AlHaromain072012 - Lazis Al
Transcription
AlHaromain072012 - Lazis Al
Sapa Redaksi SUSUNAN PENGURUS LAZIS AL HAROMAIN Dewan Pembina: KH. M. Ihya’ Ulumiddin Indra Djati Sidi, Ph.D Drs. Arif Wibowo, M.Si Drh. H. Mukrom Drs. H. Junaidi Sahal Dewan Pengawas: Prof. DR. H. Nizarul Alim dr. H. Anas Mahfudz, Sp.An. Drs. H. Soehardjoepri, M.Si Dewan Pengurus: Direktur : Handaka Indra S., S.Si Wakil Direktur Penghimpunan : Muji Sampurno, S.Pd Wakil Direktur Distribusi : Siswo Widodo, S.Pd Wakil Direktur Media dan Informasi : Bahtiar HS, S.Com Staf Ahli : Eko Prasetyo, MT.; R. Utomo, SE. Samelan, AMd.; M. Anshor, ST Nuril Asyhuri, C.Ht; Masitha AS.,M.Hum Siti Djamilah, SE., M.Si; Agus Ulum, MT. Rekening an. Lazis Al Haromain BSM Darmo 008 006 7259 Bukopin Syariah 880 0329 036 BRI Syariah 1002882112 Assalâmu’alaikum Warahmatullôhi Wabarakâtuh, Hamidan lillâhi tabâraka wa ta’âlâ wa musholliyan ‘alâ rasûlillâhi Shollallôhu ‘alaihi wa sallam. Ammâ ba’du. Kekasih yang telah lama pergi, kini datang lagi. Kita sudah kelewat rindu menunggunya hampir 11 bulan lamanya. Kekasih yang tak pernah lupa untuk selalu datang pada kita setiap warsa. Sungguh rugi bila kita tak menyambutnya dengan sepenuh suka cita. Karena, kegembiraan menyambutnya saja menjadi sebab diharamkannya jilat nyala neraka atas kulit kita. Oh, betapa mulianya kekasih yang hendak tiba. Marhaban ya Romadhon, Marhaban ya Romadhon, Marhaban ya Romadhon, Jud lana bil ghufron Segenap kru Al-Haromain turut mengucapkan: “Selamat menjalankan ibadah puasa di bulan Romadhon 1433 H. Semoga kita menjadi hamba-hamba yang meraih kemenangan dalam kesempatan Romadhon kali ini, menjadi hamba yang benarbenar muttaqin, derajat mulia yang semua orang ingin mendapatkannya.” Kritik dan Saran para pembaca tetap kami tunggu untuk perbaikan majalah ini. Bisa disampaikan via email di redaksi.alharomain@ gmail.com atau alharomainlazis @yahoo.co.id Wassalâmu’alaikum Warahmatullôhi Wabarakâtuh, Redaksi BCA Syariah 0110006666 Bank Muamalat 0166115107 LAZIS AL-HAROMAIN SK Dinsos No. 460/1178/436.5.13/2008 Dewan Redaksi Pemimpin umum : Handaka Indra S.,SSi; Pemimpin Redaksi : Bahtiar HS, S.Com; Staf Redaksi : M. Qosim, Muji Sampurno, Masyhuda Al Mawwas. Masitha AS.,M.Hum, Mishad Khoiri, S.Pd.; Desain Grafis : M. Mustain; Distribusi : Siswo Widodo, S.Pd, Ismail, Ghozali; Alamat Redaksi : Ketintang Barat I/27 Surabaya 60231 Email : [email protected] website : www.lazisalharomain.com call center : 031-70518810 VISI: Menjadi lembaga pengelola dana Zakat, Infaq, Shodaqoh, Wakaf dan sosial yang terpercaya, transparan, dan akuntabel dalam mewujudkan kesejahteraan umat. MISI: 1. Melakukan gerakan penyadaran ZIS, wakaf dan dana sosial untuk kesejahteraan umat. 2. Melakukan optimalisasi pengumpulan dan pendayagunaan ZIS, wakaf, dan dana sosial untuk berbagai kegiatan pendidikan dan dakwah . TUJUAN: 1. Memberikan daya dukung pendanaan dakwah, pemberdayaan ekonomi umat, dan peningkatan kualitas sumber daya umat. 2. Membangun dan membina kemandirian pesantren, yatim dan duafa . 3. Mewujudkan lembaga pengelola ZISWAFSOSIAL yang mengedepankan manajemen peningkatan mutu. al Haromain online www.lazisalharomain.com lazis Haromain 22471A86 @Peduli_Dai [email protected] 3 vienmuhadi.com Salam Pembaca serambi ... 5 Bulan Suci Romadhon adalah Nikmat fokus utama ... 6 Puasa: Pembangun Benteng Moral dan Akhlak mutiara hadits ... 10 Menyongsong Datangnya Romadhon dan Keistimewaannya profil ... 12 Abuya KH. Abdul Mu’iz Tirmidzi alkayyis ... 15 Jangan Merugi di Bulan yang Suci refleksi ... 17 Bekal Menuju Romadhon technopreneur ... 20 Tips Sukses Presentasi konsultasi kesehatan ... 21 Asam Urat di Usia Muda mutiara alqur’an ... 22 Berjuang Bersama Kaum Dhu’afa dan Mustadh’afin serba-serbi ... 24 Puasa Menjalin Keakraban Keluarga kajian niswiyah ... 26 Sabar itu Cantik tombo ati ... 30 Kenikmatan Hati dan Nafs auladi ... 32 Melatih Anak Berpuasa dan Memahami Maknanya zona pendidikan ... 34 Membangun Tradisi Ilmu (2): Membaca, Mengajar, dan Menulis konsultasi syariah ... 35 Perbedaan Awal Romadhon dan Awal Syawal Liputan ... 37 Laporan keuangan ... 41 I‘tikaf Romadhon Al-Haromain di mana saja? Assalamualaikum wr.wb Saya pembaca majalah Al-Haromain, saya sudah berlangganan sejak tiga bulan lalu. Alhamdulillah sebentar lagi bulan Romadhon akan menjumpai kita. Saya sebagai muslim sangat bersyukur bisa bertemu dengan bulan yang penuh ampunan ini. Setiap Romadhon kata teman yang sudah lama menjadi donatur LAZIS AL-HAROMAIN, setiap tahun mengadakan kegiatan I‘tikaf bersama ya? Mohon info dan persyaratan untuk mengikuti kegiatan tersebut, karena rencana saya dan teman-teman di kantor mau ikut kegiatan tersebut. Zaini – Gresik Wassalamualaikum wr.wb Jazakumulloh khoir, terima kasih telah menjadi pelanggan majalah Al-Haromain. Semoga apa yang ada di majalah ini bermanfaat untuk Pak Zaini dan teman–teman. Kami selalu membuka kesempatan bagi siapa saja yang menjadi agen majalah ini. Terkait dengan program i‘tikaf Romadhon, LAZIS AL-HAOMAIN bekerjasama dengan Ma’had Nurul Haromain dan PERSYADHA (Persyarikatan Dakwah AlHaromain) mengadakan I‘tikaf di beberapa pondok pesantren di daerah. Untuk di Surabaya biasa kita sebut M2M (Masjid ke Masjid) pada malam 10 terakhir Romadhon. Ma’had Nurul Haromain Malang juga mengadakan i‘tikaf sekaligus khataman kajian kitab karangan ulama sholih pada 10 hari terakhir itu dan disediakan penginapan juga. Info lebih lanjut bisa menghubungi LAZIS AL-HAROMAIN di kota Anda. Pembaca Al Haromain bisa mengirimkan saran dan lain-lain ke redaksi Al Haromain via email: [email protected] atau lewat SMS ke 085230169991 atau melalui BlackBerry PIN: 22471A86 atau follow twitter resmi Lazis Al Haromain: @Peduli_Dai KANTOR PUSAT KOMPLEKS SENTRA DAKWAH AL HAROMAIN : Jl. Ketintang Barat I/27 Surabaya; Kantor Operasional LAZIS Al Haromain Pusat, Perum Ketintang Permai AB-5 Surabaya Telp. 031-81111841, 031-70518810 CABANG LAZIS AL HAROMAIN; Kab. Malang : Ma’had Nurul Haromain, Jl. Brigjend Abd. Manan Wijaya 141 Pujon Malang, telp. 0341-524152 (a.n Ust. Hazmi Imad, HP. 081 803 812 234); Kab. Tulungagung : Pesantren Darussalam, Jl. Panglima Sudirman VII/36L Tulungagung (a.n Ust. Miftahul Falah, Hp. 0857 303 00 117); Kab. Jombang : Pesantren Al Washoya, Jl. Raya kertorejo, Ngoro Jombang Telp. 0321-4115728 (a.n Ust. Nasta’in, Hp. 081 515 642 315); Kota Malang : Pesantren Al Qoyyim, Jl. Mandalawangi No. 9 Malang (a.n Ust. Jauhar, Hp. 0857 556 524 97); Kota Batu : Pesantren Al Manhall, Kotamadya Batu (a.n. ust. Yalik, Hp. 0856 465 498 99); Kab. Kediri : Pesantren Al Minhaj Wates Kediri (a.n. Ust. Habib, Hp. 0857 366 279 33); Kota Kediri : Jl. Penanggungan 47B Kediri (a.n. Ust. Hadi Nurrohman, HP. 081 2599 758 18); Kab. Gresik : Jl. Taman Angsana V/16 Taman pohon, Perum Kota damai Kedamean Gresik (a.n. Ust. Sulisman, Hp. 031 816 419 66); Kab. Pamekasan : Pesantren Darul Hijrah, Pamekasan Madura (a.n. Ust. Muzammil, Hp.081 805 0833 43); Kab. Bangkalan : Arosbaya Bangkalan (a.n. Ust. Fahd Abdurrohman, Hp. 0852 3158 9277) Dan Pesma Al Kayyis Jl.Raya Telang Kamal Bangkalan Hp.08123157406; Yogyakarta : Pesantren Alawiyah, Jl. Raya Solo Km 9, kembang Maguwoharjo Sleman Yogyakarta, telp. 0274 7483 780 (a.n. Ust. Syaiful, Hp. 081 550 333 98) UNIT PENGUMPUL ZAKAT (UPZ) LAZIS AL HAROMAIN; UPZ Kras Kediri : Jl. Raya Krass Kediri (a.n. Ust. Hadlirin, Hp. 081 3355 894 19); UPZ Lamongan : Ds. Guyangan Sugiyo Lamongan (a.n. Ust. Muhyiddin, Hp. 0322 77 35 736); UPZ Tuban : LPI Wildani, Ds. Kenanti Tambakboyo Tuban (a.n. Ust. Widi, Hp. 0821 436 243 97); UPZ Ngawi : MT. Al Haromain Mantingan Ngawi (a.n. Ust. Chumaidi, Hp. 081 335 462 005); UPZ Magetan : YPI Ulil Albab Parang Magetan, Telp. 0351 77 40 424 (a.n. Ust. Munir, Hp. 0812 596 7912); UPZ Pasuruan : Tumpuk Sambisirah, Wonorejo Pasuruan (a.n. Us. Mu’thi, Hp. 081 334 142 567); UPZ Banyuwangi : Jl. Kyai Ach. Cholil 4, Canga’an Genteng Wetan, genteng banyuwangi (a.n. Ust. Muhajir, Hp. 081 803 456 281); UPZ Solo : MT AL Haromain, Teras Boyolali Solo (a.n. Ust. Akhmad Syarifuddin, Hp. 081 393 518 933); UPZ Bojonegoro : LPI At Tibyan, Tulungrejo, trucuk Bojonegoro (a.n. Ust. Muhibbulloh, Hp. 0812 333 060 95) 4 serambi Bulan Suci Romadhon Adalah Nikmat T suci Romadhon adalah nikmat akan inggal beberapa hari lagi kita akan berdampak pada kuatnya pengharapan kita kedatangan tamu yang sangat mulia, untuk bertemu dengannya bahkan akan selalu yakni bulan suci Romadhon 1433 H. Bisa merindukannya. dibayangkan misalnya kita akan kedatangan Tentang keistimewaan dan keutamaan tamu spesial, jauh hari kita pasti sudah bulan suci Romadhon, sahabat Salman almembuat persiapan menyambutnya, mulai Farisi menceritakan bahwa Rosululloh Saw. membersihkan rumah, mencat, menghias, dalam suatu khutbah menjelang berakhirnya bahkan menyiapkan hidangan istimewa untuk bulan Sya’ban bersabda, “Wahai manusia, sang tamu spesial tersebut. Demikian juga bulan yang mulia dan penuh berkah datang bulan suci Romadhon, hendaknya kita sebagai seorang muslim membuat persiapan-persiapan menaungi kalian. Suatu bulan yang di dalamnya terdapat malam yang untuk menyambutnya. Di antara lebih baik dari seribu bulan. Bulan upaya penyambutan tersebut adalah yang Alloh menetapkan puasa di memperbanyak amal ibadah di dalamnya sebagai kewajiban dan bulan Rojab dan Sya’ban. Para qiyamullail di dalamnya sebagai ulama menganjurkan kesunnahan ... Romadhon adalah memperbanyak membaca sayyidul bulan kesabaran, yang pahalanya istighfar setelah sholat fardhu, dan adalah surga. Ia bulan berpuasa di bulan Rojab. Handaka Indra S. kedermawanan (sosial) dan bulan Rosululloh Saw. telah Direktur bertambahnya rezeki orang mengingatkan kita akan datangnya LAZIS al Haromain mukmin. Barang siapa memberikan bulan suci Romadhon sejak makanan berbuka kepada orang memasuki bulan Rojab atau dua bulan sebelum Romadhon dengan mengajarkan yang berpuasa pada bulan ini, maka itu berarti pengampunan terhadap dosa-dosanya untuk senantiasa membaca doa “Allohumma dan pembebasan dirinya dari neraka, bariklana fi rojaba wa sya’bana wa ballighna ditambah dia memperoleh pahala yang serupa romadhon”. Di samping membaca doa tersebut, para ulama salaf juga menggemakan dengan orang yang berpuasa tanpa berkurang sedikit pun.... Dialah bulan yang tahni’ah (ucapan penghormatan atau selamat) permulaannya adalah rahmat, dalam gubahan bait-bait syair yang berbunyi pertengahannya ampunan ringan, dan “Marhaban ya Romadhon 3x jud lana bil akhirnya merupakan pembebasan dari ghufron”. Bahkan menurut Ibnu Rojab alneraka.... Pada bulan ini perbanyaklah empat Hambali, para sahabat Rosululloh Saw. perkara: dua perkara kamu dapat membagi dua belas bulan dalam satu tahun mendatangkan keridhoan Tuhanmu, yaitu menjadi dua, yaitu enam bulan pertama para syahadat bahwa tidak ada Tuhan selain Alloh sahabat memohon kepada Alloh Swt. agar bisa mendapati bulan Romadhon dan bisa beribadah dan permohonan ampun kepada-Nya (istighfar); dan dua perkara lagi kamu puasa di dalamnya dengan baik. Pada enam membutuhkannya, yaitu memohon surga dan bulan berikutnya para sahabat memohon dijauhkan dari neraka....” (HR. Ibnu kepada Alloh Swt. agar menerima puasa dan Khuzaimah) ibadah lainnya. Paparan hadits di atas menggambarkan Romadhon begitu istimewa dan senantiasa bahwa Romadhon adalah tamu yang istimewa dinanti kedatangannya oleh segenap umat Islam. Bertemu dengannya merupakan nikmat yang luar biasa. Pemahaman kita bahwa bulan bersambung ke hal 9 5 fokus utama Oleh: Bahtiar HS Wadir Media dan Informasi LAZIS AL HAROMAIN P uasa disyariatkan untuk kita, manusia. Sebagai ibadah yang tidak saja menuntut kemampuan dan kesiapan psikis, tetapi juga fisik, maka puasa tidak bisa kita lepaskan dari keberadaan komponen yang membentuk manusia. Lepas dari perbedaan pendapat tentang berapakah unsur penyusun sosok manusia, marilah pada kesempatan ini kita bayangkan bahwa sosok manusia tersusun dari 3 unsur. Badan, jiwa, dan ruh. vienmuhadi.com Badan, Jiwa, dan Ruh Badan adalah lapisan diri kita yang bersifat material. Ia berupa jasad jasmaniah. Karenanya ia tampak terlihat, berotot, 6 berdaging, berdarah, bertulang, dan memiliki struktur biologis. Sedangkan jiwa merupakan sesuatu yang abstrak, tak terlihat, tak terdengar, tak teraba, dan bahkan tak bisa digambarkan. Kata ‘jiwa’ dalam al-Qur’an diwakili dengan kata ‘an-nafs‘, meskipun juga bisa diartikan ‘diri’. Setidaknya ada 31 kali ’an-nafs‘ yang berarti ‘jiwa’ disebut di dalam al-Qur’an. Pada QS. Az-Zumar [39]: 42 misalnya Allah berfirman, “Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan.” Dari ayat ini, jiwa adalah ’sesuatu’ yang bisa ada dan tidak ada, bisa keluar dan masuk pada seorang manusia ketika dia masih hidup. Jiwa bersifat energial. Dari beberapa ayat diperoleh informasi bahwa jiwa itu sesuatu di dalam diri kita yang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan kualitas seiring dengan perkembangan kedewasaan kita. Lebih tegas Allah berfirman di dalam QS. AsySyam [91]: 7-10, “dan jiwa serta penyempurnaannya, maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. “ Di sini ditegaskan oleh Allah bahwa jiwa mengalami penyempurnaan. Dalam masa penyempurnaan itu, jiwa diberikan kemampuan menangkap ilmu dan hikmah, mana jalan takwa dan mana jalan yang fasik. Jiwa bisa mengarah kepada kebaikan atau keburukan. Istilah dalam ayat tersebut: manusia bisa membersihkan jiwanya (man zakkaaha) sehingga beruntung atau mengotorinya (man dassaaha) sehingga merugi. Tidak cukup dengan kedua komponen itu, Allah menghadirkan ruh. Dari informasi yang sedikit tentang ruh di dalam al-Qur’an, salah satunya ruh digambarkan sebagai sesuatu yang menyebabkan munculnya kehidupan pada benda-benda yang mati, sekaligus ‘menularkan’ sifat-sifat ketuhanan kepadanya. Dalam QS. As-Sajdah [32]:9 Allah berfirman, “Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.” Kata ganti ‘Ku’ dalam kalimat ‘min ruuhiy‘ menunjukkan betapa dekatnya ruh itu dengan Allah Swt. Tidak seperti jiwa yang bisa memilih kebaikan atau keburukan, ruh bersifat selalu baik dan berkualitas tinggi. Dialah yang memiliki sifat-sifat ketuhanan dalam komponen penyusun manusia. Dalam kaitannya dengan fisik (badan), Alloh menjelaskan bahwa ruh tersebutlah yang menjadikan fungsi-fungsi kehidupan seperti penglihatan, pendengaran dan hati seorang manusia bisa dipahami oleh jiwa. Jika tidak karena ruh, maka fungsi penglihatan, pendengaran dan ‘hati’ tidak menghasilkan kepahaman sebagaimana seorang manusia. Puasa Pembuka Hijab Energial dan Material Jika digambarkan ketiga komponen itu sebagai lapisan-lapisan, maka ruh itu dibungkus oleh jiwa yang energial dan kemudian dibungkus pada lapisan paling luar berupa badan yang material. Jiwa dan badan karenanya menjadi penghalang (hijab) bagi ruh. Oleh karena sifat-sifat ketuhanan dimiliki ruh, seseorang yang tidak bisa membuka hijab material dan energial berupa jiwa dan badan, maka ia tidak bisa memunculkan sifat-sifat ketuhanan yang mengejawantah dari dalam dirinya. Hal itu tercermin dari moral dan akhlaknya yang buruk, jauh dari sifat-sifat ketuhanan. Itulah mengapa Allah mensyariatkan berpuasa di bulan Romadhon. Puasa pada hakikatnya adalah upaya membuka hijab material dan energial itu. Secara istilah, makna puasa adalah “menahan diri”. Pada tataran material, “menahan diri” dilakukan dengan cara mengharamkan yang halal yang biasa dilakukan oleh badan, seperti makan, minum, dan berhubungan suami istri. Pada tataran energial, orang yang berpuasa diharuskan “menahan diri” dari aktivitas yang mengotori jiwanya, seperti: berdusta, menggunjing, iri, dengki, dan sebagainya dengan jalan memperbanyak aktivitas sebaliknya yang mensucikannya, seperti: bersabar, memperbanyak sedekah, menolong orang lain, jujur, dan sebagainya, di samping tadarus al-Qur’an, tarowih, i’tikaf, dan sebagainya. Dengan begitu, kedua komponen itu akan ‘dibersihkan’ hingga tidak menjadi hijab bagi ruh. Menjadi bisa dimengerti ketika Rasulullah saw. menyatakan betapa sia-sianya puasa seseorang kalau hanya mendapat lapar dan dahaganya saja; karena hijab material saja pada lapisan terluar berupa badan yang mungkin bisa dibersihkan. Bagaimana mungkin sifat-sifat ketuhanan akan bisa terpancar dari dirinya sementara hijab energialnya pada lapisan jiwa masih tertutup? Tetapi nyatanya, orang-orang yang tidak terbuka hijab energialnya ini begitu banyak kita jumpai. Rasulullah Saw. sudah mensinyalir fenomena ini dalam sabdanya: “Betapa banyak orang yang berpuasa, namun hanya mendapatkan dari puasanya tersebut rasa lapar dan dahaga.” (HR. AthThobaroniy) Atau dalam hadits lain, Rosululloh Saw. bersabda: 7 “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. al-Bukhari) Perkataan dusta dan sebagainya adalah amalan jiwa. Amal dalam dimensi energial. Hadits di atas menyiratkan betapa Alloh Swt. tidak merasa cukup jika umat-Nya hanya menahan makan dan minum serta berhubungan suami istri selama berpuasa, tetapi harusnya ‘berpuasa’ pula jiwanya dari perkataan yang buruk, dusta, menggunjing, iri, dengki, su’uzhzhon (berburuk sangka), dan sebagainya. Jika tidak, itu berarti hijab pada level jiwa, di samping hijab badan, tidak akan tersingkapkan dengan puasa kita. Jika ini yang terjadi, Allah tidak butuh atas rasa lapar dan haus kita; alias puasa kita jika hanya level badani saja tidaklah cukup di mata Allah. Karena itu, jika ingin memunculkan dan memancarkan sifat-sifat ketuhanan yang dimiliki ruh, maka mau tidak mau, puasa yang kita lakukan haruslah minimal puasa khusus (khushus) sebagaimana dimaksud Imam AlGhazali, dan bukan sekedar puasa umum (‘am), yakni puasanya ‘orang awam’ yang hanya meninggalkan makan dan minum serta hubungan seks. Pengejawantahan Sifat-Sifat Ketuhanan Pancaran sifat-sifat ketuhanan dari diri kita berupa sifat pengasih, penyayang, penolong, penyabar, suka memberi, penyantun, suci, bersih, tidak berbuat zalim, dan sebagainya mengejawantah dalam bentuk akhlaq perilaku keseharian kita. Bahwa akhlaq perilaku kita harus selalu bersandarkan pada syara’. Modal dasarnya adalah iman, sesuatu yang jiwa telah mengikrarkannya jauh sebelum kita terlahir di dunia. Sebagaimana Allah berfirman, “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang Sungguh merugilah mereka yang benteng moral dan akhlaq-nya tidak terbangun dengan syariat puasa ini. Padahal, garansi tercapainya tujuan sudah diberikan Allah ‘azza wajalla secara pasti. Apalagi ganjaran puasa tiada tara 8 belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), ‘Bukankah Aku ini Tuhanmu?’ Mereka menjawab, ‘Benar (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.’” (QS. Al-A’raf: 172). Inilah pernyataan keberimanan yang kelak akan ditagih oleh Alloh atas setiap diri di hari Kiamat. Sungguh tepat jika puasa diserukan kepada orang-orang yang beriman (QS. AlBaqoroh: 183), bukan kepada yang lain. Puasa sebagai bentuk ‘pembersihan’ hijab badan dan jiwa yang melingkupi ruh dari segala yang menutupinya; agar kemilau ruh yang penuh dengan kebaikan sifat-sifat tuhan terlihat kembali dan terejawantah dalam perilaku akhlaq kita. ‘Pembersihan’ tiap tahun pada setiap Romadhon ini merupakan upaya berkesinambungan, terus-menerus, yang kelak menemukan terminal terakhirnya berupa derajat muttaqin (orang-orang yang bertakwa). Ada yang menarik untuk dipahami atas kalimat “la’allakum tattaqun” pada penghujung ayat di atas. Kata la’alla tidak kurang dari 114 kali disebut di dalam Al-Qur’an dengan bentuk la’allakum sendiri setidaknya 59 kali, termasuk pada ayat di atas. Biasanya, dalam terjemahan yang kita kenal, kata la’alla dialihbahasakan menjadi “semoga”, “supaya”, atau “agar” saja, tanpa tambahan keterangan lain. Secara bahasa, pengertian ini tepat, yaitu sesuai dengan makna la’alla sebagai ‘asaa (semoga) dan kay (agar, supaya). Namun karena konteks “la’allakum tattaqun” merupakan pernyataan eksplisit dari Allah tentang sesuatu hal, maka mempergunakan makna lughawi semata akan menghilangkan aspek tahqiq (pemastian) yang ada di dalamnya. Jadi, semestinya tahqiq ini tidak boleh dilupakan, sebagaimana Ibnul Atsir berkata, “… la’alla jika berasal dari Allah maka ia adalah jaminan kepastian (tahqiq).” Dengan demikian, kalimat “la’allakum tattaqun” seharusnya diartikan: “supaya kalian pasti bertakwa” atau kalimat lain yang maknanya senada. Konsekuensi selanjutnya adalah: ayat-ayat yang memuat frase ini sesungguhnya merupakan resep yang diberikan oleh Allah, bagaimana supaya kita bisa mencapai derajat takwa, secara pasti. Puasa dan Takwa Kata tattaqun adalah bentuk jadian dari kata dasar waqaa ( ), artinya melindungi, menjaga atau menutupi. Salah satu bentuk turunan waqaa memiliki pengertian “perisai”, dan itulah hakikat takwa. Suatu ketika, Umar bin Khathab r.a. bertanya kepada Ubay bin Ka’ab r.a.: “Apa hakekat takwa?” Ubay balik bertanya: “Pernahkah engkau berjalan pada jalan yang penuh dengan duri?” “Pernah,” jawab Umar. “Apa yang engkau lakukan saat itu, wahai Umar?” tanya Ubay kembali. Umar menjawab: “Tentunya aku berjalan dengan sangat berhati-hati.” Kemudian Ubay menjelaskan: “Itulah hakekat takwa.” Karena itu, seorang berderajat takwa akan sangat berhati-hati dalam melangkah, sebagaimana tercermin dalam sabda Nabi, ‘’Seorang Mukmin tidak akan mencapai derajat takwa hingga meninggalkan hal-hal yang tidak berguna karena khawatir terjerumus ke dalam hal-hal yang haram.” (HR. al-Bukhari, At-Tirmidzi, Ibn Majah, AlHakim, Al-Baihaqi). Dalam hadits ini, penekanan kata takwa adalah “memelihara diri, dengan bertindak hati-hati”. Puasa disyariatkan untuk membersihkan hijab badan dan jiwa, hingga sifat-sifat ketuhanan berupa akhlaq yang terpuji menjadi karakter dan kepribadian kita sehari-hari. Hal mana tercermin dari bagaimana kita mampu “memelihara diri dengan bertindak hati-hati” dalam segala hal. Mau tidak mau hal itu hanya bisa terlaksana dengan menjalankan perintahNya semaksimal kemampuan kita dan menjauhi larangan-Nya tanpa kecuali. Dan itulah takwa. Karena itu, puasa yang “pasti” mengantarkan kita pada derajat takwa (la’allakum tattaqun), tidak lain adalah pembangun benteng moral dan akhlaq kita yang utama, yang disyariatkan-Nya setiap tahun pada bulan Romadhon. Kini, ia akan datang sebentar lagi. Sungguh merugilah mereka yang benteng moral dan akhlaq-nya tidak terbangun dengan syariat puasa ini. Padahal, garansi tercapainya tujuan sudah diberikan Allah ‘azza wajalla secara pasti. Apalagi ganjaran puasa tiada tara. Dalam sebuah hadits dikatakan, Sambungan dari hal 5 menggapai berkah dan mensyukuri nikmat bertemu dengan bulan suci Romadhon 1413 H, di antaranya: Gathering Donatur, Road Show Dakwah, Layanan Da’i Tarowih, Kajian Tafsir Ayat-ayat Romadhon, Dzikir dan Do’a Malam Lailatul Qodr, Pesantren Pelajar dan Anak Jalanan, Tebar Buka Musafir, Buka puasa di daerah minus, Bakti Sosial, Pemberian Bingkisan Lebaran untuk Da’i, dan lain-lain. Untuk mendukung kelancaran program tersebut LAZIS AL-HAROMAIN menerima penyaluran dana Zakat, Infaq, dan Shodaqoh (ZIS), serta bantuan tidak mengikat lainnya dari segenap umat Islam. Mudahmudahan Alloh Swt. memberi kesehatan kepada kita sehingga bisa menjalankan ibadah puasa dan mengisinya dengan amalamal sunnah lainnya, serta menerima amal ibadah tersebut, Amiin. dan bertemu dengannya merupakan nikmat yang luar biasa. Bukankah dilipatgandakannya pahala adalah suatu nikmat, dibukanya pintu-pintu rahmat adalah suatu nikmat, diampuninya dosa adalah suatu nikmat, adanya malam Lailatul Qodar dan dijauhkan dari neraka juga suatu nikmat, serta nikmat-nikmat Romadhon lain yang tak terhitung jumlahnya? Akan tetapi begitu banyak diantara kita belum merasakan bahwa bulan suci Romadhon adalah nikmat, sehingga pantaslah jika Alloh bertanya berkalikali dalam surat Ar-Rohman “Nikmat Tuhanmu yang mana yang engkau dustakan?” Oleh karena itu, LAZIS AL-HAROMAIN telah menyiapkan program penyambutan dan kegiatan amal ibadah sebagai upaya “Setiap amalan kebaikan anak Adam akan dilipatgandakan menjadi 10 hingga 700 kali. Allah ‘azza wa jalla berfirman, ‘Kecuali puasa, amalan tersebut untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya karena dia telah meninggalkan syahwat dan makanannya demi Aku.’” (HR Muslim) Wallohu a’lam. 9 mutiara hadits Menyongsong Datangnya Romadhon dan Keistimewaannya Oleh | Ust. Abdul Fatah Pembina MT Al Isyroq Gresik “Marhaban Ya Romadlon” Selamat datang wahai Romadlon 3x. Anugerahi dengan ampunan Begitulah gubahan syair yang disusun oleh ulama’ Hadhrotul Maut (Yaman) sebagai rasa rindu dan kangen terhadap datangnya bulan Romadhon. Seiring dengan shair tersebut Rosululloh Saw. menyampaikan khabar gembira kepada para shahabatnya dengan sabdanya: “Telah datang pada kalian bulan Romadhon. Alloh mengunjungi kalian pada bulan ini dengan menurunkan rahmat, menghapus dosa-dosa, dan mengabulkan do’a. Alloh melihat berlomba-lombanya kalian pada bulan ini, dan Dia membanggakan kalian kepada para malaikat-Nya. Maka tunjukkanlah kepada Alloh hal-hal yang baik dari diri kalian, karena orang yang sengsara adalah orang yang tidak mendapatkan rahmat Alloh di bulan ini.” (HR. At-Thobaroni dan para perowi yang terpercaya) Keterangan: Bulan Romandlon yang selalu kita nantinantikan kehadirannya, kini akan segera tiba. Tinggal menghitung hari saja. Memang sudah seharusnya kita sebagai hamba Alloh yang beriman menyakini bahwa bulan Romadhon adalah bulan yang penuh dengan hembusan rahmat (nafahat) dari Alloh Swt. Dengan begitu, kita termotivasi untuk menyambut dan menjemput hembusan rahmat Alloh tersebut dengan suka cita sebagaimana yang sudah dilakukan Rosululloh dan para shahabatnya serta para ulama salafus sholeh. Mengapa demikian? Karena bulan Romadhon merupakan bulan yang Alloh menganugerahi 10 beberapa keistimewaan yang luar biasa; di antaranya adalah: 1. Bulan Romadhon disyari’atkan untuk berpuasa sebagaimana firman Alloh. Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kalian untuk berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, pasti kalian akan menjadi orang-orang yang bertakwa. (QS. Al-Baqoroh: 183) Puasa adalah riyadloh (latihan) yang dahsyat yang di dalamnya Alloh melatih kita menahan diri dari sesuatu yang hahal seperti: makan, minum, dan hubungan suami istri. Kebiasaan ini akan menumbuhkan perasaan selalu diawasi oleh Alloh dan mampu menahan diri dari yang subhat, apalagi yang haram. Karenanya puasa dikatakan sebagai tameng dari kemaksiatan (HR. Bukhori - Muslim) dan benteng dari neraka (HR. An-Nasa’I, Ahmad, dan Ibnu Majah) 2. Bulan Romadhon malamnya disunahkan sholat tarowih. Rosululloh Saw. bersabda: “Barang siapa mendirikan sholat malam romadhon (sholat tarowih) karena iman, dan mengharap pahala dari Alloh, niscahaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (Muttafaqun alaih) Begitu indahnya bulan Romadhon bagi umat Rosululloh Saw. Sepanjang siang dan malam mereka selalu mentaati Alloh Swt. Siangnya diwajibkan berpuasa dan malamnya disunahkan sholat tarowih (qiyamu Romadhon) dan ditambah lagi amalan-amalan sunnah yang lain seperti tadarus Al-Qur’an, infaq, shodaqoh, dsb. Begitulah amalan yang akan dapat membangun pribadi muslim rajin beribadah, alias tidak bermalas-malasan, dan menggunakan kesempatan waktu yang diberikan oleh Alloh dengan sebaik-baiknya. Hal demikian akan menghasilkan faedah dan manfaat yang luar biasa di sisi Alloh Swt. 3. Pada bulan Romadhon, syaitan dan para jin yang jahat diikat. Nabi Saw. bersabda: “Pada bulan ini (Romadhon) para jin yang jahat diikat, sehingga tidak bebas bergerak seperti bulan lainnya.” (HR. Ahmad) Masalah diikatnya syaitan atau jin yang jahat itu harus kita percaya dan yakini, tanpa perlu mempertanyakan bagaimana cara dan teknis jin atau syaitan mengikatnya. 4. Bulan Romadhon teriring dengan do’a para malaikat. Rosululloh Saw. bersabda: “Pada bulan Romadhon para malaikat berdo’a memohonkan ampun kepada mereka (yang berpuasa) sampai mereka berbuka.” (HR. Ahmad) Alangkah beruntungnya orang yang berpuasa dan betapa begitu bahagianya mereka karena selalu mendapat do’a dari para malaikat, yang ada jaminan dan kepastian terkabul do’anya. Sedangkan kita bila do’a sendiri belum tentu ada jaminan akan dikabulkan oleh Alloh, karena mungkin hati kita masih terhijab dengan kecintaan terhadap dunia. Na’udzu billah min dzalik! 5. Alloh menurunkan rahmat dan menghapus dosa-dosa pada bulan Romadhon ini. (HR.at-Thobaroni) Begitu besar anugerah Alloh yang diberikan pada orang yang berpuasa di bulan Romadhon. Alloh mencurahkan segala bentuk rahmat-Nya kepada hamba-Nya, di antaranya: menghapus dosa-dosa orang yang bersungguh dalam ibadah puasanya dapat menjaga seluruh anggota badannya dari riya, ujub, dan sombomg. Karena hal itu sumbernya dari hati, sehingga menjadi hamba yang muklis atau ikhlas. 6. Bulan Romadhon momentum do’a-do’a dikabulkan. (HR. At-Thobaroni) Setiap manusia muslim punya cita-cita dan harapan yang baik, sehingga mau berusaha dan berdo’a. Inilah kesempatan untuk memohon dan berdo’a, karena Alloh berjanji doa kita akan dikabulkan, agar kesulitan dan permasalahan-masalahan akan diangkat dan dihilangkan oleh Alloh Swt. 7. Bulan Romadhon disunnahkan mengakhirkan makan sahur sebagaimana sabda Rosululloh Saw.: “Makan sahurlah kalian, karena sesungguhnya makan sahur itu ada keberkahan.” (HR. Bukhori) 8. Pada bulan Romadhon ada satu malam termulya (malam Lailatul Qodar). Usia umat nabi Muhammad Saw. rata-rata 60-70 tahun. Beda bila dibandingkan dengan umat terdahulu yang mencapai ratusan tahun. Akan tetapi Alloh Swt. memberi keistimewaan yang luar biasa pada umat Muhammad Saw., khususnya pada bulan Romadhon, dimana ada satu malam yang nilainya lebih baik daripada seribu bulan (83 tahun). Seandainyapun umur kita hanya 20 tahun saja, tapi mampu menggunakan kesempatan yang sebaikbaiknya di bulan Romadhon dengan berbagai amal sholeh termasuk ber i’tikaf dalam rangkai menggapai Lailatul Qodar dan berhasil, maka dengan umur 20 tahun tersebut akan menggapai atau mengungguli umat-umat terdahulu yang umurnya mencapai ratusan tahun. bahkan bisa mengungguli segalanya, derajat nya, amalnya, kedudukanya, bahkan kemuliaannya. Merugilah bila kesempatan berlian ini tidak kita gunakan dengan sebaik-baiknya dan beruntunglah kita yang mau menggunakan kesempatam emas ini dengan sungguhsungguh dan sebaik-baiknya. Demikian semoga Alloh senantiasa memberikan kekuatan lahir dan batin dalam berdakwa dan beramal sholeh, khususnya di bulan Romadhon yang mulia ini. Amin Referensi: 1. Risalah Puasa Romadhon, oleh Abina K.H. Ihya Ulumiddin 2. Wasiat Taqwa di Bulan Romadhon, oleh Ainul Haris Umar Thoyib., LC.M.AG. 11 profil A 12 yang diboncengi Belanda. Kisah-kisah keperwiraan sang ayah ini juga telah mempengaruhi kepribadian Bindhârâh Mu’iz, sehingga kelak menjadi sosok kiai yang disiplin dan pantang mundur membela akidah Ahlussunnah wal Jamaah. Nasab Kiai Mu’iz Nasab Kiai Mu’iz melalui Kiai Ahmad Tirmidzi (jalur ayah) bertemu dengan nasabnya melalui Nyai Thowi’ah (jalur ibu) pada leluhur Wali Songo. Kesinambungan nasab dari dua jalur ini memang pernah dilontarkan oleh Kiai Basri sang kakek kepada Kiai Mu’iz sembari berpesan, “Kamu harus melacak nasabmu. Karena kamu lahir melalui mata rantai nasab yang indah (silsilatun thoyyibah).” Bahkan Abuya al-Maliki juga mengakui nasab Kiai Mu’iz yang ber-sambung ke Wali Songo. Adapun silsilah nasab beliau dari jalur ayah adalah Abd. Mu’iz bin Ahmad Tirmidzi bin doc lazis Masa Kecil buya KH. Abd. Mu’iz Tirmidizi, yang selanjutnya lebih dikenal dengan panggilan Kiai Mu’iz lahir di dusun Koncer desa Darul Aman (dulu desa Bataan) kecamatan Tenggarang kabupaten Bondowoso pada tanggal 15 April 1954. Beliau terlahir dari pasangan Kiai Ahmad Tirmidzi dengan Nyai Thowiah. Kiai Ahmad Tirmidzi adalah putra dari Kiai Mari’uddin Kraksaan, yang lebih di kenal dengan Pesantren Sentong. Kiai Mari’ merupakan sepupu dengan Kiai Hasan Genggong. Sedangkan Nyai Thowiah adalah putri dari Kiai Basri, yang asli Bondowoso. Kiai Basri mondok di Sentong Kraksaan, lalu putrinya diambil menantu oleh Kiai Mari’ yang dinikahkan dengan Kiai Ahmad Tirmidzi. Mu’iz muda tumbuh berkembang dalam lingkungan ilmiah yang kondusif. Pendidikan agamanya berada dalam asuhan Kiai Ahmad Tirmidzi, ayahnya sendiri, juga dalam asuhan Kiai Basri sang kakek yang saat itu merupakan sosok kiai yang disegani. Tradisi keilmuan di keluarga besar Kiai Basri terbangun dengan baik. Pola ritual keagamaan pun berjalan secara istiqomah di Pesantren Koncer yang diasuh oleh Kiai Basri. Kedisiplinan Bindhârâh Mu’iz sudah mulai terbentuk oleh didikan dan teladan Kiai Ahmad Tirmidzi ayahnya. Sebagaimana diketahui, Kiai Ahmad adalah veteran perang yang pernah bergabung dengan pejuang TNI dalam mempertahankan Kemerdekaan RI. Konon, Kiai Ahmad juga ikut terlibat dalam peristiwa heroik 10 Nopember 1945 di Surabaya. Kiai Ahmad yang kala itu masih aktif sebagai anggota TNI, turut membantu dan mengawal Bung Tomo dalam menghadang tentara NICA doc lazis profil Mari’uddin bin Maksum bin Sirojuddin Daud bin Sempo bin Syamsuddin bin Abu Syamsuddin (Su’adi) bin Bassaniyah (Abdi Manaf) bin Abdul Mannan (Buju’ Kosambhih) bin Abdurrahman (Buju’ Bireh) bin Husein (Batu Sangkah) bin Maulana Maqdum Ibrahim (Sunan Bonang) bin Raden rahmatulloh (Sunan Ampel) Surabaya. Masa Menuntut Ilmu Awalnya Bindhârâh Fauzi dan Bindhârâh Mu’iz masuk Sekolah Rakyat hingga kelas II. Setelah itu, Kiai Ahmad Tirmidzi memindahkan kedua putranya ke Madrasah Al Khoiriyah Kampung Arab Bondowoso di bawah asuhan Habib Hasan Barakwan. Kyai Mu’iz menimba ilmu di sini hingga tingkat Aliyah. Atas pertimbangan para guru di Pesantren, mereka memilih sembilan orang untuk diberangkatkan belajar di Makkah. Pada tahun 1975, Kiai Mu’iz melakukan perjalanan ke Makkah. Dalam perjalanan tersebut beliau mengalami ujian yang bertubitubi. Mulai dari tertipu saat mengurus paspor, tidak mendapat tempat di pesawat sehingga harus naik kapal ke Makkah, kapal mereka dihadang Paus sehingga terpaksa berlabuh di Joubuti Afrika, tidak diterima di kampus alJami’ah al-Islamiyah Madinah karena belum ada panggilan resmi, dan begitu pula tidak diterima di Jami’ah Ummul Quro Makkah. Untuk sementara mereka tinggal di syaqqoh mahasiswa Indonesia. Selama di Madinah itulah, mereka sempat mengais tempat sampah untuk mencari sisa-sisa makanan demi mengisi perut. Mereka kemudian menemukan roti kering yang keras, lalu dikukus agar layak dimakan. Setelah ada mahasiswa yang memberi tahu, mereka baru sadar bahwa roti itu ternyata makanan kambing yang dibuang. Begitulah ujian itu datang bertubi. Tetapi tidak menggoyahkan himmah Kiai Mu’iz dan kawan-kawannya untuk menuntut ilmu di Kota Nabi ini. Sehingga akhirnya mereka bertemu dengan Abuya Sayyid Muhammad bin Alawi alMaliki, seorang ulama muda yang tampan, yang kemudian menjadi guru, mursyid, dan murobbi Kiai Mu’iz dan kawan-kawannya. Kiai Mu’iz memiliki sanad (mata rantai) keilmuan dari guru-guru utama yang berasal dari kalangan Habaib dan Masyayikh dari bangsa Arab. Satu-satunya guru beliau yang bukan dari kalangan Arab adalah kakeknya sendiri, Kiai Basri. Guru utama beliau adalah Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki, yang merupakan keturunan Rosululloh dari jalur Sayyidina Hasan r.a. Sayyid Muhammad adalah putra dari Sayyid Alawi bin Sayyid Abbas bin Sayyid Abdul Aziz al-Maliki. Datuk dari Sayyid Muhammad ini merupakan guru dari para kiai dan ulama besar di Indonesia dan dunia. Ketika mondok di Ma’had Sayyid Muhammad al-Maliki, Kiai Mu’iz banyak berguru kepada para ulama besar dunia yang datang mengajar di dhalem Sayyid Muhammad al-Maliki. Kiai Istiqomah Pencinta Ilmu “Engko’ terro mateah bâkto ngajhâr.” Sebuah kalimat sederhana yang penuh makna. Jika diterjemahkan, ‘Saya ingin meninggal 13 profil saat mengajarkan ilmu’. Kalimat ini sering dilontarkan oleh Kiai Mu’iz dalam setiap kesempatan di hadapan para santri. Hidup dan mati hanya untuk menyebarkan ilmu Alloh, telah menjadi thoriqoh Kiai Mu’iz sebagai tangga untuk wushul kepada Alloh dan Rosululloh. Inilah thoriqoh para salafush sholih yang terlestarikan sehingga menjadi pilihan jalan hidup Kiai Mu’iz. Dalam konteks kesungguhan Kiai Mu’iz berkhidmat kepada ilmu, beliau pernah dawuh kepada salah satu santri senior, “Maskènnah bâ’en ngakan bâtoh otabeh ngakan blikèr, bâ’en tak olle ambu ngajhâr.” [Meskipun kamu harus makan batu atau makan kerikil, kamu tetap tidak boleh berhenti menyebarkan ilmu. Terj.] Dalam sebuah kesempatan, Kiai Mu’iz menyatakan bahwa beliau tidak ingin meninggal dalam keadaan sholat, akan tetapi beliau lebih senang jika meninggal dalam keadaan mengajar. Para salafush sholih, utamanya para Kekasih Alloh memiliki jalan (thoriqoh) tertentu sebagai tangga untuk wushul kepada Alloh dan Rosululloh. Kiai Mu’iz memilih mengajar sebagai thoriqohnya sebagai bentuk ittiba’ (mengikuti) kepada Rosululloh yang bersabda, “Innamaa bu’itstu mu’alliman.” Artinya, ‘Hanya saja saya diutus untuk menjadi pengajar (penyebar ilmu)’. Kata-kata ini begitu mendarahdaging dalam diri Kiai Mu’iz. Karena prinsip itulah beliau jauh-jauh datang ke Gresik untuk mengisi materi dalam Simposium Nasional Jaringan Pendidikan Hai’ah Ash Shofwah pada April 2012 yang lalu. Padahal kondisi kesehatan beliau sebenarnya sedang tidak baik. Sehingga akhirnya beliau sakit dan wafat dalam rangka akan menyampaikan ilmu kepada para peserta simposium. Beliau wafat pada hari Sabtu siang, jam 12.30, tanggal 14 April 2012 M./22 Jumadil Ula 1433 H. Abuya KH. Abd. Mu’iz wafat dalam usia 58 menurut hitungan tahun Miladiyah. Kewafatannya telah menyebarkan kedukaan yang dalam bagi umat. Pihak keluarga segera menghubungi KH. Ihya Ulumiddin, khadimat ma’had Nurul Haromain, Pujon, Malang. Karena semasa Kiai Mu’iz masih hidup, beliau sering bercerita bahwa antara beliau, KH. Ihya serta KH. 14 Karrar Pamekasan Madura pernah berjanji; barangsiapa yang meninggal terlebih dahulu di antara tiga sahabat ini, maka yang masih hiduplah yang akan mengkafani serta turun ke liang lahat. Maka demikianlah, KH. Ihya dan KH. Karrar pun turun ke liang lahat, mengantar sahabat yang lebih dari sekedar saudaranya itu ke perisitirahatannya yang abadi. Keduanya mencoba tegar, kendatipun rasa kehilangan itu tak bisa ditutupi. KH. Ihya memberikan kesaksian tentang Kiai Mu’iz, sahabat dekatnya. Beliau dawuh, “Kewafatan Kiai Mu’iz menimbulkan iri bagi alumni Abuya (Sayyid Maliki) yang lainnya. Sebab Kiai Mu’iz keluar dari rumah sebagai muhajiron ilallohi wa rosulihi. Bahkan Kiai Mu’iz tidak sampai pulang lagi ke rumah sampai wafatnya. Kiai Mu’iz berangkat ke Gresik demi khidmah dan cintanya pada sang Guru Sayyid Muhammad untuk melaksanakan amanahnya dalam menyiarkan ilmu. Beliau masuk dalam golongan yang dimaksud oleh alQur’an surat an-Nisa’ ayat 100. Artinya, “Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Alloh dan Rosul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dimaksud), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Alloh. Dan adalah Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Posisi Kiai Mu’iz saat ini dalam kedudukan diampuni dan mendapatkan kasih sayang dari Alloh.” Sungguh luar biasa, keistiqomahan beliau dalam menjalankan amanat ilmu. Telah tenang dan bahagaialah beliau meraih cita-citanya. “Engko’ terro mateah bâkto ngajhâr.” Seorang Kiai menilai bahwa dawuh ini bentuk wushul kepada Rosululloh Saw. Wushul yang bermakna “sampainya rasa bersatu” dengan Rosululloh yang dicintai oleh Kiai Mu’iz. Rosululloh yang telah mengajarkan kalimat “sesungguhnya aku diutus sebagai pengajar”. Kiai Mu’iz benar-benar memegang sabda Rosululloh ini dan dilaksanakan hingga akhir hayat beliau. Mengikuti jejak Rosululloh menjadi prinsip dalam hidup dan mati beliau. Semoga beliau mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya dan menjadi teladan kita semua yang ditinggalkan. Amin. (dinukil dari buku “Biografi Sang Murobbi: Abuya KH. Abd. Mu’iz Tirmidzi”, karya Umar Faruq oleh Bahtiar HS) on-thesunnah.blogspot.com al kayyis S ering kita dengar dan tidak diragukan lagi kejatuhan nafahat itu, maka dia akan bahwa Bulan Romadhon adalah bulan mendapati kebahagiaan yang tiada penuh berkah yang tidak dimiliki oleh kesengsaraan setelah itu selamanya.” (HR. sebelas bulan yang lain. Tidak ada siang yang Thobaroni) lebih baik dari siang hari di bulan Romadhon. Dari sekian kemuliaan dan keutamaan Tidak ada malam yang lebih indah dari malam- bulan yang suci ini, tentunya bagi orang yang malam Romadhon. Dan tidak ada kebaikan rindu akan kemenangan sejati “surga”, rindu yang lebih berharga dari kebaikan yang kita akan Tuhannya, maka tidak akan menyialakukan pada bulan Romadhon. Betapa tidak? nyiakan sedetik pun kemesraan bersama bulan Pada bulan ini, pahala kebaikan yang suci ini. Meski nyatanya masih ada juga dilipatgandakan. orang-orang yang merasa tak Pada bulan ini terdapat berbagai peduli dengan bulan ini. Bulan peristiwa sejarah yang sangat Romadhon dilaluinya sebagaimana monumental. Tidak saja terjadi ia menjalani keseharian pada pada masa Rosululloh Shollallohu bulan-bulan lainnya. Tentu orang ‘alaihi wasallam, tapi juga pada seperti ini tergolong “RUGI” tak masa-masa kenabian jauh dapat menyambut nafahat Alloh Muji Sampurno sebelumnya. Dalam beberapa hadits Swt. yang dengan derasnya Sekretaris Umum dan keterangan yang lain diturunkan di bulan yang suci ini. Yayasan Al Haromain disebutkan semua kitab suci Dalam hadith riwayat alditurunkan oleh Alloh pada bulan Tirmidzi dan Imam Ahmad bin Romadhon. Banyak peristiwa penting sejarah Hambal, Nabi mengidentifikasi tiga orang terjadi selama bulan Romadhon; Fathul yang betul-betul merugi, yang salah satunya Makkah, Badr Kubro, dll. berkenaan dengan bulan suci Romadhon. Suatu Berkah bulan Romadhon juga merembet ketika Rosululloh menaiki mimbar (untuk pada meningkatnya nilai amal-amal shalih dan berkhutbah), menginjak anak tangga pertama penghargaan terhadapnya. Jika pahala amal beliau mengucapkan “aamin”, begitu pula kebajikan di bulan lain dibalas satu hingga pada anak tangga kedua dan ketiga. Seusai sepuluh kali lipat, maka pada bulan Romadhon shalat para sahabat bertanya, “Mengapa ganjaran itu dapat berlipat-lipat sesuai dengan Rosululloh mengucapkan ‘aamin?” Lalu beliau yang dikehendaki Alloh Swt. Mari kita sambut menjawab, “Malaikat Jibril datang dan nafahat Romadhon yang luar biasa ini berkata: ‘Kecewa dan merugi seseorang yang sebagaimana sabda Rosululloh: “Berikanlah bila namamu disebut dan dia tidak sambutan terhadap nafahat (hembusanmengucapkan shalawat atasmu.’ Lalu aku hembusan rahmat) Tuhanmu. Sesungguhnya berucap aamin. Kemudian malaikat berkata Alloh mempunyai nafahat dari rahmat-Nya lagi, ‘Kecewa dan merugi orang yang yang dijatuhkan kepada orang yang berkesempatan hidup bersama kedua orang dikehendaki dari hamba-Nya. Barangsiapa tuanya tetapi dia tidak sampai bisa masuk 15 2jhsbandung.blogspot.com al kayyis surga.’ Lalu aku mengucapkan aamin. Kemudian katanya lagi, ‘Kecewa dan merugi orang yang berkesempatan hidup pada bulan Romadhon tetapi tidak sampai terampuni dosa-dosanya.’ Lalu aku mengucapkan aamin.” (HR. Turmidzi dan Ahmad) Maka siapakah lagi yang lebih rugi dari mereka yang tidak diampuni seluruh dosanya pada bulan Romadhon ini? Padahal barangsiapa yang berpuasa dengan penuh iman dan ikhlas akan diampuni seluruh dosanya. Siapakah lagi yang lebih rugi dari mereka yang tidak dibebaskan dari api neraka? Padahal Alloh Swt. membebaskan hamba-hamba-Nya dari siksa api neraka setiap malam pada bulan Romadhon. Siapakah yang lebih rugi dari mereka yang tidak diperkenankan melewati pintu Ar-Royyan kelak? Padahal Alloh mengistimewakan orang-orang yang berpuasa dengan pintu Ar-Royyan. Siapakah yang lebih rugi dari mereka yang tidak bertemu Alloh Swt.? Padahal dengan Alloh Swt. memberi hadiah terindah berupa kebahagiaan bertemu dengan-Nya. Dan sungguh sangat rugi jika kita berpuasa hanya mendapatkan rasa lapar 16 dan dahaga saja. Karenanya sudah sepantasnya seorang muslim mewaspadai diri sendiri ketika berpuasa untuk tidak merusak nilai puasanya dengan perbuatan-perbuatan jahat, maksiat dan dosa, agar puasa yang dilakukan dapat sempurna dan diterima oleh Alloh Swt. Selain itu, momen Romadhon yang penuh berkah dan sebuah kesempatan langka ini hendaknya kita pergunakan seoptimal mungkin untuk memperbanyak amal kebajikan, baik secara kualitas maupun kuantitas, lewat sholat, do’a dan dzikir, istighfar, tadarus Al-Qur’an, infaq shodaqoh, iftar al-shaim, i’tikaf di masjid, dan lain sebagainya. Maka marilah kita memohon inayah dan kasih sayang Alloh, agar pada Romadhon yang akan datang kita termasuk hamba-hamba-Nya yang mendapat kemulian dan kemenangan. Semoga Alloh menjadikan kita sebagai orang yang berpuasa dan menjalankan qiyam pada bulan Romadlon, serta menjadikan kita sebagai orang-orang yang diterima amalnya. Amin. Bukankah demikian, wahai Al-Kayyis? refleksi traktorlubis.blogspot.com S Bekal Menuju Romadhon Oleh : Mishad Khoiri Pembina Pesma Al Mukmin Malang eperti biasanya, pagi itu istri saya belanja di pak Jono, tukang sayur keliling yang biasa berjualan aneka sayur dan lauk-pauk di blok perumahan saya. “Kripik singkong atau kacang kulit Bu buat persiapan?” kata pak Jono menawari istri saya. “Buat persiapan apa, Pak?” tanya istri saya yang sepertinya kurang nyambung. “Gimana sih Bu? Nanti malam kan pembukaan Euro 2012? Itu loh sepak bola piala Eropa! Pertandingan pertama nanti malam Polandia lawan Yunani,” jawab pak Jono. Istri saya hanya terdiam. Mungkin dia mengira ditawari beli kripik singkong dan kacang kulit itu untuk persiapan punya hajat. “Eee… ternyata hanya untuk bekal persiapan menyaksikan sepak bola” ucap istri saya. Saya yang ketika itu mendengar hanya bisa tersenyum simpul saja. Memang cukup besar minat masyarakat kita, termasuk umat Islam terhadap tontonan atau pertandingan sepak bola. Saking “gandrungnya”, di Makasar ada sebuah jalan yang disulap menjadi kampung bola menyambut “Euro 2012”. Di depan rumah mereka masing-masing dipasang bendera negara peserta “Euro 2012” yang didukungnya. Ada perjanjian di antara mereka: jika negara yang mereka dukung tersisih, maka bendera harus diturunkan. Uniknya lagi, warga di jalan tersebut selama Euro 2012 memakai kostum dan souvenir berlabel negara-negara peserta kejuaraan sepak bola antarnegara di benua Eropa tersebut. Melihat fenomena tersebut saya jadi ingat tentang sebuah “momentum” yang mestinya kita sambut lebih meriah lagi daripada sambutan terhadap Euro 2012. Momentum itu adalah datangnya bulan suci Romadhon. Bulan 17 mulia yang penuh berkah, rahmat, dan ampunan. Bagi kaum muslim yang mafhum, kedatangan bulan Romadhon akan disambut dengan gembira dan bahagia. Seperti bunyi sebuah hadits: “Man fariha biduhûli romadhona harroma Allohu jasadahu ‘alanniron”. Barang siapa yang bergembira dengan datangnya bulan Romadhon, maka Alloh mengharamkan jasadnya atas api neraka. agengspreh.wordpress.com Sebagai seorang muslim hendaklah kita mengetahui hal-hal yang perlu dilakukan di dalam menyambut bulan suci Romadhon serta amalan-amalan yang disyariatkan oleh Alloh Swt. dan Rasul-Nya. Amaliah yang seyogyanya dilakukan menjelang bulan Romadhon antara lain: Pertama, memperbanyak do’a kepada Alloh. Kebiasaan para generasi shalih pendahulu kita adalah dengan memperbanyak do’a sebelum masuknya bulan Romadhon. 18 Hingga diriwayatkan di antara mereka ada yang memohon kepada Alloh agar dipertemukan kembali dengan bulan Romadhon sejak bulan-bulan sebelumnya. Mereka juga memohon kepada Alloh agar diberikan kekuatan dan pertolongan dalam melaksanakan ibadah-ibadah di dalamnya seperti puasa, qiyamul lail, sedekah, dan sebagainya. Do’a yang masyhur agar kita disampaikan atau dipertemukan dengan bulan Romadhon adalah “Allôhumma bâriklanâ fî rojaba wa sya’bâna wa ballighnâ romadhôna.” Semoga kita diberikan barakah di bulan Rajab dan Sya’ban, serta disampaikan (umur kita) pada bulan Romadhon. Kedua, bersuci dan membersihkan diri. Kebersihan yang bersifat maknawi seperti taubat nasuha dari segala dosa dan maksiat. Pantaskah kita menyambut tamu yang agung dan mulia dengan keadaan yang kotor? Pantaskah kita menyambut bulan Romadhon yang dicintai oleh Alloh dan Rasul-Nya dengan gelimangan dosa? Bagaimana kita berpuasa sedangkan shalat masih sering kita lalaikan? Bagaimana kita menahan diri dari segala yang mubah (makan dan minum) kemudian berbuka dengan sesuatu yang haram, yang merupakan hasil riba, suap, dan harta haram lainnya? Bagaimana kita berharap puasa kita dapat diterima sedangkan kita dalam keadaan seperti ini? Renungilah sabda Rasulullah Saw: “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan beramal dengannya maka tidak ada bagi Alloh kepentingan terhadap puasa (yang sekedar meninggalkan makan dan minum).” (HR. Bukhari). Oleh karena itu sebelum pintu taubat tertutup, sebelum matahari terbit dari sebelah Barat, sebelum nyawa sampai di tenggorokan, maka bersegeralah bertaubat dengan taubat yang sebenar-benarnya. Alloh Ta’ala berfirman: “Hai orang-orang yang beriman bertaubatlah kepada Alloh dengan taubat yang sebenarbenarnya...” (QS. At-Tahrim: 8) Ketiga, mempersiapkan jiwa, yaitu dengan memperbanyak amal-amal shalih pada bulan Sya’ban karena pada bulan ini amalan-amalan diangkat pada Alloh. Sebagaimana hadits Usamah bin Zaid r.a. yang diriwayatkan oleh Imam An-Nasa’i dan Ibnu Khuzaimah bahwasanya Rasulullah Saw. berpuasa sepanjang bulan Sya’ban atau beliau memperbanyak puasa di dalamnya kecuali hanya beberapa hari saja beliau tidak melakukannya. Keempat, bertafaqquh (mempelajari) hukum-hukum puasa dan mengenal petunjuk Nabi Saw. Sebelum memasuki puasa perlu mempelajari syarat-syarat diterimanya puasa, hal-hal yang membatalkannya, hukum berpuasa di hari syak (meragukan), perbuatanperbuatan yang dibolehkan dan dilarang bagi yang berpuasa, adab-adab dan sunnah-sunnah berpuasa, hukum-hukum shalat tarawih, hukum-hukum yang berkaitan dengan orang yang memiliki udzur seperti mengadakan perjalanan, sakit, hukum-hukum yang berkaitan dengan zakat fitrah, dan lain-lain. Maka hendaknya kita berilmu sebelum memahami dan mengamalkannya. Sebagaimana firman Alloh Ta’ala:”Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah melainkan Alloh dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mu’min, laki-laki dan perempuan. Dan Alloh mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggalmu.” (QS. Muhammad: 19). Di dalam ayat ini Alloh Ta’ala mendahulukan perintah berilmu sebelum berkata dan berbuat. Kelima, mengatur sebaik-baiknya program di bulan Romadhon. Bila seorang tamu yang agung datang berkunjung ke rumah kita, kemudian kita menyambutnya dengan baik, tentu kita akan mendapatkan pujian serta balasan dari tamu tersebut. Begitu pula dengan bulan Romadhon yang datang dengan membawa berbagai macam keutamaan. Jika kita menyambutnya dengan persiapan serta program-program untuk tamu agung ini, tentu kita akan mendapatkan keutamaankeutamaan tersebut. Bulan Romadhon hendaknya kita isi dengan memperbanyak ibadah shalat sunnat, membaca Al Qur’an, memperbanyak tasbih, tahmid, takbir dan istighfar, dan lebih peduli kepada nasib orang fakir dan miskin, berbakti kepada kedua orang tua, menyambung tali silaturrahmi, memuliakan tamu, menjenguk orang sakit, dan ibadah-ibadah lain yang semisal dengan itu guna meraih predikat mulia dari Alloh, yaitu “Taqwa”. Mumpung kita dipertemukan dengan bulan Romadhon, mari kita siapkan “bekal” yang cukup untuk menyambutnya, mengisinya, dan memanennya. Sebab ada hikmah ulama’ yang mengatakan bahwa Rajab adalah bulan menanam, Sya’ban adalah bulan menyiram, dan Romadhon adalah bulan memanen. Bagi yang berbekal (menanam dan menyiram), insya Alloh mereka juga akan memanen. Wallohu a’lam. 19 technopreneur Tips Sukses Oleh: Drs. Soehardjoepri, M.Si. Direktur Rabwa Production Presentasi M enyampaikan presentasi dengan sukses tentu menjadi impian setiap presenter. Untuk mencapainya diperlukan persiapan matang, baik itu materi atau isi presentasi maupun personal. Gugup bisa menjadi masalah utama saat presentasi. Namun, dengan banyak latihan dan ditunjang dengan penguasaan materi dengan baik, hal ini bisa diatasi. Berikut ini beberapa tips sukses melakukan presentasi. Persiapan 1. Memahami dengan baik tujuan Anda melakukan presentasi dan siapa saja pendengarnya. 2. Membuat struktur presentasi. Biasanya terdiri dari tiga bagian, yaitu pendahuluan, isi, dan kesimpulan. Pada bagian pendahuluan terdapat pengantar mengenai materi yang akan dibawakan dan outline presentasi. Isi merupakan bagian utama dari presentasi dan terakhir adalah kesimpulan. 3. Menyiapkan bahan dan materi penunjang, misalnya gambar ilustrasi, tabel, atau grafik. Kemudian menyusunnya sesuai dengan struktur yang sudah ditentukan sebelumnya. 4. Berlatih menyampaikan presentasi. Perhatikan apakah strukturnya sudah pas dan berkesinambungan. Jika belum, lakukan penyesuaian atau mungkin penambahan. Selain itu, banyak berlatih akan membantu meningkatkan kepercayaan diri. 5. Periksa tempat presentasi Anda. Ini akan sangat membantu bagaimana mengatur posisi saat menyampaikan presentasi dan agar menjadi familiar. Jika Anda harus mengatur sendiri persiapan presentasi, pastikan Anda mengetahui letak alat-alat pendukung dan bagaimana mengoperasikannya. 20 Penyampaian 1. Datang lebih awal dan pastikan semua berfungsi dengan baik. 2. Tampil dengan performa terbaik. Mulai dari pakaian, bahasa tubuh, tata bahasa, cara penyampaian, dan jangan lupa tersenyum. Ini akan sangat berpengaruh terhadap kredibilitas Anda bagi audiens. Jika Anda tampil percaya diri, audiens pun akan percaya terhadap Anda. 3. Jangan terlalu tegang, selipkan humor untuk menghangatkan suasana. 4. Jangan lupa penekanan pada bagian penting presentasi Anda. Misalnya dengan suara yang lebih tegas atau pengulangan. 5. Jangan lupa eye contact selama presentasi. Ini akan membuat seakan-akan Anda berbicara langsung ke masing-masing audiens dan membuat jarak antara Anda dengan mereka jadi dekat. Demikianlah beberapa tips yang biasa saya gunakan untuk melakukan presentasi. Mudahmudahan bermanfaat. Wallohu a’lam. Konsultasi Kesehatan Oleh: dr. Nurhadji Kabid Organisasi PDUI Cabang Jatim Asam Urat di Usia Muda Pertanyaan : Apa pemuda berusia 19-20 tahun bisa kena asam urat? Karena di kaki saya sering terasa nyeri. Mohon penjelasannya. ~Fariz, Jombang. Jawaban : Nyeri sendi akibat kadar asam urat atau gout, seringkali terjadi pada usia di atas 45 tahun, walaupun pada kasus-kasus tertentu, bisa juga terjadi pada laki-laki usia 20-an tahun terutama. Mengapa demikian? Nyeri sendi akibat asam urat berhubungan dengan tingginya kadar asam urat di dalam darah (hiperurisemia). Akan tetapi tidak selalu kadar asam urat darah yang tinggi langsung berakibat nyeri gout. Pola konsumsi yang tidak bagus pada usia 30an tahun yang disertai dengan kondisi ginjal yang sudah tidak optimal lagi sehingga tidak mampu mengeluarkan sisa metabolit secara normal. Apabila terjadi pola konsumsi yang terlalu banyak purin akan menyebabkan sisa metabolitnya (asam urat) yang menumpuk di dalam darah (hiperurisenia). Bila hal ini berlangsung 10 tahun atau lebih, maka akan terjadi kristalisasi asam urat pada sendi. Inilah yang dinamakan arthritis pirai (gout) atau radang sendi akibat asam urat, atau orang awam menyebutnya dengan penyakit asam urat. Apakah semua nyeri sendi atau rematik akibat dari asam urat (gout)? Pada umumnya, masyarakat sering menganggap bahwa semua penyakit rematik disebabkan oleh asam urat. Padahal penyakit rematik yang disebabkan asam urat hanya sekitar 7% dari keseluruhan jenis rematik. Nyeri sendi lain yang lebih sering adalah Reumatoid Artritis dan Osteoartritis. Jadi penyakit asam urat atau Artritis Gout adalah peradangan sendi akut yang disebabkan oleh pengendapan kristal asam urat dalam rongga sendi. Kondisi yang menyebabkan tingginya kadar asam urat darah adalah sebagai berikut : · Produksi asam urat berlebihan, yang disebabkan karena faktor genetik (mutasi enzim HGRT), penderita leukemia, asupan tinggi purin, obesitas, dan hipertiglideridemia, konsumsi alkohol, konsumsi fruktose. · Pengeluaran asam urat berkurang, yang disebabkan karena faktor genetik (penurunan ekskreasi fraksional urate), penyakit ginjal kronik, obat-obatan diuretic, tiazid, salisilat, pirazinamid, juga obesitas dan kurangnya produksi urin. Gejalanya: · Nyeri sendi secara mendadak, biasanya di waktu malam hari. Nyeri berdenyut atau sangat sakit dan bertambah nyeri bila bergerak sedikit saja. · Kemerahan dan bengkak pada sendi yang terkena · Demam, kedinginan, dan lemah mungkin menyertai serangan. Penyebab: · Kadar asam urat dalam darah yang meningkat menyebabkan penumpukan kristal asam urat di dalam sendi. · Asam urat adalah sampah metabolisme zat purin, suatu senyawa kimia dalam makanan tertentu. Pencegahannya: · Hindari makan segala sesuatu yang berlebihan atau terutama yang bisa mencetus serangan. Kurangi makanan yang kaya akan purin, misal: daging, kikil, jeroan (seperti babat, usus, ati, ampela, dll.), ikan laut atau jenis sayuran yang tinggi purin (misalnya buncis, kacang polong, gandum, bayam, asparagus, jamur, ragi dan ekstrak ragi), serta minuman beralkohol. · Untuk menghindari makanan yang tinggi purin, para penderita artritis pirai sebaiknya rajin mengonsumsi makanan yang rendah purin seperti sereal, susu, telur, gula, gelatin, tepung, mentega, margarin, buahbuahan, selada, tomat, sayuran hijau, dan jus buah. 21 mutiara alqur’an Oleh: K.H. M. Ihya Ulumiddin Ketum Hai’ah Ash Shofwah Pengasuh Ma’had Nurul Haromain Malang Berjuang Bersama Kaum Dhu’afa dan Mustadh’afin QS. Al-A’raaf: 137 Dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu, negeri-negeri bahagian timur bumi dan bahagian baratnya yang telah Kami beri berkah padanya. Dan telah sempurnalah perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka. Dan Kami hancurkan apa yang telah dibuat Fir’aun dan kaumnya dan apa yang telah dibangun mereka. B ani Israel dipimpin oleh Nabi Musa a.s. berikutnya dapat menguasai negeri Mesir dan Syam serta negeri-negeri sekitarnya sebagai warisan. Atas kesabaran dan turut serta dalam berjuang bersama da’i pembawa kebenaran, negeri tempat tinggal mereka kini diliputi keberkahan. Tanah subur, hasil panen bagus, hujan memadai, dan berbagai keberkahan lainnya. Ini semua merupakan kebenaran janji Alloh Swt. yang disampaikan oleh nabi Musa a.s. pada masa perjuangan dahulu. Musa berkata pada kaumnya: “Mohonlah pertolongan kepada Alloh dan bersabarlah; dipusakakan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang orang yang bertakwa.” (Qs. Al-A’raaf: 128) Sementara Fir’aun berikut Qarun, Haman dan bangsa Egypt yang superior (merasa lebih tinggi, lebih mampu, lebih berkuasa) yang tenggelam di istana, monumen, dan bangunan-bangunan berarsitektur tinggi, mereka juga hancur-lebur. Berikutnya tubuh 22 Fir’aun beserta bangunan megah itu disisihkan agar menjadi tanda-tanda kebesaran bagi umat manusia belakangan ini. Peristiwa yang dipotret oleh ayat ini memberikan sekian pelajaran. Salah satunya bahwa perjuangan hendaknya selalu dimulai di bawah ketekunan dan ketelatenan. Perjuangan mengemban kebenaran awal mulanya selalu diikuti masa yang justru lemah segala-galanya. Sebagian mereka barangkali lemah secara struktural karena penindasan dan tindak ketidakadilan kekuasaan (musatadh’afin). Sebagaian lemah secara cultural, seperti kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan (dhu’afa). Ini adalah sunatullah perjuangan seperti dialami Nabi Musa a.s. Pengikutnya adalah kalangan buruh (budak), sementara kalangan elit menyombongkan diri dan menentangnya. Alloh Swt. berfirman: Dan mereka berkata: “Apakah layak kita percaya kepada dua orang manusia (Nabi Musa dan Harun a.s.) seperti kita juga, padahal kaum mereka (Bani Israel) adalah orang-orang yang menghambakan diri kepada kita?” (QS. Al-Mu’minun: 47) Seperti halnya proses perjuangan Nabi Musa a.s., perjuangan Rosululloh Saw. tak lebih juga demikian. Pada awal-awal dakwahnya, pengikut setia beliau sebagian besar adalah kalangan fakir miskin, orang lemah, dan budak. Misalnya: Zaid bin Haritsah, Bilal bin Rabbah, Amar bin Yasir. Bukan Abu jahal, Abu lahab, dan Abu Sofyan yang merupakan tokoh-tokoh besar dan kalangan elit saat itu. Seperti halnya Nabi Musa a.s. dan Rosululloh Saw., nabi-nabi lainnya pun demikian; Nabi Nuh umpamanya, dalam dakwah 950 tahun, pengikut beliau adalah orang rendahan dan bodoh. Allah Swt. berfirman: Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya: “Kami tidak melihat kamu, melainkan seorang manusia seperti kami, dan kami tidak melihat orangorang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina dina dan bodoh (tidak cerdas pendapatnya).” (QS. Huud: 27, telaah pula QS. Al-A’raaf: 75-76) Sunatullah ini hikmahnya barangkali perjuangan risalah kebenaran pada dasarnya memiliki misi mengeluarkan keterkungkungan manusia dari kekuasaan dan undang undang Allah Swt. semata. Dan ini momentum yang baik dari seluruh umat manusia, lebih-lebih orang orang lemah, karena antara mereka dengan kebenaran tidak ada penghalang berarti, sementara kalangan elit enggan menerimanya disebabkan terlebih dahulu tumbuh tendensi dan sentimen yang menghalangi, misalnya ego dan arogansi karier, pengaruh, dan jabatan. Perjuangan disambut pertama kali oleh kalangan dhu’afa dan mustadh’afin bukanlah cela, Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeruh Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhoan-nya. (QS. Al-Kahfi: 28) Perjuangan tidak semuanya cenderung elitis. Karena elitisme dengan mengabaikan kalangan lemah kadang kala tak ubahnya menjadi bumerang (blunder) baginya. Hancur sebelum waktunya. Apalagi cara ini tidak didapati dalam sejarah kenabian. Dalam pepatah dikatakan: Barang siapa bersegera sebelum waktunya, dia akan diberi sanksi dengan kegagalan. Pada akhirnya, suatu saat, kalangan dhu’afa dan mustadh’afin dengan kesabarannya akan menuai keberkahan sebagaimana dialami oleh bani Israel bersama Nabi Musa a.s. Maka, berbahagialah tokoh-tokoh pejuang muslim yang tidak mengabaikan peran mereka. Dalam sejarah Islam, dinasti Mamluk (Mamalik) yang didirikan para budak pernah berjaya di pentas dunia (1250-1517M) di bawah pimpinan sultan Qalawun dan sultan Baybars. Dan untuk saat ini, kondisi kaum muslimin tampak tak ubahnya kalangan dhu’afa dan mustadh’afin. Suatu saat keberkahan menguasai bumi dan akan menyertai mereka, asal bersabar dalam perjuangan. Alloh Swt. dalam suatu janji yang mulia berfirman: Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi dan hendak menjadikan mereka orangorang yang mewarisi bumi. (QS. Al-Qashas: 5) Wallohu a’lam. 23 akhwatodongsolihah.blogspot.com serba-serbi K eluarga adalah unit terkecil yang 1. Melahirkan keturunan untuk melanjutkan menjadi pendukung dan pembangkit identitas keluarga termasuk aktivitas lahirnya bangsa dan masyarakat. Selama koitus. pembangkit itu mampu menyalurkan arus yang 2. Dukungan ekonomi bagi seluruh keluarga. kuat lagi sehat, selama itu pula masyarakat Dalam hal ini termasuk mencari sumber dan bangsa akan menjadi sehat dan kuat. penghidupan, bekerja, dan menjalankan Keluarga mempunyai andil yang besar bagi ekonomi rumah tangga, makan-minum, bangun-runtuhnya suatu masyarakat. pemeliharaan kesehatan, sekolah, Negara yang kuat terdiri dari rumah rekreasi, dan lain-lain. tangga yang kuat. Negara yang adil terdiri 3. Pengasuhan dan pendidikan anak, baik dari rumah tangga yang makmur. fisik maupun mental. Memberi makan Sosiologi barat bernama Bolak yang layak, mengajari tingkah laku yang mengatakan, “Rumah tangga baik, bicara dengan hormat, mengatur adalah pusat tempat denyut-denyut pakaian, mengajarkan beribadah, pergaulan hidup bergetar. Dia pergaulan yang baik, dan lain-lain. adalah susunan hidup yang dapat 4. Meletakkan dasar sosialisasi. Oleh: mengekalkan keturunan. Ahmad Syarifuddin Mengajarkan anak ikut memikirkan Sebenarnya, rumah tangga adalah orang lain selain dirinya, seperti Pembina Al-Ghazali Islamic Study Club Solo alam pergaulan manusia yang saudara-saudara, ayah, ibu, nenek, sudah diperkecil. Bukankah di rumah tangga tetangga, dan sebagainya itu lahir dan tumbuh pula yang disebut 5. Merupakan permulaan dari pendidikan kekuasaan, agama, pendidikan, hukum, dan informal perusahaan? Keluarga adalah jamaah yang 6. Pusat rekreasi, istirahat, kebahagiaan, bulat, teratur, dan sempurna. Dari situ dan kehangatan, khususnya sesudah kerja bergelora perasaan halus dan sukma hidup fisik mencari nafkah yang dianggap sebagai mata air 7. Terselenggaranya transmisi kebudayaan perikemanusiaan dan telaga persaudaraan dari satu generasi ke generasi berikutnya. sejagat yang tidak akan kering.” Keluarga memiliki fungsi vital, di Keluarga harmonis yang sering disebut antaranya adalah sebagai berikut: dengan mawaddah dan rahmah yang masing- 24 masing anggota bertanggung jawab terhadap mana pula rasa malumu kepada-Nya? hak dan kewajibannya adalah sumber Bukankah kamu sebagai sepasang suami-istri, kesehatan mental. Orang sukses atau tokoh telah saling bercampur (menyampaikan besar tidak akan hadir dari keluarga yang rahasia) dan mereka (istri-istrimu) telah rusak. Problem keluarga membuat kesehatan mengambil dari kamu perjanjian yang kuat?” psikis terganggu. Seorang ulama besar Puasa dalam hal ini turut membantu bernama Ibnu Daqiqil Id membuktikan hal itu. terciptanya jalinan keharmonisan dan Ketika ceramah di hadapan massanya suatu keakraban keluarga. Suasana dan nuansa hari dia terlihat kacau, padahal biasanya dia puasa seakan-akan memberi daya tarik untuk tampil memikat. Hal itu terjadi karena dia merajut keharmonisan dan keakraban rumah memiliki problem keluarga di rumah, yaitu soal tangga. Secara kasat mata siang hari tepung. sepasang suami-istri dilarang melakukan Keluarga yang harmonis dan ideal hubungan seks, namun kemesraan keluarga digambarkan secara lengkap dalam separuh harus tetap dijaga. Khususnya di malam hari firman Allah Swt.: setelah kurang lebih 14 jam nafsu seksual “Kaum laki-laki adalah dikekang dan dikendalikan. pemimpin (bertanggung Rosululloh Saw. sendiri jawab) bagi kaum wanita oleh sewaktu puasa mencium karena Alloh telah melebihkan Aisyah dan Aisyah suatu saat “Barang siapa sebagian mereka (laki-laki) menyisir rambut Rosululloh atas sebagian yang lain ketika beliau i’tikaf. ingin dijembarkan Saw. (wanita). Dan disebabkan Jadi, selama tidak rezekinya dan/ (laki-laki) telah manafkahkan membatalkan puasa dan sebagian dari harta mereka. i’tikaf, jalinan kemesraan atau ingin Sebab itu, maka wanita yang harus dipelihara. Puasa dipanjangkan shalehah ialah wanita yang bukanlah spiritual yang taat kepada Alloh lagi sakral. umurnya, maka memelihara diri ketika Suasana dan nuansa hendaklah ia suaminya tidak ada, oleh puasa yang menggembirakan karena Alloh telah memelihara ketika seluruh bersilaturrahim.” adalah (mereka) …” (QS. An-Nisaa’: anggota keluarga telah 34) mengalami latihan menahan (HR Bukhari dan Dari keluarga yang lapar dan haus. Betapa indah Muslim) harmonis inilah lahir dan dan nyamannya perasaan tumbuh keturunan dan seluruh anggota keluarga generasi “qurrata a’yun” duduk menghadapi hidangan (buah hati yang menyejukkan) bila waktu berbuka (QS. al-Furqaan: 74) dan “zinah hayatud menjelang. Semuanya dengan sabar dan dunya” (hiasan kehidupan dunia) (QS. al-Kahfi: tenang menunggu bedug Maghrib berbunyi. 74) yang menjadi pelopor kebaikan atau Keadaan seindah ini jarang terjadi di luar disebut pula “dzuriyyah thayyibah” (anak ramadhan. keturunan yang baik) seperti diminta oleh Nabi Suasana menjelang berbuka yang Zakariya a.s. (QS. Ali Imron: 38) mengesankan itu terjadi di setiap keluarga Keluarga dan rumah tangga harmonis tidak muslim yang taat beribadah dan rajin hanya ditegakkan dengan cinta, tetapi juga berpuasa. Tidak ada beda keluarga miskin dan dengan taqwa. Seseorang mengeluh kepada keluarga kaya. Semuanya sedang lapar dan Umar ibnu Khaththab r.a. bahwa cintanya menunggu waktu berbuka. Ada jiwa dan kepada istrinya telah memudar dan ia perasaan gembira, haru, dan bangga karena bermaksud menceraikannya. Umar menasihati, mampu melaksanakan puasa dengan baik “Sungguh jelek niatmu. Apakah semua rumah tangga hanya dapat dibina dengan cinta? Di mana takwamu dan janjimu kepada Alloh? Di Bersambung ke hal 28 25 Kajian Niswiyah Oleh | Ummu Najwa Ketua Niswiyah Persyadha Kota Kediri D alam hadits riwayat Ath-Thabarani, Ummu Salamah menuturkan, “Aku bertanya: Ya Rasulullah, manakah yang lebih utama, wanita dunia ataukah bidadari yang bermata jeli?” Rasulullah menjawab: “Wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari-bidadari seperti kelebihan apa yang nampak dari apa yang tak terlihat.” Aku bertanya: “Mengapa wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari?” Beliau menjawab: “Karena shalat mereka, puasa dan ibadah mereka kepada Allah. Allah meletakkan cahaya di wajah mereka, tubuh mereka adalah kain sutera, kulitnya putih bersih, pakaiannya berwarna hijau, perhiasannya kekuningan, sanggulnya mutiara, dan sisirnya terbuat dari emas. Mereka berkata: ‘Kami hidup abadi dan tidak mati. Kami lemah lembut dan tidak jahat sama sekali. Kami selalu mendampingi dan tidak beranjak sama sekali. Kami ridha dan tak pernah bersungut-sungut sama sekali. Berbahagialah orang yang memiliki kami dan kami memilikinya.’” Subhanalloh… siapa yang tidak ingin menjadi bidadari dunia ini? Bagaimana tidak? ‘Hanya’ berbekal sholat, puasa, dan ibadah saja sudah bisa menjadi bidadari. Tidak lebih sulit dari syarat menjadi miss world yang harus berpose memakai bikini! Tapi kenapa justru banyak penghuni neraka itu perempuan? Padahal di hadits lain dijelaskan bahwa perempuan sudah diberi tiket gratis masuk surga dari pintu mana saja yang dia kehendaki. “Apabila seorang perempuan mendirikan sholat lima waktu, menjalankan puasa romadlon, menjaga kemaluannya, dan mentaati suaminya, maka akan dikatakan kepadanya: ‘Masuklah kamu ke surga dari mana saja pintu yang kamu inginkan.’” (HR. Sabar dan syukur mengantarkan pada ketaatan tanpa syarat dalam bingkai syari’ah hingga menyadari betapa di dunia ini tidak ada yang sempurna. 26 Ahmad) Ada sebuah jawaban yang sudah diberikan oleh Baginda Nabi Muhammad Shollallohu ‘alaihi wasallam tentang mengapa banyak perempuan yang menghuni neraka: “Aku telah melihat neraka dan mayoritas penghuninya adalah perempuan. Sahabat bertanya: “Mengapa begitu ya Rosululloh?” Jawab Rosululloh: “Karena kekufurannya.” Sahabat bertanya lagi: “Apakah kufur kepada Alloh?” Jawab Rosululloh: “Kufur (berani menentang) pada suami serta mengingkari kebaikan suami. Andaikan kamu (para suami) berbuat baik pada mereka (para istri) selama setahun, lalu mereka menemukan darimu satu kesalahan saja, maka mereka akan berkomentar: ‘Kami tidak pernah mengetahui darimu kebaikan sama sekali..!’” (HR. Bukhori dan Muslim) Astaghfirulloh… na’udzubillahi min dzalik! Satu kesalahan sikap mampu mengantarkan kita pada pintu neraka. Mungkin akan ada yang protes, kalau suaminya baik mungkin kita mudah untuk taat dan bersyukur! Tapi kalau suaminya kasar dan tidak perhatian, bagaimana kita akan bersyukur? Wajar kan kalau kita kurang taat atau marah-marah padanya? Ya, benar juga sih! Tapi…tunggu dulu! Kita kiranya perlu kembali membaca kisah seorang perempuan cantik dan pandai, tetapi bersuamikan seorang laki-laki tua jelek dan kasar di jaman pemerintahan Harun ArRosyid (buka Mutiara Hadits majalah ini edisi 69). Kata kunci apa yang bisa kita ambil dari kisah tersebut? Sabar dan syukur… kata kunci yang merupakan tanda kesempurnaan iman seseorang. Untuk bisa sabar dan bersyukur tidak harus menunggu mendapatkan nikmat sesuai keinginan kita. Adakalanya ujian kesabaran atau rasa syukur kita justru ada pada suami kita. Jika kita mengharap suami sempurna, maka kita akan lelah berharap. Hari gini, minta suami sempurna lahir batin? Mimpi kali! Tidak akan pernah ada suami sempurna kecuali Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam. Kesempurnaan hanyalah milik Alloh ‘azza wajalla dan kekasih-Nya, Baginda Nabi yang memang diciptakan sebagai manusia sempurna. Sabar dan syukur mengantarkan pada ketaatan tanpa syarat dalam bingkai syari’ah hingga menyadari betapa di dunia ini tidak ada yang sempurna. Jadi, tidak harus menunggu kesempurnaan untuk menyempurnakan iman dengan sabar dan syukur. Sesungguhnya kehidupan rumah tangga itu bukanlah istana impian yang sepi dari cobaan. Suami kita, walaupun sudah kita pilih dengan jeli, tetaplah bukan pangeran tanpa cela. Kita, walau sudah maksimal berikhtiar mentarbiyah diri, bukanlah princess tanpa noda. Hendaklah kita malu menuntut kesempurnaan sedang kita sendiri tidaklah sempurna. Kesadaran akan ketidaksempurnaan diri dan suami kita insyaAlloh akan lebih memudahkan kita dalam bersabar dan bersyukur. Ketika menemukan cela, aib, atau kekurangan suami, kita sadarkan diri kita bahwa dia memang bukan makhluk sempurna. Tanpa meninggalkan proses mengingatkan / menasehati untuk memperbaiki diri tentunya. Toh, kewajiban kita sebagai istri hanyalah indzar, mengingatkan. Bukan wiqoyah, menjaga selamanya. Kalau misalnya kita sudah mengingatkan, tapi suami kita tetap mbeling, ya bersabar saja. Kita tidak akan diminta pertanggungjawaban oleh Alloh atas tindakan suami kita. Justru suami memiliki kewajiban wiqoyah terhadap para istri dan kelak akan diminta pertanggungjawaban akan kewajibannya ini. Tetap melayani suami dan taat apapun kondisi suami kita (selama tidak bertentangan dengan syari’at) bisa jadi menjadi sebuah washilah untuk kebaikan kita maupun suami. Karena dalam ketaatan dan pelayanan itu ada ridho Ilahi. Taat saat segalanya baik-baik saja adalah sesuatu yang biasa. Justru tetap setia, sabar, dan taat saat segalanya tidak biasa itulah perjuangan sesungguhnya. Jika suami kita baik, perekonomian rumahtangga stabil, tidak ada konflik, maka ketaatan seorang istri sesuatu yang wajar. Justru tidak wajar kalau istri tidak bisa sabar dan bersyukur dalam kondisi seperti itu. Namun kala ada ‘sesuatu’ dalam rumah tangga, maka sabar dan syukur dalam bentuk ketaatan membutuhkan perjuangan menata hati yang tidaklah mudah. Namun jika kita bisa menjalaninya insyaAlloh kita akan menjadi bidadari dunia yang bermata jeli. Aura kecantikan akan muncul dari pribadi-pribadi yang sabar dan dipenuhi rasa syukur. Kebalikannya, secantik apapun seorang perempuan, jika dia pribadi yang 27 cerewet, suka mengumpat (apalagi pada suaminya), sering membantah, dan memperbesar masalah, maka kecantikannya akan tertutup awan pekat. Suaminya mungkin merasa ‘sepet’ melihatnya. Tak ditemukannya kedamaian di wajah cantik yang tidak bisa sabar dan kurang bersyukur. Kalau sudah seperti itu, jangan salahkan jika suami akan mencari kedamaian di lain tempat. Bukan sesuatu yang mudah memang untuk bisa senantiasa sabar, karena hakekat sabar itu sendiri asal katanya bermakna pahit. Tapi apa salahnya kita anggap kepahitan itu seperti obat atau jamu yang rasanya pahit namun mampu menjadi washilah kesembuhan penyakit kita. Daripada kita bingung memikirkan perubahan tubuh yang pelan tapi pasti mencapai usia senja dipenuhi keriput sehingga berpikir keras bagaimana melakukan perawatan ekstra. Alangkah indahnya jika kecantikan itu terpancar abadi dalam diri kita dengan sabar dan syukur. Jangan pernah biarkan hembusan was-was dari syetan menghantui kita sehingga selalu menaruh rasa curiga pada suami. Itu akan menyiksa diri sendiri. Apapun yang dilakukan suami kita akan dipertanggungjawabkan sendiri di hadapan Alloh Yang Maha Adil. Kita tidak perlu ikut mengadilinya. Andaipun suami kita tidak bisa berlaku adil, kelak dia akan hadir di Hari Perhitungan dengan kondisi ‘sempleh’. Cukuplah itu menjadi balasan baginya. Tanpa menafikan tugas kita untuk saling mengingatkan, yang utama adalah bagaimana ikhtiar kita untuk terus mentarbiyah diri agar senantiasa bisa taat bersama sabar dan syukur. Semoga Alloh senantiasa menjaga kita dan membimbing kita penjadi perempuan yang sholihah, qonitat, dan hafidzoh. Amin. Wallohu a’lam. Sambungan dari halaman 25 menarik, dan menyenangkan terulang setiap hari selama bulan ramadhan. Hubungan keluarga yang dulunya renggang, kurang akrab, dan bahkan tegang berubah menjadi akrab, disertai rasa kasih sayang, dan kesepahaman. Hal-hal yang mengecewakan dan mengecilkan hati sirna, terhapus oleh suasana kesyahduan puasa Ramadhan. Bila dalam keluarga terjalin keakraban dan keharmonisan, kasih sayang dan persatuan, niscaya rahmat Alloh Swt. meliputi mereka. Rezeki keluarga menjadi lapang dan lancar, urusan dimudahkan, dan dikenang baik masyarakat sekelilingnya. Sebaliknya, keluarga yang selalu dirundung konflik, rezekinya menjadi sempit, urusannya sulit, dan dikenang buruk di lingkungannya. Hal ini tersirat dari sabda Rosululloh Saw.: “Barang siapa ingin dijembarkan rezekinya dan/atau ingin dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia bersilaturrahim.” (HR Bukhari dan Muslim) Nikmat kehangatan dan keakraban keluarga yang tumbuh dan berkembang di hati setiap anggota keluarga selama melaksanakan puasa akan dapat bertahan lama, bila semuanya tetap taat dan patuh melaksanakan perintah Alloh Swt. Wallohu a’lam. Setelah itu seluruh anggota keluarga bersegera melakukan shalat Maghrib berjamaah. Kemudian kembali bersama menghadapi hidangan makan. Setelah makan selesai, semuanya tampak lega dan duduk rehat sebentar, sebelum beranjak pergi ke masjid tempat shalat dan tarawih bersama. Suasana yang tidak kalah menariknya adalah waktu sahur. Biasanya ibu sudah bangun terlebih dahulu mempersiapkan makanan untuk sahur atau memanaskan makanan sambil mengatur meja makan. Pukul 03.00 atau 03.30, anggota keluarga berkumpul di meja makan. Anak kecil yang belum mampu berpuasa pun ikut bangun sambil menggosok matanya, karena terasa masih mengantuk, atau menangis karena tidak dibangunkan. Mereka tidak mau kehilangan suasana bahagia yang dinikmati oleh seluruh anggota keluarga itu. Selesai sahur, mereka beristirahat sebentar sambil mendengarkan radio atau menonton TV atau membaca Al-Qur’an, sambil menunggu adzan Subuh tiba, pergi ke masjid untuk melakukan shalat berjamaah. Begitulah suasana dan nuansa yang indah, 28 aiiry.wordpress.com tombo ati K enikmatan yang dirasakan oleh orang yang berhati bersih tidak sama dengan kenikmatan orang yang terbelenggu oleh dan penentang. Semua usaha ini melelahkan. Demi memenuhi keinginan syahwat yang hina, manusia rela melakukan berbagai dosa besar. nafs. Orang yang berhati bersih merasa kaya Kenikmatan hati adalah kenikmatan yang meskipun tak memiliki harta. Demikianlah sebenarnya. Orang-orang yang berhati bersih sifat orang-orang yang memiliki kenikmatan. menikmati berbagai kebajikan, merasakan Walau hanya memiliki sedikit teman, mereka kesenangan batin, dan berkelana dengan tetap memburu kemuliaan. Mereka mengatur pikiran-pikiran baiknya. Sudah menjadi waktu dengan seksama. Jika Alloh memberinya kebiasaan orang-orang yang berhati bersih makanan yang hanya cukup untuk satu untuk mencari tempat-tempat yang sepi hari, mereka pun bersyukur dan kemudian menikmatinya, terutama memandangnya sebagai nikmat yang perkuburan; tempat yang secara paling sempurna. Sebab, keadaan orang langsung mengajarkan bahwa semua yang menumpuk-numpuk dan orang akan tinggal di sana. Orangmenyombongkan harga sangat Oleh: Ayub Syafii orang yang berhati bersih berbahaya. Sedikit dari mereka Kepala SMK menikmati berbagai kebajikan yang selamat. Kecuali, orang yang Nurul Haromain Malang yang dijauhi oleh mereka yang bersyukur dan mendermakan terbelenggu oleh berbagai kenikmatan nafs. hartanya untuk membantu orang-orang yang Keduanya memiliki perbedaan yang sangat membutuhkan dan menghindari sifat kikir besar. yang tercela. Sangat sedikit orang kaya yang Orang yang berhati bersih akan merasa mau berbuat seperti ini, sebab sebagian besar cukup dengan sedikit harga (qona’ah), dari mereka hanya memperoleh sedikit taufik, menyukai semangat yang muncul dari pikiran khususnya di zaman ini; zaman di mana sifat mereka, dan menikmati batin serta tamankikir telah menguasai jiwa. taman pemikiran mereka. Sedangkan Nabi Isa a.s. berkata, “Kukatakan kepada kenikmatan orang yang terbelenggu oleh nafs kalian, sesungguhnya seekor onta lebih mudah kadang sulit didapat dan melelahkan, seperti memasuki lubang jarum daripada orang kaya usaha menumpuk harta tetapi tidak masuk ke Surga.” Yakni masuk surga tanpa menyedekahkannya, usaha untuk membalas hisab. dendam dan usaha untuk menghindari musuh Diriwayatkan bahwa Alloh Swt. berkata 29 “Barangsiapa mengerjakan amal saleh, baik pria maupun wanita dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik.” (QS. an-Nahl [16]:97) kepada Nabi Musa a.s., “Wahai Musa, jika engkau melihat seorang fakir datang, maka katakanlah kepadanya, ‘Selamat datang syiar kaum sholihin.’ Dan jika engkau melihat orang kaya datang, maka katakanlah, ‘Inilah dosa yang disegerakan siksanya.’ Wahai Musa jangan lupakan Aku sebab ketika seseorang merasa senang dengan memiliki banyak harta, sebab banyak harta akan mengeraskan hati.” Wahai saudaraku, ketahuilah, orang-orang sebelum kita hidup di zaman yang baik. Mereka hidup di zaman yang baik, selalu memandang orang-orang yang mulia dan cerdas, bersikap shidq dalam mencapai semua tujuannya dan berlomba-lomba mengamalkan sunnah. Hati mereka pun menjadi bersih. Setelah zaman yang baik ini berlalu, penghuninya pergi, kebaikan pun hilang. Mereka hidup di akhir zaman tidak merasakan nikmatnya akhlak mulia serta tidak menyaksikan orang-orang yang shidq. Akhirnya mereka mencari kenikmatan lain; kenikmatan yang rendah dan melelahkan. Mereka tidak merasakan berbagai kenikmatan yang diperoleh orang-orang zaman dahulu. Nafs harus disibukkan dengan sesuatu. Begitulah fitrah nafs, seperti api membutuhkan kayu bakar. Jika mampu nafs akan mencari kemuliaan dan jika tidak mampu, maka dia akan menggantinya dengan perbuatan-perbuatan hina. Oleh karena itu wahai saudaraku, sibukkanlah nafs-mu dengan kenikmatan hati. Itulah kerajaan sejahtera. Kenikmatan ini tidak diketahui oleh para pecinta dunia yang diuji dengan mengumpulkan dan menyimpan harta. Kenikmatan ini telah disebutkan oleh Alloh ta’ala dalam wahyu-Nya, yang artinya: “Barangsiapa mengerjakan amal saleh, baik pria maupun wanita dalam keadaan 30 beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik.” (QS. an-Nahl [16]:97); yaitu perasaan qona’ah dan bahagia walau tak memiliki harta. Perasaan ini merupakan buah hubungan yang baik. Sebaliknya, engkau melihat seorang hamba memiliki kekayaan dan kehidupan yang baik, tetapi merasa tersiksa. Dadanya terasa sempit, akhlaknya jelek, dan kesedihan selalu menyertainya. Sebab dia mengabaikan hakhak Alloh ta’ala. Alloh ta’ala mewahyukan, yang artinya: “Dan barangsiapa berpaling dari peringatanKu, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS. Thaha [20]:124) Ikrimah berkata, “Alloh memberi orangorang yang melupakan-Nya rezeki haram yang mempersulit kehidupannya.” Sebab, sesuatu yang haram akan memperburuk akhlak, merusak hati, dan menyempitkan dada, sebagaimana telah terbukti dan tidak diragukan. Orang seperti ini mendapat bencana, kelelahan, gelisah, keinginankeinginannya tidak terwujud, dan kesusahannya tidak akan pernah berakhir. Kita berlindung kepada Alloh dari musibah seperti ini. Dalam sebuah syair disebutkan: Hati yang kaya merasa cukup dengan sedikit harta Jika lebih dari itu menjadi miskinlah hatimu Hati yang kaya tidak akan membutuhkan berbagai kenikmatan rendah yang kita rasakan saat ini, seperti berbagai hiburan yang melalaikan, pakaian mewah, kesibukan memperindah rumah, dan urusan duniawi lainnya. Dalam pandangan orang-orang yang memiliki semangat dan akal, perbuatan ini sangat rendah. Manusia mendapatkan musibah dengan menghambur-hamburkan hartanya dan menyia-nyiakan umurnya untuk memperoleh kenikmatan di atas. Inilah siksa yang menunjukkan bahwa kedudukannya di sisi Alloh ta’ala sangat rendah. Semoga ini dapat dipahami agar kita tidak terjerumus ke dalamnya. Berdoalah selalu, maka Ia akan merahmati kita, sebab Ia Maha Dekat dan Maha Mengabulkan doa. Wallohu a’lam. indobbc.wordpress.com auladi Oleh: Ulinnuha M, S.Psi Guru SDIT Ghilmani Surabaya P uasa merupakan salah satu pilar dari rukun Islam. Maka seyogyanya anak juga didik untuk berpuasa sebagaimana mereka dididik untuk sholat. Pendidikan anak terkait takliful syar’i sebaiknya dilakukan sedini mungkin. Artinya tidak ada batasan khusus untuk memulai kapan anak belajar puasa. Namun sebagian besar ulama’ sepakat bahwa hukum puasa diqiaskan dengan perintah sholat. Puasa pun segera dilatihkan pada usia 7 tahun sebagaimana perintah agar anak mulai sholat. Jika pada usia 7 tahun anak sudah dilatih, maka diharapkan pada usia 10 tahun anak sudah terlatih. Rosululloh Shallalloohu ‘alaihi wasallam dan para sahabat menunjukkan bagaimana mereka mendidik anak-anaknya berpuasa sebagaimana diceritakan oleh shahabiyah Rubayyi’ binti Muawwiz r.a. tentang cara mereka mendidik anak-anak mereka berpuasa Asyura (sebelum diwajibkan puasa Romadhon): “… dan kami melatih anak-anak kami yang masih kecil untuk berpuasa. Kami bawa mereka ke masjid dan buatkan mereka mainan dari bulu. Apabila di antara mereka ada yang merengek minta makan, maka kami bujuk dengan mainan itu terus hingga tiba waktu berbuka. “ Mengantarkan anak berpuasa dan memahami maknanya, bukanlah pekerjaan mudah. Perlu pendekatan yang tepat dengan memperhatikan perkembangan yang sedang berlangsung pada diri anak. Melatih anak berpuasa tidak bisa dilakukan dengan paksaan. Diperlukan proses yang bertahap. Misalnya, berpuasa dengan waktu yang tidak harus penuh. Perlu orang tua perhatikan bahwa tujuan utama melatih anak berpuasa adalah agar pada anak tumbuh kecintaan terhadap ibadah puasa. Maka dalam pelaksanaan latihan, kegembiraan mereka menjalankan puasa harus lebih diutamakan daripada keberhasilan secara kuantitas (puasa sehari penuh) Hikmah Puasa bagi Anak Biasanya, seseorang akan melaksanakan sesuatu dengan bersemangat bila ia tahu bahwa sesuatu itu memiliki efek positif (baik dari segi agama, kesehatan, maupun psikologis). Demikian halnya dengan anak kita. Bukan tak mungkin anak kita bertanya, “Apa pentingnya puasa buatku?” Terlebih dulu kita jelaskan arti bulan Romadhon. Tanamkan kepada anak bahwa Romadhon adalah bulan yang istimewa di antara bulan-bulan yang lainnya, dimana kita diperintah untuk berpuasa. Selain itu Alloh akan melipatgandakan kebaikan. Karena itu pada bulan ini saatnya kita menebar kebaikan. 31 Adapun hikmah puasa sebagai berikut: 1. Puasa melatih kepekaan sosial. Dengan berpuasa, anak-anak kita latih untuk merasakan menahan lapar dan haus seperti orang-orang fakir miskin, yang seringkali tidak dapat makan dan minum di luar bulan puasa karena tidak mampu membeli makan. 2. Latihan pengendalian diri (personal control) Melalui puasa, anak dilatih untuk mengendalikan dorongan-dorongan dari dalam dirinya, baik dorongan fisiologis (makan/ minum) maupun dorongan psikologis, misalnya menahan marah. Tetapi karena anak masih dalam tahapan belajar, kondisi yang minimal kita harapkan melalui pendidikan puasa adalah anak mampu mengendalikan lapar dan haus. 3. Kesehatan jasmani Sudah menjadi kesepakatan para ahli medis, bahwa hampir semua penyakit bersumber pada makanan dan minuman yang mempengaruhi organ-organ pencernaan di dalam perut. Maka sudah sewajarnyalah jika dengan berpuasa organ-organ pencernaan di dalam perut yang selama ini terus bekerja mencerna dan mengolah makanan untuk sementara diistirahatkan mulai dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari selama satu bulan. Dengan berpuasa ini maka ibarat mesin, organ-organ pencernaan tersebut diservis dan dibersihkan, sehingga setelah menjalankan ibadah puasa di bulan Romadhon insyaAlloh kita menjadi sehat baik secara jasmani maupun rohani. Hal ini sudah disabdakan oleh Rosululloh Saw. dalam salah satu haditsnya: Dari Abu Hurairah r.a., Rosululloh Saw. bersabda: “Berpuasalah, maka kamu akan sehat.” (HR. Ibnu Suny dan Abu Nu’aim) 4. Kesehatan rohani (ruhiyah) Melatih anak berpuasa sama dengan menyiapkan kebaikan diri untuk anak. Kegiatan puasa merupakan bagian penting dari kematangan kepribadian anak. Terlepas dari manfaat-manfaatnya, perlu kita jelaskan bahwa ibadah kepada Alloh itu, bukan hanya karena motif manfaat dan madharat, tapi karena Alloh memerintahkan syariat tersebut. Perlu Pengkondisian Perlu pengkondisian anak agar benarbenar merasakan makna berpuasa di bulan Romadhon, melalui beberapa hal sebagai berikut: 1. Tumbuhkan kesadaran anak agar mampu merasakan kehadiran Romadhon. Bagi anak yang sudah bisa diajak berkomunikasi, orang tua diharapkan banyak bercerita tentang keutamaan bulan Romadhon atau kisah-kisah peperangan yang dimenangkan Rosululloh saat bulan mulia tersebut. Sejak bulan Rajab, maknai kehadiran Romadhan sebagai momentum yang dirindukan bagi anak-anak. Kita ajak anak untuk membaca do’a: Allohumma bariklana fi rojaba wa sya’bana waballigna romadhona. Ya Alloh berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, dan sampaikanlah kami untuk bisa bertemu bulan Romadhon. 2. Lakukan dengan istisy’ar parsitipatif, di antaranya dengan membagi kartu buatan sendiri yang berisi ucapan selamat menjalankan puasa Romadhon pada orang-orang di sekitar mereka. Partisipasi juga bisa dilakukan dengan mengajak anakanak membagi makanan untuk berbuka bagi saudara sesama muslim 3. Pengkondisian dari segi kesehatan, di antaranya: - Menyediakan makanan yang bergizi dan seimbang - Mengkondisikan saat berbuka, antara lain berbuka dengan makanan ringan dan manis, sebagaimana dicontohkan Rosululloh ketika berbuka dengan air dan tiga butir kurma. Sedangkan makanan berat dapat dikonsumsi setelah sholat Maghrib. Tips Pembelajaran Puasa pada Anak 1. Komunikasikan rencana pembelajaran puasa ini dengan anak, sebelum bulan puasa. bersambung ke hal 40 32 zona pendidikan Membangun Tradisi Ilmu (2): Membaca, Mengajar, dan Menulis doc lazis Rabb Yang Maha Mulia (ayat 3), Yang mengajar manusia dengan ‘qolam (ayat 4) tentang ihwal yang tidak diketahui manusia (ayat 5). Masitha Achmad Syukri Staf Pengajar Fak. Ilmu Budaya Unair Kadiv. Pendidikan Persyadha B agian pertama tulisan ini telah membahas keseriusan Islam dalam aktifitas membaca, sebuah perintah awal yang telah diulang dua kali dalam turunnya lima ayat pertama yang disampaikan malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Perintah membaca yang pertama dilakukan dengan menyebut Allah SWT sebagai Rabb Yang Maha Pencipta. Di sinilah, dasar tauhidi tradisi keilmuan dalam Islam dibangun: Islam bukan agama sekuler, tidak ada dikotomi ilmu atau pemisahan ilmu dunia dan ilmu akhirat dalam Islam, dan semua ilmu bermuara pada mengenal dan beriman kepada Allah SWT. Bagian kedua tulisan ini akan membahas perintah membaca yang kedua yang disandingkan dengan keberadaan Allah sebagai MEMBACA = MENCARI ILMU TENTANG KEBENARAN DAN KEBESARAN ALLAH SWT Membaca pada hakekatnya juga merupakan aktifitas mencari ilmu. Dengan membaca, seseorang akan mendapatkan ilmu. Sebagaimana pada ayat pertama, perintah membaca kedua juga tidak mencantumkan secara khusus tentang ihwal yang harus dibaca. Artinya, aktifitas membaca tersebut memiliki makna yang sangat luas terkait dengan ihwal yang dibaca. Membaca menjadi sebuah proses mencari ilmu dengan memahami sesuatu baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis secara verbal (bahasa). Akan tetapi, membaca tidaklah harus diawali dengan membaca sesuatu yang ditulis tetapi aktifitas membaca tersebut dapat dimulai dari membaca atau memahami ‘segala sesuatu’ yang telah diciptakan Allah SWT dan membaca atau memahami ‘segala situasi’ yang menunjukkan keteraturan ciptaan Sang Kholik, Allah SWT. Setidaknya, terdapat tiga hal yang mendasari tanda kebesaran Allah SWT sebagai sasaran awal dan utama perintah membaca tersebut. Pertama, perintah membaca yang pertama disandingkan dengan keberadaan Allah SWT sebagai Rabb Yang Maha Pencipta. Kedua, perintah membaca tersebut merupakan perintah pertama kepada Nabi Muhammad SAW. padahal beliau adalah seorang nabi yang ‘ummi’, yakni tidak bisa membaca dan tidak pula bisa menulis. Ketiga, masyarakat disekitar Nabi Muhammad SAW adalah masyarakat yang memiliki nilai sastrabudaya yang sangat tinggi. Kondisi tersebut menyiratkan urgensi 33 membaca ayat atau tanda kebesaran Allah SWT baik bagi yang belum atau tidak dapat membaca maupun bagi yang sudah dapat membaca bahasa tertulis. Oleh karena pada dasarnya ketidakmampuan untuk membaca juga bisa terjadi pada anak kecil, orang tua harus mengajari mereka membaca ayat atau tanda kebesaran Allah SWT sebelum mereka mampu membaca bahasa tertulis. Sementara itu, orang yang berilmu yang tentunya dapat membaca bahasa tertulis bisa jadi belum atau tidak membaca ayat atau tanda kebesaran Allah SWT sehingga membaca ayat atau tanda kebesaran Allah SWT menjadi hal yang sangat penting untuk memperkokoh bangunan pengetahuan atau keilmuan yang mereka miliki berdasarkan keimanan kepada Allah SWT. Lihat saja masyarakat di sekitar Nabi Muhammad SAW, meskipun memiliki nilai sastra-budaya yang tinggi, mereka tetap menjadi masyarakat jahiliyah alias tidak beradab karena tidak menjadikan keimanan kepada Allah SWT sebagai dasar keilmuan dan kehidupan mereka. MENGAJAR DAN MENULIS: MENYEBARKAN ILMU TENTANG KEBENARAN DAN KEBESARAN ALLAH SWT Perintah membaca yang kedua disandingkan dengan penegasan sifat Allah SWT sebagai Dzat Yang Maha Mulia karena telah mengajar manusia dengan qolam (ilmu dan ketentuan Allah SWT yang telah ditulis untuk seluruh manusia dan alam semesta) tentang segala sesuatu yang tidak diketahui manusia. Ayat tersebut menyiratkan dua hal penting. Pertama, kemulyaan akan diperoleh bagi orang yang berilmu (yang diperoleh dari membaca) untuk mengajarkan apa yang diketahuinya atau dengan kata lain menyebarkan ilmunya baik dengan lisan maupun tulisan sebagai upaya menyampaikan kebenaran dan kebesaran Allah SWT. Aktifitas mengajar akan membuat orang lain lepas dari kondisi tidak tahu menjadi tahu, menjadi diri yang berpengetahuan atau berilmu. Oleh karena itu, pelaku aktifitas mengajar akan menjadi sosok yang mulya karena ia tidak berhenti menjadi sosok yang berilmu saja tetapi berlanjut menjadi sosok yang mengajarkan/menyebarkan ilmu. Dalam 34 konteks pendidikan formal, guru adalah sosok yang mengajarkan ilmu pengetahuan mereka kepada para peserta didik. Guru akan mendapatkan derajat kemulyaan yang tinggi manakala mereka mengajarkan pengetahuan tentang kebenaran dan kebesaran Allah SWT kepada muridnya hingga mereka memiliki iman yang kokoh kepada Allah SWT. Kedua, mengajar dengan tulisan menunjukkan arti penting tulisan sebagai rekam ilmu. Tulisan menjadi simbol urgensi kesinambungan ilmu dan keberlanjutan pengembangan ilmu. Dengan menulis, tulisan akan dihasilkan. Melalui tulisan, kebenaran dan kebesaran Allah SWT disebarkan dan diajarkan kepada seluruh manusia hingga mereka beriman kepada Allah SWT. APA YANG SEHARUSNYA DILAKUKAN OLEH SEKOLAH-SEKOLAH ISLAM? Hikmah yang dapat diambil dari urutan aktifitas yang ada pada lima ayat pertama tersebut sangatlah menakjubkan dan membawa implikasi yang sangat luas dalam bangunan tradisi keilmuan. Tradisi keilmuan yang menjadi dasar perkembangan peradaban dibangun melalui aktifitas utama: membaca, mengajar, dan menulis. Membaca menjadi aktifitas utama yang diperintahkan. Mengajar dan menulis menjadi aktifitas yang sangat disarankan dan dapat membuat seseorang mendapat derajat kemulyaan yang lebih tinggi. Oleh karena itu, sudah seharusnya sekolahsekolah Islam mencanangkan ketiga aktifitas tersebut sebagai prioritas. Melalui kurikulumnya, sekolah Islam harus membuat peserta didik memiliki minat baca yang tinggi dan konsisten. Kondisi tersebut menjadi fondasi semangat untuk selalu mencari ilmu atau belajar seumur hidup dengan tujuan akhir mencintai ibadah kepada Rabbnya. Melalui kurikulumnya, sekolah Islam harus membuat peserta didik tumbuh menjadi generasi yang mau menyebarkan ilmu yang dimilikinya atau menyampaikan kebenaran dan kebesaran Allah Tuhan semesta alam. Melalui kurikulumnya pula, sekolah Islam harus membuat peserta didiknya tumbuh menjadi pribadi yang produktif, yang aktif menulis. Jika harapan pada anak didik seperti itu, sekolah Islam juga harus memiliki sistem yang membuat gurugurunya selalu menambah ilmu serta aktif dan produktif dalam menyebarkan ilmu. konsultasi syariah sebeninghati-hidayat.blogspot.com oleh lajnah syariah persyadha Pertanyaan : Apa penyebab terjadinya perbedaan penentuan awal dan akhir Romadhon yang terjadi di Indonesia. Imron, Kebraon Surabaya Jawaban : Perbedaan pendapat, perselisihan pemikiran, sejak dahulu telah bermunculan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan islam dan kedaulatan islam. Hal tersebut dapat di tolerir senyampang berkisar dalam masalah (furu’) cabang dan masalah (ushul aqidah) pokok-pokok agama islam. Juga selama tidak sampai menimbulkan perpecahan dan permusuhan diantara kaum muslimin. Baginda Nabi Muhammad SAW(dengan mukjizat dari Alloh SWT) telah memprediksi akan terjadinya hal tersebut di dalam urusan agama. Dan beliau SAW telah mengingatkan umat islam agar selalau menempuh jalan yang ditunjukkan oleh beliau SAW jika menghadapi problem perbedaan. Bagaimana terjadinya perbedaan penentuan awal ramadlan dan awal syawal(hari raya idul fitri) mengantar saudara pada kebingungan dalam memilah dan memilih. Seorang sahabat Nabi SAW yang bernama al irbath ibnu sariyah menceritakan wasiat baginda Nabi SAW. Wasiat yang dapat mrngundang air mata bercucuran,hati berdebar,jantung berdetak keras,ketakutan ketika mendengarnya. Seolah-olah seperti wasiat seseorang yang akan berpisah selamanya. Wasiat tersebut adalah: “ Kuwasiatkan kepada kalian agar bertaqwa kepada Alloh, dan mendengarkan petuah, dan ta’at pada perintah, sekalipun pemimpin kalian seorang budak dari Habasyah. Sesungguhnya barang siapa masih hidup sepeninggalku, dia akan menyaksikan bebrapa perbedaan. Oleh karena itu,kalianberpegang teguhlah pada sunnahku dan sunnah penggantiku, mereka yang mendapat petunjuk, pemegang bendera kebenaran,genggamlah erat-erat dan gigitlah dengan gigi geraham kalian.” H.R: Abu Dawud (4607) Kitab at Tibb: 4/200 Dalam hadits ini baginda Nabi SAW menunjukkan jalan tang harus ditempuh ketika menghadapi perbedaan. Yaitu, berpegang teguh dan merujuk sunnah-sunnah beliau SAW dan para Kholifah beliau SAW. Lebih sempurna Alloh SWT telah berfirman di dalam Q.S : An-Nisa’ : 59 “ Maka jika kalian saling berbeda pendapat dalam suatu urusan, maka rujuklah urusan itu kepada Alloh SWT(hukum Alloh di dalam Al qur’an) dan kepada Rasululloh SAW(hukum Rosululloh dalam hadits) manakala kalian mengaku beriman kepada Alloh SWT dan hari akhir. Demikian itu lebih baik bagi kalian,dan itu sebaik-baiknya rujukan bagi kalian.” Rosululloh SAW di dalam salah satu hadits memrintah kita untuk menggunakan Ru’yatul Hilal,ketika menentukan khusus nya awal bulan Ramadlan dan awal bulan syawal,yang keduanya memiliki kesensitifan sangat mendasar,sehubungan dengan pelaksanaan ibadah wajib yang di batasi dengan awal bulanmdan akhir bulan.,yaitu puasa ramadlan. Sabda Rasululloh SAW: H. R : An-Nasa’i “ Berpuasalah kalian karena melihat bulan,dan berhentilah puasa kalian karena melihat bulan. Maka jika bulan tidak jelas, maka semprunakanlah hitutngan sebulan dengan tiga puluh hari.” Sabda beliau di riwayat lain Muslim (1080) dari sahabat ibnu Katsir R.A : 2/759 “ kalian jangan berpuasa ,sampai kalian melihat bulan,dan kalian jangan berhenti berpuasa , sampai kalaian melihat bulan. Maka jika bulan tidak jelas, maka kirakan sempurnanya bulan tiga puluh hari” Ada tiga metode untuk menentukan awal bulan dan akhir bulan. Metode pertama dan kedua disepakati oleh seluruh ulama islam 35 yang dapat dipertanggungjawabkan. Metode ketiga, hanya di gunakan oleh sebagian kecil ulama’ Islam, semisal; Imam Qutaibah, Imam Ad Dawudi, Imam Syuraih dan Imam Muthorrif bin Abdi. Ketiga metode tersebut: 1. Melihat bulan Sabda Rasululloh SAW, yang diriwayatkan oleh Bukhori Muslim. 2. Menyempurnakan hitungan sebuln dengan tiga puluh hari(30). Karena hitungan hari dalam sebulan hijriyah adakalanya dua puluh sembilan(29) hari atau tiga puluh (30) hari. Sebagaimana sabda Rasululloh SAW : HR: Al Bukhori: (1913): 3/35,dari ibnu umar RA. “ Kami ummat buta huruf, kami tidak bisa menulis,dan kami tidak bisa menghitung. Sebulan demikian dan demikian” Yakni: sekali-kali Rosululloh SAW mengisyaratkan hitungan dua puluh sembilan (29) dan sekali-kali mengisyaratkan hitungan tiga puluh (30) Metode ini digunakan ketika bulan tidak bisa terlihat dengan mata telanjang, karena terhalang mendung dan sejenisnya. Sabda baginda Rasululloh SAW: 3. Hitungan hisab (kalender) yang berdasarkan pada perputaran matahari. Metode ini di anggap sah menurut sebagian para ulama Islam, dengan dasar sabda Rosululloh : metode dengan hitungan hisab. Hal ini bisa di maklumi karena berstandar pada perputaran rembulan, sedangkan hitungan hisab berstandar dari perputaran matahari Maka dari itu jika terjadi kontradiksi antara hasil Rukyat / Takmil dengan hasil hitungan hisab maka menurut mayoritas ulama‘ yang diambil dan digunakan adalah hasil Rukyat / Takmil sesuai dengan hadits Nabi di atas. Saudara kaum Muslim yang di rahmati Alloh Sehubungan dengan perbedaan matla’ (tempat munculnya rembulan), terjadi dan pasti di beberapa daerah yang berjauhan (minimal jarak 84 KM) Maka otomatis rukyat pun di daerah lain pasti terjadi walaupun tidak bersamaan. Sebagaimana pendapat Imam Ikrimah, Imam al Qosim Ibnu Muhammad, Imam Salim, Imam Ishaq. Akan tetapi demi menjaga persatuan ummat Islam, mayoritas ulama tidak menganggap adanya perbedaan matla’, yakni jika salah satu dari daerah –daerah tersebut telah rukyat, maka yang lain harus ikut rukyat juga, asalkan ada di bawah kekuasaan satu hakim (pemerintahan yang sah) dan ada pernyataan isbat dari pemerintahan (Kemenag) tersebut. Bahkan kalau ada Khilafah Islamiyyah, maka rakyatnya satu daerah dapat merukyat seluryh daerah di muka bumi ini, setelah ada pernyataan isbat dari Kholifah. Rosululloh bersabda HR. Abu Dawud dan at Tirmidzi : Di riwayat lain : Juga Rosululloh bersabda : Jika menafsiri sabda Rosululloh ( ) dengan hitungan hisab . Akan tetapi menurut mayoritas ulama‘/ Fuqoha‘ yang di maksud adalah fa‘miluu iddah seperti hadits di atas ( ) Karena menurut mereka (mayoritas ulama) hitungan hisab hanya sebagai pelengkap atau pendukung pada metode keterangan di atas.Bukan sebagai penentu atau penetap awal bulan dan akhir bulan. Dari sini dapat timbul perbedaan antara 36 Kalian harus bersama mayoritas, sesungguhnya srigala akan memakan kambing yang menjauh /menyendiri dari kelompoknya. Referensi 1. Is‘afu ahlil iman :25-29 (as syekh Hasan Muhammad Massyath) 2. Ikmalul Muallim Syarh Shohih Muslim : 4 /6-9 (al qodli ‘iyadh) 3. Fatawa Qitho ifta‘ bil Kuwait Fatwa (3) : 3/47 4. Umdah al Qori :16/268 Safari Pesantren, Liburan yang Bermanfaat M a’had Nurul Haromain diberi julukan “Pengembangan dan Dakwah” karena ma’had ini khusus bagi santri yang berniat untuk mengembangkan dakwah dan dengan tujuan khusus untuk menjadi da`i, ustadz, kyai. Atau sebagai perantara untuk melanjutkan belajar ke luar negeri. Jadi yang masuk ma’had ini adalah santri yang telah mempunyai dasar-dasar ilmu agama dengan sangat baik sebelumnya. Ma’had ini tentu saja tidak menerima santri yang belum bisa membaca kitab salaf. Santri juga dibatasai 40 orang saja. Yang menjadikannya berbeda dengan lainnya adalah dakwahnya, dimana setiap 3 hari dalam sepekan santri turun mengajar ke kampung-kampung yang menjadi binaannya. Selebihnya yang 4 hari mereka belajar di ma’had. Hari Rabu, 13 Juni 2012, kelompok Majlis Taklim Al-Qomariyah mengunjungi Ma’had Pengembangan dan Dakwah Nurul Haromain Pujon – Malang ini. Sekitar jam 10.00 WIB rombongan tiba. Setelah diterima oleh para santri putri, rombongan langsung menerima taushiyah dari KH. M. Ihya Ulumiddin selaku pengasuh Ma’had. Ibu-ibu ini lalu diajak berkeliling Ma’had langsung ditemani oleh beliau. “Alhamdulillah bisa diberi kesempatan silaturrohim ke ma’had ini. Sangat luar biasa pendidikan yang diajarkan oleh Abi (sebutan untuk Kyai Ihya),” ujar salah seorang ibu. Pada kesempatan Safari Pesantren ini, Majlis Taklim Al-Qomariyah menghadiahkan karpet untuk Ma’had. LAZIS AL-HAROMAIN memfasilitasi para donatur, pembaca, dan bagi siapa saja yang hendak mengisi waktu liburan dengan kegiatan yang bermanfaat, menginap, dan merasakan kehidupan di pesantren melalui program ini. Ma’had yang bisa dikunjungi ada beberapa jalur, misalnya daerah Malang dan sekitarnya, daerah tapal kuda, Lamongan, Tulungagung, Yogyakarta, dan Kebumen. Semoga barokah.(MQ) doc lazis doc lazis Liputan 37 Liputan Gebyar Pekan Rojabiyah 1433 H doc lazis di Ma’had Nurul Haromain C doc lazis uaca terlihat cerah di pagi hari itu dengan selimut hawa nan sejuk meski sengatan sinar mentari yang begitu merona. Panitia disibukkan dengan perbekalan masing-masing untuk menyukseskan acara tersebut serta menyambut hangat kedatangan para peserta lomba dalam rangka Gebyar Pekan Rojabiyah 1433 H. Acara bertempat di Ma’had Pusat Pengembangan dan Da’wah Nurul Haromain di bawah bimbingan Abina KH M. Ihya’ Ulumiddin. Acara berlangsung selama dua hari, yaitu Sabtu-Ahad , 5-6 Rojab 1433 H / 26-27 Mei 2012 M. Acara dibuka dengan berbagai rangkaian kegiatan pembukaan, mulai dari nabuh dramer oleh Ust. Taufiq, tampilan Tari dari santri TPQ Sumber Gondo, juga diisi dengan dzikir jama’i dengan harapan semoga acara menjadi berkah dan bermanfaat bagi kita semua. Kegiatan Gebyar Rojabiyah ini merupakan kali kedua dari agenda rutin tiap dua tahun sekali. Acara bersetting berbeda dari tahuntahun sebelumnya, yaitu berupa acara Pekan Rojabiyah yang di dalamnya diisi beberapa rangkaian perlombaan. Tujuannya adalah menghidupkan lagi kegiatan-kegiatan Islam yang sudah banyak ditinggalkan dan untuk mempererat tali silaturrahim serta syi’ar kepada seluruh jama’ah pondok Nurul Haromain, baik dari santri TPQ binaan ikhwanul ma’had, TPQ tempat da’wah meliputi tingkatan SD, SMP, dan SMA, serta seluruh Pondok Cabang dengan jumlah peserta kurang lebih 400 orang. Para peserta sangat antusias mengikuti lomba demi lomba untuk meraih kemenangan. (el-@mud) 38 doc lazis Festival Anak Sholeh (FAS) se-Kecamatan Krian Liputan doc lazis P eringatan Isro’ dan Mi’roj Nabi Muhammad Saw. 1433 H merupakan momentum untuk menjalin keakraban para santri TPQ se-Kecamatan Krian. Bertempat di Pondok Pesantren Darussalamah pada hari Ahad, 10 Juni 2012 berlangsung kegiatan Festival Anak Sholeh (FAS) yang diisi dengan kegiatan lombalomba, dari lomba mewarnai untuk tingkat TK/RA, lomba Tartil Al-Qur’an, dan lomba Pemilihan Da’i Cilik (Pildacil) untuk tingkat SD/MI yang diikuti sekitar 115 santri TPQ se-Kecamatan Krian. Kegiatan ini diharapkan sesuai dengan tema acaranya “Mewujudkan Potensi dan Kreativitas Anak Muslim menjadi Generasi yang Berprestasi”, serta tentunya untuk meneladani akhlaq dan kepribadian Nabi Muhammad Saw. Semoga semua bisa mendapatkan manfaat dari kegiatan ini. Kami sampaikan ucapan terima kasih teriring doa Jazakumullohu khoiron katsiro kepada para donatur yang telah berpartisipasi untuk mendukung acara ini; tentunya juga kepada LAZIS AL-HAROMAIN Surabaya yang juga ikut turut mendukung; mudah-mudahan awal ini bisa menjalin silaturrohim dan dukungan untuk kegiatan berikutnya. [] 39 Liputan KAJI Remaja LAZIS AL-HAROMAIN ertempat di Sentra Dakwah AL-HAROMAIN Surabaya, LAZIS AL-HAROMAIN bekerjasama dengan BBQ Al-Ikhlas Pulosari Surabaya mengadakan KAJI (Kajian Keislaman) untuk remaja. Kegiatan ini baru pertama kali dilakukan dan pesertanya pun juga santrisantri BBQ (Belajar Baca Al-Quran) Al-Ikhlas yang sebelumnya belum pernah ikut acara serupa. Kegiatan ini berlangsung pada 16-17 Juni 2012, diikuti oleh sekitar 40 anak yang berusia rata-rata kelas 4 SD sampai dengan SMP. Mereka sangat antusias mengikuti kegiatan ini yang menurut mereka memberikan banyak pengalaman dan menambah kepercayaan diri. Hadir sebagai pemateri: Ust. I‘tishom dan Ust. Badri Purnomo dari Ma’had Nurul Haromain Malang. Beliau memberikan materi aqidah dan training kaifa tusholli. Acara juga Dari sambungan hal 32 Harus ada kesepakatan dua arah dengan anak mengenai waktu (lamanya) puasa yang dijalankan. 2. Jawab pertanyaan anak dengan contoh yang konkrit yang menyangkut diri mereka. Diharapkan dari dialog dengan anak ini, anak mau menjalankan puasa bukan karena paksaan, namun karena kesadarannya sendiri 3. Hargai proses bukan hasil. Artinya, jangan terpaku pada kemampuan anak untuk mencapai target waktu lamanya puasa, akan tetapi hargai upaya anak untuk berpuasa, meskipun targetnya belum tercapai karena keterbatasan fisiknya 4. Bantu anak untuk lancar berpuasa dengan membatasi stimulus-stimulus penggoda. Misalnya: membatasi nonton TV yang menampilkan iklan makanan, membatasi aktivitas fisik yang membuat anak lelah, membatasi bermain dengan anak lain yang tidak berpuasa, dan melakukan aktivitas makan 40 doc lazis B dihadiri oleh Fuad Zakky dari Action Learning Centre yang memberikan materi motivasi belajar remaja Muslim. InsyaAlloh LAZIS ALHAROMAIN secara rutin akan mengadakan kegiatan ini karena sangat bermanfaat dan dibutuhkan oleh masyarakat, khususnya para remaja. (MQ) 5. Mengisi waktu puasa dengan kegiatan yang lebih bermanfaat, seperti melakukan kegiatan kreatif bersama anak 6. Beri reward (penghargaan/ hadiah) yang proporsional Berpuasa untuk menggapai ridlo Alloh Subhaanahu wata’ala tentu terdengar lebih indah dibanding bila anak berpuasa hanya sekedar mendapat hadiah saat lebaran tiba. Jelaskan pada anak bahwa Alloh telah menjanjikan reward jangka pendek dan panjang. Sebagaimana disebutkan dalam hadits bahwa kebahagian orang berpuasa itu ada dua, yang pertama saat berbuka puasa, yang kedua masuk surga melalui pintu ArRoyyan, yang hanya bisa dimasuki oleh orangorang yang berpuasa. Demikian beberapa hal yang dapat kita lakukan dalam melatih anak berpuasa dan memahami maknanya. Wallohu a’lam. Referensi: 1. Pendidikan Anak dalam Islam, Abdulloh Nasih Ulwan, Asy Syifa’, Bandung 1992 2. Risalah Puasa Ramadan, M. Ihya’ Ulumiddin, Vde Press, 2011 3. Majalah Auladi, edisi 16-17, 2006 LAPORAN PENERIMAAN DAN PENYALURAN DANA LAZIS AL HAROMAIN BULAN MEI 2012 SALDO DANA AWAL MEI Rp PENERIMAAN DANA 1. INFAQ TIDAK TERIKAT RUTIN Rp 2. INFAQ TIDAK TERIKAT INSIDENTAL Rp 3. INFAQ TERIKAT a. Infaq Yatim dan dhuafa Rp b. Infaq Pembangunan Sentra Dakwah Rp c. Infaq Beasiswa Pendidikan Rp d. Infaq Beasiswa GOTAS Rp e. Infaq Dana Da’I (D-3) Rp 4. Z A K AT Rp 5. WAQAF Rp 7. DANA NON HALAL Rp TOTAL Rp TOTAL DANA Rp PENYALURAN DANA 1. DAKWAH a. Media dakwah b. Kegiatan Dakwah c. Pembangunan Sentra Dakwah d. Dana Dakwah Da’I Daerah SUB TOTAL 2. PENDIDIKAN a. Beasiswa pendidikan b. Beasiswa Santri pesantren SUB TOTAL 3. YATIM DAN DHUAFA a. Beasiswa yatim dan dhuafa b. Bantuan Pesantren yatim dan Dhuafa SUB TOTAL 5. PENYALURAN ZAKAT a. Sabilillah 6. BIAYA OPERASIONAL a. Bisyaroh Karyawan b. Operasional kantor SUB TOTAL 7. DANA SOSIAL KEMANUSIAAN a. Santunan Kesehatan 8. PENYALURAN DANA WAKAF a. Pemb. Pesantren Mahasiswa 8. PENGGUNAAN DANA NON HALAL a. Biaya Administrasi Bank TOTAL PENYALURAN SALDO DANA AKHIR APRIL 105,415,783 35,214,900 701,500 3,400,500 965,000 2,275,000 3,130,000 265,000 2,992,000 2,000,000 62,050 51,005,950 156,421,733 Rp Rp Rp Rp Rp 4,075,000 8,420,000 5,110,000 2,200,000 19,805,000 Rp Rp Rp 3,040,000 6,700,000 9,740,000 Rp 1,025,000 Rp Rp 450,000 1,475,000 Rp 20,539,177 Rp Rp Rp 7,717,645 9,758,287 17,475,932 Rp 430,000 Rp 2,112,500 Rp Rp 51,687 71,629,296 Rp 84,792,437 Alhamdulillah telah lahir generasi penerus muslim-muslimah M.Dawam Hamas abu Rifqi putra kedua dari ust Sadannur Zain & Ustadzah Husna Ziyadati, Kamis 7 Juni 2012 “Zaid Ubaidillah”. Putra dari Ustdzah Hidayah & Dwi Muntahar Selasa 12 Juni 2012 Innalillahi wainna ilaihi rojiun telah berpulang ke rohmatulloh FATHURROHMAN BIN SYAHID. (Ayahanda dari Ust Mashur Farohi ) Ahad 16 Juni 2012 semoga amal beliau di terima oleh Alloh. SATRIYO MULYONO (Suami dari Ibu Umiyati) 18 Maret 2012 Menikah UST ZUBAIRI & TUTIK HIDAYATI Jum’at, 22 Juni 2012 Barokallohu laka wa baaroka ‘alaika wajama bainakuma fii khoiir 37 FORMULIR DONATUR Nama Alamat Rumah Kantor / Instansi Nomor Telepon / HP Tempat / Tanggal Lahir Kelurahan & Kecamatan Dengan mengucap Bismillahirrohmanirrohiim, saya bersedia menjadi DONATUR TETAP Nilai Infaq bulanan *) Rp. 20.000,- Rp. 50.000,- Rp.100.000,- Rp. ....................... Alamat Pengambilan *) Rp. 5.000,- untuk pembelian majalah Manfaatkan Layanan transfer zakat infaq dan shodaqoh melalui rekening a/n Lazis Al Haromain sebagai berikut : BSM Darmo 008 006 7259 Bukopin Syariah 880 0329 036 BRI Syariah 1002882112 BCA Syariah 0110006666 Bank Muamalat 0166115107 konfirmasi transfer ke 031-70518810 42