Untitled - Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Transcription
Untitled - Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Liputan Informasi kefarmasian dan alat kesehatan ADVOKASI SURAT TANDA REGISTRASI APOTEKER TAHUN 2013 Pada tanggal 25 s.d. 28 April 2013 dilaksanakan Kegiatan Advokasi Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) Tahun 2013 di Hotel Garden Permata, Bandung. Kegiatan ini bertujuan untuk (a) mengadvokasikan kebijakan pemerintah dalam meningkatkan mutu tenaga kefarmasian; (b) menjelaskan kewajiban apoteker dan tenaga teknis kefarmasian dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian; dan (c) mengadvokasikan sistem registrasi online. Pertemuan ini secara resmi dibuka oleh Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, dan dihadiri oleh perwakilan dari Dinas Kesehatan Provinsi seluruh Indonesia;perwakilan Pengurus Daerah Ikatan Apoteker seluruh Indonesia; perwakilan Ketua Program Studi Apoteker seluruh Indonesia. Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Dra. Maura Linda Sitanggang, Ph.D dalam paparannya menyampaikan hal-hal sebagai berikut: Sebagai salah satu bagian dari pembangunan nasional, pembangunan kesehatan Indonesia diarahkan kepada pencapaian visi 'Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan'. Visi tersebut sekaligus menjawab tantangan pencapaian Millennium Development Goals bidang Kesehatan, yang antara lain menitikberatkan kepada penurunan angka kematian bayi, peningkatan kesehatan ibu dan pemberantasan penyakit menular. Di bidang kefarmasian, upaya tersebut didukung oleh faktor-faktor: 1). Ketersediaan obat esensial generik di sarana pelayanan kesehatan dasar, 2).Mutu dan keamanan alkes dan PKRT yang beredar, 3).Penggunaan obat rasional melalui pelayanan kefarmasian yang berkualitas,dan 4).Produksi bahan baku dan obat termasuk obat tradisional serta kualitas produksi dan distribusinya. Guna mewujudkan faktor-faktor pendukung pencapaian target MDG's tersebut, maka apoteker perlu mengambil peran aktif dalam setiap dinamika pelayanan kesehatan dengan mengaktualisasikan kompetensi yang dimiliki. Salah satu dinamika yang sangat dinantikan masyarakat adalah pemberlakuan j a m i n a n ke s e h a t a n n a s i o n a l (universal coverage) yang akan dimulai di tahun 2014 mendatang, sebagai salah satu bentuk pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional. Dengan pemberlakuan jaminan tersebut, maka seluruh warga Negara Indonesia akan dicakup d a l a m p e r l i n d u n ga n j a m i n a n kesehatan. Hal ini diprediksi akan meningkatkan pemanfaatan p e l aya n a n ke s e h ata n fo r m a l , termasuk pelayanan kefarmasian. Pada saat itu, kemampuan tenaga kefarmasian - terutama apoteker untuk menyelenggarakan pelayanan yang cost-effective akan sangat diperlukan. Maka, sudah saatnya insan tenaga kefarmasian membekali dirinya dengan bekal pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan untuk penyelenggaraan pelayanan kefarmasian yang cost-effective. Pemerintah memberikan perhatian yang besar terhadap pelaksanaan pekerjaan kefarmasian, terutama dengan mempertimbangkan keluhuran profesi tenaga kefarmasian. Hal tersebut telah diakomodir dalam berbagai tingkatan peraturan. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan bahwa praktik kefarmasian harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan kewenangan sesuai d e n ga n ke t e n t u a n p e ra t u ra n perundang-undangan. Penjelasan ketentuan tersebut tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, bahwa apoteker adalah tenaga kefarmasian yang berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di sarana produksi, distribusi, dan pelayanan kefarmasian. Menteri Kesehatan mengeluarkan Permenkes No. 889 tahun 2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian, yang antara lain mengatur berdirinya Komite Farmasi Nasional (KFN). Komite ini bertugas untuk meningkatkan mutu apoteker dan tenaga teknis kefarmasian dalam melakukan pekerjaan kefarmasian, Buletin INFARKES Edisi III - Juni 2013 l Hal. 03 Liputan Informasi kefarmasian dan alat kesehatan sesuai dengan yang diamanatkan oleh peraturan. Peningkatan mutu tersebut dilaksanakan dengan menerapkan sertifikasi dan registrasi, pendidikan dan pelatihan berkelanjutan, serta pembinaan dan pengawasan tenaga kefarmasian. Sampai saat ini melalui divisi Sertifikasi dan registrasi telah teregister di KFN sebanyak 40.860 orang apoteker dengan prosentase 23% laki-laki dan 77% perempuan. Dinamika yang terjadi di dunia ke s e h a t a n m e n u n t u t t e n a g a kefarmasian untuk senantiasa melakukan pembaharuan dan peningkatan kompetensi. Selain harus mampu melaksanakan pekerjaan kefarmasian sesuai standar, apoteker juga dituntut untuk mengikuti perkembangan ilmu kefarmasian terkini dan pemutakhiran informasi dan regulasi yang berlaku secara nasional maupun global. Dengan d e m i k i a n , d i h a ra p ka n te n a ga kefarmasian dapat memberikan kontribusi nyata dalam tatanan kesehatan masyarakat. Di samping itu, pemerintah mengharapkan tenaga kefarmasian yang tidak hanya kompeten dan profesional di bidangnya, tetapi juga menjadi insan yang taat hukum dengan mematuhi Hal.04 l Buletin INFARKES Edisi III - Juni 2013 peraturan yang telah ditetapkan. Komite Farmasi Nasional melalui Divisi Pembinaan dan Pengawasan berkewajiban untuk memastikan kebenaran pelayanan kefarmasian. Berbagai tindakan yang mengarah pada bentuk malpraktik kefarmasian maupun tindakan indisipliner tenaga kefarmasian perlu diantisipasi melalui pembinaan dan pengawasan. Hal ini dilakukan demi menjamin kualitas pelayanan kefarmasian yang pada akhirnya akan meningkatkan quality of health dan quality of life masyarakat. Tenaga kefarmasian yang handal akan dihasilkan dari sistem pendidikan yang berkualitas. Untuk itu, standar pendidikan farmasi perlu menunjang kebutuhan akan tenaga kefarmasian yang kompeten. Penyelenggaraan pendidikan yang terakreditasi akan menjamin kualitas produk lulusannya. Di samping itu, pendidikan berkelanjutan perlu dilakukan dalam m e n j a ga ku a l i ta s ya n g te l a h dihasilkan melalui pendidikan yang terakreditasi. Continuous professional development (CPD) dapat dilakukan melalui seminar kefarmasian dengan sistem satuan kredit profesi. Tenaga kefarmasian yang melakukan pekerjaan dengan kewenangan mandiri harus memiliki kompetensi yang ditunjukkan oleh sertifikat kompetensi. Dalam hal inilah Divisi Pendidikan dan Pelatihan Berkelanjutan Komite Farmasi Nasional memberikan andilnya dalam meningkatkan mutu tenaga kefarmasian di Indonesia. Keberadaan KFN pada hakekatnya ditujukan untuk melindungi m a sya ra kat , m e m e l i h a ra d a n m e n i n g k a t k a n m u t u penyeleng garaan pekerjaan kefarmasian serta kepastian hukum bagi masyarakat penerima pelayanan dan Apoteker pemberi pelayanan. Bertolak dari pemikiran tersebut maka keanggotaan KFN yang terdiri dari wakil-wakil dari Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, IAI dan Asosiasi Pendidikan Tinggi Farmasi dapat memberikan kontribusi yang nyata terutama bagi status dan peran Apoteker sebagai tenaga kesehatan. Kementerian Kesehatan memberikan apresiasi atas upaya KFN yang sejak pembentukannya sampai saat ini telah berhasil menyelesaikan STRA dan bagi Apoteker yang baru lulus sudah dapat secara langsung mendapat STRA. Dalam melakukan registrasi, kini dapat memanfaatkan kemajuan IPTEK di bidang informatika, yaitu penggunaan registrasi secara online. Dengan adanya fasilitas ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya. Hasil dari sistem ini memudahkan berbagai pertanyaan yang berkaiatan dengan jumlah dan penyebaran tenaga kefarmasian di Indonesia. KFN dengan membagi 3 Divisi diharapkan terus meningkatkan motivasinya. Divisi pendidikan hendaknya terus menerus bekerja sama dengan APTFI, IAI dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sehingga seluruh Liputan Informasi kefarmasian dan alat kesehatan Institusi Pendidikan Tinggi Farmasi dapat melahirkan Apoteker yang berkualitas. Divisi sertifikasi, registrasi dan lisensi diharapkan dapat meningkatkan kerja sama dengan IAI untuk kemudahan pelaksanaan registrasi dan reregistrasi. Kemudahan dimaksud dengan tetap memperhatikan mutu a p o t e ke r m e l a l u i p r o s e s u j i kompetensi dan atau porto folio sehing ga dihasilkan sertifikat kompetensi yang dapat memberikan jaminan kualitas apoteker. Harapan Kementerian Kesehatan agar IAI dan APTFI menjalin kerja sama yang erat untuk menyelenggarakan pendidikan berkelanjutan. Divisi pembinaan dan pengawasan diharapkan dapat membuat berbagai sarana untuk melihat kinerja apoteker. Hendaknya kinerja apoteker dapat meningkat setahap demi setahap. Dalam kaitan ini sesuai amanat PP 51/2009 dan Permenkes 889/Menkes/Per/V/2011, sudah saatnya KFN segera membentuk Komite Disiplin. Komite Disiplin ini dapat mengambil contoh MKDKI yang a d a p a d a Ko n s i l Ke d o k t e ra n Indonesia. Komite Farmasi Nasional b e r ko o r d i n a s i d e n g a n D i n a s Kesehatan Kabupaten/kota dalam hal pengurusan izin kerja maupun izin praktik dengan STRA sebagai prasyarat kepengurusan izin tersebut. M e l a l u i ke m a j u a n t e k n o l o g i , koordinasi akan dipermudah dengan adanya sistem registrasi online. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini, akan dimulai registrasi apoteker secara online, yang ke depannya akan dilaksanakan sistem online STRTTK. Sistem ini juga harus dipahami oleh organisasi profesi dan institusi pendidikan tinggi penyelenggara program studi serta koordinator registrasi apoteker. Materi-materi lainnya yang dibahas dalam pertemuan ini adalah sebagai berikut: Laporan Program Kerja KFN 2011-2012 oleh Ketua Komite Farmasi Nasional, Drs. Purwadi, Apt, MM, ME; Sosialisasi Program Divisi Pembinaan dan Pengawasan KFN oleh Drs. Ahaditomo, Apt, MS; Konsep Pemikiran KFN dalam Rangka Pendidikan Profesi Farmasi oleh Dr. Tutus Gusdinar Kartawinata, Apt; Sertifikasi, Registrasi dan Lisensi serta Penyelenggaraan Praktik Apoteker oleh Dr. Faiq Bahfen, SH; Langkah Kongkrit IAI dalam Mendukung UU Kesehatan, PP 51 Tahun 2009 dan Permenkes 889 Tahun 2011 oleh Ketua Umum PP IAI M. Dani Pratomo; Langkah Kongkrit APTFI dalam Mendukung UU Kesehatan, PP 51 Tahun 2009 dan Permenkes 889 Tahun 2011 oleh Elly Wahyudin; Penyelenggaraan Program Pendidikan Profesi Apoteker dalam kaitannya dengan PP 51/2009 dan Permenkes 889/201; Peranan Dinas Kesehatan dalam Pelaksanaan PP 51/2009 dan Permenkes 889/2011, Permasalahan, Kendala dan Saran oleh Drs. Arif Zaidi, Apt sebagai perwakilan dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Dengan adanya pertemuan ini diharapkan adanya kesamaan pemahaman tentang ke b i j a ka n p e m e r i n ta h d a l a m meningkatkan mutu tenaga kefarmasian; kewajiban apoteker dan tenaga teknis kefarmasian dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian; dan penggunaan sistem registrasi Buletin INFARKES Edisi III - Juni 2013 l Hal. 05 Liputan Informasi kefarmasian dan alat kesehatan KUNJUNGAN KERJA MENTERI KESEHATAN KE PROVINSI SUMATERA UTARA Pada tanggal 25 s.d 27 April 2013, Menteri Kesehatan melakukan kunjungan kerja ke Provinsi Sumatera Utara. untuk melihat sejauh mana realisasi percepatan pencapaian MDGs dan membantu seluruh jajaran kesehatan di Sumatera Utara untuk mencapai MDGs pada tahun 2015. Dalam kunjungan ini, Menteri Kesehatan RI, dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH didampingi Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kemenkes RI, Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp(K), Staf Ahli Menteri Bidang Pembiyaan dan Pemberdayaan Masyarakat, dr. Yusharmen, D. Comm. H, M.Sc. dan Direktur Bina Upaya Kesehatan Rujukan, dr. Chairul Radjab Nasution. Dalam kunjungannya, Menkes menyampaikan paparan target dan capaian MDGs tahun 2008-2012 yang sudah terealisasi di Provinsi Sumatera Utara dihadapan Sekretaris Daerah Prov. Sumatera Utara Nurdin Lubis, SH. MM, Kepala Dinas Provinsi Sumatera Utara, Dr. Surjantini, M. Kes, serta Kepala Dinas Kota/Kabupaten se-Sumatera Utara. Jumlah tenaga medis yang ada di Provinsi Sumatera Utara meningkat. Pada tahun 2008 jumlah tenaga medis sebanyak 22,263 naik 26,605 pada Hal.06 l Buletin INFARKES Edisi III - Juni 2013 tahun 2012. Namun demikian distribusinya belum menyeluruh ke daerah-daerah yang ada di Sumut. Jumlah Puskesmas di Prov Sumatera Utara sebanyak 462 (Tahun 2008), bertambah menjadi 556 (Tahun 2012). Kondisi ini, diharapkan mampu m e m e n u h i ke b u t u h a n s a ra n a prasarana kesehatan guna meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Puskesmas. Target Balita yang ditimbang berat badannya (D/S), pada tahun 2011 adalah 70% dan tercapai 68,7%, sedangkan target tahun 2012 sebesar 8 0 % d e n ga n c a p a i a n 7 4 , 8 % . Sementara itu, presentase Balita gizi buruk yang mendapat perawatan target pada tahun 2011 dan 2012 tercapai sesuai target 100%. Presentase bayi usia 0-6 bulan yang mendapat ASI Eksklusif tahun 2012 di Sumatera Utara masih sangat rendah, yaitu 34,2% dari target 48%. Sementara itu, presentase ibu hamil yang mendapat Fe 3, target tahun 2012 adalah 90% dengan capaian 76,0%. Menurut Menkes yang perlu menjadi perhatian Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara adalah meningkatnya data kasus HIV-AIDS. Berdasarkan data Dinkes Sumut jumlah kasus HIV pada tahun 2009 adalah 1096 kasus meningkat pada tahun 2012 yaitu 2189 kasus. Sementara kasus AIDS pada tahun 2009 yaitu 1553 kasus dan pada tahun 2012 ada 4241 kasus. Lebih dari itu, angka kematian karena AIDS pada tahun 2009 berjumlah 338 meningkat pada tahun 2012 menjadi 751. Mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS), pada tahun 2009 berjumlah 1845 kasus naik pada tahun 2012 yaitu 4212 kasus. Jumlah ODHA yang memenuhi syarat terapi ARV pada tahun 2009 berjumlah 1553 meningkat hingga 4241 pada tahun 2012. Jumlah ODHA yang sedang mendapatkan terapi ARV pada tahun 2009 yaitu 487 dan pada tahun 2012 meningkat menjadi 1425, dan jumlah ODHA yang telah mendapatkan terapi ARV pada tahun 2009 yaitu 1055 dan tahun 2012 berjumlah 3223. Sedangkan sambutan Gubernur Sumatera Utara yang disampaikan oleh Sekda Provinsi Sumatera Utara Nurdin Lubis diantaranya disampaikan bahwa pada tahun 2013-2018 visi pembangunan provinsi Sumatera Utara adalah ”Sumatera Utara menjadi provinsi yang berdaya saing dan sejahtera”, untuk mewujudkan visi ini sangat tergantung pada masyarakat Sumatera Utara yang harus memiliki sumber daya manusia (sdm) yang handal dan berkualitas, salah satu prioritas pembangunan Sumatera Utara adalah bidang kesehatan yang tentunya memerlukan dukungan dari berbagai sektor maupun para pemerhati kesehatan untuk peningkatan fasilitas, dana, sarana dan prasarana yang memadai serta sumber daya manusia (sdm) yang berkualitas sehingga kedepan provinsi Sumatera Utara mampu dan handal dalam persaingan global yang semakin nyata. Untuk proses percepatan pencapaian target program/kegiatan, maka kebijakan yang dilakukan antara lain adalah (a) Dalam rangka percepatan MDGs tahun 2015 telah dibuat surat edaran kepada seluruh Liputan Informasi kefarmasian dan alat kesehatan bupati/walikota di Sumatera Utara pada tanggal 1 April 2013 agar memprioritaskan seluruh target pencapaian program MDGs; (b) Penguatan peran daerah untuk melakukan pelayanan obstetri neonatal emergency komprehensif (PONEK) dan peningkatan kesehatan rujukan wajib dilakukan akreditasi secara berkala, dan secara bertahap semua rumah sakit umum pengelolaannya sudah menjadi Badan Layanan Umum (BLU) dan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD); (c) Menjamin pembiayaan kesehatan bagi seluruh masyarakat miskin, tidak mampu serta masyarakat di daerah terpencil. perbatasan dan kepulauan melalui pengembangan sistem jaminan kesehatan daerah yang berkesinambungan dan terintegrasi antar kabupaten/kota, provinsi dan pusat. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara telah mengalokasikan dana bagi masyarakat miskin yang tidak te r m a s u k p e s e r ta j a m ke s m a s ,sehinga seluruh masyarakat miskin dapat dilayani di tingkat rujukan provinsi Dalam kesempatan tersebut juga dilakukan penandatanganan perjanjian kerjasama antara Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dengan Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dan HAM Provinsi Sumatera Utara dalam Pemberdayaan Tenaga Dokter Umum di Lembaga Pemasyarakatan di Wilayah Hukum Medan dan sekaligus penandatanganan Prasasti dalam rangka peresmian Rumah Sakit Jasamen Pendidikan Saragih menjadi Rumah Sakit Kelas B tempat pendidikan yang dilakukan oleh Menteri Kesehatan serta penyerahan plakat kenang-kenangan. Setelah acara pertemuan di Hotel Santika, ku n j u n gan Men kes dilanjutkan ke Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II/A dan Lembaga Pemasyarakatan Wanita Medan, yang kemudian dilanjutkan ke ke RSU Dr. H. Adam Malik, dimana dalam kunjungan ini Menkes menanyakan kesanggupan RSU Dr. H. Adam Malik untuk dapat memperoleh status World Class Hospital pada tahun 2014, karena baru ada 2 World Class Hospital di Indonesia yaitu RSCM Jakarta dan RSUD Sanglah Bali, yang langsung dijawab oleh seluruh jajaran staf RSU Dr. H. Adam Malik bahwa mereka sanggup menjadi World Class Hospital pada tahun 2013 ini juga. Dan kunjungan Menkes diakhiri ke Puskesmas Padang Bulan. Rencana Tindak Lanjut sebagai hasil dari kunjungan kerja ini adalah (a) Dalam rangka percepatan MDGs Tahun 2015 Pemerintah Kota Medan telah membuat surat edaran kepada seluruh Bupati/Walikota di Sumatera Utara pada tangal 1 April 2013 agar memprioritaskan seluruh target pencapaian program MDGs; (b) Penguatan peran daerah untuk melakukan pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) dan Peningkatan Kesehatan Rujukan Akreditasi secara berkala, dan secara bertahap dan diharapkan semua RSU pengelolanya sudah menjadi Badan Layanan Umum (BLU) dan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD); (c) Berusaha lebih dekat dan merangkul mitra kerja di dalam masyarakat seperti Posyandu, PKK, Kelompok Pemuda dan Remaja, LSM Kesehatan dan lainnya dengan kerja sama yang baik, agar penyuluhan dan informasi setiap program kesehatan dapat terlaksanan dan mencapai sasaran seperti yang diharapkan. Buletin INFARKES Edisi III - Juni 2013 l Hal. 07 Liputan Informasi kefarmasian dan alat kesehatan RAPAT KONSULTASI TEKNIS DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN TAHUN 2013 ”Penguatan System Pengawasan Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga” merupakan tema yang diangkat dalam penyelenggaraan Rapat Konsultasi Teknis Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan Tahun 2013 kali ini. Kegiatan ini sendiri dilaksanakan pada tanggal 1 s.d 4 Mei 2013 di Hotel Aryaduta, Manado, Sulawesi Utara. Pertemuan dihadiri dan dibuka oleh Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alkes, Ibu Dra. Maura Linda Sitanggang, Ph.D. Turut pula hadir dalam acara ini Direktur Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan drg. Arianti Anaya, MKM dan Sesditjen Bina Kefarmasian dan Alkes Drs. H. Purwadi, Apt, MM, ME. Pertemuan ini dihadiri oleh peserta dari daerah melibatkan Pejabat Penanggung Jawab Program Kefarmasian dan Alkes beserta Staf Hal.08 l Buletin INFARKES Edisi III - Juni 2013 Seksi Kefarmasian dan Alkes dari 33 Provinsi, juga hadir peserta pusat dari lingkungan Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan. Turut hadir pula narasumber dari Ditjen B in a U p aya Ke s e h ata n , B P F K Surabaya, dan LKPP. Maksud dan tujuan Rakontek Dit Bina Prodis Alkes Tahun 2013 ini adalah melakukan koordinasi dan menyatukan persepsi antara pusat dan daerah dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap peredaran alat kesehatan di Indonesia guna melindungi masyarakat agar memperoleh alat kesehatan yang terjamin keamanan, mutu dan kinerjanya. Dirjen Bina Kefarmasian dan Alkes, Dra. Maura Linda Sitanggang, Ph.D dalam sambutannya menyampaikan bahwa Pembangunan Kesehatan di Indonesia ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan hidup sehat bagi setiap o ra n g a ga r te r w u j ud d e ra j at ke s e h ata n m a sya ra kat ya n g setinggitingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Salah satu langkah penting pembangunan kesehatan Indonesia akan dimulai pada 1 Januari 2014, melalui implementasi Jaminan Kesehatan Nasional bagi seluruh masyarakat secara bertahap dengan Liputan Informasi kefarmasian dan alat kesehatan beroperasinya BPJS Kesehatan. Dalam implementasi JKN, diperlukan integrasi berbagai sub sistem kesehatan seperti: 1) Pembiayaan kesehatan; 2) Upaya kesehatan; 3) SDM Kesehatan; 4) Sediaan farmasi, alkes dan makanan; 5) Penelitian dan pengembangan kesehatan; 6) Manajemen, informasi, dan regulasi Kesehatan; serta 7) Pemberdayaan masyarakat. Sebagai salah satu poin penting pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan telah melakukan langkah-langkah strategis antara lain: 1. Penggunaan Alat kesehatan yang tepat guna; 2. Pemantapan keterjangkauan obat dan alat kesehatan; 3. Analisa kebutuhan alat kesehatan Dalam pelaksanaan SJSN maka kebutuhan alkes akan meningkat 3 kali dari kebutuhan alkes saat ini. Disamping itu makin berkembangnya tekhnologi dan pelayanan kesehatan s e r ta m e n i n g kat nya e ko n o m i masyarakat maka tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu menjadi semakin tinggi. Hal ini juga mengakibatkan meningkatnya penggunaan alat kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) baik produk impor maupun produk lokal di masyarakat. Pada tahap akhir dari MDGs ini kita juga harus bekerja keras untuk mencapai target yang telah ditetapkan seperti misalnya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang masih belum mencapai target. Capaian tersebut perlu didukung oleh akses te r h a d a p A l ke s ya n g a m a n , berkhasiat, bermutu, terjamin dalam jenis dan jumlah sesuai kebutuhan pelayanan kesehatan, serta tersedia secara merata di seluruh Indonesia. Alat kesehatan telah menjadi salah satu bisnis yang menjanjikan terutama di Indonesia yang merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia yang menjadikannya sebagai pasar alat kesehatan terbesar dunia khususnya di ASEAN. Masalah ini haruslah dapat diantisipasi dengan baik oleh pemerintah pusat, daerah, dan seluruh stakeholder untuk melindungi masyarakat pengguna. Hal ini sebenarnya memberikan dampak yang positif bagi pelaksanaan pelayanan kesehatan yang paripurna, namun di sisi lain banyaknya jenis dan jumlah Alat Kesehatan dan PKRT yang beredar juga dapat memberikan persaingan usaha yang semakin keras untuk meningkatkan daya jual, sehingga kadang kala mendorong pengusaha yang hanya mementingkan keuntungan untuk melakukan segala upaya tanpa memikirkan dampaknya bagi pasien ataupun pengguna. Adalah tugas pemerintah pusat dan daerah dalam melakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian alat kesehatan di wilayah Indonesia. Pe m b i n a a n d a n p e n g a w a s a n (Binwas) di bidang Alat Kesehatan dan PKRT secara garis besar ditujukan pada 4 (empat) faktor utama yaitu Sarana (Produksi dan Distribusi), Tenaga, Produk/Komoditi, dan Penggunaan. Pelaksanaan Binwas Alkes dan PKRT hendaknya dapat dilakukan secara terpadu, mulai dari pusat dalam hal ini Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan, di provinsi dan kabupaten/kota oleh Dinas Kesehatan Provinsi dan kabupaten/kota.Suatu hal yang tidak benar dan tidak mungkin menghasilkan sesuatu yang optimal apabila binwas alat kesehatan dan PKRT dilakukan secara parsial. Sementara itu materi-materi yang dibahas.oleh para narasumber dalam acara ini diantaranya adalah Kebijakan Alat Kesehatan Dalam Mendukung Sistem Jaminan Kesehatan Nasional & Pencapaian Buletin INFARKES Edisi III - Juni 2013 l Hal. 09 Liputan Informasi kefarmasian dan alat kesehatan MDGs, yang dipaparkan oleh Dirjen Bina Kefarmasian dan Alkes, Dra. Maura Linda Sitanggang, Ph.D; Rapat Koordinasi Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan, yang dipaparkan oleh Direktur Bina P ro d u k s i d a n D i st r i b u s i A l a t Kesehatan drg. Arianti Anaya, MKM; Pengendalian Alat Kesehatan Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, yang dipaparkan oleh Kasubdit Alat Medik, Dit Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen Bina Upaya Kesehatan, dr. Anwarul Amin; Peran BPFK Dalam Melaksanakan Pe n g u j i a n D a n Ka l i b ra s i A l at Kesehatan, yang dipaparkan oleh Kepala BPFK Surabaya, Ir. Rakhmat Nugroho, MBAT; Peningkatan Sistem Pengawasan Alkes & PKRT, yang dipaparkan oleh Kasubdit Inspeksi Drs. Rahbudi Helmi, Apt, MKM; Penanganan Distribusi Produk Diagnostik In Vitro (DIV) Dalam Menjamin Mutu, yang dipaparkan oleh Dra. Rully Makarawo, Apt.; serta Pedoman Toko Alat Kesehatan dan Pedoman Perusahaan Rumah Tangga Hal.10 l Buletin INFARKES Edisi III - Juni 2013 Alat Kesehatan Dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga, yang dipaparkan oleh Kasubdit Standardisasi dan Sertifikasi Dra. Lili Sa'diah Yusuf, Apt. Kegiatan Rapat Konsultasi Teknis Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan Tahun 2013 ini dilaksanakan melalui sidangsidang pleno dengan metode penyajian materi dan pembahasan mendalam antara peserta dengan narasumber menuju tercapainya suatu rumusan komitmen dan rekomendasi. Selain itu juga dilaksanakan diskusi panel untuk membahas Revisi Permenkes 1189, 1190 dan 1191 Tahun 2010. Rekomendasi Pertemuan Rapat Konsultasi Teknis Direktorat Bina P ro d u ks i d a n D i st r i b u s i A l at Kesehatan Tahun 2013 adalah (a) Penguatan system pengawasan Alkes dan PKRT merupakan tugas bersama pusat dan daerah melalui pelaksanaan masing masing peran sesuai semangat otonomi daerah; (b) Persyaratan kapasitas SDM dan sinkronisasi Program Pengawasan Alkes dan PKRT pada Implementasinya membutuhkan interkoneksi standar standar yang berlaku dan format laporan Adverse Event di sarana layanan melalui kerjasama lintas program; (c) Tantangan pengawasan Alkes dan PKRT akan semakin meningkat, upaya pengawasan harus dilakukan secara komprehensif dan konsisten; (d) Sistem informasi (e-monalkes) harus dapat memberikan respons yang cepat, tindak lanjutnya memberi p erlin d u n ga n nyata kep a d a konsumen atau pasien. Liputan Informasi kefarmasian dan alat kesehatan SOSIALISASI E-CATALOG OBAT GENERIK Pada tanggal 21 s.d 24 April 2013 dilaksanakan Kegiatan Sosialisasi ECatalogue Obat Generik di Hotel Golden Flower, Bandung, Jawa Barat. Maksud dan tujuan kegiatan ini adalah melakukan koordinasi dan menyatukan persepsi antara pusat dan daerah dalam melaksanakan pengadaan obat di tiap satuan kerja. Pertemuan ini dihadiri oleh Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alkes, Dra. Maura Linda Sitanggang, Ph.D; Direktur Bina Obat Publik dan Perbekalan Drs. Bayu Teja Muliawan, Apt., M.Pharm, MM; serta jajaran eselon III dan IV di lingkungan Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan. Sementara Peserta dari daerah melibatkan Pejabat Penanggung Jawab Program Kefarmasian dan Alkes dan Staf Seksi Kefarmasian dan Alkes, dari 33 Provinsi, dan undangan serta peserta tambahan dari para pelaku pengadaan obat di daerah. Acara diawali dengan Laporan Ketua Panitia oleh Direktur Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan. Acara kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat yang langsung disambung dengan sambutan dari Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alkes, Dra. Maura Linda Sitanggang, Ph.D yang sekaligus juga membuka secara resmi Pertemuan tersebut. Dirjen Bina Kefarmasian dan Alkes, Dra. Maura Linda Sitanggang, Ph.D dalam sambutannya menghimbau agar dalam melakukan pengadaan obat selalu melakukan pendekatan penganggaran berdasarkan prestasi kerja sebagaimana dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran yang diharapkan dari kegiatan dan hasil serta manfaat yang diharapkan termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dan keluaran tersebut. Materi sosialisasi yang diberikan.dalam acara ini lebih menekankan kepada pengkayaan mengenai e-catalogue dan epurchasing serta pemahaman untuk penggunaan software e-catalogue. Keterkaitannya adalah dimana para user atau pelaku pengadaan selain harus melakukan perencanaan yang tepat terhadap kebutuhan serta juga h a r u s m e n g e t a h u i t a t a c a ra melakukan pelelangan melalui software e-catalogue obat ini. Dalam sosialisasi ini juga memberikan kesempatan kepada para peserta untuk memberikan pertanyaan mengenai segala hal yang terkait dengan e-catalogue dan e-purchasing dalam diskusi yang dipandu oleh para narasumber sehingga pada akhirnya menghasilkan rekomendasi antara lain: 1. K e b i j a k a n E - C a t a l o g w a j i b digunakan untuk pengadaan oleh pemerintah baik satker pusat dan daerah. 2. A p a b i l a a k a n d i l a k u k a n penggeseran anggaran dilaksanakan sesuai Peraturan Mendagri, dan apabila akan mengubah rincian objek belanja dalam bentuk paket menjadi uraian per jenis obat dalam RKA dengan persetujuan BPKAD,, BPKD, PPKAD, DPKAD, DPPKAD dll 3. Release E-Purchasing hari Rabu Jumat (tanggal 24-26 April 2013). 4. Peraturan Kepala LKPP yang berkaitan dengan penerapan ECatalog dan pencairan dana akan dikomunikasikan dengan kepala LKPP. 5. P e t u n j u k P e l a k s a n a a n E Purchasing baik secara elektronik maupun manual , akan diterbitkan oleh LKPP satu minggu setelah release E-Purchasing. 6. Apabila ada gangguan teknis epurchasing secara elektronik maka dapat dilakukan proses manual mengacu pada petunjuk teknis LKPP. 7. Sementara menunggu dokumendokumen tersebut di atas, Instalasi Farmasi/PPK/ULP mempersiapkan rencana pengadaan obat tahun 2013 baik melalui E-Catalog maupun di luar E-Catalog. 8. Diusulkan kepada LKPP untuk memuat dalam petunjuk pelaksanaan e-catalog berkaitan dengan proses lelang yang telah/sedang berjalan sebelum kontrak payung e-catalog antara LKPP dengan penyedia pemenang lelang pada tanggal 12 April 2013 . Buletin INFARKES Edisi III - Juni 2013 l Hal. 11 Liputan Informasi kefarmasian dan alat kesehatan KUNJUNGAN KERJA MENTERI KESEHATAN KE PROVINSI PAPUA BARAT Pada tanggal 7 s.d 11 Mei 2013 dilaksanakan Kegiatan Rapat Kerja Kesehatan Daerah (Rakeskesda) Provinsi Papua Barat Tahun 2013 di Gedung Pari Waisai Kabupaten Raja Ampat dan juga Kunjungan Kerja Menteri Kesehatan RI Ke Kab Raja Ampat Provinsi Papua Barat. Acara Rapat Kerja Kesehatan Daerah (Rakeskesda) Tahun 2013 dihadiri oleh seluruh Jajaran Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) serta sektor terkait se Provinsi Papua Barat . Acara Rakerkesda yang dimulai pada tanggal 7 Mei 2013 ini, dibuka oleh Gubernur Provinsi Papua Barat Bram Atururi, dan dipaparkan tentang 7 pokok bahasan yaitu (a) Capaian Kinerja Tahun 2012 dan program prioritas pembangunan kesehatan tahun 2013 dan kebijakan Hal.12 l Buletin INFARKES Edisi III - Juni 2013 pembangunan kesehatan tahun 2014; (b) Capaian Target MDGs dan SPM Bidang Kesehatan Kabupaten/Kota; (b) Dukungan/kebijakan ang garan pembangunan kesehatan di Papua Barat sesuai dengan amanat undangundang. Peningkatan Akses dan Mutu Pelayanan; (c) Peningkatan upaya promotif, preventif, Pemberdayaan Masyarakat dan Komunkasi Publik; (d) Percepatan pencapaian MDG a, d dan e; (e) Percepatan pecapaian MDG e dan f, dan Pengendalian Penyakit tidak Menular. Selanjutnya Gubernur Provinsi Papua Barat membuka Pameran dan mengadakan peninjauan Pameran Pembangunan Kesehatan Provinsi Papua Barat. Kemudian pada hari kedua tanggal 8 Mei 2013 diadakan acara diskusi panel yang membahas mengenai Capaian Program Bina Upaya Kesehatan, Capaian Program Bina Gizi dan KIA, Capaian Program P2PL, serta Capaian Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan: Paparan mengenai Capaian Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan disampaikan oleh Direktur Bina Obat Publik dan Pebekalan Kesehatan Drs. Bayu Teja Muliawan, Apt, M.Pharm, MM Selain itu acara diskusi panel juga menyajikan berbagai materi lainnya yaitu Kesiapan Pemerintah Dalam Pe l a k s a n a a n S i s t e m J a m i n a n Kesehatan yang disampaikan oleh Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan; Dukungan Kebijakan Anggaran Pembangunan Kesehatan di Papua Barat yang disampaikan oleh Komisi D DPRD Papua Barat; Pencapaian Program MDGs dan Liputan Informasi kefarmasian dan alat kesehatan Standar Pelayanan Minimal yang disampaikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat. Keesokan harinya pada Kamis tanggal 9 Mei 2013, Menteri Kesehatan dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH yang juga didampingi oleh Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra. Maura Linda Sitanggang, Ph.D tiba di Raja Ampat dan melakukan kunjungan ke RSUD Kabupaten Raja Ampat. Menteri Kesehatan dr. Nafsiah Mboi Sp. A, MPH meresmikan RSUD Kabupaten Raja Ampat yang ditandai dengan penandatanganan prasasti serta pembukaan selubung papan nama RSUD Raja Ampat. Turut hadir pada peresmian RSUD Raja Ampat, Gubernur Papua Barat Bram Atururi, Bupati Raja Ampat, Drs. Markus Wanma, M.Si, Wakil Bupati Raja Ampat, Drs. Inda Arfan, Ketua DPRD Raja Ampat, Henry AG Wairara, Wakil Walikota Sorong, dan sejumlah tamu undangan lainnya. Berdirinya RSUD Kabupaten Raja Ampat diharapkan dapat meningkatkan akses masyarakat pada pelayanan kesehatan yang komprehensif dan bermutu, agar seluruh lapisan masyarakat termasuk masyarakat tidak mampu, dapat memperoleh pelayanan kesehatan yang komprehensif dan bermutu, tanpa ada kendala biaya. Kabupaten Raja Ampat mempunyai karakteristik daerah kepulauan dan merupakan daerah tujuan wisata internasional. Oleh karena itu, rumah sakit ini hendaknya bermanfaat bukan saja bagi penduduk Kabupaten Raja Ampat, melainkan juga bagi wisatawan domestik dan mancanegara yang berkunjung ke Kabupaten Raja Ampat, ujar Menkes RI pada sambutannya Menkes juga menghimbau agar Pemerintah Kabupaten Raja Ampat segera melengkapi pelayananpelayanan di RSUD Kabupaten Raja Ampat ini. Upaya ini juga harus didukung dengan pemenuhan sarana dan prasarana rumah sakit, sesuai dengan standar perumahsakitan yang diamanatkan UndangUndang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Diharapkan RSUD Raja Ampat bisa dinaikan statusnya sebagai RSUD Kelas C, oleh karena itu pemerintah daerah harus bekerja semaksimal mungkin. ”Kami dari kementerian sangat senang bisa membantu bila Pemda Raja Ampat mempunyai niat yang tulus, disamping itu pelayanan kesehatan kepada masyarakat haruslah terarah, karena pelayanan kepada masyarakat merupakan hal yang utama, jangan menyepelekan”, tandas Menkes Gubernur Papua Barat, Bram Atururi, dalam sambutannya juga mengatakan dengan hadirnya RSUD ini diharapkan ke depan masyarakat Raja Ampat yang hendak berobat dengan intensitas penyakit yang kronis tidak perlu lagi ke Sorong, karena dokter ahli dan spesialis ada di RSUD ini. RSUD Raja Ampat merupakan RSUD pertama di Papua Barat yang memakai sistem hidrolik untuk para diver. Selanjutnya, kunjungan Menkes dilanjutkan ke Gedung Pari Waisai, te m p at d i l a ks a n ka n nya a ca ra Rakerkesda Provinsi Papua Barat Ta h u n 2 0 1 3 . D i s a n a M e n ke s melakukan pemasangan dan pelepasan tenaga pengumpul data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Menkes juga berdialog dengan peserta Rakerkesda Provinsi Papua Barat Tahun 2013. Buletin INFARKES Edisi III - Juni 2013 l Hal. 13 Liputan Informasi kefarmasian dan alat kesehatan RAPAT KONSULTASI TEKNIS DIREKTORAT BINA OBAT PUBLIK & PERBEKALAN KESEHATAN TAHUN 2013 Pada tanggal 30 Mei s.d. 2 Juni 2013 d i l a k s a n a ka n ke g i a t a n R a p a t Konsultasi Teknis (Rakontek) Tahun 2013 Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di Hotel Grand Pasundan, Bandung. Pertemuan ini dihadiri oleh 93 orang peserta yang terdiri dari 33 orang Kepala Bidang/Kepala Seksi/Penanggungjawabi Kefarmasian dan 33 orang Kepala Bagian Keuangan Pemerintah Daerah dari setiap provinsi, serta 27 orang peserta Pusat dari Direktorat Bina O b a t P u b l i k d a n Pe r b e ka l a n Kesehatan. Rakontek secara resmi dibuka oleh Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Dra. Maura Linda Sitanggang, Apt., Ph.D. Dalam sambutannya dijelaskan bahwa Rapat Konsultasi Teknis Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan merupakan pertemuan yang sangat penting, mengingat banyak terjadi Hal.14 l Buletin INFARKES Edisi III - Juni 2013 perubahan-perubahan yang bermakna dalam berbagai hal terkait ketersediaan obat dan vaksin. Perubahan-perubahan tersebut menuntut perlunya dilakukan berbagai langkah agar apa yang diharapkan dapat tercapai tanpa hambatan yang berarti. Perubahan yang sangat besar yang terjadi adalah dengan dilaksanakannya Jaminan Kesehatan Nasional pada 1 Januari 2014. Berbagai langkah telah dilakukan dalam persiapannya, meskipun demikian masih diperlukan adanya kesamaan pemahaman dan sikap untuk merealisasikannya. Salah satu langkah terobosan adalah dengan penerapan e-catalogue dan epurchasing dalam pengadaan obat pemerintah baik di pusat, provinsi dan kabupaten/kota. Mekanisme ini lebih menjamin kompetisi yang sehat, transparan dan akuntabel. Untuk tahun 2013 ini, pelaksanaaan e-catalog dimulai dengan penyusunan Rencana Kebutuhan Obat secara bottom up dari Kabupaten/Kota, Provinsi dan akhirnya dijadikan Rencana Kebutuhan Obat Nasional, yang kemudian dilakukan pelelangan harga satuan. Dari hasil lelang ini telah ditetapkan harga masing-masing item obat, termasuk produsen yang akan menyediakannya. Penerapan e-catalogue dan epurchasing telah diresmikan Ibu Menteri Kesehatan pada Rakerkesnas di Jakarta, Surabaya dan Makasar beberapa waktu yang lalu. Pada ta n g ga l 1 2 A p r i l 2 0 1 3 te l a h ditandatangani kontrak payung antara produsen dan LKPP di Jakarta. Agar ketersediaan obat dan vaksin lebih terjamin, diperlukan pemahaman yang sama dan ko m i t m e n y a n g k u a t a n t a r a pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota, sehubungan dengan terjadinya perubahan-perubahan tersebut, antara lain berkaitan dengan kendala dalam pelaksanaan e-purchasing, termasuk pencairan anggarannya. Sementara itu, materi-materi yang dibahas dalam pertemuan adalah Pe n g e l o l a a n , Pe ke r j a a n , d a n Pelayanan Kefarmasian dalam SJSN o l e h D i r e k t u r J e n d e ra l B i n a Kefarmasian dan Alat Kesehatan; Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara serta Langkahl a n g ka h D a l a m P e n i n g ka t a n Akuntabilitas dan Transparansi Belanja Perjalanan Dinas Tahun 2013 Liputan Informasi kefarmasian dan alat kesehatan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPB) Kementerian Keuangan; Pelaksanaan Pengadaan Obat Sistem E-Katalog Di Provinsi Kalimantan Selatan oleh Kepala Bidang Farmasi dan Litbang Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan; Kendala Penyediaan Obat Menggunakan E-Catalogue Di Provinsi Jawa Tengah oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah; Kendala Penyediaan Obat Menggunakan E-Catalogue Di Provinsi Maluku oleh Kepala Bidang Fa r m a s i d a n M a ka n a n D i n a s Kesehatan Provinsi Maluku; Ta ta l a ks a n a Pe n g a d a a n O b a t Menggunakan E-Catalogue (epurchasing) oleh Direktorat Perencanaan Pengadaan RAPBN LKPP. Rekomendasi Rapat Konsultasi Teknis Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Tahun 2013 adalah: (a) E-Catalogue dilakukan sebagai amanat Perpres 70 Tahun 2012 tentang pengadaan barang dan jasa, untuk menjamin keterbukaan dan transparansi dalam pengadaan obat yang akan dilaksanakan secara bertahap karena banyaknya halhal yang harus dipertimbangkan; (b) E-catalogue untuk tahun 2014 akan direncanakan ditayangkan pada awal tahun dimana sistem ini digunakan untuk pengadaan obat untuk instansi pemerintah; (c) Apabila dalam pelaksanaan epurchasing mengalami kendala, disampaikan ke LKPP dan untuk pengadaan dapat dilakukan secara manual/offline; (d) Kebutuhan obat yang melebihi kuota yang tercantum dalam sistem ecatalogue disampaikan ke LKPP dengan tembusan Dit Bina Oblik dan Perbekkes; (e) Untuk tahun mendatang perlu disusun Rencana Kebutuhan Obat yang mendekati kebutuhan di Instansi Pemerintah yang dilaksanakan oleh Kab/Kota (sarana yankes kab/kota) dan Provinsi (sarana yankes provinsi) yang dikompilasi di tingkat Provinsi; ( f ) Pe r te m u a n d a l a m ra n g ka penyusunan RKO tingkat Provinsi didukung dana Dekon; (g) Pada prinsipnya pengadaan obat menggunakan e-purchasing bukanlah lelang, melainkan pembelian secara elektronik, sehingga dalam proses pengadaan obat terdiri dari beberapa kontrak tidak menyalahi aturan yang berlaku dan setiap kontrak akan dibayarkan sesuai SPM yang dajukan (tidak menyalahi aturan keuangan) sepanjang alokasi dana masih tersedia; (h) Pemerintah Pusat akan melakukan koordinasi dengan BPK, BPKP (auditor) untuk mensosialisasikan pengadaan obat secara e-catalogue agar nanti tidak terjadi salah persepsi antara program dengan auditor; (i) Juknis Pelaksanaan E-Catalogue segera diterbitkan (surat edaran); (j) Untuk kebutuhan obat dalam U n i v e rs a l C o v e ra g e ( J a m i n a n Kesehatan Nasional) yang diberlakukan Januari 2014 masih dialokasikan DAK, buffer pusat, buffer provinsi, dan obat program; (k) E-logistic perlu disempurnakan dan memasukkan semua obat generik dan non generik. Buletin INFARKES Edisi III - Juni 2013 l Hal. 15 Liputan Informasi kefarmasian dan alat kesehatan PERESMIAN PABRIK KEDUA PT WIDATRA BHAKTI Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) RI Prof. Dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc, Ph.D mewakili Menteri Kesehatan RI meresmikan Pabrik Kedua PT. Widatra Bhakti. Prosesi peresmian ini didahului dengan sambutan oleh Prof. Dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc, Ph.D, kemudian penandatanganan Prasasti oleh Wakil Menteri Kesehatan yang di saksikan oleh Mr. Ichiro Otsuka, President Representatif Otsuka Pharmaceutical Company; Dra. Maura Linda Sitanggang, Apt., Ph.D, Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan; I Wayan Sudanta President Director PT. Widatra Bhakti; Bapak Agus Prabowo mewakili BPOM; Drs. Noburu Nomura Konsulat Jenderal Jepang; Kabag Biro Perekonomian Provinsi Jawa Timur mewakili Gubernur Jawa Timur dan Wakil Bupati Pasuruan. Acara dilanjutkan dengan membunyikan sirine secara Hal.16 l Buletin INFARKES Edisi III - Juni 2013 bersama. Setelah ceremony peresmian selesai, para undangan VVIP tersebut di atas bersama-sama melakukan penanaman pohon tanjung sebagai simbol ajakan untuk secara bersama menyelamatkan bumi kita. Dipilihnya pohon tanjung karena selama ini dikenal oleh masyarakat sebagai obat. Kemudian ibu Dra. Maura Linda Sitanggang, Apt., Ph.D melakukan pengguntingan pita untuk mengawali plant tour para undangan guna melihat lebih dekat proses produksi pabrik ke-2 Widatra Bhakti. Kemudian plant tour dilakukan juga oleh para undangan lainnya secara berkelompok. Secara keseluruhan setelah melihat pemutaran video company profile maupun melihat sendiri secara langusng pabrik Widatra, para undangan cukup apreciate dan kagum terhadap keberadaan dan perkembangan Widatra. Widatra Bhakti sendiri adalah sebuah produsen cairan infus nasional yang meresmikan pabrik keduanya dengan kapasitas terpasang 30 juta botol. Saat ini total kapasitas terpasang produksi Widatra mencapai 90 juta botol. Dengan demikian Widatra Bhakti mengokohkan dirinya sebagai produsen cairan infus terbesar di asia tenggara yang mensuplai 50% lebih pasar cairan infus di Indonesia. Nuansa ceremony yang mengambil tema tradisional yakni Indonesian Heritage. Latar panggung yang memadukan budaya Jawa Timur dan Bali sepeti topeng, gapura, tarian Banyuwangi dengan siluet pura dan tarian pendet dari Bali membuat acara menjadi semarak dengan akar budaya bangsa Liputan Informasi kefarmasian dan alat kesehatan WORKSHOP PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SECARA RASIONAL Pada tanggal 19 s.d 21 Juni 2013 dilaksanakan kegiatan Workshop Penggunaan Antibiotika Secara Rasional di Hotel Sahid Jaya, Makassar, Sulawesi Selatan. Pertemuan dihadiri oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Dr. dr. H. Rachmat Latief, Sp.PD; Kasubdit Penggunaan Obat Rasional Dra. Hidayati Mas'ud, Apt, MM; K a s u b d i t I S PA D i r e k t o r a t Pengendalian Penyakit Menular L an gsung dr. Arie Bratasena, Sementara peserta dari daerah melibatkan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, Kabid/Kasie farmasi dari Dinas Kesehatan Kab/Kota terpilih di Provinsi Sulawesi Selatan, dokter/apoteker/tenaga teknis kefarmasian dari 9 Puskesmas terpilih, dokter dan apoteker dari Komite Farmasi Terapi/Komite Medik Rumah Sakit Umum Propinsi, dokter/apoteker dari KFT RSUD Kab/Kota, Ikatan Dokter Indonesia dan Ikatan Apoteker Indonesia, serta Fakultas Kedokteran dan Farmasi Univ. Hasanudin Maksud dan tujuan Workshop Penggunaan Antibiotika Secara Rasional ini adalah kelanjutan dari kegiatan serupa di tingkat ASEAN yaitu ASEAN Workshop on Rational Use of Antibiotic yang merupakan pelaksanaan program Penggunaan Obat Rasional (POR) dari ASEAN Working Group on Pharmaceutical Development (AWGPD) yang telah dilaksanakan bulan November tahun 2012 yang lalu. Dimana mengingat masih tingginya persentase penggunaan antibiotik secara tidak tepat terutama pada penyakit ISPA Non Pneumonia dan Diare Non Spesifik yang termasuk dalam indikator POR tingkat Nasional Kegiatan Workshop Penggunaan Antibiotika Secara Rasional ini, diharapkan selain dapat meningkatkan pemahaman dan pengetahuan peserta, juga terbentuk jejaring di wilayah Propinsi yang diintervensi yang secara konsisten dan kontinyu melaksanakan upaya peningkatan penggunaan antibiotik secara rasional dan dikembangkan ke seluruh wilayah kerja Propinsi. Sehingga diharapkan dapat meningkatkan penggunaan obat secara Rasional di semua tingkat pelayanan, baik di pelayanan kesehatan dasar maupun rujukan. Direktur Bina Pelayanan Kefarmasian yang pada kesempatan ini diwakili oleh Kasubdit Penggunaan Obat Rasional Dra. Hidayati Mas'ud, Apt, MM dalam sambutannya menyampaikan hal-hal sebagai berikut: a. Menurut WHO, penggunaan obat yang rasional mensyaratkan bahwa "pasien menerima obat yang tepat untuk kebutuhan klinisnya, dalam dosis yang memenuhi kebutuhan, untuk jangka waktu yang cukup, dengan biaya terendah untuk individu dan komunitas”. b.WHO memperkirakan bahwa lebih dari setengah dari semua obat yang diresepkan, diberikan atau dijual secara tidak tepat, dan setengah dari semua pasien tidak menggunakannya dengan benar. Penggunaan yang berlebihan, kurang, atau penyalahgunaan dari obat menyebabkan pemborosan. c. Contoh penggunaan obat irasional antara lain: penggunaan obat yang terlalu banyak per pasien (polifarmasi); penggunaan antibiotik yang tidak tepat, sering dalam dosis yang tidak memadai, untuk infeksi non-bakteri; penggunaan injeksi yang berlebihan ketika formulasi oral akan lebih tepat; peresepan yang tidak sesuai dengan pedoman klinis; swamedikasi yang dilakukan oleh masyarakat secara tidak tepat; serta kurangnya kepatuhan pasien Buletin INFARKES Edisi III - Juni 2013 l Hal. 17 Liputan Informasi kefarmasian dan alat kesehatan dalam penggunaan obat. d.Penggunaan obat secara irrasional mengakibatkan pengaruh yang serius pada outcome terapi, keamanan terapi dan pemborosan biaya yang tidak perlu. Selain itu penggunaan antibiotik secara tidak tepat dalam pelayanan kesehatan menyebabkan masalah resistensi yang serius di seluruh dunia. Resistensi antibiotik bukan hanya menyebabkan masalah resiko keamanan banyak obat pilihan pertama tidak dapat lagi untuk mengobati penyakit tetapi juga menyebabkan masalah biaya. e.O l e h ka re n a i t u d i p e r l u ka n intervensi yang konsisten dan terus menerus untuk mengatasi masalah penggunaan obat secara tidak rasional, khususnya antibiotik. Hal ini memerlukan dukungan semua pihak yang berkepentingan, bukan hanya tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan, tetapi juga masyarakat yang mendapatkan pelayanan dan kalangan akdemisi dalam memberikan pendidikan yang konsisten dan berkelanjutan. f. S a a t i n i P e m e r i n t a h t e l a h melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan penggunaan antibiotik secara rasional melalui berbagai strategi, baik regulasi, manajerial maupun edukasi. Namun penggunaan antibiotik secara tidak tepat masih banyak terjadi, Hal.18 l Buletin INFARKES Edisi III - Juni 2013 khususnya pada penyakit ISPA Non Pneumonia dan Diare Non Spesifik yang peresepannya di fasilitas p e l aya n a n ke s e h a ta n d a s a r dipantau dan dievaluasi secara rutin. g. Di lain pihak pada beberapa RS Pendidikan melalui Ditjen Bina Upaya Kesehatan telah dikembangkan Pusat Pengendalian Resistensi Antibiotik (PPRA) untuk mengatasi dan mencegah terjadinya resistensi antibiotik di Rumah Sakit. Misalnya di RSUD Soetomo Surabaya yang telah aktif melalukan kegiatan PPRA. Namun upaya ini belum mencakup RS lain di wilayah yang lebih luas. h.Untuk mencapai dan mewujudkan tujuan Penggunaan Obat Rasional, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan melalui Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian harus melakukan berbagai kebijakan dan upaya agar tujuan tersebut tercapai dengan tetap memperhatikan pembagian peran dan tugas pusat dan daerah sesuai dengan otonomi daerah. Kegiatan Workshop Penggunaan Antibiotika Secara Rasional ini dilaksanakan melalui sidang-sidang pleno dengan metode penyajian materi dan pembahasan mendalam antara peserta dengan narasumber menuju tercapainya suatu rumusan kesimpulan dan rekomendasi. Selain itu juga dilaksanakan diskusi kelompok. Kesimpulan 1. Workshop ini telah dilaksanakan dengan sukses dan dapat mencapai tujuan penyelenggaraan ini sesuai dengan keluaran yang diharapkan 2. Materi yang disampaikan dalam kegiatan ini meliputi kebijakan nasional dalam Penggunaan Antibiotik, Penggunaan Antibiotik berbasis EBM, Program PPRA, serta strategi pengendalian resistensi Antibiotik WHO. 3. Para peserta telah berdiskusi secara kelompok untuk menyusun rencana aksi dalam pelaksanaan Program Peningkatan Penggunaan Antibiotik secara Rasional pada Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Rumah Sakit dan Puskesmas. 4. Rencana Aksi yang disusun telah dipresentasikan meliputi Penyusunan Pedoman Antibiotik di Rumah Sakit, Pembuatan Pola Kuman di Rumah Sakit, Pelaksanaan Pilot Project DUE, Penerapan Kebijakan dalam Penggunaan Antibiotik, Promosi Penggunaan A n t i b i o t i k s e c a ra R a s i o n a l , Pemantauan dan Evaluasi penggunaan Antibiotik secara berkala. Rekomendasi Rekomendasi untuk Dinas Kesehatan Provinsi dan Kab/Kota a. Dinkes membentuk tim penggerak POR b. Penunjukan focal point untuk di ruang lingkup wilayah kerja di daerah c. Pembuatan laporan secara berkala tentang Penggunan Antibiotik pada ISPA NP, Diare NS dan injeksi pada myalgia dengan melaksanakan Monitoring berkala Liputan Informasi kefarmasian dan alat kesehatan oleh Dinkes provinsi ke sarana pelayanan d. Melaksanakan training, workshop, sosialisasi kepada Nakes tentang Penggunaan Antibiotik secara Rasional e. Koordinasi lintas sektor di masing masing daerah yang melibatkan semua stake holder seperti Dinkes Prov/Kab/Kota, RS, Puskesmas, Balai POM, Universitas dan Organisasi Profesi f. Meningkatkan pembinaan dan pengawasan kepada apotek dan TO, dan melakukan edukasi kepada masyarakat untuk menekan penjualan AB secara bebas g. M e l a ku ka n m o n i to r i n g d a n evaluasi penggunaan antibiotic secara rutin dan kontinyu h. Mengusulkan anggaran untuk kegiatan terkait pengendalian penggunaan antibiotik Rekomendasi untuk Rumah Sakit a. Pembentukan tim PPRA oleh Rumah Sakit b. Sosialisasi program PPRA DI Rumah Sakit c. Menentukan tempat untuk pilot project drug use evaluation d. Membuat panduan Antibiotik di ICU e. Membuat pola peng gunaan Antibiotik di ICU f. M e l i h a t p o l a p e n g g u n a a n Antibiotik setelah pemberlakuan panduan g. Melakukan drug use evaluation secara rutin dan kontinyu untuk pemantauan dan evaluasi penggunaan obat, termasuk antibiotik h. Edukasi kepada pasien dan keluarga pasien di RS i. Sosialisasi hasil program j. Membuat kebijakan khusus dari Direktur RS untuk mengendalikan penggunaan antibiotik Rekomendasi untuk Puskesmas a. Sosialisasi penggunaan Antibiotik yang rasional di puskesmas b. Edukasi kepada masyarakat c. Membatasi penggunaan Antibiotik di puskesmas d. Membuat kebijakan khusus dari Kepala Puskesmas untuk mengendalikan peng gunaan antibiotik e. Melakukan evaluasi RKO untuk membatasi alokasi anggaran pembelian antibiotik Rekomendasi Untuk Organisasi Profesi a. Melakukan edukasi dan sosialisasi kepada anggota tentang penggunaan antibiotik secara rasional b. Menetapkan peraturan dalam membatasi penjualan antibiotik k h u s u s nya p a d a p e n j u a l a n antibiotik tanpa resep di apotik c. Melakukan pemantauan dan pembinaan terhadap apoteker yang menjual antibiotik secara bebas (IAI) d. Melakukan pemantauan dan pembinaan terhadap dokter yang meresepkan antibiotik secara tidak rasional (IDI) e. Berkoordinasi dan sosialisasi dengan organisasi profesi terkait lainnya seperti PAFI, PPNI Buletin INFARKES Edisi III - Juni 2013 l Hal. 20 Ulasan Informasi kefarmasian dan alat kesehatan KARTU JAMINAN SEHAT NASIONAL versus PHBS MENYONGSONG SJSN 2014 Oleh: Drs. Jenry Simanjuntak, Apt, M.Si Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sejak dini, perlu diterapkan diseluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia secara konsisten, terprogram, terinformasi, termonitor dan terevaluasi untuk menunjang Pembangunan Manusia Indonesia Seutuhnya dibidang kesehatan sehingga kelak menjadi proyek percontohan bagi negara-negara di dunia apabila dikelola dengan baik. Perilaku hidup sehat ini hendaknya terinformasikan secara konsisten, informatif, komunikatif, edukatif dari seluruh aspek kehidupan guna mewujudkan sehat jasmani, rohani, emosi, perekonomian yang sejahtera lahir bathin dengan spiritualitas yang tinggi menggapai kebersamaan nasional secara nyata. Bahwa kesehatan adalah hak asasi manusia sebagaimana tercantum dalam UU No.36/2009, maka seluruh warga negara berhak mendapatkan pelayanan kesehatan sebagaimana yang diharapkan. Untuk itu pemerintah berusaha memfasilitasi dan membenahi keterwujudan suatu wadah dengan payung hukum yang jelas dengan diupayakannya suatu SJSN (Sistem Jaminan Sosial Nasional) sesuai UU No 40 tahun 2004 dan UU Hal.20 l Buletin INFARKES Edisi III - Juni 2013 No.24 tahun 2011 melalui ke b e ra d a a n B PJ S ( B a d a n Penyelenggara Jaminan Sosial) mewadahi Jaminan Kesehatan dan Ketenaga-kerjaan ( jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan ke m at i a n ) ya n g a d a l a h h a s i l transformasi: JAMKESMAS, ASKES, ASABRI, JAMSOSTEK, TASPEN. Kajian Informasi profile kesehatan di seluruh wilayah Indonesia secara terintegrasi kiranya menunjang p e m b e rd aya a n d a e ra h d a l a m pendanaan SJSN dan dibahas dalam pertemuan yang melibatkan berbagai pihak terkait. Pusat dan daerah bekerja sama dan pembobotan partisipasi daerah dengan Pendapatan Asli Daerah hendaknya menjadi acuan dalam pengambilan kebijakan selanjutnya. Pembobotan pembiayaan proporsi daerah juga j a ra k l o ka s i d a r i p u s at ya n g didasarkan PAD masing-masing daerah hendfaknya dibahas dalam peertemuan lintas sektor. Dengan demikian akan terwujud BPJS pusat dan BPJS daerah yang kesemuanya dalam sistem IT Komputerisasi yang online diseluruh Indonesia tetapi tak dapat diretas oleh negara asing. Gbr. 1 Struktur Age-Sex Population USA 1950 Berbagai negara berusaha menampilkan pembiayaan dan pengelolaan kebijakan Asuransi Kesehatan Nasionalnya secara arif dan bijaksana. Sebagai contoh RRC membuat kebijakan keterlibatan daerah dan pusat dengan ratio pembiayaan 10-20% Daerah dan 8090% pendanaan kesehatannya ditanggung oleh Pusat. Kanada mencoba sepenuhnya mempunyai kebijakan pembiayaan kesehatan dibiayai oleh pemerintah pusat. Amerika dengan sistem Medicare dan Medicaid-nya belum menerapkan satu pembiayaan sebagaimana yang dilakukan oleh Taiwan yaitu satu wadah kebijakan satu National Health Coveraged. Negara di Eropa misalnya Inggris untuk pembiayaan kesehatan nasionalnya diantaranya terambil dari pajak. Korea Selatan mencoba mengCover National healthcare-nya melalui pendekatan budaya sehingga tampaknya berhasil dalam perjalanan membuat rakyatnya mempunyai angka harapan hidup yang tinggi. Kekhawatiran akan angka harapan hidup yang tinggi dapat membuat biaya pengobatan jadi tinggi dengan struktur age-sex populasi demografi USA 2050 (Gbr. 2) artinya lambat laun Gbr. 2 Struktur Age-Sex Population USA 2050 Ulasan Informasi kefarmasian dan alat kesehatan negara menuju bangkrut. Melihat kejadian tersebut, sebaiknya Indonesia belajar secara terus menerus dan mencoba mengadopsi kebijakan di negara-negara yang telah establish pola kebijakan pembiayaan kesehatan nasionalnya dan menyesuaikannya dengan kultur yang ada di Indonesia. Seiring dengan perjalanan waktu, Pemerintah telah berupaya secara giat, mengkoordinir kebijakan Sistem Jaminan Sosial Nasional membidangi jaminan kesehatan menyongsong pemberlakuannya pada tahun 2014 mendatang. Keuntungan dan Kekurangan satu wadah (National Health Coveraged) : 1.Keuntungan: Bahwa ketercakupan masyarakat miskin dalam mendapatkan perlakuan pelayanan kesehatan yang sama diseluruh wilayah indonesia dapat teratasi; Perusahaan Farmasi yang memproduksi obat atau alat kesehatan dapat terjual dan terhindarinya pemborosan obat kadaluarsa dan harga obat yang mahal; Terciptanya persaingan harga murah diantara perusahaan farmasi sehingga obat berharga murah namun tetap berkualitas; Terciptanya harmonitas antara pusat dan daerah dalam tatanan yang terpeliharanya MOU apabila proporsi pembiayaan pusat lebih besar dari daerah; Terbentuknya Cabang-cabang BPJS didaerahdaerah yang membawa iklim segar dalam kebersamaan berbangsa dan bernegara pascaotonomi daerah; Terlaksananya pelaksaanaan sistem peng-Code-an penyakit misalnya “ICD-10” dan revisinya melalui jejaring IT Computer yang canggih secara konsisten melalui clinical pathway atau jalur lainnya; Termotivasinya mencari suatu solusi terbaik melalui penelitian menjembatani jurang pemisah dalam pelaksanaan kebijakan selanjutnya; Terstimulasinya penerapan jaringan informasi teknologi berbasis komputer yang tinggi diseluruh wilayah Indonesia; Terciptanya suatu sistem 'on line” pelatihan dan bimbingan, nilai standar pelayanan yang termonitor setiap hari diseluruh wilayah Indonesia; Pemerintah pusat dipaksa untuk siap menciptakan iklim yang sehat dalam memfasiliatasi keikut sertaan semua pihak termasuk swasta; Kepatuhan pada FORNAS (Formularium Nasional) dan DOEN (Daftar Obat Esensial nasional) akan meningkat tajam yang berdampak pada ketercapaian penggunaan obat secara rasional; Upah total Cavity profesi dokter, apoteker, drg. Perawat. Bidan, asisten apoteker, Fisioterapist, penata rontgen, petugas medis non medis lainnya, petugas lainnya dan profesi lainnya dapat terdokumentasikan dengan jelas yang harus dibahas bersama; Bimbingan teknis dari pusat sudah dapat di-download secara cepat melalui website Kemenkes yang telah tersedia sehingga terjadi penghematan uang negara yang penggunaannya bisa dimanfaatkan untuk membiayai program kegiatan lainnya. 2.Kerugian: Diagnosis penyakit dari pasien peserta kemungkinan diragukan kerahasiaannya apabila sistem IT Computerisasinya belum maksimal dalam memprotect akses data peserta seandainya kartu disalah gunakan atau hilang; akan ada perusahaan farmasi atau yang lainnya yang gulung tikar apabila irama Badan Penyelenggara tidak terpatuhi; kebimbangan nasib sediaan herbal dalam Formularium Nasional apabila tidak dibahas secara smart dan bijaksana; Untuk hal tidak terlibat dalam kemitraan maka akan banyak pengusaha dibidang farmasi bertumbangan dan untuk mencegah hal ini sebaiknya dibahas secara arif, adil dan bijaksana; Apabila pendanaan obat yang perawatannya membutuhkan waktu yang lama, akan berdampak pada beban biaya meningkat yang dikeluarkan SJSN; Bagi daerah yang prasarana listriknya belum tersedia akan mengalami kesulitan mengakses informasi data yang dikelola oleh Badan Penyelenggara; Apabila porsi pembiayaan antara Pusat dan Propinsi/Kabupaten yang berbedabeda PAD-nya dilakukan tidak adil dikhawatirkan dan semoga tidak terjadi potensi konflik pusat dengan daerah yang ujung-ujungnya berdampak pada negara bangkrut terlebih lagi melibatkan konsultan dari negara asing yang tidak sinergis dalam penentuan kebijakan SJSN. Melihat uraian terbut diatas, kita dihadapkan pada suatau realita nantinya dipersimpangan jalan apabila tidak dipersiapkan secara matang, terprogram, dan jenius berdampak dekstruktif bagi Negara dalam menghadirkan Kartu Jaminan S e h at N a s i o n a l ya n g s e d a n g Buletin INFARKES Edisi III - Juni 2013 l Hal. 21 Ulasan Informasi kefarmasian dan alat kesehatan diupayakan. Semoga upaya yang telah dilaksanakan membawa keberhasilan menyongsong tahun pelaksanaan 2014. Berdasarkan pengalaman penulis yang pernah mengecap indahnya menikmati Kartu Jaminan Sehat Nasional di Luar Negri, seluruh penduduk baik asing yang berdomisili sementara maupun penduduk lokal direkrut untuk ikut serta menjadi Peserta Kartu Jaminan Sehat Nasional d e n ga n m e m b aya r ke wa j i b a n perbulan (premi) diseuaikan dengan kemampuan ekonomi masing-masing peserta. Di Australia, terdapat suatu wadah independent yang melayani pembiayaan kesehatan kewajiban menjadi peserta kartu jaminan Sehatnya dalam rasio pembagian yang miskin dan peserta mampu dalam kisaran angka perbandingan 1:5. Biaya individu yang dibayarkan peserta tidak boleh disamakan baik kaya maupun miskin, setiap pasien dibebankan sesuai proporsinya. Usulan Bentuk Kartu Jaminan Sehat Nasional Ciri-Ciri Kartu jaminan Sehat Nasional seperti wujud kartu ATM ditandai dengan: Belahan TAMPAK depan (Gbr.3): adanya Badan Penyelenggara beserta logonya, Nama, gambar foto peserta, tertera kartu magnetik (sejenis segel magnetik) dengan data Identitas diri dan nomor peserta beserta tanggal, Gambar 3 Belahan Tampak Depan Hal.22 l Buletin INFARKES Edisi III - Juni 2013 Gambar 4 Belahan Tampak Belakang bulan , tahun lahir Belahan TAMPAK belakang (Gbr.4): terdapat informasi keterangan yang mengarahkan peserta pada interaksi dengan Badan Penyelenggara berikut nomor kontak telp. yang sifatnya online setiap saat dan juga alamat situs email yang bisa dihubungi oleh peserta ke Badan Penyelenggara. Kartu peserta jaminan sehat bagi penduduk asing yang telah terdaftar dibedakan dengan No KTP sementara peserta yang berdomisili di negara penyelenggara. Saran: adanya security sign dan PIN number setiap peserta dan tanda tangan peserta maupun finger print di Kartu peserta yang intinya tidak dapat disalahgunakan oleh orang lain kecuali keluarga terdekat, terutilisasinya kartu anggota peserta untuk pembayaran tunai suatu transaksi akibat adanya kerjasama dengan Bank yang direvisi secara periodik, nama peserta hendaknya tertampilkan dengan tulisan muncul sehingga tampil lebih menarik dengan warna yang spesifik. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas dasar kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri dalam hal kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatankegiatan kesehatan di masyarakat berdampak pada keluarga sehat dan tidak mudah sakit, anak tumbuh sehat dan cerdas, giat bekerja, demikian juga masyarakat mampu mengupayakan hidup sehat serta mencegah ataupun menanggulangi m a s a l a h m a s a l a h ke s e h a t a n . Disamping itu, PEMDA ikut berperan dalam terciptanya regional sehat sekaligus menjadi percontohan bagi daerah lain yang melibatkan petugas Puskesmas diantaranya: 1.Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan agar ibu dan bayi selamat dan sehat 2.Persentase peningkatan pemberian ASI eksklusif dari usia 0-6 bulan agar bayi tumbuh sehat dan tidak mudah sakit 3.Peningkatan kesadaran menimbang bayi dan balita agar terpantau pertumbuhan dan perkembangan bayi 4.ketersediaan air bersih agar terhindar dari penyakit kulit , kecacingan dan muntaber 5.Penggunaan jamban sehat agar terhindar dari muntaber di lingkungan tempat tinggal 6.Kesadaran perilaku cuci tangan pakai sabun agar bersih dan tidak mudah sakit 7. Pemberantasan jentik nyamuk di rumah serentak seminggu sekali agar terhindar dari demam berdarah 8.Peningkatan makan buah dan sayur setiap hari agar terhindar dari penyakit stroke, hipertensi, diabetes dan kanker. 9. Melakukan aktivitas fisik berolah raga sehari-hari minimal 30 menit setiap hari sehingga terhindar dari penyakit jantung, stroke, hipertensi, diabetes, dan kanker. 10. Peningkatan tidak merokok di rumah agar anggota keluarga terhindar dari bahaya 4000 racun rokok. Indonesia berada di urutan ke- Ulasan Informasi kefarmasian dan alat kesehatan 3 jumlah perokok tertinggi didunia dengan prevalensi 34.7%. Apabila sehari saja bangsa Indonesia mogok merokok sebungkus sehari maka akan tersimpan uang sebesar Rp. 1 Trilyun yang bisa membiayai puluhan ribuan mahasiswa doktoral, master dan sarjana dalam satu periodik pendidikan, dan membayar fasilitas kesehatan 11. Bebas narkoba agar terhindar dari ketergantungan obat-obat terlarang yang menyebabkan bahaya ketergantungan obat dan kriminalitas akibat narkoba. 12. Beristirahat yang cukup agar terpenuhi kepulihan tenaga dan kebugaran tubuh setelah akitivitas yang dilakukan sehari-hari. 13. Peduli lingkungan yang bersih dan sehat baik di udara sehingga tercapai bebas polusi dengan menanam pohon dengan demikian ikut serta menunjang potensi hutan Indonesia sebagai paru-paru dunia , bebas polusi air sungai dengan tidak membuang sampah sembarangan sehingga terhindar dari banjir dan longsor, tercegah pendangkalan danau, terhindarinya pencemaran air laut, juga bebas polusi tanah dengan tidak membuang limbah sembarangan. Gaya hidup sehat mutlak harus dilaksanakan sejak dini dan butuh waktu yang lama untuk merubah kebiasaan hidup. Pemerintah telah g i a t s e c a ra p r o a k t i f d e n g a n melakukan promosi kesehatan dan terprogram melalui Kemenkes di Pusat Promosi Kesehatan. Kiranya pengaplikasian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang telah dilakukan melalui edukasi dan bimbingan penyuluhan kepada semua lini dari berbagai aspek kehidupan lebih dikedepankan lagi untuk mensukseskan kinerja BPJS ya n g s e d a n g d i u p aya ka n i n i . Kebehasilan BPJS juga tak lepas dari keperdulian terhadap lingkungan guna mencegah adanya wabah penyakit, adanya protap penanganan bencana alam dalam meminimalkan resiko yang terjadi. Kesimpulan Tidak ada negara didunia ini pengelolaan biaya anggaran kesehatannya yang ideal sempurna tetapi dapat diadopsi kebijakan yang kira-kira cocok di Indonesia. Dasar dalam mensukseskan BPJS adalah pembenahan jejaring IT Computerize yang dapat diakses di seluruh Indonesia tetapi tidak dapat diretas oleh negara asing sehingga tetap menjaga kerahasiaannya. Harap kita perhatikan semoga tidak pernah pernah memberikan suatu pembuat kebijakan didominasi oleh negara asing yang berdampak pada kedaulatan negara terjual. Upah masing-masing profesi terlibat d a l a m ke s e h a t a n h e n d a k n y a diperoleh dari suatu konsensus bersama misalnya tenaga kesehatan medis (dokter, dokter gigi, perawat, bidan, perawat gigi dan lain-lain) dan te n a ga ke s e h ata n n o n m e d i s (misalnya: apoteker, asisten apoteker dan lain-lain). Besarnya uang iuran hendaknya diujicoba sebelum ditetapkan. Akhir kata semoga SJSN dalam perwujudan BPJS berjalan sukses terlebih menyongsong pemberlakuannya di tahun 2014. Buletin INFARKES Edisi III - Juni 2013 l Hal. 23 Artikel Informasi kefarmasian dan alat kesehatan BEBERAPA HAL YANG PERLU DIKETAHUI SAAT MENGGUNAKAN OBAT Ada beberapa hal yang harus kita ketahui dan kita tanyakan secara detail kepada pihak apotek ketika kita menggunakan obat atau mendapatkan pengobatan, hal tersebut berguna agar obat-obat yang kita minum bisa bekerja secara maksimal dan bisa cepat sembuh. Beberapa hal tersebut diantaranya: Aturan Pakai Berapa kali obat harus diminum itu penting diketahui secara benar, apalagi untuk obat antibiotik atau antivirus, saat disebutkan 3 kali sehari kadang kita minum seenaknya sendiri ketika kita sedang ingat. Padahal seharusnya menurut aturan, obat tersebut harus diminum setiap 8 jam agar obat bekerja secara maksimal sama halnya dgn obat-obat yang musti diminum 2 kali sehari atau pun 4 kali sehari. Sebelum makan Artinya obat diminum saat perut dalam keadaan kosong, bukan berarti saat disebutkan obat diminum sebelum makan, mutlak kita minum sebelum makan, tetapi bisa saja kita minum obat tersebut sesudah makan sekitar 2 jam sesudah makan, karena pada selang waktu 2 jam dianggap lambung sudah mulai kosong lagi, sehingga obat-obat yang terpengaruh absorpsinya karena makanan bisa digunakan. Sesudah makan Artinya obat tersebut diminum saat perut tidak dalam keadaan kosong, karena ditakutkan obat-obat yang bersifat asam (misal: asam mefenamat) bisa mengiritasi lambung saat perut kosong. Usahakan untuk mengisi perut dengan makanan walaupun hanya sedikit atau pun hanya Hal. 24 l Buletin INFARKES Edisi III - Juni 2013 dengan roti, dan saat minum obat tidak boleh sampai 2 jam setelah makan, karena setelah 2 jam lambung sudah kembali mulai kosong. Takaran obat Alat yang kita gunakan untuk menakar obat harus sesuai dengan aturan yang ada, misalnya ketika kita mendapatkan obat syrup dan harus meminumnya dengan ukuran sendok teh atau sendok makan, maka akan menimbulkan berbagai masalah, salah satu diantaranya adalah karena ukuran sendok dimasing-masing tempat bisa berbeda. Di rumah seseorang kemungkinan ukuran sendok tehnya bisa berbeda dengan ukuran sendok di rumah orang lain. Yang perlu ada tanyakan saat anda berobat adalah berapa ml yang harus minum, misalnya 5 ml, 10 ml ataukah 15 ml. atau ketika kita mendapatkan obat dalam bentuk drop, di etiket dituliskan bahwa yang harus diminum adalah 0.5 ml ternyata ketika kita buka sediaan drop tersebut tidak ada ukuran ml atau cc melainkan tetesan. Apa yang akan terjadi? Pasti anda akan kebingungan (1ml = 20 tetes). Saat yang tepat untuk minum obat Yang tidak kalah penting adalah kita harus mengetahui kapan saat yang tepat kita harus minum obat tersebut, (misal: obat antialergi) karena kebanyakan obat antialergi menyebabkan kantuk maka sebaiknya obat tersebut diminum pada malam hari sebelum tidur agar tidak mengganggu aktifitas. atau contoh lain m i s a l ny a f u r o s e m i d , ke t i k a k i t a mengkonsumsi furosemid kita akan merasa sering ingin buang air kecil maka obat tersebut sebaiknya diminum pada pagi hari sehingga tidak akan menggangu aktifitas tidur kita di malam hari. Sampai kapan anda harus meminum obat Selain beberapa hal diatas ada satu hal yang juga perlu anda tanyakan sampai kapan obat yang anda peroleh harus diminum. Contohnya: Antibiotik Untuk antibiotik dalam sediaan tablet obat harus dihabiskan, minimal penggunaan antibiotik adalah 3 hari dan maksimal penggunaan disesuaikan dengan kondisi masing masing pasien. Sedangkan untuk sediaan syrup kering (biasanya sudah dilarutkan oleh pihak apotek) rata-rata penggunaaan obat adalah 1 minggu dari hari pertama obat dilarutkan (contoh amoksilin syrup) dan ada pula yang memiliki batas melebihi 1 minggu. Sama halnya dengan sediaan tablet, sediaan syrup juga harus diminum sampai habis, tetapi jika untuk syrup sudah melebihi batas waktu yang sudah ditentukan masih sisa maka obat tersebut tidak boleh digunakan lagi dan harus dibuang Analgetik-Antipiretik Orang awam menyebutnya sebagai obat penghilang rasa sakit (nyeri) dan penurun demam. Obat-obat golongan ini diberikan hanya jika diperlukan, artinya obat tidak perlu diminum sampai habis tetapi obat diminum sampai gejala hilang. Misalnya pemakaian parasetamol yang hanya diberikan ketika pasien demam, dan ketika pasien sudah tidak menunjukan gejala demam, obat bisa dihentikan. Tetapi pemakaian obat demam bisa berbeda ketika hal tersebut digunakan pada pengobatan demam berdarah, pasien yang demamnya turun bisa saja memasuki masa kritis. Sehing ga dianjurkan untuk lebih waspada pada penggunaan obat demam. Untuk itu bertanyalah anda kepada Apoteker atau petugas apotek yang menyerahkan obat kepada anda agar anda mendapatkan pengobatan yang benar. Jika anda mendapatkan pengobatan yang benar maka anda akan segera sembuh. Pepatah mengatakan ”Malu bertanya sesat di jalan”. Kumpulan-farmasi.blogspot.com Artikel Informasi kefarmasian dan alat kesehatan DIURETIKA Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Istilah diuresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya penambahan volume urin yang diproduksi dan yang kedua menunjukkan jumlah pengeluaran zat-zat terlarut dalam air. Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udem yang berarti m e n g u b a h ke s e i m b a n g a n c a i r a n sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrasel menjadi normal. Proses diuresis dimulai dengan mengalirnya darah ke dalam glomeruli (gumpalan kapiler) yang terletak di bagian luar ginjal (cortex). Dinding glomeruli inilah yang bekerja sebagai saringan halus yang secara pasif dapat dilintasi air,m garam dan glukosa. Ultrafiltrat yang diperoleh dari filtrasi dan mengandung banyak air serta elektrolit ditampung di wadah, yang mengelilingi setiap glomerulus seperti corong (kapsul Bowman) dan kemudian disalurkan ke pipa kecil. Di sini terjadi penarikan kembali secara aktif dari air dan komponen yang sangat penting bagi tubuh, seperti glukosa dan garam-garam antara lain ion Na+. Zat-zat ini dikembalikan pada darah melalui kapiler yang mengelilingi tubuli.sisanya yang tak berguna seperti ”sampah” perombakan metabolismeprotein (ureum) untuk sebagian besar tidak diserap kembali. Akhirnya filtrat dari semua tubuli ditampung di suatu saluran pengumpul (ductus coligens), di mana terutama berlangsung penyerapan air kembali. Filtrat akhir disalurkan ke kandung kemih dan ditimbun sebagai urin. Diuretik dapat dibagi menjadi 5 golongan yaitu : 1. I n h i b i t o r k a r b o n i k a n h i d r a s e (asetazolamid). 2. Loop diuretik (furosemid, as etakrinat, torsemid, bumetanid) 3. Tiazid (klorotiazid, hidroklorotiazid, klortalidon) 4. Hemat kalium (amilorid, spironolakton, triamteren) 5. Osmotik (manitol, urea) INHIBITOR KARBONIK ANHIDRASE Karbonik anhidrase adalah enzim yang mengkatalis reaksi CO2 + H2O => H2CO3. Enzim ini terdapat antara lain dalam sel korteks renalis, pankreas, mukosa lambung, mata, eritrosit dan SSP, tetapi tidak terdapat dalam plasma. Inhibitor karbonik anhidrase adalah obat yang digunakan untuk menurunkan tekanan intraokular pada glaukoma dengan membatasi produksi humor aqueus, bukan sebagai diuretik (misalnya, asetazolamid). Obat ini bekerja pada tubulus proksimal (nefron) dengan m e n c e ga h re a b s o r p s i b i ka r b o n at (hidrogen karbonat), natrium, kalium, dan air semua zat ini meningkatkan produksi urine. Yang termasuk golongan diuretik ini adalah asetazolamid, diklorofenamid dan metazolamid. Asetazolamid Farmakodinamika Efek farmakodinamika yang utama dari asetazolamid adalah penghambatan karbonik anhidrase secara nonkompetitif. Akibatnya terjadi perubahan sistemik dan pearubahan terbatas pada organ tempat enzim tersebut berada. Asetazolamid memperbesar ekskresi K+, tetapi efek ini hanya nyata pada permulaan terapi saja, sehingga pengaruhnya terhadap keseimbangan kalium tidak sebesar pengaruh tiazid. Farmakokinetik Asetazolamid diberikan per oral.Asetozalamid mudah diserap melalui saluran cerna, kadar maksimal dalam darah dicapai dalam 2 jam dan ekskresi melalui ginjal sudah sempurna dalam 24 jam. Obat ini mengalami proses sekresi aktif oleh tubuli dan sebagian direabsorpsi secara pasif. Asetazolamid terikat kuat pada karbonik anhidrase, sehingga terakumulasi dalam sel yang banyak mengandung enzim ini, terutama sel eritrosit dan korteks ginjal. Distribusi penghambat karbonik anhidrase dalam tubuh ditentukan oleh ada tidaknya enzim karbonik anhidrase dalam sel yang bersangkutan dan dapat tidaknya obat itu masuk ke dalam sel. Asetazolamid tidak dimetabolisme dan diekskresi dalam bentuk utuh melalui urin. Efek Samping dan kontraindikasi Pada dosis tinggi dapat timbul parestesia d a n ka nt u k ya n g te r u s - m e n e r u s . Asetazolamid mempermudah p emb ent u ka n b at u gin j a l ka ren a berkurangnya sekresi sitrat, kadar kalsium Buletin INFARKES Edisi III - Juni 2013 l Hal. 25 Artikel Informasi kefarmasian dan alat kesehatan dalam urin tidak berubah atau meningkat. Asetazolamid dikontraindikasikan pada sirosis hepatis karena menyebabkan disorientasi mental pada penderita sirosis hepatis. Reaksi alergi yang jarang terjadi berupa demam, reaksi kulit, depresi sumsum tulang dan lesi renal mirip reaksi sulfonamid. Asetazolamid sebaiknya tidak diberikan selam kehamilan karena pada hewan percobaan obat ini dapat menimbulkan efek teratogenik. Indikasi Penggunaan utama adalah menurunkan tekanan intraokuler pada penyakit glaukoma. Asetazolamid juga efektif untuk mengurangi gejala acute mountain sickness. Asetazolamid jarang digunakan sebagai diuretik, tetapi dapat bermanfaat u n t u k a l ka l i n i s a s i u r i n s e h i n g ga mempermudah ekskresi zat organik yang bersifat asam lemah. Sediaan dan posologi Asetazolamid tersedia dalam bentuk tablet 125 mg dan 250 mg untuk pemberian oral. LOOP DIURETIK Termasuk dalam kelompok ini adalah asam etakrinat, furosemid dan bumetanid. Asam etakrinat termasuk diuretik yang dapat diberikan secara oral maupun parenteral dengan hasil yang memuaskan. Furosemid atau asam 4-kloro-N-furfuril-5sulfomail antranilat masih tergolong derivat sulfonamid. Diuretik loop bekerja dengan mencegah reabsorpsi natrium, klorida, dan kalium pada segmen tebal ujung asenden ansa Henle (nefron) melalui inhibisi pembawa klorida. Obat ini termasuk asam etakrinat, furosemid da bumetanid, dan digunakan Hal. 26 l Buletin INFARKES Edisi III - Juni 2013 untuk pengobatan hipertensi, edema, serta oliguria yang disebabkan oleh gagal ginjal. Pengobatan bersamaan dengan kalium diperlukan selama menggunakan obat ini. Mekanisme kerja : Secara umum dapat dikatakan bahwa diureti kuat mempunyai mula kerja dan lama kerja yang lebih pendek dari tiazid. Diuretik kuat terutama bekerja pada Ansa Henle bagian asenden pada bagian dengan epitel tebal dengan cara menghambat kotranspor Na+/K+/Cl- dari membran lumen pada pars ascenden ansa henle, karena itu reabsorpsi Na+/K+/Clmenurun Farmakokinetik Ketiga obat mudah diserap melalui saluran cerna, dengan derajat yang agak berbedabeda.Bioavaibilitas furosemid 65 % sedangkan bumetanid hamper 100%. Diuretic kuat terikat pada protein plasma secara ekstensif, sehingga tidak difiltrasi di glomerulus tetapi cepat sekali disekresi melalui system transport asam organik di tubuli proksimal. Kira-kira 2/3 dari asam etakrinat yang diberikan secara IV diekskresi melalui ginjal dalam bentuk utuh dan dalam konjugasi dengan senyawa sulfhidril terutama sistein dan N-asetil sistein. Sebagian lagi diekskresi melalui hati.sebagian besar furosemid diekskresi dengan cara yang sama, hanya sebagian kecil dalam bentuk glukuronid. Kira-kira 50% bumetanid diekskresi dalam bentuk asal, selebihnya sebagai metabolit. Efek samping Efek samping asam etakrinat dan furosemid dapat dibedakan atas : Reaksi toksik berupa gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit yang sering terjadi, dan efek samping yang tidak berhubungan dengan kerja utamanya jarang terjadi. Gangguan saluran cerna lebih sering terjadi dengan asam etakrinat daripada furosemid. Tidak dianjurkan pada wanita hamil kecuali bila mutlak diperlukan. Asam etakrinat dapat menyebabkan ketulian sementara maupun menetap. Ketulian sementara dapat terjadi pada furosemid dan lebih jarang pada bumetanid. Ketulian ini mungkin sekali disebabkan oleh perubahan komposisi eletrolit cairan endolimfe. Ototoksisitas merupakan suatu efek samping unik kelompok obat ini. Pada penggunaan kronis, diuretik kuat ini dapat menurunkan bersihan litium. Indikasi Furosemid lebih banyak digunakan daripada asam etakrinat, karena ganguan saluran cerna yang lebih ringan. Diuretik kuat merupakan obat efektif untuk pengobatan udem akibat gangguan jantung, hati atau ginjal. Sediaan Asam etakrinat. Tablet 25 dan 50 mg digunakan dengan dosis 50-200 mg per hari. Sediaan IV berupa Na-etakrinat, dosisnya 50 mg, atau 0,5-1 mg/kgBB. Furosemid. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 20,40,80 mg dan preparat suntikan. Umunya pasien membutuhkan kurang dari 600 mg/hari. Dosis anak 2mg/kgBB, bila perlu dapat ditingkatkan menjadi 6 mg/kgBB. Bumetanid. Tablet 0.5mg dan 1 mg digunakan dengan dosis dewasa 0.5-2mg sehari. Dosis maksimal per hari 10 mg. Obat ini tersedia juga dalam bentuk bubuk injeksi dengan dosis IV atau IM dosis awal antara 0,5-1 mg, dosis diulang 2-3 jam maksimum 10mg/kg. TIAZID Senyawa tiazid menunjukkan kurva dosis yang sejajar dan daya klouretik maksimal yang sebanding. Merupakan Obat diuretik yang paling banyak digunakan. Diuretik tiazid, seperti bendroflumetiazid, bekerja pada bagian awal tubulus distal (nefron). Obat ini menurunkan reabsorpsi natrium dan klorida, yang meningkatkan ekskresi air, natrium, dan klorida. Selain itu, kalium hilang dan kalsium ditahan. Obat ini digunakan dalam pengobatan hipertensi, gagal jantung ringan, edema, dan pada diabetes insipidus nefrogenik. Obat-obat diuretik yang termsuk golongan ini adalah; klorotiazid, hidroklorotiazid, hidroflumetiazid, bendroflumetiazid, politiazid, benztiazid, siklotiazid, metiklotiazid, klortalidon, kuinetazon, dan indapamid. Artikel Informasi kefarmasian dan alat kesehatan Farmakodinamika Efek farmakodinamika tiazid yang utama ialah meningkatkan ekskresi natrium, klorida dan sejumlah air. Efek natriuresis dan kloruresis ini disebabkan oleh penghambatan reabsorbsi elektrolit pada hulu tubuli distal. Pada penderita hipertensi, tiazid menurunkan tekanan darah bukan saja karena efek diuretiknya, tetapi juga karena efek langsung terhadap arteriol sehingga terjadi vasodilatasi. Mekanisme kerja bekerja pada tubulus distal untuk menurunkan reabsorpsi Na+ dengan menghambat kotransporter Na+/Cl- pada membran lumen. Farmakokinetik Absorbsi tiazid melalui saluran cerna baik sekali. Umumnya efek obat tampak setelah 1 jam. Didistribusikan ke seluruh ruang ekstrasel dan dapat melewati sawar uri. Dengan proses aktif, tiazid diekskresi oleh sel tubuli proksimal ke dalam cairan tubuli. Biasanya dalam 3-6 jam sudah diekskresi dari badan. Efek samping Reaksi alergi berupa kelainan kulit, purpura, dermatitis disertai fotosensitivitas dan kelainan darah. Pada penggunaan lama dapat timbul hiperglikemia, terutama pada penderita diabetes yang laten. Ada 3 faktor yang menyebabkan antara lain: berkurangnya sekresi insulin terhadap peninggian kadar glukosa plasma, m e n i n g ka t nya g l i ko g e n o l i s i s d a n berkurangnya glikogenesis. M e nye b a b ka n p e n i n g kata n ka d a r kolesterol dan trigliserid plasma dengan mekanisme yang tidak diketahui. Gejala infusiensi ginjal dapat diperberat oleh tiazid, mungkin karena tiazid langsung megurangi aliran darah ginjal. Indikasi 1. Tiazid merupakan diuretik terpilih untuk pengobatan udem akibat payah jantung ringan sampai sedang. Ada baiknya bila dikombinasi dengan diuretik hemat kalium pada penderita yang juga mendapat pengobatan digitalis unruk mencegah timbulnya hipokalemia yang memudahkan terjadinya intoksikasi digitalis. 2. Merupakan salah satu obat penting pada pengobatan hipertensi, baik sebagai obat tunggal atau dalam kombinasi dengan obat hipertensi lain. 3. Pengobatan diabetes insipidus terutama yang bersifat nefrogen dan hiperkalsiuria pada penderita dengan batu kalsium pada saluran kemih. HEMAT KALIUM Diuretik yang mempertahankan kalium menyebabkan diuresis tanpa kehilangan kalium dalam urine. Yang termasuk dalam kelompok ini antara lain aldosteron, traimteren dan amilorid. Antagonis Aldosteron Aldosteron adalah mineralokortikoid endogen yang paling kuat. Peranan utama aldosteron ialah memperbesar reabsorbsi natrium dan klorida di tubuli serta memperbesar ekskresi kalium. Yang merupakan antagonis aldosteron adalah spironolakton dan bersaing dengan reseptor tubularnya yang terletak di nefron sehingga mengakibatkan retensi kalium dan peningkatan ekskresi air serta natrium. Obat ini juga meningkatkan kerja tiazid dan diuretik loop. Diuretik yang mempertahankan kalium lainnya termasuk amilorida, yang bekerja pada duktus pengumpul untuk menurunkan reabsorpsi natrium dan ekskresi kalium dengan memblok saluran natrium, tempat aldosteron bekerja. Diuretik ini digunakan bersamaan dengan diuretik yang menyebabkan kehilangan kalium serta untuk pengobatan edema pada sirosis hepatis. Efek diuretiknya tidak sekuat golongan diuretik kuat. Mekanisme kerja Penghambatan kompetitif terhadap aldosteron. Bekerja di tubulus renalis rektus untuk menghambat reabsorpsi Na+, sekresi K+ dan sekresi H+ Farmakokinetik 70% spironolakton oral diserap di saluran cerna, mengalami sirkulasi enterohepatik dan metabolisme lintas pertama. M eta b o l i t u ta m a nya ka n k re n o n . Kankrenon mengalami interkonversi enzimatik menjadi kakreonat yang tidak aktif. Efek samping Efek toksik yang paling utama dari spironolakton adalah hiperkalemia yang sering terjadi bila obat ini diberikan bersama-sama dengan asupan kalium yang berlebihan. Tetapi efek toksik ini dapat pula terjadi bila dosis yang biasa diberikan bersama dengan tiazid pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal yang berat. Efek samping yang lebih ringan dan reversibel diantranya ginekomastia, dan gejala saluran cerna Indikasi Antagonis aldosteron digunakan secara luas untuk pengobatan hipertensi dan udem yang refrakter. Biasanya obat ini dipakai bersama diuretik lain dengan maksud mengurangi ekskresi kalium, disamping memperbesar diuresis. Sediaan dan dosis Spironolakton terdapat dalam bentuk tablet 25, 50 dan 100 mg. Dosis dewasa berkisar antara 25-200mg, tetapi dosis efektif sehari rata-rata 100mg dalam dosis tunggal atau terbagi. Terdapat pula Buletin INFARKES Edisi III - Juni 2013 l Hal. 27 Artikel Informasi kefarmasian dan alat kesehatan mg. Dosis sehari sebesar 5-10mg. Sediaan kombinasi tetap antara amilorid 5 mg dan hidroklortiazid 50 mg terdapat dalam bentuk tablet dengan dosis sehari antara 1-2 tablet. s e d i a a n ko m b i n a s i t e t a p a n t a ra spironolakton 25 mg dan hidroklorotiazid 25mg, serta antara spironolakton 25 mg dan tiabutazid 2,5 mg. Triamteren dan Amilorid Kedua obat ini terutama memperbesar ekskresi natrium dan klorida, sedangkan eksresi kalium berkurang dan ekskresi bikarbonat tidak mengalami perubahan. Triamteren menurunkan ekskresi K+ dengan menghambat sekresi kalium di sel tubuli distal. Dibandingkan dengan triamteren, amilorid jauh lebih mudah larut dalam air sehingga lebih mudah larut dalam air sehingga lebih banyak diteliti. Absorpsi triamteren melalui saluran cerna baik sekali, obat ini hanya diberikan oral. Efek diuresisnya biasanya mulai tampak setelah 1 jam. Amilorid dan triameteren per oral diserap kira-kira 50% dan efek diuresisnya terlihat dalam 6 jam dan berkahir sesudah 24 jam. Efek samping Efek toksik yang paling berbahaya dari kedua obat ini adalah hiperkalemia. Triamteren juga dapat menimbulkan efek samping yang berupa mual, muntah, kejang kaki, dan pusing. Efek samping amilorid yang paling sering selain hiperkalemia yaitu mual, muntah, diare dan sakit kepala. Indikasi Bermanfaat untuk pengobatan beberapa pasien udem. Tetapi obat ini akan bermanfaat bila diberikan bersama dengan diuretik golongan lain, misalnya dari golongan tiazid. Sediaan Triamteren tersedia sebagai kapsul dari 100mg. Dosisnya 100-300mg sehari. Untuk tiap penderita harus ditetapkan dosis penunjang tersendiri. Amilorid terdapat dalam bentuk tablet 5 Hal. 28 l Buletin INFARKES Edisi III - Juni 2013 DIURETIK OSMOTIK Istilah diuretik osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan elektrolit yang mudah dan cepat diekskresi oleh ginjal. Contoh dari diuretik osmotik adalah ; manitol, urea, gliserin dan isosorbid. Suatu zat dapat bertindak sebagai diuretik osmotik apabila memenuhi 4 syarat : 1. Difiltasi secara bebas oleh glomerulus 2. Tidak atau hanya sedikit direabsorpsi sel tubuli ginjal 3. Secara farmakologis merupakan zat yang inert 4. U m u m n y a r e s i s t e n t e r h a d a p perubahan-perubahan metabolik. Diuretik osmotik merupakan zat yang secara farmakologis lembam, seperti manitol (satu gula). Diuresis osmotik diberikan secara intravena untuk menurunkan edema serebri atau peningkatan tekanan intraoukular pada glaukoma serta menimbulkan diuresis setelah overdosis obat. Diuresis terjadi melalui “tarikan” osmotik akibat gula yang lembam (yang difiltrasi oleh ginjal, tetapi tidak direabsorpsi) saat ekskresi gula tersebut terjadi Diuretik osmotik mempunyai tempat kerja Tubuli proksimal Diuretik osmotik ini bekerja pada tubuli proksimal dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan air melalui daya osmotiknya. Ansa Henle Diuretik osmotik ini bekerja pada ansa h e n l e d e n ga n ca ra m e n g h a m b at reabsorpsi natrium dan air oleh karena hipertonisitas daerah medula menurun. Duktus Koligentes Diuretik osmotik ini bekerja pada Duktus Koligentes dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan air akibat adanya papillary wash out, kecepatan aliran filtrat yang tinggi, atau adanya faktor lain. Manitol Manitol paling sering digunakan diantara obat ini, karena manitol tidak mengalami metabolisme dalam badan dan hanya sedikit sekali direabsorpsi tubuli bahkan praktis dianggap tidak direabsorpsi. Manitol harus diberikan secara IV. Indikasi Manitol digunakan misalnya untuk : Profilaksis gagal ginjal akut, suatu keadaan yang dapat timbul akibat operasi jantung, luka traumatik berat, atau tindakan operatif dengan penderita yang juga menderita ikterus berat Menurunkan tekanan maupun volume cairan intraokuler atau cairan serebrospinal Efek samping. Manitol dapat menimbulkan reaksi hipersensitif. Sediaan dan dosis Untuk sediaan IV digunakan larutan 5-25% dengan volume antara 50-1.000ml. dosis untuk menimbulkan diuresis ialah 50-200g yang diberikan dalam cairan infus selama 2 4 j a m d e n ga n ke c e p a t a n i n f u s sedemikian, sehingga diperoleh diuresis sebanyak 30-50ml per jam. Untuk penderita dengan oliguria hebat diberikan dosis percobaan yaitu 200 mg/kgBB yang diberikan melalui infus selama 3-5 menit.bila dengan 1-2 kali dosis percobaan diuresis masih kurang dari 30 ml per jam dalam 2-3 jam. Untuk mencegah gagal ginjal akut pada tindakan operasi atau mengatasi oliguria, dosis total manitol untuk orang dewasa ialah 50-100g. Kontraindikasi Manitol dikontraindikasikan pada penyakit ginjal dengan anuria, kongesti atau udem paru yang berat, dehidrasi hebat dan perdarahan intrakranial kecuali bila akan dilakukan kraniotomi. Infus manitol harus segera dihentikan bila terdapat tandatanda gangguan fungsi ginjal yang progresif, payah jantung atau kongesti paru. Kumpulan-farmasi.blogspot.com Artikel Informasi kefarmasian dan alat kesehatan SELAYANG PANDANG EPILEPSI Tanda Penyakit Epilepsi Berbagai jenis penyakit telah ada sejak jaman dahulu dan sejalan dengan peningkatan pengetahuan kesehatan dan medis, bermacam-macam jenis penyakit telah ditemukan dan diberikan nama. Termasuk adalah penyakit epilepsi ini. Penyakit yang dapat terjadi pada siapa pun walaupun dari garis keturunan tidak ada yang pernah mengalami epilepsi ini. Epilepsi tidak bisa menular ke orang lain karena hanya merupakan gangguan otak yang tidak dipicu oleh suatu kuman virus dan bakteri. Dengan pengobatan secara medis baik dokter maupun Rumah Sakit bisa membantu pasien epilepsi untuk mengurangi serangan tanda gejala epilepsi maupun menyembuhkan secara penuh epilepsi yang diderita oleh seseorang. Epilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-gejala yang datang dalam serangan-serangan, berulang-ulang yang disebabkan lepas muatan listrik abnormal sel-sel saraf otak, yang bersifat reversibel dengan berbagai etiologi. Penyakit epilepsi adalah merupakan gejala kompleks dari banyak gangguan fungsi otak yang dikarakteristikkan oleh kejang berulang. Demikian adalah sedikit mengenai pengertian epilepsi. Kejang ini merupakan akibat dari pembebasan listrik yang tidak terkontrol dari sel saraf korteks serebral yang ditandai dengan serangan tiba-tiba, terjadi gangguan kesadaran ringan, aktivitas motorik, atau gangguan fenomena sensori. Epilepsi adalah sindroma otak kronis dengan berbagai macam etiologi dengan ciri-ciri timbulnya serangan paroksimal dan berkala akibat lepas muatan listrik neuronneuron otak secara berlebihan dengan berbagai manifestasi klinik dan laboratorik. Penyakit Epilepsi merupakan suatu kondisi yang disebabkan oleh terganggunya aktivitas listrik otak sehingga memicu terjadinya kejang berulang. Ada sekitar 40 jenis epilepsi. Meski tidak termasuk penyakit mental, tapi epilepsi terjadi setelah cedera atau kerusakan di otak. Menurut para peneliti, tingginya insiden epilepsi di negara berkembang terkait erat dengan faktor risiko seperti cedera kepala dan infeksi, misalnya dari cacing daging babi dan kebutaan sungai yang umumnya terjadi di benua Afrika. Penyebab epilepsi secara pasti memang tidak diketahui, dalam dunia medis hal ini biasanya disebut dengan idiopatik. Namun beberapa hal yang bisa menyebabkan epilepsi atau faktor predisisposisi penyakit epilepsi adalah 1. Asfiksia neonatorum. 2. Riwayat demam tinggi. 3. Riwayat ibu-ibu yang mempunyai resiko tinggi (tenaga kerja, wanita dengan latar belakang sukar melahirkan, penggunaaan obatobatan, diabetes, atau hipertensi). 4. Pascatrauma kelahiran. 5. R i wayat b ay i d a r i i b u ya n g menggunakan obat antikonvulsan yang digunakan sepanjang kehamilan. 6. Riwayat intoksikasi obat-obatan atau alkohol. 7. Adanya riwayat penyakit pada masa kanak-kanak (campak, penyakit gondongan, epilepsi bakteri). 8. Riwayat gangguan metabolisme dan nutrisi atau gizi. 9. Riwayat keturunan epilepsi. Masalah dasarnya diperkirakan dari gangguan listrik (disritmia) pada sel saraf pada salah satu bagian otak yang menyebabkan sel ini mengeluarkan muatan listrik abnormal, berulang, dan tidak terkontrol. Karakteristik kejang epileptik adalah suatu manifestasi muatan neuron berlebihan ini. Pola awal kejang menunjukkan daerah otak dimana kejang tersebut berasal. Juga penting untuk menunjukkan jika klien mengalami aura (suatu sensasi tanda sebelum kejang epileptik yang dapat menunjukkan asal kejang misalnya melihat kilatan sinar dapat menunjukkan kejang berasal dari lobus oksipital). Tanda khas epilepsi adalah kejang, dan serangan kejang pada penderita epilepsi seringkali berulang. Situasi ini akan menyebabkan kondisi yang tidak terkontrol, pelepasan abnormal terjadi Buletin INFARKES Edisi III - Juni 2013 l Hal. 29 Artikel Informasi kefarmasian dan alat kesehatan d e n ga n c e p at , d a n s e s e o ra n g dikatakan menuju ke arah epilepsi. gerakan-gerakan fisik yang tak teratur disebut kejang. Akibat adanya distriknia muatan listrik pada bagian otak tertentu ini memberikan manifestasi pada serangan awal kejang sederhana sapai gerakan konvulsif memanjang dengan penurunan kesadaran. Keadaan ini dapat dihubungkan dengan kehilangan kesadaran, gerakan berlebihan, hilangnya tonus otot serta gerakan dan gangguan perilaku, alam perasaan, sensasi, dan persepsi. Sehingga epilepsi bukan penyakit tetapi suatu gejala Penyakit epilepsi yang ditandai dengan kejang berulang paling banyak, hampir 80 persen, ditemukan di negara miskin dan berkembang. Yang disayangkan adalah bahwa sekitar 60 persen penderita tidak mendapatkan terapi yang layak. Banyak orang di negara berkembang yang tidak paham bahwa epilepsi bisa dikendalikan dengan pengobatan yang tepat. Apalagi ditambah pula adanya stigma dari masyarakat terhadap penyakit epilepsi juga membuat pasien enggan mencari pengobatan dokter. Di beberapa negara juga ada kepercayaan bahwa epilepsi adalah penyakit kutukan. Terapi Epilepsi Hal. 30 l Buletin INFARKES Edisi III - Juni 2013 Tujuan utama terapi epilepsi adalah tercapainya kualitas hidup optimal, sesuai dengan perjalanan penyakit epilepsi dan disabilitas fisik maupun mental yang dimilikinya. Untuk tercapainya tujuan tersebut diperlukan beberapa upaya, antara lain menghentikan bangkitan (seizure), mengurangi frekuensi bangkitan, mencegah timbulnya efek samping, menurunkan angka kesakitan dan kematian serta mencegah timbulnya efek samping dari obat anti epilepsi (OAE) Umumnya, 70% bangkitan dapat teratasi dengan 1 jenis OAE, sedangkan 30% sulit diatasi meskipun dengan 3 atau lebih OAE yang kita sebut sebagai epilepsi refrakter. Prinsip Terapi Obat Terapi dimulai dengan monoterapi, yaitu memberikan 1 jenis OAE pilihan sesuai dengan jenis bangkitan atau sesuai dengan jenis sindrom epilepsi. Dimulai dari dosis rendah dan dinaikkan secara bertahap hingga dosis efektif tercapai atau timbul efek samping Bila dengan penggunaan dosis maksimum obat pertama tidak dapat mengontrol bangkitan, maka dokter akan menambahkan OAE kedua. Bila OAE kedua tadi telah mencapai kadar terapi, OAE pertama akan diturunkan secara bertahap dan perlahan-lahan. Penambahan obat ketiga akan diberikan bila terbukti bangkitan tidak dapat diatasi dengan penggunaan dosis maksimal pada kedua OAE pertama tadi. Memilih obat yang tepat bagi seseorang dengan epilepsi bukanlah hal yang mudah.Selain pemilihan OAE berdasarkan jenis bangkitan atau jenis sindrom epilepsi, juga harus mempertimbangkan umur, jenis kelamin, kondisi tubuh, berat badan dan respons masing-masing orang terhadap pengobatan yang diberikan. Dibutuhkan waktu sebelum seorang dokter menentukan jumlah dan jadual pengobatan yang dapat menghasilkan respons terbaik dengan efek samping paling sedikit. Pada pasien yang baru didiagnosis dan belum pernah diobati, pemberian OAE biasanya sangat berhasil. Prinsip yang harus diperhatikan adalah: Pastikan diagnosis telah ditegakkan dengan benar. Tidak dibenarkan untuk melakukan "terapi percobaan" pada kasus-kasus yang meragukan. Bila telah mengalami bangkitan > 1x pada 1 tahun terakhir, terapi dapat dimulai Pengobatan akan gagal bila pasien tidak memahami pentingnya minum obat teratur (sesuai jadwal), tujuan dan maksud pengobatan. Sedangkan pada pasien/penyandang epilepsi yang telah diobati dan tidak berhasil, pengobatan medikamentosa akan menjadi lebih sulit. Prognosis menjadi lebih buruk, resisten terhadap pengobatan bisa terjadi dan terkadang muncul masalah gangguan neurologis yang lain, gangguan psikologis maupun sosial. Pengendalian serangan mungkin sulit dilakukan, dan dalam hal ini penting u nt u k m e n g h i n d a r i te r j a d i nya toksisitas serta pengobatan yang berlebihan. Jika memungkinkan, sebaiknya dilakukan pemeriksaan Artikel Informasi kefarmasian dan alat kesehatan pengukuran kadar obat-obatan yang sedang dikonsumsi Setelah jadual pengobatan dibuat, sangatlah penting meminum obat dalam jumlah dan waktu yang telah ditentukan oleh dokter. Bila sesuai petunjuk, maka pengobatan akan benar-benar menghilangkan bangkitan selama berbulan-bulan. INGAT! Hal ini bukan berarti epilepsi telah disembuhkan. Anda tidak boleh menghentikan obat atau mengurangi jumlahnya tanpa anjuran dokter. Orang dengan epilepsi yang memang memerlukan pengobatan OAE jangka panjang kadang mengalami gangguan kesehatan lain yang juga memerlukan pengobatan. Dalam keadaan demikian, sebaiknya konsultasikan kedokter, karena kita harus mempertimbangkan kemungkinan adanya interaksi dengan obat-obat yang akan diberikan. Misalnya pada orang dengan epilepsi yang meminum fenitoin, apabila orang tersebut memerlukan juga pengobatan golongan antasida (magnesium, aluminium hidroksida), maka sebaiknya OAE diminum 2-3 jam sebelum antasida karena obat tersebut dapat menghambat absorpsi fenitoin. Atau yang memerlukan antibiotik seperti kloramfenkol, obat tersebut akan menghambat metabolisme fenitoin sehingga kadar fenitoin dalam serum meningkat yang dapat mengakibatkan terjadinya intoksikasi fenitoin. Interaksi obat juga dapat terjadi antar obat anti epilepsi terutama pada ODE yang meminum lebih dari 1 macam OAE. Oleh karena itu sangatlah penting untuk mengkonsultasikan pada dokter Anda obat-obat yang sedang diminum, dan segera sampaikan bila terjadi keluhankeluhan atau efek samping obat seperti gatal-gatal (alergi), pusing berputar/ melayang, penebalan gusi, rambut rontok, atau hal-hal lainnya selama Anda mengkonsumsi obat anti epilepsi Penambahan vitamin seperti asam folat dan B12 sebaiknya juga diberikan pada orang dengan epilepsi yang meminum OAE golongan c a r b a m a ze p i n , o xc a r b a ze p i n , gabapentin, phenytoin, primidone dan valproat. Dari hasil penelitian yang dipublikasikan pada Februari 2011 yang dilakukan oleh Drs. Linnebank dan teman-teman dari University Hospital di Zurich, Swiss dan University Hospital di Bonn, Jerman terhadap 2.730 orang yang minum OAE di bandingkan dengan 170 ODE yang tidak diobati dan 200 orang sehat, menemukan bahwa mereka yang meminum carbamazepin, oxcarbazepin, gabapentin, phenytoin, primidone dan valproat berhubungan dengan rendahnya kadar folat. Bila dalam pengobatan kita masih mengalami serangan/bangkitan, jangan terburu-buru untuk menaikkan dosis, mengganti obat, atau menganggap pengobatan gagal dan termasuk dalam jenis epilepsi yang sulit diatasi dengan OAE. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi dan harus kita pertimbangkan kembali. Apabila kita seorang dokter mungkin kita harus berfikir ulang apakah diagnosis kita salah atau kurang tepat, sehingga harus dipertajam lagi anamnesis terhadap pasien dan keluarga. Faktor-faktor yang dapat menjadi penyebab gagalnya pengobatan antara lain Ketidak patuhan pasien untuk minum OAE secara teratur dan sesuai jadual pengobatan seringkali menjadi penyebab gagalnya pengobatan Kemungkinan adanya faktor psikologis tambahan yang harus dicari dan dibicarakan. Pertimbangkan kembali adanya kemungkinan bahwa kejang yang terjadi adalah kejang non epileptik (misal: sinkop, psikogenik) Pertimbangkan kemungkinan adanya suatu penyakit neurologis progresif lain yang mendasari terjadinya epilepsi (misal: tumor otak). Wwww.ina-epsy.org Buletin INFARKES Edisi III - Juni 2013 l Hal. 31 Artikel Informasi kefarmasian dan alat kesehatan ANEMIA penghancuran eritrosit terlihat berupa zat warna kuning di urin dan tinja. Terdapat suatu sistem feedback control sehingga jumlah masa eritrosit selalu konstan. Kurangnya kadar hemoglobin di dalam darah akan menyebabkan kurangnya oksigen di dalam darah, karena hemoglobin bertugas mengikat oksigen yang berasal dari udara yang diangkut oleh Anemia adalah keadaan dimana paru. Oksigen merupakan faktor yang jumlah sel darah merah atau jumlah sangat penting dalam mengatur hemoglobin (protein pembawa berbagai proses metabolisme sel di oksigen) dalam sel darah merah dalam tubuh manusia. berada dibawah normal. Sel darah Anemia dapat terjadi akibat merah mengandung hemoglobin, 1. Berkurangnya produksi eritrosit ya n g m e m u n g k i n ka n m e re ka (anemia defisiensi, anemia pada mengangkut oksigen dari paru-paru keganasan, anemia pada gangguan dan mengantarkannya ke seluruh ginjal) bagian tubuh. 2. Meningkatnya kebutuhan (anemia Anemia menyebabkan berkurangnya karena perdarahan, anemia pada jumlah sel darah merah atau jumlah kehamilan) hemoglobin dalam sel darah merah, 3. Peningkatan destruksi eritrosit s e h i n g ga d a ra h t i d a k d a p a t (anemia hemolitik antara lain mengangkut oksigen dalam jumlah malaria, thalassemia). Seringkali sesuai yang diperlukan anemia terjadi akibat adanya tubuh.Umumnya batas minimal penyakit lain atau terjadi beserta untuk kadar hemoglobin pada orang penyakit lain yang menyertainya dewasa adalah 12 g/dl untuk wanita (anemia pada penyakit kronik serta 14 g/dl untuk laki-laki. Kadar misalnya TBC ). hemoglobin seseorang sangat Dengan demikian jenis-jenis anemia dipengaruhi oleh berbagai faktor, sangat banyak, tergantung dari antara lain usia, jenis kelamin, etnik, penyebab terjadinya anemia. sosioekonomi, letak geografi, Penyebab umum dari anemia kehamilan serta beberapa faktor 1. Perdarahan hebat akut (mendadak) lainnya.Eritrosit mempunyai masa seperti kecelakaan, pembedahan, hidup dalam peredaran darah tepi persalinan, pecah pembuluh darah. selama 100-120 hari, dan sekitar 1% 2. Perdarahan kronik (menahun) dari total eritrosit akan mengalami seperti perdarahan hidung, wasir penghancuran atau destruksi serta (hemoroid), ulkus peptikum penggantian setiap harinya. Eritrosit 3. Kanker atau polip di saluran dibentuk di sumsum tulang, akan pencernaan beredar di dalam sirkulasi, 4. Tumor ginjal atau kandung kemih selanjutnya terjadi destruksi pada 5. Perdarahan menstruasi yang sangat limpa, hati serta sumsum tulang. Sisa Hal. 32 l Buletin INFARKES Edisi III - Juni 2013 banyak 6. Berkurangnya pembentukan sel darah merah karena kekurangan zat besi, kekurangan vitamin B12, kekurangan asam folat, kekurangan vitamin C, penyakit kronik 7. Meningkatnya penghancuran sel darah merah yang disebabkan oleh pembesaran limpa, kerusakan mekanik pada sel darah merah, reaksi autoimun terhadap sel darah merah, hemoglobinuria nokturnal paroksimal, sferositosis herediter, elliptositosis herediter, kekurangan G6PD, penyakit sel sabit, penyakit hemoglobin C, penyakit hemoglobin S-C, penyakit hemoglobin E, thalasemia. Gejala Anemia Gejala umum yang terjadi pada seseorang dengan anemia adalah lemas, pusing, cepat lelah, mudah mengantuk, sesak napas, berdebar, tampak pucat yang dapat dilihat dari konjunktiva di bagian mata. Kadang dapat dilihat kulit yang kering, kuku yang tampak tidak sehat atau kulit yang berwarna kuning. Keadaan ini dapat menyertai orang yang sulit makan, sakit lama, terdapat perdarahan kronik (menstruasi banyak dan lama, infeksi cacing tambang, dan lain-lain), kelainan bawaan pada eritrosit, penyakit keganasan, ibu hamil dan menyusui serta orang lanjut usia. Pada pemeriksaan fisik bisa sampai ditemui adanya pembesaran limpa, hati, kelenjar limfe, pembesaran jantung, tergantung dari beratnya anemia. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung. Kumpulan-farmasi.blogspot.com Kolom Hikmah Informasi kefarmasian dan alat kesehatan HATI YANG BERCAHAYA Kenapakah orang-orang yang beriman dan banyak pahalanya memancarkan cahaya, sedangkan yang banyak dosa 'memancarkan' kegelapan alias kehilangan cahaya? Dalam Al Qur'an Surat An Nuur: 35. Allah membuat perumpamaan bahwa DzatNya bagaikan sebuah pelita besar yang menerangi alam semesta. Cahaya yang dipancarkan pelita itu berlapis-lapis, mulai dari yang paling rendah frekuensinya sampai yang tertinggi menuju cahaya Allah Ayat tersebut menggambarkan bahwa hubungan antara Allah dengan makhlukNya adalah seperti hubungan antara Pelita (sumber cahaya) dengan cahayanya. Artinya makhluk Allah ini sebenarnya semu saja. Yang sesungguhnya ADA adalah DIA. Kita hanya 'pancaran atau pantulan' saja dari eksistensiNya. Allah telah menetapkan dalam seluruh ciptaanNya itu bahwa Kegelapan mewakili Kejahatan dan Keburukan. Sedangkan Cahaya Terang mewakili Kebaikan Bahwa orang-orang yang beriman, kelak di hari kiamat, benar-benar akan memancarkan cahaya di wajahnya. Sedangkan orang-orang kafir, justru kehilangan cahaya alias wajahnya gelap gulita Cahaya di wajah orang beriman itu muncul berasal dari berbagai ibadah yang dilakukan selama ia hidup di dunia. Setiap ibadah yang diajarkan Rasulullah kepada kita selalu mengandung dua unsur, yaitu ingat kepada Allah (dzikrullah) dan membaca firmanNya yang berasal dari KitabNya Nah, dari kedua unsur itulah cahaya Allah muncul. Sebagaimana dikatakan di atas, bahwa Allah adalah sumber cahaya langit dan Bumi. Maka ketika kita berdzikir kepada Allah, kita sama saja dengan memproduksi getaran cahaya. Dengan berdzikir khusyuk dan menggetarkan hati. Kuncinya adalah pada 'hati yang bergetar. Hati adalah tempat terjadinya getaran yang bersumber dari kehendak jiwa. Getaran yang kasar akan dihasilkan jika kita sedang dalam keadaan emosional. Sebaliknya getaran yang lembut akan muncul ketika kita sedang sabar, tenteram dan damai Ketika sedang berdzikir, hati kita akan bergetar lembut. Hal ini dikemukan oleh Allah, bahwa orang yang berdzikir hatinya akan tenang dan tenteram. Ketika seseorang dalam keadaan tenteram, getaran hatinya demikian lembut. Amplitudonya kecil, tetapi frekuensinya sangat tinggi. Semakin tenteram dan damai hati seseorang maka semakin tinggi pula frekuensinya Jadi, ketika kita berdzikir menyebut nama Allah itu, maka hati kita bisa bercahaya. Cahaya itu muncul disebabkan resonansi dzikir. Demikianlah dengan hati kita. Dzikrullah itu menghasilkan gelombang elektromagnetik dengan frekuensi cahaya yang terus menerus menyinari hati kita. Maka, hati kita pun akan memancarkan cahaya. Hati harus khusyuk dan tergetar oleh bacaan itu. Bahkan sampai meneteskan air mata Unsur yang kedua adalah ayat-ayat Qur'an. Dengan sangat gamblang Allah mengatakan bahwa Al Qur'an adalah cahaya. Artinya, ketika kita membaca kalimat-kalimat Allah itu kita juga sedang mengucapkan getaran-getaran cahaya yang meresonansi hati kita. Asalkan kita membacanya dengan pengertian dan pemahaman. Jika tidak mengetarkan hati, maka proses dzikir atau baca Al Qur'an itu tidak memberikan efek apa-apa kepada jiwa kita. Yang demikian itu tidak akan menghasilkan cahaya di hati kita. Ketika cahaya tersebut mengimbas ke miliaran bio elektron di tubuh kita, maka tiba-tiba badan kita akan memancarkan cahaya tipis yang disebut 'Aura'. Termasuk akan terpancar di wajah kita. Cahaya itulah yang terlihat di wajah orang-orang beriman pada hari kiamat nanti. Aura yang muncul akibat praktek peribadatan yang panjang selama hidupnya, dalam kekhusyukan yang sangat intens. Jadi, selain wajah yang memancarkan cahaya, Allah juga memberikan informasi tentang orang-orang yang berwajah hitam muram. Wajah mereka gelap gulita seperti tertutup oleh potongan-potongan malam. Orang -orang yang tidak pernah beribadah kepada Allah itu wajahnya tidak memancarkan aura. Sebab hatinya memang tidak pernah bergetar lembut. Yang ada ialah getaran-getaran kasar Semakin kasar getaran hati seseorang, maka semakin rendah pula frekuensi yang dihasilkan, maka ia tidak bisa menghasilkan cahaya Hati yang jelek adalah hati yang keras, tidak bisa bergetar. Tingkatan hati yang jelek itu ada 5, yaitu: 1. Hati yang berpenyakit (bohong, marah, dendam, iri, dengki, dsb), 2. Hati yang mengeras. 3. hati yang membatu. 4. Hati yang tertutup. dan 5. Hati yang dikunci mati oleh Allah. Buletin INFARKES Edisi III - Juni 2013 l Hal. 33 Back To Nature Informasi kefarmasian dan alat kesehatan INFORMASI NUTRISI DAN MANFAAT PISANG Buah pisang adalah buah yang mudah dijumpai terutama di negara -negara tropis. Buah yang banyak digemari ini tak hanya enak namun memiliki khasiat untuk kesehatan maupun kecantikan. Buah ini tak hanya mudah dicerna, tapi juga mengandung 9 kandungan gizi dan mengembalikan energi. Dibanding buah lain, pisang memang cenderung mudah dinikmati karena tidak perlu lagi diolah Sebagai informasi, sebuah pisang yang matang akan mengandung 99 gram (gr) kalori, 1,2 gr protein, 0,2 gr lemak, 25,8 miligram (mg) karbohidrat, 0,7 gr serat, 8 mg kalsium, 28 mg fosfor, 0,5 mg besi, 44 RE vitamin A, 0,08 mg vitamin B, 3 mg vitamin C dan 72 gr air Namun untuk mendapatkan manfaatnya, Anda perlu cermat memilih. Pasalnya hanya pisang yang matang saja yang dapat mengubah gula darah menjadi glukosa alami, Hal. 34 l Buletin INFARKES Edisi III - Juni 2013 serta cepat diabsorsi ke dalam peredaran darah Ciri-ciri pisang yang matang, adalah pisang yang kulitnya berwarna hijau kekuning-kuningan dengan bercak cokelat atau kuning. Semua kandungan dalam pisang matang tersebut, akan memberikan beberapa manfaat kesehatan, terutama bagi: Sumber Tenaga Pisang dapat dicerna dengan mudah, sehingga gula yang terdapat didalamnya akan diubah menjadi sumber tenaga yang baik untuk pembentukan tubuh, kerja otot dan juga sangat bagus untuk menghilangkan lelah Ibu Hamil Wanita yang tengah hamil dianjurkan untuk mengkonsumsi pisang, karena mengandung asam folat tinggi yang penting bagi kesempurnaan janin, pembentukan sel-sel baru dan mencegah terjadi cacat bawaan. S e b u a h p i s a n g m a t a n g , a ka n mengandung sekitar 85-100 kalori. Sehingga dengan memakan dua pisang segar, kebutuhan asam folat yang sekitar 58 mikrogram dapat terpenuhi. Di samping itu pisang akan membantu menjaga kadar gula darah yang dapat mengurangi morning sick, sehingga pisang sangat baik untuk cemilan ibu hamil Penderita Anemia Kandungan zat besi yang cukup tinggi pada pisang, dapat menstimulasi produksi hemoglobin dalam darah bagi penderita anemia. Dua buah pisang sehari, sangat baik untuk penderita anemia Penderita Sakit Maag Sebagai buah yang dapat dikonsumsi langsung, pisang tak membuat iritasi atau kerusakan usus bagi penderita maag. Buah ini sering digunakan untuk melawan penyakit usus, sebab teksturnya lembut Pisang juga dapat menetralkan kelebihan asam lambung dan melapisi Back To Nature Informasi kefarmasian dan alat kesehatan perut sehingga mampu mengurangi iritasi. Bagi yang mengalami penyakit usus atau kolik akibat asam lambung, Anda dapat mengkonsumsinya dengan di campur pada segelas susu cair Penderita Penyakit Lever Bagi penderita lever, dua buah pisang sehari dengan tambahan satu sendok madu, akan baik untuk menambah nafsu makan dan meningkatkan kuat. Penderita Luka Bakar Khusus untuk penderita luka bakar, Anda dapat menggunakan daun pisang sebagai pengobatan. Caranya, kulit yang terbakar dioles dengan campuran abu daun pisang dan minyak kelapa. Campuran ini mampu mendinginkan kulit yang terbakar. Yang Mengalami Stress Pisang mengandung potasium, yaitu mineral vital yang membantu menormalkan detak jantung , mengirim oksigen ke otak dan mengatur keseimbangan kadar air dalam tubuh. Ketika mengalami stress, metabolisme tubuh akan meningkat drastis sehingga mengurangi kadar potasium tubuh. Dengan pisang, potasium dalam tubuh kadarnya akan seimbang. Penderita Stroke Berdasarkan riset The New England Journal of Medicine, mengkonsumsi pisang setiap hari akan menurunkan resiko kematian akibat stroke hingga 40%. Mengontrol Temperatur Di beberapa negara, pisang dipandang sebagai makanan pendingin yang dapat menurunkan temperatur fisik dan emosional ibu hamil. Di Thailand contohnya, ibu hamil mengkonsumsi pisang untuk memastikan bayi lahir dengan temperatur sejuk. Meningkatkan Kekuatan Otak Di sebuah sekolah Inggris, 200 pelajar mampu menyelesaikan ujian akhir hanya dengan sarapan pisang. Mereka juga kerap mengkonsumsi pisang saat jam istirahat serta makan siang, sebab pisang mampu meningkatkan kekuatan otak. Sekolah Inggris tersebut merupakan responden sebuah riset, dan membuktikan bahwa kandungan potasium pada pisang membuat para pelajar jadi lebih aktif dalam proses belajar Di sisi lain, pisang juga bermanfaat bagi kecantikan. Seperti juga pada buahbuah lain, seperti alpukat, bengkuang dan mentimun, pisang juga kerap dijadikan sebagai masker wajah, atau untuk mengatasi rambut rusak dan menghaluskan tangan. Pisang juga punya peranan dalam menurunkan atau menaikkan berat badan. Sebuah penelitian telah membuktikan, bahwa seseorang mampu menurunkan berat badannya dengan berdiet pisang. Bila ingin menghilangkan berat badan, caranya gampang. Setiap hari konsumsilah empat buah pisang dan empat gelas susu non fat atau susu cair dalam sehari. Lakukan selama tiga hari dalam seminggu. Dari pisang dan susu tersebut, Anda mendapatkan 1,250 kalori. Menu ini cukup menyehatkan bagi tubuh Anda. Selain menurunkan berat badan, diet pisang juga membantu kulit wajah menjadi lebih bersih dan tidak berminyak. Sedangkan yang ingin menambah bobot tubuh, konsumsilah satu gelas banana shake yang dicampur madu, kacang dan mangga, sesudah makan. Menu ini bila dikonsumsi setiap hari, akan membantu menaikkan berat badan. Ternyata “si Kuning” ini juga mampu membantu perokok mengatasi masalah keracunan nikotin. Kandungan vitamin B6 dan B12 yang terdapat pada pisang, dapat menetralisir pengaruh nikotin di dalam tubuh. Selain itu enzim bromealin yang terkandung dalam pisang pun, dapat meningkatkan libido pria. Jadi mengkonsumsi dapat memberikan khasiat yang luar biasa pada tubuh anda. Halohalo.co.id Buletin INFARKES Edisi III - Juni 2013 l Hal. 35
Similar documents
Untitled - Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Ke s e h a ta n D ra . M a u ra L i n d a Sitanggang, Apt., Ph.D diwawancarai oleh RCTI mengenai peredaran obat generik di pasaran. Dalam wawancara tersebut disin...
More informationTOPIK UTAMA Di - Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat
E-Logistik di beberapa Provinsi (13 provinsi). Selain itu pada acara Rapat Kordinasi Nasional Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan di Padang dan Palu serta pada pertemuan pembeka...
More information