PDF, 6.07MB

Transcription

PDF, 6.07MB
Petikan Hasil
URUNG REMBUK PEMBELAJARAN PERAN
PEMUKA AGAMA DALAM PEMBAHASAN
PERUBAHAN IKLIM DAN REDD+
Tanjung Redeb 19 Desember 2014
Yayasan Komuntas Belajar Indonesia, Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama, Sekretariat
Pokja REDD+, The Nature Consevancy, FORCLIME dan Regional Community Forestry
Training Center for Asia and the Pacific(RECOFTC)
Bismillahirrohmanirrohiim
Pada hari Jumat, 19 Desember 2014 bertempat di Gedung Sekretariat NU-YAKOBI, Tanjung
Redeb Kabupaten Berau telah dilaksanakan Urung Rembuk Pembelajaran Peran Pemuka
Agama dalam Perubahan Iklim dan REDD+ di Tingkat Akar Rumput yang difasilitasi oleh
Yayasan Komunitas Belajar Indonesia (YAKOBI), Kelompok Kerja REDD+ Berau, The Nature
Conservancy dan Pengurus Cabang NU Kabupaten Berau. Pertemuan ini dihadiri oleh:
1. H. Asrul Sani, PC NU
2. KH. Burhanuddin Harahap, Ketua Rais Syuriah
3. Wahidin, KUA Biatan
4. Saifun Nashor, NU Labanan
5. Sahrul Anam, PP Al kholil
6. Syamsul Arifin, PP Al Kholil
7. M. Arsyad SP,d.i , Dai Tg Redeb
8. Jamhari, NU Talisayan
9. Guntoro, NU
10. Drs. Jailani, NU Tanjung Redeb
11. Ahmad Suradi, PP Al Ihsan
12. Toni Hartono, LP Ma’arif
13. Bambang Miriyadi, NU Tanjung Redeb
14. Sakhirudin, MWC Talisayan
15. M. Fathurahman, KUA Maratua
16. Jamaludiin, KUA Maratua
17. Syamsul Arifin, NU Kelay
18. Jaelani, NU Kelay
19. Agil, NUBiduk-biduk
20. Abd. Rauf, NU Biduk-biduk
21. Perdiansyah, NU Biduk-biduk
22. Muhlis, NU Maratua
23. Burhan Hamid, PP Al-Adnan
24. Putut Kusmariyono, PP Al-Adnan,
25. Zainul Fuad, NU Kec. Kelay
26. Sutrisno Sumadi, MWC NU Talisayan
Selaku peserta.
Rapat ini juga turut dihadiri oleh:
1. Gilang Ramadhan, Direktur YAKOBI
2. Saipul Rahman, TNC Berau Program Senior Manager
3. Agus Heriansyah, ForClim DPMU Kabupaten Berau
4. Muhammad Fajri, Koordinator Sekretariat Pokja REDD+ Kabupaten Berau.
5. KH. Burhanuddin Harahap, Ketua Rais Syuriah
6. Fakhrizal Nashr, TNC
selaku narasumber, fasiltator dan pengamat.
1
Beberapa hal penting dalam penyampaian pembukaan urun rembuk oleh :
Tausiyah dari Rais Syuriah Nahdlatul Ulama Kabupaten Berau : KH. Burhanuddin Harahap
_____
Lambang Nahdlatul Ulama itu merepresentasikan bumi. Melalui istikharah yang panjang
lambang tersebut di buat. Nahdlatul Ulama melihat bumi dan lingkungan hidup lebih
mendalam melalui perspektif tasawuf. Bumi memiliki sistem yang luar biasa yang
ditunjukkan melalui ayat-ayat Allah, yang tidak bisa tidak ditafsirkan begitu saja tapi bisa
diilmukan oleh orang-orang yang ahli ibadah. Dalam lingkungan juga sangat terbukti bahwa
bagaimana reaksi bumi itu sehingga berada disana. Habib Luthfi, beliau adalah orang
memiliki pemikiran yang lebih daripada orang-orang pada umumnya.
Dari kitabullah dan hadist banyak terkait dengan lingkungan hidup. Para Ulama telah
banyak membahas mengenai lingkungan hidup. Selanjutnya bagaimana Kegiatan seperti ini,
senantiasi perlu dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga bisa membangun pemahaman
umat, khususnya bagi masyarakat di akar rumput. Lingkungan hidup pada dasarnya kembali
pada kesehatan. Rasulullah SAW, menyampaikan 3 hal penting dalam kehidupan :
1. Kaya tidak bisa didapatkan hanya dengan angan –anagan
2. Muda tidak bisa kita dapatkan dengan pacar/alat kecantikan
3. Kesehatan tidak bisa kita dapatkan dengan pengobatan
Artinya sesuatu kehancuran sangat mahal nilainya jika ingin dikembalikan ke keadaan
semula. Contohnya penyakit yang dicarikan obatnya tidak akan serta merta sembuh dan
tidak jarang berakhir pada kematian. Sungguh kematian seseorang adalah penyakit yang
sudah lama yang diderita, dan pasti terjadi. Sehingganya kita perlu mempersiapkan diri dan
mengisinya dengan amaliah yang banyak.
Mengenai lingkungan kita ini, perlu penguatan. Maksudnya “mencegah lebih baik dari pada
mengobati”. Imam Syafie menyampaikan pencegahan harus dilakukan lebih kuat daripada
mengobati hal-hal yang merusak. Perlu ada penguatan dalam bentuk pencegahan bagi
perusakan lingkungan. As siddiq adalah orang yang peduli pada hal-hal yang tidak cocok
dengan pemikiran yang tidak semestinya.
Hal ini yang kurang disadari oleh masyarakat di lingkungan kita dan mejadi pemikiran
bersama. Bagaimana supaya mereka memahami dan bagaimana untuk mengatasi hal itu.
Kita ini para ulama sebagai akar (orang-orang awam) memang perlu kerjamsama yang baik
juga belajar terutama dalam penyederhanaan bahasa. Sejak dulu sulit sekali untuk
membahasakan kepada umat berbagai istilah. Namun yang terpenting adalah memahami.
Seni dan budaya menjadi hal yang menjadi pendekatannya. Kembali pada masalah
lingkungan, perlu ada penguatan bagaimana pencegahan kerusakan alam untuk kita
tingkatkan. Sangat mahal sekali untuk membangun yang sudah hancur. Seperti yang kita
lihat yang di Jawa Tengah, musibah longsor di Banjarnegara.
Nah ini ada contoh yang menarik yang disampaikanRasulullah SAW, beliau menyebutkan
bahwa dari bawah senantiasa ada hantu. Maksudnya adalah timbulnya longsor yang
menghantui, karena dengan kejadian tersebut orang akan takut sekali. Ada sekitar 2000
2
orang yang ketakutan melihat longsor saat itu. Rasulullah membahasakan hal tersebut
sebagai hantu. Inilah uniknya Rasulullah yang membahasakan yang sederhana dengan
menarik dan bisa dipahami dengan mudah.
Pengantar urun rembuk dari Saipul Rahman, Berau Senior Manager The Nature Conservancy.
_____
Pertemuan ini adalah proses berbagi. Urung rembuk untuk berbagi dan membincangkan.
Namun sebelum lebih dalam kita perlu sama-sama memahami defesini atau ta’rif dari tema
pertemuan ini.
Kata Urun berarti : menyumbang, menyokong,
Rembuk berarti : bermusyawarah,
Pembelajaran adalah proses saling belajar dan berbagi.
Perubahan iklim : berubahnya keadaan cuaca (suhu, hujan, angin) dalam kurun
waktu yang cukup lama yang disebabkan langsung dan tidak langsung oleh aktifitas
manusia yang mengubah komposisi dari atmosfir global.
REDD+, ini sistilah asing dari bahasa Inggris yaitu Reducing Emission from
Deforestation and Forest Degradation atau sederhannya mengurangi emisi akibat
kerusakan alam dan lingkungan terutama hutan.
Emisi itu adalah gas yang dikeluarkan/dilepaskan ke udara.
Tujuan pertemuan ini adalah untuk (1). Mengumpulkan masukan dan aspirasi dari
pemangku kepentingan kunci di akar rumput untuk disampaikan kepada pemangku
kebijakan. (2). Memberikan ruang urun rembuk pembelajaran yang dipahami dari
pelaksanaan kegiatan. (3). Memfasilitasi masukan dan aspirasi pemangku kepentingan kunci
di tingkat akar rumput sebagai rekomendasi di tingkat yang lebih tinggi. Lebih lanjut untuk
melihat memperlajari lebih dalam bagaimana ayat-ayat ataupun hadits dalam kaitannya
pada lingkungan hidup dan alam semesta ini.
Dalam hadits ke -6 dari Hadits Arbain Kitab An-Nawawi, di sebutkan bahwa,
‘’Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas. Diantara keduanya
terdapat syubhat yang tidak diketahui kebanyakan manusia.’’
Barangsiapa menjauhi hal yang tidak jelas ia telah mencari kebersihan untuk agama dan
kehormatannya. Barangsiapa yang terjerumus kedalam hal yang tidak jelas (mutsyabihat)
tersebut ia terjerumus kepada yang haram seperti penggembala yang menggembala di
sekitar HIMA. Ia dikhawatirkan menggembala masuk kedalamnya. Ketahuilah setiap Raja
memiliki HIMA.
Hadist ini sejatinya mengenai halal haram. Namun lanjutannya merupakan satu kata yaitu
HIMA yang disampaikan oleh Rasulullah SAW. Hima merujuk pada satu kawasan yang
ditetapkan sebagai kawasan terpelihara dimana pada kawasan itu tidak diperbolehkan
untuk mencabut rumput atau menebang pohon. Kawasan ini berada di Arab Saudi dan saat
ini telah ditetapkan sebagai daerah konsevasi tertua di dunia.
Kemudian apa kaitannya dengan lingkungan dan perubahan iklim?
3
Allah berfirman :
"Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka
berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang ada padanya." (Al Qur'an,
21:32)
Ayat ini menjelaskan bahwa Bumi memiliki atap (lapisan) yang menjaga keseimbangan.
Seperti yang disebutkan diatas, terdapat pelepasan emisi dalam bentuk gas-gas secara alami
ataupun oleh berbagai aktifitas manusia. Emisi yang berlebihan membuat keseimbangan
lapisan tersebut menjadi terganggu. Gas – gas ini kemudian membentuk efek rumah kaca.
Efek rumah kaca diperumpamakan seperti berada dalam sebuah rumah kaca yang cahaya
dan panas mataharinya terperangkap didalam sehingga menjadi panas. Hal yang serupa
terjadi pada bumi tempat kita hidup saat ini. Terjadi peningkatan suhu didalam bumi yang
berdampak pada meningkatnya suhu bumi. Efek rumah kaca ini diantaranya terbentuk dari
pelepasan gas –gas berikut :
– Karbon Dioksida (CO2)
– Metana (CH4)
– Nitrus oksida (N2O)
Yang berasal dari :
– Penggundulan hutan/kebakaran hutan
– Pembukaan lahan basah, gambut dan mangrove
– Asap pabrik/kendaraan bermotor
– Pertanian
– Peternakan
– Pemakaian Pupuk dll
Kondisi perubahan tersebut diatas kemudian memicu terjadinya Perubahan Iklim.
Perubahan iklim ini berdampak di berbagai belahan dunia dalam bentuk
• Cuaca ekstrim (angin topan, kemarau berkepanjangan, musim hujan
berkepanjangan): Angin topan makin lama makin cepat kecepatannya. Pada tahun
2013 kecepatannya mencapai 200km/jam.
• Bahaya kelaparan
• Meningkatnya gangguan kesehatan
• Meningkatnya bencana dan rusaknya infrastruktur
Ancaman global ini kemudian mendapat perhatian dunia. Dimana seluruh pihak terlibat
dalam berbagai pembahasannya. Mengapa seluruh pihak peduli, karena perubahan iklim
memberikan dampak keseluruh bagian bumi. Bebagai upaya dilakukan untuk mengurangi
dampak perubahan iklim yaitu yang disebut adapatsi dan mitigasi perubahan iklim.
Adaptasi perubahan iklim adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi
terjadinya perubah iklim Contoh kegiatan kampanye penyadaran dampak perubahan iklim,
membuat peraturan/kebijakan, penelitian terkait perubahan iklim, kerangka kebijakan,
peningkatan kapasitas (training) para pihak dll.
Mitigasi perubahan iklim adalah Mitigasi adalah langkah-langkah yang dilakukan untuk
langsung mengatasi dampak perubahan iklim. Contoh kegiatannya : Mengurangi
4
penggundulan/pembakaran hutan, menanam pohon untuk menyerap CO2 dari udara,
mengurangi penggunaan listrik, memperbaiki pengelolaan sampah. Kenapa hutan ? karena
Hutan memiliki peran penting karena kemampuannya untuk menyerap gas efek rumah kaca
dalam proses fotosintesis. Selain itu hutan juga memiliki keanekaragaman hayati yang besar
dengan fungsi keseimbangan alam dan lingkungan.
Kesempatan ini kita gunakan untuk menggali pemahaman lebih dari referensi Islam.
Beberapa diantaranya adalah :
•
”Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar) (QS 30:41)
•
Baginda
Rasululllah
shalallaahu
'alaihi
wa
sallam
bersabda
:
‫ﺖ اﻟﺴﱠﺎﻋَﺔ َُوﺑِﯿَ ِﺪ أَ َﺣ ِﺪ ُﻛ ْﻢ ﻓَ ِﺴ ْﯿﻠَﺔ ٌﻓَﺎ ْﺳﺘَﻄَﺎ َع أَﻻﱠ ﺗَﻘُﻮْ َم َﺣﺘﱠﻰ ﯾُ ْﻐ ِﺮ َﺳﮭَﺎ ﻓَ ْﻠﯿُ ْﻐ ِﺮ ْﺳﮭَﺎ ﻓَﻠَﮫُ ﺑِﺬاَ ﻟِﻚَ أَﺟْ ٌﺮ‬
ِ ‫إِ ْن ﻗَﺎ َﻣ‬
“Jika Kiamat datang, sementara di tangan salah seorang di antaramu ada sebuah biji
Kurma, lalu ia mempunyai kesempatan untuk menanamnya sebelum Kiamat terjadi,
maka hendaklah ia tanamkan, karena dengan demikian ia akan mendapatkan pahala.”
(Hadits ini dikeluarkan oleh Ali bin Abdil ‘Aziz dlm al-Muntakhab dg isnad yg hasan dari Anas ra., juga dari kitab
‘Umdatul Qari’ fi Syarhin Shahihil Bukhari oleh Syaikh Badaruddin al ‘Aini, bab al-Hartsu waz Zira’ah)
•
“Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi serta pergantian siang dan malam
terdapat tanda bagi Ulil Albab. Yaitu orang-orang yang ingat kepada Allah dalam
keadaan berdiri, duduk, dan berbaring serta mereka berfikir tentang penciptaan
langit dan bumi. Ya Tuhan kami tidaklah Engkau jadikan yang demikian ini sia-sia.
Maha Suci Engkau maka peliharakanlah kami dari siksa neraka” (ali Imran 190-191).
Mari Kita Para Ulama sebagai Ulil Albab ikut memikirkan hal ini.
5
Program Karbon Hutan Berau, Muhammad Fajri : Sekretariat Pokja REDD+ Kab. Berau
______
Ikhtiar yang dilakukan oleh Kabupaten Berau sebagai suatu tindakan yang bisa memberikan
dampak mengenai perubahan iklim yang tidak hanya terjadi di Kabupaten Berau tetapi juga
di Indonesia dan negara lain. Harapannya juga tidak hanya dirasakan oleh kita yang ada di
Berau tetapi juga yang di luar terkait perubahan iklim untuk mengurangi emisi khususnya
dari sektor kehutanan. Di Kab. Berau 70% masih berupa hutan. Sehingga program ini
mencoba mengambil bagian khusus dalam mengurangi emisi. Tidak hanya karena aktifitas
manusia yang ada tetapi karena berkurangnya kondisi dan daya dukung alam seperti hutan
yang menghasilkan udara bersih yang kita hirup sehari-hari.
Program Karboh Hutan Berau adalah suatu program yang coba dikembangkan oleh
Kabupaten Berau. Melihat kawasan hutan yang ada di Kab. Berau hampir 70% dari luas
berau. Sudah habis dibagi dari hutan lindung, hutan produksi tetap, dll. Tutupan lahan kita
yang 70%, 30%-nya adalah hutan primer dan 30% hutan sekunder yang sudah dilakukan
pembukaan lahan maupun kegiatan lain. Salah satu bagian pemanfaatan sector kehutanan
merupakan sektor terbesar, perkebunan, pertambangan, kegiatan lain.Pengelolaan hutan
produksi sudah habis dimanfaatkan untuk HPH dan untuk kawasan yang lain.
Hutan mempunyai manfaat yang cukup besar bagi kita. Akses hutan juga cukup dekat
dengan kita. Namun saat ini keterlibatan masyarakat sekitar hutan masih rendah.
Keterlibatan masyarakat untuk menjaga hutan juga masih rendah, sumber penghasilan yang
lain selain kayu masih belum maksimal oleh masyarakat kita. Sementara pembukaan lahan
terus mengalami peningkatan. KBK dan KBNK setiap tahun terjadi peningkatan yang cukup
besar di tahun 1990 sampai 2000 yang terjadi cukup drastis.
REDD ada sejak sekitar tahun 2007 melalui pertemuan di Bali. Ada keinginan dari negara
maju untuk bersama-sama melakukan tindakan untuk mengurangi emisi di sektor
kehutanan. Bagaimana negara-negara maju yang merupakan penghasil emisi yang besar
bisa memberikan kontribusi kepada Negara yang memiliki hutan. Ada mekanisme untuk
memberi insentif (Dana bantuan) kepada Negara yang memiliki hutan untuk menjaga
hutannya. Emisi yang dihasilkan oleh Negara maju secara alami diserap oleh pohon di hutan.
Ada mekanisme yang saling menguntungkan dari Negara maju dan Negara berkembang.
Oleh karena itu Berau dan LSM yang berkecimpung di lingkungan bisa berkontribusi. Pada
tahun 2008 dibentuklah POKJA REDD yang diketuai oleh Asisten II yang beranggotakan
dinas-dinas terkait yang ada di Kabupaten Berau, LSM dan perguruan tinggi.
Perkembangannya di tahun 2010 muncul PKHB. PKHB mencoba bagaimana menjalankan
skema REDD di Kab. Berau. PKHB fokus bagaimana kondisi hutan bisa lebih baik dengan
fokus pada 3 kegiatan, yaitu hutan dikelola secara lestari, konservasi dan kesejaheraan
masyarakat.
Visi program, bagaimana Kab. Berau sebagai model pembangunan berbasis pengelolaan
sumberdaya alam. Program ini dikembangkan melalui 2 strategi, bagaimana kesiapan teknis
dan bagaimana langsung ke tapak (lapangan) untuk bisa melakukan kegiatan ini.
Peningkatan kesejahteraan masyarakat perlu sehingga semua masyarakat bisa
berkontribusi, seperti dalam pengelolaan madu.
6
Tantangan program sampai saat ini dimana ada pemahaman yang berbeda bagaimana
program ini bisa lebih dekat dengan masyarakat terkait data sehingga didalamnya bisa ada
pendanaan.
Pengurangan Emisi Karbo dari Sektor Kehutanan. Agus Heriyanto : FC Forclime Modul Berau
__________
Saya tertarik perkataan Pak Kiai Burhan, bahwa lambang NU itu adalah bumi. Bumi adalah
kita, kita adalah bumi. Kita akan kembali ke bumi itu sendiri.
Forclime itu adalah program kehutanan dan perubahan iklim. Kami bukan lembaga atau
LSM. Di dalam strukturnya kami ada 2 program yaitu FC dan TC. Tujuannya adalah
melaksnakan konservasi dan pengelolaan hutan lestari yang mengurangi emisi karbon dan
kesejahtaan masyarakat desa. Melalui upaya perlindungan terhadap daerah berhutan.
Kerusakan pada hutan berdampak pada kualitas lingkungan yang menurun.
Program forclime hanya ada 3 di Indonesia, yaitu di 3 provinsi di wilayah Kabupaten Berau,
kapuas hulu dan Malinau. Peta lokasi: di Kab. Berau DA6 dan DA7, adalah plot-plot aktifitas
sebagai ujicoba. Wilayahnya di Malinau, Kapuas hulu dan Berau.
Alur kerja program ForClime :
Membantu KPH, bekerjasama dengan Kementerian Kehutanan; memberikan SKTP. Dinas
kehutanan mengambil pihak-pihak yang ada di Berau sebagai pelaksana di lapangan.
Dengan 2 capaian utama :
• Langkah-langkah untuk mencapai kesiapan.
• Program investasi dan DA-REDD terealisir.
Kami memulai inisitif sejak tahun 2011.
• Fase 2011, perencanaan operasional
• 2012, rekruitmen dan implementasi
• 2015, implementasi, kajian-kajian dan peningkatan kapasitas sumberdaya dan
monev
Saat ini program telah masuk pada fase implementasi penuh di Kabupaten Berau. Investasi
jangka pendek 10 kampung; pengadaan itik, rapat koordinasi, peningkatan kapasitas kepada
KPH seperti di Sumalindo bagaimana menciptakan kapasitas yang baik dalam perencanaan.
Program Pemerintah jerman bisa kita manfaatkan di wilayah kita yang berfokus pada
menjaga kualitas hutan dan kesejahteraan masyarakat, khususnya di kabupaten Berau.
7
Pandangan peserta urun rembuk :
KH. Burhanuddin Harahap.
______
Kalau melihat di Sunnatullah kelihatannya memang seperti itu. Perencanaan Rasulullah
dalam bumi mikro pada usia 15 tahun setelah di usia 40 tahun mendapatkan wahyu. Proses
di usia 10 tahun belum menghasilkan. Pertemuan Rasulullah dengan Allah SWT dalam Isra’
Miraj di usia 53 tahun dalam waktu itu iklimnya belum dirubah. Kemudian beliau hijrah ke
Madinah. Baru ada perubahan kala itu. Ada perencanaan 15 tahun yang diikuti dengan
wahyu, begitu indahnya jika dilihat dari sunatullah yang tidak bisa dibantah. Yakin bahwa
ada hal-hal yang bisa kita gali antara ilmiah dan sunatullah yang bisa berjalan bersama.
Terkait karbon yang dihasilkan, ketika kami bertemu dengan Habib Luthfi, beliau
mengatakan bumi itu bila ada sesuatu yang jatuh ke bumi dan kemudian akan dikelola bumi.
Sama seperti cerita di jaman Rasulullah SAW ada orang kampung yang buang air kecil di
sekitar masjid. Kemudian Rasullullah memerintahkan untuk di siram yang akhirnya
menghilangkan dampaknya (semaca, gas dan berbau). Perlu ada penelitian ilmiah lebih
lanjut bagaimana bumi yang sudah digunduli itu bisa dicegah dari perubahan iklim. Ahli di
Indonesia juga bisa memunculkan bahan/media untuk mencegah bagian bumi yang
memancarkan gas yang berbahaya bagi bumi. Seperti halnya dalam contoh, jika buang air
kecil hanya perlu disiram air saja supaya tidak panas dan mengeluarkan bau (gas).
Toni LP Ma’arif
________
Melihat kondisi Kabupaten Berau, dimana banyak terdapat pertambangan yang tentu
melespaskan emisi karena model tambag terbuka pembukaan lahan yang menghilangkan
tumbuhan dan hutan. Beda jaman dulu Belanda menggunakan model tambang tertutup.
Tentunya ada manfaat dan mudharatnya. Mana yang lebih banyak. Kalau kita lihat sudah
diantisipasi dengan program yang dimiliki., Apa manfaat yang bisa kita kembangkan dari
model pertambangan yang terbuka? Bagaimana yang harus dilakukan masyarakat sekitar
tidak hanya didaerah tertentu tersebut saja karena kita semua merasakan dampaknya.
Sehingga kita bisa memberikan kontribusi yang positif.
Ustadz Jailani PC NU
__________
Betapa harmonisasi alam dan manusia harus tetap terjaga karena saling membutuhkan satu
dan yang lainnya. Apa bila terjadi kerusakan, akan mengganggu harminisasi tersebut. Bila
ada kelebihan membutuhkan antara yang satu dan yang lainnya maka akan terjadi
ketimpangan.
Banyak hadis tapi kita hanya dalam konteks teks memahaminya padahal banyak pesan yang
terkandung disana. Termasuk larangan memotong tumbuhan yang ada di tanah Arafah pada
saat jamaah haji menggunakan pakaian ihram. Andaikan semua jamaah haji tangannya usil
tidak akan ada lagi pohon di tanah Arafah. Itu semua sudah dipikirkan oleh Rasulullah. Nabi
8
telah menganjurkan pada masa sebelumnya, bisa jadi untuk kita berfikir. Bisa jadi ini inisiatif
konservasi yang diajarkan oleh Nabi.
Bagaimana kami harus menyampaikan dengan sederhana. Pengaruh banjir pada jaman nabi
Nuh tidak ada pengaruhnya dibanding perubahan iklim yang ada sekarang. Adakah
pengaruh dari beberapa decade ketika sector petambangan terhadap perubahan iklim yang
ada di Kabupaten Berau sehingga kita bisa menyadarkan umat dengan kalimat yang santun.
Sekarang susah mencari ikan patin dibanding dulu. Apakah ada hubungannya dengan
perubahan iklim? Banyak yang mengambil dari alam tidak sesuai dengan kebutuhannya.
Bagaimana apabila kami bisa di fasilitasi untuk memahami penjabaran/penjelsan mengenai
lingkungan ini lebih dalam melalui penelaahan mendalam yang dianjurkan oleh Islam?
Baik jika kita bisa dibuatkan Khutbah fiqih alam, sebagai bahan referensi dakwah atau
pengajian bagi umat. Sepertinya bisa dibuatkan fikih tentang lingkungan.
Agus Heriyanto : FC Forclime Modul Berau
_________
Kenapa penambangan dilakukan terbuka? Jawabannya karena keserakahan. Kalau mau
menyelamatkan bumi maka penambangan harus tertutup. Contoh di Teluk Bayur. Sampai
sekarang masih tersisa terowongannya dan belum ada kasus terjadinya longsor dan bencana
lain. Penambangan terbuka karena keserakahan, ingin cepat kaya dan tidak memperhatikan
lingkungan. Apa kontribusi masyarakat? Ketika nanti kita disuruh memilih orang-orang yang
duduk di parlemen pilihlah orang-orang yang amanah. Kontribusi kita terhadap masyarakat
adalah kita pandai-pandai memilih wakil rakyat karena banyak pelanggaran yang terjadi
disitu, mengabaikan hal-hal yang menjadi dampak di kemudian hari. Itu sudah melanggar
yang menjadi amanah dan menyebabkan orang lain terkena dampaknya. Sebenarnya
perubahan sudah terjadi disekitar kita. Misalnya dijalan jika sudah pakai baju lengan pendek
sudah tidak tahan lagi karena panasnya. Begitupun ikan, sumber makanan ikan yang ada di
pinggir sungai sudah ditebang. Ada yang membuka kebun sawit di pinggir sungai. Titiknya
ada pada diri kita, dari iman kita sendiri. Hal ini sangat berhubungan dengan surah AlBaqarah, kita diminta untuk kembali ke jalan yang benar.
Muhammad Fajri, Sekretariat Pokja REDD+
__________
Gambaran bagaimana alam menurunkan hujan untuk membersihkan dan menyuburkan
tanah. Kondisi daya dukung saat ini tidak sesuai. Sekarang banjir dan longsor sering terjadi.
Terjadi kerusakan sehingga menjadi masalah. Terkait pembukaan lahan tidak bisa dipungkiri.
Yang ada di Berau terbesar adalah pertambangan. Kita menyayangkan hal itu tapi di
pengambil kebijakan pejabat kita harus dikawal melakukan pengawasan supaya bisa
dilakukan sebaiknya. Dampak negatif pasti muncul tapi supaya dampak tersebut tidak serta
merta berpengaruh. Kontribusi kecil yang dilakukan seperti sampah, bagaimana mengurangi
pemakaian sampah.
Ustadz Agil MWC NU Biduk-Biduk
___________
9
Dari forClime ada beberapa kecamatan kelihatannya tidak menyentuh wilayah pesisir
padahal disana walaupun tidak ada tambang tapi sawit sudah mulai merambah. Ada yang
menebang hutan juga untuk dibuat kebun. Kenapa tidak kesana?
Konsep khutbah yang bisa diberikan untuk disampaikan kepada umat Islam lewat khutbah
jumat dsb. Sebagai umat islam di khutbah jumat bisa juga disampaikan masalah ini, sebagai
tenaga pendidik di TPA dan lain-lain bisa disampaikan juga tentang program ini.
Agus Heriyanto : FC Forclime Modul Berau
_________
ForClime sudah melakukan studi kelayakan untuk lokasi kerja. Di Kawasan Mangrove, hutan
produksi dan perkebunan sawit. Hasil workshop memilih yang ada di wilayah Sumalindo di
Inhutani. Nanti kami akan mendorong untuk ke wilayah pesisir juga.
Ustadz Sahrul (Ponpes Al Khalil)
__________
Tentang perspektif dalam Alquran dan hadits bahwa tentunya jika kembali ke Al Quran
mengenai perubahan ikim disebabkan ulah manusia sendiri. Peran manusia sebagai khalifah
yang harus mengelolah bumi itu sendiri, ketika dihubungkan dengan Al Quran, bahwa
semua manusia yang tidak paham apakah ini termasuk bagian yang merusak sementara di
satu sisi kita dianjurkan untuk mengelola. Kita tahu Islam mengajarkan untuk mengelola
tetapi tidak merusak. Sehingga nanti perlu adanya penyampaian dari Ustad atau dari Kyai
untuk menjelaskan hal ini.
KH. Burhaniddin Harahap
__________
Rumus keseimbangan yang sering disampaikan ulama. Ada metodologi keagamaan.
Sehingga yang ada dibawah bisa berbicara dengan baik. Disini sudah ada ahlinya terkait fiqih
lingkungan. Perlu ada komunikasi lanjutan untuk menyusun fiqih lingkungan dengan
mengkomuniasikan kepada badan ulama di pusat. PBNU dan seterusnya.
Saifun Nashor, PC NU
_______
Permasalan pengelolaan lingkungann terutama SDA ini merupakan buah simalakama untuk
kita. Ada kebutuhan ekonomi yang perlu disediakan bagi umat, namun jika berlebih dan
tidak dikelola dengan baik makan memberikan kerusakan yang banyak. Pada 2012 yang lalu
sudah dikumpulkan informasi mengenai larangan dan anjuran mengenai lingkungan dengan
tajuk Untaian Hikmah, namun hanya sebatas kompilasi. Kita perlu mendiskusikan lebih
lanjut.
Setiap individu adalah khalifah yang wajib melestarikan yang diberikan Allah SWT. Akan
tetapi individu masih kalah oleh kejahatan yang teoroganisir. Allah SWT menyerahkan
urusan kepada 3 golongan :
1. Ulama
2. Umara’(pemimpin)
3. Khalil Hima
10
Sebenarnya tidak ada tambang yang haram. Hanya saja umara’nya disini seperti Polisi Hutan
apakah bisa mengamankan hal tersebut. Setiap pemerintahan mulai desa sampai kota ada
larangan. Disini kita punya wacana yang kemudian didorong oleh LSM untuk bagaimana
mendorong pemerintah (umarah) agar menyeleksi dengan ketat bagi investasi yang masuk.
Orang kaya semakin sewenang-wenang jika dikasih peluang, umara’ pun juga seperti itu.
Memang bebannya berat. Sehingga solusinya Umara’ dan LSM bisa mengarahkan
pemerintahan agar kebijakannya benar-benar memihak kepada kebaikan bukan ke kantong
masing-masing. Kalau ingin kuat Umara, Ulama dan LSM serta masyarakat luas perlu duduk
bersama untuk mengawalkan pengelolaan lingkungan yang lebih baik.
Muhammad Arsyad (Dai Kabupaten Berau)
_______
Apa yang kami program dari 2012 ditindaklanjuti dan segera kami laksanakan di lokasi. Kami
berkoar-koar diatas mimbar. Kami setiap jumat mengupdate untuk disampaikan dan
direalisasikan ke lapangan. Para pemegang amanah selama ini tidak mau tahu kecuali ada
uangnya. Kami yang berkoar tolong dibantu juga dengan teorganisir dengan LSM supaya
lebih banyak sharing khususnya mengenai perkembangan tulisan.
Satu pengalaman nyata di lapangan. Khutbah berkoar, mimbar bergoyang. Ternyata di
belaknag masjid ada aktiftas pertambangan dan pada saat itu sedang ada blasting di areal
tersebut. Nah ini Perlu dukungan multipihak untuk bisa menumbuhkan kesadaran bersama.
Ahmad Suradi
_______
Untuk membangun suasana kampung yang kondusif sebagaimana Madinah, Rasulullah
membutuhkan waktu yang panjang 30 tahun mulai dari perencanaan. Kita ini memiliki
kapasitas dan kualitas yang tidak secepat itu. Beliau 30 tahun bisa memunculkan realitas
yang ideal. Saya teringat kata-kata mantan menteri Kehutanan, MS. Kaban mengatakan :
‘’di kampus - kampus khususnya di fakultas kehutanan mata kuliah penebangan itu selalu
ditekankan. Saya menganjurkan fakultas kehutanan menekankan ke mata kuliah menanam
saja. Saking banyaknya ilmu menebang semangat menebangnya lebih tinggi daripada
semangat menanamnya.’’
Mengacu kepada panjangnya waktu untuk membuat perubahan apalagi dengan kondisi
yang ada saat ini. Kurikulum dari yang serendah mungkin memang bagusnya banyak diisi
dengan ilmu kehutanan dan juga diminimalisir mata kuliah yang terkait penebangan.
Dicantumkan buruknya dari banyaknya terjadi penebangan.
Saipul Rahman. The Nature Conservancy
________
Bagaimana memberikan penekanan kepada Umara’ yang membuat kebijakan. Di
Internasional ada yang namanya CSIS. Kompas adalah komando pastur. Rutin membuat
musyawarah untuk membuat rekomendasi-rekomendasi. Ulama perlu juga menekan umara;
dengan memberikan pandanganny. Sesekali mengundang pihak umarah dalam diskusi
seperti ini
11
KH Burhanuddin H.
________
Apabila pembahasan yang berkaitan dengan politis, biasanya juga akan menimbulkan
kepentingan politis. Di dalam pemeritahan itu bagaimana mereka yang berjuang murni
diperlukan disana tokoh yang bisa berbicara, yang mampu politik dan diperlukan orangorang yang punya sisi agama. Bila perlu, preman yang berani. Orang yang jujur-jujur kadang
kurang berani. Tulus dalam berpolitik. Dari pakar lingkungan saya harapkan bisa koordinasi
baik terkait tokoh-tokoh dan niatnya atas pemikiran yang bagus untuk hal yang baik-baik itu
dalam dunia politik mesti ada orang yang seperti itu dan juga dari pemerintahan.
Jika ketiga elemen ini dapat bersinergi akan dapat memberikan dampak perbaikan yang
besar. Ketika zaman Rasulullah pendekatan ini sudah dilakukan. Contoh strategi Rasulullah
dan sahabat dalam perjanjian Hudaibiyah. Ustman Bin Affan, dialog politik dimana
perjanjian itu tidak seimbang tapi karena ada fakta politik. Arab pernah tidak dalam kondisi
yang stabil sementara di Madinah sangat stabil. Perlu ada pembicaraan-pembicaraan dari
ustadz, misalnya dari pusat kemudian ke tingkat bawah. Ada langkah positif yang senada
dengan kita bisa kita gunakan.
“kejelekan akan terhapuskan oleh kebaikan”.
Ustadz Jailani, PC NU
________
Pemerintah daerah semangat untuk membuka peluang investasi, berbanding lurus dengan
semangat ulama. Ini pintu peluang pertama untuk mengingatkan pemerintah. Ulama harus
saling mengingatkan. Jangan ketika terjadi musibah baru meminta ulama meminta nasehat,
ini pintu pertama untuk membuka jalan kebaikan.
Asrul Sani, Ketua PC NU
_____
Harus ada kesepakatan misalnya untuk program/pertemuan rutin sebulan sekali atau 2
bulan sekali. Sekaligus membawa evaluasi yang ada di lapangan.
Ustadz Jamhari, MWC Talisayan
______
Melihat kondisi saat ini, saya mengusulkan terkait masalah mindset, di daerah Jawa Timur
ada kebiasaan pada saat pernikahan jika tidak membawa petasan maka tidak jadi akad
nikah. Saya mengusulkan bagi petugas KUA apabila ada pasanga yang mau menikah bisa
membawa bibit pohon, agar bisa menumbuhkan budaya menanam pohon, hal ini juga
dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Sehingga jika budaya seperti ini berkembang akan lebih
baik. Tindak nyata seperti itu sangat bagus.
12
Urun rembuk ini menyepakati hal-hal sebagai berikut :
A. Bagian Refleksi Pengalaman Selama Penerapan Kegiatan
1. Perkembangan kesiapan Kalimantan Timur dan Kabupaten Berau dalam mitigasi
perubahan iklim yang disampaikan oleh Sekretarian Pokja REDD Kabupaten dan
ForClime Financial Cooperation dan Technical Cooperation.
2. Berau memiliki program PKHB, merupakan ikhtiar pemerintah untuk dapat
mengurangi emisi. Untuk mengurangi dampak Perubahan Iklim sekala
kabupaten.
3. Hutan memberikan dukungan terhadap tersedianya udara bersih oksigen, 70 %
wilayah berau yang masih dalam kawsan hutan menjadikan Berau memiliki peran
startegis dalam ikut serta dalam upaya pengurangan dampak perubahan iklim
yang mejadi insiasif dunia.
4. Terjadi periubahan besar di wilayah tutupan hutan pada tahuan 2000an hingga
sekarang. Berau ikut serta aktif untuk terlibat dalam inisiatf perubaham iklim
sejak tahun 2007. Melalui kesepakatan dan mekanisame yang dibangun bersama
dala pertemuan international di Bali yang disebut COP 13 yang dihadari oleh
negara maju dan negara-negara berkembang termasuk Indonesia.
5. Program Karbon Hutan Berau berfokus pada tiga capaian : pengelolaan hutan
lestari, adaptasi dan mitigasi perubahn iklim. Peningkatan kesejehterana
masyarakat merupakan salah satu fokus utma dalam PKHB.
6. ForClime merupakan kerjasama program pemerintah kabupaten dan nasional
dengan fokus kerja untuk menurunkan emisi karbon dioksida dari sektor
kehutanan.
7. REDD+ merupakan inisiatif dari negara maju untuk membantu negara
berkembang menjaga hutan agar mengurangi emisi CO2.
B. Penyampaian tanggapan aspirasi dan rencana aksi yang dapat dilakukan.
1. Menyuarakan aspirasi ulama bekerjasama dengan organisasi masyarakat sipil
baik tingkat nasional dan internasional terkait kondisi factual lingkungan.
2. Mengembangkan untaian hikmah yang telah disusun tahun 2012 sebagai bahan
pengembangan materi ceramah ditingkat kecamatan dan desa.
3. Pengembangan materi pendidikan lingkungan untuk pelajar pada tingkat sekolah
dasar sampai sekolah menengah atas dari perspektif Islam.
4. Melakukan pertemuan ulama reguler setiap satu bulanan/ dua bulanan atau tiga
bulanan untuk menampung aspirasi dan menyuarakan masukan ulama terhadap
kebijakan pengelolaan sumberdaya alam kabupaten.
5. Ulama aktif menyampaikan isu lingkungan sebagai bagian dari dakwah Islam.
13
Demikian hasil rapat ini dibuat untuk ditindaklanjuti sebagaimana mestinya dan menjadi
dokumen acuan.
Tanjung Redeb, 19 Desember 2014
14
15
Lampiran 1
Kerangka Acuan Kegiatan
Urung Rembuk Pembelajaran Peran Pemuka Agama dalam Pembahasan Perubahan Iklim dan REDD+
di Tingkat Akar Rumput.
Latar Belakang
Pembahasan seputar Perubahan Iklim dan REDD+ (Reducing Emissions from Deforestation
and Forest Degradation atau Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan,
konservasi penyimpanan karbon, dan pengelolaan hutan lestari) semakin marak dilakukan dalam
berbagai tingkatan. Akan tetapi, berbagai diskusi saat ini hanya melibatkan pembuat
kebijakan, organisasi internasional, dan akademisi. Sementara, pelibatan pemangku kepentingan
dari tingkat akar rumput sangatlah terbatas.
Pada tingkat lokal, Kabupaten Berau merupakan salah satu dari lima kabupaten di Indonesia yang
telah berupaya mengembangkan model REDD+ skala Kabupaten. Model ini disebut dengan
Program Karbon Hutan Berau (PKHB). Model ini kemudian mendapatkan dukungan dari
Kementerian Kehutan Republik Indonesia pada tahun 2010 sebagai wilayah pilot Demontration
Activities program REDD+ melalui inisiasi yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Berau dan The
Nature Conservancy (TNC).
Tujuan PKHB mencakup total hampir 2,1 juta hektar hutan selama periode lima tahun mulai tahun
2010. Pada tahun 2017, program bertujuan untuk membawa setidaknya 800,000 ha hutan
dibawah manajemen yang efektif, menghindari emisi setidaknya 10 juta ton CO2, melindungi
daerah aliran sungai dan habitat dari hampir 1500 orangutan, studi keanekaragaman hayati dan
menciptakan peluang ekonomi bagi masyarakat lokal yang tinggal didalam dan sekitar hutan.
Semua itu bisa dicapai jika partisipasi masyarakat lokal dapat aktif dengan meningkatkan
kesadaran dan membangun kapasitas masyarakat untuk pengelolaan hutan yang berkelanjutan
salah satunya melalui kegiatan-kegiatan campaign Perubahan Iklim dan saluran akses informasi
serta media yang memadai bagi masyarakat.
Keterbatasan informasi mengenai perubahan iklim dan REDD+ serta terbatasnya kesempatan
bagi praktisi di lapangan untuk membagikan pengalaman dan pembelajarannya, menjadi faktor
rendahnya partisipasi aktif masyarakat dalam implementasi program REDD+. Oleh karenanya,
terdapat kesenjangan pengetahuan yang signifikan mengenai REDD+ di tingkat daerah.
Pemangku kepentingan di tingkat akar rumput seharusnya memiliki informasi yang utuh, jelas,
dan sesuai dengan budaya lokal mengenai proses dalam REDD+ agar dapat berpartisipasi
secara penuh dalam perencanaan dan implementasi REDD+. Untuk itu, peningkatan kapasitas
bagi pemangku kepentingan akar rumput menjadi penting guna memampukan mereka
menyuarakan pendapat dan aspirasi kepada pembuat kebijakan terkait perubahan iklim dan
REDD+.
Untuk itu pada 11-13 Oktober 2012, Yayasan Komunitas Belajar Indonesia bekerjasama dengan
Pengurus Cabang Nahdlathul Ulama Kabupaten Berau melaui dukungan dari RECOFTC
Indonesia, melaksanakan upaya peningkatan kapasitas melalui pelatihan yang di berikan kepada
para Pemuka Agama dari 13 Kecamatan se-Kabupaten Berau dengan tajuk Workshop Perubahan
Iklim dalam Pespektif Al-Qur’an, Hadist dan Kitab Salaf.
Bebarapa catatan hasil diskusi workshop tersebut adalah terbangunnya pemahaman di kalangan
pada pemuka agama mengenai kondisi lingkungan di Kabupaten Berau. Hal tersebut mulai terlihat
16
menjadi satu fokus pembahasan dalam rencana konferensi 5 tahunan PC NU Kabupaten Berau
pada Bab Taushiyah/Rekomendasi butir ke-6 mengenai Perubahan Iklim dan Lingkungan Hidup.
Hasil lain dari workhsop tersebut adalah berhasil tersusunnya satu draft produk keilmuan berupa
buku untaian hikmah berdasarkan hasil dikusi terfokus penelaahan sumber – sumber referensi
Islam mengenai anjuran dan larangan dalam memelihara dan mengelolaan lingkungan serta
sumber daya alam dengan bijak.
Berbagai inisiatif penyadartahuan dan peningkatan kapasitas telah berhasil di lakukan di
Kabupaten Berau. Tahapan selanjutnya adalah mengikat hasil – hasil inisiatif itu dalam satu
konsensus yang inspiratif dan terbuka. Menjembatani kebutuhan tersebut, kembali YAKOBI
bersama dengan PC NU Kabupaten Berau dengan dukungan RECOFTC mengadakan diskusi
konsultasi bersama pemuka Agama.
Dengan tujuan untuk kembali menguatkan simpul pembelajaran yang sudah terbangun, sembari
menghimpun pandangan para tokoh Agama mengenai peran – peran penyadartahuan yang
dilakukan termasuk didalamnya melakukan refleksi pembelajaran. Untuk itu, konsultasi antara
pemangku kepentingan kunci khususnya para pemuka Agama ini dirasa penting untuk
mengumpulkan pendapat dan aspirasi sebagai catatan kedalam arah kebijakan
Tujuan
1. Mengumpulkan masukan dan aspirasi dari pemangku kepentingan kunci di akar rumput untuk
disampaikan kepada pemangku kebijakan.
2. Memberikan ruang urung rembuk pembelajaran yang di pahami dari pelaksanaan kegiatan.
3. Memfasilitasi masukan dan aspirasi pemangku kepentingan kunci di tingkat akar rumput
sebagai rekomendasi di tingkat yang lebih tinggi.
Hasil yang diharapkan
Dalam pelaksanaan konsultasi pada tingkat akar rumput ini, hasil yang diharapkan adalah sebagai
berikut :
1. Informasi masukan dan aspirasi mengenai pemahaman tentang REDD+ dan Perubahan Iklim
pemangku kepentingan kunci
2. Pembelajaran terkait proses implementasi kegiatan penyadartahuan dan pelatihan.
Metodologi
Konsultasi di akar rumput akan dilaksanakan setengah hari dalam 2 alur diskusi. Dalam diskusi
tersebut peserta akan mengikuti diskusi penyegaran kegiatan sebelumnya dan refleksi
pembelajaran yang dialami dalam bentuk diskusi kelompok terfokus.
Waktu Kegiatan
Konsulatasi di akar rumput ini akan dilaksanakan pada :
Hari Jumat tanggal 19 Desember 2014
konsultasi tingkat Kelurahan Tanjung Redeb bersama dengan kelompok Pemuka Agama dari
jaringan Nahdlathul Ulama Kabupaten Berau. Bertempat Aula NU-YAKOBI Learning Center,
17
Tanjung Redeb.
Peserta
Peserta pelatihan adalah para tokoh agama dari 13 Kecamatan dan perwakilan pesantren yang
turut hadir dalam konferensi Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kabupaten Berau 2014 di Tanjung
Redeb.
Pembicara untuk memberikan pemaparan perkembangan isu perubahan iklim dan REDD+
melibatkan Pokja REDD+ Kabupaten, GIZ-ForClime dan TNC.
Agenda
Konsultasi akar rumput akan dilaksanakan dengan agenda umum sebagai berikut :
Jam
Agenda
13.30 – 15.00 Pembukaan dan sesi perkenalan.
Pemaparan tujuan konsultasi
Presentasi perkembangan isu perubahan iklim dan
REDD+
15.00-15.30
15.30-17.00
Rehat kopi dan ISHOMA
Sesi 1
Sharing pengalaman peserta
Keterangan
Panitia dan ketua PC NU memberikan
kata pembuka kepada semua peserta.
Fasilitator menyampaikan objektif dan
alur konsultasi.
Pokja REDD, TNC dan GIZ ForClime
memaparkan 10 menit perkembangan
singkat REDD+ ditingkat kabupaten,
nasional dan internasional.
Istirahat dan sholat berjamaah untuk
seluruh peserta.
Peserta untuk menyampaikan hasil –
hasil kegiatan yang telah
dialami/dilakukan yang berhubungan
dengan REED+ dan perubahan
iklim.
Sesi 2
17.00-17.15
Penyampaian pandangan akhir dan kompilasi
informasi.
Catatan refleksi dari harapan,
masukan dan aspirasi pemangku kunci
di akar rumput tentang pandangan
mereka dari penyebarluasan gagasan
mitigasi perubahan iklim dan REDD+
dari masing-masing peserta.
Penyampaian kesimpulan, tindak lanjut dan
penutupan
Fasilitator dan panitia menyiapkan
catatan menit pertemuan.
Kontak :
Nurul Auliani Saputri
Kordinator Program PKBM YAKOBI
Phone : +62 853 9399 4825
Email : [email protected]
Gilang Ramadhan
Program Direktur YAKOBI
Phone : +62 853 4680 9591
Email : [email protected]
18
LAMPIRAN 2 _FOTO-FOTO KEGIATAN
19
20
21
22
23
ABSEN PESERTA
24
\
25
26