selamat datang raja damai

Transcription

selamat datang raja damai
Th.
XII / 124
Edisi Spesial Natal 2014
SELAMAT DATANG RAJA DAMAI
Profil:
Klara Dwi Kristianingtyas
“Berpikir untuk Hidup
dan Bertindak”
Melayani Dengan dan Karena Kasih
Sabda Telah Menjadi Manusia
Menuju Gereja Misioner
5. KERLING
Selamat Datang Sang Juru Selamat
H
ari Natal telah tiba dan bersoraklah seluruh muka bumi “Gloria
In Excelcis Deo,” merayakan hari bahagia ini. Kemeriahan
menyambut Natal bisa dilihat dan dirasakan melalui hiasan atau
pernak-pernik Natal di dalam gereja-gereja dan keluarga, bahkan untuk
beberapa negara atau/dan kota yang mayoritas penduduknya menganut
agama Katolik, hiasan Natal mewarnai seluruh sudut kota.
Sungguh suatu pesta kebersamaan yang indah dimana hampir
sebagian besar penduduk bumi dari semua kalangan ikut merayakan
dan merasakan kemeriahan Natal. Tetapi di satu sisi, pesta Natal kian
hari kian menjadi pesta komersial. Pesta Natal menjadi identik dengan
perjamuan jasmani, pesta discount, saling memberikan kado, menyanyi,
pesta dansa, minum-minum dan hiasan lampu dan pohon Natal dengan
segala macam variasinya. Di sisi lain, khususnya bagi umat Katolik,
pesta Natal tidak boleh berhenti pada pesta lahiriah. Pesta Natal
adalah pesta rohaniah. Natal adalah sejarah keselamatan bagi umat
manusia, dimana Allah berkenan menjadi manusia, “Sabda telah menjadi
manusia”agar kita kita bisa mengenal Allah dan cinta kasih-Nya. Maka
merayakan Natal adalah menyukuri rahmat keselamatan dan kedamaian
yang dianugerahkan Allah kepada kita.
Itulah mengapa di dalam merayakan Natal ini, kita harus sampai
kepada usaha untuk menyambut dengan pantas (hati yang bersih dan
dengan semangat pertobatan) kedatangan Allah dalam gelar, “Sang Juru
Selamat.” Tidak hanya dengan sebutan “Sang Juru Selamat,” bahkan
dengan sebutan “Sang Raja Damai,” yang artinya Yesus lahir membawa
kedamaian bagi dunia. Apakah pesta ini sampai disini? Tidak! Natal
mempunyai konsekuensi dan panggilan untuk dirayakan di sepanjang
hidup kita. Gerakan kasih Allah dalam peristiwa inkarnasi harus
kita lanjutkan di sepanjang waktu. Kitalah yang harus mewartakan
kabar sukacita ini kepada semua orang, khususnya kepada orangorang yang membutuhkan pertolongan kita, para lansia yang rindu
akan penghiburan Tuhan, saudara-saudara kita yang masih dalam
penderitaan dan rindu akan Tuhan. Sekali lagi, pewartaan sukacita ini
tidak dibatasi oleh kalender liturgi. Di sepanjang waktu, semangat Natal
harus kita wujudkan. Karena inilah identitas Kekatolikan yang harus
dihidupi: orang Katolik adalah orang yang berbahagia (bersukacita) dan
penuh pengharapan.
Bapak, Ibu, saudara-saudari, dan anak-anak yang terkasih, selamat
membaca sajian kami dalam edisi ini, dengan sukacita Natal dan
penuh pengharapan. Kami, seluruh staff Mediapass dengan sukacita
menghaturkan SELAMAT HARI NATAL dan RAHMAT SANG
TIMUR, SANG JURU SELAMAT MENYERTAI KITA.***
Edisi 124 Th. XII Edisi Desember 2014
5 : KERLING
10 : ORBITAN UTAMA
Selamat Datang Raja Damai
14 : PESONA SABDA
Sabda Telah Menjadi Manusia
16 : PROFIL
Aku Berpikir untuk Hidup dan
Bertindak
18: OPINI
SEPUTAR PAROKI
23: Melayani Dengan dan Karena
Kasih
27: Percaya Pada Yesus dan Peduli
Pada Sesama
ORBITAN LEPAS
31: Memaknai Arti Kursus Evangelisasi
Pribadi
33: Membalas Sapa Bunda Maria
37: Menuju Gereja Misioner
41: Lahirnya Hari Ibu di Indonesia
35: Santo Santa
39: Pendidikan
Hasil Evaluasi dan Riwayatmu
Kini... Kurikulum 2013
43: Psikologi
AGAPE ada untuk Anda
“Membiasakan diri untuk tidak
menyimpan masalah”
48: Potret Gereja
49: Pojok Komsos & Ongkos Cetak
Ketua Dewan Paroki: Pastor Antonius Sumardi, SCJ
Ketua Seksi KOMSOS: Agustinus Sonny Prakoso | Sekretaris: Alberta S. Listiantrianti | Bendahara: Dian Wiardi
Koordinator Unit Kerja: A. Setyo Listiantyo (0813 2813 0513),
Meliputi: 1. Redaktur: A. Setyo Listiantyo, 2. Layout & Design: Agung Efrem Wijanarko & Benny Arvian, 3. Iklan: Dian Wiardi (0818 183419),
4. Wartawan & Fotografer: Paulus Sihombing, Adiya Wirawasta, Ign. Daniel Rajdali, Constantine J. Neno, Y Triasputro,
Kornelius Jemada, Felicia Nediva, Agung Pradata, Veronica Putri Larosa.
Koordinator Unit Media: Dian Wiardi
Meliputi: 1. Web Page: Patricia Utaminingtyas, 2. Warta Paroki: Dian Wiardi , 3. Majalah MediaPASS: A. Setyo Listiantyo,
4. Radio/Video/TV: Y. Triasputro B, 5. Mading/Facebook/Twiter: Constantine Jhon Neno, Kornelius Jemada.
Koordinator Unit Teknologi Informasi (IT): Sukiahwati Hartanto
Meliputi: 1. Programmer: Patricia Utaminingtyas, 2. Maentenance & Jaringan: Sukiahwati Hartanto, 3. Database: Sekretariat Paroki,
Email: [email protected] | Facebook: [email protected]
Web Paroki St. Stefanus: www.st-stefanus.or.id
No rekening Komsos: BCA dengan no 731 0278879 an Mirjam Anindya Wiardi atau R. Prakoso
10. ORBITAN UTAMA
Selamat Datang Raja Damai
Sr. Atanasia FCJM
B
erita Natal adalah berita
damai. Hidup dalam damai
adalah dambaan kita semua.
Hidup damai berarti hidup dalam
kebahagiaan secara menyeluruh;
baik relasi antara manusia - Allah,
manusia - manusia, dan manusia
– alam semesta. Kristus datang ke
dunia ini bukanlah untuk bersenangsenang, tetapi untuk mendamaikan
manusia dengan Allah dan bahkan
dengan alam semesta ini. Oleh
karena itulah, Kristus disebut sebagai
Raja Damai.
Mengapa Tuhan Yesus, Sang
Mesias itu disebut sebagai Raja
Damai? Karena Tuhan Yesus
adalah Juruselamat dunia, yang
mau mencari, menyelamatkan, dan
menebus manusia berdosa. MisiNya adalah menyembuhkan dan
mendamaikan dunia yang sudah
rusak, jauh dari suasana damai yang
sejati. Semua itu yang dilaksanakan
atau ditempuh oleh Yesus dengan
jalan damai, bukan jalan kekerasan,
meskipun diri-Nya akhirnya menjadi
korban kekerasan dunia. Dan semua
yang dilakukan-Nya adalah demi
kedamaian dunia itu sendiri, lebihlebih pendamaian antara manusia dan
Allah yang sebelumnya telah rusak
akibat dosa.
Jauh sebelum kelahiran Yesus,
dalam Perjanjian Lama, sosok Raja
Damai telah diramalkan. Siapakah
Raja Damai itu? Nabi Yesaya
menyebutkan bahwa Raja Damai itu
adalah “Immanuel” yang berarti Allah
menyertai kita. Empat julukan yang
menandai tugas-tugas-Nya sebagai
Mesias adalah sebagai berikut:
1. Penasihat yang Ajaib
Mesias mempunyai peran sebagai
penasihat atau menjadi semacam
motivator. Dengan perannya itu,
Mesias selalu membangkitkan dan
mendorong serta menuntun kita
untuk mencapai kesuksesan hidup;
bukan pertama-tama kesuksesan
lahiriah, tetapi lebih kepada
kesuksesan yang holistik, lahiriah dan
sekaligus rohaniah. Biasanya, tugas
motivator hanyalah memberikan
“wejangan” atau “nasehat” untuk
hidup sukses. Selebihnya, bukan
urusan motivator! Yang diberi
motivasi itulah yang harus
mewujudkannya. Namun Mesias
yang dinanti-nantikan ini sangat
ajaib dan istimewa. Ia tidak hanya
menasihati, tetapi juga melakukan
apa yang Ia katakan. Ia tidak hanya
hadir dengan kata-kata indah dan
inspiratif, tetapi hadir dengan teladan
yang menakjubkan. Semuanya itu ada
dalam diri Yesus Kristus.
2. Allah yang Perkasa
Istilah Allah perkasa memberikan
keyakinan kepada bangsa Israel
tentang suatu kuasa yang tidak
terbatas. Mesias yang dinantikan itu
mempunyai kuasa untuk melakukan
11
dalam perspektif Yesus, jauh dari
sekedar penjajahan secara politik,
melainkan penjajahan dari belenggu
dosa. Keperkasaan Allah semestinya
diarahkan ke perspektif Yesus
tersebut.
3. Bapa yang Kekal
Hal ini bukan saja menyatakan
kekuasaan Tuhan sebagai pencipta
langit dan bumi, tetapi lebih
menekankan “kasih.” Sebutan Mesias
sebagai Bapa menunjukkan bahwa
Tuhan itu ingin menunjukkan kasihNya. Dan kasih-Nya adalah kekal
abadi. Kata kekal menunjukkan
action yang terus menerus. Di sinilah
umat Israel diyakinkan bahwa
kasih Allah itu akan terus menerus
mengalir, hingga berpuncak kepada
peristiwa inkarnasi, “Sabda telah
menjadi daging,” dimana Allah sendiri
mengutus putra-Nya yang tunggal
untuk tinggal diantara manusia, sama
seperti manusia, kecuali dalam hal
dosa. Allah yang menjelma menjadi
manusia inilah yang kita imani
sebagai Allah Immanuel, yang berarti
Tuhan beserta kita, Tuhan yang ada
dan hadir ditengah kita.
apa pun, namun tentu yang paling
dirindukan oleh umat Israel adalah
kuasa untuk membebaskan mereka
dari segala macam penjajahan.
Kehadiran Yesus ditengah mereka,
memberikan harapan segar bagi
mereka untuk mewujudkan
kerinduan mereka. Yesus pun tidak
menolak dengan harapan-harapan
itu, meskipun mereka mempunyai
perspektif yang berbeda. Bagi umat
Israel, pembebasan yang mereka
dambakan adalah pembebasan
dari Roman Emperor. Sementara
4. Raja Damai
Raja Damai berarti raja
kebahagiaan, ketentraman dan
kesejahteraan. Melalui kedatanganNya yang penuh kuasa, memberikan
sukacita dan damai. Mengapa Tuhan
Yesus Kristus Raja Damai datang
ke dunia? Karena manusia sendiri
tidak mampu menyelamatkan
dirinya, maka Allah mencari jalan
untuk mencari manusia melalui
Yesus Kristus yang adalah jalan,
kebenaran dan hidup bagi manusia.
Bagaimana caranya “Raja Damai”
itu datang ke dalam dunia? Melalui
inkarnasi, Allah yang Mahakudus
menjelma menjadi “manusia” dalam
diri “Bayi Yesus.” Dengan jalan
ini, Allah menyelamatkan manusia
yang berdosa, supaya yang percaya
memperoleh keselamatan kekal.
Allah berinisiatif untuk
membebaskan manusia dari belenggu
dosa, sehingga manusia bisa terbebas
dari murka Allah. Dosa membuat
hidup jadi gelisah, sengsara dan
tidak bahagia bahkan sampai
menimbulkan keputus-asaan. Apa
akibat kedatangan “Raja Damai” ke
dalam dunia ini? Kedatangan Raja
Damai membawa keselamatan bagi
manusia yang percaya, manusia
memperoleh jalan keselamatan, dapat
bertemu dengan Allah secara pribadi,
kapanpun. Manusia dapat berdamai
dengan Allah, diri sendiri dan orang
lain, kita menjadi alat perdamaian
bagi sesama, kita dapat menikmati
damai di dalam diri sendiri, keluarga,
masyarakat dan dunia. Kita
memperoleh jaminan masuk kerajaan
damai di surga.
Apa tugas kita yang telah bertemu
dengan Raja Damai? Pertama, kita
diharapkan menjadi manusia-manusia
yang membawa damai dengan Allah,
diri sendiri, orang lain dan lingkungan
hidup di sekitar kehidupan kita.
Kedua, kita diharapkan menjadi
saluran perdamaian bagi sesama
yang membutuhkan. Ketiga atau yang
terakhir, kita diharapkan menjadi
penjaga perdamaian di dunia sehingga
alam semesta bisa bahagia selamanya.
Untuk semua ini, mari kita sambut
Yesus, sang Raja Damai. Selamat
datang Raja damai! Gloria in excelcis
Deo. ***
14. PESONA SABDA
Sabda Telah Menjadi Manusia
Ting Ding, SCJ
D
i seputar peristiwa
kelahiran Yesus, Sabda
Tuhan yang manakah,
yang paling mempesona dan
menyentuh kita? Secara subyektif
saya memilih dan menawarkan
Sabda berikut ini, sebagai yang
paling mempesona dan pas untuk
mengisi hari-hari Natal kita,
“Sabda telah menjadi manusia, Ia
tinggal di antara kita, dan kita
sudah melihat keagungan-Nya.
Keagungan itu diterima-Nya
sebagai Anak tunggal Bapa.
Melalui Dia kita melihat Allah
dan kasih-Nya kepada kita.”
(Yoh. 1:14) Kelahiran Yesus
adalah peristiwa “Sabda telah
menjadi daging/manusia.” Inilah
keyakinan dan ajaran Gereja
Katolik. Lebih lanjut Gereja
menegaskan, “Yesus Kristus
itu adalah sungguh Allah
dan sungguh manusia, bukan
setengah Allah dan setengah
manusia, melainkan Yesus
Kristus itu adalah Allah benar
dan manusia benar, dua kodrat
yang dipersatukan dalam pribadi
Sang Sabda.” Barangkali kita
kemudian bertanya-tanya dan/
atau dipertanyakan oleh pihak
lain, “Mana ada Allah atau Tuhan
kok mau menjadi manusia! Untuk
apa?”
Untuk menjawab pertanyaan
di atas, saya menawarkan
sebuah kisah yang sederhana,
namun begitu menarik untuk
kita renungkan. Dikisahkan
sepasang suami-istri yang
sedang menghabiskan waktu di
malam Natal. Sang suami sudah
lama tidak mau pergi ke gereja.
Baginya, pergi ke gereja untuk
berdoa adalah sebuah kesiaansiaan, alias buang-buang waktu.
Ia tidak lagi percaya dengan
adanya Tuhan. Apalagi dengan
kisah Natal, baginya, tidaklah
mungkin Allah menjelma menjadi
manusia. Terbalik dengan
istrinya. Istrinya sangat setia
dan rajin untuk berdoa dan
menghadiri perayaan Ekaristi
di gereja. Menjelang perayaan
Ekaristi malam Natal, istrinya
yang soleha itu tidak lupa
mengajaknya untuk ke gereja.
Entah sudah berapa kali istrinya
mengajaknya untuk pergi ke
gereja! Yang pasti, istrinya
tidak pernah bosan untuk terus
mengajak dan mengajaknya. Kali
ini, sekali lagi ia memberikan
jawaban yang sama, “Untuk apa
ke gereja dingin-dingin seperti ini,
hujan salju lagi!? Percuma!”
Pergilah istrinya ke gereja
sendirian, menembus dinginnya
musim salju dengan penuh iman
dan semangat. Sejenak, ia kagum
dengan semangat dan tekad
istrinya untuk pergi ke gereja,
yang terkadang dimatanya dilihat
sebagai suatu kebodohan. Ia
memilih bersantai-santai, sambil
menghangatkan diri di tempat
perapian, di dalam rumahnya.
Ketika ia sedang menghangatkan
diri di dekat perapian, ia melihat
belasan burung gereja hinggap
di luar jendela rumah. Hujan
salju memaksa burung-burung
itu untuk mencari tempat untuk
berteduh. Namun tetap tidak
mampu mengusir rasa dingin.
Burung-burung itu kelihatan
menggigil kedinginan. Ia tertegun
melihat burung-burung malang
tersebut dan kemudian jatuh
kasihan.
Ia kemudian mencari jalan
untuk menolong burung-burung
gereja yang menggigil kedinginan.
Ia berusaha membuka jendela,
supaya burung-burung itu
masuk ke dalam rumah. Di
dalam rumah, tentu saja mereka
akan memperoleh kehangatan.
Tetapi apa yang terjadi? Ketika
ia membuka jendela, burungburung itu justru ketakutan
dengan kehadirannya dan
terbang untuk menghindarinya.
Burung-burung itu hinggap disisi
rumah yang lain. Ia berusaha
lagi untuk membantu. Tetapi
setiap kali ia mendekat, burungburung itu terbang ke sisi rumah
yang lain karena ketakutan. Ia
15
yang nyata. Allah bukan sekadar
menghadirkan ajaran dan teori,
tetapi memberikan keteladanan
yang nyata. Peristiwa Salib
merupakan klimaks pengorbanan
dan pembuktian cinta-Nya kepada
kita melalui aksi nyata. Sabda
telah menjadi manusia juga
mengantarkan kepada kita, iman
yang hidup bahwa Yesus adalah:
“Jalan dan kebenaran dan hidup.
Tidak ada seorang pun yang
datang kepada Bapa, kalau tidak
melalui-Nya.” (bdk. Yoh. 14:6).
sempat berpikir, seandainya ia
menjelma menjadi seekor burung,
barangkali burung-burung itu
tidak akan ketakutan dan salah
paham dengan maksud baiknya,
“Kalau aku menjadi sesama bagi
burung-burung itu dan tinggal
diantara mereka, pastilah mereka
akan menerimaku sebagai
sahabat.”
Saat ia sudah hampir putus
asa untuk membantu burungburung malang, sayup-sayup
ia mendengar bunyi lonceng
gereja. Seketika, ia teringat
istrinya yang sedang menghadiri
perayaan Ekaristi, merayakan
Natal; merayakan Sabda telah
menjadi manusia. Ia terkesiap!
Bukan hanya karena teringat
istrinya, tetapi makna Natal pun
pelan-pelan masuk ke dalam
kesadarannya. Sabda telah
menjadi daging! Mengapa Allah
mau menjelma menjadi manusia?
Ia yakin, seperti kerinduannya
untuk menjadi burung, supaya
burung-burung yang lain tidak
ketakutan; begitulah Allah! Allah
mau menjelma menjadi manusia
dan tinggal di antara kita, supaya
kita tidak ketakutan, melainkan
dekat dan bersahabat.
Melalui kisah sederhana di
atas, kita bisa menarik benangbenang merah, tentang tujuan
Allah dalam peristiwa Inkarnasi;
Sabda telah menjadi manusia.
Marilah kita meresapi bahwa
Sabda telah menjadi manusia
itu terjadi, supaya kita mampu
mengenal dan mendekap cinta
Allah tanpa ketakutan dan
penuh pengertian yang masuk
akal. “Kasih Allah dinyatakan di
tengah-tengah kita yaitu bahwa
Allah telah mengutus Anak-Nya
yang tunggal ke dalam dunia,
supaya kita hidup oleh-Nya.”
(1 Yoh. 4:9). Dengan hadirnya
Sabda ditengah kita, kita juga
dimungkinkan untuk memperoleh
contoh yang konkrit, khususnya
contoh kekudusan bagi kita.
“Pikullah kuk yang Kupasang dan
belajarlah pada-Ku.” (Mat. 11:29).
Hadirnya Yesus secara fisik
ditengah kita, menghadirkan cinta
Santo Paulus dengan indah,
merefleksikan peristiwa “Sabda
telah menjadi manusia” ini.
“Hendaklah kamu dalam hidupmu
bersama, menaruh pikiran dan
perasaan yang terdapat juga
dalam Kristus Yesus, yang
walaupun dalam rupa Allah,
tidak menganggap kesetaraan
dengan Allah itu sebagai milik
yang harus dipertahankan,
melainkan telah mengosongkan
diri-Nya sendiri, dan mengambil
rupa seorang hamba, dan menjadi
sama dengan manusia. Dan dalam
keadaan sebagai manusia, Ia telah
merendahkan diri-Nya dan taat
sampai mati, bahkan sampai mati
di kayu salib.” (Flp. 2:5-8) Dengan
terharu, bangga, penuh iman
dan sekaligus kerendahan hati,
kita sambut untaian iman yang
mempesona, yang memancar dari
dalam diri St. Paulus. Namun di
waktu yang sama, kita ditantang
untuk mempunyai gerakan yang
sama dengan misi Allah, yakni
menjadi sesama bagi yang lain;
khususnya bagi mereka yang
membutuhkan. Natal ini akan
begitu bermakna bagi kita, kalau
kita mampu menjadi “sesama”
(tinggal bersama, menjadi
sahabat, mengambil rupa hamba)
bagi orang-orang disekitar kita.
Itulah hadiah terindah bagi bayi
Yesus, yang telah lahir ditengahtengah kita.***
16. PROFIL
Aku Berpikir untuk Hidup dan Bertindak
-Put-
A
nak muda dan pemikirannya,
seringkali terbatasi oleh
pertanggungjawaban dari
setiap pilihan untuk bertindak.
Besarnya tanggung jawab dalam
setiap pilihan itu tidak jarang
memberikan ketakutan akan
ketersesatan atas sebuah jalan
kepada anak-anak muda yang
memang sedang berjuang untuk
menemukan jati diri mereka. Dalam
era teknologi yang sedang booming
dan fenomena pergaulan tanpa batas
ini, MediaPASS akan mengupas sosok
seorang muda yang sedang bergulat
dalam pencarian jati diri, yang sering
berada dalam “persimpangan” di
antara pilihan untuk berpikir dan
bertindak bebas, dengan pilihan
untuk bertindak dalam koridor
kepercayaan dan tanggung jawab.
Siapakah dia? Sebaiknya mari kita
simak aja tuturan menarik tentang
profil berikut ini.Dari sekian banyak
laskar-laskar Kristus yang disiapkan
Gereja untuk meneruskan generasi
Katolik, kita masuk melongok sebuah
komunitas di dalam gereja yang
disebut Putra-putri Altar.
Komunitas ini merupakan ladang
dan prioritas terbaik yang dimiliki
Gereja untuk menyuntikan semangat
pelayanan bagi anak-anak muda.
Melalui komunitas atau organisasi
ini, banyak anak-anak muda
tertantang untuk belajar banyak hal,
terutama belajar untuk hidup dalam
iman dan mengenal diri. Seperti
halnya Yesus ketika masih muda.
Ia belajar menjadi manusia dari
ayah-Nya, sang tukang kayu. Kini,
anak-anak muda sekarang, diberi
kesempatan seluas mungkin untuk
terlibat dalam pelayanan Gereja,
sehingga dimungkinkan untuk
belajar menemukan jati diri. Dengan
menjadi putra-putri Altar, anak-anak
muda sering ditatapkan kepada
suatu komitmen untuk bertanya diri,
“Siapakah aku?”
Tidak terkecuali dengan Klara Dwi
Kristianingtyas! Ia yang adalah Ketua
Umum Putra-Putri Altar St. Stefanus,
yang akan melepaskan jabatannya
di akhir Desember 2014 ini, pun
tidak terlepas dari pengalaman
“Anak muda tidak mampu menemukan
dirinya sendiri karena belum
mendapatkan pemikirannya. Semakin
banyak kita bertanya untuk diri sendiri
dan menjawabnya merupakan sebuah
keputusan untuk menemukan diri
sendiri.”
untuk bertanya diri tentang siapakah
dirinya melalui pelayanan sebagai
putri altar, dan bahkan dipercaya
sebagai seorang ketua. Sebagai
perempuan yang beranjak dewasa,
ia terbantu untuk menemukan jati
dirinya dengan menjadi pelayan altar.
Disitulah ia berkembang dan semakin
mengenal diri, bahkan kemudian
mengenal Tuhan dan orang lain
dengan lebih baik.
Aktif Berprestasi
Klara, begitu ia biasa dipanggil
oleh keluarga dan teman-temannya.
Ia merupakan anak kedua dari dua
bersaudara, lahir di Jakarta, 15
Agustus 1997. Ia selalu berprestasi
di sekolah dan tidak pernah melorot
prestasinya. Sedari SD hingga saat
ini sebagai murid SMA, ia selalu
di dalam rangking 6 besar. Hal itu
menunjukkan betapa betapa tekunnya
Klara menempuh pendidikannya.
Saat ini, ia bersekolah di SMA Kolese
Gonzaga ambil jurusan IPA, sebagai
kelas pilihan. Baginya, semua mata
pelajaran harus diikuti dengan sama
baiknya tanpa pilih-pilih. Sebagai
seorang adik dari Gregorius Agung
Chrissaputro, seorang mahasiswa
Politeknik Negri Jakarta, ia memiliki
kegemaran akan kegiatan berolahraga
.
Futsal merupakan pilihannya dan
menjadi kegiatan ekstrakurikulernya
pada saat di Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama Pangudi Luhur.
Selain berminat di bidang olahraga,
ia menjadi pribadi yang senang
berorganisasi, dari kegiatan OSIS
sampai dengan kepanitiaankepanitiaan. Klara merupakan
angkatan ke-47 di sekolahnya
waktu itu dan kegiatan pertama
ekstrakurikulernya adalah astronomi,
tetapi akhirnya ia lebih memilih
tantangan dari sekolah untuk
membangun komunitas futsal. Bakat
olahraga dan jiwa berorganisasinya
menemukan jodohnya, sehingga
ia dan teman-temannya mampu
membentuk komunitas futsal yang
aktif dan solid, bahkan sering menjadi
sparing partner futsal dengan JIS.
Semangat solidaritas dan jiwa
kepemimpinan telah membuat Klara,
sebagai rekan dan partner yang
mampu diajak bekerja sama. Tidaklah
mengherankan kalau kemudian ia
terpilih menjadi kapten tim futsal
dan mampu memimpin timnya
dalam beberapa kompetisi. Pada saat
Lustrum Gonzaga, tim futsalnya
meraih juara ke-3 dan juara pertama
pada saat Tirta Marta Cup, itu
semua diraihnya sekitar tahun 2012.
Kompetisi terakhir yang diikutinya
adalah Gonzaga Cup dimana tim
futsalnya berhasil menjadi juara ke-3.
Futsal sebagai olahraga yang
digelutinya sebagai kegiatan tanpa
beban. Ia merasakan bahwa tak
ada tuntutan dan ia menjalaninya
dengan senang hati. Hal inilah yang
menjadikan tim Futsalnya selalu
berkembang menjadi kegiatan yang
penuh keasyikan. Terhitung pada
saat itu pesertanya bisa mencapai 60
orang, ia menyadari bahwa komunitas
yang terbaik adalah komunitas yang
dimulai dari keinginan diri sendiri
tanpa dikekang atau diikat. Bahkan
dengan komunitas ini pun, ia merasa
terbantu untuk menemukan jatidiri
dan segala potensinya. Ia yakin, ia
bisa menemukan diri dan Allah di
mana saja. Bukan hanya kegiataan
di seputar altar dan Gereja, di mana
pun kalau ia melaksanakan kegiatan
17
dengan cinta dan senang hati (tanpa
beban), pasti akan dibukakan
kemungkinan untuk menemukan diri.
Keluarga, Komunikasi dan
Kepatuhan
Kegelisahannya sebagai seorang
Katolik dan keingintahuannya atas
manusia dan penciptaannya telah
menuntunnya untuk berasyik-masyuk
dengan dunia Filsafat. Semenjak
belajar agama Katolik di Gonzaga
dan dikenalkan sejarah peradaban
agama, kekhasan dan pola-pikir filsuf
dunia, baik Plato maupun socrates,
ia meyakini bahwa semua ilmu itu
mampu digali dengan sederhana. Ia
juga menggemari karya-karya Novel
yang memiliki unsur kesastraan
seperti novel-novel buah karya dari
Dewi Lestari, Rm. Mangunwijaya, dan
masih banyak yang lainnya. Salah
satu buku yang menginspirasinya
adalah “Sophie World,” dari
sebuah konsep filosofi sederhana;
karya Jostein Gaarder, seorang
berkebangsaan Norwegia,
Ia sadar bahwa jika mengikuti
egonya sekarang ini, Filsafat
mungkin merupakan pilihan yang
tepat. Ia menemukan dunianya di
bidang itu. Tetapi hidup itu tidak
selalu harus mendahulukan ego.
Ayahnya memberikan masukan
bahwa sekarang ini yang dibutuhkan
Klara adalah pendidikan yang dapat
diaplikasikan di masyarakat secara
langsung. Maka ia pun menyimpan
keresahaannya pada dunia filsafat ke
dalam cita-cita terbesarnya kelak.
Ayah dan ibunya merupakan
karyawan swasta yang bekerja
di bidang yang berbeda; ayahnya
sebagai pekerja proyek, sementara
ibunya bekerja di bidang kesehatan.
Meskipun sibuk bekerja, kedua
orang tuanya, selalu berusaha untuk
tidak mengurangi komunikasi dan
pengawasan kepada kedua anaknya.
Klara sendiri merasakan peran
keluarga itu begitu penting dalam
perkembangan dirinya. Ia tidak
merasa dibatasi, tetapi ia merasa
perlu ada yang lain, yang bisa
mengarahkannya kepada pilihan
yang bertanggung jawab. Semuanya
itu bisa terlihat dari prestasi dan
komunitas yang ia ambil. Sosok
keluarga jawa yang kental atas sikap
saling menghormati ini, membuatnya
seringkali mengambil poin positif dari
arahan-arahan orangtuanya.
Cita-cita dan Pilihan
Sebagai anak dari pasangan Bapak
Yohanes Ruskanedi dan Ibu Theresia
Suhesti dari Lingkungan Maria
Magdalena Wilayah VI ini, Klara
sejak dini sudah diarahkan untuk
menjadi Katolik sebagai jalan dan
tujuan hidup. Dari TK sampai dengan
SD, ia disekolahkan di Charitas dan
diikutkan bersama kakaknya dalam
kegiatan Bina Iman di Gereja St.
Stefanus Cilandak. Ayahnya sendiri
aktif dalam kegiatan Paduan Suara
Wilayah dan ibunya pernah mengikuti
KEP.
menghidupkan iman. Salah satu isi
iman yang penting adalah semangat
melayani, sebagai Yesus datang untuk
melayani kita; sudah sepantasnya
kita merespon kehadiran-Nya
dengan semangat pelayanan yang
sama. Dengan demikian, seharusnya
kegiatan Putra-Putri Altar tidak
dapat dijadikan tawar-menawar lagi,
karena inilah kesempatan bagi anakanak muda untuk menunjukkan iman
yang hidup dan sekaligus jalan untuk
menemukan Allah dan sesama, dan
terlebih untuk menemukan jadi diri
kita sendiri.
Ia berencana untuk meneruskan
kuliahnya antara bidang Kelautan
atau Psikologi. Tentunya sebagai
seseorang yang berprestasi, banyak
pilihan yang semoga dimudahkan.
Dasar dari pemilihan itu adalah
rasa optimisme bahwa ilmunya
pasti akan sangat bermanfaat bagi
dunia kema-ritiman yang memang
sedang digagas oleh pemerintah
sekarang untuk dimajukan. Setelah
lulus nanti sebagai sarjana kelautan,
kemungkinan 4 tahun kemudian,
pasti akan sangat dibutuhkan.
Bagaimana dengan bidang
Psikologi? Inilah sebuah kerinduaan
untuk selalu berdekatan dengan dunia
filsafat. Memang psikologi berbeda
dengan filsafat, namun filsafat akan
banyak dipakai untuk memberikan
pondasi bagi bidang psikologi. Ia
berharap jika ada peluang untuk
menekuni bidang ini hingga tingkat
S2. Itulah cita-cita terbesarnya! Atau
pilihan ter-akhirnya, ia akan mencari
beasiswa 100 persen agar dapat
bersekolah di Jepang, dan tidak akan
membebankan kepada orangtuanya.
Menyadari pentingnya komunikasi
dalam membangun kerjasama,
kepengurusan merupakan tantangan
yang dihadapi Klara dalam
menjalankan tugasnya sebagai Ketua
Umum PPA. Sebagai pemimpin
perempuan yang rentan terhadap
emosi, filsafat telah membantunya.
Karena filsafat menjadikannya
sebagai pribadi yang memiliki potensi
dari balik pemikiran-pemikirannya.
Bukan karena terus menerus diolah,
akan tetapi menjadi sebuah usaha
yang terus menerus mencapai
maksimal.
Gereja, Dinamika, Anak muda
dan Pemikirannya
Selain Futsal, ia juga menyukai
olahraga basket, tetapi memang
olahraga tersebut memiliki
kedisiplinan dan gengsi yang
berbeda dengan futsal. Bahkan ia
juga pernah mengikuti kegiatan
Karate di Gereja dan kemudian
setelah komuni pertama, PutraPutri Altar adalah pilihannya dalam
kegiatan menggereja. Sampai dengan
saat ini, sudah sekitar 7 tahun
ia menjalani tugas sebagai Putri
Altar dengan semangat pelayanan
yang tinggi. Baginya, Putra-Putri
Altar merupakan sebuah kewajiban
dari semua anak muda katolik
sebagai bentuk perwujudan untuk
Kesulitan atau tantangan
semacam apa yang ia hadapi dalam
organisasi PPA, dibandingkan
dengan organisasi sekolah? Jika
di PPA mereka bertemu hanya
seminggu sekali, sehingga untuk
mengetahui berita atau informasi dari
rekan-rekan pengurus, tidak seperti
organisasi sekolah, yang bisa bertemu
setiap hari. Belum lagi dengan
persoalan mood, ada mood-mood
tertentu yang membuat pengurus
atau bahkan antar pengurus,
sulit sekali untuk berkomunikasi.
inilah hal yang paling menarik dan
menantang bagi Klara dan temanteman di PPA. selain itu usaha
untuk memiliki dana sendiri dan
menggunakan atau menjadikannya
sebagai pemanfaatan terpusat. jika
tidak diperbolehkan. Klara menyadari
bahwa bisa saja kita dimanjakan,
tetapi ia sebagai ketua justru lebih
merasakan beban morilnya, karena
harus menjaga kepercayaan umat
dalam pemanfaatannya. Disisi lain,
inilah kesempatan bagus bagi Klara
dan anak-anak muda untuk bisa
berkreasi dengan bebas, tetapi tetap
menunjukkan tanggungjawabnya.
Berani? Mengapa tidak! Tentu tetap
mohon pendampingan.***
18. OPINI
Apa kata mereka tentang
Selamat Datang Raja Damai
• Menurut anda siapakah Raja Damai itu?
• Dapatkah anda sharing sejenak bagaimana caranya “Raja Damai” datang ke dunia ini?
• Apa tugas kita setelah merayakan/bertemu dengan Raja Damai?
Susanty Joezar (Susan)
Paroki Stefanus, Cilandak /Lingkungan
Elias / Wilayah 12 / aktif di retret anak JOY
Menurut saya, Raja damai adalah Yesus
Kristus.
Raja damai yaitu bayi Yesus, datang ke
dunia melalui keluarga kudus Maria dan
Yosef. Datang ke dunia sebagai bayi lemah
di tengah dunia dan tidak ada tempat lahir
untukNya. Tetapi ketika Ia lahir, sungguh
membawa sukacita bagi semua yaitu bagi
kedua orangtuaNya, tiga raja dari Timur dan
gembala.
Raja damai benar-benar membawa sukacita
dan damai bagi semua umat manusia. Bagi
saya, momen Natal selalu istimewa dimana
mempunyai momen bersama suami dan
anak-anak tanpa ada beban tugas sekolah
dan lain-lain. Liburan yang selalu dinantinanti karena memang suasananya yang
gembira dan sukacita.
Edward Santoso
Paroki St. Stefanus / Lingkungan Clementus / Wilayah IV - Sta.
Teresia Avila
Saya meyakini bahwa Yesus Kristus adalah sang Raja Damai. Ada
pun telah tertulis dalam Yesaya 9:6 (9-5) bahwa seorang anak telah
lahir untuk kita sebagai Raja Damai.
Saya telah menyatakan bahwa Yesus Kristus adalah sang Raja
Damai. Yesus Kristus adalah wujud manusia dari Tuhan Allah
sendiri yang mana turun dari surga sebagai Putra Allah untuk kita
manusia. Ia dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh Perawan
Maria, dan menjadi manusia. Hal ini sering kita ucapkan saat kita
membaca syahadat.
Mungkin saya lebih setuju dengan apa yang kita lakukan setelah
merayakan Raja Damai. Dalam hal ini saya menganggap Natal
yang mana adalah hari kedatanganNya. Sebab jika bertemu, secara
harafiah kemungkinan besar adalah kedatanganNya kedua yang
mana untuk mengadili orang yang hidup dan yang mati. Jadi tentu
saja setelah kita me-rayakanNya kita harus melakukan apa yang
telah Dia ajarkan kepada kita yang mana sudah pasti berujung pada
kebaikan dan itu lah yang akan kita lakukan terus menerus setiap
hari. Allah akan melihat bahwa itu baik. Dan saat hari pengadilan
itu tiba, Tuhan akan memwberikan kita kedamaian yang kekal.
Amin.****
Beberapa tahun terakhir, Natal selalu
menjadi sesuatu yang sangat istimewa.
Selain berkumpul dengan keluarga inti dan
keluarga besar, saya selalu merasakan
berkat Tuhan yang besar dimana telah
diberikan waktu dan kesempatan untuk
berkumpul bersama. Saya sadari sekarang
bahwa kebersamaan adalah berkat bukan
hak.
Pada saat yang bersamaan, saya selalu
menanamkan di dalam hati saya bahwa
semangat Natal juga seharusnya menjadi
momen dimana kita berbagi dengan sesama
yang lebih membutuhkan, pengorbanan
sederhana dalam kehidupan sehari-hari
yang bertujuan demi kebahagiaan orang lain
bukan melulu demi kebahagiaan sendiri.
Persis itulah seperti yang dilakukan Allah
dengan turun ke dunia, suatu pengorbanan
demi umat manusia.
Tugas kita adalah terus menjalani Spirit
of Christmas yaitu berbagi sukacita dan
berbagi dengan yang mungkin lebih tidak
beruntung dibandingkan kita dan jangan
sampai dibatasi oleh perbedaan agama, ras
dan suku.****
Veronica Haryuni S
Paroki St. Stefanus /Lingkungan Maria Ratu Damai
Raja Damai adalah Pencipta langit dan bumi, manusia dan seisinya dengan
kasihnya yang luar biasa memberikan sukacita, damai sejahtera dan
keselamatan kepada ciptaanNya. Raja Damai adalah Allah Bapa yang telah
memberikan anakNya yang tunggal untuk menebus dosa-dosa manusia dan
memberikan Roh Kudus untuk memberikan damai suka cita.
Raja Damai datang melalui perantaraan Bunda Maria, Roh Kudus sendiri yang
menuntunNya, lahir dari seorang Perawan dengan kesederhaan datang ke dunia
memberika suka cita damai sejahtera.
Tugas kita setelah merayakan/bertemu dengan Raja Damai, melakukan perintah
Raja Damai sebagai ucapan syukur karena kita sudah lebih dahulu diberikan
kasih, damai sejahtera dan sudah menjadi kewajiban kita untuk mewartakan
kabar gembira kepada setiap orang agar mereka juga ikut merasakan apa yang
sudah kita rasakan.****
19
Sherly Agatha Rahman
Paroki St. Stefanus
Paulus Lando
Paroki St. Stefanus /Lingkungan Yudas Tadeus / Wilayah II - Yohanes
salib
Dalam Kitab Yesaya dalam
Perjanjian Lama, digambarkan
tentang figur seorang mesias
yang datang untuk memberikan
kedamaian dan menyelamatkan
jiwa manusia. Dan dalam iman
katolik, saya meyakini sang
mesias itu adalah Yesus. Dia
lah Raja Damai yang sangat
dinantikan oleh umat manusia.
Lantas mengapa Dia disebut Raja
Damai? Pada hakikatnya, manusia
membutuhkan sosok seorang Raja
yang dapat memutuskan mana
kebenaran dan mana yang tidak,
sehingga terciptalah keteraturan.
Keteraturan saja belum cukup,
manusia juga membutuhkan
rasa damai. Kedamaian yang
dapat mengusir hati yang
gundah,memberi pengharapan
akan hidup baru, menyebarkan
ajaran cinta kasih.
Sebentar lagi kita akan
menyambut kedatangan Sang
Raja Damai dalam peristiwa Natal.
Yesus sang raja damai lahir ke
dunia. Dialah sosok Mesias yang
dinubuatkan oleh Nabi Yesaya
yang datang dalam rupa manusia.
Sang Mesias yang berasal dari
keturunan Daud. Melalui rupa
manusia, dia ingin ikut ambil
bagian dalam setiap permasalahan
manusia.
Sesungguhnya Raja Damai
telah datang di antara kita
lewat sabda-sabdanya di dalam
Alkitab. Dia menyatakan hukum
kebenaran dan ajaran cinta
kasih yang dapat memberikan
pengharapan bagi seluruh umat
manusia. Sabdanya memberikan
menciptakan keteraturan hidup
sekaligus kedamaian bagi umat
manusia. Dan jika kita secara
tekun membaca kitab suci dan
mengaplikasikan ajarannya
dalam kehidupan nyata, kita telah
meberikan tempat bagi Yesus Sang
Raja Damai berkuasa dalam hidup
kita.****
Raja Damai adalah seorang Raja yang bisa
memberikan kedamaian bagi setiap 'rakyat'
nya. Rakyat pada umumnya merupakan
kaum yang lemah, yang tidak berdaya; yang
butuh kenyamanan serta rasa damai. Dari
mana rakyat ini bisa memperoleh kedamaian
tersebut, kalau bukan dari pemimpinya, sang
Raja itu sendiri. Dalam konteks ini, saya bisa
merasakan kehadiran Raja Damai itu dalam
diri Tuhan yang agung. Saya mengibaratkan diri
sebagai seorang rakyat yang lemah dan tidak
berdaya serta tidak dapat berbuat apa-apa.
Bagi saya, Yesus Kristus adalah segalanya,
Dialah Pemimpin dalam hidup, Raja dalam hati,
Raja Damai! Ia mampu menjadi tempat saya,
dalam keadaan yang tidak diharapkan
Raja Damai tidak datang ke dunia ini. Kenapa
saya berani berkata demikian? Karena menurut
saya, Raja Damai yang adalah Yesus Kristus itu
sendiri memang sudah ada di tengah-tengah
kita, sudah tinggal di dalam hati kita, di dalam
diri setiap orang yang kita temui setiap hari.
Permasalahannya adalah kita sering kali tidak
menyadari kedatanganya di dunia ini. Ia hadir
dalam wujud orang-orang yang memberikan
bantuan kepada kita,teman-teman yang selalu
ada bersama dengan kita di saat senang atau
sedih, dan banyak macam lainnya.
Kita harus bersyukur, bersyukur dan
bersyukur. Karena buat saya, tidak semua
orang yang dapat merasakan kedamaian yang
datang dari Raja Damai. Ketika kita dapat
bertemu denganNya, yang kita patut lakukan
adalah bersyukur karena dapat merasakan
kehadiranNya.****
“Memberitakan pekerjaan tanganNYA”
SEKSI KOMUNIKASI SOSIAL (KOMSOS) ST. STEFANUS
Membutuhkan tenaga muda yang berkomitmen untuk pelayanan gereja, sebagai wartawan, designer
dan fotografer. Bagi yang berminat menghubungi Sdr. Tyo (HP: 081328130513)
20. SEPUTAR PAROKI 1
Pemberkatan dan Penyalaan
LILIN ADVEN
Sabtu, 29 November 2014
MERRY CHRISTMAS & HAPPY NEW YEAR 2015
DRIVING STEEL PIPE PILE DIA. 1422MM X T 22MM X 55M IN ONE LIFT
HEAVY LIFT 300 TON CAPACITY
BAKTI SOSIAL
LEGIO MARIA
KE ATMABRATA, CILINCING
Sabtu, 6 Desember 2014
23. SEPUTAR PAROKI 1
Melayani dengan dan karena kasih
PSE
A
pa itu kasih? Kasih itu
begitu agung dan besar. Ia
tidak pernah akan habis
untuk dibahas dan dihidupi; tiada
habis dan kering untuk ditimba.
Karena kasih adalah Allah sendiri.
Dan yang pasti, kasih Allah kepada
kita tiada berkesudahan. Menyadari
akan kasih Allah kepada kami
dan keluarga sehingga kami dapat
memberi pelayanan bagi sesama
yang benar-benar membutuhkan
dengan sepenuh hati dan gembira,
merupakan pengalaman iman
yang paling berkesan selama kami
dalam pelayanan di PSE. Itulah
salah satu poin permenungan yang
muncul dalam acara rekoleksi
PSE yang diadakan pada tanggal
11 November 2014, di Jl. Taman
Bukit Hijau nomor 27, Pondok
Indah, Jakarta Selatan. Rekoleksi
yang dibimbing oleh Romo Martin
van Ooij, SCJ ini mengambil tema:
Melayani dengan dan karena
Kasih bersama PSE.
Diawali dengan doa pembukaan
yang dipimpin oleh Ibu Christina,
pembimbing rekoleksi mengajukan
beberapa pertanyaan untuk
direnungkan. Pertama, kami
diundang untuk perasaanperasaan yang muncul selama
kami memberikan pelayanan
kepada umat. Dari sharing bisa
disimpulkan bahwa perasaan yang
dominan muncul dalam pengalaman
pelayanan adalah perasaan
bersyukur. Kami bersyukur karena
mendapatkan kesempatan untuk
melayani dalam wadah PSE
sehingga kami merasa bahagia
dapat menyumbang tenaga dan
waktu luang kami untuk membantu
umat yang memerlukan bantuan.
Kami juga bersyukur karena
kami mempunyai kesempatan
untuk mengasah hati nurani kami
dengan ikut berbela rasa sehingga
kami bisa lebih bersyukur bahwa
kehidupan kami lebih baik atas
kasih Tuhan.
Dibalik rasa syukur dan bahagia
di dalam pelayanan, tentunya kami
juga menemui banyak kesulitan.
Tetapi kesulitan tidak menjadi
alasan bagi kami untuk berhenti
dalam pelayanan. Berikut ini halhal yang membuat kami berat
dalam pelayanan, namun kami
ingin berusaha setia dan berjuang
untuk mengatasinya. Pertama,
untuk dapat memberikan pelayanan
secara maksimal dan efektif,
PSE itu melayani dengan dasar
tata tertib yang harus dipenuhi.
Namun terkadang umat kurang
cooperative, terutama jika kami
memberi penjelasan-penjelasan
yang sifatnya tidak menguntungkan
mereka. Kedua, tim PSE terdiri
dari beberapa anggota yang setiap
anggota mempunyai sikap dan
karakter yang berbeda sehingga
tidak mudah menyatukan pendapat,
meskipun pada akhirnya dengan
24
mufakat dapat dilalui hingga
menjadi tim yang solid. Tantangan
yang terberat adalah menjaga
team work tanpa menghilangkan
ego pribadi dan mengedepankan
kasih sebagai pondasi segalanya.
Kasihlah yang menyatukan kami
yang berbeda-beda ini dank arena
kasihlah kami ingin berbuat sesuatu
bagi yang lain, terutama yang
membutuhkan.
Meskipun berat dengan berbagai
kendala, kami tetap pantas merasa
bersyukur dengan adanya banyak
dukungan dan kepercayaan.
Pembimbing rekoleksi mengarahkan
kami untuk melihat orang-orang
yang secara langsung maupun
tidak langsung ikut mendukung
dan meringankan tugas dan
panggilan pelayanan ini. Salah
satu pendukung yang tidak boleh
diabaikan dalam hal ini adalah
peranan suami. Suami kami selalu
memberi ijin dan mendukung
sepenuhnya kerja sosial ini,
walaupun kadang-kadang menyita
waktu di hari Sabtu dan Minggu
untuk kegiatan bakti sosial.
Bagaimana relasi antara PSE
dan umat? Pertanyaan reflektif
ini tentunya juga penting untuk
melihat sejauh mana PSE dikenal
dan diterima ditengah umat. Aneh
rasanya bila relasi antar keduanya
jauh atau bahkan tidak ada relasi
sama sekali, karena PSE ini ada
maksudnya untuk membantu umat
agar dapat semakin menghayati
iman yang hidup, khususnya
panggilan untuk saling berbagi
dan membantu. Sejauh ini, kami
mengusahakan relasi yang erat
dengan saling mendukung jika
ada kegiatan-kegiatan. Kami juga
saling memberi informasi bila
terjadi bencana/kejadian yang perlu
bantuan PSE.
Puncaknya, kami diundang
untuk merenungkan apakah kami
(anggota PSE) merasa puas dengan
pelayanan di PSE? Pertanyaan
yang sekiranya “berbahaya,” bisabisa mengarahkan kita kepada
status sebagai pekerja sosial yang
profesional saja, padahal kita
adalah sekumpulan umat beriman
yang melulu memberikan pelayanan
demi iman yang hidup! Kami
sepenuhnya menyadari, bahwa
pelayanan di PSE sama sekali
bukan untuk mencari kepuasan
pribadi atau manusiawi. Pelayanan
ini karena kasih dan dengan kasih.
Dan kasih itu adalah Tuhan sendiri;
Yesus Kristus. Maka ukurannya
bukan kepada kepuasan kita,
melainkan kemuliaan Tuhan yang
lebih besar. Dengan dasar itu, kami
menjawab bahwa kami tidak akan
pernah puas di dalam pelayanan.
Seandainya pun kami memperoleh
kebahagiaan dan respon yang baik
selama dalam pelayanan, kami
harus mempersembahkan semuanya
itu kepada Tuhan. Dengan ini, kami
menyadari bahwa kami hanyalah
sekedar alat-alatNya untuk berbagi
kasih, dengan kasih dan karena
kasih.
Kesadaran itu menutup rekoleksi
dan semoga selalu dihidupi
oleh setiap anggota PSE dalam
tuga pelayanannya. Di samping
bermenung dan berdoa bersama
dalam bentuk rekoleksi, kami juga
memberikan informasi kepada
kepada Romo Martin beberapa
program yang kami lakukan. Baik
pula dituliskan kembali, supaya
umat juga semakin mengenal
program-program pelayanan ini,
antara lain Bakti Sosial Operasi
Katarak, donor Darah bagi umat
paroki St Stefanus, Aksi Paskah
dan Aksi Natal bagi umat paroki
St. Stefanus, Bingkisan Lebaran
bagi warga yang kurang mampu
di sekitar Lingkungan paroki,
mengedarkan amplop dalam
rangka Hari Pangan Sedunia dan
mengadakan pemeriksaan tekanan
darah, gula darah, asam urat,
kolesterol, kepadatan tulang dan
konsultasi dokter gratis.
Dengan semua program itu,
kami ingin terus berusaha untuk
memberikan diri semampunya demi
untuk kemuliaan Tuhan. Kami
hanya berharap bahwa dengan
berkarya dalam ladang Tuhan,
dengan segala kelebihan dan
kekurangan, semoga Tuhan sendiri
yang akan melengkapi kekurangan
kami. Berkat Tuhan untuk segala
perjuangan, kami hunjukkan
kepada Tuhan dalam perayaan
Ekaristi, yang menutup rekoleksi
ini, pada pukul 15:30. Tuhan
memberkati kita sekalian.***
SEPUTAR PAROKI
MISA HUP
St. Stefanus
Sabtu, 29 November 2014
27. SEPUTAR PAROKI 2
Percaya pada Yesus
dan Peduli pada Sesama
(Seminar Ekaristi Wilayah IV)
Iwan Odananto
S
esuai dengan arahan Sie
Katekese Dewan Paroki
St. Stefanus Cilandak,
setiap wilayah di paroki ini
diminta untuk menyelenggarakan
Seminar Ekaristi dengan
harapan agar umat semakin
memahami makna Ekaristi yang
sesungguhnya sehingga mereka
dapat meghasilkan buah yang
baik, nyata dan tetap. Perlu
diingat kembali bahwa Ekaristi
adalah sumber dan puncak
hidup Kristiani. Di samping itu
Gereja juga mengajarkan bahwa
dari tujuh Sakramen yang ada,
Ekaristi adalah Sakramen yang
utama dan menjadi pusat bagi
sakramen-sakramen laiinya.
Wilayah II sangat beruntung
mendapat waktu dan kesempatan
untuk menerima pengajaran
dari Rm. Alex Dirdjo, SJ. Beliau
adalah seorang imam Yesuit
yang sarat pengalaman, antara
lain dalam hal bimbingan rohani
meditasi-kontemplasi. Usianya
telah mencapai 76 tahun dan
telah ditahbiskan menjadi imam
sejak 44 tahun yang lalu, lebih
dari separuh usianya, oleh
Kardinal Yustinus Darmojuwono
dan Mgr. Leo Soekoto. Beberapa
dari penugasan yang pernah
beliau terima antara lain sebagai
pendamping tahanan politik di P.
Buru, penghubung Gereja Timor
Leste dengan KWI, pimpinan
Seminari Tinggi KAJ (selama 15
tahun) dan pembimbing rohani
di Seminari Tinggi Pematang
Siantar untuk frater-frater
diosesan dari enam keuskupan di
Sumatra. Saat ini beliau bertugas
sebagai pastor rekan di Paroki
Yohanes Penginjil, Blok B.
Seminar Ekaristi Wilayah
II diadakan pada hari Sabtu,
28
29 November 2014, mulai pukul
09:00–14:00 dan dihadiri oleh sekitar
setidaknya 65 peserta baik dari
Wilayah II, umat paroki Stefanus di
luar Wilayah II, serta beberapa umat
dari Paroki St. Yohanes Penginjil
Blok B dan St. Matias Cinere. Acara
dibuka oleh Rm. Paulus Setiadi,
SCJ yang memberikan sambutan
singkat sekaligus memimpin doa
pembukaan. Rm. Alex Dirdjo
membagi seminar ini menjadi
dua sesi, masing-masing bertema:
“Semangat Ekaristi: percaya pada
Yesus dan peduli pada sesama” dan
“Semangat Ekaristi: berbagi berkat
pada sesama.”
Rm. Alex Dirdjo mengawali
pengajarannya dengan
mengingatkan kita bahwa perayaan
Ekaristi diadakan untuk manusia,
antara lain agar manusia menjadi
manusiawi terhadap sesamanya.
Hanya dengan menjadi manusiawi
kepada sesama maka Ekaristi
dapat benar-benar menjadi milik
kita. Dalam konteks ini beliau
menggunakan kisah Perkawinan
di Kana (Yoh 2:1-11) sebagai
landasan. Melalui kisah tersebut
Romo menunjukkan betapa Maria
adalah sosok yang sungguh ekaristis,
yaitu mempunyai kepedulian dan
kepekaan terhadap situasi yang
sedang dialami oleh sesamanya. Hal
itu dimungkinkan karena Maria
memelihara sikap batin yang bersifat
kontemplatif, yaitu selalu melihat
segala sesuatu dengan mata batin
sehingga mampu mendengar serta
mengerti kehendak Allah. Untuk itu
batin kita harus selalu hening sebab
keheningan adalah bahasa Allah.
Tanpa keheningan batin mustahil
kita dapat menangkap kehendak
Allah.
Sesi pertama berlangsung selama
75 menit dan selama mengajar,
Romo Alex Dirdjo selalu berdiri dan
penuh semangat. Suatu hal yang
sangat luar biasa bagi orang yang
sudah lanjut usia. Dua pesan penting
yang ingin disampaikan dalam sesi
ini adalah 1) Roh/semangat Ekaristi
akan memampukan kita untuk
yakin dan percaya penuh bahwa
Yesus mau dan mampu menolong
kita, 2) Roh/semangat Ekaristi
memampukan kita untuk peduli
dan peka pada kesusahan serta
kesulitan sesama, sebagaimana
telah diteladankan oleh Bunda
Maria. Dengan membangun dua
sikap tersebut maka Ekaristi
dapat benar-benar menjadi milik
kita.
Sesi kedua menggunakan
perumpamaan tentang talenta
(Mat 25: 14-30) sebagai landasan
untuk menjelaskan bahwa pada
hakekatnya Ekaristi adalah
undangan untuk berbagi dengan
penuh rasa syukur. Melalui
perumpamaan tersebut kita
juga dapat memahami bahwa
Allah itu sungguh Maha Besar
namun Ia menghargai halhal kecil dalam hidup kita
sehingga walaupun kita hanya
memiliki satu talenta tetap harus
dibagikan kepada sesama. Itulah
arti berbuah yang baik dan tetap
sebagaimana dikehendaki oleh
Allah.
Dalam sesi ini Romo Alex
Dirdjo tetap tampil dengan
sepenuh hati sehingga para
peserta juga sangat antusias
mendengarkan pengajarannya.
Beliau juga menjelaskan bahwa
cara pengajarannya adalah
meditasi Kitab Suci dengan
menggunakan metode dialogis
yang digagas oleh Kardinal
Carlo Martini (Uskup Agung
Milan) ketika masih menjadi
Rektor Universitas Biblicum di
Roma, sebuah perguruan tinggi
Kitab Suci yang paling bergengsi
di dunia. Dengan metode ini,
pengajaran yang disampaikan
memang menjadi lebih menarik,
lebih mudah dipahami dan
gampang diingat pesan-pesan
utamanya.
Akhirnya Perayaan Ekaristi
menutup rangkaian acara yang
telah berjalan selama tiga
jam namun tidak melelahkan
ataupun membosankan. Dalam
homilinya, Romo Alex Dirdjo
mengajak kita untuk berjagajaga dengan penuh harap serta
kerinduan karena yang kita
nantikan adalah kedatangan
Yesus penyelamat kita, bukan
berjaga-jaga dengan rasa waswas karena mau kedatangan
pencuri. Di samping itu Romo
juga mengingatkan bahwa
pengembangan talenta kita
hendaknya dimulai dari
pengamatan atas diri sendiri.
Artinya kita mengenali apa
saja bakat-bakat maupun cacat
kita. Berkat digunakan supaya
kita hidup, sedangkan cacat
kekurangan kita hendaknya
justru membuat kita menjadi
rendah hati. Dengan demikian
cacat kekurangan dapat
menjadi semacam “anugerah”
kerendahan-hati.
Dalam hal kerendahan-hati,
kita dapat belajar dari tanah
maupun air. Tanah selalu
menerima sampah (organik)
apa saja yang dibuang atasnya,
yang kemudian diolah menjadi
pupuk yang berguna untuk
menyuburkan tanaman.
Demikian juga kita dapat
belajar dari air yang sifatnya
selalu mencari tempat yang
lebih rendah. Bila kita dapat
mengelola bakat dan cacat
kekurangan kita dengan baik
dan benar sesuai bimbingan
Allah, maka keduanya menjadi
talenta yang memampukan kita
berubah dan berbuah, sesuai
dengan kehendak-Nya.
Perayaan Ekaristi berakhir
pada pukul 13.00, kemudian
dilanjutkan dengan ucapan
terima kasih yang disampaikan
oleh Bapak AB Soetarno
sebagai Ketua Wilayah II.
Beberapa peserta mendapat
hadiah door prize dan setelah
itu seluruh peserta melakukan
santap siang bersama-sama,
demikian juga dengan Romo
Alex Dirdjo dan Ketua Seksie
Katekese Bapak Pius Suwardi.
Keseluruhan rangkaian acara
berakhir pukul 14.00. Seminar
ini berjalan dengan tertib, baik
dan lancar. Syukur kepada
Allah!***
Rapat Dewan Paroki
St. Stefanus
Sabtu, 22 November 2014
FAX (021) 520-8055
31. ORBITAN LEPAS 1
Memaknai Arti
KURSUS EVANGELISASI PRIBADI
Nugroho Jati
Apa itu KEP?
Apakah KEP merupakan
pendalaman kitab suci? Lalu
Mengapa sebagai umat saya
perlu evangelisasi? Atau lebih
ekstrem apa urusannya saya
dengan evangelisasi , bukankah
itu tugas imam dan biarawan
atau biarawati yang memiliki
panggilan untuk itu?
Pada prinsipnya KEP
merupakan modul pengajaran
praktis dalam pewartaan Injil oleh
umat (awam) yang dimulai dari
diri kita sendiri.
Saya umat awam apa perlu KEP?
Pada awal mengikuti KEP,
saya masih bertanya dalam hati
mengapa umat dilibatkan dalam
pewartaan Injil (evangelisasi) ?
Sebagai salah satu umat Katolik
selama ini saya merasa di nina
bobok dengan kehidupan rohani
yang formalitas saja. Saya tidak
terpikir sedikitpun bahwa amanat
pewartaan Injil ternyata bukan
hanya tugas para imam, biarawan
atau biarawati namun juga
merupakan tugas dari umat yang
merupakan bagian dari tubuh
Gereja.
Darimana amanat pewartaan
tersebut?
Kristus sendiri sebagai figur
sentral Gereja telah memberikan
teladan dan selanjutnya
mengamanatkan kewajiban
pewartaan Injil melalui muridmuridNya yang kemudian terus
berlangsung selama berabadabad hingga kini. Gereja dalam
mengemban pewartaan Injil
dituntut mampu menghadapi
dinamika dan tantangan
perkembangan zaman. Sehingga
apabila kewajiban pewartaan
tugasnya diserahkan kepada para
imam, biarawan atau biarawati
saja dengan tidak melibatkan
umat akan membuat pewartaan
Injil semakin lambat dan bahkan
tergilas oleh budaya-budaya
modern yang dapat menjauhkan
relasi kita, generasi muda dan
juga anak-anak kita kelak dari
Tuhan.
Sehingga tidak mengherankan
apabila Tuhan hanya hidup
dalam doa kita saja namun kita
tidak melibatkan diriNya dalam
pekerjaan kita atau pelayanan
kita. Gereja menjadi ritual formal
saja tanpa ada keinginan dari
kita untuk berkontribusi apapun
terhadap Gereja yang selama
ini telah memberi kontribusi
kehidupan dan pertumbuhan
iman, pelayanan kesehatan,
pendidikan dan sebagainya.
Tantangan Gereja dan kewajiban
pewartaan Injil
Rasio jumlah para imam dan
umat yang sangat berbeda jauh
mengharuskan Gereja beradaptasi
dalam mempertahankan
amanat agung pewartaan Injil
dari Kristus. Gereja tidak lagi
memandang pewartaan Injil
adalah sebuah pilihan namun
merupakan kewajiban Gereja dan
umat yang merupakan bagian
dari tubuh Gereja yang harus
dilibatkan dalam pewartaan Injil
semua ini demi mempertahankan
amanat Kristus yang telah
memerintahkan kita untuk pergi,
menjadikan seluruh bangsa murid
Kristus, membaptis, mengajari
mereka dan percaya bahwa
Kristus senantiasa menyertai kita
hingga akhir zaman.
Mengapa KEP?
KEP bertujuan melibatkan
umat untuk ambil bagian secara
aktif dalam proses pewartaan Injil
dari Gereja yang ribuan tahun
lalu telah dilakukan Kristus
32
sendiri, murid-muridNya, serta
umat Kristen awal.
Lebih jauh KEP memberikan
metode serta cara yang tepat
untuk memulai pewartaan Injil
yang dimulai dari diri sendiri
dan secara bertahap kemudian
diarahkan mencapai tujuan
pewartaan Injil. Peserta di sini
juga dimotivasi untuk mulai
mengenali umat di lingkungannya
yang kurang terlibat atau justru
telah secara total tidak lagi
menganggap kegiatan Gereja
adalah suatu prioritas yang
penting. Peserta juga didorong
untuk melakukan sharing iman
kepada peserta lain, tidak perduli
sesederhana apapun pengalaman
iman kita hal itu akan membantu
orang lain untuk mengetahui
dan mengenali pekerjaan Tuhan
dalam hidup kita.
Apakah saya pantas? Saya jarang
membaca dan tidak hafal isi Injil?
Injil adalah surat cinta Allah
kepada manusia yang merupakan
ciptaanNya yang paling berharga.
Mendengar firman Tuhan
adalah bagian dari upaya kita
membangun relasi yang akrab
dengan Tuhan. KEP memberikan
panduan praktis menggunakan
firman Tuhan dalam kehidupan
sehari –hari kepada para peserta
dan mengimplemantasikannya
dalam tugas pewartaan Injil
sehari hari.
Tidak ada yang perlu dihafal,
tapi saya yakin kita memiliki
firman-firman favorit yang dapat
menguatkan kita dalam menjalani
kehidupan. Iman tumbuh dari
pendengaran kita akan firman
Tuhan.
Apabila Tuhan mencari orang
yang sempurna hidupnya untuk
menanggapi panggilanNya, maka
Tuhan akan berakhir sendirian,
sebab tidak ada manusia yang
sempurna.
Apakah pengajarannya
membosankan?
KEP telah dirancang
sedemikian baik dengan tujuan
baik, tentu tidak akan mencapai
33. ORBITAN LEPAS 2
hasil maksimal apabila tidak
didukung tenaga pengajar yang
mumpuni di bidangnya. Hampir
semua pengajar KEP adalah
individu yang tidak hanya
memiliki pengetahuan yang baik,
tapi juga mampu membagikan
ilmu kepada perserta dengan cara
menyenangkan. Mereka adalah
orang-orang yang telah mengalami
pasang surut perubahan hidup
dan kini dipakai Tuhan untuk
berbagi pengalaman hidup dalam
suka cita Tuhan.
Membalas Sapa
Bunda Maria
Maria Fabiola Hanindita
sore itu. Bunda Maria Penolong Abadi,
doakanlah kami,..
Apa manfaat KEP?
Manfaat yang dirasakan
peserta KEP tentu berbedabeda. Namun secara umum kami
peserta KEP merasakan suka
cita Tuhan yang terefleksi dalam
perubahan kehidupan kita sehari
hari. Hampir sebagian besar
yang merasakan perubahan
peserta KEP justru orang-orang
sekelilingnya seperti pasangan,
anak, kolega di kantor bahkan
juga teman-teman dalam
pergaulan sosial kita. Saya dan
anak saya menjadi peserta KEP,
namun perubahan yang dirasakan
pegawai kantor adalah saya tetap
bersuka cita sekalipun kondisi
kantor saya sedang buruk.
Adapun perubahan yang terjadi
pada anak saya justru dirasakan
oleh teman-temannya. Dia
menjadi sangat sabar dan mau
berempati serta membantu temantemannya yang kesulitan dalam
kegiatan belajar.
Dan demikianlah tujuan KEP
adalah menjadikan diri kita
lebih baik, sebab pewartaan Injil
terbaik adalah melalui tingkah
laku kita dalam membangun
relasi dengan sesama. Relasi
dengan Tuhan yang akrab akan
terefleksi dalam relasi kita kepada
orang-orang di sekitar kita. Kita
akan menjadi taat kepada Tuhan
karena kita mengasihi Dia yang
telah terlebih dahulu mengasihi
kita.***
S
uatu sore di bulan Oktober,
bulan Maria.. Saya melangkah
mantap menuju gereja. Sebuah
niat telah membulat di hati setelah
berkali-kali liturgi rutin di bulan
Maria lewat bak angin lalu. Kali ini
tekad itu terbungkus kuat. Mungkin
permintaan dari orang tercinta untuk
mendoakannya bagi terselesaikannya
sebuah perkara yang sulit menjadi
booster yang memberi kekuatan. Dan
begitulah..Di sore yang hangat itu,
tiba-tiba saya sudah berdiri di hadapan
pintu gereja. Pandangan saya menyapu
bagian dalam yang tidak penuh,
tapi juga tidak sepi. Segera saya
mengambil air suci, membuat tanda
salib, melangkah perlahan ke dalam,
dan memilih tempat yang agak lowong.
Saya selalu senang suasana gereja
di luar hari Minggu yang biasanya
penuh sesak dengan manusia. Suasana
yang jauh dari hingar bingar, sanggup
mengantar kepada kekhusyukan.
Keheningan batin pun menyapa saat
saya berlutut, menundukkan kepala,
memejamkan mata, mempersiapkan
hati, merasakan kehadiran Tuhan
di dalam diri serta menyapa Bunda
Maria yang menjadi ‘nyonya rumah’
Novena Bunda Maria Penolong
Abadi yang dimulai hari itu, diawali
dengan doa Rosario bersama. Ah
untung saja saya selalu membawa
rosario mungil di dalam dompet.
Rasanya sudah lama sekali saya
tidak mengeluarkannya (apalagi
menggunakannya). Rosario mungil
keperakan itu tersimpan di dalam
sebuah wadah berbentuk oval
keperakan. Besarnya lebih kecil
dari koin perak 500an sehingga bisa
‘berenang’ bersama uang recehan di
bagian dalam dompet. Selalu berpindah
saat saya berganti dompet dan ikut
kemana pun saya pergi, dan tentu
saja,jarang saya gunakan sesuai
fungsinya (ooops).. Sepertinya saya
lebih memperlakukan kalung panjang
dengan butiran manik berbandulkan
salib Yesus yang seyogyanya untuk
berdoa itu sebagai ‘jimat’. Entah,
rasanya aman dan nyaman saja
‘menenteng’ rosario kemana-mana,
apalagi rosario ini sudah diberkati.
Tapi, membuka rosario itu untuk
berdoa, jujur saja, bisa dihitung dengan
jari tangan.
Saya memang bukan seorang
yang religius, meskipun saya percaya
penuh kepada Allah Bapa Yang Maha
Kuasa, Pencipta Langit dan Bumi
dan akan Yesus Kristus putraNya
yang tunggal Tuhan kita. Bagi saya,
beragama adalah soal keyakinan
pribadi, tak perlu gembar gembor, tapi
harus diamalkan dalam perbuatan.
Bukti saya percaya kepadaNya ‘cukup’
dengan memanjatkan doa syukur
atas segala berkat yang diterima,
mendoakan orang-orang tercinta, serta
berusaha hidup seturut ajaran Yesus.
Bahwa saya bukan pendoa yang baik,
mungkin demikianlah kenyataannya.
34
Ke gereja di hari Minggu seringkali
in absentia, apalagi melakukan ritual
agama Katolik yang beragam itu.
Bahkan aktivitas sesederhana berdoa
rosario itu nyaris tidak saya jalankan
dengan rutin. Entah kenapa, jarang
sekali saya berhasil mendaraskan doa
sepanjang itu dengan sukses, bahkan
lebih sering jatuh tertidur. Tak heran
saya lebih memilih melakukannya
bersama-sama dalam kelompok. Seperti
sekarang, saya berharap tidak terlelap
saat doa rosario dimadahkan bersamasama.
Rosario mungil di dalam wadah oval
berukirkan sosok Santa Bernadette
di hadapan Bunda Maria itu kini
telah berada dalam genggaman saya.
Duh, apa kabar nih bunda Maria?
Lama tak menyapanya. Saya pun
membukanya dengan hati-hati dan
mengeluarkannya. Tuh kan betul..
rosario mungil itu terlilit-lilit,nyaris
bunded sehingga saya harus
mengurainya perlahan-lahan kalau
tidak ingin lilitah itu semakin parah
dan malah membuatnya menjadi
benar-benar bunded. Fiuh..ujian
kesabaran untuk mengikuti novena pun
dimulai dari awal sekali sepertinya.
Untung kekuatan niat membantu
memperpanjang urat kesabaran.
Rosario mungil hasil perburuan saya
di Lourdes 12 tahun yang lalu itu pun
terurai dan kembali ke bentuknya
tepat saat doa Aku Percaya mulai
didaraskan.
Tiba-tiba terlintas begitu
saja untuk mempraktekkan tehnik
meditasi yang pernah saya pelajari.
Mata terpejam, memusatkan bola
mata kepada cakra mahkota yang
terletak di kening, di antara kedua
alis. Konsentrasi. Saya fokuskan
pikiran dan hati pada doa yang
mengalun lembut, dibawakan oleh
pemimpin ibadat. Telinga saya tetap
mendengar doa-doa yang didaraskan,
dan setiap kata dalam doa itu saya
ikuti dalam hati. Sejenak kemudian,
saya merasakan adanya energi yang
mengalir ke setiap sudut raga saya.
Seperti barisan semut berjalan di
dalam tubuh, berpindah-pindah. Rasa
yang sama setiap kali saya melakukan
meditasi dalam hening, tanpa objek.
Nyaman sekali.
Meditasi, berdoa, pada intinya
sama. Membangkitkan kesadaran
diri dengan cara menurunkan
gelombang otak sehingga kita merasa
rileks. Rileks namun tetap berada
di alam kesadaran sehingga kita
bisa tersambung dengan energi
alam semesta, ‘energi Ilahi’. Dengan
berfokus, kita akan mencapai
titik kesadaran serta tersambung
dengan frekuensi Ilahi. Maka doa
akan terkirim ke Sang Pencipta dan
terkabul. Di dalam bahasa agama,
meyakini doa-doa kita terkirim
dan percaya bahwa doa kita akan
dikabulkan oleh Bapa Yang Maha
Kuasa kita sebut dengan meng-IMAN-i.
Selesai rosario dan novena
di hari pertama, aneh..saya merasa
bersemangat sekali. Hati rasanya
terbuka dan pikiran enteng. Keesokan
harinya, tak sabar rasanya menunggu
sore agar bisa segera pergi ke
gereja dan mendaraskan rosario
kembali. Selama 9 hari berturutturut, saya merasakan kegembiraan
ber‘reuni’ dengan Bunda Maria. Tapi
‘perjumpaan’ kali ini lebih intens dan
memberi pemahaman baru. Kesadaran
demi kesadaran untuk mengimani
Bunda Maria semakin sesak mengisi
batin saya.
Lho? Memangnya selama ini tidak
mengimani? Jadi begini. Beberapa
tahun terakhir, semakin usia
bertambah (maksudnya semakin tua),
logika saya ini lebih sering bermain,
nyaris mengalahkan intuisi dan
gerakan hati. Melihat betapa Bunda
Maria dihormati oleh umat Katolik
(bahkan kadang berlebihan menurut
saya), sempat saya beranggapan,
Bunda Maria kok dipuja puji seperti
Tuhan? Saya jadi bingung setiap kali
berdoa kepada Bunda Maria. Rasanya
jadi menduakan Tuhan. (Bapa? Bunda?
Bapa?Bunda? Yesus..Roh Kudus....
haduuuh... Sulit kali Tritunggal ini...
seolah banyak sekali rantingnya)..
Pada-hal dulu sekali, saat saya bisa
me-nerimanya sebagai dogma, saya
bisa mengimaninya begitu saja dan
merasakan terkabulnya novena2 saya,
baik novena 3 Salam Maria, Hati
Kudus Yesus maupun novena Roh
Kudus.
Mungkin berbagai pengalaman
hidup, maraknya pengetahuan baru
serta melihat banyak peristiwa, telah
menciptakan banyak pertanyaan
di benak saya tentang keberadaan
Tuhan, konsep agama, dogma-dogma
dan sebagainya. Sehingga saya pun
mulai menjadi seperti Santo Thomas
yang tidak percaya bila tidak melihat.
Akibatnya, saya mulai merasionalkan
berbagai hal yang kadangkala tak
bisa dijabarkan dengan logika. Saya
juga belum menemukan jawaban
yang memuaskan batin terhadap
pertanyaan-pertanyaan yang
berkecamuk. Termasuk peran Bunda
Maria yang sangat dimuliakan di
Gereja Katolik. Tiba-tiba saja saya
mempertanyakan bagaimana cara
Bunda Maria membantu kita hingga
doa kita terkabul. Kata orang, tidak
usah dipikir, percaya saja. Nah di
sinilah masalahnya. Saya gagal terus
untuk tidak berpikir. Setiap berdoa,
pikiran saya meloncat-loncat, mencoba
menjauhkan perasaan menduakan
Tuhan setiap kali memohon
pertolongan dari Bunda Maria. Tidak
heran saya sulit untuk pasrah setiap
kali melakukan novena ataupun doa
rosario karena semua saya hubungkan
dengan logika. Ah,andaikan jalan
pikiran ini berjalan sesederhana dulu.
Pasti semuanya akan lebih mudah
diterima.
Akhirnya saya menyerah dan
membiarkan semuanya mengalir,
tidak memaksakan diri dan tidak juga
mencari tahu lebih dalam. Intinya,
pada akhirnya saya menyapa Bunda
Maria tidak dengan tulus dan hikmat.
Hingga keajaiban terjadi di novena
kemarin. Kegiatan rutin berfokus
selama 9 hari itu tiba-tiba saja memberi
pemahaman yang lebih terang tanpa
penjelasan yang berbelit, tidak melalui
kothbah Romo atau literatur apa pun.
Murni pemahaman yang menyusup
secara ajaib ke ruang batin saya. Kali
ini, saya tidak memikirkan keajaiban
itu namun bisa menerimanya begitu
saja tanpa embel-embel pertanyaan
kenapa begini kenapa begitu. Aneh
kan?
Anggaplah ini mukjizat, karena
saya bisa kembali kepada pemahaman
awal tentang peng-hormatan kepada
Bunda Maria dengan begitu saja.
Pemikiran yang sederhana tiba-tiba
saja menyeruak. Bunda Maria itu
mendoakan kita. Membantu kita
berdoa. Seper-ti layaknya seorang Ibu
35. SANTO SANTA
yang mendoakan anaknya. Seperti dulu
saya minta didoakan oleh Ibu saya
agar urusan saya lancar. Seperti saya
mendoakan anak saya agar senantiasa
diberi keselamatan. Seperti anak saya
yang percaya nilai ulangannya bagus
karena dibantu doa ibunya. Seperti
saya percaya, orang tua saya yang kini
sudah di surga, masih bisa mendoakan
saya yang masih berziarah di bumi ini.
Sesederhana itu. Astaga. kenapa ya
saya suka ribet sendiri? Kemanaaaa
pikiran sederhana itu kabur dari benak
saya selama ini..? Bila almarhum bapak
ibu saya bisa mendoakan dari surga,
apalagi Bunda Maria yang Bundanya
Tuhan, Sang Ratu Surgawi?
Ada gunanya juga ternyata saya
berlatih meditasi. Dengan belajar
fokus dan konsentrasi, cahaya kesadaran telah mengantar saya pada
situasi kontemplasi, situasi yang
memungkinkan saya berdialog de-ngan
batin hingga akhirnya saya mampu
merasakan Roh Kudus be-kerja di
dalam diri dan mendengar ‘sapaan’
Bunda Maria, yang (sebe-narnya)
selalu mendampingi. Yah, mengimani
memang hanya butuh percaya dan
ikhlas.
Efek yang lebih ajaib setelah novena
berakhir, saya kangen berdoa rosario.
Saya rindu dengan perasaan nyaman
yang memeluk saya setiap kali saya
berkonsentrasi dan melantunkan doadoa lewat butiran manik di kalung
rosario. Saya membayangkan, duduk
ber-sisian dengan Bunda Maria dan ia
membantu doa saya. Pemahaman dan
visualisasi itu memberi kenyamanan
dan akhirnya memudahkan saya untuk
percaya dan ikhlas.
Saya merasakan hikmat Tuhan
yang luar biasa melalui kejadian ini.
Dan rasanya hikmat itu harus saya
bagikan kepada saudara-saudari
seiman yang mungkin mengalami
keraguan seperti saya, melalui
testimoni yang saya tulis di sini.
Layaknya seorang ibu yang selalu
menyebut nama anaknya di dalam
doa, saya percaya, ‘diam-diam’ Bunda
Maria selalu mendoakan meski saya
tak ‘menyapanya’. Ajaib sekali jika kini
saya mampu mendaraskan rosario di
waktu seng-gang saya, setiap hari. Dan
kali ini, tidak lagi terlelap meskipun
saya melakukannya sendirian.***
Santo
Youssef
Makhlouf
(24 Desember)
Bagaimanakah jika aku
meneladani semangat
doa yang dimiliki St
Sharbel?
Y
oussef Makhlouf dilahirkan
pada tanggal 8 Mei 1828 di
sebuah desa di pegunungan di
Libanon. Hidupnya biasa-biasa saja.
Youssef belajar di sebuah sekolah
kecil di sana dan ikut ambil bagian
dalam kegiatan di gereja paroki. Ia
mencintai Bunda Maria dan ia suka
berdoa. Ia mempunyai dua orang
paman yang adalah biarawan. Meski
Youssef tidak mengatakan kepada
seorang pun, ia berdoa kepada Bunda
Maria memohon bantuannya agar
diperkenankan menjadi seorang
biarawan. Orangtua Youssef
menghendakinya untuk menikah.
Ada seorang gadis yang amat baik
di dusun itu yang cocok dijadikan
sebagai isteri ideal baginya, begitulah
pikir mereka. Tetapi Youssef yakin
bahwa itulah saat untuk mengikuti
panggilannya menjadi seorang
biarawan. Ia menggabungkan diri
dalam Biara Bunda Maria dalam usia
duapuluh tiga tahun. Ia mengambil
nama Sharbel, seturut nama seorang
martir kuno. Ia mengucapkan
kaulnya pada tahun 1853 dalam
usia duapuluh lima tahun. Sharbel
mengikuti pendidikan calon imam
dan ditahbiskan pada tahun 1858.
Ia tinggal di Biara St Maron selama
enambelas tahun.
Pastor Sharbel adalah seorang
yang khusuk, yang kecintaannya pada
doa menjadi cirinya yang menonjol.
Dari waktu ke waktu ia akan
mengundurkan diri ke pertapaan
milik ordo untuk menikmati doa-doa
yang lebih mendalam. Duapuluh tiga
tahun terakhir hidupnya, dilewatkan
Sharbel dalam keheningan pertapaan.
Ia memilih untuk mengamalkan hidup
yang amat keras. Ia bermatiraga,
makan sedikit, tidur di lantai yang
keras, dan menghabiskan berjam-jam
lamanya dalam doa. Tahun-tahun
berlalu dan Sharbel menjadi seorang
yang sepenuhnya mengasihi Yesus.
Kemudian, sementara ia sedang
merayakan Misa pada tanggal 16
Desember 1898, saat konsekrasi, ia
terserang stroke. Sharbel terbaring
tak berdaya delapan hari lamanya,
dan wafat pada tanggal 24 Desember
1898.
Mukjizat-mukjizat mulai terjadi
di makam biarawan yang kudus ini.
Sebagian dari mukjizat-mukjizat
tersebut diterima sebagai prasyarat
untuk memaklumkan Sharbel
sebagai “beato” dan kemudian
“santo”. Pater Sharbel dimaklumkan
sebagai santo oleh Paus Paulus VI
pada tanggal 9 Oktober 1977. Paus
menjelaskan bahwa St Sharbel
dengan cara hidupnya mengajarkan
kepada kita jalan sejati kepada
Tuhan. Beliau mengatakan bahwa
budaya kita memuliakan kekayaan
dan kenikmatan. Tetapi Sharbel,
sebaliknya, mengajarkan kepada
kita melalui teladan hidupnya, nilai
kemiskinan, matiraga dan doa.***
37. ORBITAN LEPAS 3
Menuju Gereja Misioner
Martin van Ooij, SCJ
B
eberapa waktu yang lalu,
saya berlibur di kampung
halaman saya, di negeri
Belanda, dalam rangka merayakan
50 tahun tahbisan saya. Senang
bisa berjumpa dengan sanakfamili, teman dan handai taulan.
Tetapi dibalik kebahagiaan atas
perjumpaan itu, saya prihatin
dengan realita kehidupan
menggereja di sana. Masyarakat
sungguh sudah terkungkung oleh
kekuasaan “allah” yang baru, yakni
“allah” ekonomi (materialisme).
Saya sungguh kuatir, “allah” ini
bisa merobohkan Gereja kita, kalau
kita tidak menyadarinya. Maka
kita sebagai umat Katolik dituntut
untuk lebih aktif dalam kehidupan
Gereja dan dalam kemasyarakatan,
bila perlu dalam politik. Umat
harus melihat tawaran Gereja itu
sebagai kesempatan dan berkat
untuk membangun kesejahteraan
umat di kemudian hari.
Kekuatiran saya ini bukan
tanpa dasar. 50 tahun yang
lalu, sekitar tahun 1963, Gereja
Paroki di kampung halaman saya,
menyediakan lima misa di hari
Minggu, sekarang tidak ada lagi
misa, karena yang datang untuk
misa juga sudah tidak ada lagi.
Banyak gedung gereja ditutup!
Agama dan iman disisihkan;
dianggap sebagai barang usang
yang hanya pantas untuk
dimuseumkan. Generasi muda tidak
diberi pegangan hidup lagi.
Konsekuensinya berat sekali.
Masyarakat, khususnya generasi
muda mulai kehilangan kebutuhan
untuk menambah pengetahuan
agama mereka. Disisi lain, di
sekitar penggantian abad, justru
terjadi sentralisasi kepemimpinan
(hierarki) di dalam Gereja dan
banyak gembala melalaikan
pendampingan umat, terutama
dalam menghadapi era globalisasi.
Dari pengalaman dengan
umat di negeri asal saya tersebut,
saya merasakan dan melihat,
bahwa sebenarnya umat masih
membutuhkan gereja-gereja yang
sedang ditutup oleh Hierarki.
Umat, khususnya di kampung-
kampung tidak rela dan menentang,
tetapi mereka tidak didengarkan
oleh para pemimpin rohani
mereka. Kerinduan mereka akan
kehidupan beribadah bisa terlihat
dari penuhnya acara ziarah Maria
(dalam maupun luar negeri).
Kalau melihat fenomena baru itu,
sepertinya Bunda Maria sedang
berusaha membangkitkan semangat
menggereja umat Katolik di sana.
Bunda Maria ingin menyelamatkan
Gereja. Kabar terakhir yang
lumayan menggembirakan adalah
bahwa Bapa Paus Fransiskus
menghimbau kepada Gereja di
Belanda untuk berhenti menutup
gedung-gedung gereja. Saya berdoa
dan sungguh berharap agar geliat
Bunda Maria dan suara Bapa Paus
didengarkan oleh para uskup.
Dengan melihat realita secara
menyeluruh, saya meyakini
bahwa munculnya dewa ekonomi/
materialisme ini tidaklah
sepenuhnya kesalahan umat
tapi juga pimpinan Gereja yang
kurang peka pada pendampingan
Roh Kudus. Berbahagialah Umat
38
di Keuskupan Agung Jakarta
(KAJ). Saya melihat kepedulian
yang besar dari pimpinan Gereja
dalam pendidikan/ (pendampingan)
dan perkembangan umat yang
intensif dan bermutu, sepertinya
misalnya dengan adanya kegiatan
KEP ini. KAJ cukup menemukan
pemahaman atas tanda-tanda
zaman yang diperlukan untuk
sekarang ini dan juga untuk masa
mendatang.
Kita tahu, secara ekonomi
kemakmuran tidak dirasakan
oleh semua bangsa, bahkan untuk
negara Indonesia, kemakmuran
belum terjadi secara merata.
Terlepas dari persoalan pemerataan
kemakmuran secara material,
sesungguhnya yang paling
dibutuhkan oleh masyarakat kita
adalah penghargaan/cinta satu
sama lain dan dukungan atas nilainilai positif pada tingkat nasional
maupun international. Kita harus
menghargai setiap usaha baik dari
individu/pribadi/perseorangan
maupun kelompok masyarakat dan
juga harus menghormati satu sama
lain. Banyak masalah di masyarakat
ini yang lebih disebabkan oleh
egoisme; yang hanya akan dapat
teratasi dengan sikap membangun
rasa kebersamaan, keadilan dan
kejujuran.
Bagi umat Katolik, inilah ladang
bagi kita untuk ambil peranan.
Kita harus menghadirkan Gereja
di tengah masyarakat. Bukan
terutama untuk meng-katolikkan masyarakat, tetapi berjuang
bersama masyarakat untuk
mengedepankan nilai-nilai cinta,
penghargaan dan perhormatan.
Itulah panggilan missioner Gereja
kita! Gereja Katolik harus berjiwa
missioner, dimana setiap umat
Katolik orang per orang dipanggil
untuk menjadi misionaris cinta
kasih.
Untuk para pimpinan Gereja,
betapa tepat seruan Bapa Paus
Fransiskus kepada para uskup,
para imam dan pemimpin-pemimpin
lingkungan, agar mereka menjadi
gembala yang dekat dengan umat,
menjadi ayah dan saudara. Mereka
diminta untuk menjadi lemah
lembut, sabar dan penuh kasih.
Mereka dituntut untuk tidak
berpikir dan bertindak seolaholah menjadi pangeran. Mereka
harusnya menjadi pribadi yang
tidak ambisius, yang menikahi
Gereja tetapi matanya tertutup
kepada yang lain. Mereka
diharapkan mampu melihat
kawanan dombanya dan memberi
kepercayaan serta melindungi
segala yang dimilikinya, menjaga
umatnya dari bahaya yang
mengancam mereka dan di atas
semua itu membuat iman bercahaya
bagi hati manusia. Semoga mereka
juga dapat mendukung umatnya
dengan kasih dan kesabaran Ilahi
dengan tiga jalan: “Ing ngarso
sung tulodo, ing madya mangun
karso, tut wuri handayani.” Dengan
demikian, dapat memastikan
domba-dombanya tidak ada yang
kesasar. ”Entah sebagai gembala
entah sebagai domba, marilah kita
merayakan Kelahiran Yesus dengan
hati baru untuk tahun 2015.”***
39. PENDIDIKAN
Hasil Evaluasi dan Riwayatmu Kini…
K
urikulum 2013 yang pada
awalnya disebut-sebut
sebagai kurikulum yang
dirancang untuk mempersiapkan
generasi emas dan digadang-gadang
mampu bertahan hingga puluhan
tahun ke depan, tampaknya
saat ini sedang dipertanyakan
keberlangsungannya.
Mendikbud, Anies Baswedan,
setelah mempertimbangkan
rekomendasi Tim Evaluasi
Implementasi Kurikulum 2013
yang dibentuknya, akhirnya
memutuskan 3 (tiga) opsi
terhadap nasib Kurikulum 2013, sebagaimana tercantum
dalam Surat Edaran Nomor: 179342/
MPK/KR/2014 yang ditujukan
untuk seluruh Kepala Sekolah di
Indonesia.
Berikut ini kutipan ketiga opsi
tersebut:
1. Menghentikan pelaksanaan
Kurikulum 2013 di sekolahsekolah yang baru menerapkan
satu semester, yaitu sejak
Tahun Pelajaran 2014/2015.
Sekolah-sekolah ini supaya
kembali menggunakan
Kurikulum 2006. Bagi Ibu/
Bapak kepala sekolah yang
sekolahnya termasuk kategori
ini, mohon persiapkan sekolah
untuk kembali menggunakan
ke sekolah lain di sekitarnya.
Bagi Ibu dan Bapak kepala
sekolah yang sekolahnya
termasuk kategori ini, harap
bersiap untuk menjadi sekolah
pengembangan dan percontohan
Kurikulum 2013. Kami akan
bekerja sama dengan Ibu/
Bapak untuk mematangkan
Kurikulum 2013 sehingga siap
diterapkan secara nasional
dan disebarkan dari sekolah
yang Ibu dan Bapak pimpin
sekarang. Catatan tambahan
untuk poin kedua ini adalah
sekolah yang keberatan menjadi
sekolah pengembangan dan
percontohan Kurikulum 2013,
dengan alasan ketidaksiapan
dan demi kepentingan siswa,
dapat mengajukan diri kepada
Kemdikbud untuk dikecualikan.
Kurikulum 2006 mulai semester
genap Tahun Pelajaran
2014/2015. Harap diingat,
bahwa berbagai konsep
yang ditegaskan kembali di
Kurikulum 2013 sebenarnya
telah diakomodasi dalam
Kurikulum 2006, semisal
penilaian otentik, pembelajaran
tematik terpadu, dll. Oleh
karena itu, tidak ada alasan
bagi guru-guru di sekolah
untuk tidak mengembangkan
metode pembelajaran di kelas.
Kreatifitas dan keberanian
guru untuk berinovasi dan
keluar dari praktik-pratik lawas
adalah kunci bagi pergerakan
pendidikan Indonesia.
2. Tetap menerapkan Kurikulum
2013 di sekolah-sekolah
yang telah tiga semester ini
menerapkan, yaitu sejak Tahun
Pelajaran 2013/2014 dan
menjadikan sekolah-sekolah
tersebut sebagai sekolah
pengembangan dan percontohan
penerapan Kurikulum 2013.
Pada saat Kurikulum 2013 telah
diperbaiki dan dimatangkan
lalu sekolah-sekolah ini (dan
sekolah-sekolah lain yang
ditetapkan oleh Pemerintah)
dimulai proses penyebaran
penerapan Kurikulum 2013
3.
Mengembalikan tugas
pengembangan Kurikulum
2013 kepada Pusat Kurikulum
dan Perbukuan, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan
RI. Pengembangan Kurikulum
tidak ditangani oleh tim ad hoc
yang bekerja jangka pendek.
Kemdikbud akan melakukan
perbaikan mendasar terhadap
Kurikulum 2013 agar dapat
dijalankan dengan baik oleh
guru-guru kita di dalam kelas,
40
serta mampu menjadikan proses
belajar di sekolah sebagai proses
yang menyenangkan bagi siswasiswa kita.
Dalam isi surat edaran tersebut,
Anis Baswedan menegaskan pula
bahwa kunci untuk pengembangan
kualitas pendidikan adalah pada
guru. Kita tidak boleh memandang
bahwa pergantian kurikulum
secara otomatis akan meningkatkan
kualitas pendidikan.
Atas keputusan yang tergolong
berani ini, ternyata mendapat
respons yang beragam di
masyarakat, khususnya dari
para guru. Dalam halaman
Kemendikbud di situs jejaring
FaceBook, terdapat ribuan orang
berkomentar atas pemberitaan
tentang keputusan Mendikbud di
atas. Ada yang berkomentar tentang
ketidaksetujuannya atas keputusan
tersebut, tetapi jauh lebih banyak
yang memberikan respons positif.
***
https://akhmadsudrajat.wordpress.
com/2014/12/07/kurikulum-2013-hasilevaluasi-dan-riwayatmu-kini/
41. ORBITAN LEPAS 4
Lahirnya HARI IBU di Indonesia
S
etiap tanggal 22
Desember, seluruh
masyarakat Indonesia
merayakan Hari Ibu. Sebuah
peringatan terhadap peran
seorang perempuan dalam
keluarganya, baik itu sebagai
istri untuk suaminya, ibu
untuk anak-anaknya, maupun
untuk lingkungan sosialnya.
Tahukah Anda sejarah Hari
Ibu sampai ditetapkan sebagai
perayaan nasional?
Peringatan Hari Ibu diawali
dari berkumpulnya para
pejuang perempuan dari 12
kota di Jawa dan Sumatra
dan mengadakan Konggres
Perempuan Indonesia I pada
22-25 Desember 1928 di
Yogyakarta. Salah satu hasil
dari kongres tersebut salah
satunya adalah membentuk
Kongres Perempuan yang
kini dikenal sebagai Kongres
Wanita Indonesia (Kowani).
Namun penetapan tanggal 22
Desember sebagai Hari Ibu
diputuskan dalam Kongres
Perempuan Indonesia III pada
tahun 1938. Bahkan, Presiden
Soekarno menetapkan tanggal
22 Desember ini sebagai Hari
Ibu melalui Dekrit Presiden No.
316 tahun 1959.
Para pejuang perempuan
tersebut berkumpul untuk
menyatukan pikiran dan
semangat untuk berjuang
menuju kemerdekaan dan
perbaikan nasib kaum
perempuan. Para feminis
ini menggarap berbagai isu
tentang persatuan perempuan
Nusantara, pelibatan
perempuan dalam perjuangan
melawan kemerdekaan,
pelibatan perempuan dalam
berbagai aspek pembangunan
bangsa, perdagangan anak-anak
dan kaum perempuan. Tak
hanya itu, masalah perbaikan
gizi dan kesehatan bagi ibu dan
balita, pernikahan usia dini
bagi perempuan, dan masih
banyak lagi, juga dibahas dalam
kongres itu. Bedanya dengan
jaman sekarang, para pejuang
perempuan itu melakukan
pemikiran kritis untuk
perkembangan perempuan,
tanpa mengusung kesetaraan
jender.
Penetapan Hari Ibu ini
diilhami oleh perjuangan para
pahlawan wanita abad ke-19
seperti M. Christina Tiahahu,
Cut Nya Dien, Cut Mutiah, R.A.
Kartini, Walanda Maramis,
Dewi Sartika, Nyai Achmad
Dahlan, Rangkayo Rasuna
Said dan lain-lain. Selain itu,
Hari Ibu juga merupakan
saat dimana kita mengenang
semangat dan perjuangan
para perempuan dalam upaya
perbaikan kualitas bangsa ini. Kini, Hari Ibu di
Indonesia diperingati untuk
mengungkapkan rasa sayang
dan terima kasih kepada
para ibu. Berbagai kegiatan
dan hadiah diberikan untuk
para perempuan atau para
ibu, seperti memberikan kado
istimewa, bunga, aneka lomba
untuk para ibu, atau ada pula
yang membebaskan para ibu
dari beban kegiatan domestik
sehari-hari. Bagaimana dengan perayaan
Hari Ibu Anda, adakah hadiah
untuk ibu tercinta?****
Sumber: http://www.ayahbunda.co.id/
Artikel/keluarga/psikologi/lahirnya.
hari.ibu.di.indonesia/001/007/528/1/1
43. PSIKOLOGI
AGAPE ada untuk Anda
“Membiasakan diri untuk tidak menyimpan masalah”
Arie Radyaswati (SKK)
P
ernahkah mendengar istilah
‘unfinished business’ ?. Istilah
ini sering dipakai untuk
menggambarkan masalah masa lalu
yang belum dan tidak terselesaikan.
Masalah hidup tidaklah sebatas
masalah berkeluarga. Sejak kecil kita
sudah diakrabkan dengan berbagai
masalah, contoh anak masih ingin
bermain atau metonton TV, orangtua
menyuruh mengerjakan pe-ernya,
bagi anak tersebut masalah. Remaja
ingin pergi bersama teman dan tidak
diijinkan orangtua, ini juga masalah.
Memilih pacar dan teman hidup
yang tidak sesuai dengan kriteria
atau harapan orangtua, masalah
sekaligus bagi anak maupun
orangtuanya. Orangtua berkata
atau bertindak keras sementara
anak tidak berdaya untuk memberi
penjelasan atau pembelaan, inipun
juga masalah. Ini hanya sebagian
contoh permasalahan, dan masih
banyak lagi, seperti masalah
pekerjaan, hubungan suami istri,
adiksi, problem klinis (gangguan dan
kelainan), atau masalah-masalah
lain di dalam keluarga..
Setuju dengan suatu pandangan
bahwa pengalaman atau peristiwa
masa lalu, masalah yang tidak
terselesaikan atau ketidaknyamanan
akan tersimpan di alam bawah
sadar kita dan sebagai deposit
emosi negatif. Individu terkadang
melarikan diri, menghindar atau
memutus hubungan dengan dengan
siapa mereka bermasalah. Namun
individu lupa bahwa jika tidak
disikapi dengan benar, muatan
negatif tetap ada yang akan terbawa
dalam manifes sikap dan perilaku
sehari-hari. Perasaan cepat marah,
mudah cemas, rasa dendam, rasa
sakit, sikap defensif atau sikap
negatif lain yang berdampak dalam
interaksi dengan orang-orang sekitar
misal kepada anak, pasangan atau
teman-teman. Deposit emosi negatif
yang menjadi beban ini akan dapat
berpengaruh dalam perkembangan
kepribadian, lebih tepatnya
berpengaruh terhadap cara kita
berpikir, bersikap dan berperilaku.
Unfinished business
Setiap permasalahan idealnya bisa
diselesaikan atau dihadapi, jika
tidak maka muatan emosi negatif
masih tersisa. Tumpukan masalah
yang belum atau tidak terselesaikan
akan menjadi deposit negatif yang
dapat terus bertambah seiring
dengan waktu.. Ada kalanya terjadi
ledakan emosi yang diekspresikan
dalam berbagai manifestasi sikap
atau tindakan kurang matang. Ini
sebuah gambaran situasi ‘unfinished
business’.
Ada teori berpandangan bahwa
manusia dapat berubah dan mampu
bertanggung jawab terhadap dirinya.
Proses penyelesaian masalah
membuat dan membentuk kita
menjadi pribadi matang. Matang
emosional maupun sosial dalam
proses berpikir, bersikap dan
bertindak Berbagai cara dapat
ditempuh untuk mengurangi
bahkan menghilangkan beban
emosi negatif masa lalu, di sisi lain
usaha untuk terus berjibaku dengan
berbagai masalah sehari-hari yang
semakin kompleks. Untuk ini,
kita perlu teman berbagi masalah,
‘sharing’ kepada teman terpercaya
merupakan salah satu cara atau
sarana ‘self-healing’ yang dapat
meringankan masalah. Melalui
sharing atau menjalani proses
konseling kita diajak untuk mampu
mengidentifikasi dan memahami
permasalahan, mendapatkan insight
atau alternative solusi dengan
tujuan akhir, kita dapat melakukan
perubahan.
Agape
AGAPE adalah salah satu fasilitas
konsultasi yang disediakan Paroki
St. Stefanus secara cuma-cuma
(GRATIS) sebagai teman Anda untuk
berbagi masalah. Beberapa konselor
dan psikolog selalu bersedia untuk
menjadi teman dan sabahat sharing
yang dapat dipercaya untuk menjaga
identitas dan kerahasiaan masalah
Anda.
Masalah anak, remaja, sekolah,
orangtua, perkawinan, pekerjaan,
kepribadian atau permasalahan
psikologis lainnya dimana terkadang
satu dengan lain saling terkait dan
perlu penanganan secara holistik.
Fokus ‘here and now’; (NOW =
Experience = Awareness = REALITY),
dan membuat pilihan-pilihan untuk
terus move-on. Mengubah pola pikir,
meregulasi emosi dan akhirnya
mampu mengubah cara berperilaku.
Usaha dan upaya menghadapi dan
keluar dari permasalahan adalah
kewajiban kita semua. Setelahnya
kita akan semakin dimampukan
untuk bisa sampai pada tingkat
‘acceptance’ terhadap apa yang
Tuhan kehendaki, ini bagian dari
proses kehidupan iman kita.****
Salam kami,
AGAPE
Seksi Kerasulan Keluarga
Konsultasi melalui perjanjian via sms
ke nomer HP 0812 8040 391 (Benny
Setiawan)
45
BAPTISAN DEWASA
St. Stefanus
Jumat, 12 Desember 2014
46
PARA KATEKUMEN PENERIMA SAKRAMEN
INISIASI DAN WALI BAPTIS
NO
CALON PENERIMA SAK. INISIASI
Anak-anak
1 Angela Merici Conny Ester
2 Theresia Viona Sihombing
3
Marcellus Marcellus Risky Sihombing
4 Luite Riberro Adriano
5 Zefanya Karin Azara M
6 Veronica Maita Monica
7 Michale Aurellia Ina Purekh
8 Anastasia Rindiani Tiara Dillanch
9 Maria Angelica Alexey Sutanto
10 Xavier Matthew
11 Mikahel Jaden
Dewasa
12 Damianus De Veuster Rizky Ireng Maulana
13 Gabriela Rahma Saskia Disa
14 Matthew M. Randy Syahputra
15 Mikhaela Rachel Savira Disa
16 Rafael Timothy Amoel Daffanairi
17 Maria Magdalena Rakhmah Saad
18 Petrus Raynaldo Chandra Nugroho
19 Ignatia Ni Made Lidya Dewi Aristya
20 Jeremy Johan Efendi
21 Dominique Yovita
22 Ignatius I Putu Maha Wisesa
23 Bernardinus Aditya Putra Amanu
24 Gabriela Novi Susanti
25 Cecilia Sherly Fausta Wijono
26 Raphael Gabriel Michael Alinskie
27 Michael Leong Mun Khuen
28 Gabrielle Chelsea Olivia Wijaya
29 Anastasia Anisa Siti Budi Rahayu
30 Brigitta Rahmah Rulmihafti
31 Anastasia Rr. Indah Krisna Mukti
32 Katarina Hilda
33 Nicodemus Andri Yudha Pratama
34 Eugenia Gwendilyn Krismawati
35 Lidia Ningsih
36 Dominic Eric Nugroho
37 Tranquilino David Leonardo Sutiyasmo
38 Gisella Erlina Sanjoto
39 Krisentia Wong Siu Bie
40 Pauline Clara Laura Baso
41
Alessandra Benedict Michelle Kusuma
WALI
Yohanes Laga
Rafina Magdalena Hutasoit
Christina Bota Doren
Yuliana Netty
Veronica Sophiatun
Maria Caroline
FX Prawito
Eleonora Noveria Anoragawati
Eleonora Noveria Anoragawati
Eleonora Noveria Anoragawati
Eleonora Noveria Anoragawati
Eleonora Noveria Anoragawati
Eleonora Noveria Anoragawati
Clara Maria Endang Ekowati
Stephanus Kuncoro
Lucia Sunar Pri Adminingsih
Vinsensius Budianto
Cesilia Ernawaty Purba
Agnes Hermien
Johana Judiani
Yudas
Maria Theresia Erni
Laurentius Lie Halim
Michael Sudana Arifin
Yudas
Yudas
Yudas
Yudas
Yudas
Yudas
Yudas
Yudas
Yudas
Stevanus I Made Winarsa
Marcella Anne Rieco
Hendrykus Suhendi Sutanto
Emerentiana Herawati
48. POTRET GEREJA
F
enomena yang mempengaruhi
iklim di Indonesia :
1. El Nino dan La Nina
2. Dipole Mode
3. Sirkulasi Monsun Asia - Austra
lia
4. Daerah Pertemuan Angin Antar
Tropis (Inter Tropical Conver
gence Zone / ITCZ)
5. Suhu Permukaan Laut di
Wilayah Indonesia
Menurut BMKG Update
Prakiraan Musim Hujan 2014 - 2015
secara umum dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Kondisi kekeringan umumnya
terjadi di sebagian besaar wilayah Indonesia.
2. Kelembaban udara di Indonesia
bagian tengah dan timur umum
nya lebih rendah dibanding rataratanya.
3. Monsun Australia (angin dari
timur) di selatan ekuator relatif
masih kuat.
4. Meskipun Nino 34 bernilai
hangat (0.338), tapi masih belum
melebihi batas (0.5) dan SOI
masih belum mendukung sehingga El Nino masih belum
terjadi.
5. Musim hujan di Jawa umumnya
diperkirakan akan terjadi mulai
pertengahan November 2014
Pengaruh yang dialami Gereja St.
Stefanus khususnya Gd. Leo Dehon
menarik perhatian dan bersamasama kita berhati-hati atas
beberapa perbaikan yang sedang
dilakukan. Kepatuhan terhadap
petugas keamanan khususnya
dalam parkir kendaraan, begitu
pula antisipasi hujan yang lebat
sampai dengan Desember 2014
nantinya.****
Bagian Pemeliharaan dan
Pemanfaatan Gedung (PPG)
ST. STEFANUS
Mengadakan lelang Stabilizer, informasi lebih
lanjut hubungi Bpk. Bambang Sutarsono
(HP: 0817 6703 333 / 0811 9792 45 )
JAM PELAYANAN SEKRETARIAT PAROKI
Kantor Sekretariat Paroki St. Stefanus buka setiap hari:
1. Senin pk 08.00 - 16.00 WIB
2. Selasa s/d Minggu pk 08.00 - 18.00 WIB
Tutup pada hari Libur Nasional dan hari Besar Agama Katolik
49. POJOK KOMSOS
A
sal mula konsumerisme
dikaitkan dengan proses
industrialisasi pada awal
abad ke-19. Karl Marx menganalisa
buruh dan kondisi-kondisi material
dari proses produksi. Dimana,
kesadaran manusia ditentukan oleh
kepemilikan alat-alat produksi.
Prioritas ditentukan oleh produksi
sehingga aspek lain dalam
hubungan antar manusia dengan
kesadaran, kebudayaan dan politik
dikatakan dikonstruksikan oleh
relasi ekonomi.
Horkheimer dan Adorno-pun
mengemukakan hal logika; bahwa
komoditas dan perwujudan rasionalitas instrumental dalam lingkup
produksi akan tampak nyata dalam
lingkup konsumsi. Pencarian
waktu bersenang-senang, seni dan
budaya tersalur melalui industri
budaya komsumerisme. Semakin
mudah konsumsi membutuhkan
manipulasi simbol-simbol secara
aktif, bahkan menurut Baudrillard,
yang dikonsumsi bukan lagi use
atau exchange value, melainkan
“symbolic value”, maksudnya orang
tidak lagi mengkonsumsi objek
berdasarkan karena kegunaan atau
nilai tukarnya, melainkan karena
nilai simbolis yang sifatnya abstrak
dan terkonstruksi.
“Makasih om duitnya,” celoteh Andi salah seorang anak yang kesehariannya
membantu parkir di Pasar Tanah Abang
Perkara nantinya kegunaan atau
tidak kembali kepada kebijakan
masyarakat menilai arti dari pola
komsumerisme menjadi benarbenar manfaat. Apakah nantinya
kita akan terjebak dalam dunia
simbolisasi atau trend, mari kita
sikapi dengan kearifan yang terbaik
dalam refleksi akhir tahun.
Saatnya berhitung dan merencanakan kebutuhan yang anda
inginkan.***
PENGGANTI ONGKOS CETAK MAJALAH MEDIAPASS DESEMBER 2014
1. Lingkungan Paulinus (Agustinus s/d Desember 2014)
2. Lingkungan Sta Maria Goretti (2014)
3. Lingkungan St. Thomas Aquino (Sept s/d Nov 2014) 4. NN
Total
500.000
1.075.000
360.000
700.000
2.635.000
Terima kasih atas donasi yang telah diberikan. Kami menunggu kontribusi Anda di edisi-edisi berikutnya.
- Informasi tentang donasi dapat menghubungi: Dian Wiardi (0818 183419)
- Donasi dapat ditransfer ke rekening KOMSOS : BCA dengan no. rek: 7310278879 a.n. Mirjam Anindya Wiardi atau R. Prakoso.
- Harap memberitahukan apabila donasi dikirim melalui transfer, untuk setiap penerimaan donasi, akan diberikan bukti
penerimaan resmi.
UCAPAN NATAL DARI
DEWAN PAROKI