(CSR) Bidang Lingkungan - Kementerian Lingkungan Hidup

Transcription

(CSR) Bidang Lingkungan - Kementerian Lingkungan Hidup
Model Corporate Social Responsibility
Bidang Lingkungan
i
149
hal revisi 29032014
Model Corporate Social Responsibility Bidang Lingkungan
ISBN
: 978-602-8358-69-9
TIM PENYUSUN
Pelindung
: Prof. Dr. Bathasar Kambuaya, MBA
Menteri Negara Lingkungan Hidup
Pembina
: Ir. Ilyas Asaad, MP, MH
Deputi Bidang Komunikasi
Masyarakat
Lingkungan
dan
Pemberdayaan
Penanggung : Tri Bangun Laksono
Jawab
Asisten Deputi Peningkatan Peran Organisasi Kemasyarakatan
Tim Teknis
Ketua
Anggota
: Jo Kumala Dewi
: Widodo Sambodo
Wistinoviani Adnin
Dadang Kusbiantoro
Dian Andryanto
Andryansyah
Rachmawaty Putri Antono
Haryoto Kusnoputranto
Tim Penulis :
iii
Suyud W. Utomo
Latipah Hendarti
Hoetomo
Ario Tranggono
Chandra Wirman
Nastiti Karliansyah
Peter Chen
Penyunting
: Latipah Hendarti, Jo Kumala Dewi, Wistinoviani Adnin
Kontributor
:
Tim Penyusun
PT. Adaro Indonesia, PT. Astra Internasional Tbk, PT. Arutmin
Indonesia, PT. Badak NGL, PT. Banyan Tree, PT. Bio Farma, PT.
Bukit Asam, PT. Chandra Asri Petrochemical Tbk, PT. Cheil Jedang
Indonesia, Chevron Geothermal Salak, Ltd., CIMB Niaga, Coca Cola
Amatil Indonesia, PT. Energy Equity Epic Sengkang Pty, Ltd., PT.
Epson Batam, PT. Holcim Indonesia, PT. Indonesia Power UBP
Kamojang, PT. Indonesia Power UBP Bali, PT. Jababeka, PT. Kaltim
Prima Coal, PT. Letawa, PT. Medco E&P Indonesia, PT. Nippon
Shokubai Indonesia, PT. Pertamina Asset 5 Field Tarakan, PT.
Pertamina Hulu Energi ONWJ, PT. Pupuk Kujang, PT. Pupuk
Sriwidjaya, PT. Sebuku Iron Lateritic Ores, PT. Sukses Tani Nusa
Subur, PT. Sumi Rubber Indonesia, PT. Tidar Kerinci Agung, PT.
Total E&P Indonesia, PT. Unilever Indonesia
Daftar Isi
223
MODEL CSR BIDANG LINGKUNGAN
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP
KATA SAMBUTAN
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP
Corporate Social Responsibility (CSR) adalah wujud
nyata
dari
penggiat
pembangunan
untuk
mewujudkan keadilan bagi masyarakat dan
lingkungan.
Dunia
usaha
harus
berkontribusi
dalam
memperbaiki kualitas lingkungan dengan melibatkan
masyarakat
untuk
ikut
berperan
dalam
pembangunan.
Apresiasi kami sampaikan pada berbagai perusahaan yang telah
melaksanakan CSR bidang lingkungan sehingga upaya perusahaan
melibatkan masyarakat akan menjadi contoh bagi perusahaan lainnya
dalam rangka mewujudkan pembangunan berkelanjutan.
Kata Sambutan
iiiii
iv
v
vi
SELAYANG PANDANG
vii
viii
SELAYANG PANDANG
MODEL CSR BIDANG LINGKUNGAN DI INDONESIA
Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Sosial Responsibility (CSR)
merupakan komitmen perusahaan atau dunia usaha untuk berkontribusi dalam
pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dengan menitikberatkan pada
keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi, sosial dan lingkungan.
Prof. Emil Salim ahli lingkungan Indonesia menekankan bahwa CSR haruslah
benar-benar menjadi cara berbisnis yang menyeimbangkan antara ketiga aspek
yaitu sosial, ekonomi dan lingkungan. Dengan demikian, CSR menjadi proporsi
kerja perusahaan terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan, bisnis suatu
perusahaan bisa saja berhenti, namun pembangunan harus terus berlanjut untuk
memenuhi kebutuhan generasi masa kini dan masa mendatang 1.
Perusahaan memang tidak hanya dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak
pada perolehan keuntungan atau laba perusahaan semata, namun harus
memperhatikan tanggung jawab sosial dan lingkungannya. Dalam upaya
menyeimbangkan tujuan ekonomi, sosial dan lingkungan tersebut, perusahaan
memfokuskan perhatiannya kepada tiga hal yaitu (profit), masyarakat (people), dan
lingkungan (planet). Perusahaan harus memiliki tingkat profitabilitas yang
memadai sebab
laba merupakan fondasi bagi perusahaan untuk dapat
berkembang dalam mempertahankan eksistensinya. Dengan perolehan laba yang
memadai, perusahaan membagi deviden kepada pemegang saham, memberi
imbalan yang layak kepada karyawan, mengalokasikan sebagian laba yang
diperoleh
untuk pertumbuhan dan pengembangan usaha di masa depan,
membayar pajak kepada pemerintah, dan memberikan multiplier effect yang
diharapkan kepada masyarakat. Sementara itu dengan memperhatikan
masyarakat, perusahaan dapat berkontribusi terhadap peningkatan kualitas hidup
masyarakat khususnya masyarakat sekitar. Upaya yang dilakukan perusahaan
untuk mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat umumnya sudah
banyak dilakukan melalui kegiatan ComDev (Community Development) dan
kewirausahaan lainnya. Selain itu yang terpenting adalah perusahaan
memperhatikan kondisi lingkungan baik di dalam maupun di sekitarnya, upaya ini
masih sedikit sekali yang bersifat voluntary (sukarela), bahkan untuk memenuhi
kewajibanpun umumnya masih ada yang melanggar, misalkan saja ambang batas
pencemar yang diperkenankan dibuang ke saluran pembuangan masih banyak
yang melanggar. Peran perusahaan dalam pembangunan berkelanjutan melalui
CSR tentunya harus meliputi ketiga aspek yang sosial, ekonomi dan lingkungan.
Sebagai upaya mewujudkan harmonisasi antara perusahaan dengan lingkungan,
sejak tahun 2011, Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) telah mendorong CSR
bidang lingkungan. CSR bidang lingkungan yang dikembangkan terdiri dari tujuh
bidang kegiatan yaitu Produksi Bersih, Kantor Ramah Lingkungan (eco office),
Pengelolaan Limbah dengan 3R (Reduce, Reuse, Recycle), Konservasi Sumberdaya
Alam dan Energi,
Energi Terbaharukan, Adaptasi Perubahan Iklim dan
Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH).
1
://swa.co.id/headline/emil-salim-prinsip-green-company-harus-menyatu-dalam-pola-manajemenperusahaan
Selayang Pandang
iv
Meskipun tujuh kegiatan CSR bidang lingkungan, belum banyak dipahami
perusahaan karena selama ini kecenderungan perusahaan dalam penyelenggaraan
CSR adalah mengatasi dampak sosial dan ekonomi, serta menyelaraskan program
dengan prioritas pembangunan daerah dimana perusahaan beroperasi lebih pada
dukungan infrastruktur serta program di luar pengelolaan dan perbaikan kualitas
lingkungan. Proses penggalian yang dilakukan melalui serangkaian pertemuan
dengan perusahaan khususnya yang telah mendapatkan proper biru, hijau dan
emas dari Kementerian Lingkungan Hidup, ternyata cukup banyak praktik CSR
bidang lingkungan yang telah dilakukan secara sistematis dan terintegrasi dalam
bisnis perusahaan, meskipun beberapa belum menyadari bahwa kegiatan yang
dilakukan adalah bagian dari CSR bidang lingkungan.
Sebagai upaya untuk mendorong penerapan CSR bidang lingkungan, buku yang
disusun dari pengalaman program-program CSR yang dilakukan perusahaan ini
diterbitkan untuk menjadi bahan rujukan bagi pihak-pihak yang akan mengikuti
jejak melakukan CSR bidang lingkungan di kemudian hari.
Buku yang terdiri dari 7 bagian (bab) diurut berdasarkan bidang lingkungan yang
diangkat dari perusahaan yang bersedia dan terpilih berdasarkan kriteria yang
telah disepakati Tim Penyusun. Kriteria untuk menapis tulisan yang telah
disepakati oleh Tim Penulis dan Tim Teknis KLH, sebagai berikut:
1) Perusahaan pelaksana CSR bidang lingkungan merupakan perusahaan
yang sudah masuk dalam kategori Proper biru, hijau dan emas. Kriteria ini
menjadi kriteria pertama dalam proses penapisan.
2) Program CSR bidang lingkungan harus merupakan program di antara 7
(tujuh) alternatif kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Buku Pedoman
maupun Buku Petunjuk Pelaksanaan CSR bidang lingkungan yang
diterbitkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) pada tahun 2011
dan 2012.
3) Pelaksanaan program dilakukan secara Sistematis, Terintegrasi, dan
Berkelanjutan
a. Sistematis. Dalam melaksanakan program CSR bidang lingkungan
perusahaan menerapkan metoda Plan-Do-Check-Action (PDCA) yang
meliputi tahap Perencanaan (Plan), Penerapan (Do), Pemantauan dan
Evaluasai (Check), dan Action.
b. Terintegrasi. Aspek lingkungan hidup telah terintegrasi secara eksplisit
maupun implisit di dalam Visi, Misi, Kebijakan, dan Strategi
Perusahaan.
c. Berkelanjutan. Kegiatan sudah dijalankan lebih dari satu tahun dan
sudah terdapat manfaat/hasil nyata, atau kegiatan serta manfaatnya
tetap berlanjut meskipun perusahaan sudah tidak terlibat lagi dalam
program CSR bidang lingkungan atau bahkan perusahaan sudah tidak
beroperasi.
Disamping menggunakan metodologi PDCA, perusahaan dapat pula
melaksanakan program dengan metoda lain sepanjang mengandung unsur
Sistematis, Terintegrasi dan Berkelanjutan.
4) Terukur. Sebagai salah satu kriteria permodelan CSR bidang lingkungan,
program harus terukur adanya indikator keberhasilan yang dapat diukur
secara kuantitatif dan/atau kualitatif. Data kuantitatif ini dapat berupa
ratio/perbandingan kuantitatif, data time series, atau pernyataan/testimoni
pihak lain. Keberhasilan suatu program CSR bidang lingkungan dapat
dinyatakan dalam ratio/perbandingan antara kondisi sebelum dan sesudah
pelaksanaan program CSR bidang lingkungan. Beberapa contoh misalnya
ratio:
v
Selayang Pandang
pemakaian bahan baku terpakai per unit produksi dalam program
Produksi Bersih.
% penggunaan listrik per jam operasional dalam program Kantor
Ramah Lingkungan.
% penggunaan bahan bakar dalam program Konservasi Sumberdaya
Alam dan Energi.
% volume sampah yang digunakan kembali (reuse), dikurangi (reduce),
atau didaur ulang (recycle) dalam program Pengelolaan Sampah
melalui 3R.
% penggunaan energi terbarukan menggantikan energi fosil dalam
program energi terbarukan.
% Mengingat beragamnya kegiatan dalam suatu program CSR bidang
lingkungan, maka unit satuan yang digunakan dalam mengukur juga
beragam mengikuti satuan ukuran yang lazim digunakan, misalnya
meter/m2/m3/ liter/ ton, dan sebagainya.
% Data time seri. Data time series misalnya dapat berupa bukti
pembayaran tagihan listrik yang menunjukkan penurunan besarnya
tagihan listrik dibanding dengan tagihan sebelum dilaksanakannya
program Kantor Ramah Lingkungan atau program Konservasi Energi
dan Sumberdaya Alam.
% Testimoni adalah pernyataan dari pihak yang telah merasakan
manfaat (beneficiaries) dari suatu program CSR bidang lingkungan
dengan disertai bukti/dokumentasi yang memadai. Sangat
disarankan testimoni ini bukan berasal dari pihak perusahaan.
5) Kriteria Tambahan. Apabila jumlah naskah yang diterima KLH melebihi
target yang ditentukan, maka disamping empat kriteria diatas, dilakukan
penapisan berdasarkan :
% Keunikan, yaitu bersifat unik, mempunyai ciri khas.
% Innovatif, yaitu mengandung ide dan/atau cara baru dalam
melakukan sesuatu.
% Inspiratif, yaitu mampu memberikan inspirasi kepada pihak lain
sehingga terdorong melaksanakan program CSR bidang lingkungan.
% Terpublikasi, naskah telah didokumentasikan dan dipublikasikan
secara luas lewat berbagai media.
%
Disamping lima kriteria tersebut di atas, Tim Penulis telah berusaha
menyeimbangkan distribusi tulisan pada setiap program CSR bidang
lingkungan, sehingga pengalaman yang tertuang dalam buku yang diterbitkan
ini “terbagi” relatif merata pada 7 (tujuh) kegiatan CSR bidang lingkungan.
Dari proses lokakarya dan pertemuan yang telah dilakukan, ternyata cukup
banyak perusahaan yang menyampaikan minat dan menuliskan serta
mengirimkan pengalaman program CSR yang telah dilakukan perusahaan masingmasing.
Umumnya perusahaan banyak melakukan di bidang Konservasi
Sumberdaya Alam dan Energi, kegiatan CSR ini memang sudah banyak dikenal
sebagai salah satu upaya kontribusi perusahaan terhadap lingkungan. Kegiatan
CSR lingkungan lain yaitu Energi Terbarukan dan Adaptasi Perubahan Iklim
merupakan kegiatan yang belum banyak menjadi perhatian perusahaan, disadari
bahwa isu perubahan iklim memang isu lingkungan yang relatif baru di Indonesia
yang muncul di era akhir awal 2000-an, beberapa program CSR bidang lingkungan
di kegiatan konservasi sumberdaya alam seperti konservasi mangrove melalui
penanaman sebetulnya berpotensi untuk berkontribusi dalam upaya adaptasi dan
mitigasi perubahan iklim, penerapan kajian untuk menghitung penyerapan karbon
oleh jenis tumbuhan yang ditanam sebagai upaya penghijauan perlu dilakukan ke
Selayang Pandang
vi
depan. Demikian juga dengan isu energi baru dan terbarukan, ketergantungan
akan energi fosil selama ini, sedikit menumpulkan inisiasi masyarakat Indonesia
termasuk perusahaan untuk menggali lebih banyak potensi energi baru dan
terbarukan yang sebetulnya sangat besar di Indonesia baik dari tumbuhan,
sampah, maupun sumberdaya alam lain seperti air, angin, matahari, dan yang
lainnya. Kegiatan 3R dan Produksi Bersih serta Kantor Ramah Lingkungan cukup
menjadi perhatian perusahaan karena sebelumnya sudah menjadi bagian dari
keseharian yang mencoba melakukan efisiensi dalam produksinya. Komposisi dari
naskah program CSR yang terkumpul, disepakati ada 44 naskah yang menjadi
contoh atau model CSR bidang lingkungan.
Empat puluh empat model CSR bidang lingkungan yang terhimpun dalam buku
ini disusun ke dalam tujuh bab yang dikelompokan berdasarkan bidang
lingkungan, dengan rangkaian sebagai berikut:
Bagian pertama buku ini, menampilkan CSR bidang lingkungan Produksi Bersih,
yang diwakili oleh 7 (tujuh) perusahaan berlokasi di Batam, Banten, Jawa Barat,
Jawa Timur dan Kalimantan Timur. Produksi bersih yang merupakan strategi
pengelolaan yang bersifat pencegahan, terpadu dan diterapkan secara terus
menerus dalam kegiatan produksi dari hulu sampai hilir, yang ditujukan untuk
meningkatkan efisiensi penggunaan bahan baku atau sumberdaya alam dan
mencegah pencemaran lingkungan serta mengurangi terjadinya limbah pada
sumbernya. Kegiatan ini diharapkan dapat meminimalisir risiko terhadap
kesehatan dan keselamatan manusia dan kerusakan lingkungan. Dari tujuh
perusahaan, empat diantaranya yaitu PT. Adaro Indonesia, PT. Bio Farma, PT.
Epson Batam dan PT. Nippon Shokubai telah melakukan upaya mengolah air
limbah dan air hujan yang selama ini belum termanfaatkan menjadi sumber air
yang digunakan kembali untuk proses kegiatan lain di industri yang sesuai
dengan standard yang diizinkan. Sebagian perusahaan, air yang dihasilkan ada
yang didistribusikan ke masyarakat sekitar untuk memenuhi kebutuhan air bersih
sesuai dengan syarat yang ditentukan. PT. Chandra Asih melakukan penghematan
energi dan bahan baku, PT. Cheil Jedang Indonesia mengolah limbah cair menjadi
pupuk cair dan pakan ikan serta menurunkan kadar COD. Sementara PT.
Chevron Geothermal Gunung Salak telah mengolah limbah bor menjadi bahan
batako ringan.
Bagian kedua buku ini, menampilkan model pelaksanaan CSR yang dilakukan
perusahaan dengan menerapkan Kantor Ramah Lingkungan (eco office), meskipun
model CSR yang ditampilkan ini belum semuanya menerapkan kriteria yang
tercantum dalam konsep kantor ramah lingkungan, namun empat perusahaan
yang bersedia berkontribusi dan penulisan ini menunjukan beberapa upaya
menuju ke arah penerapan kantor ramah lingkungan. Tiga dari empat tulisan
yang ada dalam buku ini yaitu PT. Bio Farma, PT. Nippon Shokubai Indonesia dan
PT. Pupuk Kujang telah menerapkan program kantor ramah lingkungan melalui
penerapan hemat energi di seluruh aktivitas kantor dan produksi. sementara PT.
Kaltim Prima Coal mengajak karyawan dan kontraktor perusahaan untuk
menerapkan kantor ramah lingkungan melalui kegiatan kompetisi eco office.
Di bagian ketiga buku, menampilkan model pelaksanaan CSR bidang lingkungan
3R (Reduce-Reuse-Recycle) yang dilakukan oleh tujuh perusahaan. Pelopor
gerakan 3R di perusahaan selama ini adalah PT. Unilever yang memaparkan
pengelolaan bank sampah melalui koperasi masyarakat. Lima perusahaan lainnya
yaitu PT. Bukit Asam, PT. Kaltim Prima Coal, PT. Pertamina Ep Asset 5 Field
Tarakan, PT. Pupuk Sriwidjaja dan PT. Sumi Rubber Indonesia mengolah sampah
vii
Selayang Pandang
dari perusahaan dan perumahan karyawan serta masyarakat sekitar perusahaan
dengan pembuatan pupuk organik dan daur ulang dengan pemberdayaan
masyarakat. Dari 6 contoh tersebut memperlihatkan pengelolaan sampah dengan
sistem 3R yang melibatkan masyarakat sebagai pengelola merupakan salah satu
langkah yang selaras dengan upaya green job karena rata-rata kegiatan CSR ini
sudah langsung dapat menyerap tenaga kerja. Sementara PT. Coca Cola Amatil
Indonesia pelaksanaan 3R yang difokuskan pada membangun kemitraan dengan
berbagai pihak untuk membersihkan tepi pantai.
Di bidang Konservasi Sumberdaya Alam dan Energi, yang merupakan bagian
keempat buku, menampilkan paling beragam model CSR yang dikembangkan
perusahaan. Lima belas perusahaan berkontribusi dalam tulisan praktek CSR,
empat diantaranya melakukan kegiatan CSR lingkungan dengan melakukan upaya
konservasi melalui penanaman dan rehabilitasi kawasan mangrove diwakili oleh
PT. Arutmin Indonesia dan PT. SILO di wilayah Kalimantan Selatan, PT. Letawa di
Sulawesi Barat, dan PT. Total E&P Indonesia di Kalimantan Timur. Konservasi
keanekaragaman hayati baik jenis maupun ekosistem juga menjadi banyak pilihan
seperti dilakukan oleh PT. Astra International Tbk dengan mengembangkan kebun
raya, PT. Bank CIMB Niaga dengan konservasi bambu, PT. Angsana Banyan Tree
melakukan konservasi penyu hijau dan sisik, PT. Chevron Geothermal Salak Ltd.
berupaya menyelamatkan koridor satwa termasuk Elang Jawa dan Owa Jawa, dan
PT. Pupuk Kujang mengembangkan taman keanekaragaman hayati, serta PT.
Sukses Tani Nusa Subur dan PT. Tidar Kerinci Agung menyisakan sebagian area
Hak Guna Lahan (HGU) perkebunan mereka untuk dipertahankan dan dilindungi
sebagai kawasan hutan konservasi. Sementara PT. Adaro Indonesia menghijaukan
lahan kritis dengan menjadikannya kebun karet yang memberikan nilai ekonomi
dan lingkungan bagi masyarakat, PT. Medco E&P Indonesia mendorong penerapan
pertanian organik dengan sistem System of Rice Intensification (SRI). Dua
perusahaan lainnya yaitu PT. Indonesia Power Unit Pembangkitan Bali dan PT.
Badak NGL di Bontang, menfokuskan kegiatannya pada pemulihan ekosistem
terumbu karang melalui transplantasi dan budidaya biota laut.
Bagian selanjutnya buku ini, memaparkan kegiatan CSR perusahaan di bidang
energi terbarukan, di bidang ini memang masih terbilang jarang di lakukan oleh
perusahaan dan belum terlalu banyak inovasi yang dilakukan untuk menggali
potensi energi baru dan terbarukan yang ada. Pengalaman dari tiga perusahaan
yang berkontribusi cerita dalam buku ini adalah PT. Bukit Asam (Pesero), Tbk dan
PT. Tidar Kerinci Agung yang memanfaatkan sumberdaya air untuk digunakan
sebagai energi listrik dengan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro
(PLTMH). PT. Energy Equity Epic Sengkang Pty.Ltd. telah memperkenalkan panel
surya kepada masyarakat yang belum mendapatkan akses listrik.
Kegiatan adaptasi perubahan iklim yang dilakukan perusahaan rupanya memang
belum terlalu banyak, dari hasil proses seleksi kegiatan yang dilakukan
perusahaan, pada buku ini hanya ada tiga cerita yang dapat dijadikan model. PT.
Holcim Indonesia di Cilacap melalui hutan kota yang dibangun di areal industrinya
sejak tahun 1996 turut berkontribusi menjadi area serapan karbon, demikian juga
dengan PT. Jababeka yang membangun kebun raya di di areal industrinya sejak
tahun 2007. PT. Indonesia Power UBP Kamojang melalui program kampung bibit
menghijaukan kembali area gunung kamojang sebagai salah upaya adaptasi
perubahan iklim.
Kegiatan terakhir dalam CSR lingkungan yang dikembangkan Kementerian
Lingkungan Hidup adalah Pendidikan Lingkungan Hidup atau PLH, selama ini
Selayang Pandang
viii
perusahaan banyak bergerak dibidang pendidikan umum, untuk program PLH
bagaimana upaya perusahaan mengajak karyawannya, masyarakat sekitar,
termasuk sekolah untuk agar memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap
lingkungan serta mengubah pola tindak mereka. Upaya ini sudah mulai dilakukan
oleh perusahaan, dalam buku ini ada lima perusahaan yang bersedia berbagai
cerita dan memenuhi kriteria, yaitu tiga perusahaan seperti PT. Adaro Indonesia,
PT. Astra Internasional Tbk dan PT. Cheil Jedang Indonesia memaparkan kegiatan
CSR mereka untuk mendorong sekolah dalam menerapkan PLH sebagai landasan
untuk melaksanakan program Adiwiyata yaitu sekolah berbudaya dan peduli
lingkungan. Melalui proses pendampingan perusahaan yang dilakukan dengan
mitra pendampingnya baik dari Badan Lingkungan Hidup, LSM dan Dinas
Pendidikan setempat berhasil membawa sekolah yang didampingi menuju sekolah
Adiwiyata. Sementara PT. Chevron Geothernal Gunung Salak Ltd. untuk
meningkatkan kepedulian lingkungan khususnya satwa raptor, bersama-sama
dengan para pihak terkait membangun Pusat Suaka Elang salah satunya menjadi
media pendidikan lingkungan bagi masyarakat. PT. Pertamina Hulu Energi ONWJ
bersama dengan masyarakat dan LSM mengembangkan hutan pendidikan iklim
sebagai media PLH yang diawali dengan serangkaian pelatihan bagi para pendidik
dan siswa sekolah.
Buku Model CSR Bidang Lingkungan ini tentu bukan merupakan satu satunya
contoh perusahaan yang telah menerapkan kegiatan CSR mereka di bidang
lingkungan. Namun demikian, dengan membaca buku ini diharapkan menjadi
inspirasi berbagai pihak untuk berbuat lebih baik dalam memperbaiki dan
mengelola lingkungan. Tanpa peran serta dunia usaha dalam menjaga lingkungan
maka lingkungan akan semakin rusak. Pengarusutamaan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup dalam setiap kegiatan produksi dan di luar
produksi diharapkan menjadi bagian yang terintegrasi dengan proses bisnis
perusahaan.
Jakarta, Desember 2013
Tim Penyunting dan Tim Penulis
ix
Selayang Pandang
DAFTAR ISI
xv
xvi
DAFTAR ISI
TIM PENYUSUN ............................................................................................
KATA SAMBUTAN ........................................................................................
PETA LOKASI PERUSAHAAN .........................................................................
SELAYANG PANDANG: MODEL CSR BIDANG LINGKUNGAN ............................
DAFTAR ISI ..................................................................................................
BAB I
PRODUKSI BERSIH .......................................................................................
1.1
PT. Adaro Indonesia
Peningkatan Akses Air Bersih untuk
Masyarakat
1.2
PT. Bio Farma (Persero)
Penghematan Air di Perusahaan
1.3
PT. Chandra Asri Petrochemical
Tbk
PT. Cheil Jedang IndonesiaJombang
Hemat Energi dan Bahan Baku, Upaya
Kurangi Emisi
Pemanfaatan Sisa Produksi Asam
Amino sebagai Pupuk Cair
1.5
1.6
Chevron Geothermal Salak, Ltd
PT. Epson Batam
Pemanfaatan Serpih Bor
Mengolah Limbah Tinta, Atasi
Pemborosan Air Tanah
1.7
PT. Nippon Shokubai Indonesia
Minimalisasi Buangan Air Limbah
Produksi
1.4
xv
BAB II
KANTOR RAMAH LINGKUNGAN ....................................................................
2.1
PT. Bio Farma (Persero)
Satu Peluru, Dua Sasaran: Penerapan
Kantor Ramah Lingkungan Melalui
Program Penghematan Energi Listrik
2.2
PT. Kaltim Prima Coal
Dari Kompetisi Lingkungan Menuju
Kantor Ramah Lingkungan
37
39
43
2.3
PT. Nippon Shokubai Indonesia
Go Green Office : Menuju Kantor
Ramah Lingkungan
48
2.4
PT. Pupuk Kujang
Perilaku Hemat Listrik, Menurunkan
Beban Perusahaan dan Lingkungan
53
BAB III
3 R (REDUCE, REUSE, RECYCLE) .................................................................. 57
3.1
PT. Bukit Asam (Persero), Tbk
Bokashi Berbasis Masyarakat
59
64
3.2
Coca Cola Amatil Indonesia
Bali Beach Clean Up
(CCAI)
3 .3
P T . K a ltim Prim a C oal
G erak B ersem i
69
3.4
PT. Pertamina Ep Asset 5 Field
Pengelolaan Sampah Skala
73
Tarakan
Lingkungan dengan Sistem 3R
3.5
PT. Pupuk Sriwidjaja
Pengolahan Sampah Perumahan
Karyawan
79
Daftar Isi
xi
3.6
PT. Sumi Rubber Indonesia,
Perfect Zero Emission Melalui Gerakan
3R untuk Lingkungan Lebih Baik
83
3.7
PT. Unilever Indonesia Tbk.,
3R Melalui Koperasi Bank Sampah
88
BAB IV
KONSERVASI ENERGI DAN SUMBERDAYA ALAM ..........................................
4.1
PT. Adaro Indonesia
Kebun Karet: Menyelamatkan Lahan
Kritis dan Ekonomi Keluarga
93
95
4.2
PT. Arutmin Indonesia
Rehabilitasi Pesisir Tanah Bumbu
Kalimantan Selatan
100
4.3
4.4
PT. Astra International Tbk
PT. Badak N G L
104
108
4.5
PT. Banyan tree
Go Green with Astra
Budidaya Kerapu dan K onservasi
Terumbu Karang : Secercah Harapan
Nelayan Teluk Bontang
Menebar Tukik di Pantai Lagoi, Upaya
Konservasi Penyu Hijau dan Sisik Di
Kabupaten Bintan
4.6
PT. Chevron Geothermal Salak
Tbk.
Green Corridor Initiative: Ketika Habitat
Satwa Menjadi Perhatian Para Pihak
Di Lintasan Hijau Di Taman Nasional
Gunung Halimun Salak
117
4.7
PT. CIMB Niaga
123
4.8
PT. Indonesia Power UBP Bali
4.9
PT. Letaw a
Lestarikan Bambu melalui Aksi
Penanaman 10.000 Bambu
Di Jawa Barat dan Bali
Konservasi Terumbu Karang Di Pesisir
Desa Pemaron
Restorasi M angrove u ntuk Pelestarian
Keanekaragaman Hayati di Bumi
Manakara
4.10
PT. Medco E&P Indonesia
138
4.11
PT. Pupuk Kujang
Masyarakat Mandiri, Lingkungan
Lestari berkat System of Rice
Intensification (SRI)
Taman Keanekaragaman Hayati di
Tengah Harapan
4.12
PT. Sebuku Iron Lateritic Ores
(PT. SILO)
Sabuk Hijau Pulau Sebuku Penyangga
Kehidupan
149
4.13
PT. Sukses Tani Nusa Subur
Model Hutan Konservasi Di
Perkebunan Sawit: Melindungi Hutan,
Melestarikan Peradaban
154
4.14
PT. Tidar Kerinci Agung
Hutan Konservasi Sumitro
Djojojadikusumo (HKSD)
159
4.15
PT. Total E&P Indonesia
Save Delta Mahakam Melalui Tanam
Mangrove dan Kembangkan Tambak
Tradisional
164
xii
Daftar Isi
112
128
133
144
BAB V
ENERGI TERBARUKAN .................................................................................
5.1
PT. Bukit Asam (Pesero), Tbk.
Teranglah Desaku : Pemanfaatan Air
Untuk Energi Listrik di Desa Pelakat
169
171
5.2
PT. Energy Equity Epic
Sengkang, Pty. Ltd.
Pemanfaatan Tenaga Surya untuk
Listrik Di Daerah Terpencil
176
5.3
PT. Tidar Kerinci Agung
Tenaga Air Menerangi Nagari Talao
181
BAB VI
ADAPTASI DAN MITIGASI PERUBAHAN IKLIM ............................................... 187
6.1 PT. Holcim Indonesia
Menikmati Udara Bersih Hutan Kota
189
C ilacap
6.2
PT. Indonesia Power UBP
Kamojang
Kampung Bibit Kamojang, Inisiasi
193
Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim
6.3
PT. Jababeka Tbk
Jababeka Botanic Garden : Upaya
Adaptasi Perubahan Iklim Perkotaan
BAB VII
PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP ................................................................
7.1 PT. Adaro Indonesia
Pendidikan Lingkungan Hidup Di
Sekolah : Pendampingan SMPN 4
Paringin, Kabupaten Balangan,
Kalimantan Selatan, Menuju Sekolah
Adiwiyata
7.2 PT. Astra International Tbk
Kisah Sukses Mendampingi Sekolah
Menuju Sekolah Adiwiyata Di Tanjung
Priuk Jakarta
198
205
207
212
7.3
PT. Cheil Jedang Indonesia
Menggapai Visi “Beyond Bio Renew
The Earth” Melalui Pendidikan
Lingkungan Hidup
216
7.4
PT. Chevron Geothermal Salak
Tbk.
Pendidikan Konsevasi Raptor Di
Suaka Elang Elang
220
7.5
PT. Pertamina Hulu Energi
ONWJ.
Hutan Pendidikan Iklim, Blanakan,
Subang sebagai Media Pendidikan
Lingkungan Hidup (PLH)
226
PENUTUP …………………………………………………………………………………………..
KOSA KATA ..................................................................................................
231
225
Daftar Isi
xiii
xiv
BAB I.
PRODUK BERSIH
PT. ADARO INDONESIA, KABUPATEN TABALONG DAN BALANGAN,
KALIMANTAN SELATAN
Peningkatan Akses Air Bersih untuk Masyarakat
Masyarakat di delapan (8) desa yaitu Desa Dahai, Padang Panjang, Laburan, Cakung,
Tamiyang, Dahur, Warukin dan Maburai di Kabupaten Tabalong dan Kabupaten
Balangan, Kalimantan Selatan sudah tak khawatir lagi pada saat kemarau
kekurangan air bersih. PT. Adaro Indonesia, Kalimantan Selatan, sejak tahun 2010
telah memproduksi air bersih sebesar 20 liter/detik atau 72 m3/jam dari pengolahan
air yang dikelola dengan Water Treatment Plant (WTP) T-300 melalui dua tangki
penampungan berkapasitas 450m3 dan 72m3.
Kemarau Tak Lagi Terasa Berat Bagi Sebagian Masyarakat di Tabalong dan
Balangan. Daerah ini dikenal memiliki cuaca yang cukup ekstrem dengan memiliki
curah hujan tertinggi saat musim penghujan, hingga mencapai 2.400 mm-3.000 mm
pertahun, sedangkan pada saat musim kemarau yang terjadi sebaliknya. Data BMKG
menunjukkan suhu udara pada saat musim kemarau mencapai 32°C–35°C. Kondisi
geografis dan cuaca menyebabkan kekeringan di musim kemarau sehingga menjadi
ancaman serius bagi masyarakat di wilayah dua kabupaten tersebut. Volume air
sumur berkurang, volume sungaipun berkurang drastis, sehingga menimbulkan
kesulitan bagi masyarakat untuk mengakses air bersih. 1
Hasil survey Geolistrik 2 yang dilakukan Adaro terhadap wilayah-wilayah yang
mengalami kekeringan menunjukkan bahwa kedalaman air tanah di wilayah tersebut
bervariasi, dapat mencapai 20 m–80 m. Kedalaman air tanah di beberapa wilayah
mencapai 175 m-250 m, misalnya di wilayah Warukin Kabupaten Tabalong.
Alternatif sumur bor bukan merupakan pilihan mengingat biaya yang dikeluarkan
cukup mahal, masyarakat tidak mampu membuat sumur bor meskipun dilakukan
secara swadaya. Disisi lain, pipa Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) belum
menjangkau pedesaan di wilayah kabupaten ini, sehingga sebagian besar
menggantungkan sumber air mereka dari air sungai. Namun kualitas air sungai
belum sesuai dengan standard air bersih yang ditetapkan pemerintah. Hal ini
dikarenakan sungai dipakai untuk keperluan membuang sampah maupun jamban
yang dapat mengancam kesehatan masyarakat.
Tantangan yang dihadapi masyarakat mendorong Adaro Indonesia, salah satu anak
perusahaan Adaro Energy yang bergerak di bidang pertambangan batubara, untuk
memfasilitasi masyarakat agar dapat memiliki akses air bersih sekaligus
meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam mewujudkan akses air bersih
tersebut. Setelah dilakukan proses pemetaan penilaian prioritas pembangunan, dapat
dilihat bahwa fasilitas air bersih menjadi kebutuhan utama masyarakat di desa-desa
yang berada di wilayah kerja (ring 1) PT. Adaro di Kabupaten Tabalong.
1
2
sumber : data survey PT. Jasa Air Bersih Indonesia
Survey Geolistrik adalah survey untuk koordinat ƟƟk sumur bor dan kedalaman air tanah
PT. ADARO INDONESIA - Produksi Bersih
1
Gambar 1. Penilaian prioritas Kabupaten Tabalong
Berdasarkan hasil pemetaan tersebut, Adaro Indonesia mengembangkan program
“Peningkatan Akses Air Bersih” dengan tujuan, yaitu:
1) Memfasilitasi masyarakat termasuk masyarakat kurang mampu untuk
memiliki akses air bersih
2) Meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat
3) Meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan melalui pemanfaatan air
tambang menjadi air bersih untuk dijadikan sumber air bersih bagi
masyarakat desa
4) Mengubah paradigma di masyarakat bahwa air tambang aman dikonsumsi;
5) Meningkatkan pengetahuan, keahlian dan teknologi sebagai bekal
kemandirian masyarakat
6) Meningkatkan peran aktif perusahaan dalam upaya pencapaian Millenium
Development Goals (MDG’s) yang dicanangkan pemerintah
7) Menjadi mitra pemerintah daerah dalam membantu memenuhi kebutuhan
masyarakat akan air bersih
8) Memberdayakan para kontraktor lokal dalam pengelolaan air bersih
1. Proses Olah Air Limbah Menjadi Air Bersih
Berbekal pengalaman mengolah air limbah dari operasi penambangan seperti hauling
road (jalur khusus angkut batubara), pengolahan batubara di Kelanis, Kalimantan
Tengah yang menggunakan teknologi ramah lingkungan, air limbah diolah agar
kualitasnya sesuai baku mutu yang ditetapkan pemerintah. Melalui sistem tersebut,
air tambang dimanfaatkan kembali untuk mendukung operasional tambang seperti
misalnya: perawatan crushing plant (mesin peremuk batubara) maupun penyiraman
conveyor serta aplikasi prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) yang diterapkan di
perusahaan dalam kegiatan operasionalnya, maka inisiasi program akses air bersih
bagi masyarakat dikembangkan.
Program diawali dengan pembangunan unit pengolahan air tambang menjadi air
bersih atau yang diberi Water Treatment Plant (WTP) T-300 dilakukan dengan
serangkaian uji coba sehingga air layak untuk dikonsumsi. Operasional WTP ini
sejalan dengan UN Global Compact Principle 9: Business should encourage the
development and diffusion of environmentally friendly technologies. Penggunaan
bahan kimia dalam proses pengolahan air tidak banyak dosisnya dan telah
memenuhi kriteria aman bagi lingkungan serta penggunaan dosis treatment sesuai
dengan yang dibutuhkan.
2
PT. ADARO INDONESIA - Produksi Bersih
WTP T-300 yang dikembangkan Adaro sejak tahun 2010, mampu memproduksi air
bersih sebesar 20 liter/detik atau 72 m3/jam, dengan 2 tangki penampungan hasil
olahan berkapasitas 450 m3 dan 72 m3. Saat ini air telah dimanfaatkan oleh internal
Adaro, mitra kerja, dan masyarakat di 8 desa di wilayah Adaro.
2. Manfaat Berbagi Air Bersih
Komitmen Adaro untuk meningkatkan kesehatan masyarakat diwujudkan antara
lain melalui peningkatan akses air bersih untuk masyarakat. Kondisi dan struktur
tanah yang berbeda menyebabkan Adaro menempuh berbagai cara untuk
menyalurkan air bersih ke masyarakat. Beberapa sarana pendistribusian air bersih
yang dilakukan Adaro sejak tahun 1997 mulai dari:
(1) Distribusi air bersih melalui trucking. Awalnya pendistribusian air bersih
dilakukan melalui trucking di Kabupaten Tabalong dengan mengambil air dari
Danau Marido dan Sungai Tabalong yang diperuntukkan bagi kegiatan rumah
tangga dan fasilitas umum seperti sekolah, masjid atau mushalla, dan
lainnya. Namun, saat ini lebih diprioritaskan rumah tangga. Pendistribusian
ini dilakukan secara gratis. Seiring waktu sistem distribusi seperti ini
dirasakan kurang efisien, oleh karena itu dikembangkan sistem distribusi air
bersih yang lain.
(2) Distribusi air bersih melalui sistem pipa. Untuk memberikan nilai tambah
bagi lingkungan dan masyarakat, Adaro meningkatkan mutu air bersih agar
layak konsumsi melalui WTP T-300. Pipanisasi yang dibangun Adaro sejak
pertengahan 2010 dengan menghabiskan dana sebesar Rp. 5,4 milyar.
Tujuan pipanisasi untuk distribusi air bersih dari perusahaan langsung ke
rumah–rumah masyarakat dan membuktikan bahwa air tambang dapat
dikonsumsi. Pipanisasi air WTP mendorong pemberdayaan masyarakat
melalui berdirinya BAPEL AB (Badan Pengelola Air Bersih) yang merupakan
cikal Badan Usaha Milik Desa (Bumdes). Anggota Bapel AB merupakan
anggota masyarakat yang diberikan pelatihan dan pembinaan agar mampu
mengelola pipanisasi layaknya perusahaan air minum skala desa. Bapel AB
akan memungut iuran setiap bulan sesuai jumlah air bersih yang dipakai
anggota masyarakat. Iuran ini akan dipergunakan untuk keperluan
pembangunan desa. Dengan adanya BAPEL AB, masyarakat dapat mengelola
distribusi air bersih secara mandiri dan ikut memberikan sumbangsih bagi
pembangunan desa. Uji coba pelaksanaan BAPEL AB sudah dilaksanakan
selama 3 bulan. Kedepan partisipasi aktif masyarakat dalam program ini
akan lebih ditingkatkan lagi agar kemandirian masyarakat dapat tercipta.
(3) Distribusi air WTP melalui trucking. Beberapa desa yang dinilai tidak memiliki
potensi air tanah, dibangun sumur gali, sumur bor, atau yang belum
mendapatkan jaringan pipa induk dari PDAM, diberikan pasokan air bersih
yang berasal dari WTP T-300. Total pemenuhan kebutuhan air mencapai
182.844 liter di tahun 2012. Berikut data pasokan air bersih dari WTP-300
melalui pipa trucking secara rinci disajikan pada Tabel 1.
PT. ADARO INDONESIA - Produksi Bersih
3
Gambar 2. Jumlah masyarakat
Tabalong yang mendapatkan air
bersih tahun 2012.
Gambar 3. Jumlah KK penerima
fasilitas air bersih di Tabalong dan
Balangan tahun 2012.
Tabel 1. Supply air bersih dari WTP T-300 untuk masyarakat dan internal
TAHUN
KETERANGAN
2008
PASOKAN
AIR (M3)
12.650
trucking
Desa Dahai, Desa Padang Panjang (Padang
Panjang and Laburan), PT. Adaro Indonesia (all
offices and camps), PT. PAMA (office and camps),
PT. BUMA (office and camps), dan PT. SIS (office
and camps)
2009
82.297
trucking and
pipe
Desa Dahai, Desa Padang Panjang (Padang
Panjang and Laburan), PT. Adaro Indonesia (all
offices and camps), PT. PAMA (office and camps),
PT. BUMA (office and camps), PT. SIS (office and
camps), dan PT. Wasco (Office and camps)
2010
114.572
trucking and
pipe
Desa Dahai, Desa Padang Panjang, PT. Adaro
Indonesia (all offices and camps), PT. PAMA (office
and camps), PT. BUMA (office and camps), dan PT.
SIS (office and camps)
2011
257.509
trucking and
pipe
Desa Dahai, Desa Padang Panjang, Desa Cakung,
Desa Tamiyang, Desa Dahur, Desa Tamiyang,
Desa Warukin, SMPN 2 Maburai, SDN Manduin,
PT. Adaro Indonesia (all offices, nursery, and
camps), PT. PAMA (office and camps), PT. BUMA
(office and camps), PT. SIS (office and camps), PT.
DKP, Brimob (office and camps), PT. RMI (office
and camps), PT. RA (office and camps), dan
Warukin Airport.
2012
4
182.844
DAERAH YANG DIPASOK
trucking and pipe Desa Dahai, Desa Padang Panjang, Desa Cakung,
Desa Tamiyang, Desa Dahur, Desa Warukin, SMPN
2 Maburai, SDN Manduin, PT. Adaro Indonesia (all
offices, nursery, view point and camps), PT. PAMA
(office and camps), PT. BUMA (office and camps), PT.
SIS (office and camps), PT. DKP, Brimob (office and
camps), PT. RMI (office and camps), PT. RA (office
and camps), Warukin Airport, PT. WIKA (Office and
camps), dan PT. United Tractor (office and camps).
PT. ADARO INDONESIA - Produksi Bersih
Tabel 2. Desa sasaran Supply Trucking air bersih WTP-300
No
Village
Vendor
1 Bata RT. 3
BPM, CV
Target
Trucking per
Day (ltr)
10.000
Jumlah
KK*
Supply
Sumber Air
27
Daily
WTP-300
2 Trans Laburan
BPM, CV
30.000
170
Daily
WTP-300
3 Tamiyang
BPM, CV
20.000
168
Daily
WTP-300
4 Simpang Wara
(Warukin)
5 Dahur (Barimbun)
BPM, CV
10.000
40
Daily
WTP-300
BPM, CV
10.000
25
Daily
WTP-300
6 Kasiau (KM 82)/Lok
Batu
7 Padang Panjang
BPM, CV
2.857
20
WTP-300
Pipanisasasi
769,5
660
Twice a week
10.000
Daily
83.626,5
1.110
WTP-300
8 Dahai
Jumlah
Supply per KK/hr
7.533.918.919 liter
Supply per orang/hr
2.511.306.306 liter
Berdasarkan pada tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata trucking per hari
sebanyak 83.626,5 liter/hari dengan sasaran sebanyak 1.110 kepala keluarga (KK),
sehingga setiap KK akan mendapatkan sekitar 75,3 liter. Jika asumsi setiap kepala
keluarga terdiri dari 3 orang, maka setiap orang akan mendapatkan air bersih
sebanyak 25,1 liter/hari. Hal ini telah melebihi dari standard konsumsi air bersih
sesuai MDG’s per orang per hari sebanyak 20 liter.
Untuk keberlanjutan program, pembentukan dan penguatan organisasi masyarakat
BAPEL AB (Badan Pengelola Air Bersih) selain diperkuat melalui pelatihan juga
didampingi diawal untuk dapat mengelola secara mandiri air bersih, serta monitoring
dan evaluasi terhadap program.
3. Kunci Keberhasilan Program
Gambar 4. Pemanfaatan air bersih PT. Adaro Indonesia di
masyarakat
PT. ADARO INDONESIA - Produksi Bersih
5
Petikan pembelajaran yang didapat :
(1) Kerjasama dan kolaborasi berbagai pihak merupakan salah satu kunci
keberhasilan. Adaro bekerjasama dengan kontraktor lokal yang menyediakan
sarana pengangkut air dan mendistribusikan air bersih dengan truk ke desadesa di lokasi yang ditentukan, antara lain CV. Balangan Putera Mandiri yang
memasok air 77,857 liter/hari untuk Kabupaten Balangan dan CV. Lembah
Annur, memasok 7.143 liter/hari untuk Kabupaten Tabalong.
(2) Proses pemberdayaan masyarakat, melalui pelatihan dan pendampingan telah
mendorong kepedulian dan kerjasama yang baik antara perusahaan dan
masyarakat serta mendorong masyarakat untuk lebih peduli dengan air.
(3) Monitoring dan evaluasi yang secara berkala, menjadi bagian penting dalam
program.
6
PT. ADARO INDONESIA - Produksi Bersih
PT. BIO FARMA, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT
Penghematan Air di Perusahaan
Program produksi bersih menjadi salah satu upaya Bio Farma untuk mengatasi
persoalan kelangkaan sumber daya alam khususnya air yang dari tahun ke tahun
semakin nyata. Inisiasi program penghematan air melalui pengelolaan air limbah dan
efisiensi sumber daya air yang dilakukan secara konsisten sejak tahun 2008.
Rangkaian kegiatan penelitian, pengembangan produk, penghematan air pada proses
produksi dan fasilitas lainnya, serta instalasi pengolahan air limbah, telah berhasil
menghemat air 24.932 m3/tahun pada tahun 2012. Persentase jumlah penghematan
air terhadap jumlah pengambilan air PDAM dan air tanah meningkat setiap tahunnya
yaitu 7,8% (2009), 7,8% (2010), 10,3% (2011), dan 14,0% (2012). Substitusi
conventional mixed bed ke CEDI yang dimulai pada Januari 2013 hingga April 2013
berhasil mengurangi penggunaan air 94.680 liter menjadi hanya 1.400 liter saja,
sebuah penghematan yang luar biasa. Kapasitas infiltrasi air di perusahaan juga
meningkat karena adanya pembuatan lubang biopori. Lubang yang telah dibuat
sebanyak 850 buah dengan luas total bidang resapan sebesar 2.735.725 cm2.
Gambar 1. Lokasi Perusahaan
Bio Farma dalam mempraktekkan industri bersih, bermula dari kekhawatiran
terhadap dampak lingkungan yang disebabkan proses produksi perusahaan yang
akan menggangu masyarakat sekitar. Sebagai salah satu perusahaan vaksin yang
berdiri sejak tahun 1890 di Jl. Pasteur No. 28 Bandung, Jawa Barat, awalnya lokasi
tersebut jauh dari pemukiman. Namun seiring waktu wilayah Pasteur menjadi salah
satu area kota dengan jumlah penduduk yang terus berkembang. Perkembangan
penduduk tentunya akan semakin membutuhkan air bersih, dan mengurangi
pasokannya, mengingat sebagian besar wilayah resapan digunakan untuk
pemukiman. Mempertimbangkan kondisi tersebut, Bio Farma berkomitmen untuk
melakukan pengendalian pencemaran dan penghematan sumber daya alam termasuk
sumber daya air sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan kepada masyarakat dan
lingkungan.
Seiring dengan keberhasilan dalam bisnis yang menghasilkan profit, Bio Farma
memiliki cita-cita untuk mewujudkan industri hijau (green industry) yang efisien dan
ramah lingkungan. Wujud green industry ini telah dibuktikan tidak hanya dengan
kepatuhan terhadap peraturan perundangan khususnya di bidang lingkungan yang
merupakan salah satu dari sembilan kebijakan perusahaan, namun perusahaan telah
melangkah lebih jauh melalui penerapan standard kepatuhan melebihi kewajiban
yang tertuang dalam peraturan perundangan (beyond compliance) dalam pengelolaan
lingkungan.
PT. BIO FARMA - Produksi Bersih
7
Upaya beyond compliance merupakan refleksi dari komitmen Bio Farma untuk
mencapai environmental excellency dalam setiap tahap kegiatan operasional. Bio
Farma percaya bahwa output produk bermutu tinggi dan ramah lingkungan yang
menjadi andalan perusahaan hanya dapat terwujud melalui kegiatan produksi yang
ramah lingkungan. Seluruh kegiatan produksi tersebut dapat dilakukan dengan
menerapkan secara komprehensif dari mulai tahap perencanaan, implementasi,
pemantauan, tinjauan dan perbaikan berkelanjutan.
Efisien dan ramah lingkungan adalah sebuah nilai tambah (added value) dalam
bersaing di pasar global. Kepuasan para pemangku kepentingan (stakeholder) menjadi
target yang secara terus menerus ingin dicapai oleh Bio Farma. Bagi Bio Farma,
stakeholder tidak hanya beberapa orang yang menggunakan produk Bio Farma,
namun beberapa pihak yang berpengaruh dan terpengaruh oleh kegiatan operasional
termasuk karyawan, konsumen, masyarakat sekitar, dan pemerintah.
Praktek green industry menjadi salah satu bukti komitmen perusahaan untuk
mencapai kepuasan bagi stakeholder. Secara internal, praktek green industry
terwujud dalam menciptakan lingkungan kerja yang sehat aman bagi para karyawan
dengan melakukan pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Sedangkan
secara eksternal, kegiatan operasional yang ramah lingkungan wujud tanggung jawab
dan kepatuhan Bio Farma terhadap peraturan perundangan dan persyaratan, bahkan
melampauinya.
1. Minimalisasi dan Olah Air Limbah
Dalam kegiatan operasional sehari-hari, Bio Farma senantiasa melakukan beberapa
upaya pengendalian pencemaran baik pencemaran air, udara, limbah padat, maupun
limbah B3. Perusahaan mengoperasikan beberapa fasilitas pengendalian pencemaran
dan melaksanakan pemantauan hasil pengendalian pencemaran. Bio Farma tidak
hanya melakukan langkah kuratif tapi juga langkah preventif, seperti penghematan
energi dan sumber daya alam. Hal ini dilakukan dengan melaksanakan prinsip
produksi bersih dan minimalisasi limbah dalam kegiatan operasional. Hal tersebut
salah satu wujud nyata dari Bio Farma untuk menjadi sustainable green industry
yang berdaya saing global.
Prinsip produksi bersih adalah salah satu implementasi perbaikan berkesinambungan
yang dilakukan perusahaan dalam rangka penghematan energi dan sumber daya
alam. Hal ini bermanfaat dalam meningkatkan efisiensi dan mencapai keunggulan
lingkungan yang lebih baik daripada standar pengelolaan lingkungan yang diwajibkan
oleh regulasi. Sejalan dengan perubahan paradigma dari end-of-pipe treatment
menjadi cleaner production, limbah tidak sekedar merupakan hasil samping produksi
yang wajib diolah agar dapat dibuang dengan aman ke lingkungan namun dapat
dikurangi sejak awal tahap proses produksi dan bahkan memiliki nilai guna karena
dapat digunakan kembali dalam proses produksi.
Salah satu implementasi CSR bidang lingkungan yang dilakukan Bio Farma adalah
penerapan produksi bersih melalui program penghematan air. Penerapan produksi
bersih ini disusun melalui konsep PDCA (Plan-Do-Check-Act). Program ini di inisiasi
oleh Top Manajemen dan Tim Teknis Bio Farma yaitu Tim Energy Saving, Tim ISO
dan Tim Proper serta proses penyusunan kajian dan rencana program dilakukan oleh
Divisi Umum dan CSR. Perencanaan program ini disusun untuk program tahunan
dan program jangka panjang 5 Tahun. Hasil Identifikasi aspek dan dampak penting
dari tiap unit kerja dianalisis kemudian di buat klasifikasi dan prioritas program.
Sasaran programnya adalah efisiensi penggunaan air agar dampak lanjutan pada
lingkungan eksternal perusahaan tidak terganggu yaitu ketersediaan air untuk
masyarakat. Indikator keberhasilan programnya adalah pengurangan jumlah
pemakaian air baik pengambilan air melalui PDAM dan air tanah.
8
PT. BIO FARMA - Produksi Bersih
Program penghematan air di Bio Farma dimulai sejak tahun 2008 dan terus berlanjut
hingga saat ini. Penghematan air dilakukan dengan cara recovery air buangan
menjadi air baku (raw water), daur pakai air pendingin pada otoklaf, penggantian
proses dalam instalasi pengolahan air (water treatment plant) dan daur ulang (recycle)
air bilasan akhir sehingga menghilangkan kebutuhan akan air bilasan. Berikut ini
adalah hasil penghematan air per tahun yang telah berhasil dilakukan oleh Bio Farma
melalui program penghematan air, seperti yang ditampilkan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Program Penghematan Air
Program
1
2
3
4
5
6
Tahun
Pelaksanaan
Lokasi
Daur ulang air reject
Bagian Produksi
Vaksin
Reverse Osmosis (osmosis
Tetanus
balik) ke tangki air baku
Bagian Produksi Vaksin
Daur ulang air pendingin Tetanus (1 unit)
pada otoklaf
Bagian Produksi Vaksin
Disteri (2 unit)
Daur ulang air bilasan
terakhir
dari
mesin Bagian Formulasi Pengisian
pencuci vial dan ampul ke Vaksin & Pelarut
tangki air baku
Daur ulang air buangan
mesin washing gilowy dan Bagian Produksi Vaksin
condensate PSG ke tangki Campak
raw water
Daur ulang air buangan
Bagian Produksi Vaksin
mesin washing gilowy ke
Polio
tangki air baku
Daur ulang air limbah
Outlet IPAL dan saluran
effluent IPAL dan air hujan
drainase
untuk menjadi air baku
2008 sekarang
Hasil
(m3/tahun)
576
2008 sekarang
2.880
2009 sekarang
4.320
2009 sekarang
3.888
2010 sekarang
2.592
2012 sekarang
7008
Recovery effluent olahan IPAL dan air dari saluran drainase dilakukan dengan
teknologi ultrafiltrasi seperti yang ditampilkan dalam gambar berikut:
Gambar 2. Proses dan Tempat Pengolahan Air Limbah
PT. BIO FARMA - Produksi Bersih
9
Hasil beberapa program penghematan air yang telah dilakukan Bio Farma berupa
daur pakai (reuse) dan daur ulang (recycle) air limbah ditampilkan dalam Gambar 3.
Hasil Pencapaian Program Penghematan Air
PT Bio Farma (Persero)
Recycle air reject Reverse Osmosis
ke tangki raw water
8000
Jumlah Penghematan AIr
(m3)
7000
Reuse Cooling Water pada Otoklaf
2880
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
2009
2010
2011
2012
2013 (sampai Agustus)
Recycle air bilasan terakhir dari
mesin pencuci vial dan ampul ke
tangki raw water
Recycle air buangan mesin
washing gilowy dan condensate
PSG ke tangki raw water
Recycle air buangan mesin
washing gilowy ke tangki raw
Gambar 3. Hasil Pencapaian Program Penghematan Air PT. Bio Farma
Tahun 2013 program penghematan air telah dimulai dengan program baru dengan
mengganti deionisasi pada Water Treatment Plant (WTP) dari resin based conventional
mixed bed ke Continuous Electro De-Ionization (CEDI). Air hasil reverse osmosis diolah
lebih lanjut untuk memperoleh air yang berkualitas standar air produksi. CEDI
menyisihkan ion–ion yang masih tertinggal pada pengolahan reverse osmosis. Dengan
CEDI, penggunaan air yang digunakan dalam WTP dapat ditekan secara sangat
signifikan. Dengan conventional mixed bed, kebutuhan air per minggu adalah sebesar
11.835 liter/regenerasi yang dilakukan setiap 2 minggu atau setara dengan 284.040
liter/tahun. Dengan CEDI, penggunaan air hanya sebesar 350 liter/bulan atau setara
4200 liter/tahun.
Penghematan air telah terbukti berhasil meningkatkan efisiensi kegiatan operasional
Bio Farma dan hasil telaahan menunjukkan bahwa penghematan air dan penggunaan
air hasil recycle tidak memiliki dampak buruk terhadap proses produksi dan kualitas
output produksi. Menyadari hal tersebut, Bio Farma berkomitmen untuk melanjutkan
dan mengembangkan program penghematan air yang ditampilkan dalam Tabel 2.
Tabel 2. Pengembangan Program Penghematan Air
No
1
2
3
4
5
Program
Lokasi
Recylce air Reject Reverse
Osmosis
Sirkulasi Cooling Water
Otoklaf
Reuse air buangan mesin
washing
Gedung Litbang dan Gedung
IHU
Gedung Baru Bagian HIB
dan Pertusis
Gedung Litbang dan Gedung
IHU
Bagian Formulasi, QC dan
Pengemasan
Bagian Polio, Campak dan
Media
Penggantian
ke CEDI
Deionisasi
Penambahan
Jumlah
Lubang Biopori menjadi
900 buah
Bio Farma Pasteur
Realisasi
2013
2013
2013
2014
2015
2013
Bio Farma terus berkomitmen untuk mengurangi jumlah pengambilan air dari
sumber air dan jumlah produksi air buangan sekaligus meningkatkan jumlah
kapasitas air bersih yang tersimpan di akuifer lingkungan. Prinsip yang terus secara
10
PT. BIO FARMA - Produksi Bersih
konsisten dipegang teguh oleh perusahaan adalah Bio Farma sebagai entitas bisnis
yang ramah lingkungan dan bertanggung jawab, tidak mewariskan air mata
melainkan mata air bagi generasi berikutnya.
2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran
Total penghematan air dari proses recycle dan reuse air meningkat dari 10.296
m3/tahun pada tahun 2009, 11.664 m3/tahun pada tahun 2010, 14.256 m3/tahun
pada tahun 2011, menjadi 24.932 m3/tahun pada tahun 2012. Persentase jumlah
penghematan air terhadap jumlah pengambilan air PDAM dan air tanah meningkat
pada setiap tahun yaitu 7,8% (2009), 7,8% (2010), 10,3% (2011), dan 14,0% (2012)
seperti yang tergambar dalam Gambar 4.
Prosentase
Penghematan Ai r
terhadap
Pengambi l an Ai r T…
7.8%
7.8%
2009
2010
10.3%
2011
Juml ah Penggunaan
Ai r/Kegi atan (m3)
PT Bi o Farma (Persero)
14.0%
2012
88.13
83.14
2009
2010
70.53
67.24
2011
2012
Gambar 4. Persentase Penghematan Air
Substitusi conventional mixed bed ke CEDI berhasil menekan konsumsi air menjadi
2.100 liter per 6 bulan atau setara dengan 4.200 liter/tahun. Jika ditinjau dari titik
awal penggunaan CEDI mulai Januari 2013 hingga April 2013 (4 bulan) maka dapat
dihitung bahwa penggunaan air berhasil ditekan dari 94.680 liter menjadi hanya
1.400 liter hanya dalam 4 bulan. Dengan demikian, penghematan air yang berhasil
dicapai dengan substitusi conventional mixed bed ke CEDI adalah sebesar 98,52 %
dalam 4 bulan ini.
Program penghematan air yang telah dilakukan di Bio Farma tidak hanya
minimalisasi air limbah dan penghematan konsumsi air, tetapi juga mencakup
peningkatan kapasitas infiltrasi air hujan. Hal tersebut dilakukan dengan pembuatan
lubang biopori di lingkungan perusahaan dimana lubang biopori meningkatkan luas
bidang resapan air sebesar 3.218,5 cm2 (biopori berdiameter 10 cm dan tinggi 100
cm). Program biopori telah diinisiasi pada tahun 2010 dan hingga saat ini jumlah
lubang biopori terus meningkat mulai dari 250 lubang-850 lubang pada tahun 2012
sehingga luas bidang resapan menjadi 2.735.725 cm2.
Proses efisiensi bahan baku air melalui pengolahaan limbah air, berhasil membawa
perusahaan mendapatkan pengakuan dari berbagai kalangan. Keberhasilan ini tak
luput dari komitmen pimpinan pertinggi perusahaan untuk melaksanakan kebijakan
yang sudah dikeluarkan, seperti yang disampaikan :
“Bio Farma berkomitmen untuk mewujudkan standar operasional bisnis yang
ramah lingkungan dan melangkah lebih jauh dengan menerapkan standar
beyond compliance dalam rangka mencapai standar kinerja yang efisien
dengan tetap menjaga kualitas produk sehingga mampu berkompetisi di pasar
internasional. Alhamdulillah pada tahun 2012 Bio Farma berhasil meraih
penghargaan Indonesia Green Office Award (IGOA) 2012 dan pada tahun 2013,
Bio Farma kembali terpilih menjadi The First Rank Indonesia Green Office
Award dari Yayasan KEHATI dan Majalah SWA. Bio Farma dianggap telah
berkomitmen dan mengimplementasikan seluruh aktivitas yang meliputi
PT. BIO FARMA - Produksi Bersih
11
seluruh aspek kriteria green industry, sehingga tidak memberikan dampak
yang negatif untuk lingkungan lokal maupun global dan terhadap komunitas
ekonomi secara keseluruhan”. (Bandung, 24 September 2013; Drs. Iskandar,
MM; Direktur Utama PT. Bio Farma).
12
PT. BIO FARMA - Produksi Bersih
PT. CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL TBK, CILEGON, BANTEN
Hemat Energi dan Bahan Baku, Upaya Kurangi Emisi
Sebagai salah satu perusahaan podusen petrokimia terintegrasi terbesar di
Indonesia, PT. Chandra Asri Petrochemical Tbk. berupaya berkontribusi pada
perbaikan lingkungan, salah satunya melalui efisiensi energi dan penghematan
energi. Upaya yang dilakukan sejak 2007 cukup membuahkan hasil, dimana
perusahaan dapat menekan emisi CO2 dari proses penghematan bahan bakar
sampai tahun 2012 senilai 61.886,7 ton CO2 dan penurunan energi indeks
sebesar 8,46%. Sementara bahan baku yang dapat dihemat sejak tahun 2007
sampai 2012 sebesar 6.606.425 US$ per tahun.
PT. Chandra Asri Petrochemical (CAP) berlokasi di Ciwandan, Cilegon, Provinsi
Banten, merupakan industri yang mengoperasikan naphtha cracker dan
polypropylene untuk memproduksi Olefins (Ethylene, Propylene dan produk
turunannya seperti Pygas dan Mixed C4), dengan kapasitas produksi seperti yang
tersaji pada Tabel 1.
Tabel 1. Kapasitas pabrik CAP
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Produk
Ethylene
Propylene
Pyrolysis Gasoline
Crude C4
Polyethylene
Polypropylene
Kapasitas
600.000 ton/thn
320.000 ton/thn
280.000 ton/thn
220.000 ton/thn
336.000 ton/thn
480.000 ton/thn.
Sebagai Perusahaan yang memiliki etika bisnis yang baik dan dapat diterima oleh
berbagai kalangan, terutama masyarakat di sekitar pabrik, perusahaan telah
berkomitmen untuk meningkatkan efisiensi energi, optimasi penggunaan bahan
baku, mencegah dan meminimalkan pencemaran udara, tanah dan air, sebagai
upaya untuk menjadi salah satu perusahaan ramah lingkungan. Untuk
mewujudkan komitmen tersebut, CAP mengembangkan program hemat energi dan
bahan baku.
Selama ini, produk-produk CAP telah menaati secara ketat standard kualitas
internasional dan juga standard lingkungan yang berlaku. Seluruh produk bijih
plastik Polyethylene dan Polypropylene dengan merek dagang Asrene dan Trilene
sudah mendapatkan sertifikasi Halal dari Majelis Ulama Indonesia Pusat.
CAP juga telah mengembangkan produk bijih plastik “ramah lingkungan” yang
dipasarkan menggunakan merk Grene. Produk ini dibuat menggunakan bahan
baku yang relatif lebih cepat dan mudah terurai oleh sinar UV dan panas. Produk
plastik yang terbuat dari Asrene SF5008E yang terurai melalui proses
fotodegradasi menggunakan ultraviolet. Ketika plastik telah menjadi limbah dan
berada di luar ruangan, plastik SF5008E akan terkena radiasi ultraviolet matahari,
oksigen, panas dan air untuk kemudian secara bertahap plastik SF5008E akan
membusuk sampai seluruhnya hancur dalam waktu 2 tahun.
PT. CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL - Produksi Bersih
13
Minggu 0
Minggu 14
Physical Disintegration (Outdoor testing)
1. Efisiensi Energi dan Bahan Baku Membantu Mengurangi Emisi CO2
Penggunaan energi merupakan faktor penting dalam pengendalian kelestarian
lingkungan. Perusahaan menyadari penggunaan energi yang besar akan
berpengaruh terhadap lingkungan terutama pemanasan global (global warming).
Penggunaan energi secara efisien terus dilakukan dengan tujuan menurunkan
konsumsi energi dan mengurangi emisi CO2.
Tim manajemen efisiensi energi & konservasi air dibentuk untuk melaksanakan
manajemen energi dan konservasi air. Dipimpin oleh Manufacturing Director dan
dikoordinir oleh Departemen Manager yang memiliki sertifikat efisiensi energi dan
latar belakang pendidikan yang sesuai. Rencana strategi efisiensi energi diterapkan
melalui tujuan tahunan (key performance indicator) dari bagian ini. Audit energi
dilakukan secara internal dan eksternal, dan dilaporkan ke manajemen setiap
bulan.
Benchmarking dilakukan dengan sesama anggota Regional Olefin Producer
Technical Committee yaitu sesama penghasil produk ethylene di Asia Tenggara
yaitu Thailand, Singapura, Malaysia dan Indonesia setiap tahun sekali.
Kegiatan konservasi energi sejalan dengan program untuk menghasilkan jumlah
produk yang sama dengan jumlah bahan baku yang lebih sedikit di Furnace,
Ethylene plant, sebagai pengguna energi terbesar. Upaya yang dilakukan adalah:
x Optimalisasi penggunaan bahan bakar gas.
x Pemanfaatan exhaust gas dari Gas Turbine Generator (GTG) untuk mengurangi fuel.
x Penyesuaian kondisi operasi furnace diantaranya Coil Outlet Temperature.
x Mengurangi bahan baku Naphtha dengan penggunaan C3 LPG recycle.
x Meningkatkan efisiensi menara distillasi (ethylene tower, propylene tower dan
debutanizer C4 tower).
x Mengganti insulasi panas (fire brick) Furnace.
14
PT. CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL - Produksi Bersih
Efisiensi listrik dilakukan secara optimal di HDPE plant yaitu dengan mematikan
sejumlah alat (Nitrogen compressor, blower etc) pada saat shutdown dan optimasi
pelleter dengan pengaturan suction pressure melt pump. Keberhasilan program ini
dapat dilihat berikut ini:
Tabel. 2. Keberhasilan Efisiensi Listrik di HDPE
Keterangan
HDPE plant
Penurunan
konsumsi
listrik 46.24
(kW.h/T prod)
Penghematan biaya energi (US$)
532.397
Ton Emisi CO2
35.685
Program penghematan bahan baku berhasil melakukan penghematan sebesar
6,6Juta US$, lebih lengkapnya disampaikan pada tabel berikut ini:
Tabel 3. Program Penghematan Bahan Baku
Keterangan
x Efisiensi Energi (selama 2007 – 2012)
Penurunan energy index (%)
Penghematan
konsumsi
bahan
bakar
(US$/tahun)
Jumlah
Emisi
CO2/T
dari
proses
penghematan bahan bakar (Ton CO2/tahun)
x Mengurangi bahan baku
Penghematan
konsumsi
bahan
baku
(US$/tahun)
Penghematan energi sejumlah bahan baku
yang tidak digunakan (6700 T)
Furnace
8.46
2.805.583
61.886,7
6.606.425
67.139.388
MJoule/tahun
= 0,7juta US$
= 12.964 T eCO2
Upaya untuk menghemat energi dan bahan baku salah satunya dilakukan dengan
menggunakan exhaust gas turbine generator (Gambar 1.). Upaya tersebut telah
berhasil menghemat biaya sekaligus mampu menurunkan beban pencemar ke
lingkungan. Dari upaya penghematan energi saja telah dihemat sebesar USD
532.397 dan penurunan emisi CO2 sebanyak 35.685 ton pertahun.
C
Naptha
1.8
juta
T/thnNapt
h
C
‡
Ethylene (C2) =
600.000 T/thn
COT = 810 – 850
‡
Propylene (C3)
= 320.000 T/thn
C
C
C C
C
C
‡
Crude C4 =
220.000 T/thn
C
‡
C
Pygas = 280.000
T/thnEthylene (C2)
= 600.000 T/thn
C
C
C
Bahan
Udara Ambient (N2 = 79%
&
O2
=
21%)Udara
Gambar 1. Proses di Furnace
PT. CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL - Produksi Bersih
15
PENGHEMATAN BAHAN BAKU DI FURNACE
Energy Index (Energi/Naphta)
2.60
1.75
2.55
1.7
2.50
Standar = 1.65
Energy index (MMKcal/T
Naphtha)
T-Naptha/T produk (C2+C3+C4)
1.8
1.65
1.6
1.55
1.5
1.45
2.45
2.40
2.35
2.30
2.25
1.4
2004
2005
2006
2007
2008
2009
Tahun
2010
2011
2012
2007
2013
Grafik 1. Penghematan Konsumsi
Bahan baku
2008
2009 Tahun
2010
2011
2012
Grafik 2. Rasio Energi terhadap
Bahan Baku (Naphtha)
Upaya penghematan dilakukan dengan menggunakan teknologi bersih untuk
beberapa proses berikut :
a. Recovery gas buang ethylene ke flare
Dengan pemasangan BOG Compressor, sehingga gas ethylene dari tangki
penyimpanan selama pabrik tidak beroperasi (setiap lima tahun sekali, pabrik
dimatikan untuk perbaikan alat), yang biasanya dibuang ke cerobong pembakaran
(flare), dengan pemasangan Boil Off Gas Compressor dijadikan fasa cair dan
dikembalikan ke tangki penyimpanan. Hal ini berdampak pada pengurangan
pencemaran udara dan juga penghematan sebesar 2.194 T Ethylene, 2,9 juta US$
dan setara dengan 21.309 T Emisi CO2 di tahun 2009 & 2011.
Jumlah Ethylene recovery oleh BOG Compressor
200.000
180.000
Ethylene recovery
160.000
140.000
Ethylene (Ton)
120.000
100.000
80.000
60.000
40.000
20.000
2/5
2/6
2/7
2/8
2/9
2/10
2/11
2/12
2/13
2/14
2/15
2/16
2/17
2/18
2/19
2/20
2/21
2/22
2/23
2/24
2/25
2/26
2/27
2/28
3/1
3/2
3/3
3/4
3/5
3/6
3/7
3/8
3/9
3/10
3/11
3/12
3/13
3/14
3/15
3/16
3/17
3/18
3/19
3/20
3/21
10/6
10/7
10/8
0.000
2009 & 2011
Gambar 2. BOG Compressor dan
Propylene Refrigerant
Grafik 3. Jumlah Ethylene Recovery
oleh BOG Compressor
b. Recovery Raw C4 Selama Proses Pengapalan
Salah satu aspek penting dari kegiatan operasional CAP adalah pembuangan gas
buang ke flare, perusahaan berupaya memanfaatkan secara optimal gas buang ke
flare dengan mengembalikan sisa gas di perpipaan setelah proses pengapalan
kembali ke tangki Raw C4 atau ke proses Ethylene plant. Sejak 2009 hingga
pertengahan 2013 berhasil mengembalikan Raw C4 sebanyak 3402 T, dan setara
dengan 170.100 US$. Seperti ditunjukkan pada grafik berikut ini:
16
PT. CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL - Produksi Bersih
Fugitive
Emission
e CO2
2007
2008
2009
2010 2011
2012
e CO2/T
10000
9000
8000
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
Fugitive emission &
Recovery (T)
1000
900
800
700
600
500
400
300
200
100
recovery
0
2013
Grafik 4. Recovery Raw C4 ke tangki/proses
b. Recovery Gas Buang (Bleed Gas) Dari HDPE Plant
Gas buang (bleed gas) dari HDPE plant disalurkan kembali ke Ethylene plant
berkontribusi pada penurunan fugitive emission, sehingga jumlah emisi CO2 tidak
dihasilkan lagi. Total recovery bleed gas 19.793 T, setara dengan 21,4 juta US$.
3,500
Recovery Bleed gas from HDPE to Ethylene Plant
Bleed gas (T)
3,000
2,500
2,000
1,500
Bleed gas from HDPE
1,000
2007
2008
2010
Tahun
2009
2011
2012
Grafik 5. Recovery Bleed gas dari HDPE
c. Recovery Propane Gas dari PP plant ke Ethylene plant
Recovery propane gas PP plant kembali ke Ethylene untuk diolah kembali menjadi
produk, dengan melakukan pemasangan perpipaan dari Polypropylene plant ke
Ethylene plant.Kegiatan ini berkonstribusi juga pada penurunan fugitive emission,
sehingga jumlah emisi CO2 tidak dihasilkan lagi. Total recovery gas propane 5.546
T, setara dengan 2,9 juta US$, 52.954 eq CO2/Ton.
Efisiensi Listrik HDPE plant
470
460
kWh.h/T prod
450
440
430
420
410
400
2008
2009
2010
Tahun
2011
2012
Grafik 6. Efisiensi Listrik di HDPE plant
PT. CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL - Produksi Bersih
17
2.
Manfaat
Perusahaan berupaya melakukan efisiensi energi, antara lain dengan optimasi
bahan baku, recovery gas buang ethylene ke flare, recovery raw C4 selama proses
pengapalan, recovery gas buang (bleed gas) dari HDPE plant, recovery propane gas
dari polypropylene plant ke Ethylene plant, efisiensi listrik, yang berarti
peningkatan efisiensi biaya, dan pada akhirnya menciptakan nilai tambah bagi
pelanggan dan meningkatkan daya saing perusahaan.
3.
Petikan Pembelajaran
Keberhasilan perusahaan dalam efisiensi bahan baku dan energi tidak terlepas
dari komitmen top manajemen untuk melaksanakan produksi bersih dan
melakukan pengawasan terus menerus yang dituangkan dalam bentuk aturan
tertulis. Kebijakan tersebut ditunjang oleh teknologi tepat guna yang dapat
membantu meminimalisasi bahan baku dan sumber energi yang digunakan.
Meskipun perusahaan menyadari
keandalan alat, sebagai penunjang
kelangsungan produksi yang berkesinambungan sangatlah penting untuk terus
ditingkatkan, namun membutuhkan sumberdaya manusia yang bukan hanya
handal tapi juga memiliki kedisiplinan untuk menghindari risiko.
18
PT. CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL - Produksi Bersih
PT. CHEIL JEDANG INDONESIA, JOMBANG, JAWA TIMUR
Pemanfaatan Sisa Produksi Asam Amino sebagai Pupuk Cair
Limbah dari proses industri biofactory dengan produk utama IMP, GMP dan MSG PT.
Cheil Jedang Indonesia (CJI) sejak tahun 2012 telah berhasil diolah menjadi pakan
ikan Promate dan pupuk cair Bagitani. Melalui upaya pengolahan limbah sisa
produksi tersebut telah menurunkan kadar COD perhari sebesar 33.125 Kg (82%)
dari total 72.000 Kg COD per hari. Sebelumnya kadar COD yang dihasilkan dari
retended GMP sebesar 5.625 Kg/hari dan PL MSG sebesar 27.500 Kg/hari namun
berkat upaya tersebut kadar COD dari limbah tersebut berhasil diturunkan menjadi 0
Kg per hari.
Upaya menurunkan kadar limbah COD dilandasi dengan visi perusahaan yaitu
Beyond Bio, Renew The Earth yang berarti perusahaan yang selalu berupaya
menciptakan semua produk dengan konsep produksi bersih dan berwawasan
lingkungan. Dalam komitmennya untuk mewujudkan visi maka CJI telah melakukan
kegiatan pemanfaatan sisa produksi asam amino sebagai produk samping pupuk cair
Bagitani dan pakan ikan Promate di lokasi pabrik seluas ± 70 Ha dengan status
Penanaman Modal Asing (PMA) Korea Selatan, yang berlokasi di Jl. Raya Brantas KM
3,5 Desa Jatigedong, Kecamatan Ploso, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.
Kadar COD yang dihasilkan dari proses pembuatan produk meskipun masih di dalam
batas peraturan lingkungan, namun perusahaan terus mengupayakan pengurangan
limbah terutama limbah cair yang dapat membahayakan sumber air sekitar.
Berdasarkan hasil kajian menunjukkan bahwa dari proses sisa produksi asam amino
PL MSG dapat dibuat pupuk cair.
1. Mengurangi Kadar COD, Menjadi Pupuk Cair
Pupuk cair adalah hasil samping proses asam amino (haspramin) yang merupakan
pupuk organik sesuai dengan SNI 02-4958-2006. Pupuk cair Bagitani secara kualitas
sudah mendapatkan sertifikasi SNI tanggal 16 Januari 2013 dengan nomor
02/S/SA/I.1/2013. dari Lembaga Sertifikasi Produk, Pusat Standarisasi Kementerian
Perindustrian.
Dalam prosesnya, sisa produksi asam amino berupa PL MSG merupakan sisa
produksi yang berasal dari proses refinery (pemurnian), tahap kristalisasi. Larutan
jenuh yang mengandung produk (campuran antara asam glutamate, media/tempat
tumbuh bakteri, dan biomassa) didinginkan sampai suhu 20 dan pH 3.2 sehingga
terbentuk kristal. Kristal yang bercampur larutan induk kemudian dipisahkan dalam
separator. Kristal dialirkan ke tangki netralisasi dengan menambahkan NaOH
sehingga membentuk Monosodium Glutamate (MSG) dalam bentuk cair. Larutan
induk yang dihasilkan dipekatkan dalam evaporator sehingga membentuk PL MSG,
yang kemudian dimanfaatkan sebagai bahan baku pupuk cair karena memiliki
kandungan nitrogen yang cukup tinggi sekitar 4-5%.
Haspramin terutama dibuat dari sisa produksi asam amino, terutama asam amino
glutamate dengan bahan baku yaitu tetes tebu (cane molases). Haspramin dapat
digunakan untuk menggantikan pupuk ammonium sulfat (ZA). Haspramin telah
digunakan sebagai pupuk pada berbagai tanaman seperti tebu, padi, palawija, dan
nanas. Dari hasil survei lapangan, dilaporkan bahwa Haspramin tidak mengganggu
produksi pertanian dan harganya lebih murah daripada pupuk N lainnya seperti Urea
dan ZA. Hasil Penelitian juga menunjukkan bahwa penggunaan Haspramin pada
PT. CHEIL JEDANG INDONESIA - Produksi Bersih
19
j g
j
p gg
p
p
tanaman pangan padi dan jagung, serta tanaman perkebunan dengan takaran 25005000 l/ha dapat mensubstitusi kebutuhan N dan memberikan kenaikan hasil panen
(Soeparmono et al., 1999; Sofyan et al., 1999). Unsur hara dalam Haspramin yang
paling penting adalah unsur Nitrogen, karena penting untuk pertumbuhan tanaman.
Nitrogen adalah mineral dalam pupuk yang diperlukan tanaman yang berfungsi
untuk: 1) pembentukan atau pertumbuhan daun, batang, dan akar; 2) mempengaruhi
warna daun menjadi hijau gelap; 3) membentuk protein, lemak, dan berbagai
persenyawaan organik; 4) meningkatkan mutu tanaman penghasil daun-daunan; 5)
meningkatkan perkembangbiakan mikroorganisme di dalam tanah.
Gambar 1. Diagram Air Proses Produksi Pupuk Cair
Reduce beban
Limbah ke IPAL
82%
Gambar 2. Gambaran Pengurangan Kadar COD di Perusahaan
20
PT. CHEIL JEDANG INDONESIA - Produksi Bersih
2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran
Keberhasilan perusahaan dalam mengolah limbah menjadi pupuk cair bukan hanya
bermanfaat bagi perusahaan dan lingkungan, namun juga pupuk yang dihasilkan
perusahaan bermanfaat bagi masyarakat di empat desa yaitu Desa Manduro dan
Sumberingin (Kec. Kecamatan Kabuh), Desa Katemas (Kec. Kudu) dan Desa Pulosari
(Kec. Bareng). Melalui program kerjasama dengan Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Kabupaten Jombang seperti tertuang dalam Surat Perjanjian Kerjasama CJI,
Jombang Nomor : 01/CJI/GA ENV-CSR/V/2013 dengan Dinas Kehutanan dan
Perkebunan Kabupaten Jombang Nomor : 522/353.A/415.32/2013 tentang
pelaksanakan kegiatan Program CSR berupa Bantuan Pupuk Cair Bagitani untuk
tanaman kehutanan pada hutan rakyat/hutan hak, dengan harapan dapat
memotivasi kelompok tani/petani hutan dalam rangka meningkatkan tertib penata
usahaan hasil hutan kayu secara lestari.
Sejak bulan Mei 2013, pupuk cair Bagitani yang diproduksi telah dimanfaatkan
untuk program penghijauan hutan rakyat seluas 500 Ha, dengan jumlah pupuk cair
yang disumbangkan sebanyak 3.562 Kl. Tabel 1 berikut luasan hutan rakyat dan
jumlah pupuk yang diberikan di empat desa.
Tabel 1. Dukungan Pupuk Cair Bagitani yang Dialokasikan di Empat Desa untuk
Pengembangan Hutan Rakyat
Areal
(Ha)
Target
Realisasi
Target
Kec. Kabuh
- Ds. Manduro
- Ds. Sumberingin
150
150
109,50
113,50
1.500
1.500
1.095
1.135
73,00
75,67
Kec. Kudu
- Ds. Katemas
120
91,50
1.200
915
76,25
Kec. Bareng
- Ds. Pulosari
80
41,70
800
417
52,13
500
356,2
5.000
3.562
71,24
No
Kecamatan/Desa
1
2
3
JUMLAH
Volume (Kl)
%
Realisasi
Seiring dengan pengembangan program CSR CJI dalam bidang lingkungan dan
sebagai bentuk kepedulian nyata terhadap kelestarian lingkungan dalam bentuk
kegiatan hutan rakyat yang ada di Kabupaten Jombang, maka kegiatan pemupukan
pada tanaman hutan seperti jati, sengon, mahoni dan lain-lain sangat dibutuhkan
oleh kelompok tani hutan. Hal ini berdampak positif untuk meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat hutan serta sekaligus meningkatkan
kelestarian hutan yang sangat berguna dalam keseimbangan alam dan lingkungan.
Dari data aplikasi tersebut diatas, maka dapat dilihat bahwa dari target areal hutan
rakyat seluas 500 Ha terealisasi seluas 356,20 Ha (71,24%) atau dengan jumlah
pohon (tanaman hutan) yang terpupuk sebanyak 427.440 pohon (356,20 Kl pupuk
cair).
PT. CHEIL JEDANG INDONESIA - Produksi Bersih
21
Sosisalisasi CSR
Bantuan Pupuk cair
Bagitani di desa
Menduro
Simbolis pemupukan
tanaman Jati oleh
Kadishutbun Jombang
Simbolis pemupukan
tanaman Jati oleh GM
PT. CJI Jombang
Gambar 3. Sosialisasi Bantuan Pupuk Cair untuk Hutan Rakyat
Keberhasilan perusahaan untuk mengurangi limbah cair dengan menggunakan
teknologi telah berhasil memanfaatkan menjadi pupuk cair. Hal ini tidak terlepas dari
komitmen pimpinan serta pemilihan teknologi yang digunakan. Pengembangan
kerjasama dengan berbagai pihak merupakan langkah tepat dalam mendukung
distribusi dan pemanfaatan tepat guna pupuk cair yang dihasilkan. Berdasarkan data
yang ada, program ini terlihat sekuen dari program yang tadinya untuk produksi
bersih ternyata mampu memberikan hasil ikutan yang optimal dengan tertanami
lahan seluas 500 Ha sebagai Hutan Rakyat.
Bapak Jamilun, Kepala Desa Menduro:
”Terimakasih kepada PT. CJI Jombang karena dengan program CSR bantuan
pupuk cair ini sangat membantu masyarakat petani hutan rakyat khususnya
beban biaya pupuk dan meningkatkan produktifitas pohon jati yaitu ukuran
diameter batang pohon semakin besar dan pertumbuhan tanaman lebih cepat.
Program seperti ini perlu dilakukan secara berkesinambungan karena program
ini sangat bermanfaat bagi kami”.
Petikan Pembelajaran
Semua limbah (sisa produksi) pada dasarnya mempunyai potensi untuk dilakukan
perubahan
manfaat
dan
nilai
ekonomis
tergantung
bagaimana
kita
memanfaatkannya. Kepedulian lingkungan merupakan tanggung jawab semua pihak
termasuk pelaku industri. CJI membuktikan komitmennya sesuai dengan visi
“Beyond Bio Renew The Earth” dengan melakukan penghijauan hutan yang
merupakan sumber alam yang terpenting untuk menjaga keseimbangan dan
kelestarian lingkungan.
22
PT. CHEIL JEDANG INDONESIA - Produksi Bersih
CHEVRON GHEOTHERMAL SALAK LTD (CGS), KABUPATEN SUKABUMI DAN
BOGOR, JAWA BARAT
Pemanfaatan Serpih Bor
Serpih bor yang dihasilkan dari pengeboran sumur uap panas bumi telah berhasil
diolah menjadi konstruksi beton ringan, salah satunya oleh Chevron Geothermal
Salak Ltd, di Kabupaten Sukabumi dan Bogor, Jawa Barat. Pemanfaatan dilakukan
sejak tahun 2010 dengan Ijin Pemanfaatan Serpih Bor Keputusan Kementerian
Lingkungan Hidup (Kep MENLH) No. 178/2010. Pada periode 2012-2013, limbah
serpih bor yang sudah dimanfaatkan sebagai bahan batako sebanyak 3.940 m3.
Pemanfaatan serpih bor merupakan upaya CGS untuk mengurangi limbah B3 dari
pengeboran uap panas bumi khususnya yang berlokasi di kaki Gunung Salak,
Jawa Barat. Sebagai perusahaan swasta non–pemerintah pertama yang turut serta
dalam mengembangkan dan memanfaatkan panas bumi di Indonesia, CGS sebagai
salah satu bagian dari Chevron terus berupaya melakukan kegiatan yang
bertanggung jawab sosial dan selalu mematuhi hukum di wilayah setempat.
Sebagai perusahaan yang memiliki visi "Menjadi perusahaan energi global yang
diakui karena Karyawannya, Kemitraannya dan Kinerjanya”.
CGS telah mengoperasikan sumur uap panas bumi sejak tahun 1994 dan
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) sejak tahun 1997 di Gunung Salak,
Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor, Jawa Barat, menyadari bahwa penting
untuk mengolah serpih bor yang jumlahnya terus bertambah dengan konsep
pemberdayaan masyarakat.
Program pemanfaatan serpih bor memiliki tujuan untuk memanfaatkan serpih bor
yang berasal dari kegiatan pengeboran menjadi bahan konstruksi dengan
memberdayakan masyarakat sebagai kontraktor yang terlibat dalam kegiatan ini,
melalui program pelatihan pengembangan potensi bisnis lokal (Local Business
Development). Selain itu, program juga bertujuan untuk mengembangkan potensi
bisnis di lokasi sekitar perusahaan yaitu di Desa Kabandungan, Kecamatan
Kabandungan, Kabupaten Sukabumi; Desa Purwabakti, Kecamatan Pamijahan,
Kabupaten Bogor.
1. Batako dari Serpih Bor, Mengurangi Limbah, Menambah Pendapatan
Masyarakat
Program pengelolaan limbah B3 CGS dilaksanakan melalui kerjasama dengan
Laboratorium Struktur dan Bahan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB dan
Puslitbang PU Cileunyi Bandung. Berdasarkan hasil uji laboratorium, serpih bor
yang dihasilkan dapat dijadikan bahan pengganti agregat halus untuk kontruksi
beton ringan (struktural dan non struktural) sesuai dengan Standar Nasional
Indonesia (SNI).
Proyek pemanfaatan serpih bor yang dijalankan sudah melalui proses Chevron
Planning Development and Execution Project (CPDEP) yang meliputi tahap
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan kaji ulang secara berkesinambungan,
atau secara umum disebut proses Plan-Do-Check-Act (PDCA). Pada tahap awal
perencanaan, proyek ini melibatkan tim dari Operasi, Pemeliharaan, Enginering,
Drilling dan K3LL untuk mencari solusi yang tepat. Tahap pelaksanaan
PT. CHEIL JEDANG INDONESIA - Produksi Bersih
23
pemanfaatan serpih bor didukung oleh tim dari Policy Government and Public Affairs
(PGPA) dan Supply Chain Management (SCM). Intinya, CGS berupaya untuk
melibatkan semua pihak yang berkepentingan yang dapat mendukung tercapainya
sasaran program.
Proses tersebut di dukung dengan perizinan dari Kementerian Lingkungan Hidup
untuk mengolah limbah B3 melalui surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
(MENLH) dengan No. 178 tahun 2010. Setelah ijin ini dikeluarkan, proses
selanjutnya adalah persiapan di tingkat masyarakat dan pelatihan, serta
pemantauan. Masyarakat yang terlibat dalam pemanfaatan serpih bor selain
didampingi dalam proses pengorganisasian oleh Tim Community Development
perusahaan, juga didorong untuk membentuk tim usaha yang kemudian dalam
pelaksanaan pengolahan serpih bor disebut kontraktor.
Kontraktor yang terlibat dalam kegiatan pemanfaatan serpih bor ini diberi
pembekalan ilmu mengenai karakteristik serpih bor, komposisi campuran bahan,
prosedur K3, alat pelindung diri (APD), penanganan bahan kimia dan pengelolaan
limbah. Program pelatihan pengembangan potensi bisnis perusahaan kecil dan
program kemitraan usaha ini sudah berjalan sejak tahun 2008 dan
berkesinambungan dengan visi menciptakan masyarakat lokal yang mandiri.
Proses pembuatan batako dilakukan bersama dengan kelompok unit usaha
masyarakat di desa-desa
yang didampingi oleh perusahaan yaitu Desa
Kabandungan dan Purwabakti. Pada periode 2012, CGS telah memanfaatkan
sebanyak 3.940 m3 limbah serpih bor yang di buat batako oleh kelompok
masyarakat. Batako yang dihasilkan dibeli oleh perusahaan untuk membuat
bangunan, jalan, dan lainnya.
Dalam hal pembuatan batako, kegiatan ini terintegrasi dengan program
pengembangan masyarakat dan Local Business Development (LBD), dimana batako
dari pemanfaatan serpih bor ini diproduksi oleh salah satu vendor hasil binaan
LBD program. Vendor LBD tersebut telah memperoleh pelatihan terlebih dahulu
dari supplier agar mampu menghasilkan produk yang memenuhi spesifikasi yang
telah ditetapkan.
Gambar 1. Pemanfaatan Serpih Bor di Chevron Geothermal Salak Ltd.
24
PT. CHEIL JEDANG INDONESIA - Produksi Bersih
2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran
CGS telah berhasil mengelola dan memanfaatkan serpih bor menjadi batako yang
dimanfaatkan untuk dinding penahan tanah, saluran drainase, bangunan gedung
tempat tinggal karyawan dan dimanfaatkan untuk pengerasan jalan. Dan menjadi
salah satu sumber penghasilan masyarakat di dua desa di sekitar lokasi yaitu Desa
Kabandungan dan Desa Purwabakti. Program ini juga sudah berhasil mengurangi
limbah perusahaan, sekaligus dapat menambah pendapatan masyarakat dengan
berhasil dimanfaatkan 3.940 m3 serpih di periode 2012-2013.
Keberhasilan program tidak terlepas dari rangkaian persiapan program termasuk
perizinan pengelolaan limbah B3 dari Kementerian Lingkungan Hidup yang ditandai
dengan Keputusan MENLH 178/2010. Selain itu, pelibatan masyarakat menjadi
kunci utama program, yang melahirkan keahlian dan dukungan untuk pengeloaan
selanjutnya.
PT. CHEIL JEDANG INDONESIA - Produksi Bersih
25
PT. EPSON BATAM, KEPULAUAN RIAU
Mengolah Limbah Tinta, Atasi Pemborosan Air Tanah
Sejak tahun 2008, PT. EPSON Batam (EB) berupaya menerapkan penghematan air
melalui pengolahan tinta sebagai upaya perusahaan mengatasi persoalan
keterbatasan air bersih di Batam selain untuk mengatasi pencemaran. Dari
pengolahan air tinta yang telah dilakukan selama periode 2008-Juni 2013,
perusahaan mampu mengurangi buangan limbah tinta hingga 2.412.435 liter dan
biaya hingga Rp. 7.852.475.925, serta pengurangan pemakaian air tanah
2.412.435 liter atau senilai Rp. 44.871.291. Penghematan tersebut digunakan juga
untuk membantu mengatasi kesulitan air di masyarakat sekitar.
Kebutuhan akan air cenderung semakin meningkat dari waktu ke waktu. Sama
halnya di pulau Batam dimana sampai saat ini kebutuhan air mengandalkan
sumber air danau untuk keperluan hidup masyarakat sehari-hari dan juga
kebutuhan industri. Ketersediaan sumber daya air danau dikhawatirkan tidak
akan mencukupi seiring bertambahnya jumlah penduduk serta jumlah pabrik
industri yang beroperasi di pulau Batam. Berdasarkan data Dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil kota Batam, diketahui jumlah penduduk kota Batam hingga
Maret 2013 mencapai 1.249.650 jiwa. Oleh karena itu perlu adanya upaya dan
partisipasi aktif dari semua pihak dalam menjaga keberadaan dan
keberlangsungan sumber daya air yang ada di pulau tersebut. Salah satu upaya
yang dapat dilakukan adalah dengan menghemat penggunaan air untuk
kebutuhan sehari-hari serta melaksanakan program-program berbasis lingkungan
terutama bagi pelaku industri.
EPSON Batam (EB) sebagai salah satu perusahaan di bidang perakitan komponen
elektronika, selalu berupaya menyelaraskan kegiatan industri dengan lingkungan
sekitar. Perusahaan yang berdiri pada tahun 1991 dan tergabung dalam afiliasi
Epson Singapore Group (SEPG) hingga saat ini menghasilkan produk berupa
Scanner, IC module, Catridge Mold serta tinta cartridge. Seluruh kegiatan
operasional dan produksi PT. EPSON Batam dilaksanakan di Kawasan Industrial
Batamindo, Kepulauan Riau, kebutuhan perusahaan akan air dan listrik
disediakan oleh pihak kawasan. Produksi cartridge dimulai sejak tahun 2005,
dimana EB hanya merakit cartridge dengan tinta yang di-supply dari SEC.
Tingginya tingkat produksi tinta cartridge membuat perusahaan melakukan
ekspansi. Pada tahun 2009, EB mengembangkan produksi cartridge-nya dengan
menambah satu section di dalam Departmen IK Produksi. Section tersebut
bernama Ink Blending, Hal ini berarti EB akan mengolah dan memprodiksi tinta
sendiri yang kemudian dirakit menjadi Ink Cartridge.
Penambahan Kegiatan pengolahan tinta yang dilakukan sendiri oleh perusahaan
akan memberikan manfaat yang besar bagi proses produksi ink cartridge, namun
akan berbanding terbalik terhadap besar buangan limbah dan volume pemakaian
air. Dalam proses pengolahan tinta ini perusahaan membutuhkan pasokan air
bersih yang cukup banyak untuk proses pembuatan tinta, pencucian alat-alat dan
wadah yang digunakan untuk mengolah tinta, proses pengecekan kualitas di
laboratorium, dan lain sebagainya. Tingginya aktivitas tersebut sebanding dengan
tingginya angka buangan limbah cair tinta yang dihasilkan. Berdasarkan data
rekaman jumlah limbah B3 FFD Department, di ketahui bahwa perusahaan
menghasilkan limbah tinta rata-rata sebanyak 53.000 liter setiap bulannya (Data
26
PT. EPSON BATAM - Produksi Bersih
pengolahan limbah IWWTP FFD Department). Tingginya angka buangan limbah
tinta tersebut akan berimbas kepada tingginya biaya untuk pembuangan limbah
ke pihak pengolah akhir.
1. Olah limbah Cair Atasi Pemborosan Air
Dengan hanya mengandalkan satu sumber, yaitu air danau di kawasan industri
Batamindo, tentunya akan menjadi kendala bila EB menambah section-nya.
Berawal dari pertimbangan tingginya penggunaan air, pihak manajemen EB
berupaya untuk mengurangi meningkatnya pemakaian air bersih serta menekan
tingginya buangan limbah cair dengan cara mengolah buangan limbah cair tinta
yang dihasilkan. Upaya tersebut diimplementasi dengan pengadaan mesin
pengolah limbah tinta pada tahun 2008. Mesin dirancang dan dibangun menjadi
suatu rangkaian sistem pengolah limbah tinta yang selanjutnya memisahkan
limbah tinta dengan air. Limbah tinta yang dihasilkan membentuk lumpur tinta
dan air yang telah dipisahkan akan diolah sehingga dapat digunakan kembali.
Kehadiran mesin tersebut dapat memberi dua manfaat sekaligus bagi perusahaan,
yaitu: penekanan jumlah buangan limbah tinta, dan penekanan pemakaian air
bersih. Rangkaian sistem pengolah limbah cair tinta ini disebut dengan Ink Waste
Water Treatment Plant (IWWTP).
Prinsip dasar dari sistem pengolahan limbah cair tinta ini menggunakan prinsip
penguapan (evaporasi). Seluruh proses pengolahannya melewati tiga tahapan.
(1) Tahap pertama, semua limbah cair tinta hasil produksi dikumpulkan dan
dialirkan ke dalam sebuah bak penampungan (underground tank). Bak
penampung tersebut memiliki kapasitas untuk menampung limbah cair tinta
hingga 4 m3. Limbah cair tinta tersebut berasal dari berbagai ruang produki
seperti Ink Blending, IK Production, LFP Production, CISS Production, dan IK
QA Lab. Setiap ruang produksi yang menghasilkan limbah cair tersebut akan
dibuatkan tempat pencucian khusus limbah cair tinta, selanjutnya limbah cair
tersebut akan ditampung di dalam bak penampungan sementara yang telah
dilengkapi dengan pompa air. Pompa air dilengkapi dengan sensor tingkat
volume, jika volume telah mencapai batas, secara otomatis limbah cair tersebut
akan dialirkan ke underground tank. Setiap bak penampung tersebut akan
memiliki pipa saluran masing-masing menuju underground tank yang telah
dilengkapi dengan flowmeter, sehingga jumlah limbah yang dihasilkan setiap
harinya dapat dikontrol dengan baik. Diketahui bahwa rata-rata limbah tinta
yang dihasilkan mencapai 55.000 L setiap bulannya (Data Pengolahan IWWTP
tahun 2008-2013). Dari underground tank limbah cair tinta akan dialirkan dan
ditampung di tangki penampungan (sump tank). Sump tank memiliki kapasitas
volume sebanyak 7,5 m3 dan dilengkapi dengan sensor volume maksimal,
secara otomatis limbah cair tinta akan mengalir dari underground tank ke sump
tank.
(2) Tahap kedua adalah proses penguapan (evaporasi). Pada tahap ini limbah cair
akan dipanaskan untuk memisahkan antara air dan endapan tintanya. Limbah
cair tinta tersebut akan dipanaskan didalam boiler (ketel uap) yang dilengkapi
dengan heat exchanger sebagai pengontrol suhu. Ketel uap ini dikondisikan
pada suhu 20°C-35°C dengan tekanan 50 mBar. Uap air yang dihasilkan akan
mengalir melewati kondensor sehingga mengembun membentuk air yang
kemudian dialirkan ke aeration tank. Satu siklus penguapan membutuhkan
waktu 106 jam, dimana 96 jam untuk proses penguapan serta pengisian
(boiling & loading) dan 10 jam untuk proses pendinginan.
PT. EPSON BATAM - Produksi Bersih
27
(3) Tahap ketiga adalah proses aerasi yang bertujuan untuk meningkatkan
konsentrasi oksigen di dalam air limbah untuk memperoleh air yang bersih.
Kadar oksigen yang cukup akan menurunkan konsentrasi zat organik yang
terkandung didalam air limbah dan juga bermanfaat untuk proses oksidasi
senyawa-senyawa kimia yang terkandung dalam limbah tersebut serta dapat
mengurangi bau. Uap air hasil proses penguapan limbah cair tinta dialirkan ke
aeration tank. Disana terdapat alat digital untuk mengontrol kadar oksigen
(D/O) dan pH, pH air tersebut dikontrol agar mendapatkan air yang pH nya
netral (6-8). Air olahan yang diperoleh dari hasil pengolahan limbah cair tinta
tersebut ditampung di dalam tangki penampungan akhir (Dillution Tank) dan
dialirkan bak penampungan air yang kemudian dimanfaatkan untuk bilasan
toilet. Sebelum air tersebut digunakan kembali, air tersebut diuji oleh badan
yang sudah tersertifikasi dalam laboratorium untuk memastikan bahwa
kandungan air tersebut aman untuk digunakan dan buangannya tidak
mencemari lingkungan. Pengecekan tersebut dilaksanakan setiap 6 bulan
sekali. Selain itu FFD Department juga melakukan control pH terhadap air
tersebut setiap harinya.
Pada saat proses penguapan limbah cair tinta, di dalam ruang uap dikondisikan
suhu dan tekanannya sesuai dengan titik didih air. Sehingga akan menyisakan
endapan lumpur tinta. Lumpur tinta tersebut dialirkan melalui keran dan
ditampung di dalam drum-drum penampung limbah. Drum tersebut kemudian
dikemas untuk dibuang ke pihak ketiga. Seluruh proses pengolahan limbah cair
tinta tersebut tergambar dalam diagram alir proses pengolahan limbah tinta pada
Gambar 1.
Gambar 1. Diagram Alir Proses Pengolahan Limbah Tinta
Berdasarkan data rekaman hasil pengolahan limbah cair tinta dari tahun 2008
hingga tahun 2013 (bulan Juni), mesin pengolah limbah ini telah mengolah limbah
cair tinta sebanyak 2.578.018 L. Dari 2.578.018 L limbah cair tinta yang diolah
menghasilkan air olahan sebanyak 2.412.435 L dan buangan limbah menjadi
hanya 165.583 L. Sehingga diketahui bahwa efisiensi dari sistem pengolahan
limbah cair tinta ini mampu menekan jumlah hasil limbah tinta hingga 93% setiap
tahunnya (Data bulanan pengolahan IWWTP 2008-2013). Efek nyata yang dapat
28
PT. EPSON BATAM - Produksi Bersih
dirasakan oleh perusahaan dari tahun 2008 hingga Juni 2013 adalah perusahaan
mampu mengurangi buangan limbah tinta hingga 2.412.435 L dan biaya hingga
Rp. 7.852.475.925. Sebuah angka yang sangat besar mengingat biaya
pembuangan limbah yang sangat tinggi dan juga mampu menurunkan beban
pencemaran terhadap lingkungan. Efisiensi pengolahan limbah cair tinta terhadap
buangan limbah tinta digambarkan pada Gambar 2.
Selain mengurangi buangan limbah tinta, manfaat lain yang dirasakan oleh
perusahaan adalah perusahaan mampu mengurangi pemakaian air bersih. Dari
hasil pengolahan limbah cair tinta dari tahun 2008 hingga Juni 2013, perusahaan
mampu mengurangi pemakaian air sebanyak 2.412.435 L atau senilai Rp.
44.871.291 (Data Bulanan Pengolahan Limbah tahun 2008-Juni 2013) Angka
tersebut akan sangat berarti jika hasil penghematan air yang telah dilakukan
perusahaan diperuntukkan untuk pemakaian air di masyarakat sekitar.
Gambar 2. Grafik Efisiensi Pengolahan Limbah Tinta terhadap Buangan
Limbah Tinta
Disamping memberikan banyak manfaat terhadap perusahaan, mesin ini juga
memiliki kelebihan dalam proses pengoperasiannya. Dalam setiap prosesnya mesin
ini tidak membutuhkan perlakuan dan perhatian khusus sehingga tidak
membutuhkan banyak tenaga kerja, selain itu mesin ini tidak membutuhkan
pengawasan khusus dan terus menerus. Dengan perawatan dan pengecekan
secara berkala terhadap mesin evaporator serta sensor level volume dalam ketel
uap akan membuat mesin tetap terjaga dan mempertahankan kondisi mesin
dalam jangka waktu yang lama. Penggunaan air olahan limbah cair tinta ini untuk
bilasan toilet hingga saat ini tidak mengalami kendala yang berarti. Tidak ada
keluhan dari para karyawan yang menggunakan toilet tersebut. Mereka tetap
dapat menggunakan toilet tersebut dengan nyaman tanpa terganggu dengan
penggunaan air olahan.
Upaya penekanan jumlah buangan limbah dan pemakaian air bersih yang telah
dilakukan merupakan salah satu bentuk kepedulian EB terhadap keberadaan dan
keberlangsungan sumber daya air di pulau Batam. Selain pemanfaatan mesin
PT. EPSON BATAM - Produksi Bersih
29
IWWTP untuk kegiatan penghematan penggunaan air, perusahaan juga
melakukan beberapa kegiatan lain diantaranya: perusahaan menerapkan
pemakaian keran air sensor manusia (human sensor) di ruang-ruang produksi,
mengganti keran air yang ada di tempat-tempat umum seperti mushola dengan
keran spray dan mengatur debit airnya, untuk penggunaan flushing toilet,
perusahaan menerapkan tanki air dengan tuas otomatis, di beberapa ruang
produksi untuk membersihkan tangan dari debu tidak disediakan keran air
melainkan menggunakan stikimat, sehingga air dapat dimanfaatkan secara hemat
dan tepat. Penghematan sumber daya alam air melalui efisiensi merupakan tujuan
jangka panjang perusahaan dalam upaya menjaga keberlangsungan sumber daya
air.
Seluruh program dilaksanakan dengan menggunakan metode Plan Do Check Act
(PDCA). Pencapaian target yang telah diperoleh perusahaan di evaluasi per
semester setiap tahunnya sehingga target yang akan ditetapkan di tahun
berikutnya dapat meningkat. Kegiatan CSR lingkungan yang telah dilaksanakan
oleh perusahaan, mendapat respon positif dari berbagai kalangan, baik dari
instansi pemerintah, swasta serta masyarakat sekitar. Sebagai bentuk apresiasi
Pemerintah Kota Batam memberikan penghargaan sebagai perusahaan pengelola
lingkungan terbaik untuk kategori industri elektronik se kota Batam. Penghargaan
ini diraih oleh EB selama empat tahun berturut-turut (2008-2012). Selain itu,
perusahaan juga mendapatkan peringkat biru selama 3 tahun berturut-turut
untuk program PROPER yang diadakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup. Hal
ini menunjukkan bahwa perusahaan telah berhasil memenuhi tingkat kepatuhan
terhadap Undang-Undang Lingkungan Hidup yang berlaku. Pada tahun 2013,
perusahaan juga memperoleh penghargaan sebagai pengelola lingkungan terbaik
kategori industri elektronika dari Gubernur Kepulauan Riau. Sedangkan di tingkat
afiliasi Epson, EB juga telah meraih penghargaan empat kali berturut-turut (20052008), dalam ajang penghargaan Environmental Management Award (EMA) yang
diadakan oleh Epson pusat di Jepang.
2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran
Penggunaan mesin dengan teknologi yang baik serta pelibatan karyawan dalam
menerapkan penghematan air serta penyadaran tentang penting nya
menyelamatkan air di Batam menjadi salah satu faktor sukses keberhasilan
program CSR Produksi Bersih dari EB. Bahkan para karyawan dari EB sendiri
turut merasakan dampak yang ditimbulkan dari upaya pengelolaan limbah tinta
dan penghematan air yang dilakukan perusahaan,
(1) “Dulu seluruh limbah berbahaya hasil produksi langsung dikirim ke pihak
ketiga. Biaya yang dibutuhkan untuk sekali pengangkutan sangat besar,
apalagi dalam sebulan bisa mengirim 2-3 kali. Namun, setelah
menggunakan mesin ini, kami sanggup mengurangi buangan limbahnya,
serta biaya pengirimannya pun dapat kami kurangi sampai 95% dibanding
sebelumnya. Sebuah pencapaian yang besar bagi perusahaan” (Novi ArdiFFD Department)
(2) Dengan adanya mesin ini perusahaan bisa mengurangi jumlah pemakaian
air bersih yang bersumber dari danau sehingga akan menambah jumlah
cadangan air yang bisa digunakan oleh masyarakat Batam (Slamet
Harijayadi – Karyawan Epson)
(3) Program ini sangat bagus, selain bisa bermanfaat untuk perusahaan, juga
bermanfaat untuk masyarakat Batam. Disamping itu kualitas air yang
dihasilkan dari proses pengolahan ini tidak jauh berbeda dengan air bersih,
30
PT. EPSON BATAM - Produksi Bersih
sehingga karyawan merasa aman dan nyaman untuk menggunakannya.
Diharapkan ke depannya bisa memenuhi seluruh kebutuhan domestik
perusahaan sehingga perusahaan bisa mengurangi konsumsi air bersih
(Ikhtiyar Wicaksono – Karyawan Epson).
PT. EPSON BATAM - Produksi Bersih
31
PT. NIPPON SHOKUBAI INDONESIA, KECAMATAN CIWADEN
CILEGON, BANTEN
Minimalisasi Buangan Air Limbah Produksi
Sejak tahun 2008, Nippon Shokubai Indonesia (NSI) telah mengembangkan
beberapa teknologi untuk memproses limbah cair yang dihasilkan pada setiap
tahapan produksinya. Minimalisasi buangan air limbah dilakukan pada proses
absorbsi gas Acrylic Acid sebesar 1.628 m3/tahun, pada proses absorbsi gas HCl di
kolom deodorisasi sebesar 8.688 m3/tahun dan proses backwash (pencucian balik)
sebesar 3.009 m3/tahun.
NSI merupakan perusahaan Petrokimia yang memproduksi Acrylic Acid Acrylic
Ester & Super Absorbent Polymer, berlokasi di Kecamatan Ciwaden, Cilegon,
Provinsi Banten. Komitmen perusahaan terhadap lingkungan tercantum dalam
corporate philosophy “Techno Amenity” yang salah satunya dilaksanakan dalam
bentuk upaya meminimalisasi air limbah yang dihasilkan dari proses produksi dan
mengolahnya kembali menjadi air yang dapat digunakan dalam proses produksi
berikutnya.
1. Tiga Proses Meminimalisasi Air Limbah
a. Daur Ulang Air Proses sebagai Air Pengabsorbsi (Recycled Process Waste
Water As Absorbing Water).
Proses meminimalisasi limbah air dilakukan dengan menggunakan kolom
absorbs yang berfungsi untuk mengabsorbsi gas Acrylic Acid hasil atau
keluaran reaktor oksidasi. Proses tersebut menggunakan air sebagai media
absorbsinya, komponen air absorbsi terdiri atas air hasil proses demineralisasi
(polished water) dan air limbah hasil proses pemurnian. Di tahap proses
pemurnian, air yang terkandung dalam cairan Acrylic Acid akan dipisahkan,
dimana nantinya sebagian air limbah hasil pemurnian tersebut akan dipakai
kembali sebagai air absorbsi.
Persentase air limbah yang bisa di pakai ulang untuk proses absorbsi di kolom
absorbsi dinaikkan sekitar 5% dari sebelumnya. Adanya program ini telah
mengurangi jumlah air limbah kurang lebih sebesar 1.628 m3/tahun.
Tabel 1. Kondisi Rasio Pengurangan Air Limbah Pada Kondisi Sebelum dan
Sesudah
Kondisi
Aspek
Satuan
Sebelum Sesudah
R/C rasio daur ulang
%
57
63
Total air pengabsorbsi
m3/jam
4.6
4.7
R/C rasio air pengabsorbsi
m3/jam
2.6
3.0
Air yang diperlukan
m3/jam
2.0
1.8
Reduksi
m3/jam
0.2
m3/ tahun
1628
32
PT. NIPPON SHOKUBAI INDONESIA - Produksi Bersih
Gambar 1. Kolom Absorbs Gas Acrylic Acid
b. Pengurangan Air Industri Di Tangki Deodorasi HCL (Industrial Water
Reduction In Hcl Tank Deodorization)
Tangki deodorasi HCL merupakan tangki penampungan HCl (Asam
Klorida) dilengkapi dengan kolom deodorisasi. Kolom tersebut
menggunakan air sebagai media untuk proses absorbsi gas HCl. Pada
mulanya air sebanyak 1 m3/jam dipasok secara terus menerus pada
kolom tersebut. Bagian ini ditujukan untuk mengurangi jumlah limbah
air hasil proses absorbsi gas HCl di kolom deodorisasi.
Tim produksi bekerjasama dengan tim dari Keselamatan dan
Lingkungan melakukan identifikasi dan tes terhadap kolom absorbsi gas
HCl. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pada kondisi normal,
emisi gas HCl ke atmosfer masih jauh dibawah nilai ambang batas.
Dengan kata lain, air tersebut dapat digunakan hanya pada saat
pengisian HCl dari lorry ke tangki penampungan sehingga tidak perlu
menambah air secara kontinyu ke kolom absorbsi.
Kegiatan yang telah dilakukan sejak tahun 2009 berhasil mengurangi
jumlah limbah sebesar 8.688 m3/ tahun.
Tabel 2. Pengurangan Konsumsi Air dari Proses Tangki Deodorisasi
HCL
Aspek
Konsumsi
Air
satuan
Rata-rata laju alir
m3/jam
Total
m3/tahun
Reduksi
m3/tahun
Kondisi
sebelum
sesudah
1
8700
12
8.688
PT. NIPPON SHOKUBAI INDONESIA - Produksi Bersih
33
c.
Peningkatan Waktu Kerja Dual Filter (Increasing Of Dual Filter Service)
Sejak tahun 2010, perusahaan melakukan proses peningkatan
teknologi dengan memaksimalkan kinerja Dual Filter unit dan
mengurangi air limbah yang dihasilkan pada saat proses backwash
(pencucian balik).
Dual Filter adalah salah satu bagian dari unit pengolahan air yang
berfungsi untuk menyaring (filtrasi) padatan tersuspensi yang terdapat
pada air baku. Setelah beberapa kali beroperasi dalam kurun waktu
tertentu,
unit
ini
membutuhkan
proses
backwash
untuk
mengoptimalkan kembali kinerjanya. Satu kali proses backwash
membutuhkan air dalam jumlah yang cukup banyak yang selanjutnya
air tersebut akan dibuang sebagai limbah.
Tim produksi telah melakukan identifikasi dan tes untuk mengurangi
jumlah air limbah pada waktu proses backwash dengan jalan
menambah waktu kerja unit dual filter dari 11 jam menjadi 15 jam.
Kegiatan ini dapat mengurangi jumlah air limbah kurang lebih sebesar
3.009 m3/tahun.
Tabel 3. Pengurangan Air Limbah dengan Dual Filter
Aspek
Service timer
Frekuensi pencucian
Pencucian total
Konsumsi air
Reduksi
kondisi
sebelum sesudah
satuan
Jam
kali/hari
kali/tahun
m3/tahun
m3/tahun
Gambar 2. Dual Filter
11
2.0
161
11285
15
2.8
118
8276
3009
Gambar 3. Pembangkit
Listrik Co Gen
Selain itu, ada beberapa hal lain yang juga menjadi bahasan mengenai
program pengurangan air limbah, diantaranya:
(1) Mengurangi down time/shutdown proses produksi karena
Emergency Shutdown.
(2) Mengubah metode cleaning/ pencucian alat produksi.
34
PT. NIPPON SHOKUBAI INDONESIA - Produksi Bersih
Tim produksi telah melakukan beberapa perubahan mengenai metode
pembersihan. Namun, air limbah yang dihasilkan tidak terlalu jauh
berbeda dengan sebelumnya. Bahasan selanjutnya adalah bagaimana
mengurangi frekuensi emergency shutdown. Pasokan listrik yang
cenderung kurang stabil menyebabkan terjadinya plant emergency
shutdown.
Untuk itu, perusahaan telah berinvestasi membangun pembangkit
listrik-Co-Gen (GTG- HRSG) plant sebagai upaya untuk mengatasi
ketidakstabilan pasokan listrik sekaligus menyumbang tambahan
supply steam ke area proses. Co-gen ini telah beroperasi sejak tahun
2008. Dengan adanya Co-Gen plant diharapkan kestabilan proses
produksi akan terjaga dan sebagai dampak tidak langsungnya adalah
mengurangi jumlah air limbah hasil pencucian.
2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran
Bagi perusahaan kepedulian terhadap limbah memberikan manfaat lain, yaitu
ketersediaan air untuk produksi lebih terjaga, para karyawan mendapatkan
informasi dan pengetahuan dengan dijalankannya sistem produksi bersih
terutama penghematan air.
Petikan pembelajaran yang didapat dari penerapan program ini antara lain:
x Diperlukan sumberdaya manusia yang memiliki keahlian dan ketrampilan
dalam mengoperasikan alat berteknologi tinggi.
x Disiplin yang tinggi dari semua karyawan bukan hanya tim produksi namun
juga tim lain
x Monitoring yang dilakukan perusahaan membantu pelaksanaan program
dengan lebih baik.
PT. NIPPON SHOKUBAI INDONESIA - Produksi Bersih
35
36
BAB II.
KANTOR RAMAH LINGKUNGAN
37
38
PT. BIO FARMA (PERSERO), BANDUNG, JAWA BARAT
Satu Peluru, Dua Sasaran: Penerapan Kantor Ramah Lingkungan Melalui
Program Penghematan Energi Listrik
Penerapan kantor ramah lingkungan di PT. Bio Farma yang berlokasi di Jl Pasteur
Bandung, Jawa Barat ternyata mampu berkontribusi secara signifikan terhadap
penghematan listrik perusahaan, pada tahun 2011 total penghematan sebesar
202,88 Mwh dan pada tahun Juni 2013 meningkat menjadi 205,99 Mwh. Seiring
dengan makin meningkatnya jumlah pencapaian penghematan energi, maka
semakin tinggi pula jumlah emisi gas rumah kaca yang berhasil diminimalisasi
oleh Bio Farma, yakni dari 147,09 ton CO 2 ekuivalen menjadi 149,34 ton
CO 2 ekuivalen per bulan.
Energi listrik dibutuhkan dalam kegiatan operasional industri manufaktur,
termasuk Bio Farma yang merupakan Badan Usaha Milik Negara produsen vaksin
dan antisera satu–satunya di Indonesia. Kebutuhan listrik digunakan untuk
kegiatan utama yang menghasilkan produk dan kegiatan– kegiatan penunjang
produksi seperti administrasi dll. Bio Farma menyadari bahwa penggunaan energi
secara efisien adalah salah satu indikator baiknya kinerja kegiatan operasional
perusahaan. Bio Farma berkomitmen untuk melaksanakan proram–program
penghematan energi listrik, selain dalam rangka peningkatan efisiensi produksi,
penghematan biaya listrik, juga sebagai bentuk tanggungjawab sosial perusahaan
untuk berkontribusi dalam upaya mitigasi perubahan iklim. Program ini selaras
dengan visi perusahaan “Menjadi Produsen Vaksin dan Anti Sera Kelas Dunia yang
Berdaya Saing Global”, Bio Farma percaya bahwa sebagai pelaku bisnis yang
produknya melayani kebutuhan kesehatan dunia di pasar internasional, harus
memiliki perhatian terhadap dampak lingkungan dari kegiatan operasionalnya
termasuk isu–isu lingkungan skala internasional di antaranya perubahan iklim.
1. Merancang Penghematan Energi Listrik
Bio Farma menganut konsep green industry sehingga semua aspek kegiatan
operasional perusahaan dirancang dan dilakukan agar menghasilkan dampak
lingkungan seminimal mungkin. Standard pengelolaan lingkungan yang dianut
oleh Bio Farma adalah beyond compliance, yang artinya Bio Farma tidak cukup
hanya patuh terhadap persyaratan dan regulasi lingkungan, namun juga aktif
melakukan program–program lingkungan untuk mencapai best practice
pengelolaan lingkungan. Komitmen dari manajemen puncak yang berlaku bagi
seluruh bagian perusahaan dituangkan dalam 9 Kebijakan Perusahaan yang salah
satunya berbunyi “Penghematan Energi dan Sumber Daya Alam”. Dengan dasar
kebijakan tersebut, disusunlah program penghematan energi dengan mengacu
kepada siklus P (Plan), D (Do), C (Check), A (Act) sesuai dengan standar sistem
manajemen lingkungan ISO 14001:2004.
Perencanaan penghematan energi dilakukan secara jangka panjang. Hingga saat
ini Bio Farma telah memiliki rencana penghematan energi hingga tahun 2015.
Program penghematan energi dilaksanakan oleh suatu tim teknis yang dibentuk
oleh Direksi yakni Team Energy Saving dengan Divisi Umum dan CSR, serta Divisi
Teknik dan Pemeliharaaan sebagai penunjang program penghematan energi.
Implementasi program penghematan energi dilaporkan oleh tim teknis kepada
PT. BIO FARMA - Kantor Ramah Lingkungan
39
direksi untuk kemudian disusun program
improvement program penghematan energi.
berikutnya
sebagai
continual
Kegiatan-kegiatan penghematan energi Bio Farma telah berhasil mencapai efisiensi
penggunaan energi seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 1. Kegiatan Penghematan Energi Listrik di PT. Bio Farma
No
Program
Mwh/Bulan
1
Timer control AHU
176,64
2
Inverter pompa chiller gedung pengemasan
4,10
3
Inverter pompa chiller gedung PGPC
4,50
4
Inverter dan night mode LAFU
7,30
5
Refrigerant musicool
1,18
6
Lampu LED
0,31
7
Penerangan taman dengan solar cell
1,19
Program penghematan listrik tidak hanya berkontribusi pada penghematan energi,
namun juga berkontribusi pada mitigasi perubahan iklim. Kegiatan pembangkitan
listrik dilakukan dengan pembakaran bahan bakar fosil. Dengan demikian,
keberhasilan penghematan listrik juga berkontribusi mengurangi emisi gas rumah
kaca keatmosfer. Berdasarkan data faktor emisi bahwa emisi sebesar 0,725 ton
CO 2 ekuivalen untuk setiap pembangkitan 1 Megawatt listrik di jaringan
pembangkitan listrik Jawa-Madura-Bali1, maka minimalisasi emisi gas rumah
kaca yang dicapai oleh Bio Farma per bulan dapat dikalkulasi dan hasilnya
ditampilkan pada Tabel 2. berikut.
Tabel 2. Penghitungan Pengurangan Emisi Karbon dari Kegiatan Penghematan
Listrik
No
Program
Ton
CO 2 equivalent
1
Timer control AHU
2
Inverter pompa chiller gedung pengemasan
2,98
3
Inverter pompa chiller gedung PGPC
3,26
4
Inverter dan night mode LAFU
5,30
5
Refrigerant musicool
0,86
6
Lampu LED
0,22
7
Penerangan taman dengan solar cell
0,86
1
128,06
Anonim, 2012, Draft Petunjuk Teknis Penghitungan Emisi GRK di Sektor Industri, http://apki.net/wpcontent/uploads/2013/05/Draft-Petunjuk-Teknis-Penghitungan-Emisi-GRK-di-Sektor-industri.pdf
diakses
tanggal 22 September 2013
40
PT. BIO FARMA - Kantor Ramah Lingkungan
Program penghematan listrik ditunjang pula dengan promosi kesadaran dan
perilaku karyawan untuk mematikan alat–alat listrik seperti AC, komputer, lampu
penerangan ruangan, dan lain–lain yang tidak diperlukan saat selesai bekerja.
Selain itu, telah dipasang pula timer dispenser yang secara otomatis akan
memutus aliran listrik ke dispenser air minum selama 8 jam di malam hari.
Program penghematan listrik Bio Farma terus dikembangkan, baik penambahan
jumlah alat pada program yang sama, maupun penambahan program–program
baru. Hasilnya, pencapaian penghematan energi pun terus meningkat. Pada bulan
Juni 2013, total penghematan listrik Bio Farma tercatat sebesar 205,99Mwh, naik
dari sebesar 202,88 Mwh pada awal tahun 2011.
Gambar 1. Grafik Pencapaian Efisiensi Energi
Seiring dengan makin meningkatnya jumlah pencapaian penghematan energi,
maka semakin tinggi pula jumlah emisi gas rumah kaca yang berhasil
diminimalisasi oleh Bio Farma, yakni dari 147,09 ton CO 2 ekuivalen menjadi
149,34 ton CO 2 ekuivalen per bulan.
Gambar 2. Grafik Minimalisasi Gas Rumah Kaca dari Penghematan Energi
PT. BIO FARMA - Kantor Ramah Lingkungan
41
2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran
Manfaat yang paling dirasakan dari penghematan listrik adalah perusahaan dapat
mengurangi biaya pembayaran listrik sebesar kira-kira Rp 269.846.900. selain itu
juga proses upaya penghematan yang melibatkan semua karyawan dalam
pelaksanaannya mendorong disiplin karyawan, seperti mematikan listrik bila tidak
diperlukan, sehingga menjadi kebiasaan.
Keberhasilan program didukung kebijakan dari manajemen puncak yang
dituangkan dalam 9 poin budaya perusahaan yang mengikat dan berlaku bagi
seluruh bagian perusahaan, bahkan mengalokasikan anggaran untuk mendukung
proses penghematan listrik tahun 2012 anggaran yang dialokasikan sebesar Rp.
1.756.750.000,00 sementara pada Tahun 2013, anggaran penghematan energi
meningkat dua kali lipat menjadi sebesar Rp. 3.637.500.000,00.
Proses audit energi secara eksternal menjadi kunci keberhasilan lainnya,
mengingat perusahaan dapat merancang strategi untuk melakukan penghematan
di setiap unit dengan mengacu pada audit energi. Audit yang dilakukan secara
periodik setiap tiga tahunan memberi gambaran untuk memutuskan Act
berikutnya yakni perencanaan penghematan energi jangka panjang, dalam rangka
continual improvement.
Pada akhirnya, Bio Farma percaya bahwa program penghematan energi
sebenarnya adalah “Satu Peluru untuk Dua Sasaran”. Penghematan energi tidak
hanya berkontribusi pada penghematan beban pembiayaan listrik tetapi juga
minimalisasi emisi gas rumah kaca keatmosfer. Penghematan energi tidak hanya
didasari pada satu poin kebijakan perusahaan yakni Penghematan Energi dan
Sumber Daya Alam, namun juga merefleksikan poin lain kebijakan perusahaan
yakni Pengendalian Pencemaran. Bio Farma sebagai perusahaan yang
bertanggungjawab secara sosial dan lingkungan dan tanggap terhadap isu-isu
lingkungan global tidak hanya secara aktif melakukan mitigasi perubahan iklim
dengan meningkatkan sekuestrasi karbon melalui program penghijauan, namun di
sisi lain juga terus berupaya untuk mengurangi emisi gas rumahkaca di atmosfer.
Demikian adalah wujud komitmen Bio Farma sebagai perusahaan yang menuju
World Class Company yang tidak hanya bertanggungjawab terhadap negara,
lingkungan masyarakat lokal dan nasional, namun juga berpartisipasi aktif
mencegah katastrofi perubahan iklim yang bersifat global.
42
PT. BIO FARMA - Kantor Ramah Lingkungan
PT. KALTIM PRIMA COAL, KABUPATEN KUTAI TIMUR,
KALIMANTAN TIMUR
Dari Kompetisi Lingkungan Menuju Kantor Ramah Lingkungan
Penerapan program kompetisi green office (kantor ramah lingkungan) di Kaltim Prima
Coal (KPC) di Sangatta dan Bengalon, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan telah
berkontribusi menurunkan penggunaan energi listrik sebesar 2.320.106 kWh selama
periode 2011-2013. KPC juga telah mengolah sampah domestik menjadi kompos
sebesar 10 ton, memanfaatkan limbah toner sebesar 70% dari total penggunaan
sebanyak 925,64 Kg, pemanfaatan kemasan makanan sebesar 41,27% dari total
25,921 pak selama periode enam bulan di tahun 2013.
Sebagai perusahaan pertambangan yang dalam proses produksinya melibatkan unit
kerja baik dibawah langsung perusahaan maupun para kontraktor, tahun 2013,
tercatat memiliki sekitar 5.131 karyawan perusahaan dan 20.821 karyawan
kontraktor. Sejak tahun 2004 perusahaan telah mengembangkan program “Kompetisi
green office” dalam mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan serta mendorong
terciptanya kantor yang ramah lingkungan. Program dilatarbelakangi pentingnya
efisiensi sumber daya dan energi serta peningkatan kondisi lingkungan kerja yang
sehat untuk para karyawan. Pertimbangan tersebut mendorong munculnya inisiatif
kompetisi green-office (kantor ramah lingkungan) yang diselenggarakan oleh KPC.
Kegiatan Kompetisi green office menjadi bagian kebijakan perusahaan dan
ditandatangani langsung Presiden Direktur dan Chief Executive Officer pada tahun
2004.
Dalam lingkup organisasi perusahaan, penanggung jawab kegiatan tersebut adalah
Divisi Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan (K3L), Pembangunan
Berkelanjutan dan Keamanan. Kompetisi kantor ramah lingkungan sekaligus menjadi
bagian dari komitmen KPC terhadap pengelolaan lingkungan hidup, untuk mencapai
misi perusahaan, yaitu memupuk budaya yang mengutamakan keselamatan,
kesehatan, dan lingkungan dalam segala tindakan. Di sisi yang lain, program
kompetisi green office juga diharapkan dapat mendorong unit-unit kerja untuk
berinovasi dalam pengelolaan lingkungan di area perkantoran yang ada, sehingga
memberikan manfaat yang optimal bagi kelestarian lingkungan dan keekonomian
perusahaan. Keteladanan perilaku ramah lingkungan ini diharapkan dapat
terduplikasi di unit kerja yang lain di KPC dan Kontraktor sehingga dapat menjadi
benchmark bagi perusahaan tambang lainnya di Indonesia.
1. Proses Kompetisi Green Office
Proses penilaian lomba green office di KPC dilaksanakan dalam kurun waktu 5–6
minggu yang diawali dengan kegiatan sosialisasi kepada unit-unit kerja untuk
menjelaskan kriteria lomba dan jadwal pelaksanaan. Penilaian kompetisi green office
dilakukan dalam dua tahap oleh departemen lingkungan perusahaan: pertama,
penilaian terhadap isian kuesioner yang telah diisi oleh unit-unit kantor. Peserta
diberi waktu 2 (dua) minggu untuk proses pengisian kuesioner kompetisi ; tahap
kedua yaitu verifikasi lapangan. Verifikasi lapangan dilakukan terhadap shortlist yang
dihasilkan dari penilaian tahap pertama. Aspek-aspek yang dipertimbangkan dalam
penilaian untuk memilih pemenang kompetisi green office antara lain:
(1) Aspek pengelolaan sampah (pemilahan sampah, pengelolaan limbah kategori
limbah B3, penerapan konsep reuse-reduce-recycle).
(2) Aspek kebersihan dan kerapihan (kebersihan areal kerja, pengaturan areal kerja,
dan kebersihan fasilitas pendukung).
( )
PT. KALTIM PRIMA COAL - Kantor Ramah Lingkungan
43
p
g)
(3) Aspek perilaku karyawan yang ramah lingkungan, seperti pemanfaatan dan
penghematan listrik dan air.
(4) Aspek keanekaragaman hayati, berupa kegiatan penghijauan pada masing-masing
kantor, keanekaragaman jenis tanaman.
(5) Aspek menerapkan program-program peduli lingkungan yang dicanangkan KPC,
yaitu efisiensi energi (listrik).
Kerangka waktu dan gambaran komposisi peserta kompetisi green office
2 -3 minggu verifikasi lapangan & penjurian
1 minggu
Evaluasi Kuesioner
& Hasil Verifikasi
2 minggu
Sosialisasi Kritiea
Penilaian &
Kerangka Waktu
Batas Akhir
Penyampaian
Kuesioner
Batas Akhir
Verifikasi Lapangan
Penentuan
Pemenang
Pengumuman
Pemenang
Gambar 1. Kerangka Waktu Penilaian Program Green Office
30
20
10
0
Kontraktor
KPC
2012
2013
Gambar 2. Komposisi Peserta Green Office
Tahun 2011 kompetisi diikuti 9 peserta, tahun 2012 jumlah peserta meningkat
menjadi 47 unit kerja dan 22 unit masuk seleksi berdasarkan penilaian kuesioner
Sebanyak 11 unit kerja secara konsisten masuk dalam shortlist kandidat kompetisi
selama dua tahun berturut-turut, meskipun secara jumlah peserta belum
menunjukkan penambahan, namun hasil penilaian menunjukkan peningkatan nilai
rata-rata yang cukup signifikan, seperti disajikan pada Tabel 1. Berikut.
44
PT. KALTIM PRIMA COAL - Kantor Ramah Lingkungan
Tabel 1. Perbandingan Nilai Tahun 2011, 2012 dan 2013
No
1.
2.
3.
4.
Deskripsi
Tahun
2011
2012
2013
0
47
47
9
64.4
3
22
58,78
3
22
69,65
12
Jumlah kuesioner yang
disebarkan
Jumlah peserta kompetisi
Rata-rata nilai
Jumlah unit kerja dengan
nilai di atas >70
Kriteria penilaian di susun oleh tim gabungan sementara tim penilai berasal dari tim
lingkungan dan pimpinan.
2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran
Program kompetisi green office yang dikembangkan sejak tahun 2004, rupanya mulai
menunjukkan keberhasilan serta manfaat yang dirasakan langsung oleh perusahaan,
manfaat tersebut antara lain:
a. Perubahan Perilaku Karyawan Di Kantor
Karyawan perusahaan dan kontraktor sudah mulai terbiasa memilah sampah,
mematikan lampu dan AC pada saat tidak diperlukan, ke luar ruangan dalam waktu
lama, membawa tempat makan dan botol minum untuk mengurangi kemasan
makanan, meminimalisir penggunaan kertas dan tinta dengan mencetak di dua sisi
dan tidak dengan banyak huruf tebal, menanam jenis-jenis lokal di sekitar kantor, dll.
Gambar 3 berikut menunjukkan kondisi ruangan kantor di PT. KPC kontraktor.
3.c. Turut Mengkampanyekan
Program Penghemantan Energi
3.d. Pengurangan Sampah dari Kemasan
Makanan
Gambar 3. Perubahan Kondisi dan Perilaku di Unit Kerja/Kantor
PT. KALTIM PRIMA COAL - Kantor Ramah Lingkungan
45
b. Penurunan Dan Pengolahan Limbah
Selain kebersihan dan kerapihan, program green office ini juga telah meningkatkan
jumlah pemanfaatan limbah. Secara detail pencapaian kinerja pengelolaan limbah
tahun 2012 dan 2013 dapat dilihat pada Tabel 2. Penghitungan keekonomian dari
kegiatan pemanfaatan tersebut secara khusus belum dilakukan dan akan menjadi
wacana untuk tahap berikutnya.
Tabel 2. Pencapaian Kinerja Pengelolaan Limbah Tahun 2012 dan 2013
No
1.
Deskripsi
Limbah Toner
2012
Dihasilkan
Dimanfaatkan
%
2.
Limbah Domestik
Dihasilkan
Dimanfaatkan
%
3.
Substitusi Kemasan
Makanan
Dihasilkan
Dimanfaatkan
%
4.
Optimalisasi sampah
domestik untuk
kompos
5 Ton per bulan
s/d Juli 2013
Realisasi
1.828,03 Kg
821,03 Kg
Realisasi
925,64 Kg
645,14 Kg
45%
70%
20.593,20 m3
150,40 m3
11.859,4 m3
73,5 m3
0,73%
0,62%
114.227 pak
62.815 pak
25.690 pak
25.921 pak
22,49%
41,27%
-
10 ton
Melalui program pengurangan limbah domestik, khususnya limbah kardus,
perusahaan berhasil menyalurkan 15.040 kg dan 7.350 kg limbah kardus pada
tahuan 2012 dan 2013 (sampai bulan Juli) kepada organisasi pemuda di Sangatta,
yaitu RKPL (Remaja Kreatif Peduli Lingkungan). Limbah kardus ini dijual dengan
harga Rp. 800/kg dan dari hasil penjualannya digunakan sebagai dana operasional
untuk mengelola sampah di wilayah pemukiman di Sangatta, khususnya di wilayah
Sangatta Utara. Dari penjualan di tahun 2012 dan 2013 (sampai bulan Juli), RKPL
mendapatkan dana tambahan sebesar Rp. 12.032.000,- dan Rp. 5.880.000,-.
c. Penghematan Energi Listrik
Program green office ini juga turut mempercepat proses implementasi program hemat
energi listrik yang dicanangkan oleh perusahan. Program penghematan listrik dalam
rangka konservasi energi telah dimulai pada Triwulan II-2010 dengan tujuan untuk
mengurangi pemakaian listrik yang tidak sesuai peruntukannya dan berlebihan.
Program yang terkait dengan penghematan listrik di kantor adalah: pemasangan timer
AC pada beberapa gedung kantor, secara bertahap mengganti lampu penerangan
dengan lampu hemat energi, mengganti AC Window dengan AC Split, mengurangi
jumlah lampu di areal parkir yang memiliki penerangan berlebihan, dan kampanye
hemat energi listrik.
Dari berbagai upaya penghematan listrik di kantor dan workshop, jumlah energi
listrik yang dapat dihemat dari Q4 2011 – Q2 2013 mencapai 2.320.106 kWh.
46
PT. KALTIM PRIMA COAL - Kantor Ramah Lingkungan
1000000
500000
0
Q4 - Q1 Q2 - Q3 2011 2012
Q4 2012 2012
2012
Q1 2013
Q2 2013
Gambar 4. Penghematan kWh per Kuartal
d. Petikan Pembelajaran
Keberhasilan program kompetisi green office tidak terlepas dari keterlibatan dan
kebijakan tertulis dari pimpinan perusahaan untuk pelaksanaan program. Strategi
menarik yang digunakan yaitu berupa kompetisi meskipun insentif yang diberikan
tidak mahal, namun pada saat acara pengumuman berhasil mendorong rasa memiliki
unit dan menjadi kebanggaan bila berhasil masuk seleksi dan menjadi pemenang.
Strategi ini secara perlahan dan tanpa terasa menjadi bagian keseharian karyawan,
hal ini merupakan proses mendorong perubahan perilaku karyawan yang ramah
lingkungan, seperti beberapa pernyataan mereka :
“Menjadi pemenang Green Office adalah pengalaman pertama bagi Tim 3C.
Awalnya hanya sekedar ingin jadi pemenang, tetapi ternyata manfaat yang
dirasakan dengan berperilaku ramah lingkungan cukup besar. Tidak hanya
kantor yang lebih rapi dan teratur, kantor juga menjadi asri dan indah dengan
adanya beraneka ragam tanaman hias dan tanaman lain yang bermanfaat
seperti lidah mertua yang berfungsi menghirup udara kotor sehingga udara
tetap bersih dan segar. Jumlah sampah plastik sangat berkurang. Selain itu,
penghematan kertas dan listrik juga semakin giat dilakukan. Green Office tidak
hanya menciptakan keadaan kantor yang nyaman, bersih, dan indah tetapi
juga menjadikan kami sebuah tim yang solid dalam menjaga dan
mempertahankan predikat tersebut. Semua terlibat dalam hal ini termasuk
CEO, COO, dan CFO. Bukti tim 3C berkomitmen terhadap implementasi Green
Office (Meyanti Djoko – pemenang lomba green office)”.
Melalui program green office kami melakukan pemanfaatan limbah/sampah
seperti penggunaan jerry can bekas sebagai pot tanaman, membuang sampah
pada tempatnya dan berdasarkan jenisnya dan memanfaatkan barang-barang
bekas sebagai penghias taman dan kolam ikan. Selain itu karyawan selalu
mematikan lampu di ruangan saat tidak di perlukan, tidak membuang sampah
sembarangan dan merokok hanya di tempat-tempat yang sudah ditentukan
(Prapanca Gunawan – pemenang lomba green office)”.
PT. KALTIM PRIMA COAL - Kantor Ramah Lingkungan
47
PT. NIPPON SHOKUBAI INDONESIA, KABUPATEN CILEGON, BANTEN
Go Green Office : Menuju Kantor Ramah Lingkungan
Program untuk menciptakan kantor ramah lingkungan yang selaras dengan filosofi
corporate yaitu “Techno Amenity” yang memiliki makna memberikan
kemakmuran dan kenyamanan bagi setiap orang dan masyarakat dengan
keunikan teknologi yang dilakukan oleh Nippon Shokubai Indonesia (NSI),
Kabupaten Cilegon, Provinsi Banten telah menjadi salah satu bagian penting di
perusahaan yang turut berkontribusi terhadap lingkungan dan karyawan
perusahaan. Penanaman 1000 pohon di lingkungan perusahaan dan di sekolah
SMPN 9 Ciwanden, Cilegon dirasakan memberikan kenyamanan bagi perusahaan
dan juga masyarakat sekitar. Pengelolaan limbah sampah dengan sistem 3R salah
satunya limbah kemasan dari perbaikan industri sebanyak 4,7 ton dengan label
limbah berizin di kelola ke penampung dan sejak ke 2 tahun 2013 sebagian kecil
diolah untuk tempat sampah dan pot tanaman hias. Penggunaan lampu LED dan
program mematikan listrik selama satu jam per hari pada pukul 12.00-13.00 saat
jam istirahat kecuali di tempat kantin dan ruang kontrol produksi diprakirakan
telah menghemat penggunaan energi listrik sekitar 60% per hari.
Sebagai salah satu perusahaan yang memiliki tingkat kepedulian yang tinggi
terhadap lingkungan NSI, 8 kali berturut-turut memperoleh predikat peringkat
Hijau PROPER (Program Penilaian Kinerja Perusahaan) dari Kementerian Negara
Lingkungan Hidup. Dua Kali Platinum Award, diberikan oleh KN-RCI (Komite
Responsible Care Indonesia), suatu asosiasi dimana anggotanya terdiri dari
industri kimia. Tahun 2012, NSI juga memperoleh sertifikat Industri Hijau level
lima dari Kementerian Perindustrian, penghargaan ini diberikan kepada industri
yang telah menerapkan pola-pola penghematan sumber daya dan penggunaan
bahan baku dan energi ramah lingkungan serta terbarukan.
1. Partisipasi Karyawan dalam Menciptakan Lingkungan yang Lebih Baik
Pengembangan program untuk mendorong menciptakan lingkungan yang lebih
baik di perusahaan, NSI meluncukan program “NSI Go Green Office” yang
bertujuan untuk :
(1) Menciptakan suasana kerja yang nyaman dan kondusif.
(2) Meningkatkan kepedulian karyawan dan manajemen berkaitan dengan
lingkungan kerja
(3) Terciptanya perilaku individu yang perduli terhadap lingkungan
(4) Meningkatkan hubungan sosial kemasyarakatan dibidang lingkungan
Dalam mencapai tujuan tersebut perusahaan berupaya melibatkan karyawan
secara aktif, berikut beberapa kegiatan yang sudah dilakukan perusahaan dalam
upaya mendorong kantor ramah lingkungan dibawah program “NSI Go Green
Office” :
a. Green lighting – Penggunaan Lampu Ramah Lingkungan
Penggunaan lampu ramah lingkungan, menggantikan lampu Neon TL dengan
lampu LED (Light Emitting Diode), merupakan lampu hemat energi yang dapat
menekan pemanasan global dan mengurangi emisi karbon dunia. Lampu ini
48
PT. NIPPON SHOKUBAI INDONESIA - Kantor Ramah Lingkungan
berasal dari bahan semi konduktor, jadi tidak diproduksi dari bahan karbon.
Departement General Affairs selaku pelaksana program menargetkan 100 buah
lampu LED terpasang di gedung perkantoran hingga akhir tahun 2013. Selama
kurun waktu 17 tahun gedung perkantoran di NSI menggunakan Lampu Neon TL
dimana setiap cover lamp, menggunakan 2 buah lampu dengan total daya 460
watt, sehingga dalam satu hari daya yang digunakan adalah sekitar 1104 watt.
Penggunaan lampu LED dapat mengurangi sekitar 60% daya yang digunakan
dimana 1 buah lampu LED memiliki daya 18 watt dengan asumsi daya yang
digunakan setiap harinya adalah 432 watt. Sampai kurun waktu Juni 2013 sudah
sekitar 50 Lampu LED terpasang 3 gedung perkantoran NSI.
Gambar 1. Penggunaan Lampu LED
b. Green Office Campaign – Mematikan Lampu di Area Perkantoran selama Jam
Waktu Istirahat Berlangsung dan tentang Penggunaan Air
Program ini dimulai sejak tahun 2012, sebagai salah satu bentuk kepedulian
untuk mengurangi pemakaian energi listrik yang berimbas pula pada penurunan
CO 2 di udara. Program ini berlangsung selama jam istirahat yaitu pukul 12:00–
13:00 siang. Semua lampu di gedung perkantoran harus dimatikan kecuali
ruangan kontrol proses dan kantin. Kampanye sosialisasi program ini di
laksanakan oleh Departemen Safety Environment dengan memasang stiker di area
saklar lampu. Dari kegiatan ini diasumsikan bahwa dari total 3 gedung
perkantoran yang ada di NSI yaitu Gedung Control Building, Gedung Admin
Building dan Gedung Business Building, dengan mematikan lampu selama kurun
waktu 1 jam dapat mengurangi sekitar 1,05 ton CO 2, yang teremisikan ke udara
bebas.
Gambar 2. Stiker Pengingat Program Hemat Listrik dan Grafik Reduksi CO2
melalui Hemat Listrik
PT. NIPPON SHOKUBAI INDONESIA - Kantor Ramah Lingkungan
49
c. Penghematan Air
Program penghematan air domestik dilakukan dengan cara memasang stiker di
sekitar kran air sehingga dapat mengingatkan karyawan akan pentingnya
menghemat air. Program ini berguna untuk mengurangi konsumsi air domestik
sehingga tidak ada air yang dibuang secara percuma. Dengan program ini NSI
secara tidak langsung ikut serta dalam efisiensi penggunaan air domestik yang
semakin lama semakin mengalami krisis air domestik.
Gambar 3. Informasi Sebagai Pengingat Hemat Air
d. Pengelolaan Sampah Perkantoran
NSI telah melakukan pemilahan sampah berdasarkan jenis dan sumber sampah
yang dihasilkan, tujuan dari pemilahan sampah ini adalah untuk memudahkan
pada saat pengelolaan akhir. NSI memiliki 5 Jenis tempat sampah yaitu ; 1.Tempat
sampah untuk menampung limbah umum dengan label berwarna kuning, 2.
Tempat sampah untuk menampung limbah plastik dengan label berwarna putih,
3. Tempat Sampah untuk menampung limbah logam, 4. Tempat untuk
menampung limbah kertas, 5. Tempat sampah untuk menampung limbah
kontaminasi. Setiap bulan diadakan inspeksi tempat sampah yang dilakukan oleh
Departement Safety Environment yang bertujuan agar tempat sampah tetap terjaga
kondisinya dengan baik. Setiap toilet di gedung perkantoran telah dilengkapi
dengan bak sampah tertutup.
Berikut ini adalah tabel hasil pengolahan sampah di NSI tahun 2012 dan semester
1 tahun 2013 menunjukan trend kenaikan untuk limbah umum dan limbah logam
dari aktivitas perluasan pabrik baru.
Gambar 4. Grafik Pengelolaan Limbah Padat Non B3 dan 5 Macam Tempat
Sampah
50
PT. NIPPON SHOKUBAI INDONESIA - Kantor Ramah Lingkungan
Perluasan pabrik NSI mengakibatkan makin meningkatnya produksi limbah bekas
kemasan yang dihasilkan, dapat dilihat pada grafik berikut sampai dengan
semester 1 di tahun 2013, sudah lebih dari 4,7 ton limbah kemasan yang
dihasilkan dan dibuang pengumpul limbah berizin. Dimulai pada semester ke 2
tahun 2013 ini, telah dilakukan penggunaan limbah bekas kemasan untuk
pembuatan tempat sampah dan pot tanaman hias.
Gambar 5. Grafik Limbah Kemasan dan Pot dari Limbah Kemasan
e. Program Penghijauan (NSI Plantation Program)
Program penghijauan ini telah dilakukan semenjak tahun 2007, dan menjadi
program berkelanjutan dari Departemen General Affairs. Dimana sudah lebih dari
1000 tanaman dengan berbagai jenis seperti tanaman buah, tanaman obat, umbiumbian, yang ditanam di beberapa lokasi. Sekitar lokasi area Tempat
Penyimpanan Sementara Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (TPS B3), area
sekitar gudang penyimpanan bahan kimia, area tanki penyimpanan bahan baku
dan produk, serta di sekitar area proses produksi. Proses pembibitan atau Nursery
Plantation Project yang merupakan salah satu program andalan dari Departemen
General Affairs yang telah dilakukan semenjak tahun 2009 mengambil lokasi di
salah satu sudut area pembuangan air limbah domestik dari aktivitas
perkantoran.
Hasil dari Nursery Plantation Project dijadikan sebagai tanaman hias untuk
perkantoran NSI, yang sebelumnya melakukan jasa sewa tanaman hias, maka
semenjak tahun 2012 digunakan tanaman hasil dari Nursery Plantation Project.
Selain itu hasil Nursery juga diberikan kepada sekolah yang diundang dalam acara
NSI Community Open day yang diadakan setiap 1 tahun sekali bertempat di NSI.
Gambar 6. Hijaunya Kondisi Pabrik dan Penyerahan Bibit Pohon Ke Sekolah
PT. NIPPON SHOKUBAI INDONESIA - Kantor Ramah Lingkungan
51
2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran
Karyawan merasakan manfaat dari program kantor ramah lingkungan yang
dilaksanakan perusahaan dan merasa betah berada di lingkungan perusahaan.
Selain itu dampak positif terhadap lingkungan sosial kemasyarakatan, yaitu ikut
berperan serta membantu pemerintah setempat dalam hal ini Badan Lingkungan
Hidup dan Dinas Kebersihan Kota Cilegon melalui pengadaan infrastruktur tempat
sampah dalam program adiwiyata dan adipura dari hasil penggunaan kembali
limbah bekas kemasan untuk dijadikan tempat sampah. Sebagian pohon yang di
tanam di area ring 1 SMPN 9 Ciwandan Cilegon, merupakan hasil dari NSI Nursery
Plantation Project.
Menurut salah satu pemangku kepentingan Ketua Rukun Tetangga (RT)
Pengabuan Kelurahan Gunung Sugih, Bapak Rusnaidi menyatakan bahwa
Program NSI Green Office juga memberikan kontribusi positif terhadap warga
masyarakat khususnya di daerah sekitar Gunung Sugih. Pada saat mata
memandang ke arah pabrik, dimana tata letak lokasi pabrik lebih rendah dari
lokasi tempat tinggal kami, hijaunya pabrik memberikan kesan ketenangan dan
kenyamanan. “Pada saat kami di undang ke dalam pabrik, suasana yang dirasa
tidak seperti pabrik-pabrik pada umumnya, nuansa hijau dari pepohonan dan
penataan yang apik pabrik memberikan kenyamanan sehingga kami merasa betah
di dalam pabrik ( Bapak Rusnaidi Ketua RT Pangabuan).”
Selain itu, tanaman herbal hasil Nursery Plantation Project berhasil dimanfaatkan
oleh masyarakat sekitar pabrik sebagai tanaman obat. Bapak Subli salah seorang
kontraktor yang bekerja di NSI yang berdomisili di Pasir Sereh Kelurahan Gunung
Sugih, sekitar 800 meter dari lokasi pabrik berhasil dimanfaatkan campuran
Pecah Beling, Tempuyang dan Daun Kumis Kucing untuk membantu
menghilangkan Kristal yang terdapat dalam kandung kemihnya.
Gambar 7. Manfaat Program NSI Go Green Office Bagi Masyarakat Sekitar
Keberhasilan NSI menjalankan program kantor ramah lingkungan tidak terlepas
dari peran aktif karyawan dan juga kebijakan perusahaan yang diiringi komitmen.
Program ini telah memberikan manfaat kepada masyarakat sekitar, salah satunya
ke Sekolah SMPN 9 Ciwanden serta masyarakat Pengabuan Kelurahan Gunung
Sugih. Diharapkan ke depan upaya ini dapat lebih menyebar ke masyarakat yang
lebih luas karena perbaikan lingkungan menjadi tanggungjawab bersama.
52
PT. NIPPON SHOKUBAI INDONESIA - Kantor Ramah Lingkungan
PT. PUPUK KUJANG, CIKAMPEK, JAWA BARAT
Perilaku Hemat Listrik, Menurunkan Beban Perusahaan dan Lingkungan
Kebiasaan untuk melakukan hemat listrik di perusahaan Pupuk Kujang,
Cikampek, Jawa Barat sudah membuahkan hasil, jumlah penurunan konsumsi
energi listrik selama periode tahun 2010-2012 tercatat sebesar 283.148 Kwh
atau setara dengan pengurangan emisi CO 2 sebesar 195 ton.
Pupuk Kujang yang memproduksi pupuk urea dalam proses produksinya,
termasuk industri yang mengkonsumsi energi dalam jumlah yang besar.
Pasokan energi terbesar diperoleh dari gas alam yang digunakan sebagai bahan
baku proses produksi dan bahan bakar untuk menghasilkan steam dan listrik.
Pupuk Kujang memiliki dua pembangkit listrik dengan bahan bakar gas/Gas
Turbin Generator (GTG) yang menghasilkan listrik untuk keperluan proses
produksi, perkantoran, penerangan, dan perumahan. Selain GTG, digunakan
juga listrik dari PLN sebagai back-up apabila terjadi gangguan pada GTG. Dengan
semakin menipisnya cadangan gas alam di Jawa Barat, mutlak diperlukan
upaya-upaya konservasi energi salah satunya adalah konservasi energi listrik
yang bertujuan untuk menurunkan tingkat konsumsi energi listrik.
Dimulai pada tahun 2011, berdasarkan evaluasi yang dilakukan oleh Biro
Pengawasan Proses, Divisi Pemeliharaan Listrik, Biro Pelayanan Jasa, dan Biro
K3 dan Lingkungan Hidup (K3LH), disusunlah program konservasi energi listrik
yang dilakukan di lingkungan perusahaan. Program konservasi energi listrik
ditujukan untuk mengurangi pemakaian listrik dari sumber gas yang berasal
dari penggunaan listrik di gedung pusat administrasi (GPA) serta mengurangi
konsumsi listrik untuk penerangan dan AC serta mendorong perilaku hemat
listrik bagi karyawan.
1. Menggalang Strategi Mewujudkan Hemat Listrik
Program yang dikembangkan sejak tahun 2011 melalui berbagai divisi di Pupuk
Kujang difokuskan pada beberapa kegiatan agar tercapai upaya penghematan
namun tidak mengganggu proses produksi. Strategi awal untuk mengurangi
penggunaan energi listrik dilakukan mulai dari proses penyadaran kepada para
karyawan untuk melakukan gerakan hemat listrik dengan berbagai cara. Tabel 1
berikut merupakan ragam strategi dan capaian dari kegiatan yag telah dilakukan
Pupuk Kujang untuk melakukan konservasi energi listrik dari gas.
Tabel 1. Daftar Kegiatan Konservasi Energi Listrik
No
1
Kegiatan
Mematikan AC central di
Gedung Pusat Administrasi
(GPA) pada hari Jum'at pukul
Tujuan
Mengurangi
pemakaian listrik di
GPA
Hasil
Penghematan energi
listrik setara 25.297
Kwh/bulan.
PT. PUPUK KUJANG - Kantor Ramah Lingkungan
53
16.00 sampai dengan hari
Senin pukul 08.00
2
Penggantian lampu TL
menjadi LED di switch gear
2002-K dan MCC 3-4.
Mengurangi konsumsi
listrik untuk
penerangan
Total penghematan
energi listrik 1.236
kwh/bulan
3
Penggantian lampu pijar
dengan lampu SL
Mengurangi konsumsi
listrik untuk
penerangan
Total penghematan
energi listrik 16.598
kwh/bulan
4
Penggantian lampu taman
PJU HPLN dengan lampu SL
Mengurangi konsumsi
listrik untuk
penerangan
Total penghematan
energi listrik 4.423
kwh/bulan
5
Penggantian lampu PJU
HPLN dengan lampu SL
Mengurangi konsumsi
listrik untuk
penerangan
Total penghematan
energi listrik 5.377
kwh/bulan
6
Penggantian lampu PJU
sebanyak 10 titik dengan
solar cell
Mengurangi konsumsi
listrik untuk
penerangan
Total penghematan
energi listrik 443 kwh/
bulan
7
Pemasangan solar cell di
gudang laydown sebanyak 8
titik.
Mengurangi konsumsi
listrik untuk
penerangan
8
Retrofit sistem kontrol AC
central GPA dan penambahan
MOV untuk pengaturan flow
water chiller menuju air
handling unit lantai I s/d IV
9
Penggantian ballast lampu TL
dari ballast magnetik menjadi
ballast elektronik.
Mengurangi konsumsi
energi listrik karena
AC central yang
awalnya dioperasikan
dengan 2 kompressor
sekarang dapat
dioperasikan dengan 1
kompressor
Mengurangi rugi daya
listrik.
Total penghematan
energi listrik setara
dengan 920
Kwh/bulan
Total penghematan
listrik setara dengan
45.014 kwh/bulan
10
Pemasangan stiker himbauan
hemat listrik di lingkungan
pabrik, perkantoran, dan
perumahan.
Membentuk kesadaran
berperilaku ramah
lingkungan
-
-
Secara manajemen, kegiatan konservasi energi listrik secara langsung
dikoordinasi oleh Divisi Pemeliharaan Listrik dan Biro Pelayanan Jasa, dimana
secara periodik setiap 3 bulan, selalu diterbitkan laporan hasil pelaksanaan
program konservasi energi listrik yang ditujukan kepada pimpinan perusahaan
sehingga dapat dilakukan review terhadap program yang telah dilaksanakan.
Dari program tersebut diperoleh hasil yang cukup baik dari sisi penghematan
konsumsi energi listrik yang digunakan untuk penerangan di area perkantoran
dimana secara bertahap terlihat penurunan konsumsi energi listrik
sebagaimana grafik Gambar 1.
54
PT. PUPUK KUJANG - Kantor Ramah Lingkungan
Gambar 1. Konsumsi listrik untuk penerangan dan kantor selama tahun
2010-2012
Pupuk Kujang juga aktif dalam kegiatan Earth Hour yang merupakan salah satu
kampanye penghematan listrik di lingkungan perusahaan. Kegiatan Earth hour
dilakukan dengan mematikan lampu penerangan di lingkungan perumahan dan
penerangan jalan umum selama satu jam pada pukul 20.30-21.30. Dari kegiatan
Earth Hour ini diperoleh penghematan listrik sebesar 250 Kwh dan merupakan
salah satu dasar program penggantian lampu penerangan jalan umum menjadi
berbasis solar cell.
Program konservasi energi listrik yang dilakukan oleh perusahaan juga
berdampak pada pengurangan emisi CO 2 dimana berdasarkan standar USEPA,
1 Kwh listrik yang dihasilkan dari bahan bakar fosil akan menghasilkan emisi
sebesar 0,00068956 ton CO 2 . Jumlah penurunan konsumsi energi listrik selama
periode tahun 2010-2012 tercatat sebesar 283.148 Kwh atau setara dengan
pengurangan emisi CO 2 sebesar 195 ton.
Untuk keperluan program penghematan energi ini, kebutuhan pembiayaan
investasi alat ataupun kegiatan modifikasi memang cukup mahal, namun
perusahaan mulai menganggarkan melalui RKAP Biro Pelayanan Jasa, Divisi
Pemeliharaan Listrik, dan Biro K3LH.
Himbauan penghematan energi listrik yang dilakukan oleh perusahaan pada
awalnya kurang mendapat dukungan dari karyawan sehingga hanya sedikit saja
karyawan yang berpartisipasi. Namun seiring berjalannya waktu dan dengan
sosialisasi terus menerus, partisipasi karyawan dalam kegiatan penghematan
energi ini semakin bertambah. Dari kegiatan ini diharapkan di tahun mendatang
PT. Pupuk Kujang dapat menerapkan Eco Office sebagai kelanjutan program
konservasi energi listrik.
Program hemat listrik di PT. Pupuk Kujang dapat berhasil berkat pelaksanaan
program yang melibatkan seluruh karyawan selain pimpinan yang memiliki
kepedulian terhadap lingkungan. Tahapan proses penyadaran melalui informasi
dan pertemuan langsung di tiap unit merupakan pendekatan yang efektif dalam
proses ini. Dan yang terpenting, kebijakan perusahaan hemat listrik ditunjang
dengan alokasi anggaran untuk mengganti peralatan menjadi lebih ramah
lingkungan.
PT. PUPUK KUJANG - Kantor Ramah Lingkungan
55
56
BAB III.
3 R (Reduce, Reuse, Recycle)
57
58
PT. BUKIT ASAM (PERSERO) TBK, SUMATERA BARAT
Bokashi Berbasis Masyarakat
Lima kelompok masyarakat di Desa Bukit Munggu Kecamatan Lawangkidul yang
didampingi PT. Bukit Asam, telah berhasil memproduksi bokashi dari hasil
memanfaatkan kotoran ternak dan sampah organik. Hasil produksi bokashi
berkisar 30-50 ton perbulan, berkualitas bagus dipasok ke perusahan seharga Rp
1.200 per kg dan sebagian keluar perusahaan. Setiap bulan, pendapatan kelompok
dari pupuk Bokashi berkisar Rp 36-60 juta/bulan setiap kelompok. Bukit Asam
memerlukan Bokahsi secara rutin untuk dalam melakukan reklamasi lahan bekas
tambang secara intensif sebagai bahan pemulihan tanah, dengan kebutuhan
kebutuhan pertahun sekitar 2.000 ton.
Sebagai salah satu badan usaha milik Negara (BUMN) Bukit Asam selalu
melaksanakan upaya pelestarian alam sesuai dengan visi perusahaan menjadi
perusahan energi kelas dunia yang peduli lingkungan. Dalam upaya tersebut
salah satunya adalah reklamasi lahan bekas tambang. Bukit Asam melalui Sentra
Industri Bukit Asam (SIBA) bidang agrobinis melakukan pemberdayaan
masyarakat sekitar perusahaan, dalam hal penyediaan bahan pupuk organik yang
lebih dikenal Bokashi berbasis masyarakat.
Dalam beberapa tahun terakhir ini, kompos telah dianggap sebagai jantung dari
sistem pertanian organik (Hoitink & Keener, 1993). Dalam hal peningkatan daya
dukung tanah komposisi jelas lebih unggul dari pupuk kimia sintetik. Masalahmasalah yang terkait dengan lamanya waktu pengomposan dan rendahnya mutu
kompos yang dihasilkan dengan sistem tradisional telah dapat diatasi melalui
penggunaan mikroba pembusuk (MOL) pada bahan baku kompos. Penggunanan
mikroba yang tepat untuk jenis bahan organik mentah tertentu dapat
memperpendek masa pematangan kompos dan menghasilkan kompos yang
bernilai plus. Bokashi merupakan bahan kompos yang mempunyai keunggulan,
karena dalam proses pembuatannya menggunakan mikroorganisme yang terpilih,
salah satunya adalah EM4 atau MOL (micro organism local). Pada saat ini bokashi
sangat digemari konsumen mengingat pupuk organik tersebut memiliki kelebihan
yaitu dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah disamping sebagai
unsur hara bagi tanaman, menghasilkan koloid-koloid organik bermuatan negatif
yang mempunyai kompleks serapan dan kapasitas tukar kation yang tinggi.
Bukit Asam dalam melakukan reklamasi lahan bekas tambang secara intensif
menggunakan Bokashi sebagai bahan pemulihan tanah, dan kebutuhan pertahun
sekitar 2.000 ton yang dipasok oleh masyarakat sekitar binaan CSR Bukit Asam,
dimana sebelum tahun 2010 dipasok dari luar ring satu perusahaan bahkan dari
Lampung.
Sebagai salah satu upaya untuk mendorong pengembangan masyarakat dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, perusahaan menggagas inisiasi
pemanfaatan kotoran ternak sebagai pupuk. Program ini bertujuan untuk :
(1) Mendukung program pemerintah untuk meningkatkan
taraf ekonomi
masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat dengan pembuatan Bokashi
(2) Memberdayakan potensi lokal dan memperluas pasar untuk perluasan
kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar Perusahaan
PT. BUKIT ASAM - 3R
59
(3) Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mendukung rencana jangka
panjang perusahaan dan pengembangan lokasi pasca tambang salah satunya
pupuk organik untuk reklamasi.
(4) Mengurangi beban sampah, menghemat lahan timbun, pemanfaatan bahan
alami sebagai pupuk yang ramah lingkungan dan upaya preventive polusi
udara akibat pembakaran sampah (CO2).
(5) Mengurangi biaya landfill, menciptakan lapangan kerja, peningkatan
pendapatan masyarakat dan penyediaan bahan reklamasi secara lokal.
1. Memanfaatkan Potensi Lokal Mengubah Sampah Menjadi Bokashi
Program dilaksanakan berdasarkan hasil kajian pemetaan sosial yang di lakukan
perusahaan bersama masyarakat dan pihak ketiga. Berdasarkan hasil kajian serta
peran masyarakat, dan pihak ketiga, salah satu potensi yang perlu segera
dikembangkan salah satunya adalah pembuatan Bokashi sebagai sumber utama
dalam penyokong kegiatan reklamasi pasca tambang. Dari hasil kajian bahwa
selama ini sampah rumput, sampah kotoran ternak temasuk sampah sayuran di
pasar belum dimanfaatkan dan merupakan potensi untuk bahan pupuk organik.
Langkah selanjutnya dalam program adalah pengorganisasian masyarakat, dimana
target utama adalah terbentuknya kelompok tani yang bersedia untuk
mengembangkan program Bokashi. Dari proses ini terbentuk 13 kelompok,
didampingi dan fasilitasi untuk mengikuti pelatihan pembuatan bokashi.
Perusahaan mendatangkan ahli Bokashi dari Ganesha Bandung, yaitu Bapak Utju,
dalam waktu enam bulan beliau melatih dan mendampingi kelompok. Dari 13
kelompok yang eksis, sampai saat ini secara 8 kelompok yang terus menerus
melakukan pembuatan Bokashi dari berbagai bahan organik, dari sampah rumah
tangga, potongan rumpuh, sampah pasar yang diolah menjadi Bokashi.
Persiapan sarana dan prasarana yang didukung oleh perusahaan dengan
komitmen dari kelompok.
Alur pelaksanaan program Bokashi ini disusun
berdasarkan mekanisme pelaksanaan program pemberdayaan yang disusun
perusahaan (Gambar 1.).
Gambar 1. Mekanisme Pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat
60
PT. BUKIT ASAM - 3R
Proses pembuatan pupuk Bokashi mengikuti proses yang diajarkan oleh Bapak
Utju seperti disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2. Alur Pembuatan Bokashi
Sampai bulan Oktober 2013 telah terbentuk sentra industri dengan 13 kelompok
pupuk bokashi yang merupakan bagian bidang agrobinis dari Sentra Industri
Bukit Asam (SIBA), dimana 5 kelompok (1 kelompok 4-8 orang) yang berhasil
memproduksi bokashi berkisar 30-50 ton per bulan, dengan kualitas yang bagus.
Bokashi tersebut selanjutnya dibeli oleh perusahan seharga Rp 1.200,-/kg dan
sebagian keluar perusahaan sehingga setiap kelompok mendapatkan pemasukan
sebesar kurang lebih Rp. 36-60 juta/bulan. Salah satu kelompok yang
berkembang yaitu Kelompok Pupuk Bokashi BA Trayama 1 Bedeng Kresek.
Pupuk Bokashi oleh perusahaan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
reklamasi tambang.
2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran
Program pemberdayaan masyarakat pupuk organik dengan berbasis masyarakat
memberi banyak manfaat bagi masyarakat pembuat pupuk Bokashi, maupun
peternak sapi/kambing/alam karena limbah kotoran sekarang dibeli oleh pembuat
Bokashi. Demikian juga dengan para pengumpul sampah di pasar, pemotong
rumput yang awalnya hasil potong rumput sekarang dikumpulkan dan dibeli oleh
pembuat Bokashi.
PT. BUKIT ASAM - 3R
61
Bagi Bukit Asam, program pembuatan pupuk Bokashi memotong jalur pembelian
pupuk organik yang diperlukan bagi reklamasi tambang. Sekarang seluruh
kebutuhan pupuk organik terpenuhi langsung dari kelompok, dengan harga Rp.
1.200,-/Kg. Selain harga yang terjangkau, kualitas pupuk yang dihasilkan
kelompok sangat bagus, dan yang terpenting ada pengurangan beban angkut yang
selama ini harus membeli dari Lampung. Pengurangan beban angkut bukan saja
menghemat dari sisi biaya, namun juga dapat mengurangi energi bahan bakar
minyak dan emisi yang dihasilkan dari proses pengangkutan. Manfaat bagi setiap
target program diuraikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Manfaat Yang Dirasakan oleh Berbagai Pihak dari Program Bokashi
Uraian
Masyarakat
peternak
sapi/kambing ayam
Masyarakat
pengumpul sampah
pasar/pemotong
rumput
Kelompok
Masyarakat
pembuat Bokashi
Sebelum ada program
Jarang dikumpulkan karena
dijual harga murah
Perusahaan Bukit
Asam
x Mendatangkan Bokashi dari
luar daerah (Lampung,
Palembang) sebanyak
kurang lebih 1.000 ton per
tahun
x Kualitas & kuantitas tidak
terpenuhi
Pemerintah
Banyak pengganguran
Sampah selama ini hanya
dibuang kadang dibakar (tidak
ada nilainya)
Dulu saya hanya kerja
serabutan dengan
pendapatan tidak menentu
Sesudah ada program
Sudah dipesan dan dikumpulkan
karena dibutuhkan oleh pembuat
Bokashi
Dikumpulkan bahkan mencari
karena kelompok siap membeli
sampah yang terkumpul
Sekarang dengan adanya
membuat Bokashi pendapatan
diterima secara rutin dari
penjualan pupuk Bokashi
x Sudah terpenuhi dari
kelompok binaan perusahaan
x Kualitas & kuantitas bokasi
sangat bagus dan memenuhi
standar yang dibutuhkan.
x Kebutuhan 2011 1.500 ton
dipenuhi oleh kelompok
binaan perusahaan
x Kebutuhan 2012 sebanyak
2.000 ton dipenuhi oleh
kelompok binaan perusahaan
Menciptakan pekerjaan baru,
mengurangi penganguran
sehingga menuju membantu
target MDGs.
Bagi kelompok pupuk Bokashi, manfaat adanya program pembuatan pupuk
bokashi merupakan berkah seperti yang disampaikan oleh Ketua Kelompok
BA_TRAYAMA I, Bapak Liabdan:
“Dulu saya sebagai vokalis Bara band, kerja sering malam hari tidak menentu,
dengan adanya program Bokashi, pembuatan pupuk organik oleh CSR Bukit
Asam, saya dan kelompok saya BA Trayama membuat pupuk atas binaan Bukit
Asam yang dilatih oleh Pak Utju serta ada pendampingan sekaligus dibantu
tempat pembuatan Bokashi sangat membantu kelompok kami yang kerja tidak
menentu, sekarang bisa lumayan hasilnya. Harapan, semoga hasil pupuk
Bokashi saya bisa tetap bagus dan selain Bukit Asam, kedepan perusahaan lain
atau kebutuhan pupuk masyarakat bisa terpenuhi dari hasil pupuk Bokashi
saya….amin terima kasih CSR Bukit Asam”.
62
PT. BUKIT ASAM - 3R
Untuk kelanjutan program, akan dilakukan pembinaan pembuatan pupuk organik
ini menuju pupuk dengan model granule sehingga bisa dipasarkan ke petani
sayuran maupun padi, dan ada satu kelompok yang telah mencoba hal tersebut.
Gambar 3. Lokasi Kegiatan Kelompok Pupuk Bokashi
PT. BUKIT ASAM - 3R
63
COCA COLA AMATIL INDONESIA (CCAI), JAKARTA
Bali Beach Clean Up
Keindahan pantai di Bali harus selalu dijaga kebersihan dan kenyamanananya,
sejak tahun 2008, Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI) menginisiasi program
pembersihan pantai setiap hari yang diawali di Pantai Kuta dengan Jarak bersih
3,8 Km yang diikuti pantai lainnya. Sampai 2012, Bali Beach Clean Up telah
berkembang melibatkan 78 kru pembersih pantai, dan menginvestasikan 4 traktor,
3 truk sampah, dan lebih dari 300 tong sampah. Program ini juga telah
menghasilkan program lain yaitu Kuta Beach Sea Turtle Conservation (KBSTC) yang
bertujuan melestarikan populasi penyu di Pantai Kuta. Program ini juga berhasil
menarik perusahaan lain untuk turut berpartisipasi membangun kemitraan untuk
mendorong pengembangan upaya pelestarian pantai, antara lain PT. Garuda
Indonesia dan Quiksilver Indonesia.
Keindahan pantai-pantai di Bali memang telah menjadi daya tarik utama pulau ini
yang menjadikannya ikon utama pariwisata di Indonesia. Sepanjang tahun 2012,
sebanyak 2,9 juta wisatawan mancanegara mengunjungi Bali, memberikan
kontribusi ekonomi baik secara lokal maupun nasional. Meski berdampak positif,
kehadiran wisatawan juga menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan di Bali.
Salah satunya adalah timbunan sampah. Sebagai contoh, sampah yang berhasil
dikumpulkan dari lima pantai di Kabupaten Badung mencapai 14 juta kilogram,
setara dengan berat 325 pesawat jumbo jet. Timbunan sampah di pantai
umumnya merupakan sampah sisa kemasan makanan minuman dan sisa barang
bawaan pengunjung.
Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI), bekerja sama dengan Quiksilver Indonesia dan
Garuda Indonesia melakukan upaya mendukung program pemerintah daerah Bali
dalam mencapai “Bali yang Bersih dan Hijau”, melalui program Bali Beach Clean
Up di Pantai Kuta, Pantai Legian, Pantai Seminyak, Pantai Jimbaran, dan Pantai
Kedonganan. Program ini merupakan aksi membersihkan garis pantai sepanjang
9,7 km agar pantai senantiasa bersih dan nyaman bagi wisatawan.
Pesisir merupakan ekosistem yang khas yang merupakan pertemuan ekosistem
darat dan ekosistem laut. Secara alamiah pesisir menjadi tempat bagi hewan laut
seperti penyu untuk meletakkan telur-telurnya di.pantai yang dapat memberikan
manfaat sebagai sumber penghidupan bagi nelayan, sedangkan pantai dengan
pemandangan eksotis menjadi potensi wisata pantai. Pantai-pantai di Pulau Bali
memiliki daya tarik bagi wisatawan mancanegara dan domestik karena selain
indah, juga didukung oleh fasilitas wisata penginapan, restoran, pusat belanja,
hingga kegiatan budaya yang menjadikan pantai-pantai ini semakin menarik
untuk dinikmati.
Walau begitu, ekosistem ini juga memiliki tantangan tersendiri yaitu timbunan
sampah yang ditinggalkan pengunjung. Timbunan sampah berserak di garis pantai
sepanjang 9,7 km, tidak sepenuhnya terkelola, sehingga mengganggu
pemandangan, kenyamanan, dan menimbulkan masalah kesehatan serta merusak
habitat. Jenis sampah yang dibuang umumnya kemasan makanan minuman dari
plastik, kertas, dan kaleng minuman ringan. Selain pengunjung, sampah juga
datang dari laut terutama pada musim angin barat, termasuk sampah batang
kayu dan lain-lainnya.
64
COCA COLA AMATIL INDONESIA - 3R
Hal inilah yang menjadi salah satu tantangan bagi program yang dicanangkan
Provinsi Bali yaitu ‘Bali yang Bersih dan Hijau’ karena tidak semua sampah dapat
dikelola oleh dinas terkait. Mencermati tantangan ini, CCAI mengembangkan
inisiatif Bali Beach Clean Up sebagai salah satu program unggulan dalam
pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) CCAI. Program ini dimulai sejak
tahun 2008 di Pantai Kuta yang diperkaya dengan berbagai manfaat dan diperluas
dengan mengikutsertakan lebih banyak Pemangku Kepentingan. CCAI memilih
Bali sebagai tempat pelaksanaan program karena tingginya nilai pariwisata Bali di
Indonesia.
CCAI melakukan program Bali Beach Clean Up (BBCU) sebagai salah satu bentuk
kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan terhadap tantangan
lingkungan yang terjadi di Pantai Wisata Bali. Tujuan BBCU adalah:
(1) Mendatangkan perubahan yang signifikan sekaligus mendukung program
pemerintah daerah untuk mewujudkan visi Bali yang Bersih dan Hijau.
(2) Melindungi dan melestarikan alam Bali dengan menciptakan pantai yang
bersih dari sampah sehingga memperkuat industri pariwisata di Indonesia
(3) Memberdayakan pemangku kepentingan untuk bersama-sama memperoleh
manfaat dari pantai yang bersih dengan menjalin kerjasama bersama
masyarakat setempat yang lebih luas, dengan demikian menciptakan
peluang kerja bagi masyarakat.
(4) Memperbaiki kondisi lingkungan untuk mendukung kehidupan satwa dan
fauna.
Bali Beach Clean Up merupakan salah satu program dalam pilar CSR Lingkungan
yang telah diinisiasi sejak 2008, dan setiap tahun dikembangkan oleh CCAI. BBCU
merupakan sebuah program kolaborasi antara Quiksilver Indonesia dan CCAI
dengan visi mencapai program berkelanjutan yang dapat memberdayakan
masyarakat di area operasi kami. Dalam kemitraan ini, CCAI, Quiksilver dan
Garuda Indonesia memberikan kontribusi yang sama dalam kinerja operasional
kegiatan pembersihan pantai setiap hari.
1. Bebaskan Pantai dari Sampah
Program Bali Beach Clean Up dilaksanakan secara rutin setiap hari, sepanjang 9,7
km garis pantai dengan melibatkan 74 anggota tim untuk membersihkan pantai di
Kuta, Legian, Seminyak, Jimbaran dan Kedonganan. Tabel 1. menunjukan
panjang garis pantai dan lokasi pembersihan sampah sejak tahun 2008.
Tabel 1. Lokasi dan Panjang Garis Pantai tempat Dilaksanakan Bali Beach Clean
Up, Periode 2008-2010
Tahun
dimulai
2008
2009
2009
2010
2010
Lokasi
Pantai
Pantai
Pantai
Pantai
Pantai
Kuta
Legian
Seminyak
Jimbaran
Kedonganan
Panjang garis pantai
(km)
3.8
1
1.9
1.5
1.5
9.7
Jumlah kru
17
17
7
16
17
74
COCA COLA AMATIL INDONESIA - 3R
65
Dalam pelaksanaan program, CCAI melibatkan para pemangku kepentingan di Bali
yang sangat penting berperan, yaitu :
a. Pemerintah Daerah Bali, dukungan pemerintah dibutuhkan untuk
kesuksesan program dan memberikan dorongan keterlibatan perangkat
pemerintahan di tingkat lokal. Program Bali Beach Clean Up ini sejalan
dengan program pemerintah daerah Bali yaitu ‘Bali yang Bersih dan Hijau’
b. Kepala Adat. Dalam program BBCU, Kepala Adat merupakan Pemangku
Kepentingan yang memiliki arti penting agar kegiatan yang dilaksanakan
dapat selaras dengan tata aturan yang berlaku. BBCU melibatkan semua
Kepala Adat dari kelima pantai.
c. Regu Penyelamat Pantai. Regu Penyelamat Pantai (lifeguards) bertanggung
jawab atas keselamatan pengunjung pantai. Dalam program ini CCAI dan
Quiksilver Indonesia memberikan apresiasi bagi Satuan Penjaga Pantai
Badung Bali berupa sarana berkualitas tinggi untuk mendukung tugas
mereka.
a. Kru Pembersih Pantai. Kru Pembersih Pantai adalah anggota masyarakat
sekitar yang dipekerjakan dalam BBCU, terdapat 74 orang kru pembersih
pantai yang dipekerjakan sejak 2008.
b. Yayasan Non Profit. Program ini bekerjasama dengan Rivers, Oceans, Lands
and Ecology (R.O.L.E) Foundation untuk memberikan pelatihan kepada kru
pembersih pantai yang tergabung dalam program BBCU. Selain ROLE
Foundation, BBCU juga mengikutsertakan organisasi Kuta Beach Sea Turtle
Society (KBSTS) dalam kegiatan pengembangan konservasi penyu di pantai
Kuta.
c. Kementerian Lingkungan Hidup. Untuk memperluas dan memperoleh
dukungan yang lebih kuat, CCAI menyelenggarakan forum diskusi untuk
solusi nyata yang berkelanjutan bagi permasalah lingkungan di Bali (2011).
Forum ini dibuka oleh Menteri Lingkungan Hidup saat itu Ir. Dr. Ir. Gusti
Muhammad Hatta dan Gubernur Bali Made Mangku Pastika.
d. Pengunjung Pantai. Sebagai pemangku kepentingan utama yang perlu
dididik dan dibiasakan untuk ikut serta melestarikan dan menjaga
kebersihan pantai.
Sejak tahun 2008, BBCU memulai kegiatan di satu lokasi yaitu Pantai Kuta
dengan garis pantai sepanjang 3,8 km, secara bertahap diperluas hingga lima
daerah pantai yang diikuti dengan kegiatan-kegiatan pengembangan kepentingan.
BBCU merekrut anggota masyarakat lokal untuk dipekerjakan sebagai Kru
Pembersih Pantai dengan wilayah kerja di masing-masing Pantai. Kru Pembersih
Pantai tidak hanya ditugaskan untuk memungut dan mengumpulkan sampah di
pantai, tetapi juga memperoleh pendidikan dan pengembangan keterampilan. Saat
ini terdapat 74 Kru Pembersih Pantai dari masyarakat setempat yang memiliki
motivasi dan semangat tinggi untuk menjalankan program BBCU.
Program ini melibatkan ROLE Foundation untuk memberikan pelatihan khusus
bagi Kru Pembersih Pantai.. Bentuk pelatihan yang diberikan meliputi pengelolaan
sampah, pentingnya kehidupan yang berkelanjutan (Sustainable Living),
keterampilan membaca, dan keterampilan teknis untuk melestarikan pantai. Hal
ini dilakukan agar para kru pembersih pantai tidak hanya memungut sampah
namun juga mengerti sepenuhnya tentang jenis dan nilai sampah yang mereka
kumpulkan.
Untuk mendukung kinerja Kru Pembersih Pantai, BBCU menyediakan sarana dan
prasarana kerja yang sangat memadai. Peralatan yang diberikan adalah peralatan
66
COCA COLA AMATIL INDONESIA - 3R
kerja bagi kru pembersih sampah meliputi 4 traktor dan 3 truk sampah yang
dioperasikan setiap hari untuk mengumpulkan dan mentransportasikan sampah
dari pantai ke tempat pembuangan akhir.
Program BBCU juga menyediakan sarana tempat sampah di sepanjang 5 titik
pantai.. Dengan tersedianya tempat sampah yang memadai dan dengan jumlah
yang cukup, tidak ada lagi alasan bagi pengunjung maupun masyarakat untuk
membuang sampah berceceran di pantai. Penyediaan tempat sampah dengan
warna mencolok ini juga merupakan kampanye bagi pengunjung dan masyarakat
untuk turut serta menjaga kebersihan.
Dalam pelaksanaan program, BBCU juga menyediakan rangkaian kegiatan antara
lain :
(1) Kuta Beach Sea Turtle Conservation, dibentuk pada tahun 2010 sebagai
upaya konservasi penyu laut. Tahun 2011, BBCU menyelenggarakan forum
diskusi ‘Bali Clean and Green Multistakeholder Group’ yang mengumpulkan
pemerintah lokal, nasional, LSM lokal dan internasional, tokoh masyarakat
dan pemangku kepentingan untuk menyatukan sumberdaya dan tenaga
dalam memberikan solusi nyata bagi tantangan keberlanjutan lingkungan di
Bali.
(2) ‘Bali’s Big Eco Weekend’ (BBEW) yang diselenggarakan pertama kali tahun
2011, merupakan festival lingkungan dengan tujuan meningkatkan
kesadaran akan kebersihan lingkungan kepada masyaraka demi menjaga
pariwisata di Bali agar senantiasa bersih. Dalam kegiatan BBEW, lebih dari
1.000 masyarakat turut berpartisipasi dalam aksi bersih yang
mengumpulkan hingga 1,6 ton sampah dalam sehari.
(3) BBEW kedua yang diselenggarakan pada 2012 mengundang partner baru
dalam program BBCU yang memiliki visi sama untuk menjaga kelestarian
Pulau Bali yaitu Garuda Indonesia. Garuda Indonesia menyumbangkan dua
unit pembersih pantai Barber Surf Rake, sebuah mesin canggih yang
disambungkan ke bagian belakang traktor untuk membersihkan pantai
dengan lebih cepat dan maksimal, serta mampu memungut sampah kecil
seperti puntung rokok.
Bukan hanya kebersihan yang tercipta, pantai yang lebih bersih tidak hanya baik
bagi wisatawan dan pengunjung wisata. BBCU juga menciptakan kondisi yang
mendukung kehidupan satwa penyu laut. Kuta Beach Sea Turtle Society (KBSTS)
dan masyarakat mencermati bahwa semakin banyak telur penyu yang menetas di
wilayah pantaisejak dimulainya program BBCU ini. Karena itulah, CCAI
mendukung upaya kolaboratif KBSTS bersama Desa Adat Kuta untuk melakukan
kegiatan pelestarian penyu laut.
CCAI dan Quiksilver Indonesia mendirikan fasilitas Penangkaran di Pantai Kuta
dengan nama ‘Kuta Beach Sea Turtle Conservation’ (KBSTC) pada tahun 2010.
KBSTC bertujuan melindungi penyu laut dan memastikan semua telur penyu yang
menetas di konservasi dilepaskan ke habitat alami mereka. KBSTC juga menjadi
wahana bagi masyarakat lokal dan wisatawan untuk memahami dan melindungi
satwa liar di ekosistem pantai.
2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran
Program BBCU merupakan program yang mendorong terbukanya lapangan
pekerjaan bagi masyarakat sekitar dimana sebanyak 74 orang bekerja sebagai tim
COCA COLA AMATIL INDONESIA - 3R
67
dari BBCU. Bagi lingkungan pantai dengan adanya program kebersihan pantai
lebih terjaga dan proses edukasi bagi pengunjung minimal dengan mengingatkan
membuang sampah pada tempatnya.
Pelibatan para pihak pemangku kepentingan merupakan langkah yang tepat
dalam pelaksanaan program, selain kombinasi kegiatan yang dikembangkan salah
satunya adalah konservasi penyu. Program juga dilakukan secara berkelanjutan
untuk menjaga kawasan pantai tetap bersih.
68
COCA COLA AMATIL INDONESIA - 3R
PT. KALTIM PRIMA COAL, KABUPATEN KUTAI TIMUR, KALIMANTAN TIMUR
Gerak Bersemi
Gerakan Komunitas Bersih, Sehat, dan Mandiri atau Gerak Bersemi merupakan
program yang diinisiasi oleh PT. Kaltim Prima Coal (KPC) di Kabupaten Sangatta,
Kalimantan Timur sejak tahun 2007 melalui pengelolaan sampah. Volume kompos
yang dihasilan melalui program ini sebanyak 401,5 ton atau setara dengan Rp.
521.950.000,- per tahun. Sebanyak 205 Rumah Tangga terlibat aktif dalam Gerak
Bersemi.
Program Gerak Bersemi digagas pada tahun 2007 melalui lokakarya yang melibatkan
Departement Community Empowerment KPC, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Kutai Timur, dan PKK Kabupaten Kutai Timur yang mewakili komponen masyarakat.
Pertemuan tersebut difasilitasi oleh Pusat Pemberdayaan Komunitas Perkotaan
(Pusdakota) Universitas Surabaya (Ubaya). Program ini merupakan program
pemberdayaan masyarakat untuk mendorong lahirnya eco-waste management model,
eco-health community model, dan eco enterprise business model di Kota Sangatta,
Kabupaten Kutai Timur. Gerak Bersemi menjadi bagian program corporate social
responsibility (CSR) KPC yang mengkombinasikan aspek lingkungan, sosial, dan
ekonomi dalam satu platform pemberdayaan masyarakat. Hal itu merupakan salah
satu wujud komitmen KPC terhadap masyarakat di sekitar perusahaan dan upaya
untuk mengimplementasikan pembangunan berkelanjutan.
Gerak Bersemi merupakan perpaduan dari 5 program Utama CSR KPC yaitu (1)
Pengembangan Agribisnis (2) Peningkatan Kesehatan Masyarakat (3) Pengembangan
Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (4) Pelestarian Alam dan Budaya, dan (5)
Penguatan Kapasitas Kelembagaan Masyarakat dan Pemerintah.
1. Mendorong Masyarakarat Mengelola Sampah
Implementasi Gerak Bersemi dimulai dengan melakukan Analisa Sosial Terpadu pada
bulan Desember 2007 yang dilakukan di 2 kecamatan, Sengatta Utara dan Sengatta
Selatan, terpilih 3 wilayah yang akan dijadikan model untuk implementasi Model
Triple E (Eco-waste Management Model; Eco-Health Community Model; Eco-Enterprise
Business Model) yaitu Gang Mushola, Margo Santoso dan Gunung Tehnik.
Dalam implementasinya, KPC memfasilitasi pelatihan-pelatihan, pengembangan
fasilitas atau sarana pendukung yang terkait, dan aktif mengkampanyekan perilaku
peduli sampah, khususnya di Kota Sangatta.
Kegiatan pelatihan dalam perogram Gerak Bersemi yang berkaitan langsung dengan
pemanfaatan sampah, antara lain:
(1) Pembuatan kompos dari sampah organik, serta kegunaannya dalam
meningkatkan kesuburan tanah yang secara langsung memberikan hasil
panen yang lebih sehat dan aman untuk dikonsumsi.
(2) Pemanfaatan berbagai sampai non organik yang masih mempunyai nilai
guna dan jual.
(3) Pemanfaatan berbagai tanaman obat keluarga sebagai alternatif
penanganan sederhana sebelum harus pergi ke dokter. Hal ini juga
merupakan pelestarian berbagai kearifan lokal yang telah banyak
dilupakan.
PT. KALTIM PRIMA COAL - 3R
69
G
b
1 R
P
P
Gambar 1. Rancangan Perencanaan Program
Sejak tahun 2008, sudah ada 250 warga Kota Sangatta yang mendapatkan pelatihan
dalam program Gerak Bersemi ini. Di samping mendapatkan pelatihan teknis mereka
juga mendapatkan pelatihan kepemimpinan, yang diharapkan dapat menjadi agenagen penggerak di komunitasnya masing-masing.
Untuk Mendukung Gerak Bersemi, sejumlah fasilitas pendukung dikembangkan
antara lain:
(1) Pusat Pelatihan Kompos (Composting Training Center atau CTC), tahun 2009, CTC
dibangun sebagai fasilitas percontohan pengolahan sampah bagi
komunitas.
Pengelolaan CTC dilakukan oleh Remaja Kreatif Peduli Lingkungan (RKPL) dengan
dukungan operasional dari KPC selama jangka waktu tertentu sampai siap untuk
mandiri. Kegiatan utama di CTC meliputi pelatihan, pemilahan sampah organik dan
non organik, serta pengomposan. Setiap bulannya, CTC bisa mengolah sekitar 2 ton
sampah organik per bulan atau 24 ton per tahun, dan sekitar 700 kg/bulan atau 8,4
ton/tahun sampah non-organik yang digunakan untuk kegiatan reuse dan recycle.
Pemasaran produk pupuk kompos CTC dilakukan oleh RKPL dan hasilnya sebagian
untuk mendukung kegiatan operasional.
(2) Bumi Pelatihan dan Percontohan Usaha Tani Konservasi (BPP UTK)
Fasilitas ini merupakan sebuah sarana pelatihan dan percontohan usaha
tani yang berwawasan lingkungan yang dimiliki oleh KPC sejak tahun 1996
yang kemudian pemanfaatannya diperkaya menjadi “rumah pengembangan
karakter komunitas” dimana proses reproduksi pengembangan karakter
dan kompetensi para agen gerakan dilengkapi dengan sarana prasarana
pendukung pendidikan lingkungan didalam dan diluar kelas,
modul
pembelajaran serta tim fasilitator.
Untuk memperluas keterlibatan warga Kota Sangatta dalam program Gerak Bersemi,
dengan diiringi kegiatan kampanye untuk mendorong perilaku ramah lingkungan,
dalam bentuk Lomba Kampung Bersemi. Dalam penyelenggaraanya lomba tersebut
melibatkan pemerintah daerah dan LSM, setiap kampung yang ada di Kota Sangatta
70
PT. KALTIM PRIMA COAL - 3R
dapat menjadi peserta lomba. Penilaian dilakukan dalam beberapa tahap untuk
mengukur komitmen dan kebersamaan komunitas dalam meningkatkan kebersihan,
kesehatan dan keswadayaan melalui berbagai kegiatan. Penilaian dilakukan oleh tim
juri yang terdiri dari berbagai pihak seperti LSM, media, akademisi, PMI, SKPD dan
dinas terkait. Pada 2010, partisipan yang terlibat sebanyak 59 peserta, tahun 2011
sebanyak 52 peserta, dan di 2012 sebanyak 47 peserta. Walaupun jumlah pendaftar
di 2012 lebih sedikit dibandingkan dua tahun sebelumnya, namun dari hasil
penilaian, tingkat kesadaran dan kemandirian masyarakat lebih meningkat.
2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran
Sejak program ini digulirkan pada tahun 2007, hasil-hasil yang diperoleh (2008-2012)
antara lain:
(1) Volume kompos yang dihasilkan per tahun rata-rata sebanyak 401,5 ton, yang
setara dengan Rp. 521.950.000,(2) Sebanyak 205 rumah tangga ikut berpartisipasi aktif dalam kegiatan Bank
Sampah, secara ekonomi per bulan menghasilkan Rp. 2.150.000,(3) Sebanyak 3.500 anggota masyarakat terlibat dalam kegiatan Gerak Bersemi
(Rumah Kompos, CTC, Haviera, Grebek RT dan lain-lain)
(4) Saat ini ada 55 agen penggerak yang aktif berkontribusi melalui Proyek Gerak
Bersemi (RKPL, FKPL, Pendamping RT dan Volunteer)
Metoda kegiatan dan juga pelibatan keluarga dari para pegawai KPC menjadi salah
satu pendukung program, bentuk kampanye, perlombaan menjadi penarik untuk
berpartisipasi dalam program. Sementara pelibatan pihak pemuda dan pemerintahan
setempat menjadi bagian penting dalam program. Bahkan program mendapatkan
pengakuan dari pemerintah setempat seperti disampaikan oleh Kepala BLH, Bapak
Didi Suryadi : “Saya mengapresiasi bentuk kerjasama yang telah terjalin selama ini
dalam penanganan sampah di Kota Sangatta, peran KPC sangat penting dalam
memotivasi masyarakat agar terlibat aktif dalam masalah sampah dan masalah
lingkungan lainnya, sangat nyata dirasakan”. Dalam Tribun Kaltim, 11 Maret 2010.
Asisten Deputi Kajian Kebijakan Wilayah dan Sektor, Kementerian Lingkungan Hidup
RI Heri Waluyo mengatakan, CTC yang dibangun KPC memiliki manfaat yang tinggi.
Tempat itu berdampak terhadap pengurangan timbunan sampah di TPA dan lebih
penting lagi sebagai wadah belajar bagi warga dalam pengelolaan sampah. Karena itu
Waluyo mengharapkan, apa yang dilakukan KPC bisa ditiru lembaga lain, karena
semakin banyak rumah kompos akan semakin banyak pula sampah yang bisa
dikelola. “Saya berharap, apa yang dilakukan KPC bisa ditiru oleh lembaga lain.
Sebab ke depannya, kita ingin terus mendorong pengelolaan sampah melalui konsep
3R (Reduce, Reuse, Recycle)”, dalam Warta Prima, edisi Januari-April 2011
PT. KALTIM PRIMA COAL - 3R
71
Gambar 2. Lomba Kampung dalam Gerak Bersemi
Program Gerak Bersemi telah membuka kesempatan interaksi dan kolaborasi antara
perusahaan, pemerintah daerah, dan LSM terkait upaya peduli terhadap sampah,
antara lain:
x Bersama dengan pemerintah dan masyarakat menyusun draft Rencana Strategis
Pengelolaan Sampah mengacu kepada UU 18 tahun 2008 dan Peraturan Bupati
Kutai Timur.
x Pemerintah memberikan sejumlah stimulant berupa kendaraan Roda 3 untuk
pengangkutan dan mesin composter.
x Pondok Bekas (PONKAS) untuk menampung dan menjual barang-barang bekas
yang masih layak pakai, sebagai bagian dari implementasi reuse. Pada tahun
2012, PONKAS juga dimanfaatkan sebagai pusat informasi kegiatan Gerak
Bersemi dengan nama Pojok BERSEMI. Pengunjung bisa mendapatkan
gambaran umum konsep, kemajuan dan berbagai pihak yang terlibat dalam
program Gerak Bersemi. PONKAS juga bisa diakses melalui facebook, twitter dan
BBM.
x Beberapa Minimarket memberikan hadiah kecil kepada pelanggan yang
membawa sendiri tas belanja, sehingga dapat mengurangi pemakaian tas plastik.
x FKPL (Forum Komunitas Peduli Lingkungan) terus mensosialisasikan semangat
3R dalam berbagai kesempatan.
x RKPL (Remaja Kreatif Peduli Lingkungan) dengan Bank Sampah memberikan
pelayanan pengambilan pada 700 rumah. Kepada pelanggan yang bersedia
memilah, untuk jenis sampah yang masih punya nilai ekonomi akan dicatat.
Pada akhir bulan, nilai ekonomi yang tercatat dapat dipakai sebagai pembayar
pelayanan yang telah diberikan. Kelebihan nilai tercatat dianggap sebagai
tabungan. Jumlah sampah yang terlayani angkutannya rata-rata sekitar 22
ton/bulan.
x Sejumlah kader yang sudah pernah menerima pelatihan terus melakukan
kegiatannya secara individu maupun kelompok dan secara nyata turut
berkontribusi dalam pengurangan sampah dengan memproduksi produk daur
ulang yang mempunyai nilai ekonomi.
Gerak Bersemi juga telah diakui oleh pemerintah Kabupaten Kutai Timur sebagai
program yang dapat diaplikasikan di tempat lain.
72
PT. KALTIM PRIMA COAL - 3R
PT. PERTAMINA EP ASSET 5 FIELD TARAKAN, KALIMANTAN TIMUR
Pengelolaan Sampah Skala Lingkungan dengan Sistem 3R
Program Pengelolaan Sampah Skala Lingkungan dengan Sistem 3R merupakan
integrasi aktivitas pelestarian lingkungan dan usaha peningkatan pendapatan
masyarakat sekitar kawasan pengelolaan sampah di dua kelurahan yaitu Kampung
1/Skip dan Kampung Enam Kecamatan Tarakan Timur, Tarakan, Provinsi
Kalimantan Timur di dukung oleh PT. Pertamina EP Asset 5 Filed Tarakan sejak
tahun 2010. Sebanyak 1.112 Kepala Keluarga terlibat aktif dalam program dari kedua
desa tersebut, dan berhasil mengurangi timbunan sampah hampir 33% dari total
awal sebanyak 294.46 ton. Program juga berhasil mengolah sampah organik 11.9 ton
selama periode 2013, serta menyerap tenaga kerja sebanyak 14 orang.
PT. Pertamina EP Asset 5 Field Tarakan (PEP Tarakan) adalah salah satu unit usaha
PT. Pertamina EP yang bergerak di bidang eksplorasi dan eksploitasi migas di Wilayah
Kerja Tarakan–Kalimantan Timur. PEP Tarakan mewujudkan kegiatan tanggung
jawab sosial dan lingkungan berdasarkan visi program CSR PEP Tarakan yaitu
mewujudkan komitmen perusahaan untuk memberikan nilai tambah bagi
stakeholders yang bertumpu pada strategi pengembangan masyarakat yang inovatif,
spesifik, berbasis potensi lokal dan kemitraan secara berkelanjutan untuk mencapai
kemandirian dan kesejahteraan.
Pengelolaan sampah di Kota Tarakan telah dilaksanakan oleh Dinas Kebersihan,
Pertamanan dan Pemakaman (DKPP) Kota Tarakan, termasuk pembinaan kepada
empat Depo Kompos. Termasuk di dalamnya Depo Kompos yang dikelola oleh
Kelompok Swadaya masyarakat (KSM) “NIBUNG” di kelurahan Kampung 1/Skip
Kecamatan Tarakan Tengah dan KSM “Ramah lingkungan” di kelurahan Kampung
Enam Kecamatan Tarakan Timur. PEP Tarakan berkeinginan agar kegiatan ini
ditingkatkan nilai tambahnya dengan memperhatikan:
t Pelayanan dan pengelolaan sampah belum menjangkau ke seluruh wilayah
kota Tarakan mengingat kondisi permukiman yang jauh dan berkelompok
serta keterbatasan peralatan dan personil.
t Sampah yang dihasilkan Kota Tarakan mencapai 70 ton/hari dimana 54
persen diantaranya adalah sampah rumah tangga. Karakteristik sampah dari
kegiatan domestik (rumah tangga) dan non domestik (pasar, pertokoan,
industri) terdiri dari sampah organik (70%-80%), plastik (10%), kertas (8%),
dan sisanya jenis lainnya (pecahan gelas/kaca, kain, dll), umumnya dibuang
begitu saja (open dumping), buang bakar (dengan incinerator atau dibakar
begitu saja), gali tutup (sanitary landfill). Masih terdapat kemungkinan untuk
mengolah sampah menjadi produk daur ulang, cacahan plastik maupun
kompos yang memiliki nilai ekonomi.
t Sumberdaya manusia, dalam hal ini kaum wanita yang tergabung dalam
kelompok ibu-ibu PKK yang belum optimal.
Program yang dikembangkan bertujuan untuk:
(1) Mendukung Kegiatan Pemerintah Kota Tarakan dalam pengelolaan sampah dan
menciptakan lingkungan yang bersih.
(2) Meminimalisasi timbunan sampah di tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Kota
Tarakan dengan memaksimalkan pengelolaan sampah di lingkungan.
(3) Meningkatkan jumlah tenaga kerja terampil sehingga menciptakan lapangan kerja
khususnya untuk perempuan, pada gilirannya meningkatkan pendapatan rumah
tangga.
PT. PERTAMINA EP ASSET 5 FIELD TARAKAN - 3R
73
1. Membangun Perencanaan Bersama untuk Mengolah Sampah
Program Pengelolaan Sampah Skala Lingkungan dengan Sistem 3R dilakukan
berdasarkan pada kesepakatan perencanaan kerja yang disusun secara kolektif oleh
seluruh anggota dan pelaku yang terlibat di dalam program, dibagi berdasarkan sub
program dengan alur sebagai berikut:
t Pembentukan Kelembagaan yang meliputi menyusun struktur organisasi,
membangun kesepakatan, dll.
t Perencanaan yang meliputi pemetaan lokasi, penentuan kelompok sasaran,
alokasi dan sumber dana, target produksi.
t Sosialisasi program yang dilakukan kepada para pemangku kepentingan
termasuk pemerintah setempah, perusahaan, LSM dll.
t Monitoring dan Evaluasi
Selengkapnya tersaji pada Gambar 1.
Gambar 1. Tahapan Program
PEMBENTUKAN KELEMBAGAAN:
1.
Pembuatan Nota
Kesepakatan kemitraan.
2.
Pembentukan struktur
kelembagaan & keanggotaan
3.
Penentuan pihak-pihak yang
terlibat (Instansi
Pemerintahan, Perusahaan,
LSM, Masy. Sekitar)
PENYUSUNAN
PERENCANAAN
PROGRAM:
1.
Alokasi & Sumber Pendanaan
2.
Pemetaan Lokasi pengelolaan
3.
Penentuan target
pengelolaan
4.
Penentuan target produksi
EVALUASI PROGRAM :
MONITORING PROGRAM :
1.
Dilakukan untuk menguji
kesesuaian antara target &
realisasi pengelolaan
2.
Pengawasan mutu produksi
3.
Pengawasan kelembagaan
SOSIALISASI PROGRAM (Instansi
Pemerintahan, Perusahaan, LSM,
Masy. Sekitar)
PELAKSANAAN PROGRAM:
1.
PelaƟhan dan
pengembangan kapasitas
2.
Penyediaan Sarana &
prasarana Pengelolaan
sampah
3.
Mendapatkan standarisasi
kompos yang dihasilkan
4.
Melakukan proses produksi
dan penjualan
PEP Tarakan mendesain kegiatan ini dalam jangka panjang yaitu periode 2010-2015,
jumlah dana yang dianggarkan untuk kegiatan ini di tahun 2013 adalah sebesar Rp.
161.000.000,-. Program Pengelolaan Sampah Skala lingkungan dengan Sistem 3R
merupakan integrasi aktivitas pelestarian lingkungan dan usaha peningkatan
pendapatan masyarakat sekitar kawasan pengelolaan sampah di dua kelurahan yaitu
Kampung 1/Skip dan kampung 6 yang merupakan ring 1 perusahaan. Pemangku
kepentingan yang juga menjadi sasaran program ini adalah:
74
PT. PERTAMINA EP ASSET 5 FIELD TARAKAN - 3R
KSM Nibung
dan KSMS
Ramah
Lingkungan
pelaksanaan
pemberdayaan
perempuan
Perempuan
yang tergabung
dalam kegiatan
PKK
sebagai pihak yang ikut berperan
dalam meningkatkan parƟsipasi
masyarakat dalam mengelola
lingkungan
Pemangku
KepenƟngan
di 2 Kelurahan
(sasaran
pengelolaan)
Pihak-pihak
terkait
pelestarian dan
kesejahteraan
sasaran pelaksanaan
pengelolaan sampah
Anak Sekolah
sasaran untuk meningkatkan
kesadaran meningkatkan
kualitas lingkungan sebagai
generasi penerus
Gambar 2. Para Pemangku Kepentingan Program Pengelolaan Sampah Skala
Lingkungan dengan Sistem 3R
Tabel 1. Jumlah Anggota KSM Pengelola Sampah Per Periode
Nama KSM
KSM Nibung
KSM Ramah
Lingkungan
Cakupan
8 dari 21 RT di Kampung 1
/Skip
13 dari 15 RT di Kampung
Enam
2012
240
2013
282
650
830
Penyusunan Perencanaan Program dilakukan secara bersama-sama di antara
pemangku kepentingan termasuk untuk menentukan peran masing-masing
pemangku kepentingan serta target pencapaian produksi, terutama KSM Nibung dan
KSM Ramah Lingkungan. Kegiatan ini diikuti dengan Sosialiasi kepada komponen
instansi pemerintah, perusahaan, LSM, dan masyarakat sekitar untuk
mempublikasikan rencana kegiatan sekaligus memperoleh dukungan dari
masyarakat.
Pelaksanaan Program dilakukan di Depo Kompos di KSM Nibung dan KSM Ramah
Lingkungan di kedua desa sasaran. Program yang dilaksanakan meliputi
pengangkutan dan pemilahan dan pemanfaatan sampah. Sampah organik dijadikan
kompos, sampah anorganik dipilah untuk membuat pelet (cacahan plastik) dan
bahan baku produk daur ulang. Proses pencacahan dilakukan di masing-masing
Depo, sedangkan pembuatan produk daur ulang dilakukan di kelompok PKK yang
dilibatkan dalam program ini. Para pelaku pengolahan sampah juga memperoleh
pelatihan keterampilan yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk yang baik. Sisa
sampah yang tidak bisa dimanfaatkan (residu) dikirim ke TPA Aki Babu milik Kota
Tarakan.
Selain dilakukan di Depo, kegiatan ini juga dilaksanakan di skala rumah tangga
seperti yang diinisiasi oleh anggota KSM Nibung, Ibu Wahidah–Kelurahan Kampung
Satu, Ibu Wahidah memilah sampah berdasarkan jenisya, sampah organik dijadikan
kompos dengan Takakura dan sampah plastik dijadikan souvenir daur ulang. Selain
memperoleh manfaat ekonomis, Ibu Wahidah kini hanya membuang sampah
seminggu sekali dari semula yang setiap hari, langkah ini kemudian diikuti oleh ibuibu PKK lainnya.
PT. PERTAMINA EP ASSET 5 FIELD TARAKAN - 3R
75
Selama program ini berjalan, kegiatan monitoring dilakukan oleh pemangku
kepentingan yang ditunjuk sesuai dengan rencana program. Monev telah dilakukan
dengan melibatkan pemerintah lokal oleh Kasie Pemberdayaan Kelurahan, LSM oleh
Institut Pemberdayaan Masyarakat, dan PEP Tarakan sendiri. Evaluasi akhir program
ini direncanakan pada 2015 mendatang.
Dengan berkurangnya volume sampah yang dibuang masyarakat, pencemaran
lingkungan dapat dikurangi, sehingga kebersihan lingkungan dapat terjaga. Upaya
yang baik ini mengantar Kota Tarakan memperoleh penghargaan Adipura pada 2012.
76
PT. PERTAMINA EP ASSET 5 FIELD TARAKAN - 3R
PT. PERTAMINA EP ASSET 5 FIELD TARAKAN - 3R
77
Nibung
Ramah
Lingkungan
Nibung
Ramah
Lingkungan
Timbulan
Sampah
(ton)
Serapan
Tenaga
Kerja
(orang)
Nilai
Ekonomi
(Rp)
*April 2013
1
2
2012
66,16
228,3
1
4
1
2013 2012
27,26*
99,5*
1
2013*
Pilah
2
1
2012
15,13
17,5
2
1
2013*
6,1
5,8
Kompos (organik)
4
1
2012
2,3
4,8
4
1
2013*
0,978
1,7
Produk Daur Ulang
(anorganik)
TPA Aki Babu
(sampah
residu)
2012 2013*
48,73 20,18
206
92
Gambar 3. Data Hasil Pengelolaan Sampah Skala Lingkungan Dengan Sistem 3R
Nibung
5.301.000 1.600.000 5.400.000 1.800.000
+Ramah
Lingkungan
data laporan diperoleh dari masing-masing KSM pada 3 Mei 2013
KSM
Deskripsi
Angkut
Total Timbunan Sampah per tahun:
2012: 294,46 ton dari 890 KK, 0,9 kg/orang hari
2013*: 126,76 ton dari 1.112 KK, 0,3 kg/orang hari
2.Manfaat dan Petikan Pembelajaran
Dampak Lingkungan, Pengelolaan Sampah Skala lingkungan dengan Sistem 3R di
Kota Tarakan sesuai dengan mottonya sebagai Kota BAIS (Bersih, Aman, Indah
dan Sejahtera), sehingga dapat menjadi investasi jangka panjang untuk
keberlanjutan masyarakat kota Tarakan pada umumnya dengan diperolehnya lagi
penghargaan Adipura tahun 2012.
Program juga memberikan manfaat ekonomi dengan adanya penyerapan tenaga
kerja yang dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat secara ekonomi dengan
memanfaatkan potensi lokal yang tersedia. Jumlah tenaga kerja yang dapat
diserap dalam pengelolaan sampah di kedua KSM sejumlah 14 orang serta
peningkatan pendapatan ibu-ibu PKK dalam pengelolaan produk daur ulang
sampah.
Program juga sudah berhasil membiasakan masyarakat untuk mengembangkan
dan
budaya kolektik dan melembagakan kerja sama yang organisasional
terencana, dilaksanakan dan diawasi secara bersama melalui lembaga-lembaga
yang terbentuk berdasarkan desakan kebutuhan kolektif.
Program berhasil dengan adanya kerjasama dengan berbagai pihak dan
perencanaan yang disusun bersama-sama.
Penghargaan Adipura menjadi
pendorong bagi kelompok dan masyarakat untuk lebih bergiat dalam pelaksanaan
program.
78
PT. PERTAMINA EP ASSET 5 FIELD TARAKAN - 3R
PT. PUPUK SRIWIDJAJA, PALEMBANG, SUMATERA SELATAN
Pengolahan Sampah Perumahan Karyawan
Sebanyak 434 Kepala Keluarga, Kelurahan Sungai Selayur, Kecamatan Kalidoni,
Kota Palembang telah mengolah sampah rumah tangga organik dengan total yang
diolah adalah kurang lebih 0,7 ton per hari ditambah sampah rumput dan daun
sebanyak 1,3 ton per hari. Kegiatan yang diinisiasi oleh PT. Pupuk Sriwidjaja
Palembang ini, bukan hanya mengurangi jumlah sampah yang harus dikelola
sebanyak 2 ton perhari, namun mengurangi biaya angkutan sebesar Rp. 564.000,per hari dan menciptakan lapangan pekerjaan bagi 15 orang warga.
PT. Pupuk Sriwidjaja – Palembang (Pusri Palembang) adalah sebuah pabrik pupuk
yang memproduksi pupuk urea di Sumatera Selatan. Untuk mendukung operasi
perusahaan, Pusri Palembang menyediakan kompleks perumahan bagi karyawan.
Kompleks Perumahan Pusri Palembang menyediakan rumah bagi 434 Kepala
Keluarga di atas lahan 245 hektar di Kelurahan Sungai Selayur, Kecamatan
Kalidoni, Kota Palembang, selain itu, di sini juga menyediakan sarana
persekolahan, pasar, dan prasarana umum lainnya.
Sampah rumah tangga dan sampah domestik dari Kantor dan Pabrik dulu dikelola
secara konvensional dengan dikumpulkan oleh Dinas Kebersihan untuk kemudian
dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir Sampah Sukawinatan. Sejalan dengan
perkembangan Kota dan Kompleks Industri ini, timbulan sampah rumah tangga
ini semakin hari semakin menjadi perhatian, hal inilah yang menggerakkan Pusri
Palembang untuk melakukan inisiatif pengelolaan sampah rumah tangga dari
kegiatan operasi dan Kompleks Perumahan Pusri Palembang.
Sampah adalah salah satu masalah perkotaan, timbulan sampah rumah tangga
dari Kompleks Perumahan dan sampah domestik dari kantor dan lingkungan
pabrik merupakan tantangan tersendiri sewaktu inisiatif ini akan dilakukan pada
2004. Berton-ton sampah yang ditimbulkan setiap hari hanya dikumpulkan dan
dibuang, atau dibakar, tanpa ada pengolahan maupun upaya untuk mengurangi
timbulan sampah tersebut. Jenis-jenis sampah yang ditimbulkan berupa sampah
organik yaitu sampah rumput, daun, rumah tangga/dapur, sampah buah-buahan
dan sampah organik lainnya.
Sampah tidak saja menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan di Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) saja, tetapi juga menciptakan masalah kesehatan,
tumpukan-tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) di Kantor,
Pabrik, dan Pemukiman menjadi tempat berbiaknya lalat yang merupakan faktor
penyakit. Sampah juga menjadi pemandangan yang tidak menyenangkan karena
semakin hari timbulan sampah semakin bertambah. TPA yang menampung
sampah dan sarana pengangkutan jumlahnya terbatas sehingga pengelolaan
sampah tidak bias lagi menggunakan cara-cara konvensional.
Menyadari bahwa dampak timbulan sampah kian serius dan terinspirasi oleh
komitmen dalam Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Pusri Palembang untuk
meminimalkan dan memanfaatkan limbah non B3 (sampah domestik bukanlah
sampah bahan beracun dan berbahaya) serta semangat untuk menciptakan
keharmonisan antara perusahaan dengan warga sekitar, maka Pusri Palembang
PT. PUPUK SRIWIDJAJA - 3R
79
memulai inisiatif untuk mengelola sampah domestik baik dari Kantor, Pabrik, dan
Kompleks Perumahan Pusri Palembang pada tahun 2005. Inisiatif yang dilakukan
adalah pengelolaan sampah organik menjadi kompos dengan pabrik pupuk
organik Pusri.
Inisiatif Pupuk Organik Pusri memiliki tujuan:
(1)Menyempurnakan pengelolaan sampah di Komplek Pusri Palembang yang
berwawasan lingkungan.
(2)Memanfaatkan sampah organik (sampah rumput, daun, pertamanan dan
dapur/rumah tangga).
(3)Mengurangi tumpukan sampah pada tempat pembuangan sementara (TPS)
dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sehingga tidak terjadi perluasan lahan
TPA.
(4)Menghemat biaya angkutan sampah yang selama ini dibuang ke TPA dan
dialihkan/diangkut ke tempat pengomposan (jaraknya lebih dekat).
(5)Menghemat biaya pembelian pupuk kandang untuk taman dan Green
Barrier.
(6)Membantu menghindari tumpukan sampah khususnya di TPS yang
terlantar sebagai pembiakan lalat yang menularkan penyakit.
(7)Mengurangi pencemaran lingkungan, karena sampah yang dibuang/dibakar
menjadi berkurang.
(8)Penggunaan kompos pada lahan pertanian berarti mencegah pencemaran
karena berkurangnya kebutuhan kompos pada lahan pertanian berarti
mencegah pencemaran karena berkurangnya kebutuhan pemakaian pupuk
buatan dan obat-obatan yang berlebihan.
(9)Membantu melestarikan sumber daya alami karena pemakaian kompos
pada kebun/lahan akan menghemat kemampuan lahan kebun dalam
menahan air, sehingga menghemat kandungan air.
(10) Pengomposan juga berarti menghasilkan sumber daya baru dari sampah
dan dalam jangka panjang kompos akan menjadi tanah.
(11) Diharapkan Pusri Palembang dapat menjadi percontohan dalam hal
pengelolaan sampah Unit Daur Ulang dan Produksi Kompos di Sumatera
Selatan.
1. Mengolah Sampah Menjadi Pupuk Organik
Pusri Palembang menginisiasi kegiatan ini dengan melakukan Peresmian Proyek
Pabrik Pupuk Organik Pusri pada 14 April 2005, setelahnya Pusri Palembang
membuat perencanaan Proyek yaitu:
(1)Pembentukan Tim Proyek Pupuk Organik, sebagaimana dijelaskan dalam
bagan berikut, penugasan ini ditetapkan secara formal melalui Penugasan
Direktur Utama Surat No. 014/A00.UM/2005 tanggal 25 April 2005
(2)Perencanaan Pembangunan Proyek Pabrik Pupuk Organik dengan didasarkan
pada Izin Prinsip Pelaksanaan Proyek oleh Direktur Teknik & Pengembangan
dalam Surat No. 046/03010.LB/2005
(3)Penyediaan anggaran dengan Persetujuan Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Proyek Pupuk Organik dalam Surat No.058/PKOR.03010/2005 tanggal 17
Mei 2005
(4)Keseluruhan anggaran yang dipergunakan untuk pembangunan pabrik
pupuk ini adalah sebesar sebesar Rp. 2.968.018.307,- yang seluruhnya
disediakan oleh Pusri Palembang.
80
PT. PUPUK SRIWIDJAJA - 3R
Tahapan pekerjaan yang dilakukan untuk Proyek Pupuk Organik Pusri adalah
sebagai berikut:
NO
1
2
3
4
5
TAHAPAN PROYEK
Sosialisasi di Perumahan Komplek PT. Pusri
Palembang
Pekerjaan Sipil
Procurement
Instalasi Peralatan
Pekerjaan Elektrikal
6
Commisioning, Start Up & Performance Test
7
Close Out Report
JADWAL
15 Maret – 15 April 2005
7 Mei – 15 September 2005
1 Mei – 30 Agustus 2005
3 – 10 Desember 2005
25 Nopember – 16 Desember
2006
17 Desember 2005 – 17 Maret
2006
30 April 2006
Setelah Pabrik terbangun dan diserahterimakan, Pabrik Pupuk Organik mulai
beroperasi untuk menerima dan mengolah sampak domestik dari Kompleks
Perumahan, Kantor, dan Pabrik Pusri Palembang. Tenaga kerja yang dipekerjakan
di Pabrik Pupuk Organik ini sebanyak 15 orang dididik dari penduduk sekitar.
Proses pengolahan sampah yang dilakukan di Pabrik Pupuk Organik Pusri adalah:
a. Bahan Baku sampah hasil pilahan dari rumah tangga diterima di area
penerimaan bahan baku, kemudian dilakukan pemilahan lagi, karena
proses pemilahan dari rumah tangga belum bersih, selanjutnya dimasukkan
mesin pencacah dengan menggunakan belt conveyor-1.
b. Bahan yang telah dicacah ukuran 2–4 cm diangkut dengan lorry masuk bak
fermentasi dengan menambahkan larutan dekomposer sebanyak 1 liter/ton
bahan, didiamkan selama 3–5 hari, dengan menjaga temperatur dengan
cara dibalik dan penyemprotan larutan dekomposer.
c. Bahan yang telah selesai proses fermentasi dapat dilihat dengan stabil
temperatur yaitu sama dengan temperatur ruang, dalam bentuk gumpalan
diangkut dengan lorry ke beltconveyor -2 untuk dikeringkan sampai
kelembaban ± 25% untuk memudahkan dalam proses penggilingan di
hammer mill.
d. Produk dari hammer mill merupakan produk halus dan produk yang sedikit
kasar sebagai produk curah dan produk yang harus dijadikan pupuk
organik granul.
e. Pembuatan pupuk organik granul dengan menggunakan Fan Granulator
dengan putaran dan kemiringan tertentu, bahan pupuk halus ditambah
zeolite dan larutan gula/tetes tebu untuk pengekat agar granul terjadi
dengan baik.
f. Pupuk Granul yang dihasilkan melalui belt conveyor -3 menuju unit
pengering -2 untuk mengeringkan sampai kadar air tetap ± 25%, keluar belt
conveyor -4 dan diayak untuk mendapatkan granul ukuran 2–4 cm, produk
lain berupa serbuk hasil ayakan.
g. Produk granul dan serbuk ditampung dalam hopper ayakan untuk
dimasukkan dalam kemasan karung 50 kg untuk pupuk organik granul dan
30 kg untuk pupuk organik serbuk/curah. Karung dengan timbangan yang
cukup disusun dengan maksimal 3 tumpukan.
h. Produk organik baik dalam curah dan granul siap dipasarkan dengan
diutamakan kebutuhan dalam komplek untuk penghijauan/taman dan
memenuhi kebutuhan konsumen.
Jumlah sampah rumah tangga (organik) yang diolah menjadi pupuk organik
adalah ± 0,7 ton per hari dengan ditambah sampah rumput dan daun sebanyak
1,3 ton per hari akan dihasilkan pupuk organik 0,5 ton per hari.
PT. PUPUK SRIWIDJAJA - 3R
81
Gambar 1. Lokasi dan Hasil Produksi Pupuk Organik
2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran
Keberadaan pabrik pupuk organik yang dikembangkan oleh Pusri dirasakan telah
memberikan manfaat yaitu:
a. Mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke TPA.
Jumlah sampah rumah tangga (organik) yang diolah menjadi pupuk organik
adalah ± 0,7 ton/hari dengan ditambah sampah rumput dan daun sebanyak
1,3 ton/hari berarti mengurangi jumlah sampah yang harus dikelola
sebanyak 2 ton per hari.
b. Mengurangi biaya pengangkutan sampah organik.
c. Biaya pengangkutan sampah untuk 1 Rite @ 2 m3 (1 m3 = 250 kg sampah)
adalah Rp. 70.500,-. Dengan adanya pengolahan sampah menjadi pupuk
organik sebanyak 2 ton/hari, berarti dapat mengurangi biaya pengangkutan
sebesar Rp. 564.000,-/hari.
d. Memberikan peluang pekerjaan bagi masyarakat sekitar.
Dengan adanya pabrik pupuk organik ini juga memberikan peluang kerja
untuk masyarakat sekitar sebanyak 15 orang.
e. Menyediakan pasokan pupuk untuk memelihara lingkungan. Kompos yang
dihasilkan dipergunakan untuk pemupukan di Green Barrier Kompleks
Pusri Palembang dan dipergunakan untuk kegiatan pertanian, dengan
menggunakan kompos, penggunaan pupuk kimia dapat dikurangi dan
membantu serapan air di lahan pertanian.
f. Apresiasi, sebagai penghargaan atas upaya me-recycle sampah organik,
Pusri Palembang mendapat penghargaan Kalpataru Kategori Perintis
Lingkungan Provinsi Sumatera Selatan yang diberikan oleh Gubernur
Sumatera Selatan pada saat Peringatan Hari Lingkungan Hidup Se-dunia
Tingkat Provinsi Sumatera Selatan tahun 2006 di Teluk Gelam Kabupaten
Ogan Komering Ilir.
82
PT. PUPUK SRIWIDJAJA - 3R
PT. SUMI RUBBER INDONESIA, KABUPATEN CIKAMPEK, JAWA BARAT
Perfect Zero Emission Melalui Gerakan 3R untuk Lingkungan Lebih Baik
Sejak tahun 2007, upaya pengelolaan sampah dari perusahaan PT. Sumi Rubber
Indonesia, dilakukan bukan hanya dengan penyadaran untuk melakukan upaya
Reduce, Reuse dan Recycle, akan tetapi dikembangkan melalui kerjasama dengan
pihak ketiga, yaitu CV. Karang Mukti yang berlokasi di Desa Kalihurip. Setiap bulan
sebanyak 30 ton sampah dapat dikelola dan diolah, CV. Karang Muktipun
berkembang dari awal hanya ada 3 pekerja saat memiliki 30 pekerja.
Melalui program Perfect Zero Emission, Sumi Rubber Indonesia berupaya untuk
meminimalkan sampah yang dibuang ke lahan urug (landfill) sekaligus
memberdayakan masyarakat. Melalui pemilahan sampah yang sistematis dan
komprehensif, perusahaan telah mampu memberdayakan masyarakat untuk
memanfaatkan sampah sampai sebanyak 30 ton setiap bulannya. Secara formal,
program dimulai pada tahun 2007 dan terus dilaksanakan dan ditingkatkan
sampai saat ini.
PT. Sumi Rubber Indonesia (SURINDO) berlokasi di Cikampek, Provinsi Jawa
Barat. SURINDO telah memperoleh sertifikat Sistem Manajemen Lingkungan ISO
14001 pada tahun 2008. Perusahaan memproduksi berbagai jenis ban untuk
kendaraan bermotor mulai dari ban untuk bus, truk, mobil, sampai ban motor.
Terus berkembangnya perusahaan yang ditandai dengan meningkatnya kapasitas
produksi menuntut perusahaan memperluas pabrik. Pada saat yang bersamaan,
juga memerlukan penambahan mesin dan pekerja. Konsekuensi dari hal-hal
tersebut adalah meningkatnya jumlah sampah yang ditimbulkan dari proses
produksi dan non produksi.
Persoalan terbesar masalah sampah di SURINDO adalah:
t Belum tumbuhnya kesadaran dari seluruh karyawan tentang tertib membuang
sampah pada tempat dan sesuai jenisnya.
t Sampah yang dihasilkan belum memberikan nilai secara ekonomis kepada
perusahaan maupun masyarakat di sekitar perusahaan.
Kedua persoalan inilah yang akan diatasi dan menjadi awal perusahaan
melakukan pengelolaan sampah dengan cara lebih baik.
Gambar 1. Pembuangan Sampah di Kantor sebelum Adanya Program
PT. SUMI RUBBER INDONESIA - 3R
83
1. Pelaksanaan Pengelolaan Sampah
Salah satu butir kebijakan perusahaan SURINDO adalah “Pelaksanaan 5S (Seiri,
Seiton, Seiso, Seiketsu, Shitsuke) atau 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin)
sebagai dasar, Mari kita ciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman di
dalam pabrik“ maka dilakukanlah kegiatan pengelolaan sampah secara terpadu di
seluruh area perusahaan. Upaya ini adalah untuk mewujudkan kebijakan
perusahaan untuk menciptakan lingkungan kerja yang bersih, sehat dan nyaman
dapat terwujud. Kegiatan ini diberi nama “Perfect zero Emission“.
Sasaran program “Perfect Zero Emission “ ini adalah para pemangku kepentingan
yang relevan, terutama para karyawan yang berjumlah sekitar 3.500 orang.
Kelompok karyawan ini menjadi sasaran utama karena merupakan mayoritas
pihak yang akan berhubungan langsung dengan program tersebut. SURINDO
menyadari bahwa berhasil atau tidaknya program ini sangat bergantung kepada
semua karyawan yang berada di dalam perusahaan serta beberapa pihak luar
yang secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan perusahaan
seperti para pemasok, tamu, maupun masyarakat di sekitar perusahaan.
Tujuan dari program adalah meniadakan dampak dari emisi ataupun timbulan
limbah sehingga betul-betul menjadi nol atau tidak ada sama sekali. Hasil lain
yang akan dicapai adalah menciptakan lingkungan kerja yang bersih, sehat, dan
nyaman. Disisi lain sampah atau emisi yang ditimbulkan dapat memberikan nilai
ekonomi bagi perusahaan maupun bagi masyarakat di lingkungan sekitar
perusahaan. Program Perfect Zero Emission dikembangkan dengan proses berikut
(Gambar 2.)
Gambar 2. Alur Program Perfect Zero Emission
Target dari program adalah tumbuhnya kesadaran dari seluruh karyawan untuk
mengelola sampah hingga tercipta kerja yang bersih, sehat dan nyaman, sampah
terpilah dengan baik dan sampah yang dipilah masih memiliki nilai ekonomi.
Pada proses pelaksanaan, di perusahaan sampah yang ada dipilah menjadi
delapan bagian yaitu: kertas, plastik, besi dan kaleng, botol kaca dan gelas, sarung
84
PT. SUMI RUBBER INDONESIA - 3R
tangan dan majun, sampah daur-debu dan sapuan, puntung rokok, bahan
berbahaya beracun (B3).
Pemilahan secara komprehensif ini, salah satu tujuannya adalah untuk
mengoptimalkan nilai ekonomis sampah yang ditimbulkan perusahaan. Sebagai
perbandingan, sebelum adanya program, pemilahan sampah hanya dilakukan
berdasarkan dua kategori, yaitu organik dan anorganik. Pemilahan sederhana ini
dirasa belum mampu memberikan nilai tambah optimal terhadap pemanfaatan
sampah.
Untuk memfasilitasi pemilahan, perusahaan membuat sebuah sistem pengelolaan
sampah yang komprehensif, yang mencakup:
x 60 stasiun pemilahan (central station);
x 12 stasiun tempat sampah untuk tempat umum (masing-masing 6 jenis
tong sampah)
x Kendaraan (motor roda tiga) pengumpul dan pengangkut sampah di
perusahaan;
x Stasiun penimbunan akhir di perusahaan.
Penyediaan fasilitas tersebut disertai dengan sosialisasi dan pelatihan yang
komprehensi yang mampu menjangkau seluruh karyawan dan orang yang berada
di dalam perusahaan.
Gambar 3. Tempah Sampah yang Disediakan Perusahaan Terbagi 6 Jenis
Agar sampah yang telah dipilah dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar,
SURINDO bekerjasama dengan pengelola sampah dari masyarakat sekitar.
Perusahaan yang diajak bekerja sama adalah CV. Karang Mukti yang dimiliki
penduduk desa sekitar, yaitu desa Kalihurip. Perusahaan ini mempekerjakan
tenaga kerja dari desa setempat. Kerjasama ini telah diformalkan ke dalam sebuah
kontrak kerjasama yang mengatur peran, hak, dan kewajiban dari masing-masing
pihak.
Pada kerja sama tersebut, SURINDO akan menyerahkan sampah perusahaan yang
telah terpilah kepada CV. Karang Mukti. Perusahaan juga mendanai biaya
transportasi sampah. Sementara CV. Karang Mukti akan memanfaatkan sampah
yang telah terpilah tersebut untuk dijual ke pihak lain. Mitra perusahaan ini
dilarang melakukan penimbunan sampah ke lahan urug (landfill). Sampai saat ini,
kuantitas sampah yang telah dipilah akan dimanfaatkan oleh mitra perusahaan
tersebut yang mencapai jumlah 30 ton setiap bulannya.
PT. SUMI RUBBER INDONESIA - 3R
85
Pelatihan juga telah diberikan kepada mitra perusahaan untuk dapat mengelola
dan memanfaatkan sampah secara baik dan benar. Sebuah sistem audit juga
disepakati bersama untuk memeriksa pengelolaan sampah secara berkala. Audit
dilaksanakan secara berkala satu kali setahun, maksimum dua kali setahun.
Aspek-aspek yang diperiksa dalam audit antara lain mencakup:
x Aspek perizinan,
x Penanganan sampah,
x Kebersihan, dan
x Pemenuhan persyaratan pada kontrak kerjasama.
SURINDO berupaya untuk memastikan agar program “Perfect Zero Emission” dapat
terus berjalan dan dapat terus ditingkatkan, untuk itu perusahaan telah
menginternalisasi program tersebut ke dalam Sistem Manajemen Lingkungan ISO
14001. Wujudnya adalah tertuangnya program dalam kebijakan lingkungan
perusahaan, formalisasi prosedur pengelolaan sampah ke dalam sistem
manajemen lingkungan, dan adanya reward dan punishment terhadap kinerja
pengelolaan sampah.
2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran
Program telah berhasil memberikan berbagai manfaat kepada perusahaan maupun
kepada masyarakat sekitar, diantaranya adalah:
x Kesadaran karyawan dengan membuang sampah sesuai tempat dan
jenisnya telah meningkat. Kesadaran ini tidak terlepas dari sosialisasi yang
intensif baik melalui berbagai pelatihan dalam skala besar maupun melalui
berbagai briefing di masing-masing seksi kerja yang dilaksanakan secara
terus menerus.
x Termanfaatkannya 30 ton sampah setiap bulannya. Sebelum program
dimulai, sampah yang ada diserahkan kepada penyedia jasa pengelolaan
sampah yang bersifat komersial, dimana perusahaan tersebut masih
menimbun sampah yang tidak dapat dimanfaatkan. Saat itu biaya yang
dikeluarkan cukup besar dan tidak memberikan manfaat kepada
masyarakat sekitar.
x Terhindarnya sampah dari ditimbun pada lahan urug (landfill), hal ini telah
sesuai dengan rencana jangka panjang perusahaan untuk meminimalkan
dampak terhadap lingkungan sekitar.
x Pemberdayaan mitra perusahaan. Pada saat program dimulai, jumlah
karyawan di CV. Karang Mukti hanya berjumlah 3 orang, saat ini karyawan
di perusahaan tersebut mencapai 30 orang, sebuah peningkatan yang
cukup signifikan. Hal ini sangat dirasakan oleh pemilik maupun karyawan
seperti disampai berikut ini:
“Dengan adanya sampah dari PT. Sumi Rubber Indonesia ini saya
bisa membuka lapangan pekerjaan kepada penduduk sekitar yang
rata-rata bekerja sebagai petani penggarap atau buruh tani”. (Bapak
Anda Suhanda- Pemilik CV. Karang Mukti)
“Saya senang bisa kerja disini, karena ada penghasilan tiap hari yang
bisa saya peroleh. Tadinya saya cuma buruh tani yang tidak tentu
pendapatan/penghasilannya. Ya lumayan bisa buat bantu-bantu
dapur tetap ngebul, dan buat meringankan biaya sekolah anak-anak,
biar mereka bisa lebih baiklah masa depannya dibanding saya". (Ibu
Ano -Pekerja di CV. Karang Mukti)
86
PT. SUMI RUBBER INDONESIA - 3R
Keberhasilan program tidak terlepas dari upaya perusahaan untuk melakukan
edukasi kepada karyawan meskipun pada tahap awal banyak karyawan yang
belum memahami manfaat dari program “Perfect Zero Emission”. Sosialisasi secara
terus-menerus disertai dengan berbagai pelatihan dan himbauan (poster, brosur,
lomba, dan sejenisnya) dan diserta dengan sistem reward dan punishment telah
mampu membangkitkan kesadaran seluruh karyawan.
Program juga dapat dilaksanakan karena dukungan penuh dari manajemen
puncak terhadap program, keterlibatan seluruh karyawan dan penyelenggaraan
kegiatan peningkatan kepedulian yang inovatif, misalnya memasukkan progam
kedalam event-event perusahaan seperti safety month, energy month, atau quality
month.
PT. SUMI RUBBER INDONESIA - 3R
87
PT. UNILEVER INDONESIA TBK, JAKARTA
3R Melalui Koperasi Bank Sampah
Program Koperasi Bank Sampah yang dikembangkan oleh Unilever Indonesia sejak
tahun 2001 telah berhasil mengelola sampah di 10 kota besar di Indonesia yaitu
Surabaya, Jakarta, Bandung, DIY, Bali, Medan, Makasar, Manado, Balikpapan,
dan Banjarmasin, dengan total reduksi sampah kering di tahun 2012 adalah 350
ton. Sedangkan total penjualan mencapai Rp 600.000.000,-. Tahun 2012, bank
sampah sudah berjumlah 390 bank sampah, sementara yang sudah berubah
menjadi unit bisnis berbentuk koperasi berjumlah 40 unit. Koperasi ini sudah
mulai memberikan keuntungan bagi 20.000 KK yang menjadi anggota, sementara
penerima manfaat program sebanyak 100.000 jiwa.
Unilever Indonesia adalah perusahaan produk konsumen dan makan minuman
yang telah beroperasi di Indonesia lebih dari 80 tahun dengan menyediakan 43
merek produk di Indonesia. Unilever Indonesia menyelenggarakan upaya tanggung
jawab sosial dan lingkungan (CSR) melalui organisasi yang dibentuknya yaitu
Yayasan Unilever Indonesia. Salah satu program unggulan CSR Unilever adalah 3R
dengan Koperasi Sampah yang dimulai sejak 2001 di sepuluh kota besar di
Indonesia, yaitu Surabaya, Jakarta, Bandung, DIY, Bali, Medan, Makasar,
Manado, Balikpapan, dan Banjarmasin.
Unilever Indonesia menjawab tantangan global dengan mencanangkan Unilever
Sustainable Living Plan (USLP) pada 2010. Rencana ini merupakan sebuah rencana
10 tahun untuk menumbuhkan bisnis kami dengan cara membantu
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, mengurangi dampak
lingkungan dan meningkatkan taraf kehidupan.
Upaya untuk menurunkan dampak lingkungan dilakukan salah satunya dengan
inisiatif mengurangi sampah. Unilever mengelola timbulan sampah dari aktifitas
pabrik dan sampah dari kemasan produk konsumen (post consumer packaging
waste) dengan program ‘Koperasi Bank Sampah’ dan program ‘Trashion’, dalam
bentuk edukasi dan pendampingan kepada masyarakat untuk mengelola sampah
dengan prinsip 3R dalam program besar, Green and Clean. Unilever tidak saja
mewujudkan tanggungjawab terhadap dampak kegiatan dan produknya tetapi juga
melaksanakan kewajiban extended producer responsibility dengan melakukan
upaya pengelolaan sampah bekas kemasan produk dengan meningkatkan nilai
ekonomis dari sampah itu sendiri.
Bank Sampah bukanlah hal yang sama sekali baru di Indonesia, namun untuk
memastikan keberlanjutan inisiatif ini secara mandiri. Program bank sampah yang
dilaksanakan Unilever Indonesia telah mengalami beberapa dinamika selama
proses perkembangannya. Pada rentang tahun 2008-2010, program bank sampah
menjadi bagian dari Program Green and Clean sebagai salah satu kriteria
perlombaan pengelolaan lingkungan di tiap wilayah (RW).
Mulai 2012, Unilever mendesain program ini secara holistik dengan melibatkan
lebih banyak pemangku kepentingan di mana masyarakat menjadi ujung
tombaknya, terintegrasi dalam rantai pasokan mulai dari pengumpulan hingga
penjualan kepada pengepul, dan membuat institusi formal di masyarakat
berbentuk badan hukum koperasi, sehingga program ini dikelola oleh masyarakat
dengan bertanggung jawab dan akuntabel. Selain memastikan kemandirian
88
PT. UNILEVER INDONESIA TBK - 3R
masyarakat, program Bank Sampah Unilever
pengembangan keterampilan sumberdaya manusia.
lebih
difokuskan
pada
1. Koperasi untuk Mengelola Sampah
Koperasi Bank Sampah merupakan salah satu program untuk mengurangi
dampak lingkungan dari kemasan bekas pakai produk Unilever di tingkat
konsumen dengan semangat kolektif dan berkelanjutan.
Misi dari program Koperasi Bank Sampah adalah menciptakan komunitas mandiri
yang secara aktif berkontribusi dalam:
(1) Mengurangi timbulan sampah domestik skala komunal,
(2) Menciptakan lingkungan yang hijau dan bersih,
(3) Meningkatkan sektor ekonomi berbasis masyarakat.
Program Bank Sampah sendiri merupakan salah satu strategi untuk menciptakan
kehidupan yang berkelanjutan melalui pengelolaan sampah domestik secara
kolektif dengan prinsip Reduce-Reuse-Recycle (3R).
Proses pengelolaan sampah yang dilakukan oleh Unilever diawali dengan
perencanaan strategis yang sejalan dengan visi Unilever Indonesia yaitu:
(1) bekerja untuk membangun masa depan yang lebih baik setiap hari
(2) membantu orang-orang merasa nyaman, berpenampilan baik dan lebih
menikmati kehidupan dengan brand dan pelayanan yang baik bagi mereka
dan bagi orang lain
(3) menjadi sumber inspirasi orang-orang untuk melakukan hal kecil setiap
hari yang dapat membuat perbedaan besar bagi dunia
(4) mengembangkan cara baru dalam melakukan bisnis dengan tujuan
membesarkan perusahaan kami dua kali lipat sambil mengurangi dampak
lingkungan.
Untuk mencapai visi Perusahaan, Unilever Indonesia menetapkan inisiatif strategis
Unilever Sustainable Living Plan (USLP) pada 2010 dengan target pencapaian
jangka panjang pada 2020. Tiga sasaran utama yang akan dicapai pada tahun
2020 adalah:
(1) meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan,
(2) mengurangi dampak lingkungan, dan
(3) memasok 100% bahan baku pertanian secara berkelanjutan dan
meningkatkan penghidupan karyawan ke rantai nilai bisnis Unilever
Indonesia.
Ketiga sasaran utama USLP dilaksanakan pada tujuh komitmen dengan target
spesifik yang ditetapkan oleh Unilever Indonesia. Ketujuh target tersebut meliputi
kinerja sosial, lingkungan dan ekonomi di sepanjang ke rantai nilai bisnis Unilever
Indonesia – sejak dari pembelian bahan baku hingga penggunaan produk di rumah
tangga.
Selanjutnya pelaksanaan program dilakukan melalui beberapa tahapan yang
mengacu pada prinsip strategis yang telah disusun, tahapan tersebut adalah:
(1) Tahap pertama – Ujung tombak dari implementasi program bank sampah
terletak pada fasilitator yang berasal dari masyarakat dan/atau mitra LSM
yang akan melakukan pendampingan intensif pada masyarakat. Kolaborasi
dengan beberapa pemangku kepentingan dengan fungsi yang berbeda-beda
yaitu pemerintah, LSM, dan media masa dilakukan untuk mengembangkan
potensi yang ada di masyarakat. Unilever Indonesia melakukan dua
PT. UNILEVER INDONESIA TBK - 3R
89
pendekatan untuk pelibatan Pemangku Kepentingan dalam program ini.
Pendekatan pertama adalah sosialisasi program pada pemangku
kepentingan dilanjutkan dengan sosialisasi ke masyarakat.
(2) Tahap kedua – Unilever melakukan pengembangan masyarakat baik dari
sisi technical skill dan capacity building dibangun dari training dan
workshop. Edukasi masyarakat dimulai dari pemilahan sampah dari
sumber dilanjutkan dengan prinsip reuse dan recycle dengan memanfaatkan
kembali sampah bernilai ekonomis. Tenaga-tenaga terampil dari pelatihan
mulai melakukan aktivitas Bank Sampah sesuai dengan perencanaan.
Selama pelaksanaan sistem bank sampah, perlu dilakukan pertemuan
lanjutan dengan tujuan memberikan penjelasan detail tentang standardisasi
bank sampah, mekanisme kerja bank sampah, dan keuntungan sistem
bank sampah. Forum ini juga dimanfaatkan untuk musyawarah penentuan
struktur organisasi bank sampah, lokasi kantor dan penimbangan,
koordinasi dengan pengepul/industri daur ulang hingga jadwal penyetoran
sampah. Dengan pengembangan masyarakat secara intensif, program bank
sampah juga memotivasi para ibu rumah tangga untuk mengaktifkan
kegiatan recycle sampah plastik menjadi barang-barang bernilai ekonomi
(tas, dompet, tikar, dll).
Selama pelaksanaan ini Unilever melakukan pendampingan secara intensif,
penyediaan aset modal, dan mengembangkan akses ke pasar dalam hal ini
dapat berupa pengepul atau sektor industri daur ulang sehingga menjamin
bahwa sistem yang terbangun berjalan secara berkelanjutan. Pendampingan
intensif kepada masyarakat komunitas bank sampah dilakukan oleh mitra
LSM dengan fokus pengembangan masyarakat dan pengembangan bank
sampah baik dari segi bisnis, sosial, dan aspek pengelolaan lingkungan,.
(3) Tahap ketiga – monitoring dan evaluasi berkelanjutan dilakukan melalui
tahap pendampingan secara intensif oleh mitra LSM dan fasilitator demi
keberhasilan program. Perkembangan bank sampah dari level terendah
(white) menuju level tertinggi (platinum) akan dipantau dan dievaluasi
termasuk konsolidasi antar pemangku kepentingan yang terlibat, demi
menjamin keberlanjutan sistem.
Visi Keberlanjutan Unilever
Inisiatif Strategis Jangka Panjang
Unilever Sustainable Living Plan
Program CSR
Trashion
Koperasi
Bank
Sampah
Pengelolaan
Sampah Pabrik
Gambar 1. Inisiatif Strategi Jangka Panjang Unilever Indonesia
90
PT. UNILEVER INDONESIA TBK - 3R
Pelaksanaan program bank sampah pertama kali dilakukan di Kota Surabaya,
pada tahun 2001, melalui pelatihanan untuk membentuk agen perubahan.
Awalnya di Surabaya hanya ada dua orang agen perubahan, seiring waktu tahun
2011, jumlah agen perubahan atau saat ini disebut penggerak atau kader telah
mencapai 150.000 orang, mereka mendapat pelatihan kepemimpinan dan
pengelolaan sampah.
Tahun 2012, bank sampah sudah berhasil mereduksi sampah kering sebanyak
350 ton, dengan total penjualan mencapai Rp 600.000.000,-. Total dampingan
bank sampah unilever sendiri berjumlah 390 bank sampah.
Untuk memberikan keuntungan lebih pada nasabah, sistem bank sampah
Unilever Indonesia dikembangkan menjadi unit bisnis yang berbentuk koperasi.
Tahun 2012, bank sampah sudah berjumlah 390 bank sampah, sementara yang
sudah berubah menjadi unit bisnis berbentuk koperasi berjumlah 40 unit.
Koperasi ini sudah mulai memberikan keuntungan bagi 20.000 KK yang menjadi
anggota, sementara penerima manfaat program sebanyak 100.000 jiwa.
Untuk mengukur keberhasilan dan keberlanjutan program Koperasi Bank
Sampah, pada 2012 Unilever Indonesia menetapkan Indikator Kinerja Utama (Key
Performance Indikator) yang menjadi acuan untuk menentukan target program dan
evaluasi keberhasilan program. KPI dari program bank sampah adalah:
1. Jumlah Nasabah
2. Berat Sampah
3. Durasi
4. Struktur Organisasi
5. Infrastruktur
6. Peralatan
7. Badan hukum, dan
8. Hubungan ke Pengepul
Perpaduan dari berbagai KPI di masing-masing Koperasi Bank Sampah menjadi
dasar untuk mengklasifikasikan Bank Sampah yang dibina, terdapat 5 level Bank
Sampah berdasarkan klasifikasi ini. Dengan sistem klasifikasi berdasarkan KPI
yang jelas, pelaksanaan program dapat terpantau dengan baik dan dapat
dilakukan evaluasi keberhasilan program dalam pencapaian target per kuartal.
Dengan penerapan sistem ini, program bank sampah berjalan dan berkembang
lebih berkelanjutan.
2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran
Program Koperasi Bank Sampah yang dikembangkan oleh Unilever telah
memberikan manfaat bagi masyarakat dan lingkungan, antara lain dengan
berkurangnya sampah kering plastik yang dimanfaatkan, paling tidak 350 ton bisa
direduksi pada tahun 2012. Program ini juga memberikan manfaat secara
ekonomi, dari sampah yang dikumpulkan pada tahun 2012 mencapai total Rp.
600.000.000,-, yang terdistrubsi ke 20.000 KK sebagai anggota koperasi.
Keberhasilan program Koperasi Bank Sampah juga ditunjukan dengan adanya
penghargaan yang diterima perusahaan diantaranya AREA (Asian Responsible
Entrepreneurship Award) untuk kategori Green Leadership Program dan STEVIE
Awards untuk kategori Corporate Social Responsibility Program of The Year untuk
Social Economic and Environment Innovation of Waste Bank.
PT. UNILEVER INDONESIA TBK - 3R
91
Bank Sampah yang dikembangkan oleh PT. Unilever Indonesia berhasil
dikembangkan ditunjang oleh berbagai faktor, salah satunya adalah koperasi bank
sampah yang dikembangkan ini memiliki keunikan
(1) KPI (Key Performance Indicators). Pada program ini ditetapkan KPI (Key
Performance Indicators) tertentu yang menjadi acuan dalam penentuan target
dan keberhasilan sebuah bank sampah. KPI juga memberi kejelasan pada
pemangku kepentingan dimana proses bisnis bank sampah harus
ditingkatkan.
(2) Sistem level Bank Sampah. Sistem Level yang ditetapkan berdasarkan
pencapaian KPI pada bank sampah yang memacu pada peningkatan bank
sampah secara berkesinambungan.
Gambar 2. Beberapa Koperasi Bank Sampah Binaan Unilever Indonesia
(3) Fokus pada Sumber Daya Manusia. Program ini memusatkan kekuatan
inovasi dan sumber daya manusia. Berbeda dari bank sampah lain,
program bank sampah Unilever berinvestasi pada pengembangan Sumber
Daya Manusia, bukan hanya pada infrastruktur.
(4) Pengembangan menjadi unit bisnis. Beberapa bank sampah dengan sistem
yang sudah kuat berkembang menjadi sector bisnis berbasis masyarakat.
Diantaranya berbentuk koperasi sembako, koperasi simpan pinjam, dll.
Selain itu, perluasan area pelayanan merupakan salah bentuk inovasi
program bank sampah, diantaranya integrasi bank sampah sebagai
pelayanan pembayaran listrik.
92
PT. UNILEVER INDONESIA TBK - 3R
BAB IV.
Konversi Energi dan
Sumberdaya Alam
89
90
PT. ADARO INDONESIA,
KABUPATEN TABALONG, BALANGAN DAN BARITO TIMUR
KALIMANTAN SELATAN
Kebun Karet: Menyelamatkan Lahan Kritis dan Ekonomi Keluarga
Sejak periode 1997/1998 sampai tahun 2012 sekitar 7.510 petani
berpartisipasi aktif dalam menanggulangi lahan kritis dengan menanami karet,
dengan luas lahan yang sudah ditanami 6.396,35 ha, dan tersebar di 121 desa
di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Tabalong, Balangan dan Baritu Timur,
Provinsi Kalimantan Selatan. Program yang diinisiasi oleh PT. Adaro Indonesia
untuk mengatasi persoalan lahan kritis dan meningkatkan pendapatan
masyarakat sekitar yang berada di lokasi kerja perusahaan. Keberhasilan
program ini tidak terlepas dari kerjasama dengan Dinas Perkebunan di
Kabupaten dan partisipasi aktif petani.
Salah satu potensi terbesar di wilayah sekitar operasional PT. Adaro Indonesia
di Kabupaten Tabalong, Balangan dan Barito Timur adalah perkebunan karet.
Sayangnya di tahun 1990-an perkebunan karet milik masyarakat belum
dikelola dengan baik. Umumnya tanaman karet yang ditanam bukan
merupakan bibit unggul, saat itu, masyarakat belum memiliki informasi dan
pengetahuan tentang bibit unggul. Bahkan umur tanaman karet yang ada di
kebun masyarakat sudah melebihi batas produktif, dan masih banyak lahan
kritis dan produktif belum dikelola dengan baik.
Melihat kondisi tersebut, PT. Adaro Indonesia yang mulai beroperasi di wilayah
tersebut, tergerak untuk mengangkat potensi kebun karet serta mencegah lebih
meluasnya lahan kritis di wilayah Tabalong, Balangan dan Barito Timur.
Program Community Development yang direncanakan untuk mengatasi
persoalan lahan kritis, ternyata sejalan dengan program kerja Dinas
Perkebunan setempat untuk mengatasi lahan kritis .
Tahun 1997, perusahaan dan Dinas Perkebunan mulai mendata kebun-kebun
tua, lahan kritis, lahan yang belum tertanami, serta petani yang menggarap
lahan tersebut. Tahapan ini merupakan tahapan perencanaan program untuk
revitalisasi lahan yang produktif dan kritis. Hasil perencanaan digabungkan
dengan kajian sosial masyarakat sekitar, dan menjadi landasan PT. Adaro
Indonesia untuk melaksanakan program kebun karet unggulan mengatasi
kritis lahan dan lemahnya ekonomi.
Awalnya tidak semua petani karet atau masyarakat langsung tertarik dan mau
melakukan kerjasama tersebut. Tahun 1997 kegiatan diprioritaskan pada desadesa yang terletak dengan wilayah operasional PT. Adaro Indonesia, hal ini
memudahkan proses untuk melakukan pendekatan dengan masyarakat.
1. Membangun Kemitraan dengan Dinas Perkebunan
Langkah kerjasama PT. Adaro Indonesia dengan Dinas Perkebunan Kabupaten,
merupakan langkah strategis dalam mendorong perbaikan kondisi lahan dan
kebun karet di 3 kabupaten, kerjasama yang saling melengkapi ini dituangkan
dalam Kesepakatan Kerjasama (MOU-Memorandum of Understanding) PT. Adaro
PT. ADARO INDONESIA - KSDA
95
Indonesia dan Dinas Perkebunan sejak tahun 1997. PT. Adaro sepakat
menyediakan dukungan material, antara lain bertanggungjawab menyediakan
bibit, herbisida, polybag, pupuk dan dana sosialisasi/penyuluhan pada tahun
pertama, sementara Dinas Perkebunan Kabupaten bertanggung jawab
mensosialisasikan program, melakukan inventarisasi lahan dan petani yang
bersedia mengikuti program, melakukan pendampingan dan penyuluhan,
memberikan pelatihan yang dibutuhkan, memberikan rekomendasi pada petani
yang akan mengajukan bantuan bibit, serta mendampingi secara teknis di
lapangan.
Seiring dengan waktu, PT. Adaro Indonesia dibawah Tim ComDev (Community
Development) dalam Nota Kesepakatan dengan Dinas Perkebunan berkomitmen
untuk terus meningkatkan kapasitas petani, membangun komitmen dengan
pihak terkait dan mengembangkan pemasaran hasil produksi. Komitmen
program ini diwujudkan oleh perusahaan dengan mengalokasikan anggaran
tahunan CSR untuk kegiatan tersebut.
Secara teknis di lapangan, pada tahap awal tim PT. Adaro Indonesia dan Dinas
Perkebunan, menfokuskan program bagi petani yang memiliki lahan kurang
dari 1 ha atau minimal 8 borong (1 ha = 35 borong), memiliki kebun karet tua
atau tidak berproduksi dan harus diremajakan, serta bersedia menyiapkan
lahan pada batas waktu yang disepakati. Pengecekan kondisi lahan tidak
hanya dilakukan di lapangan langsung, namun juga dengan para pihak
berwenang terkait yaitu Dinas Kehutanan dan Badan Lingkungan Hidup
setempat. Perlu diketahui bahwa penanganan lahan kritis saat itu
pengelolaannya berada dibawah kewenangan Dinas Kehutanan, sehingga
koordinasi sangat diperlukan terutama untuk mengolah lahan kritis menjadi
perkebunan karet.
Tahun 1997/1998, jumlah petani yang bersedia untuk terlibat dalam program
masih sangat terbatas, hal ini disebabkan belum terbangun rasa percaya
tentang keberhasilan program yang diusung.
2. Kebun Karet Unggul – Upaya dan Harapan Hari Esok Lebih Baik
Dinas Perkebunan dan PT. Adaro terus melakukan upaya agar persoalan lahan
kritis dan ekonomi keluarga warga di tiga kabupaten wilayah kerjanya, agar
lebih meningkat kesejahteraan hidupnya. Serangkaian pelatihan tentang
bertanam karet dengan bibit unggul RRIM dan PB260 dilakukan agar hasil
kebun karet ke depan dapat menjadi andalan para petani. Pemakaian bibit
RRIM dan PB260 dipromosikan karena memiliki keunggulan antara lain pohon
karet lebih cepat disadap, menghasilkan getah sadapan yang lebih banyak.
Sistem pendampingan yang diterapkan ke petani dalam pengelolaan lahan
karet dengan bibit unggul terdiri dari dua macam :
1) Pola 1 Tahunan, bantuan yang diberikan kepada petani berupa bibit karet
unggul, saprotan (herbisida, pupuk, hand sprayer, dll.) yang diberikan
hanya pada tahun pertama. Pemeliharaan lanjutan kebun karet, diserahkan
sepenuhnya kepada petani. Petani dapat melakukan swadaya murni
ataupun mencari dukungan dana dari pihak lain, seperti modal bergulir
dari pihak perbankan atau lainnya sesuai dengan kemampuan dan
keputusan masing-masing petani.
2) Pola 5 Tahunan, bantuan yang disediakan bagi petani berupa pelatihan dan
bibit karet pada tahun pertama. Tahun kedua sampai tahun kelima
96
PT. ADARO INDONESIA - KSDA
bantuan berupa pembinaan/penyuluhan, pupuk dan herbisida. Saat
tanaman karet memasuki masa sadap, petani akan mendapatkan bantuan
berupa seluruh peralatan sadap (mangkok sadap, talang sadap, ember,
pisau sadap dan juga alat penggilingan karet / hand mangel).
Pilihan sistem tersebut diterapkan berdasarkan pertimbangan kondisi ekonomi
dan juga lokasi lahan yang ada. Tabel 1, memperlihatkan luasan lahan di tiga
kabupaten dengan sistem bantuan yang diterapkan.
Tabel 1. Luasan Tanaman Karet Tahun 2012, Berdasarkan Sistem Bantuan
yang Diterapkan
Kabupaten
Balangan
Tabalong
Barito
Pola Tahun 1 (Ha)
2.777,57
2.304,38
631,35
Pola Tahun 2 (Ha)
351,01
332,00
0
3. Manfaat dan Petikan Pembelajaran
Sejak periode 1997/1998 sampai tahun 2012 sudah sekitar 7.510 petani
berpartisipasi aktif dalam program, dengan luas lahan yang sudah ditanami
6.396,35 ha, tersebar di 121 desa di tiga kabupaten. Tabel 2 menunjukkan
sebaran desa dan luasan lahan serta jumlah petani yang mengikuti program.
Tabel 2. Jumlah Desa, Luasan Lahan dan Petani yang Mengikuti Program
Kebun Karet Unggulan di Kabupaten Barito Timur, Tabalong, dan Balangan
Kalimantan Selatan Tahun 2012.
Kabupaten
Barito Timur
Tabalong
Balangan
Total
Jumlah
Desa
16
38
40
94
Luas Lahan
Jumlah Petani
631,35 Ha
2.636,38 Ha
3.128,62 Ha
6.396,35 Ha
944 petani
3.112 petani
3.454 petani
7.510 petani
Berdasarkan perhitungan yang dillakukan bersama petani, ternyata dengan
menanami karet unggul dan melaksanakan program yang ditawarkan PT. Adaro
Indonesia dan Dinas Perkebunan, penghasilan yang didapat per bulan
meningkat menjadi 3 kali lipat.
Apabila dilakukan perkalian penghasilan karet per ½ hektar dengan harga jual ratarata Rp. 9.000,00/kg maka penghasilan dengan karet lokal (sebelum mendapat
program kebun karet unggul) sebesar Rp. 1.800.000,- dan setelah menjadi kebun
karet unggul penghasilan per bulan menjadi Rp. 4.500.000,- (satu bulan 20 hari
sadap).
Keberhasilan program sudah mulai dirasakan oleh petani sebetulnya sejak
tahun 2004, ketika tanaman karet sudah mulai dapat disadap. Hal ini juga
ditunjukan dari mulai meningkatnya jumlah petani yang berpartisipasi dalam
PT. ADARO INDONESIA - KSDA
97
program serta luasan lahan yang digarap. Gambar 1, menunjukkan kondisi
tersebut.
8,000
7,000
6,000
5,000
Jlh. Desa
4,000
Jlh. Kelompok
3,000
Jlh. Peserta
2,000
Ha
1,000
2011
2010
2009
2008
2007
2004
2003
2002/2003
2002
2001/2002
2001
1999
1999/2000
1998/1999
1997/1998
-
Gambar 1.Grafik Capaian Kegiatan Kebun Karet Unggul
Secara rutin, PT. Adaro Indonesia melakukan pemantauan dan evaluasi
program yang dilaksanakan oleh Tim ComDev bekerjasama dengan Dinas
Perkebunan, proses ini dilakukan untuk melihat sejauh mana keberhasilan
program, melalui pemantauan secara fisik kondisi kebun dan komitmen dari
kelompok. Berdasarkan hasil evaluasi internal dilakukan perbaikan program
tersebut secara terus-menerus. Misalkan evaluasi tahun 2012, menunjukan
bahwa luas lahan riil per kepala keluarga (KK) rata-rata 23 borong, jarak
tanam yang dipakai rata-rata 4 x 5, kondisi kebun 95% terawat dengan baik.
Sudah hampir lima belas tahun program tersebut dilaksanakan, tentunya
banyak pembelajaran dan keberhasilan serta kekurangan yang dirasakan. Dari
sisi lingkungan, program memang cukup dirasakan telah mengatasi persoalan
lahan kritis yang saat itu banyak terdapat di desa-desa dimana lokasi PT. Adaro
Indonesia beroperasi, lahan yang juga kurang produktif dengan karet sudah
lebih masak tebang, saat ini sudah terus diperbaharui.
Dari sisi sosial, perusahaan merasakan sejak program berjalan dengan baik,
tekanan masyarakat terhadap perusahaan berkurang. Program tersebut juga
telah menciptakan lapangan kerja baru bagi 7.271 KK dari 331 kelompok tani.
Citra perusahaan juga meningkat di masyarakat dan publik melalui program ini
melalui liputan media.
Di sisi masyarakat, lapangan pekerjaan baru seperti menyadap karet
merupakan salah satu alternatif pekerjaan, sementara bagi yang memiliki lahan
sudah merasakan hasil dari program tersebut yaitu meningkatnya pendapatan
dari kebun karet sekitar 250% dari pendapatan sebelumnya. Peningkatan
pendapatan sekaligus berdampak pada kesempatan untuk menyekolahkan
anak, serta menumbukan usaha-usaha baru seperti pengolahan karet dll.
Program ini juga telah berhasil mengentaskan kemiskinan 2.400 KK dari 7.271
KK yang ada di desa sekitar PT. Adaro Indonesia.
98
PT. ADARO INDONESIA - KSDA
Selama program dilaksanakan, tentunya banyak faktor yang menjadi
pendukung program. Pertama, yang paling dirasakan adalah terbangunnya
kerjasama yang baik antara Dinas Perkebunan dan PT. Adaro Indonesia yang
menjadi salah satu kunci keberhasilan program. Kedua, penerapan sistem pola
tanam yang disesuaikan dengan kondisi lahan dan kondisi petani turut menjadi
kunci keberhasilan program selain dari jenis bibit unggul yang digunakan.
Ketiga, faktor yang tak kalah penting adalah kejelasan status lahan. Hal ini
dikarenakan faktor tersebut menjadi faktor penentu program yang memerlukan
proses koordinasi dengan berbagai pihak termasuk pihak Dinas Kehutanan.
Keempat, pendampingan intensif dari PT. Adaro Indonesia dan Dinas
Perkebunan membangun kepercayaan masyarakat terhadap komitmen
perusahaan menjadi penentu keberhasilan program. Proses yang lama tidaklah
penting, ketika proses tersebut membawa suatu perubahan yang berarti dan
berdampak luas.
PT. ADARO INDONESIA - KSDA
99
PT. ARUTMIN INDONESIA, KABUPATEN TANAH BUMBU DAN KOTA BARU,
KALIMANTAN SELATAN
Rehabilitasi Pesisir Tanah Bumbu Kalimantan Selatan
Inisiasi menyelamatkan Pesisir Tanah Bumbu dilakukan oleh PT. Arutmin Indonesia
sejak tahun 2006 untuk mengatasi kerusakan kawasan hutan mangrove di Pesisir
Kalimantan Selatan. Sekitar 45 ha sudah ditanami mangrove sebanyak 124.000 bibit,
melibatkan berbagai pihak termasuk 300 siswa sekolah. Untuk memenuhi kebutuhan
bibit mangrove perusahaan juga telah mengembangkan pembibitan yang berlokasi di
Pulau Burung, dengan melibatkan 67 KK.
Perjalanan dari lokasi tambang Arutmin Batu Licin menuju Banjarmasin sangat
memprihatinkan, sepanjang pesisir pantai tumbuhan tak lagi hijau seperti beberapa
tahun silam. Gersang dan hawa semakin panas menjadi bagian pemandangan yang
harus dinikmati selama perjalanan. Menurut data Balai Pengelolaan DAS Kalimantan
Selatan tahun 2006, memang ekosistem pesisir Kalimantan Selatan termasuk di
kawasan Kabupaten Tanah Bumbu sejak tahun 1990-an mengalami kerusakan yang
cukup parah. Berdasarkan data tahun 2006 kawasan hutan Mangrove yang
mengalami kerusakan berat seluas 4.697 ha (32%), rusak 9.593 ha (66%) dan hanya
seluas 215 ha (1%) yang masih dalam kondisi baik. Kerusakan ekosistem mangrove
umumya disebabkan oleh perubahan fungsi kawasan hutan mangrove menjadi areal
tambak, serta pemanfaatan tanaman mangrove menjadi bahan bangunan tanpa
adanya upaya penanaman kembali.
Kondisi tersebut menggugah Arutmin melakukan tindakan nyata untuk
menyelamatkan pesisir pantai Tanah Bumbu, meski areal tersebut bukan areal kerja
Arutmin, namun inisiasi merehabilitasi kawasan pesisir telah dimulai tahun 2006.
Secara bertahap dan berkesinambungan upaya rehabilitasi dan pencegahan abrasi
terus dilakukan di sepanjang pantai Kusan Hilir, Sungai Loban, Pulau Burung dan
juga Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Tanah Bumbu, Kal-sel. Komitmen dan
Inisiasi kemudian diperkuat dengan Memorandum CEO Arutmin no 290/ AI/
VII/2008 untuk berkomitmen terhadap pelaksanaan CSR bagi masyarakat guna
memberikan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat.
Dibawah naungan Divisi SHE dan Community Development
Arutmin, inisiasi
konservasi mangrove dikembangkan dalam satu program dengan nama Rehabilitasi
Kawasan Pesisir dengan tujuan utama berpartisipasi aktif dalam upaya mencegah
kerusakan pesisir dan meningkatkan kualitas lingkungan. Tujuan program secara
rinci adalah:
(1) Merehabilitasi kawasan hutan mangrove di Kabupaten Tanah Bumbu,
Kalimantan Selatan.
(2) Meningkatkan kesadaran masyarakat pentingnya kawasan mangrove di pesisir
Kabupaten Tanah Bumbu
(3) Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam melestarikan ekosistem
mangrove di Kabupaten Tanah Bumbu
Masyarakat di pesisir pantai wilayah Kabupaten Tanah Bumbu dan karyawan
perusahaan menjadi sasaran utama program ini. Serangkaian kegiatan dilakukan
oleh Tim dari Arutmin untuk membuktikan komitmennya, dilandasi konsep logical
framework analysis ditahap awal pemetaan sosial menjadi bagian terpenting untuk
memetakan kondisi masyarakat dan interaksi terhadap lingkungan sekitar. Hasil
pemetaan sosial semakin membuktikan kondisi mangrove di pesisir Tanah Bumbu
terdegradasi sehingga upaya penyelamatan harus segera dilakukan.
100
PT. ARUTMIN INDONESIA - Rehabilitasi Mangrove - KSDA
2. Bertanam Mangrove Bersama
Bertanam mangrove dilakukan Arutmin dengan melibatkan berbagai pihak, termasuk
penyediaan bibit tanaman mangrove, melalui serangkaian pelatihan, penyuluhan, dan
belajar bersama dilakukan di berbagai tempat. Salah satu yang cukup konsisten dan
memiliki komitmen tinggi adalah Kelompok Usaha Bersama yaitu kelompok pencinta
mangrove yang mengembangkan demplot pembibitan di Pulau Burung. Pulau seluas
4 Km2 ini dihuni kurang lebih 67 KK. Awalnya, masyarakat secara rutin mengikuti
pelatihan melalui penyuluhan dan belajar untuk melakukan pembibitan dan
penanaman mangrove, sedikit demi sedikit, masyarakat dapat melakukan pembibitan
secara mandiri. Setelah dilakukan pembibitan, bibit mangrove siap panen ini lalu
didistribusikan ke lahan-lahan pesisir yang akan ditanami mangrove secara berkala
dan pada waktu-waktu khusus, seperti misalnya dalam memperingati Hari
Lingkungan Hidup. Pulau Burung inilah yang kemudian dikenal dengan Pusat
Pembibitan Mangrove Pulau Burung.
Gambar 1. Areal Penanaman Mangrove dan Pembibitan Mangrove di Pulau Burung
Proses penanaman sendiri dilakukan dengan melibatkan banyak pihak termasuk
sekolah, salah satu upaya yang dilakukan Arutmin adalah dengan mendorong
penerapan nilai-nilai pelestarian lingkungan secara integrasi pada kurikulum di salah
satu SD yang kebetulan di bangun dengan bantuan dari Arutmin yaitu SD Tunas
Nelayan. Salah satu kegiatan penting di SD Tunas Nelayan adalah mengajak siswa
dan guru untuk menanam mangrove di pesisir pantai, sekitar 300 orang siswa dan
guru aktif melakukan penanaman dan turut melakukan pemeliharaan. Para guru
mulai membiasakan muridnya sejak awal untuk menanam mangrove dan
memberikan penjelasan tentang pentingnya mangrove bagi ekosistem pulau tersebut.
Bukan hanya siswa SD, Arutmin juga melibatkan mahasiswa penerima beasiswa di
wilayah Kabupaten Tanah Bumbu secara rutin untuk melestarikan lingkungan
termasuk menanam mangrove. Kegiatan pembinaan ini dilakukan melalui aktivitasaktivitas mahasiswa yang berkaitan langsung dengan lingkungan dan pendidikan
karakter. Dengan adanya partisipasi pelajar dan mahasiswa, maka secara tidak
langsung akan terbangun kesadaran secara mandiri untuk melestarikan lingkungan
yang sangat penting bagi keberlanjutan program.
Dalam proses pelaksanaaan program, Arutmin melakukan sinergi dengan berbagai
organisasi seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), pelajar dan mahasiswa,
Dinas Kehutanan, Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tanah Bumbu yang
memiliki konsen dan komitmen yang sama dalam melestarikan kawasan pesisir.
Berbagai kegiatan dilakukan dalam upaya melestarikan ekosistem mangrove antara
lain advokasi, pembentukan kelompok pembibitan dan pencinta mangrove yang diberi
nama Kelompok Usaha Bersama pada tahun 2006 yang merupakan restrukturisasi
dari kelompok Swarga yang telah berdiri pada tahun 2005.
PT. ARUTMIN INDONESIA - Rehabilitasi Mangrove - KSDA
101
Setiap tahunnya, Arutmin melakukan evaluasi internal dan eksternal terhadap
implementasi pelaksanaan CSR, salah satunya adalah penanaman mangrove di
Tanah Bumbu. Hasil evaluasi ini dijadikan dasar untuk melakukan intensifikasi
maupun modifikasi pada program-program CSR yang dilakukan Arutmin sehingga
mendapatkan hasil yang lebih optimal dan dapat memberikan lebih banyak dampak
positif.
Dari tahun 2006 sampai 2012, total bibit mangrove yang sudah ditanam mencapai
124.000 (Seratus dua puluh empat ribu) batang mangrove dari jenis Api-api
(Avicennia sp) dan Bakau (Rhizophora sp.), dengan luasan lahan yang direhabilitasi
mencapai kurang lebih 45 Ha. Gambar 2. berikut merupakan grafik penanaman
mangrove pertahun oleh Arutmin. Sementara kelompok yang sudah dibina melalui
program ini juga berkembang mencapai 40 orang, serta para pihak yang telah turut
menanam mangrove bersama Arutmin mencapai lebih dari 1.000 orang.
Upaya Arutmin dirasakan langsung oleh masyarakat, seperti disampaikan oleh Ibu
Hermawati (Guru Honorer dan Ketua Kelompok Pencinta Mangrove):
”Lahan kritis di Pulau Burung yang ditanami mangrove di tahun 2010
kondisinya sekarang sudah membaik dan banyak diketemukan kepiting, ikan
dan juga sarang burung. Saat ini kami kelompok masyarakat yang dibantu PT.
Arutmin Indonesia, sedang mengembangkan pewarna kain dari mangrove
untuk kain Sasirangan, Alhamdulillah kain Sasirangan dengan pewarna
mangrove sudah digunakan untuk seragam SD di Pulau Burung dan dipesan
oleh Ibu Bupati Tanah Bumbu.”
40000
30000
20000
10000
0
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Gambar 2. Grafik pertambahan penanaman mangrove tahun 2006-2012
Selain yang disampaikan oleh Ibu Hermawati, keberhasilan penanaman mangrove di
lokasi rehabilitasi pesisir Tanah Bumbu juga sudah memperlihatkan hasil dan
berdampak positif antara lain:
(1) Abrasi pantai mulai berkurang;
(2) Dengan berhasil dikuranginya dampak abrasi pantai, secara tidak langsung
juga memberikan manfaat bagi masyarakat, misalnya terlindunginya jalan
akses masyarakat dari kerusakan akibat abrasi sehingga mobilitas masyarakat
dapat tetap terjaga;
(3) Manfaat lainnya bagi masyarakat adalah timbulnya potensi ekonomi dengan
mengembangkan produk-produk berbasis mangrove seperti misalnya bahan
pewarna tekstil yang ramah lingkungan, sirup mangrove dan lain lain;
(4) Tumbuh dan meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat pesisir
terhadap pentingnya ekosistem mangrove bagi lingkungan dan juga kualitas
hidup masyarakat; dan
102
PT. ARUTMIN INDONESIA - Rehabilitasi Mangrove - KSDA
(5) Masyarakat mengenal Arutmin sebagai perusahaan yang punya perhatian
khusus terhadap kelestarian ekosistem pesisir khususnya mangrove. Ketika
Arutmin mengadakan kegiatan-kegiatan terkait program mangrove senantiasa
disambut dan didukung dengan antusias oleh masyarakat dan pihak terkait
lainnya
y
Salah satu plot lokasi penanaman
Pusat pembibitan mangrove Arutmin di
mangrove di pantai Pagatan, Tanah
Pulau Burung Kab. Tanah Bumbu, Kalsel
Bumbu Kalsel
Gambar 3. Pusat Pembibitan Mangrove di Pulau Burung dan Lokasi Penanaman
Untuk memastikan program berjalan dengan baik, Arutmin setiap tahun melakukan
evaluasi internal dan eksternal secara rutin dan melakukan perbaikan program.
3. Pembelajaran
Berdasarkan pengalaman program ini, perusahaan mendapatkan pelajaran bahwa
pada dasarnya program-program CSR dapat disinergikan dan mendapatkan
dukungan dari masyarakat secara langsung. Program rehabilitasi mangrove menjadi
salah satu contoh adanya partisipasi aktif masyarakat dan masyarakat secara tidak
langsung juga mendapatkan manfaat dengan semakin membaiknya kondisi
lingkungan.
Program rehabilitasi mangrove ternyata memiliki potensi meningkatkan kesejahteraan
masyarakat sekitar, meskipun belum dikaji lebih lanjut namun sudah mulai ada
produk-produk dari mangrove yang bernilai ekonomi selain berfungsi lingkungan
seperti mangrove untuk pewarna kain, juga mulai kembali banyak biota pesisir yang
bernilai ekonomis seperti udang, kepiting yang menjadi sumber ekonomi masyarakat.
PT. ARUTMIN INDONESIA - Rehabilitasi Mangrove - KSDA
103
PT. ASTRA INTERNATIONAL TBK, JAKARTA
Go Green with Astra
Rangkaian penanaman pohon yang dilakukan PT. Astra Internasional Tbk untuk
mendukung upaya penghijauan di Indonesia, turut menjaga keanekaragaman
hayati dan mengatasi persoalan perubahan iklim. Sejak tahun 2008, Program Go
Green with Astra tercatat sudah menanam 1.624.000 pohon di berbagai tempat di
Indonesia. Salah satunya adalah di daerah Babakan Madang Sentul, Jawa Barat
sedang di buat “Astra Bogor Eco-Edu Forest” yang dikembangkan di lahan seluas
500 hektar sebagai media hutan edukasi.
Pohon adalah tumpuan bagi keberlangsungan hidup manusia dan mahluk lainnya,
menyadari pentingnya pohon bagi kehidupan, Astra International pada tahun 2008
memulai inisiasi menanam pohon lewat program Sakasapo (Satu Karyawan, Satu
Pohon) yang melibatkan 116.867 karyawan Astra International.
Inisiasi tersebut adalah perwujudan komitmen perusahaan mendukung
pembangunan berkelanjutan sebagai perusahaan yang bergerak dibidang otomotif,
agrobisnis, alat berat dan pertambangan, infrastruktur, jasa keuangan dan
teknologi informasi. Filosofi “Catur Dharma’” menjadi nilai penggerak dalam
kegiatan perusahaan. Dalam pelaksanaan CSR dan EHS, Astra International
mengacu kepada filosofi Dharma-1 yakni “Menjadi milik yang bermanfaat bagi
bangsa”. Filosofi tersebut menjadi pedoman dalam operasional bisnis sehari-hari.
Hal ini tercermin dari penetapan salah satu visi perusahaan, yaitu pernyataan:
“Menjadi perusahaan yang memiliki tanggung jawab sosial dan lingkungan”.
Dalam implementasinya, secara rutin setiap tahun Astra Internasional menyusun
dan menetapkan kebijakan dan target pencapaian khusus, yang disampaikan
melalui President Letter dan Kebijakan Korporat bidang Security, Environment &
Social Responsibility (SESR) dan menjadi arahan dalam tahap pelaksaan LK3, CSR,
dan Security. Kebijakan tersebut juga menjadi landasan dalam menetapkan Public
Contribution Roadmap 2020 yang di dalamnya secara detail menjelaskan 4 Pilar
Fokus Program CSR yaitu: Pilar Sosial Ekonomi / IGA (Income Generating Activity),
Pilar Lingkungan, Pilar Pendidikan, dan Pilar Kesehatan.
Kegiatan penanaman pohon atau “Go Green with Astra” merupakan salah satu
bentuk Public Contribution Roadmap yang termasuk dalam Pilar Lingkungan
dengan tujuan konservasi sumber daya air dan air tanah, keanekaragaman hayati,
sekaligus miniatur hutan yang berfungsi sebagai media edukasi yang dapat
meningkatkan wawasan dan pemahaman tentang hutan tropis di Indonesia.
Program dilaksanakan sejalan dengan program pemerintah “Penanaman Satu
Miliar Pohon” (One Billion Indonesia Trees-OBIT) yang digagas oleh Kementerian
Kehutanan dengan menanam di lokasi-lokasi di PT. Astra.
Harapannya, dengan dilaksanakan program penanaman pohon ini, Astra turut
mendukung pencapaian salah satu aspek dalam ‘Tujuan Pembangunan Milenium’
(Millenium Development Goals-MDG’s) yaitu menjamin daya dukung lingkungan
hidup. Menanam pohon juga akan memberikan manfaat untuk penyerapan karbon
yang dapat mengurangi risiko perubahan iklim yang diakibatkan dari emisi gas
rumah kaca. Ini juga menjadi salah satu wujud nyata komitmen Astra dalam
mendukung program pemerintah untuk menurunkan emisi karbon sebanyak 26%
pada 2020.
104
PT. ARUTMIN INDONESIA - Rehabilitasi Mangrove - KSDA
1. Taman Astra Paru-paru Kota Kita
Tahun 2009, Astra membangun taman terbuka hijau untuk paru-paru kota dan
area terbuka umum di Jl. Yos Sudarso (Perempatan Coca-Cola-ITC Cempaka Mas),
Jakarta Utara, yang disebut dengan Taman Astra-Yos Sudarso). Taman ini resmi
dibuka pada pertengahan tahun 2010. Ditahun yang sama, Astra menetapkan
tujuan jangka panjang “Astra 2020”, yaitu “Perusahaan dengan pengelolaan yang
terbaik di sisi ekonomi; dihormati dan dicintai oleh seluruh pemangku
kepentingan karena menjunjung “Good Corporate Governance”. Untuk mencapai
cita-cita itu, Astra merumuskan “Strategic Triple Roadmap”, yakni Portfolio
Roadmap, People Roadmap, dan Public Contribution Roadmap. Catur Dharma dan
Strategic Triple Roadmap adalah komitmen dasar bagi seluruh entitas dalam
lingkup bisnis Astra dalam upaya keberlanjutan bisnis Astra.
Rangkaian kegiatan penanaman mulai gencar dilakukan di 2010, penanaman
Mangrove di seluruh wilayah Indonesia berkerja sama dengan instansi daerah.
Total wilayah (per Desember 2011) adalah 10 wilayah termasuk Makasar,
Samarinda, Semarang, Bali dan Jakarta. Tahun berikutnya, Astra menggelar
program Go Green at Ciliwung Jakarta dimana lebih 200 karyawan bersama
beberapa tokoh masyarakat turut berpartisipasi menanam 500 pohon.
Dalam memperingati 55 tahun PT. Astra International Tbk, program “550.000
Pohon untuk Lingkungan” diselenggarakan pada tahun 2012. Penanaman pohon
pada program ini dilakukan di seluruh Indonesia di sekitar instalasi Grup Astra.
Jenis bibit pohon yang ditanam di antaranya pohon langka khas daerah, memiliki
daya serap CO 2 baik, pohon berkayu bukan palem, tanaman hias, paku-pakuan.
Untuk program ini Astra bekerja sama dengan Kementerian Kehutanan, Perum
Perhutani, Pemerintah Daerah serta instansi-instansi lain yang terkait.
Sepanjang tahun 2012, Grup Astra secara bertahap melakukan penanaman pohon
di seluruh wilayah Indonesia. Realisasi program yang dicapai antara lain:
(1) Penanaman pohon di hutan Wanagama Universitas Gadjah Mada, Gunung
Kidul, Yogyakarta sebanyak 110.000 pohon.
(2) Penanaman pohon di Gunung Halimun, Sukabumi sebanyak 55.000 pohon;
(3) Penanaman pohon di lima kota tempat pelaksanaan program “Jelajahi
Dunia Astra” yaitu Jakarta mencapai 55.000 pohon, Medan sebanyak
15.000 pohon, Balikpapan sebanyak 15.000 pohon, Makassar sebanyak
15.000 pohon dan Surabaya sebanyak 15.000 pohon.
(4) Penanaman pohon Mangrove di Sulawesi Barat mencapai 140.000 pohon.
(5) Penanaman pohon Mangrove di Muara Tawar, Marunda sebanyak 78.300
pohon.
(6) Penanaman pohon di hutan kota Witana Harja, kota Tangerang Selatan
sebanyak 10.000 pohon terdiri 9.900 pohon pelindung dan 100 pohon yaitu
pohon Sawo Kecik, Jamblang, Buah Nona, Gandaria, Lobi-lobi, Rukem,
Rambutan Rapiah, Srikaya, Kweni dan Mengkudu.
(7) Penanaman pohon di bumi perkemahan Cikundul, Sukabumi sebanyak
1.100 pohon.
(8) Adopsi 1.000 pohon (@Rp108.000) melanjutkan adopsi tahun 2011
sebanyak yang sama di Sarongge, Jawa Barat.
Hingga akhir tahun 2012, tercatat lebih dari 1.600.000 pohon berbagai jenis telah
ditanam oleh Astra.
PT. ARUTMIN INDONESIA - Rehabilitasi Mangrove - KSDA
105
Di tahun 2013 ini, Program lanjutan dari Go Green with Astra adalah pembuatan:
“Astra Bogor Eco-Edu Forest”. Ini adalah program Astra di tahun 2013 yaitu
menanami pohon di sebuah area seluas 500 hektar di Babakan Madang, Sentul,
Jawa Barat. Lahan tersebut akan ditanam 100 hektar terlebih dahulu dan sebagai
arahan rekomendasi dari Perum Perhutani dimana program ini dapat
memaksimalkan potensi kawasan Hutan Lindung. Kegiatan penanaman antara
lain lubang tanam, pemupukan, angkut bibit, penanaman pohon pokok dan pohon
pengisi. Tanggal 24 Januari 2013, penanaman pohon telah mencapai 32.18%
(24.400 pohon dari target 75.850 pohon). Fasilitas penunjang seperti area rekreasi
(jogging track, cycling routes), area konservasi alam, dan area pendidikan
lingkungan hidup (sekolah dan LSM), berada dalam tahap pembangunan dan
selesai pada bulan Oktober 2013.
Area penanaman dibagi menjadi enam blok dan setiap blok akan ditanami sesuai
dengan jenis pohon seperti bagan berikut :
Pohon
Pokok
Pohon
Pengisi
Blok 1
Damar
Blok 2
Puspa
Blok 3
Pinus
Blok 4
Pinus
Blok 5
Rasamala
Blok 6
Puspa
Rasamala
Rasamala
Mahoni
Khaya
Puspa
Khaya
Untuk mendukung program ini, Astra menyerahkan bantuan satu unit mobil
operasional kepada Bina Pengelola Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Citarum
Ciliwung. Bantuan juga diberikan untuk pengembangan Kebun Bibit Rakyat (KBR)
bagi Kelompok Tani Arayan Santoso yang merupakan binaan Dharma Wanita
Kementerian Kehutanan dengan Astra. Program ini merupakan pembinaan
masyarakat desa hutan di area Babakan Madang, Sentul dengan bentuk
sosialisasi cara menanam, pembibitan dan perawatan tanaman yang baik.
2. Keberhasilan kegiatan
Sebagai apresiasi atas upaya yang telah dilakukan, Astra memperoleh
Penghargaan Penanaman Satu Miliar Pohon pada Bulan Menanam Nasional tahun
2012 tanggal 28 November 2012. Penghargaan ini diberikan langsung oleh Menteri
Kehutanan Zulkifli Hasan kepada Direktur Astra International Angky
Tisnadisastra, disaksikan langsung oleh Presiden Republik Indonesia Susilo
Bambang Yudhoyono.
Penghargaan terkini yang diberikan kepada Astra International adalah Indonesia
Green Award 2013 kategori Pelestari Hutan oleh La Tofi School, Menteri
Kehutanan Indonesia, Menteri Perindustrian. Keberhasilan program ini turut
disampaikan oleh para pihak yang bekerjasama dan merasakan manfaat langsung,
menurut Kepala Biro RUPHR Kantor Pusat Departemen Perhutani mengutarakan
bahwa Astra Bogor Eco-Eduforest merupakan pembangunan infrastruktur yang
strategis dan berdampak positif terhadap pemantapan kawasan.
Pada acara penanaman Astra Bogor Eco Edu Forest yang diresmikan oleh Menteri
Kehutanan Zulfkifli Hasan, 18 Juli 2012. Beliau juga menyampaikan rencana agar
kawasan yang memiliki total luas 3.000 hektar ini dapat dikembangkan menjadi
taman nasional di masa mendatang. Selain menjadi kawasan hutan, Eco Edu
Forest juga diharapkan untuk dapat membantu sosial ekonomi masyarakat
106
PT. ARUTMIN INDONESIA - Rehabilitasi Mangrove - KSDA
melalui pelibatan masyarakat untuk memanfaatkan kawasan yang ditanam untuk
pertanian tumpang sari, sehingga masyarakat juga turut merawat kawasan hutan
ini.
Zulkifli Hasan juga mengutarakan pendapatnya bahwa peran Astra International
sangat besar dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. Beliau juga
yakin bahwa Astra International masih bisa memberi sumbangsih yang lebih besar
bagi kelestarian lingkungan alam terutama penghijauan alam. Beliau berharap
perusahaan yang memiliki enam lini bisnis ini menjadi andalan dalam
menerapkan program-program kepedulian hidup.
3. Petikan Pembelajaran
Seiring pelaksanaan program, banyak sekali pelajaran yang dapat dipetik baik oleh
Astra sendiri dan juga pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Perbedaan prosedur,
sistem kerja dan cara kerja pihak lain merupakan salah satu yang menjadi
pelajaran berharga bagi Astra. Terkadang ada beberapa hal yang tidak dapat Astra
ikuti, dikarenakan prosedur Astra tidak memperbolehkannya. Walau di beberapa
hal lainnya, Astra lebih flexible dalam menyiasati dan mencari solusi untuk
pemecahan masalah.
Selain itu, pelajaran lainnya yang juga sangat berharga adalah dalam menjalin
hubungan dengan masyarakat sekitar yang berlatar belakang pendidikan,
ekonomi, bermata pencaharian, budaya dan kebiasaannya juga berbeda. Astra
harus dapat flexibel, menyesuaikan diri akan tetapi harus tetap dapat membawa
dirinya berada di jalur yang sesuai prosedur. Ditambah lagi beradaptasi dengan
aparat pemerintah setempat, bahkan berhubungan dengan vendor/subkontraktor
sebagai mitra Astra dalam melaksanakan program di lapangan.
Terkait dengan pemilihan mitra, dalam hal ini Astra tetap berpegang teguh pada
prinsip bahwa program–program yang dilakukan oleh Astra harus tetap
mendukung program pemerintah. Oleh karena itu, Astra berupaya agar dapat
bermitra dengan pemerintah ketika proses pemilihan lokasi dan pemilihan mitra
kerja. Pengetahuan mengenai tumbuh-tumbuhan beserta proses perawatannya
juga menjadi pengetahuan yang cukup menarik untuk dipelajari.
PT. ARUTMIN INDONESIA - Rehabilitasi Mangrove - KSDA
107
PT. BADAK NGL, KOTA BONTANG, KALIMANTAN TIMUR
Budidaya Kerapu dan Konservasi Terumbu Karang : Secercah Harapan
Nelayan Teluk Bontang
Mengubah kebiasaan mencari ikan dengan sistem eksploitatif tidaklah semudah
membalikkan telapak tangan, namun Kelompok Nelayan Kedo-kedo berhasil
melakukannya berkat dukungan dan pendampingan PT. Badak. Keberhasilan
mengubah kebiasaan tersebut dibarengi dengan upaya ekonomi yaitu budidaya
ikan kerapu dan penanaman bioreeftek sejak tahun 2012. Dengan
mengkombinasikan dua kegiatan tersebut, anggota kelompok nelayan sudah
berhasil menanam terumbu karang beton dan bioreeftek masing-masing sebanyak
600 unit, sementara budidaya ikan kerapu, ikan putih dan kakap merah sebanyak
1000 bibit. Meskipun baru akan panen di tahun 2014, ikan kerapu sudah
menunjukkan potensi keberhasilan, sementara sambil menunggu Ikan Kerapu,
kelompok ini mendapatkan penghasilan dari kegiatan penanaman bioreeftek yang
telah dilakukan tiga kali di tahun 2013 membantu penghasilan kelompok nelayan
dari omset penjualan bioreeftek sebesar Rp. 138.125.000,- atau rata-rata Rp.
3.069.444,-/orang per sekali penanaman.
1. Laut Bontang Kuala yang Mulai Rapuh
Sekelompok nelayan sedang menyiapkan drum plastik di sekitar pantai di
Kelurahan Bontang Kuala, Kecamatan Bontang Utara, Bontang, Kalimantan
Timur, drum tersebut merupakan salah satu media untuk budidaya ikan kerapu.
Ikan kerapu menurut para nelayan saat ini sudah jarang keberadaannya.
Pengalaman menjadi nelayan selama 20 tahun lebih, mengalir dari cerita Pak
Mahmuddin, menurutnya mencari ikan saat ini semakin jauh meninggalkan
pantai. Bukan hanya mengakibatkan tangkapan ikan semakin sedikit namun juga
menambah biaya bahan bakar perahu yang kian hari kian mahal. Sebelum tahun
2008, para nelayan dengan mudah mendapatkan ikan, termasuk ikan kerapu,
tetapi cara menangkap ikan yang terlalu eksploitatif terlambat disadari oleh para
nelayan. Kebiasaan menggunakan bahan peledak untuk mencari ikan merupakan
keseharian mereka, penghasilan sekitar 10-15 juta rupiah per tangkapan, begitu
mudah didapat dengan sistem penangkapan menggunakan bom.
Sayangnya, sejak 2008 tangkapan ikan mulai berkurang serta banyak dari nelayan
menjadi korban bahan peledak yang digunakan untuk mencari ikan tersebut. Pak
Mahmuddin terpaksa harus kehilangan beberapa jarinya. Kondisi tersebut mulai
membuka kesadaran dari para nelayan melalui pembentukan Kelompok Budidaya
Ikan Kedo-Kedo Sunu Abadi yang berupaya mencari solusi mengatasi
permasalahan sekaligus memperbaiki lingkungan laut Bontang, seperti yang
diungkapkan oleh salah satu dari nelayan :
“Kami yang dulu merusak biota laut dalam memenuhi kebutuhan hidup
keluarga mencari ikan, baru sadar setelah lebih 20 tahun mencari ikan di
laut sekarang ini sulit karena sudah sangat rusaknya biota laut Kota
Bontang diakibatkan terjadinya penyempitan dan pengurangan kualitas
ekosistem yang mempunyai nilai konservasi karena perbuatan kami sendiri”
108
PT. BADAK NGL - KSDA
Membangkitkan kesadaran dan memulai inisiasi baru tidaklah mudah bagi
Kelompok Budidaya Ikan Kedo-Kedo Sunu Abadi di Bontang. Perjalanan panjang
dimulai ketika kelompok ini mencari mitra yang dapat membantu mereka memulai
inisiasi budidaya ikan, ternyata hal yang tidak mudah karena secara administrasi
umumnya untuk bermitra dan mendapatkan bantuan diperlukan prosedur
administrasi antara lain Surat Keterangan Domisili Kelompok yang baru diperoleh
pada tanggal 8 Juli 2011. Dengan dikeluarkannya Surat Keterangan Domisili oleh
Kelurahan Bontang Kuala Nomor : 470/23/Kel-BK serta disahkan AD/ART notaris
Noorsamsir.SH dan tanggal 18 Juli 2011 kelompok pembudidaya ikan kedo-kedo
sunu abadi telah terdaftar di Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan
Masyarakat Pemerintah Kota Bontang Nomor : 200/429/B-KLMS pada tanggal 18
Juli 2011. Sekitar akhir November 2011, Kelompok Kedo-Kedo Sunu Abadi
mendapatkan pembinaan pengembangan usaha kelompok dari Kementerian
Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Nomor
: 5954/DPB/PB-340-D3/XI/2011serta pelatihan/magang dari Balai Besar
Pengembangan
Budidaya
Laut
Lampung
Nomor
: 232.3/BBPBL/TU.212/XII/2011tanggal 7 Desember 2011. Mengingat besarnya
biaya yang harus dikeluarkan terutama untuk transportasi dari Bontang menuju
Lampung, hampir menyurutkan niat beberapa anggota kelompok, namun dengan
tekad yang kuat, mereka mencoba melakukan penggalangan dana untuk
memenuhi biaya pelatihan. Tiga orang anggota kelompok yakni Mahmuddin, Talib
dan M.H.Arief mengikuti pelatihan selama 3 minggu di Lampung. Pengetahuan,
keahlian dan jaringan yang diperoleh selama pelatihan menjadi bekal menerapkan
upaya budidaya ikan dan memperbaiki kondisi terumbu karang yang rusak parah
di sekitar Kuala Bontang, dimana mereka bermukim.
Budidaya ikan kerapu, merupakan jenis usaha yang cukup menjanjikan, termasuk
pangsa pasarnya, namun untuk membudidayakan ikan kerapu, diperlukan modal
yang cukup besar. Untuk 1 unit keramba jaring apung (KJA) dengan ukuran 8
meter x 8 meter membutuhkan biaya sekitar Rp.150.000.000,-. Untuk satu unit
keramba jaring apung (KJA) sanggup menampung 1.200 ekor ikan kerapu. Modal
Rp.150.000.000,- tersebut belum termasuk drum plastik untuk ponton, jaring
serta kayu. Untuk kebutuhan pakan ikan dalam satu bulan bisa menghabiskan
biaya sekitar Rp.4.000.000,- berupa pelet namun juga bisa diberikan ikan ruca
atau ikan sisa hasil tangkapan nelayan. Ikan kerapu memasuki usia panen ketika
sudah berumur 9 (sembilan) bulan dengan berat berkisar 6 hingga 7 ons/ekor.
Sedangkan harga jual ikan jenis kerapu macan berkisar Rp. 250.000/kg sampai
dengan Rp. 350.000/kg tergantung kualitas ikan kerapu tersebut. Ada tiga jenis
ikan kerapu yang umumnya dibudidayakan antara lain Ikan Kerapu Macan
(Epinephelus fuscogutattus), Sunu atau Sunuk (coral trout) dengan nama Latin
Plectrocopomus leopardus yang sering ditemukan di perairan berkarang, serta ikan
kerapu bebek (Chromile PT. es altivelis). Jenis-jenis ikan tersebut yang berpotensi
dikembangkan di Teluk Bontang.
Kendala modal yang cukup besar untuk memulai budidaya kerapu menjadi
tantangan bagi kelompok nelayan, namun rupanya selalu ada jalan ketika niat
baik kelompok nelayan untuk memperbaiki lingkungan pesisir dan mencari
penghidupan yang berkelanjutan. Gayung bersambut dengan adanya upaya dari
PT. Badak salah satu perusahaan gas yang beroperasi di Bontang Kalimantan
Timur sejak tahun 1977 ini yang beberapa tahun terakhir memusatkan program
CSR untuk memperbaiki ekosistem pesisir Teluk Bontang. Selain melakukan
budidaya mangrove karyawan PT. Badak juga memiliki kelompok selam yang
memiliki keprihatinan terhadap kerusakan terumbu karang serta nelayan di Teluk
Bontang. PT. Badak yang merupakan perusahan gas yang memiliki kepedulian
PT. BADAK NGL - KSDA
109
terhadap lingkungan dan dibuktikan dengan terlebih dahulu menjaga kualitas
lingkungan di dalam area perusahaan, hal ini dibuktikan dengan mendapatkan
penghargaan Proper Emas dari Kementerian Lingkungan Hidup, tiga kali berturutturut sejak tahun 2011, 2012, 2013.
2. Mengurai Asa melalui Budidaya Kerapu
Dalam mengembangkan program di Teluk Bontang, terkait dengan penyelamatan
terumbu karang melalui usaha budidaya ikan kerapu, PT. Badak rupanya sudah
memiliki program perencanaan dengan konsep PDCA-Plan Do Check Act. Program
Konservasi Kawasan Laut Melalui Budidaya Ikan Kerapu dirancang dalam kurun
waktu lima (5) tahun. Program tersebut ditujukan untuk:
1) Mengurangi jumlah kerusakan ekosistem laut akibat penggunaan bahan
peledak oleh nelayan
2) Menciptakan lapangan kerja bagi mantan nelayan pengguna bahan peledak.
3) Meningkatkan pendapatan rumah tangga kelompok kedo – kedo.
Kelompok utama program ini adalah para nelayan, dan masyarakat sekitar serta
pemerintah terkait yang diharapkan dapat berpartisipasi aktif dalam program.
Periode waktu yang dialokasikan adalah 2012-2016 dengan anggaran pada tahun
2012 ebesar Rp. 299.298.100. Kegiatan dari program ini bukan hanya
mengembangkan budidaya Ikan Kerapu, namun melakukan perbaikan terumbu
karang yang rusak.
Untuk mendorong pengembangan pelaksanaan program PT. Badak dan kelompok
nelayan telah menjalin kerjasama dengan berbagai pihak, khususnya dengan
Dinas Perikanan Kota Bontang, Kementrian Kelautan dan Pesisir, Fakultas
Perikanan IPB untuk menimba pengetahuan dan keahlian serta konsultasi teknis
terkait budidaya ikan kerapu dan perbaikan terumbu karang. Upaya memperbaiki
kondisi terumbu karang dilakukan dengan memasang media dari batok/sabut
kelapa di tengah laut yang rusak terumbu karangnya agar mulai tumbuh kembali.
Dalam budidaya Ikan Kerapu, selain dukungan untuk pelatihan di Lampung,
perusahaan memberikan bantuan sarana dan prasaran berupa keramba apung
yang dilengkapi dengan rumah jaga serta memfasilitasi proses pengembangan
program. Di akhir tahun 2012 PT. Badak memberikan bantuan 1.000 bibit ikan
kerapu yang saat ini masih dalam tahap penggemukan dan akan dipanen pada
bulan Februari 2014. Program ini diharapkan dapat memberikan keuntungan yang
signifikan bagi kelompok nelayan Kedo-Kedo Sunu Abadi dan menjadi contoh serta
motivasi kelompok nelayan lain agar tertarik untuk ikut serta menjadi bagian dari
program ini. Perkembangan kenaikan berat ikan sangat signifikan karena kondisi
perairan Bontang cocok dengan persyaratan yang diperlukan oleh ikan jenis ini.
Selain kegiatan penggemukan ikan kerapu, sebagai bentuk tanggungjawab para
nelayan atas pengrusakan perairan laut yang pernah mereka lakukan sebelumnya
saat menjadi nelayan pengebom, kelompok ini juga berinisiatif melakukan kegiatan
rehabilitasi kawasan laut. Dengan bentuk pembuatan dan transplantasi Terumbu
Karang buatan baik yang terbuat dari bahan solid (beton) bahkan dari bahan
organik yang ramah lingkungan yang disebut bioreeftek dengan menggunakan
bahan batok kelapa yang tersedia di beberapa kawasan pesisir Kota Bontang.
Kegiatan ini menjadi salah satu alternatif aktivitas untuk mendapatkan tambahan
pemasukan selama proses penggemukan ikan kerapu berlangsung.
110
PT. BADAK NGL - KSDA
Kegiatan penanaman bioreeftek telah dilakukan tiga kali di tahun 2013 dengan
jumlah bioreeftek dan terumbu karang beton yang dibuat masing-masing 600 unit.
Sampai tahun 2013, baru sebanyak 425 buah yang ditanam di laut. Dari hasil
kegiatan penanaman ini, kelompok nelayan mendapatkan omset penjualan
bioreeftek sebesar Rp.138.125.000,- dan para nelayan rata-rata mendapatkan
pemasukan sebesar Rp. 3.069.444,- per-orang di setiap kegiatan penanaman.
Kegiatan penanaman tersebut merupakan gerakan yang sedang digalakkan oleh
PT. Badak sebagai dukungan terhadap program pemerintah dalam merehabilitasi
terumbu karang di perairan Bontang. PT. Badak juga berperan aktif mengajak
perusahaan-perusahaan yang ada di Kota Bontang untuk turut serta melakukan
kegiatan penanaman biroeeftek.
Meskipun upaya penanam terumbu beton dan bioreeftek berjalan baik, namun
sejauh ini para nelayan dan perusahaan kesulitan mendapatkan sumber data yang
valid mengenai keberadaan terumbu karang yang memang memerlukan
rehabilitasi. Hal ini berakibat pada kurang akuratnya tindakan yang akan di
lakukan terkait dengan kegiatan transplantasi terumbu karang, maupun
pelepasan terumbu karang buatan agar tepat sasaran dan bermanfaat bagi
kelangsungan ekosistem yang bermukim diareal terumbu karang tersebut.
Tak semua nelayan turut berpartisipasi dalam penanaman terumbu karang, masih
ada yang belum muncul kesadaran akan pentingnya melestarikan terumbu karang
di perairan Kota Bontang, sehingga upaya-upaya transplantasi maupun pelepasan
terumbu karang buatan tidak bisa dilakukan dengan optimal. Namun kelompok
Kedo-Kedo Sunu dan PT. Badak terus berupaya untuk melakukan yang terbaik,
baik melalui riset yang dilakukan bersama pihak lain untuk mendukung data
terumbu karang, maupun kampanye penyelamatan terumbu karang ke berbagai
pihak.
Meskipun belum genap dua tahun kerjasama dengan PT. Badak, program
kerjasama kelompok nelayan telah memberikan harapan baru, bukan hanya
dengan adanya sumber penghasilan namun juga harapan bagi masa depan anak
cucu mereka untuk kembali menikmati terumbu karang yang sehat untuk
menciptakan ekosistem yang baik di sekitar terumbu karang tersebut.
Program konservasi kawasan laut dapat berjalan berkat motivasi kuat yang
dimiliki oleh kelompok nelayan untuk memperbaiki diri. PT. Badak turut bangga
atas perubahan perilaku yang didapatkan oleh kelompok penerima program
setelah menjadi mitra binaan PT. Badak. Nelayan yang dulunya menjadi pelaku
pengrusakaan ekosistem laut, kini justru aktif dalam mempelopori berbagai
kegiatan pelestarian kawasan laut di wilayah Bontang.
FOTO KEGIATAN
Kegiatan Budidaya Kerapu Dan Konservasi Terumbu Karang Oleh PT. Badak NGL
PT. BADAK NGL - KSDA
111
PT. BANYAN TREE, KABUPATEN BINTAN, KEPULAUAN RIAU
Menebar Tukik di Pantai Lagoi, Upaya Konservasi Penyu Hijau dan Sisik
Di Kabupaten Bintan
Sebanyak 1.359 tukik atau anak penyu dari jenis penyu hijau (Chelonia mydas) dan
penyu sisik (Eretmocheylis imbricata) yang merupakan jenis yang dilindungi, berhasil
dilepaskan di pantai Angsana dan Banyan Tree Bintan sejak 2008 sampai 3 Oktober
2013. Kegiatan pelepasan tukik merupakan kegiatan rutin PT. Angsana dan Banyan
Tree sebagai upaya mendukung konservasi keanekaragaman hayati di kawasan
Bintan.
1. Pantai Bintan Kawasan Wisata dan Konservasi
Barisan pepohonan kelapa yang berada di tepi pantai, udara bersih, deburan ombak
mengalun menentramkan hati melingkupi kawasan Pantai Lagoi, salah satu tempat
wisata kebanggaan Provinsi Kepulauan Riau, yang terletak di Kabupaten Bintan.
Pantai Lagoi, Bintan ternyata bukan hanya menyimpan keindahan, namun juga
menyimpan kekayaan hayati yang luar biasa, salah satu kekayaan hayati tersebut
adalah jenis penyu hijau (Chelonia mydas) dan penyu sisik (Eretmocheylis imbricata)
yang hidup di perairan Bintan. Kedua jenis penyu tersebut merupakan jenis hewan
yang termasuk ke dalam daftar hewan yang dilindungi oleh undang-undang nasional
maupun internasional karena dikhawatirkan akan punah disebabkan oleh jumlahnya
makin sedikit. Penyu sisik dan penyu hijau (Chelonia mydas) diklasifikasikan sebagai
satwa yang terancam punah oleh The World Conservation Union (IUCN. Selain penyu,
di Pantai Lagoi juga menyimpan kekayaan hayati lainnya, yang dilindungi undangundang baik secara nasional atau pun internasional, seperti Pelanduk (Tragulus
napu), Kerka (Presbitys sp.), Kantung Semar (Nepenthes sp.), dan juga pohon Meranti
(Shorea sp.).
Pantai-pantai di Pulau Bintan merupakan rumah bertelur bagi penyu-penyu tersebut,
Arief Pratomo dkk (2010) mencatat ada sekitar 357 sarang penyu yang terdiri atas
320 sarang penyu hijau dan 37 sarang penyu sisik di Kabupaten Bintan pada saat
dilakukan pengamatan dan penelusuran penyu di tahun 2010. Data tersebut
menunjukkan meski sarang cukup banyak ditemukan, namun menurut hasil
penelitian kondisi tersebut cukup rentan bagi keberlanjutan hidup penyu di wilayah
tersebut. Ancaman utama adalah ketidaktahuan mengenai status keterlindungan
penyu. Masyarakat umumnya memanfaatkan penyu di alam dengan mengambil dan
memperdagangkan telur, daging dan cangkang/karapas penyu. Ancaman lain datang
seiring dengan pesatnya kegiatan industri yang memerlukan pengembangan pantai,
sedimentasi perairan akibat pertambangan bauksit serta kegiatan manusia lainnya
yang secara langsung dan tak langsung semakin berdampak negatif baik terhadap
habitat peneluran maupun habitat pakan penyu (Dony Apdillah, dkk. 2010).
2. Si Imut Penyu Hijau dan Sisik yang Menggugah Angsana dan Banyan Tree
Bintan Resort
Angsana dan Banyan Tree Bintan merupakan salah satu resort yang berada di lokasi
Laguna Bintan, luasnya sekitar 240 ha. Lebih dari 60% wilayahnya merupakan area
terbuka, hutan dataran rendah dan pantainya menghadap Laut China selatan.
Perusahaan ini rupanya menyadari betul bahwa tanpa keindahan dan kekayaan alam
112
BANYAN TREE - KSDA
p y
y
p
y
yang terpelihara dan terjaga, kawasan resort tidaklah terlalu menarik pengunjung.
Disamping tetap memenuhi kewajiban lingkungan yang disyaratkan, perusahaan
melalui program CSR berupaya menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar, salah
satunya adalah melalui “Program Konservasi Penyu Hijau (Chelonia mydas) dan
Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata)”.
Rupanya bentuk tubuh dan daur hidup yang unik dari satwa yang termasuk kelas
reptilia ini terlihat “imut” saat masih kecil, dan untuk dapat mencapai usia dewasa,
20 tahun–30 tahun, penyu harus berjuang keras menghadapi banyak tantangan yang
begitu besar di lautan lepas. Berbagai sumber ilmiah menyebutkan bahwa, hanya 1
dari 100 tukik (1%) yang bisa selamat bertahan hidup untuk mencapai usia dewasa.
Untuk melindungi si Imut ini, Banyan Tree dan Angsana Bintan tak segan-segan
mengawali upaya perlindungannya dengan membangun media konservasi dan belajar
yang diberi nama Conservation Lab Banyan Tree Bintan pada tahun 2007.
Pendirian Conservation Lab Banyan Tree Bintan merupakan salah satu strategi untuk
memperkuat CSR perusahaan yang berlandaskan tiga pilar yaitu efesiensi energi,
pelestarian alam, dan pemberdayaan masyarakat. Fasilitas yang dibangun dan
dikembangkan di Lab tersebut terdiri dari perlengkapan untuk penetasan telur penyu
dan persiapan sebelum anak penyu (tukik) dilepas ke pantai, serta fasilitas untuk
kegiatan penelitian dan pendidikan konservasi bagi pelajar, masyarakat, karyarwan,
staf pemerintah, mahasiswa serta para tamu hotel.
Kegiatan yang dianggap berhasil di Lab tentunya kegiatan utama konservasi penyu.
Satu tahun setelah pembangunan Conservation Lab, tahun 2008 tim CSR mulai
melakukan upaya konservasi penyu secara sederhana, yaitu dengan melindungi telurtelur penyu yang ada di pantai sekitar hotel, serta dari para nelayan yang biasa
mengambil telur penyu untuk dimakan atau dijual ke pasar. Seiring berjalannya
waktu, telur-telur penyu yang berhasil didapat ini, kemudian dipindahkan kedalam
tempat penetasan (hatchery) yang berlokasi tidak jauh dari tempat asal telur penyu, di
pantai Tanjung Said Angsana, Lagoi.
Relokasi telur penyu ke dalam tempat penetasan (hatchery) semi alamiah
dimaksudkan untuk melindungi telur-telur tersebut dari para nelayan pengumpul
telur dari wilayah lain dan satwa pemakan telur penyu seperti biawak (Varanus
salvator) dan babi liar (Sus vittatus). Setelah aman dalam tempat penetasan
(hatchery), telur-telur tersebut perlu waktu 50–70 hari untuk menetas. Tukik akan
dilepaskan dengan segera, setelah 3-4 hari hari telur menetas, agar insting liarnya
masih terjaga saat berenang di lautan lepas. Sebanyak 1.359 tukik berhasil
dilepaskan di pantai Angsana dan Banyan Tree Bintan sejak 2008 sampai 3 Oktober
2013. Umumnya kegiatan pelepasan tukik dihadiri peserta 50–150 orang, baik tamu
hotel, masyarakat sekitar, pemerintah, karyawan, dan media.
Konservasi penyu tentunya tidak hanya dilakukan dengan pelepasan Tukik, namun
juga upaya penyadaran masyarakat nelayan Kampung Baru, Lagoi untuk lebih peduli
pada pelestarian penyu dengan tidak mengkonsumsi telur penyu dan tidak
menjualnya ke pasar. Tentunya upaya tersebut tidak akan berhasil bila tidak diiringi
alternatif ekonomi. Keberhasilan yang cukup signifikan dari program CSR Banyan
Tree dan Angsana adalah terbangunnya saling percaya dan membangun solusi
bersama melalui penandatangan surat perjanjian kerja sama yang ditandatangani
pada 10 Agustus 2010. Salah satu butir kesepahaman yang tertuang dalam
perjanjian kerjasama tersebut adalah masyarakat nelayan Kampung Baru, Lagoi,
bersepakat untuk tidak lagi menjual telur penyu ke pasar. Mereka akan menitipkan
telur yang ditemukan di pantai ke Conservation Lab Banyan Tree untuk direlokasi
dalam tempat penetasan. Saat pelepasan, masyarakat juga dapat menyaksikannya
BANYAN TREE - KSDA
113
bersama-sama dengan tamu hotel. Sebagai kompensasi CSR perusahaan memberi
sumbangan berupa solar minimal 100 liter perbulan, serta 50 liter untuk setiap
penemuan sarang penyu. Solar digunakan sebagai bahan bakar generator untuk
kebutuhan listrik desa.
“Anak-anak sekarang berkesempatan melihat langsung tukik dilepas kelautan.
Mudah-mudahan generasi mendatang bisa terus melihat satwa yang menjadi
kebanggaan pulau Bintan ini. Kedepan saya mengharapkan akan ada pelatihan
khusus dari Banyan Tree agar penanganan telur penyu bisa dilakukan lebih baik”.(
Sabri, tokoh nelayan Kampung Baru, Lagoi 3 Oktober 2013).
Conservation Lab Banyan Tree Bintan, selain menjadi media untuk pemeliharaan
Tukik, tempat ini kerap dijadikan tempat untuk diskusi konservasi sekaligus menjadi
tempat pelatihan bagi karyawan maupun peneliti, LSM, pelajar dan mahasiswa serta
masyarakat sekitar. Pelatihan karyawan hotel ditujukan untuk meningkatkan
pengetahuan dan membangkitkan kesadaran karyawan tentang pentingnya
konservasi kawasan termasuk pengelolaan lingkungan sekitar. Sementara bagi tamu
hotel, Conservation Lab merupakan complementary dari Perusahaan dalam upaya
meningkatkan kesadaran para tamu tentang pentingnya konservasi alam, khususnya
penyu. Kegiatan tamu hotel lainnya berupa Nature Walk, Bird Watching, Tree Track,
Coral Safari, dll yang ditujukan untuk mengenal lebih dekat kekayaan dan keindahan
alam Pantai Lagoi.
Selain tamu hotel, Conservation Lab juga memfasilitasi pelajar dan mahasiswa untuk
mendapatkan pendidikan konservasi penyu. Kegiatan yang dilakukan secara terus
menerus sejak tahun 2007 melibatkan sekitar 250 siswa SD-SMA setiap tahunnya.
Kegiatan ini tidak hanya dilakukan oleh Angsana dan Banyan Tree namun
bekerjasama dengan Bintan Resort Cakrawala (BRC). Fasilitas lainnya yang
disediakan adalah membantu mahasiswa untuk melakukan penelitian baik di
Conservation lab maupun di sekitar kawasan Pantai Lagoi, salah satunya terkait
dengan skripsi S1 tentang “Tingkat Keberhasilan Penetasan Telur Penyu Pulau Wie
Tambelan Di Pantai Angsana dan Banyan Tree Bintan” oleh mahasiswa Universitas
Raja Ali Haji (UMRAH).
Kegiatan rutin lainnya yang dilakukan di Conservation Lab adalah menyebarluaskan
d
kmedia yang
k k dilakukan secara kregular,
d
bl k d l kpemutaran
k
l l film pendek
bl k
berbagai
presentasi,
dan dialog interaktif melalui radio.
Upaya konservasi tidak hanya dilakukan melalui media cetak, Banyan Tree dan
Angsana Bintan bahkan telah menjadikan penyu sebagai satwa paling dibanggakan
dengan membuat miniatur penyu untuk souvenir, mainan kecil, boneka besar penyu,
serta kaos bergambar penyu.
Secara manajemen pengelolaan program CSR untuk konservasi penyu melibatkan tiga
staf perusahaan di bagian Conservation Lab dan tertuang dalam kebijakan
perusahaan yang ditetapkan dalam policy dan prosedur sejak 2007. Dalam
melakukan kegiatannya, Conservation lab bekerjasama dengan berbagai pihak seperti
resort lain yaitu Bintan Resort Cakrawala (BRC) Lagoi sebagai salah satu pengelola
kawasan wisata Lagoi, Kelompok Nelayan Kampung Baru-Lagoi, Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Bintan, dan Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH). Dalam
menggunakan fasilitas di Lab umumnya para pihak yang telah bekerjasama tidak
dikenakan biaya apapun, hanya yang terpenting memelihara fasilitas yang ada.
114
BANYAN TREE - KSDA
Keberhasilan program CSR Banyan Tree dan Angsana Bintan dalam Konservasi Penyu
dirasakan bukan hanya oleh masyarakat yang ada di Lagoi, namun juga pemerintah,
dengan dilibatkannya dalam penentuan dan pembentukan Konservasi Laut Daerah
(KKLD) untuk program konservasi laut yang lebih luas oleh Dinas Kelautan dan
Perikanan setempat, yang tertuang dalam Peraturan Bupati Bintan No. 25 tahun
2010. Tahun 2013 Conservation Lab Banyan Tree Bintan juga diminta kerjasamanya
oleh Departemen Kelautan dan Perikanan untuk upaya konservasi mencakup wilayah
lebih luas yaitu Pulau Bintan dan Pulau Tambelan.
Dari sisi perusahaan sendiri untuk terus meningkatkan kualitas layanan dan
pemenuhan aturan-aturan standar pengelolaan lingkungan, sejak tahun 2010
Banyan Tree dan Angsana Bintan telah bergabung dengan program Earth Check yang
didukung oleh EC3 (Evaluate Communicate Evolve) global dan STCRC (Sustainable
Tourism Cooperative Research Centre). Status bronze level sudah dicapai dalam empat
tahun berturut-turut. Tahun 2013, sudah masuk pada proses sertifikasi untuk
mendapatkan silver level. Selain itu, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Indonesia telah memberikan penghargaan Green Hotel Award tingkat nasional untuk
Angsana–Banyan Tree periode 2011–2013. Angsana kembali mendapatkan Asean
Green Hotel Award untuk periode 2012–2014.
3. Belajar Konservasi Penyu dari Banyan Tree dan Angsana Bintan
Selama hampir enam tahun program CSR konservasi penyu dilaksanakan oleh
perusahaan, semakin terlihat bahwa pentingnya merangkul berbagai pihak dalam
pelaksanaan program, seperti yang dicontohkan dalam program konservasi penyu di
Pantai Lagoi, dimana pihak masyarakat termasuk kelompok masyarakat, pemerintah
setempat, sekolah, perguruan tinggi adalah kunci yang mendorong keberhasilan
program. Selain itu diawal perusahan melakukan proses kajian lingkungan dan sosial
yang menghasilkan analisa cukup tajam terkait ancaman terhadap kekayaan alam di
lokasi termasuk penyu, hal ini menjadi salah satu modal utama dalam merumuskan
program dengan rangkaian kegiatannya. Salah satu yang menjadi kunci suksesnya
adalah adanya upaya membangun kesepakatan dengan masyakarat nelayan yang
memiliki ketergantungan pada telur penyu sebagai salah satu sumber penghidupan
mereka. Dengan memberikan alternatif penggantian berupa bahan bakar untuk
penerangan merupakan satu contoh kesepakatan yang menghasilkan win-win
solution, meskipun perlu dilakukan lagi pengembangan dan alternatif lain seperti
membangun panel surya untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil sebagai
bahan baku penerangan di masyarakat atau yang lainnya.
Upaya memadukan ragam kegiatan konservasi yang tidak hanya melindungi jenis
penyu saja, tapi juga melakukan proses pendidikan konservasi, publikasi dan
penelitian dengan sarana Conservation Lab sebagai pusat pembelajaran merupakan
strategi program yang turut mempercepat proses penyadaran masyarakat dan
mendapatkan dukungan dari berbagai pihak.
Proses evaluasi dan monitoring untuk perbaikan program juga menjadi kunci
berjalannya program secara berkelanjutan selain komitmen dari pimpinan
perusahaan tentunya. Upaya konservasi penyu di Lagoi ke depan diharapkan dapat
menjadi salah satu upaya gerakan bersama di Kabupaten Bintan dan menjadi contoh
bagi kegiatan konservasi lainnya di Indonesia.
BANYAN TREE - KSDA
115
FOTO KEGIATAN
Pelepasan Tukik secara resmi di Dua anak tamu hotel Fasilitas
Conservation
Angsana dan Banyan Tree sedang mengamati tukik Lab yang didirikan pada
Bintan pada 12 September 2013 yang sedang bergerak 25 September 2007
menuju lautan lepas
pada
12
September
2013.
Pendidikan
konservasi
sumber daya alam untuk
para siswa sekolah Bintan
Utara di Conservation Lab
116
BANYAN TREE - KSDA
Perwakilan
siswa
dari
beberapa sekolah dasar
Bintan
Utara
sebelum
mengikuti
pelatihan
konservasi di Conservation
Lab
Beberapa institusi dan
para peneliti dalam dan
luar negri yang pernah
melakukan kegiatan dan
kerja
sama
dengan
Conservation Lab.
PT. CHEVRON GEOTHERMAL SALAK LTD., KABUPATEN BOGOR DAN
SUKABUMI, JAWA BARAT
Green Corridor Initiative: Ketika Habitat Satwa Menjadi Perhatian Para Pihak
Di Lintasan Hijau Di Taman Nasional Gunung Halimun Salak
Inisiatif Lintasan Hijau atau Green Corridor Initiative, merupakan upaya dari PT.
Chevron Geothermal Salak Ltd salah satunya untuk memperbaiki fungsi ekologis
hutan koridor satwa khususnya jenis Owa Jawa (Hylobates moloch), Surili (Presbytis
commata), Lutung Jawa (Trachypithecus auratus), Elang Jawa (Spizateus bartelsi),
dan Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas) di kawasan Taman Nasional
Gunung Halimun Salak. Upaya restorasi dengan menanam bibit pohon lokal
dilakukan sejak tahun 2011, hampir 40,000 bibit di lahan seluas 80 ha atau 16%
dari target program keseluruhan. Program sudah mulai dirasakan oleh masyarakat
sekitar, hampir 58 warga yang bermukim di sekitar kawasan ini mendapatkan
manfaat berupa pelatihan dan pelaksanaan peningkatan pertanian organik dan
agroforestry.
1. Selimut Kabut Kekayaan Hayati Halimun
Halimun yang berarti kabut bagi masyarakat Sunda merupakan kawasan yang
penuh dengan kehidupan yang menarik, kawasan ini dikenal baik oleh para peneliti
maupun masyarakat sebagai kawasan yang menyimpan ragam kekayaan alam
Indonesia di bagian barat Pulau Jawa. Pemerintah Indonesia pada tahun 1992
melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 282/Kpts-II/1992 tanggal 26
Februari 1992 menetapkan kawasan ini menjadi kawasan konservasi Taman
Nasional Gunung Halimun seluas 40,000. Ha dan diperluas menjadi 113,357 Ha
melalui SK 175/Kpts-II/2003 pada tahun 2003. (Latipah Hendarti, 2007).
Sebagai kawasan Taman Nasional, kawasan ini memiliki keunikan khusus yaitu
menjadi tempat hidup atau habitat bagi beberapa jenis satwa endemik dan langka
yaitu jenis Owa Jawa (Hylobates moloch), Surili (Presbytis commata), Lutung Jawa
(Trachypithecus auratus), Elang Jawa (Spizateus bartelsi), dan Macan Tutul Jawa
(Panthera pardus melas).
Tidak hanya kekayaan hayati yang tersimpan di kawasan Halimun Salak, namun
juga sumberdaya alam lainnya seperti sumber air, mineral, emas, termasuk gas
bumi, di satu sisi populasi masyarakat yang mendiami kawasan ini juga dari tahun
ke tahun meningkat, ada 250,000 jiwa jumlah penduduk (M. Taufik Wahab, 2010).
Kompleksitas kawasan Halimun Salak menjadi tantangan bagi para pihak dalam
pengelolaan kawasan konservasi ini. Menurut data dari Taman Nasional Gunung
Halimun Salak (TNGHS) tahun 2009, sekitar 30% dari luasan taman nasional ini
merupakan lahan kritis.
Lahan kritis yang semakin bertambah terutama di wilayah penting koridor yaitu
areal memanjang dari Barat ke arah Timur yang menghubungkan Gunung Halimun
dengan Gunung Salak, yang berfungsi sebagai penghubung dua ekosistem terutama
tempat terjadinya aliran genetik dalam pelestarian keanekaragaman hayati maupun
CHEVRON - Lintas Hijau Halimun Salak - KSDA
117
fungsinya sebagai sistem penyangga kehidupan (Rinaldi et al. 2008 dalam M. Taufik
Wahab, 2010).
Sebagai salah satu perusahaan swasta non–pemerintah yang turut serta dalam
mengembangkan panas bumi di Indonesia, salah satunya beroperasi di lereng
Selatan kompleks pegunungan Salak sejak tahun 1980, Chevron Geothermal Salak,
memiliki tanggungjawab untuk tetap menjaga dan mempertahankan kawasan
Halimun Salak sesuai dengan fungsinya, karena Chevron juga peduli dengan
masyarakat yang tinggal di kawasan ini. Tahun 2011, sebagai bukti komitmen
Chevron Geothermal Salak terhadap kawasan Halimun Salak, bersama dengan
TNGHS dan LSM serta mitra lainnya yang sudah sejak lama peduli dan
berkomitmen dalam konservasi di TNGHS, meluncurkan program Prakarsa Lintasan
Hijau Halimun-Salak atau dikenal dengan Green Corridor Initiative.
2. Lintasan Hijau sebagai Angin Segar Bagi Lahan Kritis dan Keberlanjutan
Flora –Fauna Halimun Salak
Sejak tahun 2002, Chevron Geothermal Salak sudah aktif menjaga kualitas
sumberdaya alam yang ada di Kawasan Halimun Salak, melalui kerjasama dengan
berbagai pihak seperti JICA, PEKA Indonesia, Wildlife Trust melakukan kegiatan
pemberdayaan masyarakat yang mendukung konservasi secara berkelanjutan
termasuk bagaimana hubungan manusia dan lingkungan di wilayah Halimun-Salak.
Beberapa lembaga seperti BCI dan PEKA Indonesia malah bahkan sebelumnya
sudah berhasil mendorong masyarakat meningkatkan ekonomi lokal sekaligus
menjaga kawasan Halimun Salak agar tetap lestari, melalui pemberdayaan
masyarakat dan kegiatan penyadaran. Salah satu keberhasilan mereka adalah
terbentuknya kelompok masyarakat dan Jaringan Masyarakat Koridor (Jamaskor).
Sementara, gagasan lintasan hijau Halimun-Salak diawali sejak tahun 2009, melalui
serangkaian kegiatan dan penelitian yang dilakukan oleh para mitra TNGHS dan
tahun 2011 Program Lintasan Hijau Halimun Salak (Green Corrdior Initiative (GCI)
diluncurkan di Jawa Barat, Indonesia. Program ini bertujuan untuk:
(1) Meningkatkan dan melibatkan partisipasi masyarakat dalam pendidikan
lingkungan dan perbaikan fungsi ekologi hutan koridor untuk penghidupan
berkelanjutan.
(2) Memperbaiki fungsi ekologis hutan koridor melalui program restorasi
didaerah seluas 500 hektar sebagai habitat Owa Jawa, Macan Jawa dan
Elang Jawa.
(3) Meningkatkan kualitas hidup masyarakat di daerah sekitar operasi Chevron
Geothermal Salak, terutama yang berada di dekat lintasan koridor Taman
Nasional Gunung Halimun-Salak melalui program pemberdayaan ekonomi
yang mendukung konservasi.
Mengingat kawasan Halimun-Salak merupakan kawasan yang luas, program fokus
pada ;
(1) Masyarakat dan Kelompok Tani di kampung Garehong kecamatan Pamijahan
(Bogor).
118
CHEVRON - Lintas Hijau Halimun Salak - KSDA
(2) Masyarakat Kelompok Tani di kampung Cisarua desa Cipeuteuy
kecamatan
(3) Kabandungan (Sukabumi).
(4) Stakeholder yang terkait dalam pelestarian lingkungan, pendidikan
lingkungan dan usaha peningkatan pemberdayaan masyarakat di wilayah
Halimun – Salak.
(5) Target restorasi adalah zona kritis seluas 500 Ha dengan durasi waktu lima
tahun dan target masyarakat yang terlibat adalah 250 KK.
Pelaksanaan program Lintasan Hijau diperkuat dengan kesepakatan kerjasama
(MoU) antara Chevron Geothermal Salak. dengan Balai Taman Nasional Gunung
Halimun Salak (BTNGHS) yang ditandatangani pada tanggal 16 Juli 2013
mendasari penyusunan rencana teknik restorasi. Tabel 1, merupakan perencanaan
kegiatan dan target selama program berjalan dalam kurun waktu lima tahun
periode 2010-2016.
Dalam pelaksanaan kegiatan, Chevron menggandeng Yayasan KEHATI dan
kelompok tani Jamaskor untuk melakukan pemetaan lokasi penanaman periode
pertama yaitu tahun 2012-2013 sekaligus mengidentifikasi jenis-jenis tanaman
keras yang menjadi pakan Owa Jawa. Langkah berikutnya adalah melakukan
kegiatan sosialisasi atas pentingnya lintasan hijau, kampanye, dan pendidikan
lingkungan terkait restorasi serta pemberdayaan masyarakat.
Bersama dengan Yayasan KEHATI, Chevron mengkomunikasikan program kepada
dua kelompok tani di Kampung Cisarua, Desa Cipeuteuy, Kecamatan Kabandungan,
Kabupaten Sukabumi dan Kampung Gaherong, Desa Purwabakti, Kecamatan
Pamijahan, Kabupaten Bogor. Proses sosialisasi membutuhkan waktu dan
pendekatan untuk membangun kepercayaan dari masyarakat. Setelah terbangun
saling percaya dan atas kepentingan yang sama dalam menyelamatkan kawasan
Halimun, dimana masyarakat juga akan mendapatkan dampak positif dari kegiatan
restorasi, kegiatan dilanjutkan dengan persiapan lahan penanaman seluas 80 Ha
dan areal pembibitan.
Tabel 1. Perencanaan Kegiatan Periode 2010-2016
Kegiatan
Target Pertahun
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
Konservasi BerbasiskanMasyarakat
Proyek
2 Ha
Percontohan
Penanaman
(Ha/Tahun)
Publikasi
Penerima
Manfaat
(orang)
Luas Lahan
(Ha/ tahun)
10
40
55
60
55
40
1
3
5
5
5
5
50
100
155
210
250
80
110
120
110
80
CHEVRON - Lintas Hijau Halimun Salak - KSDA
119
Peningkatan Kelompok Tani
Pembentukan
3
(kelompok/
tahun)
5
10
16
21
25
Lokakarya
& FGD
Pameran,
site visit
& sosial
media
Sosialisasi
Lokakarya
& FGD
Lokakarya Lokakarya
& FGD
& FGD
Pameran,
site visit &
sosial
media
Lokakarya
& FGD
Pameran,
site visit &
sosial
media
Lokakarya
& FGD
Pameran,
site visit &
sosial
media
Lokakarya
& Pelatihan
Pelatihan
dan
Pendampi
ngan
Pelatihan
dan
Pendampi
ngan
Pelatihan
dan
Pendampi
ngan
Pembangu
nan Pusat
Pembelajar
an
Pusat
Pusat
Pembelajar Pembelajar
an
an
Penguatan
Organisasi
Kelompok
Masyara
kat (KSM)
Pendirian
Koperasi
Operasiona
l Koperasi
Penguatan
Koperasi
Pengemba
ngan
Koperasi
Kemandi
rian
Koperasi
Internal
Internal &
Eksternal
Internal &
Eksternal
Internal &
Eksternal
Internal
&
Eksternal
Pertanian
Organik
Pertanian
Terpadu
Pertanian
Terpadu
Pertanian
Terpadu
Pertanian
Terpadu
dan
Tanaman
Obat
Monitoring
& Evaluasi
Peningkatan
Tambahan
Pendapatan
Peternakan
Kambing
Adanya kelompok petani/masyarakat yang sudah diorganisir oleh kawan-kawan
LSM yang selama ini fokus di Halimun khususnya PEKA dan BCI yang bekerja dan
belajar bersama masyarakat di Desa Cipeteuy dan Purwabakti mempermudah
proses pengorganisasian di tingkat masyarakat, terlebih dengan adanya Jaringan
Masyarakat Koridor maka proses saling membangun kepercayaan dengan
masyarakat menjadi lebih mudah dan cepat. Untuk mendukung proses program
ini memerlukan juga aktivitas penunjang antara lain;
(1) Penyediaan data dasar (baseline data) yang mendukung kegiatan restorasi
dan pemberdayaan masyarakat, melalui Yayasan KEHATI program ditingkat
lapangan dilakukan oleh LSM Rimbawan Muda Indonesia (RMI) dan
Biodiversity Conservation Indonesia (BCI)
(2) Ditingkat penelitian kelembagaan dilakukan bekerjasama dengan
Laboratorium Kehutanan IPB
(3) Pemetaan partisipatif langsung dilaksanakan oleh dua kelompok tani di
Kampung Cisarua dan Kampung Garehong.
(4) Rangkaian pertemuan dengan para pemangku kepentingan dalam upaya
menyusun rencana pemberdayaan masyarakat untuk memperkuat Jaringan
Masyarakat Koridor (Jarmaskor), salah satu yang sudah dilakukan adalah
memperkuat Koperasi Jarmaskor dengan fokus kegiatan pertanian terpadu
diantaranya penggemukan, pembibitan, pengelolaan kandang, pengelolaan
kompos serta pemupukan dan pertanian.
120
CHEVRON - Lintas Hijau Halimun Salak - KSDA
Proses penanaman mulai dilakukan pertengahan 2012 di areal kritis yang sudah
ditentukan bersama dengan BTNGHS, sejumlah 40,000 pohon ditanam,
pemeliharaan, penyulaman dilakukan dengan kerjasama masyarakat. Langkah
selanjutnya, mulai November 2012 Chevron mendukung patroli partisipatif bersama
TNGHS dan masyarakat PAMSwakarsa.
Sejak 2010 sampai akhir 2012, program telah membawa titik terang baik ditingkat
ekosistem halimun, masyarakat maupun perusahaan, apa yang direncanakan
sudah mulai membuahkan hasil, hal ini dapat dilihat dari target yang terpenuhi
dalam program, yaitu :
Tingkat tumbuh bibit dipersemaian mencapai 80% yaitu 40,000 bibit
Jumlah bibit yang ditanam mencapai 40,000 bibit pohon di areal kritis
seluas 80 Ha.
Program secara langsung telah dirasakan oleh sekitar 58 warga yang
bermukim di Kampung Cisarua dan Garehong
Pelatihan peningkatan kapasitas masyarakat telah dilakukan dan dirasakan
mampu meningkatkan keahliaan masyarakat, bahkan modul pelatihan dapat
juga digunakan oleh masyarakat lain, temasuk modul pendirian koperasi;
modul operasional koperasi; modul pertanian terpadu dan modul pendidikan
lingkungan.
Publikasi media yang mengakui bahwa Lintas Hijau di Halimun Salak
merupakan program yang memberikan harapan bagi masyarakat dan
perbaikan pengelolaan ekosistem di Halimun-Salak. Selama 2012 sekitar 13
media cetak dan online serta televisi telah meliput program Lintas Hijau ini.
Publikasi dan sosialisasi juga dilakukan di tingkat nasional dan internasional
melalui partisipasi dalam pameran nasional serta satu pameran internasional
(IUCN,Korea).
Keberhasilan lain yang dapat menjadi contoh baik adalah membangun
jaringan sosial media Greenweb Indonesia yang mendorong prakarsa hijau di
Indonesia, kegiatan dapat diakses di :
http://www.green.web.id/pageitem/GreenCorridor.
Keberhasilan program tidak dapat terlepas dari kemitraan dengan berbagai pihak,
terutama dengan BTNGHS dan LSM yang sudah mememiliki pengalaman
pendampingan dan berkegiatan di Halimun Salak. Peran serta dan inisiatif
masyarakat yang sudah terorganisir merupakan kunci keberhasilan program,
dukungan dana yang disediakan hampir 1 milyar rupiah per tahun adalah bukti
komitmen untuk keberlanjutan program. Perencanaan yang terstruktur dimana
tahapan perencanaan jelas tersusun menjadi bagian penting pelaksanaan dan
dengan mudah dipantau keberhasilan dan kekurangan program baik oleh pihak
perusahaan, mitra, masyarakat maupun pihak lain.
Foto Kegiatan
Penandatanganan
Kerjasasama
Chevron dan Yayasan Kehati
Diskusi Chevron dan Balai Taman
Nasional Gunung Halimun Salak
CHEVRON - Lintas Hijau Halimun Salak - KSDA
121
Pembibitan Pohon yang akan ditanam
Pelatihan dan Lokarya Penguatan
Masyarakat
122
CHEVRON - Lintas Hijau Halimun Salak - KSDA
Penanaman Bibit Pohon di Areal Kritis
Menteri Lingkungan mendengarkan
Kepala TamanNasional Halimun Salak
tentang GCI
PT. BANK CIMB NIAGA TBK, JAKARTA
Lestarikan Bambu melalui Aksi Penanaman 10.000 Bambu
Di Jawa Barat dan Bali
Bambu menjadi perhatian PT. Bank CIMB Niaga Tbk. Karena memiliki banyak
manfaat dari berbagai aspek baik sosial budaya, ekonomi dan lingkungan. Sejak
tahun 2011, melalui kerjasama berbagai pihak baik lembaga penelitian, LSM,
kelompok masyarakat di Jawa Barat dan Bali, CIMB Niaga telah menanam 10,000
bambu sebagai bagian dari upaya konservasi.
1. Bambu Dalam Keseharian Masyarakat Indonesia
Bambu bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Bali
dan Sunda merupakan tumbuhan yang tak dapat dipisahkan dalam keseharian
mereka. Sepanjang hidup, masyarakat Indonesia sangat tergantung pada
pemanfaatan bambu untuk berbagai keperluan hidup seperti keperluan upacara
adat (pernikahan, kematian, sunatan, alat pemotong tali pusar, alat bantu anak
untuk belajar berjalan) dan sebagai bahan untuk membuat mainan anak-anak
yaitu layang-layang, engrang dan lain sebagainya.
Bagi masyarakat Bali, bambu menjadi bagian dari hampir setiap upacara
keagamaan, bahkan masyarakat Bali memiliki filosofi yang sangat mendalam
tentang bambu terutama bagi penganut agama Hindu. Semasa kecil bambu
tumbuh tegak, saat tua semakin merunduk yang diartikan salah satunya adalah
menjaga sopan santun (Ida Bagus Ketut Arinase, 2010). Dalam keseharian
masyarakat Bali juga memanfaatkan bambu untuk usaha seperti industri meubel
yang sudah terkenal ke manca negara, perkakas lain dan juga rumah termasuk
atap bambu atau sirap bambu, di salah satu Desa Adat Penglipuran bahkan atap
sirap bambu dapat bertahan lebih dari duapuluh tahun, sementara gedek bambu
dikenal dengan corak yang khasnya 1.
Sementara masyarakat Jawa Barat, banyak memanfaatkan bambu untuk
keseharian dari mulai peralatan kerajinan rumah tangga seperti boboko (tempat
nasi), tampah/nyiru, aseupan untuk mengukus nasi dan mencetak tumpeng,
tudung saji, keranjang, pengki untuk meniriskan gorengan atau mengambil
sampah, dll. Selain itu di masyarakat Sunda memanfaatkan bambu untuk alat
musik dari mulai Angklung, Dogdog Lojor dan Seruling.
Secara Botanis bambu tergolong famili Gramineae (rumput), termasuk jenis
tumbuhan yang mudah menyesuaikan diri dengan kondisi tanah dan cuaca yang
ada, serta dapat tumbuh pada ketinggian sampai dengan 3.800 m di atas
permukaan laut dan menyebar hampir diseluruh pelosok nusantara. Bahkan
diprakirakan ada sekitar 154 jenis bambu, tersebar di seluruh wilayah nusantara
dari total 1.250 jenis bambu yang ada dengan penyebaran di Jawa sekitar 56 jenis,
44 jenis di Bali, 31 jenis di Papua, 25 jenis di Sulawesi, 23 jenis di Kalimantan, 17
jenis dan 14 jenis di Maluku, sementara jenis bambu yang paling sering digunakan
oleh masyarakat Indonesia adalah bambu Tali, bambu, Andong, bambu Petung,
bambu Tabah dan bambu Hitam.
1
Catatan La pah Hendar , saat ga minggu nggal di Desa Adat Penglipuran.
CIMB NIAGA - Konservasi Bambu - KSDA
123
Keistimewaan lainnya bambu juga dapat tumbuh dengan cepat, dipanen pada usia
3-5 tahun, dengan akar rimpang yang sangat kuat, tumbuhan bambu mampu
mengikat air tanah dengan baik dibandingkan dengan pepohonan yang hanya
menyerap 35%-40% air, bambu dapat menyerap air hujan hingga 90 % (Herawari
Kumbang, 2010). Menurut Prof. Dr. Elizabeth Widjaya ahli bambu Indonesia dan
Sudharto P Hadi, bambu merupakan salah satu solusi dalam persoalan
lingkungan global, dimana akar rimpang bambu mampu mengingat tanah
sehingga dapat mencegah erosi, sementara daun bambu merupakan penghasil
oksigen yang tinggi sekaligus menyerap CO2.
#*$&$"
Bertambahnya jumlah penduduk, alih fungsi lahan dan industrialisasi, tentunya
menggeser sebagian besar hutan termasuk termasuk hutan bambu yang selama
ini tersebar di pelosok pedesaan di Indonesia telah berubah menjadi wilayah
pemukiman atau lainnya. Sementara disatu sisi kebutuhan bambu terus
meningkat, untuk industri seperti sumpit, rebung, dan bahan dasar industri
kerajinan bambu, bahan konstruksi bangunan rumah dan untuk peralatan musik.
Bukan hanya pasokan untuk kebutuhan industri, namun keragaman jenis bambu
juga mengalami ancaman yang cukup serius, alih fungsi lahan dan
penyadartahuan pada generasi muda tentang pentingnya bambu menjadi salah
satu faktor penyebabnya.
Berbagai inisiasi tentunya sudah banyak dilakukan oleh berbagai pihak baik oleh
para peneliti, pengrajin, pemerintah dan pengusaha, LSM, dll. Termasuk salah
satunya adalah CIMB Niaga yang sejak tahun 2011 memiliki perhatian khusus
terhadap bambu.
&*"**
#**$)*!$*&$(,'!)$$!*$$
Bagi CIMB Niaga, tantangan umat manusia yang harus dihadapi adalah
keselarasan dan keharmonisan hidup berdampingan dengan alam lingkungan
sekitarnya, merupakan wujud salah satu pilar CIMB Niaga Peduli, khususnya
peduli lingkungan yang dilaksanakan melalui salah satu program yang dirancang
secara sistematis dan bertahap dimana salah satunya adalah melakukan kegiatan
yang dikenal dengan nama “'!$ $# #* ", +
')$
"-
Kegiatan tersebut, mulai dijalankan pada tahun 2011, saat itu CIMB Niaga
mendukung Gerakan Masyarakat Bambu Pertiwi yang diprakarsai Kementerian
Lingkungan Hidup (KLH), Yayasan Kehati, Saung Angklung Mang Udjo, dan
Komunitas Cinta Bambu, yang diluncurkan akhir November
2011, sebagai
komitmen CIMB Niaga untuk berpartisipasi pada upaya pelestarian lingkungan.
Gerakan Tanam 10,000 Bambu ditujukan untuk mendorong peningkatan
pemahaman pentingnya bambu dan peningkatan kapasitas masyarakat
khsusunya petani dan pengrajin bambu agar dapat mengoptimalkan
pemanfaatkan bambu sebagai sumber daya hayati yang bernilai ekonomis tinggi.
Dalam pelaksanaan kegiatan, CIMB Niaga membangun kemitraan dengan berbagai
pihak, dibawah Divisi Hubungan Masyarakat ( ) yang
diberi tanggung jawab oleh perusahaan untuk menjadi motor penggerak kegiatan
124
CIMB NIAGA - Konservasi Bambu - KSDA
Secara internal,
i
CIIMB Niaga mengajak 60 karyawa
an untuk b
berpartisipa
asi langsun
ng
pada ak
ksi penanam
man bambu
u yang dila
aksanakan pada tang
ggal 24 Nov
vember 201
12
di daera
ah Tabana
an, Bali melalui
m
aks
si CIMB Niaga
N
Employee Volu
unteer. Has
sil
penanam
man bambu kemudia
an dikelola
a oleh masy
yarakat se
ekitar mela
alui program
m
Commun
nity Develo
opment an
nd Empowe
erment, dim
mana CIM
MB Niaga memberika
m
an
pelatiha
an pemanfa
faatan bam
mbu sekaliigus penda
ampingan kepada 60 warga di
d
wilayah Jawa Barrat dan Bali.
B
Melalu
ui pembek
kalan ini, CIMB
C
Niag
ga berhara
ap
masyara
akat teredu
ukasi denga
an baik ten
ntang peng
golahan dan
n pemanfaa
atan bamb
bu
sehingga
a menghas
silkan nilaii ekonomis
s baik digu
unakan un
ntuk olaha
an makana
an
seperti rebung di daerah Bali atau u
untuk keraj
ajinan angk
klung di daerah
d
Jaw
wa
Barat, dimana
d
CIM
MB Niaga be
ekerja sama dengan Yayasan
Y
Sa
aung Udjo.
untuk Ge
Secara finansial komitmen
k
erakan Tan
nam Sepulluh Ribu Pohon jug
ga
diwujud
dkan denga
an dukung
gan anggarran/pendan
naan sebes
sar Rp 750
0,000,000 ,(tujuh ra
atus lima puluh
p
juta) yang dituju
ukan khus
sus penana
aman.
G
Gambar
2. Kegiatan P
Penanaman
n 10,000 Ba
ambu
2.a. Pe
enanaman b
bambu oleh
h Karyawan
n CIMB Nia
aga melaluii Aktivitas CIMB
C
Niaga
a
Employe
er Voluntee
er.
2b. Ibu L. Wulan
W
Tum
mbelaka – Compliance,
C
,Corporate Affairs & Legal
Dire
ectorberbincang bersa
ama Prof. D
Dr. Balthasa
ar Kambua
aya, MBA – Menteri
Lingkun
ngan Hidup
p dan MS. Sembiring – Director Executive Y
Yayasan KE
EHATI pad
da
Seremoni Gerakan
G
Ma
asyarakat Bambu
B
Perrtiwi.
4. Mew
wujudkan Masyarakat
M
t yang Man
ndiri dan Berdaya
B
saing Tinggii
Setelah
berlangs
sungnya
kegiatan
penanam
man
tentunya, proses yang
y
pentin
ng lainnya a
adalah proses
pendam
mpingan dan
n monitorin
ng, Kegiata
an penanam
man
dan pen
ndampinga
an secara intensif melalui
m
sa
alah
satu lem
mbaga yaitu
u Yayasan KEHATI,
K
ru
upanya sud
dah
mulai dirasakan oleh masyarakat,
m
, khususn
nya
kelompo
ok perempu
uan.
Di Desa
a Padangan
n, rupanya sudah mu
ulai dirasak
kan
Ketua Kelompok Perempu
oleh kelompok,
k
uan
Padanga
an menyata
akan :
CIMB NIAGA - Konservasi Bambu - KSDA
125
“ Sebagai ketua kolompok tani wanita di desa Padangan, saya merasa
sangat terbantu terutama bagi ibu-ibu yang awalnya tidak memiliki
pekerjaan hingga mampu memiliki ketrampilan dan penghasilan sendiri.
Kami mendapat pengalaman dalam mengolah bambu terutama rebungnya,
yang pada awalnya, bambu hanya kami jual dalam bentuk batangan.
rebung yang kami olah juga dapat kami kemas untuk dijual di
supermarket-supermarket hingga ke hotel-hotel di Bali. Dengan mengetahui
cara membuat packaging rebung yang baik kami berharap rebung yang
kami hasilkan mampu bertahan dalam jangka waktu yang cukup panjang.
Semoga kedepan CIMB Niaga terus memberikan bantuannya untuk dapat
menyokong perkembangan kami, baik bantuan untuk mesin-mesin
maupun dalam bentuk yang lain, sehingga kami dapat mengekspor hasil
rebung kami”.
Dari perhitungan yang dilakukan, dengan melihat percepatan tumbuh bambu,
maka diprakirakan panen dapat dilakukan setiap 3 tahun dengan target luasan
setiap satu hektar yang telah ditanami sekitar 500 batang bambu, maka panen
pertama akan terjadi dilakukan setelah umur 3 atau 5 tahun, selanjutnya setiap
tahun akan dilakukan dua kali panen. Sementara di awal-awal juga dapat mulai
dilakukan panen rebung, dimana perhitungan dari kelompok menunjukkan setiap
lima hektar lahan yang sudah ditanami bambu dapat menghasilkan 1,5 ton
rebung. Untuk setiap satu hektar lahan akan menghasilkan 15.000 rebung dengan
harga jual Rp 2.500/per rebung. Sehingga total penjualan panen rebung dalam
setahun untuk setiap 1 hektar luas tanam akan mencapai Rp 37.500.000,-. Nilai
tersebut tentunya dapat membantu peningkatan pendapatan kelompok sekaligus
meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar.
Selain nilai ekonomis, tentunya nilai lingkungan yang dapat langsung dirasakan
oleh masyarakat adalah meningkatkan serapan air hujan diwilayah tersebut,
berkurangnya erosi, serta kesejukan dan tentunya dengan semakin rimbunnya
rumpun bambu maka kekayaan hayati lainnya seperti hewan dari jenis burung
khususnya akan semakin meningkat.
Gerakan tanam bambu, tentunya juga turut meningkatkan keahlian masyarakat
dalam budidaya tanaman bambu, sehingga ke depan kelompok yang sudah
mengikuti pelatihan diharapkan dapat membantu kelompok lain yang
memerlukan.
Keberhasilan program Gerakan Tanam 10,000 Bambu tentunya memerlukan
proses pendampingan dan monitoring dalam jangka panjang, sehingga kerjasama
dengan pemerintah setempat seperti Dinas Pertanian, kelompok merupakan kunci
dari berlanjutnya program ini.
126
CIMB NIAGA - Konservasi Bambu - KSDA
peduli lingkungan. CIMB Niaga menjalin kemitraan salah satunya adalah yayasan
Kehati yang memiliki fokus sama dalam konservasi bambu. Rangkaian kegiatan
dilakukan dari mulai survey awal penentuan lokasi; dan sosialisasi
tanaman bambu; pelaksanaan penanamanan di Jawa Barat dan Bali; pelatihan
petani dan pengrajin untuk penanganan pasca panen, pendampingan pasca
pelatihan dan proses evaluasi; serta evaluasi dan monitoring. Hal ini selaras
dengan budaya pelaksanaan program CSR CIMB Niaga yang senantiasa
menitikberatkan pada yaitu melakukan persiapan dari awal
hingga akhir pelaksanaan program yang kemudian dilanjutkan dengan proses
pendampingan dan sehingga kebermanfaatan dan keberlanjutannya
bagi CIMB Niaga dan khususnya kepada masyarakat. Gambar 1. Alur pelaksanaan
program dengan sistem .
Dalam rangkaian kegiatan tanam bambu, kegiatan penanaman di Bali, mulai
dilakukan di Tabanan dan Gianyar, sekitar 4,000 pohon. Di Gianyar, pemerintah
Gianyar dalam gerakan ini menyediakan lahan seluas 500 Ha untuk ditanami.
Proses penanaman yang dilakukan di di Tabanan dan Gianyar dilakukan pada
bulan Januari 2013, selain bekerjasama dengan Pemda Tabanan, Dinas Pertanian
Tabanan, sekitar 50 -100 anggota Koperasi Kelompok Wanita Tunas Bambu dan
akedemisi dari Universitas Udayana.
Sementara di Jawa Barat proses penanaman melibatkan pemerintahan daerah dari
Kabupaten Bandung, Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Majalengka yang
masing-masing telah ditanam sekitar 1.500 bambu, dengan total penanaman di
Jawa Barat sebanyak 6.000 pohon bambu. Proses penanaman selain dengan
Yayasan Kehati, CIMB Niaga juga bekerjasama dengan Yayasan Wanadri,
Kelompok Tani Desa Mandala Mekar Tasikmalaya dan Majalengka, serta ayasan
Saung Udjo.
!
#' Alur Penanaman Sepuluh Ribu Bambu
CIMB NIAGA - Konservasi Bambu - KSDA
127
PT. INDONESIA POWER UNIT BISNIS PEMBANGKITAN BALI, DENPASAR,
BALI
Konservasi Terumbu Karang
Di Pesisir Desa Pemaron
PT. Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan Bali melakukan upaya
penanaman terumbu karang atau transpalantasi, untuk memperbaiki kondisi
terumbu karang yang mengalami kerusakan di pantai Desa Pemaron. Upaya
yang dilakukan sejak tahun 2010, dilakukan dengan memfasilitasi kelompok
nelayan mengikuti pelatihan transplantasi terumbu karang dan penanaman
serta upaya penyadaran bahwa keberadan terumbu karang dapat mendatangkan
kembali ikan-ikan yang selama ini terus berkurang. Sejak 2010, kelompok
nelayan sebanyak 36 orang telah menanam stek terumbu karang dengan jenis
Pocilophora sp, Montiphora sp, Hypnophora rigida, sebanyak 4.000 stek yang
dibagi dalam empat tahapan. Selama tiga tahun ditanami, kini hampir 30 jenis
biota laut sudah mulai banyak kembali Pantai Pemaron.
1. Pemaron, Rumah Kehidupan Darat dan Laut yang Terancam
Bali dengan segala potensi dan perkembangannya, membawa dinamika
tersendiri bagi pembangunannya yang menyertai. Tidak hanya dengan “jualan”
pariwisata dan pertumbuhan ekonomi yang mampu mengantarkan Bali berada
dalam posisi dan kondisi seperti sekarang, namun kandungan potensi alam juga
tidak kalah potensial untuk dikaji. Salah satunya adalah potensi keragaman
hayati laut Bali khususnya Terumbu karang.
Terumbu karang merupakan ekosistem dan habitat berbagai biota laut untuk
tumbuh dan berkembang biak dalam siklus kehidupan. Dari segi ekologis
terumbu karang memegang peranan sangat penting untuk suatu kawasan
pesisir dan laut. Terumbu karang juga berfungsi sebagai tempat perlindungan
dan berkembang biak bagi larva dan juvenile ikan atau biota laut serta sebagai
tanda atau zona pergerakan spesies. Terumbu karang juga memberikan nilai
sangat penting dalam melindungi daerah pesisir dan laut dari tekanan arus,
pasang surut air laut, gelombang, dan dapat juga meminimalisasi abrasi serta
bencana alam tsunami. Keindahan alam bawah laut dengan berbagai
keanekaragaman ekosistem terumbu karang dapat memberi nilai lebih bagi
pelaku usaha pariwisata, seperti wisata diving dan snorkeling. Kekayaan
ekosistem terumbu karang juga merupakan penghasil ikan atau biota laut yang
dapat memberikan nilai ekonomis bagi para nelayan untuk menyandarkan
kehidupan dan masa depan.
PLTGU Pemaron berlokasi di Desa Pemaron, Kecamatan Buleleng, Kabupaten
Buleleng. Desa ini berada dibagian Barat Kota Singaraja yang merupakan jalur
transportasi antar Kabupaten. PLTG Pemaron merupakan proyek relokasi,
rekondisi dari PLTG Unit 4 dan 5 Priok ke Pemaron Bali dan dilanjutkan dengan
tahap combine Cycle.
Saat ini sepanjang jalan Pemaron sudah dipenuhi oleh prasarana/sarana
ekonomi seperti warung, restoran, ruko, Hotel, stasiun pengisian bahan bakar
128
CIMB NIAGA - Konservasi Bambu - KSDA
dan permukiman penduduk. Luas wilayah Desa Pemaron adalah 146 Ha, dengan
jumlah penduduk 3.783 jiwa yang tergabung menjadi 1.097 KK. Bagaimana
kehidupan masyarakat nelayan pesisir jika lokasi mencari nafkah terganggu oleh
aktivitas lain, sedangkan lokasi menangkap ikan tidak bisa berfungsi dengan
baik akibat rusaknya tempat kehidupan biota laut. Demikian juga dengan
Kelompok Nelayan Pesisir Segara Gunung, Desa Pemaron yang selama ini hidup
dari menangkap ikan konsumsi, ikan hias dan jasa pariwisata untuk melihat
Lumba–lumba, menjadi terganggu dengan keberadaan dermaga dan rencana air
laut sebagai pendingin PLTGU Pemaron.
Untuk memulihkan dan menciptakan mata pencaharian bagi masyarakat pesisir
di Desa Pemaron salah satunya dapat dilakukan dengan menjaga kelestarian
terumbu karang Pantai Pemaron. PT. Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan
Bali melalui program CSR, sejak tahun 2010 mendorong upaya pelestarian
habitat terumbu karang pantai Pemaron sebagai salah satu cara membantu
masyarakat pesisir dalam mendukung keberlangsungan kehidupan yang lebih
baik, melalui berbagai kegiatan baik pemulihan terumbu karang, peningkatan
kapasitas untuk menjadi pramuwisata dengan obyek pelestarian terumbu
karang buatan serta pengembangan ecotourism laut.
2. Transpalansi Terumbu Karang
Sejak tahun 2010, PT. Indonesia UBP Bali melalui program CSR mulai fokus di
Desa Pameron dengan tujuan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat
melalui upaya pelestarian sumber daya alam secara optimal guna menekan biaya
hidup sehari-hari, melalui strategi membangun dan berbagi semangat
kebersamaan dalam kelompok dan jaringan antar kelompok. Bentuk kegiatan
yang dilakukan terdiri dari penguatan manajemen kelompok, melalui
pendampingan yang intensif serta lebih terbuka dalam pemanfaatan teknologi
budidaya bidang kelautan.
Sebelum proses pendampingan masyarakat, perusahaan dibawah unit CSR
perusahaan melakukan tahap-tahap sebagai berikut :
(1) Penilaian awal bertujuan untuk mengetahui komitmen dan kesungguhan
masyarakat Desa Pemaron khususnya Kelompok Nelayan Segara Gunung
untuk mendukung program konservasi terumbu karang. Proses
assessment yang dilaksanakan di bulan November 2010 ini melibatkan
Kelompok Nelayan, Kelompok Wanita Tani, Masyarakat Pesisir, Pelaku
Usaha di sekitar Pantai Pemaron, dan Aparatur Pemerintah Desa. Metoda
assesment dilakukan dengan pengisian blanko kuesioner dan wawancara.
Kuesioner diberikan kepada semua anggota kelompok nelayan untuk
mengetahui kesungguhan dan komitmen mereka dalam menjalankan
program konservasi terumbu karang. Sedangkan wawancara dilakukan
kepada Aparatur Pemerintah Desa dan tokoh masyarakat untuk
mengetahui dukungan dalam program konservasi terumbu karang.
CIMB NIAGA - Konservasi Bambu - KSDA
129
Gambar 1. Diskusi Awal Bersama Masyarakat Nelayan Pameron
Antusias dari semua masyarakat nelayan dan kesanggupan untuk
mendukung program konservasi terumbu karang ditunjukan dengan
komitmen dari Kabupaten Buleleng yang siap mendukung dan
mempublikasikan Kawasan Konservasi Terumbu Karang di Pameron,
membentuk Badan Usaha Milik Desa dalam pengelolaannya, serta
komitmen untuk mensosialisasikan upaya pelestarian ke media dan
masyarakat lainnya.
(2) Studi Banding, dilaksanakan pada bulan Desember 2010 ke Pulau
Serangan, Denpasar untuk melihat langsung proses yang dilakukan di
Serangan dalam upaya konservasi terumbu karang dan transplantasi.
Dengan diskusi dan melihat langsung upaya yang dilakukan kelompok
nelayan di Serangan, telah memotivasi kelompok nelayan dan masyakat di
Pameron.
(3) Pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan keahlian kelompok dilakukan
sejak Desember 2010, antara lain
pelatihan transplantasi terumbu
karang yang diikuti oleh sekitar 36
peserta. Beberapa materi pelatihan
yang diberikan oleh berbagai pihak
dari pemerintah terkait, LSM, dan
praktisi
meliputi
:
konservasi
kelautan,
pengenalan
Terumbu
karang, konsep konservasi Terumbu
karang, pembuatan transplantasi
terumbu
karang
(media,
cara
membuat,
praktek
langsung).
Tindak
lanjut
dari
pelatihanpelatihan tersebut adalah kegiatan
langsung di lapangan. Selain itu
juga dilakukan pelatihan menyelam
untuk
memudahkan
proses
monitoring terumbu karang.
Gambar 2. Pelatihan Transpalasi
130
CIMB NIAGA - Konservasi Bambu - KSDA
(4) Penanaman terumbu karang dilakukan sejak Maret 2011, melalui
penyediaan induk terumbu karang untuk bibit dari perusahaan yang
sudah memiliki legalitas penangkaran cites karang sesuai undang-undang
yang berlaku, serta langkah-langkah yang sudah diberikan dalam
pelatihan. Jenis-jenis terumbu karang yang ditanam adalah Pocilophora
sp, Montiphora sp, Hypnophora rigida, dll. Penanaman dilakukan secara
bertahap, sampai periode 2013 sudah empat tahap penanaman dengan
jumlah stek lebih dari 4,000 stek.
Gambar 3. Penyediaan Induk Terumbu Karang
(5) Pemeliharaan dan Pengawasan, pemeliharaan Terumbu karang di pantai
pesisir Desa Pemaron dilaksanakan setiap minggu pada bulan pertama,
pemeliharaan bulan kedua sampai pemeliharaan bulan ke enam setelah
penanaman terumbu karang. Untuk bibit yang baru taman memerlukan
perawatan rutin dalam tiga bulan.
Gambar 4. Pemeliharaan dan Pengawasan Terumbu Karang dari Proses
Transplantasi
Pertumbuhan terumbu karang yang ditransplantasi sejak Maret 2011 telah
menunjukkan perkembangan, hampir 80% tumbuh kurang lebih satu cm per
bulan. Dalam kurun waktu sembilan bulan karang hasil perkawinan alam
sudah banyak tumbuh di media beton, ini menandakan pertumbuhan Terumbu
karang di pesisir Pantai Pemaron sangat baik, hanya saja media untuk
tumbuhnya terbatas maka dari itu sangatlah tepat dibuatkan Terumbu Karang
CIMB NIAGA - Konservasi Bambu - KSDA
131
Buatan (TKB) apabila pengembangan pembuatan media tanam untuk kedepan
perlu diteruskan.
Kegagalan kurang lebih 20% diakibatkan beberapa hal : Masih adanya
masyarakat membuang sampah plastik atau kain bekas ke kali yang bermuara
ke laut, dimakan binatang laut seperti mahkota berduri, ikan odang odang dll.,
terumbu karang patah tersangkut tali pancing.
3. Manfaat dan Pembelajaran Program
(1) Setelah kurang lebih 3 tahun program berjalan, selain tingkat hidup
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
132
terumbu karang yang ditanam cukup berhasil yaitu berkisar 80% tingkat
hidupnya, masyarakat juga mulai merasakan dan melihat kembalinya dan
berkembangnya biota laut yang selama ini hidup di terumbu karang,
hampir 30 jenis biota laut kembali ke lokasi tersebut.
Kelompok Nelayan Segara Gunung mulai menyadari pentingnya
pelestarian
lingkungan
melalui
konservasi Terumbu karang, yang
ditunjukan dengan upaya monitoring
oleh kelompok khususnya anggota
yang
sudah
memiliki
sertifikat
menyelam.
Kemampuan nelayan dalam membuat
Terumbu Karang Buatan (TBK) sudah
meningkat yang ditunjukan dengan
pembuatan TBK sendiri.
Mulai ada pendapatan kelompok,
melalui keahliaan membuat TBK,
sehingga biaya dikembalikan ke kelompok.
Program juga melibatkan kelompok perempuan yang juga memiliki
kontribusi terhadap perbaikan terumbu karang.
Keberhasilan dari program Konservasi Terumbu Karang di Pameron, tidak
terlepas dari beberapa faktor penting yaitu ; adanya perencanaan yang
matang dari tim CSR PT Indonesia Power UPB Bali, proses yang dibangun
secara partisipatif diawal melalui penilaian awal dan keterlibatan para
pihak menimbulkan rasa memiliki dalam program karena kepentingan
bersama dan untuk masa mendatang yang lebih baik, Kerjasama antara
unit ComDev dan CSR di perusahaan turut mempercepat proses
terlaksananya program melalui penyiapan bersama di masyarakat.
CIMB NIAGA - Konservasi Bambu - KSDA
PT. LETAWA, KABUPATEN MAMUJU, SULAWESI BARAT
Astra Mangrove Conservation-ACM
“Restorasi Mangrove untuk Pelestarian Keanekaragaman Hayati di Bumi
Manakarra”
Pantai Mamuju telah kembali ditanami mangrove sebanyak 147.147 bibit sejak
tahun 2011, dan kembali terlihat 32 jenis burung di lokasi penanaman mangrove
(Tanjung Bakau). Berkat upaya program Astra Mangrove Conservation (ACM) yang
diinisiasi oleh PT. Letawa bersama dengan masyarakat melakukan penanaman
mangrove di sepanjang Pantai Mamuju yang dilaksanakan sejak tahun 2011.
Kawasan mangrove di bagian Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat merupakan
kawasan yang secara geografis menjadi bagian dari Kawasan Wallacea yaitu
merupakan salah satu kawasan yang dijadikan tempat tujuan bagi spesies burung
migran dari daerah Palaeartik (Utara) maupun Australo-Papua (Selatan) disaat
musim dingin di daerahnya (Utara dan Selatan daerah Tropis). Tercatat 194
spesies burung migran memanfaatkan kawasan ini sebagai tempat mencari pakan
dan berbiak serta untuk menghabiskan musim dingin (Coates et al. 2000).
Kawasan ini harus dipertahankan, melihat kondisi ini PT. Letawa yang
mendapatkan izin HGU perkebunan sawit di Desa Makmur Jaya, Kecamatan Tikke
Raya-Pasangkayu, Kabupaten Mamuju Utara, Provinsi Sulawesi Barat dengan luas
10.297 Ha. Perusahaan memiliki inisiasi melakukan restorasi hutan mangrove di
sekitar areal ijin usahanya, sebagai bentuk manifestasi kesungguhan perusahaan
untuk mewujudkan tata kelola kebun sawit berkelanjutan. Langkah ini seiring
dengan kondisi lingkungan (habitat) yang dibutuhkan spesies burung migran di
Kawasan Wallacea. Ekosistem mangrove/bakau merupakan ekosistem langka yang
saat ini banyak mengalami kerusakan, sehingga kehilangan fungsinya sebagai
rumah bagi banyak spesies serta daya dukungnya dalam melindungi pantai dari
abrasi.
Sejalan dengan misi perusahaan yaitu “Menjadi panutan dan berkontribusi pada
pembangunan dan kesejahteraan bangsa”, komitmen ini diwujudan dengan
pengembangan program CSR dengan berpegang pada pirinsip : Berbasis
kebutuhan, spesifik, berorientasi pada kemandirian dan partisipatif.
Program AMC ini dilakukan oleh PT. Letawa dengan tim pelaksana adalah Tim
SHE (Environment); Community Development; Research & Development ; tim
konservasi dan koordinasi seluruh departemen di PT. Letawa. Komitmen
perusahaan juga di tunjukan dengan alokasi anggaran program yang meliputi
anggaran pembelian bibit sebesar Rp. 30.322.500,-, tanam mangrove : Rp.
38.302.000,- dan perawatan rutin sebesar Rp. 54.000.000,-.
1. Road Map Astra Mangrove Conservation
Dibawah Tim CSR PT Letawa, program di mulai dengan menyusun roadmap
program Astra Mangrove Conservation yang disusun pada tahun 2009, dengan
tujuan untuk :
(1) Melakukan pengkayaan mangrove di areal konservasi PT. Letawa.
(2) Mengidentifikasi spesies burung yang ada di areal AMC PT. Letawa terutama
b
PT LETAWA – KSDA
133
(3) Mengetahui status keanekaragaman hayati terkini di areal AMC PT. Letawa.
(4) Menjadikan kegiatan AMC sebagai tempat wisata dan media pendidikan
tentang mangrove (role model) bagi masyarakat dan siswa di Kabupaten
Mamuju Utara, Sulawesi Barat.
(5) Melakukan upaya-upaya pencegahan terhadap pembalakan mangrove di
area AMC PT. Letawa.
(6) Mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam gerakan penanaman dan
perlindungan manggrove.
Tahap awal yaitu tahun 2009 dilakukan uji coba penanaman mangrove dengan
sistem propagul dan bibit untuk melihat prosentasi tumbuh dan jenis penanaman
yang tepat. Tahun 2010 pelaksanaan penanaman dengan target di Muara Jengeng
dan Pantai Tanjung Bakau dengan target tanam 660.000 mangrove. Tahun 20112012 pemeliharaan dengan pengayaan 147.000 mangrove dan pemantauan
keanekaragaman hayati di lokasi tanam, tahun 2013-2016 adalah fase dimana
proses pengembangan lokasi tanam menjadi media pendidikan, ekowisata dan
konservasi keanekaragaman hayati, tahun 2016 lokasi diharapkan menjadi model
contoh pusat edukasi dan konservasi mangrove di Sulawesi Barat.
Melalui tahapan yang sesuai dengan roadmap, dalam proses pelaksanaannya
perusahaan bekerjasama dengan masyarakat di Kecamatan Tikke Raya, siswa
sekolah, aparat pemerintah dan TNI. Proses bekerjasama dengan masyarakat
dalam menanam mangrove dimulai pada tahun 2009 melalui proses penilaian
awal. Selengkapnya ringkasan tahapan roadmap dijabarkan pada Gambar 1. dan
perencanaan lima tahunan yang disajikan pada Tabel 1.
Gambar 1. Road Map Program AMC PT Letawa
134
PT LETAWA – KSDA
Tabel 1. Rencana 5 Tahun Kedepan AMC Menuju Pusat Konservasi dan
Ekowisaran Mangrove Sulawesi Barat.
Program penanaman mangrove yang dilakukan sejak tahun 2010, mengalami
kendala besarnya terjangan ombak di sepanjang Pantai Mamuju telah merusak
bibit-bibit muda mangrove yang telah ditanam bersama masyarakat. Namun
masyarakat dan PT. Letawa masih semangat untuk mencoba membuat kembali
program penghijauan di areal pesisir Pantai Tanjung Bakau dan pesisir Muara
Pantai Jenggeng. Awal tahun 2010 Tim PT. Letawa melakukan survei dan studi
banding tentang mangrove ke tongke-tongke (desa-desa), salah satu daerah
konservasi bakau di Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan pada tanggal 27 –
31 Maret 2010 dan dipandu oleh bapak Sainuddin (penerima kalpataru pada
Tahun 2005) selaku ketua kelompok pelestarian Sumber Daya Alam Aku Cinta
Indonesia (KPSDA-ACI). Di tahun 2010 ini muncullah nama program yaitu
“Konservasi Bakau di Perairan Mamuju Utara” yang kemudian lebih populer
dengan sebutan Astra Mangrove Conservation (AMC).
Untuk mendorong semangat masyarakat serta memperkuat kapasitas masyarakat
dengan belajar dari Pak Sainuddin, perusahaan meminta bapak Sainuddin
menjadi tenaga teknis dan narasumber bagi penanaman khususnya dalam hal
pembibitan antara lain pemilihan bibit bakau dan teknik penanaman. Keberadaan
bapak Sainuddin mendorong masyarakat lebih bersemangat dan belajar banyak
tentang teknik menanam mangrove. Metoda penyuluhan dan praktek langsung
dilakukan kepada tim dari PT. Letawa kepada kelompok masyarakat di Muara
Jono tentang budidaya bakau. Seri lokakarya (workshop) dilakukan di tingkat
internal perusahaan dan juga di masyarakat di Kabupaten Mamuju, seperti
lokakarya tentang pengelolaan dan pemanfaatan mangrove dengan mengundang
nara sumber lain MIC (Mangrove Information Center) Bali.
Rangkaian kegiatan lain yang dilakukan sebanyak 66.000 bibit mangrove ditanam
di pesisir Pantai Jenggeng dan Tanjung Bakau, Mamuju Utara dengan harapan
PT LETAWA – KSDA
135
bahwa pengembangan mangrove ini dapat menjaga keutuhan keanekaragaman
hayati tumbuhan mangrove dan terbentuknya sebuah ekosistem hutan mangrove.
Upaya penyadaran dan peningkatan kepedulian tentang pentingnya hutan
mangrove juga dilakukan melalui kegiatan peringatan Hari Lingkungan Hidup
yang berlangsung pada tanggal 5 Juni 2010, dipusatkan di Pelabuhan Tanjung
Bakau, Kecamatan Pasangkayu, Kabupaten Mamuju Utara. Kegiatan peringatan
hari lingkungan melibatkan berbagai pihak yaitu tokoh masyarakat, sekolah,
kepala desa, aparat kepolisian, TNI, aparat pemerintah daerah seperti Badan
Lingkungan Hidup dan seluruh karyawan anak perusahaan Astra Agro Lestari Tbk
yang ada di wilayah Sulawesi Barat yang berjumlah lebih dari 1000 peserta.
Pameran mangrove menjelaskan detail semua informasi tentang mangrove, mulai
mengenal asal-usul, fungsi, jenis-jenis mangrove dan buahnya, fauna mangrove,
makanan olahan yang berasal dari buah mangrove (seperti sirup, selai, kue,
keripik). Produk hasil olahan lainnya seperti sabun, batik mangrove, arang
merupakan upaya memperkenalkan mangrove kepada masyarakat luas, serta
pembagian buku-buku bacaan dan komik yang bertema mangrove sebagai kenangkenangan yang disediakan panita. Acara peringatan Hari Lingkungan yang
dilakukan di tahun 2010 rupanya telah mendorong banyak pihak untuk terlibat
dalam program, bahkan masyarakat bersedia untuk ikut menanam lagi mangrove
tahun berikutnya.
2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran
Selama hampir lima tahun, program AMC sudah mulai dirasakan oleh
masyarakat, seperti disampaikan oleh Fajar (Ketua Kelompok Tani/Nelayan Muara
Jono Tikke) dan Fitri (Petambak) dari Desa Jengeng
“Tanaman bakau atau mangrove membawa berkah bagi kami, abrasi pantai
berkurang, jumlah ikan di sekitar pantai yang ada bakaunya pun
meningkat”.
Sementara bagi karyawan PT Letawa, menyatakan:
”Tanaman bakau di pesisir pantai dan tanggul, telah mengundang ikan dan
kepiting, ini membuat masyarakat menyadari perlunya menanam bakau di
pinggir tanggul tambak ikan mereka”.
Keberhasilan lainnya ditunjukan dengan :
(1) Jumlah mangrove yang telah ditanam dan tumbuh dengan baik sejumlah
147.147 bibit
(2) Meningkatnya keanekaragaman jenis burung di lokasi penanaman
mangrove (Tanjung Bakau) mencapai 32 Jenis
(3) Berkurangnya abrasi pantai, yang ditunjukan dengan berkurangnya tanah
sekitar yang tidak lagi tergerus ombak
(4) Terjalin hubungan harmonis dengan masyarakat sekitar dengan tetap
terpeliharanya kondisi pesisir pantai ataupun mangrove yang ada atau jenis
flora dan fauna yang dimanfaatkan hasilnya.
Dari program CSR yang telah dilakukan melalui program AMC, beberapa
penghargaan yang terkait dengan keberhasilan program antara lain.
(1) Piagam Penghargaan dari Kepala Desa Jengeng Raya, Terkait Program
Penghijauan Mangrove Letawa tahun 2011
(2) Penghargaan dari Dinas Kehutanan Kab. Matra, terkait Program
Penghijauan Mangrove Letawa Tahun 2011
136
PT LETAWA – KSDA
(3) Penghargaan Penyelamat Lingkungan dari Gubernur Sulawesi Barat-Tahun
2011
(4) Penghargaan dari BLH Kabupaten Matra, terkait Program Konservasi
(5)
(6)
(7)
(8)
Mangrove untuk Kelestarian Keanekaragaman Hayati tahun 2012
Penghargaan Partisipasi Hari Menanam Pohon Indonesia dan Bulan
menanam Nasional dari Gubernur Sulawesi Barat – Tahun 2012
Penghargaan Program Kepedulian Lingkungan Konservasi Mangrove di
Pesisir Pantai Matra dari Wakil Gubernur Sulawesi Barat – Tahun 2012
Penghargaan Pengelolaan Lingkungan dan PROPER Hijau dari Gubernur
Sulawesi Barat - Tahun 2012
Meraih Predikat PROPER HIJAU dari Kementrian Lingkungan Hidup tahun
2011 & 2012
Beberapa petikan pembelajaran dari program adalah:
(1) Keberhasilan program tidak terlepas dari kerja tim di perusahaan yang
menggabungkan tim HSE, Comdev, kerjasama dengan berbagai pihak yang
saling menunjang termasuk dengan dinas-dinas terkait seperti Pendidikan,
Lingkungan, dll. serta masyarakat adalah kunci dari keberhasilan program.
(2) Roadmap yang dirancang perusahan dari awal program dan disetujui
pimpinan merupakan bagian penting dari unsur keberhasilan dan
keberlanjutan program karena ada panduan untuk melaksanakan program.
(3) Keputusan untuk melibatkan ahli mangrove lokal seperti bapak Sainuddin
merupakan strategi program yang turut berkontribusi terhadap
keberhasilan program, masyarakat umumnya lebih mudah belajar dari
masyarakat lain yang sudah berhasil.
PT LETAWA – KSDA
137
PT. MEDCO E&P INDONESIA, KABUPATEN MUARA ENIM, SUMATERA
SELATAN
Masyarakat Mandiri, Lingkungan Lestari Berkat System of Rice
Intensification (SRI)
Penerapan System of Rice Intensification (SRI) Desa Embawang, Kabupaten Muara
Enim berhasil menurunkan biaya produksi dengan tidak perlu membeli pupuk
dan pestisida kimia lagi, bahkan produksi panen meningkat dari 0,5 ton-2 ton/
hektar menjadi hampir tiga kali lipatnya yaitu 6,04 ton/hektar. Program yang
dikembangkan oleh PT. Medco E&P Indonesia di Kabupaten Muara Enim ini telah
berhasil menggugah kesadaran para petani bahwa bertani dengan sistem SRI
bukan hanya meningkatkan produksi dan menurunkan biaya tapi juga menjaga
kondisi kesuburan tanah.
Kegembiraan para petani di Desa Embawang, Kecamatan Tanjung Agung,
Kabupaten Muara Enim Sumatera Selatan tak terkira ketika panen padi awal
Maret 2011 menumbuhkan kembali harapan para petani akan kemakmuran
mendatang. Kegembiraan para petani bukan hanya di Desa Embawang yang juga
mengalami hasil panen raya. Rupanya, keberhasilan panen raya tersebut, tak
dapat dilepaskan dari keberhasilan para petani menerapkan satu sistem pertanian
yang dikenal dengan SRI atau System of Rice Intensification organik. Sistem
pertanian SRI merupakan teknik budidaya tanaman padi yang mampu
meningkatkan produktivitas padi dengan cara mengubah pengelolaan tanaman,
tanah, air dan unsur hara, yang sudah terbukti berhasil meningkatkan
produktivitas padi sebesar 50% bahkan dibeberapa tempat mencapai lebih dari
100% (Mutakin, 2007).
Dari manakah masyarakat Desa Embawang mengenal metoda SRI, rupanya sejak
tahun 2007 MEDCO E&P telah mendampingi masyarakat desa di sekitar
operasionalnya, melalui program CSR nya MEDCO E&P memfokuskan salah satu
kegiatannya pada bidang pertanian. Penurunan tingkat kesuburan tanah atau
lahan di Kabupaten Muara Enim menjadi perhatian perusahaan ini. Gejala-gejala
penurunan kesuburan tanah terlihat di Kabupaten Muara Enim yang ditunjukan
oleh tanah menjadi cepat kering, retak-retak bila kurang air dan lengket bila di
olah, kondisi ini semakin buruk karena petani menggunakan pupuk
anorganik/kimia secara terus-menerus serta penggunaan pestisida untuk
mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan. Perilaku usaha tani lebih
tertuju pada cara memupuk tanaman, bukan cara memupuk tanah agar tanah
menjadi subur, sehingga dapat menyediakan sekaligus memberikan banyak nutrisi
pada tanaman menjadi keseharian dari sistem pertanian saat ini. Dampak dari
penurunan kualitas lahan adalah menurunkan produktivitas hasil pertanian dan
pendapatan petani, sehingga dikhawatirkan dengan kondisi ekonomi masyarakat
yang memburuk akan berdampak pada kondisi sosial yang tentunya dapat
mempengaruhi kondisi di sekitar operasional perusahaan. Mencermati kondisi
tersebut, MEDCO E&P tergerak untuk mencari solusi jangka panjang untuk
mendorong perbaikan sistem pertanian sekaligus mendorong perbaikan kondisi
lingkungan sekitar di desa-desa operasional perusahaan. Melalui penelitian serta
kajian sistem pertanian organik, sejak 2008 MEDCO E&P mulai memperkenalkan
SRI kepada kelompok tani.
138
PT. MEDCO E&P INDONESIA – KSDA
1. SRI Metoda Optimal Atasi Penurunan Produksi Padi
Komitmen MEDCO E&P Indonesia untuk terus berinovasi dan menjalankan
program pengembangan ekonomi lokal baru yang ramah lingkungan mulai
dilaksanakan sejak tahun 2008. Program CSR yang dikembangkan bertujuan :
x Meningkatkan produksi pertanian dan pendapatan petani
x Menghasilkan pangan berkualitas tinggi untuk meningkatkan kesehatan
x Melindungi dan melestarikan keragaman hayati
x Meningkatkan produktivitas dan kekuatan pangan di daerah
Program diawali dengan rangkaian pelatihan dan pendampingan intensif kepada
kelompok tani di Desa Embawang Kabupaten Muara Enim. Tahapan pelatihan
untuk SRI dilakukan sebagai berikut:
(1) Survei Lokasi. Dilakukan perusahaan bersama dengan perwakilan petani
untuk mengetahui tingkat keparahan lahan yang diakibatkan oleh
penggunaan bahan-bahan kimia, jumlah produksi yang diperoleh dari
petani, pertumbuhan padi dan melihat kondisi nyata di lapangan.
Gambar 1. Survey Lokasi
(2) Musyawarah Warga dan Sosialisasi Program. Melalui diskusi dengan
masyarakat sekaligus untuk motivasi dan mengajak kelompok petani
untuk untuk mengubah pertanian yang menggunakan kimiawi menjadi
pertanian dengan metode SRI Organik yang ramah lingkungan.
Gambar 2. Musyawarah Warga dan Sosialisasi SRI
PT. MEDCO E&P INDONESIA – KSDA
139
(3) Pembelajaran
SRI Organik. Proses ini merupakan bagian dari
pembelajaran bagi kelompok petani dengan melakukan analisis kondisi
tanah dan membandingkan dengan metode SRI Organik, sehingga
masyarakat dan lingkungan menjadi guru bagi mereka sendiri.
Gambar 3. Pelatihan SRI
(4) Perbaikan Ekosistem Tanah dan Mengelola Akar Tanaman. Tahap
berikut ini merupakan proses implementasi untuk memperbaiki kondisi
lahan salah satunya mengembalikan kondisi tanah seperti awal melalui
berbagai upaya seperti pengapuran lahan bagi lahan yang terlalu asam
serta pengomposan.
Gambar 4. Perbaikan Lahan dengan Menebarkan Kompos, Pengapuran
(5) Pembuatan Kompos. Kegiatan ini merupakan upaya untuk menyediakan
bahan bagi perbaikan lahan, salah satunya kompos dijadikan sebagai
bahan dasar pembuatan Mikro Organisme Lokal (MOL).
Gambar 5. Praktek Pembuatan Kompos
(6) Pendampingan dan Monitoring terdiri dari pelaksanaan SRI di lokasi
masing-masing petani dari
penanaman hingga panen.
140
PT. MEDCO E&P INDONESIA – KSDA
mulai
penyiapan
lahan,
persemaian,
Gambar 6. Monitoring dan Pendampingan
Rangkain proses diatas tidak hanya di lakukan di Kabupaten Muara Enim namun
juga di 7 Kabupaten lain di 3 provinsi tersebar di area kerja MEDCO E&P di
wilayah Sumatera dan Kalimantan. Tabel 1 merupakan data tahun 2011 yang
menunjukkan luasan dan jumlah petani yang terlibat dalam pelaksanaan metoda
SRI, serta frekuensi panen padi.
Tabel 1. Luasan dan Jumlah Petani yang Menerapkan Pola SRI
No Provinsi/Kabupaten
I
1
2
II
1
2
3
III
1
2
RIAU
Indragiri Hulu
Pelalawan
SUMATERA SELATAN
Musi Rawas
Muara Enim
Banyuasin
KALIMANTAN TIMUR
Tarakan
Nunukan
Luasan Jumlah Jumlah
(Ha)
Petani
Panen
31.5
4.5
113
8
2
1
40
32
23.3
38
80
23
4
1
2
3.25
12
20
30
2
1
Proses yang dilakukan oleh MEDCO E&P dalam mendampingi para petani
dilakukan oleh tim CSR perusahaan secara intensif dengan tahapan proses di
atas, serta diterapkan monitoring untuk memantau keberhasilannya.
Keberhasilan penerapan panen padi dengan metoda SRI tidak hanya di Kabupaten
Muara Enim, namun juga di Nunukan, keunggulan dirasakan langsung oleh
petani SRI organik di Desa Binusan, Kecamatan Nunukan, bahkan panen pertama
dihadiri oleh Wakil Bupati Kabupaten Nunukan pada tanggal 4 Desember 2011.
Pengalaman langsung dari petani dari Desa Binusan menyatakan
“Meskipun agak menyulitkan, tapi hasilnya rumpun padi SRI organik
jumlah malai 50-an, konvensional hanya 13 malai. Masalah bibit pun lahan
saya setengah hektar, dulu siapkan bibit 8 kaleng, per kaleng 12 kilo.
Semenjak SRI bibitnya hanya 3 kilo. Bahkan tidak habis semua ditanam”
(Kahar kepada harian Radar Tarakan).
Di Kabupaten Musirawas, keberhasilan metoda SRI juga dirasakan oleh para
petani binaan MEDCO E&P, panen yang dihadiri oleh Menteri Pertanian Republik
Indonesia pada tahun 2011.
PT. MEDCO E&P INDONESIA – KSDA
141
2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran
Seperti disampaikan diawal, keberhasilan program SRI organik, rupanya dilirik
oleh Pemerintah Daerah di Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan, dengan
mengalokasikan APBD sebesar Rp 1.7 Milyar. Sementara di Kabupaten Indragiri
Hulu, Riau Pemerintah Daerah setempat mengucurkan dana sebesar Rp 5,4
Milyar. Dana tersebut digunakan untuk :
x Paket Pengembangan SRI Organik bagi 8 kelompok tani di Muara Enim dan
11 Kelompok di Indragiri Hulu dengan luas lahan masing-masing kelompok
20 hektar.
x Kandang sapi
x 2 buah hand tractor
x Rumah Kompos (35 ekorsapi, kendaraan roda 2 dan alat pengolah bahan
organik)
x Rice Milling Unit (RMU)
x Bangunan Lumbung Pangan
x Jaringan Irigasi Desa (Jides)
Para petani selain merasakan hasil panen meningkat, ternyata ada keuntungan
lain yang diperoleh petani, antara lain:
x Mengurangi penggunaan air.
x Meningkatkan
pendapatan
petani
dengan
menurunkan
biaya produksi (tidak perlu
membeli pupuk dan pestisida
anorganik) dan meningkatkan
produksi (dari 0,5 - 2 ton/
hektar
menjadi
6,04
ton/
hektar).
x Penggunaan pupuk organik dan
pestisida alami juga mampu
menjaga organisme dalam tanah
yang
mampu
memulihkan
kondisi fisik dan kimia tanah.
x Mengurangi produksi CO dan
CO2 yang dihasilkan dari proses
pembakaran batang padi kering
(jerami), karena jerami tersebut
dijadikan kompos.
Gambar 7. Panen Raya Di Embawang
Dalam proses pelaksanaan program, perusahaan juga tak lepas dari kendala dan
tantangan, antara lain :
(1) Program juga menghadapi tantangan, dengan sistem padi organik SRI
ini, para petani tidak menggunakan pupuk maupun pemberantas hama
kimia. Mereka mengandalkan kompos, sejenis nutrisi tanaman organik
yang disebut MOL (mikro-organisme lokal), dan kerja keras. Untuk setiap
hektar sawah, dibutuhkan tujuh ton pupuk kompos yang didapat
dengan mengolah kotoran hewan dan sampah organik.
(2) Para petani memang harus bekerja lebih keras. Dengan pupuk kimia,
sistem pemupukan cukup ringkas. Namun dengan pupuk kompos, para
petani harus mau bersusah payah mengumpulkan kotoran hewan,
mencacah sampah organik, dan membawanya tujuh ton pupuk kompos
142
PT. MEDCO E&P INDONESIA – KSDA
ke sawah. Kesulitan utama muncul karena mereka kesulitan
memperoleh kotoran hewan sehingga harus membeli dari desa tetangga.
Di Desa Embawang sendiri, tak banyak penduduk memiliki ternak.
(3) Selain itu, para petani juga harus telaten membuat MOL yang dihasilkan
dari fermentasi alami bahan-bahan organik seperti bonggol pisang,
rebung, sisa nasi, maupun sampah daun-daunan. Selain itu, sawah
sistem SRI pun harus lebih sering disiangi dari gulma.
(4) Kendala lain yang dihadapi adalah terbatasnya saluran air irigasi teknis
untuk mengatasi air pada musim kering; membangun minat dan
pemahaman pelaku usaha tani; adanya anggapan petani bahwa
pertanian organik identik dengan pertanian primitif/subsisten tidak
menggunakan teknologi; terbatasnya sarana produksi pertanian dan
membangun pasar serta kemitraan dalam memasarkan produk yang
mulai meningkat hasilnya.
Untuk meminimalisir kendala-kendala tersebut, Medco E&P Indonesia
melaksanakan Training of Trainers pada para petani binaan pelaku SRI Organik.
Program ini bertujuan untuk meningkatkan peran petani sebagai fasilitator
sehingga dapat mentransfer ilmunya kepada masyarakat sekitar sehingga
menambah luasan lahan.
PT. MEDCO E&P INDONESIA – KSDA
143
PT. PUPUK KUJANG, CIKAMPEK, JAWA BARAT
Taman Keanekaragaman Hayati Di Tengah Harapan
Hampir 27% atau 510 ha dari areal PT. Pupuk Kujang, tetap dipertahankan sejak
tahun 1975 sebagai area hutan dengan didominasi jati dan kayu putih. Dengan
upaya perusahaan sampai saat ini jenis pohon yang ada di areal ini sudah
bertambah menjadi 63 jenis, bahkan jenis satwapun bertambah menjadi 56
jenis. Dari 56 jenis hewan yang telah teridentifikasi, ditemukan ada beberapa
hewan yang dilindungi antara lain rusa (dilindungi berdasarkan undang-undang
RI) dan monyet ekor panjang (dilindungi berdasarkan status CITES). Pada tahun
2011 Pemerintah Jawa Barat, mencanangkan kawasan hutan Pupuk Kujang
menjadi kawasan Taman Keanekaragaman Hayati.
1. Mempertahankan Hutan Di Areal Industri
Lingkungan industri yang hijau, ternyata turut berkontribusi terhadap motivasi
karyawan bekerja, hal ini dibuktikan oleh Pupuk Kujang, yang beroperasi di
kawasan industri Cikampek, salah satu kawasan industri di Jawa Barat. Pupuk
Kujang yang bergerak di industri pupuk, khususnya pupuk urea ini merupakan
perusahaan BUMN yang telah beroperasi sejak tahun 1975 ini memiliki kawasan
hutan di areal industrinya. Areal industri seluas 510 Ha ini, hampir 27%
arealnya tetap dipertahankan sebagai area hutan dengan jati dan kayu putih
mendominasi ekosistem ini.
Pupuk Kujang menyadari bahwa dalam pelaksanaan proses produksi
pembuatan pupuk urea juga berdampak pada lingkungan. Oleh karena itu
untuk menjaga dan mempertahankan kualitas lingkungan hidup yang ada,
berbagai usaha dilakukan untuk meminimalkan dampak negatif aktifitas
perusahaan terhadap lingkungan. Diharapkan dengan menyisakan 27% dari
areal industri untuk kawasan hutan, dapat membantu berkontribusi untuk
menjaga kualitas lingkungan termasuk udara dan tanah serta meredam
kebisingan, mengingat industri yang berlokasi di Desa Dawuan Barat,
Kecamatan Cikampek ini memproduksi 1.140 ton urea/tahun dan NPK granular
sebesar 100,00 ton/tahun.
Tahun 1975, pada saat Pupuk Kujang akan memulai beroperasi di Desa
Dawuan, Kecamatan Cikampek, di areal yang sudah dialokasikan untuk industri
ini masih didominasi oleh hutan jati. Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk
mempertahankan kualitas lingkungan hidup yang ada di sekitar perusahaan
adalah dengan senatiasa menjaga dan memelihara hutan yang berada di sekitar
kegiatan operasi pabrik. Sebelumnya hutan yang ada merupakan hutan
homogen yang hanya terdiri dari pohon jati. Seiring waktu, kawasan seluas 140
Ha selama lebih dari 30 tahun, secara alamiah hutan menjadi hutan alam
sehingga menjadikan habitat yang nyaman bagi binatang-binatang hutan dan
diharapkan siklus kehidupan berjalan dengan baik. Hutan tersebut tidak hanya
berfungsi sebagai penghijauan, hutan juga merupakan salah satu sarana untuk
meredam kebisingan dan mengurangi emisi CO 2 yang timbul akibat proses
produksi pabrik. Selain itu, hutan yang terjaga kelestariannya juga merupakan
sarana konservasi sumber daya air karena hutan mampu menyimpan air hujan
sehingga dapat memunculkan mata air yang dapat dimanfaatkan untuk
144
PT. PUPUK KUJANG – KSDA
kepentingan manusia. Di dalam hutan Pupuk Kujang terdapat mata air yang
senantiasa mengalir yang oleh masyarakat sekitar diberi nama mata air
Kahuripan. Mata air ini dinamakan Kahuripan karena senantiasa mengalirkan
air yang bersih dan segar meskipun di musim kemarau dan dipercaya oleh
masyarakat sebagai air yang menyehatkan. Terdapat pula sebuah sungai kecil
yang mengalir ke kolam tadah hujan.
Dalam rangka mempertahankan kelestarian hutan yang ada di area perusahaan,
secara rutin dilakukan penanaman pohon untuk memperkaya jenis-jenis pohon
yang ada di hutan. Kegiatan penanaman pohon ini melibatkan karyawan dari
tingkat Direksi sampai pelaksana serta melibatkan pula masyarakat sekitar
yaitu dari perwakilan masyarakat dan siswa-siswi SD/SMP Pupuk Kujang.
Kegiatan pemeliharaan hutan dilaksanakan di bawah koordinasi Biro Umum
dan Biro Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Lingkungan Hidup (K3LH). Tugas
Biro Umum adalah menyediakan sumber daya manusia dan melaksanakan
pekerjaan pemeliharaan secara rutin sedangkan tugas Biro K3LH adalah
membuat evaluasi kondisi hutan serta rekomendasi pemeliharaannya dan
melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pemeliharaan hutan bekerja
sama dengan Biro Umum. Biro K3LH juga memberikan rekomendasi jenis
tanaman yang akan ditanam serta jenis burung atau ikan yang akan dilepas di
hutan ataupun kolam tadah hujan. Perusahaan setiap tahun mengalokasikan
dana untuk pemeliharaan hutan, penanaman pohon, penebaran bibit ikan,
maupun pelepasan burung melalui RKAP Biro K3LH. Besarnya anggaran
pemeliharaan hutan disesuaikan dengan rencana kerja tahunan.
Melihat potensi hutan yang masih terpelihara dan menjadi alternatif wisata
masyarakat sekitar, terbersit satu cita-cita untuk menjadikan hutan Pupuk
Kujang sebagai Taman Keanekaragaman Hayati (Taman Kehati). Adapun luas
lahan hutan yang dikembangkan menjadi taman kehati adalah 40 Ha.
Pembuatan taman kehati ini antara lain bertujuan :
1. Sebagai bentuk pelaksanaan komitmen perusahaan terhadap perlindungan
keanekaragaman hayati yang berada di kawasan Pupuk Kujang
sebagaimana tercantum dalam kebijakan perusahaan.
2. Menjaga kelestarian hutan dan mempertahankan kualitas lingkungan
hidupnya sehingga ekosistem dapat dipertahankan.
3. Mendukung pencapaian PROPER Hijau dan Emas.
4. Menjadi media pendidikan lingkungan hidup bagi karyawan maupun
masyarakat sekitar perusahaan yang merupakan bagian dari CSR bidang
lingkungan.
5. Menjadi sumber genetik tumbuhan dan tanaman lokal Jawa Barat sehingga
dapat mendorong kegiatan penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan.
6. Sebagai sarana ekowisata yang mendukung program pembinaan wilayah
terpadu.
Dengan adanya cita-cita Taman Kehati ini, kegiatan pemeliharaan hutan tidak
hanya berorientasi pada kegiatan penanaman dan pemeliharaan tanaman
semata. Ketentuan-ketentuan pembangunan Taman Kehati juga harus dipenuhi
sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 03 tahun 2012
tentang Taman Keanekaragaman Hayati.
PT. PUPUK KUJANG – KSDA
145
Target jangka pendek pengembangan Taman Kehati Pupuk Kujang adalah
penyelesaian identifikasi flora dan fauna, pembuatan name tag untuk jenis
tanaman yang telah teridentifikasi, dan pengkayaan jenis tanaman di hutan
Pupuk Kujang dengan target minimal 20 tanaman endemik lokal pada tahun
2012.
2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran
Dari hasil identifikasi awal di hutan Pupuk Kujang yang dilakukan secara
mandiri telah ditemukan sebanyak 63 jenis tanaman dan 56 jenis hewan.
Diantara 63 jenis tanaman yang telah teridentifikasi tersebut, ada 19 jenis
tanaman yang merupakan tanaman lokal Jawa Barat. Sedangkan dari 56 jenis
hewan yang telah teridentifikasi, ditemukan ada beberapa hewan yang
dilindungi antara lain rusa (dilindungi berdasarkan undang-undang RI) dan
monyet ekor panjang (dilindungi berdasarkan status CITES). Pada awalnya rusa
yang ada di Pupuk Kujang sebanyak 2 ekor/sepasang yang merupakan hibah
dari Istana Bogor. Rusa ini kemudian dipelihara dan dikembangbiakkan hingga
sekarang berjumlah 78 ekor.
Tabel 1. Daftar tanaman lokal Jawa Barat yang ditemukan di hutan Pupuk
Kujang
No
1
2
3
4
5
6
7
Nama lokal
Glodogan rumah
Glodogan tiang
Kecapi
Kosambi
Gandaria
Kahaya
Anyang-anyang
8
9
10
11
12
13
14
15
Dadap cangkring
Jamuju
Ki hujan
Bisoro
Bungur
Jeunjing
Nyamplung
Kepundung
16
17
18
19
Jamblang
Kendal
Damar
Bintaro
Nama latin
Polyaltea longifolia
Polyalthia longifolia
Sandoricum koetjape
Schleichera oleosa
Bouea macrophylla
Elaeocarpus
grandiflorus
J.Sm
Erythrina lithosperma
Podocarpus imbricatus
Samanea caman
(F. hispida)
Lagerstroemia
Paraserianthes falcataria
Calophyllum insularum
Baccaurea racemosa Muell.
Arg
Syzygium cumini
Cordia Bantamensis
Agathis dammara
Cerbera Odollam Gaerth
Status
Lokal
Lokal
Lokal
Lokal, langka
Lokal, langka
Lokal
Lokal
Lokal
Lokal
Lokal
Lokal
Lokal
Lokal
Lokal, langka
Lokal
Lokal
Lokal
Lokal
Lokal
Dari sejumlah tanaman yang telah teridentifikasi, sebagian telah diberi name tag
untuk memperkenalkan jenis tanaman kepada masyarakat, menginventarisir,
dan monitoring kondisi tanaman tersebut secara kontinyu. Kegiatan identifikasi
jenis flora dan fauna yang ada di hutan Pupuk Kujang masih berlanjut dan
ditargetkan selesai pada awal 2014.
146
PT. PUPUK KUJANG – KSDA
Gambar 1.
Kondisi Taman Keanekaragaman Hayati di Perusahaan Pupuk
Kujang
Selain tanaman lokal dan beberapa hewan dilindungi, ditemukan pula tiga jenis
burung migran diantaranya elang bondol yang beberapa kali terlihat di area
hutan Pupuk Kujang. Ekosistem yang terbentuk di dalam hutan Pupuk Kujang
telah menarik kedatangan hewan dan burung untuk tinggal dan berkembang
biak di dalamnya.
Selain melakukan kegiatan identifikasi flora dan fauna yang ada di hutan Pupuk
Kujang, kegiatan penanaman pohon masih dilakukan secara rutin setiap tahun.
Selama tahun 2011-2012 telah ditanam sebanyak 4.928 pohon yang tersebar di
area hutan Pupuk Kujang. Penebaran bibit ikan dan pelepasan burung juga
masih rutin dilakukan oleh Pupuk Kujang. Setiap tahunnya ditanam 150.000
bibit ikan di kolam tadah hujan dan 100 ekor burung yang dilepas di hutan
Pupuk Kujang. Jenis ikan yang ditanam antara lain ikan grasscap. Sedangkan
burung yang biasa dilepas adalah burung cucak kutilang dan burung tekukur.
Kelestarian hutan Pupuk Kujang telah menarik minat BPLHD Provinsi Jawa
Barat untuk berkunjung dan menyaksikan hutan Pupuk Kujang. Dari
kunjungan tersebut, kegiatan pengembangan taman kehati ini mendapat
dukungan penuh dari BPLHD Propinsi Jawa Barat yang pada akhirnya
mengusulkan hutan Pupuk Kujang sebagai salah satu taman kehati propinsi
Jawa Barat. Berdasarkan daftar yang dibuat oleh BPLHD Jawa Barat, setidaknya
ada 89 jenis tanaman endemik lokal Jawa Barat yang dapat dikembangbiakkan
di taman kehati tentunya dengan mempertimbangkan kecocokan tanah dan
iklim tempat taman kehati tersebut dibangun.
Usulan tersebut ditindaklanjuti oleh BPLH Kabupaten Karawang yang juga telah
mengunjungi hutan Pupuk Kujang dan melakukan verifikasi persyaratan teknis
agar dapat menjadi Taman Kehati dan dikukuhkan dengan pembuatan Surat
Keputusan Bupati Karawang.
Komitmen pengembangan Taman Kehati ini bukan berarti tanpa halangan.
Lokasi hutan yang luas dan dekat dengan perkampungan warga menjadikan
ancaman tersendiri karena kesadaran masyarakat yang masih rendah terhadap
arti penting hutan sehingga masyarakat masih dengan mudah mengambil kayu
dari dalam hutan. Dalam hal ini pendidikan lingkungan hidup bagi masyarakat
PT. PUPUK KUJANG – KSDA
147
mutlak diperlukan agar masyarakat juga berperan dalam pemeliharaan hutan.
Pendidikan lingkungan untuk masyarakat diawali dengan pembentukan Tim
Peduli Lingkungan Ciparage Green yang beranggotakan masyarakat Desa
Dawuan di bawah pembinaan Biro Komunikasi.
Keterbatasan sumber daya manusia yang memegang fungsi monitoring juga
merupakan hambatan karena dengan luas hutan yang ada diperlukan sumber
daya manusia yang cukup banyak sehingga monitoring kondisi hutan dapat
dilakukan secara menyeluruh.
Namun kondisi tersebut tidak mengurangi semangat Pupuk Kujang dalam
mewujudkan cita-citanya membuat taman kehati. Dari pengembangan taman
kehati tersebut selanjutnya akan dijadikan sarana pendidikan lingkungan hidup
untuk karyawan, keluarga karyawan, dan masyarakat sekitar.
DOKUMENTASI
Kondisi Taman Kehati PT. Pupuk Kujang
148
PT. PUPUK KUJANG – KSDA
PT. SEBUKU IRON LATERITIC ORES, KECAMATAN PULAU SEBUKU, KABUPATEN
KOTABARU, PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Sabuk Hijau Pulau Sebuku Penyangga Kehidupan
Program Kolaborasi PT. Sebuku Iron Lateritic Ores (PT. SILO) bersama dengan Dinas Kehutanan
dan Balai Konservasi Sumberdaya Alam bersama-sama melakukan upaya perlindungan Cagar
Alam Selat Sebuku. Salah satu upaya yang dilakukan adalah restorasi hutan mangrove, dari
tahun 2010 lahan seluas 90 ha telah ditanami mangrove sebanyak 187.500 bibit yang meliputi
area Sungai Sekoci, Tanjung Mangkok,Seblimbingan dan Tanjung Nusantara.Selain penanaman
mangrove upaya perlindungan satwa seperti Bekantan dilakukan di kawasan seluas 80 ha.
Untuk meningkatkan ekonomi masyarakat program yang dilakukan PT. SILOyaitubudidaya
kepiting cangkang lunak dimana sudah berhasil panen sebanyak 104 kg atau 416 ekor yang
dikelola oleh satu kelompok tani.
1. Sekilas Cagar Alam Selat Sebuku
Cagar Alam Selat Sebuku (CASS) seluas kurang lebih 8.949,48 Ha merupakan salah satu tipe
ekosistem Hutan Mangrove yang masih tersisa di Provinsi Kalimantan Selatan, yang mempunyai
fungsi sebagai penyambung darat dan laut, peredam gejala-gejala alam yang ditimbulkan oleh
perairan seperti abrasi, intrusi air laut, gelombang besar dan badai serta merupakan habitat
biota laut yang merupakan sumber penghidupan masyarakat sekitar. Sedangkan secara ekologis
berfungsi sebagai daerah perawatan (nursery ground), daerah mencari makan (feeding ground),
daerah pemijahan (spawning ground). Bermacam-macam biota perairan baik yang hidup di
perairan pantai maupun lepas pantai, sehingga kawasan ini perlu dipertahankan dan patut
mendapat perhatian yang serius dari berbagai pihak.
Krisis moneter tahun 1980-an membuat produk perikanan melesat drastis hingga membuat
masyarakat membuka tambak seluas-luasnya untuk meningkatkan produksi secara fantastis
hingga merambah dan merusak hutan mangrove yang ada dan tidak terkecuali CASS juga
menerima dampak gejolak ekonomi tersebut. Akibat kerusakan hutan mangrove tersebut sangat
berdampak pada kerusakan fungsi ekologis CASS dan juga terganggunya penyangga kehidupan
masyarakat sekitar. Berdasarkan penelitian di beberapa bagian Pulau Sebuku tidak lagi terdapat
mangrove disebabkan adanya bekas tambak yang menghalangi lalulintas pasang surut air laut,
menyebabkan kondisi tanah kering dan tidak ada lagi mangrove yang tumbuh selain tidak ada
permudaaan karena dari air pasang yang diharapkan dapat membawa biji alami terhalang
(Hendra Ambo Basiang dan Eko Priyanto, 2010).
Kerusakan hutan mangrove di Sebuku menjadi perhatian dari PT. SILO salah satu perusahaan
pertambangan bijih besi, yang secara administratif terletak di wilayah Kecamatan Pulau Sebuku,
Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan.
Terlebih lagi, Wilayah Izin Usaha
Pertambangan (WIUP) PT. SILO berbatasan langsung dengan Cagar Alam Selat Sebuku terutama
daerah penyangga.Kondisi tersebut telah menggugah hati pimpinan perusahaan untuk
memperbaiki kondisi CASS. Hal ini, selaras dengan visi perusahaan yaitu memenuhi good mining
practice, yang diterjemahkan dalam suatu kebijakan lingkungan serta CSR perusahaan berupa
Program SILO Go Green, salah satu programnya adalah Kolaborasi Pengeloaan CASS.
Program Kolaborasi Pengelolaan CASS ditujukan untuk memperbaiki kondisi CASS yang telah
rusak agar dapat kembali berfungsi sebagai penyangga kehidupan baik secara ekologis maupun
ekonomi bagi masyarakat, melalui pengelolaan yang terpadu dan berkelanjutan.
2. Rangkul Berbagai Pihak Rawat Mangrove Sebuku
Gagasan untuk turut melestarikan mangrove di kawasan Sebuku, tentunya diawali dengan
komunikasi melalui pihak pengelola kawasan Cagar Alam, dalam hal ini Balai Konservasi
Sumberdaya Alam (BKSDA) Kalimantan Selatan, Dinas Kehutanan Kabupaten Kota Baru,
sekaligus membangun pemahaman bersama tentang upaya pengelolaan, termasuk perlindungan
dan pengamanan kawasan CASS. Proses ini tentunya memerlukan pendekatan membangun
saling percaya, rupanya niat baik dari pihak perusahaan mendapat tanggapan baik dari
PT. SEBUKU IRON LATERITIC ORES – KSDA
149
pemerintah setempat yang mengelola kawasan CASS, dan di tahun 2008, tercapailah Nota
Kesepakatan Kolaborasi Pengelolaan CASS antara Balai Konservasi Sumberdaya Alam Provinsi
Kalimantan Selatan, Dinas Kehutanan Kabupaten Kotabaru dan PT. Sebuku Iron Lateritic Ores.
Nota bernomor SKB.2133/IV-K.23/2008, No. : 522/543/TGHK/2008 dan Nomor : 047/SILO/Dir
EFT/X/2008 tanggal 15 Oktober 2008. Selanjutnya ditindaklanjuti dengan perjanjian kerjasama
pada tanggal 20 Desember 2008 yang diketahui oleh Bapak Ir. Darori, MM., selaku Direktur
Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA), Kementerian Kehutanan RI yang
membina pelaksanaan teknis kolaborasi tersebut. Dalam pelaksanaannya, program ini
dikembangkan dengan bekerjasama dengan berbagai pihak termasuk
kecamatan, desa,
kelompok masyarakat di lokasi sekitar perusahaan, kelompok mahasiswa, dan perguruan tinggi.
Model kolaborasi pengelolaan CASS dikembangkan melalui beberapa pendekatan yang
holistik.Diawali dengan perencanaan bersama termasuk di dalamnya proses inventarisasi dan
identifikasi daerah kritis di wilayah CASS, terutama yang berada di daerah penyangga yang
selanjutnya dituangkan dalam Rencana Pengelolaan Lima Tahun dan setiap tahunnya dibuat
RKL (Rencana Kerja Lima Tahun) dan RKT (Rencana Kerja Tahunan). Dalam perencanaan yang
dibangun bersama tersebut rangkaian kegiatan disusun dengan titik masuk pemberdayaan
masyarakat sebagai kunci untuk mendukung peningkatan pengelolaan kawasan CASS sebagai
kawasan pengawetan keanekaragaman hayati, peningkatan kegiatan pengamanan kawasan dan
penyuluhan serta pendidikan dan pelatihan keterampilankepada masyarakat. Pemberdayaan
masyarakat menjadi kunci masuk, dengan harapan ketika masyarakat lebih kritis dalam
menghadapi persoalan lingkungan dan mencari solusi yang strategis, dengan menyeimbangkan
kebutuhan ekonomi, sosial dan lingkungan, maka perllindungan dan pengawetan sumberdaya
hayati yang ada di CASS.
PT. SILO menyadari bahwa pemberdayaan masyarakat sangat penting bagi masyarakat yang
tinggal di sekitar kawasan hutan dan kawasan cagar alam, program pemberdayaan masyarakat
yang dijalankan tentunya bertujuan meningkatkan ekonomi masyarakat. Upaya pemberdayaan
masyarakat yang akandilakukan dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat antara lain
melalui kegiatan bimbingan dan penyuluhan serta praktek dalam prioritas kegiatan yang
memberikan dampak secara nyata dan signifikan dalam peningkatan kesejahteraan ekonomi
masyarakat. Sebuah ungkapan “ketika cagar alam dikelola, masyarakat sekitar cagar alam juga
harus menjadi terberdayakan secara sosial dan ekonomi”.
Agar program lebih fokus dan terukur dengan jelas,target program dirumuskan dengan jelas
sesuai dengan hasil kajian pemetaan sosial yang dilakukan oleh perusahan dengan menggandeng
perguruan tinggi UNLAM. Kelompok sasaran yang ditentukan dalam program Kolaborasi
Pengelolaan CASS adalah kelompok masyarakat nelayan yang hidup dibawah tingkat
kesejahteraan dan umumnya masih secara tradisional dalam menangkap ikan maupun
pengelolaan pasca panen. Mereka perlu didampingi untuk meningkatkan keterampilan dan
diversifikasi baik dalam budidaya maupun produk olahan yang diharapkan dapat membantu
peningkatan ekonomi sekaligus tidak melakukan penangkapan berlebihan sehingga harus masuk
ke wilayah cagar alam. Dengan pertimbangan tersebut,empat desa dipilih sebagai desa target
yaitu Desa Sungai Bali, Desa Ujung, Desa Rampa dan Desa Sarakaman yang berbatasan
langsung dengan Kawasan Cagar Alam, dan secara umum masyarakat di Kecamatan Pulau
Sebuku, Kabupaten Kotabaru.
3. Restorasi Mangrove
Seperti umumnya program koservasi, program yang digagas PT. SILO, tentunya juga secara fisik
melakukan upaya perbaikan di lokasi CASS yang dilakukan secara paralel dengan kegiatan
lainnya.Melalui kegiatan restorasi mangrove yang dilakukan sejak tahun 2010 berada di area
Sungai Sekoci seluas 25 Ha dengan jumlah tanaman 187.500bibit mangrove. Tahun 2011
kegiatan penanaman dilakukan di area Sungai Sekoci selain 25 Ha juga ditambah 16 Ha dan 9
Ha di area Tanjung Mangkok. Pada tahun 2012 penanaman mangrove dilakukan di area
Seblimbingan seluas 25 Ha, dan tahun 2013 di Tanjung Nusantara seluas 25 Ha. Selain
penanaman mangrove, upaya pemulihan keanekaragaman hayati di CASS juga dilakukan dengan
perlindungan Bekantan di hutan mangrove dengan menjaga kawasan seluas 23 Ha di Tanjung
Nusantara, tahun 2012 ditambah menjadi 50 Ha, dan tahun 2013 diperluas lagi menjadi 80 Ha.
Selain menanami lahan yang kritis dengan mangrove 5KL]RSKRUD 0XFURQDWD dan %UXJXLHUD
6H[DQJXOD, di kawasan perusahan juga dilakukan budidaya anggrek lokal, penangkaran rusa
sambar, serta transpalantasi terumbu karang.
150
PT. SEBUKU IRON LATERITIC ORES – KSDA
Tabel 1. Kegiatan Perlindungan Keanekaragaman Hayati di Kawasan CASS
No
Kegiatan
PerlindunganKeanekaraga
man Hayati
Tahun Program
2009
1
.
Penangkaran Rusa Sambar
(Konservasi Eksitu)
2
.
Penanaman Mangrove
(Restorasi bekas tambak)
-
3
.
Budidaya Anggrek Lokal
(Konservasi Eksitu)
-
4
.
Perlindungan Bekantan dan
Habitatnya di hutan
mangrove perusahaan
(Konservasi Insitu)
5
.
Transpalantasi Terumbu
Karang
2010
2011
6 ekor
9 ekor 12 ekor
(Induk : 2
jantang dan
4 betina)
2012
2013
15 ekor
23 ekor
25 ha 25 ha
25 ha
(Area
(Area
(Area
Sunga Sungai Seblimbing
i
Sekoci
an)
Sekoc 16 ha &
i)
Area Tj.
Mangkok
9 ha)
25 ha *
(Area Tj.
Nusantara)
-
7 spesies 21 spesies
27 spesies
-
-
23 ha
50 ha
(Area Tj. (Penambah
Nusanta an Area di
ra)
Tj.
Nusantara)
80 ha
(Penambahan
Area di Tj.
Nusantara)
-
-
-
-
400 fragmen
karang *
Kegiatan restorasi kawasan CASS tidak dapat dilepaskan dari keterlibatan masyarakat di sekitar
kawasan, salah satunya adalah Pak Nanang yang diminta oleh Dinas Kehutanan Kotabaru untuk
terlibat dalam kegiatan konservasi CASS, karena keahlian beliau dalam menanam mangrove
dengan tingkat tumbuh maksimal. Proses penanaman mangrove di kawasan CASS dilakukan
dengan mengikutsertakan anggota masyarakat lainnya. Berkat keahlian dari Pak Nanang,
program restorasi yang dilakukan sejak 2010 sudah mulai memperlihatkan hasil, salah satunya
adalah prosentase tumbuh mangrove yang ditanam memiliki tingkat tumbuh diatas
70%.Berdasarkan penelitian bahwa bila prosentase tumbuh mangrove diatas 70% maka
pertumbuhan mangrove dianggap baik.Selain itu bertambahnya luasan areal mangrove di
kawasan terutama di wilayah yang selama ini cukup kritis.
Selain Pak Nanang, Pak Sudirman atau biasa dipanggil Pak Sudi yang tinggal di Desa Tanjung
Mangkok, Kecamatan Pulau Sebuku, beliau memiliki lahan seluas 5 hektar yang sebagian
ditumbuhi pohon mangrove. Maret tahun 2012, Pak Sudi, bersama tim CSR mulai terlibat dalam
diskusi bagaimana ikut serta dalam konservasi hutan mangrove di Pulau Sebuku. Dari rangkaian
diskusi yang dilakukan disadari bahwa masalah utama konservasi hutan mangrove memerlukan
program yang mampu memutus mata rantai masalah yaitu menghentikan penurunan jumlah
hutan mangrove, mengembalikan lahan yang terus mengalami bukaan dan peningkatan
kesadaran masyarakat tentang pentingnya hutan mangrove. Pertanyaan yang selalu muncul di
kalangan masyarakat adalah “jika kami dilarang memanfaatkan kawasan hutan mangrove, lalu
kami makan apa”. Pertanyaan tersebut menjadi tantangan bagi tim CSR PT. SILO, dan setelah
musyawarah dengan kelompok komunitas yang dipimpin Pak Sudi, salah satu alternatif solusi
adalah pemanfaatan lahan 5 hektar miliki Pak Sudi. Agar memberikan ZLQZLQ VROXWLRQ, bulan
Juli 2012, Tim CSR PT. SILO mengundang konsultan dari Fakultas Perikanan Universitas
Lambung Mangkurat untuk (Unlam)melakukan studi kelayakan lahan dan program, salinitas
air serta keberadaan tumbuhan bakaunya. Bersamaan dengan studi ada kunjungan lapang dari
Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) Kementerian Kehutanan,
salah satu solusi yang ditawarkan yaitu merehabilitasi lahan bekas tambak untuk memulihkan
fungsi hutan mangrove dalam menjaga ekosistem pantai. Bulan Agustus 2012, Tim konsultan
Unlam menetapkan pilihan lahan bakas tambak udang milik Pak Sudi dinilai layak untuk
PT. SEBUKU IRON LATERITIC ORES – KSDA
151
dijadikan tempat model budidaya kepiting cangkang lunak dengan tumpang sari ikan Bandeng
(VLOYRILVKHU\). Keberadaan kelompok dipersiapkan pula untuk mendukung dan sebagai motor
penggerak program. Agustus - Desember 2012 dilakukan tahapan konstruksi dan Januari 2013
dilakukan penebaran benih perdana sebanyak 73,5 kg atau 751 ekor kepiting dalam FUHER[
untuk dibudidayakan menjadi kepiting soka. Di Bulan Februari-April 2013 jumlah bibit menjadi
492 kg atau 3.244 ekor, telah terjadi proses PROWLQJ atau panen sebanyak 104 kg atau 416 ekor.
Dengan harga jual lokal berkisar Rp 60.000/kg, maka Pak Sudi telah mendapatkan nilai
penjualan Rp 60.000/kg x 104 kg = Rp 6.240.000,- Pak Sudi bersama kelompoknya masih
memproyeksikan unit usaha budidaya kepiting soka sampai bulan Agustus 2013 sebanyak 900
kg atau 6300 ekor. Pada tahapan berikutnya Pak Sudi dan kelompoknya terus mengembangkan
program ini menjadi unit usaha ekonomi mandiri.
Program konservasi dengan kondisi tingkat kerusakan yang tinggi sebelumnya serta
ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya alam secara langsungdi wilayah CASS
tentunya memerlukan multi kegiatan dalam berkolaborasi menjaga kawasan. Selain sisi
ekonomi, maka upaya pengamanan juga perlu dilakukan terhadap lokasi yang masih alami, oleh
karena itu salah satu kegiatan dalam model kolaborasi kawasan CASS adalah pengamanan
melalui patroli bersamamelalui tim patroli terdiri dari PT. SILO, Dinas Kehutanan dan
masyarakat.
Kegiatan penguatan ekonomi melalui peningkatan keahlian masyarakat memberikan manfaat
khususnya untuk model pengelolaan di sekitar kawasan.Keberhasilan yang dirasakan langsung
adalah berkurangnya penduduk yang melalukan penebangan hutan dikawasan ini, meski secara
data kuantitatif belum dilakukan penghitungan, namun observasi awal sudah memperlihatkan
kawasan yang ada tidak terjadi penebangan lagi. Tingkat kebakaran semak dan hutan juga tidak
sering terjadi lagi di musim kemarau, serta kebakaran kecil dapat diatasi dengan cepat berkat
patroli bersama.Tambahan pendapatan dari budidaya kepiting cangkang lunak di luar kawasan,
sudah mulai dirasakan menjadi alternatif sumber penghasilan masyarakat.
4. Petikan Pembalajaran dari CASS
Program kolaborasi konservasi CASS yang diinisiasi oleh PT.SILO dengan mengintegrasikan
berbagai kegiatan pemberdayaan termasuk penguatan ekonomi sebagai kegiatan tak terpisahkan
menjadi salah satu kunci keberhasilan program ini.Rasa saling percaya yang terbangun dari
berbagai pihak turut mendorong keberhasilan pelaksanaan program kolaborasi yang didukung
oleh para pimpinan masing-masing pihak menjadi pendorong keberlanjutan program.
Pelibatan masyarakat sejak awal, turut menjadi kunci keberhasilan program, terutama melalui
upaya alternatif ekonomi di luar kawasan seperti yang dilakukan oleh Kelompok Pak Sudi di
Tanjung Mangkok.
KekompakkanTim CSR PT. SILO turut mendukung keberhasilan program, pembagian peran dan
juga adanya keahlian dari staf yang memahami konsep program CSR lingkungan, serta
dukungan dari pimpinan PT. SILO yang bersedia turun langsung ke lapangan menjadi pendorong
keberhasilan program. Hal ini ditunjukkan dari kegiatan di lapangan antara tim penguatan
ekonomi dan tim lingkungan yang bekerjasama dalam setiap kegiatan.
152
PT. SEBUKU IRON LATERITIC ORES – KSDA
Dokumentasi
Gambar 1. Budidaya Taman PT. SILO
Gambar 2. Restorasi Mangrove
Gambar 3. Penangkaran Rusa dan Silvofishery Kepiting Cangkang Lunak
PT. SEBUKU IRON LATERITIC ORES – KSDA
153
PT. SUKSES TANI NUSA SUBUR, KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA,
KALIMANTAN TIMUR
Model Hutan Konservasi Di Perkebunan Sawit:
Melindungi Hutan, Melestarikan Peradaban
Hampir 2.017,85 hektar atau 25% dari lahan Hak Guna Usaha (HGU) perkebunan
kelapa sawit Sukses Tani Nusa Subur (STNS) di Desa Labangka, Kecamatan
Babulu, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, dialokasikan
perusahaan untuk mengembangkan dan melestarikan ekosistem hutan sebagai
rumah bagi keanekaragaman hayati jenis flora dan fauna. Meskipun upaya
mempertahankan dan mengalokasikan lahan tersebut diluar kewajiban
perusahaan, namun STNS menyadari bahwa areal HGU tersebut adalah rumah
bagi hampir 12 jenis satwa langka dan satwa terancam punah yang terdaftar
dalam daftar merah IUCN, yaitu Owa-owa atau Kelempiau (Hylobates muelleri),
Kucing Hutan Kepala Datar (Prionailurus planiceps), Gibbon Kalimantan (Hylobates
agilis), Bekantan (Nasalis larvatus), Trenggiling (Manis javanica), Beruk (Macaca
nemestrina), Beruang Madu (Helarctos malayanus), Rusa Sambar (Cervus unicolor),
Tikus Akar(Niviventer cremoriventer), Babi Hutan (Sus barbatus), Ular Kobra
(Ophiophagus hannah), Punai Besar (Treron capellei), Burung Paruh Kait (Setornis
criniger). Jenis flora yang ditemukan dan dipelihara serta dilindungi oleh STNS
adalah jenis tumbuhan langka yaitu Edelweiss jawa (Leptoptilos javanica), Kruing
Gajah (Dipterocarpus cornutus) dan Meranti Mengarawan (Hopea mengarawan)
yang tergolong jenis kritis menurut IUCN Redlist CR serta 152 flora lainnya.
Sebagai upaya tetap menjaga kelestarian ekosistem beserta fungsinya STNS adalah
salah satu anak perusahaan PT. Astra Agro Lestari Tbk yang bergerak di bidang –
perkebunan kelapa sawit, berlokasi di Desa Labangka, Kecamatan Babulu
Kabupaten Penajam Paser Utara Provinsi Kalimantan Timur dengan luas Hak
Guna Usaha (HGU) 7,936.93 ha, telah mengalokasikan areal konservasi hutan
seluas 2.017,85 ha atau 25% dari luas HGU yang diberikan oleh negara.
Melalui program “Melindungi Hutan, Melestarikan Peradaban” dibawah Divisi
Conservation Management yang dibentuk khusus dengan tanggungjawab
menangani konservasi sumber daya alam dan membina mayarakat sekitar untuk
peduli pentingnya pelestarian lingkungan. Perusahaan berupaya menjaga 25% dari
kawasan HGU yang diberikan untuk mengembangkan dan melestarikan ekosistem
hutan sebagai rumah bagi keanekaragaman hayati jenis flora dan fauna. Dalam
melaksanakan program Divisi Conservation Management bekerjasama dengan
Departemen Community Development, SHE (Safety Health Environment) dan
departemen lainnya yang ada di STNS.
1. Pengembangan Model Konservasi Hutan di Perkebunan Sawit
Program yang dikembangkan sejak tahun 2009, fokus dengan prinsip konservasi
yaitu: perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan secara lestari menghasilkan
hutan yang lestari dengan keseimbangan ekosistem. Model konservasi hutan yang
dikembangkan di perkebunan STNS dirancang dengan :
(1) Membuat status kualitas hutan dan keanekaragaman hayati
(2) Perencanaan tata ruang
(3) Pengembangan infrastruktur pendukung
(4) Pengelolaan spesies
(5) Pendidikan konservasi dan ekowisata
154
PT. SUKSES TANI NUSA SUBUR – KSDA
Gambar 1. Rancangan Alur Model Konservasi Hutan Di Perkebunan PT. STN
Kegiatan awal program dimulai dengan survei potensi ekosistem hutan
dilanjutkan dengan persiapan pendukung pengelolaan hutan konservasi meliputi
pengadaan kamera monitoring untuk memantau satwa yang ada di kawasan hutan
konservasi STNS. Program juga dirancang untuk menyiapkan media pembelajaran
sehingga dibangun rambu-rambu agar pengunjung tidak melewati batas yang
dapat mengganggu kenyamanan satwa, Sementara ruang untuk display
keanekaragaman hayati juga dibangun dilengkapi dengan informasi berupa leaflet
sebagai salah satu media pendidikan, anggaran yang dialokasikan untuk
persiapan dan pemeliharaan tercantum pada Tabel 1.
Tabel 1. Alokasi Anggaran Pembangunan Model Hutan Konservasi PT. STN
No Kegiatan
1
Sarana Pendukung (Kamera, GIS,
Perlengkapan Survey
2
Biaya
Pengelolaan
(Monitoring,
pengamanan, pelaporan)
3
Pembangunan showcase biodiversity
conservation
4
Pembuatan rambu-rambu, leaflet ,
poster konservasi
5
Pembibitan Tanaman Endemik
Nilai
Rp 35.000.000
Rp 15.000.000 per tahun
Rp 80.000.000
Rp 33.000.000
Rp 15.000.000
PT. SUKSES TANI NUSA SUBUR – KSDA
155
Selanjutnya STNS juga mengembangkan enam program untuk hutan konservasi
ini, yaitu:
(1) Invenventarisasi potensi kawasan. Dilakukan dengan cara delineasi areal
hutan dan pemantapan hutan konservasi, dan atlas keanekaragaman
hayati.
(2) Pembinaan habitat dan populasinya. Kegiatan berupa penghijauan “One
Man Five Tree” dengan realisasi s/d 2012 sebanyak 4021 pohon, serta
pembibitan tanaman endemi (Ulin, gaharu, kapur dan meranti.
(3) Perlindungan dan pengamanan kawasan. Berupa delineasi kawasan dan
pemasangan rambu-rambu konservasi.
(4) Penelitian. Ditujukan untuk memonitoring perkembangan satwa yang ada di
hutan konservasi. Kegiatan penelian dilakukan secara internal dan juga
bekerjasama dengan IPB (Institut Pertanian Bogor), salah satu teknik yang
dilakukan untuk memonitoring satwa adalah dengan pemasangan kamera.
(5) Pendidikan konservasi. Pendidikan konservasi dilakukan kepada anak
sekolah, karyawan dan masyarakat sekitar dengan cara : mengikuti acara
Penajaman Fair 2013, Silaturahim dan sosialisasi ke masyarakat dan
karyawan, kegiatan penghijauan, melukis tempat sampah, Pembuatan
infrastruktur dan pusat informasi sebagai penunjang kegiatan pendidikan
konservasi dan ekowisata (Pembuatan pintu masuk hutan pendidikan,
pembuatan jalan setapak, pembuatan saung pusat informasi dll.) Ada
sekitar 2 sekolah yang sudah mengikuti kegiatan ini dengan hampir 200
siswa.
(6) Pemanfaatan kawasan berbasis konservasi berupa pemanfaatan ekosistem
karst, riparian dan hutan sebagai wilayah tangkapan air pemanfaatan goa
oleh fauna yang ada seperti wallet
Dari hasil survey dan monitoring yang dilakukan terdapat ragam kekayaan
ekosistem paling tidak ada tiga yaitu, hutan hujan tropis dataran rendah,
ekosistem karst dan riparian. Terdapat 154 jenis flora, diantaranya terdapat 2
jenis kritis (IUCN Redlist CR) yaitu : Kruing Gajah (Dipterocarpus cornutus) dan
Meranti Mengaran (Hopea mengarawan). Jenis satwa yang terancam punah dan
langka yaitu Owa-owa atau Kelempiau (Hylobates muelleri), Kucing Hutan Kepala
Datar (Prionailurus planiceps), Gibbon Kalimantan (Hylobates agilis), Bekantan
(Nasalis larvatus), Trenggiling (Manis javanica), Beruk (Macaca nemestrina),
Beruang Madu (Helarctos malayanus), Rusa Sambar (Cervus unicolor), Tikus
Akar(Niviventer cremoriventer), Babi Hutan (Sus barbatus),
Ular Kobra
(Ophiophagus hannah), Punai Besar (Treron capellei), Burung Paruh Kait (Setornis
criniger).
Tabel 2. berikut adalah kondisi flora dan fauna dari mamalia, burung, reptil dan
ampibi, yang terdata serta statusnya menurut IUCN yaitu salah satu badan
konservasi internasional.
156
PT. SUKSES TANI NUSA SUBUR – KSDA
Tabel 2. Keragaman Hayati Flora dan Fauna dan Status nya menurut CITES,
IUCN
Program juga melakukan pemantauan secara berkala, dan hasilnya menunjukan
jumlah spesies yang terus meningkat yang mengindikasikan bahwa hutan yang
dilestarikan dapat menjadi rumah bagi banyak spesies. Gambar 1. hasil
monitoring yang memperlihatkan penambahan populasi jenis burung, mamalia
dan juga pohon di hutan konservasi. Gambar 2. Populasi Rangkong di PT. STN
dibandingkan lokasi lainnya (individu/km2)
Gambar 2. Gambaran Penambahan Populasi Burung, Mamalia dan Pohon
Berdasarkan Hasil Monitoring Di Hutan Konservasi PT. STN.
Selain peningkatan jumlah jenis satwa dan pohon, hutan konservasi STNS
menjadi media edukasi yang dimana masyarakat luas sudah mencoba melihat dan
memprakteknya di wilayah sekitar. Berikut adalah beberapa pihak luar yang
sudah melakukan kunjungan ke showcase biodiversity conservation STNS :
a. Media Visit (Agrofarm, Agro Asia, Majalah Tropis, TV One) : 1213/Nov/2011, Balikpapan TV.
b. Wakil Bupati Panajam Paser Utara : 17 Februari 2012
c. Jardin Treasury : 3 Juli 2012
d. Wildlife Photography Balikpapan : Juli 2012
e. Dinas Perkebunan PPU : 18 Oktober 2012
f. Siswa SMAN 4 PPU : 23 Maret 2013
PT. SUKSES TANI NUSA SUBUR – KSDA
157
Tabel 3. Jenis Rangkong yang ada di hutan konservasi PT. STN
2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran
Model Hutan Konservasi yang dikembangkan di perkebunan kelapa sawit memang
merupakan satu model yang diperlukan untuk tetap menjaga keanekaragaman
hayati setempat baik dalam bentuk ekosistem, jenis maupun genetik. Upaya STNS
untuk mengembangkan Hutan Konservasi di kawasan perkebunan sawit meskipun
diliputi kekhawatiran benturan aturan dengan peruntukan lahan yaitu dengan ijin
HGU maka bila ada kawasan hutan di perkebunan harus dikelola dibawah Dinas
Kehutanan setempat. Namun upaya ini tetap dilakukan mengingat pentingnya
menjaga keanekaragaman hayati yang menyimpan 12 jenis satwa langka dan
terancam punah, serta satu jenis flora terancam punah dan 2 jenis flora langka
lainnya. Hutan konservasi juga dapat bermanfaat untuk mencegah dampak erosi
sehingga membantu mempertahankan kesuburan tanah; mencegah kerusakan
sumber air dengan mempertahankan catchment area.
Manfaat dengan adanya model hutan konservasi sudah mulai dirasakan oleh
karyawan maupun masyarakat setempat, sering terlihat ragam jenis burung
termasuk burung paruh kait yang mulai melintas di perkebunan menuju kawasan
hutan tersebut. Manfaat edukasi juga sudah mulai dirasakan oleh siswa dari
sekolah menengah atas yang telah menggunakan hutan konservasi sebagai media
belajar. Sebanyak kurang lebih 50 siswa mulai dikenalkan kekayaan hayati flora
dan fauna yang ada di lokasi.
Dengan adanya hutan konservasi juga menjalin hubungan yang lebih baik antara
perusahaan dan masyarakat sekitar dengan tetap terpeliharanya situs budaya
atau jenis pohon yang dikeramatkan /dimanfaatkan hasilnya oleh masyarakat.
Program Hutan Konservasi di perkebunan sawit dapat terlaksana dan berjalan
baik dengan dukungan dari kebijakan pimpinan yang peduli dengan isu
lingkungan. Kemitraan dengan perguruan tinggi penting dilakukan untuk mengisi
kekurangan
perusahaan
dibidang
keanekaragaman
hayati,
termasuk
memonitoring dan memasang kamera pemantau. Pelibatan siswa dan juga
masyarakat setempat dalam memperkenalkan ekosistem hutan menjadi salah satu
model yang menumbuhkan kesadaran pentingnya ekosistem hutan merupakan
salah satu bagian penting dari program ini ke depan.
158
PT. SUKSES TANI NUSA SUBUR – KSDA
PT. TIDAR KERINCI AGUNG, KABUPATEN SOLOK, DAN KABUPATEN
DHARMASRAYA, SUMATERA BARAT DAN KABUPATEN BUNGO, JAMBI
Hutan Konservasi Sumitro Djojohadikusumo (HKSD)
Sembilan persen (9%) atau seluas 2,400 hektar dari luas Hak Guna Usaha (HGU)
Tidar Kerinci Agung (TKA) yang berbatasan langsung dengan Taman Nasional
Kerinci Seblat (TNKS) dialokasikan untuk hutan konservasi. Kawasan hutan
konservasi dengan nama Hutan Konservasi Soemitro Djojohadikusumo (HKDS)
ditujukan untuk studi dan penelitian, pengembangan, pemeliharaan sumberdaya
alam temasuk tumbuhan dan satwa. Salah satu satwa yang dilindungi adalah
Harimau Sumatera. Proses menjadikan hutan konservasi tidaklah mudah, melalui
beberapa tahapan baik intenal maupun eksternal. Secara internal melalui Surat
Keputusan Direktur Utama yang ditindaklanjuti oleh General Manager Tidar
Kerinci Agung melalui pelaksanaan konkrit di lapangan serta berupa penyampaian
perihal pendirian Kawasan Hutan Konservasi seluas ± 1.100 ha di Kabupaten
Dharmasraya dan ± 1.300 ha di Kabupaten Solok Selatan kepada Gubernur
Provinsi Sumatera Barat, tertanggal 26 Agustus 2008 dengan surat No. : 621/GMTKA/VIII/2008. Keberhasilan mewujudkan kawasan konservasi ini adalah pada
tahun 2012, di kawasan HKDS dijadikan Pusat Rehabilitas Satwa Di Sumatera
Barat
sebagai upaya penyelamatan dan perlindungan satwa liar, terutama
Harimau Sumatera dan satwa jenis asli Sumatera lainnya melalui
penandatanganan perjanjian kerjasama dengan Balai Konservasi Sumberdaya
Alam (BKSDA) Sumatera Barat, Bapak Sahdin Zunaidi sebagai Kepala BKSDA
Sumbar dan Hashim Djojohadikusumo, Dirut TKA.
Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan sawit, TKA yang mulai
dibuka pada tahun 1986 dan penanaman pertama tahun 1987, menyadari
pentingnya areal konservasi ekosistem hutan yang harus dipertahankan meskipun
areal tersebut sudah diberikan ijin perkebunan dengan adanya Hak Guna Usaha
(HGU). HGU seluas 28.029 ha, hingga tahun 2006, areal yang baru ditanami
perusahaan baru mencapai +/- 17.000 ha, dimana areal kebun yang berada dalam
satu hamparan terletak di Kabupaten Dharmasraya (80 %) dan Kabupaten Solok
Selatan (10 %) Provinsi Sumatera Barat dan Kabupaten Bungo (10%) Provinsi
Jambi.
Pada bagian selatan kebun berbatasan langsung dengan Taman Nasional Kerinci
Seblat (TNKS). Sisa areal yang belum dibuka inilah yang berbatasan langsung
dengan TNKS. Di dalam areal ini terdapat 4 hulu sungai yang mengaliri kebun ke
arah Utara, yakni Sungai Jujuhan, Sungai Asam, Sungai Suir & Sungai Kemarau.
Sampai di dalam kebun yang telah tertanam, sungai ini memiliki cabang anak
sungai sebanyak 5 sungai. Selain itu didalam kawasan ini terdapat satwa yang
dilindungi seperti harimau sumatra, beruang, tapir, rusa, trenggiling, dan lain-lain
serta berbagai jenis flora, salah satunya Raflesia arnoldi.
Salah satu cabang sungai yang mengalir didalam perkebunan, yakni sungai
Mangun (cabang dari Sungai Asam) merupakan sumber air proses Pabrik
Pengolahan Kelapa Sawit.
Mengingat begitu pentingnya berbagai sumber yang terdapat dalam kawasan areal
tersebut, serta untuk menjaga Taman Nasional Kerinci Seblat, maka pemilik
perusahaan melalui menajemen di lapangan memutuskan untuk tidak
PT. TIDAR KERINCI AGUNG – KSDA
159
melanjutkan pembukaan kebun dan menjadikan sisa areal sebagai kawasan
konservasi.
1. Hutan Konservasi Sumitro Djojohadikusumo (HKDS)
Ide awal berdirinya Hutan Konservasi Soemitro Djojohadikusumo bermula dari
kunjungan Direktur Utama di areal TKA, pada Juli 2008. Pada kunjungan
tersebut, pemiliki perusahaan Bapak Hashim S. Djojohadikusumo mempunyai
pemikiran untuk menjadikan sisa areal seluas ± 2.400 ha dijadikan sebagai areal
konservasi. Diawali dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Direktur Utama
Tidar Kerinci Agung dengan Nomor : K-01/DIRUT/TKA/HK/VIII/08 ditetapkan di
Jakarta, pada tanggal 17 Agustus 2008, areal seluas 2.400 hektar didalam HGU
Tidar Kerinci Agung No. : 4/HGU/1986 menjadi Kawasan Hutan Konservasi untuk
pengembangan dan pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup.
Kawasan hutan konservasi yang diberi nama “Kawasan Hutan Konservasi Prof. Dr.
Soemitro Djojohadikusumo (HKSD)”, dipergunakan khusus untuk studi dan
penelitian, pengembangan, pemeliharaan sumberdaya alam dan tanaman serta
semua binatang yang hidup didalam habitat HKDS.
Untuk menjaga kawasan HKSD dibentuk Satuan Tugas Khusus (Satgassus)
Penjaga Hutan dengan Surat Tugas No. 033/KOMUT/TKA/IX/2008 tertanggal 12
September 2008. Tim ini dipimpin seorang koordinator yang secara keseluruhan
beranggotakan 25 orang. Surat Tugas tersebut pada tahun 2010 diperkuat dengan
Surat Keputusan Direktur Utama TKA No. 089/DIRUT/TKA/I/2010 yang berupa
Pengangkatan karyawan Satuan Tugas Penjaga Kawasan Hutan Konservasi “Prof.
Soemitro Djojohadikusumo” dengan dipimpin seorang Koordinator dibantu seorang
wakil dengan total anggota sebanyak 27 orang.
Beberapa kegiatan pokok Satgas PH adalah :
(1) Menjaga dan melindungi kawasan hutan konservasi beserta flora dan fauna
yang ada di dalamnya.
(2) Melakukan sosialisasi keberadaan hutan konservasi kepada masyarakat
serta pemerhati lingkungan.
(3) Koordinasi pengamanan dengan instansi terkait.
Dari tahun 2008–2012 biaya operasional Satgas mencapai Rp. 1.997.389.985.
Selain itu terdapat juga Bidang Konservasi dan Pemeliharaan dengan 10 orang
tenaga kerja yang bertugas :
(1) Pembibitan tanaman hutan dan buah-buahan
(2) Melakukan penanaman di areal Hutan Konservasi
(3) Perawatan tanaman yang telah ada di areal konservasi
(4) Mengamati dan memelihara Fauna yang ada
Untuk pengamatan fauna yang ada, dipasang 2 (dua) camera trap sejak
pertengahan tahun 2012 dan Februari 2013 sebanyak 4 (empat) unit tambahan.
Dari pemasangan camera trap ini, pada November 2012 terekam 2 (dua) ekor
harimau dan pada Januari 2013, ditempat yang berbeda terekam kembali
pergerakan Harimau Sumatera. Selain Harimau Sumatera (Panthera tigris
sumatrae), juga terekam Beruang (Helarctosmalayanus), Rusa (Cervus spp),
Siamang (Hylobatidae), Landak (Hystrixbrachyura), Trenggiling (Manis javanica),
Kijang (Muntiacusmuntjak), Tapir (Tapirusindicus), Kancil (Tragulus spp), Harimau
160
PT. SUKSES TANI NUSA SUBUR – KSDA
melanjutkan pembukaan kebun dan menjadikan sisa areal sebagai kawasan
konservasi.
1. Hutan Konservasi Sumitro Djojohadikusumo (HKDS)
Ide awal berdirinya Hutan Konservasi Soemitro Djojohadikusumo bermula dari
kunjungan Direktur Utama di areal TKA, pada Juli 2008. Pada kunjungan
tersebut, pemiliki perusahaan Bapak Hashim S. Djojohadikusumo mempunyai
pemikiran untuk menjadikan sisa areal seluas ± 2.400 ha dijadikan sebagai areal
konservasi. Diawali dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Direktur Utama
Tidar Kerinci Agung dengan Nomor : K-01/DIRUT/TKA/HK/VIII/08 ditetapkan di
Jakarta, pada tanggal 17 Agustus 2008, areal seluas 2.400 hektar didalam HGU
Tidar Kerinci Agung No. : 4/HGU/1986 menjadi Kawasan Hutan Konservasi untuk
pengembangan dan pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup.
Kawasan hutan konservasi yang diberi nama “Kawasan Hutan Konservasi Prof. Dr.
Soemitro Djojohadikusumo (HKSD)”, dipergunakan khusus untuk studi dan
penelitian, pengembangan, pemeliharaan sumberdaya alam dan tanaman serta
semua binatang yang hidup didalam habitat HKDS.
Untuk menjaga kawasan HKSD dibentuk Satuan Tugas Khusus (Satgassus)
Penjaga Hutan dengan Surat Tugas No. 033/KOMUT/TKA/IX/2008 tertanggal 12
September 2008. Tim ini dipimpin seorang koordinator yang secara keseluruhan
beranggotakan 25 orang. Surat Tugas tersebut pada tahun 2010 diperkuat dengan
Surat Keputusan Direktur Utama TKA No. 089/DIRUT/TKA/I/2010 yang berupa
Pengangkatan karyawan Satuan Tugas Penjaga Kawasan Hutan Konservasi “Prof.
Soemitro Djojohadikusumo” dengan dipimpin seorang Koordinator dibantu seorang
wakil dengan total anggota sebanyak 27 orang.
Beberapa kegiatan pokok Satgas PH adalah :
(1) Menjaga dan melindungi kawasan hutan konservasi beserta flora dan fauna
yang ada di dalamnya.
(2) Melakukan sosialisasi keberadaan hutan konservasi kepada masyarakat
serta pemerhati lingkungan.
(3) Koordinasi pengamanan dengan instansi terkait.
Dari tahun 2008–2012 biaya operasional Satgas mencapai Rp. 1.997.389.985.
Selain itu terdapat juga Bidang Konservasi dan Pemeliharaan dengan 10 orang
tenaga kerja yang bertugas :
(1) Pembibitan tanaman hutan dan buah-buahan
(2) Melakukan penanaman di areal Hutan Konservasi
(3) Perawatan tanaman yang telah ada di areal konservasi
(4) Mengamati dan memelihara Fauna yang ada
Untuk pengamatan fauna yang ada, dipasang 2 (dua) camera trap sejak
pertengahan tahun 2012 dan Februari 2013 sebanyak 4 (empat) unit tambahan.
Dari pemasangan camera trap ini, pada November 2012 terekam 2 (dua) ekor
harimau dan pada Januari 2013, ditempat yang berbeda terekam kembali
pergerakan Harimau Sumatera. Selain Harimau Sumatera (Panthera tigris
sumatrae), juga terekam Beruang (Helarctosmalayanus), Rusa (Cervus spp),
Siamang (Hylobatidae), Landak (Hystrixbrachyura), Trenggiling (Manis javanica),
Kijang (Muntiacusmuntjak), Tapir (Tapirusindicus), Kancil (Tragulus spp), Harimau
PT. TIDAR KERINCI AGUNG – KSDA
161
Selain itu bagian konservasi flora ini juga telah menyerahkan bantuan bibit
tanaman hutan dan buah-buahan kepada masyarakat Nagari Talao Sungai Kunyit,
Kabupaten Solok Selatan, Nagari Lubuk Besar & Alahan Nan Tigo, Kecamatan
Asam Jujuhan, Kabupaten Dharmasraya dengan total bibit yang telah diserahkan
mencapai 65.386 batang bibit dengan jenis yang sama seperti yang ditanam di
kawasan HKSD.
Gambar 3. Bunga Ralesia yang Mekar
Tahun 2012 di HKSD
Gambar 4. Jenis Meranti yang masih
Ditemui Di HKSD
Tahun 2012, dengan tertangkapnya Harimau Sumatera dan juga jenis lain yang
dilindungi, demikian juga tumbuhan yang terancam punah masih terdapat di
kawasan HKSD. Hal ini mendorong pemilik dan jajaran pengambil keputusan
untuk mengembangkan HKSD sebagai salah satu Pusat Rehabilitasi Satwa
Harimau Sumatera.
Pembangunan Pusat Rehabilitasi Satwa Harimau Sumatera menelan biaya 7
milyar rupiah yang akan dilengkapi fasiltas lengkap dan petugas terlatih dengan 2
orang Dokter Hewan. Biaya operasional Pusat Rehabilitasi Satwa Harimau
Sumatera ini diperkirakan mencapai Rp. 6 Milyar per tahun.
2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran
Manfaat bagi masyarakat sekitar untuk kegiatan ini memang tidak dapat
dirasakan langsung. Secara nasional kawasan HKSD turut menjadi salah bagian
pendukung dari Taman Nasional Kerinci Seblat yang merupakan salah satu pusat
keanekaragaman hayati ekosistem di Pulau Sumatera.
HKSD turut melestarikan keberadaan Harimau Sumatera yang saat
ini
keberadaanya terancam, demikian juga dengan jenis satwa lain dan juga flora
termasuk Raflesia Arnoldi (Bunga Bangkai) dan Meranti.
162
PT. SUKSES TANI NUSA SUBUR – KSDA
Usaha keras dan komitmen yang kuat dari Pemilik, Jajaran Manajemen TKA serta
para pelaksana yang telah ditunjuk dalam mengelola kawasan HKSD telah
memberikan hasil yang memuaskan berupa Piagam Penghargaan Sebagai Pelaku
Usaha Peduli Pembangunan Kehutanan dalam Lomba Penghijauan dan Konservasi
Alam Wana Lestari tahun 2010 dari Menteri Kehutanan, Zulkifli Hasan dengan
Surat Keputusan No. SK 608/MENHUT – IX /2010 tertanggal 28 Oktober 2010.
Selain menerima Piagam, juga Plakat dan Lencana Emas Wana Lestari dan satusatunya perusahaan yang bergerak di bidang usaha Perkebunan dan Pengolahan
Kelapa Sawit di Tingkat Nasional.
Sebelumnya PT. TKA juga memperoleh Piagam Penghargaan dari Gubernur
Sumatera Barat, Marlis Rahman atas prestasi Pemenang I Kategori Dunia Usaha
dalam rangka Lomba Penghijauan dan Konservasi Alam, Tingkat Provinsi
Sumatera Barat tahun 2010, dengan nomor 552-203-2010 tertanggal 7 Juni 2010.
PT. TIDAR KERINCI AGUNG – KSDA
163
PT. TOTAL EP INDONESIA, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA,
KALIMANTAN TIMUR
Save Delta Mahakam Melalui Tanam Mangrove dan Kembangkan Tambak
Tradisional
Kerusakan hutan mangrove di kawasan Delta Mahakam, Kabupaten Kutai
Kartanegara, Kalimantan Timur sangat parah, mencapai 85% dari areal seluas
108.125 hektar, yang disebabkan oleh aktivitas manusia terutama pembukaan
tambak. Kondisi tersebut menggugah inisiasi Total EP Indonesia, Kalimantan
Timur untuk menyelamatkan Delta Mahakam sekaligus mendorong penghidupan
masyarakat sekitar yang lebih baik dengan menanam mangrove hampir 12 juta
bibit sejak tahun 2000. Untuk mendorong perekonomian masyarakat dan
meningkatkan perbaikan kualitas lingkungan kawasan Delta Mahakam, Total EP
telah membantu memberikan pelatihan para
petani
tambak untuk
membudidayakan udang salah satunya udang windu dan menanam mangrove di
sela-sela areal pertambakannya. Pelatihan tersebut menunjukkan hasil panen
udang di tambak meningkat 10 kali lipat dan mulai ditemukan kembali biota-biota
pesisir seperti kepiting bakau, udang. Rupanya mangrove yang ditanam menjadi
perkembangbiakan dan rumah bagi ragam biota Delta Mahakam.
Delta Mahakam terletak di bagian hilir dari Sungai Mahakam yang membentuk
area setengah lingkaran layaknya sebuah kipas. Walaupun letaknya yang berada
di Kabupaten Kutai Kartanegara, sebenarnya ada 2 kota yang secara geografis
lebih dekat ke Delta Mahakam, yaitu Samarinda (25 km) dan Balikpapan (115 km).
Kawasan ini sejak tahun 2000 mengalami kerusakan sangat parah yang
disebabkan pembukaan tambak.
Masyarakat di Delta Mahakam hampir sebagian besar bermata pencaharian
sebagai nelayan, baik itu nelayan budidaya (udang atau kepiting) atau sebagai
nelayan tangkap. Hasil industri perikanan ini memenuhi tidak hanya pasar
domestik, tapi juga pasar mancanegara dengan komoditi Udang Windu nya yang
sangat terkenal. Di dalam menjalankan mata pencahariannya, masyarakat
mengandalkan jasa para punggawa untuk pembiayaannya. Punggawa yang
memberikan modal kemudian mendapatkan prioritas sebagai pembeli hasil dengan
harga yang mereka tentukan. Pembiayaan seperti ini tidak memberikan hasil yang
maksimal bagi para nelayan.
Cara budidaya “nelayan budidaya” di Delta Mahakam dilakukan secara
konvensional dengan melakukan pembukaan lahan mangrove secara besarbesaran. Tata cara yang hanya didasarkan pada kebiasaan dan penggunaan bahan
kimia yang secara jumlah maupun jenis mengakibatkan penurunan jumlah
produksi. Pembukaan lahan mangrove secara besar-besaran ini juga
mengakibatkan menurunnya daya dukung lingkungan karena berkurangnya
ekosistem alamiah sebagai tempat perkembangbiakkan udang maupun ikan.
Total EP sebagai bagian dari salah satu perusahaan energi terbesar dunia,
menyadari ada kontribusi kerusakan hutan mangrove di Delta Mahakam,
terutama pada saat pemasangan pipa-pipa kilang, yang terpaksa harus menebang
pohon-pohon mangrove. Selain untuk memenuhi kewajiban perusahaan,
memulihkan areal yang sudah digunakan, perusahaan juga terus melakukan
upaya perbaikan lingkungan melalui program CSR di kawasan ini dengan nama
164
PT. TOTAL EP INDONESIA – KSDA
Save Delta Mahakam. Salah satu program di bawah Save Delta Mahakam adalah
penanaman kembali mangrove dan pengembangan tambak dengan sistem
silvofisheries yaitu menggabungkan atau tumpang sari tanaman hutan dengan
perikanan dalam hal ini hutan mangrove dan tambak ikan. Hal ini sejalan dengan
visi dan misi perusahaan yang dituangkan dalam Acuan Sosial – “Societal
Directive”. Societal Directive ini mengarahkan seluruh anak perusahaan dimanapun
beroperasi untuk melakukan komunikasi, mendengarkan, berdialog dan
berkonsultasi dengan para pemangku kepentingan pada setiap tahapan
pendekatan Sosial.
1. Tanam Mangrove Sepanjang Delta Mahakam
Program penanaman mangrove di Delta Mahakam diawali dengan studi sosial dan
lingkungan yang mengacu pada hasil studi Analisa Dampak Lingkungan (AMDAL)
serta Rencana Kelola Pemantauan Lingkungan (RKPL). Studi yang lebih fokus pada
analisa para pihak (Stakeholder Analysis) yang ditindaklanjuti dengan komunikasi
dan dialog dengan para pemangku kepentingan di lokasi pelaksanaan program,
kegiatan ini dikenal dengan Stakeholder Relationship Management (SRM) –
Manajemen Hubungan Pemangku Kepentingan. Unsur pemerintah juga menjadi
bagian yang penting sebagai pemangku kepentingan yang diajak berdiskusi dalam
program sehingga terbina komunikasi dengan para pihak untuk melaksanakan
program.
Gambar 1. Delta Mahakam
Selanjutnya disusun Rencana Aksi yang sudah diidentifikasi sebelumnya melalui
studi sosial dan lingkungan. Setelah melalui serangkaian tahapan-tahapan ini,
disusunlah tujuan, sasaran dan indikator dari Program Save Delta Mahakam
sebagai berikut :
PT. TOTAL EP INDONESIA - KSDA
165
Tabel 1. Rancangan Rencana Aksi Program Save Delta Mahakam
PROGRAM
Tujuan
Utama
Sub-Program
Sasaran
Program
Penerima
manfaat
Indikator
SAVE DELTA MAHAKAM
Pemberdayaan masyarakat Delta Mahakam dalam kegiatan
ekonomi perikanan yang berwawasan lingkungan dan
berkelanjutan.
Penanaman
Produksi Perikanan
Listrik
Tenaga
Mangrove
Surya.
Rehabilitasi
Produksi perikanan
Pemanfaatan energi
ekosistem mangrove tambak ramah
matahari untuk
lingkungan dengan
pemenuhan
konservasi mangrove kebutuhan energi
listrik
Nelayan budidaya di Nelayan budidaya di Nelayan budidaya di
desa Sepatin, Muara desa Sepatin, Muara desa Muara Pantuan
Pantuan, Tani Baru
Pantuan dan Tani dan Tani Baru.
dan Muara Pegah
Baru.
Jumlah
bibit Jumlah
petambak Jumlah unit
mangrove.
terlatih.
terpasang.
Luasan area tambak Kelancaran kredit
ramah lingkungan.
usaha.
Program Save Delta Mahakam ini dilaksanakan dengan kerjasama berbagai tim
internal Total EP Indonesia. Berbagai tim ini diperkuat oleh karyawan-karyawan
yang memiliki kompetensi dalam bidangnya masing-masing.
Tim Studi Sosial, terdiri dari satu orang Kepala Tim dan 4 orang anggota tim
yang bekerja untuk melakukan analisa dampak sosial dan identifikasi awal
rencana aksi program yang disesuaikan dengan hasil analisa dampak
tersebut.
Tim Hubungan Pemangku Kepentingan, terdiri dari satu orang Kepala dan
tim lapangan yang melakukan dialog-dialog konstruktif bersama dengan
unsur pemangku kepentingan dari masyarakat dan unsur pemerintahan
untuk mematangkan rencana aksi yang diusulkan oleh Tim Studi Sosial.
Tim Pelaksana Program, terdiri dari satu orang Kepala dan 2 orang anggota
tim yang bekerja untuk melaksanakan program dengan menjalin kerjasama
dengan pihak-pihak lain dan penyiapan pengadaan barang dan jasa yang
diperlukan untuk terlaksananya program ini. Tim ini juga melakukan
monitoring terhadap hasil pelaksanaan program secara periodik.
Kerjasama dan koordinasi yang baik antara berbagai tim ini mendukung
terlaksananya program agar tercapainya tujuan kemanfaatan yang
berkelanjutan bagi masyarakat. Koordinasi dan hubungan kerjasama antar
berbagai tim ini dituangkan dalam dokumen Alur Pelaksanaan Kerja Business Process Flow.
Program penanaman mangrove yang menjadi bagian dari Program Save Delta
Mahakam ini telah dilaksanakan sejak tahun 2000 dengan melibatkan berbagai
pihak terutama masyarakat di desa-desa di Delta Mahakam, seperti Desa Sepatin,
Muara Pantuan, Tani Baru dan Muara Pegah. Program diawali dengan proses
peningkatan penyadaran masyarakat tentang pentingnya mangrove dan kegiatan
unit usaha untuk pembibitan mangrove. Tahapan program secara lengkap meliputi :
Identifikasi lokasi penanaman, terdiri dari lokasi didalam wilayah yang ada
didalam pengelolaan Total EP Indonesia dan wilayah yang masih berada dalam
wilayah pengelolaan masyarakat.
166
PT. TOTAL EP INDONESIA - KSDA
ƒ
ƒ
Pengadaan bibit mangrove dilakukan melalui sistem pengadaan yang berlaku
standard untuk operasional migas di Indonesia dengan memperhatikan tingkat
komponen lokal (local content).
Pembuatan kerjasama administratif dengan pihak-pihak yang akan melakukan
penanaman.
Penyulaman yaitu penanaman kembali untuk bibit yang gagal tumbuh pada
saat monitoring selama 6 bulan setelah penanaman.
Selama kurun waktu hampir 12 tahun jumlah tanaman mangrove yang telah di
tanam sebanyak hampir 12 juta bibit, dan saat ini sebagain besar sudah tumbuh
subur melindungi Delta Mahakam. Pelaksanaan penanaman baik yang
dilaksanakan bersama-sama secara ceremonial dengan melibatkan banyak pihak
termasuk pemerintah setempat dan pimpinan pemerintah setempat yaitu
Gubernur Kalimantan Timur, dan Bupati Kutai Kartanegara, juga penanaman
yang langsung dilakukan oleh masyarakat secara rutin bersama-sama karyawan
PT. Total E & P.
Kegiatan yang terintegrasi dengan penanaman mangrove adalah pertambakan
udang, yang dilakukan sejak tahun 2007 meliputi kegiatan :
a. Identifikasi nelayan budidaya yang menjadi penerima manfaat dengan
mengutamakan nelayan yang berada didekat lokasi operasional migas
khususnya di empat desa yaitu Desa Sepatin, Muara Pantuan, Tani Baru dan
Muara Pegah
b. Pelatihan pertambakan ramah lingkungan di tingkat Kabupaten sampai dengan
tingkat kelompok-kelompok nelayan yang mulai dilakukan sejak tahun 2007
dan dikembangkan lagi pada tahun 2012 sejumlah pelatihan telah dilakukan
pada tahun 2012 melibatkan 740 petani/nelayan dan pada tahun 2013
melibatkan 340 petani tambak.
c. Studi banding pengelolaan perikanan budidaya yang ramah lingkungan ke
Sidoarjo yang merupakan Kelompok budidaya terbaik tingkat nasional.
d. Pembuatan tambak-tambak percontohan dengan bekerjasama dengan pihakpihak yang berperanan penting dalam sistem perikanan di Delta Mahakam,
seperti : Punggawa-punggawa, pemilik usaha pembenihan. Tahun 2013
percontohan tambak dibuat di lahan seluas 14 hektar.
Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan dan pencapaian sasaran dilaksanaan
secara periodik pada masing-masing sub-program dengan berbagai metodologi dan
melibatkan banyak pihak. Untuk program penanaman mangrove dievaluasi
dengan melakukan pengumpulan data lapangan berupa jumlah penanaman bibit,
lokasi dan jenis mangrove yang ditanam. Data-data penanaman dijadikan sebagai
data awal yang kemudian menjadi dasar evaluasi dengan menggunakan survey
udara dan survey satelit yang didukung oleh Pusat Penelitian TOTAL di Perancis
(Biodiversity Study 2011-2013). Hasil evaluasi dipergunakan sebagai acuan dalam
perbaikan program penanaman di tahun 2013 dengan penambahan jumlah
spesies/jenis mangrove yang ditanam. Sampai tahun 2013 menunjukkan
keberhasilan penanaman yang dilakukan sejak tahun 2000, lebih dari 70%
mangrove yang ditanam tumbuh di Delta Mahakam.
Evaluasi tambak ikan dievaluasi ketika telah berakhirnya tahapan aktivitas studi
banding Banding. Evaluasi dilakukan dengan metode Focus Group Discussion di
akhir aktivitas. Hasil evaluasi dipergunakan sebagai acuan dalam kelanjutan
program di tahun 2013 dengan pembuatan tambak-tambak percontohan bagi
kelompok-kelompok nelayan di Delta Mahakam.
PT. TOTAL EP INDONESIA - KSDA
167
Gambar 2. Evaluasi Hasil Studi Banding Tambak Ikan dan Perencanaan
Pelaksanaan
2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran
Upaya penyelamatan kerusakan Delta Mahakam di wilayah kabupaten Kutai
Kartanegara, Kaltim, berangsur-angsur mulai berhasil. Setidaknya, kepedulian
K3S (Kontraktor Kontrak Kerja Sama) Migas, Total EP Indonesia yang menanam
satu juta mangrove per tahun sejak tahun 2000, telah menghijaukan sekitar 24
persen dari 85 persen (91.906) hektar total luas kerusakan Delta Mahakam yang
mencapai 108.125 hektar. Keberhasilan pemananaman ini sudah mulai dirasakan
oleh masyarakat sekitar terutama para nelayan, antara lain:
x Tanaman mangrove yang sudah tumbuh, mengembalikan biota hutan
mangrove seperti udang, kepiting, ikan kembali lagi di Delta Mahakam,
sehingga nelayan lebih mudah mendapatkan ikan
x Delta Mahakam yang selama ini panas dan gersang, sekarang sudah mulai
terlihat hijau dan teduh. Bahkan udara pun dirasakan lebih sejuk.
x Sementara untuk tambak tradisional, petani tambak sudah mulai
merasakan hasil tambak mereka dengan sistem yang diperoleh dari studi
banding di Sidoarjo Jawa Timur, tambak merekapun mulai ditanami
mangrove di beberapa titik untuk mengurangi panas dan membantu
pembiakan beberapa jenis biota laut terutama udang.
Program yang dikembangkan dengan sistem pendekatan para pemangku
kepentingan dirasakan cukup efektif dan berdampak positif bukan hanya bagi
masyarakat namun juga bagi lingkungan. Bahkah program Save Delta Mahakam,
telah mendorong pemerintah setempat dalam hal ini provinsi untuk
mengembangkan areal hutan mangrove yang telah dihijaukan kembali menjadi
Pusat Informasi Mangrove dengan rencana alokasi lahan 16 hektar.
168
PT. TOTAL EP INDONESIA – KSDA
BAB V.
ENERGI TERBARUKAN
169
170
PT. BUKIT ASAM (PESERO), TBK, KABUPATEN MUARA ENIM
SUMATERA SELATAN
Teranglah Desaku : Pemanfaatan Air Untuk Energi Listrik di Desa Pelakat
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) yang menghasilkan listrik 35 kilo
watt merupakan dukungan dari PT. Bukit Asam (BA). Listrik yang dihasilkan telah
membantu menerangi 124 Kepala Keluarga di tiga dusun, Desa Pelakat,
Kecamatan Semende Darat Ulu, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan, sejak
tahun 2011. Pembangunan PLTMH juga telah mengurangi beban penggunaan
bahan bakar minyak tanah yang selama ini digunakan untuk penerangan dari
sebulan Rp 70.000,- per Kepala Keluarga (KK), sekarang hanya membayar iuran
pengelolaan dan pemeliharaan sebesar Rp 12.000,- per bulan. Berarti bahan bakar
minyak yang dihemat adalah sekitar 5 liter per bulan per KK.
Pada malam hari, suasana Desa Pelakat Kecamatan Semende Darat Ulu
Kabupaten Muara Enim sangat sunyi dan senyap. Penerangan berupa lampu
minyak sudah menjadi sahabat sejati masyarakat dalam melaksanakan kegiatan,
seperti pengajian, anak-anak, belajar dan lain-lain.
Desa yang dihuni oleh 124 Kepala Keluarga ini merupakan salah satu desa
penghasil beras dan kopi, namun sayangnya sebelum 2011, penduduk di desa
Pelakat belum memiliki penerangan. Sementara di satu sisi, sumber air di
kawasan ini cukup melimpah.
Melihat potensi ini, mendorong BA yang bergerak di bidang pertambangan dan
berlokasi di Kecamatan Semende Darat Ulu, tergerak untuk mendukung program
pemerintah Kabupaten Muara Enim dalam pembangunan Pembangkit Listrik
Tenaga Mikro Hidro (PLTMH).
Melalui Nota Kesepahaman PT. Bukit Asam dengan Bupati Kabupaten Muara Enim
bulan Desember tahun 2011 dalam kegiatan Musrenbang, didalamnya termasuk
perencanaan pembangunan PLTMH, salah satunya untuk Desa Pelakat.
Kesepatakan ini sejalan dengan visi perusahaan yaitu menjadi perusahaan energi
kelas dunia yang peduli lingkungan. Pembangunan PLTMH tersebut juga
merupakan implementasi nyata rencana strategis CSR Tahun 2011-2015 dalam
program Teranglah Desaku.
Gambar 1. Kondisi Desa Pelekat, Kec. Semende Darat Ulu, Kab. Muara Enim
PT. TOTAL EP INDONESIA - Energi Terbarukan
171
1. Menuju Cahaya Terang dengan Mikro Hidro
Program Teranglah Desaku merupakan program jangka panjang yang
dikembangkan Bukit Asam dengan tujuan :
(1) menurunkan biaya pengeluaran rumah tangga sehingga meningkatan
kesejahteraan masyarakat karena telah mengkonversi penggunaan bahan
bakar minyak tanah ke energi mikro hidro.
(2) meningkatan produktifitas dan kualitas masyarakat untuk berkarya dengan
aktivitas malam hari.
(3) meningkatan pemberdayaan masyarakat melalui pemanfaatan energi listrik
terbarukan sebagai program tindak lanjut pembangunan PLTMH dalam
bidang ekonomi, kualitas pendidikan, kesehatan serta keagamaan.
Dalam pelaksanaan pembangunan PLTMH ini, unit CSR Bukit Asam, bekerja sama
dengan salah satu mitra perusahaan yaitu Al-Azhar Peduli Ummat yang bertugas
sebagai pendamping langsung di lapangan. Pelaksanaan program dititikberatkan
bukan hanya dalam hal pembangunan fisik PLTMH saja, namun mendorong
partisipasi aktif masyarakat agar tumbuh rasa memiliki dan ikut bertanggung
jawab untuk kesuksesan dan kelancaran program. Tim ahli pembangunan PLTMH
yang diminta oleh Bukit Asam, berperan sebagai fasilitator atau pendamping dan
pelaksana inti adalah masyarakat sendiri.
Alur dari perencanaan program yang disusun disajikan pada Gambar 2. berikut:
Gambar 2. Skema Perencanaan Program
Kegiatan pembangunan PLTMH, diawali dengan
proses
sosialisasi
dan
pengorganisasian
masyarakat, dilakukan melalui musyawarah di
Kantor Desa Pelakat yang dihadiri oleh seluruh
masyarakat, aparat desa, serta tokoh masyarakat.
Dalam musyawarah tersebut disepakati berbagai
aturan dan kelompok kerja yang terdiri dari 18 – 20
KK per kelompok.
Gambar 3. Kegiatan Musyawarah
172
PT. TOTAL EP INDONESIA - Energi Terbarukan
Proses berikutnya adalah penyiapan lahan dan pengumpulan material berupa
pasir, batukali, kerikil, dll. PLTMH dibangun di lahan seluas 300 M2 . Kerja gotong
royong dilakukan berdasarkan kesepakatan kelompok kerja yang telah
direncanakan.
Gambar 4. Pembangunan Bak Penenang, Pipa Penstock, Rumah Turbin dan
Generator
Kerja gotong royong dilakukan selain untuk menyediakan material juga untuk
membangun bak penenang yang berukuran 1,8 x 2 x 7 meter. Bak tersebut
berfungsi sebagai penampungan air dan menstabilkan volume air serta penyaring
kotoran sebelum diterjunkan melalui pipa penstock ke mesin turbin. Pipa penstock
memiliki ukuran diameter 20 inchi dengan panjang 184 meter.
Gambar 5. Pemasangan Jaringan Utama, Perumahan, Fasilitas Umum dan
Pelatihan Dasar Listrik serta Prinsip Kerja PLTMH
Pembangunan tersebut dilakukan kurang lebih selama1 bulan, sedangkan untuk
pembangunan rumah turbin yang berukuran 3 x 3 meter dan kelengkapannya
dilakukan kurang lebih selama 1 bulan.
Pemasangan jaringan listrik sepanjang kurang lebih 1 Km yang telah dilakukan
adalah sebagai berikut:
Jumlah Daya saat ini
: 35 KW
Jumlah Rumah
: 124 Unit @ 250 watt
Fasilitas Umum
:
a. SekolahSD
: 450 watt
b. Sekolah SMP
: 450 watt
c. Rumah Ibadah
: 450 watt
d. Kantor Kades
: 450 watt
e. Saung Ilmu
: ± 3.900 watt
f. Rumah Kopi
: ± 3.900 watt
Pengelolaan dan pemeliharaan listrik di Desa Pelakat dilakukan oleh masyarakat
melalui Koperasi Harapan Bersama yang dibentuk berdasarkan musyawarah
mufakat seluruh masyarakat dengan tujuan untuk mengelola dan memelihara
PLTMH. Koperasi yang diketuai oleh Bapak Kurung Ikhlas tersebut dibentuk pada
tanggal 24 Desember 2012 berdasarkan Surat Keputusan Kepala Desa Pelakat.
PT. TOTAL EP INDONESIA - Energi Terbarukan
173
Anggota koperasi adalah seluruh warga masyarakat penerima manfaat PLTMH dan
wajib membayar iuran Rp. 12.000,- per bulan (sebelumnya masyarakat
mengeluarkan ± Rp. 70.000,- per bulan untuk minyak tanah guna penerangan).
Uniknya, bila ada masyarakat yang tidak mempunyai dana tunai maka iuran
tersebut diganti dengan 1 liter kopi hasil panen.
2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran
Keberadaan listrik sangat membantu masyarakat di Desa Pelakat, antara lain
mengkonversi biaya pembelian bahan bakar minyak dari Rp 70.000,- per bulan
menjadi iuran listrik Rp 12.000 per bulan atau mengkonversi energi bahan bakar
minyak tanah hampir 5 liter per bulan per KK. Hal ini mengurangi ketergantungan
terhadap bahan bakar minyak.
PLTMH juga membantu masyarakat dalam mengembangkan pengolahan kopi
masyarakat, karena malam hari masyarakat masih dapat bekerja mengolah kopi.
PLTMH sangat membantu untuk kegiatan pengajian, musyawarah, belajar
komputer, menonton televisi, dan seluruh kegiatan yang selama ini mustahil dan
hanya mimpi untuk dilaksanakan. Saat ini dengan senyum ceria mereka siap
menyongsong masa depan terutama generasi penerus untuk ikut berpartisipasi
dalam membangun Indonesia yang tercinta.
Gambar 6. Suasana Desa Pelakat di Malam Hari Setelah Ada Listrik, Kopi Bukit
Asam yang Diproduksi Masyarakat
Menurut Kepala Desa Pelakat, keberadaan PLTMH juga menjadi pendorong untuk
pengembangan desa seperti yang diungkapkan berikut:
“Setelah listrik ini terbangun, saya akan bangun desa ini
dengan membuat koperasi sebagai wadah pemeliharaan
pembangkit listrik dan meningkatkan kualitas kopi dengan
membangun industri kopi rumahan yang bersumber dari
energi listrik yang tersedia ”.
Gambar 7. Kepala Desa Pelakat
Pembelajaran yang didapat dari Program Teranglah Desaku antara lain:
a. Kerjasama berbagai pihak dalam mewujudkan satu gagasan sangat penting,
seperti dalam program ini adanya kerjasama dengan Al Azhar, kelompok
masyarakat serta pemerintah desa
174
PT. TOTAL EP INDONESIA - Energi Terbarukan
b. Partisipasi masyarakat adalah kunci keberhasilan program, tanpa adanya
partisipasi masyarakat bukan hanya mempercepat pelaksanaan program
namun juga mendorong keberlanjutan program ke depan.
c. Komitmen dan perencanaan program dari perusahaan yang mendukung
penyediaan listrik di Desa Pelakat turut menunjang keberhasilan program.
d. Adanya koperasi yang mengelola dan memelihara PLTMH merupakan salah
satu kunci yang mendorong keberlanjutan program Teranglah Desaku.
Sebagai tindaklanjut dari program Teranglah Desaku, Bukit Asam telah
mempersiapkan program Saung Ilmu yang akan menjadi pusat pembelajaran dari
pengembangan masyarakat di Desa Pelakat menjadi Desa Gemilang.
PT. TOTAL EP INDONESIA - Energi Terbarukan
175
PT. ENERGY EQUITY EPIC SENGKANG PTY. LTD. KABUPATEN WAJO,
SULAWESI SELATAN
Pemanfaatan Tenaga Surya untuk Listrik di Daerah Terpencil
Anak-anak di Dusun Loae Desa Mamminasae dan Desa Alausalo
Kecamatan Gilireng, Kabupaten Wajo, Provinsi Sulawesi Selatan sudah
mulai bisa membaca dan belajar meski malam hari, setelah adanya
penerangan listrik dari tenaga surya. Meskipun baru 57 rumah tangga
yang dapat diterangi dengan total daya 2,85 Kwp, paling tidak upaya
program CSR dari Energi Equity Epic (EEES) yang dilakukan sejak tahun
2011 ini, menjadi pendorong bagi pemerintah Kabupaten Wajo untuk
mengembangkan hal serupa bagi wilayah terpencil yang belum dapat di
sentuh oleh PT. PLN.
Lokasi EEES melakukan kegiatan operasi eksploitasi gas alam di Desa Poleonro,
Kecamatan Gilireng, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan merupakan lokasi yang
jauh dari jangkauan (terpencil), termasuk desa sekitarnya yaitu Desa Mamminasae
dan Alausalo. Berdasarkan informasi PLN, kedua desa tersebut belum
memungkinkan untuk pemasangan listrik karena sangat terpencil, jarak yang
jauh, dan jumlah rumah tangga sedikit (hanya 29 rumah dan 34 rumah). Kondisi
ini menjadi tantangan bagi pemangku kepentingan untuk menyediakan listrik bagi
desa-desa tersebut, termasuk EEES.
Kedua desa tersebut dan juga desa lain di Kecamatan Gilireng merupakan desa
terpencil dengan rumah-rumah penduduk yang lokasinya saling berjauhan. Mata
pencaharian penduduk umumnya adalah petani dan peladang dengan pendapatan
yang tidak seberapa. Sementara anak-anak usia sekolah umumnya di malam hari
tidak ada kegiatan, kegiatan belajar terbatas pada siang hari.
Mempertimbangkan kondisi tersebut, EEES mengembangkan program CSR yang
sejalan dengan visi perusahaan, yaitu tercapainya kemandirian dan kesejahteraan
masyarakat dalam kerangka pembangunan berkelanjutan. Misi perusahaan yaitu
mengusahakan sektor hulu minyak dan gas dengan efisien, sehat dan berwawasan
lingkungan, serta memberikan nilai tambah bagi pembangunan daerah, dengan
mengedepankan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat. Mengacu pada visi
dan misi perusahaan dan juga sejalan dengan program BP MIGAS saat itu (kini
SKK Migas) yaitu “Green & Bright”, salah satunya dalam bentuk program
penyediaan penerangan bagi desa-desa terdekat perusahaan.
1. Pemanfaatan Energi Surya untuk Penerangan
Selain mendapatkan informasi dari PLN tentang ketidakterjangkauan penyediaan
listrik bagi desa-desa di sekitar PT. EEES, perusahaan juga menerima proposal
masyarakat dimana salah satunya adalah dari Dusun Loae, Desa Mamminasae
Kecamatan Gilireng untuk bantuan penerangan listrik.
176
PT. ENERGY EQUITY EPIC SENGKANG – Energi Terbarukan
Gambar 1. Kondisi Desa Mamminasae dan Desa Alausalo
Langkah awal yang dilakukan perusahaaan adalah
melakukan studi awal
bantuan penerangan listrik yang akan diberikan kepada masyarakat setempat
dengan bentuk pengadaan genset berbahan bakar minyak, namun terdapat
kendala dari beberapa hal menjadi pertimbangan yaitu:
(1) Biaya akan lebih mahal baik penggunaan bahan bakar, biaya operasional,
biaya pemasangan, biaya pemeliharaan dll.
(2) Emisi genset kurang ramah lingkungan karena menimbulkan gas rumah
kaca.
(3) Kondisi jarak antar rumah yang cukup berjauhan, sehingga sulit
menetapkan lokasi dan distribusi.
(4) SDM untuk melakukan pemeliharaan dan organisasi manajemen
operasional tidak tersedia mengingat masyarakat setempat memiliki latar
belakang pendidikan yang minim dan mata pencahariannya adalah
pembajak sawah/kebun.
(5) Kondisi ekonomi masyarakat yang kurang mampu, jika kemudian harus
menanggung biaya-biaya pengadaan listrik.
Berdasarkan pertimbangan di atas, EEES memilih alternatif pengadaan listrik
dengan menggunakan sel surya atau pembangkit listrik tenaga surya. Listrik
tenaga surya lebih fleksibel untuk dipasang di lokasi yang berjauhan dan tentunya
lebih ramah lingkungan. Berikut Tabel 1. adalah perbandingan antara pengadaan
listrik dengan sel surya dan genset BBM hasil dari kajian yang dilakukan.
Tabel 1. Perbandingan Pengadaan Listrik dengan Tenaga Surya dan Genset BBM
Sel Surya
Menggunakan bahan bakar
terbarukan (tenaga surya)
Genset BBM
sumber Menggunakan solar, untuk minimal 6
liter per hari (pemakaian 12 jam/hari).
Diperlukan minimal 4 genset untuk
men-supply listrik untuk jumlah unit
yang telah terpasang.
Paket yang dipasang menggunakan Umumnya menggunakan lampu pijar :
lampu LED dengan daya tahan 50.000 – 500 – 1.000 jam = 0,11 – 0,22 thn,
lampu neon : 5.000 – 10.000 jam = 1-2
100.000 jam (10 – 20 thn)
thn.
PT. ENERGY EQUITY EPIC SENGKANG – Energi Terbarukan
177
Untuk pemeliharan cukup mudah,
hanya dengan sering membersihkan
panel surya, tanpa biaya dan limbah
yang timbul.
Untuk
pemeliharaan
dibutuhkan
penggantian oli mesin 2 ltr/bln, filter oli
1x/bln, filter solar 1x/bln, saringan
udara 1x/6bln.
Tidak ada emisi gas ke udara saat Menimbulkan emisi gas buang berupa
operasi
CO, SO2, NO2, NOx dll
Lebih ramah lingkungan
Kurang ramah lingkungan
Lebih mudah dibangun dalam skala Memerlukan
infrastruktur
jaringan
kecil misalnya untuk skala rumah kabel dan fasilitas pendukung lainnya
tangga/ penduduk pelosok
Tidak memerlukan tenaga operator Diperlukan tenaga operator yang harus
khusus yang harus bersiaga setiap bersiaga setiap saat untuk mengontrol
waktu
dan mengoperasikan pembangkit
Tidak
ada
biaya
rutin
kecuali Biaya rutin cukup besar
penggantian bola lampu sekitar 10-20
tahun.
Selanjutnya pemerintah desa menyiapkan proposal dilengkapi data-data warga
dan jumlah rumah yang akan mendapatkan listrik. Pihak perusahaan memproses
pengadaan dan pemasangan listrik tenaga surya sebanyak 29 unit (sesuai data
dari pemerintah desa) untuk dipasang di rumah-rumah yang membutuhkan.
Pemasangan listrik tenaga surya di rumah-rumah ini diikuti dengan kegiatan
sosialisasi cara perawatan dan pemeliharaan sel surya sehingga dapat
dimanfaatkan secara optimal. Program ini sukses diterima masyarakat Dusun
Loae pada tahun 2011 dan kemudian direplikasi di Desa Alausalo pada 2012.
Listrik yang berasal dari energi terbarukan ini dinilai baik oleh warga maupun
pemerintah setempat. Sebagai bentuk apresiasi dari Pemerintah Kabupaten Wajo,
Wakil Bupati berkesempatan meninjau lokasi pemasangan sel surya didampingi
perwakilan dari BP MIGAS pada tanggal 22 Februari 2012.
Penggunaan listrik tenaga surya ini pada umumnya adalah untuk keperluan
penerangan dalam rumah dan menghidupkan peralatan listrik lain berdaya kecil.
Kini dusun-dusun di Gilireng tidak lagi kelam di waktu malam dan anak-anak usia
sekolah tetap bisa belajar dengan lampu LED yang terpasang di rumahnya. Hingga
Desember 2012, telah terdapat 57 rumah tangga yang memiliki penerangan.
Alokasi dana yang dikeluarkan perusahaan untuk penerangan ini memang tidak
banyak, secara rinci disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Rincian Dana Pengadaan Listrik Tenaga Surya di Dua Desa
Tahun
2011
Jumlah
Pengadaan
25 unit
Rp. 197.200.000,-
2012
32 unit
Rp. 229.600.000,-
178
Dana
Lokasi
Dusun Lowae Desa Mamminasae
Kec. Gilireng
Desa Alausalo Kec. Gilireng
PT. ENERGY EQUITY EPIC SENGKANG – Energi Terbarukan
Gambar 2. Panel Energi Listrik Tenaga Surya
2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran
Program listrik tenaga surya di Desa Dusun Loae dan Dusun Alausalo di
Kecamatan Gilireng kini sudah dapat menikmati listrik dengan daya masingmasing 1,25 kWp yang dihasilkan dari 25 unit tenaga surya untuk 25 rumah
tangga, di Dusun Loae, Dea Mamminasae. Di Desa Alausalo sebanyak 32 unit
dengan daya 1,60 kWp untuk 32 rumah tangga. Masyarakat mendapatkan
manfaat berupa;
(1) Peningkatan kualitas sosial masyarakat, warga dapat melakukan aktivitas
(2)
(3)
(4)
(5)
di malam hari seperti makan malam bersama dan aktivitas sosial dengan
tetangga, acara-acara sosial lainnya yang dulunya hanya dapat
menggunakan
penerangan terbatas dengan lampu minyak, kini
diselenggarakan lebih baik dengan lampu listrik.
Menunjang peningkatan pendidikan. Penerangan yang baik di malam hari
dapat menunjang anak-anak untuk belajar dan mengerjakan tugas sekolah
dengan lebih panjang dan lebih baik.
Menunjang kebutuhan telekomunikasi. Listrik tenaga surya dapat dipakai
untuk mengisi daya telepon seluler sehingga warga dapat menikmati
komunikasi nirkabel dengan baik. Akses komunikasi juga dapat membantu
warga mengakses informasi harga komoditas ataupun melakukan urusan
bisnis dengan pihak luar.
Menunjang efisiensi energi dan waktu. Dengan tersedianya akses
komunikasi maka urusan-urusan warga dapat dilakukan lebih mudah
dengan telepon seluler, tidak harus menempuh jarak yang jauh dengan
transportasi yang sangat terbatas.
Menunjang peningkatan ekonomi. Dengan penerangan yang cukup warga
dapat melakukan kegiatan ekonomi di malam hari seperti mengurus ternak,
mengolah hasil pertanian, kerajinan rumah tangga dan sebagainya.
Berikut apa yang dirasakan oleh masyarakat dengan adanya penerangan listrik
dengan tenaga surya.
x
“Kami sudah tidak perlu lagi minyak tanah yang sudah semakin langka –
tinggal tekan tombol saja lampu di rumah sudah menyala, lampu tenaga
surya dari Energy Equity sangat membantu kami”. (Abdullah – Warga
Dusun Lowae)
PT. ENERGY EQUITY EPIC SENGKANG – Energi Terbarukan
179
x
x
x
x
“Kami tidak lagi memakai lampu minyak tanah, Senang rasanya melihat
anak-anak sudah bisa belajar dengan nyaman di malam hari”.(Bungawati Warga Ds Mamminasae)
“Listrik solar cell ini adalah anugerah bagi kami, bayangkan berapa banyak
uang yang harus kami bayar untuk pemasangan listrik PLN, sekarang kami
bisa mendapatkan penerangan gratis tanpa biaya bulanan.”(Anwar – Warga
Dusul Lowae)
“Alhamdulillah, kami sudah tidak perlu ke kampung hanya untuk mengisi
ulang batterai handphone, sekarang komunikasi lebih nyaman dan lancer”.
(Hamzah – Warga Mamminasae)
“Sejak jaman nenek moyang, kami belum pernah menikmati fasilitas
listrik, saya sepertinya tidak percaya kalau warga bisa menikmati
penerangan listrik di dusun Lowae ini.” (Ir. Mattuppuang – Kades
Mamminasae)
Pembelajaran yang didapatkan dari program yang dikembangkan adalah dalam
mengembangkan program CSR penting sekali untuk memperhatikan kebutuhan
masyarakat, memperhatikan keterjangkauan dan tentunya untuk menentukan
program yang tepat dan bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan dengan
melakukan kajian awal.
Pelatihan untuk perawatan dan juga penyampaian informasi menjadi salah satu
kegiatan yang penting agar membiasakan masyarakat merawat dan melakukan
perbaikan untuk panel surya yang diberikan.
180
PT. ENERGY EQUITY EPIC SENGKANG – Energi Terbarukan
PT. TIDAR KERINCI AGUNG, KABUPATEN SOLOK SELATAN,
SUMATERA BARAT
Tenaga Air Menerangi Nagari Talao
Saluran air yang berasal dari Sungai Jujuhan sepanjang kurang lebih 4 km dan
lebar sekitar 1 meter serta kedalaman 1-1,5 m di Jorong Talao yang dibuat Tidar
Kerinci Agung pada tahun 1989, mulai dimanfaatkan sebagai Pembangkit Listrik
Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) pada tahun 2009. Dengan dukungan dari Tidar
Kerinci Agung (TKA) berupa peralatan dan masyarakat dalam bentuk tenaga dan
sebagian dana maka PLTHM pertama telah menghasilkan daya sebesar 50 kilo
watt yang mampu menerangi 110 unit rumah, dengan jadwal beroperasi dari jam
15.00 sore hingga jam 07.00 pagi hari berikutnya. PLTMH kedua yang dibangun
pada tahun 2011, dapat menerangi 70 rumah di Sei Keruh dengan kapasitas 40
kilo watt. Program pemanfaatan tenaga air untuk listrik ini juga telah mendorong
masyarakat untuk berkontribusi.
Pemanfaatan sumberdaya air yang baik dapat bermanfaat bukan hanya sebagai
sumber air sehari-hari, namun juga sumber penerangan. TKA, sebagai salah satu
perusahaan yang bergerak dalam bidang perkebunan kelapa sawit, menyadari
pentingnya sumberdaya air bagi keberlanjutan kehidupan baik bagi perusahaan
maupun masyarakat sekitar. Perusahaan yang berlokasi di Kecamatan Sangir
Balai Janggo, Kabupaten Solok Selatan, Provinsi Sumatera Barat, dengan luas
HGU 28.029 hektar, merupakan areal HGU yang dilalui 4 sungai besar, yakni
Jujuhan, Asam, Suir dan Kemarau serta 5 sungai kecil yang bermuara ke empat
sungai besar tersebut yakni, Mangun, Sako Kiri, Sako Kanan, Kemarau Hitam dan
Kemarau Putih. Hulu sungai-sungai tersebut berasal dari Taman Nasional Kerinci
Seblat (TNKS) dan Kawasan Hutan Konservasi Prof. Sumitro Djojohadikusumo
(HKSD).
Gambar 1. Areal PT. TKA dilembah jajaran Bukit Barisan (kiri) & Gn.Kerinci
(kanan)
Salah satu desa yang dekat areal TKA adalah Nagari Talao. Nagari ini terletak
sebelah Barat areal perusahaan dengan jarak 3 km dari pusat kebun TKA, Sei
Talang, yang dilalui oleh salah satu sungai yang berhulu di Kawasan HKSD TKA,
yakni Sungai Jujuhan dengan 2 cabang anak sungai kecil, yakni Sungai Sako Kiri
dan Sako Kanan. Nagari Talao Sei Kunyit, terdiri atas beberapa Jorong (setingkat
dusun), yakni Jorong Sei Talang, Sungai Keruh, Talao, dan Sungai Jerinjing.
Jumlah penduduk Nagari ini sebanyak 5.013 jiwa dengan 1.166 KK (Data Nagari
per Juni 2013) yang selengkapnya ditampilkan pada Tabel 1.
PT. TIDAR KERINCI AGUNG – Energi Terbarukan
181
Tabel 1. Data Jumlah Penduduk Nagari Talao tahun 2013
No.
Jorong
Jumlah (jiwa)
1.
Sei Talang
1.553
2.
Talao
557
3.
Sungai Keruh
1.349
4.
Sungai Jerinjing
1.554
Total Nagari Talao Sei Kunyit
5.013
Sumber : Wali Nagari Talao Sei Kunyit
KK
333
142
197
494
1.166
Penduduk yang tergolong usia kerja dalam warga Jorong Sei Talang 90%
merupakan staf/karyawan/pekerja yang bekerja di TKA, sisanya wiraswasta yang
berusaha di Pasar Sei Talang (Los yang dibangun perusahaan). Sedangkan
penduduk 3 jorong lainnya 90% bekerja sebagai petani di kebun sendiri, kebun
plasma kelapa sawit serta pada kebun karet dan kulit manis. Sepuluh persen
(10%) merupakan masyarakat yang berusaha di bidang wiraswasta seperti warung
barang kebutuhan sehari-hari, bengkel, tukang kayu dan batu, sopir, dan lainlain.
Tahun 2009, masyarakat di Nagari Talao Sei Kunyit, masih belum banyak memiliki
penerangan listrik, sekitar 95% rumah penduduk tidak memiliki prasarana
penerangan listrik. Nagari Talao memang termasuk salah satu desa terpencil
menurut kriteria pemerintah, penerangan listrik menjadi salah satu hal yang
penting, selama ini baru warga yang mampu membeli genset untuk penerangan.
TKA sendiri pada awalnya memberikan bantuan genset dan solar sebanyak 400
liter per bulan. Baru pada pertengahan 2009, tercetus gagasan untuk membangun
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) karena adanya sumberdaya alam
berupa air yang berlimpah semenjak perusahaan membuat saluran air non
permanen sepanjang ± 4 km pada tahun 1989 yang pada awalnya berfungsi untuk
mengairi sawah penduduk.
2. Sumberdaya Air Sebagai Sumber Energi Listrik
Pada tahun 1989 TKA membuatkan untuk masyarakat saluran air non permanen
dengan cara membendung air Sungai Jujuhan dan membelokkannya sebagian ke
arah pintu masuk saluran. Panjang saluran menuju pemukiman warga di Jorong
Talao ± 4 km dengan lebar saluran 0,8 m - 1 m dengan kedalaman 1 m-1,5 m.
Pada awalnya tujuan dari pembuatan saluran air ini adalah untuk membantu
masyarakat agar dapat bertanam padi sawah dua kali musim tanam per tahun,
dengan bera (istirahat tanam padi) selama 4 bulan yang dimanfaatkan untuk
bertanam palawija. Masyarakat juga memanfaatkan sumber air yang dialirkan
tersebut untuk kebutuhan mandi dan mencuci.
Gambar 2. Pintu masuk air (kiri) dan saluran air menuju desa (kanan)
182
PT. TIDAR KERINCI AGUNG – Energi Terbarukan
Menurut data Stasiun Meteorologi, curah hujan yang turun selama enam tahun
terakhir, periode 2007-2012 menunjukan rata-rata 3.922 mm/tahun atau 327
mm/bulan, dengan rata-rata jumlah hari hujan 151 hari hujan/tahun atau ratarata 13 hari hujan per bulan. Tabel 2, menyajikan data curah hujan di lokasi
sekitar TKA, berdasarkan hasil pengamatan di lima titik lokasi pengamatan
dengan menggunakan alat pengamatan curah hujan (Ombrometer) dipasang di
lokasi HGU. Khusus pada 1 lokasi dilengkapi dengan alat pengamatan Suhu
Udara, Kelembaban Udara, Lama Penyinaran, dan Evaporasi. Tabel 2
menunjukkan curah hujan di kawasan TKA yang berpotensi landasan untuk
membangun pembangkit listrik tenaga air.
Tabel 2. Curah Hujan Kawasan PT. TKA tahun 2007-2012
Deskripsi
Curah Hujan (mm)
Hari Hujan
2007
4.357
194
2008
3.551
163
Tahun
2009
2010
3.385
3.977
139
166
2011
4.341
127
2012
3.922
119
Rerata
3.922
151
Gambar 3. Kondisi air Sungai Jujuhan Pada Saat Musim Hujan November 2012
Dengan mempertimbangkan faktor ketersediaan air, kebutuhan masyarakat akan
listrik, biaya yang harus dikeluarkan maka disepakati untuk membuat pembangkit
listrik tenaga mikro hidro dengan tahapan persiapan sebagai berikut:
Diskusi dengan masyarakat, dilakukan untuk menyusun kesepakatan terkait
persiapan pembangunan termasuk didalamnya adalah biaya, serta pemeliharaan
ke selanjutnya. Akhirnya disepakati bahwa perusahaan akan memberikan modal
alat mikrohidro, sementara masyarakat menyumbang tenaga. Pembangungan
PLTMH 1 yang direncanakan tahap awal untuk menerangi perumahan masyarakat
di Jorong Talao yang berjumlah 142 KK. Proses pembangunan yang membutuhkan
waktu hampir satu tahun awal tahun 2010 PLTMH 1 mulai berfungsi.
Pembangunan tersebut menghabiskan dana sebesar 250 juta rupiah dimana 200
juta rupiah berasal dari perusahaan dan 50 juta rupiah dari dana nagari dan
masyarakat.
PLTMH 1 memiliki output 50 kilowatt yang mampu menerangi 110 unit rumah
yang beroperasi dari jam 15.00 sore hingga jam 07.00 pagi keesokan harinya.
Pemadaman dari jam 07.00 pagi hingga jam 15.00 bertujuan untuk memberi
waktu istirahat kepada dinamo dan turbin agar tidak terlalu panas (over heating).
Peran perusahaan selain dari membangun unit juga membantu pemasangan
jaringan induk dan jaringan menuju rumah-rumah penduduk yang dikomandoi
teknisi listrik perusahaan beserta warga masyarakat. Untuk tiang beton Nagari
PT. TIDAR KERINCI AGUNG – Energi Terbarukan
183
dibantu sebanyak 40 batang oleh perusahaan tetangga lainnya yakni PT. KSI
(Willmar Group). Setelah unit berfungsi, pengelolaan sepenuhnya diserahkan
kepada masyarakat, perusahaan hanya bersifat memantau dan membantu
masalah teknis jika terjadi kerusakan.
Untuk dana operasional pengelola listrik selanjutnya, Nagari memungut iuran
berkisar Rp. 50.000–100.000/bulan/unit rumah, tergantung perkiraan besar
pemakaian. Perkiraan dilakukan dengan cara menghitung jumlah titik lampu dan
jenis alat elektronik yang dipakai, misal seperti televisi dan kulkas, mengingat
meteran listrik yang belum ada.
Iuran
a.
b.
c.
yang dipungut atas kesepakatan bersama internal Nagari digunakan untuk :
Biaya pemeliharaan ringan saluran air
Biaya pemeliharaan jaringan cabang menuju rumah jika ada kerusakan
Biaya operator PLTMH 2 orang, Bendahara, Administrasi & Kepala Teknisi
yang semuanya merupakan warga masyarakat setempat.
d. Pembelian meteran listrik secara bertahap
Gambar 4. Saluran permanen menuju bak penampung (kiri) dan bak
penampung (kanan)
Setelah PLTMH 1 beroperasi hampir 1,5 tahun, pertengahan tahun 2011, PLTMH
ini ditinjau oleh tim pemerintah terutama dari Kantor Dinas ESDM Kabupaten
Solok Selatan. Dari tinjauan tersebut, tim ahli dari Dinas ESDM menilai bahwa
debit air yang ada masih memadai untuk dibuat satu saluran lagi sebagai
penggerak turbin yang akan memutar dinamo penghasil energi listrik.
Atas analisis lapangan tim dari Dinas ESDM serta adanya dana PNPM untuk
Nagari Talao sebesar Rp. 300 juta, akhir tahun 2011 dimulai pembangunan
PLTMH 2 dengan membuat saluran output ke-2 disamping output pertama.
Ditambah bantuan TKA senilai Rp. 200 juta rupiah, proyek yang bernilai total Rp.
500 juta rupiah dapat selesai dalam waktu 6 bulan sehingga diawal tahun 2012
PLTMH 2 ini telah beroperasi dengan output energi sebesar 40 kilowatt yang
menerangi 70 rumah di Jorong Sei Keruh.
184
PT. TIDAR KERINCI AGUNG – Energi Terbarukan
Gambar 5. Saluran Output 1 (kanan) Output 2 (kiri) diameter 18 inch
Gambar 6. Turbin & Dinamo PLTMH 1 (kiri) PLTMH 2 (kanan)
Turbin dan dinamo PLTMH 2 ini merupakan tipe yang lebih bagus dari yang
pertama. Unit ini dilengkapi radiator cooler, sehingga unit bisa beroperasi selama
24 jam nonstop, sehingga kegiatan usaha di Jorong Sungai Keruh dapat
berlangsung disiang hari. Disini terdapat usaha bengkel, perabot, warung-warung
yang memiliki lemari pendingin dan alat-alat listrik lainnya. Selain itu seluruh
rumah pelanggan sudah dipasangi meteran listrik.
Gambar 7. Rumah Warga Permanen & Non Permanen yang telah dialiri listrik
dengan meteran
PT. TIDAR KERINCI AGUNG – Energi Terbarukan
185
2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran
Adanya listrik dengan tenaga mikrohidro memberikan banyak manfaat bagi
masyarakat, antara lain anak-anak sekolah sudah dapat belajar di malam hari dan
sudah dapat menonton tayangan televisi sebagai sumber berita, hiburan,
pendidikan dan lain sebagainya.
Program yang dilaksanakan yang pada awalnya lebih untuk mendukung pertanian
masyarakat melalui penyediaan sumberdaya air yang berkecukupan bagi
masyarakat dengan menjaga kawasan hulu sungai, ternyata menjadi sebuah
program yang saling terkait. Keberhasilan perusahaan mengembangkan program
berdasarkan kebutuhan masyarakat dan kebutuhan menjaga lingkungan menjadi
bagian pembelajaran yang penting bagi pengembangan program CSR lingkungan.
Keterlibatan masyarakat dan pemerintahan desa atau nagari dalam perencanaan
dan pelaksanaan program menjadi bagian penting untuk mendorong keberlanjutan
program yang ditunjukan dari kontribusi masyarakat pada saat pembangunan,
dan sistem pengelolaan listrik yang dilakukan oleh nagari dengan adanya iuran
bulanan.
186
PT. TIDAR KERINCI AGUNG – Energi Terbarukan
BAB VI.
PERUBAHAN IKLIM
187
188
PT. HOLCIM INDONESIA PABRIK CILACAP, JAWA TENGAH
Menikmati Udara Bersih Hutan Kota Cilacap
Hutan Kota yang dibangun PT. Holcim Indonesia di Cilacap seluas 46 hektar telah
memberikan kontribusi positif sebagai salah satu fungsi hutan yaitu menyerap
karbon dioksida (CO2) di udara. Berdasarkan perhitungan, pada tahun 2013 dengan
jumlah pohon sebanyak 39.932 pohon, diprakirakan dapat menyerap 66.267 ton
CO2, jumlah ini naik 30 % dari tahun 2012 yang hanya menyerap 50,521 ton CO2.
Upaya ini merupakan bagian dari mengatasi perubahan iklim yang dilakukan oleh
perusahaan, sekaligus mendukung program pemerintah Indonesia.
1. Satu Karyawan Satu Pohon
Angin berhembus pelan menyusuri area yang tampak asri dan teduh, ribuan
dedaunan bergoyang mengikuti irama hembusan angin, udara begitu terasa sejuk,
sejauh mata memandang terlihat hamparan hijau berbagai pohon yang tumbuh
subur, seakan mereka menyapa selamat datang di Hutan Kota yang terawat dan
bermanfaat. Pemandangan ini akan dirasakan oleh siapa saja saat mereka memasuki
pabrik Holcim Indonesia Cilacap.
Keteduhan dan asrinya lingkungan pabrik Holcim Indonesia bukan datang secara
tiba- tiba. Perjalanan untuk mencapai ini ditempuh dengan penuh kesungguhan dan
komitmen yang tinggi dari semua pihak yakni manajemen, karyawan, kontraktor dan
para stakeholders lain. Budaya cinta lingkungan terus ditanamkan dan dipupuk agar
semakin tumbuh dan berkembang yang pada akhirnya semua akan menikmatinya
sebagai sebuah perilaku yang membudaya. Lingkungan adalah sahabat semua dan
Hutan Kota Holcim Indonesia bagian dari kita untuk di jaga kelestariannya.
Awal inisiasi adanya Hutan Kota dimulai sejak pabrik Holcim Indonesia dalam tahap
pembangunan pada tahun 1996-1999. Saat itu, manajemen bersama seluruh
karyawan bahu-membahu merealisasikan sebuah impian hijau, menjadikan sebagian
lahan yang tidak dipakai untuk proyek pabrik menjadi lahan terbuka hijau yang
nantinya akan memberikan manfaat bagi alam dan lingkungannya. Berangkat dari
impian hijau, tercetuslah ide kreatif, sebuah gerakan menanam pohon “Satu
Karyawan Tanam Satu Pohon“ gerakan ini telah memberi magnet yang kuat, dengan
kesadaran yang tinggi, semua karyawan terlibat aktif untuk membawa dan menanam
pohon di area yang sudah disediakan. Satu hal yang mengagumkan, begitu kuatnya
semangat menanam mendorong karyawan melakukan tanam pohon lebih dari yang
diharuskan, mereka menanam lebih dari satu pohon.
Waktu terus berjalan, bibit pohon yang ditanam terus berkembang dan tumbuh
alami, asupan pupuk dan siraman air membesarkan mereka dengan sempurna.
Rimbun dedaunan terus menutupi setiap jengkal tanah dimana mereka tumbuh,
tumbuh dan terus tumbuh menjadi besar. Dari sinilah cikal bakal Hutan Kota Holcim
Indonesia.
“Terimakasih atas peran serta PT.Holcim Indonesia Pabrik Cilacap dalam
mendukung penyediaan hutan kota jenis privat, sebagai bagian ruang terbuka
hijau kawasan perkotaan yang merupakan salah satu tanggung jawab perusahaan
dalam rangka mempertahankan kinerja pengelolaan lingkungan hidup serta
meningkatkan kualitas lingkungan kota Cilacap yang sehat, bersih hijau dan
teduh”, ( Adjar Mugiono, Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Cilacap)
HOLCIM - Hutan Kota Cilacap - PI
189
Ungkapan Kepala BLH tidaklah berlebihan, namun penuh makna yang sangat dalam.
Pemeliharaan untuk kelestariannya adalah amanat yang harus dipenuhi, dan
memastikan Hutan Kota ini tetap lestari serta memberikan makna bagi perbaikan
lingkungan adalah tanggungjawab yang harus diemban oleh Holcim Indonesia. Untuk
lebih fokus dalam mengemban tanggungjawab ini, Hutan Kota menjadi bagian dari
tanggung jawab Departemen Technical, Environment & Quality Management System
Section, dengan dukungan karyawan yang sesuai keahliannya, berbagai perubahan
kearah yang lebih baik telah menunjukan hasil yang menggembirakan.
Bentuk tanggungjawab untuk menjaga kelestariannya terus diupayakan seiring
dengan pentingnya arti sebuah hutan bagi kehidupan. Salah satu upaya yang terus
dibina adalah menjadikan Hutan Kota ini sebagai Hutan Kota yang ideal dengan
memenuhi berbagai parameter. Holcim bekerjasama untuk merancang ulang (re
design) Hutan Kota sudah dilakukan, untuk ini Holcim Indonesia bekerjasama
dengan Balai Penelitian Teknologi Agroforestry (BPTA) Kementerian Kehutanan.
Hasil dari kerjasama akan menghasilkan Hutan Kota yang lebih ramah lingkungan dan
memberikan manfaat positif bagi lingkungan sekitarnya seperti adanya arena jogging
track untuk kegiatan olah raga, jalan setapak yang bisa dilalui saat masuk hutan,
adanya informasi terbuka bagi masyarakat tentang aneka tumbuhan yang ada. Lebih
dari itu, Hutan Kota ini dirancang memiliki keanekaragaman hayati dengan menanam
berbagai jenis pohon langka.
Upaya lain untuk terus memperbaiki Hutan Kota adalah dengan memperkaya hutan
dengan berbagai jenis tumbuhan. Saat ini ada 53 jenis pohon dan akan terus
ditambah dengan berbagai jenis. Dari tahun ke tahun jumlah pohon terus mengalami
penambahan.
Tabel 1. Jumlah Pohon yang Ada di Hutan Kota Holcim dan Kemampuan Serapan
Karbon Dioksida
Tahun
Jumlah Pohon
Penyerapan CO2 /Tahun
2010
24.256
11.494
2011
27.586
39.462
2012
39.812
50.521
2013
56.164
66.046
Luas Hutan Kota mencapai 46 hektar atau 39% dari total luas area pabrik yang
mencapai 118,5 hektar, hutan ini telah memberikan kontribusi positif sebagai salah
satu fungsi hutan yaitu menyerap CO2 di udara. Berdasarkan perhitungan, pada
tahun 2013 dengan jumlah pohon sebanyak 39.932, Hutan Kota Holcim Indonesia
telah menyerap 66.267 ton CO2, jumlah ini naik 30 % dari tahun 2012 yang hanya
menyerap 50.521 ton CO2.
Jumlah CO2 yang diserap adalah berdasarkan perhitungan jumlah pohon yang ada
dan perkalian dari daya serap masing-masing pohon berdasarkan tabel yang telah
teruji. Sebagai contoh Pohon Trembesi (Samanea saman) memiliki daya serap CO2
sebesar 28.448 kg CO2/pohon/tahun, Beringin (Ficus benyamina) 536 kg
CO2/pohon/tahun dan Mahoni (Swettiana mahagoni), 296 kg CO2/pohon/tahun.
190
HOLCIM - Hutan Kota Cilacap - PI
Gambar 1. Grafik Jumlah Pohon dan Penyerapan CO2/tahun di Hutan Kota Holcim
Belum cukup untuk mengatakan Hutan Kota ini termasuk kategori terbaik meskipun
sudah meraih penghargaan Hutan Kota Terbaik Tingkat Jawa Tengah tahun 2011,
Juara III Tingkat Nasional tahun 2012 serta Juara 1 One Billion Indonesian Trees
(OBIT) Tingkat Provinsi Jawa Tengah dan mewakili Jawa Tengah untuk OBIT Tingkat
Nasional 2013.
Selain fungsi pendidikan, keberadaan Hutan Kota telah memberikan manfaat lain
yakni mendukung terciptanya lingkungan yang sesuai untuk pengembangan program
keanekaragaman hayati (Biodiversity) dan konservasi dalam bentuk budidaya lebah
madu. Pada tahun 2013, Holcim Indonesia membudidayakan lebah madu jenis
Malivera, tahap pertama awal tahun ditempatkan 5 sarang dan terus dikembangkan
menjadi 8 sarang.
Jenis lebah madu Malivera ini sangat potensial dan bernilai ekonomis, dalam waktu
4-6 bulan masing masing sarang sudah bisa diambil madunya. Keberadaan dan
populasi lebah terus berkembang dan tidak mengalami penurunan populasi, hal ini
menunjukan bahwa lingkungan disekitarnya sangat mendukung. Hal ini juga
mengindikasikan bahwa lingkungan disekitar operasional pabrik ramah lingkungan
dengan kata lain bahwa Lebah merupakan salah satu indikator hidup (Bioindicator)
yang di gunakan oleh Holcim Indonesia untuk mengukur salah satu kinerja
lingkungan.
Pengembangan atau budidaya Lebah Madu disekitar pabrik telah menjadi contoh
sukses kelola lingkungan, keberadaan Hutan Kota dan banyaknya bunga dari
tanaman buah disekitar pabrik yang menjadi sumber makanan Lebah turut
mendukung berkembangnya populasi Lebah.
Selain Lebah Madu, ada pula Rusa Timor (Cervus timorensis) yang menjadi
bioindicator lainnya yang ada di Holcim Indonesia, mereka berkembang biak secara
alami, hal ini ditandai dengan bertambahnya populasi Rusa Timor menjadi 17 ekor
dimana awalnya hanya 12 ekor. Keberhasilan ini merupakan salah satu indikasi
bahwa area pabrik merupakan area yang ramah lingkungan.
Lebih dari sekedar Hutan Kota, keberadaan Hutan Kota Holcim Indonesia yang
berjarak kurang lebih 5 kilometer dari pusat pemerintahan (Kabupaten) dan berada di
lokasi yang padat pemukiman, tidaklah berlebihan kalau dikatakan Hutan Kota
Holcim Indonesia adalah paru–paru Cilacap, dari pohon di Hutan Kota ini, ribuan ton
oksigen dari sebuah proses alami fotosintesis dilepas ke udara bebas dan memberi
kehidupan bagi ekosistem di sekitarnya, termasuk manusia.
HOLCIM - Hutan Kota Cilacap - PI
191
Keberhasilan pengembangan hutan kota di Cilacap, dikembangkan di wilayah
lainnya, diantaranya melakukan kerjasama proyek pengembangan Hutan Kota antara
Holcim Indonesia dan Kementerian Kehutanan melalui Balai Penelitian Teknologi
Agroforestry (BPTA) di Cigarendeng Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat. Salah
satu bentuk kerjasama yaitu melakukan pengkayaan Hutan Kota dengan 3.000
tanaman langka. Tanaman langka yang sedang dikembangkan diantaranya Meranti
Kalimantan, Meranti Sulawesi dan Meranti Maluku.
Pengayaan ini akan menjadikan Hutan Kota ini sebagai Pusat Penelitian Tanaman
Langka atau Holcim Educational Forest bagi masyarakat luas. Masyarakat bisa
memanfaatkan Hutan Kota ini untuk keperluan penelitian atau observasi, ini bagian
dari CSR Holcim Indonesia dalam membantu dunia pendidikan khususnya mereka
yang berkecimpung dengan dunia tumbuhan (Flora) dan kehutanan. Sebagai contoh,
Meranti Kalimantan adalah pohon yang sangat istimewa dikarenakan pohon ini sudah
sangat sulit di temukan di daerah asalnya, di Kalimantan. Kedepan diharapkan para
pemerhati atau peneliti yang akan belajar tentang Meranti Kalimantan tidak perlu ke
Kalimantan, mereka cukup datang ke Hutan Kota Holcim Indonesia.
192
HOLCIM - Hutan Kota Cilacap - PI
PT. INDONESIA POWER UBP KAMOJANG, KABUPATEN BANDUNG
JAWA BARAT
Kampung Bibit Kamojang, Inisiasi Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim
Sebanyak 35.000 bibit pohon telah ditanam di lahan seluas 10 Ha di lokasi
Gunung Kamojang untuk menjaga fungsi kawasan hutan sebagai penyimpan
cadangan air, pencegah erosi, penjaga keanekaragaman hayati, dan sekaligus
penyerap karbon dioksida. Bagi PT. Indonesia Power UBP Kamojang, Kabupaten
Bandung, Jawa Barat, menanam pohon untuk menghijaukan areal hutan
Kamojang merupakan bagian penting untuk mengatasi masalah perubahan iklim.
Bahkan untuk mendukung kegiatan penghijauan kawasan, perusahaan
mendampingi masyarakat untuk membentuk kelompok tani yaitu Kelompok Tani
Bina Karya Mandiri dengan salah satu kegiatannya adalah pembibitan pohon.
Sampai tahun 2013, kelompok tani ini sudah mengembangkan bibit pohon lokal
seperti Puspa (Schima walicii), Manglid (Magnolia blumei), Kibeureum (Saurauia
cauliflora), Kihejo, Huru (Machilus sp.) dan Kayu Manis (Cinnamomum zaylanicum)
sebanyak 70.000 bibit dan mampu menyerap 16 tenaga kerja dari kelompok tani.
1. Mimpi Bersama Masyarakat atasi Perubahan Iklim
Kehidupan masyarakat di Kampung Kamojang, Jawa Barat mulai kembali bersemi
ketika tunas-tunas hijau bibit pohon yang dikembangkan sudah berubah menjadi
pohon. Upaya warga masyarakat Kampung Kamojang yang didukung program CSR
PT. Indonesia Power UBP Kamojang, sejak tahun 2011 rupanya sudah mulai
memperlihatkan hasil.
Sebagai salah Badan Usaha Milik Negara, perusahaan yang beroperasi di Unit
PLTP Kamojang-Darajat dan Unit PLTP Gunung Salak, mengusahakan energi
panas bumi dengan kapasitas pembangkitan total sebesar 375 MW, produksi
tersebut bila dihitung menghasilkan emisi rata-rata 90 gr-100 gr. CO 2 /KWh
dibandingkan sumber energi lainnya memang cukup kecil. Namun perusahaan
menyadari usaha sumber panas bumi di sekitar hutan menyebabkan
berkurangnya area hijau pada hutan sehingga berpotensi mengurangi kapasitas
penyerapan Gas Rumah Kaca (GRK) di atmosfer. Sebagai langkah mengatasi hal
ini, UBP Kamojang dibawah menfokuskan upaya konservasi kawasan hutan
sebagai kawasan penyerap emisi, salah satu program yang dikembangkan adalah
Kampung Bibit. Inisiasi ini sejalan dengan visi perusahaan yaitu, “menjadi
perusahaan publik dengan kinerja kelas dunia dan bersahabat dengan
lingkungan”.
Kampung Bibit adalah program mengatasi isu perubahan iklim yang terjadi melaui
program pemberdayaan masyarakat yang difokuskan pada usaha penyediaan dan
pengelolaan bibit pohon untuk penghijauan, berlokasi di Desa Laksana,
Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung. Program ditujukan untuk:
(1) Mendukung kegiatan pemerintah dalam mengatasi dampak pemanasan global,
melalui penghijauan di hulu Citarum (Hutan Kamojang).
(2) Mengembalikan fungsi hutan lindung Kamojang, melalui pembibitan dan
penghijauan pohon endemik.
(3) Mendukung kegiatan penghijauan di wilayah lainnya.
(4) Melakukan pendampingan masyarakat sebagai upaya menjaga zona
perlindungan hutan.
INDONESI POWER UBP KAMOJANG - Kampung Bibit - PI
193
(5) Melakukan pemberdayaan masyarakat desa di sekitar hutan berkaitan dengan
peningkatan kesejahteraan dan lingkungan.
Kegiatan yang dimulai dengan penilaian awal oleh tim perusahaan untuk
mengetahui kondisi sosial masyarakat dilanjutkan dengan proses pembentukan
kelompok tani dari ring 1 perusahaan, yang terbentuk pada tanggal 7 Juli 2011
dengan nama Kelompok Tani Bina Karya Mandiri. Kelompok terdiri dari para
petani di Kampung Kamojang, dengan total anggota 66 petani, yang diketuai oleh
Bapak Ade Juhana, secara kelembagaan selain disusun aturan juga disusun para
pengurus yang terdiri dari Ketua, dan koordinator untuk pembibitan, peralatan,
lapangan dan pemasaran.
Kelompok tani memulai pembuatan kebun bibit di lahan seluas 1 Ha dengan jenisjenis endemik antara lan ; Puspa (Schima walicii), Manglid (Magnolia blumei),
Kibeureum (Saurauia cauliflora), Kihejo, Huru (Machilus sp.) dan Kayu Manis
(Cinnamomum zaylanicum). Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya untuk
menghijaukan dan menjaga kawasan sumber air Desa Laksana agar tetap terjaga
sebagai bagian dari upaya adaptasi perubahan iklim di kawasan ini sekaligus
berfungsi untuk melestarikan kekayaan hayati jenis pohon juga menjadi kawasan
penyerap emisi. Penyediaan kebun bibit sarana dan prasarana mendapatkan
bantuan dari perusahaan.
Kemampuan petani dalam membibitkan jenis-jenis endemik pohon yang
digunakan untuk penghijauan tidak terlepas dari proses penguatan kapasitas dan
keahlian yang dilakukan oleh perusahaan, serangkaian pelatihan mulai dari
penyemaian, pemeliharaan sampai penanaman telah dilakukan, seperti pelatihan
penyemaian model mikrodas yang didampingi oleh DPKLTS.
Pada tahap awal tepatnya periode 2012, sebanyak 30.000 benih di semaikan di
lokasi pembibitan dengan beragam jenis. Periode berikutnya tahun 2013 benih
yang dikembangkan menjadi 40.000 bibit dan mulai dilakukan sertifikasi bibit
pohon oleh BPTH.
Kebun bibit yang dikembangkan, digunakan untuk melakukan penghijauan di
areal hulu Sungai Citarum dan sekitarnya tepatnya di Kawasan Gunung Kamojang
yang merupakan kawasan dibawah pengelolaan Balai Konservasi Sumberdaya
Alam (BKSDA) dan Perhutani. Wilayah Hutan Kamojang yang telah dihijaukan
sampai dengan Tahun 2013 adalah seluas 10 Ha dengan target awal yaitu 5 Ha,
dengan total bibit yang ditanam adalah 35,000 bibit pohon. Pada tahun 2012
sebanyak 28.000 bibit dan tahun 2013 hanya 7.000 bibit pohon karena musim
kemarau pada saat penanaman.
Kebun bibit dan penghijuaan bukan hanya sekedar untuk mengatasi dampak
perubahan iklim, namun juga untuk meningkatkan alternatif pendapatan
masyarakat yang berada di lokasi perusahaan. Kebun
bibit telah berhasil
meningkatkan pendapatan kelompok tani,
Gambar 1.,
menunjukkan
perkembangan pendapatan kelompok tani yang terlihat meningkat di tahun 2012
pada bulan sejak program dikembangkan. Penjualan bibit yang dikembangkan di
kebun bibit, merupakan sumber pendapatan karena dijual untuk penghijauan.
Semula bibit memang di jual ke perusahaan PT. Indonesia Power UBP Kamojang,
namun juga permintaan dari pihak lain sudah mulai berdatangan.
194
INDONESI POWER UBP KAMOJANG - Kampung Bibit - PI
Pendapatan Kelompok Selama Tahun 2012
Rp 12.500.000
Rp 8.792.000
Rp 354.000
Rp 564.000
Rp 425.000
April
Mei
Juni
Nopember
Desembet
Gambar 1. Gambaran Pendapatan Kelompok Sejak Kebun Bibit Dimulai
Tahun 2012
Keberhasilan masyarakat dalam mengembangkan pembibitan pohon untuk
penghijauan membawa dampak positif terhadap pendapatan masyarakat. Dari
bibit yang ditanam mereka mendapatkan tambahan pendapatan, tidak heran
kemudian masyarakat mendengungkan kembali slogan lama yang kerap di
sampaikan orang tua mereka dulu yaitu “Leweung hejo, masyarakat ngejo” (Hutan
hijau, masyarakat makan, bila hutan hijau maka masyarakat pasti dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya). Dari program yang dilaksanakan selama 3
tahun, masyarakat merasakan manfaat lainnya, yaitu :
x Peningkatan pengetahuan tentang penanaman pohon dan jenis pohon
endemik di sekitar mereka.
x Peningkatan kesadaran dan munculnya kepedulian masyarakat akan
pentingnya menjaga kelestarian lingkungan sekitar demi kelangsungan
kehidupan anak cucu bangsa.
x Gotong royong diantara masyarakat lebih aktif lagi sejak program
dilaksanakan, sehingga rasa kekeluargaan semakin terjaga.
x Munculnya kelompok tani Bina Tani Mekar Abadi pada tahun 2013 yang
termotivasi dari Kelompok Tani Bina Karya Mandri.
x Terciptanya lapangan kerja bagi masyarakat, dengan pengembangan kebun
bibit sampai dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 16 orang (pengelola
kebun bibit).
Monitoring dan Evaluasi perusahaan dilakukan setiap setahun sekali untuk
menguji kesesuaian antara target & realisasi pengelolaan, ditingkat kelompok
untuk melakukan pengawasan mutu produksi benih serta kelembagaan kelompok.
2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran
Kampung bibit yang dikembangkan dari program CSR PT Indonesia Power UBP
Kamojang, merupakan salah satu contoh dari upaya mitigasi dan adaptasi
perubahan iklim, terutama untuk mempertahankan kondisi kawasan resapan air
sekaligus hulu Sungai Citarum. Kebun Bibit yang dikembangkan masyarakat telah
menjadi sumber bibit bagi penghijauan kawasan Kamojang, sekaligus menjadi
contoh dalam mitigasi antara lain :
x Dengan keberadaan kebun bibit yang dekat dengan lokasi kawasan untuk
penghijauan maka energi yang digunakan untuk pengangkutan bibit dapat
dihemat, sekaligus mengurangi emisi dari proses pengangkutan.
INDONESI POWER UBP KAMOJANG - Kampung Bibit - PI
195
x
x
Penghijauan yang dilakukan merupakan upaya mitigasi perubahan iklim
dengan meningkatkan daya serap karbon oleh pohon yang ditanam.
Keberadaan kebun bibit dan penghijauan menjadi salah satu pendukung
konservasi bagi flora dan fauna endemik yang ada di lokasi Kamojang yang
selama ini mulai berkurang dan hilang karena kegiatan manusia
(pembangunan, pengembangan areal operasi panas bumi PT. Indonesia
Power UBP Kamojang, dll).
Program CSR Kampung Bibit untuk Adaptasi Perubahan Iklim cukup berhasil
dalam pelaksanaannya, karena di dukung oleh beberapa faktor :
(1) Komitmen dari perusahaan, khususnya UBP Kamojang.
(2) Model kegiatan yang dikembangkan dengan melibatkan kelompok tani yang
turut meningkatkan pendapatan kelompok merupakan kunci keberhasilan.
Menggabungkan faktor lingkungan dan ekonomi dalam program biasanya
cukup sulit untuk diterapkan, namun dengan kebun bibit jangka waktu
untuk meningkatkan pendapatan rupanya tidak memerlukan waktu cukup
lama.
(3) Kerjasama dengan pihak lain, seperti Perhutani dan BKSDA untuk lokasi
penanaman merupakan menjadi bentuk kolaborasi untuk menjaga kawasan
hutan sumber air di lokasi kegiatan.
(4) Pembentaukan kelompok dan pelatihan yang dilakukan secara terencana
berhasil mendorong motivasi dan kemandirian kelompok, seperti
diungkapkan oleh Ketua Kelompok Tani Bina Karya Mandiri, Ade Juhana:
“Pada awalnya masyarakat di sekitar Kamojang tidak banyak
memahami tentang pentingnya penanaman pohon endemik guna
pelestarian lingkungan, sejak bekerjasama dengan UBP Kamojang,
kami mendapatkan banyak manfaat terutama dari Kebun Bibit yang
dikembangkan untuk penghijauan hutan bukan hanya membuat
hutan hijau tapi juga ada pendapatan.”
Dokumentasi
Foto 1. Kegiatan Persemaian Bibit Kelompok Tani Bina Karya Mandiri
196
INDONESI POWER UBP KAMOJANG - Kampung Bibit - PI
a. Kegiatan Persemaian Kelompok Tani Bina Karya Mandiri dengan Masyarakat
b. Kegiatan Penanaman Pohon Bersama Masyarakat Sebanyak 7.000 Pohon di
Area Kamojang
INDONESI POWER UBP KAMOJANG - Kampung Bibit - PI
197
PT. JABABEKA TBK, CIKAMPEK, JAWA BARAT
Jababeka Botanic Garden Upaya Adaptasi Perubahan Iklim Perkotaan
Pengembangan Kebun Raya (Botanic Garden) seluas 70 Ha di areal kawasan
industri dengan 5.600 Ha, merupakan salah satu upaya untuk mengatasi
perubahan iklim. Hampir 163 jenis tumbuhan yang ditanam diantaranya adalah
pohon yang diharapkan mampu menyerap karbon dioksida, dengan usia pohon 6
tahun lebih dari jenis-jenis antara lain asam jawa (Tamarindus indica), randu
agung (Bombax malabarica) trembesi (Samanea saman) karet anting (Ficus
elastica), turi (Sesbania Gandiflora) yang ditanam sejak 2007, diprakirakan dengan
total 125.372 pohon mampu menyerap karbon dioksida sebesar 129.404 per
tahun.
1. Program Botanic Garden
PT. Jababeka Tbk. merupakan perusahaan pengembangan kawasan industri
swasta pertama di Indonesia dengan kualitas pelayanan yang terbaik. Berlokasi di
Cikarang-Kabupaten Bekasi, di wilayah timur Kota Jakarta, tepatnya di gerbang
tol keluar Cikarang Barat km.31 ruas jalan tol Jakarta-Cikampek. Kawasan
Industri Jababeka dikembangkan secara bertahap seluas 5.600 Ha. Selanjutnya
akan dibuka gerbang tol km. 27 dan km. 34 sebagai akses langsung menuju
Jababeka.
Dengan Visi : “Menjadi pengembang kota terbaik yang ramah lingkungan dan
terpercaya”, dan Misi : "Terpercaya, profesional dan selalu berjuang melampaui
harapan", pada awalnya PT. Jababeka hanya mengembangkan kawasan
industri,tetapi seiring dengan pesatnya perkembangan industri di kawasan timur
Kota Jakarta, maka PT. Jababeka merasa perlu membangun sarana-sarana
pendukung lingkungan industri, diantaranya adalah : perumahan, sarana olah
raga/entertainment,
area
komersial/bisnis,
tempat
pendidikan,
tempat
rekreasi/hotel, perkantoran, dan pusat niaga yang disediakan untuk memberikan
pelayanan terbaik bagi dunia industri yang tumbuh dengan harmonis di dalam
Kota Jababeka yang asri.
Botanic Garden sebagai upaya adaptasi terhadap perubahan iklim, paru-paru kota,
edukasi lingkungan, wisata dan perlindungan keanekaragaman hayati.
Perencanaan adaptasi terhadap perubahan iklim di Jababeka pada awalnya
didasarkan atas hasil identifikasi data dan informasi rona lingkungan awal yang
menggambarkan keanekaragaman hayati pada saat kawasan Jababeka akan
dikembangkan. Jababeka pada masa lampau merupakan suatu wilayah hunian
yang berdiri diatas hamparan lahan yang berupa lahan pertanian tadah hujan,
sawah, rawa dan pertanian dengan irigasi teknis. Dari hasil pengukuran terdapat
keanekaragaman jenis vegetasi sebanyak 2.082, maka dapat dikategorikan
Jababeka memiliki keanekarakaman jenis vegetasi rendah.
Jababeka yang dikembangkan sebagai pelopor kawasan industri, kawasan
perumahan dan didukung sarana perkotaan modern maka perlu didukung oleh
kondisi lingkungan yang nyaman dan terjaga baik. Adanya perubahan iklim juga
mendorong Jababeka untuk beradaptasi dengan perubahan yang ada. Untuk itu
dalam beradaptasi dengan perubahan iklim, Jababeka melakukan pengelolaan
keanekaragaman hayati yang dimaksudkan untuk mendukung fungsi perkotaan
yaitu terjaganya keseimbangan ekosistem industri, perumahan dan sarana
198
JABABEKA - Botanic Garden - PI
pendukung lainnya. Oleh karena itu kebijakan perlindungan keanekaragaman
hayati di Jababeka pada dasarnya bertujuan untuk :
1)
Pengelolaan lingkungan hijau untuk meningkatkan adaptasi perubahan iklim
dan peningkatan keanekaragaman hayati.
2)
Menyelamatkan dan melindungi keanekaragaman hayati yang masih dapat
ditemui di dalam ekosistem setelah terjadi alih fungsi lahan. (SAVE).
3)
Memperkaya keanekaragaman hayati secara signifikan sebagai cadangan
plasma nutfah (DEVELOPE).
4)
Memanfaatkan keanekaragaman hayati sebagai sarana pendidikan,
penelitian, cadangan pangan dan energi alternatif (USE).
Untuk mencapai tujuan meningkatkan adaptasi perubahan iklim melalui
pengelolaan keanekaragaman hayati terpadu di Jababeka telah ditetapkan sasaran
dan rencana kerja secara rinci baik jangka pendek (1-2 tahun) maupun jangka
panjang (5-10 tahun). Masyarakat yang menjadi sasaran dari program ini adalah
masyarakat di dalam dan diluar kawasan. Masyarakat di dalam adalah tenanttenant industri dan perumahan sedangkan masyarakat diluar kawasan industri
adalah pihak-pihak yang ada diluar kawasan tetapi memiliki kepentingan terhadap
kawasan yang hijau.
Selain itu untuk memperkaya pengetahuan dalam mengimplementasikan
pengelolaan kanekaragaman hayati, Jababeka melakukan kemitraan untuk saling
tukar informasi, diskusi bersama (FGD), dan bantuan lainnya dengan 11 mitra
kerjasama dari berbagai lembaga atau asosiasi diantaranya : Taman Burung
Taman Mini Indonesia Indah, The Indonesian Bonsay Society, President University
Botanist Club, Kebun Raya Bogor, Graha Asri Bird Club, Kampoeng Djamu Marta
Tilaar, Asbindo, Yayasan Kehati, dan Trubus (majalah).
2. Penyerapan Emisi CO 2
Jababeka Botanic Garden tidak dapat dipisahkan dengan Jababeka, karena
apabila kita bicara Jababeka Botanic Garden maka yang dimaksud adalah seluruh
Kawasan Jababeka yang terdiri dari berbagai macam spesies tanaman yang
terdapat didalamnya. Pencapaian program yang sudah dapat direalisasikan dari
tahun 2007 sampai dengan tahun 2012 tercatat bahwa sebaran populasi pohon
sudah mencapai 125.372 pohon. Pohon utama yang tumbuh di ekosistem awal
yakni ekosistem pekarangan/kebun hanya tercatat 18 spesies. Pengkayaan spesies
pohon yang dapat tumbuh subur di Jababeka telah mencapai kurang lebih 163
spesies.
Tabel 1. Prakiraan Serapan Karbon dari Pohon yang Ditanam Botanic Garden di
Jababeka
Jumlah Pohon di Jababeka %RWDQLF*DUGHQ dan Penyerapan CO 2 /tahun
Jumlah Pohon
Penyerapan CO 2 /thn
2007
2008
2009
2010
2011
2012
105.409
106.704
109.311
110.772
123.949
125.372
76.688
80.627
104.234
112.492
113.208
129.404
JABABEKA - Botanic Garden - PI
199
140,000
120,000
100,000
80,000
60,000
40,000
20,000
0
Jumlah Pohon di Jababeka Botanic Garden dan Penyerapan CO2/tahun
Jumlah Pohon
Penyerapan CO2/tahun
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Gambar 1. Grafik Serapan CO2 dari Pohon yang Ditanam di Botanic Garden
Jababeka
3. Monitoring dan Evaluasi
Implementasi dan realisasi adaptasi perubahan iklim dari tahun 2007 sampai
dengan tahun 2012 adalah sebagai berikut:
3HUWDPD, melakukan adaptasi perubahan iklim dengan penyelamatan
keanekaragaman hayati sebagai lingkup konservasi in-situ yaitu penyelamatan
pohon-pohon tua yang merupakan vegetasi asli, yang tersisa dan berhasil
diselamatkan. Ada empat jenis pohon yang menjadi “pohon terindah” di Jababeka
yaitu : asam jawa (Tamarindus indica) terdistribusi di 10 lokasi, randu agung
(Bombax malabarica) merupakan maskot pohon Kota Jababeka, trembesi
(Samanea saman) pohon ini menghiasi landmark boulevard Jababeka, dan karet
anting (Ficus elastica).
.HGXD
melakukan
adaptasi
perubahan
iklim
dengan
memperkaya
keanekaragaman hayati yang merupakan lingkup konservasi ex–situ (diluar
kawasan aslinya) yaitu pengembangan botanic garden sekitar 70 Ha. Botanic
Garden Jababeka mulai dibuka pada hari Kamis, 8 Maret 2007, Menteri Negara
Lingkungan Hidup, Ir. Rachmat Witoelar didaulat untuk menanam pohon salam
(Syzygium polyantum). Setelah itu diikuti oleh Mantan Duta Besar Singapura,
Edward Lee menanam kayu manis (Cinamomun burnamii), dan Presdir Jababeka,
S.D. Darmono menanam sawo kecik (Manikara kauki). Rektor Presiden University,
Prof.Dr. Muliawati G. Siswanto menanam pohon kola (Cola nitida). Itulah awal
dibukanya Jababeka Botanic Gardens yang saat ini di area tersebut telah berhasil
dihijaukan 30 Ha.
Jababeka Botanic Garden disiapkan Jababeka sebagai paru-paru kota yang juga
memiliki fungsi penyelamatan, pengembangan keanekaragaman hayati dan
penyeimbang ekosistem mupun sosiosistem. Sampai Tahun 2013 Jababeka
Botanic Garden berisi banyak spesies flora fauna baik itu asli maupun spesies
tambahan yang bertujuan untuk memperkaya ekosistem botanic garden. Fungsi
penyeimbang sosiosistem karena botanic garden memberi kemanfaatan sosial
budaya bagi masyarakat luas. Pencapaian kinerja Jababeka Botanic Garden
memperoleh pengakuan CSR Award Nasional bidang Lingkungan oleh Menteri
Sosial pada tahun 2009.
Koleksi tanaman di botanic garden dapat diklasifikasikan : 1) Pohon spritual (bodi,
kurma, cemara aucaria, tin, sintok, dll); 2) Pohon Langka (baobab, gaharu,
200
JABABEKA - Botanic Garden - PI
menteng, gandaria, jamblang kraton, kepel, dll); 3 ) Pohon Habitat (bintaro,
beringin, bambu, jarak, salam, dll); 4) Pohon buah yaitu mangga, jeruk, kecapi,
matoa, sukun, dll); 5) Pohon industri yaitu : jati, sengon, kapuk, merbau, meranti
merah, kedaung, dll); dan 6) Tanaman Hias (flamboyan, akasia golden, tiara
payung, dadap merah, dll).
Kekayaan vegetasi di botanic garden baik pohon, semak, rumput, badan air, telah
menciptakan mata rantai makanan yang sempurna. Saat ini dapat dijumpai lebih
75 spesies burung (ket : hasil survei tim Taman Burung TMII Th. 2010) di botanic
garden. Sangat kaya dibandingkan sebelum kawasan Jababeka dibangun, hasil
identifikasi rona awal tercatat tidak lebih dari 11 spesies. Bahkan peneliti dari
taman burung TMII menyatakan secara hipotetik, sebagian burung-burung di
Kepulauan Seribu Jakarta ada yang bermigrasi ke Jababeka Botanic Garden.
Saat ini pun telah dilakukan pertanian organik dengan membuat demplot 5000 m2
di dalam botanic garden. Sumber daya manusia yang mengelola diambil dari
pemuda putus sekolah dan dilatih di Karang Widya Foundation Cianjur selama 4
bulan. Dengan adanya pertanian organik ini tanaman koleksi Jababeka Botanic
Garden telah bertambah, yaitu jenis tanaman komoditi organik yang membawa
manfaat ekonomis seperti pakchoi, caisim, kacang kapri, jagung muda, bayam
merah, ikan patin, apotek hidup dan lainnya yang sesuai dengan kondisi di botanic
garden. Upaya yang dilakukan untuk adaptasi terhadap perubahan iklim dalam
organic farm adalah melalui upaya penggunaan mulsa plastik, penggunaan bibit
unggul dan penggunaan greenhouse. Penggunaan mulsa plastik diharapkan
mampu mengurangi penguapan air dan mengurangi penyiraman.
Nursery Jababeka yang berlokasi di area Jababeka Botanical Garden mulai
beroperasi pada akhir tahun 2011 dan merupakan nursery yang dikelola langsung
oleh Jababeka. Tanaman yang ada di nursery ini berasal dari tanaman yang ada di
Kawasan Jababeka dengan metode perbanyakan semai biji, stek dan cangkok.
Nursery ini menempati lahan seluas 4.5 ha selain berfungsi sebagai bank tanaman
untuk keperluan upgrade maupun pembuatan landscape di kawasan (Industri,
perumahan dan golf), juga berfungsi sebagai pusat penyelamatan dan
pemberdayaan keanekaragaman hayati. Nusery Jababeka adalah salah satu upaya
mitigasi terhadap perubahan iklim karena dengan nursery, perbanyakan pohon
dapat dilakukan dengan cepat dan efisien yang diharapkan kedepannya dapat
mengurangi efek rumah kaca.
Untuk melaksanakan dan menangani pengelolaan keanekaragaman hayati maka
didukung tim lintas departemen di Jababeka dalam organisasi matrix yang terdiri
dari departemen perencanaan (prodev), estate management (pemeliharaan dan
regulasi), customer service (hubungan ke tenant/pelanggan) dan community
development/corporate social responsibility (hubungan dengan pemerintah
pusat/daerah serta masyarakat di dalam dan diluar kawasan). Partisipasi
stakeholders juga terlibat aktif memberikan masukan dan melakukan kerja
bersama dalam program-program keanekaragaman hayati.
.HWLJD dalam rangka adaptasi terhadap perubahan iklim yang memanfaatkan
keanekaragaman hayati sebagai sarana pendidikan, penelitian, cadangan pangan
dan energi alternatif (Use Program). Potensi keanekaragaman hayati di botanic
garden ternyata mampu mendorong sekolah-sekolah, perguruan tinggi, lembaga
penelitian, kelompok sosial, para pencinta tanaman baik lingkup lokal, regional,
dan nasional untuk berkunjung, belajar, saling diskusi, maupun penelitian yang
bermanfaat. Botanic garden juga menjadi pusat untuk menebarkan semangat dan
JJABABEKA - Botanic Garden - PI
201
memberi inspirasi untuk melibatkan partisipasi stakeholders (pelaku industri,
pebisnis, warga perumahan, warga sekitar, pemerintahan, pelajar dan mahasiswa).
Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah kunjungan dari berbagai sekolah untuk
mengenal bercocok tanam organik, gerakan mencintai tanaman sejak usia dini
bersama Kak Seto, penggalakan biopori bersama Prof. Kamir dari IPB.
Keberhasilan Jababeka dalam melakukan adaptasi perubahan iklim melalui
pengembangan keanekaragaman hayati juga tidak terlepas dari partisipasi
masyarakat. Salah satunya adalah Komunitas Pecinta Burung yang ada di Wilayah
Jababeka dan sekitarnya. Berdasarkan data yang didapat, ada sekitar 85 orang
pecinta burung dan 4 buah penangkaran burung yang bernaung dibawah
organisasi pecinta burung “Jababeka Bird Club” (Jababeka BC). Bahkan dari hasil
sharing dan tukar pendapat, Jababeka Botanic Garden dan Jababeka BC telah
menghasilkan sebuah panduan dan tata cara menangkar burung love bird.
Partisipasi
stakeholders
juga
berperan
penting
dalam
pengelolaan
keanekaragaman hayati seperti terlihat dalam peran stakeholders dalam ikut
serta mengembangkan botanic garden. Keterlibatan stakeholders diyakini menjadi
unsur paling penting untuk pengelolaan keanekaragaman hayati yang
berkelanjutan. Partisipasi masyarakat bukan untuk menanam pohon, tetapi lebih
“menanam orang” agar tiap individu berkesadaran untuk mengenali, mencintai,
dan menanam pohon serta mengajak orang lain untuk melakukan hal yang sama.
Agak sulit untuk membuat masyarakat berpartisipasi aktif peduli terhadap
lingkungannya, maka upaya yang dilakukan untuk membangun partisipasi
masyarakat adalah mengadakan lomba lingkungan (antar warga) pada tahun 2009
dengan tema “Lingkunganku Sehat dan Nyaman”, Tahun 2010 dengan tema
“Biopori Menyelamatkan Lingkunganku”.
Keterlibatan partisipasi aktif masyarakat, jejaring sosial, komunitas blogger
Indonesia, maupun media cetak dan elektronik juga memuat dalam publikasi
online tentang Jababeka Botanic Garden. Terakhir dapat dilihat dalam berita,
Komunitas Amprokan Blogger Indonesia melepas ratusan burung merpati,
tekukur, gelatik di Jababeka Botanic Gardens pada Hari Minggu 18 September
2011. Testimoni dari seorang blogger mengenai keindahan dan kenyamanan
berada di botanic garden ada di Gowes Pagi di Jababeka Botanical Garden -Oktober 24,
2012 1,d an testimoni mengenai kesejukan di Botanic Garden 2. Pada tahun 2012,
sebagai upaya untuk mengurangi pemanasan global, CSR Jababeka bekerja sama
dengan Allianz menanam pohon trembesi di dalam botanic garden dan fasos-fasum
di dalam lingkungan Jababeka.
Sangat sulit menciptakan lingkungan hijau seperti yang ada saat ini. Akan tetapi
Jababeka yang peduli terhadap lingkungan berhasil membentuk lingkungan ini
menjadi lebih hijau dengan memberikan lebih banyak ruang hijau dan mengajak
masyarakat berpatisipasi aktif dalam menciptakan, merawat dan memanfaatkan
area Botanic Garden. Dampak positif yang dirasakan oleh perusahaan setelah
melakukan kegiatan CSR lingkungan ini adalah adanya lingkungan perusahaan
yang hijau sehingga mendorong peningkatan nilai investasi properti baik industri
maupun perumahan, dimana saat ini kepedulian masyarakat global terhadap
kebutuhan akan lingkungan hijau sudah tinggi.
1
Sumber bisa dilihat di: https://hapesurya.wordpress.com/2012/10/24/gowes-pagi-di-jababeka-botanical-garden/
Sumber bisa dilihat di: http://amriltg.wordpress.com/2011/11/14/meniti-kesejukan-pagi-di-botanical-gardenkota-jababeka/
2
202
JABABEKA - Botanic Garden - PI
DOKUMENTASI
Koridor pohon turi di Jababeka Botanic Jogging track di Jababeka Botanic Garden
Garden
Garden
Jababeka Botanic Garden
Botanic Garden
Penanaman pohon Jababeka bersama
Allianz
Pelepasan Merpati di Jababeka
Belajar bercocok tanam organik
JABABEKA - Botanic Garden - PI
203
204
BAB VII.
PENDIDIKAN LINGKUNGAN
HIDUP
205
PT. ADARO INDONESIA, KABUPATEN BALANGAN, KALIMANTAN SELATAN
Pendidikan Lingkungan Hidup Di Sekolah : Pendampingan SMPN 4 Paringin,
Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan, Menuju Sekolah Adiwiyata
Sekolah menjadi bagian penting dalam mengubah pola pikir dan pola tindak atau
perilaku siswa terhadap lingkungan sekitar dan global. PT. Adaro Indonesia dan
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan sejak tahun 2010 mendampingi
sekolah SMPN 4 Paringin di Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan untuk
menerapkan sekolah berbudaya dan peduli lingkungan dengan serangkaian
kegiatan termasuk diskusi bulanan tentang lingkungan yang diikuti guru dan
siswa, kegiatan berkebun, dll. Penerapan sekolah peduli dan berbudaya
lingkungan dibuktikan dengan mendapatkan penghargaan Adiwiyata yaitu
penghargaan bagi sekolah yang sudah memenuhi kriteria berbudaya dan peduli
lingkungan yang dikembangkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup (KLH). Kriteria
tersebut antara lain adanya perubahan prilaku dari seluruh elemen sekolah baik
siswa, guru, komite, petugas administrasi, kantin, penjaga sekolah serta
masyarakat di sekitar sekolah dalam mengelola lingkungan antara lain mengelola
sampah, kebun dan kantin sekolah, dll. Keberhasilan SMPN 4 Paringin telah
menginspirasi sekolah lain dan Dinas Pendidikan Kabupaten Balangan mendorong
sekolah lain untuk menajdi sekolah Adiwiyata.
1. Pelibatan Sekolah dalam Program CSR Lingkungan Perusahaan
Sumberdaya manusia memegang peranan penting dalam mendorong perbaikan
lingkungan. Upaya yang dilakukan oleh Adaro menjadikan sekolah sebagai salah
satu kelompok sasaran program CSR memang cukup strategis. Mengingat saat ini
di Kabupaten Tabalong dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk, maka
sekolah menjadi salah satu lembaga yang penting dalam mencetak sumberdaya
manusia yang lebih berkualitas dan memiliki kepedulian lingkungan. Tahun 2010
jumlah penduduk kabupaten Balangan berjumlah sekitar 102.192 jiwa, dengan
jumlah anak sekolah mencapai 20.831 murid atau 20% dari jumlah penduduk.
Hal ini menjadi potensi penting daerah bagi masa mendatang.
Selaras dengan visi, misi, dan komitmen perusahaan yang mengintegrasikan aspek
lingkungan hidup dalam kebijakan dan kegiatan perusahaan, memperkuat peran
sekolah di bidang lingkungan dilakukan dengan mendorong sekolah mengikuti
program Sekolah Adiwiyata. Program Sekolah Adiwiyata merupakan program
Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) yang dikembangkan oleh Kementerian
Lingkungan Hidup (KLH) bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan sejak tahun 2006. Program ini berupaya mendorong terciptanya
pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan
hidup melalui serangkaian kurikulum yang diajarkan di sekolah. Dalam program
ini diharapkan setiap warga sekolah dapat ikut terlibat dalam kegiatan sekolah
menuju lingkungan hidup yang layak dan berupaya menghindari dampak
lingkungan hidup negatif. Melalui program ini, para peserta didik di tingkat
Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah
Atas (SMA) diharapkan dapat memahami pentingnya aspek lingkungan hidup
dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dengan memahami pentingnya arti
lingkungan hidup, diharapkan dapat menjadi bekal bagi anak didik untuk dapat
PT. ADARO INDONESIA - PLH
207
lebih berperan dalam melindungi dan mengelola lingkungan hidup pada saat
mereka kelak terjun ke masyarakat.
Program CSR yang dikembangkan Adaro untuk meningkatkan kapasitas
sumberdaya manusia yang lebih peduli lingkungan adalah dengan mendukung
munculnya sekolah-sekolah yang memiliki kepedulian dan berbudaya lingkungan,
bersama dengan Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan setempat. Perusahaan
memulai program rintisan mendampingi sekolah SMPN 4 Tabalong pada tahun
2010 yang menjadi cikal bakal Sekolah Adiwiyata pertama di Kabupaten Balangan.
2. Proses Pendampingan
Sebagai bagian dari program CSR Adaro Indonesia, program pendampingan
sekolah peduli dan berbudaya lingkungan tidak terlepas dari proses Plan-Do-ActCheck (PDCA) yang meliputi perencanaan, sosialisasi, dan monitoring dan evaluasi.
(1) Perencanaan, pada tahap awal program Unit CSR, Adaro, bersama dengan
Pemerintah Kabupaten Tabalong, Badan Lingkungan Hidup dan
Kebersihan, melakukan proses perencanaan bersama. Salah satu
keputusan penting yang diambil dalam proses perencanaan ini adalah
menentukan sekolah yang akan didampingi. Kedekatan lokasi sekolah
dengan perusahaan dan kesiapan sekolah menjadi landasan keputusan
untuk memilih SMPN 4 Paringin menjadi sekolah contoh yang akan
didampingi periode tahun 2010-2011. Perusahaan berkomitmen untuk
membiayai pelaksanaan program Adiwiyata untuk tahun ajaran tersebut.
(2) Pelaksanaan, tahap penting dalam pelaksanaan program adalah melakukan
sosialisasi agar sekolah mengetahui dan memahami program Adiwiyata.
Dengan difasilitasi Adaro Indonesia, kegiatan sosialisasi ini dilakukan
kepada warga sekolah, guru, karyawan dan siswa. Rangkaian kegiatan
penguatan sekolah dalam rangka menjalankan program Adiwiayata
dilakukan melalui serangkaian lokakarya, seminar, dan ceramah dengan
menghadirkan narasumber yang kompeten di bidangnya. Seri lokakarya
mengupas tentang :
a. Integrasi pendidikan lingkungan hidup dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP).
b. Pengelolaan lingkungan hidup;
c. Ceramah bulanan yang meliputi materi tentang:
x Cara bercocok tanam, berkebun, dan pemupukan tanaman oleh
Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Tabalong dilaksanakan
2 kali.
x Perilaku Hidup Bersih dan Sehat oleh Puskesmas Paringin dan
Paringin Selatan dilakukan selama periode 2010-2012 sebanyak 2
kali.
x Kebersihan dilihat dari Perspektif Agama Islam oleh Kantor
Kementerian Agama Kabupaten Tabalong dilakukan 1 kali.
x Narkoba dan Bahayanya oleh Badan Narkoba Kabupaten Tabalong
dilakukan 1 kali.
Isu penting lain terkait dengan isu lokal adalah tentang sumberdaya alam
sekitar, dalam rangkaian pertemuan dengan pihak sekolah, Adaro tak lupa
memberikan informasi dan wawasan mengenai kegiatannya, dampak
kegiatannya terhadap lingkungan, serta kegiatan pengelolaan lingkungan
yang telah dilakukan. Guru-guru dan siswa juga diberi kesempatan untuk
208
PT. ADARO INDONESIA - PLH
melihat langsung kegiatan operasional perusahaan di lokasi penambangan
(mine visit). Kesempatan semacam ini dapat menjadi media komunikasi yang
sehat dan terbuka antara perusahaan dan masyarakat sehingga dapat
meminimalisasi persepsi negatif diantara kedua pihak.
(3) Monitoring dan Evaluasi. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi (Monev)
program dilakukan secara berkala setiap triwulan. Seluruh kegiatan
ditelaah oleh pengelola program di sekolah untuk melihat sejauh mana
rencana kegiatan yang dibuat dapat terlaksana. Di samping itu, kegiatan
konsultasi dilakukan dengan meminta saran dan pendapat dari para
pemangku kepentingan sekolah dan pihak-pihak terkait.
Sebagai bentuk akuntabilitas dari para pelaksana program, setiap triwulan
seluruh kegiatan program dilaporkan secara tertulis, disertai dengan
dokumentasi berupa foto, catatan kegiatan, dan rincian penggunaan dana
bantuan. Laporan ini disampaikan kepada Bupati Balangan, Kepala Dinas
Pendidikan Kabupaten Balangan, Kepala Badan Lingkungan Hidup dan
Kebersihan Kabupaten Tabalong, Ketua Komite Sekolah, dan CSR
Department Head Adaro. Berdasarkan laporan tersebut, kemudian
dilakukan evaluasi terhadap sasaran yang telah, belum, atau tidak tercapai,
kendala yang ditemui, upaya /solusi yang dilakukan dan langkah
penyempurnaan jika diperlukan.
2. SMPN 4 Paringin Menuju Sekolah Adiwiyata Di Provinsi Kalimantan
Selatan
Rupanya program CSR PT. Adaro untuk melibatkan sekolah, mulai terlihat nyata
ketika sekolah yang didukung dan didampingi melalui program CSR selama 20102011 menunjukkan perubahan yang terukur menurut penilaian progam Adiwiyata,
antara lain :
(1) Kebijakan, sudah memperlihatkan adanya visi dan misi yang memiliki
perspektif lingkungan seperti tercantum dalam visi sekolah yang direvisi
yaitu: “Menjadi sekolah yang terpercaya di masyarakat untuk
mencerdaskan bangsa dalam rangka mensukseskan wajib belajar, dan
meningkatkan kualitas lingkungan hidup dalam menghadapi era
globalisasi” dan Misi yaitu :
x Menyiapkan generasi unggul yang memiliki potensi di bidang Imtaq
dan IPTEK
x Membentuk sumber daya manusia yang kreatif dan lnovatif yang
sesuai dengan perkembangan zaman
x Membekali peserta didik memiliki kesadaran, kepedulian, dan
berbudaya lingkungan
x Membekali peserta didik memiliki kemampuan mulai dari sarana dan
prasarana yang sudah mencerminkan adanya pengelolaan
lingkungan yang lebih baik.
Masih dari kebijakan, untuk keberlanjutan program Adiwiyata, sekolah juga
sudah mengalokasikan anggaran untuk kegiatan program Adiwiyata dalam
Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Sementara (RAPBS)
Kabupaten Balangan.
(2) Kurikulum Berbasis Lingkungan. Penerapan kurikulum berbasis
lingkungan yaitu dengan mengintegrasikan PLH dalam beberapa mata
PT. ADARO INDONESIA - PLH
209
pelajaran tertentu serta mendukung guru/pendidik untuk memberikan
pengetahuan dan pemahaman tentang kondisi lingkungan sekitar dan
persoalannya
serta
kontribusi
seluruh
elemen
sekolah
dalam
pengelolaannya. Hal ini dicontohkan dengan mulai munculnya kesadaran
dari seluruh anggota sekolah (siswa, guru, staf sekolah,orang tua), serta
adanya perubahan perilaku siswa yang cukup nyata. Salah satunya adalah
siswa, guru dan seluruh sekolah mulai mengurangi sampah, menempatkan
sampah pada tempat yang disediakan baik organik dan anorganik. Dengan
termuatnya PLH dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMPN
4 Paringin siswa mulai memanfaatkan sampah plastik kayu dan kertas
untuk dijadikan bahan seni kriya.
(3) Sarana dan Prasarana. Penerapan program lingkungan di sekolah juga
turut membawa perubahan dalam pengelolaan sarana dan prasarana
sekolah, menjadi lebih hijau dengan ragam tanaman yang ditanam dan
dipelihara bersama siswa, serta menjadi media pembelajaran siswa.
Pemasangan listrik tenaga surya (solar cell), tersedianya fasilitas sanitasi
untuk menunjang kesehatan dan kebersihan sekolah melalui pemisahan
sampah organik dan anorganik, tersedianya Tempat Pengelolaan Sampah
(TPS) dan tersedianya kantin yang bersih dan sehat.
(4) Kegiatan Partisipatif, salah satu kegiatan partisipatif yang berhasil
dikembangkan sekolah adalah dilakukannya Aksi Jumat Bersih, dimana
sekolah melakukan aksi membersihkan lingkungan sekitar bersama-sama.
Kegiatan ini bukan hanya membuat bersih lingkungan sekolah, melainkan
juga mendekatkan sekolah dengan lingkungan sekitar.
Perubahan yang terjadi di sekolah tersebut, telah membawa sekolah mendapatkan
penghargaan Adiwiyata pada tahun 2011, bahkan menjadi sekolah Adiwiyata
terbaik di Kalimantan Selatan. Keberhasilan program CSR Adaro melalui
kerjasama dengan BLH dan Dinas Pendidikan menghasilkan model sekolah peduli
dan berbudaya lingkungan pertama di Kabupaten Balangan.
Keberhasilan dari program tidak hanya dirasakan oleh sekolah tapi juga oleh
berbagai pihak, antara lain:
(1) Bagi masyarakat:
x melalui “Kegiatan Berbasis Partisipatif” seperti “Aksi Jumat Bersih”,
masyarakat dapat menikmati lingkungan yang lebih bersih yang pada
akhirnya akan meningkatkan kesehatan bagi masyarakat pada
umumnya.
(2) Bagi internal PT. Adaro Indonesia:
x berkurangnya potensi konflik dengan masyarakat sekitar berkaitan
dengan kegiatan perusahaan, antara lain disebabkan oleh adanya forum
komunikasi antara perusahaan dan masyarakat yang dapat
meningkatkan saling pengertian di antara kedua pihak.
x meningkatnya persepsi positif dari masyarakat terhadap perusahaan
karena sudah memperhatikan aspek lingkungan yang berkaitan erat
dengan kebersihan dan kesehatan. Pada akhirnya dengan meningkatnya
kesehatan bagi masyarakat sekitar yang sebagian bekerja di perusahaan,
maka akan mengurangi tingkat absensi pekerja yang selanjutnya dapat
meningkatkan produktifitas perusahaan.
x meningkatnya profil perusahaan sebagai perusahaan yang telah
melaksanakan Corporate Social Responsibility khususnya di bidang
lingkungan hidup.
210
PT. ADARO INDONESIA - PLH
Selain itu keberhasilan sekolah SMPN 4 Paringin rupanya menjadi acuan bagi
Dinas Pendidikan Kabupaten Balangan dalam mengembangkan model sekolah
peduli dan berbudaya lingkungan, bahkan Kepala Dinas Pendidikan Balangan,
Bapak Edy Yulianto dalam salah satu pernyataannya di media online (Metro7
news), menyampaikan bahwa :
“Keberhasilan dan prestasi yang telah diperoleh SMPN 4 Paringin
hendaknya menjadi motivasi bagi sekolah lain. Dalam program yang telah di
susun juga termasuk peningkatan motivasi guru dan murid untuk lebih
tertarik serta ikut serta menerapkan Adiwiyata dilingkungan sekolah
mereka,” (Edy Yulianto, Kepala Dinas Pendidikan Balangan dalam Metro7
Online 13 Desember 2013).
3. Petikan Pembelajaran
Keberhasilan program tidak terlepas dari upaya merangkul pihak terkait dalam
pelaksanaan program, yaitu Dinas Pendidikan dan Badan Lingkungan Hidup
Daerah. Selain pelaksanaan di lapangan, Adaro melakukan pendekatan pada
pengambil keputusan, dalam hal ini DPRD untuk mendorong adanya
keberlanjutan program di sekolah, mengingat jumlah sekolah yang ada di
Kabupaten Balangan sekitar 274 sekolah (Sekolah Dasar sampai Menengah
Atas/Kejuruan). Tentunya, untuk menjadikan semua sekolah berbudaya dan
peduli lingkungan akan membutuhkan dukungan pembiyaan yang besar, dan
tidak semua dapat diakomodir oleh perusahaan. Strategi melibatkan pengambil
keputusan untuk mengalokasikan anggaran penerapan pendidikan lingkungan
hidup melakui sekolah Adiwiyata dalam RAPBS dan disetujui DPRD menjadi kunci
keberlanjutan program ini.
Dengan dialokasikannya anggaran untuk pelaksanaan program Adiwiyata dalam
RAPBS Kabupaten Tabalong, hal ini menunjukkan bahwa pihak legislatif yaitu
DPRD telah menyadari arti pentingnya lingkungan hidup. Pengalokasian anggaran
ini dapat menjadi indikator akan keberlanjutan (sustainability) dan kemandirian
program ini jika kelak Adaro tidak lagi memberikan bantuan kepada pelaksanaan
program Adiwiyata.
PT. ADARO INDONESIA - PLH
211
PT. ASTRA INTERNATIONAL TBK, JAKARTA
Kisah Sukses Mendampingi Sekolah Menuju Sekolah Adiwiyata Di Tanjung
Priuk Jakarta
Motivasi dan upaya sekolah khususnya SD Sungai Bambu 05 dan 06 menjadikan
sekolah peduli lingkungan mendorong PT. Astra Internasional Tbk untuk
mendukung sekolah tersebut dalam mewujudkannya. SDN Sungai Bambu 5 pada
tahun 2013 telah masuk dalam kategori Sekolah Adiwiyata Nasional dan
bermaksud mencapai kategori Adiwiyata Mandiri. Perubahan yang signifikan
dengan penerapan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) sebagai dasar program
Adiwiyata, dapat dilihat dari berkembangnya keragaman tanaman obat sekolah
menjadi 85 jenis, beberapa mata pelajaran sudah mengintegrasikan isu
lingkungan. Siswa, guru dan seluruh elemen sekolah sudah mulai membuang
sampah pada tempatnya, bahkan siswa sudah melakukan daur ulang berbagai
limbah baik anorganik seperti plastik maupun organik. Sekolah SDN Sungai
Bambu 5 juga telah menularkan program ini kepada 15 sekolah lainnya yang ada
di sekitar sekolah untuk menerapkan program Adiwiyata.
1. Sekolah sebagai Pendukung Perbaikan Lingkungan
Dukungan pendidikan untuk sekolah yang berada di Kelurahan Sungai Bambu,
Warakas, Papanggo dan Kebon Bawang, atau dikenal dengan areal CSR Ring 1
perusahaan, sudah menjadi prioritas perusahaan. Motivasi dan upaya sekolah
khususnya SD Sungai Bambu 05 dan 06 menjadikan sekolah peduli lingkungan
mendorong perusahaan untuk lebih mendukung sekolah tersebut. Meski diawal,
perusahaan kurang memahami model sekolah Adiwiyata yang dikembangkan,
namun dari penjelasan dan juga kegiatan di sekolah menjadi dasar untuk
mendukung upaya sekolah menjadi sekolah peduli lingkungan yang mampu
bersaing dalam hal mutu pendidikan dengan sekolah lain.
Dukungan untuk meningkatkan kepedulian sekolah terhadap lingkungan sejalan
dengan visi perusahaan yaitu “menjadi perusahaan yang memiliki tanggung jawab
sosial dan lingkungan serta bisnis yang berkelanjutan” yang diwujudkan dalam
Catur Dharma Astra yang pertama yaitu : “Menjadi milik yang bermanfaat bagi
bangsa dan Negara” dan sejalan pula dengan program pemerintah dalam Tujuan
Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals) di bidang Pendidikan
Dasar. Visi dan Catur Darma Astra itulah yang kemudian melahirkan kebijakan
Astra untuk memberi perhatian dan bantuan kepada pengembangan pendidikan,
dan menjadi landasan pula bagi pelaksanaan kegiatan Corporate Social
Responsibility (CSR) dan Environment, Health, and Safety (EHS). Program
dilakukan sebagai upaya peningkatan pendidikan anak bangsa agar tumbuh
cerdas, mandiri, berkarakter baik, serta memiliki kepedulian untuk turut serta
membangun Indonesia.
Kebijakan di bidang pendidikan lebih lanjut di dalam Public Contribution Road Map
Astra 2020 yang telah ditetapkan sesuai dengan kebijakan dari President Letter
dan Security, Environment & Social Responsibility (SESR) Corporate Policy, memuat
target keberlanjutan dan pencapaian Sekolah Hijau (Adiwiyata) selama periode
tahun 2009 sampai 2020. Selanjutnya program mengembangkan Sekolah Hijau
oleh Astra terus dilakukan.
212
PT. ASTRA INTERNATIONAL TBK - PLH
2. Berproses Bersama Perbaiki Lingkungan
Di Jakarta Utara, perusahaan Astra bertetangga dengan kelurahan sekitar seperti
Sungai Bambu, Warakas, Papanggo dan Kebon Bawang, atau dikenal dengan CSR
Ring 1. Sejak tahun 2009, SDN 05/06 Sungai Bambu telah menunjukkan
komitmen dan motivasi untuk menjadi sekolah yang mempunyai ciri berwawasan
lingkungan sehingga mampu bersaing dalam hal mutu pendidikan dengan sekolah
lain. Komitmen ini disambut baik oleh perusahaan melalui dukungan kegiatan
yang dilakukan dengan tujuan untuk mendorong sekolah Hijau dengan terlibat
dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang sehat serta tidak
melakukan kegiatan yang dapat menimbulkan dampak negatif terhadap
lingkungan, meningkatkan kualitas mutu pendidikan, serta meningkatkan
pengetahuan sekolah tentang lingkungan. Bagi perusahaan program ditujukan
untuk menekan potensi dampak negatif dari kegiatan bisnis perusahaan terhadap
lingkungan hidup sehingga dapat menunjang upaya peningkatan social protection.
Program dikembangkan melalui tiga tahapan yaitu: (1) Tahap Pengembangan
Pendidikan, (2) Tahap Konsolidasi, dan (3) Rencana Keberlanjutan. Dalam tahapan
pelaksanaan tersebut Astra bekerjasama dengan berbagai pihak yaitu Semut
Merah dan Lembaga ARA (Arief Rachman Associate) untuk kerjasama
mengembangkan Sekolah Hijau di SDN 05/ 06 Sungai Bambu. Sedangkan di SD
Percontohan Meulaboh diselenggarakan dengan Lembaga ARA (Arief Rachman
Associate).
Proses pendampingan sekolah melalui pihak ketiga, dilakukan dalam rancangan
perencanaan bersama dimana ada target yang harus dicapai yaitu sekolah yang
didampingi diharapkan mendapatkan penghargaan Adiwiyata dari Pemerintah baik
tingkat Kota/Kabupaten, Nasional dan Mandiri.
Rangkaian kegiatan yang dilakukan bekerjasama dengan Semut Merah dan
Lembaga ARA di Jakarta Utara dilakukan melalui pengembangan Brainware,
Software, dan Hardware.
(1) Pengembangan Brainware:
a. Pelatihan dan workshop sesuai dengan Program Kerja, salah satunya
dengan di fasilitasi lembaga ARA telah dilakukan pelatihan peningkatan
kapasitas guru melalui penataran guru untuk peningkatan mutu
pendidikan dan peningkatan nilai akreditasi SDN 05 (pagi) dan SDN 06
(siang). Serta pelatihan untuk membuat perencanaan.
b. Kesadaran (Awareness) seputar lingkungan hidup pada guru dan siswa,
salah satunya melalui pengelolaan dan pengolahan sampah salah
satunya dengan daur ulang kertas, serta pengelolaan sampah cair dan
padat. Siswa dan guru juga diperkenalkan dengan pembuatan lubang
biopori untuk konservasi air.
c. Pemilihan siswa duta lingkungan & kesehatan setiap tahun masingmasing satu siswa perempuan dan satu siswa laki-laki.
(2) Pengembangan Software :
a. Penyusunan kurikulum berbasis lingkungan. Kegiatan dilakukan secara
terencana, bekerjasama dengan Semut Merah, melalui rangkaian
kegiatan baik dilakukan langsung di sekolah maupun pelatihan di
perusahaan. Salah satu penyusunan kurikulum berbasis lingkungan
dilakukan dengan mengundang 15 (lima belas) sekolah lain yang
berdekatan dengan SDN 05/06 Sungai Bambu, sehingga mulai
penyebaran upaya perbaikan lingkungan kepada sekolah lain, disamping
PT. ASTRA INTERNATIONAL TBK - PLH
213
memperkuat sekolah SDN 05/06 Sungai Bambu. Narasumber/pemateri
yang dari berbagai kalangan mulai dari praktisi PLH, pengambil
kebijakan dan Dinas Pendidikan. Salah satu kurikulum berbasis
lingkungan yang disusun adalah mengintegrasikan isu lingkungan
dalam mata pelajaran IPS dan dikaitkan dengan pembentukan karakter
peduli lingkungan yang cukup berhasil dilaksanakan di sekolah
dampingan.
b. Pengembangan ekstrakurikuler berbasis lingkungan
c. Implementasi Kurikulum & Ekstrakurikuler berbasis lingkungan
(3) Pengembangan Hardware :
a. Penghijauan. Kegiatan ini salah satunya dengan tanaman obat, ada
sekitar 84 jenis tanaman obat keluarga yang telah di tanam di sekolah.
b. Perbaikan sarana UKS
c. Perbaikan sarana sanitasi sekolah, termasuk pengelolaan limbah air dari
keran yang digunakan untuk menyiram tanaman
d. Perbaikan sarana ruang guru
Dalam waktu 4 (empat) tahun sejak tahun 2009, siswa SDN 05 dan SDN 06
Sungai Bambu memahami nilai kebersihan dengan baik. Contoh aksi kepedulian
mereka yakni mengingatkan kepada warga sekolah untuk tidak membuang
sampah pada tempatnya. Nilai tersebut juga terbawa kedalam kehidupan seharihari dalam keluarga seperti memberitahu orang tua mereka untuk tidak
membuang puntung rokok sembarangan.
Tidak hanya kepedulian mereka, kompetensi pendidikan juga meningkat secara
drastis. nilai ujian semakin membaik berkat bantuan Astra melalui kerjasama
dengan Lembaga Semut Merah dan Lembaga ARA. Kompetensi guru juga
meningkat hasil pelatihan oleh Lembaga ARA dimana guru dapat membuat
rencana pembelajaran yang baik dengan program yang terukur. Agar guru
termotivasi, pihak sekolah memberikan reward atas prestasi yang baik kepada
siswa maupun guru, bukan dalam bentuk materiil, tetapi dengan pengumuman ke
seluruh pihak sekolah.
Capaian hasil sementara dari program adalah SDN 05 Sungai Bambu telah
mendapatkan penghargaan Adiwiyata Nasional pada tahun 2012, dan saat ini
sedang mempersiapkan untuk menuju sekolah Adiwiyata Mandiri. Disamping itu
nilai Akreditasi guru di sekolah SDN 05/06 juga meningkat dalam proses
akreditasi.
Sementara di Aceh, sejak tahun 2005, Astra International, memiliki program CSR
untuk merehabilitasi dan rekonstruski bangunan sekolah di Meulaboh, yaitu SD
Percontohan Meulaboh, tahun 2009 SD Percontohan ini telah berhasil menjadi
menjadi Sekolah Standar Nasional (SSN), dan tahun 2012 telah menjadi sekolah
Adiwiyata Nasional. Pencapaian tersebut telah melampaui target yang sebelumnya
direncanakan diraih pada akhir tahun 2016. Pencapaian penting lainnya adalah
komitmen sekolah peserta program Adiwiyata baik dari siswa maupun guru untuk
terus mengembangkan program Sekolah Adiwiyata.
Dalam pelaksanaan program Astra juga melakukan sinergi dengan Grup Astra
yang berada di wilayah Jakarta Utara, diantaranya : PT Astra International Tbk
(AI), AI – Toyota Sales Operation (TSO), AI – Daihatsu Sales Operation (DSO), AI –
BMW dan Peugeot Sales Operation(BPSO), PT Gaya Motor , PT Astra Daihatsu
Motor (ADM), AI – Isuzu Sales Operation (ISO), PT Astra Honda Motor (AHM), PT
Toyota Astra Motor (TAM), PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), PT
214
PT. ASTRA INTERNATIONAL TBK - PLH
Denso Indonesia, PT GS Battery, PT Tjahja Sakti Motor dan PT Astra Multi Trucks
Indonesia, total dukungan dana yang dialokasikan untuk mendorong sekolah hijau
sebesar Rp 1.5 miliar. Alokasi ini diharapkan dapat mendukung sekolah-sekolah,
minimal 15 sekolah lain yang menjadi lingkar belajar sekolah SDN 05/06 Sungai
Bambu dan juga di Meulaboh, Aceh. Upaya mendorong keberlanjutan program
juga dilakukan melalui kerjasama dengan Pemerintah Daerah Aceh melalui
penyediaan anggaran untuk mendorong peningkatan standar sekolah. Komitmen
keberlanjutan program Adiwiyata SDN 05 Sungai Bambu juga tercermin dalam
tekad pihak sekolah untuk berupaya mencapai penghargaan Adiwiyata Mandiri.
Untuk mencapai itu, SDN 05 Sungai Bambu harus memiliki 15 (lima belas)
sekolah imbas Adiwiyata diantaranya kepada SDN 04 Tanjung Priok yang telah
melakukan studi banding ke SDN 05 Sungai Bambu.
3. Keberhasilan dan Petikan Pembelajaran
Program CSR melalui Pengembangan Sekolah Hijau Astra, telah mendorong
sekolah untuk melakukan tiga hal yaitu mengubah pengelolaan lingkungan
sekolah menjadi lebih baik melalui perubahan pengelolaan sampah, pengelolaan
air, kantin sekolah yang lebih sehat, serta perubahan perilaku seluruh elemen
sekolah yang berdampak positif bagi masyarakat sekitar. Upaya untuk mengajak
masyarakat sekitar tidak membuang sampah ke sungai yang dilakukan SDN
05/06 Sungai Bambu merupakan satu gerakan lingkungan.
Kerjasama Astra Internasional dengan berbagai pihak yang memiliki keahlian di
bidangnya seperti dengan Lembaga ARA merupakan satu langkah yang tepat
menyerahkan pada ahlinya dalam bidang pendidikan, sementara kerjasama
dengan PEMDA setempat menjadi langkah untuk mendorong keberlanjutan
program.
Proses pendampingan yang dilakukan dengan tiga langkah (Brainware, Software
dan Hardware) menjadi model yang dapat dicontoh, karena sudah memberikan
motivasi kepada sekolah. Seperti diutarakan Kepala Sekolah SDN 05 Sungai
Bambu, Bapak Sutanto yang melihat pendidikan bukan hanya dari sisi mutu,
namun juga mengangkat kepedulian lingkungan sekolah termasuk siswanya akan
menjadi cara untuk lebih dari sekedar meningkatkan mutu sekolah, namun juga
menanamkan nilai-nilai kepedulian lingkungan mulai dari air bersih, penghijauan,
mengolah sampah yang bagian dari pendidikan karakter.
Konsistensi dan kerja sama dengan para pihak terkait agar program dapat
terlaksana secara optimal dan keberlanjutan, juga menjadi salah satu
keberhasilan dari pelaksanaan program yang dilakukan secara bertahap, serta
monitoring oleh pihak perusahaan juga menjadi salah satu kunci keberhasilan
program. Insentif berupa penghargaan turut memotivasi semua pihak untuk
melakukan kegiatan dengan baik.
PT. ASTRA INTERNATIONAL TBK - PLH
215
PT. CHEIL JEDANG INDONESIA, KABUPATEN JOMBANG, JAWA TIMUR
Menggapai Visi Beyond Bio Renew the Earth
melalui Pendidikan Lingkungan Hidup Di Sekolah
Program CSR PT. Cheil Jedang Indonesia, Jombang di Jawa Timur, memiliki
inisiatif untuk mendukung pendidikan yang dapat meningkatkan wawasan,
pemahaman dan cara pandang terhadap lingkungan bagi siswa-siswi baik
ditingkat sekolah dasar maupun menengah atas, sekaligus meningkatkan
kepedulian mereka terhadap lingkungan, sehingga mereka dapat ikut serta secara
aktif menjaga kelestarian lingkungan hidup. Pendampingan intensif melalui
pelatihan dan penyediaan fasilitas seperti tempat sampah sebanyak 100 unit
untuk sepuluh sekolah, program menanam sebanyak 500.000 bibit bersama
sekitar 3.016 siwa sekolah di sekitar lingkungan Kecamatan Ploso berhasil
mendorong dua sekolah yaitu SMPN 2 Ploso dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Jati
Gedong Ploso meraih penghargaan sekolah Adiwiyata Nasional pada tahun 2012.
1. Potret Lingkungan
Saat ini, siapapun sepakat bahwa tingkat kerusakan lingkungan hidup semakin
tinggi namun sebaliknya, tingkat kesadaran masyarakat masih rendah tidak
terkecuali kurangnya pemahaman dan kepedulian siswa sekolah tentang
pelestarian lingkungan. Di sekeliling kita tidaklah sulit menemui lingkungan
sekolah yang kotor, tandus, dan gersang. Banjirpun sering melanda wilayah
kecamatan Ploso, Kabupaten Jombang dalam 2-3 tahun terakhir ini.
Bila sejak usia dini generasi muda penerus tidak memahami dan memiliki
kepedulian terhadap kelestarian lingkungan sekitar, bisa dibayangkan bagaimana
kerusakan termasuk pencemaran lingkungan yang timbul di masa yang akan
datang. PT. Cheil Jedang Indonesia-Jombang (CJI) memiliki Visi “Beyond Bio
Renew The Earth” diterjemahkan menjadi visi perusahaan untuk berproses dan
mempunyai produk yang ramah lingkungan. Sebagai konsekuensinya, perusahaan
terus berupaya menjadi perusahaan berkelas dunia dan terpercaya dengan
menciptakan gaya hidup yang sehat, bahagia, nyaman, dan ramah lingkungan.
Bertolak dari Visi tersebut, penting bagi perusahaan untuk melaksanakan
tanggung jawab sosial, yang dilakukan melalui berbagai pilihan program, salah
satunya adalah program Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH). PLH dipilih sebagai
wahana untuk mewujudkan visi perusahaan, dengan mempertimbangkan bahwa
konsepsi PLH adalah “upaya mengubah perilaku dan sikap yang dilakukan oleh
berbagai pihak atau elemen masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan kesadaran masyarakat tentang nilai-nilai
lingkungan dan isu permasalahan lingkungan, yang pada akhirnya dapat
menggerakkan masyarakat untuk berperan aktif dalam upaya pelestarian dan
keselamatan lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan yang akan
datang.”
2. Merajut Kepedulian Generasi Muda akan Lingkungan dari Tingkat Sekolah
Lokasi perusahaan tidak jauh dari lingkungan sekitar dimana sekolah menjadi
perhatian perusahaan dalam mengembangkan program CSR untuk mendukung
pendidikan yang dapat meningkatkan wawasan, pemahaman dan cara pandang
siswa-siswi baik ditingkat SD/MI, SMP/MTs, SMA/MAN/SMKA terhadap
216
PT. CHEIL JEDANG INDONESIA - PLH
lingkungan. Sekaligus meningkatkan kepedulian mereka terhadap lingkungan,
sehingga mereka dapat ikut serta secara aktif menjaga kelestarian lingkungan
hidup.
Tahap awal program Desa Ploso dan Desa Pagertanjung, Kecamatan Ploso,
Kabupaten Jombang, Jawa Timur diawali dengan melakukan penelitian dan
observasi lingkungan di sekolah-sekolah yang dilakukan oleh Tim CSR selama
kurang lebih 3 bulan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan kurangnya
kesadaran siswa tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan khususnya di
area sekolah mereka yang ditunjukkan oleh banyak sampah di sekitar lokasi
sekolah, di sungai-sungai yang mengalir sekitar sekolah.
Setelah melakukan prioritas isu, yang ditemui dan menjadi masalah utama salah
satunya adalah sampah. Tim CSR selanjutnya menyusun langkah-langkah
mendorong peningkatan kesadaran siswa untuk melakukan penerapan Pendidikan
Lingkungan Hidup (PLH) di 10 (sepuluh) sekolah dengan jumlah total siswa 3016
siswa. Kegiatan PLH yang dikembangkan di sekolah melalui kegiatan langsung
dengan siswa dan pelatihan baik dengan siswa maupun dengan guru serta bentuk
perlombaan lingkungan, diuraikan sebagai berikut:
(1) Pendidikan tentang cara pemilahan sampah sesuai prinsip 3R, Untuk
kegiatan pemilahan sampah dengan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle)
dilakukan dengan mendampingi sekolah melalui kegiatan:
x Pilah sampah (organik dan anorganik) di lingkungan sekolah, dilakukan
di 10 (sepuluh) sekolah.
x Penyediaan tempat sampah di sekolah dengan bantuan dari perusahaan
sebanyak 10 unit per sekolah.
x Penyediaan masing-masing dua unit komposter untuk setiap sekolah,
untuk mengolah sampah organik.
Gambar 1. Pemberian Komposter ke Sekolah untuk mengolah sampah organik
(2) Pelatihan peningkatan kapasitas siswa dan guru. Pelatihan bagi siswa dan
guru tentang cara menggunakan komposter pemanfaatan pupuk kompos
dari sampah organik, salah satunya dengan menggunakan cairan EM4
untuk mempercepat proses pembuatan pupuk kompos. Pelatihan bertujuan
agar sampah yang selama ini banyak terdapat di sekolah dapat diolah dan
dimanfaatkan
PT. CHEIL JEDANG INDONESIA - PLH
217
Gambar 2. Kegiatan Pelatihan Guru dan Siswa
(3) Penghijauan di lingkungan sekitar sekolah. Penghijauan di lingkungan
sekitar sekolah dilakukan melalui kegiatan penyediaan bibit dan
penanaman bibit tanaman sengon, trembesi dan mahoni bersama siswa
sekolah di sekitar lokasi di Desa Ploso dan Desa Pagertanjung dengan total
sebanyak 50.000 bibit.
Gambar 3. Kegiatan Penanaman Bibit Pohon di Sekolah
(4) Lomba dan Penghargaan. Perusahaan juga memfasilitasi lomba bagi sekolah
tingkat SD/MI ,SMP/MTs, dan SMA/MA/SMK tentang pemilahan sampah
dan pembuatan pupuk kompos, juga memberikan penghargaan kepada
sekolah yang telah berhasil membuat lingkungan menjadi lebih baik antara
lain telah menghijaukan area masing-masing, dan menciptakan lingkungan
yang bersih, hijau, dan asri yang merupakan lomba tahunan bagi sekolah.
Selama kurun waktu hampir dua tahun (2010-2012), program CSR melalui PLH
sudah mulai memperlihatkan keberhasilan, dimana dari 10 sekolah yang
mengikuti pembinaan dua diantaranya yaitu SMPN 2 Ploso dan Madrasah
Ibtidaiyah (MI) Ploso meraih penghargaan sekolah Adiwiyata Nasional. Dengan
diraihnya penghargaan Adiwiyata menjadi salah satu indikator adanya perubahan
baik dari perilaku siswa maupun sekolah dalam pengelolaan lingkungan yang
lebih baik, dan sekolah lebih termotivasi untuk melakukan perbaikan pengelolaan
lingkungan serta menjadi contoh bagi sekolah lain.
Perubahan lain yang terjadi adalah siswa mulai memiliki kepedulian terhadap
kelestarian lingkungan. Hal ini ditunjukan dengan sikap menjaga lingkungan
sekolah yang saat ini menjadi lebih bersih dan bebas sampah, dan pengolahan
sampah dengan konsep 3R menjadi bagian kegiatan sekolah. Sekolah menjadi
218
PT. CHEIL JEDANG INDONESIA - PLH
lebih hijau dan teduh dengan pepohonan yang dirawat dengan baik oleh siswa dan
guru serta petugas sekolah, seperti disampaikan oleh Kepala Sekolah Kepala
Sekolah MI Jatigedong, Suharno, yang menyampaikan rasa terima kasih kepada
CJI atas kegiatan yang dilakukan kepada para siswa terkait pendidikan
lingkungan.
“Hal ini bisa dirasakan dengan semakin meningkatnya kesadaran semua
siswa di sekolah kami untuk menjaga kelestarian lingkungan mulai dari hal
yang sederhana seperti: membuang sampah pada tempatnya, memilah
sampah, membuat pupuk kompos dari sampah organik yang banyak
terdapat di area sekolah serta melakukan penghijauan di taman sekolah.
Sehingga suasana belajar mengajar menjadi lebih nyaman.” (Suharno,
Kepala Sekolah MI Jatigedong)
Dampak lain dari kegiatan adalah masyarakat di sekitar lingkungan perusahaan
sudah mulai lebih perhatian terhadap lingkungan sekitar, antara lain ditunjukkan
dengan perilaku memelihara tanaman yang ditanam bersama siswa. Beberapa
sekolah lain juga mulai tertarik untuk melakukan hal yang sama. Bagi perusahaan
dampak positif ini dapat memudahkan pelaksanaan program sesuai dengan
rencana yang telah disusun untuk mendukung keberlanjutan program.
3. Petikan Pembelajaran
(1) PLH menjadi sangat penting untuk menjadi bagian dalam program CSR
perusahaan karena dapat membantu mengubah pola pikir/mind set
masyarakat khususnya generasi muda tentang pelestarian lingkungan.
Kerjasama dan kepercayaan diawal dari sekolah yang dibangun mulai dari
kajian lingkungan turut menjadi kunci keberhasilan program pelaksanaan
PLH di 10 (sepuluh) sekolah yang didampingi.
(2) Proses kajian awal untuk menentukan isu lingkungan yang akan ditangani
menjadi kunci dalam pelaksanaan program .
(3) Visi, misi, kebijakan, rencana, dan program perusahaan yang
memperhatikan aspek lingkungan hidup dalam menjalankan usahanya
merupakan dasar bagi perusahaan dalam menjalankan CSR bidang
lingkungan yang sistemik, terintegrasi dan berkelanjutan. Komitmen yang
dimulai dari pucuk pimpinan perusahaan, penanggung jawab, sampai pada
tingkat pelaksana di lapangan merupakan kunci yang mengantarkan
keberhasilan, yang bermanfaat tidak saja untuk lingkungan hidup tetapi
juga untuk pertumbuhan ekonomi dan kepentingan sosial.
(4) Dalam banyak contoh, penerima manfaat program CSR tidak saja bagi
eksternal perusahaan khususnya masyarakat sekitar, tetapi juga bagi
internal perusahaan dalam bentuk pengakuan masyarakat dan mitra usaha
atas kepedulian perusahaan terhadap lingkungan. Pihak internal atau
karyawan perusahaan dalam menjalankan kegiatan perusahaan akan lebih
memperhatikan aspek lingkungan hidup.
(5) Manfaat lain dari pelaksanaan kegiatan CSR bidang lingkungan ini adalah
terwujudnya forum komunikasi antara perusahaan dengan masyarakat dan
para pemangku kepentingan lainnya. Melalui komunikasi yang baik dapat
terjamin keterbukaan sehingga mengurangi pendapat negatif dari masingmasing pihak, sekaligus merupakan safety net dalam interaksi perusahaan
dengan masyarakat sekitar.
(6) Dalam pengembangan program, kerjasama dengan Badan Lingkungan
Hidup (BLH) di Jombang dan juga instansi lain perlu dilakukan.
PT. CHEIL JEDANG INDONESIA - PLH
219
PT. CHEVRON GEOTHERMAL GUNUNG SALAK TBK, KABUPATEN SUKABUMI
DAN BOGOR, JAWA BARAT
Pendidikan Konsevasi Raptor di Suaka Elang,
Provinsi Jawa Barat dan Riau
Pendidikan untuk mengenalkan satwa langka seperti Elang Jawa (Nisaetus
bartelsi), Elang Brontok (Nisaetus cirrhatus) sangat penting dilakukan sejak usia
dini dan juga kepada masyarakat umum, mengingat satwa tersebut merupakan
salah satu indikator kunci bagi suatu ekosistem yang berpengaruh terhadap
kehidupan manusia. Pusat Pendidikan Konservasi Raptor Suaka Elang yang
dibangun dan diinisiasi oleh Chevron bukan hanya telah menyelamatkan jenis
satwa elang, namun juga menjadi media Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) bagi
siswa sekolah maupun masyarakat umum. Di lokasi Suaka Elang di Cijeruk,
Bogor, Jawa Barat, serangkaian pelatihan pendidikan lingkungan hidup dilakukan
untuk anak muda sebagai fasilitator lingkungan dan juga penerapan PLH dengan
topik Konservasi Elang menjadi bagian kegiatan rutin sejak tahun 2010. Selama 3
tahun (periode 2010-2012), minimal ada 18 sekolah dengan total siswa 900 siswa
yang secara rutin mengikuti program pendidikan lingkungan hidup, jumlah ini
belum termasuk pengunjung dan sekolah yang datang langsung ke Suaka Elang di
Cijeruk untuk mengikuti kegiatan PLH.
1. Bermitra untuk Konservasi Raptor
Kawasan-kawasan dimana Chevron beroperasi baik di Jawa Barat maupun di
Riau, merupakan kawasan yang kaya keanekaragaman hayati baik jenis maupun
ekosistem. Salah satu keanekaragaman hayati jenis yang sekaligus berfungsi
sebagai penyeimbang ekosistem adalah burung pemangsa atau raptor, karena
posisinya sebagai pemangsa puncak dalam piramida makanan. Indonesia memiliki
sekitar 75 jenis raptor. Jumlah yang luar biasa, mengingat raptor yang menghuni
benua Asia sekitar 90 jenis. Sekitar 15 raptor Indonesia termasuk jenis endemik,
bahkan beberapa jenis adalah endemik pulau, seperti Elang Jawa (Nisaetus
bartelsi) merupakan jenis endemik Jawa Barat, dimana Taman Nasional Gunung
Halimun Salak (TNGHS) merupakan salah satu habitat jenis ini. Sementara jenis
Elang Brontok (Nisaetus cirrhatus) merupakan jenis raptor ditemukan di daerah
Riau, sebagai pintu gerbang jalur migrasi raptor Asia menuju dan/atau keluar
kawasan Indonesia.
Keberadaan raptor tersebut tentunya harus selalu dijaga demi keberlangsungan
dan kestabilan ekosistem, yang diwujudkan salah satunya dengan kawasan
konservasi seperti Taman Nasional. Upaya spesifik perlu dilakukan mengingat saat
ini tingkat kerusakan sumberdaya alam di Indonesia dan di berbagai belahan bumi
semakin meningkat, yang disebabkan kurang informasi, pengetahuan dan
kesadaran untuk menjaga lingkungan sekitar termasuk raptor.
Kondisi tersebut, mendorong Chevron yang selama ini sudah memiliki kepedulian
terhadap lingkungan, berinisiatif merangkul sejumlah lembaga yang mempunyai
kesamaan Visi dan Misi tentang lingkungan hidup. Pada tahun 2008 dibentuklah
Lembaga Suaka Elang yang merupakan sebuah lembaga yang mendukung
konservasi dan restorasi habitat raptor yang terancam punah, salah satunya
melalui kegiatan penyadaran masyarakat melalui pendidikan lingkungan.
220
PT. CHEVRON GEOTHERMAL GUNUNG SALAK TBK - PLH
Suaka Elang dibangun dengan model kemitraan yang terdiri dari Pemerintah (Balai
Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Balai Besar Konservasi dan Sumber Daya
Alam Jawa Barat, Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, LIPI dan
PusLitBangHut Konservasi Alam), LSM (International Animal Rescue, Raptor
Indonesia, Raptor Conservation Society, PILI-Green Network, PPS Cikananga dan
mata ELANG, serta swasta
yaitu Chevron Geotermal Gunung Salak) dan
Kelompok Swadaya Masyarakat sebagai bentuk pelaksanaan kerjasama kolaborasi
sebagaimana yang diamanatkan pemerintah dalam Permenhut P.19/MenhutII/2006, yang saling menguntungkan untuk pelestarian habitat dan konservasi
spesies serta organisasi-organisasi yang terlibat, dan diresmikan pada tanggal 25
November 2008. Pengelolaannya dilakukan secara kolaboratif dengan melibatkan
peran masyarakat. Suaka Elang berlokasi di Kampung Loji kawasan TNGHS Jawa
Barat dan di Riau berlokasi di hutan adat Buluh Cina, Kecamatan Siak Hulu,
Kabupaten Kampar, Riau. Kawasan tersebut masing-masing ditetapkan sebagai
tempat rehabilitasi dan pendidikan lingkungan berbasis raptor serta lokasi
pelepasliaran raptor atau yang dikenal Pendidikan Konservasi Raptor, selanjutnya
menjadi salah satu program andalan CSR Chevron.
2.
Meningkatkan Kesadaran dan Kepedulian dengan Penerapan Pendidikan
Lingkungan Hidup di lokasi Suaka Elang
Proses membangun Suaka Elang yang melibatkan berbagai pihak tentunya
memerlukan komitmen dari setiap lembaga yang terlibat termasuk Chevron.
Komitmen dilandasi dengan kebijakan berupa Surat Keputusan Menteri
Kehutanan No. 390/KPTS -II/2003 serta Nota Kesepahaman Kemitraan Suaka
Elang tahun 2007, dimana Suaka Elang merupakan salah satu bentuk usaha
menjaga dan melindungi keanekaragaman hayati yang ada. Tujuannya untuk
memperkenalkan masyarakat kepada alam dan meningkatkan kesadaran akan
nilai penting sumber daya alam yang beragam dalam sebuah ekosistem
kehidupan. Pengembangan Suaka elang ini juga merupakan sebuah cara dalam
menyebarluaskan informasi tentang usaha pelestarian dan perlindungan raptor
pada suatu kawasan yang dilindungi atau kawasan-kawasan yang perlu dilindungi
dengan menggunakan pendekatan pendidikan lingkungan dan wisata terbatas
yang terintegrasi. Pendidikan lingkungan di Suaka Elang merupakan proses
pembelajaran yang langsung dan berbasis pengalaman sehingga diharapkan dapat
:
x mendukung kepedulian dan perhatian terhadap ekonomi, sosial dan
keterkaitannya terhadap lingkungan ekologis
x belajar dan mendapatkan pengetahuan, nilai, perilaku, komitmen, dan
kemampuan yang diperlukan untuk menjaga dan meningkatkan kualitas
lingkungan hidup
x mendorong sikap hidup positif baik dari tingkat individu, kelompok, dan
masyarakat secara keseluruhan terhadap lingkungan sekitarnya.
Pada tahap persiapan, dilakukan kegiatan Assessment & Study melalui forum
workshop dan Focused Group Discussion (FGD) dengan para pemangku
kepentingan yang terdiri dari masyarakat, lembaga non-pemerintah, dan berbagai
unit kerja pemerintah. Dari hasil workshop dan FGD tersebut, dapat dirancang
bentuk kelembagaan yang akan menangani pelaksanaan program. Setelah
terbentuk kelembagaan yang akan menangani pelaksanaan program, disusunlah
perencanaan program yang meliputi : alokasi & sumber pendanaan, pemetaan
lokasi pengelolaan, dan penentuan target pengelolaan.
PT. CHEVRON GEOTHERMAL GUNUNG SALAK TBK - PLH
221
Pada tahun 2010, untuk wilayah Jawa Barat, mulai dibangun fasilitas permanen
antara lain:
1. Visitor Center (Pusat Pengunjung) seluas 70 m2, dukungan dari TNGHS
2. Kandang-kandang raptor sebanyak 4 unit, dukungan dari Chevron
3. Jembatan Gantung sepanjang kurang lebih 75 m, dukungan PT. Antam
Agar semua pihak yang berkepentingan mengetahui tentang program Suaka Elang,
Tim melakukan sosialisasi program dimulai dengan internal perusahaan, instansi
pemerintah, LSM, masyarakat sekitar lokasi kegiatan program, dan media massa.
Khusus kegiatan sosialisasi dilaksanakan secara masif pada tahun 2010-2012
melalui serangkaian kegiatan berupa:
(1) Pelatihan kader konservasi 30 untuk lebih mengoptimalkan wahana
pendidikan lingkungan di Suaka Elang, dibutuhkan peningkatan kapasitas
generasi muda dalam kaitannya dengan usaha konservasi raptor dan
habitatnya. Pada bulan Juni sampai bulan Juli 2010, Suaka Elang
mengadakan pelatihan kader konservasi dengan peserta yang terdiri dari
pelajar, mahasiswa dan masyarakat umum. Kegiatan ini terlaksana atas
dukungan dari Chevron dan Subdit Bina Cinta Alam, Direktorat Pemanfaatan
Jasa Lingkungan dan Wisata Alam.
(2) Lokakarya pada tahun 2011 dengan topik “Mengenai Migrasi Raptor
Indonesia”.
(3) Pelatihan pada tahun 2011 berupa “Indonesian Bird Banding Scheme” dan
pada tahun 2011-20121 dilaksanakan “Training of the Trainers untuk Kader”.
(4) Penyelenggaraan event pada tahun 2011 bertajuk “Rehabilitasi Elang” dan
launching buku “Garuda” dan pada tahun 2012 dilaksanakan lagi
“Rehabilitasi Elang”.
(5) Pemutaran film dokumenter berjudul “Pelepasan Elang”, pada tahun 2011.
(6) Grand Launching Suaka Elang pada Desember 2012 dan pemasangan board
sign oleh PSE pada Mei 2012.
(7) Pameran & Konferensi pada tahun 2011 dengan topik “Festival Migrasi
Raptor di Malaysia” dan pada tahun 2012 diselenggarakan Pameran IUCN di
Korea.
(8) Kegiatan Program Suaka Elang Goes to Campuss yang dilaksanakan pada
tahun 2012 di kampus-kampus Jakarta, Bogor, Bandung, Daerah Istimewa
Yogyakarta, dan Jawa Timur.
Setelah semua persiapan tersebut dianggap cukup, dilaksanakanlah program
Suaka Elang dalam rentang waktu 3 (tiga) tahun yaitu dari tahun 2010-2012 yang
meliputi kegiatan penguatan kelembagaan, pendidikan lingkungan, dan
pelepasliaran elang. Kegiatan penguatan kelembagaan untuk Pendidikan Suaka
Elang dilakukan melalui pertemuan tahunan dan studi banding lokal ke Taman
Rekreasi Edukasi dan ke Korea.
Pelaksanaan program terdiri dari Penguatan Kelembagaan, Pelepasliaran elang dan
Pendidikan Lingkungan.
(1) Penguatan Kelembagaan. Dilakukan melalui serangkaian forum pertemuan
Program Suaka Elang yang diikuti oleh pihak-pihak yang terlibat yang
secara formal dilakukan setiap tahun.
(2) Pelepasliaran elang. Dilaksanakan setelah program Suaka Elang berjalan
setahun. Pada tahun 2011 program Suaka Elang telah melepasliarkan 3
(tiga) ekor elang antara lain jenis Ular Bido yang dilakukan oleh Gubernur
Jawa Barat dan 4 (empat) ekor Elang Brontok di Hutan Adat Buluh Cina,
Riau pada tahun 2012.
222
PT. CHEVRON GEOTHERMAL GUNUNG SALAK TBK - PLH
(3) Pendidikan Lingkungan. Kegiatan Pendidikan Lingkungan terdiri dari school
visit dan pengembangan modul untuk sekolah dasar. School visit, dilakukan
mulai tahun 2010 sosialisasi ke Dinas Pendidikan dan sekolah setempat.
Pada tahun 2011 dan 2012 dilakukan School Visit masing-masing sebanyak
18 kali dalam kegiatan yang diberi nama Suaka Elang Goes to Elementary
School/SEGC) yang melibatkan lebih dari 50 siswa/kegiatan. Dalam
kesempatan tersebut, Tim SEGC menjelaskan kepada para siswa antara lain
mengenai fungsi ekosistem, pentingnya pelestarian lingkungan khususnya
pelestarian keberadaan raptor dan fungsinya sebagai penjaga keseimbangan
ekosistem di TNGHS. Pengembangan modul pendidikan lingkungan dimulai
pada tahun 2010 dengan melakukan inisiasi penyusunan modul/kurikulum
pada tahun 2011 dilanjutkan dengan pelaksanaan pendidikan lingkungan
mengenai raptor kepada murid sekolah dasar. Sementara itu untuk program
konservasi, pada tahun 2011 dan 2012 dilaksanakan Konservasi Elang&
fasilitas rekreasional. Program tersebut berisi tentang pentingnya konservasi
dan bagaimana konservasi tersebut dilakukan terutama konservasi elang
dan pengembangan fasilitas rekreasional yang sekaligus juga merupakan
forum pendidikan lingkungan hidup.
Untuk dapat menilai apakah pelaksanaan program telah sesuai dengan
perencanaan awal, maka dilakukan Monitoring dan Evaluasi terhadap program
dan kegiatan pelepasliaran elang. Pembahasan hasil monitoring dilakukan secara
berkala antara lain melalui rapat tahunan sekaligus melakukan evaluasi terhadap
jalannya program dan kegiatan. Dari hasil evaluasi terungkap beberapa
keberhasilan dan hambatan yang dialami selama pelaksanaan program dan
sekaligus diidentifikasi alternatif jalan keluar dari hambatan yang ditemui. Hasil
evaluasi inilah yang kemudian dijadikan bahan untuk melakukan koreksi dan
menyempurnakan program.
Kegiatan pendidikan lingkungan yang terus menerus dilakukan di Suaka Elang,
mulai membuahkan hasil. Selama ini upaya gencar dilakukan oleh Suaka Elang
melalui ragam media cetak dan online (Leaflet, booklet, website, dan lainnya),
mendorong masyarakat luas tertarik untuk turut mempelajari dan melindungi
raptor. Hal ini dibuktikan dengan mulai seringnya sekolah, universitas datang ke
PT. CHEVRON GEOTHERMAL GUNUNG SALAK TBK - PLH
223
Suaka Elang untuk belajar mengenal raptor dan lingkungan sekitar. Dimuatnya
Suaka Elang di berbagai media juga menjadi salah satu sisi keberhasilan program,
dikenalnya Chevron oleh masyarakat sekitar sebagai salah satu perusahaan yang
peduli alam sekitar, termasuk liputan media seperti yang diberitakan Riau Post
pada 15 Juli 2012 dimana Manajer PGPA Chevron Pacific Indonesia, Imamul
Ashuri yang menjadi Koordinator Pelepasliaran Elang menyampaikan pernyataan
yang pro lingkungan bahwa :
“komitmen perusahaan dalam menjaga lingkungan tak sebatas elang.
Pihaknya bahkan menggambarkan bahwa saat ini, perusahaanlah yang
tinggal di hutan, jadi bukan satwa yang harus menghindar, namun
manusia”
Sebagai salah pusat perlindungan raptor, sejak didirikan, Suaka Elang sudah
berhasil melakukan penangkaran dan pelepasliaran 7 (tujuh) ekor elang yang
terdiri dari 3 (tiga) ekor Elang Jawa, satu ekor Elang Alap Jambul, dan 3 (tiga) ekor
Elang Ular Bido. Selain itu terdapat 12 (dua belas) ekor elang di tempat rehabilitasi
Suaka Elang, dimana 2 diantaranya adalah Elang Brontok (Nisaetus cirrhatus).dan
satu telah dilepaskan di Riau.
Keberhasilan lain yang dapat dilihat adalah dari sisi kemitraan sudah mulai
terlihat sejak tahun 2010, perusahaan yang bergabung bukan hanya Chevron
namun juga PT. Antam yang beroperasi di kawasan TNGHS. Gambar diagram
berikut menunjukkan sumber pendanaan Suaka Elang pada tahun 2010. Dimana
Chevron berkontribusi sekitar 53%.
Yayasan Bina
Usaha
Lingkungan
26%
Other
1%
Chevron
53%
MBZ Species
Conservation
Bina Cinta
14%
Alam Aneka
IAR
2% Tambang
Indonesia
1%
3%
Gambar 1. Sumber Pendanaan Suaka Elang Periode 2010
(Sumber: Laporan Tahunan Suaka Elang)
3. Manfaat dan Petikan Pembelajaran
Program ini bermanfaat baik terhadap lingkungan hidup, khususnya ekosistem di
kawasan TNGHS dan di Hutan Adat Buluh Cina, Riau dengan terjaganya
keseimbangan jumlah dan kondisi jenis raptor di lokasi tersebut. Melalui program
pendidikan konservasi raptor maupun habitatnya, manfaat terhadap lingkungan
hidup adalah berkurangnya ancaman terhadap ekosistem sejalan dengan makin
224
PT. CHEVRON GEOTHERMAL GUNUNG SALAK TBK - PLH
bertambahnya populasi raptor yang berfungsi sebagai pemangsa puncak dalam
piramida makanan, sekaligus sebagai penjaga keseimbangan ekosistem. Dengan
pemilihan kawasan TNGHS dan Hutan Buluh Cina, Riau sebagai tempat untuk
pelepasliaran raptor, diharapkan dapat memberikan rumah baru dan daerah
sebaran yang alami bagi spesies Elang Jawa dan Elang Brontok.
Masyarakat sekitar lokasi program dapat lebih memahami pentingnya konservasi
dan penjagaan terhadap ekosistem hutan. Bagi masyarakat di sekitar Hutan Adat
Buluh Cina yang telah turun temurun mengelola hutan secara otonom, program
ini tidak saja menambah pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang
kekayaan ekosistem hutan Riau yang menjadi rumah bagi berbagai jenis satwa
termasuk elang, tetapi juga dapat memanfaatkan kawasan hutan dan keragaman
satwa yang dimilikinya sebagai potensi wisata edukasi berbasiskan lingkungan.
Bagi perusahaan, melalui program ini Chevron memperoleh pengakuan sebagai
suatu perusahaan yang mempunyai komitmen menjaga kelestarian lingkungan
dan menjaga fauna jenis raptor yang terancam punah (endanger species).
Komitmen tersebut diwujudkan dalam kebijakan maupun operasionalisasi
perusahaan yang berkaitan dengan penanganan permasalahan lingkungan. Secara
tidak langsung, hal ini merupakan pengakuan terhadap nilai etika yang dianut
Chevron dalam melakukan kegiatan operasinya yang disebut sebagai the Chevron
way, dimana salah satunya adalah melindungi lingkungan, termasuk
keanekaragaman hayati di sekitar lokasi Chevron beroperasi.
Foto/Dokumentasi Program
PT. CHEVRON GEOTHERMAL GUNUNG SALAK TBK - PLH
225
PT. PERTAMINA HULU ENERGI ONWJ, SUBANG, JAWA BARAT
Hutan Pendidikan Iklim, Blanakan, Subang sebagai Media Pendidikan
Lingkungan Hidup (PLH)
Proses penyadaran dan perubahan perilaku harus ditanamkan sejak dini dengan
alam sebagai medianya. Pembuatan Hutan Pendidikan Iklim Blanakan yang diinisiasi
masyarakat Kecamatan Blanakan dan Pertamina Hulu Energi ONWJ (PHE ONWJ)
menjadi media yang tepat untuk pembelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH).
Meskipun secara fisik hutan masih dalam tahap penanaman, serangkaian kegiatan
PLH sudah dilakukan melalui program 2 kali seri pelatihan PLH bagi guru yang
melibatkan 15 sekolah tingkatan sekolah dasar sampai menengah atas yang diikuti
sekitar 50 guru dan kepala sekolah. Sejak tahun 2013 sekolah sedikit demi sedikit
mempraktekkan penerapan PLH melalui praktek pembutan lubang biopori sekitar 30
lubang, 3 sekolah membuat kebun sekolah, penanaman pohon bersama di hutan
pendidikan sebanyak 1.500 bibit pohon di areal seluas 2.5 ha. Penerapan PLH pada
saat kemah pramuka melibatkan 300 pramuka siaga, penggalang dan penegak
melalui kegiatan pengenalan sampah organik dan anorganik, monitoring sungai
Cilamaya dengan indikator biologi, indentifikasi tumbuhan, praktek daur ulang
sampah plastik dan kampanye memilah sampah dengan menggambar tong sampah.
1. Mengurai Kondisi Lingkungan Kecamatan Blanakan
Hamparan padi hijau meliuk tertiup angin pagi menjadi panorama yang menemani
kemunculan matahari pagi di Blanakan, yang memiliki luas 7.839,37 Ha, terletak di
Kabupaten Subang, Jawa Barat. Kawasan ini menjadi salah satu kecamatan yang
memiliki ragam kekayaan alam hayati yang cukup kaya, ekosistem mangrove, pesisir,
sungai Cilamaya, termasuk ekosistem buatan berupa sawah dan kebun turut
melengkapi kekayaan tersebut.
Sayangnya sebagai salah satu penghasil beras, ikan, dan juga sabuk hijau pantai
utara dengan hutan mangrovenya ini, mulai banyak mengalami penurunan kualitas
lingkungan, menurut hasil pengamatan dan identifikasi bersama masyarakat 1 yang
paling dirasakan adalah kualitas air sungai Cilamaya mengalami penurunan dari
mulai warna, bau, dan banjir rob mulai meluas ke wilayah yang selama ini cukup
aman. Endapan di muara semakin meluas sehingga sungai sulit dilalui kapal
nelayan, sawah-sawah sering terkena hama, dan tanah sawah semakin keras. Kebun
campuran mulai berkurang baik dari luasan maupun keragaman jenisnya, anak-anak
sudah tidak banyak mengenal flora maupun fauna yang menjadi sumber penopang
kehidupan sebagian besar masyarakat Blanakan. Ragam jenis ikan dan biota laut
sudah kurang dikenali lagi oleh anak-anak dan remaja, keanekaragaman jenis
mangga yang banyak terdapat di Blanakan kurang dikenali generasi muda. Sebagian
besar kondisi penurunan kualitas lingkungan tersebut ditimbulkan oleh dua hal yaitu
kurangnya kesadaran dan kepedulian serta adanya dampak perubahan iklim yang
memang sudah mulai dirasakan di banyak tempat di Indonesia termasuk Blanakan.
Kondisi yang paling dirasakan oleh masyarakat pada Januari 2012, hampir 150 ha
sawah siap tanam terendam banjir penyebabnya tidak hanya tingginya curah hujan,
namun sejumlah saluran yang melintasi persawahan di wilayah tersebut dangkal dan
menyempit di daerah hilir.
1
Hasil diskusi kelompok Pelatihan PLH bagi Guru April 2013 di Kec. Blanakan yang diselenggarakan oleh PHE ONWJ dan Detara
Foundation dan observasi lingkungan
226
PHE ONWJ – Hutan Pendidikan Iklim - PLH
Gagasan hutan pendidikan yang kemudian dikembangkan menjadi hutan pendidikan
iklim adalah upaya untuk mengatasi persoalan lingkungan melalui pendidikan
dengan mengembangkan media pembelajaran lingkungan khsusunya terkait isu
perubahan iklim di lahan seluas kurang lebih 2,5 hektar.
PHE ONWJ merupakan salah satu Kontraktor Kontrak Kerja Sama MIGAS di
Indonesia dengan salah satu wilayah operasi di Cilamaya Girang Kabupaten Subang,
Jawa Barat. Sebagai salah satu perusahaan yang memiliki tema besar dalam
pelaksanaan CSR lingkungan yaitu “Melangkah dalam Keselarasan menuju
Keberlanjutan (Journey in Harmony toward Sustainability)” yang diturunkan dalam
empat bidang program yaitu program ekonomi, pendidikan, lingkungan dan
kesehatan dengan target utama masyarakat wilayah pesisir, sejak tahun 2009 telah
berupaya mendorong munculnya media berupa hutan pendidikan iklim di Blanakan.
Meskipun secara fisik areal seluas 2.5 Ha belum dapat dikategorikan sebagai hutan,
mengingat vegetasi yang ada masih dalam status pancang dan tiang, namun upaya
menjadikan media pendidikan lingkungan sudah dirintis sejak awal dengan
melibatkan masyarakat termasuk sekolah-sekolah di Kecamatan Blanakan.
2. Hutan Pendidikan Iklim Blanakan – Inisiasi Mewujudkan Media Pendidikan
Perubahan Iklim bagi Masyarakat
Prakarsa Hutan Pendidikan Iklim Blanakan, digagas oleh para tokoh dan kelompok
masyarakat yang peduli terhadap lingkungan terutama kerusakan kawasan hutan
mangrove, pencemaran sungai dan muara Cilamaya, serta harapan adanya media
edukasi bagi generasi muda. Gagasan ini sejalan dengan rencana perusahaan dalam
pengembangan masyarakat di bidang lingkungan, agar inisiasi dapat diwujudkan,
PHE ONWJ berinisiasi merangkul para tokoh dan kelompok masyarakat dalam
sebuah wadah yaitu Komite Pembangunan Masyarakat (KPM). KPM disepakati
beranggotakan relawan yang terdiri dari berbagai unsur, mulai dari tokoh
masyarakat, Pengurus Koperasi, LSM, Pemerintah daerah (kecamatan-desa) dan
anggota DRRD. KPM sampai saat ini berperan aktif dalam menjembatani program
yang ada di masyarakat, pemerintah setempat dan perusahaan. Ditingkat PHE ONWJ
sendiri, penanganan kegiatan di masyarakat terkait lingkungan dan pengembangan
masyarakat dilaksanakan dibawah divisi CSR dan HSE.
Dalam upaya mewujudkan gagasan Hutan Pendidikan Iklim Blanakan, KPM
berinisiatif menyediakan areal berupa lahan 2.5 Ha sebagai media percontohan, lahan
tersebut adalah areal dibawah pengelolaan Perum Perhutani salah satu perusahan
BUMN yang mengelola hutan produksi. Melalui Kesepakatan KPM dengan Perhutani,
pada tahun 2010, lahan seluas 2.5 Ha dijadikan kawasan hutan pendidikan.
Sebelumnya lahan seluas 2.5 Ha tersebut merupakan lahan Perhutani yang digarap
oleh warga, untuk tujuan hutan pendidikan, lahan tersebut dibebaskan melalui
proses ganti rugi dengan penggarap yang diketahui Perhutani. Dana penggantian
lahan garapan berasal dari dana iuran masyarakat yang dikumpulkan melalui
Komite. Setelah pembebasan lahan, kelompok mulai menanami areal dengan
beberapa jenis pohon Setelah kesepakatan tercapai, kegiatan program dilapangan
diawali dengan penanaman pohon sebanyak 1.500 pohon yang melibatkan pihak
kecamatan, DPRD, sekolah dan tokoh masyarakat, organisasi kepemudaan yang ada
di Kecamatan Blanakan.
Selain persiapan fisik di areal seluas 2.5 Ha, perusahaan menyadari bahwa perlu
adanya perubahan pola pikir dan peningkatan kesadaran masyarakat agar kondisi
lingkungan di Blanakan mengalami perbaikan dan peningkatan kualitas. Hal ini tidak
bisa berjalan dalam waktu cepat namun membutuhkan proses, menyadari hal
tersebut perusahan bermitra dengan salah satu LSM lingkungan, mengembangkan
konsep Hutan Pendidikan Iklim melalui kegiatan Pendidikan Lingkungan Hidup
PHE ONWJ – Hutan Pendidikan Iklim - PLH
227
(PLH). Konsep desain hutan pendidikan iklim yang akan menjadi media belajar
dirancang dengan menerapkan sistem-sistem pengelolaan hutan yang dibutuhkan
untuk media pembelajaran perubahan iklim terkait dengan pembelajaran mitigasi dan
adaptasi perubahan iklim yang berbasis konteks lokal, salah satunya sistem
tumpangsari, pertanian organik, pembibitan mangrove, serta pengembangan fasilitas
pendukung ramah lingkungan, tempat pertemuan, area kemah lingkungan, tanaman
obat, dll. Gambar 1. Merupakan desain Hutan Pendidikan Iklim Blanakan.
Dalam upaya peningkatan kesadaran serta kepedulian masyarakat terhadap
perbaikan dan pengelolaan lingkungan sekitar, pendekatan kelompok strategis yaitu
sekolah dari mulai tingkatan Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), SMP/MTs,
SMA/SMK/MA dan kelompok Pramuka menjadi kelompok utama. Serangkain
kegiatan untuk mendukung penerapan PLH di sekolah dilakukan melalui rangkaian
seri lokakarya dan pelatihan (lokalatih) PLH bagi guru/pendidik yang difasilitasi oleh
LSM Lingkungan dan penerapan PLH bagi pramuka dan sekolah.
Gambar 1. Desain Hutan Pendidikan Iklim Blanakan dan Kondisi Pertumbuhan
Pohon
Rangkaian seri lokalatih dan kegiatan PLH yang dilakukan yaitu:
(1) Seri Lokalatih Guru/Pendidik dalam Menerapkan PLH di Blanakan : “Hutan
Pendidikan Iklim Blanakan : Menjawab Tantangan Masa Depan bagi Generasi
Sekarang dan Mendatang”, seri pertama dilaksanakan pada 29-30 April 2013
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran guru/pendidik
tentang persoalan lingkungan, mengenal konsep PLH, meningkatkan
pengetahuan tentang keanekaragaman hayati, serta metoda pendekatan ke
alam melalui permainan alam dan interpretasi lingkungan. Seri lokalatih
pertama diikuti oleh 50 peserta yang terdiri dari 11 perempuan dan 39 lakilaki, dari 11 sekolah tingkat dasar (SD/MI), 1 SMP/MTs, 3 SMA/MA/SMK dan
Kwartir Cabang (Kwarcab), wakil Komite Masyarakat di Kecamatan Blanakan,
Kabupaten Subang. Lokalatih difasilitasi oleh Tim LSM Lingkungan. Para
peserta sangat puas dengan adanya pelatihan,hasil evaluasi pelatihan
menunjukan peserta menyatakan pelatihan sangat bagus (sebanyak 64% dan
sisanya menyatakan bagus 36%).
Gambar 2. Proses Seri Lokalatih Pertama tentang Konsep PLH, Penggalian Isu
Lingkungan Lokal
228
PHE ONWJ – Hutan Pendidikan Iklim - PLH
(2) Seri Lokalatih Kedua dilaksanakan pada tanggal 13-14 September 2013,
dengan jumlah peserta adalah empat puluh (40) orang terdiri dari 11 (sebelas)
peserta perempuan dan 29 (dua puluh sembilan). Dengan materi : (a) Garisgaris Besar Isi Materi PLH; (b) Teknik Komunikasi dan Fasilitasi; (c) Praktek
Biodiversity: Indikator Biologi sebagai Pemantau Lingkungan; (d) Perubahan
Iklim; (e) Agen Perubahan dalam Pengelolaan Lingkungan; (f) Pengelolaan
Sampah dengan 3R dan Bank Sampah; (g) Perencanaan dan Kelembagaan
Hutan Pendidikan Iklim Blanakan.
Gambar 3. Praktek untuk Garis-garis Besar Materi PLH
(3) Pendampingan ke sekolah, selama tahun 2013 dilakukan pendampingan ke
sepuluh sekolah pada bulan September 2013 dan baru dilaksanakan satu kali,
terutama untuk menindaklanjuti lokalatih yaitu kegiatan lingkungan di
sekolah, salah satunya adalah penerapan perbaikan pengelolaan sarana dan
prasana antara lain tempat sampah dan pemilahan sampah, penghijauan di
sekolah, pembuatan TOS-Tanaman Obat Sekolah.
(4) Pembuatan Lubang Biopori untuk meningkatkan area resapan air di sekolah
dan sekitarnya. Sampai akhir 2013, sekitar 30 lubang biopori sudah dibuat.
Gambar 4. Praktek pembuatan lubang resapan biopori
(5) Pemberian materi lingkungan kepada peserta Kemah Gema Pramuka Blanakan
yang diselenggarakan di areal Hutan Pendidikan Iklim Blanakan pada tanggal
2-3 Oktober 2013, sekitar 300 pramuka Siaga-Penggalang dan Penegak
difasilitasi materi lingkungan dengan mengacu pada materi Saka Kalpataru
atau Saka Lingkungan yang dikembangkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup
(KLH), materi tersebut antara lain Krida 3R dan Krida Konservasi
Keanekaragaman Hayati. Untuk Krida Keanekaragaman Hayati, peserta
difasilitasi melakukan kegiatan pemantauan sungai Cilamaya melalui cara
biological monitoring (biomonitoring) pemantauan kualitas air dengan melihat
indikator makro invertebrata, dan mengidentifikasi jenis-jenis tumbuhan yang
saat ini ada di lokasi Hutan Pendidikan Iklim Blanakan dan sekitarnya.
Sementara Krida 3R diisi dengan kegiatan pengenalan jenis sampah dan cara
mengolah sampah plastik melalui kerajinan daur ulang plastik kemasan
menjadi barang yang bermanfaat.
PHE ONWJ – Hutan Pendidikan Iklim - PLH
229
Gambar 5. Penerapan PLH dalam Kemah Pramuka
3. Keberhasilan dan Petikan Pembelajaran Program
Program CSR lingkungan melalui Hutan Pendidikan Iklim Blanakan, meskipun masih
dalam proses, namun dalam proses penerapan PLH sudah mulai memperlihatkan
perkembangan terutama inisiasi para peserta lokalatih yang mulai menyebarkan
kepedulian lingkungan, antara lain di sekolah sudah mulai terjadi pengurangan
penggunaan plastik kemasan meski masih terbatas dikalangan guru dengan
membawa botol minum, sampah plastik tidak terlalu berserakan. Rangkaian lokalatih
dan kegiatan PLH yang dikembangkan di Kec. Blanakan juga mendapat apresiasi dari
Dinas Pendidikan Kecamatan dan seluruh sekolah, umumnya mereka membutuhkan
pendampingan dari PHE ONWJ untuk menerapkan peduli lingkungan, dan meminta
proses lokalatih dilakukan lagi untuk sekolah-sekolah yang dalam seri pertama dan
kedua belum mengikuti. Berikut pernyataan dari sekolah (Kepala Sekolah, Guru):
“Perbanyak pelatihan seperti ini dengan merata karena masih banyak saudara
kita yang belum sadar manfaat lingkungan sekitar” (Sakim, SMPN 2 Blanakan
Kebutuhan untuk kegiatan PLH di sekolah juga disampaikan antara lain:
“PHE ONWJ dan LSM Lingkungan diharapkan lebih banyak lagi memberikan
motivasi dan kunjungan ke sekolah agar anak dan pendidik lain dapat
memahami dan melakukan aksi bersama untuk lingkungan” (Wakim Hamzah,
Guru SDN Wanajaya)
Sementara penggunaan Hutan Pendidikan Iklim Blanakan sebagai media pendidikan
sudah dimulai dengan digunakan sebagai lokasi penanaman sekolah dan kegiatan
pramuka sekecamatan Blanakan, meski dalam kegiatan pramuka masih sangat
kurang perspektif lingkungan, namun upaya untuk menanami lokasi dengan bibit
pohon menjadi salah satu upaya yang harus terus dilakukan. Keberadaan Hutan
Pendidikan Iklim betul-betul menjadi kebutuhan masyarakat dan terlihat dari upaya
masyarakat untuk segera mewujudkannya dengan dibentuknya “Forum Komunikasi
Hutan Pendidikan Iklim Blanakan(FKHPIB) ditingkat masyarakat”.
Proses kemitraan perusahaan dengan masyarakat dan sekolah yang terbangun
dengan landasan kepercayaan menjadi kunci keberhasilan program. Untuk
membangun Hutan Pendidikan Perubahan Iklim Blanakan, secara fisik mungkin
mudah diwujudkan oleh perusahaan, namun perusahaan yang memilih berproses
bersama untuk mendorong rasa kepemilikan bersama di masyarakat Blanakan, serta
proses merubah pola pikir dan tindak masyarakat untuk peduli lingkungan sehingga
menjadi aset untuk pengelolaan Hutan Pendidikan Iklim Blanakan ke depan terutama
aset sumberdaya manusia.
230
PHE ONWJ – Hutan Pendidikan Iklim - PLH
PENUTUP
231
200
PENUTUP
Peran dunia usaha dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
secara nyata telah ditunjukkan dalam pemodelan pelaksanaan tujuh kegiatan
Corporate Social Responsibility bidang lingkungan yang dilakukan oleh 32
perusahaan yang terangkum dalam 44 cerita dalam buku ini.
Berdasarkan 44 cerita program CSR bidang lingkungan, terlihat visi, misi,
kebijakan, rencana, dan program perusahaan yang memperhatikan aspek
lingkungan dalam menjalankan usahanya merupakan dasar bagi perusahaan
untuk menjalankan CSR bidang lingkungan yang sistemik, terintegrasi dan
berkelanjutan. Komitmen yang dimulai dari pucuk pimpinan perusahaan,
penanggung jawab, sampai tingkat pelaksana di lapangan merupakan kunci
yang mengantarkan keberhasilan suatu program yang bermanfaat tidak saja
untuk lingkungan hidup tetapi juga untuk pertumbuhan ekonomi dan
kepentingan sosial.
Empat puluh empat (44) model CSR bidang lingkungan yang dilakukan
perusahaan menunjukkan bahwa penerima manfaat tidak saja bagi eksternal
perusahaan khususnya masyarakat sekitar, yang umumnya perusahaan
menyebutnya masyarakat, tetapi juga bagi internal perusahaan dalam bentuk
pengakuan masyarakat dan mitra usaha atas kepedulian perusahaan terhadap
lingkungan. Pihak internal seperti staf, kontraktor perusahaan dan lainnya
dalam menjalankan kegiatan perusahaan akan lebih memperhatikan aspek
lingkungan hidup.
Manfaat lain dari pelaksanaan CSR bidang lingkungan yang sistemik,
terintegrasi dan berkelanjutan adalah dapat mewujudkan forum komunikasi
antar perusahaan dengan masyarakat dan para pemangku kepentingan
lainnya. Melalui komunikasi yang baik dapat terjamin keterbukaan sehingga
dapat mengurangi pendapat negatif dari masing-masing pihak. Kondisi ini
dapat merupakan safety net dalam interaksi perusahaan dengan berbagai
pihak terutama masyarakat sekitar.
Empat puluh empat (44) cerita model CSR bidang lingkungan yang
dipublikasikan ini memang belum sepenuhnya sempurna, namun dapat
dijadikan contoh dalam mendorong dunia usaha lainnya untuk semakin
memperhatikan aspek lingkungan hidup dalam melaksanakan CSR-nya.
Diharapkan pula terdapat dampak positif, semakin banyak kalangan dunia
usaha yang lebih peduli terhadap lingkungan hidup dan berupaya untuk
melakukan aksi nyata bagi perbaikan dan pemeliharaannya.
Mengingat masih banyak perusahaan yang juga ingin berpartisipasi
menerapkan CSR bidang lingkungan, namun keterbatasan pemahaman serta
pengalaman dalam melaksanakannya menjadi kendala bagi perusahaan. Oleh
karenanya selain buku yang telah diterbitkan ini, perusahaan juga berharap
adanya peran aktif dari Kementerian Lingkungan Hidup untuk mendampingi
perusahaan. Proses pendampingan diharapkan dilakukan mulai dari proses
penyiapan sampai evaluasi pelaksanaan CSR bidang lingkungan sesuai dengan
tugas dan fungsi KLH dalam program perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup khususnya yang berkaitan dengan kegiatan dunia usaha.
Daftar Isi
223
224
Daftar Isi
KOSAKATA
A
Adaptasi perubahan iklim
:
Merupakan proses penyesuaian apapun yang
terjadi secara alamiah di dalam ekosistem
atau dalam sistem manusia sebagai reaksi
terhadap perubahan iklim, baik dengan
meminimalkan tingkat perusakan maupun
mengembangkan
peluang-peluang
yang
menguntungkan sebagai reaksi terhadap
iklim yang sedang berubah atau bencana yang
akan terjadi yang terkait dengan perubahanperubahan lingkungan.
Aerobik atau areob
:
Adalah
organisme
yang
melakukan
metabolisme dengan bantuan oksigen. Aerob,
dalam proses dikenal sebagai respirasi sel,
menggunakan oksigen untuk mengoksidasi
substrat (sebagai contoh gula dan lemak)
untuk memperoleh energi.
Anaerob
:
Adalah
setiap
organisme
yang
memerlukan oksigen untuk tumbuh
Bank Sampah
:
Adalah tempat pemilahan dan pengumpulan
sampah yang dapat didaur ulang dan/
atau diguna ulang yang memiliki nilai
HNRQRPLGHÀQLVLPHQXUXW3HUDWXUDQ0HQWHUL
Lingkungan Hidup No. 13/2012 tentang
3HGRPDQ3HODNVDQDDQReduce, Reuse, Recycle
0HODOXL%DQN6DPSDK3DVDO
Berwawasan lingkungan
:
Upaya sadar dan berencana menggunakan
dan mengelola sumber daya secara bijaksana
yang terencana dan berkesinambungan untuk
meningkatkan mutu hidup.
Biodiversity
:
Keanekaragaman hayati
Bokashi
:
Metode
pengomposan
yang
dapat
menggunakan starter aerobik maupun
anaerobik untuk mengkomposkan bahan
organik, yang biasanya berupa campuran
molasses,
air,
starter
mikroorganisme,
dan sekam padi. Kompos yang sudah jadi
dapat digunakan sebagian untuk proses
pengomposan berikutnya, sehingga proses ini
GDSDWGLXODQJGHQJDQFDUD\DQJOHELKHÀVLHQ
Starter yang digunakan amat bervariasi, dapat
diinokulasikan dari material sederhana seperti
kotoran hewan, jamur, spora jamur, cacing,
ragi, acar, sake, miso, natto, anggur, bahkan
bir, sepanjang material tersebut mengandung
organisme yang mampu melakukan proses
pengomposan.
tidak
B
Daftar Isi
225
Botanic garden
:
Kebun raya atau kebun botani adalah
suatu lahan yang ditanami berbagai jenis
tumbuhanyang ditujukan untuk keperluan
koleksi, penelitian, dan konservasi exsitu (di luar habitat) dan dapat berfungsi
sebagai sarana wisata dan pendidikan bagi
pengunjung
C
Cleaner production
7LQGDNDQ HÀVLHQVL SHPDNDLDQ EDKDQ EDNX
air dan energi, dan pencegahan pencemaran,
dengan sasaran peningkatan produktivitas
dan minimisasi timbulan limbah
Community development
3HQJHPEDQJDQSHPEHUGD\DDQPDV\DUDNDW
Corporate social responsibility 7DQJJXQJ-DZDE6RVLDO3HUXVDKDDQ
Cover lamp
:
Lampu penutup
:
Suatu bagian lanskap yang ditunjukkan oleh
suatu batas yang tertutup pada suatu peta
tanah yang menentukan suatu areal tertentu,
suatu bentuk tertentu, dan suatu lokasi
tertentu dari satu atau lebih komponen tanah
ditambah inklusi, dan atau areal sis.
D
Delineasi
E
(FRRIÀFH
3HUNDQWRUDQ \DQJ PHQHUDSNDQ PDQDMHPHQ
mutu lingkungan yang sesuai dengan standar
internasional
Ekosistem
:
Suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh
hubungan timbal balik tak terpisahkan antara
makhluk hidup dengan lingkungannya
Emisi
:
Emisi adalah zat, energi dan/atau komponen
lain yang dihasilkan dari suatu kegiatan
yang masuk dan/atau dimasukkannya ke
dalam udara ambien yang mempunyai dan/
atau tidak mempunyai potensi sebagai unsur
pencemar.
Energi terbarukan
:
Energi yang berasal dari proses alam yang
berkelanjutan, seperti tenaga surya, tenaga
angin, arus air proses biologi, dan panas bumi
Environment, Health, and Safety :
(YDOXDVL
226
Daftar Isi
Lingkungan, Kesehatan,dan Keamanan
3HQLODLDQVHFDUDVLVWHPLNXQWXNPHQHQWXNDQ
atau menilai kegunaan, keefektifan sesuatu
yang didasarkan pada kriteria tertentu dari
program. Evaluasi harus memiliki tujuan yang
jelas, sesuai dengan tujuan yang ditetapkan
dalam program
F
)RWRVLQWHVLV
3URVHVSHPEHQWXNDQNDUERKLGUDWGDULNDUERQ
dioksida (CO2) dan air (H2O) dengan bantuan
sinar matahari.
G
Greenhouse
:
Sebuah rumah yang dinding dan atapnya
dibuat dari kaca atau plastik digunakan
untuk pengembangbiakkan tumbuhan
Green house effect
:
Efek Gas Rumah Kacadisebabkan karena
naiknya konsentrasi gas karbon dioksida (CO2)
dan gas-gas lainnya di atmosfer. Kenaikan
konsentrasi gas CO2 ini disebabkan oleh
kenaikan pembakaran bahan bakar minyak,
batu bara dan bahan bakar organik lainnya
yang melampaui kemampuan tumbuhantumbuhan dan laut untuk menyerapnya.
Green lighting
3HQJKHPDWDQ NRQVXPVL GD\D OLVWULN GDQ
atau penggunaan zat berbahaya sehubungan
dengan perubahan cuaca (climate change).
H
HGU
:
Hak Guna Usaha adalah hak untuk
mengusahakan tanah yang dikuasai langsung
oleh Negara, dalam jangka waktu paling lama
25 atau 35 tahun , yang bila diperlukan masih
dapat diperpanjang lagi 25 tahun, guna usaha
pertanian, perkebunan, perikanan atau
peternakan, dengan luas paling sedikit 5 ha
+LGURORJLV
3HQJHWDKXDQ WHQWDQJ VHOXN EHOXN VLIDW DLU
pemanfatannya, serta pengendaliannya.
Hutan Kota
:
Hutan kota merupakan salah satu ekosistem
buatan memiliki manfaat dan fungsi penting
diwilayah perkotaan. Hutan kota merupakan
komunitas tumbuh-tumbuhan berupa pohon
dan asosiasinya yang tumbuh di lahan kota
atau sekitar kota, berbentuk jalur, menyebar
atau bergerombol (menumpuk) dengan
struktur meniru (menyerupai) hutan alam,
membentuk habitat yang memungkinkan
kehidupan bagi satwa dan menimbulkan
lingkungan sehat, nyaman, dan estetis
Hutan lindung
:
Hutan lindung adalah kawasan hutan
yang mempunyai fungsi pokok sebagai
perlindungan sistem penyangga kehidupan
untuk mengatur tata air, mencegah banjir,
mengendalikan erosi, mencegah intrusi air
laut, dan memelihara kesuburan tanah
Daftar Isi
227
I
,QVSHNVL
3HPHULNVDDQ VHFDUD ODQJVXQJ
pelaksanaan peraturan, tugas, dsb.
,QYHQWDULVDVL
3HQFDWDWDQDWDXSHQJXPSXODQGDWD
WHQWDQJ
K
Keanekaragaman hayati
:
Adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan
keanekaan
bentuk
kehidupan di bumi, interaksi antara
berbagai mahluk hidup serta antara mereka
dengan lingkungannya. Keanekaan sistem
pengetahuan dan kebudayaan masyarakat
terkait erat dengan keanekaragaman hayati,
dengan demikian keanekaragaman hayati
mencakup semua bentuk kehidupan di bumi,
mulai dari mahluk sederhana seperti jamur,
bakteri, hingga mahluk yang mampu berpikir
seperti manusia, mulai dari satu tegakan
pohon di pekarangan rumah hingga ribuan
tegakan pohon yang membentuk sistem
jejaring kehidupan yang rumit dalam sebuah
HNRVLVWHP,%6$3
Klimatologis
:
Ilmu yang mempelajari iklim, dan merupakan
sebuah cabang dari ilmu atmosfer.
Konservasi
:
3HOHVWDULDQ DWDX SHUOLQGXQJDQ 0HQXUXW
Undang-undang No. 5/1990 Konservasi adalah
pengelolaan sumber daya alam hayati yang
pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana
untuk menjamin kesinambungan persediaannya
dengan tetap memelihara dan meningkatkan
kualitas keanekaragaman dan nilainya.
Lahan kritis
:
Merupakan suatu lahan yang kondisi
tanahnya telah mengalami atau dalam proses
NHUXVDNDQ ÀVLN NLPLD DWDX ELRORJL \DQJ
akhirnya membahayakan fungsi hidrologi,
orologi, produksi pertanian, pemukiman dan
kehidupan sosial ekonomi di sekitar daerah
pengaruhnya
Landmark boulevard
3HQDQGDMDODQ
Lubang Biopori
:
Metode resapan air yang ditujukan untuk
mengatasi banjir dengan cara meningkatkan
daya resap air pada tanah
:
Sumber pendapatan penduduk berupa
pekerjaan yang dilakukan secara rutin untuk
memenuhi kebutuhan.
L
M
Mata pencaharian
228
Daftar Isi
Mitigasi Perubahan Iklim
:
Sebuah
intervensi
antropogenik
untuk
menurunkan tekanan antropogenik terhadap
sistem iklim, termasuk didalamnya strategi
untuk mengurangi sumber-sumber penghasil
gas-gas rumah kaca dan meningkatkan
penyerapan karbon. Terdapat beberapa
pendekatan yang dapat digunakan, seperti dari
sisi sosial, ekonomi, politik, dan teknologi yang
semuanya dapat mendukung penurunan emisi
yang berkontribusi terhadap perubahan iklim.
Monitoring
:
Suatu
proses
pemantauan
untuk
mendapatkan informasi tentang pelaksanaan
manajemen
Open dumping
:
Teknik open dumping adalah cara pembuangan
sampah yang sederhana, yaitu sampah
dihamparkan disuatu lokasi dan dibiarkan
terbuka begitu saja
Organic farm
:
Pertanian Organik
Parsial
:
Berhubungan atau merupakan bagian dr
keseluruhan
Paru-paru kota
:
Ruang terbuka hijau di tengah-tengah
kota yang berfungsi menjadi penyerap
karbondioksida dan menyerap pencemar
udara lainnya
Partisipasi
:
Pengambilan bagian atau pengikutsertaan
Penangkaran
:
O
P
(tempat aslinya), dengan campur tangan
(budidaya) manusia
R
Recycle
:
Daur ulang
Reduce
:
Pengurangan/memperkecil
Rehabilitasi lahan
:
Merupakan suatu usaha memperbaiki,
memulihkan kembali dan meningkatkan
kondisi lahan yang rusak agar dapat berfungsi
secara optimal baik sebagai unsur produksi,
media pengatur tata air, maupun sebagai
unsur perlindungan alam dan lingkungannya
Rekonstruksi
:
Pengembalian seperti semula
Relokasi
:
Pemindahan suatu tempat menuju tempat
yang baru.
Reservoir
:
Tempat/daerah/wadah
yang
memiliki
kemampuan untuk menampung air.
Daftar Isi
229
Reuse
:
Digunakan kembali
:
Sampah dikumpulkan dan ditimbun dilahan
yang sebelumnya telah dilapisi oleh plastik
kemudian ditambahkan tanah lempung lalu
sampah dimasukan kemudian dipadatkan
dan yang terakhir adalalah pada permukaan
atas sampah ditaburi tanah tiap harinya
6\VWHPRI5LFH,QWHQVLÀFDWLRQ65, :
Teknik
budidaya
padi
yang
mampu
meningkatkan produktivitas padi dengan cara
mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air,
dan unsur hara.
S
6DQLWDU\ODQGÀOO
Sekuestrasi
3HQ\LWDDQ
pemencilan
Sekolah Adiwiyata
:
Sekolah peduli dan berbudaya lingkungan
Sinergi
:
Berkomitmen
untuk
membangun
dan
memastikan hubungan kerjasama internal
yang produktif serta kemitraan yang harmonis
dengan para pemangku kepentingan untuk
menghasilkan karya yang bermanfaat.
Sosiosistem
:
Lingkungan yang di dalamnya manusia
berinteraksi
dengan
sesamanya
baik
berdasarkan
polahubungan
struktural
maupun fungsional
Spesies Endemik
:
Spesies endemik adalah jenis makhluk hidup,
baik tumbuhan maupun hewan, yang hanya
GLWHPXNDQ GL VDWX ORNDVL JHRJUDÀV WHUWHQWX
saja
6WDNHKROGHUV
3HPDQJNXNHSHQWLQJDQ
Suaka Alam
:
SHUDPSDVDQ
SHQJDVLQJDQ
Adalah
perlindungan
suatu
kawasan
berupa kekayaan alam dan isinya, meliputi
pemeliharaan, penelitian, pendidikan, wisata,
rehabilitasi kawasan, dan pengamanan
segala aset yang berada dalam kawasan
perlindungan.
T
Takakura (Keranjang Takakura) :
230
Daftar Isi
Merupakan proses pengomposan aeraob di
mana udara dibutuhkan sebagai asupan
penting
dalam
proses
pertumbuhan
mikroorganisme yang menguraikan sampah
menjadi kompos. Media yang dibutuhkan
dalam proses pengomposan yaitu dengan
menggunakan keranjang berlubang, diisi
dengan bahan-bahan yang dapat memberikan
NHQ\DPDQDQ EDJL PLNURRUJDQLVPH 3URVHV
pengomposan metode ini dilakukan dengan
cara memasukkan sampah organik idealnya
sampah organik tercacah ke dalam keranjang
setiap harinya dan kemudian dilakukan
kontrol suhu dengan cara pengadukan dan
penyiraman air.
7HQDQW
3HQ\HZDEHVDU
Terumbu karang
:
Merupakan ekosistem khas yang terdapat
di wilayah pesisir daerah tropis. Terumbu
karang adalah struktur di dasar laut berupa
HQGDSDQ NDOVLXP NDUERQDW &D&2ȕ \DQJ
dihasilkan terutama oleh hewan karang.
Karang adalah hewan tak bertulang belakang
\DQJ WHUPDVXN GDODP 3K\OXP &RHOHQWHUDWD
(hewan berongga) atau Cnidaria yang dapat
PHQJHOXDUNDQ&D&2ȕ-LND&D&2ȕWHUNHQDDLU
laut maka akan membentuk endapan kapur
Testimoni
:
Adalah beberapa pendapat, usulan, masukan
dari orang per orang yang sifatnya mendukung,
pembenaran, menambah nilai suatu produk
tertentu (hasil karya, terbitan buku, produk
pasar, dll) yang dituangkan dalam bentuk
tulisan yg tidak terlalu panjang, namun tepat
sasaran. Diharapkan dari testimoni beberapa
orang tersebut produk atau program menjadi
lebih bernilai
Tukik
:
Bayi penyu
W
Water consumption
3HQJJXQDDQDLU
Daftar Isi
231
224
Daftar Isi