Hijaukan Bumi, Birukan Langit & Sejahterakan Bangsa Sebagai Pandu Hutan Indonesia
Transcription
Hijaukan Bumi, Birukan Langit & Sejahterakan Bangsa Sebagai Pandu Hutan Indonesia
Hijaukan Bumi, Birukan Langit & Sejahterakan Bangsa Pembekalan Kehumasan Kementerian Kehutanan RI Dalam Membangun Reputasi Sebagai Pandu Hutan Indonesia Oleh Ermiel H Thabrani M.Si – Dosen Senior STIKOM LSPR 2 Tujuan 1. Mempersiapkan sebuah strategi Kehumasan untuk mencerdaskan stakeholder Kehutanan menghadapi tantang Pembangunan Berkelanjutan. 2. Meningkatkan citra Kemhut sebagai Pandu bumi 3. Mensosialisasikan Visi strategis 3 Visi 1. Memanfaatkan SDA Hutan secara lestari untuk memakmurkan bangsa 2. National Forestry Shepherd in Int’l forum from earth summit, WSSD, Kyoto Protocol to Climate Regime 4 Misi Misi atau sasaran yang ingin dicapai adalah bahwa Indonesia atas usaha sendiri akan berusaha mencapai pengurangan emisi sebesar 26% pada tahun 2020, dan dengan bantuan dunia akan ditargetkan menjadi 41%. Dengan misi dan sasaran ini maka secara holistik, peran Kemhut akan selalu sentral dalam isu global Diharapkan pada tahun 2020, kita semua akan menghirup udara dengan kualitas yang dua kali lebih baik dari sekarang! 5 Kehumasan yang tepat dapat menyatukan semua usaha menjadi lebih bermakna dan berkelanjutan. Scout honor! QuickTime™ and a Graphics decompressor are needed to see this picture. 6 Tantangan Utama dan Masalah yang Dihadapi Susah Menemukan Orang dan Tim yang Tepat! Kehumasan yang baik dapat membangun keakraban dan pemahaman yang meningkat terhadap tantangan pembelajaran atas keberlanjutan pembangunan kehutanan sekaligus menyelaraskan esprit d’corps 7 Memberdayakan dan Menyelaraskan Kehumasan yang baik dapat mengurangi jenjang ketidakseimbangan perwakilan dari sektor swasta, akademis dan jender di dalam proses konsultasi dan sosialisasi program Kemhut terutama dengan Otonomi Daerah serta NGO dan CSO mendominasi proses konsultasi sehingga komponen pemangku kepentingan dapat berimbang. Internal recognition program dapat mendukung capaian ini Metodologi Penyusunan Strategi: SCQUARE (Situation, Complication, Question, Answer, Recommendation, Evaluation) 9 Situation (1) Setiap tahunnya, 133 juta bayi lahir ke dunia. Sehingga setiap dekade, dunia menjadi rumah untuk 1 milyar manusia tambahan. Tekanan yang dialami bumi kita untuk mencapai kesimbangan alam saat ini saja sudah sangat besar dan dengan kedatangan populasi baru, eksploitasi bumi untuk menyokong kehidupan penduduknya menjadi sangat cepat dan melampaui daya dukung bumi ini. Sebagai makhluk terestrial, manusia berpaling kepada hutan dan tanah yang bertugas menjadi pilar bumi dan merubahnya menjadi lahan agrikultur, menebang kayunya untuk perumahan, merubah mineralnya untuk menjadi energi dan industri yang pada akhirnya menghasilkan polusi berat dan karbon yang dikeluarkan ke atmosfir mengkontaminasi udara yang kita hirup dan memperburuk sistem iklim yang kita butuhkan untuk hidup berkelanjutan. Banyak penelitan memastikan bahwa pelepasan karbon ke udara yang disebabkan oleh penebangan hutan telah melampaui kapasitas bumi dan akan menyebabkan bencana besar dan pemanasan global. 10 Situation (2) Setiap menit dunia kehilangan hutan sebesar lapangan bola. Hutan ini dibabat untuk memberikan ruang untuk berbagai kebutuhan manusia, agrikultur, dan perkembangan industri. Di negara kita, hal ini semakin cepat karena dipicu ketidak-pastian dan ketetapan hukum, otonomi daerah dan dinamika politik yang menyebabkan cepatnya kehancuran hutan kita. Kebijakan publik seringkali dibuat untuk menguntungkan sebuah rezim kekuatan dibandingkan dengan tujuan pembangunan yang berkelanjutan. Dengan lebih dari 70% orang Indonesia yang tinggal di pulau Jawa, pulau ini tidak dapat lagi menjadi sumber kehidupan yang berkualitas dan akan segara menjadi desa urban dengan dinamika sosial, lingkungan, dan ekonomi yang membawa dampak kerusakan hutan yang semakin cepat. Disisi lain, pulaupulau diluar Jawa yang seharusnya menjanjikan hutan yang lebih lestari kini semakin dikuasai sekelompok pihak yang mengeksploitasi hutan bagi kepentingan ekonomi semata. Seharusnya, bagi para pengusaha hutan ekonomi adalah ekologi. Justru dengan menjaga ekosistem yang baik akan tercipta bisnis kehutanan yang baik dan berkelanjutan pula. Hutan-hutan di pulau Jawa yang membantu menghasilkan air dan udara yang berkualitas sebentar lagi akan menjadi bagian dari masa lalu. Skenario yang sama pun akan dan sedang terjadi di tempat-tempat lain di negara kita dimana eksploitasi hutan tengah berlangsung. Dalam satu atau dua dekade dari sekarang, kita akan melihat pulau-pulau tanpa hutan lainnya seperti pulau Jawa sekarang. 11 Situation (3) Kantong-kantong kemiskinan justru berdampingan dengan hutan-hutan asli dan keanekaragaman hayatinya yang sangat besar yang perlu dilindungi. Pembalakan liar termasuk pembakaran banyak yang terkelola dengan rapih bagaikan tindak kriminal yang terorganisir.. Di berbagai daerah, kegiatan ini sering sebelas duabelas dengan rezim kekuasaan setempat yang korup dan tidak bermartabat. Mereka leluasa bertindak karena kurangnya pengawasan akan hutan-hutan ini. Hutan yang rusak telah menjadi begitu kasat mata bahkan banyak kantor2 pemerintah daerah yang berdiri diatas hutan lindung. Apalagi ditambah dengan euforia pemekaran yang kini menjadi sangat marak didaerah.. Indonesia memiliki 10 negara tetangga yang mengawasi kekayaan hutan dan sumber daya alami kita. Lalu lintas perbatasan dipenuhi oleh bahan-bahan ilegal yang diambil dari hutanhutan kita seperti perdagangan flora dan fauna yang telah terancam keberadaannya yang juga dibutuhkan untuk mempertahankan keragaman di hutan kita untuk tetap ada. 12 Complication (1) Pada saat pergantian millenium, dunia sepakat untuk mengurangi jumlah kemiskinan menjadi setengahnya pada tahun 2015. Hal ini dikenal sebagai Millenium’s Development Goals atau MDGs. Namun, menilik dari berbagai krisis ekonomi yang terjadi didekade pertama dari milenium ini membuat gol dari MDG tersebut terlihat tidak mungkin. Ekonomi yang tidak stabil dan pengelolaan keuangan yang tidak bijak telah membentur negara-negara adidaya sekalipun. Pemanasan global mulai menunjukkan efek-efek serius dalam hal pangan karena anomali cuaca. Namun pada kondisi ekonomi dunia yang semakin terpuruk, Indonesia harus bangga karena kita termasuk negara sukses mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang sehat, serta telah menjadi salah satu pusat pertumbuhan baru di Asia Pasifik bersama-sama China dan India. QuickTime™ and a decompressor are needed to see this picture. 13 Complication (2) Para pembuat kebijakan seringkali juga biang pelanggar kebijakan tersebut. Era otonomi daerah telah menghasilkan raja-raja lokal dan penyelarasan dengan kebijakan pengembangan nasional tentang pengelolaan hutan menjadi semakin sulit dilaksanakan dan bertentangan dengan aspirasi kekuasaan setempat. Berbagai cara ditempuh untuk menyiasati koridor-koridor hukum yang telah diatur oleh pemerintah pusat. Ditambah lagi, pemekaran provinsi dan kota-kota serta kabupaten menyebabkan diambilnya lahan hutan dan area-area yang telah dilindungi. Triliunan biaya APBN dalam rangka mendukung demokrasi melalui ratusan Pilkada tidak terlihat sama sekali dampak positifnya terhadap hutan dan hanya menjadi panggung euphoria dan teatrikal. Tidak ada bukti kuat yang memperlihatkan aktivitas demokrasi yang benar-benar membantu pemeliharaan hutan kita. Sebaliknya, kita menyaksikan politik uang yang bekerja sebagai pemberian potensi ekonomi hutan sebagai imbalan kekuasaan yang diraih. 14 Complication (3) Pemerintah pusat juga memiliki masalah serius khususnya dalam mendapatkan kepercayaan masyarakat. Kebanyakan kebijakan yang dibuat hanya berjangka pendek dan bersifat populis. Dewan Perwakilan Rakyat pun menambah permasalahan. Tugas utama Dewan yang yaitu menghasilkan Undang-Undang agar pemerintah dapat menjalankan programnya sangat lamban. Dewan menjadi tidak produktif apalagi dibandingkan dengan APBN yang keluar untuk menunjang kebutuhan Dewan. Mereka justru terlihat sibuk menuntut haknya. Ini masalah lateral dan fundamental, karena eksekutif negara hanya dapat menjalankan pembangunan karena didasarkan oleh Undang-undang yang dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Tanpa adanya hal tersebut, dasar sakral dari negara ini sebagai negara hukum tidak akan pernah ada. 15 Question-Pivotal (1) Secara holistik, strategi ini harus menjawab pertanyaan yang tepat. Pertanyaan pertama mungkin ditanyakan untuk menantang pertanyaan yang terdahulu. Pertanyaannya adalah APAKAH KITA HARUS MENYELAMATKAN BUMI ATAU DIRI KITA SENDIRI. Pertanyaan kedua, yang mungkin terkesan lebih sinis, adalah bagaimana semua strategi pelestarian (CONSERVATION) tidak hanya menjadi pembicaraan (CONVERSATION) semata. Kita telah menghadiri ribuan forum mengenai hal ini menandatangani ribuan MOU tapi tidak ada yang benar-benar dilaksanakan, apalagi berkembang. Jadi, sebenarnya apakah yang harus dipertanyakan oleh Stranas ini? Mungkin kita harus mempertanyakan komitmen dan ketulusan kita masing-masing dalam membereskan masalah yang tengah terjadi pada hutan kita, dan bila memang ada insentif yang kita dapatkan seiring dengan prosesnya, anggaplah itu sebagai bonus. Kenapa? Karena masyarakat bersifat sangat skeptis mengenai ketulusan pemerintah dan strategi apapun yang dibuat akan kekurangan kredibilitas. 16 Question-Pivotal (2) Bukankah kita harus bertanya, “BAGAIMANA CARA MENYAMBUNG KEPERCAYAAN PUBLIK YANG TELAH RETAK DARI MASYARAKAT KITA SENDIRI BAHWA KITA BENARBENAR BERKOMITMEN DAN TULUS DALAM MEMBENAHI HUTAN KITA?” Kredibilitas diberikan dan tidak dapat diminta. Namun bila masyarakat telah memberikannya, mereka akan berpartisipasi dan lebih percaya akan strategi ini. Mungkin, sebuah kampanye sosialisasi publik harus dipertimbangkan sebagai pilihan untuk mencapai kepercayaan publik dan membangun kredibilitas dari institusi-institusi publik yang berkaitan dengan hutan kita. 17 Answer Stranas ini adalah tindakan pencegahan awal dalam melindungi hutan kita dari degradasi dan penebangan. Mungkin hal ini terlambat namun momentumnya tepat. Dunia telah memberikan kita sedikit keringanan. Kita telah diberikan dukungan untuk membenahi masalah kita. Dan kita berjanji untuk memperbaiki kualitas udara 100% pada tahun 2020 di “rumah” kita terlebih dahulu. Dan apabila dunia melihat bahwa kita dapat membuat perkembangan, mereka akan bergabung dan berbagi sumber daya untuk mencapai target 41% tersebut, bahkan lebih. Tantangan kita sekarang adalah bagaimana kita dapat meyakinkan para pemegang keputusan inti khususnya masyarakat kita sendiri untuk berpartisipasi, dan kemudian “menjual” kebijakan ini kepada dunia dan mendapatkan dukungan moral, finansial, dan teknis yang penting adanya untuk kesuksesan dari program ini. Jawaban kita harus merangkum frase di bawah ini: Kredibilitas harus dibangun dari dalam, tapi pengakuan akan datang dari luar. Jadi, jangan pernah mencari pengakuan, tapi lebih sadarlah akan perbuatan kita dibandingkan dengan citra kita. Karena perbuatan kita adalah siapa kita sebenarnya, sementara citra kita hanyalah bagaimana orang lain melihat kita. 18 Recommendations Gunakan dan promosikan dokumen ini sebagai referensi wajib, dan induk serta strategi sentral tentang REDD+ ditingkat nasional. Indikator kinerja utama atau Key Performance Indicator (KPI) dari strategi ini harus diatur dan disetujui agar dapat menjadi kerangka pemikiran yang sukses. KPI juga harus dapat mengukur perbaikan standar hidup dan penghasilan masyarakat terkait dengan produktifitas hutan dan keberlanjutan ekosistemnya di masa depan. Mensosialisasikan, memasarkan, dan “menjual” strategi ini kepada donor dari komunitas internasional, organisasi publik dan sektor swasta untuk mengumpulkan dana aktivasi REDD+. Menetapkan metode pengukuran penjajagakan sukses dari strategi ini dan mendokumentasikannya dengan baik untuk penyempurnaan dan referensi pengaplikasian di negara-negara lain. 19 Evaluation Kunci dari kesuksesan program apapun terbagi menjadi dua: 1. Tercapainya target yang diinginkan 2. Tersedianya pembelajaran dan pelatihan yang baik untuk para pelaku di masa depan Kami akan mengukur perkembangan pelaksanaan program ini secara konstan dan berkesinambungan serta menyediakan sarana hukum, finansial, dan peningkatan kapasitas sampai kepada jenjang lokal. Indikator Kinerja Utama 21 Beberapa faktor penting atau indikator kinerja dari strategi ini harus terlihat dari, antara lain: • Peningkatan komitmen dari para pembuat keputusan • Peningkatan partisipasi masyarakat • Peningkatan cakupan area hijau • Peningkatan nilai tambah ekonomi daerah • Tercapainya dukungan finansial dan teknis dari donor • Meningkatnya kapasitas SDM lokal termasuk institusinya • Berkurangnya kerumitan dan benturan antar institusi 22 Kriteria Pengembangan adalah PEMBERDAYAAN Terima Kasih