HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI TERHADAP DMF
Transcription
HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI TERHADAP DMF
HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI TERHADAP DMF-T & OHIS PADA ANAK USIA 10-12 TAHUN DI MAKASSAR : Penelitian ini dilakukan pada murid Sekolah Dasar Negeri Panaikang I & III Di Kecamatan Panakukang, Kelurahan Panaikang Kota Madya Makassar SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Hasanuddin Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh : Atikah Balqis Ferry NIM : J111 11 269 BAGIAN ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014 HALAMAN PENGESAHAN Judul : Hubungan pengetahuan kesehatan gigi terhadap DMF-T dan OHIS pada anak usia 10-12 tahun di Makassar : Penelitian ini dilakukan pada murid Sekolah Dasar Negeri Panaikang I & III di Kecamatan Panakukang, Kelurahan Panaikang, Kota Madya Makassar Oleh : Atikah Balqis Ferry / J 111 11 269 Telah Diperiksa dan Disahkan Pada Tanggal, 1 September 2014 Oleh : Pembimbing drg. Hendrastuti Handayani, M. Kes NIP. 19570825 198303 2 001 Mengetahui, Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Prof.drg.H. Mansjur Nasir,Ph.D NIP. 19540625 198403 1 001 2 SURAT PERNYATAAN Yang Bertanda Tangan dibawah ini : Nama : AMIRUDDIN, S.SOS Staff : Perpustakaan FKG Menerangkan bahwa skripsi yang akan diajukan dengan judul “HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI TERHADAP DMF-T & OHIS PADA ANAK USIA 10-12 TAHUN DI MAKASSAR : Penelitian ini dilakukan pada murid Sekolah Dasar Negeri Panaikang I & III Di Kecamatan Panakukang, Kelurahan Panaikang Kota Madya Makassar” belum pernah ada sebelumnya. Dan apabila dikemudian hari ditemukan kesamaan judul, maka skripsi ini siap untuk dibatalkan. Demikian surat pernyataan ini dibuat, sekian dan terimakasih. Makassar, 1 September 2014 Mengetahui, Staf Perpustakaan FKG AMIRUDDIN, S.SOS NIP. 19661121 199201 1 001 3 HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI TERHADAP DMF-T & OHIS PADA ANAK USIA 10-12 TAHUN DI MAKASSAR : Penelitian ini dilakukan pada murid Sekolah Dasar Negeri Panaikang I & III Di Kecamatan Panakukang, Kelurahan Panaikang Kota Madya Makassar Atikah Balqis Ferry Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Abstrak Latar Belakang: Pengetahuan kesehatan gigi dan mulut sebaiknya diberikan sejak usia dini karena pada usia dini anak mulai mengerti akan pentingnya kesehatan serta larangan yang harus dijauhi atau kebiasaan yang dapat memperngaruhi keadaan giginya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan kesehatan gigi dan mulut terhadap karies anak usia sekolah dasar di Makassar yaitu SDN Panaikang I dan III. Metode: Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 104 siswa di SDN Panaikang I dan III. Teknik pengumpulan data menggunakan kuisioner dan checklist pemeriksaan kesehatan gigi yang meliputi DMF-T dan OHIS. Teknik analisis data menggunakan uji korelasi person. Hasil: Terdapat hubungan yang secara statistik tidak signifikan antara pengetahuan kesehatan gigi dengan DMF-T dan OHIS pada murid laki-laki (P = 0.159) dan (P = 0.105) kemudian, murid perempuan (P = 0.17) dan (P = 0.077). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara kurangnya pengetahuan tentang kesehatan gigi dengan tingginya nilai DMF-T dan OHIS. Kata Kunci: Pengetahuan, DMF-T, OHIS 4 THE RELATION OF DENTAL HEALTH KNOWLEDGE OF DMF-T & OHIS IN CHILDREN AGED 10-12 YEARS IN MAKASSAR : This reseacrh was condeucted at Sekolah Dasar Panaikang I & III Kecamatan Panakukang, Kelurahan Panaikang, Makassar Atikah Balqis Ferry Fakultas Kedokteran Gigi Unversitas Hasanuddin Abstract Background: Knowledge of oral health should be given at an early age because at an early age children begin to understand the importance of health as well as the restrictions that must be shunned or habits that may affect the state of their teeth. The purpose of this study was to determine the relationship between oral health knowledge against caries of primary school age children in Makassar SDN Panaikang I and III. Methods: The study was an observational analytic with cross sectional design. Total sample are 104 students at SDN Panaikang I and III. Techniques of data collection using questionnaire and checklist that includes dental health checks DMF-T and OHIS. Analysis using Person correlation test. Results: There is a relationship that was not statistically significant between dental health knowledge with DMF-T and OHIS in boys (P = 0.159) and (P = 0.105) and then, girls (P = 0:17) and (P = 0.077). Conclusion: There is a relationship between lack of knowledge about dental health with the high value of DMF-T and OHIS. Keywords: Knowledge, DMF-T, OHIS 5 KATA PENGANTAR ﺒﺴﻢ ﺍﷲ ﺍﻠﺮ ﺤﻤﻦ ﺍﻠﺮ ﺤﯿﻢ Assalamu ‘alaikum Wr. Wb. Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam atas rahmat dan taufik-Nyalah sehingga kita masih bisa menikmati karunia-Nya berupa ilmu pengetahuan sehingga skripsi yang berjudul “Hubungan Pengetahuan Kesehatan Gigi terhadap DMF-T & OHIS pada anak usia 10-12 tahun di Makassar” ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu sekaligus menjadi syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata satu di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin. Salam dan shalawat atas junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, Nabi dan Rasul yang telah membawa suri tauladannya sebagai uswatun hasanah dan telah mengantarkan kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang, beserta . keluarga, sahabat, dan orang-orang yang senantiasa turut akan akhlak perbuatannya. Dalam skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bimbingan, bantuan, semangat, doa, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis ingin menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Prof. Drg. H. Mansjur Nasir, Ph.D sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin beserta seluruh staf atas bantuannya selama penulis mengikuti pendidikan. 6 2. drg. Hendrastuti Handayani, M. Kes selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu mendampingi, membimbing, mengarahkan, dan memberi nasehat kepada penulis dalam menyusun skripsi ini. 3. Prof. drg. Moh. Dharmautama, Ph.D., Sp.Pros(K) selaku penasehat akademik atas bimbingan, perhatian, nasehat, dan dukungan bagi penulis selama perkuliahan. 4. Untuk kedua orang tua yang tercinta, Ayahandaku H. Ferry Djufry, S.E., M.B.A dan Ibundaku Hj. Dr. drg. Fajriani Nawawie, M.Si serta saudarasaudari penulis, Anisah Nabilah Ferry, dan Athallah Furqon Ferry serta keluarga tersayang dan tercinta dari penulis yang telah memberikan banyak doa, dukungan, perhatian, dan pengertian selama pembuatan skripsi ini. 5. Untuk sahabat-sahabat terbaikku, Risca Alfina, Nurul Namirah, Dwi Rezki, Gemelli Nurillahi, Gemella Nurillahi, Vienza Beby, Asti Sanjiwani, Nia Lieanto, Abi Rafdi yang selama ini senantiasa selalu memberikan dukungan dan semangatnya serta turut membantu dalam penelitian. Untuk Ilkhana Winda, Rika Vachriah, Rudin Tamril, Try Fandy, Achille Vilon yang juga turut membantu dalam penelitian. Semoga kita sukses selalu. 6. Untuk teman-teman seperjuangan di bagian Ilmu Kedokteran Gigi Anak, Winarmi, Annisa Wicita, Suci Angriani, Muqarramah Arifin, Ade Nurzakiah, Andi Sri, Fransisco Romario, Abi Rafdi, Nasra Saputri, Meiza Diandra yang senantiasa pula memberi dukungan kepada penulis. 7 7. Untuk teman-teman seperjuangan, Oklusal 2011 atas dukungan dan persaudaraan yang ditawarkan selama ini kepada penulis. 8. Untuk teman-teman pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa dan Majelis Permusyawaratan Mahasiswa FKG UNHAS periode 2013-2014. 9. Untuk Seluruh Dosen dan Staf karyawan yang telah banyak membantu penulis. Untuk semua pihak yang telah membatntu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebut satu persatu. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan dalam penyelesaian skripsi ini. Skripsi ini tidak terlepas dari kekurangan dan ketidaksempurnaan mengingat keterbatasan kemampuan penulis. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu kedokteran gigi ke depannya. Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb. Makassar, 1 September 2014 Atikah Balqis Ferry 8 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................................ ...i LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................... ..ii KATA PENGANTAR .............................................................................................. .iii DAFTAR ISI ............................................................................................................. .ix DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xii DAFTAR DIAGRAM..............................................................................................xiii DAFTAR GAMBAR................................................................................................xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG ............................................................................ ...1 1.2 RUMUSAN MASALAH ........................................................................ ...3 1.3 TUJUAN PENELITIAN ......................................................................... ...3 1.4 MANFAAT PENELITIAN ..................................................................... ...3 1.5 HIPOTESIS PENELITIAN .................................................................... ...4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENGETAHUAN ................................................................................... ...5 2.2 TUMBUH KEMBANG ANAK USIA 10-12 TAHUN .......................... ...6 2.2.1 Pertumbuhan Gigi Geligi ..................................................................... ...6 2.2.2 Psikologis (Karakteristik Kognitif dan Afektif) .................................. ...9 2.3 PLAK DAN KALKULUS ...................................................................... .10 2.4 KARIES .................................................................................................. .11 9 2.4.1 Definisi Karies ..................................................................................... 11 2.4.2 Etiologi Karies ..................................................................................... 12 2.4.3 Patogenesis karies ................................................................................ 12 2.5 INDIKATOR DAN STANDART PENILAIAN KESEHATAN GIGI .. 13 2.5.1Indeks Karies Gigi ................................................................................ 13 2.5.2 OHIS (Oral Hygiene Index Simplified)................................................ 15 BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 JENIS PENELITIAN .............................................................................. 19 4.2 RANCANGAN PENELITIAN ............................................................... 19 4.3 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN ............................................... 19 4.4 VARIABEL PENELITIAN .................................................................... 19 4.5 DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL .............................................. 20 4.6 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN ........................................... 21 4.7 KRITERIA SAMPEL ............................................................................. 21 4.8 JUMLAH SAMPEL ................................................................................ 21 4.9 ALAT DAN BAHAN PENELITIAN ..................................................... 22 4.10 PROSEDUR PENELITIAN .................................................................. 23 4.11 DATA PENELITIAN ........................................................................... 24 BAB V HASIL PENELITIAN ................................................................................. 25 BAB VI PEMBAHASAN......................................................................................... 35 10 BAB VIII PENUTUP 7.1 SIMPULAN .......................................................................................... 39 7.2 SARAN ................................................................................................. 40 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 11 DAFTAR TABEL TABEL V.1. Distribusi karakteristik sampel penelitiam berdasarkan jenis kelamin..........................................................................................26 TABEL V.2. Perbandingan antara nilai pengetahuan kesehatan gigi dengan DMF-T dan OHIS pada murid laki-laki.......................................................27 TABEL V.3. Perbandingan antara nilai pengetahuan kesehatan gigi dengan DMF-T dan OHIS pada murid perempuan..................................................29 TABEL V.4. Distribusi nilai DMF-T murid laki-laki dan perempuan di SDN Panaikang I dan SDN Panaikang III................................................30 TABEL V.5. Distribusi nilai OHIS murid laki-laki dan perempuan di SDN Panaikang I dan SDN Panaikang III................................................32 TABEL V.6. Korelasi nilai pengetahuan kesehatan gigi murid laki-laki dan perempuan terhadap DMF-T dan OHIS di SDN Panaikang I dan SDN Panaikang III..........................................................................33 12 DAFTAR DIAGRAM DIAGRAM V.1. Distribusi karakteristik sampel penelitiam berdasarkan jenis kelamin......................................................................................26 DIAGRAM V.2. Perbandingan antara nilai pengetahuan kesehatan gigi dengan DMF-T dan OHIS pada murid laki-laki......................................28 DIAGRAM V.3. Perbandingan antara nilai pengetahuan kesehatan gigi dengan DMF-T dan OHIS pada murid perempuan..................................29 DIAGRAM V.4. Distribusi nilai DMF-T murid laki-laki dan perempuan di SDN Panaikang I dan SDN Panaikang III............................................31 DIAGRAM V.5. Distribusi nilai OHIS murid laki-laki dan perempuan di SDN Panaikang I dan SDN Panaikang III..............................................32 13 DAFTAR GAMBAR GAMBAR 2.1 Gigi Geligi Susu Atas Bawah..........................................................7 GAMBAR 2.2 Gigi Geligi Permanen Atas Bawah .................................................9 14 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu faktor yang mendukung paradigma sehat dan merupakan strategi Pembangunan Nasional untuk mewujudkan Pembangunan kesehatan Indonesia Sehat 2010. Kesehatan tubuh secara keseluruhan banyak dipengaruhi oleh kesehatan dari gigi.1 Gigi merupakan organ yang amat vital dalam tubuh kita, salah satu fungsi gigi adalah sebagai alat pengunyah makanan, membantu melumatkan makanan dalam mulut, guna membantu organ pencernaan sehingga makanan dapat diserap tubuh dengan baik.1 Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses demineralisasi yang progresif pada jaringan keras permukaan mahkota dan akar gigi yang dapat dicegah. Saat ini, prevalensi karies gigi di Indonesia masih sangat tinggi. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 yang diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan bahwa kerusakan gigi karena karies dialami oleh 72,1% penduduk, dan diantaranya 46,5% merupakan karies aktif yang tidak mendapatkan perawatan. Karies gigi merupakan penyakit kronik pada anak-anak dengan prevalensi yang paling tinggi (The Surgeon General’s Report, 2000).1,2,3. 15 Status kesehatan gigi dan mulut pada umumnya dinyatakan dalam prevalensi karies gigi dan penyakit periodontal, hal ini disebabkan karena penyakit karies gigi dan penyakit periodontal hampir dialami seluruh masyarakat di dunia. Untuk menilai status kesehatan gigi dan mulut dalam hal ini karies gigi digunakan nilai DMF-T (Decay Missing Filled Teeth), sedangkan untuk kebersihan mulut digunakan OHIS (Oral Hygiene Index Simplified). 4 Murid Sekolah Dasar (SD) merupakan suatu kelompok yang sangat strategis untuk penanggulangan kesehatan gigi dan mulut. Usia sekolah dasar merupakan saat yang ideal untuk melatih kemampuan motorik seorang anak, termasuk diantaranya menyikat gigi. Proses pendidikan kesehatan gigi dan mulut merupakan suatu proses pendidikan yang timbul atas dasar kebutuhan akan kesehatan gigi dan mulut.5,6 Indikator utama pengukuran DMF-T menurut WHO adalah pada anak usia 12 tahun. Kelompok 12 tahun ini merupakan indikator kritis, karena sekitar 76,97% karies menyerang pada usia tersebut. Pada tingkat nasional 33,4% ditemukan memiliki pengalaman anak usia 12 tahun karies, yaitu adanya satu atau lebih gigi yang membusuk hingga ke tingkat dentin, diekstraksi, atau ditumpat karena karies dan sisanya 66,6% bebas dari kerusakan gigi. Pada usia 10-12 tahun ini, anak bersikap kooperatif. Dilihat dari segi emosional/sosial, anak 10-12 tahun mengalami peningkatan kemampuan dalam berinteraksi yang mana akan memudahkan dalam berkomunikasi. Sedangkan dari segi intelektual/kognitif, anak usia 10-12 tahun mengalami peningkatan 16 kemampuan untuk belajar dan menerapkan keterampilan, serta kemampuan interpretatif untuk mengenali penyebab dan pengaruh dari suatu masalah.7, 8 1.2 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apakah ada hubungan pengetahuan kesehatan gigi terhadap DMF-T pada anak usia 10-12 tahun di Makassar? 2. Apakah ada hubungan pengetahuan kesehatan gigi terhadap OHIS pada anak usia 10-12 tahun di Makassar? 1.3 TUJUAN PENELITIAN Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan kesehatan gigi dan mulut terhadap karies pada anak usia 10-12 tahun di Makassar. 1.4 MANFAAT PENELITIAN Manfaat penelitian ini adalah dapat diketahui peranan pengetahuan kesehatan gigi pada anak dalam meningkatkan kesehatan gigi dan mulut. 17 1.5 HIPOTESIS PENELITIAN 1. Ada hubungan pengetahuan kesehatan gigi dengan DMF-T pada anak usia 10-12 tahun di Makassar. 2. Ada hubungan pengetahuan kesehatan gigi dengan OHIS pada anak usia 10-12 tahun di Makassar. 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENGETAHUAN Pengetahuan merupakan hasil tahu seseorang setelah melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Oleh karena itu, berdasarkan pengalaman dan penelitian terbentuknya perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih awet daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan siswa sangat penting dalam mendasari terbentuknya perilaku yang mendukung atau tidaknya kebersihan gigi dan mulutnya. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh secara alami maupun secara terencana yaitu salah satunya melalui proses pendidikan. Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi.5 Pengetahuan kesehatan gigi dan mulut sebaiknya diberikan sejak usia dini, karena pada usia dini anak mulai mengerti akan pentingnya kesehatan serta larangan yang harus dijauhi atau kebiasaan yang dapat mempengaruhi keadaan giginya. Pemberian pengetahuan kesehatan gigi dan mulut sebaiknya diberikan pada anak usia sekolah.5 2.2 TUMBUH KEMBANG ANAK USIA 10 – 12 TAHUN 2.2.1 Pertumbuhan Gigi Geligi Terbentuknya benih gigi pada janin seperti halnya organ tubuh lain telah dimulai sejak usia kandungan 4-5 bulan. Setelah bayi lahir, erupsi atau pertumbuhan gigi susu yang pertama terjadi pada usia 6-8 bulan. Gigi susu (decidui) adalah penuntun jalan bagi gigi tetap (permanen) yang kuat dan sehat.9 1. Gigi sulung/ Gigi susu/ Deciduous teeth Normal anak-anak mempunyai 20 gigi susu yang susunannya sebagai berikut :10 10 gigi di rahang atas, yaitu : 5 gigi di kiri dan 5 gigi di kanan. 10 gigi di rahang bawah, yaitu : 5 gigi di kiri dan 5 gigi di kanan. V IV III II I I II III IV V garis oklusi/kunyah V IV III II I I II III IV V garis median/tengah Nama dari macam-macam gigi susu: I = Gigi seri pertama / insisivus pertama sentral / i1 II = Gigi seri kedua / insisivus lateral / i2 20 III = Gigi taring / kaninus / c IV = Gigi geraham pertama / molar pertama / m1 V = Gigi geraham kedua / molar kedua / m2 Gigi anterior atau gigi depan ialah i1, i1,c. Gigi posterior atau gigi belakang ialah gigi m1 dan m2. Gambar II. 1. Gigi geligi susu atas dan bawah 2. Gigi tetap atau gigi permanen Normal dewasa mempunyai 32 gigi tetap yang susunannya sebagai berikut :10 16 gigi di rahang atas, yaitu : 8 gigi di kiri dan 8 gigi di kanan. 16 gigi di rahang bawah, yaitu : 8 gigi di kiri dan 8 gigi di kanan. 21 87654321 12345678 garis oklusi/kunyah 87654321 12345678 garis median/tengah Nama dari macam-macam gigi permanen ialah : 1 = Gigi seri pertama / Insisivus sentral / I1 2 = Gigi seri kedua / Insisivus kedua / I2 3 = Gigi taring / Kaninus / C 4 = Gigi geraham kecil pertama / Premolar pertama / P1 5 = Gigi geraham kecil kedua / Premolar kedua / P2 6 = Gigi geraham besar pertama / Molar pertama / M1 7 = Gigi geraham besar kedua / Molar kedua / M2 8 = Gigi geraham besar ketiga / Molar ketiga / M3 Gigi anterior atau gigi depan ialah gigi I1, I2, dan C. Gigi posterior atau gigi belakang ialah gigi P1, P2, M1, M2, M3. 22 Gambar II. 2. Gigi geligi tetap atas dan bawah 2.2.2 Psikologis (Karakteristik Kognitif dan Afektif) Karakteristik kognitif ialah karakteristik yang berhubungan kemampuan berpikir secara lancer (fluency), berpikir luwes (flexibility), orisinilitas (originality), kemampuan menilai (evaluation), dan kempuan memperinci atau mendalam (elaboration). Sedangkan, karakteristik afektif ialah karakteristik yang berhubungan dengan sikap atau perasaan yang meliputi rasa ingin tahu, bersifat imajinatif, merasa tertantang oleh kemajemukan, sifat berani mengambil resiko dan sifat menghargai. Pada anak usia 1012 tahun perkembangan karakteristik kognitif dan afektifnya, yaitu: 1. Awal untuk berpikir dan alasan lebih logis seperti cara berpikir orang dewasa.11 23 2. Mampu berkonsentrasi dalam jangka waktu yang lama jika tertarik dengan suatu hal, namun khawatir dalam mengurutkan.11 3. Memiliki keterampilan membaca dan menghitung.11 4. Tertarik dengan budaya populer dan berpengaruh besar.11 5. Adanya apresiasi pada nilai uang.11 6. Mengembangkan tingkah laku moral serta menerima nilai lingkungan.12 7. Belajar bekerja sama dengan teman sebaya.12 8. Belajar mengendalikan reaksi-reaksi emosional sesuai dengan harapan lingkungan sosial.12 9. Belajar menjadi individu yang mampu berdiri sendiri.12 2.3 PLAK DAN KALKULUS Plak gigi merupakan komunitas mikroorganisme yang ditemukan pada permukaan gigi sebagai biofilm, tertanam dalam matriks polimer host dan asal bakteri. Plak terjadi secara alami dan kontribusi (seperti mikroflora pada situs lain di dalam tubuh) untuk perkembangan normal dari fisiologi dan pertahanan host. Reli gen bakteri plak memiliki hubungan yang harmonis dengan host. Mereka menggunakan nutrisi endogen (misalnya, protein saliva dan glikoprotein, seperti mucin) untuk pertumbuhan mereka, dari adanya produksi asam yang sedikit, dan kehadiran mereka membantu menyingkirkan mikroorganisme eksogen (resistensi kolonisasi).13 24 Kalkulus adalah plak gigi yang termineralisasi dan hal tersebut dapat terjadi fase cairan plak yang jenuh dengan komponen kalkulus. Air liur dan plak biasanya jenuh sehubungan dengan berbagai kalsium fosfat, kecuali bila fermentasi karbohidrat yang dikonsumsi dan dengan demikian banyak orang yang rentan terhadap kalkulus, meskipun pada tingkat yang berbeda. Tingkat kejenuhan cairan plak meningkat ketika pH meninggi.14 2.4 KARIES 2.4.1 Definisi Karies Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi baik pada email, dentin maupun pada sementum, yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Gejala klinis penyakit ini yaitu terjadinya demineralisasi jaringan tersebut yang diikuti oleh kerusakan bahan organiknya, proses ini mengakibatkan invasi bakteri ke dalam pulpa. Bakteri-bakteri ini tidak hanya dapat mentoleransi lingkungan asam tetapi juga memproduksi rantai asam organik. Beberapa jenis karbohidrat dan makanan yaitu, sukrosa dan glukosa dapat diragikan oleh bakteri ini dan membentuk lingkungan asam (pH<5) dalam rongga mulut dalam tempo 1-3 menit. Jika kondisi ini sering terjadi, dapat mengakibatkan demineralisasi dan jika tidak diimbangi oleh proses remineralisasi maka pada akhirnya menimbulkan karies gigi. Karies gigi bukan hanya pada permukaan email gigi tetapi, jika lebih ke dalam dapat mengenai dentin gigi maupun pulpa gigi. Jika proses karies telah mencapai pulpa gigi 25 maka lama kelamaan terjadi kematian pulpa, kemudian diikuti oleh kerusakan daerah apikal gigi, yang disebut periodontitis.15 Peningkatan kejadian karies dihubungkan peningkatan konsumsi gula. Karies gigi merupakan penyakit yang paling umum terjadi pada anak-anak dan prevalensinya meningkat sejalan dengan pertambahan usia anak. Survei epidemologi terbaru yang dilakukan di Negara Timur Tengah menunjukkan bahwa karies pada anak relatif lebih tinggi oleh pengaruh diet.16 2.4.2 Etiologi Karies Ada empat faktor penyebab karies, yaitu gigi yang rentan, mikroorganisme, substrat, dan waktu. Karies akan timbul jika keempat faktor penyebab tersebut bekerja secara bersamaan. Selain faktor langsung di dalam mulut yang berhubungan dengan terjadinya karies, terdapat pula faktor tidak langsung yang disebut risiko luar, antara lain usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, lingkungan, sikap dan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan gigi dan mulut.17 2.4.3 Patogenesis Karies Bakteri plak akan memfermentasikan karbohidrat (seperti sukrosa) dan menghasilkan asam, sehingga menyebabkan pH plak akan turun hingga 4,5-5,0 dalam waktu 1–3 menit. Kemudian, pH akan kembali normal pada pH sekitar 7 dalam waktu 30–60 menit, dan jika penurunan pH plak ini terjadi secara terus menerus maka akan menyebabkan demineralisasi pada permukaan gigi. Kondisi asam seperti ini sangat 26 disukai oleh Sterptococcus mutans dan Lactobacillus sp, yang merupakan mikroorganisme penyebab utama dalam proses terjadinya karies. Menurut penelitian, Streptococcus mutans berperan dalam permulaan terjadinya karies gigi. Sedangkan Lactobacillus sp, berperan pada proses perkembangan dan kelanjutan karies. Pertama kali akan terlihat bercak putih (white spot) pada permukaan email kemudian proses ini berjalan secara perlahan sehingga lesi kecil tersebut berkembang, dan dengan adanya destruksi bahan organik, kerusakan berlanjut pada dentin disertai kematian odontoblas.14 2.5 INDIKATOR DAN STANDAR PENILAIAN KESEHATAN GIGI 2.5.1 Indeks Karies Gigi Indeks karies gigi adalah angka yang menunjukkan klinis penyakit karies gigi.18 Untuk menilai status kesehatan gigi dan mulut dalam hal karies gigi digunakan nilai DMF-T (Decay Missing Filling Teeth). Nilai DMF-T adalah angka yang menunjukkan jumlah gigi dengan karies pada seseorang atau sekelompok orang. Angka D = Decay : Gigi yang berlubang karena karies gigi. Angka M = Missing : Gigi yang dicabut karena karies gigi. Angka F = Filling : Gigi yang ditambal atau ditumpat karena karies dan dalam keadaan baik.4 27 Rumus DMF-T : DMF-T = Decay (D) + Missing (M) + Filling (F) Angka DMF-T menggambarkan banyaknya karies yang diderita seseorang dari dulu sampai sekarang.18 Klasifikasi tingkat keparahan karies gigi pada usia 12 tahun atau lebih dikategorikan menjadi lima kategori, yaitu :4 1. Tingkat keparahan sangat rendah dengan nilai DMF-T sebesar 0,0 – 1,0. 2. Kemudian, tingkat keparahan rendah dengan nilai DMF-T sebesar 1,2 – 2,6. 3. Tingkat keparahan sedang dengan nilai DMF-T sebesar 2,7 – 4,4. 4. Dan tingkat keparahan tinggi dengan nilai DMF-T sebesar 4,5 – 6,5. 5. Serta tingkat keparahan sangat tinggi dengan nilai DMF-T sebesar > 6,6. Kekurangan indeks DMF-T:18 1. Tidak dapat menggambarkan banyaknya karies yang sebenarnya. Karena jika pada gigi terdapat dua karies atau lebih, karies yang dihitung adalah tetap pada satu gigi. 2. Indeks DMF-T tidak dapat membedakan kedalaman dari karies, misalnya Karies Superficialis, Media, dan Profunda. 28 2.5.2 OHI-S (Oral Hygiene Index Simplified) OHI-S adalah keadaan kebersihan mulut dari responden yang dinilai dari adanya sisa makanan / debris dan kalkulus (karang gigi) pada permukaan gigi dengan menggunakan indeks Oral Hygiene Index Simplified yang merupakan jumlah indeks debris (DI) dan indeks kalkulus (CI). Tujuan penggunaan OHIS ini adalah mengembangkan suatu tehnik pengukuran yang dapat dipergunakan untuk menilai kegiatan kesehatan gigi dari masyarakat, serta menilai efek segera dan jangka panjang dari program pendidikan kesehatan gigi.19 Untuk pemeriksaan DI-S (debris indeks) digunakan sonde yang diletakkan pada 1/3 incisal dan digerakkan ke 1/3 gingival sesuai dengan kriteria :19 Kriteria untuk debris sebagai berikut : Nilai 0 : Tidak ada debris/sisa makanan yang menempel pada gigi. Nilai 1 : Debris lunak menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi. Nilai 2 : Debris lunak menutupi > dari 1/3 permukaan, tetapi tidak lebih dari 2/3 permukaan gigi. Nilai 3 : Debris lunak menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi. Skor dari debris indeks per orang diperoleh dengan cara menjumlahkan skor debris tiap permukaan gigi dan dibagi oleh jumlah dari permukaan gigi yang diperiksa 29 Rumus Debris Index (DI) : DI = Jumlah nilai debris Jumlah gigi yang di periksa Sedangkan untuk CI-S (kalkulus indeks) diperoleh dengan meletakkan sonde dengan baik dalam distal gingival crevice dan digerakkan pada daerah subgingival dari jurusan kontak distal ke daerah kontak mesial (1/2 dari lingkaran gigi dianggap sebagai suatu untuk scoring):19 Kriteria untuk kalkulus sebagai berikut : Nilai 0 : Bila tidak terdapat kalkulus. Nilai 1: Bila kalkulus supragingival menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi. Nilai 2 : Bila kalkulus supragingival menutupi lebih dari 1/3 tetapi tidak lebih dari 2/3 permukaan gigi. Nilai 3 : Bila kalkulus supragingival menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi. Skor dari kalkulus indeks per orang diperoleh dengan cara menjumlahkan skor kalkulus tiap permukaan gigi dan dibagi oleh jumlah dari permukaan gigi yang diperiksa. 30 Rumus Calculus Index (CI) : CI = Jumlah nilai calculus Jumlah gigi yang di periksa Skor OHIS : OHI-S = Debris Index Simplified (DI-S) + Calculus Index Simplified (CI-S) Derajat kebersihan mulut secara klinik dihubungkan dengan skor OHI-S adalah sebagai berikut : Nilai Baik : Bila skor 0,0 – 1,2. Nilai Sedang : Bila skor 1,3 – 3,0. Nilai Buruk : Bila skor 3,1 – 6,0. 31 32 BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN Keterangan : = Variabel yang diteliti 2 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 JENIS PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah obsevasional analitik. 4.2 RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode Cross Sectional Study. 4.3 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di dua tempat, yaitu di SDN Panaikang I dan SDN Panaikang III Makassar. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal 26 April 2014. 4.4 VARIABEL PENELITIAN Variabel menurut Fungsinya; Variabel Independen : Pengetahuan kesehatan gigi Variabel Dependen : DMF-T, OHIS 3 Variabel menurut Skala Pengukurannya; Ratio : DMF-T, OHIS 4.5 DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL 1. Pengetahuan Kesehatan Gigi adalah hasil “tahu” pada penginderaan seseorang terhadap kesehatan gigi yang dinilai dari pengertian kesehatan gigi, penyebab, akibat, jenis masalah, dan cara perawatan yang benar.2 Cara dan alat ukur: Kuisioner pengetahuan kesehatan gigi dan mulut. 2. DMF-T (Decay Missing Filling-Teeth) Nilai DMF-T adalah angka yang menunjukkan jumlah gigi dengan karies pada seseorang atau sekelompok orang. Angka “D” adalah gigi yang berlubang karena karies gigi. Angka “M” adalah gigi yang dicabut karena karies gigi. Angka “F” adalah gigi yang ditambal atau ditumpat karena karies dan dalam keadaan baik.5 Cara ukur: Pemeriksaan langsung pada gigi dengan kaca mulut, sonde, dan dicatat pada formulir. 4 3. OHIS (Oral Hygiene Index Simplified) adalah indeks yang digunakan untuk mengukur daerah permukaan gigi yang tertutup oleh debris dan kalkulus. Yang merupakan jumlah dari Debris Index (DI) dan Calculus Index (CI).17 4.6 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN Populasi penelitian adalah anak usia 10-12 tahun di Makassar. Sedangkan yang menjadi sampel penelitian ini adalah murid kelas VI dari SDN Panaikang I dan SDN Panaikang III Makassar yang menjadi subjek penelitian berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. 4.7 KRITERIA SAMPEL a. Kriteria Inklusi 1. Anak umur 10-12 tahun. 2. Bersedia mengisi kuisioner. 3. Bersedia dilakukan pemeriksaan (kooperatif) dan sehat. b. Kriteria Ekslusi 1. Tidak bersedia dilakukan pemeriksaan (non-kooperatif) dan tidak sehat. 2. Tidak bersedia mengisi kuisioner. 4.8 JUMLAH SAMPEL Jumlah sampel sebanyak 104 sampel. 4.9 ALAT DAN BAHAN PENELITIAN 5 Alat yang digunakan dalam penelitian ialah : a. Masker b. Handschoen c. Kaca mulut (mirror) d. Sonde e. Pinset f. Gelas g. Nierbecken h. Sikat gigi i. Alat tulis menulis Bahan yang digunakan dalam penelitian ialah : a. Disclosing solution b. Air c. Kapas d. Alkohol e. Betadine. 4.10 PROSEDUR PENELITIAN 1. Melakukan sosialisasi kepada pihak sekolah yang bersangkutan mengenai maksud dan tujuan mengadakan penelitian di sekolah tersebut. 6 2. Memberikan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut kepada murid kelas VI di SDN Panaikang I dan III Makassar. 3. Mengambil data seluruh murid kelas VI di SDN Panaikang I dan III Makassar. 4. Pengumpulan data tentang pengetahuan kesehatan gigi dan mulut kelas VI SDN Panaikang I dan III Makassar dengan melakukan wawancara menggunakan kuisioner. 5. Melakukan pemeriksaan status kesehatan gigi dan mulut yang diukur dengan indeks karies atau DMF-T (Decay Missing Filling-Teeth) yang diperoleh dengan pemeriksaan langsung di rongga mulut. 6. Melakukan pemeriksaan kebersihan gigi dan mulut yang diukur dengan suatu indeks kebersihan gigi dan mulut atau Oral Hygiene Index Symplified (OHI-S) yang diperoleh dengan melakukan pemeriksaan langsung di rongga mulut dengan menggunakan explorer. 7. Mengolah dan menganalisis data yang telah didapatkan. 7 4.11 DATA PENELITIAN Jenis data : Data Primer Penyajian data : Data disajikan dalam bentuk tabel, diagram, dan uraian. Analisis dan Pengolahan data : Uji Crosstab dan Uji Korelasi Person dengan SPSS 18.0 8 BAB V HASIL PENELITIAN Penelitian mengenai hubungan pengetahuan kesehatan gigi terhadap DMF-T dan OHIS pada anak usia 10-12 tahun telah dilakukan. Dari hasil penelitian, diperolah jumlah sampel sebanyak 104 sampel dari dua Sekolah Dasar di wilayah Kota Makassar yaitu, SDN Panaikang I dan SDN Panaikang III. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 26 April 2014. Sampel penelitian adalah murid-murid berdasarkan kriteria inklusi yang telah ditentukan sebelumnya. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang menggunakan desain penelitian cross sectional study. Hasil dari penelitian disajikan berdasarkan penilaian kuisioner hubungan pengetahuan kesehatan gigi dengan DMF-T dan OHIS diuji dengan menggunakan program SPSS, data hasil penelitian disajikan dalam bentuk table, diagram, dan uraian seperti dibawah ini. 9 Tabel V.1. Distribusi karakteristik sampel penelitiam berdasarkan jenis kelamin D M F DMFT DI CI OHI Pengetahuan * Sex Sex D Laki-laki Mean N Std. Deviation Perempu Mean an N Std. Deviation Total Mean N Std. Deviation M F DMFT DI CI OHI 1.8654 .5962 .0192 2.4808 52 52 52 2.03912 1.51152 2.3846 Pengetahuan 1.1327 .7385 1.8712 8.0192 52 52 52 52 52 .13868 2.68248 .80433 .72953 1.43340 1.72058 .2500 .0385 2.6731 .7481 .5404 1.2885 7.8846 52 52 52 52 52 52 52 52 2.20653 .65305 .19418 2.18481 .58861 .61109 1.13166 1.94688 2.1250 .4231 .0288 2.5769 .9404 .6394 1.5798 7.9519 104 104 104 104 104 104 104 104 2.13017 1.17161 .16818 2.43634 .72748 .67700 1.31801 1.82953 Diagram V.1. Distribusi karakteristik sampel penelitiam berdasarkan jenis kelamin 50% 50% Laki-laki Perempuan 10 Berdasarkan tabel dan diagram V.1 menunjukkan distribusi karakteristik sampel penelitian yang seluruhnya berjumlah 104 orang. Dilihat pada tabel dan diagram pendistribusian sampel di atas, jumlah laki-laki sama banyak dengan perempuan, yaitu 52 murid laki-laki (50%) dan 52 murid perempuan (50%). Dari 52 sampel murid lakilaki diperoleh nilai DMF-T 24.8, OHIS 18.7, dan pengetahuan 80.1. Sedangkan 52 sampel murid perempuan diperoleh nilai DMF-T 26.7, OHIS 12.8, dan pengetahuan 78.8. Terlihat bahwa jumlah nilai perbandingan DMF-T dari murid laki-laki lebih kecil daripada murid perempuan adalah 1.9, sedangkan jumlah nilai perbandingan OHIS dari murid laki-laki lebih besar daripada murid perempuan adalah 5.9, dan pada jumlah nilai perbandingan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dari murid laki-laki hampir sama dengan murid perempuan adalah 1.3. Tabel V.2. Perbandingan antara nilai pengetahuan kesehatan gigi dengan DMF-T dan OHIS pada murid laki-laki Jenis Kelamin Laki-laki DMF-T OHIS Mean Mean 24.8 18.7 Pengetahuan 80.1 11 Diagram V.2. Perbandingan antara nilai pengetahuan kesehatan gigi dengan DMF-T dan OHIS pada murid laki-laki Pengetahuan DMFT 80.1 Pengetahuan 80.1 24.8 Pengetahuan OHIS DMFT 18.7 Pengetahuan OHIS Berdasarkan tabel dan diagram V.2 memperlihatkan secara jelas pada murid laki-laki memiliki nilai pengetahuan kesehatan gigi sebesar 80.1 dan diikuti dengan nilai DMF-T sebesar 24.8 dan nilai pengetahuan kesehatan gigi sebesar 80.1 dan diikuti dengan nilai OHIS sebesar 18.7. Hal ini menunjukkan bahwa pada murid laki-laki terdapat hubungan antara nilai pengetahuan kesehatan gigi dengan nilai DMF-T dan OHIS. Kemudian, nilai pengetahuan kesehatan gigi dan mulut diikuti dengan nilai DMF-T dan OHIS pada murid laki-laki dapat dibandingkan dengan murid perempuan dilihat pada tabel dan diagram berikut. 12 Tabel V.3. Perbandingan antara nilai pengetahuan kesehatan gigi dengan DMF-T dan OHIS pada murid perempuan Jenis Kelamin Perempuan DMF-T OHIS Mean Mean 26.7 12.8 Pengetahuan 78.8 Diagram V.3. Perbandingan antara nilai pengetahuan kesehatan gigi dengan DMF-T dan OHIS pada murid perempuan Perempuan Pengetahuan DMFT 78.8 Perempuan Pengetahuan OHIS 78.8 26.7 12.8 Pengetahuan DMFT Pengetahuan OHIS Berdasarkan tabel dan diagram V.3 memperlihatkan secara jelas pada murid perempuan memiliki nilai pengetahuan kesehatan gigi sebesar 78.8 diikuti dengan nilai DMF-T sebesar 26.7 dan nilai pengetahuan kesehatan gigi sebesar 78.8 diikuti dengan nilai OHIS sebesar 12.8. Hal ini menunjukkan bahwa pada murid perempuan terdapat pula hubungan nilai pengetahuan kesehatan gigi dengan nilai DMF-T dan OHIS. Dari 13 hasil yang diperoleh, perbandingan nilai pengetahuan kesehatan gigi antara murid lakilaki hampir sama dengan murid perempuan. Hal ini dapat disebabkan oleh ilmu pengetahuan mengenai kesehatan gigi yang mereka dapatkan sebelumnya kemungkinan tidak jauh berbeda, sehingga nilai pengetahuan kesehatan gigi murid laki-laki hampir sama dengan murid perempuan yang memiliki hubungan dengan tinggi dan rendahnya nilai DMF-T dan OHIS pada murid laki-laki dan murid perempuan. Tabel V. 4. Distribusi nilai DMF-T murid laki-laki dan perempuan di SDN Panaikang I dan SDN Panaikang III Sex * Karies Crosstabulation Karies Sangat Sangat rendah Sex Laki-laki Count % within Sex Perempuan Count % within Sex Total Count % within Sex Rendah Sedang Tinggi tinggi Total 23 12 7 4 6 52 44.2% 23.1% 13.5% 7.7% 11.5% 100.0% 21 6 13 8 4 52 40.4% 11.5% 25.0% 15.4% 7.7% 100.0% 44 18 20 12 10 104 42.3% 17.3% 19.2% 11.5% 9.6% 100.0% Diagram V. 4. Distribusi nilai DMF-T murid laki-laki dan perempuan di SDN Panaikang I dan SDN Panaikang III 14 50 44.2 40.4 40 25 23.1 30 20 11.5 15.4 13.5 7.7 11.5 7.7 10 0 Sangat rendah Rendah Sedang Laki-laki Tinggi Sangat tinggi Perempuan Berdasarkan tabel dan diagram V.4 dari hasil analisis crosstab diperoleh 52 murid laki-laki dijabarkan pada kategori tingkat karies sangat rendah yaitu 23 anak (44.2%), kategori tingkat karies rendah 12 anak (23.1%), kategori tingkat karies sedang 7 anak (13.5%), kategori tingkat karies tinggi 4 anak (7.7%), dan kategori tingkat karies sangat tinggi 6 anak (11.5%). Kemudian, dari 52 murid perempuan dijabarkan pada kategori tingkat karies sangat rendah yaitu 21 anak (40.4%), kategori tingkat karies rendah 6 anak (11.5%), kategori tingkat karies sedang 13 anak (25%), kategori tingkat karies tinggi 8 anak (15.4%), dan kategori tingkat karies sangat tinggi 4 anak (7.7%). Terlihat bahwa perbandingan nilai DMF-T dengan kategori sangat tinggi, pada murid laki-laki lebih besar dibandingkan dengan murid perempuan. Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara murid laki-laki dan perempuan dalam memelihara kesehatan gigi. Kemungkinan hal ini disebabkan oleh faktor sikap dan perilaku antara murid laki-laki dan perempuan dalam kebiasaan sehari-hari menjaga kebersihan gigi serta, peran dari orang tua. 15 Tabel V. 5 Distribusi nilai OHIS murid laki-laki dan perempuan di SDN Panaikang I dan SDN Panaikang III Sex * Kat_OHIS Crosstabulation Kat_OHIS Baik Sex Laki-laki Count % within Sex Perempuan Total Total 19 10 52 44.2% 36.5% 19.2% 100.0% 32 13 7 52 61.5% 25.0% 13.5% 100.0% 55 32 17 104 52.9% 30.8% 16.3% 100.0% Count % within Sex Buruk 23 Count % within Sex Sedang Diagram V. 5 Distribusi nilai OHIS murid laki-laki dan perempuan di SDN Panaikang I dan SDN Panaikang III 80 60 61.5 44.2 36.5 40 25 19.2 20 13.5 0 Baik Sedang Laki-laki Buruk Perempuan Berdasarkan tabel dan diagram V. 5 dari hasil analisis crosstab diperoleh 52 murid laki-laki dijabarkan pada kategori tingkat kebersihan gigi dan mulut yaitu, baik sebanyak 23 anak (44.2%), sedang sebanyak 19 anak (36.5%), dan buruk sebanyak 10 anak (19.2%). Kemudian, dari 52 murid perempuan dijabarkan pada kategori tingkat 16 kebersihan gigi dan mulut yaitu, baik sebanyak 32 anak (61.5%), sedang sebanyak 13 anak (25%), buruk sebanyak 7 anak (13.5%). Terlihat bahwa perbandingan nilai OHIS dengan kategori baik, pada murid perempuan lebih besar dibandingkan dengan murid laki-laki. Hal ini pula menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara murid laki-laki dan perempuan dalam memelihara kesehatan gigi. Kemungkinan hal ini disebabkan pula oleh faktor sikap dan perilaku antara murid laki-laki dan perempuan dalam kebiasaan sehari-hari menjaga kebersihan gigi serta, peran dari orang tua. Tabel V. 6 Korelasi nilai pengetahuan kesehatan gigi murid laki-laki dan perempuan terhadap DMF-T dan OHIS di SDN Panaikang I dan SDN Panaikang III No. 1. 2. Pengetahuan DMF-T OHIS Mean Mean Mean 80.1 78.8 24.8 26.7 18.7 12.8 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan p-value 0.036* *. Correlation is not significant;p>0.05 Berdasarkan tabel V. 6 menunjukkan perbedaan nilai pengetahuan kesehatan gigi, DMF-T, dan OHIS antara murid laki-laki dan perempuan. Dinyatakan bahwa nilai DMF-T dan OHIS pada murid laki-laki lebih tinggi daripada murid perempuan. Pada murid laki-laki menunjukkan jumlah rata-rata DMF-T dan OHIS sebesar 21.75 sedangkan pada murid perempuan sebesar 19.75. Berdasarkan hasil uji statistik, diperoleh p = 0.036 (p<0.05), artinya bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara 17 nilai pengetahuan kesehatan gigi dengan nilai DMF-T dan OHIS pada murid laki-laki dan perempuan. 18 BAB VI PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian mengenai hubungan pengetahuan kesehatan gigi terhadap DMF-T dan OHIS pada anak usia 10-12 tahun di Makassar. Pengambilan sampel dilakukan pada murid Sekolah Dasar Negeri Panaikang I dan III Kecamatan Panakukang, Kelurahan Panaikang, Kota Madya Makassar kelas VI yang masuk dalam kriteria inklusi. Seluruh murid yang memenuhi kriteria kemudian diberikan sebuah penyuluhan mengenai kesehatan gigi dan mulut, kuisioner pengetahuan kesehatan gigi, dan pemeriksaan gigi dan mulut untuk menentukan DMF-T dan OHIS. Penelitian ini dilakukan dengan memberikan penyuluhan terlebih dahulu mengenai pengertian gigi sehat, cara merawat gigi agar tetap bersih dan sehat, manfaat menyikat gigi, dan cara menyikat gigi yang baik dan benar. Kemudian, membagikan kuisioner untuk menilai pengetahuan mengenai kesehatan gigi dan mulut. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan gigi dengan penilaian indeks karies dan indeks kebersihan gigi dan mulut. Cara penilaian dengan indeks karies atau caries index yaitu, memeriksa seluruh gigi pada rahang atas dan bawah yang berlubang, gigi yang dicabut karena karies, dan gigi yang ditumpat karena karies. Sedangkan cara penilaian dengan indeks kebersihan gigi dan mulut atau oral hygiene index simplified yaitu, memeriksa gigi molar satu rahang atas sebelah kiri dan kanan pada permukaan palatal, insisivus satu sebelah kanan rahang atas pada permukaan labial, molar satu rahang bawah sebelah kiri dan kanan pada 19 permukaan bukal, serta insisivus satu sebelah kiri dan kanan pada permukaan labial dari sampel tersebut. Jumlah sampel 104 orang dengan rincian 52 murid laki-laki dan 52 murid perempuan yang sesuai dengan kriteria inklusi. Setelah keseluruhan data diperoleh dari uji statistik, hubungan antara pengetahuan kesehatan gigi terhadap DMF-T dan OHIS pada murid laki-laki dan perempuan dalam penelitian menunjukkan p = 0.036 (p<0.05), artinya bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara nilai pengetahuan kesehatan gigi dengan nilai DMF-T dan OHIS pada murid laki-laki dan perempuan. Jadi, semakin tinggi pengetahuan seseorang mengenai kesehatan gigi dan mulut maka semakin rendah pula nilai DMF-T dan OHIS orang itu. Pengetahuan merupakan hasil tahu seseorang setelah melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan siswa sangat penting dalam mendasari terbentuknya perilaku yang mendukung atau tidaknya kebersihan gigi dan mulutnya. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh secara alami maupun secara terencana yaitu, salah satunya melalui proses pendidikan.5 Pengetahuan kesehatan gigi dan mulut sebaiknya diberikan sejak usia dini, karena pada usia dini anak mulai mengerti akan pentingnya kesehatan serta larangan yang harus dijauhi atau kebiasaan yang dapat mempengaruhi keadaan giginya. Pemberian pengetahuan kesehatan gigi dan mulut sebaiknya diberikan pada anak usia sekolah.5 20 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh nilai DMF-T dan OHIS pada murid laki-laki lebih tinggi sedikit daripada murid perempuan. Hal ini disebabkan oleh sikap dan perilaku anak perempuan yang lebih cenderung memperhatikan penampilan dibandingkan dengan anak laki-laki. Sedangkan, nilai pengetahuan dari murid laki-laki hampir sama dengan perempuan. Maka, tingginya pengetahuan anak mengenai kesehatan gigi mempengaruhi kebersihan gigi dan mulut jika didukung dengan sikap dan perilaku dari anak tersebut. Dapat pula dipengaruhi oleh pengetahuan dan perhatian dari orang tua dengan mengajari dan mengawasi keseharian anak dalam menjaga kebersihan gigi dan mulutnya. Menurut Yohanes I Gede, Karel Pandelaki, dan Ni Wayan Mariati, pengetahuan mengenai kesehatan gigi dan mulut sangat penting untuk terbentuknya tindakan dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut. Kebersihan gigi dan mulut dilakukan untuk mencegah penyakit gigi dan mulut, meningkatkan daya tahan tubuh, dan memperbaiki fungsi mulut untuk meningkatkan nafsu makan. Menjaga kebersihan gigi dan mulut pada usia sekolah merupakan salah satu cara dalam meningkatkan kesehatan pada usia dini.20 Pernyataan tersebut mendukung hasil dari penelitian yang dilakukan pada anak usia 10-12 tahun di SDN Panaikang I dan III Makassar, didapatkan hasil adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut terhadap status kebersihan gigi dan mulut karena pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kebersihan gigi dan mulut. 21 22 BAB VII PENUTUP 7.1 SIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan di SDN Panaikang I dan SDN Panaikang III pada tanggal 26 April 2014, maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu: 1. Terdapat hubungan pengetahuan kesehatan gigi yang signifikan terhadap DMF-T dan OHIS pada anak usia 10-12 tahun. 2. Nilai DMF-T dan OHIS dari murid laki-laki sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan murid perempuan. 3. Nilai DMF-T dan OHIS akan meningkat jika tidak didukung dengan kebersihan gigi dan mulut yang baik. 4. Semakin tinggi pengetahuan mengenai kesehatan gigi makan akan semakin rendah pula nilai DMF-T dan OHIS. 5. Perilaku kebiasaan sehari-hari dari anak laki-laki dan perempuan mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut. 6. Peran aktif dari orang tua terhadap kesehatan gigi anak juga tidak kalah penting, yaitu dalam pengajaran kepada anak dan pengawasannya terhadap kebersihan gigi anak dengan cara mengganti sikat gigi secara berkala dan kinerja membersihkan gigi secara optimal, pengawasan dalam bentuk konsultasi pada dokter gigi. 23 7.2 SARAN Saran yang dapat diberikan setelah melakukan penelitian adalah : 1. Sebaiknya orang tua mengajarkan anak sejak dini untuk rajin merawat dan menyikat gigi untuk menjaga kesehatan rongga mulutnya karena akan berdampak ketika anak telah dewasa nanti. 2. Sebaiknya orang tua diajarkan cara merawat dan membersihkan gigi yang tepat, serta pemberian informasi mengenai cara menjaga kesehatan gigi. 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel penelitian yang lebih besar. 24 DAFTAR PUSTAKA 1. Thioriyz E. Pengaruh faktor sosial-ekonomi terhadap status karies pada murid taman kanak-kanak kecamatan Rappocini. Media Kes. Gigi;2010:(1):43. 2. Angela A. Pencegahan primer pada anak yang berisiko karies tinggi. Maj. Ked. Gigi. (Dent. J.);2005:(38):130-2 3. Effendi MC, Yuanita LR, Virma DPP. Efektivitas penyuluhan teater boneka terhadap peningkatan pengetahuan dan keterampilan menggosok gigi pada siswa SDN Lowokwaru 2 kota Malang;2013 4. Indirawati TN, Magdarina DA. Penilaian indeks DMF-T anak usia 12 tahun oleh dokter gigi dan bukan dokter gigi di kabupaten Ketapang propinsi Kalimantan Barat. Media Litbangkes;2013:(23):42 5. Ignatia PS, Trining W, Ranny R. Perbedaan tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada siswa sekolah dasar di kota dan di desa;2013:1-2 6. Eriska R, Risti S. Upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut melalui perubahan tingkah laku anak;2005 7. National Resource Center for Family-Centered Practice and Permanency Planning. Early Adolescence (10 – 12 years old);2009 8. E Rooney, G Davies, J Neville, M Robinson, C Perkins, M A Bellis. Oral Health Survey of 12 years old Children 2008 / 2009. NHS DEP for England;2010:2 9. Susanty H. Waktu pertumbuhan gigi geligi. Dentia dental. 2009 [Internet] Available from: URL: http://www.dentiadental.com/2009/articles/waktupertumbuhan-gigi-geligi/ Accessed March 10, 2014. 10. Itjingningsih WH. Anatomi gigi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 1991, p.21-3 11. Child development and trauma guide 9-12 years old. A victorian government initiative, 2007 January. [internet] Available from: URL:http://www.dhs.vic.gov.au/everychildeverychance Accessed January 22, 2014. 12. Kharani HM. Psikologi perkembangan. Yogyakarta: Aswaja pressindo; 2013, p. 63 25 13. Philip DM. Dental plaque as a biofilm: the significance of pH in health caries. Compendium. 2009 March;2(30):76. [Internet] Available from: URL: http://www.compendiumlive.com Accessed January 22, 2014.\ 14. Diana S, Rinna ES, Indeswati D. Peranan sorbitol dalam mempertahankan kestabilan pH saliva pada proses pencegahan karies. Maj. Ked. Gigi. (Dent. J.); 2005:(38):25-6 15. Ilyas M. Hubungan tingkat pendidikan ibu dengan status karies gigi pada murid taman kanak-kanak di Kecamatan Wajo kota Makassar. Prosiding PIN IDGAI V. Makassar; 2011 16. Surya M, Syamsuddin Z, Harun A. Karies rampan pada anak, tinjauan dari aspek status nutrisi dan pola makan. Prosiding PIN IDGAI V. Makassar; 2011 17. Laelia DA, Mutiara TCS. Indeks karies dan kondisi jaringan periodontal anak SD usia 6-12 tahun,. Prosiding PIN IDGAI V. Makassar;2011 18. Herijulianti E, Indriani TS, Artini S. Pendidikan kesehatan gigi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2001, p.98 19. Indirawati TN, Frans XSH. Gambaran kebersihan mulut dan gingivitis pada murid sekolah dasar di puskesmas sepatan, kabupaten tangerang. Media Litbang Kesehatan;2010: (19):181-2 20. Gede YI, Pandelaki K, Mariati NW. Hubungan pengetahuan kebersihan gigi dan mulut dengan status kebersihan gigi dan mulut pada siswa SMAN 9 Manado. eJournal PAAI;2013: (1) 26