Wealth Management Newsletter - Desember 2014
Transcription
Wealth Management Newsletter - Desember 2014
Market Perspective // 1 Wealth Management Newsletter - Desember 2014 Wealth Management Newsletter // Edisi Desember 2014 2 // Market Perspective GREETINGS Nasabah terhormat, Terima kasih atas kepercayaan Anda menjadi Nasabah setia Commonwealth Bank. Di penghujung di tahun 2014 ini, pasar global dikejutkan dengan turunnya harga minyak dunia hingga ke level yang setara pada akhir tahun 2009 setelah krisis di Amerika Serikat. Bagaimana dampaknya terhadap ekonomi dan iklim investasi di Indonesia akan diulas dalam edisi market perspective kali ini. Meskipun berbagai sentimen negatif masih mempengaruhi pasar global ke depan, namun kami menatap prospek ekonomi tahun 2015 dengan sangat positif. Jika Anda membutuhkan informasi lebih lanjut mengenai strategi dan rekomendasi produk-produk investasi, Anda dapat menghubungi Relationship Manager kami di cabang terdekat. Akhir kata, kami bersama segenap direksi Commonwealth Bank ingin mengucapkan Selamat Hari Raya Natal dan Tahun Baru 2015. Hormat kami, Rian Kaslan EVP, Head of Wealth Management and Business Strategy Wealth Management Newsletter // Edisi Desember 2014 Market Perspective // 1 global Outlook Penurunan Harga Minyak Dunia Sepanjang tahun 2014 harga minyak dunia terus mengalami penurunan harga. Harga Minyak Brent Crude yang menjadi acuan dunia turun -33 % YtD ke level US$66.5/barrel. Harga minyak WTI untuk pengiriman Januari 2015 juga terlihat turun -28,05% dan harga minyak OPEC turun paling tajam -36% YtD. Apa yang menyebabkan penurunan harga minyak dunia? Demand atas minyak dunia masih belum menunjukkan pemulihan, sejalan dengan perlambatan ekonomi di Eropa, Jepang, China dan di berbagai belahan dunia lainnya. Hal ini juga terlihat dari IMF yang kembali menurunkan outlook pertumbuhan ekonomi dunia pada Oktober 2014 lalu. Hanya AS yang menunjukkan pemulihan pertumbuhan ekonomi, sedangkan negara lainnya masih menghadapi resesi. Year over Year IMF World Economic Forecast Sumber: Bloomberg Keputusan OPEC ini terkait kepentingan untuk menjaga dominasi share supply minyak dunia, terhadap persaingan dari meningkatnya suplai minyak dari negara non OPEC, dalam hal ini AS. Pimpinan Saudi Arabia menyatakan bahwa penurunan harga minyak akan mengalami stabilisasi dengan sendirinya. Projections Advanced Economies United States Euro Area Germany France Italy Spain Japan United Kingdom Canada Other Advanced Economies2 Emerging Market and Developing Economies3 Commonwealth of Independent States Russia Excluding Russia Emerging and Developing Asia China India4 Asena-55 Emerging and Developing Europe Latin America and The Caribbean Brazil Mexico Difference from July 2014 WEO Update Q3 over Q4 Projections 2012 2013 2014 2015 2014 2015 2013 2014 2015 3.4 1.2 2.3 -0.7 0.9 0.3 -2.4 -1.6 1.5 0.3 1.7 2.0 3.3 1.4 2.1 -0.4 0.5 0.3 -1.9 -1.2 1.5 1.7 2.0 2.3 3.3 1.8 2.2 0.8 1.4 0.4 -0.2 1.3 0.9 3.2 2.3 2.9 3.8 2.3 3.1 1.3 1.5 1.0 0.8 1.7 0.8 2.7 2.4 3.1 -0.1 0.0 0.5 -0.3 -0.5 -0.4 -0.5 0.1 -0.7 0.0 0.1 0.0 -0.2 -0.1 0.0 -0.2 -0.2 -0.5 -0.3 0.1 -0.2 0.0 0.1 -0.1 3.7 2.2 3.1 0.5 1.4 0.8 -0.9 -0.2 2.4 2.7 2.7 2.8 3.1 1.7 2.1 0.8 1.1 0.3 -0.1 2.0 0.6 3.5 2.2 2.6 3.8 2.4 3.0 1.6 1.9 1.3 1.3 1.5 0.5 2.2 2.4 4.0 5.1 4.7 4.4 5.0 -0.1 -0.2 5.1 4.5 5.0 3.4 3.4 3.6 6.7 7.7 4.7 6.2 1.4 2.9 1.0 4.0 2.2 1.3 4.2 6.6 7.7 5.0 5.2 2.8 2.7 2.5 1.1 0.8 0.2 2.0 6.5 7.4 5.6 4.7 2.7 1.3 0.3 2.4 1.6 0.5 4.0 6.6 7.1 6.4 5.4 2.9 2.2 1.4 3.5 -0.1 0.0 -0.4 0.1 0.0 0.2 0.1 0.0 -0.7 -1.0 0.0 -0.5 -0.5 -0.4 0.0 0.0 0.0 -0.2 0.0 -0.4 -0.6 0.1 2.1 1.9 ... 6.7 7.7 6.1 4.7 3.6 2.1 2.2 0.6 -1.5 -0.8 ... 6.6 7.5 5.8 5.1 2.8 0.8 0.0 3.5 1.5 0.9 ... 6.3 6.8 6.5 5.0 4.4 2.2 1.8 3.3 Sumber : IMF World Economic Forecast Wealth Management Newsletter // Edisi Desember 2014 2 // Market Perspective Namun disisi lain, produksi (suplai) minyak dunia semakin bertambah, khususnya dari keberhasilan penemuan/teknologi shale deposit di AS. Suplai minyak Amerika tumbuh 1.53 mb/day di 2014. Ini merupakan pertumbuhan terbesar diantara seluruh Negara nonOPEC. Graph 5.10: OPEC and world oil supply 30 91 29 90 28 89 27 88 Keputusan OPEC ini terkait kepentingan untuk menjaga dominasi share supply minyak dunia, terhadap persaingan dari meningkatnya suplai minyak dari negara non OPEC, dalam hal ini AS. Pimpinan Saudi Arabia menyatakan bahwa penurunan harga minyak akan mengalami stabilisasi dengan sendirinya, dan beberapa negara anggota OPEC terlihat dari awal belum menunjukkan intensinya untuk memangkas volume produksi. “…. hasil OPEC di akhir November 2014 menandakan kita memasuki Era Baru Industri Minyak, di mana Mekanisme Supply Demand Diserahkan Pada Pasar” Aug 14 Sep 14 Oct 14 92 Mar 14 Apr 14 May 14 Jun 14 Jul 14 31 Aug 13 Sep 13 Oct 13 Nov 13 Dec 13 Jan 14 Feb 14 93 Mar 13 Apr 13 May 13 Jun 13 Jul 13 mb/d 32 Nov 12 Dec 12 Jan 13 Feb 13 mb/d Hal ini semakin diperparah dengan hasil pertemuan OPEC 27 November 2014 lalu. Sebagai organisasi pengekspor minyak terbesar di dunia dengan kontribusi 40% dari suplai minyak dunia, OPEC memiliki pengaruh cukup kuat pada pergerakan harga minyak dunia. OPEC memutuskan untuk menjaga level produksi kolektifnya sebesar 30 Juta barrel perhari. Pelaku pasar memandang hal ini sebagai Era baru di Harga Minyak, dimana mekanisme supply demand diserahkan pada pasar sendiri, tidak lagi bergantung pada OPEC dan Saudi Arabia. World Supply (RHS) OPEC crude production (LHS) Sumber: Monthly Oil Market Report - November 2014 Graph 5.4: US quarterly production Penurunan harga minyak, artinya outlook inflasi dunia masih menurun mb/d 15 14 Terlihat konsensus Bloomberg langsung menurunkan estimasi inflasi 2014-2015. 13 12 11 Avg. 2014 10 1Q15 1Q15 1Q15 1Q15 4Q14 3Q14 2Q14 1Q14 1Q13 1Q13 1Q13 1Q13 4Q12 3Q12 2Q12 1Q12 9 Avg. 2015 ----GDP---- Avg. 2014 Avg. 2015 --Inflation-- End 2014 --CB Rate-- --As of-- G-5 COUNTRIES Ketidaksesuaian demand dan supply ini mengkibatkan harga minyak dunia semakin turun. Penurunan ini hampir setara dengan level normalisasi harga minyak dunia di tahun 2009, setelah mengalami crash hingga mendorong harga minyak menyentuh US$38/barrel akibat krisis ekonomi AS di tahun 2008. United States 2.2% 3.0% 1.7% 1.8% Previous Survey 2.2% 3.0% 1.7% 2.0% Eurozone 0.8% 1.2% 0.5% 1.0% Previous Survey 0.8% 1.3% 0.5% 1.1% Japan 0.9% 1.0% 1.8% 1.8% Previous Survey 1.0% 1.2% 2.8% 1.8% 1.25% 11/13/2014 10/09/2014 0.05% 11/17/2014 10/13/2014 270 11/06/2014 10/09/2014 Sumber : Bloomberg Graph 4.1: Quarterly world oil demand growth tb/d 2,000 Penurunan harga minyak dunia, artinya outlook inflasi juga turun. Turunnya ekspektasi inflasi akan mendorong penurunan yield obligasi dan otomatis kenaikan (rally) harga obligasi. Setelah pertemuan OPEC, langsung terlihat penurunan yield US Treasury tenor 10 tahun ke level 2,2% dari minggu sebelumnya dikisaran 2,35%. 1,500 1,000 500 0 -500 -1,000 1Q 2Q 3Q 4Q 2013 OECD 1Q 2Q 3Q 4Q 1Q 2Q 3Q 2014 2015 estimate forecast Non-OECD Sumber: Monthly Oil Market Report – November 2014 Wealth Management Newsletter // Edisi Desember 2014 Total World 4Q Penurunan outlook inflasi ini tentunya membuat upaya yang sudah dilakukan berbagai Bank Sentral dengan memompa stimulus, menjadi kurang berarti. Dengan kata lain, ECB dan Bank of Japan perlu meningkatkan program stimulus jika mereka masih berintensi mencapai target inflasinya. Dengan demikian, walaupun penurunan harga minyak dunia akan mendorong penurunan harga komoditas terkait lainnya seperti batu bara, metal dan harga saham perusahaan bidang energi di dunia. Namun hal ini juga semakin mendorong spekulasi akan adanya stimulus tambahan dari ECB dan Jepang. Hal inilah yang akan menjadi support dalam pergerakan pasar modal di dunia. Market Perspective // 3 Selanjutnya apa yang perlu kita amati ke depannya? Perkembangan Program Stimulus di Jepang, Eropa dan China Jepang Data Inflasi Eurozone masih menurun 0,3% YoY. rendahnya inflasi memunculkan harapan QE di Zone Eropa. Selanjutnya, pelaku pasar kembali menunggu hasil pertemuan ECB dipertengahan Desember 2014, yang akan membahas perpanjangan dan spekulasi penambahan pinjaman likuiditas kepada perbankan di Eropa, yang lebih dikenal dengan program TLRO. Namun hal lain yang juga cukup mewarnai pergerakan pasar ke depannya adalah risiko politik di Yunani. Pasar saham Yunani mengalami koreksi -12,8% dalam 1 hari perdagangan 9 Desember 2014. Koreksi di pasar saham Yunani disebabkan risiko politik, atau kekhawatiran atas hasil pemilu yang dapat dimenangkan pihak oposisi. Hal ini kembali mendorong kekhawatiran investor atas masalah penyelesaian hutang dan potensi hair cut secara paksa bagi pemegang surat hutang yunani. Ekonomi Jepang mengalami resesi lebih dalam dari yang dibayangkan sebelumnya, terlihat dari business spending yang mengalami penurunan ke level -0,4% QoQ, dibandingkan sebelumnya -0,2% QoQ. Penurunan business spending ini dampak lanjutan setelah kenaikan Pajak Penjualan April 2014 lalu. Selain itu, laju ekonomi Jepang menunjukkan penurunan pada QQ3/14 sebesar -1,9% (annualized), dibandingkan estimasi konsensus sebesar -0,5%. Untuk mengatasi kondisi ini, Shinzo Abe (PM Jepang) telah mengeluarkan stimulus dan menaikkan target tahunan monetary base ke Yen 80 Triliun (US$724 Miliar) dari sebelumnya Yen 60-70 Triliun. Selain itu Abe juga menunda kenaikan pajak selama 18 bulan kedepan yang menjadi katalis pendorong kenaikan pasar saham Jepang. Selanjutnya, pada 14 Desember 2014 mendatang akan berlangsung early election di Jepang, di mana Abe diestimasi kembali mengungguli partai oposisinya yang terlihat relatif kurang siap dibandingkan partai pengusung Abe. Pelaku pasar melihat outlook stimulus di Jepang akan sangat bergantung pada pendukung suara Abe. China Data ekonomi China masih menunjukkan perlambatan. Ekspor China masih melambat atau tumbuh +4,7% YoY (vs sebelumnya +11,6%). Sedangkan impor China kontraksi sebesar -6,7% YoY (vs sebelumnya +4,6% YoY). Setiap data ekonomi di China yang menunjukkan perlambatan, akan mendorong spekulasi pasar akan penambahan stimulus. Sebelumnya Bank sentral China sudah melakukan pemotongan suku bunga kredit 12 bulan sebesar 40 bps menjadi 5,6% dan suku bunga dana 12 bulan sebesar 25 bps menjadi 2,75%. Persyaratan Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan juga dilonggarkan. Hal ini diharapkan mendorong suplai kredit sekitar CNY 7 Triliun. Akhirnya, pelaku pasar juga akan terus memantau perkembangan Kebijakan The Fed Eropa Pada pertemuan ECB di awal Desember 14 lalu, Mario Draghi (ECB) menyatakan kesiapannya mengucurkan stimulus pada awal tahun depan, tanpa menyebut rentang waktu. Seberapa besar stimulus yang dikucurkan, pelaku pasar berspekulasi hingga pada level balance sheet yang setara tahun 2012 lalu atau Euro 3T Triliun dalam 2 tahun ke depan. Artinya, tambahan Euro 1 Triliun hingga akhir 2016. Pelaku pasar kembali wait & see menjelang FOMC meeting yang akan berlangsung minggu depan tanggal 16-17 Desember 2014. Diharapkan tidak ada satu keputusan penting yang akan dirilis. Namun pelaku pasar berspekulasi apakah FOMC akan mengubah sinyal arah kebijakan The Fed Fund Rate ke depannya. Sejak Maret 2014, FOMC sudah memberikan arah akan menahan The Fund Rate selama waktu tertentu setelah mengakhiri program pembelian asetnya. Namun dengan kondisi pasar tenaga kerja yang terus menunjukkan perbaikan dan bahkan data penambahan jumlah non-farm payroll di November 2014 yang sangat kuat, mencapai 321.000 di atas estimasi pasar dan level Unemployment rate pada level terendah 5,8%, maka hal ini akan mendorong The Fed mengubah sinyal arah kebijakan suku bunga pada pertemuan FOMC Desember 2014 ini. Wealth Management Newsletter // Edisi Desember 2014 4 // Market Perspective ANALISA VALAS Setelah AS memproduksi minyak mentah dunia, harga minyak mentah turun sebesar 28.22% dari $80 per barrel menjadi $58 per barrel. Hal ini terjadi karena produksi yang berlebihan dari Negara-negara penghasil minyak yang tidak diiringi dengan daya beli pasar yang kuat. Permintaan di pasar global tidak bertumbuh secepat produksi di pasar. Rencana The Fed untuk menaikan suku bunga sudah semakin dekat seiring dengan perbaikan yang konsisten di pasar tenaga kerja AS. Namun penurunan harga minyak dunia cenderung berdampak pada perlambatan peningkatan inflasi di AS. Data inflasi pun menunjukan angka yang stabil dan relative masih kondusif dengan tingkat suku bunga saat ini. Diperkirakan, tidak diperlukan kenaikan suku bunga mendadak untuk AS dikarenakan tingkat inflasi yang masih terjaga. Namun pada meeting FOMC mendatang diperkirakan kata-kata yang digunakan tidak lagi mengindikasikan kenaikan suku bunga dalam jangka waktu yang lama, akan tetapi lebih ada penekanan pada perekonomian AS sudah siap untuk melakukan pengetatan kebijakan. Perubahan kebijakan akan menjadi tema utama pada tahun 2015 mendatang di pasar valas. Pasalnya USD akan mengalami pergerakan dengan volatilitas yang tinggi dan cenderung memiliki pengaruh yang besar terhadap mata uang lainnya. USD/IDR pergerakan turun AUD terhadap mata uang lainnya. Pada tanggal 12 Desember 2014, Glenn Stevens, Gubernur RBA, mengatakan bahwa AUD/USD akan lebih “nyaman” jika diperdagangkan pada level 0.7500 daripada level saat ini di 0.8500. Hal ini diperkirakan akan membantu ekpor Australia dan kembali memberikan sentiment positif pada neraca perdagangan Australia. Turunnya harga minyak dunia cenderung berpengaruh pada turunnya inflasi di Australia dan memperlebar selisih suku bunga dan inflasi. Hal ini memberikan fleksibilitas tambahan kepada RBA untuk melakukan pelonggaran kebijakan atau memotong suku bunga AUD dan mendukung pertumbuhan ekonomi kedepannya. IDR terus mengalami pelemahan pada penghujung tahun 2014. Pada tanggal 15 Desember, IDR menyentuh titik terlemah di level 12.698 dibandingkan dengan USD. Level ini adalah level terlemah semenjak tahun 1999. Pelemahan ini terjadi karena penyesuaian nilai tukar dengan USD yang terus menguat. Penguatan USD dikarenakan oleh data-data indikator perekonomian AS yang semakin baik. Perbaikan datadata AS ini membuktikan bahwa The Fed siap untuk menaikan suku bunga USD. Ditambah lagi harga minyak dunia yang terus turun cenderung berdampak pada turunnya nilai ekspor komoditas Indonesia dan berpotensi memberikan tekanan pada neraca perdagangan Indonesia. Diperkirakan AUD/USD akan cenderung bergerak dengan rentang 0.8350 – 0.8150 pada bulan Desember 2014 Dari domestik, kebutuhan akhir tahun untuk perusahaan-perusahaan juga meningkat guna menutup posisi neraca perusahaan dan memenuhi peraturan pemerintah untuk korporasi mengenai hedging-debt-loan yang akan efektif pada awal tahun 2015 GBP/USD Pergerakan GBP pada bulan Desember ini diwarnai dengan mix nya data-data ekonomi dari UK, salah satu data positif terpenting yang dirilis UK pada awal bulan Desember adalah data Services PMI, dari data tersebut sektor utama di UK yaitu sektor jasa mengalami peningkatan sebesar 58.6 dari data bulan sebelumnya di 56.2, namun melambungnya ekspektasi pasar terhambat oleh 2 data yang juga dirilis UK yaitu kegiatan manufaktur dan konstruksi UK yang buruk. Hal ini memupuskan harapan pasar tentang kenaikan suku bunga Inggris di waktu dekat Diperkirakan GBP/USD akan cenderung bergerak dalam rentang 1.5540 – 1.5770 pada bulan Desember 2014 USD/JPY EUR/USD Inflasi zona Eropa yang cenderung dalam trend turun dan berpotensi memasuki zona deflasi mewarnai perekonomian Eropa pada bulan Desember. ECB kembali menggelontorkan stimulus sebesar 129.8B EUR dan menetapkan suku bunga tetap di -0,20% guna meningkatkan inflasi. Namun turunnya harga minyak mentah dunia mengancam inflasi di Zona Eropa untuk terus konsisten turun. Penurunan harga minyak mentah ini berpotensi memicu ECB untuk kembali mengintervensi pasar dengan tambahan jumlah stimulus. Diperkirakan nilai tukar Rupiah akan cenderung melemah di rentang 12,600 – 12,850 selama bulan Desember ini AUD/USD Seiring penguatan USD di pasar global, AUD pun tak luput dari depresiasi. AUD melemah sebanyak 6,38% dari awal bulan November hingga pertengahan Desember atau dari level 0.8800 turun ke level 0.8215 terendah di pertengahan Desember. Selain penguatan USD, turunnya harga minyak mentah dunia dan komoditas secara keseluruhan juga mempengaruhi Diperkirakan EUR/USD akan cenderung bergerak dalam rentang 1.2230 – 1.2550 pada bulan Desember 2014 dengan kecenderungan turun. Pelemahan JPY terus terlihat konsisten dari awal bulan November hingga pertengahan Desember. Dari awal November sampai pertengahan Desember JPY sudah melemah sebanyak 10,43% dengan level terendah terhadap USD di 121.46 pada tanggal 5 Desember 2014. Pelemahan JPY ini disebabkan terutama oleh stimulus yang di gelontorkan oleh BOJ sebesar 1.2T JPY dan penguatan USD secara keseluruhan di pasar global. DIperkirakan USD/JPY akan cenderung bergerak dengan rentang 117.50 – 120.50 pada bulan December 2014 dengan kecenderungan naik. Recommendation USD/IDR EUR/USD GBP/USDAUD/USD USD/JPY Expected buying level 12.550 - 12.600 1.2250 - 1.2300 1.5550 - 1.5600 0.8150 - 0.8180 117.00 - 117.50 Expected selling level 12.850 - 12.900 1.2480 - 1.2500 1.5750 - 1.5800 0.8350 - 0.8430 120.00 - 120.50 Long profit taking @ 12.850 and above 1.2425 and above 1.5750 and above 0.8300 and above 120.00 and above Short profit taking @ 12.700 and below 1.2300 and below 1.5600 and below 0.8150 and below 119.50 and below Long cut loss @ 12.300 - 12.350 1.2125 - 1.2175 1.5475 - 1.5500 0.8000 - 0.8080 116.00 - 116.50 Short cut loss @ 13.000 - 13.100 1.2575 - 1.2650 1.5875 - 1.5915 0.8525 - 0.8600 121.80 - 122.35 Entry Point Profit Taking Cut Loss *Data di atas hanya bersifat indikatif dan dapat berubah sewaktu-waktu tergantung kondisi pasar. Wealth Management Newsletter // Edisi Desember 2014 Market Perspective // 5 EQUITY MARKET REVIEW & OUTLOOK Kenaikan BBM ini dilakukan tanpa banyak mengulur waktu. Walaupun ada kelompok di Parlemen dan kalangan masyarakat yang menolak dan memberikan opini negatif, namun kenaikan BBM tetap dilakukan. Dari bahasan CommInsight edisi sebelumnya, terlihat beberapa sinyal yang sudah dilakukan Pemerintah, yakni dengan mulai mendistribusikan 4 kartu sakti sebagai bentuk upaya mengurangi dampak yang dirasakan masyarakat kecil. Pasar modal langsung bereaksi positif menyambut kenaikan BBM. Jokowi dalam Forum APEC 2014 20.0 5,500 15.0 10.0 5,150 14.6 14.5 5,000 11.5 9.5 7.8 4,274 5.3 4.3 5.0 4,000 (5.3) (1.3) Nov-14 Oct-14 Sep-14 Aug-14 Jul-14 Jun-14 May-14 Apr-14 (5.0) 4,500 2.7 Mar14 Sekembalinya dari lawatan di luar negeri dan tanpa membutuhkan waktu yang cukup panjang, pada tanggal 17 November 2014 malam Pemerintah Jokowi-JK akhirnya menaikkan harga bahan bakar bersubsidi sebesar Rp2000/liter. Bensin menjadi Rp8.500/liter dan Solar menjadi Rp7.500/liter. Hal ini menunjukkan keseriusan dan keberanian Pemerintah dalam men-deliver agenda reformasi. IHSG & Arus dana asing di portofolio saham (Rp Triliun) Feb-14 Pada pertemuan APEC di Beijing, Jokowi menyampaikan pesan yang sangat jelas dan sederhana. Untuk mempercepat pembangunan ekonomi, maka Pemerintah akan mendorong investasi. Foreign Direct Investment (FDI) menjadi faktor penting untuk mencapai pembangunan ekonomi di atas 7%. Selain itu kondisi politik dalam negeri juga relatif stabil, di mana nuansa perdamaian akhirnya terlihat di DPR, setelah lebih dari 1 bulan, 2 kubu Koalisi di DPR berdebat. Tingkat keyakinan investor asing semakin tinggi melihat keberanian dan keseriusan Pemerintah Jokowi. Terlihat dari kembali masuknya aliran dana dari investor asing. Sebelumnya 3 bulan terturut-turut selama Agustus ke Oktober 2014, mencatatkan Net Sell akumulasi senilai –Rp 1.9 Triliun. Namun di bulan November 2014 langsung mengalami Net Buy sebesar Rp5.3 Triliun. Jan-14 Selanjutnya mulai tanggal 11 hingga 19 November 2014, IHSG masuk pada area perdagangan positif hingga mencapai level 5.128. Hanya dalam 9 hari, IHSG berbalik dari level di bawah 5000 dan berhasil kembali menembus level di atas 5.100. Penguatan IHSG didorong sentimen positif dari forum APEC di mana pidato Jokowi berhasil membuat investor asing semakin yakin untuk berinvestasi di Indonesia. Antrian menjelang kenaikan harga BBM Dec-13 Selama bulan November 2014, IHSG mengalami kenaikan positif sebesar +1,19% ke level 5.150. Awalnya, pergerakan IHSG cenderung mengalami penurunan hingga menyentuh level di bawah 5000 pada 10 November 2014. Hal ini lebih disebabkan faktor domestik yakni: ketidakpastian rencana kenaikan BBM yang membuat investor wait & see, data pertumbuhan ekonomi QQ3’14 yang terlihat melambat dan rilis laporan keuangan emiten QQ3’14 dibawah estimasi konsensus. Walaupun pada saat itu, pasar global relatif mengalami kenaikan karena didorong optimisme pada rencana stimulus Jepang dan European Central Bank (ECB). (7.4) (10.0) Foreign Flow (Rp Tn) Net Buy (+) & Net Sell (-) 3,500 (3.2) 3,000 IHSG Sumber: Bloomberg, diolah Commonwealth Bank Pergerakan IHSG selama November 2014 5,200 5,150 5,150 5,100 5,128 5,090 5,050 5,000 Selain reaksi positif di pasar saham, dengan tingginya inflow dana dari investor asing maka mata uang Rupiah langsung menguat dari level Rp12.200-an menjadi Rp12.100/USD. Begitu pula dengan yield SUN tenor 10 tahun juga terlihat turun ke level 7,9%. Ekspektasi inflasi dari kenaikan BBM hanya berkisar 7,3-7,5% sehingga masih ada cushion yang cukup dari level yield SUN yang tinggi. 4,965 4,950 4,900 28-Nov-14 26-Nov-14 24-Nov-14 22-Nov-14 20-Nov-14 18-Nov-14 16-Nov-14 14-Nov-14 12-Nov-14 10-Nov-14 8-Nov-14 6-Nov-14 4-Nov-14 2-Nov-14 31-Oct-14 4,850 “Kenaikan harga BBM, menunjukkan keseriusan dan keberanian Pemerintah dalam men-deliver agenda reformasi. Tingkat keyakinan investor asing semakin tinggi dan pasar langsung bereaksi positif.” Sumber: Bloomberg, diolah Commonwealth Bank Wealth Management Newsletter // Edisi Desember 2014 6 // Market Perspective Bagaimana dengan pergerakan saham secara sektoral? Hampir seluruh sektor saham mengalami penguatan. Sektor yang mengalami penguatan tertinggi adalah Property & Construction (+6,8%), khususnya didorong kenaikan saham-saham konstruksi yang mendapat sentimen positif dari kenaikan harga BBM. Dengan kenaikan harga BBM ini diharapkan Pemerintah semakin meningkatkan investasi di pembangunan infrastruktur. Selanjutnya, penguatan juga terjadi di sektor Agri (+6.28%), yang lebih disebabkan rebound harga CPO dan kemudian disusul penguatan di sektor Aneka Industri (+3,93%), Consumer (+2,52%), Financial (+1,49%) dan Basic Industry (+0,67%). Namun masih terdapat saham-saham yang mengalami pelemahan, yakni saham di sektor Trade & Services (-3,0%), Mining (-0,95%) dan Infrastruktur (-0,61%). Pelemahan ini lebih disebabkan faktor spesifik yang terkait dengan sektor tersebut. Misalnya saja, sentimen penurunan harga minyak dunia dan pelemahan ekonomi China yang masih mempengaruhi sentimen harga komoditas batu bara. Penurunan harga saham di sektor Trade & Services, disebabkan koreksi dari saham-saham media MNCN, EMTK yang pemiliknya terkait dengan pihak yang kalah dalam Pemilu 2014 lalu. Sedangkan di sektor Infrastruktur, penurunan saham didorong koreksi di saham TRAM, INDY (terkait usaha perkapalan). Apa yang mempengaruhi pergerakan pasar selanjutnya? Pemerintah Jokowi sudah berhasil melalui tes pertama dalam pemilihan kabinet dan tes kedua merealisasikan salah satu agenda reformasi di bidang energi yakni pengendalian subsidi BBM. Message yang disampaikan Pemerintah sangat straightforward dan berhasil menyakinkan Investor asing terhadap potensi Indonesia. Kami melihat “Image” ini sangat positif dan perlu di-maintain dalam forum-forum internasional yang dihadiri Pemerintah selanjutnya. Selanjutnya beberapa hal yang perlu diamati pelaku pasar: 1. Bagaimana langkah Pemerintah dalam mengalokasikan dana penghematan dari subsidi BBM (pengeluaran konsumsi) ke pengeluaran produktif (anggaran pemerintah yang pro growth) Kenaikan harga BBM bersubsidi di November 2014 lalu berpotensi menurunkan subsidi sebesar Rp94 Triliun, terendah dalam sejarah. Ditambah dengan penurunan harga minyak dunia, yang membuat Indonesia Crude Price (ICP) turun ke US$80/barrel, jauh di bawah asumsi budget Pemerintah 2015 sebesar US$105/barrel. Sehingga Pemerintah memperoleh tambahan saving anggaran sebesar Rp50 Triliun selama 2015 atau total menjadi Rp140 Triliun. Nilainya cukup signifikan dibandingkan alokasi anggaran subsidi sebelumnya Rp276 Triliun untuk tahun 2015 mendatang. Estimasi pengeluaran (belanja) modal Pemerintah diprediksi mencapai Rp227 Triliun (vs Rp157 Triliun di APBN 2015), lebih tinggi dari alokasi subsidi BBM Rp132 Triliun (vs Rp276 Triliun di APBN 2015). Dengan demikian, alokasi revisi anggaran 2015 yang akan diajukan Pemerintah di Januari 2015 menjadi hal yang perlu diperhatikan. Selain itu, news mengenai bagaimana pendistribusian bantuan kepada masyarakat miskin dan bagaimana implementasi pembangunan infastruktur juga dapat mewarnai pergerakan pasar. Apalagi beberapa bottleneck masih perlu dihadapi, misalnya bagaimana proses reformasi birokrasi dapat berjalan untuk mempercepat realisasi anggaran, proses akuisisi tanah, dan lain-lain. “Intinya, pembangunan infrastruktur tidak semudah dan seindah dalam hitungan kertas semata” 2. Penurunan harga minyak dunia, sangat positif bagi Indonesia Dengan penurunan harga minyak dunia yang mendorong ICP turun ke US$80/barrel, selisih antara harga BBM bersubsidi dan harga non subsidi semakin menyempit ke level terendah, atau sekitar Rp300/liter. Selisih ini akan mengurangi praktik penyelundupan minyak. Penurunan harga minyak dunia ini juga mendorong perbaikan Current Account Deficit (CAD), yang diestimasi kurang dari -3% terhadap PDB di akhir 2014, relatif lebih baik dibandingkan estimasi sebelumnya -3,1% dan periode 2013 sebesar -3,4% terhadap PDB. Menurut Faisal Basri, setiap penurunan harga minyak dunia US$1/barrel diestimasi akan mengurangi CAD sebesar US$170 juta. Dengan demikian, penurunan harga minyak ini diprediksi akan memberikan kontribusi pada penurunan CAD sebesar US$10 Miliar di tahun 2015 atau sekitar -2% terhadap PDB. Penurunan harga minyak juga secara langsung dapat memperbaiki figur anggaran Pemerintah. Tabel di bawah ini memperlihatkan estimasi defisit anggaran pada berbagai figur harga minyak. Fleksibilitas Fiskal yang lebih besar Savings on Oil price, govt subsidy, US$/bbl Rptn Remark 105 51 Assuming 30% gap between market/subsidized price, the stress level is US$110/bbl 100 Menteri Keuangan sempat menyebutkan sebagian saving anggaran tersebut sekitar Rp70 Triliun akan dialokasikan pada pembangunan infrastruktur. Sedangkan sisanya, akan digunakan untuk kebutuhan sosial dan penghematan untuk mencapai target defisit anggaran 2,2% terhadap PDB. Jokowi’s insfrastructure Projects for 2015-2019 Magnitude New Dam New irrigation Rehabilitation of irrigation New roads New toll roads Roads fix New airports Airport cargo New sea ports Railways development 30 dams 1 mn ha 3 mn ha 2,650 km 1,000 km 46,770 km 15 airports 6 location 24 ports 3,258 km Sumber: Bisnis Indonesia Wealth Management Newsletter // Edisi Desember 2014 95 75 No pressure to increase prices 99 No pressure to increase prices 90 122 Current assumption used by the government in increasing fuel prices by Rp2k/L 85 146 Budget deficit would fall to 0.9% of GDP 80 170 Budget deficit would fall to 0.7% of GDP 75 194 Budget deficit would fall to 0.5% of GDP 70 217 Budget deficit would fall to 0.3% of GDP 65 241 Budget may become balanced 60 265 Budget may turn to a surplus Sumber: CIMB, 2015 Indonesia State Budget Selanjutnya, momentum ini dapat digunakan Pemerintah untuk mulai memperkenalkan skema subsidi tetap. Walaupun harga minyak dunia kembali naik, namun figur anggaran Pemerintah tidak lagi terpengaruh. Bila asumsi pertumbuhan normal dari konsumsi BBM hanya sekitar 7% maka kenaikan alokasi subsidi hanya Rp6-7 Triliun pertahun, jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata kenaikan tiap tahunnya sebesar Rp42 Triliun selama 2010 – 2013. Market Perspective // 7 “Penghematan subsidi BBM dan penurunan harga minyak dunia, memberikan dampak sangat positif pada penurunan Current Account Deficit” 3. Dampak pada daya beli masyarakat dan profitabilitas perusahaan Kenaikan harga BBM ini tentunya berpotensi menggerus daya beli masyarakat. Bank Indonesia memprediksi inflasi mencapai 7,5 – 8,1% di akhir Desember 2014. Pemerintah selain melakukan distribusi kartu kesehatan, pendidikan dan dana sosial lainnya, juga berinisiatif mendorong kenaikan upah minimal rata-rata sebesar 13%. Diharapkan dengan bantuan Pemerintah dan kenaikan upah minimal ini, setidaknya dapat mengurangi dampak sosial dari kenaikan BBM. Dengan demikian, kami tidak melihat dampak material pada pertumbuhan omset perusahaan di sektor konsumsi. Sedangkan bagi sektor manufaktur dan logistik, yang relatif sudah menggunakan BBM non subsidi, malah mendapatkan dampak positif dari penurunan harga minyak dunia. Marjin tambahan juga diperoleh dari penurunan harga listrik. Dengan penerapan skema floating pada Tarif Dasar Listrik (TDL) yang berubah tiap bulannya menyesuaikan pergerakan nilai tukar, harga minyak dan inflasi. Sektor Manufaktur Biaya listrik dan energi lainnya meliputi 20-30% dari biaya manufaktur Dampak secara keseluruhan akan berbeda-beda tergantung kondisi spesifik yang mempengaruhi earning perusahaan. Namun peningkatan marjin ini menjadi terbatas bila perusahaan sangat terpengaruh kenaikan Upah Minimal dan pelemahan Rupiah. Sektor airlines Pergerakan harga minyak dunia sangat mempengaruhi profitabilitas usaha. Biaya bahan bakar (avtur) meliputi sekitar 50% terhadap total biaya operasional The next destination: Agenda Pemerintah yang Pro-Growth Fleksibilitas dari postur anggaran Pemerintah yang lebih sehat, kini tidak lagi sekedar suatu wacana. Kalo selama beberapa bulan sebelumnya, penghematan subsidi BBM hanya menjadi anganangan semu, sekarang amunisi tersebut sudah ada di depan mata. Tinggal bagaimana langkah nyata Pemerintah merealisasikan alokasi anggaran tersebut. Perbaikan makro ekonomi juga sudah terlihat dari perbaikan CAD di kuartal 3/tahun 2014, ditambah inflasi relatif yang terkendali. Tinggal bagaimana pergerakan Rupiah ke depannya. Tren penguatan Dollar Index atau pelemahan mata uang partner dagang utama AS, juga ternyata memberikan sentimen pada pelemahan Rupiah. Kami melihat level pelemahan Rupiah ini pada range yang menarik bagi investor asing. Dengan melihat perlambatan ekonomi yang sudah terjadi di kuartal 3/2014, di mana ekonomi hanya tumbuh 5,01% YoY dan indeks aktivitas produksi (Purchasing Manufacture Index) yang juga melambat. Hal ini menjadi faktor urgensi yang mendorong Pemerintah untuk segera melakukan langkah mendorong laju perekonomian. Kami berharap kebijakan dalam alokasi anggaran Pemerintah yang pro-growth, selain akan mendorong peningkatan di sektor-sektor yang terkait kesejahteraan rakyat seperti kesehatan, pendidikan, juga meningkatkan investasi di sektor infrastruktur. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi diestimasi naik ke level 5,3% di 2015, dari sebelumnya 5,1% di 2014. Selanjutnya bila berbagai pembangunan sudah direalisasikan Pemerintah dengan baik, maka tidak menutup kemungkinan laju pertumbuhan ekonomi menembus level di atas 7%. Artinya, range upside kenaikan IHSG juga berpotensi menembus level di atas 6.000, dengan support dari pertumbuhan laba usaha dikisaran 15-20%. “Hal inilah yang mendorong kami terus menjaga alokasi aset investasi pada Reksadana Saham. Latar belakang Pemerintah yang berani mengimplementasikan agenda reformasinya, perubahan postur anggaran yang lebih sehat, dan agenda Pemerintah yang mendukung “Pro-Growth” melalui berbagai pembangunan infrastruktur” Wealth Management Newsletter // Edisi Desember 2014 8 // Market Perspective BOND MARKET REVIEW & OUTLOOK Selain itu ditambah dengan pelemahan Rupiah sebesar 1% selama November 2014 maka total keuntungan berinvestasi dalam USD rata-rata mencapai 13,3% secara YtD. Hal ini membuat obligasi Indonesia melampaui kinerja obligasi di kawasan Asia lainnya, diikuti India. Yield Curve Obligasi Pemerintah Indonesia Rupiah Sumber: Bloomberg Adapun untuk obligasi dalam mata uang non Rupiah (INDON), juga mengalami kenaikan rata-rata berkisar 1,4% - 2%. Kenaikan tertinggi khususnya pada INDON19 (tenor 5 tahun) yang mengalami kenaikan tertinggi 3%, disusul INDON 35 dan 38. Kenaikan harga obligasi ini ditengah potensi kenaikan inflasi dari kebijakan Pemerintah untuk menaikkan harga BBM bersubsidi pada pertengahan November 2014 lalu. Kenaikan harga BBM rupanya mampu men-trigger keyakinan investor asing terhadap potensi peningkatan credit outlook dan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Investor asing mendominasi pembelian obligasi, dengan net buy sekitar Rp21.3 Triliun selama November 2014. Kepemilikan asing meningkat menjadi Rp481.2 Triliun di akhir November 2014. Hal ini menjadikan level kepemilikan asing terus mengalami kenaikan mencapai 39,4% terhadap total obligasi Pemerintah. Wealth Management Newsletter // Edisi Desember 2014 500 9,793 9,069 9,404 400 11,361 8,996 404 300 271 223 196 200 324 481 447 9,000 5,000 3,000 Jun-14 1,000 Sep-14 Mar-14 Dec-14 Jun-13 Sep-13 Mar-13 Dec-12 Jun-12 Rp / USD Sep-12 Mar-12 Dec-11 Jun-11 Sep-11 Mar-11 Dec-10 Kepemilikan Asing (Rp Tn) Jun-10 0 11,000 7,000 361 108 100 Sep-10 Memasuki November 2014, pengumuman kenaikan harga BBM bersubsidi rupanya semakin mendorong rally harga Surat Utang Negara (SUN) sekitar 1,5 – 2,2%, terutama pada seri benchmark (tenor 15 dan 20 tahun). Kenaikan harga obligasi ini ditandai dengan penurunan yield, misalnya untuk tenor 10 tahun dari 8,04% di akhir Oktober 2014 turun menjadi 7,7% di akhir November 2014. 12,206 13,000 12,171 600 Mar-10 Harga obligasi menunjukkan peningkatan selama November 2014, melanjutkan rally dari bulan Oktober 2014. Pada bulan Oktober 2014, rally harga obligasi lebih disebabkan faktor global dari penurunan yield US Treasury yang cukup signifikan dari level 2,6% menjadi 2,1% didorong kekhawatiran atas perlambatan ekonomi global setelah IMF menurunkan outlook ekonomi dunia dan meredanya risiko politik dalam negeri serta berkurangnya tekanan suplai penerbitan obligasi Pemerintah. Kepemilikan Asing Terus Meningkat Dec-09 Harga obligasi mengalami kenaikan, ditengah kenaikan inflasi dari meningkatnya harga BBM bersubsidi (1,000) Sumber: Bloomberg, diolah Commonwealth Bank Outlook Ke depan Setelah mengalami rally selama 2 bulan ini, kami melihat sudah saatnya melakukan rebalancing ke posisi netral, khususnya bagi Nasabah dengan jangka waktu investasi yang pendek. Hal ini mengingat terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan investor: • Tingkat inflasi November 2014 memang cukup terkendali, yakni sebesar 1,5% MoM dan 6,23% YoY. Selain itu, Bank Indonesia juga telah meningkatkan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 7,75%. Langkah ini diambil BI untuk menjaga inflation expectation. Namun, dampak dari kenaikan BBM di pertengahan November 2014 lalu, diprediksi masih akan mempengaruhi tingkat inflasi Desember 2014. Bank Indonesia juga baru meningkatkan proyeksi inflasi di akhir tahun 2014 menjadi 7,5 – 8,1% YoY, sebelum normalisasi di bulan berikutnya. Artinya, risiko inflasi masih menghadang di depan mata dan nampaknya investor belum mem-price in kenaikan inflasi ini • Tekanan suplai kembali meningkat mulai awal tahun 2015. Strategi frontloading dalam penerbitan obligasi Pemerintah nampaknya akan kembali dijalankan Pemerintah. Memang kita mendapatkan penghematan yang cukup besar dari kenaikan harga BBM. Namun Pemerintah sudah merencanakan 50% dari saving dana subsidi BBM akan digunakan untuk memompa pembangunan infrastruktur dan fasilitas sosial lainnya. Dengan demikian pada revisi anggaran yang akan diajukan Pemerintah pada Januari 2015, diperkirakan defisit anggaran turun dari 2,2% menjadi 1,8% terhadap PDB. Dengan penerbitan obligasi Pemerintah sebesar Rp226 Triliun (net) atau Rp380.4 Triliun (gross). Nilai ini relatif turun dibandingkan penerbitan Rp277.1 Triliun (net) pada APBN 2015 sebelumnya dan Rp265 Triliun (net) dari anggaran 2014. Sedangkan bagi Nasabah dengan jangka waktu investasi lebih panjang, maka setiap ada penurunan/koreksi harga, dapat memanfaatkan peluang tersebut untuk masuk secara bertahap. Hal ini dilandasi dengan perbaikan makro ekonomi dan fleksibilitas postur anggaran pemerintah yang dapat mendorong credit outlook yang positif maka potensi upside kenaikan harga obligasi masih terbuka luas. Walaupun Rupiah nampaknya melemah pada awal Desember 2014 ke level Rp12.300-an/USD, namun pelemahan ini sejalan dengan pelemahan mata uang di negara lain dan merupakan level yang menarik bagi investor asing untuk masuk ke Indonesia. Market Perspective // 9 Disclaimers Kecuali dinyatakan lain, semua data bersumber dari berita media massa, dan tidak diterbitkan oleh PT Bank Commonwealth (PTBC). PTBC harus dijamin untuk dibebaskan dari tanggung jawab, termasuk tetapi tidak terbatas pada penuntutan hukum oleh pihak ketiga. PTBC beserta direkturnya, karyawannya dan perwakilannya dalam Lampiran ini selanjutnya bersama-sama disebut sebagai “Grup” “Laporan ini diterbitkan semata-mata untuk tujuan informasi dan tidak boleh ditafsirkan sebagai suatu ajakan atau penawaran untuk membeli efek atau instrumen keuangan.. Laporan ini telah disusun tanpa mempertimbangkan tujuan, situasi keuangan dan kapasitas untuk menanggung kerugian, pengetahuan, pengalaman atau kebutuhan orang-orang tertentu yang mungkin menerima laporan ini. Tidak ada anggota dari Grup yang melakukan atau harus melakukan penilaian kelayakan atau penyesuaian laporan untuk penerima laporan ini yang karenanya tidak mendapatkan manfaat dari perlindungan peraturan dalam hal ini. Laporan ini bukan nasihat atau petunjuk. Semua penerima laporan ini harus, sebelum bertindak atas dasar informasi dalam laporan ini, mempertimbangkan kewajaran/kelayakan dan kesesuaian informasi, dengan memperhatikan tujuan-tujuan mereka sendiri, situasi keuangan dan kebutuhan, dan, jika perlu mencari profesional yang tepat, memperhatikan kondisi valuta asing atau nasihat keuangan tentang isi laporan ini sebelum membuat keputusan investasi. Kami percaya bahwa informasi dalam laporan ini adalah benar dan setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang cukup telah diadakan atau dibuat, berdasarkan informasi yang tersedia pada saat kompilasi, tetapi tidak ada pernyataan atau jaminan, baik tersurat maupun tersirat, yang dibuat atau disediakan untuk akurasi, kehandalan atau kelengkapan setiap pernyataan yang dibuat dalam laporan ini. Setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang ditetapkan dalam laporan ini dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan dan mungkin berbeda atau bertentangan dengan, kesimpulan pendapat atau rekomendasi yang diungkapkan oleh Grup di tempat lain. Kami tidak berkewajiban untuk, dan tidak,memberitahukan perkembangan terkini atau terus mengikuti informasi terkini yang terdapat dalam laporan ini. Grup tidak menerima tanggung jawab untuk setiap kerugian atau kerusakan yang timbul akibat dari penggunaan seluruh atau setiap bagian dari laporan ini. Setiap penilaian, proyeksi dan prakiraan yang terkandung dalam laporan ini didasarkan pada sejumlah asumsi dan perkiraan dan tunduk pada kontinjensi dan ketidakpastian. Asumsi dan perkiraan yang berbeda dapat mengakibatkan hasil material yang berbeda pula. Grup tidak mewakili atau menjamin bahwa salah satu proyeksi penilaian atau prakiraan, atau salah satu dasar asumsi atau perkiraan, akan dipenuhi. Kinerja masa lalu bukan merupakan indikator yang dapat diandalkan untuk kinerja masa depan. Grup tidak menjamin kinerja dari produk investasi atau pembayaran kembali modal dengan produk yang didistribusikan oleh PTBC. Investasi dalam produk ini bukan merupakan simpanan atau kewajiban lainnya dari Grup atau anak perusahaannya dan setiap jenis produk investasi memiliki resiko investasi termasuk hilangnya pendapatan dan modal yang diinvestasikan. Contoh yang digunakan dalam komunikasi ini hanya untuk ilustrasi. Semua materi yang disajikan dalam laporan ini, kecuali bila ditentukan lain, berada di bawah hak cipta Grup. Tak satu pun dari materi, maupun isinya, maupun salinannya, dapat diubah dengan cara apapun, ditransmisikan ke, disalin atau didistribusikan kepada pihak lain, tanpa izin tertulis dari perusahaan terkait yang menjadi bagian dalam Grup. Grup, berikut agennya, asosiasinya dan kliennya memiliki atau telah memiliki posisi panjang atau pendek pada efek atau instrumen keuangan lainnya yang disebut di sini, dan dapat setiap saat melakukan pembelian dan / atau penjualan terhadap kepentingan atau surat berharga dalam kapasitasnya sebagai prinsipal atau agen, termasuk menjual atau membeli dari klien atas dasar pokok dan dapat terlibat dalam transaksi yang tidak konsisten dengan laporan ini. Silahkan melihat website kami di www. commbank.co.id untuk informasi lebih lanjut. Jika Anda ingin berbicara dengan seseorang mengenai instrumen keuangan yang dijelaskan dalam laporan ini, silakan hubungi kami hubungi Call Centre kami di 021 15000 300 atau email kami di [email protected]. Wealth Management Newsletter // Edisi Desember 2014 10 // Market Perspective PT. Bank Commonwealth adalah Bank yang terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan. Wealth Management Newsletter // Edisi Desember 2014
Similar documents
Wealth Management Newsletter - Oktober 2013
hal fundamental yang berubah signifikan. Sektor manufaktur global masih memberikan gambaran bahwa tingkat pemulihan ekonomi global masih belum stabil, sehingga semakin mendukung opini bahwa QE tape...
More informationInvestment Update FX Update
ratio defisit fiskal terhadap GDP sekitar 1% untuk tahun 2011 dan ratio hutang terhadap GDP di level 31%, Indonesia mempunyai posisi fiskal yang cukup kuat. Menurut rancangan Anggaran Pendapatan da...
More information