikasi cendawan V. lecanii tidak mempengaruhi kelangsungan hidup predator O.
javanus. Hal tersebut terlihat bahwa hingga 30 hari setelah aplikasi (HSA) cendawan V. lecanii dengan
konsentrasi 107 - 10" konidia/ml tidak menyebabkan kematian 0. javanus. Pengamatan pada konidia V.
lecanii yang menempel pada tubuh O. javanus menunjukkan bahwa konidia mengering sebelum
menginfeksi integumen. Predator 0. javanus tidak menyukai mangsa R. linearis yang terinfeksi V.lecanii.
Pada periakuan control (tanpa cendawan), nimfa R. linearis habis dimangsa oleh predator. Hal terse but
mengindikasikan bahwa cendawan V.lecanii dapat dipadukan dengan predator O.javanus untuk menekan
hama R. linearis. Oleh karena itu, kedua jenis agen hayati tersebut dapat dipadukan untuk mengendalikan
R. linearis.
076 PURBADI.
Pemanfaatan agen hayati untuk pengendalian nematoda bengkak akar pada tanaman krisan. Use of
biological agent to control root knot nematodes (Meloidogyne spp.) on ChIJ'SanthemumIPurbadi;
Marwoto, B. (Balai Penelitian Tanaman Hias, Cianjur (Indonesia» 1 ill., I table; 15 ref. Summaries (En,
In). [Proceedings of the national seminar of floriculture: to develop floriculture industry which have
competitive ability through national potential-based technology innovation application]. Prosiding seminar
nasional florikultura: membangun industri florikultura yang berdaya saing melalui penerapan inovasi
teknologi berbasis potensi nasionallBalai Penelitian Tanaman Hias, Cianjur (Indonesia). Cianjur: Balithi,
2004: p. 287-291.
DENDRANTHEMA
MORIFOLIUM;
MELOIDOGYNE;
PAECILOMYCES;
CONTROL AGENTS; MICROBIAL PESTICIDES; DOSAGE EFFECTS.
BIOLOGICAL
Nematoda bengkak akar (Meloidogyne spp.) merupakan kendala produksi dalam budi daya krisan
(Dendranthema grandiflora Tzvelev). Pengendalian yang dilakukan selama ini ialah dengan
menggunakan bahan kimia sintetik yang berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan. Oleh karena
itu periu upaya altematif pengendalian yang ramah lingkungan, murah dan mudah diaplikasikan. Pada
penelitian ini cendawan Paecilomyces lilacinus digunakan sebagai agen pengendali hayati Meloidogyne
spp. yang diaplikasikan dalam berbagai formula. Penelitian dilaksanakan di laboratorium dan rumah kaca
37
1
•
Vol. 25, No. i, 2008
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian indonesia
Balai Penelitian Tanaman Hias Segunung pada bulan Januari-Desember 2001. Tujuan penelitian untuk
mendapatkan formulasi agen hayati yang efektif dan mudah diaplikasikan di lapangan. Formulasi agen
hayati terdiri dari 3 macam yaitu pelet, kompos dan suspensi. Pengujian efikasi formulasi dilakukan pada
pot-pot plastik yang diisi dengan I liter media tanah steril. Tiap formula agen hayati sesuai dengan dosis
perlakuan yang telah ditentukan diinfestasikan ke dalam tanah. Media tanah di dalam pot yang telah diberi
formula agen hayati segera diinfestasi dengan 1000 ekor L-2 Meloidogyne spp. tiap pot kemudian
diinkubasikan pada suhu kamar. Setelah diinkubasikan selama 7 hari, kemudian pot-pot tersebut ditanami
dengan bib it krisan. Perlakuan terdiri dari satu jenis agen hayati cendawan P lilacinus, dalam 3 macam
formula yaitu: pelet, kompos dan suspensi dengan 3 level dosis masing-masing formulasi pelet dan
kompos 3, 6 dan 9 g/pot serta dosis suspensi 3, 6 dan 9 mllpot. Percobaan dilakukan menggunakan
rancangan acak lengkap dengan 3 ulangan. Penilaian aktivitas antagonistik agen hayati terhadap nematoda
bengkak akar (Meloidogyne spp) didasarkan pada jumlah bengkak akar yang terbentuk dalam tiap 10 g
akar segar setelah tanaman berumur 40 hari. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa perlakuan formulasi
kompos dengan dosis 9 g/pot dan formulasi suspensi 9 mllpot efektif menekan serangan bengkak akar
pada tanaman krisan.
077 SETlAWATI, W.
Parasitoid E. argenteopilosus sebagai agen pengendali hayati hama H. armigera, S. litura, dan C.
pavon ana pada tumpangsari tomat dan brokoli. Eriborus argenteopilosus as a biocontrol of H.
armigera, S. litura, and C pavonana on tomato and broccoli cropping system/Setiawati, W.; Uhan, T.S.;
Somantri, A. (Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang (Indonesia», 5 ill., 7 tables; 14 ref.
Summaries (En, In). Jurnal Hortikultura (Indonesia) ISSN 0853-7097 (2005) v. 15(4) p. 279-287.
LYCOPERSICON ESCULENTUM; BRASSICA OLERACEA; BIOLOGICAL CONTROL AGENTS;
PARASITOIDS; CROCIDOLOMIA;
SPODOPTERA
LITURA; HELICOVERPA ARMIGERA;
NATURAL ENEMIES; CROPPING SYSTEMS.
Kehilangan hasil tomat akibat serangan H. armigera dapat mencapai 52%. Usaha pengendalian hingga
saat ini masih mengandalkan pada penggunaan insektisida, namun masih belum mampu menekan
serangan hama tersebut. Penggunaan parasitoid E. argenteopilosus dikombinasikan dengan insektisida
diharapkan dapat menekan populasi H. armigera. Tujuan penelitian untuk mengetahui kemampuan efikasi
parasitoid E. argenteopilosus dalam menekan perkembangan populasi dan serangan hama H. armigera, S.
litura, dan C. pavonana pada sistem tumpangsari tomat dan brokoli. Penelitian dilakukan di kebun
percobaan Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang mulai Juni - November 2002, menggunakan
rancangan petak terpisah dengan 4 ulangan. Sebagai petak utama adalah pelepasan parasitoid yang terdiri
atas tanpa pelepasan dan dengan pelepasan. Sebagai anak petak adalah penggunaan insektisida terdiri dari
tanpa insektisida, Spinosad, dan Deltametrin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelepasan parasitoid E.
argenteopilosus mampu menekan serangan C. pavonana dan S. litura pada tanaman brokoli masingmasing 24,71 dan 97,24% serta H. armigera pada tanaman tomat sebesar 18,45%. Penggunaan insektisida
Spinosad 120 SC efektif untuk mengendalikan C. pavon ana dan S. litura pada tanaman brokoli masingmasing 95,41 dan 100% serta H. armigera pada tanaman tomat sebesar 94,83%. Tingkat parasitasi E.
argenteopilosus tertinggi terjadi pada H. armigera 38,96%, C. pavonana 25,83%, dan S. litura 24,44%.
Pelepasan parasitoid E. argenteopilosus dan penggunaan insektisida mampu mempertahankan hasil panen
brokoli dan tomat dengan hasil panen cukup tinggi. Penggunaan insektisida dapat mengurangi populasi E.
argenteopilosus sebesar 3,27% untuk insektisida Spino sad dan 50,42% untuk insektisida Deltamethrin
25EC. Perpaduan antara penggunaan parasitoid dan insektisida selektif diharapkan dapat menghasilkan
teknologi ramah lingkungan dan hasil panennya aman dikonsumsi.
0078 SETlAWATI, W.
Pengendalian kutu kebul dan nematoda parasitik secara kultur teknik pada tanaman kentang.
Cultural practices control technique of whitefly and parasitic nematode on potatolSetiawati, W.;
Asandhi, A.A.; Uhan, T.S.; Marwoto, B.; Somantri, A.; Hermawan (Balai Penelitian Tanaman Sayuran,
Lembang (Indonesia» I ill., 4 tables; 30 ref. Summaries (En, In). Jurnal Hortikultura (Indonesia) ISSN
0853-7097 (2005) v. 15(4) p. 288-296.
38
•
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 25, No.1, 2008
SOLANUM TUBEROSUM; BEMISIA TABACI; MELOIDOGYNE; NEMATODA; PEST CONTROL;
CROPPING SYSTEMS; INTERCROPPING.
Bemisia tabaci dan Meloidogyne spp. merupakan OPT penting pada tanaman kentang. Pengendalian
secara kultur teknik merupakan salah satu altematif untuk mengatasi masalah OPT terse but. Penelitian
dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang pada bulan Juni _
Nopember 2002. Tujuan penelitian untuk mengetahui efektivitas pengendalian B. tabaci dan Meloidogyne
spp. secara kultur teknik pada tanaman kentang agar aman dikonsumsi dan ramah lingkungan. Percobaan
menggunakan rancangan petak terpisah dengan 4 ulangan. Sebagai petak utama adalah pengelolaan tanah
yang terdiri atas tanpa solarisasi dan tanpa subsoiling serta solarisasi dan subsoiling. Sebagai anak petak
adalah sistem tanam, yang terdiri atas kentang monokultur, kentang-bawang daun, kentang-tagetes, dan
kentang-Iobak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengendalian OPT secara kultur teknik (pengelolaan
tanah dan sistem tanam) dapat menekan populasi OPT penting pada tanaman kentang. Tumpangsari antara
kentang-bawang daun, kentang-tagetes, dan kentang-Iobak dapat menekan serangan hama B. tabaci, M.
persicae, P operculella. dan palmi, serta nematoda Meloidogyne spp. pada tanaman kentang, sementara
perlakuan subsoiling dan solarisasi serta tumpangsari antara tanaman kentang dengan tagetes dapat
menekan populasi hama B. tabaci, M. persicae. P operculella, dan palmi. masing-masing 46,25; 78,65;
31,48, dan 35,38%. Di samping itu, perlakuan subsoiling dan solarisasi serta tumpangsari antara tanaman
kentang dengan tagetes dapat menekan populasi nematoda Meloidogyne spp. dan nematoda lainnya seperti
Rotylenchulus sp. Helicotylenchus sp. Tylenchulus sp., Xiphynema sp. dan Trichodarus sp. pada tanaman
kentang, dengan hasil panen cukup tinggi yang berkisar antara 9,36 - 10,05 t/ha. Pengelolaan tanah dan
penggunaan tanaman yang bersifat antagonis dan perangkap di dalam sistem tumpangsari, temyata dapat
mengurangi kepadatan populasi OPT pada tanaman kentang.
r
r
079 SIHOMBlNG, D.
Preferensi kutu daun dan distribusinya di dalam tanaman pad a beberapa genotipe mawar bunga
potong. Aphid preference and its distribution inside plant on some cut rose genorypeslSihombing, D.;
Suhardi (Balai Penelitian Tanaman Hias, Cianjur (Indonesia)) 1 ill., I table; 10 ref. Summaries (En, In).
[Proceedings of the national seminar of floriculture: to develop floriculture industry which have
competitive ability through national potential-based technology innovation application]. Prosiding seminar
nasional florikultura: membangun industri florikultura yang berdaya saing melalui penerapan inovasi
teknologi berbasis potensi nasional/Balai Penelitian Tanaman Hias, Cianjur (Indonesia). Cianjur: Balithi,
2004: p. 370-373.
ROSA; CUT FLOWERS; GENOTYPES; MACROSIPHUM ROSAE; LEAF EATING INSECTS;
POPULATION DISTRIBUTION; GENETIC RESISTANCE; PLANT RESPONSE.
Kutu daun merupakan ham a penting pad a tanaman mawar bunga potong. Tujuan penelitian untuk
mengetahui preferensi hama pada beberapa genotip mawar bunga po tong dan distribusinya di dalam
tanaman tersebut, percobaan dilaksanakan di Instalasi Penelitian Tanaman Hias Segunung, mulai MeiDesember 1998. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok dengan 4 ulangan. Pada percobaan
ini telah diuji 10 genotip mawar bunga potong yakni: Alhambra, American Beauty, Apollo, Holland,
Mario Callas, Misty, Mr. Lincoln, Queen Elizabeth, klon no. 91012-5 dan no. 91032-1. Hasil percobaan
menunjukkan bahwa genotip Alhambra dan Holland cenderung lebih tahan terhadap hama kutu daun
dibanding genotip lainnya. Hama kutu daun menyebar ke seluruh bagian tanaman baik daun atas, tengah
maupun daun bawah.
080 SUNARTO, D.A.
Interaksi antara Trichogrammatoidea bactrae N. dan Trichogrammatoidea armigera N. pada telur
hama penggerek buah kapas Helicoverpa armigera Hbn. Interaction of Trichogrammatoidea
armigera N. and Trichogrammatoidea bactrae N. on cotton-bollworms Helicoverpa armigera Hbn.
eggs/Sunarto, D.A.; Nurindah; Sujak (Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Malang
(Indonesia)) 7 tables; 16 ref. Summaries (En, In). Jurnal Penelitian Tanaman 1ndustri (Indonesia) ISSN
0853-8212 (2005) v. 11(4) p. 152-158.
39
Vo/. 25, No.1, 2008
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
GOSSYPIUM;
HELICOVERPA
ARMIGERA;
TRICHOGRAMMATOIDEA;
CONTROL AGENTS; PREDATORS; PARASITOIDS.
BIOLOGICAL
Penggerek buah kapas, Helicoverpa armigera Hubner. (Lepidoptera; Noctuidae) dan Pectinophora
gossypiella Saunders (Lepidoptera; Armigera N. yang dilepas secara inundasi telah terbukti mampu
mengendalikan populasi H. armigera, tetapi belum mampu mengendalikan P gossypiella. Parasitoid telur
yang berpotensi sebagai agens hayati bagi P gossypiella adalah Trichogrammatoidea bactrae N.
Penelitian bertujuan mengetahui interaksi antara T. bactrae (muncul dari telur P gossypiella yang berasal
dari Lamongan (T. bactrae L.) dan Asembagus T. bactrae A.)) dengan T. armigera yang digunakan untuk
pengendalian H. armigera. Penelitian dilaksanakan di laboratorium hayati (parasitoid dan predator) Balai
Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Malang pada bulan Maret - Desember 2002. Suhu ruang
penelitian 25-27°C dan kelembaban nisbi 65-70%. Interaksi yang diuji adalah (1) interaksi imago dengan
perlakuan variasi kepadatan populasi parasitoid dan inang telur H. armigera; dan (2) interaksi praimago
yang berada di dalam telur inang dengan perlakuan pemaparan telur H. armigera secara bergantian
terhadap (a) T armigera dan T. bactrae A, dan (b) T. armigera dan T. bactrae L. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa interaksi antara imago T. armigera dengan T. bactrae A. dan T. bactrae L. lebih
didominasi oleh T. armigera. Total dominasi dari semua perlakuan mencapai 6 : 95 atau proporsi
parasitisasi terhadap telur inang H. armigera oleh T. armigera yang lebih tinggi dibanding proporsi
parasitisasi oleh T. bactrae peluangnya adalah 0,94. Pada interaksi praimago, interaksi antara T. bactrae
A. dan T. armigera didorninasi oleh T. armigera, sedangkan antara T. bactrae L. T. armigera didominasi
oleh T. bactrae L. Dominasi T. armigera terhadap T. bactrae adalah 0 : 21 atau peluang proporsi T.
armigera yang bertahan hidup di dalam telur H. armigera yang lebih tinggi dibanding proporsi T. bactrae
A. adalah 1. Sedangkan dominasi T. bactrae terhadap T. armigera 16 : 3 atau peluang proporsi T. bactrae
L. yang bertahan hidup di dalam telur H. armigera yang lebih tinggi dibanding proporsi T. armigera
adalah 0,84. Berdasarkan bentuk interaksi tersebut, maka T. Bactrae A. dapat dipilih sebagai kandidat
agen hayati P gossypiella yang lebih ideal dibanding T. bactrae L. Penggunaan T. bactrae L. sebagai
agen hayati, berpeluang menyebabkan terganggunya efektivitas parasitisasi T. armigera dalam
pengendalian H. armigera.
081 YULIANI, S.
Efektivitas lilin penolak lalat (repelen) dengan bahan aktif limbah penyulingan minyak nilam.
Effectiveness of repellent candle with the extract solution of patchouli distillation waste as the active
componentNuliani,
S.; Usmiati, S.; Nurdjannah, N. (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Pascapanen Pertanian, Bogor (Indonesia)) 1 ilL, 5 tables; 23 ref. Summaries (En, In). Jurnal Penelitian
Pascapanen Pertanian (Indonesia) ISSN 0216-1192 (2005) v. 2(1) p. 1-10.
POGOSTEMON CABLIN; DISTILLING; SOLID WASTES; WASTE UTILIZATION; REPELLENTS.
Telah dilakukan uji efektivitas lilin dari ekstrak limbah penyulingan minyak nilam di laboratorium Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Bogor dan di laboratorium Entomologi FKHIPB, Bogor. Penelitian menggunakan limbah penyulingan minyak nilam yang kemudian diekstrak
menggunakan pelarut metanol 1:4. Ekstrak limbah terse but diformulasikan menjadi 9 formula liIin dengan
kombinasi bahan aktif sebagai berikut: a) ekstrak limbah penyulingan minyak nilam dan minyak sereh
wangi (1: 1) dengan konsentrasi 12,5; 25; dan 50%; b) ekstrak limbah penyulingan minyak nilam dan
minyak cengkeh (1:1) dengan konsentrasi 12,5%; 25%; dan 50%; c) minyak sereh wangi 25%; d) minyak
cengkeh 25%; e) lilin tanpa bahan aktif (kontrol). Selanjutnya dilakukan uji efektivitas terhadap daya tolak
(repelen) lalat menggunakan udang busuk 12 jam, pengujian menggunakan 25 ekor lalat umur 2-5 hari
kenyang air gula. Pengamatan dilakukan setiap menit dengan menghitung jumlah hinggapan lalat ke
udang tiap menitnya sampai menit ke 60, pengamatan dilakukan dengan menggunakan glass chamber.
Hasil pengujian efektivitas lilin terhadap lalat rumah menunjukkan bahwa formula II3 dengan kombinasi
bahan aktif ekstrak limbah penyulingan minyak nilam dengan minyak cengkeh (konsentrasi 50%),
merupakan formula paling optimal dibandingkan dengan formula lainnya dengan daya tolak sebesar
87,6% pada menit ke-lO dan 100% pada menit ke-60.
40
Abstrak Hasi/ Penelitian Pertanian Indonesia
H20
Vol. 25, No. I, 2008
PENYAKIT TANAMAN
082 GUNAWAN, O.S.
Uji efektivitas biopestisida sebagai pengendali biologi terhadap penyakit antraknosa pada cabai
merah. Effectivity of biopesticides as biological control to anthracnose disease on red pepper/Gunawan,
O.S. (Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang (Indonesia)) 2 tables; 14 ref. Summaries (En, In).
Jurnal Hortiku/tura (Indonesia) ISSN 08S3-7097 (200S) v. lS( 4) p. 297-302.
CAPSICUM
ANNUUM;
PSEUDOMONAS
FLUORESCENS;
COLLETOTRICHUM; BIOPESTICIDES; DOSAGE EFFECTS.
BACILLUS
SUBTILIS;
Tujuan penelitian untuk menguji efektivitas PfM BO 001 SOWP biopestisida dan BsBE 001 SOWP
terhadap penyakit antraknosa pada cabai merah. Penelitian dilakukan di rumah kaca Balai Pene1itian
Tanaman Sayuran, Lembang pada bulan September - Desember 2003, menggunakan benih cabai merah
varietas Jetset. Inokulasi cendawan patogen Col/etotrichum gloeosporioides dilakukan pada 70 hst dengan
(4-S) x 106 konidia. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok yang terdiri dari 8 perlakuan
dengan 4 ulangan. Jenis perlakuan yang diuji yaitu PfMBO 001 SOWP 0,7 g/I, PfMBO 001 SOWP 0,3S g/I,
PfMBO 001 SOWP 0,17S g/I, BsBE 001 SOWP 0,7 g/I, BsBE 001 SOWP 0,3S g/l, BsBE 001 SOWP 0,17S
g/I, fungisida Bion 1I48WP 2 g/l, dan kontrol. Interval waktu aplikasi 7 hari setelah muncul buah. Hasil
percobaan menunjukkan bahwa formulasi biopestisida PfMBO 001 SOWP dan BsBE 001 SOWP masingmasing konsentrasi 0,7 g/l, mempunyai potensi yang baik menekan intensitas serangan penyakit
antraknosa 2,60 dan 2,76% yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan fungisida standar Bion 1I48WP 2
g/I sebesar 2,07% dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
083 HANUDIN.
Pemanfaatan
Pseudomonas fluorescens, Gliocladium dan Trichoderma
untuk mengendalikan
penyakit layu fusarium pada krisan. Utilization of Pseudomonas fluorescens, Glioc/adium sp. and
Trichoderma sp. to control Fusarium oxysporum f.sp. tracheiphilum on. Chrysanthemum/Hanudin;
Nuryani, w.; Kardin, K.; Marwoto, B. (Balai Penelitian Tanaman Hias, Cianjur (Indonesia)) Stables; 24
ref. Summaries (En, In). [Proceedings of the national seminar of floriculture: to develop floriculture
industry which have competitive ability through national potential-based technology innovation
application]. Prosiding seminar nasional florikuItura: membangun industri florikultura yang berdaya saing
melalui penerapan inovasi teknologi berbasis potensi nasional /Balai Penelitian Tanaman Hias, Cianjur
(Indonesia). Cianjur : Balithi, 2004: p. 271-278.
DENDRANTHEMA
MORIFOLIUM;
BIOLOGICAL
CONTROL
AGENTS;
FUSARIUM
OXYSPORUM; MICROBIAL PESTICIDES; PSEUDOMONAS FLUORESCENS; TRICHODERMA;
GLIOCLADIUM; DISEASE TRANSMISSION.
Salah satu masalah pada budidaya tanaman krisan, yaitu penyakit tular tanah yang disebabkan oleh
Fusarium. Tujuan penelitian adalah mengetahui efektivitas formulasi P fluorescens, G1iocladium, dan
Trichoderma terhadap penyakit layu fusarium pada krisan. Penelitian di1aksanakan di laboratorium, dan di
rumah plastik Balai Penelitian Tanaman Hias Segunung pada bulan Juni - Desember 2002. Isolat Pf 4a, Pf
9 dan MR 96 diperbanyak secara massal pada media King'B kemudian dipanen dan dituangkan ke dalam
media perlakuan komposisi formulasi, (a) air steril + MgS04, dan (b) Kontro1 (air steril tanpa mikroba
antagonis). Untuk Glioc/adium sp. dan Trichoderma sp. dibiarkan pada media PDA dieramkan pada suhu
kamar selama Shari, kemudian dipanen dan di1arutkan ke dalam air steril. Penelitian menggunakan
rancangan acak kelompok 12 perlakuan formulasi, dengan ulangan. Akar krisan var Yellow Fiji, sebanyak
20 pohon/perlakuan, direndam selama IS menit di dalam suspensi mikroba antagonis. Aplikasi Pf diulang
setiap 7 hari sekali, dituangkan pada pangkal batang dan permukaan tanah sekitar batang tanaman. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa semua isolat Pf yang ditumbuhkan pada media King'B, berwarna
fluorescens bi1a disinari ultra violet (UY). Berdasarkan reaksi gram, Pf, dan 02, menunjukkan reaksi
positif dan yang lainnya memperlihatkan reaksi negatif. Pf 4a menunjukkan areal zone yang paling luas Pf
4a yang dibiakkan pada media King's B yang mengandung 0,01 M FeCI) kemudian disuspensikan ke
da1am larutan 0,1 M MgS04, secara nyata konsisten dapat menekan serangan F oxysporum f.sp.
Tracheiphilum pada krisan sebanyak 72,S I%.
41
Vol. 25. No.1, 2008
Abstrak Hasi/ Penelitian Pertanian Indonesia
084 RAHARDJO, I.B.
Pengaruh vaksin CARNA 5 untuk memproteksi virus mosaik ketimun (CMV) pada tanaman krisan
varietas Remix Red. Effect of vaccine CARNA 5 to protect cucumber mosaic virus (CMV) on
Chrysanthemum Remix Red varietylRahardjo, LB.; Sulyo, Y.; Diningsih, E. (Balai Penelitian Tanaman
Hias, Cianjur (Indonesia)) 2 tables; 13 ref. Summaries (En, In). [Proceedings of the national seminar of
floriculture: to develop floriculture industry which have competitive ability through national potentialbased technology innovation application]. Prosiding seminar nasional florikultura: membangun industri
florikultura yang berdaya saing melalui penerapan inovasi teknologi berbasis potensi nasionallBalai
Penelitian Tanaman Hias, Cianjur (Indonesia). Cianjur: Balithi, 2004: p. 279-285.
DENDRANTHEMA
MORIFOLIUM;
VARIETIES;
VACCINES;
CUCUMBER
CUCUMOVIRUS; DISEASE CONTROL; SYMPTOMS; MORBIDITY; GRAFTING.
MOSAIC
Salah satu virus yang menyerang tanaman krisan adalah CMY. Alternatif pengendalian CMV pada
tanaman adalah menggunakan vaksin CARNA 5. Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh CARNA
5 pada umur tanaman yang berbeda untuk mengendalikan CMV pada varietas krisan Remix Red.
Penelitian dilaksanakan di laboratorium virologi Balithi di Segunung, Pacet, Cianjur, Jawa Barat, pada
bulan Januari-Desember 2002. Percobaan menggunakan rancangan split plot dengan rancangan dasar
rancangan acak kelompok dengan 3 ulangan, yaitu: sebagai petak utama adalah umur tanaman digrafting
yaitu: (I) 0 minggu setelah tanam (mst),(2) 2 mst, (3) 4 mst. Sebagai anak petak adalah perlakuan vaksin
dan CMV yaitu: (I) perlakuan tanpa vaksin dan tanpa CMV, (2) perlakuan tanpa vaksin tetapi dengan
CMV, (3) perlakuan dengan vaksin tetapi tanpa CMV, dan (4) perlakuan dengan vaksin dan CMY. Hasil
penelitian menunjukkan (I) Pada tanaman krisan yang diberi perlakuan vaksin dan tanaman kontrol tidak
menunjukkan gejala mosaik, (2) Perlakuan umur tanaman krisan digrafting pada 0, 2 dan 4 mst tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata, (3) Peubah tinggi tanaman dan diameter bunga serta nilai absorban
virus tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, tetapi bunga pada tanpa perlakuan lebih banyak dan
berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan CMV, vaksin, vaksin + CMV, (4) Kualitas warna bunga
menunjukkan pada semua perlakuan tidak menampakkan warna yang pecah (breaking), tetapi pad a
perlakuan CMV pada tanaman krisan Remix Red menampakkan bentuk bunga yang abnormal, (5)
Perlakuan vaksin dapat memproteksi CMV pada tanam krisan.
085 RAHARDJO, LB.
Vji kepekaan gamma-globulin antiserum poliklonal cucumber mosaic virus untuk deteksi cepat
CMV dengan metode ELISA tidak langsung pada tanaman tapak dara. Sensitivity test of gammaglobulin of cucumber mosaic virus polyclonal antiserum for rapid detection of CMV with indirect
ELISA on Vinca sp./Rahardjo, I.B.; Sulyo, Y.; Diningsih, E. (Balai Penelitian Tanaman Hias, Cianjur
(Indonesia)) 2 tables; II ref. Summaries (En, In). Jurnal Hortikultura (Indonesia) ISSN 0853-7097 (2004)
v. 14(2) p. 101-106.
CATHARANTHUS
ROSEUS; CUCUMBER
CONTROL METHODS; IMMUNOGLOBULINS;
MOSAIC CUCUMOVIRUS;
POLYCLONAL ANTIBODIES.
ELISA;
DISEASE
Virus mosaik ketimun merupakan salah satu patogen penting pada berbagai tanaman hortikultura,
termasuk tanaman tapak dara. Untuk dapat mengetahui secara dini infeksi virus pada tanaman, perlu
dikembangkan metode deteksi cepat. Salah satu metode serologi yang paling banyak digunakan dewasa ini
untuk deteksi virus secara cepat adalah enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Penelitian
bertujuan memperoleh gamma-globulin murni dari antiserum poliklonal cucumber mosaic virus (CMV)
dan mengetahui konsentrasi optimalnya untuk deteksi cepat. Penelitian dilakukan di Laboratorium
Virologi, Balai Penelitian Tanaman Hias, Segunung, bulan Januar i- Desember 200 I. Antiserum
diproduksi dengan cara penyuntikan virus murni CMV secara bertahap pada kelinci dengan konsentrasi
setiap penyuntikan sebesar 1 mg/ml yang dilakukan pada penelitian sebelumnya. Pemurnian gammaglobulin mengikuti metode Clark & Adam. Konsentrasi gamma-globulin diukur dengan spektrofotometer
pada panjang gelombang 280 nm. Pengujian kepekaan gamma-globulin terhadap antigen dilakukan
dengan metode ELISA tidak langsung. Hasil pengujian menunjukkan konsentrasi gamma-globulin sebesar
1 mg/ml dengan uji ELISA tidak langsung, konsentrasi gamma-globulin yang optimal untuk deteksi CMV
adalah sebesar I mikro g/ml dengan pengenceran enzim conjugated goal antirabbit dan sampel, masing42
•
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 25, No.1, 2008
masing sebesar 1/25.000 dan 1/10 atau konsentrasi gamma-globulin sebesar I mikro glml dengan
pengenceran enzim conjugated goal antirabbit dan sampel, masing-masing sebesar 1/10.000 dan 11100.
086 SUPRIADI.
Patogenisitas isolat Phellinus noxius pada jambu mete dan beberapa jenis tanaman berkayu
lainnya. Pathogenicity of Phellinus noxius isolated from diseased cashew and other woody
plants/Supriadi; Adhi, E.M.; Rahayuningsih, S.; Karyani, N. (Balai Penelitian Tanaman Rempah dan
Obat, Bogor (Indonesia)) Dahsyat, M., I table; 12 ref. Summaries (En, In). Jurnal Penelitian Tanaman
lndustri (Indonesia) ISSN 0853-8212 (2004) v. I O( I) p. 8-11.
ANACARDIUM OCCIDENTALE; WOODY PLANTS; PATHOGENICITY; PHELLINUS NOXIUS.
Gejala busuk akar cokelat pada tanaman jambu mete di Sumbawa, khususnya Kecamatan Pekat, DompuNTB diasosiasikan dengan serangan Phellinus noxius. Secara ilmiah jamur ini belum dapat dibuktikan
patogenisitasnya. Penelitian bertujuan menguraikan hasil penelitian tentang uji patogenisitas isolat P
noxius pada bibit jambu mete dan 6 jenis tanaman berkayu lainnya. Penelitian dilakukan pada tahun 2003
di laboratorium dan rumah kaca Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Isolat P noxius diperoleh
dari tanaman jambu mete sakit Kecamatan Pekat, Dompu-NTB, kemudian diperbanyak pada medium
campuran beras : jagung (I: I) dalam botol selai (250 ml). Biakan inokulum jamur berumur satu bulan
diinokulasikan pada pangkal batang dari 7 jenis tanaman berkayu, yaitu: jambu mete (Anacardium
occidentale) jenis Balakrisnan, kayu manis (Cinnamomum casia dan C. burmanii), kopi (CofJea arabica),
jarak pagar (Jatropa curcas), kapok (Ceiba pentandra), dan singkong (Manihot utilissima) yang
ditumbuhkan di dalam kantong plastik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa enam dari tanaman yang
diinokulasi dengan P noxius menghasilkan gejala penyakit daun menguning dan layu, sarna seperti gejala
penyakit di lapangan. Bibit yang diinokulasi mati dalam waktu 2-3 minggu sampai dengan 2 bulan setelah
inokulasi. Satu-satunya jenis tanaman yang menunjukkan gejala berbeda dan tidak mati, adalah singkong
yang menunjukkan gejala kerdil. Tanaman jambu mete dan jarak pagar merupakan tanaman inang yang
baru untuk P noxius, karena tanaman lainnya sudah pemah dilaporkan sebelumnya. Mengingat ganasnya
serangan P noxius pada bibit yang diinokulasi, maka kewaspadaan perlu ditingkatkan untuk mencegah
tersebamya penyakit ini ke daerah pengembangan mete lainnya di NTB.
H60
GULMA DAN PENGENDALIAN
GULMA
0087 MAHFUDZ.
Periode kritis tanaman jagung terhadap pengendalian gulma. [Critical period of weed control in
maize plantationj/Mahfudz (Universitas Tadulako, Palu (Indonesia). Fakultas Pertanian); Chozin, M.A.;
Soekisman, T.; Sudarmiyati, S., 4 ill., 3 tables; 10 ref. Summaries (En, In). Jurnal Agroland (Indonesia)
ISSN 0854-641X (2005) v. 12(13) p. 221-228.
ZEA MAYS; WEED CONTROL; GROWTH; YIELDS.
Penelitian dilaksanakan di Desa Wanga Kecamatan Lore Utara, Kabupaten Po so pada ketinggian ± 1.127
m dpl dilaksanakan pada bulan Januari - April 2003. Penelitian bertujuan mengetahui periode kritis
tanaman jagung terhadap pengendalian gulma. Penentuan periode kritis tanaman terhadap pengendalian
gulma dilakukan dengan cara mengusahakan tanaman bebas gulma hingga waktu tertentu dan membiarkan
gulma dan jagung tumbuh bersama-sama hingga waktu tertentu. Percobaan disusun dalam bentuk
rancangan acak kelompok satu faktor. Perlakuan yang dicobakan adalah periode bergulma dan bebas
gulma masing-masing terdiri atas 7 perlakuan sehingga terdapat 14 perlakuan dan setiap perlakuan diulang
3 kali maka terdapat 42 unit percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peri ode lama tanaman
bergulma dan bebas gulma secara nyata mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman jagung. Tanaman
jagung yang berumur 20-50 hst merupakan periode kritis tanaman jagung terhadap pengendaiian gulma.
Gulma yang tumbuh hingga 60 hst menurunkan hasil jagung hingga 86,80%.
43
Vol. 25, No.
Jll
I,
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
2008
PENANGANAN,
TANAMAN
TRANSPOR,
PENYIMPANAN
DAN
PERLINDUNGAN
HASIL
088 ROOSTlKA, I.
Teknik penyimpanan kentang hitam secara kultur in vitro. In vitro technique for preservation of
Coleus tuberosus (L.) Bth./Roostika, I.; Sunarlim, N.; Arief, V.N. (Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor (Indonesia)), 6 ill., 6 tables; 14
ref. Summaries (En, In). Penelitian Pertanian Tanaman Pangan (Indonesia) ISSN 0216-9959 (2005) v.
24( I) p. 46-52.
COLEUS PARVIFLORUS;
GROWTH RETARDANTS.
POSTHARVEST
TECHNOLOGY;
STORAGE;
PACLOBUTRAZOL;
Kentang hitam [Coleus tuberosus (BI.) Bth. Non Rich.] termasuk umbi-umbian minor yang dapat
dimanfaatkan untuk bahan pangan yang berkhasiat obat penyembuh disentri dan sakit mata. Tanaman ini
diperbanyak secara vegetatif, sehingga sangat cocok untuk disimpan secara in vitro. Salah satu teknik
penyimpanan secara in vitro adalah dengan teknik pertumbuhan minimal yang dilakukan dengan
menggunakan osmotik regulator, zat penghambat tumbuh, pengenceran media dan sukrosa, atau
menggunakan media miskin hara. Percobaan terdiri atas 3 kegiatan: (I) penyimpanan dengan
menggunakan osmotik regulator manito I dengan konsentrasi 0, 2, 4, 6, dan 8%; (2) penyimpanan dengan
menggunakan zat penghambat tumbuh ancymidol (0, 1,2, dan 3 mg/I) dan paclobutrazol (0, 1,3, dan 5
mg/I); dan (3) penyimpanan dengan perlakuan kombinasi antara pengenceran media (MS dan 1/4 MS)
atau penggunaan media miskin hara yaitu media Knop Heller (KH) dan Knop (K) dengan pengenceran
sukrosa (0, 1,5 dan 3%). Masing-masing percobaan menggunakan rancangan acak kelompok dengan lima
ulangan untuk percobaan yang menggunakan osmotik regulator, 7 ulangan untuk percobaan yang
menggunakan zat penghambat tumbuh, dan 3 ulangan (destruktif) untuk percobaan yang menggunakan
pengenceran media atau media miskin hara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa paclobutrazol lebih
efektif menghambat pertumbuhan in vitro daripada manitol dan ancymidol. Daya hambat paclobutrazol
terhadap pertumbuhan kultur semakin tinggi dengan meningkatnya konsentrasi hingga 5 mg/1. Pada
konsentrasi 5 mg/I, paclobutrazol dapat mempertahankan kultur hingga 10 bulan. Kombinasi media 1/4
MS atau MS tanpa sukrosa atau kombinasi KH atau K dengan sukrosa 3% dapat menjadi media altematif
untuk penyimpanan kultur kentang hitam. Penyimpanan kultur dapat diperpanjang hingga lebih dari 12
bulan dengan menggunakan media MS tanpa sukrosa.
089 TATIPATA,A.
Kajian aspek fisiologi dan biokimia deteriorasi benih kedelai dalam penyimpanan. Study on
physiology and biochemistry aspects of soybean seed deterioration in storage/Tatipata, A. (Universitas
Pattimura, Ambon (Indonesia). Fakultas Pertanian); Yudono, P.; Aziz-Purwantoro; Mangoendidjojo, w., 8
tables; 15 ref. Summaries (En, In).llmu Pertanian (Indonesia) ISSN 0126-4214 (2004) v. II (2) p. 76-88.
GLYCINE MAX; SEEDS; STORAGE;
CONTENT.
PLANT PHYSIOLOGY;
BIOCHEMISTRY;
MOISTURE
Deteriorasi benih kedelai selama penyimpanan menyebabkan kemerosotan mutunya khususnya di daerah
tropis. Penelitian bertujuan untuk mempelajari aspek fisiologi dan biokimia deteriorasi benih kedelai
selama penyimpanan dan menemukan cara simpan yang tepat untuk mempertahankan mutu benih kedelai
tetap tinggi selama penyimpanan. Penelitian disusun dalam RCBD dengan 3 faktor. Faktor I adalah kadar
air, terdiri atas 3 aras yaitu 8, 10 dan 12%. Faktor II adalah kemasan, ada 3 jenis: kantong plastik
polietilen, karung terigu, kantong aluminium foil. Faktor III adalah lama simpan, terdiri atas 7 aras: tanpa
disimpan, 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar fosfolipid benih yang
disimpan pada kadar air 8% di dalam kantong aluminium foil belum menurun sampai akhir penyimpanan
6 bulan, kadar protein membran, fosfor anorganik dan aktivitas suksinat dehidrogenase menurun setelah 3
dan 4 bulan. Aktivitas spesifik sitokrom oksidase dan laju respirasi dari benih yang tanpa disimpan dengan
kadar air 12% dan di dalam karung terigu lebih tinggi dan berbeda nyata dengan lainnya. Daya kecambah
dan vigor benih yang disimpan dengan kadar air 8 dan 10% dalam semua kemasan sampai 6 bulan belum
menurun secara nyata dan lebih tinggi dibanding dengan kadar air 12%.
44
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 25, No.1, 2008
090 YUSNAWAN, E.
Pengaruh ekstrak kasar bahan nabati terhadap
pertumbuhan Aspergillus flavus. Effect of botanical
fungicide crude extracts on the development of Aspergillus flavusNusnawan, E.; Sumartini (Balai
Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang (Indonesia)) 5 ill., 2 tables; 19 ref.
Summaries (En, In). Penelitian Pertanian Tanaman Pangan (Indonesia) ISSN 0216-9959 (2005) v. 24(1)
p. 27-32.
GROUNDNUTS; BOTANICAL
ONIONS; GARLIC; GINGER.
PESTICIDES;
ASPERGILLUS
FLAVUS;
PLANT
EXTRACTS;
Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan jenis dan konsentrasi ekstrak kasar bahan nabati
yang efektif menghambat pertumbuhan dan sporulasi A. jlavus. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium
Mikologi, Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang, pada bulan AgustusDesember 2003. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah media Aspergillus jlavus and parasiticus
agar (AFPA), biji kacang tanah, isolat A.jlavus, serta ekstrak kasar bawang merah, bawang putih danjahe.
Percobaan untuk mengetahui pengaruh ekstrak kasar bahan nabati terhadap pertumbuhan, waktu sporulasi
dan kemampuan A. jlavus memproduksi asam aspergilat (aspergillic acid) pada media AFPA, disusun
dalam rancangan acak lengkap faktorial dengan 8 ulangan. Faktor pertama adalah ekstrak kasar bahan
nabati (bawang putih, bawang merah, jahe) dan akuades steriI. Faktor kedua adalah konsentrasi bahan
nabati (10, 15, 20, dan 25%). Penelitian lanjutan dengan perlakuan sarna dilakukan untuk mengetahui
pengaruh ekstrak kasar bahan nabati terhadap pertumbuhan A. jlavus pada biji kacang tanah. Percobaan
dilakukan dengan rancangan acak lengkap faktorial dengan tiga ulangan. Perlakuan ekstrak kasar bawang
putih pada media AFPA dengan konsentrasi 10% memberikan efektivitas yang tertinggi terhadap
penghambatan pertumbuhan koloni, sporulasi dan produksi aspergillic acid A. jlavus dibanding dengan
perlakuan ekstrak kasar bawang merah, jahe, dan bahan nabati. Diameter koloni A. jlavus pada hari ke-3
setelah perlakuan dengan konsentrasi ekstrak 10% adalah 1,5 mm, dengan rata-rata pertumbuhan koloni 0
mm/hari. Tingkat konsentrasi ekstrak kasar bawang putih 20% efektif menekan intensitas infeksi A. jlavus
pada biji kacang tanah sebesar 16,7%, dari 26,3% menjadi 7,0%.
J15
PENANGANAN,
TRANSPOR,
PENYIMPANAN
PERTANIAN NONPANGAN DAN NONPAKAN
DAN
PERLINDUNGAN
HASIL
091 YULIANINGSIH.
Pengaruh larutan kimia untuk mempertahankan
kesegaran bunga mawar potong. Influence of
chemical solution on freshness of cut roseNulianingsih; Amiarsi, D. (Balai Penelitian Tanaman Hias,
Cianjur (Indonesia)) I ill., I table, II ref. Summaries (En, In). [Proceedings of the national seminar of
t1oriculture: to develop t10riculture industry which have competitive ability through national potentialbased technology innovation application]. Prosiding seminar nasional t1orikultura: membangun industri
t10rikultura yang berdaya saing melalui penerapan inovasi teknologi berbasis potensi nasionaVBalai
Penelitian Tanaman Hias, Cianjur (Indonesia). Cianjur: Balithi, 2004: p. 380-385.
ROSA; CUT FLOWERS; SOLUTIONS; SOAKING; PRESERVATION; THIABENDAZOLE;
CITRIC ACID; KEEPING QUALITY; FLOWERING.
SUGAR;
Larutan kimia digunakan sebelum pengiriman untuk memberi tambahan energi, melindungi tangkai bunga
dari serangan mikroorganisme penyebab penyumbatan pada batang dan menunda senesensi. Tujuan
penelitian untuk memperoleh komposisi larutan perendam yang tepat guna memperpanjang masa
kesegaran bunga potong mawar. Percobaan menggunakan lima jenis bahan pengawet dengan masingmasing terdiri atas tiga taraf konsentrasi yaitu 10, 20 dan 30 ppm AgNO); 5, 15 dan 20 ppm
Thiabendazole; 20, 30 dan 40 ppm Tetrasiklin; 100, 200 dan 300 ppm Tanin; 400, 500 dan 600 ppm
Gambir. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan rancangan acak lengkap dengan tiga ulangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perendaman dengan larutan Thiabendazole 5 ppm + gula pasir 5% +
asam sitrat 320 ppm selama 24 jam memberikan hasil terbaik dengan masa kesegaran bunga potong
mencapai II hari (6 hari lebih lama dibanding kontrol) dan persentase kemekaran bunga 90%.
Ketersediaan bunga po tong di pasar dapat dijaga dengan aplikasi teknologi ini.
45
Vol. 25, No. I, 2008
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
092 YULIANINGSIH.
Pengaruh sukrosa dan suhu penyimpanan dalam memperpanjang
masa peragaan bunga mawar
potong. Effect of sucrose solution and storage temperature on the vaselife of rose cut
jlower/Yulianingsih; Amiarsi, D. (Balai Penelitian Tanaman Hias, Cianjur (Indonesia)) Mulyawanti, I., 5
tables; 7 ref. Summaries (En, In). [Proceedings of the national seminar of floriculture: to develop
floriculture industry which have competitive ability through national potential-based technology
innovation application]. Pro siding seminar nasional florikultura: membangun industri florikultura yang
berdaya saing melalui penerapan inovasi teknologi berbasis potensi nasional/Balai Penelitian Tanaman
Hias, Cianjur (Indonesia). Cianjur : Balithi, 2004: p. 374-379.
ROSA; CUT FLOWERS; SUCROSE; BENZOIC ACID; STORAGE; TEMPERATURE; SOLUTIONS;
KEEPING QUALITY; PRESERVATION.
Penelitian bertujuan untuk mendapatkan larutan sukrosa yang tepat dalam upaya mempertahankan masa
kesegaran bunga potong mawar varietas baru. Penelitian menggunakan 2 jenis larutan pengawet, yaitu
2,5% sukrosa dan 2,5% sukrosa + 100 ppm asam benzoat. Suhu penyimpanan adalah 20-23°C dan 5-1O°C.
Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan rancangan acak lengkap pola faktorial dengan lima ulangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan larutan 2,5% sukrosa+ I00 ppm asam benzoat pad a
bunga mawar Pertiwi mempunyai mas a kesegaran bung a 28 hari bila disimpan pada suhu 5-1 O°C dengan
presentase bunga mekar mencapai 83-100%. Kontrol hanya bertahan 19 hari dalam larutan sukrosa 2,5%
+ 100 ppm asam benzoat. Implementasi hasil penelitian dapat dimanfaatkan untuk mengatur suplai bunga
potong ke pasar.
KIO
PRODUK81KEHUTANAN
093 SYAMSUDDIN.
Pengaruh penerapan sistem mutu 180-9000 terhadap kinerja operasional industri kayu berskala
besar di Kota Palu. {Effect of ISO-9000 system on operational performance of large-scale timber
industry in Palu (Indonesia)jISyamsuddin
(Universitas Tadulako, Palu (Indonesia). Fakultas Ekonomi)
I ill., 2 tables; 14 ref. Summaries (En, In). Jurnal Agroland (Indonesia) ISSN 0854-641X (2005) v. 12(3)
p. 284-290.
WOOD INDUSTRY; QUALITY; STANDARDS; SULAWESI.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan sistem mutu ISO-9000 dalam dimensi aspek
produk, aspek pelaksanaan, dan aspek peran manajemen secara bersama-sama serta secara parsial terhadap
kinerja operasional industri kayu berskala besar di Kota Palu. Secara simultan hasil pengujian
menunjukkan bahwa sistem mutu ISO-9000 dari aspek produk, aspek pelaksanaan, aspek peran
manajemen berpengaruh terhadap kinerja operasional industri kayu berskala besar di Kota Palu yaitu
sebesar 73,8%, serta 26,2% ditentukan oleh variabel luar. Secara partisial hasil pengujian menunjukkan
bahwa sistem mutu ISO-9000 dari aspek produk, aspek pelaksanaan, dan aspek peran manajemen
berpengaruh terhadap kinerja operasional industri kayu berskala besar di Kota Palu dengan besaran 39,5%
aspek produk, 21,7% aspek pelaksanaan, dan 12,6% aspek peran manajemen. Dengan tingkat kepercayaan
95% atau alpa = 0,05.
094 UMAR, S.
Nilai ekonomi strata tegakan agroforest pampa pada zona pemanfaatan
tradisional Taman
Nasional Lore Lindu.{Economic
value of agroforest pampa stand strata in traditional use zone of Lore
Lindu National Parks (Indonesia)j/Umar, S. (Universitas Tadulako, Palu (Indonesia). Fakultas Pertanian)
2 ill., I table; 8 ref. Summaries (En, In). Jurnal Agroland (Indonesia) ISSN 0854-641X (2005) v. 12(3) p.
249-253.
SULAWESI; AGROFORESTRY; ECONOMIC VALUE; TRADITIONAL USES; NATIONAL PARKS.
46
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 25, No. I, 2008
Penelitian bertujuan menghitung nilai ekonomi langsung strata tegakan agrofores pampa. Strata dihitung
dengan menggunakan metode Ogawa terhadap hasil inventarisasi satu hektar plot agroforest pampa di
Zona Pemanfaatan Tradisional Taman Nasional Lore Lindu di wilayah Kecamatan Palolo. Sedangkan
nilai ekonomi langsung dengan menggunakan metode harga pasar, substitusi langsung dan tidak langsung.
Hubungan antara jumlah strata dengan nilai ekonomi stratum dianalisis dengan menggunakan regresi
kuadrat terkecil. Hasil perhitungan nilai ekonomi diperoleh bahwa nilai ekonomi langsung terbesar
dimiliki oleh strata tujuh dan enam, yaitu masing-masing Rp 17.214.200/halth dan Rp4.520.000/ha/th.
Persamaan regresi yang dihasilkan memperlihatkan bahwa penambahan atau pengurangan satu stratum
pada tegakan agroforest pampa menyebabkan perubahan positifnilai ekonomi stratum 7 sebesar 4/100.000
dan pada stratum 6 sebesar 6/1 00.000 dari nilai rata-rata nilai ekonomi langsung stratum tersebut.
LOt
PETERNAKAN
095 RAHIM, L.
Pengaruh bangs a dan umur terhadap sifat-sifat karkas sapi yang diukur dengan uItrasonografi.
Effect of breed and age on carcass traits of cattle with ultrasonography measurement/Rahim,
L.
(Universitas Hasanuddin, Makassar (Indonesia). Fakultas Petemakan) 2 tables; 24 ref. Summaries (En,
In). Buletin Ilmu Peternakan dan Perikanan (Indonesia) ISSN 0853-3555 (2005) v. 9(1) p. 33-40.
CATTLE; CARCASSES; FATTENING; HIGH
ULTRASONICS; CARCASS COMPOSITION.
YIELDING
BREEDS;
AGE;
ECHOGRAPHY;
Estimasi sifat-sifat karkas dengan ultrasonografi pada 101 ekor sapi telah dilaksanakan di PT. Perkebunan
Nusantara XIV Pabrik Gula Takalar Kabupaten Takalar Propinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2002.
Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh bangsa dan umur terhadap sifat-sifat karkas sapi dengan
ultrasonografi. Seluruh teruak percobaan diukur dengan ultrasonografi untuk mengestimasi luas otot
longissimus dorsi (OLD) antara tulang rusuk 6 dan 7, ketebalan lemak subcutan (LSe) dan penyebaran
lemak intermuskuler (LIM). Data sifat-sifat karkas dianalisis dengan menggunakan rancangan acak
lengkap dengan menggunakan program statistik SPSS versi 10.0 untuk windows. Hasil penelitian
memperlihatkan bahwa bangsa sapi Santa Gertrudis mempunyai luas OLD, ketebalan LSC dan
penyebaran LIM lebih tinggi (P < 0,05) dibanding brahman cross dan bali. Berdasarkan kelompok umur
diperoleh bahwa kelompok umur 3-4 tahun mempunyai luas OLD, ketebalan LSC dan skor penyebaran
LIM lebih tinggi (P < 0,05) dibanding kelompok umur 1-2 tahun dan 2-3 tahun baik untuk bangsa sapi
Brahman Cross maupun bangsa sapi bali.
096 ZAKARIA, S.
Kualitas teIur ayam buras yang dipelihara dengan sistem pemeliharaan intensif dan semi intensif.
Egg quality of native chicken raised on intensive and semi intensive system/Zakaria, S. (Universitas
Hasanuddin, Makassar (Indonesia). Fakultas Peteruakan) 1 table; 10 ref. Summaries (En, In) Buletin Ilmu
Peternakan dan Perikanan (Indonesia) ISSN 0853-3555 (2005) v. 9(1) p. 61-69.
CHICKENS; EGGS; QUALITY; LAYING PERFORMANCE; POULTRY FARMING.
Penelitian dilaksanakan untuk mengetahui kualitas telur ayam kampung yang dihasilkan dengan sistem
pemeliharaan secara intensif atau semi intensif dengan nisbah perbandingan jantan dan betina yang
berbeda. Percobaan dilaksanakan dengan pola faktorial (2x3) berdasarkan rancangan acak lengkap. Faktor
pertama adalah sistem pemeliharaan, yaitu intensif dan semi insensif dan faktor kedua adalah nisbah
kelamin (perbandingan jantan:betina) yakni 1:5 ; 1:7 dan 1:9. Setiap kombinasi periakuan diulang 2 kali.
Delapan puluh empat ekor induk ayam kampung secara acak ditempatkan pada 12 kandang beratap,
masing-masing 6 kandang untuk pemeliharaan sistem intensif dan semi intensif. Jumlah induk ayam setiap
kandang adalah 5, 7, atau 9 tergantung pada perlakuan nisbah kelamin dengan masing-masing satu ekor
ayam jantan untuk setiap kandang. Ukuran kandang adalah 2 m x 2 m, tetapi di depan kandang semi
intensif dibangun kandang tanpa atap dengan pagar bambu ukuran 2 m x 4 m untuk umbaran pada siang
hari. Untuk evaluasi terhadap kualitas telur, digunakan 180 butir telur yang terdiri atas 90 butir berasal
dari setiap sistem pemeliharaan. Analisis ragam menunjukkan bahwa sistem pemeliharaan, nisbah kelamin
47
Vol. 25, No.1, 2008
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
yang berbeda, serta interaksi antara sistem pemeliharaan dengan nisbah kelamin tidak berpengaruh (P >
0,05) terhadap bobot telur, indeks telur, rongga udara, berat kerabang, ketebalan kerabang, kekentalan
albumin, bobot albumin, kekentalan kuning telur dan bobot kuning telur. Sistem pemeliharaan (intensif
dan semi intensif) berpengaruh nyata terhadap wama kuning telur, wama kuning telur pada sistem
pemeliharaan semi intensif nyata lebih kuning (8,22 ± 0,35) dibandingkan dengan pemeliharaan intensif
(7,22 ± 0,50).
L02
PAKAN HEW AN
097 BINTANG, LA.K.
Pengaruh tingkat penambahan bioaktif lidah buaya terhadap produksi telur ayam. Effect of Aloe
vera bioactive level as feed additive on the egg performances of laying hens/Bintang, LA.K.; Sinurat,
A.P.; Purwadaria, T. (Balai Penelitian Temak, Bogor (Indonesia)), 1 table; 18 ref. Summaries (En, In).
Jurnalllmu Ternak dan Veteriner (Indonesia) ISSN 0853-7380 (2005) v. 10(2) p. 85-89.
LAYER CHICKENS; RATIONS; BODY WEIGHT; EGG PRODUCTION;
LAYING PERFORMANCE; ALOE BARBADENSIS; FEED INTAKE.
FEED ADDITIVES;
Penelitian dilakukan untuk menguji tingkat penambahan bioaktif lidah buaya sebagai imbuhan pakan
ayam petelur. Seratus dua puluh ekor ayam petelur strain Isa Brown dibagi 5 perlakuan dengan 6 ulangan
masing-masing 4 ekor/ulangan. Kelima perlakuan adalah ransum kontrol, kontrol + antibiotik (50 ppm Znbasitrasin) serta ransum kontrol + lidah buaya kering pada 3 level (0,25; 0,50 dan 1,00 g/kg). Penelitian
menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Penduga yang diamati adalah bobot hidup awal, umur
pertama bertelur, konsumsi ransum, bobot telur, hen day (% HD) dan konversi ransum. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penambahanantibiotik dan lidah buaya dalam ransum selama 9 bulan produksi tidak
menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P > 0,05) terhadap parameter yang diamati, kecuali konsumsi
ransum yang mendapat lidah buaya 0,50 g/kg nyata (P < 0,05) lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol.
Pemberian lidah buaya 1,00 g/kg nyata (P < 0,05) menyebabkan konsumsi ransum yang lebih rendah
dibandingkan dengan yang diberi antibiotik, lidah buaya 0,25 dan 0,50 g/kg. Penggunaan lidah buaya 1,00
glkg menghasilkan bobot telur yang nyata (P < 0,05) lebih tinggi daripada kontrol dan konversi ransum
nyata (P < 0,05) lebih rendah dari kontrol dan lidah buaya 0,25 g/kg. Disimpulkan bahwa perlakuan
terbaik adalah pemberian lidah buaya 1,00 glkg dengan perbaikan konversi ransum 8,40%.
098 ELLA, A.
Respon pemberian bioplus serat dan jerami fermentasi terhadap pertumbuhan
ternak sapi bali
bakalan pada pengembangan sistem integrasi padi-ternak (SIPT). Response of bioplus fiber and rice
straw fermentation on the growth of young bali cattle in the program of crop livestock system
(CLS)/Ella, A.; Nurhayu, A.; Pasambe, D. (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan,
Makassar (Indonesia)), 4 ill., 1 table; 14 ref. Summaries (En, In). [Proceedings of national seminar on
integrated crop livestock systems]. Prosiding seminar nasional sistem integrasi tanaman temak/Haryanto;
Mathius, I W.; Prawiradiputra, B.R.; Lubis, D.; Priyanti, A.; Djajanegara, A. (eds.); Pusat Penelitian dan
Pengembangan Petemakan, Bogor (Indonesia). Bogor (Indonesia): Puslitbangnak, 2004: p. 142-147.
CATTLE; ORYZA SATIVA; FEEDS; RATIONS; RICE STRAW; FERMENTATION; PROBIOTICS;
AGROPASTORAL SYSTEMS; BODY WEIGHT.
Kegiatan dilaksanakan di Desa Kajaolaliddong dengan tujuan untuk melihat kemampuan temak sapi bali
bakalan mengkonsumsi pakan yang berserat kasar tinggi. Enam belas ekor temak sapi bakalan
dipergunakan pada penelitian ini,12 ekor yang ditempatkan dalam kandang, 4 ekor lainnya dipelihara di
luar kandang dengan sistem petani yang mengikuti program (SIPT). Perlakuan pada temak yang
ditempatkan dalam kandang adalah: perlakuan A diberikan 150 g bioplus + 2 kg dedak halus/ekorlhari +
jerami padi ad libitum, perlakuan B diberikan 200 g bioplus + 2 kg dedak halus/ekorlhari + jerami padi ad
libitum, perlakuan C diberikan 250 g bioplus + 2 kg dedak halus/ekorlhari + jerami padi ad libitum dan
perlakuan D (kontrol) kebiasaan petani pada program SIPT. Bioplus serat diberikan 1 kali sebelum
kegiatan dimulai. Hasil penelitian diperoleh pertambahan bobot hidup temak yang paling berat adalah dari
48
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 25, No. 1,2008
perlakuan C (0,55 kg/ekor/hari) dengan pemberian bioplus serat 250 g/ekor, dan temyata lebih tinggi dari
perlakuan A (150 g/ekor) dan D (tanpa bioplus serat). Pertambahan tinggi badan temak yang tercepat
adalah perlakuan C (0,065 cm/hari) meskipun tidak berbeda nyata dengan perlakuan petani yaitu 0,056
cm/hari, tapi berbeda sangat nyata dengan perlakuan A. Sedangkan panjang badan temak nampaknya
sejalan dengan bobot hidup dan tinggi badan. Pertambahan panjang badan paling cepat adalah perlakuan B
(0,088 cmlhari) sangat nyata berbeda dengan perlakuan A meskipun tidak berbeda dengan perlakuan C
dan D. Untuk lingkar dada temyata hanya sedikit mengalami perubahan dari setiap peri ode penimbangan
untuk semua perlakuan. Pada penimbangan awal lingkar dada perlakuan B masih lebih tinggi dari
perlakuan C, namun pada periode penimbangan kedua dan ketiga lingkar dada perlakuan C sudah jauh
lebih tinggi dari perlakuan 8.
099 KRISNAN, R.
Pengaruh pemberian ampas teh (Camellia sinensis) fermentasi dengan Aspergillus niger pada ayam
broiler. Effect of application of tea (Camellia sinensis) waste fermented with Aspergillus niger on
broilerlKrisnan, R. (Loka Penelitian Kambing Potong, Galang (Indonesia)), 2 tables; 18 ref. Summaries
(En, In). Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner (Indonesia) ISSN 0853-7380 (2005) v. IO(I) p. 1-5.
BROILER CHICKENS; RATIONS; FEEDS; CAMELLIA SINENSIS; WASTES;
PRODUCTS; BODY WEIGHT; PROXIMATE COMPOSITION; PROTEIN QUALITY.
FERMENTED
Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan ampas teh (Camellia sinensis) fermentasi
dengan Aspergillus niger dalam ransum terhadap pertambahan bobot hidup, efisiensi penggunaan protein
serta persentase karkas pada ayam broiler. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap
dengan temak percobaan sebanyak 100 ekor anak ayam umur satu hari, galur avian CP-707 yang diacak
dan dibagi menjadi lima perlakuan ransum dan empat ulangan. Kelima perlakuan ransum disusun
berdasarkan tingkat penggunaan ampas teh produk fermentasi, yaitu: RO (0,0%), RI (2,5%), R2 (5,0%),
R3 (7,5%), dan R4 (10,0%). Hasil penelitian menunjukkan RI (2,5% ampas teh fermentasi) merupakan
ransum yang memberikan pengaruh paling baik terhadap semua parameter yang diukur. Penggunaan
tepung ampas teh produk fermentasi sampai taraf 7,5% dapat direspon secara positif oleh ayam broiler,
sedangkan penggunaannya pada taraf 10,0% dapat menurunkan pertambahan bobot hidup (PBR), tetapi
masih mempunyai nilai efisiensi protein dan persentase karkas yang setara dengan RO (ran sum kontrol).
100 MAHMILIA, F.
Perubahan nilai gizi tepung eceng gondok fermentasi dan pemanfaatannya
sebagai ransum ayam
pedaging. Change of the nutritional value of the fermented Eichhornia crassipes Mart meal as broiler
ratiom'/Mahmilia, F. (Loka Penelitian Kambing Potong, Galang (Indonesia)) 4 tables; 17 ref. Summaries
(En, In). Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner (Indonesia) ISSN 0853-7380 (2005) v. 10(2) p. 90-95.
BROILER
CHICKENS;
RATIONS;
FERMENTATION; WEIGHT GAIN.
EICHHORNIA
CRASSIPES;
NUTRITIVE
VALUE;
Eceng gondok merupakan salah satu tanaman air yang banyak tumbuh di sungai, pematang sawah atau
waduk. Keberadaan tanaman ini lebih sering dianggap sebagai gulma air yang sangat memgikan manusia.
Gulma ini bisa dimanfaatkan untuk makanan temak, namun dalam pemanfaatannya
hams
dipertimbangkan karena kandungan serat kasar yang tinggi. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan
pengolahan, misalnya melalui teknologi fermentasi. Eceng gondok (E. crassipes Mart) diolah dulu jadi
tepung dan kemudian difermentasi secara padat dengan menggunakan campuran mineral dan mikroba
Trichoderma harzianum yang dilakukan selama 4 hari pada suhu mango Ternyata fermentasi ini mampu
meningkatkan nilai gizi yang terkandung dalam eceng gondok. Protein kasar meningkat sebesar 61,81 %
(6,31 ke 10,21%) dan serat kasar turun 18% (26,61 ke 21,82%). Penelitian in vivo menggunakan 80 ekor
anak ayam pedaging yang dibagi 4 perlakuan dengan 5 ulangan, masing-masing 4 ekor/ulangan, dengan
pola rancangan acak lengkap (RAL). Keempat perlakuan adalah ransum tanpa eceng gondok fermentasi
(sebagai kontrol), ransum yang menggunakan 5, 10, dan 15% eceng gondok fermentasi. Keempat ransum
perlakuan tersebut diberikan secara ad libitum selama 6 minggu pada ayam pedaging. Hasil percobaan
menunjukkan bahwa eceng gondok fermentasi tidak menimbulkan pengaruh yang berbeda terhadap
konsumsi, bobot hidup, konversi pakan, persentase karkas, lemak abdomen dan bobot organ pencemaan
49
Vol. 25, No.1, 2008
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
(proventrikulus dan ventrikulus), walaupun terdapat kecenderungan penurunan nilai gizi pada peningkatan
produk fermentasi eceng gondok. Eceng gondok fermentasi dapat digunakan sampai tingkat 15% dalam
ran sum ayam pedaging.
101 NATSIR, A.
Pengaruh perubahan secara mendadak dari pakan hijauan ke pakan biji-bijian terhadap pH
rumen dan tingkat kecepatan degradasi rumen dari jerami barley pada sapi perah. Effects of abrupt
-
change from roughage based feeding to high grain feeding on rumen pH and rumen degradation rate
of barley straw in dairy cows INatsir, A. (Universitas Hasanuddin, Makassar (Indonesia). Fakultas
Peternakan) 1 ill., 2 tables; 24 ref. Summaries (En, In) Buletin Ilmu Petemakan dan Perikanan (Indonesia)
ISSN 0853-3555 (2005) v. 9(1) p. 21-32.
DAIRY CATTLE; FEED GRASSES; FEED LEGUME; BARLEY STRAW;
BIODEGRADABILITY; RUMEN DIGESTION; PROXIMATE COMPOSITION.
RUMEN;
PH;
Pengaruh perubahan secara mendadak dari ransum basal hijauan kepada pakan butiran telah diteliti
dengan menggunakan 3 ekor sapi perah fistula, rataan berat badan 576 ± 42,9 kg. Penelitian dibagi ke
dalam dua periode; periode pendahuluan (P) yang berlangsung selama 4 minggu (hari 1-28), dan peri ode
challenge (C) yang dilaksanakan selama 3 hari (hari ke 29-31). Selama periode P, tiap ternak memperoleh
rumput ryegrass secara ad libitum. Pada C, yang dilaksanakan segera setelah P, tiap ekor ternak
mendapatkan bijian barley yang telah digiling sebagai berikut: hari pertama (hari ke 29), 5 kg barley
diberikan pada jam 08.00 pagi; pada hari kedua (hari ke 30), 5 kg barley diberikan pada jam 09.00 dan
kemudian ditambah lagi 5 kg pada jam 10.00. Pada hari ketiga dari C, ternak diberi hijauan ryegrass untuk
recovery. Karakteristik degradasi jerami barley pada rumen ditentukan dengan menggunakan teknik
kantong nilon. Sampel jerami barley diinkubasi pada rumen dari masing-masing ternak pada dua peri ode
percobaan. Kantong nilon berisi sampel jerami dikeluarkan dari rumen pada saat 6, 12, 24, 48, 72 jam
setelah inkubasi dimulai. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa selama P, pH rumen dapat
dipertahankan pada kisaran 6,80 sementara pH rumen selama C berfluktuasi dengan cukup tajam dan
mencapai rataan pH 6,10. Kehilangan bahan kering (KBK) dan tingkat kecepatan degradasi (TKD) sangat
dipengaruhi oleh pakan yang diberikan. KBK pada P untuk setiap peri ode inkubasi lebih tinggi (P < 0,01)
dari pada KBK selama C. Begitu pula TKD untuk P lebih tinggi (P < 0,01) daripada C sampai dengan
masa inkubasi 24-48 jam. Tetapi pada peri ode terakhir masa inkubasi (48-72 jam), TKD untuk C 5 x lebih
tinggi dari TKD pada P. Kesimpulan, perubahan pakan ternak dari hijauan menjadi butiran secara
mendadak (tanpa masa peralihan) sangat nyata menurunkan pH rumen ke titik kritis yang pada gilirannya
sangat nyata menurunkan tingkat kecepatan degradasi jerami barley dalam rumen.
102 PURBOWATI, E.
Feed cost per gain domba yang digemukkan secara feedlot dengan pakan dasar jerami padi dan
level konsentrat berbeda. Feed cost per gain ofsheep on feedlot system with different level of rice
straw and concentrate as basal dietlPurbowati, E. (Universitas Diponegoro, Semarang (Indonesia).
Fakultas Peternakan) Baliarti, E.; Budhi, S.P.S., 3 tables; 15 ref. Summaries (En, In). [Proceeding of
national seminar on Integrated crop livestock systems]. Prosiding seminar nasional sistem integrasi
tanaman ternakIHaryanto; Mathius, I W.; Prawiradiputra, B.R.; Lubis, D.; Priyanti, A.; Djajanegara, A.
(eds.); Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor (Indonesia). Bogor: Puslitbangnak, 2004: p.
169-174.
SHEEP; FEEDLOTS; FEEDS; RICE STRAW; CONCENTRATES;
COMPOSITION; BODY WEIGHT; ECONOMIC ANALYSIS.
FATTENING; PROXIMATE
Penelitian bertujuan untuk mengetahui feed cost per gain domba yang digemukkan secara feedlot dengan
pakan dasar jerami padi dan level konsentrat yang berbeda. Domba lokal jantan sebanyak 9 ekor, berumur
± 1 tahun dan mempunyai bobot badan awal 19,72 ± 2,16 kg dirancang dengan rancangan acak kelompok
ke dalam 3 perlakuan pakan konsentrat, yakni Tl = 60%, T2 = 70% dan T3 = 80%. Sebagai kelompok
adalah domba yang dibedakan berdasarkan bobot badannya. Parameter yang diamati me liputi konsumsi
bahan kering (BK) total, BK jerami padi, dan BK konsentrat, pertambahan bobot hidup harian (PBHH),
konversi pakan dan feed cost per gain. Data hasil penelitian dianalisis dengan analisis variansi, kecuali
50
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 25, No. 1,2008
feed cost per gain dengan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi BK total, BK
jerami padi, PBHH dan konversi pakan domba tidak berbeda nyata. Konsumsi BK total pada Tl, T2 dan
masing-masing
adalah 86,75; 99,80; dan 96,61 g/kg BHO.75. Konsumsi BKjerami
padi 23,75; 22,87;
Pertambahan bobot hidup harian 69,60 g
dan 11,36 g/kg BHO.75 masing-masing
untuk Tl, T2 dan
(Tl), 04,57 g (T2) dan 98,73 g
Konversi pakan pada Tl = 13,12, T2 = 10,43 dan T3 = 11,06.
Konsumsi BK konsentrat berbeda (P < 0,05) yaitu 63,01; 75,79; dan 85,22 g/kg BHO.75, masing-masing
pada Tl, T2 dan T3. Feed cost per gain domba berturut-turut
dari yang paling rendah adalah
Rp6.693,36/kg
(T2), Rp7.666,0I/kg
(T3) dan Rp8.025,57/kg
(Tl). Kesimpulan hasil penelitian ini adalah
domba yang digemukkan secara feedlot dengan pakan dasar jerami padi dan aras konsentrat 70% paling
ekonomis ditinjau dari nilai feed cost per gain.
n
(n).
103 ROTIB,
Penggunaan
LA
zeolit
n.
pada ayam arab dengan jenis kelamin
berbeda.
Use of zeolite for arab
sex/Rotib,
L.A. (Universitas
Hasanuddin,
Makassar
(Indonesia).
Fakultas
Peternakan)
2 tables; 15 ref. Summaries (En, In). Buletin I1mu Peternakan dan Perikanan (Indonesia)
ISSN 0853-3555 (2005) v. 9(1) p. 54-60.
chicken
alam
with different
CHICKENS;
ZEOLITES;
SEX; RATIONS;
BODY
PERFORMANCE;
PROXIMATE COMPOSITION.
WEIGHT;
NUTRITIVE
VALUE;
ANIMAL
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan
zeolit terhadap performan ayam arab fase
pertumbuhan
dengan jenis kelamin berbeda. Penelitian mengguriakan 60 ekor jantan dan 60 ekor betina.
Ransum percobaan
mengandung
16,7% protein dan 2669,0 kkal/kg energi metabolisme.
Percobaan
dilaksanakan secara faktorial berdasarkan rancangan acak lengkap. Faktor pertama adalah 4 level zeolit (0,
I, 2, dan 3%) yang ditambahkan
ke dalam ransum percobaan dan faktor kedua adalah jenis kelamin
(jantan dan betina). Ulangan untuk setiap kombinasi periakuan adalah 5 dan jumlah ternak untuk setiap
unit percobaan adalah 3 ekor. Parameter yang diamati adalah pertambahan bobot badan, konsumsi pakan
dan konversi pakan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa penggunaan zeolit dan interaksi antara zeolit
dan jenis kelamin tidak berpengaruh (P > 0,05) terhadap performan (pertambahan bobot badan, konsumsi
pakan dan konversi pakan) ayam arab. Akan tetapi performan ternak jantan lebih baik (P < 0,0 I) daripada
ternak betina.
104 RUSDY, M.
Pengaruh
komposisi
tanaman
dan interval
defoliasi terhadap
daya saing dan nilai gizi rumput
Effects of plant composition and defoliation interval on competitive ability and
bahia dan alang-aIang.
Hasanuddin,
Makassar
nutritive value in bahia grass and cogon grass/Rusdy, M. (Universitas
(Indonesia).
Fakultas Peternakan)
I table; 13 ref. Summaries
(En, In) Buletin I1mu Peternakan dan
Perikanan (Indonesia) ISSN 0853-3555 (2005) v. 9(1) p. 47-53.
IMPERATA
CYLINDRICA;
CHARACTERS;
NUTRITIVE
PASPALUM
NOTATUM;
VALUE; MIXED CROPPING.
DEFOLIATION;
AGRONOMIC
Suatu penelitian telah dilakukan untuk mengevaluasi
daya saing alang-alang
(Imperata cylindrica) dan
rumput bahia (Paspalum notatum) yang didefoliasi pada interval yang berbeda. Percobaan disusun dalam
kombinasi faktorial dengan 4 komposisi tanaman: alang-alang
murni (100 : 0%), dominan alang-alang
(66,7: 33,3%), dominan bahia (33,3 : 66,7%) dan murni rumput bahia (0: 100%) sebagai faktor pertama
dan tiga interval defoliasi: 25, 50 dan 100 hari sebagai faktor kedua. Hasil penelitian memperiihatkan
bahwa komposisi tanaman tidak memberi pengaruh yang konsisten terhadap daya saing dan nilai gizi pada
alang-alang
dan rumput bahia, tetapi interval defoliasi mempunyai pengaruh yang nyata. Pada ketiga
interval defoliasi, daya saing rumput bahia lebih tinggi daripada alang-alang.
Interval defoliasi 50 hari
kelihatannya
memaksimalkan
daya saing rumput bahia tetapi meminimalkan
daya saing alang-alang.
Meningkatnya
interval defoliasi menurunkan
kadar protein kasar dan day a cerna kedua spesies. Pada
ketiga interval defoliasi, daya cerna rumput bahia lebih tinggi daripada day a cerna alang-alang.
Dapat
disimpulkan
bahwa walaupun
sulit diberantas,
pertumbuhan
alang-alang
dapat dikontrol
dengan
menumbuhkan
bersama dengan spesies yang lebih agresif seperti rumput bahia yang diikuti dengan
defoliasi ringan sampai sedang.
51
Vol. 25, No.
I, 2008
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
105 SAr:OKO, F.
Pengaruh tingkat pemberian kulit buah kakao fermentasi dengan Trichoderma sp. terhadap
kecernaanzat-zat
makanannya pada kambing lokal. [Effects of different inclusion level of cocoa
pod husk fermented with Trichoderma sp. On the digestibility of crude fibre, nitrogen free extract
and organic matter on local goats]/Saloko, F. (Universitas Tadulako, Palu (Indonesia). Fakultas
Pertanian) 3 tables; 9 ref. Summaries (En, In). Jurnal Agroland (Indonesia) ISSN 0854-64lX (2005)
v. 12(3) p. 304-307.
GOATS; COCOA HUSKS;
MATTER; RATIONS.
FERMENTATION;
TRICHODERMA;
DIGESTIBILITY;
ORGANIC
Penelitian bertujuan untuk mengetahui kecemaan serat kasar, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) dan
bahan organik kulit buah kakao yang telah difermentasi dengan Trichoderma sp. (KBKF). KBKF tersebut
diberikan bersama dengan hijauan jagung sebagai ransum basal dengan proporsi pemberian yang berbeda,
yaitu Rl = 90% hijauanjagung (HJ)+lO% KBKF, R2 = 80% HJ+20% KBKF; R3 = 70% HJ+30% KBKF
dan R4 = 60% HJ+40% KBKF. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecemaan serat kasar, BETN dan
bahan organik KBKF tidak dipengaruhi oleh tingkat penggunaan KBKF sampai taraf 40% dari ran sum.
LIO
GENETIKA DAN PEMULlAAN
HEWAN
106 INOUNU, I.
Relative superiority analysis of garut ram and its crossbred/Inounu, I.; Subandriyo; Tiesnamurti, B.;
Hidayati, N.(Balai Penelitian Temak, Bogor (Indonesia» Nafiu, L.O., 2 ill., 6 tables; 23 ref. Summaries
(En, In). JurnalIlmu Ternak dan Veteriner (Indonesia) ISSN 0853-7380 (2005) v. 10(1) p. 17-26.
SHEEP; CROSSBREEDING; LITTER SIZE; WEIGHT.
Untuk meningkatkan produktivitas domba garut pada tahun 1995, Balai Penelitian Temak telah
menyilangkan domba garut (GG) dengan domba St. croix (HH) yang mempunyai ukuran tubuh yang besar
dan daya tahan terhadap cuaca panas dan lembab, dan dengan Moulton charollais (MM) pad a tahun 1996,
yang mempunyai daya tumbuh yang tinggi dan produksi susu yang cukup untuk memelihara anak kembar.
Penelitian bertujuan mengevaluasi produktivitas induk domba garut dan persilangan dengan St. croix dan
M. charollais. Penelitian dilaksanakan di Stasiun Penelitian Temak, Bogor mulai tahun 1995-2002.
Persilangan dilakukan menggunakan semen beku dari pejantan MM dan HH sehingga performan kedua
domba impor ini pada kondisi di Indonesia tidak diketahui. Sehingga keunggulan relatif dihitung
berdasarkan persentase perbedaan antara rataan sifat-sifat domba hasil persilangan dengan domba GG
dibagi dengan rataan sifat-sifat domba GG, kecuali untuk domba persilangan tiga bangsa (MHG dan
HMG) dihitung berdasarkan perbedaan antara rataan sifat-sifat domba MHG dan HMG dengan rataan
sifat-sifat tetuanya (MG dan HG). Hasil penelitian memperlihatkan produktivitas induk domba HG dan
MHG lebih tinggi dibandingkan domba GG, dilihat dari total bobot hidup anak saat lahir dan saat sapih.
Pada kondisi pakan buruk GG memperlihatkan produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan hasil
persilangannya (MG dan HG), tetapi MHG/HMG memperlihatkan keunggulan relatif yang lebih tinggi
dibandingkan tetuanya (MG dan HG). Pada kondisi pakan baik HG dan MHG/HMG menunjukkan
produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan domba GG. Nilai keunggulan re1atif domba HG adalah
26,40% dari domba GG dan untuk domba MHG/HMG adalah 11,24% dari tetuanya (MG dan HG).
107 SUPARYANTO,A.
Ekspresi gen homosigot resesif (c/c) pada performan telur pertama itik mojosari. Expression of
recessive homozygote gene (c/c) on the quality of first eggs in mojosari duck/Suparyanto, A.; Setioko,
A.R.; Prasetyo, L.H.; Susanti, T. (Balai Penelitian Temak, Bogor (Indonesia» 3 tables; 14 ref. Summaries
(En, In). JurnalIlmu Ternak dan Veteriner (Indonesia) ISSN 0853-7380 (2005) v. 10(1) p. 6-11.
52
Abstrak Hasi/ Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 25, No.1, 2008
DUCKS; HOMOZYGOTES; RECESSIVE GENES; EGGS; EGG PRODUCTION; QUALITY.
Gen homosigot resesif (c/c) pada temak unggas akan memunculkan wama bulu putih polos, yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan maupun produksi telur. Pengaruh yang diekspresikan masih menjadi
bahan diskusi karena dapat bersifat negatif, atau berpengaruh positif. Guna mendalami lebih jauh ekspresi
gen resesif pada itik mojosari maka dilakukan pengamatan terhadap performan dan kualitas telur pertama
dari itik yang berbulu coklat dan putih. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa bobot telur pertama itik
dengan gen dominan (c/c) adalah 52,91 g, lebih tinggi dari itik dengan gen homosigot resesif (c/c) yaitu
51,43 g. Parameter lainnya meskipun secara statistik tidak berbeda nyata (P > 0,05) antara lain bobot
kuning telur (14,99 g vs 14,94 g), bobot putih telur (31,34 g vs 29,94 g), bobot kerabang basah (6,62 g vs
6,56 g) dan tebal kerabang kering telur pertama, ukuran rataannya adalah (0,36 mm vs 0,34 mm) masingmasing untuk itik dengan gen dominan vs itik dengan gen homosigot resesif. Adapun parameter yang
secara statistik berbeda nyata (P < 0,05) terdiri atas Haugh Unit (89,67 vs 101,12) dan skor wama kuning
telur (7,30 vs 5,35). Dari hasil terse but dapat disimpulkan bahwa ekspresi gen homosigot resesif (c/c)
temyata tidak menyebabkan perbedaan pada performan telur pertama. Ekspresi gen resesif terhadap skor
wama kuning telur sebagai parameter kualitas telur diduga telah memberikan kontribusi bagi rendahnya
nilai skor. Tetapi hal tersebut masih perlu pembuktian lebih lanjut dengan pengamatan yang lebih banyak
dan lebih lama.
LSO
FISIOLOGI
DAN BIOKIMIA HEWAN
108 PURBA, M.
Pola rontok bulu itik betina alabio dan mojosari serta hubungannya dengan kadar lemak darah
(trigliserida), produksi dan kualitas telur. Moulting patterns of alabio and mojosari ducks and their
relation on blood lipids (triglycerides), egg production and egg qualirylPurba, M.; Prasetyo, L.R. (Balai
Penelitian Temak, Bogor (Indonesia)) Hardjosworo, P.S.; Ekastuti, D.R., 5 tables; 23 ref. Summaries (En,
In). Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner (Indonesia) ISSN 0853-7380 (2005) v. 10(2) p. 96-105.
DUCKS;
MOULTING;
PERFORMANCE.
TRIGLYCERIDES;
EGG
PRODUCTION;
QUALITY;
LAYING
Rontok bulu adalah suatu keadaan biologis yang dapat terjadi pada temak unggas. Rontok bulu merupakan
kejadian hasil interaksi yang sangat kompleks dan melibatkan peranan hormon khususnya tiroksin. Rontok
bulu dapat mengakibatkan penurunan produksi telur bahkan berhenti bertelur. Suatu penelitian telah
dilakukan untuk mengetahui pola rontok bulu 2 jenis itik lokal (alabio dan mojosari) serta hubungannya
dengan kadar trigliserida, produksi dan kualitas telur. Masing-masing jenis itik diambil 10 ekor sebagai
materi pengamatan terhadap pola rontok bulu, produksi telur, kadar trigliserida dan kualitas telur. Jumlah
itik 40 ekor yang lain digunakan untuk simulasi produksi telur. Data pola rontok bulu, produksi dan
kualitas telur diuji dengan uji t berdasarkan nilai Least Square Mean (LSM) dengan bantuan program
Statistical Analysis System. Hubungan kedua jenis itik dan rontok bulu terhadap kadar trigliserida diuji
dengan analisis varians (ANOVA) berdasarkan rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial2 x 2. Faktor
pertama jenis itik (alabio, mojosari), faktor kedua status fisiologis (sebelum dan saat rontok bulu). Tidak
terdapat interaksi pada setiap penduga yang diamati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata lama
rontok bulu itik alabio lebih pendek dibandingkan itik mojosari (69 vs 76 hari) (P > 0,05). Sebanyak 40%
itik alabio mengalami rontok bulu antara 61-70 hari, sedangkan itik mojosari sebanyak 40% mengalami
rontok bulu antara 71-80 hari. Produksi telur itik alabio sebelum dan setelah rontok bulu lebih banyak
dibandingkan itik mojosari. Rata-rata kadar trigliserida kedua jenis itik menurun pada saat rontok bulu,
pada itik alabio sebelum dan saat rontok bulu adalah 32,02 dan 27,64 mikro g/ml, sedangkan pada itik
mojosari 32,83 dan 29,32 mikro g/m!. Bobot telur, bobot putih telur, bobot kuning telur dan Haugh Unit
(HU) kedua jenis itik meningkat setelah rontok bulu, sedangkan wama kuning telur kedua jenis itik
menurun setelah rontok bulu. Rataan wama kuning telur sebelum dan sesudah rontok bulu itik alabio
adalah 6,90 dan 5, II sedangkan pada itik mojosari 7,90 dan 4,60.
53
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 25, No.1, 2008
L52
FISIOLOGI
- PERTUMBUHAN
DAN PERKEMBANGAN
HEWAN
109 TAMBUNAN, R.D.
Conformation and component parts of the carcass of Philippine native goat/Tambunan, R.D. (Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian, Lampung (Indonesia)) Roxas, N.P.; Pamungkas, D., 3 tables; 10 ref.
Summaries (En, In). Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner (Indonesia) ISSN 0853-7380 (2005) v. 10(2) p.
113-117.
GOATS; CARCASSES; MEAT PERFORMANCE; MEAT CUTS; CARCASS COMPOSITION; BODY
WEIGHT.
Penelitian tentang potensi kambing khususnya kambing lokal Filipina berdasarkan konformasi dan
komponen karkasnya masih sangat jarang dilakukan. Penelitian dilaksanakan di Institute of Animal
Science, University of the Philippines Los Banos bertujuan untuk mengetahui komponen karkas dan rasio
daging, lemak dan tulang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di antara potongan besar karkas kambing,
bahu mempunyai daging lebih banyak (8,80% bobot hidup) dibandingkan dengan potongan karkas lainnya
(kaki, pinggang, iga, dan leher). Akan tetapi berdasarkan persentase potongan besar karkas, kaki nyata
memiliki nilai yang lebih tinggi (69,18%) dibanding potongan karkas lainnya. Pinggang mempunyai
lemak yang nyata lebih banyak (1,67% bobot hidup) dibandingkan dengan potongan karkas lainnya. Bahu
mempunyai tulang yang lebih banyak (4,62% bobot hidup), meskipun berdasarkan persentase potongan
besar karkas (wholesale cut) iga mempunyai tulang yang lebih banyak (53,36%) dibandingkan dengan
potongan karkas lainnya. Bahu mempunyai boneless recovery yang nyata lebih banyak (9,39% bobot
hidup) dibandingkan potongan karkas lainnya.
L53
FISIOLOGI
- REPRODUKSI
HEWAN
110 ISMAIL, M.
Penggunaan hormon gonadotropin untuk meningkatkan angka ovulasi dan populasi folikel domba
betina lokal Palu. [Application of gonadotropin hormone to increase ovulation number and follicle
population of local ewes from Palu (Indonesia)]/Ismail, M. (Universitas Tadulako, Palu (Indonesia).
Fakultas Pertanian), 3 tables; 12 ref. Summaries (In, En). Jurnal Agroland (Indonesia) ISSN 0854-641X
(2005) v. 12(13) p. 318-322.
EWES; HORMONES;
SULAWESI.
GONADOTROPINS;
SUPEROVULATION;
OVARIAN
FOLLICLES;
Penelitian dilaksanakan di kandang penelitian Jurusan Petemakan Fakultas Pertanian Universitas
Tadulako dengan menggunakan 12 ekor domba betina lokal Palu. Penelitian dilaksanakan dalam 3 tahap,
yaitu: tahap pendahuluan, tahap perlakuan penyuntikan hormon gonadotropin yaitu HI: disuntik dengan
250 IU hCG hari ke 16 siklus birahi; H2: disuntik dengan 750 IU PMSG hari ke 12 siklus birahi; dan H3:
disuntik dengan 750 IU PMSG pada hari kel2 dan disusul dengan penyuntikan 150 iu hCG 4 hari
kemudian (hari ke 16 siklus birahi), dan tahap pengambilan sampel ovarium. Peubah yang diamati yaitu:
(I) angka ovulasi, dan (2) populasi folike! pada permukaan ovarium. Hasil penelitian menunjukkan: (I)
perlakuan gonadotropin tidak memberikan pengaruh terhadap angka ovulasi. Perlakuan H3 memberikan
respon terbaik terhadap angka ovulasi dibandingkan perlakuan H2 dan HI. Hal ini diduga disebabkan oleh
pengaruh dari kombinasi hormon hCG-PMSG dalam menstimulasi pertumbuhan folikel dan menginduksi
ovulasi secara maksima!. (2) perlakuan gonadotropin berpengaruh terhadap populasi folike!. Perlakuan HI
menunjukkan perbedaan terhadap perlakuan H2 dan H3 tetapi perlakuan H2 dan H3 tidak berbeda.
Banyaknya populasi folikel di permukaan pada perlakuan H3 yang diikuti H2 diduga karena kemampuan
dari hormon PMSG dan kombinasi PMSG dan hCG tersebut dalam menstimulir pertumbuhan dan
perkembangan folike!. Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa: perlakuan hormon gonadotropin
tidak memberikan pengaruh terhadap angka ovulasi domba percobaan dan populasi folikel di permukaan
ovarium sangat dipengaruhi oleh adanya hormon PMSG.
54
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 25, No.1, 2008
III KOSTAMAN, T.
Laju pertumbuhan
kambing hasil persilangan antara kambing boer dengan peranakan etawah
pada periode prasapih. Preweaning growth of hoer x peranakan etawah goatslKostaman, T.; Sutama, I
K. (Balai Penelitian Ternak, Bogor (Indonesia)) 3 ill., 33 ref. Summaries (En, In). JurnalIlmu Ternak
dan Veteriner (Indonesia) ISSN 0853-7380 (2005) v. 10(2) p. 106-112.
GOATS; PREWEANING PERIOD; BIRTH WEIGHT; BODY WEIGHT; QUALITY.
Penelitian untuk mengetahui laju pertumbuhan prasapih kambing hasil persilangan boer dengan peranakan
etawah (PE) telah dilakukan di Balai Penelitian Ternak, Ciawi-Bogor dengan jumlah kambing anak 61
ekor. Kambing anak disatukan dengan induknya selama peri ode prasapih dalam kandang kelompok (3 m x
4 m), tiap kandang berisi antara 6-7 ekor induk. Induk diberi pakan hijauan rumput raja sebanyak 2,5 kg
dan konsentrat 0,7 kg/ekor/hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan bobot lahir kelompok A (boer
x PE) berbeda nyata (P < 0,05) dengan kelompok B (PE x PE), yakni 4,29 ± 0,63 vs 3,71 ± 0,89 kg/ekor.
Pertambahan bobot hidup harian prasapih (PBHH) dan bobot sapih tidak berbeda nyata (P > 0,05) antara
kelompok A dan B, tetapi ada kecenderungan rataan PBHH dan bobot sapih kelompok A lebih berat dari
kelompok B, yaitu 116,40 ± 49,95 vs 105,29 ± 28,36 g/ekor/hari dan 14,64 ± 4,56 vs 13,30 ± 2,71
kg/ekor. Tingkat kematian anak prasapih relatif masih tinggi, baik untuk kelompok A (25%) maupun
untuk kelompok B (21,21 %). Sex rasio anak jantan lebih banyak dibandingkan anak betina, yaitu berturutturut 57,14 : 42,86% (kelompok A) dan 51,52 : 48,48% (kelompok B).
112 SALMIN.
Deskripsi anatomi reproduksi dan profil ovarium domba betina lokal Palu. {Description of
reproductive system anatomy and ovarium profile of local ewes from Palu (lndonesia)fISalmin
(Universitas Tadulako, Palu (Indonesia). Fakultas Pertanian) I ill., 2 tables; 12 ref. Summaries (En, In).
JurnalAgroland (Indonesia) ISSN 0854-641X (2005) v. 12(3) p. 313-317.
EWES; REPRODUCTION; ANIMAL ANATOMY; OVARIES; SULAWESI.
Penelitian bertujuan untuk menghimpun data dasar mengenai karakteristik anatomi reproduksi dan profil
ovarium domba betina lokal Palu. Parameter yang diamati adalah (I) karakteristik anatomi reproduksi,
meliputi panjang vagina, panjang dan diameter cervix, panjang corpus uteri, panjang cornua uteri kiri dan
kanan, panjang oviduct kiri dan kanan. (2) Profil ovarium, me liputi berat dan diameter ovarium kiri dan
kanan, total folikel dan jumlah corpus luteum (CL) di permukaan ovarium. Hasil penelitian diperoleh
bahwa karakteristik anatomi reproduksi dan profil ovarium domba betina lokal palu pada kondisi lapangan
menunjukkan perbedaan terhadap status fisiologis reproduksi. Namun, perbedaan tersebut masih dalam
kisaran yang wajar dan tidak satupun dari organ yang diamati/diukur mengindikasikan kelainan anatomi.
113 WATTIMENA, J.
Pengaruh serum domba dan serum domba estrus terhadap tingkat maturasi dan fertilisasi oosit
domba in vitro. Effect of sheep serum and estrus sheep serum on in vitro maturation and fertility rate
of ewe oocyte/Wattimena, 1.; Veerman, M. (Universitas Pattimura, Ambon (Indonesia). Fakultas
Pertanian) 2 tables; 25 ref. Summaries (En, In). Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner (Indonesia) ISSN
0853-7380 (2005) v. 10(1) p. 12-16.
EWES; BLOOD SERUM; OESTROUS CYCLE; MATURATION; IN VITRO FERTILIZATION.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh serum domba (SS) dan serum domba estrus (ESS)
terhadap tingkat maturasi dan fertilisasi oosit domba. Penelitian dilakukan di Laboratorium Reproduksi
Ternak Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran Bandung. Metode yang digunakan adalah
eksperimen laboratorium. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata (P <
0,05) terhadap tingkat maturasi {tahap germinal vesicle (GV), germinal vesicle breakdown (GVBD),
tahap metafase-I (M-I) dan metafase-Il (M-II)}. ESS dengan konsentrasi 10-20% dalam media maturasi
CRlaa nyata (P < 0,05) meningkatkan tingkat maturasi in vitro oosit domba dibandingkan dengan SS,
55
•
Abstrak Hasi/ Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 25, No.1, 2008
dengan demikian dapat digunakan sebagai serum alternatif menggantikan serum industri farmasi SS.
Perlakuan berpengaruh tidak nyata (P > 0,05) terhadap tingkat fertilisasi oosit domba (I, 2 dan > 2
pronukleus ).
L 70
ILMU VETERINER
DAN HIGIENE HEW AN - ASPEK UMUM
114 GORDA, I W.
Waktu pemulihan anestesi xylazin-ketamin hidroklorida dengan zoiazepam-tiletamin pada anjing.
Recovery time of xylazine-ketamine hidrochloride anesthesia with zolazepam-tiletamin anesthesia in
dog/Gorda, I W.; Dada, I K.A. (Universitas Udayana, Denpasar (Indonesia). Fakultas Kedokteran Hewan)
2 tables; 12 ref. Summaries (En, In). Jurnal Veteriner (Indonesia) ISSN 1411-8327 (2004) v. 5(4) p.
149-153.
DOGS; XYLAZINE; KETAMINE; ANAESTHESIA.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui perbandingan waktu pemulihan anestesi kombinasi xylazinketamin hidroklorida dengan kombinasi zolazepam-tiletamin pada anjing. Penelitian ini menggunakan
rancangan acak lengkap (RAL) dengan dua perlakuan yaitu XK = 2 : 15 (Perlakuan menggunakan dosis 2
mg/kg BB xylazin dengan 15 mg/kg BB Ketamin HCl) dan ZT = 20 (Perlakuan menggunakan dosis 20
mg/kg BB zoletil (zolazepam-tiletamin)). Lima belas menit sebelum anestesi, diberikan atropin sulfat
sebagai premedikasi dengan dosis 0,04 mg/kg BB secara subcutan pada kedua perlakuan. Setiap perlakuan
menggunakan 5 ekor anjing sebagai ulangan, sehingga jumlah anjing yang digunakan adalah 10 ekor. Data
yang diperoleh dianalisis dengan uji t. Rata-rata waktu pemulihan anestesi untuk masing-masing
perlakuan adalah 55,40 menit dan 176,60 menit. Hasil analisis data dengan uji t menunjukkan perbedaan
yang sangat nyata (P < 0,01) pemberian kombinasi zolazepam-tiletamin dibandingkan kombinasi xylazinzetamin HCl terhadap waktu pemulihannya pada anjing. Kombinasi xylazin-ketamin memiliki waktu
pemulihan yang lebih pendek dibandingkan kombinasi zolazepam-tiletamin. Hal ini dapat terjadi karena
zolazepam dan tiletamin memiliki efek sedasi-hipnotik dan sifat anestetik yang lebih kuat dibandingkan
xylazin - ketamin.
115 TARIGAN, S.
Protective value of immune responses developed in goats vaccinated with insoluble proteins from
Sarcoptes scabiei/Tarigan, S. (Balai Penelitian Veteriner, Bogar (Indonesia)) 5 ill., 13 ref. Summaries (En,
In). Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner (Indonesia) ISSN 0853-7380 (2005) v. 10(2) p. 118-126.
GOATS;
VACCINATION;
SARCOPTES
INSOLUBILIZATION; PROTEINS.
SCABIEI;
DOSAGE;
IMMUNE
RESPONSE;
Vaksin yang dikembangkan dari protein membran yang berasal dari permukaan lumen usus artropoda
telah dibuktikan efektif untuk mengendalikan beberapa artropoda. Pendekatan yang sarna kemungkinan
dapat juga diterapkan pada Sarcoptes scabiei karena parasit ini juga telah terbukti menghisap
imunoglobulin induk semangnya. Untuk mengevaluasi protektif imunitas dari protein membran S. scabiei,
protein nirlarut tungau diekstraksi berturut-turut dalam larutan: 1,14 M NaCl, 2% SB 3 - 14 zwitterion
detergent, 6 M urea, 6 M guanidine - HCI dan 5% SDS. Lima kelompok kambing (6 atau 7
ekor/kelompok) masing-masing divaksin dengan ti'aksi protein tersebut. Vaksinasi dilakukan 6 kali,
masing-masing dengan dosis 250 mikro gram protein dengan interval 3 minggu antara vaksinasi.
Kelompok 6 atau 7 ekor diberikan hanya PBS dan adjuvan saja, dan bertindak sebagai kontrol yang tidak
divaksin. Satu minggu setelah vaksinasi terakhir, semua kambing ditantang dengan 2000 tungau hidup
pada daun telinga. Perkembangan lesi diamati pada hari pertama dan ke dua, lalu setiap minggu dari
minggu pertama sampai ke delapan. Setiap kambing ditimbang dan sampel darah diambil setiap minggu,
dan pada akhir percobaan kerokan kulit diambil untuk menetapkan populasi tungau. Respon antibodi
akibat vaksinasi dan infeksi tantang diperiksa dengan ELISA dan Western Blotting. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa vaksinasi dengan ti'aksi protein nirlarut tungau menyebabkan pembentukan antibodi
dengan titer yang sangat tinggi terhadap protein tersebut, namun antibodi tersebut sarna sekali tidak
56
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 25, No.1, 2008
memberikan proteksi terhadap tantangan tungau. Uji tantang menyebabkan lesi pada kelompok kambing
yang divaksin yang keparahannya sarna dengan yang terdapat pada kambing yang tidak divaksin.
L 73
PENYAKIT HEWAN
116 DAMAYANTI, R.
Infeksi alami malignant catarrhal fever pada sapi bali: sebuah studi kasus. Natural infection of
malignant catarrhal fever in bali cattle: a case study/Damayanti, R.; Wiyono, A. (Balai Penelitian
Veteriner, Bogor (Indonesia)) 3 ill., 4 tables; Bibliography (p.157-159) Summaries (En, In). Jurnaillmu
Ternak dan Veteriner (Indonesia) ISSN 0853-7380 (2005) v. 10(2) p. 150-159.
CATTLE; MALIGNANT CATARRHAL FEVER VIRUS; INFECTION; PATHOLOGY.
Penyakit malignant catarrhal fever (MCF) di Indonesia disebabkan oleh ovine herpes virus-2 dan
merupakan penyakit yang ditandai dengan angka kematian yang tinggi dan menimbulkan kerusakan yang
bersifat degeneratif dan limfoproliferatif pada sapi, kerbau dan ruminansia lainnya. Hewan percobaan
MCF merupakan 15 ekor sapi yang juga dipakai pada penelitian penyakit infectious bovine rhinotracheitis
(IBR), Septicaemia epizootica (SE), dan brucellosis. Sapi-sapi tersebut menunjukkan gejala klinis berupa
demam tinggi, depresi, anoreksia, kekeruhan komea mata, eksudat mukopurulen dari mata dan hidung
serta diare. Enam ekor diantaranya ditemukan mati dan sisanya dilakukan nekropsi dalam keadaan sekarat.
Gejala klinis, patologi anatomi (PA) dan histopatologi (RP) dari 15 ekor sapi tersebut sangat konsisten dan
patognomonik untuk penyakit MCF. Rangkaian kasus MCF ini dapat dianggap sebagai wabah MCF yang
terjadi pada sapi bali dan terjadi pada musim hujan di suatu daerah endemik. Pada saat yang bersamaan
terdapat sekelompok temak domba yang sedang bunting dan beranak dipelihara berada satu lokasi yang
berdekatan dengan kandang sapi tersebut. Hasil ini menegaskan kembali bahwa sapi bali merupakan
ternak yang sangat peka terhadap MCF dan diduga keras, domba tersebut yang menyebarkan virus
penyebab MCF.
117 DHARMAYANTI, N.L.P.I.
Karakterisasi
molekuler virus avian influenza isolat Indonesia. Molecular characterization of
Indonesian avian influenza virus/ Dharmayanti, N.L.P.I.; Damayanti, R.; Indriani, R.; Wiyono, A.; Adjid
R.M., A. (Balai Penelitian Veteriner, Bogor (Indonesia)) I ill., 2 tables; 32 ref. Summaries (En, In). Jurnal
Ilmu Ternak dan Veteriner (Indonesia) ISSN 0853-7380 (2005) v. 10(2) p. 127-133.
POULTRY; AVIAN INFLUENZA VIRUS; ISOLATION; MOLECULAR GENETICS.
Wabah avian influenza di Indonesia telah terjadi sejak bulan Oktober 2003. Balitvet mempunyai beberapa
isolat virus avian influenza yang dikoleksi mulai Oktober 2003-0ktober 2004. Sebanyak 14 isolat
selanjutnya dikarakterisasi secara molekuler untuk mengetahui kedekatan genetik dengan isolat avian
influenza lainnya dan untuk mengetahui dasar molekuler patogenitasnya. Hasil phylogenetic tree
menunjukkan bahwa dari semua isolat Indonesia mempunyai kedekatan yang tinggi dengan isolat
A/Duck/China/E319-2/03(H5N I) dan mempunyai kedekatan genetik satu sarna lain. Patogenitas isolat
Indonesia yang dikoleksi Balitvet dan diteliti berdasarkan sekuen di daerah cleavage site gen
Hemaglutinin (HA) virus avian influenza mempunyai multiple basic amino acid di daerah cleavage site
(B-X-B-R) yang menunjukkan bahwa semua isolat yang diisolasi sampai bulan Oktober 2004 merupakan
virus avian influenza virulen atau virus avian influenza highly pathogenic.
118 GHOLIB, D.
Pengembangan teknik serologi untuk pemeriksaan Aspergillosis ayam. Development of serological
technique for examination of Aspergillosis in chicken/Gholib, D. (Balai Penelitian Veteriner, Bogor
(Indonesia)) 2 ill., 27 ref. Summaries (En, In). Jurnaillmu Ternak dan Veteriner (Indonesia) ISSN 08537380 (2005) v. 10(2) p. 143-149.
CHICKENS;
ELISA.
ASPERGILLUS
FUMIGATUS;
IMMUNOLOGICAL
TECHNIQUES;
ANTIGENS;
57
Vol. 25, No.1, 2008
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Penelitian metode serologi untuk aspergillosis pada ayam belum pemah dilaporkan di Indonesia. Oleh
karena itu suatu penelitian dilakukan dengan menggunakan ekstrak miselium dari A. fumigatus sebagai
antigen. Kelinci dan ayam disuntik untuk memperoleh serum positif (antiserum). Antigen dan antiserum
kemudian diuji secara serologis dengan uji imunodiffusi agar/agar gel precipitation (AGP), ELISA dan
imunoblot. Serum lapang ayam pedaging dan petelur, disertakan dalam pengujian ini. Semua serum positif
dari hewan percobaan memberikan hasil reaksi positif dengan semua uji serologis. Tidak terbentuk garis
reaksi presipitasi dengan uji AGP pada serum ayam lapang yang diuji. Serum hewan percobaan dengan uji
ELISA menunjukkan nilai densitas optik (OD) yang tinggi, sedangkan serum ayam pedaging dari lapang
umumnya mempunyai nilai OD lebih rendah dari petelur. Uji imunoblot menggunakan serum ayam
positif, menunjukkan adanya garis/pita sebagai reaksi antiserum dengan antigen pada membran
nitroselulosa, di sekitar 33, 38, 44, 52, 70, 77, 97, dan 110 kDa. Sedangkan serum ayam lapang yang
memiliki nilai OD tinggi dengan ELISA menunjukkan garis/pita pada 16, 18,33,38,44,47,52,
70, 77,
84, 97, dan 110 kDa. Hal ini menunjukkan bahwa serum lapang tersebut mengandung molekul
imunoglobulin sebagai antibodi spesifik terhadap antigen aspergillus. Disimpulkan bahwa uji ELISA
dapat digunakan sebagai uji screening untuk aspergillosis pada ayam secara serologis.
119 NATALIA, L.
Penggunaan probiotik untuk pengendalian clostridial necrotic enteritis (CNE) pada ayam pedaging.
Utilization of probiotics for controlling clostridial necrotic enteritis in broiler chickenslNatalia, L.;
Priadi, A. (Balai Penelitian Veteriner, Bogor (Indonesia)) 2 ill., 4 tables; 36 ref. Summaries (En, In).
Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner (Indonesia) ISSN 0853-7380 (2005) v. 10(1) p. 71-78.
BROILER CHICKENS; PROBIOTICS; VACCINES; CLOSTRIDIUM PERFRINGENS; PATHOLOGY;
BODY WEIGHT.
Clostridial necrotic enteritis (CNE) merupakan penyakit yang umum pada ayam pedaging dengan tingkat
pertumbuhan yang cepat. Tujuan penelitian untuk mempelajari penggunaan beberapa jenis probiotik
dalam pengendalian CNE eksperimen pada ayam pedaging. Flora bakteri usus ayam normal yang telah
diseleksi (mucosal starter culture selective/MCS) digunakan dalam metode competitive exclusion pada
ayampedaging yang diamati pengaruhnya terhadap kejadian clostridial necrotic enteritis. Penelitian ini
menggunakan 4 kelompok ayam yang diberi probiotik (2 dosis MCS yang berbeda, 1 probiotik komersial,
dan 1 kandang yang tidak diberi probiotik sebagai kontrol). Ayam diberi probiotik/oral pada saat tiba di
kandang. Semua kelompok ayam diberikan vaksin hidup koksidia (sebagai faktor predisposisi untuk CNE)
dan ditantang dengan 10 8 spora Clostridium perfringens tipe A dan C pada hari ke 10 dan 12. Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa probiotik dapat menurunkan kejadian dan keparahan clostridial necrotic
enteritis setelah ditantang dan memperbaiki bobot hidup ayam. Kelompok yang tidak mendapatkan
probiotik memperlihatkan 40% kematian karena CNE, dan 30% subclinical necrotic enteritis (SNE).
120 SENDOW, 1.
Studi patogenitas isolat lokal virus bluetongue pada domba lokal dan impor. Pathogenicity study of
local bluetongue virus isolates in local and imported sheep/Sendow, 1. (Balai Penelitian Veteriner, Bogor
(Indonesia)) 5 tables; 18 ref. Summaries (En, In). Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner (Indonesia) ISSN
0853-7380 (2005) v. 10(1) p. 51-62.
SHEEP; PATHOGENICITY;
SEROTYPES.
BLUETONGUE
VIRUS;
ANTIBODIES;
IMMUNODIAGNOSIS;
Bluetongue merupakan salah satu penyakit arbovirus yang menimbulkan kerugian pada petemak domba.
Enam isolat lokal virus bluetongue (BT), telah diperoleh dari darah sapi yang diamati secara berkala
(sentinel) di lawa Barat dan Irian laya (Papua), namun patogenitasnya masih belum diketahui. Propagasi
inokulum 3 serotipe BT telah dilakukan pada domba impor Merino (1, 9 dan 21), yang akan digunakan
untuk uji patogenitas. Uji ini terdiri dari 3 kelompok, yaitu kelompok BTl, BT9 dan BT21. Masingmasing kelompok terdiri dari domba lokal dan impor kontrol serta domba lokal dan impor terinfeksi, yang
sebelumnya telah diuji tidak mengandung antibodi terhadap virus BT. Pengamatan terhadap gejala klinis
dilakukan 2 kali sehari selama 28 hari pengamatan. Darah dalam heparin dan serum diambil setiap hari
untuk mengetahui waktu viremia dengan uji AgC-ELISA dan respon antibodi dengan uji C-ELISA. Hasil
58
Abstrak Hasi/ Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 25, No.1, 2008
penelitian menunjukkan gejala klinis yang ditimbulkan adalah ringan pada domba impar dan sangat ringan
pada domba lokal. Gejala klinis paling ringan tampak pada kelompok BT9, disusul dengan kelompok BTl
dan BT21. Kematian domba tidak ditemukan pada semua domba pada uji ini. Viremia pad a domba impor
umumnya terjadi antara 3-5 hari pasca infeksi (PI), sedangkan viremia pada domba lokal terjadi antara 4-7
hari PI. Respon antibodi mulai terbentuk paling cepat pada hari ke-9 PI pada domba impor dan hari ke 10
PI pad a domba lokal serta bertahan sampai masa percobaan berakhir. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa isolat BT lokal tidak patogen dan tidak menimbulkan gejala klinis yang klasik, baik pada domba
lokal dan impor.
121 TARIGAN, S.
Ingestion of host immunoglobulin by Sarcoptes scabiei/Tarigan, S. (Balai Penelitian Veteriner, Bogar
(Indonesia)) 2 ill., 20 ref. Summaries (En, In). Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner (Indonesia) ISSN 08537380 (2005) v. 10(1) p. 35-40.
HUMAN DISEASES; VETERINARY MEDICINE; IMMUNOGLOBULINS;
SARCOPTES SCABIEI.
Skabies adalah salah satu penyakit yang sangat penting pada manusia dan hewan. Cara pengendalian yang
bertumpu pada pemakaian akarisida tidak memuaskan karena tidak sustainable, mahal dan tidak ramah
lingJmngan. Vaksinasi, yang diperkirakan merupakan cara penanggulangan altematif yang paling baik,
adalah cara yang sustainable, berpotensi lebih murah dan ramah lingkungan. Perkembangan teknologi
biokimia protein dan rekayasa genetika telah memungkinkan pengembangan vaksin anti parasit, suatu hal
yang sebelumnya tidak mungkin dilaksanakan. Penelitian bertujuan membuktikan apakah Sarcoptes
scabiei yang hanya hidup pada lapisan tanduk kulit dan tidak menghisap darah memakan imunoglobulin
induk semangnya. Hal ini penting dilakukan karena kalau tungau tersebut tidak memakan imunoglobulin
induk semangnya pengembangan vaksin tentu tidak memungkinkan. Potongan mikrotom tungau dan
jaringan kulit dari seekor kambing penderita kudis yang diproses secara rutin direaksikan dengan anti IgG
kambing berlabel peroksidase kemudian hasil reaksi divisualisasi dengan larutan diaminobenzidine. Untuk
menentukan apakah IgG yang dimakan sudah terfrakmentasi oleh enzim proteolitik, dilakukan analisis
imunobloting terhadap protein tungau yang diekstraksi dari tungau dan difraksinasi dengan SDS-PAGE.
Untuk mengkuantifikasi banyaknya IgG yang dimakan oleh tungau digunakan ELISA menggunakan IgG
yang dipurifikasi dari serum kambing sebagai kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa IgG
ditemukan pada usus tung au tetapi tidak semua tungau yang diamati mengandung IgG. Imunoglobulin
yang dimakan seperti yang ditunjukkan analisis imunobloting sebagian besar masih utuh. Hasil penelitian
ini memberikan indikasi bahwa vaksin skabies memungkinkan untuk dikembangkan dari protein membran
saluran pencemaan S. scabiei.
122 WAHYUWARDANI, S.
Perubahan
patologi secara makroskopi dan mikroskopi
reovirus isolat lokal. Macroscopic and microscopic patology
reovirus isolate/Wahyuwardani, S.; Parede, L. (Balai Penelitian
H., 8 ill., 18 ref Summaries (En, In). Jurnal Ilmu Ternak dan
(2005) v. 10(1) p. 63-70.
BROILER
CHICKENS;
PATHOLOGY;
INFECTION; BODY WEIGHT.
REOVIRUS;
pada ayam pedaging yang diinfeksi
changes on broiler infected with local
Veteriner, Bogar (Indonesia)); Huminto,
Veteriner (Indonesia) ISSN 0853-7380
MALABSORPTION;
MICROSCOPY;
Salah satu virus yang berhasil diisolasi dari kasus runting dan stunting yang mewabah belakangan ini
adalah reovirus. Untuk mengetahui kemampuannya menimbulkan sindroma runting dan stunting
dilakukan infeksi ulang pada ayam pedaging secara oral. Sebanyak 40 ekor ayam anak pedaging umur
sehari dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama (20 ekor) diinfeksi ± 2 x 103 partikel reovirus isolat
lokal secara oral sebagai kelompok perlakuan. Sementara itu kelompok kontrol tidak diberi perlakuan.
Perubahan klinis, makroskopis dan mikroskopis diamati pada umur 1, 2 dan 3 minggu pasca inokulasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa reovirus isolat lokal dapat menyebabkan wet droppings, stunting,
enteritis, pankreatitis, malabsorpsi, atropi bursafabrisius dan hipertropi limpa, mirip dengan runting dan
59
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 25, No. I, 2008
stunting syndrome (RSS) penyakit pada ayam. Hambatan pertumbuhan bobot badan mencapai 14,7% pada
kelompok ayam perlakuan pada umur 4 minggu pasca inokulasi.
123 WARDHANA, A.H.
Efektivitas ekstrak biji srikaya (Annona squamosa L.) dengan pelarut air, metanol dan heksan
terhadap mortalitas larva caplak Boophilus microplus secara in vitro. Effectivity of Annona
squamosa L seeds extracted by diverse organic solvents: water, methanol and hexane against mortality
of tick larvae, Boophilus microplus in vitro/Wardhana, A.H.; Husein, A.; Manurung, 1. (Balai Penelitian
Veteriner, Bogor (Indonesia)) 3 ill., 3 tables; 24 ref. Summaries (En, In). Jurnal Ilmu Ternak dan
Veteriner (Indonesia) ISSN 0853-7380 (2005) v. 10(2) p. 134-142.
LIVESTOCK; ANNONA SQUAMOSA;
MORTALITY; METHANOL; IN VITRO.
SEED
EXTRACTION;
BOOPHILUS
MICROPLUS;
Caplak Boophilus micropllls adalah salah satu ektoparasit penting yang menyerang temak. Metode
pengendalian menggunakan akarisida sintetik memerlukan biaya yang mahal dan berdampak pencemaran
lingkungan serta timbulnya ras hama resisten. Tujuan penelitian untuk mengetahui efektivitas ekstrak
daging biji srikaya dengan berbagai pelarut (air, metanol dan heksan) terhadap larva B. micropllls secara
in vitro. Sebanyak 550 larva digunakan pada penelitian ini dan dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu
kelompok ekstrak air (konsentrasi 3,4 dan 5%), metanol dan heksan (konsentrasi 0,25; 0,50 dan 0,75%).
Coumaphos 0,50% digunakan sebagai kontrol posit if. Larva dicelupkan ke dalam larutan uji selama 10
detik, kemudian ditiriskan dan setelah kering dipindahkan ke dalam pot obat. Mortalitas larva diamati
setiap jam selama 5 jam. Data mortalitas ditabulasikan ke dalam rumus Abbot dan dianalisis probit dengan
selang kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa senyawa aktif daging biji srikaya
(annonain dan skuamosin) bersifat racun kontak yang efektif terhadap larva B. micropllls pada konsentrasi
5% (ekstrak air); 0,50% (ekstrak metanol), dan 0,75% (ekstrak heksan). Ekstrak metanol mempunyai nilai
LC50, LC90, dan LC95 yang lebih rendah daripada ekstrak heksan, yaitu berturut-turut 0,32; 0,86; dan
1,13% sedangkan pada ekstrak heksan menjadi 0,35; I, II; dan 1,54% dalam waktu 5 jam. Daya bunuh
ekstrak metanollebih cepat dan efektif pada konsentrasi 0,50%, yaitu 3,12 jam (LT50); 5,86 jam (LT90);
dan 7,00 jam (LT95) dibandingkan dengan ekstrak heksan pada konsentrasi 0,75%, yaitu 3,26 jam (LT50);
6,21 jam (LT90); dan 7,45 jam (LT95). Ekstrak air pada konsentrasi 5% efektif untuk diaplikasikan oleh
petemak tradisional di pedesaan karena metodenya mudah dan murah. Nilai konsentrasi letalnya pada jam
ke lima adalah 2,02% (LC50); 4,00% (LC90); dan 4,85% (LC95) sedangkan nilai waktu letalnya pad a
konsentrasi 5% adalah 2,54 jam (LT50); 4,13 jam (LT90); dan 4,75 jam (LT95).
124 WARDHANA, A.H.
Identifikasi senyawa volatil dari luka myasis dan responnya terhadap lalat Chrysomya bezziana.
ldentification
of volatile compounds from myiasis wounds and its responses for Chrysomya
bezziana/Wardhana, A.H.; Sukarsih (Balai Penelitian Veteriner, Bogor (Indonesia)) Urech, R., I ill., 4
tables; 25 ref. Summaries (En, In). JlIrnal Ill1lll Ternak dan Veteriner (Indonesia) ISSN 0853-7380 (2005)
v. 10(1) p. 41-50.
CATTLE; MYIASIS;
CHROMATOGRAPHY.
VOLATILE
COMPOUNDS;
CHRYSOMYA;
IDENTIFICATION;
GAS
Pengembangan formula pemikat untuk lalat screwworm sangat diperlukan dalam program pengendalian
penyakit myasis pada temak. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi senyawa volatil dari luka myasis
yang diinfestasi dengan larva C. bezziana sekaligus untuk mengetahui responnya pada uji sangkar dan
semi lapang. Sebanyak dua ekor sapi, yaitu sapi Friesian - Holstein betina (FH) (hewan I) dan sapi bali
jantan (hewan 2) digunakan sebagai model luka myasis. Luka buatan sepanjang 8-10 cm dibuat pada
bagian rump dan sebanyak 200 telur C. bezziana diinfestasikan pada luka tersebut. Bau yang terevaporasi
dari luka dikoleksi pada hari pertama dan ke-3 untuk hewan I sedangkan untuk hewan 2 dikoleksi pada
hari ke-3 dan ke-5. Dua jenis alat digunakan untuk mengoleksi bau ini, yaitu adsorbsi ke dalam tenaks
yang terdapat dalam tabung tembaga dan disambungkan dengan mangkok stainless steel. Alat ini
melibatkan aliran udara konstan yang masuk dan keluar dari mangkok sehingga bau dapat tertampung
dalam tabung. Cara yang lain adalah tanpa aliran udara, yaitu menggunakan alat Solid Phase Micro
60
•
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 25, No. 1,2008
Extraction (SPME) yang disisipkan ke dalam mangkok. Gas kromatografi/mass spektrometri digunakan
untuk menganalisis dan menentukan jenis senyawa volatil. Luka pada hewan I menghasilkan senyawa
nonanal, dekanal, heksanal dan heptanal (hari pertama) dan variasi senyawa sulfida, yaitu DMS, DMDS
dan DMTS (hari ke-3). Senyawa yang lebih beragam berhasil dideteksi pada hari ke-3 dan ke-5 (hewan 2)
yang mempunyai bau seperti kasus myasis alami. Senyawa senyawa terse but adalah indol, fenol, aseton
termasuk variasi senyawa sulfida (DMS, DMDS dan DMTS), alkohol (butanol, 3-metilbutanol), aldehid
dan beberapa jenis asam. Senyawa-senyawa yang teridentifikasi diseleksi dan diformulasi menjadi
pemikat (B92) kemudian diuji pada uji sangkar dan semi lapang dengan pemikat SL-2 sebagai
pembanding. Respon lalat dianalisis dengan ANOYA 5% (uji sangkar) dan uji T 5% (uji semi lapang).
Hasil uji sangkar menunjukkan bahwa respon lalat terhadap B92 sangat rendah jika dibandingkan dengan
SL-2 (P < 0,05). Penambahan B92 ke dalam SL-2 tidak mampu meningkatkan jumlah lalat yang
tertangkap pada uji sangkar (SL-2 + B92 = 10:I; 10:3). Respon lalat pada uji semi lapang juga masih
menunjukkan respon yang rendah, secara statistik antara SL-2 dan kombinasi B92/SL-2 tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata (P < 0,05).
L 74
RAGAM KELAINAN PADA HEWAN
125 BAHRI, S.
Efek aflatoksin 81 (AFBI) pada embrio ayam. Effect of aflatoxins Bl (AFBl) on chick embryo/Bahri,
S.; Widiastuti, R. (Balai Penelitian Yeteriner, Bogor (Indonesia)) Mustikaningsih, Y., 4 ill., 3 tables; 23
ref. Summaries (En, In). Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner (Indonesia) ISSN 0853-7380 (2005) v. 10(2)
p. 160-168.
CHICKENS; ANIMAL EMBRYOS; AFLATOXlNS.
Aflatoksin merupakan senyawa toksik yang bersifat mutagenik, teratogenik, dan karsinogenik umumnya
banyak dijumpai pada bahan pangan berasal dari biji-bijian seperti jagung, beras dan kacang-kacangan
yang kualitasnya kurang baik. Keberadaannya pada bahan pangan termasuk pangan asal temak di
Indonesia telah banyak diungkapkan oleh berbagai peneliti, tetapi penelitian toksisitasnya masih sangat
terbatas. Penelitian efek aflatoksin B 1 pada embrio ayam ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh
berbagai dosis AFB 1 terhadap perkembangan embrio ayam, kematian dan daya tetas embrio tersebut,
sekaligus juga untuk melengkapi informasi sebelumnya. Dosis AFB 1 yang digunakan adalah 0; 15,6;
31,2; 62,5; 125; dan 250 ng AFBlItelur berembrio yang diberikan melalui kantong hawa kepada masingmasing 25 telur bertunas umur 5 hari. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa daya tetas embrio sampai
hari ke-21 adalah 66, 28, 26,16,0 dan 0% masing-masing untuk dosis 0; 15,6; 31,2; 62,5; 125 dan 250 ng
AFB 1. Pemberian AFB 1 juga telah menyebabkan kelainan embrio berupa pendarahan, malabsorbsi
kuning telur, kekerdiIan, lemah, dan cacat kaki ringan. Berat anak ayam yang berhasil menetas tidak
berbeda nyata antar perlakuan walaupun ada kecenderungan lebih rendah pada pemberian AFB 1 dosis
tinggi.
P33
KIMIA DAN FISIKA TANAH
126 UTAMI, S.N.H.
Sifat kimia Entisol pada sistem pertanian organik. Chemical properties in organic and conventional
farming system/Utami, S.N.H.; Handayani, S. (Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (Indonesia).
Fakultas Pertanian) 2 tables; 11 ref. Summaries (En, In). Ilmu Pertanian (Indonesia) ISSN 0126-4214
(2003) v. 10(2) p. 63-69.
ORGANIC AGRICULTURE;
ALTERNATIVE AGRICULTURE;
CHEMICOPHYSICAL PROPERTIES; LAND PRODUCTIVITY.
SOIL
FERTILITY;
SOIL
Sistem pertanian berbasis bahan high input energy (bahan fosil) seperti pupuk kimia dan pestisida dapat
merusak sifat-sifat tanah dan pada akhimya akan menurunkan produktivitas tanah untuk waktu yang akan
datang. Sistem pertanian altematif yang menggunakan teknologi masukan rendah (low input energy)
61
Vol. 25, No. I, 2008
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
diyakini mampu memelihara kesuburan tanah dan kelestarian lingkungan sekaligus dapat
mempertahankan atau meningkatkan produktivitas tanah. Sistem pertanian organik mengutamakan
penggunaan bahan organik dan pendaurulangan limbah. Penelitian bertujuan mengetahui perubahan sifat
fisik dan kimia tanah yang terjadi dalam sistem pertanian organik selama beberapa kali. Penelitian
menggunakan metode sampling pada lahan milik petani yang telah diteliti mela(.,.'ukanperlakuan sistem
pertanian organik dan non organik. Dua contoh tanah diambil dari 2 lokasi yang berbeda untuk mewakili
tanah sistem pertanian organik dan 4 eontoh tanah diambil dari 4 lokasi yang berbeda mewakili sistem
pertanian non organik. Pengambilan eontoh tanah dilakukan pada kedalaman lapis olah 20 em. Hasil
penelitian menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap sifat kimia tanah (KPK, pH, H20, P tersedia, K
tersedia, N total, kandungan karbon, asam humat dan fulfat) antara tanah dengan sistem pertanian organik
dan non organik yang menunjukkan nilai lebih baik pada sistem pertanian organik.
P34
BIOLOGI TANAH
127 SIMARMATA, T.
Derajat infeksi, serapan P, jumlah bintil dan hasil dua kultivar kacang tanah (Arachis hypogaea L.)
yang diberi inokulan cendawan mikoriza arbuskula (Glomus fasciculatum dan Gigaspora margarita)
pada Inceptisol di Jatinangor. Roots infection, P-uptake, IlIl1nber of effective nodule, and grain yield
of two peanut cultivars (Arachis hypogaea L.) as affected by the inoculation of arbuscular mycorrhizal
fungi
(Glomus fasciculatum
and Gigaspora
margarita)
on inceptisols
in Jatinangor
{IndonesiajlSimarmata, T. (Universitas Padjadjaran, Bandung (Indonesia)) Tachro. 3 tables; II ref.
Summaries (En, In). Bionatllra (Indonesia): Jurnal Ilmu-ilmu Hayati dan Fisik ISSN 1411-0903 (2005) v.
7(2) p. 137-145.
ARACHIS HYPOGAEA; VARIETIES; GLOMUS FASCICULATUM; GIGASPORA MARGARITA;
PHOSPHORUS; NUTRIENT UPTAKE; ROOTS; INFECTION; YIELDS.
Percobaan untuk mengetahui infeksi akar, serapan P, jumlah bintil akar efektif, jumlah polong bernas,
jumlah biji, bobot kering 25 biji, dan bobot hasil biji dan dua kultivar kaeang tanah yang diinokulasi
dengan cendawan mikoriza arbuskula (CMA) pada Ineeptisol dilaksanakan bulan Agustus-November
2003 di rumah kaea Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran di Jatinangor. Percobaan menggunakan
rancangan aeak kelompok (RAK) pola faktorial, dengan 4 ulangan. Faktor pertama adalah jenis inokulan
CMA (M) terdiri atas 3 taraf (kontrol CMA, Glomus jasciculatum, Gigasfora margarita). Faktor kedua
adalah kultivar kaeang tanah (K) terdiri atas 2 taraf (Kelinei dan Jerapah). Hasil pereobaan menunjukkan
efek interaksi antara CMA dan kultivar kaeang tanah tidak mempengaruhi semua variabel pengamatan.
Aplikasi inokulan CMA baik Glomus fasciculatum maupun Gigaspora margarita mampu meningkatkan
derajat infeksi akar, serapan hara P, jumlah bintil akar efektif, jumlah polong bernas, bobot kering 25 biji,
bobot hasil biji keringltanaman dengan signifikan. Inokulasi dengan Glomus fasciculatllln memberikan
jumlah bintil akar efektif, bobot kering 25 biji, bobot hasil biji kering/tanaman paling tinggi dibandingkan
dengan perlakuan lainnya. Sedangkan kedua kultivar tidak menunjukkan pcrbedaan nyata terhadap semua
variabel yang diamati, keeuali terhadap jumlah polong bernas/tanaman.
P35
KESUBURAN TANAH
128 SYAFRUDDIN.
Status hara tanah lahan sawah irigasi di Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Donggala, Sulawesi
Tengah. {Irrigated lowland nutrient status in Sigi Biromaru, Donggala, Central Sulawesi
(Indonesia)j/Syafruddin; Saidah; Chatijah (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah, Palu
(Indonesia)) I ill., 2 tables; 24 ref. Summaries (En, In). Jurnal Agroland (Indonesia) ISSN 0854-641 X
(2005) v. 12(3) p. 214-220.
ORYZA SATIVA; IRRIGATED
PROPERTIES; SULAWESI.
62
RICE; NUTRITIONAL
STATUS; SOIL CHEMICOPHYSICAL
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 25, No. I, 2008
Terjadinya pelandaian produksi yang dikenal dengan levelling of di beberapa sentra produksi padi di Jawa
dab 'Sumatera diduga disebabkan oleh adanya akumulasi unsur tertentu dalam tanah sebagai akibat
pemberian pupuk kimia dengan jumlah banyak dalam jangka waktu relatif lama. Hal ini perlu diantisipasi
dengan cara mengamati status hara tanah sawah di sentra padi di Sulawesi Tengah agar hal ini tidak
terjadi. Penelitian bertujuan untuk mengetahui status hara N, P, K dan beberapa sifat kimia tanah sawah
irigasi yang kemudian dapat digunakan sebagai dasar penentuan jenis dan takaran pupuk yang sesuai
dengan kondisi tanah dan kebutuhan tanaman di Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Donggala
Sulawesi Tengah. Pelaksanaan penelitian terbagi atas dua tahap yaitu: tahap pengambilan sampel tanah
dan tahap analisis status hara dan sifat kimia. Pengambilan sampel tanah dilaksanakan dengan cara
komposit pada kedalaman 0 - 20 cm yang dianggap mewakili areal yang dikaji. Jumlah sampel tanah
berdasarkan pada luas lahan sawah masing-masing desa dengan rincian setiap sampel mewakili 100 ha
lahan sawah. Analisa status hara dan sifat kimia tanah dilakukan pad a laboratorium kimia tanah Pus at
Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Penelitian dilaksanakan pad a bulan September 2002
- Februari 2003. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa sekitar 81,82% dan 100% dari sampel yang
dianalisis berkadar P-total dan K-total sangat tinggi, namun P-tersedia di dominasi oleh status sangat
rendah. Kadar N-total dan C-organik berada pada kisaran sangat rendah hingga rendah. Basa-basa tukar
bervariasi dari rendah hingga sangat tinggi dan kapasitas tukar kation rendah hingga sedang dengan pH
tanah kisaran agak masam hingga agak alkalis.
P36
EROSI, KONSERVASI DAN REKLAMASI
TANAH
129 BASONG, A.
Analisis potensi aliran debris Sungai Sombe Lewara, Palu. [Analysis of flood surface of the
catchment areas of Sombe Lewara River, Palu (Indonesia)} /Basong, A. (Universitas Tadulako, Palu
(Indonesia). Fakultas Teknik) 5 tables; 7 ref. Summaries (En, In). Jurnal Agroland (Indonesia) ISSN
0854-64IX (2005) v. 12(3) p. 279-283.
SULAWESI; EROSION; RIVERS; WATERSHEDS; RAIN.
Penelitian bertujuan menganalisis aliran debris daerah aliran sungai Sombe Lewara, Palu. Metode
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah met ode feel research, observasi lapangan, gambaran umum
catchment area, data dimensi sungai dan peta inventarisasi daerah pengaliran debris sungai SombeLewara Palu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk daerah pengaliran sungai Sombe-Lewara sumber
terjadinya aliran debris didominasi longsongan tebing kanan dan kiri sungai, erosi dasar sungai dan erosi
permukaan, dengan kondisi tanah berupa batuan sedimen, intensitas curah hujan 13 mm/jam berikutnya
memungkinkan terjadinya aliran debris.
130 DJAJADI.
Efektivitas teknik konservasi Iahan dalam menekan erosi dan penyakit lineat. Effectiveness of land
conservation technique in reducing soil erosion and lincat plant diseases/Djajadi; Mastur; Dalmadiyo,
G.; Murdiyati, A.S. (Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Malang (Indonesia)) 3 ill., 3 tables;
14 ref. Summaries (En, In). Jurnal Penelitian Tanaman Industri (Indonesia) ISSN 0853-8212 (2004) v.
10(4) p. 135-141.
NICOTIANA TABACUM; SOIL CONSERVATION; SETARIA (GRASS); FLEMINGIA; EROSION
CONTROL; PLANT DISEASES; ASPERGILLUS FUMIGATUS; BACILLUS CEREUS; TERRACES;
SOIL CHEMICOPHYSICAL PROPERTIES.
Penelitian dilaksanakan di Desa Glapansari, Kecamatan Parakan, Kabupaten Temanggung pada bulan
Maret - Desember 2001 untuk mengevaluasi pengaruh penerapan teknik konservasi lahan dalam
pengendalian erosi dan penyakit lincat terhadap erosi, sifat fisik tanah, populasi patogen, kematian
tanaman, serta hasil tembakau. Perlakuan yang diuji adalah teknik pengendalian erosi yang meliputi
penanaman rumput setaria pada bibir teras dan tanaman Flemingia congesta pada bidang tampingan, serta
pembuatan rorak di dasar saluran teras dan pengolahan tanah minimum. Perlakuan tersebut
63
Vol. 25, No. i, 2008
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian indonesia
dikombinasikan dengan teknologi pengendalian penyakit lincat, yaitu penanaman galur tembakau tahan
(BC3-C51) dan pemberianlpenyemprotan mikrobia antagonis Aspergillus fumigatus dan Bacillus cereus.
Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan 2 perlakuan (konservasi dan kontrol)
dan 6 ulangan. Setiap satuan percobaan tersusun atas petak berukuran 22 m x 4 m dan masing-masing
dipasang I unit bak penampung erosi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan teknik konservasi
dapat menekan besamya erosi dan 30,2 t/ha menjadi 16,7 t/ha atau turun 44,8%. Kombinasi teknik
pengendalian penyakit lincat dapat menekan perkembangan patogen lincat dan mengurangi kematian
tanaman tembakau sebesar 53,6%. Hasil daun tembakau basah dan rajangan kering pada perlakuan
konservasi masing-masing 41,7% dan 42,1 % dibanding kontrol.
131 FAIZAL.
Kajian prediksi erosi pad a daerah aliran sungai Tawaeli. [Erosion prediction in Tawaeli (Central
Sulawesi, Indonesia) watershed areaj/Faizal (Universitas Tadulako, Palu (Indonesia). Fakultas Pertanian)
4 tables; 14 ref. Summaries (En, In). Jurnal Agroland (Indonesia) ISSN 0854-641X (2005) v. 12(3) p.
236-241.
SULAWESI; EROSION; LAND USE; SLOPING LAND; WATERSHEDS.
Kajian prediksi erosi pada skala DAS dilakukan di daerah aliran sungai (DAS) Tawaeli, Provinsi Sulawesi
Tengah mulai bulan Agustus - Nopember 2004. Tujuan penelitian untuk memprediksi besamya erosi yang
terjadi pada DAS Tawaeli dengan menggunakan metode survei. Hasil prediksi menunjukkan besamya
erosi yang terjadi bervariasi antara 1,91-693,83 t/ha/thn. Nilai ini jauh di atas erosi yang ditoleransi yakni
16,83 t/ha/thn, namun sebagian unit lahan menunjukkan nilai erosi yang lebih kecil dari erosi yang
ditoleransi. Tingginya nilai erosi yang terjadi sangat ditentukan oleh besamya kontribusi faktor kondisi
penutupan lahan yang ditunjang oleh kemiringan lereng.
132 THAHA, A.R.
Tingkat kerusakan sumber daya lahan di daerah aliran sungai Lolitasiburi. [Land resource
degradation level in Lolitasiburi (Donggala, Indonesia) watershed areaj/Thaha, A.R. (Universitas
Tadulako, Palu (Indonesia). Fakultas Pertanian) 5 tables; 10 ref. Summaries (En, In). Jurnal Agroland
(Indonesia) ISSN 0854-641X (2005) v. 12(3) p. 229-235.
SULAWESI; LAND USE; EROSION; SLOPING LAND; LAND RESOURCES;
WATERSHEDS.
DEGRADATION;
Kerusakan sumber daya lahan oleh erosi tanah di daerah aliran sungai (DAS) Lolitasiburi memberikan
dampak yang luas pada berbagai aktivitas kehidupan masyarakat diantaranya adalah banjir dimusim hujan,
kekeringan dimusim kemarau, menurunnya produktivitas lahan pertanian, terjadinya pendangkalan
saluran-saluran irigasi, danlain-Iain. Tujuan penelitian untuk mengetahui tingkat kerusakan lahan di DAS
Lolitasiburi. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan metode survei. Peta unit lahan dibuat dengan
tumpang tindih peta lereng, peta penggunaan lahan dan peta sistem lahan. Analisis contoh tanah terganggu
dan tak terganggu dilakukan di laboratorium tanah, Fakultas Pertanian UNTAD. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa DAS Lolitasiburi telah mengalami kerusakan pada tingkat kritis. Faktor-faktor
penyebabnya adalah aktivitas masyarakat, lereng dan tingkat penutupan vegetasi yang sangat rendah.
Q02
PENGOLAHAN
DAN PENGAWETAN PANGAN
133 HISTIFARlNA, D.
Teknik pengeringan dalam oven untuk irisan wortel kering bermutu. Dehydration technique using
an oven for qualified dried sliced carrot/Histifarina, D.; Musaddad, D.; Murtiningsih, E. (Balai Penelitian
Tanaman Sayuran, Lembang (Indonesia)) 3 tables; 14 ref. Summaries (En, In). Jurnal Hortikultura
(Indonesia) ISSN 0853-7097 (2004) v. 14(2) p. 107-112.
CARROTS; PROCESSING; DRYING; PROXIMATE COMPOSITION; QUALITY.
64
Abstrak Rasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 25, No.1, 2008
Tujuan penelitian untuk mengkaji pengaruh suhu dan lama pengeringan terhadap karakteristik mutu
sayuran wortel kering. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisiologi Hasil Balai Penelitian Tanaman
Sayuran Lembang pada bulan Juli - Oktober 2000. Rancangan percobaan yang digunakan adalah acak
kelompok pola faktorial dengan tiga ulangan dan dua faktor. Faktor pertama adalah suhu pengeringan (40,
50, dan 60°C) dan faktor kedua adalah lama pengeringan (17, 22, 27, dan 32 jam). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa perlakuan lama pengeringan 32 jam yang dikombinasikan dengan suhu pengeringan
50°C menghasilkan wortel kering terbaik berdasarkan nilai kadar air (9,15% bb), kadar beta karoten
(0,019%), persentase dehidrasi tinggi (520,44%), dan penilaian sensori terhadap wama serta tekstur yang
baik.
134 HISTIFARINA, D.
Pendugaan umur simpan kentang tumbuk instan berdasarkan
kurva isotermi sorpsi air dan
stabilitasnya selama penyimpanan. Predicting the shelflife of mashed potatoes instant based on
sorption isotherms curve and its stability during storagelHistifarina, D. (Balai Penelitian Tanaman
Sayuran, Lembang (Indonesia)) 5 ill., 7 tables; 13 ref. Summaries (En, In). Jurnal Rortikultura
(Indonesia) ISSN 0853-7097 (2004) v. 14(2) p. 113-120.
POTATOES; PROCESSED PLANT PRODUCTS; SORPTION; KEEPING QUALITY; PROXIMATE
COMPOSITION; STORAGE.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui kadar air kritis berdasarkan kurva sorpsi isotermi dan mengkaji
stabilitas produk kentang tumbuk instan selama penyimpanan, serta menduga umur simpannya. Penelitian
dilaksanakan di laboratorium Rekayasa Proses Pangan dan Pilot Plan Pusat Studi Pangan dan Gizi, Institut
Pertanian Bogor dari Februari - September 2002. Bahan yang digunakan adalah kentang varietas atlantik.
Penelitian terdiri dari dua tahap, yaitu kadar air kesetimbangan dan pendugaan umur simpan ken tang
tumbuk instan. Penelitian tahap pertama adalah penentuan kadar air kesetimbangan ken tang tumbuk instan
secara absorbsi menggunakan 21 jenis larutan garam jenuh. Penelitian tahap kedua meliputi perlakuan
kemasan PET 12/Aluvo 7/LLDPE 40, PET 12/LLDPE 25, dan HDPE. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kemasan PET 12/Aluvo 7/LLDPE 40 memberikan umur simpan paling lama (209 hari)
berdasarkan perubahan kadar air maupun nilai asam barbiturat, dengan nilai kadar air 10,43% bk dan nilai
asam thiobarbiturat 1,072 mg/kg untuk sampel pada 8 minggu penyimpanan.
135 IRIANI, E.S.
Pengaruh konsentrasi penambahan pektinase dan kondisi inkubasi terhadap rendemen dan mutu
jus mangga kuini (Mangifera odorata Griff.). Effects of pectinase concentration and incubation
condition on yields and quality of kuini mango juice (Mangifera odorata Griff.)/Iriani, E.S.; Setyadjit
(Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Bogor (Indonesia)) Said, E.G.; Suryani,
A., 2 ill., 6 tables; 13 ref. Summaries (En, In). Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian (Indonesia) ISSN
0216-1192 (2005) v. 2(1) p. 11-17.
MANGOES;
FRUIT
JUICES;
MANGIFERA ODORATA.
POLYGALACTURONASE;
FERMENTATION;
QUALITY;
Kuini merupakan salah satu jenis buah-buahan yang banyak terdapat di Indonesia, yang memiliki aroma
khas, penampilan wama yang menarik, serta kandungan vitamin A, C, dan serat yang tinggi. Untuk
mengurangi serat terse but biasanya ditambahkan pektinase dalam proses pembuatan jus kuini. Penelitian
bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi, waktu dan suhu inkubasi terhadap perubahan rendemen
dan karakteristik mutu jus kuini. Penelitian dilakukan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Pascapanen Pertanian pada bulan Juli 2003 - Juni 2004. Kuini dari Bogor dan sekitamya dihancurkan
kemudian ditambahkan pektinase. Waktu inkubasi pada penelitian pendahuluan berkisar
180 menit.
Pada penelitian utama digunakan rancangan percobaan rancangan acak faktorial dengan faktor (1)
konsentrasi : 0, 500, 750 dan 1000 ppm, faktor (2) suhu inkubasi : 45°C dan 55°C dengan tiga kali
ulangan. Waktu inkubasi yang digunakan adalah 60 menit karena berdasarkan penelitian pendahuluan
dapat memberikan rendemen tertinggi. Parameter yang diamati meliputi perubahan rendemen, pH, total
padatan terlarut, kekentalan, kadar gula pereduksi, total asam dan vitamin C serta komponen volatil
penyusun flavor kuini. Hasil penelitian utama menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi pektinase
65
°-
Vol. 25, No. i, 2008
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian indonesia
dan suhu inkubasi maka rendemen juga semakin bertambah. Interaksi konsentrasi pektinase 1000 ppm
pada suhu inkubasi 55°C memberikan rendemen tertinggi sebesar 94%. Hasil analisis menunjukkan bahwa
penambahan pektinase berpengaruh nyata terhadap perubahan pH, total padatan terlarut dan kekentalan,
tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan gula pereduksi, total asam tertitrasi dan kadar vitamin
C. Pektinase juga berpengaruh terhadap perubahan profil kromatogram dari flavor jus kuini, makin tinggi
konsentrasi pektinase yang ditambahkan, maka komponen monoterpen seperti alpha-pinene dan myrcene
akan berkurang.
136 NURDJANNAH, N.
Pembuatan serbuk pala (Myristica fragrans Houtt) ins tan dengan menggunakan alat pen gering
semprot. Instant nutmeg (Myristica fragrans Boult) powder formulation using spray dryerlNurdjannah,
N. (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Bogor (Indonesia» 13 tables; 25 ref.
Summaries (En, In). Jurnal Penelitian Tanaman lndustri (Indonesia) ISSN 0853-8212 (2005) v. 11(4) p.
159-170.
MYRISTICA
FRAGRANS;
NUTMEGS;
POWDERS;
SPRAY
DRYING;
MALTODEXTRINS; ORGANOLEPTIC ANALYSIS; CHEMICAL COMPOSITION.
DEXTRINS;
Produk utama buah pala (Myristicafragrans Houtt) adalah biji pala (tua dan muda) dan fuli. Daging buah
pala merupakan bagian terbesar dari buah pala (83,3%) tetapi sampai sekarang masih sedikit sekali yang
dimanfaatkan di antaranya untuk manisan dan minuman dalam bentuk serbuk pala instan. Penelitian
bertujuan untuk mempelajari pembuatan serbuk pala instan dengan menggunakan alat pengering semprot
(spray dryer) dengan dekstrin dan maltodekstrin sebagai bahan pengisi dari penelitian pendahuluan dan
penelitian lanjutan. Penelitian pendahuluan bertujuan untuk mencari temperatur inlet optimum pengering
semprot untuk memperoleh serbuk instan pala, perbandingan buah pala dan air dalam pembuatan sari buah
pala, perbandingan sari buah pal a dan sirup glukosa dalam pembuatan sirup pala serta jenis, dan
konsentrasi bahan pengisi yang akan digunakan pada penelitian lanjutan. Dari hasil penelitian
pendahuluan diperoleh temperatur inlet optimum dari pengering semprot adalah 180°C. Perbandingan
daging buah pala dan air untuk pembuatan sari buah pala adalah I: I (bib). Perbandingan sari buah pala
dengan sirup glukosa untuk pembuatan sirup pala adalah I : I (bib). Berdasarkan hasil penelitian
pendahuluan, perlakuan yang dicobakan pada penelitian utama terdiri dari jenis bahan pengisi (AI =
dekstrin, A2 = maltodekstrin) dan konsentrasi bahan pengisi (BI = 5%, B2 = 10%, B3 = 15%). Rancangan
percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan ulangan 3 kali. Parameter yang
diamati adalah rendemen dan karakteristik dari serbuk pala ins tan yang terdiri dari kadar air, kadar abu,
kadar total asam tertitrasi, pH, kadar vitamin C dan kelarutan. Untuk menentukan tingkat kesukaan
konsumen terhadap serbuk pala instan dilakukan uji organoleptik terhadap 20 pane lis. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa jenis dan konsentrasi bahan pengisi berpengaruh terhadap karakteristik dari serbuk
pala instan serta derajat kesukaan dari pane lis terhadap serbuk pala instan. Perlakuan terbaik yang dipilih
berdasarkan tingginya rendemen dan karakteristik dari serbuk pala instan serta tingkat kesukaan dari
panelis, yaitu dekstrin sebagai bahan pengisi pada tingkat konsentrasi 15% pada kondisi proses pengering
semprot dan kondisi pembuatan sirup.
137 USMIATI, S.
Mikroba susu fermentasi sejenis kefir menggunakan starter kombinasi penyusunan granula kefir
dan Bifidobacterium longum. Microbes of fermented kefir-like using combination of kefir grain and
Bifidobacterium longum/Usmiati, S. (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian,
Bogor (Indonesia» Ram, R., I ill., 8 tables; 30 ref. Summaries (En, In). Jurnalllmu Ternak dan Veteriner
(Indonesia) ISSN 0853-7380 (2005) v. 10(1) p. 27-34.
MILK PRODUCTS; CULTURED MILK; VOLATILE COMPOUNDS; BIFIDOBACTERIUM.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui sifat fisikokimia dan mendeteksi komponen volatil pembentuk
flavor susu fermentasi sejenis kefir. Bahan baku yang digunakan adalah susu skim dengan padatan terlarut
9,5% yang dipanaskan pada suhu 85°C selama 30 menit, dan didinginkan pada suhu 22°C untuk
menumbuhkan starter kombinasi dari: (a) Lactobacillus acidophilus P 155110, (b) Lactobacillus
delbrueckii subsp. bulgaricus NCIMB 11778, (c) Lactococcus lactis P15561O, (d) Leuconostoc
66
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 25, No.1, 2008
mesenteroides subsp. dextranicum NCIMB 3350, (e) Acetobacter aceti P15481O, (t) Bifidobacterium
longum BFI, and (g) Saccharomyces cerevisiae P156252. Berdasarkan fase logaritmik masing-masing
mikroba kemudian dikombinasikan menjadi tiga perlakuan, yaitu: PI = tanpa (b); P2 = tanpa (a); dan P3 =
seluruh mikroba. Sifat fisiko-kimia yang diamati meliputi kadar asam laktat, pH, kekentalan, kadar
laktosa, komponen volatil, dan uji organoleptik intensitas atribut sensori. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa B. longum merupakan bakteri yang potensial untuk digunakan sebagai kombinasi starter dalam
pembuatan susu fermentasi sejenis kefir. Starter kombinasi PI menghasilkan keasaman dan kekentalan
yang tinggi, pH dan kadar laktosa yang rendah, dengan nilai intensitas wama putih krem menyerupai
wama kefir komersial (starter granula kefir), konsistensi halus dan kental, serta memiliki aroma spesifik
kefir pada produk susu fermentasi dalam penelitian ini. Komponen volatil kelompok asam mendominasi
sifat keasaman yang tinggi pada PI. Senyawa 3-hidroksi-2-butanon (asetoin) mempengaruhi ciri aroma
menyerupai mentega pada P3. Komponen volatil ini sebagai salah satu komponen flavor penting susu
fermentasi tidak terdeteksi pada produk dengan starter Pl.
Q03
KONTAMINASI
DAN TOKSIKOLOGI
PANGAN
138 ASRIAN1.
Kajian efek sinergi metabolit bakteri asam laktat-monoasilgliserol
minyak kelapa terhadap bakteri
patogen. [Synergism effect of lactic acid bacteria metabolite and coconut oil monoacylglycerol on
human pathogenic bacteria]lAsriani (Institut Pertanian Bogor (Indonesia). Sekolah Pascasarjana); Jenie,
B.S.L.; Sudirman, 1.; Yasin, S., 6 ill., 22 ref. Summaries (En, In). Jurnal Agroland (Indonesia) ISSN
0854-64lX (2005) v. 12(3) p. 242-248.
LACTIC ACID BACTERIA; COCONUT OIL; ACYLGLYCEROLS; MONO AND DIGLYCERIDES;
PATHOGENS.
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji adanya efek sinergi dari metabolit BAL dan MAG minyak kelapa
terhadap mikroba patogen. Metabolit BAL yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil
seleksi 6 jenis kultur BAL lokal yang bersinergi kuat dengan MAG. Untuk menguji aktivitas antimikroba
dari campuran metabolit BAL dan MAG maka dilakukan berbagai pengujian yang meliputi: penentuan
rasio matabolit BAL-MAG, pengujian aktivitas antimikroba terhadap mikroba uji, penentuan nilai MIC,
analisis kebocoran sel terhadap bakteri uji dan uji kestabilan pada berbagai pH. Bakteri uji yang digunakan
antara lain L. monocytogene, B. cereus, untuk gram positif dan S. typhimurium dan E. coli untuk gram
negatif. Untuk pengujian aktivitas antimikroba digunakan metode difusi sumur dan metode kontak. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi rasio metabolit BAL-MAG yang digunakan semakin tinggi
pula aktivitas antimikrobanya, untuk nilai MIC dan kebocoran sel diperoleh bakteri gram positif lebih
tinggi daripada bakteri gram negatif. Sementara untuk uji kestabilan metabolit BAL-MAG menunjukkan
pada pH 4-5 lebih efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri dibandingkan dengan pH 6-7 untuk
semua bakteri uji.
139 RUSDI, U.D.
Efek ekstrak kayu secang (Caesalpinia sappan L.) terhadap daya simp an bungkil kacang tanah.
Effect of wood extract of secang to preservation of groundnut cake/Rusdi, U.D.; Hidayati, YA.
(Universitas Padjadjaran, Bandung (Indonesia). Fakultas Petemakan); Widowati, W. , 3 tables; 23 ref.
Summaries (En, In). Bionatura (Indonesia): Jurnal Ilmu-ilmu Hayati dan Fisik ISSN 1411-0903 (2005)
v. 7(2) p. 165-178.
GROUNDNUT MEAL; PRESERVATION; CAESALPINIA; EXTRACTS.
Penelitian dilakukan untuk mengetahui efek dan ekstrak kayu secang (EKS) terhadap daya simpan bungkil
kacang tanah, yang dimanifestasikan oleh jumlah total koloni jamur, angka asam dan angka iod.
Percobaan menggunakan rancangan acak lengkap pola faktorial 7 x 5 Genis pengawet dan lama
penyimpanan) dengan 3 kali ulangan. Peubah yang diukur adalah total koloni jamur, angka asam dan
angka iod. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan EKS, dapat memperlambat peningkatan jumlah
total koloni jamur dan angka asam serta dapat memperlambat penurunan angka iod pada bungkil kacang
67
Vol. 25, No.1, 2008
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
tanah. EKS sebagai pengawet sangat nyata lebih baik dari perlakuan butylated hydroxy toluene (BHT)
0, I% maupun natrium benzoat (NB) 0, I%.
140 SRl-MULATO.
Pelarutan kafein biji kopi robusta dengan kolom tetap menggunakan pelarut air. Water extraction
of caffeine in robusta coffee using a fIXed bed column/Sri-Mulato; Widyotomo, S. (Pusat Penelitian
Kopi dan Kakao Indonesia, ]ember (Indonesia)) Lestari, H., 10 ill., 25 ref. Summaries (En, In). Pelita
Perkebunan (Indonesia) ISSN 0215-0212 (2004) v. 20(2) p. 97-109.
ROBUSTA COFFEE; CAFFEINE; EXTRACTION; DECAFFEINATION.
Kafein dalam kopi diduga mempunyai efek yang kurang baik bagi kesehatan peminumnya dan dalam
jangka panjang dapat berdampak pada menurunnya minat minum kopi dan konsumsi kopi di dalam negeri.
Oleh karena itu, suatu penelitian telah dilakukan untuk memproduksi kopi rendah kafein melalui
perancangan paket teknologi yang dapat diadopsi oleh pengusaha skala UKM (usaha kecil menengah)
sehingga harga produk kopi rendah kafein menjadi terjangkau oleh kalangan peminum kopi secara luas.
Pelarutan kafein biji kopi dilakukan dengan proses pengukusan dan pelarutan secara konsekutif di dalam
reaktor tegak berbentuk kolom. Jenis pelarut adalah air, suhu pelarutan 100°C dan waktu pelarutan
divariasi antara 1-7 jam. Nisbah antara berat biji kopi dan pelarut ditetapkan pada I :5. Bahan baku adalah
biji kopi jenis robusta tingkat mutu IV dengan ukuran 5,50; 6,50 dan 7,50 mm. Variabel pengamatan
adalah kadar kafein, asam klorogenat, kadar trigonelin. Biji kopi rendah kafein hasil proses dianalisis
aroma dan cita rasanya melalui uji organoleptik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelarutan biji kopi
ukuran 5,50 mm menghasilkan kadar kafein terendah, yaitu 0,30% dengan waktu proses 6 jam. Pelarutan
biji ukuran 6,50 dan 7,50 mm pada kondisi yang sarna masih menyisakan kandungan kafein masingmasing 0,50 % dan 0,70%. Terlihat juga bahwa bersama dengan kafein, pelarutan senyawa-senyawa
pembentuk cita rasa dan aroma di dalam biji kopi tidak dapat dihindari. Kandungan asam klorogenat dan
trigonelin yang semula 7,60% dan 1,70% turun menjadi 0,80% dan 0,29%. Dengan demikian karakteristik
aroma dan cita rasa biji kopi hasil dekafeinasi lebih rendah dari sebelumnya. Penelitian lanjutan untuk
penyerapan kembali senyawa prekursor yang terlarut pada biji kopi rendah kafein, perlu dilakukan.
141 YUNINGSIH.
Analisis cepat residu pestisida lindan (insektisida organoklorin) dalam produk ternak (daging dan
susu) dengan teknik ekstraksi fase padat dan khromatografi gas. Rapid, solid phase extraction (SPE)
technique for the extraction and gas chromatographic determination of lindane pesticide in tissue and
milk/Yuningsih; Yuliastuti, S. (Balai Penelitian Veteriner, Bogor (Indonesia)) 3 tables; 10 ref. Summaries
(En, In). Jurnaillmu Ternak dan Veteriner (Indonesia) ISSN 0853-7380 (2005) v. 10(1) p. 79-83.
ANIMAL PRODUCTS; MEAT; MILK; PESTICIDES; RESIDUES; GAS CHROMATOGRAPHY.
Penggunaan pestisida yang tidak beraturan pada masa tan am dan pascapanen (produk pertanian),
merupakan salah satu sumber pencemaran bahan baku pakan temak, yang dapat menyebabkan residu
dalam produk temak (daging dan susu). Kandungan residu yang melewati batas maksimum residu (BMR)
merupakan masalah dalam keamanan pangan asal temak. Upaya mengetahui kandungan residu pestisida
dalam produk ternak, telah dicoba pengembangan metode analisis residu yang cepat dan efektif Uumlah
kecil dalam pemakaian bahan kimia organik sehingga mengurangi bahaya limbahnya). Metode yang
digunakan adalah teknik ekstraksi fase padat (solid phase extraction, SPE) dari sampel yang telah
dihomogenkan dengan asetonitril melalui cartridge C18. Kemudian dimumikan (clean-up) melalui kolom
florisil dengan elusi 2% eterpetroleum untuk sampel daging, sedangkan untuk sampel susu, elusi dengan
asetonitril dan masing-masing eluate dideteksi dengan khromatografi gas dengan electron capture detector.
Hasil uji validasi dari pengembangan metode untuk sampel daging, rata-rata recovey adalah 85,10 dan
103,00% dari 2 ulangan yang masing-masing ditambahkan standar pestisida lindan 0,50 mikro g dan 1,00
mikro g, sedangkan untuk sampel susu, rata-rata recovery menunjukkan 83,80; 88,69 dan 91,24% dari 3
ulangan yang masing-masing ditambahkan 0,50 mikro g; 1,00 mikro g dan 1,50 mikro g standar pestisida
lindan. Hasil ini mendekati kisaran uji validasi (70 - 110%) yang merupakan kriteria uji validasi residu
pestisida menurut FAO/IAEA. Dengan demikian pengembangan metode residu pestisida lindan dalam
daging dan susu cukup baik.
68
•
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Q04
KOMPOSISI
Vol. 25, No. I, 2008
PANGAN
142 OINTING, E.
Karakteristik pati beberapa varietas ubi jalar. Characteristics of starch from selected sweet potato
varieties/Ginting, E.; Widodo, Y; Rahayuningsih, S.A.; Jusuf, M. (Balai Penelitian Tanaman Kacangkacangan dan Umbi-umbian, Malang (Indonesia)) 3 ill., 4 tables; 45 ref. Summaries (En, In). Penelitian
Pertanian Tanaman Pangan (Indonesia) ISSN 0216-9959 (2005) v. 24(1) p. 8-16.
SWEET
POTATOES;
COMPOSITION.
STARCH;
VARIETIES;
FOOD
TECHNOLOGY;
PROXIMATE
Pati ubi jalar belum banyak dimanfaatkan di Indonesia seperti pati ubi kayu, jagung dan gamt. Sifat-sifat
fisik dan kimia pati berbeda-beda, tergantung pada bahan dasamya. Perbedaan tersebut menentukan
kesesuaian penggunaannya untuk bahan olahan pangan dan non pangan. Penelitian dilakukan untuk
mengetahui sifat-sifat fisik dan kimia pati dari 4 varietas ubi jalar yang berbeda wama daging umbinya,
yaitu Sukuh (putih), Sari (krem), Pakhong (kuning muda), dan Ayamurasaki (ungu tua). Penelitian
dilaksanakan di Laboratorium Pascapanen, Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian
(Balitkabi), Malang, pada bulan Maret - Juli 2003. Percobaan menggunakan rancangan acak lengkap
dengan 3 ulangan. Pengamatan meliputi sifat-sifat fisik dan kimia ubi jalar segar dan patinya, termasuk
sifat amilografi dan rendemen patio Wama daging umbi berpengamh terhadap derajat putih pati; nilai
derajat putih tertinggi pada pati dari varietas Sari (91,2%). Rendemen pati tertinggi diperoleh dari pati
varietas Sukuh dan Ayamurasaki, masing-masing 14,5% dan 14,2%; nilai ini berkorelasi positif dengan
kadar pati pada umbi segar. Pati varietas Sukuh memiliki tingkat kekerasan dan kekuatan gel tertinggi,
berkaitan dengan kadar amilosanya yang tertinggi juga (39% bk). Waktu dan suhu gelatinisasi pati
bervariasi di antara varietas, dengan nilai tertinggi pati dari varietas Sukuh (39 menit 88,soC). Sementara
itu, viskositas puncak tertinggi tampak pada pati asal varietas Sari (1420 BU). Pati dari keempat varietas
sesuai untuk bahan produk olahan yang memerlukan kadar amilosa dan stabilitas gel tinggi, seperti sohun
dan bihun. Varietas Pakhong, Ayamurasaki, dan Sari juga sesuai untuk produk yang memerlukan pati
yang berviskositas tinggi pada perlakuan suhu yang relatif rendah. Berdasarkan rendemennya, varietas
Sukuh paling sesuai untuk sumber pati produk olahan, walaupun warna pati masih perlu diperbaiki.
Varietas Ayamurasaki juga baik untuk sumber pati, tetapi patinya lebih sesuai untuk bahan produk olahan
yang tidak memerlukan wama cerah sebagai tolok ukur mutu.
143 KAILAKU, S.l.
Analisis mutu dan penerimaan konsumen terhadap permen tablet dengan formulasi konsentrasi
pengisi, pemanis dan gambir. Quality analysis and consumers preference on tablet candy with
formulations of filler, sweetener and gambier/Kailaku, S.l. (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Pascapanen Pertanian, Bogor (Indonesia)) Udin, F.; Pandji, C.; Amos, 4 ill., 2 tables; 17 ref. Summaries
(En, In). Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian (Indonesia) ISSN 0216-1192 (2005) V. 2(1) p. 34-40.
UNCARIA GAMBIR;
PROPERTIES.
CONSUMER
BEHAVIOUR;
CANDYING;
QUALITY;
ORGANOLEPTIC
Gambir berkhasiat untuk menguatkan gigi dan gusi yang secara tradisional dikenal sebagai campuran
makan sirih. Manfaat ini dapat dikembangkan lebih lanjut dengan memanfaatkan gambir dalam produk
permen atau kembang gula. Permen tablet dipilih karena memiliki karakteristik rasa segar, tidak terlalu
manis, dan umumnya rendah kalori, sehingga tidak bertolak belakang dengan manfaat dan karakteristik
gambir. Penelitian bertujuan untuk mengetahui formula terbaik dalam pembuatan permen tablet dengan
penambahan gambir. Bahan-bahan yang digunakan antara lain amilum (pengisi dan pengikat), sakarin
(pemanis), magnesium stearat (pelicin), gambir, minyak menta, penambah rasa strawbery dan pewama
makanan. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap faktorial dan dilakukan dengan 3 ulangan.
Faktor yang digunakan adalah rasio pemanis dengan pengisi 3 taraf, yaitu 3,5 : 96,5 (AI); 5,5 : 94,5 (A2)
dan 8 : 92 (A3). Faktor kedua adalah penambahan gambir dengan 3 taraf, yaitu 3% (BI), 5% (B2) dan 7%
(B3). Formula terbaik yang dihasilkan dalam penelitian adalah AIBI (rasio pemanis dengan pengisi
3,5 : 96,5 dan penambahan gambir 3%). Formula ini memiliki spesifikasi produk dengan kadar air 2,65%;
69
Vol. 25, No.1, 2008
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
kadar abu 2,07%; nilai kekerasan 4,475 mm/IO dtk/50 g. Pada uji organoleptik panelis memberikan nilai
yang tinggi masing-masing pada parameter rasa dan warna, tekstur dan aroma.
144 WIDANINGRUM.
Pengayaan tepung kedelai pada pembuatan mie basah dengan bahan baku tepung terigu yang
disubstitusi tepung garut. Soybean flour enrichment in wet noodle made of wheat flour substituted
with arrowroot flour/ Widaningrum; Widowati, S. (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen
Pertanian, Bogor (Indonesia)) Soekarno, ST, 4 ill., 5 tables; 19 ref. Summaries (En, In). Jurnal Penelitian
Pascapanen Pertanian (Indonesia) ISSN 0216-1192 (2005) v. 2(1) p. 41-48.
MARANTA ARUNDINACEA; PASTA; WHEAT FLOUR;
FLOURS; PROXIMATE COMPOSITION.
SOYBEAN
FLOUR;
NONCEREAL
Selama ini terigu yang digunakan di Indonesia seluruhnya diimpor dari luar negeri. Total impor terigu dari
Januari -Desember 2003 mencapai 344,2 ribu ton atau senilai US$75,4 juta yang setara dengan Rp677,9
milyar. Eksplorasi sumberdaya karbohidrat lokal dapat dilakukan dalam rangka menghemat devisa.
Alternatif umbi-umbian yang dapat mensubstitusi terigu dalam banyak penggunaan diantaranya yaitu
umbi garut, dengan mengubah bentuknya terlebih dahulu menjadi tepung. Penelitian bertujuan untuk
membuat mie basah substitusi 20% tepung garut yang diperkaya kandungan proteinnya dengan tepung
kedelai. Penelitian didahului dengan pembuatan tepung garut dan tepung kedelai, kemudian dilakukan
analisis sifat fisiko kimianya. Penambahan tepung kedelai dilakukan pada taraf 0, 5, 10, dan 15%.
Penambahan tepung kedelai terbukti dapat meningkatkan kandungan protein dan memperbaiki warn a mie
basah dari terigu dengan substitusi tepung garut 20%. Penambahan 15% tepung kedelai ke dalam formula
tepung komposit 20% tepung garut menghasilkan peningkatan kandungan protein dan lemak tetapi
menurunkan kandungan karbohidrat. Uji deskripsi yang dilakukan terhadap warna, tekstur, aroma dan rasa
mie basah dengan penambahan tepung kedelai menunjukkan bahwa panelis masih menyukai dan dapat
menerima mie basah dari terigu substitusi 20% tepung garut sampai tingkat penambahan tepung kedelai
10%. Mie tersebut mengandung air 27,4%; abu 0,7%; protein 9,7%; lemak 10,1%; serat kasar 3,4% dan
karbohidrat 52,2%. Berdasarkan uji organoleptik deskripsi termasuk sifat fisiko kimianya, produk ini telah
memenuhi persyaratan SNI untuk mie basah yaitu SNI 01-2987-1992.
145 YUSIANTO.
Karakter fisik dan cita rasa kopi hasil penyangraian sistem pemanasan langsung. Physical and
flavor characters of coffee roasted by direct firing systemlYusianto (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Indonesia, Jember (Indonesia)) 3 ill., 8 tables; 39 ref. Summaries (En, In). Pelita Perkebunan (Indonesia)
ISSN 0215-0212 (2003) v. 19(3) p. 152-170.
COFFEE;
ROASTING;
CHEMICOPHYSICAL
PROPERTIES;
FLAVOUR;
EQUIPMENT; ORGANOLEPTIC PROPERTIES; ECONOMIC ANALYSIS.
POSTHARVEST
Produksi kopi Indonesia mencapai 500 ribu t/thn, tetapi konsumsi kopi domestik masih sekitar 0,50
kg/orang/thn atau setara dengan 100 ribu ton. Kopi bubuk merupakan produk hilir kopi yang sederhana,
sehingga dapat dikembangkan untuk meningkatkan konsumsi kopi di dalam negeri. Tahapan proses
produksi yang sangat mcnentukan mutu fisik dan cita rasa kopi bubuk adalah penyangraian. Pcnclitian
bcrtujuan untuk mcngctahui kincrja alat sangrai kopi berbahan bakar LPG dcngan sistcm pemanasan
langsung. LPG dibakar pada pipa berlubang di bawah pclat baja. Drum penyangrai berbentuk segi delapan
bcrdinding bcsi plat berlubang-Iubang dilengkapi filter. Kcccpatan putar 41 rpm, pcnggerak motor listrik 3
fase I HP 1700 rpm. Kopi yang terangkat akan jatuh di atas pelat panas, kemudian bcrgulir di permukaan
pelat dan menyentuh udara panas pcmbakaran. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok 7 kali
ulangan dcngan 4 jcnis biji kopi. Pengamatan dilakukan tcrhadap proses dan hasil penyangraian, mcliputi
perubahan suhu penyangraian, rendemen, pengcmbangan volume, warna, cita rasa. Pcnclitian dilakukan di
Unit Produksi Kopi Bubuk-Pusat Pcnclitian Kopi dan Kakao selama 12 bulan. Hasil penelitian
mcnunjukkan bahwa penyangrai direct firing dapat digunakan untuk menyangrai kopi arabika maupun
robusta dengan hasil yang cukup baik. Kapasitas rata-rata tiap penyangraian 38,17 kg kopi bij i dcngan
waktu 48,92 mcnit. Sctiap tabung LPG 50 kg dapat digunakan 34 - 35 kali penyangraian atau sctara
dengan 1303 kg biji kopi, dcngan rata-rata rcndemen sangrai 82,93%, densitas kamba 0,44 dan
70
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 25, No. 1,2008
peningkatan volume 24,06%. Aroma dan cita rasa terbaik adalah arabika pengolahan basah, diikuti oleh
robusta pengolahan basah, kemudian robusta pengolahan kering. Nilai aroma dan cita rasa kopi antara
medium-baik (3,00 - 4,00), keasaman antara kurang-medium, body medium. Body dan bitterness robusta
lebih tinggi daripada arabika. Cacat cita rasa yang muncul dari kopi arabika adalah green, sour, astringent,
dan earthy, sedangkan dari kopi robusta adalah astringent dan green.
Q60
PENGOLAHAN
HASIL PERTANIAN NONPANGAN DAN NONPAKAN
146 RISFAHERI.
Optimasi komposisi kardanol dari minyak kulit mete sebagai substitusi fenol dalam formulasi
perekat fenol formaldehida. Optimation of cardanol composition from cashew-nut shell liquid as
phenol substitute in phenol formaldehyde adhesives formulationfRisfaheri
(Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Pascapanen Pertanian, Bogor (Indonesia)); Irawadi, T.T.; Nur, M.A.; Sailah, I.; Mas'ud,
Z.A.; Rusli, M.S., 6 ill., 5 tables; 17 ref. Summaries (En, In). Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
(Indonesia) ISSN 0216-1192 (2005) v. 2( I) p. 24-33.
CASHEWS; SHELL; LIQUIDS;
FORMALDEHYDE.
CROP RESIDUES;
PHENOLIC
COMPOUNDS;
ADHESIVES;
Minyak kulit biji mete merupakan hasil samping dari pengolahan kacang mete, mengandung senyawa
fenolik terutama kardanol. Penelitian bertujuan mendapatkan komposisi kardanol yang optimum sebagai
substitusi fenol dalam formulasi perekat fenol formaldehida. Pelaksanaan penelitian dibagi alas beberapa
tahap, yaitu: (I) optimasi komposisi mol senyawa fenolik, nisbah mol senyawa fenolik terhadap
formal dehid a, dan lama reaksi; (2) optimasi komposisi mol senyawa fenolik dan pH reaksi, dan (3)
analisis struktur resin perekat dengan FTIR (Fourier Transform Infrared Spectroscopy). Formulasi perekat
yang optimum diperoleh dengan komposisi senyawa fenolik (I mol kardanol : I mol fenol), nisbah mol
formaldehida terhadap senyawa fenolik (l,5 : 1,0). Kondisi optimum pembuatan perekat dicapai pada
reaksi polikondensasi pH 10 dan berlangsung selama I jam. Kardanol dapat menggantikan fenol sebanyak
70% dalam formulasi perekat fenol formaldehida. Perekat tersebut menghasilkan keteguhan rekat kayu
lapis dalam keadaan kering dan basah (setelah direbus selama 72 jam) rata-rata 15,36 kg/cm2 dan 13,61
kg/cm2. Persyaratan keteguhan rekat untuk perekat fenol formaldehida menurut Standar Nasional
Indonesia 06-4567-1998, yaitu minimum 10 kg/cm2 i (hasil uji dalam keadaan kering) dan 8 kg/cm2 (hasil
uji dalam keadaan basah). Terjadi sinergi antara kardanol dan fenol pada reaksinya dengan formaldehida,
sehingga reaksi formaldehida dengan kardanol tidak hanya pada cine in aromatiknya tetapi juga terjadi
pada rantai samping tidakjenuh (CIS) dari kardanol, sehingga meningkatkan keteguhan rekat kayu lapis.
147 SUYANTI.
Pengaruh cara ekstraksi dan musim terhadap rendemen dan mutu minyak bunga melati. Effect of
extraction method and season on the yield and quality of jasmine absolute/Suyanti; Prabawati, S.;
Yulianingsih; Setyadjit (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Bogor
(Indonesia)) Unadi, A., 2 ill., 3 tables; IS ref. Summaries (En, In). Jurnal Penelitian Pascapanen
Pertanian (Indonesia) ISSN 0216-1192 (2005) v. 2( I) p. 18-23.
JASMINUM;
DISTILLING;
CLIMATIC
EXTRACTION; JASMINUM OFFICINALE.
FACTORS;
JASMINE
OIL;
YIELDS;
QUALITY;
Bunga melati selama ini hanya digunakan sebagai bunga rampai, bunga sesaji, dekorasi dan pewangi teh.
Namun sebenarnya bunga melati mempunyai potensi untuk dibuat minyak bunga alami. Minyak melati
merupakan bahan untuk industri kosmetik, parfum, farmasi, sabun dan produk yang berbau wangi lainnya.
Selama ini kebutuhan industri dalam negeri diimpor dari negara penghasil minyak bunga dengan harga
yang cukup mahal. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan teknologi ekstraksi minyak melati yang
dapat menghasilkan rendemen dan mutu yang tinggi. Bunga melati gambir (Jasminum officinale) asal
Purbalingga, Jawa Tengah diproses menjadi minyak melati menggunakan metode ekstraksi dengan pelarut
heksan. Perlakuan yang diuji adalah ekstraksi satu tahap, ekstraksi dua tahap, dan pencucian ampas, yang
dilakukan pada musim hujan dan musim kemarau. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok
71
-
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 25, No. 1,2008
dengan tiga kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstraksi bunga melati gambir dengan
cara ekstraksi satu tahap adalah yang paling baik dengan rendemen absolute yang dihasilkan tertinggi
(0,15-0,17%). Absolute yang dihasilkan pada musim kemarau lebih tinggi dibandingkan musim hujan,
terbanyak dipero1eh pada bulan September (0,19%) dengan mutu absolute lebih baik yang ditunjukkan
dengan total komponen yang lebih tinggi. Absolute melati hasil ekstraksi memi1iki indeks bias 1,45 - 1,46;
bilangan asam 9,60-11,80; bi1angan ester 129,07-130,73, Komponen kimia utama adalah benzyl acetate
(6,74 -7,90%), benzyl benzoate 2,58-4,11%), cis-jasmone (8,49-9,53%), linalool (3,59-5,40%), methyl
jasmonate (0,81-0,86%), serta beberapa senyawa lainnya. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
acuan untuk pemilihan proses ekstraksi bunga melati agar menghasi1kan rendemen minyak yang tinggi.
Q70
PENGOLAHAN
LIMBAH PERTANIAN
148 BAON, 1.B.
Laju dekomposisi dan kualitas kompos limbah padat kopi: pengaruh aktivator dan bahan baku
kompos. Rate of decomposition and quality of solid coffee waste composts: effects of composting
activators and raw material/Baon, 1.B.; Nurkholis (Pusat Pene1itian Kopi dan Kakao Indonesia, Jember
(Indonesia»; Sukasih, R., 4 ill., 3 tables; 14 ref. Summaries (En, In). Pelita Perkebunan (Indonesia) ISSN
0215-0212 (2005) v. 21(1) p. 31-42.
COFFEA; AGRICULTURAL WASTES; COMPO STING; QUALITY;
MATERIALS; INORGANIC COMPOUNDS; SOLID WASTES.
DEGRADATION;
RAW
Dalam tiga dekade terakhir, kandungan bahan organik tanah pada sebagian besar perkebunan kopi di
Indonesia telah mencapai aras rendah sampai sangat rendah. Produktivitas tanah dan keberlanjutan
produksi kopi ditentukan oleh kecukupan kandungan bahan organik tanah. Ku1it kopi sebagai 1imbah
padat industri kopi berpotensi digunakan sebagai sumber bahan organik setelah dikomposkan, karena
nisbah karbon: nitrogen pulpa kopi sekitar 40, sedangkan pada kulit tanduk kopi sekitar 140 yang sangat
tinggi dibandingkan nisbah CIN tanah. Pengomposan limbah kopi padat tersebut perlu dilakukan untuk
menghindari pengaruh negatif terhadap tanaman. Tujuan penelitian untuk mengkaji pengaruh beberapa
aktivator hayati dan anorganik dalam pengomposan serta komposisi bahan baku terhadap laju dekomposisi
dan kualitas kompos kulit kopi yang dihasilkan. Komposisi bahan baku yang diuji adalah kulit buah kopi
(pulpa), kulit tanduk buah kopi serta campurannya, sementara aktivator pengomposan yang dikaji adalah 2
aktivator pengomposan hayati komersial yang mengandung bakteri dan jamur perombak aktif serta 2
aktivator anorganik berupa ammonium sulfat dan superfosfat, dan kontrol (tanpa bahan aktivator) sebagai
pembanding. Kombinasi perlakuan berupa faktorial 3x5 ditata dalam rancangan acak kelompok lengkap
dengan 3 u1angan untuk setiap kombinasi perlakuan. Hasil pene1itian menunjukkan bahwa pemberian
aktivator anorganik, khususnya ammonium suIfat, menghasilkan laju dan kualitas kompos yang lebih baik
dibandingkan aktivator hayati. Pulpa buah kopi menghasilkan kompos dengan kualitas yang baik serta laju
pengomposan yang lebih cepat dibandingkan dengan bahan mentah pengomposan yang lain. Laju
pengomposan untuk mencapai nisbah CIN < 15 untuk pulpa kopi sebagai bahan mentah hanya 4 minggu
dibandingkan kulit tanduk kopi yang memerlukan > 8 minggu.
149 HIDAYATULLAH.
Pengelolaan limbah cair usaha peternakan sapi perah melalui penerapan konsep produksi bersih.
[Liquid
waste management
of dairy farm
through
application
of cleaner production
concept]/Hidayatullah; Gunawan; Mudikdjo, K. (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengku1u
(Indonesia» Erliza, N., 14 tables; 11 ref. Summaries (En, In). Jurnal Pengkajian dan Pengembangan
Teknologi Pertanian (Indonesia) ISSN 1410-959X (2005) v. 8 (1) p. 124-136.
DAIRY CATTLE; LIQUID WASTE
ECONOMIC ANALYSIS; JAVA.
MANAGEMENT;
DAIRY
FARM;
MIXED
FARMING;
Kegiatan pembangunan petemakan perlu memperhatikan daya dukung dan kualitas lingkungan. Usaha
petemakan sapi perah dengan skala usaha 1ebih dari 20 ekor dan relatif terloka1isasi akan menimbulkan
pencemaran terhadap lingkungan. Pencemaran ini disebabkan oleh pengelo1aan limbah yang belum
72
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 25, No.1, 2008
dilakukan dengan baik, tetapi kalau dikelola dengan baik, limbah tersebut memberikan nilai tambah bagi
usaha petemakan dan lingkungan di sekitamya. Sistem usaha petemakan dengan penerapan produksi
bersih merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam meminimisasi limbah temak. Penelitian
ten tang pengelolaan limbah cair sapi perah melalui penerapan produksi bersih ini telah dilakukan di cv.
Lembah Hijau Multifarm (LHM) Solo, Jawa Tengah. Penelitian bertujuan untuk mengetahui bagaimana
pengelolaan limbah padat dan cair sapi perah melalui penerapan produksi bersih dan berapa besar kadar
polutan dalam limbah cair ternak dapat diminimisasi. Data yang dikumpulkan meliputi proses daur hidup
sistem usaha petemakan, sistem pengelolaan Iimbahnya dan karakteristik limbah cair sapi perah. Contoh
air diambil 3 kali dan dianalisis di lab. kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Sebelas Maret, Solo dan dibandingkan dengan baku mutu limbah cairo Hasil penelitian
menunjukkan daur hidup sistem usahatani yang dilakukan mampu meningkatkan keuntungan bagi sistem
tersebut (B/C rasio > 1) dan mengurangi limbah yang terbuang ke lingkungan. Hasil analisis kualitas air
adalah derajat keasaman (pH) = 7,25. Total dissolved suspention (TDS) = 804 mg/l; total solid suspention
(TSS) = 356 mg/l; chemistry oxigen demand (COD) = 483 mg/l; biology oxigen demand (BOD)= 240
mg/l; Nitrit= 0,003 mg/l; Nitrat= 0,09 mg/l; NHrN= 0,39 mg/l; H2S= 0,54 mg/I. Kadar polutan dalam
limbah cair tersebut semuanya masih berada di bawah baku mutu limbah cair maksimum yang
diperbolehkan.
l50lNDRANINGSIH.
Pemanfaatan limbah pertanian organik untuk meningkatkan kualitas produk ternak melalui sistem
pertanian terpadu. Byproducts of organic crops for quality improvement of animal products in cropslivestock system/Indraningsih; Sani, Y; Widiastuti, R. (Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan,
Bogor (Indonesia)) Masbulan, E., 9 tables; 23 ref. Summaries (En, In). [Proceedings of national seminar
on integrated crop livestock systems]. Prosiding seminar nasional sistem integrasi tanaman
ternak/Haryanto; Mathius, I w.; Prawiradiputra, B.R.; Lubis, D.; Priyanti, A.; Djajanegara, A. (eds.);
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor (Indonesia). Bogor: Puslitbangnak, 2004: p.
257-267.
AGROPASTORAL SYSTEMS; AGRICULTURAL WASTES; DAIRY CATTLE; FOOD CROPS;
PESTICIDES; RESIDUES; ORGANIC FERTILIZERS; FEEDS; ORGANIC FARMING; MILK
PRODUCTION; MEAT; QUALITY
Pemanfaatan limbah pertanian organik dipelajari untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kualitas susu
dan daging. Penelitian ini merupakan kegiatan integrasi pertanian terpadu (kol dan jagung) yang
limbahnya dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan petemakan. Analisis residu pestisida dilakukan
terhadap jerami, jagung dan kol (organik maupun non-organik) yang dikoleksi dari Yogyakarta,
Pangalengan dan Lampung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa residu pestisida tidak terdeteksi pada
susu sapi perah FH yang diberi pakan limbah kol organik selama 7 hari berturut-turut. Sebaliknya
pemberian pakan limbah nonorganik, terlihat adanya residu lindan sebanyak 76,7 ppb (hari-O); 49,6 ppb
(hari-I) dan 10,2 ppb (hari-7). Residu pestisida tidak terdeteksi pada lapisan dalam kol organik (untuk
konsumsi), tetapi endosulfan (0,1 ppb) terdeteksi pada lapisan luamya (limbah). Dilain pihak lindan
terdeteksi pada kedua lapisan kol non-organik yaitu 3,4 ppb (dalam) dan 0,3 ppb (luar). Pada jagung
organik hanya terdeteksi lindan (2,5 ppb) sedang limbahnya terdeteksi lindan (7,9 ppb) dan heptakhlor
(7,3 ppb). Sebelum penanaman jagung temyata tanah terkontaminasi oleh lindan (2,7 ppb) dan heptakhlor
(0,9 ppb). Pemberian limbah jagung pada sapi ongole mengakibatkan terdeteksinya residu lindan pada
serum 0,26 ppb (minggu-l); 0,39 ppb (minggu-2); dan 0,25 ppb (minggu-3). Residu lindan (3,89 ppb)
terdeteksi pada jerami organik asal Yogyakarta, sedangkan jerami non-organik terdeteksi lindan (1,58
ppb); heptakhlor (0,93 ppb); diazinon (7,95); dan khlorpirifos-metil (12,09 ppb). Analisis residu pestisida
pada jagung organik komersial menunjukkan adanya residu lindan (9,6 ppb); heptakhlor (1,1 ppb);
khlorpirifos-metil (7,5 ppb) dan diazinon (21,7 ppb); dan pada kol organik terdeteksi lindan (0,53 ppb);
heptakhlor (1,8 ppb); dan diazinon (14,2 ppb). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pakan temak
akan menentukan kualitas produk temak yang dihasilkan. Pertanian organik merupakan salah satu
alternatif untuk meminimalkan residu pestisida pada pakan dan produk temak. Untuk menerapkan sistem
pertanian terpadu perlu memilih limbah pertanian yang rendah residu pestisida untuk pakan temak.
73
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 25, No.1, 2008
INDEKS PENGARANG
A
Abdoellah,
026
Baon, J.B.
148
S.
Basong, A.
129
Abduh, U.
003
Abdullah,
044
Basuki, R.S.
001,048
Basuki, T.
041
B.
Adhi, E.M.
086
Adisarwanto,
051
T.
Berrnawie,
049
Adiyoga, W.
072
Adjid R.M., A.
117
Agung D.H., T.
045
Agustinus
004
Basuno, E.
002
N.
Bety, YA
050
Bintang, LAX.
097
Budhi, S.P.S.
102
Bulo,D.
004
Akil,M.
011
Ambarwati,
046
A.D.
Bulu, YG.
007
Ambarwati,
047
E.
C
Carsono, N.
058
Chairul
013
Amiarsi, D.
091,092
Amir, AM.
067
Amos
143
Chatijah
128
Chozin, M.A
087
Ariani, M.
002
D
Arief, Y.N.
088
Dada, 1 K.A.
114
Asandhi, A.A.
078
Asriani
138
Aswidinnoor,
057
Dahsyat, M.
086
H.
Avivi, S.
018
Aziz- Purwantoro
023,089
B
Bahri, S.
125
Baliarti, E.
102
N.
Dalmadiyo,
130
G.
Damayanti, R.
116,117
Daradjat, AA
044
Darjanto
045
Dharrnayanti,
117
N.L.P.I.
Diningsih, E.
084,085
Djajadi
029, 130
75
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 25, No.1, 2008
Djajanegara, A. (ed.)
003,004,007,031,038,098,102,150
Djukri
009
Djulin, A.
008
E
Effendie, K.
052
Ekastuti, D.R.
108
. Ella, A.
003,098
Emmyzar
010
Erliza, N.
149
F
Faizal
131
Febrianty, E.
059
G
Gholib, D.
118
Ginting, E.
142
Gorda, I W.
114
Gunadi, N.
072
Gunawan
149
Gunawan, a.s.
082
H
Hadad, E.A.
067
Hadiastono, T.
055
Handayani, S.
126
Hanudin
083
Hardjosworo, P.S.
108
Harjadi, S.S.
013
Harsono, A.
051
Hartati, R.S.
042,061
76
Haryanto (ed.)
003,004,007,031,038,098,102,150
Hendra, A.
072
Herman, M.
046,057
Hermawan
078
Herwati, A.
060
Hidayati, N.
106
Hidayati, YA.
139
Hidayatullah
149
Histifarina, D.
133,134
Huminto, H.
122
Husein, A.
123
I
Ikrarwati
018
1ndradewa, D.
051
Indraningsih
150
Indrayani, I G .A.A.
068,069
Indriani, R.
117
Inounu, I.
106
Irawadi, T.T.
146
Iriani, E.S.
135
Ishaq, I.
043
Ismail, M.
110
Ismal, B.P.
050
Ispandi, A.
027,028
Istiana, H.
029
J
Jatmiko, S.Y.
050
Jenie, B.S.L.
138
-
•
Abstrak Hasi/ Penelitian Pertanian Indonesia
Jusuf, M.
Vol. 25, No.
Mahmilia,
142
I,
2008
F.
100
Malian, A.H.
K
008
Kailaku,
S.l.
Mangoendidjojo,
143
089
Kairupan
Mansyah,
004
056
Kardin, K.
1.
123
Karmawati,
E.
Mardjono,
R.
065
067,070
Karsum
Mariska,
072
1.
020,021
Kartikaningrum,
S.
052
Marjani
041
Karyani,
N.
Marsetyo
086
030
Kasno, A.
Martono,
055
M.A.
072
Komar, D.
Marwoto,
001
B.
059,076,078,083
Kostaman,
T
III
Maryam-Abn
071
Krismawati,
A.
053
Krisnan,
E.
Manurung,
083
W.
Mas'ud, Z.A.
146
R.
Masbu1an, E.
099
150
Mastur
Kumia, A.
074
029, 130
Kusmana
Mathius,
048,054
Kusmanadhi,
I W.
(ed.)
003,004,007,031,038,098,102,150
B.
019
Mawardi,
S.
063,064
Kustianto,
B.
044
Miftakhurohmah
037
Kusumo,
S.
014
Moekasan,
TK.
072,073,074
Kuswanto
Moenandir,
055
J.
039
Mudikdjo,
L
K.
149
Lamusa,
A.
Mulyana,
005
Lestari, H.
Mulyawanti,
140
Listanto,
l.
092
E.
057
Lubis, D.
T
071
Munier,
F.F.
004
(ed.)
003,004,007,031,038,098,102,150
Munip, A.
027
Murdiyati,
M
A.S.
029, 130
Maamun,
011
Mahfudz
087
M.Y.
Murtiningsih,
E.
133
Musaddad,
D.
133
77
Vol. 25, No.1, 2008
Mustaring
030
Mustikaningsih, Y.
125
Muzani, A.
007
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Prabawati, S.
147
Prasetyo, L.H.
107, 108
Prawiradiputra,8.R.
(ed.)
003,004,00~031,038,098,
102, 150
Prawoto, A.A.
N
012,019
Nafiu, L.O.
106
Najamuddin, A.
Oil
Nasrullah
066
Natalia, L.
119
Natsir, A.
101
Nur, M.A.
146
Nuraeni
024
Nurdjannah, N.
081,136
Nurhayu, A.
003,098
Nurheru
006
Nurindah
080
Nurkholis
148
Nurmalinda
001
Nurtika, N.
035
Nuryani, W.
014,083
Prayogo, Y.
075
Priadi, A.
119
Priyanti, A. (ed.)
003,004, 007, 031, 038, 098, 102, 150
Purba, M.
108
Purbadi
076
Purbowati, E.
102
Purl ani, E.
032
Purnama, T
056
Purnamaningsih, R.
021
Purnamasari, 1.S.
074
Purwadaria, T
097
Purwantini, TB.
002
Purwantoro, A.
066
Purwati, R.O.
042
Purwoko, B.S.
009,013
Puspadi, K.
o
007
Omoy, TR.
071
p
Q
Qomariyah, N.
019
Pamungkas, O.
109
Qosim, w.A.
058
Pandji, C.
143
Panjaitan, TS.
007
Pardal, SJ.
057
Parede, L.
122
Pasambe, O.
098
78
R
Rachman, A.
032
Rachman, B.
008
Rahardjo, 1.8.
084,085
Rahayu, S.
019
-
Abstrak Rasil Penelitian Pertanian Indonesia
Rahayuningsih, S.
086
Rahayuningsih, S.A.
142
Rahim, L.
095
Ram,R.
137
Risfaheri
146
Roostika, I.
020,021,088
Rosman, R.
013
Rostiana, O.
037
Rotib, L.A.
103
Roxas, N.P.
109
Rukmana, T
074
Rumayar
004
Ruminta
058
Rusdi, U.D.
139
Rusdy, M.
104
Rusli, M.S.
146
Vol. 25, No.1, 2008
Sariubang, M.
038
Sasongko w.R.
007
Sastraatmadja, S.
043
Sastrosiswojo, S.
074
Sastrosupadi, A.
060
Sendow, I.
120
Setiawati, W.
077,078
Setioko, A.R.
107
Setyadjit
135,147
Setyo-Budi, U.
042,061
Setyobudi, L.
062
Sholeh, M.
032
Sihombing, D.
079
Simarmata, T
034, 127
Sinurat, A.P.
097
Sisharmini, A.
046
Siswanto
S
Sahid, M.
041
Said, E.G.
135
Saidah
004, 128
Sailah, I.
146
Salmin
112
Saloko, F.
105
Sani, Y.
150
Sanjaya, L.
059
Santi, A.
014
Santo so, B.
033
Santoso, TJ.
046
070
Slamet
057
Soekarno, S.T
144
Soekartomo, S.
039
Soekisman, T
087
Soesanto, L.
045
Soetopo, L.
055
Somantri, A.
077,078
Sri-Mulato
140
Subandriyo
106
Subhan
035
Subiyakto
068
79
Vol. 25, No.1, 2008
Sudarmiyati,
087
S.
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Sutama, I K.
III
Sudarmo, H.
006,065
Sudiatso, S.
013
Sutanto
074
Sudirman,
138
Sutaryono,
017
Sutaryo, B.
066
I.
YA.
Suhara, C.
061
Suhardi
079
Suharsono
075
Sutrisna, N.
043
Suwarso
060
Suwarto
045
Suhendi, D.
063,064
Sujak
080
Sukarsih
124
Suyadi, A.
023
Sukasih, R.
148
Syah, M.J.A.
056
Sulastrini,
072
Syahid, S.F.
037
Suyanti
147
Syafruddin
128
I.
Sulianti, S.B.
015,022
Sulistyowati, E.
069
Sulyo, Y
084,085
Sumartini
090
Sumarwoto
016
Syam, A.
038
Syamsuddin
093
T
Tachro
127
Tambunan,
109
Sumiati, E.
036
R.D.
Sunarlim, N.
020,088
Sunarto
045
Tarigan, S.
115,121
Tatipata, A.
025,089
Thaha, A.R.
132
Sunarto,D.A.
080
Tiesnamurti,
106
Suparyanto,
107
A.
B.
S.
Supriadi
086
Tjokrowidjojo,
044
Tohari
051
Suprijono
065
Trikoriantono,
026
A.
Supriyadi,
059
Y
Trisnowati,
023
Suryani, A.
135
Suryaningsih,
072
Susanti, T.
107
80
S.
U
E.
Udin, F.
143
Uhan, T.S.
077,078
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Umar, S.
Vol. 25, No.1, 2008
Winamo,
094
Unadi, A.
Winamo,
147
H.
063,064
Urech, R.
Wirosoedarmo,
124
R.
040
Usman, F.
Wiyono, A.
056
Usmiati,
D.
068
116, 117
S.
081,137
y
Utami, S.N.H.
126
Yahya, S.
013
V
Yasin
Veerman,
006
M.
113
Yasin, S.
138
W
Yudono, P.
Wahyuwardani,
S.
122
Wardhana,
047,089
Yuliani, S.
081
A.H.
Yulianingsih
123, 124
Wattimena,
G.A.
057
091,092, 147
Yuliastuti,
Wattimena,
113
Yuniar, A.
039
Widaningrum
144
Yuningsih
Widiastuti,
141
R.
125, 150
Yusdja, Y.
002
Widodo, Y.
Yusianto
142
Widowati,
S.
145
144
Widowati,
S.
141
1.
Yusnawan,
W.
E.
090
139
Widyotomo,
140
Wikardi, E.A.
S.
Z
Zakaria,
S.
096
070
•
81
Abstrak Hasi/ Penelitian Pertanian Indonesia
. Vol. 25, No.1, 2008
INDEKS BADAN KORPORASI
B
Balai Penelitian Tanaman Hias, Cianjur
001,014,015,022,059,071,076,079,083,
084,091,092
p
Pusat Penelitian dan Pengembangan Petemakan,
Bogor
003,004,007,031,038,098,102,150
83
•
Abstrak Hasi/ Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 25, No. I, 2008
INDEKS SUBJEK
A
011
ACYLGLYCEROLS
ANIMAL PERFORMANCE
138
ADAPTABILITY
103
ANIMAL PRODUCTS
047
ADAPTATION
141
ANNONA MURICATA
071
042,051,053,060,063,064
ADHESIVES
ANNONA RETICULATA
146
AFLATOXINS
071
ANNONA SQUAMOSA
125
AGE
071, 123
ANTIBODIES
095
AGRICULTURAL POLICIES
120
ANTIGENS
002
AGRICULTURAL WASTES
118
APICAL MERISTEMS
015
148, 150
AGROBACTERIUM TUMEFACIENS
APIUM GRAVEOLENS
057
AGROFORESTRY
043
APPLICATION RATES
094
AGROINDUSTRIAL SECTOR
016,027
ARACHIS HYPOGAEA
007
AGRONOMIC CHARACTERS
027,051,127
ARACHIS PINTOI
017
004,009,013,019,038,044,059,104
AGROPASTORAL SYSTEMS
ARID ZONES
031
003,004,098,150
ALLEY CROPPING
ASPERGILLUS FLAVUS
041
ALLIUM ASCALONICUM
090
ASPERGILLUS FUMIGATUS
035,047,072
ALLIUM CEPA
118, 130
AVIAN INFLUENZA VIRUS
073
ALLIUM FISTULOSUM
117
AZOTOBACTER
043
034
ALOE BARBADENSIS
097
ALTERNATIVE AGRICULTURE
126
AMMONIUM SULPHATE
026
AMORPHOPHALLUS
016
ANACARDIUM OCCIDENTALE
017,067,070,086
ANAESTHESIA
114
ANIMAL ANATOMY
112
ANIMAL EMBRYOS
125
ANIMAL FEEDING
B
BA
018,023
BACILLUS CEREUS
130
BACILLUS SUBTILIS
082
BACILLUS THURINGIENSIS
074
BACTERIA
034
BARLEY STRAW
101
BASAL DRESSINGS
032
85
Vol. 25, No. I, 2008
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
BEEF CATTLE
CAFFEINE
004
140
BEMISIA TABACI
CAMELLIA SINENSIS
069,078
099
BENZOIC ACID
CANDYING
092
143
BIFIDOBACTERIUM
CAPSICUM ANNUUM
137
072,082
BIOCHEMISTRY
CARCASS COMPOSITION
089
095, 109
BIODEGRADABILITY
CARCASSES
101
095, 109
BIOLOGICAL CONTROL AGENTS
CARROTS
133
075,076,077,080,083
BIOLOGICAL PRESERVATION
CASHEWS
020
146
BIOMASS
CATCH CROPS
006
011,017
BIOPESTICIDES
CATHARANTHUSROSEUS
082
085
BIRTH WEIGHT
CATTLE
III
007,095,098,116,124
BLOOD SERUM
CEIBA PENTANDRA
113
041
BLUETONGUE VIRUS
CERCOSPORA ORYZAE
120
050
BODY WEIGHT
004,097,098,099,102,103,109,
122
BOEHMERIA NIVEA
042
BOOPHILUS MICROPLUS
123
BOTANICAL INSECTICIDES
068,071
BOTANICAL PESTICIDES
090
BRADYRHIZOBIUM JAPONICUM
024
BRASSICA OLERACEA
077
BROILER CHICKENS
099, 100, 119, 122
BUDS
023
BULBS
016
BYPRODUCTS
029
CHEMICAL COMPOSITION
Ill, 119,
136
CHEMICOPHYSICAL
CHICKENS
096,103,118,125
CHLORMEQUAT
015
CHLOROPHYLLS
009
CHRYSOMYA
124
CITRIC ACID
091
CLIMATIC FACTORS
147
CLONES
019,041,042,059,063,064
CLOSTRIDIUM PERFRINGENS
119
COCHLIOBOLUS MIYABEANUS
050
COCOA HUSKS
105
COCONUT OIL
C
CABBAGES
074
CAESALPINIA
139
86
PROPERTIES
145
138
COCONUTS
005
COCOS NUCIFERA
042
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
COFFEA
Vol. 25, No.1, 2008
DECAFFEINATION
148
140
COFFEE
DEFOLIATION
145
104
COLEUS
PARVIFLORUS
DEGRADATION
088
132, 148
COLLETOTRICHUM
DEMAND
082
008
COLOCASIA
ESCULENTA
DENDRANTHEMA
009
COMPOSTING
DENITRIFICATION
148
034
COMPOSTS
DENSITY
031
069
CONCENTRATES
DEPTH
014
003, 102
CONSUMER
BEHAVIOUR
DEXTRINS
143
136
CONTROL
METHODS
DIGESTIBILITY
074
017,105
COST ANALYSIS
DIMENSIONS
041
039
COST BENEFIT
ANALYSIS
DISEASE
CONTROL
084
002,004,006,038,072
CROCIDOLOMIA
DISEASE
077
CONTROL
METHODS
085
CROP PERFORMANCE
DISEASE
040,047
RESISTANCE
050,058
CROP RESIDUES
DISEASE
146
TRANSMISSION
083
CROPPING
SYSTEMS
DISTILLING
077,078
081,147
CROSSBREEDING
DNA
056
044, 106
CRUDE
MORIFOLIUM
058,076,083,084
PROTEIN
DOGS
025
114
DOSAGE
CRYOPROTECTANTS
020
115
CUCUMBER
MOSAIC
CUCUMOVIRUS
DOSAGE
084,085
CULTIVATION
DROUGHT
012
CULTURE
RESISTANCE
051
MEDIA
DRY FARMING
021
CULTURED
EFFECTS
028,030,076,082
027,028,031,036,048
MILK
DRYING
137
CUT FLOWERS
133
DUCKS
014,079,091,092
003,107,108
CUTTINGS
022
E
D
ECHOGRAPHY
DAIRY CATTLE
101,149,150
DAIRY FARM
149
095
ECONOMIC
ANALYSIS
001,003,011,012,031,038,043,102,145,
149
87
Vol. 25, No. I, 2008
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
ECONOMIC COMPETITION
008
005,007
FARMER ASSOCIATIONS
ECONOMIC VALUE
045,094
002
FARMING SYSTEMS
ECONOMIC VIABILITY
072
001,002,031
FARMYARD MANURE
EFFICIENCY
051
004,016,029,031,038
FATTENING
EGG PRODUCTION
003,097,107,108
095, 102
FEED ADDITIVES
EGGS
096, 107
097
FEED GRASSES
EICHHORNIA CRASSIPES
100
101
FEED INTAKE
ELISA
085, 118
097
FEED LEGUME
EMBRYONIC DEVELOPMENT
021
101
FEEDLOTS
EMPLOYMENT
002
102
FEEDS
ENVIRONMENT
064
003,004,098,099,102,150
FERMENTATION
ENVIRONMENTAL FACTORS
060
004,098, 100, 105, 135
FERMENTED PRODUCTS
EROSION
129,131,132
099
FERTILIZER APPLICATION
EROSION CONTROL
130
004,026,028,032,036,038
FLAVOUR
ESSENTIAL OILS
013
145
FLEMINGIA
ETIELLA ZINCKENELLA
057
130
FLOWERING
EVALUATION
062
014,091
FOOD CROPS
EWES
110,112,113
031,150
FOOD TECHNOLOGY
EXPLANTS
046
142
FORAGE
EXPORT POLICIES
008
017
FOREST LAND
EXPORTS
008
006
FORMALDEHYDE
EXTRACTION
140, 147
146
FORMICIDAE
EXTRACTS
139
070
FREEZING
020
FRUIT JUICES
F
135
Fl HYBRIDS
FUSARIUM OXYSPORUM
059,066
083
FARM INCOME
002,006,041
FARM MANAGEMENT
006
FARM SURVEYS
88
G
GAMMA IRRADIATION
049
•
Abstrak Hasi/ Penelitian Pertanian Indonesia
GARCINIA MANGOSTANA
056
Vol. 25, No.
HELICOVERPA ARMIGERA
068,077,080
HELOPELTIS
GAS CHROMATOGRAPHY
124,141
070
HELOPELTIS ANTONII
GENE TRANSFER
057
067
HERITABILITY
GENETIC RESISTANCE
061,067,079
052
HETEROSIS BREEDING
GENETIC STABILITY
045,047,059,063,065
066
HIBISCUS CANNABINUS
GENETIC TRANSFORMATION
046
053,061
HIBISCUS SABDARIFFA
GENETIC VARIATION
049,052,055,056
GENOTYPE ENVIRONMENT
INTERACTION
033
HIGH YIELDING BREEDS
095
HIGH YIELDING VARIETIES
047,059
GENOTYPES
044,045,066
HIGHLANDS
036,043,054
048,050,051,054,060,062,079
GERMPLASM
HOMOZYGOTES
107
052,061
GIBBERELLIC ACID
HORMONES
014
GIGASPORA MARGARITA
2008
H
GARLIC
090
J,
110
HUMAN DISEASES
127
121
GINGER
090
GLIOCLADIUM
083
GLOMUS FASCICULATUM
127
GLYCINE MAX
024,025,040,057,075,089
GOATS
105,109, Ill, 115
GONADOTROPINS
110
GOSSYPIUM
068,069,080
GRAFT COMPATIBILITY
019
GRAFTING
019,084
GROUND NUT MEAL
139
GROUNDNUTS
090
GROWTH
010,013,015,016,017,018,030,036,039,
040,043,087
GROWTH RATE
014
GROWTH RETARDANTS
088
I
IBA
022,037
IDENTIFICATION
056, 124
IMMUNE RESPONSE
115
IMMUNODIAGNOSIS
120
IMMUNOGLOBULINS
085,121
IMMUNOLOGICAL TECHNIQUES
118
IMPERATA CYLINDRICA
104
IMPORTS
001
IN VITRO
018,037,123
IN VITRO CULTURE
046
IN VITRO FERTILIZATION
113
INCOME
001
INDUSTRY
029
89
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 25, No. I, 2008
INFECTION
LAND PRODUCTIVITY
126
116,122,127
INJECTION
LAND RESOURCES
046
INNOVATION
132
LAND USE
007
INORGANIC COMPOUNDS
001,131,132
LARVAE
148
INORGANIC FERTILIZERS
068,073
LAYER CHICKENS
012
INPUT OUTPUT ANALYSIS
097
LAYING PERFORMANCE
003
INSECTICIDES
096,097,108
LEAF AREA
073,074
INSOLUBILIZATION
009,069
LEAF EATING INSECTS
115
INTEGRATED PEST MANAGEMENT
071,079
LEAVES
072
INTERCROPPING
010,022,023,069
LIGHT REQUIREMENTS
009
006,031,042,043,072,078
INTERGENERIC HYBRIDIZATION
LILIUM LONGIFLORUM
066
INTERSPECIFIC HYBRIDIZATION
001,059
LIMING
059
INTRODUCED VARIETIES
016
LIQUID FERTILIZERS
062
IPOMOEA BATATAS
036
LIQUID WASTE MANAGEMENT
046
IRRIGATED LAND
149
LIQUIDS
146
003,004,038,066
IRRIGATED RICE
LITTER SIZE
128
106
ISOLATION
LIVESTOCK
117
123
LUVISOLS
J
027
JASMINE OIL
LYCOPERSICON ESCULENTUM
147
034,077
JASMINUM
071, 147
JAVA
034,036,043,048,054,149
M
MACROSIPHUM ROSAE
079
MAGNESIUM FERTILIZERS
K
035
KALIMANTAN
033,053
KEEPING QUALITY
091,092,134
KENAF
053,061
KETAMINE
114
MALABSORPTION
122
MALIGNANT CATARRHAL FEVER VIRUS
116
MALTODEXTRINS
136
MANGOES
135
MANIHOT ESCULENTA
L
020,028,041
LACTIC ACID BACTERIA
138
90
MARANTAARUNDINACEA
144
•
Abstrak Hasi/ Penelitian Pertanian Indonesia
MATURATION
Vol. 25, No.1, 2008
MUSA TEXTILIS
113
018,023
MEAT
MYIASIS
124
141,150
MEAT CUTS
MYRISTICA FRAGRANS
109
136
MEAT PERFORMANCE
MYZUS PERSICAE
109
043
MELOIDOGYNE
N
061,076,078
MEMBRANES
NAA
025
018,023,037
MENTHA PIPERITA
NATIONAL PARKS
013
094
MENTHOL
NATURAL ENEMIES
013
077
MERISTEM CULTURE
NEEM EXTRACTS
023
068
METHANOL
NEMATODA
123
061,078
MICROBIAL PESTICIDES
NICOTIANA TABACUM
076,083
029,032,060,130
MICROPROPAGATION
NITROGEN FERTILIZERS
018
024
MICROSCOPY
NONCEREALFLOURS
122
144
MILK
NPK FERTILIZERS
141
033,036,039
MILK PRODUCTION
NUCLEAR POLYHEDROSIS VIRUS
150
068,073
MILK PRODUCTS
NUSA TENGGARA
137
017
MITOCHONDRIA
NUTMEGS
025
136
MIXED CROPPING
NUTRIENT UPTAKE
104
027,028,127
MIXED FARMING
NUTRITIONAL STATUS
149
128
MODELS
NUTRITIVE VALUE
060
100, 103, 104
MOISTURE CONTENT
o
025,089
MOLECULAR GENETICS
117
MONO AND DlGLYCERIDES
138
ONIONS
084
090
MORTALITY
068,071,073,075,
056
MOULTING
108
MUSA PARADISIACA
062
070
OESTROUS CYCLE
113
MORBIDITY
MOTHER PLANTS
OECOPHYLLA
ORCHIDACEAE
123
052
ORGANIC AGRICULTURE
012, 126
ORGANIC FARMING
150
ORGANIC FERTILIZERS
004,012,029,030,031,034,038,150
91
Vol. 25, No.1, 2008
ORGANIC MATTER
016,033,105
ORGANOGENESIS
021
ORGANOLEPTIC ANALYSIS
136
ORGANOLEPTIC PROPERTIES
143, 145
ORNAMENTAL PLANTS
058
ORYZA SATIVA
003,004,038,044,045,050,066,098,128
OVARIAN FOLLICLES
110
OVARIES
112
OXYOPES
075
Abstrak Hasi/ Penelitian Pertanian Indonesia
PHOTO PERIODICITY
013
PHOTOSYNTHESIS
051
PIMPINELLA
037
PIPER NIGRUM
049
PLANT ANATOMY
019
PLANT DISEASES
130
PLANT EXTRACTS
090
PLANT GROWTH SUBSTANCES
015,021,022,023
PLANT PHYSIOLOGY
089
PLANT POPULATION
P
011
PACLOBUTRAZOL
088
PADDY SOIL
048
PAECILOMYCES
076
PARASITOIDS
077,080
PASPALUM NOTATUM
104
PASTA
144
PATHOGENICITY
086, 120
PATHOGENS
138
PATHOLOGY
116,119,122
PEST CONTROL
069,070,071,078
PEST RESISTANCE
057,067,069,074
PESTICIDES
012,141,150
PH
023
PLANT RESPONSE
037,039,041,042,079
PLANTATIONS
042
PLANTING
014
PLUTELLA XYLOSTELLA
074
PODZOLS
033
POGOSTEMON CABLIN
010,081
POLIANTHES
014,021
POLYCLONAL ANTIBODIES
085
POLYGALACTURONASE
135
POPULATION DISTRIBUTION
079
POSTHARVEST EQUIPMENT
145
POSTHARVEST TECHNOLOGY
101
PHELLINUS NOXIUS
086
PHENOLIC COMPOUNDS
146
PHENOLOGY
013
PHOSPHATE FERTILIZERS
024,027,028,035
PHOSPHORUS
127
92
PLANT PROPAGATION
088
POTASH FERTILIZERS
027,028,035
POTATOES
134
POULTRY
117
POULTRY FARMING
096
POWDERS
136
Abstrak Hasi/ Penelitian Pertanian Indonesia
PREDATORS
Vol. 25, No.1, 2008
RAW MATERIALS
148
070,075,080
PRESERVATION
020,091,092,
RECESSIVE GENES
107
139
PREWEANING PERIOD
REGENERATIVE ABILITY
111
022
PROBIOTICS
REOVIRUS
122
098, 119
PROCESSED PLANT PRODUCTS
REPELLENTS
134
PROCESSING
081
REPRODUCTION
112
133
PRODUCTION
RESIDUES
012,141,150
005,007,010,011,014,017,032,045
PRODUCTION COSTS
RICE STRAW
001
PRODUCTION INCREASE
004,098,102
RIPTORTUS
075
042
PRODUCTIVITY
RIVERS
038,062
129
PROFITABILITY
ROASTING
001
PROGENY
145
ROBUSTA COFFEE
140
055,056,065
PROTEIN QUALITY
ROOTING
099
PROTEINS
022,037
ROOTS
017,025, 115
PROXIMATE COMPOSITION
037, 127
ROSA
099, 101, 102, 103, 133, 134, 142, 144
PSEUDOMONAS FLUORESCENS
079,091,092
ROSELLE
033
082,083
PUCCINIA
ROTARY CULTIVATORS
058
PURE LINES
040
RUMEN
101
053,060,067
PYRICULARIA
RUMEN DIGESTION
101
050
RUSTS
Q
QUALITATIVE ANALYSIS
060
QUALITY
017,024,029,032,093,096,107,108,111,
133, 135, 143, 147, 148, 150
QUANTITATIVE ANALYSIS
060
058
S
SANDY SOILS
026
SANSEVIERIA
015,022
SARCOPTES SCABIEI
115, 121
SEED
R
024
RAIN
129
RAPD
049
RATIONS
003,097,098,099,100,103,105
SEED EXTRACTION
123
SEED EXTRACTS
071
SEED STORAGE
025
93
Vol. 25, No.1, 2008
SEEDLINGS
Abstrak Hasi/ Penelitian Pertanian Indonesia
SOWING
026
SEEDS
017
SOYBEAN FLOUR
025,089
SELECTION
144
SPECIES
044,045,055,059,064
SELECTION CRITERIA
022,061
SPODOPTERA EXIGUA
063
SEROTYPES
073
SPODOPTERA LITURA
120
SESAMUM INDICUM
077
SPRAY DRYING
136
006,065
SETARIA (GRASS)
STANDARDS
130
SETS
093
STARCH
014
SEX
142
STENOTAPHRUM SECUNDATUM
103
SHADE
030
STORAGE
009
SHADING
088,089,092,134
STYLOSANTHES HAMATA
009,017
SHEEP
017
SUCROSE
092
102, 106, 120
SHELL
SUGAR
146
SHOOTS
091
SULAWESI
010,015,023
004,005,008,093,094,
131,132
SIDE DRESSING
032
SUPEROVULATION
SLOPING LAND
131,132
110
SWAMPS
SOAKING
014,091
053
SWEET POTATOES
SOIL CHEMICOPHYSICAL PROPERTIES
029, 126, 128, 130
142
SYMPTOMS
SOIL CONSERVATION
130
084
SYNERGISM
SOIL FERTILITY
073
126
SOIL MICROORGANISMS
034
SOIL MOISTURE CONTENT
012,051
SOIL WATER CONTENT
040
SOLANUM TUBEROSUM
036,043,048,054,078
SOLID WASTES
081, 148
SOLUTIONS
091,092
SOMATIC EMBRYOS
021
SORPTION
134
94
T
TECHNOLOGY
031
TECHNOLOGY TRANSFER
007
TEMPERATURE
092
TERRACES
130
THEOBROMA CACAO
012,019,026,063,064
THIABENDAZOLE
091
TILLAGE
040
110, 112, 128, 129,
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
TISSUE ANALYSIS
Vol. 25, No. I, 2008
VIGNA UNGUICULATA
069
SESQUIPEDALIS
055
TISSUE CULTURE
VITRIFICATION
018
020
TOBACCO
VOLATILE
029,032,060
COMPOUNDS
124, 137
TOXICITY
073
TRADITIONAL
USES
W
WASTE UTILIZATION
094
TRANSPIRATION
081
WASTES
051
TRICHODERMA
099
WATER AVAILABILITY
083, 105
TRICHOGRAMMATOIDEA
010
WATER USE
080
TRICHOMES
051
WATERING
069
TRIGL YCERIDES
039
WATERSHEDS
108
129,131,132
U
WEED CONTROL
ULTRASONICS
087
WEIGHT
095
UNCARIA
GAMBIR
UPLAND
RICE
GAIN
100
WHEAT FLOUR
045
UPLAND
106
WEIGHT
143
SOILS
144
WOOD INDUSTRY
027,035
093
V
VACCINATION
WOODY
PLANTS
086
115
VACCINES
X
084,119
VANILLA
PLANIFOLIA
XYLAZINE
008
114
VARIEGATION
022
y
VARIETIES
011,028,043,046,047,058,062,084,127,
142
VARIETY
TRIALS
YIELD
040,062,063
YIELD
INCREASES
066
044,053
VERTICILLIUM
COMPONENTS
LECANII
YIELDS
075
004,013,024,028,029,030,031,033,034,
VERTISOLS
035,036,038,039,041,043,047,048,051,
028
054,055,064,065,087,127,147
VESICULAR
ARBUSCULAR
MYCORRHIZAE
Z
024
VETERINARY
MEDICINE
121
VIGNA RADIATA RADIATA
039
ZEA MAYS
011, 087
ZEOLITES
026, 103
95
Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia
Vol. 25, No.1, 2008
INDEKS JURNAL
B
Bionatura
Jumal Hortikultura
021,036,048,052,054,056,072,073,
058, 127, 139
Buletin Ilmu Petemakan dan Perikanan
074,077,078,082,085,133,134
Jumal Ilmu Temak dan Veteriner
095,096,101,103,104
097,099,100,106,107,108,109,
Ill,
113,115,116,117,118,119,120,121,
H
122, 123, 124, 125, 137, 141
Habitat
Jumal Penelitian Pascapanen Pertanian
025,039,040,055,062,075
081,135,143,144,146,147
Jumal Penelitian Tanaman Industri
I
006,010,013,029,032,033,037,041,
Ilmu Pertanian
042,049,053,060,061,065,067,068,
069,070,080,086,130,136
009,016,018,023,027,028,035,047,
051,066,089,126
Jumal Pengkajian dan Pengembangan
Teknologi Pertanian
043, 149
J
Jumal Veteriner
Jumal Agro Ekonomi
114
002,008
Jumal Agroland
005,017,024,030,034,045,087,093,
094,105,110,112,128,129,131,132,138
Jumal Bioteknologi Pertanian
020,057
p
Pelita Perkebunan
012,019,026,063,064,140,145,148
Penelitian Pertanian Tanaman Pangan
011,044,046,050,088,090,142
97