2015 - Kementerian Kesehatan RI
Transcription
2015 - Kementerian Kesehatan RI
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia KATA PENGANTAR MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya Laporan Kinerja Kesehatan Tahun 2015 dapat disusun. Dokumen Kementerian ini merupakan wujud pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kementerian Kesehatan serta bentuk akuntabilitas pencapaian kinerja Kementerian Kesehatan. Laporan ini berupaya menggambarkan berbagai capaian kinerja yang dapat diraih oleh Kementerian Kesehatan selama Tahun 2015 dengan membandingkannya terhadap target kinerja yang telah ditetapkan untuk Tahun 2015. Berbagai kebijakan dan upaya telah dilaksanakan dalam rangka mewujudkan tujuan Kementerian Kesehatan yaitu: 1) meningkatnya status kesehatan masyarakat; dan 2) meningkatnya daya tanggap (responsiveness) dan perlindungan masyarakat terhadap risiko sosial dan finansial di bidang kesehatan. Kami sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penyusunan laporan ini. Melalui penyusunan laporan ini kami sangat mengharapkan adanya masukan umpan balik yang akan berguna dalam proses perbaikan kinerja Kementerian Kesehatan di masa mendatang. Masukan dan saran perbaikan sangat kami harapkan guna penyempurnaan di waktu yang akan datang. Jakarta, Februari 2016 Menteri Kesehatan llr/l l{-[ j / Prof. Dr. di. Nila Farid Moeloek, Sp.M (K) DAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR MENTERI KESEHATAN R.I DAFTAR ISI BAB BAB I II : : : : : : PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. 1 1 Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi 1 C.lsu Strategis 4 PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015- 7 7 2019 BAB III B. Perjanjian Kinerja Tahun 2015 20 AKUNTABILITAS KINERJA A. Prestasi Kementerian Kesehatan 25 25 B. Capaian Kinerja Organisasi 32 C. BAB IV Realisasi Anggaran PENUTUP Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 141 143 ll Daftar Gambar Hal Gambar 1 .1. Bagan Struktur Organisasi Kementerian Kesehatan Gambar 2.1. Peta Strategi Kementerian Kesehatan Gambar 3.1. Regional Workshop on lncrease Access to Health Services for ASEAN People in Collaboration with WHO. (Batam, lndonesia, 3 - 5 Maret 3 8 29 201 5) Gambar 3.2. dh Meeting of ASEAN Working Group on Pandemic Preparedness and Response (AWGPPR). Jakarta, Indonesia, 8 - 10 Desember 2015 Gambar 3.3. lbu Bersalin di Fasilitas Kesehatan di Kab. Bulukumba Gambar 3.4. lbu hamil yang diukur lingkar lengan atasnya. Gambar 3.5. Realisasi Per Propinsi Indikator Persentase Kabupaten/Kota Yang Memenuhi Kualitas Kesehatan Lingkungan Tahun 2O15 Gambar 3.6. Salah satu sarana Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (PAM- STBM) yang pada tahun 2015 dilaksanakan di 77 lokasi Gambar 3.7. Penyelidikan Epidemiologi Kasus Rubella di Malang Gambar 3.8. Pertemuan Congenital Rubella Syndrome Gambar 3.9. Pelatihan Evaluasi SKDR Tingkat Nasional Gambar 3.10. Salah satu pertemuan Penyusunan Dokumen Rencana Kontijensi Penanggulangan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang diselenggarakan di Kota Bandung dihadiri oleh Subdit Kekarantinaan Kesehatan dan Satuan Kerja Perangkat Daerah terkait. Gambar 3.11. Rangkaian The lndonesian Conference on Tobacco or Health Gambar 3.12. Workshop Teknis Akreditasi FKTP yang diselenggarakan pada tanggal 11-13 Mei 2015 di Jakarta Gambar 3.13. Pelatihan Surveior Akreditasi FKTP yang Diselenggarakan pada tgl 31 Agustus sd 10 September 2O15 di Yogyakarta Gambar 3.14. Pelatihan TOT Pendamping Akreditasi FKTP yang disefenggarakan pada tgl 5-19 April 2015 di Bapelkes Semarang Gambar 3.15. Pelaksanaan Bimbingan Teknis di Rumah Sakit Gambar 3.16. Peningkatan Kapasitas Pendamping Akreditasi di Rumah Sakit Gambar 3.17. Sosialisasi penerapan katalog obat bagi industri farmasi Tahun 2015 dijakarta Gambar 3.18. Alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri tahun 2015 Gambar 3.19. Menteri Kesehatan Rl, Prof. Dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M (K) membuka pameran alat kesehatan dan PKRT dalam negeri di Hall B Jakarta Convention Center, Senayan Jakarta Gambar 3.20. Pencanangan gerakan masyarakat cerdas menggunakan obat oleh Menteri Kesehatan Rl tahun 2015 Gambar 3.21. Launching Faralkes Online oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia ld Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tatrun 2015 36 37 45 51 55 55 55 56 62 66 66 73 73 82 88 88 94 95 lll 2015 Gambar 3.22. Kegiatan Tim Nusantara Sehat Tahun Gambar 3.23. Pelaksanaan Penandatanganan MoU Kementerian Kesehatan dengan Dunia Usaha Gambar 3.24. Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat melalui Organisasa Kemasyarakatan di Daerah Binaan. Gambar 3.25. Kegiatan Training Center ACKM di Laboratorium Surabaya Gambar 3.26. Tampilan Muka Aplikasi Komunikasi Data Gambar 3.27. Tampilan Data Kesehatan Prioritas pada Aplikasi Komunikasi Data Gambar 3.28. Tampilan Muka Aplikasi SIKDA Generik Poltekkes Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 99 108 112 132 138 138 140 tv Daftar Grafik Hal (PF) Grafik 3.1. Persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan 33 tahun 2015-2019 Grafik 3.2. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan 35 kesehatan (PF) tahun 2015 Grafik 3.3. Target persentase ibu hamil KEK tahun 39 Grafik 3.4. Target dan Capaian Persentase Kabupaten/Kota yang 40 Kebijakan PHBS Tahun 2015 Grafik 3.5. Capaian Kab/Kota yang memiliki Kebijakan PHBS per 41 Tahun 2015 Grafik 3.6. Target Dan Realisasi Indikator Persentase Kabupaten/Kota 45 Memenuhi Kualitas Kesehatan Lingkungan Tahun 2015 Grafik 3.7. Realisasi Per Propinsi Indikator Persentase Kabupaten/Kota 46 Memenuhi Kualitas Kesehatan Lingkungan Tahun 2015 Grafik 3.8. Penyandingan Capaian Kinerja Dan RealisasiAnggaran Indikator 46 Persentase Kabupaten/Kota Yang Memenuhi Kualitas Kesehatan Lingkungan Tahun 2015 Grafik 3.9. Indikator dan realisasi persentase penurunan kasus PD3l tertentu 53 Tahun 2015 Grafik 3.10. Pencapaian Puskesmas yang 68 Grafik 3.1 1. Pencapaian RSUD yang Tersertifikasi Akreditasi 74 Grafik 3.12.Target dan Realisasi Indikator Kinerja Program Kefarmasian 79 Alat Kesehatan Tahun 2015 Grafik 3.13.Target dan realisasi indikator persentase ketersediaan obat 82 vaksin di puskesmas Tahun 2015 Grafik 3.14. Persentase ketersediaan obat dan vaksin di puskesmas di 83 provinsi Tahun 2015 Grafik 3.15. Jumlah item obat dan vaksin yang tersedia di puskesmas di 84 provinsi Tahun 2015 Grafik 3.16. Target dan realisasi indikator jumlah bahan baku obat dan 87 tradisional serta alat kesehatan (alkes) yang diproduksi di dalam negeri tahun 2015 Grafik 3.17. Target dan realisasi indikator persentase produk alat kesehatan 92 dan PKRT di peredaran yang memenuhi syarat tahun 2015 Grafik 3.18. Target dan Capaian RS Kab/Kota Kelas C yang memiliki 101 dokter spesialis dasar dan 3 dokter spesiais penunjang Grafik 3.19. Perbandingan Target dan Capaian lndikator persentase 101 Kab/Kota kelas C yang memiliki 4 dokter spesialis dasar dan 3 dokter spesialis penunjang Tahun 2015-2019 Grafik 3.20. Distribusi Bantuan PPDS/PPDGS Seluruh 1O2 Grafik 3.21. SDM kesehatan yang ditingkatkan kompetensinya 103 Grafik 3.22.Target dan Capaian Jumlah Dunia Usaha yang Memanfaatkan 1O7 2015-2019 Memiliki Provinsi Yang Yang TersertifikasiAkreditasi Nasional dan dan 34 34 obat 4 RS Angkatan (kumulatif) Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 v CSR-nya untuk Program Kesehatan Grafik 3.23. Target dan Capaian Jumlah Organisasi Kemasyarakatan Memanfaatkan Sumber Dayanya untuk Mendukung Kesehatan Grafik 3.24.Target dan Realisasi Pejabat Struktural yang Kompetensi Grafik 3.25. Target danRealisasi SKP Min. Grafik 3.26. Persentase Capaian Indikator Kabupaten Kota yang Melaporkan Data Kesehatan Prioritas Grafik 3.27. Presentase Realisasi Per Jenis Belanja Grafik 3.28. Realisasi Per Kewenangan yang Memenuhi Baik Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 111 135 136 139 142 142 DaftarTabel Hal 2015 Alat Tabel 2.1. Perjanjian Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 20 78 Tabel 3.1. Capaian Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan Kesehatan Tahun 2015 Tabel 3.2.Target, realisasi dan capaian indikator persentase ketersediaan 81 obat dan vaksin di puskesmas tahun 2015 Tabel 3.3. Target, realisasi dan capaian indikator jumlah bahan baku 86 dan obat tradisional serta alat kesehatan (alkes) yang diproduksi di dalam negeri tahun 2015 Tabel 3.4. Bahan Baku Obat dan Bahan Baku Obat Tradisional 87 Diproduksi di Dalam Negeri Tahun 2015 Tabel 3.5. Target, realisasi dan capaian indikator percentase produk 91 kesehatan dan PKRT di peredaran yang memenuhi syarat tahun 2015 Tabel 3.6. Target dan Capaian RS Kab/Kota Kelas C yang memiliki 4 100 spesialis dasar dan 3 dokter spesiais penunjang Tabel 3.7. Alokasi dan realisasi anggaran Badan PPSDM Kesehatan 105 Kegiatan Tabel 3.8. Daftar Kementerian dengan Dukungan Program Pembangunan 105 Kesehatan Tahun 2015 Tabel 3.9. Dokumen Kesepakatan dan lmplementasi Kerja Sama 115 Kerjasama Luar Negeri, Tahun 2015 Tabel 3.10. Capaian Target Kinerja Tahun 2O1O - 2015 Pusat 1 18 Luar Negeri Tabel 3.1 1. Capaian Target Kinerja Tahun 2015 - 2019 Pusat 1 18 Luar Negeri Tabel 3.12. Sasaran dan IKP Badan Litbang Kesehatan Tahun 123 Tabel 3.13. Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2015 dengan 124 Jangka Menengah pada Renstra 2015-2019 Tabel 3.14. Capaian Indikator Jumlah Penelitian yang Didaftarkan HKI Tahun 125 2015 Tabel 3.15. Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2015 dengan 127 Jangka Menengah pada Renstra 2015-2019 Tabel 3.16. Judul Rekomendasi Kebijakan yang telah Diadvokasikan 128 Tahun 2015 Tabel 3.17. Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2015 dengan 130 Jangka Menengah pada Renstra 2015-2019 Tabel 3.18. Capaian indikator ini dihitung dengan 133 obat yang alat dokter per Pusat Kerjasama Kerjasama 2015 Target Target pada Target cara: Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 vii IKHTISAR EKSEKUTIF Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 merupakan sarana untuk menyampaikan pertanggungjawaban kinerja Menteri Kesehatan beserta jajarannya kepada Presiden Rl dan seluruh pemangku kepentingan baik yang terkait langsung maupun tidak langsung. Selain itu Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan merupakan wujud dari pertanggungjawaban atas kinerja pencapaian visi dan misi yang dijabarkan dalam tujuan/sasaran strategis. Tujuan/sasaran strategis tersebut mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Tahun 2015 merupakan tonggak awal dimulainya era pemerintahan baru dengan visi dan misi Presiden terpilih. Tahun 2015 adalah tahun perdana dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 yang sekaligus tahun awal pelaksanaan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahu n 201 5-2019. Dari 30 Indikator Kinerja pada 12 Sasaran Strategis Kementerian Kesehatan yang dijanjikan oleh Menteri Kesehatan pada dokumen Perjanjian Kinerja Tahun 2015, terdapat 25 Indikator Kinerja Sasaran Strategis yang memiliki kinerja sesuai atau melebih target yaitu: 1. Persentase persalinan di fasilitas kesehatan tercapai 78,43o/o dari target 75o/o atau 104,57o/o dari yang ditargetkan' 2. Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) tercapai sebesar 13,3o/o dari target yang ditetapkan tidak lebih dari24,2o/o. Capaian yang lebih kecil ini dapat dimaknai sebagai hal yang baik karena memperlihatkan bahwa jumlah ibu hamil yang mengalami KEK lebih sedikit dari jumlah maksimal yang ditargetkan pada tahun 2015 atau dengan kata lain jumlah ibu hamil dengan kondisi kesehatan yang baik lebih banyak dari yang ditargetkan. 3. Persentase kabupaten/kota yang memiliki Kebijakan PHBS tercapai 228 kabupaten/kota. Jumlah kabupaten/tersebut sama dengan 44o/o Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 20L5 dari jumlah seluruh kabupaten/kota. Dengan demikian capaian indikator ini sama dengan 110o/o dari target yang ditetapkan pada tahun 2015. 4. Persentase kabupaten/kota yang memenuhi kualitas kesehatan lingkungan tercapai sebanyak 142 kabupaten/kota dari total 514 kabupaten/kota atau sebesar 27 ,630/o atau sebesar 138,15% dari yang ditargetkan. 5. Persentase penurunan kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi tertentu (PD3l) tercapai sebesar 11,2o/o dari yang ditargetkan sebesar 7% pada tahun 2015. Semakin tinggi persentasenya menunjukkan semakin besar penurunan kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi tertentu. 6. Persentase ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas tercapai sebesar 79,38o/o dari target 77o/o pada tahun 2015 atau mencapai 103,09%. 7. Jumlah bahan baku obat dan obat tradisional serta Alat Kesehatan (Alkes) yang diproduksi di dalam negeri (kumulatif) telah mencapai 11 dariT yang ditargetkan pada tahun 2015 atau mencapai157,14o/o. 8. Persentase produk Alkes dan PKRT di peredaran yang memenuhi syarat mencapai 78,18o/o dari target 75o/o atau mencapai 104,24o/o dari yang telah ditargetkan pada tahun 2015. 9. Persentase RS Kabupaten/Kota kelas C yang memiliki 4 dokter spesialis dasar dan 3 dokter spesialis penunjang berhasil mencapai 35% dari target 30% pada tahun 2015 atau mencapai 117o/o dari target yang ditetapkan. 10.Jumlah SDM kesehatan yang ditingkatkan kompetensinya (kumulatif) tercapai 13.003 orang dari target sebanyak 10.200 orang SDM Kesehatan atau 127o/o daritarget. 11.Jumlah kementerian lain yang mendukung pembangunan kesehatan tercapai sebanyak 12 dari 34 kementerian yang ada atau 35, 29o/o' Capaian ini melebih target yang ditetapkan pada tahun 2015 yaitu sebesar 20o/o dari seluruh kementerian. Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 tx 12.Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSR untuk program kesehatan telah mencapai 5 dunia usaha dari 4 dunia usaha yang ditargetkan atau mencapai 125%. 13.Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber dayanya untuk mendukung kesehatan telah tercapai 3 organisasi kemasyarakatan dari 3 organisasi kemasyarakatan yang ditargetkan atau mencapai 100% dari target pada tahun 2015. 14.Jumlah kesepakatan kerjasama luar negeri di bidang kesehatan yang diimplementasikan telah tercapai 100% sesuai target pada tahun 2015 yakni 8 dokumen kesepakatan kerjasama luar negeri. 15.Jumlah provinsi yang memiliki rencana lima tahun dan anggaran kesehatan terintegrasi dari berbagai sumber telah tercapai 100% dari target pada tahun 2015 yaitu sebanyak 9 provinsi. 16.Jumlah rekomendasi monitoring evaluasi terpadu tercapai 100% dari target pada tahun 2015 yakni sebanyak 34 rekomendasi. 17.Jumlah hasil penelitian yang didaftarkan HKI telah mencapai 14 dari target 13 hasil penelitian atau tercapai 107,690/o dari target pada tahun 2015. 18.Jumlah rekomendasi kebijakan berbasis penelitian dan pengembangan kesehatan yang diadvokasikan ke pengelola program kesehatan dan atau pemangku kepentingan tercapai 100% dari yang ditargetkan pada tahun 2015 yakni sebanyak 24 rekomendasi. 19.Jumlah laporan Riset Kesehatan Nasional (Riskesnas) bidang kesehatan dan gizi masyarakat tercapai 100o/o dari yang ditargetkan pada tahun 2015 yakni sebanyak 1 laporan. 20. Persentase satuan kerja yang dilakukan audit memiliki temuan kerugian negara 31o/o telah tercapai 98,58% dari target sebanyak 88% atau sebesar 112% dari target. 21. Persentase pejabat struktural di lingkungan Kementerian Kesehatan yang kompetensinya sesuai persyaratan jabatan tercapai sebanyak 73,17o/o dari target 60% atau mencapai 121,95o/o dari target. Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 22. Persentase pegawai Kementerian Kesehatan dengan nilai kinerja minimal baik tercapai sebanyak 85,460/o dari target sebesar 80% atau mencapai 106,8% daritargetnya pada tahun 2015. 23. Persentase Kab/Kota yang melaporkan data kesehatan prioritas secara lengkap dan tepat waktu telah tercapai 61 ,7o/o dari target 30% pada tahun 2015 atau mencapai 205,670/o dari targetnya. 24. Persentase tersedianya jaringan komunikasi data yang diperuntukkan untuk akses pelayanan e-health telah tercapai 10,5o/o dari target sebesar 10% pada tahun 2015 atau mencapai 1 05%' 25.Jumlah Puskesmas yang minimal memiliki 5 jenis tenaga kesehatan tercapai sebanyak 1.200 puskesmas dari 1.200 puskesmas yang ditargetkan pada tahun 2015. Kementerian Kesehatan terus berupaya memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan di seluruh wilayah lndonesia antara lain melalui penempatan tenaga kesehatan berbasis tim (team based) dengan Program Nusantara Sehat. Meskipun demikian upaya- upaya dari Kementerian Kesehatan sangat membutuhkan dukungan terutama dari pemerintah daerah di seluruh Indonesia. Terdapat pula Indikator Kinerja Sasaran Strategis yang belum mencapai target yaitu: kabupaten/kota yang mempunyai kesiapsiagaan dalam penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat yang berpotensi 1. Persentase wabah tercapai 29 kabupaten/kota dari target sebanyak 31 kabupaten/kota atau baru tercapai 93,5% dari yang ditargetkan pada tahun 2015. 2. Jumlah Kecamatan yang memiliki minimal tersertifikasi akreditasi baru tercapai 93 1 puskesmas yang kecamatan dari target sebanyak 350 kecamatan pada tahun 2015 atau baru sebesar 26,57o/o. Capaian yang belum sesuai harapan ini dipengaruhi oleh faktor-faktor anggaran, waktu, sumber daya manusia, dan sarana. 3. 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional tercapai sebanyak 50 kabupaten/kota. Angka capaian ini masih di bawah target pada tahun 2015 sebanyak 94 Kabupaten/Kota yang memiliki minimal Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 kabupaten/kota atau baru tercapai 53,19%. anggaran, waktu, sumber daya manusia, dan Sarana prasarana menjadi faktor yang berpengaruh dalam pencapaian target indikator ini. Dalam tahun 2015, terdapat pula indikator yang belum dapat dinilai keberhasilan atau kegagalannya karena data capaian belum tersedia, yaitu: 1. Persentase penurunan prevalensi merokok pada usia S 18 tahun. lndikator ini baru dapat diketahui capaiannya melalui pelaksanaan survey nasional kesehatan yang direncanakan dilaksanakan pada tahun 2016. Dengan demikian cata capaian pada tahun 2015 masih belum dapat disajikan. 2. Persentase Kab/Kota yang mendapat predikat baik dalam pelaksanaan SPM. Indikator ini masih menggunakan data pengukuran tahun 2014 karena data capaian SPM tahun 2015 baru akan dilaporkan oleh kabupaten/kota pada tahun 2016. Untuk kinerja keuangan pada tahun 2015, realisasi anggaran mencapai 90,4o/o dari alokasi anggaran yang tersedia. Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 xll ::t oH k ; 4 I 4 a t t I t t n 4 I a t t "{ I : "rt t'" rii{ ;$ -eg i+ !\$e t ffi IE ro r l*', {b ffi[g 't+ tnw ,t* ffire .a I I I I e ! lbn it" |tue | ,'t> , .'b t\,+ !l} M ttt 'rr ip , liiji m ffi'tk., !} Irl" t> il ill*# t i t fiu n Em, t re il |rk" ffi wk {fl.t' !ffi si 1s{F lwr .lF .l :ID a mx $s #r i$ qr j{ra a lsilF i: .i"' tq d{Fr a tl r;.. *s+at a& ,*l Eft 4rt ffi tst 'ffsmg {Mi. f$[ sr|[.i ,.I .G; !# a I F q+ - [F 4 i$:i #t AT xJ,ll r I IF tilx IF D rlh ID aa -ttD 'i i \ I 'ffii tC, G tl BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kementerian Kesehatan dibentuk dalam rangka membantu Presiden Republik Indonesia dalam menyelenggarakan pemerintahan negara di bidang kesehatan. Kementerian Kesehatan berperan strategis dalam rangka mewujudkan Visi Presiden Republik Indonesia 2015-20'19 yakni 'Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong royong" dan pelaksanaan 7 misi pembangunan, khususnya misi ke-4: mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera. Kementerian Kesehatan juga memiliki peran penting dalam rangka mencapai 9 agenda prioritas nasional yang dikenal dengan Nawacita, terutama agenda ke-S: meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Laporan Kinerja ini disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban Kementerian Kesehatan atas pelaksanaan tugas dan fungsi selama Tahun 2015 dan alat bantu dalam upaya perbaikan Kementerian Kesehatan secara di masa yang akan datang. Dalam rangka pemenuhan aspek akuntabilitas, Laporan Kinerja ini disusun guna memenuhi amanat Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan berkesinambungan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. B. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi Tugas dan fungsi serta Struktur Organisasi Kementerian Kesehatan pada Tahun 2015 masih berpedoman kepada Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara yang dijabarkan lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan. Sesuai peraturan dimaksud, tugas Kementerian Kesehatan adalah menyelenggarakan urusan di bidang kesehatan dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Dalam melaksanakan tugas tersebut Kementerian Kesehatan mempunyai fungsi: 1) perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang kesehatan; 2) pengelolaan barang miliUkekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Kesehatan; 3) pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Kesehatan; 4) pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian Kesehatan di daerah; dan 5) pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional. Dalam melaksanakan tugas dan fungsi tersebut, Menteri Kesehatan dibantu oleh 8 unit eselon l, 5 Staf Ahli, dan 8 Pusat. Selain itu, Menteri Kesehatan juga mengelola dukungan administrasi pada Konsil Kedokteran Indonesia (KKl) yang dijalankan oleh Sekretariat KKl. Bagan struktur organisasi Kementerian Kesehatan dapat dilihat pada gambar berikut: Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 2 I.AiPIRA}| P€RATURAN TEilTER XEf,}tATAX 1gdr'fiRTffitiffib ffi IOAOR : ll{/AfEN(ES/PER/Vlll/mlo TA{GGAI l9Ag6t620i0 : STRU KTUR ORGANISASI KEAAENTERIAN KESEHATAN 2Utrfrht{-A Pd.nryt|q.i{ FlqHo ! g/ALad ffiF 1UtrSffiuKstu Xffirie ILd&r* 5 YffiEdlr.Colrd Gambar 1.1. Bagan Struktur Organisasi Kementerian Kesehatan Struktur organisasi Kementerian Kesehatan sebagaimana tergambarkan di atas didukung oleh sumber daya manusia sebanyak 50.252 orang pegawai yang memiliki kompetensi di bidang kesehatan maupun bidang lain yang diperlukan seperti ekonomi, manajemen, keuangan, hukum, dan sebagainya. Pegawai tersebut ditempatkan di seluruh unit eselon I baik di kantor pusat maupun daerah. Perimbangan dari sisijenis kelamin adalah sebanyak 19.304 orang atau 39 persen adalah laki-laki dan 30.948 orang atau 61 persen perempuan. Pegawai Kementerian Kesehatan tersebar ke dalam unit utama sebagai berikut: 1) Sekretariat Jenderal sebanyak2.457 orang; 2) Inspektorat Jenderal sebanyak 324 orang; 3) Ditjen Bina Upaya Kesehatan sebanyak 34.378 orang; 4) Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan sebanyak 4.557 orang; 5) Ditjen Bina Gizi dan Kesehatan lbu dan Anak sebanyak 525 orang; 6) Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan sebanyak 259 orang; 7) Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 3 sebanyak 1.389 orang; dan 8) Badan PPSDM Kesehatan sebanyak 9.788 orang. C. lsu Strategis Dalam pelaksanaan rencana kerja Kementerian Kesehatan, terdapat beberapa isu strategis atau permasalahan yang perlu mendapat perhatian, yaitu: 1. Besarnya jumlah penduduk Indonesia Pada Tahun 2015 Indonesia berpenduduk 256.461.700 jiwa sementara laju pertumbuhan penduduk Indonesia adalah 1,19o/o per tahun. Diperkirakan dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar itu, pada tahun 2030Indonesia akan memiliki penduduk sebanyak 268.074.600 jiwa. Jumlah penduduk yang besar dan laju pertumbuhannya yang tinggi akan berdampak pada layanan kesehatan yang harus disediakan oleh pemerintah. Dua permasalahan yang harus dihadapi adalah isu penduduk miskin dan penduduk lanjut usia (lansia). Dengan bertambahnya penduduk miskin berimplikasi makin besarnya biaya kesehatan yang harus ditanggung oleh pemerintah. Meningkatnya populasi lansia berakibat 1) meningkatnya kebutuhan layanan sekunder dan tersier; 2) meningkatnya kebutuhan layanan home care; dan 3) meningkatnya biaya kesehatan. 2. Disparitas status kesehatan Meskipun secara nasional kualitas kesehatan masyarakat telah meningkat namun masih terdapat kesenjangan status kesehatan baik antar tingkat social ekonomi, antar kawasan, dan antar wilayah perkotaan-perdesaaan. Pada golongan masyarakat miskin angka kematian bayi dan angka kematian balita hampir empat kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan golongan terkaya. Angka kematian bayi dan angka kematian ibu melahirkan lebih tinggi di daerah perdesaan, kawasan timur Indonesia, serta penduduk dengan tingkat pendidikan rendah. Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 4 3. Pemberlakuan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) Pemberlakuan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang merupakan bagian dari SJSN menuntut dilakukannya peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan, baik pada fasilitas kesehatan tingkat pertama maupun fasilitas kesehatan tingkat lanjutan, serta perbaikan system rujukan pelayanan kesehatan. Bersamaan dengan bertambahnya jumlah peserta JKN yang mencapai 127.763.851 orang atau 105,1o/o dari target perlu diimbangi dengan peningkatan jumlah fasilitas kesehatan guna menghindari terjadinya antrian panjang yang dapat menurunkan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan. 4. Pemberlakuan ASEAN Commundy (Masyarakat Ekonomi ASEAN/MEA) Mulai 1 Januari 2016 ASEAN Community atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan efektif berlaku. lmplementasinya mencakup liberalisasi perdagangan barang dan jasa serta investasi sektor kesehatan. lsu pokok yang harus segera direspon oleh Indonesia adalah daya saing (competitiveness). Pembenahan daya saing perlu segera dilakukan di fasilitas kesehatan baik aspek sumber daya manusia, peralatan, sarana dan prasarananya, maupun aspek manajemennya. Untuk menjawab hal tersebut, akreditasi fasilitas pelayanan kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, dan lain-lain) harus dilakukan secara serius, terencana, dan dalam tempo yang tidak terlalu lama. Pada aspek daya saing tenaga kesehatan, perlu dilakukan peningkatan mutu institusi pendidikan tenaga kesehatan melalui pembenahan dan akreditasi. 5. MDGs dan SDGs Tahun 2015 adalah tahun terakhir pelaksanaan agenda Millenium Development Goals (MDGs). MDGs diakui keberhasilannya sebagai pendorong tindakan-tindakan untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan pembangunan masyarakat, khususnya dalam bentuk Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 5 dukungan politik. Keberhasilan MDGs akan dilanjutkan dengan program yang disebut dengan Susfarn able Development Goals (SDGs). Sebagian indikator dari SDGs akan berada dalam cakupan tugas dan fungsi Kementerian Kesehatan yang dapat dimaknai dengan penempatan sasaran terkait kesehatan dalam prioritas politik yang tinggi. D. Sistematika Laporan Kineria 1. Bab I Pendahuluan Pada bab ini disajikan penjelasan umum organisasi, dengan penekanan kepada aspek strategis organisasi serta permasalahan utama (strategic issue) yang sedang dihadapi organisasi. 2. Bab ll Perencanaan Kinerja Bab ini menguraikan ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015. 3. Bab lllAkuntabilitas Kinerja a. Capaian Kinerja Organisasi Sub bab ini menyajikan capaian kinerja organisasi untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi. b. RealisasiAnggaran Sub bab ini menguraikan tentang realisasi anggaran yang digunakan dan telah digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan dokumen Perjanjian Kinerja. 4. Bab lV Penutup Bab ini menguraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta langkah di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk meningkatkan kinerjanya. Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 6 BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 Tahun 2015 adalah tahun pertama dari pelaksanaan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. Berbeda dengan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2010, Renstra Tahun 2015-2019 tidak lagi mencantumkan visi dan misi Kementerian Kesehatan namun langsung terikat dengan visi dan misi Presiden Republik Indonesia yaitu "Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong". Misi Kementerian Kesehatan pun mengikuti atau bersifat mendukung perwujudan misi pembangunan serta 9 Agenda Prioritas yang dikenal dengan Nawacita. Dengan memperhatikan visi dan misi Presiden dimaksud, Kementerian Kesehatan kemudian menetapkan dua tujuan Kementerian Kesehatan pada Tahun 2015-2019, yaitu: 1) meningkatnya status kesehatan masyarakat; dan 2) meningkatnya daya tanggap (responsrveness) dan perlindungan masyarakat terhadap risiko sosial dan finansial di bidang kesehatan. Kedua tujuan indikator Kementerian Kesehatan bersifat dampak (impact atau outcome). Dalam rangka mencapaitujuan Kementerian Kesehatan, telah ditetapkan strategi Kementerian Kesehatan seperti dalam gambar berikut: Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 c o o -c o o o Y co .E o c o E o Y '6, o o a o co F c.i o Il E G o rn e{ o (\ c J E(o c |! P |! 0) 6 o :z HFgistgeii*iii c(o L o c, o E o Y (! o c c(U !z o q (! -t Strategi Kementerian Kesehatan disusun sebagai jalinan strategi dan tahapan- tahapan pencapaian tujuan Kementerian Kesehatan baik yang tertuang dalam Tujuan Satu (T1) maupun Tujuan Dua (T2). Kedua tujuan tersebut diarahkan dalam rangka pencapaian visi dan misi Presiden. Guna mencapai kedua tujuan tersebut, ditetapkanlah 12 Sasaran Strategis Kementerian Kesehatan yang harus diwujudkan sebagai arah dan prioritas strategis dalam lima tahun mendatang. Kedua belas Sasaran Strategis tersebut membentuk suatu hipotesis jalinan sebab-akibat untuk mewujudkan tercapainya T1 dan T2. Dua belas Sasaran Strategis Kementerian Kesehatan dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: 1) Kelompok Sasaran Strategis pada aspek input (organisasi, sumber daya manusia, dan manajemen); 2) Kelompok Sasaran Strategis pada aspek penguatan kelembagaan; dan 3) Kelompok Sasaran Strategis pada aspek upaya strategic. A. Kelompok 1. Sasaran Strategis pada aspek input adalah sebagai berikut: SS1: Meningkatkan Tata Kelola Kepemerintahan yang Baik dan Bersih Strategi untuk meningkatkan tata kelola pemerintah yang baik dan bersih meliputi: a. Mendorong pengelolaan keuangan yang efektif, efisien, ekonomis dan ketaatan pada peraturan perundang-undangan. b. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. c. Mewujudkan pengawasan yang bermutu untuk menghasilkan Laporan Hasil Pengawasan (LHP) sesuai dengan kebutuhan pemangku kepentingan. d. Mewujudkan tata kelola manajemen Inspektorat Jenderal transparan dan akuntabel. Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 yang Meningkatkan Kompetensi dan Kinerja Aparatur Kementerian Kesehatan Strategi ini akan dilakukan melalui berbagai upaya, antara lain: a. Menyusun standar kompetensijabatan struktural untuk semua eselon b. Mengembangkan sistem kaderisasi secara terbuka di intemal Kementerian Kesehatan, misalnya dengan lelang jabatan untuk Eselon 1 dan2. 3. Meningkatkan Sistem Informasi Kesehatan Terintegrasi Strategi ini akan dilakukan melalui berbagai upaya antara lain: a. Mengembangkan "real time monitoingl untuk seluruh Indikator Kinerja Program (lKP) dan Indikator Kinerja Kegiatan (lKK) Kementerian Kesehatan. b. Meningkatkan kemampuan SDM pengelola informasi di tingkat kab/kota dan provinsi sehingga profil kesehatan bisa terbit setiap bulan April. B. Kelompok 4. Sasaran Strategis pada aspek penguatan kelembagaan: Meningkatkan Sinergitas Antar Kementerian/Lembaga Strategi ini akan dilakukan melalui berbagai upaya antara lain: a. Menyusun rencana aksi nasional program prioritas pembangunan kesehatan. b. Membuat forum komunikasi untuk menjamin sinergi antar Kementerian/Lembaga (1(/L). 5. Meningkatkan Daya Guna Kemitraan (Dalam dan Luar Negeri) Strategi ini akan dilakukan melalui berbagai upaya antara lain: a. Menyusun roadmap kerjasama dalam dan luar negeri. b. Membuat aturan kerja sama yang mengisi roadmap yang sudah disusun. c. Membuat forum komunikasi antar stakeholders untuk mengetahui efektivitas kemitraan baik dengan institusi dalam maupun luar negeri. Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 6. Meningkatkan Integrasi Perencanaan, Bimbingan Teknis dan Pemantauan Evaluasi Strategi ini akan dilakukan melalui berbagai upaya antara lain: a. Penetapan fokus dan lokus pembangunan kesehatan. b. Penyediaan kebijakan teknis integrasi perencanaan dan monitoring dan evaluasi terpadu. c. Peningkatan kompetensi perencana dan pengevaluasi Pusat dan Daerah. d. Peningkatan kualitas dan pemanfaatan hasil monitoring dan evaluasi terpadu. 7. Meningkatkan Efektivitas Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Strategi ini akan dilakukan melalui berbagal upaya antara lain: a. Memperluas kerjasama penelitian dalam lingkup nasional dan internasional yang melibatkan Kementerian/Lembaga lain, perguruan tinggi dan pemerintah daerah dengan perjanjian kerjasama yang saling menguntungkan dan percepatan proses alih teknologi. jejaring penelitian dan jejaring laboratorium dalam mendukung upaya penelitian dan sistem pelayanan kesehatan b. Menguatkan nasional. c. Aktif membangun aliansi mitra strategic dengan Kementerian/Lembaga Non Kementerian, Pemda, dunia usaha dan akademisi. d. Meningkatkan diseminasi dan advokasi pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan untuk kebutuhan program dan kebijakan kesehatan. e. Melaksanakan penelitian dan pengembangan mengacu pada Kebijakan Kementerian Kesehatan dan Rencana Kebijakan Prioritas Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Tahun 2015-2019. f. Pengembangan sarana, prasarana, sumber daya dan regulasi dalam pelaksanaan penelitian dan pengembangan. [aporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 C. Kelompok Sasaran Strategis pada aspek upaya strategic 8. Meningkatkan Kesehatan Masyarakat Strategi ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat mencakup pelayanan kesehatan bagi seluruh kelompok usia mengikuti siklus hidup sejak dari bayi sampai anak, remaja, kelompok usia produktif, maternal, dan kelompok usia lanjut (Lansia), yang dilakukan antara lain melalui: a. Melaksanakan penyuluhan kesehatan, advokasi dan menggalang kemitraan dengan berbagai pelaku pembangunan termasuk pemerintah daerah. b. Melaksanakan pemberdayaan masyarakat dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan. c. Meningkatkan jumlah dan kemampuan tenaga penyuluh kesehatan masyarakaUdan tenaga kesehatan lainnya dalam hal promosi kesehatan. d. Mengembangkan metode dan teknologi promosi kesehatan yang sejalan dengan perubahan dinamis masyarakat. 9. MeningkatkanPengendalianPenyakit 1) Untuk mengendalikan penyakit menular maka strategi yang dilakukan melalui: Perluasan cakupan akses masyarakat (termasuk skrining cepat bila ada dugaan potensi meningkatnya kejadian penyakit menular seperti Mass Blood Suruey untuk malaria) dalam memperoleh pelayanan kesehatan terkait penyakit menular terutama di daerahdaerah yang berada di perbatasan, kepulauan dan terpencil untuk menjamin upaya memutus mata rantai penularan. Untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan penanggulangan penyakit menular dibutuhkan strategi innovative dengan memberikan otoritas pada petugas kesehatan masyarakat (Public Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 Health Officer), terutama hak akses pengamatan faktor risiko dan penyakit dan penentuan langkah penanggulangannya. Mendorong keterlibatan masyarakat dalam membantu upaya pengendalian penyakit melalui community base surueillance berbasis masyarakat untuk melakukan pengamatan terhadap hal- hal yang dapat menyebabkan masalah kesehatan dan melaporkannya kepada petugas kesehatan agar dapat dilakukan respon dini sehingga permasalahan kesehatan tidak terjadi. d. Meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan dalam pengendalian penyakit menular seperti tenaga epidemiologi, sanitasi dan laboratorium. e. Peningkatan peran daerah khususnya kabupaten/kota yang menjadi daerah pintu masuk negara dalam mendukung implementasi pelaksanaan International Health Regulation (lHR) untuk upaya cegah tangkal terhadap masuk dan keluarnya penyakit yang berpotensi menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat. f. Menjamin ketersediaan obat dan vaksin serta alat diagnostik cepat untuk pengendalian penyakit menular secara cepat. 2) Untuk penyakit tidak menular maka perlu melakukan deteksi dini secara proaktif mengunjungi masyarakat karena Tt penderita tidak tahu kalau dirinya menderita penyakit tidak menular terutama pada para pekerja. Di samping itu perlu mendorong kabupaten/kota yang memiliki kebijakan PHBS untuk menerapkan kawasan bebas asap rokok agar mampu membatasi ruang gerak para perokok. 3) Meningkatnya kesehatan lingkungan, strateginya adalah: a. Penyusunan regulasi daerah dalam bentuk peraturan Gubernur, Walikota/Bupati yang dapat mengerakkan sektor lain di daerah berperan aktif dalam pelaksanaan kegiatan penyehatan lingkungan seperti peningkatan ketersediaan sanitasi dan air minum layak serta tatanan kawasan sehat. Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 13 b. Meningkatkan pemanfaatan tenologi tepat guna sesuai dengan kemampuan dan kondisi permasalahan kesehatan lingkungan di masing-masing daerah. c. Meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam wirausaha sanitasi. d. Penguatan POKJA Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) melalui pertemuan jejaring AMPL, Pembagian peran SKPD dalam mendukung peningkatan akses air minum dan sanitasi. e. Peningkatan peran Puskesmas dalam pencapaian kecamatan/kabupaten Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS) minimal satu Puskesmas memiliki satu Desa SBS. f. Meningkatkan peran daerah potensial yang melaksanakan strategi adaptasi dampak kesehatan akibat perubahan iklim. 10. Meningkatkan Akses dan Mutu Fasilitas Pelayanan Kesehatan Untuk meningkatkan akses dan mutu Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP), maka upaya yang akan dilakukan adalah: a. Mewujudkan ketepatan alokasi anggaran dalam rangka pemenuhan sarana prasarana dan alat kesehatan yang sesuai standar. b. Optimalisasi fungsi FKTP, dimana tiap kecamatan memiliki minimal satu Puskesmas yang memenuhi standar. c. Mewujdukan dukungan regulasi yaitu melalui penyusunan kebijakan dan NSPK FKTP. d. Mewujudkan sistem kolaborasi pendidikan nakes antara lain melalui penguatan konsep dan kompetensi Dokter Layanan Primer (DLP) serta nakes strategis. e. Mewujudkan penguatan mutu advokasi, pembinaan dan pengawasan ke Pemerintah Daerah dalam rangka penguatan manajemen Puskesmas oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. f. Mewujudkan sistem manajemen kinerja FKTP melalui instumen penilaian kinerja. Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 L4 Untuk meningkatkan akses dan mutu fasilitas pelayanan kesehatan rujukan, maka strategi yang akan dilakukan adalah: a. Mewujudkan ketepatan alokasi anggaran dalam rangka pmenuhan sarana prasarana dan alat kesehatan di RS yang sesuai standar. b. Mewujudkan penerapan sistem manajemen kinerja RS sehingga terjamin implementasi Pafient Safety, standar pelayanan kedokteran dan standar pelayanan keperawatan. c. Mewujudkan penguatan mutu advokasi, pembinaan dan pengawasan untuk percepatan mutu pelayanan kesehatan serta mendorong RSUD menjadi BLUD. d. Optimalisasi peran UPT vertikal dalam dalam mengampu Fasyankes daerah. e. Mewujudkan berbagai layanan unggulan (penanganan kasus tersier) pada Rumah Sakit rujukan nasional secara terintegrasi dalam academic health sysfem. f. Mewujudkan penguatan sistem rujukan dengan mengembangkan sistem regionalisasi rujukan pada tiap provinsi (satu rumah sakit rujukan regional untuk beberapa kabupaten/kota) dan sistem rujukan nasional (satu Rumah Sakit rujukan nasional untuk beberapa provinsi). g. Mewujudkan kemitraan yang berdaya guna tinggi melalui program srsfer hospital, kemitraan dengan pihak swasta, KSO alat medis, dan lain-lain. h. Mewujudkan sistem kolaborasi pendidikan tenaga kesehatan. 11. Meningkatkan Jumlah, Jenis, Kualitas dan Pemerataan Tenaga Kesehatan Strategi ini akan dilakukan melalui berbagai upaya antara lain: a. Penugasan Khusus Tenaga Kesehatan berbasis Tim (Team Based). b. Peningkatan distribusi tenaga yang terintegrasi, mengikat, dan lokal spesifik. c. Pengembangan insentif baik material dan non material untuk tenaga kesehatan dan SDM Kesehatan. Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 15 d. Peningkatan produksi SDM Kesehatan yang bermutu. e. Penerapan mekanisme registrasi dan lisensi tenaga dengan uji kompetensi pada seluruh tenaga kesehatan. t. Peningkatan mutu pelatihan melalui akreditasi pelatihan. g. Pengendalian peserta pendidikan dan hasil pendidikan. h. Peningkatan pendidikan dan pelatihan jarak jauh. i. Peningkatan pelatihan yang berbasis kompetensi dan persyaratan jabatan. j. Pengembangan sistem kinerja. 12. Meningkatkan Akses, Kemandirian dan Mutu Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan. Untuk mewujudkan kemandirian bahan baku obat dibutuhkan komitmen politik yang tinggi. Strategi yang perlu dilakukan dari berbagai upaya antara lain: a. Regulasi perusahaan farmasi memproduksi bahan baku dan obat tradisional dan menggunakannya dalam produksi obat dan obat tradisional dalam negeri, serta bentuk insentif bagi percepatan kemandirian nasional. b. Regulasi penguatan kelembagaan dan sistem pengawasan pre dan post markef alat kesehatan. c. Pokja ABGC dalam pengembangan dan produksi bahan baku obat, obat tradisional dan alat kesehatan dalam negeri. d. Regulasi penguatan penggunaan dan pembinaan industri alat kesehatan dalam negeri. e. Meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat dan tenaga kesehatan tentang pentingnya kemandirian bahan baku obat, obat tradisional dan alat kesehatan dalam negeri yang berkualitas dan terjangkau. f. Mewujudkan Instalasi Farmasi Nasional sebagai center of escellence manajemen pengelolaan obat, vaksin dan perbekkes di sektor publik. Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 15 g. Memperkuat tata laksana HTA dan pelaksanaannya dalam seleksi obat dan alat kesehatan untuk program pemerintah maupun manfaat paket JKN. h. Percepatan tersedianya produk generik bagi obatobat yang baru habis masa patennya. i. Membangun sistem informasi dan jaringan informasi terintegrasi di bidang kefarmasian dan alat kesehatan. j. Menjadikan tenaga kefarmasian sebagai tenaga kesehatan strategis, termasuk menyelenggarakan program PTT untuk mendorong pemerataan distribusinya. k. Meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat rasional melalui penguatan manajerial, regulasi, edukasi serta sistem monitoring dan evaluasi. Sasaran yang menjadi indikator kinerja pada masing-masing 12 Sasaran Strategis sebagai berikut: 1. Sasaran Strategis Kesatu: Meningkatnya Kesehatan Masyarakat, dengan sasaran yang akan dicapai adalah: a. Meningkatnya persentase persalinan di fasilitas kesehatan; b. Menurunnya persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik; c. Meningkatnya persentase kabupaten dan kota yang memiliki kebijakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). 2. Sasaran Strategis Kedua: Meningkatnya Pengendalian Penyakit, dengan sasaran yang akan dicapai adalah: a. b. Persentase kab/kota yang memenuhi kualitas kesehatan lingkungan; Penurunan kasus Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan lmunisasi (PD3l) tertentu; c. Kab/Kota yang mampu melaksanakan kesiapsiagaan dalam penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat yang berpotensi wabah: Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 t7 d. Menurunnya prevalensi merokok pada usia s 18 Tahun. 3. Meningkatnya Akses dan Mutu Fasilitas Pelayanan Kesehatan, dengan sasaran yang akan dicapai adalah: a. Jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas yang terakreditasi; b. 4. Jumlah kab/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang terakreditasi. Meningkatnya akses, kemandirian, dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan, dengan sasaran yang akan dicapai adalah: a. Persentase ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas; b. Jumlah bahan baku obat, obat tradisional serta alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri; c. Persentase produk alat kesehatan dan PKRT di peredaran yang memenuhi syarat. 5. Meningkatnya Jumlah, Jenis, Kualitas dan Pemerataan Tenaga Kesehatan, dengan sasaran yang akan dicapai adalah: a. Jumlah Puskesmas yang minimal memiliki 5 jenis tenaga kesehatan; b. Persentase RS kab/kota kelas C yang memiliki 4 dokter spesialis dasar dan 3 dokter spesialis penunjang; c. 6. Jumlah SDM Kesehatan yang ditingkatkan kompetensinya. Meningkatnya sinergitas antar Kementerian/Lembaga, dengan sasaran yang akan dicapai adalah: a. Meningkatnya jumlah kementerian lain yang mendukung pembangungan kesehatan, b. Meningkatnya persentase kab/kota yang mendapat predikat baik dalam pelaksanaan SPM. 7. Meningkatnya daya guna kemitraan dalam dan luar negeri, dengan sasaran yang akan dicapai adalah: a. Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSR untuk program kesehatan; Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 18 b' Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber dayanya untuk mendukung kesehatan; c. Jumlah kesepakatan kerjasama luar negeri di bidang kesehatan yang diimplementasikan. 8. Meningkatnya integrasi perencanaan, bimbingan teknis dan pemantauanevaluasi, dengan sasaran yang akan dicapai adalah: a' Jumlah provinsi yang memiliki rencana lima tahun dan anggaran kesehatan terintegrasi dari berbagai sumber; b. Jumlah 9. rekomendasi monitoring evaluasi terpadu. Meningkatnya efektivitas penelitian dan pengembangan kesehatan, dengan sasaran yang akan dicapai adalah: a. Jumlah hasil penelitian yang didaftarkan HKI; b' Jumlah rekomendasi kebijakan berbasis penelitian dan pengembangan kesehatan yang diadvokasikan ke pengelola program kesehatan dan atau pemangku kepentingan; c- Jumlah laporan Riset Kesehatan Nasional (Riskesnas) bidang kesehatan dan gizi masyarakat. 10. Meningkatnya tata kelola kepemerintahan yang baik dan bersih, dengan sasaran yang akan dicapai adalah: a. Persentase satuan kerja yang dilakukan audit memiliki temuan kerugian negara 31o/o. 11. Meningkatnya kompetensi dan kinerja aparatur Kementerian Kesehatan, dengan sasaran yang akan dicapai adalah: a. Meningkatnya persentase pejabat struktural di lingkungan Kementerian Kesehatan yang kompetensinya sesuai persyaratan jabatan; b. Meningkatnya persentase pegawai Kementerian Kesehatan dengan nilai kinerja minimal baik. Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 19 I / 12. Meningkatnya sistem informasi kesehatan terintegrasi, dengan sasaran yang akan dicapai adalah: a. Meningkatnya persentase Kab/Kota yang melaporkan data kesehatan prioritas secara lengkap dan tepat waktu; b. Persentase ketersediaan jaringan komunikasi data yang diperuntukkan untuk akses pelayanan e-health. B. Perjanjian Kineria Tahun 2015 Perjanjian Kinerja merupakan amanat dari Peraturan Presiden Republik fndonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dan sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Dokumen Perjanjian Kinerja merupakan dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja. Penjabaran Renstra Kementerian Kesehatan ke dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2015 beserta rincian indikator dan targetnya adalah sebagai berikut: Tabel 2.1. Perjanjian Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target (1) (2) (3) (4) Persentase persalinan di fasilitas 75o/o 1 Meningkatnya Kesehatan 1 Masyarakat kesehatan 2 Persentase ibu hamil kurang energi kronik 3 Persentase Kabupaten/Kota yang Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 24.2 o/o 40o/o 20 No Sasaran Strategis lndikator Kineria Targel (1) (2) (3) (4) memiliki Kebijakan Perilaku Hidup Sehat dan Bersih 2 Meningkatnya 1 Pengendalian Penyakit Persentase Kab/Kota yang 20o/o memenuhi kualitas kesehatan lingkungan 2 Persentase penurunan kasus 7o/o penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3l) tertentu 3 Persentase Kabupaten/Kota yang 29o/o mempunyai kebijakan kesiapsiagaan dalam penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat yang berpotensiwabah 4 Persentase penurunan prevalensi 6.9o/o merokok pada usia s 18 tahun 3 Meningkatnya akses dan 1 Jumlah Kecamatan yang memiliki Mutu Fasilitas Pelayanan minimal 1 puskesmas yang Kesehataan tersertifi kasi akreditasi 2 Kabupaten/Kota yang memiliki 350 94 minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional 4 Meningkatnya akses, kemandirian, dan mutu 1 Persentase ketersediaan obat dan 77o/o vaksin di Puskesmas sediaan farmasi dan alat kesehatan 2 Jumlah bahan baku obat dan obat 7 tradisional serta Alat Kesehatan Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 2t No Sasaran Strategis Indikator Kinefa Targel (1) (2) (3) (4) (Alkes) yang diproduksi di dalam negeri (kumulatif) 3 Persentase produk Alkes dan 75o/o PKRT di peredaran yang memenuhi syarat 5 Meningkatnya Jumlah, ,l Jumlah Puskesmas yang minimal 1200 memiliki 5 jenis tenaga kesehatan Jenis, Kualitas dan Pemerataan Tenaga Kesehatan 2 Persentase RS Kabupaten/Kota 3Qo/o kelas C yang memiliki 4 dokter spesialis dasar dan 3 dokter spesialis penunjang 3 Jumlah diti SDM Kesehatan yang ngkatkan kompetensinya 10.2 00 (kumulatif) 6 Menin gkatnya sinergitas 1 Jumlah kementerian lain yang antar mendukung pembangunan Kementerian/Lembaga kesehatan 2 Persentase Kab/Kota yang 2Oo/o 3Oo/o mendapat predikat baik dalam pelaksanaan SPM 7 Meningkatnya daya guna 1 Jumlah dunia usaha yang kemitraan dalam dan luar memanfaatkan CSR untuk program negeri kesehatan 2 Jumlah organisasi kemasyarakatan 4 3 yang memanfaatkan sumber Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 22 No Sasaran Strategis Indilotor Kineria Target (1) (2) (3) (4) dayanya untuk mendukung kesehatan 3 Jumlah kesepakatan kerjasama I luar negeri di bidang kesehatan yang diimplementasikan 8 Meningkatnya integrasi 1 Jumlah provinsi yang memiliki perencanaan, bimbingan rencana lima tahun dan anggaran teknis dan pemantauan- kesehatan terintegrasi dari evaluasi berbagai sumber 2 Jumlah rekomendasi monitoring 9 34 evaluasi terpadu 9 Meningkatnya efektivitas 1 penelitian dan Jumlah hasil penelitian yang 13 didaftarkanHKl pengembangan kesehatan 2 Jumlah rekomendasi dan kebijakan 24 berbasis penelitian dan pengembangan kesehatan yang diadvokasikan ke pengelola program kesehatan dan atau pemangku kepentingan 3 Jumlah laporan Riset Kesehatan 1 Nasional (Riskesnas) bidang kesehatan dan gizi masyarakat 10 11 Meningkatnya tata kelola Persentase satuan kerja yang kepemerintahan yang baik dilakukan audit memiliki temuan dan bersih kerugian Negara 31o/o Meningkatnya kompetensi 1 Persentase pejabat struktural di dan kinerja aparatur lingkungan Kementerian Kementerian Kesehatan Kesehatan yang kompetensinya Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 88o/o 60% 23 No Sasaran Strategis Indikator Kineria Targel (1) (2) (3) (4) sesuai persyaratan ja batan 2 Persentase pegawai Kementerian 80o/o Kesehatan dengan nilai kinerja minimal baik 12 Meningkatnya sistem 1 Persentase Kab/Kota yang informasi kesehatan melaporkan data kesehatan integrasi prioritas secara lengkap dan tepat 3Oo/o waktu 2 Persentase tersedianya jarin gan 1Oo/o komunikasi data yang diperuntukkan untul( akses pelayanan e-health Jumlah anggaran yang dialokasikan pada Tahun 2015 untuk mencapai seluruh sasaran tersebut adalah Rp47.758.757.903.000,00 (empat puluh tujuh triliun tujuh ratus lima puluh delapan miliar tujuh ratus lima puluh tujuh juta Sembilan ratus tiga ribu rupiah). [aporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 24 f $ ffi BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. Prestasi Kementerian Kesehatan Pada tahun 2015 Kementerian Kesehatan mampu menorehkan berbagai prestasi baik di tingkat domestik maupun pengakuan di tingkat regional serta global. a. Di tingkat Internasional 1) lndonesia sebagai Lead Country pelaksanaan Project ASEAN Cities Getting to Zeros 'ASEAN Declaration of Commitment: Getting to Zerc New HIV lnfections, Zerc Discrimination and AIDS-Related Death' telah diadopsi oleh LeaderASEAN pada KTTASEAN ke-19 pada 17 November2011 di Bali, Indonesia. Inisiatif Deklarasi tersebut merupakan prakarsa dari lndonesia. Kementerian Kesehatan Rl menjadi lead country untuk melaksanakan project ASEAN Cfties Getting to Zeros. ASEAN Cffies Getting to Zeros merupakan intervensi yang menyeluruh dan melaksanakan "Getting to Zeros' dengan membentuk kemitraan lintas negara diantara kota terpilih di bawah rencana kefla ASEAN Task Force on AIDS (ATFOA). Focal Point ATFOA Indonesia adalah Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular dan Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional. 13 kota dari 8 negara anggota ASFAN (kecuali Brunei dan Singapura) berpartisipasi dalam proyek ini. Adapun Kota di Indonesia yang berpartisipasi dalam projek ini adalah Kab. Badung, Kota Denpasar dan Kota Jakarta Barat. Dalam rangka melaksanakan proyek tersebut, Indonesia selaku /ead country ditugaskan untuk menyusun panduan pelaksanaan untuk kawasan ASEAN yang berisi panduan umum dalam hal: a) kriteria kota yang akan dipilih, b) strategi, c) pelaksanaan dan koordinasi serta d) targeUindikator Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 25 serta monitoring dan evaluasi. Melalui dokumen ASEAN Citis Partnership, Indonesia berhasil mengumpulkan walikota-walikota dari kabupaten/kota yang berpartisipasi dalam projek ASEAN Cffies Getting to Zeros untuk meningkatkan komitmen/dukungan politis mereka terhadap project yang bertujuan untuk menekan laju angka pertambahan penderita AIDS baru, menekan stigma terhadap ODHA dan menurunkan angka kematian yang disebabkan oleh AIDS di tahun 2015. Pada fase 1, Indonesia berhasil mengembangkan assess/nent and tool yang digunakan untuk membantu kab/kota yang berpartisipasi untuk memperoleh baseline data, melakukan rapid planning assessmenf terhadap faktor internal dan faktor eksternal serta menyusun strategi intervensi untuk monitoring dan evaluasi. Pada fase 2, dengan bantuan teknis dari konsultan, data yang dikumpulkan dari seluruh kab/kota dianalisis guna memperoleh rekomendasi. Sejak digulirkannya ASEAN Cities Getting to Zero, terdapat output yang signifikan di level global sehingga memberikan harapan bahwa pandemic HIV/AIDS dapat dihentikan tahun 2030. Paparan The ASEAN Cfties Getting to Zero: Localizing The Three Zeros pada pertemuan para walikota beserta jajaran pemerintah di sela- sela pertemuan 2Uh lntemational A/DS Conference menghasilkan rekomend a$ Fast-Track-Cities memajukan target pengakhiran HIV/AIDS di tahun 2020. Pada pertemuan ASEA,V Task Force Meeting ke-23 bulan Juli 2015, seluruh negara ASEAN sepakat terhadap rekomendasi Fast-Track-Cities memajukan target pengakhiran HIV/AIDS pendekatan 90-90-90, yaitu di tahun 2020 dengan di tahun 2020 90o/o penderita HIV/AIDS mengetahui status penyakitnya, 9oo/o mendapat terapi antiretroviral yang Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 26 berkelanjutan serta 90% virus HIV dapat ditekan setelah mendapatkan terapi yang berkelanjutan. 2) Regional Workshop on lncrease Access to Health Servtbes for ASEAN People in Collaboration with WHO Penyelenggaraan "Regional Workshop on lncrease Access to Health Servrbes for ASEAN People in Collaboration with WHO " merupakan mandat Indonesia sebagai Lead Country pada Working Group lncrease Access. Pertemuan dilaksanakan di Batam, Indonesia, pada tanggal 3 - 5 Maret 2015. Pertemuan dihadiri oleh 7 (tujuh) negara anggota ASEAN (lndonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, Kamboja dan Lao PDR), serta perwakilan dari WHO SEARO, WHO WPRO, ASEAN Secretaiat. Output pertemuan berupa Recommendations on Regional Workshop on lncreasing Access to Health Servrbes for ASEAN People yang merupakan kesepakatan yang berisi strategi regional beserta kegiatan yang akan dikerjasamakan untuk periode post-2O15 sbb: a) Strategy l: lmprove health quality by promoting accessibility, community empowerment, and revitalization of the pimary health care approach including innovation in delivery system, 'self-care concept", health workforce development, border healthcare technical assisfance, adequate resources/finances through apprcpriate means, focusing on people at risk and vulnerable groups such as people at the borders and remote areas. b) Possrble Regional Activities : lncrease capacity building in healthy border management including hands-on training for workers and sharing training modules for health boder volunteers; Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 27 c) Strategy ll: Promote increased access to safe, standard, affodable and appropriate health technology, essentra/ drugs and, traditional medicine, including in the border and remote arcas. d) Possible Regional pinciples on an Activity : a) Develop ASEAN common guiding essenfia/ health services package, including NCDs Matemal and Child Health , and basrb immunization in PHC; b) Develop guiding principles for accreditation of primary level carc; e) Strategy lll: Enhance communication, knowledge management, shaing of good practices and information on increase access to heafth services. f) Possrble Regional Activity : Sharing knowledge thrcugh training modules, information, and best pracfices rn managing and increasing access to primary healthcare serurbes, including bilateral worl< on access to health care and healthy borders; g) Strategy lV: Strengthen multi-sectoral cooperation, paftnerchip and networking with paftners including NGOs and pivate sector on increasing access to health servrbes. Possrble Regional Activity : Promote bilateral and multilateral dialogue between counties & in regional platforms and rclevanf secfors; h) Strategy V: Promote evidence-based advocacy, health policy and decision making on identified issues on increasing access fo health servrbes for ASEAN people at the borders and remote areas in particular. Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 28 Possible Regional Activity : a) ldentify gaps & opportunities aligned to global & regional research initiatives/assesmenf) that can be applied to health policies; and b)ldentify common indicators to measure regional progress in implementation of the proposed sfrafegies Gambar 3.1. RegionalWorkshop on lncrease Access to Health Servr'ces for ASEAN People in Collaboration with WHO. @atam, Indonesia, 3 3) dh Meeting of - 5 Maret 2015) ASEAN Working Group on Pandemic Preparedness and Response (AWGPPR) lndonesia pada tahun 2015 menyelenggarakan 'dh Meeting of ASEAN Working Group on Pandemic Preparedness and Response (AWGPPR)' sebagai mandat TOR AWGPPR yang dilaksanakan di Jakarta, Indonesia pada tanggal 8 - 10 Desember 2015. Pertemuan di hadiri oleh 7 Negara Anggota ASEAN, yaitu Brunei Darussalam, Cambodia, Indonesia, Lao PDR, Filipina, Singapura, dan Thailand, serta perwakilan dari WHO Representative to Indonesia, ASEAN Secretariat. Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 29 Tujuan pertemuan AWGPPR ke-6 adalah untuk mereview perkembangan workplan AWGPPR serta membahas tindak lanjut working group berupa prioritas kegiatan Cluster 2yang menjadi usulan AWGPPR. Pertemuan AWGPPR ke-6 merupakan pertemuan working group terakhir sebelum kegiatannya dilebur dalam Cluster 2 Responding to all hazads and emerging threats sesuai dengan ASEAN Post-2015 HDA. Beberapa kegiatan yang telah disepakati dan diusulkan oleh AWGPPR untuk tetap dilaksanakan paska 2015 melalui kegiatan di bawah Cluster 2 diantaranya adalah: a) Ensure efficient busrness continuity management (BCM) in essential seruice and business secfor among AMS; b) Build capacity of AMS on BCM; c) Surueillance program customized accoding to health priorities under cluster 2; d) Regional simulation (e-simulation, table top exercise); e) Stockpile emetgency operation; f) Capacity building through trcining (ogistic, manpower, and other); g) Strengthening logistic support for PPR/EID control and prevention; h) Biodiaspora prcject phase ll. Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 of health workers on infection Gambar 3.2. * Ueting of ASEAN Working Grcup on Pandemic Preparedness and Response (AWGPPR). Jakarta, Indonesia, 8 - 10 Desember 2015 4) Ditingkat Nasional Keberhasilan Program Pengendalian Penyakit Lingkungan tahun 2015 diantaranya dan Penyehatan : a) Penyerahan Sertifikat Eliminasi Malaria kepada 232kablkota. b) Peringatan Hari Malaria Sedunia dan Peresmian Malaria Center di Kabupaten Fak-fak c) 137 l<abl Kota berhasil mewujudkan lGbupaten Kota Sehat dan memperoleh penghargaan d) 26.417 desa melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat e) Pembangunan Sarana Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (PAM-STBM) di 77 lokasi D Pemberian penghargaan terhadap upaya pengendalian dampak tembakau di Indonesia dalam Rangkaian acara The 2nd lndonesian Conference on Tobaca or Health laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 31 g) Pelayanan publik kekarantinaan kesehatan berbasis elektronik (pendaftaran vaksinasi online) dan penerbitan dokumen kesehatan secara elektronik h) Penghargaan Menteri Kesehatan Rl untuk Green Office Tingkat UPT Ditjen PP dan PL Pada HKN 2014 lmplementasi Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) melalui aplikasi website di seluruh provinsi berbasis data mingguan puskesmas yang dapat segera direspon untuk mencegah terjadinnya KLB lmplementasi sistem surveilans berbasais kejadian melalui posko KLB yang beroprasi selama 24 jam termasuk hari libur. k) Penganugerahan Satuan Kerja Berpredikat WBBM Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi (Kemen PAN & RB) menganugrahkan predikat Wilayah Birokrasi Bersih Melayani WBBM) kepada satuan kerja Kementerian Kesehatan, RS. Dr. Kariadi Semarang sebagai satuan kerja yang memiliki predikat WBBM tahun 2015.. Penghargaan Unit Pengendalian Gratifikasi Terbaik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memberikan penghargaan kepada Kementerian Kesehatan sebagai Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah dengan UPG terbaik tahun 2015 kategori Kementerian/Lembaga yang telah menerapkan Program Pengendalian Gratifikasi dan jumlah pelaporan gratifikasi terbanyak. m) Pelaksanaan Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Menindaklanjuti Instruksi Presiden Pencegahan dan No. 712015 tentang Aksi Pemberantasan Korupsi (PPK) tahun 2O15, Kementerian Kesehatan telah melaksanakan seluruh target capaian pada checkpoint 807, 809, dan B'12. Hasil yang didapat dari verifikasi/penilaian seluruh aksi PPK oleh Bappenas, kementerian Kesehatan mendapat nilai 100o/o dengan indikator warna HIJAU. Adapun Aksi PPK untuk Kementerian Kesehatan pada tahun 2015 adalah: Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 20L5 32 Optimalisasi pelaksanaan whistle blowing sysfem (WBS) dan jaminan perlindungan terhadap whistle blowerlpelapor yang terintegrasi di Kementerian/Lembaga. Pelaksanaan upaya pengendalian gratifikasi di Kementerian Kesehatan. Transparansi pelaksanaan layanan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Rumah Sakit yang bekerjasama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan). Pelaksanaan transparansi dan akuntabilitas dalam mekanisme pengadaan barang dan jasa. Penyampaian data dan informasi yang berkaitan dengan perpajakan dari Kementerian, lembaga, dan instansi pemerintah. B. Capaian Kineria Organisasi Capaian kinerja organisasi Kementerian Kesehatan pada tahun 2015 akan diuraikan menurut Sasaran Strategis Kementerian Kesehatan. 1. Sasaran Strategis 1: Meningkatnya Kesehatan Masyarakat Indikator yang terkait sasaran strategis ini adalah: a. Persentase persalinan di fasilitas kesehatan Pertolongan persalinan merupakan bagian dari proses pelayanan persalinan. Proses persalinan membutuhkan penanganan oleh tenaga kesehatan (dokter atau bidan) yang dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan. Sasaran Strategis Kementerian Kesehatan adalah meningkatnya Kesehatan Masyarakat, dengan salah satu sasaran yang akan dicapai adalah meningkatnya persentase persalinan di fasilitas kesehatan sampai pada pada akhir tahun 2019 sebesar 85o/o. Indikator PF merupakan Indikator Kinerja Utama (lKU) yang baru dimasukkan dalam Renstra Kementerian Kesehatan periode 2015-2019. Pada tahun 2015 capaian indikator PF sebesar 78,43o/o (target Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 75%o). 33 Definisi operasional persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan adalah persentase ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan sesuai standar oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan. Pengukuran persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan ditentukan melalui jumlah ibu bersalin di wilayah kerja puskesmas yang mendapatkan pertolongan sesuai standar oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan dalam kurun waktu satu tahun dibandingkan dengan jumlah sasaran ibu bersalin yang ada di wilayah kerja puskesmas dalam kurun waktu satu tahun yang sama dikali lOOo/o. Indikator ini memperlihatkan tingkat kemampuan pemerintah untuk menyediakan pelayanan persalinan berkualitas mencakup ketersediaan SDM, sarana prasarana dan meningkatkan akses pelayanan persalinan dalam upaya penurunan angka kematian ibu, dan neonatal. Grafik 3.1. Persentase persalinan difasilitas pelayanan kesehatan (PF) tahun 2O1r2O19 90 85 80 lTarget I 75 70 20L6 2017 Sumber Data: Dit Kesehatan lbu Tahun 2015 Dalam upaya peningkatan cakupan PF tersebut, pada tahun 2015 dilaksanakan berbagai kegiatan, yaitu: 1) Pertemuan orientasi pelayanan persalinan dan nifas sesuai standar melalui dukungan organisasi profesi dan lintas program; 2) Orientasi pedoman penyeliaan fasilitasi; Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 34 3) Fasilitasi dan pendampingan pusat dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu, KB dan reproduksi. Faktor pendukung keberhasilan: 1) Dukungan regulasi pelayanan kesehatan ibu dan anak oleh pemerintah daerah; 2) Dukungan lintas program, lintas sektor dan organisasi profesi terkait upaya percepatan penurunan kematian ibu. Faktor yang masih menjadi hambatan: 1) Rendahnya pemahaman ibu mengenai pentingnya ANC; 2) Sulitnya akses ibu hamil terhadap tempat pelayanan persalinan; 3) Rendahnya dukungan keluarga terkait keputusan penetapan tempat persalinan di Fasyankes. Penyebab langsung (Direct Obstetric Death\ kematian ibu disebabkan oleh komplikasi obstetri pada masa hamil, bersalin dan nifas, atau kematian yang disebabkan oleh suatu tindakan, atau berbagai hal yang terjadi akibat tindakan yang dihkukan selama hamil, bersalin atau nifas terkait erat dengan faktor penolong persalinan dan tempaUfasilitas persalinan. Walaupun secara nasional target indikator PF tersebut telah tercapai, namun masih terdapat disparitas cakupan antar provinsi. Terdapat kesenjangan cakupan yang cukup besar, yaitu cakupan tertinggi pada Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 97.51o/o dan terendah di Provinsi Papua yang hanya mencapai 11.89o/o. Terdapat 21 provinsi yang realisasinya di bawah target nasional, yaitu Sulawesi Barat, Kalimantan Utara, Sumatera Barat, Kepulauan Riau, Sulawesi Utara, Riau, Aceh, Sumatera Utara, NTT, Bengkulu, Kalimantan Barat, Gorontalo, Kalimantan Selatan, Maluku Utara, Sulawesi Tenggara, Jambi, Sulawesi Tengah, Kalimantan Tengah, Papua Barat, Maluku, Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 dan Papua. Capaian 35 persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan secara nasional dapat dilihat pada grafik berikut: Grafik 3.2. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan difasilitas pelayanan kesehatan (PF) tahun 2015 NureTen3jen Errlt JrweTlmur Brll - J.w.B|7|t lrmgun3 Indonoh Sumrten Srlrten Srdrwrsl Elrrt Sulrwol lftrrr Target PF Aceh Trn33tr Tlmur l(dim.nt n B.r.t XdknrntrnSehrn Suhwrrifrn33ue Nusr Renstra Kemenkes 2Ol5=75% SuhweslTrn3eh Prpur hrrt 60,00 )o 100,00 120,00 Sumber data: Laporan- Rutin Direffiorat Bina Kesehatan lbu Tahun 2015 - di fasilitas kesehatan terbukti berkontribusi terhadap turunnya risiko kematian ibu karena Persalinan yang ditolong tenaga kesehatan memperoleh pelayanan dengan sarana yang memadai, oleh tenaga kesehatan yang terlatih, serta mendapatkan penanganan kegawatdaruratan yang komprehensif. Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan adalah mendorong seluruh persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan. Ketika ibu hamil yang di daerahnya tidak terdapat bidan atau memang memiliki kondisi penyulit, maka pada saat menjelang hari taksiran [aporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 persallnan diupayakan sudah berada di dekat fasilitas pelayanan kesehatan, yaitu dapat tinggal di rumah tunggu kelahiran. Rumah tunggu kelahiran tersebut dapat berupa rumah tunggu khusus maupun di rumah sanak saudara yang dekat dengan fasilitas kesehatan. Fokus pengembangan rumah tunggu kelahiran adalah pada Daerah Terpencil Perbatasan Kepulauan (DTPK). Sampai tahun 2011, tercatat 6 buah (12o/o) rumah tunggu kelahiran di wilayah puskesmas DTPK dan meningkat pada tahun 2013 sebanyak 597 rumah tunggu. Gambar 3.3. Konseling lbu Hamil di Puskesmas Keberhasilan pencapaian target indikator PF merupakan hasil dari kerja keras dan pelaksanaan berbagai program yang dilakukan oleh berbagai pihak terkait. Melihat penyerapan anggaran sebesar gO,24o/o dari alokasi anggaran sebesar Rp69,300,950,000, capaian indikator persalinan di fasilitas kesehatan sebesar 78,43o/o (dari target 75Yo). Hal ini menunjukkan Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 37 korelasi yang positif sekaligus menunjukkan pemakaian anggaran yang efisien. Hal ini bisa dicapai karena mengoptimalkan sumber daya yang ada. Rencana tindak lanjut untuk meningkatkan cakupan PF yaitu mengalokasikan biaya transportasi dan akomodasi ibu ke fasilitas kesehatan melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) non fisik yaitu Jaminan Persali nan (Jampersal). ?rei.t r" lj + :.F Gambar 3.4. Penyuluhan kepada ibu hamil 1. Konseling dalam Kelas lbu 2. Penyediaan Rumah Tunggu kelahiran 3. Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan 4. b. Komplikasi (P4K) Dukungan Program Jampersal Persentase ibu hamil kurang energi kronik Kondisi kurang energi kronis pada ibu hamil akan terjadijika kebutuhan akan tubuh tidak mencukupi. Keadaan kurang energi kronis pada ibu hamil dapat dimonitor dengan melakukan pengukuran lingkar lengan atas Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 38 ibu hamil. lbu hamil sebaiknya memiliki lingkar lengan atas lebih dari 23,5 cm pada 3 bulan pertama kehamilan. lbu hamil selain membutuhkan energi untuk dirinya, energi juga dibutuhkan untuk pertumbuhan janin dalam kandungannya. Indikator ibu hamil KEK merupakan indikator untuk mengurangi risiko persalinan, pertumbuhan dan perkembangan anak dikemudian hari. Kekurangan energi kronik pada ibu hamil berdampak pada pertumbuhan janin didalam kandungan ibu, dimungkinkan akan melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Kondisi KEK pada ibu hamil ini harus segera ditindaklanjuti untuk menurunkan angka kejadian BBLR sehingga risiko kematian bayi atau neonatal yang disebabkan BBLR dapat diturunkan. Persentase ibu hamil KEK diharapkan turun sebesar 1,5o/o setiap tahunnya. Dimulai pada tahun 2015 dengan batasan 24,2o/o ibu hamil KEK hingga pada akhir tahun 2019 diharapkan persentase ibu hamil KEK dibawah 18,2o/o. Persentase ibu hamil KEK pada tahun 2015 diharapkan tidak febih dari 24,2o/o. Sementara hasil survey pemantauan status gizi tahun 2015 menunjukka angka 13,3o/o. Indikator bumil KEK merupakan salah satu indikator baru di Kementerian Kesehatan daan merupakan indikator outcome. Target pemerintah pada tahun 2015 ini adalah sebanyak 24,2o/o ibu hamil KEK dibandingkan dengan seluruh ibu hamil. Data ibu hamil KEK diperoleh dengan membandingkan antara Jumlah ibu hamil dengan Lil-A < 23,5 cm dibagijumlah ibu hamil yang diukur LilA) dikafi 10Oo/o. Data bumil KEK ini didapat berdasarkan Riset Kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013. Prosentase ibu hamil KEK berdasarkan hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2015 sebesar 13,3o/o. Capaian bumil Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 39 KEK dibawah target merupakan hal yang diharapkan. hal ini menandakan kegiatan yang dilakukan untuk menurunkan angka bumil KEK berhasil. Grafik 3.3. Target persentase ibu hamil KEK tahun 2015-2019 30 25 20 I 15 I 10 Target 5 0 201s 20L6 20L7 2018 2019 Sumber data: Pemantauan sfafus gizi tahun 2015 Faktor pendukung keberhasilan: 1. Penyediaan Pemberian Makanan 2. Distribusi tablet tambah darah; 3. Konseling gizi bagi ibu hamil; Tambahan (PMT) ibu hamil; 4. Pemberian Tablet Tambah Darah (T-TD) pada remaja putri; 5. Kampanye gizi seimbang; 6. Promosi keluarga sadar gizi; 7. Program 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK); 8. Kegiatan kelas ibu hamil; 9. Penyelenggaraan kegiatan antenatal di puskesmas. Faktor yang masih menjadi hambatan: 1. PMT bumil tidak sepenuhnya tepat sasaran; 2. Jumlah PMT yang diberikan belum sesuai kebutuhan ibu hamil; 3. Kesediaan ibu hamil untuk mengkonsumsi PMT ibu hamil; 4. 5. 6. PMT lokal belum sesuai standar; Logistik TTD tidak mencukupi (terlambat dalam penyediaanya); Kepatuhan ibu dalam meminum TTD masih rendah. Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 40 Melihat penyerapan anggaran sebesar 91,260/o dari alokasi sebesar Rp 394,232,275,000, capaian indikator ibu hamil KEK sebesar 13,2o/o (dari target 24,2%). Hal ini menunjukkan korelasi yang positif sekaligus menunjukkan pemakaian anggaran yang efisien. Hal ini bisa dicapai karena mengoptimalkan sumber daya dan keterpaduan antar program. Rencana tindak lanjut untuk meningkatkan cakupan ibu hamil KEK, yaitu melakukan validasi data ibu hamil yang membutuhkan PMT, konseling ibu tentang gizi seimbang, penyuluhan gizi di kelas ibu, penyediaan PMT dan TTD bumil sesuaijumlah sasaran. Persentase kabupaterldan kota yang memiliki kebijakan Perilaku Hidup Sehat dan Bersih (PHBS) Dalam rangka mendukung pelaksanaan perilaku hidup sehat, diperlukan kebrlakan PHBS di daerah. Adapun yang dimaksud persentase kabupaten dan kota yang membuat kebijakan yang mendukung PHBS minimal 1 kebijakan baru per tahun. Kebijakan yang mendukung sehat adalah kebijakan mendukung kesehatan/PHBS/perilaku sehat dalam bentuk Peraturan Daerah, kesehatan/PHBS/perilaku Peraturan BupatiM/alikota, Instruksi BupatiMalikota, Surat Keputusan BupatiMalikota, Surat Edaran/Himbauan BupatiMalikota pada tahun tersebut. Grafik 3.4. Target dan Capaian Persentase Kabupaten/Kota yang Memiliki Kebijakan PHBS Tahun 201 5 50% 4OAl' 3096 20 LOo/. Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 4t Pada tahun 2015, capaian kabupatenftota yang memiliki kebiiakan PHBS sebanyak 44o/o atau sebanyak 228l<abupatenftota. Persentase ini mencapai 11Oo/o dari target yang ditetapkan pada tahun 2015. Hasil ini menunjukkan bahwa target lGbupaten/Kota yang memiliki kebiiakan PHBS tahun 2015 telah tercapai. Apabila dibandingkan dengan target akhir Renstra, capaian tahun 2015 sudah mencapai 637o dari target sebanyak 707o kabupatenftota yang memiliki kebijakan PHBS tahun 2019. Grafik 3.5. Capaian Kab/Kotra yang memiliki Kebijakan PHBS per ProvinsiTahun 2015 o Berdasarkan grafik di atias, provinsi yang mempunyai kabupatenftota yang memiliki kebijakan PHBS pada tahun 2015 terbanyak adalah Jawa Tengah(31 lGbupaten/Kota), Sumatera Utara dan Jawa Barat (13 kabupaten/kota), Sumatera Barat (12 kabupaten/kota) dan Jawa Timur (11 Kabupaten/kota). Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 Upaya yang dilakukan oleh Pusat Promosi Kesehatan untuk mencapai presentase Kabupaten/Kota yang memiliki kebijakan PHBS adalah mengintegrasikan dengan kegiatan yang ada dengan melibatkan pemerintah daerah antara lain : 1) Sosialisasi Pajak/cukai rokok dalam rangka Penggalangan Komitmen dalam Pengendalian Tembakau Sosialisasi ini selain bertujuan dalam rangka Pengendalian Tembakau juga diintegrasikan dengan penggalangan komitmen Pemerintah Daerah untuk mengeluarkan kebijakan PHBS khususnya tentang Perilaku Merokok. Sasaran kegiatan ini adalah pemegang kebijakan di Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. 2) Pelaksanaan Penggalangan komitmen dengan Pemerintah derah dalam Mendukung Percepatan AKI dan AKB Pelaksanaan Penggalangan Komitmen dalam rangka Percepatan AKI dan AKB selain untuk mendorong Kebijakan Publik Berwawasan Kesehatan pada level provinsi menyangkut kebijakan AKI dan AKB, juga mendorong Kabupaten/Kota untuk mengeluarkan kebijakan PHBS seperti Kebijakan Pemberian ASI Eksklusif, Perlindungan dan Peningkatan Kesehatan lbu, Bayi dan Anak Balita, Pelaksanaan PHBS pada 5 Tatanan, Pertolongan persalinan harus di Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan lain-lain. 3) Pelaksanaan Advokasi Kebijakan Publik Berwawasan Kesehatan di 3 provinsi Terpilih ini juga diintegrasikan selain untuk mendorong Kebijakan Publik Berwawasan Kesehatan juga mendorong Kab./Kota Pertemuan untuk mengeluarkan kebijakan PHBS. Pertemuan ini dilakukan Makassar dengan mengundang 34 Propinsi dan 100 Kab./Kota sebagaiwilayah target dari Peningkatan KlA. 4) lmplementasi Model Intervensi di Daerah [aporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 di 43 Model Intervensi Promosi Kesehatan merupaka model promosi kesehatan yang implementasikan oleh daerah sesiao dengan spesifik lokal dan diharapkan keluarnya kebijakan PHBS atau sebagai implementasi dari Kebijakan PHBS yang telah dikeluarkan. Untuk tahun 2015, daerah sasaran (Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara dan Batam) untuk melakukan kegiatan terkait model WPS dan PPIA untuk wilayah sasaran (Jawa Timur dan Jawa Barat) dalam bentuk kegiatan koordinasi, standarisasi, advokasi kepada lokasi tempat hiburan, orientasi peer educafor, sosialisasi bagi kelompok sasaran dan monitoring dan evaluasi. 5) Pendampingan melalui audiensi pada daerah yang sedang menyusun kebijakan terkait PHBS Kegiatan ini bertujuan sebagai pendampingan penyusunan kebijakan PHBS disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi di tiap daerah yang melakukan audiensi dengan Pusat Promosi Kesehatan 6) Peningkatan kapasitas petugas provinsi dan kabupaten melalui Pelatihan Advokasi untuk menetapkan kebijakan PHBS. Nilai-nilai positif atau pembelajaran yang bisa diambil dari indikator kebijakan PHBS sehingga dapat menjadi acuan bagi program selanjutnya yaitu: 1) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat menjadi program milik bersama antara pusat, daerah, lintas program, lintas sektor, dunia usaha dan masyarakat. 2) Kebijakan PHBS di kabupaten/kota mendorong adanya pembiayaan dan pelaksanaan kegiatan dari pemerintah dkabupaten/kota agar masyarakat melakukan perihku sehat. Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 44 Prestasi yang dicapai dalam indikator kebijakan PHBS di kabupaten/kota di tahun 2015 adalah ada Kabupaten/Kota mengeluarkan kebijakan PHBS: 1) Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu mengeluarkan Keputusan Bupati Nomor 124 tahun 2015 tentang PHBS di 5 tatanan. 2) Kabupaten Bangka, Kepulauan Bangka Belitung mengeluarkan Keputusan Bupaten Bangka Nomor 1 tahun 2015 tentang PHBS. 2. Sasaran Strategis 2: Meningkatnya Pengendalian Penyakit Yang dimaksud dengan pengendalian penyakit adalah suatu tindakan atau aktivitas yang bertujuan untuk mengurangi, menekan atau melenyapkan faktor risiko penyakit dan atau gangguan kesehatan baik menular maupun tidak menular. Indikator yang terkait sasaran strategis ini adalah: a. Persentase kab/kota yang memenuhi kualitas kesehatan lingkungan 1) Penjelasan indikator Direktorat Penyehatan Lingkungan memiliki sepuluh indikator dimana pelaksanaan kesembilan indikator kinerja kegiatan dalam rangka mewujudkan sebuah indikator kinerja program yaitu Persentase kabupaten/kota yang memenuhi kualitas kesehatan lingkungan (indikator komposit). Peningkatan kualitas kesling pada kab/kota tercapai dengan kriteria minimal 4 dari 6 kriteria yang diambil dari indikator kinerja kegiatan meliputi Memiliki Desa/kel melaksanakan STBM minimal 2Oo/oi Menyelenggarakan kab/kota sehat; Melakukan pengawasan kualitas air minum minimal o/o; 30o/o; TPM memenuhi syarat kesehatan minimal 8 TTU memenuhi syarat kesehatan minimal 30o/oi RS melaksanakan pengelolaan limbah medis minimal 10%. Laporan capaian kesembilan indikator kinerja kegiatan lah yang dipakai untuk mendapatkan capaian indikator kinerja program tersebut. Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 45 Diharapkan dengan tenrujudnya kualitas kesehatan lingkungan yang baik pada suatu daerah maka angka kesakitan dapat ditekan dimana lingkungan merupakan salah satu faktor penentu kesehatan manusia. 2) Gambaran capaian target dan realisasi tahun 2015 Pada Th 20'15, target indikator Persentase lGbupaten/Kota yang Memenuhi Kualitas Kesehatan Lingkungan sebesar 20 o/o (103 kab/ kota dari 514 kab/ kota). Sedangkan realisasi indikator tersebut sebesar 27.63 o/o (142 kab/ kota). ltu berarti realisasi indikator tersebut sudah mencapai target indikator dengan capaian kinerja sebesar 138.13 o/o. Grafik 3.6. Target Dan Realisasi lndikator Persentase Kabupaten/Kota Yang Memenuhi Kualitas Kesehatran Lingkungan Tahun 2015 30.00 25.00 20.00 15.00 10.00 5.00 0.00 to*.n"''*ti ;;;*r;;;il;." Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 I vo firhr|l O-25 di o/o kab/ propinsi kota 26-5O I E ffiffi o/o kab/ kota di propinsi Sl-75 o/o kab/ di propinsi kota 76-LOO o/ol<ab/ kota di propinsi Gambar 3.5. Realisasi Per Propinsi lndikator Persentase Kabupaten/Kota Yang Memenuhi Kualitas Kesehatan Lingkungan Tahun 2015 Pada tahun 2015, baru terdapat 3 propinsi (9 o/o) yang berada di zona hijau yaitu Gorontalo, DIY dan Sumatera Barat; 5 propinsi (15 %) di zona kuning yaitu Riau, Jambi, Bangka Belitung, Jawa Tengah dan Bali; 7 (21 Yo) propinsi berada di zona oranye yaitu berada Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur, NTB, Kalimantan Timur dan Sulawesi Barat; dan terakhir 19 (55 %) propinsi masih berada di zona merah. Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 47 Pada tahun 2015, realisasi nasional kesemua indikator sudah mencapai target nasional. Propinsi dengan realisasi paling tinggi yaitu Gorontalo. Sedangkan propinsi dengan realisasi paling rendah Papua Barat. Terdapat 16 Propinsi (47 %o) sudah berada di atas target nasional. Sementara terdapat 18 Propinsi (53 %) masih berada di bawah target nasional. Grafik 3.8. Penyandingan Capaian Kinerja Dan RealisasiAnggaran Indikator Persentase Kab/Kota Yang Memenuhi Kualitas Kesehatan Lingkungan Tahun 2015 I [34-13 | r4() r20 1()() ao 6() 40 20 o C/\P/AIANKINERIA REALISASIANGGARAN Pada tahun 2015, anggaran yang dialokasikan untuk pelaksanaan indikator Persentase Kabupaten/Kota yang Memenuhi Kualitas Kesehatan Lingkungan sebesar Rp 327,508,693,000 dan realisasi anggaran untuk pelaksanaan indikator tersebut sebesar 81.36 o/o atau Rp 266,474,345,409. Target indikator yang ditetapkan sebesar 20 o/o dan realisasi indikator tersebut sebesar 27.63 % sehingga capaian kinerja yang diperoleh sebesar 138.31 %. ltu berarti terwujud efisiensi anggaran karena capaian kinerja sebesar 138.13 % dapat terwujud dengan 81.36 % anggaran. 3) Capaian indikator ini tahun 2015 dipengaruhi oleh: a) Upaya yang Dilaksanakan Mencapai Target lndikator Pengalokasian dana APBN dalam bentuk dana dekonsentrasi di 34 propinsi dan dana tugas pembantuan di 116 Kabupaten pada 25 Provinsi. Advokasi dan sosialisasi kepada Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten dalam rangka internalisasi kegiatan penyehatan Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 lingkungan serta agar tersusun peraturan daerah terkait penyehatan lingkungan. Melakukan koordinasi & sinergi antar instansi, stakeholder & antar tingkatan pemerintah (pusat, propinsi, kabupaten/kota). Peningkatan kapasitas perencanaan, implementasi & monev kegiatan penyehatan lingkungan. a Pelibatan UPT (B/BTKL PP) dalam pencapaian target indikator. o Penguatan Kemitraan Pemerintah Swasta (KPS) yakni melibatkan LSM Lokal/Nasional/ Internasional, CSR (Corporate Socra/ Responsrbility), donor agency internasional, seperti World Bank, ADB dll. b) Kendala/Masalah yang Dihadapi o Berbagai upaya telah dilakukan dalam upaya pencapaian target namun masih terdapat beberapa kendala yang dihadapi yaitu . : Kegiatan penyehatan lingkungan belum menjadi kegiatan prioritas di provinsi dan kabupaten/ kota. o o Kurangnya sarana dan pra sarana. Permasalahan dalam hal ketersediaan Sumber Daya Manusia. Di beberapa daerah masalah yang terjadi, sanitarian mengalami duplikasi fungsi. Selain menjadi sanitarian seringkali juga melaksanakan tugas sebagai tenaga administrasi. Ada juga sanitarian yang justru sama sekali tidak menjalankan fungsinya sebagai sanitarian melainkan hanya menjalankan fungsi sebagai tenaga administrasi. Selain itu permasalahan dalam hal distribusi sanitarian juga terjadi. Penyebaran sanitarian tidak merata. ldealnya Puskesmas memiliki 1 orang tenaga sanitarian. Sementara yang terjadi, terdapat Puskesmas yang sama sekali tidak memiliki tenaga sanitarian sementara terdapat Puskesmas lain yang memiliki tenaga sanitarian yang sangat banyak hamper 5 orang. Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 Sistem monev yang belum optimal. Pengiriman data dari kabupaten dan puskesmas belum lancar karena belum semua mengetahui indikator Renstra Kemenkes TA 2015-2019 Bidang Kesehatan Lingkungan. Kemitraan yang belum optimal sep : perijinan pengelolaan limbah 83 RS yang masih dipegang oleh KLHK menyebabkan RS mengalami kesulitan untuk mendapatkannya. c) Upaya Pemecahan Masalah o Advokasi dan sosialisasi kepada Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten dalam rangka internalisasi kegiatan penyehatan lingkungan serta agar tersusun peraturan daerah terkait penyehatan lingkungan dan pengalokasian dana APBD untuk mendukung kegiatan penyehatan lingkungan. . Pemberian sarana dan prasarana ke daerah seperti water test kit, food contamination kit dll. o Melakukan advokasi kepada otoritas daerah setempat terkait permasalahan SDM yang terjadi karena kewenangan terkait SDM ada di daerah. . Penguatan sistem monev bekerja sama dengan Pusdatin. Kedepannya akan dibangun system monev elektronik untuk membantu pengumpulan dan pengolahan data. Sejauh ini beberapa system monev elektronik sudah ada yang dibangun seperti emonev STBM, HSP, PKAM, dan akan diikuti kegiatankegiatan terkait penyehatan lingkungan lainnya. o Penguatan kemitraan melalui advokasi kepada lintas program dan lintas sektor terkait. Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 RANGKAIAN PERINGATAN HARI KESEHATAN SEDUNIA TH 2015 DENGAN TEMA: PILIH A KONSUMSI PANGAN YANG AMAII a SEHAT SiIBUil sE Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 PEMBERIAN PEIIGHARGAAN KABUPATEN KOTA SEHAT DALAM RANGKAI/AN PERII{GATAI{ HARI KESEI{ATAI{ I{ASIONAL KE.sI TH 2015 .t ;l/l\-E ,L'.rl t-l l!li{ tr q -r-II Jamban Model Honal menghantarkan Desa Manda dan Deia Alr Garam DIstrlct Bugl eebagal Desa Pertama SBS dl Kabupaten Jayaw[aya, Papua Th 2015 Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 52 ilmr Gambar 3.6. Salah satu sarana Penyediaan Air Minum dan SanitasiTotal Berbasis Masyarakat (PAM- STBM)yang pada tahun 2015 dilaksanakandiTT lokasi Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 53 b. Persentase penurunan kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3l) tertentu 1) Penjelasan indikator Saat ini Indonesia merupakan satu-satunya negara di Regional SEARO yang belum mencapai tahap Eliminasi Tetanus Maternal Neonatal. Sejumlah 30 dari 34 provinsi dan 479 dari 514 kabupaten di Indonesia yang tersebar di regional (Sumatera), dan regional 1 (Jawa-Bali), regional 2 3 (Kalimantan, Sulawesi, NTB dan NTT) sudah mencapai tahap eliminasi Tetatus Maternal dan Neonatal melalui berbagai kegiatan imunisasi rutin, imunisasi massal, serta persalinan bersih dan aman. Namun, Indonesia baru dinyatakan eliminasi apabih regional 4 yang meliputi provinsi Maluku Utara, Maluku, Papua Barat dan Papua telah mencapai target eliminasi. Program eliminasi TMN saat ini terfokus di 18 kabupaten pada regional 4. Perlu dilakukan imunisasi TT dua putaran dengan cakupan tinggi (>80%) agar Indonesia dapat disertifikasi sebagai negara yang sudah mengeliminasi penyakit TMN pada tahun 2016. Resolusi Regional Committee pada pertemuan World Health Assembly WHA) tanggal 28 Mei 2012, mendesak negara-negara anggota untuk mencapai eliminasi campak pada tahun 2015 dan melakukan pengendalian penyakit rubella. Namun, seiring waktu, perkembangan dalam menurunkan angka kematian akibat campak dan cakupan imunisasi yang menyeluruh belum cukup cepat. Melihat hal tersebut, WHO Regional Asia Tenggara menetapkan bahwa Eliminasi Campak dan Pengendalian Rubella/ Congenital Rubella Syndrom (CRS) akan dicapai pada tahun 2020. Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 54 Upaya untuk mencapai hal tersebut adalah mempertahankan cakupan imunisasi yang tinggi dan merata di seluruh wilayah dan penguatan surveilans PD3l. Hal ini bertujuan untuk menghindarkan terjadinya daerah kantong yang akan mempermudah terjadinya kejadian luar biasa (KLB). Namun, gambaran kondisi saat ini adalah masih terdapat daerah kantong yang cakupan imunisasinya belum memenuhi target selama beberapa tahun untuk beberapa antigen, kinerja surveilans yang mengalami penurunan, serta adanya disparitas capaian antar provinsi. Hal ini memerlukan perhatian upaya khusus mempertahankan Erapo dan mencapai target eliminasi penyakit tertentu. Keadaan tersebut di atas menimbulkan daerah risiko tinggi terhadap PD3l 2) Gambaran capaian target dan realisasitahun 2015 Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan lmunisasi (PD3l) tertentu meliputi difteri, tetanus neonatorum, campak, dan pertusis. Presentase penurunan kasus dihitung dati base-line data jumlah kasus tahun 2013, yaitu difteri775 kasus, tetanus neonatorum 78 kasus, campak 11.521 kasus dan pertussis 4.681 kasus (per Desember 2014). Tahun 2015 tercatat kejadian difteri sebanyak 243 kasus, neonatorum 53 kasus, campak 6.603 kasus dan pertussis 8.247 kasus. Pada minggu ke-52 tahun 2015 tercatat kajadian Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan lmunisasi (PD3l) tertentu sebesar 6.909 kasus. Terjadi penurunan kasus sebesar 1.909 kasus dengan presentase penurunan sebesar 11,2o/o dibandingkan angka kasus tahun 2013. Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 55 Grafik 3.9. Indikator dan realisasi persentase penurunan kasus PD3l tertentu Tahun 2015 lndikatordan halhasi Persenhse Penurunan Kasus PD3l Tertentu Ih.2015 15 x10 c r Target I Capaian !, |,| oq 3) Capaian indikator ini tahun 2O15 dipengaruhi oleh: a) Upaya yang dilakukan o Menyelenggarakan pelatihan dan penyegaran Petugas Khusus Penanggulangan PD3l (PKP PD3l) o . . Mempertahankan kinerja Surveilans AFP dan PD3l lain Melakukan penguatan jejaring kerja (klinisi, laboratorium) Memfasilitasi pertemuan Tim Sertifikasi Nasional (TSN) Eradikasi Polio dan Pokja Ahli Surveilans AFP. b) Hambatan/kendala . . Cakupan lmunisasi yang belum merata di semua wilayah Sebagian besar koordinator PD3l memiliki tugas rangkap sehingga tidak fokus pada fungsinya . Kondisi geografis yang sulit di jangkau sehingga petugas mengalami kesulitan saat melakukan PE, o Belum maksimalnya komitmen dan dukungan pemangku program surveilans PD3l baik di provinsi maupun di kabupaten/kota, hal ini sejalan dengan masih terbatasnya dukungan dana operasional bersumber APBD. Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 56 c) Usulan pemecahan masalah o . Komitmen Global eradikasi Polio dan eliminasi campak Perhatian Khusus diberikan untuk wilayah rawan sosial, rawan penyakit (KLB) . . Introduksi vaksin baru Peningkatan jumlah dan kompetensi petugas (epidemiologi lapangan) ,-.&u,fir #i ,, Gambar 3.8. Pelaksanaan lmunisasi Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 surveilans Persentase kabupaten/kota yang mempunyai kebijakan kesiapsiagaan dalam penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat yang berpotensi wabah. 1) Penjelasan Indikator Jumlah kab/kota dengan pelabuhan, bandar udara dan PLBDN yang memiliki kebijakan kesiapsiagaan dalam penanggulangan PHEIC dibagi jumlah kab/kota dengan pelabuhan, bandar udara dan PLBDN di kali 100o/o. Nominator adalah Jumlah kabupaten kota yang mempunyai kebijakan kesiapsiagaan dalam penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat yang berpotensi wabah. Denominator adalah jumlah kabupaten/kota yang memiliki pintu masuk internasional. Kriteria pengukuran adalah periode prevalence dalam 1 tahun indikator diukur per tahun. 2) Gambaran capaian target dan realisasitahun 2015 Target 2015 sebesar 29o/o atau 31 Kab/kota dari 106 kab/kota yang merupakan target penyusunan rencana kontijensi capaian tahun 2015 sebesar 29 KablKota (93,5%) Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 58 3) Capaian indikator lni tahun 2O1S dipengaruhi oleh: a) Upaya yang Dilaksanakan Mencapai Target Indikator o Persiapan pelaksanaan kegiatan dengan melakukan komunikasi baik verbal maupun surat kepada kabupaten/kota sasaran penyusunan dokumen termasuk melakukan koordinasi dengan propinsi Sosialisasi kegiatan dengan lingkup kebijakan dan strategi nasional kekarantinaan kesehatan, sosialisasi International Health Regulation (lHR) 2005, Sistem surveilans di wilayah dan pintu masuk negara serta kebijakan penyusunan dokumen kebijakan rencana kontigensi kedaruratan kesehatan masyarakat. Melaksanakan workshop penyusunan rencana kontingensi mencakup konsep pedoman penyusunan renkon, identifikasi potensi KKM, membangun komitmen lintas sektoral dan pengumpulan data dasar. Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 59 o Melaksanakan kegiatan penyusunan rencana kontigensi KKM dengan melibatkan seluruh lintas sektoral pemerintah daerah yang terkait dengan kesiapsiagaan, respon dan koordinasi penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat. b) Kendala/Masalah yang Dihadap o Penyusunan dokumen kebijakan ini merupakan suatu pendekatan program baru di kabupaten/kota sehingga memerlukan penyamaan pemahaman dan persepsi sehingga diperlukan proses integrasi program ini dengan sistem surveilans yang ada dan sistem penanggulangan krisis kesehatan di kabupaten/kota. lmplikasi dari situasi dan kondisi ini maka pelaksanaan kegiatan pembentukan Rencana Kontigensi di Pemerintah dokumen Daerah sebagian besar dilaksanakan di semester ll tahun anggaran 2O15 o Komitmen dinas kesehatan propinsi untuk melaksanakan kegiatan sebagai bagian dari upaya pengendalian penyakit belum maksimal. Hal ini dapat dilihat dari ketidaksiapan tim pengelola program di daerah baik dari aspek administrasi, pendukung kegiatan maupun teknis dalam pelaksanaan kegiatan . Dukungan pendanaan kegiatan melalui beberapa skema yaitu: dekonsentrasi, pendanaan DIPA pusat dengan komponen pembiayaan yang berbeda. Hal ini menyebabkan pelaksanaan kegiatan penyusunan dokumen rencana kontigensi yang berbeda. Ada beberapa kabupaten (di Propinsi Lampung) dengan komponen pembiayaan lengkap mulai dari sosialisasi, workshop dan penyusunan dokumen, sementara dibeberapa kabupaten lain hanya didukung dengan kegiatan sosialisasi dan penyusunan. Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 50 c) Upaya Pemecahan Masalah . Mengintensifkan kegiatan sosialisasi kebijakan kesiapsiagaan terhadap kedaruratan kesehatan masyarakat kepada pemerintah daerah sasaran untuk menyamakan pemahaman dan rencana tindak lanjut pelaksanaan kegiatan pembuatan dokumen rencana kontingensi. Hal ini dapat meningkatkan komitmen daerah dalam melaksanakan program yang disepakati. o Mendorong kabupaten/kota sasaran untuk menyelesaikan hambatan administrasi agar kegiatan dapat terlaksana sesuai dengan rencana yang telah disepakati baik melalui mekanisme pembiayaan dekonsentrasi maupun pusat . Memaksimalkan potensi sumber daya manusia khususnya di subdit-subdit direktorat Simkarkesma untuk memenuhi permintaan narasumber dari berbagai daerah untuk memfasilitasi pembentukan dokumen rencana kontigensi. o Mengoptimalisasikan potensi daerah dalam kesiapsiagaan kedaruratan khususnya kedaruratan bencana alam untuk memperkaya dan memperkuat substansi kedaruratan kesehatan masyarakat. o Menyesuaikan metode penyusunan dokumen dengan waktu yang tersedia termasuk design kegiatan yang interaktif (diskusi, table top, simulasi) dan penyusunan draft awal sebelum pertemuan. d. Persentase penurunan prevalensi merokok pada usia s 18 tahun. 1) Penjelasan indikator a) Persentase penurunan prevalensi merokok pada usia s 18 tahun adalah Jumlah penduduk di Indonesia yang berusia 10 sampai dengan 18 tahun yang diketahui sebagai perokok melalui pengambilan data faktor risiko baik survei atau metode lainnya, Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 61 dibandingkan dengan jumlah semua penduduk yang berusia 10 sampai dengan 18 tahun di Indonesia yang terdata di tahun tersebut (data BPS). b) Perokok adalah orang yang merokok minimal 100 batang rokok dalam 1 bulan terakhir dan masih merokok. c) Penduduk usia 10 sampai dengan 18 tahun adalah penduduk yang berusia 10 tahun (> 120 bulan) sampai dengan 18 tahun (216 bulan) pada saat pengumpulan data dilakukan d) Persentase perokok usia 10 sampai dengan 18 tahun, dibandingkan dengan jumlah semua penduduk berusia 10 sampai dengan 18 tahun di suatu wilayah yang terdata di tahun tersebut (data BPS). 2\ Gambaran capaian target dan realisasitahun 2015 Pencapaian target pada tahun 2015 belum dapat digambarkan sebelum pelaksanaan survei kesehatan dilaksanakan. Survey nasional bidang kesehatan akan dilaksanakan pada tahun 2016. 3) Capaian indikator ini tahun 2015 dipengaruhi oleh: a) Upaya yang Dilaksanakan Mencapai Target Indikator o Peningkatan kapasitas sumber daya dalam upaya pengendalian konsumsi tembakau, seperti pelatihan upaya berhenti merokok bagi guru sekolah di 6 propinsi, pelatihan konseling berhenti merokok bagi petugas kesehatan di FKTP. . Menfasilitasi sarana prasarana dalam upaya berhenti merokok di sekolah dan Puskesmas. . Meningkatkan komitmen dengan berbagai pihak yang terlibat dalam pengendalian tembakau melalui advokasi kepada pengambil kebijakan untuk mendukung pengendalian tembakau dan pengendalian PTM seperti pertemuan Aliansi Bupati dan Walikota Pendukung Kawasan Tanpa Rokok. Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 62 Pertemuan Major to Major sebagai upaya pengembangan kebijakan KTR kepada pemegang kebijakan di daerah. Menjalin koordinasi dengan APEKSI dan API(ASI dimana Ketua Aliansi Bupati Walikota akan menyuarakan pentingnya Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Masalah Kesehatan Akibat tembakau. sosialisasi dampak rokok terhadap kesehatan, menyusun, mencetak dan menggandakan media KIE terkait dampak rokok terhadap kesehatan survei/penelitian terkait rokok dan dampaknya terhadap kesehatan, seperti poling suruey didaerah. sosialisasi dampak rokok terhadap kesehatan kepada masyarakat melalui berbagai rangkaian peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. b) Kendala/Masalah yang Dihadapi o Pencapaian indikator belum tercapai, karena survei tahunan faktor risiko Penyakit Tidak Menular di Litbangkes baru akan dilaksanakan pada tahun 2016, Riset Kesehatan Dasar dilaksanakan setiap 3 tahunan, Global Youth Tobacco Survey dan GlobalAdult tobacco survey dilaksanakan 3 tahunan. o Belum optimalnya sistem pencatatan laporan melalui Surveilans berbasis web PTM. . Masih terbatasnya jumlah kebijakan KTR di daerah dan belum optimalnya penerapan kebijakan di daerah yang telah memiliki kebijakan KTR. . Belum maksimalnya advokasi dan sosialisasi pengendalian konsumsi tembakau pada kab/kota o Koordinasi Lintas Program dan Lintas Sektor yang belum optimal di tingkat Kab/Kota dalam upaya konsumsi rokok Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 pengendalian Rendahnya kesadaran masyarakat akan bahaya konsumsi rokok. Perlunya rentang waktu sosialisasi peraturan kepada masyarakat maupun pihak terkait minimal disahkannya aturan tersebut, 1 tahun setelah agar masyarakat dapat memahami pentingnya regulasi terkait KTR. Anggaran belum menfasilitasi kegiatan-kegiatan terkait pengendalian konsumsi rokok c) Rencana Pemecahan Masalah o Meningkatkan komitmen dan pengembangan regulasi tentang pengendalian tembakau di berbagai tingkat pemerintahan dan didukung oleh semua pihak terkait dan masyarakat diberbagai tatanan. o Penegakan hukum (law enforcement) secara konsisten sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku dalam upaya melindungi dampak kesehatan akibat rokok o Peningkatan pemahaman tentang bahaya rokok kepada seluruh lapisan masyarakat dengan melibatkan stakeholder termasuk masyarakat, organisasi profesi, akademisi, lembaga sosial masyarakat (LSM). . Pengendalian tembakau dilakukan secara komprehensif, berkelanjutan, terintegrasi dalam suatu kebijakan publik dan melalui periode pentahapan pembangunan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. . Komitmen pemerintah dalam penyelenggaraan pengendalian tembakau melalui APBN, APBD dan sumber penganggaran lainnya. o Peningkatan kapasitas sumber daya dan kelembagaan dalam pengendalian tembakau. . Mensinergikan kegiatan dengan strategi MPOWER yang mencakup Monitor penggunaan tambakau dan kebijakan Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 64 preventifnya; Perlindungan masyarakat dari asap tembakau; Optimalisasi dukungan berhenti merokok; Waspadakan masyarakat akan bahaya (asap) tembakau; Eliminasi iklan, promosi serta sponsor tembakau/ rokok; Raih kenaikan cukai tembakau/rokok. Psnbdogree the 2!,ador*n Canleipltoe on tbdill Fstilciu ponilrryn brhdrp Ww u emenafr dryp* hat|fr renrmnn Afnd Bfld t{flrfr drbn mnb'lein (qrlnro.r gmo.oddh Pnl dr| d'rp€l teildqr Gambar 3.1 l. Rangk aian The * d ry htlonri nonOfrr girpn lapdr efiri YHdr yrp eminEr odrn DanoflrCan PIl| dm tndonesian Conferene on norfl dJtfll Srtalr, Tobaw or Heafth 3. Sasaran Strategis 3: Meningkatnya Akses dan Mutu Fasilitas Pelayanan Kesehatan Yang dimaksud akses adalah akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan menuju cakupan semesta (universal coverage), akses masyarakat tidak hanya terbatas pada transportasi saja tetapi meliputi - : availabilitas/ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan yang berkualitas dan mudah dijangkau masyarakat laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 affordabilitas/kemudahan biaya bagi pengguna, akseptabi I itas/keterbu kaa n nformasi secara sosi oku ltu ra l. i tersedianya transportasi ambulane untuk pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan terbangunnya sistem rujukan antar fasilitas pelayanan kesehatan. Kemudahan akses tersebut diharapkan menjadi pendorong tercapainya cakupan semesta pelayanan kesehatan, tetapi dari akses universal untuk mencapai universal coverage diperlukan adanya pelayanan yang berkualitas (service excellent). Universalaccess Service excellent Universal coverage Sedangkan yang dimaksud mutu yaitu mutu fasilitas pelayanan kesehatan, meliputi mutu input (sarana, prasarana, alat, dan SDM), mutu proses (manajemen operasional pelayanan dan manajemen mutu), dan mutu output (pencapaian indikator mutu/kinerja), sehingga baik dari segi input, proses, dan output diharapkan sesuai standar. Indikator yang terkait sasaran strategis ini adalah: a. Jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1 puskesmas yang tersertifikasi akreditasi Kebijakan Kemenkes mengenai Puskesmas yaitu Permenkes 75 tahun 2014 tentang Puskesmas, dimana pada pasal 9 menyatakan bahwa dalam satu kecamatan harus didirikan sebuah Puskesmas. Sejak tahun 2015 Kemenkes mengambil kebijakan untuk melakukan sertifikasi akreditasi terhadap Puskesmas dengan keluarnya Permenkes Nomor 46 tahun 2015 tentang akreditasi puskesmas, klinik pratama, tempat praktik mandiri dokter, dan tempat praktik mandiri dokter gigi. Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 55 Akreditasi Puskesmas adalah pengakuan terhadap Puskesmas yang diberikan oleh lembaga independen penyelenggara akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri setelah dinilai bahwa Puskesmas telah memenuhi standar pelayanan Puskesmas yang telah ditetapkan oleh Menteri untuk meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas secara berkesinambungan. Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, tempat praktik mandiri dokter, dan tempat praktik mandiri dokter gigi bertujuan untuk: 1) meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien; 2) meningkatkan perlindungan bagi sumber daya manusia kesehatan, masyarakat dan lingkungannya, serta Puskesmas, Klinik Pratama, tempat praktik mandiri dokter, dan tempat praktik mandiri dokter gigi sebagai institusi; dan 3) meningkatkan kinerja Puskesmas, Klinik Pratama, tempat praktik mandiri dokter, dan tempat praktik mandiri dokter gigi dalam pelayanan kesehatan perseorangan dan/atau kesehatan masyarakat. Data capaian untuk indikator ini diperoleh dengan cara menjumlah seluruh kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas yang terakreditasi pada tahun berjalan. Data diperoleh dengan cara merekapitulasi data hasil survei Puskesmas yang telah diputuskan lulus oleh Komisi Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. Kegiatan yang dilakukan dalam pencapaian indikator program ini adalah: 1) Penyusunan regulasi dengan diterbitkannya Permenkes No. 46 Tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi. 2) Pertemuan sosialisasi dan advokasi kebijakan akreditasi Puskesmas, klinik pratama, tempat praktik mandiri dokter dan tempat praktik mandiri dokter gigi pada pertemuan rutin Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar. Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 67 3) Peningkatan sarana dan prasarana Puskesmas melalui alokasi Dana Tugas Pembantuan. 4) Operasional Komisi Akreditasi FKTP yang dibentuk oleh Menteri berdasarkan Kepmenkes No. HK.02.021059/2015. Komisi Akreditasi FKTP memiliki tugas sebagai pelaksana survei dan penetapan status akreditasi. Gambar 3.9. Pelayanan kesehatan di puskesmas terakreditasi 5) Pelatihan untuk surveior dan tim ToT tim pendamping tingkat propinsi melalui DIPA Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar. Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 68 Gambar 3.10. Pelatihan TOT Pendamping Akreditasi FKTP yang diselenggarakan pada tgl 5-19 April 2015 di Bapelkes Semarang 6) Pelatihan pendamping kabupaten/kota pada 14 propinsi melalui dana dekonsentrasi. Ke empat belas provinsi tersebut adalah Aceh, Bengkulu, Jambi, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah lstimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Bali, dan NTB. 7) Penyusunan NSPK terkait akreditasi FKTP. Berdasar kegiatan tersebut di atas maka, sampai dengan tanggal 31 Desember 2015 didapatkan hasil sebagai berikut: 1) Kab/Kota yang telah memiliki tim pendamping sebanyak 224kablkota. Pendampingan pra akreditasi pada Puskesmas yang akan diusulkan akan diakreditasi dilakukan oleh tim pendamping dari Dinas Kesehatan Kab/Kota yang telah dilatih. Dalam pendampingan Puskesmas, tim pendamping akan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut a) : Melaksanakan lokakarya di Puskesmas Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 59 b) Pelatihan pemahaman standar dan instrumen akreditasi Puskesmas dan persiapan asesmen. c) Penyiapan dokumen akreditasi Puskesmas. d) lmplementasi dokumen akreditasi Puskesmas. e) Pemilaian pra sertifikasi/ pra akreditasi sebagai dasar menilai kesiapan Puskesmas apakah layak untuk diusulkan disurvei oleh surveyor. f) Pengajuan permohonan untuk disurvei oleh dinas kesehatan kabupaten/kota melalui dinas kesehatan provinsi. Pada tahun 2015 telah dialokasikan pelatihan pendamping akreditasi FKTP melalui Dana Dekon bagi 14 provinsi. Selain melalui pembiayaan Dana Dekon, pelaksanaan pelatihan pendamping akreditasi FKTP bagi dinkes kab/kota juga melalui pembiayaan APBD ll. Jumlah kab/kota yang telah memiliki tim pendamping akreditasi FKTP sebanyak 224 kablkola. 2) Puskesmas yang sudah mengajukan untuk disurvei sebanyak 223 Puskesmas yang berasal dari 11 propinsi . Sesuai dengan Permenkes No. 46 Tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, dan Tempat Praktik Mandiri Dokter dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi, selama lembaga independen penyelenggara akreditasi belum terbentuk, pelaksanaan survey dan penetapan status akreditasi menjadi tanggung jawab Komisi Akreditasi FKTP. Berdasarkan laporan Komisi, hingga 31 Desember 2015 tercatat Puskesmas yang mengajukan untuk disurvei sebanyak 223 Puskesmas. 3) Puskesmas yang sudah disurvey sebanyak 126 Puskesmas Survei dilakukan oleh tim surveior yang telah dilatih. Survei dilakukan setelah ada permohonan survei yang disampaikan kepada Komisi Akreditasi FKTP. Komisi Akreditasi FKTP akan menugaskan Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 70 tim surveior untuk melakukan survei. Survei dilakukan selama 3 (tiga) hari efektif. Tim survei akan menyampaikan hasil survei ke Komisi Akreditasi FKTP untuk ditetapkan hasil survei.Berdasarkan laporan Komisi, hingga 31 Desember 2015 dari 223 usulan survey yang masuk, Puskesmas yang sudah disurvei sebanyak 126 Puskesmas 4) Puskesmas yang sudah mendapatkan sertifikasi akreditasi Berdasarkan laporan Komisi Akreditasi FKTP, hingga 31 Desember 2015 Puskesmas yang sudah mendapatkan sertifikasi akreditasi sebanyak 100 Puskesmas yang terdapat di 93 kecamatan. Grafi k 3. 1 0. Pencapaian Puskesmas yang Tersertifikasi Akreditasi Jika dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan, maka realisasi tahun 2015 mencapai 93 kecamatan (26,570/o) dari 350 kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas yang tersertifikasi akreditasi. Dari 93 kecamatan tercebut jumlah Puskesmas yang sudah terakreditasi sebanyak 1 00 Puskesmas tersertifi kasi akreditasi (sumber data dari laporan Komisi Akreditasi per 31 Desember 2015). Apabila capaian tersebut dibandingkan dengan target akhir tahun Rencana Strategis, maka masih diperlukan upaya percepatan pencapaian indikator tersebut. Akreditasi Puskesmas merupakan kegiatan yang Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 7t baru dilaksanakan mulai tahun 2015, sehingga tidak ada pencapaian pada tahun-tahun sebelumnya. Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pencapaian indikator adalah: a) Faktor Dana: o Tidak cairnya dana refokusing APBN tahun 2015 mengakibatkan tidak dapat dilaksanakannya pelatihan pendamping dan surveior bagi 10 provinsi yang sudah mengusulkan akreditasi di tahun 2015 o Tidak ada dana untuk pelaksanaan pendampingan dan survei di kabupaten/kota karena keterbatasan APBD maupun proses revisi anggaran, sehingga banyak kabupaten/kota yang sudah mengusulkan di dalam roadmap tetapi tidak menindaklanjuti dengan pengusulan survei. b) Faktor Waktu o Pencairan dana dekon 04 (BUK) ke beberapa provinsi baru terlaksana pertengahan tahun 2015 sehingga mempengaruhi pelaksanaan pelatihan tim pendamping kab/kota, sebagai akibatnya waktu untuk pendampingan ke Puskesmas terbatas sehingga belum siap untuk disurvei o DIPA dana tugas pembantuan tahun 20'15 untuk Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar terbit pada tanggal 30 Oktober 2015, sehingga dinas kesehatan kab/kota yang mengalokasikan dana untuk pembangunan fisik tidak dilaksanakan karena waktu pelaksanaan sangat singkat. . Pengiriman berkas pengajuan survei oleh provinsi sebagian besar pada bulan November 2015. Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 c) Faktor SDM o Masih kurangnya jumlah tim pendamping da beberapa kabupaten/kota . o Masih kurangnya jumlah tim surveior di provinsi Tensga kesehatan di Puskesmas belum semuanya memahami konsep akreditasi. d) Faktor Sarana o Komisi Akreditasi FKTP yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan belum mempunyai ruangan tersendiri sehingga belum dapat bekerja secara optimal o Mekanisme pengajuan berkas kelengkapan survei masih manual lewat surat belum berbasis web. Usulan Pemecahan Masalah a) Dana: o Penganggaran dana pelatihan TOT pendamping dan pelatihan surveior melalui APBN 2016 o Penganggaran dana survei dan pendampingan melalui DAK non fisik 2016 o Integrasi menu DAK non fisik ke e-planning. b) Waktu o : Alokasi dana dekon 2016 menu akreditasi untuk provinsi yang mengusulkan. Pembahasan dukungan anggaran dekonsentrasi maupun ke tugas daerah baik DAK, pembantuan perlu memperhitungkan waktu pelaksanaan kegiatan. Bersurat ke provinsi mengenai batas waktu pengiriman berkas survei yang akan dilaksanakan tahun 2016. Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 c) SDM o : Peningkatan kompetensi SDM (pendamping dan surveior) melalui pelatihan o o Seleksicalon surveior baru Sosialisasi ke lintas program dan lintas sektor. d) Sarana: o o Pengusulan ruangan untuk IGFKfP ke Biro Umum Penganggaran kegiatan pembuatan sistem informasi akreditasi untuk mempermudah pelaksanaan dan pengorganisasian survei akreditasi FKTP. b. Kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional Pada saat ini terdapat 511 kabupaten/kota, sedangkan jumlah RSUD di seluruh Indonesia adalah 680 RSUD. Jumlah kab/kota yang memiliki RSUD adalah 460 kabupaten/kota atau 90,02o/o dan total kab/kota. Berdasarkan Undang-undang No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit dan Permenkes nomor 12 tahun 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit, maka semua rumah sakit termasuk RSUD wajib mengikuti akreditasi nasional. Sesuai dengan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan, salah satu indikator kineria program adalah kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional. Yang dimaksud akreditasi rumah sakit adalah pengakuan terhadap rumah sakit yang diberikan oleh lembaga independen penyelenggara akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri, setelah dinilai bahwa rumah sakit itu memenuhi standar pelayanan rumah sakit yang berlaku untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit secara berkesinambungan. Akreditasi dilakukan oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit sesuai dengan Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 Permenkes 42812012 tentang Lembaga Independen Pelaksana Akreditasi di Indonesia. Pelaksanaan akreditasi rumah sakit bertujuan: 1) meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit 2) meningkatkan keselamatan pasien rumah sakit 3) meningkatkan perlindungan bagi pasien, masyarakat, sumber daya manuasia rumah sakit dan rumah sakit sebagai institusi; dan 4) mendukung program pemerintah di bidang kesehatan. Cara perhitungannya adalah dengan menjumlahkan kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional dari KomisiAkreditasi Rumah Sakit (KARS). Sedangkan cara pengukuran hasil adalah dengan dibuktikan adanya sertifikat atau data RSUD terakreditasi dari I(ARS atau melalui website KARS. Untuk kabupaten/kota dengan lebih dari 1 rumah sakit terakreditasi, maka hanya dihitung sebagai satu kabupaten/kota. Kegiatan yang dilakukan dalam pencapaian indikator program ini adalah: a) Penyusunan regulasi berupa draft petunjuk teknis standar akreditasi rumah sakit b) Pelatihan/workshop peningkatan SDM pelayanan RS, misalnya patient safety dan pencegahan dan pengendalian infeksi. c) Peningkatan sarana dan prasarana RSUD melalui dana tugas pembantuan dan dana alokasi khusus yang berupa pemenuhan standar ruangan dan alat di lGD, lCU, ruang operasi, TT kelas lll, IPAL, dan ambulance. d) Melakukan bimbingan teknis pra akreditasi nasional kepada rumah sakit rujukan regional dan rumah sakit kabupaten/kota bersama dengan tim dari Komisi Akreditasi Rumah Sakit atau tim pendamping yang terlatih. Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 75 Gambar 3.11. Pelaksanaan Bimbingan Teknis di Rumah Sakit e) Melakukan peningkatan kapasitas pendamping akreditasi rumah sakit sebanyak 2tahap dan dilaksanakan di Jakarta. Pendamping dipilih dari RS vertikal yang sudah terakreditasi internasional maupun terakreditasi nasional paripurna (RS Sanglah, RS Sardjito, RS Kariadi, RS Fatmawati, RS Moh. Hoesin, RS Adam Malik, RS Othopedi Surakarta) dan RSPAD Gatot Subroto. Jumlah total pendamping saat ini sebanyak 76 orang. Gambar 3.12. Peningkatan Kapasitas Pendamping Akreditasi di Rumah Sakit Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 76 Melakukan koordinasi dengan KARS mulai dari penyusunan road map pelaksanaan akreditasi g) Melakukan evaluasi penilaian akreditasi yang dilakukan oleh KARS. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang diberikan kepada 78 rumah sakit yang telah terakreditasi pada tahun 2014. Dari hasil kegiatan tersebut di atas maka, sampai dengan tanggal 31 Desember 2O15 didapatkan hasil adalah. a) Rumah sakit yang telah mendapatkan pendampingan/visitasi dari KARS sebanyak 145 rumah sakit b) Rumah sakit yang sudah siap dan mengajukan survei simulasi sebanyak 101 rumah sakit c) Rumah sakit yang sudah disurvey sebanyak 79 rumah sakit d) Rumah sakit yang sudah mendapatkan sertifikasi akreditasi: 192 rumah sakit. Dari 192 rumah sakit yang sudah terakreditasi tersebut, yang berkategori sebagai RSUD sebanyak 50 rumah sakit. Grafik 3.10. Pencapaian RSUD yang Tersertifikasi Akreditasi Nasional Pada tahun 2O15, pencapaian indikator sebanyak 50 kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 77 (53,19%). Data capaian berasal dari laporan Komisi Akreditasi Rumah Sakit per 31 Desember 2015. Base line data capaian pada tahun 2014 sebanyak terdapat 10 kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional. Permasalahan a) Dana Belum semua Pemerintah Daerah mengalokasikan anggaran yang mendukung pelaksanaan akreditasi di RSUD wilayah kerjanya. b) Waktu o Proses akreditasi mulai dari pelatihan sampai terakreditasi merupakan rangkaian yang panjang dan memakan waktu yang lama. . RSUD yang akan melakukan workshop,bimbingan, maupun survey simulasi harus masuk dalam waiting /isf oleh IGRS karena banyaknya permintaan RS sementara jumlah SDM pembimbing terbatas. Padahal pengunaan pendanaan hanya berlaku 1 tahun. c) SDM Komitmen pemerintah daerah yang belum merata sehingga kurang mendukung persyaratan pelaksanaan akreditasi yaitu dengan menunjuk Direktur Rumah Sakit yang bukan Tenaga Medis, sehingga struktur organisasi RS tidak sesuai dengan Permenkes Nomor 1045/MENKES/PER/X\|2OO6 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan. Komitmen Pimpinan RS dan pegawai yang kurang sehingga tidak terlibat aktif dalam kegiatan persiapan akreditasi dan kurang mendukung kegiatan akreditasi. Ketersediaan SDM tenaga kesehatan yang masih belum memenuhi kebutuhan pegawai sesuai dengan kelas RS. Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 Diperlukan perubahan budaya kerja dalam memberikan pelayanan kesehatan yang senantiasa berorientasi pada peningkatan mutu pelayanan sesuai dengan standar akreditasi. Minimnya pelatihan SDM dalam memenuhi persyaratan akreditasi seperti pelatihan bantuan hidup dasar, PPI, bencana dan keselamatan pasien. Kemampuan propinsi dalam persiapan akreditasi belum cukup untuk dapat mendorong Dinkes dalam menjalankan fungsi pembinaan sesuai Permenkes 1212012. d) Sarana dan Prasarana Masih banyak Rumah Sakit yang akan diakreditasi, namun belum memiliki sarana, prasarana dan alat kesehatan yang sesuai dengan standar akreditasi. Usulan Pemecahan Masalah a) Dana Menyediakan alokasi dana melalui DAK Non Fisik 2016 untuk 212 RSUD yang akan mencapai akreditasi pada tahun 2016. b) Waktu . Mengkoordinasikan dengan KARS untuk menjadwalkan survei simulasi akreditasi agar sesuai dengan target indikator RS akreditasi. . Melakukan advokasi kepada Dinkes Propinsi untuk melakukan bimbingan akreditasi ke RSUD Kab/Kota dalam mengatur proses akreditasi mulai dari pelatihan sampai dengan survei akreditasi dalam satu tahun anggaran. c) SDM Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 79 o Peningkatan keterlibatan dinas kesehatan dalam persiapan akreditasi RS. . Koordinasi dengan Kemendagri untuk dapat meningkatkan komitmen Pimpinan Daerah dalam Akreditasi RS, dalam penyusunan struktur organisasi RS dan penunjukan Direktur RS. o Melakukan koordinasi kepada PPSDM untuk melakukan pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatan sesuai dengan kelas Rumah Sakit. o Membuat Pakta Integritas Direktur RS terutama RS Regional dalam persiapan akreditasi. o Mensosialisasikan transformasi budaya kerja untuk meningkatkan budaya Mutu. . Membentuk tim pendamping akreditasi yang dapat memberikan bimbingan kepada RS yang membutuhkan sesuai dengan penugasan Kemenkes. d) Sarana dan prasarana Mengalokasikan anggaran DAK Fisik 2016 untuk seluruh RSUD dalam pemenuhan standar, prasarana dan alat kesehatan sesuai kelas RS untuk standar akreditasi. 4. Sasaran Strategis 4: Meningkatnya akses, kemandirian, dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan Pada tahun 2015, sasaran Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan diukur dengan indikator sebagai berikut: a. Persentase ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas menjadiTTo/o. b. Jumlah bahan baku obat, obat tradisional serta alkes yang diproduksi di dalam negeri sebanyak 7 jenis. c. Persentase produk alkes dan PKRT di peredaran yang memenuhi syarat sebesar 75o/o. Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 80 Dari indikator pencapaian kinerja tahun 2015 tersebut diatas, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan telah mencapai target yang telah ditetapkan, yaitu dengan capaian: a. Realisasi persentase ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas sebesar 79,38o/o. b. Realisasi jumlah bahan baku obat, obat tradisional serta alkes yang diproduksi di dalam negeri sebanyak 11 jenis. c. Realisasi persentase produk alkes dan PKRT di peredaran yang memenuhi syarat sebesar 78,18Vo. Tercapaianya indikator yang telah ditetapkan pada tahun pertama Renstra 2015-2019 tersebut menjadi penting sebagai modal dalam pencapaian target di tahun-tahun itu diperlukan kerja keras seluruh komponen, pendayagunaan sumber daya yang optimal dan diperlukan berikutnya. Untuk penguatan terutama dalam perencanaan penyusunan peraturan perundang- undangan bidang kefarmasian dan alat kesehatan serta monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan. Tabel 3.1. Capaian Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2015 lndikator Kinerja Sasaran Strategis Meningkatnya Persentase ketersediaan akses dan mutu obat dan vaksin di sediaan farmasi, Puskesmas alat kesehatan dan Jumlah bahan baku obat Perbekalan dan obat tradisional serta Kesehatan Rumah alat kesehatan (alkes) yang Tangga (PKRT) diproduksi di dalam negeri Persentase produk alat Target Realisasi Capaian 2015 2015 2015 77o/o 79,38o/o 103,09% 11 75o/o 78,18o/o 157,140/o 104,24% kesehatan dan PKRT di peredaran yang memenuhi syarat Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 81 Grafik 3.12.Target dan Realisasi Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2015 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Persentase ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas Jumlah bahan baku obat dan obat tradisional scrta alat kesehatan (alkes) yang diproduksi di dalam Persentase produk alat kesehatan dan PKRT di pcredaran yang, memenuhisyarat neSerl Indikator yang terkait sasaran strategis ini adalah: a. Persentase ketersediaan obat dan vaksin di puskesmas Aksesibilitas obat ditentukan oleh ketersediaan obat bagi pelayanan kesehatan. Pada tahun 2014, tingkat ketersediaan obat dan vaksin telah mencapai 10O,51o/o, meningkat dari tahun sebelumnya yang mencapai 96,820/o. Walaupun demikian, ketersediaan obat dan vaksin belum terdistribusi secara merata baik antar puskesmas, antar kabupaten/kota maupun antar provinsi. Disparitas ini mencerminkan belum optimalnya manajemen logistik obat dan vaksin. Untuk itu, perlu didorong pemanfaatan sistem pengelolaan logistik online serta skema relokasi obatvaksin antar Provinsi/Kabupaten/Kota yang fleksible dan akuntabel. Upaya perbaikan manajemen logistic obat dan vaksin yang telah dilakukan antara lain implementasi e-catalog dan inisiasi e-logistik obat. Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 82 fndikator ketersediaan obat dan vaksin pada tahun 2010 - 2014 menggambarkan kondisi di instalasi farmasi kabupaten/kota dan kurang menggambarkan ketersediaan obat dan vaksin dasar, sehingga pada Renstra periode di pelayanan 2015 kesehatan 2019 diformulasikan indicator Ketersediaan Obat dan Vaksin di Puskesmas dengan mengambil 20 item obat dan vaksin indicator yang merupakan obat dan vaksin pendukung program kesehatan ibu, kesehatan anak, penanggulangan penyakit, serta obat pelayanan kesehatan dasar yang banyak digunakan dan terdapat di Formularium Nasional. Sesuai dengan Undang - undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, yang dimaksud dengan sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradislonal, dan kosmetika. Sedangkan alat kesehatan menurut Permenkes No 70 tahun 2014 tentang Perusahaan Rumah Tangga Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga adalah instrumen, aparatus, mesin, perkakas, dan/atau implan, reagen in vitro dan kalibrator, perangkat lunak, bahan atau material yang digunakan tunggal atau kombinasi, untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan, dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh, menghalangi pembuahan, desinfeksi alat kesehatan, dan pengujian in vitro terhadap spesimen dari tubuh manusia, dan dapat mengandung obat yang tidak mencapai kerja utama pada tubuh manusia melalui proses farmakologi, imunologi atau metabolisme untuk dapat membantu fungsi/kinerja yang diinginkan. Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 83 Kondisi yang dicapai: Realisasi indikator persentase ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas tahun 2015 sebesar 79,38o/o, melebihi target yang telah ditetapkan dalam Renstra Kemenkes Tahun 2015-2019 yaitu sebesar 77% dengan capaian sebesar 103,09%. Sosialisasi yang terus menerus kepada petugas Provinsi di setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di sepanjang tahun 2015 adalah salah satu faktor yang menunjang keberhasilan pencapaian indikator kinerja kegiatan melebihi target yang telah ditetapkan, karena indikator kinerja tahun 2015 merupakan indikator baru yang berbeda dengan indikator kinerja periode tahun 2010-2014, baik dari segi definisi operasionalnya, cara perhitungan maupun cara pengumpulan data dan pelaporannya. Untuk itu Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan menerbitkan buku 'Petunjuk Teknis Pemantauan Indikator Kinerja Kegiatan (lKK) Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Tahun 2015-2019'yang telah dibagikan kepada seluruh petugas Provinsi sebagai pedoman dalam melaksanakan pengumpulan, perhitungan dan pelaporan data indikator kinerja Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di daerahnya masing-masing. Selain itu, dikeluarkannya surat keputusan Direktur Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan nomor HK.02.04151102512015 tanggal 8 Juni 2015 tentang penunjukan panitia pengumpulan dan pengolahan data indikator kinerja kegiatan Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di 34 Provinsi memungkinkan terbangunnya koordinasi dan komunikasi yang baik dengan daerah yang ikut mendukung pencapaian indikator kinerja kegiatan yang melebihi target yang telah ditetapkan. Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 84 Tabel 3.2.Target, realisasidan capaian indikator persentase ketersediaan obat dan vaksin di puskesmas tahun 2015 Persentase ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas Grafik 3.11.Target dan realisasi indikator persentase ketersediaan obat dan vaksin di puskesmas tahun 2015 95",5 l 90% ITarget r Realisasi 2015 2016 2017 [aporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 85 Hasil tersebut diperoleh dari periode pelaporan bulan November tahun 2015 dimana Jumlah Puskesmas yang melapor sebanyak 1.013 dari 1.328 Puskesmas sampel dan terdapat empat Provinsi yang Puskesmasnya sama sekali tidak mengirimkan laporan (135 Puskesmas), yaitu Provinsi Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan dan Papua Barat. Provinsi dengan persentase ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas tertinggi adalah D.l. Yogyakarta (92,73o/o). Grafik 3.13. Persentase ketersediaan obat dan vaksin di puskesmas di 34 provinsi Tahun 2015 Persentase Ketersedlaan Obat dan \taksln di Puskesmas dl 34 Provlnsl Tehun 2O15 F.qttsl\l F.Pu 69 Ptortrrl PaF.ra lt.al h 01 lml hl.hrl u Ut.a. fr o rlr rl lrl rhrl u Ff0{{irt ttaawfrl k{.|J. fr olbl tulGrt i-.1 Proltt{l l.Lh'Aa f ftarh ftsrba tul.wrl ldtolr. ,,ovt.r{as({ftrlo tro"li!l1(&$^l uha l.ovh{t.lhubn Utr. ,..ovt !aX.hrn|.hlau [to\tril f,.l6mLr LLlftnla[rll.l|ndt n f stah Pro\a.r{ li.krnrllrl t-.1 Pffrhrt lall prenh{All Pt o rtQra kI ttdr|nrt la'ra lilul ProlLr{aH l.*y.lJl. Iro',lnrl ra\e. lfrl.lt f.rottrrrl irlcr P.o,,tt( l.w. lral Fruvhrl tlll r.lr|| Pto "*r!l ldvrof tf o!ft |. L.prad.d ldrli. i.liru (L.1ff 9rr*trll.d[.|{a Ptdrltrl laril.Ar Fre!'!r$ lril{ Pto"rrrl f qri-ar l||a lraov|'rrl rtar trovffit t{{6ll{aix.l 9reilrhalq$atd.(rt. 'O ooo Eil, | 7 56,19 ooo o.o0 sJ,:,rr 87.83 ro oo ,7fi ,o.00 EO.9a at57 8r.78 90.oo o.oo 07.Oo E$.0!' tl.6:l Dr ,3 E5 57 'r4 a7 77 99 69,60; ?7.8O 7(}m ;'6,6) rt 29 Et.d4 65.00 89.5t 8t.e6 69,74 Itrodrrrl Ardr ,7a.2, LA\r|ltrt 79.t4 0,oo lo,oo to@ ]o00 40.il) 5000 60.d) 70.oo 8000 90.fi) 100.00 Item obat yang memiliki ketersediaan tertinggi di Puskesmas adalah Parasetamol 500 mg Tablet, sedangkan item obat yang memiliki ketersediaan terendah di Puskesmas adalah Magnesium Sulfat Injeksi 2Oo/o. Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 86 Grafik 3.14. Jumlah item obat dan vaksin yang tersedia di puskesmas di 34 provinsi Tahun 2015 Jumlah ltem Obat dan Vaksin yant tersedia di Puskesmas di 34 ProvinsiTahun 2015 V*rln OPtl DPt-lt C/ OPI-fi D tttt V.lrrnll v*rhtCG l*hrlrarbrhOrdr Pl'rotrnol ll0o m3 trb Obltodolnftrl Ob.t Antl &a..culodr Mor|l.r3onrotrtn M.L.r &rl 4l0O dtwur mjl nl tt|3n .hrn s|iiil hr.trt lor3 x.ttoprar.b 6llbealba*d 6a?xtr oaaln firorrntd rrbbr fhcne rlldoa lVlr&ilh tptrfran lA&rn*rl lnlrlra O,f Otrrogrrn X Xl lrbt rlo mj 872 hl.lri a f{Ctl erltrt 3 oq/mt Drlrrnrtercnteb &rrorkilan rvrup tnqrk0o3@njtrb ADandrolt.b Permasalahan: Pelaksanaan kegiatan pengumpulan data indikator persentase ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas tahun 2015 menghadapi beberapa permasalahan sebagai berikut: 1) Laporan yang dikirimkan oleh Provinsi setiap bulannya tidak lengkap dan tidak tepat waktu seperti yang telah dituangkan di dalam buku Petunjuk Teknis Pemantauan Indikator Kinerja Kegiatan (lKK) Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Tahun 20152019 yang sudah disosialisasikan kepada seluruh Provinsi. 2) Jumlah tenaga kefarmasian yang terbatas dan kompetensi yang belum sesuai di Puskesmas. Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 87 3) Seringnya mutasi tenaga kefarmasian yang bertugas di Instalasi Farmasi. 4) Kurangnya koordinasi antara Puskesmas, Kabupaten/Kota dan Provinsi. Usul Pemecahan Masalah: Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas antara lain sebagai berikut: 1) Pemberian reward bagi petugas/pengelola data di daerah. 2) Melakukan peningkatan kapasitas SDM dalam pengelolaan obat di Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota. 3) Melakukan pembinaan terhadap SDM pengelola obat secara berkesinambungan. 4) Perlu dibangun koordinasi yang baik untuk pelaporan data ketersediaan obat dan vaksin dari unit pelayanan ke instansi penanggung jawab kesehatan di daerah (Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Provinsi). Jumlah bahan baku obat dan obat tradisional serta Alat Kesehatan (Alkes) yang diproduksi di dalam negeri (kumulatif). lmpor bahan baku obat, produk kefarmasian lain dan alat kesehatan mengakibatkan kurangnya kemandirian dalam pelayanan kesehatan. Hampir 90% kebutuhan obat nasional sudah dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri. Hanya industry farmasi masih bergantung pada 96% bahan baku impor. Selain itu ketergantungan terhadap impor alat kesehatan masih mencapai 94o/o. Sehingga pada Renstra periode 2015 - 2019 ditetapkan indikator Jumlah bahan baku obat dan obat tradisional serta Alat Kesehatan (Alkes) yang diproduksi di dalam negeri (kumulatiQ Kondisi yang dicapai: Pada tahun 2015, jumlah bahan baku obat dan obat tradisional serta alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri mencapai 11 jenis dari target sebanyak 7 jenis yang telah ditetapkan. Upaya yang dilakukan adalah Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 88 dengan pendirian kelompok kerja kemandirian bahan baku obat beranggotakan lintas kementerian dan sfakeholder terkait lain dengan Kementerian Kesehatan sebagai koordinator. Pencapaian kemandirian obat dan bahan baku obat juga terutama dilakukan melalui kerjasama dan fasilitasi penelitian dengan lembaga penelitian (BPPT dan LlPl) dan Perguruan Tinggi di bidang pengembangan bahan baku obat serta pembentukan jejaring dengan berbagai stakeholder diantaranya institusi penelitian, kalangan industri dan asosiasi pengusaha. Pada tahun 2015 dilakukan kerjasama dengan Kementerian Riset dan Teknologi (BPPT) dan Kementerian Pendidikan melalui Perguruan Tinggi yaitu Institut Teknologi Bandung (lTB), Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Padjadjaran (UNPAD). Jumlah produk alat kesehatan dalam negeri di Indonesia masih terbatas jenisnya serta belum digunakan secara maksimal oleh sarana pelayanan kesehatan. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya promosi untuk menarik minat investor dan pelaku usaha, pembinaan kepada industri alat kesehatan negeri agar meningkatkan kualitas produk dan kapasitas produksi, melakukan sosialisasi dan advokasi terhadap Pemerintah Daerah maupun sarana pelayanan kesehatan agat menggunakan alat kesehatan dalam negeri. Tabel3.3. Target, realisasi dan capaian indikator jumlah bahan baku obat dan obat tradisional serta alat kesehatan (alkes) yang diproduksi di dalam negeritahun 2015 Jumlah bahan baku obat dan 157,140/o obat tradisional serta alat kesehatan (alkes) yang diproduksi di dalam negeri *)Jenr's bahan baku obat dan alat kesehatan yang diinisiasi pada tahun 2015 [aporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 89 Grafik 3.15. Target dan realisasi indikator jumlah bahan baku obat dan obat tradisional serta alat kesehatan (alkes) yang diproduksi di dalam negeritahun 2015 40 30 lTarget 20 I Realisasi 10 Daftar Nama Bahan Baku Obat dan Bahan Baku Obat Tradisional yang Diproduksi di Dalam Negeri Tahun 20'15 Tabel 3.4. Bahan Baku Obat dan Bahan Baku Obat Tradisional yang Diproduksi di Dalam Negeri Tahun 2015 BBO/BBOT No 1 Ekstrak Terstandar Daun Kepel Kerjasama A-B-G UGM-PT Swayasa (Stelechocarpus buharol (Bl) Hook.f. & Prakasa rh) 2 Ekstrak Umbi Bengkoan g (Pachynhizus UGM-PT Swayasa erosus L.) 3 Prakasa Ekstrak Aktif Terstandar Daun Mimba UGM-PT Swayasa (Azadirachta indica) 4 Prakasa Ekstrak Biji lGbet (Tigonella foenum- BPPT graecum L.) - PT Kimia Farma 5 Pemanis Alami Gliosida Steviol 6 Ekstrak Terstanda r Strobi lanfhes cnspus - PT Kimia Farma ITB - PT Kimia Farma ITB L 7 8 Ekstrak Terstandar Kelopak Bunga UNPAD - PT Roseola (Hrbrscus sabdariffa L.) Phytochemindo Reksa Karagena n Pharmaceutical Grade UNPAD Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 - CV Suprima SARAI{DI KARYA NUGRAHA TKARIXA Renograf PT. (AKD 21501510202) PT, MEDII{OP 'SIIEMIIES -TRITONT-Vlo(AKD21603510351) " 1IED1HOP .TRtroN T€kln Marlcr PT. (AKD11603510346) -TRITON Ttene (AKD 21603510292) - TRITON T- Mon (AKD 21603510n3) .BIOLOGICALSUTURES: .TRITON T-Plaln (AKD 21603510347) - TRITON T-Chromlc (AKD 21603510348) -TRtTOit T-Silk (AKD 21603510352) Gambar 3.13. Alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri tahun 2015 rill/'/'ff// . Pornoron ' Ditfog Pcrrksa frfata Grolis ' Gambar 3.14. Menteri Kesehatan Rl, Prof. Dr. Nila Farid Moeloe( Sp.M (K) membuka pameran alat kesehatan dan PKRT dalam negeri di Hall B Jakarta Convention Center, Senayan Jakarta Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 91 Kementerian Kesehatan bersama akademisi/peneliti jajaran pemerintah, dan masyarakat industri terus berupaya untuk meningkatkan penggunaan produk alat kesehatan dalam negeri yang beredar dapat bersaing di skala nasional dan global. Berkaitan dengan hal tersebut, Kementerian Kesehatan menyelenggarakan'Pameran Alat Kesehatan dan PKRT Dalam Negeri" sekaligus pencanangan 'Gerakan Cinta Alat Kesehatan Dalam Negeri" yang diselenggarakan pada tanggal 16-17 Oktober di Hall B, Jakafta Convention Center. Dengan diselenggarakan pameran tersebut diharapkan dapat meningkatkan kebanggaan dan kecintaan masyarakat untuk menggunakan produk buatan dalam negeri khususnya alat kesehatan ditengah membanjirnya barang-barang impor sebagai akibat dari implementasi FTA (Free Trade Agreemenf), sebagai sarana untuk menampilkan produk alat kesehatan hasil karya anak bangsa yang diproduksi di dalam negeri, serta memacu pelaksanaan dan peningkatan pembangunan industri alat kesehatan dalam negeri. Permasalahan: Terdapat beberapa permasalahan yang dialami dalam pencapaian indikator kinerja kegiatan jumlah Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional serta Alat Kesehatan yang diproduksi di dalam negeri yaitu: 1) Keterlambatan pihak ke tiga dalam mengusulkan proposal penelitian BBO 2) Keterlambatan pelaksanaan penelitian BBO, sehingga penelitian selesai di akhir tahun 3) Terbatasnya jenis produk alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri. 4) Terbatasnya jumlah sarana produksi dalam negeri. 5) Terbatasnya kemampuan sarana produksi dalam negeri untuk memproduksi alat kesehatan. Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 Usul Pemecahan Masalah: Upaya pemecahan masalah terhadap kendala yang dialami dalam pencapaian indikator kinerja kegiatan jumlah Bahan Baku Obat dan Obat Tradisionat serta Alat Kesehatan yang diproduksi di dalam negeri adalah sebagai berikut: 1) Waktu pelaksanaan kegiatan dipercepat dan diintensifkan sesuai kontrak. Pembentukan konsorsium pengembangan BBO BBOT dan pemanfaatannya. 2) Melakukan pembinaan terhadap industri alkes dalam negeri untuk memperbanyak item produk alat kesehatan dalam negeri melalui terobosan "Gerakan Cinta Alat Kesehatan Dalam Negeri" yang dicanangkan pada saat pembukaan Pameran Alat Kesehatan Dalam Negeri. 3) Memberikan dukungan kepada sarana penyalur alat kesehatan untuk meningkatkan investasi usahanya di bidang produksi alat kesehatan. 4) Melakukan pembinaan kepada sarana produksi dalam negeri untuk meningkatkan kapasitas dan menambah jenis produk yang diproduksinya. Persentase produk Alkes dan PKRT di peredaran yang memenuhi syarat. Sampling alat kesehatan dan PKRT adalah salah satu langkah yang ditempuh dalam rangka pembinaan, pengendalian, dan pengawasan terhadap keamanan, mutu, dan manfaat alat kesehatan dan PKRT yang telah memiliki izin edar. Pengambilan sampel alat kesehatan dan PKRT dilaksanakan di 34 Provinsi. Seluruh sampel diuji di beberapa laboratorium yang terakreditasi atau yang ditunjuk. Kondisi yang dicapai: Total sampel yang diuji dan telah diperoleh hasil uji adalah 1797 sampel. Setelah dilakukan pengujian terhadap sampel, diperoleh hasil yang menunjukan 1405 sampel memenuhi syarat (MS) dan 392 sampel tidak memenuhi syarat (TMS). Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 93 Pengambilan sampel alat kesehatan dilakukan berdasarkan Pedoman Teknis Pelaksanaan Sampling dan Pengujian Alat Kesehatan. Kriteria sampel alat kesehatan dan PKRT yang diuji sebagai berikut: Kriteria umum: 1) Ketersediaan laboratorium uji dan metode pengujiannya. 2) Kajian resiko dari sampel yang akan diambil. 3) Ketersediaan standar yang digunakan dalam metode analisis. 4) Produk yang banyak dipakai oleh masyarakat luas. 5) Produk yang banyak beredar dan memiliki dampak yang cukup luas pada masyarakat. 6) Produk yang berdasarkan data tahun sebelumnya yang tidak memenuhi syarat (TMS). Kriteria khusus: 1) Produk alat kesehatan kelas satu. 2) Produk alat kesehatan steril. 3) Produk PKRT. 4) Produk yang diduga tercemar dan dapat menimbulkan dampak yang tidak diinginkan. Pada tahun 2015, indikator kinerja persentase produk alat kesehatan dan PKRT di peredaran memenuhi syarat memiliki target sebesar 75% dan secara nasional realisasinya sebesar 78.18o/o dengan persentase capaian indicator kinerja sebesar 104.24o/o Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 94 Tabel 3.5. Target, realisasi dan capaian indikator persentase produk alat kesehatan dan PKRT di peredaran yang memenuhi syarat tahun 2015 Percentase produk alat 78,180/o 104,240/o kesehatan dan PKRT di peredaran yang memenuhi syarat Grafik 3.16. Target dan realisasi indikator persentase produk alat kesehatan dan PKRT di peredaran yang memenuhi syarat tahun 2015 840A 82o/o 80o,6 78% 76% 74% 72% 70016 Sampling alat kesehatan dan PKRT adalah kegiatan proaktif, kegiatan ini merupakan salah satu upaya strategi peningkatan pengawasan posf- market dalam rangka pembinaan, pengendalian, dan pengawasan terhadap keamanan, mutu, manfaat dan kinerja alat kesehatan dan PKRT yang beredar di wilayah NKRI dan telah memiliki izin edar. Tujuan Kegiatan ini adalah untuk menjamin alat kesehatan dan PKRT yang beredar di wilayah NKRI memenuhi persyaratan mutu dan manfaat dan mendukung pencapaian indikator ketiga Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan yaitu persentase produk alat kesehatan dan PKRT yang beredar memenuhi persyaratan keamaanan, mutu dan Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 95 manfaat. Output dari kegiatan tersebut yaitu tersedianya data dan informasi alat kesehatan yang Memenuhi Syarat (MS) dan Tidak Memenuhi Syarat (TMS). Permasalahan: Terdapat beberapa permasalahan yang dialami dalam pencapaian indikator kinerja kegiatan persentase produk alat kesehatan dan PKRT di peredaran yang memenuhi syarat, yaitu: Usul Pemecahan Masalah: 1) Sampling baru dilakukan prioritas untuk produk tertentu. 2) Jumlah Laboratorium yang bias menguji produk alkes dan PKRT masih terbatas. 3) Befum tersosialisasikannya e-watch alkes untuk melaporkan Kejadian yang Tidak Diinginkan (KTD) alat kesehatan dan/atau PKRT secara masif. 4) Standar SNI belum menjadi mandatory sebagai salah satu persyaratan pendaftaran alkes dan/atau PKRT. Upaya pemecahan masalah terhadap kendala yang dialami dalam pencapaian indikator kinerja kegiatan persentase produk alat kesehatan dan PKRT yang memenuhi syarat sebagai berikut: 1) Meningkatkan peran dan tanggung jawab sarana pemegang izin edar terhadap pengawasan internal produk yang diedarkannya dengan cara mewajibkan melakukan sampling secara berkala dan melaporkan hasil uji produknya ke Kementerian Kesehatan Rl. 2) Perlu dilakukan koordinasi lintas sektor terus menerus agar meningkatkan kemampuan laboratorium untuk pengujian sampel alkes dan/atau PKRT. 3) Melakukan sosialisasi e-watch alkes terus menerus, sehingga laporan atas KTD dari alat kesehatan dapat ditindaklanjuti. Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 95 4) Perlu diberlakukan persyaratan SNI sebagai salah satu syarat dalam pendaftaran alkes dan PKRT tertentu sehingga laboratorium dapat meningkatkan kapasitas pengujian. Upaya dan prestasi yang telah dicapai oleh Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan pada tahun 2015 antara lain: 1) Pencanangan Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat (GeMa CerMat) dan selanjutnya dilakukan sosialisasi pelaksanaannya kepada Dinas Kesehatan Provinsi seluruh Indonesia, lkatan Apoteker Indonesia dan Akademisi. Selanjutnya setelah pedoman pelaksanaan GeMa CerMat tersebut tersusun maka akan dilakukan penerapan yang diawali dengan model percontohan GeMa CerMat di Dinas Kesehatan Provi nsi/Kabu paten/Kota. Gambar 3.15. Pencanangan gerakan masyarakat cerdas menggunakan obat oleh Menteri Kesehatan Rltahun 2015 2) Farmasi dan Alat Kesehatan Online (Faralkes Online) a) e-regalkes Track & trace sysfem e-regalkes adalah sistem perizinan registrasi alat kesehatan dan PKRT secara online yang dapat dilacak dan ditelusuri di setiap tahapan proses evaluasi perizinan atau Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 97 sertifikasi. Dengan sistem ini maka stakeholder (pelaku usaha) dapat memantau proses perizinan nya sesuai janji layanan. Sistem ini juga terkoneksi dengan Portal INSW milik Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Kementerian Keuangan. b) e-payment Penerapan e-paymenf, yaitu aplikasi yang menghubungkan antara sistem registrasi online alkes dan PKRT dengan sistem informasi PNBP online (SIMPONI) milik Kementerian Keuangan. Dengan aplikasi ini pemohon dapat melakukan pembayaran 24 jam reaftime online melalui ATM atau lntemet banking bank persepsi di seluruh ini dapat lebih terpercaya kebenarannya, efektif dan efisien dibandingkan Indonesia. Pembayaran PNBP dengan metode pembayaran dengan formulir Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP) atau pembayaran manual. Selain itu dapat meningkatkan akuntabilitas pencatatan dan pelaporan keuangan. c) e-suka Penerapan e-suka yaitu pelayanan surat keterangan secara online sebagai terobosan banyaknya permohonan surat keterangan yang dibutuhkan masyarakat untuk informasi produk, baik untuk kebutuhan pribadi, pengadaan, ekspor-impor, dan untuk melakukan proses registrasi alat kesehatan dan PKRT. E-sistem surat keterangan alat kesehatan yang dinamakan e-suka yang dapat diakses melalui www.esuka. binfar. kemkes. oo. id. Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 Gambar 3.15. Launching Faralkes Online oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia 5. Sasaran Strategis 5: Meningkatnya Jumlah, Jenis, Kualitas dan Pemerataan Tenaga Kesehatan Menurut pendataan Badan PPSDMK terkait jumlah SDM Kesehatan pada akhir tahun 2015, tercatat sebanyak 876.617 orang, dengan rincian jenis tenaga kesehatan berdasarkan UU Nomor 36 Tahun 2015 tentang Tenaga Kesehatan, yaitu Medis 108.752, Keperawatan 214.447, Kebidanan 96.313, Kefarmasian 31.904, Kesehatan Masyarakat 41.181, Kesehatan Lingkungan 12.897, Gizi 14.881, Keterapian Fisik 5.165, Keteknisian Medis 18.522, dan Teknik Biomedika 24.092. Indikator yang terkait sasaran strategis ini adalah: a. Jumlah Puskesmas yang memiliki minimal 5 jenis tenaga kesehatan Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggitingginya di wilayah kerjanya (Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas). Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 Berdasarkan pasal 16 Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas, disebutkan bahwa sumber daya manusia Puskesmas terdiri dari tenaga kesehatan dan non kesehatan. Tenaga kesehatan yang dimaksud paling sedikit terdiri atas 1) dokter atau dokter layanan : primer; 2) dokter gigi; 3) perawat; 4) bidan; 5) tenaga kesehatan masyarakat; 6) tenaga kesehatan lingkungan; 7) ahli teknologi laboratorium medik; 8) tenaga gizi; dan 9) tenaga kefarmasian. Sejak 1 Januari 2014, Pemerintah mulai mengimplementasikan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). JKN yang dikembangkan di Indonesia merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan melalui mekanisme Asuransi Kesehatan Nasional yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Kebijakan JKN merupakan suatu kebijakan yang ditetapkan dan dilaksanakan oleh pemerintah dengan tujuan tercapainya keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan seluruh rakyat untuk hidup produkti secara sosial dan ekonomi. Hal ini selaras dengan amanah UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Pelayanan kesehatan era JKN dilaksanakan secara berjenjang serta memberlakukan sistem rujukan dengan harapan akan mengurangi beban rumah sakit. Akan tetapi, sukses dan tidaknya pelaksanaan JKN, salah satunya ditentukan oleh berjalan tidaknya sistem rujukan dan Puskesmas merupakan garda pertama sistem tersebut. Berdasarkan penelitian Rahmat Alyakin (2014), pengalaman penerapan Jamkesmas di Kabupaten Nias Selatan justru perubahan Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 perilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai kesehatan karena jaminan kesehatan yang tersedia memberikan disinsentif program preventif karena masyarakat tidak berusaha untuk tidak menjadi sakit, sebab merasa telah tersedia biaya untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Oleh karenanya, peran Puskesmas sebagai gate keeper sangat dibutuhkan. Puskesmas harus kembali kepada perannya yang lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di wilayah keryanya. Revitalisasi Puskesmas dalam upaya promotif dan preventif harus diterapkan, tanpa mengabaikan fungsi kuratif. Untuk itulah, dibutuhkan SDM kesehatan pada area promotif dan preventif. Karenanya selama 5 tahun kedepan sejak 2015, salah satu indikator yang ditetapkan Badan PPSDM Kesehatan dalam rangka mencapai sasaran strategisnya adalah jumlah puskesmas yang memiliki minimal 5 jenis tenaga kesehatan, yaitu tenaga kesehatan lingkungan, tenaga kefarmasian, tenaga gizi, tenaga kesehatan masyarakat dan tenaga analis kesehatan. Untuk tahun 2015, dari taget 1.200 yang ditetapkan, telah tercapai 1.179 Puskesmas yang memiliki minimal 5 jenis tenaga kesehatan atau tercapai 98 %. Pencapaian ini menunjukkan bahwa capaian indikator ini turut didukung oleh peran serta Pemerintah Daerah terkait SDM kesehatan. Hal ini selaras dengan UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, dimana dijelaskan bahwa Pemerintah Daerah Provinsi wajib melakukan perencanaan dan pengembangan SDM kesehatan untuk UKM dan UKP daerah Provinsi. Di dalam UU Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan, pasal 4 disebutkan pula bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah memiliki tanggung jawab terhadap pengaturan, pengawasan dan peningkatan mutu Tenaga Kesehatan. Selain itu, disebutkan pula bahwa perencanaan, pengadaan dan pendayagunaan Tenaga Kesehatan sesuai kebutuhan juga menjadi tanggung jawab bersama Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Artinya Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 101 ada peran Pemerintah Daerah mulai dari perencanaan, pendayagunaan hingga pendistribusian Tenaga Kesehatan. Apabila diproyeksikan kepada target 2019, maka capaian ini telah mencakup 21 o/o dari target 5.600 tersebut. Badan PPSDM Kesehatan sebagai unit Eselon I Kementerian Kesehatan yang memiliki tugas melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia di bidang kesehatan akan terus berupaya memenuhi pencapaian target ini. Salah satu upaya yang dilakukan Badan PPSDM Kesehatan untuk mencapai target tersebut adalah melalui penempatan tenaga kesehatan berbasis tim (team based) dengan program Nusantara Sehat yang dilaksanakan oleh Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan sejak tahun 2015. Program ini bertujuan meningkatkan akses pelayanan kesehatan di Daerah Tertinggal, Perbatasan, dan Kepulauan (DTPK) serta Daerah Bermasalah Kesehatan (DBK) untuk mendukung pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan Kartu Indonesia Sehat (KlS). Program ini dilaksanakan dengan menempatkan tenaga kesehatan berbasis tim (Tim Nusantara Sehat) dalam rangka penguatan program pelayanan kesehatan di puskesmas DTPK dan DBK. Peserta Program Nusantara Sehat adalah para tenaga profesional dengan latar belakang kesehatan antara lain dokter, dokter gigi, perawat, bidan, Ahli Teknologi Laboratorium Medik, Tenaga Kefarmasian, Tenaga Gizi, Tenaga Kesehatan Lingkungan dan Tenaga Kesehatan Masyarakat yang bersedia ditempatkan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Daerah Tertinggal, Perlcatasan dan Kepulauan (DTPK) serta Daerah Bermasalah Kesehatan (DBK) di seluruh wilayah Indonesia selama 2 (dua) tahun. Target penempatan Tim Nusantara Sehat pada tahun 2015 sebanyak 480 tenaga kesehatan di 44 kabupaten DTPK yang terbagi dalam 2 periode penempatan. Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 to2 Gambar 3.17. Kegiatan Tim Nusantara Sehat Tahun 2015 Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 103 Dibutuhkan komitmen semua pihak, baik Pusat dan Daerah untuk bersama-sama bersinergi terkait pemenuhan tenaga kesehatan di Puskesmas, sehingga derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingganya dapat tenrujud. b. Persentase RS kabupaten/kota kelas C yang memiliki 4 dokter spesialis dasar dan 3 dokter spesialis penunjang Persentase RS kab/kota kelas C yang memiliki 4 dokter spesialis dasar dan 3 dokter spesialis penunjang adalah persentase RS kab/kota kelas G 4 dokter spesialis dasar (Obstetri ginekolog, Kesehatan Anak, Penyakit dalam, dan Bedah) dan 3 dokter spesialis penunjang yang memiliki (Anestesiologi, Radiologi dan Patologi Klinik). Cara perhitungan indikator ini adalah jumlah RS kab/kota kelas C yang telah terpenuhi dokter spesialis dasar (Obstetri ginekolog, Kesehatan Anak, Penyakit dalam, dan Bedah) dan 3 dokter spesialis penunjang, dibagi totaljumlah RS kab/kota kelas C. Tabel 3.6. Target dan Capaian RS Kab/Kota Kelas C yang memiliki 4 dokter spesialis dasar dan 3 dokter spesiais penunjang TARGET NO INDIKATOR 2015 2016 2017 CAPAIAN 2018 2019 TAHUN 2015 2 Persentase RS 30o/o Kab/Kota Kelas C yang memiliki4 dokter spesialis dasar dan 3 dokter spesiais penunjang Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 35o/o 4Qo/o 50o/o 60% 35o/o Grafik 3.17. Target dan Capaian RS Kab/Kota Kelas C yang memiliki 4 dokter spesialis dasar dan 3 dokter spesiais penunjang Rsatsari Targeft rTarget Reahsasi Berdasarkan hasil pendataan oleh Badan PPSDM Kesehatan, dari total 296 RS kelas C milk Pemerintah Kab/Kota, yang telah terpenuhi 4 dokter spesialis dasar dan 3 dokter spesialis penunjang adalah sebanyak 104 Rumah Sakit atau tercapai 35%. Sehingga prosentase capaian untuk indikator ini adalah 117 o/o. Apabila capaian target ini dibandingkan dengan target yang ingin dicapai di tahun 2019, maka dari target 60% yang ingin dicapai, telah tercapai 35 o/o atau secara prosentase, telah tercapai 58o/o. Grafik 3.18. Perbandingan Target dan Capaian Indikator persentase RS Kab/Kota kelas C yang memiliki 4 dokter spesialis dasar dan 3 dokter spesialis penunjang Tahun 2015-2019 bllt, \il:'. -tif.:. 2 t-t', 10':' rJg; 2(i18 Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 105 Permasalahan maldistribusi ini sebenarnya merupakan isu yang sering disampaikan. Berbagai kebijakan telah dilakukan untuk dalam rangka penempatan dokter spesialis. Akan tetapi belum ada identifikasi mengenai kualitas daerah yang dituju untuk penempatan tenaga dokter. Dokter yang baru lulus akan ditempatkan di daerah yang sangat minim fasilitas dan sarana pendukung lainnya. Akibatnya angka intention to leave menjadi sangat tinggi di kalangan dokter muda yang bekerja di pedalaman. Kebijakan yang dibuat pula sering kali concern hanya pada mengurangi kesenjangan; seperti menaikkan gaji/upah atau insentif, ketimbang membuat strategi jangka panjang. Perbaikan dan penguatan sistem kesehatan daerah dan mutu pelayanan kesehatan belum digarap secara serius. Pemerataan tenaga dokter spesialis tidak bisa dilihat hanya dari sudut pandang saja, melainkan perlu juga memperhatikan pengembangan sistem kesehatan daerah dan ketenagaannya peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Apabila sistem pelayanan kesehatan di suatu daerah sudah baik dengan didukung sumber daya memadai, serta sarana dan prasarana menunjang dan adanya jaminan keamanan saat dokter melakukan tugasnya, maka dengan sendirinya para dokter spesialis muda akan dengan sukarela mau bertugas di daerah sampai ke level kabupaten sekalipun. Oleh karenanya, sinergi antara Pusat dan Daerah juga kembali dibutuhkan agar sama-sama berupaya meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 106 Grafik 3.19. Distribusi Bantuan PPDS/PPDGS Seluruh Angkatan DISTRIBUSI PENERIMA EANTUAN PENOIDIKAN OR,DRG SPESIALIS SELUR,UH AN6KATAN (I - XIII) 400 I t00 Fi.lrata,r,rpr I I ^L;( 5p Penr.k'r oalam 5p Radiotogr tr]'>'Nl J.tul l,',lelnai ! .eb. S9 An.k ! sp s.d.h I 5p sratl! ob:gyn ! 5p Arc:rcsi I 5p P.toloqr Klrn'k f,€-.;,: Salah satu upaya pencapaian target indikator kinerja program PPSDM Kesehatan, yang dilaksanakan Badan PPSDM Kesehatan adalah melalui pemberian bantuan biaya pendidikan PPDS dan PPDGS dengan prioritas mata kuliah untuk 4 spesialisasi dasar yaitu Kebidanan dan Kandungan, Bedah, Penyakit Dalam dan Kesehatan Anak, serta 3 spesialisasi penunjang yaitu Anestesi, Radiologi dan Patologi Klinik. Jumlah SDM kesehatan yang ditingkatkan kompetensinya (kumulatif) Cara perhitungan indikator ini adalah jumlah aparatur, tenaga pendidik dan kependidikan serta tenaga kesehatan non aparatur dan masyarakat yang telah ditingkatkan kemampuannya dengan memperoleh sertifikat melalui pendidikan dan pelatihan yang sudah terakreditasi. Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 Grafik 3.20. SDM kesehatan yang ditingkatkan kompetensinya (kumulatif) SDM Kesehatan adalah semua orang yang bekerja secara aktif di bidang kesehatan, baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan, maupun tidak yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melaksanakan upaya kesehatan. Dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu, SDM Kesehatan dituntut untuk senantiasa meningkatkan kemampuan dan keterampilannya, baik melalui pendidikan maupun pelatihan. Melalui peningkatan kompetensi, SDM Kesehatan senantiasa terpapar akan informasi kesehatan yang up to date sehingga ilmu pengetahuan dan teknologi terkini di bidang kesehatan turut meningkat. Indikator ini menghitung jumlah aparatur, tenaga pendidik dan kependidikan serta tenaga kesehatan non aparatur dan masyarakat yang telah ditingkatkan kemampuannya dengan memperoleh sertifikat melalui pendidikan dan pelatihan yang sudah terakreditasi. Data yang ada menunjukkan bahwa dari total target 10.200 SDM Kesehatan yang ditingkatkan kompetensinya, tercapai 13.003 atau 127 laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 o/o cagaian Apabila 108 diproyeksikan ke target Tahun 2019, maka capaian indikator ini telah mencapai 23 o/o. Pelatihan yang diberikan adalah Pelatihan Kepemimpinan, Pelatihan Prajabatan, Pelatihan Manajemen, Pelatihan Teknis Kesehatan dan Pelatihan Fungsional bagi aparatur. Sementara pelatihan bagi tenaga pendidik, tenaga kesehatan dan masyarakat adalah Pelatihan assessor program studi kesehatan, Pelatihan Sistem Penjaminan Mutu Internal bagi tenaga pendidik, Pelatihan publikasi jurnal ilmiah bagi tenaga pendidik, pelatihan metodologi penelitian bagi tenaga pendidik, pelatihan manajemen laboratorium bagi pengelola laboratorium diknakes, pelatihan analis soal bagi tenaga pendidik serta pelatihan pengendali infeksi terpadu bagi tenaga pendidik. Sementara data peningkatan SDM Kesehatan melalui pendidikan diperoleh dari data jumlah peserta aktif dan peserta baru penerima bantuan tugas belajar dan Program Pendidikan Dokter dan Dokter Gigi Spesialis (PPDS/PPGS). Persentase realisasi anggaran Badan PPSDM Kesehatan pada Tahun 2015 adalah sebesar 89,21oh atau Rp 2.730,620.945.986,- dari total Pagu Rp 3.060.790.867.000,-. Alokasi dan realisasi anggaran Badan PPSDM Kesehatan per Kegiatan, dapat dilihat pada Tabel di bawah ini : Tabel3.7. Alokasidan realisasianggaran Badan PPSDM Kesehatan per Kegiatan KEGIATAT{ itandardisasi, Seftifikasi dan Pendidikan Berkelanjutan bagi SDM (esehatan Pendidikan dan Pelatihan ADaratur )endidikan dan Pelatihan Tenasa Xesehatan Perencanaan dan Pendavasunaan SDM Kesehatan )ukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada )rogram Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia PAGU 23.028.750,00C REATISASI L7.220.966.8Lt % 74,72 173.518.407.0q r28.345,5L2.76, 73,9i 20.000.000.0fi t5.756.flg.t35 78 7t 18.720.500.0fl t6.5s3.120,29t 88,4! 1.325.316.962.0fi 1.239.515.520.87r 93,53 370.874320g1 83.16 (esehatan Pendidikan Tinggi dan Peningkatan Mutu SDM Kesehatan rengelolaan Mutu Pendidikan Tinggi 445,000.000.00( 24.000.000.00( 21.098.089.03: 87.91 Pembinaan dan Pengelolaan Pendidikan Tinrei 780.206.248.00( 575.492.777.92( 85,5t telakanaan Intemshio Tenasa Kesehatan rorAt Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 2s0.000.000.0fi 3.060.790.857.000 245.763.158.51( 2.730.620.945.986 98,31 89,2 109 Sasaran Strategis 6: Meningkatnya sinergitas antar Kementerian/Lembaga Indikator yang terkait sasaran strategis ini adalah: a. Jumlah kementerian lain yang mendukung pembangunan kesehatan Indikator pertama untuk mencapai sasaran kinerja meningkatnya sinergitas antar Kementerian/Lembaga adalah jumlah Kementerian lain yang mendukung pembangunan kesehatan. Dari total 34 kementerian, sebanyak 12 kementerian yang telah mendukung pembangunan kesehatan pada tahun 2015. Daftar kementerian tersebut sebagai berikut: Tabel3.8. Daftar Kementerian dengan Dukungan Program Pembangunan Kesehatan Tahun 2015 Kementerian No. 1 Dukungan Program Pembangunan Kesehatan Kementerian Dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM) Negeri bidang Kesehatan, Gerakan Masyarakat Sehat, Posbindu, dan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) 2 Kemnterian Perencanaan Gerakan Masyarakat Sehat Pembangunan Nasional (Bappenas) 3 Kementerian Keuangan Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang Kesehatan dan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) 4 Kementerian Pertanian Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) 5 Kementerian Desa, Desa Siaga, Desa Sehat Perbatasan, dan Daerah Tertinggal 6 Kementerian Pekerjaan Rumah Sehat Umum dan Perumahan Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 110 Rakyat 7 Kementerian Perind ustrian Riset Tanaman Obat dan Jamu, Produksi dan Distribusi Farmasi dan Kementerian Produksi Perdagangan Kesehatan I Kementerian Sosial Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 Kementerian Pertahanan Nusantara Sehat 11 Kementerian Keselamatan Berkendara 8 Distribusi Alat Perhubungan 12 Kementerian Agama Kesehatan Haji, Pos Kesehatan Pesantren, Vaksinasi TT Calon Pengantin Jumlah kementerian yang mendukung program pembangunan kesehatan pada tahun 2015 telah melebihi target. Hal ini akan terus ditingkatkan kedepannya untuk menjadikan pembangunan nasional yang berorientasi kesehatan. b. Persentase kabupaten/kota yang mendapat predikat baik dalam pelaksanaan SPM Meningkatnya presentase Kabupaten/Kota yang mendapat predikat baik dalam pelaksanaan SPM sebesar 30% pada tahun 2015. Pengukuran indikator kedua ini menggunakan data tahun 2014, dikarenakan masingmasing Kabupaten/Kota melaporkan capaian SPM tahun 20'15 pada tahun 2016. Sehingga data tahun 2015 baru akan terhimpun di tahun 2016. 7. Sasaran Strategis 7: Meningkatnya daya guna kemitraan dalam dan luar negeri Indikator yang terkait sasaran strategis ini adalah: a. Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSR untuk program kesehatan Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 111 Dunia usaha dan swasta juga memiliki kewajiban untuk turut serta dalam pembangunan kesehatan. Melihat peluang besar dari dunia usaha melalui program Corporate Socn/ Responsibility (CSR)-nya, Pusat Promosi Kesehatan menggalang kemitraan dengan dunia usaha. Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSR-nya untuk program kesehatan adalah jumlah dunia usahayang telah melakukan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Kementerian Kesehatan untuk memanfaatkan CSR-nya untuk program kesehatan. Berbagai kegiatan yang telah dilakukan melalui kemitraan ini pada tahun 2015 seperti pemberdayaan masyarakat di daerah model, mobilisasi massa, pemutaran lLM, dan lain sebagainya. Grafik 3.21. Target dan Capaian Jumlah Dunia Usaha yang Memanfaatkan CSR-nya untuk Program Kesehatan iE;;l rc.p"i"n ] I Capaian jumlah dunia usaha baru yang memanfaatkan CSR-nya untuk program kesehatan pada tahun 2015 adalah 5 (lima) dunia usaha atau 125% dari target yang telah ditetapkan. Dunia usaha yang melakukan perjanjian kerla sama tersebut adalah PT. K-24 Indonesia, PT. Herlina Indah, PT. Media Inovasi Global, PT. Merck Sharp Dohme Pharma serta Center For Indonesia Medical Student's Activities (CIMSA). Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 rtz Gambar 3.18. Pelaksanaan Penandatanganan MoU Kementerian Kesehatan dengan Dunia Usaha Selain dunia usaha yang baru, terdapat 14 Dunia Usaha yang memperpanjang MoU yaitu: PT. Adaro Energy Tbk, PT. Aventis Pharma, PT. Glaxo Wellcome Indonesia, PT. Johnson & Johnson Indonesia, PT. Novartis Indonesia, PT. Novo Nordisk Indonesia, PT. Nutrifood Indonesia, PT. Pfizer Indonesia, PT. Roche, PT. Smithkline Beecham pharmaceuticals, PT. Steding Product Indonesia, PT. Unilever Indonesia, PT. Indofood Sukses Makmur. Sehingga sampai saat ini dunia usaha yang telah melakukan kerjasama dengan Kementerian Kesehatan berjumlah 43 dunia usaha. Kegiatan yang mendukung keberhasilan pencapaian target adalah: 1) Sosialisasi program prioritas kesehatan kepada Dunia Usaha Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada dunia usaha potensial tentang program prioritas kesehatan yang dapat didukung dengan dana GSR mereka. Kegiatan dilakukan sebanyak dua kali masing-masing melibatkan 20 dunia usaha yang potensial. Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 2) Pelaksanaan MoU dengan Dunia usaha Kegiatan ini dilakukan bertepatan dengan pelaksanaan Hari Kesehatan nasional tahun 2015. Sebanyak lima dunia usaha elaksanakan penandatanganan kerjasama untuk mendukung program prioritas Kementerian Kesehatan. 3) Penyusunan rencana kerja kemitraan dengan Dunia Usaha Penyusunan rencana kegiatan merupakan fasilitasi dunia usaha untuk membuat perencanaan kegiatan sesuai dengan kerjasama yang telah dilaksanakan. Kegiatan diarahkan pada kegiatan yang pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan serta melibatkan lintas sektor serta sumber daya lokal. 4) Melakukan pembinaan teknis pada mitra yang sudah bekerja sama Kementerian Kesehatan melaksanakan bimbingan teknis pada dunia usaha yang telah bekerjasama dengan melakukan pertemuan dan koordinasi pelaksanaan teknis kegiatan. selain itu, Kementerian Kesehatan juga mendorong dunia usaha agara berkoordinasi dengan lintas sektor dan dinas kesehatan di daerah binaan. 5) Memberikan apresiasi kepada Dunia Usaha yang menjalankan program kemitraan/CsR Bidang Kesehatan melalui CSR Award Kegiatan ini diadakan pertama kali di Kementerian Kesehatan dengan melibatkan pakar CSR sebagai tim penilai yang berasal dari Universitas Trisaksti, Forum CSR dan lembaga Independet yang menangani CSR (PIRAC) serta dari Internal Kementerian Kesehatan. 6) Pengembangan modul pelatihan CSR bagi pengelola Promkes. Selain di tingkat pusat, Kementerian Kesehatan juga mendorong Dinas Kesehatan Provinsi dan kabupaten/Kota untuk melaksanaan kemitraan dengan dunia usaha. oleh karena itu, pada tahun 2015 dilaksanakaan Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 1r4 pengembangan modul pelatihan CSR bagi pengelola Promkes, dan pelatihannya akan dilaksanakan pada tahun 2016. Adapun berbagai masalah yang dihadapi dalam dunia usaha yang memanfaatkan CSR-nya untuk program kesehatan adalah: 1) Beberapa Dunia Usaha hanya ingin bekerjasama dalam event tertentu bukan bekelanjutan. 2) Aturan/kebijakan yang berbeda antara Kemenkes dan Dunia Usaha sehingga perlu waktu lama untuk penyusunan MoU dan PKS. Untuk mengatasi permasalahan yang teriadi, Pusat Promosi Kesehatan telah melakukan berbagai upaya diantaranya: 1) Menginformasikan kembali bahwa pelaksanaan kerjasama diarahkan pada kegiatan yang pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan 2) Melakukan pertemuan terkait legal aspek antara Legal Officer Perusahan dengan Biro Hukum dan Organisasi Kementerian Kesehatan Nilai-nilai positif atau pembelajaran yang bisa diambil dari kemitraan dunia usaha dalam pembangunan kesehatan adalah: 1) Dunia usaha dan swasta mendapatkan informasi tentang program kesehatan prioritas. 2) Dunia usaha dan swasta berkontribusi untuk penyelesaian masalah kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat. 3) Adanya daerah binaan dunia usaha dalam pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan untuk program prioritas Kemenkes. Prestasi yang dicapai dalam kemitraan dengan dunia usaha di tahun 2015 adalah: 1) Pemerintah daerah menggalang kemitraan dengan 87 dunia usaha di tingkat provinsi dan kabupaten/kota di tahun 2015, diantaranya Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 115 Provinsi Sumatera Utara, Jambi, Bengkulu, Lampung, Jawa Tengah, Dl Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, dan Kalimantan Barat. Pada tahun 2015 terpilih 4 (empat) dunianusaha yang layak menerima Penghargaan Mitra Bakti Husada kategori CSR yaitu PT. Adaro, PT. ASTRA International. PT. Nutrifood dan PT. Unilever. Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber dayanya untuk mendukung kesehatan Organisasi kemasyarakatan merupakan kelompok potensial untuk meningkatkan perilaku sehat masyarakat karena mereka memiliki sumberdaya sampai di grass roof. Pusat promosi Kesehatan menggalang peran serta ormas baik ormas keagamaan, kepemudaan, dan wanita untuk meningkatkan jangkauan akses informasi kesehatan dan pemberdayaan program kesehatan prioritas terhadap masyarakat luas. Jumlah Organisasi Kemasyarakatan yang Memanfaatkan Sumber Dayanya untuk Mendukung Kesehatan adalah organisasi kemasyarakatan yang telah bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan yang memanfaatkan sumberdayanya untuk mendukung program kesehatan. Kerjasama yang dimaksud adalah organisasi kemasyarakat melakukan Perjanjian Kerja Sama sebagai tindak lanjut MoU dan melaksanakan kegiatan pemberdayaan masyarakat di daerah binaan yang telah disepakati. Adapun Sumberdaya ormas yang dimanfaatkan meliputi su m ber daya ma n usia/jejari n g/sarana prasa Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 ra na I dana penda m pi n g. 116 Grafik 3.17. Target dan Capaian Jumlah Organisasi Kemasyarakatan yang Memanfaatkan Sumber Dayanya untuk Mendukung Kesehatan io*ai lCrpaian Capaian jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber dayanya untuk program kesehatan pada tahun 2015 adalah 3 (tiga) atau 100% dari target yang telah ditetapkan. Adapun ormas tersebut adalah Muslimat Nadhlatul Ulama, Perdhaki, dan Pramuka. Selain itu, Pusat Promosi Kesehatan memperbarui Kesepakatan Bersama dengan Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) yang terdiri dari Organisasi Keagamaan, Organisasi Wanita dan Organisasi Pemuda. Pada tahun 2015, sebanyak 19 (sembilan belas) Ormas melalui penandatanganan MoU bersepakat dan berkomitmen untuk melakukan upaya peningkatan Promosi Kesehatan bidang kesehatan. Gambar 3.19. Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat melalui Organisasi Kemasyarakatan di Daerah Binaan. (Ki-Ka): Desa Medani kabupaten Pati , Jawa Tengah; Kader PHBS desa Astomulyo Lampung Tengah Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 LL7 Hal-hal yang telah dilakukan dalam rangka meningkatkan jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber dayanya untuk program kesehatan adalah sebagai berikut: 1) Penggalangan kerjasama dengan organisasi kemasyarakatan Kegiatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi organisasi kemasyarakatan yang potensial serta melakukan kerjasama dalam kegiatan program kesehatan prioritas Kementerian Kesehatan. Kegiatan antara lain meliputi: a) Sosialisasi program kerjasama peningkatan peran serta ormas dan pihak lain. b) Penyusunan rencana kinerja ormas dan pihak lain. c) Penyusunan PKS dengan organisasi kemasyarakatan. d) Pemetaan ormas dan pihak lain dalam mendukung peningkatan perilaku sehat. 2\ Bimbingan teknis pelaksanaan kerjasama dengan organisasi kemasyarakatan. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan bimbingan ormas dalam pelaksanaan kegiatan. Adapun kegiatan tersebut meliputi: a) Penyusunan pedoman peran serta ormas dan pihak lain dalam mendukung peningkatan perilaku sehat b) Penyusunan petunjuk pelaksanaan kegiatan organisai kemasyarakatan c) Pembinaan Saka Bhakti Husada yang terintegrasi dengan tugas dan fungsi di lintas program Kementerian Kesehatan. Selain itu, juga dilaksanakan orientasi pimpinan SBH, koordinasi pengelola SBH tingkt provinsi, serta berpartisipasi dalam berbagai perkemahan dan event kepramukaan lainnya. d) Bimbingan teknis pelaksanaan fasilitasi ormas e) Pembinaan Rumah tangga Ber-PHBS dalam Lomba PHBS dan Posyandu Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 118 0 Bimbingan teknis pelaksanaan Health lmpact Assessmenf yang melibatkan peran organisasi masyarakat dalam pemberdayaan masyarakat di wilayah sekitar kawasan industri. 3) Monitoring dan evaluasi pelaksanaan fasilitasi ormas Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh ormas beserta hambatan dan upaya penyelesaiannya. Kegiatan monitoring dan evaluasi dilakukan melalui kegiatan: a) Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan ormas di wilayah binaan ormas. b) Penganugerahan Tanda Penghargaan Bidang Kesehatan dimaksudkan sebagai bentuk terima kasih dan motivasi atas peran serta aktif dalam pembangunan kesehatan di Indonesia. 4\ Penyebarluasan hasil fasilitasi ormas dalam program kesehatan prioritas. Kegiatan ini bertujuan agar keberhasilan kegiatan pemberdayaan dengan fasilitasi ormas yang baik dapat menjadi contoh (/esson learn) bagi ormas dan daerah lain yang ingin mengembangkan pemberdayaan dengan melibatkan ormas. Adapun berbagai masalah yang dihadapi dalam Organisasi Kemasyarakatan yang Memanfaatkan Sumber Dayanya untuk Mendukung Kesehatan adalah: 1) Tidak semua ormas yang bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan memiliki dokumen persyaratan untuk MoU sesuai Permenkes No 74 Tahun 2015 tentang Pengembangan Peran Serta Organisasi Kemasyarakatan Bidang Kesehatan. 2) Kegiatan fasilitasi ormas tertunda karena berakhirnya MoU pada tahun 20'15. 3) Hasil evaluasi kinerja fasilitasi ormas tahun 2014 menunjukkan tiidak semua ormas mencapai target kinerja yang telah disepakati. Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 119 Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi, Pusat Promosi Kesehatan telah melakukan berbagai upaya diantaranya: 1) Ormas yang beum memnuhi syarat sesuai peraturan yang belaku harus melengkapi persyaratan yang diperlukan sebelum dilakukan pelaksanaan kegiatan tahun 2016. 2) Pada tahun 2015 dilakukan perpanjangan MoU dengan 19 ormas sebagai dasar pelaksanaan fasilitasi kegiatan ormas. 3) Dilakukan pendampingan teknis dan administrasi yang lebih intens untuk meningkatkan kinerja ormas yang telah bekerjasama. Nilai-nilai positif atau pembelajaran yang bisa diambil dari peningkatan peran serta organisasi kemasyarakatan untuk program kesehatan adalah: 1) Organisasi masyarakat mendapatkan informasi tentang program kesehatan prioritas yang perlu didukung. 2) Organisasi kemasyarakatan berperan sebagai mitra pemerintah termasuk Puskesmas dalam melakukan pemberdayaan masyarakat di tingkat desa. 3) Kader ormas dapat menjadi agent of change untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan perubahan perilaku sehat masyarakat. Prestasi yang dicapai dalam peningkatan peran serta organisasi kemasyarakatan di tahun 2O15 adalah: Pemerintah daerah menggalang peran serta dengan 50 ormas di tingkat provinsi dan kabupaten/kota di tahun 2015, diantaranya Provinsi Sumatera Utara, Bengkulu, Lampung, Kepulauan Riau, Jawa Tengah, Dl Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Barat. c. Jumlah kesepakatan kerjasama luar negeri di bidang kesehatan yang diimplementasikan. Jumlah kesepakatan kerjasama luar negeri di bidang kesehatan yang diimplementasikan adalah jumlah dokumen kesepakatan internasional Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 I20 yang telah ditandatangani termasuk kesepakatan dalam persidangan internasional yang bersifat kepemerintahan dan telah diimplementasikan oleh Kementerian Kesehatan untuk mendukung pencapaian sasaran strategis pembangunan kesehatan yang diukur dengan pelaporan monitoring dan evaluasi secara berkala dan komprehensif dalam satu tahun . Pada tahun 2015 jumlah target yang akan dicapai adalah sebanya 8 dokumen kesepakatan yang diimplementasikan, sebagai mana yang tercantum dalam tabel di bawah ini Tabel3.9. Dokumen Kesepakatan dan lmplementasi Kerja Sama Pusat Kerjasama Luar Negeri, Tahun 2015 Dokumen Kesepakatan No lmplementasi Kerja Sama Kerja Sama MoU Kerja Sama Bilateral Rl 1 - India Group Meeting on Health Cooperation Rl - India Thematic Area: 2 Pelaksanaan The 1st Joint Working 3 OIC Strategic Health Programme of Action (SHPA) OKI Pelaksanaan Workshop for Policy Makers on Scaling up Nutrition Global Nutrition Report (GNR) dan KTT Agenda 3 Pembangunan Pasca 2015 Penyusunan indikator pencapaian serta Pertemuan UN Summit SDGs tingkat nasional side-event on Food Security, Nutrition and Health Declaration on 4 Secretariat Tersusunnya Dokumen Governance the ASEAN and lmplementation Mechanism of and Reviewing Strengthening the ASEAN Programme (3rd SOMHD Work Group Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 ASEAN Post 2015 Development Agenda Health Meeting) Nay Pyi Taw Declaration on 5 the ASEAN Community's Post 2015 Vision Gonesponding Health Priority Strategic Based on the ASEAN Post 2015 Health Development Agenda Coordinating Commitree on 6 Terbentuknya Cluster Strategic and Services (CCS) ke-80, ke-81 dan ke-82 Tersusunnya Dokumen MRA (Mutual Recognition Arrangement) Peningkatan keflasama dalam hal pelayanan kesehatan di daerah perbatasan Membangun ASEAN-Emergency Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Singapore, Thailand 7 Operating Center Membangun mekanisme surveillans data tentang penanggulangan (BIMST) ke-1e Anti Microbal Resistance Kerjasama perbatasan dalam hal pencegahan penanggulangan penyakit Infeksi Di tingkat nasional, kelompok kerja GHSA sedang disusun. Pokja tersebut I Global Health Security Agenda (GHSA) akan bertugas di bawah koordinasi Menko PMK dan Menko Polhukam, sedangkan Menteri Kesehatan akan menjadi Ketua Umum harian. Kerja sama GHSA di tingkat nasional melibatkan sedikitnya 22 KL terkait. Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 L22 Berikut tabel capaian kinerja Pusat Kerjasama Luar Negeri Tahun 2015: Tabel3.l0 . Pengukuran Kinerja Pusat Kerjasama Luar Negeri, Tahun 2015 Sasaran Indikator Strategis/ Kinerja No Target Capaian % (4) (5) (6) Kegiatan (1) 1 (3) (2) Meningkatnya Jumlah 8 I peran dan posisi kesepakatan Dokumen Dokumen Indonesia dalam kerja sama kerja sama luar luar negeri negeri di bidang di bidang kesehatan/ kesehatan 100 Peningkatan kerja sama luar negeri Tabel 3.11. Capaian Target Kinerja Tahun No. 1 2 2O1O - 2015 Pusat Kerjasama Luar Negeri Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Jumlah Target: Target: Target: Target: Target: Naskah Kerja 22 23 27 28 30 Sama Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi Realisa lnternasional :22 :23 :27 :28 si:30 (100o/o) (100%) (100%) (100%) (100%) Indikator Jumlah Target: Kesepakatan I Kerja Sama Realisa Luar Negeri di si Bidang I Kesehatan (100%) Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 : t23 Tabef 3.12. Capaian Target Kinerja Tahun 2015 No. 1 2019 Pusat Kerjasama Luar Negeri - Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun 2015 20'|-6 2017 2018 2019 Jumlah Target: Target: Target: Target: Target: Kesepakatan 22 23 27 28 30 Kerja Sama Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi Luar Negeri :22 :23 :27 :28 :30 di Bidang (100%) (100%) (100%) (100%) (100%) Indikator Kesehatan Analisis penyebab keberhasilan pencapaian target : 1) Koordinasi yang berjalan dengan baik antara Pusat Kerjasama Luar Negeri dengan unit teknis terkait 2) Komitmen dalam melaksanakan sosialisasi hasil-hasil kesepakatan yang telah dibuat oleh Kementerian Kesehatan dengan mitra luar negeri Komitmen Unit Teknis terkait dalam melaksanakan hasil kesepakatan yang telah dibuat oleh Kementerian Kesehatan 8. Sasaran Strategis 8: Meningkatnya integrasi perencanaan, bimbingan teknis dan pemantauan-evaluasi Indikator yang terkait sasaran strategis ini adalah: a. Jumlah provinsi yang memiliki rencana lima tahun dan anggaran kesehatan terintegrasi dari berbagai sumber jumlah Provinsi yang memiliki rencana lima tahun dan anggaran kesehatan terintegrasi dari berbagai sumber. Secara umum, indikator ketiga telah tercapai. Anggaran yang dialokasikan dalam rangka mencapai target indikator ketiga adalah sebanyak Rp. 13.100.000.000,00 atau 27.09o/o dari total anggaran Biro Perencanaan dan Anggaran. Output dari kegiatan yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan pencapaian indikator ini pada umumnya dapat tercapai seluruhnya (100%) dengan menghasilkan kinerja jumlah Provinsi yang memiliki Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 124 rencana lima tahun dan anggaran kesehatan terintegrasi dari berbagai sumber sejumlah 9 Provinsi atau mencapai 100o/o. Berikut rincian 9 Provinsi tersebut: 1) DKI Jakarta 2) Jawa Barat 3) Sumatera Utara 4) Sulawesi Selatan 5) Lampung 6) Banten 7) JawaTengah 8) Jawa Timur 9) Sumatera Selatan Pencapaian indikator ketiga yang mampu mencapai target yang direncanakan dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan didukung oleh hal-hal sebagai berikut: 1) Undang 2) 3) Permenkes Nomor 7 Tahun 2014 - undang Kesehatan Hasil trilateral meeting Rencana tindak lanjut yang akan dilakukan untuk indikator ini adalah monitoring dan evaluasi secara berkala ke propinsi. b. Jumlah rekomendasi monitoring evaluasi terpadu Jumlah rekomendasi monitoring dan evaluasi terpadu. Secara umum, indikator ketiga jika dilihat dari terlaksananya kegiatan telah tercapai seluruhnya. Faktor yang mendukung pencapaian indikator kelima adalah monitoring program yang menggunakan pendekatan Binwil, serta konfirmasi pimpinan untuk melaksankan program secara terpadu. Rencana tindak lanjut untuk indikator ini antara lain: Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 t25 1) Meningkatkan Kualitas melalui penyempurnaan sistem, metode, lnstrumentasi dan Analisis Meningkatkan kerjasama lintas Sektor dan Lintas Program 9. Sasaran Strategis 9: Meningkatnya efektivitas penelitian dan pengembangan kesehatan Sebagai bentuk dukungan dalam mencapai target-target program pembangunan kesehatan, Badan Litbang Kesehatan berperan aktif meningkatkan kualitas hasil-hasil penelitian agar terciptanya output yang dapat dimanfaatkan. Tahun 2015 merupakan tahun pertama pelaksanaan program litbangkes jangka menengah untuk tahun 2015 - 2019. Pelaksanaan program dan kegiatan di tahun 20'15 tentunya tidak terlepas dari pelaksanaan berbagai kegiatan penelitian dan pengembangan di periode sebelumnya. Pelaksanaan Riskesdas pertama pada tahun 2007 merupakan salah satu titik balik dalam perkembangan Badan Litbang Kesehatan. Hasil Riskesdas mulai dikenal dan dipakai oleh para pemangku kepentingan yang berimbas juga dengan hasil-hasil penelitian lainnya dengan skala yang lebih kecil. Periode penguatan substansi selama tahun 2010 - 2014 disadari bahwa data hasil penelitian saja tidaklah cukup bila dibandingkan dengan peran Badan Litbang Kesehatan yang sangat strategis terutama di lingkungan Kemenkes. Hasil analisis-analisis dalam mengungkap masalah kesehatan dan strategi pemecahan masalah membutuhkan penguatan hasil-hasil litbangkes yang dimulai dengan penyusunan IPKM, analisis-analisis lanjutan Riskesnas, pembentukan laboratorium manajemen data, serta pengembangan riset skala nasional yang tidak terbatas hanya Riskesdas, selanjutnya telah dilaksanakan ristoja, riset cemarling dan SDT. Dibukanya lembaran baru pelaksanaan penelitian dan pengembangan, menandakan komitmen Badan Litbang Kesehatan untuk menghasilkan penelitian yang lebih bermutu dan berkualitas untuk memenuhi kebutuhan program akan hasil-hasil penelitian sebagai dasar penyusunan keijakan Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 726 berbasis bukti. Badan Litbang Kesehatan melaksanakan dan mengembangkan berbagai strategi melalui pelaksanaan berbagai riset, pemantauan berkala serta pengembangan jejaring sehingga agar program dan kegiatan tahun 2015-2019 dapat dilaksanakan dengan baik. Dalam upaya meningkatkan kualitas penelitian, pengembangan dan pemanfaatan di bidang kesehatan, sesuai dengan Permenkes Nomor 35 Tahun 2015 tentang Kementerian Kesehatan, Badan Litbang Kesehatan melakukan kegiatan: a. Penelitian dan Pengembangan Bidang Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan b. Penelitian dan Pengembangan Bidang Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat; c. Penelitian dan Pengembangan Bidang Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik; d. Penelitian dan Pengembangan Bidang Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat; e. Penelitian dan Pengembangan Bidang Tanaman Obat dan Obat Tradisional; f. Penelitian dan Pengembangan Bidang Vektor dan Reservoir Penyakit; g. Dukungan Manajemen dan Dukungan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Pada Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Penelitian dan pengembangan kesehatan diarahkan pada riset yang menyediakan informasi untuk mendukung program kesehatan baik dalam bentuk kajian, riset kesehatan nasional, pemantauan berkala, riset terobosan berorientasi produk, maupun riset pembinaan dan jejaring. Salah satu upaya ini terlihat dari beberapa terobosan riset seperti Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), Riset Fasilitas Kesehatan (Rifaskes), Riset Tanaman Obat dan Jamu (Ristoja), Riset Khusus Pencemaran Lingkungan (Rikus Cemarling), Riset Budaya Kesehatan, Riset Kohort Tumbuh Kembang dan Penyakit Tidak Menular (PTM), Riset Registrasi Penyakit dan Studi Diet Total. Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 127 Meningkatnya efektivitas penelitian dan pengembangan kesehatan, digambarkan dengan sasaran yang akan dicapai selama periode tahun 20152019, yaitu a) Jumlah hasil penelitian yang didaftarkan HKI sebanyak 35 buah b) Jumlah rekomendasi kebijakan berbasis penelitian dan pengembangan kesehatan yang diadvokasikan ke pengelola program kesehatan dan atau pemangku kepentingan sebanyak 12O rekomendasi c) Jumlah laporan Riset Kesehatan Nasional (Riskesnas) bidang kesehatan dan gizi masyarakat sebanyak 5 laporan. Strategi peningkatan efektivitas penelitian dan pengembangan kesehatan a) Memperluas kerja sama penelitian dalam lingkup nasional dan international yang melibatkan dilakukan melalui berbagai upaya antara lain Kementerian/Lembaga lain, perguruan tinggi dan pemerintah daerah dengan perjanjian kerjasama yang saling menguntungkan dan percepatan proses alih teknologi b) Menguatkan jejaring penelitian dan jejaring laboratorium dalam mendukung upaya penelitian dan sistem pelayanan kesehatan nasional c) Aktif membangun aliansi mitra strategik dengan Kementerian/Lembaga Non Kementerian, Pemda, dunia usaha dan akademisi d) Meningkatkan diseminasi dan advokasi pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan untuk kebutuhan program dan kebijakan kesehatan e) Melaksanakan penelitian dan pengembangan mengacu pada Kebijakan Kementerian Kesehatan dan Rencana Kebijakan Prioritas Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Tahun 2015-2019 0 Pengembangan sarana, prasarana, sumber daya dan regulasi dalam pelaksanaan penelitian dan pengembangan. Penetapan Indikator Kinerja Program (lKP) Badan Litbang Kesehatan merupakan ukuran keberhasilan kerja yang digunakan untuk perbaikan dan peningkatan akuntabilitas kinerja. IKP Badan Litbang Kesehatan terdiri dari 3 indikator seperti tercantum pada tabel di bawah ini: Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 128 Tabel 3.13. Sasaran dan IKP Badan Litbang Kesehatan Tahun 2015 Indikator Program Sasaran Program Meningkatnya Penelitian dan kualitas penelitian yang Pengembangan penelitian, didaftarkan HKI Kesehatan pengembangan dan Jumlah hasil Jumlah Target Capaian 13 14 >100 24 24 100 1 I 100 Vo rekomendasi pemanfaatan di kebijakan bidang kesehatan berbasis penelitian dan pengembangan kesehatan yang diadvokasikan ke pengelola program kesehatan dan atau pemangku kepentingan Jumlah laporan Riset Kesehatan Nasional (Riskesnas) bidang kesehatan dan gizi masyarakat Indikator yang terkait sasaran strategis ini adalah: a. Jumlah hasil penelitian yang didaftarkan HKI Definisi Operasional indikator ini adalah jumlah hasil litbangkes yang didaftarkan HKI ke Direktorat Jenderal HKI Kementerian Hukum dan HAM. Cara perhitungan indikator ini dengan menghitung jumlah hasil litbangkes yang didaftarkan HKI dengan bukti telah menerima nomor registrasi. Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 Tabel 3.14. Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2015 dengan Target Jangka Menengah pada Renstra 2O1 i2O19 Target akhir Program Sasaran lndikator Target Capaian tahun 2015 2015 renstra o/o 2015-2019 Program Penelitian dan Pengemba ngan Kesehatan Meningkatnya Jumlah hasil kualitas penelitian, penelitian pengembangan dan yang pemanfaatan di didaftarkan bidang kesehatan HKI 13 14 35 4 0 Capaian kinerja indikator hasil penelitian yang didaftarkan HKI pada tahun 2015 dalam kerangka Renstra Kemenkes tahun 2015-20'19 terlihat pada tabel di atas. Pada tahun 2015, capaian kinerja indikator hasil penelitian yang didaftarkan HKI sudah tercapai sebesar 4Oo/o dari target akhir tahun renstra. Orientasi Badan Litbang Kesehatan selain diarahkan untuk kepentingan program dan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan juga diarahkan untuk menghasilkan produk HKl. Manfaat dari dihasilkannya produk HKI bagi Kementerian Kesehatan adalah adanya perlindungan hukum, khususnya untuk semua penelitian Badan Litbang Kesehatan yang memiliki prospek HKI baik yang masih berupa ide, hasil teknologi maupun metode dan formulasi. Selain itu, teknologi hasil riset dan inovasi peneliti kesehatan juga dapat meningkatkan daya saing bangsa. Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 Tabel3.15. Capaian Indikator Jumlah Penelitian yang Didaftarkan HKlTahun 2015 No 1 2 3 4 5 6 7 I 9 10 11 12 13 14 Judul Pembuatan Formula Ramuan Ekstrak Klabet untuk meningkatkan pengeluaran ASI dan Meningkatkan Gizi Ballta Berbasis Tanaman Obat (Hak Paten) Sekuens cDNA dari Non Struktural 1 (SNl) Virus Dengue Serotype 1 Strain lndonesia (Bekasi 2003915846) (Hak Paten) Komposisi Herbal untuk Hemoroid Deratat lll (Hak Paten) Komposisi Herbal Sebagai Pelancar ASI (Hak Paten) Komposisi Herba Untuk Anemia Defisiensi Besi(Hak Paten) Komposisi Herbal untuk Hepatoprotektor (Hak Paten) Komposisi Herbal untuk Meningkatkan Daya Tahan Tubuh (Hak Paten) Komposisi Herbal untuk Osteoarthritis Sendi Lutut (Hak Paten) Komposisi Herbal Untuk Obesitas (Hak Paten) Proses Pembuatan Bubuk Mikrokapsulasi Bacilfus Thuingiensr's H-14 lsolat Salatiga (Hak Paten) Komposisi Herbal untuk batu Salauran Kemih (Hak Paten) Mengenal Tanaman Narkotika (Buku) (Hak Cipta) Buku Foto Makanan (Hak Cipta) l- Proses Diagnosa TB dengan menggunakan primer gyr B (Hak Cipta) No Registrasi P 00201504968 Satker Pusat TTKEK P 00201505724 Pusat BTDK P00201507999 B2P2TOOT P00201507787 B2P2TOOT P00201507788 82P2TOOT P00201507790 82P2TOOT P00201507791 B2P2TOOT P00201507792 82P2TOOT P00201507794 P00201507797 82P2TOOT 82P2VRP P00201507785 82P2TOOT c00201 5041 89 82P2TOOT c00201501882 Pusat TTKEK Pusat BTDK c00201500249 Kondisi yang dicapai: Kementerian Kesehatan terus berkomitmen untuk meningkatkan jumlah hasil litbangkes yang didaftarkan HKl. Pada tahun 2015, telah dihasilkan 14 judul penelitian yang didaftarkan HKI dari target yang ditetapkan yakni 13 judul penelitian atau dengan capaian sebesar 105o/o. Kendala yang dihadapi: penelitian yang didaftarkan belum merupakan penelitian yang dirancang untuk menghasilkan HKl. Hal tersebut Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 disebabkan belum optimalnya pemahaman dan motivasi peneliti terhadap penelitian berpotensi HKI serta sistem yang ada belum mendukung prioritas dan insentif terhadap penelitian inovatif. Tindak lanjut: meningkatkan sistem yang lebih kondusif dalam menghasilkan penelitian inovatif antara lain dengan mendorong para peneliti untuk mengembangkan pengetahuan, nilai-nilai kebaruan dan invensi, pendampingan penelitian yang memiliki prospek HKl, pendampingan drafting penelitian, pendaftaran hingga diseminasi produk paten Badan Litbang Kesehatan. b. Jumlah rekomendasi kebijakan berbasis penelitian dan pengembangan kesehatan yang diadvokasikan ke pengelola program kesehatan dan atau pemangku kepentingan. Definisi Operasional indikator ini adalah jumlah rekomendasi kebijakan (policy brief/policy paper) yang ditulis berdasarkan hasil litbang kesehatan yang disampaikan dalam forum atau pertemuan kepada pengelola program dan atau pemangku kepentingan. Cara perhitungan indikator ini dengan menghitung Jumlah rekomendasi kebijakan (policy brief/policy paper) yang ditulis berdasarkan hasil litbang kesehatan yang disampaikan dalam forum atau pertemuan kepada pengelola program dan atau pemangku kepentingan yang dibuktikan dengan adanya policy paper dan laporan forum/pertemuan (Menghitung targeUbaseline berdasarkan perhitungan rekomendasi sesuai isu strategis yang telah diadvokasikan). Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 Tabel3.16. Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2015 dengan Target Jangka Menengah pada Renstra 201 5-2019 Program Program Penelitian dan Pengemban gan Kesehatan Sasaran Meningkatny a kualitas penelitian, pengembang an dan pemanfaatan di bidang kesehatan Indikator Jumlah rekomendasi kebijakan berbasis penelitian dan pengembangan kesehatan yang diadvokasikan ke pengelola program kesehatan dan atau pemangku kepentingan Target 2015 Capaian 2015 24 24 Target akhir tahun renstra 20152019 120 Capaian kinerja indikator rekomendasi kebijakan berbasis penelitian dan pengembangan kesehatan yang diadvokasikan ke pengelola program kesehatan dan atau pemangku kepentingan pada tahun 2o1s dalam kerangka Renstra Kemenkes tahun 2015-2019 terlihat pada tabel di atas. Pada tahun 2015, capaian kinerja indikator ini sudah tercapai sebesar 20o/o dari target akhir tahun renstra. Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 133 o/o 2 0 Tabel3.17. Judul Rekomendasi Kebijakan yang telah Diadvokasikan pada Tahun 2015 Satker Pusat BTDK Pusat TTK&EK No 1 2 3 4 5 Judul Krisis Dukungan Kesiapan Laboratorium Dalam Penanggulangan Pandemi Penataan Pengaturan Minuman Bersoda dan Berenergi untuk Mencegah PGK Mempersiapkan Calon lbu untuk Melahirkan Calon Anak yang Sehat dan Cerdas Deteksi Dini Hipertensi untuk Pencegahan Stroke Membangun Sistem Terintegrasi untuk Penanganan TB -DM Pusat TIKM 6 7 I 9 10 11 12 13 Pusat HKKPM 14 15 16 17 Optimalisasi Peran Lintas Sektor dalam Upaya Perbaikan Balita Gizi Kurang dan Buruk di Indonesia Biaya Dan Pemanfaatan Puskesmas Mampu Poned (Pelayanan Obstetri-Neonatal Emergensi Dasar) Peningkatan Cakupan Pemberian Antenatal Corticosteroids (ACS) sebagai Upaya Menurunkan Angka Kematian Bayi Prematur Feasibilitas Kebijakan Pengendalian Resistensi Anti Mikroba di Rumah Sakit Upaya Peningkatan Akses dan Kualitas Untuk Mencapai Cakupan Semesta Air Minum di Indonesia pada Tahun 2019 Peranan Puskesmas dalam Upaya Penurunan Angka Kematian lbu Mengembangkan Sistem Kesiapsiagaan dalam Penanganan Kecelakaan Lalu Lintas di Daerah Rawan Kecelakaan Standar Kompetensi Sumberdaya Manusia Pelayanan Kesehatan Tradisional Integratif Equity Ketersediaan Fasilitas Kesehatan Maternal Puskesmas Di lndonesia Model Pemicuan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Berbasis Masyarakat (P2TMBM) Sosialisasi Jaminan Pemeliharaan Kesehatan oleh BPJS Terhadap Penduduk Miskin di Indonesia Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 734 Satker No 18 19 20 B2P2TOOT 21 22 82P2VRP 23 24 Judul Persalinan "Asal Tidak Di Rumah" Peluang Menggeser Persalinan ke Fasilitas Kesehatan pada Suku Muyu (Berdasar Riset Etnografi Kesehatan Tahun 2014) Peluang Kemitraan Tenaga Kesehatan Dan Dukun Marapu Dalam Memberantas TB UpayaPengendalian TB di Desa Watu Hadang Kabupaten Sumba Timur (Berdasar Riset Etnografi Kesehatan Tahun 2014) Kebijakan Meminimalkan Kasus Pelayanan Kesehatan/Kedokteran ke Pengadilan Suplai Bahan Baku Jamu Di Kabupaten/Kota Jejaring Saintifikasi Jamu Aplikasi Hasil Saintifikasi Jamu dalam Pelayanan Kesehatan (PP NO 103 Tahun 2014) Deteksi Dini Leptospirosis Tingkat Puskesmas Opak Kelor lkan Modifikasi "Gerupuk Tunu" Untuk Meningkatkan Nilai Gizi Kondisi yang dicapai: Kementerian Kesehatan terus berkomitmen untuk meningkatkan jumlah rekomendasi kebijakan (policy brief/policy paper) berdasarkan hasil litbang kesehatan yang disampaikan dalam forum atau pertemuan kepada pengelola program dan atau pemangku kepentingan. Pada tahun 2015, telah dihasilkan 24 judul policy brief dari target yang ditetapkan yakni 24 judul atau dengan capaian sebesar 10Oo/o. Kendala yang dihadapi: Belum optimalnya kualitas peneliti dalam melakukan penyusunan policy brief dan masih rendahnya perhatian peneliti terhadap isu-isu aktual dan strategis. Selain itu belum ada prosedur standar dalam menyusun policy brief yang menjadi acuan untuk peneliti. Tindak lanjut: meningkatkan advokasi kepada program dan pemangku kebijakan untuk pemanfaatan hasil litbangkes; membangun kerja sama lintas program dan sektor untuk memfasilitasi kebutuhan program; Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 135 peningkatan kualitas sdm dan sarana prasarana pendukung penelitian kesehatan yang mengikuti perkembangan isu-isu kesehatan strategis. c. Jumlah laporan Riset Kesehatan Nasional (Riskesnas) bidang kesehatan dan gizi masyarakat Definisi Operasional indikator ini adalah jumlah laporan Riskesnas yang ditulis berdasarkan hasil litbang (sesuai dengan agenda Badan Litbang Kesehatan). Cara perhitungan indikator ini dengan menghitung jumlah laporan Riskesnas yang ditulis berdasarkan hasil litbang kesehatan, dibuktikan dengan adanya laporan Nasional Riskesnas. Tabel 3.18. Perbandingan Realisasi Kinefla Tahun 2015 dengan Target Jangka Menengah pada Renstra 2O1 *2O19 Program Sasaran lndikator Target 2015 Capaian 2015 Target akhir tahun renstra 2015-2019 Program Penelitian dan Pengemba ngan Kesehatan Meningkatn ya kualitas penelitian, pengemban gan dan pemanfaata n di bidang kesehatan Jumlah laporan Riset Kesehatan Nasional (Riskesnas) bidang kesehatan dan gizi masyarakat 1 1 5 Gapaian kinerja indikator laporan Riset Kesehatan Nasional (Riskesnas) bidang kesehatan dan gizi masyarakat pada tahun 2015 dafam kerangka Renstra Kemenkes tahun 2015-2019 terlihat pada tabel di atas. Pada tahun 2015, capaian kinerja indikator ini sudah tercapai sebesar 2Oo/o da"i target akhir tahun renstra. Riset Kesehatan Nasional yang dilakukan pada tahun 2015 adalah Riset Analisis Cemaran Kimia pada Makanan (ACKM). Riset ini bertujuan untuk mendapatkan data paparan kimia berbahaya dari makanan yang Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 o/o 20 dikonsumsi masyarakat Indonesia. Sampel riset ini adalah food list 95% dari total diet masyarakat di 15 propinsi (Aceh, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Sumatera Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, NTB, NTT, Maluku dan Papua Barat). Kelompok analit yang diperiksa pada Riset ACKM adalah pestisida, logam berat, mikotoksin, mineral dan Bahan Tambahan Pangan. Dalam pelaksanaanya, dilakukan kerja sama pada tahap preparasi di laboratorium pengolahan di Poltekkes Jakarta ll dan Laboratorium Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik. Kondisi yang dicapai: Kementerian Kesehatan terus berkomitmen untuk meningkatkan kualitas hasil Riset Skala Nasional. Pada tahun 2015, telah dihasilkan 1 Riset Skala Nasional dari target yang ditetapkan yakni Riset Skala Nasiona! atau dengan capaian sebesar 1 100o/o. Kendala yang dihadapi: efisiensi anggaran menyebabkan perubahan jumlah lokasi awal penelitian sebanyak 34 propinsi difokuskan menjadi 15 propinsi. Penyusunan food list dilakukan secara learning by doing sebagai proses pembelajaran dari penyelenggaraan riset ACKM yang pertama. Data bahan makanan dan hidangan sangat banyak dan kompleks sehingga memerlukan waktu cleaning yang panjang (> 6 bulan). Tindak lanjut: percepatan pelaksanaan kegiatan serta intensifikasi kegiatan melalui kerja sama dengan Laboratorium Mandat Badan Litbang Kesehatan dan melibatkan sdm manajemen data di Satker Badan Litbang Kesehatan untuk pemrosesan data. Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 137 Gambar 3.20. Kegiatan Training Center ACKM di Laboratorium Poltekkes Surabaya 10. Sasara Strategis 10: Meningkatnya tata kelola kepemerintahan yang baik dan bersih Indikator yang terkait sasaran strategis ini adalah: a. Persentase satuan kerja yang dilakukan audit memiliki temuan kerugian negara 31o/o Persentase satuan kerja yang dilakukan audit memiliki temuan kerugian negara 31o/o Satuan kerja di lingkungan Kementerian Kesehatan yang diaudit selama periode TA. 2015 adalah 558 (lima ratus enam puluh dua) dengan rincian sebagai berikut: 1) Satuan Kerja yang diaudit oleh Inspektorat Jenderal Kemenkes sebanyak: 179 (seratus tujuh puluh sembilan); 2) Satuan Kerja yang diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebanyak: 379 (tiga ratus tujuh puluh sembilan). Total satuan kerja yang temuan Kerugian Negaranya 0 s.d < 1 o/o adalah sebanyak 554 (lima ratus lima puluh empat) dengan persentase Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 138 capaian keberhasilan adalah 98.58 o/o dari target Indikator Kinerja Utama di TA. 2015 adalah 88 o/o. Satuan Kerja dinyatakan memiliki kerugian negara 3 1o/o bila satuan kerja pengelofa APBN Kemenkes dengan temuan kerugian negara < 1o/o dari total realisasi anggaran dalam satu periode tahun anggaran berdasarkan laporan hasil pengawasan. Tabel3.19. Capaian indikator ini dihitung dengan cara: Jumlah satker pengelola APBN Kemenkes dengan nilai temuan keruoian neqara s1% berdasarkan hasil x audit 10Oo/o Jumlah satker pengelola APBN Kemenkes yang diaudit 11. Sasaran Strategis 11. Meningkatnya kompetensi dan kinerja aparatur Kementerian Kesehatan Diterbitkannya Undang-undang nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) memiliki implikasi yang mengikat terhadap eksistensi seluruh Aparatur Negara, khususnya di lingkungan Kementerian Kesehatan. Penerapan undang-undang tersebut berfungsi sebagai acuan pengelolaan ASN sehingga dapat terbentuk Aparatur Negara yang berintegritas; professional; netral; bersih dari praktik Korupsi, Kolusi dan Nepotisme; Mampu menyelenggarakan pelayanan public bagi masyarakat dan; Mampu menjalankan peran sebagai unsure perekat persatuan dan kesatuan bangsa. Kondisi sebelum diberlakukannya Undang-undang ASN, penilaian Aparatur Negara oleh masyarakat luas lebih cenderung berpresepsi negatif terutama pada factor kepercayaan publik. Hal ini timbul salah satunya dikarenakan pola pengelolaan yang belum tertata dengan komprehensif dan sistematis.Untuk itu, proses diferensialisasi Undang-undang ASN kemudian Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 139 wajib memperoleh tujuh tujuan utama yaitu ASN memiliki kesesuaian tolak ukur pada Independensi dan Netralitas; Kompetensi; Kinerja atau Produktivitas Kerja; Integritas; Kesejahteraan; Kualitas Pelayanan publik; Pengawasan dan Akuntabilitas. Pada titik ini, tentulah poin kompetensi dan produktivitas kinerja harus juga menjadi perhatian utama dan mutlak untuk dihkukan perbaikan. Sehingga diharapkan factor kepercayaan public tersebut secara otomatis dapat merangkak naik. Keberadaan Aparatur Negara, dalam hal ini adalah AsN di lingkungan Kementerian Kesehatan yang sebelumnya belum memiliki strategi yang jelas, utuh dan terukur pada permasalahan peningkatan kompetensi dan produktivitas kinerja, diharapkan segera menjadi lebih terstruktur dan terarah serta tentu saja dapat diukur pencapaiannya. Mengingat Kementerian Kesehatan saat ini memiliki kuantitas aparatur yang sangat besar yaitu 53.156 orang (PNS) dan total jabatan structural sejumlah z.2gsjabatan. Dengan demikian, merupakan sebuah keniscayaan dalam ikhtiar menjaga amanah Undang-undang ASN serta meraih cita-cita kongkrit terkait pelaksanaan Reformasi Birokrasi, salah satu sasaran yang penting untuk dipikirkan dan diimplementasikan bersama sama adalah meningkat nya kompetensi dan kinerja aparatu rKementerian Kesehatan lndikator vanq terkait sasaran strateqis ini adalah: a. Persentase pejabat struktural di lingkungan Kementerian Kesehatan yang kompetensinya sesuai persyaratan jabatan. Pengangkatan pegawai Negeri Sipil dalam suatu jabatan dilakukan berdasarkan prinsip Profesionalisme sesuai dengan kompetensi, prestasi kerja dan jenjang pangkat yang ditetapkan untuk jabatan itu serta syarat obyektif lainnya tanpa membedakan jenis kelamin, suku, agama, ras atau golongan. Dalam melakukan promosi PNS atau pengisian lowongan jabatan secara terbuka bertujuan untuk lebih menjamin para pejabat struktural memenuhi kompetensi jabatan yang diperlukan oleh suatu jabatan, dengan mempertimbangkan kesinambungan karier PNS yang bersangkutan. Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 140 Biro Kepegawaian telah menyusun Standar Kompetensi Jabatan Struktural di Lingkungan Kementerian Kesehatan (Permenkes Nomor 56 Tahun 2012) sebagai mana merupakan salah satu aspek input dari sasaran strategic Kementerian Kesehatan dan Indikator Kinerja Kegiatan Pembinaan Adminitrasi Kepegawaian yang kedua sesuai dengan Renstra Kementerian Kesehatan 2015 - 2019. Grafik 3.24. Target dan Realisasi Pejabat Struktural yang Memenuhi Kompetensi 80% 70% 60% so% 40% 30% 20% 70% o% R ea lisas i Pada tahun 2015 seperti grafik diatas, telah terealisasi sebanyak 1.620 pejabat structural atau sebesar 73,17o/o dan 2.214 Pejabat Struktural, dimana total seluruh Jabatan Struktural (Eselon) di Lingkungan Kementerian Kesehatan beflumlah 2.235 jabatan dan terdapat2l jabatan struktural yang masih kosong. b. PersentasepegawaiKementerian Kesehatandengan nilaikinerja m in imal baik. Sebagai salah satu anggota POKJA V RB dengan area perubahan Penataan SDM Aparatur, Biro Kepegawaian telah melakukan upaya guna mendukung dan mensukseskan Reformasi Birokrasi di Kementerian Kesehatan antara lain dengan Penerapan Sistem Penilaian Prestasi Kerja Pegawai. Dimana system penilaian prestasi kerja pegawai tersebut Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 t4t merupakan salah satu sasaran strategis Kementerian Kesehatan yang tertuang didalam Renstra Kementerian Kesehatan 2015 - 2019 dan merupakan salah satu indikator kinerja kegiatan Pembinaan Administrasi Kepegawaian. Di awal tahun 2014, system penilaian kinerja pegawai mengalami perubahan dari DP3 menjadi penilaian dengan menggunakan Sasaran Kerja Pegawai (SKP) dan Perilaku Kerja.Seorang pegawai dinyatakan memiliki nilai kinerja minimal baik bila Nila iPrestasi Kerja > 76. Untuk memudahkan para pejabat penilai dalam memberikan penilaian unsure perilaku kerja juga telah dikembangkan log book khusus sedangkan untuk paa pegawai juga telah dikembangkan log book tersendiri yang terintegrasi dengan target-target dalam SKP agar pegawai dapat menuliskan apa saja yang telah dikerjakannya setiap hari. Kedepan, target-target dan pencapaian SKP Jabatan Fungsional Tertentu (JFT) dapat diintegrasikan dengan penilaian angka kredit masing-masing JFT agar dapat diketahui ada atau tidaknya kesesuaian antara target yang dibuat dengan yang dikerjakan. Grafik 3.25. Target danRealisasi SKP Min. Baik 90% 1 .'" 85% 80% 75% i,. 70% Target Realisasi Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat bahwa pada tahun 2015 telah ditetapkan target sebesar 80% Pegawai dengan kinerja minimal baik dari seluruh jumlah pegawai Kementerian Kesehatan baik CPNS maupun laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 L42 PNS. Dari Total Pegawai sebesar 53.156 terdapat sejumlah 45.425 Pegawai dengan SKP (kinerja) minimal Baik atau sebesar 85.46%. l2.Sasaran Strategis 12: Meningkatnya sistem informasi kesehatan integrasi Merujuk pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 92 Tahun 2014 tentang penyelenggaraan komunikasi data dalam sistem informasi kesehatan terintegrasi, sistem informasi kesehatan terintegrasi adalah sistem informasi kesehatan yang ada telah mampu menyediakan mekanisme saling hubung antar subsistem informasi dengan berbagai cara yang sesuai dengan yang dibutuhkan, sehingga data dari satu sistem atau subsistem secara rutin dapat melintas, menuju atau diambil oleh satu atau lebih sistem atau subsistem yang lain. Indikator yang terkait sasaran strategis ini adalah: a. Persentase kabupaten/kota yang melaporkan data kesehatan prioritas Data kesehatan prioritas adalah sekumpulan data kesehatan yang menjadi prioritas kebutuhan informasi bidang kesehatan berdasarkan kriteria tertentu serta sesuai indikator strategis nasional dan global bidang kesehatan. Data kesehatan prioritas merupakan bagian dari sekumpulan data kesehatan provinsi dan sekumpulan data kesehatan kabupaten/kota. Data kesehatan prioritas juga merupakan muatan data dalam penyelenggaraan Komunikasi Data. Data kesehatan prioritas terdiri atas sejumlah elemen data yang dikelompokkan menjadi data derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumber daya kesehatan, determinan kesehatan atau terkait lainnya. Data kesehatan prioritas dilaporkan melalui Aplikasi Komunikasi Data. Aplikasi Komunikasi data adalah suatu aplikasi sistem informasi kesehatan yang digunakan untuk pertukaran data dalam rangka konsolidasi/integrasi data kesehatan prioritas yang dikirimkan dari dinas kesehatan kabupaten/kota dan/atau dinas kesehatan provinsi dalam rangka penyelenggaraan sistem informasi kesehatan terintegrasi. Aplikasi Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 t43 ini dapat diakses di www.komdat.kemkes.oo.id dan tampilan muka seperti terlihat pada gambar di bawah ini. Gambar 3.26. Tampilan Muka Aplikasi Komunikasi Data it/: ^Mrrreura s&[Mll 5fuldqdeE@hdffi@ re|4ffi +ehHqrtr.tqlqb cffi &6 e g p6ddhels*Alpjd rffiotemgsffi Kementerian Kesehatan menetapkan 115 variabel yang menjadi data kesehatan prioritas tahun 2015. lGbupaten/kota melaporkan 115 variabel dengan periode pelaporan bulanan sejumlah 44 vanabnl|, triwulanan 4 variabel, tahunan 79 variabel (11 variabel di awal tahun dan 68 variabel di akhir tahun). Gambar memperlihatkan tampilan data kesehatan prioritas periode data bulanan yang terdapat pada Aplikasi Komunikasi Data. Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 tu Gambar 3.27.Tampilan Data Kesehatan Prioritas pada Aplikasi Komunikasi Data Prde guESIffiG& th JMdrs$ffi tb 4r5 Pada tahun 2015 target kabupaten/kota yang melaporkan data kesehatan prioritas ditetapkan sebesar 30% dari total kabupaten/kota yang ada. Kabupaten/kota yang dikategorikan melapor apabila kabupaten/kota tersebut mengirimkan laporan data prioritas kesehatan minimal 80% variabel data bulanan. Pada akhir tahun 2015 rata-rata kabupaten/kota yang melapor data bulanan yaitu 61,7o/o. Angka ini melebihi target yang telah ditetapkan. Grafik 3.26. Persentase Capaian Indikator Kabupaten Kota yang Melaporkan Data Kesehatan Prioritas 70 50 50 40 -ofr Capaian ryyoTarget - 30 20 20,20 10 0 TWI TW II TW III TW IV Sumber: Pusat Data dan lnformasi,20l5 Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 145 Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas data kesehatan prioritas, yaitu dengan (1) membentuk tim pemantauan SIK tingkat pusat yang rutin melakukan pemantauan serta berkomunikasi dengan pengelola data di dinas kesehatan provinsi; (2) memberikan umpan balik keterisian data ke dinas kesehatan provinsi; (3) pendampingan pengisian data kesehatan prioritas melalui pelatihan dan atau pertemuan; (4) update Aplikasi Komunikasi Data; (5) menjaga keamanan informasi data dengan sertifikasi ISO 27001:2013; serta (6) menyediakan jaringan komunikasi data intraneWPN (Virtual Private Network) untuk dinas kesehatan provinsi dan dinas kesehatan kabupaten/kota dan Unit Pelayanan Teknis (UPT) Kementerian Kesehatan. Melihat capaian kinerja tahun 2015 yang melebihi target (61,7o/o\, diharapkan target tahun 2019 (70Yo) dapat dicapai pula. b. Persentase tersedianya jaringan komunikasi data yang diperuntukkan untuk pelaksanaan e-Kesehatan. Jaringan komunikasi data untuk pelaksanaan e-kesehatan adalah jaringan komputer WAN (Wide Area Network) dalam lingkup ekosistem kesehatan yang digunakan sebagai media koneksi pertukaran data pada penyelenggaraan sistem elektronik kesehatan, seperti aplikasi sistem informasi Puskesmas, aplikasi sistem informasi rumah sakit (RS), pembelajaran kesehatan jarak jauh, telemedicine, telediagnostik, teleradiologi, dan sebagainya. Bentuk fisik jaringan komunikasi data untuk pelaksanaan e-Kesehatan yaitu jaringan internet atau jaringan intraneWPN untuk menyambungkan kantor dinas kesehatan provinsi/kabupaten/kota, Puskesmas, RS, atau lainnya. Salah satu model pelaksanaan e-Kesehatan di Puskesmas dan RS yang dikembangkan Kementerian Kesehatan melalui Pusat Data dan Informasi yaitu Aplikasi SIKDA Generik. Aplikasi SIKDA Generik adalah aplikasi sistem informasi kesehatan daerah yang berlaku secara nasional Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 146 yang menghubungkan secara online dan terintegrasi seluruh Puskesmas, RS, dan sarana kesehatan lainnya. Aplikasi ini dapat diakses di www. sikda. kemkes.oo. id Gambar 3.28. Tampilan Muka Aplikasi SIKDA Generik Pada tahun 2015 target kabupaten/kota tersedia jaringan komunikasi data untuk pelaksanaan e-kesehatan ditetapkan sebesar 10o/o dari total kabupaten/kota yang ada. Kabupaten/kota dikategorikan tersedia jaringan komunikasi data apabila terdapat model pelaksanaan e-Kesehatan di Puskesmas dan RS menggunakan jaringan komunikasi data di wilayahnya. Berdasarkan hasil pemetaan sistem informasi serta instrumen monitoring dan evaluasi sistem informasi kesehatan tahun 2015 didapatkan 54 kabupaten/kota (10,5%) yang telah menerapkan model pelaksanaan e-Kesehatan. Upaya yang telah dilakukan dalam rangka pencapaian target indikator tersedianya jaringan komunikasi data yang diperuntukkan untuk pelaksanaan e-kesehatan, yaitu: (1) memfasilitasi jaringan intranet dan internet, operasional dan pemeliharaan jaringan sistem informasi, dan honor pengelola yang mencakup 34 provinsi dan 497 kabupaten/kota melalui jaringan SIKNAS; (2) sosialisasi ke daerah untuk pembangunan infrastruktur SIK; (3) pelatihan dan pendampingan SIKDA Generik bagi daerah yang telah mengembangkan aplikasi tersebut; (4) berkoordinasi Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 L47 dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam penyediaan internet sampai ke Puskesmas. Melihat capaian kinerja tahun 2015 yang mencapai target (10,5o/o), diharapkan target tahun 2O1g (50%) dapat dicapai pula. G. Realisasi Anggaran Pada sub bab ini diuraikan realisasi anggaran yang digunakan dan yang telah digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan dokumen Perjanjian Kinerja. Alokasi anggaran sesuai PK Menteri Kesehatan adarah Rp47.758.757.903.000,00. Pada akhir tahun 2015 alokasi anggaran menjadi Rp54.326.329.360.000,00 dengan realisasi sebesar Rp49.111.001 .741.440,00 atau 90,4%. Realisasi menurut jenis belanja dapat digambakan dengan grafik berikut : Grafik 3.27. Presentase Realisasi Per Jenis Belanja Presentase Realisasi Per Jenis Belanja L2O,OOD/o i. 100,00% i 8O,OOo/o i 60,000/o i 40,00% 2O,OO"/' i i Sedangkan realisasi menurut kewenangannya dapat digambarkan sebagai berikut: Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 L8 Grafik 3.28. Realisasi Per Kewenangan Realisasi Per Kewenangan r TRIWULAN lll | 65,470/0 Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 L49 '( t' ! t ,s Bab lV Penutup Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan tahun 2015 merupakan sarana untuk menyampaikan pertanggungjawaban kinerja kepada Presiden Rl serta seluruh pemangku kepentingan baik yang terkait langsung maupun tidak langsung dan dapat sebagai sumber informasi untuk perbaikan dan peningkatan kinerja secara berkelanjutan. Secara umum Kementerian Kesehatan telah dapat merealisasikan pencapaian sasaran strategis pada tahun 2015. Dari 30 indikator yang ditetapkan melalui Perjanjian Kinerja Menteri Kesehatan Tahun 2015, 24 indikator telah memenuhi bahkan melampaui target yang ditetapkan. Namun demikian masih terdapat 4 indikator yang perlu diberi perhatian serius karena capaiannya masih di bawah target yang ditetapkan. Di samping itu, dua indikator belum dapat diberikan penilaian capaiannya karena datanya belum dapat diperoleh pada tahun 2015, yaitu: 1) Persentase penurunan prevalensi merokok pada usia < 18 tahun; dan 2) Persentase Kab/Kota yang mendapat predikat baik dalam pelaksanaan SPM. Laporan kinerja ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan evaluasi akuntabilitas kinerja bagi pihak yang membutuhkan, penyempurnaan dokumen perencanaan periode yang akan datang, pelaksanaan program dan kegiatan serta berbagai kebijakan. Hasil pencapaian pelaksanaan program pembangunan bidang kesehatan yang dilaksanakan dari tahun ke tahun diharapkan selalu sesuai dengan rencana strategis dan dokumen perencanaan lainnya. Keberhasilan yang telah dicapai pada tahun 2015 dan kekurangan diharapkan dapat menjadi parameter dan acuan penetapan kebijakan, program dan kegiatan pada waktu mendatang. Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2015 150 KEMENTERIAN KESBHATAN RI INSPEKTORAT JENDERAL Jl. H.R. Rasuna Saitl Blok X-5 Kavling No.4 - 9 Kuningan - Jakarta Sc_latan_12950 Tclp 02t - 5201590 (Hunring) - Pcs. 3iffi. 3102. 3104 Fax. 021 - 52015t19/5223011 PERNYATAAN TELAH DI REVI U KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN ANGGARAN 20.15 Kami telah mereviu Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Rl untuk Tahun Anggaran 2015 sesuai dengan Pedoman Reviu atas Laporan Kinerja. Substansi informasi yang dimuat dalam Laporan Kinerja menjadi tanggung jawab manajemen Kementerian Kesehatan Rl. Reviu bertujuan untuk memberikan keyakinan terbatas Laporan Kinerja telah disajikan secara akurat, andal, dan valid. Berdasarkan reviu kami, tidak terdapat kondisi atau hal-hal yang menimbulkan perbedaan dalam meyakini keandalan informasi yang disajikan di dalam Laporan Kinerja ini. Jakarta, 24 Februan 2016 ur Jenderal Kemenkes Rl. INST'F; h T'' JEtitiEr(,iL 3h , Apt, MM, ME 71217 198502 1 001